title
stringlengths
3
13k
url
stringlengths
26
465
content
stringlengths
61
81.8k
summary_content
stringlengths
49
7.5k
Penghasilan Dosen Berkurang Sebab Penilaian Siswa, Apakah Ini Kedzaliman?
https://bimbinganislam.com/penghasilan-dosen-berkurang-sebab-penilaian-siswa-apakah-ini-kedzaliman/
Penghasilan Dosen Berkurang Sebab Penilaian Siswa, Apakah Ini Kedzaliman? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan penghasilan dosen berkurang sebab penilaian siswa, apakah ini kedzaliman? Selamat membaca. Pertanyaan: Assalmualaikum ustadz. Semoga Allh selalu merahmati ustadz dan seluruh umat muslim dan memberikan kita semua taufik dan hidayah. Semoga Allh membalasnya dengan limpahan kebaikan. Ustadz, ada seorang pemuda yang berkuliah di prodi X di universitas A. Di universitas tersebut khususnya di prodi tersebut ada sistem penilaian untuk dosen. Pemuda tersebut menilai sesuai dengan apa yang dia lihat dan alami. Ada nilai yang kurang dan ada yang baik. Sampai di akhir masa perkuliahan dia baru tau bahwa penilaian itu mempengaruhi penghasilan dosen-dosen yang dinilai, sehingga yang mendapat nilai kurang penghasilannya berkurang. Apakah ini bentuk kezhaliman? Jazkallhu khairan ustadz. (Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS) Jawaban: Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh Aamin atas doa yang terpanjat, semoga Allah mengumpulkan kita semua bersama orang-orang yang kita cinta di dalam surga-Nya. Dzalim atau tidaknya sesuatu tergantung dengan kesepakatan dan aturan yang telah diketahui bersama. Selama dosen tersebut telah mengetahui dan menyetujui peraturan yang telah ditetapkan, maka tidak bisa dikatakan ada kedzaliman di dalamnya. Walaupun bisa jadi ketetapan tersebut terasa/berpotensi ada ketidakadilan atau kedzaliman yang dilakukan oleh salah satu pihak. Tetap dengan mendahulukan prasangka yang baik, di mana bisa jadi aturan gaji disesuaikan dengan penilaian kinerjanya, bertujuan baik untuk meningkatkan kinerja dalam menjalankan amanah, misal supaya dosen bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kinerja dalam memahamkan mahasiswanya, dan sebagainya,dengan turunnya nilai dianggap dosen kurang maksimal, dan sebagainya sehingga kasus di atas tidak bisa serta merta dinyatakan sebagai bentuk kedzaliman kepada seorang dosen. Sebagaimana sabda Rasulullah sallah alaihi wasallam, Dan kaum Muslimin harus memenuhi syarat-syarat yang telah mereka sepakati kecuali syarat yang mengharamkan suatu yang halal atau menghalalkan suatu yang haram. (Imam Bukhri 4/451) Walaupun hendaknya dari pihak universitas juga mencoba mendalami permasalahan yang terjadi di lapangan, yang bisa jadi bukan kesalahan dosen atas nilai yang kurang maksimal dari mahasiswanya. Sehingga, perlu melihat kembali syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak, juga hak dan kewajiban yang telah di aturkan dalam sebuah peraturan. Bila ada ketimpangan dari hak dan kewajiban tersebut, maka bisa dianggap bentuk kedzaliman yang dilakukan. Bila ternyata dianggap sebagai bentuk kezaliman, dari atasan kepada bawahan, maka sebaiknya tetap diberikan masukan kepada pihak tersebut dan didoakan. Dengan semua berdoa, berusaha saling memperbaiki maka isnyaallah niat baik dan cara yang bijak untuk saling mengingatkan akan mudah terwujud. Wallahu `a`lam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA. Rabu, 25 Safar 1444 H/ 21 September 2022 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik di sini
Penghasilan Dosen Berkurang Sebab Penilaian Siswa, Apakah Ini Kedzaliman Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan penghasilan dosen berkurang sebab penilaian siswa, apakah ini kedzaliman Selamat membaca. Semoga Allh selalu merahmati ustadz dan seluruh umat muslim dan memberikan kita semua taufik dan hidayah. Semoga Allh membalasnya dengan limpahan kebaikan. Pemuda tersebut menilai sesuai dengan apa yang dia lihat dan alami. Sampai di akhir masa perkuliahan dia baru tau bahwa penilaian itu mempengaruhi penghasilan dosendosen yang dinilai, sehingga yang mendapat nilai kurang penghasilannya berkurang. Apakah ini bentuk kezhaliman Jazkallhu khairan ustadz. Dzalim atau tidaknya sesuatu tergantung dengan kesepakatan dan aturan yang telah diketahui bersama. Walaupun bisa jadi ketetapan tersebut terasaberpotensi ada ketidakadilan atau kedzaliman yang dilakukan oleh salah satu pihak. Tetap dengan mendahulukan prasangka yang baik, di mana bisa jadi aturan gaji disesuaikan dengan penilaian kinerjanya, bertujuan baik untuk meningkatkan kinerja dalam menjalankan amanah, misal supaya dosen bersungguhsungguh untuk meningkatkan kinerja dalam memahamkan mahasiswanya, dan sebagainya,dengan turunnya nilai dianggap dosen kurang maksimal, dan sebagainya sehingga kasus di atas tidak bisa serta merta dinyatakan sebagai bentuk kedzaliman kepada seorang dosen. Sebagaimana sabda Rasulullah sallah alaihi wasallam, Dan kaum Muslimin harus memenuhi syaratsyarat yang telah mereka sepakati kecuali syarat yang mengharamkan suatu yang halal atau menghalalkan suatu yang haram. Imam Bukhri 4451 Walaupun hendaknya dari pihak universitas juga mencoba mendalami permasalahan yang terjadi di lapangan, yang bisa jadi bukan kesalahan dosen atas nilai yang kurang maksimal dari mahasiswanya. Sehingga, perlu melihat kembali syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak, juga hak dan kewajiban yang telah di aturkan dalam sebuah peraturan. Bila ternyata dianggap sebagai bentuk kezaliman, dari atasan kepada bawahan, maka sebaiknya tetap diberikan masukan kepada pihak tersebut dan didoakan. Dengan semua berdoa, berusaha saling memperbaiki maka isnyaallah niat baik dan cara yang bijak untuk saling mengingatkan akan mudah terwujud. Rabu, 25 Safar 1444 H 21 September 2022 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam BIAS, alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc.,
Shalat Sunah di Malam 1 Rajab
https://konsultasisyariah.com/11493-shalat-sunah-di-malam-1-rajab.html
Pertanyaan: Assalamu’alaikum Insya Allah nanti malam adalah malam tanggal 1 Rajab. Saya mendengar ada anjuran untuk melakukan shalat sunah setelah maghrib sampai isya. Dengan janji pahala yang besar. Benarkah demikian? Terima kasih. Dari: Tri Jawaban: Wa’alaikumussalam Terdapat sebuah hadis dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, yang menyatakan: “Siapa yang shalat magrib di malam pertama bulan Rajab, kemudian dilanjutkan dengan shalat 20 rakaat, di setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas satu kali, kemudian salam 10 kali (setiap dua rakaat salam), tahukan kalian apa pahalanya? Sesungguhnya Ruh yang amanah (Malaikat Jibril) mengajariku hal itu.” Para sahabat berkomentar, “Allah dan Rasul-Nya paling tahu.” Beliau melanjutkan, “Dia diberi penjagaan Allah terhadap dirinya, hartanya, keluarganya, anaknya, dilindungi dari siksa kubur, mudah melewati shirat seperti kilat, tanpa dihisab dab tanpa diazab.” Hadis dengan redaksi di atas, diriwayatkan oleh Al-Jauzaqani dari jalur Abu Ja’far Muhammad bin Ali At-Thai, dari Abdul Karim bin Abu Hanifah, dari Abu Thayib thahir bin Hasan Al-Muthawi’i. Imam As-Suyuthi memberikan komentar ringkas untuk hadis ini: : “Palsu, dan kebanyakan perawinya tidak dikenal.” (Al-Lali’ al-Mashnu’ah, 1:68). Komentar yang sama juga disampaikan oleh As-Syaukani dalam Al-Majmu’ah 1:24 dan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu’at 2:123. Kesimpulannya, kabar tentang amalan di malam pertama bulan Rajab, sebagaimana yang tersebar di masyarakat adalah dusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian, kita kembali pada hukum asal bahwa tidak ada amalan khusus di malam Rajab. Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel
Pertanyaan Assalamualaikum Insya Allah nanti malam adalah malam tanggal 1 Rajab. Saya mendengar ada anjuran untuk melakukan shalat sunah setelah maghrib sampai isya. Dengan janji pahala yang besar. Benarkah demikian Terima kasih. Dari Tri Jawaban Waalaikumussalam Terdapat sebuah hadis dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, yang menyatakan Siapa yang shalat magrib di malam pertama bulan Rajab, kemudian dilanjutkan dengan shalat 20 rakaat, di setiap rakaat membaca AlFatihah dan surat AlIkhlas satu kali, kemudian salam 10 kali setiap dua rakaat salam, tahukan kalian apa pahalanya Sesungguhnya Ruh yang amanah Malaikat Jibril mengajariku hal itu. Para sahabat berkomentar, Allah dan RasulNya paling tahu. Beliau melanjutkan, Dia diberi penjagaan Allah terhadap dirinya, hartanya, keluarganya, anaknya, dilindungi dari siksa kubur, mudah melewati shirat seperti kilat, tanpa dihisab dab tanpa diazab. Hadis dengan redaksi di atas, diriwayatkan oleh AlJauzaqani dari jalur Abu Jafar Muhammad bin Ali AtThai, dari Abdul Karim bin Abu Hanifah, dari Abu Thayib thahir bin Hasan AlMuthawii. Imam AsSuyuthi memberikan komentar ringkas untuk hadis ini Palsu, dan kebanyakan perawinya tidak dikenal. AlLali alMashnuah, 168. Komentar yang sama juga disampaikan oleh AsSyaukani dalam AlMajmuah 124 dan Ibnul Jauzi dalam AlMaudhuat 2123. Kesimpulannya, kabar tentang amalan di malam pertama bulan Rajab, sebagaimana yang tersebar di masyarakat adalah dusta atas nama Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dengan demikian, kita kembali pada hukum asal bahwa tidak ada amalan khusus di malam Rajab. Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Konsultasi Syariah Artikel
Relasi Ahli Fiqih dan Ahli Hadis, dari Kritik Pedas hingga Saling Melengkapi
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/relasi-ahli-fiqih-dan-ahli-hadis-dari-kritik-pedas-hingga-saling-melengkapi-HDRqa
Keluasan khazanah ilmu keislaman membuat sangat sulit, bahkan hampir mustahil dikuasai oleh satu orang. Terutama bagi orang-orang yang hidup setelah tiga kurun utama yang dilegitimasi oleh Nabi Muhammad saw sebagai kurun terbaik sesuai urutan masanya. Karenanya menjadi keniscayaan setiap orang mendalami apa yang diminati dan lebih bermanfaat baginya. Jadilah mereka sebagai ahli di bidang masing-masing, meskipun ada pula bebeberapa orang punya keahlian lintas bidang. Imam as-Suyuthi misalnya, hampir semua fan ilmu keislaman dikuasainya. Namun ada beberapa yang tampak menonjol. Fiqih dan hadis adalah dua di antaranya. Berbicara para ahli fiqih dan ahli hadis, kita tak dapat memungkiri bahwa relasi dua kelompok itu dikenal kurang harmonis. Hal ini bisa kita saksikan ketika membaca kitab-kitab al-jarh wat ta'dîl, misalnya. Banyak komentar miring para ahli hadis kepada ahli fiqih. Dalam hal ini kelompok yang paling identik dengan fiqih adalah ulama mazhab Hanafi. Mereka dikenal memiliki nalar fiqih yang luar biasa, hingga terkadang menolak suatu hadis karena tidak sesuai dengan nalarnya. Apakah hal demikian tindakan yang benar atau tidak, butuh tulisan tersendiri untuk membahasnya, tidak akan dibahas di sini. Pada masa salaf, tepatnya pasca tragedi "Inkuisisi Al-Qur’an", kelompok ini dijuluki sebagai Ashâbur Ra'yi (para pengguna nalar), sebagaimana disebutkan Syekh Muhammad Zahid Al-Kautsari dalam kitabnya, Fiqhu Ahlil 'Irâq: Artinya, "Dipandang dari segi nama, Ashâbur Ra'yi menurut kebiasaan para ahli hadis kurun salaf adalah julukan bagi penduduk Irak, tepatnya kota Kufah, yaitu Abu Hanifah dan para pengikutnya. Sebagian ahli hadis mencerca mereka secara berlebihan." (Muhammad Zahid al-Kautsari, Fiqhu Ahlil 'Irâqi wa Hadîtsuhum, [Cairo, al-Maktabatul Azhariyyah lit Turâts], halaman 20). Komentar pedas para ahli hadis kepada Ashâbur Ra'yi banyak kita temukan ketika mereka menyebutkan profil Imam Abu Hanifah. Semisal dalam kitab ar-Raf'u wat Takmîl fîl Jarh wat Ta'dîl, Syekh Abdul Hayyi al-Laknawi menyebutkan beberapa komentar miring ahli hadis terhadap Sang Imam: Artinya, "Kadang para ahli hadis mengatakan: ‘Abu Hanifah adalah orang yang menekuni fiqih’, dan kadang mereka berkata: ‘Abu Hanifah termasuk golongan pemakai qiyas dan nalar, ia tidak mengamalkan hadis’." Bahkan, Abu Bakr ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya menulis bab khusus untuk mengkritik dan menolak Abu Hanifah dengan judul: Artinya, “Bab Kritik terhadap Abu Hanifah." (Muhammad Abdul Hayyi Al-Laknawi, ar-Raf'u wat Takmîl fîl Jarh wat Ta'dîl, [Kairo, Dârus Salâm: 2018], halaman 70-73). Meskipun banyak komentar miring terhadap Imam Abu Hanifah, namun tulisan yang membelanya tidak kalah banyak, baik yang diselipkan di tengah pembahasan kitab, yang dibuat bab tersendiri, hingga ada yang menuliskannya dalam satu kitab tersendiri, demi membersihkan namanya dari berbagai kritik dan tuduhan-tuduhan keji. Sebutan Ashâbur Ra'yi yang disematkan kepada Abu Hanifah dan para pengikutnya sendiri memiliki dua makna, positif dan negatif. Makna negatifnya seperti yang kita lihat di atas. Sebutan tersebut digunakan sebagai tuduhan kepada seseorang bahwa dia memberi porsi yang berlebih terhadap nalar dibanding nash Al-Qur’an dan hadis; sedangkan makna positifnya sebutan tersebut digunakan sebagai pujian kepada para pakar fiqih, seperti yang dilakukan oleh Imam Ibn Qutaibah ad-Dinawari dalam kitab al-Ma'ârif. Ia menyebut Imam al-Auza'i, Imam Sufyan ats-Tsauri, dan Imam Malik sebagai Ashâbur Ra'yi, di mana yang dimaksud olehnya adalah para ahli fiqih. Bagi orang yang berpikir jernih, sebenarnya tidak ada yang perlu dipertentangkan antara ahli fiqih dan ahli hadis, justru keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi. Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam catatan kakinya atas kitab ar-Raf'u wat Takmîl mengutip statemen Syekh Ali al-Qari dalam karyanya yang berjudul Adillatu Mu'taqai Abî Hanîfata fî Abawaiyyir Rasûl, yang mengibaratkan relasi ahli fiqih dan ahli hadis laksana relasi dokter dan penjual obat: Artinya, "Pakar hadis yang tidak pandai fiqih ibarat penjual obat yang bukan dokter. Ia punya berbagai macam jenis obat di tokonya, namun tak tahu persis apa fungsinya. Pakar fiqih yang tak pandai hadis ibarat dokter yang bukan penjual obat. Ia tahu fungsi dari berbagai macam obat-obatan, tapi tak memilikinya." Wallâhu a’lam. (Abdul Fattah Abu Ghuddah, catatan kaki atas ar-Raf'u wat Takmîl, halaman 91). Gus Rif’an Haqiqi, Pengajar di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah Berjan, Purworejo.
Keluasan khazanah ilmu keislaman membuat sangat sulit, bahkan hampir mustahil dikuasai oleh satu orang. Terutama bagi orangorang yang hidup setelah tiga kurun utama yang dilegitimasi oleh Nabi Muhammad saw sebagai kurun terbaik sesuai urutan masanya. Karenanya menjadi keniscayaan setiap orang mendalami apa yang diminati dan lebih bermanfaat baginya. Imam asSuyuthi misalnya, hampir semua fan ilmu keislaman dikuasainya. Berbicara para ahli fiqih dan ahli hadis, kita tak dapat memungkiri bahwa relasi dua kelompok itu dikenal kurang harmonis. Hal ini bisa kita saksikan ketika membaca kitabkitab aljarh wat tadîl, misalnya. Banyak komentar miring para ahli hadis kepada ahli fiqih. Dalam hal ini kelompok yang paling identik dengan fiqih adalah ulama mazhab Hanafi. Mereka dikenal memiliki nalar fiqih yang luar biasa, hingga terkadang menolak suatu hadis karena tidak sesuai dengan nalarnya. Apakah hal demikian tindakan yang benar atau tidak, butuh tulisan tersendiri untuk membahasnya, tidak akan dibahas di sini. Semisal dalam kitab arRafu wat Takmîl fîl Jarh wat Tadîl, Syekh Abdul Hayyi alLaknawi menyebutkan beberapa komentar miring ahli hadis terhadap Sang Imam Artinya, Kadang para ahli hadis mengatakan Abu Hanifah adalah orang yang menekuni fiqih, dan kadang mereka berkata Abu Hanifah termasuk golongan pemakai qiyas dan nalar, ia tidak mengamalkan hadis. Muhammad Abdul Hayyi AlLaknawi, arRafu wat Takmîl fîl Jarh wat Tadîl, Kairo, Dârus Salâm 2018, halaman 7073. Meskipun banyak komentar miring terhadap Imam Abu Hanifah, namun tulisan yang membelanya tidak kalah banyak, baik yang diselipkan di tengah pembahasan kitab, yang dibuat bab tersendiri, hingga ada yang menuliskannya dalam satu kitab tersendiri, demi membersihkan namanya dari berbagai kritik dan tuduhantuduhan keji. Sebutan Ashâbur Rayi yang disematkan kepada Abu Hanifah dan para pengikutnya sendiri memiliki dua makna, positif dan negatif. Makna negatifnya seperti yang kita lihat di atas. Bagi orang yang berpikir jernih, sebenarnya tidak ada yang perlu dipertentangkan antara ahli fiqih dan ahli hadis, justru keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi. Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam catatan kakinya atas kitab arRafu wat Takmîl mengutip statemen Syekh Ali alQari dalam karyanya yang berjudul Adillatu Mutaqai Abî Hanîfata fî Abawaiyyir Rasûl, yang mengibaratkan relasi ahli fiqih dan ahli hadis laksana relasi dokter dan penjual obat Artinya, Pakar hadis yang tidak pandai fiqih ibarat penjual obat yang bukan dokter. Ia punya berbagai macam jenis obat di tokonya, namun tak tahu persis apa fungsinya. Gus Rifan Haqiqi, Pengajar di Pondok Pesantren AshShiddiqiyah Berjan, Purworejo.
1087. HUKUM MENINDIK TELINGA PADA BAYI
https://www.piss-ktb.com/2012/02/1087-hukum-menindik-telinga-pada-bayi.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaikum, sebelumnya saya berterima kasih banyak sudah dimasukan ke grup PISS ya yang faqir ilmu Mau idzin iktan ngaji dsini Salam kenal aZa ya semuanya. Sekalian mau bertanya : Bagaimana hukumnya menindik kuping bayi wanita untuk perhiasan. Syukron. [Fa Antum Bilkhiar]. JAWABAN : Wa`alaikum salam. Lihat Mughni al-Muhtaj, Juz IV, Hlm. 296 : () . "(Faidah); Berkata Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin, Aku belum tahu keterangan yang memberikan kelonggaran hukum dalam melubangi kuping wanita kecil untuk dibuat menggantungkan perhiasan emas (anting-anting). Sesungguhnya hal itu adalah melukai yang sangat menyakitkan. Dan seperti itu bisa menetapkan qishas. Hal itu tidak boleh dilakukan kecuali untuk kebutuhan yang sangta mendasar, seperti untuk pengobatan bekam atau khitan. Sementara berhias dengan emas itu bukanlah hal penting. Melubangi telinga karena untuk menggantungkan perhiasan walaupun ini telah umum itu hukumnya haram dabn mencegahnya hukumnya wajib. Menyewa sesorang untuk hal itu atau bekerja untuk hal itu hukumnya tidak sah dan ongkos yang diterimanya hukumnya haram". Tentang menindik kuping bayi, dalam kitab Fathul Mu'in 4/199 disebutkan : () . Imam Azzarkasyi menghukumi boleh, berangkat dari hadits kisah Ummu Zaro'. Dalam fatwa-fatwa Qodli Khoni (ulama hanafi) menghukumi tidak apa-apa karena, kata beliau, sohabat dulu melakukannya ketika masih jahiliyyah dan Rosul tidak mengingkarinya. Dalam Arri'ayah (madzhab Hanbali), boleh menindik telinga anak perempuan dengan tujuan sebagai perhiasan dan makruh untuk anak laki-laki. Dalam Hasyiyah Aljamal 10/156 disebutkan juga : Ada riwayat dari Imam Thobroni bahwa Ibnu Abbas berkata: termasuk sunnah yaitu melubangi telingan anak laki-laki pada hari ke tujuh. dan khobar ini menunjukkan kebolehan untuk anak alki-laki APALAGI untuk anak perempuan. Sebetulnya, menindik/membolongi (tastqib) telinga anak laki-laki yang masih kecil haram, sedangkan bagi anak perempuan yang masih kecil hukumnya khilaf : menurut imam ghozali HARAM, karena dianggap mnyakiti tanpa adaya hajat atau tujuan yang jelas, menurut imam zarkasyi BOLEH, berdasarkan dalil dalam hadist ummu zar'in. dalam kitab fatawi qodlikhon dari imam hanafi hukumya TIDAK MASALAH (la ba'sa), karena hal itu (membolongi telinga anak kecil) pernah dilakukan oleh orang-orang pada zaman jahiliyyah dan nabi SAW tidak megingkari (tidak melarang) hal itu. dalam kitab Ar ro'iyyah madzhab hanabilah hukumya BOLEH bagi anak perempuan yang masih kecil jika bertujuan hiasan (ghordliz ziinah) dan MAKRUH bagi anak laki-laki yang masih kecil. menurut syaikhuna dalam kitab syarah minhaj hukumya BOLEH bagi anak perempuan yang masih kecil dan haram bagi anak laki-laki yang masih kecil karena hal itu merupakan hiasan dalam haqnya wanita yang masih kecil. [ i'anatut tholibin 4/175-178 ]. wa allahu a'lamu. [Mbah Jenggot II, Awan As-Safaritiyy Asy-syaikheriyy, Yupiter Jet].
PERTANYAAN Assalamualaikum, sebelumnya saya berterima kasih banyak sudah dimasukan ke grup PISS ya yang faqir ilmu Mau idzin iktan ngaji dsini Salam kenal aZa ya semuanya. Faidah Berkata Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin, Aku belum tahu keterangan yang memberikan kelonggaran hukum dalam melubangi kuping wanita kecil untuk dibuat menggantungkan perhiasan emas antinganting. Sesungguhnya hal itu adalah melukai yang sangat menyakitkan. Hal itu tidak boleh dilakukan kecuali untuk kebutuhan yang sangta mendasar, seperti untuk pengobatan bekam atau khitan. Sementara berhias dengan emas itu bukanlah hal penting. Melubangi telinga karena untuk menggantungkan perhiasan walaupun ini telah umum itu hukumnya haram dabn mencegahnya hukumnya wajib. Menyewa sesorang untuk hal itu atau bekerja untuk hal itu hukumnya tidak sah dan ongkos yang diterimanya hukumnya haram. Tentang menindik kuping bayi, dalam kitab Fathul Muin 4199 disebutkan . Imam Azzarkasyi menghukumi boleh, berangkat dari hadits kisah Ummu Zaro. Dalam fatwafatwa Qodli Khoni ulama hanafi menghukumi tidak apaapa karena, kata beliau, sohabat dulu melakukannya ketika masih jahiliyyah dan Rosul tidak mengingkarinya. Dalam Arriayah madzhab Hanbali, boleh menindik telinga anak perempuan dengan tujuan sebagai perhiasan dan makruh untuk anak lakilaki. Dalam Hasyiyah Aljamal 10156 disebutkan juga Ada riwayat dari Imam Thobroni bahwa Ibnu Abbas berkata termasuk sunnah yaitu melubangi telingan anak lakilaki pada hari ke tujuh. dan khobar ini menunjukkan kebolehan untuk anak alkilaki APALAGI untuk anak perempuan. dalam kitab fatawi qodlikhon dari imam hanafi hukumya TIDAK MASALAH la basa, karena hal itu membolongi telinga anak kecil pernah dilakukan oleh orangorang pada zaman jahiliyyah dan nabi SAW tidak megingkari tidak melarang hal itu. dalam kitab Ar roiyyah madzhab hanabilah hukumya BOLEH bagi anak perempuan yang masih kecil jika bertujuan hiasan ghordliz ziinah dan MAKRUH bagi anak lakilaki yang masih kecil. Mbah Jenggot II, Awan AsSafaritiyy Asysyaikheriyy, Yupiter Jet.
Inilah Makna Kadrun yang Tidak Banyak Diketahui Orang
https://www.harakatuna.com/inilah-makna-kadrun.html
Kehidupan selalu berkembang, kehidupan selalu berubah mengikuti zamannya. Perubahan-perubahan dalam bidang apapun tidak terelakkan lagi dengan pesatnya kemajuan. Bahkan bahasa dan agamapun tidak pernah bisa melepaskan diri dari perubahan. Salah satu wujud dari perkembangan dan perubahan bahasa adalah munculnya istilah kadrun di tengah kehidupan bermasyarakat kita. Tentu, munculnya istilah kadrun ini akan bisa menimbulkan berbagai macam pemaknaan dan penafsiran. Memang muncul perdebatan di media sosial kita mengenai tafsir dari istilah kadrun. Ada yang berpendapat bahwa kadrun itu merupakan akronim dari kata “kadal” dan “gurun”. Tentu dalam kajian bahasa, kata kadrun bisa bermakna denotasi maupun konotasi. Bermakna denotasi apabila pemaknaan kadrun ini mengacu kepada sebuah hewan reptil yang hidup di gurun. Sedangkan bermakna konotasi apabila pemaknaan kadrun ini menjadi sebuah sindiran dan sebuah label untuk kelompok tertentu. Tafsir Kadrun dan PKI Dalam penggunaannya, istilah kadrun cenderung kepada makna konotasi. Yaitu sindiran yang ditujukan kepada kelompok-kelompok yang mabuk agama, bergaya khas Arab dengan sering memakai jubah, menyerukan gerakan syariatisasi kehidupan, suka melakukan tindak kekerasan dan sering menjadi oposisi pemerintah. Tentu penyematan kadrun kepada kelompok tersebut dilakukan oleh kelompok yang pro pemerintah. Baginya, kelompok kadrun ini sering kali menggunakan isu-isu sektarian, dan sering memanfaatkan agama -khusunya Islam- untuk melakukan propaganda dan penyerangan terhadap pemerintah. Namun bagi oposisi, makna kadrun bukan seperti yang dibicarakan kubu pro pemerintah. Baginya, kadrun adalah sebuah istilah yang dimunculkan oleh simpatisan PKI untuk menyerang dan mengkriminalisasi ulama. Karena PKI itu ateis dan memusuhi ulama oleh karennya PKI berusaha menghancurkan para Ulama. Namun ada lagi yang mengatakan bahwa kadrun itu berasal dari bahasa Arab, yang asal katanya adalah “kadara” yang bermakna kotor. Jadi kelompok-kelompok yang berpikiran kotor, suka menebar hoak dan memecah belah persatuan bangsa, bertindak intoleran, tertutup bisa dimasukan kedalam golongan kadrun. Terlepas dari perdebatan pemaknaan istilah Kadrun antar kubu yang pro dan oposisi pemerintah. Menurut peneliti LIPI, Asvi Warman Adam, munculnya istilah kadrun baru muncul setelah pilkada DKI 2012 hingga pilpres 2019. istilah ini muncul setelah populernya istilah cebong dan kampret. Istilah kadrun belum muncul pada zama PKI 1965. Menurutnya, istilah seperti kadrun, cebong dan kampret bersifat memecah belah dan tidak sehat. Istilah ini digunakan untuk mengelompokkan kawan dan lawan yang berkelanjutan. Kadrun, Pengdangkalan Agama Dan Radikalisme Makna kadrun dalam penggunaannya memang sering disematkan kepada kelompok yang mabuk dan berjubah agama, yang menghalalkan tindakannya -termasuk tindak kekerasan- dengan dengan balutan agama. Kelompok kadrun ini memaknai terma agama hanya sesuai dengan keinginan-keinginan mereka saja. Seperti penggunaan terma kafir dan jihad. Kelompok kadrun ini seringkali menggunakan terma jihad dalam konteks peperangan saja. Sehingga dengan menggunakan slogan jihad, mereka menentang pemerintah yang sah, mendiskretsikan kelompok yang berseberangan, dan melakukan kekerasan dengan tindakan agama. Gusdur sendiri pada tahun 2002 pernah menuliskan sesuatu kelompok yang cirinya mirip dengan kolompok kadrun. Tentu saat menulis, kata kadrun ini belum muncul. Bagi Gusdur orang-orang yang sering mengenakan jubah dan mabuk dengan istilah Arab seperti penggunaan kata “ana” untuk sebutan saya, dan “antum” untuk penyebutan kamu adalah orang-orang yang berorientasi Arabisme. Orang ini berusaha mengimpor segala yang berbau Arab ke Indonesia tanpa disertai dengan penyesuaian dengan budaya Indonesia. Karena terbiasa memaknai paham agama secara dangkal. Seperti memaknai jihad dengan perang, orang kafir wajib diperangi, wajib menegakkan syariat dalam segala bidang. Dan memaknai dengan sederhana ayat Al-Quran “Asyidda a’la al-kuffar ruhama baynahum” bersikap keras terhadap orang kafir dan bersikap lembut terhadap sesama muslim. Akhirnya kelompok kadrun ini cenderung tertutup, intoleran, dan bahkan sering melakukan kekerasan terhadap liyan. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh sebagian kadrun atau sebagian orang Islam adalah bukti telah terjadinya pendangkalan pemahaman agama secara hebat. kekerasan dengan balutan agama, yang dilakukan oleh siapapun dan dimanapun adalah tindakan radikalisme. Karena bagaimana mungkin melakukan kekerasan padahal dengan jelas tidak ada doktrin dalam agama yang melegalkan tindak kekerasan.
Kehidupan selalu berkembang, kehidupan selalu berubah mengikuti zamannya. Perubahanperubahan dalam bidang apapun tidak terelakkan lagi dengan pesatnya kemajuan. Bahkan bahasa dan agamapun tidak pernah bisa melepaskan diri dari perubahan. Salah satu wujud dari perkembangan dan perubahan bahasa adalah munculnya istilah kadrun di tengah kehidupan bermasyarakat kita. Ada yang berpendapat bahwa kadrun itu merupakan akronim dari kata kadal dan gurun. Tentu dalam kajian bahasa, kata kadrun bisa bermakna denotasi maupun konotasi. Yaitu sindiran yang ditujukan kepada kelompokkelompok yang mabuk agama, bergaya khas Arab dengan sering memakai jubah, menyerukan gerakan syariatisasi kehidupan, suka melakukan tindak kekerasan dan sering menjadi oposisi pemerintah. Baginya, kelompok kadrun ini sering kali menggunakan isuisu sektarian, dan sering memanfaatkan agama khusunya Islam untuk melakukan propaganda dan penyerangan terhadap pemerintah. Namun bagi oposisi, makna kadrun bukan seperti yang dibicarakan kubu pro pemerintah. Baginya, kadrun adalah sebuah istilah yang dimunculkan oleh simpatisan PKI untuk menyerang dan mengkriminalisasi ulama. Menurut peneliti LIPI, Asvi Warman Adam, munculnya istilah kadrun baru muncul setelah pilkada DKI 2012 hingga pilpres 2019. istilah ini muncul setelah populernya istilah cebong dan kampret. Istilah ini digunakan untuk mengelompokkan kawan dan lawan yang berkelanjutan. Kelompok kadrun ini memaknai terma agama hanya sesuai dengan keinginankeinginan mereka saja. Seperti penggunaan terma kafir dan jihad. Kelompok kadrun ini seringkali menggunakan terma jihad dalam konteks peperangan saja. Sehingga dengan menggunakan slogan jihad, mereka menentang pemerintah yang sah, mendiskretsikan kelompok yang berseberangan, dan melakukan kekerasan dengan tindakan agama. Gusdur sendiri pada tahun 2002 pernah menuliskan sesuatu kelompok yang cirinya mirip dengan kolompok kadrun. Bagi Gusdur orangorang yang sering mengenakan jubah dan mabuk dengan istilah Arab seperti penggunaan kata ana untuk sebutan saya, dan antum untuk penyebutan kamu adalah orangorang yang berorientasi Arabisme. Orang ini berusaha mengimpor segala yang berbau Arab ke Indonesia tanpa disertai dengan penyesuaian dengan budaya Indonesia. Karena terbiasa memaknai paham agama secara dangkal. Dan memaknai dengan sederhana ayat AlQuran Asyidda ala alkuffar ruhama baynahum bersikap keras terhadap orang kafir dan bersikap lembut terhadap sesama muslim. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh sebagian kadrun atau sebagian orang Islam adalah bukti telah terjadinya pendangkalan pemahaman agama secara hebat. Karena bagaimana mungkin melakukan kekerasan padahal dengan jelas tidak ada doktrin dalam agama yang melegalkan tindak kekerasan.
Haruskah Khatib Jumat Sekaligus Imam Shalat Jumat?
https://fatwatarjih.or.id/haruskah-khatib-jumat-sekaligus-imam-shalat-jumat/
Pertanyaan: Kefasihan dan bagusnya bacaan imam shalat, khususnya shalat Jum’at, merupakan daya tarik tersendiri bagi jamaah dan merupakan syiar bagi masjid bersangkutan apalagi kalau masjid itu adalah masjid besar. Dalam pemahaman yang umum berkembang di kalangan kami, imam haruslah khatib yang berkhutbah pada hari itu. Artinya khatib dan imam bukan orang yang berbeda. Akan tetapi masalahnya adalah bahwa khatib yang bagus khutbahnya tidak selalu baik bacaannya karena dia bukan seorang qari` yang bagus. Pertanyaannya dalam kasus shalat Jum’at apakah memang harus imam itu adalah orang yang berkhutbah? Apakah tidak boleh imam dan khatib itu orang yang berbeda? Pertanyaan dari:Ketua PWM Sumbar, disampaikan secara lisan (langsung) saat launching (peluncuran) Imsakiah Ramadan 1432 H di Padang, hari Sabtu, 16 Juli 2011(Disidangkan pada Jum’at, 19 Ramadan 1432 H / 19 Agustus 2011 M) Jawaban: Terima kasih kepada bapak Ketua yang mengajukan pertanyaan di atas. Masalah ini banyak ditanyakan dan telah beberapa kali dijawab oleh Majelis Tarjih dan jawabannya dimuat dalam Tanya Jawab Agama, jilid 3 (terbit tahun 1995) dan jilid 6 (terbit tahun 2010). Pertanyaan ini terkait dengan kebiasaan yang banyak berlaku di Indonesia di mana kebanyakan masjid tidak mengangkat imam tetap untuk shalat Jum’at, sehingga imamnya adalah khatib yang berkhutbah pada hari Jum’at bersangkutan. Dalam menjawab pertanyaan tersebut ada perkembangan ijtihad fikih Majelis Tarjih. Dalam buku Tanya Jawab Agamajilid 3 (h. 91-92) dijelaskan bahwa “praktik yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa beliau menjadi khatib dan sekaligus menjadi imam dalam shalat Jum’at.” Selain itu hadis di bawah ini juga menunjukkan bahwa orang yang bertindak sebagai khatib sekaligus bertindak sebagai imam. Hadis dimaksud adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu: [ ] Artinya: Apabila seseorang kamu masuk ke masjid ketika imam sedang berkhutbah, maka hendaklah ia shalat dua rakaat (shalat tahiyatul masjid), dan hendaklah mempercepatnya. [HR Muslim dan Ahmad] Dalam hadis di atas terdapat kata “ketika imam sedang berkhutbah.” Jadi hadis ini menyatakan bahwa yang berkhutbah itu adalah imam. Dengan kata lain khatib dan imam adalah orang sama. Demikian dijelaskan dalam buku Tanya Jawab Agama jilid 3. Kemudian dalam fatwa tahun 2003 (yang dibukukan dalam jilid 6 dari bukuTanya Jawab Agama yang terbit tahun 2010) terjadi perubahanfatwadi mana Majelis Tarjih dan Tajdid menegaskan bahwa tidak harus imam itu adalah orang yang berkhutbah, bisa saja orang lain yang bacaan dan pengetahuan al-Qurannya lebih baik. Dalam fatwa tahun 2003 itu ditegaskan bahwa dari hadis Jabir di atas dan hadis-hadis lain serupa tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa imam harus merangkap khatib Jum’at. Memang sebaiknya khatib merangkap menjadi imam apabila memenuhi syarat menjadi imam. Namun hal itu bukan keharusan. Bila dipandang perlu khatib tidak merangkap sebagai imam. Dikatakan pula, “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menjadi khatib dan imam adalah sunnah fi’liyah yang tidak menimbulkan keharusan untuk melakukan atau mengikutinya” (6: 87). Orang yang menganggap bahwa imam harus khatib yang berkhutbah mendasarkan pendapatnya kepada zhahir hadis di atas yang di dalamnya ada pernyataan “ketika imam berkhutbah.” Sedangkan ketidakbolehan orang lain yang bukan khatib untuk menjadi imam didasarkan kepada mafhum mukhalafah (argumentum a contrario) dari pernyataan tersebut, yaitu orang yang tidak berkhutbah tidak menjadi imam. Dalam fatwa tahun 2003 (SM No. 8/2003) penggunaan mafhum mukhalafah dari hadis Jabir untuk mengingkari kebolehan orang yang bukan khatib untuk menjadi imam telah ditolak. Alasannya adalah bahwa keterangan kualifikasi atau qayid “berkhutbah” dalam hadis Jabir tidak merupakan penjelasan alasan hukum, melainkan hanya sebagai penjelasan hal saja atau untuk takzim belaka. Untuk mudahnya dapat dikatakan bahwa “berkhutbah” bukanlah alasan (ilat) hukum agar orang boleh menjadi imam shalat Jum’at. Oleh karena itu bisa saja imam adalah orang lain yang bukan khatib. Pada fatwa yang sekarang ini kami menegaskan dan memperkuat fatwa kedua (tahun 2003 yang dimuat dalam jilid 6: 85-88) bahwa imam shalat Jum’at tidak harus orang yang berkhutbah, melainkan bisa saja khatib dan imam itu adalah orang yang berbeda dengan tambahan alasan, yaitu bahwa hadis Jabir di atas bukanlah nas tentang khatib harus sekaligus merangkap imam. Hadis di atas adalah nas tentang bahwa orang yang masuk masjid hendaklah melakukan shalat tahiyatul masjid meskipun imam sedang berkhutbah. Bahwa hadis itu menyiratkan bahwa yang menjadi imam adalah orang yang menjadi khatib adalah makna zhahir saja, bukan makna nas dari hadis bersangkutan. Dalam ushul fikih yang dimaksud makna zhahir adalah suatu makna sekunder yang terpantul ke dalam pikiran pembaca dari pernyataan itu sendiri, tetapi makna tersebut tidak menjadi tujuan pokok dari pernyataan (teks) bersangkutan. Wahbah az-Zuhaili mendefinisikan zhahir sebagai “suatu pernyataan yang menunjukkan makna melalui ungkapan itu sendiri, namun makna itu bukan makna orisinal dan tujuan pokok dari pernyataan bersangkutan” (Az-Zuhaili, al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, hal. 175). Dalam hadis Jabir di atas makna bahwa imam adalah orang yang menjadi khatib memang tertuang dalam ungkapan hadis itu sendiri yang menyebutkan “ketika imam sedang berkhutbah”. Namun makna tersebut bukan maksud pokok dan orisinal dari hadis itu, melainkan hanyalah makna sekunder belaka. Maksud pokok hadis Jabir di atas adalah untuk menegaskan sangat disunnahkannya shalat tahiyatul masjid bagi setiap orang yang masuk masjid walaupun saat itu imam sedang berkhutbah yang khutbahnya harus didengarkan. Oleh karena itu shalat tahiyatul masjidnya hendaklah dicepatkan agar bisa mendengarkan khutbah imam. Sedangkan nas adalah suatu pernyataan yang menunjukkan makna yang menjadi maksud pokok yang hendak disampaikan pernyataan itu. Dalam kasus hadis di atas nasnya adalah menerangkan masalah shalat tahiyatul masjid. Dalam kaidah ushul fikih, apabila makna zhahir itu tidak selaras dengan makna nas, maka didahulukan makna nas. As-Sarakhsi (w. 483 H/1090 M) menegaskan bahwa nas lebih diutamakan dari zhahir (as-Sarakhsi, al-Muharrar fi Ushul al-Fiqh, I: 123). Dalam kaitan ini, makna nas yang menunjukkan siapa yang harus menjadi imam disebutkan dalam hadis riwayat Muslim dari Abu Mas’ud al-Anshari (w. 42 H/662 M): : … [ ] Artinya: Dari Abu Mas’ud al-Anshari (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Suatu jamaah diimami oleh orang yang paling baik bacaannya (paling qari) tentang Kitab Allah (al-Quran). Jika mereka sama dalam hal qiraat (bacaan), maka orang yang paling memahami sunnah. Jika mereka sama dalam memahami sunnah, maka orang yang paling dahulu berhijrah. Jika mereka sama dalam hijrah, maka orang yang paling dulu masuk Islam …” [HR Muslim] Hadis ini adalah nas tentang siapa yang harus menjadi imam, yaitu orang yang paling baik bacaannya. Artinya makna yang menjadi tujuan pokok yang hendak disampaikan dalam hadis ini adalah siapa yang harus dijadikan imam dalam shalat, dalam hal ini adalah orang yang paling baik qiraatnya. Termasuk baik qiraatnya (bacannya) adalah baik penguasaannya dan baik bacaannya itu sendiri. Dalam kaidah ushul fikih seperti dikemukakan terdahulu makna nas didahulukan atas makna zhahir. Artinya adalah bahwa hadis ini, yang nasnya mengharuskan imam itu adalah orang yang baik bacaannya, didahulukan atas hadis Jabir yang zhahirnya menyatakan imam itu adalah khatib yang berkhutbah. Perlu dicatat bahwa sejumlah pensyarah yang sempat ditelaah tidak pernah mengaitkan hadis pertama (hadis Jabir) dengan keharusan imam itu adalah orang yang berkhutbah. An-Nawawi (w. 676 H/1277 M) yang mensyarah hadis Jabir dalam Syarh Shahih Muslim (III: 256) menyebutkan beberapa kandungan hadis Jabir di atas, tetapi tidak menyebutkan bahwa hadis itu berisi juga penegasan bahwa imam adalah khatib yang berkhutbah. Dengan demikian, seperti ditegaskan dalam fatwa tahun 2003 (SM No. 8/2003 dan No. 22/2003), imam shalat Jum’at tidaklah harus orang yang berkhutbah, terutama bilamana qiraatnya kurang baik dan tidak fasih. Dapat saja ditunjuk orang lain yang lebih baik qiraat dan lebih fasih bacaannya untuk menjadi imam. Memang ada perbedaan pendapat ulama apakah yang menjadi imam itu diutamakan orang yang lebih qari atau yang lebih fakih. Yang jelas hadis Abu Mas’ud di atas tegas menyebutkan bahwa imam adalah orang yang lebih qari. Muslim dalam Syarah Shahih Muslim menyatakan: “Hadis ini merupakan dalil bagi orang yang mengatakan bahwa untuk menjadi imam lebih didahulukan orang yang lebih qari daripada orang yang lebih fakih. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad dan sejumlah pengikut mazhab kami. Malik, asy-Syafi’i dan pengikutnya menyatakan bahwa orang lebih fakih lebih didahulukan atas orang yang lebih qari … Akan tetapi frasa “Jika mereka sama dalam hal qiraat, maka imam itu adalah orang yang lebih memahami sunnah” merupakan dalil lebih didahulukannya orang yang lebih qari.” (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, II: 476). Imam yang fasih dan bagus qiraatnya dapat memberikan sentuhan kalbu yang dalam kepada jamaah dan dapat menimbulkan kekhusyukan shalat. Selain itu dari segi syiar masjid, qiraat imam yang bagus pada masjid itu akan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengunjungi dan shalat di masjid tersebut. Wallahu a’lam bisshawab Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah: No. 19, 2011
Pertanyaan Kefasihan dan bagusnya bacaan imam shalat, khususnya shalat Jumat, merupakan daya tarik tersendiri bagi jamaah dan merupakan syiar bagi masjid bersangkutan apalagi kalau masjid itu adalah masjid besar. Masalah ini banyak ditanyakan dan telah beberapa kali dijawab oleh Majelis Tarjih dan jawabannya dimuat dalam Tanya Jawab Agama, jilid 3 terbit tahun 1995 dan jilid 6 terbit tahun 2010. Pertanyaan ini terkait dengan kebiasaan yang banyak berlaku di Indonesia di mana kebanyakan masjid tidak mengangkat imam tetap untuk shalat Jumat, sehingga imamnya adalah khatib yang berkhutbah pada hari Jumat bersangkutan. Jadi hadis ini menyatakan bahwa yang berkhutbah itu adalah imam. Dengan kata lain khatib dan imam adalah orang sama. Memang sebaiknya khatib merangkap menjadi imam apabila memenuhi syarat menjadi imam. Sedangkan ketidakbolehan orang lain yang bukan khatib untuk menjadi imam didasarkan kepada mafhum mukhalafah argumentum a contrario dari pernyataan tersebut, yaitu orang yang tidak berkhutbah tidak menjadi imam. Pada fatwa yang sekarang ini kami menegaskan dan memperkuat fatwa kedua tahun 2003 yang dimuat dalam jilid 6 8588 bahwa imam shalat Jumat tidak harus orang yang berkhutbah, melainkan bisa saja khatib dan imam itu adalah orang yang berbeda dengan tambahan alasan, yaitu bahwa hadis Jabir di atas bukanlah nas tentang khatib harus sekaligus merangkap imam. Hadis di atas adalah nas tentang bahwa orang yang masuk masjid hendaklah melakukan shalat tahiyatul masjid meskipun imam sedang berkhutbah. Dalam ushul fikih yang dimaksud makna zhahir adalah suatu makna sekunder yang terpantul ke dalam pikiran pembaca dari pernyataan itu sendiri, tetapi makna tersebut tidak menjadi tujuan pokok dari pernyataan teks bersangkutan. Dalam hadis Jabir di atas makna bahwa imam adalah orang yang menjadi khatib memang tertuang dalam ungkapan hadis itu sendiri yang menyebutkan ketika imam sedang berkhutbah. Namun makna tersebut bukan maksud pokok dan orisinal dari hadis itu, melainkan hanyalah makna sekunder belaka. Sedangkan nas adalah suatu pernyataan yang menunjukkan makna yang menjadi maksud pokok yang hendak disampaikan pernyataan itu. Dalam kaidah ushul fikih, apabila makna zhahir itu tidak selaras dengan makna nas, maka didahulukan makna nas. AsSarakhsi w. 483 H1090 M menegaskan bahwa nas lebih diutamakan dari zhahir asSarakhsi, alMuharrar fi Ushul alFiqh, I 123. Dalam kaitan ini, makna nas yang menunjukkan siapa yang harus menjadi imam disebutkan dalam hadis riwayat Muslim dari Abu Masud alAnshari w. 42 H662 M Artinya Dari Abu Masud alAnshari diriwayatkan bahwa ia berkata Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda Suatu jamaah diimami oleh orang yang paling baik bacaannya paling qari tentang Kitab Allah alQuran. Jika mereka sama dalam hal qiraat bacaan, maka orang yang paling memahami sunnah. Jika mereka sama dalam memahami sunnah, maka orang yang paling dahulu berhijrah. Artinya makna yang menjadi tujuan pokok yang hendak disampaikan dalam hadis ini adalah siapa yang harus dijadikan imam dalam shalat, dalam hal ini adalah orang yang paling baik qiraatnya. Termasuk baik qiraatnya bacannya adalah baik penguasaannya dan baik bacaannya itu sendiri. Dengan demikian, seperti ditegaskan dalam fatwa tahun 2003 SM No. Dapat saja ditunjuk orang lain yang lebih baik qiraat dan lebih fasih bacaannya untuk menjadi imam. Muslim dalam Syarah Shahih Muslim menyatakan Hadis ini merupakan dalil bagi orang yang mengatakan bahwa untuk menjadi imam lebih didahulukan orang yang lebih qari daripada orang yang lebih fakih. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad dan sejumlah pengikut mazhab kami. Selain itu dari segi syiar masjid, qiraat imam yang bagus pada masjid itu akan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengunjungi dan shalat di masjid tersebut. Wallahu alam bisshawab Sumber Majalah Suara Muhammadiyah No.
Faedah Sirah Nabi: Umar bin Al-Khaththab Masuk Islam #01
https://rumaysho.com/19038-faedah-sirah-nabi-umar-bin-al-khaththab-masuk-islam-01.html
Bagaimana dahulunya Umar bin Al-Khaththab masuk Islam?Dahulunya sebelum masuk Islam, Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu anhu sangat memusuhi dan sering menyakiti kaum muslimin. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Laila binti Hatsmah bin Abdullah istri Amir bin Rabiah radhiyallahu anhu,Demi Allah, ketika kami hendak berangkat untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Pada saat itu, Amir bin Rabiah pergi untuk suatu keperluan, tiba-tiba Umar yang masih musyrik, datang dan berdiri di hadapanku, padahal sebelumnya kami sering mendapatkan perlakuan kasar darinya, ia suka menyakiti dan mengganggu kami. Akan tetapi pada saat itu, ia berkata, Benarkah kalian akan berangkat, wahai Ummu Abdillah?Aku jawab, Ya demi Allah, kami akan berjalan di bumi Allah, sebab kalian selalu menyakiti dan menindas kami, mudah-mudahan kelak Allah akan memberikan jalan keluar terbaik bagi kami. Umar berkata, Semoga Allah bersama kalian. Sungguh aku melihat sikap lembut Umar yang belum pernah aku lihat selama ini. Kemudian ia pergi dan aku melihat ia merasa sedih atas kepergian kami.Ketika Amir bin Rabiah datang dari menunaikan keperluannya, aku berkata kepadanya, Hai Abu Abdillah, seandainya kamu tadi ada, kamu akan melihat sikap lunak dan kesedihan Umar atas kepergian kita ini. Amir berkata, Apakah kamu berharap ia masuk Islam? Aku menjawab, Ya. Ia berkata, Sungguh orang yang kamu lihat tadi tidak akan masuk Islam sampai keledai Al-Khaththab masuk Islam. Amir merasa bahwa tidak ada harapan atas Umar akan masuk Islam, karena sikap keras dan kasarnya selama ini terhadap Islam. (Disebutkan oleh Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, 1:365; Ibnu Hajar, Al-Ishabah, 8:180-181; Al-Haitsami berkata dalam Majma Az-Zawaid, 6:24, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, dan Ibnu Ishaq telah berterus terang bahwa ia meriwayatkannya dengan mendengar langsung, jadi riwayat ini shahih).Pada peristiwa ini terlihat sikap lunak Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu anhu yang tidak biasanya ia lakukan kepada orang Islam selama ini. Itulah yang membuat Amir bin Rabiah radhiyallahu anhu tidak percaya apa yang diceritakan oleh istrinya, sebab biasanya Umar radhiyallahu anhu bersikap kasar sehingga atas dasar itu, Amir bin Rabiah radhiyallahu anhu merasa tidak mungkin Umar akan masuk Islam.Karena kedudukan Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu anhu yang sangat penting di tengah bangsa Quraisy, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Taala secara khusus yang ditujukan kepada Umar dan Abu Jahal, agar Allah memberi petunjuk kepada salah satu dari mereka yang paling dicintai oleh Allah untuk Islam.Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam berdoa,« ». Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari kedua laki-laki ini: Abu Jahal atau Umar bin Al-Khaththab. Sang perawi mengatakan, ternyata yang lebih dicintai oleh Allah adalah Umar. (HR. Tirmidzi, no. 3681; Ahmad, 2:95. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa,« ». - - .Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau lewat Umar. Maka datang pagi, lantas Umar radhiyallahu anhu mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kemudian masuk Islam. (HR. Tirmidzi, no. 3683. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya dhaif).Dan dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Umar bin Al-Khaththab secara khusus. (HR. Ibnu Majah, no. 105. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya dhaif).Allah Taalabenar-benar mengabulkan doa Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam yang menyebabkan Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu anhu beriman pasca peristiwa hijrah ke Habasyah tahap pertama. Pada sebuah riwayat disebutkan bahwa Umar masuk Islam tiga hari setelah Hamzah radhiyallahu anhu masuk Islam.Bersambung insya Allah pada serial berikutnya tentang kisah masuk Islamnya Umar dan pelajaran di dalamnya. Fiqh As-Sirah.Cetakan Tahun 1424 H. Prof. Dr.Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid. Penerbit Dar At-Tadmuriyyah.—Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 15 Rabiul Awwal 1440 HOleh: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com
Bagaimana dahulunya Umar bin AlKhaththab masuk IslamDahulunya sebelum masuk Islam, Umar bin AlKhatthab radhiyallahu anhu sangat memusuhi dan sering menyakiti kaum muslimin. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Laila binti Hatsmah bin Abdullah istri Amir bin Rabiah radhiyallahu anhu,Demi Allah, ketika kami hendak berangkat untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Pada saat itu, Amir bin Rabiah pergi untuk suatu keperluan, tibatiba Umar yang masih musyrik, datang dan berdiri di hadapanku, padahal sebelumnya kami sering mendapatkan perlakuan kasar darinya, ia suka menyakiti dan mengganggu kami. Umar berkata, Semoga Allah bersama kalian. Kemudian ia pergi dan aku melihat ia merasa sedih atas kepergian kami. Amir berkata, Apakah kamu berharap ia masuk Islam Aku menjawab, Ya. Ia berkata, Sungguh orang yang kamu lihat tadi tidak akan masuk Islam sampai keledai AlKhaththab masuk Islam. Disebutkan oleh Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, 1365 Ibnu Hajar, AlIshabah, 8180181 AlHaitsami berkata dalam Majma AzZawaid, 624, diriwayatkan oleh AthThabrani, dan Ibnu Ishaq telah berterus terang bahwa ia meriwayatkannya dengan mendengar langsung, jadi riwayat ini shahih. Pada peristiwa ini terlihat sikap lunak Umar bin AlKhaththab radhiyallahu anhu yang tidak biasanya ia lakukan kepada orang Islam selama ini. Itulah yang membuat Amir bin Rabiah radhiyallahu anhu tidak percaya apa yang diceritakan oleh istrinya, sebab biasanya Umar radhiyallahu anhu bersikap kasar sehingga atas dasar itu, Amir bin Rabiah radhiyallahu anhu merasa tidak mungkin Umar akan masuk Islam. Karena kedudukan Umar bin AlKhaththab radhiyallahu anhu yang sangat penting di tengah bangsa Quraisy, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Taala secara khusus yang ditujukan kepada Umar dan Abu Jahal, agar Allah memberi petunjuk kepada salah satu dari mereka yang paling dicintai oleh Allah untuk Islam. Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam berdoa, . Sang perawi mengatakan, ternyata yang lebih dicintai oleh Allah adalah Umar. .Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau lewat Umar. Maka datang pagi, lantas Umar radhiyallahu anhu mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kemudian masuk Islam. AlHafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya dhaif. Bersambung insya Allah pada serial berikutnya tentang kisah masuk Islamnya Umar dan pelajaran di dalamnya. Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 15 Rabiul Awwal 1440 HOleh Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.
Doa Terhindar dari Perampokan saat Bepergian
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-agar-terhindar-dari-perampok-saat-bepergian/
Agar selamat dan terhindar dari perampokan, pencurian, dan lain sebagainya saat bepergian, maka kita sangat dianjurkan untuk membaca doa berikut; Allahumma inni auzubika an adhilla aw udholla aw azilla aw uzalla aw udzlima aw udzlama aw ajhal aw ujhala alayya. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari aku tersesat, atau aku menyesatkan, atau aku tergelincir, atau aku digelincirkan, atau aku menzalimi, atau aku dizalimi, atau kebodohanku atau aku dibodohi. Doa ini dibaca selepas keluar dari rumah dengan mengarahkan pandangannya ke arah langit. Doa ini bersumber dari hadis riwayat Imam Abu Daud dan Imam Nasai dari Ummu Salamah, dia bercerita; Setiap kali Rasulullah saw. keluar dari rumahku, beliau mengarahkan pandangannya ke langit, kemudian berdoa, Allahumma inni auzubika an adhilla aw udholla aw azilla aw uzalla aw udzlima aw udzlama aw ajhal aw ujhala alayya. (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari menjadi sesat dan disesatkan, menjadi tergelincir dan digelincirkan, menjadi zalim dan dizalimi, menjadi bodoh dan dibodohi).
Agar selamat dan terhindar dari perampokan, pencurian, dan lain sebagainya saat bepergian, maka kita sangat dianjurkan untuk membaca doa berikut Allahumma inni auzubika an adhilla aw udholla aw azilla aw uzalla aw udzlima aw udzlama aw ajhal aw ujhala alayya. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari aku tersesat, atau aku menyesatkan, atau aku tergelincir, atau aku digelincirkan, atau aku menzalimi, atau aku dizalimi, atau kebodohanku atau aku dibodohi. Doa ini dibaca selepas keluar dari rumah dengan mengarahkan pandangannya ke arah langit. Doa ini bersumber dari hadis riwayat Imam Abu Daud dan Imam Nasai dari Ummu Salamah, dia bercerita Setiap kali Rasulullah saw. keluar dari rumahku, beliau mengarahkan pandangannya ke langit, kemudian berdoa, Allahumma inni auzubika an adhilla aw udholla aw azilla aw uzalla aw udzlima aw udzlama aw ajhal aw ujhala alayya. Ya Allah, aku memohon kepadaMu dari menjadi sesat dan disesatkan, menjadi tergelincir dan digelincirkan, menjadi zalim dan dizalimi, menjadi bodoh dan dibodohi.
Membuka Hijab di Hadapan Wanita Kafir
https://rumaysho.com/14803-membuka-hijab-di-hadapan-wanita-kafir.html
Bagaimana jika ada seorang wanita muslimah menampakkan rambutnya atau membuka jilbabnya di hadapan wanita kafir?Coba renungkan lagi ayat berikut, Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. (QS. An-Nur: 31).Pada kalimat yang dimaksudkan di sini adalah boleh menampakkan perhiasan wanita di hadapan wanita muslimah, bukan di hadapan wanita kafir (ahlu dzimmah).Mujahid rahimahullah mengatakan bahwa nisaihinna dalam ayat yang dimaksud adalah wanita muslimah, bukan wanita kafir.Mujahid mengatakan janganlah sampai wanita muslimah khimarnya di hadapan wanita musyrik. Karena dalam ayat hanya disebut nisaihinna wanita mereka artinya wanita musyrik bukanlah bagian dari wanita beriman. (Lihat Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 5: 529)Dalam Ensiklopedia Fikih disebutkan, mayoritas fuqaha yaitu ulama Hanafiyah, Malikiyah dan pendapat yang paling kuat dalam madzhab Syafii menyatakan bahwa aurat wanita muslimah di hadapan wanita kafir yang bukan mahram adalah seperti aurat laki-laki di hadapan wanita yang bukan mahramnya. Oleh karena itu tidak boleh memandang pada badan wanita tersebut. Wanita muslimah tidak boleh menampakkan badannya di hadapan wanita kafir tadi. Alasannya adalah ayat yang dibawakan di atas. (Lihat Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 31: 47) Kesimpulannya, membuka hijab di hadapan wanita kafir tidak dibolehkan. Semoga bermanfaat. Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Awqaf dan Urusan Islamiyah Kuwait.Tafsir Al-Quran Al-Azhim. Cetakan pertama tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.—Disusun di pagi hari penuh berkah @ DS, Panggang, Gunungkidul, 14 Safar 1438 HOleh: Muhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @RemajaIslamBiar membuka Rumaysho.Com mudah, downloadlah aplikasi Rumaysho.Com lewat Play Store di sini.
Bagaimana jika ada seorang wanita muslimah menampakkan rambutnya atau membuka jilbabnya di hadapan wanita kafirCoba renungkan lagi ayat berikut, Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau puteraputera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudarasaudara lakilaki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanitawanita islam, atau budakbudak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan lakilaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anakanak yang belum mengerti tentang aurat wanita. QS. AnNur 31.Pada kalimat yang dimaksudkan di sini adalah boleh menampakkan perhiasan wanita di hadapan wanita muslimah, bukan di hadapan wanita kafir ahlu dzimmah.Mujahid rahimahullah mengatakan bahwa nisaihinna dalam ayat yang dimaksud adalah wanita muslimah, bukan wanita kafir.Mujahid mengatakan janganlah sampai wanita muslimah khimarnya di hadapan wanita musyrik. Karena dalam ayat hanya disebut nisaihinna wanita mereka artinya wanita musyrik bukanlah bagian dari wanita beriman. Lihat Tafsir AlQuran AlAzhim, 5 529Dalam Ensiklopedia Fikih disebutkan, mayoritas fuqaha yaitu ulama Hanafiyah, Malikiyah dan pendapat yang paling kuat dalam madzhab Syafii menyatakan bahwa aurat wanita muslimah di hadapan wanita kafir yang bukan mahram adalah seperti aurat lakilaki di hadapan wanita yang bukan mahramnya. Oleh karena itu tidak boleh memandang pada badan wanita tersebut. Wanita muslimah tidak boleh menampakkan badannya di hadapan wanita kafir tadi. Alasannya adalah ayat yang dibawakan di atas. Lihat AlMawsuah AlFiqhiyyah, 31 47 Kesimpulannya, membuka hijab di hadapan wanita kafir tidak dibolehkan. Semoga bermanfaat. AlMawsuah AlFiqhiyyah. Penerbit Kementrian Awqaf dan Urusan Islamiyah Kuwait.Tafsir AlQuran AlAzhim. Cetakan pertama tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq Syaikh Abu Ishaq AlHuwaini. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.Disusun di pagi hari penuh berkah DS, Panggang, Gunungkidul, 14 Safar 1438 HOleh Muhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com, Channel Telegram RumayshoCom, DarushSholihin, RemajaIslamBiar membuka Rumaysho.Com mudah, downloadlah aplikasi Rumaysho.Com lewat Play Store di sini.
Apakah Masjid Harus di Tanah Wakaf?
https://konsultasisyariah.com/28950-apakah-masjid-harus-di-tanah-wakaf.html
Apakah harus di tanah wakaf? Bolehkah shalat di d yang bukan wakaf? Kalo jual beli d yang bukan wakaf bolehkah? Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Ada 2 hal yang perlu kita bedakan: Pertama, kapan sebuah gedung dan bangunan bisa dimanfaatkan untuk shalat jamaah? Mayoritas ulama berpendapat bolehnya menyewakan ruangan untuk dijadikan . ini merupakan madzhab Syafiiyah, Malikiyah, dan Hambali. Sementara Abu Hanifah berpendapat,bahwa itu tidak sah. Ibnu Qudamah mengatakan, Boleh menyewakan ruang untuk dijadikan sebagai tempat shalat. Ini merupakan pendapat Imam Malik, dan as-Syafii. Sementara Abu Hanifah mengatakan, shalatnya tidak sah. Karena amalan shalat, tidak bisa dimiliki melalui akad sewa. Sehingga tidak boleh ada akad sewa untuk hal ini. dan menurut pendapat kami, bahwa gedung yang manfaatnya mubah ini memungkinkan untuk dikembalikan utuh, sehingga boleh saja disewakan untuk dijadikan tempat shalat. (al-Mughni, 6/143). Apakah dari gedung sewa, berlaku semua hukum ? Dalam fatwa Syabahakh dinyatakan, Hukum tidak berlaku kecuali jika bangunan itu telah diwakafkan. Para ulama telah menegaskan, bahwa orang yang membangun dan shalat di sana, sementara beum diwakafkan, maka tidak berlaku hukum sampai diwakafkan. (Fatwa Syabakah Islamiyah, no. 3752) Dalam Asna al-Mathalib – kitab Fiqh Madzhab Syafii – dinyatakan, ( ) Jika bentuknya wakaf dengan pernyataan itu, maka jelas, sehingga tidak perlu niat. Tidak termasuk, ketika ada orang yang membangun bangunan seperti bentuk , lalu dia mengatakan, ‘Aku izikan untuk shalat di sini.’ Maka tidak menjadi dengan pernyataan in (karena belum dinyatakan wakaf). (Asna al-Mathalib, 12/446). Alasan bahwa harus di tanah wakaf, karena ketika sudah diwakafkan maka tidak akan berubah menjadi tempat lainnya. sehingga tidak ada istilah, saat ini , besok berubah menjadi rumah atau toko. Bisakah gedung yang disewa untuk , diwakafkan sementara? Ini kembali kepada pembahan hukum wakaf manfaat dan terkait penjelasan ulama mengenai ada tidaknya syarat (permanen) untuk wakaf. Jumhur ulama mengatakan, wakaf harus (permanen), sehingga tidak ada istilah wakaf sementara. Sementara Malikiyah mengatakan, boleh wakaf dalam bentuk manfaat sesuatu dan tidak disyaratkan harus permanen. Dan ini juga pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.. Syaikhul Islam pernah ditanya tentang hukum wakaf sementara. Jawaban beliau, Boleh wakaf bangunan yang dibangun di atas tanah sewa, baik wakaf untuk maupun selain . dan hak kepemilikan tanah tidak menjadi gugur. Karena ketika masa sewa telah habis, dan bangunan sudah dirobohkan, status wakaf menjadi tidak berlaku. baik maupun untuk selain . (al-Fatawa al-Kubro, 4/236) Pendapat ini juga yang menjadi pegangan mayoritas ulama kontemporer dan keputusan Majma’ al-Fiqh al-Islami. Ketika itu belum diwakafkan, bolehkah jual beli di dalamnya? Latar belakang terbesar mengenai larangan jual beli di adalah hal itu bisa melalaikan orang untuk berdzikir, mengingat Allah, dan beribadah. Allah berfirman, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS. an-Nur: 37). Karena itu, sekalipun bangunan itu tidak berstatus sebagai , tidak selayaknya berjualan di sana. Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya mengenai ruko yang dijadikan mushola. Beliau menegaskan, Tempat ini tidak berlaku hukum . ini mushola. Dengan bukti, bangunan ini milik orang tertentu, dan pemiliknya bisa menjualnya. Sehingga dia mushola dan bukan , karena itu tidak berlaku hukum . Lalu ada yang bertanya, Bolehkah ada jualan buku-buku kecil atau promosi dagangan di tempat semacam ini? Jawab beliau, Menurutku, tidak selayaknya itu dilakukan, meskipun itu hanya mushola. Karena ini melalaikan orng dari berdzikir kepada Allah, dan mengganggu orang yang shalat di dalamnya.  (Fatwa Islam, no. 4399) Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Apakah harus di tanah wakaf Bolehkah shalat di d yang bukan wakaf Kalo jual beli d yang bukan wakaf bolehkah Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu, Ada 2 hal yang perlu kita bedakan Pertama, kapan sebuah gedung dan bangunan bisa dimanfaatkan untuk shalat jamaah Mayoritas ulama berpendapat bolehnya menyewakan ruangan untuk dijadikan . Sementara Abu Hanifah berpendapat,bahwa itu tidak sah. Ibnu Qudamah mengatakan, Boleh menyewakan ruang untuk dijadikan sebagai tempat shalat. Ini merupakan pendapat Imam Malik, dan asSyafii. Karena amalan shalat, tidak bisa dimiliki melalui akad sewa. Tidak termasuk, ketika ada orang yang membangun bangunan seperti bentuk , lalu dia mengatakan, Aku izikan untuk shalat di sini. Alasan bahwa harus di tanah wakaf, karena ketika sudah diwakafkan maka tidak akan berubah menjadi tempat lainnya. sehingga tidak ada istilah, saat ini , besok berubah menjadi rumah atau toko. Jumhur ulama mengatakan, wakaf harus permanen, sehingga tidak ada istilah wakaf sementara. Jawaban beliau, Boleh wakaf bangunan yang dibangun di atas tanah sewa, baik wakaf untuk maupun selain . dan hak kepemilikan tanah tidak menjadi gugur. alFatawa alKubro, 4236 Pendapat ini juga yang menjadi pegangan mayoritas ulama kontemporer dan keputusan Majma alFiqh alIslami. Ketika itu belum diwakafkan, bolehkah jual beli di dalamnya Latar belakang terbesar mengenai larangan jual beli di adalah hal itu bisa melalaikan orang untuk berdzikir, mengingat Allah, dan beribadah. Allah berfirman, Lakilaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah, dan dari mendirikan sembahyang, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi goncang. Karena itu, sekalipun bangunan itu tidak berstatus sebagai , tidak selayaknya berjualan di sana. Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya mengenai ruko yang dijadikan mushola. Beliau menegaskan, Tempat ini tidak berlaku hukum . Lalu ada yang bertanya, Bolehkah ada jualan bukubuku kecil atau promosi dagangan di tempat semacam ini Jawab beliau, Menurutku, tidak selayaknya itu dilakukan, meskipun itu hanya mushola. Karena ini melalaikan orng dari berdzikir kepada Allah, dan mengganggu orang yang shalat di dalamnya. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n.
Pengeboman = Jihad???
https://muslim.or.id/433-bom-jihad.html
Daftar Isi Takfir atau mengkafirkan orang lain tanpa bukti yang dibenarkan oleh syariat merupakan sikap ekstrim yang ujung-ujungnya adalah tertumpahnya darah kaum muslimin secara semena-mena. Berawal dari takfir dan berakhir dengan tafjir (peledakan). Majelis Haiah Kibar Al Ulama (Lembaga Perkumpulan Tokoh-Tokoh Ulama Saudi Arabia), pada pertemuannya yang ke-49 di Thaif telah mengkaji apa yang terjadi di banyak negeri Islam dan negeri lain, tentang takfir dan tafjir serta dampak yang ditimbulkan, baik berupa penumpahan darah maupun perusakan fasilitas-fasilitas umum. Beliau-beliau akhirnya menyampaikan penjelasan secara tertulis yang kami ringkas sebagai berikut. Seperti halnya penetapan hukum halal dan haram, maka penetapan hukum kafir juga harus dikembalikan kepada Alloh dan Rosul-Nya. Tidak setiap perkataan atau perbuatan yang disebut kufur berarti Kufur Akbar yang mengeluarkan (pelakunya) dari agama. Mengkafirkan seseorang tidak boleh dilakukan kecuali bila Al-Quran dan Sunnah telah membuktikan kekafirannya dengan bukti yang jelas, sehingga tidak cukup berdasarkan dugaan saja. Itulah sebabnya Nabi shollallohu alaihi wa sallam memperingatkan umatnya agar jangan sampai mengkafirkan orang yang tidak kafir. Beliau bersabda yang artinya, Siapapun orangnya yang mengatakan kepada saudaranya Hai Kafir, maka perkataan itu akan mengenai salah satu diantara keduanya. Jika perkataan itu benar, (maka benar). Tetapi bila tidak, maka tuduhan itu akan kembali kepada diri orang yang mengatakannya. (Muttafaq alaih, dari Ibnu Umar). Vonis kafir hanya bisa ditetapkan bila sebab-sebab serta syarat-syaratnya ada, dan faktor penghalangnya tidak ada. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan syarat-syarat tersebut yaitu bila orang tersebut: (1) Mengetahui atau memahami apa yang diucapkannya, maka bila ia (2) Dengan senang hati/ tidak terpaksa dan (3) Sengaja dalam mengucapkan apa yang dikatakannya; maka inilah yang perkataannya teranggap sebagai pembataal keislaman. Jadi bagaimana mungkin seorang mukmin lancang menetapkan hukum kafir hanya berdasarkan dugaan?? Apabila ternyata tuduhan kafir ini ditujukan kepada para penguasa (muslim), maka persoalannya jelas lebih parah lagi. Akibatnya akan menimbulkan sikap pembangkangan terhadap penguasa, angkat senjata melawan mereka, kekacauan, menumpahkan darah dan membuat keonaran di tengah-tengah masyarakat. Karena itu Nabi shollallohu alaihi wa sallam melarang pemberontakan kepada penguasa. Beliau shollallohu alaihi wa sallam bersabda: ….kecuali bila kalian lihat kekafiran yang nyata, yang tentangnya kalian memiliki bukti yang jelas dari Allah. (Muttafaq alaih, dari Ubaidah). Baca juga: Terorisme dan Pengeboman Yaitu menumpahkan darah, melanggar kehormatan orang lain, merampas harta milik orang-orang tertentu atau orang umum, peledakan tempat-tempat pemukiman serta angkutan-angkutan umum dan perusakan bangunan-bangunan. Kegiatan-kegiatan ini dan yang semisalnya adalah haram menurut syariat berdasarkan ijma (kesepakatan) kaum muslimin. Berkenaan dengan jiwa orang kafir yang berada dalam jaminan keamanan dari pemerintah, Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Barangsiapa yang membunuh orang kafir yang berada dalam perjanjian (damai), maka ia tidak akan mencium baunya sorga. (Muttafaq alaih dari Abdullah bin Amr). Wallahu alam. *** Penulis: Abu Syifa Fauzan Adhi Sasmita Artikel www.muslim.or.id
Daftar Isi Takfir atau mengkafirkan orang lain tanpa bukti yang dibenarkan oleh syariat merupakan sikap ekstrim yang ujungujungnya adalah tertumpahnya darah kaum muslimin secara semenamena. Berawal dari takfir dan berakhir dengan tafjir peledakan. Majelis Haiah Kibar Al Ulama Lembaga Perkumpulan TokohTokoh Ulama Saudi Arabia, pada pertemuannya yang ke49 di Thaif telah mengkaji apa yang terjadi di banyak negeri Islam dan negeri lain, tentang takfir dan tafjir serta dampak yang ditimbulkan, baik berupa penumpahan darah maupun perusakan fasilitasfasilitas umum. Beliaubeliau akhirnya menyampaikan penjelasan secara tertulis yang kami ringkas sebagai berikut. Tidak setiap perkataan atau perbuatan yang disebut kufur berarti Kufur Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama. Beliau bersabda yang artinya, Siapapun orangnya yang mengatakan kepada saudaranya Hai Kafir, maka perkataan itu akan mengenai salah satu diantara keduanya. Tetapi bila tidak, maka tuduhan itu akan kembali kepada diri orang yang mengatakannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan syaratsyarat tersebut yaitu bila orang tersebut 1 Mengetahui atau memahami apa yang diucapkannya, maka bila ia 2 Dengan senang hati tidak terpaksa dan 3 Sengaja dalam mengucapkan apa yang dikatakannya maka inilah yang perkataannya teranggap sebagai pembataal keislaman. Jadi bagaimana mungkin seorang mukmin lancang menetapkan hukum kafir hanya berdasarkan dugaan Apabila ternyata tuduhan kafir ini ditujukan kepada para penguasa muslim, maka persoalannya jelas lebih parah lagi. Akibatnya akan menimbulkan sikap pembangkangan terhadap penguasa, angkat senjata melawan mereka, kekacauan, menumpahkan darah dan membuat keonaran di tengahtengah masyarakat. Beliau shollallohu alaihi wa sallam bersabda .kecuali bila kalian lihat kekafiran yang nyata, yang tentangnya kalian memiliki bukti yang jelas dari Allah. Baca juga Terorisme dan Pengeboman Yaitu menumpahkan darah, melanggar kehormatan orang lain, merampas harta milik orangorang tertentu atau orang umum, peledakan tempattempat pemukiman serta angkutanangkutan umum dan perusakan bangunanbangunan. Kegiatankegiatan ini dan yang semisalnya adalah haram menurut syariat berdasarkan ijma kesepakatan kaum muslimin. Berkenaan dengan jiwa orang kafir yang berada dalam jaminan keamanan dari pemerintah, Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Barangsiapa yang membunuh orang kafir yang berada dalam perjanjian damai, maka ia tidak akan mencium baunya sorga. Penulis Abu Syifa Fauzan Adhi Sasmita Artikel www.muslim.or.id
Hukum Ruqyah Di Bulan Ramadhan dan Dalilnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-ruqyah-di-bulan-ramadhan
Dalam Islam, tentunya kita sering mendengar kata . Bahkan mungkin lebih sering terdengar akhir-akhir ini. Ya, ruqyah merupakan salah satu pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan ayat suci Al Quran yang biasanya digunakan dalam pengobatan gangguan jin.Dalam , ruqyah telah dikenal sejak sebelum jaman kedatangan Rasulullah SAW, yakni jaman jahiliyah. Hanya saja, ruqyah saat itu dilakukan dengan metode yang penuh dengan kesyirikan. Namun sesudah kedatangan Nabi Muhammad SAW, metode ruqyah diperbaharui dengan cara-cara yang islami, yaitu ketika surat An-Naas dan turun.Dalam sebuah riwayat, dari Aisyah ra, Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wasallam selalu membaca kedua surat tersebut dan meniupkannya ke telapak tangan kemudian mengusapkan ke kepala, wajah, dan anggota tubuhnya. Dari Abu Said: “Rasullullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dahulu ketika berlindung dari pengaruh mata jin dan manusia, ketika turun dua surah tersebut, Beliau mengganti dengan keduanya dan meninggalkannya”(HR At-Tirmidzi).Dari Auf bin Malik Al Asyja’i berkata,”Dulu kami meruqyah di masa jahiliyah dan kami bertanya,”Wahai Rosulluloh bagaimana pendapatmu?” Maka Nabi Shallalahu ‘alaihi wasallam menjawab,”Perlihatkan padaku ruqyah kalian. Tidak apa-apa dengan ruqyah jika tidak mengandung kemusyrikan.” (HR. Muslim)Menurut Syekh Nashiruddin al-Albani rahimahullah: “Ruqyah Syar’iyah adalah bacaan (do’a) yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah yang shahih, untuk memohon kesembuhan kepada Allah dari gangguan yang ada, atau memohon kepada-Nya perlindungan dari kejahatan yang akan datang atau yang dikhawatirkan.” (Lihat Kitab Dhaif Sunan Tirmidzi: 231).Allah juga telah membolehkan hambaNya untuk meminta segala sesuatu termasuk kesembuhan melalui doa. Sebagaimana firman Nya Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku sangat dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Q. S. Al-Baqarah: 186). Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q. S. Al israa: 82) Nabi Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ruqyah (mantera), tamimah (jimat) dan tiwalah (pelet) adalah kemusyrikan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al Hakim).Ruqyah yang dibolehkan untuk dipraktekkan dalam islam adalah ruqyah yang bacaannya menggunakan ayat-ayat Al Quran.Ruqyah boleh dilakukan apabila memenuhi 3 syarat:Bacaan ruqyah menggunakan ayat-ayat Al Quran atau nama dan sifat Allah Ta’ala.Bacaan ruqyah memakai bahasa Arab atau yang memiliki makna.Meyakini diri bahwasanya ruqyah bisa berpengaruh dan bekerja dengan baik pada tubuh karena izin dari Allah, bukan karena bacaan-bacaannya.Bukan hanya memenuhi syarat-syarat di atas saja. Ruqyah yang sesuai dengan ajaran Islam haruslah memenuhi kriteria tertentu. Berikut ini, kriteria-kriteria ruqyah syariah sesuai ajaran islam:Bacaan ruqyah memakai Ayat Al Quran, doa yang syari atau yang tidak bertentangan dengan doa yang diajarkan.Memakai bahasa Arab, kecuali jika tidak bisa.Tidak menjadikan ruqyah sebagai ketergantungan, karena ruqyah hanyalah sebab.Isi ruqyah jelas maknanya.Tidak boleh mengandung doa dan harapan kepada selain Allah (misalnya memohon kepada syetan dan jin).Tidak boleh mengandung kata-kata yang diharamkan, contohnya celaan atau makian.Tidak memberi syarat kepada orang yang diruqyah, misalnya minum air tertentu atau mandi dengan air tertentu. (fatawal ‘Ulama fii’Ilaajus Sihr wal Mass wal’ain wal Jaan, hal.310)Itulah beberapa kriteria ruqyah yang diperbolehkan dalam Islam. Ruqyah memang menjadi pilihan utama banyak orang dalam menghadapi berbagai gangguan atau penyakit, terutama gangguan atau penyakit yang berhubungan dengan jin atau setan. Ruqyah sebenarnya bisa dilakukan sendiri di rumah dengan membaca beberapa ayat suci Al Quran secara rutin. Namun beberapa orang merasa belum cukup ilmu untuk melakukannya sendiri di rumah, padahal semua usaha kembali lagi kepada keridhoan Allah.Adapun cara ruqyah mandiri menurut ajaran yang dicontohkan oleh Sheikh Abdurrouf Ben Halima,adalah sebagai berikut :1. Membaca Surat Al-fatiha 11x2. Membaca Ayat Kursi  11x3. Membaca Surat Al-Ikhlas  11x4. Membaca Surat Al-Falaq 11x5. Membaca Surat An-Naas  11x6. Membaca Surat Al- A’raf ayat 117-122  11x7. Membaca Surat Yunus ayat 81-82 11x8. Membaca Surat Thahaa ayat 68-70 11xSemua ayat di atas dibacakan pada air yang telah disiapkan sebelumnya, lalu air tersebut digunakan untuk minum dan dicipratkan ke beberapa sudut rumah. Sebaiknya siapkan air sebanyak 1 galon sehingga bisa digunakan untuk beberapa hari.Ruqyah tidak menghasilkan respon yang sama pada tiap orang. Terkadang ada yang hanya merasakan pusing, tidak merasakan apapun, kesurupan, atau muntah. Semua respon itu bergantung pada kuatnya iman dan fisik seseorang.Respon yang beragam inilah yang membuat beberapa orang ragu melakukan ruqyah di sast sedang berpuasa di bulan Ramadhan. memang mempunyai syarat sah puasa yang harus dijaga hingga waktu buka puasa tiba. Sedangkan salah satu respon dari ruqyah yang tidak bisa diprediksi adalah muntah. Beberapa orang enggan melakukan ruqyah di bulan Ramadhan karena takut puasanya menjadi batal karena muntah saat diruqyah nanti.Mengenai hal ini, Islam tidak memberatkan puasa dari orang yang diruqyah. Dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang menyengaja muntah sedang dia berpuasa maka wajib atasnya mengganti puasa, dan siapa yang terdorong muntah maka tidak wajib atasnya mengganti puasa.” (Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirimidzy)Muntah saat diobati atau diruqyah bukanlah muntah yang disengaja melainkan karena respon dari pengobatan yang dilakukan demi kesehatan dan keselamatan orang tersebut. Berdasarkan hadist di atas, dapat kita ketahui bahwa muntah saat ruqyah tidak akan membuat puasa orang tersebut menjadi batal dan di bulan Ramadhan adalah boleh.Allah tidak akan menghukum hambaNya karena tindakan yang tidak disengaja. Dalam hadits disebutkan, “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa atau dipaksa.” (HR. Ibnu Majah, no. 2043. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih karena memiliki penguat dari jalur lainnya)
Dalam Islam, tentunya kita sering mendengar kata . Bahkan mungkin lebih sering terdengar akhirakhir ini. Hanya saja, ruqyah saat itu dilakukan dengan metode yang penuh dengan kesyirikan. Dalam sebuah riwayat, dari Aisyah ra, Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wasallam selalu membaca kedua surat tersebut dan meniupkannya ke telapak tangan kemudian mengusapkan ke kepala, wajah, dan anggota tubuhnya. Dari Abu Said Rasullullah Shallalahu alaihi wasallam dahulu ketika berlindung dari pengaruh mata jin dan manusia, ketika turun dua surah tersebut, Beliau mengganti dengan keduanya dan meninggalkannyaHR AtTirmidzi. MuslimMenurut Syekh Nashiruddin alAlbani rahimahullah Ruqyah Syariyah adalah bacaan doa yang terdiri dari ayatayat alQuran dan haditshadits Rasulullah yang shahih, untuk memohon kesembuhan kepada Allah dari gangguan yang ada, atau memohon kepadaNya perlindungan dari kejahatan yang akan datang atau yang dikhawatirkan. Sebagaimana firman Nya Artinya Dan apabila hambahambaKu bertanya kepadamu Muhammad tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku sangat dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Artinya Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orangorang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orangorang yang zalim selain kerugian. HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al Hakim. Ruqyah boleh dilakukan apabila memenuhi 3 syaratBacaan ruqyah menggunakan ayatayat Al Quran atau nama dan sifat Allah Taala. Bukan hanya memenuhi syaratsyarat di atas saja. Memakai bahasa Arab, kecuali jika tidak bisa. Tidak boleh mengandung doa dan harapan kepada selain Allah misalnya memohon kepada syetan dan jin. Tidak boleh mengandung katakata yang diharamkan, contohnya celaan atau makian. Membaca Surat Thahaa ayat 6870 11xSemua ayat di atas dibacakan pada air yang telah disiapkan sebelumnya, lalu air tersebut digunakan untuk minum dan dicipratkan ke beberapa sudut rumah. Sebaiknya siapkan air sebanyak 1 galon sehingga bisa digunakan untuk beberapa hari. Ruqyah tidak menghasilkan respon yang sama pada tiap orang. Semua respon itu bergantung pada kuatnya iman dan fisik seseorang. memang mempunyai syarat sah puasa yang harus dijaga hingga waktu buka puasa tiba. Berdasarkan hadist di atas, dapat kita ketahui bahwa muntah saat ruqyah tidak akan membuat puasa orang tersebut menjadi batal dan di bulan Ramadhan adalah boleh. Allah tidak akan menghukum hambaNya karena tindakan yang tidak disengaja.
Surat An Nahl Ayat 114, Arab Latin, Arti, Tafsir dan Kandungan
https://bersamadakwah.net/surat-an-nahl-ayat-114/
Surat An Nahl ayat 114 adalah ayat tentang perintah memakan makanan yang halal dan baik. Berikut ini arti, tafsir dan kandungan An Nahl ayat 114. An Nahl merupakan surat ke-16 dalam Al Qur’an dan termasuk Makkiyah. Tema utama surat An Nahl adalah penetapan uluhiyah dan rububiyah Alllah dengan melimpahkan berbagai nikmat kepada makhluk-Nya. Salah satu nikmat itu adalah An Nahl yang menjadi nama surat ini. An Nahl yang artinya lebah adalah binatang menakjubkan yang mengeluarkan banyak nikmat terutama madu. Nikmat lainnya adalah berbagai makanan baik hewani maupun nabati yang Allah sediakan di bumi ini. Maka Dia pun memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memakan makanan yang halal dan baik, sebagaimana ayat 114 dalam surat ini. Daftar Isi Surat An Nahl Ayat 114 Beserta ArtinyaTafsir Surat An Nahl Ayat 1141. Perintah Memakan Makanan yang Halal dan Baik2. Perintah Bersyukur kepada AllahKandungan Surat An Nahl Ayat 114 Berikut ini Surat An Nahl Ayat 114 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia: (Fakuluu mimmaa rozaqokumulloohu halaalan thoyyibaa, wasykuruu ni’matalloohi inn kunntum iyyaahu ta’buduun) Artinya:Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. Baca juga: Ayat Kursi Tafsir Surat An Nahl ayat 114 kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah tetapi ringkas dan mudah dipahami. Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas. Poin pertama dari Surat An Nahl ayat 114 adalah perintah untuk memakan makanan yang halal dan baik. Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada hamba-Nya untuk memakan makanan yang halal dan baik. Halalan thayyiba. Halal adalah apa yang Allah perbolehkan bagi manusia untuk mengkonsumsinya. Ia lawan dari haram. Makanan yang halal ini jenisnya sangat banyak baik yang berupa hewani maupun nabati. Yang berasal dari hewan seperti daging unta, sapi, kambing, ayam, ikan, sea food dan sebagainya. Yang berasal dari tumbuhan lebih banyak lagi jumlahnya mulai dari biji-bijian seperti padi dan gandum, buah-buahan, sayur-sayuran, hingga umbi-umbian. Kebalikan dari halal adalah haram. Makanan yang haram dari dzatnya misalnya daging babi, darah, bangkai dan binatang yang disembelih tidak dengan nama Allah. Makanan yang haram dari cara memperolehnya misalnya makanan hasil mencuri, korupsi, menipu dan judi. Sedangkan thayyib artinya adalah baik. Allah memerintahkan manusia untuk memakan makanan yang halal dan baik. Tidak cukup halal, tapi juga harus baik. “Makanan yang baik yaitu yang diterima selera dan tidak menjijikkan,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. Ia mencontohkan daging kambing, meskipun halal, kalau dimakan mentah menjadi tidak baik. Lebih dari itu, thayyib tidak sekedar sesuai selera tetapi juga baik bagi kesehatan. Misalnya seseorang yang menderita diabetes, makanan yang tinggi kalori dan gula menjadi tidak thayyib baginya. Khususnya dalam jumlah banyak. Orang yang menderita asam urat, meskipun halal, jeroan menjadi tidak baik baginya. Orang yang menderita kolesterol, meskipun halal, telur puyuh menjadi tidak baik baginya. Baca juga: Surat Al Ahzab Ayat 59 Poin kedua dari Surat An Nahl ayat 114 adalah perintah untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar memakan rezeki yang halal lagi baik dan bersyukur kepada-Nya atas karunia tersebut. Karena sesungguhnya Allah-lah yang mengaruniakan nikmat itu kepada mereka, Dialah yang berhak disembah, tiada sekutu bagi-Nya.” Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an mengatakan, “Allah memerintahkan mereka untuk memakan makanan yang halal dan baik serta mensyukuri nikmat tersebut.” Bukankah semua makanan halal dan baik yang jumlahnya sangat banyak di bumi ini adalah nikmat dari Allah? Baik yang tumbuh liar dan tersedia di alam bebas maupun yang dibudidayakan dengan pertanian dan peternakan. Dan bukankah ketika indra perasa dan pengecap hingga organ pencernaan berfungsi, semuanya adalah nikmat dari Allah? Maka sepatutnya kita memperbanyak syukur kepada-Nya. Syukur ini juga merupakan bukti implementasi tauhid kita. Hanya kepada Allah kita menyembah, maka kepada-Nya kita bersyukur atas karunia nikmat-nikmat ini. Baca juga: Isi Kandungan Surat An Nahl Ayat 114 Berikut ini adalah isi kandungan Surat An Nahl ayat 114: 1. Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memakan makanan yang halal lagi baik. Halalal thayyiba. 2. Makanan yang dikonsumsi seorang muslim hendaklah memenuhi dua kriteria yakni halal dan thayyib (baik). Halal adalah makanan yang tidak Allah haramkan. Thayyib adalah makanan yang baik untuk kesehatan dan pantas dikonsumsi. 3. Makanan yang halal dan baik merupakan rezeki dan nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. 4. Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, khususnya makanan yang halal dan baik yang Allah sediakan di bumi ini. 5. Syukur merupakan bukti implementasi tauhid. 6. Mengesakan Allah, menyembah dan beribadah hanya kepada-Nya merupakan pokok utama ajaran Islam. Demikian Surat An Nahl ayat 114 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan membuat kita semakin berkomitmen dengan makanan halal dan baik. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
Surat An Nahl ayat 114 adalah ayat tentang perintah memakan makanan yang halal dan baik. Tema utama surat An Nahl adalah penetapan uluhiyah dan rububiyah Alllah dengan melimpahkan berbagai nikmat kepada makhlukNya. Salah satu nikmat itu adalah An Nahl yang menjadi nama surat ini. An Nahl yang artinya lebah adalah binatang menakjubkan yang mengeluarkan banyak nikmat terutama madu. Maka Dia pun memerintahkan hambahambaNya untuk memakan makanan yang halal dan baik, sebagaimana ayat 114 dalam surat ini. Daftar Isi Surat An Nahl Ayat 114 Beserta ArtinyaTafsir Surat An Nahl Ayat 1141. Perintah Memakan Makanan yang Halal dan Baik2. Perintah Bersyukur kepada AllahKandungan Surat An Nahl Ayat 114 Berikut ini Surat An Nahl Ayat 114 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia Fakuluu mimmaa rozaqokumulloohu halaalan thoyyibaa, wasykuruu nimatalloohi inn kunntum iyyaahu tabuduun ArtinyaMaka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepadaNya saja menyembah. Baca juga Ayat Kursi Tafsir Surat An Nahl ayat 114 kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah tetapi ringkas dan mudah dipahami. Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsirtafsir di atas. Yang berasal dari hewan seperti daging unta, sapi, kambing, ayam, ikan, sea food dan sebagainya. Yang berasal dari tumbuhan lebih banyak lagi jumlahnya mulai dari bijibijian seperti padi dan gandum, buahbuahan, sayursayuran, hingga umbiumbian. Makanan yang baik yaitu yang diterima selera dan tidak menjijikkan, tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. Ia mencontohkan daging kambing, meskipun halal, kalau dimakan mentah menjadi tidak baik. Lebih dari itu, thayyib tidak sekedar sesuai selera tetapi juga baik bagi kesehatan. Misalnya seseorang yang menderita diabetes, makanan yang tinggi kalori dan gula menjadi tidak thayyib baginya. Orang yang menderita asam urat, meskipun halal, jeroan menjadi tidak baik baginya. Orang yang menderita kolesterol, meskipun halal, telur puyuh menjadi tidak baik baginya. Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan, Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan kepada hambahambaNya yang beriman agar memakan rezeki yang halal lagi baik dan bersyukur kepadaNya atas karunia tersebut. Bukankah semua makanan halal dan baik yang jumlahnya sangat banyak di bumi ini adalah nikmat dari Allah Baik yang tumbuh liar dan tersedia di alam bebas maupun yang dibudidayakan dengan pertanian dan peternakan. Dan bukankah ketika indra perasa dan pengecap hingga organ pencernaan berfungsi, semuanya adalah nikmat dari Allah Maka sepatutnya kita memperbanyak syukur kepadaNya. Syukur ini juga merupakan bukti implementasi tauhid kita. Hanya kepada Allah kita menyembah, maka kepadaNya kita bersyukur atas karunia nikmatnikmat ini. Mengesakan Allah, menyembah dan beribadah hanya kepadaNya merupakan pokok utama ajaran Islam.
Antara Ucapan Selamat Tahun Baru Masehi Dan Tahun Baru Hijriyyah (2)
https://muslim.or.id/24021-antara-ucapan-selamat-tahun-baru-masehi-dan-tahun-baru-hijriyyah-2.html
Daftar Isi Bismillah wal hamdulillah wah shalatu was salamu ala Rasulillah,amma badu: Pada artikel Antara Ucapan Selamat Tahun Baru Masehi Dan Tahun Baru Hijriyyah (bag.1), sudah di jelaskan bagaimana hukum mengucapkan ucapan Selamat tahun baru Hijriyyah, bahwa disana ada perselisihan pendapat diantara Ulama rahimahumullah ajmain. Nah, jika mengucapkan ucapan Selamat tahun baru Hijriyyah saja ada Ulama yang menyatakan keharamannya,-diantaranya- karena alasan menyerupai (tasyabbuh) kaum nashara dalam mengucapkan ucapan selamat tahun baru masehi, maka bagaimana lagi hukum mengucapkan selamat tahun baru masehi itu sendiri?? Kalau ucapan Selamat tahun baru Hijriyyah saja -yang sebenarnya tahun hijriyyah-nya itu sendiri adalah syiar kaum Muslimin-,sebagian Ulama menyatakan keharamannya,karena termasuk bidah,maka bagaimana lagi dengan hukum mengucapkan selamat tahun baru masehi, yang jelas-jelas syiar agama nashara tersebut?? Untuk mengetahui hukumnya secara jelas,berikut ini saya bawakan beberapa fatwa Ulama tentang hukum mengucapkan selamat tahun baru masehi. Silahkan menyimak. Pertanyaan pertama dari Fatwa no. 20795 : Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru masehi pada non Muslim, atau selamat tahun baru Hijriyyah atau selamat Maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam? Jawaban : Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak disyariatkan. Wa billahit taufiq, wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shohbihi wa sallam. ( Pertanyaan no. 177460 Hukum kaum Muslimin mengucapkan selamat tahun baru masehi kepada saudaranya Pertanyaan : Bolehkah bagi kaum Muslimin saling memberikan ucapan selamat dan mendoakan pada saat moment tahun baru masehi? Tentu mereka tidak memiliki niat/maksud untuk merayakannya. Jawaban: Alhamdulillah. Tidak boleh bagi kaum Muslimin saling memberikan ucapan selamat tahun baru masehi,sebagaimana tidak boleh bagi mereka merayakannya (tidak boleh mengadakan perayaan tahun baru masehi),karena kedua perbuatan tersebut termasuk bentuk tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, sedangkan kita dilarang melakukan hal itu. : ( ) (4031) Rasulullah : Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,maka dia termasuk golongan mereka. Kemudian,sesungguhnya memberikan ucapan selamat yang terkait dengan suatu hari yang berulang tiap tahunnya, (hakekatnya) termasuk dalam makna merayakannya dan mengambil hari itu sebagai hari raya,hal inipun juga terlarang. Wallahu alam. (Islamqa.info/ar/177460) Fatwa beliau dinukil oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid ketika ditanya : Pertanyaan no. 69811: Apakah boleh (seseorang) menjawab orang kafir yang memberi ucapan selamat tahun baru masehi? Bolehkah saya mengatakan kepada orang non Muslim : Demikian pula untukmu,ketika mereka memberi ucapan selamat tahun baru masehi, dengan ungkapan: tahun bahagia atau ucapan selamat yang terindah. Jawaban : ( ) Alhamdulillah. Tidak boleh memberi ucapan selamat hari natal (tahun baru masehi) atau selain itu dari hari-hari besar mereka,sebagaimana tidak boleh pula menjawab mereka,ketika mereka memberi ucapan selamat terkait dengan moment hari-hari besar( raya) mereka tersebut,karena hal itu bukan termasuk hari raya yang disyariatkan di dalam agama kita,di sisi lain,di dalam sikap menjawab ucapan selamat tersebut, terdapat penetapan dan pengakuan terhadap hari-hari besar mereka. Kewajiban seorang Muslim,menjadi sosok orang yang merasa mulia dengan agamanya,bangga dengan hukum-hukum agamanya,(sepantasnyalah) ia semangat mendakwahi dan menyampaikan agama Allah Azza wa Jalla kepada mereka. : : … Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang hukum memberikan ucapan selamat hari natal kepada orang-orang kafir. Bagaimana kita menjawab ucapan selamat tersebut,jika mereka mengucapkannya (kepada kita)? Bolehkah kita mendatangi tempat-tempat perayaan moment natal tersebut? Apakah seseorang berdosa jika melakukan sesuatu yang telah disebutkan di atas tanpa ada maksud apa-apa? Ia lakukan itu semata-mata hanya berbasa-basi atau malu (gak enak) atau terdesak atau sebab selain itu. Bolehkah tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam hal ini? Syaikh Ibnul Utsaiminpun menjawab :Memberi ucapan selamat hari natal atau hari-hari besar keagamaan mereka yang lainnya : haram,dan hal ini merupakan ksepakatan para Ulama…. (Islamqa.info/ar/69811) Wallahu alam. — Penulis: Ust. Said Abu Ukasyah Artikel Muslim.Or.Id
Daftar Isi Bismillah wal hamdulillah wah shalatu was salamu ala Rasulillah,amma badu Pada artikel Antara Ucapan Selamat Tahun Baru Masehi Dan Tahun Baru Hijriyyah bag.1, sudah di jelaskan bagaimana hukum mengucapkan ucapan Selamat tahun baru Hijriyyah, bahwa disana ada perselisihan pendapat diantara Ulama rahimahumullah ajmain. 20795 Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru masehi pada non Muslim, atau selamat tahun baru Hijriyyah atau selamat Maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam Jawaban Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak disyariatkan. Wa billahit taufiq, wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shohbihi wa sallam. 177460 Hukum kaum Muslimin mengucapkan selamat tahun baru masehi kepada saudaranya Pertanyaan Bolehkah bagi kaum Muslimin saling memberikan ucapan selamat dan mendoakan pada saat moment tahun baru masehi Tentu mereka tidak memiliki niatmaksud untuk merayakannya. Tidak boleh bagi kaum Muslimin saling memberikan ucapan selamat tahun baru masehi,sebagaimana tidak boleh bagi mereka merayakannya tidak boleh mengadakan perayaan tahun baru masehi,karena kedua perbuatan tersebut termasuk bentuk tasyabbuh menyerupai orangorang kafir, sedangkan kita dilarang melakukan hal itu. 4031 Rasulullah Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,maka dia termasuk golongan mereka. Kemudian,sesungguhnya memberikan ucapan selamat yang terkait dengan suatu hari yang berulang tiap tahunnya, hakekatnya termasuk dalam makna merayakannya dan mengambil hari itu sebagai hari raya,hal inipun juga terlarang. Islamqa.infoar177460 Fatwa beliau dinukil oleh Syaikh Muhammad Shalih AlMunajjid ketika ditanya Pertanyaan no. 69811 Apakah boleh seseorang menjawab orang kafir yang memberi ucapan selamat tahun baru masehi Bolehkah saya mengatakan kepada orang non Muslim Demikian pula untukmu,ketika mereka memberi ucapan selamat tahun baru masehi, dengan ungkapan tahun bahagia atau ucapan selamat yang terindah. Tidak boleh memberi ucapan selamat hari natal tahun baru masehi atau selain itu dari harihari besar mereka,sebagaimana tidak boleh pula menjawab mereka,ketika mereka memberi ucapan selamat terkait dengan moment harihari besar raya mereka tersebut,karena hal itu bukan termasuk hari raya yang disyariatkan di dalam agama kita,di sisi lain,di dalam sikap menjawab ucapan selamat tersebut, terdapat penetapan dan pengakuan terhadap harihari besar mereka. Kewajiban seorang Muslim,menjadi sosok orang yang merasa mulia dengan agamanya,bangga dengan hukumhukum agamanya,sepantasnyalah ia semangat mendakwahi dan menyampaikan agama Allah Azza wa Jalla kepada mereka. Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang hukum memberikan ucapan selamat hari natal kepada orangorang kafir. Bagaimana kita menjawab ucapan selamat tersebut,jika mereka mengucapkannya kepada kita Bolehkah kita mendatangi tempattempat perayaan moment natal tersebut Apakah seseorang berdosa jika melakukan sesuatu yang telah disebutkan di atas tanpa ada maksud apaapa Ia lakukan itu sematamata hanya berbasabasi atau malu gak enak atau terdesak atau sebab selain itu. Bolehkah tasyabbuh menyerupai mereka dalam hal ini Syaikh Ibnul Utsaiminpun menjawab Memberi ucapan selamat hari natal atau harihari besar keagamaan mereka yang lainnya haram,dan hal ini merupakan ksepakatan para Ulama.
Pakaian yang terbaik
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Pakaian-yang-terbaik
QS.Surat Al-A’raf[7]:26 () 26. Hai anak Adam [530], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa [531] itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. [530] Maksudnya ialah: umat manusia [531] Maksudnya ialah: selalu bertakwa kepada Allah.
QS.Surat AlAraf726 26. Hai anak Adam 530, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa 531 itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tandatanda kekuasaan Allah, mudahmudahan mereka selalu ingat. 530 Maksudnya ialah umat manusia 531 Maksudnya ialah selalu bertakwa kepada Allah.
Gigi Copot, Dibuang Ke Atap atau Justru Dipendam?
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ibadah/gigi-copot-dibuang-ke-atap-atau-justru-dipendam/
Dulu sewaktu masa kecil, ditengah masyarakat perkampungan berkembang mitos terkait mekanisme pembuangan gigi yang copot. Jika gigi yang copot bagian bawah maka harus dibuang ke atas, biasanya di atap rumah. Sebaliknya jika gigi yang copot bagian atas maka harus dibuang ke bawah. Konon katanya hal tersebut dilakukan dengan tujuan supaya gigi yang tumbuh berikutnya bagus dan rata. Ternyata dalam Islam mekanisme sunnahnya bukan justru dilempar melainkan dipendam (dikubur). Hal tersebut sebagaimana anjuran Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis beliau menganjurkan untuk memendam 7 anggota yang terpisah dari manusia. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut: ) ( ) : : Artinya: Beliau Rasulullah Saw memerintahkan untuk mengubur tujuh benda pada diri manusia: Rambut, kuku, darah, kain bekas darah haid, gigi, gumpalan darah, dan ari-ari. Karena mereka adalah bagian dari manusia, maka mereka dihormati sebagaimana tubuhnya dihormati, sebagaimana disebutkan Al-Hakim: Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw berbekam kemudian bersabda kepada Abdullah bin Al-Zubair: Sembunyikan (darah bekam ini) di tempat yang tidak ada yang bisa melihatmu. (Faidhul Qadir juz 5 halaman 198) Namun dalam Kitab Fatawa As Syabkah Al Islamiyyah hadis terkait anjuran mengubur 7 benda yang ada pada diri manusia statusnya adalah dhaif (lemah). Kendatipun demikian hal tersebut tetap dianjurkan. Mengingat tujuan penguburan 7 benda tersebut adalah sebagai penghormatan terhadap anggota badan pada diri manusia. Dan hal ini selaras dengan nash nash dari Al Quran dan As Sunnah. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut: Artinya: Ada beberapa riwayat tentang perintah menguburkan rambut, kuku, darah, gigi, kulup, dan ari-ari. kesucian dan harkat dan martabat manusia. Jika tidak ada tempat untuk menguburkan darah atau benda lain, maka dapat dihilangkan dengan cara ditaruh di got, gorong-gorong, atau di tempat lain yang membuatnya hilang dari pandangan orang. Dengan demikian mekanisme pembuangan gigi yang copot atau 7 benda yang telah dijelaskan diatas sesuai anjuran Rasulullah Saw adalah dengan menguburnya. Jika tidak ada tempat untuk mengubur maka dapat dihilangkan dengan cara dibuang di got, gorong-gorong, atau di tempat lain yang jauh dari pandangan orang. Demikian penjelasan perihal gigi copot, dibuang ke atap atau justru dipendam? Semoga bermanfaat Wallahu alam bishawab. [Baca juga: Hukum Sikat Gigi Saat Puasa]
Dulu sewaktu masa kecil, ditengah masyarakat perkampungan berkembang mitos terkait mekanisme pembuangan gigi yang copot. Jika gigi yang copot bagian bawah maka harus dibuang ke atas, biasanya di atap rumah. Sebaliknya jika gigi yang copot bagian atas maka harus dibuang ke bawah. Konon katanya hal tersebut dilakukan dengan tujuan supaya gigi yang tumbuh berikutnya bagus dan rata. Ternyata dalam Islam mekanisme sunnahnya bukan justru dilempar melainkan dipendam dikubur. Hal tersebut sebagaimana anjuran Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis beliau menganjurkan untuk memendam 7 anggota yang terpisah dari manusia. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut Artinya Beliau Rasulullah Saw memerintahkan untuk mengubur tujuh benda pada diri manusia Rambut, kuku, darah, kain bekas darah haid, gigi, gumpalan darah, dan ariari. Karena mereka adalah bagian dari manusia, maka mereka dihormati sebagaimana tubuhnya dihormati, sebagaimana disebutkan AlHakim Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw berbekam kemudian bersabda kepada Abdullah bin AlZubair Sembunyikan darah bekam ini di tempat yang tidak ada yang bisa melihatmu. Faidhul Qadir juz 5 halaman 198 Namun dalam Kitab Fatawa As Syabkah Al Islamiyyah hadis terkait anjuran mengubur 7 benda yang ada pada diri manusia statusnya adalah dhaif lemah. Kendatipun demikian hal tersebut tetap dianjurkan. Mengingat tujuan penguburan 7 benda tersebut adalah sebagai penghormatan terhadap anggota badan pada diri manusia. Dan hal ini selaras dengan nash nash dari Al Quran dan As Sunnah. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut Artinya Ada beberapa riwayat tentang perintah menguburkan rambut, kuku, darah, gigi, kulup, dan ariari. kesucian dan harkat dan martabat manusia. Jika tidak ada tempat untuk menguburkan darah atau benda lain, maka dapat dihilangkan dengan cara ditaruh di got, goronggorong, atau di tempat lain yang membuatnya hilang dari pandangan orang. Dengan demikian mekanisme pembuangan gigi yang copot atau 7 benda yang telah dijelaskan diatas sesuai anjuran Rasulullah Saw adalah dengan menguburnya. Jika tidak ada tempat untuk mengubur maka dapat dihilangkan dengan cara dibuang di got, goronggorong, atau di tempat lain yang jauh dari pandangan orang. Demikian penjelasan perihal gigi copot, dibuang ke atap atau justru dipendam Semoga bermanfaat Wallahu alam bishawab. Baca juga Hukum Sikat Gigi Saat Puasa
14 Keutamaan Menghafal Al-Quran
https://www.dakwah.id/hadits-keutamaan-menghafal-al-quran/
Keutamaan menghafal al-Quran sangat luar biasa. Karena al-Quran adalah Kalamullah yang Allah subhanahu wataala wahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril alaihissalam.Al-Quran adalah kitab suci bagi umat Islam. Tujuan diturunkannya al-Quran adalah sebagai pedoman hidup atau petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, obat penyembuh, dan menjadi kabar gembira sekaligus sebagai pemberi peringatan.Al-Quran sebagai kitab suci akan senantiasa dijaga keasliannya oleh Allah hingga hari Kiamat. Allah subhanahu wataala berfirman, Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9)Beribu orang diwisuda sebagai hafiz al-Quran setiap bulannya. Beribu orang mengikuti musabaqah hifzu al-Quran setiap tahunnya. Setiap hari, berjuta orang menghafal al-Quran mulai dari anak usia dini hingga lansia usia senja. Semuanya tak mau kalah.Bahkan, sampai ada yang merumuskan metode dan menuliskannya menjadi sebuah buku yang berjudul Jadi Hafiz Sebelum Balig. Buku yang membahas metode menghafal al-Quran untuk anak usia sebelum balig. Buku ini dapat dipesan DI SINI.Mereka semuanya adalah hamba pilihan Allah yang mendapatkan keberkahan al-Quran. Tentu kita juga ingin menjadi bagian dari hamba-hamba pilihan tersebut. Banyak kesempatan bagi kita ataupun anak-anak kita untuk menjadi bagian dari mereka. Kita dimudahkan. Terlebih pada zaman sekarang di mana sekolah tahfidz maupun gerakan-gerakan menghafal al-Quran telah menjamur di mana-mana.Banyak ayat, hadits, maupun perkataan para ulama yang menyebutkan keutamaan menghafal al-Quran, baik bagi orang yang hafiz, bagi orang tuanya, keluarganya maupun bagi masyarakat sekitarnya.Berikut ini beberapa hadits keutamaan menghafal al-Quran yang bersumber dari hadits Rasulullah. Semoga memotivasi kaum muslimin dan menjadi pengingat kembali bagi kita yang lupa agar semangat dalam menghafal al-Quran.Bagaimana bisa hafalan al-Quran dapat mengukuhkan jiwa?Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu disebutkan, Orang yang jiwanya tidak terisi dengan al-Quran sedikit pun, seperti rumah yang hampir runtuh. (HR. At-Tirmidzi no. 2913, ia berkata: hadits ini hasan shahih)Nah, agar jiwa selalu diwarnai dengan al-Quran, maka hafalkanlah al-Quran. dengan hafalan tersebut, ke mana pun pergi, di mana pun berada, kapan pun al-Quran tetap bisa dilantunkan. Inilah keutamaan mengafal al-Quran yang pertama.Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah mengecek kemampuan membaca dan hafalan al-Quran mereka. Seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah,Berapa banyak al-Quran yang telah engkau hafal, hai fulan?Ia menjawab,Aku telah menghafal surat ini dan surat ini, serta surat al-Baqarah.Rasulullah kembali bertanya,Apakah engkau hafal surat al-Baqarah?Ia menjawab,Betul.Rasulullah bersabda,Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!Salah seorang dari mereka yang terhormat berkata,Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surat al-Baqarah semata karena takut aku tidak dapat menjalankan isinya. Mendengar komentar itu Rasulullah bersabda, Pelajarilah al-Quran dan bacalah, karena perumpamaan orang mempelajari al-Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan minyak misk, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang mempelajarinya kemudian dia tidur—dan dalam dirinya terdapat hafalan al-Quran—adalah seperti tempat bekal perjalanan yang disambung dengan minyak misk. (HR. At-Tirmidzi no. 2876, ia berkata: hadits ini hasan)Penghafal al-Quran akan dimuliakan dengan mahkota kehormatan, ridha Allah, dan derajat di Surga setinggi dengan ayat yang ia baca.Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, : : : : Penghafal al-Quran akan datang pada hari Kiamat, kemudian al-Quran berkata,Wahai Rabbku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota kehormatan. Al-Quran kembali meminta,Wahai Rabbku, tambahkanlah. Maka orang itu dipakaikan jubah kehormatan. Kemudian al-Quran memohon lagi,Wahai Rabbku, ridhailah dia. Maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu,Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat Surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan. (HR. At-Tirmidzi no. 2915, ia berkata: hadits ini hasan shahih)Keutamaan menghafal al-Quran yang berikutnya adalah orang yang hafal al-Quran dapat membahagiakan kedua orang tuanya di akhirat kelak.Orang tua yang memiliki anak penghafal al-Quran akan memperoleh pahala dan keutamaan khusus.Dari Buraidah al-Aslami radhiyallahu anhu, ia berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, : : . : : : . : : . : Pada hari Kiamat nanti, al-Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al-Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya,Apakah Anda mengenalku?Penghafal tadi menjawab,Saya tidak mengenalmu.Al-Quran berkata,Saya adalah kawanmu, al-Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak bisa tidur di malam hari. Setiap pedagang akan memperoleh keuntungan dari dagangannya dan kamu pada hari ini memperoleh keuntungan dari semua dagangan.Penghafal al-Quran tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia seluruhnya.Kedua orang tua itu bertanya,Kenapa kami diberi pakaian seperti ini?Kemudian dijawab,Karena anakmu hafal al-Quran.Kepada penghafal al-Quran tadi diperintahkan,Bacalah dan naiklah ke tingkat-tingkat Surga dan kamar-kamarnya. (HR. Ahmad no. 22441) Nuruddin al-Haitsami berkata: Rijal dalam hadits tersebut adalah rijal sahih. (Majma az-Zawaid, al-Haitsami, 7/159)Dari Buraidah al-Aslami, ia berkata, Rasulullah bersabda, : : Siapa yang membaca al-Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya,Mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab,Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al-Quran. (HR. Al-Hakim no. 2132, ia berkata: hadits ini sahih berdasarkan syarat Imam Muslim)Orang yang baik akan berkumpul dengan yang baik pula. Demikian pula, keutamaan menghafal al-Quran adalah akan mendapatkan teman yang baik. Dia akan dibersamai oleh makhluk-makhluk Allah subhanahu wataala yang baik pula.Dari Aisyah radhiyallahu anha, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam,beliau bersabda, Orang yang membaca al-Quran sementara ia telah menghafalnya, maka ia bersama para Malaikat yang baik dan mulia. (HR. Al-Bukhari no. 4653)Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, . : : Sungguh Allah memiliki keluarga yang terdiri dari manusia.Ya Rasulullah, siapakah mereka? Tanya seorang sahabat.Rasul menjawab,Mereka ialah Ahlul Quran (orang yang membaca, menghafalkan, dan mengamalkan al-Quran). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa bagi Allah. (HR. Ibnu Majah no. 215)Abu al-Hasan al-Hanafi atau yang dikenal dengan as-Sindi berkata, dalam kitab az-Zawaid disebutkan bahwa sanad hadits ini sahih. (Hasyiyah as-Sindi ala Ibni Majah, as-Sindi, 1/93)Husain bin Ali radhiyallahu anhuma berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Para pembaca al-Quran adalah orang-orang arif di antara penduduk Surga. (HR. Ath-Thabrani dalam Mujam al-Kabir no. 2899)Al-Haitsami berkata: Dalam hadits tersebut terdapat Ishaq bin Ibramim bin Said al-Madini, ia dhaif. (Majma az-Zawaid, al-Haitsami, 7/161)Abu Musa al-Asyari radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, : Termasuk perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati muslim yang sudah tua, hafiz al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan al-Quran tidak diamalkan, serta penguasa yang adil. (HR. Abu Dawud no. 4843. Dinilai sahih oleh Syekh al-Albani)Maksud ḥāmil al-Quran dalam hadits tersebut adalah seorang hafiz al-Quran. Al-Azizi berpendapat, Nabi menamainya dengan nama ḥāmil al-Quran sebab para hafiz al-Quran memikul kepayahan yang banyak dan berat. Al-Qari menjelaskan, maksud ḥāmil al-Quran adalah para pembaca, penghafal, dan ahli tafsir al-Quran. (Aunul Mabud Syarah Sunan Abi Dawud, al-Azim Abadi, 13/158)Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ Bacalah al-Quran, karena Allah taala tidak menyiksa orang yang hatinya menghayati al-Quran. Al-Quran adalah perjamuan Allah, siapa yang menghadirinya ia akan aman. Dan barang siapa yang mencintai al-Quran, hendaknya ia bergembira. (At-Tibyan, Imam an-Nawawi, 20)Dr. Sayyid Nuh menjelaskan, maksud dari Menghayati al-Quran adalah menghafalkan dan mengamalkannya. (Islamsyria.com)Hadits di atas tidak berasal dari satu atsar, ia berasal dari tiga atsar yang berbeda. Kalimat pertama adalah hadits mauquf dari Abu Umamah, Ibnu Hajar rahimahullah menilai sahih sanad hadist tersebut (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 8/698).Kalimat kedua (HR. Ad-Darimi no. 3365) dan ketiga (HR. Ad-Darimi no. 3367) adalah hadits mauquf dari Ibnu Masud. Muhaqqiq kitab Musnad ad-Darimi, cet. Darul Mughni, menilai sahih sanad kedua hadits tersebut (Musnad ad-Darimi, ad-Darimi, 4/2093).Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Andai al-Quran dihimpun dalam satu kulit kemudian dilemparkan ke neraka, niscaya ia tidak akan terbakar. (HR. Ahmad no. 16914. Dinilai hasan oleh al-Albani dalam silsilah ash-shahihah no. 3562)Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Orang yang mengimami shalat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca (hafal) al-Quran. (HR. Muslim no. 673)Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu berkata, . : Rasulullah pernah menyatukan dua orang dari orang-orang yang gugur dalam Perang Uhud dalam satu pakaian (kafan), kemudian Nabi bertanya, Dari mereka berdua siapakah yang paling banyak hafal al-Quran? Apabila ada orang yang bisa menunjukkan kepada salah satunya, Nabi memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad. (HR. Al-Bukhari no. 1278)Keutamaan menghafal al-Quran yang kedua belas adalah dapat memberi syafaat kepada keluarga.Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‌ ‌ ‌ ‌ Barang siapa membaca al-Quran lalu mempelajarinya dan menghafalkannya, Allah akan memasukkannya ke dalam Surga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah ditetapkan untuk masuk neraka. (HR. Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman no. 2436)Dr. Abdul Aly Abdul Hamid Hamid, muhaqqiq kitab Syuabul Iman, menilai sanad hadits tersebut dhaif.Uqbah bin Amir al-Juhani radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sungguh kamu tidak akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling Ia cintai dari sesuatu yang berasal dari-Nya yaitu al-Quran.(HR. Al-Hakim no. 3703, ia berkata: sanad hadits ini sahih)Aisyah radhiyallahu anha berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Tingkatan-tingkatan surga sejumlah bilangan ayat-ayat al-Quran. Maka penghuni surga dari kalangan ahli Quran adalah penghuni tingkatan teratas, di mana tidak ada lagi tingkatan surga setelahnya. (HR. Al-Baihaqi dalam Syuabi Iman no.1998. Al-Hakim berkata: sanad hadits ini sahih, tetapi ia syadz)Dalam hadits lain, Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan, ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ Tingkatan-tingkatan surga sejumlah bilangan ayat-ayat al-Quran. Maka penghuni surga dari kalangan pembaca al-Quran adalah penghuni tingkatan surga tertinggi, tidak ada penghuni surga di atasnya. (Al-Jami ash-Shaghir, as-Suyuthi, 4690—Maktabah asy-Syamilah)Syaikh al-Azizi menilai hadist di atas derajatnya sahih. (As-Siraj al-Munir Syarah al-Jami ash-Shaghir, al-Azizi, 2/98)Demikian 14 keutamaan menghafal al-Qurann yang bersumber dari hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam. Tentu masih ada banyak lagi keutamaan al-Quran yang lainnya. Dengan merenungi keutamaan-keutamaan tersebut, semoga dapat menjadi mood booster bagi kita semua dalam menghafal al-Quran. Amin. Wallahu alam. (Ahmad Robith/dakwah.id)Baca juga artikel Doa dan Zikir atau artikel menarik lainnya karya Ahmad Robith.Penulis: Ahmad Robith Editor: Sodiq FajarArtikel lainnya:
Keutamaan menghafal alQuran sangat luar biasa. Tujuan diturunkannya alQuran adalah sebagai pedoman hidup atau petunjuk bagi orangorang yang bertakwa, obat penyembuh, dan menjadi kabar gembira sekaligus sebagai pemberi peringatan. Beribu orang mengikuti musabaqah hifzu alQuran setiap tahunnya. Buku yang membahas metode menghafal alQuran untuk anak usia sebelum balig. Tentu kita juga ingin menjadi bagian dari hambahamba pilihan tersebut. Berikut ini beberapa hadits keutamaan menghafal alQuran yang bersumber dari hadits Rasulullah. Bagaimana bisa hafalan alQuran dapat mengukuhkan jiwaDalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu disebutkan, Orang yang jiwanya tidak terisi dengan alQuran sedikit pun, seperti rumah yang hampir runtuh. Seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah,Berapa banyak alQuran yang telah engkau hafal, hai fulanIa menjawab,Aku telah menghafal surat ini dan surat ini, serta surat alBaqarah. Rasulullah bersabda,Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan ituSalah seorang dari mereka yang terhormat berkata,Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surat alBaqarah semata karena takut aku tidak dapat menjalankan isinya. Mendengar komentar itu Rasulullah bersabda, Pelajarilah alQuran dan bacalah, karena perumpamaan orang mempelajari alQuran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan minyak misk, wanginya menyebar ke manamana. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota kehormatan. AlQuran kembali meminta,Wahai Rabbku, tambahkanlah. Pada hari Kiamat nanti, alQuran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Setiap pedagang akan memperoleh keuntungan dari dagangannya dan kamu pada hari ini memperoleh keuntungan dari semua dagangan. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia seluruhnya. 22441 Nuruddin alHaitsami berkata Rijal dalam hadits tersebut adalah rijal sahih. Dari Aisyah radhiyallahu anha, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam,beliau bersabda, Orang yang membaca alQuran sementara ia telah menghafalnya, maka ia bersama para Malaikat yang baik dan mulia. 4653Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, . Mereka adalah keluarga Allah dan orangorang istimewa bagi Allah. 2899AlHaitsami berkata Dalam hadits tersebut terdapat Ishaq bin Ibramim bin Said alMadini, ia dhaif. Dinilai sahih oleh Syekh alAlbaniMaksud ḥāmil alQuran dalam hadits tersebut adalah seorang hafiz alQuran. Darul Mughni, menilai sahih sanad kedua hadits tersebut Musnad adDarimi, adDarimi, 42093.Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Andai alQuran dihimpun dalam satu kulit kemudian dilemparkan ke neraka, niscaya ia tidak akan terbakar. Rasulullah pernah menyatukan dua orang dari orangorang yang gugur dalam Perang Uhud dalam satu pakaian kafan, kemudian Nabi bertanya, Dari mereka berdua siapakah yang paling banyak hafal alQuran Apabila ada orang yang bisa menunjukkan kepada salah satunya, Nabi memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad. 3703, ia berkata sanad hadits ini sahihAisyah radhiyallahu anha berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Tingkatantingkatan surga sejumlah bilangan ayatayat alQuran. Dengan merenungi keutamaankeutamaan tersebut, semoga dapat menjadi mood booster bagi kita semua dalam menghafal alQuran. Ahmad Robithdakwah.idBaca juga artikel Doa dan Zikir atau artikel menarik lainnya karya Ahmad Robith.
Batasan Aurat Wanita Muslim di Depan Wanita Non Muslim
https://www.laduni.id/post/read/56712/batasan-aurat-wanita-muslim-didepan-wanita-non-muslim.html
Laduni.ID, Jakarta - Dalam agama Islam, terdapat panduan yang jelas mengenai interaksi antara wanita muslim dengan wanita non-muslim, yang seringkali dikenal sebagai hukum 'aurat'. Aurat merujuk pada bagian tubuh yang harus ditutupi oleh seorang Muslim, baik dalam konteks beribadah maupun dalam berinteraksi sehari-hari. Namun, batasan aurat dalam konteks interaksi antara wanita muslim dan non-muslim memiliki beberapa perbedaan. Pertama, wanita muslim diwajibkan untuk menutupi aurat mereka di depan wanita non-muslim dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan kepatutan. Meskipun wanita non-muslim tidak diwajibkan menutupi aurat mereka seperti wanita muslim, namun tetap diharapkan adanya penghormatan terhadap perbedaan kepercayaan tersebut. Kedua, walaupun terdapat perbedaan dalam penutupan aurat antara wanita muslim dan non-muslim, hal tersebut tidak seharusnya menjadi penghalang dalam membangun hubungan yang baik dan saling menghormati antara keduanya. Islam mengajarkan untuk menjaga toleransi dan kebersamaan antara umat beragama, dan keterbukaan dalam berinteraksi dapat memperkuat ikatan sosial yang positif di antara mereka. Ketiga, dalam situasi di mana wanita muslim berada di lingkungan di mana wanita non-muslim tidak memperhatikan penutupan aurat mereka, penting untuk menjaga kewajaran dalam menghadapinya. Sementara menjaga aurat adalah kewajiban pribadi, penting juga untuk tidak mengambil sikap yang menyinggung atau merendahkan orang lain atas perbedaan keyakinan. Keempat, penting bagi wanita muslim untuk tetap mempraktikkan nilai-nilai agama mereka tanpa mengorbankan rasa hormat dan kesopanan dalam berinteraksi dengan wanita non-muslim. Dengan saling menghormati dan memahami perbedaan keyakinan, diharapkan dapat terwujud lingkungan sosial yang harmonis dan penuh toleransi di antara semua u, tanpa memandang agama atau kepercayaan yang dianut. Namun ada beberapa asumsi fiqh dalam hal tersebut, bahwa aurat wanita muslim ketika bersamaan/ di hadapan wanita non muslimah adalah semua badan kecuali anggota yang tampak ketika bekerja. : . : ___ . Aurat wanita muslim dihadapan wanita kafir, menurut madzhab Hambali adalah seperti di hadapan laki-laki mahram, yaitu anggota badan yang ada di antara pusat dan lutut. Jumhur (sebagian besar ulama) berpendapat bahwa seluruh badan wanita itu adalah aurat, kecuali apa yang nampak pada waktu melakukan kesibukan-kesibukan rumah. Lihat kitab Al-Fiqhul Islamy wa Adillatuhu karangan Dr. Wahbah Az-Zuhaili (terbitan Darul Fikr), juz 1, halaman 584-594: . : : . : . Wallahu A'lam. [] Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 21 Maret 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa. __________________ Editor: Kholaf Al Muntadar
Laduni.ID, Jakarta Dalam agama Islam, terdapat panduan yang jelas mengenai interaksi antara wanita muslim dengan wanita nonmuslim, yang seringkali dikenal sebagai hukum aurat. Aurat merujuk pada bagian tubuh yang harus ditutupi oleh seorang Muslim, baik dalam konteks beribadah maupun dalam berinteraksi seharihari. Namun, batasan aurat dalam konteks interaksi antara wanita muslim dan nonmuslim memiliki beberapa perbedaan. Pertama, wanita muslim diwajibkan untuk menutupi aurat mereka di depan wanita nonmuslim dengan cara yang sesuai dengan nilainilai agama dan kepatutan. Meskipun wanita nonmuslim tidak diwajibkan menutupi aurat mereka seperti wanita muslim, namun tetap diharapkan adanya penghormatan terhadap perbedaan kepercayaan tersebut. Kedua, walaupun terdapat perbedaan dalam penutupan aurat antara wanita muslim dan nonmuslim, hal tersebut tidak seharusnya menjadi penghalang dalam membangun hubungan yang baik dan saling menghormati antara keduanya. Islam mengajarkan untuk menjaga toleransi dan kebersamaan antara umat beragama, dan keterbukaan dalam berinteraksi dapat memperkuat ikatan sosial yang positif di antara mereka. Ketiga, dalam situasi di mana wanita muslim berada di lingkungan di mana wanita nonmuslim tidak memperhatikan penutupan aurat mereka, penting untuk menjaga kewajaran dalam menghadapinya. Sementara menjaga aurat adalah kewajiban pribadi, penting juga untuk tidak mengambil sikap yang menyinggung atau merendahkan orang lain atas perbedaan keyakinan. Keempat, penting bagi wanita muslim untuk tetap mempraktikkan nilainilai agama mereka tanpa mengorbankan rasa hormat dan kesopanan dalam berinteraksi dengan wanita nonmuslim. Dengan saling menghormati dan memahami perbedaan keyakinan, diharapkan dapat terwujud lingkungan sosial yang harmonis dan penuh toleransi di antara semua u, tanpa memandang agama atau kepercayaan yang dianut. Namun ada beberapa asumsi fiqh dalam hal tersebut, bahwa aurat wanita muslim ketika bersamaan di hadapan wanita non muslimah adalah semua badan kecuali anggota yang tampak ketika bekerja. . ___ . Aurat wanita muslim dihadapan wanita kafir, menurut madzhab Hambali adalah seperti di hadapan lakilaki mahram, yaitu anggota badan yang ada di antara pusat dan lutut. Jumhur sebagian besar ulama berpendapat bahwa seluruh badan wanita itu adalah aurat, kecuali apa yang nampak pada waktu melakukan kesibukankesibukan rumah. Lihat kitab AlFiqhul Islamy wa Adillatuhu karangan Dr. Wahbah AzZuhaili terbitan Darul Fikr, juz 1, halaman 584594 . . . Wallahu Alam. Catatan Tulisan ini telah terbit pada tanggal 21 Maret 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa. __________________ Editor Kholaf Al Muntadar
Tazkirah QS An-Nisaa 59, Makna Ketaatan pada Ulil Amri
https://suaraislam.id/tazkirah-qs-an-nisaa-59-makna-ketaatan-pada-ulil-amri/
Allah SWT berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah RasulNya, dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benarberiman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [QS. An-Nisaa: 59] Ayat 59 yang mulia dari QS An-Nisaa ini tidak diragukan lagi merupakan ayat yang sering disalahpahami sebagai dalil yang menunjukkan kewajiban ketaatan mutlak pada ulil amri, waliyu al-amr, atau pemimpin. Padahal QS An-Nisaa: 59 ini maknanya ialah taati ulil amri selama masih berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah, selama masih dalam koridor ajaran Islam, sebagai syarat ketaatan yang mutlak dalam pandangan Islam. Bagi mereka yang gemar menyembunyikan kebenaran, ayat ini justru dipakai untuk mendukung kebijakan-kebijakan kufur dan batil dari pemerintahan level negara maupun level daerah. Asalkan pemerintah dan penguasa senang, tidak jarang fatwa-fatwa dari ulama su’u yang tidak bertanggung jawab justru melegitimasi kebijakan-kebijakan kufur dan batil pemerintah. Tidak lagi peduli sesuai ajaran Islam atau tidaknya. Akhirnya, umat yang dikobarkan menanggung kemaksiatan dan kebatilan demi kepentingan dunia ulama-ulama palsu tersebut. Tidak jarang dari ulama-ulama palsu tersebut dibayar pemerintah saat ‘di balik layar’ atau diiming-imingi kedudukan. Hendaknya jangan lagi ada kasus QS An-Nisaa ayat 59 ini diselewengkan maknanya oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Ayat ini sesungguhnya memerintahkan umat Islam untuk mengembalikan urusan mereka saat terjadi perselisihan, utamanya dalam masalah hukum atau kebijakan, untuk mengembalikannya pada landasan ayat-ayat Allah dan sunnah-sunnah Rasul-Nya. Ayat suci ini juga menjelaskan kepada bahwa tidaklah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya jika ada umat Islam yang tidak melakukan perintah sebagaimana yang diserukan ayat. Setiap perkara, setiap urusan atau pun setiap kebijakan negara wajib menjadikan Allah dan rasul-Nya sebagai landasan. Sumber ajaran Islam wajib dijadikan asas dan rambu-rambunya. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Sebagai tuntutan dan kewajiban dari iman. Jika pengembalian urusan kepada Allah dan rasul-Nya ini hilang maka hilang pulalah iman, sebagai bentuk hilangnya malzum (akibat) karena lazimnya (sebabnya) telah hilang. Apalagi antara dua hal ini merupakan sebuah kaitan yang erat, karena terjadi dari kedua belah pihak. Masing-masing hal akan hilang dengan hilangnya hal lainnya…” [Kitab A’lamul Muwaqi’in I/84] Imam Ibnu Katsir, pakar tafsir kenamaan, mengatakan berkenaan ayat ini: Maksudnya kembalikanlah perselisihan dan hal yang kalian tidak ketahui kepada kitabullah dan sunah rasulullah. Berhukumlah kepada keduanya atas persoalan yang kalian perselisihkan “Jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir”. Hal ini menunjukkan bahwa siapa tidak berhukum kepada Al Qur’an dan As Sunah serta tidak kembali kepada keduanya ketika terjadi perselisihan maka (konsekuensinya) ia dianggap tidak beriman kepada Allah dan tidak juga beriman kepada hari akhir.”[Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim I/519] Asbabun Nuzul ayat ini juga sangat terkait kepada ketaatan dalam koridor kema’rufan, yakni dalam lingkup ajaran Islam, sehingga jika sudah tidak sesuai ajaran Islam maka itu sebuah kemaksiatan dan kebatilan. Di mana Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan sesungguhnya ketaatan (kepada ulil amri, pemimpin) hanya pada kema’rufan (yang sesuai ajaran Islam).” (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad). Sabda Rasulullah SAW sendiri menjadi tafsir ayat ke-59 surat An-Nisaa ini. Latar belakangnya karena ada sekelompok sahabat Nabi SAW yang diutus dalam sebuah ekspedisi, kala itu pemimpin atau komandan pasukan tersebut memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke dalam api, dalam suatu riwayat api dari dalam gua, dalam riwayat lain api unggun yang dinyalakan oleh pasukan saat beristirahat. Dengan maksud menguji dan bercanda kepada anak buahnya, sang komandan memerintahkan beberapa anak buahnya untuk masuk ke dalam api tersebut, maka setelah terjadi perdebatan antara mereka, mereka mengadukan hal ini kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pun menegaskan bahwa tiada ketaatan pada siapa pun dalam kemaksiatan, dalam kasus ini perintah sang komandan itu dinilai mengada-ngada dan batil. Dalam berbagai kitab tafsir dan hadits, pembahasan makna QS An-Nisaa: 59 selalu terkait dengan kisah para sahabat dan sabda Rasulullah SAW ini. Maka sepatutnya kita kritis, taat pada ulil amri yang diperintahkan ayat ini merupakan ketaatan dalam koridor syariat bukan di luar syariat. Ketaatan pada ulil amri yang bagaimana dulu? Perintah dan kebijakannya yang seperti apa? berlandaskan Islam atau tidak? Wallahu’alam. Ilham Martasya’bana Penggiat Sejarah Islam
Allah SWT berfirman Wahai orangorang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah AlQuran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benarbenarberiman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. Bagi mereka yang gemar menyembunyikan kebenaran, ayat ini justru dipakai untuk mendukung kebijakankebijakan kufur dan batil dari pemerintahan level negara maupun level daerah. Tidak lagi peduli sesuai ajaran Islam atau tidaknya. Akhirnya, umat yang dikobarkan menanggung kemaksiatan dan kebatilan demi kepentingan dunia ulamaulama palsu tersebut. Tidak jarang dari ulamaulama palsu tersebut dibayar pemerintah saat di balik layar atau diimingimingi kedudukan. Hendaknya jangan lagi ada kasus QS AnNisaa ayat 59 ini diselewengkan maknanya oleh pihakpihak yang tak bertanggung jawab. Setiap perkara, setiap urusan atau pun setiap kebijakan negara wajib menjadikan Allah dan rasulNya sebagai landasan. Imam Ibnul Qayyim AlJauziyah berkata, Sebagai tuntutan dan kewajiban dari iman. Jika pengembalian urusan kepada Allah dan rasulNya ini hilang maka hilang pulalah iman, sebagai bentuk hilangnya malzum akibat karena lazimnya sebabnya telah hilang. Apalagi antara dua hal ini merupakan sebuah kaitan yang erat, karena terjadi dari kedua belah pihak. Masingmasing hal akan hilang dengan hilangnya hal lainnya Kitab Alamul Muwaqiin I84 Imam Ibnu Katsir, pakar tafsir kenamaan, mengatakan berkenaan ayat ini Maksudnya kembalikanlah perselisihan dan hal yang kalian tidak ketahui kepada kitabullah dan sunah rasulullah. Tafsir Al Quran Al Adzim I519 Asbabun Nuzul ayat ini juga sangat terkait kepada ketaatan dalam koridor kemarufan, yakni dalam lingkup ajaran Islam, sehingga jika sudah tidak sesuai ajaran Islam maka itu sebuah kemaksiatan dan kebatilan. Di mana Rasulullah SAW bersabda Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan sesungguhnya ketaatan kepada ulil amri, pemimpin hanya pada kemarufan yang sesuai ajaran Islam. Sabda Rasulullah SAW sendiri menjadi tafsir ayat ke59 surat AnNisaa ini. Latar belakangnya karena ada sekelompok sahabat Nabi SAW yang diutus dalam sebuah ekspedisi, kala itu pemimpin atau komandan pasukan tersebut memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke dalam api, dalam suatu riwayat api dari dalam gua, dalam riwayat lain api unggun yang dinyalakan oleh pasukan saat beristirahat. Maka sepatutnya kita kritis, taat pada ulil amri yang diperintahkan ayat ini merupakan ketaatan dalam koridor syariat bukan di luar syariat. Ilham Martasyabana Penggiat Sejarah Islam
Bolehkah Shalat Tarawih Diqadha?
https://islami.co/bolehkah-shalat-tarawih-diqadha/
Salat Tarawih termasuk salat sunah yang waktunya khusus hanya ada di bulan Ramadan saja. Batas waktu ideal pengerjaannya adalah setelah pelaksanaan salat Isya hingga menjelang terbitnya fajar subuh. Adapun jumlah rakaatnya menurut pendapat mayoritas ulama berdasarkan atsar dari Saydina Umar ibn al-Khatthab adalah sebanyak 20 rakaat dengan salam di setiap dua rakaatnya. Lantas jika seseorang berhalangan untuk mengerjakannya di malam hari karena kondisi tertentu seperti sakit atau karena dalam perjalanan mudik ke kampung halaman di malam hari misalnya, apakah pengerjaannya boleh diqadha di siang hari atau di waktu-waktu lainnya? Salah satu referensi yang membahas tentang persoalan ini adalah kitab al-Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaytiyyah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama Negara Kuwait. Di kitab tersebut dituliskan bahwa para ulama mazhab berbeda pendapat dalam hal ini. Mayoritas ulama dari mazhab Hanafi dan Hambali berpendapat bahwa tidak dianjurkan untuk mengqadhanya. Karena menurut mereka tingkat kesunahan salat Tarawih tidak lebih kuat dari sunah Rawatib Maghrib ataupun Isya. Sedangkan kedua salat sunat tersebut yang derajat kesunahannya lebih kuat dari Tarawih tidak dianjurkan untuk diqadha, apalagi salat Tarawih, maka lebih tidak dianjurkan lagi. Sementara itu, sebagian ulama dari mazhab Hanafi lainnya ada yang membolehkan untuk mengqadhanya, namun salat yang diqadha tersebut statusnya hanya sebagai salat sunah biasa saja, bukan lagi disebut sebagai salat Tarawih. Ia tidak lebih seperti salat malam yang biasa dilakukan oleh kaum muslimin, karena menurut mereka kewajiban mengqadha salat hanya berlaku untuk salat fardhu dan salat sunat Fajar bagi mereka yang telah membiasakannya. Namun minoritas Hanafi membolehkan asal tidak melewati salat Tarawih berikutnya ataupun melewati bulan Ramadan tahun itu dan pelaksanaannya hanya bisa dilakukan secara munfarid (tidak berjamaah). Sedangkan Imam Nawawi, salah seorang ulama bermazhab Syafii dalam karyanya Minhaj al-Thalibin dan dikutip juga oleh Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad al-Khathib al-Syirbini dalam karyanya Mughni al-Muhtaj ila Marifah Maani Alfaz al-Minhaj berpendapat bahwa salat sunah yang waktunya ditentukan seperti Tarawih, Salat Ied, Dhuha, Rawatib, dan lain-lain, jika ketinggalan, masih disunahkan untuk mengqadhanya di waktu lain. Cuma di sini Imam al-Syafii tidak menentukan batasan waktu kebolehan untuk mengqadhanya. Hal tersebut seakan mengindikasikan kalau waktunya bebas dan bisa diqadha di siang ataupun malam hari. Hal tersebut menurut Ibnu Hajr al-Haitami dalam karyanya Tuhfah al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj didasarkan kepada hadis sahih yang menceritakan bahwa Nabi pernah mengqadha salat Qabliyah Subuh setelah terbitnya matahari dan mengqadha salat Badiyah Zuhur setelah Ashar ketika beliau tidak sempat mengerjakannya karena ada tamu yang harus beliau layani. Selain itu sebuah hadis hasan juga menyebutkan bahwa barangsiapa yang tertidur dari salat witirnya atau terlupa, maka hendaklah ia menggantinya ketika dia sudah mengingatnya. Karena Salat Tarawih sama dengan salat Witir dalam hal waktunya yang sudah ditentukan, maka hukumnya disamakan, boleh diqadha. Adapun salat sunat yang waktunya tidak ditentukan atau salat yang mempunyai sebab-sebab tertentu seperti salat sunat Tahiyyatul Masjid karena memasuki masjid, salat Sunah Gerhana karena munculnya gerhana, salat Sunah Istisqa karena mengharapkan hujan, dan lain-lain, maka tidak dianjurkan untuk diqadha menurut pendapat yang lebih kuat. Berbeda halnya jika seseorang melakukan salat Sunah Mutlaq, kemudian dia batalkan secara tiba-tiba, maka tetap dalam hal ini dia dianjurkan untuk mengqadhanya. Begitu juga orang yang lupa atau ketiduran terhadap wirid hariannya, maka yang bersangkutan juga disunahkan untuk mengqadhanya.
Salat Tarawih termasuk salat sunah yang waktunya khusus hanya ada di bulan Ramadan saja. Batas waktu ideal pengerjaannya adalah setelah pelaksanaan salat Isya hingga menjelang terbitnya fajar subuh. Adapun jumlah rakaatnya menurut pendapat mayoritas ulama berdasarkan atsar dari Saydina Umar ibn alKhatthab adalah sebanyak 20 rakaat dengan salam di setiap dua rakaatnya. Lantas jika seseorang berhalangan untuk mengerjakannya di malam hari karena kondisi tertentu seperti sakit atau karena dalam perjalanan mudik ke kampung halaman di malam hari misalnya, apakah pengerjaannya boleh diqadha di siang hari atau di waktuwaktu lainnya Salah satu referensi yang membahas tentang persoalan ini adalah kitab alMausuah alFiqhiyyah alKuwaytiyyah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama Negara Kuwait. Di kitab tersebut dituliskan bahwa para ulama mazhab berbeda pendapat dalam hal ini. Sedangkan kedua salat sunat tersebut yang derajat kesunahannya lebih kuat dari Tarawih tidak dianjurkan untuk diqadha, apalagi salat Tarawih, maka lebih tidak dianjurkan lagi. Ia tidak lebih seperti salat malam yang biasa dilakukan oleh kaum muslimin, karena menurut mereka kewajiban mengqadha salat hanya berlaku untuk salat fardhu dan salat sunat Fajar bagi mereka yang telah membiasakannya. Namun minoritas Hanafi membolehkan asal tidak melewati salat Tarawih berikutnya ataupun melewati bulan Ramadan tahun itu dan pelaksanaannya hanya bisa dilakukan secara munfarid tidak berjamaah. Cuma di sini Imam alSyafii tidak menentukan batasan waktu kebolehan untuk mengqadhanya. Hal tersebut seakan mengindikasikan kalau waktunya bebas dan bisa diqadha di siang ataupun malam hari. Selain itu sebuah hadis hasan juga menyebutkan bahwa barangsiapa yang tertidur dari salat witirnya atau terlupa, maka hendaklah ia menggantinya ketika dia sudah mengingatnya. Begitu juga orang yang lupa atau ketiduran terhadap wirid hariannya, maka yang bersangkutan juga disunahkan untuk mengqadhanya.
Manusia Itu Lemah Sedangkan Allah Maha Besar
https://muslim.or.id/67122-manusia-itu-lemah-sedangkan-allah-maha-besar.html
Daftar Isi [lwptoc] Kemarin kami memverifikasi pengujian dengan PCR, sekitar 80% sampel positif Covid-19 … Bukan hanya pasien Covid-19. Dampaknya, tadi pagi setelah jam 10, hampir semua operasi dibatalkan karena RS kehabisan oksigen … Per 27 juni, shift siang kemarin kami coba cari rujukan ke-18 Rumah sakit masih full … Tiap hari lihat orang sesak nafas, dengar suara tangis keluarga pasien … IGD full, tidak bisa menerima pasien .… Bangsal covid penuh, sampai buka bangsal baru dan dua tenda darurat, ternyata masih penuh lagi, dipasang lagi tenda darurat ketiga … Dari tadi pagi sampai siang ini datang terus pasien covid sampai tidak ada waktu istirahatnya … Saya sebenarnya juga gejala, tapi diminta masuk karena tenaga kurang … sampai nunggu hasil … sorenya Qodarullah saya positif covid … Penggalan di atas adalah di antara percakapan tenaga kesehatan akhir-akhir ini. Kasus meningkat, bed rumah sakit tidak mencukupi dan tenaga kesehatan terbatas. Pada tanggal 28 Juni 2021 kemarin, Kemenkes kembali mengabarkan data perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia. Terjadi kenaikan sebanyak 20.694 kasus positif sehingga total menjadi 2.135.998 orang; kematian bertambah 423, sehingga total menjadi 57.561 orang. Angka ini bukan hanya sekedar angka, namun dampaknya sungguh sangat terasa. Terutama bagi tenaga kesehatan yang langsung turun menangani orang yang keluarganya terkonfirmasi positif Covid-19 dengan gejala parah, para sopir ambulan, begitu pula dengan pengubur jenazah pasien positif Covid-19. Tidak kita pungkiri bahwa saat ini, terasa berat menjalani hari … Berbagai kejadian yang terjadi saat ini kembali mengingatkan kita bahwa manusia benar-benar lemah. Berbagai teknologi yang terus berkembang, penelitian yang terus berjalan, kecerdasan yang dibangga-banggakan ternyata belum bisa menghentikan masalah ini. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah. (QS. An Nisa: 28) Syekh Abdurrahman As-Sadi rahimahullah menjelaskan terkait ayat di atas, bahwa Allah Taala memberikan keringanan kepada hamba-Nya, ini karena rahmat-Nya yang sempurna, kebaikan-Nya yang menyeluruh, ilmu-Nya, kebijaksanaan-Nya terhadap kelemahan manusia dalam segala hal. Kelemahan fisik, kehendak, tekad, iman, dan kesabarannya. Allah Taala memberikan keringanan karena kelemahan tersebut dan meringankan berbagai hal yang tidak mampu dilaksanakan karena lemahnya keimanan, kesabaran, dan kekuatan manusia. (Taisir Al-Kariim Ar-Rahman, hal 175) Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan terkait ayat ini, bahwa kelemahan di sini mencakup kelemahan secara umum. Manusia itu lemah badan, kekuatan, keinginan, ilmu, dan kesabarannya. (Thariqul Hijratain, 1: 228) Kasus virus corona ini kembali menjadi salah satu bukti bahwa manusia memang makhluk yang lemah. Tidak mampu membunuh makhluk ciptaan Allah Taala yang berukuran 120 nm. Ini mengingatkan kepada manusia bahwa sejenius apapun otaknya, tetap manusia itu adalah manusia ciptaan Allah Taala. Sehebat apapun manusia, tetaplah dia manusia yang tidak mampu menjamin kesehatan dan kelangsungan hidupnya. Sebesar apapun manusia, tetaplah dia manusia yang kecil, dan Allah lah yang Maha Besar. Allah Taala yang menciptakan seluruh makhluk, termasuk virus kecil tak kasat mata ini. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An Nisa: 34) Syekh Abdurrahman As-Sadi rahimahullaah menjelaskan bahwa bagi-Nya lah ketinggian secara mutlak dalam segala hal, tinggi dari sisi Zat, kemampuan, dan kekuasaan. Allah Taala Maha Besar, tidak ada yang lebih besar dari-Nya, tidak ada yang lebih mulia dan lebih agung dari-Nya. Allah Taala Maha Besar, baik Zat maupun Sifat-Nya. (Taisir Al-Kariim Ar-Rahman, hal. 177) Allah lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa. (QS. Ar Ruum: 54) Allah Taala mampu membuat manusia yang lemah menjadi kuat kemudian menjadi lemah lagi. Tentu Allah Taala juga mampu menjadikan virus yang menjadi sebab sakitnya manusia menjadi virus yang tidak berbahaya sama sekali, itu sangatlah mudah bagi Allah Taala. Meskipun merasa sakitnya badan terkena wabah, getir melihat pasien mengeluh kesakitan yang hanya bisa merebah, sulit hati dituduh mengcovidkan tuk tabah, makin banyaknya kasus namun tenaga kesehatan tak bertambah, keluarga tercinta pergi tanpa sempat dipapah, pilu mendengar setiap kali ambulan di jalanan membawa jenazah, ingatlah, ada Allah Taala yang mengetahui segala hikmah. Semua terjadi bukan hanya kebetulan. Sebagai hamba Allah Taala, kita diperintahkan untuk senantiasa berikhtiar yang mana ikhtiar tersebut adalah bagian dari tawakkal. Serahkan semua kepada-Nya dengan tetap melakukan usaha semaksimal mungkin dan optimis dengan apa yang akan Allah Taala berikan. Kita ingat kembali penggalan pesan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma yang saat itu masih kecil, … Apabila Engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Apabila Engkau memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, kalau seandainya umat manusia bersatu untuk memberikan kemanfaatan kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan untukmu. Dan kalau seandainya mereka bersatu untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan akan menimpamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (HR. at-Tirmidzi no. 2516, dan dia berkata hadis ini hasan sahih) Mari senantiasa tetap berharap yang terbaik, memohon kepada Allah Taala semoga wabah ini segera diangkat, dan kita menjadi hamba-hamba yang lebih bertakwa kepada-Nya. Baca Juga: Apakah Anda Sudah Mengenal Allah? — Penulis: apt. Pridiyanto Artikel: Muslim.or.id
Daftar Isi lwptoc Kemarin kami memverifikasi pengujian dengan PCR, sekitar 80 sampel positif Covid19 Bukan hanya pasien Covid19. Bangsal covid penuh, sampai buka bangsal baru dan dua tenda darurat, ternyata masih penuh lagi, dipasang lagi tenda darurat ketiga Dari tadi pagi sampai siang ini datang terus pasien covid sampai tidak ada waktu istirahatnya Saya sebenarnya juga gejala, tapi diminta masuk karena tenaga kurang sampai nunggu hasil sorenya Qodarullah saya positif covid Penggalan di atas adalah di antara percakapan tenaga kesehatan akhirakhir ini. Kasus meningkat, bed rumah sakit tidak mencukupi dan tenaga kesehatan terbatas. Terjadi kenaikan sebanyak 20.694 kasus positif sehingga total menjadi 2.135.998 orang kematian bertambah 423, sehingga total menjadi 57.561 orang. Angka ini bukan hanya sekedar angka, namun dampaknya sungguh sangat terasa. Berbagai teknologi yang terus berkembang, penelitian yang terus berjalan, kecerdasan yang dibanggabanggakan ternyata belum bisa menghentikan masalah ini. An Nisa 28 Syekh Abdurrahman AsSadi rahimahullah menjelaskan terkait ayat di atas, bahwa Allah Taala memberikan keringanan kepada hambaNya, ini karena rahmatNya yang sempurna, kebaikanNya yang menyeluruh, ilmuNya, kebijaksanaanNya terhadap kelemahan manusia dalam segala hal. Taisir AlKariim ArRahman, hal 175 Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan terkait ayat ini, bahwa kelemahan di sini mencakup kelemahan secara umum. Manusia itu lemah badan, kekuatan, keinginan, ilmu, dan kesabarannya. Thariqul Hijratain, 1 228 Kasus virus corona ini kembali menjadi salah satu bukti bahwa manusia memang makhluk yang lemah. Ini mengingatkan kepada manusia bahwa sejenius apapun otaknya, tetap manusia itu adalah manusia ciptaan Allah Taala. Allah Taala yang menciptakan seluruh makhluk, termasuk virus kecil tak kasat mata ini. An Nisa 34 Syekh Abdurrahman AsSadi rahimahullaah menjelaskan bahwa bagiNya lah ketinggian secara mutlak dalam segala hal, tinggi dari sisi Zat, kemampuan, dan kekuasaan. Allah Taala Maha Besar, tidak ada yang lebih besar dariNya, tidak ada yang lebih mulia dan lebih agung dariNya. 177 Allah lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kamu setelah kuat itu lemah kembali dan beruban. Meskipun merasa sakitnya badan terkena wabah, getir melihat pasien mengeluh kesakitan yang hanya bisa merebah, sulit hati dituduh mengcovidkan tuk tabah, makin banyaknya kasus namun tenaga kesehatan tak bertambah, keluarga tercinta pergi tanpa sempat dipapah, pilu mendengar setiap kali ambulan di jalanan membawa jenazah, ingatlah, ada Allah Taala yang mengetahui segala hikmah. Sebagai hamba Allah Taala, kita diperintahkan untuk senantiasa berikhtiar yang mana ikhtiar tersebut adalah bagian dari tawakkal. Serahkan semua kepadaNya dengan tetap melakukan usaha semaksimal mungkin dan optimis dengan apa yang akan Allah Taala berikan. Kita ingat kembali penggalan pesan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma yang saat itu masih kecil, Apabila Engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Apabila Engkau memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, kalau seandainya umat manusia bersatu untuk memberikan kemanfaatan kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan untukmu. Dan kalau seandainya mereka bersatu untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan akan menimpamu. Penapena telah diangkat dan lembaranlembaran telah kering. Baca Juga Apakah Anda Sudah Mengenal Allah Penulis apt.
Hukum Bermain Mesin Capit
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hukum-bermain-mesin-capit/
Mesin capit merupakan salah satu permainan yang sangat disenangi oleh anak-anak maupun orang dewasa, karena melihat hadiah yang ada dalam mesin. Namun, akibat dari sulitnya mengarahkan mesin capit tersebut terkadang membuat sebagian orang mengalami kerugian dan tidak mendapatkan apa-apa. Lantas bagaimanakah hukum bermain mesin capit? Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menyatakan mengenai kebolehan melakukan segala macam bentuk permainan selama masih belum ada unsur yang dilarang. Hal ini sebagaimana dalam keterangan Imam Asy Syaukani dalam kitab Fathul Qadir, juz 1, halaman 64 berikut, Artinya : Sesungguhnya hukum asal dari segala ciptaan adalah mubah, sampai tegaknya dalil yang menunjukkan berubahnya hukum asal ini. Akan tetapi, apabila dalam permainan tersebut mengandung unsur yang diharamkan, seperti terdapat unsur perjudian, maka memainkannya juga dihukumi haram. Sebagaimana dalam kitab Isadur rofiq, juz 2, halaman 102 berikut, ) Artinya : Segala sesuatu yang mengandung unsur perjudian, maka diharamkan. Bentuk perjudian yang telah disepakati para ulama adalah masing-masing dari dua belah pihak mengeluarkan barang secara berimbang dan inilah yang dimaksud perjudian dalam ayat. Aspek keharamannya adalah jika salah satu menang maka pihak yang kalah harus membayar demikian sebaliknya. Melihat dari konsep permainan mesin capit dimana seseorang menyerahkan hartanya sebagai perbandingan suatu kemanfaatan yang akan ia terima namun kemanfaatan tersebut bisa jadi berhasil dan bisa jadi gagal didapatkan maka praktek semacam itu termasuk dalam praktek perjudian yang diharamkan. Sebagaimana dalam keterangan kitab Fatawa Doktor Ramadhan Al-Buaithi, halaman 49 berikut, Artinya : Konsep yang dapat mendefinisikan praktek perjudian kesimpulannya adalah : bahwa setiap orang yang menyerahkan hartanya sebagai perbandingan suatu kemanfaatan yang akan ia terima namun kemanfaatan tersebut bisa jadi berhasil dan bisa jadi gagal didapatkan maka praktek semacam itu termasuk dalam praktek perjudian. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa konsep permainan mesin capit yang mengharuskan seseorang menyerahkan hartanya sebagai perbandingan suatu kemanfaatan yang akan ia terima namun kemanfaatan tersebut bisa jadi berhasil dan bisa jadi gagal didapatkan mengindikasikan praktek semacam itu termasuk dalam praktek perjudian yang diharamkan. Demikian penjelasan mengenai hukum bermain mesin capit. Semoga bermanfaat. Wallahu alam. (Baca juga:Hikmah Mengapa Perjudian Haram dalam Islam )
Mesin capit merupakan salah satu permainan yang sangat disenangi oleh anakanak maupun orang dewasa, karena melihat hadiah yang ada dalam mesin. Namun, akibat dari sulitnya mengarahkan mesin capit tersebut terkadang membuat sebagian orang mengalami kerugian dan tidak mendapatkan apaapa. Lantas bagaimanakah hukum bermain mesin capit Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menyatakan mengenai kebolehan melakukan segala macam bentuk permainan selama masih belum ada unsur yang dilarang. Hal ini sebagaimana dalam keterangan Imam Asy Syaukani dalam kitab Fathul Qadir, juz 1, halaman 64 berikut, Artinya Sesungguhnya hukum asal dari segala ciptaan adalah mubah, sampai tegaknya dalil yang menunjukkan berubahnya hukum asal ini. Akan tetapi, apabila dalam permainan tersebut mengandung unsur yang diharamkan, seperti terdapat unsur perjudian, maka memainkannya juga dihukumi haram. Sebagaimana dalam kitab Isadur rofiq, juz 2, halaman 102 berikut, Artinya Segala sesuatu yang mengandung unsur perjudian, maka diharamkan. Bentuk perjudian yang telah disepakati para ulama adalah masingmasing dari dua belah pihak mengeluarkan barang secara berimbang dan inilah yang dimaksud perjudian dalam ayat. Aspek keharamannya adalah jika salah satu menang maka pihak yang kalah harus membayar demikian sebaliknya. Melihat dari konsep permainan mesin capit dimana seseorang menyerahkan hartanya sebagai perbandingan suatu kemanfaatan yang akan ia terima namun kemanfaatan tersebut bisa jadi berhasil dan bisa jadi gagal didapatkan maka praktek semacam itu termasuk dalam praktek perjudian yang diharamkan. Sebagaimana dalam keterangan kitab Fatawa Doktor Ramadhan AlBuaithi, halaman 49 berikut, Artinya Konsep yang dapat mendefinisikan praktek perjudian kesimpulannya adalah bahwa setiap orang yang menyerahkan hartanya sebagai perbandingan suatu kemanfaatan yang akan ia terima namun kemanfaatan tersebut bisa jadi berhasil dan bisa jadi gagal didapatkan maka praktek semacam itu termasuk dalam praktek perjudian. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa konsep permainan mesin capit yang mengharuskan seseorang menyerahkan hartanya sebagai perbandingan suatu kemanfaatan yang akan ia terima namun kemanfaatan tersebut bisa jadi berhasil dan bisa jadi gagal didapatkan mengindikasikan praktek semacam itu termasuk dalam praktek perjudian yang diharamkan. Demikian penjelasan mengenai hukum bermain mesin capit. Semoga bermanfaat. Wallahu alam. Baca jugaHikmah Mengapa Perjudian Haram dalam Islam
Doa Saat Berada di Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-saat-berada-di-antara-rukun-yamani-dan-hajar-aswad/
Rukun dalam bahasa Arab artinya sudut. Rukun yamani merupakan sudut Kabah yang mengarah ke yaman. Saat thawaf lalu sampai di antara rukun yamani dan hajar aswad disunnahkan membaca doa berikut ini Rabbana aatinaa fid dunyaa hasanata wa fil aakhirati hasanata wa qinaa azaaban naar Artinya: Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka.
Rukun dalam bahasa Arab artinya sudut. Rukun yamani merupakan sudut Kabah yang mengarah ke yaman. Saat thawaf lalu sampai di antara rukun yamani dan hajar aswad disunnahkan membaca doa berikut ini Rabbana aatinaa fid dunyaa hasanata wa fil aakhirati hasanata wa qinaa azaaban naar Artinya Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka.
Bacaan Doa Sebelum Dan Sesudah Membaca Al-Qur'an Lengkap Dengan Artinya
https://www.doaharianislami.com/2017/05/Doa-sebelum-membaca-Al-Quran-dan-doa-setelah-membaca-al-quran-beserta-artinya.html
Doa Sebelum dan Setelah Membaca Al-Qur'an -  Sebelum membaca Al-Qur'an kita harus suci dari hadast baik itu hadast kecil maupun hadast besar, untuk bersuci dari hadast kecil tentu saja dengan berwudhu sedangkan untuk bersuci dari hadast besar dengan mandi junub. Karena Al-Qur'an merupakan kitab suci yang mulia dan agung, maka setiap muslim jika ingin membaca atau memegang Al-Qur'an harus dengan keadaan suci. Membaca Al-Qur'an juga merupakan ibadah tersendiri walaupun hanya membaca satu ayat yang pendek. karena membaca Al-Quran satu hurufnya diganjar dengan satu kebaikan dan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan, hal tersebut berdasarkan hadist yang berbunyi. : Artinya: "Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: "Rasulullah Saw bersabda: "Siapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf. (HR. Tirmidzi ) Baca juga : Bacaan doa setelah sholat wajib lengkap dengan artinya Dari hadist diatas diterangkan hahwa setiap muslim yang membaca Al-Qur'an baik paham maupun tidak paham, maka dia akan mendapat pahala sebagaimana yang dijanjikan. Sebelum membaca Al-Qur'an dan Sesudah membaca Al-Qur'an juga dianjurkan untuk berdoa terlebih dahulu. berikut adalah bacaan doa sebelum dan sesudah membaca Al-Qur'an lengkap beserta latin dan terjemahnya. Doa Akan Membaca Al-Qur'an Allohummaftah 'alayya hikmataka wansyur 'alayya rohmataka wa dzakkirnii maanasiitu yaa dzal jalaali wal ikhroomi Artinya : "Ya Allah bukakanlah hikmahMu padaku, bentangkanlah rahmatMu padaku dan ingatkanlah aku terhadap apa yang aku lupa, wahai dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan." Kemudian jika kita selesai membaca Al-Qur'an dianjurkan untuk mengucapkan Shadaqallahul 'azhim lalu membaca doa setelah membaca Al-Qur'an dibawah ini. Doa Setelah Membaca Al-Qur'an . . . . Allahummarhamnii bil qur'aani. waj'alhu lii imaaman wa nuuran wa hudan wa rohman. Allahumma dzakkirnii minhu maa nasiitu wa'allimnii minhu maa jahiltu. wazuqnii tilaa watahu aanaa-al laili wa athroofan nahaari. waj'alhu lii hujjatan yaa robbal 'aalamiina.  Artinya : "Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Qur'an yang agung, jadikanlah ia bagiku cahaya petunjuk rahmat. Ya Allah, ingatkanlah apa yang telah aku lupa dan ajarkan kepadaku apa yang tidak aku ketahui darinya, anugerahkanlah padaku kesempatan membacanya pada sebagian malam dan siang, jadikanlah ia hujjah yang kuat bagiku, wahai Tuhan seru sekalian alam." Baca juga : Bacaan niat Wudhu dan doa setelah Wudhu dengan artinya Itulah doa sebelum membaca Al-Qur'an dan Doa setelah membaca Al-Qur'an lengkap beserta latin dan artinya, doa tersebut alangkah baiknya dibaca setiap akan membaca Al-Qur'an maupun setelah selesai membaca. selain itu kita juga mendapat pahala. semoga Allah Swt, selalu memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua. Aamiin
Doa Sebelum dan Setelah Membaca AlQuran Sebelum membaca AlQuran kita harus suci dari hadast baik itu hadast kecil maupun hadast besar, untuk bersuci dari hadast kecil tentu saja dengan berwudhu sedangkan untuk bersuci dari hadast besar dengan mandi junub. Karena AlQuran merupakan kitab suci yang mulia dan agung, maka setiap muslim jika ingin membaca atau memegang AlQuran harus dengan keadaan suci. Membaca AlQuran juga merupakan ibadah tersendiri walaupun hanya membaca satu ayat yang pendek. karena membaca AlQuran satu hurufnya diganjar dengan satu kebaikan dan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan, hal tersebut berdasarkan hadist yang berbunyi. Tirmidzi Baca juga Bacaan doa setelah sholat wajib lengkap dengan artinya Dari hadist diatas diterangkan hahwa setiap muslim yang membaca AlQuran baik paham maupun tidak paham, maka dia akan mendapat pahala sebagaimana yang dijanjikan. berikut adalah bacaan doa sebelum dan sesudah membaca AlQuran lengkap beserta latin dan terjemahnya. Doa Akan Membaca AlQuran Allohummaftah alayya hikmataka wansyur alayya rohmataka wa dzakkirnii maanasiitu yaa dzal jalaali wal ikhroomi Artinya Ya Allah bukakanlah hikmahMu padaku, bentangkanlah rahmatMu padaku dan ingatkanlah aku terhadap apa yang aku lupa, wahai dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. wajalhu lii imaaman wa nuuran wa hudan wa rohman. Allahumma dzakkirnii minhu maa nasiitu waallimnii minhu maa jahiltu. wazuqnii tilaa watahu aanaaal laili wa athroofan nahaari. wajalhu lii hujjatan yaa robbal aalamiina. Artinya Ya Allah, rahmatilah aku dengan AlQuran yang agung, jadikanlah ia bagiku cahaya petunjuk rahmat. Ya Allah, ingatkanlah apa yang telah aku lupa dan ajarkan kepadaku apa yang tidak aku ketahui darinya, anugerahkanlah padaku kesempatan membacanya pada sebagian malam dan siang, jadikanlah ia hujjah yang kuat bagiku, wahai Tuhan seru sekalian alam. Baca juga Bacaan niat Wudhu dan doa setelah Wudhu dengan artinya Itulah doa sebelum membaca AlQuran dan Doa setelah membaca AlQuran lengkap beserta latin dan artinya, doa tersebut alangkah baiknya dibaca setiap akan membaca AlQuran maupun setelah selesai membaca. semoga Allah Swt, selalu memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kita semua.
Khutbah Jumat Singkat: Renungan Mengingat Kematian
https://www.dakwah.id/khutbah-jumat-singkat-renungan-mengingat-kematian/
Khutbah Jumat Singkat Renungan Mengingat KematianPemateri: Nofriyanto, M.Ag*) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan . : . : .Sidang jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa. Baik ketika sedang dalam kondisi lapang, terlebih ketika dalam kondisi sempit. Yakni dengan melazimi segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala bentuk larangan yang telah Allah tetapkan dalam syariat Islam. Juga, dengan banyak-banyak merenung dan mengingat kematian.Sidang jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Kematian selayak tamu yang pasti datang kepada setiap makhluk yang bernyawa. Tamu yang tidak pandang bulu. Tamu yang pasti datang tanpa diundang. Tamu yang akan hadir tanpa harus dipersilahkan.Kematian selayak tamu yang bisa menghilangkan segala macam kenikmatan dan kelezatan. Tamu yang bisa mencerai-beraikan. Tamu yang bisa menjadikan anak menjadi yatim, atau istri menjadi janda atau suami menjadi duda.Hampir setiap hari kita melihat jenazah atau mendengar berita kematian. Namun terkadang kita masih lalai. Lupa diri seakan-akan kita tidak pernah akan dihampiri oleh kematian. Merasa seakan-akan senantiasa abadi. Alangkah baiknya sejenak kita merenung mengingat kematian melalui untaian nasehat Imam Syafii dalam syairnya, … Berbekallah dengan takwa sesungguhnya engkau tak mengetahui … Jika malam telah gelap, apakah engkau kan tetap hidup hingga waktu fajar … Betapa banyak pemuda di sore dan siang hari ia tertawa … Sementara kain kafannya telah ditenun sedang ia tidak menyadarinya … Betapa banyak bayi yang diharapkan memiliki umur yang panjang … Ternyata jasad-jasad mereka telah dimasukkan dalam gelapnya kubur … Betapa banyak orang-orang yang sehat, ia mati tanpa sebab … Betapa banyak orang-orang yang sakit dapat hidup hingga waktu yang panjang … Betapa banyak pengantin yang telah dirias tuk pasangan hidupnya … Sementara arwah-arwah mereka telah ditetapkan kematiannya pada malam lailatul Qadar … Jiwa menangisi dunia … Sementara ia mengetahui bahwa untuk selamat darinya adalah meninggalkan apa yang ada di dalamnyaMelalui bait-bait syairnya, seakan-akan Imam Syafii berkata kepada kita bahwa mati adalah puncak dari perjalanan manusia di dunia ini. Kematian selayak episode terakhir dari episode kehidupan sebelumnya. Apabila ia telah menghampiri, tidak ada satu pun yang sanggup mengusirnya.Sidang jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Maka dari itu, marilah kita senantiasa mawas diri dan tidak menjadi orang-orang yang panjang angan-angan. Karena panjang angan-angan inilah salah satu sebab yang menjadikan orang lalai dari mengingat kematian dan mengingat kehidupan akhirat.Fenomena seperti ini telah Allah subhanahu wataala ingatkan melalui firman-Nya, Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 96)Dan sabda Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab Qashr al-Amal hadits nomor 49,Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa atas Anda ialah dua hal, yaitu panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Sesungguhnya panjang angan-angan itu akan melupakan akhirat dan mengikuti hawa nafsu itu akan menghalangi dari kebenaran. (HR. Ibnu Abi ad-Dunya No. 49)Dan masih banyak lagi nash-nash syari dan atsar-atsar para ulama terkait renungan mengingat kematian. Semua penjelasan tersebut membawa satu pesan penting: agar kita senantiasa mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi kematian. Agar kita tidak lalai darinya. Agar kita senantiasa mawas diri. Agar tumbuh rasa untuk memperbaiki diri dan bertobat dari segala kesalahan yang pernah dibuat.Di antara pesan-pesan tersebut ialah, sabda Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam . . ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus segala kelezatan, yaitu kematian. karena tidaklah seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan membuatnya merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia menyempitkannya (sehingga tidak akan tertipu dengan dunia). (HR. At-Tirmidzi No. 2307. Hadits ini shahih menurut syaikh al-Albani)Sungguh benar adanya ucapan baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kematian adalah pemberhentian dari segala ketamakan dan kerakusan, meluluhlantakkan keangkuhan dan kesombongan, penghancur segala kelezatan, kenikmatan, impian dan harapan.Sungguh tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang kelam selain mengingat kematian, karena ia akan menghalangi seseorang dari kemaksiatan, melembutkan dan menyinari hati dari kegelapan, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat ringan musibah yang datang menimpa.Sebagaimana nasehat Imam ad-Daqqaq rahimahullah yang dikutip oleh Imam Qurthubi, : : Barang siapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: Bersegera tobat, puas hati dan semangat ibadah, dan barang siapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; mengundur tobat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah. (At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah, Imam al-Qurthubi, 9)Juga nasihat Imam An-Nawawi yang mengutip perkataan seorang ahli hikmah, … … … Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang bijak mereka meninggalkan dunia dan takut terhadap fitnah,Mereka melihat dan memperhatikan dunia, tatkala mereka mengetahui bahwa dunia bukanlah tempat tinggal untuk hidup,Maka mereka menjadikannya sebagai samudera sedang amal shalih sebagai bahteranya. (Riyadhus Shalihin, Imam an-Nawawi, 18)Sidang jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Cukuplah kematian menjadi penasehat terbaik bagi diri kita, agar kita senantiasa mengambil ibrah dan pelajaran dari orang-orang yang telah mendahului kita.Berapa banyak orang yang kita cintai telah kita kebumikan? Berapa banyak keluarga yang kita sayangi telah kita kafani?Marilah bersama-sama kita menjaga ketaatan kepada Allah subhanahu wataala dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya! Marilah senantiasa kita jaga diri kita agar tidak terjerumus kepada hawa nafsu yang melalaikan!Marilah bersama-sama kita kerahkan segala daya upaya untuk membekali diri demi kebaikan dunia dan akhirat kita!Dan marilah kita kembali keharibaan Allah Taala sembari menundukkan diri, menangisi dosa-dosa dan kesalahan diri dengan bertobat kepada Dzat Yang Maha Penerima Tobat.Demikian materi khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga semoga Allah memudahkan kita dalam meraih husnnul khatimah di helaan terakhir nafas kehidupan. Amin ya Rabbal Alamin. . .KHUTBAH KEDUA : . . . . . . . . . . . .Download PDF Materi Khutbah Jumat Singkat dakwah.id Renungan Mengingat Kematian di sini:Semoga bermanfaat!
Khutbah Jumat Singkat Renungan Mengingat KematianPemateri Nofriyanto, M.Ag Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan . . .Sidang jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa. Baik ketika sedang dalam kondisi lapang, terlebih ketika dalam kondisi sempit. Yakni dengan melazimi segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala bentuk larangan yang telah Allah tetapkan dalam syariat Islam. Tamu yang akan hadir tanpa harus dipersilahkan. Kematian selayak tamu yang bisa menghilangkan segala macam kenikmatan dan kelezatan. Tamu yang bisa menjadikan anak menjadi yatim, atau istri menjadi janda atau suami menjadi duda. Hampir setiap hari kita melihat jenazah atau mendengar berita kematian. Lupa diri seakanakan kita tidak pernah akan dihampiri oleh kematian. Kematian selayak episode terakhir dari episode kehidupan sebelumnya. Apabila ia telah menghampiri, tidak ada satu pun yang sanggup mengusirnya. Fenomena seperti ini telah Allah subhanahu wataala ingatkan melalui firmanNya, Dan sungguh, engkau Muhammad akan mendapati mereka orangorang Yahudi, manusia yang paling tamak akan kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orangorang musyrik. Masingmasing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. AlBaqarah 96Dan sabda Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi adDunya dalam kitab Qashr alAmal hadits nomor 49,Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa atas Anda ialah dua hal, yaitu panjang anganangan dan mengikuti hawa nafsu. Sesungguhnya panjang anganangan itu akan melupakan akhirat dan mengikuti hawa nafsu itu akan menghalangi dari kebenaran. 49Dan masih banyak lagi nashnash syari dan atsaratsar para ulama terkait renungan mengingat kematian. Agar tumbuh rasa untuk memperbaiki diri dan bertobat dari segala kesalahan yang pernah dibuat. Di antara pesanpesan tersebut ialah, sabda Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam . . Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus segala kelezatan, yaitu kematian. karena tidaklah seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan membuatnya merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia menyempitkannya sehingga tidak akan tertipu dengan dunia. Hadits ini shahih menurut syaikh alAlbaniSungguh benar adanya ucapan baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kematian adalah pemberhentian dari segala ketamakan dan kerakusan, meluluhlantakkan keangkuhan dan kesombongan, penghancur segala kelezatan, kenikmatan, impian dan harapan. AtTadzkirah fi Ahwal alMauta wa Umur alAkhirah, Imam alQurthubi, 9Juga nasihat Imam AnNawawi yang mengutip perkataan seorang ahli hikmah, Sesungguhnya Allah memiliki hambahamba yang bijak mereka meninggalkan dunia dan takut terhadap fitnah,Mereka melihat dan memperhatikan dunia, tatkala mereka mengetahui bahwa dunia bukanlah tempat tinggal untuk hidup,Maka mereka menjadikannya sebagai samudera sedang amal shalih sebagai bahteranya. Riyadhus Shalihin, Imam anNawawi, 18Sidang jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Cukuplah kematian menjadi penasehat terbaik bagi diri kita, agar kita senantiasa mengambil ibrah dan pelajaran dari orangorang yang telah mendahului kita. Demikian materi khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga semoga Allah memudahkan kita dalam meraih husnnul khatimah di helaan terakhir nafas kehidupan.
Hukum Menegur Orang Tua yang Lalai Shalat
https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/hukum-menegur-orang-tua-yang-lalai-shalat
Dear sobat semua.. jumpa lagi pada kesempatan kali ini seperti biasa dengan artikel artikel islami yang memberikan pemahaman dan pelajaran baru mengenai syariat islam dalam keseharian dimana adalah sebagai jalan pahala. Penulis tentunya selalu berharap agar wawasan islami yang dibagikan bisa bermanfaat untuk sobat semua dan sama sama menjadi jalan untuk belajar dan memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik di mata Allah.Nah sobat, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas sesuatu yang tidak jauh dari kewajiban dasar seorang muslim, yaitu . Tentunya sobat semua sudah memahami bahwa adalah suatu kewajiban dan harus dilakukan sebagai jalan untuk mendekat kepada Allah, jalan pahala, dan jalan untuk berkomunikasi atau berdoa secara langsung kepada Allah.Shalat umumnya teah diajarkan sejak kita kecil oleh orang tua sebagai bentuk atau dalam pendidikan sekolah dan pendidikan agama, shalat wajib dijalankan oleh seluruh anggota keluarga dan sesama anggota keluarga satu sama lain wajib utuk selalu saling mengingatkan agar sama sama berada dalam jalan lurus Allah yang jauh dari sesat. Walaupun kita sendiri juga bukan manusia yang sempurna, namun tetap wajib mengingtakan kepada siapapun untuk selalu menjalankan kewajiban, termasuk kepada orang tua dan keluarga kita. Nah sobat, tentunya diantara umat muslim ada yang memiliki orang tua dengan rasa iman yang mungkin kurang atau naik turun karena berbagai sebab sehingga lalai dalam menjalankan perintah agama salah satunya shalat yang seharusnya wajib dilakukan sepanjang hari.Kita yang sayang pada orang tua dan menginginkan kebaikan untuk beliau di dunia akherat tentunya tidak menginginkannya ya sobat? tentunya yang kita harapkan adalah bersama sama dengan mereka menuju surga, nah sobat, penulis kali ini akan membahas jika ada orang tua yang lalai shalat, maka sebagai anak apa yang harus dilakukan? apakah menjurus kepada ? bolehkan menegurnya? yuk simak selengkapnya pada artikel berikut, Hukum Menegur Orang Tua yang Lalai ShalatTernyata tidak hanya di jaman sekarang saja sobat, hal ini pernah terjadi, Allah tentu memberikan hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki, entah itu orang tua atau orang muda, bisa jadi anaknya lah yang mendapat hidayah terlebih dahulu dan baginya menjadi kewajiban untuk mengingatkan yang lebih tua, berikut Kisah Menegur Orang Tua Lalai Ibadah di Jaman Nabi Ibrahim AS yang bisa kita jadikan sebagai bahan pelajaran.Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun ? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan”. berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”. (Qs Maryam: 42-46).Pada kisah dalam Al Qur’an tersebut, dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS menegur ayahnya yang menyembah berhala dan mengingatkan ayahnya dalam kebaikan, adalah mengingatkan kebaikan pada anaknya, namun ayahnya ketika diingatkan tetap lalai dan menganggap bahwa tiap orang berhak melakukan kepercayaan agama sesuai dengan apa yang diyakininya serta tidak terpengaruh dengan hidayah dan nasehat yang diberikan Nabi Ibrahim AS.“Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: Patutkah ayah menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan- tuhan?” (QS. al-An’aam : 74). Pada waktu itu Nabi Ibrahim tetap mengingatkan orang tuanya dan tetap menghormati beliau walaupun memiliki keyakinan yang berbeda serta tak lupa memohon kepada Allah agar orang tuanya mendapat hidayah, mengingatkan dan menyeru pada kebaikan memang kewajiban ya sobat, hal ini disampaikan dalam sumber syariat berikut : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui org-org yang mendapat petunjuk ” Jelas bahwa kita hanya dieprintahkan untuk menyeru dan saling mengingakan, mengenai hidayah dan responnya, hal itu bergantung pada orang itu sendiri dengan hak hidayah dari Allah.Hukum Menegur Orang Tua yang Lalai ShalatNah sobat, sebagai anak, wajib untuk memberikan teguran pada orang tua yang lalai dalam shalat, teguran tersebut dapat dilakukan dengan cara yang halus seperti mengingatkan manfaat shalat, memberikan wawasan mengenai dosa orang yang tidak shalat, banyak memperdengarkan acara acara dakwah islam, dan memberi contoh dalam keseharian. Maka yang wajib kalian lakukan adalah terus mengulang-ulang untuk memberikan pemahaman kepadanya, menakut-nakutinya dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan shalat yang biasa dikerjakannya belum memenuhi kewajibannya (karena shalatnya salah). Ini upaya yang dapat kalian lakukan. Bila ternyata nenek kalian bisa lurus maka alhamdulillah, bila tidak maka kalian telah menunaikan apa yang menjadi kewajiban kalian dan mintalah hidayah Allah subhanahu wa ta’ala untuknya. (Majmu’ Fatawa Fadhilatisy Syaikh Shalih bin Fauzan, 1/355,356)Jelas bahwa tidak ada dosa bagi anak yang mengingatkan orang tua yang lalai shalat, justru hal tersebut adalah kewajiban dan anak akan berdosa jika membiarkan orang tua dalam kesalahan, tidak ada salahnya mengingatkan bagaimanapun respon orang tua sebab kita hanya melakukan kewajiban dan memiliki niat yang baik. Hal ini juga dijelaskan dalam berbagai syariat islam berikut :1. Wajib Mengingatkan“Bahwasannya engkau adalah pemberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” (QS. Al Ghasiyah (88): 21-22) Jelas bahwa kita hanya memberikan penringatan kepada sesama manusia agar jauh dari sesat ya sobat, mengenai hasilnya, biarlah semua Allah yang mengatur, memberikan teguran kepada orang tua yang lalai shalat akan menjadi pahala kebaikan tersendiri bagi kita.Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi. (Qs al-A’rof : 178). Allah yang berhak memberi petunjuk, sebab itu, mari ingatkan orang tua agar berada dalam petunjuk tersebut, semampu yang kita bisa ya sobat, atau bisa minta tolong kepada orang yang lebih sholeh dan lebih disegani oleh orang tua.2. Pahala Menegur Orang Tua yang Lalai ShalatDan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (Qs Huud : 34). Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya selalu sabar. (QS. Al-Ashr).Sesungguhnya hak hidayah datangnya adalah dari Allah, sebagai anak, wajib untuk mengingatkan sebagai jalan mengajak kepada kebaikan dan sebagai jalan dakwah islam untuk mendapat pahala dan kebaikan dari Allah, tentunya wajib melakukan dengan sabar tanpa merendahkan atau marah kepada orang tua yang justru menjadi perbuatan dosa.Setiap pekerjaan yang dilakukan tentu akan menjadi jalan pahala ya sobat, hal ini dijelaskan dalam ayat berikut, Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(QS. Az-zalzalah : 7-8)Allah tidak pernah memaksakan sesuatu yang berat, jika mungkin orang tua lalai shalat karena kondisi tertentu misalnya sudah tua atau pikun dan sudah tidak sempurna, maka hal itu bukanlah dosa bagi mereka, dan jika mereka sakit, mereka diperbolehkan untuk melakukan sesuai kemampuan, misalnya shalat sambil duduk atau sambil tidur sebagaimana firman Allah berikut, “Bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian.” (At-Taghabun: 16)3. Jika Orang Tua Menentang TeguranNah sobat, bagaimana jika orang tua menentang teguran dan terus melalaikan shalat? maka sebagai anak wajib untuk tetap menghormati dan mendoakan mereka ya sobat, semuanya kembalikan saja kepada Allah dan lakukan peringatan semampunya, hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya yakni jika orang tua menjauhi Allah maka anak wajib untuk menghindari dan tidak mengikutinya.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (Luqman:14) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik (Luqman:15).Demikian yang dapat disampaikan penulis, sekarang sobat semua sudah memahami apa yang harus dilakukan jika orang tua lalai shalat ya? Tentunya menegur bukanlah dosa dan merupakan perbuatan yang diperbolehkan dalam islam. Semoga menjadi wawasan islami yang bermanfaat, Terima kasih.
Dear sobat semua jumpa lagi pada kesempatan kali ini seperti biasa dengan artikel artikel islami yang memberikan pemahaman dan pelajaran baru mengenai syariat islam dalam keseharian dimana adalah sebagai jalan pahala. Penulis tentunya selalu berharap agar wawasan islami yang dibagikan bisa bermanfaat untuk sobat semua dan sama sama menjadi jalan untuk belajar dan memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik di mata Allah. Nah sobat, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas sesuatu yang tidak jauh dari kewajiban dasar seorang muslim, yaitu . Tentunya sobat semua sudah memahami bahwa adalah suatu kewajiban dan harus dilakukan sebagai jalan untuk mendekat kepada Allah, jalan pahala, dan jalan untuk berkomunikasi atau berdoa secara langsung kepada Allah. Walaupun kita sendiri juga bukan manusia yang sempurna, namun tetap wajib mengingtakan kepada siapapun untuk selalu menjalankan kewajiban, termasuk kepada orang tua dan keluarga kita. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan. Pada waktu itu Nabi Ibrahim tetap mengingatkan orang tuanya dan tetap menghormati beliau walaupun memiliki keyakinan yang berbeda serta tak lupa memohon kepada Allah agar orang tuanya mendapat hidayah, mengingatkan dan menyeru pada kebaikan memang kewajiban ya sobat, hal ini disampaikan dalam sumber syariat berikut Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan dialah yang lebih mengetahui orgorg yang mendapat petunjuk Jelas bahwa kita hanya dieprintahkan untuk menyeru dan saling mengingakan, mengenai hidayah dan responnya, hal itu bergantung pada orang itu sendiri dengan hak hidayah dari Allah. Maka yang wajib kalian lakukan adalah terus mengulangulang untuk memberikan pemahaman kepadanya, menakutnakutinya dengan Allah subhanahu wa taala dan shalat yang biasa dikerjakannya belum memenuhi kewajibannya karena shalatnya salah. Bila ternyata nenek kalian bisa lurus maka alhamdulillah, bila tidak maka kalian telah menunaikan apa yang menjadi kewajiban kalian dan mintalah hidayah Allah subhanahu wa taala untuknya. Hal ini juga dijelaskan dalam berbagai syariat islam berikut 1. Wajib MengingatkanBahwasannya engkau adalah pemberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Pahala Menegur Orang Tua yang Lalai ShalatDan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepadaNyalah kamu dikembalikan. Sesungguhnya manusia itu benarbenar dalam kerugian. Kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya selalu sabar. Setiap pekerjaan yang dilakukan tentu akan menjadi jalan pahala ya sobat, hal ini dijelaskan dalam ayat berikut, Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula. Azzalzalah 78Allah tidak pernah memaksakan sesuatu yang berat, jika mungkin orang tua lalai shalat karena kondisi tertentu misalnya sudah tua atau pikun dan sudah tidak sempurna, maka hal itu bukanlah dosa bagi mereka, dan jika mereka sakit, mereka diperbolehkan untuk melakukan sesuai kemampuan, misalnya shalat sambil duduk atau sambil tidur sebagaimana firman Allah berikut, Bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian. Jika Orang Tua Menentang TeguranNah sobat, bagaimana jika orang tua menentang teguran dan terus melalaikan shalat maka sebagai anak wajib untuk tetap menghormati dan mendoakan mereka ya sobat, semuanya kembalikan saja kepada Allah dan lakukan peringatan semampunya, hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya yakni jika orang tua menjauhi Allah maka anak wajib untuk menghindari dan tidak mengikutinya.
Tidak Sedih Jika Anak Tidak Shalih, Namun Sedih Saat Anak Tak Raih Dunia
https://rumaysho.com/11011-tidak-sedih-jika-anak-tidak-shalih-namun-sedih-saat-anak-tak-raih-dunia.html
Beberapa orang tua begitu sedih kala anaknya tak jadi Polisi atau PNS seperti yang dicita-citakan ortunya. Ini yang penulis saksikan sendiri di tengah masyarakat. Namun … Apakah kesedihan yang sama akan ada jika anak tidak bisa membaca Al Quran, tidak bisa shalat, atau tidak paham agama?Padahal jadi polisi atau PNS bukanlah jaminan masuk surga. Bahkan banyak ortu mencita-citakan anaknya jadi seperti itu, malah sang anak mengecewakan ortu dan itu tak sedikit.Anak shalih, semua sudah tahu bagaimana akhirnya. Anak shalih akan bermanfaat bagi dirinya dan orang tuanya pula. Anak shalih akan terus mendoakan orang tuanya. Bahkan amalan shalihnya akan bermanfaat untuk orang tuanya, meski tidak ia niatkan untuk kirim pahala.Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim no. 1631)Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya yang akan selalu menemani orang beriman adalah ilmu dan kebaikannya. Setelah matinya ada ilmu yang ia ajarkan dan ia sebarkan, begitu pula anak shalih yang ia tinggalkan, juga ada di situ mushaf yang ia wariskan atau masjid yang ia bangun, atau rumah untuk ibnus sabil yang ia bangun, atau sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya ketika ia sehat dan semasa hidupnya. Itu semua akan menemaninya setelah matinya. (HR. Ibnu Majah no. 242. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan)Adapun sisi pendalilan bahwa amalan anak yang shalih akan bermanfaat untuk ortunya adalah dari ayat, Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS. An Najm: 39). Di antara yang diusahakan oleh manusia adalah anak yang shalih. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua. (HR. Abu Daud no. 3528 dan An Nasai no. 4451. Al Hafizh Abu Thahir menyataan hadits ini shahih). Ini berarti amalan dari anaknya yang shalih masih tetap bermanfaat bagi orang tuanya walaupun sudah berada di liang lahat karena anak adalah hasil jerih payah orang tua yang pantas mereka nikmati.So … Anda bisa menaruh pilihan bagaimanakah anak Anda nantinya. Apakah hanya bangga jika anak raih dunia. Ketika tak raih akhirat, tidakkah sedih. Itu pilihan Anda sebagai orang tua.Wallahu waliyyut taufiq.—Selesai disusun menjelang Maghrib, 19 Rajab 1436 H di Panggang, GunungkidulPenulis: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.ComIkuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoComUntuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Jika ada kesempatan, beliau akan jawab.
Beberapa orang tua begitu sedih kala anaknya tak jadi Polisi atau PNS seperti yang dicitacitakan ortunya. Ini yang penulis saksikan sendiri di tengah masyarakat. Namun Apakah kesedihan yang sama akan ada jika anak tidak bisa membaca Al Quran, tidak bisa shalat, atau tidak paham agamaPadahal jadi polisi atau PNS bukanlah jaminan masuk surga. Bahkan banyak ortu mencitacitakan anaknya jadi seperti itu, malah sang anak mengecewakan ortu dan itu tak sedikit. Anak shalih, semua sudah tahu bagaimana akhirnya. Anak shalih akan bermanfaat bagi dirinya dan orang tuanya pula. Bahkan amalan shalihnya akan bermanfaat untuk orang tuanya, meski tidak ia niatkan untuk kirim pahala. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya. 1631Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya yang akan selalu menemani orang beriman adalah ilmu dan kebaikannya. Setelah matinya ada ilmu yang ia ajarkan dan ia sebarkan, begitu pula anak shalih yang ia tinggalkan, juga ada di situ mushaf yang ia wariskan atau masjid yang ia bangun, atau rumah untuk ibnus sabil yang ia bangun, atau sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya ketika ia sehat dan semasa hidupnya. Itu semua akan menemaninya setelah matinya. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadits ini hasanAdapun sisi pendalilan bahwa amalan anak yang shalih akan bermanfaat untuk ortunya adalah dari ayat, Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua. So Anda bisa menaruh pilihan bagaimanakah anak Anda nantinya. Apakah hanya bangga jika anak raih dunia. Selesai disusun menjelang Maghrib, 19 Rajab 1436 H di Panggang, GunungkidulPenulis Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho. Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat sudah 3,6 juta fans, Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter RumayshoCom, Instagram RumayshoComUntuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar.
Anak saya adalah termasuk di antara mahasiswa yang menjadi tahanan selama lima tahun; karena ikut demonstrasi damai, ia ditahan jauh dari tempat tinggal kami sekitar 100 KM. Pertanyaannya adalah: Apakah mereka boleh mengqashar dan menjama’ shalat mereka, sementara kondisi mereka seperti itu di dalam penjara. Mereka dilarang mengerjakan shalat jum’at mereka sudah tidak melaksanakannya salama 10 bulan.
https://islamqa.info/id/answers/222814/apakah-dibolehkan-bagi-tahanan-untuk-mengqashar-dan-menjama-shalat
Alhamdulillah.Jika narapidana telah ditahan di penjara di luar kota tempat tinggalnya, sejauh jarak tempuh yang dibolehkan untuk mengqashar shalat, maka ia hukumnya sebagai musafir. Jika ia tidak tahu kapan bisa keluar maka ia tetap mengqashar shalat dan menjama’ dua shalat jika dibutuhkan untuk dijama’ sampai ia keluar dari penjara atau ia mengetahui bahwa masa tahanannya lebih dari empat hari. Jika ia mengetahui kalau masa tahanannya lebih dari empat hari, seperti hukumnya orang yang ditahan lebih dari itu, maka ia tidak mendapatkan rukhsah dengan rukhsah safar menurut jumhur ahli fikih. Jarak perjalanan yang disyari’atkan untuk mendapatkan rukhsah (keringanan) dalam safar menurut jumhur ahli fikih adalah sejauh kurang lebih 80 KM, barang siapa yang bepergian sekali jalan sejauh jarak tempuh tersebut atau lebih jauh lagi, maka ia boleh mengambil rukhsah safar dengan mengusap sepatu selama tiga hari tiga malam, menjama’ dan mengqashar shalat, tidak berpuasa di hari Ramadhan. Seorang musafir yang bermukim di negaranya, akan tetapi ia tidak tahu kapan keperluannya selesai, belum menentukan waktu tertentu untuk bermalam, maka ia boleh mengambil rukhsah safar meskipun dalam jangka waktu yang lama. Ibnu Qudamah –rahimahullah- di dalam Al Mughni: (2/215) “Barang siapa yang tidak berniat tinggal lebih dari 21 kali shalat, maka ia boleh mengqashar, meskipun ia telah bermukim selama beberapa tahun, seperti seorang yang tinggal untuk menyelesaikan urusannya dengan harapan bisa berhasil, atau untuk berjihad dengan musuh, atau ditahan oleh penguasa, atau karena penyakit, baik di dalam benaknya akan mampu diselesaikan dalam waktu singkat atau dalam waktu lama, setelah ia memperkirakan akan selesai dalam jangka waktu yang tidak menggugurkan hukum safar. Ibnu Mundzir berkata: “Para ulama telah melakukan ijma’ bahwa seorang musafir boleh mengqashar selama tidak berniat untuk bermukim, meskipun berlalu selama beberapa tahun”. Baca juga jawaban soal nomor: 105844 Kedua: Para narapidana tidak diwajibkan melaksanakan shalat Jum’at sementara mereka berada di dalam ruang tahanan mereka, jika memungkinkan bagi mereka untuk mendirikan shalat Jum’at di masjid penjara maka mereka wajib melakukannya. Dan setiap penghuni ruang tahanan di antara mereka hendaknya melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah di dalam ruang tahanan mereka, jika tidak memungkinkan untuk shalat di masjid penjara. Syeikh Ibnu Baaz –rahimahullah- berkata: “Majelis Haiah Kibar Ulama telah memberi fatwa, tidak menyetujui jika para narapidana semua berkumpul dengan satu imam di dalam shalat Jum’at dan shalat jama’ah, sementara mereka berada di dalam ruang tahanan, mereka mengikuti imam tersebut melalui pengeras suara; karena mereka tidak wajib melaksanakan shalat Jum’at, mereka pun tidak memungkinkan untuk mendatangi tempat shalat tersebut dan karena sebab-sebab lainnya. Dan bagi siapa saja yang memungkinkan untuk hadir guna melaksanakan shalat Jum’at di masjid penjara, jika ada masjid yang dipakai untuk shalat Jum’at, maka laksanakan shalat dengan berjama’ah, kalau tidak maka shalat Jum’at menjadi gugur dan diganti dengan shalat dzuhur. Setiap kelompok mereka melaksanakan shalat jama’ah di dalam ruang tahanan mereka masing-masing, jika tidak mungkin mengumpulkan mereka di dalam satu masjid atau di dalam satu tempat”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz: 12/155-156) Ulama Lajnah berkata: “Jika shalat Jum’at dilaksanakan di dalam penjara atau di tempat lainnya dan narapidana mampu melaksanakannya, maka mereka wajib melaksanakannya. Jika tidak bisa melakanakan shalat Jum’at maka diganti dengan shalat dzuhur”. (Fatawa Lajnah Daimah: 8/184) Jika mereka ditahan karena beberapa hukum yang bersumber dari mereka, dan menjadikan mereka menetap di dalam penjara untuk menyelesaikan hukum tersebut, maka mereka dihukumi sebagai orang yang mukim, tidak mendapatkan rukhsah qashar dan jama’ juga membatalkan puasa Ramadhan, mereka juga shalat berjama’ah, setiap kelompok mereka shalat di ruang tahanan mereka sendiri, mereka tidak wajib shalat Jum’at, kecuali diizinkan oleh aparat penjara untuk melaksanakan shalat di masjid penjara, maka shalat Jum’at menjadi wajib. Adapun jika mereka dalam kondisi tidak mengetahui esok hari akan seperti apa, aparat penjara biasanya memindahkan mereka dari kota ke kota lainnya, maka seperti mereka ini mendapatkan rukhsah safar dan dibolehkan untuk menjama’ dan mengqashar shalat mereka. Semoga Allah berkenan membebaskan para narapidana yang terdzolimi, dan membuka sempitnya ujian mereka yang diuji dari umat Islam. Untuk penjelasan lebih lanjut bisa dibaca jawaban soal nomor: 81421 Wallahu A’lam
Jika narapidana telah ditahan di penjara di luar kota tempat tinggalnya, sejauh jarak tempuh yang dibolehkan untuk mengqashar shalat, maka ia hukumnya sebagai musafir. Jika ia tidak tahu kapan bisa keluar maka ia tetap mengqashar shalat dan menjama dua shalat jika dibutuhkan untuk dijama sampai ia keluar dari penjara atau ia mengetahui bahwa masa tahanannya lebih dari empat hari. Jarak perjalanan yang disyariatkan untuk mendapatkan rukhsah keringanan dalam safar menurut jumhur ahli fikih adalah sejauh kurang lebih 80 KM, barang siapa yang bepergian sekali jalan sejauh jarak tempuh tersebut atau lebih jauh lagi, maka ia boleh mengambil rukhsah safar dengan mengusap sepatu selama tiga hari tiga malam, menjama dan mengqashar shalat, tidak berpuasa di hari Ramadhan. Seorang musafir yang bermukim di negaranya, akan tetapi ia tidak tahu kapan keperluannya selesai, belum menentukan waktu tertentu untuk bermalam, maka ia boleh mengambil rukhsah safar meskipun dalam jangka waktu yang lama. Dan setiap penghuni ruang tahanan di antara mereka hendaknya melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah di dalam ruang tahanan mereka, jika tidak memungkinkan untuk shalat di masjid penjara. Syeikh Ibnu Baaz rahimahullah berkata Majelis Haiah Kibar Ulama telah memberi fatwa, tidak menyetujui jika para narapidana semua berkumpul dengan satu imam di dalam shalat Jumat dan shalat jamaah, sementara mereka berada di dalam ruang tahanan, mereka mengikuti imam tersebut melalui pengeras suara karena mereka tidak wajib melaksanakan shalat Jumat, mereka pun tidak memungkinkan untuk mendatangi tempat shalat tersebut dan karena sebabsebab lainnya. Dan bagi siapa saja yang memungkinkan untuk hadir guna melaksanakan shalat Jumat di masjid penjara, jika ada masjid yang dipakai untuk shalat Jumat, maka laksanakan shalat dengan berjamaah, kalau tidak maka shalat Jumat menjadi gugur dan diganti dengan shalat dzuhur. Majmu Fatawa Ibnu Baaz 12155156 Ulama Lajnah berkata Jika shalat Jumat dilaksanakan di dalam penjara atau di tempat lainnya dan narapidana mampu melaksanakannya, maka mereka wajib melaksanakannya. Semoga Allah berkenan membebaskan para narapidana yang terdzolimi, dan membuka sempitnya ujian mereka yang diuji dari umat Islam. Untuk penjelasan lebih lanjut bisa dibaca jawaban soal nomor 81421 Wallahu Alam
Contoh Loyalitas pada Orang Kafir
https://muslim.or.id/1883-contoh-loyalitas-pada-orang-kafir.html
Daftar Isi Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman. Para pengunjung setia muslim.or.id, berikut adalah lanjutan penjelasan mengenai al wala wal baro, tulisan dari al Ustadz Abdullah Taslim, MA (sedang menempuh S3 di Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia). Tulisan kali ini akan mengulas beberapa contoh loyalitas dengan orang kafir. Kami harapkan pembaca juga dapat membaca tulisan di sini yang berisi penjelasan manakah interaksi yang dibolehkan dengan non muslim. Semoga Allah senantiasa memberikan pada kita ilmu yang bermanfaat. Karena menyerupai mereka dalam hal-hal tersebut menunjukkan kecintaan kepada mereka. Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka[1]. Maka diharamkan menyerupai orang-orang kafir dalam hal-hal yang merupakan kekhususan mereka (yang membedakan mereka dengan orang-orang muslim), berupa adat-istiadat, peribadatan, penampilan dan tingkah laku mereka, seperti mencukur jenggot dan memanjangkan kumis, berbicara dengan bahasa mereka tanpa ada keperluan, model pakaian, tata cara makan, minum dan sebagainya. Hijrah dalam arti dan untuk tujuan ini wajib bagi seorang muslim, karena bermukim di negeri orang-orang kafir menunjukkan loyalitas kepada mereka. Oleh karena itulah, Allah mengharamkan bagi seorang muslim untuk tinggal di lingkungan orang-orang kafir kalau dia mampu untuk berhijrah (ke negeri kaum muslimin). Allah Taala berfirman, { } Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: Dalam keadaan bagaimana kamu ini?. Mereka menjawab: Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah). Para malaikat berkata: Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah dibumi itu. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun (QS an-Nisaa:97-99). (Dalam ayat ini) Allah tidak memberi uzur untuk bermukim di negeri orang-orang kafir kecuali bagi orang-orang lemah yang tidak mampu berhijrah. Demikian pula orang-orang yang bermukim (di negeri orang-orang kafir) untuk kemaslahatan agama, seperti berdakwah (menyeru manusia) ke jalan Allah dan menyiarkan agama Islam di negeri mereka. Bepergian ke negeri orang-orang kafir haram (hukumnya) kecuali dalam keadaan terpaksa, seperti berobat, berdagang, dan mempelajari bidang-bidang (ilmu) tertentu yang bermanfaat (bagi kaum muslimin), yang tidak mungkin tercapai kecuali dengan bepergian ke (negeri) mereka. Maka ini diperbolehkan sesuai dengan kebutuhan (secukupnya), dan jika telah selesai kebutuhannya wajib (untuk segera) kembali ke negeri kaum muslimin. Bolehnya bepergian (ke negeri mereka) ini dengan syarat seorang muslim (wajib) menampakkan dan merasa bangga dengan keislamannya, serta menjauhi tempat-tempat yang buruk, dalam rangka mewaspadai tipu daya mereka. Demikian pula bepergian (ke negeri mereka) diperbolehkan atau (bahkan) diwajibkan jika tujuannya untuk berdakwah ke jalan Allah dan menyiarkan agama Islam. Ini termasuk pembatal keislaman dan sebab (yang menjadikan seseorang) murtad (keluar dari Islam), kita berlindung kepada Allah dari semua itu. Allah Taala berfirman, { } Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang selain kaum muslimin, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu mencintai mereka, padahal mereka tidak mencintai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: Kami beriman; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): Matilah kamu karena kemarahanmu itu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan (QS Ali Imran:118-120). Penanggalan masehi dibuat untuk mengingat kelahiran nabi Isa al-Masih alaihis salam (menurut persangkaan mereka), yang ini mereka ada-adakan sendiri dan bukan berasal dari ajaran nabi Isa alaihis salam. Maka menggunakan penanggalan ini berarti ikut serta dalam menghidupkan syiar agama dan hari raya mereka. Maka untuk menghindari semua inilah, ketika para sahabat radhiyallahu anhum ingin membuat penanggalan untuk kaum muslimin, di jaman khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, mereka tidak mau menggunakan penanggalan-penanggalan orang-orang kafir, tetapi mereka membuat penanggalan berdasarkan (waktu) hijrahnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (penanggalan hijriah), yang ini menunjukkan wajibnya membedakan diri dengan orang-oang kafir dalam hal-hal yang merupakan kekhususan mereka. Sebagian ulama ahlus sunnah ada yang menafsirkan firman Allah Taala, { } Dan orang-orang yang tidak menghadiri (hal-hal yang bersifat) kedustaan/perayaan-perayaan orang-orang kafir (QS al-Furqan:72). Artinya: termasuk sifat hamba-hamba Allah (yang bertakwa) adalah mereka tidak menghadiri perayaan-perayaan orang-orang kafir. Allah Taala berfirman, { } Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal (QS Thaaha:131). Akan tetapi, ini bukan berarti kaum muslimin tidak diperbolehkan mengusahakan sebab-sebab kekuatan (kemajuan) dengan mempelajari (teknologi di bidang) industri dan penunjang (bidang) ekonomi yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, serta strategi ketentaraan, bahkan ini semua harus diusahakan (oleh kaum muslimin). Bahkan (pada hakikatnya) semua kemanfaatan dan kebaikan yang tersimpan di alam semesta ini asalnya adalah untuk kaum muslimin. Allah Taala berfirman, { } Katakanlah:Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik. Katakanlah:Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat (QS al-Araaf:32). Kita dapati sebagian kaum muslimin memberi nama putra-putri mereka dengan nama-nama asing (barat/kafir) dan meninggalkan nama-nama yang telah dikenal di (kalangan) masyarakatnya (masyarakat muslim). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, Nama yang paling dicintai Allah Taala adalah Abdullah dan Abdurrahman[2]. Allah telah mengharamkan perbuatan ini dalam firman-Nya, { } Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam (QS at-Taubah:113). Karena perbuatan ini menunjukkan kecintaan kepada mereka dan membenarkan apa yang ada pada mereka. Perlu dicamkan di sini, bahwa sikap al-wala dan al-bara terhadap orang-orang kafir ini tidak kemudian menjadikan kita berbuat melampaui batas dan menzhalimi mereka, dengan melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam syariat, seperti membunuh/menganiaya orang yang tidak bersalah di antara mereka, mengambil harta mereka tanpa alasan yang benar, dan sebagainya. Allah Taala telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya, { } Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik (dalam urusan dunia) dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (QS al-Mumtahanah:8). Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan berkata, Makna ayat ini: orang-orang kafir yang tidak mengganggu dan memerangi kaum muslimin, serta tidak mengusir kaum muslimin dari negeri mereka, maka kaum muslimin membalas (kebaikan mereka) itu dengan balasan yang sesuai, (yaitu) dengan berbuat baik dan adil dalam urusan dunia, akan tetapi dalam hati kaum muslimin tidak boleh mencintai mereka. Karena (dalam ayat ini) Allah membolehkan berbuat baik (dalam urusan dunia) dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) tersebut, dan Dia tidak mengatakan (bolehnya) mencintai dan bersikap loyal kepada mereka. Semakna dengan ini, firman Allah Taala tentang kedua orang tua yang kafir: { } Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku (QS Luqmaan:15). Dan dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Asma radhiyallahu anha ketika ibunya yang kafir datang kepadanya, Sambunglah (hubungan kekeluargaan) dengan ibumu[3]. Maka menyambung hubungan keluarga dan balasan (kebaikan) duniawi tidak sama dengan mencintai dan bersikap loyal. Karena menyambung hubungan keluarga dan pergaulan yang baik merupakan daya tarik bagi orang-orang kafir untuk masuk Islam, maka ini termasuk cara untuk mendakwahi mereka. Berbeda dengan sikap loyal dan cinta yang menunjukkan pembenaran dan keridhaan terhadap perbuatan mereka, yang ini justru merupakan sebab untuk tidak mendakwahi/mengajak mereka untuk masuk Islam. Demikian pula keharaman bersikap loyal kepada orang-orang kafir tidak berarti diharamkannya menjalin hubungan dengan mereka dalam urusan perdagangan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, import barang-barang dan hasil industri (mereka) yang bermanfaat, serta mengambil manfaat dari pengalaman dan penemuan-penemuan mereka. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah menyewa Ibnu Uraiqith al-Laitsi sebagai penunjuk jalan, padahal dia orang kafir. Sebagaimana beliau shallallahu alaihi wa sallam pernah berhutang kepada seorang (yang beragama) yahudi. Dari dulu sampai sekarang kaum muslimin mengimport barang-barang dan hasil idustri dari orang-orang kafir. Kita membeli barang-barang tersebut dari mereka dengan membayar harganya, sehingga sama sekali tidak ada jasa dan kebaikan mereka untuk kita (dalam masalah ini)[4]. Syaikh Abdul Muhsin al-Qasim[5] ketika menjelaskan masalah ini, beliau berkata, Meskipun (kita wajib) membenci dan memusuhi mereka, serta berlepas diri dari sembahan-sembahan mereka (selain Allah), akan tetapi (agama) Islam mengharamkan (umatnya) membunuh orang kafir yang terjaga (jiwanya), yaitu orang kafir dzimmi[6], muaahad[7], dan mustaman[8], dan Islam melarang (kita) merampas harta, menganiaya, atau melampaui batas terhadap mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang membunuh (orang kafir) muaahad maka dia tidak akan mencium wanginya surga, padahal wanginya bisa tercium dari jarak empat puluh tahun perjalanan[9]. Bahkan meskipun membenci mereka, kita wajib mendakwahi mereka ke (jalan) Allah dengan hikmah dan ilmu, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersama orang-orang musyrik. Agama Islam adalah (agama) yang moderat dalam meyakini sikap al-wala dan al-bara. Islam tidak mengajarkan sikap ekstrim dalam masalah ini dengan membunuh orang-orang kafir yang terjaga (jiwanya). (Sebagaimana Islam juga tidak mengajarkan) sikap terlalu longgar dalam masalah ini dengan bersikap loyal yang diharamkan, atau at-tawalli (kecintaan kepada orang-orang kafir) yang menyebabkan pelakunya keluar/murtad dari agama Islam. Wajib bagi setiap muslim untuk bersikap adil (moderat) dalam menerapkan ibadah yang agung ini, dan menjauhi sikap ekstrim dan longgar (dalam masalah ini). Hendaknya kita menerapkan semua ini berdasarkan ilmu dan petunjuk dalam syariat Islam (al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam)[10]. Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, dan semoga Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang Allah teguhkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, serta menempatkan mereka di dalam surga-Nya, Amin. Kota Nabi shallallahu alaihi wa sallam, 23 Ramadhan 1430 H Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, MA
Daftar Isi Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Para pengunjung setia muslim.or.id, berikut adalah lanjutan penjelasan mengenai al wala wal baro, tulisan dari al Ustadz Abdullah Taslim, MA sedang menempuh S3 di Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia. Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka1. Oleh karena itulah, Allah mengharamkan bagi seorang muslim untuk tinggal di lingkungan orangorang kafir kalau dia mampu untuk berhijrah ke negeri kaum muslimin. Mereka menjawab Kami adalah orangorang yang tertindas di negeri Mekah. Orangorang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburukburuknya tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik lakilaki atau wanita ataupun anakanak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan untuk hijrah. Mereka itu, mudahmudahan Allah memaafkannya. Bolehnya bepergian ke negeri mereka ini dengan syarat seorang muslim wajib menampakkan dan merasa bangga dengan keislamannya, serta menjauhi tempattempat yang buruk, dalam rangka mewaspadai tipu daya mereka. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan QS Ali Imran118120. Penanggalan masehi dibuat untuk mengingat kelahiran nabi Isa alMasih alaihis salam menurut persangkaan mereka, yang ini mereka adaadakan sendiri dan bukan berasal dari ajaran nabi Isa alaihis salam. Maka menggunakan penanggalan ini berarti ikut serta dalam menghidupkan syiar agama dan hari raya mereka. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal QS Thaaha131. Akan tetapi, ini bukan berarti kaum muslimin tidak diperbolehkan mengusahakan sebabsebab kekuatan kemajuan dengan mempelajari teknologi di bidang industri dan penunjang bidang ekonomi yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, serta strategi ketentaraan, bahkan ini semua harus diusahakan oleh kaum muslimin. Kita dapati sebagian kaum muslimin memberi nama putraputri mereka dengan namanama asing baratkafir dan meninggalkan namanama yang telah dikenal di kalangan masyarakatnya masyarakat muslim. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, Nama yang paling dicintai Allah Taala adalah Abdullah dan Abdurrahman2. Karena perbuatan ini menunjukkan kecintaan kepada mereka dan membenarkan apa yang ada pada mereka. Allah Taala telah mengingatkan hal ini dalam firmanNya, Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dalam urusan dunia dan berlaku adil terhadap orangorang kafir yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil QS alMumtahanah8. Semakna dengan ini, firman Allah Taala tentang kedua orang tua yang kafir Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu QS Luqmaan15. Kita membeli barangbarang tersebut dari mereka dengan membayar harganya, sehingga sama sekali tidak ada jasa dan kebaikan mereka untuk kita dalam masalah ini4. Sebagaimana Islam juga tidak mengajarkan sikap terlalu longgar dalam masalah ini dengan bersikap loyal yang diharamkan, atau attawalli kecintaan kepada orangorang kafir yang menyebabkan pelakunya keluarmurtad dari agama Islam. Wajib bagi setiap muslim untuk bersikap adil moderat dalam menerapkan ibadah yang agung ini, dan menjauhi sikap ekstrim dan longgar dalam masalah ini. Hendaknya kita menerapkan semua ini berdasarkan ilmu dan petunjuk dalam syariat Islam alQuran dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam10. Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, dan semoga Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan orangorang yang Allah teguhkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan dariNya, serta menempatkan mereka di dalam surgaNya, Amin. Kota Nabi shallallahu alaihi wa sallam, 23 Ramadhan 1430 H Penulis Ustadz Abdullah Taslim, MA
Penjelasan Tentang Nadzar dan Sumpah
https://fatwatarjih.or.id/penjelasan-tentang-nadzar-dan-sumpah/
Pertanyaan: Assalamu’alaikum w. w. Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid yang terhormat. Pertanyaan saya: Definisi nadzar dan syarat-syaratnya?Sumpah dan syarat-syaratnya?Ada kasus begini; ada orang bertanya kepada saya, katanya dia bernadzar sesuatu jika hajatnya kelak terkabul. Ketika hajatnya sudah tercapai dia ingat pernah bernadzar tapi lupa jenis nadzarnya (karena mungkin sudah terlalu lama), jadi apa yang mesti dilakukan? Terima kasih atas jawabannya. Wassalamu’alaikum w. w. Pertanyaan dari:Dani, Sulawesi Selatan(disidangkan pada hari Jum’at, 23 Jumadilakhir 1432 H / 27 Mei 2011 M) Jawaban: Wa’alaikumussalam w. w. Saudara Dani yang baik, berikut ini jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saudara: 1. Oleh karena sumpah itu asal nadzar, maka berikut ini diterangkan mengenai pengertian sumpah dahulu, lalu setelah itu baru pengertian nadzar. Sumpah, di dalam bahasa Arab disebut: al-yamin atau al-hilf ialah kata-kata yang diucapkan dengan menggunakan nama Allah atau sifat-Nya untuk memperkuat suatu hal. Contohnya: “WalLahi (Demi Allah) saya sudah belajar” dan “Wa’azhamatillah (Demi Keagungan Allah) saya tidak mencuri”. Oleh karena sumpah itu menggunakan nama Allah atau sifat-Nya, maka ia tidak boleh dibuat main-main. Syarat sumpah: (1) berakal (2) baligh (3) Islam (4) bisa melaksanakannya (5) suka rela (tidak dipaksa). Rukun sumpah: Lafal yang dipakai dalam bersumpah yaitu harus menggunakan nama Allah atau sifat-Nya. Sumpah itu ada tiga macam: a. Sumpah Laghwi: Yaitu sumpah yang tidak dimaksudkan untuk bersumpah. Contohnya: “Demi Allah kamu harus datang” dan “Demi Allah kamu wajib makan”. Meskipun kata-kata di atas menggunakan nama Allah, namun karena kata-kata “demi Allah” tersebut tidak dimaksudkan untuk bersumpah, tapi untuk memperkuat saja, maka hukum sumpah tersebut tidak wajib membayar kafarat dan tidak ada dosanya. Hal ini berdasarkan firman Allah: [: 225] Artinya: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” [QS. al-Baqarah (2): 225] b. Sumpah Mun’aqadah: Yaitu sumpah yang memang benar-benar sengaja diucapkan untuk bersumpah untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu hal. Contohnya: “Demi Allah saya akan bersedekah sebanyak satu juta rupiah” dan “Saya bersumpah demi Allah tidak akan menipumu”. Hukum sumpah ini ialah wajib membayar kafarat jika melanggarnya. Hal ini berdasarkan firman Allah: [: 89] Artinya: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafarat/tebusan (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” [QS. al-Maidah (5): 89] Menurut ayat ini, jika seseorang bersumpah untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, lalu ia tidak bisa menepati sumpahnya itu, ia terkena kafarat. Kafarat ialah penebus dosa sumpah. Kafarat sumpah secara urut ialah: memberi makan kepada sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa diberikan kepada keluarga, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan hamba sahaya. Jika semua itu tidak bisa dilakukan maka ia wajib puasa tiga hari, baik secara berturut-turut maupun tidak. c. Sumpah Ghamus: ialah sumpah palsu/bohong, yaitu sumpah yang diucapkan untuk menipu atau mengkhianati orang lain. Sumpah palsu ini adalah salah satu dosa besar sehingga tidak ada kafaratnya atau tidak bisa ditebus dengan kafarat. Pelakunya wajib bertaubat nasuha. Dinamakan ghamus karena akan menjerumuskan pelakunya ke dalam api neraka. Jika sumpah ini menyebabkan hilangnya hak-hak, maka hak-hak tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya. Hal ini berdasarkan ayat berikut: [: 94] Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki(mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar.” [QS. an-Nahl (16): 94] Dan berdasarkan hadis berikut: : : [ ] Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda: “Dosa-dosa besar ialah: menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua, membunuh jiwa dan sumpah palsu.” [HR. al-Bukhari] Selain pembagian di atas, sumpah itu bisa dibagikan lagi -jika dilihat dari jenis isi sumpahnya- seperti berikut: Bersumpah untuk mengerjakan yang wajib atau meninggalkan yang haram. Hukumnya, sumpah ini tidak boleh dilanggar karena menguatkan apa yang dibebankan oleh Allah kepada hamba-hambaNya.Bersumpah meninggalkan yang wajib atau mengerjakan yang haram. Hukumnya, sumpah ini wajib dilanggar karena ia adalah sumpah untuk melakukan maksiat atau pendurhakaan kepada Allah, dan ia terkena kafarat.Bersumpah mengerjakan atau meninggalkan sesuatu yang mubah atau halal. Hukumnya, makruh untuk melanggarnya dan disunnahkan untuk memenuhi sumpahnya itu.Bersumpah meninggalkan yang sunnah atau mengerjakan yang makruh. Hukumnya, melanggar sumpah ini disunnahkan dan ia terkena kafarat.Bersumpah untuk mengerjakan yang sunnah atau meninggalkan yang makruh. Hukumnya, sumpah ini sunnah dipenuhi dan makruh dilanggar. Kalau dilanggar ia terkena kafarat. 2. Nadzar ialah mewajibkan suatu qurbah (kebajikan) yang sebenarnya tidak wajib menurut syariat Islam dengan lafal yang menunjukkan hal itu. Syarat nadzar: (1) Berakal (2) Baligh (3) Suka rela (tidak dipaksa). Nadzar itu adalah ibadah kuno yang telah lama dilakukan orang-orang dahulu. Nadzar itu disyariatkan, namun tidak digalakkan. Hal ini karena nadzar itu menunjukkan kekikiran orang yang bernadzar tersebut. Orang yang mau melakukan ketaatan atau kebajikan hendaknya melakukannya saja tanpa harus dengan nadzar. Hal ini sesuai dengan hadis berikut: : : [ ] Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. melarang nadzar dan bersabda: “Sesungguhnya ia tidak menolak apapun (takdir) dan hanya saja ia dikeluarkan dari orang yang kikir.” [HR. al-Bukhari dan Muslim] Nadzar itu ada dua macam; Nadzar Mutlak, yaitu nadzar yang diucapkan secara mutlak tanpa dikaitkan dengan hal lain, seperti “LilLahi ‘alayya (Wajib atasku untuk Allah) bersedekah satu juta rupiah”.Nadzar bersyarat, yaitu nadzar yang akan dilakukan jika mendapat suatu kenikmatan atau dihilangkan suatu bahaya, seperti: “Jika Allah menyembuhkan penyakitku ini, aku akan berpuasa tiga hari”. Nadzar itu wajib dipenuhi/dilaksanakan jika merupakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Contohnya, bernadzar shalat di masjid jika hajatnya terkabulkan, dan seperti bernadzar memberi makan anak yatim jika mendapat rezeki. Jika nadzar ini tidak dilaksanakan, maka orang yang bernadzar terkena kafarat. Kafaratnadzar sama dengan kafarat sumpah, yaitu memberi makan kepada sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa diberikan kepada keluarga, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan hamba sahaya. Jika semua itu tidak bisa dilakukan maka ia wajib puasa tiga hari, baik secara berturut-turut maupun tidak. Hal ini berdasarkan hadis berikut: : [ ] Artinya: Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda: “Kafarat nadzar itu kafarat sumpah.” [HR. Muslim] Tapi jika nadzar itu merupakan kemaksiatan/kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya maka nadzar tersebut tidak wajib dilaksanakan. Contohnya, bernadzar minum arak jika lulus ujian, dan seperti bernadzar membunuh si polan atau meninggalkan shalat jika naik pangkat. Hal ini sesuai dengan hadis berikut: : [ .] Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda: “Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah maka hendaklah ia mentaatiNya, dan barangsiapa bernadzar untuk mendurhakai–Nya maka janganlah ia mendurhakai–Nya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim] Orang yang bernadzar dengan suatu kemaksiatan lalu tidak melaksanakannya tidak terkena kafarat. Dan jika nadzar itu atas sesuatu yang mubah atau halal, seperti bernadzar memakai baju baru ketika pergi ke kantor dan bernadzar mengendarai mobil untuk pergi ke masjid jika bisa membeli mobil, maka nadzar ini juga wajib dilaksanakan dan apabila tidak dilaksanakan terkena kafarat. Hal ini berdasarkan hadis berikut: : : [ ] Artinya: Diriwayatkan dari Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya bahwa ada seorang perempuan mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah bernadzar menabuh gendang di hadapanmu. Beliau bersabda: “Penuhilah nadzarmu.” [HR. Abu Dawud] Menurut hadis ini, bernadzar menabuh kendang itu wajib dilaksanakan, padahal menabuh gendang itu kalau bukan suatu yang mubah maka ia adalah suatu yang makruh dan tidak akan pernah menjadi suatu qurbah (kebajikan/ketaatan). Jika ia mubah maka hadis di atas merupakan dalil yang mewajibkan pelaksanaan nadzar atas yang mubah, dan jika ia makruh maka izin untuk memenuhi nadzar tersebut menunjukkan bahwa memenuhi nadzar atas yang mubah itu lebih utama. 3. Jika seseorang itu bernadzar, lalu ia lupa jenis nadzarnya, maka karena ia tidak bisa melaksanakannya, ia wajib membayar kafarat nadzarnya itu. Hal ini karena nadzar tersebut masih menjadi hutangnya kepada Allah. Kafarat nadzar sebagaimana diterangkan yaitu dengan memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa ia makan untuk dirinya dan keluarganya atau memberi mereka pakaian atau dengan memerdekakan seorang hamba. Jika semua itu tidak sanggup ia lakukan, maka ia harus berpuasa selama tiga hari, boleh berturut-turut dan boleh tidak berturut-turut. Wallahu a’lam bisshawab Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah: No. 15, 2011
Pertanyaan Assalamualaikum w. w. Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid yang terhormat. Pertanyaan saya Definisi nadzar dan syaratsyaratnyaSumpah dan syaratsyaratnyaAda kasus begini ada orang bertanya kepada saya, katanya dia bernadzar sesuatu jika hajatnya kelak terkabul. Wassalamualaikum w. w. Pertanyaan dariDani, Sulawesi Selatandisidangkan pada hari Jumat, 23 Jumadilakhir 1432 H 27 Mei 2011 M Jawaban Waalaikumussalam w. w. Saudara Dani yang baik, berikut ini jawaban atas pertanyaanpertanyaan saudara 1. Contohnya WalLahi Demi Allah saya sudah belajar dan Waazhamatillah Demi Keagungan Allah saya tidak mencuri. Rukun sumpah Lafal yang dipakai dalam bersumpah yaitu harus menggunakan nama Allah atau sifatNya. Contohnya Demi Allah kamu harus datang dan Demi Allah kamu wajib makan. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Contohnya Demi Allah saya akan bersedekah sebanyak satu juta rupiah dan Saya bersumpah demi Allah tidak akan menipumu. Kafarat sumpah secara urut ialah memberi makan kepada sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa diberikan kepada keluarga, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan hamba sahaya. Jika semua itu tidak bisa dilakukan maka ia wajib puasa tiga hari, baik secara berturutturut maupun tidak. Dinamakan ghamus karena akan menjerumuskan pelakunya ke dalam api neraka. Hukumnya, sumpah ini wajib dilanggar karena ia adalah sumpah untuk melakukan maksiat atau pendurhakaan kepada Allah, dan ia terkena kafarat. Bersumpah meninggalkan yang sunnah atau mengerjakan yang makruh. Hukumnya, melanggar sumpah ini disunnahkan dan ia terkena kafarat. Nadzar itu adalah ibadah kuno yang telah lama dilakukan orangorang dahulu. Hal ini karena nadzar itu menunjukkan kekikiran orang yang bernadzar tersebut. Orang yang mau melakukan ketaatan atau kebajikan hendaknya melakukannya saja tanpa harus dengan nadzar. Hal ini sesuai dengan hadis berikut Artinya Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, ia berkata Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Contohnya, bernadzar shalat di masjid jika hajatnya terkabulkan, dan seperti bernadzar memberi makan anak yatim jika mendapat rezeki. bersabda Kafarat nadzar itu kafarat sumpah. Muslim Tapi jika nadzar itu merupakan kemaksiatankedurhakaan kepada Allah dan RasulNya maka nadzar tersebut tidak wajib dilaksanakan. Contohnya, bernadzar minum arak jika lulus ujian, dan seperti bernadzar membunuh si polan atau meninggalkan shalat jika naik pangkat. bersabda Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah maka hendaklah ia mentaatiNya, dan barangsiapa bernadzar untuk mendurhakaiNya maka janganlah ia mendurhakaiNya. Hal ini berdasarkan hadis berikut Artinya Diriwayatkan dari Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya bahwa ada seorang perempuan mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah bernadzar menabuh gendang di hadapanmu. Jika ia mubah maka hadis di atas merupakan dalil yang mewajibkan pelaksanaan nadzar atas yang mubah, dan jika ia makruh maka izin untuk memenuhi nadzar tersebut menunjukkan bahwa memenuhi nadzar atas yang mubah itu lebih utama. Wallahu alam bisshawab Sumber Majalah Suara Muhammadiyah No.
Begini Maksud Perintah Sering Mengingat Kematian
https://muslim.or.id/59956-begini-maksud-perintah-sering-mengingat-kematian.html
Daftar Isi [lwptoc] Sebagian kaum muslimin bisa jadi salah paham dengan maksud hadis perbanyaklah mengingat kematian. Ketika mendengar hadis ini, mereka langsung menyangka bahwa mereka diperintahkan untuk mengingat hal-hal yang mengerikan dan seram. Misalnya, Keluargamu akan terlantar. Anakmu akan menjadi yatim, istrimu akan menjadi janda. Engkau akan mati dengan ngerinya sakaratul maut. Engkau akan mati mengenaskan seperti tertabrak, sesak napas tiba-tiba, atau kena serangan jantung. Dan lain sebagainya. Sebagian kaum muslimin langsung mengingat hal-hal yang justru membuat mereka semakin susah karena mengingat kematian. Padahal bukan ini yang menjadi maksud utama perintah agar memperbanyak mengingat mati. Salah satu maksudnya adalah agar melembutkan hati dan meringankan beban dunia dengan merenungi hakikat kehidupan. Bahkan kehidupan dunia ini hanya sementara saja dan akhirat itu kekal. Pintu gerbang menuju kehidupan sejati dan kehidupan sebenarnya adalah kematian. Berikut sedikit pembahasannya. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita agar memperbanyak mengingat mati. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ﺃﻛﺜﺮﻭﺍ ﺫﻛﺮ ﻫﺎﺫﻡ ﺍﻟﻠﺬﺍﺕ ﻳﻌﻨﻰ ﺍﻟﻤﻮﺕ Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian (HR. Tirmidzi). Maksud kata memutuskan kelezatan dalam hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam Banyak yang bertanya-tanya, apa maksud memutuskan kelezatan. Apakah kita tidak boleh menikmati kelezatan dunia? Syekh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah menjelaskan bahwa maksudnya yaitu agar kita memikirkan akhirat yang merupakan kehidupan abadi dan jauh lebih baik. Dengan mengingat akhirat, kita tidak akan bersenang-senang saja di dunia dan melupakan akhirat. Beliau Rahimahullah berkata, : : Maksud dari mengingat kematian yaitu menjadikannya sering teringat dalam pikiran kita, agar kita menyiapkan bekal. Maksud dari pemutus yaitu memutuskan kelezatan di dunia dan mendekatkan dengan kelezatan akhirat (Syarh Bulughul Maram, Kitab Al-Janaiz). Baca Juga: Mati Mendadak Adalah Istirahat & Kenikmatan Bagi Mukmin Mengingat kematian juga memiliki beberapa manfaat, beberapa ulama menyebutkan manfaat-manfaat tersebut. Ad-Daqqaq Rahimahullah menjelaskan, : . : Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, dia akan dimuliakan dengan tiga perkara, yaitu: (1) bersegera dalam bertaubat, (2) hati yang qanaah, (3) bersemangat melakukan ibadah. Barangsiapa yang lupa mengingat kematian, dia akan dihukum dengan tiga perkara, yaitu: (1) menunda-nunda taubat, (2) tidak rida terhadap pemberian (takdir) Allah, (3) malas beribadah (At-Tadzkirah, 1: 27). Begitu banyaknya manfaat mengingat kematian. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyebut orang yang pintar adalah orang yang mengingat kematian, lalu mempersiapkan kehidupan setelah kematian. Sebagaimana kita ketahui bahwa apabila kita ingin mempersiapkan sesuatu, pasti kita akan sering mengingatnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, ﺍﻟﻜﻴﺲ ﻣﻦ ﺩﺍﻥ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻋﻤﻞ ﻟﻤﺎ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻭﺍﻟﻌﺎﺟﺰ ﻣﻦ ﺃﺗﺒﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﻫﻮﺍﻫﺎ ﺛﻢ ﺗﻤﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ Orang yang pandai adalah orang yang mampu mengevaluasi dirinya dan beramal (mencurahkan semua potensi) untuk kepentingan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsu, kemudian berangan-angan kosong kepada Allah (HR. Tirmidzi). Orang yang mengingat kematian adalah orang yang pandai dan selalu penuh perhitungan. Bagaimana tidak, dia benar-benar memperhitungkan dan menyiapkan kehidupan yang kekal selamanya, dibandingkan kehidupan yang hanya sementara saja. Syekh Al-Mubarakfuri menjelaskan makna al-Kayyis yaitu orang yang pandai dan berakal. Beliau Rahimahullah berkata, Al-Kayyis yaitu yang berakal dan suka berpikir (merenungkan) pada suatu urusan dan suka memperhatikan akibat-akibatnya (dampak atau hasil akhir) (Tuhfatul Ahwadzi, 8: 108). Hal ini diperkuat dengan riwayat lainnya, di mana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan orang yang cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian. Baca Juga: Hukum Berdoa Mengharapkan Kematian Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, ﻓﺄﻯ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺃﻛﻴﺲ ﻗﺎﻝ : ﺃﻛﺜﺮﻫﻢ ﻟﻠﻤﻮﺕ ﺫﻛﺮﺍ ﻭﺃﺣﺴﻨﻬﻢ ﻟﻤﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﺍﺳﺘﻌﺪﺍﺩﺍ ﺃﻭﻟﺌﻚ ﺍﻷﻛﻴﺎﺱ Lalu mukmin manakah yang paling cerdas? Beliau Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk untuk alam berikutnya. Itulah mereka yang paling cerdas (HR. Ibnu Majah). Hendaknya kita memperbanyak mengingat kematian dan langsung teringat dengan kehidupan akhirat, lalu kita berusaha mempersiapkannya dan tidak lalai. Mau tidak mau, kita pasti akan mengingat kematian, karena kita semua pasti akan mati. Allah Taala berfirman, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (QS. Ali Imran: 185). Dan kita tidak akan bisa lari dari kematian. Allah Taala berfirman, ﻗﻞ ﺇﻥ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﻔﺮﻭﻥ ﻣﻨﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻣﻼﻗﻴﻜﻢ Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu (QS. Al-Jumuah: 8). Semoga kita termasuk orang yang banyak mengingat kematian dan menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Baca Juga: — @Lombok, Pulau Seribu Masjid Penyusun: Raehanul Bahraen Artikel: muslim.or.id
Daftar Isi lwptoc Sebagian kaum muslimin bisa jadi salah paham dengan maksud hadis perbanyaklah mengingat kematian. Ketika mendengar hadis ini, mereka langsung menyangka bahwa mereka diperintahkan untuk mengingat halhal yang mengerikan dan seram. Anakmu akan menjadi yatim, istrimu akan menjadi janda. Engkau akan mati dengan ngerinya sakaratul maut. Sebagian kaum muslimin langsung mengingat halhal yang justru membuat mereka semakin susah karena mengingat kematian. Padahal bukan ini yang menjadi maksud utama perintah agar memperbanyak mengingat mati. Salah satu maksudnya adalah agar melembutkan hati dan meringankan beban dunia dengan merenungi hakikat kehidupan. Bahkan kehidupan dunia ini hanya sementara saja dan akhirat itu kekal. Pintu gerbang menuju kehidupan sejati dan kehidupan sebenarnya adalah kematian. Maksud kata memutuskan kelezatan dalam hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam Banyak yang bertanyatanya, apa maksud memutuskan kelezatan. Apakah kita tidak boleh menikmati kelezatan dunia Syekh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah menjelaskan bahwa maksudnya yaitu agar kita memikirkan akhirat yang merupakan kehidupan abadi dan jauh lebih baik. Maksud dari pemutus yaitu memutuskan kelezatan di dunia dan mendekatkan dengan kelezatan akhirat Syarh Bulughul Maram, Kitab AlJanaiz. Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, dia akan dimuliakan dengan tiga perkara, yaitu 1 bersegera dalam bertaubat, 2 hati yang qanaah, 3 bersemangat melakukan ibadah. Begitu banyaknya manfaat mengingat kematian. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyebut orang yang pintar adalah orang yang mengingat kematian, lalu mempersiapkan kehidupan setelah kematian. Sebagaimana kita ketahui bahwa apabila kita ingin mempersiapkan sesuatu, pasti kita akan sering mengingatnya. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsu, kemudian beranganangan kosong kepada Allah HR. Orang yang mengingat kematian adalah orang yang pandai dan selalu penuh perhitungan. Bagaimana tidak, dia benarbenar memperhitungkan dan menyiapkan kehidupan yang kekal selamanya, dibandingkan kehidupan yang hanya sementara saja. Syekh AlMubarakfuri menjelaskan makna alKayyis yaitu orang yang pandai dan berakal. Hendaknya kita memperbanyak mengingat kematian dan langsung teringat dengan kehidupan akhirat, lalu kita berusaha mempersiapkannya dan tidak lalai. Mau tidak mau, kita pasti akan mengingat kematian, karena kita semua pasti akan mati. Allah Taala berfirman, Tiaptiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung. Baca Juga Lombok, Pulau Seribu Masjid Penyusun Raehanul Bahraen Artikel muslim.or.id
Makrifatullah dan Urgensinya (Bag. 1)
https://muslim.or.id/73252-marifatullah-dan-urgensinya-bag-1.html
Daftar Isi Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ala Rasulillah. Amma badu, Pertama, makrifatullah (mengenal Allah), yaitu agar kita mengenal siapa Rabb kita, dapat melalui mempelajari nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Allah Taala berfirman, Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah (berulangkali) turun pada keduanya agar kalian mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS.Ath-Thalaaq: 12) Pada ayat ini, Allah Taala mengabarkan bahwa Dia menciptakan langit, bumi, serta apa yang terdapat pada keduanya dan apa yang ada di antara keduanya. Allah Taala pun menurunkan perintah-Nya, baik perintah yang syari, yaitu agama-Nya, maupun perintah yang kauni qodari, yaitu takdir-Nya yang dengan itu Allah Taala mengatur hamba-hamba-Nya. Sungguh semua itu tujuannya adalah agar kita mengetahui tentang-Nya, mengetahui bahwa kekuasaan dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa kita diciptakan untuk mengenal Rabb kita, mengenal nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Inilah salah satu tujuan hidup kita terlahir di dunia ini, yaitu makrifatullah (mengenal Allah Taala melalui mengenal nama, sifat, dan perbuatan-Nya). Kedua, ibadatullah semata (tauhid), yaitu agar kita bisa beribadah hanya kepada-Nya saja dengan benar. Allah Taala berfirman, Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (saja). (QS. Az-Zariyat: 56) Adapun pada ayat ini, Allah Taala mengabarkan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia dengan tujuan agar mereka beribadah kepada-Nya saja, atau dengan kata lain mentauhidkan Allah Taala dalam peribadatan yang kemudian dikenal dengan istilah tauhidul uluhiyyah. Kesimpulan: Dari kedua ayat ini menunjukkan bahwa tujuan hidup kita di muka bumi ini untuk mengenal Allah Taala dan beribadah serta taat kepada-Nya semata, dengan jenis peribadatan yang terbangun atas makrifatullah. Tidak masuk akal sehat orang menyembah Allah semata, namun tidak mau mengenal siapa Allah dengan baik. Baca Juga: Tauhid, Fitrah Seluruh Manusia Definisi makrifatullah adalah mengenal Allah Taala dengan cara mengenal nama, sifat, maupun perbuatan-Nya. Terdapat dua macam makrifatullah, yaitu: Pertama, makrifatullah global, yaitu mengenal Allah Taala yang merupakan dasar iman sehingga menyebabkan selamat dari kekufuran akbar dan kesyirikan akbar, serta terjaga kesahan keimanan. Makrifatullah jenis ini diketahui oleh kaum muslimin secara umum. Tidak hanya diketahui oleh ulama dan muslim yang taat saja, bahkan muslim yang awam dan pelaku maksiat pun tahu. Contoh makrifatullah global diantaranya mengenal bahwa Allah Taala itu Esa, tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Wajib beribadah kepada Allah Taala semata, tidak boleh beribadah kepada selain-Nya. Mengenal bahwa tauhid itu wajib dan syirik itu haram sebagaimana dalam surah Al-Ikhlas. Kedua, makrifatullah terperinci, yaitu mempelajari nama, sifat, maupun perbuatan Allah Taala secara rinci berdasarkan dalil-dalilnya dari Al-Quran dan Al-Hadis disertai penjelasannya sehingga terbangun keyakinan tentang Allah Taala atas dasar dalil dan membuahkan cinta dan iman kepada Allah yang semakin meningkat. Makrifatullah jenis ini biasanya hanya dipelajari oleh orang-orang yang benar-benar dan bersungguh-sunguh dalam mencintai Allah Taala. Mereka membuktikan bahwa dengan berusaha mengenal Allah Taala dengan terperinci. Bukan hanya mempelajari tiap nama, sifat, maupun perbuatan Allah Taala beserta dengan dalilnya, tetapi juga mempelajari penjelasan ulama tentang dalil-dalil sehingga ia mendapatkan kaidah ilmiah maupun faedah keimanan yang menambah rasa takut, harap, dan cintanya kepada Allah Taala. Semua ini membuahkan ketakwaan yang meningkat sehingga bertambah baik keyakinannya, ucapannya, perbuatannya baik zahir maupun batin. Begitu pula bertambah baik akidah, ibadah, muamalah, maupun akhlaknya. Mudah untuk husnuzan kepada Allah Taala. Bertambah kuat kepercayaannya kepada Allah. Tidak berputus asa dari rahmat Allah. Hatinya tawakal hanya kepada Allah. Merasakan kelezatan iman dan kemanisan ibadah kepada Allah semata. Mengagungkan Allah dan syariat-Nya. Serta rindu berjumpa dengan Allah Taala. Baca Juga: [Bersambung] *** Penulis: Said Abu Ukkasyah Artikel: www.muslim.or.id
Daftar Isi Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ala Rasulillah. Perintah Allah berulangkali turun pada keduanya agar kalian mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah, ilmuNya benarbenar meliputi segala sesuatu. QS.AthThalaaq 12 Pada ayat ini, Allah Taala mengabarkan bahwa Dia menciptakan langit, bumi, serta apa yang terdapat pada keduanya dan apa yang ada di antara keduanya. Allah Taala pun menurunkan perintahNya, baik perintah yang syari, yaitu agamaNya, maupun perintah yang kauni qodari, yaitu takdirNya yang dengan itu Allah Taala mengatur hambahambaNya. Sungguh semua itu tujuannya adalah agar kita mengetahui tentangNya, mengetahui bahwa kekuasaan dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa kita diciptakan untuk mengenal Rabb kita, mengenal nama, sifat, dan perbuatanNya. Inilah salah satu tujuan hidup kita terlahir di dunia ini, yaitu makrifatullah mengenal Allah Taala melalui mengenal nama, sifat, dan perbuatanNya. Kedua, ibadatullah semata tauhid, yaitu agar kita bisa beribadah hanya kepadaNya saja dengan benar. Allah Taala berfirman, Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu saja. AzZariyat 56 Adapun pada ayat ini, Allah Taala mengabarkan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia dengan tujuan agar mereka beribadah kepadaNya saja, atau dengan kata lain mentauhidkan Allah Taala dalam peribadatan yang kemudian dikenal dengan istilah tauhidul uluhiyyah. Tidak masuk akal sehat orang menyembah Allah semata, namun tidak mau mengenal siapa Allah dengan baik. Makrifatullah jenis ini diketahui oleh kaum muslimin secara umum. Tidak hanya diketahui oleh ulama dan muslim yang taat saja, bahkan muslim yang awam dan pelaku maksiat pun tahu. Mengenal bahwa tauhid itu wajib dan syirik itu haram sebagaimana dalam surah AlIkhlas. Kedua, makrifatullah terperinci, yaitu mempelajari nama, sifat, maupun perbuatan Allah Taala secara rinci berdasarkan dalildalilnya dari AlQuran dan AlHadis disertai penjelasannya sehingga terbangun keyakinan tentang Allah Taala atas dasar dalil dan membuahkan cinta dan iman kepada Allah yang semakin meningkat. Mereka membuktikan bahwa dengan berusaha mengenal Allah Taala dengan terperinci. Semua ini membuahkan ketakwaan yang meningkat sehingga bertambah baik keyakinannya, ucapannya, perbuatannya baik zahir maupun batin. Begitu pula bertambah baik akidah, ibadah, muamalah, maupun akhlaknya. Bertambah kuat kepercayaannya kepada Allah. Merasakan kelezatan iman dan kemanisan ibadah kepada Allah semata. Baca Juga Bersambung Penulis Said Abu Ukkasyah Artikel www.muslim.or.id
Rukhshah Tidak Shalat Jumat, Bukti Kasih Sayang Allah Pada Manusia
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/rukhshah-tidak-shalat-jumat-bukti-kasih-sayang-allah-pada-manusia/
Pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum usai. Justru hari-hari terakhir ini kian bertambah orang positifterjangkit Covid-19. Pada sisi lain, korban yang meninggal akibat Covid-19, sepanjang bulan Juni-Juli terus bertambah. Pemerintah mengeluakan kebijakan PPKM sebagai upaya memutus mata rantai laju Covid-19. Salah satu poin dalam kebijakan ini adalah menganjurkan kegiatan keagamaan di dalam rumah Ibadah ditiadakan. Artinya, ibadah dari rumah saja. Misalnya shalat berjamaah, shalat Idul Adha, dan shalat Jumat. Nah terkait shalat Jumat, para ulama memberikan fatwa hendaknya diganti dengan shalat Zuhur. Pasalnya, bila memaksakan berkerumunan dalam ibadah Jumat, dikhawatirkan akan justru menimbulkan mudharat. Untuk itu, ada keringanan hukum dalam pelaksanaan Jumat. Sementara itu, Imam Qadhi Iyadh dalam kitab Hasyiatul Jamal mengatakan jika seseorang terkena penyakit menular (kusta, lepra, wabah termasuk virus Corona), maka dia dilarang bergaul dengan masyarakat sekitar. Pun ia juga dilarang masuk masjid, untuk melaksanakan shalat Jumat dan shalat wajib secara berjamaah. Berikut pendapatnya; Artinya; Imam Qadhi Iyadh mengambil rujukan dari para ulama terkait kewajiban melarang orang yang terkena kusta dan lepra untuk memasuki masjid, juga dilarang berbaur di tengah masyarakat. Termasuk yang membolehkan tidak shalat Jumat, karena adanya wabah. Pandemi tergolong pada uzur syariat, sehingga memberikan keringanan hukum dalam meninggalkan Jumat. Di samping itu, efek dari memaksakan diri untuk shalat Jumat dalam kerumunan massa yang banyak dikhaatirkan akan menimbulkan mudharat. Bila tidak tertular, bisa jadi menularkan bagi orang lain. Penjelasan ini dibahas secara gamblang oleh Syekh al-Mardawi. Keterangan itu ada dalam kitab Al-Inshaf, juzIV, hal. 464. Ia berkata; . Artinya : Orang sakit dimaafkan (boleh) meninggalkan shalat Jumat dan jamaahtak ada perbedaan pendapat ulama tentang hal ini. Dan dimaafkan pula dalam meninggalkan Jumat dan jamaah karena khawatir terkena sakit Rukhshah Bukti Nyata Kasih Sayang Allah Tak dapat dipungkiri, setaip umat Islam yang sudah menginjak usia baligh dan berakal sempurna, syariat Islam mewajibkan baginya untuk menjalan aturan hukum agama Islam. Misalnya shalat, puasa, haji, dan termasuk ibadah Jumat berjamaah. Itu kewajiban manusia secara personal. Meski demikian, kenyataannya dalam pelbagai kondisi tertentu ada saja kesulitan dan penghalang umat Islam untuk menjalankan kewajiban hukum agama tersebut. Pasalnya, keadaan seseorang tidak semuanya berjalan sesuai rencana. Terkadang terbentur pada halangan atau tidak bisa melakukan kewajiban sesuai ketentuan. Misalnya; sakit, hujan lebat, cuaca ekstrem, dan termasuk juga wabah pandemi. Oleh karena itu, Allah Swt. memberikan dispensasi hukum (Rukhshah) kepada umat Islam. Keringan hukum itu membuat seseorang diperkenan untuk meninggalkan aturan agama tersebut. Bahkan bila ia memaksakan diri menjalankan keajiban agama tersebut, padahal dalam kesulitan, maka ia akan diberikan dosa. Misalnya orang yang sakit parah, kemudian memaksakan diri puasa. Yang bisa membinasakan jiwa, itu bukan pahala yang ia dapat, tetapi dosa. Atau seorang yang memaksakan diri untuk berangkat haji, padahal belanja keluarga yang ditinggal tidak ada. Atau di tengah jalan ada perampok atau teroris yang akan membajak pesawat. Bila memaksakan diri, maka akan diganjar dengan dosa. Ada pun Rukhsah itu sebagai bukti kasih Allah pada hambanya. Pasalnya Allah tak ingin manusia dalam kesulitan. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam Alquran Q.S al-Qaqarah ayat 185; Artinya; Allah Swt menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Sementara itu, di dalam hadis pun Nabi Muhammad bersabda tentang keringan hukum atau rukhshah adalah rahmat dan kasih sayang Allah pada hamba-Nya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi Nabi bersabda; Artinya: Sesungguhnya Allah sangat menyukai seorang hamba yang mengambil rukhshah / keringan hukum, sebagaimana ia menyukai pelaksanaan ibadah atau kewajiban secara normal. Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad menjelaskan bahwa keringana hukum atau rukhshah adalah sedekah Allah pada hamba-Nya. Agar hamba tersebut tidak dalam kesulitan. Hadis itu datang ketika Nabi menjelaskan kebolehan qashar (ringkas) shalat dalam keadaan tertentu. Nabi bersabda melalui hadis riwayat Imam Muslim No. 1108; { } Artinya; dari Yala bin Umayyah, katanya; Aku berkata kepada [Umar bin Khattab] mengenai ayat yang berbunyi ; Tak ada dosa atasmu meng-qashar shalat, jika kamu khawatir terhadap orang-orang kafir yang hendak memberi cobaan kepadamu. QS. Annisa; 101, sementara manusia saat ini dalam kondisi aman (maksudnya tidak dalam kondisi perang). Umar menjawab; Sungguh aku juga pernah penasaran tentang ayat itu sebagaimana kamu penasaran, lalu aku tanyakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang ayat tersebut, beliau lalu menjawab: Rukhshah (keringan hukum) adalah sedekah Allah untuk kalian, maka terimalah sedekah itu. Pada kesempatan lain nabi menjelaskan misinya dalam beragama adalah untuk memudahkan manusia. Bukan justru sebaliknya; mempersulit. Nabi bersabda; Aku diutus dengan membawa agama yang condong pada kebenaran, murah dan mudah. (HR. Ahmad). Terakhir, rukhshah dalam hukum Islam merupakan bentuk cinta Allah pada hambanya. Keringan hukum itu mempunyai legal standing hukum yang jelas. Kuat dan bisa diperpegangi. Ada nash shahih yang jadi landasan hukumnya. Termasuk dalam keringan hukum tidak melaksankan shalat Jumat. Sebagai gantinya dengan mengerjakan shalat Zuhur. Itu sudah difatwakan ulama dari pelbagai dunia Islam. Semoga bermanfaat. (Baca: Peniadaan Shalat Jumat di Tengah Wabah Virus Corona Tinjauan Maqasid asy-Syariah)
Pandemi Covid19 di Indonesia masih belum usai. Justru harihari terakhir ini kian bertambah orang positifterjangkit Covid19. Salah satu poin dalam kebijakan ini adalah menganjurkan kegiatan keagamaan di dalam rumah Ibadah ditiadakan. Misalnya shalat berjamaah, shalat Idul Adha, dan shalat Jumat. Sementara itu, Imam Qadhi Iyadh dalam kitab Hasyiatul Jamal mengatakan jika seseorang terkena penyakit menular kusta, lepra, wabah termasuk virus Corona, maka dia dilarang bergaul dengan masyarakat sekitar. Termasuk yang membolehkan tidak shalat Jumat, karena adanya wabah. Bila tidak tertular, bisa jadi menularkan bagi orang lain. Penjelasan ini dibahas secara gamblang oleh Syekh alMardawi. Pasalnya, keadaan seseorang tidak semuanya berjalan sesuai rencana. Keringan hukum itu membuat seseorang diperkenan untuk meninggalkan aturan agama tersebut. Misalnya orang yang sakit parah, kemudian memaksakan diri puasa. Atau seorang yang memaksakan diri untuk berangkat haji, padahal belanja keluarga yang ditinggal tidak ada. Atau di tengah jalan ada perampok atau teroris yang akan membajak pesawat. Bila memaksakan diri, maka akan diganjar dengan dosa. Pasalnya Allah tak ingin manusia dalam kesulitan. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam Alquran Q.S alQaqarah ayat 185 Artinya Allah Swt menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi Nabi bersabda Artinya Sesungguhnya Allah sangat menyukai seorang hamba yang mengambil rukhshah keringan hukum, sebagaimana ia menyukai pelaksanaan ibadah atau kewajiban secara normal. Agar hamba tersebut tidak dalam kesulitan. Nabi bersabda melalui hadis riwayat Imam Muslim No. Annisa 101, sementara manusia saat ini dalam kondisi aman maksudnya tidak dalam kondisi perang. Umar menjawab Sungguh aku juga pernah penasaran tentang ayat itu sebagaimana kamu penasaran, lalu aku tanyakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang ayat tersebut, beliau lalu menjawab Rukhshah keringan hukum adalah sedekah Allah untuk kalian, maka terimalah sedekah itu. Nabi bersabda Aku diutus dengan membawa agama yang condong pada kebenaran, murah dan mudah. Terakhir, rukhshah dalam hukum Islam merupakan bentuk cinta Allah pada hambanya. Termasuk dalam keringan hukum tidak melaksankan shalat Jumat. Sebagai gantinya dengan mengerjakan shalat Zuhur. Itu sudah difatwakan ulama dari pelbagai dunia Islam.
Wanita Cantik Dalam Islam
https://dalamislam.com/info-islami/wanita-cantik-dalam-islam
Bismillahhirahmanirahim,Hampir seluruh wanita di dunia ini senang kelihatan cantik dan menarik. Karena itu banyak wanita yang berhias diri agar tampak menarik dan mempesona. Pengertian Cantik itu sendiri relatif dan subjektif tergantung dari siapa dan bagaimana orang memaknainya.Cantik dapat dimaknai dengan indah dipandang mata, anggun dan elok. Namun secara istilah, cantik tidak hanya dari apa yang terlihat namun bisa juga dari apa yang tersirat. Cantik tidak saja dinilai dari fisik namun cantik itu adalah apa yang muncul dari dalam hati yang tercermin dalam perilaku atau akhlaq yang dikenal dengan istilah inner beauty atau kecantikan yang terpancar dari dalam. Islam adalah agama yang menyukai keindahan dan keelokan. Ajaran Islam sendiri adalah tentang bagaimana berakhlak yang elok atau mulia. Bisa dikatakan kalau Islam adalah agaman yang menyukai keindahan atau kecantikan. Oleh karena itu Allah menciptakan wanita sebagai makhluk yang yang cantik yang digambarkan sebagai perhiasan dunia. Hampir semua bagian dari wanita adalah keindahan, baik itu suara, tingkah laku dan seluruh fisiknya. Sebab itulah harus dijaga dan menjada diri dari pandangan serta tindakan yang dilarang Allah. bukanlah cantik dari pisik semata. Wanita cantik adalah yang  menjaga perhiasanya dari pandangan orang yang bukan mahramnya. Dalam artian wanita shalehah adalah wanita yang menjaga diri dan kehormatannya . Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda :“Dari Abi Hurairah RA, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, apabila seorang wanita telah melaksanakan sholat lima waktunya, menjalankan puasa, menjaga kemaluannya, dan taat pada suaminya, maka dia akan masuk surga dari pintu manapun yang disukainya.” Hadist ini menggambarkan pahala yang diberikan kepada wanita yang senantiasa mengerjakan amal shaleh dan menjaga kehormatan di jalan Allah adalah surga. Begitulah pandangan Islam terhadap wanita yang padanya adalah kecantikan dan perhiasan.Baca juga :Kriteria Wanita Cantik Dalam IslamSesungguhnya semua wanita itu cantik, sebagai mana yang tersirat dalam hadist berikut : Rasulullah SAW bersabda “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah” (HR. Muslim).  Bagitulah perumpamaan wanita cantik dalam Islam yang indah seperti keindahan perhiasan namun Islam memandang perhiasan yang terbaik adalah wanita shalehah.Dari hadis di atas sudah tergambar ciri-ciri wanita cantik dalam Islam adalah wanita sholehah. Yang dikatakan wanita sholehah itu sendiri adalah :  Taat pada AllahMengerjakan amal baik dan meninggalkan amal buruk karena Allah. Salah satu amalan yang baik adalah shalat lima waktu, shalat sunat seperti, ,  manjalankan puasa wajib dan sunah seperti : , , membayar   seperti ,  dan amalan yang telah diperintahkan Allah kepada hambanya baik yang wajib dan sunah.2. Menjaga kemaluannyaWanita yang mampu menjaga kehormatan, jauh  dari dan menjaga kecantikanya untuk mahramnya itulah ciri wanita sholehah yang cantik menurut Islam. Dalam Alquran Allah subnahau wataala berfirman: “Katakanlah pada wanita-wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandanganya, dan kemaluannya dan jangan lah mereka menampakan perhiasanya, kecuali yang biasa Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putra saudara laki-laki mereka, atau putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka milik, atau pelayan laki-laki yang tidak memiliki hasrat terhadap mereka, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar terlihat perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung” (QS. An-nur ayat 31)Baca juga :3. Taat pada suamiWanita cantik adalah wanita yang shalehah, dan wanita sholehah adalah mereka yang taat pada suaminya, karena   adalah dosa di sisi Allah. Patuh pada suami di sini dalam hal yang diredai Allah bukan hal lainya. Pada zaman modern ini, banyak wanita yang karena ego dan meresa lebih dari suami, sering membantah apa yang diperintahkan suami. Tidak jarang suami dan istri menjadi lawan berdebat dalam segala urusan termasuk urusan kepada Allah.Namun ini bukan berarti wanita sholehah tidak boleh berpendapat dalam , asalkan dengan cara yang santun. Dalah hadist Nabi SAW mengambarkan : “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholelah, yang bila engkau memandangnya ia mengembirakan (menyenangkan)mu, bila engkau perintah ia menaatimu dan bila engkau berpergian meningkalkannya ia menjaga dirinya untukmu dan hartamu”.4. Menutup auratSemua bagian dari wanita itu adalah aurat yang tidak boleh dinampakan kepada siapapun kecuali pada mahramnya. Oleh karena itu Allah memerintahkan wanita untuk menutup aurat, agar senantiasa terjaga kecantikan dan kehormatannya.Allah SWT berfirman dalam Alquran mengenai  : “ Wahai nabi katakanlah pada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan orang mukmin. Hendaklah ia mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS. ayat 59)5. Berakhlak muliaWanita cantik dan  adalah wanita yang mulia akhlaknya.  saling berkaitan, keimanan yang teguh melahirkan yang bagus dan terpuji. Dalam hadist dikatakan: “Susungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian. Tapi Allah melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah )6. Tidak menyerupai orang kafirCantik versi Islam adalah wanita yang senantiasa berpenampilan sebagaimana layaknya muslimah. Wanita yang menutup aurat dan tidak menyerupai penampilan orang kafir atau lawan jenisnya. Karena hal demikian dilarang dalam Islam.  Fatwa Ulama mengatakan “ keserupaan dalam lahiriyah akan berpengaruh terhadap keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu kita dilarang bertasyabuh atau menyerupai orang kafir”. Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut : “ Sesungguhnya Rasulullah melaknat wanita yang meniru-niru laki-laki ” ( HR. Abu Daud )Sebaik apapun rupa seseorang dan seanggun apapun penampilannya secara fisik, namun cantik yang sesungguhnya adalah seindah apa hati dan perilakunya. yang sesungguhnya yaitu wanita yang seutuhnya taat akan apa yang diperintahkan Allah padanya. itulah wanita cantik yang sebenarnya menurut pandangan Islam. Semoga
Bismillahhirahmanirahim,Hampir seluruh wanita di dunia ini senang kelihatan cantik dan menarik. Namun secara istilah, cantik tidak hanya dari apa yang terlihat namun bisa juga dari apa yang tersirat. Cantik tidak saja dinilai dari fisik namun cantik itu adalah apa yang muncul dari dalam hati yang tercermin dalam perilaku atau akhlaq yang dikenal dengan istilah inner beauty atau kecantikan yang terpancar dari dalam. Bisa dikatakan kalau Islam adalah agaman yang menyukai keindahan atau kecantikan. Oleh karena itu Allah menciptakan wanita sebagai makhluk yang yang cantik yang digambarkan sebagai perhiasan dunia. Sebab itulah harus dijaga dan menjada diri dari pandangan serta tindakan yang dilarang Allah. Dari hadis di atas sudah tergambar ciriciri wanita cantik dalam Islam adalah wanita sholehah. Yang dikatakan wanita sholehah itu sendiri adalah Taat pada AllahMengerjakan amal baik dan meninggalkan amal buruk karena Allah. Salah satu amalan yang baik adalah shalat lima waktu, shalat sunat seperti, , manjalankan puasa wajib dan sunah seperti , , membayar seperti , dan amalan yang telah diperintahkan Allah kepada hambanya baik yang wajib dan sunah.2. Dalam Alquran Allah subnahau wataala berfirman Katakanlah pada wanitawanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandanganya, dan kemaluannya dan jangan lah mereka menampakan perhiasanya, kecuali yang biasa Nampak dari padanya. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar terlihat perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orangorang yang beriman agar kamu beruntung QS. Taat pada suamiWanita cantik adalah wanita yang shalehah, dan wanita sholehah adalah mereka yang taat pada suaminya, karena adalah dosa di sisi Allah. Pada zaman modern ini, banyak wanita yang karena ego dan meresa lebih dari suami, sering membantah apa yang diperintahkan suami. Dalah hadist Nabi SAW mengambarkan Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaikbaik perhiasan adalah wanita sholelah, yang bila engkau memandangnya ia mengembirakan menyenangkanmu, bila engkau perintah ia menaatimu dan bila engkau berpergian meningkalkannya ia menjaga dirinya untukmu dan hartamu.4. Oleh karena itu Allah memerintahkan wanita untuk menutup aurat, agar senantiasa terjaga kecantikan dan kehormatannya. Hendaklah ia mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. saling berkaitan, keimanan yang teguh melahirkan yang bagus dan terpuji. Dalam hadist dikatakan Susungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian. Wanita yang menutup aurat dan tidak menyerupai penampilan orang kafir atau lawan jenisnya. Karena hal demikian dilarang dalam Islam. Fatwa Ulama mengatakan keserupaan dalam lahiriyah akan berpengaruh terhadap keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu kita dilarang bertasyabuh atau menyerupai orang kafir. Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut Sesungguhnya Rasulullah melaknat wanita yang meniruniru lakilaki HR.
Fawaid Hadist #135 | Rasul Menghalangi Umatnya Dari Api Neraka
https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-135-rasul-menghalangi-umatnya-dari-api-neraka/
Fawaid Hadist #135 | Rasul Menghalangi Umatnya Dari Api Neraka Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Fawaid Hadist #135 | Rasul Menghalangi Umatnya Dari Api Neraka. selamat membaca. [div class=fawaid-hadis] : : . Dari Jabir radhiyallahu anhu dia berkata, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallambersabda, Perumpamaanku dengan kalian itu seperti seseorang yang menyalakan api, kemudian dikerumuni oleh serangga dan kupu-kupu, kemudian seseorang itu berusaha menghalanginya agar tidak masuk ke dalamnya. Dan aku berusaha menghalangi kalian dari api neraka tetapi kalian melepaskan diri dari tanganku. (HR. Muslim, no. 2285). [/div] FAEDAH HADIST Hadist ini memberikan faedah faedah berharga, di antaranya; Pelajaran yang sangat berharga bahwa betapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam sangat ingin menyelamatkan umatnya dari api neraka. Beliau selalu menghalangi dan memegangi kita kaum muslimin agar tidak terperosok ke dalamnya tetapi kita sendiri yang enggan dan selalu ingin masuk ke dalamnya, semoga Allah Taalamengampuni kita. Setiap orang seharusnya tunduk mengikuti sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam selalu menunjukkan pada kebaikan dan menjauhkan kita dari keburukan seperti halnya baginda juga selalu menghalangi kita masuk ke dalam api neraka, sebagaimana firman Allah Taala, Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang beriman. (QS. At-Taubah: 128). Jika seseorang mendapatkan larangan Nabi shallallahu alaihi wa sallamterhadap sesuatu, maka janganlah dicari-cari apakah larangannya ini haram atau dibenci saja, tetapi tinggalkanlah setiap yang baginda larang baik yang haram atau yang makruh. Sebab, asal larangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah haram dilakukan, kecuali jika ada dalil yang menunjukkan makruh tanzih. Apabila Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan sesuatu, maka secara asal janganlah dicari-cari apakah wajib atau tidak. Laksanakanlah setiap yang baginda perintahkan. Karena itulah yang terbaik untukmu. Jika perintahnya itu wajib maka anda telah terlepas dari tanggung jawab dan jika sunnah maka pahalanya telah tersedia. Dengan demikian anda telah mengikuti sunnah-sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallamdengan sempurna. Semoga kita selalu mengikuti jejak langkah Nabi shallallahu alaihi wa sallambaik lahir mahupun batin. Hadist ini terdapat isyarat tentang banyaknya kejahilan manusia terhadap hak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sehingga mereka berpaling dari petunjuk Nabi. Manusia banyak terperdaya dengan kemilauan dunia dan bunga-bunganya, melihat sisi zahir saja, padahal di dalamnya banyak kerugian yang menipu dan berujung pada kebinasaan. Wallahu Taala Alam. Referensi Utama: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy. [div class=fawaid-hadis] Yuk dukungoperasional & pengembangan dakwahBimbingan Islam,bagikanjuga faedah hadist ini kepada kerabat dan teman-teman. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta-unta merah.(HR. Bukhari dan Muslim). *unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabi). [/div]
Fawaid Hadist 135 Rasul Menghalangi Umatnya Dari Api Neraka Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Fawaid Hadist 135 Rasul Menghalangi Umatnya Dari Api Neraka. Dari Jabir radhiyallahu anhu dia berkata, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallambersabda, Perumpamaanku dengan kalian itu seperti seseorang yang menyalakan api, kemudian dikerumuni oleh serangga dan kupukupu, kemudian seseorang itu berusaha menghalanginya agar tidak masuk ke dalamnya. Dan aku berusaha menghalangi kalian dari api neraka tetapi kalian melepaskan diri dari tanganku. div FAEDAH HADIST Hadist ini memberikan faedah faedah berharga, di antaranya Pelajaran yang sangat berharga bahwa betapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam sangat ingin menyelamatkan umatnya dari api neraka. Beliau selalu menghalangi dan memegangi kita kaum muslimin agar tidak terperosok ke dalamnya tetapi kita sendiri yang enggan dan selalu ingin masuk ke dalamnya, semoga Allah Taalamengampuni kita. Setiap orang seharusnya tunduk mengikuti sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam selalu menunjukkan pada kebaikan dan menjauhkan kita dari keburukan seperti halnya baginda juga selalu menghalangi kita masuk ke dalam api neraka, sebagaimana firman Allah Taala, Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orangorang beriman. Jika seseorang mendapatkan larangan Nabi shallallahu alaihi wa sallamterhadap sesuatu, maka janganlah dicaricari apakah larangannya ini haram atau dibenci saja, tetapi tinggalkanlah setiap yang baginda larang baik yang haram atau yang makruh. Apabila Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan sesuatu, maka secara asal janganlah dicaricari apakah wajib atau tidak. Laksanakanlah setiap yang baginda perintahkan. Jika perintahnya itu wajib maka anda telah terlepas dari tanggung jawab dan jika sunnah maka pahalanya telah tersedia. Dengan demikian anda telah mengikuti sunnahsunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallamdengan sempurna. Hadist ini terdapat isyarat tentang banyaknya kejahilan manusia terhadap hak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sehingga mereka berpaling dari petunjuk Nabi. Manusia banyak terperdaya dengan kemilauan dunia dan bungabunganya, melihat sisi zahir saja, padahal di dalamnya banyak kerugian yang menipu dan berujung pada kebinasaan. Referensi Utama Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy. div classfawaidhadis Yuk dukungoperasional pengembangan dakwahBimbingan Islam,bagikanjuga faedah hadist ini kepada kerabat dan temanteman. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada untaunta merah. unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu di masa Nabi.
Kami niat melaksanakan haji Tamattu, lalu terjadi keterlambatan di jalan sehingga kita ganti ihramnya menjadi ifrad dan kami langsung pergi ke Arafah. Apakah hal itu dibolehkan?
https://islamqa.info/id/answers/109336/tidak-sah-merubah-niat-dari-haji-tamattu-menjadi-haji-ifrad
Alhamdulillah.Orang yang melaksanakan haji Tamattu kalau tidak memungkinkan melaksanakan umrah sebelum haji, maka niatnya dapat dirubah menjadi qiran. Sehingga dia niat dengan menggabungkan antara haji dan umrah secara bersamaan. Inilah yang terjadi dengan Aisyah radhiallahu anha. Sebelumnya beliau melakukan haji Tamattu kemudian datang bulan sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan umrah sebelum haji. Maka dia memasukkan haji ke dalam ibadah umrah sehingga menjadi haji qiran. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Orang yang melaksanakan haji Tamattu tidak dibolehkan merubah niatnya menjadi haji ifrad, karena ketika dia telah meniatkan umrah, maka dia harus menyempurnakannya. Berdasarkan firman Allah Ta’ala, "Maka sempurnakan haji dan umrah karena Allah (semata)." (QS. Al-Baqarah: 196) Makna ifrad adalah dia tidak melaksanakan umrah, dia hanya melaksankan ibadah haji saja. Dari sini, maka perubahan niat anda menjadi ifrad itu tidak benar. Maka anda harus menjadikannya sebagai qiran dan diharuskan menyembelih hadyu. Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah telah ditanya oleh sekelompok para pemuda yang khawatir tidak memungkinkan melaksanakan umrah sebelum haji dan merubah niatnya menjadi ifrad. Maka beliau menjawabnya, "Kalau merubah niat sebelum memulai ihram, maka hal itu tidak mengapa. Kalau setelah ihram, maka haji anda menjadi qiran bukan ifrad. Makna qiran adalah memasukkan haji ke umrah, maka dia telah menjadi qiran. Karena qiran ada dua cara. Pertama: Berihram untuk haji dan umrah bersamaan sejak memulai ihram. Kedua: Berihram untuk umrah dahulu kemudian memasukkan ke haji sebelum dia memulai thawaf (umrah). Maka dengan demikian, jika anda telah berihram untuk umrah, kemudian anda ingin menjadikannya bersama haji, maka anda menjadi haji qiran. Kalau anda telah menyembelih hadyu di hari idul adha pada tahun ini untuk haji anda, maka anda telah menunaikan kewajiban. Sehingga haji dan umrah anda telah sempurna. Kalau anda belum menyembelih hadyu, maka anda harus menyembelih hadyu sekarang di Mekkah dan (dibolehkan) makan dan disadaqahkan. Kalau tidak mendapatkan hadyu –yakni dana untuk membeli hadyu- maka sekarang dia harus berpuasa sepuluh hari." (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 22/39).
Alhamdulillah.Orang yang melaksanakan haji Tamattu kalau tidak memungkinkan melaksanakan umrah sebelum haji, maka niatnya dapat dirubah menjadi qiran. Sehingga dia niat dengan menggabungkan antara haji dan umrah secara bersamaan. Inilah yang terjadi dengan Aisyah radhiallahu anha. Sebelumnya beliau melakukan haji Tamattu kemudian datang bulan sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan umrah sebelum haji. Maka dia memasukkan haji ke dalam ibadah umrah sehingga menjadi haji qiran. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Orang yang melaksanakan haji Tamattu tidak dibolehkan merubah niatnya menjadi haji ifrad, karena ketika dia telah meniatkan umrah, maka dia harus menyempurnakannya. Berdasarkan firman Allah Taala, Maka sempurnakan haji dan umrah karena Allah semata. QS. AlBaqarah 196 Makna ifrad adalah dia tidak melaksanakan umrah, dia hanya melaksankan ibadah haji saja. Dari sini, maka perubahan niat anda menjadi ifrad itu tidak benar. Maka anda harus menjadikannya sebagai qiran dan diharuskan menyembelih hadyu. Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah telah ditanya oleh sekelompok para pemuda yang khawatir tidak memungkinkan melaksanakan umrah sebelum haji dan merubah niatnya menjadi ifrad. Maka beliau menjawabnya, Kalau merubah niat sebelum memulai ihram, maka hal itu tidak mengapa. Kalau setelah ihram, maka haji anda menjadi qiran bukan ifrad. Makna qiran adalah memasukkan haji ke umrah, maka dia telah menjadi qiran. Karena qiran ada dua cara. Pertama Berihram untuk haji dan umrah bersamaan sejak memulai ihram. Kedua Berihram untuk umrah dahulu kemudian memasukkan ke haji sebelum dia memulai thawaf umrah. Maka dengan demikian, jika anda telah berihram untuk umrah, kemudian anda ingin menjadikannya bersama haji, maka anda menjadi haji qiran. Kalau anda telah menyembelih hadyu di hari idul adha pada tahun ini untuk haji anda, maka anda telah menunaikan kewajiban. Sehingga haji dan umrah anda telah sempurna. Kalau anda belum menyembelih hadyu, maka anda harus menyembelih hadyu sekarang di Mekkah dan dibolehkan makan dan disadaqahkan. Kalau tidak mendapatkan hadyu yakni dana untuk membeli hadyu maka sekarang dia harus berpuasa sepuluh hari. Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 2239.
Amalan di Bulan Rajab Beserta Dalilnya
https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/amalan-di-bulan-rajab
Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram dalam Islam. Disebut demikian karena orang-orang di masa jahiliyah mengagungkan dan memuliakan bulan ini dengan mengharamkan berperang di bulan tersebut.Mengenai keutamaan bulan Rajab, Allah berfirman dalam surat ayat 36 sebagai berikut.“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (QS. At-Taubah : 36).Beberapa amalan yang sering dilakukan umat Islam di bulan Rajab di antaranya adalah sebagai berikut: 1. PuasaPara ulama sejatinya tidak satu suara mengenai hukum puasa di bulan Rajab.Sebagian ada yang menghukuminya dengan bid’ah, sebagian berpendapat hukumnya makruh, dan sebagian lainnya berpendapat hukumnya sunnah. adalah bid’ah sehingga harus ditinggalkan karena tidak ada hadits shahih yang menjadi landasannya merupakan fatwa para ulama kontemporer.Salah Satu fatwa yang dimaksud adalah fatwa Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ketika ditanya tentang puasa di tanggal 8 dan 27 Rajab.“Mengkhususkan hari-hari itu dengan puasa adalah bid’ah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiak pernah berpuasa pada tanggal 8 dan 27 Rajab, tidak memerintahkannya dan tidak mentaqrirnya. Maka hukumnya bid’ah.” (Fatawa Nurun ‘ala Ad-Darbi)Puasa di bulan Rajab hukumnya makruh merupakan pendapat yang dinyatakan oleh sebagian para ulama salaf, utamanya mazhab Al-Hanabilah.Salah satu fatwa yang dimaksud adalah fatwa Al-Mardawi tentang puasa sebulan penuh di bulan Rajab. “Pendapatnya mengkhususkan puasa Rajab (sebulan penuh) hukumnya makruh. Itulah pendapat mazhab dan para pendukungnya.” (Al-Insaf) adalah sunnah merupakan pendapat sebagian besar ulama di luar mazhab Al-Hanabilah.Ada dua hujjah yang mendasari pendapat ini yaitu hadits yang menganjurkan berpuasa sunnah dan hadits yang menganjurkan berpuasa di bulan-bulan haram.Yang perlu diperhatikan adalah berpuasa dengan tidak mengkhususkan hari atau tanggal tertentu di bulan Rajab. Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abdullah bin Harits yang bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tentang puasa sunnah.“Berpuasalah kamu di bulan kesabaran (Ramadhan), kemudian berpuasalah 3 hari setelahnya, dan kemudian puasalah pada bulan-bulan haram.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).2. Meninggalkan perbuatan maksiat dan memperbanyak beramal shalihDi bulan Rajab dan bulan-bulan haram lainnya dilarang melakukan perbuatan maksiat. Larangan berbuat maksiat di bulan haram termasuk Rajab, Allah berfirman dalam surat ayat 2 sebagai berikut.“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar kesucian Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-yu, dan binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridhaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah : 2)3. Memperbanyak dzikir lainnya adalah memperbanyak dzikir yang tidak terbatas pada bacaan tertentu.Termasuk dzikir adalah seluruh ketaatan kepada Allah SWT seperti berdoa, membaca Al-Qur’an, bertafakur, dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.Imam Nawawi berkata,“Ketahuilah bahwa keutamaan dzikir tidak terbatas pada tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan semisalnya, bahkan semua yang melakukan amalan karena Allah dengan ketaatan kepada Allah, dia berdzikir kepada Allah, demikian yang dikatakan oleh Said bin Zubair dan ulama selain beliau.”4. Bertaubat dan beristighfarSalah satu adalah bulan yang sangat baik untuk bertaubat dan beristighfar.Karena itu, amalan yang dapat dilakukan di bulan Rajab adalah bertaubat dan beristighfar dari segala dosa yang telah dilakukan. Allah berfirman dalam surat ayat 8 sebagai berikut.“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya … “ (QS. At-Tahrim : 8)Itulah amalan-amalan yang dapat dilakukan di bulan Rajab.Meskipun beberapa hadits terkait puasa dan amalan lainnya di bulan Rajab dianggap dha’if dan maudu’, namun di bulan Rajab selayaknya kita tetap melakukan ber yang dilakukan setiap hari.Adapun tingkat intensitas amalan dapat lebih ditingkatkan sebagai bentuk persiapan menghadapi bulan Ramadhan, bulan penuh berkah.
Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram dalam Islam. Disebut demikian karena orangorang di masa jahiliyah mengagungkan dan memuliakan bulan ini dengan mengharamkan berperang di bulan tersebut. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orangorang yang takwa. AtTaubah 36.Beberapa amalan yang sering dilakukan umat Islam di bulan Rajab di antaranya adalah sebagai berikut 1. adalah bidah sehingga harus ditinggalkan karena tidak ada hadits shahih yang menjadi landasannya merupakan fatwa para ulama kontemporer. Salah Satu fatwa yang dimaksud adalah fatwa Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ketika ditanya tentang puasa di tanggal 8 dan 27 Rajab. Mengkhususkan harihari itu dengan puasa adalah bidah. Pendapatnya mengkhususkan puasa Rajab sebulan penuh hukumnya makruh. Itulah pendapat mazhab dan para pendukungnya. Wahai orangorang yang beriman Janganlah kamu melanggar syiarsyiar kesucian Allah dan jangan melanggar kehormatan bulanbulan haram, jangan mengganggu binatangbinatang hadyu, dan binatang qalaaid, dan jangan pula mengganggu orangorang yang mengunjungi Baitulharam mereka mencari karunia dan keridhaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Memperbanyak dzikir lainnya adalah memperbanyak dzikir yang tidak terbatas pada bacaan tertentu. Termasuk dzikir adalah seluruh ketaatan kepada Allah SWT seperti berdoa, membaca AlQuran, bertafakur, dan bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Karena itu, amalan yang dapat dilakukan di bulan Rajab adalah bertaubat dan beristighfar dari segala dosa yang telah dilakukan. Allah berfirman dalam surat ayat 8 sebagai berikut. Hai orangorang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurnimurninya QS. Meskipun beberapa hadits terkait puasa dan amalan lainnya di bulan Rajab dianggap dhaif dan maudu, namun di bulan Rajab selayaknya kita tetap melakukan ber yang dilakukan setiap hari.
16 Cara Menghapus Dosa Zina Sebelum Menikah
https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/cara-menghapus-dosa-zina-sebelum-menikah
Telah dijelaskan bahwa merupakan dosa besar. Perzinahan ini dapat dilakukan oleh siapapun yang lemah imannya. Sebab syaiton selalu mencoba menjerumuskan manusia pada kesesatan. Sedikit saja kita lengah, maka syaiton cepat-cepat membelokan jalan kita. Naudzubillah mindzalik.Zina merupakan perbuatan dimana laki-laki dan perempuan melakukan hubungan intim layaknya suami istri. Dalam islam, pelaku zina harus dihukum dengan dera atau cambuk sebanyak 100 kali. Sebagaimana dijelaskan dalam AL-Quran:“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS AN-Nur: 2) ”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)Nabi SAW bersabda: “Wahai golongan orang-orang Islam, takutlah kalian pada perbuatan zina, sesungguhnya dalam zina ada enam akibat, tiga akibat di dunia dan tiga akibat di akhirat. Adapun yang di dunia adalah hilangnya kewibawaan, pendeknya umur dan kekalnya kefakiran. Adapun yang diakhirat adalah murka Allah yang Maha Barokah dan Maha Luhur, jeleknya hisaban dan siksa neraka.” (HR. Baihaqi).Dari dalil diatas kita mengetahui bahwa zina adalah perbuatan keji yang harus dihindari. Ini bisa mendatangkan murka Allah dan juga siksa neraka. Sungguh mengerikan. Namun bagaimana bila pelaku zina ingin bertaubat? Kira-kira apakah taubatnya diterima? Dan apakah boleh pezina berharap menikah dengan lelaki mukmin?Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin”.  (QS An-Nur : 3)Sebenarnya tidak salah jika pezina menginginkan menikah dengan lelaki mukmin. Namun Allah Ta’ala telah mengatakan bahwa jodoh adalah cerminan diri. Laki-laki baik untuk wanita baik. Dan laki-laki buruk untuk wanita buruk. Maka itu, jika ingin menikahi lelaki mukmin maka perlu melakukan taubat terselebih dahulu. Allah itu Maha Penyayang dan Pengampun. Tidak ada dosa yang tidak dimaafkan oleh Allah Ta’ala. Sekalipun zina.Nah, berikut ini beberapa setelah menikah:Mengaku menyesal atas perbuatannyaCara menghapus dosa zina yang pertama lewat penyesalan. Rasa sesal tersebut haruslah jujur dari dalam hati. Dan ditunjukkan lewat air mata dengan menangis di hadapan Allah Ta’ala setiap saat. Kemudian berjanji untuk tidak mengulanginya kembali. “Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? .” (QS. At-Taubah: 104)“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS 222)“Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat.” (QS. Ghaafir: 3) Niat untuk meninggalkan perbuatan zina bisa dilakukan dengan melakukan . Sholat ini dilakukan sesudah sholat isyak sebanyak 2-6 rakaat. Laksanakan dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala.“Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy-Syuuraa: 25)Taubat nasuha juga dilakukan dengan melaksanakan taubatan nasuha. Yakni tobat yang benar-benar murni dari hati dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan kembali.“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS At tahrim ayat 8)4. Memperbanyak mengingat Allah dengan dzikir“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Al imran: 135)Berikut ini terdapat beberapa zikir yang bisa diamalkan seperti Menurut Islam, dan Memperbanyak istighfar“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi maka akan diampuni dosanya walaupun ia pernah lari dari medan perang.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, al-Thabrani, Al-Hakim dan Ibnu Abi Syaibah).Memperbanyak baca Al-QuranMembaca Al-quran dapat mendekatkan diri kepada Allah, mententramkan hati dan meningkatkan keimanan. Selain itu, seseorang yang rutin baca Al-Quran juga kelak mendapatkan syafaat di akhirat nanti.“Bacalah Al Qur`an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa`at kepada pembacanya” (HR. Muslim).7. Mendirikan SholatCara selanjutnya adalah melaksanakan sholat. Baik itu sholat wajib, , dan sholat jumat bagi seorang pria.“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)“Sholat lima saat serta jum’at ke jum’at serta Romadhon ke Romadhon yaitu penghapus dosa di antara keduanya sepanjang menjauhi dosa besar.” (HR Muslim)“Hendaklah kalian sholat malam, karena ia adalah adat orang yang sholeh sebelum kalian dan amalan yang mendekatkan diri kepada Robb kalian serta penghapus kesalahan dan mencegah dosa-dosa.” (HR Al Haakim).8. Menyempurnakan wudhu dan berjalan menuju masjidRasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Maukah kalian saya perlihatkan suatu hal yang bisa meniadakan dosa serta mengangkat derajat. Mereka menjawab : ya wahai rasululloh. Beliau berkata : menyempurnakan wudhu saat saat susah serta perbanyak langkah kemasjid dan menanti shalat satu ke shalat yang lain, lantaran hal semacam itu yaitu ribath.” (HR Muslim serta Al Tirmidzi).“Jika seorang berwudhu lantas menyempurnakan wudhunya lalu pergi sholat dengan niatan cuma untuk sholat, jadi tak mengambil langkah satu langkah terkecuali Allah angkat satu derajat serta hapus satu dosa.” (HR. Al Tirmidzi).9. Menjaga sholat tarawih di bulan ramadhanRasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Siapa yang menegakkan romadhon (shalat tarawih) dengan iman dan mengharap pahala Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘Alaihi)10. Menjalankan puasa hari Arafah serta A’syura’ Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda “Puasa hari Arafah saya mengharapkan dari Allah untuk meniadakan satu tahun yang terlebih dulu serta satu tahun sesudahnya serta Puasa hari A’syura saya mengharapkan dari Allah meniadakan satu tahun yang sudah lalu.” (HR. At Tirmidzi)).11. Berbicara baik dan menebarkan salamRasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya termasuk sebab mendapatkan ampunan adalah memberikan salam dan berkata baik” (HR Al Kharaithi dalam Makarim Al Akhlak dan di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Al Shahihah)12. Bersabar dengan segala ujian“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman: Sungguh Aku bila menguji seorang hambaKu yang mukmin, lalu ia memujiku atas ujian yang aku timpakan kepadanya, maka ia bangkit dari tempat tidurnya tersebut bersih dari dosa seperti hari ibunya melahirkannya.” (HR Ahmad).13. Memperbanyak sujudRasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu sekali sujud kepada Allah kecuali Allah mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu kesalahanmu (dosa)” (HR Muslim).14. Bersedekah “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271)Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun bersabda: “Shadaqah menghapus dosa seperti air memadamkan api.” (HR Ahmad dan Al Tirmidzi).15. Tidak mengulanginya lagiJika ingin menghapus dosa zina tentunya kita boleh mengulanginya lagi. Sekalipun kita berada dalam kondisi terdesak tetap saja tidak boleh. Kita harus bisa memegang komitmen dan terus berusaha memperbaiki diri. Berikut ini terdapat beberapa Menurut Islam,  Menurut Al-Quran, dan juga mengetahui 16. Memperbanyak membaca pujian kepada AllahRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Barang siapa membaca Subhanallahi Wabihamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.” (HR. Ahmad).Demikianlah beberapa cara menghapus dosa zina sebelum menikah menurut islam dan dalinya. Semoga kita dijauhkan dari perbuatan keji. Dan kita bisa menjadi seorang hamba yang meyakini dan mengamalkan . Sehingga nantinya kita dapat merasakan hingga akhir hayat kehidupan. Amin ya rabbal alamin.
Telah dijelaskan bahwa merupakan dosa besar. Sebab syaiton selalu mencoba menjerumuskan manusia pada kesesatan. Adapun yang di dunia adalah hilangnya kewibawaan, pendeknya umur dan kekalnya kefakiran. Dari dalil diatas kita mengetahui bahwa zina adalah perbuatan keji yang harus dihindari. Ini bisa mendatangkan murka Allah dan juga siksa neraka. Namun bagaimana bila pelaku zina ingin bertaubat Kirakira apakah taubatnya diterima Dan apakah boleh pezina berharap menikah dengan lelaki mukminAllah Taala berfirman yang artinya Lakilaki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh lakilaki yang berzina atau lakilaki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oranorang yang mukmin. Rasa sesal tersebut haruslah jujur dari dalam hati. Kemudian berjanji untuk tidak mengulanginya kembali. QS 222Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT Yang mengampuni dosa dan menerima taubat. Sholat ini dilakukan sesudah sholat isyak sebanyak 26 rakaat. Hai orangorang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa taubat yang semurnimurninya. Memperbanyak mengingat Allah dengan dzikirDan juga orangorang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosadosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Abu Dawud, AlTirmidzi, alThabrani, AlHakim dan Ibnu Abi Syaibah. Selain itu, seseorang yang rutin baca AlQuran juga kelak mendapatkan syafaat di akhirat nanti. Sesungguhnya perbuatanperbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatanperbuatan yang buruk. HR MuslimHendaklah kalian sholat malam, karena ia adalah adat orang yang sholeh sebelum kalian dan amalan yang mendekatkan diri kepada Robb kalian serta penghapus kesalahan dan mencegah dosadosa. Menyempurnakan wudhu dan berjalan menuju masjidRasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda Maukah kalian saya perlihatkan suatu hal yang bisa meniadakan dosa serta mengangkat derajat. Beliau berkata menyempurnakan wudhu saat saat susah serta perbanyak langkah kemasjid dan menanti shalat satu ke shalat yang lain, lantaran hal semacam itu yaitu ribath. Menjaga sholat tarawih di bulan ramadhanRasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda Siapa yang menegakkan romadhon shalat tarawih dengan iman dan mengharap pahala Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu. Menjalankan puasa hari Arafah serta Asyura Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda Puasa hari Arafah saya mengharapkan dari Allah untuk meniadakan satu tahun yang terlebih dulu serta satu tahun sesudahnya serta Puasa hari Asyura saya mengharapkan dari Allah meniadakan satu tahun yang sudah lalu. Bersedekah Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Sekalipun kita berada dalam kondisi terdesak tetap saja tidak boleh. Kita harus bisa memegang komitmen dan terus berusaha memperbaiki diri. Berikut ini terdapat beberapa Menurut Islam, Menurut AlQuran, dan juga mengetahui 16. Memperbanyak membaca pujian kepada AllahRasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Barang siapa membaca Subhanallahi Wabihamdihi Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya seratus kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus, meskipun sebanyak buih lautan. Dan kita bisa menjadi seorang hamba yang meyakini dan mengamalkan .
Hubbul Wathan minal Iman. Hadis atau Bukan?
https://islami.co/hubbul-wathan-minal-iman-hadis-atau-bukan/
Mencintai negara sebagian dari Iman, ungkapan ini diyakini oleh sebagian umat muslim sebagai hadis Nabi, terlepas benar-benar sudah menyelidiki dengan mendalam atau tidak. Tapi, mari kita berdialektika sekilas bagaimana ungkapan yang diyakini sebagai hadis ini tertanam dalam pemikiran masyarakat, khususnya Indonesia. Urusan mencintai negara (bahasa arab: hubbu-l-wathan) adalah bagian yang paling esensial dari kampanye nasionalisme. Nasionalisme tidak sekadar menjadi pembicaraan dan ideologi, tapi sejak berdirinya negara-negara, nasionalisme juga terwujud didalam sistem administratif negara. Warga Negara Indonesia sudah pasti berkewarganegaraan Indonesia jika ia lahir di negara ini, dan kedua orangtua berkewarganegaraan yang sama, dalam hukum kewarganegaraan lazim disebut ius soli. Sementara yang mengikuti keturunan asal orang tua, meski tidak lahir tidak di negeri asalnya, disebut ius sanguinis. Bahkan, sebelum ada prinsip-prinsip administratif di atas, nasionalisme sebenarnya sudah ada secara kultural. Ikatan seorang dengan negeri asalnya adalah bagian dari bentuk-bentuk institusi sosial. Institusi sosial ini akan terus menguat, jika ada semangat yang sama untuk maju atau menyelesaikan sebuah masalah. Masyarakat yang notabene-nya santri misalnya, sebelum kemerdekaan mereka sudah mendengung-dengungkan hubbul wathan minal iman sebagai jargon melawan penjajahan. K.H. Zainal Mustafa dari Tasikmalaya misalnya, menjadikan ini sebagai prinsip bagi para santrinya untuk melawan tindak tanduk penjajah. K.H. Wahab Hasbullah dari Jombang, menggubah ungkapan ini dalam syair yang disuarakan untuk menyemangati rakyat melawan penjajah, pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya (kemudian dijadikan Hari Pahlawan). Menyoal Frasa Hubbul Wathan minal Iman As-Sakhawi dalam al-Maqāshid al-Hasanah menyatakan bahwa ungkapan ini bukanlah hadis. Tidak hanya Sakhawi, ungkapannya ini disepakati oleh seluruh ulama, di antaranya al-Ajluni dalam karyanya yang berjudul Kasyf al-Khafā, dan al-Albani dalam Silsilah al-Ahādits al-Mawdhuah. Mula al-Qāri dalam al-Asrār al-Marfuah menyitir sejumlah pendapat untuk menjelaskan redaksi ini, mulai dari perkataan kalau itu adalah ungkapan Nabi Isa As., perkataan sebagian ulama salaf, hingga mereka yang tidak memberikan pendapat apa-apa soal ungkapan ini. Masih adanya ragam penilaian menunjukkan setidaknya dua hal penting. Pertama, dengan segala perdebatan yang ada soal otensitisitas, ungkapan ini nampaknya sudah populer sejak zaman dahulu. Bahwa tidak menutup kemungkinan kalau orang beriman juga mencintai tanah kelahirannya. Justru, lewat kecintaan tanah kelahiran persatuan antara orang beriman semakin kuat, karena mereka juga terikat oleh ikatan tanah kelahiran, meski mungkin keyakinan keagamaan mereka berbeda-beda. Kedua, para ulama melihat ungkapan ini tidak terlalu bertentangan dengan dasar ajaran agama. Rupanya ada sejumlah hadis yang mengisyaratkan tentang kecintaan orang beriman pada tanah airnya. Misalnya hadis yang diriwayatkan Ibn Abi Hatim: : : . Dari al-Dhahhāk, beliau berkata: ketika Rasulullah Saw. keluar dari kota Mekkah, lalu sampai di al-Juhfah (tempat diantara Mekkah dan Madinah), beliau rindu dengan Mekkah, maka Allah Swt. Menurunkan ayat: … sungguh (Allah) akan mengembalikanmu ke tempat kembali (yaitu ke Mekkah). Hadits yang diriwayatkan Ibn Abi Hātim al-Rāzi didalam tafsirnya ini, diamini oleh banyak penafsir al-Quran, seperti al-Thabathabāi, Ibn Asyur, dan Sayyid Quthub sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shihab di dalam tafsir al-Mishbah. Fenomena yang terjadi saat ini, sebenarnya menunjukkan kalau mencintai negara itu punya andil besar, dalam menjaga keberlangsungan kehidupan dan pelaksanaan ajaran agama, yang didasari oleh keimanan. Pelajaran dari kearifan para tokoh bangsa ketika menjadikan ungkapan ini (boleh jadi diyakini sebagai hadis), adalah sarana meningkatkan semangat juang rakyat, harus kita teladani dan ambil semangatnya pada hari ini. Memakmurkan dan mengelola muka bumi ini (termasuk kampung halaman) adalah bagian dari ajaran Islam, yaitu mensyukuri pemberian nikmat hidup di dunia ini, dengan bekerja mencari nafkah yang halal. Memang,tanah air tidak hanya soal tanah kelahiran, atau kampung. Mula al-Qari misalnya menambahkan kalau al-wathan juga memiliki tafsiran makna akhirat. Karena kita semua akan kembali ke kampung akhirat, maka pantaslah kalau kita merindukannya. Ala Kulli Hāl, perdebatan apakah ungkapan ini hadis atau bukan tidak menjadi inti permasalahan. Meskipun bukan hadis, secara makna rupanya ia tidak bertentangan dengan semangat ajaran Islam untuk memakmurkan dan menegakkan keadilan bumi yang telah Allah ciptakan bagi manusia. Maka, ingin saya tutup paragraf ini dengan ungkapan al-Amiri, seorang ulama hadis ketika menjelaskan kedudukan jargon hubb al-wathan ini: jika engkau ingin mengetahui tentang (cara pandang) seseorang, maka lihatlah bagaimana ia merindukan tanah kelahirannya, kecintaanya kepada handai taulannya, dan tangisannya terhadap apa yang telah dilakukannya pada masa lalu. [] Muhammad Masrur adalah Peneliti Hadis di el-Bukhari Institute, Redaktur Bincang Syariah.com.
Mencintai negara sebagian dari Iman, ungkapan ini diyakini oleh sebagian umat muslim sebagai hadis Nabi, terlepas benarbenar sudah menyelidiki dengan mendalam atau tidak. Urusan mencintai negara bahasa arab hubbulwathan adalah bagian yang paling esensial dari kampanye nasionalisme. Nasionalisme tidak sekadar menjadi pembicaraan dan ideologi, tapi sejak berdirinya negaranegara, nasionalisme juga terwujud didalam sistem administratif negara. Warga Negara Indonesia sudah pasti berkewarganegaraan Indonesia jika ia lahir di negara ini, dan kedua orangtua berkewarganegaraan yang sama, dalam hukum kewarganegaraan lazim disebut ius soli. Sementara yang mengikuti keturunan asal orang tua, meski tidak lahir tidak di negeri asalnya, disebut ius sanguinis. Ikatan seorang dengan negeri asalnya adalah bagian dari bentukbentuk institusi sosial. Institusi sosial ini akan terus menguat, jika ada semangat yang sama untuk maju atau menyelesaikan sebuah masalah. Masyarakat yang notabenenya santri misalnya, sebelum kemerdekaan mereka sudah mendengungdengungkan hubbul wathan minal iman sebagai jargon melawan penjajahan. Mula alQāri dalam alAsrār alMarfuah menyitir sejumlah pendapat untuk menjelaskan redaksi ini, mulai dari perkataan kalau itu adalah ungkapan Nabi Isa As., perkataan sebagian ulama salaf, hingga mereka yang tidak memberikan pendapat apaapa soal ungkapan ini. Masih adanya ragam penilaian menunjukkan setidaknya dua hal penting. Pertama, dengan segala perdebatan yang ada soal otensitisitas, ungkapan ini nampaknya sudah populer sejak zaman dahulu. Justru, lewat kecintaan tanah kelahiran persatuan antara orang beriman semakin kuat, karena mereka juga terikat oleh ikatan tanah kelahiran, meski mungkin keyakinan keagamaan mereka berbedabeda. Rupanya ada sejumlah hadis yang mengisyaratkan tentang kecintaan orang beriman pada tanah airnya. Misalnya hadis yang diriwayatkan Ibn Abi Hatim . keluar dari kota Mekkah, lalu sampai di alJuhfah tempat diantara Mekkah dan Madinah, beliau rindu dengan Mekkah, maka Allah Swt. Hadits yang diriwayatkan Ibn Abi Hātim alRāzi didalam tafsirnya ini, diamini oleh banyak penafsir alQuran, seperti alThabathabāi, Ibn Asyur, dan Sayyid Quthub sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shihab di dalam tafsir alMishbah. Pelajaran dari kearifan para tokoh bangsa ketika menjadikan ungkapan ini boleh jadi diyakini sebagai hadis, adalah sarana meningkatkan semangat juang rakyat, harus kita teladani dan ambil semangatnya pada hari ini. Memakmurkan dan mengelola muka bumi ini termasuk kampung halaman adalah bagian dari ajaran Islam, yaitu mensyukuri pemberian nikmat hidup di dunia ini, dengan bekerja mencari nafkah yang halal. Memang,tanah air tidak hanya soal tanah kelahiran, atau kampung. Karena kita semua akan kembali ke kampung akhirat, maka pantaslah kalau kita merindukannya. Maka, ingin saya tutup paragraf ini dengan ungkapan alAmiri, seorang ulama hadis ketika menjelaskan kedudukan jargon hubb alwathan ini jika engkau ingin mengetahui tentang cara pandang seseorang, maka lihatlah bagaimana ia merindukan tanah kelahirannya, kecintaanya kepada handai taulannya, dan tangisannya terhadap apa yang telah dilakukannya pada masa lalu.
Inilah Sejarah Haji yang Perlu Kamu Tahu!
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/inilah-sejarah-haji-yang-perlu-kamu-tahu/
Salah satu ibadah yang merupakan adopsi dari syariat Nabi terdahulu adalah haji. Konsep ini dikenal dengan Syarai al-qadimah. Ibadah haji kaya akan sejarah. Inilah sejarah haji dalam literatur kitab-kitab ulama klasik. Yang pertama kali melakukannya adalah Abul Basyar Nabi Adam As. Dijelaskan: . : . haji ini merupakan ibadah yang pasti diketahui oleh seorang yang beragama Islam, maka jika ada orang yang mengingkari niscaya ia kafir. Kecuali jika ia adalah seorang muallaf yang belum mengetahuinya atau juga ia adalah orang yang jauh dari ulama yang bisa menjelaskan materi ini. Sejarah haji terbilang sangat panjang. Haji merupakan syariat nabi terdahulu, diriwayatkan bahwasanya Nabi Adam ketika menunaikan ibadah Haji, maka malaikat Jibril berkata kepadanya Sesungguhnya para malaikat itu bertawaf di sini sebelummu, selama 7000 tahun. (Syekh Khatib Al-Syirbini, Iqna fi Hall Alfadz Abi Syuja) Jadi Nabi yang pertama kali haji adalah Nabi Adam AS, lalu bagaimanakah dengan syariat nabi yang lainnya? dijelaskan sebagaimana redaksi berikut: : : . : . Penulis kitab al-Tajiz mengatakan bahwasanya orang yang pertama kali haji adalah Nabi Adam As, beliau haji itu memakan waktu 40 tahun, sebab beliau berangkat dari India dengan berjalan kaki. Dalam sejarah haji, ada yang mengatakan bahwasanya tidaklah ada seorang nabi AS, kecuali ia telah melaksanakan ibadah haji. Sedang Abu Ishaq berkata bahwasanya tidaklah Allah mengutus seorang Nabi pasca eranya Nabi Ibrahim AS kecuali ia telah melaksanakan haji. Hanya saja sebagian orang yang menganggit materi tentang haji mengatakan bahwasanya Haji itu hanya diwajibkan kepada ummat ini saja. (Syekh Khatib Al-Syirbini, Mughni al-Muhtaj ila Marifati Alfadz al-Minhaj, II/206). Adapun dalam konteks umat Islam, terkait sejarah haji dan kapan haji itu diwajibkan? Dijelaskan: . . Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan diwajibkannya haji di syariatnya Nabi Muhammad SAW. Versi kitab Al-Nihayah, Haji diwajibkan sebelum Nabi SAW hijrah. Sedangkan menurut qaul al-masyhur, haji itu diwajibkan setelah nabi SAW hijrah. Ada yang mengatakan pada tahun 5 Hijriah. Imam Al-Rafii condong ke pendapat yang mengatakan bahwasanya haji itu kewajibannya secara tarakhi (tidak harus segera dilaksanakan). Namun ada juga yang mengatakan tahun 6 hijriah, dan keduanya (Imam Al-Rafii dan Imam Al-Nawawi) mensahihkan pendapat ini dalam kitab al-siyar. Dan Imam Al-Nawawi dalam majmunya juga mengutip pendapat ini, dan memang pendapat inilah yang masyhur. ( Syekh Khatib Al-Syirbini, Al-Iqna fi Hall Alfadz Abi Syuja ) Demikianlah sekilas penjelasan mengenai sejarah haji. Semoga bermanfaat dan semoga kita diberi kesempatan untuk menunaikannya. (Baca juga: Pelaksanaan Ibadah Haji Sebelum Islam Datang)
Salah satu ibadah yang merupakan adopsi dari syariat Nabi terdahulu adalah haji. Konsep ini dikenal dengan Syarai alqadimah. Ibadah haji kaya akan sejarah. Inilah sejarah haji dalam literatur kitabkitab ulama klasik. Yang pertama kali melakukannya adalah Abul Basyar Nabi Adam As. Dijelaskan . . haji ini merupakan ibadah yang pasti diketahui oleh seorang yang beragama Islam, maka jika ada orang yang mengingkari niscaya ia kafir. Kecuali jika ia adalah seorang muallaf yang belum mengetahuinya atau juga ia adalah orang yang jauh dari ulama yang bisa menjelaskan materi ini. Sejarah haji terbilang sangat panjang. Haji merupakan syariat nabi terdahulu, diriwayatkan bahwasanya Nabi Adam ketika menunaikan ibadah Haji, maka malaikat Jibril berkata kepadanya Sesungguhnya para malaikat itu bertawaf di sini sebelummu, selama 7000 tahun. Syekh Khatib AlSyirbini, Iqna fi Hall Alfadz Abi Syuja Jadi Nabi yang pertama kali haji adalah Nabi Adam AS, lalu bagaimanakah dengan syariat nabi yang lainnya dijelaskan sebagaimana redaksi berikut . . Penulis kitab alTajiz mengatakan bahwasanya orang yang pertama kali haji adalah Nabi Adam As, beliau haji itu memakan waktu 40 tahun, sebab beliau berangkat dari India dengan berjalan kaki. Dalam sejarah haji, ada yang mengatakan bahwasanya tidaklah ada seorang nabi AS, kecuali ia telah melaksanakan ibadah haji. Sedang Abu Ishaq berkata bahwasanya tidaklah Allah mengutus seorang Nabi pasca eranya Nabi Ibrahim AS kecuali ia telah melaksanakan haji. Hanya saja sebagian orang yang menganggit materi tentang haji mengatakan bahwasanya Haji itu hanya diwajibkan kepada ummat ini saja. Syekh Khatib AlSyirbini, Mughni alMuhtaj ila Marifati Alfadz alMinhaj, II206. Adapun dalam konteks umat Islam, terkait sejarah haji dan kapan haji itu diwajibkan Dijelaskan . . Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan diwajibkannya haji di syariatnya Nabi Muhammad SAW. Versi kitab AlNihayah, Haji diwajibkan sebelum Nabi SAW hijrah. Sedangkan menurut qaul almasyhur, haji itu diwajibkan setelah nabi SAW hijrah. Ada yang mengatakan pada tahun 5 Hijriah. Imam AlRafii condong ke pendapat yang mengatakan bahwasanya haji itu kewajibannya secara tarakhi tidak harus segera dilaksanakan. Namun ada juga yang mengatakan tahun 6 hijriah, dan keduanya Imam AlRafii dan Imam AlNawawi mensahihkan pendapat ini dalam kitab alsiyar. Dan Imam AlNawawi dalam majmunya juga mengutip pendapat ini, dan memang pendapat inilah yang masyhur. Syekh Khatib AlSyirbini, AlIqna fi Hall Alfadz Abi Syuja Demikianlah sekilas penjelasan mengenai sejarah haji. Semoga bermanfaat dan semoga kita diberi kesempatan untuk menunaikannya. Baca juga Pelaksanaan Ibadah Haji Sebelum Islam Datang
Doa Agar Tak Lagi Jomblo
https://www.laduni.id/post/read/62936/doa-agar-tak-lagi-jomblo.html
LADUNI.ID - . . . . . . . . . . . . . . . “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu – dan aku bersaksi bahwa Engkau yang tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Esa, Tempat Bergantung, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada satu sekutupn bagi-Nya – penuhilah hajatku, belas kasihanilah atas kesendirianku, mudahkanlah kesulitanku. Jadikan untukku teman hidup yang shalih, agar aku dapat banyak bertasbih dan mengingat-Mu. Engkau Maha Mengetahui tentang diri-Ku. “Wahai Dzat yang Mengabulkan doa orang yang sangat membutuhkan, uraikanlah lilitan hidupku, berikan keamanan atas ketakutanku. “Wahai Tuhanku, siapa lagi yang dapat aku mintai pertolongan jika aku tak mau memohon pertolongan kepada Dzat yang jika diminta akan memberi. “Karuniakanlah untukku pasangan hidup yang shalih. Ciptakanlah di antara kami Sakinah Mawaddah dan Rahmah. Karena Engakaulah yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. “Wahai Dzat yang mengatakan, ‘Jadilah’, maka terjadilah. Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan dunia dan akhirat, hindarkan kami dari siksa neraka. “Berilah rahmat dan keselamatan kepada Junjungan kami ina Muhammad, keluarga, dan para sahabat beliau.” Sebuah penjelasan yang dinisbatkan kepada Syaikh al-Munji al-Azhari menyatakan: : : “Ini adalah doa ma’tsur dari ulama shalih ketika ada seorang tamu shalih bertamu ke rumahnya. Tamu ini punya 7 putri yang kesemuanya belum menikah. Ulama ini kemudian mengatakan, ‘Aku akan memberitahu kamu beberapa kalimat doa yang aku dengar dari ulama-ulama shalih, dan beberapa redaksi dikutip dari doa sahabat, tabi’in, dan ulama mustajab doa.’ Ayah ketujuh putri ini kemudian berkata, “Demi Allah, berkah membaca doa ini, tak sampai setahun, kesemua putriku telah berada di rumah suaminya masing-masing (telah menikah).” Oleh: Faris Khoirul Anam
LADUNI.ID . . . . . . . . . . . . . . . Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu dan aku bersaksi bahwa Engkau yang tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Esa, Tempat Bergantung, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada satu sekutupn bagiNya penuhilah hajatku, belas kasihanilah atas kesendirianku, mudahkanlah kesulitanku. Jadikan untukku teman hidup yang shalih, agar aku dapat banyak bertasbih dan mengingatMu. Engkau Maha Mengetahui tentang diriKu. Wahai Dzat yang Mengabulkan doa orang yang sangat membutuhkan, uraikanlah lilitan hidupku, berikan keamanan atas ketakutanku. Wahai Tuhanku, siapa lagi yang dapat aku mintai pertolongan jika aku tak mau memohon pertolongan kepada Dzat yang jika diminta akan memberi. Karuniakanlah untukku pasangan hidup yang shalih. Ciptakanlah di antara kami Sakinah Mawaddah dan Rahmah. Karena Engakaulah yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Wahai Dzat yang mengatakan, Jadilah, maka terjadilah. Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan dunia dan akhirat, hindarkan kami dari siksa neraka. Berilah rahmat dan keselamatan kepada Junjungan kami ina Muhammad, keluarga, dan para sahabat beliau. Sebuah penjelasan yang dinisbatkan kepada Syaikh alMunji alAzhari menyatakan Ini adalah doa matsur dari ulama shalih ketika ada seorang tamu shalih bertamu ke rumahnya. Tamu ini punya 7 putri yang kesemuanya belum menikah. Ulama ini kemudian mengatakan, Aku akan memberitahu kamu beberapa kalimat doa yang aku dengar dari ulamaulama shalih, dan beberapa redaksi dikutip dari doa sahabat, tabiin, dan ulama mustajab doa. Ayah ketujuh putri ini kemudian berkata, Demi Allah, berkah membaca doa ini, tak sampai setahun, kesemua putriku telah berada di rumah suaminya masingmasing telah menikah. Oleh Faris Khoirul Anam
Doa Agar Diteguhkan Dalam Kebaikan
https://islami.co/doa-agar-diteguhkan-dalam-kebaikan/
Hati memang merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat aneh. Semua kebaikan dan keburukan digerakkan oleh hati. Diperlukan keteguhan hati agar kita senantiasa diberikan istiqamah dalam berbuat kebaikan. Rasulullah SAW pernah mengajari Abdullah bin Amru bin Ash sebuah doa agar hati kita senantiasa diberikan keteguhan untuk berbuat kebaikan. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslimnya. Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah SWT akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya. Setelah itu, Rasulullah SAW berdoa, Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ala thoatik (Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!) (HR. Muslim). Dari hadis di atas, kita bisa mengamalkan doa dari Rasulullah SAW yang pernah didengar oleh Abdullah bin Amr bin Ash doa agar diteguhkan dalam kebaikan dan ketatan berikut ini: Allahumma Musharrifal qulub sharrif qulubana ala thaatik. Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu! (HR. Muslim) Wallahu alam.
Hati memang merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat aneh. Semua kebaikan dan keburukan digerakkan oleh hati. Diperlukan keteguhan hati agar kita senantiasa diberikan istiqamah dalam berbuat kebaikan. Rasulullah SAW pernah mengajari Abdullah bin Amru bin Ash sebuah doa agar hati kita senantiasa diberikan keteguhan untuk berbuat kebaikan. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslimnya. Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah SWT akan memalingkan hati manusia menurut kehendakNya. Setelah itu, Rasulullah SAW berdoa, Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ala thoatik Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepadaMu HR. Muslim. Dari hadis di atas, kita bisa mengamalkan doa dari Rasulullah SAW yang pernah didengar oleh Abdullah bin Amr bin Ash doa agar diteguhkan dalam kebaikan dan ketatan berikut ini Allahumma Musharrifal qulub sharrif qulubana ala thaatik. Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepadaMu HR. Muslim Wallahu alam.
Terimalah Taubatku
https://radiomutiaraquran.com/2023/09/05/terimalah-taubatku/
Saudara-saudaraku, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Semua orang pasti pernah berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang rajin bertobat kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, ‘Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53) Saudara-saudaraku, kedzaliman apapun yang pernah engkau lakukan, maka ketahuilah bahwa pintu ampunan Allah sangatlah lebar. Allah Ta’ala berfirman, ࣲ “Sesungguhnya Rabbmu adalah pemilik ampunan bagi umat manusia atas kezaliman mereka. Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar keras siksanya.” (QS. Ar-Ra’d: 6) Saudara-saudaraku, ke manakah hendak engkau cari ampunan itu kalau bukan kepada-Nya yang berada di atas langit sana. Allah Ta’ala berfirman, ࣲ ࣲ “Sesungguhnya Rabbmu adalah pemilik ampunan sekaligus pemilik siksaan yang amat pedih.” (QS. Fushshilat: 43) Saudara-saudaraku, tidakkah engkau ingin termasuk orang-orang yang dicintai-Nya? Tidakkah engkau ingin menjadi orang yang diampuni kesalahan dan dosa-dosanya? Allah Ta’ala berfirman,  ⁠ “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang rajin bertobat dan (Allah) mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222) Saudara-saudaraku, apakah kamu enggan untuk bertobat dan menerima ampunan dari-Nya? Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang. Allah Ta’ala berfirman, ࣱ ࣱ “Apakah mereka tidak mau bertobat kepada Allah dan meminta ampunan-Nya. Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Al-Ma’idah: 74) Saudara-saudaraku, apakah kita tidak ingin terbebas dari azab yang sangat pedih? Apakah kita tidak ingin mendapatkan kebaikan? Allah Ta’ala berfirman, ࣱ “Apabila kalian bertobat, maka itulah yang lebih baik bagi kalian. Apabila kalian justru berpaling, ketahuilah bahwa kalian tidak akan bisa melemahkan Allah. Dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang kafir bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang amat pedih.” (QS. At-Taubah: 3) Saudara-saudaraku, kembalilah kepada Zat Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Sungguh Dia tidak akan menyia-nyiakan doa dan amal-amal kalian. Nabi Syu’aib ‘alaihissalam memerintahkan kepada kaumnya, sebagaimana tercantum dalam ayat, ࣱ ࣱ “Mintalah ampunan kepada Rabb kalian, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku Maha pengasih lagi Maha penyayang.” (QS. Hud: 90) Saudara-saudaraku, marilah kita sambut kebahagiaan dan kesuksesan hidup dengan senantiasa bertobat kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Bertobatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kalian berbahagia.” (QS. An-Nur: 31) Saudara-saudaraku, tidak inginkah amal-amal buruk dan kemaksiatan kita terhapus dan dimaafkan oleh Allah, kemudian Allah gantikan dengan kebaikan dan ketaatan kepada-Nya? Allah Ta’ala berfirman, ࣰ ࣰ ࣲ ࣰ ࣰ “Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan melakukan amal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang akan diganti kejelekan mereka dengan kebaikan. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Furqan: 70) Saudara-saudaraku, marilah kita gapai ampunan Allah dan keberuntungan dari-Nya dengan tobat yang murni, iman yang tulus dan lurus, serta amal yang ikhlas dan mengikuti tuntunan. Allah Ta’ala berfirman, ࣰ “Adapun orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh, maka semoga saja dia termasuk golongan orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Qashash: 67) Saudara-saudaraku, Allah Maha mengetahui isi hati kita dan keinginan-keinginan yang terbetik di dalamnya. Tidakkah kita tergerak untuk segera menyambut ampunan-Nya dan bersimpuh di hadapan-Nya untuk memperbaharui tobat kita? Allah Ta’ala berfirman, “Dialah (Allah) yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. Allah Maha mengetahui apa yang kalian lakukan.” (QS. Asy-Syura: 25) Ya Allah, terimalah tobat hamba-hamba-Mu ini. Sesungguhnya Engkau Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang. Penulis: Ari Wahyudi, S.Si. Sumber
Saudarasaudaraku, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Semua orang pasti pernah berbuat dosa dan sebaikbaik orang yang berbuat dosa adalah yang rajin bertobat kepadaNya. Allah Taala berfirman, Katakanlah kepada hambahambaKu yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. AzZumar 53 Saudarasaudaraku, kedzaliman apapun yang pernah engkau lakukan, maka ketahuilah bahwa pintu ampunan Allah sangatlah lebar. Dan sesungguhnya Rabbmu benarbenar keras siksanya. ArRad 6 Saudarasaudaraku, ke manakah hendak engkau cari ampunan itu kalau bukan kepadaNya yang berada di atas langit sana. AlBaqarah 222 Saudarasaudaraku, apakah kamu enggan untuk bertobat dan menerima ampunan dariNya Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang. AlMaidah 74 Saudarasaudaraku, apakah kita tidak ingin terbebas dari azab yang sangat pedih Apakah kita tidak ingin mendapatkan kebaikan Allah Taala berfirman, Apabila kalian bertobat, maka itulah yang lebih baik bagi kalian. Apabila kalian justru berpaling, ketahuilah bahwa kalian tidak akan bisa melemahkan Allah. Dan berikanlah kabar gembira untuk orangorang kafir bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang amat pedih. AtTaubah 3 Saudarasaudaraku, kembalilah kepada Zat Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Sungguh Dia tidak akan menyianyiakan doa dan amalamal kalian. Nabi Syuaib alaihissalam memerintahkan kepada kaumnya, sebagaimana tercantum dalam ayat, Mintalah ampunan kepada Rabb kalian, kemudian bertobatlah kepadaNya. Hud 90 Saudarasaudaraku, marilah kita sambut kebahagiaan dan kesuksesan hidup dengan senantiasa bertobat kepadaNya. Allah Taala berfirman, Bertobatlah kalian semua kepada Allah wahai orangorang yang beriman, agar kalian berbahagia. AnNur 31 Saudarasaudaraku, tidak inginkah amalamal buruk dan kemaksiatan kita terhapus dan dimaafkan oleh Allah, kemudian Allah gantikan dengan kebaikan dan ketaatan kepadaNya Allah Taala berfirman, Kecuali orangorang yang bertobat, beriman, dan melakukan amal saleh, maka mereka itulah orangorang yang akan diganti kejelekan mereka dengan kebaikan. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. AlFurqan 70 Saudarasaudaraku, marilah kita gapai ampunan Allah dan keberuntungan dariNya dengan tobat yang murni, iman yang tulus dan lurus, serta amal yang ikhlas dan mengikuti tuntunan. AlQashash 67 Saudarasaudaraku, Allah Maha mengetahui isi hati kita dan keinginankeinginan yang terbetik di dalamnya. Allah Maha mengetahui apa yang kalian lakukan. AsySyura 25 Ya Allah, terimalah tobat hambahambaMu ini.
Hewan Kurban Mati Sebelum Disembelih, Apakah Harus Diganti?
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hewan-kurban-mati-sebelum-disembelih-apakah-harus-diganti/
Pada umumnya, hewan yang akan dijadikan kurban sudah dibeli sebelum hari Idul Adha. Hewan tersebut biasanya dipelihara terlebih dahulu beberarapa hari sebelum akhirnya disembelih pada hari Idul Adha. Namun terkadang sebagian hewan pada saat dipelihara mati sebelum disembelih. Apakah sohibul kurban harus mengganti hewan tersebut? Menurut Imam Syafii, jika seseorang membeli hewan kurban, baik kurban wajib atau sunah, kemudian mati sebelum disembelih, maka dia tidak perlu mengganti hewan kurban tersebut. Dalam kitab Alumm, beliau mengatakan; Apabila seseorang membeli hewan kurban baik itu wajib atau bukan, kemudian mati, menghilang atau dicuri, maka dia tidak perlu mengganti. Hal ini sebagaimana fatwa Ibnu Abbas ketika didatangi orang yang kehilangan kambing yang sudah diniatkan untuk dijadikan kurban, kemudian Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal tersebut tidak masalah sehingga tidak harus diganti. Fatwa tersebut disebutkan oleh Imam Albaihaqi dalam kitabnya Sunan Albaihaqi dari Tamim bin Huwaish, dia berkata; Saya membeli hewan kambing di Mina untuk dijadikan kurban, lalu kambing tersebut hilang. Kemudian saya bertanya kepada Ibn Abbas, maka dia menjawab; Hal tersebut tidak memudaratkanmu. Adapun menurut ulama Hanafiyah, jika hewan kurban yang mati tersebut milik orang mampu, maka dia wajib mengganti dengan hewan yang lain. Hal ini karena berkurban pada hari Idul Adha hukumnya wajib bagi orang yang mampu. Sehingga apabila hewan kurban tersebut mati sebelum disembelih, maka agar bisa melakukan kurban, dia wajib mengganti dengan hewan lain. Dalam kitab Almufshshal fi Ahkamil Udhiyah disebutkan; Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa apabila orang yang berkecukupan harta membeli hewan kurban, lalu mati, hilang atau dicuri, maka dia wajib mengganti dengan binatang yang lain. Dengan demikian, jika hewan kurban mati sebelum disembelih, maka sebaiknya diganti apabila masih memiliki harta yang cukup. Namun jika tidak mampu, maka tidak harus memaksa untuk mengganti dengan hewan dan insya Allah akan mendapat pahala di sisi Allah dengan niat dan usaha yang sudah dilakukan.
Pada umumnya, hewan yang akan dijadikan kurban sudah dibeli sebelum hari Idul Adha. Hewan tersebut biasanya dipelihara terlebih dahulu beberarapa hari sebelum akhirnya disembelih pada hari Idul Adha. Namun terkadang sebagian hewan pada saat dipelihara mati sebelum disembelih. Apakah sohibul kurban harus mengganti hewan tersebut Menurut Imam Syafii, jika seseorang membeli hewan kurban, baik kurban wajib atau sunah, kemudian mati sebelum disembelih, maka dia tidak perlu mengganti hewan kurban tersebut. Dalam kitab Alumm, beliau mengatakan Apabila seseorang membeli hewan kurban baik itu wajib atau bukan, kemudian mati, menghilang atau dicuri, maka dia tidak perlu mengganti. Hal ini sebagaimana fatwa Ibnu Abbas ketika didatangi orang yang kehilangan kambing yang sudah diniatkan untuk dijadikan kurban, kemudian Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal tersebut tidak masalah sehingga tidak harus diganti. Fatwa tersebut disebutkan oleh Imam Albaihaqi dalam kitabnya Sunan Albaihaqi dari Tamim bin Huwaish, dia berkata Saya membeli hewan kambing di Mina untuk dijadikan kurban, lalu kambing tersebut hilang. Kemudian saya bertanya kepada Ibn Abbas, maka dia menjawab Hal tersebut tidak memudaratkanmu. Adapun menurut ulama Hanafiyah, jika hewan kurban yang mati tersebut milik orang mampu, maka dia wajib mengganti dengan hewan yang lain. Hal ini karena berkurban pada hari Idul Adha hukumnya wajib bagi orang yang mampu. Sehingga apabila hewan kurban tersebut mati sebelum disembelih, maka agar bisa melakukan kurban, dia wajib mengganti dengan hewan lain. Dalam kitab Almufshshal fi Ahkamil Udhiyah disebutkan Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa apabila orang yang berkecukupan harta membeli hewan kurban, lalu mati, hilang atau dicuri, maka dia wajib mengganti dengan binatang yang lain. Dengan demikian, jika hewan kurban mati sebelum disembelih, maka sebaiknya diganti apabila masih memiliki harta yang cukup. Namun jika tidak mampu, maka tidak harus memaksa untuk mengganti dengan hewan dan insya Allah akan mendapat pahala di sisi Allah dengan niat dan usaha yang sudah dilakukan.
Meraih Keistimewaan Bulan Rajab
https://islami.co/meraih-keistimewaan-bulan-rajab/
Khutbah I . : Jamaah shalat Jumat hadâkumullah, Tak terasa kita kembali memasuki bulan Rajab. Entah karena kesibukan atau waktu kita yang kurang berkah, perjalanan hidup serasa semakin cepat. Tiba-tiba saja kita bertambah tua. Tiba-tiba saja kita menapaki kembali bulan Rajab. Tiba-tiba saja kita akan menghadapi bulan Syaban lalu bulan suci Ramadlan. Sejatinya, tidak ada istilah tiba-tiba, karena waktu berjalan linier seperti lazimnya, kecuali timbul dari perasaan pribadi lantaran sikap abai alias tidak peduli. Bulan Rajab adalah bulan istimewa. Dalam kitab Ianatut Thalibin dijelaskan bahwa Rajab merupakan derivasi dari kata tarjib yang berarti mengagungkan atau memuliakan. Masyarakat Arab zaman dahulu memuliakan Rajab melebihi bulan lainnya. Rajab biasa juga disebut Al-Ashabb () yang berarti yang mengucur atau menetes. Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini. Bulan Rajab bisa juga dikenal dengan sebutan Al-Ashamm () atau yang tuli, karena tidak terdengar gemerincing senjata pasukan perang pada bulan ini. Julukan lain untuk bulan Rajab adalah Rajam () yang berarti melempar. Dinamakan demikian karena musuh dan setan-setan pada bulan ini dikutuk dan dilempari sehingga mereka tidak jadi menyakiti para wali dan orang-orang saleh. Allah memasukkan bulan Rajab sebagai salah satu bulan haram alias bulan yang dimuliakan. Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. (QS. At-Taubah:36) Bulan haram adalah empat bulan mulia di luar Ramadlan, yakni Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Disebut bulan haram ( ) karena pada bulan-bulan tersebut umat Islam dilarang mengadakan peperangan. Memang beberapa hadits dlaif, bahkan palsu, yang menjelaskan secara eksplisit tentang gambaran pahala amalan-amalan tertentu pada bulan Rajab. Namun demikian, bukan berarti tidak ada keutamaan menjalankan ibadah, misalnya puasa, dalam bulan Rajab. Justru puasa menjadi istimewa karena dilakukan pada bulan istimewa. Hanya saja, seberapa besar pahala yang akan didapat, Allahu alam. Hanya Allah yang tahu. Tugas hamba adalah menghamba kepada Allah dan seyogianya tak terikat dengan pamrih apa saja. Dalam hadits riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad dikatakan: Berpuasalah pada bulan-bulan haram. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi kian bernilai bila dilakukan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan, dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab masuk dalam kategori al-asyhur al-fadhilah di samping Dzulhijjah, Muharram dan Syaban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping Dzulqadah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Jamaah shalat Jumat hadâkumullah, Keitimewaan bulan Rajab juga terletak pada peristiwa ajaib isra dan miraj Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab tahun 10 kenabian (620 M). Itulah momen perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu menuju ke sidratul muntaha yang ditempuh hanya semalam. Dari peristiwa isra dan miraj ini, umat Islam menerima perintah shalat lima waktu. Begitu agungnya peristiwa ini hingga ia diperingati tiap tahun oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Saat memasuki bulan Rajab, Rasulullah memberi contoh kita untuk membaca: Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Syaban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan. Khatib mengajak diri sendiri dan jamaah sekalian agar tidak menyianyiakan bulan yang agung ini. Dari berbagai keterangan yang disebutkan tadi, sangat jelas bahwa bulan Rajab memiliki keutamaan lebih di atas bulan-bulan pada umumnya. Ia adalah momen untuk meningkatkan kualitas diri, baik tentang kedekatan kita kepada Allah (taqarrub ilallâh) maupun perbuatan baik (amal shâlih) kita kepada sesama. Belum tentu tahun berikutnya kita akan berjumpa dengan kesempatan merasakan kembali bulan Rajab. Saatnya menyisihkan fokus kita kepada bulan mulia ini di tengah kesibukan duniawi kita yang melengahkan. Wallahu alam. Khutbah II . . . . . . . ! [] Alif Budi Luhur
Jamaah shalat Jumat hadâkumullah, Tak terasa kita kembali memasuki bulan Rajab. Entah karena kesibukan atau waktu kita yang kurang berkah, perjalanan hidup serasa semakin cepat. Tibatiba saja kita menapaki kembali bulan Rajab. Tibatiba saja kita akan menghadapi bulan Syaban lalu bulan suci Ramadlan. Sejatinya, tidak ada istilah tibatiba, karena waktu berjalan linier seperti lazimnya, kecuali timbul dari perasaan pribadi lantaran sikap abai alias tidak peduli. Rajab biasa juga disebut AlAshabb yang berarti yang mengucur atau menetes. Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini. Dinamakan demikian karena musuh dan setansetan pada bulan ini dikutuk dan dilempari sehingga mereka tidak jadi menyakiti para wali dan orangorang saleh. Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Disebut bulan haram karena pada bulanbulan tersebut umat Islam dilarang mengadakan peperangan. Justru puasa menjadi istimewa karena dilakukan pada bulan istimewa. Hanya saja, seberapa besar pahala yang akan didapat, Allahu alam. Tugas hamba adalah menghamba kepada Allah dan seyogianya tak terikat dengan pamrih apa saja. Dalam hadits riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad dikatakan Berpuasalah pada bulanbulan haram. Imam AlGhazali dalam Ihya UlumidDin menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi kian bernilai bila dilakukan pada harihari utama alayyam alfadhilah. Hari hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan, dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini AlGhazali menyatakan bahwa Rajab masuk dalam kategori alasyhur alfadhilah di samping Dzulhijjah, Muharram dan Syaban. Jamaah shalat Jumat hadâkumullah, Keitimewaan bulan Rajab juga terletak pada peristiwa ajaib isra dan miraj Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab tahun 10 kenabian 620 M. Itulah momen perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu menuju ke sidratul muntaha yang ditempuh hanya semalam. Dari peristiwa isra dan miraj ini, umat Islam menerima perintah shalat lima waktu. Begitu agungnya peristiwa ini hingga ia diperingati tiap tahun oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Khatib mengajak diri sendiri dan jamaah sekalian agar tidak menyianyiakan bulan yang agung ini. Dari berbagai keterangan yang disebutkan tadi, sangat jelas bahwa bulan Rajab memiliki keutamaan lebih di atas bulanbulan pada umumnya. Ia adalah momen untuk meningkatkan kualitas diri, baik tentang kedekatan kita kepada Allah taqarrub ilallâh maupun perbuatan baik amal shâlih kita kepada sesama. Saatnya menyisihkan fokus kita kepada bulan mulia ini di tengah kesibukan duniawi kita yang melengahkan.
Klarifikasi, Ajaran Islam Yang Amat Penting Ditengah Merebaknya Berita Hoaks
https://www.harakatuna.com/klarifikasi-ajaran-islam-yang-amat-penting-ditengah-merebaknya-berita-hoaks.html
Saat ini informasi atau berita diproduksi sesuai kepentingan-kepentingan. Oleh karena yang demikian maka sangat dianjurkan untuk klarifikasi setiap informasi yang kita dengar. Terlebih lagi diera post-modern informasi disebarkan tidak berdasarkan fakta, dengan kata lain banyak informasi yang bernilai dusta atau hoaks . Sekarang ini klarifikasi adalah suatu kewajiban, karena tanpa adanya klarifikasi bisa jadi kita menjadi korban sekaligus pelaku penyebaran informasi dusta atau hoak. Kenapa kita bisa dikatakan sebagai pelaku penyebar hoaks..? karena tanpa klarifikasi terkadang kita men”share” dan membagi informasi yang kita terima tanpa kita tau kebenaran informasi tersebut. Nabi Muhammad bersabda Artinya: Tidaklah (mendengar) berita itu seperti melihat langsung dengan mata kepala. Dengan berdasarkan sabda nabi ini seharunya kita harus meningkatnya kewaspadaan kita terhadap informasi atau berita yang kita terima. Selalu utamakan klarifikasi terhadap setiap berita atau informasi yang kita terdengar. Hal ini karena satu alas an kita tidak melihat atau menyaksikan peristiwa dalam informasi yang kita dengar tersebut. Anjuran Klarifikasi Dalam Al-Quran Al-Quran sendiri sebagai kalam tuhan sangat mengajurkan umat muslim untuk melakukan klarifikasi terhadap setiap berita. Surat Al-Hujurot ayat 6 berbunyi: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan kamu itu. Bahkan dalam ayat ini menegaskan bahwa klarifikasi adalah suatu tanda keimanan kita kepada Allah SWT. Karena dengan melakukan hal ini, kita bisa mencegah suatu musibah atau fitnah yang akan terjadi pada suatu masyarakat. Bukankah mencegah datangnya fitnah merupakan suatu kebaikan yang menunjukan kita kepada keimanan kita kepada Allah…? Sejak abad ke 6 M, Islam telah mengajarkan pemeluknya untuk mengklarifikasi setiap berita yang didengar, terlebih di abad 21 M ini maka klarifikasi menjadi sebuah kewajiban bagi setiap orang muslim. Diera yang dengan mudah kita mencari suatu informasi maka filter utama untuk menyaring informasi yang begitu melimpah ruah adalah klarifikasi. Terlebih hal yang kita dengar adalah informasi tentang agama, karena pertanggungjawaban yang berat apabila kita berdusta atas nama agama. Dengan demikian demi terjalinya kedamaian dan perdamaian di dunia maka klarifikasi adalah kunci pokok untuk menjaga hal tersebut. Jangan sampai kita saling bermusuhan dan bertengkar hanya karena dipicu berita bohong yang berniat mengadu domba orang Islam.
Saat ini informasi atau berita diproduksi sesuai kepentingankepentingan. Oleh karena yang demikian maka sangat dianjurkan untuk klarifikasi setiap informasi yang kita dengar. Terlebih lagi diera postmodern informasi disebarkan tidak berdasarkan fakta, dengan kata lain banyak informasi yang bernilai dusta atau hoaks . Sekarang ini klarifikasi adalah suatu kewajiban, karena tanpa adanya klarifikasi bisa jadi kita menjadi korban sekaligus pelaku penyebaran informasi dusta atau hoak. Kenapa kita bisa dikatakan sebagai pelaku penyebar hoaks karena tanpa klarifikasi terkadang kita menshare dan membagi informasi yang kita terima tanpa kita tau kebenaran informasi tersebut. Nabi Muhammad bersabda Artinya Tidaklah mendengar berita itu seperti melihat langsung dengan mata kepala. Dengan berdasarkan sabda nabi ini seharunya kita harus meningkatnya kewaspadaan kita terhadap informasi atau berita yang kita terima. Selalu utamakan klarifikasi terhadap setiap berita atau informasi yang kita terdengar. Hal ini karena satu alas an kita tidak melihat atau menyaksikan peristiwa dalam informasi yang kita dengar tersebut. Anjuran Klarifikasi Dalam AlQuran AlQuran sendiri sebagai kalam tuhan sangat mengajurkan umat muslim untuk melakukan klarifikasi terhadap setiap berita. Surat AlHujurot ayat 6 berbunyi Artinya Hai orangorang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan kamu itu. Bahkan dalam ayat ini menegaskan bahwa klarifikasi adalah suatu tanda keimanan kita kepada Allah SWT. Karena dengan melakukan hal ini, kita bisa mencegah suatu musibah atau fitnah yang akan terjadi pada suatu masyarakat. Bukankah mencegah datangnya fitnah merupakan suatu kebaikan yang menunjukan kita kepada keimanan kita kepada Allah Sejak abad ke 6 M, Islam telah mengajarkan pemeluknya untuk mengklarifikasi setiap berita yang didengar, terlebih di abad 21 M ini maka klarifikasi menjadi sebuah kewajiban bagi setiap orang muslim. Diera yang dengan mudah kita mencari suatu informasi maka filter utama untuk menyaring informasi yang begitu melimpah ruah adalah klarifikasi. Terlebih hal yang kita dengar adalah informasi tentang agama, karena pertanggungjawaban yang berat apabila kita berdusta atas nama agama. Dengan demikian demi terjalinya kedamaian dan perdamaian di dunia maka klarifikasi adalah kunci pokok untuk menjaga hal tersebut. Jangan sampai kita saling bermusuhan dan bertengkar hanya karena dipicu berita bohong yang berniat mengadu domba orang Islam.
Manhajus Salikin: Syarat Shalat, Masuknya Waktu
https://rumaysho.com/18193-manhajus-salikin-syarat-shalat-masuknya-waktu.html
Waktu shalat termasuk syarat sah shalat yang harus dipenuhi. Artinya, syarat ini didapati dahulu barulah shalat dilaksanakan. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi rahimahullah berkata: [ ]– : : .Kitab Ash-Shalah[Syarat-Syarat Shalat]Telah lewat penjelasan thaharah (bersuci) yang termasuk rukun shalat.Di antara syarat shalat lainnya adalah masuknya waktu. Shalat secara bahasa berarti doa. Dalilnya adalah firman Allah Taala, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah: 103). Maksud ayat shalli alaihim adalah berdoalah untuk mereka.Secara istilah syari, shalat adalah perkataan dan perbuatan yang khusus yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam.Ada beberapa syarat shalat. Pertama, bersuci yaitu dari hadats kecil, hadats besar, dan dari najis. Sudah lewat pembahasannya.Syarat kedua adalah masuknya waktu shalat. Allah Taala berfirman, Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. Al Isra: 78)Ayat di atas berisi perintah Allah kepada hamba-Nya untuk menunaikan shalat. Perintah shalat ini dijelaskan pada ayat yang beraneka ragam. Perintah dalam Al-Quran dijelaskan dengan kalimat iqamah shalat seperti dalam ayat di atas. Kalimat tersebut lebih bagus penyebutannya dibandingkan dengan ifaluhaa yang bermakna kerjakanlah.Perintah iqamah shalat yang berarti menegakkan shalat bermakna perintah untuk mengerjakan shalat dengan melengkapi rukun, syarat dan penyempurananya secara lahir dan batin. Shalat inilah yang dijadikan syariat lahiriyah yang nampak dan merupakan syiar Islam yang terbesar.Ayat di atas bukan hanya menjelaskan tentang perintah mendirikan shalat, namun juga diterangkan mengenai waktu-waktunya. Inilah yang menjadi keistimewaan ayat tersebut dibandingkan ayat lainnya. Di sini dijelaskan lima atau tiga waktu shalat.Yang disebutkan dalam ayat adalah ibadah wajib. Sedangkan penyandaran pada waktunya menunjukkan akan sebab shalat itu ada. Waktu pertama yang disebutkan adalah waktu duluk. Yang dimaksudkan adalah waktu setelah matahari tergelincir mengarah ke arah barat (arah matahari tenggelam). Adapun yang dimaksud dengan waktu pertama adalah shalat Zhuhur yang berada di awal waktu duluk dan shalat Ashar yang berada di akhir waktu duluk.Waktu kedua adalah ghasaqil lail. Yang dimaksudkan adalah gelap malam. Shalat yang dikerjakan di awal ghasaq adalah shalat Maghrib, sedangkan di akhirnya adalah shalat Isya.Waktu ketiga adalah waktu fajar. Disebut dalam ayat dengan Qur-anal Fajri, yang dimaksud adalah shalat fajar (shalat Shubuh). Shalat Shubuh disebut qur-anal fajri karena saat Shubuh adalah waktu yang disunnahkan untuk memperlama membaca Al-Quran. Keutamaan membaca Al-Quran saat itu karena disaksikan oleh Allah, oleh malaikat malam dan malaikat siang. 1- Disebutkan lima waktu shalat secara tegas. Seperti ini tidak disebutkan pada ayat lainya. Ada ayat lain yang menyebutkan, Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh. (QS. Ar-Rum: 17).2- Semua yang diperintahkan dalam ayat adalah kewajiban. Karena perintah tersebut dikaitkan dengan waktu dan yang dimaksud adalah shalat lima waktu. Shalat lima waktu ini boleh diiringi dengan shalat-shalat rawatib dan juga boleh diikuti shalat lainnya.3- Waktu shalat termasuk syarat sah shalat dan yang jadi sebab shalat itu ada. Adapun ketetapan awal dan akhir waktu dilihat dari ketetapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam beberapa hadits. Sebagaimana ada ketetapan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengenai jumlah rakaat, jumlah sujud, dan berbagai tata caranya.4- Shalat Zhuhur dan Ashar boleh dijamak di satu waktu karena ada uzur, begitu pula shalat Maghrib dan Isya. Karena Allah menggabungkan masing-masing dari dua shalat tersebut untuk satu waktu bagi yang uzur. Sedangkan bagi yang tidak mendapatkan uzur tetap dua waktu (tidak digabungkan).5- Ayat tersebut juga menerangkan tentang keutamaan shalat Shubuh, juga keutamaan memperlama bacaan saat shalat tersebut.Kenapa sampai disebut bahwa memperlama bacaan saat shalat Shubuh ada keutamaan?Karena berdiri adalah bagian dari rukun shalat. Kalau ibadah disebutkan dengan suatu bagiannya, itu menunjukkan keutamaan bagian tersebut.Juga dapat diambil faedah bahwa bagian yang disebutkan untuk mengibaratkan shalat termasuk rukun. Lihat saja, kadang Allah mengibaratkan shalat dengan qiraah (bacaan), dengan ruku, dengan sujud, dan dengan berdiri, ini menunjukkan semuanya termasuk rukun dari shalat.Wallahu waliyyut taufiq.Berlanjut insya Allah mengenai waktu shalat dari hadits Jibril. —Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 13 Dzulqadah 1439 HOleh: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com
Waktu shalat termasuk syarat sah shalat yang harus dipenuhi. Syaikh Abdurrahman bin Nashir AsSadi rahimahullah berkata .Kitab AshShalahSyaratSyarat ShalatTelah lewat penjelasan thaharah bersuci yang termasuk rukun shalat. Di antara syarat shalat lainnya adalah masuknya waktu. Dalilnya adalah firman Allah Taala, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Maksud ayat shalli alaihim adalah berdoalah untuk mereka. Pertama, bersuci yaitu dari hadats kecil, hadats besar, dan dari najis. Allah Taala berfirman, Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat. Kalimat tersebut lebih bagus penyebutannya dibandingkan dengan ifaluhaa yang bermakna kerjakanlah. Perintah iqamah shalat yang berarti menegakkan shalat bermakna perintah untuk mengerjakan shalat dengan melengkapi rukun, syarat dan penyempurananya secara lahir dan batin. Ayat di atas bukan hanya menjelaskan tentang perintah mendirikan shalat, namun juga diterangkan mengenai waktuwaktunya. Inilah yang menjadi keistimewaan ayat tersebut dibandingkan ayat lainnya. Yang disebutkan dalam ayat adalah ibadah wajib. Waktu pertama yang disebutkan adalah waktu duluk. Adapun yang dimaksud dengan waktu pertama adalah shalat Zhuhur yang berada di awal waktu duluk dan shalat Ashar yang berada di akhir waktu duluk. Keutamaan membaca AlQuran saat itu karena disaksikan oleh Allah, oleh malaikat malam dan malaikat siang. 1 Disebutkan lima waktu shalat secara tegas. Shalat lima waktu ini boleh diiringi dengan shalatshalat rawatib dan juga boleh diikuti shalat lainnya.3 Waktu shalat termasuk syarat sah shalat dan yang jadi sebab shalat itu ada. Sedangkan bagi yang tidak mendapatkan uzur tetap dua waktu tidak digabungkan.5 Ayat tersebut juga menerangkan tentang keutamaan shalat Shubuh, juga keutamaan memperlama bacaan saat shalat tersebut. Kalau ibadah disebutkan dengan suatu bagiannya, itu menunjukkan keutamaan bagian tersebut. Juga dapat diambil faedah bahwa bagian yang disebutkan untuk mengibaratkan shalat termasuk rukun. Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 13 Dzulqadah 1439 HOleh Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.
Belum Mengqodha Hutang Puasa Hingga Datang Romadhon Berikutnya
https://radiomutiaraquran.com/2021/04/09/belum-mengqodha-hutang-puasa-hingga-datang-romadhon-berikutnya/
Problema Muslimah di Bulan Ramadhan Bagian 1 Belum Mengqadha Hutang Puasa Hingga Datang Ramadhan Berikutnya Ramadhan adalah bulan yang paling dirindu kedatangannya oleh seluruh kaum muslimin. Betapa tidak? Pada bulan Ramadhan segala amal ibadah mendapat ganjaran yang berlipat-lipat ganda dan hanya pada bulan Ramadhan sajalah kita dapat menemui malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang apabila seseorang melakukan amal shalih karena Allah ta’ala semata pada saat itu, maka pahala yang didapatnya itu lebih baik dari usaha yang dilakukannya selama seribu bulan. Maka sudah sepantasnya, banyak kaum muslimin yang semakin besar semangatnya untuk beramal shalih pada bulan ini. Kaum wanita pun tidak kalah semangat untuk menabung pahala, akan tetapi kaum wanita memiliki fitrah yang tidak dapat dielakkan, namun memerlukan perhatian khusus. Dan tidak sedikit kaum wanita yang masih bingung ketika dihadapkan dengan masalah-masalah kewanitaan, khususnya pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Berikut beberapa masalah yang sering ditemui oleh wanita berikut solusinya. Masalah 1: Wanita Memiliki Utang Puasa, Tetapi Belum Mengqadhanya Hingga Datang Ramadhan Berikutnya Dalam hal ini, terdapat tiga kemungkinan, yaitu: Pertama: Keadaan wanita tersebut tidak memungkinkan untuk segera mengqadha puasanya pada Ramadhan yang lalu hingga datang Ramadhan berikutnya, misal: karena alasan sakit. Dalam masalah ini, terdapat dua kondisi, yaitu: Kondisi 1: Apabila wanita tersebut meninggalkan kewajiban puasa dan menunda qadha puasanya karena ketidak mampuannya, maka wajib baginya untuk mengqadha hari-hari yang ditinggalkannya itu saat dia telah memiliki kemampuan untuk mengqadhanya. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain.” (Qs. Al-Baqarah: 185) Kondisi 2: Apabila ketidak mampuan wanita tersebut untuk melaksanakan puasa bersifat permanen, yakni tidak bisa hilang (sembuh) menurut keterangan ahli medis dan dikhawatirkan bahwa puasanya itu akan membahayakan dirinya, maka wanita tersebut harus memberi makan orang miskin sebanyak hari yang ditinggalkannya itu sebanyak setengah sha’ (sekitar 1,5 kg) makanan pokok di daerahnya. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.” (Qs. Al-Baqarah: 184) Ketentuan ini juga berlaku bagi wanita yang meninggal karena sakit, sementara dirinya masih memiliki tanggungan puasa Ramadhan. Maka keluarganya hanya diwajibkan untuk mengeluarkan fidyah sebanyak hari yang ditinggalkan oleh wanita tersebut. [Lihat penjelasan Ibnu Qayyim dalam kitab I’laamul Muwaqqi’iin (III/554) dan tambahan keterangannya di Tahdziibus Sunnan Abi Dawud (III/279-282)] Kedua: Wanita tersebut dengan sengaja mengulur-ulur waktu untuk mengqadha utang puasanya hingga datang Ramadhan berikutnya. Dalam masalah kedua ini, wanita tersebut harus bertaubat kepada Allah ta’ala dikarenakan kelalaiannya atas suatu ketetapan Allah. Selain itu, dia juga harus bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Karena menunda-nunda pelaksanaan qadha tanpa ada udzur syar’i adalah suatu maksiat, maka bertaubat kepada Allah merupakan suatu kewajiban. Kemudian, wanita tersebut harus segera mengqadha puasanya setelah bulan Ramadhan berikutnya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu…” (Qs. Ali ‘Imran: 133) Ketiga: Wanita tersebut tidak mengetahui kewajiban melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, karena minimnya ilmu agama, dan atau tidak mengetahui secara pasti jumlah hari yang ditinggalkannya selama bulan Ramadhan yang lalu. Dalam masalah ketiga, seorang wanita dinyatakan mukallaf (terkena beban ketentuan syari’at) dengan beberapa syarat, yaitu: (1) beragama Islam, (2) berakal, (3) telah baligh. Dan balighnya seorang wanita ditandai dengan datangnya haidh, tumbuhnya bulu di daerah sekitar kemaluan, keluarnya mani, atau telah memasuki usia 15 tahun. Apabila syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka kewajiban untuk melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan telah jatuh kepadanya, dan dia juga berkewajiban untuk melaksanakan qadha puasa sejumlah hari yang ditinggalkannya. Namun, apabila wanita tersebut tidak mengetahui hukum-hukum yang ditetapkan oleh syari’at -bukan karena dia tidak ingin atau malas mencari tahu, akan tetapi karena sebab lain yang sifatnya alami, misal karena dia tinggal di daerah pedalaman yang jauh dari para ahli ilmu- maka tidak ada dosa baginya meninggalkan puasa pada tahun-tahun dimana dia masih dalam keadaan jahil (tidak tahu) terhadap ketentuan syari’at. Kemudian, apabila dia telah mengetahuinya, maka wajib baginya untuk melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, dan hendaknya dia mengqadha puasa yang ditinggalkannya sewaktu dia masih dalam keadaan tidak tahu, agar dapat terlepas dari dosanya. [Lihat Fataawa Nur ‘ala ad-Darb, Syaikh Utsaimin, hal. 65-66 dan Fatwa-Fatwa Tentang Wanita (I/227-228)] Adapun apabila wanita tersebut ragu akan jumlah hari yang ditinggalkannya, maka dia dapat memperkirakannya, karena Allah ta’ala tidak membebani seseorang diluar kesanggupannya. Allah berfirman yang artinya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Qs. Al-Baqarah: 286) Dan firman Allah yang artinya, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu,” (Qs. At-Taghaabun: 16) Catatan: Mengqadha puasa tidak wajib dilakukan secara berturut-turut dan tidak mengapa apabila seorang wanita tidak langsung mengqadha puasanya setelah bulan Ramadhan berakhir. Namun, hendaklah dia melakukannya apabila tidak ada udzur yang menghalanginya. Wallahu a’lam. *** Penyusun: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad Murajaa: Ust Muhammad Abduh Tausikal Maraji’: Al-Adzkar an-Nawawi, Imam an-Nawawi; takhrij, tahqiq dan ta’liq oleh Syaikh Amir bin Ali Yasin, cet. Daar Ibn Khuzaimah Ahkaamul Janaaiz wa Bida’uha, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Maktabah al-Ma’arif Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, cet. Pustaka Imam asy-Syafi’i Ensiklopedi Fiqh Wanita, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, cet. Pustaka Ibnu Katsir Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Lajnah ad-Daimah lil Ifta’, cet. Darul Haq Meneladani Shaum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali al-Halabi al-Atsari, cet. Pustaka Imam asy-Syafi’i Syarah Riyadhush Shalihin, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, cet. Pustaka Imam asy-Syafi’i Tamamul Minnah fii Ta’liq ‘ala Fiqhis Sunnah, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Daar ar-Raayah Tiga Hukum Perempuan Haidh dan Junub, Abdul Hakim bin Amir Abdat, cet. Darul Qolam Sumber: https://muslimah.or.id/
Problema Muslimah di Bulan Ramadhan Bagian 1 Belum Mengqadha Hutang Puasa Hingga Datang Ramadhan Berikutnya Ramadhan adalah bulan yang paling dirindu kedatangannya oleh seluruh kaum muslimin. Betapa tidak Pada bulan Ramadhan segala amal ibadah mendapat ganjaran yang berlipatlipat ganda dan hanya pada bulan Ramadhan sajalah kita dapat menemui malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang apabila seseorang melakukan amal shalih karena Allah taala semata pada saat itu, maka pahala yang didapatnya itu lebih baik dari usaha yang dilakukannya selama seribu bulan. Maka sudah sepantasnya, banyak kaum muslimin yang semakin besar semangatnya untuk beramal shalih pada bulan ini. Kaum wanita pun tidak kalah semangat untuk menabung pahala, akan tetapi kaum wanita memiliki fitrah yang tidak dapat dielakkan, namun memerlukan perhatian khusus. Dan tidak sedikit kaum wanita yang masih bingung ketika dihadapkan dengan masalahmasalah kewanitaan, khususnya pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Masalah 1 Wanita Memiliki Utang Puasa, Tetapi Belum Mengqadhanya Hingga Datang Ramadhan Berikutnya Dalam hal ini, terdapat tiga kemungkinan, yaitu Pertama Keadaan wanita tersebut tidak memungkinkan untuk segera mengqadha puasanya pada Ramadhan yang lalu hingga datang Ramadhan berikutnya, misal karena alasan sakit. Dalam masalah ini, terdapat dua kondisi, yaitu Kondisi 1 Apabila wanita tersebut meninggalkan kewajiban puasa dan menunda qadha puasanya karena ketidak mampuannya, maka wajib baginya untuk mengqadha harihari yang ditinggalkannya itu saat dia telah memiliki kemampuan untuk mengqadhanya. AlBaqarah 185 Kondisi 2 Apabila ketidak mampuan wanita tersebut untuk melaksanakan puasa bersifat permanen, yakni tidak bisa hilang sembuh menurut keterangan ahli medis dan dikhawatirkan bahwa puasanya itu akan membahayakan dirinya, maka wanita tersebut harus memberi makan orang miskin sebanyak hari yang ditinggalkannya itu sebanyak setengah sha sekitar 1,5 kg makanan pokok di daerahnya. Hal ini berdasarkan firman Allah taala yang artinya, Dan wajib bagi orangorang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Maka keluarganya hanya diwajibkan untuk mengeluarkan fidyah sebanyak hari yang ditinggalkan oleh wanita tersebut. Dalam masalah kedua ini, wanita tersebut harus bertaubat kepada Allah taala dikarenakan kelalaiannya atas suatu ketetapan Allah. Selain itu, dia juga harus bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Karena menundanunda pelaksanaan qadha tanpa ada udzur syari adalah suatu maksiat, maka bertaubat kepada Allah merupakan suatu kewajiban. Ali Imran 133 Ketiga Wanita tersebut tidak mengetahui kewajiban melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, karena minimnya ilmu agama, dan atau tidak mengetahui secara pasti jumlah hari yang ditinggalkannya selama bulan Ramadhan yang lalu. Dalam masalah ketiga, seorang wanita dinyatakan mukallaf terkena beban ketentuan syariat dengan beberapa syarat, yaitu 1 beragama Islam, 2 berakal, 3 telah baligh. Dan balighnya seorang wanita ditandai dengan datangnya haidh, tumbuhnya bulu di daerah sekitar kemaluan, keluarnya mani, atau telah memasuki usia 15 tahun. Apabila syaratsyarat tersebut telah terpenuhi, maka kewajiban untuk melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan telah jatuh kepadanya, dan dia juga berkewajiban untuk melaksanakan qadha puasa sejumlah hari yang ditinggalkannya. AlBaqarah 286 Dan firman Allah yang artinya, Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, Qs. Maktabah alMaarif Ensiklopedi Adab Islam Menurut alQuran dan asSunnah, Abdul Aziz bin Fathi asSayyid Nada, cet. Pustaka Imam asySyafii Ensiklopedi Fiqh Wanita, Abu Malik Kamal bin asSayyid Salim, cet. Pustaka Imam asySyafii Syarah Riyadhush Shalihin, Syaikh Salim bin Ied alHilali, cet. Daar arRaayah Tiga Hukum Perempuan Haidh dan Junub, Abdul Hakim bin Amir Abdat, cet.
Jangan Sedih, Baca Doa Ini Ketika Dagangan Merugi
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-dagangan-merugi/
Berdagang adakalanya mendapatkan keuntungan, adakalanya juga mendapatkan kerugian. Ketika kita mendapatkan keuntungan, maka kita harus bersyukur kepada Allah. Ketika kita mendapatkan kerugian, maka kita harus bersabar dan mohon ganti yang terbaik kepada-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin, ketika dagangan merugi, maka kita hendaknya membaca doa berikut; Asaa robbunaa ayyubdilanaa khoirom minhaa innaa ilaa robbinaa rooghibuun. (Baca: Hukum Menimbun Barang Dagangan) Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu, sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya berkata sebagai berikut; Ketika rugi, hendaknya kamu membaca; Asaa robbunaa ayyubdilanaa khoirom minhaa innaa ilaa robbinaa rooghibuun (Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu, sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita). (Baca: Memilih Waktu Terbaik untuk Memulai Usaha)
Berdagang adakalanya mendapatkan keuntungan, adakalanya juga mendapatkan kerugian. Ketika kita mendapatkan keuntungan, maka kita harus bersyukur kepada Allah. Ketika kita mendapatkan kerugian, maka kita harus bersabar dan mohon ganti yang terbaik kepadaNya. Menurut Imam AlGhazali dalam kitab Ihya Ulumiddin, ketika dagangan merugi, maka kita hendaknya membaca doa berikut Asaa robbunaa ayyubdilanaa khoirom minhaa innaa ilaa robbinaa rooghibuun. Baca Hukum Menimbun Barang Dagangan Mudahmudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan kebun yang lebih baik daripada itu, sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita. Imam AlGhazali dalam kitab Ihya berkata sebagai berikut Ketika rugi, hendaknya kamu membaca Asaa robbunaa ayyubdilanaa khoirom minhaa innaa ilaa robbinaa rooghibuun Mudahmudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan kebun yang lebih baik daripada itu, sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita. Baca Memilih Waktu Terbaik untuk Memulai Usaha
Langit dan pintu-pintunya
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Langit-dan-pintu-pintunya
QS.Surat An-Naba’[78]:19 () 19. dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu,
QS.Surat AnNaba7819 19. dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu,
Hukum Main Hakim Jalanan dalam Islam
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hukum-main-hakim-jalanan-dalam-islam/
Bagaimana hukum main hakim jalanan dalam Islam? Main hakim sendiri adalah istilah bagi tindakan untuk menghukum suatu pihak yang tidak ada proses hukum syariat. Dewasa ini masih banyak terjadi tindak kekerasan dalam masyarakat, tidak hanya di desa-desa bahkan di kota besar pun perbuatan ini kerap terjadi. Bukan hanya menimpa orang awam bahkan orang-orang yang berpendidikan pun turut melakukannya. Tindakan main hakim sendiri selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Terlebih lagi kasus-kasus seperti perzinahan dan pelecehan seksual yang baru-baru ini terjadi. Lalu bagaimanakah Islam menyikapi hal ini, simak penjelasan hukum main hakim jalanan? Islam adalah agama yang mengajarkan keadilan, tidak hanya mengajarkan keadilan secara teori tetapi juga dalam praktiknya, Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl [16]: 90; Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Hukum Main Hakim Jalanan dalam Islam Dalam islam terdapat istilah tazir, tazir adalah hukuman yang tidak dijelaskan di dalam agama Islam dan penentuan kadar dan jenisnya diserahkan kepada hakim. Sayyid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho ad-Dimyathi dalam kitabnya Ianatut Tholibin, memberikan definisi tentang takzir sebagai berikut; Tazir secara bahasa adalah memberi pelajaran, dan secara syara, ialah hukuman atas dosa yang tidak ada had atau kafarat. Dalam konsep takzir, bentuk pelaksanaan tazir tidak boleh dilaksanakan sendiri melainkan harus dilimpahkan kepada imam atau pihak yang berkewajiban dalam mengurusnya, dalam hal ini Sayyid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi juga menjelaskan bahwa yang berhak untuk mentakdzir adalah seorang Imam atau penggantinya. ) ( ) ( Seorang imam atau penggantinya berhak mentazir perbuatan maksiat yang pada biasanya tidak ada ketentuan hukum had atau kafarat, baik berkaitan dengan hak Allah atau hak manusia, seperti menggauli perempuan yang bukan mahram pada selain farji dan mencela yang bukan menuduh zina dan memukul tanpa hak. Kesimpulan. Tindakan main hakim sendiri merupakan perbuatan yang tercela dan tidak dibenarkan oleh hukum negara maupun agama. Islam sendiri melarang adanya perbuatan penganiayaan terhadap sesama makhluk hidup terutama sesama manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah. Sebagai negara hukum yang bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik, maka adanya tindakan main hakim sendiri justru tidak mencerminkan bahwa negara ini adalah negara hukum yang seharusnya menjadikan hukum sebagai penyelesaian atas berbagai konflik yang ada. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran hukum bagi seluruh pihak, sehingga tidak terjadi lagi tindakan main hakim sendiri. Demikian penjelasan hukum main hakim jalanan dalam Islam. (Baca juga: Pernikahan Dini dalam Islam )
Bagaimana hukum main hakim jalanan dalam Islam Main hakim sendiri adalah istilah bagi tindakan untuk menghukum suatu pihak yang tidak ada proses hukum syariat. Dewasa ini masih banyak terjadi tindak kekerasan dalam masyarakat, tidak hanya di desadesa bahkan di kota besar pun perbuatan ini kerap terjadi. Bukan hanya menimpa orang awam bahkan orangorang yang berpendidikan pun turut melakukannya. Tindakan main hakim sendiri selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Terlebih lagi kasuskasus seperti perzinahan dan pelecehan seksual yang barubaru ini terjadi. Lalu bagaimanakah Islam menyikapi hal ini, simak penjelasan hukum main hakim jalanan Islam adalah agama yang mengajarkan keadilan, tidak hanya mengajarkan keadilan secara teori tetapi juga dalam praktiknya, Allah berfirman dalam Q.S. AnNahl 16 90 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Hukum Main Hakim Jalanan dalam Islam Dalam islam terdapat istilah tazir, tazir adalah hukuman yang tidak dijelaskan di dalam agama Islam dan penentuan kadar dan jenisnya diserahkan kepada hakim. Sayyid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho adDimyathi dalam kitabnya Ianatut Tholibin, memberikan definisi tentang takzir sebagai berikut Tazir secara bahasa adalah memberi pelajaran, dan secara syara, ialah hukuman atas dosa yang tidak ada had atau kafarat. Dalam konsep takzir, bentuk pelaksanaan tazir tidak boleh dilaksanakan sendiri melainkan harus dilimpahkan kepada imam atau pihak yang berkewajiban dalam mengurusnya, dalam hal ini Sayyid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha adDimyathi juga menjelaskan bahwa yang berhak untuk mentakdzir adalah seorang Imam atau penggantinya. Seorang imam atau penggantinya berhak mentazir perbuatan maksiat yang pada biasanya tidak ada ketentuan hukum had atau kafarat, baik berkaitan dengan hak Allah atau hak manusia, seperti menggauli perempuan yang bukan mahram pada selain farji dan mencela yang bukan menuduh zina dan memukul tanpa hak. Kesimpulan. Tindakan main hakim sendiri merupakan perbuatan yang tercela dan tidak dibenarkan oleh hukum negara maupun agama. Islam sendiri melarang adanya perbuatan penganiayaan terhadap sesama makhluk hidup terutama sesama manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah. Sebagai negara hukum yang bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik, maka adanya tindakan main hakim sendiri justru tidak mencerminkan bahwa negara ini adalah negara hukum yang seharusnya menjadikan hukum sebagai penyelesaian atas berbagai konflik yang ada. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran hukum bagi seluruh pihak, sehingga tidak terjadi lagi tindakan main hakim sendiri. Demikian penjelasan hukum main hakim jalanan dalam Islam. Baca juga Pernikahan Dini dalam Islam
4712. TAFSIR DAN NAHWU : PERBEDAAN 'AMIL JAR PADA SURAT AT-TAUBAH AYAT 60
https://www.piss-ktb.com/2016/04/4712-tafsir-dan-nahwu-perbedaan-amil.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaykum. Mau tanya, dalam ayat innamas shodaqotu lilfuqoro' dan seterusnya mengapa antara lafadz fuqoro' dan riqob huruf jernya berbeda, terus antara lafadz riqob dan sabilillah itu huruf jer-lnya sama koq ditulis lagi tidak langsung di-'athofkan? Wassalamu'alaykum. [Liya M Faiqoh]. JAWABAN : Wa'alaykum salam wr wb. Ayat yang dimaksud adalah QS At-Taubah ayat 60 : Huruf jer-nya berbeda karena bertujuan memberitahukan bahwa mereka lebih tetap dalam kepantasan mendapatkan sedekah daripada orang orang yang disebut sebelumnya. Sedangkan pengulangan huruf jer "fii" dalam kalimat fii sabilillah wabnis sabiil menunjukkan bahwa keduanya lebih utama diunggulkan daripada riqob dan ghorimiin. Wallohu a'lam. [Mujaawib : Mas Hamzah]. - Tafsir Al-Kassyaf (3/60-61) : : "" : ; "" ; "" : : www.fb.com/groups/piss.ktb/1100953293260811/ www.fb.com/notes/1186658694690270
PERTANYAAN Assalamualaykum. Mau tanya, dalam ayat innamas shodaqotu lilfuqoro dan seterusnya mengapa antara lafadz fuqoro dan riqob huruf jernya berbeda, terus antara lafadz riqob dan sabilillah itu huruf jerlnya sama koq ditulis lagi tidak langsung diathofkan Wassalamualaykum. Liya M Faiqoh. JAWABAN Waalaykum salam wr wb. Ayat yang dimaksud adalah QS AtTaubah ayat 60 Huruf jernya berbeda karena bertujuan memberitahukan bahwa mereka lebih tetap dalam kepantasan mendapatkan sedekah daripada orang orang yang disebut sebelumnya. Sedangkan pengulangan huruf jer fii dalam kalimat fii sabilillah wabnis sabiil menunjukkan bahwa keduanya lebih utama diunggulkan daripada riqob dan ghorimiin. Wallohu alam. Mujaawib Mas Hamzah. Tafsir AlKassyaf 36061 www.fb.comgroupspiss.ktb1100953293260811 www.fb.comnotes1186658694690270
Hukum Nyanyian dengan Menggunakan Ayat Suci Al-Qur’an
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/fatwa/hukum-nyanyian-dengan-menggunakan-ayat-suci-al-quran/
Bagaimana hukum nyanyian dengan menggunakan ayat suci Al-Quran? Pasalnya, pada akhir-akhir ini telah tumbuh group musik yang membawakan lagu yang syairnya diambil dari terjemahan ayat-ayat suci Al-Quran. lantas bagaimana hukumnya? Menurut Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia [MUI] dalam sidangnya pada tanggal 3 Desember 1983 M, di Jakarta, bahwa melagukan ayat-ayat suci Al-Quran harus mengikuti ketentuan ilmu tajwid. Melagukan ayat-ayat suci Al-Quran dengan mengikuti ketentuan ilmu tajwid akan dapat menjaga makna dan pesan yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut. Lebih lanjut, menurut MUI boleh menyanyikan atau melagukan terjemahan Al-Quran, karena terjemahan Al-Quran tidak termasuk hukum Al-Quran. Kendati demikian, tentu saja, dalam menyanyikan atau melagukan terjemahan Al-Quran, kita harus tetap menjaga adab dan etika. Kita harus menghindari hal-hal yang dapat mengurangi kesakralan Al-Quran. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Yasin [36] ayat 69, Allah berfirman; Artinya; Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Nabi Muhammad) dan (bersyair) itu tidaklah pantas baginya. (Wahyu yang Kami turunkan kepadanya) itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Al-Quran yang jelas. Demikian juga dalam hadis Rasulullah SAW; Artinya; Bacalah Al-Qur an dengan gaya bahasa orang-orang Arab. Dan janganlah dengan gaya bahasa orang Yahudi dan orang Nasrani dan orang-orang yang fasik. Sesungguhnya akan datang sesudah ku orang-orang yang melagukan Al-Qur an semacam lagu nyanyian, lagu penyembahan patung, dan lagu berteriak-teriak. Apa yang mereka baca tidak melalui tenggorokan mereka, yakni tidak sampai ke hati. Hari mereka terkena fitnah dan juga terkena fitnah hari orang-orang yang membanggakan keadaan mereka Dengan demikian, berdasarkan fatwa MUI, menyanyikan terjemahan Al-Quran boleh, karena terjemahan Al-Quran tidak termasuk hukum Al-Quran. Terjemahan Al-Quran hanya bertujuan untuk memudahkan umat Islam dalam memahami makna Al-Quran. Demikian penjelasan terkait hukum nyanyian dengan menggunakan ayat suci Al-Quran. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Fatwa MUI tentang Makanan Bercampur dengan Barang Najis]
Bagaimana hukum nyanyian dengan menggunakan ayat suci AlQuran Pasalnya, pada akhirakhir ini telah tumbuh group musik yang membawakan lagu yang syairnya diambil dari terjemahan ayatayat suci AlQuran. lantas bagaimana hukumnya Menurut Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI dalam sidangnya pada tanggal 3 Desember 1983 M, di Jakarta, bahwa melagukan ayatayat suci AlQuran harus mengikuti ketentuan ilmu tajwid. Melagukan ayatayat suci AlQuran dengan mengikuti ketentuan ilmu tajwid akan dapat menjaga makna dan pesan yang terkandung dalam ayatayat tersebut. Lebih lanjut, menurut MUI boleh menyanyikan atau melagukan terjemahan AlQuran, karena terjemahan AlQuran tidak termasuk hukum AlQuran. Kendati demikian, tentu saja, dalam menyanyikan atau melagukan terjemahan AlQuran, kita harus tetap menjaga adab dan etika. Kita harus menghindari halhal yang dapat mengurangi kesakralan AlQuran. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Yasin 36 ayat 69, Allah berfirman Artinya Kami tidak mengajarkan syair kepadanya Nabi Muhammad dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Wahyu yang Kami turunkan kepadanya itu tidak lain hanyalah pelajaran dan AlQuran yang jelas. Demikian juga dalam hadis Rasulullah SAW Artinya Bacalah AlQur an dengan gaya bahasa orangorang Arab. Dan janganlah dengan gaya bahasa orang Yahudi dan orang Nasrani dan orangorang yang fasik. Sesungguhnya akan datang sesudah ku orangorang yang melagukan AlQur an semacam lagu nyanyian, lagu penyembahan patung, dan lagu berteriakteriak. Apa yang mereka baca tidak melalui tenggorokan mereka, yakni tidak sampai ke hati. Hari mereka terkena fitnah dan juga terkena fitnah hari orangorang yang membanggakan keadaan mereka Dengan demikian, berdasarkan fatwa MUI, menyanyikan terjemahan AlQuran boleh, karena terjemahan AlQuran tidak termasuk hukum AlQuran. Terjemahan AlQuran hanya bertujuan untuk memudahkan umat Islam dalam memahami makna AlQuran. Demikian penjelasan terkait hukum nyanyian dengan menggunakan ayat suci AlQuran. Semoga bermanfaat. Baca juga Fatwa MUI tentang Makanan Bercampur dengan Barang Najis
Apa hukum menyatukan agama?
https://islamqa.info/id/answers/10213/hukum-propaganda-penyatuan-agama
Alhamdulillah.Al-Hamdulillah wahdah. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak ada Nabi sesudah beliau, kepada para handai taulan, para Sahabat beliau dan orang-orang yang mengukuti jalan hidup mereka hingga Hari Pembalasan. Amma ba'du: Sesungguhnya Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta telah meneliti berbagai pertanyaan yang masuk kepadanya, di tambah dengan berbagai pendapat dan pandangan yang tersebar dalam mass media yang mempropagandakan "penyatuan agama" (Islam, Yahudi dan Nashrani). Termasuk pemikiran yang lahir dari konsep tersebut seperti membangun masjid, gereja dan biara Yahudi di satu tempat, dalam sebuah kompleks dan halaman umum yang luas; propaganda mencetak Al-Qur'an, Taurat dan Injil dalam satu sampul, dan banyak lagi hasil pemikiran konsep tersebut. Belum lagi berbagai muktamar, konperensi dan perkumpulan yang digelar di timur dan barat. Setelah menelaah dan mempelajarinya, Al-Lajnah menetapkan sebagai berikut: Pertama: Di antara dasar keyakinan Islam yang sudah menjadi aksioma dan disepakati oleh kaum muslimin adalah: bahwasanya tidak ada agama yang benar di muka bumi ini selain Islam. Islam adalah penutup seluruh agama samawi dan menghapus segala ajaran agama, keyakinan dan syariat yang ada sebelumnya. Jadi yang agama yang tersisa yang digunakan untuk beribadah kepada Allah hanyalah Islam. Allah berfirman: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.." (QS.Al-Maa-dah : 3) Demikian juga Allah berfirman: "Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS.Ali Imraan : 85) Agama Islam setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam hanyalah ajaran yang beliau ajarkan saja, tidak ada lagi ajaran lainnya. Yang kedua: Di antara pondasi akidah Islam yang lain adalah bahwa Kitabullah yakni Al-Qur'an adalah Kitab terakhir sekaligus perjanjian terakhir dari Rabbul 'alamien. Al-Qur'an juga menghapuskan seluruh ajaran Kitab yang diturunkan sebelumnya, baik itu Taurat, Zabur, Injil dan yang lainnya, menjadi penyempurna dari seluruh kitab-kitab tersebut. Sehingga satu-satunya Kitabullah yang tersisa yang dijadikan sebagai ibadah bila dibaca adalah Al-Qur'an. Allah berfirman: "Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu." (QS.Al-Maa-idah : 48) Ketiga: Harus diimani bahwa Taurat dan Injil telah dihapus ajarannya oleh Al-Qur'an. Bahkan keduanya kini telah mengalami perubahan dan penyelewengan, penambahan dan pengurangan, sebagaimana dijelaskan dalam banyak ayat dalam Al-Qur'an, di antaranya firman Allah: "(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhya Allah menyukai orang-orang berbuat baik." (QS.Al-Maa-idah : 13) Juga firman Allah: "Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya:"Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." (QS.Al-Baqarah : 79) Juga firman Allah: "Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan:"Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui. (QS.Ali Imraan : 78) Oleh sebab itu, bagian yang masih benar sekalipun dari semua kitab itu sudah dihapuskan oleh Islam. Sementara bagian yang lain sudah dirubah dan diselewengkan. Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau pernah marah ketika melihat Umar bin Al-Khattab Radhiallahu 'anhu membawa kertas bertuliskan isi taurat. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apakah engkau masih ragu wahai Ibnul Khattab? Bukankah aku telah membawakan ajaran yang putih bersih? Seandainya saudaraku Nabi Musa masih hidup, pasti dia juga menjadi pengikutku." Diriwayatkan oleh Ahmad, Ad-Daarimi dan yang lainnya. Keempat: Di antara dasar keyakinan dalam Islam: bahwa Nabi dan Rasul kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah akhir para nabi dan rasul. Allah berfirman: "Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang di antaramu melainkan Rasulullah dan penutup para nabi.." Maka tidak ada lagi Rasul yang wajib diikuti selain Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kalaupun ada nabi lain yang masih hidup, ia hanya bisa mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka para pengikut ajaran para nabi itupun hanya bisa mengikuti ajaran beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah berfirman: "Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi:"Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan bersungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman :"Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu" Mereka menjawab:"Kami mengakui". Allah berfirman:"Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". (QS.Ali Imraan : 81) Nabi Isa -'alaihissalam-- sendiri bila turun nanti pada akhir jaman akan menjadi pengikut Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, akan memutuskan hukum dengan syariat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah berfirman: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS.Al-A'raaf : 157) Demikian juga menjadi dasar keyakinan Islam bahwa diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah untuk seluruh umat manusia. Allah berfirman: "Tidaklah Kami mengutusmu melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, akan tetapi sebagian besar manusia tidak mengetahui.." Firman Allah: "Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu sekalian.." Dan banyak lagi ayat lainnya. Kelima: Di antara dasar Islam lainnya adalah bahwa wajib diyakini bahwa setiap yang belum masuk Islam adalah kafir, baik itu Yahudi, Nashrani dan yang lainnya. Dinamakan kafir karena telah ditegakkan kepada mereka hujjah, karena mereka adalah musuh-musuh Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin, dan bahwa mereka adalah Ahli Neraka. Allah berfirman: "Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.." (QS.Al-Bayyinah : 1) Kemudian Allah melanjutkan: "Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke naar Jahannam; mereka kekal di dalamnya.Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS.Al-Bayyinah : 6-7) Allah juga berfirman: Dan al-Qur'an ini dwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada ilah-ilah yang lain disamping Allah". Katakanlah:"Aku tidak mengakui". Katakanlah:"Sesungguhnya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (QS.Al-An'aam : 19) Dan banyak lain ayat-ayat lainnya. Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Muslim bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya; siapapun dari umat ini, Yahudi atau Nashrani yang mendengar ajaranku, kemudian dia mati dalam keadaan belum beriman kepada ajaran yang aku bawa, pasti dia akan masuk Neraka." Oleh sebab itu, orang yang tidak menganggap kafir orang Yahudi dan Nashrani, maka ia kafir, mengikuti kaidah "Orang yang tidak menganggap kafir orang kafir setelah ditegakkan kepadanya hujjah, maka ia kafir." Yang keenam: Berdasarkan semua dasar keyakinan dan hakikat ajaran syariat ini, maka segala propaganda menuju penyatuan agama (atau pendekatan antara semua agama dan memberlakukannya sebagai satu agama) adalah propaganda busuk dan licik. Tujuannya adalah mencampur-adukkan antara hak dengan batil dan upaya untuk menghancurkan Islam dan meruntuhkan pondasi-pondasinya, serta menyeret para pemeluknya menjadi murtad semurtad-murtadnya. Sungguh itu sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah: "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS.Al-Baqarah : 217) Demikian juga firman Allah: "Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama.." (QS.An-Nisaa : 89) Ketujuh: Sesungguhnya di antara pengaruh dari propaganda jahat tersebut adalah hilangnya garis pembeda antara Islam dengan kekafiran, hak dengan kebatilan, kebajikan dengan kemunkaran, bahkan juga meruntuhkan pembatas antara kaum muslimin dengan orang-orang kafir, tidak ada lagi Al-Wala wal Bara (Loyalitas dan Sikap Antipati), tidak ada lagi jihad dan tidak ada lagi peperangan dalam menegakkan kalimat Allah di bumi Allah. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah Dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk." (QS.At-Taubah : 29) Allah juga berfirman: "dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (QS.At-Taubah : 36) Demikian juga Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS.Ali Imraan : 118) Kedelapan: Sesungguhnya ajakan mempersatukan agama itu kalau keluar dari mulut seorang muslim, maka ia dianggap kafir, keluar dari agama Islam. Karena ucapan itu bertentangan dengan dasar keyakinan Islam, ridha dengan kekufuran dan meruntuhkan kebenaran Al-Qur'an yang menjadi penghapus dari seluruh ajaran agama sebelumnya. Berdasarkan hal itu, maka itu adalah pemikiran yang tertolak menurut syariat Islam, betul-betul diharamkan berdasarkan dalil-dalil syariat Islam dari Al-Qur'an, hadits dan ijma' kaum muslimin. Kesembilan: Berdasarkan penjelasan terdahulu, disimpulkan sebagai berikut: - Dilarang bagi seorang mukmin yang beriman bahwa Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai nabinya untuk mendakwahkan pemikiran jahat tersebut, mendukungnya dan mempromosikannya di kalangan kaum mukminin, apalagi sampai menyambutnya dan masuk dalam berbagai muktamar dan seminar mereka serta berorientasi kepada organisasi mereka. - Dilarang bagi seorang muslim untuk mencetak Taurat dan Injil meski secara tersendiri, apalagi digabungkan dengan Al-Qur'an Al-Kariem? Barangsiapa yang melakukannya dan mendakwahkannya maka ia telah sesat sesesat-sesatnya. Karena perbuatan itu berarti mencampurkan antara hak (Al-Qur'an) dengan kitab yang sudah dirubah dan diselewengkan (Taurat dan Injil). - Seorang muslim juga dilarang menyambut seruan untuk membangun masjid, gereja dan biara Yahudi dalam satu tempat. Karena yang demikian itu berarti mengakui adanya agama lain untuk menyembah Allah selain Islam, mengingkari keunggulan Islam dari seluruh agama, dan merupakan propaganda yang jelas menuju tiga agama tadi, yakni agar seluruh penduduk dunia boleh memilih mana saja yang mereka mau, karena kesemuanya itu sama; bahwa agama Islam itu tidak menghapuskan ajaran-ajaran sebelumnya. Tidak diragukan lagi, bahwa pengakuan dan keyakinan semacam itu atau keridhaan dengan pemikiran semacam itu adalah kekufuran dan kesesatan. Karena jelas bertentangan seratus persen dengan ajaran tegas dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang suci serta ijma' kaum muslimin. Yang juga berarti pengakuan bahwa segala penyelewengan Yahudi dan Nashrani itu juga berasal dari ajaran Allah. Juga tidak boleh menamakan gereja sebagai rumah Allah, dan meyakini bahwa orang-orang yang beribadah di dalamnya benar ibadahnya dan diterima di sisi Allah. Karena ibadah itu tidak berdasarkan agama Islam. Padahal Allah berfirman: "Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS.Ali Imraan : 85) Justeru semua gereja itu adalah rumah-rumah untuk berbuat kekafiran kepada Allah. Kita memohon kepada Allah dari kekafiran dan para penganutnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -Rahimahullah-- menyebutkan dalam Majmu' Al-Fatawa (XX : 162): "Biara-biara Yahudi dan gereja-gereja itu bukanlah rumah-rumah Allah. Namun rumah Allah hanyalah masjid. Kesemuanya selain masjid adalah rumah-rumah tempat perbuatan kafir terhadap Allah, meskipun terkadang disebutkan di dalamnya nama Allah. Rumah itu tergandung penghuninya. Karena para penghuninya adalah orang-orang kafir, maka kesemuanya adalah rumah-rumah kafir." Kesepuluh: Satu hal lagi yang harus diketahui, bahwa mendakwahi orang-orang kafir secara umum dan kalangan Ahli Kitab secara khusus untuk memeluk agama Islam adalah kewajiban kaum muslimin berdasarkan nash-nash yang jelas dari Kitabullah dan Sunnah Rasul. Namun semua itu hanya dapat dilakukan dengan memberi penjelasan dan berdialog dengan cara yang terbaik, tanpa mengorbankan sedikitpun syariat Islam. Yakni agar mereka mendapatkan kepuasan tentang Islam, sehingga mereka mau masuk Islam dan menjadi tegak hujjah di hadapan mereka. Dengan demikian, yang binasa akan binasa dan yang hidup akan tetap hidup. Allah berfirman: "Katakanlah:"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah.Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS.Ali Imraan : 64) Adapun berdebat dengan mereka, bertemu-muka dengan mereka, lalu berbicara ke sana ke mari untuk memenuhi hasrat mereka saja, dan untuk merealisasikan tujuan mereka, serta melepaskan tali ikatan ajaran Islam dan buhul-buhul keimanan, itu jelas kebatilan yang dibenci oleh Allah, Rasul-Nya serta kaum mukminin. Hanya Allah yang menjadi penolong atas apa yang mereka perbuat. Allah berfirman: "Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah).." (QS.Al-Maaidah : 49) Sesungguhnya Al-Lajnah Ad-Daa-imah ketika menetapkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas menjadikannya sebagai nasihat bagi kaum muslimin secara umum dan juga kepada kelangan Ahli Ilmu secara khusus agar mereka bertakwa kepada Allah dan selalu berintropeksi diri, memelihara Islam dan menjaga aqidah kaum muslimin dari berbagai kesesatan dan dari para dai yang menyesatkan, dari kekafiran dan dari orang-orang kafir, serta memperingatkan mereka dari dakwah pemikiran yang menyimpang tersebut.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang tidak ada Nabi sesudah beliau, kepada para handai taulan, para Sahabat beliau dan orangorang yang mengukuti jalan hidup mereka hingga Hari Pembalasan. Belum lagi berbagai muktamar, konperensi dan perkumpulan yang digelar di timur dan barat. Islam adalah penutup seluruh agama samawi dan menghapus segala ajaran agama, keyakinan dan syariat yang ada sebelumnya. AlQuran juga menghapuskan seluruh ajaran Kitab yang diturunkan sebelumnya, baik itu Taurat, Zabur, Injil dan yang lainnya, menjadi penyempurna dari seluruh kitabkitab tersebut. QS.AlMaaidah 13 Juga firman Allah Maka kecelakaan yang besarlah bagi orangorang yang menulis AlKitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannyaIni dari Allah, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. Sementara bagian yang lain sudah dirubah dan diselewengkan. Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau pernah marah ketika melihat Umar bin AlKhattab Radhiallahu anhu membawa kertas bertuliskan isi taurat. Diriwayatkan oleh Ahmad, AdDaarimi dan yang lainnya. Maka para pengikut ajaran para nabi itupun hanya bisa mengikuti ajaran beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Allah berfirman Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu Mereka menjawabKami mengakui. QS.Ali Imraan 81 Nabi Isa alaihissalam sendiri bila turun nanti pada akhir jaman akan menjadi pengikut Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, akan memutuskan hukum dengan syariat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Allah berfirman Tidaklah Kami mengutusmu melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, akan tetapi sebagian besar manusia tidak mengetahui Firman Allah Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu sekalian Dan banyak lagi ayat lainnya. Dinamakan kafir karena telah ditegakkan kepada mereka hujjah, karena mereka adalah musuhmusuh Allah, RasulNya dan kaum mukminin, dan bahwa mereka adalah Ahli Neraka. KatakanlahSesungguhnya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dengan Allah. Sungguh itu sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah Mereka tidak hentihentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamamu kepada kekafiran, seandainya mereka sanggup. QS.AlBaqarah 217 Demikian juga firman Allah Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama QS.AnNisaa 89 Ketujuh Sesungguhnya di antara pengaruh dari propaganda jahat tersebut adalah hilangnya garis pembeda antara Islam dengan kekafiran, hak dengan kebatilan, kebajikan dengan kemunkaran, bahkan juga meruntuhkan pembatas antara kaum muslimin dengan orangorang kafir, tidak ada lagi AlWala wal Bara Loyalitas dan Sikap Antipati, tidak ada lagi jihad dan tidak ada lagi peperangan dalam menegakkan kalimat Allah di bumi Allah. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. QS.Ali Imraan 118 Kedelapan Sesungguhnya ajakan mempersatukan agama itu kalau keluar dari mulut seorang muslim, maka ia dianggap kafir, keluar dari agama Islam. Karena jelas bertentangan seratus persen dengan ajaran tegas dari AlQuran dan AsSunnah yang suci serta ijma kaum muslimin. Yang juga berarti pengakuan bahwa segala penyelewengan Yahudi dan Nashrani itu juga berasal dari ajaran Allah. Juga tidak boleh menamakan gereja sebagai rumah Allah, dan meyakini bahwa orangorang yang beribadah di dalamnya benar ibadahnya dan diterima di sisi Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menyebutkan dalam Majmu AlFatawa XX 162 Biarabiara Yahudi dan gerejagereja itu bukanlah rumahrumah Allah. Namun semua itu hanya dapat dilakukan dengan memberi penjelasan dan berdialog dengan cara yang terbaik, tanpa mengorbankan sedikitpun syariat Islam. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada merekaSaksikanlah, bahwa kami adalah orangorang yang berserah diri kepada Allah. QS.Ali Imraan 64 Adapun berdebat dengan mereka, bertemumuka dengan mereka, lalu berbicara ke sana ke mari untuk memenuhi hasrat mereka saja, dan untuk merealisasikan tujuan mereka, serta melepaskan tali ikatan ajaran Islam dan buhulbuhul keimanan, itu jelas kebatilan yang dibenci oleh Allah, RasulNya serta kaum mukminin.
Kiasan orang yang menyekutukan Allah
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Kiasan-orang-yang-menyekutukan-Allah
QS.Surat Al-Hajj[22]:31 () 31. dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.
QS.Surat AlHajj2231 31. dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolaholah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.
Doa Ketika Gunung Merapi Erupsi
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-ketika-gunung-merapi-erupsi/
- Berikut ini adalah doa ketika gunung merapi erupsi. Bencana demi bencana melanda bumi pertiwi silih berganti seakan tidak mau berhenti. Setelah gempa bumi Cianjur yang menewaskan ratusan orang kemudian disusul gempa bumi Garut, sejak Sabtu kemarin (4/12/22) Gunung Semeru yang terletak di kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur mengalami erupsi. Tak pelak, bencana-bencana tersebut menyebabkan warga Indonesia berduka, terutama penduduk yang secara langsung terkena dampaknya. Memang bencana-bencana tersebut bukan kali pertama terjadi di Indonesia, tetapi bencana tetaplah bencana. Bencana adalah musibah yang selalu menyakitkan. Itu mengapa Islam mengajarkan pemeluknya agar senantiasa bersabar atas segala musibah yang menimpa. Misalnya dalam Surat al-Baqarah Ayat 177 Allah Swt. berfirman; Bukanlah kebajikan itu dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan ialah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta; dan orang yang memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang yang menepati janjinya apabila ia membuat janji, dan orang-orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Doa Ketika Gunung Erupsi Nah, di samping bersabar seraya melakukan ikhtiar-ikhtiar, ada satu doa yang bisa dibaca ketika dilanda bencana erupsi gunung merapi. Doanya sebagai berikut; . Allhumma inn as aluka khairah wa khaira m fh, wa khaira m umirat bihi wa auzubika min syarrih wa syarri m fh wa syarri m umirat bihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya, kebaikan apa yang terdapat padanya, kebaikan apa yang dibawanya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya. Doa ketika gunung merapi erupsi tersebut merupakan doa yang diajarkan nabi kepada kepada sahabat ketika terjadi angin ribut sebagaimana yang terabadikan dalam hadis; - - : : Dari Ubay bin Kaab bahwasanya pernah terjadi anging ribut pada zaman Rasulullah Saw. lalu seorang lelaki mengutuk angin ribut tersebut, beliau bersabda: Janganlah engkau mengutuknya karena sesungguhnya ia diperintah (Allah), akan tetapi ucapkanlah allahumma inni as aluka khairah wa khaira m fh, wa khaira m umirat bihi wa auzubika min syarrih wa syarri m fh wa syarri m umirat bihi. Meskipun secara zahir doa ini diajarkan nabi ketika terjadi angin ribut bukan ketika terjadi erupsi gunung merapi. Akan tetapi, keduanya sama-sama merupakan bencana alam yang dapat merugikan umat manusia. Bahkan dalam skala terburuk, keduanya dapat memakan korban jiwa. Sehingga doa ini juga bisa dibaca saat terjadi erupsi gunung merapi. Demikianlah penjelasan terkait doa ketika terjadi erupsi gunung merapi. Semoga bermanfaat. Wallahu alam bi al-shawab. (Baca juga:Doa ketika Terjadi Bencana Alam )
Berikut ini adalah doa ketika gunung merapi erupsi. Setelah gempa bumi Cianjur yang menewaskan ratusan orang kemudian disusul gempa bumi Garut, sejak Sabtu kemarin 41222 Gunung Semeru yang terletak di kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur mengalami erupsi. Memang bencanabencana tersebut bukan kali pertama terjadi di Indonesia, tetapi bencana tetaplah bencana. Itu mengapa Islam mengajarkan pemeluknya agar senantiasa bersabar atas segala musibah yang menimpa. Misalnya dalam Surat alBaqarah Ayat 177 Allah Swt. berfirman Bukanlah kebajikan itu dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan ialah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikatmalaikat, kitabkitab, nabinabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat, anakanak yatim, orangorang miskin, musafir dan orangorang yang memintaminta dan orang yang memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang yang menepati janjinya apabila ia membuat janji, dan orangorang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orangorang yang benar imannya, dan mereka itulah orangorang yang bertakwa. Allhumma inn as aluka khairah wa khaira m fh, wa khaira m umirat bihi wa auzubika min syarrih wa syarri m fh wa syarri m umirat bihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikannya, kebaikan apa yang terdapat padanya, kebaikan apa yang dibawanya dan aku berlindung kepadaMu dari keburukannya, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya. Doa ketika gunung merapi erupsi tersebut merupakan doa yang diajarkan nabi kepada kepada sahabat ketika terjadi angin ribut sebagaimana yang terabadikan dalam hadis Dari Ubay bin Kaab bahwasanya pernah terjadi anging ribut pada zaman Rasulullah Saw. lalu seorang lelaki mengutuk angin ribut tersebut, beliau bersabda Janganlah engkau mengutuknya karena sesungguhnya ia diperintah Allah, akan tetapi ucapkanlah allahumma inni as aluka khairah wa khaira m fh, wa khaira m umirat bihi wa auzubika min syarrih wa syarri m fh wa syarri m umirat bihi. Akan tetapi, keduanya samasama merupakan bencana alam yang dapat merugikan umat manusia. Bahkan dalam skala terburuk, keduanya dapat memakan korban jiwa. Sehingga doa ini juga bisa dibaca saat terjadi erupsi gunung merapi.
4637. BENARKAH MENDAHULUKAN URUSAN SUAMI DARIPADA IBU ?
https://www.piss-ktb.com/2016/02/4637-mendahulukan-urusan-suami-daripada.html
PERTANYAAN : Assalamulaikum Wr Wb. Suami dan Ibu berwatak keras. Zainab kasihan sekali, dia bingung lantaran ibunya bersikeras ingin diantar belanja ke jakarta. Sementara pada waktu yang bersamaan suaminya ingin ditemani jalan jalan ke bogor. Keduanya yaitu suaminya dan ibunya tak ada yang mau mengalah. Jika tidak dituruti pasti marah, zainab tidak mau membangkang terhadap suaminya dan juga tidak mau durhaka kepada ibunya. PERTANYAAN : Karena mesti memilih, siapa yang harus lebih di utamakan oleh Zainab di antara dari keduanya? Mohon pencerahannya! [Abu Muhammad]. JAWABAN : Wa'alaikum salaam Wr Wb. Lihat Kitab Syarah Munthal Irodat (3/48) : () ( ) : ( ) : Seorang suami boleh melarang istrinya keluar dari rumah walaupun untuk menziarahi kedua orangtua nya atau mengunjungi keduanya atau menyaksikan jenazah salah satu orangtua nya. Imam Ahmad berkata tentang seorang istri yang mempunyai ibu yang sedang sakit : " Ta'at kepada suami lebih wajib daripada merawat ibunya, kecuali jika suami sudah memberinya izin". - Kitab Al-inshof (8/362) : : . . Faedah Kedua : Seorang wanita tidak harus mentaati kedua orang tuanya untuk berpisah dengan suaminya, tidak pula mengunjunginya dan semisalnya. Bahkan ketaatan kepada suaminya lebih wajib. Wallohu a'lam. Utamakan menuruti suami, sesuai ibaroh : . . / " " . / MUJAWIB : Mas Hamzah, Ghufron Bkl www.fb.com/groups/piss.ktb/1044832018872939/
PERTANYAAN Assalamulaikum Wr Wb. Suami dan Ibu berwatak keras. Zainab kasihan sekali, dia bingung lantaran ibunya bersikeras ingin diantar belanja ke jakarta. Sementara pada waktu yang bersamaan suaminya ingin ditemani jalan jalan ke bogor. Keduanya yaitu suaminya dan ibunya tak ada yang mau mengalah. Jika tidak dituruti pasti marah, zainab tidak mau membangkang terhadap suaminya dan juga tidak mau durhaka kepada ibunya. PERTANYAAN Karena mesti memilih, siapa yang harus lebih di utamakan oleh Zainab di antara dari keduanya Mohon pencerahannya Abu Muhammad. JAWABAN Waalaikum salaam Wr Wb. Lihat Kitab Syarah Munthal Irodat 348 Seorang suami boleh melarang istrinya keluar dari rumah walaupun untuk menziarahi kedua orangtua nya atau mengunjungi keduanya atau menyaksikan jenazah salah satu orangtua nya. Imam Ahmad berkata tentang seorang istri yang mempunyai ibu yang sedang sakit Taat kepada suami lebih wajib daripada merawat ibunya, kecuali jika suami sudah memberinya izin. Kitab Alinshof 8362 . . Faedah Kedua Seorang wanita tidak harus mentaati kedua orang tuanya untuk berpisah dengan suaminya, tidak pula mengunjunginya dan semisalnya. Bahkan ketaatan kepada suaminya lebih wajib. Wallohu alam. Utamakan menuruti suami, sesuai ibaroh . . . MUJAWIB Mas Hamzah, Ghufron Bkl www.fb.comgroupspiss.ktb1044832018872939
Jika Puasa Daud, Jangan Mikir Puasa Sunah Lain
https://konsultasisyariah.com/23743-jika-puasa-daud-jangan-mikir-puasa-sunah-lain.html
Assalamu’@laikum ustad…,misalkan saya menjalankan ibadah puasa sunnah nabi daud sehari puasa sehari tidak,trus apabila hari ini saya puasa n besoknya saya puasa lagi disebabkan karena puasa arafah…,itu boleh nggak ustad Dari Abdul Ghafur Jawab: Wa ‘alaikumus salam wa rahmatullah, Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Puasa Daud merupakan puasa sunah terbaik. Terdapat banyak hadis yang menyebutkan hal itu. Di antaranya hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud. Beliau sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa.” (HR. Bukhari 3420, Muslim 1159, dan yang lainnya). Sebagian ulama berpendapat, di antara aturan puasa Daud yang perlu diperhatikan, bahwa orang yang merutinkan puasa Daud maka dia tidak diperbolehkan melakukan puasa sunah yang lainnya. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah riwayat yang menceritakan tentang rencana puasa sunah tiap hari yang hendak dilakukan Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma. Berikut hadis selengkapnya, Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma pernah menyampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang rencananya untuk berpuasa setiap hari. Mendengar rencana ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya dan menasihatkan agar puasa 3 hari tiap bulan. Namun Abdullah bin Amr tetap mendesak untuk melakukan lebih, “Aku mampu untuk mengerjakan yang lebih dari itu.” Hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatkan puasa Daud, “Sehari puasa, sehari tidak puasa. Itulah puasa Daud ‘alaihis salam dan itu puasa paling baik.” Abdullah bin Amr tetap mendesak untuk lebih, “Aku mampu untuk mengerjakan yang lebih dari itu.” Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya, dan menegaskan, ak ada yang lebih utama daripada puasa Daud.” (HR. Bukhari 3418, Muslim 1159). Dalam riwayat lain, ketika Abdullah bin Amr meminta puasa sunah tambahan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya, untuk melakukan lebih dari puasa Daud, “Lakukan puasa Nabi Daud ‘alaihis salam dan jangan kamu tambah melebihi hal itu.” (HR. Ahmad 6867, Bukhari 1975, dan yang lainnya). Bahkan Ibnu Hazm berpendapat bahwa orang yang melaksanakan puasa sunah lebih dari rutinitas puasa Daudnya maka dia tidak mendapat pahala untuk puasa tambahan yang dia lakukan. Dalam karyanya Al-Muhalla, Ibn Hazm menegaskan, Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa tidak ada yang lebih afdhal dibandingkan puasa Daud, maka kesimpulan yang benar bahwa orang yang berpuasa lebih dari puasa Daud, telah menggugurkan nilai afdhalnya. Dan jika menggugurkan nilai afdhalnya, berarti tambahan puasa yang dia lakukan menjadi gugur tanpa ragu lagi. Sehingga menjadi amal yang tidak berpahala. Bahkan ini mengurangi pahalanya. Sehingga puasa semacam ini sama sekali tidak halal. (Al-Muhalla, 4/432). Berdasarkan keterangan di atas, bagi anda yang sedang menjalani puasa Daud, rutinkan puasa terbaik ini secara istiqamah, dan anda tidak perlu mikir puasa sunah yang lainnya. Sekalipun tidak mendapatkan kesempatan puasa arafah atau puasa Asyura. Karena jika orang yang menjalankan puasa Daud masih memikirkan puasa lainnya, akan mengganggu rutinitas puasa Daudnya. Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening: BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK (Kode BSI: 451)
Assalamulaikum ustad,misalkan saya menjalankan ibadah puasa sunnah nabi daud sehari puasa sehari tidak,trus apabila hari ini saya puasa n besoknya saya puasa lagi disebabkan karena puasa arafah,itu boleh nggak ustad Dari Abdul Ghafur Jawab Wa alaikumus salam wa rahmatullah, Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, amma badu, Puasa Daud merupakan puasa sunah terbaik. Terdapat banyak hadis yang menyebutkan hal itu. Di antaranya hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud. Beliau sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa. Bukhari 3420, Muslim 1159, dan yang lainnya. Sebagian ulama berpendapat, di antara aturan puasa Daud yang perlu diperhatikan, bahwa orang yang merutinkan puasa Daud maka dia tidak diperbolehkan melakukan puasa sunah yang lainnya. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah riwayat yang menceritakan tentang rencana puasa sunah tiap hari yang hendak dilakukan Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu anhuma. Berikut hadis selengkapnya, Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma pernah menyampaikan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang rencananya untuk berpuasa setiap hari. Namun Abdullah bin Amr tetap mendesak untuk melakukan lebih, Aku mampu untuk mengerjakan yang lebih dari itu. Hingga Nabi shallallahu alaihi wa sallam menasihatkan puasa Daud, Sehari puasa, sehari tidak puasa. Itulah puasa Daud alaihis salam dan itu puasa paling baik. Bahkan Ibnu Hazm berpendapat bahwa orang yang melaksanakan puasa sunah lebih dari rutinitas puasa Daudnya maka dia tidak mendapat pahala untuk puasa tambahan yang dia lakukan. Dan jika menggugurkan nilai afdhalnya, berarti tambahan puasa yang dia lakukan menjadi gugur tanpa ragu lagi. Sehingga menjadi amal yang tidak berpahala. Sehingga puasa semacam ini sama sekali tidak halal. Sekalipun tidak mendapatkan kesempatan puasa arafah atau puasa Asyura. Karena jika orang yang menjalankan puasa Daud masih memikirkan puasa lainnya, akan mengganggu rutinitas puasa Daudnya. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n.
Satu Shalat Imam untuk Dua Shalat Makmum
https://hidayatullah.com/konsultasi/konsultasi-syariah/2010/04/28/5358/satu-shalat-imam-untuk-dua-shalat-makmum.html
Tanya: Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh Ustaz, saya melihat ada orang yang sudah tergolong tokoh dari kalangan kaum muslimin yang melakukan cara bermakmum agak aneh. Dia bermakmum shalat Dzuhur, dengan tetap mengqashar dua rakaat, yaitu bersalam ketika imam selesai tasyahhud awwal. Setelah itu dia berdiri lagi dan bermakmum kembali. Saya yakin ia melakukan shalat Ashar dengan qashar dua rakaat dan bersalam bersama salamnya imam. Yang saya tanyakan, bolehkah menjamak qashar dua shalat seraya bermakmum di belakang imam yang shalat secara sempurna karena memang sang imam tidak dalam kondisi safar? Syukron. Wassalamu alaikum wr.wb. Cak Hud, Surabaya Jawab: Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh Akhi fillah rahimakallah, membaca pertanyaan Anda, hal pertama yang tertangkap dalam benak saya adalah adanya semangat yang tinggi dari saudara kita –yang Anda katakan sebagai tokoh itu- untuk menjaga shalat dalam kondisi berjamaah. Karena hanya ada satu kali jamaah yang berlangsung, maka dia beride untuk “menjamaahkan” dua shalatnya itu. Melihat bahwa jamaah shalat yang berlangsung terdiri dari empat rakaat –sebab diimami oleh orang mukim–, maka jadilah kreasi bermakmum sebagaimana yang Anda sebutkan. Semangat tersebut sangat bagus, namun masih harus disempurnakan dengan pengetahuan tentang teknis pelaksanaannya. Karena shalat adalah ibadah, maka kaidah pelaksanaan ibadah jelas berlaku di sana. Kaidah yang dimaksud, pertama, ikhlas karena Allah dan kedua ialah mengikuti contoh yang ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. Dalam hal shalatnya seorang musafir, pada dasarnya sunnahnya adalah qashar. Tetapi bila demi keutamaan jamaah harus bermakmum di belakang seorang yang mukim, maka tentang ini sudah ada petunjuknya dari Rasulullah s.a.w. Dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa Ibn Abbas ditanya seseorang: ”Kenapa seorang musafir shalat dua rakaat ketika sendirian, dan shalat empat rakaat saat bermakmum di belakang seorang yang mukim?” Ia menjawab: ”Itu adalah sunnah.” Jawaban tegas Ibn Abbas bahwa yang demikian adalah sunnah Nabi telah menutup ruang ijtihad yang menghasilkan pendapat di luar sunnah tersebut. Hadis ini diperkuat dengan riwayat shahih dari Nafi’ tentang perilaku sahabat Nabi yang masyhur. Nafi’ mengatakan: ”Adalah Ibn Umar, jika ia shalat bersama imam, maka ia shalat empat rakaat. Dan bila shalat sendiri, maka ia shalat dua rakaat.” (HR. Muslim). Apalagi secara umum yang namanya imam memang diadakan dalam rangka untuk diikuti. Untuk itu Nabi bersabda: ”Sesungguhnya imam itu diadakan untuk diikuti, maka janganlah kalian berbeda dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Memang ada satu macam shalat di mana imam hanya diikuti separuh shalatnya, kemudian makmum meneruskan sendiri, yaitu shalat khauf. Tetapi upaya mengqiyaskan shalat jamaah seorang musafir di belakang imam mukim adalah pengqiyasan yang tidak berdasar dan jauh dari kesamaan ‘illah (alasan hukum). Dalam bahasa fikih qiyas, demikian dikatakan, sebagai “qiyas ma’a al-faariq”. Apalagi menurut kaidah ushul dikatakan “ la qiyaasa fi ma’rid al-nash” (tiada qiyas dalam masalah yang telah ditetapkan hukumnya melalui teks hukum, baik hadis maupun ayat al- Qur’an). Kesimpulannya, cara shalat sebagaimana yang Anda tanyakan, adalah tidak benar secara hukum, sekaligus tidak sah. Tetapi tetap saja kita berdoa semoga Allah berkenan menerimanya. Dan selanjutnya semoga segera mengetahui yang sunnah dan kemudian mengikutinya. Wallahu a’lam.
Tanya Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh Ustaz, saya melihat ada orang yang sudah tergolong tokoh dari kalangan kaum muslimin yang melakukan cara bermakmum agak aneh. Setelah itu dia berdiri lagi dan bermakmum kembali. Saya yakin ia melakukan shalat Ashar dengan qashar dua rakaat dan bersalam bersama salamnya imam. Yang saya tanyakan, bolehkah menjamak qashar dua shalat seraya bermakmum di belakang imam yang shalat secara sempurna karena memang sang imam tidak dalam kondisi safar Syukron. Cak Hud, Surabaya Jawab Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh Akhi fillah rahimakallah, membaca pertanyaan Anda, hal pertama yang tertangkap dalam benak saya adalah adanya semangat yang tinggi dari saudara kita yang Anda katakan sebagai tokoh itu untuk menjaga shalat dalam kondisi berjamaah. Karena hanya ada satu kali jamaah yang berlangsung, maka dia beride untuk menjamaahkan dua shalatnya itu. Melihat bahwa jamaah shalat yang berlangsung terdiri dari empat rakaat sebab diimami oleh orang mukim, maka jadilah kreasi bermakmum sebagaimana yang Anda sebutkan. Semangat tersebut sangat bagus, namun masih harus disempurnakan dengan pengetahuan tentang teknis pelaksanaannya. Karena shalat adalah ibadah, maka kaidah pelaksanaan ibadah jelas berlaku di sana. Kaidah yang dimaksud, pertama, ikhlas karena Allah dan kedua ialah mengikuti contoh yang ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. Jawaban tegas Ibn Abbas bahwa yang demikian adalah sunnah Nabi telah menutup ruang ijtihad yang menghasilkan pendapat di luar sunnah tersebut. Hadis ini diperkuat dengan riwayat shahih dari Nafi tentang perilaku sahabat Nabi yang masyhur. Apalagi secara umum yang namanya imam memang diadakan dalam rangka untuk diikuti. Bukhari dan Muslim Memang ada satu macam shalat di mana imam hanya diikuti separuh shalatnya, kemudian makmum meneruskan sendiri, yaitu shalat khauf. Tetapi upaya mengqiyaskan shalat jamaah seorang musafir di belakang imam mukim adalah pengqiyasan yang tidak berdasar dan jauh dari kesamaan illah alasan hukum. Apalagi menurut kaidah ushul dikatakan la qiyaasa fi marid alnash tiada qiyas dalam masalah yang telah ditetapkan hukumnya melalui teks hukum, baik hadis maupun ayat al Quran. Kesimpulannya, cara shalat sebagaimana yang Anda tanyakan, adalah tidak benar secara hukum, sekaligus tidak sah. Tetapi tetap saja kita berdoa semoga Allah berkenan menerimanya. Dan selanjutnya semoga segera mengetahui yang sunnah dan kemudian mengikutinya.
2100. HUKUM WANITA HAID DI DALAM MASJID
https://www.piss-ktb.com/2012/12/2100-haid-wanita-di-dalam-masjid.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.. mohon izin bertanya : orang haid yang memakai pembalut, apa tetap diharamkan berdiam di masjid ? misal untuk menghadiri pengajian dll ? kalau sudah pernah dibahas mohon disundulkan, maturnuwun. Jazakumullah khayran. [Bin Leiden]. JAWABAN : Wanita yang sedang dalam keadaan haid dengan memakai pembalut masuk ke dalam masjid hukumnya makruh karena untuk menjaga kehormatan masjid. Sebenarnya hukum Wanita yang sedang haidl memakai pembalut masuk ke dalam masjid, ditafshil : 1.jika tidak kuatir darahnya mengotori (menetesi) masjid maka tidak haram melainkan hukumnya makruh jika tdak ada udzur atau hajat, jika ada hajat maka boleh masuk masjid. 2.jika kuatir darahnya menetesi masjid walaupun sudah memakai pembalut maka hukumnya haram, jika tidak dikuatirkan maka hukumnya makruh kecuali ada hajat. Jika hanya lewat dan tidak hawatir menetes darahnya maka boleh, tapi jika berdiam diri di dalam masjid maka haram. [Sunde Pati, Awan As-Safaritiyy Asy-syaikheriyy]. Ibarot : - Albajuri juz 1 hal 114-115 cetakan al-hidayah ]. Adapun berdiam diri di masjid maka haram bagi keduanya (orang haid dan junub). Sebagaimana haram berdiam diri adalah berlalu lalang karena ada hadis Nabi SAW tidak dihalalkan masjid bagi orang yang haid dan orang yang junub. [ HR.Abu dawud ]. - Hasyiyah jamal dll : 2 370 ( : ) .( ) (: ) 28 ( ) ( ) . 1 114-115 ( ) ( ) ( ) www.fb.com/groups/piss.ktb/505140779508735/
PERTANYAAN Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh mohon izin bertanya orang haid yang memakai pembalut, apa tetap diharamkan berdiam di masjid misal untuk menghadiri pengajian dll kalau sudah pernah dibahas mohon disundulkan, maturnuwun. Jazakumullah khayran. Bin Leiden. JAWABAN Wanita yang sedang dalam keadaan haid dengan memakai pembalut masuk ke dalam masjid hukumnya makruh karena untuk menjaga kehormatan masjid. Sebenarnya hukum Wanita yang sedang haidl memakai pembalut masuk ke dalam masjid, ditafshil 1.jika tidak kuatir darahnya mengotori menetesi masjid maka tidak haram melainkan hukumnya makruh jika tdak ada udzur atau hajat, jika ada hajat maka boleh masuk masjid. 2.jika kuatir darahnya menetesi masjid walaupun sudah memakai pembalut maka hukumnya haram, jika tidak dikuatirkan maka hukumnya makruh kecuali ada hajat. Jika hanya lewat dan tidak hawatir menetes darahnya maka boleh, tapi jika berdiam diri di dalam masjid maka haram. Sunde Pati, Awan AsSafaritiyy Asysyaikheriyy. Ibarot Albajuri juz 1 hal 114115 cetakan alhidayah . Adapun berdiam diri di masjid maka haram bagi keduanya orang haid dan junub. Sebagaimana haram berdiam diri adalah berlalu lalang karena ada hadis Nabi SAW tidak dihalalkan masjid bagi orang yang haid dan orang yang junub. HR.Abu dawud . Hasyiyah jamal dll 2 370 . 28 . 1 114115 www.fb.comgroupspiss.ktb505140779508735
Tafsir Surah Al-Ahzab ayat 59 tentang Alasan Perempuan Diminta Mengulurkan Jilbab
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/nisa/tafsir-surah-al-ahzab-ayat-59-tentang-alasan-perempuan-diminta-mengulurkan-jilbab/
Menutup aurat adalah kewajiban setiap laki-laki dan perempuan mukmin. Meskipun para ulama berbeda pendapat terkait mana saja aurat laki-laki dan perempuan, tapi pada intinya seluruhnya sepakat menutup aurat itu adalah kewajiban. Kalau diperhatikan aurat perempuan lebih banyak ketimbang laki-laki. Aurat laki-laki hanya dari pusar sampai lutut, sementara perempuan seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan menurut pendapat sebagian ulama. Karena aurat perempuan itu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan menurut sebagian ulama, maka perempuan diharuskan menggunakan jilbab. Makna jilbab itu sendiri sebetulnya masih dalam perdebatan. Ada yang mengatakan jilbab penutup kepala sampai dada. Ada pula yang berpendapat jilbab adalah kain penutup seluruh tubuh, dari kepala sampai ujung kaki. Perintah untuk menggunakan jilbab ini didasarkan pada firman Allah surah al-Ahzab ayat 59 Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak perempuan, dan perempuan-perempuan mukmin agar mereka mengulurkan jilbabnya. Dengan demikian mereka lebih mudah dikenal dan mereka tidak akan diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS: al-Ahdzab ayat 59) Yang menarik dalam ayat ini adalah tujuan mengulurkan jilbab agar perempuan mukmin tidak diganggu dan lebih mudah dikenal. Untuk mengetahui lebih detail maksud ayat ini perlu menggunakan bantuanasbabul nuzulatau melacak latar belakang turunnya ayat. Sebagian besar ahli tafsir menjelaskan ayat ini turun pada saat situasi sosial tidak aman dan ramah terhadap perempuan. Di Madinah saat itu masih banyak orang fasik yang suka menganggu perempuan, apalagi kalau malam hari. Sementara kebiasaan perempuan pada waktu itu, mereka keluar tengah malam untuk buang hajat. Ini dapat dimaklumi karena tempat buang hajat pada masa Nabi jauh dari rumah. Supaya tidak terlihat orang, mereka buang hajat tengah malam. Biasanya perempuan merdeka(hurrah)pergi bersama budak perempuan(amah). Seketika mereka pergi buang hajat, ada sekelompok orang yang suka menganggu budak perempuan. Karena tidak jelas perbedaan budak dan perempuan merdeka di malam hari, perempuan merdeka pun juga tidak bisa menghindar dari gangguan laki-laki hidung belang. Supaya aman dan tidak diganggu, Allah menyuruh perempuan mukmin untuk menggunakan jilbab agar terlihat berbeda dengan budak perempuan. Syaikh Ali al-Shabuni dalamRawaiul Bayanmengatakan, budak perempuan tidak diperintahkan berjilbab karena bisa memberatkan mereka. Sebagaimana diketahui, budak dibebankan pekerjaan oleh majikannya, sering keluar rumah untuk bekerja, sehingga sulit kalau mereka juga diwajibkan mengenakan jilbab. Hal ini berbeda dengan perempuan merdeka yang pada waktu itu jarang keluar rumah kecuali untuk kebutuhan tertentu. Pada masa itu, yang bertanggung jawab terhadap kehidupan rumah tangga adalah laki-laki, sehingga perempuan lebih banyak di rumah. Dengan demikian, perintah menggunakan jilbab dilihat dariasbabul nuzul-nya ditujukan untuk melindungi perempuan dari gangguan laki-laki, dan sekaligus menjadi pembeda antara perempuan merdeka dengan budak perempuan. Tulisan ini sudah dipublikasikan di Islami.co
Menutup aurat adalah kewajiban setiap lakilaki dan perempuan mukmin. Meskipun para ulama berbeda pendapat terkait mana saja aurat lakilaki dan perempuan, tapi pada intinya seluruhnya sepakat menutup aurat itu adalah kewajiban. Kalau diperhatikan aurat perempuan lebih banyak ketimbang lakilaki. Aurat lakilaki hanya dari pusar sampai lutut, sementara perempuan seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan menurut pendapat sebagian ulama. Karena aurat perempuan itu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan menurut sebagian ulama, maka perempuan diharuskan menggunakan jilbab. Makna jilbab itu sendiri sebetulnya masih dalam perdebatan. Ada yang mengatakan jilbab penutup kepala sampai dada. Ada pula yang berpendapat jilbab adalah kain penutup seluruh tubuh, dari kepala sampai ujung kaki. Perintah untuk menggunakan jilbab ini didasarkan pada firman Allah surah alAhzab ayat 59 Hai Nabi, katakanlah kepada istriistrimu, anak perempuan, dan perempuanperempuan mukmin agar mereka mengulurkan jilbabnya. Dengan demikian mereka lebih mudah dikenal dan mereka tidak akan diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang QS alAhdzab ayat 59 Yang menarik dalam ayat ini adalah tujuan mengulurkan jilbab agar perempuan mukmin tidak diganggu dan lebih mudah dikenal. Untuk mengetahui lebih detail maksud ayat ini perlu menggunakan bantuanasbabul nuzulatau melacak latar belakang turunnya ayat. Sebagian besar ahli tafsir menjelaskan ayat ini turun pada saat situasi sosial tidak aman dan ramah terhadap perempuan. Di Madinah saat itu masih banyak orang fasik yang suka menganggu perempuan, apalagi kalau malam hari. Sementara kebiasaan perempuan pada waktu itu, mereka keluar tengah malam untuk buang hajat. Ini dapat dimaklumi karena tempat buang hajat pada masa Nabi jauh dari rumah. Supaya tidak terlihat orang, mereka buang hajat tengah malam. Biasanya perempuan merdekahurrahpergi bersama budak perempuanamah. Seketika mereka pergi buang hajat, ada sekelompok orang yang suka menganggu budak perempuan. Karena tidak jelas perbedaan budak dan perempuan merdeka di malam hari, perempuan merdeka pun juga tidak bisa menghindar dari gangguan lakilaki hidung belang. Supaya aman dan tidak diganggu, Allah menyuruh perempuan mukmin untuk menggunakan jilbab agar terlihat berbeda dengan budak perempuan. Syaikh Ali alShabuni dalamRawaiul Bayanmengatakan, budak perempuan tidak diperintahkan berjilbab karena bisa memberatkan mereka. Sebagaimana diketahui, budak dibebankan pekerjaan oleh majikannya, sering keluar rumah untuk bekerja, sehingga sulit kalau mereka juga diwajibkan mengenakan jilbab. Hal ini berbeda dengan perempuan merdeka yang pada waktu itu jarang keluar rumah kecuali untuk kebutuhan tertentu. Pada masa itu, yang bertanggung jawab terhadap kehidupan rumah tangga adalah lakilaki, sehingga perempuan lebih banyak di rumah. Dengan demikian, perintah menggunakan jilbab dilihat dariasbabul nuzulnya ditujukan untuk melindungi perempuan dari gangguan lakilaki, dan sekaligus menjadi pembeda antara perempuan merdeka dengan budak perempuan. Tulisan ini sudah dipublikasikan di Islami.co
Keutamaan Belajar Alquran dan Mengajarkannya
https://www.eramuslim.com/hikmah/keutamaan-belajar-alquran-dan-mengajarkannya/
Eramuslim – Allah SWT memberikan keutamaan kepada orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad yang berbunyi: : . ) ). Dari Utsman RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah) Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi mengatakan di dalam kitab Fadhilah Amal, dalam sebagian besar kitab, hadits diriwayatkan dengan menunggukan huruf wa (artinya dan), sebagaimana terjemahan di atas. Dengan merujuk terjemahan di atas, maka keutamaan itu diperuntukkan bagi orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain. Namun dalam beberap kitab lainnya, hadits itu diriwayatkan dengan menggunakan huruf aw (artinya ataw), Sehingga terjemahanya adalah, “Yang terbaik di antara kamu ialah orang yang belajar Al-Quraan saja atau yang mengajarkan alquraan saja.” Dengan demikian, maka keduanya mendapatkan derajat keutamaan yang sama . Alquran adalah inti agama. Menjaga dan menyebarkan sama dengan menegakan agama. Karenanya sangat jelas keutamaan mempelajari Alquran dan mengajarkannya, walaupun bentuknya berbeda-beda. “Yang paling sempurna adalah mempelajarinya, dan akan lebih sempurna lagi jika mengetahui maksud dan kandungannya. Sedangkan yang terendah adalah mempelajari bacaannya saja,” kata Maulana Zakariyya. (Rol)
Eramuslim Allah SWT memberikan keutamaan kepada orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad yang berbunyi . . Dari Utsman RA, Rasulullah SAW bersabda, Sebaikbaiknya kamu adalah orang yang belajar al Quran dan mengajarkannya. HR Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi mengatakan di dalam kitab Fadhilah Amal, dalam sebagian besar kitab, hadits diriwayatkan dengan menunggukan huruf wa artinya dan, sebagaimana terjemahan di atas. Dengan merujuk terjemahan di atas, maka keutamaan itu diperuntukkan bagi orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain. Namun dalam beberap kitab lainnya, hadits itu diriwayatkan dengan menggunakan huruf aw artinya ataw, Sehingga terjemahanya adalah, Yang terbaik di antara kamu ialah orang yang belajar AlQuraan saja atau yang mengajarkan alquraan saja. Dengan demikian, maka keduanya mendapatkan derajat keutamaan yang sama . Alquran adalah inti agama. Menjaga dan menyebarkan sama dengan menegakan agama. Karenanya sangat jelas keutamaan mempelajari Alquran dan mengajarkannya, walaupun bentuknya berbedabeda. Yang paling sempurna adalah mempelajarinya, dan akan lebih sempurna lagi jika mengetahui maksud dan kandungannya. Sedangkan yang terendah adalah mempelajari bacaannya saja, kata Maulana Zakariyya. Rol
Apa makna tauhid ? adan ada berapa pembagiannya?
https://islamqa.info/id/answers/49030/makna-tauhid-dan-pembagiannya
Alhamdulillah.Tauhid dari sisi bahasa adalah masdar dari kata kerja ( ) yaitu mengesakan. Ketika disandarkan kepada Allah adalah keesaan (wahdaniyah) disifati dengan sifat tunggal yang tidak ada sekutu atau yang menyerupai baik dari sisi sifat maupun dzatnya. Sementara ketika ada tasydidnya menunjukkan penambahan makna yang lebih dalam maksudnya lebih dalam dalam sifatnya hal itu. Orang Arab mengatakan ‘ ‘ maksudnya adalah tunggal. maka Allah ta’ala itu wahid maksudnya tersendiri, tidak ada sekutu dan sifatnya  dalam seluruh kondisinya. Maka tauhid adalah ilmu tentang Allah itu satu (esa) yang tidak ada tandingannya. Siapa yang tidak mengenal Allah seperti itu, atau belum disifati bahwa Dia adalah esa tidak ada sekutu baginya, maka dia belum bertauhid pada-Nya. Adapun pengertian dari sisi istilah adalah mengesakan Allah ta’ala dengan apa yang khusus untuknya dari uluhiyah, rububiyah dan Asma’ serta sifat-Nya. Atau bisa juga didefinisikan dengan keyakinan bahwa Allah itu esa tidak disekutukan dalam Rububiyah, uluhiyah dan asma serta sifat-Nya. Penggunaan istilah (Tauhid) atau salah satu dari turunan katanya menunjukkan bahwa arti ini telah menjadi ketetapan yang digunakan dalam Kitab dan Sunnah. Di antara hal itu adalah: Firman Allah ta’ala: ... “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Sampai akhir surat (QS. Al-Ikhlas: 1). Dan firman-Nya: : 163 “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah: 163) Juga firman-Nya: : 73 “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al-Maidah: 73) Ayat semakna dengan ini sangat banyak sekali. Dalam Shahih  Al Bukhari, (7372) dan Muslim, (92) dari Ibnu Abbas radhillahu anhuma berkata: : " “Ketika Nabi sallallahu alaihi wa sallam mengutus Muad bin Jabal ke arah Yamin, beliau mengatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab. Maka hendaknya pertama kali yang engkau ajak mereka adalah mengesakan Allah ta’ala, kalau mereka telah mengetahuinya, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka telah menunaikan shalat, beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat harta mereka yang diambil dari kalangan orang kaya diantara mereka dan dikembalikan (distribusikan) kepada orang fakir dikalangan mereka. Kalau mereka telah mengakuinya, maka ambillah dari mereka dan hindari mengambil harta zakat dari barang yang paling mahal milik seseorang.” Dalam Shahih  Muslim, (16) dari Ibnu Umar radhillahu anhuma dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda: : “Dibangun Islam ini atas lima perkata, mentauhidkan (mengesakan) Allah, menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan berhaji.” Maka maksud tauhid pada nash-nash ini semua adalah merealisasikan makna syahadah (Bahwa tiada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah). yang mana itu adalah hakekat agama Islam dimana Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Dengan dalil, adanya kata-kata dan istilah-istilah ini, itu sinonim dan tersebar di Kitab dan Sunnah. dalam sebagian teks dalam hadits Muad tadi, ‘Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum ahli kitab. Kalau anda telah datang, maka ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan sesusungguhnya Muhammad itu utusan Allah.” (HR. Al Bukhari, no. 1496). Dalam riwayat lain dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun atas lima perkara. Bersaksi bahwa tiada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu hamba dan utusan-Nya.” (HR. Muslim, no. 16) Hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah hakekat kesaksian (Bahwa tiada tuhan yang patus disembah melainkan Allah dan Muhammad itu utusan Allah). dan ini adalah Islam yang Allah utus Nabi-Nya ke seluruh makhlukk baik jin maupun manusia. Dimana Allah tidak redo agama lainnya kecuali dengan agama ini. Allah ta’ala berfirman: : 19 “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imroan: 19) Allah juga berfirman: /85 “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imron: 85) Kalau telah mengetahui hal ini, ketahuilah bahwa tauhid itu dibagi oleh para ulama menjadi tiga macam yaitu, Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhyah dan Tauhid Asma’ dan Sifat. Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah ta’ala dalam pekerjaan-Nya seperti penciptaan, kerajaan, mengaturnya, menghidupkan dan mematikan dan semisal itu. Sementara dalil akan tauhid ini banyak sekali dalam Kitab dan Sunnah. silahkan merujuk ke soal, (13532) untuk mengetahui sebagiannya. Maka siapa yang berkeyakinan bahwa ada pencipta selain Allah, atau raja yang mengatur alam ini selain Allah maka dia telah kurang dalam macam tauhid ini. Dan mengingkari Allah. Dahulu orang-orang kafir pertama mengakui tauhid ini dengan pengakuan secara global, meskipun berbeda dalam sebagain perinciannya. Dalil bahwa mereka menetapkan hal itu pada banyak ayat di Qur’an diantaranya, firman Allah ta’ala: /6 “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” (QS. Al-Ankabut: 61) Dan firman-Nya: : 63 “Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (QS. Al-Ankabut: 63) Dan Firman Allah ta’ala: : 87 “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?” (QS. Az-Zukhruf: 87) Dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir yang mengakui bahwa Allah subhanahu adalah pencipta, Raja dan pengatur, namun demikian mereka tidak mengesakan Allah dalam beribadah kepadanya, hal itu menunjukkan akan kezaliman yang besar, dusta yang sangat, lemah akal pikirannya. Maka sesungguhnya sesuatu yang disifati dengan sifat-sifat yang esa ini dengan perbuatannya, seharunya tidak disembah selain Dia. Tidak diesakan kecuali Dia. Maha suci dan Terpuji Allah ta’ala dari apa yang mereka sekutukan. Oleh karena itu siapa yang menetapkan tauhid ini dengan penetapan yang benar seharusnya secara pasti menetapkan tauhid uluhiyah. Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah ta’ala dengan semua bentuk ibadah yang nampak maupun batin, baik secara ucapan maupun perbuatan. Dan tidak beribadah kepada selain Allah apapun bentuknya sebagaimana firman Allah ta’ala: : 23 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.” (QS. Al-Isra: 23) Allah ta’ala berfirman: /36 “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An-Nisa: 36) Bisa juga didefinisikan dengan tauhid Allah dengan pekerjaan para hamba. Dinamakan tauhid Uluhiyah karena dibangun atas penyembahan untuk Allah yaitu beribadah disertai dengan rasa cinta dan pengagungan. Dinamakan juga tauhid ibadah karena seorang hamba menyembah kepada Allah dengan menunaikan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarangnya. Dinamakan juga tauhid tolab wal qosdi wal irodah karena seorang hamba tidak meminta dan tidak bermaksud dan tidak menginginkan kecuali wajah Allah subhanhu sehingga dia beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan untuknya dalam beragama. (Tauhid) Macam ini yang terjadi penyelewengan, oleh karena itu diutusnya para Rasul, diturunkan Kitab. Dan karenanya diciptakan penciptaan ini dan disyariatkan syariat. Dan didalamnya terjadi pertentangan diantara para Nabi dan kaumnya, maka orang-orang penentang akan dihancurkan dan diselamatkan orang-orang mukmin. Siapa yang menyimpang dengan sedikit mengalihkan ibadahnya kepada selain Allah, maka dia telah keluar dari agama. Dan terjerumus pada fitnah, sesat dari jalan yang lurus. Kita memohon kepada Allah keselamatan. Sementara Tauhid Asma dan Sifat adalah mengesakan Allah Azza wa jalla dengan apa yang dimiliki dari nama-nama dan sifat-sifatNya. Maka seorang hamba meyakini bahwa Allah tidak ada yang menyamai dalam nama dan sifat-Nya. Tauhid ini terdiri dari dua landasan dasar: Pertama: Penetapan maksudnya adalah menetapkan apa yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam Kitab-Nya atau yang telah ditetapkan oleh Nabinya sallallahu alaihi wa sallam dari nama-nama yang indah dan sifat nan tinggi. Yang layak untuk Allah dengan keagungannya. Tanpa menyimpangkan maknanya atau mentakwilkan artinya atau meniadakan hakekatnya atau menjelaskan bagaimananya. Kedua: Mensucikan. Yaitu mensucikan Allah dari semua cacat (aib), dan meniadakan apa yang telah dinafikan dari sifat-sifat kekurangan. Dalil akan hal itu adalah firman Allah ta’ala: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. As-Syuro: 11) Maka Allah disucikan dari kesamaan dengan makhluk-Nya dan menetapkan untuk dirinya dengan sifat yang sempurna sesuai dengan yang layak baginya subahanhu wa ta’ala. Silahkan melihat kitab Al-Hujjah Fi Bayanil Mahajjah, 1/305 dan Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah, 1/57.
Tauhid dari sisi bahasa adalah masdar dari kata kerja yaitu mengesakan. Orang Arab mengatakan maksudnya adalah tunggal. Siapa yang tidak mengenal Allah seperti itu, atau belum disifati bahwa Dia adalah esa tidak ada sekutu baginya, maka dia belum bertauhid padaNya. Di antara hal itu adalah Firman Allah taala Katakanlah Dialah Allah, Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orangorang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. AlMaidah 73 Ayat semakna dengan ini sangat banyak sekali. Dalam Shahih Al Bukhari, 7372 dan Muslim, 92 dari Ibnu Abbas radhillahu anhuma berkata Ketika Nabi sallallahu alaihi wa sallam mengutus Muad bin Jabal ke arah Yamin, beliau mengatakan kepadanya, Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab. Maka hendaknya pertama kali yang engkau ajak mereka adalah mengesakan Allah taala, kalau mereka telah mengetahuinya, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka telah menunaikan shalat, beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat harta mereka yang diambil dari kalangan orang kaya diantara mereka dan dikembalikan distribusikan kepada orang fakir dikalangan mereka. Kalau mereka telah mengakuinya, maka ambillah dari mereka dan hindari mengambil harta zakat dari barang yang paling mahal milik seseorang. Dalam riwayat lain dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, Islam dibangun atas lima perkara. 16 Hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah hakekat kesaksian Bahwa tiada tuhan yang patus disembah melainkan Allah dan Muhammad itu utusan Allah. Allah taala berfirman 19 Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam. Sementara dalil akan tauhid ini banyak sekali dalam Kitab dan Sunnah. silahkan merujuk ke soal, 13532 untuk mengetahui sebagiannya. Dalil bahwa mereka menetapkan hal itu pada banyak ayat di Quran diantaranya, firman Allah taala 6 Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan Tentu mereka akan menjawab Allah, maka betapakah mereka dapat dipalingkan dari jalan yang benar. AlAnkabut 63 Dan Firman Allah taala 87 Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab Allah, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari menyembah Allah QS. Oleh karena itu siapa yang menetapkan tauhid ini dengan penetapan yang benar seharusnya secara pasti menetapkan tauhid uluhiyah. Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah taala dengan semua bentuk ibadah yang nampak maupun batin, baik secara ucapan maupun perbuatan. Dan karenanya diciptakan penciptaan ini dan disyariatkan syariat. Siapa yang menyimpang dengan sedikit mengalihkan ibadahnya kepada selain Allah, maka dia telah keluar dari agama. Dan terjerumus pada fitnah, sesat dari jalan yang lurus. Sementara Tauhid Asma dan Sifat adalah mengesakan Allah Azza wa jalla dengan apa yang dimiliki dari namanama dan sifatsifatNya. Tanpa menyimpangkan maknanya atau mentakwilkan artinya atau meniadakan hakekatnya atau menjelaskan bagaimananya. Yaitu mensucikan Allah dari semua cacat aib, dan meniadakan apa yang telah dinafikan dari sifatsifat kekurangan. Dalil akan hal itu adalah firman Allah taala Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.
Tayammum Untuk Menjama’ Sholat
https://bimbinganislam.com/tayammum-untuk-menjama-sholat/
Pertanyaan : Saya akan bertanya tentang tayammum. Satu tayammum berlaku untuk satu kali shalat fardhu dan 1 shalat sunnah. Satu kali tayammum dapat dipakai beberapa kali shalat sunnah. Kalau misal shalat jamak, ini perlakuannya setelah salam dan sebelum ke shalat berikutnya apakah harus mengulang tayamum? Atau karena jamak, jadi itu menjadi 1 rangkaian shalat? Dari Dian di Jakarta Barat Anggota Grup WA Bimbingan Islam Jawaban : Masalah boleh tidaknya tayammum untuk melakukan lebih dari 1 shalat wajib, memang diperselisihkan oleh para ulama. Jumhur ulama memandang bahwa sekali tayammum hanya boleh untuk sekali shalat wajib, sedangkan shalat wajib berikutnya harus didahului dengan mencari air terlebih dahulu; baru ketika tidak mendapatkan ia boleh tayammum lagi. Ini adalah pendapat Imam Syafii, Malik dan Ahmad. Sedangkan pendapat kedua membolehkan tayammum untuk lebih dari sekali shalat baik fardhu maupun sunnah selama tidak berhadats dan alasan boleh bertayammumnya masih ada. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan sejumlah ulama lain, dan dirajihkan oleh Ibnu Taimiyah, Syaikh Bin Baz,dan Syaikh Shalih Al Fauzan. Berangkat dari pendapat kedua ini, maka silakan bertayammum untuk menjamak shalat ataupun tanpa dijamak, asalkan tidak berhadats dan alasan syari untuk bertayammum tetap ada. Wallahu alam. Reff: Konsultasi Bimbingan Islam Dijawab oleh Ustadz Dr. Sufyan Baswedan Lc MA
Pertanyaan Saya akan bertanya tentang tayammum. Satu tayammum berlaku untuk satu kali shalat fardhu dan 1 shalat sunnah. Satu kali tayammum dapat dipakai beberapa kali shalat sunnah. Kalau misal shalat jamak, ini perlakuannya setelah salam dan sebelum ke shalat berikutnya apakah harus mengulang tayamum Atau karena jamak, jadi itu menjadi 1 rangkaian shalat Dari Dian di Jakarta Barat Anggota Grup WA Bimbingan Islam Jawaban Masalah boleh tidaknya tayammum untuk melakukan lebih dari 1 shalat wajib, memang diperselisihkan oleh para ulama. Jumhur ulama memandang bahwa sekali tayammum hanya boleh untuk sekali shalat wajib, sedangkan shalat wajib berikutnya harus didahului dengan mencari air terlebih dahulu baru ketika tidak mendapatkan ia boleh tayammum lagi. Ini adalah pendapat Imam Syafii, Malik dan Ahmad. Sedangkan pendapat kedua membolehkan tayammum untuk lebih dari sekali shalat baik fardhu maupun sunnah selama tidak berhadats dan alasan boleh bertayammumnya masih ada. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan sejumlah ulama lain, dan dirajihkan oleh Ibnu Taimiyah, Syaikh Bin Baz,dan Syaikh Shalih Al Fauzan. Berangkat dari pendapat kedua ini, maka silakan bertayammum untuk menjamak shalat ataupun tanpa dijamak, asalkan tidak berhadats dan alasan syari untuk bertayammum tetap ada. Wallahu alam. Reff Konsultasi Bimbingan Islam Dijawab oleh Ustadz Dr. Sufyan Baswedan Lc MA
Dosa Meninggalkan Shalat Lima Waktu Lebih Besar dari Dosa Berzina
https://rumaysho.com/544-dosa-meninggalkan-shalat-lima-waktu-lebih-besar-dari-dosa-berzina.html
Tahukah anda bahwa dosa meninggalkan shalat lima waktu itu lebih besar dari dosa zina?Para pembaca yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Taala. Kita semua pasti tahu bahwa shalat adalah perkara yang amat penting. Bahkan shalat termasuk salah satu rukun Islam yang utama yang bisa membuat bangunan Islam tegak. Namun, realita yang ada di tengah umat ini sungguh sangat berbeda. Kalau kita melirik sekeliling kita, ada saja orang yang dalam KTP-nya mengaku Islam, namun biasa meninggalkan rukun Islam yang satu ini. Mungkin di antara mereka, ada yang hanya melaksanakan shalat sekali sehari, itu pun kalau ingat. Mungkin ada pula yang hanya melaksanakan shalat sekali dalam seminggu yaitu shalat Jumat. Yang lebih parah lagi, tidak sedikit yang hanya ingat dan melaksanakan shalat dalam setahun dua kali yaitu ketika Idul Fithri dan Idul Adha saja.Memang sungguh prihatin dengan kondisi umat saat ini. Banyak yang mengaku Islam di KTP, namun kelakuannya semacam ini. Oleh karena itu, pada tulisan yang singkat ini kami akan mengangkat pembahasan mengenai hukum meninggalkan shalat. Semoga Allah memudahkannya dan memberi taufik kepada setiap orang yang membaca tulisan ini.Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat. (Ash Sholah, hal. 7)Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kabair, Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata, Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan. (Al Kabair, hal. 25)Adz Dzahabi –rahimahullah- juga mengatakan, Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). (Al Kabair, hal. 26-27)Dalam point sebelumnya telah dijelaskan, para ulama bersepakat bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar bahkan lebih besar dari dosa berzina dan mencuri. Mereka tidak berselisih pendapat dalam masalah ini. Namun, yang menjadi masalah selanjutnya, apakah orang yang meninggalkan shalat masih muslim ataukah telah kafir?Asy Syaukani -rahimahullah- mengatakan bahwa tidak ada beda pendapat di antara kaum muslimin tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya. Namun apabila meninggalkan shalat karena malas dan tetap meyakini shalat lima waktu itu wajib -sebagaimana kondisi sebagian besar kaum muslimin saat ini-, maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat (Lihat Nailul Author, 1/369).Mengenai meninggalkan shalat karena malas-malasan dan tetap meyakini shalat itu wajib, ada tiga pendapat di antara para ulama mengenai hal ini.Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh karena dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Said bin Jubair, Amir Asy Syabi, Ibrohim An Nakhoi, Abu Amr, Al Auzai, Ayyub As Sakhtiyani, Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama Syafiiyah, pendapat Imam Syafii (sebagaimana dikatakan oleh Ath Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Muadz bin Jabal, Abdurrahman bin Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafii, dan salah salah satu pendapat Imam Ahmad.Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. (Al Mawsuah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187)Jadi, intinya ada perbedaan pendapat dalam masalah ini di antara para ulama termasuk pula ulama madzhab. Bagaimana hukum meninggalkan shalat menurut Al Quran dan As Sunnah? Silakan simak pembahasan selanjutnya.Banyak ayat yang membicarakan hal ini dalam Al Quran, namun yang kami bawakan adalah dua ayat saja.Allah Taala berfirman, Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. (QS. Maryam : 59-60)Ibnu Masud radhiyallahu anhuma mengatakan bahwa ghoyya dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31)Dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu). Seandainya orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini (ghoyya) yang merupakan bagian neraka paling bawah, bukanlah tempat orang muslim, namun tempat orang-orang kafir.Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. Maka seandainya orang yang menyiakan shalat adalah mumin, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.Dalam ayat yang lain, Allah Taala berfirman, Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. (QS. At Taubah [9] : 11). Dalam ayat ini, Allah Taala mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Berarti jika shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman. Konsekuensinya orang yang meninggalkan shalat bukanlah mukmin karena orang mukmin itu bersaudara sebagaimana Allah Taala berfirman, Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. (QS. Al Hujurat [49] : 10)Terdapat beberapa hadits yang membicarakan masalah ini.Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, (Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat. (HR. Muslim no. 257).Dari Tsauban radhiyallahu anhu -bekas budak Nabi shallallahu alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan. (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566).Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat. (HR. Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dhoif Sunan At Tirmidzi). Dalam hadits ini, dikatakan bahwa shalat dalam agama Islam ini adalah seperti penopang (tiang) yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat.Umar mengatakan, Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat.Dari jalan yang lain, Umar berkata, Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat. (Dikeluarkan oleh Malik. Begitu juga diriwayatkan oleh Saad di Ath Thobaqot, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Iman. Diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthniy dalam sunannya, juga Ibnu Asakir. Hadits ini shohih, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Gholil no. 209). Saat Umar mengatakan perkataan di atas tatkala menjelang sakratul maut, tidak ada satu orang sahabat pun yang mengingkarinya. Oleh karena itu, hukum bahwa meninggalkan shalat adalah kafir termasuk ijma (kesepakatan) sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab Ash Sholah.Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabiin, Abdullah bin Syaqiq. Beliau mengatakan, - - Dulu para shahabat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat. Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al Aqliy seorang tabiin dan Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. (Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52)Dari pembahasan terakhir ini terlihat bahwasanya Al Quran, hadits dan perkataan sahabat bahkan ini adalah ijma (kesepakatan) mereka menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja adalah kafir (keluar dari Islam). Itulah pendapat yang terkuat dari pendapat para ulama yang ada.Ibnul Qayyim mengatakan, Tidakkah seseorang itu malu dengan mengingkari pendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kafir, padahal hal ini telah dipersaksikan oleh Al Kitab (Al Quran), As Sunnah dan kesepakatan sahabat. Wallahul Muwaffiq (Hanya Allah-lah yang dapat memberi taufik). (Ash Sholah, hal. 56)[Kasus Pertama] Kasus ini adalah meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, Sholat oleh, ora sholat oleh. [Kalau mau shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini dilakukan dalam rangka mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di antara para ulama.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, Jika seorang hamba melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian, maka baginya keimanan sesuai dengan perintah yang dilakukannya. Iman itu bertambah dan berkurang. Dan bisa jadi pada seorang hamba ada iman dan nifak sekaligus. … Sesungguhnya sebagian besar manusia bahkan mayoritasnya di banyak negeri, tidaklah selalu menjaga shalat lima waktu. Dan mereka tidak meninggalkan secara total. Mereka terkadang shalat dan terkadang meninggalkannya. Orang-orang semacam ini ada pada diri mereka iman dan nifak sekaligus. Berlaku bagi mereka hukum Islam secara zhohir seperti pada masalah warisan dan semacamnya. Hukum ini (warisan) bisa berlaku bagi orang munafik tulen. Maka lebih pantas lagi berlaku bagi orang yang kadang shalat dan kadang tidak. (Majmu Al Fatawa, 7/617) (4) (5)Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. Al Maaun [107] : 4-5) (Lihat Al Manhajus Salafi inda Syaikh Nashiruddin Al Albani, 189-190)Sudah sepatutnya kita menjaga shalat lima waktu. Barangsiapa yang selalu menjaganya, berarti telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang sering menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi.Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob –radhiyallahu anhu- mengatakan, Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.Imam Ahmad –rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu. (Lihat Ash Sholah, hal. 12)Oleh karena itu, seseorang bukanlah hanya meyakini (membenarkan) bahwa shalat lima waktu itu wajib. Namun haruslah disertai dengan melaksanakannya (inqiyad). Karena iman bukanlah hanya dengan tashdiq (membenarkan), namun harus pula disertai dengan inqiyad (melaksanakannya dengan anggota badan).Ibnul Qoyyim mengatakan, Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad). Kalau iman hanyalah membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Firaun dan kaumnya, kaum sholeh, dan orang Yahudi yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini hal ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang beriman (mumin-mushoddiq).Al Hasan mengatakan, Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan). Namun iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan. (Lihat Ash Sholah, 35-36)Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga kita dapat mengingatkan kerabat, saudara dan sahabat kita mengenai bahaya meninggalkan shalat lima waktu. Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam
Tahukah anda bahwa dosa meninggalkan shalat lima waktu itu lebih besar dari dosa zinaPara pembaca yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Taala. Namun, realita yang ada di tengah umat ini sungguh sangat berbeda. Kalau kita melirik sekeliling kita, ada saja orang yang dalam KTPnya mengaku Islam, namun biasa meninggalkan rukun Islam yang satu ini. Mungkin di antara mereka, ada yang hanya melaksanakan shalat sekali sehari, itu pun kalau ingat. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Said bin Jubair, Amir Asy Syabi, Ibrohim An Nakhoi, Abu Amr, Al Auzai, Ayyub As Sakhtiyani, Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, Abdul Malik bin Habib ulama Malikiyyah, pendapat sebagian ulama Syafiiyah, pendapat Imam Syafii sebagaimana dikatakan oleh Ath Thohawiy, pendapat Umar bin Al Khothob sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm, Muadz bin Jabal, Abdurrahman bin Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya. Allah Taala berfirman, Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang jelek yang menyianyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. Maryam 5960Ibnu Masud radhiyallahu anhuma mengatakan bahwa ghoyya dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. 257.Dari Tsauban radhiyallahu anhu bekas budak Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. 566.Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Inti pokok segala perkara adalah Islam dan tiangnya penopangnya adalah shalat. Kemah tersebut bisa roboh ambruk dengan patahnya tiangnya. Diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthniy dalam sunannya, juga Ibnu Asakir. Hadits ini shohih, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Gholil no. Oleh karena itu, hukum bahwa meninggalkan shalat adalah kafir termasuk ijma kesepakatan sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab Ash Sholah. Itulah pendapat yang terkuat dari pendapat para ulama yang ada. Wallahul Muwaffiq Hanya Allahlah yang dapat memberi taufik. Dan bisa jadi pada seorang hamba ada iman dan nifak sekaligus. Dan mereka tidak meninggalkan secara total. Berlaku bagi mereka hukum Islam secara zhohir seperti pada masalah warisan dan semacamnya. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyianyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disiasiakan lagi. Namun haruslah disertai dengan melaksanakannya inqiyad. Ibnul Qoyyim mengatakan, Iman adalah dengan membenarkan tashdiq. Lihat Ash Sholah, 3536Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga kita dapat mengingatkan kerabat, saudara dan sahabat kita mengenai bahaya meninggalkan shalat lima waktu.
Apakah kaum muslimin yang berdomisili di negeri non Islam (negeri kafir) boleh mendirikan lajnah khusus untuk ru'yat hilal Ramadhan, Syawal dan Dzul Hijjah ataukah tidak?
https://islamqa.info/id/answers/2511/hukum-mendirikan-lajnah-ruyat-hilal-di-negara-negara-barat-baca-kafir
Alhamdulillah., kaum muslimin yang tinggal di negera non Islam boleh mendirikan lajnah untuk mengatur dan mengurus penetapan hilal Ramadhan, Syawwal dan Dzul Hijjah.
Alhamdulillah., kaum muslimin yang tinggal di negera non Islam boleh mendirikan lajnah untuk mengatur dan mengurus penetapan hilal Ramadhan, Syawwal dan Dzul Hijjah.
Hukum Operasi Plastik Dalam Pandangan Ahli Tafsir dan Hasil MUNAS NU
https://pecihitam.org/hukum-operasi-plastik-dalam-pandangan-ahli-tafsir-dan-hasil-munas-nu/
PeciHitam.org – Sebelum membahas tentang hukum operasi plastik, Operasi plastik dipahami oleh masyarakat umum sebagai istilah medis yang mengacu pada praktik bedah yang dilakukan pada bagian tubuh tertentu untuk memperbaiki atau mengembalikan anggota tubuh tertentu ke bentuk semula atau bentuk yang dikehendaki. Adapun operasi plastik pada wajah atau face off dalam istilah medis adalah upaya merekontruksi wajah yang rusak karena suatu musibah agar kembali seperti semula. Face off tersebut merupakan penemuan teknologi kedokteran yang dilakukan dengan sistem bedah dan bila perlu dengan mengganti bagian wajah yang rusak dengan bagian tubuh lainnya. Persoalan ini pernah diputuskan oleh para kiai melalui putusan lanjutan bahtsul masail Komisi Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Waqi’iyyah Munas Alim Ulama di Gedung PBNU Jakarta pada 21-22 Rajab 1427 H/16-16 Agustus 2006 M. Pada saat itu, para kiai mengatakan bahwa praktik face off ini lebih sering dilakukan oleh kaum perempuan. Dalam Fathul Bari Syarah Shahihil Bukhari, karya Ibnu Hajar Al-Asqalani disebutkan qaul Imam Ath-Thabari bahwa perempuan tidak boleh mengubah sesuatu dari bentuk asal yang telah diciptakan Allah SWT, baik menambah atau mengurangi agar kelihatan bagus. Misal, seorang perempuan yang alisnya berdempetan (menyatu antara kiri dan kanan), kemudian ia menghilangkan (bulu alis) yang ada di antara keduanya, agar kelihatan cantik atau sebaliknya (kelihatan jelek dengan berdempetannya). Ataupun seorang perempuan yang memiliki gigi lebih lalu ia mencabutnya; atau giginya panjang lalu ia memotongnya; atau perempuan itu berjenggot atau berkumis atau berbulu di bawah bibirnya lalu mencabutnya; dan seorang perempuan yang rambutnya pendek atau tipis lalu ia memanjangkannya atau menebalkannya dengan rambut orang lain; Semua itu adalah termasuk perbuatan yang dilarang, karena mengubah apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT. At-Thabari berpendapat pula, terkecuali jika ada bagian tubuh yang menimbulkan madarat dan rasa sakit. Seperti, seorang perempuan yang memiliki gigi lebih atau giginya panjang yang mengganggunya ketika makan, atau memiliki jemari lebih yang mengganggunya atau menjadikan sakit maka boleh mencabut atau memotongnya. Dalam masalah yang terakhir ini, laki-laki sama dengan perempuan. Lalu bagaimana hukum face off (merekontruksi wajah) agar kembali seperti semula. Mereka dalam forum tersebut menyatakan bahwa merekontruksi wajah agar kembali seperti semula hukumnya boleh mengutip sejumlah pandangan ulama, salah satunya Syekh Wahbah Az-Zuhayli berikut ini. Artinya, “Boleh memindah anggota badan dari satu tempat di tubuh seseorang ke tempat lain di tubuhnya, disertai pertimbangan matang, manfaat yang diharapkan dari operasi semacam ini lebih unggul dibanding bahayanya. Disyaratkan pula operasi itu dilakukan untuk membentuk anggota badan yang hilang, untuk mengembalikannya ke bentuk semula, mengembalikan fungsinya, menghilangkan cacat, atau menghilangkan bentuk jelek yang membuat seseorang mengalami tekanan jiwa atau gangguan fisik,” (Lihat Syekh Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], jilid VIII, halaman 5124). Forum lanjutan dari Munas NU ini juga mengutip pandangan Syekh Abdul Karim Zaidan tentang hukum operasi plastik, salah seorang guru besar fiqih dan ushul fiqih di Iraq, perihal operasi medis dalam rangka merekonstruksi wajah atau anggota tubuh lainnya karena yang cacat karena kecelakaan tertentu. Seorang perempuan terkadang mengalami suatu cacat di muka, atau anggota badannya yang luar, akibat luka bakar, luka robek, atau penyakit lain. Cacat ini tidak bisa dibiarkan oleh seorang perempuan karena menyebabkan tekanan batin baginya. Maka apakah ia boleh menempuh operasi untuk menghilangkannya? Operasi tersebut boleh ditempuhnya, meskipun akan mengarah pada mempercantik dan memperelok diri. Sebab, tujuan utamanya menghilangkan cacat. Bahkan, andaikata dengan operasi itu ia berniat untuk mempercantik diri dengan hilangnya cacat tersebut, maka operasi itu tetap dalam taraf diperbolehkan. Sebab kecenderungan perempuan mempercantik wajahnya diperbolehkan. Dalam fiqh madzhab Hanbali ada keterangan, ‘Bagi perempuan boleh mencukur (rambut) wajah, mengikisnya sampai habis, mempercantik dan memerahkannya,’” (Lihat Syekh Abdul Karim Zaidan, Al-Mufashshal fi Ahkamil Mar’ah wa Baitil Mal, [Beirut, Muassasatur Risalah: tanpa catatan tahun] jilid III, halaman 410). kesimpulannya, hukum operasi plastik sesuai dengan keterangan dari Syekh Abdul Karim Zaidan diatas juga membolehkan operasi plastik dalam rangka mempercantik diri di klinik-klinik kecantikan. Syekh Abdul Karim Zaidan berpandangan bahwa operasi plastik untuk pada wajah demi kecantikan masih dalam batas-batas kewajaran yang dibenarkan oleh syariat sebagaimana dikutip dari pandangan Mazhab Hanbali. Wallahu a‘lam.
PeciHitam.org Sebelum membahas tentang hukum operasi plastik, Operasi plastik dipahami oleh masyarakat umum sebagai istilah medis yang mengacu pada praktik bedah yang dilakukan pada bagian tubuh tertentu untuk memperbaiki atau mengembalikan anggota tubuh tertentu ke bentuk semula atau bentuk yang dikehendaki. Adapun operasi plastik pada wajah atau face off dalam istilah medis adalah upaya merekontruksi wajah yang rusak karena suatu musibah agar kembali seperti semula. Persoalan ini pernah diputuskan oleh para kiai melalui putusan lanjutan bahtsul masail Komisi Bahtsul Masail AdDiniyyah AlWaqiiyyah Munas Alim Ulama di Gedung PBNU Jakarta pada 2122 Rajab 1427 H1616 Agustus 2006 M. Pada saat itu, para kiai mengatakan bahwa praktik face off ini lebih sering dilakukan oleh kaum perempuan. Dalam Fathul Bari Syarah Shahihil Bukhari, karya Ibnu Hajar AlAsqalani disebutkan qaul Imam AthThabari bahwa perempuan tidak boleh mengubah sesuatu dari bentuk asal yang telah diciptakan Allah SWT, baik menambah atau mengurangi agar kelihatan bagus. Misal, seorang perempuan yang alisnya berdempetan menyatu antara kiri dan kanan, kemudian ia menghilangkan bulu alis yang ada di antara keduanya, agar kelihatan cantik atau sebaliknya kelihatan jelek dengan berdempetannya. Ataupun seorang perempuan yang memiliki gigi lebih lalu ia mencabutnya atau giginya panjang lalu ia memotongnya atau perempuan itu berjenggot atau berkumis atau berbulu di bawah bibirnya lalu mencabutnya dan seorang perempuan yang rambutnya pendek atau tipis lalu ia memanjangkannya atau menebalkannya dengan rambut orang lain Semua itu adalah termasuk perbuatan yang dilarang, karena mengubah apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT. AtThabari berpendapat pula, terkecuali jika ada bagian tubuh yang menimbulkan madarat dan rasa sakit. Dalam masalah yang terakhir ini, lakilaki sama dengan perempuan. Artinya, Boleh memindah anggota badan dari satu tempat di tubuh seseorang ke tempat lain di tubuhnya, disertai pertimbangan matang, manfaat yang diharapkan dari operasi semacam ini lebih unggul dibanding bahayanya. Seorang perempuan terkadang mengalami suatu cacat di muka, atau anggota badannya yang luar, akibat luka bakar, luka robek, atau penyakit lain. Maka apakah ia boleh menempuh operasi untuk menghilangkannya Operasi tersebut boleh ditempuhnya, meskipun akan mengarah pada mempercantik dan memperelok diri. Sebab, tujuan utamanya menghilangkan cacat. Dalam fiqh madzhab Hanbali ada keterangan, Bagi perempuan boleh mencukur rambut wajah, mengikisnya sampai habis, mempercantik dan memerahkannya, Lihat Syekh Abdul Karim Zaidan, AlMufashshal fi Ahkamil Marah wa Baitil Mal, Beirut, Muassasatur Risalah tanpa catatan tahun jilid III, halaman 410. kesimpulannya, hukum operasi plastik sesuai dengan keterangan dari Syekh Abdul Karim Zaidan diatas juga membolehkan operasi plastik dalam rangka mempercantik diri di klinikklinik kecantikan.
Seharusnya besok adalah waktu keluarnya darah haid, dan saya niat berpuasa dan saya mengatakan,”Saya akan berpuasa besok untuk Ramadan, kalau keluar darah maka saya akan berbuka. Apakah menggantungkan niat berpuasa seperti ini dapat membatalkan puasaku ataukah puasaku sah?
https://islamqa.info/id/answers/314110/niat-berpuasa-dan-mengatakan-kalau-keluar-darah-haid-saya-akan-berbuka-apakah-hal-ini-termasuk-menggantungkan-niat-dan-apakah-puasanya-sah
Alhamdulillah.Niat puasa harus dilakukan sejak malam dengan tegas berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi  wa sallam:  ( 2454 730 2331 : ‘ ) “Siapa yang tidak niat kuat berpuasa malam hari sebelum fajar, maka dia tidak mendapatkan puasa.” (HR. Abu Daud, no. 2454 dan Tirmizi, no. 730, Nasa’i, no. 2331. Adapun dalam redaksi riwayat Nasa’i disebutkan “Siapa yang tidak niat puasa sejak malam sebelum fajar, maka tidak mendapatkan puasa.” Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam Shahih  Abu Daud) Kalau seorang wanita yang bersih dia niat puasa untuk besok, seraya berkata, “Kalau darah haidku keluar, maka saya akan berbuka.” Hal ini tidak mengapa dan bukan termasuk menggantungkan niat, bahkan termasuk niat untuk puasanya dengan tegas. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Kalau orang yang berpuasa itu ragu-ragu membatalkan puasanya atau menggantungkan dengan masuknya seseorang atau semisalnya, hal itu tidak membatalkan puasa menurut mazhab yang telah ditegaskan oleh mayoritas ulama.” (Raudhatut Thalibin, 1/333). Imam Abul Qasim Ar-Rofi’i rahimahullah menyebutkan bahwa pembeda antara ragu-ragu dalam memutuskan shalat atau menggantungkan terhadap urusan masa depan sehingga membuatnya batal, berbeda dengan ragu-ragu dalam membatalkan puasa, karena hal itu tidak membatalkannya.” Dia berkata, “Kalau orang yang berpuasa itu ragu-ragu apakah dia akan keluar dari puasanya atau tidak? Atau menggantungkan niat  keluar puasanya dengan masuknya seseorang. Telah disebutkan oleh Al-Muazam bahwa puasanya tidak batal. Beliau isyaratkan dalam perkataannya tidak ada perbedaan di dalamnya. Ibnu Sobagh menyebutkan dalam ‘Kitabus Shoum’ bahwa Abu Hamid menerangkan bahwa masalah ini  ada dua pandangan. Maka perbedaan antara puasa dan shalat, bahwa shalat mengawali dan mengakhirinya dengan niat dan pilihan orang tersebut. Berbeda dengan puasa, orang yang niat malam harinya, otomatis dia akan memulai puasanya ketika terbit fajar dan keluar dari puasa dengan terbenamnya matahari, meskipun dia tidak merasakan keduanya. Kalau seperti itu, maka sahnya shalat dapat terpengaruh  karena lemahnya niat melebihi terpengaruhnya puasa. Oleh karena itu dibolehkan  memajukan niat di awal puasa dan mengakhirkan secara global dari yang pertama dan hal itu tidak dibolehkan  dalam shalat. Artinya bahwa shalat itu adalah perbuatan dan ucapan, sedangkan puasa adalah meninggalkan dan menahan. Maka perbuatan lebih membutuhkan niat daripada meninggalkan perbuatan.” (Al-Aziz Syarkhul Wajiz, 1/466). Baik dia mengatakan ini atau tidak mengatakannya, maka ketika haid keluar dia harus berbuka. Sehingga ucapannya itu hanya sekedar pemberitahuan saja dari apa yang seharusnya dia lakukan. Wallahu a’lam
Alhamdulillah.Niat puasa harus dilakukan sejak malam dengan tegas berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam 2454 730 2331 Siapa yang tidak niat kuat berpuasa malam hari sebelum fajar, maka dia tidak mendapatkan puasa. HR. Abu Daud, no. 2454 dan Tirmizi, no. 730, Nasai, no. 2331. Adapun dalam redaksi riwayat Nasai disebutkan Siapa yang tidak niat puasa sejak malam sebelum fajar, maka tidak mendapatkan puasa. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam Shahih Abu Daud Kalau seorang wanita yang bersih dia niat puasa untuk besok, seraya berkata, Kalau darah haidku keluar, maka saya akan berbuka. Hal ini tidak mengapa dan bukan termasuk menggantungkan niat, bahkan termasuk niat untuk puasanya dengan tegas. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, Kalau orang yang berpuasa itu raguragu membatalkan puasanya atau menggantungkan dengan masuknya seseorang atau semisalnya, hal itu tidak membatalkan puasa menurut mazhab yang telah ditegaskan oleh mayoritas ulama. Raudhatut Thalibin, 1333. Imam Abul Qasim ArRofii rahimahullah menyebutkan bahwa pembeda antara raguragu dalam memutuskan shalat atau menggantungkan terhadap urusan masa depan sehingga membuatnya batal, berbeda dengan raguragu dalam membatalkan puasa, karena hal itu tidak membatalkannya. Dia berkata, Kalau orang yang berpuasa itu raguragu apakah dia akan keluar dari puasanya atau tidak Atau menggantungkan niat keluar puasanya dengan masuknya seseorang. Telah disebutkan oleh AlMuazam bahwa puasanya tidak batal. Beliau isyaratkan dalam perkataannya tidak ada perbedaan di dalamnya. Ibnu Sobagh menyebutkan dalam Kitabus Shoum bahwa Abu Hamid menerangkan bahwa masalah ini ada dua pandangan. Maka perbedaan antara puasa dan shalat, bahwa shalat mengawali dan mengakhirinya dengan niat dan pilihan orang tersebut. Berbeda dengan puasa, orang yang niat malam harinya, otomatis dia akan memulai puasanya ketika terbit fajar dan keluar dari puasa dengan terbenamnya matahari, meskipun dia tidak merasakan keduanya. Kalau seperti itu, maka sahnya shalat dapat terpengaruh karena lemahnya niat melebihi terpengaruhnya puasa. Oleh karena itu dibolehkan memajukan niat di awal puasa dan mengakhirkan secara global dari yang pertama dan hal itu tidak dibolehkan dalam shalat. Artinya bahwa shalat itu adalah perbuatan dan ucapan, sedangkan puasa adalah meninggalkan dan menahan. Maka perbuatan lebih membutuhkan niat daripada meninggalkan perbuatan. AlAziz Syarkhul Wajiz, 1466. Baik dia mengatakan ini atau tidak mengatakannya, maka ketika haid keluar dia harus berbuka. Sehingga ucapannya itu hanya sekedar pemberitahuan saja dari apa yang seharusnya dia lakukan. Wallahu alam
Teks Khotbah Jumat: Cara Tepat Mendidik Anak di Zaman Fitnah
https://muslim.or.id/89782-cara-tepat-mendidik-anak-di-zaman-fitnah.html
Daftar Isi . , , , , , . , , , . . . . : , , , , , Maasyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Taala. Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada para jemaah sekalian, marilah senantiasa menjaga kualitas ketakwaan kita dan keluarga kita kepada Allah Taala. Jagalah diri kita dan keluarga kita dari panasnya api neraka. Sebagaimana hal ini Allah Taala perintahkan dalam firman-Nya, Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6) Keluarga di dalam Islam memiliki kedudukan yang amat krusial dan penting. Darinyalah masyarakat Islam terbentuk, dan darinya pula sebuah generasi emas akan terwujud. Islam sangat perhatian terhadap keluarga. Sebelum sebuah keluarga itu terbentuk, Islam telah memberikan bimbingan dan arahan tentang langkah yang seharusnya diambil oleh laki-laki sehingga dirinya insyaAllah sukses membangun bahtera rumah tangganya. Yaitu, dengan memilih istri yang salehah bagi dirinya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Maka, pilihlah (wanita) karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung. (HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466) Bukan hanya dari sisi calon suami saja, demikian pula halnya dengan para wali calon istri. Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan nasihat kepada para wali perempuan untuk menerima lamaran dari laki-laki yang saleh dan baik agamanya. Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, Jika seseorang datang melamar (anak perempuan dan kerabat) kalian, sedangkan kalian rida pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan. Ketika mendengar hal tersebut para sahabat pun bertanya, Wahai Rasulullah, meskipun mereka tidak kaya? Beliau bersabda, Jika seseorang datang melamar (anak perempuan) kalian, kalian rida pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Beliau mengatakannya tiga kali. (HR. Tirmidzi no. 1085 dan Al-Baihaqi no. 13863) Salah satu langkah terpenting di dalam membangun keluarga yang harmonis dan sarat akan kesalehan dan kebaikan adalah kepedulian dan pengawasan penuh dalam mendidik anak-anak kita. Sedari mereka masih kecil, para orang tua sudah dituntut untuk membimbing ibadah mereka dan budi pekerti mereka. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan salat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun. Dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun, maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya. Dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya. (HR. Abu Dawud no. 495) Kepedulian terhadap pendidikan dan perkembangan anak bukan hanya pada perkara makan, pakaian, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya saja seperti yang banyak dilakukan oleh masyarakat kita di zaman sekarang. Lebih jauh dari itu, orang tua dan para wali bertanggung jawab penuh juga terhadap akhlak dan agama anak-anaknya. Dan ini bukanlah tugas ibu semata, di dalam mendidik anak-anak. Seorang ayah juga dituntut untuk ikut andil dan ambil bagian di dalamnya. Di manakah letak keteladanan jika seorang ayah tidak mampu dan tidak mau ikut andil di dalam mendidik anak-anaknya?! Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Taala, Perkara terpenting yang harus kita ajarkan dan kita tanamkan kepada anak-anak kita adalah keyakinan perihal kebesaran Allah Taala, merasa diawasi oleh-Nya, bergantung kepada-Nya dalam segala hal, dan takut kepada-Nya baik di dalam keramaian maupun saat sendirian. Kenapa? Karena anak-anak kita hidup di zaman di mana kemaksiatan sangat mudah dijangkau, peluang untuk bermaksiat amatlah besar, pintu-pintu kemaksiatan tersebut bahkan ada dalam setiap genggaman kita. Tanpa perlu bersusah payah keluar rumah, atau bahkan keluar kamar, seorang anak sangat dimungkinkan untuk melakukan kemaksiatan dan melakukan hal-hal yang Allah haramkan. Di dalam menghadapi hal tersebut, ketakwaan dan merasa diawasi Allah Taala adalah perkara terpenting yang harus dimiliki oleh setiap anak. Jemaah yang dimuliakan Allah Taala, perkara kedua yang harus kita tanamkan kepada anak-anak kita adalah tentang esensi menjaga salat dan larangan dari menyia-nyiakannya. Karena kesuksesan dan keberhasilan seorang hamba baik di dunia ini maupun di akhirat nanti tidaklah terwujud, kecuali dengannya. Nabi shallallahu alaihi wasallam suatu ketika menyebutkan tentang perkara salat, lalu beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, Siapa yang menjaga salat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan sampai hari kiamat. Dan siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan. Nantinya di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. (HR. Ahmad no. 6576, Ibnu Hibban no. 1467, dan At-Thabrani, 14: 127 no. 14746) Sangat disayangkan, kita hidup bersama generasi yang banyak sekali di antara mereka menyia-nyiakan perkara salat. Bahkan, tidak jarang sebagian dari mereka meninggalkan salat dalam pengawasan dan pengetahuan orang tuanya. Padahal di dalam hadis, Nabi shallallahu alaihi wasallam menjelaskan secara jelas, Batas antara kita dan mereka (orang-orang kafir) adalah salat. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka telah kafir. (HR. Tirmidzi no. 2621 dan An-Nasai no. 463) Di dalam Al-Quran Allah Taala juga sudah mengabarkan akan adanya sebagian dari generasi kaum muslimin yang menyia-nyiakan salat, dan di ayat itu juga Allah sebutkan balasan dan hukumannya bagi mereka. Ia berfirman, Maka, datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya. Maka, mereka kelak akan menemui kesesatan dan keburukan, kecuali orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. (QS. Maryam: 59-60) Sebagian ahli tafsir tatkala menjelaskan kata al-ghayya di dalam ayat tersebut menyebutkan bahwa maknanya adalah nama salah satu sungai di neraka Jahanam yang penuh keburukan dan kepedihan. Naudzubillahi min dzalik. Semoga Allah Taala senantiasa menjaga diri kita dan keluarga kita dari panasnya azab neraka Jahanam. Baca juga: Jangan Lupakan Doa dan Tawakal Dalam Mendidik Anak . . Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Taala. Di antara pendidikan yang harus kita tanamkan terutama kepada anak-anak perempuan kita adalah rasa malu. Rasa malu adalah perhiasan hakiki bagi wanita muslimah. Dengannya martabat seorang muslim terjaga, dan dengannya pula aib serta kekurangan-kekurangan yang ia miliki akan tertutup. Di dalam hadis disebutkan, . Malu itu semuanya baik. (HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37) Malu yang dimaksudkan di sini adalah rasa malu yang membuat diri kita terhindar dari melakukan kemaksiatan dan dosa. Rasa malu yang membuat seseorang menahan diri untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah Taala, baik itu di tempat keramaian maupun di tempat yang sepi. Wahai jemaah sekalian, ada anggapan salah terkait sifat malu ini yang tersebar di masyarakat kita, yaitu anggapan bahwa sifat malu tidak pantas untuk laki-laki, sifat malu hanya khusus untuk perempuan saja. Tentu saja anggapan ini keliru dan salah. Karena seseorang yang malu jika dilihat oleh manusia lainnya tatkala berbuat kemaksiatan, maka tentu saja seharusnya ia lebih malu kepada Rabbnya. Dan siapa saja yang malu kepada Rabbnya, maka rasa malunya tersebut akan mencegahnya dari melalaikan kewajiban ibadahnya dan dari melakukan kemaksiatan. Jemaah yang dimuliakan Allah Taala, bagi kita sebagai orang tua, ada tiga hal penting yang harus kita lakukan agar pendidikan kita kepada anak-anak kita sukses mencapai tujuannya. Pertama: Jadilah teladan yang baik untuk anak-anak kita. Keteladan memiliki andil besar di dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan anak-anak kita. Saat orang tua bisa menjadi teladan dan contoh yang baik untuk anak-anaknya, maka itu memudahkan anak-anak untuk memahami pengajaran dan pendidikan yang hendak disampaikan orang tuanya. Sebaliknya, saat orang tua tidak bisa menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya, maka sang anak akan mencoba mencari sosok lainnya yang akan ia jadikan teladan. Tidak mengherankan bila kemudian mereka mencontoh artis-artis di TV dan selebgram-selebgram yang bertebaran di dunia maya. Keteladanan di dalam mendidik banyak sekali Allah tekankan di dalam Al-Quran. Lihatlah bagaimana Allah Taala memerintahkan kita untuk meneladani Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan nabi-nabi lainnya. Allah Taala berfirman, Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (QS. Al-Anam: 90) Kedua: Selalu mengawasi anak-anak kita. Saudaraku, jangan sampai anak-anak kita menjadi korban para pemuja syubhat dan syahwat. Kita hidup di zaman di mana pemikiran-pemikiran sesat dan menyimpang merajarela. Setiap individu bebas menyampaikan opininya. Sebuah keterbukaan yang membuat syubhat dan syahwat mengepung anak-anak kita. Pergaulan bebas yang tidak terkontrol, keberanian wanita yang mengaku muslimah untuk melepas hijabnya, berdalih dengan kebebasan individu. Podcast-podcast yang dipenuhi dengan orang-orang yang tidak beres dan bahkan tayangan-tayangan anak kecil yang terkadang diselipi oleh adegan-adegan yang tidak selayaknya dipertontonkan. Agar terhindar dari semua hal yang kita sebutkan, hal itu membutuhkan pengawasan orang tua kepada anaknya, meskipun mereka sudah besar. Jangan sampai anak-anak perempuan kita pergi keluar sendirian untuk bekerja di tempat yang masih campur baur antara laki-laki dan perempuan. Jangan sungkan juga untuk memberikan batasan waktu bermain atau keluar rumah bagi anak laki-laki kita. Karena tanpa adanya pengawasan orang tua, maka ini akan membuka pintu-pintu setan untuk mengganggu dan menyesatkan kita dan anak-anak kita. Ketiga: Jangan lupa untuk mendoakan kebaikan bagi anak-anak kita. Doa orang tua adalah doa yang mustajab. Manfaatkanlah hal ini untuk mendoakan kebaikan untuk anak-anak kita. Sebaliknya, jangan sampai mendoakan keburukan untuk anak-anak kita meskipun mereka sedang nakal sekalipun. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi. (HR. Abu Dawud no. 1536. Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan) Semoga Allah Taala senantiasa menjaga kita, keluarga kita, dan anak-anak kita dari siksa api neraka, menjaga mereka dari bahaya fitnah syahwat dan syubhat. Ya Allah, jadikanlah kami orang tua yang baik untuk anak-anak kami. Jadikanlah kami orang tua yang bisa memberikan contoh yang baik untuk anak-anak kami. Jadikanlah kami orang tua yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk anak-anak kami, seperti Nabi Ibrahim alaihis salam yang mendoakan anak-anaknya, Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat. Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim: 40) Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS. Ibrahim: 35) . . . . Baca juga: Sunnah Banyak Anak dan Kewajiban Mendidik Mereka *** Penulis: Muhammad Idris, Lc. Artikel: Muslim.or.id
Daftar Isi . , , , , , . , , , . . . . , , , , , Maasyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Taala. AtTahrim 6 Keluarga di dalam Islam memiliki kedudukan yang amat krusial dan penting. Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan nasihat kepada para wali perempuan untuk menerima lamaran dari lakilaki yang saleh dan baik agamanya. Sedari mereka masih kecil, para orang tua sudah dituntut untuk membimbing ibadah mereka dan budi pekerti mereka. Dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya. Tanpa perlu bersusah payah keluar rumah, atau bahkan keluar kamar, seorang anak sangat dimungkinkan untuk melakukan kemaksiatan dan melakukan halhal yang Allah haramkan. Dan siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan. Nantinya di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka telah kafir. 463 Di dalam AlQuran Allah Taala juga sudah mengabarkan akan adanya sebagian dari generasi kaum muslimin yang menyianyiakan salat, dan di ayat itu juga Allah sebutkan balasan dan hukumannya bagi mereka. Semoga Allah Taala senantiasa menjaga diri kita dan keluarga kita dari panasnya azab neraka Jahanam. Rasa malu adalah perhiasan hakiki bagi wanita muslimah. Tentu saja anggapan ini keliru dan salah. Dan siapa saja yang malu kepada Rabbnya, maka rasa malunya tersebut akan mencegahnya dari melalaikan kewajiban ibadahnya dan dari melakukan kemaksiatan. Jemaah yang dimuliakan Allah Taala, bagi kita sebagai orang tua, ada tiga hal penting yang harus kita lakukan agar pendidikan kita kepada anakanak kita sukses mencapai tujuannya. Pertama Jadilah teladan yang baik untuk anakanak kita. Keteladan memiliki andil besar di dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan anakanak kita. Lihatlah bagaimana Allah Taala memerintahkan kita untuk meneladani Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan nabinabi lainnya. Saudaraku, jangan sampai anakanak kita menjadi korban para pemuja syubhat dan syahwat. Setiap individu bebas menyampaikan opininya. Pergaulan bebas yang tidak terkontrol, keberanian wanita yang mengaku muslimah untuk melepas hijabnya, berdalih dengan kebebasan individu. Podcastpodcast yang dipenuhi dengan orangorang yang tidak beres dan bahkan tayangantayangan anak kecil yang terkadang diselipi oleh adeganadegan yang tidak selayaknya dipertontonkan. Jangan sampai anakanak perempuan kita pergi keluar sendirian untuk bekerja di tempat yang masih campur baur antara lakilaki dan perempuan. Manfaatkanlah hal ini untuk mendoakan kebaikan untuk anakanak kita. Jadikanlah kami orang tua yang bisa memberikan contoh yang baik untuk anakanak kami.
0277. OBAT ANTI HAIDH DAN PUASA RAMADHAN
https://www.piss-ktb.com/2012/02/277-obat-anti-haidh-dan-puasa-ramadhan.html
PERTANYAAN : 1. Demi ingin berpuasa sebulan penuh seorang muslimah mngkonsumsi obat anti haid. Bagaimana menurut islam yang demkian itu ? 2. Gabriel mencoba meminumkan obat tersebut kepada istrinya agar ia dapat menggarap sawah sebulan penuh. Bagamanakah Islam menyikapinya ? [Ayi Yuniar]. JAWABAN : Dalam dua pertanyaan di atas menurut kalangan Syafi'iyyah diperbolehkan asalkan tidak menimbulkan bahaya pada dirinya. Berikut uraiannya, sekaligus pendapat-pendapat kalangan madzhab selain syafiiyyah tentang wanita yang minum obat pencegah datangnya haid. "Dalam Fatawa Al Qammaath (Syeikh Muhammd ibn al Husein al Qammaath) di simpulkan diperbolehkannya menggunakan obat untuk mencegah datangnya haid." (Ghayatut Talkhis: 196). Sumber kitab : Ghooyah at-Talkhiish al-Murood 247 / halaman 196, maktabah syamilah (Fiqh Syafiiyyah). "Kalangan Malikiyyah berpendapat : Haid adalah darah yang yang keluar dari alat kelamin wanita pada usia yang ia bisa hamil menurut kebiasaan umum. Bila wanita menjalani puasa akibat obat yang mencegah haid hadir dalam masanya, menurut pendapat yang zhahir masa-masa tidak dikatakan haid dan tidak menghabiskan masa iddahnya, berbeda saat ia menjalani haid dan meminum obat untuk menghentikan haidnya diselain waktu kebiasaannya, maka ia dinyatakan suci namun iddahnya dapat terputus karena sesungguhnya tidak boleh bagi seorang wanita mencegah atau mempercepat keluarnya darah haid bila membahayakan kesehatannya karena menjaga kesehatan wajib hukumnya." (al-Fiqhu 'ala Madzahibil 'Arba'ah, 1/103). Sumber kitab: Al Fiqh alaa Madzaahib al-Arbaah I/103, maktabah syamilah (Fiqh Muqaarin). - . . . . . (1) 1 / 202 1 / 167 168 1 / 366 1 / 218 Hukum umum Keluar dan hilangnya haid akibat obat. Kalangan Hanabilah menjelaskan : Diperkenankan bagi wanita meminum obat yang diperbolehkan syara untuk memutus datangnya haid bila aman dari bahaya, itupun bila seijin suami karena suami punya hak anak atas dirinya, Imam malik memakruhkannya bila menimbulkan bahaya dalam raganya seperti diperkenankan baginya meminum obat yang diperbolehkan syara untuk mendapatkan masa haidnya hanya saja bila bertujuan yang diharamkan syara seperti agar tidak berpuasa dibulan ramadhan maka tidak diperkenankan. Wanita yang meminum obat kemudian hilang haidnya maka dihukumi wanita suci, namun wanita yang meminum obat agar mendapatkan haidnya sebelum masanya tiba maka darah yang keluar menurut kalangan malikiyyah bukanlah darah haid dan dia tetap dikatakan suci dan tidak habis iddahnya dan tidak halal untuk dinikahi, baginya tetap wajib sholat dan puasa karena kemungkinannya bukan darah haid, boleh mengqadha puasanya bukan shalatnya karena kemungkinan yang keluar darah haid. Kalangan Hanafiyyah menjelaskan : Wanita yang meminum obat kemudian keluar darah haid pada masa-masanya, yang keluar adalah darah haid dan menghabiskan masa iddahnya." (Haasyiyah Ibn Aabidiin I/202, Haasyiyah ad-Daasuqi I/167-168, Mawaahib al-jaliil I/366, Kasysyaaf alQanaa I/218). [al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, 18/327]. Sumber kitab: Al Mausuuah al-Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah XVIII/327, maktabah syamilah (Fiqh Muqaarin). Catatan: Berikut tabir Kitab Kasysyaaful Qanaa selengkapnya: ( ) ( ) : ( ) : ( ) . ( ) ( ) "[Diperbolehkan meminum obat yang diperbolehkan syara untuk memutus datangnya haid bila aman dari bahaya atas dasar nash] sebagaimana masalah 'azl. [Qadhi Ibnu Muflih berkata: tidak diperbolehkan kecuali dengan sejin suami] sebab suami memiliki hak atas mendapatkan keturunan [serta perbuatan suami akan hal itu] yakni meminumkan obat yang diperbolehkan syara' pada istri untuk memutus haid [tanpa sepengetahuan istrinya pantas dinilai haram] diungkapkan dalam kitab Furu', ditegaskan pula dalam kitab al-Muntaha sebab perbuatan itu melanggar hak istrinya untuk mendapatkan keturunan yang dikehendakinya [Sebagaimana hal itu] yakni sebagaimana meminumkan pada istri obat yang diperbolehkan syara' untuk memutus haid [boleh juga meminum air kapur] Dijelaskan dalam kitab al-Muntaha bahwa bagi suami boleh meminum air yang diperbolehkan syara' untuk menolak keinginan persetubuhan." (Kasysyaful Qana', 1/218). Sumber kitab : Kasysyaaful Qanaa karya Syeikh Manshuur ibn Yunuus al Bahuuti juz II halaman 96, maktabah syamilah (Fiqh Hanabilah). Wallaahu Alamu bishshawaab. [Masaji Antoro].
Demi ingin berpuasa sebulan penuh seorang muslimah mngkonsumsi obat anti haid. Bagaimana menurut islam yang demkian itu 2. Gabriel mencoba meminumkan obat tersebut kepada istrinya agar ia dapat menggarap sawah sebulan penuh. Bagamanakah Islam menyikapinya Ayi Yuniar. JAWABAN Dalam dua pertanyaan di atas menurut kalangan Syafiiyyah diperbolehkan asalkan tidak menimbulkan bahaya pada dirinya. Berikut uraiannya, sekaligus pendapatpendapat kalangan madzhab selain syafiiyyah tentang wanita yang minum obat pencegah datangnya haid. Sumber kitab Ghooyah atTalkhiish alMurood 247 halaman 196, maktabah syamilah Fiqh Syafiiyyah. Kalangan Malikiyyah berpendapat Haid adalah darah yang yang keluar dari alat kelamin wanita pada usia yang ia bisa hamil menurut kebiasaan umum. Bila wanita menjalani puasa akibat obat yang mencegah haid hadir dalam masanya, menurut pendapat yang zhahir masamasa tidak dikatakan haid dan tidak menghabiskan masa iddahnya, berbeda saat ia menjalani haid dan meminum obat untuk menghentikan haidnya diselain waktu kebiasaannya, maka ia dinyatakan suci namun iddahnya dapat terputus karena sesungguhnya tidak boleh bagi seorang wanita mencegah atau mempercepat keluarnya darah haid bila membahayakan kesehatannya karena menjaga kesehatan wajib hukumnya. Sumber kitab Al Fiqh alaa Madzaahib alArbaah I103, maktabah syamilah Fiqh Muqaarin. . . . . . 1 1 202 1 167 168 1 366 1 218 Hukum umum Keluar dan hilangnya haid akibat obat. Wanita yang meminum obat kemudian hilang haidnya maka dihukumi wanita suci, namun wanita yang meminum obat agar mendapatkan haidnya sebelum masanya tiba maka darah yang keluar menurut kalangan malikiyyah bukanlah darah haid dan dia tetap dikatakan suci dan tidak habis iddahnya dan tidak halal untuk dinikahi, baginya tetap wajib sholat dan puasa karena kemungkinannya bukan darah haid, boleh mengqadha puasanya bukan shalatnya karena kemungkinan yang keluar darah haid. Kalangan Hanafiyyah menjelaskan Wanita yang meminum obat kemudian keluar darah haid pada masamasanya, yang keluar adalah darah haid dan menghabiskan masa iddahnya. Haasyiyah Ibn Aabidiin I202, Haasyiyah adDaasuqi I167168, Mawaahib aljaliil I366, Kasysyaaf alQanaa I218. alMausuah alFiqhiyyah alKuwaitiyah, 18327. Sumber kitab Al Mausuuah alFiqhiyyah al Kuwaitiyyah XVIII327, maktabah syamilah Fiqh Muqaarin. Catatan Berikut tabir Kitab Kasysyaaful Qanaa selengkapnya . Diperbolehkan meminum obat yang diperbolehkan syara untuk memutus datangnya haid bila aman dari bahaya atas dasar nash sebagaimana masalah azl. Sumber kitab Kasysyaaful Qanaa karya Syeikh Manshuur ibn Yunuus al Bahuuti juz II halaman 96, maktabah syamilah Fiqh Hanabilah.
Aturan Jual Beli (1), Jual Beli Tanpa Ucapan
https://rumaysho.com/2302-aturan-jual-beli-1-jual-beli-tanpa-ucapan.html
Suatu yang sudah maruf bahwa setiap orang membutuhkan sesuatu melalui proses jual beli. Hal ini menunjukkan bahwa urgentnya aktivitas ini karena setiap hari dibutuhkan. Namun patut diketahui bahwa seorang muslim punya kewajiban untuk memilih yang halal dan meninggalkan yang haram. Oleh karenanya, seorang muslim tidak boleh asal-asalan dalam melakukan aktivitas ibadah dan juga jual beli. Ada aturan dalam jual beli yang mesti diperhatikan, semacam mengetahui rukun-rukunnya. Jika rukun ini tidak terpenuhi, tentu jual beli tersebut bermasalah.Dalam kesempatan kali ini rumaysho.com akan mengangkat tema mengenai masalah jual beli mulai dari dasar. Kali ini kita memulai dengan shighoh (akad) jual beli. Apakah jual beli yang dilakukan di supermarket tanpa ada ucapan apa-apa, yaitu cukup penyerahan uang dan penerimaan barang dianggap sah? Ini yang akan diungkap pertama kali. Namun kami akan awali dengan pengertian dan hukum jual beli. Semoga bermanfaat.Apa yang Dimaksud Jual Beli?Al Bai atau jual beli terdapat berbagai macam definisi di kalangan para ulama. Namun definisi yang paling mendekati sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Qudamah, Menukar harta dengan harta (ada timbal balik) dengan tujuan kepemilikan (Al Muqni, 2: 3)Dari definisi ini, jual beli berbeda dengan hibah. Hibah adalah memiliki sesuatu tanpa adanya timbal balik dan hibah diberikan ketika hidup. Jual beli juga berbeda dengan wasiat. Karena wasiat adalah memiliki sesuatu tanpa adanya timbal balik dan diberika setelah si pemilik barang meninggal dunia.Begitu pula jual beli berbeda dengan ijaroh (sewa atau pemanfaatan jasa). Ijaroh adalah akad antara pemanfaatan jasa yang sudah jelas dengan adanya timbale balik berupa bayaran yang juga jelas. Ijaroh dibatasi dengan waktu tertentu atau dengan patokan selesainya pekerjaan, hal ini bedan dengan jual beli. Ijaroh adalah pemanfaatan jasa, sedangkan dalam jual beli dimaksudkan untuk kepemilikan suatu benda secara utuh.Berilmu Sebelum Melakukan Jual BeliPentingnya berilmu terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas jual beli telah diingatkan oleh para ulama di masa silam. Jika tidak berilmu, bisa menjerumskan seorang muslim dalam perkara yang haram. Ali bin Abi Tholib mengatakan, Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus.Lihatlah pula apa kata Umar bin Khottob radhiyallahu anhu. Beliau berkata, Janganlah seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk beluk riba. (Lihat Mughnil Muhtaj, 6: 310). Perkataan Ali dan Umar di atas berlaku bagi penjual, begitu pula pembeli.Hukum Jual BeliHukum jual beli asalnya adalah boleh berdasarkan dalil Al Kitab, As Sunnah, ijma serta qiyas.Kita dapat melihat bagaimanakah dalam Al Quran menyebutkan hal ini, yaitu firman Allah Taala, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al Baqarah: 275). Dan firman Allah Taala, Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabbmu (QS. Al Baqarah: 198).Dari Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang (Muttafaqun alaih). Dalil ini pun menunjukkan halalnya jual beli.Secara ijma, para ulama pun sepakat akan halalnya jual beli. Begitu pula berdasarkan qiyas. Manusia tentu amat butuh dengan jual beli. Ada ketergantungan antara manusia dan lainnya dalam hal memperoleh uang dan barang. Tidak mungkin hal itu diberi cuma-cuma melainkan dengan timbal balik. Oleh karena itu berdasarkan hikmah, jual beli itu dibolehkan untuk mencapai hal yang dimaksud.Ijab Qobul dalam Jual BeliSebagian ulama yaitu Hanafiyah, Malikiyah dan Hambali menyatakan bahwa ada dua bentuk akad jual beli, yaitu perkataan dan perbuatan. Bentuk perkataan semisal dengan ucapan penjual saya jual barang ini padamu, dan pembeli menerima dengan ucapan saya beli barang ini darimu atau saya terima. Sedangkan bentuk perbuatan dikenal dengan istilah muathoh. Bentuknya adalah seperti pembeli cukup meletakkan uang dan penjual menyerahkan barangnya. Transaksi muathoh ini biasa kita temukan dalam transaksi di pasar, supermarket, dan mall-mall. Transaksi muathoh bisa dalam tiga bentuk:Ulama Syafiiyah melarang bentuk perbuatan dalam ijab qobul. Mereka beralasan bahwa perbuatan tidak menunjukkan adanya iwadh atau timbal balik. Sehingga jual beli muathoh semacam ini menurut ulama Syafiiyah tidaklah sah (Lihat Al Majmu, 9: 170).Pendapat terkuat dalam hal ini adalah ijab qobul boleh dan sah dengan perbuatan dengan alasan:Pertama, Allah membolehkan jual beli dan tidak membatasinya dengan bentuk akad tertentu. Allah Taala berfirman, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al Baqarah: 275).Kedua, sesuai urf (kebiasaan) dengan si pembeli menerima barang dan penjual mengambil uang, maka itu sudah menunjukkan ridho keduanya. Jika dengan perkataan dianggap ridho, maka dengan perbuatan bisa teranggap pula. Allah Taala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka (saling ridho) di antara kalian (QS. An Nisa: 29). (Lihat An Niyat, 2: 59-60)Sehingga dari sini mengenai jual beli yang berlaku di pasar, supermarket, dan mall tanpa adanya ucapan apa-apa, cukup saling ridho dengan si penjual menyerahkan barang dan si pembeli menyerahkan uang, maka itu sudah dianggap sah.Bentuk transaksi muathoh di zaman modern:Semoga dengan memamhami hal ini, kita tidak ragu lagi akan transaksi yang asalnya halal.Wabillahit taufiq. Referensi: @ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 15 Rabiul Awwal 1433 Hwww.rumaysho.com
Suatu yang sudah maruf bahwa setiap orang membutuhkan sesuatu melalui proses jual beli. Hal ini menunjukkan bahwa urgentnya aktivitas ini karena setiap hari dibutuhkan. Namun patut diketahui bahwa seorang muslim punya kewajiban untuk memilih yang halal dan meninggalkan yang haram. Ada aturan dalam jual beli yang mesti diperhatikan, semacam mengetahui rukunrukunnya. Dalam kesempatan kali ini rumaysho.com akan mengangkat tema mengenai masalah jual beli mulai dari dasar. Namun kami akan awali dengan pengertian dan hukum jual beli. Namun definisi yang paling mendekati sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Qudamah, Menukar harta dengan harta ada timbal balik dengan tujuan kepemilikan Al Muqni, 2 3Dari definisi ini, jual beli berbeda dengan hibah. Hibah adalah memiliki sesuatu tanpa adanya timbal balik dan hibah diberikan ketika hidup. Ijaroh adalah pemanfaatan jasa, sedangkan dalam jual beli dimaksudkan untuk kepemilikan suatu benda secara utuh. Ali bin Abi Tholib mengatakan, Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus. Lihatlah pula apa kata Umar bin Khottob radhiyallahu anhu. Perkataan Ali dan Umar di atas berlaku bagi penjual, begitu pula pembeli. Kita dapat melihat bagaimanakah dalam Al Quran menyebutkan hal ini, yaitu firman Allah Taala, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba QS. Dan firman Allah Taala, Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia rezki hasil perniagaan dari Rabbmu QS. Dalil ini pun menunjukkan halalnya jual beli. Ada ketergantungan antara manusia dan lainnya dalam hal memperoleh uang dan barang. Tidak mungkin hal itu diberi cumacuma melainkan dengan timbal balik. Sedangkan bentuk perbuatan dikenal dengan istilah muathoh. Bentuknya adalah seperti pembeli cukup meletakkan uang dan penjual menyerahkan barangnya. Sehingga jual beli muathoh semacam ini menurut ulama Syafiiyah tidaklah sah Lihat Al Majmu, 9 170.Pendapat terkuat dalam hal ini adalah ijab qobul boleh dan sah dengan perbuatan dengan alasanPertama, Allah membolehkan jual beli dan tidak membatasinya dengan bentuk akad tertentu. Jika dengan perkataan dianggap ridho, maka dengan perbuatan bisa teranggap pula. Lihat An Niyat, 2 5960Sehingga dari sini mengenai jual beli yang berlaku di pasar, supermarket, dan mall tanpa adanya ucapan apaapa, cukup saling ridho dengan si penjual menyerahkan barang dan si pembeli menyerahkan uang, maka itu sudah dianggap sah. Referensi Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 15 Rabiul Awwal 1433 Hwww.rumaysho.com
Keutamaan Berdoa di Akhir Malam — Hadits Puasa #24
https://www.dakwah.id/keutamaan-berdoa-di-akhir-malam-hadits-puasa-24/
Keutamaan Berdoa di Akhir Malam — Hadits Puasa #24 : : : Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Rabb kita Tabaraka wataala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni? (HR. Al-Bukhari No. 1145; HR. Muslim No. 758)Hadits di atas menjelaskan keutamaan istighfar dan berdoa di akhir malam. Berdoa di akhir malam memiliki peluang besar untuk dikabulkan jika terpenuhi syarat-syaratnya dan terbebas dari penghalang terkabulkannya doa.Karena sudah jelas Allah azza wajalla memberikan janji-Nya untuk mengabulkan doa siapa pun yang meminta atau memohon ampun kepada-Nya.Allah azza wajalla memberikan pujian kepada hamba-Nya yang masuk Jannah kemudian Dia menyebutkan sifat mereka yang senantiasa memperbanyak istighfar di waktu sahur.Allah azza wajalla berfirman, (Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar. (QS. Āli Imrān: 17) Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). (QS. Adz-Dzāriyāt: 18)Waktu di akhir malam inilah yang semestinya dimanfaatkan betul oleh setiap muslim untuk memperbanyak doa, termasuk ketika di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.Jangan disia-siakan dengan aktivitas yang kurang bermanfaat seperti tidur dan bermalas-malasan. Sebab, waktu di akhir malam adalah waktu turunnya Allah azza wajalla ke langit dunia.Sehingga, pada malam-malam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan terkumpul di dalamnya malam waktu mustajab untuk berdoa, waktu turunnya Allah azza wajalla ke langit dunia, waktu untuk bersujud, dan waktu yang paling mulia sepanjang zaman (Ramadhan).Para salaf dahulu sangat disiplin dalam menghidupkan malam, termasuk ketika bulan Ramadhan, dalam rangka meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. : : Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Sesungguhnya di antara waktu malam itu terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim menemui saat itu dan memohon kebaikan kepada Allah, kecuali Allah akan memperkenankannya. (HR. Muslim No. 757)Maka, setiap muslim hendaknya selalu menjaga shalat tahajud dan mengusahakan sebab-sebab dikabulkannya doa; ikhlas lillahi Taala, menghadirkan hati, rasa pengharapan yang kuat, taqarub kepada Allah azza wajalla dengan berbagai bentuk amal shalih dan amalan ketaatan lainnya. Wallahu alam [Sodiq Fajar/dakwah.id] .Ya Allah, kami memohon Jannah-Mu dan segala perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kami kepadanya, kami berlindung dari api Neraka dan segala perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kami kepadanya, kami memohon petunjuk dan ketakwaan, sifat mawas diri dan kekayaan, dan perlindungan dari amalan yang tidak Engkau ridhai. Ampuni dosa kami ya Allah, ampuni dosa kedua orang tua kami dan dosa seluruh kaum muslimin. Diadaptasi dari kitab: Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam Penulis: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan Penerjemah: Sodiq Fajar
Keutamaan Berdoa di Akhir Malam Hadits Puasa 24 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Rabb kita Tabaraka wataala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, Siapa yang berdoa kepadaKu maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepadaKu maka Aku ampuni HR. 758Hadits di atas menjelaskan keutamaan istighfar dan berdoa di akhir malam. Allah azza wajalla memberikan pujian kepada hambaNya yang masuk Jannah kemudian Dia menyebutkan sifat mereka yang senantiasa memperbanyak istighfar di waktu sahur. Allah azza wajalla berfirman, Juga orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar. AdzDzāriyāt 18Waktu di akhir malam inilah yang semestinya dimanfaatkan betul oleh setiap muslim untuk memperbanyak doa, termasuk ketika di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Jangan disiasiakan dengan aktivitas yang kurang bermanfaat seperti tidur dan bermalasmalasan. Para salaf dahulu sangat disiplin dalam menghidupkan malam, termasuk ketika bulan Ramadhan, dalam rangka meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Sesungguhnya di antara waktu malam itu terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim menemui saat itu dan memohon kebaikan kepada Allah, kecuali Allah akan memperkenankannya. Ampuni dosa kami ya Allah, ampuni dosa kedua orang tua kami dan dosa seluruh kaum muslimin. Diadaptasi dari kitab Mukhtashar Ahadits ashShiyam Penulis Syaikh Abdullah bin Shalih alFauzan Penerjemah Sodiq Fajar
Bagaimana Cara Bersedekah Orang Miskin?
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/bagaimana-cara-bersedekah-orang-miskin/
Bagaimana cara bersedekah orang miskin? Dalam Islam sedekah merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Banyak hadis-hadis Nabi yang menjelaskan keutamaan sedekah, salah satunya hadits no.29 yang terdapat di dalam kitab al-Arbain an-Nawawiyyah yang berbunyi: Dan sedekah bisa menghapus kesalahan (dosa) sebagaimana air yang bisa memadamkan api (HR. Imam at-Tirmidzi). Hal tersebut bisa terjadi karena dengan bersedekah kita bisa membantu meringankan beban dari saudara-saudara kita yang membutuhkan. Namun untuk bersedekah, harus ada harta atau barang yang dimiliki dan kemudian diberikan kepada orang lain. Lalu bagaimana mereka yang tidak mempunyai apa-apa untuk bersedekah? Apakah amalan sedekah ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya saja?. Di dalam kitab Shahih Muslim, hadis no.1006 menceritakan bahwa ada sebagian para sahabat yang tidak mempunyai harta atau barang untuk disedekahkan, dan mereka merasa iri dengan sahabat lain yang memiliki harta dan bisa mendapatkan pahala dengan cara bersedekah, lalu mereka mendatangi Nabi seraya berkata: Wahai Rasulullah! Orang-orang kaya telah mendapatkan pahala yang banyak, mereka sholat dan puasa sebagaimana kami. Selain itu mereka juga bisa bersedekah dengan kelebihan harta yang mereka miliki, mendengar ucapan tersebut, Nabi pun meresponnya dengan berkata: Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu untuk kalian yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya setiap tasbih (ucapan SUBHANALLAH) itu adalah sedekah, setiap takbir (ucapan ALLAHU AKBAR) itu adalah sedakah. Setiap tahmid (ucapan ALHAMDULILLAH) itu adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan LA ILAHA ILLALLAH) itu adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari perbuatan mungkar adalah sedekah dan bercampurnya (bersetubuh) seorang dari kalian dengan istrinya juga termasuk sedekah (HR. Muslim No.1006). Di dalam hadis yang lain pun Nabi Muhammad SAW juga mengatakan bahwa hanya dengan memasang wajah yang ceria di hadapan orang lain, kita juga bisa mendapatkan pahala bersedekah: Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedakah (HR. Imam at-Tirmidzi). Dan masih banyak lagi hadis Nabi yang menjelaskan bahwa sedekah bukan hanya bisa dilakukan dengan cara memberikan harta kepada orang lain. Dengan berdasarkan hadis-hadis tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa suatu amalan yang diajarkan Rasulullah SAW bukan hanya untuk diamalkan oleh golongan tertentu saja. Akan tetapi amalan tersebut diperuntukkan bagi siapa saja yang mau mengerjakannya. Dan juga dari hadis-hadis itu dapat diketahui bahwa ada banyak cara untuk bersedekah dan masuk surga. Demikian penjelasan bagaimana cara bersedekah orang miskin? Semoga bermanfaat. (Baca juga:Bolehkah Bernazar Sedekah Kepada Non Muslim?)
Bagaimana cara bersedekah orang miskin Dalam Islam sedekah merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Banyak hadishadis Nabi yang menjelaskan keutamaan sedekah, salah satunya hadits no.29 yang terdapat di dalam kitab alArbain anNawawiyyah yang berbunyi Dan sedekah bisa menghapus kesalahan dosa sebagaimana air yang bisa memadamkan api HR. Imam atTirmidzi. Hal tersebut bisa terjadi karena dengan bersedekah kita bisa membantu meringankan beban dari saudarasaudara kita yang membutuhkan. Namun untuk bersedekah, harus ada harta atau barang yang dimiliki dan kemudian diberikan kepada orang lain. Lalu bagaimana mereka yang tidak mempunyai apaapa untuk bersedekah Apakah amalan sedekah ini hanya diperuntukkan bagi orangorang kaya saja. Di dalam kitab Shahih Muslim, hadis no.1006 menceritakan bahwa ada sebagian para sahabat yang tidak mempunyai harta atau barang untuk disedekahkan, dan mereka merasa iri dengan sahabat lain yang memiliki harta dan bisa mendapatkan pahala dengan cara bersedekah, lalu mereka mendatangi Nabi seraya berkata Wahai Rasulullah Orangorang kaya telah mendapatkan pahala yang banyak, mereka sholat dan puasa sebagaimana kami. Selain itu mereka juga bisa bersedekah dengan kelebihan harta yang mereka miliki, mendengar ucapan tersebut, Nabi pun meresponnya dengan berkata Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu untuk kalian yang dapat kalian sedekahkan Sesungguhnya setiap tasbih ucapan SUBHANALLAH itu adalah sedekah, setiap takbir ucapan ALLAHU AKBAR itu adalah sedakah. Setiap tahmid ucapan ALHAMDULILLAH itu adalah sedekah, setiap tahlil ucapan LA ILAHA ILLALLAH itu adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari perbuatan mungkar adalah sedekah dan bercampurnya bersetubuh seorang dari kalian dengan istrinya juga termasuk sedekah HR. Muslim No.1006. Di dalam hadis yang lain pun Nabi Muhammad SAW juga mengatakan bahwa hanya dengan memasang wajah yang ceria di hadapan orang lain, kita juga bisa mendapatkan pahala bersedekah Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedakah HR. Imam atTirmidzi. Dan masih banyak lagi hadis Nabi yang menjelaskan bahwa sedekah bukan hanya bisa dilakukan dengan cara memberikan harta kepada orang lain. Dengan berdasarkan hadishadis tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa suatu amalan yang diajarkan Rasulullah SAW bukan hanya untuk diamalkan oleh golongan tertentu saja. Akan tetapi amalan tersebut diperuntukkan bagi siapa saja yang mau mengerjakannya. Dan juga dari hadishadis itu dapat diketahui bahwa ada banyak cara untuk bersedekah dan masuk surga. Demikian penjelasan bagaimana cara bersedekah orang miskin Semoga bermanfaat. Baca jugaBolehkah Bernazar Sedekah Kepada Non Muslim
Argumentasi Quraish Shihab tentang Bid’ah dan Praktik Keberagamaan yang Salah
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ibadah/argumentasi-quraish-shihab-tentang-bidah-dan-praktik-keberagamaan-yang-salah/
Berikut ini argumentasi Quraish Shihab tentang bidah dan praktik keberagamaan yang salah. Tanpa disadari, perkembangan zaman memunculkan banyak hal-hal baru dalam kehidupan masyarakat, termasuk praktik beragama. Hal baru ini dianggap oleh beberapa kelompok merupakan bidah yang dilarang oleh syariat Islam. Kelompok ini pun cenderung menyalahkan hal baru yang datang padahal banyak ulama tidak melarangnya. Lalu bagaimana konsep bidah yang benar? Apakah semua yang baru itu dilarang oleh Islam? Syahdan. Bidah adalah sesuatu yang baru. Lalu apakah semua yang baru itu dinamakan bidah? Jika ditinjau dari segi bahasa maka jawabannya adalah apapun yang baru itu bidah. Apakah semua yang baru Anda lakukan tetapi tidak dilakukan oleh Nabi itu bidah? Kelompok takfiri mengatakan itu adalah bidah. Jabat tangan habis Ashar apakah bidah apa bukan? Maulid Nabi apakah termasuk bidah? Jawabannya iya bidah karena Nabi tidak melakukannya. Sebagian ulama yang luas wawasannya yang memiliki toleransi besar, belum tentu yang tidak diamalkan oleh Nabi itu bidah, dan belum tentu juga yang diamalkan oleh Nabi itu sunnah. Akan tetapi, kalau Nabi mengamalkan dan Anda mengikutinya karena cinta Nabi, maka Anda akan mendapatkan pahala. Dalam hal ini, pahala didapatkan bukan karena Anda mengamalkannya, melainkan karena Anda cinta kepada Nabi. Salah satu tokoh Ahlussunnah yang banyak menyerang Mutazilah yaitu Ar-Razi dalam tafsirnya mengatakan, ketika dia menafsirkan surat Al-Alaq 9-10. Allah Swt. berfirman: . Artinya: Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang. Seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat. (QS. Al-Alaq [96]: 9-10). Ar-Razi mengatakan, Sayyidina Ali pernah Shalat Idul Fitri, dan sebelum shalat dilapangan ada orang-orang yang berdiri shalat sunnah. Lalu teman-teman Sayyidina Ali berkata Itu shalat sunnah memangnya boleh? Ali menjawab Yang saya tau Nabi tidak melakukannya. Silahkan Anda larang. Dia berkata Tidak. Saya takut jika melarang masuk kelompok yang dikecam oleh Allah. Itu artinya, jangan melarang semua orang, karena bukan berarti yang tidak dilakukan oleh Nabi itu terlarang, dan tidak semua yang diamalkan oleh Nabi itu dianjurkan. Memang ada hal-hal boleh jadi kita berbeda pendapat. Misalnya Nabi sebelum fajar sudah bangun, dan Bilal ketika fajar Adzan memanggil orang nunggu shalat subuh. Nabi sambil duduk baring-baring. Apakah baring-baring sunnah atau tidak? Contoh lain, Nabi tidak makan biawak (Dhab), lalu haramkah biawak? Nabi berkata Tidak. Saya hanya tidak suka. Banyak ha ditinggalkan Nabi yang bukan berarti bahwa hal itu tidak boleh. Namun berbeda dengan kelompok pemurnian yang mengatakan bahwa apa yang tidak dilakukan oleh Nabi, maka hal itu tidak boleh dikerjakannya. Yang jelas, sesuatu yang tidak diamalkan oleh Nabi waktu itu karena belum ada dorongan untuk melakukannya. Seperti Nabi tidak membukukan al-Quran karena saat itu belum diperlukan. Kemudian Nabi pernah melarang menulis haditsnya, karena saat itu yang pandai menulis hanya sedikit dan alat tulis masih sedikit. Dalam hal ini, kita harus melihat apakah motivasinya ibadah apa bukan. Itu sebabnya Al-Ghazali berkata bukan semua yang baru itu terlarang, melainkan yang terlarang itu adalah yang bertentangan dengan sunnah yang telah disepakati. Pendek kata berbeda boleh asalkan tidak bertentangan. Quraish Shihab mengatakan, kalau Anda ingin agar kita hidup seperti zaman Nabi, maka kita bisa maju. Yang ingin kita kembali persis seperti pada zaman Nabi itu adalah orang yang terlambat lahirnya. Mestinya dia lahir dulu. Dan yang berkata semuanya bidah (ini tidak boleh), itu mestinya hidupnya zaman dulu jangan sekarang. Bukankah Islam itu kita akui shalih likulli zaman wa makan (sesuai kapan waktunya dan kapan tempatnya). Islam mengajarkan apa yang dinamakan hak veto. Misalnya, jika Anda lapar yang memungkinkan bisa menyebabkan kemudharatan, apakah boleh memakan babi atau tidak? Artinya, Islam banyak mengajarkan dan menjadika bahwa oh ini bisa diamalkan walaupun berbeda dengan yang dulu. Sebaliknya, kalau Anda berkata harus sama dengan yang dulu, maka habislah kita semua. Sama sekali tidak terlarang pakai jenggot dan akan sangat bagus kalau Anda mengikuti Nabi, tetapi jangan salahkan orang yang tidak pakai jenggot. Sekali lagi, bagus kalau tujuan Anda mengikuti Nabi. Karena itu, kalau ada orang yang mengatakan ini dan itu haram dan bidah, maka berarti pemahaman Islamnya kurang, kata Quraish Shihab. Kekeliruan orang-orang yang berkata demikian sudah membelenggu kita, tidak bisa begini dan begitu. Tak heran jika para ulama-ulama kemudian merumuskan kaidah-kaidah. Misalnya, ketika Nabi mengutus sahabat Muadz bin Jabal ke Yaman. Nabi kemudian bertanya kepada Muadz Bagaimana cara kamu menetapkan hukum? Muadz menjawab Saya merujuk ke al-Quran. Nabi bertanya lagi Kalau kamu tidak dapat di al-Quran? Muadz menjawab lagi Saya merujuk ke hadits dan jika di hadits tidak ada maka saya menggunakan nalar saya. Nabi terus berkata Segala puji bagi Allah yang telah memberikan tuntunan kepada utusan Rasulullah sesuai dengan apa yang direstui dan disetujui oleh Allah dan Rasul-Nya. Dari sini kita tahu, bahwa tidak semuanya ada di dalam al-Quran, hadits. Semuanya sudah sepakat ada analogi, ada mashalih mursalah. Jadi bukan ijma, melainkan kita juga harus menggunakan nalar. Jelasnya, jangan mudah mengkafirkan, mendurhakakan seseorang, dan berkata ini dan itu tidak boleh kalau tidak asal-usulnya serta alasannya. Misalnya lagi, ketika waktu perayaan maulid dilaksanakan di bulan Dzul Hijjah apakah salah? Jawabannya tidak salah. Sebab, kata Quraish Shihab, saya melihat nilai-nilainya yang ada di sana. Itu sebabnya ulama-ulama dulu berkata: Artinya: Seandainya setiap hari kita adakan maulid untuk Nabi itu wajib dan wajar.Sekali lagi, kita tidak melihat tanggalnya, melainkan melihat nilai-nilainya. Dan di dalam al-Quran tidak ada disebut tanggal dan tahun, melainkan yang disebut adalah nilainya.Demikian penjelasan terkait argumentasi Quraish Shihab tentang bidah dan praktik keberagamaan yang salah. Wallahu alam bisshawab. [Baca juga: Mengukuhkan Ukhuwah Islamiyah Menurut Quraish Shihab]
Berikut ini argumentasi Quraish Shihab tentang bidah dan praktik keberagamaan yang salah. Tanpa disadari, perkembangan zaman memunculkan banyak halhal baru dalam kehidupan masyarakat, termasuk praktik beragama. Hal baru ini dianggap oleh beberapa kelompok merupakan bidah yang dilarang oleh syariat Islam. Apakah semua yang baru Anda lakukan tetapi tidak dilakukan oleh Nabi itu bidah Kelompok takfiri mengatakan itu adalah bidah. Akan tetapi, kalau Nabi mengamalkan dan Anda mengikutinya karena cinta Nabi, maka Anda akan mendapatkan pahala. Salah satu tokoh Ahlussunnah yang banyak menyerang Mutazilah yaitu ArRazi dalam tafsirnya mengatakan, ketika dia menafsirkan surat AlAlaq 910. Seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat. ArRazi mengatakan, Sayyidina Ali pernah Shalat Idul Fitri, dan sebelum shalat dilapangan ada orangorang yang berdiri shalat sunnah. Itu artinya, jangan melarang semua orang, karena bukan berarti yang tidak dilakukan oleh Nabi itu terlarang, dan tidak semua yang diamalkan oleh Nabi itu dianjurkan. Memang ada halhal boleh jadi kita berbeda pendapat. Apakah baringbaring sunnah atau tidak Contoh lain, Nabi tidak makan biawak Dhab, lalu haramkah biawak Nabi berkata Tidak. Yang jelas, sesuatu yang tidak diamalkan oleh Nabi waktu itu karena belum ada dorongan untuk melakukannya. Kemudian Nabi pernah melarang menulis haditsnya, karena saat itu yang pandai menulis hanya sedikit dan alat tulis masih sedikit. Quraish Shihab mengatakan, kalau Anda ingin agar kita hidup seperti zaman Nabi, maka kita bisa maju. Dan yang berkata semuanya bidah ini tidak boleh, itu mestinya hidupnya zaman dulu jangan sekarang. Islam mengajarkan apa yang dinamakan hak veto. Sebaliknya, kalau Anda berkata harus sama dengan yang dulu, maka habislah kita semua. Karena itu, kalau ada orang yang mengatakan ini dan itu haram dan bidah, maka berarti pemahaman Islamnya kurang, kata Quraish Shihab. Misalnya, ketika Nabi mengutus sahabat Muadz bin Jabal ke Yaman. Nabi kemudian bertanya kepada Muadz Bagaimana cara kamu menetapkan hukum Muadz menjawab Saya merujuk ke alQuran. Nabi bertanya lagi Kalau kamu tidak dapat di alQuran Muadz menjawab lagi Saya merujuk ke hadits dan jika di hadits tidak ada maka saya menggunakan nalar saya. Semuanya sudah sepakat ada analogi, ada mashalih mursalah. Jelasnya, jangan mudah mengkafirkan, mendurhakakan seseorang, dan berkata ini dan itu tidak boleh kalau tidak asalusulnya serta alasannya. Misalnya lagi, ketika waktu perayaan maulid dilaksanakan di bulan Dzul Hijjah apakah salah Jawabannya tidak salah. Sekali lagi, kita tidak melihat tanggalnya, melainkan melihat nilainilainya. Baca juga Mengukuhkan Ukhuwah Islamiyah Menurut Quraish Shihab
Hukum Perjanjian Jual Beli dalam Islam dan Dalilnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/hukum-perjanjian-jual-beli-dalam-islam
Perjanjian dalam persoalan jual beli memang bukan hal yang baru. Beberapa jenis produk atau jasa yang dipasarkan mesti dibeli dengan suatu perjanjian yang disepakati oleh pihak penjual maupun pembeli. Perjanjian ini juga bisa menjadi salah satu syarat terbentuknya jual beli di antara keduanya.Namun, bagaimanakah hukum perjanjian jual ini dalam Islam? Marilah kita simak penjelasannya berikut ini.Hukum jual beli ialah diperbolehkan menurut al Kitab, as Sunnah, ijma serta qiyas. Berikut ini dalilnya: Allah Ta’ala berfirman: “Dan Allah menghalalkan jual beli..”( : 275)Dalam hal jual beli, tentu ada kegiatan yang dinamakan dengan promosi yakni kegiatan menawarkan produk atau jasa kepada calon pembeli agar mereka tertarik untuk membelinya. Hukum promosi dalam perkara jual beli ini juga diperbolehkan dalam Islam, selama masih dalam batas yang telah ditentukan yakni menjelaskan barang atau jasa sesuai dengan keadaannya tanpa ada yang direkayasa atau disembunyikan. Sebagaimana hadist berikut ini.Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Dua orang yang saling berjual beli punya hak untuk saling memilih selama mereka tidak saling berpisah, maka jika keduianya saling jujur dalam jual beli dan menerangkan keadaan barang-barangnya (dari aib dan cacat), maka akan diberikan barokah jual beli bagi keduanya, dan apabila keduanya saling berdusta dan saling menyembunyikan aibnya maka akan dicabut barokah jual beli dari keduanya”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i, dan shahihkan oleh Syaikh Al Bany dalam shahih Jami no. 2886)Persoalan jual beli juga melibatkan akad atau perjanjian.  bisa dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Akad dalam bentuk perkataan terdiri atas 2 hal, yaitu: Ijab yaitu kata yang keluar dari penjual seperti ucapan ” saya jual”, danQobul yaitu ucapan yang keluar dari pembeli dengan ucapan “saya beli”.Sedangkan akad dalam bentuk perbuatan yaitu muaathoh (saling memberi) yang meliputi perbuatan mengambil dan memberi seperti penjual memberikan barang dagangannya kepada pembeli, lalu pembeli memberikan harga yang wajar (telah ditentukan).Bisa juga dalam jual beli melibatkan akad dalam bentuk perkataan dan perbuatan sekaligus. Misalnya, seorang penjual mengatakan, “saya menjual barang ini kepadamu…” sambil menyerahkan barang yang dimaksud kepada pembeli. Kemudian pembeli menerima barang tersebut dengan mengatakan, “saya terima barang ini darimu dengan harga yang telah disepakati…“.Ketika sudah terbentuk akad di antara penjual dan pembeli, maka keduanya wajib memenuhi akad tersebut. Sebagaimana firman Allah subhanallahu wata’ala berikut ini. “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu” (QS. Al Maidah: 1).Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah, menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kaum muslimin wajib mematuhi perjanjian yang telah mereka sepakati.” (HR. Abu Daud no 3594. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa hukum perjanjian jual beli dalam Islam ialah diperbolehkan selama memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada.
Perjanjian dalam persoalan jual beli memang bukan hal yang baru. Beberapa jenis produk atau jasa yang dipasarkan mesti dibeli dengan suatu perjanjian yang disepakati oleh pihak penjual maupun pembeli. Berikut ini dalilnya Allah Taala berfirman Dan Allah menghalalkan jual beli 275Dalam hal jual beli, tentu ada kegiatan yang dinamakan dengan promosi yakni kegiatan menawarkan produk atau jasa kepada calon pembeli agar mereka tertarik untuk membelinya. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasai, dan shahihkan oleh Syaikh Al Bany dalam shahih Jami no. bisa dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Bisa juga dalam jual beli melibatkan akad dalam bentuk perkataan dan perbuatan sekaligus. Misalnya, seorang penjual mengatakan, saya menjual barang ini kepadamu sambil menyerahkan barang yang dimaksud kepada pembeli. Sebagaimana firman Allah subhanallahu wataala berikut ini. Al Maidah 1.Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah, menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kaum muslimin wajib mematuhi perjanjian yang telah mereka sepakati. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa hukum perjanjian jual beli dalam Islam ialah diperbolehkan selama memenuhi ketentuanketentuan yang ada.
Kisah Hasan Al Basri, Cara Islami Oposisi atas Penguasa Zalim
https://www.eramuslim.com/hikmah/kisah-hasan-al-basri-cara-islami-oposisi-atas-penguasa-zalim/
Eramuslim.com – Hasan Al Basri adalah tabiin yang alim. Imam Adz Dzahabi menyebutnya sebagai pelopor di bidang hadits dan tafsir. Ia juga ahli fiqih ternama. “Al Hasan termasuk orang yang paling tahu tentang halal dan haram,” kata Qatadah. Saat usianya sudah tua, ada fitnah yang terjadi di negeri kaum muslimin. Salah satu penguasa yang menjabat Menteri Pertahanan Bani Umayyah saat itu adalah Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi. Ia dikenal sebagai tokoh kontroversial. Dialah yang bertanggung jawab atas kematian ribuan jiwa. Kezalimannya diakui mayoritas orang. Namun karena takut, banyak orang yang justru memuji dan mendukungnya. Bahkan ada orang yang disebut ulama turut bergabung dalam gerbong kekuasaannya. Hasan Al Basri berbeda. Bersama sejumlah ulama yang lurus, ia mengambil jalan oposisi. Bagaimana caranya? Ulama yang dikenal kewara’annya ini melarang kaum muslimin bergabung menjadi pasukan Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi. Ia melihat Hajjaj adalah fitnah bagi kaum muslimin. Karenanya ia mengingatkan mereka (agar tidak bergabung dengan ‘gerbong’ Hajjaj, apakah menjadi pasukannya atau pegawainya atau orang yang bekerja di dalam lingkup atau di bawah kekuasaannya, red). Tidak Memberontak Hasan Al Basri juga mengingatkan pemerintahan Hajjaj agar kembali ke jalan yang lurus. Berbuat adil dan tidak bertindak zalim. Pendek kata, ia beroposisi dengan amar ma’ruf nahi munkar. Namun ia tetap bersabar tidak mendukung perbuatan makar. Kezaliman Al Asy’at membuat sebagian orang tidak mampu bersabar. Mereka memberontak dan menyerang Al Hajjaj. “Wahai Abu Said,” kata mereka saat mendatangi Hasan Al Basri. Mereka tahu ulama itu tidak mendukung penguasa zalim. “Bagaimana pendapatmu jika kita memerangi orang zalim yang telah banyak mengalirkan darah dan mengambil harta secara tidak sah? Ia juga meninggalkan shalat.” “Aku berpendapat, sebaiknya kalian tidak perlu memeranginya. Karena jika fitnah yang dilakukan Hajjaj adalah hukuman dari Allah, maka kalian tidak bisa menghalangi hukuman Allah itu dengan pedang dan kekuatan kalian. Dan jika fitnah Hajjaj ini adalah cobaan, maka bersabarlah hingga Allah berkenan memberikan keputusan-Nya. Karena Dialah Dzat yang Maha Bijaksana.” Rupanya mereka tak puas dengan perkataan Al Hasan. Mereka tetap menyerang Hajjaj. Hasan Al Basri Ditangkap Peperangan pun terjadi antara pasukan Hajjaj dan pasukan Al Asy’at. Pasukan Hajjaj lebih kuat, jumlahnya lebih besar dan senjatanya lebih lengkap. Setelah mengalahkan pasukan Al Asy’at, Hajjaj melakukan penangkapan orang-orang yang dianggapnya melawan penguasa. Salah satunya adalah Hasan Al Basri. “Seret orangtua ini,” kata pasukan Al Hajjaj. Menjadi pemandangan menyedihkan ketika ulama berusia 80 tahun lebih diseret tentara ke jalanan. Padahal ia hanya meluruskan kezaliman dengan kata-kata. Ia sama sekali tak mendukung jalan kekerasan. Hasan Al Basri tetap bersabar. Ulama yang telah berguru kepada sejumlah Sahabat Nabi tak melawan. Hanya berusaha lolos dari kezaliman mereka. Saat dikumpulkan di tepi sungai bersama sekian banyak orang yang ditangkap, Hasan Al Basri menutupkan surban hitam. Begitu pasukan Hajjaj tidak memperhatikannya, ia menceburkan diri ke sungai. “Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan menyelamatkannya setelah hampir saja dia terbunuh,” kata Al Aun seperti dikutip Syaikh Ahmad Farid. Kisah Hasan Al Basri mengajarkan kepada kita. Beliau mengambil jalan oposisi terhadap penguasa kaum muslimin yang zalim. Namun tetap bersabar. Tidak mendukung kekerasan dan tidak berbuat makar. [Muchlisin BK/Kisahikmah]
Eramuslim.com Hasan Al Basri adalah tabiin yang alim. Imam Adz Dzahabi menyebutnya sebagai pelopor di bidang hadits dan tafsir. Al Hasan termasuk orang yang paling tahu tentang halal dan haram, kata Qatadah. Saat usianya sudah tua, ada fitnah yang terjadi di negeri kaum muslimin. Dialah yang bertanggung jawab atas kematian ribuan jiwa. Namun karena takut, banyak orang yang justru memuji dan mendukungnya. Bahkan ada orang yang disebut ulama turut bergabung dalam gerbong kekuasaannya. Karenanya ia mengingatkan mereka agar tidak bergabung dengan gerbong Hajjaj, apakah menjadi pasukannya atau pegawainya atau orang yang bekerja di dalam lingkup atau di bawah kekuasaannya, red. Pendek kata, ia beroposisi dengan amar maruf nahi munkar. Namun ia tetap bersabar tidak mendukung perbuatan makar. Kezaliman Al Asyat membuat sebagian orang tidak mampu bersabar. Wahai Abu Said, kata mereka saat mendatangi Hasan Al Basri. Bagaimana pendapatmu jika kita memerangi orang zalim yang telah banyak mengalirkan darah dan mengambil harta secara tidak sah Ia juga meninggalkan shalat. Aku berpendapat, sebaiknya kalian tidak perlu memeranginya. Karena jika fitnah yang dilakukan Hajjaj adalah hukuman dari Allah, maka kalian tidak bisa menghalangi hukuman Allah itu dengan pedang dan kekuatan kalian. Pasukan Hajjaj lebih kuat, jumlahnya lebih besar dan senjatanya lebih lengkap. Setelah mengalahkan pasukan Al Asyat, Hajjaj melakukan penangkapan orangorang yang dianggapnya melawan penguasa. Menjadi pemandangan menyedihkan ketika ulama berusia 80 tahun lebih diseret tentara ke jalanan. Padahal ia hanya meluruskan kezaliman dengan katakata. Ia sama sekali tak mendukung jalan kekerasan. Hanya berusaha lolos dari kezaliman mereka. Saat dikumpulkan di tepi sungai bersama sekian banyak orang yang ditangkap, Hasan Al Basri menutupkan surban hitam. Allah Subhanahu wa Taala berkenan menyelamatkannya setelah hampir saja dia terbunuh, kata Al Aun seperti dikutip Syaikh Ahmad Farid. Kisah Hasan Al Basri mengajarkan kepada kita. Beliau mengambil jalan oposisi terhadap penguasa kaum muslimin yang zalim.
5692. JIKA KELUAR DARAH NIFAS LEBIH DARI 60 HARI
https://www.piss-ktb.com/2019/08/5692-jika-keluar-darah-nifas-lebih-dari.html
PERTANYAAN : Assalamu alaikum. Mohon pencerahannya. Ada perempuam setelah melahirkan, mengelurakan darah 67 hari dengan rincian sebagai berikut: - Darah Lemah 50 hari - Darah Kuat 17 hari Berapa hari yang dihukumi nifas. [Azka El Kahf]. JAWABAN : Dalam hal ini perempuan tersebut dihukumi ghoiru mumayyizah atau redaksi lain mumayyizah faaqidatun lissyarti. Tapi hukumnya tetap sama yaitu menggunakan konsep ghoiru mumayyizah. Kalau dirasa berat mengqodloi sholatnya karena mestinya jika ghoiru mumayyizah jika mubtadi'ah dikembalikan ke lahdloh dan sisanya selama 60 hari wajib diqodlo sholatnya. Maka jika keberatan bisa taqlid pada pendapat muqobilul adhar yang mengatakan Nifasnya dikembalikan 40 hari. Jadi mengqodloi sisanya, sebenarnya ada yang lebih meringankan yakni pendapat yang ghorib bahwa Nifasnya dikembalikan 60 hari, namun sekali lagi ini pendapat yang ghorib, lebih baik kalau mau taqlid pada pendapat muqobil adhar saja. Kemudian untuk mu'tadah dikembalikan ke adatnya (kebiasaan). a. Seorang wanita yang belum pernah haidl dan nifas, setelah melahirkan keluar darah selama 90 hari lebih sedikit. Maka, yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama, 29 hari 29 malam setelahnya dihukumi istihadloh, sehari semalam setelahnya dihukumi haidl, dan 29 hari 29 malam dihukumi istihadloh, sehari semalam haidl. Demikian pula 29 hari 29 malam selanjutnya dihukumi istihadloh dan sehari semalam haidl. b. Bila ia sudah pernah haidl dan suci dan ingat kebiasaan haidlnya, maka yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama. Kemudian darah yang sama dengan kebiasaan suci dari haidl dihukumi istihadloh. Dan darah yang lamanya sama dengan kebiasaan haidl, dihukumi haidl, begitu seterusnya. Contoh: Seorang wanita yang belum pernah nifas, adat haidlnya 5 hari dan sucinya 25 hari. Lalu setelah melahirkan keluar darah selama 70 hari lebih sedikit. Maka, yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama, 25 hari setelahnya dihukumi istihadloh, 5 hari setelahnya dihukumi haidl, 25 hari setelahnya dihukumi istihadloh, 5 hari selanjutnya dihukumi haidl, 10 hari setelahnya dihukumi istihadloh. Wallohu a'lam. [Muhammad Muzakka,Anake Garwane Pake]. Referensi : ( ) : ( ) : : " { } " ; . : ; . : ; . : . . : : : : . Fokus : ( ) : : . : : . : . ( ) . . . . : . . : . . . . . . ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) : . . : . www.fb.com/groups/piss.ktb/2467757306580396
PERTANYAAN Assalamu alaikum. Mohon pencerahannya. Ada perempuam setelah melahirkan, mengelurakan darah 67 hari dengan rincian sebagai berikut Darah Lemah 50 hari Darah Kuat 17 hari Berapa hari yang dihukumi nifas. Azka El Kahf. JAWABAN Dalam hal ini perempuan tersebut dihukumi ghoiru mumayyizah atau redaksi lain mumayyizah faaqidatun lissyarti. Tapi hukumnya tetap sama yaitu menggunakan konsep ghoiru mumayyizah. Kalau dirasa berat mengqodloi sholatnya karena mestinya jika ghoiru mumayyizah jika mubtadiah dikembalikan ke lahdloh dan sisanya selama 60 hari wajib diqodlo sholatnya. Maka jika keberatan bisa taqlid pada pendapat muqobilul adhar yang mengatakan Nifasnya dikembalikan 40 hari. Jadi mengqodloi sisanya, sebenarnya ada yang lebih meringankan yakni pendapat yang ghorib bahwa Nifasnya dikembalikan 60 hari, namun sekali lagi ini pendapat yang ghorib, lebih baik kalau mau taqlid pada pendapat muqobil adhar saja. Kemudian untuk mutadah dikembalikan ke adatnya kebiasaan. a. Seorang wanita yang belum pernah haidl dan nifas, setelah melahirkan keluar darah selama 90 hari lebih sedikit. Maka, yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama, 29 hari 29 malam setelahnya dihukumi istihadloh, sehari semalam setelahnya dihukumi haidl, dan 29 hari 29 malam dihukumi istihadloh, sehari semalam haidl. Demikian pula 29 hari 29 malam selanjutnya dihukumi istihadloh dan sehari semalam haidl. b. Bila ia sudah pernah haidl dan suci dan ingat kebiasaan haidlnya, maka yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama. Kemudian darah yang sama dengan kebiasaan suci dari haidl dihukumi istihadloh. Dan darah yang lamanya sama dengan kebiasaan haidl, dihukumi haidl, begitu seterusnya. Contoh Seorang wanita yang belum pernah nifas, adat haidlnya 5 hari dan sucinya 25 hari. Lalu setelah melahirkan keluar darah selama 70 hari lebih sedikit. Maka, yang dihukumi nifas adalah darah setetes pertama, 25 hari setelahnya dihukumi istihadloh, 5 hari setelahnya dihukumi haidl, 25 hari setelahnya dihukumi istihadloh, 5 hari selanjutnya dihukumi haidl, 10 hari setelahnya dihukumi istihadloh. Wallohu alam. Muhammad Muzakka,Anake Garwane Pake. Referensi . . . . . . Fokus . . . . . . . . . . . . . . . . . . www.fb.comgroupspiss.ktb2467757306580396
6 Dampak Negatif Tidak Menutup Aurat Bagi Wanita
https://dalamislam.com/info-islami/dampak-negatif-tidak-menutup-aurat
Aurat bagi umat Islam sangat penting artinya dan diatur dengan detil untuk berbagai kemaslahatan atau manfaat bagi muslim itu sendiri. Aurat, terutama bagi wanita aturannya sangat jelas dalam Al Qur’an surat ayat 59, mengatur bagian mana saja yang harus ditutup. Sedangkan dalam surat An Nur ayat 30 dan 31, aturan juga diberikan kepada sendiri, siapa saja muslimah boleh menampakkan aurat (perhiasan) yang biasanya.Dari kedua ayat Al Qur’an tersebut dan beberapa hadis tentang menuup aurat atau berhijab (bahasa singkatnya) lahirlah aturan atau . Dijelaskan pula bagi diri, anak, keluarga, dan lingkungan. Dengan demikian, ada dampak negatifnya ketika seseorang memutuskan melanggar syari’at Islam dengan tidak menutup aurat. Dampak negatif tidak menutup aurat tersebut yang akan kita uraikan di bawah ini.BerdosaDosa adalah dampak negatif yang paling pertama di dapatkan ketika seseorang tidak menutup auratnya. Bagi orang yang beriman, meskipun dosa tidak terlihat ini bukan hal yang bisa dianggap kecil. Karena menutup aurat termasuk perintah Allah dan kewajiban yang harus dilaksanakan, bayangkan berapa banyak dosa yang dilakukan ketika seharian keluar rumah atau bertemu dengan orang-orang yang bukan muhrim. Berapa banyak dosa yang sudah diperbuat dan apa balasannya nanti ketika di akhirat. Na’udzubillahimindzalik. Semoga kita semua terhindar dari yang demikian. Keimanan TurunDalam Islam, malu adalah sebagian dari iman. Jika seseorang sudah tidak mempunyai malu maka menandakan iman sudah mulai berkurang dalam hatinya. Tidak menutup aurat membuat dampak tersebut. Sebab wanita tidak lagi malu membuka auratnya. Awalnya yang tidak tertutup adalah bagian yang umum, seperti kepala. Lama-kelamaan ketika malu dan iman semakin turun, semakin banyak bagian tubuh yang dinampakkan dan dibiarkan terbuka. Selanjutnya, orang tidak malu lagi melakukan kemaksiatan lain.  berlaku pada wanita seperti ini.Merendahkan Harga DiriOrang yang tidak menutup auratnya merendahkan harga dirinya sendiri. Semakin terbuka auratnya, sesungguhnya semakin rendah harga dirinya. Dan semakin rendah orang lain menilainya. Jika wanita yang tidak menutup auratnya maka orang akan menganggap wanita tersebut bukan wanita yang baik. Pernahkan melihat orang yang tidak menutup auratnya sama sekali di jalan? Apa yang terpikirkan? Begitulah jadinya jika kita tidak menutup aurat.Korban KejahatanWanita yang tidak menutup auratnya dengan baik, maka akan mudah menjadi korban kejahatan seksual. Ingatlah, bahwa kejahatan tidak selalu karena niat pelaku, tetapi dapat terjadi karena adanya kesempatan. Wanita yang tidak menutup auratnya memberi kesempatan kepada laki-laki yang bukan muhrimnya untuk berbuat jahat dengan membiarkan memandangnya. Dan jika syetan menyusupi hatinya, bisa saja terjadi tindak kejahatan seperti emrkosaan, dan lain-lain. [AdSense-B]Kanker Kulit MelanomaBerbagai penelitian di Inggris menunjukkan bahwa penyakit kanker kulit yang dikenal dengan sebutan melanoma yang mematikan sekarang meningkat. Ini sebagian besar terjadi pada wanita yang tidak menutup auratnya sepanjang hari. Paparan sinar ultraviolet sepanjang hari menyebabkan sel-sel kulit berubah. Umumnya menyerang pada bagian kaki terlebih dahulu, kemudian ke bagian kulit dan organ tubuh lain.Merusak AkhlakMerusak akhlak adalah dampak negatif tidak menutup aurat bagi lingkungan khususnya anak-anak. Jika banyak wanita muslimah di sekelilingnya atau idolanya yang tidak menutup aurat atau tidak menggunakan atau , anak menjadi peniru yang utama. Mereka yang belum paham betul menjadi peniru atau pengikut tres. Ini akan menyebabkan kerusakan akhlak merajalela.Demikian dampak negatif tidak menutup aurat. Dampak yang tidak hanya dirasakan orang yang membuka auratnya saja, tetapi dampak yang dirasakan orang sekitar dan lingkungannya. Semoga artikel ini bermanfaat dan kita termasuk orang yang selalu istiqomah berhijab. Aamiin.
Aurat bagi umat Islam sangat penting artinya dan diatur dengan detil untuk berbagai kemaslahatan atau manfaat bagi muslim itu sendiri. Dari kedua ayat Al Quran tersebut dan beberapa hadis tentang menuup aurat atau berhijab bahasa singkatnya lahirlah aturan atau . Dijelaskan pula bagi diri, anak, keluarga, dan lingkungan. Dampak negatif tidak menutup aurat tersebut yang akan kita uraikan di bawah ini. Bagi orang yang beriman, meskipun dosa tidak terlihat ini bukan hal yang bisa dianggap kecil. Berapa banyak dosa yang sudah diperbuat dan apa balasannya nanti ketika di akhirat. Semoga kita semua terhindar dari yang demikian. Jika seseorang sudah tidak mempunyai malu maka menandakan iman sudah mulai berkurang dalam hatinya. Awalnya yang tidak tertutup adalah bagian yang umum, seperti kepala. Lamakelamaan ketika malu dan iman semakin turun, semakin banyak bagian tubuh yang dinampakkan dan dibiarkan terbuka. Selanjutnya, orang tidak malu lagi melakukan kemaksiatan lain. Merendahkan Harga DiriOrang yang tidak menutup auratnya merendahkan harga dirinya sendiri. Dan semakin rendah orang lain menilainya. Jika wanita yang tidak menutup auratnya maka orang akan menganggap wanita tersebut bukan wanita yang baik. Korban KejahatanWanita yang tidak menutup auratnya dengan baik, maka akan mudah menjadi korban kejahatan seksual. Ingatlah, bahwa kejahatan tidak selalu karena niat pelaku, tetapi dapat terjadi karena adanya kesempatan. Dan jika syetan menyusupi hatinya, bisa saja terjadi tindak kejahatan seperti emrkosaan, dan lainlain. AdSenseBKanker Kulit MelanomaBerbagai penelitian di Inggris menunjukkan bahwa penyakit kanker kulit yang dikenal dengan sebutan melanoma yang mematikan sekarang meningkat. Umumnya menyerang pada bagian kaki terlebih dahulu, kemudian ke bagian kulit dan organ tubuh lain. Mereka yang belum paham betul menjadi peniru atau pengikut tres. Semoga artikel ini bermanfaat dan kita termasuk orang yang selalu istiqomah berhijab.
16 Alasan Menghapal Al Qur'an
https://fimadani.com/16-alasan-menghapal-al-quran/
Setidaknya itu yang harus kita renungkan sama-sama sebagai seorang muslim sejati. Ya, menghapal Al Qur’an merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan setiap muslim. Ia tidak akan bisa menerapkan Islam secara baik tanpa interaksi yang kuat dengan Al Qur’an sebagaimana para generasi sahabat dan salaf shaleh dahulu lakukan. Untuk memotivasi kita agar bisa dekat Al Qur’an dan berjuang menghapalkan aya-ayatnya, maka setidaknya ada 16 alasan kenapa kita harus menghapal Al Qur’an, 1. Menghapal adalah landasan awal ketika Rasulullah menerima Al Qur’an dari malaikat Jibril alaihissalam. “Bahkan Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang menjelaskan (terdapat) di dalam dada-dada orang-orang yang diberikan ilmu..”(QS  Al Ankabut, 49). Sungguh, betapa indahnya ayat ini yang menjelaskan tentang agungnya aktifitas dada orang-orang yang menghapal ayat-ayat Allah swt. Allah mensifatkan bahwa mereka adalah orang-orang yang diberikan ilmu. Lalu, apakah ada yang disebut ilmu selain yang termuat dalam Al Qur’an Al Karim? Ayat di atas menjelaskan bahwa Dia akan memilih dari sekian hamba-hambaNya di muka bumi untuk kemudian dada akan dijadikan sebagai wadah bagi firman-firmanNya. Sungguh ini merupakan keutamaan yang besar. Malah ketika kita mau memperhatikan kekhususan yang diberikan kepada umat ini, – di mana dada para ulamanya penuh dengan Al Qur’an- kita semua pasti akan mengetahui berharganya menjadi para penghapal kitab-Nya. 2. Al Qur’an adalah sumber dan muara semua sistem dan undang-undang umat ini Karena Al Qur’an ini adalah undang-undang kita selaku umat Islam, maka kita wajib untuk berhukum dengannya dan menjadikannya sebagai sumber hukum bagi orang lain. Darinya referensi bagi semua persoalan dan tasyri’ (perundang-undangan). Tidak ada persoalan yang kecil ataupun besar sekalipun melainkan dijelaskan secara jelas di dalamnya. Ini sebagaimana firman Allah dalam ayat-Nya, “Tidaklah Kami berlebih-lebihan (dalam menjelaskan) di kitab ini sedikitpun..” “Dan tidaklah Tuhanmu lupa.” Al Qur’an ini adalah cahaya yang dibawa umat untuk menerangi seluruh manusia agar risalahnya tersampaikan dengan menyeluruh, layaknya sebuah umat yang dilahirkan untuk manusia seluruhnya dan sebagai saksi atas mereka di dunia dan akhirat. 3. Menghapal Al Qur’an adalah fardhu kifayah. Sebagian ahli ilmu menegaskan bahwa menghapal Al Qur’an itu merupakan kewajiban atas umat ini. Yang apabila telah dilakukan oleh sebagian kaum, maka akan terbebaslah kaum yang lain dari dosanya. Badruddin Zarkasyi mengatakan, “Sahabat-sahabat kami mengatakan, ‘Belajar Al Qur’an itu hukumnya fardhu kifayah. Dan kegiatan menghapalkannya adalah wajib atas umat ini.’” 4. Menghapal Al Qur’an itu berarti meneladani Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam. Allah telah menjadikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam, Muhammad sebagai teladan yang baik bagi umat ini. Dan menghapal Al Qur’an itu sendiri adalah bagian dari meneladani sunnah-sunnahnya. Itu dikarenakan Rasulullah selalu menghapalkannya, rajin membacanya dan disimak oleh malaikat Jibril as. Demikian pula, Rasulullah menyimakkannya kepada para sahabatnya dan para sahabatnya menyimakkan kepada beliau. 5. Menghapal Al Qur’an juga sama dengan meneladani para salaf shalih. Menghapal Al Qur’an di masa kanak-kanak dan masa muda adalah bagian mencontoh salaf sholeh, menapaki jejak mujahadah (kesungguhan) mereka dan menempuh contoh jalan hidayah Allah. Dahulu, salaf sholeh memulai menghapal Al Qur’an sebelum menghapal ilmu-ilmu lain dan memberikan perhatian lebih kepadanya sebelum kepada disiplin keilmuan lainnya. Tidaklah anda membaca tentang biografi para ulama dahulu melainkan engkau pasti akan membaca di dalamnya bahwa ia, “menghapal Al Qur’an dahulu lalu baru kemudian menuntut ilmu-ilmu keislaman lainnya.” 6. Menghapal Al Qur’an adalah karakteristik umat Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam. Imam Jazari mengatakan, “Dahulu itu, para ulama menukilkan Al Qur’an melalui dada-dada dan hati-hati yang dipenuhi hapalan Al Qur’an. Bukan melalui tulisan mushaf dan kitab-kitab. Inilah karakteristik yang paling mulia yang Allah berikan kepada umat ini.” Sungguh, aktifitas menghapal Al Quran ini akan senantiasa menjadi syiar bagi umat ini dan menjadi duri di kerongkongan musuh-musuh Islam. Laura Faghliry, wanita orientalis mengatakan, “Sungguh, hari-hari ini kita tidak bisa membendung terjangan ombak keimanan ribuan umat muslim yang mampu mengulang-ngulan bacaan Al Qur’an dengan hapalan. Di Mesir sendiri jumlah huffazul qur’an (penghapal Al Qur’an) jauh melebihi jumlah kaum Nasrani yang mampu membaca Injil secara hapalan di seluruh Eropa.” James Minzez, seorang non Islam yang diharamkan mendapatkan cahaya Al Qur’an mengatakan, “Mungkin itulah, Al Qur’an merupakan kitab yang paling banyak dibaca manusia di atas dunia ini. Sungguh, ia adalah bacaan yang paling mudah dihapal manusia.” 7. Menghapal Al Qur’an adalah proyek ibadah yang tidak mengenal bahasa kegagalan. Takut gagal dan tidak berhasil saat ini sudah menjadi rintangan dan sekat yang menghalangi antara seseorang dan angan-angannya. Dan bisa jadi semua akhir dari semua proyek manusia adalah benturan keras yang terjadi karena sekat kegagalan dan ketidakmampuan untuk melanjutkan sebuah pekerjaan. Akan tetapi proyek menghapal Al Qur’an tidak akan pernah mengenal yang namanya pemikiran tersebut. Ketika seorang pemuda memulai pekerjaan menghapal Al Qur’an ini, kemudian berhenti dan melemah tekadnya sebelumnya selesai menghapal, apakah bisa dikatakan ia telah gagal sesungguhnya, misalnya saja ia telah menghapal beberapa juz?! Tentu saja usahanya tidak sia-sia dalam sekejap. Hanya saja hapalannya itu hilang sejenak. Seluruh waktu yang pernah ia kerahkan untuk membaca dan menghapal yang membuatnya mengorbankan segala kenikmatan dunia tentu saja adalah bagian dari ketaatan kepada Allah swt. Bisa dibayangkan, berapa surat dan berapa ayat yang pernah ia ulang-ulang?! Sementara setiap huruf akan dibalas dengan sepuluh kali lipat oleh Allah swt. 8. Menghapal Al Qur’an itu mendapat garansi kemudahan untuk semua orang. Banyak orang yang bercita-cita bisa merealisasikan impiannya dan mengukir prestasi yang memuaskan. Namun, seringkali kemampuan akalnya menjadi penghalang untuk menggapai itu semua. Tapi tidak untuk Al Qur’an. Bisa kita saksikan betapa banyak orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan lemah dalam hapalan, tapi mampu menghapal Al Qur’an. Al Qurthubi mengatakan tentang ayat, “Sungguh telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk diambil pelajaran.”(QS Al Qomar, 17), yakni, “Kami mudahkan Al Qur’an ini untuk dihapal, dan akan Kami bantu mereka yang mau menghapal. Lalu, adakah orang yang mau menghapal lalu mendapatkan pertolongan-Nya?” 9. Penghapal Al Qur’an adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya. Di antara penyempurnaan penghormatan Allah dalam menjaga kitab suci-Nya adalah dengan menjadi dari hamba-hamba-Nya yang hapal Al Qur’an. Sungguh itu merupakan sebuah kehormatan yang tidak ada bandingannya bagi manusia di dunia ini. Di mana dengan sifat itu seorang hamba yang fakir dan lemah menjadi keluarga dan orang-orang pilihan-Nya. Keluarga dan orang-orang pilihan-Nya itu tent lebih patut memperoleh rahmat, pemaafan, cinta dan dekat dengan-Nya tabaroka wata’alaa. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam ia berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki ‘keluarga’ di antara manusia sekalian.” Para sahabat bertanya, “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah ahlul qur’an dan orang-orang pilihan-Nya.” (HR Ibnu Majah) Silahkan saja setiap manusia bangga dengan predikat yang ia miliki di dunia ini. Entah itu ia ahli harta, ahli seni ataupun ahli olahraga. Silahkan pula sebut nama-nama itu semua pada setiap kamus yang ada dengan sifat dan pujiannya. Apakah ada yang lebih baik dari pada sifat yang dimiliki oleh seseorang yang bergelar ‘keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya.’? 10. Menghormati Penghapal Al Qur’an berarti mengagungkan Allah swt. Dari Abu Musa Al Asya’ri radiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Di antara bentuk mengagungkan Allah adalah memuliakan orang tua yang muslim, memuliakan penghapal Al Qur’an yang taat dan menghormati setiap pemimpin yang adil.” (HR Abu Dawud). Inilah dalil tentang ketinggian kedudukannya dan kebesaran perannya. 11.Akan ditempatkan bersama duta-duta yang mulia lagi berbakti (para malaikat). Dari Aisyah radiyallahu anha bahwa nabi shallahu alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an sementara ia hapal akan ditempatkan bersama para duta-duta Allah yang mulia lagi berbakti. Dan perumpamaan orang yang membacanya dalam keadaan berat namun ia tetap berusaha, maka baginya dua pahala.”(HR Bukhari) Sudah tidak bisa pungkiri saat ini manusia begitu berbangga diri ketika menyandarkan diri kepada salah seorang pembesar atau seorang tokoh agama yang penuh dengan ketenaran. Bisa jadi itu pada bidang olahraga ataupun sia-sia yang penuh kebatilan. Sungguh itu merupakan kecelakaan besar karena keteledoran diri. Namun demikian indah bagi para penghapal Al Qur’an ketika mereka memilih bersama para duta-duta Allah yang suci (malaikat). 12. Akan memperoleh syafa’at di hari kiamat. 13. Penghapal Al Qur’an orang yang seharusnya di-iri-i (dalam arti yang positif) oleh orang lain. Dalam hidup ini Allah telah melebihkan derajat satu golongan dengan golongan yang lainnya. “Dan telah Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya. Dan negeri akhirat lebih besar derajatnya dan lebih banyak keutamaannya.”(QS Al Isra’, 21) Dari Ibnu Umar radiyallahu anhuma Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Tidak boleh merasa hasud melainkan pada dua golongan, “Seseorang yang Allah berikan kepadanya Al Qur’an, lalu ia membacanya siang dan malam. Dan seseorang yang Allah karuniakan hartan kekayaan lalu ia menginfakkan hartanya itu siang dan malam.” (HR Bukhari dan Muslim) 14. Para penghapal Al Qur’an akan berada di surga yang paling tinggi. Rasulullah bersabda, “Akan dihadirkan penghapal Al Qur’an pada hari kiamat, lalu dikatakan kepadanya, “Wahai Robb, berikanlah ia hiasan.” Maka iapun dikalungkan mahkota kemuliaan.” Lalu dikatakan lagi, “Ya Robb, tambahkanlah ia.” Maka ditambahkan mahkota kemuliaan kepadanya. Kemudian dikatakan lagi kepadanya, “Ya Robb, ridhoilah ia.” Akhirnya dikatakan kepadanya, “Bacalah dan naiklah. Sesungguhnya bagimu setiap ayat adalah satu kebaikan.” (HR Tirmizi, Hakim dan hadits ini dihasankan statusnya oleh syekh Albani). 15. Menghapal Al Qur’an di antara sebab-sebab terbebasnya seseorang dari siksa neraka. Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Seandainya Al Qur’an ini diletakkan di hati seorang mukmin, kemudian dilemparkan ke dalam neraka, niscaya tidak akan terbakar hatinya.”(HR Ahmad) 16. Bank kebaikan. Sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi was salam, “Barangsiapa yang membaca satu ayat dalam Al Qur’an maka baginya satu kebaikan. Dan setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.”(HR Tirmizi, ia mengatakan hadits ini hasan shahih). Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang hapal dan memahami Al Qur’an serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, Amiin Ya Rabbal a’lamin. Wallahu a’lam bish-shawab.
Setidaknya itu yang harus kita renungkan samasama sebagai seorang muslim sejati. Darinya referensi bagi semua persoalan dan tasyri perundangundangan. Ini sebagaimana firman Allah dalam ayatNya, Tidaklah Kami berlebihlebihan dalam menjelaskan di kitab ini sedikitpun Dan tidaklah Tuhanmu lupa. Sebagian ahli ilmu menegaskan bahwa menghapal Al Quran itu merupakan kewajiban atas umat ini. Menghapal Al Quran itu berarti meneladani Rasulullah shalallahu alaihi was salam. Demikian pula, Rasulullah menyimakkannya kepada para sahabatnya dan para sahabatnya menyimakkan kepada beliau. Takut gagal dan tidak berhasil saat ini sudah menjadi rintangan dan sekat yang menghalangi antara seseorang dan anganangannya. Akan tetapi proyek menghapal Al Quran tidak akan pernah mengenal yang namanya pemikiran tersebut. Hanya saja hapalannya itu hilang sejenak. Bisa dibayangkan, berapa surat dan berapa ayat yang pernah ia ulangulang Sementara setiap huruf akan dibalas dengan sepuluh kali lipat oleh Allah swt. Banyak orang yang bercitacita bisa merealisasikan impiannya dan mengukir prestasi yang memuaskan. Penghapal Al Quran adalah keluarga Allah dan orangorang pilihanNya. Sungguh itu merupakan sebuah kehormatan yang tidak ada bandingannya bagi manusia di dunia ini. Di mana dengan sifat itu seorang hamba yang fakir dan lemah menjadi keluarga dan orangorang pilihanNya. Entah itu ia ahli harta, ahli seni ataupun ahli olahraga. Silahkan pula sebut namanama itu semua pada setiap kamus yang ada dengan sifat dan pujiannya. Dari Abu Musa Al Asyari radiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi was salam bersabda, Di antara bentuk mengagungkan Allah adalah memuliakan orang tua yang muslim, memuliakan penghapal Al Quran yang taat dan menghormati setiap pemimpin yang adil. Dalam hidup ini Allah telah melebihkan derajat satu golongan dengan golongan yang lainnya. Lalu dikatakan lagi, Ya Robb, tambahkanlah ia. Maka ditambahkan mahkota kemuliaan kepadanya. Sesungguhnya bagimu setiap ayat adalah satu kebaikan. HR Tirmizi, Hakim dan hadits ini dihasankan statusnya oleh syekh Albani. Menghapal Al Quran di antara sebabsebab terbebasnya seseorang dari siksa neraka. Rasulullah shalallahu alaihi was salam bersabda, Seandainya Al Quran ini diletakkan di hati seorang mukmin, kemudian dilemparkan ke dalam neraka, niscaya tidak akan terbakar hatinya. Dan setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf.
Saya shalat tanpa wudu karena lupa, setelah selesai shalat saya baru ingat hal tersebut, apakah saya harus mengulang shalat?
https://islamqa.info/id/answers/10780/shalat-tanpa-wudu-karena-lupa
Alhamdulillah.Ya, siapa yang shalat tanpa wudu karena lupa, wajib baginya mengulang shalatnya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, "Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian apabila dia berhadats sebelum berwudu." (HR. Bukhari, dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu dalam Bab Wudu) Berbeda dengan orang yang shalat dengan najis yang terdapat di bajunya karena lupa, maka dia tidak perlu mengulangi shalatnya, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah didatangi Jibril saat shalat, lalu dia mengabarkannya bahwa pada kedua sendalnya terdapat kotoran, maka beliau melepas keduanya dan meneruskan shalatnya. (HR. Ahmad dari hadits Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu anhu dalam musnadnya) Hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang tidak tahu adanya najis, tidak diperintahkan baginya mengulangi shalat, begitu pula halnya jika dia lupa. kary Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin.
Alhamdulillah.Ya, siapa yang shalat tanpa wudu karena lupa, wajib baginya mengulang shalatnya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian apabila dia berhadats sebelum berwudu. HR. Bukhari, dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu dalam Bab Wudu Berbeda dengan orang yang shalat dengan najis yang terdapat di bajunya karena lupa, maka dia tidak perlu mengulangi shalatnya, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah didatangi Jibril saat shalat, lalu dia mengabarkannya bahwa pada kedua sendalnya terdapat kotoran, maka beliau melepas keduanya dan meneruskan shalatnya. HR. Ahmad dari hadits Abu Said AlKhudri radhiallahu anhu dalam musnadnya Hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang tidak tahu adanya najis, tidak diperintahkan baginya mengulangi shalat, begitu pula halnya jika dia lupa. kary Syekh Muhammad bin Shaleh AlUtsaimin.
Wajibkah Seorang Wanita Menafkahi Orang Tuanya?
https://radiomutiaraquran.com/2020/09/12/wajibkah-seorang-wanita-menafkahi-orang-tuanya/
Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Soal: Pertanyaan saya mengenai gaji seorang anak perempuan, apakah wajib baginya untuk menyerahkannya kepada kepada orang tuanya? Dengan catatan, ayahnya itu masih punya pendapatan yang besar dan harta yang banyak, demikian juga ibunya. Apakah berdosa jika tidak menyerahkannya? Jawab: Nafkah itu diwajibkan bagi orang-orang yang berhak menjadi pemimpin rumah tangga, yaitu para ayah dan suami. Allah Ta’ala berfirman: “Para lelaki adalah pemimpin bagi para wanita, sesuai apa yang Allah karuniakan kepada mereka, dan karena mereka (diwajibkan) memberi nafkah dari harta mereka” (QS. An Nisa: 34). Dan seorang istri pun tidak diwajibkan memberi nafkah pada anak dan suaminya, demikian juga anak perempuan. Yang wajib memberi nafkah adalah suami dan ayah. Suami dan ayah wajib memberi nafkah kepada istri dan anak perempuan mereka, walaupun istri dan anak perempuan mereka kaya raya. Namun, tidak ada larangan bagi seorang anak perempuan memberikan nafkah kepada ayahnya atau seorang istri memberikan nafkah kepada suaminya sesuai dengan kemauan ia sendiri tanpa paksaan, dalam rangka saling tolong menolong dalam kebaikan. Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/5668 Penerjemah: Yulian Purnama Sumber: https://muslimah.or.id/
Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Soal Pertanyaan saya mengenai gaji seorang anak perempuan, apakah wajib baginya untuk menyerahkannya kepada kepada orang tuanya Dengan catatan, ayahnya itu masih punya pendapatan yang besar dan harta yang banyak, demikian juga ibunya. Apakah berdosa jika tidak menyerahkannya Jawab Nafkah itu diwajibkan bagi orangorang yang berhak menjadi pemimpin rumah tangga, yaitu para ayah dan suami. Allah Taala berfirman Para lelaki adalah pemimpin bagi para wanita, sesuai apa yang Allah karuniakan kepada mereka, dan karena mereka diwajibkan memberi nafkah dari harta mereka QS. An Nisa 34. Dan seorang istri pun tidak diwajibkan memberi nafkah pada anak dan suaminya, demikian juga anak perempuan. Yang wajib memberi nafkah adalah suami dan ayah. Suami dan ayah wajib memberi nafkah kepada istri dan anak perempuan mereka, walaupun istri dan anak perempuan mereka kaya raya. Namun, tidak ada larangan bagi seorang anak perempuan memberikan nafkah kepada ayahnya atau seorang istri memberikan nafkah kepada suaminya sesuai dengan kemauan ia sendiri tanpa paksaan, dalam rangka saling tolong menolong dalam kebaikan. Sumber Penerjemah Yulian Purnama Sumber
Adakah Perbedaan, Aurat Wanita Yang Wajib Ditutup Ketika Sholat Dan Diluar Sholat?
https://bimbinganislam.com/adakah-perbedaan-aurat-wanita-yang-wajib-ditutup-ketika-sholat-dan-diluar-sholat/
Adakah Perbedaan, Aurat Wanita Yang Wajib Ditutup Ketika Sholat Dan Diluar Sholat? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Adakah Perbedaan, Aurat Wanita Yang Wajib Ditutup Ketika Sholat Dan Diluar Sholat? selamat membaca. Pertanyaan: assalamualaykum warahmatullaahi wabarakaatuh afwan ustadz, apakah ada perbedaan aurat wanita pada saat shalat dan diluar shalat? apakh punggung tangan wanita ketika shalat harus ditutup? begitu juga dengan area antara dagu dan leher apakah harus ditutup juga ketika shalat? Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam Jawaban: Waalaikum salam warahmatullah wabarokatuh Sebagaimana dari dalil-dalil yang ada bahwa aurat wanita sebagaimana yang disebutkan di dalam hadist berikut sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Jagalah (tutuplah) auratmu kecuali pada istri atau budak yang engkau miliki. (HR. Abu Daud, no. 4017 dan Tirmidzi, no. 2794. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata : Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan). [HR. Abu Dwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-Albni rahimahullah] Firman Allah Taala, Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya (QS. An Nur: 31) Para ulama berbeda pendapat mengenai batasan perhiasan yang boleh ditampakkan oleh wanita. Ibnu Masud mengatakan, maksud frase illa ma dzahara minha adalah dzaahir al-ziinah (perhiasan dzahir), yakni baju. Sedangkan menurut Ibnu Jabir adalah baju dan wajah. Said bin Jabiir, Atha dan Auzaiy berpendapat; muka, kedua telapak tangan, dan baju . Dalam madzhab syafi`iyah, sebagaimana dijelaskan oleh imam nawawi, beliau berpendapat bahwa seluruh badan wanita seluruhnya aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan. (Al Majmu, 3: 122). Pendapat yang dikemukakan oleh Imam Nawawi di atas adalah pendapat mayoritas ulama dan itulah pendapat terkuat, wallahu a`lam. Muhammad Al Khotib -ulama Syafiiyah, penyusun kitab Al Iqna menyatakan bahwa aurat wanita -merdeka- adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya (termasuk bagian punggung dan bagian telapak tangan hingga pergelangan tangan). Alasannya adalah firman Allah Taala, Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya (QS. An Nur: 31). Yang dimaksud menurut ulama pakar tafsir adalah wajah dan kedua telapak tangan. Wajah dan kedua telapak tangan bukanlah aurat karena kebutuhan yang menuntut keduanya untuk ditampakkan. (Lihat Al Iqna, 1: 221). Asy Syarbini berkata, Aurat wanita merdeka adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Termasuk telapak tangan adalah bagian punggung dan dalam telapak tangan, dari ujung jari hingga pergelangan tangan. Dalilnya adalah firman Allah Taala, Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya (QS. An Nur: 31). Yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan, inilah tafsiran dari Ibnu Abbas dan Aisyah. (Mughnil Muhtaj, 1: 286). Dari beberapa pernyataan di atas, menunjukkan bahwa leher, telapak tangan diantaranya bagian punggung dan dalam telapak tangannya, dari ujung jari sampai pergelangan tangan tidaklah bagian dari aurat. Baik di dalam shalat ataupun di luar shalat, sehingga tidak wajib ditutup. Namun bila seorang wanita menutupnya maka lebih utama, bahkan banyak yang mewajibkan untuk menutup wajah wanita diluar shalat. Terkait dengan bagian bawah dagu wanita maka ia juga termasuk aurat yang perlu ditutup, terlebih ketika shalat. Sebagaimana yang disebutkan dalam web islam no fatwa 243178, di sebutkan di dalamnya, : 121534 , . . : : { }. . Sebagaimana telah berlalu di fatwa no 121534 bahwa wajah adalah bagian yang di dipergunakan untuk berhadapan hadapan, sehingga bagian bawah dagu bukan lah dari wajah yang wajib bagi seorang wanita untuk menutupnya di dalam shalat, lihatlah kembali fatwa tersebut, dan apa yang telah tertulis tidak perlu di ulang kembali Adapun dagu itu sendiri ia adalah bagian dari wajah, sebagaimana yang disebutkan di mausu`ah fiqiyah, para fuqoha( ulama) sepakat bahwa dagu adalah bagian dari wajah, karenanya wajib untuk membasuhkan ketika berwudhu. Sebagaimana firman Allah ta`ala, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu . ( QS. Annisa: 43). ( Sehingga apa yang di bawah dagu bukanlah dari wajah, termasuk di dalamnya leher wanita yang hendaknya ditutup karena bagian dari aurat. Wallahu a`lam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA. Rabu, 7 Ramadhan 1444H / 29 Maret 2023 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam(BIAS), alumusUniversitas Islam Madinahkuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik di
Adakah Perbedaan, Aurat Wanita Yang Wajib Ditutup Ketika Sholat Dan Diluar Sholat Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Adakah Perbedaan, Aurat Wanita Yang Wajib Ditutup Ketika Sholat Dan Diluar Sholat selamat membaca. AlHafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata Wahai Asma Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan. An Nur 31 Para ulama berbeda pendapat mengenai batasan perhiasan yang boleh ditampakkan oleh wanita. Ibnu Masud mengatakan, maksud frase illa ma dzahara minha adalah dzaahir alziinah perhiasan dzahir, yakni baju. Sedangkan menurut Ibnu Jabir adalah baju dan wajah. Said bin Jabiir, Atha dan Auzaiy berpendapat muka, kedua telapak tangan, dan baju . Dalam madzhab syafiiyah, sebagaimana dijelaskan oleh imam nawawi, beliau berpendapat bahwa seluruh badan wanita seluruhnya aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Pendapat yang dikemukakan oleh Imam Nawawi di atas adalah pendapat mayoritas ulama dan itulah pendapat terkuat, wallahu alam. Muhammad Al Khotib ulama Syafiiyah, penyusun kitab Al Iqna menyatakan bahwa aurat wanita merdeka adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya termasuk bagian punggung dan bagian telapak tangan hingga pergelangan tangan. Yang dimaksud menurut ulama pakar tafsir adalah wajah dan kedua telapak tangan. Wajah dan kedua telapak tangan bukanlah aurat karena kebutuhan yang menuntut keduanya untuk ditampakkan. Termasuk telapak tangan adalah bagian punggung dan dalam telapak tangan, dari ujung jari hingga pergelangan tangan. Dalilnya adalah firman Allah Taala, Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya QS. Yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan, inilah tafsiran dari Ibnu Abbas dan Aisyah. Dari beberapa pernyataan di atas, menunjukkan bahwa leher, telapak tangan diantaranya bagian punggung dan dalam telapak tangannya, dari ujung jari sampai pergelangan tangan tidaklah bagian dari aurat. Baik di dalam shalat ataupun di luar shalat, sehingga tidak wajib ditutup. Namun bila seorang wanita menutupnya maka lebih utama, bahkan banyak yang mewajibkan untuk menutup wajah wanita diluar shalat. Terkait dengan bagian bawah dagu wanita maka ia juga termasuk aurat yang perlu ditutup, terlebih ketika shalat. Sebagaimana yang disebutkan dalam web islam no fatwa 243178, di sebutkan di dalamnya, 121534 , . . . . Sebagaimana telah berlalu di fatwa no 121534 bahwa wajah adalah bagian yang di dipergunakan untuk berhadapan hadapan, sehingga bagian bawah dagu bukan lah dari wajah yang wajib bagi seorang wanita untuk menutupnya di dalam shalat, lihatlah kembali fatwa tersebut, dan apa yang telah tertulis tidak perlu di ulang kembali Adapun dagu itu sendiri ia adalah bagian dari wajah, sebagaimana yang disebutkan di mausuah fiqiyah, para fuqoha ulama sepakat bahwa dagu adalah bagian dari wajah, karenanya wajib untuk membasuhkan ketika berwudhu. Sebagaimana firman Allah taala, Hai orangorang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu . Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mutashim, Lc. Rabu, 7 Ramadhan 1444H 29 Maret 2023 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslamBIAS, alumusUniversitas Islam Madinahkuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Mutashim Lc.,
2620. BENARKAH WANITA LEBIH UTAMA SHALAT DI RUMAH DARIPADA DI MASJID ?
https://www.piss-ktb.com/2013/08/2620-benarkah-wanita-lebih-utama-shalat.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaikum wr.wb. Saya mau tanya, wanita itu lebih utama sholat di rumah atau di masjid / mushola ?? Dan bagaimana kalau mushala / masjid itu ada di dekat rumahnya ?? Soalnya saya punya tetangga yang tidak memperbolehkan ibunya shlat di mushola yang ada di seblah rumahnya karena katanya wanita itu lebih utama shlat di rumah, walaupun shalatnya sendirian ?? Benarkah ?? Kalau Wanita shlat di rumah, tapi secara munfarid, tidak berjamaah, apa itu juga masih lebiih afdhol daripada di masjid / mushola yang berjamaah ? Terima kasih. Wassalamu'alaikum wr.wb. [Ainie D'Light Eye's]. JAWABAN : Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh. Tak ada larangan wanita untuk shalat di masjid / mushola, tapi memang ahsannya dan lebih utama shalat di rumah. Itu Lebih menjaga. Dan jika ke masjid, maka jangan memakai parfum, jangan berdandan dan yang penting jangan banyak tingkah. Wallahu'alam. Mbak ainie : sekarang saya yang tanya ke mbak, " apakah mbak ainie menganggap Rasulullah saw tidak tahu bahwa sholat di masjid itu kemungkinan besar sekali berjamaah, dan sholat di rumah itu kemungkinan besar sekali munfarid, lalu kenapa koq tetap mengatakan afdhol di rumah? Apa mbak ainie belum yakin sama ucapan Rasulullah saw yang sayang sama anda dan umatnya ini bahwa solat di rumah lebih afdhol ?" Insya Allah mbak, semakin cinta mbak ainie kepada Rasulullah saw, maka akan semakin yakin betul sama sabda Nabi saw dan akan datang sendiri penjelasannya ke dalam pikiran mbak. Mari cintai Rasulullah saw. Wa qoola rasulullohi shollollohu 'aalihi wasallam... la-an tushollil mar-ati fii baitiha khoirun-laha min antusholli fii hujrotiha, wa la-antusholli fii hujrotiha khoirun-laha min antusholli fid-daari,wa la an-tusholli fid-daari khoirun-laha min antusholli fil masjidi, rowahul baihaqiyyu 'an 'aa-isyah... NABI SAW bersabda : sholatnya perempuan di kamar lebih baik dari pada sholat di ruang tengah,sholatnya perempuan di ruang tengah lebih baik daripada sholat di ruang tamu (rumah bagian depan), sholatnya perempuan di rumah lebih baik daripada di sholat di mesjid. [ HR.IMAM BAIHAQI dari sayyidatina AISYAH, kitab UQUDULLUJJAIN hal.13 ]. Tapi bukan berarti wanita gak boleh sholat di mesjid, cuma AFDHOLnye wanita sholat di rumah... kalo memang wanita ingin sholat di masjid ya jangan dilarang, dan jangan pula wanita disuruh harus sholat di masjid... wallohua'lam. Bagi wanita lebih utama berjama'ah di rumah : . . / Tetap lebih utama shalat sendirian karena bagi wanita yang muda / musytahat ato wanita yang sudah tua / tidak musytahat bila berpakaian yang bagus / berhias atau memakai minyak wangi menghadiri jama'ah di masjid atau mushalla hukumnya makruh, bahkan hukumnya harom bila tanpa idzin dari walinya atau suaminya bila sudah punya suami atau dapat idzin tapi khawatir terjadi fitnah. . . / Solusinya shalat jama'ah di rumah bersama dengan suaminya atau keluarganya bila belum bersuami karena bagi seseorg laki-laki lebih utama berjama'ah di rumah bersama istri ato keluarganya sekiranya bila dia shalat di masjid istrinya atau keluarganya tidak berjama'ah dengan catatan dengan tidak hadirnya laki-laki tersebut ke masjid tidak menyebabkan kosongnya jama'ah di masjid. . . / . / Sepakat lebih utama shalat di rumah. (2/ 140) Bagi wanita dimakruhkan menghadiri jamaah dimasjid jika wanita tersebut masih seger (masih bisa disyahwati/dihasrati) walaupun pakai baju yang terjaga atau wanita tersebut sudah tidak dihasrati tapi ia pakai perhiasan atau pakai parfum boleh bagi sang imam atau naibnya untuk mencegah wanita tersebut menghadiri jamaah di masjid sebagaimana diperbolehkan bagi imam atau naibnya mencegah masuk masjid bagi orang yang makan makanan yang berbau. Wallohua'lam. [Asrini Ummu Hafshoh, Iwan Fathi Fauzan, Reza Pacicu, Ghufron Bkl, Sunde Pati]. www.fb.com/groups/piss.ktb/580021795353966
Saya mau tanya, wanita itu lebih utama sholat di rumah atau di masjid mushola Dan bagaimana kalau mushala masjid itu ada di dekat rumahnya Soalnya saya punya tetangga yang tidak memperbolehkan ibunya shlat di mushola yang ada di seblah rumahnya karena katanya wanita itu lebih utama shlat di rumah, walaupun shalatnya sendirian Benarkah Kalau Wanita shlat di rumah, tapi secara munfarid, tidak berjamaah, apa itu juga masih lebiih afdhol daripada di masjid mushola yang berjamaah Terima kasih. JAWABAN Waalaikum salam warahmatullah wabarakatuh. Tak ada larangan wanita untuk shalat di masjid mushola, tapi memang ahsannya dan lebih utama shalat di rumah. Dan jika ke masjid, maka jangan memakai parfum, jangan berdandan dan yang penting jangan banyak tingkah. Mbak ainie sekarang saya yang tanya ke mbak, apakah mbak ainie menganggap Rasulullah saw tidak tahu bahwa sholat di masjid itu kemungkinan besar sekali berjamaah, dan sholat di rumah itu kemungkinan besar sekali munfarid, lalu kenapa koq tetap mengatakan afdhol di rumah Apa mbak ainie belum yakin sama ucapan Rasulullah saw yang sayang sama anda dan umatnya ini bahwa solat di rumah lebih afdhol Insya Allah mbak, semakin cinta mbak ainie kepada Rasulullah saw, maka akan semakin yakin betul sama sabda Nabi saw dan akan datang sendiri penjelasannya ke dalam pikiran mbak. Wa qoola rasulullohi shollollohu aalihi wasallam laan tushollil marati fii baitiha khoirunlaha min antusholli fii hujrotiha, wa laantusholli fii hujrotiha khoirunlaha min antusholli fiddaari,wa la antusholli fiddaari khoirunlaha min antusholli fil masjidi, rowahul baihaqiyyu an aaisyah NABI SAW bersabda sholatnya perempuan di kamar lebih baik dari pada sholat di ruang tengah,sholatnya perempuan di ruang tengah lebih baik daripada sholat di ruang tamu rumah bagian depan, sholatnya perempuan di rumah lebih baik daripada di sholat di mesjid. HR.IMAM BAIHAQI dari sayyidatina AISYAH, kitab UQUDULLUJJAIN hal.13 . Tapi bukan berarti wanita gak boleh sholat di mesjid, cuma AFDHOLnye wanita sholat di rumah kalo memang wanita ingin sholat di masjid ya jangan dilarang, dan jangan pula wanita disuruh harus sholat di masjid wallohualam. Bagi wanita lebih utama berjamaah di rumah . . Tetap lebih utama shalat sendirian karena bagi wanita yang muda musytahat ato wanita yang sudah tua tidak musytahat bila berpakaian yang bagus berhias atau memakai minyak wangi menghadiri jamaah di masjid atau mushalla hukumnya makruh, bahkan hukumnya harom bila tanpa idzin dari walinya atau suaminya bila sudah punya suami atau dapat idzin tapi khawatir terjadi fitnah. . . Solusinya shalat jamaah di rumah bersama dengan suaminya atau keluarganya bila belum bersuami karena bagi seseorg lakilaki lebih utama berjamaah di rumah bersama istri ato keluarganya sekiranya bila dia shalat di masjid istrinya atau keluarganya tidak berjamaah dengan catatan dengan tidak hadirnya lakilaki tersebut ke masjid tidak menyebabkan kosongnya jamaah di masjid. . . . 2 140 Bagi wanita dimakruhkan menghadiri jamaah dimasjid jika wanita tersebut masih seger masih bisa disyahwatidihasrati walaupun pakai baju yang terjaga atau wanita tersebut sudah tidak dihasrati tapi ia pakai perhiasan atau pakai parfum boleh bagi sang imam atau naibnya untuk mencegah wanita tersebut menghadiri jamaah di masjid sebagaimana diperbolehkan bagi imam atau naibnya mencegah masuk masjid bagi orang yang makan makanan yang berbau. Asrini Ummu Hafshoh, Iwan Fathi Fauzan, Reza Pacicu, Ghufron Bkl, Sunde Pati.
Apakah Inflasi Mempengaruhi Hutang Seseorang?
https://bimbinganislam.com/apakah-inflasi-mempengaruhi-hutang-seseorang/
Apakah Inflasi Mempengaruhi Hutang Seseorang? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan apakah inflasi mempengaruhi hutang seseorang? Selamat membaca. Pertanyaan: Assalamualaikum ust, ana mau bertanya berkaitan soal hutang. Di tahun 2005 pakdhe pinjam uang sebesar 5 juta. Lalu ada penambahan hutang lagi di tahun 2009 ditotal jadi 10 jt. Kemudian di tahun 2015 pakdhe bayar hutang sebesar 2,5 jt. Qadarullah di tahun 2020 pakdhe meninggal dunia. Jadi masih menyisakan hutang ke ibu ana. Nah untuk pelunasan hutang pakdhe ini dibayarkan sesuai nilai uang yang dipinjam atau dikonversikan dahulu ke nilai emas saat itu agar ahli waris bisa segera melunasi utang pakdhe? (Ditanyakan oleh Sahabat BIAS melalui Grup WA) Jawaban: Wa alaikumussalaam warahmatullah wabarakatuhu. Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rasulillah. Menurut pendapat mayoritas ulama kontemporer, bahwa hutang tetap dibayarkan sesuai besaran di saat dahulu ia berhutang, meskipun terjadi inflasi banyak maupun sedikit, selagi mata uang tersebut masih eksis digunakan. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Syaikh Ibnu Baz, syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh al-Shodiq Muhammad al-Amin al-Dhorir, Syaikh Aly al-Salus, dan juga fatwa dari al-Lajnah al-Daimah kerajaan saudi arabia. Disebutkan dalam fatwa al-Lajnah al-Daimah: (14/146) Wajib bagi penghutang untuk membayar besaran junaih (mata uang mesir) yang dulu ia pinjam dari si pemilik uang, dan tidak ada pengaruh terkait perbedaan nilai jual, entah bertambah atau berkurang (karena inflasi). (Fatawa al-Lajnah al-Daimah jilid:14, hal:146). Seperti halnya orang yang dahulu berhutang sekian rupiah, maka ia juga membayar sesuai besaran rupiah yang dulu pernah ia pinjam. Namun jika terjadi inflasi, bahwa misalnya 10 juta dahulu tidak seperti 10 juta sekarang, dan pihak penghutang ingin memberikan lebihan dalam pembayaran, sebagai bentuk berbuat baik dalam membayar hutang, maka yang demikian ini boleh, dan bukan masuk kategori riba. Dikatakan riba itu jika tambahannya disepakati dari awal, atau memberi tambahan/faidah ketika hutang belum dibayarkan, adapun ketika hutang dibayarkan, dan si penghutang memberikan tambahan, atau hadiah, yang demikian ini bukanlah riba. Bahkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam dahulu pernah melakukannya, lantas dalam hadist beliau mengatakan: . . Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik tatkala membayar hutang. (HR. Bukhari & Muslim). Namun jika ia hanya membayar sejumlah besaran yang ia ambil dahulu, yang demikian juga sudah mencukupi, semoga Allah beri taufiq pada semuanya, Wallahu alam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Selasa, 25 Muharram 1443 H/ 23 Agustus 2022 M Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I klik disini
Apakah Inflasi Mempengaruhi Hutang Seseorang Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan apakah inflasi mempengaruhi hutang seseorang Selamat membaca. Pertanyaan Assalamualaikum ust, ana mau bertanya berkaitan soal hutang. Kemudian di tahun 2015 pakdhe bayar hutang sebesar 2,5 jt. Qadarullah di tahun 2020 pakdhe meninggal dunia. Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rasulillah. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Syaikh Ibnu Baz, syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh alShodiq Muhammad alAmin alDhorir, Syaikh Aly alSalus, dan juga fatwa dari alLajnah alDaimah kerajaan saudi arabia. Fatawa alLajnah alDaimah jilid14, hal146. Seperti halnya orang yang dahulu berhutang sekian rupiah, maka ia juga membayar sesuai besaran rupiah yang dulu pernah ia pinjam. Namun jika terjadi inflasi, bahwa misalnya 10 juta dahulu tidak seperti 10 juta sekarang, dan pihak penghutang ingin memberikan lebihan dalam pembayaran, sebagai bentuk berbuat baik dalam membayar hutang, maka yang demikian ini boleh, dan bukan masuk kategori riba. Bahkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam dahulu pernah melakukannya, lantas dalam hadist beliau mengatakan . . Sesungguhnya sebaikbaik kalian adalah yang berbuat baik tatkala membayar hutang. Namun jika ia hanya membayar sejumlah besaran yang ia ambil dahulu, yang demikian juga sudah mencukupi, semoga Allah beri taufiq pada semuanya, Wallahu alam. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Selasa, 25 Muharram 1443 H 23 Agustus 2022 M Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab LIPIA Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I klik disini
5094. HUKUM MENCELUPKAN LALAT DALAM MINUMAN
https://www.piss-ktb.com/2017/04/5094-hukum-mencelupkan-lalat-dalam.html
PERTANYAAN : Assalamu alaikum. Saya mau nanya, di saat lalat atau nyamuk jatuh ke dalam air minum kita (ex: kopi dalam gelas) terus karena sayapnya katanya satu racun, satunya lagi obat, terus kita celup sekali lagi dengan tangan kita, bukan jatuh sendiri. Bagaimana hukumnya, masihkah bisa diminum air tersebut ? terimakasih. [Khairul Insan]. JAWABAN : Waalaikum salam. Masih bisa dan boleh diminum dan memang seperti itulah tuntunannya dari Rosulillah SAW, dicelupkan sekalian lalatnya. Wallahu alam. [Mujaawib : Ust.Nur Hamzah, Ust.Ghufron Bkl] - Bulughul Marom : - - , , , . , , : (( )) Dari Abu Hurairoh rodhiyallohu anhu-, dia berkata, Rasululloh shollallohu alaihi wa sallam- bersabda: Jika lalat jatuh ke minuman salah seorang diantara kalian, maka hendaklah ia menenggelamkannya, kemudian buanglah (lalat tersebut), karena sesungguhnya di salah satu sayapnya ada penyakit, dan di sayap lainnya ada obat. Dikeluarkan oleh Al Bukhori, dan Abu Dawud, dan dia (Abu Dawud) menambahkan, Sesungguhnya ia menjaga sayap yang di dalamnya ada penyakit. - Shohih Bukhori : www.fb.com/piss.ktb/1384213934934744
PERTANYAAN Assalamu alaikum. Saya mau nanya, di saat lalat atau nyamuk jatuh ke dalam air minum kita ex kopi dalam gelas terus karena sayapnya katanya satu racun, satunya lagi obat, terus kita celup sekali lagi dengan tangan kita, bukan jatuh sendiri. Bagaimana hukumnya, masihkah bisa diminum air tersebut terimakasih. Khairul Insan. JAWABAN Waalaikum salam. Masih bisa dan boleh diminum dan memang seperti itulah tuntunannya dari Rosulillah SAW, dicelupkan sekalian lalatnya. Wallahu alam. Mujaawib Ust.Nur Hamzah, Ust.Ghufron Bkl Bulughul Marom , , , . , , Dari Abu Hurairoh rodhiyallohu anhu, dia berkata, Rasululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda Jika lalat jatuh ke minuman salah seorang diantara kalian, maka hendaklah ia menenggelamkannya, kemudian buanglah lalat tersebut, karena sesungguhnya di salah satu sayapnya ada penyakit, dan di sayap lainnya ada obat. Dikeluarkan oleh Al Bukhori, dan Abu Dawud, dan dia Abu Dawud menambahkan, Sesungguhnya ia menjaga sayap yang di dalamnya ada penyakit. Shohih Bukhori www.fb.compiss.ktb1384213934934744
Tidak Boleh Sujud Kepada Manusia dan Selain Manusia
https://muslim.or.id/47149-tidak-boleh-sujud-kepada-manusia-dan-selain-manusia.html
Daftar Isi Sangat jelas dalam pelajaran TAUHID kita bahwa manusia tidak boleh sujud kepada selain Allah, baik itu kepada sesama manusia ataupun kepada selain manusia baik itu berupa batu, pohon, matahari, bulan dan sebagainya. Masalah sujud ini masalah yang sangat penting akan tetapi masih ada yang belum tahu atau belum paham. Hukum sujud kepada selain Allah dirinci sebagai berikut: Baca Juga: Allah Taala Tidak Mengampuni Dosa Syirik a) Sujud kepada manusia untuk penghormatan dan memuliakan, hukumnya haram dan dosa besar b) Sujud kepada manusia untuk ibadah, hukumnya adalah syirik yang bisa mengeluarkan dari Islam Berikut pembahasan dan dalilnya: Manusia tidak boleh sujud kepada manusia karena dalilnya cukup tegas. Rasulullah shallallahu alahi wa sallam bersabda, Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya [HR. Tirmidzi] Baca Juga: Menyembelih Tumbal Adalah Syirik Akbar Sujud kepada manusia untuk menghormati dan memuliakan hukumnya adalah dosa besar. An-Nawawi menjelaskan, – – Adapun yang dilakukan oleh orang awam dan semisal mereka yaitu sujud kepada syaikh mereka –bisa jadi mereka ahli hadits maka hukumnya haram dengan ijma kaum muslimin. [Al-Majmu 2/79] Adapun sujud kepada manusia untuk ibadah jelas hukumnya syirik yang bisa mengeluarkan dari Islam. Ibnu Hajar Al-Haitami berkata, . Di antaranya (pembatal keislaman) adalah yang dilakukan oleh kebanyakan orang yang bodoh yaitu sujud kepada syaikh mereka dengan tujuan ibadah atau taqarrub. Apabila tujuannya untuk memuliakan atau tidak jelas tujuannya, hukumnya tidak kafir akan tetapi hukumnya jelas haram. [Al-Ilam bi Qawathiil Islam]. Baca Juga: Kubur Nabi Daniel yang Disembunyikan agar Mencegah Kesyirikan Sujud kepada selain manusia hukumnya syirik. Allah melarang manusia sujud kepada matahari dan bulan, dua ciptaan Allah yang sangat besar. Apabila pada dua benda mati yang sangat besar saja dilarang, maka apalagi pada batu kecil atau pohon kecil? Perhatikan ayat berikut: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah. [Fussilat: 37] Ibadah sujud hanya kepada Allah saja diperuntukkan, bahkan semua makhluk sujud kepada Allah dengan caranya masing-masing. Allah berfirman, Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. [Quran Al-Hajj: 18] Baca Juga: Memahami Hakikat Kesyirikan pada Zaman Jahiliyyah Catatan: Syariat nabi sebelumnya membolehkan sujud kepada makhluk dalam rangka menghormati. Ini bukan dalil bahwa kita sekarang boleh sujud kepada manusia karena syariat kita ada yang berbeda dengan syariat nabi sebelumnya. Nabi Yusuf mendapatkan penghormatan berupa sujud. Perhatikan ayat berikut: Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman. Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. [Yusuf: 99-100] Adi bin Hatim menjelaskan tafsir ayat di atas, ini (sujud) adalah penghormatan sebelum kalian (umat Islam), kemudian Allah gantikan (sujud) dengan ucapan salam. [Tafsit Ibnu Abi Hatim hal. 2202] Baca Juga: Demikian semoga bermanfaat @ Lombok, Pulau seribu masjid Penyusun: Raehanul Bahraen Artikel www.muslim.or.id
Daftar Isi Sangat jelas dalam pelajaran TAUHID kita bahwa manusia tidak boleh sujud kepada selain Allah, baik itu kepada sesama manusia ataupun kepada selain manusia baik itu berupa batu, pohon, matahari, bulan dan sebagainya. Masalah sujud ini masalah yang sangat penting akan tetapi masih ada yang belum tahu atau belum paham. Rasulullah shallallahu alahi wa sallam bersabda, Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya HR. Tirmidzi Baca Juga Menyembelih Tumbal Adalah Syirik Akbar Sujud kepada manusia untuk menghormati dan memuliakan hukumnya adalah dosa besar. AnNawawi menjelaskan, Adapun yang dilakukan oleh orang awam dan semisal mereka yaitu sujud kepada syaikh mereka bisa jadi mereka ahli hadits maka hukumnya haram dengan ijma kaum muslimin. AlMajmu 279 Adapun sujud kepada manusia untuk ibadah jelas hukumnya syirik yang bisa mengeluarkan dari Islam. Apabila tujuannya untuk memuliakan atau tidak jelas tujuannya, hukumnya tidak kafir akan tetapi hukumnya jelas haram. Allah melarang manusia sujud kepada matahari dan bulan, dua ciptaan Allah yang sangat besar. Fussilat 37 Ibadah sujud hanya kepada Allah saja diperuntukkan, bahkan semua makhluk sujud kepada Allah dengan caranya masingmasing. Allah berfirman, Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohonpohonan, binatangbinatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Quran AlHajj 18 Baca Juga Memahami Hakikat Kesyirikan pada Zaman Jahiliyyah Catatan Syariat nabi sebelumnya membolehkan sujud kepada makhluk dalam rangka menghormati. Nabi Yusuf mendapatkan penghormatan berupa sujud. Perhatikan ayat berikut Maka tatkala mereka masuk ke tempat Yusuf Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman. Dan ia menaikkan kedua ibubapaknya ke atas singgasana. 2202 Baca Juga Demikian semoga bermanfaat Lombok, Pulau seribu masjid Penyusun Raehanul Bahraen Artikel www.muslim.or.id
Hukum Capung untuk Dikonsumsi
https://www.laduni.id/post/read/60260/hukum-capung-untuk-di-konsumsi.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaikum. wr. wb. apa hukum memakan capung ? JAWABAN : Wa'alaikum salam. Capung dalam Madzhab Syafi'i hukumnya tidak halal karena termasuk HASYAROT (serangga dan hewan kecil lain), bahasa inggrisnya dragonfly, bahasa arabnya (AL YA'SUUB). Definisi capung dalam kitab hayatul hayawan kubro dan disebutkan : : : [ ] : • : 1 - - - ° : . 2 - ( ) . - - 1 Namun sebetulnya lafazh YA'SUUB () dalam bahasa arab memiliki beberapa arti: 1. Ratu / raja lebah (jantan) dalam Qamus Al Muhith, lil Fairuzabadi,halaman 147, dikatakan: : 2. Satu jenis dari burung puyuhdalam kitab Tajul Arus, 3/370, dkatakan: ( ) : ( ) ( ) . 3. Burung yang bentuknya lebih kecil dari belalangdalam Qamus al Muhith dikatakan : diperjelas dalam Hayatul Hayawan yang dikutip oleh yai Hamzah diatas, yaitu: : : 3. Capung dalam Mu'jamullughah al arabiyyah al mu'ashirah, karya Dr. Ahmad Mukhtar Umar, juz 2 halaman 1497: Spesies serangga yang tidak berbahaya, empat sayapnya tidak pernah terkatup selamanya. Dalam Mu'jamul Ghani, karya Abul Azam Abdul Ghani, halaman 29828 disebutkan : - : . [ ]. (). 1. : . Ya'sub : 1. Spesies serangga, memiliki empat sayap membran, tinggal di dekat perairan yang tenang, dia memburu serangga-serangga kecil di udara. Capung, dalam bahasa Jawa (khususnya di Pekalongan, Jawa Tengah) disebut KINJENG. - ada kinjeng 'thik'- ada kinjeng thok' - ada kinjeng 'si' dan ada kinjeng dom.dan ada juga capung metaforsis dari undur-undur. Semuanya termasuk HASYAROT (serangga), dan dalam Madzhab Syafi'i hukumnya tidak halal. Dalam Kitab al Iqna' (2/584) dikatakan : . Tidak halal hasyarat (serangga), yaitu hewan-hewan kecil di bumi, seperti kumbang dan cacing. Dalam Kitab Al Fiqhul islami wa Adillathuu 4/146 : Haram makan hasyarat di tanah, yaitu binatang-binatang kecil, seperti kalajengking, ular, tikus, semut, dan lebah. Sementara dalam Madzhab Maliki memperbolehannya, sebagaimana keterangan dalam Kitab Al-Muntaqa, Syarh al Muwaththa 3/132 : : : Ibnu Habib berkata, bahwa Imam Malik dan ulama lainnya mengatakan : Siapa yang butuh makan serangga untuk obat atau yang lainnya, hukumnya dibolehkan, apabila disembelih sebagaimana menyembelih belalang. Seperti kumbang, kalajengking, kecoa, kalajengking jantan, tawon tabuhan, dan capung. Wallaahu Alam. Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
PERTANYAAN Assalamualaikum. wr. wb. apa hukum memakan capung JAWABAN Waalaikum salam. Capung dalam Madzhab Syafii hukumnya tidak halal karena termasuk HASYAROT serangga dan hewan kecil lain, bahasa inggrisnya dragonfly, bahasa arabnya AL YASUUB. Definisi capung dalam kitab hayatul hayawan kubro dan disebutkan 1 . 2 . 1 Namun sebetulnya lafazh YASUUB dalam bahasa arab memiliki beberapa arti 1. Ratu raja lebah jantan dalam Qamus Al Muhith, lil Fairuzabadi,halaman 147, dikatakan 2. Satu jenis dari burung puyuhdalam kitab Tajul Arus, 3370, dkatakan . 3. Burung yang bentuknya lebih kecil dari belalangdalam Qamus al Muhith dikatakan diperjelas dalam Hayatul Hayawan yang dikutip oleh yai Hamzah diatas, yaitu 3. Capung dalam Mujamullughah al arabiyyah al muashirah, karya Dr. Ahmad Mukhtar Umar, juz 2 halaman 1497 Spesies serangga yang tidak berbahaya, empat sayapnya tidak pernah terkatup selamanya. Dalam Mujamul Ghani, karya Abul Azam Abdul Ghani, halaman 29828 disebutkan . . . 1. . Yasub 1. Spesies serangga, memiliki empat sayap membran, tinggal di dekat perairan yang tenang, dia memburu seranggaserangga kecil di udara. Capung, dalam bahasa Jawa khususnya di Pekalongan, Jawa Tengah disebut KINJENG. ada kinjeng thik ada kinjeng thok ada kinjeng si dan ada kinjeng dom.dan ada juga capung metaforsis dari undurundur. Semuanya termasuk HASYAROT serangga, dan dalam Madzhab Syafii hukumnya tidak halal. Dalam Kitab al Iqna 2584 dikatakan . Tidak halal hasyarat serangga, yaitu hewanhewan kecil di bumi, seperti kumbang dan cacing. Dalam Kitab Al Fiqhul islami wa Adillathuu 4146 Haram makan hasyarat di tanah, yaitu binatangbinatang kecil, seperti kalajengking, ular, tikus, semut, dan lebah. Sementara dalam Madzhab Maliki memperbolehannya, sebagaimana keterangan dalam Kitab AlMuntaqa, Syarh al Muwaththa 3132 Ibnu Habib berkata, bahwa Imam Malik dan ulama lainnya mengatakan Siapa yang butuh makan serangga untuk obat atau yang lainnya, hukumnya dibolehkan, apabila disembelih sebagaimana menyembelih belalang. Seperti kumbang, kalajengking, kecoa, kalajengking jantan, tawon tabuhan, dan capung. Wallaahu Alam. Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Jika Baca Hadits Ini, Anda Pasti Ingin Jadi Kaya dan Insya Allah Pasti Bisa
https://bersamadakwah.net/jika-baca-hadits-ini-anda-pasti-ingin-jadi-kaya/
ilustrasi sedekah jiwa kaya (Republika.co.id) Kadang muncul pertanyaan, mana yang lebih baik antara fakir dan kaya. Ternyata menjadi kaya lebih baik, jika kita menyimak sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini dengan sepenuh jiwa. Kaya menurut definisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukan orang yang banyak harta. Beliau bersabda: “Kaya itu bukanlah banyaknya harta. Namun kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dan Muslim) Suatu ketika, Rasulullah mengajari Abu Dzar dengan bertanya terlebih dahulu. : . : : . : “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya?” Aku (Abu Dzar) menjawab, “Betul.” Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” Aku menjawab, “Betul ya Rasulullah.” Lantas beliau bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya adalah kayanya hati sedangkan fakir adalah fakirnya hati” (HR. Ibnu Hibban; shahih) Jadi menurut Rasulullah, hakikat kaya bukanlah karena banyaknya harta. Melainkan dilihat dari karakternya yang tidak merasa kekurangan, justru merasa cukup dengan pemberian Allah dan ringan tangan dalam membantu sesama dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Imam Al Qurthubi menjelaskan dalam At Tadzkirah, “Pada hakikatnya, orang yang memerlukan itu faqir meskipun ia memiliki banyak harta. Sedangkan orang yang merasa cukup dengan Tuhannya, dia itulah orang kaya.” “Orang banyak harta tetapi hatinya bergantung pada harta serta rakus terhadapnya, sesungguhnya ia miskin,” lanjut Imam Al Qurthubi. Dengan definisi kaya dari Rasulullah ini, Abu Ali Ad Daqqaq menyimpulkan: “Kaya lebih utama daripada faqir. Karena kaya adalah sifat Allah sedangkan faqir adalah sifat makhluk.” Karena kaya adalah soal karakter, maka insya Allah setiap orang bisa menjadi kaya tanpa menunggu memiliki banyak harta. Tinggal mengubah paradigma dan sikap kita; bersyukur dengan pemberian Allah, tidak bergantung kepada dunia, jangan suka meminta kepada sesama manusia dan biasakan menjadi dermawan. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]
ilustrasi sedekah jiwa kaya Republika.co.id Kadang muncul pertanyaan, mana yang lebih baik antara fakir dan kaya. Ternyata menjadi kaya lebih baik, jika kita menyimak sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini dengan sepenuh jiwa. Kaya menurut definisi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bukan orang yang banyak harta. Beliau bersabda Kaya itu bukanlah banyaknya harta. Namun kaya yang sebenarnya adalah kaya hati. HR. Bukhari dan Muslim Suatu ketika, Rasulullah mengajari Abu Dzar dengan bertanya terlebih dahulu. . . Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya Aku Abu Dzar menjawab, Betul. Beliau bertanya lagi, Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir Aku menjawab, Betul ya Rasulullah. Lantas beliau bersabda, Sesungguhnya yang namanya kaya adalah kayanya hati sedangkan fakir adalah fakirnya hati HR. Ibnu Hibban shahih Jadi menurut Rasulullah, hakikat kaya bukanlah karena banyaknya harta. Melainkan dilihat dari karakternya yang tidak merasa kekurangan, justru merasa cukup dengan pemberian Allah dan ringan tangan dalam membantu sesama dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Imam Al Qurthubi menjelaskan dalam At Tadzkirah, Pada hakikatnya, orang yang memerlukan itu faqir meskipun ia memiliki banyak harta. Sedangkan orang yang merasa cukup dengan Tuhannya, dia itulah orang kaya. Orang banyak harta tetapi hatinya bergantung pada harta serta rakus terhadapnya, sesungguhnya ia miskin, lanjut Imam Al Qurthubi. Dengan definisi kaya dari Rasulullah ini, Abu Ali Ad Daqqaq menyimpulkan Kaya lebih utama daripada faqir. Karena kaya adalah sifat Allah sedangkan faqir adalah sifat makhluk. Karena kaya adalah soal karakter, maka insya Allah setiap orang bisa menjadi kaya tanpa menunggu memiliki banyak harta. Tinggal mengubah paradigma dan sikap kita bersyukur dengan pemberian Allah, tidak bergantung kepada dunia, jangan suka meminta kepada sesama manusia dan biasakan menjadi dermawan. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Muchlisin BKBersamadakwah
Belum Aqiqah Sampai Dewasa
https://konsultasisyariah.com/30740-belum-aqiqah-sampai-dewasa.html
Ustadz mhon pnjelasannya:bgmn halnya dg seseorang yg sdh dewasa ttpi blum diakikahi?jazaakallah khoiron Dari : Sutiyonoripto, di Bantul Jawaban : Bismillah, walhamdulillah was sholaatu was salam ‘ala Rasulillah, waba’du. Barangkali muncul kegelisahan, ketika mendapati diri atau anak kita sudah mencapai usia dewasa, belum juga diakikahi. Karena Nabi shallallahualaihiwa sallam menyebutkan, bahwa seorang anak yang terlahir statusnya tergadai, sampai dia diakikahi. Dari sahabat Samurah bin Jundub radliallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih pada hari ketujuh, dicukur gundul rambutnya, dan diberi nama.” (HR. Ahmad 20722, at-Turmudzi 1605, dan dinilai shahih oleh al-Albani). Tentang makna status tergadai pada hadis di atas, silahkan dipelajari di : Anakmu Tergadai Sampai Diakikahi Perlu kita ketahui, bahwa hukum akikah sebenarnya adalah sunah muakkadah. Terkait waktu pelaksanaannya, para ulama sepakat, bahwa waktu akikah yang paling afdhol adalah hari ketujuh kelahiran. Berdasarkan hadis dari sahabat Samurah bin Jundub di atas. Cara menghitungnya, dimulai sejak hari kelahiran, kemudian ditambah enam hari berikutnya. Namun, bila tidak mampu, akikah boleh dilakukan setelahnya sampai ada kemampuan, meskipun si anak sudah mencapai dewasa. Hal ini berdasar pada perbuatan Nabi shallallahua’alaihi wa sallam, dimana beliau mengakikahi diri beliau sendiri di saat beliau sudah mencapai usia dewasa. Imam Tabrani meriwayatkan hadis yang menjadi dasar kesimpulan ini, Bahwa Nabi shallallahua’alahi wa sallam meng-akikahi diri beliau sendiri, setelah beliau diutus menjadi Nabi. (Dinilai shahih oleh Syaikh Albani, dalam Silsilah As-Shahihah). Inilah pendapat yang kami nilai kuat diantara persilangan pendapat ulama yang ada dalam masalah ini. Riwayat di atas, juga menunjukkan bolehnya seorang mengakikahi dirinya sendiri, apabila orangtuanya belum mengakikahi dirinya ketika kecil atau karena orangtuanya tidak mampu menunaikan akikah untuknya. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, , Seandanya kambing akikah disembelih sebelum atau setelah hari ketujuh, maka hukumnya sah. Adapun bila disembelih sebelum kelahiran, para ulama sepakat akikah tidak sah. Status kambing yang disembelih adalah sembelihan biasa ak teranggap sebagai akikah). (Al-Majmu’ 8/411). Syaikh Abdulaziz bin Baz rahimahullah menjelaskan, Waktu pelaksanaan akikah adalah hari ketujuh kelahiran. Inilah waktu yang paling utama, yaitu hari ketujuh. Namun bila kambing akikah disembelih setelah hari ketujuh, tidak mengapa. Bahkan sampai satu atau dua tahun setelahnyapun tidak mengapa. Jika ayahnya belum menunaikan akikah anaknya, sementara anak tersebut ingin mengakikahi dirinya, inipun baik (sah). Meski sebenarnya akikah adalah tanggungan ayah, akak tetapi bila seorang ingin mengakikahi dirinya, atau mengakikahi ibu atau saudaranya, maka tidak mengapa. (Fatwa beliau bisa disimak di sini : Wallahua’lam bis showab. Di jawab oleh Ustadz Ahmad Anshori, Lc Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Ustadz mhon pnjelasannyabgmn halnya dg seseorang yg sdh dewasa ttpi blum diakikahijazaakallah khoiron Dari Sutiyonoripto, di Bantul Jawaban Bismillah, walhamdulillah was sholaatu was salam ala Rasulillah, wabadu. Barangkali muncul kegelisahan, ketika mendapati diri atau anak kita sudah mencapai usia dewasa, belum juga diakikahi. Dari sahabat Samurah bin Jundub radliallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih pada hari ketujuh, dicukur gundul rambutnya, dan diberi nama. Ahmad 20722, atTurmudzi 1605, dan dinilai shahih oleh alAlbani. Berdasarkan hadis dari sahabat Samurah bin Jundub di atas. Cara menghitungnya, dimulai sejak hari kelahiran, kemudian ditambah enam hari berikutnya. Namun, bila tidak mampu, akikah boleh dilakukan setelahnya sampai ada kemampuan, meskipun si anak sudah mencapai dewasa. Hal ini berdasar pada perbuatan Nabi shallallahuaalaihi wa sallam, dimana beliau mengakikahi diri beliau sendiri di saat beliau sudah mencapai usia dewasa. Inilah pendapat yang kami nilai kuat diantara persilangan pendapat ulama yang ada dalam masalah ini. Riwayat di atas, juga menunjukkan bolehnya seorang mengakikahi dirinya sendiri, apabila orangtuanya belum mengakikahi dirinya ketika kecil atau karena orangtuanya tidak mampu menunaikan akikah untuknya. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, , Seandanya kambing akikah disembelih sebelum atau setelah hari ketujuh, maka hukumnya sah. Inilah waktu yang paling utama, yaitu hari ketujuh. Bahkan sampai satu atau dua tahun setelahnyapun tidak mengapa. Fatwa beliau bisa disimak di sini Wallahualam bis showab. Di jawab oleh Ustadz Ahmad Anshori, Lc Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n.
Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan? (Bag. 11)
https://muslim.or.id/42948-apakah-engkau-ingin-menjadi-pembuka-pintu-pintu-kebaikan-bag-11.html
Baca pembahasan sebelumnya Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan? (Bag. 10) Ke empat belas: Jangan remehkan pintu kebaikan yang dibuka oleh orang lain Siapa saja yang dimudahkan baginya untuk membuka satu pintu kebaikan, maka jangan remehkan kebaikan yang dibuka oleh orang lain melalui pintu yang lainnya. Sehingga siapa saja yang dimudahkan untuk melaksanakan dan memperbanyak ibadah tertentu, seperti shalat, puasa sunnah atau amal-amal sunnah yang lainnya, maka janganlah meremehkan amal jenis lain yang ditekuni oleh saudaranya. Kita bisa jadi dimudahkan untuk memperbanyak puasa sunnah atau dimudahkan untuk berkhidmat melayani masyarakat yang kesusahan (sedekah). Namun orang tersebut terkadang menganggap remeh orang lain yang puasa dan sedekahnya tidak sebanyak dirinya. Padahal, bisa jadi amal yang ditekuni oleh orang lain itu jauh lebih banyak dibandingkan dirinya. Di sana terdapat ketaatan yang manfaatnya terbatas pada pelakunya, namun di sana ada juga ketaatan yang manfaatnya juga bisa dirasakan oleh orang lain. Sehingga yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah, siapa saja yang Allah Taala mudahkan untuk menekuni satu amal ibadah, maka janganlah meremehkan saudaranya yang menekuni amal ibadah jenis lainnya. Karena betul Engkau berada dalam kebaikan, sebagaimana orang lain juga berada dalam kebaikan. Baca juga: Mendoakan Kebaikan Untuk Waliyul Amri Oleh karena itu, sungguh indah perkataan Imam Malik bin Anas rahimahullahu Taala ketika berdiskusi dengan seseorang yang menyibukkan dirinya dalam ibadah. Sesungguhnya Abdullah bin Abdul Aziz Al-Umarri Al-Aabid, seorang ahli ibadah, menulis surat kepada Imam Malik. Beliau menyarankan (memotivasi) Imam Malik untuk menyendiri (uzlah) dan sibuk beribadah dalam kesendirian. Dan dengan motivasi itu, dia ingin menggembosi semangat Imam Malik dari mengajarkan ilmu. Imam Malik pun membalas surat tersebut dengan mengatakan, Sesungguhnya Allah Taala itu membagi amal (ibadah) sebagaimana Allah membagi rizki (maksudnya, ada yang sumber rizkinya dari berdagang, menjadi petani, dan seterusnya, pen.). Ada orang yang dibukakan untuknya pintu shalat, namun tidak dibukakan pintu puasa. Sedangkan yang lain, dibukakan pintu sedekah, namun tidak dibukakan pintu puasa. Yang lain lagi, dibukakan pintu jihad, namun tidak dibukakan pintu shalat. Adapun menyebarkan ilmu dan mengajarkannya termasuk di antara amal kebaikan yang paling utama. Dan sungguh aku telah ridha dengan apa yang telah Allah Taala bukakan untukku. Aku tidak menyangka amal yang Allah mudahkan untukku itu lebih rendah dari amal yang Engkau kerjakan. Aku berharap bahwa kita berdua berada dalam kebaikan. Dan wajib atas setiap kita untuk ridha terhadap amal yang telah dibagi untuknya. (At-Tamhiid, 7/158 dan Siyar Alaam An-Nubalaa, 8/114) Baca juga: Sudah Taubat Lalu Bermaksiat Lagi, Apakah Diterima Taubatnya? Lihatlah kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh Imam Malik di atas. Beliau mengatakan, Aku berharap bahwa kita berdua berada dalam kebaikan. Beliau tidak mengatakan, Engkau tidak paham (bodoh) atau Engkau tidak memiliki ilmu sebagaimana ilmu yang aku miliki dan Engkau ini lebih rendah. Akan tetapi, beliau menutup suratnya dengan kalimat yang sangat indah dan penuh ketawadhuan, Aku berharap bahwa kita berdua berada dalam kebaikan. Akan tetapi, kebaikan Imam Malik itu tentu saja lebih besar, karena manfaatnya juga meluas untuk orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri. Berbeda dengan ahli ibadah, karena ibadah yang dilakukan itu hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Darda radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya keutamaan seorang ulama dibandingkan dengan ahli ibadah itu seperti keutamaan bulan pada malam purnama dibandingkan dengan seluruh bintang. (HR. Ahmad no. 21763, Abu Dawud no. 3641, Tirmidzi no. 2682, Ibnu Majah no. 223, Ibnu Hibban no. 88, dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 6297.) Ke lima belas: Mengobati penyakit hati Masalah penting berikutnya agar kita bisa menjadi pembuka pintu kebaikan adalah mengobati penyakit-penyakit yang ada di dalam hati dengan sungguh-sungguh dan dengan senantiasa mengharap pertolongan dari Allah Taala. Hal ini karena penyakit hati sangatlah berbahaya bagi diri setiap orang, misalnya penyakit hasad, penyakit menyimpan rasa dendam dan permusuhan di dalam hati, iri dengki dan penyakit hati lainnya yang ada di dalam hati kita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah mengajarkan doa yang sangat agung terkait hal ini. Di antaranya adalah doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Dan cabutlah rasa dendam (dengki) di dalam dadaku. (HR. Ahmad no. 1997, Abu Dawud no. 1510, Tirmidzi no. 3551, Ibnu Majah no. 3830, Ibnu Hibban no. 947, dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 1353.) Jika dada kita dipenuhi rasa dendam, dengki dan permusuhan, bagaimanakah diri kita ini mampu menjadi kunci kebaikan bagi orang lain? Ketika hati kita dipenuhi dengan sifat-sifat buruk, bagaimanakah bisa muncul dari hati seperti ini berupa kebaikan bagi orang lain? Oleh karena itu, orang yang memiliki sifat hasad, terkadang menampakkan bahwa dirinya menginginkan perbaikan atau membuka pintu kebaikan, tetapi pada hakikatnya dia sedang membuat kerusakan. Kita ambil satu contoh, yaitu iblis. Ketika iblis memiliki hasad terhadap Nabi Adam, apa yang dia lakukan? Dia mendatangi Nabi Adam seolah-olah sebagai pemberi nasihat yang terpercaya, menggodanya dan menyebutkan berbagai hal yang tampaknya baik untuk Nabi Adam. Allah Taala berfirman, Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata, Tuhan kamu tidak melarang kamu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua. Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. (QS. Al-Araf [7]: 20-22) Baca juga: Orang Tua Tidak Pernah Menafkahi, Wajibkah Anak Tetap Berbakti? Oleh karena itu, hati yang dipenuhi dengan hasad dan kedengkian, tidak akan bisa menjadi kunci kebaikan. Bahkan bisa jadi hanya akan menjadi kunci keburukan. Sehingga diri kita sangat butuh untuk diobati secara terus-menerus dan senantiasa mengharap pertolongan Allah Taala untuk menjauhkan hati kita dari berbagai penyakit hati. Sebagaimana doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku, bersihkanlah jiwaku, Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang bisa membersihkan jiwaku, dan Engkau adalah wali yang mengurusi hatiku dan pemimpin atas jiwaku. (HR. Muslim no. 2722) Ke enam belas: Semangat seorang hamba dalam kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain Ini adalah penutup yang mengumpulkan semua poin yang telah kami sebutkan sebelumnya, yaitu memiliki semangat dan antusiasme dalam kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain. Jika semangat tersebut terus ada, tekad pun sudah bulat, kemudian diiringi permintaan kepada Allah Taala dalam kebaikan tersebut, dan mendatangi kebaikan dari pintunya, maka dengan ijin Allah, dia akan menjadi kunci kebaikan dan penutup keburukan bagi orang lain. Penutup Demikianlah pembahasan tentang bagaimana agar kita bisa menjadi kunci kebaikan, yang kami sarikan dari kitab Kaifa takuunu miftaahan lil khair, karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullahu Taala. Kita meminta kepada Allah Taala agar menjadikan kita seluruhnya menjadi kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan kita pun berdoa kepada Allah Taala agar memberikan kita hidayah dan dengan sebab kita, orang lain pun mendapatkan hidayah, serta memudahkan hidayah tersebut untuk kita. [Selesai] Baca juga: *** @Sint-Jobskade 718 NL, 17 Syawwal 1439/ 1 Juli 2018 Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya, Penulis: M. Saifudin Hakim Artikel: Muslim.Or.Id Referensi: Disarikan dari kitab Kaifa takuunu miftaahan lil khair karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, hal. 55-63.
Baca pembahasan sebelumnya Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka PintuPintu Kebaikan Bag. Kita bisa jadi dimudahkan untuk memperbanyak puasa sunnah atau dimudahkan untuk berkhidmat melayani masyarakat yang kesusahan sedekah. Padahal, bisa jadi amal yang ditekuni oleh orang lain itu jauh lebih banyak dibandingkan dirinya. Sehingga yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah, siapa saja yang Allah Taala mudahkan untuk menekuni satu amal ibadah, maka janganlah meremehkan saudaranya yang menekuni amal ibadah jenis lainnya. Baca juga Mendoakan Kebaikan Untuk Waliyul Amri Oleh karena itu, sungguh indah perkataan Imam Malik bin Anas rahimahullahu Taala ketika berdiskusi dengan seseorang yang menyibukkan dirinya dalam ibadah. Sesungguhnya Abdullah bin Abdul Aziz AlUmarri AlAabid, seorang ahli ibadah, menulis surat kepada Imam Malik. Beliau menyarankan memotivasi Imam Malik untuk menyendiri uzlah dan sibuk beribadah dalam kesendirian. Dan dengan motivasi itu, dia ingin menggembosi semangat Imam Malik dari mengajarkan ilmu. Yang lain lagi, dibukakan pintu jihad, namun tidak dibukakan pintu shalat. Dan sungguh aku telah ridha dengan apa yang telah Allah Taala bukakan untukku. Dan wajib atas setiap kita untuk ridha terhadap amal yang telah dibagi untuknya. AtTamhiid, 7158 dan Siyar Alaam AnNubalaa, 8114 Baca juga Sudah Taubat Lalu Bermaksiat Lagi, Apakah Diterima Taubatnya Lihatlah kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh Imam Malik di atas. Beliau mengatakan, Aku berharap bahwa kita berdua berada dalam kebaikan. Beliau tidak mengatakan, Engkau tidak paham bodoh atau Engkau tidak memiliki ilmu sebagaimana ilmu yang aku miliki dan Engkau ini lebih rendah. 88, dinilai shahih oleh AlAlbani dalam Shahih AlJami no. Ke lima belas Mengobati penyakit hati Masalah penting berikutnya agar kita bisa menjadi pembuka pintu kebaikan adalah mengobati penyakitpenyakit yang ada di dalam hati dengan sungguhsungguh dan dengan senantiasa mengharap pertolongan dari Allah Taala. Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah mengajarkan doa yang sangat agung terkait hal ini. Di antaranya adalah doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Dan cabutlah rasa dendam dengki di dalam dadaku. Jika dada kita dipenuhi rasa dendam, dengki dan permusuhan, bagaimanakah diri kita ini mampu menjadi kunci kebaikan bagi orang lain Ketika hati kita dipenuhi dengan sifatsifat buruk, bagaimanakah bisa muncul dari hati seperti ini berupa kebaikan bagi orang lain Oleh karena itu, orang yang memiliki sifat hasad, terkadang menampakkan bahwa dirinya menginginkan perbaikan atau membuka pintu kebaikan, tetapi pada hakikatnya dia sedang membuat kerusakan. Ketika iblis memiliki hasad terhadap Nabi Adam, apa yang dia lakukan Dia mendatangi Nabi Adam seolaholah sebagai pemberi nasihat yang terpercaya, menggodanya dan menyebutkan berbagai hal yang tampaknya baik untuk Nabi Adam. Allah Taala berfirman, Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata, Tuhan kamu tidak melarang kamu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal dalam surga. Dan dia setan bersumpah kepada keduanya, Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua. AlAraf 7 2022 Baca juga Orang Tua Tidak Pernah Menafkahi, Wajibkah Anak Tetap Berbakti Oleh karena itu, hati yang dipenuhi dengan hasad dan kedengkian, tidak akan bisa menjadi kunci kebaikan. Jika semangat tersebut terus ada, tekad pun sudah bulat, kemudian diiringi permintaan kepada Allah Taala dalam kebaikan tersebut, dan mendatangi kebaikan dari pintunya, maka dengan ijin Allah, dia akan menjadi kunci kebaikan dan penutup keburukan bagi orang lain. Kita meminta kepada Allah Taala agar menjadikan kita seluruhnya menjadi kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Selesai Baca juga SintJobskade 718 NL, 17 Syawwal 1439 1 Juli 2018 Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabbnya, Penulis M. Saifudin Hakim Artikel Muslim.
Surat Ali Imran Ayat 134, Arab Latin, Arti, Tafsir dan Kandungan
https://bersamadakwah.net/surat-ali-imran-ayat-134/
Surat Ali Imran ayat 134 adalah ayat tentang karakter orang bertaqwa. Berikut ini arti, tafsir dan kandungan maknanya. Surat Ali Imran ( ) merupakan surat madaniyah yang turun setelah Surat Al Anfal. Nama surat ini Ali Imran karena di dalamnya terdapat kisah keluarga Imran, ayah Maryam, ibu kandung Isa ‘alaihis salam. Di dalamnya banyak petunjuk dan tuntunan hidup, termasuk ayat 134 ini. Bersama ayat 133 dan 135, ia menunjukkan lima karakter orang bertaqwa. Khusus ayat 134 ini, ada empat karakter orang bertaqwa yakni gemar berinfaq, menahan marah, memaafkan dan suka berbuat baik. Daftar Isi Surat Ali Imran Ayat 134 Beserta ArtinyaTafsir Surat Ali Imran Ayat 1341. Gemar berinfaq2. Menahan marah3. Memafkan manusia4. Suka berbuat baikKandungan Surat Ali Imran Ayat 134 Berikut ini Surat Ali Imran Ayat 134 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia: (alladziina yunfiquuna fis sarroo,i wadl dlorroo,i wal kaadhimiinal ghoidho wal ‘aafiina ‘anin naas, walloohu yuhibbul muhsiniin) Artinya:(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Baca juga: Ayat Kursi Tafsir Surat Ali Imran Ayat 134 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar ringkas dan mudah dipahami. Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas. Poin pertama dari Surat Ali Imran ayat 134 adalah karakter pertama orang bertaqwa. Yakni gemar berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit Inilah karakter orang bertaqwa; gemar berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Berinfaq baik dalam keadaan kaya atau miskin. Saat banyak uang maupun di tengah keterbatasan. Para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhummenjadi generasi teladan dalam hal ini. Mereka suka berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumumkan Perang Tabuk, dan waktu itu kondisinya paceklik, para sahabat berbondong-bondong untuk berinfaq. Umar radhiyallahu ‘anhu datang membawa harta yang banyak. Beliau menginfakkan harta itu untuk jihad fi sabilillah yakni Perang Tabuk. Ketika Rasulullah bertanya, “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?” Umar menjawab, “Aku menginfakkan separuh hartaku dan untuk keluargaku masih ada separuh hartaku.” Setelah itu datang Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Beliau menginfakkan harta yang lebih banyak daripada infaq Umar. “Ya Rasulullah, aku infakkan seluruh hartaku.” Ketika Rasulullah bertanya, apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar menjawab mantap, “Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya.” Umar yang awalnya ingin mengungguli amal Abu Bakar, saat itu tersadar, “Aku tidak pernah bisa mengungguli Abu Bakar.” Selain Abu Bakar dan Umar, para sahabat lainnya juga berbondong-bondong untuk berinfaq. Ada pula sahabat yang karena keterbatasan ekonomi, hanya berinfaq segenggam kurma. Orang-orang munafik mengejek, “Allah tidak membutuhkan infaq yang sangat sedikit seperti itu.” Namun Rasulullah justru memuji sahabat yang infaq meskipun segenggam kurma karena kemampuannya memang hanya sebesar itu. Dan tidak ada ceritanya Umar jatuh miskin setelah menginfakkan separuh hartanya. Juga tidak ada ceritanya Abu Bakar jatuh bangkrut setelah menginfakkan seluruh hartanya. Yang ada, justru kekayaan mereka di kemudian hari bertambah dan semakin berkah. Persis seperti sabda Nabi: Tidaklah sedekah mengurangi harta. (HR. Muslim) Karakter orang bertaqwa yang kedua adalah menahan marah, mampu mengelola emosi. dan orang-orang yang menahan amarahnya Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, “apabila mereka mengalami emosi, maka mereka menahannya. Yakni tidak memendam, tidak pula mengeluarkannya.” Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan, “Marah adalah perasaan manusiawi yang diiringi naiknya tekanan darah … Manusia tidak dapat menundukkan kemarahan ini kecuali dengan perasaan yang halus dan lembut yang bersumber dari pancaran taqwa…” Marah sering kali membuat orang hilang akal sehat, kata-kata tidak terkontrol, keputusan tidak bijak dan emosi tak terkendali. Secara medis, banyak penyakit yang muncul akibat dipicu oleh kemarahan. Mulai dari darah tinggi, kolesterol, hingga diabet. Sebab marah memicu hormon kortisol. Rasulullah menyebutkan bahwa orang-orang yang mampu mengelola emosinya, mampu menahan marah, itulah orang-orang yang sejatinya benar-benar kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim: Orang yang kuat bukanlah orang (menang dalam) gulat, tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah. (HR. Bukhari dan Muslim) Bahkan, siapa yang pandai mengelola emosi dan menahan kemarahan, hadiahnya adalah surga. : : :” Dari Abu Darda’ ia mengatakan, aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku satu amal yang memasukkanku ke surga.” Beliau bersabda, “Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani; shahih lighairihi) Karakter orang bertaqwa yang ketiga adalah adalah suka memaafkan. Dan memaafkan manusia Tak hanya mampu menahan marah, orang bertaqwa juga pandai memaafkan kesalahan orang lain. “Menahan marah merupakan tahapan yang pertama,” tulis Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. “Namun, menahan marah ini saja belum memadai. Karena, adakalanya seseorang itu menahan marah tetapi masih dendam dan benci. Sehingga, berubahlah kemarahannya yang meledak-ledak dendam yang terpendam dan tersembunyi. Padahal, kemarahan dan kemurkaan itu lebih bersih dan suci daripada dendam dalam hati. Oleh karena itu, berlanjutlah nash ini untuk mengakhiri kemarahan dan kebencian dalam jiwa orang-orang yang bertaqwa, yaitu dengan memaafkan, berlapang dada, dan toleransi.” Memaafkan merupakan sikap mulia. Ia tidak akan menurunkan harga diri seseorang, melainkan justru menambah kemuliaan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. (HR. Muslim) Memaafkan juga membuat hati lapang, penuh kedamaian dan mudah bahagia. Sebaliknya, tidak memaafkan alias mendendam akan memicu hormon kortisol yang mengakibatkan berbagai penyakit termasuk jantung, kanker dan stroke. Karakter keempat dari orang bertaqwa adalah suka berbuat baik; muhsinin. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir Al Munir bahwa muhsinin adalah orang yang membalas kejelekan dengan kebaikan. Orang mencela kita, kita tidak marah, justru memaafkannya dan menyambung silaturahim dengannya, ini adalah contoh muhsinin. Ada orang menyakiti kita, kita justru memaafkan dan menolongya saat membutuhkan, juga contoh muhsinin. Hasan Al Banna membuat sebuah perumpamaan yang sangat baik. “Jadilah seperti pohon mangga. Orang melemparinya dengan batu, ia membalas dengan memberikan buahnya.” Baca juga: Isi Kandungan Surat Ali Imran Ayat 134 Berikut ini adalah isi kandungan Surat Ali Imran ayat 134: Surat Ali Imran ayat 134 ini menunjukkan sebagian karakter orang bertaqwa. Empat di antara karakter orang bertaqwa adalah gemar berinfaq baik di kala lapang maupun sempit, mampu mengelola emosi dan menahan marah, suka memaafkan, dan suka berbuat kebajikan. Islam mengajarkan umatnya untuk gemar berinfaq. Infaq tidak akan mengurangi harta, justru mendatangkan keberkahan. Islam mengajarkan umatnya untuk mengelola emosi dan menahan amarah. Karakter ini merupakan salah satu kunci surga. Islam mengajarkan umatnya untuk memaafkan dan tidak menyimpan dendam. Islam mengajarkan umatnya untuk suka berbuat kebajikan. Bahkan membalas keburukan dengan kebaikan. Demikian Surat Ali Imran ayat 134 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan semakin memotivasi kita untuk menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
Surat Ali Imran ayat 134 adalah ayat tentang karakter orang bertaqwa. Di dalamnya banyak petunjuk dan tuntunan hidup, termasuk ayat 134 ini. Bersama ayat 133 dan 135, ia menunjukkan lima karakter orang bertaqwa. Khusus ayat 134 ini, ada empat karakter orang bertaqwa yakni gemar berinfaq, menahan marah, memaafkan dan suka berbuat baik. Daftar Isi Surat Ali Imran Ayat 134 Beserta ArtinyaTafsir Surat Ali Imran Ayat 1341. Allah menyukai orangorang yang berbuat kebajikan. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsirtafsir di atas. Berinfaq baik dalam keadaan kaya atau miskin. Para sahabat Nabi radhiyallahu anhummenjadi generasi teladan dalam hal ini. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengumumkan Perang Tabuk, dan waktu itu kondisinya paceklik, para sahabat berbondongbondong untuk berinfaq. Setelah itu datang Abu Bakar radhiyallahu anhu. Orangorang munafik mengejek, Allah tidak membutuhkan infaq yang sangat sedikit seperti itu. Dan tidak ada ceritanya Umar jatuh miskin setelah menginfakkan separuh hartanya. Persis seperti sabda Nabi Tidaklah sedekah mengurangi harta. Yakni tidak memendam, tidak pula mengeluarkannya. Secara medis, banyak penyakit yang muncul akibat dipicu oleh kemarahan. Mulai dari darah tinggi, kolesterol, hingga diabet. Rasulullah menyebutkan bahwa orangorang yang mampu mengelola emosinya, mampu menahan marah, itulah orangorang yang sejatinya benarbenar kuat. Dari Abu Darda ia mengatakan, aku bertanya Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku satu amal yang memasukkanku ke surga. Menahan marah merupakan tahapan yang pertama, tulis Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran. Karena, adakalanya seseorang itu menahan marah tetapi masih dendam dan benci. Oleh karena itu, berlanjutlah nash ini untuk mengakhiri kemarahan dan kebencian dalam jiwa orangorang yang bertaqwa, yaitu dengan memaafkan, berlapang dada, dan toleransi. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Orang mencela kita, kita tidak marah, justru memaafkannya dan menyambung silaturahim dengannya, ini adalah contoh muhsinin. Hasan Al Banna membuat sebuah perumpamaan yang sangat baik. Orang melemparinya dengan batu, ia membalas dengan memberikan buahnya.
Tata-cara Bersuci dan Salat bagi Wanita “Istihadhah”
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/nisa/tata-cara-bersuci-dan-shalat-bagi-wanita-istihadhah/
Istihadhah adalah darah yang keluar selain haid dan nifas, yaitu darah yang tidak memenuhi syarat-syarat darah haid dan nifas. Darah yang tidak memenuhi persyaratan darah haid yaitu, darah yang keluar sebelum umur 9 tahun, atau sudah umur 9 tahun tetapi pada masa tidak boleh haid (yakni mengeluarkan darah pada masa batas minimal suci antara dua haid yaitu lima belas hari lima belas malam), tidak mencapai 24 jam (batas minimal haid) atau melebihi 15 hari (batas maksimal haid). Adapun darah yang tidak memenuhi persyaratan nifas adalah darah yang keluar melebihi 60 hari (batas maksimal nifas). Istihadhah itu tidak menghalangi pada perkara yang dilarang/haram sebab haid dan nifas. Oleh karena itu, wanita yang istihadhah tetap wajib salat, puasa Ramadan, boleh membaca Alquran, bersetubuh dan melakukan hal-hal yang diharamkan ketika haid dan nifas lainnya. Bagi wanita yang istihadhah tersebut, jika akan melakukan salat fardlu, maka harus melakukan 4 hal terlebih dahulu, yaitu: Membasuh kemaluan Menyumbat kemaluan dengan kapas atau yang serupa, supaya darah tidak menetes keluar. Oleh karena itu, sumbatannya harus dimasukkan sampai bagian kemaluan yang tidak wajib dibasuh pada waktu bersuci dari hadas (istinja), yaitu: bagian kemaluan yang tidak kelihatan ketika wanita berjongkok. Jika sumbatannya keluar ke bagian yang wajib dibasuh/istinja, maka salatnya tidak sah. Sebab termasuk membawa perkara yang kena najis. Kewajiban menyumbat tadi jika memang butuh disumbat dan tidak sakit serta tidak sedang berpuasa. Jika tidak butuh disumbat, terasa sakit atau sedang berpuasa, maka tidak wajib disumbat, bahkan jika wanita yang istihadhah itu dalam keadaan berpuasa wajib tidak menyumbatnya di siang hari (karena dapat membatalkan puasa). Membalut kemaluan dengan celana dalam, pembalut, atau sejenisnya. Kewajiban untuk membalut ini juga jika membutuhkan dibalut, dan tidak terasa sakit. Namun, jika tidak butuh atau terasa sakit maka tidak wajib dibalut. Bersuci dengan wudhu atau tayamum. Semua perkara 4 di atas wajib dijalankan setiap akan salat fardlu, dan sudah masuk waktu salat, dilakukan dengan tertib dan segera. Setelah bersuci hendaknya wanita tersebut segera cepat-cepat salat. Jika tidak segera salat, maka batal dan wajib mengulangi 4 perkara tadi seluruhnya, kecuali jika tidak segera salat tadi disebabkan kemaslahatan salat, misalnya menjawab azan, ijtihad arah kiblat, menutup aurat, atau menunggu jamaah, maka tidak batal. Setelah menjalankan perkara di atas dengan sah, maka seorang wanita boleh melakukan satu salat fardlu dan beberapa salat sunnat. Jadi setiap akan salat fardlu, maka ia harus menjalankan 4 perkara tersebut, meskipun balutannya tidak berubah dan darah tidak menetes keluar. Jika setelah disumbat dan dibalut ternyata darah masih keluar membasahi pembalut atau pembalutnya meleset, maka jika keluarnya darah tadi karena banyaknya darah, maka tidak apa-apa. Tetapi, jika hal tersebut karena kelalaian/sembrono, maka salatnya batal. Selain itu, jika ia sudah menjalankan 4 hal tersebut, tetapi belum salat, tiba-tiba mengalami hadas, maka ia wajib mengulangi seluruhnya. Wa Allahu Alam bis Shawab. (Disarikan dari kitab Risalah Haid, Nifas dan Istihadhah Lengkap karya KH. Muhammad Ardani bin Ahmad Surabaya: Al Miftah, 1987, hal. 82-83 dengan sedikit perubahan)
Istihadhah adalah darah yang keluar selain haid dan nifas, yaitu darah yang tidak memenuhi syaratsyarat darah haid dan nifas. Darah yang tidak memenuhi persyaratan darah haid yaitu, darah yang keluar sebelum umur 9 tahun, atau sudah umur 9 tahun tetapi pada masa tidak boleh haid yakni mengeluarkan darah pada masa batas minimal suci antara dua haid yaitu lima belas hari lima belas malam, tidak mencapai 24 jam batas minimal haid atau melebihi 15 hari batas maksimal haid. Oleh karena itu, wanita yang istihadhah tetap wajib salat, puasa Ramadan, boleh membaca Alquran, bersetubuh dan melakukan halhal yang diharamkan ketika haid dan nifas lainnya. Bagi wanita yang istihadhah tersebut, jika akan melakukan salat fardlu, maka harus melakukan 4 hal terlebih dahulu, yaitu Membasuh kemaluan Menyumbat kemaluan dengan kapas atau yang serupa, supaya darah tidak menetes keluar. Jika sumbatannya keluar ke bagian yang wajib dibasuhistinja, maka salatnya tidak sah. Sebab termasuk membawa perkara yang kena najis. Kewajiban menyumbat tadi jika memang butuh disumbat dan tidak sakit serta tidak sedang berpuasa. Membalut kemaluan dengan celana dalam, pembalut, atau sejenisnya. Kewajiban untuk membalut ini juga jika membutuhkan dibalut, dan tidak terasa sakit. Semua perkara 4 di atas wajib dijalankan setiap akan salat fardlu, dan sudah masuk waktu salat, dilakukan dengan tertib dan segera. Setelah bersuci hendaknya wanita tersebut segera cepatcepat salat. Jika setelah disumbat dan dibalut ternyata darah masih keluar membasahi pembalut atau pembalutnya meleset, maka jika keluarnya darah tadi karena banyaknya darah, maka tidak apaapa. Tetapi, jika hal tersebut karena kelalaiansembrono, maka salatnya batal. Selain itu, jika ia sudah menjalankan 4 hal tersebut, tetapi belum salat, tibatiba mengalami hadas, maka ia wajib mengulangi seluruhnya. Disarikan dari kitab Risalah Haid, Nifas dan Istihadhah Lengkap karya KH. Muhammad Ardani bin Ahmad Surabaya Al Miftah, 1987, hal.
Cobaan terhadap Nabi Nuh
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Cobaan-terhadap-Nabi-Nuh
QS.Surat Al-`Ankabut[29]:14 () 14. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.
QS.Surat AlAnkabut2914 14. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orangorang yang zalim.
Adakah Puasa Bulan Rajab?
https://konsultasisyariah.com/22382-adakah-puasa-bulan-rajab.html
Pertanyaan: Akhir-akhir ini, banyak orang yang berpuasa di awal bulan Rajab. Saya ingin bertanya, apakah ada tuntunannya dari Rasulullah puasa hanya di awal bulan Rajab atau hanya beberapa hari saja di bulan Rajab? Hendra Irawan ) Jawaban: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du, Tidak terdapat amalan khusus terkait bulan Rajab, baik bentuknya shalat, puasa, zakat, maupun umrah. Mayoritas ulama menjelaskan bahwa hadis yang menyebutkan amalan di bulan Rajab adalah hadis dhaif dan tertolak. Ibnu Hajar mengatakan,  ak terdapat riwayat yang sahih yang layak dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, tidak pula riwayat yang shahih tentang puasa rajab, atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab, atau shalat tahajud di malam tertentu bulan rajab. Keterangan saya ini telah didahului oleh keterangan Imam z Abu Ismail Al-Harawi.” (Tabyinul Ajab bi Ma Warada fi Fadli Rajab, hlm. 6) Keterangan yang sama juga disampaikan oleh Imam Ibnu Rajab. Dalam karyanya yang mengupas tentang amalan sepanjang tahun, yang berjudul Lathaiful Ma’arif, beliau menegaskan tidak ada shalat sunah khusus untuk bulan rajab, ak terdapat dalil yang sahih tentang anjuran shalat tertentu di bulan Rajab. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib di malam Jumat pertama bulan Rajab adalah hadis dusta, batil, dan tidak sahih. Shalat Raghaib adalah bid’ah, menurut mayoritas ulama.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213) Terkait masalah puasa di bulan Rajab, Imam Ibnu Rajab juga menegaskan, : : ak ada satu pun hadis sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keutamaan puasa bulan Rajab secara khusus. Hanya terdapat riwayat dari Abu Qilabah, bahwa beliau mengatakan, ‘Di surga terdapat istana untuk orang yang rajin berpuasa di bulan Rajab.’ Namun, riwayat ini bukan hadis. Imam Al-Baihaqi mengomentari keterangan Abu Qilabah, ‘Abu Qilabah termasuk tabi’in senior. Beliau tidak menyampaikan riwayat itu, melainkan hanya kabar tanpa sanad.’ Riwayat yang ada adalah riwayat yang menyebutkan anjuran puasa di bulan haram seluruhnya” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213) Keterangan Ibnu Rajab yang menganjurkan adanya puasa di bulan haram, ditunjukkan dalam hadis dari Mujibah Al-Bahiliyah dari bapaknya atau pamannya, Al-Bahily. Sahabat Al-Bahily ini mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, setelah bertemu dan menyatakan masuk islam, beliau kemudian pulang kampungnya. Satu tahun kemudian, dia datang lagi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Ya Rasulullah, apakah anda masih mengenal saya.” Tanya Kahmas, “Siapa anda?” tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Saya Al-Bahily, yang dulu pernah datang menemui anda setahun yang lalu.” Jawab sahabat “Apa yang terjadi dengan anda, padahal dulu anda berbadan segar?” tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Saya tidak pernah makan, kecuali malam hari, sejak saya berpisah dengan anda.” Jawab sahabat. Menyadari semangat sahabat ini untuk berpuasa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan, Mengapa engkau menyiksa dirimu. Puasalah di bulan sabar (ramadhan), dan puasa sehari setiap bulan. Namun Al-Bahily selalu meminta tambahan puasa sunah, “Puasalah sehari tiap bulan.” Orang ini mengatakan, “Saya masih kuat. Tambahkanlah!” “Dua hari setiap bulan.” Orang ini mengatakan, “Saya masih kuat. Tambahkanlah!” “Tiga hari setiap bulan.” Orang ini tetap meminta untuk ditambahi. Sampai akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kalimat pungkasan, “Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa (kecuali ramadhan)…, Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa…, Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Al-Baihaqi dan yang lainnya. Hadis ini dinilai sahih oleh sebagian ulama dan dinilai dhaif oleh ulama lainnya). Bulan haram artinya bulan yang mulia. Allah memuliakan bulan ini dengan larangan berperang. Bulan haram, ada empat: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Hadis Mujibah Al-Bahiliyah menceritakan anjuan untuk berpuasa di semua bulan haram, sebagaimana yang ditegaskan Ibnu Rajab. Itupun anjuran puasa ini sebagai pilihan terakhir ketika seseorang hendak memperbanyak puasa sunah, sebagaimana yang disarankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Al-Bahily. Karena itu, terlalu jauh ketika hadis ini dijadikan dalil anjuran puasa di bulan rajab secara khusus, sementara untuk bulan haram lainnya, kurang diperhatikan. Karena praktek yang dilakukan beberapa ulama, mereka berpuasa di seluruh bulan haram, tidak hanya bulan rajab. Sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Rajab, : Beberapa ulama salaf melakukan puasa di semua bulan haram, di antaranya: Ibnu Umar, Hasan Al-Bashri, dan Abu Ishaq As-Subai’i. Imam Ats-Tsauri mengatakan, “Bulan-bulan haram, lebih aku cintai untuk dijadikan waktu berpuasa.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213). Kebiasaan mengkhususkan puasa rajab telah ada di zaman Umar radhiyallahu ‘anhu. Beberapa tabiin yang hidup di zaman Umar bahkan telah melakukannnya. Dengan demikian, kita bisa mengacu bagaimana sikap sahabat terhadap fenomena terkait kegiatan bulan rajab yang mereka jumpai. Berikut beberapa riwayat yang menyebutkan reaksi mereka terhadap puasa rajab. Riwayat ini kami ambil dari buku Lathaiful Ma’arif, satu buku khusus karya Ibnu Rajab, yang membahas tentang wadzifah (amalan sunah) sepanjang masa, : : Diriwayatkan dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau memukul telapak tangan beberapa orang yang melakukan puasa rajab, sampai mereka meletakkan tangannya di makanan. Umar mengatakan, “Apa rajab? Sesungguhnnya rajab adalah bulan yang dulu diagungkan masyarakat jahiliyah. Setelah islam datang, ditinggalkan.” Dalam riwayat yang lain, “Beliau benci ketika puasa rajab dijadikan sunah (kebiasaan).” (Lathaif Al-Ma’arif, 215). Dalam riwayat yang lain, tentang sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, : : . : Beliau melihat keluarganya telah membeli bejana untuk wadah air, yang mereka siapkan untuk puasa. Abu Bakrah bertanya: ‘Puasa apa ini?’ Mereka menjawab: ‘Puasa rajab’ Abu Bakrah menjawab, ‘Apakah kalian hendak menyamakan rajab dengan ramadhan?’ kemudian beliau memecah bejana-bejana itu. (Riwayat ini disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni 3/107, Ibn Rajab dalam Lathaif hlm. 215, Syaikhul Islam dalam Majmu’ Fatawa 25/291, dan z ibn Hajar dalam Tabyi Al-Ajab, hlm. 35) Ibnu Rajab juga menyebutkan beberapa riwayat lain dari beberapa sahabat lainnya, seperti Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, bahwa mereka membenci seseorang yang melakukan puasa rajab sebulan penuh. Sikap mereka ini menunjukkan bahwa mereka memahami bulan rajab bukan bulan yang dianjurkan untuk dijadikan waktu berpuasa secara khusus. Karena kebiasaan itu sangat mungkin, tidak mereka alami di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kesimpulan: Kesimpulan dari keterangan di atas, Tidak dijumpai dalil khusus yang menyebutkan keutamaan bulan rajab. Tidak dijumpai dalil yang menyebutkan keutamaan puasa rajab atau shalat sunah khusus di bulan rajab. Beberapa sahabat melarang orang mengkhususkan puasa khusus di bulan rajab atau melakukan puasa sebulan penuh selama bulan rajab. Dalil yang menyebutkan keutamaan khusus bagi orang yang melakukan puasa rajab adalah hadis dhaif, dan tidak bisa dijadikan dalil. Bagi orang yang rajin puasa, dibolehkan untuk memperbanyak puasa di bulan haram. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis Al-Bahily. Hanya saja, hadis ini berlaku umum untuk semua puasa bulan haram, tidak hanya rajab. Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Pertanyaan Akhirakhir ini, banyak orang yang berpuasa di awal bulan Rajab. Saya ingin bertanya, apakah ada tuntunannya dari Rasulullah puasa hanya di awal bulan Rajab atau hanya beberapa hari saja di bulan Rajab Hendra Irawan Jawaban Bismillah was shalatu was salamu ala rasulillah, amma badu, Tidak terdapat amalan khusus terkait bulan Rajab, baik bentuknya shalat, puasa, zakat, maupun umrah. Shalat Raghaib adalah bidah, menurut mayoritas ulama. Imam AlBaihaqi mengomentari keterangan Abu Qilabah, Abu Qilabah termasuk tabiin senior. Beliau tidak menyampaikan riwayat itu, melainkan hanya kabar tanpa sanad. 213 Keterangan Ibnu Rajab yang menganjurkan adanya puasa di bulan haram, ditunjukkan dalam hadis dari Mujibah AlBahiliyah dari bapaknya atau pamannya, AlBahily. Sahabat AlBahily ini mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, setelah bertemu dan menyatakan masuk islam, beliau kemudian pulang kampungnya. Tanya Kahmas, Siapa anda tanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Saya tidak pernah makan, kecuali malam hari, sejak saya berpisah dengan anda. Sampai akhirnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan kalimat pungkasan, Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa kecuali ramadhan, Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa, Berpuasalah di bulan haram, lalu jangan puasa. Allah memuliakan bulan ini dengan larangan berperang. Bulan haram, ada empat Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Itupun anjuran puasa ini sebagai pilihan terakhir ketika seseorang hendak memperbanyak puasa sunah, sebagaimana yang disarankan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada sahabat AlBahily. Imam AtsTsauri mengatakan, Bulanbulan haram, lebih aku cintai untuk dijadikan waktu berpuasa. Beberapa tabiin yang hidup di zaman Umar bahkan telah melakukannnya. Dengan demikian, kita bisa mengacu bagaimana sikap sahabat terhadap fenomena terkait kegiatan bulan rajab yang mereka jumpai. Beliau melihat keluarganya telah membeli bejana untuk wadah air, yang mereka siapkan untuk puasa. Riwayat ini disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam AlMughni 3107, Ibn Rajab dalam Lathaif hlm. Sikap mereka ini menunjukkan bahwa mereka memahami bulan rajab bukan bulan yang dianjurkan untuk dijadikan waktu berpuasa secara khusus. Karena kebiasaan itu sangat mungkin, tidak mereka alami di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Beberapa sahabat melarang orang mengkhususkan puasa khusus di bulan rajab atau melakukan puasa sebulan penuh selama bulan rajab. Dalil yang menyebutkan keutamaan khusus bagi orang yang melakukan puasa rajab adalah hadis dhaif, dan tidak bisa dijadikan dalil. Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n.
Tata Cara Shalat Gerhana Secara Ringkas dan Cukup Jelas
https://rumaysho.com/35087-tata-cara-shalat-gerhana-secara-ringkas-dan-cukup-jelas.html
Gerhana itu di antara tanda kuasa Allah. Bagaimana tata cara shalat gerhana yang ringkas dan jelas? Berikut bahasannya. Pertama: Paling ringan (aqolluha), dikerjakan dua rakaat seperti dua rakaat sunnah Shubuh atau Zhuhur,Kedua: Pertengahan (adnal kamaal), dikerjakan dua rakaat dengan tiap rakaat ada dua kali rukuk dan dua kali berdiri, sifatnya tidak lama, membaca surah dan membaca tasbih sama dengan dua rakaat sunnah Shubuh,Ketiga: Paling lama (alaal kamaal), dikerjakan dua rakaat dengan tiap rakaat ada dua kali rukuk dan dua kali berdiri, dengan memperpanjang (memperlama shalat) dalam bacaan surah dan bacaan tasbih, di mana:Catatan: Iktidal dan duduk antara dua sujud tidak diperlama. Baca juga: Panduan Shalat Gerhana Lengkap dengan Dalil Catatan: Baca juga: Semoga menjadi catatan ilmu yang manfaat. –Disusun saat perjalanan Panggang – Jogja, 13 Rabiul Akhir 1444 H, 8 November 2022Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Rumaysho.Com
Gerhana itu di antara tanda kuasa Allah. Bagaimana tata cara shalat gerhana yang ringkas dan jelas Berikut bahasannya. Pertama Paling ringan aqolluha, dikerjakan dua rakaat seperti dua rakaat sunnah Shubuh atau Zhuhur,Kedua Pertengahan adnal kamaal, dikerjakan dua rakaat dengan tiap rakaat ada dua kali rukuk dan dua kali berdiri, sifatnya tidak lama, membaca surah dan membaca tasbih sama dengan dua rakaat sunnah Shubuh,Ketiga Paling lama alaal kamaal, dikerjakan dua rakaat dengan tiap rakaat ada dua kali rukuk dan dua kali berdiri, dengan memperpanjang memperlama shalat dalam bacaan surah dan bacaan tasbih, di manaCatatan Iktidal dan duduk antara dua sujud tidak diperlama. Baca juga Panduan Shalat Gerhana Lengkap dengan Dalil Catatan Baca juga Semoga menjadi catatan ilmu yang manfaat. Disusun saat perjalanan Panggang Jogja, 13 Rabiul Akhir 1444 H, 8 November 2022Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Rumaysho.Com
Bolehkah Daging Akikah Dimasak untuk Acara Walimah?
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/bolehkah-daging-akikah-dimasak-untuk-acara-walimah/
Di kebanyakan daerah di Indonesia, daging hewan akikah biasanya dijadikan menu makanan walimah. Banyak dijumpai acara nikahan yang diawali dengan pemotongan hewan akikah terlebih dulu. Yang dijadikan hewan akikah biasanya satu sapi untuk akikah tujuh orang. Hal ini biasanya dilakukan untuk tujuan ganda, yaitu agar bisa menunaikan akikah sekaligus untuk menu makanan walimah pernikahan. Lantas apakah boleh daging hewan akikah dijadikan menu walimah nikahan? Dan ketika dimasak, bolehkah dicampur dengan menu masakan walimah atau acara yang lainnya? Dalam kitab Alfiqhul Islami wa Adillatuhu disebutkan bahwa ulama Syafiiyah dan Hanabilah membolehkan daging hewan akikah dijadikan menu makanan walimah. Hal ini disebabkan karena tidak ada larangan yang jelas dalam Alquran dan Nabi Saw. untuk menjadikan daging akikah sebagai menu makanan walimah. Bahkan dalam kitab Almughni disebutkan, bahwa Imam Ibnu Sirin dari kalangan tabiin membolehkan daging hewan akikah dijadikan apa saja, termasuk dijadikan menu makanan walimah atau dicampur dengan menu makanan walimah yang lain. : Jika dia mengundang orang, maka hal tersebut tidak masalah. Maka boleh bagi orang yang akikah untuk makan daging akikah, memasaknya dan kemudian dibagikan kepada orang fakir. Dan boleh juga mengundang teman-temannya, kerabat, tetangga dan orang-orang fakir untuk makan daging hewan akikah di rumahnya. Boleh baginya menggunakan daging hewan akikah seperti apa saja. Muhammad bin Sirin dari kalangan tabiin berkata; gunakanlah daging akikah seperti apa saja. Dengan demikian, menjadikan daging hewan akikah untuk menu makanan walimah pernikahan atau acara yang lain diperbolehkan. Hanya saja menurut Imam Nawawi membagikan daging hewan akikah kepada orang fakir setelah dimasak itu lebih baik dibanding mengundang mereka untuk makan di rumah. Meski demikian, keutamaan membagikan daging hewan tersebut tidak lantas mengurangi kebolehan mengundang kerabat, tetangga atau lainnya, untuk makan bersama di rumah. Imam Nawawi mengatakan; Ulama Ashab (ulama Syafiiyah) mengatakan, membagikan daging hewan akikah kepada orang miskin lebih utama dibanding mengundang mereka. Jika mengundang mereka, maka hukumnya boleh. Jika sebagian daging hewan dibagikan dan mengundang orang lain untuk daging hewan akikah yang lain, maka hukumnya juga boleh.
Di kebanyakan daerah di Indonesia, daging hewan akikah biasanya dijadikan menu makanan walimah. Banyak dijumpai acara nikahan yang diawali dengan pemotongan hewan akikah terlebih dulu. Yang dijadikan hewan akikah biasanya satu sapi untuk akikah tujuh orang. Hal ini biasanya dilakukan untuk tujuan ganda, yaitu agar bisa menunaikan akikah sekaligus untuk menu makanan walimah pernikahan. Lantas apakah boleh daging hewan akikah dijadikan menu walimah nikahan Dan ketika dimasak, bolehkah dicampur dengan menu masakan walimah atau acara yang lainnya Dalam kitab Alfiqhul Islami wa Adillatuhu disebutkan bahwa ulama Syafiiyah dan Hanabilah membolehkan daging hewan akikah dijadikan menu makanan walimah. Hal ini disebabkan karena tidak ada larangan yang jelas dalam Alquran dan Nabi Saw. untuk menjadikan daging akikah sebagai menu makanan walimah. Bahkan dalam kitab Almughni disebutkan, bahwa Imam Ibnu Sirin dari kalangan tabiin membolehkan daging hewan akikah dijadikan apa saja, termasuk dijadikan menu makanan walimah atau dicampur dengan menu makanan walimah yang lain. Jika dia mengundang orang, maka hal tersebut tidak masalah. Maka boleh bagi orang yang akikah untuk makan daging akikah, memasaknya dan kemudian dibagikan kepada orang fakir. Dan boleh juga mengundang temantemannya, kerabat, tetangga dan orangorang fakir untuk makan daging hewan akikah di rumahnya. Boleh baginya menggunakan daging hewan akikah seperti apa saja. Muhammad bin Sirin dari kalangan tabiin berkata gunakanlah daging akikah seperti apa saja. Dengan demikian, menjadikan daging hewan akikah untuk menu makanan walimah pernikahan atau acara yang lain diperbolehkan. Hanya saja menurut Imam Nawawi membagikan daging hewan akikah kepada orang fakir setelah dimasak itu lebih baik dibanding mengundang mereka untuk makan di rumah. Meski demikian, keutamaan membagikan daging hewan tersebut tidak lantas mengurangi kebolehan mengundang kerabat, tetangga atau lainnya, untuk makan bersama di rumah. Imam Nawawi mengatakan Ulama Ashab ulama Syafiiyah mengatakan, membagikan daging hewan akikah kepada orang miskin lebih utama dibanding mengundang mereka. Jika mengundang mereka, maka hukumnya boleh. Jika sebagian daging hewan dibagikan dan mengundang orang lain untuk daging hewan akikah yang lain, maka hukumnya juga boleh.
17 Amalan Saat Puasa Ramadhan
https://dalamislam.com/info-islami/amalan-saat-puasa-ramadhan
tentunya hari hari pebuh berkah yang di dalamnya terbuka luas untuk melakukan berbagai amal kebaikan, semua itu dilakukan berdasarkan syariat islam berdasarkan apa yang Allah perintahkan di dalam Al Qur’an dan apa yang nabi sunnahkan di dlaam hadistnya, sebab itu sebagai umat muslim wajib memahami apa saja amal yang bisa dilakukan agar mencapai pahala ibadah dan keberkahan yang sempurna.Berikut 17 amalan saat puasa ramadhan yang bisa dilakukan sebagai pelengkap dan penyempurna ibadah ramadhan kita.1. Puasa Lahir dan Batin “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu...” [QS. Al-Baqoroh: 183-184]. adalah mendapat Amalan terbaik di bulan ramadhan yakni jika menjalani puasa dengan sungguh sungguh berupa disertai menjauhi segala keburukan bukan hanya menahan lapar dan haus, sebab puasa adalah ibadah yang dinilai langsung oleh Allah dan bagaimana keberkahannya hanya Allah yang mengetahui.Puasa yang sesungguhnya ialah ketika tidak makan dan minum serta menjauhi hawa nafsu serta segala perbuatan yang buruk, jika mampu melakukannya maka akan emndapatkan amalan pahala yang sempurna, sedangkan jika puasa ramadhan dilakukan dengan tetap melakukan perbuatan buruk seperti malas dan lainnya yang tidak sesuai syariat islam maka hanya akan mendapatkan lapar dan haus saja.2. Memohon Ampun“Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]. Bulan ramadhan tentunya bulan terbaik untuk memohon ampun sebab pada bulan tersebut segala kebaikan diterima oleh Allah dan taubat setiap hambaNya mendapat perhatian langsung dari Allah.Memohon ampun kepada Allah bisa dilakukan kapan saja dan jauh lebih baik ketika di waktu waktu munajat doa seperti di waktu shalat malam atau ketika berbuka puasa dan setelah menjalankan shalat wajib, dengan demikian ibadah yang dilakukan akan terasa lebih khusyu’ dan memiliki amalan pahala yang lebih mendalam dengan .3. Menahan Hawa NafsuSebagaimana yang telah dijelaskan bahwa setiap amalan baik di bulan ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya, tentunya jika mampu menahan hawa nafsu akan mendapat keistimewaan berupa kebaikan dan kesempurnaan dalam meraih ridhoNya sehingga ketika ramadhan telah selesai mendapatkan ampunan dosa dan ibadah yang sempurna sebab terhindar dari . Menahan hawa nafsu akan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk dan menjauhkan dari segala perbuatan keji, ketika terbiasa menahan hawa nafsu di bulan ramadhan, hal itu akan menjadi kebiasaan sehingga di bulan bulan lain akan lebih mampu menjaga diri, emmperbaiki akhlak, serta menjadi sosok baru yang jauh lebih baik dan memiliki kesadaran lebih dalam tentang keimanan dalam diri yang sesungguhnya.“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnya dan makannya karena Aku’.  [HR. Muslim].4. Menjauhi Dusta “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya.” [HR. Bukhari]. Jelas bahwa salah satu amalan di bulan ramadhan ialah menjauhi kalimat yang dusta sebab kalimat dusta menjadi alasan tidak sempurnanya ibadah puasa yang dilakukan dan tidak diterima oleh Allah dan mendapat .5. Bertutur Kata BaikDianjurkan untuk bertutur kata baik selama puasa dan menjauhi kata kata yang menyakiti orang lain. dapat dilihat dari tutur katanya. “Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. [HR. Bukhari & Muslim].6. Shalat MalamAisyah RA yang berkata: “Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk.” [HR. Abu Dawud & Ahmad]. Shalat malam adlaah ibadah yang mulia dan akan menjadi sesuatu yang jauh lebih mulia di bulan ramadhan.7. TaubatAmalan terbaik di bulan ramadhan selanjutnya ialah bertaubat atas atas dosa dosa yang telah dilakukan dengan sungguh sungguh atau dengan melakukan taubat nasuha.“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.  Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” [QS. Al-Furqan: 63-64]8. Memohon Rahmat“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” [QS. Al-Zumar: 9]. Orang mukmin tentu akan berbahagia ketika bulan ramadhan sebab ia bisa memohon rahmat dan kebaikan pada Allah, amalan tersebut akan mendapat ridho dari Allah dan memudahkan segala urusan hamba tersebut ketika menjalankan ibadah Ramadhan.9. Banyak Bersyukur“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” [QS. Thaahaa: 132]. Tentunya banyak saudara kita di wilayah lain yang menjalankan ibadah ramadhan dengan keadaan yang senyaman kita, hal itu bisa menjadi sesuatu yang wajib disyukuri karena mendapat kenikmatan menjalankan ibadah ramadhan dengan tenang.10. Kasih Sayang dengan Istri“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat.” [HR. Abu Dawud, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, & Ibnu Hibban]. Jauh lebih baik bila amalan bulan ramadhan dijalankan dengan khusyu’ bersama istri atau keluarga sehingga tercipta hati yang lebih mengasihi dan lebih erat satu sama lain.11. SedekahRasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat ramadhan, maka sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus” [HR. Bukhari]. Di bulan ramadhan adalah waktu yang terbaik untuk bersedekah, pada waktu itu setiap sedekah yang diberikan akan mendapat balasan kebaikan yang berlipat dari Allah.12. Menyambung SilaturahmiRasullullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat.” [HR. Ahmad, Tirmidzi]. Menyambung silaturahmi di bulan ramadhan akan mendapat kebaikan dari Allah dan membuka pintu rezeki.13. Membaca Al Qur’an“Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala.” [Hadits Muttafaq ‘Alaih]. Al Qur’an diturunkan di bulan ramadhan dan membacanya menjadi salah satu amalan yang utama untuk dilakukan di bulan ramadhan sebab menjadi jalan untuk menenangkan hati dan mengisi ramadhan dengan sesuatu yang bermanfaat.14. Shalat BerjamaahPada saat puasa ramadhan, amalan lain yang juga bernilai kebaikan tinggi ialah menjalankan shalat secara berjamaah. “Siapa shalat Shubuh dengan berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna.” [HR. Tirmidzi]15. Memuliakan Malam Ramadhan“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” [QS. Al-Qadar: 1-3]. yang mulia dapat terjadi di malam keberapapun menjelang akhir ramadhan, pada malam tersebut terdapat ciri ciri yang mulia dan menenangkan, semua itu bisa digapai dengan mendekatkan diri kepada Allah.16. I’tikaf“Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzaariyat: 18). Di akhir ramadhan jauh lebih baik melakukan I’tikaf atau berdiam diri untuk memohon ampun kepada Allah sebagai wujud kesadaran bahwa bulan ramadhan akan segera berakhir dan emmohon doa agar mendpaat keberkahan di hari hari ramadhan yang selama ini dijalani.17. Tidak BermalasanBulan Puasa bukan waktunya untuk bermalas malasan, pada jaman Rasulullah bahkan beliau dan para sahabat tetap berjuan untuk islam seperti berperang melawan kafir, tentunya sebagai umat muslim yang mendapat berbagai kemudahan dalam beramal wajib untuk mengisinya dengan segala sesuatu yang jauh bermanfaat daripada sekedar untuk bersantai dan bermalasan.Demikian artikel kali ini, semoga mudah dipahami oleh anda dapat menjadi wacana islami yang bermanfaat untuk anda, jangan lupa selalu luangkan waktu untuk membaca artikel kami agar anda selalu mendapat wawasan yang bermanfaat. Terima kasih sudah membaca. Salam hangat dari penulis.
tentunya hari hari pebuh berkah yang di dalamnya terbuka luas untuk melakukan berbagai amal kebaikan, semua itu dilakukan berdasarkan syariat islam berdasarkan apa yang Allah perintahkan di dalam Al Quran dan apa yang nabi sunnahkan di dlaam hadistnya, sebab itu sebagai umat muslim wajib memahami apa saja amal yang bisa dilakukan agar mencapai pahala ibadah dan keberkahan yang sempurna. Puasa yang sesungguhnya ialah ketika tidak makan dan minum serta menjauhi hawa nafsu serta segala perbuatan yang buruk, jika mampu melakukannya maka akan emndapatkan amalan pahala yang sempurna, sedangkan jika puasa ramadhan dilakukan dengan tetap melakukan perbuatan buruk seperti malas dan lainnya yang tidak sesuai syariat islam maka hanya akan mendapatkan lapar dan haus saja.2. Bulan ramadhan tentunya bulan terbaik untuk memohon ampun sebab pada bulan tersebut segala kebaikan diterima oleh Allah dan taubat setiap hambaNya mendapat perhatian langsung dari Allah. Memohon ampun kepada Allah bisa dilakukan kapan saja dan jauh lebih baik ketika di waktu waktu munajat doa seperti di waktu shalat malam atau ketika berbuka puasa dan setelah menjalankan shalat wajib, dengan demikian ibadah yang dilakukan akan terasa lebih khusyu dan memiliki amalan pahala yang lebih mendalam dengan .3. Menahan Hawa NafsuSebagaimana yang telah dijelaskan bahwa setiap amalan baik di bulan ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya, tentunya jika mampu menahan hawa nafsu akan mendapat keistimewaan berupa kebaikan dan kesempurnaan dalam meraih ridhoNya sehingga ketika ramadhan telah selesai mendapatkan ampunan dosa dan ibadah yang sempurna sebab terhindar dari . Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Menjauhi Dusta Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya. Bertutur Kata BaikDianjurkan untuk bertutur kata baik selama puasa dan menjauhi kata kata yang menyakiti orang lain. Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untukKu dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriakteriak. Shalat MalamAisyah RA yang berkata Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk. Dan hambahamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orangorang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orangorang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan katakata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Memohon RahmatApakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah di waktuwaktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya QS. Orang mukmin tentu akan berbahagia ketika bulan ramadhan sebab ia bisa memohon rahmat dan kebaikan pada Allah, amalan tersebut akan mendapat ridho dari Allah dan memudahkan segala urusan hamba tersebut ketika menjalankan ibadah Ramadhan.9. Banyak BersyukurDan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kasih Sayang dengan IstriSemoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Abu Dawud, anNasai, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban. SedekahRasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat ramadhan, maka sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus HR. Menyambung SilaturahmiRasullullah SAW bersabda, Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat. Membaca Al QuranOrang yang membaca AlQuran dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca AlQuran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala. Shalat BerjamaahPada saat puasa ramadhan, amalan lain yang juga bernilai kebaikan tinggi ialah menjalankan shalat secara berjamaah. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. yang mulia dapat terjadi di malam keberapapun menjelang akhir ramadhan, pada malam tersebut terdapat ciri ciri yang mulia dan menenangkan, semua itu bisa digapai dengan mendekatkan diri kepada Allah.16. ItikafDan di akhirakhir malam mereka memohon ampun kepada Allah. Demikian artikel kali ini, semoga mudah dipahami oleh anda dapat menjadi wacana islami yang bermanfaat untuk anda, jangan lupa selalu luangkan waktu untuk membaca artikel kami agar anda selalu mendapat wawasan yang bermanfaat.
Hukum tentang Batas Akhir Mengqadha Puasa Ramadhan
https://www.laduni.id/post/read/58757/hukum-tentang-batas-akhir-menqodlo-puasa-ramadhan.html
PERTANYAAN : Assalamualaikum wr wb, mau nanya, kapan batas terakhir mengkodokan puaza ramadhan yang boleh ? Dan kalau ramadon yang akan datang tepat pada bulan juli, bolehkah orang yang punya hutang puasa mengkodokan pada bulan juni, terimakasih, wassalam. JAWABAN : Wa'alaykum salam, bila mengqodlo'nya tidak sampai datangnya / melewati bulan romadlon tahun berikutnya maka boleh tanpa harus membayar kafaroh,umpama tiga hari atau dua hari menjelang ramadhan. :. ................ .  / - Safinatun najah : () : Wajib beserta meng-qadla' bagi orang yang puasa pada 6 tempat yaitu : 1.bulan ramadlan bukan pada bulan yang lainnya karena sengaja membatalkan puasa. 2.meninggalkan (melakukan) niat didalam hari pada puasa fardlu. 3.orang yang bersahur karena menyangka masih malam, namun dugaannya ternyata berbeda (sudah terbit fajar, penj) 4.yang berbuka puasa karena menyangka telah terbenam matahari, namun faktanya menyelisihi dugaannya (matahari belum terbenam, penj). 5.orang yang menyakini bahwa telah genap tanggal 30 bulan Sya'ban namun ternyata telah memasuki bulan Ramadlan. 6.orang yang terlanjur menelan air ketika kumur-kumur atau dari air yang masuk dari hidung . IFTHAR RAMADHAN TERBAGI 4 : 1. Wajib meng-qadla' dan membayar fidyah, ada 2 : - Ifthar karena mengkhawatirkan orang lain (seperti mengkhawatirkan janin, penj) - Ifthar beserta mengakhirkan qadla' puasa sampai tiba Ramadlan berikutnya. 2. Wajib meng-qadla' tanpa membayar fidyah yaitu banyak seperti orang pingsan 3. Wajib membayar fidyah tanpa wajib meng-qadla' puasa, yaitu eperti orang yang sangat tua 4. Tidak wajib meng-qadla' dan tidak wajib membayar fidyah yaitu orang yang gila yang tidak disengaja. : : . TIDAK MEMBATALKAN PUASA Sesuatu yang tidak membatalkan puasa walaupun sampai sampai kerongga mulut, ada 7 macam : (1) Sesuatu yang masuk sampai kerongga mulut karena lupa, (2) karena tidak tahu (jahil), (3) karena dipaksa orang lain, (4) karena air liur yang mengalir di antara gigi, sedangkan tidak mungkin bisa dikeluarkan karena adanya udzur (halangan), (5) berupa debu jalanan, (6) berupa ayakan tepung, (7) berupa lalat yang masuk ketika terbang atau seumpamanya. () : Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
PERTANYAAN Assalamualaikum wr wb, mau nanya, kapan batas terakhir mengkodokan puaza ramadhan yang boleh Dan kalau ramadon yang akan datang tepat pada bulan juli, bolehkah orang yang punya hutang puasa mengkodokan pada bulan juni, terimakasih, wassalam. JAWABAN Waalaykum salam, bila mengqodlonya tidak sampai datangnya melewati bulan romadlon tahun berikutnya maka boleh tanpa harus membayar kafaroh,umpama tiga hari atau dua hari menjelang ramadhan. . . Safinatun najah Wajib beserta mengqadla bagi orang yang puasa pada 6 tempat yaitu 1.bulan ramadlan bukan pada bulan yang lainnya karena sengaja membatalkan puasa. 2.meninggalkan melakukan niat didalam hari pada puasa fardlu. 3.orang yang bersahur karena menyangka masih malam, namun dugaannya ternyata berbeda sudah terbit fajar, penj 4.yang berbuka puasa karena menyangka telah terbenam matahari, namun faktanya menyelisihi dugaannya matahari belum terbenam, penj. 5.orang yang menyakini bahwa telah genap tanggal 30 bulan Syaban namun ternyata telah memasuki bulan Ramadlan. 6.orang yang terlanjur menelan air ketika kumurkumur atau dari air yang masuk dari hidung . IFTHAR RAMADHAN TERBAGI 4 1. Wajib mengqadla dan membayar fidyah, ada 2 Ifthar karena mengkhawatirkan orang lain seperti mengkhawatirkan janin, penj Ifthar beserta mengakhirkan qadla puasa sampai tiba Ramadlan berikutnya. 2. Wajib mengqadla tanpa membayar fidyah yaitu banyak seperti orang pingsan 3. Wajib membayar fidyah tanpa wajib mengqadla puasa, yaitu eperti orang yang sangat tua 4. Tidak wajib mengqadla dan tidak wajib membayar fidyah yaitu orang yang gila yang tidak disengaja. . TIDAK MEMBATALKAN PUASA Sesuatu yang tidak membatalkan puasa walaupun sampai sampai kerongga mulut, ada 7 macam 1 Sesuatu yang masuk sampai kerongga mulut karena lupa, 2 karena tidak tahu jahil, 3 karena dipaksa orang lain, 4 karena air liur yang mengalir di antara gigi, sedangkan tidak mungkin bisa dikeluarkan karena adanya udzur halangan, 5 berupa debu jalanan, 6 berupa ayakan tepung, 7 berupa lalat yang masuk ketika terbang atau seumpamanya. Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Hadis Shalat Malam 4-4 Rakaat yang Ada di HPT
https://fatwatarjih.or.id/hadis-shalat-malam-4-4-rakaat-yang-ada-di-hpt/
Pertanyaan: Di mana letak dalam kitab, nomor 10 halaman 347 HPT tentang shalat malam 4-4 raka’at? Di al-Bukhari dan Muslim, jilid berapa tahun berapa dan nomor berapa? Penanya:Abu Nahar, Keprabon Tengah I/4a Solo(disidangkan pada hari Jum’at, 10 Shaffar 1427 H / 10 Maret 2006 M) Jawaban: Hadis nomor 10 yang tertera dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) halaman 347 tentang 4-4 raka’at dalam shalat tarawih, terdapat dalam Kitab Shahih al-Bukhari, Juz I, 342 – 343, Kitab Shalat Tarawih, terbitan Darul Kitabil Islami, Beirut, tanpa tahun, dengan lafadz: . Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa ia bertanya kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat 4 raka’at; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi 4 raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat 3 raka’at. Kemudian saya bertanya: Wahai Rasulullah apakah anda tidur sebelum shalat witir? Beliau menjawab: Wahai ‘Aisyah, dua biji mataku memang tidur, tetapi hatiku tidak tidur.” Hadis tersebut terdapat dalam Kitab Shahih Muslim Jilid I, Bab Shalat Lail, halaman 329 hadis nomor 125 (738), terbitan Darul Fikri, Beirut, tahun 1414/1993. Hanya saja lafadznya agak sedikit berbeda yakni: . Jika diamati hadis yang dikutip dalam HPT, kemudian dibandingkan dengan hadis yang terdapat dalam dua kitab sebagaimana yang telah ditulis di atas, dapat dikatakan bahwa lafadz hadis yang terdapat dalam HPT menggunakan lafadz Muslim, hanya saja tidak lengkap, yakni dalam HPT tidak ditulis lafadz: . Wallahu a’lam bishshawab. Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah No.12, 13, 2006.
Pertanyaan Di mana letak dalam kitab, nomor 10 halaman 347 HPT tentang shalat malam 44 rakaat Di alBukhari dan Muslim, jilid berapa tahun berapa dan nomor berapa PenanyaAbu Nahar, Keprabon Tengah I4a Solodisidangkan pada hari Jumat, 10 Shaffar 1427 H 10 Maret 2006 M Jawaban Hadis nomor 10 yang tertera dalam Himpunan Putusan Tarjih HPT halaman 347 tentang 44 rakaat dalam shalat tarawih, terdapat dalam Kitab Shahih alBukhari, Juz I, 342 343, Kitab Shalat Tarawih, terbitan Darul Kitabil Islami, Beirut, tanpa tahun, dengan lafadz . Artinya Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn Abdul Rahman bahwa ia bertanya kepada Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. Aisyah menjawab Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat lail tidak lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat 4 rakaat dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi 4 rakaat demikian pula jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat 3 rakaat. Kemudian saya bertanya Wahai Rasulullah apakah anda tidur sebelum shalat witir Beliau menjawab Wahai Aisyah, dua biji mataku memang tidur, tetapi hatiku tidak tidur. Hadis tersebut terdapat dalam Kitab Shahih Muslim Jilid I, Bab Shalat Lail, halaman 329 hadis nomor 125 738, terbitan Darul Fikri, Beirut, tahun 14141993. Hanya saja lafadznya agak sedikit berbeda yakni . Jika diamati hadis yang dikutip dalam HPT, kemudian dibandingkan dengan hadis yang terdapat dalam dua kitab sebagaimana yang telah ditulis di atas, dapat dikatakan bahwa lafadz hadis yang terdapat dalam HPT menggunakan lafadz Muslim, hanya saja tidak lengkap, yakni dalam HPT tidak ditulis lafadz . Wallahu alam bishshawab. Sumber Majalah Suara Muhammadiyah No.12, 13, 2006.
Hukum Kartu Diskon
https://rumaysho.com/2343-hukum-kartu-diskon.html
Kartu diskon yaitu kartu yang pemegangnya mendapatkan potongan harga khusus pada saat berbelanja di beberapa toko yang telah menyepakati untuk memberikan potongan harga sebelumnya.Kartu ini bisa jadi diterbitkan oleh perusahaan jasa iklan yang nantinya akan mencari toko-toko atau perusahaan yang mau memberikan kartu diskon. Bisa pula kartu ini diterbitkan oleh perusahaan/ toko yang akan memberikan diskon itu sendiri. Di antara tujuannya adalah untuk menarik pelanggan supaya setia berlangganan kebutuhan di tempat mereka walaupun perusahaan mendapatkan untung sedikit.Kartu diskon di sini ada yang diperoleh dengan pembelian kartu sebagai iuran keanggotaan atau biaya administrasi dan ada pula kartu yang diterbitkan secara cuma-cuma seperti yang dilakukan oleh beberapa hotel atau maskapai penerbangan.Untuk memahami hukum kartu diskon, maka kita bisa kategorikan menjadi tiga macam:Dari fatwa Al Lajnah Ad Daimah Kerajaan Saudi Arabia no. 19114 (juz 14, hal. 13), setelah melakukan penelitian lebih jauh, mereka menyimpulkan bahwa kartudiskon itu terlarang untuk diterbitkan atau dimiliki karena beberapa alasan berikut:1. Di dalamnya terdapat unsur ghoror dan judi (taruhan). Karena menyerahkan iuran keanggotaan atau uang administrasi tanpa mendapatkan timbal balik yaitu kartu tersebut ketika habis masa berlakunya kadang tidak digunakan oleh pelanggan, atau si pelanggan menggunakannya tetapi tidak sesuai dengan bayaran awal yang ia setorkan untuk penerbitan kartu. Seperti ini terdapat unsur ghoror (spekulasi tinggi) dan taruhan (alias: judi). Padahal Allah Taala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku saling ridho di antara kamu (QS. An Nisa: 29).2. Di dalamnya mengandung riba jika sumber diskon berasal dari pelanggan (si pemilik kartu) dan bisa jadi si penjual gagal memberikan diskon. Di sini dihukumi riba yang haram[1] karena bisa jadi diskon yang diberikan melebihi setoran awal untuk pembuatan kartu. Inilah kenyataan yang terjadi. Dan terjadilah ghoror (ketidakjelasan) atas kartu yang diterbitkan.3. Kartu diskon memiliki dampak buruk yaitu dapat menimbulkan saling cemburu antara pelanggan yang memiliki kartu dan yang tidak memiliki kartu. Bisa jadi pula pembeli bersikap terlalu boros dalam membelanjakan harta sampai membeli barang yang tidak dibutuhkan karena hanya ingin memanfaatkan diskon saja.Kartu diskon yang diterbitkan atau dimiliki dengan cara dibeli untuk mendapatkan potongan harga atau sebagai iuran keanggotaan tahunan, maka tidak dibolehkan karena mengandung ghoror (unsur ketidakjelasan). Karena si pelanggan memberikan setoran, namun tidak jelas berapa diskon yang diperoleh. Ini jelas mengandung spekulasi rugi lebih besar daripada untung yang diperoleh si pelanggan. Padahal Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah melarang ghoror dalam jual beli sebagaimana disebutkan dalam hadits, - - Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang jual beli hashoh (hasil lemparan kerikil, itulah yang dibeli) dan melarang dari jual beli ghoror (mengandung unsur ketidakjelasan) (HR. Muslim no. 1513). Sisi lainnya, kartu diskon dengan bayaran seperti ini mengandung riba karena bisa jadi potongan harga bagi si pelanggan melebihi dari setoran awal.Jika kartu diskon diterbitkan secara gratis (cuma-cuma), maka untuk menerbitkan dan memilikinya dibolehkan. Kartu semacam ini termasuk janji pemberian secara cuma-cuma dari toko/perusahaan atau sebagai hadiah.Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat.Wallahu waliyyut taufiq. Referensi:Fiqhul Muamalah Al Maliyah Al Muashiroh, Dr. Saad bin Turki Al Khotslan, terbitan Dar Al Shomaie, cetakan pertama, tahun 1433 HFatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 19114Penjelasan di web Yasaloonak.net@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 4 Jumadal Ula 1433 Hwww.rumaysho.comBaca Juga: Hukum Memanfaatkan Diskon Natal dan Tahun Baru[1] Disebut riba karena bisa jadi potongan harga bagi si pelanggan melebihi dari setoran awal. Ibaratnya si pelanggan memberi utangan kepada si penjual, lalu dia mengambil untung. Padahal setiap utang piutang yang ditarik keuntungan adalah riba yang haram sebagaimana kesepakatan para ulama.
Kartu diskon yaitu kartu yang pemegangnya mendapatkan potongan harga khusus pada saat berbelanja di beberapa toko yang telah menyepakati untuk memberikan potongan harga sebelumnya. Kartu ini bisa jadi diterbitkan oleh perusahaan jasa iklan yang nantinya akan mencari tokotoko atau perusahaan yang mau memberikan kartu diskon. Kartu diskon di sini ada yang diperoleh dengan pembelian kartu sebagai iuran keanggotaan atau biaya administrasi dan ada pula kartu yang diterbitkan secara cumacuma seperti yang dilakukan oleh beberapa hotel atau maskapai penerbangan. Untuk memahami hukum kartu diskon, maka kita bisa kategorikan menjadi tiga macamDari fatwa Al Lajnah Ad Daimah Kerajaan Saudi Arabia no. 13, setelah melakukan penelitian lebih jauh, mereka menyimpulkan bahwa kartudiskon itu terlarang untuk diterbitkan atau dimiliki karena beberapa alasan berikut1. Di dalamnya terdapat unsur ghoror dan judi taruhan. Karena menyerahkan iuran keanggotaan atau uang administrasi tanpa mendapatkan timbal balik yaitu kartu tersebut ketika habis masa berlakunya kadang tidak digunakan oleh pelanggan, atau si pelanggan menggunakannya tetapi tidak sesuai dengan bayaran awal yang ia setorkan untuk penerbitan kartu. Padahal Allah Taala berfirman, Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku saling ridho di antara kamu QS. Dan terjadilah ghoror ketidakjelasan atas kartu yang diterbitkan.3. Bisa jadi pula pembeli bersikap terlalu boros dalam membelanjakan harta sampai membeli barang yang tidak dibutuhkan karena hanya ingin memanfaatkan diskon saja. Ini jelas mengandung spekulasi rugi lebih besar daripada untung yang diperoleh si pelanggan. Padahal Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah melarang ghoror dalam jual beli sebagaimana disebutkan dalam hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang jual beli hashoh hasil lemparan kerikil, itulah yang dibeli dan melarang dari jual beli ghoror mengandung unsur ketidakjelasan HR. Sisi lainnya, kartu diskon dengan bayaran seperti ini mengandung riba karena bisa jadi potongan harga bagi si pelanggan melebihi dari setoran awal. Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat. 19114Penjelasan di web Yasaloonak.net Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 4 Jumadal Ula 1433 Hwww.rumaysho.comBaca Juga Hukum Memanfaatkan Diskon Natal dan Tahun Baru1 Disebut riba karena bisa jadi potongan harga bagi si pelanggan melebihi dari setoran awal. Ibaratnya si pelanggan memberi utangan kepada si penjual, lalu dia mengambil untung.