id
stringlengths 36
36
| url
stringlengths 46
109
| text
stringlengths 5k
1.51M
|
---|---|---|
588c928a-91bc-4fc5-a7cd-94550e07e898 | https://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JPK/article/download/18896/11943 |
## Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Membangun Kepercayaan Target Pasar
Kartika Sari Yudaninggar 1 . Universitas Amikom Yogyakarta Email: [email protected]
Abstrak. Pandemi memang telah mengubah hampir di semua tatanan kehidupan dan aktivitas di masyarakat. Anak-anak usia dini menjadi salah satu kelompok yang mengalami dampak dari adanya perubahan tersebut. Salah satunya yaitu, terhambatnya proses pembelajaran pada anak-anak usia dini. Di sisi lain, orang tua juga memiliki kesibukan dan seringkali kehabisan ide untuk “sekedar” bermain bersama anak-anak mereka. Melihat peluang tersebut, Kelas Main Harmoni menawarkan program kelas bermain anak-anak secara daring via zoom meeting. Uniknya, Kelas Main Harmoni masih baru, dan bukan merupakan lembaga pendidikan formal, namun Kelas Main Harmoni dapat membangun kepercayaan para orang tua untuk mendaftarkan anak-anaknya dan ikut bermain bersama di program Kelas Main Harmoni. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini melibatkan informan yang merupakan founder Kelas Main Harmoni, serta para orang tua untuk dilakukan wawancara untuk strategi pemasaran yang dilakukan oleh Kelas Main Harmoni. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan untuk membangun kepercayaan orang tua murid adalah dengan cara terus mengembangkan serta berfokus pada aspek product yang berupa jasa, people, atau kualitas teacher di Kelas Main Harmoni serta process.
## Kata Kunci: 7P, Kelas Main Harmoni, Marketing Mix, Pendidikan Anak Usia Dini, Strategi Pemasaran
Abstract. The pandemic has indeed changed almost all aspects of life and activities in society. Early childhood is one of the groups experiencing the impact of these changes. One of them is the inhibition of the learning process in early childhood. On the other hand, parents are also busy and often run out of ideas to play with their children. Seeing this opportunity, Kelas Main Harmoni offers a children's play class program online via a zoom meeting. Uniquely, Kelas Main Harmoni is still new, and is not a formal educational institution, but Kelas Main Harmoni can build the trust of parents to register their children and play together in Kelas Main Harmoni program. This study used descriptive qualitative method. This study involved informants who are founders, as well as parents of Kelas Main Harmoni participants to conduct interviews to find out the marketing strategy carried out by Kelas Main Harmoni. The results of this study indicate that the strategy taken to build the trust of parents is to continue to develop and focus on aspects of the product in the form of services, as well as people, or the quality of teachers in Kelas Main Harmoni.
Keywords : 7P; Early Childhood Education; Kelas Main Harmoni; Marketing Mix, Marketing Strategy
Volume 6 • Nomor 1 • Oktober 2022
Pege ( Hal. ) : 18 – 32
website: http://www.openjournal.unpam.ac.id/index.php/JPK
© Universitas Pamulang
Licences : JL.Surya Kencana No.1 Pamulang, Tangerang Selatan – Banten Telp. (021) 7412566, Fax (021) 7412491
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ Email : [email protected]
Article info : Received: Sept. 2022 ; Revised : Sept. 2022 ; Accepted : Okt. 2022
## A. PENDAHULUAN
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, terutama bagi anak usia dini. Melalui proses bermain, anak-anak dapat belajar banyak hal yang bermanfaat bagi tumbuh kembangnya. Mulai dari belajar angka, bahasa, belajar untuk mengikuti aturan dalam bermain, belajar untuk menang dan kalah dalam suatu permainan, dan sebagainya. Hampir semua aspek baik moral, kognitif, afektif, serta sosial emosional dapat dikembangkan dengan bermain. Hal tersebut sangat berguna bagi proses tumbuh kembang seorang anak.
Pandemi memang telah mengubah hampir di semua tatanan kehidupan dan aktivitas di masyarakat. Anak usia dini menjadi salah satu yang mengalami dampak dari adanya perubahan tersebut. Proses pembelajaran anak-anak usia dini menjadi terhambat. Orang tua dan guru mendapat tantangan yang tidak mudah. Banyak aktivitas yang kemudian dilakukan secara daring, namun anak usia dini belum mampu dan belum waktunya untuk menggunakan gadget.
Dikutip dari www.stc.or.id, bahwa berdasarkan Penilaian Kebutuhan Cepat (Rapid Need Assessment) yang dilakukan Save the Children Indonesia pada April 2020 lalu, mengenai dampak covid-19 pada pendidikan anak usia dini menunjukkan bahwa sebanyak 25% orang tua atau wali tidak memiliki alat atau bahan ajar yang mencukupi. Kemudian sebanyak 40% orang tua/wali melihat bahwa motivasi belajar anak-anak usia dini menurun, dan hampir sebanyak 30% guru memerlukan materi untuk proses pembelajaran jarak jauh. Save the Children Indonesia menyatakan bahwa ada kemungkinan kondisi asli di lapangan akan jauh lebih besar, mengingat keterbatasan dalam pelaksanaan kajian tersebut yang memilih responden dari kelompok pengguna smartphone ( https://www.stc.or.id/publikasi/berita/dampak-covid-19,-pendidikan-anak-usia-dini-teranca ). Pihak UNICEF juga telah menghimbau pemerintah mengenai dampak jangka panjang dan jangka pendek untuk kelompok anak-anak. Direktur Eksekutif UNICEF meminta pemerintah untuk menyadari bahwa “anak-anak adalah korban yang tidak terlihat”, mengingat adanya dampak jangka pendek dan panjang terhadap kesehatan, kesejahteraan, perkembangan, dan masa depan anak (Unicef, 2020). Sedangkan, anak- anak belum dapat memahami sepenuhnya situasi yang terjadi, serta dampaknya di masa mendatang. Orang tua menjadi gelisah dan khawatir terhadap tumbuh kembang anak-anak mereka karena banyak waktu bermain di sekolah yang terpaksa tidak dapat dilakukan. Sementara, orang tua memiliki kesibukan dan tidak sempat memikirkan jadwal pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang sang anak. Bahkan untuk ide bermain bersama anak-anak, seringkali orang tua merasa kebingungan dan kehabisan ide.
Melihat hal tersebut, Elsa Agustine berinisiatif untuk membuat wadah berupa kelas main yang dilakukan secara daring bernama Kelas Main Harmoni. Melalui Kelas Main harmoni, Elsa dan timnya ingin mengajak para orang tua untuk bisa ikut terlibat dalam aktivitas anak-anaknya. Anak-anak juga dapat menikmati proses bermain sambil belajar di Kelas Harmoni dengan senang. Kelas Main Harmoni yang baru genap berusia 1 tahun bulan Maret 2021 ini telah mengajar kurang lebih 400 anak didik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dan juga dari luar negeri, seperti Slovenia, Australia, Jepang, Korea, dan Jerman.
20
Sumber: Instagram @kelasmainharmoni
Gambar 1. Testimoni Orang Tua Peserta Kelas Main Harmoni
Program-program di Kelas Main Harmoni mendapat banyak respon positif dari para orang tua peserta. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai unggahan di Instagram berupa testimoni dan reaksi para orang tua yang mendaftarkan anaknya sebagai peserta di Kelas Main Harmoni. Respon positif pengikut dan orang tua peserta juga ditunjukkan dengan perkembangan Kelas Main Harmoni yang cukup cepat. Dalam waktu kurang dari 1 tahun, akun instagram Kelas Main Harmoni sudah mendapatkan lebih dari 1500 pengikut. Orang tua calon peserta juga harus bersabar untuk masuk daftar tunggu pada kelas-kelas yang dibuka oleh Kelas main Harmoni, karena telah mencapai kuota maksimal per kelasnya.
21
Sumber: Instagram @kelasmainharmoni Gambar 2. Screen Capture profile Instagram Kelas Main Harmoni
Tidak jarang, orang tua yang bekerja di lokasi berbeda ikut masuk dalam zoom meeting yang diikuti oleh anak mereka. Uniknya, Kelas Main Harmoni masih baru, dan bukan merupakan lembaga pendidikan formal, namun Kelas Main Harmoni dapat membangun kepercayaan para orang tua untuk mendaftarkan anak-anaknya dan ikut bermain bersama di program Kelas Main Harmoni. Dari paparan di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang telah dilakukan Kelas Main Harmoni, di tahun pertama berdiri hingga mendapat berbagai pencapaian tersebut. Penelitian ini menawarkan kebaruan dari beberapa penelitian sebelumnya, yaitu dari segi objek penelitian dan dari segi fenomena proses pembelajaran daring yang dilakukan sebagai dampak pandemi. Konsep pembelajaran daring, dan segala proses serta orang-orang yang berada di balik Kelas Main Harmoni yang belum pernah bertatap muka secara langsung menjadi salah satu keunikan dari objek penelitian ini.
## B. KAJIAN LITERATUR
Banyaknya kategori dan jenis produk yang ada di pasar, membuat setiap pelaku usaha berusaha untuk keluar dan mencari perbedaan agar dapat “terlihat” oleh target pasarnya. Setiap orang berusaha mencari identitas dan pembeda produk untuk bisa bersaing dengan kompetitor. Kotler menyatakan, mengenai pentingnya melakukan penentuan posisi pasar perusahaan. Menurut Kotler (1997), penentuan posisi pasar merupakan suatu tindakan untuk merancang penawaran dan citra perusahaan, sehingga menempati posisi kompetitif, yang berarti dan berbeda dalam benak pelanggan sasarannya. Perusahaan yang dapat melakukan strategi positioning dengan tepat akan menentukan seperti apa posisinya di pasar. Untuk dapat mencapai target pasar, diperlukan adanya bauran pemasaran atau marketing mix.
Marketing mix atau bauran pemasaran memiliki definisi sebagai seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di target pasar (Kotler, 2009). Pada dasarnya, bauran pemasaran adalah mengenai bagaimana perusahaan dapat menempatkan produknya dengan tepat, pada saat atau waktu yang tepat, serta dengan harga yang tepat juga, untuk dapat menarik perhatian target pasarnya. Konsep bauran pemasaran dianggap sangat efektif dalam membantu perusahaan menjual produk yang dihasilkan sehingga dominasi yang ditimbulkannya cukup kuat (Haryanto, 2017).
Perangkat yang dimaksud dalam definisi marketing mix tersebut terdiri dari beberapa faktor, yang sering disebut 7P, terdiri product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi), process (proses), people (orang-orang), dan physical evidence (bukti fisik) (Zeithaml & Bitner, 2001).
1. Product
Menurut Kotler (2001), produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk kemudian dicari, diminta, diperhatikan, bahkan dibeli dan digunakan oleh pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Produk yang dimaksud dapat berupa berupa barang atau jasa.
2. Price Harga merupakan jumlah atau nominal yang dibayarkan atau ditukar untuk produk (baik barang maupun jasa) yang dijual. Harga dapat ditentukan oleh pemasar dengan berbagai pertimbangan. Tjiptono (2008) menyampaikan, bahwa ada hal yang perlu diingat mengenai harga, yaitu harga memiliki peranan utama dalam pengambilan keputusan para konsumen. Namun, perlu dingat bahwa harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para konsumen. Pelanggan bisa jadi membeli produk karena melihat harga yang ditawarkan, dan begitu juga sebaliknya. Harga menjadi faktor yang sangat penting dalam marketing mix.
3. Promotion Promosi merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi, membujuk, dan mengingatkan kembali para audience terhadap produknya. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai media, baik media konvensional maupun media digital. Haryanto (2017) menyatakan bahwa promotion dilakukan mulai dari memilih media beriklan yang tepat sampai dengan menentukan konten pesan untuk pasar yang dituju.
4. Place Faktor place dalam marketing mix mengacu pada bagaimana produk didistribusikan dan bisa sampai ke konsumen. Penentuan place atau tempat, juga dengan pertimbangan beberapa hal, diantaranya pertimbangan akses dan kemudahan bagi konsumen.
5. People
People adalah orang-orang yang turut andil dan berkontribusi dalam perusahaan.
Bagaimana orang-orang atau pegawai dalam perusahaan tersebut dalam melayani pelanggan, karena mereka adalah orang-orang yang akan berhadapan dan berinteraksi langsung dengan para pelanggan.
6. Process Kotler (2006) mendefinisikan proses yaitu mencakup bagaimana suatu perusahaan melayani para konsumennya. Bagaimana sistem atau cara yang diterapkan perusahaan mulai dari para pelanggan melakukan pemesanan, pembayaran, hingga mereka mendapatkan yang diinginkan atau dibutuhkan.
7. Physical Evidence Physical Evidence atau bukti fisik merupakan salah satu faktor pendukung yang cukup penting dalam marketing mix. Adanya bukti fisik dan fasilitas pendukung dapat meyakinkan pelanggan mengenai perusahaan.
## C. METODOLOGI PENELITIAN
## Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan memaparkan permasalahan pada objek penelitian secara mendalam. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2009).
## Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah strategi pemasaran yang dilakukan oleh Kelas Main Harmoni dalam membangun kepercayaan orang tua murid. Sementara subjek penelitian ini adalah founder Kelas Main Harmoni, serta orang tua yang anaknya merupakan murid atau peserta di Kelas Main Harmoni. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Yogyakarta.
## Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan melalui video conference Google Meet dan melalui E-Mail. Peneliti menyusun daftar pertanyaan melalui Google Form dan dibagikan kepada para orang tua murid di dua program yang tengah berlangsung di Kelas Main Harmoni. Peneliti juga melakukan pengumpulan data dari jurnal penelitian, buku, artikel, dan majalah yang berhubungan dengan pembahasan seputar strategi marketing.
## Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, dimana peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, maka analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data yang diperoleh selama penelitian kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Penyajian data dilakukan dengan membuat kategorisasi untuk memudahkan peneliti melakukan analisis. Kategorisasi yang dibuat tersebut berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini.
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan karena tidak semua data yang peneliti dapatkan dari wawancara tersebut digunakan dalam penyajian data. Sebaliknya, ketika peneliti mendapati adanya kekurangan data, maka peneliti kembali melakukan wawancara
dengan informan yang bersangkutan untuk melengkapi data tersebut. Pada penelitian ini, verifikasi data dilakukan terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Reduksi data dilakukan sejak pertama kali peneliti memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis data-data yang dikumpulkan, kemudian selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan adalah untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.
## D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat temuan yang dapat menggambarkan mengenai strategi pemasaran Kelas Main Harmoni dalam membangun kepercayaan orang tua murid. Temuan didapatkan melalui wawancara dua orang informan yang merupakan founder Kelas Main Harmoni. Selain itu, juga melalui kuesioner sederhana yang diberikan kepada pada orang tua murid yang mengikuti program Kelas Main Harmoni. Wawancara dengan kedua founder, yaitu Miss Elsa (Elsa Diana Agustine) dan Miss Fya (Luthfiyatul Muniroh) dilakukan secara terpisah, melalui google meet dengan durasi sekitar satu jam, dan melalui e-mail. Hasil wawancara melalui google meet telah ditranskrip ke dalam bentuk teks. Setelah melalui proses transkrip, hasil wawancara diolah dengan menggunakan kategorisasi, atau pengelompokkan. Pengelompokan yang dilakukan kemudian mendapatkan adanya dua kategori, yaitu aktivitas marketing mix (7P) Kelas Main Harmoni dan respon dari para orang tua murid Kelas Main Harmoni.
## Aktivitas Marketing Mix (7P) Kelas Main Harmoni
## 1. Product
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk kemudian dicari, diminta, diperhatikan, bahkan dibeli dan digunakan oleh pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Produk yang dimaksud dapat berupa berupa barang atau jasa (Kotler, 2001).
Program pertama yang ditawarkan Kelas Main Harmoni di awal terbentuk, adalah kelas Adik untuk anak usia 2-3 tahun, dan Kelas Kakak untuk anak usia 3-4 tahun. Program yang ditawarkan Kelas Main Harmoni terus berkembang hingga saat ini, ada 3 jenis program unggulan yang ditawarkan, yaitu Kelas Main, Islamic Kids Club, dan Calistung.
Program-program yang ada di Kelas Main Harmoni terbentuk dari berbagai masukan serta melihat kebutuhan masyarakat dan juga terinspirasi dari beberapa website yang diikuti oleh Miss Fya dan Miss Elsa, seperti yang disampaikan oleh informan Miss Fya, yang menyatakan: “To be honest, saya sama sekali tidak pernah melihat competitor, yg menjadi inspirasi dan motivasi saya membuat program adalah demand dari masyarakat d an beberapa inspirasi yang saya dapat dari website serta milis yg saya ikuti.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Semua program yang ditawarkan dilaksanakan secara daring, melalui aplikasi Zoom dengan durasi 30 menit satu kali pertemuan. Kelas Main Harmoni juga membatasi jumlah murid di setiap programnya, maksimal 10 murid per kelas. Program di Kelas Main Harmoni hingga saat ini terus dievaluasi dan dikembangkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar, hal ini terkonfirmasi dari Miss F ya, yang menyatakan: “Sejauh ini Alhamdulillah tidak ada program yg di hentikan, kami justru sedang menggodog konsep untuk mengembangkan program yang sudah ada. Karena Alhamdulillah demand masih selalu ada setiap bulan, dan kami berusaha menjalin relasi yang baik dengan para teachers dan parents sehingga kami dapat mengukur kira-kira apa yang sedang dibutuhkan oleh pasar dan bagaimana SDM kami bisa memenuhi itu.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Kelas Main Harmoni merupakan bermain virtual menggunakan platform digital yang diperuntukkan bagi teman-teman kecil dengan rentang usia 2 hingga 4 tahun. Produk yang ditawarkan oleh Kelas Main Harmoni adalah berupa jasa di bidang pendidikan. Meski Kelas Main Harmoni menyatakan bahwa tujuan mereka adalah membantu orang tua dan anak- anak untuk dapat bermain dan beraktifitas, namun aktifitas-aktifitas yang ditawarkan Kelas Main Harmoni telah disusun sedemikian rupa secara terjadwal dan sistematis.
Para orang tua murid yang merupakan target pasar dari Kelas Main Harmoni menjadi salah satu faktor yang penting dalam aspek produk yang ditawarkan Kelas Main Harmoni. Munculnya program atau kelas baru, dikarenakan adanya banyak masukan dan juga permintaan dari orang tua murid. Kelas Main Harmoni berusaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pasar namun tetap dengan mempertahankan kualitas dan juga kemampuan dari staf pengajar di Kelas Main Harmoni.
## 2. Price
Pembayaran biaya program kelas yang ditawarkan di Kelas Main Harmoni dilakukan per paket program, bukan dalam bentuk SPP per bulan atau semester seperti sekolah konvensional.
Tabel 1. Biaya Program Kelas Main Harmoni No Nama Kelas/Program Biaya Keterangan 1 Islamic Kids Club (Usia 4-7 Tahun) Rp 125.000 4x pertemuan khusus Kelas Baca Tulis Al Quran Mubtadi 8x pertemuan termasuk sesi private 2 Calistung (Usia minimal 4 Tahun) Rp 250.000 4x pertemuan 3 Kelas Main Reguler Rp 100.000 8x pertemuan 4 Kelas Main VIP dan Hari Minggu Rp 150.000 4x pertemuan
## Sumber: Olahan Data Penelitian
Penentuan biaya tersebut berdasarkan dari penghitungan operasional Kelas Main Harmoni, beban kerja para pengajar, serta berbagai benefit yang dapat diperoleh para peserta Kelas Main Harmoni. Penentuan biaya dilakukan dengan cara berkoordinasi antara Miss Elsa dan Miss Fya, seperti yang disampaikan oleh Miss Fya: “Kami membuat skala acuan rata-rata para peserta di KMH, kemudian kami sesuaikan dengan beban kerja teacher dan benefit yang akan di dapat oleh peserta. Dalam hal ini saya dan miss Elsa selalu berkoordinasi.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Harga merupakan keseluruhan biaya yang harus dibayar siswa untuk memperoleh jasa pendidikan (Sjamsir, 2017). Kelas Main Harmoni berusaha menghadirkan program untuk semua anak-anak, dari berbagai status sosial, terutama menyasar pada status ekonomi sosial menengah. Harga yang ditentukan terbilang terjangkau, bila melihat dari kompetitor atau usaha yang bergerak di kategori sejenis. Keuntungan bukanlah menjadi tujuan utama Kelas Main Harmoni. Namun, penentuan harga dilakukan dengan realistis menggunakan berbagai komponen dan value yang diberikan kepada para murid dan orang tua murid Kelas Main Harmoni.
## 3. Place
Selama ini, Kelas Main Harmoni dilakukan sepenuhnya secara daring. Komunikasi para pengajar dan rapat rutin juga dilakukan secara daring, melalui aplikasi Zoom Meeting dan Group WhatsApp. Rencana jangka panjang, Kelas Main Harmoni akan membuat kelas
luring dan berlokasi di Malang. Sehingga saat ini, atas kesepakatan bersama, Kelas Main Harmoni secara on site merujuk ke lokasi di Malang, Jawa Timur tepatnya di kediaman Miss Fya. Seperti yang disampaikan oleh Miss Fya, “Untuk saat ini kami belum memiliki kantor resmi, namun jika ingin berkunjung bisa ke rumah saya di Malang Jatim atau miss Elsa di Bantul Jogja.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Senada dengan pernyataan dari Miss Elsa, “Kalau kantornya Aku sama mbak fya menyetujui kantornya akan ada di Malang. Di alamatnya mbak Fya, karena pertama yang mau ditekankan bahwa di Malang itu ketika kita nanti mau bikin onsite, karena kita mau menyasar di Malang dulu.” (Informan Elsa Agustine, 6 Juli 2021).
Para orang tua murid dapat mengikuti Kelas Main Harmoni di akun instagram @kelasmainharmoni dan juga langsung menghubungi admin Kelas Main Harmoni melalui WhatsApp.
## 3. Promotion
Kegiatan promosi yang dilakukan Kelas Main Harmoni adalah dengan memanfaatkan sosial media yaitu dengan menggunakan akun Instagram Kelas Main Harmoni, akun para pengajar, serta melalui WhatsApp status masing-masing pengajar. Selain itu, Kelas Main Harmoni juga mengadakan giveaway serta menjadi sponsor di beberapa acara yang diadakan oleh komunitas, seperti Read Aloud Indonesia, Read Aloud Jogja, dan Read Aloud Malang. Hal ini dilakukan oleh Kelas Main Harmoni karena target audience yang disasar dalam acara-acara tersebut sesuai dengan target peserta Kelas Main Harmoni. Hal ini terkonfirmasi dari Miss Fya, yang menyatakan: “Kami melakukan beberapa cara untuk promosi KMH antara lain posting di social media Kelas Main Harmoni, akun sosmed semua teacher, dan juga WA status. Beberapa kali kami juga melakukan program Giveaway serta membangun partnership dengan beberapa lembaga antara lain Read Aloud Indonesia, Read Aloud Jogja, dan Read Aloud Malang.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Sampai saat ini, promosi yang dilakukan adalah bersifat organik, dengan mengandalkan word of mouth, dari para orang tua murid peserta Kelas Main Harmoni. Hal ini dianggap masih sangat efektif dilakukan, karena testimoni dari para orang tua murid lebih mudah dipercaya oleh orang-orang atau relasi di sekeliling mereka. Sejalan dengan pernyataan Miss Fya, yaitu “Namun demikian, kami menyadari bahwa promosi dari parents- ke parents adalah yang paling efektif dilakukan.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Hal serupa disampaikan oleh Miss Elsa, terkait promosi yang dilakukan oleh Kelas Main Harmoni, yaitu: “(Promosi) lewat (instagram) feed dan instastory. Termasuk WhatsApp story. Sponsor pernah, tapi endorse belum pernah. Karena rate cukup tinggi dan belum tentu followers-nya bener-bener tertarik. Jadi ya sudah, WOM (word of mouth) aja yang paling sering.” (Informan Elsa Agustine, 6 Juli 2021).
Kelas Main Harmoni perlu mencoba dan melakukan berbagai bentuk promosi untuk meningkatkan awareness. Beberapa bentuk promosi yang dapat dicoba antara lain adalah berupa Instagram advertising, diskon atau potongan harga untuk biaya pendaftaran program, serta berkolaborasi dengan para micro influencer.
Pertama, Instagram advertising menjadi salah satu bentuk promosi yang dapat dilakukan, karena biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan iklan melalui Instagram sangat fleksibel, mulai Rp 20.000,- per hari. Kelas Main Harmoni juga dapat menetapkan target audience iklan mereka, dari jenis kelamin, usia, ketertarikan, dan domisili. Bentuk promosi selanjutnya adalah berupa diskon atau potongan harga yang diberikan kepada peserta yang berulangkali mengikuti kelas, atau yang sudah secara regular mengikuti kelas dan program di Kelas Main Harmoni. Selain membuat konsumen merasa diperhatikan, hal ini juga dapat membuat konsumen menjadi loyal dengan Kelas Main Harmoni. Yang ketiga adalah berkolaborasi dengan micro influencer. Kita telah memasuki era kolaborasi, dimana
ketika kita berkolaborasi, bergandengan tangan bersama-sama maka akan menghasilkan dampak yang lebih besar. Pilihan berkolaborasi dengan micro influencer dengan pertimbangan bahwa micro influencer ini memiliki rate yang cukup terjangkau, mereka juga memiliki gaya bertutur yang lebih detail dan baik, dibandingkan dengan influencer besar. Hal ini disebabkan mereka tengah membangun relasi dan portfolio mereka. Sehingga harapannya dapat saling melengkapi dengan Kelas Main Harmoni yang juga sedang berada di fase berkembang.
## 4. People
Para pengajar, atau teacher di Kelas Main Harmoni memiliki karakter yang ceria, ramah, bersemangat, dan komunikatif, serta mampu bekerja sesuai dengan tugas masing- masing. Bahkan tidak jarang para pengajar cenderung bersikap inisiatif, menawarkan keahlian masing-masing untuk mendukung pelaksanaan program Kelas Main Harmoni. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Miss Elsa dalam wawancara, yaitu “Orang-orangnya inisiatif, kreatif jadi banyak yang mengajukan diri untuk mengurus tugas dan pekerjaan di Kelas Main Harmoni.” (Informan Elsa Agustine, 6 Juli 2021).
Kelas Main Harmoni diinisiasi oleh Miss Elsa dan Miss Fya yang memiliki ketertarikan dalam dunia anak, anak khususnya pendidikan anak usia dini. Latar belakang pendidikan keduanya memang bukan dari pendidikan anak usia dini.
Miss Elsa pernah mengenyam pendidikan Sastra dan Sosial Psikologi. Miss Elsa mengikuti program beasiswa kerjasama UKCW (Universitas Kristen Cipta Wacana) dan Sookmying Women’s University, di Korea. Sedangkan Miss Fya merupakan lulusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Malang. Latar belakang pendidikan para pengajar yang lain cukup beragam, mulai dari Pendidikan Kimia, DKV (Desain Komunikasi Visual), Komunikasi, hingga PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Berbagai macam latar belakang pendidikan para pengajar memberikan warna dan keunikan tersendiri bagi Kelas Main Harmoni. Prinsipnya, para pengajar merupakan orang- orang yang memiliki passion di dunia pendidikan anak usia dini.
Proses perekrutan staf pengajar atau teacher minim persyaratan, karena salah satu visi Kelas Main Harmoni adalah untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan di dunia pendidikan anak usia dini dan ingin mengaktualisasikan dirinya, seperti yang disampaikan oleh Miss Elsa, yaitu“Kita nggak ada syarat usia, latar belakang pendidikan, domisili. Kita mau mewadahi yang mau berkarya dan mau mengaktualisasikan diri.” (Informan Elsa Agustine, 6 Juli 2021).
Saat ini, Kelas Main Harmoni memiliki 8 teacher untuk semua program kelas yang ditawarkan, seperti yang disampaikan oleh Miss Fya, “Saat ini kami memiliki 8 teachers: Miss Fitri, Miss Obi, Miss Herli, Miss Ema, Miss Astika, Miss Olin, Mr. Helmi, dan Miss Lala.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Para orang tua murid melihat kualitas para staf pengajar di Kelas Main Harmoni. Tidak hanya dari latar belakang pendidikan, namun juga cara para pengajar berinteraksi di kelas dengan anak-anak, serta berkomunikasi dengan para orang tua murid. Dengan demikian, Kelas Main Harmoni harus terus menjaga kualitas dan kompetensi para staf pengajarnya. Terlebih, kelas dilaksanakan secara daring, sehingga interaksi yang terjadi antara pengajar dengan anak-anak juga akan berbeda dibandingkan dengan kelas luring. Ekspresi dan intonasi suara akan sangat terlihat jelas dari layar. Selain itu anak-anak juga cenderung lebih mudah bosan dan jenuh karena hanya bisa duduk di depan layar. Hal ini yang menjadi tantangan bagi para pengajar di Kelas Main Harmoni. Bagaimana dapat membuat anak-anak tertarik, dan fokus menyimak selama kelas berlangsung.
## 5. Process
Segala proses di Kelas Main Harmoni dilakukan secara daring. Mulai dari proses pendaftaran, Kelas Main Harmoni akan memberikan pengumuman dan informasi kelas yang dibuka lengkap beserta biaya dan juga fasilitas yang didapatkan oleh para peserta, melalui akun Instagram.
Kelas Main Harmoni menyediakan Google Form yang harus diisi oleh peserta yang baru bergabung, sebagai database peserta di Kelas Main Harmoni. Nantinya, setiap anak akan mendapatkan “Student Number”. Kemudian mendaoatkan welcoming card dan link gup WhatsApp sesuai kelas yang akan diikuti.
Proses selanjutnya adalah ketika program atau kelas akan berlangsung. Hari sebelumnya, para orang tua sudah diberikan informasi mengenai apa saja yang dibutuhkan untuk mengikuti kelas. Misalnya ada perlengkapan crafting, yang dibutuhkan di Kelas Adik atau Kakak, maka orang tua bisa menyiapkan sebelum mengikuti kelas. Teacher akan membagikan link Zoom Meeting melalui Grup WhatsApp. Seperti yang disampaikan oleh Miss Fya, “Kami mengadakan Parents-Teacher Meeting diawal program untuk memberikan gambaran mengenai kelas yg akan diikuti oleh anak-anak, serta memberikan pemaparan mengenai kegiatan apa saja yg akan dilakukan bersama selama satu bulan.
Setiap parents yang sudah mendaftar dan masuk ke grup kelas, akan mendapatkan link Zoom untuk mengikutu sesi ini sesuai jadwal yang telah ditentukan.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Ketika kelas dimulai, masing-masing kelas dipandu oleh dua orang teachers, dan menyapa para peserta, kemudian menyanyikan lagu, baru masuk ke materi masing-masing kelas. Untuk Kelas Adik dan Kelas Kakak, tidak diadakan laporan perkembangan murid, karena memang konsep kelasnya adalah bermain dan beraktivitas bersama. Namun untuk kelas yang lebih tinggi, seperti Kelas Calistung, akan diberikan laporan perkembangan masing-masing anak.
## 6. Physical Evidence
Bukti fisik dari Kelas Main Harmoni adalah berupa flyer atau poster digital, lembar aktivitas, merchandise, dan welcoming card.
Sumber: Dokumen Kelas Main Harmoni Gambar 3. Printable atau Lembar Aktivitas Kelas Kakak di Kelas Main Harmoni
29
Sumber: Dokumen Kelas Main Harmoni
Gambar 4. Welcoming Card Kelas Calistung di Kelas Main Harmoni
Sumber: Dokumen Kelas Main Harmoni
Gambar 5. Merchandise berupa tote bag dan pin Kelas Main Harmoni
Desain flyer atau brosur digital Kelas Main Harmoni mengalami perubahan setiap bulan. Hal ini dilakukan karena menyesuaikan tema kelas atau program yang dibuka, dan untuk menarik lebih banyak audience lagi. Desain yang dinamis, membuat para murid tidak bosan dan bersemangat menanti setiap program yang diadakan oleh Kelas Main Harmoni. Hal ini disampaikan oleh Miss Fya, “Kebetulan flyer bulanan kami sering ganti, menyesuaikan tema. Tapi kurang lebih seperti itu ya mbak flyernya.” (Informan Luthfiyatul Muniroh, 7 Juli 2021).
Kelas Main Harmoni diinisiasi oleh Miss Elsa (Elsa Diana Agustine) dan Miss Fya (Luthfiyatul Muniroh) yang memiliki passion sama di bidang early childhood education atau pendidikan anak usia dini. Ide mendirikan Kelas Main Harmoni berawal dari keresahan mereka berdua mengenai tumbuh kembang anak-anak di tengah pandemi COVID-19, kemudian muncul ide penggalangan donasi yang diperuntukkan bagi keluarga terdampak COVID-19,maka dibukalah kelas bermain online via Zoom dengan donasi Rp 20.000,- untuk dua kali pertemuan. Seluruh dana yang terkumpul kemudian idonasikan kepada keluarga terdampak COVID-19, dengan harapan anak-anak bisa bermain #dirumahsaja sekaligus bisa berdonasi meringankan beban sesama.
Setelah project donasi selesai, banyak sekali parents yang meminta kelas bermain untuk terus berlanjut sehingga miss Elsa dan miss Fya sepakat untuk membuat kelas bermain ini sebagai salah satu opsi bermain sekaligus belajar bagi anak-anak. Hal ini terus berjalan dan berkembang hingga muncul program dan kelas-kelas baru di Kelas Main Harmoni, karena banyaknya permintaan dari para orang tua murid.
Kelas Main Harmoni terus berupaya untuk membangun kepercayaan orang tua murid. Respon orang tua murid sangat positif, ditunjukkan dengan terus meningkatnya jumlah murid yang bergabung di Kelas Main Harmoni. Fokus pembelajaran di Kelas Main Harmoni adalah untuk mengasah berbagai kemampuan dasar anak sesuai dengan usianya. Kemampuan dasar anak yang dimaksud, antara lain kemampuan motorik halus, kecerdasan berbahasa, dan kecerdasan kognitif. Pembelajaran di Kelas Main Harmoni diolah dalam bentuk permainan yang asik dan menarik sehingga anak-anak akan menyukai proses belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Hingga saat tulisan ini dibuat, akun Instagram Kelas Main Harmoni mencapai 2000 lebih pengikut. Kelas Main Harmoni menerapkan bauran pemasaran (marketing mix) 7P, yang pada umumnya banyak diaplikasikan dalam dunia usaha dengan produk jasa, termasuk bidang pendidikan.
## Respon dari Para Orang Tua Murid Kelas Main Harmoni
Sebanyak 40,5% informan yang merupakan orang tua murid di Kelas Main Harmoni menyatakan akan mendaftarkan anaknya di program lain Kelas Main Harmoni. 51,4% menyatakan mungkin atau belum tahu, dan 8,1% menyatakan tidak mendaftarkan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan orang tua murid terhadap Kelas Main Harmoni cukup tinggi, terlihat dari 40% lebih orang tua yang menyatakan akan mendaftarkan anaknya di program lain Kelas Main Harmoni.
Para orang tua murid di Kelas Main Harmoni menyatakan bahwa para orang tua murid tertarik karena program-program yang ditawarkan Kelas Main Harmoni menarik dan sesuai dengan usia anak. Para orang tua menilai bahwa program di Kelas Main Harmoni tidak membosankan, teacher juga ramah dan seru jadi bisa bikin anak2 tertarik mengikuti. Selain itu, durasi kelas yang tidak terlalu lama, yaitu 30 menit untuk Kelas Adik dan Kakak, serta proses presentasi para teachers ketika kelas berlangsung juga baik dan menarik. Sehingga anak-anak bersemangat selama mengikuti kelas tersebut.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu orang tua murid, yang menyatakan: “Kelasnya seru, teacher bisa membawa anak-anak supaya fokus dan aktif menjawab respon anak2, serta printablenya sangat menarik untuk dipelajari an ak.”(Informan AN, 5 Juli 2021).
Dari hasil penilaian para orang tua murid, beberapa hal yang menonjol, dan dapat dikembangkan lagi oleh Kelas Main Harmoni dalam membangun kepercayaan orang tua adalah dari product, process, dan people. Produk adalah berupa kelas-kelas dan program yang ditawarkan di Kelas Main Harmoni, yang terus bertambah hingga saat ini ada kelas yang akan mulai dilaksanakan, yaitu English Club. Process, dimana yang menjadi perhatian para orang tua adalah ketika proses berlangsungnya kelas, proses komunikasi dan interaksi para teachers dengan anak-anak. Meski melalui daring dengan aplikasi Zoom, namun teachers di Kelas Main Harmoni berhasil mengajak anak-anak untuk tertarik, fokus, dan terlibat dengan aktivitas yang ditawarkan. Yang terakhir adalah people, yaitu karakter dari para teachers, yang ceria, bersemangat, ramah, dan komunikatif menjadi salah satu hal yang dapat meningkatkan kepercayaan orang tua untuk mendaftarkan anak- anaknya mengikuti program di Kelas Main Harmoni.
## E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Membangun Kepercayaan Target Pasar ”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Kelas Main Harmoni cukup berhasil dalam membangun kepercayaan orang tua murid melalui strategi pemasaran 7P. Dari 7 aspek marketing mix yang dilakukan terdapat
beberapa aspek yang lebih menonjol dalam menarik para orang tua dan membangun kepercayaan pada orang tua murid, yaitu dari aspek product yang berupa jasa dan program pembelajaran di Kelas Main Harmoni. Kemudian dari aspek people, dan process yang paling menonjol terlihat dari respon para orang tua yang menyatakan tertarik mengikuti Kelas Main Harmoni, dengan melihat dari kedua aspek tersebut.
Dari hasil penelitian tersebut, Kelas Main Harmoni dapat mengembangkan aspek- aspek yang memang menjadi aspek utama dalam membangun kepercayaan para orang tua murid. Namun, ada baiknya juga Kelas Main Harmoni mencoba meningkatkan aspek promosi, tidak hanya mengandalkan word of mouth , namun juga melakukan iklan berbayar, yang nantinya dapat lebih banyak menjangkau audience dan semakin banyak yang mengenal Kelas Main Harmoni.
## DAFTAR PUSTAKA
Elytasari, Suvidian. (2017). Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Untuk Meningkatkan Kepercayaan (Trust) Stakeholder di TK Amal Insani Depok Yogyakarta. Jurnal Warna Vol.1, Juni 2017
Haryanto, Jony Oktavian. (2017) Beyond Marketing: Growth & Sustainability. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran, 13th Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol (9th ed). (Hendra Teguh, SE, Ak. & Ronny A. Rusli, SE, Ak.). Jilid 1. Jakarta: PT Prenhallindo
Kotler, Philip. (2001). Manajemen Pemasaran di Indonesia Jakarta : Salemba
Lesmana, R., & Sunardi, N. (2021). Futuristic Leadership Through PEKA Analysis Approach. HUMANIS (Humanities, Management and Science Proceedings) , 2 (1).
Lesmana, R., Sunardi, N., & Kartono. The Effect of Financing and Online Marketing on MSMEs Income Increasing at Intermoda Modern Market BSD City Tangerang Selatan. American Journal of Humanities and Social Sciences Research (AJHSSR ), 5(7), 25-34
Lesmana, R., Sunardi, N., Hastono, H., & Widodo, A. S. (2021). Perceived Quality Membentuk Customer Loyalty via Brand Equity pada Pengguna Smartphone Merek Xiaomi di Tangerang Selatan. Jurnal Pemasaran Kompetitif , 4 (2), 157-167
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C., Wijayanti, L., Putri, R., & Santoso, Priyono. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1-12. Retrieved from https://ummaspul.e- journal.id/Edupsycouns/article/view/397
Rohayani, F. (2020). Menjawab Problematika Yang Dihadapi Anak Usia Dini Di Masa
Pandemi Covid-19. QAWWAM, 14 (1), 29-50.
https://doi.org/10.20414/qawwam.v14i1.2310
Sjamsir, Hasbi. (2017). Implementasi Strategi 7Ps (Marketing Mix) dalam Membangun Kemitraan Menuju Lembaga Mandiri di Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen
dan Supervisi Pendidikan. Volume 1, Nomor 2: 165-170. DOI:
10.17977/um025v1i22017p165
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sunardi, N., & Lesmana, R. (2020). Konsep Icepower (Wiramadu) sebagai Solusi Wirausaha menuju Desa Sejahtra Mandiri (DMS) pada Masa Pandemi Covid- 19. JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma) , 4 (1).
Sunardi, N., & Lesmana, R. (2020). Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Terhadap Manajemen Keuangan Desa dalam Meningkatkan Efektivitas Program Desa Sejahtera Mandiri Di Desa Cihambulu, Kec. Pabuaran, Kab. Subang. Jurnal SEKURITAS (Saham, Ekonomi, Keuangan dan Investasi) , 3 (3), 277-288.
Tjiptono, F. (2008). Service Marketing. Yogyakarta: Marknesis
UNICEF. (2020). COVID-19 dan Anak-anak di Indonesia, Agenda Tindakan untuk Mengatasi Tantangan Sosial Ekonomi. Jakarta: United Nations Children’s Fund,
Zeithaml, V.A. & M.J. Bitner. (2001). Service Marketing: Integrating Customer Focus Across the Firm. International Edition. McGraw-Hill, United Stated of Amerika.
https://www.instagram.com/kelasmainharmoni/
|
0bc8d991-6a09-4f6d-b613-411470910b2d | https://jiat.ub.ac.id/index.php/jiat/article/download/33/127 |
## Journal of Innovation And Applied Technology
e-ISSN:2477-7951 http://jiat.ub.ac.id.
## THE USEFULL OF WASTE OF MUSHROOMS FOR WORM SOIL PRODUCTION
## PEMANFAATAN LIMBAH BAGLOG JAMUR TIRAM UNTUK BUDIDAYA CACING TANAH
Evi Kurniati 1 * dan Euis Elih Nurlelih 2 1 Fakultas Teknologi Pertanian,Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya
*Corresponding author: * E-mail: [email protected]
## PENGANTAR
Taman Nasional Meru Betiri merupakan salah satu taman nasional yang paling mengesankan di Pulau Jawa dengan ekosistem
mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah. Kawasan Taman Nasional Meru Betiri secara administrasi pemerintahan terletak di Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi,
## ABSTRACT
In order to support conservation programs and activities, in 2011 the National Park Meru Betiri undertake community development activities by forming productive business in the form of oyster mushroom cultivation is coordinated by the Center for Rural Forestry Extension. Curahnongko village, Jember, East Java formed four groups of oyster mushroom cultivation with technology that is still traditional and opportunities to be developed. Obstacles faced by oyster mushroom cultivation is on the low efficiency of the process of watering, temperature and humidity measurement processes and packaging oyster mushrooms. In addition, baglog waste thrown away by a group of oyster mushroom cultivation due to the limited knowledge and the ability to tap into other products, among others as compost and media for the cultivation of earthworms. Through this activity, carried out innovations over technology in oyster mushroom cultivation, such as water pumps mechanical, thermometer and hygrometer, vacuum sealer for packaging of oyster mushrooms and cages permanently to the cultivation of earthworms measuring 3 x 8 x 2 m3 according to the land already owned by SMEs
## ABSTRAK
Untuk mendukung program dan kegiatan konservasi, pada tahun 2011 Taman Nasional Meru Betiri melakukan kegiatan pengembangan masyarakat dengan membentuk usaha produktif berupa budidaya jamur tiram yang dikoordinasikan oleh Pusat Penyuluhan Kehutanan Pedesaan. Desa Curahnongko, Jember, Jawa Timur membentuk empat kelompok budidaya jamur tiram dengan teknologi yang masih tradisional dan peluang untuk dikembangkan. Kendala yang dihadapi budidaya jamur tiram ini pada rendahnya efisiensi proses penyiraman, pengukuran suhu dan proses pengeringan dan pengemasan jamur tiram.. Melalui kegiatan ini, dilakukan inovasi teknologi budidaya jamur tiram, seperti pompa air mekanik, termometer dan higrometer, penyedot vakum untuk pengemasan jamur tiram dan kandang secara permanen untuk budidaya cacing tanah berukuran 3 x 8 x 2 m3 sesuai lahan.
## KEYWORDS
mushroom, waste, worm soil
Article Number : 33-402-1-SM Received : 08/03/2017 Accepted :
18/05/2017 Published : Volume : 03
Issue : 01 June 2017 pp.429-432
Jawa Timur. Taman Nasional Meru Betiri terbagi menjadi 7 zona berdasarkan SK Direktur Jenderal PHKA Nomor 101/IV-Set/2011 yaitu zona inti (28.707,7 Ha), zona rimba (20.897,2 Ha), zona perlindungan bahari (2.603,0 Ha), zona pemanfaatan (273,3 Ha), zona tradisional (285,3 Ha), zona rehabilitasi (2.733,5 Ha) dan zona khusus (345,0 Ha) (Anonim, 2015) [1]. Letak kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan langsung dengan masyarakat sehingga terdapatnya pemukiman penduduk dan perkebunan, hal ini membawa implikasi perlunya pelibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan konservasi hutan (Puspaningrum dkk, 2013) [3].
Jamur tiram merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak, dan kalori. Olahan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mempunyai citarasa mirip dengan daging ayam karena tekstur berserat serta gurih (Kurnianingsih, 2015) [2]. Usaha budidaya jamur tiram milik Bapak Prawoto sekaligus sebagai anggota SPKP Desa Curahnongko, dengan kapasitas produksi saat ini mencapai 1.000 baglog per proses menggunakan lahan kumbung luas 3 x 10 m2 dengan rincian hasil panen 10 kg (bulan ke-1), 7 kg (bulan ke 2 dan 3). Sedangkan usaha milik Bapak Joko Trisno dengan kapasitas produksi 500 baglog mulai tahun 2014. Dalam setahun, kelompok usaha ini bisa melakukan budidaya jamur tiram selama 4 kali produksi. Usaha ini sangat prospektif, dilihat dari pemasarannya tidak ada masalah, berapapun hasil produksi diterima oleh pedagang di pasar tradisional, bahkan bisa dikatakan masih kurang, belum bisa memenuhi total permintaan pasar. Teknologi produksi yang digunakan masih cenderung konvensional terutama dalam proses penyiraman air untuk mempertahankan suhu dan kelembaban agar jamur tiram bisa panen maksimal, sistem pengemasan produk yang manual dengan kresek.
Permasalahan penting lain yang dihadapi oleh kelompok usaha budidaya jamur tiram terkait dengan limbah baglog jamur. Selama ini, limbah ini dibuang begitu saja oleh kelompok
usaha budidaya jamur tiram karena masih terbatasnya pengetahuan dan kemampuan untuk memanfaatkan menjadi produk lain antara lain sebagai kompos dan media untuk budidaya cacing tanah. Limbah baglog jamur bagus sebagai media utama dalam budidaya cacing tanah kareana masih memiliki kandungan protein yang tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan cacing. Budidaya cacing tanah merupakan peluang usaha rumahan yang cukup prospektif untuk memenuhi kebutuhan farmasi, kesehatan, kecantikan dan pakan. Bahan yang dipakai untuk budidaya cacing antara lain limbah bahan organik seperti limbah pertanian dan limbah pasar. Limbah baglog jamur merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat tepat untuk dipakai sebagai media utama budidaya cacing tanah. Kondisi ini merupakan peluang bagi Bapak Prawoto dan Bapak Joko Trisno untuk memanfaatkan limbag baglog menjadi produk yang bernilai ekonomis untuk pengembangan usaha budidaya cacing tanah sejenis rubellus
## METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Peningkatan nilai tambah ekonomi dalam pemanfaatan limbah baglog jamur tiram menjadi media utama budidaya cacing tanah. Kondisi saat ini pada mitra bahwa limbah baglog budidaya jamur tiram dibuang percuma ke lingkungan sekitar rumah pelaku usaha, sehingga terkesan mengganggu konservasi lingkungan. selain itu, untuk mengembangkan menjadi produk olahan lain, kelompok usaha ini memiliki keterbatasan dalam pengetahuan dan ketrampilan. Adanya pembinaan dan pendampingan dalam budidaya cacing tanah, akan sangat bermanfaat buat kelompok usaha ini disertai dengan penyediaan sarana berupa kotak permanen sebagai tempat untuk budidaya cacing tanah dengan memanfaatkan limbag baglog sebagai media utama budidaya cacing tanah. Lahan yang dimiliki oleh mitra untuk pembuatan kotak permanen seluas 3x8x1 m3. Harapannya akan dapat meminimumkan pencemaran limbah lingkungan menjadi produk yang bermanfaat dan secara ekonomi bisa
menambah penghasilan pada kelompok usaha tersebut.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Fasilitasi alih teknologi untuk budidaya jamur tiram telah diberikan kepada UKM berupa pompa air mekanis, selang dan termometer hygrometer untuk meningkatkan efisiensi kinerja dalam budidaya jamur tiram. Pompa air mekanis dan selang air digunakan untuk membantu dalam proses penyiraman baglog jamur yang dibutuhkan secara rutin dalam budidaya jamur tiram, semula dilakukan secara manual. Rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk menyiram 500 – 1.000 baglog selama 1 jam dengan beban tenaga kerja yang paling besar dalam proses budidaya jamur tiram . Hasil penggunaan pompa air mekanis menjadi lebih efisien baik waktu maupun tenaga kerja. Sedangkan termometer hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban ruang jamur sehingga lebih valid. Suhu dan kelembaban yang optimal untuk budidaya jamur adalah 28 C dan 80-90% RH. Dokumentasi peralatan yang diberikan untuk budidaya jamur tiram terlihat pada Gambar 1 dan 2.
## Gambar 1. Pompa Mekanis
Gambar 2. Thermohygrometer
Fasilitasi alih teknologi untuk budidaya cacing tanah berupa kotak permanen untuk budidaya cacing yang diharapkan bisa meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan limbah jamur sebagai media cacing tanah. Jenis cacaingnya dapat dipasarkan sebagai bahan obat dan kosmetik, dimana prospek di daerah Kabupaten Jember sangat terbuka sehingga menjadi peluang untuk dikomersialisasikan. Dokumentasi kotak Permanen sebagai kolam untuk budidaya cacing terlihat pada Gambar 3.
## Gambar 3. Kolam Permanen Cacing
Pendampingan tentang sistem produksi jamur tiram dan cacing tanah dengan kualitas hasil yang maksimal. Saat ini telah tercapai untuk infrastruktur fisik dan pemberian bibit cacing untuk budidaya. Tim Pelaksana IbM memberikan penyuluhan dan pendampingan bersamaan dengan Tim Pendamping Lapang dari Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten Jember tentang sistem produksi cacing tanah sehingga bisa menghasilkan produk yang maksimal dengan memaksimalkan limbah baglog dari budidaya jamur tiram. Bibit cacing tanah difasilitasi oleh Tim Pelaksana IbM dimana masing-masing pengrajin mendapatkan bibit 30 kg untuk dibudidayakan. Hasilnya akan diakomodir oleh Tenaga Pendamping Lapang untuk bisa melakukan kerjasama dengan distributor cacing tanah di Kabupaten Jember dan Malang.
Monitoring dan evaluasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan IbM secara internal dan eksternal dilakukan secara periodik untuk mengevaluasi keberhasilan dalam implementasi fasilitas peralatan produksi sehingga akan berdampak pada budidaya jamur tiram dan cacing tanah.
## KESIMPULAN
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di SPKP Curahnongko dengan memaksimalkan pemanfaatan limbah baglog jamur tiram menjadi media untuk budidaya cacing tanah sehingga menjadi produk yang komersial.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :
a. Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun 2016.
b. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat
Universitas Brawijaya yang telah bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan IbM ini. c. Taman Nasional Meru Betiri, Bapak Dodit Guntoro,Spi, MSi yang selalu melauangkan waktunya untuk bersama- sama membina UKM dalam kegiatan ini.
d. Bapak Prawoto dan Bapak Joko sebagai mitra dalam kegiatan ini yang selalu mensupport dan semangat untuk sukses.
## REFERENSI
[1] Anonim. 2015. Data Balai Taman Nasional Meru Betiri. Kabupaten Jember.
[2] Kurnianingsih, N. 2015. Khasiat Jamur Tiram. http://seputarjamurtiram.blog.co m. Tanggal akses 20 April 2015.
[3] Puspaningrum D, Titin A dan Sofia. 2013. Model
Pemberdayaan
Masyarakat Desa Penyangga Berbasis Kearifan Lokal Pada Taman Nasional Meru Betiri. Universitas Jember.
|
6c8ed7f7-5be3-404e-9803-7018d3ea1a1c | https://journal.unpar.ac.id/index.php/veritas/article/download/5671/4194 |
## MEMAKNAI KEKHILAFAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 308 K/Pdt.Sus-PHI/2018
Mustika Prabaningrum Kusumawati Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia e-mail: [email protected] disampaikan 27/02/2022 – di -review 13/03/2022 – diterima 23/12/2023 DOI: 10.25123/vej.v9i2.5671
## Abstract
These days, the industrialization era is rapidly developing and has impacted industrial relations disputes that are becoming increasingly complex and unavoidable. In the case of industrial relations disputes, difference in the decision between the first instance and the cassation level (there is no appeal for industrial relations disputes) occurs frequently. As such is the case between Siti Harini and PT Batik Danar Hadi, in which the verdicts of the first instance and cassation (Case Number: 37/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg and Case Number: 308 K/Pdt.Sus-PHI/2018) and the results of the previous first instance decisions (Case Number: 19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg) differed from one another. In Case Number: 37/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg, Siti Harini's lawsuit was granted; in Case Number: 308K/Pdt.Sus-PHI/PN.Smg, PT Batik Danar Hadi's cassation application was granted; howeverin Case Number: 19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg, Siti Harini's lawsuit was dismissed. If the lawsuit is filed while the case at hand is still in the middle of examination at the cassation level, it can be said that the suit is too early (premature) and consequently should be declared inadmissible (Niet Ontvankelijke Verklaard), but in fact it was granted instead. Hence, it can be concluded that there is an error in the judgment making. Conclusively, it can be stated that the implication of an error in the judgment in the first instance creates legal uncertainty and injustice in the decision.
Keywords: judge's oversight; decisions; industrial relation dispute.
## Absrak
Era industrialisasi yang berkembang dewasa ini memberikan dampak perselisihan hubungan industrial yang semakin kompleks dan tidak dapat dihindarkan. Dalam kasus perselisihan hubungan industrial wajar adanya apabila terjadi perbedaan putusan antara tingkat pertama dengan tingkat kasasi (dalam hal ini tidak dikenal banding). Demikian yang terjadi dalam kasus antara Siti Harini dan PT Batik Danar Hadi di mana putusan tingkat pertama dan kasasi (Perkara Nomor:37/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg dan Perkara Nomor:308 K/Pdt.Sus-PHI/2018) serta hasil putusan tingkat pertama sebelumnya (Perkara Nomor:19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg) terjadi perbedaan isi amar putusan. Perbedaannya adalah pada Perkara Nomor:37/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg gugatan Siti Harini dikabulkan, pada Perkara Nomor:308K/Pdt.Sus-PHI/PN.Smg permohonan kasasi PT Batik Danar Hadi dikabulkan, namun pada Perkara Nomor:19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg gugatan Siti Harini dinyatakan tidak diterima. Terhadap perkara yang masih dalam proses pemeriksaan di tingkat kasasi sewaktu gugatan diajukan maka dapat dikatakan gugatan tersebut terlalu dini (prematur) sehingga gugatan tersebut seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke Verklaard ), namun yang terjadi gugatan tersebut dikabulkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengambilan putusan pun keliru. Dapat disimpulkan bahwa implikasi dari suatu kekhilafan hakim pada tingkat pertama menimbulkan ketidakpastian hukum dan ketidakadilan dalam putusan tersebut.
Kata Kunci : kekhilafan hakim; putusan; perselisihan hubungan industrial.
## Pendahuluan
Manusia memiliki hasrat untuk melangsungkan kehidupannya dengan mencukupi kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier. Untuk pemenuhan seluruh kebutuhan hidupnya, manusia memiliki tuntutan secara alami untuk bekerja keras, yaitu bekerja dengan upaya dirinya sendiri seperti berjualan, ataupun dengan menggantungkan pendapatan rutinnya dengan bekerja kepada orang lain sebagai pemberi kerja. Bekerja pun dapat dimaknai berdasarkan tiga sisi yakni individu (untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri), spiritual (ada hubungan kodrati dan integral antara manusia dengan Tuhannya) dan kemasyarakatan (bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri namun diharapkan setiap barang dan/atau jasa yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi masyarakat).
Sebagian besar masyarakat Indonesia lebih cenderung bekerja dengan menggantungkan penghasilannya kepada orang lain (pemberi kerja) dibandingkan mengupayakan pekerjaan yang diusahakan sendiri olehnya (wiraswasta). Dengan kata lain, seseorang yang bekerja pada orang lain yang ditandai dengan ditandatanganinya sebuah perjanjian kerja antara dirinya sebagai pekerja dengan perusahaan atau pengusaha sebagai pemberi kerja maka ia secara otomatis telah melakukan hubungan kerja.
Praktiknya, sering kali terjadi hubungan kerja antara perusahaan atau pengusaha dengan pihak pekerja tidak berjalan harmonis sesuai harapan. Tidak jarang pula ditemui adanya percikan permasalahan yang menimbulkan terjadinya perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK) di antara keduanya seperti yang terjadi antara PT Batik Danar Hadi dan Siti Harini. Kedua pihak yang berselisih ini kemudian membawa kasusnya ke ranah pengadilan hubungan industrial. Gugatan pertama kali diajukan oleh Siti Harini sebagai pihak pekerja/buruh dengan register perkara Nomor:19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg yang kemudian diputus tidak diterima. Terhadap isi putusan tersebut, Siti Harini mengajukan gugatan baru dengan register perkara Nomor:37/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg dan dinyatakan diterima dalam amar putusannya. Sedangkan upaya hukum kasasi
yang ditempuh pihak PT Batik Danar Hadi menghasilkan amar putusan mengabulkan permohonan yang diajukan oleh PT Batik Danar Hadi selaku pemohon.
Gugatan penggugat (Siti Harini) dinyatakan Niet Ontvankelijke Verklaard atau tidak diterima dalam hasil pemeriksaan dan putusan Perkara Nomor:19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg oleh Majelis Hakim. Siti Harini kembali mengajukan gugatan baru kepada Pengadilan Negeri Semarang (kemudian disebut PN.Smg) dengan mendapatkan hasil putusan Perkara Nomor:37/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg justru dikabulkan oleh majelis hakim pemeriksa dan pemutus perkara. Tidak terima dengan dikabulkannya gugatan Siti Harini karena dianggap merupakan gugatan ulang yang sama dengan gugatan sebelumnya. Selain itu putusan Perkara Nomor:19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg pada saat yang bersamaan masih dalam tenggang waktu 14 hari untuk upaya hukum Kasasi, maka PT Batik Danar Hadi mengajukan upaya hukum kasasi dengan Perkara Nomor:308 K/Pdt.Sus-PHI/2018 di mana Mahkamah Agung berpendapat bahwa Pengadilan Hubungan Industrial (kemudian disebut PHI) pada PN.Smg telah salah menerapkan hukum dalam pertimbangannya. Adapun pertimbangan Mahkamah Agung menyatakan bahwa PN.Smg telah salah menerapkan hukum dalam pertimbangannya ialah karena terhadap perkara yang soal dan pihaknya sama masih dalam proses pemeriksaan di tingkat kasasi sewaktu gugatan diajukan, oleh sebab itu gugatan terlalu dini ( premature ), sehingga gugatan Penggugat tidak dapat diterima ( niet ontvankelijke verklaard ). Oleh sebab itu maka Mahkamah Agung memberikan putusan mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi (PT Batik Danar Hadi) dengan pertimbangannya membatalkan putusan PHI pada PN.Smg.
Meninjau hasil putusan tingkat pertama dan kasasi serta hasil putusan tingkat pertama sebelumnya antara PT Batik Danar Hadi dan Siti Harini tersebut tampak sekali adanya perbedaan yang signifikan di mana Mahkamah Agung sebagai judex juris justru membatalkan putusan judex facti pada tingkat pertama dengan dasar pertimbangan yang disebutkan di atas. Menelisik lebih dalam lagi
maka tidak menutup kemungkinan terjadinya kekhilafan hakim di antara ketiga putusan tersebut di atas. Oleh karena itu apabila dapat terkuak kekhilafan hakim yang dimaksud maka akan berdampak positif dengan hadirnya keadilan bagi kedua belah pihak. 1
Perlu dipahami terlebih dahulu arti dari sebuah sengketa. Sengketa merupakan masalah yang paling menakutkan bagi semua manusia di muka bumi. Penggunaan istilah sengketa mengandung makna adanya suatu permusuhan di antara dua pihak yang semata-mata timbul dari adanya kepentingan yang berbeda. Teori konflik yang dilihat lebih dalam berdasarkan Ralph Dahrendorf yaitu suatu kondisi sosial diakibatkan adanya paksaan atau tekanan yang diberikan suatu kelompok. 2 Kondisi konflik sosial yang dimaksud dalam teori konflik Ralph Dahrendorf terlihat dari beberapa kepentingan yang terhimpun pada antar kelompok masyarakat yang memainkan peranan penting untuk terjadinya konflik secara turun temurun berdasarkan latar belakang dan dibumbui dengan perubahan unsur-unsur berbeda seiring berjalannya waktu.
Pada dasarnya terdapat empat faktor yang dapat dikatakan menjadi unsur utama terjadinya konflik perselisihan hubungan industrial. Adapun empat faktor utama yang dimaksud yaitu pertama , terdapat suasana ketidakpastian yang tidak terkendali, kedua adanya perasaan kelompok yang merasa dirugikan, ketiga bersamaan dengan tersentuhnya perasaan sensitif dalam kelompok serta keempat adalah pengaruh kelompok lain di luar perusahaan. 3 Selain dikatakan menjadi faktor utama penyebab lahirnya konflik perselisihan hubungan industrial, keempat faktor tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Pengalokasian yang tidak merata dari kekuasaan dan kewenangan diindikasikan menjadi faktor utama terbentuknya konflik sosial, seperti alokasi
1 Oktafianto Dennis, Hanafi Muhammad, Analisis Kekhilafan Hakim Yang Nyata Sebagai Dasar Pengajuan Peninjauan Kembali Oleh Terpidana Dalam Perkara Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 57 Pk/Pid/2013), Jurnal Verstek, Jakarta, 2016, vol., 4, no. 1, hlm., 11 – 21.
2 George R, Teori Sosiologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1992, hlm., 18.
3 Gorda I, Manajemen Sumber Daya Manusia, Widya Kriya Gematama, Denpassar, 1994, hlm., 29.
atas kekuasaan dan kewenangan dengan menempatkan suatu individu yang tidak atau belum layak pada posisi lebih tinggi dan lebih rendah kepada individu yang seharusnya sudah layak. Pada praktiknya, wewenang, kekuasaan dan posisi merupakan fakta sosial yang sulit untuk dihindari oleh semua pihak. Bertolak dari teori konflik ini, ketidaksamarataan pendistribusian kekuasaan, wewenang menghasilkan tingkatan pengusaha berada di atas posisi pekerja. Hal ini menjadi faktor lainnya yang menjadi pemicu pertentangan atau perselisihan di antara pengusaha dengan pekerja.
Konflik ataupun perselisihan pada sosial masyarakat dengan hubungan industrial diperlukan adanya suatu upaya, mediasi serta proses penyelesaian konflik. Bentuk upaya atau proses penyelesaian perselisihan dibagi menjadi dua yakni melalui jalur non litigasi dan jalur litigasi. Adapun upaya penyelesaian perselisihan melalui jalur litigasi masuk ke dalam ranah kekuasaan kehakiman.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU No.48 Th. 2009) menggambarkan kebebasan menjalankan kekuasaan kehakiman tidaklah mutlak, karena menegakkan hukum dan keadilan dengan menafsirkan hukum dan mencari hukum dan prinsip yang menjadi dasar hukum melalui perkara yang dihadapinya merupakan tugas dan tanggung jawab hakim. Hanya dengan cara inilah rasa keadilan dapat tercermin. Undang-Undang tersebut merupakan kerangka utama dan umum sebagai dasar serta prinsip serta pedoman peradilan bagi lingkungan peradilan umum, peradilan militer, peradilan tata usaha negara dan peradilan agama. Namun yang perlu diingat bahwa setiap jenis peradilan telah dituangkan dan diatur dalam Undang-Undang tersendiri.
Judex dan facti merupakan kata yang membentuk judex facti atau factie 4 atau facto . 5 Facti tidak terdapat pada Black’s Law Dictionary , melainkan terdapat kata
4 Sri Redjeki dkk., The Implication of the Supreme Courts Affirmation Towards Judex Facti Decision in a Final and Binding Judicial Award Which Still Providing a Chance To Perform Legal Action Through Arbitration After the Nullification of the Arbitration Award , Review of International Geographical Education, United Kingdom, 2021, vol., 11, hlm., 1459 – 1468.
5 Ahmad Siboy, The Integration of the Authority of Judicial Institutions in Solving General Election Problems in Indonesia , Legality : Jurnal Ilmiah Hukum , Indonesia, 2021, vol., 29 no. 2, hlm.,
237 – 255.
facto. In fact; by in act; by the act or fact 6 yang artinya pada kenyataannya atau faktanya. Judex facti menjadikan peninjauan dan memberikan putusan perkara atas fakta menjadi kewenangan hakim. Judex facti menggambarkan kemampuan hakim untuk menilik atau memutus perkara pada tingkat pertama dan banding di pengadilan yang mengacu penetapan fakta hukum yang diperankan hakim dalam sebuah putusan. 7
Judex facti berbeda dengan judex juris . Juris adalah of right atau of law , 8 yang artinya hukum. Judex juris mendeskripsikan mengenai kompetensi hakim di dalam menilik atau mengadili perkara di tingkat kasasi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung. Sistem hukum acara perdata memiliki latar belakang dengan peninjauan ontologis terhadap judex facti dan judex juris yang merupakan bagian dari prinsip hukum. Pemberian hak saat menentukan dan mengevaluasi fakta hukum serta mengevaluasi penerapan hukum dalam pengambilan keputusan merupakan pencerminan dari judex facti dan judex juris .
Konsep sistem peradilan dua tingkat yang saling berhubungan dalam keberlangsungan fungsi prinsip hukum peradilan disebut judex facti dan judex juris . Judex facti tercermin saat berlangsungnya peradilan tingkat pertama dan tingkat banding. Peradilan tingkat tiga bukan diwakilkan dengan proses tingkat kasasi, karena peradilan tingkat kasasi tidak melakukan pemeriksaan terhadap fakta dan peristiwa. Pembinaan penyamaan dan penyeragaman penerapan hukum pada putusan peradilan tingkat banding bertujuan untuk menciptakan lingkup peraturan hukum diterapkan secara tepat tersebut merupakan kewenangan peradilan tingkat kasasi. 9 Kewenangan peradilan tingkat kasasi tersebut bertujuan membentuk kepastian hukum dan keseragaman hukum.
6 Id.
7 Id.
8 Pratama Dofan H., Pertimbangan Hukum Judex Juris Memutus Perkara Penggelapan Dengan Adanya Dissenting Oppinion (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 1427 K/Pid/2014), Jurnal Verstek, Indonesia, 2019, Vol., 7 no. 2, hlm., 1 – 16.
9 Ismet B, Hukum Acara Perdata Peradilan Umum, Airlangga University Press, Surabaya, 2004, hlm., 43
Putusan hakim merupakan ketetapan ( judgement ) atau kesimpulan hakim untuk mengakhiri suatu perkara yang menjadi tanggung jawab yang diembankan kepadanya. 10 Putusan diartikan sebagai konklusi atau penetapan hakim didasarkan dengan hak yang dimilikinya dengan melihat keterkaitan hukum antara kedua belah pihak dalam penyelesaian persengketaan. 11 Dalam rangka mewujudkan putusan hakim ini dibutuhkan ketelitian dan pengetahuan di dalam pembuatan putusan yang baik dan benar agar putusan tersebut dapat memberikan manfaat serta kepastian hukum agar tidak mudah diubah meskipun dengan mengajukan upaya hukum ke tingkat yang lebih tinggi.
Penyelesaian sengketa yang diperiksa dan diadili oleh hakim sangat membutuhkan pengambilan putusan secara adil. Pasal 164 Herzien Inlandsch Reglement (H.I.R) menyatakan bahwa :
“Hakim harus dapat mengolah dan memproses data -data yang diperoleh selama proses persidangan, baik dari bukti surat, saksi, persangkaan, pengakuan maupun sumpah yang terungkap dalam persidangan”.
Menjunjung tinggi sifat obyektif, profesionalisme, keadilan, kearifan dan rasa tanggung jawab menjadi dasar hakim dalam memberikan ketetapan hukum pada suatu putusan perkara. Cacat tidaknya suatu putusan hakim haruslah ditinjau berdasarkan ketentuan Pasal 178 H.I.R, Pasal 189 Rechtreglement voor de Buitengewesten (R.B.G) dan Pasal 50 UU No.48 Th. 2009 harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 12
a. Memuat dasar alasan putusan yang jelas dan rinci
Pertimbangan hukum yang jelas menjadi dasar utama putusan hakim.
Apabila suatu keputusan tidak memenuhi persyaratan, maka keputusan tersebut belum sepenuhnya dipertimbangkan ( onvoldoende gemotiveerd ).
10 Hamzah A, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1956, hlm., 55
11 Adam Rigoni, Common-Law Judicial Reasoning and Analogy , Legal Theory, Indonesia, 2014, vol., 20, no. 2, hlm., 133 – 156
12 Harahap Y, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian Dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm., 48.
Peraturan tertulis, hukum adat, yurisprudensi atau doktrin hukum dapat dijadikan alasan pertimbangan hakim. 13
## b. Putusan wajib mengadili seluruh bagian gugatan
Putusan harus ditinjau secara menyeluruh dan sepenuh-penuhnya memeriksa serta mengadili seluruh aspek pengajuan gugatan merupakan pencerminan Pasal 189 ayat (2) R.B.G, Pasal 178 ayat (3) H.I.R dan Pasal 50 Reglement op de Rechtvordering (R.V).
c. Putusan tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan Suatu tuntutan dalam gugatan ( ultra petita ) tidak boleh dilebihkan putusan mengabulkannya. Putusan wajib dinyatakan cacat jika mengandung ultra petita, meskipun iktikad baik ( good faith ) demi kepentingan umum ( public interest ) dijadikan unsur dalam putusan hakim. Meskipun putusan mengadili dan mengabulkan dilakukan dengan iktikad baik dengan melebihi dari apa yang digugat, maka tindakan atas putusan tersebut dianggap tidak sah ( illegal ) 14 merupakan pencerminan Pasal 50 R.V , Pasal 178 ayat (3) H.I.R, dan Pasal 189 ayat (2) R.B.G.
d. Putusan diucapkan di muka umum
Dalam pemeriksaan persidangan atas prosedur jujur sejak awal hingga keluarnya putusan akhir harus mengedepankan asas fair trial . Konsep sidang yang terbuka untuk umum harus diterapkan dari pemeriksaan awal hingga putusan. Namun, asas fair trial ini tidak berlaku pada kasus-kasus atau perkara tertentu seperti perkara perceraian. Dalam perkara perceraian ini, proses pemeriksaan bersifat tertutup namun pembacaan putusan tetap wajib terbuka untuk umum. Adapun pelanggaran asas fair trial ditegaskan dalam Pasal 13 ayat (2) UU No.48 Th. 2009 menyatakan bahwa “Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dala m sidang terbuka untuk umum”. Putusan batal demi hukum apabila putusan tidak diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum.
13 Id.
14 Id.
Gugatan yang diajukan oleh salah satu pihak merupakan hasil akhir dari peninjauan kembali perkara di pengadilan. Model keputusan hakim yang harus diambil tidak diatur atau tidak dijelaskan di dalam H.I.R. Namun didasarkan pada ketentuan-ketentuan H.I.R Pasal 184, Pasal 185, Pasal 187 dan Pasal 61 R.V yang isi dan susunan putusan keputusan kekuasaan hakim tercermin pada ketentuan peraturan tertulis tersebut.
Suatu putusan didasarkan pada peran hakim sebagai penentu hukum yang adil dan benar merupakan dasar judex juris, sedangkan judex facti menitik beratkan suatu putusan sebagai penentu hukum yang diperankan oleh hakim. 15 Judex facti dan judex juris sebagai prinsip hukum seyogyanya diterapkan secara konsisten. Realitasnya penerapan judex facti dan judex juris tidak menunjukkan perbedaan yang tegas. Fakta menunjukkan terdapat putusan tingkat kasasi membatalkan putusan peradilan tingkat pertama dan/ atau peradilan tingkat banding dengan mengadili sendiri sehingga Mahkamah Agung bertindak sebagai judex facti . Konsekuensinya, terdapat perkara yang serupa dijatuhi putusan yang amarnya berbeda, sehingga menimbulkan masalah ketidakpastian hukum dan ketidakadilan. 16
Idealnya, dalam rangka mewujudkan kepastian hukum dalam putusan hakim maka fakta relevan dalam persidangan yang ditinjau secara yuridis serta hati nurani hakim sebagai pemeriksa dan pemutus perkara telah diterapkan dalam diri hakim untuk memutus suatu putusan perkara. Hakim menjadi tonggak utama dalam menafsirkan pengertian perundang-undangan dan peraturan lainnya dalam penerapannya. Implementasi hukum mestinya berdasarkan relevansi kasus yang sebenarnya agar hakim dapat menafsirkan dan
15 Ahmad Siboy, The Integration of the Authority of Judicial Institutions in Solving General Election Problems in Indonesia , Legality : Jurnal Ilmiah Hukum , Indonesia, 2021, vol., 29, no. 2, hlm.,
237 – 255.
16 Harjono Maria Caroline, Studi Kajian Tentang Gugatan Intervensi Dalam Perkara Perdata, Jurnal Verstek, Indonesia, 2020, vol., 8, no. 1, hlm., 55 – 61; Rumawi, Bagenda, Jiwantara, dkk. .,
Hukum Acara Perdata, Widina Bhakti Persada, Bandung, 2021, hlm., 5 – 24; Goran Dominioni, Pieter Desmet, dan Louis Visscher, Judges versus Jurors: Biased Attributions in the Courtroom , Cornell International Law Journal , Ithaca, New York, 2020, vol., 52, no. 2, hlm., 235 – 265.
mendapatkan benang merah dari kasus yang diadili secara menyeluruh, bijaksana dan objektif.
Secara terminologi, keadilan ( justice ) memiliki makna yang bermacam- macam dan banyak sekali teori yang membahasnya. Keadilan sebagai suatu konsep merupakan konsep yang rumit dan abstrak serta berkaitan dengan kepentingan kompleks. 17 Ulpianus sebagai ahli hukum Romawi mencetuskan “ tribure jus suum cuique ” yang diartikan sebagai porsi pemberian hak harus sesuai dengan porsi masing-masing, yang kemudian dijadikan rujukan utama sebagai makna keadilan. Pengertian keadilan tersebut kemudian dikembangkan dan diambil alih Corpus Juris Kaisar Justinianus dan Aristoteles. Menurut Hart, keadilan merupakan segmen lain dari moralitas, sebagaimana dikatakan “… yet it is important to see that it is a distinc segment of morality …” . 18
Keadilan merupakan bentuk lebih spesifik daripada moralitas. 19 Ulpianus mengatakan keinginan untuk konsisten memberikan kepada khalayak manusia yang menjadi haknya ( to give everybody his own ) sesuai porsi dengan menyadari dan mengakui hak setiap orang lain diartikan sebagai keadilan 20 . Dasar keadilan adalah penilaian satu orang kepada orang lainnya, namun biasanya hanya dinilai dari sudut pandang pihak yang menerima perlakuan saja. 21
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini menggunakan metode ilmu hukum normatif ( normative law research ), yaitu menggunakan studi kasus ( case study ) normatif seperti produk perilaku hukum yang sudah terjadi. 22 Penggunaan penelitian ilmu hukum normatif lebih menitikberatkan pada pendekatan
17 Stuart McLennan, The Law as a Barrier to Error Disclosure: A Misguided Focus? , Trends in Anaesthesia and Critical Care , Switzerland, 2018, vol., 19, hlm., 1 – 5; Sri and Murthy, Useful Judgements for Trial Judges , Srikakulam, 2018, hlm., 1 – 48; DJ Mullan, The Federal Court Act : A Misguided Attempt at Administrative Law Reform ? , The University of Toronto Law Journal , Toronto, Canada, 2015, vol., 23, no. 1, hlm., 14 – 53.
18 H.L.A. Har, The Concept of Law, Oxford University, New York, 1988, hlm., 153.
19 Id., hlm.,154.
20 Syprianus Aristeus, Eksekusi Ideal Perkara Perdata Berdasarkan Asas Keadilan Korelasinya Dalam Upaya Mewujudkan Peradilan Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Indonesia, 2020, vol., 20, no. 3, hlm., 379.
21 Jeremy Waldron, Judges as Moral Reasoners , International Journal of Constitutional Law , New York, 2019, vol., 7, no. 1, hlm., 2 – 24.
22 Abdulkadir M, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm., 132.
perundang-undangan ( statue approach ). 23 Sumber data yang digunakan dalam penelitian studi kasus secara hukum normatif adalah hukum primer dan hukum sekunder. Sumber hukum primer seperti perundang-undangan dan peraturan turunan lainnya, sedangkan sumber hukum sekunder berasal dari kajian akademik seperti jurnal, artikel ilmiah hukum dan sosial, buku, laporan penelitian, serta bahan lokakarya, seminar, dan sebagainya. Produk hukum yang dititikberatkan pada penelitian ini dengan mengambil studi kasus pada putusan hukum 308 K/Pdt.Sus-PHI/2018.
Keadilan pada putusan hakim yang dapat dilihat dari biasnya putusan yang mengandung faktor kekhilafan hakim tersebut, maka kondisi seperti itu harus dapat menjawab berbagai persoalan antara lain : (1) bagaimanakah implikasi kekhilafan hakim dalam sebuah putusan hukum 37/Pdt.Sus-PHI/2017 ? serta (2) bagaimanakah kepastian hukum suatu putusan yang di dalamnya terdapat unsur kekhilafan hakim? Persoalan tersebut menunjukkan bahwa tujuan sesungguhnya dalam menilai putusan hakim diperlukan pengetahuan untuk mengetahui bagaimana implikasi kekhilafan hakim dalam sebuah putusan, untuk mengetahui bagaimana kepastian hukum suatu putusan yang di dalamnya terdapat unsur kekhilafan hakim. Sehingga tujuan dari hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat agar hakim pemeriksa dan pemutus perkara lebih cermat dalam memberikan suatu putusan sehingga meminimalisir terjadinya kekhilafan.
## Pembahasan
Konflik diartikan sebagai kondisi di mana masing-masing pihak (dua pihak atau lebih) saling memperjuangkan tujuannya, di mana tujuan tersebut tidak dapat dipersatukan dan masing-masing pihak berusaha meyakinkan pihak lain tentang kebenaran tujuannya sendiri. 24 Secara harfiah setiap manusia menganggap dirinya memiliki hak dan ingin menuntut haknya sendiri dan atau ingin mempertahankan
23 Marzuki Peter M, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm., 8.
24 Soemitro R , Hukum Dan Masalah Penyelesaian Konflik, Agung Press, Semarang, 1990, hlm., 138 .
atau membelanya, berhak menjadi pihak penggugat maupun selaku yang tergugat ( legitima persona standi in judicio ), sehingga dalam kondisi ini siapa pun berhak untuk mengajukan gugatan ke pengadilan. Pasal 163 H.I.R menyatakan bahwa “Barang siapa yang mengaku mempunyai suatu hak atau menyebut suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang lain, harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu”. Dasar tuntutan yang wajib dibuktikan mengenai kejadian materiil dalam persidangan merupakan hak dan peristiwa yang disebut fundamentum petendi .
Adanya keleluasaan untuk mengajukan gugatan bagi pihak atau para pihak yang merasa memiliki hak, didukung pula oleh Pasal 22 Algemene Bepalingen van wetgeving voor Indonesie (A.B) yang menjelaskan bahwa “Bilamana seorang hakim menolak menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa peraturan undang- undang yang bersangkutan tidak menyebutnya, tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut karena menolak mengadili”. Dengan adanya prinsip ius curia novit yang artinya hakim dipaksa harus mengetahui segala hukum, maka menerima berkas perkara, memeriksa berkas perkara dan mengadili serta menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya tanpa terkecuali dengan dikeluarkannya suatu putusan hukum merupakan tanggung jawab utama hakim. Meskipun tidak dapat dielakkan terkadang putusan hakim mengandung unsur kekhilafan disebabkan hakim juga manusia biasa. 25
Siti Harini merupakan seorang karyawati PT Batik Danar Hadi (posisi sebagai payroll data base admin area 2 & 3 kantor pusat Surakarta) yang mengajukan gugatan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap PT Batik Danar Hadi. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU No.2 Th. 2004) menyebutkan bahwa
25 Smith Z, Disparitas Putusan Hakim (Identifikasi Dan Implikasi), Komisi Yudisial Republik Indonesia, Indonesia, 2014, hlm., 94; M. Syamsudin; The Failure of the Court to Protect Consumers: A Review of Consumer Dispute Resolution in Indonesia , Journal of Consumer Policy, United States, 2021, vol., 44, no. 1, hlm., 117 – 130; Joep Sonnemans dan Frans Van Dijk, Errors in Judicial Decisions: Experimental Results , Journal of Law, Economics, and Organization , United Kingdom ,2019, vol., 28, no. 4, hlm., 687 – 716.
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah “Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak”. Perbedaan pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang terjadi antara Siti Harini dengan PT Batik Danar Hadi dilatarbelakangi oleh Siti Harini yang dalam dalil gugatannya menyatakan PT Batik Danar Hadi telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap dirinya, sedangkan PT Batik Danar Hadi membantah apa yang di dalilkan oleh Siti Harini.
Perbedaan pendapat antara Siti Harini dan PT Batik Danar Hadi ini dilatarbelakangi oleh tindakan Siti Harini yang dinilai melakukan penyalahgunaan fasilitas perusahaan yang mengakibatkan dirinya dimutasi oleh PT Batik Danar Hadi. Atas adanya mutasi ini, Siti Harini menolak untuk dimutasi dan kemudian tidak masuk kerja selama lima hari berturut-turut. Berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama yang dimiliki PT Batik Danar Hadi, maka Siti Harini dianggap telah melakukan pengunduran diri. Adanya anggapan pengunduran diri ini dibantah oleh Siti Harini yang menilai kebijakan mutasi serta surat peringatan ketiga yang dikeluarkan PT Batik Danar Hadi tidak bisa diterima. Hal ini disebabkan karena saat itu Siti Harini bekerja di PT Batik Danar Hadi Solo/Surakarta, sedangkan surat peringatan ketiga dikeluarkan oleh PT Batik Danar Hadi Cabang Jakarta.
Adanya ketidaksesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja (PHK) antara Siti Harini dengan PT Batik Danar Hadi ini mengakibatkan adanya pengajuan gugatan atas dasar perselisihan pemutusan hubungan kerja oleh Siti Harini melalui pengadilan hubungan industrial pada Pengadilan Negeri Semarang (bertindak sebagai Penggugat) terhadap PT Batik Danar Hadi (bertindak sebagai Tergugat) dengan Perkara Nomor: 19/Pdt.Sus-PHI/PN.Smg yang didahului dengan gagalnya upaya mediasi yang difasilitasi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta sebagai mediator yang telah mengeluarkan Anjuran Nomor: 568/1203 tertanggal 13 April 2017. Terhadap anjuran mediator tersebut, Siti Harini menyatakan menerima anjuran tersebut sedangkan PT Batik Danar Hadi menolak secara tegas anjuran tertulis dari mediator hubungan industrial.
Majelis hakim pemeriksa dan pemutus Perkara Nomor: 19/Pdt.Sus- PHI/PN.Smg di dalam pertimbangan hukumnya mencantumkan ketentuan Pasal 8 ayat (3) R.V di mana gugatan harus memenuhi syarat-syarat di antaranya yakni adanya posita yang menguraikan tentang kejadian dan peristiwa-peristiwa dan menguraikan tentang hukumnya disertai alasan dasar yuridis gugatan yang kemudian berdasarkan ketentuan tersebut dijadikan dasar majelis hakim menyatakan bahwa gugatan Siti Harini kabur ( obscuur libel ) sehingga eksepsi PT Batik Danar Hadi (Tergugat) dapat dikabulkan. Dengan dikabulkannya eksepsi PT Batik Danar Hadi (Tergugat) maka majelis hakim tanpa harus memeriksa materi pokok perkara yang pada tanggal 12 September 2017 telah mengeluarkan putusan dengan Nomor: 19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg yang kutipan amarnya pada intinya menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke verklaard ).
Putusan gugatan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke verklaard ) melalui putusan majelis hakim pemeriksa dan pemutus Perkara Nomor: 19/Pdt.Sus- PHI/PN.Smg tersebut, kemudian Siti Harini kembali mengajukan gugatan baru berkaitan dengan Perselisihan PHK dengan Perkara Nomor: 37/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg. Adapun Siti Harini (bertindak sebagai Penggugat) kembali menggugat PT Batik Danar Hadi (bertindak sebagai Tergugat). Terhadap gugatan yang diajukan ini, PHI dan PN.Semarang pada tanggal 18 Desember 2017 mengeluarkan amar yang kutipannya pada intinya mengabulkan gugatan Siti Harini (bertindak sebagai Penggugat) untuk sebagian oleh Majelis Hakim. Pada putusan tersebut sejak 30 Maret 2017 hubungan kerja telah putus dan berakhir antara Penggugat dan Tergugat. Selain itu Majelis Hakim juga memutus menghukum Tergugat untuk membayar uang penghargaan masa kerja, uang pesangon, dan uang penggantian hak kepada Penggugat sebesar Rp 133.623.100,00 (seratus tiga puluh tiga enam ratus dua puluh tiga ribu seratus rupiah).
PT Batik Danar Hadi mengambil sikap dengan mengajukan permohonan kasasi tertanggal 29 Desember 2017 dengan Akta Permohonan Kasasi Nomor 43/Pdt.Sus-PHI/K/2017/PN.Smg juncto Nomor 37/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg
yang dibuat oleh Panitera PHI pada PN.Semarang diikuti dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan PHI pada tanggal 11 Januari 2018 (sesuai waktu yang ditetapkan Undang-Undang) sebagaimana dijelaskan pada UU No.2 Th. 2004 Pasal 110. Petitum yang dimintakan oleh PT Batik Danar Hadi (sebagai Pemohon Kasasi dahulu Tergugat) adalah membatalkan Putusan Perkara Perselisihan Hubungan Industrial pada PN.Semarang yang kemudian Mahkamah Agung dalam pertimbangan hukumnya menyatakan ba hwa “… dalam hal ini PHI pada PN.Semarang telah salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:
“ Bahwa terhadap perkara yang soal dan pihaknya sama masih dalam proses pemeriksaan di tingkat kasasi sewaktu gugatan diajukan, oleh sebab itu gugatan terlalu dini (premature ), sehingga gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard) ” .
Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi dari PT Batik Danar Hadi (sebagai Pemohon Kasasi dahulu Tergugat) dan membatalkan putusan PHI pada PN.Semarang.
Perselisihan antar manusia merupakan fitrah dasar karena saling memiliki keinginan tersendiri. Satu pokok utama munculnya ketidakpuasan adalah dimulai dari permasalahan distribusi pemikiran yang dianggap tidak sejalan dengan kepribadian. 26 Oleh sebab itu, yang terpenting adalah adanya upaya pencegahan atau upaya untuk mendamaikan kembali para pihak yang berselisih. Bentuk upaya perdamaian di antara para pihak yang berselisih dapat ditempuh melalui jalur non litigasi atau jalur litigasi.
Di Indonesia sendiri menerapkan prinsip hubungan industrial Pancasila yang dijadikan dasar penyelesaian seluruh jenis perselisihan atau sengketa di bidang ketenagakerjaan. Perselisihan PHK merupakan salah satu dari empat macam jenis Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) yang dikenal pada Pasal 1 ayat
26 Kyle Edwards dan Sarah Robinson, Labor and Employment Law : A Career Guide , Labor and Employment Law , Cambridge, USA, 2018, vol., 5, no. 329, hlm., 83; Daire McCormarck, Philip Pettit Republicanism and Labour Law A Defence , International Journal of Comparative Labour Law and Industrial Relations , United Kingdom, 2021, vol., 37, no. 4, hlm., 417 – 450.
(4) UU No.2 Th. 2004 menjelaskan perselisihan PHK didasari adanya ketidaksesuaian pengakhiran hubungan kerja yang menimbulkan perselisihan antara pihak pemberi kerja dengan pekerja. Kondisi yang terjadi pada masyarakat umumnya ialah kondisi perselisihan PHK, di mana perselisihan dapat terjadi disisi perusahaan, pengusaha ataupun pekerja itu sendiri. Meskipun yang lebih cenderung dikenal ialah PHK oleh perusahaan atau pengusaha terhadap pekerjanya.
Upaya penyelesaian PHI termasuk PHK haruslah ditempuh dengan mekanisme bipartit , tripartit dengan upaya terakhir melalui jalur pengadilan hubungan industrial. PHK yang mekanismenya diselesaikan melalui bipartit merupakan syarat wajib sesuai ketentuan Pasal 3 UU No.2 Th. 2004 yang apabila upaya ini gagal barulah diselesaikan dengan mekanisme penyelesaian tripartit . Pasal 57 UU No.2 Th. 2004 menjelaskan jika upaya tripartit ini masih juga gagal maka barulah dapat diajukan gugatannya ke pengadilan hubungan industrial. Seyogyanya beracara dalam ranah pengadilan hubungan industrial tetap menggunakan hukum acara perdata sebagaimana pada pengadilan pada lingkungan peradilan umum.
Pemilihan jalur pengadilan diharapkan dijadikan sebagai langkah terakhir, setelah berbagai upaya yang sifatnya di luar pengadilan telah dilakukan namun tidak menemui jalan keluar. Oleh sebab itu sudah tepat jika UU No.2 Th. 2004 tetap menyediakan wadah penyelesaian perselisihan melalui jalur pengadilan. Tujuan mengakhiri ataupun menyelesaikan perkara atau sengketa antara para pihak dalam ranah pengadilan, bergantung pada ucapan pernyataan hakim berupa putusan hukum yang sifatnya mengikat. 27 Sehingga pihak yang bersengketa dapat menggunakan putusan hukum tersebut. 28
Kesimpulan hukum berdasarkan fakta yang terungkap pada persidangan dijadikan dasar dalam memutus perkara. Dampak terpenting mesti didasari oleh hakim sebagaimana tercantum pada Pasal 5 UU No.48 Th. 2009 adalah hakim
27 Sudikno M, Hukum Acara Perdata Indonesia , Liberty , Yogyakarta, 2007, hlm., 210.
28 Id., hlm., 218.
diharuskan mendalami, menginterpretasikan nilai hukum dan mengikuti serta menciptakan keadilan baru ataupun memperkuat keadilan yang sudah ada di masyarakat. Putusan merupakan hukum yang mengikat kepada para pihak yang berperkara merupakan karakteristik khusus dalam sebuah putusan.
Mahkamah Agung melakukan pemeriksaan kembali baik fakta maupun hukumnya karena adanya kekeliruan penerapan hukum yang dilakukan oleh judex facti . Pemeriksaan kembali tersebut tidak dimaksudkan sebagai upaya hukum tingkat ketiga, melainkan semata mata demi keadilan. 29 Kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata tercermin pada putusan yang memasukkan sesuatu di luar ketentuan hukum. 30 Menitik beratkan pada kekhilafan seorang hakim itu harus terlihat nyata, terang benderang, mudah diketahui dan dilihat tanpa harus menelaah lebih dalam menggunakan kekuatan pikiran serta nalar secara khusus dalam menguji kebenarannya. 31
Ratio Decidendi sangat dikenal dalam konteks sistem hukum common law , yang secara harfiah berarti alasan untuk menjatuhkan putusan ( the reason for the decision ). Format ratio decidendi di dalam putusan hakim dinyatakan dalam proposisi hukum di mana proposisi dalam konteks ini ialah premis yang memuat pertimbangan hakim baik diungkapkan secara eksplisit atau implisit. 32 Hakim untuk sampai pada salah satu putusan maka hakim harus menuliskan alasan- alasannya yakni ratio decidendi -nya.
Indonesia yang menganut civil law system, ratio decidendi ini dapat dijumpai pada konsiderans “Menimbang” pada pokok perkara. Ratio decidendi ini bukan tidak mungkin merupakan pilihan dari segala kemungkinan yang ada. Ratio dapat ditemukan dengan memperhatikan fakta materiil dan putusan yang didasarkan
29 Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Jurnal Antikorupsi, INTEGRITAS, Indonesia, 2020, vol., 6, hlm., 408.
30 Joep Sonnemans dan Frans Van Dijk, Errors in Judicial Decisions: Experimental Results , Journal of Law, Economics, and Organization, United Kingdom, 2019, vol., 4, no. 28, hlm., 687 – 716.
31 Jeremy Waldron, Judges as Moral Reasoners , International Journal of Constitutional Law , New York, 2019, vol., 7, no. 1, hlm., 2 – 24.
32 Ratio Decidendi dan kaidah Yurisprudensi, diakses dari https://business- law.binus.ac.id/2019/03/04/ratio-decidendi-dan-kaidah-yurisprudensi/, 2 Juni 2023, pukul 21.00 WIB.
pada fakta-fakta, yang dengan demikian suatu fakta materiil dapat terjadi karena adanya dua kemungkinan putusan yang saling berlawanan yang menentukan adalah ratio decidendi dari putusan tersebut. 33
Kasus Siti Harini dengan PT Batik Danar Hadi ini, inkonsistensi tidak hanya terjadi pada tingkat pertama putusan Nomor.37/pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg dan kemudian pada tingkat kasasi (Nomor.308 k/Pdt.Sus-PHI/2018) semata, akan tetapi dipertegas dengan perbedaan isi amar putusan tingkat pertama sebelumnya pada putusan Nomor.19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg yang telah dinyatakan tidak dapat diterima. Putusan tingkat pertama sebelumnya yang telah dinyatakan tidak dapat diterima ini (Nomor.19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg) justru semakin diperkuat dengan putusan kasasi (Nomor.308 k/Pdt.Sus-PHI/2018) yang membatalkan isi putusan pada tingkat pertama.
Suatu putusan baik tingkat pertama, tingkat banding, tingkat kasasi maupun peninjauan kembali dalam praktiknya memiliki amar putusan yang sangat berbeda. Idealnya, judex facti pada tingkat pertama seharusnya berperan sebagai penentu hukum suatu putusan dengan memeriksa fakta-fakta yang terungkap di dalam persidangan, sedangkan peran hakim sebagai penentu hukum yang adil dan benar dengan memeriksa penerapan hukumnya merupakan dasar judex juris . Akan tetapi dalam praktik, tidak jarang diketemukan perkara serupa yang dijatuhi putusan dengan amar berbeda. Contoh Perkara serupanya adalah Nomor: 19/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg dinyatakan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke verklaard ), sedangkan Nomor:37/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg mengabulkan gugatan Penggugat untuk Sebagian. Inkonsistensi semacam ini yang kemudian ditambah dengan adanya faktor kekhilafan hakim akan menimbulkan terjadinya ketidakpastian hukum. 34
Ditinjau dari segi isinya, putusan hakim atas gugatan dibedakan menjadi empat macam yang terdari dari dua sifat putusan positif dan negatif, yaitu (positif
33 Lilik Mulyadi, Pergeseran Perspektif dan Praktek dari Mahkamah Agung Mengenai Putusan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hlm. 164.
34 Ryan Hübert, Biased Judgments without Biased Judges: How Legal Institutions Cause Errors ,
Journal of Politics , Chicago, United Kingdom, 2021, vol., 83, no. 2, hlm., 753 – 756.
dan negatif) mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian dan menolak/ tidak menerima selebihnya, niet onvankelijk verklaart (negatif) tidak dapat menerima gugatan penggugat, (negatif) menolak gugatan penggugat, dan mengabulkan gugatan untuk seluruhnya (positif). 35 Perkara Nomor: 19/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg dinyatakan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke verklaard ) yang artinya gugatan tidak memenuhi syarat hukum, baik secara formal maupun materiil. Dalam putusan tersebut tidak menilai pokok utama perkara (dalil gugatan), namun hanya menilai syarat-syarat gugatannya saja. Apabila syarat gugatan tidak terpenuhi, maka gugatan pokoknya (dalil gugatan) tidak dapat diperiksa. 36
Apabila penyebab-penyebab kekeliruan hakim dalam pengambilan putusan seperti yang dijelaskan oleh Adami Chazawi di atas diterapkan ke dalam tiga putusan perkara yakni Nomor:19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg (dinyatakan tidak dapat diterima atau Niet Ontvankelijke verklaard ), Nomor:37/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg (mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian) dan Putusan
Nomor 308 K/Pdt.Sus-PHI/2018
(membatalkan putusan
Perkara Nomor:37/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg), maka menurut hemat penulis ada penyebab kekeliruan hakim pemeriksa dan pemutus perkara pada tingkat pertama dalam Nomor:37/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg yakni terdapat fakta yang terlihat jelas dan terang-benderang bahwa hakim lalai dalam melihat atau menerapkan (mengkonstatasi) serta keliru menentukan dan memilih benang merah dari peristiwa hukum yang relevan, sehingga kesimpulan pada pengambilan putusan pun keliru atau salah. Hal ini dibuktikan dengan ketidakcermatan hakim dalam memeriksa pokok perkara yang diajukan oleh Siti Harini selaku penggugat,
35 Fikri S, The Existence of Civil Procedure Law in Religious Court , IAIN Parepare Nusantara Press, Parepare, 2020, hlm., 62; Gross National and Happiness Pillars, Achievement, Challenges and Recomendations for Judicial Reform , Indonesia Judicial Reform Forum, Jakarta, 2018, hlm., 40- 47.
36 Manullang H, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Penerbit Bina Media Perintis, Tanjungsari Medan, 2019, hlm., 74; Smith Z, Disparitas Putusan Hakim (Identifikasi Dan Implikasi), Komisi Yudisial Republik Indonesia, Indonesia, 2014, hlm., 387-392.
ditambah pula dengan kondisi bahwa pihak PT Danar Hadi selaku tergugat pun sedang dalam pengajuan upaya hukum di tingkat kasasi.
Hal ini terjadi dalam hal ketika faktanya perkara Nomor 37/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg merupakan gugatan ulang yang sama dengan gugatan perkara Nomor 19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg yang diputus tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke Verklaard ). Selain itu putusan perkara Nomor 19/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg pada saat yang bersamaan masih dalam tenggang waktu 14 hari untuk upaya hukum Kasasi. Adapun upaya hukum Kasasi diambil oleh pihak Tergugat (dalam hal ini adalah PT Batik Danar Hadi) yang terdaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang tertanggal 28 September 2017 dengan register perkara Nomor 35/Pdt.Sus-PHK/K/2017.
Pada dasarnya terhadap perkara yang permasalahan serta para pihaknya masih dalam proses pemeriksaan di tingkat kasasi sewaktu gugatan diajukan maka dapat dikatakan gugatan tersebut terlalu dini ( prematur ) sehingga gugatan tersebut seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke Verklaard ). Oleh sebab itu maka kesimpulan pada pengambilan putusan pun keliru atau salah. 37 Sehingga dengan adanya kekhilafan hakim maka terjadi inkonsistensi amar putusan antara putusan tingkat pertama dengan tingkat kasasi.
Upaya hukum merupakan alat untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam putusan. 38 Kepustakaan mengenal beberapa upaya hukum dalam hukum acara perdata yakni perlawanan ( verzet ), banding, perlawanan pihak ketiga ( derden verzet ), kasasi dan peninjauan kembali ( request civil ). Adapun upaya hukum yang dapat diterapkan terhadap perselisihan perkara pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah kasasi. Jika para pihak atau salah satu pihak tidak setuju dan merasa keberatan atas putusan pengadilan hubungan industrial, sesuai Pasal 110 UU No.2 Th. 2004 menyatakan jika Putusan Pengadilan Negeri atas sengketa Pengadilan Hukum Industrial akan menjadi kekuatan hukum tetap dan mengikat
37 Setyono Y, Tinjauan Novum Dalam Peninjauan Kembali Sengketa Tata Usaha Negara, Jurnal Hukum & Pembangunan, Indonesia, 2019, vol., 49, no. 1, hlm., 136 – 152.
38 Sudikno M, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm., 83-85.
jika tidak ada pengajuan permohonan kasasi selambat-lambatnya 14 hari kerja kepada Mahkamah Agung.
Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU No.14 Th. 1985) menjelaskan kriteria-kriteria alasan hukum yang dapat dipergunakan sebagai dasar diajukannya kasasi adalah 1) terdapat kondisi melanggar atau salah menerapkan hukum; 2) kewenangannya melampaui batas atau adanya unsur tidak berwenang; 3) ditemukan adanya pemenuhan kelalaian dengan tidak memenuhi syarat-syarat peraturan perundangan sehingga mengakibatkan batalnya putusan yang bersangkutan. Pada sebuah putusan, kepastian hukum memiliki peran yang cukup besar. Kepastian hukum terdiri dari kata “kepastian” dan “hukum”. Kepastian kata dasarnya “pasti” ( certain ). Certain artinya ascertained, precies, identified, definitive, clearly known, unambiguous, or in law, capable of being identified or made known, without liability to mistake or ambiguity, from data already given, free from doubt . 39
Bidang hukum positif ditandai dengan adanya kepastian hukum sedangkan bidang politik hukum ditandai dengan adanya keadilan hukum. 40 Sejatinya, hukum berperan dalam melindungi kepentingan manusia, maka hukum haruslah dijalankan dengan adil. Pelaksanaan hukum ini sendiri dapat berjalan aman, damai akan tetapi dapat juga disebabkan karena pelanggaran hukum sehingga hukum harus ditegakkan dan untuk dapat menegakkan hukum dibutuhkan unsur keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Manusia yang merupakan makhluk yang tidak luput dari kekhilafan, sehingga kekhilafan hakim secara manusiawi dapat terjadi pada putusan perkara yang ditetapkan hakim.
Hukum tidak selalu identik dengan keadilan. Keadilan bersifat subyektif, individualistis dan tidak menyamaratakan. Orang tidak mengetahui perbuatan yang
39 Henry, C., Black’s Law Dictionary Definations of the Term and Phrases of American and English Jurisprudence, West Publishing Company, St. Paul Minn Ancient and Modern, United States, 1976, hlm., 568-572.
40 Kelsen H, Introduction to The Problems of Legal Theory, A Translation of The First Edition of The Reine Rechtslehre or Pure Theory of Law, Oxford University Press, New York , 1992, hlm., 137-143.
telah dilakukannya ataupun akan dilakukannya sehingga menimbulkan keresahan pada masyarakat dikarenakan tidak adanya kepastian hukum. Namun, jika terlalu banyak penekanan pada kepastian hukum, kepatuhan terhadap hukum akan menimbulkan kekakuan dalam bermasyarakat dan menimbulkan rasa ketidakadilan.
Memang tidak mudah mewujudkan putusan hakim berdasarkan kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan, karena konsep keadilan ketika hakim memberikan putusan tidak mudah mencari tolak ukurnya. 41 Tingkat rasa keadilan hukum tidak sama antara satu pihak dengan pihak lainya yang sedang berperkara. Menciptakan sebuah kepastian hukum yang mengikat, memberikan rasa adil dan merasakan kemanfaatan dalam suatu putusan hakim sekaligus saat ini sangat sulit terlebih lagi dalam putusan yang mengandung unsur kekhilafan hakim di dalamnya. 42
Menemukan rumusan putusan hukum yang tepat merupakan tugas hakim dalam menyelesaikan perkara perdata. Keadilan hukum tidak diatur secara lengkap dan jelas pada Undang-Undang, norma dan nilai hukum dimasyarakat menjadi referensi secara teknis untuk digali oleh seorang hakim sehingga dapat menemukan keadilan hukum secara arif dan bijaksana. 43 Putusan hakim dari hasil proses secara sah di persidangan menjadi tanda atas relevansi yuridis dari produk penegak hukum. 44 Penentu utama memahami kualitas putusan dilihat dari amar putusan yang keluarkan hakim yang dilandasi pertimbangan hukum. Sehingga proses dari
41 Setyono Y, Tinjauan Novum Dalam Peninjauan Kembali Sengketa Tata Usaha Negara, Jurnal Hukum & Pembangunan, Indonesia, 2019, vol., 49, no. 1, hlm., 136 – 152; Thomas J. Miceli, Legal Change: Selective Litigation, Judicial Bias, and Precedent , Journal of Legal Studies, Chicago, 2019, vol., 38, no. 1, hlm., 157 – 168.
42 Nur S, Aspek Yuridis Tentang Upaya Hukum Luar Biasa (Peninjauan Kembali) Terhadap Putusan Yang Berkekuatan Tetap, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Indonesia, 2016, vol., 4, no. 2, hlm.,1 – 13.
43 Muqaddas B, Mengkritisi Asas-Asas Hukum Acara Perdata, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, FH UII, Yogyakarta, 2002, vol.,9, no. 20, hlm., 18 – 31.
44 Alkostar A, Fenomena-Fenomena Paradigmatik Dunia Pengadilan Di Indonesia (Telaah Kritis Terhadap Putusan Sengketa Konsumen), Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, FH UII, Yogyakarta 2004, vol., 11, no. 25, hlm., 1 – 14.
penegakan hukum dimulai sejak putusan hakim yang konsisten dengan putusan hakim lainnya dalam mencapai kebenaran hukum dan kepastian hukum. 45
Objektivitas dan netralitas hakim dalam menentukan posisi lebih dekat pada kepastian hukum ataupun keadilan dalam putusan, harus dipertimbangkan melalui aspek hukum ( yuridis ) dengan nalar dan pola rasionalitas pemikiran yang bijak.
Putusan hakim di peradilan perdata menggambarkan aktifnya asas kepastian hukum, keadilan serta kemanfaatan. Putusan hakim dalam perkara antara Siti Hartini dan PT Batik Danar Hadi khususnya pada Perkara Nomor:37/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg menurut hemat penulis selain mengandung kekhilafan hakim yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi amar putusan antara tingkat pertama dengan tingkat kasasi juga kurang memenuhi asas kepastian hukum yang berimbas pula pada aspek keadilannya. Kualitas putusan hakim idealnya mencerminkan salah satu asas di antara ketiga asas kepastian hukum keadilan dan kemanfaatan. Setiap putusan hakim terdapat pendalaman dan penegasan tertentu yang ditekankan di antara ketiga asas tersebut. 46
Suatu hal yang memang harus diakui bersama bahwa meskipun berprofesi sebagai “Yang Mulia” namun hakim adalah sama seperti kita manusia biasa yang dalam membuat putusan mengandung kekhilafan. Selain itu, diakui pula upaya mewujudkan ketiga asas tersebut secara bersamaan memang sangat sulit namun harus tetap diupayakan perwujudannya salam setiap putusan hakim. Sehingga diharapkan suatu putusan setidaknya mengandung salah satu asas apakah kepastian hukum ataukah keadilan ataukah kemanfaatan.
45 Anad G & Roro FS, Problematika Upaya Peninjauan Kembali Perkara Perdata Dalam Tata Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Jurnal Hukum Acara Perdata (ADHAPER), Indonesia, 2015, vol., 1, hlm., 1 – 13.
46 Pramono N, Problematika Putusan Hakim Dalam Perkara Pembatalan Perjanjian, Mimbar Hukum, FH UGM, Yogyakarta, 2010, vol., 2, hlm., 224 – 233; Muzakki, M, Ratio Decidendi Hakim MA Dalam Menerima Permohonan Peninjauan Kembali Atas Putusan Peninjauan Kembali Perkara Pemalsuan Surat (Analisis Terhadap Putusan MA Nomor 41 PK/PID/2009 Dan Putusan MA Nomor 183 PK/Pid/2010), Jakarta, 2019, hlm., 1 – 21.
## Penutup
Pertimbangan hukum hakim merupakan aspek terpenting dalam mewujudkan nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan ( ex aequo et bono ) dan mengandung kepastian hukum. Apabila pertimbangan hukum hakim tidak teliti, tidak baik dan tidak cermat atau dalam kata lain hakim membuat suatu kekhilafan, maka putusan yang dihasilkan akan mudah dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Demikian pula implikasi dari adanya suatu kekhilafan hakim dalam putusan hukum perkara Nomor:37/Pdt.Sus-PHI/2017 yang menyebabkan putusan tersebut dinyatakan bahwa hakim judex juris telah salah dalam menerapkan hukumnya sehingga putusan judex juris pantas untuk dibatalkan.
Fakta yang ditemui dalam perkara Nomor 37/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg merupakan gugatan ulang yang sama dengan gugatan perkara Nomor 19/Pdt.Sus- PHI/2017/PN.Smg yang diputus tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke Verklaard ). Selain itu putusan perkara Nomor 19/Pdt.Sus-PHI/2017/PN.Smg pada saat yang bersamaan masih belum memiliki kekuatan hukum tetap (masih dalam proses kasasi).
Terhadap perkara yang permasalahan serta para pihaknya masih dalam proses pemeriksaan di tingkat kasasi sewaktu gugatan diajukan maka dapat dikatakan gugatan tersebut terlalu dini ( prematur ) sehingga gugatan tersebut seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijke Verklaard ). Oleh sebab itu maka kesimpulan pada pengambilan putusan pun keliru atau salah. Kepastian hukum suatu putusan yang di dalamnya terdapat unsur kekhilafan hakim adalah putusan tersebut menjadi tidak memiliki kepastian hukum dan tidak memiliki nilai keadilan.
Hakim dalam posisi memberikan putusan pada dasarnya memiliki berbagai alasan hukum yang melatarbelakanginya yang dikenal dengan istilah ratio decidendi . Fakta materiil menjadi fokus utama bagi hakim untuk mencari dasar hukum yang tepat untuk diterapkan pada fakta-fakta kasus yang ditanganinya. Ratio decidendi yang termuat dalam pertimbangan hukum hakim pada suatu
putusan merupakan salah satu tolak ukur untuk menentukan mutu dari suatu putusan.
Penulis melihat dibutuhkannya penataan kembali struktur serta lembaga kekuasaan kehakiman termasuk di dalamnya adalah proses rekrutmen sumber daya manusia (hakim) yang berkompeten. Aspek kompeten yang dimaksud ialah di mana hakim harus memiliki aspek pertimbangan hukum yang baik. Aspek ini merupakan dasar pijakan atau cara berpikir seorang hakim dalam memutuskan suatu perkara yang dihadapkan kepadanya. Harapannya adalah agar dalam setiap putusan yang dihasilkannya memuat unsur kepastian hukum maupun keadilan.
Dalam meminimalisir terjadinya kekhilafan hakim, penulis melihat dibutuhkan adanya mekanisme sistem formulasi putusan-putusan hakim yang mengarah pada nilai-nilai keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan yang tidak hanya berimplikasi pada baiknya isi putusan tetapi lebih memberikan nilai-nilai keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan bagi masyarakat khususnya bagi para pihak yang berperkara.
## DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdulkadir M, Hukum Dan Penelitian Hukum, 1st ed., PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.
George, R, Teori Sosiologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1992. Gorda, I, Manajemen Sumber Daya Manusia, Widya Kriya Gematama, Denpassar, 1994.
H.L.A. Har, The Concept of Law, p.153, Oxford University, New York, 1988. Hamzah A, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1956.
Harahap Y, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian Dan Putusan Pengadilan, Cet. Ke-13, Sinar Grafika, Jakarta,
2013.
Henry, C., Black's Law Dictionary Definations of the Term and Phrases of American and English Jurisprudence, West Publishing Company, St. Paul Minn Ancient and Modern, 1976.
Ismet B, Hukum Acara Perdata Peradilan Umum, Airlangga University Press, Surabaya, 2004.
Lilik Mulyadi, Pergeseran Perspektif dan Praktek dari Mahkamah Agung Mengenai Putusan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009.
Manullang H, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Penerbit Bina Media Perintis, Tanjungsari Medan, 2019.
Marzuki Peter M, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2008. Rumawi, Bagenda, Jiwantara, et.all., Hukum Acara Perdata, Widina Bhakti Persada Bandung, 2021, hlm., 5 – 24.
Soemitro R, Hukum Dan Masalah Penyelesaian Konflik, Agung Press, Semarang,
1990.
Sri and Murthy, Useful Judgements for Trial Judges , 2018, hlm., 1 – 48. Yudha, A, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010.
Jurnal: Adam Rigoni, Common-Law Judicial Reasoning and Analogy , Legal Theory , 2014, vol., 20, no. 2, hlm., 133 – 156. Ahmad Siboy, The Integration of the Authority of Judicial Institutions in Solving General Election Problems in Indonesia, Legality : Jurnal Ilmiah Hukum , 2021, vol., 29, no. 2, hlm., 237 – 255.
Alkostar A, Fenomena-Fenomena Paradigmatik Dunia Pengadilan Di Indonesia (Telaah Kritis Terhadap Putusan Sengketa Konsumen), Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, FH. UII, Yogyakarta, 2004, vol., 11, no. 25, hlm., 1 – 14. Anad G dan Roro FS, Problematika Upaya Peninjauan Kembali Perkara Perdata Dalam Tata Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Jurnal Hukum Acara Perdata (ADHAPER), 2015, no. 1, hlm., 1 – 13. Daire McCormarck, Philip Pettit Republicanism and Labour Law A Defence , International Journal of Comparative Labour Law and Industrial Relations,
2021, vol., 37, no. 4, hlm., 417 – 450. DJ Mullan, The Federal Court Act : A Misguided Attempt at Administrative Law Reform ? , The University of Toronto Law Journal, 2015, vol., 23, no. 1, hlm., 14 – 53. Fikri S., The Existence of Civil Procedure Law in Religious Court , ed. Rahmawati; Aris, Clinical Reviews & Cases, Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2020. Goran Dominioni, Pieter Desmet, and Louis Visscher, Judges versus Jurors: Biased Attributions in the Courtroom , Cornell International Law Journal, 2020, vol., 52, no. 2, hlm., 235 – 265. Gross National and Happiness Pillars, Achievement, Challenges and Recomendations for Judicial Reform , Indonesia Judicial Reform Forum, 2018.
Jeremy Waldron, Judges as Moral Reasoners , International Journal of Constitutional Law , 2019, vol., 7, no. 1, hlm., 2 – 24. Joep Sonnemans dan Frans Van Dijk, Errors in Judicial Decisions: Experimental Results , Journal of Law, Economics, and Organization , 2019, vol., 28, no. 4, hlm., 687 – 716. Kelsen H, Introduction to The Problems of Legal Theory, A Translation of The First Edition of The Reine Rechtslehre or Pure Theory of Law , Oxford University Press, New York, 1992.
Kyle Edwards and Sarah Robinson, Labor and Employment Law : A Career Guide , Labor and Employment Law , 2018, vol., 5, no. 329, hlm., 83.
M. Syamsudin, The Failure of the Court to Protect Consumers: A Review of Consumer Dispute Resolution in Indonesia , Journal of Consumer Policy , 2021, vol., 44, no. 1, hlm., 117 – 130. Maria Caroline, Studi Kajian Tentang Gugatan Intervensi Dalam Perkara Perdat a, Jurnal Verstek, 2020, vol., 8, no. 1, hlm., 55 – 61. Muqaddas B, Mengkritisi Asas-Asas Hukum Acara Perdata, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum , FH. UII, Yogyakarta, 2002, vol.,9, no. 20, hlm., 18 – 31. Muzakki, M, Ratio Decidendi Hakim MA Dalam Menerima Permohonan Peninjauan Kembali Atas Putusan Peninjauan Kembali Perkara Pemalsuan Surat (Analisis TerhadapPutusan MA Nomor 41 PK/PID/2009 Dan Putusan MA Nomor 183 PK/Pid/2010), 2019, hlm., 1 – 21.
Nur S, Aspek Yuridis Tentang Upaya Hukum Luar Biasa (Peninjauan Kembali) Terhadap Putusan Yang Berkekuatan Tetap, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, 2016, vol., 4, no. 2.
Oktafianto D & Hanafi M, Analisis Kekhilafan Hakim Yang Nyata Sebagai Dasar Pengajuan Peninjauan Kembali Oleh Terpidana Dalam Perkara Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 57 Pk/Pid/2013), Jurnal Verstek, 2016, vol., 4, no. 1, hlm., 11 – 21.
Pramono N, Problematika Putusan Hakim Dalam Perkara Pembatalan Perjanjian, Mimbar Hukum, FH UGM, Yogyakarta, 2010, no. 2, hlm., 224 – 233. Pratama Dofan H., Pertimbangan Hukum Judex Juris Memutus Perkara Penggelapan Dengan Adanya Dissenting Oppinion (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 1427 K/Pid/2014), Jurnal Verstek, 2019,vol., 7, no. 2, hlm., 1 – 16. Ryan Hübert, Biased Judgments without Biased Judges: How Legal Institutions Cause Errors, Journal of Politics , 2021, vol., 83, no. 2, hlm., 753 – 756.
Setyono Y, Tinjauan Novum Dalam Peninjauan Kembali Sengketa Tata Usaha Negara, Jurnal Hukum & Pembangunan, 2019, vol., 49, no. 1, hlm., 136 – 152. Smith Z, Disparitas Putusan Hakim (Identifikasi Dan Implikasi), Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2014, hlm., 94.
Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri , Jurnal Antikorupsi, INTEGRITAS, 2020, vol., 6, https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/view/408.
Sri Redjeki, dkk . , The Implication of the Supreme Courts Affirmation Towards Judex Facti Decision in a Final and Binding Judicial Award Which Still Providing a Chance To Perform Legal Action Through Arbitration After the Nullification of the Arbitration Award, Review of International Geographical Education , 2021, vol., 11, hlm., 1459 – 1468. Stuart McLennan, The Law as a Barrier to Error Disclosure: A Misguided Focus? , Trends in Anaesthesia and Critical Care, 2018, vol., 19, hlm., 1 – 5, https://doi.org/10.1016/j.tacc.2018.02.002.
Sudikno M, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm., 210.
Sudikno, M, Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty, Yogyakarta, 2007. Syprianus Aristeus, Eksekusi Ideal Perkara Perdata Berdasarkan Asas Keadilan Korelasinya Dalam Upaya Mewujudkan Peradilan Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 2020, vol., 20, no. 3, hlm.,
379.
Thomas J. Miceli, Legal Change: Selective Litigation, Judicial Bias, and Precedent , Journal of Legal Studies , 2019, vol., 38, no. 1, hlm., 157 – 168.
Situs Daring:
Business Law Binus, Ratio Decidendi dan Kaidah Yurisprudensi, Business- law.binus.ac.id, 2 Juni 2023, pukul 21.00 WIB, diakses dari https://business- law.binus.ac.id/2019/03/04/ratio-decidendi-dan-kaidah-yurisprudensi/.
|
954b235b-1d42-4564-8a5b-c5ca41700456 | https://jurnal.umt.ac.id/index.php/nyimak/article/download/2219/1531 | Nyimak: Journal of Communication Vol. 4 No. 1 Halaman 1 - 156 ISSN 2580-3808 Maret 2020
## Alamat Redaksi (Journal Address)
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG Jl. Mayjen Sutoyo No. 2 (depan Lap. A. Yani) Kota Tangerang, Banten, Indonesia Website : http://jurnal.umt.ac.id/index.php/nyimak Email : [email protected]
## DAFTAR ISI (TABLE OF CONTENT)
Efektivitas Dakwah melalui Instagram ––Febri Nurrahmi dan Puteri Farabuana–– 1 – 16 Perbandingan Konsep-konsep Triumvirate Sunda dengan Trias Politica dalam Perspektif Komunikasi Politik ––Rangga Saptya Mohamad Permana dan Jimi Narotama Mahameruaji–– 17 – 33 Tantangan Humas Pemerintah Daerah dalam Upaya Publikasi Inovasi Program Smart City ––Umaimah Wahid dan Nurzahara Amalia–– 35 – 51 Studi Kasus Politik Identitas Perempuan dalam Film Ada Apa Dengan Cinta ––Arni Ernawati–– 53 – 72 Twitter Media Platform to Set-Up Political Branding: Analyzing '@Kiyai_Marufamin in 2019 Presidential Election Campaign ––Al Fauzi Rahmat & Eko Priyo Purnomo–– 73 – 88 Preferensi Media Sosial Generasi Milenial pada Tingkat Pengetahuan Calon legislatif ––Nufian S. Febriani–– 89 – 107 Komunikasi Politik dan Kecenderungan Pilihan Partai Kaum Santri dan Abangan di Pemilu 1955 ––Moh Sonhaji & Faishal Hilmy Maulida–– 109 – 124 Penolakan Publik terhadap Wacana Wisata Halal Danau Toba –– Rose Emmaria Tarigan & Abdul Basit–– 125 – 134
Deskripsi Tarian Maena sebagai Identitas Suku Nias ––Sonny Eli Zaluchu–– 135 – 147 Pengelolaan Kesan Verbal dan Nonverbal Customer Service ––Rismiatun, Umaimah Wahid & Ilham Ramdana–– 149 – 156
Nyimak: Journal of Communication Vol. 4, No. 1, Maret 2020, pp. 135–147 P-ISSN 2580-3808, E-ISSN 2580-3832 Article Submitted 5 Desember 2019 Revised 2 Februari 2020 Accepted 5 Februari 2020
## Deskripsi Tarian Maena sebagai Identitas Suku Nias
Description of Maena Dance as Nias Tribe Identity
Sonny Eli Zaluchu
Departemen Teologi Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teologia Baptis Indonesia (STBI) Jl. Simongan No. 1 Semarang, Jawa Tengah
Email: [email protected]
## ABSTRAK
Penelitian ini disusun menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis analisis wacana untuk mengulas dan membahas tarian Maena yang dilakukan pada upacara perkawinan adat suku Nias di Sumatera Utara. Maena adalah tarian budaya yang melibatkan banyak peserta. Hampir semua orang Nias mampu melakukan jenis tarian ini karena mudah dipelajari dan memiliki pola gerakan yang sederhana. Sebagai produk budaya, Maena adalah tanda wacana dengan kandungan bentuk dan makna simbolik. Sehingga, analisis dilakukan dengan pendekatan semiotika dan wacana. Hasilnya, Maena bukan hanya tarian belaka. Selain menjadi alat literasi yang kuat, Maena juga menjadi sebuah identitas dalam struktur budaya suku Nias yang melekat dalam cara hidup bermasyarakat, yang membawa pesan-pesan moral untuk tujuan edukasi dan transformasi paradigma di satu sisi serta kritik sosial pada sisi lainnya. Maena memenuhi tanda sebagai sebuah signifying order yang diterima masyarakat yang dalam kacamata semiotika mengandung unsur ekspresif dan emotif.
Kata kunci : Maena, budaya Nias, wacana, tarian
## ABSTRACT
This paper was prepared using a qualitative approach with a discourse analysis to review and discuss Maena dances performed at Nias traditional ceremonies in North Sumatra. Maena is a cultural dance that involves many participants. Because almost all Nias people are able to do this type of dance because it is easy to learn and has a simple movement pattern. As a cultural product, Maena is a sign of discourse with symbolic form and meaning. Thus, the analysis was carried out with the semiotics and discourse approach. As a result, Maena is not just a dance. Besides being a powerful literacy tool, Maena is also an identity within the cultural structure of the Nias tribe that is inherent in the way of life of the community, which carries moral messages for the purpose of education and paradigm transformation on the one hand and social criticism on the other. Maena fulfills the sign as a signifying order received by the people who in semiotic glasses contain expressive and emotive elements.
Keywords : Maena, Nias culture, discourse, dance
## PENDAHULUAN
Sebagaimana setiap budaya memiliki kekayaan dan ciri khas masing-masing, masyarakat suku Nias juga mempunyai sebuah tarian sebagai salah satu tanda dalam sistem sosial dan perkembangan kebudayan. Tarian itu dinamakan tarian Maena dan dilakukan pada setiap acara adat, khususnya upacara perkawinan yang dihadiri oleh banyak orang. Keterlibatan massa
Nyimak: Journal of Communication, Vol. 4, No. 1, Maret 2020
dalam jumlah yang sangat besar ini menjadi salah satu tujuan Maena itu sendiri. Semakin banyak orang yang terlibat di dalam upacara adat maka peluang untuk melibatkan orang di dalam tarian Maena semakin besar. Itu sebabnya, Maena tergolong ke dalam jenis tarian kolosal. Di dalam upacara perkawinan misalnya, baik pihak mempelai laki-laki mapun pihak mempelai perempuan akan menampilkan tarian terbaik secara bergantian. Semua orang akan terlibat, menyimak pesan-pesannya, dan menontonnya dengan antusias (Erlangga, 2013). Salah satu penelitian tentang jenis tarian ini dilakukan Narita Zendrato. Penelitian difokuskan pada pengungkapan teknik vokal dan makna lagu yang menyertai setiap tarian Maena. Di dalam kesimpulannya, Zendrato mengatakan bahwa teknik vokal yang dipergunakan di dalam tarian Maena tidak jauh berbeda dari teknik vokal olah suara lainnya. Syair-syair lagu yang menyertai Maena dilakukan oleh seorang pemimpin lagu dan refrain dari syairnya dinyanyikan bersama-sama oleh seluruh peserta Maena dalam iringan musik. Ungkapan sukacita diekspresikan oleh seluruh peserta dalam gerak dan lagu dalam menyambut peristiwa adat yang sedang berlangsung (Zendrato, 2015). Hal serupa diungkapkan oleh Tampubolon, yang secara khusus memfokuskan penelitiannya terhadap jenis-jenis tarian Maena yang berlangsung di dalam upacara adat perkawinan. Menurut penelitian itu, berdasarkan analisis tekstual dan musikal, Maena memang menjadi sebuah wacana karena syair-syair yang dilagukan, penuh dengan makna yang ditujukan pada semua orang yang hadir dalam upacara tersebut. Hiburan dan kegembiraan hanya merupakan muatan sekunder yang menyertai tujuan inti yakni memperkuat hubungan sosial, membangun keakraban, menciptakan persatuan tanpa perbedaan strata, dan terutama, untuk melakukan edukasi serta control sosial di tengah masyarakat (Tampubolon, 2014). Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas terlihat bahwa Maena memiliki makna fungsional di dalam sistem kebudayaan masyarakat Nias. Akan tetapi, menempatkannya sebagai sebuah produk folklore tidaklah tepat. Mengapa demikian?
Maena bukanlah tarian yang hanya sekedar memadukan gerak dan lagu. Tarian ini ternyata melampauhi nilai fungsionalnya karena melibatkan estetika di dalam gerakan sebagai hasil dari sebuah koreografi yang kreatif, mengekspresikan nilai filosofis yang tinggi di dalam perannya membawa pesan-pesan moral, dan melibatkan efek sosiologis akibat keterlibatan kolosal massa. Sebagaimana dikemukakan oleh Charles dan Justin di dalam tulisan berjudul Towards the Theories and Practice of the Dance Art, Maena ternyata dapat diteropong sebagai produk budaya yang menampilkan tiga hal sekaligus yaitu seni, ritual, atau rekreasi. Gerakan- gerakannya merupakan sebuah ekspresi yang mengekspresikan emosi, suasana hati, cerita dan gagasan yang mengalir di dalam sebuah alur (Charles & Justin, 2014). Bahkan menurut Jane, sebuah tarian pada dasarnya menjelaskan cara manusia terhubung secara fisik pada lingkungan dalam kehidupan sehari-hari sebagai cara manusia menjadi inheren dengan alam.
Oleh sebab itu tarian mengandung sebuah makna semiotik dari bentuk bentuk gerakannya (Bower, 2012).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa Maena bukanlah sekedar tarian tanpa makna atau hanya sebatas gerak asal-asalan dalam sebuah penampilan. Sebagai sebuah karya seni, nilai estettika membungkus bahasa yang menyertainya. Bukan hanya untuk pembentukan kehidupan sosial yang jauh lebih baik tetapi menciptakan nilai- nilai harmoni terhadap alam. Pada sisi lain, nilai-nilai tentang kebersamaan, persatuan, dan kerja sama, berjalan paralel dengan munculnya sebuah identitas sosial yang mengangkat ciri-ciri tertentu. Identitas ini terlihat dari filosofi yang menyertainya. Menurut kesimpulan yang dibuat oleh Hidayati, walaupun memiliki nilai seni yang kuat, Maena tidak hanya sekedar diciptakan untuk memenuhi aspek estetika tetapi mengandung merefleksikan makna semiotika yang dibangun dari nilai-nilai filosofi yang ada di dalam sistem kebudayaan masyarakat Nias (Hidayati, 2014, p. 69). Sebab itu, perlu dilakukan sebuah analisis lanjutan untuk mendalami makna filosofis tersebut melalui konsep semiotika, sehingga nilai-nilai moral, adat istiadat dan filosofis karya seni kuno ini dapat diangkat ke permukaan khususnya di dalam perannya memberikan wacana edukatif kepada masyarakat. Jika lingkup pendidikan formal hanya menyasar angkatan pendidikan tertentu, Maena hadir sebagai guru informal berbasis budaya untuk mendidik semua orang dalam lintas generasi, usia, golongan melalui pesan-pesan yang disampaikannya. Dengan kata lain, Maena menjadi salah satu alternatif yang sangat efektif sebagai wacana pendidikan yang lahir dari sistem budaya sehingga masyarakat menjadi permisif dan mudah menerimanya. Menarik untuk diteliti, bagaimana peran sosial Maena terlihat di dalam tari dan geraknya dan di dalam konstruksi seperti apa pesan-pesan edukasi tersebut disampaikan.
## METODE
Pendekatan dan metode analisis yang dipergunakan di dalam pembahasan tulisan ini adalah semiotika dengan asumsi dasar, tidak ada yang hadir di dalam kehidupan manusia, bebas tanda dan makna. Di dalam pendekatan ini, Maena dilihat sebagai representasi visual yang ditandai untuk memperoleh informasi semiotika dengan melihatnya (Curtin, 2009). Sebagai sebuah karya seni budaya yang memiliki kandungan estetika, bentuk dan makna di dalam tarian Maena berjalan di dalam konsep yang paralel. Sejumlah tinjauan pustaka (Hum, 2013; Winchester & Salji, 2016) dilakukan untuk membedah bagaimana bentuk tarian dan syair-syair Maena berperanan di dalam membentuk identitas di dalam sistem kebudayaan masyakarat Nias. Bahan-bahan utamanya diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang relevan
Nyimak: Journal of Communication, Vol. 4, No. 1, Maret 2020
dengan topik dan literatur-literatur pendukung (Knopf, 2006). Tulisan sepenuhnya disusun dalam metode kualitatif-deskriptif.
## PEMBAHASAN DAN DISKUSI
## Konteks
Tarian Maena merupakan salah satu produk kebudayaan suku Nias (ono niha). Suku ini berkembang dan menempati pulau Nias di pantai Barat Sumatera Utara. Menurut catatan penelitian antropolog Phil J. Garang, orang-orang Nias dapat dilacak asal usulnya dari migrasi sekelompok orang yang datang dari arah Vietnam dan Thailand, kemudian tiba di kepulauan tersebut menjadi penghuni tetap dan akhirnya menjadi leluhur orang Nias modern (Garang, 2007). Demikian juga referensi dari hasil penelitian yang dilakukan Balai Arkeologi Medan di sebuah situs gua yang disebut “Togi Ndrawa” (Forestier et al., 2005), yang diidentifikasi telah dihuni manusia purba di Nias sejak 12.000 tahun lalu. Temuan memperlihatkan bahwa peradaban di dalam gua tersebut sama dengan peradaban Hoa Bihn di Vietnam. Demikian juga hasil penelitian DNA yang dilakukan van Owen dkk tentang asal usul orang Nias, ternyata merujuk pada rumpun Austronesia (Beratha & Ardika, 2015; Van Oven et al., 2011).
Suku bangsa Nias memiliki kekayaan budaya yang sangat khas, variatif dan berkembang di dalam rentang waktu yang sangat lama (Zaluchu & Widjaja, 2019). Penelitian Wiradnyana menemukan bahwa sejumlah artefak, dan situs-situs pra-sejarah, yang ditemukan hampir di seluruh daratan pulau ini, sudah muncul sejak era palaeolitik (Wiradnyana, 2011). Demikian juga temuan Dyah mengenai kekayaan seni pahat pada batu megalit dan arsitektur rumah adat Nias, membuktikan kekayaan seni yang tinggi (Hidayati, 2014). Dalam hal kesenian, muncul banyak sekali tarian budaya. Saputra mengatakan, tari Maena hanyalah satu bagian kecil dari sejumlah kesenian Nias lainnya yang berkaitan dengan gerak dan lagu. Salah satunya adalah tari Moyo, tarian personal yang diadaptasi dari gerakan burung elang, burung yang memiliki habitat sangat luas di Nias. Terdapat juga tari perang yang dilakukan secara kolosal oleh penduduk desa untuk memperlihatkan kekuatan kelompok menghadapi musuh. Adapun Maena, adalah karya seni yang memadukan gerak dan lagu, umumnya ditampilkan pada acara- acara pesta besar, seperti pernikahan, pesta bangsawan yang disebut owasa , dan acara-acara khusus yang bersifat penghormatan terhadap tamu (Saputra, 2018).
## Pola dan Makna
Tiga penelitian tentang Maena Nias yang dilakukan Zendrato (2015), Tampubolon (2014) dan Saputra (Saputra, 2018) memperlihatkan hasil yang paralel, bahwa Maena pada dasarnya merupakan kombinasi dari gerak dan lagu yang dipadukan di dalam setiap penampilannya.
Lagu dipimpin oleh seorang Sanotoi Maena (pemimpin lagu) yang menyanyikan bait demi bait dari syair Maena. Kemudian, peserta Maena menimpalinya dengan menyanyikan semacam refrain setiap kali satu bait syair selesai dinyanyikan oleh pemimpin lagu. Selama pemimpin lagu membawakan syair dan selama refrain dinyanyikan, peserta Maena tetap melakukan gerakan-gerakan tari.
Di dalam gerakannya, Maena memiliki pola sederhana, yang tidak terlalu rumit dan sangat mudah dipelajari. Gerakan inti adalah kombinasi hentakan kaki dan ayunan kedua tangan mengikuti dua pola utama yang disebut tölu sagi , atau gerakan segitiga dan öfa sagi atau gerakan segi empat. Masing-masing kategori gerakan itu dilakukan sambil memutar posisi badan berlawanan arah jarum jam. Misalnya gerakan öfa sagi , peserta Maena akan menari sambil bernyanyi menghadap ke arah tertentu dan menari. Kemudian berputar berlawanan arah jarum jam, menghadap sisi selanjutnya untuk menari. Demikian seterusnya berputar menghadap ke setiap sisi, lalu kembali ke posisi semula. Gerakan tersebut diulang ulang hingga syair dari penutur lagu selesai dinyanyikan. Pada gerakan öfa sagi biasanya, kaki kanan dihentakkan dua kali, kemudian kaki kiri, sambil mengayunkan lengan, kemudian memutar ke kiri, sambil menggoyangkan pinggul, dan mengulangi gerakan serupa disetiap sisi.
Kadang kala di sela tarian muncul teriakan dari salah seorang peserta Maena yang disebut manguhugö dengan höli. Teriakan tersebut kemudian disambut oleh seluruh peserta Maena dengan mengatakan huuuuu. Tujuan höli adalah untuk memberi semangat kepada seluruh peserta dan memperlihatkan kekompakan atau representasi akan adanya persatuan. Juga merupakan aba-aba bahwa Maena akan segera dimulai sehingga peserta diminta bersiap- siap. Diakhir tarian, manguhugö menjadi penutup Maena.
Selain menitikberatkan pada bentuk gerakan, Maena mengandung makna melalui syair yang dilagukan oleh Sanötöi Maena (pemimpin lagu). Melalui lagu-lagu tersebut, pesan-pesan moral dan edukasi disampaikan kepada publik. Syair dan lagu tersebut dapat juga berupa pantun atau kiasan untuk menyindir perilaku. Namun pada umumnya, syair memaparkan kritik sosial atau ekspresi sukacita atas pesta yang sedang berlangsung.
Berikut ini contoh dari salah satu syair Maena Nias yang menceritakan perjuangan orang tua untuk membesarkan anaknya hingga anak tersebut dilepas untuk memasuki kehidupannya yang baru dalam pernikahan (Halawa, 2000).
Si numana zatua föna ba wondrorogö ononia me ide’ide ba hadia zulö da’ö
Syair refrein itu jika diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia menjadi:
## Orang tua mengalami perjuangan dan penderitaan
Ketika dahulu membesarkan dan memelihara
Anak kesayangannya sejak kecil
## Dan tidak ada balasan setimpal untuk semua itu
Pesan utama yang ingin disampaikan melalui syair adalah narasi penderitaan orang tua dan perjangan yang berat di dalam membesarkan perempuan-nya sejak kecil hingga dewasa, dan sesaat lagi akan berpisah dengan orang tua, karena akan diboyong ke rumah mempelai laki-laki yang kini menjadi “pemilik” perempuan tersebut. Syair tersebut mengingatkan sang anak, dan siapapun yang pernah menjadi anak, yang dibesarkan orang tua, untuk tetap memelihara rasa hormat dan kecintaan sekalipun pada satu titik memulai jalan hidup yang baru dan dengan berkeluarga. Teks tersebut merupakan syair refrain yang dibawakan oleh seluruh peserta Maena. Adapun bait-bait lainnya berisi nasehat dan pesan-pesan moral dibawakan oleh pemimpin lagu. Polanya bait- refrain . Demikian terus diulang hingga seluruh bait selesai dinyanyikan.
Contoh berikutnya adalah teks Maena lengkap dengan refrein dan syair. Tipe Maena ini lebih mengarah pada sukacita di dalam persatuan. Hal itu terlihat dari refrein-nya yang menyiratkan adanya sukacita di dalam kesatuan (Lase, 2016) .
## Refrain
Fazaumba gahe
Fataelu tanga, ga’a Fondrara dododa meno falukha ita
Bait
(1) Ba da utohu nayada Maena / heha mato dombua böhöi oya
(2) Ba böi mi oayado dania / nano fakaole ligu fasala
(3) Hadia mbörö gotari gotara / hadia mboro wa owulo ita
(4) Yaia meno tohare laoda /soroi mbanua sirami sato niha
(5) Ba hiza me tohare lao’da / hiza me tohawia me tolata
(6) A’oi adudu mbulu hambawa / a’oi ateu hakhi wino ndrawa
Terjemahan bebas dari syair tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Refrain
Fazaumba gahe (hentakkan kaki)
Fataelu tanga, ga’a (ayunkan tangan)
Fondrara dododa meno falukha ita (Sukacita dihati karena kita sudah bertemu)
Bait
(1) Saya melanjutkan persembahan ini / hanya satu dua ayat saja tidak perlu banyak (2) Jangan menertawakan saya / jika ada kesalahan kata-kata
(3) Apa yang menyebabkan ini semua / apa yang menyebabkan kita berkumpul (4) Karena mempelai pria sudah datang / dari kampung yang ramai penduduknya
(5) Lihatlah mempelai itu / Lihatlah gemuruh kedatangannya penuh gempita
(6) Sehingga daun berguguran / buah pinang berjatuhan
Syair Maena di atas dinyanyikan di dalam suatu upacara pernikahan. Isinya menceritakan kedatangan la’o (sebutan untuk mempelai laki-laki dari pihak mempelai perempuan) yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Lebih merupakan sambutan dan pujian untuk menghormati kedatangan mempelai laki-laki di satu sisi, dan sekaligus ekspresi kebanggaan pihak mempelai wanita atas kedatangan sang laki-laki di sisi lain.
## Pendekatan Folklor
Pengamatan detail pada genre syair yang dilagukan dalam tarian Maena Nias mengarah pada bentuk folklor. Menurut teori yang dikemukakan oleh Sulistyorini dan Andalas, folklor pada dasarnya sebuah tradisi lisan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di dalamnya terdapat sejumlah muatan moral dan pesan edukatif yang berfungsi sebagai kontrol sosial di tengah masyarakat sehingga terbentuk perilaku dan sikap yang baik dikalangan pendengar (Sulistyorini & Andalas, 2017). Berdasarkan pengertian tersebut, keduanya merumuskan lima fungsi folklor di dalam konteks budaya masyarakat, yakni: hiburan, pendidikan, kontrol sosial, pemersatu dan pelestarian lingkungan (Sulistyorini & Andalas, 2017). Kelima fungsi tersebut terimplementasi dalam tarian Maena. Keterlibatan banyak orang dalam keseragaman gerak menjadi unsur kekuatan hiburan yang sangat kuat. Pesan-pesan moral yang terkandung dalam syait-syair lagu Maena adalah cara mengedukasi masyarakat dengan pendekatan budaya. Terlebih, syair-syair tersebut mengandung nilai-
Nyimak: Journal of Communication, Vol. 4, No. 1, Maret 2020
nilai yang mengontrol sikap, karakter dan perilaku individual maupun kelompok baik dalam cara hidup bermasyarakat, maupun dalam membangun relasi dengan alam. Dengan pola yang seragam dan keterlibatan banyak orang, aspek persatuan terpenuhi. Meminjam teori Humphries tentang tarian, kesimpulan yang disusun Alexandrovich dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat menyimpulkan. Maena dapat dilihat sebagai konsep tarian yang berhasil memadukan empat elemen penting: desain, dinamika, ritme dan motivasi (Alexandrovich, 2016).
## Signifying Order
Analisis yang lebih dalam dikemukakan oleh Hoed. Baginya folklor masih belum memasuki esensi tanda sebagai pertemuan antara bentuk Maena dan maka syair yang menyertainya (Aktulum, 2018). Dengan memakai pendekatan semiotik struktural, Hoed lebih memandang folklor Maena sebagai sebuah tanda dalam kebudayaan masyarakat Nias. Hoed beranggapan bahwa bentuk tarian Maena dan makna yang diungkap di dalam syair syair pengiringnya, melebih pandangan dan pengertian folklor, karena tarian ini sudah memasuki ranah kognisi masyarakat Nias di dalam membangun kehidupan bermasyarakat bahkan di dalam kehidupan beragama. Pendekatan yang diusulkan Hoed adalah semiotika struktural yang didukung oleh pemikiran Peirce dan Danesi & Perron, bahwa gejala budaya adalah sebuah tanda di dalam masyarakat (Hoed, 2014). Lebih lanjut, Pierce, Danesi & Perron mengatakan bahwa apabila proses pemaknaan tanda sudah berlaku secara sosial, maka kebudayaan dilihat sebagai signifying order yang dapat diperhatikan dengan empat hal yakni: (a) jenis tanda berupa ikon, indeks dan lambang; (b) jenis sistem tanda yang terdiri dari bahasa, musik, gerakan tubuh dan lukisan; (c) jenis teks berupa percakapan, grafik, lagu, lirik, komik; dan (e) jenis konteks/situasi yang mempengaruhi makna tanda secara psikologi, sosial, historis dan kultural (Hoed, 2014). Apabila menjadikan teori ini sebagai patokan, maka Maena dapat dipandang sebagai produk kebudayaan yang memenuhi signifying order . Menurut Sobur, sebagai sebuah signifying order , Maena juga mengandung fungsi ekspresif dan emotif. Dalam bukunya berjudul Semiotika Komunikasi, Sobur mengatakan bahwa kata-kata yang termuat di dalam syair Maena dapat secara ekspresif menampilkan gagasan sesuai dengan pengertian yang ingin disampaikannya. Sobur mendukung pendapat Hoed bahwa makna dapat terungkap melalui kata-kata yang ekspresif yang berhubungan langsung dengan emosi penanggapnya (Sobur, 2016).
Menguatnya emosi akibat kata-kata yang ekspresif yang terlihat dari syair syair Maena, dapat diungkapkan lebih detil melalui teori yang disebut speech act yang dipopulerkan oleh John Austin (Haverkate, 1990; Oishi, 2006; Van Dijk, 1977). Budiman menerjemahkan istilah
itu dengan sebutan ‘tutur tindak’ (Budiman, 2018). Menurut teori ini, sebuah kalimat menjadi berita ketika dipercakapkan secara linguistik menggunakan kalimat perfomatif. Kalimat- kalimat tersebut tidak hanya digunakan untuk mengatakan sesuatu (yakni mendeskripsikan suatu keadaan), melainkan juga secara aktif melakukan sesuatu. Dengan kata lain, isi dari percakapan yang berlangsung, menuntut hadirnya perilaku tertentu. Sebagai sebuah alat kontrol, yang memiliki bobot edukasi, penutur Maena memiliki keleluasaan untuk melakukan percakapan sosial di depan publik. Sasarannya ialah orang-orang yang mendengarkan atau menonton tarian Maena atau orang-orang yang melakukan tarian.
## Relevansi dengan Sistem Religi
Selain sebagai produk budaya, Maena memiliki sisi ritual dan bagian dari sistem religi. Menurut Yosef, segala jenis tarian pada dasarnya telah mengalami evolusi dalam fase-fase kronologis. Hadirnya agama dalam sistem kebudayaan memberikan jalan masuk bagi upaya manusia untuk menunjukkan kondisi kesadaran dan aspirasinya melalui tarian untuk mengubah realitas (Garfinkel, 2018). Agama menjadi sentimen positif bagi tarian untuk mewujudkan hal tersebut. Dalam hal ini, Maena menjadi tarian inklusif yang walaupun mencirikan legitimasi budaya, tetapi dapat diteropong dalam kacamata ritual dan menjadi konvensi di tengah masyarakat. Mengikuti pendapat Dhavamony, ritual pada dasarnya mampu menimbulkan perubahan ontologis pada manusia, dan mentransformasikannya pada situasi keberadaan yang baru, misalnya penempatan ke dalam lingkup yang kudus (Dhavamony, 2016). Dalam hal ini, analisis yang memaparkan Maena sebagai ritual kesenangan belaka atau hanya sebatas performa, tidak dapat diterima. Sebab, Maena sudah tersubtitusi ke dalam budaya masyakarat sebagai sebuah ‘tanda’ yang memiliki bentuk dan makna dalam religi.
Sebagai sebuah kearifan lokal, Maena memiliki natur religi. Menarik untuk diteliti lebih lanjut bagaimana konsep ‘tanda’ ini berkorelasi dengan sistem religi di dalam masyarakat Nias. Ritual, dimanapun dipraktekkan, selalu merujuk pada satu azas kepercayaan tertentu. Maka pertanyaannya, apakah demikian dengan Maena? Apalagi menurut analisis Wiradnyana yang melihat secara antropologis, bahwa perkembangan dan perubahan kebudayaan Nias telah ikut memberi dampak pada sistem religinya (Wiradnyana, 2010).
Suku-suku kuno di dalam teminologi animisme mengenal konsep tarian asketik. Gerakan- gerakan tertentu dipraktekan di dalam sebuah ritual tari untuk tujuan pemujaan. Gerakan dan pola yang diperlihatkannya membawa nilai-nilai mistis tertentu. Menurut Kusudiharjo, tarian kerakyatan mayoritas muncul di dalam sebuah pola berupa pelembagaan ritual. Pola itu sendiri merupakan warisan kebudayaan primitif yang disatu sisi memiliki nilai sosial, tetapi di sisi lainnya mengandung aspek religi dan mistisme (Kusudiharjo, 2000). Diperkuat
Nyimak: Journal of Communication, Vol. 4, No. 1, Maret 2020
oleh pendapat Djelantik, bahwa asal muasal seni pertunjukan adalah ritual manusia atas kesadaran akan hadirnya oknum ilahi yang lebih berkuasa di alam semesta (kosmis). Manusia bermaksud membangun hubungan spiritual dengan oknum ilahi tersebut melalui semacam ritus berupa nyanyian yang diiringi suara benda-benda dari kayu dan batu. Dalam perkembangan selanjutnya, benda-benda tersebut terbuat dari logam dan mulai muncul sebuah irama dan nada. Lama kelamaan tercipta lagu dan nyanyian yang menyertai gerakan badan sehingga dalam sebuah ritual, terjadi perpaduan antara gerak dan vokal (Djelantik, 1999).
Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Kusudiharjo dan Djelantik, dapat disimpulkan bahwa, walaupun menjadi bagian dari ritus kebudayaan, karena tidak memiliki akar dari ritual pemujaan, Maena bukanlah tergolong tarian religi. Perubahan-perubahan kebudayaan sebagaimana diindikasikan oleh Wiradnyanya kemungkinan berkaitan dengan bentuk tradisi dan kesenian lainnya di dalam kebudayaan Nias itu sendiri. Penelitian komprehensif tentang produk budaya yang berkaitan dengan sistem religi orang Nias dapat dilihat pada laporan penelitian doktoral yang dikerjakan Telaumbanu dan Hummel yang telah dibukukan dengan judul Cross dan Adu (Hummel & Telaumbanua, 2007). Akan tetapi, hasil penelitian itu tidak membeberkan sama sekali tarian Maena sebagai bagian akulturasi pemujaan agama suku.
## SIMPULAN
Maena adalah produk kearifan lokal yang menjadi bagian dari dinamika perkembangan budaya orang Nias. Kedatipun tarian ini tidak berkaitan dengan ritus keagamaan dan sistem religi, kearifan lokal ini dapat dikembangkan menjadi alat edukasi non formal karena sifat tarian ini yang edukatif. Dapat dikembangkan menjadi sebuah kurikulum sosial di tengah masyarakat yang dipraktikkan secara rutin baik di lingkup pendidikan, perkantoran, adat dan diseluruh segmen masyakat luas.
Terlebih jika dikaitkan dengan fungsinya sebagai kearifan lokal yang dibangun dan berakar dari tradisi oral, Maena memiliki fungsi sosial untuk melakukan kritik. Tidak mungkin bersifat hoax sebagaimana kritik yang selalu muncul di dalam media online. Sehingga Maena dapat dipikirkan menjadi alternatif dalam hal menyampaikan refleksi, kritik dan teguran kepada masyarakat luas tanpa menciptakan gejolak. Dengan cara seperti ini, pemerintah dapat membangun kehidupan sosial masyarakat dan memberi nilai-nilai positif yang lebih permisif karena jalan masuknya adalah produk budaya.
Maena dapat dikembangkan sebagai sebuah strategi kontekstualisasi, untuk mengatasi berbagai hambatan dan perbedaan di tengah masyarakat. Selain keberadaannya sebagai konvensi, Maena menjadi platform pemersatu untuk mengakhiri perbedaan dan konflik sosial. Maena dapat menjadi alat literasi yang strategis untuk untuk membentuk nilai-nilai positif
di tengah masyarakat pada satu sisi dan memperkuat identitas budaya sebagai orang Nias di mana pun berada. Dalam setiap kesempatan Maena tampilkan, selalu ada dorongan internal dari setiap orang Nias yang hadir di tempat itu, untuk bergabung menghentakkan kaki dan mengayunkan lengannya untuk famaena (menari Maena).
## REFERENSI
Aktulum, K. (2018). Folk linguistics. Milli Folklor , 2018 (118), 5–18. https://doi.org/10.2307/ 542064
Alexandrovich, M. (2016). Psychology of Dance: Barthes’ Ideas and Semiotics of Dance. EUROPEAN HUMANITIES STUDIES: State and Society , 4 .
Beratha, N. L. S., & Ardika, I. W. (2015). Rekonstruksi Budaya Austronesia . Retrieved from h t t p s : / / s i m d o s . u n u d . a c . i d / u p l o a d s / f i l e _ p e n e l i t i a n _ 1 _ d i r / 3e9ffa244f13a2d7fdfe965f21f22a4a.pdf
Bower, J. (2012). The language of dance. Primary Teacher Update , 2012 (11), 31–32. https:/ /doi.org/10.12968/prtu.2012.1.11.31
Budiman, K. (2018). Tindak Tutur dan Etnografi Komunikasi: Dari Austin ke Hymes. In Hamparan Wacana - Dari Praktik Ideologi, Media Hingga Kritik Poskolonial . Yogyakarta: Penerbit OMBAK.
Charles, U., & Justin, A. T. (2014). Towards the Theories and Practice of the Dance Art.
International Journal of Humanities and Social Science , 4 (4), 251–259.
Curtin, B. (2009). Semiotics and Visual Representation. 51–62.
Dhavamony, M. (2016). Fenomenologi Agama (The Phenomenology of Religion] (9th ed.).
Yogyakarta: Kanisius.
Djelantik, A. (1999). Estetika: Sebuah Pengantar . Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan In- donesia.
Erlangga, R. (2013). Ensiklopedia Seni dan Budaya Nusantara . Bekasi: MUTU.
Forestier, H., Simanjuntak, T., Guillaud, D., Driwantoro, D., Wiradnyana, K., Siregar, D., … Budiman. (2005). Le site de Tögi Ndrawa, île de Nias, Sumatra nord: Les premières traces d’une occupation hoabinhienne en grotte en Indonésie. Comptes Rendus - Palevol , 4 (8), 727–733. https://doi.org/10.1016/j.crpv.2005.08.004
Garang, P. J. (2007). Nias Membangun Harapan Menapak Masa Depan: Studi tentang Perubahan Sosial dan Kultural . Jakarta: Yayasan Tanggul Bencana Indonesia.
Garfinkel, Y. (2018). The Evolution of Human Dance: Courtship, Rites of Passage, Trance, Calendrical Ceremonies and the Professional Dancer. Cambridge Archaeological Journal , 28 (2), 283–298. https://doi.org/10.1017/S0959774317000865
Nyimak: Journal of Communication, Vol. 4, No. 1, Maret 2020
Halawa, E. (2000). Si Numana Zatua Föna ba Wondrorogö. Nilam . Retrieved from http:// niasonline.net/2006/12/12/si-numana-zatua-fona-ba-wondrorogo/
Haverkate, H. (1990). A speech act analysis of irony. Journal of Pragmatics , 14 (1), 77–109. https://doi.org/10.1016/0378-2166(90)90065-L
Hidayati, D. (2014). Unsur-unsur Eropa dalam Kesenian Nias. In Sumatera Utara: Catatan Sejarah dan Arkeologi (1st ed.). Yogyakarta: Penerbit OMBAK.
Hoed, B. H. (2014). Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya (3rd ed.). Depopk: Komunitas Bambu.
Hum, Y. C. (2013). Literature reviews. In SpringerBriefs in Applied Sciences and Technology (pp. 11–45). https://doi.org/10.1007/978-981-4451-66-6_2
Hummel, U., & Telaumbanua, T. (2007). Cross and Adu: A Socio-Historical Study on the En- counter between Christianity and the Indigenous Culture on Nias and the Batu Islands, Indonesia (1865-1965) . Universiteit Utrecht, Nederlands.
Knopf, J. W. (2006). Doing a Literature Review. PS - Political Science and Politics , Vol. 39, pp. 127–132. https://doi.org/10.1017/S1049096506060264
Kusudiharjo, B. (2000). Dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press.
Lase, E. (2016). Fa’zaumba Gahe. Retrieved from Blog website: http://liriklagu- nias.blogspot.com/2016/01/fazaumba-gahe-lirik-maena.html
Oishi, E. (2006). Austin’s Speech Act Theory and the Speech Situation. Esercizi Filosofici . Saputra, A. (2018). Deskripsi Analitik Pertunjukan Maena dalam Upacara Adat Perkawinan Pada Masyarakat Nias di Desa Hili Waele I Kecamatan Boto Muzoi Nias Induk (Universi- tas Sumatera Utara). Retrieved from http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10476 Sobur, A. (2016). Semiotika Komunikasi (6th ed.). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sulistyorini, D., & Andalas, E. F. (2017). Sastra Lisan - Kajian Teori dan Penerapannya dalam Penelitian . Malang: Madani.
Tampubolon, C. S. (2014). Maena pada Upacara Falowa di Ori Laraga Kota Gunungsitoli: analisis Tekstual, Musikal dan Tari (Universitas Sumatera Utara Medan). Retrieved from http://www.magisterseniusu.com/uploads/1/8/0/0/1800340/tesis-cathrina-sumiaty- tampubolon.pdf
Van Dijk, T. A. (1977). Context and cognition: Knowledge frames and speech act comprehen- sion. Journal of Pragmatics , 1 (3), 211–231. https://doi.org/10.1016/0378-2166(77)90035-
2
Van Oven, M., Hämmerle, J. M., Van Schoor, M., Kushnick, G., Pennekamp, P., Zega, I., … Kayser, M. (2011). Unexpected Island effects at an extreme: Reduced y chromosome and mitochondrial DNA diversity in Nias. Molecular Biology and Evolution , 28 (4), 1349–1361. https://doi.org/10.1093/molbev/msq300
Winchester, C. L., & Salji, M. (2016). Writing a literature review. Journal of Clinical Urology ,
9 (5), 308–312. https://doi.org/10.1177/2051415816650133 Wiradnyana, K. (2010). Legitimasi Kekuasaan Pada Kebudayaan Nias . Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Wiradnyana, K. (2011). Pra Sejarah Sumatera Bagian Utara: Kontribusinya pada Kebudayaan Kini . Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Zaluchu, S., & Widjaja, F. (2019). A Phenomenology Approach: Religious Significance of Mandala in Ancient Nias Culture. Proceedings of the Proceedings of the 1st Seminar and Workshop on Research Design, for Education, Social Science, Arts, and Humanities, SEWORD FRESSH 2019, April 27 2019, Surakarta, Central Java, Indonesia . https://doi.org/ 10.4108/eai.27-4-2019.2286915
Zendrato, N. P. (2015). Teknik Vokal dan Makna Lagu Maena Dalam Acara Pernikahan Adat Nias di Desa Hilimbosi Kecamatan Sitolu Ori Kabupaten Nias Utara (Universitas Negeri Medan). Retrieved from http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/22350
Copyright (c) 2020 Nyimak: Journal of Communication This work is licensed under aCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
|
9fcd3a6a-02b8-4936-b491-e08e87ceaf91 | https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jmi/article/download/247/226 | ALAT KEAMANAN PINTU BRANKAS BERBASIS SENSOR SIDIK JARI DAN PASSOWORD DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 16
## Eni Yuliza, Toibah Umi Kalsum
Program Studi Teknik Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dehasen Bengkulu Jl. Meranti Raya No. 32 Kota Bengkulu 38228 Telp. (0736) 22027, 26957 Fax. (0736) 341139
## ABSTRACT
Doors safety deposit box still use conventional security. Where the safety deposit box door is opened by turning around and use the code, which in a sense it is not efficient. Therefore, the necessary measures to facilitate the safety deposit box door security. The purpose of this research is to create a security system safety deposit box door using fingerprint sensor R305 series. Other major equipment includes a microcontroller ATMega 16 and Visual Basic 6.0. The results showed that the Safe Door Security Tools can be monitored using applications created with Visual Basic 6.0 in accordance with the instructions given. The test results showed that the response to the command of instrument of the application is running normally. The success of the test results instrument is 100%.
Keyword: Mikrokontroler AVR ATMEGA16, Visual Ianguage Pemrograman Basic 6.0, Appliance Security Door Brankas Sensor Fingerprint and Digital Password
## INTISARI
Kemanan pintu brankas masih menggunakan kemanan konvensional. Dimana pintu brakas dibuka dengan memutar dan menggunakan kode. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk memudahkan dalam pengamanan pintu brankas. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem keamanan pintu brangkas menggunakan sensor sidik jari seri R305. Peralatan utama lainnya meliputi mikrokontroler ATMega 16 dan Visual Basic 6.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Alat Keamanan Pintu Brankas dapat dimonitor dengan menggunakan aplikasi yang dibuat menggunakan Visual Basic 6.0 sesuai dengan perintah yang diberikan. Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa respon alat terhadap perintah-perintah dari aplikasi berjalan dengan normal. Keberhasilan dari hasil uji coba alat adalah 100%.
Kata Kunci: Mikrokontroler AVR ATMega16, Bahasa Pemrograman Visual Basic 6.0, Alat Keamanan Pintu Brankas Sensor Sidik Jari dan Password Digital
## I. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi seperti saat ini perkembangan teknologi sangat pesat, teknologi yang terjadi pada alat yang tadinya manual kini menjadi serba otomatis dengan adanya mikrokontroler, hal ini dapat dilihat dari banyaknya peralatan elektronik dalam kehidupan sehari-hari yang serba otomatis, mulai dari pengaplikasian yang sederhana maupun yang lebih canggih. Peralatan elektronik yang berbasiskan mikrokontroler memang memiliki manfaat yang luar biasa apabila dikembangkan oleh para ahli dibidangnya, hal ini dapat dilihat dari maraknya penggunaan peralatan elektronik otomatis sebagai alat bantu dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari manusia.
Demikian juga halnya dengan keamanan zaman sekarang disekitar lingkungan kita, kebanyakan orang mengabaikan suatu keamanan pada suatu tempat penyimpanannya seperti lemari dan brankas. Sehingga tempat penyimpanannya tidak terjaga dengan baik, walaupun suatu brankas dikunci dengan kunci yang biasa digunakan tapi kemungkinan brankas tersebut bisa di buka dan bisa terjadinya pencurian.
Sistem keamanan sekarang sangat dibutuhkan. Sa- lah satunya sistem keamanan pada pintu brankas yang
rawan dan kemungkinan terjadinya pecurian sangat besar. Pada suatu brankas sekarang ini sangat diper- lukan adanya sebuah keamanan, agar bisa mengan- tisipasi bahaya pencurian yang dapat terjadi secara tak terduga. Pintu brankas ini tidak semua orang bisa membuka karena pintu brankas ini mempunyai suatu alat yaitu dengan cara sidik jari dan password.
Keamanan pintu brankas masih sangat manual, dalam artian keamanan pintu brankas beredar di kalangan masyarakat saat ini masih menggunakan keamanan pintu brankas konvensional. Dimana membuka pintu brankas dengan cara memutar dan memakai kode, yang di rasa hal tersebut tidak efisien.
## II. TINJAUAN PUSTAKA
## A) Sidik Jari
Sidik jari adalah gurat-gurat yang terdapat di kulit ujung jari. Sidik jari berfungsi untuk member gaya gesek lebih besar agar jari dapat memegang benda- benda lebih erat. Sistem pengamanan dengan mrnggunakan sidik jari sudah mulai dipergunakan di Amerika oleh seorang bernama E. Henry pada tahun 1902. Henry mengguanakan metode sidik jari untuk melakukan identifikasi pekerja dalam rangka mengatasi pemberian upah ganda. Sistem Henry menggunakan pola ridge (Ridge = punggung alur
pada kulit, baik pada tangan), yang terpusat pola jari tangan, khususnya telunjuk. Untuk memperoleh gambar pola ridge, dilakukan dengan cara menggulung jari yang diberi tinta pada suatu kartu cetakan hingga dihasilkan suatu pola ridge yang unik bagi masing- masing individu. Para pakar membuktikan bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai pola ridge yang serupa. Pola ridge tidaklah diwariskan. Pola ridge dibentuk waktu embrio, dan tidak pernah berubah seumur hidup. Perubahan ridge hanya dapat terjadi akibat trauma, missal akibat luka-luka, terbakar, penyakit, atau penyebab lainnya. Sistem biometrika sidik jari merupakan sistem yang paling banyak digunakan saat ini karena memiliki tingkat akurasi yang tingggi dan mudah untuk diterapkan. Dari hasil penelitian ,ditemukan 9 macam pola utama pappilary ridge , antara lain:
1) Loop : Terdiri dari satu atau lebih kurva bebas dari ridge dan sebuah delta.
2) Arch : Membentuk pola dengan ridge berada diatas ridge yang lain dalam bentuk lengkungan umum.
3) Whorl : Pola ini terdiri dari satu atau lebih kurva bebas ridge dan dua buah delta.
4) Tented Arch : Pola ini terdiri dari paling tidak sebuah ridge yang melengkung keatas yang kemudian bercabang menjadi dua ridge.
5) Double Loop : Pola ini membentuk dua formasi lengkungan yang lalu berpisah, dengan dua titik delta.
6) Central Pocket Loop : Terdiri dari satu atau lebih kurva ridge dan dua titik delta.
7) Accidental : Pola ini mempunyai dua titik delta. Satu delta akan berhubungan dengan lengkungan keatas, dan delta yang lain terhubung dengan lengkungan yang lain.
8) Composite : Terdiri dari gabungan dua atau lebih pola yang berbeda.
9) Lateral Pocket Loop : Pola ini terdiri dari dua lengkungan yang terpisah. Ada dua titik dua delta.
Sekitar 60% orang memiliki pola sidik jari Loop. Sekitar 30% orang memiliki pola whorl, sekitar 5% berbentuk arch, dan 5% sisanya adalah bentuk-bentuk lainnya. Semua pola tersebut dapat dibedakan oleh mata biasa. Komputer dapat menganalisa garis-garis perubahan arah bentuk ridge , dengan kemampuan seperti mata manusia yang terlatih Area papillary ridge kadang-kadang dikenal sebagai pattern area . Masing-masing pola papillary ridge menghasilkan suatu bentuk pola area yang berbeda. Pusat gambar jari mencerminkan pola area, dikenal sebagai inti core point . Bagian ridges yang berwujud dua parallel yang berbeda mengelilingi pola
area inti disebut type lines. Titik awal percabangan dua ridge disebut delta . Proses perpecahan sebuah garis menjadi dua garis ridge disebut bifurcation. Banyaknya persimpangan ridge di dalam pola area disebut suatu ridge count . Komputer Tormography dapat digunakan untuk mendeteksi titik-titik tersebut berdasarkan sumbu koordinat x-y.
## B) Pengertian Sensor
Menurut fraden (2003:64), Sensor berasal dari kata Sense (merasakan atau mengindera), adalah mengidefinisikan sensor sebagai Piranti yang menerima sebuah stimulus dan meresponnya dengan sebuah sinyal listrik. Lebih jauh fraden mendefinisi- kan stimulus, atau rangsangan, sebagai kuantitas, si- fat atau kondisi tertentu yang dapat dirasakan dan diu- bah menjadi sinyal listrik. Tujuan dari sebuah sensor adalah merespon sejenis masukan dan mengubah ma- sukan tersebut menjadi sinyal listrik. Keluaran output dari sensor dapat berupa arus atau beda potensial. Se- tiap sensor pada prinsipnya adalah mengubah energy (energy converter).
Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan un- tuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, si- nar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sen- sor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran dan pengendalian.
Karakteristik sensor dilakukan adalah untuk mengetahui Performance dari sensor yang telah dirancang. Dalam hal ini sensor dianggap sebagai black box yang karakteristiknya ditentukan oleh hubungan antara sinyal keluaran dan sinyal masukan. Karakteristik statis sebuah sensor dapat dicirikan sebagai berikut:
## 1) Akurasi
Akurasi pada kenyataannya dapat diketahui dari ketidakakuratan sensor. Ketidakakuratannya dapat diukur dari deviasi terbesar yang dihasilkan sensor dalam pengukuran. Deviasi dapat diartikan sebagai perbedaan antara nilai perhitungan dengan nilai eksperimen.
## 2) Nonlinearitas
Nonlinearity error dikhususkan untuk sensor yang memilki fungsi transfer dengan pendekatan linier. Nonlinearitas merupakan deviasi maksimum fungsi transfer dari pendekatan garis linier. Dapat dilakukan pendekatan linier untuk sensor dengan fungsi transfer nonlinier. Diantaranya dengan menggunakan metode terminal point dan metode least square . Metode terminal point dilakukan dengan cara menarik garis lurus dua titik output, yaitu output dengan input terkecil dan terbesar.
3) Saturasi Setiap sensor memiliki batasan operasi. Peningkatan nilai input tidak selalu menghasilkan output yang diinginkan. Dengan kata lain setiap sensor meskipun memiliki fungsi transfer linier, tetapi pada input tertentu memiliki kondisi nonlinear atau saturasi.
## 4) Resolusi
Resolusi didefinisikan sebagai kemampuan sensor untuk mendeteksi sinyal input minimum (John Wilson, 2005). Ketika sensor diberikan input secara kontinyu, sinyal output pada beberapa jenis sensor tidak akan memberikan output yang sempurna bahkan dalam kondisi tidak ada gangguan sama sekali. Pada kondisi demikian, biasanya terjadi sedikit perubahan output. Jika pada asebuah sensor tidak terjadi demikian, maka sensor tersebut dapat dikatakan bersifat kontinyu atau memiliki resolusi yang sangat kecil
## 5) Repeatabilitas
Repeatability ( reproducibility error ) disebabkan karena ketidakmampuan sensor untuk menghasilkan nilai yang sama pada kondisi yang sama. Kesalahan ini dapat disebabkan karena sifat material, gangguan temperatur, dan kondisi lingkungan lainnya.
## C) Sensor Sidik Jari
Sensor yang digunakan untuk mendeteksi sidik jari menggunakan sistem optikal, dimana pendetek- sian dilakukan dengan pembacaan kontur (tinggi rendahnya permukaan) sidik jari dan listrik statis tubuh. Hal ini menghasilkan tingkat keamanan yang tinggi karena tidak dapat dipalsukan dengan fotocopy sidik jari atau sidik jari tipuan. Sensor ini memiliki lapisan kaca yang tahan lama dan juga memiliki sensor gerak, yaitu jika ada jari yang menempel pada sensor maka sensor akan langsung menyala untuk mengambil sidik jari. Pada kondisi tidak dipakai maka sensor akan padam, dengan demikian usia sensor akan lebih awet karena sensor hanya menyala pada saat dipakai saja.
## D) Mikrokontroler
Menurut Sumardi (2013:1) Mikrokontroler adalah mikroprosesor yang dikhususkan untukinstrumentasi dan kendali. Contoh aplikasi pada kendali motor, ber- peran seperti PLC (Programmable Logic Controller) , pengaturan pengapian dan injeksi bahan bakar pada kendaraan bermotor atau alat pengukur suatu besaran, seperti suhu, tekanan, kelembaban dan lain-lain.
Mikrokontroler merupakan suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan programyang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data. Sekedar con- toh, bayangkan diri anda saat mulai belajar membaca dan menulis, ketika anda sudah bisa melakukan hal itu anda bisa membaca tulisan apapun baik buku, cerpen, artikel dan sebagainya, dan andapun bisa pula menulis hal-hal sebaliknya. Begitu pula jika anda su- dah mahir membaca dan menulis data maka anda dapat membuat program untuk membuat suatu sistem pengaturan otonik menggunakan mikrokontroler sesuai kenginan anda. Mikrokontroler merupakan komputer didalam chip yang digunakan untuk men- gontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya.
## E) Pemograman Visual Basic 6.0
Menurut hendrayudi dalam salmaida (2013:16) visual basic berasal darisingkatan BASIC ( Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code ) yang dibuat oleh Profesor Jhon dan thomas dari darmont pada pertengahan tahun 960. Perintah- perintah bahasa program yang menggunakan bahasa pemrograman ini.
Menurut Retna dan Catur dalam salmaida (2013:16) visual basic (atau sering disingkat VB) adalah perangkat lunak untuk menyusun program aplikasi yang bekerja dalam lingkungan sistem operasi windows. Dengan visual basic kita bisa memanfaatkan Windows secara optimal.
Beberapa keistimewaan dari visual basic 6, diantaranya seperti:
1) Menggunakan platform pembuatan program yang diberi nama Developer Studio. 2) Memiliki compiler andal yang dapat menghasilkan file executable yang lebih cepat dan lebih efisien dari sebelumnya.
3) Memiliki beberapa tambahan sarana wizard yang baru.
4) Tambahan kontrol-kontrol baru yang lebih canggih serta peningkatan kaidah struktur bahasa visual basic.
5) Kemampuan membuat ActiveX dan fasilitas internet yang lebih banyak.
6) Sarana akses data yang lebih cepat dan andal untuk membuat aplikasi database yang berkemampuan tinggi.
7) Visual Basic 6 memiliki beberapa versi atau edisi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya.
## F) Mikronontroller ATMEGA16
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu serpih ( chip ). Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena sudah terdapat atau berisikan ROM ( Read-Only Memory ), RAM ( Read-Write Memory ), beberapa bandar masukan maupun keluaran, dan beberapa peripheral seperti pencacah/pewaktu, ADC ( Analog to Digital converter ), DAC ( Digital to Analog converter ) dan serial komunikasi.
Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu mikrokontroler AVR. AVR adalah mikrokontroler RISC ( Reduce Instuction Set Compute ) 8 bit berdasarkan arsitektur Harvard. Secara umum mikrokontroler AVR dapat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega dan ATtiny. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral , dan fiturnya Seperti mikroprosesor pada umumnya, secara internal mikrokontroler ATMega16 terdiri atas unit- unit fungsionalnya Arithmetic and Logical Unit (ALU), himpunan register kerja, register dan dekoder instruksi, dan pewaktu beserta komponen kendali lainnya. Berbeda dengan mikroprosesor, mikrokontroler menyediakan memori dalam serpih yang sama dengen prosesornya ( in chip ).
Mikrokontroler ini menggunakan arsitektur Harvard yang memisahkan memori program dari memori data, baik bus alamat maupun bus data, sehingga pengaksesan program dan data dapat dilakukan secara bersamaan ( concurrent ).
Secara garis besar mikrokontroler ATMega16 terdiri dari :
1) Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16 Mhz.
2) Memiliki kapasitas Flash memori 16Kbyte, EEPROM 512 Byte, dan SRAM 1Kbyte
3) Saluran I/O 32 buah, yaitu Bandar A, Bandar B, Bandar C, dan Bandar D.
4) CPU yang terdiri dari 32 buah register.
5) User interupsi internal dan eksternal
6) Bandar antarmuka SPI dan Bandar USART sebagai komunikasi serial
Fitur Peripheral
1) Dua buah 8-bit timer/counter dengan prescaler terpisah dan mode compare
2) Satu buah 16-bit timer/counter dengan prescaler terpisah, mode compare, dan mode capture
3) Real time counter dengan osilator tersendiri
4) Empat kanal PWM dan Antarmuka komparator analog 5) 8 kanal, 10 bit ADC 6) Byte-oriented Two-wire Serial Inter face
7) Watchdog timer dengan osilator internal.
## Gambar 2. Doagram Blok ATMega 16
Konfigurasi pena ( pin ) mikrokontroler Atmega16 dengan kemasan 40- pena dapat dilihat pada Gambar 3. Dari gambar tersebut dapat terlihat ATMega16 memiliki 8 pena untuk masing- masing bandar A ( Port A ), bandar B ( Port B ), bandar C ( Port C ), dan bandar D ( Port D ).
Deskripsi Mikrokontroler ATMega16 adalah sebagai berikut :
a. VCC (Power Supply) dan GND(Ground)
b. Bandar A (PA7..PA0): Bandar A berfungsi sebagai input analog pada konverter A/D. Bandar A juga sebagai suatu bandar I/O 8-bit dua arah, jika A/D konverter tidak digunakan. Pena-pena Bandar dapat menyediakan resistor internal pull- up (yang dipilih untuk masing-masing bit). Bandar A output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Ketika pena PA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan secara eksternal ditarik rendah, pena–pena akan memungkinkan arus sumber jika resistor internal pull-up diaktifkan. Pena Bandar A adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
c) Bandar B (PB7..PB0): Bandar B adalah suatu bandar I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). Bandar B output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pena Bandar B yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pena Bandar B adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
d) Bandar C (PC7..PC0): Bandar C adalah suatu bandar I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). Bandar C output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pena bandar C yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pena bandar C adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
e) Bandar D (PD7..PD0): Bandar D adalah suatu bandar I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). Bandar D output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pena bandar D yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pena Bandar D adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
f) RESET ( Reset input )
g) XTAL1 ( Input Oscillator ) h) XTAL2 ( Output Oscillator )
i) AVCC adalah pena penyedia tegangan untuk bandar A dan Konverter A/D.
j) AREF adalah pena referensi analog untuk konverter A/D.
## G) Bascom AVR Editor dan Simulator
Menurut Agfianto (2010:13), Bascom AVR merupakan bahasa pemrograman yang digunakan untuk pembuatan program aplikasi dan menuliskan program ke mikrokontroler. Bascom jendela editor (Fil /New atau membuka program Bascom ada) digunakan untuk memasukkan dan memodifikasi program teks. Tampilan Bascom-Avr Options dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 menerangkan tampilan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk huruf dalam aplikasi Bascom-Avr options bahkan perintah-perintah lain digunakan dalam aplikasi ini.
Gambar 4. Bascom-AVR Options
Pada Gambar 5 dapat dilihat tampilan halaman editor Bascom-Avr.
Gambar 5. Halaman Editor Bascom-AVR
Gambar 5 menunjukan tampilan dalam membuat coding atau program yang ada pada bascom Avr sebelum didownloader kedalam suatu alat yang diletakkan Mikrokontroler tertentu.
Gambar tampilan awal Bascom-Avr dapat kita lihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Halaman Editor Bascom-AVR
## III. METODOLOGI PENELITIAN
## A) Perangkat Keras
Perangkat Keras yang digunakan dalam membuat alat keamanan pintu brankas ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perangkat Keras Alat Keamanan Pintu Brankas
No Alat / Bahan Spesifikasi 1 Mikrokontroler AVR Atmega 16 2 Tombol input Digital Switch 3 Tombol reset Digital switch 4 Lcd Lcd 16 * 2 black green 5 Sensor Finger print Finger print 6 Keypad Keypad 4x4 7 Kunci Kunci elektrik 8 Chip komunikasi serial Ic maxim 232 9 Resistor Resistor karbon 1/4 watt 10 Kapasitor Elco 11 Transformator Transformator 1a ct 12 Kabel Habel halus 13 Stecker Standar 14 Konektor ke PC Konektor DB9 15 Led Led 3mm 16 Saklar power Saklar on off 17 Solder Solder 40w 220 v 18 Timah Timah standar 19 Tang Tang potong dan runcing 20 Obeng Obeng plus dan min 21 Cubing kabel Pembungkus kabel 1mm 22 Pcb sistem minimum Pcb sistem minimum atmega16 23 Box Akrilik 2mm 24 Baut dan mur Secukupnya
## B) Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan meliputi 27opoc27 operasi, bahasa pemrograman dan perangkat lunak pengolahan data. Sistem operasi yang digunakan adalah Microsoft Windows 8 Pro With Media Center sebagai 27opic27 operasi. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Bahasa Pemrograman C, Sedangkan perangkat lunak untuk menampilkan hasil dan sebagai antar muka menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.
C) Metode Perancangan Sistem
## 1) Blok Diagram Global
Gambar blok diagram global alat keamanan pintu brankas dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Blok Diagram Global
## Keterangan
1. Sensor Finger Print, Sebuah sensor yang mendeteksi sidik jari dengan metode penerima sinyal infra merah.
2. Box Uji Coba tempat Mikrokontroler ATMega16, ADC, Relay Board yang diletakkkan di atas kotak alat.
3. Mikrokontroler ATMega16, berfungsi mengolah data untuk dimasukkan dari sensor Finger Print.
4. Komputer, digunakan untuk menampilkan data pada monitor dengan membuat interface menggunakan Visual Basic 6.0.
## 2) Blok Diagram Rangkaian Alat
Blok diagram rangkaian alat dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Blok Diagram Rangkaian Alat
## Keterangan
1. Sensor Finger Print, Sebuah sensor yang mendeteksi sidik jari dengan metode penerima sinyal infra merah.
2. Mikrokontroler ATMega16, berfungsi mengolah data untuk dimasukkan dari sensor finger print.
3. Komputer, digunakan untuk menampilkan data pada monitor dengan membuat interface
menggunakan Visual Basic 6.0.
## 3) Desain Rangkaian Alat
Gambar 9 dibawah ini adalah gambar desain rangkaian alat keamanan pintu brankas.
Gambar 9. Desain Rangkain Alat
## Keterangan
1. Sensor Finger Print, Sebuah sensor yang mendeteksi sidik jari dengan metode penerima sinyal infra merah.
2. ATMega16 mempunyai empat port yaitu portA, portB, portC dan portD sebagai jalur bi- directional dengan pilihan internal pull-up.
3. LCD untuk menampilkan data yang sudah dideteksi.
4. Max 232 sebagai jembatan komunikasi antar mikro melalui ATMega16.
5. Tblock-i3 atau terminal penghubung konektor.
Terminal 1 ke power. Terminal 2 ke ground dan terminal 3 ke R1 IN pada max 232.
## 4) Prinsip Kerja
Pada saat alat dihidupkan atau diaktifkan , brangkas akan terkunci. Untuk membuka pertama harus dilakukan pencocokan sidik jari pada finger print, jika sidik jari tepat, maka akan muncul respon di layar lcd, dan akan ada perintah berikutnya yaitu memasukkan password yang telah ditentukan pada tombol keypad. Jika password yang dimasukkan tepat maka kunci elektrik akan bergerak membuka brangkas.
Untuk kondisi salah pada saat memasukkan password dan sidik jari aka nada respon pada layar lcd, masing-masing ada 3 kali kesempatan, jika pada kesempatan ke empat masih salah , maka alarm akan berbunyi sebagai tanda ada yang mencoba membuka brangkas secara illegal. alat ini juga bisa dikendalikan melalui komunikasi usart serial melalui port serial pada komputer, dengan menggunakan aplikasi visual basic.
## D) Rencana Kerja
## E) Rancangan Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan menggunakan metode black box, yaitu dengan menguji kemampuan sistem berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan. Pengujian sistem dilakukan terhadap kemampuan sistem berupa :
1. Ketepatan Sensor Finger Print, Sebuah sensor yang mendeteksi sidik jari dengan metode penerima sinyal infra merah.
2. Ketepatan mikrokontroler dalam mengirimkan data ke komputer.
Pengujian dilakukan dengan mendemokan sistem pada alat keamanan pintu brankas berbasis sensor sidik jari tersebut terhadap password yang dimasukkan di data box uji coba.
## IV. PEMBAHASAN
## A) Hasil Alat
Alat keamanan pintu brankas dibuat dengan menggunakan program Bascom AVR dengan memanfaatkan compiler program untuk mikrokontroler ATMega 16, dengan membuat listing program perintah pada alat. Gambar 10 yaitu Alat Keamanan Pintu Brankas yang telah dibuat.
Persiapan
1. Persiapan Alat dan Bahan 2. Persiapan Software
## Perancangan
1. Perancangan Alat 2. Perancangan Program
Pembuatan 1. Pembuatan Alat 2. Pembuatan Program
Integrasi 1. Integrasi alat dengan program
2. Mengakses alat melalui program
## Uji coba Alat dan Program
1. Uji coba alat
2. Uji coba alat dan program bersamaan
3. Analisa hasil pengujian
Gambar 10. Hasil Alat
## B) Hasil Aplikasi
Aplikasi Alat Keamanan Pintu Brankas ini dibuat dengan menggunakan program visual basic 6.0. Tampilan dari aplikasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.
## Gambar 11. Tampilan Aplikasi
Aplikasi Alat Keamanan Pintu Brankas terdiri dari beberapa bagian yaitu, label (Aplikasi Buka Brankas), Command Button ( Connect, Disconnect, Exit ), dan Combobox ( Com1 ).
## C) Prosedur Mengoprasikan Alat
Alat keamanan brankas ini bekerja secara otomatis. Adapun prosedur untuk mengoprasikan alat ini dapat dijelaskan seperti berikut ini.
1. Menghidupkan alat dengan cara menekan tombol on pada saklar.
2. Jika posisi alat sudah dihidupkan maka lcd akan menampilkan data standby .
3. Lcd menampilkan perintah untuk mendeteksi sidik jari ke sensor sidik jari.
4. Jika sidik jari diterima, maka lcd akan menampilkan perintah untuk memasukkan password.
5. Melihat hasil kerja dari alat keamanan pintu brankas.
## D) Uji Coba Alat dan Program
Pengujian Alat ini bekerja dengan cara medeteksi sidik jari untuk membuka pintu brankas
menggunakan password. Alat pembuka pintu brankas memiliki 4 tombol, yaitu Connect, berfungsi untuk menghubungkan alat ke komputer. Disconnect , berfungsi untuk memutuskan hubungan alat dari computer. Exit , digunakan untuk keluar dari program. Status alat , digunakan untuk menampilkan status dari kendali alat bahwa alat sedang dikendalikan dari komputer.
Tombol buka memerintahkan kunci elektrik untuk membuka pintu brankas. Sedangkan Pengoperasian melalui komputer dengan cara menggunakan program visual basic 6.0.
Gambar 12. Proses Uji Coba Alat Dan Program
Gambar 12 merupakan gambar proses uji coba alat dan program yang telah dilakukan saat telah selesai dibuat yaitu dengan menghubungkan komputer ke rangkaian komponen alat serta dengan Alat Keamanan Pintu Brankas yang telah dipasang sensor sidik jari. Pada gambar 13 ditunjukkan aplikasi saat terhubung ke alat.
Gambar 13. Tampilan aplikasi saat terhubung ke alat
Tampilan saat alat telah dihubungkan ke alat yaitu ketika pada tampilan aplikasi telah di klik perintah
connect, saat disconnect akan memutuskan proses dari alat, dan exit tampilan akan keluar dari program. Gambar 14 dibawah ini adalah tampilan program saat sudah terhubung ke alat dan kondisi pintu brankas yang terbuka dengan menggunakan aplikasi.
Gambar 14. Tampilan aplikasi saat membuka pintu brankas
Gambar 14. menunjukan saat program sudah terhubung ke alat dan diklik connect, dan saat diklik buka brankas pada aplikasi maka pintu brankas akan terbuka, ketika diklik disconnect proses akan berhenti, dan exit megeluarkan program.
## E) Hasil Pengujian
Hasil pengujian alat dilakukan dengan beberapa kali pengujian, dan didapatkan hasil pengujian seperti Tabel 2.
Tabel 2. Pengambilan Data Uji Coba Alat Ketepatan Sensor Sidik Jari Password Sidik Jari Pemilik Sidik Jari Bukan Pemilik Benar Salah Mendeteksi dengan baik jika sidik jari pemilik sudah benar Tidak akan merespon dan lampu pada sensor sidik jari tetap berkedip Jika sidik jari diterima dan password benar maka brankas akan terbuka Jika sidik jari benar dan password salah, pintu brankas tidak
akan terbuka, apabila tiga kali salah memasukkan password, maka alarm akan berbunyi
Dari hasil uji coba alat, diketahui respon alat terhadap perintah-perintah dari aplikasi berjalan dengan normal atau berhasil. Keberhasilan dari hasil ujicoba alat adalah 100%. Sehingga alat dan aplikasi yang telah dirancang pada penelitian ini berhasil dengan baik.
## V. PENUTUP
## A) Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu : 1) Sensor sidik jari dapat mengidentifikasi benda- benda yang masuk ke dalam alat keamanan dan password digital yang dapat membuka pintu brankas yang telah dirancang setiap waktu yang telah diujicoba. Contohnya ketika sidik jari benar dan password yang digunkan oleh pengguna salah, maka muncul di LCD bahwa password salah dan coba lagi, jika sidik jari dan password digital benar maka pintu brankas akan secara otomatis akan terbuka sendiri. 2) Mikrokontroler ATMega 16 dapat digunakan untuk melakukan komunikasi serial dan penggerak relayboard
## B) Saran
Kepada pihak yang ingin melanjutkan penelitian dengan peralatan dan model alat yang sama, bisa melanjutkan dengan mengembangkan program dari Alat Keamanan Pintu Brankas Berbasis Sensor Sidik Jari dan Password Digital Menggunakan Mikrokontroler Atmega 16 dengan melihat lagi hasil pengujian yang telah dilakukan, kekurangan alat ini tidak bisa dibuka lewat sidik jari dan password dan di kembangkan lagi oleh pihak lain dengan menambahkan alat atau sensor lainnya atau dengan menambah paasword seperti hurup dan waktu berapa lama untuk membuka pintu brankasnya.
## DAFTAR PUSTAKA
Fraden, Jacob (2003). ” Handbook of Modern Sensors: Third edition ”. California: Springer
Kurniadi, Adi (2003), Pemrograman Microsoft Visual Basic , Yogyakarta: Peneribit PT. Elek
Media Mulyono, Hasyim. 2008. Buku Pintar Komputer .Jakarta:Kriya Pustaka. Sumardi, 2013, Mikrokontroler Belajar AVR Mulai
Dari Nol . Graha Ilmu.
Yogyakarta
Sunarno, 2005, Mekanikal Elektrikal , Penerbit Andi, Yoogyakarta
Sunyoto, Andi (2007), Pemrograman Database dengan Visual Basic dan Microsoft
SQL . Yogyakarta: Penerbit ANDI
Supriyanto, Aji (2005), Pengertian Sistem , Ekosiana. Yogyakarta
Tim Devisi Penelitian dan Pengembangan. 2008. Panduan Lengkap untuk Teknisi Komputer . Yogyakarta: Andi, Madiun: MADCOMS
.
Wahyudin,
Didin. 2007. Belajar Mudah Mikrokontroler AT89s52 dengan Bahasa BASIC Menggunakan
BASCOM-8051 . Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Walther P. Feistritzer. 1975. Cereal Seed Technology. F.A.O., Rome
|
fa576e82-4f2f-4a45-9ab0-44f81631dbb2 | http://jurnal.stmik-yadika.ac.id/index.php/spirit/article/download/52/32 |
## SISTEM REKOMENDASI BUKU PADA APLIKASI PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN METODE COLLABORATIVE FILTERING PADA SMKN 1 BANGIL
Abdul Rokhim 1) , Akhmad Saikhu 2) ,
Program Studi/Prodi Teknik Informatika, STMIK Yadika Jl. Bader No. 09 Kalirejo Bangil Pasuruan Indonesia, 67153 Email : [email protected] [email protected]
Abstract : Recommender system aims to predict the likelihood of books interest or useful for students . This study describes the making of a recommendation system that is able to automatically make a recommendation to the students . Recommendations are shown to students in the form of a list of books that have been sorted prediction results of the greatest equality of outcome prediction . In applications made , the recommendations given to the students there are two kinds, namely recommendation filtering demographic used for students who have not borrowed books , recommendations are given based on the similarity between the profiles of students ( majors) . Collaborative filtering and recommendations for students who 've borrowed the book , recommendations are given based on the similarity between the student loan history with a collection of other students . The test results showed that the Collaborative filtering provides better recommendations than the demographic filtering.
Keyword: Library, Recommendation System, Collaborative Filtering.
## 1. Pendahuluan
Sistem rekomendasi adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan prediksi terhadap sesuatu objek. Sistem ini merupakan salah satu bentuk dari personalisasi web yang digunakan dalam sistem e-commerce.
Sistem rekomendasi pada umumnya ditujukan untuk individu yang kekurangan pengalaman atau kompetensi yang cukup untuk mengevaluasi banyaknya jumlah alternatif item yang ada pada suatu kasus tertentu. Simpelnya yaitu cara untuk mempersempit information overload sehingga dalam waktu pendek individu akan mendapatkan “kesimpulan” dari sekumpulan item yang ada.
Saat ini pemanfaatan sistem rekomendasi sudah diterapkan disetiap sudut aspek kehidupan seperti pada e-commerce : Bukalapak.com, amazon.com dan Google Play Store yang memanfaatkan metode Collabrative filtering dan berjalan dengan baik, akan tetapi metode tersebut belum terpakai pada perpustakaan. Sistem rekomendasi pada aplikasi Perpustakaan akan dibuat sebagai otomasi perpustakaan, yang bertujuan untuk
memudahkan siswa dalam pencarian data yang ada dengan mengoptimasi fungsi metode collaborative filtering didalamnya.
Tujuan penelitian ini untuk bagaimana mengimplementasikan sistem rekomendasi buku pada aplikasi
perpustakaan menggunakan metode collaborative filtering pada smkn 1 bangil sehingga dapat mempermudah dan mempercepat pelayanan pada siswa. Setelah siswa melakukan login siswa akan mendapatkan rekomendasi buku yang kemungkinan berguna bagi siswa.
2. Metode Penelitian metode waterfall adalah metode yang pekerjaan-pekerjaanya mengikuti suatu pola tertentu dan dilaksanakan dengan cara dari atas kebawah. Metode ini mempunyai tahapan seperti berikut. Analisis kebutuhan, Desain sistem, Penulisan kode program, Penerapan program dan pemeliharaan. Proses di lakukan secara berututan dari proses analisis hingga penerapan program.
Gambar 1 menunjukkan proses metode waterfall.
Gambar 1. Metode Waterfall.
## 2.1 Collaborative Filtering
Collaborative Filtering merupakan salah satu cara yang diterapkan Sistem
Rekomendasi untuk memberikan prediksi otomatis terhadap keinginan pelanggan dengan cara mengoleksi informasi dari banyak pelanggan (Ampaziz : 26 , 2008).
Collaborative filtering merupakan proses penyaringan atau pengevaluasian item menggunakan opini orang lain. Collaborative filtering melakukan penyaringan data berdasarkan kemiripan karakteristik konsumen sehingga mampu memberikan informasi yang baru kepada konsumen karena sistem memberikan informasi berdasarkan pola satu kelompok konsumen menjadikan sumber informasi baru yang mungkin bermanfaat bagi anggota kelompok lainnya.Berikut adalah persamaan cosine similarity yang digunakan untuk menghitung nilai kemiripan diantara item.
## 2.1.1User-Based Collaborative Filtering
User-based nearest neighbor algorithm menggunakan teknik statistika untuk menemukan sekumpulan pengguna, dikenal sebagai tetangga (neighbour), yang memiliki sejarah setuju dengan pengguna yang menjadi sasaran. Setelah sekumpulan tetangga terbentuk, sistem menggunakan algoritma yang berbeda untuk menggabungkan kesukaan neighbour untuk menghasilkan prediksi atau rekomendasi N-teratas untuk active user.
## 2.1.2Item-Based Collaborative Filtering
Adapun teknik pencarian tingkat
kesamaan dan rekomendasi dapat dilakukan
dengan menggunakan
persamaan adjusted cosine :
Keterangan : x*y = Vektor dot product dari x dan y,
dihitung dengan
= panjang dari vector x, dihitung dengan
= panjang dari vector x, dihitung dengan
x = user aktif
y = user pembanding
## 2.2 Diagram konteks
Diagram konteks merupakan diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi entitas luar yang terhubung langsung dengan sistem.
Gambar 2.1 Diagram konteks Sistem terdapat 2 entitas luar yang terhubung dengan sistem, yaitu : siswa dan pustakawan. Dimana entitas pustakawan berfungsi penginput data peminjaman buku yang digunakan sebagai data rekomendasi itu sendiri dan siswa menerima informasi tentang data pencarian manual dan hasil rekomendasi buku.
## 2.3 DFD (Data Flow Diagram)
Data Flow Diagram atau disingkat DFD merupakan suatu penggambaran model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu susunan proses yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun terkomputerisasi. Berikut DFD Level 1 Proses rekomendasi buku pada perpustakaan
2 rekomendasi menggunakan col l aborati ve fi l teri ng 1 member 2 l oan 1 rekomendasi dari se- j urusan 3 Cek
Gambar 2.2 DFD Level 1
menjelaskan tentang penentuan proses perekomendasian buku dengan berdasarkan dari nilai history, jika user belum pernah melakukan peminjaman sistem akan melakukan perekomendasian menggunakan data dari jurusan user, dan apabila sudah pernah meminjam maka akan menggunakan collaborative filtering
Data transaksi teman konversi kode eksemplar ke kode buku 1 Process rekomendasi data hasil rekomendasi buku data session siswa 1 loan 3 item 2 biblio
Siswa Gambar 2.3 DFD Level 2
menjelaskan tentang perekomendasian buku apabila siswa belum pernah melakukan peminjaman.
Dengan
memanfaatkan persamaan dari jurusan siswa tersebut.
1 Process rekomendasi Data history transaksi konversi kode buku ke judul data hasil rekomendasi buku Data User similary 1 loan 2 item Siswa
Gambar 2.4 DFD Level 2
menjelaskan tentang proses perekomendasian buku dengan menggunakan metode collaborative filtering. Perekomendasian tersebut akan berjalan ketika siswa sudah pernah melakukan peminjaman.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pemanfaatan Metode collaborative
filtering
Dalam penerapannya sistem ini menggunakan penggabungan dua jenis metode didalam Collaborative Filtering, yaitu :
1. menggunakan item based collaborative filtering dalam mendapatkan data similary yaitu berdasarkan sistem rating secara implisit (data transaksi).
2. setelah itu dalam penentuan akan menggunakan user based collaborative
filtering dengan menempatkan data rekomendasi menggunakan Top-N recommendation, karena hanya memiliki 1 parameter yaitu sama-sama siswa dalam rentang jarak kelas 1 – 3. Tabel 3.1 data sample komunitas Buk u A Buk u B Buk u C Buk u D Buk u E Buk u F Use r 1 1 1 1 0 0 0 Use r 2 1 0 1 1 0 0 Use r 3 0 1 1 0 1 0 Use r 4 0 0 0 1 0 1 Use r 5 0 0 0 0 0 0
Pada tabel 3.1 menjelaskan User 1 memiliki sebuah kelompok yang beranggotakan User 1, User 2, User 3, dan User 4. Pada saat User 1 diminta untuk melakukan peminjaman sebuah buku, ternyata User 1 tertarik pada buku A, B dan C, begitu pula dengan User 2 (A, C dan D) dan User 3 (B, C dan E), sedangkan User 4 lebih tertarik pada buku D dan buku F. buku C ternyata sudah dipilih untuk dilanjutkan keproses transaksi peminjaman oleh User 2 dan User 3 , begitu pula buku D dan F diproses kearah transaksi peminjaman oleh User 4.
Data didapatkan secara implisit yaitu dari history peminjaman. Karena terdapat kesesuaian transaksi peminjaman maka dapat dilanjutkan perhitungan dengan persamaan. Nilai kegunaan buku C berdasarkan kesamaan transaksi peminjaman (user 2, user 3) yang berkesesuaian dengan kebutuhan user 1 adalah 1. Sedangkan nilai persamaan (berdasarkan transaksi peminjaman user 4) adalah 0. Maka user 2 dan 3 dipilih untuk direkomendasikan pada user 1 karena memiliki nilai kegunaan yang lebih tinggi.
Catatan :
- Untuk metode ini diperlukan peran serta pelanggan dalam peminjaman buku, apabila peminjaman terhadap buku tidak dilakukan, maka proses rekomendasi tidak dapat berjalan.
- Diperlukan data history peminjaman terhadap buku yang dilakukan oleh
anggota komunitas lainnya (user 2, user 3 dan user 4) beserta data kelanjutan transaksinya.
- Kemungkinan tidak adanya rekomendasi terjadi apabila tidak ada nilai kemiripan buku terhadapan komunitas.
## 3.2 Implementasi Sistem
Sistem Rekomendasi ini di buat oleh penulis menggunakan bahasa pemrograman PHP dan Database MySQL. Penulis menggunakan bahasa ini karena mudah dipahami dalam pembuatan sistem dan juga dapat digabungkan dengan bahasa pemrograman HTML yang mendukung penggunaan program ini.
Aplikasi ini di jalankan secara intranet, karena di gunakan secara internal untuk perpustakaan sekolah. Pada aplikasi ini dijalankan sebagai automatis dari sistem perpustakaan itu sendiri.
Sistem rekomendasi buku pada perpustakaan berbasis Collaborative Filtering merupakan aplikasi yang dibuat untuk membantu siswa dalam mengatasi terjadinya pengefisiensian waktu saat jam istirahat berlangsung. kesulitan dalam pencarian buku yang dicari secara cepat yang dalam kasusnya para siswa melakukan pencarian di perpustakaan pada saat waktu jam istirahat. Teknologi yang digunakan dalam sistem ini adalah teknologi aplikasi berbasis web.
Dalam implementasinya sistem ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang data rekomendasi buku yang dimiliki perpustakaan. Utamanya adalah informasi tentang pencarian buku yang berguna secara berkala dan bermanfaat bagi siswa.
Gambar 3.contoh halaman rekomendasi
## 4. Simpulan
Dari hasil pembahasan mengenai perancangan dan pembuatan Sistem Rekomendasi Buku Pada Aplikasi Perpustakaan Berbasis Hybrid Filtering Pada SMKN 1 Bangil, di dapat beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Aplikasi ini dapat membantu siswa di dalam mengelola data di rekomendasi buku sehingga nantinya dapat menjadi inovasi di dalam percepatan layanan.
2. Aplikasi ini juga dapat menjadi media antara pustakawan dan siswa, dan siswa juga dapat memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi mengenai data yang dibutuhkan akhirnya nanti ditemukan buku apa yang diperlukan.
3. Untuk mendapatkan rekomendasi yang lebih merujuk diharapkan untuk siswa setidaknya melakukan peminjaman 1 (satu) buku.
## Daftar Pustaka
Pratama, Yudhistira Adhitya, 2013. Digital Cakery Dengan Algoritma Collaborative Filtering.
Pebrianto, 2010. Pembangunan Sistem Informasi Perpustakaan Pada Perpustakaan Umum Kabupaten Pacitan.
Herdi Hafi, 2013. Sekilas Tentang Sistem Rekomendasi (Recommender System).
Eko Wibowo David. Sistem Rekomendasi Jual Beli Barang Dengan Memanfaatkan Metode Collaborative Filtering dan Basis Data Graf. StudiKasus:Bukalapak.com.
Afifi Wildan, 2014. Implementasi Hybrid
Khadijah,
Nurul, 2014. Sistem Rekomendasi Pencarian Pekerjaan Berbasis Web Menggunakan Metode
Hybrid-Based Recommendation.
Jogiyanto, HM. Analisis dan Desain Sistem Informasi, Yogyakarta,ANDI 2005.
Masruri, Farid, 2007. Personalisasi Web E-
Commerce Menggunakan Recommender System dengan Metode Item-Based Collaborative Filtering. Sarwar, B. M., G. Karypis, J. A. Konstan, dan J. Riedl. Item-Based Collaborative
Filtering Recommender Algorithms. WWW10. 2001.
|
a59ca76a-3bbb-4752-82db-2b1dcae0c957 | https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid/article/download/2170/1325 | Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133 Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA DALAM PENCATATAN ISBAT NIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN RANOWULU
## Suparmo Saleh
Institut Agama Islam Negeri Manado, Indonesia, Jl. Manguni Raya, Malendeng, Kec. Tikala, Kota Manado, Sulawesi Utara 95000 Email: [email protected]
Frangky Suleman
Institut Agama Islam Negeri Manado, Indonesia, Jl. Manguni Raya, Malendeng, Kec. Tikala, Kota Manado, Sulawesi Utara 95000 Email: [email protected]
## Zakiyuddin Abdul Adhim
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia, Jl. Laksda Adisucipto, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 Email: [email protected]
## ABSTRACT
This paper examines the chiefs/penghulu, credit scores, and problems at the Office of Religious Affairs (KUA) of Ranowulu District, Bitung City. The adequacy of credit numbers is one of the absolute conditions in the promotion and position of the chief in question. The reference for the rules in carrying out their duties refers to the Regulation of the Minister of Administrative Reform and Bureaucratic Reform (Permenpan-RB) Number 9 of 2019 concerning the Functional Position of the Penghulu. One of the activities that are expected to be able to collect credit score debris is the recording of marriages resulting from the marriage certificate from the Religious Courts. Even in Muslim community life, there are still many wedding events that only pay attention to the validity of the religious aspect without paying attention to the mandate of Article 2, paragraph 2 of the Marriage Law. If the conditions and pillars of marriage have been fulfilled, then they feel enough. This is evident from the fact that there are still many applications for registration of marriage certificates submitted to the KUA. Of course, it must be re-analyzed so that all parties can understand it. This study aims to determine the chiefs’ duties and credit scores in recording marriage certificates. This research uses normative juridical analysis, with the nature of the research being descriptive and analytic. The study results show that the registration of marriages through marriage certificates is separate from the Permenpan-RB above. Therefore, recording marriage certificates at the KUA is seen as nothing more than a policy to assist the Religious Courts and interested communities so that the legality of their marriages is protected by the state, regardless of the rank of the chiefs, who has no additional duties.
Keywords: chief; credit number; marriage certificate.
## ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji tentang penghulu, angka kredit serta problematikanya di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung. Kecukupan angka kredit menjadi salah satu syarat mutlak dalam kenaikan pangkat dan jabatan dari penghulu bersangkutan. Sandaran aturan yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan tugasnya mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan-RB) Nomor 9 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Penghulu. Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu mengumpulkan puing-puing angka kredit adalah melalui pencatatan pernikahan hasil isbat nikah dari Pengadilan Agama. Padahal di tengah-tengah kehidupan masyarakat muslim masih cukup banyak ditemukan peristiwa pernikahan yang hanya memperhatikan keabsahaan dari aspek keagamaan saja tanpa memperhatikan amanat Pasal 2 ayat 2 dari UU Perkawinan. Bila syarat dan rukun nikah telah terpenuhi maka mereka merasa cukup. Ini terbukti masih banyaknya permohonan pencatatan isbat nikah yang diajukan ke KUA. Tentu hal itu harus dianalisa kembali agar semua pihak dapat memahaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tugas penghulu dan angka kreditnya dalam pencatatan isbat nikah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif yuridis dengan sifat penelitian adalah deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan pernikahan melalui isbat nikah tidak termaktub dalam Permenpan-RB di atas. Oleh sebab itu, pencatatan isbat nikah di KUA dianggap tidak lebih hanya sebagai kebijakan untuk membantu pihak Pengadilan Agama dan masyarakat yang berkepentingan agar legalitas perkawinan mereka dilindungi oleh negara, tanpa melihat kepangkatan dari penghulu yang tidak memiliki tugas tambahan.
Kata kunci: penghulu; angka kredit; isbat nikah.
## PENDAHULUAN
Terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 9 tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Penghulu sebagai pengganti atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/62/M.PAN/6/2005 Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya menjadi kegembiraan tersendiri bagi penghulu. Bagaimana tidak, dalam beberapa poin Permenpan ini memberikan “angin segar” bagi penghulu dalam peningkatan karir dan perpanjangan masa tugas. Permenpan nomor 9 ini menjadi legal standing pelaksanaan tugas pokok kepenghuluan bagi penghulu yang bertugas di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan .
Namun disadari atau tidak oleh para penghulu, dalam pelaksanaan tugas di KUA terdapat sejumlah kegiatan yang melibatkan penghulu tapi tidak ter- cover dalam aturan sebagaimana tersebut di atas, salah satu diantaranya adalah pencatatan pernikahan hasil isbat nikah oleh Pengadilan Agama oleh penghulu di KUA (Usman et al., 2021; Zainuddin, 2022)
Ini tentu menjadi kelesuan tersendiri bagi penghulu sebagai pegawai pencatat nikah atau perkawinan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat Islam (Burhanudin, 2014; Aminuddin et al., 2019)
Hal inilah yang membuat Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pencatatan isbat nikah yang dihubungkan dengan tugas pokok penghulu dalam butir kegiatan kepenghuluan yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang diberi judul : Penghulu dan Angka Kreditnya dalam Pencatatan Isbat Nikah (Analisis Terhadap Permenpan Nomor 9 Tahun 2019).
Adapun terkait penelitian terdahulu yang berkaitan dengan angka kredit penghulu termasuk manajerial kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah Sudrajat et al. (2019) yang menyatakan sistem manajemen ASN yang berdasarkan prestasi tidak begitu diimplementasikan dengan baik. Begitu juga perekrutan tenaga-tenaga professional di bidangnya seperti yang diungkapkan oleh Purohit & Martineau (2016). Sedangkan penelitian dari Ananta & Winiarti (2013) secara umum membahas gap kompentensi melalui penggunaan metodenya, begitu juga melalui penelitian dari Arsi & Partiwi (2012) yang mengulas pemetaan kompetensi yang serahurnya seimbang.
Ulasan di atas menjadi bahan kajian pada tulisan ini dengan tujuan diantaranya ; 1. Dapat mengetahui tugas pokok penghulu dalam kegiatan kepenghuluan, 2. Dapat mengetahui angka kredit bagi penghulu dalam pencatatan isbat nikah di Kantor Urusan Agama kecamatan Ranowulu, dan 3. Dapat mengetahui analisa Permenpan-RB nomor 9 tahun 2019 terhadap tugas penghulu dalam pencatatan isbat nikah di KUA.
Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133 Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
Manfaat dari penulisan ini yakni bersifat teoritis dan praktis. Secara teoritis diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian berikutnya, khususnya penelitian hukum tentang pelaksanaan pencatatan isbat nikah oleh penghulu di KUA, serta diharapkan mampu memberikan informasi tentang pelaksanaan pencatatan isbat nikah oleh penghulu di KUA. Sementara manfaat praktisnya adalah diharapkan dapat dijadikan rujukan oleh penghulu serta pihak-pihak yang berwenang dalam pencatatan isbat nikah di Indonesia untuk mengkaji kebijakan utama terkait dengan pelaksanaan pencatatan itbat nikah di KUA sebagai bagian dari tugas kepenghuluan.
## METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif yuridis, yaitu mengkaji norma hukum dan bahan-bahan kepustakaan berupa sumber-sumber tertentu seperti dokumen-dokumen termasuk juga literatur bacaan lainnya yang berkaitan dengan penghulu dan tugas kepenghuluan, serta angka kreditnya dalam pencatatan isbat nikah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun lokasi yang dijadikan lahan penelitian adalah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung.
Adapun sifat penelitian adalah deskriptif analatis untuk menggambarkan masalah yang dihadapi oleh penghulu dalam memperoleh angka kredit dalam pencatatan isbat nikah di lapangan (Nazir, 2005), mulai dari latar belakang serta dampak dari permasalahan tersebut. Penelitian ini mengambil data primer dari peraturan perundang-undangan, beberapa petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Kementerian Agama, serta data-data dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ranowulu.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Penghulu dan Angka Kredit
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Penghulu diartikan sebagai Kepala Urusan agama Islam di kabupaten atau kota. Dalam aturan perundang-undangan, Penghulu adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melakukan kegiatan pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat Islam.
Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 tahun 2019 Pasal 1 ayat 6 disebutkan bahwa Jabatan Fungsional Penghulu adalah jabatan sebagai pegawai pencatat nikah atau perkawinan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat Islam.
Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133
Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
Jenjang Jabatan Fungsional Penghulu sebagaimana dimaksud dari jenjang terendah sampai dengan jenjang tertinggi, terdiri atas: a. Penghulu Ahli Pertama; b. Penghulu Ahli Muda; c. Penghulu Ahli Madya; dan d. Penghulu Ahli Utama. Yang patut digarisbawahi dan dimaknai dalam ayat 6 diatas adalah bahwa Penghulu merupakan pejabat yang diberikan kewenangan sebagai pencatat nikah atau perkawinan (Fauzi, 2019).
Permenpan-RB diatas mengatur secara rinci tugas pokok Penghulu beserta angka kreditnya. Karena penghulu merupakan jabatan fungsional, maka salah satu syarat kenaikan pangkat dan jabatannya dinilai berdasarkan kecukupan angka kredit yang dimiliki oleh penghulu bersangkutan yang merupakan akumulasi angka kredit dari seluruh butir kegiatan yang dilaksanakan. Penilaian atas kegiatan kepenghuluan berdasarkan bukti fisik yang diajukan oleh penghulu kepada Tim Penilai sesuai dengan jenjang jabatan masing-masing penghulu (Rosliana et al., 2019).
Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Penghulu yang dapat dinilai Angka Kreditnya, terdiri atas: a. Unsur Utama; dan b. Unsur Penunjang. Unsur utama sebagaimana dimaksud terdiri atas, pendidikan, pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, bimbingan masyarakat Islam dan pengembangan profesi (Ridwan, 2020).
Tugas penghulu di semua jenjang jabatannya dalam pencatatan pernikahan termasuk dalam unsur utama yakni Pelayanan dan Bimbingan Nikah Rujuk yang didalamnya terdapat butir kegiatan yang meliputi: 1. Perencanaan kegiatan kepenghuluan; 2. Pemeriksaan permohonan nikah atau rujuk; 3. Bimbingan calon pengantin; 4. Pelayanan nikah atau rujuk; dan 5. Bimbingan perkawinan (Syarifuddin, 2018).
Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. Angka Kredit juga diartikan sebagai satuan nilai dari uraian kegiatan dan/atau akumulasi nilai dari uraian kegiatan yang harus dicapai oleh Penghulu dalam rangka pembinaan karir yang bersangkutan. Sementara besaran nilai Angka kredit dari setiap butir kegiatan kepenghuluan tersebut diatur pula dalam Permenpan-RB tersebut.
## Pencatatan Isbat Nikah dan Ruang Lingkupnya
Isbat Nikah berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu isbat dan nikah. Isbat berasal dari kata “ asbata, yusbitu, isbatan ” yang artinya “menetapkan” (Munawir, 2011). Sedangkan kata nikah berasal dari kata “ an-nikah ” yang secara istilah fiqh/hukum Islam adalah “Akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah” (juga tertuang dalam Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). Pernikahan juga dimaknai sama dengan perkawinan. Isbat nikah juga sering disebut dengan Pengesahan Nikah (Amien, 2012).
Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133 Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
Secara singkat dijelaskan bahwa ketentuan mengenai isbat nikah hanya dijumpai dalam regulasi perundang-undangan, namun tidak dijumpai dalam kitab- kitab fikih klasik maupun kontemporer. Oleh sebab itu, tentang syarat isbat nikah ini hanya dapat dilihat dalam aturan perundang-undangan. Isbat nikah (penetapan nikah) pada dasarnya adalah penetapan suatu perkawinan yang sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam syariat Islam (Sururie, 2017).
Isbat (penetapan) merupakan produk Pengadilan Agama, dalam arti bukan pengadilan yang sesungguhnya dan diistilahkan dengan jurisdictio voluntair . Dikatakan bukan pengadilan yang sesungguhnya, karena di dalam perkara ini hanya ada pemohon, yang memohon untuk ditetapkan tentang sesuatu yaitu penetapan nikah. Sementara Perkara voluntair merupakan perkara yang sifatnya permohonan dan didalamnya tidak terdapat sengketa, sehingga tidak ada lawan. Pada dasarnya perkara permohonan tidak dapat diterima, kecuali kepentingan undang-undang menghendaki demikian. Bahwa perkawinan ini sudah dilakukan dengan sah yaitu telah sesuai dengan syarat dan rukun nikah namun pernikahan ini belum dicatatkan ke pejabat yang memiliki kewenangan yaitu Pegawai Pencatat Nikah (PPN), maka dari itu pasangan suami istri yang berkehendak memperoleh penetapan (pengesahan) nikah, terlebih dahulu harus mengajukan permohonan pengesahan nikahnya ke pengadilan agama (Huda, 2014).
Perkawinan yang memenuhi syarat dan rukun pernikahan secara agama saja, sebagaimana yang diatur dalam fikih berbagai madzhab, dengan demikian adalah sah menurut hukum negara. Hal ini dikarenakan Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, dalam pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Artinya bahwa negara mengakui keabsahan suatu pernikahan yang dilaksanakan sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Namun hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya ini tentu secara akademik sangat luas sekali. Dalam hukum Islam, terdapat fikih Maliki, fikih Hanafi, fikih Syafii, fikih Hambali serta fikih madzhab yang lain yang masih ada hingga saat ini. Artinya, tidak dilakukan pencatatan di depan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) tidak juga mengurangi sahnya perkawinan.
Hanya saja melangsungkan pernikahan tidak dihadapan PPN tentu tidak akan mendapatkan perlindungan serta kepastian hukum. Sebagaimana hal itu dinyatakan dalam pasal 6 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam (KHI), Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum. Pernikahan semacam ini dimaknai dengan nikah sirri, nikah secara agama atau nikah dibawah tangan. Dengan demikian, walaupun pernikahannya dianggap sah secara hukum negara, tetapi sebagai perbuatan hukum pernikahannya tidak diakui dan tidak dilindungi oleh negara disebabkan tidak adanya bukti tercatatnya pernikahan oleh lembaga yang diakui oleh negara . Ini tentu akan mengakibatkan tidak terjaminnya hak-hak dalam pernikahan manakala terjadi perceraian termasuk hak memperoleh warisan ataupun pensiun, dan perlindungan terhadap hak-hak anak, misalnya dalam membuat akta kelahiran, serta hak waris (Suaib & Ishak, 2018).
Ini berarti bahwa isbat nikah bisa diajukan salah satunya apabila pernah terjadi nikah sirri, nikah dibawah tangan, nikah secara agama, atau apapun namanya, dengan berbagai macam alasan, asalkan nikahnya itu dilakukan tidak dibawah pengawasan PPN, maka pernikahannya itu tidak mendapat perlindungan dan kepastian hukum sebagaimana disebutkan diatas. Supaya mendapatkan perlindungan dan kepastian hukumnya, maka orang yang sudah pernah melakukan nikah sirri harus mengajukan pengesahan nikah (isbat nikah) ke Pengadilan Agama (PA) (Oelangan, 2013).
Pengadilan Agama pada dasarnya akan menerima dan memeriksa permohonan isbat nikah tersebut melalui pemeriksaan lengkap pada tahap-tahap persidangan. Jika terbukti perkawinan tersebut sah secara agama dalam arti terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya, maka permohonan tersebut dapat dikabulkan dengan tidak membedakan baik perkawinan tersebut terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Perkawinan maupun perkawinan yang terjadi setelah berlakunya Undang-Undang Perkawinan.
## Pencatatan Isbat Nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ranowulu
Isbat nikah hasil putusan Pengadilan Agama kemudian oleh pasangan suami istri disampaikan ke Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama kecamatan untuk dicatatkan dan diterbitkan Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah berupa Buku Nikah kepada pasangan suami istri tersebut.
Pencatatan Perkawinan secara jelas disebutkan dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 2 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” . Dalam Undang-undang ini juga selain dinyatakan bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat- surat keterangan, suatu akta resmi yang juga dimuat dalam daftar pencatatan.
Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan, pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Kantor Urusan Agama Kecamatan yang selanjutnya disingkat KUA Kecamatan adalah unit pelaksana teknis pada Kementerian Agama, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan secara operasional dibina oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota.
Selanjutnya dalam pasal 2 disebutkan bahwa KUA Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan layanan dan bimbingan masyarakat Islam di wilayah kerjanya. Dari ketujuh misi Kemenag diatas, semuanya terurai dalam tugas dan fungsi KUA antara lain:
1. Pelaksanaan pelayanan, pengawasan, pencatatan, dan pelaporan nikah dan rujuk;
2. Penyusunan statistik layanan dan bimbingan masyarakat Islam;
3. Pengelolaan dokumentasi dan sistem informasi manajemen KUA Kecamatan;
4. Pelayanan bimbingan keluarga sakinah;
5. Pelayanan bimbingan kemasjidan; Pelayanan bimbingan hisab rukyat dan pembinaan syariah;
6. Pelayanan bimbingan dan penerangan agama Islam;
7. Pelayanan bimbingan zakat dan wakaf; dan Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KUA Kecamatan.
Dengan demikian, dalam mewujudkan visi dan misi tersebut diatas peran Kantor Urusan Agama sangat penting sekali. Ini dikarenakan KUA sebagai garda terdepan serta perpanjangan tangan Kementerian Agama yang bersentuhan langsung dengan masyarakat terutama dalam pencatatan pernikahan. Misi itu pula yang diemban oleh KUA kecamatan Ranowulu yang merupakan salah satu KUA kecamatan di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara-Indonesia yang mewilayahi 11 kelurahan yaitu: 1. Pinokalan, 2. Danowudu, 3. Dua Sudara, 4. Tewaan, 5. Apela Satu, 6. Apela Dua, 7. Kumersot, 8. Karondoran, 9. Pinasungkulan, 10. Batu Putih Atas, 11. Batu Putih Bawah. Pencatatan Isbat Nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan secara spesifik diatur dalam 3 ayat pada Pasal 25 Peraturan Menteri Agama (Permenag) Republik Indonesia nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Pernikahan.
Pada ayat 1 pasal 25 Permenag tersebut dijelaskan : “Pencatatan Nikah berdasarkan putusan Pengadilan Agama atau isbat nikah dapat dilakukan di KUA Kecamatan yang ditunjuk dalam penetapan Pengadilan Agama”. Selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan : “Dalam hal amar putusan pengadilan agama tidak menyebutkan KUA Kecamatan tertentu untuk mencatat isbat nikah, pencatatan dilakukan atas dasar: a. surat permohonan pencatatan isbat; dan b. surat pernyataan belum pernah mencatatkan isbat nikah pada KUA Kecamatan”. Dan pada ayat 3 dijelaskan : “Dalam hal isbat nikah dilakukan di kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, pencatatan dilakukan oleh PPN LN”.
Pasal 25 dalam Permenag inilah yang saat ini kemudian menjadi sandaran hukum bagi pihak Kantor Urusan Agama dalam melaksanakan pelayanan pencatatan isbat nikah di KUA termasuk di KUA kecamatan Ranowulu. Dalam pelayanan pencatatan isbat nikah di KUA kecamatan Ranowulu, selain membawa Surat Putusan Isbat nikah dari Pengadilan Agama, pasangan suami istri turut serta melampirkan persyaratan administratif lainnya berupa: 1). Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), 2). Fotokopi Kartu Keluarga, 3). Fotokopi akta kelahiran, 4). Fotokopi ijazah terakhir, 5). Fotokopi KTP 2 orang saksi, 6). Materai 10.000 (2 lembar), 7). Pas foto latar biru ukuran 4x6 = 1 lembar, 3x4 = 4 lembar dan 2x3 = 4 lembar dengan menggunakan busana muslim (berkopiah/berjilbab).
Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133 Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
Persyaratan diatas dibawa oleh pasangan suami istri ke KUA kemudian diperiksa semua dokumennya dan selanjutnya dicatat dalam akta nikah serta diterbitkan buku nikahnya. Sejak berlakunya Permenag nomor 20 tahun 2019, pencatatan isbat nikah di KUA kecamatan Ranowulu dengan sebab nikah sirri berjumlah 6 peristiwa, sedangkan total peristiwa dan pencatatan nikah yang telah ditangani berjumlah 82 pasang.
Tabel 1. Pencatatan Nikah di KUA Kecamatan Ranowulu
No. Tahun Jumlah Peristiwa Nikah Jumlah Pencatatan Isbat Nikah Jumlah Pencatatan (3+4) 1 2 3 4 5 2. 2019 22 3 25 3. 2020 21 1 22 4. 2021 19 1 20 5. 2022 (Januari sd. November) 20 1 21 Total Jumlah 82 6 88
Sumber : Data Kantor Urusan Agama kecamatan Ranowulu
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap tahun pencatatan isbat nikah di KUA kecamatan Ranowulu selalu ada sekalipun jumlahnya tidak signifikan. Namun hal itu cukup berbanding dengan jumlah peristiwa nikah yang ada. Apabila hal ini dirata-ratakan dengan asumsi setiap 20 peristiwa nikah dalam 1 tahun ada 1 pencatatan isbat nikahnya, maka di KUA kecamatan yang jumlah peristiwa nikahnya mencapai ratusan hingga ribuan pasang per tahun, maka akan ada jumlah pencatatan isbat nikah yang cukup signifikan di KUA kecamatan tersebut.
Apalagi tren isbat nikah di tahun-tahun belakangan ini cukup terbuka dengan adanya program Layanan Isbat Nikah Terpadu yang digelar oleh Pengadilan Agama Bitung bekerjasama dengan Kementerian Agama Kota Bitung dan Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Kota Bitung. Kenyataan ini menunjukkan bahwa isbat nikah masih menjadi “alternatif” pilihan bagi pasangan suami istri yang belum mengantongi legalitas pernikahan untuk mendapatkan buku nikah dari KUA. Bila hal ini dibiarkan, maka kondisi kelesuan penghulu dalam pencatatan isbat nikah akan bisa berdampak pada sikap acuh tak acuh terhadap putusan isbat nikah. Apalagi pencatatan pernikahan hasil isbat di KUA tidak dipungut biaya alias gratis sehingga tidak ada biaya pengembalian dari negara selayaknya biaya jasa profesi saat melaksanakan pengawasan akad nikah di luar balai nikah.
Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133 Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
## Penghulu dan Angka Kreditnya dalam Pencatatan Isbat Nikah
Bila mencermati dan menganalisis tugas pokok penghulu dalam Permenpan-RB diatas, tidak disebut dan ditemukan satupun butir kegiatan kepenghuluan dalam semua jenjang jabatannya yang “memerintahkan” atau paling tidak menjelaskan tentang kegiatan pencatatan pernikahan atas isbat nikah di KUA. Akibat tidak tersedianya kegiatan pencatatan isbat nikah dalam kegiatan kepenghuluan, maka tidak ada angka kredit yang tersedia bagi penghulu saat melaksanakan pencatatan tersebut. Sementara angka kredit merupakan salah satu syarat dalam kenaikan pangkat dan jabatan fungsional Penghulu. Padahal dalam proses pencatatannya, terlebih dahulu akan dilaksanakan pemeriksaan dokumen berkas permohonan terhadap pasangan suami istri yang bersangkutan (Farabi, 2020).
Cukup menjadi alasan tentunya jika hal ini menjadi kelesuan tersendiri bagi Penghulu tatkala ada pasangan suami istri yang hendak mencatatkan isbat nikah mereka di Kantor Urusan Agama. Isbat nikah yang hendak dicatatkan, oleh sebagian penghulu, terkadang dianggap sebagai beban tugas atau menambah- nambah urusan saja. Hal ini pula cukup dirasakan sebagai “kerugian” oleh penghulu pada KUA kecamatan Ranowulu. Ini cukup beralasan mengingat jumlah peristiwa pernikahan di KUA kecamatan Ranowulu per tahunnya terbilang sangat minim. Sehingga bila pencatatan isbat itu masuk dalam kegiatan kepenghuluan dan bisa meraup angka kredit, maka akan menggedor semangat penghulu untuk melaksanakan tugas pencatatan tersebut.
Namun setelah dianalisa, anggapan bahwa isbat nikah yang hendak dicatatkan dianggap sebagai beban tugas atau menambah-nambah urusan saja tidak sepenuhnya benar, dan dapat dibilang keliru. Bahkan penghulu tidak perlu lesu atau merasa rugi dengan hal itu, sebab kewenangan pencatatan isbat nikah di KUA sepenuhnya diserahkan kepada Kepala Kantor Urusan Agama yang juga merupakan Penghulu dengan tugas tambahan sebagai Kepala KUA, bukan kepada Penghulu yang tidak diberikan tugas tambahan dimaksud. Dan karena salah satu kewenangan serta tanggungjawab sebagai Kepala KUA itulah, maka diberikan angka kredit kepadanya.
Pada pasal 21 ayat 4 Permenag nomor 20 tahun 2019 disebutkan bahwa Akta Nikah dan Buku Nikah ditandatangani oleh Kepala KUA Kecamatan. Sebagai Kepala KUA, Penghulu mendapatkan tambahan Angka Kredit 15% (lima belas persen) dari Angka Kredit penjenjangan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi (Permenpan-RB Pasal 41 ayat 1), dan diberikan untuk satu kali kenaikan pangkat/jenjang selama melaksanakan tugas (Permenpan-RB Pasal 41 ayat 2). Hal ini dapat dijelaskan sebagaimana bagan berikut:
Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133 Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
Gambar 1. Proses angka kredit pada pencatatan nikah di KUA Ranowulu
Angka Kredit 15% sebagaimana dimaksud diberikan karena jabatan tambahannya sebagai Kepala KUA, yang didalamnya juga dapat dimaknai mencakup kewenangan serta tanggungjawabnya dalam pencatatan isbat nikah. Dan karena Penghulu yang tidak mendapatkan tugas sebagai Kepala KUA tidak mendapatkan kewenangan menandatangani buku nikah, maka penghulu yang bersangkutan tidak pula mendapatkan angka kredit dari pencatatan isbat nikah.
Bagi penghulu tanpa tugas tambahan sebagai Kepala KUA, dalam kegiatan kepenghuluan yang berkaitan dengan isbat nikah dapat melaksanakan tugas yakni mengkaji dan melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lintas sektoral/vertikal/dan lembaga keagamaan tentang nikah siri sehingga dapat mendapatkan angka kredit dari butir kegiatan dimaksud.
Namun demikian, penulis berpandangan bahwa alangkah baiknya bila rangkaian pencatatan isbat nikah di KUA dapat pula diberikan angka kreditnya kepada penghulu, secara keseluruhan tanpa memandang tugas tambahannya sebagai Kepala KUA, berupa kegiatan pemeriksaan dokumen permohonan pencatatan isbat nikah disamping kegiatan kepenghuluan lainnya yang berkaitan dengan nikah siri yaitu dengan menambahkannya dalam Permenpan-RB nomor 9 tahun 2019 tanpa mengabaikan serta ditunjang oleh peraturan perundang-undangan lainnya.
## KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Permenpan-RB Nomor 9 Tahun 2019 tidak mencantumkan butir kegiatan kepenghuluan tentang pencatatan isbat nikah. Kewenangan pencatatan isbat nikah di KUA, mulai pemeriksaan dokumen hingga diterbitkannya akta dan buku nikah, diberikan
Penghulu
Penghulu dengan tugas tambahan sebagai Kepala KUA Penghulu tanpa tugas tambahan sebagai Kepala KUA Melaksanakan pencatatan itbat nikah Tidak memiliki kewenangan pencatatan itsbat nikah Mendapat angka kredit
Tidak mendapat angka kredit
Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133
Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
sepenuhnya kepada Penghulu yang diberikan tugas tambahan sebagai Kepala Kantor Urusan Agama. Karena tugas tambahannya sebagai Kepala KUA, maka penghulu mendapatkan tambahan angka kredit. Namun alangkah baiknya proses pencatatan isbat nikah di KUA dapat dimasukkan dalam kegiatan kepenghuluan. Kegiatan tersebut berupa kegiatan pemeriksaan dokumen permohonan pencatatan isbat nikah serta diberikan angka kredit kepada seluruh penghulu disamping kegiatan kepenghuluan lainnya yang berkaitan dengan nikah siri, yaitu dengan menambahkannya dalam peraturan atau regulasi tanpa mengabaikan peraturan perundang-undangan lainnya.
## REFERENSI
Amien, M. (2012). Kepastian Hukum “Isbat Nikah” terhadap Status Perkawinan (Penelitian Asas, Teori, Norma dan Praktik Penerapannya dalam Putusan Pengadilan) . Puslitbang Kumdil.
Aminuddin, H., Ma’mun, T. N., Dienaputra, R. D., & Sudjana, U. (2019). THE FUNCTION AND POSITION OF PENGHULU IN RAFFLES KITAB HUKUM MANUSCRIPT (1814). Journal of Indonesian Islam , 13 (1), 177– 199.
Ananta, P. W., & Winiarti, S. (2013). Sistem Pendukung Keputusan Dalam Penilaian Kinerja Pegawai Untuk Kenaikan Jabatan Pegawai Menggunakan Metode Gap Kompetensi (Studi Kasus Perusahaan Perkasa Jaya Compuretail). Jurnal Sarjana Teknik Informatika , 1 (2), 574–583.
Arsi, R. M., & Partiwi, S. G. (2012). Analisis Beban Kerja untuk Menentukan Jumlah Optimal Karyawan dan Pemetaan Kompetensi Karyawan Berdasar Pada Job Description (Studi Kasus: Jurusan Teknik Industri, ITS, Surabaya). Jurnal Teknik ITS , 1 (1), A526--A529.
Burhanudin, J. (2014). The Dutch Colonial Policy on Islam: Reading the Intellectual Journey of Snouck Hurgronje. Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies , 52 (1), 25–58.
Farabi, A. (2020). The State Penghulu vs The Non-State Penghulu: The Validity and Implementing Authorities of Indonesian Marriage. Justicia Islamica , 17 (2), 343–364.
Fauzi, M. L. (2019). Registering Muslim marriages: Penghulu, Modin, and the struggles for influence. Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies , 57 (2), 397– 424.
Huda, M. (2014). Yurisprudensi Isbat Nikah Dalam Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam. Religi: Jurnal Studi Islam , 5 (1), 43–71.
Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law Vol. 2 No. 2 (2022): 121-133
Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/almujtahid
Munawir, A. W. (2011). Al Munawir Kamus Arab-Indonesia . Pustaka Progressif.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian Cetakan Keenam . Penerbit Ghalia Indonesia.
Oelangan, M. D. (2013). Isbat Nikah Dalam Hukum Islam Dan Perundang- Undangan Di Indonesia. Pranata Hukum , 8 (2), 137–147.
Purohit, B., & Martineau, T. (2016). Issues and challenges in recruitment for government doctors in Gujarat, India. Human Resources for Health , 14 (1), 1– 14.
Ridwan. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenaikan Pangkat/Jabatan Fungsional Penghulu Pada KUA Dalam Wilayah Kerja Kantor Kementerian Agama Kota Palembang. Jurnal Perspektif , 13 (2), 111–121.
Rosliana, L., Kusumaningrum, M., Hidayah, K., Arieyasmieta, W. L., & others. (2019). Strategi Pemetaan Kompetensi pada Seleksi Calon Penghulu di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Jurnal Borneo Administrator , 15 (3), 293–312.
Suaib, R., & Ishak, A. (2018). Eksistensi Peran Penghulu dalam Pencatatan Perkawinan Terhadap Kasus Ayah Angkat dalam Akta Kelahiran. Al-Mizan , 14 (2), 202–219.
Sudrajat, T., Kunarti, S., & Hartini, S. (2019). Bridging The Legal Gap Between Open Selection and Internal Selection of State Civil Apparatus Promotion In Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science , 255 (1), 12–53.
Sururie, R. W. (2017). Polemik Di Seputar Hukum Isbat Nikah Dalam Sistem Hukum Perkawinan Indonesia. Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam , 11 (2), 233–246.
Syarifuddin, S. (2018). Fungsionalisasi Jabatan Penghulu Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja KUA Kecamatan Di Kota Manado. Potret Pemikiran , 19 (2).
Usman, A. M., & others. (2021). Kewenangan Pencatatan Nikah Melalui Penghulu Dan Kepala KUA Dalam Perspektif Peraturan Menteri Agama Dengan Peraturan Pendayagunaan Aparatur Negara. Harmoni , 20 (1), 144–165.
Zainuddin, A. (2022). Legalitas Pencatatan Perkawinan melalui Penetapan Isbat Nikah. Al-Mujtahid: Journal of Islamic Family Law , 2 (1), 60–72.
|
2b54fc1d-6ef6-47a4-a03e-3852a21f79a2 | https://savana-cendana.id/index.php/SC/article/download/464/218 |
## Penampilan Hasil Gabah dan Karakter Agronomi Padi Hibrida di Bantul, Yogyakarta
Bambang Sutaryo a , dan Cicilia Tri Kusumastuti b a Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, DIY, Indonesia, email: [email protected]
b Fakultas Pertanian, Universitas PGRI Yogyakarta, DIY, Indonesia, email: [email protected]
Article Info Abstrak Article history: Received 1 Oktober 2018 Received in revised form 11 Oktober 2018 Accepted 15 Oktober 2018
Penelitian tentang penampilan hasil gabah dan karakter agronomi padi hibrida pada lahan sawah berpengairan teknis, di Bantul, Yogyakarta untuk lima varietas padi hibrida yaitu Hipa 8, Hipa 9, Hipa Jatim 2, Hipa 18 dan Hipa 19 dilaksanakan di Sonopakis, Bantul, Yogyakarta selama musim kemarau (MK) 2015. Bibit berumur 15 hari dengan satu bibit per lubang ditanam secara jajar legowo (tajarwo) 4:1, jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm, dengan 256.000 populasi tanaman. Luas plot per varietas adalah 2000 m2. Varietas tersebut digunakan sebagai perlakuan. Ciherang dan IR64 sebagai varietas populer yang ditanam dengan populasi yang sama oleh petani digunakan sebagai pembanding. Data dianalisis dengan uji t. Hipa 8 dan Hipa 19 memberikan hasil tertinggi (7,9 dan 7,5 t/ha) dibandingkan dengan varietas pembanding maupun varietas yang diuji lainnya. Hasil tertinggi pada Hipa 8 dan Hipa 9 tersebut didukung oleh komponen hasil utama yaitu jumlah gabah isi, jumlah gabah total, dan jumlah anakan produktif. Semua varietas yang dikaji berumur genjah sampai sedang, kecuali Hipa 9 dan Hipa Jatim 2 dengan umur tanaman masing-masing 120 dan 123 hari.
DOI:
https://doi.org/10.32938/sc.v3i04.464 Keywords: Hipa, Ciherang, IR64
## 1. Pendahuluan
Untuk merealisasikan swasembada pangan yang mencakup padi jagung dan kedelai dalam dua hingga tiga tahun mendatang, pemerintah memprioritaskan empat hal yaitu bibit unggul, pupuk, waktu tanam yang tepat dan perbaikan fasilitas pengairan. Mengingat sejak lima tahun terakhir 2009- 2013 kondisi peningkatan produksi dan pemenuhan kebutuhan pangan tiap-tiap komoditas berbeda, maka pemerintah menargetkan swasembada padi pada tahun 2015 sebanyak 73 juta ton ( Satoto dkk . 2010 ).
Produksi padi tertinggi di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2009-2013), terjadi pada tahun 2013 yaitu 71,28 juta ton. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada 2012 produksi padi sebesar 69,06 juta ton dan pada tahun 2010 sebesar 65,98 juta ton. Laju peningkatan produksi padi tidak hanya didasarkan atas pertimbangan bibit unggul, pupuk, waktu tanam yang tepat, serta pembangunan fasilitas pengairan saja akan tetapi juga ditentukan oleh interaksi antara luasan areal tanam dan produktivitasnya ( Anonim, 2014 ).
Produksi padi di Yogyakarta pada tahun 2012 sebesar 893.620 ton dan ditargetkan menjadi 922.131 ton pada tahun 2014 ( Dinas Pertanian DIY, 2012 ). Salah satu upaya yang dilakukan untuk pencapaian tersebut adalah melalui peningkatan peran inovasi teknologi varietas unggul padi hibrida dan pelaksanaan budidaya secara pengelolaan tanaman terpadu (PTT) ( Pikukuh dkk . 2008 ).
PTT merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan keserasian dan sinergisme antara komponen teknologi produksi (budidaya) dengan sumberdaya lingkungan setempat ( Badan Litbang Pertanian, 2007 ). Dengan demikian, paket teknologi yang disiapkan bersifat spesifik lokasi, yang dapat menghasilkan sinergisme dan efisiensi tinggi, sebagai wahana pengelolaan tanaman dan sumberdaya spesifik lokasi ( Hasanudin, 2004 ). Salah satu komponen PTT adalah penggunaan padi varietas unggul baru (VUB) padi hibrida ( Satoto dkk. 2010 ).
Salah satu VUB padi yang memiliki cita rasa nasi pulen dan produksinya lebih tinggi daripada IR64 adalah Mekongga ( Sembiring, 2008 ). Walaupun pada beberapa tahun terakhir ini, Indonesia mengalami pelandaian laju peningkatan produksi padi sawah sebagai akibat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, namun peluang peningkatan produktivitas dan produksi padi masih terbuka lebar, antara lain melalui penerapan inovasi teknologi varietas unggul baru padi inbrida dan hibrida dengan produktivitas tinggi ( Badan Litbang Pertanian, 2007 ). Penanaman padi Indonesia memiliki potensi sekitar 11,5 juta hektar, 10 juta hektar di antaranya lahan sawah berpengairan teknis ( Darsana, 2002 ). Luas penanaman padi di Yogyakarta sekitar 155.457 hektar, yang terdiri atas 112.083 hektar lahan sawah dan 43.364 hektar lahan tadah hujan ( Dinas Pertanian DIY, 2012 ). Sedangkan, data sebaran varietas padi produk Badan Litbang Pertanian di Yogyakarta sampai dengan tahun 2012 menunjukkan bahwa varietas Ciherang, IR64, Situ Bagendit, Membramo, Pepe, Cisadane dan varietas lokal lainnya masih digunakan petani ( Dinas Pertanian DIY, 2012 ). Selain hal tersebut, para petani belum menggunakan teknologi dasar PTT seperti pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah, pengaturan populasi tanaman secara optimum dengan tanaman jajar legowo (tajarwo), pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan pengendalian hama terpadu.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penelitian tentang keragaan varietas unggul padi hibrida dengan pengelolaan tanaman terpadu perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keragaan varietas unggul padi hibrida melalui PTT dalam upaya memantapkan ketahanan pangan dengan meningkatkan produktivitas beras di Provinsi Yogyakarta.
## 2. Metode
Kajian keragaan hasil dan karakter agronomi varietas unggul padi hibrida melalui pengelolaan tanaman terpadu telah dilakukan di Sonopakis, Kasihan, Bantul, Yogyakarta selama musim kemarau (MK) 2015. Pengkajian menggunakan varietas unggul baru hibrida padi (Hipa) : Hipa 8, Hipa 9, Hipa Jatim 2, Hipa 18 dan Hipa 19. Varietas yang sudah dibudidayakan petani
setempat yaitu Ciherang dan IR64 digunakan sebagai pembanding. Lima varietas unggul baru tersebut ditanam masing-masing dengan luas 2000 m 2 .
Variabel-variabel yang diamati adalah (1) Hasil gabah kering panen per petak ditimbang secara ubinan (2,5 m x 2,5 m) sebanyak 10 sampel per petak, kemudian dikonversikan ke hektar; (2). Umur tanaman dihitung dari sebar benih sampai gabah masak panen. (3) Data pertumbuhan dan komponen hasil diambil berdasarkan rata-rata 10 tanaman contoh tiap petak ubinan, meliputi; (a) Tinggi tanaman; (b) Jumlah anakan per rumpun; (c) Jumlah gabah isi per malai, (d) Jumlah gabah hampa per malai, dan (e) Jumlah gabah total per malai. Selain variabel tersebut juga diamati ketahanan terhadap hama-penyakit yang ada selama pertumbuhan tanaman yang diamati secara visual berdasar penilaian skoring Standard Evaluation System for Rice (SES) ( IRRI, 1996 ).
Seluruh hasil pengamatan dianalisis untuk menguji hipotesis rata-rata populasi tiap VUB terhadap varietas pembanding terbaik, dengan α = 5%, (H 0 : µ 1 , µ 2 , µ 3 …….µ n = µ n+1 lawanH 1 : µ 1 , µ 2 , µ 3 …….µ n ≠ µ n+1 ; H 0 ditolak jika t hitung > t tabel ), dengan µ 1 , µ 2 , µ 3 …….µ n dan µ n+1 masing-masing adalah rata-rata hasil gabah dan komponen hasil untuk pengamatan tiap varietas dan varietas pembanding terbaik ( Gomez dan Gomez, 1995 ).
## 3. Hasil dan Pembahasan
Salah satu komponen teknologi penting yang memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani padi adalah varietas unggul. Selain hal tersebut komponen pengelolaan dan pemeliharaan budidaya tanaman yang baik juga merupakan komponen penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik sehingga dapat dipanen sesuai dengan yang diharapkan. Komponen teknologi tersebut sangat berperan dalam mengubah sistem usahatani padi dari subsistem menjadi usahatani padi yang komersial. Di samping itu kondisi lahan yang digunakan untuk kegiatan kajian ini merupakan salah satu sentra produksi padi sawah berpengairan teknis di Sonopakis, Kasihan, Bantul sehingga diharapkan dapat mendukung keberhasilan pengkajian ini.
## 3.1 Pertumbuhan Tanaman
a. Tinggi Tanaman Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa tinggi tanaman varietas bervariasi mulai dari 102 cm (Hipa 9), hingga 122 cm (Hipa Jatim 2). Dengan demikian Hipa Jatim2 merupakan varietas padi hibrida dengan tinggi tanaman paling tinggi. Dalam deskripsi varietas unggul baru padi (VUB), Hipa Jatim 2 juga memiliki tinggi sekitar 120 cm ( Badan Litbang Pertanian, 2013 ). Tanaman dengan ketinggian yang relatif tidak tinggi dapat terhindar dari kerebahan yang disebabkan oleh angin kencang. Tanaman yang rebah dapat menurunkan hasil gabah ( Sutaryo & Sudaryono, 2012 ).
Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan Produktif per Rumpun, dan Umur Tanaman Varietas Padi Hibrida, di Sonopakis, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, MK2015.
Varietas Padi Hibrida / Pembanding Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan (batang) Umur Tanaman (hari) Hipa 8 Hipa 9 Hipa Jatim 2 Hipa 18 Hipa 19 Ciherang IR64 121,0 * 102,0 * 122,0 * 111,0 ns 114,0 ns 114,0
108,0
22,0 * 14,0 ns
20,0*
18,0 ns
21,0* 16,0 15,0 116 ns 120 *
123 *
112 ns 115 ns 114
116
Keterangan: * dan ns masing-masing adalah beda nyata dan tidak beda nyata terhadap Ciherang sebagai varietas pembanding terbaik pada uji t pada tingkat 5%.
b. Jumlah Anakan Produktif
Jumlah anakan produktif antar varietas padi beragam. Varietas yang memiliki jumlah anakan terbanyak ternyata Hipa 8 (22 batang), sedangkan yang paling sedikit anakannya adalah Hipa 9 (14 batang) ( Tabel 1. ). Secara umum, jumlah anakan yang diperoleh oleh kelima varietas unggul padi hibrida tersebut tergolong cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh penanaman bibit yang sudah mengikuti pola pengelolaan tanaman terpadu, yaitu penanaman dengan jumlah bibit 1-2 batang per lubang. Dilaporkan, bahwa makin banyak jumlah bibit yang ditanam per lubangnya, semakin sedikit jumlah anakan produktifnya ( Simarmata, 2006 ). Hasil penelitian lapang di Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat, bahwa padi yang ditanam dengan 3-5 bibit per lubang, tanaman hanya menghasilkan anakan sekitar 20 anakan per lubang, dengan 2 bibit per lubang menghasilkan anakan sekitar 25 anakan per lubang, dan yang ditanam 1 bibit per lubang mampu menghasilkan sekitar 30 anakan per lubang ( Simarmata, 2006 ). Diindikasikan bahwa makin banyak jumlah bibit akan menyebabkan terjadinya persaingan di antara bibit tanaman padi untuk memperoleh nutrisi dan faktor tumbuh lainnya.
c. Umur Tanaman Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa umur tanaman paling genjah adalah Hipa 18 (112 hari) dan diikuti oleh Ciherang (114 hari), Hipa 19 (115 hari), Hipa 8 (116 hari), IR64 (116 hari) dan Hipa Jatim 2 (123 hari) yang semuanya dikelompokkan ke dalam umur sedang (>110-125 hari) ( Suprihatno dkk . 2009 ). Dari kelima Hipa tersebut, Hipa 18 berumur lebih cepat (112 hari), sedangkan Hipa Jatim 2 berumur paling lama (123 hari). Keadaan tersebut sesuai dengan deskripsi (Badan Litbang Pertanian, 2013). Pada kenyataannya petani lebih menyukai tanaman padi yang berumur genjah sampai sedang, karena kondisi tanaman tetap bagus, tidak roboh, tidak terserang hama burung, dan yang lainnya ( BPTP Yogyakarta, 2011 ).
## 3.2 Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit
Pada Tabel 2. dapat dilihat, bahwa Hipa 8 berdasarkan pengamatan di lapang menunjukkan ketahanan terhadap BLB, sedangkan Hipa 9, Hipa Jatim 2, Hipa 18, Hipa 19 dan IR64 agak tahan terhadap BLB. Ciherang ternyata peka terhadap BLB. Penyakit BLB ini muncul menjelang tanaman akan berbunga. Terserangnya tanaman oleh penyakit BLB ini diduga karena kondisi lingkungan mikroklimat yang agak lembab pada saat akhir fase vegetatif. Namun karena masing-masing varietas Hipa, Ciherang dan IR64 memiliki karakter ketahanan yang berbeda, maka tingkat serangan yang terjadi juga beragam ( Sudir & Suparyono, 2000 ). Infeksi alam di lapangan lebih parah pada musim hujan dibandingkan dengan yang ada pada musim kemarau ( Sudir & Sutaryo, 2011 ).
Tabel 2. Ketahanan Varietas Padi Hibrida terhadap Penyakit BLB, di Sonopakis, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, MK2015.
No Varietas Padi Hibrida/Pembanding Ketahanan Terhadap Penyakit (BLB) * 1 2 3 4 5 6 7 Hipa 8 Hipa 9
Hipa Jatim 2 Hipa 18
Hipa 19 Ciherang IR64 3
5 5 5
5 7
5
Keterangan: * Skor berdasarkan standard evaluation system for rice (SES) IRRI,1996; 1 = sangat tahan, 3= tahan, 5 = agak tahan, 7 = peka,9 = sangat peka, BLB = Bacterial Leaf Blight = hawar daun bakteri (HDB).
3.3 Jumlah Gabah Isi, Jumlah Gabah Hampa, dan Jumlah Gabah Total per Malai
Tabel 3. memperlihatkan bahwa jumlah gabah isi per malai paling banyak diberikan oleh Hipa 8 (188 butir), sedangkan paling sedikit (168 butir) diberikan oleh Hipa Jatim 2 dan IR64. Jumlah gabah isi yang cukup banyak tersebut merupakan salah satu faktor penentu tingginya hasil yang diperoleh ( Sutaryo, 2012 ).
Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Gabah Isi per Malai, Jumlah Gabah Hampa per Malai, Jumlah Gabah Total per Malai, dan Hasil Gabah Kering Panen Varietas Padi Hibrida di Sonopakis, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, MK 2015. Varietas Padi
Hibrida / Pembanding Jumlah Gabah Isi per Malai (butir) Jumlah Gabah Hampa per Malai (butir) Jumlah Gabah Total per Malai (butir) Hasil Gabah (t/ha GKP) Hipa 8 Hipa 9 Hipa Jatim 2 Hipa 18 Hipa 19 Ciherang IR64 190 * 177 ns 168 ns
175 ns
187 * 173
168
12 ns 16 ns
18 ns 17 ns
13 ns
18 18 202*
193 ns
186 ns 192 ns 200* 191 186 7,9 * 6,6 ns 6,5 ns 7,0 ns 7,5 * 6,3 6,1
Keterangan: * dan ns masing-masing adalah beda nyata dan tidak beda nyata terhadap Ciherang sebagai varietas pembanding terbaik pada uji t pada tingkat 5%.
Selain memiliki gabah isi per malai tertinggi, Hipa 8 ternyata mempunyai jumlah gabah hampa per malai paling sedikit ( Tabel 3. ). Dalam hal jumlah gabah hampa ini seluruh VUB yang dikaji ternyata tidak berbeda dibanding dengan varietas pembanding terbaik (Ciherang).
Pada Tabel 3. terlihat bahwa jumlah gabah total per malai tertinggi dihasilkan oleh Hipa 8 yaitu 202 butir, sedangkan yang terendah dihasilkan oleh Hipa Jatim 2 dan IR64 yaitu 186 butir. Dari data jumlah gabah hampa dan dengan mempertimbangkan jumlah gabah total dari varietas padi yang diuji, maka hasil gabah dari varietas padi tersebut masih bisa ditingkatkan lagi, dengan lebih mengoptimalkan takaran dan cara pemupukan yang lebih tepat ( Rustiati & Abdulrachman, 2011 ). Hasil gabah juga masih dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan tanam jajar legowo-nya, karena kondisi pencahayaan matahari dan radiasi surya yang optimal dapat meningkatkan produktivitas padi ( Hermanto, 2007 ) .
3.4 Hasil Gabah Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa hasil gabah VUB tertinggi di Sonopakis, Kasihan, Bantul, Yogyakarta diberikan oleh Hipa 8 yaitu 7,9 t/ha GKP diikuti oleh Hipa 19 (7,5 t/ha GKP), Hipa 18 (7,0 t/ha GKP), Hipa 9 (6,6 t/ha GKP), dan Hipa Jatim 2 (6,5 t/ha GKP), sementara Ciherang dan IR64 menghasilkan 6,3 dan 6,1 t/ha GKP. Walaupun Hipa 18, Hipa 9 dan Hipa Jatim 2 memberikan hasil berturut-turut 0,7; 0,3 dan 0,2 ton lebih tinggi dari Ciherang, namun hasil tersebut tidak berbeda nyata. Sedangkan Hipa 8 dan Hipa 19 dengan hasil berturut-turut 1,6 dan 1,2 ton secara nyata lebih tinggi di atas Ciherang. Bila dilihat dari asal- usul tetua, tiga padi hibrida tersebut ini merupakan hasil persilangan yang salah satu tetuanya adalah pemulih kesuburan asal Indonesia yang memiliki daya adaptabilitas tinggi. Dengan demikian keragaan tiga padi hibrida tersebut memiliki keunggulan antara lain dalam hal umur tanaman, tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, kebernasannya, kepulenannya, dan Hipa 8 memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap penyakit kresek (HDB= hawar daun bakteri).
Secara keseluruhan, hasil yang diperoleh dari kajian varietas padi hibrida melalui pengelolaan tanaman terpadu ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil yang tertera dari deskripsi varietas unggul baru padi ( Badan Litbang Pertanian, 2013 ). Kenyataan ini mengindikasikan bahwa peran dan kontribusi pengelolaan tanaman terpadu secara significan mampu meningkatkan hasil gabah.
## 4. Simpulan
Keragaan hasil gabah dan karakter agronomis padi hibrida di lahan sawah berpengairan teknis Sonopakis, Kasihan, Bantul, Yogyakarta terbukti mampu mendorong peningkatan produktivitas usahatani varietas padi hibrida Hipa 8 dan Hipa 19. Varietas Hibrida yang memiliki kelayakan secara berturut-turut mulai paling tinggi sampai terendah adalah Hipa 8, Hipa 19, Hipa 18, Hipa 9, dan Hipa Jatim 2. Penerapan budidaya PTT pada varietas padi hibrida dapat diandalkan untuk menstabilkan ketahanan pangan khususnya padi di Yogyakarta.
## Pustaka
Anonim. 2014. Peningkatan produksi padi nasional. Online (Diakses 26 September 2014).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Petunjuk teknis lapang. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 2013. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi Inbrida padi irigasi (Inpari), inbrida padi gogo (Inpago), Inbrida padi rawa (Inpara), dan hibrida padi (Hipa). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 2011. Laporan Akhir Pendampingan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Display Padi Varietas Unggul Baru (VUB). BBP2TP-Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
Darsana, P. 2002. Agribisnis padi hibrida dan penyediaan benihnya. Seminar Padi Hibrida: Padi hibrida suatu peluang untuk meningkatkan ketahanan pangan dan agribisnis. Kerjasama Fakultas Pertanian UGM dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta. 2012. Road Map Swasembada Berkelanjutan 2010-2014. Yogyakarta: Dinas Pertanian DIY.
Gomez, K.A., dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Edisi Kedua. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Hasanuddin, A. 2004. Pengelolaan tanaman padi terpadu; suatu strategi pendekatan teknologi spesifik lokasi. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUB Lainnya 31 Maret-3April 2004, di Balitpa, Sukamandi.
Hermanto. 2007. PTT andalan peningkatan produksi padi nasional. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia . 26 (2): 14-15.
IRRI. 1996. Standard evaluation systemfor rice (3rd ed.). IRRI. Los Banos Philippines.
Pikukuh, B., S. Roesmarkam, dan S.Z. Saadah. 2008. Pengenalan varietas unggul baru di Jawa Timur untuk Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Buku 1. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008.
Rustiati, T., dan S. Abdulrachman. 2011. Komparatif beberapa metode penetapan kebutuhan pupuk pada tanaman padi. Prosiding Seminar Ilmiah
Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. Buku 2. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Satoto, A. Gani, S.T. Utomo, P. Sasmita, D. Setiobudi, T.S. Kadir, A. Guswara,
P. Wibowo, E. Suhartatik dan A. Ruskandar. 2010. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Hibrida. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sembiring, H. 2008. Kebijakan penelitian dan rangkuman hasil penelitian BB Padi dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
Simarmata, T. 2006. Teknologi peningkatan produksi padi (TPPP ABG) berbasis organik. Jakarta: PT. Gateway Internusa.
Sudir dan Suparyono. 2000. Evaluasi bakteri antagonis sebagai agensia pengendali hayati penyakit hawar pelepah dan busuk batang padi. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan . 19(2): 1-6. Sudir dan B. Sutaryo . 2011. Reaksi Padi Hibrida Terhadap Hawar Daun Bakteri. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 30(2): 88-94.
Suprihatno B, Darajat A, Satoto, Baehaki, Widiarta, Setyono A, Indrasari S, Lesmana O dan Sembiring H. 2009. Deskripsi Varietas Varietas Padi. Balai Besar penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian.
Sutaryo, B . , dan Tri Sudaryono. 2012. Tanggap Sejumlah Genotipe Padi Terhadap Tiga Tingkat Kepadatan Tanaman. Jurnal Ilmiah Pertanian AGROS . Yogyakarta: Fakultas Pertanian Universitas Janabadra. Sutaryo, B . 2012. Ekspresi daya hasil dan beberapa karakter agronomi enam padi hibrida indica di lahan sawah berpengairan teknis. Ilmu Pertanian ( Agricultural Science ). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 12(2): 1-18.
|
db250c05-2b35-48bd-a74b-91661f44c637 | https://journals.unihaz.ac.id/index.php/agroqua/article/download/2198/1081 |
## DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
## PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA KERITING ( Lactuca sativa L.)
## PADA DATARAN RENDAH DENGAN PEMBERIAN DOSIS DAN APLIKASI FREKUENSI BOKASHI DAUN LAMTORO
(Growth and Yield of Selada Keriting(Lactuca sativaL.) at Lowland With the doses and Frequency application of Bokashi leaf Lamtoro)
Sri Mulatsih * , Sarina dan Miftah Program Studi Agroteknologi Fakultas PertanianUniversitas Prof. Dr. Hazairin, S.H. Bengkulu Jl. Jenderal Sudirman No.185 Bengkulu, Indonesia *Corresponding Authors, Email: [email protected]
## ABSTRACT
The potential yield of lettuce cultivation can be increased by fertilization, either in the form of inorganic fertilizers or organic fertilizers. The continuous use of inorganic fertilizers in plant cultivation can have an adverse impact on the environment. Therefore, the use of organic fertilizers in agriculture can be an alternative and reduce the use of inorganic fertilizers among farmers. Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit) is a type of leguminous plant that has the potential to be used as a raw material for making bokashi fertilizer. The leaves of Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit)i have sufficient nutrient content and are in accordance with SNI standards. This study aims to determine the growth response and the best yield of curly lettuce plants in the lowlands at the dose treatment and application frequency of bokashi leaf fertilizer Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit). This research was conducted at Bumi Ayu village Selebar, Bengkulu City from April to May 2021. The research method used a Factorial Completely Randomized Design (CRD) with 3 replications. The first factor (bokashi dose) consisted of 5 levels (D1 : 5 t/ha, D2 : 10 t/ha, D3 : 15 t/ha, D4 : 20 t/ha and D5 : 200 kg/ha). The second factor (F1 : 1 MST, F2 : 2 times, 1 MST and 2 MSetT and F3 : 1 MST, 2 MST and 3 MST). The results showed that the dose of bokashi leaf Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit) of 15 tons/ha gave the best growth and yield as indicated by the variables of plant height, leaf diameter, and wet weight of curly lettuce. The dose of 15 t/ha gave the result in the form of fresh weight equivalent to 1,799 t/ha.
Keywords : Application, curly lettuce, growth organic fertilizers.
## ABSTRAK
Potensi hasil budidaya tanaman Selada dapat ditingkatkan dengan pemupukan.baik berupa pupuk anorganik maupun pupuk organik. Penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus pada budidaya tanaman dapat mengakibatkan dampak kurang baik terhadap lingkungan.sehingga dalam penggunaan pupuk organik dalam pertanian berdampak posistif selain mengurangi pemakaian pupuk anorganik dikalangan petani, dapat memanfaatkan dengan adanya tanaman daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) ternyata berpotensi untuk dijadikan bahan dasar pembuatan pupuk organik. Daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) ini memiliki kandungan hara yang sangat bagus san sesuai standar SNI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dan aplikasi frekuensi pupuk bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit) yang memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman selada keriting terbaik.. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bumi Ayu, Kec Selebar Kota Bengkulu dari bulan April sampai dengan Mei
DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
2021.Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama (dosis bokashi) terdiri 5 taraf (D1 : 5 t/h, D2 : 10 t.ha, D3 : 15 t/ha, D4 : 20 t/ha dan D5 : 200 kg/ha). Faktor kedua( F1 : 1 MST, F2 : 2 kali, 1 MST dan 2 MSetT dan F3 : 1 MST, 2 MST dan 3 MST). Hasil peneltian menunjukkan bahwa dosis bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) 15 ton/ha memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik yang ditunjukkan pada peubah tinggi tanaman , diameter daun dan berat basah tanaman selada keriting. Dosis 15 t/ha memberikan hasil berupa bobot segar setara dengan 1,799 t/ha.
Kata kunci : Aplikasi, selada keriting, pertumbuhan, pupuk organik
## PENDAHULUAN
Tanaman selada keriting ( Lactuca satica.l., ) merupakan kelompok tanaman hortikultura yang dikenal di masyarakat, jenis tanaman hortikultura ini banyak mengandung sumber mineral, vitamin A, vitamin C dan serat (Kaeni 2013). Pada dasarnya selada tumbuh di dataran tinggi, sedang sampai rendah. Pada dataran sedang (400-700) m dpl masih sangat sedikit yang membudidayakan tanaman selada tersebut. Selada keriting di Indonesia mulai dibudidayakan dari daerah dataran rendah sampai di daerah dataran tinggi, dengan mempertimbangkan beberapa pemilihan varietas yang cocok dengan lingkungan tumbuhnya (Rukmana, 1994).
Komoditas tanaman sayuran berupa selada ini pada awalnya hanya digunakan sebagai bahan obat-obatan kemudian dikenal sebagai bahan sayuran, selain itu selada dimanfaatkan untuk lalapan mentah, serta sayuran penyegar hidangan di pesta serta berguna untuk obat penyakit panas dalam serta memperlancar pencernaan (Sunarjono, 2004).
Seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kebutuhan gizi menyebabkan bertambah pesatnya permintaan akan sayuran terutama komoditas selada, sehingga tanaman ini sangat cocok untuk di budidayakan (Nazaruddin, 2003).
Berdasarkan Data Pusat Statistik (2017) produksi tanaman selada di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 627.611 ton per tahun. Permintaan terhadap sayuran semakin meningkat dan beraneka ragam jenisnya, salah satu yang banyak digemari masyarakat adalah tanaman selada (Chairani, 2017).
Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh 2 faktor, faktor pertama internal berupa gen, hormon, sedangkan faktor eksternal berupa cuaca, nutrisi, cahaya matahari, air dan kelembapan, suhu serta tanah. Guna mendapatkan produksi selada yang berkualitas, salah satu upaya adalah melalui perbaikan pemupukan yaitu dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik (Daryanto, 2010).
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang produknya berasal dari aktivitas kimia, fisik, biologis hasil industri maupun pabrik dengan keunggulan sebagai penambah unsur hara tanaman relatif lebih cepat, kandungan nutrisi lebih banyak, tidak berbau pekat, praktis dan mudah diaplikasikan ke tanaman. Adapun kelemahannya seperti harga relatif mahal, mudah larut, mudah hilang, menimbulkan polusi tanah dan
penggunaannya
yang berlebihan
menyebabkan penurunan kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah bahkan mengurangi penurunan produktivitas lahan semakin menurun (Lingga dan Marsono, 2002).
## DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
Pengunaan pupuk organik pada tanaman bersifat ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. Ini dikarenakan pupuk organik menyediakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain itu pupuk organik sebagai penyangga sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2006).
Kelebihan pupuk organik dibanding pupuk anorganik, yaitu dapat meningkatkan daya serap tanah terhadap air sehingga air tersedia bagi tanaman. Bahan organik mampu menyerap air dua kali lebih besar dari bobotnya, sehingga lingkungan yang demikian dapat dimanfaatkan untuk periode berikutnya (Nyoman, A, 2013).
Pupuk organik merupakan pupuk mineral dari sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami perombakan dan mampu meningkatkan kesuburan kimiawi , biologi dan sifat fisik tanah yaitu merangsang granulasi, meningkatkan suplai tanah serta ketersediaan unsur hara seperti N, P, K (Sulastri, 2017).
Menurut Pratiwi (2009) daun lamtoro berpotensi sebagai pupuk yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain itu juga pemanfaatan daun lamtoro ini hanya sebatas biji yang digunakan menjadi botok. Daun lamtoro mengandung bahan kimia yaitu kalsium 2,7%, pospor 0,17%, berat kering 34,5 %, protein kasar 21,5%, lemak 6,5, abu 6,28, sehingga daun Lamtoro sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pupuk organik daun lamtoro ini digunakan sebagai bahan utama pembuatan
pupuk organik karena mengandung unsur hara N yang tinggi sebesar 0,05 %, limbah daun lamtoro dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik sehingga mengurangi pencemaran lingkungan (Hardjowigeno, 2003).
Pupuk organik daun lamtoro juga memiliki kandungan hara yang tinggi dibandingkan pupuk dari bahan lainnya, menurut hasil penelitian Safitri dkk (2013) membuktikan bahwa kandungan pupuk organik daun lamtoro mengandung nitrogen sebesar 3% lebih tinggi. Sedangkan menurut penelitian Hardjowigeno (2003) hanya sebesar 0,05 %.
Dengan tingginya kandungan N pada pupuk organik daun lamtoro, maka limbah tersebut dapat dijadikan pupuk berkualitas baik dengan standar ramah lingkungan yang dapat menyuburkan tanah dari segi fisik, biologi maupun dari segi biologi tanah tersebut (Palimbungan dkk, 2006).
Menurut Wardhana, Indra (2016) menyatakan bahwa pada pemberian pupuk organik dengan dosis 20 ton/ha sudah cukup mampu memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman selada yang berkontribusi dalam penambahan jumlah daun dan dapat meningkatkan produksi tanaman selada.
Hasil penelitian Pratiwi (2009)
menyatakan bahwa daun lamtoro dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek tanah (Vanda sp.) pada campuran media tanamnya. Selanjutnya menurut Wandhana dan Indra (2015) mengemukakan bahwa pupuk organik daun Lamtoro memiliki potensi yang baik untuk digunakan pada tanaman sawi, pakcoy l selada merah dan tomat. Namun penelitian manfaat pupuk organik daun lamtoro pada tanaman selada keriting belum diteliti. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian
DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
mengenai pengaruh dosis dan frekuensi aplikasi bokashi daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada keriting
## BAHAN DAN METODE
Penelitian
dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah dosis bokashi daun Lamtoro (D), faktor kedua adalah frekwensi aplikasi. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Faktor pertama: dosis bokashi (D):
D1 : Pupuk bokashi daun Lamtoro, dosis
5 ton/ha = 12,5 g/polibag
D2 : Pupuk bokashi daun Lamtoro, dosis 10 ton/ha = 25 g/polibag
D3 : Pupuk bokashi daun Lamtoro, dosis
15 ton/ha = 37,5 g/polibag
D4 : Pupuk bokashi daun Lamtoro, dosis 20 ton/ha = 50 g/polibag D5 : NPK 200 Kg/ha = 0,5 g/polibag Faktor kedua: frekuensi aplikasi (F)
F1 : 1 kali pemupukan (1 Minggu
Sebelum Tanam)
F2 : 2 kali pemupukan (1 Minggu
Sebelum Tanam dan 2 Minggu Setelah Tanam)
F3
: 3 kali pemupukan (1 Minggu Sebelum Tanam, 2 MST dan 3 MST)
Bokashi daun Lamtoro dibuat dari bahan daun Lamtoro sebanyak 12 kg dan dedak 6 kg, diaduk sampai rata. Larutan fermentasi dibuat dengan melarutkan EM4 sebanyak 200 ml, gula 20 g ke dalam 5 liter air, diaduk sampai larut. Selanjutnya larutan
EM4 disiramkan sedikit demi sedikit pada campuran bahan sampai kondisinya lembab. Bahan yang sudah tercampur tersebut dimasukkan ke dalam plastik tebal lalu diikat kuat dan dimasukkan dalam ember dan ditutup rapat. Proses fermentasi berlangsung selama 7 hari.
Media tanam berupa tanah dicampur dengan pupuk bokashi sesuai perlakuan dosis yaitu D1 : 5 t/ha = 12,5 g/polibag, D2 : 10 t/ha = 25 g/polibag, D3 : 15 t/ha = 37,5 g/polibag, D4 : 20 t/ha = 50 g/polibag dan D5 : 200 kg NPK/ha = 0,5 g NPK/polibag. Aplikasi pupuk bokashi tersebut diberikan: F1 sekaligus 1 minggu sebelum tanam, F2 diberikan 2 kali yaitu pada 1 minggu sebelum tanam dan 2 MST dan F3 diberikan 3 kali yaitu pada 1 minggu sebelum tanam, 2 MST dan 3 MST.
Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit berumur 3 minggu ke dalam polibag dengan cara membuat lubang tanam sedalam 2-3 cm pada bagian tengah polibag. Pemeliharaan meliputi penyulaman apabila ada bibit yang tidak tumbuh, penyiangan, penyiraman bila tidak hujan, dan pemberian naungan.
Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter daun dan berat basah.tanaman. Adapun data pendukung yang diamati adalah warna, aroma, tektur, kandungan hara dan karakter biologi bokashi.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi hasil analisis ragam pada peubah pengamatan disajikan pada tabel 1 berikut.
## DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh dosis dan frekuensi aplikasi bokashi daun Lamtoro terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada
No. Peubah Pengamatan Dosis Frekuensi Interaksi 1. Tinggi Tanaman (6 MST) 3,37 * 0,16 tn 0,48 tn 2. Jumlah Daun (6 MST) 2,64 tn 0,09 tn 0,06 tn 3. Diameter Daun (6 MST) 7,31 * 0,42 tn 0,45 tn 4. Berat Basah (g) 3,10 * 0,27 tn 0,63 tn Keterangan : * = berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata tn = berpengaruh tidak nyata Berdasarkan data rekapitulasi sidik ragam pada tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa perlakuan dosis bokashi daun Lamtoro berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter daun dan berat basah. Sedangkan
perlakuan frekuensi aplikasi dokashi dan interaksi antara dosis dan frekuensi aplikasi bokashi menunjukkan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 2.Hasil uji DMRT pengaruh dosis bokashi daun Lamtoro terhadap tinggi tanaman umur 6 MST Dosis Bokashi Tinggi Tanaman (cm) D1 : Bokashi Daun Lamtoro 5 t/ha = 12,5 g/polibag 15,52 b D2 : Bokashi Daun Lamtoro 10 t/ha = 25 g/polibag 16,07 b D3 : Bokashi Daun Lamtoro 15 t/ha = 37,5 g/polibag 20,70 a D4 : Bokashi Daun Lamtoro 20 t/ha = 50 g/polibag 18,92 ab D5 : NPK 200 kg/ha = 0,5 g/polibag 19,41 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji DMRT 5 %
Respon tanaman selada pada pemberian dosis bokashi daun Lamtoro terhadap pertumbuhan tinggi tanaman terbaik ditunjukan pada perlakuan bokashi daun Lamtoro pada perlakuan dosis 15 ton/ha (D3) yaitu sebesar 20,70 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan D1 dan D2, sedangkan perlakuan D4 berbeda nyata dengan semua perlakuan (D3, D5, D2 dan D1) serta berbeda tidak nyata pada perlakuan D3 dan D5 (Tabel 2).
Perlakuan dosis bokashi daun Lamtoro berpengaruh sangat nyata terhadap peubah diameter daun umur 1 MST.dan pengaruh nyata pada umur 6 MST. Selanjutnya untuk melihat perlakuan dosis yang berbeda pada umur 1 MST diperoleh bahwa diameter terbesar pada perlakuan dosis bokashi 15 t/ha (D3) yaitu sebesar
0.94, berbeda tidak nyata dengan dengan perlakuan bokashi 20 t/ha (D4) dan NPK 200 kg/ha (D5), berbeda nyata dengan perlakuan 5 t/ha ( D1) dan 10 t/ha ( D2). Perlakuan dosis bokashi terhadap diameter daun pada umur 6 MST menunjukkan bahwa diameter daun terbesar pada perlakuan dosis 15 t/ha (D3) tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan D2, D4 dan D5 dan berbeda nyata dengan perlakuan D1. Diameter terkecil yaitu 9.52 pada perlakuan dosis 5 t/ha (D1) (Tabel 3).
Perlakuan dosis bokashi berpengaruh nyata terhadap bobot basah/hasil tanaman seledri, sedangkan frekuensi aplikasi dan interaksi antara keduanya menunjukkan berbeda tidak nyata. Selanjutnya hasil uji lanjut DMRT pengaruh bokashi terhadap
## DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
bobot basah/hasil tanaman seledri keriting diajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Hasil uji DMRT pengaruh dosis bokashi daun Lamtoro terhadap diameter daun umur 1 MST dan 6 MST Dosis Diameter Daun (cm) 1 MST 6 MST D1 : Bokashi Daun Lamtoro 5 t/ha = 12,5 g/plbg 0,61 b 9,52 b D2 : Bokashi Daun Lamtoro 10 t/ha = 25 g/plbg 0,78 c 11,45 a D3 : Bokashi Daun Lamtoro 15 t/ha = 37,5 g/plbg 0,94 a 12,77 b D4 : Bokashi Daun Lamtoro 20 t/ha = 50 g/plbg 0,81 ab 11,96 a D5 : Dosis NPK 200 kg/ha = 0,5 g/polibag 0,87 a 12,46 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji DMRT 5 %
Tabel 4. Hasil uji DMRT pengaruh dosis bokashi daun Lamtoro terhadap berat basah tanaman selada Dosis Bobot Basah Tanaman (g) D1 : Bokashi Daun Lamtoro 5 t/ha = 12,5 g/polibag 24,18 b D2 : Bokashi Daun Lamtoro 10 t/ha = 25 g/polibag 25,85 b D3 : Bokashi Daun Lamtoro 15 t/ha = 37,5 g/polibag 42,81 a D4 : Bokashi Daun Lamtoro 20 t/ha = 50 g/polibag 35,89 ab D5 : NPK 200 kg/ha = 0,5 g/polibag 39,89 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji DMRT 5% Perlakuan dosis 15 t/ha (D3)
memberikan bobot basah tertinggi yaitu 42,81 berbeda tidak nyata dengan perlakuan D4 dan D5, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D1 dan D2 (Tabel 4)
Karakteristik Fisik Bokashi Daun Lamtoro a. Aroma Pengamatan Aroma bokashi daun
Lamtoro (Leucaena leucocephala) (Lam) dewit ) dilakukan pada saat awal pembuatan dan pemanenan bokashi berumur 1 minggu. Hasil pengamatan aroma bokashi disajikan pada Tabel 5
Tabel 5. Hasil pengamatan aroma bokashi Pengamatan Aroma Bokashi Awal Pembuatan Bokashi Aroma Bahan Organik Daun Lamtoro Pemanenan Bokashi Aroma Tape Aroma bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) awalnya berbau bahan organik utama yaitu aroma daun Lamtoro itu sendiri sendiri. Namun pada saat pemanenan setelah 1 minggu terfermentasi aroma yang dihasilkan berubah menjadi aroma harum tape.
## b. Warna
Pengamatan warna bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) dilakukan pada saat awal pembuatan dan pada saat pemanenan bokashi pada umur 1 minggu. Hasil pengamatan warna bokashi disajikan pada Tabel 6.
## DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
Tabel 6. Hasil pengamatan warna bokashi Pengamatan Warna Bokashi Awal Pembuatan Bokashi Hijau Pemanenan Bokashi Cokelat Kekuningan Warna bokashi daun lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam ) dewit ) awalnya berwarna hijau dikarenakan warna yang dihasilkan berasal dari warna asli bahan utama bokashi itu sendiri berwarna hijau, sedangkan pada saat bokashi dikatakan matang berubah menjadi cokelat kekuningan.
## c. Tekstur
Pengamatan tekstur bokashi daun lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit) di lakukan pada saat awal pembuatan dan pemanenan umur 1 minggu bokashi dikatakan matang. Hasil pengamatan tekstur bokashi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil pengamatan tekstur bokashi Pengamatan Tekstur Bokashi Awal Pembuatan Bokashi Agak Kasar Pemanenan Bokashi Halus dan Tidak Menggumpal
Tekstur bokashi daun lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) pada awal pembuatan bertekstur agak kasar, namun pada saat bokashi dikatakan matang berubah menjadi tekstur agak halus tidak menggumpal.
Kandungan Unsur Hara
Analisis kandungan unsur hara
bokashi daun lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit) dilakukan pengujian di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas. Prof DR. Hazairin. S.H Bengkulu. Adapun unsur hara yang dianalisis yaitu C- organik, N-total, P, K.
Tabel 8. Hasil analisis kandungan unsur hara bokashi berumur 1 minggu Unsur Hara Kandungan (%) SNI Keterangan C Organik 15 % 9,8-32 Memenuhi N Total 4 % > 0,40 Memenuhi P 5 % > 0,20 Memenuhi K 0,5 % > 0,40 Memenuhi pH 4.00 6,8-7,49 Belum Memenuhi Hasil kandungan unsur hara pada bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) saat berumur 1 minggu menunjukan bahwa unsur C-organik, N-total, P dan K sudah memenuhi standar SNI, tetapi pada unsur pHmasih rendah pada bokashi belum memenuhi standar SNI bokashi.
Uji Kematangan Bokashi Daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala(Lam) dewit )
Hasil pengamatan tingkat kematangan bokashi dilakukan setelah bokashi berumur 1 minggu dan 2 minggu disajikan Tabel 9 dan 10.
Pertumbuhan dan Hasil Selada Keriting....
## DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
Tabel 9 . Uji Kematangan Bokashi Daun Lamtoro Umur 1 Minggu Ulangan L L1/L0 G1 G1/G0 (G1/G0)(L1/L0) X 100 I 10 1,00 14,80 1.01 101 % 2 10 1,00 14,30 0,97 97 % 3 10 1,00 13,50 0,93 92 % Kontrol 10 1,00 14,70
Uji kematangan bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) umur 1 minggu menunjukan bahwa persentase bokashi sudah dinyatakan sangat matang.
Hal tersebut dikarenakan bokashi sudah memasuki indeks perkecambahan yaitu 101
%, 97% dan 92%
Tabel.10. Uji kematangan bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit) Umur 2 Minggu
Uji Kematangan umur 2 minggu menunjukan bahwa persentase bokashi sudah dinyatakan sangat matang.Hal tersebut dikarenakan bokashi sudah memasuki indeks perkecambahan yaitu 108%, 93% dan 92%.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberiandosis bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) pada dosis 15 ton/ha memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik dibanding dosis bokashi lainnya yaitu berupa, tinggi tanaman, diameter daun dan bobot basah selada.Peningkatan pada tinggi tanaman dengan angka tertinggi sebesar 20,70 cm ini terjadi karena tanaman mendapatkan asupan hara yang optimal dari pupuk bokashi daun l amtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) yang mengandung nitrogen sebanyak 15%, dimana jumlah ini terbukti optimal untuk pertumbuhan tanaman selada keriting pada penelitian ini. Sejalan dengan pendapat
Nugroho (2012) yang menyatakan penggunaan unsur nitrogen lebih optimal dalam upaya peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman.
Pemberian bokashi daun lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman selada, Daun yang dihasilkan pada tanaman selada dari berbagai perlakuan relatif sama yaitu berkisar 4- 5 helai daun. Hal ini dimungkinkan karena aplikasi pemberian bokashi
Menurut Pracaya (2002) penyakit ini berkembang dengan cepat bila kelembapan tinggi dan suhu udara panas serta sering terdapat di daerah tropika. Selain itu juga menurut Nazaruddin (2003) bahwa penyakit Rhizoctonia solani ini disebabkan kondisi lahan terlalu lembab dengan ciri utamanya sklerotium berwarna cokelat dan biasanya
Ulangan L L1/L0 G1 G1/G0 (G1/G0)/(L1/L0) X 100 1 10 1,00 6,35 1,08 108% 2 10 1,00 5,50 0,93 93% 3 10 1,00 5,45 0,92 92% Kontrol 10 5,9
DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
daun yang terjangkit akan berwarna coklat dan akan mati jika pengaruh lingkungan terlalu panas.
Dosis bokashi
daun
Lamtoro( Leucaena leucocephala (Lam) dewit) 15 ton/ha menghasilkan diameter daun tertinggi pada umur 1 MST yaitu 0,94 cm dan pada umur 6 MST sebesar 12,77 cm dibandingkan dengan dosis bokashi 20 ton/ha. Hal ini di dukung olehhasil penelitian Lingga (2005) yang menyebutkan bahwa peningkatan diameter daun disebabkan oleh penggunaan nitrogen dimana pupuk bokashi daun Lamtoro yang mengandung unsur hara makro nitrogen yang cukup berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan fase vegetatif terutama diameter daun tersebut.
Data pengamatan berat basah per tanaman pada aplikasi bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) berpengaruh nyata terhadap berat basah per tanaman selada dengan perlakuan dosis 15 ton/ha menunjukanhasil tertinggi sebesar 42,81 g dibanding dosis perlakuan D5 (NPK) kontrol pada tanaman selada memberian unsur hara dan bahan organik yang cukup bagi tanaman dapat memperbaiki struktur tanah yang menyebabkan berat basah tanaman yang dihasilkan menjadi maksimal beratnya saat pemanenan tanaman selada.
Menurut Laksono (2014) adanya ketersediaan unsur hara yang cukup akan terserap oleh akar kemudian akan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, khususnya pembentukan daun menyebabkan berpengaruh pada bobot segar tanaman dan meningkatkan berat dari berat basah tanaman selada. Namun hasil tertinggi pada dosis 15 ton/ha dengan berat sebesar 42,81 gdengan hasil rata-rata produksinya mencapai 1,799 ton/ha. Angka ini belum dapat dikatakan
optimal dalam hasil produksinya jika dibandingkan dengan deskripsi selada keriting varietas Grand rapids sebesar 6-7 ton/ha, sedangkan berdasarkan Data Pusat Statistik Bengkulu (2020) produksi selada di daerah Bengkulu pada tahun 2020 sebesar 33,409 ton/ha sehingga berat yang dihasilkan belum mencapai standar produksi tanaman selada untuk wilayah Bengkulu. Hal ini dikarenakan tanaman selada biasanya di budidayakan pada wilayah dataran tinggi dengan memiliki ketinggian tempat sekitar1.000-1800 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan suhu udara 15-25 °C, sehingga pertumbuhan dan hasil dari tanaman selada dapat optimal dan berkualitas, sedangkan pada dataran rendah seperti di Bengkulu suhu rata-rata nya mencapai 31°C dan terkadang curah hujan turun tidak menentu ditambah dengan keadaan cuaca yang sangat panas menyebabkan tanaman selada tumbuh kurang optimal. Hal ini di dukung oleh pendapat Sumpena (2005) tanaman selada lebih cocok ditanam di daerah dataran tinggi dengan jenis tanah lempung berdebu, berpasir dan tanah yang masih mengandung humus, sedangkan menurut Sunarjono (2014) suhu yang cocok untuk budidaya tanaman selada adalah 15-25°C, apabila curah hujan yang terlalu tinggi dan kurangnya penyinaran
matahari menyebabkab penurunan hasil produktivitas tanaman selada. Frekuensi aplikasi bokashi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pertumbuhan tanaman selada keriting,. Hal ini diduga dengan umur tanaman 6 minggu, bokashi yang diberikan belum dapat dimanfaatkan/terabsorpsi secara maksimalkarena pengaruh penggunaan pupuk organik akan terlihat pengaruhnya dalam jangka waktu yang relatif lama/beberapa bulan setelah aplikasi.
## KESIMPULAN
Pemberian bokashi daun lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit )
DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST, diameter daun 1 MST dan 6 MST serta berat basah tanaman selada keriting pada dataran rendah. Dosis 15 ton/ha memberikan hasil terbaik. Namun demikian hasilnya belum mencapai optimal bila dibandingkan dengan diskripsi selada varietas Grand rapids .yang mencapai 6-7 ton/ha. Frekuensi aplikasi bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) berpengaruh tidak nyata terhadappertumbuhan dan hasil tanaman selada keriting pada dataran rendah. Interaksi antara dosis dan frekuensi aplikasi bokashi daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala (Lam) dewit ) berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil dari tanaman selada keriting pada dataran rendah
## DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. (2016). Organic Fertilizer And Biofertilizer . Jawa Barat (ID).
Cahyono, B. (2004). Teknik Budidaya Daya dan Analisis Usaha Tani Selada . CV. Aneka Ilmu, Semarang.114 hal.
Cahyono. (2005). Budidaya Tanaman Sayuran . Penebar Swadaya, Jakarta.
Chairani. (2003). Pengaruh organisme pelarut P, VAM, dan berbagai sumber P terhadap ketersediaan P tanah, serapan P tanaman, dan pertumbuhan tanaman Lamtoro ( Leucaena diversiyolia ) pada tanaman tipe Paleuduit. Kongres Nasional HITI VIII. Padang.
Dewanto, F.G., J.J.M.F. Londok, R.A.F. Tuturoong, dan W.B. Kaunang. (2013). Pengaruh pemukan anorganik dan organik terhadap produksi tanaman jagung sebagai sumber pakan. Jurnal Zootek (Zootek
Journal). 32(5), 1-8. ISSN.
Djamaan, D. (2006). Pemberian bahan organik (pupuk kandang, sekam) dan pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada ( Lactuca sativa L .). Prosiding Peternakan . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 286-289.
Hardjowigeno, S. (2003). Ilmu Tanah. Jakarta . Akademika Perssindo.
Haryadi, D., Yetti, H., & Yoseva, S. (2015). Pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Kailan ( Brassica alboglabra L.). Jom Faperta , 2(2), 99–102.
Hatta M, Nurahmi E, Sari W. (2009). Pengaruh media tanam dan frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil Selada ( Lactuca sativa L.,) sistem vertikultur. Jurnal Agrista . 13 (3), 113-118.
Huda, M. K. (2013). Pembuatan Pupuk
Organik Cair dari Urin Sapi dengan Aditif Tetes (Molasse) Metode
Fermentasi . (Skripsi). Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Indra Wardhana. (2016). Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada ( Lactuca Sativa L. ) Pada Pemberian Dosis Pupuk
Kandang Kambing Dan Interval Waktu Aplikasi Pupuk Cair Super Bionik . (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember
Kuderi Shania. (2011). Selada ( Lactuva sativa ).
http://budidayaukm.jurnal.com/2011/ 1 selada-lactuva-sativa 1.html. 12 February 2017.
Laksono, R.A, dan Sugiono, D. (2019). Optimasi pupuk NPK majemuk, pupuk daun dan POC urin sapi pada hidroponik sistem Wick terhadap produksi tanaman Kubis Bunga ( Brasicca oleracea L. Var. Botrytis
## DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
Sub.Var. Cauliflora DC) Kultivar PM 126 F1. Jurnal Ilmiah Pertanian Pospalum . 7 (1).
Lingga, P dan Marsono. (2007). Petunjuk Penggunaan Pupuk . Penebar swadaya. Jakarta
Lingga, P. (2005). Hidroponik, Bercocok TanamTanpa Tanah . Penebar
Swadaya. Jakarta
Meirina, T., S. Darmanti., S. Haryanti.
(2007). Produktivitas kedelai ( Glycine max (L. )Merril var. Lokan) yang diperlakukan dengan pupuk organik cair lengkap pada dosis dan waktu pemupukan yang berbeda.
J urnal Lab. Biologi Struktur Dan Fungsi Tumbuhan . Jurusan Biologi MIPA UNDIP. XVII(2), 8 hal.
Nazaruddin. (2003). Budidaya Dan Pengatur Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. 142 hal.
Novianti, N (2014). Pengendalian Kualitas Produk Selada Romaine Pada Sistem
Tanam Hidroponik (Studi Kasus Di UMKM Kebun Sayur, Kota Surabaya, Jawa Timur) . (Skripsi). Program Studi Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Jawa Timur.
Nugroho, S. (2008).
D asar-Dasar Rancangan Percobaan . Unib Press.
Bengkulu
Nugroho, A. (2012). Pengaruh Bahan
Organik Terhadap Sifat Biologi Tanah . (Skripsi). Politeknik Negeri Lampung.
Nyoman, A.A., Ni Kadek, S.D., I Dewa M.A. (2013). Pengaruh pemberian biourine dan dosis pupuk anorganik (NPK) terhadap beberapa sifat kimia tanah Pegok dan hasil tanaman Bayam ( Amaranthus Sp .). E-Journal Agroteknologi Tropikal . Vol 2 (3), 165-174.
Palimbungan, D., Robert, L., dan Faizal, H. (2006). Pengaruh ekstrak daun Lamtoro sebagai pupuk organik cair.
J urnal Agrisisten . 2(2), 2.
Pracaya. (2011). Bertanam Sayur Organik . Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal.
Pracaya., (2002). Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta Pratiwi, N. R. M. (2009). Pemanfaatan Daun Lamtoro Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek Tanah (Vanda Sp.) Pada Campuran Media Pasir Dan Tanah Liat . (Skripsi). Program Studi
Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Jawa Tengah. Qurahman, T. (2016). Harmonisasi dan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistm Organik. Diakses Pada Tanggal 26 Januari 2016.
Rukmana. (1994). Bertanam Selada dan Buncis , Kanisius. Yogyakarta
Safitri dkk, (2013). Pemanfaatan Kompos daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) dan Daun Angsana ( Pterocarpus indicus ) Sebagai Media Kultur Pertumbuhan
Populasi Chaetoceros calcitrans ). Program studi Biologi.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Surabaya.
Samsudin.(2008). Pengendalian Hama dengan Insektisida Botani . Lembaga
Pertanian Sehat. www.pertaniansehat.or.id. Diakses 29 September 2014. Setyorini, D. (2005). Pupuk Organik
Tingkatkan Produksi Pertanian . Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanah. 27
(6)
## DOI: 10.32663/ja.v%vi%i.2198
Subekti, K. (2015). Pembuatan Kompos dari Kotoran Sapi (Komposting) . Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sulastri, N. (2017). Pengaruh Pupuk Organik Cair Dari Limbah Sayuran Dan Bulu Ayam Terhadap Hasil Panen Tanaman Okra Hijau ( Abelmoschus Esculantus (L ) Moenah Universitas Sanata Dharma.
Sumpena, U. (2005). Budidaya Selada Intensif . Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarjono, H. (2004). Bertanam Sawi dan Selada . Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarjono, H. (2008). Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah . Penebar Swadaya, Bogor.
Sunarjono, H. (2014). Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. 204 hal.
Supriati Y, Herliana E. (2011). Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot . Penebar Swadaya.
Supriati, Y.dan E. Herliana. (2014). 15
Sayuran Organik dalam Pot . Penebar Swadaya. Jakarta. 148 hal.
Wardhana, I. (2015). Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) pada Pemberian Dosis Pupuk Kandang Kambing Dan Interval Waktu Aplikasi Pupuk Cair Super Bionik . Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember.
Widodo, (2008). Penelitian percobaan amalgamasi dan pelindian bijih emas
Cimanggu Kabupaten Sukabumi,
Prosiding Kolokium Pertambangan 2008 , Puslitbang tekMIRA.
Yelianti, U. (2011). Respon tanaman selada ( Lactuca sativa L.) terhadap
pemberian pupuk hayati dengan berbagai agen hayati. Jurnal Biospecies , 4(2), 35-39.
Zulkarnain. (2005). Pertumbuhan dan hasil selada pada berbagai kerapatan jagung ( Zea mays ) dalam pola tumpang sari. J urnal Penelitian Ilmu Pertanian.
|
30adc493-14a0-4050-9050-088d2c331776 | https://wawasan.bdkjakarta.id/index.php/wawasan/article/download/29/8 |
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN … Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020
## PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS VII-2 MTSN 28 JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA
Erna Sari Agusta MTsN 28 Jakarta Timur, Indonesia Email: [email protected]
## Abstract
This classroom action research answers three questions, namely (a) Is there an increase in the ability to understand the concept of circumference and area of flat shapes by using real media? (b) How is the use of real media increase understanding of circumference and area of flat shapes? The study was conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages, namely: design, activity and observation, reflection, and revision. The subject of this research is students of class VII-2 MTsN 28 Jakarta. Data were collected through questionnaires, teacher and student activity questionnaires, formative test, and teaching and learning activity observation sheets. Data were analyzed descriptively using descriptive statistics and qualitative analysis. The results showed that the students' ability to understand the concept of the circumference and area of a flat shape increased from cycle I to cycle II. In the first cycle of meeting 1 (31.6%), the first cycle of meeting 2 (55.8%), the second cycle of meeting 1 (71.1%), the second cycle of meeting 2 (92.1%). The conclusion of this study is the use of real media can increase understanding and have a positive effect on understanding of circumference and area of flat shapes. The research recommends that teacher can use real to better teaching in the curriculum area.
Keywords: action research ; circumference and area; real media.
## Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini menjawab tiga pertanyaan yaitu (a) Apakah terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas bangun datar dengan digunakannya alat peraga realita? (b) Bagaimanakah penggunaan alat peraga realita terhadap kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas bangun datar?Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 MTsN 28 Jakarta. Data dikumpulkan melalui angket pengelolaan kelas, angket aktifitas guru dan siswa, hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan statistik deskriptif dan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas bangun datar pada siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Pada siklus I Pertemuan 1 (31,6%), siklus I Pertemuan 2 (55,8%), siklus II Pertemuan 1 (71,1%) siklus II Pertemuan 2 ( 92,1%). Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan dan berpengaruh positif terhadap kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas bangun datar. Penelitian ini merekomendasikan agar para guru sebaiknya menggunakan media realia dalam pembelajaran materi tersebut.
Kata Kunci: penelitian tindakan; lingkaran dan luas; media realita.
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN …
## PENDAHULUAN
Matematika adalah ilmu yang tidak hanya membahas angka-angka dan operasi bilangan, tetapi ada kemampuan pemahaman konsep yang harus dimiliki siswa agar ia dapat menyelesaikan permasalahan khususnya pada materi keliling dan luas bangun datar. Untuk mempelajari hal-hal yang bersifat terapan, dibutuhkan media dan benda- benda konkret yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun sebuah konsep.
Dalam mempelajari keliling dan luas bangun datar, banyak diantara peserta didik di lingkungan MTsN 28 Jakarta khususnya kelas VII-2 yang sulit memahami konsep keliling dan luas bangun datar. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang lebih kepada hafalan rumus sehingga siswa tidak mengetahui konsep keliling dan luas bangun datar sesungguhnya. Akibatnya siswa tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keliling dan luas bangun datar, Aktivitas belajar siswa pun cenderung pasif. Hal ini dapat dilihat dari kurang terlibatnya mereka dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru saat KBM berlangsung. Berdasarkan nilai ulangan harian diketahui, dari 38 siswa hanya sekitar 25,64% siswa yang mendapat nilai sama dengan atau di atas KKM (> 68).
Berdasarkan hasil tes pra penelitian diketahui, 50% siswa belum menguasai materi garis dan sudut. Banyak diantara mereka yang belum memahami konsep titik, garis, dan bidang sebagai penyusun/unsur- unsur yang terdapat
dalam bangun datar. Setelah dilakukan refleksi, guru hanya menjelaskan bangun datar secara lisan ditambah dengan menuliskan rumus-rumus yang terkait di dalamnya. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat pula minimnya guru dalam menggunakan alat peraga dalam menyampaikan informasi bangun datar kepada siswa.
Kebutuhan alat peraga sebagai media untuk memahami konsep tentu selaras dengan tuntutan kurikulum 2013 dimana siswa tidak hanya menguasai aspek pengetahuan tetapi sampai pada aspek keterampilan. Penggunaan alat peraga akan membuat pembelajaran menjadi bermakna karena peserta didik diajak untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Kemampuan pemahaman konsep adalah kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, efisien, akurat dan tepat dalam pemecahan masalah. Pemahaman konsep dalam Permendikbud (2014) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: (1) menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari, (2) mengklasifikasikan objek- objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut, (3) mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep, (4) menerapkan konsep secara logis, (5) memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari, (6) menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis (tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara lainnya), (7)
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN 2775-3573 Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020:
mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun di luar matematika, dan (8) mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menyatakan kembali suatu konsep, mengklasifikasikan, mengidentifkasikan dan menerapkan suatu konsep serta mengaitkannya dengan konsep lainnya.
Menurut Iswaji alat peraga adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun, dan disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan dan mengembangkan konsep-konsep pada mata pelajaran tertentu (Iswaji, 2003). Menurut Sudjana alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana & Rivai, 2001). Menurut Qurtubi alat peraga adalah benda yang dapat diamati dimana pengamatan tersebut menimbulkan pengertian, selanjutnya pengertian yang satu menimbulkan pengertian berikutnya sehingga bergabung menjadi sebuah pengetahuan (Qurtubi, 2009).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa alat peraga adalah sebuah alat yang sengaja dibuat dimana alat tersebut dapat diserap oleh mata dan telinga sehingga menimbulkan pengertian yang membangun sebuah pengetahuan.
Alat peraga dalam pembelajaran matematika membantu menyajikan konsep-konsep matematika menjadi kongkrit. Karakter alat peraga aeperti itu membantu peserta didik dalam lebih
mudah
memahami konsep matematika. Rochmad menyatakan bahwa menanamkan
konsep matematika dengan menggunakan alat peraga menyebabkan pengalaman anak semakin luas karena berdasarkan sesuatu yang nyata (Priambodo, Sugiarto, & Cahyono, 2014). Selain itu. Sugiharto mengungkapkan juga bahwa dalam proses materi pelajaran yang bersifat konsep, matematika sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda konkret atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika (Pujiati & Mastur, 2014). Sedangkan menurut Suherman belajar dengan menggunakan alat peraga membuat proses belajar mengajar akan lebih aktif dimana siswa akan senang, terangsang, dan tertarik dalam belajar
(Suherman, 2001).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapt disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dapat membangkitkan keinginan siswa untuk belajar karena dapat lebih mudah memahami konsep abstrak matematika melalui bentuk konkret.
Selanjutnya kemampuan pemahaman konsep mempunyai keterkaitan, dimana alat peraga dapat membantu siswa dalam menanamkan konsep, khususnya dalam menentukan keliling dan luas bangun datar. Alat peraga juga mampu menjelaskan konsep titik, garis, dan bidang yang akan membangun pemahaman siswa
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN 2775-3573 Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020:
tentang konsep keliling dan luas bangun datar.
Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan keaktifan siswa dalam materi peluang (Setyowati, Susilo, & Masrukan, 2016). Penelitian dalam area yang samamenunjukkan bahwa penggunaan alat peraga mempunyai pegaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa (Suwardi, Firmiana, & Rohayati, 2014).
Berdasarkan penjelasan teoretis di atas peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan untuk penerapan media peraga realia untuk membentu peserta didik memahami konsep keliling dan luas pada peserta didik kelas VII dengan rumusan masalah berikut: Apakah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas bangun datar pada siswa MTsN 28 jakarta?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas bangun datar dan menjelaskan cara penggunaan alat peraga untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep tersebut. Adapun manfaat penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas bangun datar pada siswa. Selain itu, sebagai bahan referensi dan rujukan bagi dewan guru khususnya di MTsN 28 dalam memperkaya ide dan kreativitas dalam penggunaan alat peraga. Dengan hasil belajar yang lebih baik maka diharapkan
dapat meningkatkan kualitas output sekarang dan yang akan datang.
## METODE
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (action research) yang dilakukan pada siswa kelas VII-2 di MTsN 28 dengan jumlah siswa 38 orang. Adapun waktu penelitian mulai dari pemberian tes pra penelitian hingga penyusunan laporan berlangsung selama 3 bulan mulai Maret hingga Mei 2020.
Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah keliling dan luas bangun datar yang meliputi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, jajargenjang, dan trapesium. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga berupa model-model bangun datar dan jaring- jaringnya, baik yang terbuat dari karton maupun kayu. Pembelajaran didesain dengan sistem belajar kelompok yang terdiri dari 4 orang.
Model penelitian tindakan yang digunakan adalah model Kemmis Mc Taggart. Dalam model penelitian tindakan tersebut satu siklus penelitian terdiri dari empat tahap uaitu Planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan) dan reflecting (refleksi) (Suryadi & Berdiati, 2018).
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Adapun kegiatan tiap siklusnya dimulai dengan mengadakan pertemuan guru pelaksana tindakan dan guru pengamat untuk mendiskusikan persiapan penelitian sampai penyusunan rencana pembelajaran soal tes, pedoman wawancara, lembar observasi dan catatan lapangan.
Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru matematika kelas VII-2 sebagai pelaksana
tindakan
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN 2775-3573 Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020:
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa menggunakan tes dan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan angket respon siswa. Pada tahap refleksi, data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian dianalisis. Hasil analisis digunakan untuk merefleksi tindakan pada siklus tersebut. Hasil refleksi kemudian digunakan untuk membuat perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Indikator keberhasilan penelitian ini jika terlihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi keliling dan luas bangun datar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM 75 dan mengalami ketuntasan belajar sebesar 75% secara klasikal. Siklus kan dihentikan jika indicator keberhasilan sudah mengalami peningkatan dai siklus I ke siklus II.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tes pra penelitian yang diberikan sebelum melakukan penelitian menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa pada materi prasyarat bangun datar masih kurang yaitu hanya 50%. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengulangan materi prasyarat, sekaligus penjelasan dan sosialisasi tentang apa, bagaimana, dan tujuan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Pada proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dilakukan pengamatan aktifitas belajar peserta didik pada stia silkus. Hasil pengamatan diperoleh data pada tabel 1.
Tabel 1 Rekap HAsil Pengamatan
N O PERNYATAAN Siklus I Siklus II 1. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari 16 (42,1% ) 32 (84,2%) 2. Mengklasifikasika objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut 15 (39,5%) 32 (84,2%) 3. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep 13 (34,2%) 30 (78,9%) 4. Menerapkan konsep secara logis 13 (34,2%) 30 (78,9%) 5. Memberikan contoh-atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari 13 (34,2%) 28 (73,7%) 6. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis (tabel, grafik, diagram,
gambar, sketsa,
model matematika, atau cara lainnya) 10 (26,3%) 29 (76,3%) 7. Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun di luar Matematika 10 (26,3%) 27 (71,1%) 8. Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep 10 (26,3%) 27 (71,1%)
Pada siklus I pertemuan 1, diketahui hanya ada 10 orang yang terlihat sangat beraktivitas dan terlibat dalam pembelajaran atau sebesar 26,3%. Mereka adalah siswa yang selalu antusias dalam belajar apapun
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN 2775-3573 Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020:
materi yang dipelajari. Sedangkan siswa lainnya masih terlihat bingung. Lembar Kerja Siswa (LKS) pun masih banyak yang terlihat kosong. Pada siklus ini, siswa masih banyak bertanya kepada guru daripada mencoba menggunakan alat peraga. Dalam hal ini, guru berusaha mengarahkan siswa agar dapat menemukan konsep keliling bangun datar sesuai dengan soal yang terdapat dalam LKS dengan bantuan alat peraga.
Pada siklus I pertemuan 2, mulai terlihat penambahan jumlah siswa yang aktif dan berkontribusi dalam penemuan konsep keliling bangun datar naik menjadi 14 orang atau sekitar 43,8%. Komunikasi antar peserta didik pun dilakukan tidak hanya antar anggota dalam satu kelompok, tetapi juga antar anggota dari kelompok yang berbeda. Konsep keliling ditemukan dengan melakukan pengukuran seluruh sisi model bangun datar lalu dikaitkan dengan panjang masing-masing sisinya. Leo (dalam Margiyati dan Halidjah, (2013) mengatakan bahwa alat peraga berupa model bangun datar dapat meningkatkan aktivitas fisik, mental, dan emosional siswa. Selain itu, pembelajaran dengan alat peraga model bangun datar dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Pada akhir siklus I, siswa diberikan tes untuk mengurkur peningkatan hasil belajar. mengukur kemampuan pemahaman konsep keliling bangun datar.
Selanjutnya pada siklus II
pertemuan 1, jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan hingga 2,5%. Sebanyak 20 orang siswa mampu untuk menjawab soal terkait konsep luas bangun datar yang terdapat pada Lembar Kerja Siswa dengan menggunakan alat peraga. Chotamah (Lestiana & Kurniasih, 2016)
mengatakan bahwa pembelajaran matematika dengan alat peraga bangun datar dapat meningkatkan keaktifan siswa, menimbulkan pengalaman baru yang menyenangkan, menimbulkan rasa demokratif, inovatif, dan kreativitas. Konsep luas dapat ditemukan antara lain dengan menutup permukaan model bangun datar dengan kertas berpetak. Siswa menghitung banyak kotak kertas berpetak yang menutupi permukaan bangun datar, lalu mengaitkan dengan sisi, alas, tinggi, atau diagonal dari bangun datar tersebut.
Bangun datar yang paling mudah dipahami siswa adalah persegi panjang. Karenanya ada siswa yang menemukan konsep luas bangun datar lainnya dengan menganalogikan bentuk bangun datar lainnya menjadi bentuk persegi panjang hingga ditemukan konsep luas bangun datar tersebut. Hal ini dilakukan siswa dengan memotong, lalu menempel bagian-bagian bangun datar tersebut hingga terbentuk bangun persegi panjang. Berdasarkan pengamatan, jumlah siswa yang aktif bekerja mengisi Lembar Kerja Siswa dalam kelompok pun mulai bertambah. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah.
Pada siklus II pertemuan 1, aktivitas siswa diisi dengan presentasi. Perwakilan setiap kelompok memaparksn jawaban Lembar Kerja Siswa yang telah mereka kerjakan. Sedangkan anggota kelompok lainnya membantu memberikan jawaban atau sanggahan dari kelompok lain. Berdasarkan pengamatan, 20 siswa sudah mampu menjawab pertanyaan guru dan menjelaskan kosep keliling dan luas bengun datar. Diskusi kelompok pun berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh komposisi kelompok yang heterogen dan merata, dimana siswa yang lebih pintar
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN 2775-3573 Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020:
membantu temannya yang agak lambat dalam pembelajaran.
Pada siklus II pertemuan 2, antusias siswa dalam menjawab dan tampil ke depan kelas baik dalam presentasi maupun dalam memberikan penjelasan terkait luas bangun datar pun semakin meningkat. Berdasarkan pengamatan, 30 orang siswa sudah dapat memberikan kontribusi dalam berdiskusi dan terlibat dalam menyampaikan ide, pendapat dan gagasan terkait dengan luas bangun datar. Hal ini dibuktikan pula dengan kemampuan siswa menjawab benar pertanyaan guru tentang konsep keliling dan luas bangun datar kepada siswa sebagai feedback dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini.Selain aktivitas, penggunaan alat peraga memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas siswa. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah siswa yang menguasai indikator kemampuan. Pada awal siklus, siswa sudah dapat menyatakan ulang sebuah konsep keliling dan luas bangun datar dengan menggunakan alat peraga. Kemudian siswa diarahkan untuk mengklasifikasikan berbagai macam bentuk bangun datar berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. Kemampuan ini baru dikuasai oleh 42,1% dari jumlah siswa seluruhnya.
Dengan menggunakan alat peraga, siswa mencoba mengidentifikasi sifat- sifat atau konsep bangun datar dan menerapkan konsep tersebut secara logis dalam penyelesaian masalah.. Sedangkan untuk meyakinkan siswa bahwa mereka memang telah memahami konsep, maka mereka diminta untuk memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep luas dan keliling bangun datar yang telah dipelajari. Dalam hali ini kemampuan
siswa sudah sampai pada menemukan konsep keliling persegi panjang.
Namun, untuk menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis (tabel, grafik, diagram, gambar, sketsa, model matematika, atau cara lainnya), mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun diluar matematika, serta mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep masih sangat kurang. Dalam hal ini kemampuan siswa sudah menemukan konsep luas persegi panjang dari dua buah segitiga siku- siku, konsep luas jajargenjang dari dua buah segitiga lancip, konsep luas trapesium siku-siku yang terdiri dari persegi panjang dan segitiga siku-siku.
Selain itu, alat peraga ketuntasan belajar pun meningkat secara klasikal dari siklus I sampai siklus II. Berikut adalah tabel rekapitulasi hasil belajar matematika siswa:
Tabel 2 Rekap Skor Hasil Tes
KATEGORI
## HASIL BELAJAR SISWA
Siklus I/1 Siklus I/2 Siklus II/1 Siklus II/2 NILAI RATA- RATA 43,0 7 59,3 4 73,6 8 75,8 JUMLAH KETUNT ASAN 1 6 ora ng 2 2 ora ng 2 7 ora ng 3 1 OR AN G PERSENT ASE 42,1 % 57,9 % 71,0 % 78,1 %
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan alat peraga, ketuntasan belajar baik secara individu maupun klasikal mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata dan prosentase ketuntasan yang sudah mencapai 78,1%. Adapun faktor yang menghambat ketercapaian nilai KKM
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN 2775-3573 Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020:
siswa pada umumnya bukan disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap konsep, melainkan rendahnya kemampuan kemampuan berhitung dari tiap siswa itu sendiri.
## KESIMPULAN
Melalui Penggunaan alat peraga membantu relia peserta didik dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep keliling dan luas bangun datar. Penggunaan alat peraga juga memiliki dampak positif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Terjadi peningkatan terhadap hasil belajar konsep keliling dan luas pada masing- masing siklus. Pada siklus pertama rata- rata 51.21 atau 50% dan meningkat menjadi 74.74 atau 74. 75%.
## Wawasan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Jakarta
P- ISSN 2548-9232; E- ISSN 2775-3573 Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020:
## DAFTAR PUSTAKA
Iswaji, D. (2003). Pengembanga Media/Alat Peraga Pembelajaran Matematikan di SLTP. Jakarta.
Lestiana, L., & Kurniasih, R. (2016). Alat Peraga Konsep Luas Bangun Datar. Seminar Nasional Matematika. Jakarta: PRISMA.
Priambodo, A., Sugiarto, S., & Cahyono, A. (2014). Keefektifan Model Cicle Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis. Journal of Mathematics Education .
Pujiati, I., & Mastur, Z. (2014). KEEFEKTIFAN MODEL POGIL BERBANTUAN ALAT PERAGA BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS. INNES Journal ogf Mathematics Education , 174-180.
Qurtubi, H. (2009). Teknologi dan Media Pendidikan. Jakarta: PT. BIntang Harapan Sejahtera.
Setyowati, N., Susilo, B., & Masrukan, M. (2016). Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Mata Diklat Matematika Materi Peluang di Kelas X AP B Smester Genap SMKN 1 Bawean. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif .
Sudjana, N., & Rivai, A. (2001). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontomporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Suryadi, A., & Berdiati, I. (2018). Menggagas Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suwardi, S., Firmiana, M. E., & Rohayati, R. (2014). Pengaruh Penggunaan Alat Peraga terhadap Hasil Pembelajaran Matematika pada Anak Usia Dini. Jurnal Al-Azhar Indonesia .
|
b84635ae-2e63-4a5a-b9a3-f483de7de0b0 | https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/ppkm/article/download/2343/1522 |
## Studi Komparatif Quality of Life Pada Pasien Terminal Illness
Edi Ruhmadi 1 , H. Aman Budi Santosa 2
Program Studi Keperawatan Cirebon, Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya [email protected]
INFO ARTIKEL ABSTRAK (Times New Roman 11, Bold, spasi 1) Riwayat Artikel : Diterima : 03 Januari 2022 Disetujui : 25 Januari 2022 Quality of Life pada pasein terminal illness, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat kualitas hidup pada pasien dengan Penyakit terminal (CHF,GGK dan PPOK). Penelitian ini bersifat observasional. Subjek peneltian ini berjumlah 24 orang yang terdiri dari Kelompok-1 (CHF) 4 orang, Kelompok-2 (GGK) 10 orang dan Kelompok-3 (PPOK) 10 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup pada kelompok-1 buruk pada dimensi fisik, dan sedang pada dimensi psikologis, sosial dan lingkungan, kelompok-2 katagori kualitas hidup buruk pada dimensi fisik, dan kualitas hidup sedang pada dimensi psikologis, sosial dan lingkungan, kelompok-3 baik dimensi fisik, psikologis, sosial dan lingkungan dengan kualitas hidup sedang. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji Chi- square didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pada dimensi lingkungan dengan P value <0,05 (0,036).
Kata Kunci :
Quality of Life, terminal illness.
## ARTICLE INFO
## ABSTRACT (Times New Roman 11, Bold, spasi 1)
Article History : Received : 03 Januari 2022 Accepted : 25 Januari 2022 Quality of Life in terminal illness patients, this study aims to determine whether there are differences in the level of quality of life in patients with terminal illnesses (CHF, CKD and COPD). This research is observational. The subjects of this research were 24 people, consisting of Group-1 (CHF) 4 people, Group-2 (GGK) 10 people and Group-3 (COPD) 10 people. The results showed that the quality of life in group-1 was poor in the physical dimension, and moderate in the psychological, social and environmental dimensions, group-2 was in the category of poor quality of life in the physical dimension, and moderate quality of life in the psychological, social and environmental dimensions. 3 good physical, psychological, social and environmental dimensions with moderate quality of life. Based on the results of the bivariate analysis with the Chi-square test, it was found that there were differences in the environmental dimensions with Pvalue <0.05 (0.036)
Keywords: Quality of Life, terminal illness.
## 1. PENDAHULUAN
Penyakit terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/ sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian (Banjarnahor 2018; Rantung and others 2018; Supardi and Ludiana 2020). Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukkan oleh pasien terminal. Perawat harus memahami apa yang dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan gaya hidup, dan pola makan, semakin banyak orang yang mengalami penyakit kronis bahkan di usia yang masih muda. Dari data yang dimiliki oleh WHO, diketahui ada 38 juta orang yang meninggal dunia setiap tahunnya karena mengidap penyakit tidak menular. Bahkan penyakit- penyakit ini telah dialami oleh 16 juta jiwa orang, sebelum mereka berusia 70 tahun dan menyebabkan kematian dini sebanyak 82%.
Penyakit kardiovaskuler, kanker telah meningkat kejadiannya hingga 70% selama 2 dekade terakhir, lalu diabetes, gagal ginjal kronik dan penyakit pernapasan yaitu Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang mengganggu kesehatan jantung serta pembuluh darah, merupakan penyebab utama yang menyebabkan tingkat kematian dini di dunia.
Gagal jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (Ferreira et al. 2019; Gabriel-Costa 2018). Risiko terjadinya gagal jantung semakin meningkat sepanjang waktu . Menurut data WHO 2013,17,3 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskular pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap tahun dengan gangguan kadiovaskular (WHO, 2013). Lebih dari 80% kematian akibat gangguan kardiovaskular terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah (Yancy, 2013).
Penelitian di
Amerika, risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk usia ≥40 tahun, dengan kejadian >650.000 kasus baru yang didiagnosis gagal jantung selama beberapa dekade terakhir. Kejadian gagal jantung meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam waktu 5 tahun (Yancy et al. 2013). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia sebesar 0,3%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien gagal jantung kongestif mayoritas buruk dengan presentase 80%, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kepedulian terhadap pasien yang mempunyai penyakit gagal jantung (Mahanani et al. 2017)
Dewasa ini, jumlah pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) terus meningat dari tahun ke tahun. Seperti yang dicatat Indonesian Renal Registry (IRR), pada 2015 pasien baru dengan PGK mencapai 21.050 orang.
Jumlah tersebut naik di tahun 2016 sebesar 25.446 orang. Sehingga, pasien dengan PGK di Indonesia diperkirakan lebih 150 ribu orang.
Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2016, sebanyak 98% penderita gagal Ginjal menjalani terapi Hemodialisis dan 2% menjalani terapi Peritoneal Dialisis (PD). Penyebab penyakit Ginjal kronis terbesar adalah nefropati diabetik (52%), hipertensi (24%), kelainan bawaan (6%), asam urat (1%), penyakit lupus (1%) dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya dan mengalami gangguan atau skor yang lebih rendah disebagian besar domain kualitas hidup (Mailani 2015; O’Sullivan and McCarthy 2007; Sathvik et al. 2008). Kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis dalam empat domain yaitu fisik, psikologis, sosial dan lingkungan juga lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menjalani transplantasi ginjal ( M a i l a n i 2 0 1 5 )
Word Health Organisation (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2020
prevalensi PPOK akan terus meningkat dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-3 di dunia dan dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-3 penyebab kematian tersering di dunia (Depkes 2008).
Menurut WHO pada tahun 2010 PPOK adalah masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab kematian nomor empat di Indonesia (PDPI, 2006).
Sedangkan berdasarkan data Badan kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010
menyatakan Indonesia merupakan negara konsumsi rokok ketiga setelah Tiongkok dan India. Setiap 4 orang Indonesia terdapat seorang perokok, angka persentase ini jauh lebih besar dari pada Amerika saat ini yakni hanya sekitar 19%.
Responden PPOK yang memiliki kualitas hidup buruk sebesar 70%, sesak napas derajat 3 dengan kualitas hidup buruk sebesar 60%, PPOK derajat 3 dengan kualitas hidup buruk sebesar 45% dan frekuensi eksaserbasi ≥ 2 kali/ tahun dengan kualitas hidup buruk sebesar 67,5% (Khausarika 2016).
Kualitas hidup pasien PPOK dalam kategori baik sebanyak 27 responden (38,02%) dan sisanya 44 responden (61,97%) memiliki kualitas hidup dalam kategori tidak baik (Muthmainnah, Restuastuti, and Munir 2015).
## 2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yitu suatu metoda penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup pada pasien CHF, GGK dan PPOK.
Dalam penelitian ini target populasinya adalah seluruh penderita terminal illness
(Pasien CHF, GGK dan PPOK) di RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Berdasarkan pada situasi nyata ditempat penelitian, sampel (subjek) penelitian yang didapatkan tidak sesuai dengan hasil penghitungan yang telah ditentukan, sehingga peneliti dalam penentuan sampel penelitian dilakukan dengan accidental sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah form quality of life dari WHO yaitu WHO-CoL yang terdiri dari 26 item pertanyaan yang berisi tentang dimensi pada kualitas hidup yaitu dimensi fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.
Alat yang digunakan adalah instrumen penelitian dari WHO yang sudah baku yaitu WHO-CoL. Responden dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang terdiri dari, Kelompok 1 adalah penderita gagal jantung congestive (CHF), Kelompok-2 adalah penderita gagal ginjal kronik (GGK) dan Kelompok-3 adalah penderita PPOK.
Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan Kruskal Wallis untuk mencari tingkat perbedaan dengan dua kelompk atau lebih dan data tidak berdistribusi normal. Analisis bertujuan untuk menjelaskan, mendeskripsikan dan mencari tingkat perbedaan dari setiap variabel penelitian yang diawali dengan pembahasan tentang gambaran karakteristik umum dari subjek penelitian (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan)
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil distribusi frekuensi responden yang menjadi penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Statistika Deskriptif NO Variabel yang diamati CHF CGK PPOK UMUR f % f % f % 1 40-45 tahun 0 0 0 0 0 0 2 46-50 tahun 0 0 0 0 0 0 3 51-55 tahun 0 0 0 0 0 0 4 55-60 tahun 0 0 1 10 2 20
5 >60 tahun
4 100 9 90 8 80
## Jenis Kelamin
1 Laki-laki 3 75 8 80 8 80 2 Wanita 1 25 2 20 2 20
## Pendidikan
1 SD 1 25 4 40 7 70 2 SMP 1 25 4 40 3 30 3 SMA 2 50 2 20 0 0 4 PT 0 0 0 0 0 0
Responden kelompok-1 seluruhnya (100%) berusia di atas 60 tahun, kemudian responden kelompok-2 paling banyak berusia >60 tahun (90%), paling sedikit berusia 55-60 tahun (10%). Terakhir Responden kelompok-3 paling banyak berusia >60 tahun (80%), paling sedikit berusia 55-60 tahun (20%)
Responden Kelompok-1 paling banyak berjenis kelamin laki-laki (75%) dibanding Wanita (25%), Kelompok-2 paling banyak berjenis kelamin laki-laki (80%) dibanding wanita (20%), dan responden Kelompok-3 paling banyak berjenis kelamin laki-laki (80%) dibanding wanita (20%)
Responden Kelompok-1 paling banyak berpendidikan SMA (50%), paling sedikit pendidikan SD dan SMP sebanyak 25%.
Kelompok-2 paling sedikit berpendidikan SMA (20%) dan pendidikan SD dan SMP masing-masing 40%, sedangkan Responden Kelompok-3 paling banyak berpendidikan SD (70%) dan paling sedikit berpendidkan SMP (30%)
Adalah analisis untuk mencari perbedaan kualitas hidup anta pasien CHF, GGK, dan PPOK, yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data, dan hasilnya uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal sehingga analisis yang dilakukan adalah dengan uji non parametrik Kruskal Wallis, dengan menggunakan progam komputer, dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 2 Statistika Deskriptif Kualitas Hidup Dimensi Kualitas Hidup Kelompok Penelitian N Mean Rank Fisik CHF 4 5.88 GGK 10 14.75 PPOK 10 12.90 Total 24
Psikologis CHF 4 12.13 GGK 10 11.10 PPOK 10 14.05 Total 24 Sosial CHF 4 13.88 GGK 10 10.75 PPOK 10 13.70 Total 24 Lingkungan CHF 4 11.25 GGK 10 8.80 PPOK 10 16.70 Total 24 Berdasarkan hasil analisis di atas, didapatkan hasil bahwa kualitas hidup pada dimensi fisik pada pasien dengan CHF pada dimensi fisik dengan mean rank 5.88, selanjutnya pasien PPOK dengan mean rank 12.90, dan pada pasien GGK dengan mean rank 14.75. Artinya bahwa dari ketiga kelompok responden, yang paling rendah kualitas hidup dari dimensi fisik yaitu pada pasien CHF.
Dimensi psikologis pasien GGK dengan mean rank 11.10, selanjutnya pasien CHF dengan mean rank 12.13 dan pasien PPOK dengan mean rank 14.05. Artinya bahwa dari ketiga kelompok responden, yang paling rendah kualitas hidup pada dimensi psikologis adalah pasien dengan GGK.
Dimensi sosial pasien GGK dengan mean rank 10.75, selanjutnya pasien PPOK dengan
mean rank 13.70 dan pasien CHF dengan mean rank 13.88. Artinya bahwa dari ketiga kelompok responden, yang paling rendah kualitas hidup pada dimensi sosial adalah pasien dengan GGK.
Dimensi lingkungan GGK dengan mean rank 8.80, pasien CHF dengan mean rank 11.25 dan pasien PPOK dengan mean rank 16.70. Artinya bahwa dari ketiga kelompok responden, yang paling rendah kualitas hidup pada dimensi lingkungan adalah pasien dengan GGK.
Analisis Chi-square dilakukan untuk 21 enganalisa tingkat perbedaan pada setiap dimensi pada kualitas hidup ketiga kelompok responden, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3 Uji Hipotesis Analisis Fisik Psikologis Sosial Lingkungan Chi-Square 5.074 .911 1.177 6.648 df 2 2 2 2 Asymp. Sig. .079 .634 .555 .036
Berdasarkan hasil analisis di atas, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada dimensi lingkungan dengan P value <0,050 (0,036), sedangkan kualitas hidup pada dimensi fisik, psikologis, dan sosial tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna karena P value >0,05.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien gagal jantung kongestif (CHF) mayoritas buruk dengan presentase 80%, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kepedulian terhadap pasien yang mempunyai penyakit gagal jantung (Mahanani et al. 2017).
Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa kualitas hidup yang paling buruk pada pasien CHF adalah pada dimensi fisik dengan skor transformasi 38, sedangkan kualitas hidup pada dimensi pasikologis adalah sedang dengan transformasi skor 44, kualitas hidup pada dimensi sosial adalah sedang denag skor transformasi 56, dan kualitas hidup pada dimensi lingkungan adalah sedang dengan skor transformasi 50.
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa pada pasien CHF tidak dapat digenaralisasikan bahwa kualitas hidupnya buruk, akan tetapi pasien CHF mempunyai kualitas hidup yang buruk hanya pada dimensi fisik saja, sedangkan pada dimensi psikologis, sosial dan lingkungan kualitas hidupnya ada pada katagori sedang.
Hasil penelitian menunjukkan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya dan mengalami gangguan atau skor yang lebih rendah disebagian besar domain kualitas hidup (Mailani 2015; O’Sullivan and McCarthy 2007; Sathvik et al. 2008). Kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis dalam empat domain yaitu fisik, psikologis, sosial dan lingkungan juga lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menjalani transplantasi ginjal (Mailani 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa kualitas hidup yang paling buruk pada pasien GGK adalah pada dimensi fisik dengan skor transformasi 38, sedangkan kualitas hidup pada dimensi psikologis adalah sedang dengan transformasi skor 44, kualitas hidup pada dimensi sosial adalah sedang denag skor transformasi 56, dan kualitas hidup pada dimensi lingkungan adalah sedang dengan skor transformasi 50.
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa pada pasien GGK tidak dapat disimpulkan bahwa kualitas hidupnya buruk, akan tetapi pasien GGK mempunyai kualitas hidup yang buruk hanya pada dimensi fisik saja, sedangkan pada dimensi psikologis, sosial dan lingkungan kualitas hidupnya ada pada katagori sedang.
Responden PPOK yang memiliki kualitas hidup buruk sebesar 70%, sesak napas derajat 3
dengan kualitas hidup buruk sebesar 60%, PPOK derajat 3 dengan kualitas hidup buruk sebesar 45% dan frekuensi eksaserbasi ≥ 2 kali/ tahun dengan kualitas hidup buruk sebesar 67,5%
Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa kualitas pada pasien PPOK berada pada katagori sedang, dimensi fisik dengan skor transformasi 44 (kualitas hidup sedang), pada dimensi psikologis dengan transformasi skor 44 (kualitas hidup sedang), dimensi sosial dengan skor transformasi 56 (kualitas hidup sedang), dan dimensi lingkungan dengan skor transformasi 56 (kualitas hidup sedang).
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa pada pasien PPOK tidak terdapat kualitas hidup buruk pada setiap dimensinya, akan tetapi pasien PPOK mempunyai kualitas hidup yang sesang baik pada dimensi fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.
## 4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dengan judul ”Studi Komparatif Quality of Life pada Pasien Terminal Illness di RSD Gunung Jati Kota Cirebon”, peneliti dapat menentukan beberapa kesimpulan yaitu terdapat perbedaan yang bermakna pada dimensi lingkungan dengan P value <0,050 (0,036), sedangkan kualitas hidup pada dimensi fisik, psikologis, dan sosial tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna karena P value >0,05.
## 4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka saran dari penelitian ini adalah: 1) Pasien terminal illness dengan kualitas hidup buruk harus mendapatkan perhatian secara khusus baik dari pelayanan medis maupun pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif dari aspek Bio-psiko-sosial dan spiritual, 2) Pasien terminall illness dengan kualitas hidup sedang tetap harus senantiasa diberikan motivasi oleh support sistem terutama keluarga terdekat untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas hidup
## 5. DAFTAR PUSTAKA
Banjarnahor, Seriga. 2018. “Hubungan
Kesiapan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menderita Penyakit Terminal
Di Rumah Sakit Murni Teguh Medan: Hubungan Kesiapan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menderita Penyakit Terminal Di Rumah Sakit Murni Teguh Medan.” Journal of Midwifery and Nursing 1(1, Januari): 1–12.
Depkes, R I. 2008. Keputusan Mentri Kesehatan Indonesia No. 1022/Menkes/SK/XI/2008. Jakarta.
Ferreira, João Pedro et al. 2019. “World Heart Federation Roadmap for Heart Failure.”
Global heart 14(3): 197–214. Gabriel-Costa, Daniele. 2018. “The Pathophysiology of Myocardial Infarction- Induced Heart Failure.” Pathophysiology 25(4): 277–84.
Khausarika, Safiza. 2016. “KUALITAS HIDUP
PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI POLI PARU RSUDZA BANDA ACEH.” ETD Unsyiah .
Mahanani, Annisa Ratna, Arief Wahyudi
Jadmiko, Winarsih Nur Ambarwati, and others. 2017. “Gambaran Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Kota Surakarta.” Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mailani, Fitri. 2015. “Kualitas Hidup Pasien
Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review.” Ners jurnal keperawatan 11(1): 1–8.
Muthmainnah, Muthmainnah, Tuti Restuastuti, and Sri Melati Munir. 2015. “Gambaran Kualitas Hidup Pasien PPOK Stabil Di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Dengan Menggunakan Kuesioner SGRQ.” Riau University.
O’Sullivan, Dawn, and Geraldine McCarthy. 2007. “An Exploration of the Relationship between Fatigue and Physical Functioning in Patients with End Stage Renal Disease Receiving Haemodialysis.” Journal of clinical nursing 16(11c): 276–84.
Rantung, Jeanny, and others. 2018. “Studi
Fenomenologi Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif
Pada Pasien Dengan Penyakit Terminal Di Ruang Icu Rumah Sakit Advent Bandung.” Jurnal Skolastik Keperawatan 4(2): 78– 103.
Sathvik, B S, G Parthasarathi, M G Narahari, and K C Gurudev. 2008. “An Assessment of the Quality of Life in Hemodialysis Patients Using the WHOQOL-BREF Questionnaire.” Indian journal of nephrology 18(4): 141.
Supardi, Supardi, and Ludiana Ludiana. 2020. “PREVALENSI TERMINAL ILLNESS
DI RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO.” JURNAL WACANA KESEHATAN 4(2): 453–60. Yancy, Clyde W et al. 2013. “2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure: Executive Summary: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines.”
Circulation 128(16): 1810–52.
|
1cee15c9-a446-43c9-8a6d-d1f9aba3f62b | https://ejournal.imperiuminstitute.org/index.php/BERDAYA/article/download/982/483 |
## Pentingnya Pengelolaan Keuangan Bagi UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia Wilayah Bekasi
Ossi Ferli 1* , Ahmad Adriansyah 2 , Debora Evianti Lumban Tobing 3 , Popy Sandra Melly 4 Putri Metha Ulinka Bangun 5 , Nisrina Septi Hisanah 6 , Niky Amelia 7
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas STIE Indonesia Banking School *Email: [email protected]
## ABSTRACT
Keywords Financial management is an activity that all business actors will carry out. Even so, many still need to understand financial management properly. Not a few business actors run a business only by instinct and experience. UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia Bekasi region is a partner in this activity. The problem UKM Kartika Nusantara Indonesia faced in the Bekasi region is a need for more understanding of effective financial management and distinguishing between business and personal finance. This community service activity was carried out so that Kartika Nusantara Indonesia SME actors in the Bekasi area could understand the importance of financial management. This PKM activity provides material on financial management. The implementation of the activity was carried out using lecture and discussion methods. The results of this PKM activity have significantly positive results in the average pre-test percentage, which initially showed a figure of 58.7%, increasing significantly to 83.6% in the post-test average percentage. This activity has an outstanding impact and can help develop knowledge and application in managing business finances and minimizing financial-related risks so that they can run their business effectively . Financial Management, MSME, Cost of Production BERDAYA : Jurnal Pendidikan dan
Pengabdian Kepada
Masyarakat Vol 5, No.1, 2023, pp. 95- 108 eISSN 2721-6381
## Article History
Received 3/5/2023 / Accepted 4/25/2023/ First Published: 4/30/2023
To cite this article: Ferli, O., Adriansyah, A., Lumban Tobing, D., Melly, P., Bangun, P., Hisanah, N., & Amelia, N. (2023). Pentingnya Pengelolaan Keuangan Bagi UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia Wilayah Bekasi. BERDAYA: Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat , 5 (1), 95-108. https://doi.org/10.36407/berdaya.v5i1.982
. This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 license
Published by LPMP Imperium Journal homepage: https://ejournal.imperiuminstitute.org/index.php/BERDAYA
ABSTRAK Profil Penulis Pengelolaan keuangan merupakan kegiatan yang akan dilakukan oleh semua pelaku usaha. Meski begitu, masih banyak yang perlu memahami manajemen keuangan dengan baik. Tidak sedikit pelaku usaha yang menjalankan usahanya hanya berdasarkan insting dan pengalaman. UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia wilayah Bekasi menjadi mitra dalam kegiatan ini. Permasalahan yang dihadapi UKM Kartika Nusantara Indonesia di wilayah Bekasi adalah perlunya pemahaman yang lebih dalam pengelolaan keuangan yang efektif dan membedakan antara keuangan bisnis dan pribadi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan agar para pelaku UKM Kartika Nusantara Indonesia di wilayah Bekasi dapat memahami pentingnya pengelolaan keuangan. Kegiatan PKM ini memberikan materi tentang pengelolaan keuangan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi. Hasil kegiatan PKM ini memiliki hasil positif signifikan pada persentase rata- rata pretest yang awalnya menunjukkan angka 58,7% meningkat signifikan menjadi 83,6% pada persentase rata- rata postes. Kegiatan ini memberikan dampak yang luar biasa dan dapat membantu mengembangkan
pengetahuan dan aplikasi dalam mengelola keuangan bisnis dan meminimalkan risiko terkait keuangan sehingga mereka dapat menjalankan bisnisnya secara efektif.
Ossi Ferli, Ahmad Adriansyah, Debora Evianti Lumban Tobing, Popy Sandra Melly, Putri Metha Ulinka Bangun, Nisrina Septi Hisanah, Niky Amelia
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas STIE Indonesia Banking School
*Email: [email protected]
Reviewing Editor Kata Kunci : Pengelolaan Keuangan, UMKM, Harga Pokok Produksi Hendryadi, STIE Indonesia Jakarta
## PENDAHULUAN
Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah tanggal 4 Juli 2008 telah menjadi tonggak penting bagi pergerakan UMKM di Indonesia. Para pelaku kehidupan ekonomi, khususnya pengusaha muda atau industri perumahan, semakin banyak dipengaruhi untuk berkembang dan berkembang sendiri dalam hal ini. Dengan lahirnya undang-undang ini, UMKM memiliki landasan hukum yang kuat untuk memungkinkan UMKM sebagai sektor perekonomian nasional yang harus diperkuat dan dikembangkan agar benar-benar memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Pengembangan kewirausahaan atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diharapkan dapat berperan nyata dalam mendukung pembangunan suatu negara atau daerah, terutama karena keterbatasan kapasitas pemerintah. Menurut Tambunan, (2012:22) “Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi”. Dukungan UMKM dapat membuka peluang kerja dan memperbesar kesempatan berusaha bagi warga masyarakat, serta dapat meningkatkan atau mengembangkan potensi pembangunan suatu Negara.
## Ossi Ferli et al. Financial Management, MSME, Cost of Production
Peluang UMKM masa kini banyak disenangi dan ditekuni, apalagi bagi calon pengusaha muda atau pemula yang mau mempunyai suatu usaha. Di Indonesia sendiri, UMKM masih identik dan digemari dalam bentuk kuliner yang menghadapi kemajuan yang cepat. Hal inilah yang menjadikan bisnis kuliner seperti makanan kekinian seakan tidak pernah sepi penggemarnya. juga UMKM memiliki peranan penting yang berpengaruh terhadap perekonomian (Haryanti & Hidayah, 2019).
UMKM merupakan sektor yang terus memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya jumlah UMKM di Indonesia. Berdasarkan data dari katadata.co.id, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UMKM) pada Maret 2021, pangsa UMKM terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai Rp8.573,89 triliun. Hal ini menunjukkan betapa dominannya peran UKM dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, pemberdayaan UKM menjadi isu penting dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
UMKM sulit berpotensi menjadi usaha menengah, bahkan usaha besar baik skala nasional maupun internasional bila pemerintah tidak mengambil peranan dalam memajukannya, dukungan banyak pihak, salah satunya dunia akademik dalam rangka membuat usaha ini tetap eksis dan juga tetap dikelola dengan baik oleh para pengelolanya juga diperlukan (Jeni, Gusmarila, & Widyawati 2020).
Dari segi pendanaan, umumnya hanya sebagian kecil dari usaha-usaha tersebut yang mengalami perkembangan dalam hal kinerja keuangannya. Hal ini tidak terlepas dari ketidaktahuan para pelaku ekonomi akan pentingnya mengelola keuangan perusahaan. Pengelolaan keuangan merupakan bagian penting dari kemajuan perusahaan. Pengelolaan keuangan dapat dikelola melalui pelaporan keuangan. Selama UMKM terus menggunakan uang sebagai alat tukar, UMKM akan membutuhkan pelaporan keuangan. Menurut Reni (2018) dalam risetnya menyatakan pengelolaan keuangan dapat memberikan beberapa manfaat bagi pelaku UMKM, seperti ;
(1) UMKM dapat mengetahui hasil keuangan perusahaan,
(2) UMKM dapat mengetahui, memilah, dan memisahkan perusahaan dengan kekayaan pemilik,
(3) UMKM dapat mengetahui lokasi dana dan sumber serta target,
(4) UMKM dapat membuat anggaran yang tepat,
(5) UMKM dapat menghitung pajak, dan
(6) UMKM dapat menentukan arus kas selama periode waktu tertentu.
Jika dilihat dari manfaat yang disebutkan diatas, seharusnya pelaku UMKM dapat menyadari bahwa betapa pentingnya pengelolaan keuangan bagi usaha/perusahaan mereka. Hal ini dapat sangat berguna bagi hal-hal di bidang keuangan. Dengan pengelolaan keuangan yang baik, peningkatan laba juga dapat direncanakan. Laba yang terus meningkat dapat membantu perkembangan UMKM untuk menjadi lebih baik dan dapat menjadi salah satu solusi yang berguna bagi masalah perekonomian di Indonesia.
Walau begitu, masih banyak UMKM yang belum menyadari pentingnya pengelolaan keuangan. Menurut Reni F (2018), bahwa beberapa pelaku UMKM mengatakan bahwa tanpa akuntansi pun perusahaan/usaha tersebut dapat berjalan lancar dan selalu memperoleh laba, namun sebenarnya UMKM tersebut tidak mengalami perkembangan. Firmansyah et al. (2019) melakukan pengabdian masyarakat dengan memberikan edukasi pengelolaan keuangan dan bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan UMKM XYZ.
Penelitian terdahulu yang dilakukan pada Komunitas UMKM Emak Cekatan dan Enerjik (KECE), Kramat Jati, Jakarta Timur yang didominasi pelaku usaha wanita dengan kategori usaha Mikro, menyebutkan komunitas tersebut mengalami permasalahan umum yang
dihadapi oleh UMKM di Indonesia yaitu belum memahami administrasi keuangan usaha dasar yang penting bagi keberlangsungan UMKM. (Ferli et al., 2022). Hal ini membuktikan bahwa tidak sedikit dari para UMKM yang belum memahami pentingnya pengelolaan keuangan bagi keberlangsungan UMKM.
Berdasarkan observasi, terdapat beberapa pelaku UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia wilayah bekasi yang mana pengelolaan dan pencatatan keuangan dilakukan secara sederhana saja, yaitu dengan hanya melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran. Bahkan terdapat juga UMKM yang tidak mencatat/menghitung pengeluaran mengenai sewa tempat. Selain itu, terdapat juga UMKM yang tidak menyadari bahwa dalam pengelolaan keuangan usaha itu juga termasuk atas salary /gaji bagi pemilik usahanya itu sendiri dan tidak hanya salary karyawan saja. Kurangnya pemahaman yang dimiliki oleh para pelaku UMKM mengakibatkan hal seperti ini terjadi.
Pada akhirnya kinerja jangka panjang UMKM yang bergerak pada industri kreatif cenderung pasif dan tidak terarah dengan baik. Untuk meningkatkan kinerja dan keberlangsungan jangka panjang diperlukan upaya strategis misalnya meningkatkan pengetahuan UMKM tentang pengelolaan dan pencatatan keuangan. Bagi para pelaku UMKM diperlukan literasi keuangan dalam memahami pengelolaan keuangan. Menurut Bhushan & Medury dalam Arianti (2020:16) menyimpulkan bahwa literasi keuangan adalah kemampuan untuk membuat penilaian yang terinformasi dan keputusan yang efektif tentang penggunaan dan pengelolaan uang.
Merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengendalikan aktivitas keuangan seperti pengadaan serta pemanfaatan dana usaha merupakan pengelolaan keuangan (Purba et al., 2021:114). Pengelolaan keuangan yang buruk mempengaruhi pembukuan dan membuat pendapatan serta pengeluaran menjadi tidak jelas. Pelaku UMKM harus menerapkan manajemen keuangan risiko dalam bisnis UMKM sendiri dengan memisahkan keuangan pribadi dan bisnis, mencatat arus kas dan mengelola arus bisnis.
Sebaliknya, jika keuangan dikelola dengan baik maka akan berdampak pada perkembangan usaha. Adanya catatan keuangan, perincian biaya yang jelas pada kurun waktu tertentu, membantu UMKM untuk menentukan biaya produksi. UMKM juga terbantu dalam menghitung keuntungan dan kerugian yang dihasilkan, serta pembukuan dapat mempermudah pengajuan pinjaman ke bank untuk menambah modal. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh terhadap keberlanjutan UMKM, akses keuangan, dan sikap risiko keuangan. Dan literasi keuangan memiliki pengaruh terbesar terhadap akses keuangan (Ferli, 2023:118).
Oleh sebab itu, berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti merasa diperlukan adanya kegiatan seminar sebagai bagian dari pelatihan/pengembangan bagi para pelaku UMKM dalam hal pentingnya pengelolaan keuangan. Hal ini dapat diselaraskan dengan kepentingan atau keadaan yang dilalui para pelaku UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia wilayah bekasi . Pelatihan ini diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM untuk berkembang dan mengelola keuangan usaha maupun pribadi mereka menjadi lebih baik
## Sasaran Kegiatan
Berdasarkan pemaparan profiling pendahuluan yang dilakukan pada anggota Komunitas UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia Wilayah Bekasi mengenai permasalahan usaha dan tema pendampingan yang diharapkan dimana mayoritas anggota memiliki permasalahan terkait pencatatan dan pengelolaan keuangan yang dialami oleh anggota yang tergabung dalam komunitas tersebut. Komunitas ini beranggotakan para pedagang yang usahanya dibidang kuliner. Sebagian besar anggota komunitas belum paham tentang pengelolaan
## Ossi Ferli et al.
keuangan yang seharusnya, kurangnya kedisiplinan dalam pencatatan keuangan, pemisahan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis, serta pelaporan dan pembukuan usahanya. Sehingga diperlukan seminar pelatihan dan pendampingan terkait hal-hal tersebut. Sasaran kegiatan ini adalah :
1. Menyampaikan materi dasar mengenai pengelolaan dan pencatatan keuangan untuk para pelaku UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia wilayah bekasi .
2. Melakukan pendampingan penerapan materi dasar keuangan bagi UKM anggota IKM Kartika Nusantara Indonesia Wilayah Bekasi.
3. Memberikan kontribusi berarti bagi UKM di Indonesia, khususnya pada anggota UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia wilayah bekasi .
## Masalah yang ingin dipecahkan
Mitra yang akan menjadi objek pada penelitian ini adalah UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia yang berdiri sejak tahun 2022. Sebelumnya nama UKM ini adalah UKM Wira Kartika yang telah berdiri sejak tahun 2020, namun dikarenakan permasalahan HAKI, maka UKM Wira Kartika berubah menjadi UKM IKM Kartika Nusantara. Dan untuk saat ini jumlah anggota yang telah terdaftar pada UKM IKM Kartika Nusantara adalah sebanyak 30 orang yang tersebar di sekitar Kota dan Kabupaten Bekasi dan anggotanya rata-rata adalah Ibu Rumah Tangga berumur sekitar 35 - 50 tahun.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada 25 Februari 2023 di Green Walk Mall Kota Bekasi bersama Ketua UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia yaitu Ibu Ariastuti Soemadi R., peneliti menemukan terdapatnya permasalahan yang dihadapi oleh UMKM yang berkaitan dengan keuangan yaitu kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan dan kurangnya kesadaran terhadap perbedaan keuangan usaha dan keuangan pribadi. Dari beberapa masalah tersebut, ditemukan alasan mengapa hal itu dapat terjadi oleh para pelaku UMKM karena kurangnya minat para pelaku usaha dalam melakukan pengelolaan ataupun pencatatan keuangan untuk usaha mereka. Padahal hal tersebut dapat membantu para pelaku UMKM dalam mengatur manajemen keuangan serta manajemen risiko untuk usaha mereka, sehingga terhindar dari kebangkrutan. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM untuk berkembang dan mengelola keuangan usaha maupun pribadi mereka menjadi lebih baik.
## MATERI DAN METODE
## Materi
Materi yang akan dibawakan pada seminar pengabdian masyarakat disesuaikan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh UKM IKM Kartika Nusantara wilayah Bekasi yaitu tentang pengelolaan keuangan. Materi ini meliputi penciptaan mindset disiplin pada pencatatan keuangan, pemisahan keuangan Sendiri serta keuangan bisnis, perencanaan serta pengelolaan aset, hutang serta ekuitas, penetapan sasaran, bisnis dan penilaian bisnis hingga sampai praktik pencatatan keuangan sederhana pada UMKM serta pembuatan Perhitungan HPP, biaya marketing, dan penentuan harga (Pricing Strategy) yang akan dibawakan oleh. Pak Ahmad Adriansyah selaku narasumber.
## Lokasi dan Waktu Kegiatan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Green Walk Mall, Kota Bekasi. Provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan secara offline . Kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu, 10 Mei 2023 dan dimulai pada pukul 11.00 - Selesai.
## Peserta
Peserta Kegiatan pengabdian ini ditargetkan kepada 25 orang pelaku usaha yang tergabung pada UKM IKM Kartika Nusantara wilayah Bekasi.
## Prosedur dan Metode
Dalam pelaksanaannya terdapat 5 tahap kegiatan yaitu tahap identifikasi, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi & tahap pelaporan. Para pelaku usaha yang tergabung dalam UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia yang bertempat di Green Walk Mall, Kota Bekasi adalah sebagai objek dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini yang mengalami hambatan dalam pengelolaan dan pencatatan keuangan. Kegiatan pengabdian ini ditargetkan kepada 25 pelaku usaha dan dalam mendukung program kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, maka pada pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan di Green Walk Mall, Kota Bekasi akan dilakukan dalam beberapa metode yaitu sebagai berikut :
Metode Ceramah. Pada metode ini, peserta diberikan materi/edukasi dan gambaran umum secara lisan oleh Narasumber dalam seminar terkait pengelolaan dan pencatatan keuangan, serta memberikan motivasi kepada peserta agar dapat memiliki minat untuk penerapannya dalam usaha mereka. Metode pertama ini akan diselenggarakan dalam waktu 1 jam.
Metode Diskusi. Pada metode ini, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya atau mendiskusikan permasalahan yang mereka hadapi yang berkaitan dengan keuangan dengan Narasumber. Metode kedua ini akan diselenggarakan dalam waktu 30 menit. Pelaksanaan Kegiatan Seminar Pengelolaan dan Pencatatan Keuangan yang dilaksanakan untuk para pelaku usaha yang tergabung dalam UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia wilayah Bekasi dilakukan dengan beberapa tahapan sistematis terlihat pada Gambar 1 berikut.
## Gambar 1 . Tahapan Sistematis Kegiatan
Sumber : Olah Data Penulis (2023)
## Ossi Ferli et al. Financial Management, MSME, Cost of Production
Pada tahap identifikasi yang merupakan tahap awal pada kegiatan ini dilakukan dengan menganalisis situasi yang dimana kami melakukan wawancara terhadap ketua UKM IKM Kartika Indonesia Nusantara wilayah Bekasi. Dari hasil wawancara tersebut ditemukan hasil bahwa para pelaku UMKM membutuhkan pelatihan atau seminar mengenai pengelolaan atau pencatatan keuangan.
Tahap kedua yaitu tahap perencanaan yang mana sebagai aksi lanjutan dari respon yang diterima pada tahap identifikasi untuk menciptakan solusi yang dapat memenuhi kebutuhan para pelaku UMKM dan mengurus perizinan kerjasama antara UMKM dan Universitas.
Tahap ketiga yang merupakan tahap pelaksanaan dilakukan secara offline di Green Walk Mall, Kota Bekasi yang diadakan bersamaan dengan event UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia wilayah Bekasi.
Pada tahap keempat yaitu evaluasi, data respon peserta pelatihan dinilai melalui kuesioner/angket sebagai respon para pelaku usaha untuk mengukur indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini (Mahendra & Nugraha, 2021). Indikator yang dinilai adalah kontribusi sosialisasi, kemampuan dan ketanggapan instruktur dan materi sosialisasi. Hasil dari respon peserta dinilai berdasarkan indikator pencapaian sebagai berikut (Tabel 1).
## Tabel 1.
Indikator Pengukuran Efektivitas Program Pengabdian Kepada Masyarakat dan Target Pencapaian
No Indikator Target Pencapaian 1 Kegiatan pengabdian masyarakat dihadiri banyaknya anggota komunitas Minimal kehadiran anggota komunitas sebanyak 25 orang 2 Diperoleh data profil anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat Data profil yang diperoleh yaitu data demografi dan data sosioekonomi 3 Anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat dapat memahami materi yang dijelaskan Minimal 80% anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat dapat mengerti materi yang dijelaskan 4 Anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat termotivasi untuk mengimplementasikan materi yang dijelaskan Minimal 50% anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat termotivasi untuk mengimplementasikan materi yang dijelaskan 5 Anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat dapat mengikuti kegiatan selanjutnya Menentukan tema untuk materi kegiatan pengabdian masyarakat selanjutnya Sumber : Olah Data Penulis (2023)
Lalu pada tahap kelima yaitu pelaporan, dilakukan penyusunan laporan dalam bentuk jurnal pengabdian kepada masyarakat yang akan dipublikasikan sesuai dengan jurnal pkm yang menjadi target luaran publikasi.
## HASIL DAN EVALUASI
## Penjelasan Umum
Pada kegiatan pengabdian masyarakat yang telah diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 10 Mei 2023 dengan bertemakan “Pentingnya Pengelolaan Keuangan Bagi UMKM” di Green Walk Mall, Bekasi Timur, materi yang dipaparkan pada kegiatan ini terdiri dari prinsip- prinsip pengelolaan keuangan bisnis, perhitungan HPP, perhitungan biaya marketing, penentuan harga, dan juga pengenalan pencatatan keuangan sederhana dengan menggunakan aplikasi “SI APIK” yang diluncurkan oleh Bank Indonesia
Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim dosen dan mahasiswa/i STIE Indonesia Banking School yang bertanggung jawab sebagai narasumber dan pelaksana acara. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, khususnya para pelaku UMKM, agar dapat memahami dan memotivasi para peserta tentang pentingnya pengelolaan keuangan bisnis, serta perlunya meningkatkan kesadaran terhadap pencatatan keuangan, pemisahan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis. Adapun peserta yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah termasuk anggota dari komunitas UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia di wilayah Bekasi.
Pada materi bagian 1, terdapat 8 prinsip yang wajib dipahami oleh para pelaku usaha seperti yang terlihat pada Gambar 3. Pemahaman mengenai prinsip-prinsip pengelolaan keuangan bisnis ini diberikan dan dijelaskan satu persatu, lalu diberikan contoh yang mudah dimengerti, serta melakukan diskusi singkat dengan para peserta, agar peserta dapat terbuka pemahamannya dan memotivasi diri agar mulai menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan bisnis ini.
Pada materi bagian 2, diberikan penjelasan mengenai komponen-komponen penting yang terdapat pada HPP, biaya marketing, dan juga penentuan harga. Materi ini digabung menjadi satu dikarenakan terdapat hubungan yang erat antara satu dengan lainnya. Sebelum menentukan harga dari suatu produk, diperlukan perhitungan HPP dan juga biaya marketing. Hal ini karena pada era globalisasi sekarang, penjualan produk tanpa memikirkan pemasaran akan dapat sangat berpengaruh terhadap terhambatnya penjualan, bisnis tidak berkembang, dan tidak mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Oleh karena itu, para peserta diberikan pemahaman serta contoh yang mudah agar peserta dapat dengan mudah mengerti dan menerapkannya.
Selanjutnya pada materi bagian 3, diberikan pengenalan dan tutorial terhadap salah satu aplikasi pencatatan laporan keuangan sederhana yang diluncurkan oleh Bank Indonesia yaitu SI APIK. Pada aplikasi ini, para peserta dapat melakukan pencatatan keuangan keluar masuk dan dapat membuat laporan keuangan dengan mudah. Dengan ini, diharapkan para peserta dapat dengan mudah melakukan pencatatan dan pembukuan terhadap keuangan bisnisnya.
## Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema Pentingnya Pengelolaan Keuangan Bagi UKM IKM Kartika Nusantara Indonesia wilayah Bekasi telah menyampaikan materi Prinsip Pengelolaan Keuangan Bisnis, Menghitung HPP, Biaya Marketing dan Penetapan Harga, serta Tutorial Aplikasi Keuangan Si Apik pada Mei 2023. Metode yang digunakan pada pemaparan materi pengelolaan keuangan berupa power point yang dijelaskan kepada peserta serta membuka forum tanya jawab yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan secara offline pada hari Rabu tanggal 10
## Ossi Ferli et al.
Mei 2023, terlihat pada Gambar 1, yang dihadiri oleh 29 peserta UKM IKM Kartika Nusantara Wilayah Bekasi dan 8 tim Pengabdian Kepada Masyarakat STIE Indonesia Banking School.
## Gambar 1. Pelaksanaan Kegiatan
Sumber: dokumentasi penulis (2023)
Sebelum dimulainya acara inti, yang akan mencakup pemaparan materi mengenai pentingnya pengelolaan keuangan oleh Narasumber. MC acara berusaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan kondusif. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu "Indonesia Raya" untuk membangkitkan semangat kebersamaan. Selanjutnya, terlihat pada Gambar 2 peserta diarahkan dan dibimbing untuk mengerjakan Pre-Test.
Pre-Test ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman peserta tentang pengelolaan keuangan sebelum presentasi materi dimulai. Hasil dari Pre-Test akan dibandingkan dengan hasil pengerjaan Post-Test yang akan dilakukan setelah pemaparan materi selesai. Dengan demikian, kami dapat mengukur seberapa besar peningkatan pemahaman peserta setelah mendengarkan materi yang disampaikan.
Gambar 2. Pengerjaan Pre-Test
Sumber: dokumentasi penulis (2023)
Setelah Pre-Test, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi dan diskusi selama 1 jam 30 menit, Terlihat pada Gambar 6. Materi yang disampaikan mencakup prinsip-prinsip pengelolaan keuangan bisnis, perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP), perhitungan biaya pemasaran, strategi penetapan harga, serta pengenalan pencatatan keuangan sederhana menggunakan aplikasi "SI APIK" yang diluncurkan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya, dilakukan sesi diskusi yang memungkinkan peserta untuk bertanya, berbagi pengalaman, dan mendapatkan klarifikasi tentang topik yang telah disampaikan. Diskusi ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman peserta tentang pengelolaan keuangan dan menerapkan konsep yang telah dipelajari ke dalam konteks UKM mereka.
Setelah diskusi, peserta diberi waktu untuk mengerjakan Post-Test guna mengukur sejauh mana peningkatan pemahaman mereka setelah mendapatkan materi dan berpartisipasi dalam diskusi. Dengan membandingkan hasil Pre-Test dan Post-Test, kami dapat melihat dampak positif dari pemaparan materi dan diskusi tersebut. Acara diakhiri dengan sesi penutup yang melibatkan penyerahan sertifikat dan hadiah kepada perwakilan peserta sebagai penghargaan atas partisipasi mereka dalam kegiatan ini.
Gambar 4. Penyerahan Hadiah & Sertifikat
Sumber: dokumentasi penulis (2023)
## Evaluasi Kegiatan
Pada tahap evaluasi ini, data yang diperoleh adalah berdasarkan dari hasil Pre-Test dan Post- Test yang telah dikerjakan oleh peserta pada saat pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat di tanggal 10 Mei 2023. Seperti yang telah dijelaskan pada tahap pelaksanaan, hasil pengerjaan Pre-Test dan Post-Test akan dibandingkan untuk melihat pengaruh dari pemahaman peserta sebelum dan sesudah pemaparan materi. Hal tersebut akan menjadi acuan keberhasilan dari indikator target capaian kegiatan pengabdian masyarakat ini.
## Ossi Ferli et al.
Tabel 2.
## Indikator Pencapaian Pertama
No Indikator Target Pencapaian Hasil Keterangan 1 Kegiatan pengabdian masyarakat dihadiri banyaknya anggota komunitas Minimal kehadiran anggota komunitas sebanyak 25 orang Kegiatan Pengabdian Masyarakat dihadiri oleh 29 orang Tercapai ✅
## Sumber: Olah Data Penulis (2023)
Target pencapaian yang pertama adalah dengan minimal kehadiran anggota komunitas sebanyak 25 orang dan pada realisasinya kegiatan ini telah dihadiri oleh 29 orang. Maka dapat diartikan bahwa untuk target pencapaian nomor satu telah tercapai. Target capaian yang kedua adalah memperoleh data profil yaitu data demografi dan data sosio ekonomi dari peserta kegiatan.
## Tabel 3.
Indikator Pencapaian Ketiga No Indikator Target Pencapaian Hasil Keterangan 3 Anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat dapat memahami materi yang dijelaskan Minimal 80% anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat dapat mengerti materi yang dijelaskan Hasil akhir dari rata-rata persentase post- test menunjukan angka sebesar 83.6% Tercapai ✅
## Sumber: Olah Data Penulis (2023)
Pada target pencapaian ke 4 dan ke 5 ini diambil berdasarkan hasil dari kuesioner survey kepuasan yang dikerjakan bersamaan dengan post-test, berikut adalah hasil dari survey kepuasan peserta dan hasil pemilihan materi untuk kegiatan pengabdian masyarakat selanjutnya. Target capaian yang diinginkan pada indikator nomor 4 adalah “minimal 50% anggota komunitas yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat termotivasi untuk mengimplementasikan materi yang dijelaskan” dan untuk melihat apakah target pencapaian itu tercapai atau tidak, hal itu dapat dilihat pada pertanyaan survey kepuasan nomor 3 yang menunjukan pada skala penilaian 5 menunjukan angka sebesar 51.7% yang artinya target itu tercapai karena angka tersebut lebih besar dibanding dengan minimal target capaian. Dan juga pada hasil persentase di setiap pertanyaan survey kepuasan memiliki hasil yang lebih dari 50%. Dari hasil tersebut, dapat dinilai cukup baik dan bermanfaat, serta dapat membantu para peserta memahami dan menerapkan tentang pentingnya pengelolaan keuangan. Pada hasil dari pertanyaan kuesioner survey kepuasan lainnya pun dapat mendukung argumentasi untuk indikator dan target capaian nomor 3, yang mana menunjukan hasil yang baik.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang telah dikerjakan oleh 29 peserta yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat di atas menunjukan hasil yang signifikan positif dari tiap- tiap pertanyaan yang dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan dalam kegiatan ini. Perubahan yang meningkat secara signifikan ada pada pertanyaan nomor 3 “Biaya yang tidak termasuk dalam komponen HPP adalah ?” yaitu dengan selisih sebesar 41.4% dan yang memiliki perubahan paling rendah adalah pada pertanyaan nomor 2 “Mengapa perlu adanya pembukuan sederhana untuk UMKM?” yaitu dengan selisih sebesar 3.4%. Untuk pertanyaan mengenai HPP, hal ini dikarenakan pada materi yang dipaparkan menjelaskan secara detail mengenai komponen-komponen yang terdapat pada HPP dan untuk pertanyaan mengenai
pembukuan keuangan terlihat bahwa para peserta telah memahami secara teori, namun para peserta masih perlu motivasi untuk penerapannya.
Untuk menentukan keberhasilan dari target pencapaian yang ingin dicapai dapat dilihat pada bagian rata-rata persentase antara pre-test dan post test. Perubahan signifikan yang positif terjadi pada rata-rata persentase pre-test yang awalnya menunjukan angka sebesar 58.7%, meningkat jauh menjadi 83.6% pada rata-rata persentase post-test. Karena hasil akhir pada post-test menunjukan hasil yang sangat positif dan lebih dari yang diharapkan oleh target capaian yaitu 80%, maka dapat diartikan bahwa target tersebut telah tercapai. Hal ini membuktikan bahwa peserta yang mengikuti kegiatan seminar mengenai “Pentingnya Pengelolaan Keuangan terhadap UMKM” sebesar 83.6% dapat mengerti terhadap materi yang dijelaskan oleh narasumber.
Pada indikator dan target pencapaian yang terakhir adalah dapat menentukan tema untuk materi kegiatan pengabdian masyarakat selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk membantu UMKM dalam menambah wawasan dan pengetahuan yang dapat berguna bagi kemajuan usaha/bisnis mereka dan dapat merancang program pengabdian kepada masyarakat ini dapat terus berlanjut. Pada tahap ini diberikan 4 opsi materi yang dapat dipilih oleh para peserta melalui kuesioner yang telah diberikan bersamaan dengan post-test, selanjutnya hasil dari kuesioner tersebut akan dipilih materi prioritas sesuai dengan banyaknya peserta yang memilih materi tersebut. Maka dari itu, hasil menunjukan mayoritas memilih materi “Pembukuan Akuntansi” dan “Kewirausahaan dan Pengembangan Bisnis” sebagai materi yang akan disampaikan pada kegiatan pengabdian masyarakat selanjutnya, karena terdapat persamaan persentase pada pemilihan yaitu sebesar 41.4%.
## SIMPULAN
Berdasarkan fenomena pentingnya UMKM di Indonesia dan permasalahan yang dihadapi oleh UKM IKM Kartika Nusantara wilayah Bekasi yang telah diidentifikasi pada tahap awal, serta kegiatan pendampingan pengelolaan keuangan yang telah dilakukan oleh tim dosen dan mahasiswa STIE Indonesia Banking School dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Dalam UKM IKM Kartika Nusantara Wilayah Bekasi, mayoritas pelaku usahanya adalah perempuan dengan usaha mikro sebagai kategorinya. Mereka menghadapi permasalahan umum yang juga dialami oleh UMKM di Indonesia pada umumnya, yaitu kurangnya pemahaman mengenai administrasi keuangan dasar yang sangat penting untuk kelangsungan usaha. Dalam kegiatan pendampingan kepada masyarakat ini, tim dosen dan mahasiswa STIE Indonesia Banking School telah menyampaikan materi pengelolaan keuangan dan memberikan pendampingan terkait penentuan dasar perhitungan harga pokok produksi (HPP) dan penetapan harga jual bagi UMKM. Selain itu, mereka juga diperkenalkan cara menggunakan aplikasi "SI APIK" untuk pencatatan usaha serta memberikan gambaran umum mengenai penerapan pencatatan keuangan pada UMKM. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat terus dilanjutkan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi UMKM di Indonesia secara keseluruhan, khususnya bagi UKM IKM Kartika Nusantara Wilayah Bekasi.
## Saran kegiatan Lanjutan
Para pelaku UMKM khususnya UKM IKM Kartika Nusantara Wilayah Bekasi mungkin menghadapi tantangan dalam mengubah kebiasaan lama mereka dan menerapkan praktik pengelolaan keuangan yang baru. Selain itu, disiplin yang konsisten juga diperlukan agar perubahan tersebut dapat menjadi kebiasaan yang berkelanjutan. Kurangnya perubahan dan disiplin dalam pengelolaan keuangan dapat menghambat pencapaian tujuan PKM. Pada
## Ossi Ferli et al.
kegiatan pengabdian kepada masyarakat selanjutnya diharapkan tim pengabdian kepada masyarakat mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh para pelaku UMKM. Dengan memahami masalah-masalah yang spesifik, PKM dapat menyusun program yang lebih relevan dan efektif. Mempertimbangkan juga peningkatan kolaborasi, bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan UMKM, seperti pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan lembaga pendidikan, dapat memperluas dampak kegiatan PKM. Kolaborasi ini dapat menghadirkan sumber daya, pengetahuan, dan jaringan yang lebih luas untuk mendukung pelaku UMKM. Dalam kegiatan PKM berikutnya juga penting mempertimbangkan untuk menyusun materi yang lebih diversifikasi. Selain pengelolaan keuangan, sertakan topik-topik seperti pembukuan akuntansi, kewirausahaan dan pengembangan bisnis, teknologi dan transformasi digital, dan keterampilan komunikasi. Hal ini akan memberikan wawasan yang lebih efektif dan komprehensif bagi para pelaku UMKM. Dengan memperhatikan saran-saran ini, diharapkan kegiatan PKM selanjutnya dapat memberikan dampak yang lebih luas, mendalam, dan berkelanjutan bagi para pelaku UMKM.
## REFERENSI
Ferli, O. (2023). Financial Literacy for Better Access to Finance, Financial Risk Attitude, and Sustainability of MSMEs in Indonesia. Jurnal Manajemen (Edisi Elektronik) , 14 (1), 111- 122. 10.32832/jm-uika.v14i1.9792
Ferli, O., Sufina, L., Amalia, A. N., Rimadias, S., Veterina, I., Khairani, Z., Anastasia, D. Q., & Oktaviani, N. (2022, September). Pendampingan Materi Keuangan UMKM Pada Komunitas Emak Cekatan dan Enerjik (KECE) Jakatra Timur. Jurnal Dharma Bhakti Ekuitas , 7 , 47.
Ferli, O. (2023). Financial Literacy for Better Access to Finance, Financial Risk Attitude, and Sustainability of MSMEs in Indonesia. Jurnal Manajemen (Edisi Elektronik) , 14 (1), 111- 122. 10.32832/jm-uika.v14i1.9792
Haryanti, D. M., & Hidayah, I. (2019). Potret UMKM Indonesia: Si Kecil yang Berperan Besar. Retrieved February 7, 2022, from https://www.ukmindonesia.id/bacaartikel/62 Kementerian Keuangan RI & Kamsidah. (2022, September). Optimalkan Potensi UMKM terhadap PDB Indonesia melalui Lelang UMKM. DJKN. Retrieved 2023, from https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-semarang/baca- artikel/15395/Optimalkan-Potensi-UMKM-terhadap-PDB-Indonesia-melalui-Lelang- UMKM.html
Mahendra, G. S., & Nugraha, P. G. S. C. (2021). Pelatihan Perangkat Desa dalam Penggunaan Sistem Pengaduan Online Berbasis Web (ECResolver) Untuk Menuju Desa Digital. Jurnal Masyarakat Mandiri, 5(3), 918–929. https://doi.org/10.31764/jmm.v5i3.4481 Purba, Dewi Suryani dkk, (2021) Manajemen Usaha Kecil dan Menengah, Yayasan Kita Menulis.
R., A. S. (2023, Februari 25). Pengelolaan Keuangan bagi UMKM IKM Kartika Nusantara. (P. M. Bangun, Interviewer)
Sembadha, R. F. (2018). Pengelolaan Keuangan bagi UMKM di Kelurahan Air Putih Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat , 1 , 226. Tulus Tambunan. 2012. UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Wardi, J., Putri, G. E., & Liviawati. (2020). Pentingnya Penerapan Pengelolaan Keuangan Bagi UMKM. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis , 17 , 56.
Accepted author version posted online: 4/30/2023 Hendryadi (Reviewing editor)
## FUNDING
## Tidak ada informasi mengenai sumber pendanaan kegiatan ini
## COMPETING INTERESTS
Tidak ada konflik kepentingkan untuk diungkapkan.
|
69ef10fd-0403-4971-b965-532f7c68b4f5 | https://journal.untar.ac.id/index.php/jmbk/article/download/11144/7066 |
## RENCANA BISNIS “INDONESIAN’S COFFEE SHOP”
Aloysius Derry
Program Studi Magister Manajemen Universitas Tarumanagara [email protected]
Masuk : 01-06-2020 , revisi : 26-06-2020 diterima untuk diterbitkan : 26-06-2020
Abstract: This project was carried out to test the feasibility of a coffee shop business plan that was planned be built in Jakarta, Indonesia. Coffee has been a part of the lifestyle of Indonesian people for a long time. The relationship between coffee and lifestyle in Indonesia is the main reason that supports this project. This business plan is carried out by mapping the business model of the coffee shop. The business model of coffee shop is also analyzed by analyzing markets, market segments, Porter’s Five Forces analysis , PEST analysis, and SWOT analysis. The results of the analysis of the Indonesian’s coffee shop business model is have the best quality, affordable prices, and strategic location. The disadvantage requested is that as a new brand, it takes effort that can be well received by consumers. This weakness is a limitation of Indonesia's coffee shop to focus on supporting the development of information technology to support brand acceleration in order to support engagement with potential customers. Projection of income statement, net present value, and payback period. Quantitative test results indicate a business plan that is feasible to implement because it meets all eligibility criteria.
Keywords: Business Plan, Business Strategy, Business Model Canvas, Coffee Shop
Abstrak: Proyek ini dilakukan untuk menguji kelayakan rencana bisnis kedai kopi yang direncanakan akan dibangun di Jakarta, Indonesia. Kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia sejak lama. Hubungan antara kopi dan gaya hidup di Indonesia adalah alasan utama yang mendukung proyek ini. Rencana bisnis ini dilakukan dengan memetakan model bisnis kedai kopi. Model bisnis kedai kopi juga dianalisa dengan menganalisis pasar, segmen pasar, analisa Porter’s five forces analisis PEST, dan analisis SWOT. Hasil analisis model bisnis Indonesian’s Coffee Shop adalah memiliki kualitas terbaik, harga terjangkau, dan lokasi yang strategis. Kerugian yang diminta adalah bahwa sebagai merek baru, dibutuhkan upaya yang dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Kelemahan ini adalah keterbatasan Indonesian’s Coffee Shop untuk fokus mendukung pengembangan teknologi informasi untuk mendukung percepatan merek dalam rangka mendukung keterlibatan dengan pelanggan potensial. Proyeksi laporan laba rugi, Net Present Value , dan Payback Period . Hasil tes kuantitatif menunjukkan rencana bisnis yang layak untuk dilaksanakan karena memenuhi semua kriteria kelayakan.
Kata Kunci: Rencana Bisnis, Strategi Bisnis, Business Model Canvas, Kedai Kopi
## PENDAHULUAN
Kopi telah berkembang di Indonesia sejak jaman taman paksa oleh pemerintah Belanda. Perkembangan ini terus berlanjut hingga kopi menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat di Indonesia. Keterikatan kopi dengan masyarakat juga tidak luput menjadi katalis dalam menghadirkan kedai kopi hingga café di Indonesia. Kopi sendiri dinikmati di seluruh lapisan masyarakat yang ada. Biji kopi sendiri juga tumbuh pada berbagai daerah di Indonesia dan bahkan setiap daerah memiliki biji kopi yang khas dan istimewa. Hal ini membuat perkembangan sektor bisnis kopi meningkat dengan cepat di Indonesia. Perkembangan sektor kopi memang sangat menarik karena di Indonesia petani kopi tersebar di berbagai daerah, pelaku bisnis kopi juga beragam dan terus berinovasi, serta konsumen yang jumlahnya sangat besar dan terus bertumbuh.
Perkembangan kopi di Indonesia juga diikuti dengan banyaknya pelaku bisnis yang hadir di sektor ini, pelaku bisnis yang ada tidak hanya berasal dari dalam negeri melainkan juga terdapat beberapa pelaku bisnis luar negeri yang merambah masuk ke dalam pasar Indonesia. Hal ini yang mendasari perencanaan model bisnis kedai kopi yang mengusung semangat nasionalisme dan rasa cinta tanah air ke dalam brand value Indonesian’s Coffee Shop . Pelaku bisnis yang cukup banyak di sektor ini mendorong Indonesian’s Coffee Shop untuk hadir dengan menawarkan strategi yang baru dan inovatif agar dapat bersaing di industri ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Indonesian’s Coffee Shop , dan merumuskan strategi yang cocok untuk diimplementasikan Indonesian’s Coffee Shop dalam menghadapi persaingan bisnis.
## METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian terhadap rencana bisnis kedai kopi oleh Indonesian’s Coffee Shop merupakan penelitian kepustakaan dan menggunakan metode analisis kuantitatif. Data-data sekunder yang diperoleh melalui buku dan literatur lainnya menjadi referensi di dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penyusunan model bisnis dengan menggunakan Business Model Canvas yang terdiri dari segmentasi pelanggan, proposisi nilai, saluran, hubungan pelanggan, aliran pendapatan, sumber daya utama, aktivitas kunci, kemitraan utama, dan struktur biaya. Rencana bisnis dilakukan dengan mencakup konsep produk, proses produksi dan pelayanan yang meliputi penyusunan tata letak, perizinan usaham serta kegiatan operasional, serta rencana organisasi perusahaan, Rencana bisnis Indonesian’s Coffee Shop juga dilakukan analisa terhadap pasar dan segmen yang akan dituju, analisa Porter’s five forces , analisa PEST, dan analisa SWOT. Kelayakan terhadap investasi di bisnis ini juga dilakukan pengujian melalui proyeksi laba rugi, NPV, dan Payback Period .
## HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pasar
Target market Indonesian’s Coffee Shop adalah karyawan yang tersebar di DKI Jakarta, khususnya di Jakarta Barat yang akan menjadi store pertama Indonesian’s Coffee Shop . Berdasarkan data BPS tahun 2019, jumlah penduduk Kecamatan Grogol Petamburan adalah sebesar 241.564 jiwa. Sedangkan jumlah usia produktif DKI Jakarta di tahun 2019 mencapai 72,38% sehingga diproyeksikan jumlah penduduk usia produktif di Kecamatan Grogol Petamburan sebesar 174.844 jiwa. Berdasarkan jumlah usia produktif di Kecamatan Grogol Petamburan, diproyeksikan 25% dari jumlah usia produktif menjadi target pasar usaha coffee shop atau sekitar 43.711 jiwa (asumsi jumlah kunjungan 1 kali/minggu). Saat ini jumlah coffee shop di area Grogol Petamburan sebanyak ±240 coffee shop . Total penawaran didapatkan dari kapasitas pelanggan yang dapat dilayani. Diasumsikan jam kerja selama 12 jam/hari dan kapasitas pelayanan 6 konsumen/jam, maka total kapasitas penawaran dalam seminggu sebanyak 17.280 pelanggan. Jumlah coffee shop yang telah hadir saat ini baru mampu memenuhi 39,53% permintaan. Indonesian’s Coffee Shop menargetkan di tahun pertama mampu menarik 3,4% market share .
## Faktor Kompetitif
Dalam melakukan komparasi dengan sektor bisnis, dilakukan analisa Porter’s five forces guna menganalisa industri dan pengembangan strategi bisnis yang terdiri dari:
1. Competitive Rivalry Within an Industry
Persaingan bisnis kopi yang sangat ketat, khususnya beberapa tahun ini memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang diraih adalah perubahan lifestyle dari masyarakat yang saat ini sangat gemar mengkonsumsi kopi di coffee shop . Pertumbuhan konsumsi kopi ini juga sejalan dengan peningkatan jumlah pelaku bisnis kopi pada sektor coffee shop di Indonesia. Tingginya jumlah coffee shop di Indonesia dengan berbagai macam konsep dan keunggulan masing-masing pelaku bisnis
memudahkan konsumen untuk berpindah menjadi pelanggan coffee shop lain. Faktor pembeda yang ditawarkan Indonesian’s Coffee Shop adalah value rasa cinta tanah air. Value tersebut dituangkan ke dalam brand Indonesian’s Coffee Shop yang diharapkan dapat secara cepat menghantarkan Indonesian’s Coffee Shop dikenal oleh masyarakat luas. Brand yang kuat juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bersaing dengan beberapa brand kopi yang saat ini tengah naik daun.
2. Threat of New Entry
Capital Requirement dari sisi modal yang fleksibel. Kekuatan modal dari pelaku bisnis akan menentukan konsep dan model dari coffee shop yang akan dibentuk. Konsep dan model yang dapat secara dinamis untuk dibangun seiring dengan perkembangan teknologi informasi memberikan keleluasaan untuk menentukan model bisnis dan dapat disesuaikan dari sisi modal yang diperlukan. Government Barriers yang memudahkan pelaku bisnis untuk membuka usaha coffee shop maupun usaha lain di industri makanan, sehingga tidak dibutuhkan persyaratan dan proses yang rumit. Fokus pemerintah dalam membantu pengembangan usaha di Indonesia menciptakan kemudahan untuk membangun usaha saat ini. Learning Curves yang tidak sulit karena tidak dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan yang sangat sulit. Pengetahuan-pengetahuan terkait coffee shop juga dengan mudah didapatkan melalui kursus-kursus barista yang tersebar. Perkembangan teknologi informasi yang sangat tinggi juga membuat persebaran informasi yang sangat tinggi dan mudah didapatkan.
3. Bargaining Power of Buyers
Beragamnya pelaku bisnis coffee shop di Indonesia membuat konsumen memiliki kekuatan yang sangat besar untuk memilih coffee shop yang menjadi pilihannya. Daya tawar yang dimiliki oleh konsumen saat ini juga memberikan konsumen kewenangan untuk menentukan harga, karena konsumen dengan mudahnya memilih coffee shop yang memberikan harga yang sesuai dengan ekspektasi konsumen. Jumlah konsumen memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan bisnis coffee shop . Perkembangan penduduk dengan kategori milenial memberikan potensi yang sangat besar. Namun, tantangan yang dihadapi adalah membentuk loyalitas dari konsumen guna dapat memenangkan kompetisi dengan kompetitor. Strategi yang akan diimplementasikan oleh Indonesian’s Coffee Shop adalah dengan memberikan kopi berkualitas, pelayanan yang terbaik, fasilitas yang memuaskan, namun dengan harga produk yang kompetitif.
4. Bargaining Power of Suppliers
Indonesia dengan kekayaan alam dan menjadi produsen dari berbagai macam kopi yang berkualitas memberikan Indonesian’s Coffee Shop banyak pilihan supplier kopi berkualitas. Pemilihan supplier juga didasari pada kemampuan supplier dalam menyesuaikan kebutuhan bahan baku yang dipesan oleh Indonesian’s Coffee Shop . Ketersediaan supplier yang sangat banyak juga memberikan harga yang beragam dan kompetitif, sehingga Indonesian’s Coffee Shop dapat memilih supplier yang menawarkan harga terbaik dengan prasyarat-prasyarat yang sesuai dengan kebutuhan Indonesian’s Coffee Shop .
5. Substitute Product
Pada industri coffee shop , terdapat berbagai produk substitusi yang menghasilkan produk-produk minuman lain seperti boba milk tea dan minuman-minuman dengan rasa yang sangat beragam. Ketersediaan produk substitusi yang beragam ini mempengaruhi harga karena variasi harga barang substitusi akan memberikan konsumen banyak pilihan alternatif, termasuk juga harga yang ditawarkan. Namun para penyedia jasa produk substitusi seperti bubble tea dan juice tidak banyak menyediakan fasilitas yang serupa, karena model bisnisnya yang berbeda dengan coffee shop . Hal tersebut dapat membuat ancaman dari produk substitusi masih belum tinggi.
## Rencana Kerja
Rencana kerja yang akan terlaksana pada saat pelaksanaan rencana bisnis ini terdiri dari beberapa bagian, antara lain:
1. Lokasi dan Tata Letak
Penentuan lokasi ritel fisik dari Indonesian’s Coffee Shop ditujukan pada mall-mall serta daerah-daerah dengan tingkat keramaian kaum muda seperti area Pantai Indah Kapuk, Tanjung Duren, Kelapa Gading, Tebet, Kemang, Senopati, dan Kasablanka. Proses penentuan lokasi keramaian kaum muda ditujukan guna meraih target pasar kaum milenial untuk menjadikan ritel fisik sebagai tempat hangout dan bertemu kerabat serta rekan bisnis. Indonesian’s Coffee Shop membagi beberapa aspek penting yang perlu terpenuhi yaitu: Aspek Fisik dan Aspek Umum. Aspek Fisik dipenuhi melalui beberapa aspek berupa area dapur, area meja makan, area toilet, area penyimpanan bahan baku, dan area ruang karyawan. Aspek Umum dipenuhi melalui beberapa aspek yang meliputi pembuangan sampah, limbah toilet, serta standar kesehatan dan keselamatan kerja. Aspek Umum juga memperhatikan faktor lokasi dan lingkungan yang meliputi utilitas (Air dan Listrik), kebisingan ruangan, pencahayaan, serta keamanan dari hama dan serangga.
2. Perizinan Usaha
Dalam membangun bisnis yang legal dan sah di mata hukum, dibutuhkan izin yang sesuai dengan hokum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Adapun peizinan usaha Indonesian’s Coffee Shop meliputi izin usaha dan izin pendirian bangunan usaha. Perizinan usaha sendiri dibutuhkan guna memastikan bahwa keberlangsungan usaha dapat memiliki landasan hukum. Dalam memenuhi persyaratan izin usaha, dibutuhkan kelengkapan atas izin usaha yang meliputi Akte Pendirian Usaha, Surat Tanda Daftar Perusahaan, Surat Izin Tempat Usaha, dan NPWP. Selain perizinan usaha, dalam membangun suatu bisnis fisik dibutuhkan izin pendirian bangunan usaha guna memastikan bangunan usaha tersebut memiliki landasan keabsahan di mata hukum. Dalam memenuhi izin pendirian bangunan usaha, dibutuhkan beberapa berkas kelengkapan yang terdiri dari izin RT/RW, sertifikat tanah, dan kelengkapan pembayaran PBB.
3. Operasional
Kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan sangat mempengaruhi kualitas produk yang akan diterima oleh pelanggan. Kegiatan operasional memperhatikan aspek operasional dari persediaan bahan baku, pengolahan bahan baku, dan pelayanan perusahaan. Proses persediaan bahan baku dilakukan dengan menyusun standard operational procedure dan forecasting guna memastikan efisiensi biaya pengadaan bahan baku. Pengolahan bahan baku juga dipastikan dengan melakukan pemilihan supplier secara selektif agar menjaga kualitas dari seluruh pasokan bahan baku. Pelayanan perusahaan yang dijalankan dengan mengutamakan kepuasan konsumen.
4. Kepemilikan Proses persediaan modal perusahaan akan berkaitan erat dengan kepemilikan usaha secara jangka panjang. Persediaan modal perusahaan sebesar 51% berasal dari owner dan 49% berasal dari investor. Adapun total investasi awal yang diperlukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebesar Rp. 1.023.219.000,00 yang mencakup total biaya investasi dan biaya operasional 1 tahun.
## Struktur Organisasi
Dalam menjalankan bisnis secara berkesinambungan, Indonesian’s Coffee Shop menyusun organisasi ke dalam tiga level organisasi yang terdiri dari:
1. Level 1 – Manajemen
Owner memiliki kewenangan untuk melakukan perencanaan, perumusan strategi, dan penentuan kebijakan perusahaan dalam jangka pendek serta jangka panjang. Owner bersama-sama dengan seluruh bagian management perusahaan menjadi pengambil keputusan perusahaan serta memegang kendali arah, visi, misi, serta pengembangan Indonesian’s Coffee Shop . Management Level juga bertugas untuk berkomunikasi dan menjadi penghubung antara perusahaan dengan lingkungan di luar perusahaan.
2. Level 2 – Head Office Divisions Head Office Divisions memiliki tugas untuk merumuskan kebijakan dan strategi perusahaan menjadi implementasi operasional yang harus dijalankan oleh seluruh karyawan Indonesian’s Coffee Shop . Setiap divisi di Indonesian’s Coffee Shop dipimpin oleh Manager . Manager memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memastikan keberlangsungan proses bisnis yang didasarkan pada peraturan operasional perusahaan yang berlaku dan tertuang pada standard operational procedure dan key performance indicator setiap departemen yang dibawahi. Adapun Manager terbagi menjadi Manager Finance, Human Resource Development, Production & Warehousing, Marketing & Digital Development , dan Store Operational .
3. Level 3 – Store Operations Store Operations Level menjadi ujung tombak pembangun engagement dengan seluruh konsumen. Store Operations Level terdiri dari Supervisor Store yang menjadi jabatan struktural tertinggi pada setiap store . Supervisor Store diperbantukan oleh barista, kitchen staff, dan cashier . Setiap bagian memiliki tugas untuk menaati seluruh standard operational procedure dan key performance indicator yang telah ditentukan berdasarkan acuan dari Head Office Divisions .
## Rencana Keuangan
Rencana keuangan dilakukan dengan melakukan perhitungan laporan laba rugi, dan kelayakan investasi dengan melakukan perhitungan NPV dan Payback Period . Proses analisa kelayakan usaha bisnis dilakukan guna menjamin proses operasional dan keberlangsungan bisnis dapat berjalan dengan baik. Proses analisa kelayakan usaha dilaksanakan dengan melakukan analisa melalui metode Net Present Value dan Payback Period .
Tabel 1 Laporan Laba Rugi Tahun 1 – Tahun 5 (Dalam satuan ribu Rupiah) Deskripsi Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Penjualan Store 1.062.000 1.274.400 1.529.280 1.835.136 2.202.163 HPP (40%) 424.800 509.760 611.712 734.054 880.865 Total Penjualan Kotor 637.200 764.640 917.568 1.101.081 1.321.297 Total Biaya Operasional 610.876 638.646 680.064 711.228 757.440 Laba Sebelum Pajak 26.323 125.993 237.503 389.853 563.856 Pajak 2.632 12.599 23.750 38.985 56.385 Laba Bersih 23.690 113.393 213.753 350.868 507.471
Berdasarkan asumsi perhitungan NPV, dalam periode 5 tahun maka nilai NPV yang sebesar Rp. 725.616.426,49 telah mencapai 3,7 kali lipat dibandingkan nilai investasi awal yang sebesar Rp. 194.217.000. Berdasarkan perhitungan NPV tersebut dimana NPV>0 maka dapat dikatakan bahwa rencana bisnis ini layak untuk dijalankan akan memberikan manfaat bagi perusahaan.
Tabel 2 Net Present Value Tahun Kas Bersih Discount Factor (9,80%) PV Kas Bersih Tahun 0 -Rp 194.217.000 1 -Rp 194.217.000,00 Tahun 1 Rp 45.565.672 0,910746812 Rp 41.498.790,53 Tahun 2 Rp 135.268.582 0,829459756 Rp 112.199.845,06 Tahun 3 Rp 235.627.758 0,755427829 Rp 177.999.765,31
Tahun 4 Rp 372.742.895 0,688003487 Rp 256.448.411,60 Tahun 5 Rp 529.346.012 0,626596983 Rp 331.686.614,00 Present Value Rp 725.616.426,49
Berdasarkan perhitungan Payback Period Indonesian’s Coffee Shop , dengan jumlah investasi sebesar Rp. 194.217.000 maka akan tercapai dalam kurun waktu 1.1 Tahun.
Tabel 3 Payback Period Tahun Kas Bersih Total Kumulatif Kas Investasi 0 - - - Rp 194.217.000 1 Rp 45.565.672 Rp 45.565.672 - Rp 148.651.328 2 Rp 135.268.582 Rp 180.834.254 Rp 32.182.926 3 Rp 235.627.758 Rp 416.462.012 4 Rp 372.742.895 Rp 789.204.906 5 Rp 529.346.012 Rp 1.318.550.918 Payback Period = 𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑥 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 Payback Period = 𝑅𝑝.194.217.000−𝑅𝑝.45.565.672
𝑅𝑝.180.834.254−𝑅𝑝.45.565.672 𝑥 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
Payback Period = 1,1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
## KESIMPULAN
Perkembangan kopi yang telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia menghadirkan peluang dalam sektor usaha kopi. Hadirnya banyak pelaku usaha kopi terhadap tingginya jumlah konsumen di Indonesia masih tetap memunculkan peluang besar, terlebih lagi pelaku bisnis kopi di Indonesia masih belum memiliki brand dan value yang kuat. Indonesian’s Coffee Shop hadir dengan menawarkan segelas kopi yang kental dengan rasa cinta Indonesia. Perencanaan bisnis ini juga telah dipenuhi dengan visi, misi, dan strategi implementasi bisnis perusahaan yang mendalam serta dilengkapi dengan pemenuhan aspek-aspek dalam analisa kelayakan bisnis berdasarkan perhitungan net present value dan payback period .
## DAFTAR PUSTAKA
Atamawinata. (2007). Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia . Jakarta. David, F. R. (2011). Strategic Management Concept and Cases (13 th ed.). USA: Prentince Hall. Dollinger, M. J. (2008). Entrepreneurship Strategies and Resources (4 th ed.). Lombard USA:
Marsh Publications.
Herlyana, E. (2012). Jurnal Fenomena Coffee Shop sebagai Gejala Gaya Hidup Baru Kaum Muda, Thaqafiyyat , 13 (1), 190. ICO. (2009). About Coffee . www.ICO.org Kotler, P. & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran . Jakarta: Erlangga.
Les Nunn, Brian McGuire. (2010). The importance of a good business plan. Journal of Business & Economic Research, 8 (2), 95-105. Tjiptono, F. (2006). Manajemen Jasa (Edisi Pertama). Yogyakarta: Andi
Widoatmodjo, S. (2016). New Business Model in Digital Age . Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
|
a898d53e-193f-4ee7-be65-2779c8e2ba4a | https://scholar.ummetro.ac.id/index.php/aktiva/article/download/3618/1709 | Jurnal Akuntansi AKTIVA, Vol. 4, No. 1, 2023
## ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP AKTIVITAS PENGIRIMAN BARANG DENGAN METODE FOB DESTINATION POINT PADA PT. SIANTAR TOP TBK MEDAN
Riska Novia Dani 1* , Nur Fadhilah Ahmad Hasibuan 2
1* Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
2 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
[email protected] 1* , [email protected] 2
## ABSTRACT
The implementation of an information system that is not good can occur when the task arrangements for each department are confused, where order information should only be changed by the sales and logistics department but it turns out that it can also be done by other departments resulting in a discrepancy in goods sales data. This problem can affect other departments that receive sales information and can also result in dissatisfaction with customers who have trusted the company. This study uses descriptive qualitative methods, so it can be concluded that the utilization of the bookkeeping data framework to the transportation of products in the logistics division of PT. Siantar Top, Tbk Medan is not very good and not in accordance with the functional norms of the organization, because there are still errors in the data framework guidelines, especially those related to goods delivery activities.
Keywords: Accounting information system, goods delivery activity, FOB destination point method
## ABSTRAK
Penerapan sistem informasi yang tidak baik dapat terjadi saat pengaturan tugas setiap departemen mengalami kerancuan, yang seharusnya informasi pesanan hanya dapat di ubah oleh bagian penjualan dan logistik tetapi ternyata dapat dilakukan juga oleh bagian lain sehingga terjadi ketidaksesuaian data penjualan barang. Masalah ini dapat berpengaruh kepada departemen lain yang menerima informasi penjualan dan dapat pula berakibat pada ketidak puasan pelanggan yang telah mempercayai perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan kerangka data pembukuan hingga pengangkutan produk di divisi logistik PT. Siantar Top, Tbk Medan tidak begitu bagus dan belum sesuai dengan norma fungsional organisasi, karena masih ada kesalahan dalam pedoman kerangka datanya, terutama yang terkait dengan aktivitas pengiriman barang.
Kata Kunci: Sistem informasi akuntansi, aktivitas pengiriman barang, metode FOB destination point
## PENDAHULUAN
Dalam dunia usaha saat ini sangat memerlukan pengaturan sistem dalam setiap kegiatan usahanya, seperti halnya pada sistem informasi yang berhubugan dengan akuntansi atau keuangan perusahaan. Seperti yang ditunjukkan oleh Laudon (2013: 52) menyatakan bahwa kerangka data pembukuan adalah bagian yang saling terkait dan bekerja sama untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memutar data untuk membantu arah, kontrol, koordinasi, dan untuk memberikan garis besar latihan batin organisasi. Sedangkan pernyataan Mulyadi (2016:3), bahwa “Sistem informasi akuntansi adalah hubungan desain, catatan, dan laporan yang dikumpulkan sehingga kebutuhan mungkin muncul oleh dewan untuk bekerja dengan organisasi asosiasi. Bagian-bagian dari sistem akuntansi pedoman adalah struktur, catatan yang terdiri dari jurnal, catatan dan buku rekan kerja, serta laporan”. Tindakan pengiriman barang adalah tindakan pengangkutan aktual barang dagangan dari gudang ke tujuan (client) sesuai permintaan dan pengiriman laporan. (Dwi Ayu Astarinda, dkk, 2018: 259).
Sebagai aturan, metode yang terlibat dengan pengiriman barang dagangan atau produk jadi dimulai dari mendapatkan Permintaan Pembelian (PO) klien oleh kelompok pemasaran dan Penjangkauan dan kemudian memeriksa pasokan barang dagangan oleh area pusat distribusi stok (Hayati et al., 2020: 38). Kerangka data pembukuan membuat data yang dapat digunakan untuk: mendukung latihan rutin, mendukung pilihan, dan merencanakan dan mengendalikan. Jalankan kontrol ke dalam yang menggabungkan pendekatan teknik dan kerangka data yang digunakan untuk melindungi sumber daya organisasi dari kemalangan atau pencurian dan membantu untuk mengikuti ketepatan informasi keuangan. (Yousida & Lestari, 2019: 70).
Saat ini, sebagian besar organisasi menggunakan komputerisasi untuk melakukan latihan organisasi. Dengan dukungan kerangka data yang layak dan kontrol internal yang baik, sebuah organisasi pasti dapat menikmati banyak manfaat sehingga dapat menyaingi organisasi yang berbeda. Dampak besar lainnya bagi organisasi dengan asumsi mereka memiliki kerangka kerja data, terutama kerangka data pembukuan, adalah bahwa mereka dapat memperkuat manfaat dari organisasi yang sebenarnya, dan dapat memberikan data keuangan yang tepat sehingga kliennya benar dalam memutuskan (Nufus, 2018: 62).
Menurut El-Louadi (2008), Pemanfaatan inovasi data yang tepat yang terkait dengan penggunaan kerangka data pembukuan dalam organisasi dapat membangun efisiensi organisasi. Bagaimanapun, Kemajuan luar biasa dalam pengembangan telah membuka kemungkinan untuk membuat dan menggunakan informasi akuntansi seperti yang ditunjukkan oleh sudut pandang yang signifikan. Karena ini penting untuk semua organisasi, terutama untuk organisasi kecil dan menengah yang membutuhkan data pembukuan untuk mengelola tingkat kerentanan yang lebih tinggi di pasar yang bersaing (Mauliansyah & Saputra, 2020: 602).
Motivasi di balik pengaturan kerangka data pembukuan adalah untuk membuat kontrol batin yang besar dan cukup terorganisir sehingga latihan fungsional organisasi dapat berjalan sesuai tujuan normal. Ketika suatu perusahaan menerapkan sistem informasi akuntansi secara baik maka akan baik pula internal perusahaan tersebut, berbeda halnya apabila suatu perusahaan menerapkan sistem informasi akuntansi yang kurang baik walaupun sama-sama menerapkan sistemnya tetapi akan terlihat perbedaan di keadaan perusahaannya.
Hal tersebut tampak terjadi pada suatu perusahaan manufaktur penghasil makanan ringan yaitu PT. Siantar Top Tbk Medan, yang di mana mereka belum menerapkan sistem informasi akuntansi secara baik karena saat terjadinya pengiriman barang dari departemen logistik ke pelanggan mengalami perbedaan dengan daftar pesanan yang telah diproses sebelumnya pada bagian penjualan perusahaan. Sebelumnya bagian penjualan perusahaan membuat daftar pesanan dari pelanggan beberapa dus makanan ringan yang saat itu terdapat promosi beli satu gratis satu. Ternyata terjadi ketidaksesuaian data pesanan yang dilakukan oleh bagian penjualan dan bekerjasama dengan bagian gudang produk jadi yang tidak diketahui oleh departemen logistik. maka ketika pesanan masuk, departemen logistik hanya mengirimkan barang sesuai data dari bagian penjualan dan jumlah fisik produk sesuai muatan dari bagian gudang produk jadi, sehingga saat departemen akuntansi dan departemen lain mengetahui adanya kejanggalan pada pesanan tersebut langsung melakukan pemeriksaan secara mendalam pada setiap departemen yang bersangkutan dan mencari titik permasalahannya. Sebab yang ditakutkan dari kejadian tersebut adalah dapat berdampak pada kepercayaan dan kepuasan pelanggan serta berdampak pada biaya-biaya yang telah ditanggung oleh
perusahaan dari kegiatan penjualan produknya sebab PT. Siantar Top Tbk menggunakan metode FOB Destination Point di mana strategi ini diuraikan bahwa tumpukan barang pengiriman dari gudang penjual ke pusat distribusi pembeli berubah menjadi kewajiban penjual, jadi apabila barang tersebut sedang dalam perjalanan maka masih termasuk milik penjual dan pembeli belum bisa mencatat serta menjadikan hak milik pada barang tersebut. Apabila dampak-dampak tersebut terjadi maka dapat beresiko fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan bahkan dapat mengurangi pelanggan serta berujung kebangkrutan.
Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk membahas dan menganalisis penerapan sistem informasi akuntansi terhadap aktivitas pengiriman barang yang terdapat pada departemen logistik PT. Siantar Top Tbk medan, disebabkan hal ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan rujukan untuk kebaikan perusahaan di masa yang akan datang serta memberikan ilmu baru bagi para peneliti lainnya dan pembaca nantinya.
## METODE PENELITIAN
Dalam ulasan ini, pembuat menggunakan metodologi kualitatif deskriptif, di mana bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada suatu perusahaan. Jenis informasi yang digunakan bersifat kualitatif dengan informasi yang diperoleh melalui eksplorasi langsung, untuk spesifik menyelidiki lapangan atau semua peristiwa yang terjadi secara progresif. Sumber informasi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan pekerja atau staf yang bersangkutan dan dengan persepsi, khususnya menyebutkan fakta yang dapat diamati secara langsung.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam ulasan ini, peneliti menggunakan subjek yang merupakan salah satu organisasi atau perusahaan pengolah makanan ringan, yaitu PT. Siantar Top, Tbk. Medan. Informasi yang didapatkan untuk bahan penelitian terhadap fenomena ini adalah dengan cara observasi atau pengamatan terhadap aktivitas pengiriman barang pada departemen logistik serta melakukan wawancara dengan beberapa karyawan atau staff yang bersangkutan.
## Penerapan
Seperti yang ditunjukkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang tak tertandingi, gagasan penerapan adalah demonstrasi penggunaan, sementara pada saat yang sama sesuai dengan beberapa spesialis, penerapan adalah demonstrasi melatih hipotesis, teknik, dan hal-hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk kepentingan ideal dengan pertemuan atau pertemuan yang telah diatur dan diselenggarakan sebelumnya. Menurut Usman (2002), penerapan adalah gerakan, aktivitas, aktivitas, atau komponen kerangka kerja. Penerapan bukan hanya sebuah gerakan, tetapi tindakan yang diatur dan untuk mencapai target tindakan. Menurut Setiawan (2004) penerapan adalah perpanjangan dari latihan yang menyesuaikan diri dengan jalannya kerjasama antara tujuan dan kegiatan untuk mencapainya dan membutuhkan organisasi pelaksana, administrasi yang menarik.
Mengingat pemahaman ini, cenderung disimpulkan bahwa aplikasi kata (implementasi) berfokus aktivitas, aktivitas, atau komponen kerangka kerja. Arus keluar komponen menyiratkan bahwa aplikasi (implementasi) Selain pengembangan, namun kegiatan yang dikoordinasikan dan selesai benar-benar didasarkan pada referensi standar tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. (“Pengertian Penerapan Menurut Para Ahli | Kumpulan Pengertian” 2020).
## Sistem Informasi Akuntansi
Sebuah sistem digambarkan sebagai berbagai sesuatu seperti dua bagian yang saling terkait yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Pada umumnya, tujuan mendasar dari asosiasi ini adalah untuk memperoleh keuntungan keterlaluan yang paling potensial dengan mengurangi pengeluaran ke pangkalan, setidaknya bahkan asosiasi non-manfaat. Organisasi yang berkinerja baik adalah organisasi yang dapat memperluas aset yang mereka butuhkan untuk menghasilkan pendapatan, dan secara konsisten menilai pencapaian mereka, sehingga umumnya ada perubahan positif (Tarigan 2020). Kerangka pembukuan adalah berbagai komponen seperti struktur, buku harian, catatan, buku pembantu, dan ringkasan keuangan yang akan digunakan oleh dewan untuk mencapai tujuan organisasi (Wiratna, 2018). Sistem informasi yang berkembang saat ini mengambil peran besar dalam mengurus data dengan struktur informasi ini
sehingga lebih mudah bagi individu untuk mengurus tanggung jawab mereka, termasuk menghemat waktu, ruang, dan membatasi biaya. Banyak organisasi menggunakan kerangka data untuk administrasi informasi organisasi dan informasi berbeda yang diperlukan oleh organisasi (Satyagraha, Witanti, and Ashaury 2020).
## Aktivitas Pengiriman Barang
Memberikan gerakan adalah metode yang terlibat dengan memindahkan barang dagangan. Sebagian besar produk dikirim melalui asosiasi transportasi. Produk (produk nyata) terutama disampaikan melalui jalan-jalan dan jalur kereta api ke darat, memberikan jalur di asosiasi laut dan pesawat terbang di udara. Hal-hal luar biasa tertentu dapat diteruskan melalui asosiasi yang berbeda, misalnya, pipa untuk barang-barang cair, kisi daya untuk tenaga listrik dan organisasi PC, misalnya, organisasi web atau siaran untuk data elektronik. Metode yang terlibat dengan pengiriman barang dagangan normal dikenal sebagai dispersi (Fitria Putri 2017). Investigasi interaksi yang kuat untuk penyampaian dan sikap produk dan staf disebut faktor terkoordinasi. Organisasi yang memiliki beberapa keahlian dalam menyampaikan barang dagangan bisnis dari tempat produk atau kapasitas ke lokasi ritel sebagian besar dikenal sebagai grosir, sedangkan yang bekerja dalam pengangkutan produk dari lokasi ritel ke pelanggan dikenal sebagai administrasi pengangkutan. Manfaat pos, pengiriman, dan pergerakan juga memberikan produk untuk inspirasi bisnis dan individu. Sementara itu, pentingnya pengangkutan barang dagangan atau pesanan alat angkut dalam Buku Referensi Kata Pembukuan Bahasa Inggris-Indonesia adalah "pesan tertulis ke toko atau transporter untuk menyerahkan produk ke pertemuan yang diungkapkan dalam pesan" (Sujana Ismaya, SE,2006:106).
Agar dalam pengiriman barang tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, dan perusahaan Siap untuk memenuhi kebutuhan klien tanpa membuat kelebihan atau kekurangan ketentuan, maka, pada saat itu, jaringan inventaris eksekutif adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan oleh organisasi dalam administrasi barang dagangan. Mayoritas perusahaan masih memfokuskan dirinya pada aktifitas-aktifitas yang berada dalam perusahaan. Hal ini dapat dimengerti karena aktifitas yang berada pada perusahaan berada dalam lingkungan internal sehingga lebih mudah dalam melakukan pengendalian (Syafii and Waluyo 2021).
## Metode FOB Destination Point
FOB Destination Point mengharapkan bahwa biaya memindahkan barang dagangan dari pusat distribusi penjual ke ruang saham pembeli menjadi komitmen pedagang, dengan tujuan bahwa kepunyaan menjadi hak pembeli ketika berada di tempat pembeli. Karena pengadaan, dan masalahnya adalah saat membuat garis lebah untuk tempat pembeli, produk pada cara di mana benar-benar memiliki tempat dengan penjual. Menjelang akhir tahun keuangan produk belum diperoleh, maka nilai produk tidak boleh dimasukkan sebagai saham oleh organisasi pembeli pada laporan akuntansi akhir tahun (Pengertian dan Perbedaan FOB Shipping point dan FOB destination n.d.)
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Aktivitas Pengiriman Barang Dengan Metode FOB Destination Point Pada Departemen Logistik PT. Siantar Top Tbk Medan
Pemanfaatan kerangka data pembukuan adalah pelaksanaan kerangka kerja yang memberikan data sebagai kondisi organisasi mengingat informasi keuangannya yang berarti membentuk organisasi agar berjalan dengan baik dan sesuai tujuan normal. Pada sistem informasi akuntansi diterapkan dalam berbagai bidang atau departemen yang ada di perusahaan, tak terkecuali pada departemen logistik. Dimana sistem informasi diterapkan pada aktivitas pengiriman barang karena bagian logistik pada PT. Siantar Top Tbk merupakan departemen yang bertugas mengatur dan menjalankan aktivitas pengiriman barang kepada pelanggan. Logistik adalah pengerjaan dan ilmu pengetahuan, barang dagangan, energi, data, dan aset lainnya, misalnya, barang, administrasi dan individu dari sumber penciptaan ke sektor bisnis yang bertekad untuk meningkatkan pemanfaatan modal. Merakit dan beriklan akan merepotkan tanpa bantuan yang diperhitungkan. Faktor-faktor terkoordinasi juga termasuk bergabungnya data, transportasi, stok, pergudangan, strategi turn around dan bundling (Denny Rianditha , Risma Anggraini).
Dalam kerangka data pembukuan mengontrol siklus latihan organisasi, sehingga setiap tugas spesialisasi organisasi telah disesuaikan oleh kerangka data pembukuan saat ini. Departemen satu dengan yang lainnya saling berhubungan, tetapi masing-masing telah memiliki tugasnya yang tidak boleh di
ganggu gugat atau dicampur tangani oleh departemen lain, kecuali ketika diaudit atau diperiksa terdapat kejanggalan maupun kesalahan. Seperti halnya pada PT. Siantar Top Tbk Medan yang telah menetapkan tugas setiap departemen dengan sedemikian rupa yang diatur dalam sistem informasi akuntansi. Dapat diambil contoh sederhananya, ketika bagian penjualan mengampu tugas sebagai penerima pesanan dari para pelanggan, maka tidak boleh ada yang mencampuri tugas tersebut.
Dalam pengelolaan sistem informasi akuntansi pada PT. Siantar Top Tbk menggunakan suatu aplikasi yaitu Orlansoft , di mana aplikasi tersebut berfungsi untuk mengatur jalannya aktivitas administrasi perusahaan agar mempermudah pengerjaan serta mempersingkat waktu pengerjaan kegiatan administarsi tersebut. Pada aplikasi orlansoft berisi fitur-fitur yang hanya dapat dijalankan oleh Setiap departemen yang bersangkutan, misalnya bagian penjualan memiliki fitur yang berfungsi untuk menerima dan mencatat pesanan dari pelanggan. Dari yang telah dicontohkan sebelumnya bahwa fitur tersebut hanya dapat dijalankan atau diubah maupun dihapus oleh bagian penjualan dan departemen logistik sebagai penerima data pesanannya, sehingga bagian lain seperti gudang hanya dapat melihat dan memantau tanpa dapat mengubah data tersebut. Jadi ketika ada hal-hal yang membelok atau tidak sesuai pedoman material, itu sangat baik dapat ditindaklanjuti agar tidak mempengaruhi kondisi organisasi di dalam dan dari jarak jauh.
Dari masalah yang terjadi pada perusahaan tersebut berdampak pada kesalahan jumlah pengiriman barang. Hal ini terjadi karena saat data pesanan dari pelanggan masuk pada aplikasi orlansoft , departemen logistik langsung mebuatkan delivery order (DO) untuk diberikan kebagian gudang agar mereka melakukan pemuatan barang pada truk dan kemudian departemen logistik membuatkan surat jalan serta memberikan izin truk untuk pergi mengantarkan pesanan pelanggan berdasarkan jumlah muatan yang dilakukan oleh bagian gudang. Sehingga departemen logistik tidak mengetahui adanya ketidaksesuaian data pesanan, dan kuantitas barang yang dikirim kepada pelanggan kurang atau tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, seharusnya pelanggan mendapatkan hadiah atau yang biasanya dikatakan beli 1 gratis 1, tetapi pelanggan hanya menerima sejumlah barang sesuai pesanan tanpa dikirimkan beserta hadiahnya.
Hal tersebut dapat berdampak pada metode pengiriman barang yang digunakan oleh PT. Siantar Top Tbk, yaitu FOB Destination point , karena sistem yang digunakan dalam metode ini adalah biaya pengiriman barang ke pelanggan ditanggung oleh perusahaan di mana besarnya biaya pengiriman barang tidak dipengaruhi oleh sedikit banyaknya jumlah baranag yang dipesan. Sehubungan dengan fenomena yang terjadi bahwa apabila departemen logistik kurang dalam mengirimkan jumlah barangnya, maka perusahaan akan mengalami kerugian sebab menaggung biaya pengiriman barang dua kali lebih banyak dari biasanya karena harus mengirimkan kembali kekurangan dari jumlah barang tersebut. Dalam metode FOB Destination Point semua biaya pengangkutan barang ditanggung oleh perusahaan dan ketika barang tersebut belum sampai ke gudang pelanggan masih terhitung hak milik perusahaan tetapi ketika sudah sampai ke gudang pelanggan maka terhitung hak milik pelanggan. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi perusahaan PT. Siantar Top Tbk Karena sejatinya seluruh pebisnis atau pengusaha pasti mengharap keuntungan dan kepercayaan dari para pelanggannya. Saat ada sedikit saja kesalahan dari perusahaan kepada pelanggannya akan berakibat fatal atas kepercayaan tersebut. Jadi ketika pesanan pelanggan yang dikirim tidak sesuai dengan permintaan dan ketentuan dari perusahaan akan membuat pelanggan merasa rugi dan bisa jadi pelanggan akan memutuskan kerja sama dengan perusahaan maka dapat berakibat juga pada kerugian perusahaan. Mendapatkan keuntungan yang banyak itu mudah tapi untuk mempertahankan keuntungan dan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan akan lebih sulit. Oleh karena itu, setiap organisasi harus memiliki kerangka data pembukuan yang layak dan sesuai norma fungsional organisasi sehingga hal-hal tidak terjadi yang tidak diinginkan oleh organisasi.
## KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat ketidak sesuaian terhadap sistem informasi akuntansi yang berlaku, sehingga dapat diartikan pula penerapan sistem informasi akuntansi terhadap aktivitas pengiriman barang pada departemen logistik PT. Siantar Top Tbk Medan belum cukup baik, karena masih terdapat kerancuan pada pengaturan penggunaan aplikasi sistem informasi akuntansinya yaitu orlansoft , di mana yang seharusnya hanya departemen logistik dan bagian penjualan saja yang dapat mengubah data pesanan dari pelanggan tapi ternyata hal tersebut juga dapat dilakukan oleh bagian gudang sehingga terjadi ketidaksesuaian data pesanan dari ketentuan perusahaan pada saat itu. Perusahaan memberlakukan ketentuan promosi sementara pada beberapa produk. Ketika pelanggan
memesan produk promosi tersebut, seharusnya mereka memperoleh produk gratis dimana perusahaan menetapkan promosi beli satu gratis satu. Hal tersebut yang seharusnya diberikan atau dikirimkan ke pelanggan berdasarkan jumlah produk yang dipesan ditambah jumlah produk gratis, tetapi yang dimuat ke truk oleh bagian gudang hanya produk pesanannya saja tanpa produk gratis, ternyata terdapat ketidaksesuaian terhadap data pesanan dari pelanggan oleh bagian gudang. Dari kejadian tersebut dapat diambil simpulan bahwa pengaturan atau penerapan sistem informasi akuntansi pada PT. Siantar Top Tbk Medan belum begitu baik.
Dari permasalahan yang telah terjadi, perusahaan dapat lebih berhati-hati lagi jangan sampai hal tersebut terulang kembali pada departemen logistik bahkan juga pada departemen lainnya. Perusahaan dapat melakukan pengaturan ulang sistem informasi akuntansi pada departemen-departemen yang berisko dalam melakukan kesalahan atau ketidaksesuaian data, perusahaan bisa lebih memaksimalkan pengawasan serta kemampuan aplikasi sistem informasi akuntansi agar dapat bekerja sesuai dengan departemen nya tanpa bisa di campur tangani atau diubah oleh pihak lain dengan cara membatasi pengguna dari fitur-fitur orlansoft serta dapat menambahkan menu dan icon pada setiap fitur, misalnya icon pengoreksi otomatis agar dapat meminimalisir kesalahan atau ketidak sesuaian pada data
## DAFTAR LITERATUR
“Pengertian Dan Perbedaan FOB Shipping Point Dan FOB Destination.” https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-dan-perbedaan-fob-shipping-point- dan-fob-destination/ (March 14, 2022). “Pengertian Penerapan Menurut Para Ahli | Kumpulan Pengertian.”
https://www.kumpulanpengertian.com/2020/09/pengertian-penerapan- menurutparaahli.html(March 14, 2022).
Dwi Ayu Astarinda, Ali Rasyidi, Widya Susanti. 2016. “Baterindo.” Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi Pada Aktivitas Pengiriman Barang Pt.Trimega Baterindo Di Trosobo – Sidoarjo : 259–68.
Fitria Putri, Sukma. 2017. “Sistem Akuntansi Pengiriman Barang ( Menggunakan Microsoft Visual Basic 6 . 0 ) Pada Cv. Putera Sarana Utama.” 11(1): 90–97.
Hayati, Dahliyah, Rumondang Cindy, Yolanda Pakpahan, and Athur Bayunata. “Analisis Ketidaksesuaian Pada Proses Pengiriman Produk Door Trim PT. XYZ Analysis of Nonconformity in Delivery Process of Door Trim Products in PT. XYZ.” (2): 37–46.
Jakarta, Politeknik Stmi. “PERANCANGAN SISTEM INFORMASI E-LOGISTIC STUDI KASUS : PT KAMADJAJA LOGISTIC Denny Rianditha AP 1 , Risma Anggraini 2 1.”
Mauliansyah, T Irzal Rizki, and Mulia Saputra. 2020. “Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi (Sia) Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Umkm Di Kota Banda Aceh).” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi 4(4): 602–12. Nufus, Khayatun. 2018. “Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penjualan.” Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan 1(1): 62–70.
Satyagraha, Akmal, Wina Witanti, and Herdi Ashaury. 2020. “Pembanngunan Sistem Informasi Monitoring Logistik Di PT Dirgantara Indonesia.” Sainteks 13: 142–46. Syafii, Mochamad, and Sugeng Waluyo. 2021. “EVALUASI PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG DI PT . LI FUNG SERVICE INDONESIA.” 10: 144–48.
Tarigan, Desi Ramadani Br. 2020. “Sistem Informasi Akuntansi Aplikasi Konsep Basis Data Relasional Pada Sistem Produksi , Pengupahan Dan Sumber Daya Manusia". Universitas Mercu BUana (July):
126.https://www.researchgate.net/profile/DesiTarigan/publication/342847223_Aplikasi_Ko nsep_Basis_Data_Relasional_pada_Sistem_Produksi_Pengupahan_dan_Sumber_Daya_Man usia/links/5f08962f92851c52d626bc03/Aplikasi-Konsep-Basis-Data-Relasional-pada- Sistem-Produksi.
Wiratna, V Sujarweni. 2018. Sistem Akuntansi . Yogyakarta.
Yousida, I, and T Lestari. 2019. “Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Pada UKM (Avankreasi Sasirangan Di Banjarmasin).” Jurnal Riset Akuntansi Politala P-ISSN 2(November): 69–78. http://jra.politala.ac.id/index.php/JRA/article/download/23/21
|
5f78b3d6-fad4-407a-81f5-db7bbcb66f8d | https://bajangjournal.com/index.php/JIRK/article/download/6368/4859 | …………………………………………………………………………………………………….......................................... ISSN 2798-3471 (Cetak)
PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPERCAYAAN DAN KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN (STUDI PADA JASA PENGIRIMAN J&T CARGO DI KOTA MALANG)
Oleh Sipora Isir¹, Zulkilfi², Alfiana³ ¹ ,2,3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang Email: 1 [email protected] , 2 [email protected] , 3 [email protected] Article History:
Received: 15-07-2023
Revised: 22-07-2023 Accepted: 18-08-2023
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kualitas layanan Kepercayaan, Kepuasan sebagai variabel interventing dalam penelitian ini terdapat 4 Hipotesis Terhadap Loyalitas Konsumen pada jasa pengiriman J&T Cargo dikota malang secara parsial maupun simultan. Populasi penelitian ini menggunakan data primer Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 98 responden dimana penyebaran kuesioner dilaksanakan melalui fasilitas chatting seperti aplikasi whatsapp dan line. Pengambilan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan metode purposive sampling.. Hasil pengujian atas pengaruh kepuasan terhadap loyalitas menunjukkan hubungan Metode analisis data dengan menggunakan alat atau software statistik yang digunakan dalam pengolahan data yaitu SPSS Versi 26. Hasil analisis dengan menggunakan model regresi linier berganda yang positif. Ini membuktikan bahwa semakin baik kepuasan maka akan meningkatkan loyalitas.
Keywords: Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan, Kepuasan Terhadap Loyalitas Konsumen
## PENDAHULUAN
Secara umum tingkat persaingan di bidang pengiriman barang melalui bidang jasa pengiriman sangat tinggi dimana di kota malang sudah banyak perusahaan yang bergerak di bidang ini, oleh karena itu perusahaan J&T Cargo bagi perusahaan harus mengembangkan strategi yang tepat untuk bisa memenangkan persaingan.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah agar perusahaan J&T Cargo bisa menjaga hak pelanggan dan melakukan pembelian ulang. Apabila pelanggan telah melalui pembelian ulang secara kondisnya, dan tidak mau pindah ke perusahaan lain, maka diharapakan pelanggan tersebut akan loyal terhadap perusahaan.
Untuk mendapatkan loyalitas konsumen perusahaan perlu melakukan strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempengaruhi loyalitas konsumennya. Faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas konsumen dalam menggunakan jasa transportasi, di antaranya adalah kualitas pelayanan yang diberikan, kepuasan yang dirasakan konsumen, dan nilai yang dipikirkan konsumen. Menurut Lewis dan Booms (dalam Tjiptono dan Chandra, 2009:121), kualitas layanan atau kualitas jasa merupakan ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi konsumen. Menurut Parasuraman dkk (dalam Lupiyoadi dan Hamdani, 2009:182) terdapat lima dimensi dalam
…………………………………………………………………………………………………………………………………… .. Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online)
kualitas jasa yaitu berwujud (tangible), keandalan (reliability), ketang gapan (responsiveness), jaminan dan kepastian (assurance), empati (emphaty).
Dalam penelitian ini peneliti juga dapat melihat bagaimana kualitas pelayanan yakni salah satu cara kerja perusahaan yang berusaha mengadakan perbaikan mutu secara terus menerus terhadap proses, produk dan service yang dihasilkan perusahaan. Kualitas pelayanan yaitu seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas pelayanan yang mereka terima. Kasmir mengemukakan bahwa pelayanan adalah sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Kepercayaan (trust atau belief) merupakan keyakinan bahwa tindakan orang lain atau suatu kelompok konsisten dengan kepercayaan mereka (Debholkar dalam Junusi, 2009). Masyarakat sebagai pengguna jasa kini semakin selektif dalam memilih jasa Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) untuk memperlancar dan membantu pelaksanaan perdagangan ekspor impor sehingga mempermudah pembeli (importir) dan penjual (eksporter) dalam melaksanakan transaksinya. Semakin tinggi derajat kepercayaan pelanggan, maka akan semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakannya.
Kepuasan konsumen (Customer Satisfaction) merupakan suatu dorongan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan (Swasta, 2002). Apabila pihak perusahaan tersebut mampu memberikan kepuasan bagi pelanggan, maka hal itu akan berdampak pada tingkat loyalitas pelanggan terhadap perusahaan, begitu sebaliknya. Hal ini sesuai pernyataan Aacker (1987) dalam Maylina bahwa konsumen akan setia atau loyal terhadap suatu merek bila ia mendapatkan kepuasan dari merek tersebut. Untuk meningkatkan kepuasan konsumen, perusahaan tersebut perlu mengatur strategi pemasaran agar pelanggan tertarik terhadap produk-produk yang ditawarkan. Strategi tersebut salah satunya dengan memperkirakan kecenderungan permintaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pada variabel diatas saling mempengaruhi pada loyalitas konsumen. maka penelitian tentang “ Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan, Dan Kepuasaan Terhadap loyalitas Konsumen. (Studi pada PT indah Grup Cargo Kota Malang).
## METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei. Dalam penelitian survei, informasi yang dikumpul dari responden dengan menggunakan kuisioner .. subjek penelitian ini dilakukan di perusahaan J&T Cargo Di Kota Malang. Sumber data yaitu data internal, sedangkan jenis data yaitu data primer berupa kuesioner, dan data kuesioner berupa profil Responden Konsumen. Populasi dalam penelitian ini adalah Pelanggan Sebanyak 98 Orang kemudian teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh atau sensus yang dimana seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan penyebaran kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Metode analisis data dengan menggunakan alat atau software statistik yang digunakan dalam pengolahan data yaitu SPSS Versi 26. Hasil analisis dengan menggunakan model regresi linier berganda.
…………………………………………………………………………………………………….......................................... ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Gambar Konseptual :
Keterangan: Garis putus-putus ( )
1. Pengaruh secara parsial variabel kualitas layanan (X1) terhadap variabel loyalitas konsumen (Y)
2. Pengaruh secara parsial variabel kepercayaan (X2) terhadap variabel loyalitas konsumen (Y)
3. Pengaruh secara persial variabel kepuasan (X3) terhadap loyalitas konsumen Garis Lurus ( )
Pengaruh bersama-sama secara simultan variabel kualitas pelayanan (X1) dan variable kepercayaan (X2) terhadap variabel loyalitas konsumen (Y)
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Data karakteristik responden pada penelitian ini meliputi: a) berdasarkan umur, b) berdasarkan jenis kelamin, c) Tingkat pendidikan, d) berdasarkan masa kerja, e) berdasarkan gaji, ). Kelima karakteristik responden tersebut disajikan pada tabel dibawah ini:
## Journal of Innovation Research and Knowledge Vol.3, No.3, Agustus 2023
…………………………………………………………………………………………………………………………………… .. Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) Tabel 1. Karakteristik responden Karakteristik Uraian Jumla h Persenta se Usia <25 Tahun 58 58% 26-40 Tahun 34 34% >40 Tahun 6 6% Jenis Kelamin Laki-laki 26 26% Perempuan 72 72% Tingkat Pendidikan SMA 6 10% Diploma 24 20% S1 S2 60 8 70% 8 % Pekerjaan Pegawai 9 9% Wiraswasta 30 30% Mahasiswa 40 40% Wirausaha Lainnya 16 3 16% 3% Gaji <2 juta 2 sd 3 juta <4 juta 54 54% 38 38% 6% 6%
Sumber: data diolah, 2023 Berdasarkann tabel 1 diatas, responden berdasarkan umur paling mendominasi di kisaran umur 25 Tahun, responden berdasarkan jenis kelamin perempuan menjadi responden terbanyak yaitu sebanyak 72 orang dengan presentase sebesar 72%, responden berdasarkan tingkat pendidikan S1 menjadi yang terbanyak yakni berjumlah 60 orang dengan presentase sebesar 60%, responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah mahasiswa 40 tahun menjadi yang terbanyak dengan responden sebanyak 21 orang denagn presentase sebesar 40%. dan responden berdasarkan gaji terbanyak pada gaji <2 juta dengan jumlah 54 orang dengan presentase 54%.
## Uji Validitas Dan Reabilitas
Uji Validitas dan reliabilitas perlu dilakukan untuk menunjukkan bahwa instrumen penelitian layak untuk dipertanggungjawabkan keakuratan dan kehandalannya.
## Uji Asumsi klasik
Untuk menyakinkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh linear dan dapat dipergunakan (valid) untuk mencari peramalan, maka akan dilakukan pengujian multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas.
…………………………………………………………………………………………………….......................................... ISSN 2798-3471 (Cetak)
## Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi, variabel pengganggu (residual) terdistribusi normal. Pada Studi ini uji normalitas dilakukan dengan cara mengamati sebaran data pada sumbu diagonal satu grafik (Ghozali, 2011: 163). Secara statistik dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov agar mendapat data kuantitatif yang mampu mendukung gambar grafik p-plot. Memastikan agar data terdistribusi normal secara statistik bisa menggunakan Uji Kolmogorov-smirnov dan m elihat nilai Asymp.Sig (2- tailed) melalui tingkat signifikan 5%.
## Uji Multikolonieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel- variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Apabila terjadi multikolinieritas maka variabel bebas yang berkolinier dapat dihilangkan.
## Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya) yang telah di-standardized (Ghozali, 2009: 105
## Koefisien determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kuatnya pengaruh antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas. Semakin besar nilai R, maka semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai alat permainan karena total variasi dapat menjelaskan variabel tidak bebas.
r 2 = a(∑ y) + (∑ y) − n(y)2 x ∑ 2 (y) − n (y − 2) r = ±√r 2
## Uji t (Individu/Persial)
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secaraparsial terhadap variabel dependen digunakan uji t dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika t hitung < t tabel atau P Value (nilai signifikan) > 0,05, maka Ho tidak ditolak (Ha tidak diterima). Artinya bahwa, variabel independen secara individu (parsial) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
2. Jika t hitung > t tabel atau P Value (nilai signifikan) > 0,05, maka Ha tidak ditolak (Ho tidak diterima). Artinya bahwa, variabel independen secara individu (parsial) berpengaruh terhadap variabel dependen
Persamaan Regresi Linier
Ŷ = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e
…………………………………………………………………………………………………………………………………… .. Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) Keterangan : Ŷ = Loyalitas pelanggan a = Konstanta b1,b2,b3 = Koefisien regresi X1 = Kualitas layanan X2 = Kepercayaan X3 = Kepuasan E = Error of term
## Uji F (Serentak)
Pengujian secara serentak untuk mengetahui apakah koofisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel terkait. Uji F merupakan pengujian hipotesis guna mengetahui hubungan antara empat variabel atau lebih dengan k menyatakan variabel bebas dan n adalah ukuran sampel, uji F ini berdistribusi dengan pembilang dk= pembilang k dan dk penyebut = (n-k-1), pada kofisien determinasi berganda hasilnya adalah positif karena menggunakan hasil penguadratan:
F hitung = 𝑅2 (𝑘−1) ⁄ (1−𝑅2) (𝑛−𝑘) (Sugiyono, 2010: 192)
Dengan menggunakan df = n-k-1 k : jumlah variabel independen n : jumlah sampel r : korelasi berganda
Bentuk pengujian dari F hitung ini adalah sebagai berikut:
H 0 : b 1 – b 2 – 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap kepuasan konsumen. H 0 : b 1 = b 2 = 0, artinya terdapat pengaruh secara persial yang nyata terhadap kepuasan konsumen.
1) Jika F test ≥ F tabel dan nilai signifikansinya < 0,05, maka ada pengaruh antara bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian pengujian model tersebut dikatakan baik 2) Jika Jika F test < F tabel dan nilai signifikansinya > 0,05 maka tidak ada pengaruh antara bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Dengan demikian pengujian model dikatakan tidak baik
## Pegujian Hipotesis
Metode SPSS. yang digunakan dalam pengujian penelitian saat ini menggunakan pengujian hipotesis sehingga dilakukan pengujuian Hipotesis bisa dapat dilihat pada nilai t- statik jika yang dipakai adalah menggunakan nilai statistik maka pada Beta 5% nilai t- statistik jika pengujian hipotesis menggunakan nilai statistic maka 1,661. Sehingga kriteria penerimaan/peneolakaan Hipotesis adalah H0 diolak dan Ha dierima ketika t-statistik lebih besar dari 1,661 ketika penolak/menerima Hipotesis yangg digunakan maka Ha diterima jika nilai sig lebih besar 0,05
## KESIMPULAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan, kepercayaan dan kepuasan terhadap loyalitas konsumen , Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis penelitian yang dilakukan pada jasa pengiriman J&T Cargo Di Kota Malang. Maka kesimpulan di tarik kesimpulan sebagai berikut:
…………………………………………………………………………………………………….......................................... ISSN 2798-3471 (Cetak)
1. Secara Persial, kualitas layanan tidak berpengaruh signifikan terhadap loyaliatas konsumen Dengan demikian diperoleh nilai t hitung 0,961 ≤ t tabel = 1,661 dan nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,339 ≥ 0,05, yang artinya hipotesis kedua (Ha 2 ) ditolak atau data tidak mendukung hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan secara uji statistik 5% pada studi kasus jasa pengiriman J&T Cargo di Kota Malang, kualitas layanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen.
2. Secara Persial, kepercayaan tidak berpengaruh signifikan secara persial terhadap loyalitas konsumen diperoleh nilai t hitung 0,740 ≤ t tabel = 1,661 dan nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,461 ≥ 0,05, yang artinya hipotesis ketiga (Ha 3 ) ditolak atau data tidak mendukung hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan secara uji statistik 5% pada studi kasus jasa pengiriman J&T Cargo di Kota Malang, kepercayaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen.
3. Secara persial silmultan kepercayaan dan kepuasan sangat berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen Dengan demikian dapat disimpulkan secara uji statistik 5% pada studi kasus jasa pengiriman J&T Cargo di Kota Malang, kepuasan konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen. Lebih lanjut, nilai koefisien diperoleh positif 0,441, yang artinya hubungan antara kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen adalah positif atau dapat dikatakan kepuasan konsumen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen.
menggunakan jasa pengiringan barang pada jasa pingirman J&T Cargo Di Kota Malang
## Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasrakan hasil penelitian ini adalah:
1. Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang dapat memepengaruhi loyalitas konsumen yang tidak teliti dalam penelitian ini.
2. Diharapakan pada peneliti selanjutnya dapat menambahkan jumlah samapel dindikator yang di anggap peneting pada setiap variabel yang akan digunakan. Hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan keakuratan data.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] Annisa, A., & Dwiyanto, B. M. (2021). Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepercayaan terhadap Loyalitas Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan sebagai Variabel Mediator (Studi pada Pengguna Jasa PT. Pos Indonesia di Semarang). Diponegoro Journal of Management , 10 (3).
[2] Ariyanto, A. dan Amalia, R. (2020) “Pengaruh Kinerja Layanan, Kepercayaan, Dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Konsumen Menggunakan Jasa Pengiriman Jne Di Kota Banda Aceh Terkait Keterlambatan Pengantaran,” Jurnal Ilmiah Manajemen Muhammadiyah Aceh , 10(2), hal. 19–37. doi:10.37598/jimma.v10i2.999.
[3] Dewi, R. Y., & Yosepha, S. Y. (2020). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Jasa Pengiriman J&T Express. Jurnal Inovatif Mahasiswa Manajemen , 1 (1), 82-91.
[4] Dewi, R.Y. dan Yosepha, S.Y. (2020) “Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Jasa Pengiriman J&T Express,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen Unsurya , 1(1), hal. 82–91.
[5] Ferry Firman Fernada. (2021) “ Pengaruh Harga, Kualitas Pelayanan Dan Kepercayaan
…………………………………………………………………………………………………………………………………… .. Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Terhadap Loyalitas Konsumen ( Studi pada PT. Satria Antara Prima Tbk. Di Malang)
[6] Irnandha, A. dan Utama, A. (2016) “Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Yang Dimediasi Oleh Kepuasan Pelanggan Jasa Pengiriman Jalur Darat (Studi Kasus Kepuasan Pelanggan JNE Cabang Hijrah Sagan Yogyakarta),” Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia (JMBI), 5(6), hal. 660–669.
[7] Kinerja Layanan P, Kepercayaan D, Kepuasan T, et al. DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT . 2013;2(3):1-9. Accessed May 18, 2023.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/djom/article/viewFile/3200/3134
[8] Komunitas, E. et al. (2012) “Fakultas ekonomika dan bisnis universitas diponegoro semarang 2012,” Semarang , universitas diponogoro, hal. 2015.
[9] Yuniarta F, S. IB, Wulandari GA. Pengaruh Kepercayaan dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pengguna Jasa Pengiriman Paket Pada PT. JNE Express Cabang Jember dengan Kepuasan Sebagai Variabel Intervening. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi .2019;6(2):152.doi:https://doi.org/10.19184/ejeba.v6i2.
|
e512995e-8108-4efd-adf7-631d77e3036f | https://jurnaledukasia.org/index.php/edukasia/article/download/138/111 | Vol. 3, 3 (December, 2022), pp. 427-442 ISSN: 2721-1150 EISSN: 2721-1169
## Pendidikan Politik Sebagai Proses Belajar Membentuk Kesadaran Politik dan Peran Kewarganegaraan
Arlis Prayugo 1 , Rahadi Budi Prayitno 2
1 Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara, Indonesia; [email protected]
2 Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara, Indonesia; [email protected]
ARTICLE INFO ABSTRACT Keywords: Political Education; Political learning; Political awarenes The pursuit of political education for the general public and for educated people is to function in order to raise their awareness to be actively involved in controlling, evaluating, and increasing active participation in governance and the implementation of its policies. Political education is a continuous process, through political education that must be maintained is in shaping awareness in the role of human beings and the role of citizenship. This human role enables the development of talents and abilities of each individual, in carrying out his political functions in accordance with the status and mission of life that each individual has. While the role of citizenship invites the public to take an active role through participation in the process of thinking, dialogue and political action in order to achieve progress and improvement by realizing the role of their obligations and political rights.
Article history:
Received 2022-05-02 Revised 2022-07-04 Accepted 2022-09-17
This is an open access article under the CC BY-NC-SA license.
## Corresponding Author:
Arlis Prayugo Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara, Indonesia; [email protected]
## 1. PENDAHULUAN
Fenomena relawan yang muncul belakangan dalam kancah perpolitikan Indonesia adalah merupakan hal baru. Dimana pada sebelumnya relawan lebih banyak dikenal dalam hal-hal fenomena kemanusiaan. Pada masa lalu tersebut kata relawan mungkin lebih tepat digunakan sebagai simpatisan, penggembira serta pendukung partai politik tertentu. Relawan dalam hal ini mengacu kepada masyarakat umum yang tidak terafiliasi dengan tegas pada salah satu kelompok partai tertentu akan tetapi tergerak untuk mendukung partai atau calon pemimpin mereka (presiden, gubernur, walikota, bupati dan sebagainya) yang dipandang bisa menyesuaikan aspirasi mereka atau di pandang sejalan dan sesuai dengan cita-cita mereka sebagai masyarakat. Lahirnya relawan dalam hal ini juga bisa kita lihat sebagai suatu bentuk menurunnya tingkat kepercayaan publik kepada partai politik. Sehingga membuat orang-orang memilih berkumpul dalam kelompok pertemanan sejenis, perkumpulan hobi, kumpulan komunitas, dalam rangka mengakomodir pilihan politis mereka ketimbang menyerahkan kepada partai yang menurut mereka kurang jelas arah suara mereka.
Tradisi volunteristik ini merupakan bagian dari kolektivitas dalam bentuk power to dan power with yang telah melahirkan semacam ledakan kegembiraan dan kreatifitas dalam militansi dukungan
yang cukup mencengangkan. Hal ini juga merupakan upaya derivative melahirkan demokrasi yang terikat kuat pada tingkat kesadaran kewarganegaraan ( citizenship) sebagai afiks. Mereka tumbuh kolektif yang bergerak bersama dalam sifat yang politis. Mereka dikatakan politis karena peran users dan chooser di luar kaidah kontrol yang selama ini dimonopoli perspektif elit (Agus Hernawan dalam Samah & S, 2014).
Fenomena partisipasi Volunter dalam pemilu beberapa waktu lalu tersebut harus dimaknai secara bijaksana oleh partai politik. Selain tumbuhnya kesadaran politik warga yang otonom dan mandiri sebagai sesuatu hal yang positif, masyarakat dilihat mampu mengorganisir diri mereka sendiri melalui wadah perkumpulan, komunitas, dalam usaha mengakomodasikan pilihan dan preferensi politik mereka. Namun dipihak partai politik, kecenderungan ini harus ditangkap secara cerdas, baik seb agai “ early warning” atau sebuah peringatan dini bagi partai untuk memperbaiki kinerja, interospeksi kelembagaan, eksistensi keberadaan, sehingga partai politik keberadaanya masih bisa diharapkan oleh masyarakat kita.
Namun bagaimanapun juga tingkat kesadaran politik yang meningkat tanpa dibarengi oleh pelembagaan organisasi politik yang baik maka akan membawa dampak kurang sehatnya mekanisme demokrasi di sebuah negara. Karena demokrasi mensyaratkan berjalannya infrastruktur politik yang sehat didalamnya yang pada hakikatnya dimiliki oleh partai politik, sebagai sarana artikulasi dan penyalur aspirasi ( agregasi ) kepentingan masyarakatnya. Oleh karena itu, sangat penting membangun sebuah partisipasi politik yang berlandaskan pada kesadaran diri manusia sebagai insan politik dan warga negara dalam menjalankan peran-peran politiknya. Hal ini mesti dilakukan melalui proses pendidikan politik secara berkelanjutan. Pendidikan politik mesti dimaknai sebagai proses belajar seseorang warga negara dalam rangka menumbuhkan kesadaran atas peran dan statusnya sebagai warga negara.
Pendidikan adalah suatu upaya mengubah sikap dan perilaku sesuai dengan apa yang diharapkan dan diinginkan, yang pelaksanaannya harus dilakukan secara terorganisir, berencana dan berlangsung terus menerus kearah pembinaan manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya dan ideologi dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Pendidikan harus dilakukan secara terus menerus, karena pendidikan bukanlah proses yang terjadi disekolah dan kampus saja, namun juga diluar sekolah dan kampus, yakni dilingkungan pekerjaan dan pemukiman termasuk didalamnya pada lingkungan keluarga. Politik berkenaan dengan negara, termasuk didalamnya soal kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan serta pendistribusian dan pengalokasian nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Sehingga tujuan pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengubah sikap dan perilaku individu dan masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun dalam lingkung masyarakat dan negara dimana mereka berada. Dengan demikian diharapkan melalui pendidikan politik mereka terbangun kesadaran akan status dan perannya masing-masing dalam kehidupan bernegara serta memaksimalkan peran kewarganegaraannya.
## 2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan sebagai sumber primer, disertai pengamatan terhadap organisasi pelaku pendidikan politik (Partai, Kelompok kepentingan, dan beberapa stakeholder). Dan disertai literatur kepustakaan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain. Setelah data tersebut dikumpulkan dan didapatkan maka penulis mengolah, menganalisa, dan melakukan interpretasi data, sehingga menghasilkan gambaran penelitian berupa jawaban terhadap permasalahan penelitian.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Huntington & Nelson, 1994 menyebutkan, bahwa sebuah partisipasi yang berskala luas serta dibarengi dengan derajat yang rendah atas pelembagaan partai politik akan menghasilkan politik
anomik dan kekerasan. Sebaliknya betapapun derajat partisipasi yang rendah akan juga cenderung untuk memperlemah kelembagaan partai politik serta juga pranata-pranata politik yang lain dan sejumlah kekuatan sosial. Adalah kemudian menjadi kepentingan pimpinan partai politik untuk memperluas basis peran serta politik sejauh mereka mampu mengorganisasikan partisipasi itu di dalam bentuk kerja struktur partai. Partisipasi tanpa organisasi akan merosot menjadi gerakan massal, sementara organisasi yang tidak melahirkan partisipasi cenderung mengarah pada klik personal. Maka partai yang kuat membutuhkan derajat pelembagaan politik dan dukungan massa yang cukup tinggi (Huntington, 2006).
Munculnya partisipasi politik dalam hal relawan dalam sebuah masyarakat digital ini juga semakin efektif dan massif di dukung oleh kemudahan tekhnologi informasi melalui media sosial serta kecanggihan smartphone. Bahkan perkembangan media sosial jenis ini bisa memberikan informasi secara realtime bisa terupdate dan terakses secara luas kepelosok negeri. Media sosial yang kini menjadi salah satu ‘mesin politik’ efektif untuk melakukan propaganda politik maupun penetrasi isu adalah dunia yang sangat akrab dengan generasi masyarakat milenial. Di titik inilah, karena tipical mereka sebagai generasi digital native, yang sangat melek infromasi dan kerap bercengkrama dengan smartphone dan media sosial, menjadikan generasi masyarakat milenial sejatinya tidak hanya stratgeis secara kuantitas, tetapi juga amat penting sebagai salah satu ‘mesin’ propaganda isue politik dalam memobilisasi dukungan suara elektoral (Mujtahid, 2013).
Namun bentuk partisipasi politik yang demikian signifikan tersebut akan cepat sekali menemui titik jenuhnya dan berubah cukup drastis terhadap dukungan di dalam proses politik, karena menganggap dinamika politik itu tidak menarik dan jauh dari keseharian kehidupan realita mereka. Adakalanya juga mereka cepat merespon paparan dari berita-berita politik yang mereka sikapi dalam bentuk yang beragam mulai dari sebagai komentator, like, dan hanya sebatas pengamat. Ditambah kondisi sosial, politik, dan perekonomian yang tidak serta merta membawa perubahan dalam kehidupan mereka. Dan sangat disayangkan kalau bentuk partisipasi ini terpengaruh oleh nilai-nilai politik yang kurang baik dari lingkungan dan media sosialnya. Maka justru yang tadinya bentuk pasrtisipasi politik ini dipandang sebagai sesuatu yang positif, malah pada akhirnya kontraproduktif dengan tujuan pembangunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan politik yang hendak dicapai.
Hal tersebut senada dengan apa yang pernah diutarakan oleh (Huntington & Nelson, 1994) bahwa partisipasi yang teramat luas tanpa disertai dengan pelembagaan politik yang kuat akan menimbulkan semacam politik yang anomik dan menimbulkan kekerasan. Hal ini bisa kita lihat dari mana banyak muncul berita-berita Hoax yang memunculkan perlawanan dari kubu pihak lawan politik terhadap kubu lawan politik lainnya. Mereka memproduksi berita, data, dan fakta yang dimanipulasi. Lagi-lagi dalam hal ini sangat berdampak negatif kepada masyarakat pengguna media sosial, terlebih bagi mereka yang secara umum tidak mendapatkan pendidikan politik yang cukup baik dalam kehidupannya.
Untuk itu, menjadi tantangan besar bagi stakeholder perangkat sistem politik dalam hal ini Partai Politik dan Penyelenggara PEMILU yakni KPU dan pemerintah sendiri untuk memberikan pendidikan politik kepada para masyarakat luas pada umumnya dengan pendidikan politik yang menumbuhkan kesadaran akan pemahaman peran diri sebagai insan dan sebagai warga negara. Karena masyarakat kita inilah yang akan menentukan arah pembangunan dan proses politik yang berkemajuan dimasa mendatang melalui partisipasi politiknya. Jadi keberadaan masyarakat sipil bukan sekadar menjadi pertaruhan kemenangan pemilu bagi sebuah partai peserta pemilu semata tetapi jauh lebih signifikan dari itu adalah bagaimana keberadaan mereka menjadi modalitas untuk pembangunan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik dalam sebuah mekanisme sistem politik dan pemerintahan.
## Pendidikan Politik dan Peranan Insani
Fungsi dan tujuan pendidikan melalui pengajaran di Indonesia sebagaimana di amanatkan oleh Undang-undang No. 20 tahun 2003 adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut (Kartono & Kartini, 2009), analogi dengan tujuan pendidikan nasional kita tersebut diatas, maka tujuan pendidikan politik di Indonesia ialah : menampilkan peranan insani/humani setiap individu yang unik selaku warga negara, dengan jalan mengembangkan potensi dan bakat kemampuan semaksimal mungkin, serta agar mampu aktif berpartisipasi dalam proses politik untuk membangun bangsa dan negara. Peranan pendidikan politik bagi diri insani ini diharapkan akan membangkitkan kesadaran, daya dorong, motivasi diri ( self motivation ) perkembangan minat dan bakat setiap individu untuk bisa melaksanakan fungsi politiknya sebagimana warga negara ( Citizen ) dalam menjalankan status, peran dan misi hidupnya.
Aktivitas diri dalam peranan fungsi politik ini akan mampu melahirkan aktivitas yang terlembagakan. Baik itu lembaga-lembaga yang bersifat mengartikulasikan suara kehendak publik dalam bentuk kelompok-kelompok kepentingan ataupun penguatan infrastruktur politik dalam bentuk organisasi politik partai yang lebih efektif mengakomodir keterwakilan rakyat sebagai pemberi suara melalui Pemilihan umum. Melalui konsep keterwakilan inilah sejatinya peran pemberi delegasi kekuasaan yakni masyarakat luas harus memiliki fungsi kontrol, evaluasi kepada segelintir elite yakni mereka yang duduk di keparlemenan. Tidak lain hal tersebut bisa tercapai manakala tingkat melek pendidikan politik mereka haruslah pada level yang cukup baik. Pendidikan politik bukan penggabungan kata pendidikan dan politik.
Makna pendidikan politik lebih luas dari itu. Pendidikan politik merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa, yang diarahkan pada upaya membina kemampuan individu untuk mengaktualisasikan diri sebagai pribadi yang bebas otonom dan mengembangkan dimensi sosialnya dalam kaitan dengan kedudukannya sebagai warga negara. Mengaktualisasikan diri dapat ditafsirkan sebagai mengaktualisasikan bakat dan kemampuan, sehingga pribadi individu bisa berkembang dan menjadi lebih aktif dan kreatif untuk berkarya demi bangsa dan negaranya. Holdar and Zakharchenko dalam (Handoyo & Lestari, 2017) menyebut pendidikan politik sebagai pendidikan publik ( public education ), yaitu upaya pelibatan warga negara dalam suatu komunitas untuk menciptakan budaya partisipasi.
## Kewarganegaraan Dan Peran Politiknya
Pendidikan politik dewasa ini bertujuan agar tercapainya tingkat partisipasi politik, meningkatnya kesadaran peran serta keikutsertaan dalam menjangkau pembuatan kebijakan- kebijakan publik. Keberanian dalam menentukan diri secara otonom merupakan hal utama dalam pendidikan politik dalam rangka memperjuangkan politik di tengah-tengah diskursus konflik kepentingan-kepentingan politik. Maka aktivitas politik warga negara adalah dalam rangka memberikan pengaruh dalam rangka prosesi pengambilan dan pemutusan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan menyangkut kesejahteraan umum. Dengan demikian pendidikan politik adalah dalam rangka mempersiapkan pribadi-pribadi masyarakat dalam perjuangan politik, guna mencapai penyelesaian politik yang paling menguntungkan bagi semua pihak, tanpa harus merugikan masyarakat luas dan banyak.
Sehingga, pendidikan politik dalam rangka untuk mengajak para warga negara subyek untuk ikut serta dalam berfikir, berdialog, aktif berbuat politik dengan variasi cara-cara yang memungkinkan untuk dicapai. Karena dengan cara-cara variasi akan lebih mudah untuk mencapai konsensus ketimbang terjerumus hanya kepada satu cara dalam pemecahan masalah politik. Lebih jelasnya bahwa pendidikan politik saat ini adalah berusaha dalam reorientasi dalam cara masyarakat
untuk merasa, berfikir, berkehendak, yang dikaitkan dengan aksi dan perbuatan politik aktif guna mencapai kemajuan dan perbaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahwa pendidikan politik bukan hanya saja persoalan beropini, berfikir dan berpendapat, akan tetapi mengarah kepada relasinya dengan aksi . Oleh sebab itu bahwa belajar politik itu senantiasa berlangsung dalam kaitannya dengan berbuat nyata. Maka dalam hal tersebut pendidikan politik senantiasa memili unsur-unsur sebagai berikut ini. Pertama, pembentukan karakter melalui sikap, keyakinan, watak dan kepribadian setiap insan . Kedua, praxis, aksi, dan perbuatan menuju sebuah peningkatan perbaikan ( transendensi ) bagi struktur-struktur politik dan kemasyarakatan. Ketiga, demokratisasi dalam segala bidang sosial kemasyarakatan dan kehidupan. Keempat, kritik kemasyarakatan ( Social Criticism ), dan kritik-kritik terhadap kesalahan politik ( Politic fallacy ) yang dilakukan oleh para penguasa dan rezim partai politik. Kelima, ilanjutkan dengan upaya praxis dan nyata dalam mengatasi konflik yang ditimbulkan oleh perbedaan interest dan kepentingan ideologi politik.
Sehingga tujuan khusus pendidikan politik melalui hal yang khas dan unik ini adalah guna melatih pribadi subjek guna melakukan perbuatan-perbuatan sosial yang baik dan benar, dan pemupukan jiwa besar dalam hal kebajikan dan berbakti kepada sesama warga negara dan bangsa. Membentuk solidaritas, cita bangsa dan tanah air, bekerja kooperatif (kerjasama), jujur dan sportifitas, serta memupuk kebersamaan dan membangun toleransi. Maka akan terbangun pula dua unsur pokok dalam pendidikan politik yakni pembentukan hati nurani politik dan morlitas ( ethic ) pertanggung jawaban tindakan, perbuatan dan perilaku politik.
## Metode, Media, & Lembaga-Lembaga Pendidikan Politik
## Metode dan Media Pendidikan Politik
Metode pendidikan yang ditekankan untuk menunjang keberhasilan pendidikan politik bagi warga negara lebih ditekankan kepada metode pendidikan non formal. Metode ini berbeda dengan metode pendidikan formal dan informal. Metode pendidikan formal biasanya digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu primer, sekunder dan tersier di mana pemerintah bertindak sebagai penanggung jawabnya; sedangkan metode pendidikan informal adalah metode pendidikan yang tidak terorganisasi dan biasanya juga tidak sistematis. Pendidikan non formal adalah segala bentuk penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang sistematis dan diselenggarakan di luar sistem formal untuk memberikan pola-pola pembelajaran kepada anggota kelompok dalam suatu populasi (masyarakat) baik dari kalangan orang dewasa maupun anak-anak.
Manfaat pendidikan ini baru dapat dirasakan melalui proses yang panjang dengan jalan pengauatan pemahaman pada level personal melalui pemupukan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kemampuan untuk memahami sesuatu dari pengalaman sehari-hari, menghadiri pertemuan, mendengarkan radio, TV, media cetak, sosial media dan sebagainya. Melalui sumber-sumber tersebut, masyarakat memperoleh pemahaman yang memadai tentang politik dan pemerintahan atau segala sesuatu yang berkaitan dengan seluk beluk sistem politik suatu negara.
Pendidikan politik ditekankan pada diri individu warga negara. Karena menekankan pada proses dan otonomi individual, model pendidikan politik (formal) dilakukan dengan memberikan ruang yang cukup kepada warga negara untuk berekspresi dan mencurahkan pendapat. Metode yang digunakan dalam pendidikan politik, antara lain. P ertama , bursa gagasan ( brainstorming ), yakni memunculkan gagasan secara mendadak, kemudian memulai diskusi berdasarkan gagasan tersebut. Kedua, buzz groups, di mana masing-masing partisipan beralih kepada rekan disamping kiri atau kanannya, dan kemudian melakukan diskusi singkat satu lawan satu. Ketiga, studi kusus, di mana partisipasi membuat deskripsi tentang bagaimana suatu masalah yang pernah muncul di masa lalu dihadapi dan ditanggapi masyarakat. Keempat, debat. Dalam hal ini, partisipan mengambil posisi yang berbeda satu sama lain, bersikap sebagai oposisi atas suatu masalah dan mengajukan argumentasi yang berbeda dengan yang lainnya. Kelima , pengharapan, yaitu suatu metode di mana
partisipan menyatakan apa yang diharapkannya. Keenam , diskusi terbuka, di mana setiap partisipan dapat berbicara tanpa interupsi (NurKhoiron, 1999).
Handoyo & Lestari, 2017 mengatakan media yang digunakan dalam pendidikan politik terdapat dua model, yaitu media langsung dan media tidak langsung. Media langsung. Dengan media ini, masyarakat terlibat secara langsung, kritis dan otonom dalam proses-proses pendidikan yang dilaksanakan. Media ini misalnya berbentuk seminar & diskusi, pelatihan, workshop, debat terbuka, yang semuanya diarahkan pada materi-materi pendidikan. Kelebihan media ini adalah, ia lebih efektif dan berhasil dalam mencapai sasaran atau tujuan pendidikan, karena media ini biasanya dilaksanakan untuk jumlah terbatas dan kelompok terbatas. Sedangkan kelemahannya adalah media ini tidak dapat mencapai tujuannya secara cepat dalam ukuran massal.
Media tidak langsung merupakan media dimana warganegara tidak terlibat secara langsung dalam proses pendidikan. Media ini biasanya dipakai dalam proses pendidikan yang dilaksanakan secara massal dengan tujuan membangkitkan kesadaran warga negara atau memberi informasi penting kepada mereka tentang isi publik tertentu yang harus diperhatikan bersama. Media ini tidak dimaksudkan untuk membangun kecakapan atau keahlian tertentu warga negara namun sebatas pada menggugah kesadaran atau memberikan informasi. Media ini digunakan misalnya untuk menyebarkan informasi secara massal misalnya membuat spanduk, selebaran, leaflet, newsletter, memasang iklan di media massa, menyebarkan informasi lewat internet, dan sebagainya.
## Lembaga-Lembaga Potensial Dalam Pendidikan Politik di Indonesia
Pertama, keluarga . Keluarga merupakan media primer pendidikan politik yang paling utama dan paling urgen selama masa kanak-kanak. Keluarga memegang peran paling fundamental dalam hal ini. Pengaruh yang paling nyata adalah bagaimana keluarga dapat membangun afiliasi dan loyalitas politik dasar anak-anaknya, membentuk rambu- rambu dasar kepribadian yang nantinya akan memberikan kontribusi dalam menumbuhkan orientasi politik anak-anak dan mengembangkan kesadaran serta pemikiran politik mereka. Keluarga juga berperan membangun presepsi politik, seperti persepsi tentang kekuasaan, yang nantinya akan berperan dalam membentuk kesadaran politiknya sebagai warga negara. Bahkan pengalaman-pengalaman individu dalam berinteraksi dengan “kekuasaan “orang tuanya, secara parsial akan menentukan cara berinteraksinya dengan kekuasaan negara di kemudian hari. Dengan kata lain keluarga merupakan media internalisasi nilai- nilai dasar dan paling awal pada diri seseorang pada masa hidupnya.
Kedua, sekolah. Sekolah berpengaruh besar dalam pendidikan politik generasi muda, dengan berperan melalui pengajaran politik dan karakter melalui sistem sekolah. Pengajaran politik dilakukan melalui mata pelajaran tertentu seperti dalam pendidikan sosial & kewarganegaraan, kebangsaan serta sejarah. Di Rusia, kurikulum sejarah digunakan untuk melakukan doktrin politik atau pengajaran dan pengkokohan ideologi politik. Di Indonesia pada era Orde Baru, mata pelajaran PPKn diisi muatan P4 yang merupakan materi pendidikan politik utama dalam rangka membangun warga negara yang baik. Belakangan dengan di berlakukannya kurikulum 2013 ( Kurtilas ) maka sangat memungkinkan dalam setiap mata pelajaran disisipkan nilai-nilai moral kebangsaan dan kewarganegaraan kepada peserta didik.
Karakter sistem sekolah, yakni dengan suasana umum yang tercipta di sekolah memainkan peranan penting dalam membentuk sensitifitas siswa terhadap dinamika kepribadian dan mengarahkan pandangan mereka terhadap bangun politik yang ada. Hal ini merupakan pengaruh dari: a). Kualitas pengajar. Manakala pengajar benar-benar menguasai materi pelajarannya dan dekat di hati siswa, yakin dengan ideologi yang dianut dan berkomitmen dalam perilakunya, ia akan lebih mudah memberi teladan dalam menanamkan ideologi tersebut. b). Hubungan guru dengan muridnya. Terkadang guru yang otoriter membuat siswa takut untuk memberi kritik atau berbeda pendapat dengannya, dan tentu iklim demokratis tidak dapat tercipta. Maka perlu dibangun sistem pembelajaran dua arah ( two way ) bersifak timbal balik ( resiprokal ) dalam membangun diskursus ilmu pengetahuan. c). Organisasi-organisasi sekolah, seperti ikatan, kelompok dan assosiasi pelajar.
Melalui organisasi sekolah siswa diajarkan dalam beraktualisasi diri, berpendapat, berfikir kritis dan bertindak. Sensitifitas siswa akan kemampuan diri dan afiliasi komunalnya tergantung kepada banyak tidaknya organisasi siswa dan tingkat kontribusi siswa didalamnya.
## Pendidikan Politik Melalui Organisasi Politik
Kantaprawira, 2006 mengartikan pendidikan politik sebagai "upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam system politiknya." Sesuai dengan paham kedaulatan rakyat atau demokrasi, rakyat harus mampu menjalankan tugas partisipasinya. Berdasarkan pendapat (Kantaprawira, 2006) tersebut, maka pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungan diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang politik sangat kompleks, bersegi banyak, dan senantiasa berubah-ubah serta dinamis.
Politik merupakan usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada sekarang ini. Mayoritas masyarakat mengartikan politik sebagai segala cara untuk memperoleh kekuasaan. Seyogyanya, ini merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah, elite parpol dan partai politik serta masyarakat agar hal tersebut tidak salah kaprah. Bahwa penting kiranya menempatkan pendidikan politik sebagai sarana agregasi kepentingan; yakni menyalurkan segala hasrat dan aspirasi serta pendapat masyarakat kepada pembuat dan pemegang kebijakan serta kekuasaan sebagai pihak yang berwenang, agar dalam hal ini segala tuntutan dan dukungan menjadi perhatian serta menjadi sebuah pertimbangan keputusan politik dan ini dikenal sebagai fungsi agregasi ( aggregative function ). Disebutkan dalam Undang-Undang No. 2 tahun 2011 sebagai pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008 tentang Partai Politik, bahwa dalam pasal 1 ayat 4 dikatakan Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan pendidikan politik merupakan poin yang masuk dalam Anggaran Dasar (AD) pendirian sebuah partai politik. Lalu lebih lanjut dalam pasal 34 ayat (3a) UU No. 2 tahun 2011 tersebut menyatakan bahwa bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota Partai Politik dan masyarakat. Dan berikutnya di pasal (3b) Pendidikan Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3a) berkaitan dengan kegiatan: a. pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun etika dan budaya politik; dan c. pengkaderan anggota Partai Politik secara berjenjang dan berkelanjutan.
Berdasarkan Undang-Undang diatas bisa kita pahami bahwa Partai politik adalah pihak yang memiliki andil besar dalam proses pendidikan politik dan bagaimana seharusnya mengambil langkah agar dapat mngubah image miring yang selama ini melekat pada partai politik tersebut. Pendidikan politik harusnya dimaknai sebagai upaya untuk membangun pondasi bermasyarakat maupun bernegara di bumi tercinta Indonesia ini. Pengembangan Pendidikan politik harus dibangun agar pemberdayaan dan penguatan generasi muda supaya memiliki keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam membangun negeri ini.
Pada akhirnya, semua pihak harus turut serta di dalam pendidikan politik agar masyarakat mau dan peduli terhadap kemajuan bangsa ini. Apabila tidak dimulai dari sekarang, hal ini dapat menyebabkan sikap pesimistis terhadap masa depan bangsa Indonesia. Masyarakat terlebih kaum muda sebagai generasi penerus harus bangkit dan sadar bahwa pendidikan politik merupakan kunci dari kesejahteraan dan kejayaan Indonesia dimasa yang akan datang.
Pendidikan politik harus berkembang dalam ranah kebebasan dan bertanggung jawab di tengah masyarakat sebagai sebuah gerakan pencerdasan penuh humanisasi. Jika saja pendidikan politik dapat terbangun dan terlembaga dalam segala aspek struktur kemasyarakatan tertentu. Misalnya
dalam organisasi sosial kemasyarakatan, partai politik, serikat pekerja dan buruh, angkatan bersenjata, Aparatur Sipil Negara, dunia akademis, dan lain sebagainya, maka prasyarat untuk pengadaan lembaga-lembaga pendidikan politik ini adalah otonomi/kemandirian.
Jika saja kemandirian dan otonomi dari pendidikan politik yang terbangun tidak dijamin secara cukup, maka lembaga-lembaga tersebut condong jadi berbahaya, bisa dijadikan sebagai ruang dalan alat indoktrinasi ide dan gagasan para pemain kepentingan dan pihak-pihak yang berkuasa guna menggiring massa rakyat, tanpa rasa keinginan untuk meredam persoalan yang berkembang, dan melumpuhkan aktivitas serta kreatifitas rakyat itu sendiri. Atau dijadikan sebuah miniatur struktur kenegaraan yang tidak demokratis. Kemudian tumbuh dan berkembangnya dijadikan sebagai alat untuk memanipulasi kepentingan, mengeksploitasi kepentingan penguasa dan kepentingan golongan.
Oleh karena itu, pendidikan politik harus berani untuk mengajarkan bagaimana cara mendobrak atas kepincangan dalam masyarakat itu sendiri serta berbagai pengaruh buruk skema ketidakadilan yang terbentuk oleh sistem yang kurang berpihak kepada masyarakat kecil. Untuk lebih mengarah kepada pencerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara menuju demokrasi yang terdistribusi secara baik dan mensejahterakan masyarakatnya.
Kaitannya dengan proses pendidikan politik partai bisa melakukan melalui sarana sosialisasi politik dimana pendidikan politik merupakan suatu proses dialogis di antara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma- norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik bisa melalui partai politik, sekolah dan pemerintah (Surbakti, 2010). Pendidikan politik dipandang sebagai proses dialogis antara masyarakat dan partai politik dalam rangka memberikan pemahaman, penghayatan, pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang ideal dan baik. masyarakat bisa diajak melalui proses pengenalan politik dalam pelatihan, kegiatan kursus kepemimpinan, diskusi, kegiatan seminar, sosialisasi peraturan daerah, dan regulasi pemerintah, dan berbagai forum ilmiah maka dalam hal ini partai politik dalam sistem demokrasi dapat melakukan fungsinya dalam hal pendidikan politik.
Disamping itu semua yang terpenting dari pelembagaan sebuah pendidikan politik adalah menunjukkan adanya peluang dan kemungkinan untuk memfungsikan semua lembaga politik, negara dan kemasyarakatan secara lebih aktual, efisien, dan memenuhi kebutuhan harapan yang dicita-citakan masyarakat yang berkeadilan. Dengan kata lain lembaga partai politik juga harus bisa mengarahkan inovasi kelembagaan dan melalui pendidikan politik bisa meningkatkan proses demokratisasi dari masyarakat berbangsa dan bernegara.
Bagi partai politik hal ini bisa dilakukan melalui pendekatan kepada masyarakat pemilih menjadikan partai sebagai mesin politik yang dinamis menyapa dalam ruang dialog publik menjadikan diskursus yang populer ditengah masyarakat sebagai bahan kajian dalam rangka pendekatan tersebut. Tentu dialog yang dibangun haruslah memberikan pendidikan politik yang terukur, juga untuk menghindari praktik-praktik politik transaksional dan pragmatis ditengah masyarakat. Masyarakat tidak bisa lagi diiming-imingi oleh janji-janji utopis tanpa realisasi. Justru warga masyarakat diajak untuk berfikir bagaimana seharusnya mengawal proses pemilu dan pembangunan dengan turut aktif mengakomodasi suara dan peningkatan kontrol, mencoba mengenal para calon kandidat baik di Pileg maupun Pilpres.
Sebagai pemilih pemula contohnya kaum muda mereka lebih cenderung terdidik dibandingkan golongan sebelumnya, mereka memiliki tingkat produktifitas tinggi dan juga sangat potensial partisipasinya di proses Pemilu. Kemasan pendidikan politik terpadu merupakan jawaban intelektual dari persoalan kepercayaan terhadap proses pemilu dari masyarakat terutama kaum milenial ini.
## Peran Pemerintah melalui KPU Dalam Pendidikan Politik
Peran pemerintah dan pemerintah daerah termaktub dalam UU No. 7 tahun 2007 tentang PEMILU Bab XV Pasal 434 ayat 2 butir (D) dalam mendukung pemilu yakni berupa ; pelaksanaan
pendidikan politik bagi pemilih untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilihan umum. Disisi lain Komisi Pemilihan Umum harus bertindak profesional dengan menentukan langkah-langkah strategis yang mampuh memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara. Salah satu tugasnya yaitu dengan melakukan sosialisasi untuk mendorong partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum. Tugas-tugas tersebut secarah hirarki dilaksanakan oleh KPU Pusat, KPU Propinsi, dan KPU Kabupaten/ Kota sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Sehingga dalam lingkup kabupaten/kota maka tugas untuk membangun kesadaran politik masyarakat dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum dimasing-masing tingkat daerah, kota maupun provinsi serta pusat.
Upaya tersebut merupakan bagian dari amanat Pasal 434 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Sosialisasi ini tidak serta merta dalam rapat terbuka, dalam bentuk kegiatan-kegiatan dalam satu ruangan. Tentu sekarang sudah era digital dimana era yang sudah sangat mobile. Tentunya bagaimana informasi itu bisa tersampaikan kepada masyarakat luas. Salah satu terobosan yang dilakukan Kemendagri ini misalnya, menyusun cerita dalam bentuk komik. Komik itu akan memuat konten terkait pentingnya penggunaan hak suara pemilih pemula bagi nasib Indonesia ke depan.
Penyusunan komik ini melibatkan sejumlah pihak guna memastikan pesan-pesan yang ada dikemas dengan menarik dan mudah dicerna oleh anak-anak muda misalnya sebagai pemilih pemula. Tidak terlalu banyak memuat cerita soal pasal-pasal teknis dalam UU Pemilu. Contohnya, soal gunakan hak suara pada saat pengumungutan suara. Itu sudah merupakan pesan tersirat penegasan bagaimana mendorong masyarakat bisa datang ke TPS nanti di saat waktu pemilu tiba. Selain itu memang sebagian besar pemilih pemula dinilai tak mengetahui secara rinci 20 partai politik peserta Pemilu 2019. Sehingga materi-materi kreatif melalui berbagai jenis media perlu dikembangkan guna memancing antusiasme pemilih pemula sebagai masyarakat pemilih.
Pemilih pemula sebagai segmentasi pemilih awal merupakan segmentasi potensial dari komposisi jumlah masyarakat yang ada. Langkah seperti ini, dinilai bisa memenuhi target partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 sebesar 77,5 persen sebagaimana yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Kemudian apa yang ditargetkan kiranya dengan berbagai upaya pemerintah tentunya adalah langkah meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat (Rachman, 2019).
Bisa juga dilakukan melalui Bimbingan teknis kepada pegawai pelaksana KPU. Dari pelaksanaan peningkatan sumber daya berupa bimbingan teknis yang dilakukan oleh KPU tersebut merupakan upaya yang sangat bagus karena dapat meningkatkan profesionalime kerja penyelenggara pemilukada yang bertugas untuk melakukan sosialisasi. Selain itu upaya tersebut juga menunjukan sudah sejalan dengan peraturan yang ada yaitu Peraturan KPU No. 5 Tahun 2015 Tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.
Tingkatkan partisipasi melalui pendidikan politik yang terstruktur dan terprogram. Hal ini bukan saja pekerjaan rumah bagi Partai Politik namun juga kerja berat bagi KPU sebagai Penyelenggara utama Pemilihan umum di negeri ini. Pendidikan politik pada dasarnya merupakan bagian dari proses sosialisasi politik yang dijalankan oleh kedua lembaga tersebut yakni Partai dan KPU. Bagaimanapun juga ketika berbicara angka partisipasi maka konsep ini akan senantiasa berhubungan dengan proses mana komunikasi dalam sosialisasi disampaikan. Dan merupakan bagian yang integral atau bisa dikatakan sebagai variabel-variabel yang dependen. Dimana sosialisasi politik memperlihatkan interaksi dan interdependensi perilaku sosial dan perilaku politik dari Partai Politik terhadap pemilihnya dan KPU sebagai penyelenggara pemilu. Maka amat koheren jika kita melihat peran dua kelembagaan tersebut sebagai institusi yang paling potensial dalam Pemilu. Antar penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU, Partai Politik sebagai aktor Pemilu dan Masyarakat sebagai pendelegasi suara harus saling membangun kepercayaan ( trust ).
Demikian juga KPU sebagaimana kerja partai dalam mendekat kepada masyarakat, lembaga ini memiliki peran dominan melakukan edukasi kepada masyarakat pemilih. Dalam hal ini sebagai contoh kecil bagaimana mendekatkan diri kepada pemilih pemula ada baiknya KPU menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan Sekolah ditingkat SMU, dan Perguruan tinggi mengadakan semacam Roadshow pengenalan pemilu kepada pemilih pemula di usia 17-24 tahun, dimasa aktif sekolah dan universitas.
Bahwa dalam sosialisasi tersebut kiranya disampaikan bagaimana pentingnya membangun kesadaran dalam proses partisipasi politik. Tujuannya bukan kepada hanya sekedar memberikan suara di pemilu. Namun jauh daripada itu upaya penyadaran atas keikutsertaan mereka sangat menentukan proses pembangunan dan jalannya kebijakan pemerintahan. Bahkan kalo kita mauh jauh menilik peran pemuda sangat koheren dalam proses pembangunan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No.40 tahun 2009 tentang kepemudaan. Maka perannya cukup sentral dalam dinamisasi kehidupan sosial dan politik bernegara.
Mengingat ada kebijakan moratorium mengenai iklan politik yang pernah dilakukan di Pemilu sebelumnya maka untuk mengatasi kurangnya informasi penting mengenai proses pemilihan merupakan masalah yang harus ditangani secara serius karena hal ini harus dimengerti oleh masyarakat yang memilih dalam pemilu. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu diperlukan sumber informasi seperti brosur, iklan di media cetak/internet, surat-surat melalui pos, kampanye iklan di radio, poster, debat/dialog kandidat pemilu yang tidak kalah pentingnya. Jika pemilih secara keseluruhan sudah memiliki pengetahuan mengenai politik dan pemilu, bukan tidak mungkin korupsi dapat dihindarkan bahkan dihilangkan. Karena masyarakat akan menjadi pengawas atas segala penyelenggaraan kegiatan negara, sesuai dengan kedaulatan berada ditangan rakyat.
Penerapan sistem pemilihan umum di Indonesia masih terbilang belum sepenuhnya mampu merepresentasikan kehendak rakyat Indonesia. Pasca reformasi perubahan sistem pemilu yang sebelumnya menggunakan sistem pemilihan proporsional tertutup menjadi proporsional terbuka memang relevan bagi sosio-kondisi Indonesia sendiri dan tuntutan rakyat untuk menyelenggarakan pemilihan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dengan kata lain sangat diharapkan adanya transparansi terhadap penyelenggaraan pemilihan umum. Penilaian sistem pemilu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu kondisi sistem ekonomi, kondisi lembaga- lembaga politik, proses pemungutan suara, proses pemilihan kepala daerah, tata cara pemilihan, tingkah laku masyarakat dalam memilih, partisipasi perempuan dalam partai politik, pendapat masyarakat mengenai demokrasi, dan munculnya masalah-masalah baru dalam pemilu. Kandidat yang maju telah diseleksi sebelumnya karena harus memenuhi persyaratan dan sistem sesuai peraturan yang berlaku. Sistem pemilu saat ini merencanakan bayak pemilu kepala daerah sehingga dalam melakukan proses pemungutan suara diperlukan informasi dan tatacara pemilu yang efektif kepada masyarakat luas (Mujtahid, 2013).
Berkaitan dengan Negara-negara baru (Huntington & Nelson, 1994) dalam No easy choice: political participation in developing countries memberi tafsir yang lebih luas dengan memasukkan secara eksplisit tindakan illegal dan kekerasan. Partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak secara pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk memengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadic, secara damai atau dengan kekerasan, lagal atau illegal, efektif atau tidak efektif (Budiarjo, 2008).
Di Negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi partisipasi politik merupakan pengecualian dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan
bersama itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurang-kurangnya di perhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat memengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik ( political efficacy ) atas tindakan perbuatan mereka dalam proses politik (Budiarjo, 2008). Menjadi momentum dan tugas pokok dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Salah satu tugas dan kewenangan KPU yaitu melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu serta tugas dan kewenangan KPU kepada masyarakat. Pemilih merupakan ujung tombak untuk menentukan calon yang terpilih pada proses Pemilu. Oleh karena itu, banyak permasalahan yang muncul seperti; money politik, penggelembungan suara, pemilih ganda, pemalsuan daftar mata pilih, yang dilakukan oleh pihak penyelenggara Pemilu. Hal tersebut merupakan bentuk dari penyalahgunaan kekuasaan dalam Pemilu, yang seharusnya tidak dilakukan. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya suara mereka sebagai pemilih menimbulkan keprihatinan mendalam. Dimana masyarakat sekarang ini sudah menjadi masyarakat yang apatis terhadap pemerintah.
## Media Infomasi dan Komunikasi Publik
Media informasi yang dimaksud adalah radio, televisi, pers, bioskop, teater, buku, mimbar masjid, lembaga ilmiah, gelanggang budaya, lembaga pendidikan, asosiasi-asosiasi moral dan sebagainya. Media informasi ini melakukan fungsi politiknya pada masyarakat dalam bentuk berikut Pertama, Kontrol sosial, berupa pemaparan berita dan informasi tentang berbagai peristiwa yang terjadi dan meletakkannya sebagai fokus perhatian. Ini merupakan fungsi politis, karena inilah yang menentukan mana peristiwa yang tidak harus dipublikasikan dan mana yang dibiarkan saja untuk dikonsumsi. Kedua, interpretasi berbagai peristiwa, menempatkannya pada konteks umum dan menganalisis dampaknya. Ini berpengaruh terhadap pengarahan perilaku politik sebagai reaksi terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Ketiga, sosialisasi politik. Maksudnya adalah proses membentuk, mengokohkan atau mengubah kultur politik. Media informasi dapat dikategorikan sebagai agen-agen internasional pendidikan politik melalui berbagai fakta, nilai, contohperilaku dan pengetahuan tentang karakter dunia politik yang disajikannya.
## Pendidikan Politik Melalui Bahasa Edukatif Untuk Menumbuhkan Kesadaran Insan Politik
Berkaitan dengan ciri budaya politik kaula ( subject political culture ) yang dominan pada masyarakat kita di mana anggota masyarakat mempunyai minat, perhatian, mungkin pula kesadaran, terhadap sistem sebagai sebuah keseluruhan, terutama juga output dari sistem tersebut sebagaimana mereka semua merasakan dan menjalani hasilnya. Namun perhatian mereka terhadap aspek input sebagai aktor yang mempengaruhi hasil output dalam sebuah sistem politik tersebut masih sangat minim. Untuk itu kiranya mengupayakan sebuah pendidikan politik dalam bahasa pendidikan dapat dinyatakan sebagaimana berikut ini(Kartono & Kartini, 2009):
Pertama, pendidikan politik adalah upaya belajar dan latihan mensistematiskan aktivitas sosial , dan membangun kebijakan-kebijakan terhadap sesama manusia di suatu wilayah negara. Kebajikan tersebut berupa pengembangan sportivitas, tingkah laku jujur, toleransi dengan sesama anak bangsa, bersikap kooperatif dan praktis, mampu bekerjasama dalam kelompok, jujur dan sikap-sikap yang menguntungkan lainnya. Sikap tersebut merupakan syarat teknis sebuah tingkah laku politik demi mencapai tujuan kebaikan, kerukunan, dan kebersamaan dalam pembangunan bangsa.
Kedua, pendidikan politik identik dengan pembentukan hati nurani politik , yang didalamnya secara implisit mencakup rasa tanggung jawab ethis terhadap sesama warga. Dalam demokrasi, rakyat senantiasa diberikan kebebasan dan kesempatan untuk memilih segala alternatif yang menurut pribadinya baik dan menimbulkan keuntungan bagi dirinya dalam memenuhi segala aspek kehidupannya. Oleh karenanya itu dia diajar untuk dapat mempertanggungjawabkan segala plihannya tersebut, dengan sikap penuh kejujuran dan berani. Serta menghadapi segala bentuk resiko, kejadian-kejadian yang senantiasa berlangsung dalam kehidupan berbangsa dan
bernegaranya. Mereka tidak boleh apatis, pasif, sinis dan naif secara politik, dan hanya mampu membayangkan sebuah demokrasi yang ideal belaka.
Melalui pendidikan politik masyarakat diharapkan bisa menjadi insan yang kreatif, kritis, mandiri, otonom, mantap dan partisipatif bila kepadanya dihadapkan kepada hal-hal dan kesempatann untuk berprilaku secara demokratis dalam sebuah sistem demokrasi.
Ketiga, pendidikan politik menumbuhkan skeptisisme politik dan kearifan wawasan politik (Political Insight) mengenai peristiwa-peristiwa politik dengan segala jaringan-jaringannya. Skeptisisme harus diartikan sebagai skeptisisme ilmiah, menghindari rasa mudah percaya dan sikap naif tidak kritis; yaitu mudah dan gampang p ercaya dan meyakini “kebenaran” mitos -mitos politik, doktrin-dokktrin politik dan propaganda politik yang bersifat melenakan daya kognitif (pengenalan dan nalar akal sehat). Dengan begitu setiap orang mampu menjalankan fungsi kontrol politik, pengecekan, verifikasi terhadap realitas politik yang tengah berlangsung.
Oleh karena itu pribadi yang memiliki dasarapendidikan politik yang kuat akan selalu berkepentingan dengan ketidakmantapan (dinamisme) dan perubahan struktur-struktur serta urusan-urusan lokal, regional dan nasional serta cenderung mengadakan perbaikan dan kemajuan/progres dan aktifitas menyempurnakan kelembagaan politik.
Keempat , pendidikan politik mendorong orang untuk melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap jaringan- jaringan politik dan kemasyarakatan. Politik dalam negara bukan saja mncakup formula teoritis, fiksi yuridis, atau urusan abstrak dan idealistik, akan tetapi betul-betul merupakan kenyataan telanjang dan fakta keras-kejam , penuh unsur kontroversial atau kontaradiktif dan konflik tajam.
Maka penting adalah bukan hanya sebatas menetapkan formula-formula formalitas resmi dan preskripsi yuridis semata, akan tetapi jauh lebih penting dalam sebuah demokratisasi dalam prosesnya yang tersirat dalam sila keempat Pancasila apakah sudah benar-benar diterapkan dengan benar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kemudian apakah penerapannya sudah lurus dan benar. Bagaimanakah kenyataan yang sebenarnya fakta itu dan seharusnya dilakukan dengan cara yang benar, bukan fakta yang berlangsung menurut satu dan sebuah konsep politik semata saja.
Kelima, pendidikan politik banyak membahs konflik-konflik aktual. Dan lewat pendidikan politik akan diperoleh kemampuan rakyat untuk mnganalisa bermacam-macam konflik tadi, serta ikut memecahkan dengan cara-cara yang ditekankan dari atas. Dengan demikian orang menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik untuk ikut mengatur masyarakat sekitar, negara dan pemerintahan. Juga ikut mengontrol gerak pembangunan, tanpa perlu terjadi konflik-konflik yang membahayakan serta menajdikan perbedaan dalam sebuah praktik politik menjadi perhatian utama ( main diskursus) yang justru kontraproduktif dalam pembangunan bangsa dalam sebuah kemajemukan dan persatuan.
## Landasan Hukum Pendidikan Politik
Pendidikan politik sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara memiliki landasan hukum yang berpegang teguh pada falsafah dan kepribadian bangsa Indonesia. Berdasarkan Inpres No. 12 tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generas i Muda, maka yang menjadi landasan hukum pendidikan politik adalah sebagai berikut: Landasan pendidikan politik di Indonesia terdiri dari: landasan ideologis, yaitu Pancasila, landasan konstitusi, yaitu UUD 1945, dan landasan historis, yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Landasan yang tersebut di atas merupakan landasan pokok pendidikan politik yang disertai landasan kesejarahan. Hal ini penting karena warga negara terutama kaum muda harus mengetahui sejarah perjuangan bangsa agar memiliki jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan 1945.
## Tujuan Pendidikan Politk Dalam Peran Politik Insani & Kewarganegaraannya
Jiwa dari pendidikan politik adalah “Politische Engagement” (ikatan-perjanjian politik), yaitu keikutsertaanya dalam peristiwa-peristiwa politik, dan peranan turut menentukan kebijakan- kebijakan politik. Hal ini merupakan tujuan pendidikan politik yang pada hakekatnya adalah mengikutsertakan rakyat dan warga negara dalam sebuah sistem politiknya. Bahwa rakyat/warga negara citizenship berperan serta secara aktif mengimbangi kekuatan dan kekuasaan dalam negara. Dengan kata lain rakyat bukanlah warganegara seperti bebek yang mengambang di atas air tanpa inisiatif dan dinamika dan juga bukan mesin reaksi yang pasif dalam sebuah sistem politik yang turut-manut pada ketentuan-ketentuan regulasi pemerintah tanpa berperan serta mengontrol, mengawasi, mengevaluasi diluar dukungan terhadap kebijakan yang memang sudah pro kepada mereka.
Sehingga pendidikan politik merupakan gerak emansipatoris warga negara dalam membentuk sebuah wawasan politik (Political Insight). Sehingga warga negara dalam partisipasnya bukan hanya saja terbatas pada seremonial-seremonial pemberian suara namun jauh daripada itu dalam bentuk kesadaran yang benar- benar “hakiki” lahir atas pengetahuan, tidak sekedar partisipasi dengan keberpihakan yang buta, mereka pada posisi yang netral tidak berpihak semata-mata atas kepentingan. Namun menyadari dirinya adalah merupakan bagian dari masyarakat luas yang majemuk yang harus menjadi subjek utama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Gerakan emansipatoris inilah yang melepaskan dari kebelengguan seorang individu atas keterpengaruhan pihak lain, paksaan, bahkan kebebasan dalam mengutarakan pemahaman diri. Seseorang dalam sebuah masyarakat menjadi sadar tidak ingin mengalami kemandegan dalam sebuah perjuangan politiknya dalam merubah nasib ke arah yang lebih baik dalam sebuah sistem politik pemerintahannya.
Pendidikan politik dapat dikatakan sebagai media penyampaian konsep politik yang memiliki tujuan akhir untuk membuat warga negara menjadi lebih melek politik. Warga negara yang melek politik adalah warga negara yang sadar akan hak dan kewajiban sehingga dapa t ikut serta dalam kehidupan berbangsa dan hernegara dalam setiap proses pembangunan. Pendidikan politik diperlukan keberadaannya terutama untuk mendidik generasi muda saat ini yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.
## Ranah Kognitif, Afektif & Psikomotorik Pendidikan Politik
Pertama, Ranah Kognitif . Salah satu aspek yang menjadi tujuan pendidikan politik adalah aspek kognitif yang arahnya adalah membangun pengetahuan politik warga negara ( civic knowledge ). Pengetahuan dan pemahaman warga negara terhadap konsepkonsep politik dasar tertentu menjadi sangat penting untuk dibangun, karena tanpanya kesadaran politik yang kritis tidak mungkin ditumbuhkan. Diantaranya pengetahuan mengenai demokrasi , kewarganegaraan (citizenship ), kedaulatan rakyat dan negara, lembaga negara, hubungan pusat dan daerah, dan sistem ekonomi.
Kedua, ranah Afektif . Pendidikan adalah proses mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai tertentu pada seorang warga negara. Nilai-nilai itu disampaikan dan ditanamkan untuk membentuk karakter dan keberpihakan warganegara sebagai implementasi dari nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik kapasitasnya sebagai individu yang bebas otonom maupun sebagai warga negara yang bertanggungjawab. Nilai-nilai yang disampaikan dalam pendidikan politik adalah nilai- nilai dasar demokrasi. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kebebasan, nilai tanggung jawab, kemandirian (mewujudkan diri sendiri), hak untuk menentukan diri sendiri, partisipasi (turut menentukan), toleransi, pertolongan agar bisa menolong diri sendiri, pluralisme, kemajuan serta perdamaian.
Ketiga, Ranah Psikomotorik . Unsur dasar kedua pendidikan politik bagi warga negara di dalam masyarakat yang demokratis adalah kecakapan-kecakapan warga negara. Jika warga negara menguji hak-hak mereka dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai anggota komunitas mandiri, mereka tidak hanya memerlukan penguasaan terhadap bangunan pengetahuan sebagaimana telah digagas
dalam lima gugus permasalahan, tetapi juga membutuhkan penguasaan terhadap kecakapan- kecakapan intelektual dan partisipasi yang terkait. Kecakapan intelektual yang dimaksud adalah kecakapan berpikir kritis.
Kecakapan intelektual warga negara dalam melihat berbagai persoalan politis dan pemerintahan tidak dapat dipisahkan dalam materi pendidikan politik. Kemampuan warga negara untuk memikirkan isu politik secara kritis, misalnva mewajibkan seseorang memahami isu tersebut sekaligus sejarahnya, keterkaitan dengan masa kini, serta merangkai menjadi piranti intelektual untuk membuat berbagai pertimbangan yang akan bermanfaat dalam menangani isu tersebut. Oleh karenanya, kecakapan intelektual yang menjadi dasar bagi warga negara yang bertangung jawab dan terdidik (sadar informasi) sering disebut sebagai kecakapan berpikir kritis.
Prasyarat penting pendidikan politik warga negara dalam konteks membangun kecakapan berpikir kritis adalah perlunya dibangun kesadaran kritis di kalangan warga negara. Kesadaran dianggap penting karena tidak mungkin membangun kecakapan berpikir kritis tanpa terlebih dahulu dibangun kesadaran kritis. Kesadaran kritis akan membawa warga negara kepada cara pandang yang lebih luas tentang suatu persoalan, sehingga suatu persoalan bisa diidentifikasi dan dianalisis secara tepat. Cara membangkitkan dan membangun kesadaran kritis warga negara ialah dengan melewati tangga-tangga sebagai berikut. Tangga 1: membangun keterlibatan masyarakat bawah dalam proses politik, tangga 2: observasi sistematik, yaitu mengajak masyarakat mengidentifikasi akar penyebab represi (ketertindasan mereka), tangga 3: analisis struktural, yaitu menjelaskan keterkaitan antara berbagai sistem, misalnya sistem kapitalisme yang berdampak pada kemiskinan, tangga 4: menentukan tujuan, yaitu menyediakan perspektif secara lengkap yang terkait dengan struktur dan situasi lokal atau nasional, tangga 5: menentukan strategi dan taktik, yakni membuat rencana dan implementasi dari aksi yang telah disiapkan, dan tangga 6: aksi dan refleksi secara terus menerus, dimana refleksi tanpa aksi adalah hanyalah omong kosong belaka, namun aksi tanpa refleksi adalah aktivisme murni. Dengan tangga-tangga bangunan kesadaran kritis, persoalan yang muncul dalam kehidupan masyarakat akan dapat dipahami dari aspek-aspek yang mendasar.
## 4. KESIMPULAN
Pendidikan politik dalam tulisan ini dapat dipahami juga sebagai proses berkesinambungan dalam memberikan pengetahuan, ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi diri manusia, melalui proses dialogik yang dilakukan dengan suka rela antara pemberi dan penerima informasi pengetahuan politik dalam proses yang berkesinambungan. Sehingga masyarakat dalam hal ini sebagai penerima pengetahuan dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dimaksudkan agar dapat mewujudkan kesadaran dan partisipasi dalam kehidupan berdemokrasi dalam berbangsa dan bernegara.
Pendidikan politik sebagai sebuah pendidikan orang dewasa (andragogi) menekankan aspek kesadaran. Dengan mendapatkan pendidikan politik menyadarkan pada kekuatan intelektual seseorang untuk ikut serta menguasai kondisi sosial dan politik, bahkan juga memberikan pengaruhnya. Lebih lanjut pendidikan politik sebagai bagian hak asasi manusia terdapat dimensi keterbukaan untuk masa datang yang lebih baik. Dan membentuk diri seseorang manusia di masa mendatang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan asumsi bahwa tiap diri seseorang akan mampu memberikan bentuk-bentuk baru pada segala potensi yang dimiliki oleh dirinya dan pada lingkungan sekitarnnya.
Definisi pendidikan politik ini mengandung tiga aspek penting, yakni: Pertama, adanya perbuatan memberikan penyadaran melalui pengetahuan, ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi diri manusia. Kedua, perbuatan di maksud harus melalui proses dialogis yang dilakukan dengan suka rela antara penyampai informasi dan masyarakat sebagai penerima informasi. Ketiga, perbuatan tersebut ditujukan untuk masyarakat setelah menerima informasi berupa pengetahuan, pelatihan dan ajaran dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara.
Pemahaman di atas pada dasarnya menunjukan bahwa Pelaksanaan pendidikan politik harus dilakukan tanpa unsur paksaan dengan fokus penekanan pada upaya untuk mengembangkan pengetahuan ( kognisi ), menumbuhkan nilai dan keberpihakan ( afeksi ) dan mewujudkan kecakapan ( psikomotorik ) warga sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok dalam kehidupan bersama di sebuah bangsa dan negara.
## REFERENSI
Budiarjo, M. (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik . Jakarta: Gramedia. Handoyo, E., & Lestari, P. (2017). Pendidikan Politik . Yogyakarta: Penerbit Pohon Cahaya. Huntington, S. P. (n.d.). Tertib Politik: Di Tengah Pergeseran Kepentingan Massa . Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Huntington, S. P., & Nelson, J. (1994). Partisipasi Politik di Negara Berkembang . Jakarta: Rineka Cipta. Kantaprawira, R. (2006). Sistem Politik Indonesia . Bandung: Sinar Baru Al Gesindo. Kartono, & Kartini. (2009). Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa . Bandung: CV. Mandar Maju.
Mujtahid, I. M. (2013). Pendidikan Politik Terpadu Bagi Masyarakat Menuju Pemilu 2014 Sesuai engan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas. In Seminar Nasional Fisip-UT 2013 .
NurKhoiron, M. N. (1999). Pendidikan Politik Bagi Warga Negara . Yogyakarta: LKIS.
Rachman, D. A. an. (2019). Cara Pemerintah Tingkatkan Partisipasi Pemilih Pemula pada Pemilu”,
Penulis : Dylan Aprialdo Rachman. Samah, K., & S, R. F. (2014). Berpolitik Tanpa Partai, Fenomena Relawan dalam Pilpres . Jakarta: Gramedia Utama.
Surbakti, R. (2010). Mengenal Imu Politik . Jakarta: PT. Grasindo.
Arlis Prayugo & Rahadi Budi Prayitno / Pendidikan Politik Sebagai Proses Belajar Mebentuk Kesadaran Politik dan Peran Kewargarnegaraan
|
c9750eb0-56b3-46c9-9156-b8fb9da1f809 | https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jpmpi/article/download/5336/3554 |
## Original Research Paper
Pelatihan Pemanfaatan Kulit Jeruk Untuk Pembuatan Eco-enzim di Desa Sungai Gampa Kecamatan Rantau Badauh
Fitria Rizkiana 1 , Emilda Prasiska 2 , Raden Roro Ariessanty Alicia Kusuma Wardhani 3 , Antoni Pardede 4
1 Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, Banjarmasin, Indonesia
DOI : https://doi.org/10.29303/jpmpi.v6i3.5336 Sitasi: Rizkiana, F., Prasiska, E., Wardhani, R. R. A. K., & Pardede, A. (2023). Pelatihan Pemanfaatan Kulit Jeruk Untuk Pembuatan Eco-enzim di Desa Sungai Gampa Kecamatan Rantau Badauh. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA , 6(3)
## Article history
Received: 7 July 2023
Revised: 28 August 2023 Accepted: 2 September 2023
*Corresponding Author: Rizkiana F, Prodi Pendidikan Kimia/ Universitas Islam
Kalimantan Muhammad
Arsyad Al Banjari, Banjarmasin, Indonesia; Email: [email protected]
Abstract: Sungai Gampa Village is one of the villages in Rantau Badauh District, where many residents have orange plantations. The abundance of fruit and orange peel waste produced was the background for initiating training activities on the use of orange peels as ecoenzymes. Training on making ecoenzymes from orange peel takes ± 4 months. In general, there was 3 series of activities in this training. The 1st activity provided material about ecoenzymes and processed them into soap, the 2nd activity practiced making ecoenzymes from orange peels, and the 3rd activity practiced making solid soap from ecoenzymes. These three series of activities were attended by at least 10 participants. The results of the questionnaire that was distributed to participants showed very positive results, because all training participants gave an agreeing assessment on every aspect assessed.
Keywords: Sungai Gampa, Orange Peel, Ecoenzyme
## Pendahuluan
Tanaman jeruk adalah salah satu tanaman yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu sentra produksi utama dari tanaman jeruk di Indonesia. Produksi jeruk terbesar di Kalimantan Selatan berasal dari Kabupaten Barito Kuala, yaitu Kecamatan Rantau Badauh. Berdasarkan data statistik Kecamatan Rantau Badauh, luas area perkebunan penghasil jeruk sebesar 785,1 Ha dengan produksi jeruk pada tahun 2017 sebesar 7.328 ton dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 13.295 ton (Badan Pusat Statistik Kabupaten Barito Kuala, 2021).
Desa Sungai Gampa adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Rantau Badauh, dimana banyak warganya yang memiliki perkebunan jeruk, khususnya jeruk siam Banjar. Hasil panen jeruk ini biasanya dipasarkan di wilayah kalimantan Selatan ataupun dikirim ke luar daerah. Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Sungai Gampa saat ini
sedang giat mengembangkan produk olahan jeruk sehingga jeruk hasil panen tidak hanya dipasarkan sebagai bahan mentah tapi juga dipasarkan dalam bentuk produk olahan jeruk. Dalam proses produksi olahan jeruk, kulit buah jeruk tidak dimanfaatkan dan biasanya hanya dibuang saja.
Kulit buah jeruk termasuk sampah organic. Penimbunan sampah organic di tempat pembuangan sampah dapat menimbulkan bau tidak sedap, serta dapat meningkatkan resiko terjadinya ledakan di TPA (Mardatillah et al., 2022). Pembusukan sampah organic juga menghasilkan gas metana, yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global (Sutrisnawati et al., 2022).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah kulit jeruk adalah dengan memanfaatkan kulit buah jeruk menjadi eco-enzim beraroma segar. Eco-enzim adalah cairan alami serbaguna (Suprayogi et al., 2022), yang merupakan hasil fermentasi dari gula, sisa buah/sayuran dan air (Mardatillah et al., 2022).
Dengan membuat eco-enzim, kita telah mengolah sebagian sampah kita dan mengurangi beban TPA.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirincikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Sungai Gampa yaitu: 1) minimnya pengetahuan warga terkait pengolahan limbah kulit jeruk, 2) keterbatasan tersebut menjadi penyebab warga membuang kulit jeruk. Kedua permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengolah kulit jeruk menjadi eco-enzim. Produk eco-enzim ini nantinya dapat digunakan sendiri ataupun menjadi peluang usaha bagi warga Desa Sungai Gampa.
## Metode
Kegiatan pengabdian ini dilakukan di Balai Desa Sungai Gampa Kabupaten Barito Kuala, dengan khalayak sasaran IRT berjumlah 10 orang. Secara umum, kegiatan ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Kegiatan pada tahap persiapan meliputi perijinan dan koordinasi kegiatan dengan pejabat Desa Sungai Gampa, menyiapkan alat dan bahan praktek serta materi pelatihan (powerpoint). Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi penyampaian materi pelatihan yang dilakukan melalui metode ceramah dan diskusi, praktek pembuatan eco-enzim berbahan dasar kulit jeruk dan pembuatan sabun batang dari eco-enzim. Kegiatan pada tahap evaluasi meliputi pembagian angket kepada peserta pelatihan yang bertujuan untuk mengukur peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah diberi pelatihan pembuatan eco-enzim berbahan kulit jeruk. Kegiatan pelatihan ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus Tahun 2023.
Pelaksanaan kegiatan pelatihan dibagi menjadi 3 rangkaian kegiatan, yaitu pemberian materi pelatihan (teori), praktek membuat eco- enzim dari kulit jeruk dan praktek pembuatan sabun dari eco-enzim. Adapun materi yang disampaikan pada kegiatan pelatihan mengacu pada modul ecoenzim nusantara (2021) yang diantaranya membahas tentang definisi, cara pembuatan, jenis wadah, air dan sisa sayur/buah yang bisa digunakan, tips menyicil eco-enzim, lokasi penyimpanan dan cara memperbaiki eco-enzim yang berbau atau ditumbuhi jamur hitam, pemanenan dan pengemasan eco-enzim serta pemanfaatannya menjadi sabun batang.
Alat dan bahan yang diperlukan pada kegiatan praktek pembuatan eco-enzim yaitu 100
gram gula merah, 1 liter air, dan 300 gram kulit jeruk, toples, pipa kecil transparan, timbangan, pengaduk, pisau, dan lem tembak. Prosedur kerja pembuatan eco-enzim sebagai berikut: 1) iris gula merah sebanyak 100 gram dan siapkan kulit jeruk yang bersih dan masih segar sebanyak 300 gram, 2) masukkan kedua bahan tersebut ke dalam 1 liter air, 3) aduk rata campuran tersebut, tutup rapat dan beri label tanggal pembuatan serta tanggal panen eco- enzim pada toples.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan sabun eco-enzim yaitu 100gram eco- enzim, 250 ml akuades, 115 gram NaOH, 100 gram minyak kelapa, 100 gram minyak sawit dan 320 gram minyak zaitun, hand blender , batang pengaduk , timbangan, cetakan sabun, wadah plastik, gelas ukur, dan gelas kimia. Adapun prosedur kerja pembuatan sabun dari eco-enzim yaitu: 1) siapkan larutan NaOH terlebih dahulu dan diamkan beberapa saat hingga suhunya normal, 2) masukkan 3 jenis minyak dan eco-enzim ke dalam wadah plastic dan aduk dengan hand blender , 3) tambahkan essensial oil, kemudian aduk kembali, 4) masukkan larutan NaOH yang sudah dingin ke dalam adonan, dan aduk sampai adonan mulai mengental (hindari adonan yang terlalu kental, karena adonan akan sulit dipindahkan ke cetakan), 5) pindahkan adonan ke cetakan silicon dan beri penutup, 6) buka penutup sabun setelah 1 malam didiamkan, 7) keluarkan sabun dari cetakan dan diamkan di udara terbuka selama 1 bulan.
## Hasil dan Pembahasan
Telah dilaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan eco-enzim dari kulit jeruk dan pemanfaatannya menjadi sabun batang. Khalayak sasaran dalam pelatihan ini adalah 10 IRT di Desa Sungai Gampa Kecamatan Rantau Badauh. Rangkaian kegiatan pelatihan diawali dengan pemberian materi mengenai eco-enzim; cara pembuatannya, tips menyicil eco-enzim, cara memperbaiki eco-enzim yang berbau got atau ditumbuhi jamur hitam, cara panen dan pengemasan eco-enzim, serta pemanfaatannya menjadi sabun batang. Penyampaian materi diikuti dengan antusias oleh peserta pelatihan. Mereka tidak sungkan bertanya jika tidak memahami materi yang disampaikan.
Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah praktek pembuatan eco-enzim. Kegiatan praktek
dilakukan bersama-sama oleh peserta pelatihan, mulai dari menimbang sampai mencampur bahan dan memasukkannya ke dalam toples yang sudah disiapkan. Adapun jenis toples yang digunakan yaitu toples bermulut lebar dan pada bagian tutupnya diberi lubang agar gas hasil fernentasi dapat keluar melalui pipa transparan yang telah dihubungkan dengan wadah kecil berisi sedikit air. Penggunaan wadah bermulut lebar dan modifikasi alat sedemikian rupa dirasa perlu untuk mencegah ledakan yang disebabkan oleh terbentuknya gas yang berlebihan di awal fase fermentasi. Penyampaian materi mengenai eco-enzim dan produk yang dihasilkan dari kegiatan praktek dapat dilihat pada Gambar 1.
## Gambar 1 Pemberian Materi dan Produk Hasil Praktek
Guna memantau proses pembentukan eco- enzim, tim pelaksana meminta salah satu warga yang bersedia untuk melaporkan dan mendokumentasikan proses pembentukan eco- enzim selama 3 bulan. Berdasarkan hasil laporan yang diterima didapatkan keterangan bahwa gas mulai terbentuk di hari kedua dan terus meningkat sampai hari ketujuh. Aroma segar dari dalam toples juga keluar saat tangan dikibas-kibaskan ke arah toples. Pada minggu kedua mulai muncul jamur berwarna putih dan bau segar tetap tercium saat tangan dikibaskan ke arah toples. Jumlah gas yang menempel di dinding toples juga cukup banyak dan terlihat jelas. Pengamatan dilanjutkan di minggu keempat, dimana hasil pengamatan menunjukkan jumlah jamur putih yang muncul semakin banyak dan menutupi sebagian cairan. Kemunculan jamur putih ini tidak menimbulkan bau tidak sedap. Bau yang keluar dari dalam toples beraroma asam segar dan kuat seperti bau jeruk. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada minggu kedelapan. Adapun hasilnya berupa munculnya endapan berwarna
coklat muda di bagian dasar toples dan sebagian lagi di bagian atas kulit jeruk yang mengapung, sedangkan warna cairan tetap seperti tampilan awal yaitu berwarna coklat bening. Jamur putih yang semula muncul di minggu keempat, tidak nampak lagi pada pengamatan kali ini. Pengamatan dilanjutkan pada minggu kedua belas, hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil pengamatan pada minggu kedelapan, hanya saja jumlah endapan di dasar toples dan yang menempel pada kulit jeruk semakin banyak. Saat tutup toples dibuka, langsung keluar aroma yang sangat kuat khas fermentasi dan segar seperti bau jeruk. Panen eco-enzim juga dilakukan pada minggu kedua belas ini, tepatnya 90 hari pasca masa fermentasi. Eco-enzim yang telah dipanen ini diukur pHnya menggunakan indikator universal. Hasilnya menunjukkan bahwa eco-enzim tersebut berpH 3. pH hasil pengukuran, pengamatan dan aroma yang muncul menunjukkan bahwa kualitas dari eco-enzim yang dihasilkan baik, karena memenuhi standar baik eco-enzim, yaitu berpH di bawah 4,0 dan beraroma asam segar khas fermentasi. Karakteristik eco-enzim yang dihasilkan pada kegiatan ini serupa dengan eco- enzim yang dihasilkan oleh Jannah et al (2021), walaupun menggunakan bahan baku (sisa sayuran dan buah) yang berbeda-beda. Dokumentasi selama masa fermentasi eco-enzim disajikan pada Gambar 2.
## Gambar 2. Dokumentasi minggu ke-1, ke-2, ke-4 dan ke-12
Rangkaian kegiatan ketiga yaitu praktek membuat sabun batang dari eco-enzim, dimana sebelumnya materi mengenai pemanfaatan eco- enzim menjadi sabun ini telah diberikan pada kegiatan pertama. Praktek pembuatan sabun batang ini diawali dengan membuat larutan NaOH terlebih dahulu, karena perlu waktu yang cukup lama agar larutan NaOH dingin. Larutan NaOH yang sudah dingin ini kemudian dicampur dengan berbagai jenis minyak yang sudah disiapkan dan eco-enzim, serta diaduk perlahan sampai adonan sedikit mengental. Adonan yang sudah jadi selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan silicon. Dokumentasi kegiatan pembuatan sabun dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Dokumentasi Kegiatan Pembuatan Sabun dari Eco-enzim
Adapun hal-hal praktis yang telah dilakukan guna mendukung keberhasilan proses fermentasi ini adalah: 1) penggunaan wadah yang cukup besar untuk mencegah ledakan gas yang ditimbulkan secara berlebihan, 2) penggunaan toples modifikasi seperti pada Gambar 1 juga dimaksudkan agar warga tidak perlu membuka
tutup toples untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan, karena gas tersebut akan keluar dengan sendirinya melalui pipa kecil. Dengan demikian, lamanya masa fermentasi (3 bulan) ini sama sekali tidak memberatkan warga dalam melakukan pemantauan.
Keberhasilan kegiatan pelatihan ini didasarkan pada respon yang diperoleh dari 10 orang peserta pelatihan. Rekapitulasi respon tersebut diberikan pada Tabel 1. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa seluruh peserta pelatihan memberikan tanggapan setuju pada semua aspek yang dinilai. Hasil penilaian ini mengindikasikan bahwa peserta pelatihan mendapatkan manfaat setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini, sehingga berkeinginan untuk mempraktekkan apa yang sudah didapat. Hal ini dikarenakan materi pelatihan yang diberikan sangat relevan dengan permasalahan yang dihadapi para warga di Desa Sungai Gampa dan cara penyampaiannya mudah difahami oleh peserta pelatihan.
Tabel 1 Rekapitulasi Respon Peserta Pelatihan terhadap Kegiatan yang Dilaksanakan
No Pernyataan S (%) KS (%) TS (%) 1 Saya dapat mengikuti kegiatan pelatihan dengan baik 100 2 Kegiatan pelatihan ini sangat berguna untuk Saya 100 3 Kegiatan pelatihan ini menjadi solusi dari masalah yang saya hadapi dalam kehidupan sehari- hari 100 4 Materi pelatihan dijelaskan dengan baik 100 5 Saya dapat memahami materi pelatihan yang diberikan 100 6 Saya dapat mempraktikkan kembali cara pembuatan ecoenzim dan sabun 100 7 Bimbingan yang diberikan oleh tutor mudah difahami 100 8 Saya bersedia untuk mempraktikkan kembali cara membuat ecoenzim dan sabun di rumah 100 Rata-rata 100 (S = setuju, KS = kurang setuju, TS = tidak setuju)
## Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan pengabdian ini yaitu:
1. Eco-enzim yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian ini telah memenuhi kriteria baik, yaitu berpH = 3, beraroma kuat segar khas fermentasi dan berbau jeruk. Penampilan fisik cairan eco-enzim berwarna coklat dan jika didiamkan akan nampak endapan berwarna kuning di dasar wadah.
2. Pelatihan pemanfaatan kulit jeruk menjadi ecoenzim, kemudian pemanfaatannya kembali untuk diolah menjadi sabun direspon positif oleh para peserta pelatihan, karena dinilai relevan untuk mengatasi permasalahan yang ada dan mudah dipraktekkan.
## Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (LPPM) UNISKA MAB Banjarmasin atas dukungan financial terhadap kegiatan pengabdian ini.
## Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Barito Kuala. 2021. Kecamatan Rantau Badauh Dalam Angka 2021 . BPS Kabupaten Barito Kuala. Jannah, M., Firdha, N., Idrus, H. A., & Farma, S. A.
2021. Organoleptic Test of Eco-Enzyme
Product from Vegetable and Fruit Waste. Prosiding SEMNAS BIO Integrasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Menghasilkan Produk Sains Berbasis Kearifan Lokal, Juni 26
Mardatillah, A. Mikra, D. P., Salma, F., & Fevria, R. 2022. Pembuatan Ecoenzyme sebagai
Upaya Pengolahan Limbah Rumah Tangga. Prosiding SEMNAS BIO 2022
Quo Vadis Pengelolaan Biodiversitas Indonesia Menuju SDGs 2045, Desember
3.
Suprayogi, D., Asra, R., & Mahdalia, R. 2022. Analisis Produk Eco Enzyme dari Kulit Buah Nanas ( Ananas comosus L. ) dan Jeruk Berastagi (Citrus X sinensis L.). Jurnal Redoks, vol 7, hal 19-27
Sutrisnawati, N.K., Saskara, K., Budiasih, N. G. A. N., & Ardiasa, I. K. 2022. Pembuatan Eco
Enzym Sebagai Upaya Pengelolaan Limbah Prganik di The Jakarta Suite Komodo Flores. Akses: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ngurah Rai, vol 14, hal 1-13.
|
525f9b06-3c4e-42dd-a89a-50d517c741cc | https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/download/389/299 |
## HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI PANTI WREDHA YAYASAN SOSIAL SALIB PUTIH SALATIGA
Dennys Christovel Dese 1 , Cahyo Wibowo 2
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana 1 [email protected]
## ABSTRAK
Peningkatan jumlah lansia setiap tahunnya harus dijadikan perhatian, akibat adanya peningkatan jumlah lansia masalah yang dihadapi akan menjadi semakin kompleks, salah satunya adalah masalah yang berkaitan dengan gejala penuaan. Menurunnya kapasitas intelektual berhubungan erat dengan fungsi kognitif pada lansia. Aktivitas fisik diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif. Aktivitas fisik bermanfaat untuk lansia sebagai pencegahan dan demensia. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di yayasan sosial Panti Wredha Salib Putih Salatiga pada bulan Juni 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur ≥60 tahun. Subjek pada penelitian ini berjumlah 16 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik yang dinilai dengan menggunakan instrument GPAQ. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif yang dinilai dengan instrument MMSE. Terdapat 4 orang (25%) yang masuk dalam kategori fungsi kognitif normal dengan kategori aktifitas fisik sedang 1 orang dan aktifitas berat 3 orang, kemudian yang termasuk dalam kategori gangguan fungsi kognitif ringan sebanyak 11 orang (68,75%), dengan kategori aktifitas fisik sedang 8 orang dan aktifitas ringan 3 orang. Sedangkan yang termasuk dalam kategori gangguan fungsi kognitif berat, terdapat 1 orang (6,25%) dengan kategori aktifitasnya ringan. Taraf signifikansi antar variabel tingkat aktifitas fisik dan fungsi kognitif pada lansia adalah p=0.007 atau p<0,05, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat aktifitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia.
Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Fungsi Kognitif, Lansia
## ABSTRACT
Increasing the number of elderly people every year should be a concern, due to an increase in the number of elderly problems faced will become increasingly complex, one of which is a problem related to the symptoms of aging. Decreased intellectual capacity is closely related to cognitive function in the elderly. Physical activity is identified as one of the factors that influence cognitive function. Physical activity is beneficial for the elderly as prevention and dementia. This study was an observational analytic study using a cross sectional approach. The study was conducted at the social foundation nursing home in the white cross in June 2018. The population in this study was elderly aged ≥60 years. The subjects in this study were 16 respondents. The independent variable in this study is physical activity that is assessed using the GPAQ instrument. While the dependent variable in this study was cognitive function which was assessed by the MMSE instrument. There are 4 people (25%) who fall into the category of normal cognitive function with moderate physical activity categories 1 person and heavy activities 3 people, then those included in the category of mild cognitive function disorders are 11 people (68.75%), with the category of physical activity being 8 people and 3 light
activities. While those included in the category of severe cognitive function disorders, there is 1 person (6.25%) with a mild activity category. The significance level between the level of physical activity and cognitive function in the elderly is p = 0.007 or p <0.05, so it can be concluded that there is a relationship between the level of physical activity and cognitive function in the elderly.
Keywords : Physical Activity, Cognitive Function, Elderly
1. PENDAHULUAN
Perbaikan kondisi sosial dan kualitas kesehatan berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup, peningkatan itu tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia dari tahun ke tahun. Berdasarkan badan pusat statistik penduduk lansia tahun 2017 dalam waktu hampir lima dekade, prosentase lansia di Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2017) yaitu menjadi 8,97% (23,4 juta) yang mana lansia perempuan jumlah prosentasenya lebih banyak disbanding dengan lansia laki-laki (9,47% : 8,48%) (Ika, M, Rini, S, et al, 2017). Sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan lansia di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 28,8juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Data Menkokesra, 2012). Sama hal nya dengan kota Salatiga yang mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia pada tahun 2017 penduduk lansia mencapai 13.987 (BPS Salatiga, 2017) yang mana pada tahun 2013 berjumlah 11.856 (BPS Salatiga, 2013). Kota Salatiga memiliki beberapa panti sosial, salah satunya adalah panti Wredha salib putih. Panti wredha memiliki peran penting dalam rangka memenuhi kesejahteraan lansia yang mungkin tidak didapatkan ketika berada di dalam keluarga.
Peningkatan jumlah lansia setiap tahunnya harus dijadikan perhatian, akibat adanya peningkatan jumlah lansia masalah yang dihadapi akan menjadi semakin kompleks, salah satunya adalah masalah yang
berkaitan dengan gejala penuaan. Menurunnya kapasitas intelektual berhubungan erat dengan fungsi kognitif pada lansia (L. Tobing,
2006). Pada lansia cenderung terjadi penurunan fungsi kognitif yang disebabkan oleh proses penuaan atau penyakit degeneratif (Pranarka, 2006). Fungsi kognitif adalah masalah kesehatan kritis di kemudian hari (Jongnam Hwang, et al, 2018).
Perubahan persepsi, masalah dalam berkomunikasi, gangguan memori dan penurunan fokus adalah gejala gangguan fungsi kognitif, selain itu penurunan fungsi kognitif berupa mudah lupa, gangguan kognitif ringan ( Mild Cognitive Impairment ), dan demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat (Wreksoatmodjo, B, R, 2014). Dalam beberapa penelitian aktivitas fisik diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif. Aktivitas fisik bermanfaat untuk lansia sebagai pencegahan dan demensia (Manoux, A, S, et al, 2005), selain itu aktivitas fisik dengan latihan berjalan dan ketahanan, dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia, termasuk lansia yang mengalami gangguan kognitif ringan (Verghese M, D, et al, 2003). Aktivitas fisik dapat meningkatkan level dopamine, vaskularisasi otak, perubahan molekuler yang bermanfaat untuk neuroprotective (Manoux, A, S, et al, 2005). Berdasarkan data penelitian yang sudah ada aktivitas fisik diidentifikasi memiliki dampak terhadap fungsi kognitif lansia,
mengingat fungsi kognitif dan
aktivitas fisik sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan lansia di
Panti Wredha Salib Putih, oleh karena itu perlu di adakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lansia di Yayasan Sosial Panti Wredha Salib Putih Salatiga.
## 2. PELAKSANAAN
a. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Yayasan Sosial Panti Wredha Salib Putih salatiga pada bulan Juni 2018.
b. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur ≥60 tahun. Subjek pada penelitian ini berjumlah 16 responden yang didasarkan pada teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode sampling jenuh
## 3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan
cross sectional . Penelitian dilakukan di Yayasan Sosial Panti Wredha Salib Putih Salatiga pada bulan Juni 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur ≥60 tahun. Subjek pada penelitian ini berjumlah 16 responden yang didasarkan pada teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode sampling jenuh yaitu pengambilan sampel dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu keadaan yang membatasi aktivitas fisik juga kondisi yang mempengaruhi struktur dan fungsi otak. Variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik yang dinilai dengan menggunakan instrument GPAQ ( Global Physical Activity Questionnaire ). GPAQ terdiri dari
tiga jenis kriteria aktivitas yaitu aktivitas ringan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif yang dinilai dengan instrument MMSE ( Mini Mental State
Examination ). Dengan kriteria sebagai berikut : a) tidak ada gangguan kognitif / normal (24–23); b)
ganggunan kognitif ringan(17–23); dan c) gangguan kognitif berat (< 16). Pengolahan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data yang didapatkan dari kuesioner sedangkan analisis data dilakukan dengan metode analisi univariat dan bivariate. Analisis univariat dilakukan untuk satu variabel sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yaitu tingkat aktivitas fisik dan fungsi kognitif menggunakan uji chi-square dengan taraf signifikansi p<0,05.
## 4. HASIL
Tabel 1. Karakteristik Subjek
## Penelitian
Variabel Jumlah (n) Prosentase (%) Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Umur 60-74 75-90 14 2 6 10 87,5 12,5 37,5 62,5
Berdasarkan tabel 1 jumlah terbanyak lansia di Yayasan Sosial Panti Wredha Salib Putih dalam penelitian ini berada pada kelompok umur 75-90 tahun sebanyak 10 responden (62,5) sedangkan jumlah pada kelompok umur 60-74 sebanyak 6 responden (37,5%). Jumlah prosentase responden dengan jenis kelamin perempuan lebih tinggi (87,5%) dibanding dengan jumlah prosentase dengan jenis kelamin laki-laki (12,5%).
Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan tingkat aktivitas fisik
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa tingkat aktivitas fisik kategori ringan memiliki prosentase sebesar 18,75% dengan jumlah 3 responden, tingkat aktivitas fisik kategori sedang memiliki prosentase sebesar 56,25% dengan jumlah 9 responden, dan tingkat aktivitas fisik berat memiliki prosentase sebesar 25% dengan jumlah 4 responden. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat aktivitas fisik dengan kategori sedang memiliki prosentase paling tinggi yaitu sebesar 56,25% dengan jumlah 9 responden.
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan fungsi kognitif Variabel f % Fungsi kognitif normal Gangguan kognitif ringan Gangguan kognitif berat 4 11 1 25 68,75 6,25 Total 16 100
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa fungsi kognitif kategori normal memiliki prosentase sebesar 25% dengan jumlah 4 responden, kategori gangguan kognitif ringan memiliki prosentase sebesar 68,75% dengan jumlah 11 responden, dan kategori gangguan kognitif berat memiliki prosentase sebesar 6,25% dengan jumlah 1 responden. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kognitif dengan kategori gangguan kognitif ringan memiliki prosentase paling tinggi yaitu sebesar 68,75% dengan jumlah 11 responden.
Tabel 4. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa terdapat 4 orang (25%) yang masuk dalam kategori fungsi kognitif normal dengan kategori aktifitas fisik sedang 1 orang dan aktifitas berat 3 orang, kemudian yang termasuk dalam kategori gangguan fungsi kognitif ringan sebanyak 11 orang (68,75%), dengan kategori aktifitas fisik sedang 8 orang dan aktifitas ringan 3 orang. Sedangkan yang termasuk dalam kategori gangguan fungsi kognitif berat, terdapat 1 orang (6,25%) dengan kategori aktifitasnya ringan. Taraf signifikansi antar variabel tingkat aktifitas fisik dan fungsi kognitif pada lansia adalah p=0.007 atau p<0,05, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat aktifitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia.
## PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia diperoleh bahwa responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi, memiliki fungsi kognitif yang baik (normal). Dengan hasil uji statistik yang di peroleh yaitu p=0,007, dapat diambil satu kesimpulan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia. Penelitian sebelumnya yang dapat mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian dari Sauliyusta & Rekawati (2016) dimana diperoleh hasilnya yang
Variabel f % Aktivitas Ringan Aktivitas Sedang Aktivitas Berat 4 9 3 25 56,25 18,75 Total 16 100 Aktifitas Fisik Gangguan Fungsi Kognitif ∑ P Normal Ringan Berat f % f % f % Ringan - - 3 18,75 1 6,25 4 .0 0 7 Sedang 1 6,25 8 50 - - 9 Berat 3 18,75 - - - - 3 Total 4 25 11 68,75 1 6,25 16
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia. Kemudian penelitian dari Okura, T, et al (2013) mengatakan bahwa seseorang yang memilki tingkat kebugaran jasmani yang buruk, juga mempengaruhi fungsi kognitif yang tidak baik atau terdapat gangguan kognitif Muzamil, Afriwardi, dan Martini (2014) mengatakan bahwa tingginya skor fungsi kognitif seseorang ada hubungannya dengan tingkat aktifitas fisik individu tersebut yang berlangsung secara rutin atau tinggi pula, sehingga untuk para lansia yang memiliki intensitas aktifitas yang rendah atau kurang, sangat membantu percepatan penurunan fungsi kognitifnya. Dengan demikian, sangat perlu untuk lansia untuk tetap melakukan aktifitas fisik walaupun dengan jangka pendek atau rendah seperti berjalan kaki namun tetap rutin sehingga dapat tetap menjaga atau mempertahankan kinerja fungsi kognitif agar tidak menurun sehingga mengurangi resiko gangguan kognitif. Aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin dan berkala, juga dapat meningkatkan kinerja fungsi kognitif untuk lebih baik, karena akftifitas fisik juga dapat membantu dan mempertahankan aliran darah serta mengantarkan nutrisi ke otak secara optimal. Menurut Marhamah (2008), ketika lansia tidak melakukan aktifitas fisik secara rutin, juga akan menurunkan aliran darah yang mengalir ke otak, sehingga otak akan mengalami kekurangan oksigen. Interaksi sosial, riwayat pekerjaan lansia, serta nutrisi merupakan beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia. Namun dalam penelitian ini, tidak mengumpulkan data terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif tersebut, tapi kemungkinan faktor-
faktor tersebut juga mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia di Panti Wredha Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Salatiga. Pengalaman kerja seorang lansia juga mempengaruhi fungsi kognitif, karena melalui pekerjaan dapat membantu melatih otak secara terus menerus, sehingga fungsi kognitif tetap baik dan tidak menurun. Semakin banyak pengalaman kerja yang diperoleh, atau semakin kompleksnya pekerjaannya, semakin baik pula fungsi kognitif seseorang (Chung et al, 2015).
Wreksoatmodjo (2014), mengatakan bahwa interaksi sosial juga dapat mempengaruhi fungsi
kognitif.
Dengan interaksi sosial yang baik, juga mendukung emosional lansia yang berpengaruh terhadap fungsi kognitifnya. Dukungan sosial dalam hal ini yang mempengaruhi fungsi kognitif karena melibatkan sistem imbik. Faktor nutrisi juga sangat mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia, walaupun pada umumnya, setiap makanan yang disediakan oleh pengelola panti sama, tapi ada kemungkinan lain setiap lansia mengkonsumsi makanan diluar dari yang disediakan, sehingga setiap asupan nutrisi dalam kandungan makanan pada masing-masing lansia bisa berbeda-beda, sehingga fungsi kognitif juga berpengaruh serta berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya. Rahmawati et al. (2012) dalam penelitianya,
mengatakan bahwa nutrisi mikro seperti suplemen vitamin B6, C, dan E juga berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada manusia.
Aktifitas fisik dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 intensitas aktifitas fisik, yaitu Ringan, Sedang dan Berat. Aktifitas fisik merupakan gerakan tubuh yang membutuhkan tenaga atau energi seperti berjalan, mengerjakan
pekerjaan rumah, berkebun, senam atau bersepeda. Sehingga setiap gerakan tubuh tersebut memiliki intensitas yang berbeda-beda walaupun dalam pelaksanaanya sama- sama membutuhkan tenaga atau energi. Akftifitas fisik seperti yang sudah dijelaskan di atas mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia, namun intensitas aktifitas fisik tersebut yang perlu kita perhatikan sehingga dapat dengan tepat membantu menjaga atau mungkin meningkatkan fungsi kognitif pada lansia, karena secara fisik lansia sudah mulai terbatas dalam memaksmimalkan setiap fungsi tubuhnya karena proses penuaan.
Sehingga sangat wajar ketika kita menemukan hanya sedikit jumlah lansia yang memililki tingkat aktifitas fisik yang berat, sehingga kinerja fungsi kognitifnya juga mengkikuti seberapa menurun atau meningkatnya fungsi kognitif pada mereka (lansia). Sadar akan pentingnya aktifitas fisik oleh setiap manusia perlu mulai kita perhatikan, karena selain berpengaruh terhadap fungsi kognitif, aktifitas fisik punya dampak positif lainnya pada manusia terutama dalam menjaga kesehatan manusia serta membantu menghindari berbagai jenis penyakit lainnya. Carvalho, Rea and Parimon, (2014), dalam penelitianya diperoleh bahwa Aktivitas fisik juga telah terbukti mengurangi dan menunda resiko gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer dan demensia.
5. KESIMPULAN Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Aktifitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia di Panti Wredha Yayasan Sosial Salib Putih Salatiga dengan terdapat sebanyak 25% yang memiliki fungsi kognitif normal, 68,75% yang memiliki gangguan fungsi
kognitif ringan, dan yang memiliki gangguan fungsi kognitif berat sebanyak 6,25 %. Untuk Aktivitas Fisik, terdapat sebanyak 25% yang melakukan aktifitas fisik ringan, 56,25% aktifitas fisik sedang, dan 18,75 dengan aktivitas fisik berat.
## REFERENSI
Badan pusat statistik kota Salatiga .2014. Salatiga dalam angka 2014 . BPS Salatiga, Salatiga.
Badan pusat statistik kota Salatiga 2017. Salatiga dalam angka 2017 . BPS Salatiga, Salatiga.
Carvalho, A, Rea, I, M, & Parimon, T . 2014. Physical activity and cognitive function in individuals over 60 years of age : a systematic review, Dove Press , 9, 661-682. doi: 10.2147/CIA.S55520.
Chung, J, Park, J, Cho, M, Park, Y, Kim, D, Yang, Y .2015. A Study on the
Relationships between Age, Work Experience, Cognition and Work Ability in Older Employees Working in Heavy Industry, J Phys Ther Sci , 2015; 27 (1): 155-157.
Ika, M, Rini, S, et al . 2017. Statistik penduduk lanjut usia 2017 . Badan pusat statistik.
Jongnam Hwang, et al . 2018, Effects of Participation in social activities on cognitive function among middle-aged and older adults in korea, International journal of environmental research and public health, 15,2315. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat . 2012. Lansia masa kini dan mendatang , http://oldkesra.menkokesra.go.id.
Lumbantobing, S, M . 2006. Kecerdasan pada usia lanjut dan demensia . FKUI: Jakarta.
Marhamah. 2008. Konsumsi gizi dan aktivitas fisik usia lanjut di kota depok kaitannya dengan stauts kesehatan dan kemampuan kognitif. Skripsi. Universitas Terbuka, Jakarta.
Manoux, A, S, et al. 2005. Effect of physical activity on cognitive functioning in middle age: evidence from the Whitehall II prospective cohort study, American journal of public health , Vol 95, No.12.
Muzamil, M, S, Afriwadi, & Martini, R, D . 2014. Hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada usia di kelurahan jati kecamatan padang timur, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas , 3 (2), 202–205.
Okura, T, Mahshid, S, Yuki, S, Kenji Tsunoda . 2013. Physical fitness, physical activity, exercise training and cognitive function in older adults . Faculty of Health and Sport Sciences, University of Tsukuba, Japan.
Pranarka, K . 2006. Penerapan geriatric kedokteran menuju usia lanjut yang sehat. Universa Medicina . 25, pp.187- 197.
Rahmawati, A, Pramantara, I, D, P, Martalena, B, P . 2012, Asupan Zat Gizi
Mikro dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia, Jurnal Gizi Klinik
Indonesia , 2012: 8 (4): 195-201.
Sauliyusta, M, & Rekawati, E. 2016. Aktivitas Fisik Memengaruhi Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia . 19(2), pp. 71–77. doi: 1410- 4490.
Verghese M, D, et al 2003, Leisure activities and the risk of dementia in the
elderly, New England Journal of Medicine 2003; 348 : 2508-16. Wreksoatmodjo, B, R 2014, Beberapa kondisi fisik dan penyakit yang merupakan faktor risiko gangguan fungsi kognitif, CDK-212 Vol 41, no 1, 25-32.
|
21e4d031-6920-406e-adda-0dd303015dc3 | https://stiemuttaqien.ac.id/ojs/index.php/OJS/article/download/903/671 | Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 11 No. 2 September 2022 P - ISSN
: 2503-4413
E - ISSN
: 2654-5837, Hal 202 – 210
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH, DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI UMUM DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN BELANJA DAERAH
(STUDI PADA PEMERINTAH KOTA DI PROVINSI ACEH) Oleh:
Shara Amelia Putri Akuntansi, STIE Bumi Persada Lhokseumawe Email : [email protected] Surya Darni Manajemen, STIE Bumi Persada Lhokseumawe Email: [email protected] Article Info Abstract Article History : Received 16 Agustus - 2022 Accepted 25 Agustus - 2022 Available Online 30 September - 2022 The purpose of this study is to determine the impact of regional economic growth, revenue-sharing funds, general distribution funds, and local revenue growth on regional spending growth. The study analyzed data by multiple linear regression and was conducted in 23 district/municipal governments in Aceh. The results show that regional economic growth, revenue-sharing funds, general distribution funds, and regional revenue growth simultaneously and partially affect regional spending growth. These results suggest that increases in regional spending are likely to occur as a result of higher local income levels and economic growth.
Keyword :
Regional Economic Growth, Revenue Sharing Fund, The
General Allocation Fund, local revenue growth,
Regional and District / City
Expenditure Growth
## 1. PENDAHULUAN
Pemerintah Daerah dan DPRD mengatur dan menentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada bentuk peraturan daerah atau Qanun. Alokasi sumber daya dalam anggaran APBD harus didasarkan pada prioritas pembangunan daerah, dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, kapasitas fiskal daerah, kebijakan pemerintah pusat, dan rekomendasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Anggaran yang tertuang dalam peraturan daerah atau qanun tersebut kemudian menjadi validitas bagi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk menjalankan fungsi pemerintahan.
Dana penyelenggaraan pemerintahan menurut dasar desentralisasi ditanggung oleh APBD. Dalam rangka pengelolaan pemerintahan dan jasa layanan publik berdasarkan asas desentralisasi, memberdayakan daerah untuk memungut pajak ( tax) ) dan mengatur sumber daya alam. Sumber pendanaan untuk kabupaten meliputi
pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil (DBH), dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), dan pinjaman daerah, desentralisasi, dan misi bantuan. Tiga sumber pertama dikelola langsung oleh pemerintah daerah melalui APBD, sedangkan sumber lainnya dikelola oleh pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah (Halim, 2012).
Salah satu pertimbangan penting dalam pengalokasian APBD adalah keterkaitannya dengan beberapa indikator ekonomi daerah, seperti kemiskinan, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan primer daerah (PAD). Selain itu, jumlah transfer fiskal pusat dan kebijakan lain yang diterima daerah juga harus diperhitungkan. Kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sangat bergantung pada dana atau dana yang dihimpun dari berbagai potensi sumber daya yang dimiliki daerah dan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Dana atau dana yang terkumpul diatur
melalui sistem pengelolaan keuangan daerah APBD.
Permasalahan setelah diterapkannya kebijakan desentralisasi fiskal adalah pertumbuhan pendapatan daerah lambat, sedangkan peningkatan permintaan biaya pelayanan publik semakin intens. Keadaan ini mengakibatkan terbatasnya penerimaan dan kesulitan dalam merencanakan distribusi belanja pelayanan publik.
Selain pertumbuhan ekonomi, kemandirian fiskal daerah yang diukur dengan PAD sebagai persentase dari total pendapatan daerah juga menjadi pertimbangan penting dalam alokasi belanja daerah. Hal ini karena PAD merupakan sumber daya dan penggunaannya atas kebijaksanaan pemerintah daerah dan kesepakatan dengan DPRD. Meskipun bagian PAD dari total pendapatan tidak besar, yaitu sekitar 4-10%, dampaknya terhadap belanja daerah cukup signifikan (Abdullah dan Rone, 2014).
Riset ini bertujuan untuk mengkaji dampak pertumbuhan ekonomi (economic growth ), dana bagi hasil ( Revenue Sharing Fund ), dana alokasi umum ( The General Allocation Fund ), dan pertumbuhan PAD terhadap pertumbuhan belanja daerah di Aceh. Economic Growth adalah salah satu penentu tingkat kesejahteraan masyarakat. Namun pertumbuhan ekonomi (economic growth ) yang tinggi tidak serta merta menggambarkan kemakmuran rakyat, karena pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan bagaimana pembangunan dilakukan, dan tidak dapat menggambarkan bagaimana pembangunan itu merata dalam rangka pencapaian kesejahteraan rakyat.
Pembiayaan pembangunan daerah berasal dari PAD (Regional income ), Dana Perimbangan yang termasuk Dana Bagi Hasil ( Revenue Sharing Fund ), Dana Alokasi Umum ( The General Allocation Fund ), dan Dana Alokasi Khusus ( Special Allocation Fund ), dan pendapatan daerah lainnya yang sah. Penurunan PAD bisa juga disebabkan oleh Penurunan kegiatan ekonomi di berbagai daerah, sehingga daerah tersebut akan mengandalkan dana perimbangan yang akan menimbulkan gejala fiskal stress.
Dana Bagi Hasil ( Revenue Sharing Fund ) merupakan pendanaan yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Provinsi Aceh, sebagai salah satu daerah yang diberikan otonomi khusus oleh pemerintah pusat melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001, menerima 70% dari penerimaan DBH, terutama sumber daya migas. Ketentuan ini melampaui aturan pemerintahan sendiri yang biasa dimana bagi hasil provinsi hanya berasal dari 15% minyak dan 35% gas alam. Akan tetapi , sumber lain harus digali untuk meningkatkan pendapatan daerah, seperti pajak.
Realisasi DAU semakin meningkat setiap tahunnya. Kenaikan/penurunan jumlah DAU yang diterima oleh setiap kabupaten/kota dapat disebabkan oleh formula yang ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk menentukan DAU. Jumlah DAU yang diterima Kabupaten/Kota memperhitungkan faktor-faktor berikut: jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah penduduk miskin, persentase kesenjangan kemiskinan, nilai PAD, dll. Oleh karena itu, sebagai salah satu kinerja dan konsekuensi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, kenaikan atau penurunan DAU tidak ditentukan oleh kinerja daerah. DAU dirancang untuk menggantikan transfer dalam bentuk subsidi kepada daerah otonom. Tujuan dari transfer ini adalah untuk menutup kesenjangan fiskal antar daerah dan pemerataan kapasitas fiskal sehingga masing-masing daerah tidak memiliki besaran DAU yang sama. Daerah dengan PAD rendah akan mendapatkan DAU tinggi, sebaliknya daerah dengan PAD tinggi akan mendapatkan DAU rendah.
Menurut Bappenas (2015),”pertumbuhan ekonomi Indonesia positif selama 2010-2014, namun melambat selama empat tahun terakhir hingga akhir 2014”. Pertumbuhan ekonomi Aceh, dengan perkembangan migas, mencapai puncaknya pada 3,85% pada tahun 2012, sedangkan pertumbuhan terendah pada tahun 2010 adalah 1,29%, menurut Situasi Perekonomian Provinsi Aceh oleh Badan Pusat Statistik (2015).” Dari tahun 2010 hingga 2012, pertumbuhannya cenderung meningkat, namun setelah tahun 2012, pertumbuhannya menurun dari tahun ke tahun.” Pertumbuhan ekonomi melambat dan tetap stabil hingga tumbuh sebesar 4,13% pada tahun 2014. Data pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2012-2013 berdasarkan data PDRB ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 1.1 PDRB Kabupaten/Kota di Aceh tahun 2012 s/d 2014
## Sumber: BPS Provinsi Aceh, data diolah
Berdasarkan penelitian Halim (2002), ”diketahui bahwa pemerintah daerah di Indonesia pada umumnya masih miskin, yang tercermin dari tingginya tingkat ketergantungan keuangan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat atau rendahnya PAD terhadap total pendapatan daerah.”
Menurut data BPS, terlihat bahwa kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah di Indonesia kurang dari 10% dari total pendapatan daerah. Kondisi yang sama berlaku untuk pemerintah kabupaten/kota Aceh. Menurut data penerimaan pemerintah kabupaten/kota provinsi Aceh dari tahun 2010 hingga 2014, kontribusi PAD terhadap penerimaan berkisar antara 1,20% hingga 15,15%. Realisasi PAD oleh pemerintah kabupaten/kota
Aceh menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan PAD mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun 2012 hingga 2014.
Dari sisi belanja anggaran pemerintah daerah, realisasi belanja tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan kekuatan daerah dan kota untuk melakukan pembangunan daerah membutuhkan sumber pendanaan yang semakin besar. Di sisi lain, sumber keuangan kabupaten dan kota yang berasal dari PAD masih relatif rendah dibandingkan dengan kebutuhan belanja daerah, sehingga mengakibatkan tingkat kemandirian fiskal yang rendah dan tingkat ketergantungan fiskal yang tinggi (Sriyana, 2011).
Kenaikan belanja daerah setiap tahunnya tidak sebanding dengan peningkatan PAD. Lambatnya pertumbuhan PAD dibandingkan dengan pertumbuhan kebutuhan biaya untuk memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah menjadi permasalahan tersendiri dalam
pelaksanaan APBD. Keterbatasan PAD menyulitkan perencanaan alokasi belanja daerah. Kondisi tersebut berakibat pada pengalokasian belanja daerah untuk pelayanan publik menjadi kurang optimal terhadap pencapaian target pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan belanja daerah pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.
## 2. KAJIAN
PUSTAKA DAN
## PENGEMBANGAN HIPOTESIS Belanja Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005,”belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah dan diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.” Belanja daerah digunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang meliputi urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang- undangan.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa belanja daerah menurut kategori belanja meliputi: (a) Belanja tidak langsung adalah kelompok belanja anggaran yang tidak berkaitan langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan;( b) Belanja Langsung adalah kelompok anggaran belanja yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. . berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sesuai dengan Peraturan
- 5,000 10,000 15,000 20,000 Si m eu lu e Ac eh S in gk il Ac eh S el at an Ac eh T en gg ar a Ac eh T im ur Ac eh T en ga h Ac eh B ar at Ac eh B es ar Pi di e Bi re ue n Ac eh U ta ra Ac eh B ar at D ay a G ay o Lu es Ac eh T am ia ng N ag an R ay a Ac eh J ay a Be ne r M er ia h Pi di e Ja ya Ba nd a Ac eh Sa ba ng La ng sa Lh ok se um aw e Su bu lu ss al am P D RB ( M ili ar )
2012 2013 2014
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, belanja pemerintah terdiri dari belanja operasi, belanja modal, dan belanja lain-lain/tak terduga
## Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Belanja Daerah
Desentralisasi fiskal di Indonesia telah mengakibatkan pemerintah daerah memberikan kewenangan pengelolaan keuangan. Tujuan utama pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah. Desentralisasi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu peran pemerintah daerah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi adalah mengefektifkan belanja pemerintah daerah untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat seperti pembangunan fasilitas pelayanan publik. Desentralisasi fiskal di Indonesia telah berdampak pada pertumbuhan ekonomi, terutama kontribusi belanja pemerintah daerah[1].
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu memprioritaskan kebijakan yang tepat sasaran untuk merangsang sektor riil, sehingga mendorong percepatan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan alokasi belanja daerah berperan penting dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam konteks tidak langsung, alokasi belanja daerah yang ditujukan untuk mendukung pembangunan infrastruktur ekonomi dinilai lebih efektif dalam meningkatkan kinerja keuangan daerah. Teori belanja publik menunjukkan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang positif, skala belanja pemerintah cenderung meningkat [2].
BPS Provinsi Aceh (2015) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Aceh mengalami puncaknya pada tahun 2012, dan setelah tahun 2012, pertumbuhannya terus menurun setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Aceh berada di bawah rata-rata nasional sebesar 5,3%. Ekonomi tumbuh hanya 3,3% pada tahun 2016, atau sedikit meningkat setelah negatif 0,7%. Tahun 2013 hanya 2,6% dan tahun 2014 hanya 1,5%.
## Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Pertumbuhan Belanja Daerah
Dana bagi hasil merupakan sumber pendapatan daerah yang potensial dan salah satu modal dasar bagi pemerintah daerah untuk
memperoleh dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah non-PAD selain DAU dan DAK. Model bagi hasil didasarkan pada persentase asal tertentu. Penerimaan pajak DBH dari: Bagian 21 Pajak Penghasilan (PPh 21), Bagian 25 Pajak Penghasilan (PPh 25), Bagian 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh WPOPDN). Sedangkan penerimaan DBH SDA berasal dari: kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak, pertambangan gas, pertambangan panas bumi [3]
Pengaruh Dana Alokasi Umum
## Terhadap Pertumbuhan Belanja Daerah
Pelaksanaan kewenangan Pemda, Pempus akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari DAU, DAK, dan DBH yang terdiri dari pajak dan Sumber Daya Alam [4]. Selain itu, Pemerintah Daerah memiliki sumber pendanaan sendiri berupa PAD, pembiayaan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebutuhan DAU oleh suatu daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) ditentukan dengan menggunakan pendekatan Fiscal Gap, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah dengan potensi daerah [5]. DAU digunakan untuk menutup celah yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada.
## Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Belanja Daerah
Pendapatan daerah yang cukup krusial adalah PAD [6][7]. PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD merupakan salah satu bagian dari pendapatan daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan dalam periode tahun bersangkutan. Definisi PAD menurut ketentuan UU Nomor 33 Tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian pendapatan asli daerah antara lain:
a. PAD merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber wilayah sendiri;
b. Dipungut berdasarkan peraturan daerah;
c. Peraturan daerah tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Desentralisasi
fiskal memberikan kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber pendapatan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah dalam rangka pelayanan publik. Desentralisasi diarahkan untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreatifitas pemerintah daerah, keselarasan hubungan antara Pusat dan Daerah serta antar daerah itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin peningkatan kesejahteraan serta penciptaan ruang yang lebih luas bagi kemandirian daerah. Sumber pendapatan daerah diantaranya adalah PAD. Kecenderungan PAD yang selalu bertambah saat perubahan anggaran, membuka peluang bagi legislatif untuk merekomendasikan penambahan anggaran bagi program dan kegiatan yang menjadi preferensinya [8,Abdullah, 2015).
## 3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara populasi pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.
Pemerintah kabupaten/kota di Aceh berjumlah sebanyak 23 pemerintahan yang terdiri dari 18 pemerintah kabupaten dan lima pemerintah kota. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sumber data diperoleh dari website Dirjen Perimbangan Keuangan Pemda. Adapun data yang dimaksud adalah: (1) Laporan Pertumbuhan Ekonomi PemProv Aceh, (2) Laporan Realisasi APBD PemProv Aceh yang terdiri dari: (a) Realisasi PAD, (b) Realisasi DAU, (c) Relisasi DBH, dan (d) Realisasi Belanja Modal.
Horizon waktu dalam penelitian ini menggunakan data pooling yaitu kombinasi antara data runtut waktu ( time-series ) dan data silang tempat ( cross-section ), dimana pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah dan alokasi belanja daerah periode tahun 2013–2015 sebagai time series dan 23 pemerintah kabupaten/kota di Aceh sebagai data cross-section .
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari APBD dan PDRB Kabupaten dan Kota di Aceh. Dokumen APBD diperoleh dari Peraturan Daerah tentang APBD masing-masing kabupaten dan kota sedangkan data PDRB sebagai pertumbuhan ekonomi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh. pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian berupa APBD yaitu sebanyak 69 APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Aceh Tahun Anggaran 2013 sampai 2015 dan data pertumbuhan ekonomi berupa PDRB dari BPS Provinsi Aceh. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan tujuan untuk melihat secara langsung pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan belanja daerah, baik secara simultan maupun secara parsial.
## 4. HASIL PENELITIAN Hasil Deskriptif Penelitian
Analisis deskriptif digunakan untuk melihat distribusi data variabel yang diteliti. Kondisi ini memberikan gambaran umum mengenai nilai statistik data penelitian seperti rata- rata ( mean ), standar deviasi, nilai minimum dan maksimum. Secara lengkap, analisis deskriptif pertumbuhan ekonomi daerah, dana bagi hasil, dana alokasi umum, pendapatan asli daerah dan belanja daerah dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1
## Statistik Deskriptif Data Penelitian (N = 69)
No Uraian Mean Std. Deviation Minimum Maksimum 1 Pertumbuhan_Belanja_Daerah_(Y) 21,97 14,48 -31,18 57,90 2 Pertumbuhan_Ekonomi_Daerah_(X1) 2,91 3,87 -17,82 5,44 3 Pertumbuhan_PAD _(X2) 57,39 57,86 -4,42 309,26 4 Dana_Bagi_Hasil_ (X3) 54,90 86,2 8,2 510,0 5 Dana_Alokasi_Umum_ (X4) 496.5 140,8 252,0 780,0 Sumber: Data penelitian (diolah)
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa antara tahun 2013-2015 rata-rata (mean) pertumbuhan belanja daerah yang terjadi pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh 5 sebesar 21,97%. Nilai minimum dan maksimum pertumbuhan belanja daerah masing-masing adalah -31.18% dan 57.90%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dari tahun 2013 hingga 2015, pertumbuhan belanja daerah pemerintah provinsi/kota Aceh terendah sebesar -31,18%, menurun sebesar 31,18%, dan tertinggi sebesar 57,90.
Dari tahun 2013 hingga 2015, nilai rata- rata pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah/kota Aceh sebesar 2,91%. Nilai maksimum dan minimum pertumbuhan ekonomi daerah masing- masing adalah -17,82% dan 5,44%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah dari tahun 2013 hingga 2015 terendah sebesar - 17,82% (penurunan) dan tertinggi sebesar 5,44%.
Dari tahun 2013 hingga 2015, Nilai rata- rata pertumbuhan pendapatan asli daerah pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh sebesar 57,39%. Keadaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan asli daerah pemerintah daerah/kota Aceh cukup tinggi atau cukup berhasil secara rata-rata tahunan. Nilai maksimum dan minimum pertumbuhan pendapatan mentah daerah masing-masing adalah -4,42% dan 309,26%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan asli daerah dari tahun 2013 hingga 2015 berkisar minimal -4,42% (penurunan) hingga maksimal 309,26%. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan SPSS versi 20.
Jika dilihat dari tabel diatas, Nilai rata-rata ( mean ) untuk Dana Bagi Hasil (DBH) sepanjang 3 tahun sebesar 54,9 Milyar Rupiah, nilai minimum sebesar 8,2 Milyar Rupiah untuk Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2013 sedangkan nilai maksimum untuk DBH sebesar 510 Milyar Rupiah untuk Kabupaten Aceh Utara pada 2014. Nilai standar deviasi sepanjang 3 tahun pengamatan sebesar 86,2.
Sedangkan untuk nilai rata-rata (mean ) Dana Alokasi Umum (DAU) sepanjang 3 tahun sebesar 496,5 Milyar Rupiah, dengan nilai minimum sebesar 252 Milyar Rupiah untuk Kabupaten Subulussalam pada tahun 2013, sedangkan nilai maksimum sebesar 780 Milyar Rupiah diperoleh Kabupaten Aceh Bireuen pada tahun 2015. Nilai standar deviasi sepanjang 3 tahun pengamatan sebesar 140,8.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil analisis data penelitian secara statistik didapatkan model regresi sebagai berikut: Y = 19,061 + 0,465X 1 + 0,074X 2 + 0,904X 3 + 1,803X 4 + Ɛ Dimana Y adalah pertumbuhan belanja daerah, X 1 sebagai variabel pertumbuhan ekonomi daerah dan X 2 adalah variabel pertumbuhan pendapatan asli daerah. Nilai α sebesar 19,061 menunjukkan apabila semua variabel bebas ( independent variable ) memiliki nilai nol, maka nilai variabel terikat ( dependent variable ) yaitu pertumbuhan belanja daerah sebesar 19,061. Nilai R Square sebesar 0,099 menunjukkan bahwa variable bebas (independent variable) pada penelitian ini, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pertumbuhan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap variabel dependen ( dependent variable ) yaitu pertumbuhan belanja daerah pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh sebesar 9,90%. Sisanya sebesar 90,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor atau variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.
Dari persamaan diatas bisa kita ketahui bahwa nilai konstanta (a) adalah sebesar -19,061, yang artinya apabila DBH/ Revenue Sharing Fund (X1), dan DAU/ The General Allocation Fund (X2) dianggap konstan, maka Belanja Daerah (BD) mempunyai nilai sebesar 19,061. Penelitian ini merupakan riset yang pengujian hipotesisnya menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Metode analisis linear berganda yaitu menghubungkan satu variabel dependen (terikat) dengan dengan beberapa variabel tidak terikat/bebas (independent) dalam suatu model penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menguji signifikan terhadap nilai koefisien regresi yang diperoleh baik secara simultan (bersama_sama) maupun secara parsial. Koefisien regresi variabel DBH yaitu sebesar 0,904, artinya jika DBH mengalami kenaikan 1% maka Belanja Daerah akan meningkat juga sebesar 90,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jika DBH Kabupaten/Kota di Aceh mengalami kenaikan maka Belanja Daerah juga akan meningkat. Koefisien regresi variabel DAU yaitu sebesar 1,830, jika DAU mengalami kenaikan 1% maka Belanja Daerah akan meningkat sebesar 183%. Hal ini di sebabkan karena DAU sangat mendukung untuk anggaran Belanja Daerah. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah & Rona (2015) yang menyatakan bahwa DBH
berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja daerah.
Hasil pengujian hipotesis kedua berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai β 1 sebesar -0,465 (β 1 ≠ 0) dan hasil analisis tidak menolak hipotesis alternatif kedua. Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi daerah berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan belanja daerah. Nilai signifikan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 0,293 adalah lebih besar dari tingkat keyakinan dalam penelitian ini sebesar 0,05. Artinya variabel pertumbuhan ekonomi daerah secara tidak signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan belanja daerah.
Hasil pengujian hipotesis ketiga dapat diketahui bahwa nilai β 2 sebesar 0,074 (β 2 ≠ 0) dan hasil analisis tidak menolak hipotesis alternatif ketiga. Hal ini berarti pertumbuhan pendapatan asli daerah berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan belanja daerah. Nilai signifikan variabel pertumbuhan pendapatan asli daerah sebesar 0,016 adalah lebih kecil dari tingkat keyakinan dalam penelitian ini sebesar 0,05. Artinya variabel pertumbuhan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan belanja daerah secara signifikan.
Hasil pengolahan data sesuai Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel independen yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pertumbuhan pendapatan asli daerah adalah sebesar -0,465 dan 0,074. Berdasarkan rancangan pengujian hipotesis, dinyatakan bahwa syarat untuk menyatakan pertumbuhan ekonomi daerah dan pertumbuhan pendapatan asli daerah berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan belanja daerah pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh adalah apabila paling sedikit ada satu β i ≠ 0 (i = 1, 2). Mengacu pada syarat tersebut, hasil pengujian hipotesis menyimpulkan untuk menolak hipotesis nol (H o ) dan tidak menolak hipotesis alternatif (H a ) serta menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah dan pertumbuhan pendapatan asli daerah secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pertumbuhan belanja daerah pada kabupaten/kota di Aceh.
Hipotesis alternatif pertama (Ha 1 ) tidak ditolak dengan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,099. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan belanja daerah yang terjadi pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh selama kurun waktu tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dipengaruhi oleh kedua variabel independen yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pertumbuhan pendapatan asli daerah.
Hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa hipotesis alternatif kedua (Ha 2 ) tidak ditolak yaitu pertumbuhan ekonomi daerah secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan belanja daerah.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa pertumbuhan pendapatan asli daerah berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan belanja daerah dengan nilai signifikan 0,016 atau lebih kecil dari 0,05. Variabel pertumbuhan pendapatan asli daerah memiliki koefisien regresi sebesar 0,074. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pertumbuhan pendapatan asli daerah maka semakin meningkat pula pertumbuhan belanja yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.
## 5. KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan dan analisis data, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pertumbuhan belanja daerah (BD);
b. Pertumbuhan Ekonomi Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan belanja daerah pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh;
c. Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan belanja daerah (BD) pada Kabupaten/Kota di Aceh;
d. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan belanja daerah (BD) pada Kabupaten/Kota di Aceh;
e. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan Belanja Daerah (BD) pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.
## 6. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy dan Afrah Junita. (2015). Bukti Empiris tentang Pengaruh Budget Ratcheting terhadap Hubungan antara Pendapatan Sendiri dan Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Aceh . Simposium Nasional Akuntansi XVIII . Medan Adi, Priyo Hari. (2005). Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Article Victoria University Melbourne
_____________. (2006). Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali). Simposium
Nasional Akuntansi IX . Padang
_____________. (2007). Kemampuan Keuangan Daerah dan Relevansinya dengan Pertumbuhan Ekonomi. The 1 st National Accounting Conference . Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta _____________ dan David Harianto. (2007). Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita. Simposium Nasional Akuntansi X . Makassar Arsyad, Lincolin. (2004). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi TKPN
Arwati, Dini dan Novita Hadiati. (2013). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat . Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan .
Semarang Azzumar, Mochamad Rizky. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Investasi Swasta, Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Desentralisasi Fiskal Tahun 2005-2009, Studi Kasus Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Skripsi . Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Bastian, Indra (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar . Jakarta: Erlangga Darise, Nurlan. (2009). Pengelolaan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan BLU, Edisi Kedua . Jakarta:
PT Indeks Firmansah. (2014). “Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas”. http://www.neraca.co.id/article/38452/
Pertumbuhan-Berkualitas [diakses 4
Februari 2018]
Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program SPSS .
Cetakan ke empat. Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro Gujarati, Damodar N. (2006). Dasar-dasar Ekonometrika : Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga Halim, Abdul. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah , Edisi Revisi . Jakarta: Salemba Empat Haryanto, Sahmuddin, Arifuddin. (2007). Akuntansi Sektor Publik . Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro http://www.bappenas.go.id/files/4613/5230/1470/ 15peta-kemampuan-keuangan- provinsi-dalam-era-otonomi-daerah- tinjauan-atas-kinerja-pad-dan-upaya- yang-dilakukan- daerah__20081123002641__14.pdf (15 Desember 2015) http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel /147-artikel-anggaran-dan- perbendaharaan/9937-kebijakan- umum-anggaran-pendapatan-belanja- daerah (diunduh pada 4 Februari 2018)
Kusuma, Hendra. (2016). Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan 9(1): 1-11
Lestari, Anita., Nasrullah Dali dan Muntu Abdullah. (2016). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal dan Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan 1(2): 44-55
Lin, Justin Yifu dan Zhiqiang Liu. (2000). Fiscal Decentralization and Economic G-owth in China. Economic Development and Cultural Change Chicago 49(1):. 1-21. Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Edisi Kedua .
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN _______ . (2010). Manajemen Keuangan Daerah . Jakarta: Erlangga Mardiasmo. (2004). Perpajakan , Edisi Revisi .
Yogyakarta: Penerbit Andi
Mayasari, Luh Putu Rani., Ni Kadek Sinarwati dan Gede Adi Yuniarta. (2014). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal pada Pemerintah
Kabupaten Buleleng. E-Jurnal S1Ak
Universitas Pendidikan Ganesha 2(1): 1-11 Nurainy, Renny., Rooswhan Budi Utomo dan Desfitrina. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah (Studi Kasus pada Kota di Jawa Barat).
Proseding PESAT . Bandung Prasetyo, Eko. (2008). The Quality of Growth:
Peran Teknologi dan Investasi Human Capital sebagai Pemacu Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas. Jurnal Jejak
1(1): 1-14 Republik Indonesia. (2004). Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 _______________ . (2004). Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 _______________ . (2009). Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 130 Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4 . Jakarta: Salemba Empat
Sidik, Machfud. (2002). Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Orasi Ilmiah STIA LAN
Bandung Soejoto, Ady., Waspodo Tjipto Subroto dan Suyanto. (2015). Fiscal Decentralization Policy in Promoting Indonesia Human Development.
International Journal of Economics and Financial Issues 5(3): 763-771 Sriyana, Jaka. (2011). Disparitas Fiskal antar Daerah di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan 12(1): 56-66 ___________. (2012). Dinamika Kinerja Fiskal di Indonesia . Yogyakarta: UII Press Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D . Bandung:
Alfabeta Taiwo, Muritala dan Taiwo Abayomi. (2011). Goverment Expenditure and Economic Development. European Journal of Business and Management, 3(9)
Tridimas, George. (2001). The economics and politics of the structure of public expenditure. Public Choice 106: 299-
316
Wertianti, I G A Gede dan A.A.N.B Dwirandra.
(2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi pada Belanja Modal dengan PAD dan DAU sebagai Variabel Moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4(3): 567-584
|
d7eb5c21-6a68-4ec2-9b23-9d2fabc8495a | https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/3396/2417 | INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 1 Tahun 2023 Page 477-487 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative
## Bentuk Dan Fungsi Karikatur Karya Mg. Suryana Dalam Surat Kabar Solopos (Kajian Pragmatik)
Mudarman Universitas Hamzanwadi Email: [email protected]
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penekanan pada bentuk dan fungsi karikatur yang termuat dalam surat kabar Solo Pos. Data yang dimanfaatkan dalam analisis ini adalah keseluruhan karikatur karya MG. Suryana yang telah diterbitkan dalam surat kabar Solo Pos. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik analisis kritis (critical analysis). Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pencatatan. Data dianalisis dengan teknik pencatatan dengan langkah-langkah meliputi tahap penyajian data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan (1) Dalam bentuk gambar dan teks (kata dan frasa; (2) Fungsi karikatur, yakni fungsi mendidik, ekspresi kekesalan, transmisi nilai tertentu, pengawasan, kritik, penerangan, pembanding karya, dan hiburan/humor.
Kata Kunci: Bentuk Dan Fungsi, Karikatur
## Abstract
This study aims to examine the emphasis on the form and function of the caricatures contained in the Solo Pos newspaper. The data used in this analysis are all caricatures by MG. Suryana which has been published in the Solo Pos newspaper. The method used in this study is descriptive qualitative with critical analysis techniques (critical analysis). Data collection techniques using recording techniques. Data were analyzed by recording techniques with steps including the stages of presenting data and drawing conclusions. The results of the study show (1) In the form of pictures and text (words and phrases; (2) Caricature functions, namely the function of educating, expressing annoyance, transmitting certain values, monitoring, criticizing, explaining, comparing works, and entertainment/humor.
Keywords: Form And Function, Caricature
## PENDAHULUAN
Karikatur sebagai gambar pengisi rubrik opini surat kabar yang dapat menimbulkan emosi, rasionalisme, rasa solidaritas, rasa kebencian, dan bahkan SARA. Namun, kritik- kritiknya terkadang terkesan lucu dan membuat orang yang tersindir tersenyum geli. Selama ini banyak yang mengartikan bahwa gambar lelucon yang muncul di media massa, yang hanya berisikan humor semata, tanpa membawa beban kritik sosial apa pun, biasanya hanya disebut sebagai kartun; dan gambar lelucon yang membawa pesan kritik sosial sebagaimana yang sering dilihat di setiap ruang opini surat kabar disebut karikatur. “Tentu saja hal ini kurang benar”, kata Sudarta. Menurutnya, kartun adalah semua gambar humor, termasuk karikatur itu, lahiriahnya untuk tujuan mengejek (Sudarta, 1987: 49).
Sejalan dengan pendapat di atas, Pramono (1996: 49) mengatakan bahwa sebetulnya karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini. Dengan demikian, kartun yang membawa pesan kritik sosial yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adalah political cartoon atau editorial cartoon, yakni versi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam versi gambar humor. Inilah yang biasa disebut karikatur (Sudarjat, 1987).
Memang, antara kartun dan karikatur ibarat binatang dan gajah. Kartun adalah binatang, sedangkan karikatur adalah gajah. Kartun bukan hanya karikatur karena ada gag cartoon (karttun murni), kartun animasi, strip cartoon, kartun opini, dan lain-lain. Karikatur yang berasal dari kata caricare adalah foto atau potret seseorang secara berlebihan. Deformasi ini dapat berarti penghinaan atau penghormatan (Pramono, 1996: 48-49; dalam wijana, 2004: 7).
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar- gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka, tetapi pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sasaran untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar- gambar lucu dan menarik. Sebaliknya, fungsi karikatur adalah khas, yaitu bertujuan utama untuk menyindir, mgkritik atau memperingatkan.
Sebagai perekam tingkah laku masyarakat yang selalu mengandung relevansi sosial, MG. Suryana menciptakan karyanya dengan kepekaan terhadap fenomena atau peristiwa yang pontensial untuk diolah menjadi karikatur.
Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni karikatur vebal dan nonverbal. Karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frasa, dan kalimat. Di samping, gambar tokoh yang didistorsikan, sedangkan karikatur nonverbal cenderung memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang terkandung dalam gambar tersampaikan kepada pembaca.
Dalam wacana karikatur, pengekspresian gagasan, peranan, ide, dan bentuk alat yang digunakan berwujud tuturan. Tuturan yang digunakan dalam kerangka pragmatik merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan produk dari tindak ucap. Sebagai contoh, kalimat “Apakah rambutmu tidak terlalu panjang?” dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah (Wijana, 2004: 49). Demikian pula, menurut Searle (1969), setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang mungkin diwujudkan oleh seorang penutur dalam berbahasa, yaitu tindakan untuk mengatakan sesuatu ( locutionary act), tindakan untuk melakukan sesuatu (illocutionary act), dan tindakan mempengaruhi lawan bicara ( perlocutionary act). Secara berturut-turut ketiga jenis tindakan itu disebut sebagai the act of saying something, the act of doing something dan the act of affecting someone (Wijana, 2004: 1).
Chaer (Rohmadi, 2004: 29) tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tndak tutur lebih dilihat pd makna atau arti tindakan dlm tuturannya. Suwito dalam bukunya Sosiolinguistik: Teori dan Problem mengemukakan jika peristiwa tutur (speech event) merupakan gejala sosial dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu, maka tindak tutur lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan ditentukanm oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Jika dalam peristiwa tutur orang menitikberatkan pada tujuan peritiwa, maka dalam tindak tutur orang lebih memperhatikan makna atau arti tindak dalam tuturan itu (Rohmadi, 2004: 30). Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai suatu fungsional dlm komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur.
Searle dalam bukunya Act: An Essay in the Philoshopy of Language mengemukakan bahwa secara pragmatis ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur (dlm Rohmadi 2004: 30) yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak tutur perlokusi (perlocutionary act). Hal ini senada
dengan pendapat Austin yang juga membagi jenis tindak tutur menjadi lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berikut pembahasan ketiganya.
## 1. Tindak Lokusi
Tidak tutur lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu; tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata itu di dalam kamus dan makna kalimat itu menurut kaidah sintaksisnya (Gunarwan dalam Rustono, 1999: 37). Fokus lokusi adalah makna tuturan yang diucapkan, bukan mempermasalahkan maksud atau fungsi tuturan itu. Rahardi (2003: 71) mendefinisikan bahwa lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Lokusi dapat dikatakan sebagai the act of saying something. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi karena dalam pengidentifikasiannya tidak memperhitungkan konteks tuturan (Rohmadi, 2004: 30).
Contoh tindak tutur lokusi adalah ketik a seseorang berkata “badan saya lelah sekali”. Penutur tuturan ini tidak merujuk kepada maksud tertentu kepada mitra tutur. Tuturan ini bermakna bahwa si penutur sedang dalam keadaan lelah yang teramat sangat, tanpa bermaksud meminta untuk diperhatikan dengan cara misalnya dipijit oleh si mitra tutur. Penutur hanya mengungkapkan keadaannya yang tengah dialami saat itu. Contoh lain misalnya kalimat “Sandy bermain gitar”. Kalimat ini dituturkan semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu apalagi untuk memengaruhi lawan tuturnya.
2. Tindak Ilokusi
Bila tata bahasa menganggap bahwa kesatuan-kesatuan statis yang abstrak seperti kalimat-kalimat dalam sintaksis dan proposisi-proposisi dalam semantik, maka pragmatik menganggap tindak-tindak verbal atau performansi-performansi yang berlangsung di dalam situasi-situasi khusus dan waktu tertentu. Pragmatik menganggap bahasa dalam tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. Singkatnya, ucapan dianggap sebagai suatu bentuk kegiatan: suatu tindak ujar (Tarigan, 1986: 36). Menurut pendapat Austin (Rustono, 1999: 37) ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu Ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan tindak ilokusi adalah “untuk apa ujaran itu dilakukan” dan sudah bukan lagi dalam tataran “apa makna tuturan itu?”. Rohmadi (2004: 31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan
dip ergunakan untuk melakukan sesuatu. Contoh tindak tutur ilokusi adalah “udara panas”. Tuturan ini mengandung maksud bahwa si penutur meminta agar pintu atau jendela segera dibuka, atau meminta kepada mitra tutur untuk menghidupkan kipas angin. Jadi jelas bahwa tuturan itu mengandung maksud tertentu yang ditujukan kepada mitra tutur. Contoh lain, kalimat “Suseno sedang sakit”. Jika kalimat ini dituturkan kepada mitra tutur yang sedang menyalakan televisi dengan volume yang sangat tinggi, berarti tuturan ini tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan informasi, tetapi juga menyuruh agar mengecilkan volume atau bahkan mematikan televisi.
3. Tindak Tutur Perlokusi
Tuturan yang diucapkan penutur sering memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force). Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah yang oleh Austin (1962: 101) dinamakan perlokusi. Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara segaja, dapat pula secara tidak sengaja. Tindak tutur yang pengujaran dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur inilah merupakan tindak perlokusi.
Sehubungan dengan pengertian tindak tutur di atas, tindak tutur digolongkan menjadi lima jenis oleh Searle (Rohmadi, 2004:32; Rustono, 1999: 39). Kelima jenis itu adalah tindak tuturrepresentatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Berikut penjelasan kelimanya.
1) Representatif
Representatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Tindak tutur jenis ini juga disebut dengan tindak tutur asertif. Yang termasuk tindak tutur jenis ini adalah tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian, menyebutkan, berspekulasi. Contoh jenis tuturan ini adalah: “Adik selalu unggul d i kelasnya”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur representatif sebab berisi informasi yang penuturnya terikat oleh kebenaran isi tuturan tersebut. Penutur bertanggung jawab bahwa tuturan yang diucapkan itu memang fakta dan dapat dibuktikan di lapangan bahwa si adik rajin belajar dan selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Contoh yang lain adalah: “Tim sepak bola andalanku menang telak”, “Bapak gubernur meresmikan gedung baru ini”.
2) Direktif
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang, memberi aba- aba. Contohnya adalah “Bantu aku memperbaiki tugas ini”. Contoh tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis direktif sebab tuturan itu dituturkan dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang disebutkan dalam tuturannya yakni membantu memperbaiki tugas. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut.
3) Ekspresif
Tindak tutur ini disebut juga dengan tindak tutur evaluatif. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu, meliputi tuturan mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, meyalahkan, dan mengkritik. Tuturan “Sudah kerja keras mencari uang, tetap saja hasilnya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga”. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh yang dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang dituturkannya, yaitu usaha mencari uang yang hasilnya selalu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Contoh tuturan lain adalah “Pertanyaanmu bagus sekali” (memuji), “Gara -gara kecerobohan kamu, kelompok kita didiskualifikasi dari kompetisi ini” (menyalahkan), “Selamat ya, Bu, anak Anda perempuan”
(mengucapkan selamat).
4) Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan, berkaul. Contoh tindak tutur komisif kesanggupan adalah “Saya sanggup melaksanakan amanah ini dengan baik”. Tuturan itu mengikat penuturnya untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhi apa yang telah dituturkannya. Cotoh tuturan yang lain adalah “Besok saya akan datang ke pameran lukisan Anda”, “Jika sore nanti hujan, aku tidak jadi berangkat ke Solo”.
5) Deklarasi
Tindak tutur deklarasi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya utuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur ini disebut juga dengan istilahisbati. Yang termasuk ke dalam jenis tuutran ini adalah tuturan dengan maksud mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengangkat, mengampuni, memaafkan.
Bahasa apa pun dan di mana pun memiliki kaidah dan fungsi yang kompleks, dengan kata lain multiguna (Maryaeni, 2001). Fungsi-fungsi tersebut antara lain memberitahu, menjelaskan, menjawab, bertanya, menyindir, mengungkapkan perasaan seseorang, mengeluh, marah, melucu/melawak, dan lain-lain (Van Ek, 1998: 28-41). Setiap penutur diharapkan dapat menerapkan kaidah, baik kaidah ketatabahasaan maupun kaidah komunikasi dan fungsi komunikasi.
Jadi, bahasa karikatur tidak lepas dari kaidah dan fungsi sebab fungsi karikatur adalah untuk berkomunikasi dengan semua lapisan masyarakat pembaca. Penggunaan bahasa verbal dalam karikatur pun pada hakikatnya adalah untuk menjalin komunikasi antarseniman, sedangkan apresiator dalam hal ini adalah pembaca surat kabar.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian analisis wacana karikatur karya MG. Suryana dalam surat kabar Solo Pos edisi 15 Maret 2013, yang dikaji dari segi tindak tutur verdiktif dilihat pada bentuk dan fungsi. Hal inilah yang nantinya akan dikaji lebih mendalam karena karikatur mengandung tuturan sedemikian rupa untuk memperoleh pesan dari maksud suatu tuturan kepada pembaca. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk analisis wacana karikatur karya MG. Suryana dalam surat kabar Solopos.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan yang mengambil setting penelitian di perpustakaan Universitas Hamzanwadi karena menyediakan referensi yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurun 2 (dua) bulan, yakni mulai bulan Maret 2023 hingga bulan April 2023.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi. Metode ini digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Dokumen dalam penelitian ini adalah ” karikatur ”. Adapun hal -hal yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dan hasilnya akan diuraikan melalui kata- kata yang terangkai dalam kalimat, yang menyangkut “ Analisis wacana karikatur karya MG. Suryana dalam surat kabar sloops (Kajian Pragmatik) ”.
Data dalam penelitian ini menyakut bahasa verbal dan nonverbal dalam ” karikatur ” . Adapun sumber data dalam penelitian ini, berupa dokumen yakni karikatur karya MG. Suryana dalam surat kabar Solopos. Adapun teknik pengumpulan data seperti pengumpulan data ( data collection), yaitu mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian; reduksi data ( data reduction), yaitu kegiatan memilih data yang sesuai dengan objek kajian dalam penelitian; penyajian data ( data display), yaitu menyusun informasi atau data secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami dan dianalisis; penarikan kesimpulan ( conclusion drawing), yaitu kegiatan menyusun kesimpulan dari data yang sudah diperoleh.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan disajikan hasil penelitian, yakni berupa kumpulan data lelakaq Sasak yang berhasil dikumpulkan berjumlah 23 buah lelakaq Sasak dari 10 orang informan. Kemudian, dilanjutkan dengan membahas Implementasi Nilai Pendidkan Lelakaq Sasak dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Data Lelakaq Sasak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Karikatur karya MG. Suryana dalam surat kabar Solo Pos Edisi 15 Maret 2013.
## A. Pembahaan Hasil Penelitian
## 1. Bentuk dan Fungsi Karikatur
Perludijelaskan bahwa pada karikatur MG. Suryana ini tidak menggunakan kalimat dalam proses tindak tutur, melainkan berupa gambar dan didukungoleh kata dan frasa. Kemudian, tindak tutur yang digunakan untuk menganalisis karikatur MG. Suryana ini, akan digunakan tindak tutur verdiktif.
Tindak tutur verdiktif merupakan tindak tutur yang isinya berupa penilaian atas tindakan orang lain, biasanya mitra tutur. Penilaian ini termasuk merangkum, menilai, memuji, memaafkan. Yang termasuk verba verdiktif adalah menuduh, menilai, bertanggung jawab, dan berterima kasih. Verba- verba ini berada pada kerangka “saya … anda”, “atas … karena”. Tindak tutur ini menempatkan penilaian pen utur atas perbuatan penutur. Misalkan tindak tutur pada karikatur MG. Suryana, terlihat tokoh KPK membawa semacam karung.Kemudian, mengambil ASET DJOKO dengan menggunakan stik sambil melirik seorang anak kecil di belakangnya. Kemudian, tokoh si anak tersebutmenunjukkan bungkusan yang bertuliskan ASET CENTURY dengan tangan kiri dan terlihat tokoh si anak tersebut heran sambil bertanya-tanya atas tindakan tokoh KPK.
Jadi, kalau dianalisis dari tindakan tokoh si KPK dan tokoh si anak pada karikatur MG. Suryana, makna/pesan yang disamapaikan pada karikartur tersebut adalah sebuah kritikan terhadap KPK, yang menurut MG. Suryana kurang tepat, karena pada karikatur tersebut terlihat si KPK hanya mengambil ASET DJOKO dan tidak mengambil ASET CENTURY, yang kalau dibandingkan ukuran bungkusannya lebih besar bungkusan ASET CENTURY dibandingkan dengan bungkusan ASET DJOKO. Seharusnya, tokoh si KPK mendahulukan dan menyelesaikan masalah CENTURY barulah beralih kemasalah DJOKO. Mungkin DJOKO yang dimaksud pada karikatur tersebut yakni DJOKO SUSILO yang terkait korupsi simulator SIM.
Perlu diketahui bahwa fungsi utama karikatur adalah menyampaikan misi perbaikan karena ada yang kurang beres, baik itu di pemerintahan maupun di masyarakat. Lalu diperlukan perbaikan, misalnya saja pemberantasan korupsi. Seorang karikaturis memang sangat jeli mengamati gejala dan peristiwa yang sedang dibicarakan di masyarakat dan menggambarkan peristiwa itu melalui karikatur. Sebagaimana yang terdapat pada karikatur MG. Suryana dalam surat kabar Solo Pos edisi 15 Maret 2013.
Fungsi kemasyarakatan karikatur dapat ditilik pula dari sudut pandang guru. Menurut pemahaman guru/pendidikan, gambar karikatur adalah gambar kartun yang mirip dengan orang yang dikarikaturkan. Menurut guru, karikatur mempunyai beberapa
fungsi, yaitu fungsi mendidik, fungsi ekspresi kekesalan, dan fungsi humor. Sebagaimana yang terdapat pada karikatur MG. Suryana dalam surat kabar Solo Pos edisi 15 Maret 2013.
Fungsi kemasyarakatan karikatur dapat dilihat pula dari sudut pandang dosen komunikasi. Bagi dosen komunikasi, fungsi kemasyarkatan dari sebuah karikatur tidak berbeda dengan fungsi media secara umum, yaitu fungsi transmisi nilai tertentu, fungsi hiburan, fungsi pengawasan, dan fungsi kritik. Sebagaimana yang terdapat pada karikatur MG. Suryana dalam surat kabar Solo Pos edisi 15 Maret 2013.
Fungsi kemasyarakatan karikatur dapat pula dilihat dari sudut pandang mahasiswa. Menurut pembaca/mahasiswa, karikatur mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi itu adalah fungsi kritik, fungsi penerangan, fungsi pembanding karya, dan fungsi mendidik serta fungsi hiburan. Sebagaimana yang terdapat pada karikatur MG. Suryana dalam surat kabar Solo Pos edisi 15 Maret 2013.
Demikian pula, pembaca (pelanggan tetap harian Solo Pos) mempunyai pandangan yang khas tentang karikatur. Menurut pembaca tetap harian Solo Pos, karikatur mempunyai beberapa fungsi, antara lain adalah fungsi kritik, fungsi control, fungsi saran, dan fungsi mendidik. Sebagaimana yang terdapat pada karikatur MG. Suryana dalam surat kabar Solo Pos edisi 15 Maret 2013.
## SIMPULAN
Karikatur adalah gambar yang mempunyai fungsi sebagai media kritik dan hiburan/humor. Hal itu diperkuat berdasarkan pemahaman karikatur dan pembaca karikatur tentang fungsi kemasyarakatan yang terkandung di dalam karikatur. Karikatur ciptaan MG. Suryana terdiri atas gambar dan teks (kata dan frasa) telah memiliki keterkaitan dengan keduanya.
Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa karikatur adalah gambar yang memiliki fungsi utama melakukan kritik demi perbaikan dan fungsi hiburan/humor. Karikatur MG. Suryana yang terdiri dari gambar dan teks sudah memiliki keterkaitan dengan keduanya, yaitu tema, aspek kebahasaan, citra, dan gambar. Keduanya sudah koheren dan memiliki satu kesatuan makna dalam bingkai konteks ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam, dan pendidikan.
## DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 1995. Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Padang: IKIP Padang.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. London: Oxford University Press.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik (Sebuah Perspektif Multidisipliner). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gunawarman, Asim. 1994. Pragmatik: Pandangan Mata Burung. Jakarta: Lembaga Bahasa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Hasanuddin WS, dkk. 2009. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia. Bandung: Angkasa.
Ibrahim, Abd.Syukur.1993. Kajian Tindak tutur. Surabaya: Usaha Nasional
Kreidler, Charles W. 1998. Introducing English Semantics. New York: Routledge.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press.
Rahardi, R. Kunjana. Pragmatik (Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia). Jakarta: Erlangga. Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.
Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Pramono. 1996. Kartun Bukan Sekadar Benda Seni Prisma 1. Januari halaman: 406-440.
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Searle, J.R. 1969. Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language, Cambridge:
Cambridge U.P.
Sudarta, G.M. 1987 . “Karikatur: Mati Ketawa Cara Indonesia” . Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Van Ek, J.A. and Trim, J. L.M. 1998. Threshold 1990; Council of Europe. Cambridge University
Press
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford. Oxford University Pres
Wijana, I Dewa Putu. 2004. Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa. Yogyakarta: Ombak.
|
a382cf34-bf20-4728-bfe9-02e224434a69 | https://jurnal.uns.ac.id/bioedukasi/article/download/13172/11136 | p-ISSN: 1693-265X e-ISSN: 2549-0605
## VOLUME 10 Nomor 1 FEBRUARI 2017
## ALAMAT REDAKSI
Program Studi Pendidikan Biologi Gedung D Lantai III FKIP UNS Telp. (0271) 669124, (0271) 646994 PSW. 376 Faks. (0271) 648939 E-mail: [email protected]; [email protected]
TERBIT PERTAMA TAHUN 2004 p-ISSN: 1693-265X
e-ISSN: 2549-0605
## PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB
Murni Ramli
## SEKRETARIS REDAKSI
Nurmiyati
## KETUA PENYUNTING
Puguh Karyanto
## DEWAN PENYUNTING
Baskoro Adi Prayitno Sri Widoretno
Bowo Sugiharto Muzazinah
## EDITORIAL OFFICE
Kistantia Elok Mumpuni
Alanindra Saputra
Bioedukasi adalah jurnal yang dimiliki oleh Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNS. Jurnal Bioedukasi akan menerbitkan artikel-artikel ilmiah dalam cakupan bidang ilmu murni biologi dan pendidikan biologi. Artikel yang dimuat adalah artikel hasil penelitian, kajian atau telaah ilmiah kritis dan komprehensif atas isu penting dan terkini atau resensi dari buku ilmiah yang tercakup dalam pembidangan jurnal. Berlangganan sekaligus untuk 2 nomor dikenakan biaya Rp. 100.000 ditambah ongkos kirim. Uang berlangganan dapat dikirimkan ke rekening RPL 028 UNS untuk operasional BLU 3 BNI 0034104488
## PEDOMAN PENULISAN NASKAH
Bioedukasi adalah jurnal dimiliki oleh Penididikan Biologi FKIP UNS. Jurnal Bioedukasi akan menerbitkan artikel-artikel ilmiah dalam cakupan bidang ilmu murni biologi dan pendidikan biologi. Artikel yang dimuat adalah artikel hasil penelitian, kajian atau telaah ilmiah kritis dan komprehensif atas isu penting dan terkini atau resensi dari buku ilmiah yang tercakup dalam pembidangan jurnal.
Untuk tujuan rujukan penulisan artikel untuk jurnal Bioedukasi disusun pedoman penulisan artikel yang merupakan acuan bagi para penulis.
Artikel merupakan hasil karya sendiri, baik berupa hasil penelitian maupun telaah kritis ( review ) atas isu-isu terkini dalam bidang ilmu murni biologi maupun bidang pendidikan biologi yang
belum dipublikasikan dalam jurnal manapun (pernyataan otentisitas harus disertakan dalam artikel). Artikel dapat dibuat dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, sebanyak 5000-6000 kata, setara dengan 8- 10 halaman. Artikel diketik dengan font Times New Roman 10 pt, dan single space . Untuk naskah hasil penelitian secara keseluruhan, naskah harus memuat beberapa bagian yang tidak perlu dirinci dengan nomorisasi. Sistematika tersebut, yaitu:
(1) Judul : Judul ditulis dalam bahasa Indonesia (maksimal 15 kata) dan bahasa Inggris (maksimal 12 kata)
(2) Abstrak dalam bahasa Inggris, Abstrak dituliskan menggunakan huruf Times New Roman 9 pt, spasi tunggal. Usahakan abstrak tidak lebih dari 300 kata. Jika dituliskan dalam bahasa Inggris, nyatakan judul sebagai ABSTRACT. Hindari penggunaan akronim, singkatan, simbol-
simbol dan juga referensi di dalam abstrak. Abstrak dapat menggambarkan informasi kualitatif dan kuantitatif. Abstrak hendaknya mencantumkan 3-5 kata kunci, demikian halnya dengan abstrak dalam bahasa Inggis, kata kunci dinyatakan dalam bahasa Inggris.
(3) Pendahuluan merupakan tulisan yang memuat beberapa hal terkait dengan latar belakang. Ditulis dalam kisaran yang tidak melebihi 800 kata atau 2 halaman.
(4) Metode penelitian mencakup tempat, partisipan/objek
penelitian, metode
penelitian, alat, bahan dan hal yang menyangkut teknis penelitian, dan analisis data. Dalam penulisannya dapat terdiri dari dua sub judul atau lebih.
(5) Hasil dan Pembahasan berupa penyajian data hasil riset dan telaah kritis dan mendalam berdasarkan hasil penelitian dan pisau analisisnya, yaitu review literatur. Dalam penulisannya dapat erdiri dari dua sub judul atau lebih. Sub judul hendaknya ditulis tidak dengan huruf kapital, namun ditebalkan dan dicetak miring (italic). Tabel dan gambar diperbolehkan untuk mendukung hasil penelitian dan pebahasan. Dalam menyajikan data dalam bentuk tabel, gunakan penomoran tabel diikuti oleh tampilan tabel yang dimaksud tanpa adanya jeda. Penomoran tabel tersebut yaitu Tabel 1, Tabel 2, dan seterusnya. Dalam naskah, tabel dapat dibuat di dalam salah satu diantara 2 kolom yang tersedia (bisa dengan font yang diperkecil), atau dibuat memanjang dengan lebar yang meliputi 2 kolom. Untuk setiap tabel yang ditampilkan diberikan titel tabel disertai penjelasan dan diletakkan di atas (sebelum tabel).
Penyajian gambar juga
mengikuti penomoran seperti halnya penomoran pada tabel dengan titel gambar diletakkan setelah
penyajian gambar (di bawah gambar). Gambar hendaknya disajikan dalam format file jpeg, giff atau tiff dan berasal dari gambar asli dengan ukuran pikselasi yang tinggi (paling tidak berukuran 500 dpi). File gambar ( jpeg, giff atau tiff ) yang mendukung artikel dapat disertakan dalam file yang sertakan secara terpisah untuk mempermudah dalam proses penyuntingan gambar.
(6) Kesimpula n, merupakan bagian yang harus ada meskipun secara tersirat maupun tersurat sudah disinggung dalam pembahasan
(7) Ucapan Terima kasih disampaikan kepada sponsor yang mendanai penelitian atau pihak yang mereview manuskrip
(8) Daftar pustaka/referensi dibuat dengan disusun berurut secara alfabetis dan mengikuti sistem APA (American Phsychological Association) 6th
Edition sebagai berikut:
Untuk sitasi buku Altieri, M. (1987). Agro-ecology The
Scientific basis
of Alternative Agriculture . West View Press: London.
Untuk sitasi jurnal dengan satu atau lebih author Bebbington, A. (1999). Social Capital Development, and Access to Resources
in Highland Ecuador. Economic Geography, Vol. 75, No. 4, 395-41 8.
(Contoh untuk penulisan sitasi dari jurnal)
Borman, W.C., Hanson, M.A., Oppler, S. H., Pulakos, E.D., & White, L.A. (1993). Role of early supervisory experience in supervisor performance. Journal of Applied Psychology, 78 , 443- 449.
Untuk bagian tulisan yang diedit oleh seseorang Bjork, R. A. (1989). Retrieval inhibition as an adaptive mechanism in human memory. In H. L. Roediger III & F. I. M. Craik (Eds.), Varieties of memory & consciousness (pp. 309-330). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Untuk sitasi dari laporan ataupun thesis
Karyanto, P. (2010). Critical Succes Factors for Sustainable Upland Agriculture in Lawu, Indonesia (unpublished Ph.D Thesis Nothern University of Malaysia: Malaysia).
Untuk jurnal yang diperoleh dari internet VandenBos, G., Knapp, S., & Doe, J. (2001). Role of reference elements in the selection of resources by psychology undergraduates [Electronic version]. Journal of BibliographicResearch, 5 , 117-123.
Untuk sitasi dari sumber dari internet Sparre, P., and Venema, S.C. (1998) Introduction to tropical Fishes.
http//www.fao.org/docrep/W544679.htm .9/28/2010
p-ISSN: 1693-265X
e-ISSN: 2549-0605
VOLUME 4 Nomor 2 AGUSTUS 2011 *
## VOLUME 10 Nomor 1 FEBRUARI 2017
## DAFTAR ISI
Inkuiri Terbimbing Sebagai Cara Meningkatkan Penguasaan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X MIA SMA
Muhammad I. W. Sholihan, Maridi, Joko Ariyanto, Ika Setyanti 1-8 Gabungan Model Pembelajaran Cooperative Script dan Think-Pair-Share mampu Memberdayakan Hasil Belajar Kognitif Biologi Seluruh Etnis Siswa SMA di Kota Samarinda Didimus Tanah Boleng 9-17
Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Guided Discovery Learning terhadap Keaktifan Siswa Kelas X SMA Pranoto, Harlita, Slamet Santosa 18-22
Pembelajaran Model Discovery Learning dan Strategi Bowling Kampus untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Motivasi Belajar IPA Mia Yuliani, Natalia Rosa Keliat, Santoso Sastrodihardjo, Dewi Kurniawati 23-32 Penerapan Pembelajaran Aktif Berbasis Tugas Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII B SMP Kristen 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 Muhammad Kharis Kurniawan, Natalia Rosa Keliat, Agna S. Krave, Daud Ronal Hutagaol 33-42 Pengembangan Tes Uraian Interaktif pada Mata Kuliah Biologi Lingkungan Berbantuan Microsoft Powerpoint dan Visual Basic for Aplication Annur Indra Kusumadani, Ahmad Syarif, Rahma Citra Dewi 43-46
Penerapan model Pembelajaran Discovery Learning dan Permainan Smart Case untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP Kristen 2 Salatiga Dimas Risqi Pangaribowo, Natalia Rosa Keliat, Santoso Sastrodihardjo, Daud Ronald Hutangoal 47-57 Penerapan Bimbingan Tesis Berbasis Lesson Study terhadap Percepatan Penyelesaian Studi Mahasiswa dalam Menerapkan Model Problem Based Learning (PBL)
Suciati, Widha Sunarno, Sarwanto 58-64
Kombinasi Ekstrak Cabe Jawa ( Piper retrofractum Vahl.) dan Jahe Merah ( Zingiber officinale var. amarum) sebagai Insektisida Nabati pada Tanaman Sawi ( Brassica juncea L.)
Sonja Verra Tinneke Lumowa, Nurbayah 65-70 Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA pada Materi Pencemaran Lingkungan di Surakarta Ikhlasun Dwi Masitoh, Marjono, Joko Ariyanto 71-79
|
ac0722e1-e6a0-4925-bec3-8fa2ca5dafc5 | https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/bit/article/download/2434/1415 | IMPLEMENTASI ALGORITMA NAÏVE BAYES UNTUK ANALISIS SENTIMEN TERHADAP ALUN-ALUN SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI KABUPATEN SUKABUMI
Farikh Fadhil 1* , Asriyanik 2 , Winda Apriandari 3
1,2,3 Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sukabumi Email: 1* [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected]
(*: Corresponding Author)
(Naskah masuk: 21 Juni 2023, diterima untuk diterbitkan: 4 Juli 2023)
## Abstrak
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki beberapa fasilitas dan prasarana, salah satunya ruang terbuka publik yang menjadi sebuah tempat yang bermanfaat untuk aktivitas bagi kebutuhan dan kepentingan masyarakat umum sehari-hari seperti contohnya alun-alun yaitu Alun-alun Cisaat, Alun-Alun Palabuhanratu, Alun-Alun Jampang Kulon, Alun-Alun Purabaya dan Alun-Alun Cicurug. Namun di Kabupaten Sukabumi juga masih terdapat alun-alun yang kurang terawat sehingga terdapat artikel atau opini dari pengunjung yang kurang baik mengenai alun-alun tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan atau evaluasi oleh pemerintah setempat untuk menjadikan ruang terbuka publik di Kabupaten Sukabumi lebih baik lagi. Sebelum melakukan pengembangan dan evaluasi diperlukan terlebih dahulu informasi data atau analisis terkait opini publik terhadap ruang terbuka publik tersebut salah satunya dengan melakukan analisis sentimen. Penelitian ini melakukan analisis sentimen publik terhadap alun-alun sebagai ruang terbuka publik di Kabupaten Sukabumi menggunakan algoritma Naïve Bayes dalam melakukan analisis sentimen dan data yang diambil dari ulasan pengunjung tempat tersebut pada periode 2019-2023 di website Google Maps dan didapatkan data sentimen sebanyak 2698 yang terdiri dari data sentimen positif sebanyak 2254 dan data sentimen negatif 444 data dengan hasil akurasi dari algoritma yang digunakan pada model yang dibuat yang dibuat memiliki ketepatan akurasi sebesar 92%, nilai precision sebesar 90%, nilai recall sebesar 53% dan fi-score sebesar 67%. Frekuensi kata yang diperoleh dari hasil analisis sentimen mendapati 5 kata yang paling banyak muncul berdasarkan kelas sentimennya yaitu sentimen positif adalah mantap, bagus, bersih, nongkrong dan enak. Sedangkan 5 Frekuensi kata negatif adalah adalah sampah, kotor, kumuh, macet dan tata. Hasil dari penelitian ini terkait analisis sentimen diharap dapat membantu pemerintah setempat terutama Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Sukabumi untuk dijadikan informasi sebagai bahan acuan atau rekomendasi untuk pengembangan dan evaluasi objek ruang terbuka publik di Kabupaten Sukabumi kedepannya.
Kata kunci : analisis sentimen, ruang terbuka publik, alun-alun, naïve bayes
## IMPLEMENTATION OF THE NAIVE BAYES ALGORITHM FOR ANALYSIS SENTIMENT OF ALUN-ALUN AS A PUBLIC OPEN SPACE IN SUKABUMI REGENCY
## Abstract
Sukabumi Regency is one of the regencies in West Java that has various facilities and infrastructure, including public open spaces, which serve as beneficial places for the daily activities and needs of the general public. One of these spaces is the town squares, namely Alun-Alun Cisaat, Alun-Alun Palabuhanratu, Alun-Alun Jampang Kulon, Alun-Alun Purabaya, and Alun-Alun Cicurug. However, there are still town squares in Sukabumi Regency that are poorly maintained, resulting in negative articles or opinions from visitors regarding these town squares. Therefore, it is necessary for the local government to undertake development or evaluation to further improve the public open spaces in Sukabumi Regency. Before carrying out the development and evaluation, it is essential to gather information, data, or conduct analysis related to public opinions on these public open spaces. One method is by performing sentiment analysis. This research conducts a public sentiment analysis on the town squares as public open spaces in Sukabumi Regency, utilizing the Naïve Bayes algorithm for sentiment analysis. The data used for analysis were obtained from visitor reviews of these places from the period of 2019 to 2023 on the Google Maps website. A total of 2698 sentiment data points were collected, consisting of 2254 positive sentiment data and
Bit (Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur) Vol. 20, No. 2, September 2023, hlm. 73-81
444 negative sentiment data. The algorithm used in the created model achieved an accuracy rate of 92%, precision value of 90%, recall value of 53%, and an F1-score of 67%. The frequency of words obtained from the sentiment analysis revealed the top 5 most frequently mentioned words based on their sentiment class. The top 5 positive sentiment words are excellent, good, clean, hang out, and pleasant. On the other hand, the top 5 negative sentiment words are garbage, dirty, slum, traffic jam, and disorganized. The results of this research, specifically related to sentiment analysis, are expected to assist the local government, especially Regional Office of Land and Spatial Planning in Sukabumi Regency, by providing valuable information as a reference or recommendation for the future development and evaluation of public open spaces in Sukabumi Regency..
Keywords: sentiment analysis, public open space, alun-alun, naïve bayes.
## 1. PENDAHULUAN
Ruang terbuka publik merupakan sebuah tempat atau area yang sering digunakan oleh masyarakat untuk melakukan sebuah aktivitas sebagaimana keperluan atau kebutuhannya. Menurut [1] Ruang terbuka publik merupakan sebuah ruang yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan sosial dalam kehidupan masyarakat umum yang menjadikan tempat bertemunya individu ataupun kelompok masyarakat dalam melakukan kegiatan maupun rutinitas dalam sehari-hari ataupun berulang dan salah satunya adalah alun-alun yang merupakan salah satu tempat atau area ruang terbuka publik yang digunakan untuk masyarakat.
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang mempunyai beberapa tempat ruang terbuka publik salah satunya alun-alun. Terdapat alun-alun yang berada di Kabupaten Sukabumi yaitu Alun-Alun Cisaat Alun-Alun Palabuhanratu, Alun-Alun Purabaya, Alun-Alun Cicurug dan Alun-Alun Jampang Kulon yang semuanya berada di Kabupaten Sukabumi. Namun terkait alun-alun di Kabupaten Sukabumi masih terdapat opini atau berita negatif dari publik mengenai alun-alun tersebut seperti dalam artikel berita online dalam website [2] yang menyebutkan terkait kebersihan karena masih banyaknya sampah di Alun-Alun Cisaat Kabupaten Sukabumi dan terdapat lagi artikel berita tentang kurangnya kebersihan di alun-alun Kabupaten Sukabumi yaitu Alun-Alun Palabuhanratu yang disebutkan dalam artikel berita online pada website [3]. Selain kebersihan terdapat juga artikel berita tentang rusaknya fasilitas di Alun- Alun Palabuhanratu di Kabupaten Sukabumi seperti yang disebutkan dalam artikel berita online website berikut [4].Terdapatnya alun-alun yang kurang terawat menjadikan perlunya pemantauan dari pemerintah setempat agar sarana dan prasarana yang terdapat di alun-alun bisa dievaluasi dan diperbaiki. oleh karena itu peneliti melakukan wawancara dan diskusi bersama pihak Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Sukabumi sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam mengelola tempat alun-alun tersebut. Dari diskusi tersebut peneliti mendapatkan hasil bahwa diperlukan penelitian dan analisis lebih lanjut karena belum pernah ada peneliti lain yang melakukan analisis terkait permasalahan ini. Dalam proses pelaksanaan analisis dan penelitian yang akan dilakukan untuk pengembangan atau evaluasi
mengenai tempat alun-alun diperlukan beberapa data dan informasi mengenai apa saja bagian yang perlu diperbaiki atau dipertahankan terhadap sarana dan prasarana yang telah disediakan di tempat alun-alun agar pengembangan dan evaluasi yang dilakukan bisa dilaksanakan secara tepat.
Salah satu cara untuk melakukan analisis terkait tempat tersebut adalah dengan mengetahui informasi opini publik atau masyarakat yang telah berkunjung ke tempat tersebut salah satunya dengan melihat ulasan atau komentar dari pengunjung yang telah mengunjungi tempat tersebut seperti dari situs internet Google Maps karena di dalamnya terdapat ulasan atau komentar pengunjung mengenai tempat yang telah dikunjungi. Setelah mengetahui tempat yang akan diambilnya dataset maka perlu dilakukannya pengumpulan informasi atau analisis dan salah satunya dengan melakukan analisis sentimen menurut [5] analisis sentimen merupakan sebuah proses atau teknik penambangan pada sebuah dokumen teks dengan mengekstrak atau menganalisis yang hasilnya dapat berguna untuk pihak yang membutuhkan hasil dari analisis.
Pada proses analisis sentimen terdapat cara untuk melakukan prosesnya yaitu dengan menggunakan algoritma machine learning seperti Support vector machine yang telah banyak digunakan untuk analisis sentimen seperti penelitian sebelumnya seperti [6] dalam penelitiannya tersebut menggunakan Support vector machine menghasilkan akurasi sebesar 62% dan untuk penelitian sebelumnya yang menggunakan algoritma K-Nearest neighbor [7] menghasilkan akurasi dari algoritma tersebut yaitu sebesar 85,14 % dan untuk penelitian sebelumnya yang menggunakan algoritma Naïve bayes [8] menghasilkan akurasi sebesar 87% . Proses analisis sentimen dilakukan dengan menggunakan algoritma machine learning tersebut bertujuan agar proses analisis sentimen dengan skala data yang besar dapat dilakukan dengan cepat dan akurat dan juga menghasilkan sebuah model yang nantinya dapat digunakan ketika terdapat data baru dengan skala yang besar.
Pada penelitian ini proses analisis sentimen menggunakan algoritma Naïve bayes karena menurut dari penelitian terdahulu [8] algoritma ini memiliki akurasi yang bagus dan menurut [9] Algoritma Naïve baye s bisa melakukan komputasi dalam melakukan klasifikasi dokumen teks dengan sangat cepat dalam melakukan prosesnya, sehingga sangat cocok untuk
Bit (Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur) Vol. 20, No. 2, September 2023, hlm. 73-81
diterapkan dalam penelitian ini karena dapat menghasilkan model dan akurasi yang baik. Hasil dari penelitian ini menghasilkan sebuah visualisasi data mengenai analisis sentimen pada alun-alun di Kabupaten Sukabumi sehingga hasil akhirnya dapat menjadi sebuah informasi dan bahan acuan untuk pemerintah setempat dalam melakukan peningkatan serta pengembangan pada alun-alun sebagai ruang terbuka publik tersebut sehingga kedepannya akan lebih baik lagi.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan metode yang dilakukan dalam melakukan prosesnya yaitu seperti pada Gambar 1.
## Gambar 1. Tahapan metode penelitian
2.1 Data Selection
Data selection adalah tahapan pertama dari penelitian ini yang akan memilih dan mengambil dari ulasan komentar pengunjung yang datang ke tempat alun-alun yang berada di Kabupaten Sukabumi yang dikumpulkan menggunakan web scrapping dengan ekstensi browser Google Chrome menggunakan software Data miner dan data yang diambil adalah data yang sesuai dengan kebutuhan untuk selanjutnya dilakukan proses labelling data secara manual untuk menentukan data yang termasuk negatif dan positif setelah itu data akan diproses lagi sesuai dengan tahapan analisis sentimen.
## 2.2 Preprocessing dataset
Tahapan preprocessing dataset adalah tahapan mengolah dataset yang asalnya merupakan data mentah atau data kotor yang akan diproses menjadi data yang sesuai dengan kebutuhan untuk analisis berikutnya. Text processing adalah sebuah proses yang berfungsi mengubah suatu data yang belum terstruktur menjadi terstruktur [10] Karena pada text preprocessing ini terdapat banyak tahapan yang akan dilakukan untuk mengolah data tersebut yaitu
cleaning, case folding, tokenizing, filtering dan stemming tujuan dari tahapan ini juga akan menghasilkan data yang berkualitas serta relevan untuk melakukan proses analisis sentimen yang diinginkan.
## 2.3 Pembobotan kata menggunakan TF-IDF
Setelah data di proses pada tahapan preprocessing data tersebut masih dalam berbentuk huruf oleh karena itu perlu diubah kedalam bentuk angka atau numerik dan selanjutnya dilakukan pembobotan pada kata yang ada di dalam tersebut untuk memberikan nilai pada frequency sebuah kata yang ada muncul di dalam dokumen teks tersebut dan pada proses pembobotan ini dilakukan menggunakan TF-IDF ( Term Frequency-Inverse Document Frequency ) dalam prosesnya. Menurut [11]
metode pembobotan kata menggunakan TF-IDF ini adalah suatu cara memberikan bobot hubungan pada suatu kata (term ) terhadap dokumen dengan melakukan perhitungan bobot dengan dua konsep yaitu T erm Frequency dan Inverse Document Frequency dan dapat dilakukan dengan perhitungan berikut.
1. Term Frequency didapatkan dari nilai Frequency kemunculan kata atau fitur t pada sebuah d atau dokumen.
TFₜ = ( t,d ) ( 1)
2. Inverse Document Frequency diperoleh dari perhitungan logaritma d atau dokumen dibagi dengan df atau document frequency.
IDFₜ = log 𝑛 𝑑𝑓(𝑡) (2)
3. Term Frequency (TF) dikalikan dengan Inverse Document Frequency (IDF) untuk mendapatkan hasil Term Frequency Inverse Document
Frequency atau yang disimbolkan sebagai 𝑊 𝑡 . W ₜ = TFₜ x IDFₜ (3)
## 2.4 Implementasi Naïve Bayes
Pada penelitian ini algoritma naïve bayes akan digunakan untuk melakukan proses klasifikasi pada dataset dan untuk datasetnya nanti akan dibagi menjadi sebuah data training dan data testing . Rumus dari Naïve Bayes adalah salah satu algoritma dalam melakukan klasifikasi dengan melakukan sebuah prediksi peluang masa depan berdasarkan data atau pengalaman masa lalu dalam proses klasifikasi naïve bayes diasumsikan bahwa ada atau tidak adanya ciri tertentu pada sebuah kelas tidak berhubungan dengan ciri pada kelas lain [10] dan pada penelitian ini akan digunakan untuk menentukan sebuah kelas menjadi kelas positif dan kelas negatif. Menurut [12] algoritma naïve bayes dapat dinotasikan seperti berikut 4.
Bit (Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur) Vol. 20, No. 2, September 2023, hlm. 73-81
P(c|x) = 𝑃(𝑐).𝑃(𝐶)
𝑃(𝑋) (4)
Keterangan: P(c|x) :Adalah nilai dari hasil probabilitas posterior. P(x|c) : Adalah nilai probabilitas conditional.
P(c) : Adalah nilai probabilitas prior.
P(x) : Adalah kemungkinan c.
Untuk menghitung probabilitas prior menurut [12] bisa menggunakan rumus berikut 5.
P(Vj) = 𝐷ј 𝐷 (5)
Keterangan : P(Vj) : Adalah probabilitas prior pada sebuah kelas. Dj : Adalah dokumen pada suatu kelas j. D : Adalah jumlah atau total dokumen.
Untuk menghitung probabilitas conditional Menurut [12] dapat dihitung menggunakan rumus 6.
P(X₁|Vј) = 𝑊𝑖.𝑗+1 𝑁+𝑁𝑗 (6)
P(X₁|Vј) : Adalah probabilitas conditional pada kata ke-n yang dengan diketahui kelas j. Wi.j : Hasil dari nilai pembobotan kata Term frequency inverse document frequency atau W dari sebuah term I didalam kelas j. N : Adalah jumlah dari kata unik dalam semua dokumen yang tersedia.
Nj : Merupakan jumlah total N dari seluruh term yang berada didalam kelas j.
Untuk menghitung hasil prediksi menurut [12] dapat dinotasikan sebagai 7.
Vmap = ∏ ᵢ=₁ 𝑛 P(X₁|Vј) P(Vj) (7)
Dalam prosesnya dataset yang diambil dan dikumpulkan akan dibagi menjadi dua yaitu data latih dan data testing. Data latih untuk digunakan dalam melatih algoritma klasifikasi dan sebelumnya data tersebut harus sudah dilabeli dan harus sudah melalui proses dari text preprocessing . Data testing akan digunakan untuk menguji algoritma maupun model yang sudah dilatih sehingga akan memberikan hasil baik pada proses klasifikasinya terhadap data yang termasuk data positif atau data negatif.
## 2.5 Evaluasi Model
Pada proses evaluasi model ini dilakukan setelah melakukan proses pengujian model yaitu meninjau nilai hasil akurasi pada model algoritma klasifikasi yang diterapkan dengan menggunakan confusion matrix untuk mengukur proses menggunakan perhitungan precision, recall, accuracy dan fi-score. Proses evaluasi dilakukan untuk mengetahui akurasi, kinerja dari algoritma yang digunakan [13] Tabel
untuk perhitungan confusion matrix dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Confusion Matrix Class prediction True False True TP TF
False FP TN
Menurut [13] rumus untuk menghitung precision, recall dan accuracy adalah seperti berikut.
Precision = 𝑇𝑃 𝑇𝑃+𝐹𝑃 (8)
Recall = 𝑇𝑃 𝑇𝑃+𝐹𝑁 (9) Accuracy = 𝑇𝑃+𝑇𝑁
𝑇𝑃+𝑇𝑁+𝐹𝑃+𝐹𝑁 (10)
## 2.6 Visualisasi data sentimen
Tahapan terakhir pada analisis sentimen yaitu visualisasi data sentimen yang bertujuan agar hasil dari data analisis sentimen dapat dengan mudah dibaca dan dipahami oleh pihak terkait dengan menampilkan diagram maupun grafik yang terdiri dari barchart, pie chart dan wordcloud sehingga data berbentuk visual terkait jumlah data, frekuensi kata, besaran data lebih mudah dipahami.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Data Selection
Pengumpulan dataset merupakan tahapan pertama yang dilakukan pada penelitian ini dengan mengambil dataset dari ulasan atau komentar pengunjung terhadap alun-alun yang ada di Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari Alun-Alun Cisaat, Alun-Alun Palabuhanratu, Alun-Alun Cicurug, Alun-Alun Jampang Kulon dan Alun-Alun Purabaya yang diambil dari situs website Google Maps dengan menggunakan teknik web scrapping dengan menggunakan softwar e yang di ekstensi pada sebuah browser Google Chrome yang bernama Data Miner.
Tabel 2. Data scrapping yang sudah melalui proses labelling No Ulasan Label D1 Nyaman,adem dan sejuk.... 👍👍👍 … Positif D2 Tempatnya bersih dan rapih Positif D3 Kumuh, kotor tidak keurus Negatif D4 Kotor banyak sampahnya Negatif Setelah dilakukan proses scrapping selanjutnya akan dilakukan proses labelling manual dengan memberikan label yang akan membedakan antara ulasan positif dan negatif agar program dapat melakukan klasifikasi dengan memberikan label negatif untuk ulasan yang negatif dan memberikan label positif untuk data yang positif secara manual dan Total data yang diperoleh dari hasil scrapping
Bit (Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur) Vol. 20, No. 2, September 2023, hlm. 73-81
pada Google Maps adalah 2698 data yang terdiri dari 2254 data positif dan negatif sebesar 444 yang diambil pada periode 4 tahun kebelakang yaitu dari tahun 2019 sampai 2023 agar data yang diambil lebih relevan. Beberapa dataset hasil scrapping yang telah melalui proses labelling seperti pada Tabel 2.
## 3.2 Preprocessing Dataset
Tahap Preprocessing ini dilakukan pada dataset karena data tersebut masih banyak data yang tidak diperlukan atau tidak sesuai yang harus dibenarkan dan harus dihapus dengan tujuan agar dapat mempermudah dalam proses berikutnya dan dalam melakukan prosesnya menggunakan bantuan library dalam bahasa pemrograman seperti Sklearn, Sastrawi dan NLTK. Text preprocessing dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu Cleaning, Case folding, Tokenizing, Filtering dan Stemming.
## 3.2.1 Cleaning
Pada tahapan pertama dilakukan proses cleaning pada dataset untuk menghilangkan simbol , emoticon atau data noise pada data ulasan pengunjung. Pada tahap cleaning , implementasi kode program pada bahasa python menggunakan bantuan regex atau regular expression proses hasilnya bisa dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Cleaning No Input process Output process D1 Nyaman,adem dan sejuk.... 👍👍👍 …
Nyaman adem dan sejuk D2 Tempatnya bersih dan rapih Tempatnya bersih dan rapih D3 Kumuh, kotor tidak keurus Kumuh kotor tidak keurus D4 Kotor banyak sampahnya Kotor banyak sampahnya
## 3.2.2 Case Folding
Tahapan case folding ini digunakan untuk merubah atau mengganti seluruh kata dalam teks menjadi huruf kecil karena dalam dataset data ulasan tersebut terdapat huruf kapital dan kecil oleh karena itu diperlukan tahapan case folding agar semua kata sama menggunakan huruf kecil . Pada tahap implementasi case folding menggunakan kelas lower untuk mengubah huruf kapital menjadi kecil. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Case Folding No Input process Output process D1 Nyaman adem dan sejuk nyaman adem dan sejuk D2 Tempatnya bersih dan rapih tempatnya bersih dan rapih D3 Kumuh, kotor tidak keurus kumuh kotor tidak keurus D4 Kotor banyak sampahnya kotor banyak sampahnya
## 3.2.3 Tokenizing
Pada tahapan ini tokenizing berfungsi untuk melakukan sebuah proses pemecah pada kalimat yang berdasarkan dari spasi menjadi sebuah kata per kata menggunakan library python dalam prosesnya yaitu library NLTK dan hasilnya seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Tokenizing No Input process Output process D1 nyaman adem dan sejuk [‘nyaman’,‘adem’, ‘dan’ ,‘sejuk’] D2 tempatnya bersih dan rapih [‘tempatnya’,’bersi’, ‘dan’,’rapih’] D3 kumuh kotor tidak keurus [‘kumuh’,’kotor’, ‘tidak’,’keurus’] D4 kotor banyak sampahnya [‘kotor’,’banyak’,’sam pahnya’] 3.2.4 Filtering Proses filtering atau Stopwords pada tahapan preprocessing ini adalah untuk menghapus kata kata yang tidak relevan atau kata kata yang tidak akan digunakan untuk proses selanjutnya pada datase t tersebut pada prosesnya menggunakan library python dalam prosesnya yaitu library NLTK . Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Filtering No Input process Output process D1 [‘nyaman’,‘adem’, ‘dan’ ,‘sejuk’] [‘nyaman’,‘adem’, ‘sejuk’] D2 [‘tempatnya’,’bersih’, ‘dan’,’rapih’] [‘’bersih’,’rapih’] D3 [‘kumuh’,’kotor’, ‘tidak’,’keurus’] [‘kumuh’,’kotor’] D4 [‘kotor’,’banyak’,’sa mpahnya’] [‘kotor’,’sampahnya’]
## 3.2.5 Stemming
Stemming pada tahapan preprocessing ini dilakukan untuk mengubah kata kata menjadi kata dasarnya dengan menghilangkan imbuhannya sesuai dengan kata baku standar kamus pada proses ini menggunakan library sastrawi dalam bahasa pemrograman python. Hasilnya seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Stemming
No Input process Output process D1 [‘nyaman’,‘adem’, ‘sejuk’] [‘nyaman’,‘adem’, ‘sejuk’] D2 [’bersih’,’rapih’] [’bersih’,’rapih’] D3 [‘kumuh’,’kotor’] [‘kumuh’,’kotor’]
D4 [‘kotor’,’sampahnya’] [‘kotor’,’sampah’]
3.3 Pembobotan kata menggunakan TF-IDF Pada penelitian ini metode TF-IDF atau pembobotan term digunakan untuk proses memberikan nilai atau bobot pada setiap kata dalam dokumen ulasan pengunjung agar hasilnya dapat digunakan pada saat melakukan proses klasifikasi. Pada tahapan pertama dilakukan penghitungan Term Frequency (TF) kata pada suatu dokumen lalu
Bit (Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur) Vol. 20, No. 2, September 2023, hlm. 73-81
menghitung
inverse document frequency
menggunakan perhitungan (1) dan (2) . Hasil dari perhitungan Term Frequency dan Inverse Document Frequency bisa dilihat Pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Hasil dari menghitung TF dan menghitung IDF Term DF Idf nyaman 1 0,602 adem 1 0,602 sejuk 1 0,602 bersih rapih kumuh kotor sampah 1 1 1 2 1 0,602 0,602 0,602 0,301 0,602
Setelah ditemukan hasil dari Term Frequency dan Inverse Document Frequency yang bisa dilihat pada Tabel 8 maka selanjutnya melakukan proses perhitungan dari Term Frequency dikalikan dengan hasil Inverse Document Frequency menggunakan perhitungan (3) dan untuk hasilnya bisa dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil perkalian TF dengan IDF Term Tf-Idf (D1) Tf-Idf (D2) Tf-Idf (D3) Tf-Idf (D4) nyaman 0,602 0 0 0 adem 0,602 0 0 0 sejuk 0,602 0 0 0 bersih rapih kumuh kotor sampah 0 0 0 0 0 0,602 0,602 0 0 0 0 0 0,602 0,301 0 0 0 0 0,301 0,602
## 3.4 Implementasi Naïve Bayes
Proses Implementasi klasifikasi menggunakan naïve bayes dilakukan dengan menggunakan data yang telah melalui text preprocessing dan pembobotan menggunakan TF-IDF. Pertama tama dengan melakukan perhitungan probability prior menggunakan rumus (5) dan hasilnya bisa dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil probabilitas prior Sentimen P(Vј) = Dј/D Positif 0,5 Negatif 0,5
kemudian melakukan perhitungan probability conditional untuk menentukan kelas negatif dan kelas positifnya yang dihitung menggunakan naïve bayes dengan rumus (6) dan untuk hasilnya bisa dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil probabilitas conditional Probabilitas Term Positif Negatif nyaman 0.1232 0.0769 adem 0.1232 0.0769 sejuk 0.1232 0.0769 bersih rapih 0.1232 0.1232 0.0769 0.0769
kumuh kotor sampah 0.1232 0.0769. 0.1232 0.0769 0.1183 0.0769
Dalam menentukan hasil prediksi menggunakan algoritma naïve bayes berdasarkan hasil probabilitas conditional Tabel 11 maka untuk contohnya kita akan menentukan pengujian data baru seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Menentukan label sentimen Data Label sentimen Tamannya nyaman dan bersih ?? Untuk menemukan hasil prediksi dapat menggunakan rumus (7) dan hasilnya bisa dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil pengujian atau prediksi Ulasan Uji Positif Uji Negatif Hasil prediksi Tamannya nyaman dan bersih 0.0076 0.0029 Positif
Karena hasil atau nilai probabilitas tertinggi terdapat pada uji positif maka dapat diputuskan bahwa Ulasan tersebut termasuk ke dalam label sentimen positif.
Dalam pembentukan model menggunakan algoritma naïve bayes tahapan pertama yang dilakukan yaitu dengan membuat dulu model naïve bayes menggunakan library sklearn dalam bahasa pemrograman python yaitu multinomial naïve bayes lalu dibentuklah model klasifikasinya menggunakan fungsi fit untuk melatih model menggunakan data training sebanyak 80% dan untuk dataset yang telah dibagi sebelumnya sebesar 20% akan digunakan untuk melakukan proses pengujian data dengan menggunakan model naïve bayes yang telah dibuat.
## 3.5 Evaluasi Model
Evaluasi model program yang digunakan pada penelitian ini menggunakan confusion matrix dalam proses. Pada proses evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari performa pada algoritma yang digunakan dengan menghitung untuk mendapatkan nilai accuracy, recall, precision dan f1-score. Implementasi tahap evaluasi data uji untuk mengukur nilai performa dari model algoritma naïve bayes yang telah dibuat diukur performanya menggunakan library sklearn metrics dan seaborn. Data hasil untuk proses klasifikasi sentimen menggunakan confusion matrix bisa dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Confusion Matrix Sentimen Positif Negatif Positif 40 4 Negatif 35 427
Bit (Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur) Vol. 20, No. 2, September 2023, hlm. 73-81
Setelah data confusion matrix didapatkan maka langsung dihitung precision, recall, accuracy dan f1- score dari data tabel 14 menggunakan perhitungan rumus (8), (9) dan (10), setelah dilakukan proses perhitungannya menghasilkan sebuah nilai performa kinerja dari model sentimen yang digunakan dan untuk hasil pengukuran modelnya bisa dilihat tabel 15.
Tabel 15. Nilai performa model sentimen Nama performa Nilai Presisi 0.90 Recall 0.53 F1-score 0.67 Akurasi 0.92
Setelah mengetahui nilai performa model klasifikasi yang digunakan,maka dapat diketahui bahwa persentase nilai dari performa akurasi bahwa model yang dibuat memiliki kemampuan ketepatan akurasi sebesar 92%, nilai precision sebesar 90%, nilai recall sebesar 53% dan fi-score sebesar 67%.
3.6 Visualisasi Sentimen
Visualisasi sentimen pada penelitian ini digunakan untuk mempermudah melihat hasil dari visual data sentimen mulai dari total jumlah data sentimen yang diperoleh dengan menampilkan grafiknya sesuai dengan jumlahnya dan juga menampilkan data yang diperoleh sesuai kategorinya yaitu sentimen negatif dan positif sehingga lebih mudah dipahami untuk melihat grafik data yang telah dibuat. Visualisasi sentimen juga menampilkan dari sebuah grafik frekuensi kata yang sering muncul dari label sentimen positif maupun label sentimen negatif dengan menampilkan kata kuncinya lebih besar sesuai dengan banyaknya kata. Selain itu visualisasi sentimen juga menampilkan kata kunci yang yang sering muncul dan paling banyak menggunakan yang prosesnya dilakukan menggunakan atau memanfaatkan library dalam bahasa pemrograman python seperti library wordcloud dan matplotlib.
## 3.6.1 Visualisasi data total sentimen
Visualisasi sentimen positif dan negatif yang diperoleh menghasilkan data positif sebesar 83,5% dengan total jumlah data sebanyak 2254 dan data sentimen negatif sebesar 16,5 % dengan total jumlah data sebanyak 444 data yang ditotalkan dari keduanya berjumlah 2698 data dan untuk grafik lingkaran ini dibuat dengan bantuan library matplotlib pyplot dalam bahasa pemrograman python dalam proses pembuatannya untuk hasilnya bisa dilihat pada Gambar 2.
## 3.6.2 Visualisasi sentimen positif
Visualisasi dari sentimen positif menggunakan library wordcolud dan visualisasi grafik frekuensi kata yang sering muncul menggunakan library matplotlib hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Total data sentimen
Gambar 3. Visualisasi barchart sentimen positif
Berdasarkan hasil visualisasi sentimen positif menggunakan barchart pada Gambar 3 untuk 5 kata paling banyak atau paling sering muncul dalam sentimen positif adalah mantap, bagus, bersih, nongkrong dan enak. Terdapat juga visualisasi sentimen positif menggunakan library wordcloud yang menunjukan kata yang paling besar ukurannya merupakan kata yang sering muncul sedangkan kata yang ukurannya paling kecil merupakan kata yang paling jarang muncul yang bisa dilihat pada Gambar 4.
## Gambar 4. Visualisasi sentiment wordcloud positif
## 3.6.3 Visualisasi sentimen negatif
Visualisasi dari sentimen negatif menggunakan library wordcolud dan visualisasi grafik frekuensi kata yang sering muncul menggunakan library matplotlib hasilnya dapat dilihat pada Gambar 5 .
## Gambar 5. Visualisasi barchart sentimen negatif
Berdasarkan hasil visualisasi sentimen negatif menggunakan barchart pada Gambar 5 untuk 5 kata paling banyak atau paling sering muncul dalam sentimen negatif adalah sampah, kotor, kumuh, macet dan tata. Terdapat juga visualisasi sentimen positif menggunakan library wordcloud yang menunjukan kata yang paling besar ukurannya merupakan kata yang sering muncul sedangkan kata yang ukurannya paling kecil merupakan kata yang paling jarang muncul yang bisa dilihat pada Gambar 6.
## Gambar 6. Visualisasi sentiment wordcloud negatif
## 4. KESIMPULAN
Analisis sentimen terhadap alun-alun di Kabupaten Sukabumi mendapatkan hasil 2698 data yang diambil dari periode waktu 2019 sampai 2023 dengan total jumlah sentimen positif sebesar 83,5% yaitu 2254 data dan sentimen negatif sebesar 165 % dengan total 444 data. Frekuensi kata yang diperoleh dari hasil analisis sentimen mendapati 5 kata yang paling banyak muncul berdasarkan kelas sentimennya yaitu sentimen positif adalah mantap, bagus, bersih, nongkrong dan enak. dan sentimen negatif adalah sampah, kotor, kumuh, macet dan tata. Hasil tersebut menandakan untuk sentimen positif lebih banyak dibanding sentimen negatif yang menandakan lebih banyak pengunjung yang sudah puas karena lebih dominan memberi ulasan baik dibanding ulasan tidak baik terutama sentimen positif mengenai kondisi tempat tersebut dinilai bagus dan bersih namun perlu diperhatikan juga untuk sentimen negatif terkait sampah yang menjadikan tempat tersebut kotor dan kumuh agar kedepannya dapat lebih di perhatikan dan di evaluasi lagi. Untuk nilai dari performa akurasi bahwa model yang dibuat memiliki ketepatan akurasi sebesar 92%, nilai precision sebesar 90%, nilai recall sebesar 53% dan fi-score sebesar 67% yang menandakan akurasi dari
model yang dibuat sudah cukup baik. Berdasarkan hasil data dan informasi analisis sentimen yang diperoleh dapat membantu pemerintah setempat yaitu Dinas Tata Ruang dan Kabupaten Sukabumi agar dapat mengevaluasi dan melakukan pengembangan terhadap tempat tersebut secara tepat.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] A. N. Farestianto and M. S. P. Nugroho, “Identifikasi Alun-Alun Brebes sebagai Ruang Terbuka Publik dengan Pendekatan Fungsional,” Pros. Semin. … , 2021, [Online]. Available: https://proceedings.ums.ac.id/index.php/siar/article/vie w/1008%0Ahttps://proceedings.ums.ac.id/index.php/si ar/article/download/1008/983.
[2] M. Jaenudin, “Sampah Berserakan Di Alun Alun Cisaat,” atmago.com , 2020. https://www.atmago.com/berita-warga/sampah- berserakan-di-alun-alun-cisaat_b52ca246-9e6a-4d6f- 8b91-752923668151 (accessed Jun. 07, 2023).
[3] S. Alamsyah, “Miris, Sampah Berserakan di Alun-alun Palabuhanratu,” detik.com , 2022. https://www.detik.com/jabar/berita/d-6016736/miris- sampah-berserakan-di-alun-alun-palabuhanratu (accessed Jun. 07, 2023).
[4] S. Alamsyah, “Baru Selesai Dibangun, Plafon Podium Alun-alun Palabuhanratu Berjatuhan,” detiknews ,
2022. https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d- 5938536/baru-selesai-dibangun-plafon-podium-alun- alun-palabuhanratu-berjatuhan (accessed Jun. 08, 2023).
[5] D. Normawati and S. A. Prayogi, “Implementasi Naïve Bayes Classifier Dan Confusion Matrix Pada Analisis Sentimen Berbasis Teks Pada Twitter,” J-SAKTI (Jurnal Sains Komput. dan Inform. , vol. 5, no. 2, pp. 697–711, 2021.
[6] D. S. Utami and A. Erfina, “Analisis Sentimen Pinjaman Online di Twitter Menggunakan Algoritma Support Vector Machine (SVM),” SISMATIK (Seminar Nas. Sist. Inf. dan Manaj. Inform. , vol. 1, no. 1, pp. 299– 305, 2021.
[7] A. D. Adhi Putra, “Analisis Sentimen pada Ulasan pengguna Aplikasi Bibit Dan Bareksa dengan Algoritma KNN,” JATISI (Jurnal Tek. Inform. dan Sist. Informasi) , vol. 8, no. 2, pp. 636–646, 2021, doi: 10.35957/jatisi.v8i2.962.
[8] A. I. Tanggraeni and M. N. N. Sitokdana, “Analisis Sentimen Aplikasi E-Government pada Google Play Menggunakan Algoritma Naïve Bayes,” JATISI (Jurnal Tek. Inform. dan Sist. Informasi) , vol. 9, no. 2, pp. 785– 795, 2022, doi: 10.35957/jatisi.v9i2.1835.
[9] Yuyun, Nurul Hidayah, and Supriadi Sahibu, “Algoritma Multinomial Naïve Bayes Untuk Klasifikasi Sentimen Pemerintah Terhadap Penanganan Covid-19 Menggunakan Data Twitter,” J. RESTI (Rekayasa Sist. dan Teknol. Informasi) , vol. 5, no. 4, pp. 820–826, 2021, doi: 10.29207/resti.v5i4.3146.
[10] D. Alita, I. Sari, and A. Rahman Isnain, “Penerapan Naïve Bayes Classifier Untuk Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa,” Jdmsi , vol. 2, no. 1, p. 702022, 2021.
[11]N. Arifin, U. Enri, and N. Sulistiyowati, “Penerapan Algoritma Support Vector Machine ( SVM ) Dengan Tf-Idf N-Gram Untuk Text Classification,” vol. 6, no. 2, 2021.
[12] P. Pandunata, K. T. Winarno N, Y. Nurdiansyah, and
Bit (Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur) Vol. 20, No. 2, September 2023, hlm. 73-81
N. El Maidah, “Analisis Sentimen Opini Publik Terhadap Program Vaksinasi Covid-19 Di Indonesia Pada Twitter Menggunakan Metode Naive Bayes Classifier,” INFORMAL Informatics J. , vol. 7, no. 3, p.
246, 2022, doi: 10.19184/isj.v7i3.34930.
[13]A. Damuri, U. Riyanto, H. Rusdianto, and M. Aminudin, “Implementasi Data Mining dengan Algoritma Naïve Bayes Untuk Klasifikasi Kelayakan Penerima Bantuan Sembako,” J. Ris. Komput. , vol. 8, no. 6, pp.
219–225, 2021,
doi: 10.30865/jurikom.v8i6.3655.
|
593df5c0-eae2-4404-9730-848eb2d284f0 | http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jpkm/article/download/1834/1528 | Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No 4, 2023 |pp: 4837-4842 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i4. 1834
## Edukasi Tentang Pentingnya Deteksi Dini Anemia Dan Pengaturan Pola Makan Pada Ibu Hamil
Wa Ode Nurul Mutia*
Program Studi D3 Kebidanan, Politeknik Baubau, Baubau, Indonesia Email Corresponding: [email protected]*
## INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK
Kata Kunci:
Edukasi deteksi dini anemia, Pola makan Ibu hamil, penyuluhan kesehatan, tablet Fe, zat besi
Masalah anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, partus prematus, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok dan berdampak kematian. Pola makan dengan kejadian anemia memiliki korelasi kuat, dengan intrepretasi semakin kurang pola makan ibu hamil maka kejadian anemia semakin tinggi. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan kesadaran ibu hamil dalam menerapkan pola makan seimbang sebagai upaya pencegahan anemia. Metode kegiatan menggunakan pre test dan post test tentang anemia pada masa kehamilan. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa Ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja puskemas Meo-Meo belum mengenal secara mendalam tentang pentingnya deteksi dini dan menjaga pola makan selama kehamilan. Kemudian adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pola makan dan deteksi dini anemia dalam kehamilan sebelum dan sesudah mengikuti penyuluhan kesehatan dalam bentuk ceramah dan diskusi bersama
## ABSTRACT
Keywords: Education on early detection of anemia,
Pregnant women's diet, health education, Fe tablets, iron
The problem of anemia in pregnancy can have fatal consequences if not treated immediately, including miscarriage, preterm labor, prolonged labor, uterine atony and cause bleeding and shock and result in death. Dietary patterns and the incidence of anemia have a strong correlation, with the interpretation that the poorer the diet of pregnant women, the higher the incidence of anemia. This service activity aims to increase participation and awareness of pregnant women in implementing a balanced diet as an effort to prevent anemia. The activity method uses a pre-test and post-test regarding anemia during pregnancy. The results of service activities show that pregnant women with anemia in the Meo-Meo health center work area do not yet know in depth about the importance of early detection and maintaining diet during pregnancy. Then there is an increase in pregnant women's knowledge about the importance of diet and early detection of anemia in pregnancy before and after attending health education in the form of lectures and group discussions.
This is an open access article under the CC–BY-SA license.
## I. PENDAHULUAN
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan global, dengan 38,2% perempuan di seluruh dunia yang terkena dampak terutama karena kekurangan zat besi. Di Indonesia sendiri total penderita anemia pada ibu hamil sebesar 70%, artinya dari 10 ibu hamil, sebanyak 7 orang akan menderita anemia. (Purwaningtyas & Prameswari, 2017). Badan Organisasi Kesehatan dunia, WHO mendefiniskan anemia yaitu kadar hemoglobin (Hb) < 11, 0 g/r dl. Perubahan fisiologis terjadi pada kehamilan dimana terjadi peningkatan volume plasma dan massa sel darah merah yang lebih kecil sehingga dapat terjadi hemodilusi, dimana hal ini merupakan kategori anemia fisiologis. Oleh karena itu ambang batas Hb < 10, 5 g/dL banyak digunakan di seluruh pedoman internasional dalam tata laksana terapi. (Frayne, J., & Pinchon 2019).
Berbagai komplikasi anemia dalam kehamilan dapat meningkatkan resiko bagi ibu dan bayi diantaranya abortus, prematuritas, berat badan lahir rendah (BBLR), serta dapat menyebabkan kematian pada ibu hamil pada waktu dan sesudah melahirkan. (Syarfaini, & Noviani, 2019). Selain itu, anemia dalam kehamilan berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi serta perkembangan individu. Berbagai macam penyebab anemia diantaranya ialah defisiensi zat besi, gangguan penyerapan zat besi, kehilangan atau peningkatan
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No 4, 2023 |pp: 4837-4842 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i4. 1834
kebutuhan zat besi. (Khani Jeihooni, & Layeghiasl, 2021). Dengan demikian, tunjangan diet harian yang direkomendasikan untuk zat besi dalam kehamilan adalah 27mg lebih tinggi dibandingkan dengan 8mg pada wanita yang tidak hamil. (Kumar, A., & Brookes, 2022)
Anemia dapat di cegah dengan cara mengkonsumsi tablet Fe yang mengandung besi, asam folat. Untuk mendukung keberhasilan program tersebut pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang pelayanan atau standar Antenatal Care dengan 10T, yaitu salah satunya dengan pemberian tablet Fe pada ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamilan. Berdasarkan Permenkes RI No. 88 Tahun 2014, tentang standar tablet tambah darah sebagai upaya mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi dan atau asam folat maka setiap wanita usia subur dan wanita hamil diberikan tablet tambah darah yang mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat, atau Ferro Glukonat) dan Asam Folat 400 mcg. Sedangkan, yang ada dipasaran setiap tablet tambah darah mengandung ferro sulfat 320 mg (setara Fe 60 mg) dan asam folat 500 mcg. Di samping itu aspek lain yang harus diperhatikan juga oleh ibu hamil yaitu tentang asupan gizi yang cukup selama hamil. (Yuliastuti, L. P., et al , 2022;(Nofita, R., Siallagan, D. 2019).
Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan gambaran informasi meliputi mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktivitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Pola makan memiliki peranan penting bagi kesehatan, tidak terkecuali bagi kesehatan ibu hamil..Pola makan ibu selama masa kehamilan membutuhkan tambahan tambahan zat besi dan tambahan multivitamin, kebutuhannya akan zat besi hampir dua kali lipat. Untuk mendapatkan lebih banyak manfaat zat besi ibu harus banyak konsumsi sayuran, seperti buncis, dan kacang merah, serta mengkombinasikan dengan makanan-makanan yang mengandung vitamin C, seperti buah-buahan, brokoli, paprika, maupun strowbery. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. (Sulistiyoningsih. 2018)
Pola makan seimbang terdiri dari berbagai makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuaiuntuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang.Pola makan yang tidak seimbang akan menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya kekurangan gizi atau sebaliknya pola konsumsi yang tidak seimbang juga mengakibatkan zat gizi tertentu berlebih dan menyebabkan terjadinya gizi lebih, (Waryana. 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Astuti, D., & Kulsum 2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia dengan kekuatan hubungan sedang diperoleh nilai p value sebesar 0.000 (< 0.05), nilai Ro = 513. Penelitian lain dilakukan oleh (Gozali 2019) menyebutkan bahwa antara pola makan dengan kejadian anemia memiliki korelasi kuat, dengan intrepretasi semakin kurang pola makan ibu hamil maka kejadian anemia semakin tinggi. Dengan demikian diharapkan ibu hamil harus memiliki kesadaran tinggi terhadap pola makan selama hamil demi menunjuang angka kecukupan gizi janin sehingga angka harapan hidup janin tinggi dan dapat terhindar dari segala komplikasi yang menyertai, salah satunya anemia gizi. Berdasarkan kasus yang ditemui di Puskesmas Meo-Meo kota Baubau didapatkan hasil bahwa masih banyak ibu hamil yang menderita anemia ringan dan sedang khususnya pada trimester 1 kehamilan. Hal ini dapat disebabkan banyak faktor, salah satunya pemenuhan gizi yang tidak tepat/ tidak seseua. Berdasarkan hal tersebut maka perlunya dilakukan edukasi khususnya pada ibu hamil dengan anemia agar lebih cepat teratasi sehingga kondisi ibu dan janin berlangsung normal. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi dan kesadaran ibu hamil dalam menerapkan pola makan seimbang sebagai upaya pencegahan anemia.
## II. MASALAH
Masalah yang dihadapi oleh Puskesmas Meo-Meo adalah bagaimana meningkatkan partisipasi dan kesdaran ibu hamil dalam menerapkan pola makan seimbang sebagai upaya pencegahan anemia.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No 4, 2023 |pp: 4837-4842 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i4. 1834
Gambar 1. Lokasi Kegiatan
## III. METODE
Kegiatan pengabdian ini merupakan penelitian quasy experimental . Desain pengabdian ini adalah two- group pre test-posttest design. Penelitian eksperimental ini dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok A dengan metode ceramah dan kelompok B dengan menggunakan metode kartu monitoring tablet Fe. Pengabdian ini diawali dengan melakukan pre test kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan dengan menggunakan media pengisian kartu monitoring pada kelompok perlakuan dan metode ceramah kepada kelompok kontrol dan diakhiri dengan post test. Adapun tujuan dilakukan kegiatan pengabdian ini adalah untuk mengukur pemahaman ibu dan kesadaran ibu hamil dalam menerapkan pola makan seimbang sebagai upaya pencegahan anemia
Kegiatan sosialisasi dilaksanakn pada tanggal 03 Maret 2023, tempat pelaksanaan di puskesmas Meo- Meo dengan sasaran ibu hamil anemia. Edukasi pada ibu hamil tentang pentingnya pola makan dalam mencegah anemia pada kehamilan dengan sasaran ibu hamil dengan anemia. Edukasi bertujuan untuk memberikan layananan dalam bentuk edukasi anemia dalam kehamilan sehingga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya pola makan, memngingat ibu hamil rentan mengalami anemia Edukasi ini dilakukan diwilayah kerja puskesmas Meo-Meo Kota Baubau :
2) Pertemuan responden (Hari 1)
Pertemuan dihadiri oleh 25 orang ibu hamil. Kegiatan ini diawali dengan registrasi seluruh peserta, kemudian sambutan ketua panitia dan selanjutnya dibuka secara resmi oleh perawat koordinator bersama bidan wilayah setempat. Setelah itu para ibu hamil diperiksa kadar Hb yang merupakan program dari Puskesmas.
2) Pre Test
Melalukan pre testt kepada seluruh ibu hamil sebelum memulai penyampaian materi anemia.
3) Penyampaian materi dan penyuluhan tentang anemia pada kehamilan.
a. Kegiatan yang pertama adalah pemberian materi anemia pada masa kehamilan.
b. Kegiatan kedua adalah pelatihan pengisian kartu monitoring tablet Fe sebagai upaya mensukseskan Program pemerintah, penncegahan dan deteksi dini terjadinya anemia. Ibu hamil dan kader diajarkan tentang bagaimana cara pengisian kartu tersebut, manfaat dan tujuan nya. Para peserta juga diajarkan terkait cara cuci tangan yang benar sebagai upaya pencegahan infeksi.. Semua peserta mengikuti acara kegiatan sampai selesai dan terasa antusias.
4) Post Test
Post test dilaksanakan tentang materi anemia pada masa kehamilan yang disampaikan oleh pemateri.
## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai pengetahuan berdasarkan hasil pretest dan posttest pada kegiatan pertama dan kedua sedangkan hasil observasi praktik pengisian kartu monitoring, yaitu sesuai dengan poin-poin yang ada di dalam kartu monitoring tablet Fe.
Tabel 1. Hasil Distribusi Nilai Responden Responden N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Ibu Hamil 25 50.00 70.00 62.72 5.5048
Sumber: Ouput olahan data SPSS 23, tahun 2024
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No 4, 2023 |pp: 4837-4842 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i4. 1834
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa hasil kuesioner distribusi responden yang mendapatkan nilai minimum dari ibu hamil ialah 50 sedangkan milai maksimum yang didapatkan adalah dari ibu hamil 70. Sedangkan nilai mean adalah sebesar 67,72 dan nilai standar devisianya sebesar 5.5048
Tabel 2. Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Hamil Pretest/ Posttest
Kategori Pre Test Post Test Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Baik 0 0 21 84 Cukup 2 8 4 16 Kurang 23 92 0 0 Total 25 100 25 100
Sumber: Ouput olahan data SPSS 23, tahun 2024
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil kuesioner pre test ibu hamil didapatkan nilai cukup sebesar 8% dan nilai kurang sebesar 92% sedangkan hasil post test didapatkan nilai baik dengan persentase 64% dan nilai cukup sebesar 16%. Hasil pengabdian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hidayani et al. 2022) yang menyatakan bahwa isian Pre dan Post Test dari 20 orang ibu hamil nilai rata-rata Pre Test adalah 64.4 dan rata- rata nilai Post Test adalah 78,2. Sebanyak 20 orang mengalami kenaikan nilai dari Pre test ke Post Test (100,0%). Pelaksanaan kegiatan ini adanya kenaikan pengetahuan ibu hamil tentang deteksi dini anemia kehamilan sehingga diharapkan dapat melakukan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) selama kehamilannya dalam pencegahan anemia kehamilan yang merupakan faktor risiko stunting bagi balita di masa mendatang. Kemudian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Syamsiah and Agusman 2023), (Sitti Nur Afiah and Hakim Husen 2022) dan (Hastuty, Khodijah, and Hasibuan 2021) yang menyatakan bahwa adanya kegiatan pengabdian masyarakat ini anemia dapat terdeteksi secara dini. Selain itu upaya pencegahan dapat dilakukan dengan adanya peningkatan pengetahuan baik melalui pendidikan, paritas dan kepatuhan konsumsi Fe pada kejadian anemia pada ibu hamil.
Berdasarkan hasil kegiatan, penyampaian materi pengetahuan ibu hamil sebelum pelatihan Sebagian besar kategori pengetahuan kurang dan setelah pelatihan meningkat menjadi baik. Ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Meo-Meo sangat aktif dalam mengikuti pelatihan, dapat dilihat dari data kehadiran selama pelatihan, dan hasilnya sangat memuaskan. Mereka juga menghimbau minta diadakan pelatihan lagi pada topik yang berbeda. Pelatihan penggunaan kartu monitoring tablet Fe, khususnya pada kelompok resiko (ibu hamil) sangat efektif dilakukan mengingat angka penderita anemia pada masa kehamilan yang masih cukup tinggi dan efek yang ditimbulkan dari anemia pada kehamilan cukup beresiko. Hasil ini sesuai dengan penelitian Susiloningtyas, menyatakan bahwa anemia defisiensi besi pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur. Lebih lanjut dalam penelitiannya tentang mekanisme biologi dampak pemberian zat besi pada pertumbuhan janin dan kejadian kelahiran premature melaporkan anemia dan defisiensi besi dapat menyebabkan ibu dan janin menjadi stres sebagai akibat diproduksinya corticotropin-releasing hormone (CRH). Peningkatan konsentrasi CRH merupakan faktor resiko terjadinya kelahiran prematur, pregnancy-induced hypertension. Disamping itu juga berdampak pertumbuhan janin. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Cristian dan Palma yang menyatakan suplemen zat besi berhubungan dengan resiko BBLR pada ibu yang mengalami anemia.
Dengan pelatihan kepada ibu hamil dan kader tentang pencegahan dan deteksi dini terjadinya anemia, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat merubah pola makan menajdi lebih sehat. Pelatihan ini ditujukan untuk ibu. Dengan demikian distribusi ibu hamil yang meminum tablet Fe menjadi meningkat dan angka ibu hamil dengan anemia khususnya di wilayah kerja puskesmas Meo-Meo bisa berkurang. Penghematan waktu dan biaya. Dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur dengan baik, maka organisasi akan mudah untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk konteks yang lainnya, sehingga organisasi akan dapat menghemat waktu dan biaya. Peningkatan aset pengetahuan. Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahaan kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan organisasi akan meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat meningkatkan kompetensinya.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No 4, 2023 |pp: 4837-4842 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i4. 1834
Pendapat ini sejalan dengan (Agusanty 2016), penggunaan kartu pemantauan minum tablet Fe yang diberikan pada kelompok perlakuan membuat motivasi responden timbul yang mendorong seseorang untuk berbuat yang positif. (Agusanty 2016) menyatakan bahwa motif yang timbul sekonyong-konyong ( emergency motives ) ialah motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari kita, dalam hal ini motif itu timbul bukan atas kemauan kita, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik kita. Pada akhirnya tujuan motivasi adalah untuk mengerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemaunnya untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau tujuan tertentu.
Efek lain dari kartu pemantauan minum tablet Fe adalah merupakan suatu media, yang dapat digunakan sebagai pengingat agar responden tidak lupa mengkonsumsi tablet Fe sesuai dengan anjuran dan ini perkuat dengan pesan yang tertera pada kartu ”sudahkan ibu hari ini, minum tablet tambah darah” dan ’ingat minum sehari sekali 1 tablet. Agar untuk menguatkan responden semakin yakin apa yang dikonsumsinya sesuai dengan anjuran, maka setiap kali responden mengkonsumsi tablet Fe pada kartu tersebut, responden akan memberikan tanda berdasarkan konsumsi harian.
Sebagaimana menurut Purnamawati dan Eldarni 2001, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat seseorang sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses. Dengan adanya media pengingat yang digunakan dapat membantu mengingat hal penting yang harus dilakukan oleh responden. Dengan demikian dapat diketahui pelatihan pencegahan dan deteksi dini terjadinya anemia dengan penerapan protokol kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam melayani masyarakat dan ibu hamil sebagai kelompok beresiko.
## Gambar 2. kegiatan tanya jawab
## V. KESIMPULAN
Usai melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan tema “Edukasi tentang Pentingnya Deteksni Dini Anemia dan Pengaturan Pola Makan Pada Ibu Hamil“ di kecamatan Murhum, kota Baubau dapat disimpulkan bahwa Ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja puskemas Meo-Meo belum mengenal secara mendalam tentang pentingnya deteksi dini dan menjaga pola makan selama kehamilan. Diketahui adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pola makan dan deteksi dini anemia dalam kehamilan sebelum dan sesudah mengikuti penyuluhan kesehatan dalam bentuk ceramah dan diskusi bersama. Kemudian terima kasih kepada Puskesmas Meo-Meo, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Baubau, Tim pengabdian dan partisipasi masyarakat yang telah ikut mensukseskan kegiatan pengabdian ini sehingga berjalan lancar dan mendapatkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas khususnya pada Ibu hamil.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada Puskesmas Meo-Meo yang telah memafisilitasi kami untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Terima kasih kepada lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik Baubau yang telah mendukung penyelenggaran kegiatan ini.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol. 4 No 4, 2023 |pp: 4837-4842 | DOI : http://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i4. 1834
## DAFTAR PUSTAKA
Agusanty, Edy Waliyo dan Shelly Festilia. 2016. “Uji Coba Kartu Pemantauan Minum Tablet Tambah Darah (Fe) Terhadap Kepatuhan Konsumsi Ibu Hamil.” Jurnal Vokasi Kesehatan, Volume II Nomor 1 Januari 2016, Hlm. 84 - 88 .
Astuti, D., & Kulsum, U. 2018. “Pola Makan Dan Umur Kehamilan Trimester Iii Dengan Anemia Pada Ibu Hamil.” Indonesia Jurnal Kebidanan, 2(1), 24. Https://Doi.Org/10.26751/Ijb.V2i1.448 . Frayne, J., & Pinchon, D. 2019. “Anaemia in Pregnancy. Australian Journal of General Practice, 48(3), 125– 129.” doi: https://doi.org/10.31128/AJGP-08-18-4664.
Gozali, W. 2019. “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III.” International Journal of Natural Science and Engineering, 2(3), 117. Https://Doi.Org/10.23887/Ijnse.V2i3.17448 .
Hastuty, Yulina Dwi, Dodoh Khodijah, and Yusrawati Hasibuan. 2021. “Edukasi Dan Deteksi Dini Anemia Remaja Putri Di Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.” GEMAKES Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 1(2):70–82. doi: 10.36082/gemakes.v1i2.384.
Hidayani, Wuri Ratna, Hesti Adzani Ramadhanti, Imelda Sintya, and Ranti Nurqolbi. 2022. “Edukasi Kesehatan Melalui Whatsapp Tentang Deteksi Dini Anemia Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Desa Cikunir.” Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm) 5(10):3408–17. doi: 10.33024/jkpm.v5i10.6965.
Khani Jeihooni, A., Rakhshani, T., Harsini, P. A., & Layeghiasl, M. 2021. “Effect of Educational Program Based on Theory of Planned Behavior on Promoting Nutritional Behaviors Preventing Anemia in a Sample of Iranian Pregnant Women.” doi: BMC Public Health, 21(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/s12889-021-12270-x.
Kumar, A., Sharma, E., Marley, A., Samaan, M. A., & Brookes, M. J. 2022. “Iron Deficiency Anaemia: Pathophysiology, Assessment, Practical Management.” doi: In BMJ Open Gastroenterology (Vol. 9, Issue 1). BMJ Publishing Group. https://doi.org/10.1136/bmjgast-2021-000759.
Nofita, R., Siallagan, D., &. Yuliyanti. 2019. “Korelasi Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Kehamilan.” Indonesian Journal of Midwifery, 2(September), 105–113.
Sitti Nur Afiah, Andi, and Abd Hakim Husen. 2022. “Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Melalui Edukasi Dan Deteksi Anemia Pada Peserta Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sulamadaha Kota Ternate.” Meambo 1(2):147–51. Sulistiyoningsih. 2018. “Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak.” (Graha Ilmu.).
Syamsiah, Siti, and Agusman Agusman. 2023. “Analisis Faktor Kejadian Anemia Dan Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil.” Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal 13(2):401–10. doi: 10.32583/pskm.v13i2.850.
Syarfaini, Alam, S., Aeni, S., Habibi, & Noviani, N. A. 2019. “Faktor Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya Kota Makassar.” doi: Al-Sihah: Public Health Science Journal, 11(2), 143–155. http://103.55.216.56/index.php/Al-Sihah/article/view/11923/7755. Waryana. 2014. “Gizi Reproduksi.” (Pustaka Rihama.).
Yuliastuti, L. P., Agustikawati, N., & Setianingsih, F. 2022. “Efektivitas Konsumsi Daun Ubi Jalar Ungu Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Darah Ibu Hamil Trimester Pertama.” doi: Al-Insyirah Midwifery Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences), 11(1), 62–68. https://jurnal.stikes- alinsyirah.ac.id/index.php/kebidanan/article/view/2133/292.
|
335c8778-2ca2-4fbf-b094-25c57c71e42c | http://ejournal.uicm.ac.id/index.php/composite/article/download/495/277 |
## Pengaruh bobot bulbil terhadap pertumbuhan benih tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus Prain)
## Pratiwi Hamzah, *Rachmat, Syaifuddin, Nuralfira Alfiana
Fakultas Pertanian, Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa, Jl. Malino KM 7, Romanglompoa, Sulawesi Selatan
*Korespondensi: [email protected]
Submit:
18 Desemebr 2022
Direvisi: 13 Februari 2023
Diterima: 23 Februari 2023
Abstract. The porang plant (Amorphophallus oncophyllus Prain) has become popular in recent years because the demand for porang in the world market continues to increase so that many parties are interested in cultivating it. One method of porang plant propagation is the bulbil. The bulbil is a vegetative organ resembling a tuber that can become shoots and roots. Propagation by bulbil is considered more effective than other methods. This study aims to find out the growth of porang plants using various bulbil sizes by its time for shoots to grow, plant height, and number of leaves. The study was conducted using a randomized block design with 4 treatments and 3 replications. The treatments given consisted of treatment A (bulbil with an average weight of 10 g/bulbil), treatment B (bulbil with an average weight of 12 g/bulbil), treatment C (bulbil with an average weight of 14 g/bulbil), treatment C (bulbil with an average weight weight 16 g / bulbil). The results of this study indicate that using various bulbil sizes significantly influence the results obtained. Treatment A had a very significantly different effect, the treatment with the fastest average number of shoots growing time was at the age of the plant 14 days after planting, while treatments A and B had a very significantly different effect on the parameters of plant height and number of leaves with the average number average plant height from 5-8 weeks after planting.
Keywords: b ulbil weight, growth, porang plants
Abstrak. Tanaman porang ( Amorphophallus oncophyllus Prain) menjadi populer beberapa tahun terakhir ini karena permintaan porang di pasar dunia terus meningkat sehingga banyak pihak yang tertarik untuk membudidayakan. Salah satu cara perbanyakan tanaman porang adalah dengan bulbilmya. Bulbil merupakan organ vegetatif menyerupai umbi yang dapat menjadi tunas dan akar. Perbanyakan dengan bulbil dianggap lebih efektif dibanding dengan cara lainnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pertumbuhan tanaman porang dengan menggunakan berbagai bobot bulbil dengan parameter waktu tumbuh tunas, tinggi tanaman, dan jumlah daun. Penelitian dilakukan dengan metode Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan terdiri dari perlakuan A (Bulbil dengan rata berat 10 gram/ bulbil), perlakuan B (Bulbil dengan rata berat 12 gram/ bulbil), perlakuan C (Bulbil dengan rata berat 14 gram/ bulbil), perlakuan C (Bulbil dengan rata berat 16 gram/ bulbil). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan berbagai bobot bulbil yang signifikan memberikan pengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Perlakuan A memberikan pengaruh sangat berbeda nyata, perlakuan dengan rata-rata jumlah waktu tumbuh tunas tercepat yaitu pada saat umur tanaman 14 hari setelah tanam, sedangkan perlakuan A dan B memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun dengan jumlah rata-rata tinggi tanaman dari 5-8 minggu setelah tanam.
Kata-kata kunci : b obot bulbil, pertumbuhan, tanaman porang
## PENDAHULUAN
Kementerian pertanian saat ini sangat mendorong potensi tanaman porang untuk terus dikembangkan, dengan harapan jumlah ekspor semakin meningkat. Sampai saat ini yang menjadi keterbatasan ekspor umbi porang di Indonesia terletak pada penyediaan bahan baku yang masih belum memadai.
Tanaman porang ( Amorphophallus oncophyllus Prain) menjadi populer beberapa tahun terakhir ini karena permintaan porang di pasar dunia meningkat sehingga banyak yang tertarik untuk membudidayakan tanaman porang. Prospek porang sangat potensial karena bernilai ekonomi terutama bagi industri dan Kesehatan. Dibandingkan dengan komoditas pertanian atau perkebunan lainnya seperti padi, jagung, karet, kopi, dan tebu, komoditas porang lebih menjanjikan. Tanaman porang memiliki daya tarik yaitu umbinya mengandung nutrisi glukomannan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman asli dari daerah tropis dengan hasil utamanya berupa umbi ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar industri maupun obat (Saefudin et al., 2021).
Salah satu metode perbanyakan tanaman porang adalah dengan bulbilnya. Bulbil merupakan organ vegetatif berupa tonjolan berwarna gelap. Bulbil mirip seperti umbi karena mampu menghasilkan akar dan tunas. Bulbit biasanya tumbuh di cabang daun yang letaknya di tengah maupun di ujung cabang daun tanaman porang (Harijati dan Ying, 2021). Ukuran bulbil bervariasi mulai dari ukuran kecil yang hanya beberapa gram dan ukuran yang besar dengan berat mencapai 23 gram per bulbil (Saleh et al, 2015) bahan tanam bulbil banyak disukai petani dibandingkan umbi porang. Perbanyakan dengan bulbil dianggap lebih efektif dibanding dengan cara lainnya.
Berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) di Kel. Gantarang, Kec. Tinggimoncong, Kab. Gowa, terdata petani yang menanam porang di daerah tersebut. Namun petani masih perlu mengetahui tentang pembibitan benih bulbil/ katak tanaman porang baik dari respon tumbuhnya tunas di persemaian, maupun lingkungan persemaian bulbil, termasuk permasalahan tentang perbedaan berat bulbil maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh bobot berat bulbil terhadap pertumbuhan benih tanaman porang.
## METODE PELAKSANAAN
## Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, penggaris, hand sprayer, baki plastik, polybag ukuran 25 x 30 cm, sekop tanah, pengaduk, timbangan analitik, bambu, papan nama / penelitian, dan alat dokumentasi. Bahan penelitian menggunakan bulbil porang dengan berbagai ukuran bobot, bawang merah, abu gosok, tanah top soil, pupuk kandang, dan sekam bakar.
## Pelaksanaan Kajian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan yaitu :
A. Bulbil dengan rata bobot 10 gram/ bulbil
B. Bulbil dengan rata bobot 12 gram/ bulbil
C. Bulbil dengan rata bobot 14 gram/ bulbil
D. Bulbil dengan rata bobot 16 gram/ bulbil
dengan 3 ulangan, setiap unit percobaan terdapat 3 bulbil yang memiliki bobot serupa setiap perlakuan dan ulangannya sehingga terdapat 36 bulbil. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
pengukuran dianalisis menggunakan metode Analysis of Variance (ANOVA). Penggunaan uji lanjut untuk hasil beda nyata antar perlakuan, menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) dengan taraf 5%.
## Pembenihan Bulbil/ Katak Porang
Bulbil yang akan ditanam dibenamkan dalam air yang berisi abu gosok dengan perbandingan 1:1 di dalam wadah perendaman selama 4 jam. Lalu direndam dengan air bawang selama 14 jam. Selanjutnya, media tanam berupa tanah yang mengandung banyak humus ( top soil) yang dicampur dengan sekam bakar dan pupuk kandang, perbandingan secara berurutan 2:1:1, lalu dimasukkan ke dalam baki plastik.
Semaian yang telah tumbuh lalu ditransplanting ke polibag yang telah diisi tanah. Semaian yang ditransplanting berupa bulbil yang sudah bertunas daun dan berakar. Bahan tanam berupa bulbil ditanam cukup di kedalaman sekitar 5 cm (Sumarwoto, 2012) kemudian ditempatkan di tempat teduh namun tanpa naungan. Tanaman disiram hingga lembab. Bulbil disiram menggunakan hand sprayer satu kali sehari. Pengamatan tanaman dilakukan setiap pekan selama delapan minggu.
Parameter Pengamatan 1. Waktu tumbuh tunas 2. Tinggi tanaman 3. Jumlah daun.
## Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + pi + Bj + ∑i……………………….(1)
Keterangan:
Yij
= Nilai pengamatan dan perlakuan ke - 1 ulangan ke - J
µ
= Rata-rata umum
Pi
= Pengaruh perlakuan ke-i
Bj = Pengaruh blok ke-j
∑ij
= Pengaruh perlakuan acakan pada kelompok ke i, pelakuan kej
Pengaruh perlakuan terhadap variable yang diamati dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Penggunaan uji lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) dengan taraf 5% untuk hasil beda nyata antar perlakuan.)
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pengaruh bobot berat bulbil terhadap pertumbuhan bibit tanaman porang dengan parameter pengukuran waktu tumbuh tunas, tinggi tanaman, dan jumlah daun
## Waktu Tumbuh Tunas
Berdasarkan hasil analisis data parameter waktu tumbuh tunas pada tanaman porang dengan menggunakan uji sidik ragam dengan program SPSS, memperlihatkan bahwa perlakuan perbedaan bobot bulbil tanaman porang berpengaruh nyata. Adapun hasil uji lanjutan rata-rata waktu tumbuh tunas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji BNT (LSD) parameter waktu tumbuh tunas
Perlakuan
Rata-rata Waktu Tumbuh Tunas (Hari)
A 14 a B 15 b C 16 b D 18 c
Keterangan : Perlakuan yang diikuti simbol atau huruf yang berbeda berarti perlakuan tersebut berbeda nyata.
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata waktu tumbuh tunas dengan bobot bulbil tanaman porang pada perlakuan A sangat berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya. Rata-rata waktu tumbuh tunas pada perlakuan A yaitu saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam, perlakuan B yaitu saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam, dan rata-rata waktu tumbuh tunas pada perlakuan C yaitu saat tanaman berumur 16 hari setelah tanam. Namun rata-rata waktu tumbuh tunas pada perlakuan D yaitu pada saat tanaman berumur 18 hari setelah tanam.
Untuk lebih jelasnya, hasil pengukuran rata-rata waktu tumbuh tunas dapat dilihat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 1. Grafik waktu tumbuh tunas terhadap perlakuan bobot bulbil porang
Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 1 dan Gambar 1 terhadap rata-rata waktu tumbuh tunas pada tanaman porang hampir seragam dari perlakuan A, B, C, dan D . Waktu tumbuh tunas pada tanaman porang terbaik yaitu pada perlakuan A (berat bulbil dengan rata 10 gram) yaitu pada saat porang berumur rata-rata 14 HST. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa waktu tumbuh tunas perlakuan A sangat berbeda nyata terhadap perlakuan C dan D, perlakuan B sangat berbeda nyata dengan perlakuan D, dan perlakuan B tidak berbeda nyata terhadap perlakuan D. Hasil analisis statistika pada rata-rata tumbuh tunas menunjukan dipengaruhi sangat berbeda nyata bobot bulbil tanaman porang.
Berdasarkan hasil analisis, dapat dikatakan bahwa semakin besar bobot bulbil tidak mempercepat waktu tumbuh tunas. Hal tersebut berbeda dengan penelitian Dewi et al. (2015) yang menunjukkan bahwa bulbil yang berbobot lebih besar dan sedang memiliki viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan bulbil yang bobotnya kecil. Hal ini kemungkinan terjadi karena dormansi pada bulbil porang, yaitu saat bulbil tidak dapat berkecambah atau tetap pada masa istirahat meskipun ditempatkan pada kondisi yang ideal untuk tumbuh. Penyebab terjadinya dormansi bulbil porang karena keadaan bulbil yang keras sehingga air yang dibutuhkan dalam proses perkecambahan tidak dapat berimbibisi kedalam biji sehingga waktu untuk berkecambah cukup lama.
0 5 10 15 20 A B C D Waktu Tu m b u h Tu n as (H ar i) Perlakuan
## Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil analisis data parameter tinggi tanaman porang dengan menggunakan uji sidik ragam dengan SPSS, menunjukkan bahwa bobot bulbil tanaman porang memberikan pengaruh berbeda nyata pada pengukuran 5 dan 6 MST sedangkan pada 7 dan 8 MST memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Rata-rata tinggi tanaman berdasarkan hasil uji BNT dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji BNT (LSD) parameter tinggi tanaman
Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm) 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST D 1.02 b 3.52 a 7.17 a 12.41 a C 0.89 b 3.75 ab 6.89 a 16.59 b B 0.40 a 3.99 bc 7.71 b 19.99 c A 1.14 b 4.19 c 8.13 b 20.44 c
Keterangan : Perlakuan yang diikuti simbol atau huruf yang berbeda berarti perlakuan tersebut berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 2 di atas memperlihatkan bahwa rata-rata tinggi tanaman porang dengan perlakuan bobot bulbil tanaman porang pada perlakuan A dan B memberikan hasil tertinggi pada parameter tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada umur 5, 6, 7 dan 8 MST. Rata-rata tinggi tanaman tertinggi umur 5-8 MST berturut-turut pada perlakuan A yaitu 1.14 cm, 4.19 cm, 8.13 cm, dan 20.44 cm sedangkan tinggi tanaman pada perlakuan B yaitu 0.14 cm, 3.99 cm, dan 7.71 cm. Hasil pengukuran rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 2. Grafik tinggi tanaman terhadap perlakuan bobot bulbil porang
Berdasarkan hasil analisis data statistik terhadap tinggi tanaman minggu ke tujuh menunjukan bahwa perlakuan A memiliki rata-rata tertinggi yaitu 20,44 cm. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa perlakuan A terhadap perlakuan C dan D sangat berpengaruh nyata dan perlakuan A berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan B. Berdasarkan hasil pengamatan pada tinggi tanaman porang yang berasal dari bulbil perlakuan A dengan bobot 10 gram menunjukan hasil lebih baik dibandingkan perlakuan B, C, dan D.
Bobot bulbil berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bulbil. Ukuran bulbil yang lebih besar menunjukkan tinggi tanaman yang relatif lebih baik dibanding bulbil berukuran atau berbobot lebih kecil sehingga pertumbuhan tunas cenderung lebih cepat dan pertumbuhan akar juga akan lebih cepat (Sumarwoto dan Maryana, 2011). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Soedarjo et al. (2020) bahwa bulbil berukuran lebih besar dan lebih berat pertumbuhannya lebih baik karena memiliki lebih banyak nutrisi
0 5 10 15 20 25 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Ti n gg i tan am an (c m ) Waktu tanam A B C D
sebagai cadangan makanan daripada bulbil yang berukuran lebih kecil. Namun, pada tanaman porang yang diamati, perlakuan B yang memiliki berat bulbil lebih besar tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan A. Hal ini kemungkinan terjadi karena aktivitas tumbuh porang dipengaruhi oleh fisiologisnya. Dormansi fisiologis terjadi saat reaksi fisiologis suatu benih belum mampu untuk memecahkan dormansinya, bisa disebabkan oleh kurangnya air untuk memacu perkecambahan. Fisiologi pada porang menyebabkan keadaan dormansi dan menjadi hambatan dalam membentuk tunas baru (Marlina, 2021).
## Jumlah Daun
Berdasarkan analisis data pengamatan pada parameter jumlah daun dengan menggunakan uji sidik ragam dengan SPSS, menunjukkan bahwa perlakuan ukuran bulbil terhadap pertumbuhan benih tanaman porang memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap perlakuan A dan B pada umur 8 MST, namun tidak memberikan pengaruh nyata pada perlakuan lainnya. Adapun hasil Uji lanjutan rata-rata jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Hasil uji BNT (LSD) parameter jumlah daun
Perlakuan Rata-rata Jumlah Daun (Helai) D 0 a C 0 a B 5 b A 5 b
Keterangan : Perlakuan yang diikuti simbol atau huruf yang berbeda berarti perlakuan tersebut berbeda nyata .
Tabel 3 tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman porang dengan perlakuan bobot bulbil memberikan hasil terbaik pada perlakuan A dan B parameter jumlah daun yang sangat berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Rata-rata jumlah daun pada perlakuan A dan B yaitu 5 helai. Untuk lebih jelasnya, hasil pengukuran rata-rata jumlah daun setiap perlakuan pada tanaman porang dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 3. Grafik jumlah daun porang terhadap prlakuan bobot bulbil
Tanaman porang yang diamati mempunyai tipe daun majemuk menjari yang terdiri atas anak daun berbentuk elips serta berujung runcing dan helaian daun yang tidak seragam. Hal tersebut sejalan dengan Damanhuri et al. (2015) yang menyatakan tidak terdapat keragaman dari bentuk dan ujung daun tanaman porang. Jumlah daun berpengaruh pada pertumbuhan suatu tanaman. Semakin banyak jumlah daun, semakin mudah suatu tanaman bertumbuh karena proses penyediaan cadangan makanan berlangsung di daun. Proses fotosintesis menjadi lebih giat pada tanaman dengan jumlah daun yang lebih banyak (Sari et
0 1 2 3 4 5 6 A B C D Ju m lah d au n (h e lai ) Perlakuan
al., 2019). Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 3 dan Gambar 3 pada rata-rata jumlah daun pada minggu kedelapan perlakuan A dan B yaitu dengan rata-rata jumlah daun 5 helai yang menunjukkan hasil sangat berbeda nyata.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian tentang “Pengaruh Bobot Bulbil Terhadap Pertumbuhan Benih Tanaman Porang ( Amorphophallus oncophyllus Prain) maka dapat disimpulkan bahwa Perlakuan A (berat bulbil dengan rata 10 gram) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata pada parameter waktu tumbuh tunas dibandingkan dengan perlakuan lainnya, rata-rata waktu tumbuh tunas pada perlakuan tersebut yaitu 14 Hari Setelah Tanam. Sedangkan pada parameter tinggi tanaman dan jumalh helai daun perlakuan A (berat bulbil 10 gram) dan B (berat bulbil 12 gram) memberikan pengaruh yang sangat nyata, rata-rata tinggi tanaman dan helai daun pada 8 MST pada perlakuan A yaitu 8,13 cm, pada perlakuan B yaitu 7,71 cm. sedangkan untuk rata-rata jumlah helai daun pada perlakuan A dan B tanaman porang yaitu 5 helai.
## DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Soetopo Lita, Hutama Rico S. (2015). Eksplorasi dan Identifiikasi Karakter Morfologi Porang ( Amorphophallus muelleri B) di Jawa Timur. Jurnal Produksi Tanaman . 3(5).
Dewi D, Azrianingsih R, Indriyani S. (2015). Struktur embrio porang ( Amorphophallus muelleri Blume) dari berbagai variasi ukuran biji. Jurnal Biotropika . 3(3): 146-150.
Harijati N, Ying D. (2021). The effect of cutting the bulbil porang ( Amorphophalus muelleri ) on its germination abilty. Earth and Environmental Science .
Marlina. 2021. Pengaruh ukuran bulbil terhadap pertumbuhan bibit tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus Prain). Palembang: Universitas Sriwijaya Saefudin, Syakir M, Sakiroh, Maman H. (2021). Pengaruh bobot dan perendaman bulbil terhadap viabilitas dan pertumbuhan porang ( Amorphophallus muelleri Blume). Journal of Industrial and Beverage Crops . 8(2): 2528-7222
Saleh N, Rahayuningsih, Radjit, B Ginting, Harnowo, Metajaya. 2015. Tanaman porang, pengenalan, budidaya dan pemanfaatannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan pengembangan dan Penelitian pertanian. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Sari, P, Yazid Ismi dan Alvera P. (2019). Pengaruh Jumlah Daun Dan Konsentrasi Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Nipis Lemon ( Citrus limon L.) Asal Stek Pucuk. Jurnal Ziraah . Vol 44. No 3 (2019).
Soedarjo M, Baliadi Y, F Djufry. (2020). Growth response of Porang ( Amorphophallus muelleri Blume) grown with different sizes of bulbils on saline soil. International Journal of Research Studies in Agricultural. 6(4): 2454-6224. DOI: 2454-6224.0604002.
Sumarwoto, 2012. Peluang Bisnis beberapa Macam Produk Hasil Tanaman Iles Kuning di DIY Melalui Kemitraan dan Teknik Budaya. Yogyakarta: Business Conference.
Sumarwoto, dan Maryana. (2011). Pertumbuhan Bulbil Iles-Iles (Amorphophallus muelleri Blume) Berbagai Ukuran pada Beberapa Jenis Media Tanam. Jurnal Ilmu Kehutanan . V(2).
|
068abafc-0063-4182-9f31-bc88ec736838 | https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/studi-arab/article/download/3393/2324 | Vol. 13, No. 2, Desember 2022 pp. 1-13 doi: https://doi.org/10.35891/sa.v13.i2.3393
P-ISSN: 2086-9932 E-ISSN: 2502-616X
## The Transformation of Arabic Learning Language Majors in High School
## Transformasi Pembelajaran Bahasa Arab Penjurusan SMA
Linda Ayu Khuroidah 1* , Taufik 2 UIN Sunan Ampel Surabaya 1* , UIN Sunan Ampel Surabaya 2 [email protected] 1* , [email protected] 2 * Corresponding author
## Article History:
Received: 16 Oktober 2022
Revised:
21 November 2022 Accepted: 14 Desember 2022
## Abstract
Curriculum changes have an impact on Arabic language learning in high school. The emergence of Permendikbud regulations related to changes in the new learning process, has also changed the interest in Arabic subjects or language majors in high school. The transformation of Arabic learning in the high school language department is the reason why this research is important, namely to answer doubts and provide an overview of the Arabic language learning system in high school with the application of an independent curriculum. By using qualitative analysis techniques based on literacy data, this study collects data from Permendikbud Number 37 of 2018 and Permendikbud Number 56 of 2022. By obtaining the following research results; First, learning Arabic in high school with the latest curriculum (merdeka curriculum) has eliminated the existence of language specialization majors or classes. Where Arabic language learning has been applied to all students and levels without any differences in the two specialization subjects, Arabic language learning has undergone a transformation and transition from K-13 to an independent curriculum, thus making teachers implement a differentiated learning system. In this case, especially in the learning model that trains the four maharoh, the process and results of student achievement are certainly different.
Keywords:
Learning Transformation; Arabic; SMA
Kata Kunci: Transformasi Pembelajaran;
Bahasa Arab; SMA
## Abstrak
Perubahan kurikulum berpengaruh terhadap pembelajaran bahasa arab di SMA. Adanya peraturan Permendikbud terkait perubahan proses pembelajaran baru, menjadikan mata pelajaran bahasa Arab peminatan atau penjurusan bahasa di SMA ikut berubah. Adanya transformasi pembelajaran bahasa Arab jurusan bahasa di SMA tersebut menjadi alasan pentingnya penelitian ini dilakukan, yaitu untuk menjawab keragu-raguan dan memberi gambaran terkait sistem pembelajaran bahasa Arab di SMA dengan implementasi kurikulum merdeka. Dengan teknik analisis kualitatif berdasarkan data literasi, penelitian ini mengumpulkan data dari Permendikbud No. 37 Tahun 2018 dan Permendikbud Nomor 56 Tahun 2022. Dengan memperoleh hasil penelitian sebagai berikut; pertama, pembelajaran bahasa Arab di SMA pada kurikulum terbaru (kurikulum merdeka) ini telah menghapus adanya kelas penjurusan atau peminatan bahasa. Dimana pembelajaran bahasa Arab telah diterapkan kepada seluruh siswa dan jenjang tanpa ada perbedaaan mata pelajaran peminatan. Kedua, pembelajaran bahasa Arab telah mengalami transformasi dan transisi dari K13 menjadi Kurikulum merdeka, sehingga menjadikan guru menerapkan sistem pembelajaran berdiferensiasi. Dalam hal ini khususnya pada model pembelajaran yang melatih empat maharoh, terhadap proses dan hasil pencapaian siswa yang tentunya berbeda-beda.
Studi Arab with CC BY-SA 4.0 license. Copyright © 2022, the author(s)
## Pendahuluan
Kurikulum di Indonesia, memberi kebijakan di setiap jenjang pendidikan dalam mengatur standar kompetensi dan bidang studi yang berbeda-beda 1 . Kompetensi dasar atau capaian pembelajaran siswa telah ditetapkan dalam kurikulum nasional yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) 2 . Namun demikian, dikarenakan penduduk Indonesia merupakan mayoritas beragama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) juga menyusun kurikulum yang memberikan kebijakan dalam bidang studi keagamaan 3 .
Salah satu bidang studi dalam naungan Kemendikbud dan Kemenag yakni Bahasa Arab. Sebagaimana Bahasa Arab sudah diakui oleh dunia pada tahun 1973 sebagai Bahasa Internasional oleh UNESCO 4 . Tidak hanya itu jika ditinjau kembali bahwa masyarakat Indonesia adalah muslim, belajar Bahasa Arab adalah tuntutan untuk memperdalam ajaran islam 5 . Namun demikian ungkapan tersebut tidak sependapat oleh Tamaji, bahwa Bahasa Arab tidak hanya dipelajari oleh umat muslim saja melainkan untuk seluruh manusia di dunia ini 6 . Tentu saja hal tersebut ditunjang dengan peningkatan motivasi belajar, seperti yang dikatakan El- Omari dan Bataineh “ There is a group of successful means to motivate learn Arabic which effectively, Television, Competitions and awards, Language games ” 7 . Mata pelajaran Bahasa Arab dalam kurikulum Kemendikbud tertera pada jenjang SMA. Pada jenjang SMA bahasa Arab dibutuhkan pada kelas penjurusan Bahasa. Pentingnya pembelajaran Bahasa Arab pada kelas penjurusan Bahasa di SMA diperkuat dalam kebijakan Keputusan Mendikbud No. 008/H/KR/2022 menjelaskan bahwa, terdapat 313 juta penutur bahasa Arab di penjuru dunia di urutan kelima yang paling banyak digunakan secara global, setelah bahasa Mandarin, Spanyol, Inggris, dan Hindi. Mengutip dari Ridlo dalam sebuah buku (Wafa Kamil 2006; 6-7) mengungkapkan bahwa dari jumlah pengguna bahasa di dunia, bahasa Arab menjadi urutan ke 5 dari 20 bahasa dunia 8 .
1 Muhammad Hidayatullah and Muhammad Fattah Syamsuddin, “Pendampingan Penguatan Karakter Siswa Sekolah Menengah Tinggi (SMA) Al- Muniri Pamekasan Melalui Pengembangan Bahasa Asing (Arab/Inggris),” ABDINA: Jurnal Sosial dan Pengabdian kepada Masyarakat 1, no. 1 (2022): 1 – 8.
2 Muhammad Zaenudin Diharjo and Lokananta Teguh Hari Wiguno, “Pilihan Materi Pembelajaran Guru Pjok SMA Dalam Memenuhi Tuntutan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013,” Sport Science and Health 3, no. 3 (2021): 98 – 106.
3 Munawiroh Munawiroh, “Evaluasi Penyelernggaraan Program 5000 Doktor: Studi Kasus Pada Institu t PTIQ Jakarta,” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 18, no. 2 (2020): 204 – 220.
4 Ihwan Mahmudi, Didin Ahmad Manca, and Amir Reza Kusuma, “Literatur Review: Pendidikan Bahasa Arab Di Era Digital,” Jurnal Multidisiplin Madani 2, no. 2 (2022): 611 – 624.
5 Rika Lutfiana Utami, “Konsep Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Pendekatan Komunikatif Di Kelas VII SMP Muhammad iyah 1 Depok,” Shaut al Arabiyyah 8, no. 1 (July 2020): 64.
6 Sampiril Taurus Tamaji, “Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Perspektif Filsafat Ilmu,” Al-Fakkaar 1, no. 2 (2020):
80 – 104. 7 Abdallah Hussein El- Omari and Hussein Mohammad Bataineh, “Problems of Learning Arabic by Non -Arabic Speaking Children: Diagnosis and Treatment,” Journal of Language Teaching and Research 9, no. 5 (2018): 1095 – 1100.
8 Ubaid Ridlo, “Bahasa Arab Dalam Pusaran Arus Globalisasi: Antara Pesismisme Dan Optimisme,” Ihya Al- Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Arab 1, no. 2 (2015).
Akan tetapi, kondisi tersebut berbanding jauh dengan jumlah peminatan atau penjurusan bahasa di SMA, sesuai data yang bersumber dari SMAN 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013 bahwa jumlah peminatan kelas Bahasa hanya berjumlah 1 kelas, sedangkan IPA 6 kelas, dan IPS 4 Kelas. Salah satu alasannya adalah tidak adanya motivasi siswa untuk belajar bahasa. Khususnya Bahasa Arab yang kurang digemari oleh mereka dibanding bahasa Jerman dan Inggris.
Ditambah dengan kebijakan baru pemerintah dalam perubahan kurikulum 13, mengutip dari kompas.com/2012/12/12 mengatakan jika penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa akan berubah menjadi mata pelajaran peminatan saat Kurikulum 2013 diterapkan. Yakni siswa memilih mata pelajaran sesuai minatnya di kelas X, sesuai keputusan Permendikbud No. 57 Tahun 2014. Dilanjutkan adanya kurikulum merdeka yang menghapus adanya penjurusan IPA, IPS dan Bahasa 9 . Sebagaimana ditetapkan oleh Permendikbud No. 56 Tahun 2022 yang berbunyi “Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas X SMA/MA/bentuk lain yang sederajat tidak dipisahkan menjadi mata pelajaran yang lebih spesifik”.
Dari sini dapat diketahui, bahwa penjurusan bahasa khususnya pembelajaran Bahasa Arab di SMA telah mengalami transformasi dari tahun ke tahun. Sebagaimana penelitian sebelumnya telah dijelaskan bahwa kurikulum di Indonesia akan terus berubah, sehingga pembelajaran bahasa Arab harus terus eksis mengikuti perkembangan zaman, sains dan teknologi, serta peningkatan mutu pendidikan 10 . Tidak kalah menarik terhadap hasil penelitian yang disimpulkan bahwa In implementing an active learning strategy in a high school Arabic class, the implementation of learning is: First, the planning phase, which includes the phases of learning planning. Second, the implementation phase 11 . Selain itu untuk mengimbangi percepatan kurikulum pembelajaran bahasa Arab juga membutuhkan pengembangan bahan ajar berbasis konstruktivisme 12 .
Dilihat dari fokus kajian diatas, memiliki persamaan terhadap Gerakan perubahan untuk peningkatan pembelajaran bahasa Arab yang lebih maju lagi, namun tidak disebutkan dalam penelitian sebelumnya yang lebih spesifik dalam pembelajaran bahasa Arab tingkat SMA berdasarkan kurikulum Permendikbud. Berdasarkan data diatas, juga belum ditemukan adanya penelitian yang bertema transformasi pembelajaran bahasa Arab penjurusan Bahasa di SMA, khususnya menggunakan kurikulum Permendikbud. Dengan demikian penelitian ini, mampu
9 Vovrian Satria Perdana, “Implementasi Ppdb Zonasi Dalam Upaya Pemerataan Akses Dan Mutu Pendidikan,” Jurnal Pendidikan Glasser 3, no. 1 (2019): 78.
10 Syindi Oktaviani R Tolinggi, “Pembelajaran Bahasa Arab Di Indonesia Pada Era Revolusi Teknologi Tak Terbatas (Strengths, Weaknesses, Opportunities, And Threats),” An Nabighoh 23, no. 1 (2021): 33 – 50.
11 Asmawati Asmawati and Malkan Malkan, “Active Learning Strategies Implementation in Arabic Teaching at Senior High School,” International Journal of Contemporary Islamic Education 2, no. 1 (2020): 1 – 20.
12 M Abdul Hamid, Dan ial Hilmi, and M Syaiful Mustofa, “Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab Berbasis Teori Belajar Konstruktivisme Untuk Mahasiswa,” Arabi: Journal of Arabic Studies 4, no. 1 (2019): 100 – 114.
memberikan temuan baru terkait transformasi pembelajaran Bahasa Arab penjurusan bahasa di SMA berdasarkan kurikulum Permendikbud.
Transformasi yang dimaksudkan adalah adanya gerakan atau sebuah perubahan yang sedang terjadi diwaktu yang sedang terjadi 13 . Dalam hal ini dapat dilihat dari transformasi kebijakan kurikulum di sekolah yang terus berubah 14 . Kurikulum yang berubah, tentu akan berubahnya model pembelajaran di Indonesia 15 . Hingga demikian, istilah pergantian Menteri pendidikan identik dengan adanya pergantian kurikulum 16 . Berbicara perbedaan, maka dalam pembelajaran bahasa Arab di SMA terdapat perbedaan pada kurikulum yang sedang ramai diperbincangkan di Indonesia yakni Kurikulum Merdeka. Sebagaimana adanya kurikulum baru tidak akan jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang pernah diterapkan di sekolah, dalam artian kurikulum merdeka merupakan hasil pengembangan dan modifikasi dari kurikulum 13, kurikulum berbasis kompetensi, dan beberapa kurikulum sebelumnya 17 .
Penelitian ini berfokus pada pembelajaran bahasa Arab penjurusan bahasa di SMA dengan kurikulum Permendikbud. Sebab, pembelajaran bahasa Arab di SMA berdasarkan kurikulum Permendikbud berbeda dengan kurikulum Kemenag. Oleh karenanya penelitian ini merumuskan persoalan tentang, bagaimana transisi pembelajaran bahasa Arab dari kurikulum 13 ke kurikulum merdeka, serta bagaimana implementasi kurikulum merdeka pada pembelajaran bahasa Arab di SMA.
Pentingnya penelitian ini dilakukan sebab, pembelajaran bahasa arab di SMA berpengaruh pada kelas penjurusan, yang meskipun kelas jurusan bahasa dihapus tidak menutup kemungkinan jika siswa dapat termotivasi mempelajari bahasa Arab di Perguruan Tinggi atau melanjutkan di Pesantren. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Hikmawati yang mengatakan bahwa pentingnya pembelajaran bahasa Arab di SMA adalah untuk memberi kemudahan saat tes Bahasa Arab (TOAFL) ketika dibutuhkan saat masuk ke perguruan tinggi atau Imigrasi ke negara timur tengah 18 . Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana transisi dan implementasi pembelajaran bahasa Arab penjurusan bahasa di SMA berdasarkan Permendikbud, dan mampu memberikan manfaat pembaca mengenai pembelajaran bahasa Arab di SMA.
13 Muhammad Syarifuddin, Transformasi Digital Persidangan Di Era New Normal , PT. Imaji Cipta Karya , 1st ed. (Jakarta: PT. Imaji Cipta Karya, 2020).
14 Finy Fitriani and Andi Prastowo, “Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Di Sekolah Dasar,” Aphorisme: Journal of Arabic Language, Literature, and Education 3, no. 1 (2022): 52 – 67.
15 Muhammad Rayhan Daulay, “Studi Pendekatan Al Quran,” Jurnal Thariqah Ilmiah 01, no. 01 (2014): 31 – 45.
16 Shelly Alvareza Zazkia and Tasman Hamami, “Evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Tengah Dinamika Politik Pendidikan Di Indonesia,” AT- TA’DIB: JURNAL ILMIAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 13, no. 1 (2021): 82 – 93. 17 Angga Angga et al., “Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 Dan Kurikulum Merdeka Di Sekolah Dasar Kabupaten Garut,” Jurnal Basicedu 6, no. 4 (2022): 5877 – 5889.
18 Sholihatul Atik Hikmawati, “Desain Si labus Matrikulasi Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Lulusan SMA Yang Melanjutkan Ke Jenjang PTKI/PTKIN,” Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 1, no. 1 (2019): 27 – 35.
## Metode
Penelitian ini mengimplementasikan pendekatan kualitatif dengan kajian literatur atau kepustakaan. Pendekatan Kualitatif merupakan sebuah pendekatan yang mengkaji bagaimana proses transformasi pembelajaran bahasa Arab penjurusan bahasa di SMA yang sekarang mengalami perubahan akibat adanya kurikulum baru. Dengan menerapkan metode analisis konteks yang berpedoman pada Permendikbud No. 37 Tahun 2018 dan Permendikbud Nomor 56 Tahun 2022 yang mencangkup isi kurikulum tingkat SD,MI,SMP,MTs, SMA dan MA terkait bidang studi dalam Capaian Pembelajaran (CP) sebagai data primer. Selain itu artikel tentang transformasi pembelajaran bahasa Arab penjurusan bahasa di SMA sebagai data sekunder. Penelitian yang dilakukan pada waktu awal tahun ajaran baru 2022/2023 bersamaan dengan awal dari implementasi kurikulum merdeka di jenjang SMA.
Agar memperoleh hasil penelitian yang maksimal, maka diperlukan adanya pengumpulan data dengan cara; pertama mencari dan memilih referensi yang sesuai dengan kajian literasi, kedua mengumpulkan dan mengelompokkan sumber data yang cocok sebagai data sekunder, ketiga menentukan ide pokok penelitian, keempat mengolah sumber data primer dan sekunder, kelima penyusunan hasil penelitian, keenam presentasi hasil penelitian. Dengan demikian hasil penelitian yang ditemukan dilakukan dengan teknik analisis teks deskriptif, terkait transformasi pembelajaran bahasa Arab penjurusan bahasa di SMA berdasarkan kurikulum Permendikbud secara objektif.
## Hasil
Ritonga mengungkapkan perubahan kurikulum menjadi pertanda bahwa adanya masa perkembangan pendidikan di Indonesia untuk lebih baik lagi 19 . Fernandes mengatakan jika pengembangan kurikulum bukan berarti Indonesia sudah berhasil menguasai semua ilmu pengetahuan yang ada dunia ini 20 . Namun demikian perubahan Kurikulum pendidikan ditetapkan sebagai bentuk pemberdayaan bangsa Indonesia yang produktif, kreatif dan inovatif dengan meningkatkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara terpadu 21 . Dengan kata lain, kurikulum bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa 22 . Sehingga muncul pertanyaan “apa pengaruh dari perubahan kurikulum itu?” Wede ll dan Grassick menjawab The potential of the curriculum change process can affect many people, both inside and outside education. Planning and implementing curriculum change is
19 Maimuna Ritonga, “Politik Dan Di namika Kebijakan Perubahan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia Hingga Masa Reformasi,” Bina Gogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 2 (2018).
20 Reno Fernandes , “Relevansi Kurikulum 2013 Dengan Kebutuhan Peserta Didik Di Era Revolusi 4.0,” Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education 6, no. 2 (2019): 70 – 80.
21 Tarmizi Ninoersy, Tabrani Za, and ; Najmul Wathan, “Manajemen Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kurikulum 2013 Pada Sman 1 Aceh Barat,” Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman 05, no. 1 (2019): 83 – 102.
22 Siti Julaeha, “Problematika Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Karakter,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 2 (2019): 157.
a very complex process, characterized by a high degree of interdependence and dependence among the many practical and human factors that contribute to its success or failure 23 .
Transisi pembelajaran bahasa Arab seiring perkembangan zaman mengikuti perubahan kurikulum yang diterapkan di Indonesia 24 . Hal tersebut terbukti dengan adanya implementasi pembelajaran bahasa Arab dengan metode active learning 25 , pendekatan saintifik 26 , dan model pembelajaran berorganisasi menjadi ciri khas dari K-13. Widodo berpendapat jika pembelajaran bahasa Arab dengan K-13 telah mampu melatih siswa lebih aktif dan berpikir kritis terhadap pembelajaran 27 . Pendapat tersebut senada dengan Imamudin dkk, bahwa pembelajaran bahasa Arab dengan menerapkan K-13 sudah dinilai efektif, sebab siswa sudah berperan aktif dikelas 28 . Sebab dalam K13 pembelajaran bahasa Arab di SMA siswa dilatih untuk mampu menggunakan fungsi sosiolinguistik yang berbeda untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai situasi dan topik dalam bahasa Arab 29 .
Sebagaimana telah dijelaskan, dalam kompetensi pengetahuan dan keterampilan bahasa Arab SMA dirumuskan dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang diringkas sebagai berikut:
“ Adapun tujuan dari empat kompetensi dalam kurikulum adalah pertama kompetensi sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sebagaimana empat kompetensi tersebut dapat dicapai melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Dalam halnya sikap spiritual, sosial dapat dilakukan dengan pengembangan karakter siswa secara continue, sedangkan sikap pengetahuan dan keterampilan dapat diukur dalam kompetensi inti”
Pertumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap tentu tidak dapat dilakukan dalam waktu yang instan, namun sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan
23 Martin Wedell and Laura Grassick, “Living with Curriculum Change: An Overview,” International perspectives on teachers living with curriculum change (2018): 1 – 13.
24 A.R. Zainin Tamin, “Dinamika Perkembangan Kurikulum Pendidikan Pesantren; Satu Analisis Filosofis,” El-Banat: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam 8, no. 1 (2018): 1 – 21.
25 Siti Uswatun Hasanah, “Studi Komparasi Penerapan Me tode Active Learning Model Reading Aloud Dan Metode Konvensional Model Ceramah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Dan Pengaruhnya Terhadap Respon Siswa Kelas V Mi Ma’arif 01 Pahonjean Majenang,” Jurnal Tawadhu 3, no. 1 (2019): 804 – 822.
26 Ahmad Rathomi, “Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui Pendekatan Saintifik,” Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2019): 558 – 565. 27 Za zkia and Hamami, “Evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Tengah Dinamika Politik Pendidikan Di Indonesia.”
28 Imamuddin Imamuddin et al., “Analisis Pengembangan Kurikulum Bah asa Arab Di MTS Surya Buana Kota Malang,” Jurnal Shaut Al-Arabiyah 9, no. 1 (2021): 69 – 77.
29 R Umi Baroroh and Syindi Oktaviani R Tolinggi, “Arabic Learning Base On A Communicative Approach In Non - Pesantren School/Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Pendekatan Komunikatif Di Madrasah Non- Pesantren,” Ijaz Arabi Journal of Arabic Learning 3, no. 1 (2020).
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut 30 . Dengan demikian proses belajar mengajar tidak hanya berpacu pada tingkat pemahaman materi saja, namun dari banyak aspek pendidikan dalam K-13 31 . Sebagainya pembagiannya telah dijelaskan secara detail sesuai dalam Taksonomi Bloom yang terdiri dari beberapa aspek yaitu, aspek spiritual, pengetahuan, sosial, dan keterampilan 32 .
Namun demikian, bentuk penilaian kompetensi sikap yang dilakukan guru dinilai kurang begitu maksimal, dalam hal ini siswa kurang melakukan pembiasaan dan keteladanan terhadap lingkungannya. Seperti yang dijelaskan oleh Ninoersy dkk, bahwa tujuan dari pembelajaran bahasa Arab atau kompetensi yang harus dicapai harus mencerminkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diperlihatkan kepada seseorang setelah mendapat pembelajaran 33 . Terbukti dalam sebuah penelitian tentang pengaruh sikap dalam pembelajaran dan pengajaran guru terhadap penguasaan bahasa Arab dalam kalangan pelajar PPIB UMS, dijelaskan jika hasil analisis regresi pengajaran guru berpengaruh 48.1% berbanding sikap siswa 8.1% terhadap penguasaan bahasa Arab 34 . Sehingga dari hasil analisis tersebut telah memberikan gambaran jika perlu adanya hubungan yang signifikan terhadap nilai sikap yang diberikan guru saat pembelajaran dan pengajaran di kelas. Sebagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap tumbuh kembang karakter siswa.
Dilihat dari hasil evaluasi pembelajaran K-13 yang dianggap masih kurang maksimal dalam penanaman nilai karakter dan peduli lingkungan, maka muncul adanya perubahan kurikulum. Adanya perubahan kurikulum, tentu merubah model dan proses pembelajaran yang sebelumnya sudah dirancang sedemikian rupa dalam K-13, berubah dalam bentuk kurikulum merdeka yang menerapkan diferensiasi sistem pembelajaran 35 . Hal tersebut berpengaruh dalam pembelajaran bahasa Arab yang menekankan adanya keberagaman keterampilan yang dimiliki siswa 36 .
Sebagaimana pencapaian pembelajaran bahasa arab di SMA dan Elemen-elemen mata pelajaran bahasa Arab tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan teknologi Nomor 008/H/KR/2022
30 Yesi Novitasari and Mohammad Fauziddin, “Analisis Literasi Digital Tenaga Pendidik Pada Pendidikan Anak Usia Dini,” Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 6, no. 4 (2022): 3570 – 3577.
31 Dian Andesta Bujuri, “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dan Implikasinya Dalam Kegiatan Belajar Mengajar,” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) 9, no. 1 (2018): 37 – 50.
32 Shukran Abdul Rahman and Nor Faridah Abdul Manaf, “A Critical Analysis of Bloom’s Taxonomy in Teaching Creative and Critical Thinking Skills in Malaysia through English Literature.,” English Language Teaching 10, no. 9 (2017): 245 – 256.
33 Ninoersy, Za, and Wathan, “Manajemen Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kurikulum 2013 Pada Sman 1 Aceh Barat.”
34 Noorafini Kasssim, Saini Ag. Damit, and Muhammad Suhaim i Taat, “Pengaruh Sikap Pelajar Dan Pengajaran Guru Terhadap Penguasaan Bahasa Arab Dalam Kalangan Pelajar Ppib, Ums.,” Jurnal ‘Ulwan 1 (2017): 125 – 142.
35 Usman Usman et al ., “Pemahaman Salah Satu Guru Di MAN 2 Tangerang Mengenai Sistem Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum Merdeka,” Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP) 5, no. 1 (2022).
36 Agung Setiyawan, “Problematika Keragaman Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Dan Kebijakan Program Pembelajaran Bahasa Arab,” Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban 5, no. 2 (2018): 195 – 213.
tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anaka Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka yang diringkas sebagai berikut:
“Adapun tujuan dari pembelajaran bahasa Arab SMA program paket C adalah pertama melafalkan ungkapan bahasa Arab sehari-hari dengan baik dan benar. Kedua menerapkan keterampilan bahasa Arab melalui istima’, kalam, qiroah, kitabah yang diintegrasikan dengan pemahaman lintas budaya arab. Ketiga menganalisis teks-teks bahasa arab yang memuat nilai-nilai bermanfaat. Keempat mengkomunikasikan pesan positif kepada orang lain dengan berbahasa Arab. Kelima, menyampaikan informasi dalam teks-teks bahasa Arab. Didukung dengan beberapa aspek yaitu; aspek sistem bunyi, sistem kata, dan sistem kali mat”.
Dengan demikian masa transisi pembelajaran bahasa Arab SMA dari kurikulum 13 ke kurikulum merdeka, sesuai dengan proses pembelajarannya maka terdapat beberapa perbedaan yang diringkas sebagai berikut; pertama, sistem pembelajaran k-13 menguatkan siswa untuk berpikir kritis, aktif dalam proses pembelajaran dengan menekankan pendekatan saintifik, sedangkan sistem pembelajaran bahasa Arab pada kurikulum merdeka menekankan sistem pembelajaran berdiferensiasi (dari segi keterampilan, proses, atau produk) sesuai capaian pembelajaran dan Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kedua, tema/materi bahasa Arab di SMA yang diajarkan pada K13 berjumlah 25 tema (kelas X-XII SMA), sedangkan tema/materi yang diajarkan pada kurikulum merdeka lebih menekankan pada materi esensial yang mengandung nilai budaya dan lingkungan setempat.
Wujud dengan adanya transisi kurikulum ini memberikan pengaruh positif yaitu, melatih guru dan sekolah untuk berani kreatif dan berinovasi pengembangan pembelajaran yang menarik bagi siswa 37 . Pembelajaran bahasa Arab yang dulunya hanya ditekankan dan dikembangkan oleh siswa penjurusan atau peminatan bahasa saja, sekarang sudah tidak berlaku lagi. Dengan demikian bahasa Arab adalah bahasa yang harus dikuasai dengan terampil oleh seluruh siswa di SMA untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari 38 .
## Pembahasan
Penerapan kurikulum merdeka dalam pembelajaran bahasa Arab merupakan hal baru dan menjadi topik hangat yang sedang diperbincangkan 39 Implementasinya telah dijelaskan secara detail dalam Keputusan Mendikbud Nomor 262/M/2022 yang membahas tentang Perubahan dan
37 Agustinus Tanggu Daga, “Makna Merdeka Belajar Dan Penguatan Peran Guru Di Sekolah Dasar,” Jurnal Educatio FKIP UNMA 7, no. 3 (2021): 1075 – 1090. 38 Irhamudin Abdullah, Novita Rahmi, and Walfajri Walfajri, “Pembentukan Lingkungan Bahasa Arab Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara,” Taqdir 6, no. 2 (2020): 71 – 83.
39 Muhajir et al., Implementasi Dan Problematika Merdeka Belajar , Angewandte Chemie International Edition , I., vol. 6 (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2021).
Keputusan Mendikbud Nomor 56/M/2022. Dalam hal ini pembelajaran bahasa Arab telah di SMA diatur sebagai berikut;
Pertama, Capaian Pembelajaran (CP) pembelajaran bahasa Arab di SMA telah dicetuskan oleh pemimpin unit utama dan sesuai dalam bidang kurikulum, asesmen, dan perbukuan. CP telah diatur berdasarkan Fase dengan elemen pembelajaran bahasa Arab (Istima’, kalam, qira'ah, dan kitabah).
Kedua memberikan asesmen (penilaian) untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan prinsip bahwa asesmen adalah bagian terpadu dari proses pembelajaran dan fasilitas pembelajaran . Penilaian adalah laporan kemajuan dan prestasi belajar siswa, memberikan informasi yang berguna tentang karakter dan kemampuan yang dicapai. 40 .
Ketiga adanya penerapan P5 yang merupakan kegiatan kokurikuler berbasis proyek. Didesain untuk meningkatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila yang disusun berdasarkan SKL. P5 di pendidikan menengah atau SMA mengambil alokasi waktu 20%-30% dari total jam pelajaran selama satu tahun. Tidak hanya itu, Kemendikbud telah menentukan tema-tema utama P5 yang akan menjadi peranan penting oleh seluruh guru mata pelajaran, diantaranya yaitu; gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, bhineka tunggal ika, bangunlah jiwa raganya, suara demokrasi, rekayasa teknologi, kewirausahaan, dan kebekerjaan.
Keempat, Mekanisme penerapan kurikulum merdeka dapat diterapkan melalui tiga pilihan: 1) menerapkan beberapa prinsip kurikulum merdeka tanpa mengubah kurikulum satuan pendidikan; 3) Menggunakan P5 sebagai ko-kurikuler atau ekstrakurikuler dengan memanfaatkan waktu belajar yang berbeda. 4) pelaksanaan kurikulum merdeka dengan menggunakan bahan-bahan yang disediakan oleh pemerintah pusat; 5) pelaksanaan kurikulum merdeka dengan mengembangkan berbagai bahan ajar oleh satuan pendidikan..
## Kesimpulan
Temuan dari penelitian ini adalah bahwasanya pembelajaran bahasa Arab di SMA pada kurikulum terbaru (kurikulum merdeka) ini telah menghapus adanya kelas penjurusan atau peminatan bahasa. Dimana pembelajaran bahasa Arab telah diterapkan kepada seluruh siswa dan jenjang tanpa ada perbedaaan mata pelajaran peminatan. Selain itu, pembelajaran bahasa Arab di SMA sudah dituntut untuk lebih aktif dalam penguatan nilai karakter dan bentuk kepedulian yaitu rasa cintanya terhadap tanah air dengan diwujudkan adanya P5.
Selain itu pembelajaran bahasa Arab telah mengalami transformasi dan transisi dari K13 menjadi Kurikulum merdeka, sehingga menjadikan guru menerapkan sistem pembelajaran
40 Ahmad Teguh Purnawanto, “Perencanakan Pembelajaran Bermakna Dan Asesmen Kurikulum Merdeka,” JURNAL PEDAGOGY 15, no. 1 (2022): 75 – 94.
berdiferensiasi. Dalam hal ini khususnya pada model pembelajaran yang melatih empat maharoh, terhadap proses dan hasil pencapaian siswa yang tentunya berbeda-beda. Namun demikian, dalam implementasinya pembelajaran bahasa Arab dalam kurikulum merdeka tentu membutuhkan tahap adaptasi dan proses yang cukup lama, terutama dalam hal pemilihan materi yang dianggap penting sesuai dengan kebutuhan siswa dan budaya sekolah, serta bentuk asesmen yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. sebagaimana guru harus siap mengadopsi perbedaan-perbedaan setiap siswa di kelas sesuai keterampilannya.
Dengan demikian, hal yang seharusnya dilakukan dalam proses pembelajaran bahasa Arab di SMA yang sudah meniadakan program penjurusan di Kurikulum Merdeka ini, guru harus mampu memilih materi yang akan diajar sesuai dengan kebutuhan siswa dan lingkungan. Tidak hanya itu, guru tidak hanya terfokus pada asesmen kognitif saja tetapi harus mengamati tumbuh kembang anak dari segi karakter nya, sehingga dalam kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler seimbang. Demikian saran yang dapat disampaikan kepada pembaca dan seluruh guru atau pendidik mata pelajaran bahasa Arab di jenjang SMA.
## Daftar Pustaka
Abdullah, Irhamudin, Novita Rahmi, and Walfajri Walfajri. “ Pembentukan Lingkungan Bahasa Arab Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara. ” Taqdir 6, no. 2 (2020): 71 – 83 https://doi.org/10.19109/taqdir.v6i2.6283.
Angga, Angga, Cucu Suryana, Ima Nurwahidah, Asep Herry Hernawan, and Prihantini Prihantini.
“ Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 Dan Kurikulum Merdeka Di Sekolah Dasar Kabupaten Garut. ” Jurnal Basicedu 6, no. 4 (2022): 5877 – 5889
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3149.
Asmawati, Asmawati, and Malkan Malkan. “ Active Learning Strategies Implementation in Arabic Teaching at Senior High School. ” International Journal of Contemporary Islamic Education 2, no. 1 (2020): 1 – 20 https://doi.org/10.24239/ijcied.Vol2.Iss1.10.
Baroroh, R Umi, and Syindi Oktaviani R Tolinggi. “ Arabic Learning Base On A Communicative Approach In Non-Pesantren School/Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Pendekatan Komunikatif Di Madrasah Non-Pesantren. ” Ijaz Arabi Journal of Arabic Learning 3, no. 1
(2020) https://doi.org/10.18860/ijazarabi.v3i1.8387.
Bujuri, Dian Andesta. “ Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar Dan Implikasinya Dalam Kegiatan Belajar Mengajar. ” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) 9, no. 1 (2018): 37 – 50 https://doi.org/10.21927/literasi.2018.9(1).37-50.
Daga, Agustinus Tanggu. “ Makna Merdeka Belajar Dan Penguatan Peran Guru Di Sekolah Dasar. ” Jurnal Educatio FKIP UNMA 7, no. 3 (2021): 1075 – 1090
Daulay, Muhammad Rayhan. “ Studi Pendekatan Al Quran. ” Jurnal Thariqah Ilmiah 01, no. 01 (2014): 31 – 45 https://doi.org/https://doi.org/10.24952/thariqahilmiah.v1i01.254.
Diharjo, Muhammad Zaenudin, and Lokananta Teguh Hari Wiguno. “ Pilihan Materi Pembelajaran Guru Pjok SMA Dalam Memenuhi Tuntutan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013. ” Sport Science and Health 3, no. 3 (2021): 98 – 106.
El-Omari, Abdallah Hussein, and Hussein Mohammad Bataineh. “ Problems of Learning Arabic by Non-Arabic Speaking Children: Diagnosis and Treatment. ” Journal of Language Teaching and Research 9, no. 5 (2018): 1095 – 1100 https://doi.org/10.17507/jltr.0905.25.
Fernandes, Reno. “ Relevansi Kurikulum 2013 Dengan Kebutuhan Peserta Didik Di Era Revolusi
4.0. ” Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education 6, no. 2 (2019): 70 – 80 https://doi.org/10.24036/scs.v6i2.157.
Fitriani, Finy, and Andi Prastowo. “ Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. ” Aphorisme: Journal of Arabic Language, Literature, and Education 3, no. 1 (2022): 52 – 67 https://doi.org/10.37680/aphorisme.v3i1.1175.
Hamid, M Abdul, Danial Hilmi, and M Syaiful Mustofa. “ Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab Berbasis Teori Belajar Konstruktivisme Untuk Mahasiswa. ” Arabi: Journal of Arabic
Studies 4, no. 1 (2019): 100 – 114 https://doi.org/10.24865/ajas.v4i1.107.
Hasanah, Siti Uswatun. “ Studi Komparasi Penerapan Metode Active Learning Model Reading Aloud Dan Metode Konvensional Model Ceramah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Dan Pengaruhnya Terhadap Respon Siswa Kelas V Mi Ma ’ arif 01 Pahonjean Majenang. ” Jurnal Tawadhu 3, no. 1 (2019): 804 – 822.
Hidayatullah, Muhammad, and Muhammad Fattah Syamsuddin. “ Pendampingan Penguatan Karakter Siswa Sekolah Menengah Tinggi (SMA) Al-Muniri Pamekasan Melalui Pengembangan Bahasa Asing (Arab/Inggris). ” ABDINA: Jurnal Sosial dan Pengabdian kepada Masyarakat 1, no. 1 (2022): 1 – 8 https://doi.org/10.28944/abdina.v1i1.548.
Hikmawati, Sholihatul Atik. “ Desain Silabus Matrikulasi Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Lulusan SMA Yang Melanjutkan Ke Jenjang PTKI/PTKIN. ” Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 1, no. 1 (2019): 27 – 35.
Imamuddin, Imamuddin, Nuraidah Nuraidah, Miftahul Huda, and Slamet Daroini. “ Analisis Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab Di MTS Surya Buana Kota Malang. ” Jurnal Shaut Al-Arabiyah 9, no. 1 (2021): 69 – 77 https://doi.org/10.24252/saa.v9i1.20740.
Julaeha, Siti. “ Problematika Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Karakter. ” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 2 (2019): 157 https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.367.
Kasssim, Noorafini, Saini Ag. Damit, and Muhammad Suhaimi Taat. “ Pengaruh Sikap Pelajar
Dan Pengajaran Guru Terhadap Penguasaan Bahasa Arab Dalam Kalangan Pelajar Ppib, Ums. ” Jurnal ‘ Ulwan 1 (2017): 125 – 142.
Mahmudi, Ihwan, Didin Ahmad Manca, and Amir Reza Kusuma. “ Literatur Review: Pendidikan Bahasa Arab Di Era Digital. ” Jurnal Multidisiplin Madani 2, no. 2 (2022): 611 – 624.
Muhajir, Rina Oktaviyanthi, Ulfah Mey Lida, Nasikhin, Ahmad Muflihin, Muhamad Fatih Rusydi Syadzili, Nurul Nitasari, et al. Implementasi Dan Problematika Merdeka Belajar . Angewandte Chemie International Edition . I. Vol. 6. Tulungagung: Akademia Pustaka, 2021.
Munawiroh, Munawiroh. “ Evaluasi Penyelernggaraan Program 5000 Doktor: Studi Kasus Pada Institut PTIQ Jakarta. ” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 18, no. 2 (2020): 204 – 220 https://doi.org/10.32729/edukasi.v18i2.614.
Ninoersy, Tarmizi, Tabrani Za, and ; Najmul Wathan. “ Manajemen Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kurikulum 2013 Pada Sman 1 Aceh Barat. ” Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu- ilmu Keislaman 05, no. 1 (2019): 83 – 102
https://doi.org/https://doi.org/10.24952/fitrah.v5i1.1759.
Novitasari, Yesi, and Mohammad Fauziddin. “ Analisis Literasi Digital Tenaga Pendidik Pada Pendidikan Anak Usia Dini. ” Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 6, no. 4 (2022): 3570 – 3577 https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i4.2333.
Perdana, Vovrian Satria. “ Implementasi Ppdb Zonasi Dalam Upaya Pemerataan Akses Dan Mutu Pendidikan. ” Jurnal Pendidikan Glasser 3, no. 1 (2019): 78 https://doi.org/10.32529/glasser.v3i1.186.
Purnawanto, Ahmad Teguh. “ Perencanakan Pembelajaran Bermakna Dan Asesmen Kurikulum Merdeka. ” JURNAL PEDAGOGY 15, no. 1 (2022): 75 – 94.
Rahman, Shukran Abdul, and Nor Faridah Abdul Manaf. “ A Critical Analysis of Bloom ’ s
Taxonomy in Teaching Creative and Critical Thinking Skills in Malaysia through English Literature. ” English Language Teaching 10, no. 9 (2017): 245 – 256.
Rathomi, Ahmad. “ Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira ’ ah Melalui Pendekatan Saintifik. ”
Ta ’ dib: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2019): 558 – 565 https://doi.org/10.29313/tjpi.v8i1.4315.
Ridlo, Ubaid. “ Bahasa Arab Dalam Pusaran Arus Globalisasi: Antara Pesismisme Dan Optimisme. ” Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Arab 1, no. 2 (2015).
Ritonga, Maimuna. “ Politik Dan Dinamika Kebijakan Perubahan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia Hingga Masa Reformasi. ” Bina Gogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 2 (2018).
Setiyawan, Agung. “ Problematika Keragaman Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Dan Kebijakan Program Pembelajaran Bahasa Arab. ” Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan
Kebahasaaraban 5, no. 2 (2018): 195 – 213 https://doi.org/10.15408/a.v5i2.6803.
Syarifuddin, Muhammad. Transformasi Digital Persidangan Di Era New Normal . PT. Imaji Cipta Karya .
1st ed. Jakarta: PT. Imaji Cipta Karya, 2020.
Tamaji, Sampiril Taurus. “ Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Perspektif Filsafat Ilmu. ” Al- Fakkaar 1, no. 2 (2020): 80 – 104.
Tamin, A.R. Zainin. “ Dinamika Perkembangan Kurikulum Pendidikan Pesantren; Satu Analisis Filosofis. ” El-Banat: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam 8, no. 1 (2018): 1 – 21 https://doi.org/https://doi.org/10.54180/elbanat.2018.8.1.1-21.
Tolinggi, Syindi Oktaviani R. “ Pembelajaran Bahasa Arab Di Indonesia Pada Era Revolusi Teknologi Tak Terbatas (Strengths, Weaknesses, Opportunities, And Threats). ” An
Nabighoh 23, no. 1 (2021): 33 – 50 https://doi.org/10.32332/an-nabighoh.v23i1.2231.
Usman, Usman, Iing Dwi Lestari, Adzraalifah Alfianisya, Ayu Octavia, Imroati Lathifa, Lailatun Nisfiyah, Nabilla Aulia Permata Aries, and Ratih Oktatira. “ Pemahaman Salah Satu Guru Di MAN 2 Tangerang Mengenai Sistem Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum
Merdeka. ” Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP) 5, no. 1 (2022) https://doi.org/10.31004/jrpp.v5i1.4432.
Utami, Rika Lutfiana. “ Konsep Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Pendekatan Komunikatif Di Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Depok. ” Shaut al Arabiyyah 8, no. 1 (July 2020): 64 https://doi.org/10.24252/saa.v8i1.12270.
Wedell, Martin, and Laura Grassick. “ Living with Curriculum Change: An Overview. ” International perspectives on teachers living with curriculum change (2018): 1 – 13.
Zazkia, Shelly Alvareza, and Tasman Hamami. “ Evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Tengah Dinamika Politik Pendidikan Di Indonesia. ” AT-TA ’ DIB: JURNAL ILMIAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 13, no. 1 (2021): 82 – 93 https://doi.org/10.47498/tadib.v13i01.524.
|
bd8db9c2-66e6-4a63-96ae-87c5645230df | https://jurnalkampus.stipfarming.ac.id/index.php/am/article/download/227/195 |
## Pengaruh Kepadatan Kandang Yang Berbeda Terhadap Bobot Organ Limfoid
Pada Ayam Broiler
(The Effect Of Different Density On Lyhmpoid Organ Weight In Broiler Chicken)
) ) )
N.D. Aprillia * , U. Atmomarsono ** , Isroli *** *)Mahasiswa S1 Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang **)Staff Pengajar di Laboratorium Produksi Ternak Unggas, ***)Staff Pengajar di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Jurusan Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Email: [email protected]
## ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji bobot organ limfoid ayam broiler akibat dari pemeliharaan pada kepadatan kandang yang berbeda. Materi yang digunakan yaitu 280 ekor ayam broiler umur 14 hari bobot rata-rata 298,37±23,33 gram (CV = 7,81%). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan pada ayam Broiler yaitu pemeliharaan pada kepadatan
2 2 2
kandang berbeda dengan taraf sebagai berikut : T1 = 8 ekor/m , T2 = 12 ekor/m , T3 = 16 ekor/m
2
2
dan T4 = 20 ekor/m dengan ukuran kandang 1x1 m untuk setiap perlakuan. Parameter yang diukur yaitu bobot organ limfoid, data tersebut selanjutnya dianalisis keragamannya pada taraf ketelitian 5%. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemeliharan Ayam Broiler pada kepadatan kandang yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap bobot organ limfoid (P>0,05). Bobot relatif bursa fabrisius secara berurutan dari T1, T2, T3 dan T4 adalah 0,11 %, 0,10 %, 0,09 % dan 0,07 %, bobot relatif limpa adalah 0,13 %, 0,14 %, 0,11 % dan 0,15 %, bobot relatif timus adalah 0,25 %, 0,24 %, 0,21 % dan 0,18 %. Dapat disimpulkan kepadatan kandang sampai dengan 20
2 ekor/m tidak memberikan pengaruh terhadap bobot organ limfoid pada ayam broiler.
Kata kunci: organ limfoid, broiler, kepadatan kandang .
## ABSTRACT
The aim of this study was to measure and assess weight of lymphoid organ Broiler Chicken due to different cage density. The study used 280 Broiler Chickens with age 14 days body weight 298,37±23,33 gram (CV = 7,81%). In this study Completely Randomized Design (CRD)
2 with 4 treatments and 5 replications. The treatments was different cage densities : T1 = 8 birds/m ,
2 2 2 2
T2 = 12 birds/m , T3 = 16 birds/m dan T4 = 20 birds/m with a cage size 1x1 m for each treatments. Parameters that measured is relative weight of lymphoid organ, which are bursa of fabricius, spleen and thymus, then the data are analyzed in level of accuracy 5%. The result of analysis showed that none of these treatment give significant different on relative weight of lymphoid organ (P<0,05). The relative weight of bursa fabricius respectively from T1, T2, T3 and T4 are 0,11 %, 0,10 %, 0,09 % and 0,07 %. The relative weight of spleen respectively are 0,15 % 0,14 %, 0,11 % and 0,13 %. The relative weight of thymus respectively are 0,25 %, 0,24 %, 0,21 % and 0,18 %. From this study we conclude that the cage density until 8 to 20 birds/m2 was not affect the weight of organ lymphoid in broiler chickens.
Keywords : lymphoid organ, broiler, cage density
## PENDAHULUAN Latar Belakang
Konsumsi masyarkat terhadap d a g i n g a y a m b r o i l e r m e n g a l a m i peningkatan, hal ini dibuktikan dengan tingginya permintaan pasar terhadap d a g i n g a y a m b r o i l e r. Ti n g g i n y a
permintaan terhadap ayam broiler mendorong peternak untuk terus melakukan upaya guna meningkatkan produktivitas. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kepadatan ayam di dalam kandang. P e n e l i t i a n y a n g d i l a k u k a n o l e h
25 : Pengaruh Kepadatan Kandang Yang Berbeda Terhadap Bobot ) ) ) N.D. Aprillia * , U. Atmomarsono ** , Isroli ***
Najibulloh dkk. (2015) menyebutkan 2 bahwa kepadatan kandang 8-16 ekor/m belum memberikan pengaruh terhadap produktivitas ayam broiler. Hasil tersebut m e n d o r o n g u n t u k m e l a k u k a n penambahan jumlah ayam di dalam k a n d a n g s e b a g a i b e n t u k u n t u k mendapatkan produktivitas yang tinggi dan esiensi terhadap lahan.
P e n y e d i a a n k a n d a n g y a n g terlalu sempit dinilai lebih murah dan menekan biaya produktivitas (Iskandar dkk., 2009). Kepadatan kandang yang tepat merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan karena secara l a n g s u n g b e r p e n g a r u h t e r h a d a p kenyamanan ayam. Kepadatan kandang yang terlalu tinggi dapat menghalangi transfer panas udara di dalam kandang, sehingga dapat menyebabkan ayam mengalami stress panas (Bessei, 2006). Ayam yang mengalami stress panas m e n g a k i b a t k a n p e n u r u n a n l a j u pertumbuhan dan berdampak pada produktivitasnya.
Pertambahan bobot badan, konsumsi, konversi ransum, esiensi ransum dan sistem imunitas merupakan indikator produktivitas pada ayam. Sistem imunitas erat kaitannya dengan k o n d i s i k e s e h a t a n a y a m . S i s t e m imunitas dapat dilakukan dengan cara mengamati kondisi organ limfoid seperti bursa fabrisius, limpa dan timus (Kusnadi, 2009). Organ limfoid dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan apakah ayam yang dipelihara memiliki sistem kekebalan yang baik atau buruk. Bursa fabrisius dan limpa memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan sistem imun untuk menghasilkan antibodi (Bikrisima dkk., 2014). Faktor penyakit dan kondisi tertentu seperti stres panas yang terjadi pada ayam dapat mempengaruhi perkembangan organ limfoid ayam broiler.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kepadatan kandang yang
sesuai untuk pertumbuhan tanpa mengganggu dan mempengaruhi bobot relatif organ limfoid pada ayam broiler s e h i n g g a , d i h a r a p k a n k e p a d a t a n k a n d a n g y a n g b e r b e d a t i d a k menyebabkan organ limfoid terganggu. Hipotesis penelitian ini ada pengaruh interaksi antara perlakuan kepadatan kandang yang berbeda terhadap bobot relatif organ limfoid.
## MATERI DAN METODE
Penelitian tentang Pengaruh Kepadatan Kandang yang Berbeda t e r h a d a p B o b o t O r g a n L i m f o i d dilaksanakan pada bulan April – Juni di kandang Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi
Penelitian ini menggunakan ayam broiler sebanyak 280 ekor umur 14 hari bobot rata-rata 298,37±23,33 gram (CV = 7,81%) dengan jenis kelamin campuran jantan dan betina (unsexed) . Peralatan yang digunakan yaitu tempat pakan dan minum, lampu pemanas pada setiap unit, termohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan, bahan pakan pakan. Kandang yang digunakan adalah jenis kandang litter dengan alas lantai sekam dan berukuran tiap petak
2 sebesar 1 x 1 m , terdapat 20 petak (unit). Peralatan yang digunakan pada tahap prosesing untuk pengambilan data meliputi alat bedah yaitu pisau, gunting, timbangan analitik, nampan, serta alat tulis. Kandungan nutrisi bahan penyusun ransum dalam kering udara dapat dilihat pada Tabel 1.
## Metode
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dengan 5 ulangan, dengan perlakuan 2 yaitu T1 = kepadatan kandang 8 ekor/ m ,
2 T2 = epadatan kandang 12ekor/ m , T3 = 2 epadatan kandang 16 ekor/ m , T4 =
2. Kepadatan kandang 20 ekor/ m .
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap perlakuan dan tahap pengambilan data. Tahap persiapan meliputi menyiapkan kandang litter sebanyak 20 petak, menyiapkan DOC dan menyusun ransum dengan bahan pakan yang sudah di analisis. Penyusunan ransum dilakukan berdasarkan pada Tabel 2.
Tahap perlakuan dilakukan dengan pengacakan unit percobaan. Tahap perlakuan dilaksanakan selama 4 minggu dimulai sejak ayam berumur 2 – 6 minggu. Perlakuan dilakukan dengan pemeliharaan ayam pada kepadatan yang berbeda-beda.
Ta h a p p e n g a m b i l a n d a t a d i l a k u k a n p a d a m a s a a k h i r pemeliharaan yaitu ketika ayam berumur 42 hari dengan pengambilan sampel 1 ekor per unit percobaan. Organ limfoid diperoleh dengan pembedahan ayam untuk diambil organ limfoid yaitu bursa fabrisius, limpa dan timus menggunakan pisau bedah dan pinset. Organ limfoid ditimbang menggunakan timbangan analitik pada tingkat ketelitian 0,01 gram. Data yang diperoleh terdiri dari bobot hidup, bobot organ limfoid berupa bursa fabrisius, timus dan limpa. Bobot relatif organ limfoid dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Penyusun Ransum dalam Kering Udara
Sumber : * Hartadi (1980)
** Hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang (2017) *** Hasil perhitungan menggunakan rumus Carpenter dan Clegg (Anggorodi, 1985)
BETN = 100 – (%air+%abu+%PK+%LK+%SK)
EM = 40,81{0,87[Protein kasar + 2,25Lemak kasar+BETN] + 2,5}
## Tabel 2. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian
Keterangan : Perhitungan ransum berdasarkan hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang (2017)
27 : Pengaruh Kepadatan Kandang Yang Berbeda Terhadap Bobot ) ) ) N.D. Aprillia * , U. Atmomarsono ** , Isroli ***
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian bobot relatif organ limfoid ayam broiler yang diberi perlakuan pemeliharaan pada kepadatan
Tabel 3. Rata-rata Bobot Organ Limfoid dengan Pemeliharaan pada Kepadatan Kandang yang Berbeda
kandang yang berbeda selama 4 minggu perlakuan disajikan pada Tabel 3.
Keterangan : Superskrip dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
## Bobot Relatif Bursa Fabrisius
Berdasarkan analisis statistik dapat diketahui bahwa pemeliharaan pada kepadatan kandang yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap bobot relatif bursa fabrisius. Rata-rata presentase bobot relatif bursa fabrisius pada setiap perlakuan berkisar antara 0,07 – 0,11%. Kondisi lingkungan dan suhu merupakan salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi bobot bursa fabrisius. Suhu yang terlalu panas dapat mengakibatkan ayam mengalami stress panas akibat radiasi panas yang di pancarkan dari tubuh ke lingkungan semakin tinggi sehingga, udara di kandang semakin panas. Suhu yang didapat selama penelitian mengalami peningkatan seiiring bertambahnya jumlah ayam di dalam kandang. Adanya peningkatan suhu masih dalam kisaran normal, ini dapat dilihat dari nilai heat stress index yang berada di kisaran normal yaitu 155. Standar heat stress index yaitu 160 (info Medion, 2012). Ayam yang mengalami stress panas akan akan menyebabkan bobot bursa fabrisius mengecil akibat organ yang terus menerus membentuk sistem antibodi. Menurut Heckert dkk. (2002) adanya penurunan bobot bursa fabrisius menyebabkan sistem kekebalan tubuh pada ayam menjadi rendah. Presentase bobot bursa fabrisius yang didapat pada
penelitian tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Houshmand dkk. (2010) yang menyatakan bahwa persentase bursa fabrisius pada ayam broiler yang 2 dipelihara pada kepadatan 10-16 ekor/m memiliki bobot bursa fabrisius berkisar 0,13%.
Bobot bursa fabrisius yang n o r m a l m e n u n j u k k a n b a h w a pemeliharaan pada kepadatan kandang
2 hingga 20 ekor/m ayam tidak mengalami stress panas dan stress sosial, sehingga bursa fabrisius tidak terpacu kerjanya.
## Bobot Relatif Limpa
Berdasarkan analisis statistik dapat diketahui bahwa kepadatan k a n d a n g y a n g b e r b e d a t i d a k memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap bobot relatif limpa. Rata-rata presentase bobot relatif limpa pada setiap perlakuan berkisar antara 0,11 – 0,15%. Presentase limpa yang didapatkan tidak berbeda jauh dengan hasil yang disampaikan oleh Sekeroglu dkk. (2011) bahwa bobot limpa pada ayam broiler berkisar 0,12-0,14%. Kondisi kandang yang nyaman membuat kinerja limpa tidak terlalu berat sehingga, bobot relatif limpa cenderung normal. Limpa merupakan organ yang berfungsi untuk mengisolasi virus sehingga, limpa yang terus-menerus terserang penyakit akan membengkak. Hal ini sesuai dengan pendapat Bikirisma dkk. (2014)
yang menyatakan bahwa ayam yang mengalami infeksi akibat papaan bakteri memiliki presentase limpa yang lebih besar.
## Bobot Relatif Thymus
Berdasarkan analisis statistik dapat diketahui bahwa kepadatan kandang yang berbeda juga tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap bobot relatif timus.
Presentase bobot timus yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan bobot timus yang dilaporkan oleh Niu dkk. (2009) yang mencapai 0,30% dari bobot hidupnya. Meskipun bobot thymus yang dihasilkan cenderung kecil akan tetapi ternak masih dalam kondisi yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah leukosit pada ayam. Berdasarkan hasil penelitian jumlah leukosit yang ditemukan pada ayam masih dalam kisaran normal. Menurut Setiaji dan Sudarman (2005) yang menyatakan bahwa jumlah leukosit normal pada ayam broiler yaitu 19 – 40 3 x10 /ml. Ayam yang mengalami infeksi atau cekaman panas akibat kondisi kandang yang terlalu padat akan mengalami peningkatan terhadap jumlah leukosit.
## Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kepadatan kandang tidak menurunkan dan tidak meningkatkan bobot relatif organ limfoid terdiri bursa fabrisius, limpa dan timus sehingga, pemeliharaan ayam hingga 2 kepadatan kandang 20 ekor/m tidak menurunkan kesehatan pada ayam broiler
## DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, H.R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bessei, W. 2006. Welfare of broilers: a review. Poult. Sci. 62 : 455- 466.
Bikrisima, S. H. L., L. D. Mahfudz dan N. Suthama. 2014. Kemampuan produksi ayam broiler yang diberi tepung jambu biji merah sebagai sumber antioksidan a l a m i . J u r n a l I l m u d a n Teknologi Peternakan. 3 : 69- 75.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan S. Lebdosukojo. 1980. Tabel-tabel dan Komposisi Bahan Makanan Te r n a k u n t u k I n d o n e s i a . International Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiment Station Utah State University, Logan.
Heckert, R.A., I. Estevez., E.R. Cohen and R.P. Riley. 2002. Effect of density and perch availbility on the immune status of broilers. Poult. Sci. 81 : 451 – 457.
Houshmand, M., K. Azhar., I. Zulkii, M. H. Bejo and A. Kamyab. 2012. Effect of prebiotic, protein level, a n d s t o c k i n g d e n s i t y o n performance, immunity and stress indicators of broilers. Poult. Sci. 91 : 393 – 401.
Iskandar, S., Setyaningrum, Y. Amanda, dan I. Rahayu. 2009. Pengaruh kepadatan kandang terhadap pertumbuhan dan perilaku ayam w a r e n g Ta n g e r a n g . B a l a i Penelitian Ternak Ciawi. 14 (1) :19 – 24.
Info Medion, 2012. Kemarau Datang Heat Stress Mengancam. Artikel info media online. Edisi Juli 2012. http://info.medion.co.id.
29
: Pengaruh Kepadatan Kandang Yang Berbeda Terhadap Bobot ) ) ) N.D. Aprillia * , U. Atmomarsono ** , Isroli ***
K u s n a d i , E . 2 0 0 9 . P e r u b a h a n malonaldehida hati, bobot relatif b u r s a f a b r i c i u s d a n r a s i o heterol/limfosit (H/L) ayam broiler yang diberi cekaman panas. Media Peternakan. 32 :
81-87.
Najibulloh, M., U. Atmomarsono dan S. K i s m i y a t i . 2 0 1 5 . P e n g a r u h k e p a d a t a n k a n d a m g d a n penambahan ekstrak ubi jalar ungu dalam ransum terhadap produksi karkas dan presentase lemak abdominal ayam broiler. Buletin Sintesis. 19 : 19 – 24.
Niu, Z. Y., F. Z. Liu, Q. L. Yan dan W. C. Li. 2009. Effect of different levels of vitamin E on growth performance a n d i m m u n e r e s p o n s e s o f broilers under heat stress. Poult. Sci. 88: 2101-2107.
Sekeroglu, A., M. Sarica., M. S. Gulay dan M. Duman. 2011. Effect of s t o c k i n g d e n s i t y o n c h i c k performance, intrnal organ weights and blood parameters in broilers. J. Anim. and Vet. Advances. 10 : 246 – 250.
Setiaji, D dan A. Sudarman. 2005. Ekstrak daun beluntas ( Pluchea indica Less.) sebagai obat antistress pada ayam broiler. Media Peternakan. 28 : 46 – 51.
|
ed2a863d-379d-49e0-9f8a-8b6166c10318 | https://jurnal.polines.ac.id/index.php/wahana/article/download/1732/106729 |
## ANALISIS PENURUNAN TIMBUNAN TANAH SILT PADA PROYEK JALAN RUAS GIRIWOYO-DUWET WONOGIRI
Agung Prakoso 1) , Muhammad Mukhlisin 1,*) , Pentardi Rahardjo 1) , Junaidi 1)
1) Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof H. Sudarto, S.H. Tembalang Semarang 50275
*) Email: [email protected]
## Abstract
The foundation layers of road construction in general have many problems of land subsidence. Land subsidence does not occur only on the ground or the original soil. Decrease of soil may also occur on pile or soil. Less than optimal density of the soil or the choice of unsuitable heap material may be the cause of the land subsidence in the embankment. Land subsidence also occurred in the National Road Development Project Segment Giriwoyo-Duwet, Wonogiri, Central Java, Indonesia, causing a decrease in road elevation from planned elevations. Decreasing this elevation can cause the standards of the cleverness and comfort of the road not being met. This study explains the results of the analysis of the large decrease in soil that occurred. The analysis is done by two methods. The method is done by theoretical calculation and by analysis using plaxis software. The results of the analysis show that the characteristics of soil used as soil pile material is silt soil with high and soft plasticity characteristics. The analysis also illustrates the factors of land degradation due to poor soil characteristics, carrying capacity and soil density less than standard and weather factors. The magnitude of the decline that occurred showed a decrease of 3-7 cm from the observation on the location, 1,1 cm from the results of plaxis software analysis and 1,7 cm from theoretical calculations.
Kata kunci : road subsidence, soil silt land, plaxis analysis.
## PENDAHULUAN
Pembangunan infrastruktur yang masif diharapkan oleh pemerintah sebagai pemacu
pertumbuhan ekonomi.
Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan sering mengalami kendala dalam proses pembangunannya, salah satunya adalah penurunan tanah.
Penurunan tanah adalah salah satu masalah yang sering dijumpai dalam proses kontruksi. Tanah dasar ( subgrade ) dan timbunan dalam struktur jalan merupakan bagian yang sangat penting, karena bagian ini akan memikul beban struktur lapis keras dan
beban lalu lintas. Tanah dasar dan timbunan pada struktur kontruksi jalan umumnya menggunakan tanah
setempat, namun ada kalanya kondisi tanah dasar tersebut tidak menguntungkan, misalnya berupa tanah lunak. Tanah dasar dan timbunan berupa tanah lunak akan berada pada kondisi kaut geser yang terburuk, sehingga kekuatan daya dukungnya menjadi sangat rendah. Penurunan ( settlement ) yang terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh dapat dibagi menjadi 3 komponen, yaitu penurunan segera ( immediate settlement ),
penurunan konsolidasi
primer,
penurunan konsolidasi sekunder. Kasus penurunan tanah terjadi
pada tanah silt pada timbunan proyek pembangunan jalan nasional Ruas
Giriwoyo-Duwet, Wonogiri, Jawa
Tengah. Penurunan terjadi saat proses pembangunan masih berlangsung. Tanah timbunan di beberapa STA mengalami penurunan
setelah diberikan lapis pondasi agregat B (LPB)/ subbase dan lapis pondasi agregat A (LPA)/ base bahkan ketika telah diberikan lapis perkerasan aspal. Penurunan terjadi umunya sekitar 3-7 cm.
Kasus kedua penurunan tanah lempung pada tanah dasar Tol Solo- Kertosono Ruas Colomadu- Karanganyar, Jawa Tengah yang mengalami penurunan sebesar 8-15 cm pada STA 8+000-STA 12+000
membuat elevasi jalan mengalami penurunan dari elevasi rencana.
Penurunan terjadi pada ruas yang telah selesai pembangunannya pada 2015. Tanah mengalami penurunan akibat proses konsolidasi yang terjadi ketika tanah menahan beban lapis perkerasan dan beban lalu lintas proyek.
Kasus ketiga yaitu penurunan tanah lempung berpasir dan lanau berlempung pada tanah timbunan runway Bandar Udara Kuala Namu,
Sumatra Utara. Tanah timbunan runway mengalami penurunan akibat
konsolidasi tanah ketika konsolidasi tanah mencapai 90% sebesar 1,82 meter. Penurunan yang terjadi akan membuat kelandaian runway tidak sesuai standar yang ditentukan
sehingga dapat membahayakan lalu lintas landing dan take off pesawat.
Kasus keempat adalah penurunan tanah dasar pada Kawasan Industri Rungkut dan Kawasan Waru, Surabaya, Jawa Timur. Penurunan terjadi akibat hilangin air tanah yang menyebabkan tanah mengalami pemadatan yang berakibat terjadinya penurunan sebesar 1,21 cm/tahun.
Penurunan yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi pondasi bangunan yang bertumpu pada tanah yang mengalami penurunan. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Budi dkk (2003), mengevaluasi penurunan tanah liat pada daerah Industri Margomulyo, Surabaya dengan metode sub-layer dan metode one-point . Hasil dari evaluasi yang dilakukan menunjukkan
penurunan dengan metode sub-layer lebih besar yaitu sebesar 6,81 cm dibandingkan dengan metode one- point sebesar 5,64 cm.
Pasaribu dan Iskandar (2012) melakukan analisis penurunan tanah dan waktu konsolidasi pada tanah timbunan berjenis tanah lunak pada runway Bandara Medan Baru. Metode yang digunakan untuk menganalisa penurunan adalah metode Hansbro . Hasil yang diperoleh adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsolidasi 90% selama 6,82 tahun dan terjadi penurunan sebesar 1,82 meter.
Penelitian yang dilakukan Widianti (2012) memaparkan analisis pengaruh jumlah lapisan dan spasi perkuatan geosintetik terhadap kuat dukung dan penurunan tanah lempung
lunak di Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan dengan melakukan uji loading pada tanah yang dilakukan perbaikan dengan geosintetik yang dibuat model box ukuran 120x120x100 cm 2 . Penurunan tanah berkurang setiap penambahan lapis geosintetik. Tanah dengan 1 lapis geosintetik mengalami pengurangan penurunan sebesar 40%,
2 lapis geosintektik mengalami pengurangan penurunan sebesar 60% dan dengan 3 lapis geosintetik mengalami pengurangan penurunan sebesar 70%. Zahara (2008) menganalisa penurunan konsolidasi tanah lempung berpasir dan lanau berlempung pada proyek Bandar Udara Kuala Namu dengan perbandingan perhitungan penurunan tanah menggunakan teori konsolidasi Terzaghi dengan program plaxis. Hasilnya
perhitungan penurunan tanah dengan teori Terzaghi didapat angka besar penurunan sebesar 0,739 m selama 1398 hari lebih besar dari hasil metode elemen hingga dengan program plaxis sebesar 0,701 m selama 1080 hari.
Fandisnata (2014) melakukan studi perbandingan kapasitas dukung embankment dengan perkuatan cerucuk tegak dan cerucuk miring kayu galam pada tanah lunak di ruas Tol
Samarinda-Balikpapan, Kalimantan Timur. Studi perbandingan menggunakan model numerik 2D (Plaxis 2D) untuk mempelajari perilaku embankment . Hasil analisa menggambarkan perkuatan tanah dengan cerucuk tegak mengalami penurunan sebesar 1,8 m dan
perkuatan dengan cerucuk mirik mengalami penurunan sebesar 1,73 m.
Penelitian yang dilakukan Nawir
dkk (2012) memaparkan analisa penurunan tanah timbunan berjenis tanah lunak dengan perbaikan drainase vertikal di Bontang, Kalimantan Timur yang dilakukan dengan perbandingan perhitungan penurunan tanah menggunakan teori konsolidasi
Terzaghi, metode elemen hingga (FEM) dan prosedur Asaoka. Hasil analisa menunjungkan angka penurunan berdasarkan analisis perhitungan Terzaghi sebesar 1030 mm dan berdasarkan FEM sebesar 712 mm sementara itu analisa dengan menggunakan prosedur Asaoka
menunjukkan penurunan sebesar 658 mm.
Daryaei dan Eslami (2017) melakukan evaluasi penurunan karena pemadatan yang eksplosif pada kondisi tanah berpasir jenuh. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
software Plaxis 3D. Hasil dari analisis menggunakan Plaxis 3D dikalibrasi dan dibandingkan dengan persamaan empiris dan nilai penurunan yang langsung diukur di lokasi, sehingga dinyatakan analisis numerik dengan menggunakan Plaxis 3D dapat diimplementasikan secara efektif untuk mengevaluasi penurunan dan
karakteristik tanah.
Dari beberapa kasus dilapangan dan informasi dari penelitian yang sudah dilakukan, seperti analisis terhadap tanah lunak yang dilakukan
Pasaribu dan Iskandar (2012),
Fandisnata (2014), Nawir (2012), analisis tanah lempung oleh Widianti
(2012), Zahara (2008), analisis tanah liat oleh Budi dkk (2003) dan Tanah berpasir jenuh oleh Daryaei dan Eslami (2017). penelitian ini mencoba untuk melakukan analisis terhadap penurunan segera ( immediate settlement ) tanah timbunan berjenis silt pada proyek pembangunan jalan nasional Ruas
Giriwoyo-Duwet, Wonogiri, Jawa
Tengah dengan membandingkan hasil analisa perhitungan secara teoritis, hasil analisa software Plaxis dengan data uji sepuluh sampel tanah dan pengamatan langsung di lokasi. Tujuan
dari analisis ini untuk mendapatkan gambaran besar penurunan yang terjadi pada tanah timbunan akibat penurunan segera dari hasil analisis tiga metode yang dilakukan.
## METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi pengambilan data tanah dilakukan pada pembangunan jalan nasional Ruas Giriwoyo-Duwet, Wonogiri, Jawa Tengah, ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Provinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta
Gambar 2. Peta Lokasi Proyek Pembangunan Jalan Lintas Selatan Giriwoyo-
Duwet (Sumber : PPK Batas Jatim-Giriwoyo-Duwet , 2015)
Proyek Pembangunan
Jalan Nasional Ruas Giriwoyo - Duwet
Proyek pembangunan jalan nasional Ruas Giriwoyo-Duwet, Wonogiri, Jawa Tengah memiliki trase sepanjang 23,751 Km. Proses pembangunan jalan dilakukan dengan melakukan penyelidikan
tanah sebanyak 10 titik sampel tanah sebagai bahan perencanaan dan pembangunan jalan.
## Teori Penurunan Tanah
Penurunan Segera Berdasarkan Teori Timonshenko dan Goodier
Penurunan segera atau penurunan
elastis adalah penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa tanah yang tertekan, dan terjadi pada volume konstan. Penurunan pada tanah-tanah berbutir kasar dan tanah-tanah berbutir hasil tidak jenuh termasuk tipe penurunan segera, karena penurunan terjadi segera setelah terjadi penerapan beban (Aridini, 2017).
Rumus penurunan
segera
dikembangkan berdasarkan teori
(Timonshenko dan Goodier, 1951) sebagai berikut:
𝑆𝑖 = 𝑞𝐵 𝐸𝑠 1 − 𝜇 2 𝐼𝑝 (1) Dimana : Si = Penurunan Segera q n = Tekanan pada dasar pondasi netto B = Lebar Pondasi 𝜇 = Angka Poisson 𝐸𝑠 = Modulus Elastisitas Tanah 𝐼𝑝 = Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Kontak Pondasi Dan Kekauan Pondasi Besarnya
tegangan kontak berubah akibat bertambah dalamnya tinjauan, sehingga menjadi:
𝐴𝜎 = 𝑞𝑜 .𝐵.𝐿 (𝐵+𝑧)(𝐿+𝑧) (2)
Sehingga,
𝑆𝑖 = 𝐴𝜎𝐵 𝐸𝑠 1 − 𝜇 2 𝐼𝑝 (3)
Dimana:
𝐴𝜎 = Penambahan tegangan rata-rata sesuai kedalaman tinjauan (t/m 2 ) q o = beban pada pondasi
z = penambahan lebar daerah tekan pada pondasi sesuai kedalaman tinjauan.
Analisis dilakukan dengan dua permodelan
pembebanan yaitu
penurunan akibat beban yang di terima tanah dari lapis subbase dan beban yang diterima tanah dari lapis subbase ditambah dengan beban maksimum kendaraan. Parameter tanah yang digunakan untuk perhitungan adalah parameter tanah timbunan yang
ditunjukkan pada Tabel 1.
## Penurunan Segera Berdasarkan Permodelan Plaxis
Plaxis ( Finite Elemen Code for Soil and Rock Analyses ) adalah sebuah paket program yang disusun berdasarkan metode elemen hingga yang telah dikembangkan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan stabilitas dalam bidang rekayasa geoteknik.
Analisais menggunakan plaxis diawali proses dengan plaxis input lalu plaxis calculation selanjutnya didapat hasil analisis dalam plaxis output dan
plaxis curve . Analisis plaxis dilakukan dengan beberapa simulasi keadaan
tanah dari parameter hasil uji 10 sampel tanah yang ada. Analisis dilakukan dengan dua macam permodelan beban yaitu dengan beban lapis pondasi agregat B dan dengan ditambah beban maksimum kendaraan. Analisis dilakukan pada objek pondasi jalan dengan penampang dan ukuran yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Pada Gambar 3 menunjukkan objek analisis mempunyai susunan lapis yaitu tanah asli/ tanah dasar sedalam 3 m lalu dilakukan timbunan
setinggi 60 cm dan lapis pondasi agregat B (LPB) setinggi 20 cm. Analisis pada permodelan plaxis juga dilakukan skenario dengan perkuatan geotekstile antara lapis tanah asli dengan tanah timbunan dan antara lapis tanah timbunan dengan lapis pondasi agregat B, sementara itu muka air tanah berada pada 2,2 m di bawah permukaan tanah asli. Analisis dilakukan dengan menggunakan parameter tetap tanah asli dilokasi dan parameter LPB, seperti pada Tabel 2. Tabel 1. Parameter Perhitungan Teoritis Parameter Tanah Tanah Timbunan (ex STA 3+795) Unit Material Model MC - Type of Behaviour Undrained - Dry Weight 10,8 KN/m 3 Wet Weight 15,8 KN/m 3 Permeability X-dir 1.10 -3 m/d Permeability Y-dir 1.10 -3 m/d Young Modulus 9807 KN/m 2 Poisson Ratio 0,30 0,30 Cohesion 7,72 KN/m 2 Friction Ratio 9,91 o Dilatancy Angle 0 o Qn beban subbase 32,10 KN/m 2 Qn beban subbase + Beban Kendaraan 228,100 KN/m 2 Lebar Pondasi 15 m Ip 0,840 - (Sumber : PPK Batas Jatim-Giriwoyo-Duwet . 2017) Gambar 3. Potongan Melintang Badan Jalan 15 m 0.3 m 0,2 m 0,3 m 3 m 13 m 13,4 m m 14,2 m 2,2 m Tanah Timbunan Tanah Asli Muka Air Tanah Geotekstile Lapis LPB/ subbase
Tabel 2. Parameter Tanah Asli dan LPB Parameter Tanah Tanah Asli (STA 3+795) LPB Unit Material Model MC MC - Type of Behaviour Undrained drained - Dry Weight 10,4 21,40 KN/m 3 Wet Weight 15,8 22,28 KN/m 3 Permeability X-dir 1.10 -3 1,0 m/d Permeability Y-dir 1.10 -3 1,0 m/d Young Modulus 9807 9807 KN/m 2 Poisson Ratio 0,30 0,30 0,30 Cohesion 7,72 39,23 KN/m 2 Friction Ratio 9,91 15,35 o Dilatancy Angle 0 0 o (Sumber : PPK Batas Jatim-Giriwoyo-Duwet , 2017) Parameter tanah timbunan dilakukan dengan melakukan tiga skenario parameter tanah dengan
material model MC dan type of behaviour tanah adalah undrained . Skenario I terdapat lima kasus
parameter tanah dari sampel tanah 1,3,4,5 dan 8 yang berada pada titik- titik kritis tanah silt . Parameter tanah berat kering (γ unsat ), tanah basah (γ sat ), kohesi (C), dan sudut geser (φ) menggunakan hasil uji sampel 1,3,4,5 dan 8 dan parameter permeability , modulus elastisitas (E) dan angka poison (ν) menggunakan standarisasi parameter tanah Bowles. Skenario II terdapat 6 kasus parameter tanah dengan parameter tanah berat kering (γ unsat ), tanah basah (γ sat ) dari hasil sampel uji 2 dan parameter
permeability , modulus elastisitas (E) dan angka poison (ν) menggunakan standarisasi parameter tanah Bowles. Kasus A pada skenario 2 menggunakan nilai kohesi (C) rata-rata dari 10 sampel uji dan sudut geser (φ) menggunakan nilai terendah, rata-rata dan terbesar dari 10 hasil uji sampel
tanah yang ada dan kasus B pada skenario 2 menggunakan nilai kohesi (C) nilai terendah, rata-rata dan terbesar dari 10 hasil uji sampel tanah yang ada dan sudut geser (φ) menggunakan rata-rata dari 10 sampel uji.
Skenario III terdapat 6 kasus parameter tanah dengan parameter tanah berat kering (γ unsat ), tanah basah (γ sat ) dari hasil rata-rata 10 sampel uji tanah dan parameter permeability , modulus elastisitas (E) dan angka poison (ν) menggunakan standarisasi parameter tanah Bowles. Kasus A pada skenario 2 menggunakan nilai kohesi (C) rata-rata dari 10 sampel uji dan sudut geser (φ) menggunakan nilai terendah, rata-rata dan terbesar dari 10 hasil uji sampel tanah yang ada dan kasus B pada skenario 2 menggunakan nilai kohesi (C) nilai terendah, rata-rata dan terbesar dari 10 hasil uji sampel tanah yang ada dan sudut geser (φ) menggunakan rata-rata dari 10 sampel uji, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
## Tabel 3. Parameter Tanah Timbunan
Skenario Kasus γ unsat (KN/m 3 ) γ sat (KN/m 3 ) Kx-dir (m/d) Ky-dir (m/d) E (KN/m 2 ) ν C (KN/m 2 ) φ ( o ) I I 1 10,8 16,3 1.10 -3 1.10 -3
9807 0,30 7,65 5,70 I 3 10,4 15,8 7,72 9,91 I 4 12,8 17,4 8,0 17,97 I 5 11,9 16,6 6,84 15,35 I 8 12,8 16,8 9,13 19,25 II II A1 10,4 15,8 1.10 -3 1.10 -3 9807 0,30 7,66 5,70 II A2 15,44 II A3 19,25 II B1 10,4 15,8 1.10 -3 1.10 -3 9807 0,30 4,10 15,44 II B2 7,66 II B3 9,13 III III A1 12,02 16,66 1.10 -3 1.10 -3 9807 0,30 7,66 5,70 III A2 15,44 III A3 19,25 III B1 12,02 16,66 1.10 -3 1.10 -3 9807 0,30 4,10 15,44 III B2 7,66 III B3 9,13 (Sumber : PPK Batas Jatim-Giriwoyo-Duwet . 2017)
## HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah
a. Batas – Batas Atterberg dan Kadar
Air
Hasil identifikasi tanah hasil uji batas-batas konsistensi ( Atterberg Limits ) pada 10 sampel tanah yang ada didapat rata-rata nilai batas cair ( LL ) 72,97% dan nilai batas plastis ( PL ) 22,82% serta nilai indeks
plastisitas ( PI ) 50,16% dengan kadar air 73,42%.
b. Gradasi Butiran Hasil klasifikasi tanah berdasarkan
grain size analysis dari 10 data bore log tanah pada proyek ini menunjukkan tanah jenis tanah silt loam (lanau berlumpur) dan silt (lanau) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4. Gradasi Analisa Butiran
pe rse ntase Ukuran butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 5. Klasifikasi Jenis Tanah USDA
Tanah dengan karakteristik silt (lanau) pada umumnya tersusun atas kombinasi dari komponen pasir (0- 20) %, lanau (90-100)% dan lempung (0-10)%. Sementara itu tanah dengan karakteristik silt loam (lanau berlumpur) pada umumnya tersusun atas kombinasi dari komponen pasir (0-50)%, lanau (71- 100)% dan lempung (0-29)%.
c. Compaction Test Dari hasil compaction test didapat nilai rata-rata CBR sebesar 4,28% dan nilai qu sebesar 0,256 Kg/cm 2 .
d. Direct Shear Test Dari hasil direct Shear test didapat nilai rata-rata sudut geser sebesar
15,44 o dan angka kohesi rata-rata sebesar 7,66 KN/m 2 .
## Hasil Analisis Perhitungan Besar Penurunan
Hasil perhitungan penurunan dilakukan perbandingan tiga metode pada sampel tanah uji I3 atau pada STA 3+795 dengan menggunakan
metode perhitungan plaxis, teoritis dan observasi lokasi dan di dapat hasil perbandingan selisih antara analisa plaxis dengan teoritis sebesar 0,674 cm dan plaxis dengan observasi lokasi terjadi selisih sebesar 1,896 cm seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Analisa Besar Penurunan 1,104 1,778 3,000 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 Plaxis Teoritis Observasi Lokasi Pe n u ru n an (c m ) Metode Plaxis Teoritis Observasi Lokasi
Analisa plaxis dilakukan dengan tiga skenario dan dua permodelan yaitu tanpa geotekstile
dan dengan geotekstile. Analisa tanpa geotekstile menunjukkan pada skenario satu terjadi penurunan terbesar yaitu 1,238 cm pada kasus I 1 yaitu tanah dengan nilai sudut geser lebih rendah dari kohesi yaitu 5,70 o , nilai sudut geser pada parameter kasus ini adalah sudut geser terendah pada skenario 1. Nilai penurunan terbesar juga terjadi pada tanah dengan nilai sudut geser terkecil pada skenario dua dan skenario tiga. Hasil penurunan terkecil terjadi pada kasus tanah dengan parameter nilai kohesi terkecil, seperti pada kasus II B1 pada skenario dua terjadi penurunan sebesar 1,096 cm dengan nilai kohesi 4,10 KN/m 2 . Nilai penurunan terkecil terjadi pada kasus tanah dengan parameter kohesi terkecil pada skenario satu dan skenario tiga, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Analisa dengan geotekstile
menunjukkan pada skenario satu terjadi penurunan terbesar yaitu 1,247 cm pada kasus I 1 yaitu tanah dengan nilai sudut geser lebih rendah dari kohesi yaitu 5,70 o , nilai sudut geser pada parameter kasus ini adalah sudut geser terendah pada skenario satu. Nilai penurunan terkecil pada setiap skenario terjadi pada kasus tanah
dengan parameter sudut geser yang tinggi. Hasil analisa skenario satu menunjukkan tanah pada kasus I 4 dengan nilai sudut geser 17,97 o mengalami penurunan sebesar 1,075 cm. Hasil analisa skenario dua menunjukkan tanah pada kasus II B3 dengan nilai sudut geser 15,44 o mengalami penurunan sebesar 1,058 cm dan hasil analisa skenario tiga menunjukkan tanah pada kasus III A3 dengan nilai sudut geser 19,25 o mengalami penurunan sebesar 1,066 cm seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 8. Hasil analisa gabungan menunjukkan beberapa perilaku penurunan tanah akibat penambahan geotekstile. Penambahan geotekstile sangat berpengaruh mengurangi penurunan pada kasus tanah dengan parameter nilai sudut geser lebih kecil dari nilai kohesi, seperti pada kasus II A1 pada skenario dua yang mengalami perbedaan penurunan tanah sebesar 0,076 cm dan pada skenario tiga kasus III A1 mengalami perbedaan penurunan sebesar 0,097 cm, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Analisa menunjukkan
terjadi pergerakan penurunan tanah yang sangat signifikan akibat beban kendaraan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 7. Analisa Plaxis Tanpa Geotekstile
Gambar 8. Analisa Plaxis Dengan Geotekstile
Gambar 9. Analisa Plaxis Gabungan 1,238 1,104 1,159 1,135 1,155 1,213 1,115 1,114 1,096 1,115 1,109 1,251 1,150 1,150 1,087 1,150 1,146 1,050 1,075 1,100 1,125 1,150 1,175 1,200 1,225 1,250 1,275 I 1 I 3 I 4 I 5 I 8 II A1 II A2 II A3 II B1 II B2 II B3 III A1 III A2 III A3 III B1III B2III B3 Penu ru n an (c m ) Kasus 1,247 1,150 1,075 1,162 1,091 1,137 1,1611,167 1,132 1,178 1,058 1,154 1,166 1,066 1,145 1,178 1,194 1,000 1,025 1,050 1,075 1,100 1,125 1,150 1,175 1,200 1,225 1,250 I 1 I 3 I 4 I 5 I 8 II A1II A2II A3II B1II B2II B3III A1III A2III A3III B1III B2III B3 Penu ru n an (c m ) Kasus 1,238 1,104 1,159 1,135 1,155 1,213 1,115 1,114 1,096 1,115 1,109 1,251 1,150 1,150 1,087 1,150 1,146 1,247 1,150 1,075 1,162 1,091 1,137 1,161 1,167 1,132 1,178 1,058 1,154 1,166 1,066 1,145 1,178 1,194 1,000 1,025 1,050 1,075 1,100 1,125 1,150 1,175 1,200 1,225 1,250 1,275 I 1 I 3 I 4 I 5 I 8 II A1 II A2 II A3 II B1 II B2 II B3 III A1III A2III A3 III B1 III B2 III B3 Penu ru n an (c m ) Kasus Plaxis Tanpa Geotekstile
Plaxis dengan Geotekstile
Gambar 10. Extreme Total Displacement
## SIMPULAN
Berdasarkan data profil tanah proyek pembangunan jalan nasional ruas
Giriwoyo-Duwet, Wonogiri, Jawa
Tengah. Tanah pada proyek tersebut mempunyai karakteristik nilai batas
cair ( LL ) 72,97%, nilai batas plastis ( PL ) 22,82%, nilai indeks plastisitas ( PI ) 50,16%, kadar air 73,42%, nilai rata-rata CBR sebesar 4,28%, nilai qu sebesar 0,256 Kg/cm 2 , dan berdasarkan analisa USDA merupakan tanah
berjenis silt atau lanau. Terjadinya penurunan pada tanah timbunan proyek pembangunan jalan nasional ruas Giriwoyo-Duwet, Wonogiri, Jawa Tengah disebabkan karena karakteristik tanah yang merupakan jenis tanah lunak dan berplastisitas tinggi sehingga tanah mudah mengalami kembang susut dan penurunan ketika terkena beban. Tanah timbunan yang digunakan juga merupakan jenis tanah silt atau lanau, tanah jenis ini merupakan jenis tanah yang tidak direkomendasikan sebagai tanah timbunan.
Hasil analisis besar penurunan dengan metode plaxis di dapat nilai penurunan sebesar 1,104 cm, metode teoritis 1,896 cm dan hasil observasi langsung sebesar 3 cm. Hasil analisis
menunjukkan perbandingan selisih antara analisa plaxis dengan teoritis sebesar 0,674 cm dan plaxis dengan observasi lokasi terjadi selisih sebesar 1,896 cm.
## DAFTAR PUSTAKA
Aridini, L.K., 2017, Pengaruh Beban Tanah Timbunan Terhadap Daya Dukung Pondasi Rakit Menggunakan Program Plaxis , Tugas Akhir, Lampung, Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung Budi, G.S., Susanto, H., Condro, S.R., 2003, Evaluasi Penurunan Tanah Liat Dengan Metode Sub-Layer, Jurnal Civil Engineering Dimension , Volume 5. Nomor 1. Halaman 14-19 Daryaei, R. dan Eslami, A., 2017, Settlement Evaluation of Explosive Compaction in Saturated Sands. Jurnal Soil Dinamics and Earthquake Engineering . Volume 97. Halaman 241-250 Fandisnata, S., 2014, Studi Perbandingan Kapasitas Dukung
Embankment dengan Perkuatan Geotextile, Cerucuk Tegak dan Cerucuk Miring Kayu Galam .
Tugas Akhir, Makassar, Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Nawir, H., Apoji, D., Fatimatuzahro, R., Pamudji, M.D., 2012, Prediksi Penurunan Tanah Menggunakan Prosedur Observasi Asaoka Studi Kasus: Timbunan di Bontang, Kalimantan Timur, Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang
Rekayasa Sipil , Vol 19. Nomor 2. Halaman 133-148 Pasaribu, T.H. dan Iskandar, R., 2012,
Analisa Penurunan Pada Tanah Lunak Akibat Timbunan (Studi Kasus Runway Bandara Medan Baru) , Tugas Akhir, Medan,
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatra Utara Pejabat Pembuat Komitmen Batas Jatim-Giriwoyo-Duwet, 2015, Informasi Kegiatan PPK Batas Jatim-Giriwoyo-Duwet Pejabat Pembuat Komitmen Batas Jatim-Giriwoyo-Duwet, 2017, Informasi Kegiatan PPK Batas Jatim-Giriwoyo-Duwet
Plaxis, 2007, Plaxis Version 8 Tutorial Manual
Terzaghi, K. 1943. Theoretical Soil Mechanics : Wiley and Sons
Widianti, A., 2012, “Pengaruh Jumlah Lapisan dan Spasi Perkuatan Geosintektik Terhadap Kuat Dukung dan Penurunan Tanah Lempung Lunak”, Jurnal Semesta Teknika , Volume 15. Nomor 1. Halaman 90-97 Zahara, S., 2008, Kontrol Penurunan Tanah Akibat Timbunan pada Titik dengan Bore Log Test No. BH-II (Area-II) Proyek Bandar Udara Kuala Namu , Tugas Akhir, Medan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
|
efca0114-c5d7-432c-813a-f9b69056abba | https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/download/78112/41713 | Learning the concept of adding and subtracting integers to Elementary School Students
Desy Nur Rohmawati
SDN 02 Selokaton [email protected]
Article History accepted 1/11/2022 approved 15/11/2022 published 30/11/2022
## Abstract
This study aims to determine the learning of the concept of addition and subtraction in elementary school integers. Learning mathematics needs to understand the concept between addition and subtraction. With appropriate media and teaching materials, it is hoped that students will be able to understand the concept of addition and subtraction and be able to determine the operational results of addition. The concept of addition and subtraction that occurs, among others, in writing operation signs, such as plus (+), minus (-) and equal (=). The development of the times and technology has made students lazy in calculating numbers and lacking, because everything has been helped by calculators or via the internet. Students also consider mathematics as learning that makes students difficult so that many of the students do not like mathematics. The method used in the preparation of this article is a literature study. The results of the literature study found that learning media in the form of number cards, number lines, colored cards, and toy cars as well as teaching modules through the CTL approach and interactive learning videos were able to increase student activity and learning outcomes. Keywords: Mathematics, media, addition, subtraction
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran konsep penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat sekolah dasar. Pembelajaran matematika perlu memahami konsep antara penjumlahan dan pengurangan. Dengan media dan bahan ajar yang sesuai diharapkan peserta didik mampu memahami konsep penjumlahan dan pengurangan serta dapat menentukan hasil operasi dari penjumlahan. Konsep penjumlahan dan pengurangan yang terjadi antara lain dalam penulisan tanda operasi, seperti tambah (+), kurang (-) dan sama dengan (=). Perkembangan jaman dan teknologi membuat peserta didik menjadi malas dalam menghitung jumlah dan kurang, karena semua sudah terbantu dengan kalkulator maupun melalui internet. Peserta didik juga menganggap matematika adalah pembelajaran yang membuat peserta didik kesulitan sehingga banyak dari peserta didik yang tidak menyukai pelajaran matematika. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah studi literatur. Hasil dari studi literatur diperoleh bahwa media pembelajaran berupa kartu bilangan, garis bilangan, kartu berwarna, dan mobil mainan serta modul ajar melalui pendekatan CTL dan video pembelajaran yang interaktif mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
Kata kunci: Matematika, media, penjumlahan, pengurangan
Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series https://jurnal.uns.ac.id/shes
p-ISSN 2620-9284 e-ISSN 2620-9292
## PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hal yang penting untuk setiap manusia. Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan PP tentang pemerintah daerah yang dapat meningkatkan jenjang pada program wajib belajar hingga 12 tahun (Hasanah & Jabar, 2017). Masa depan sistem pendidikan di Indonesia tidak semata-mata menyangkut upaya untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan secara internal, tetapi juga dituntut untuk meningkatkan kesesuaian pendidikan dengan aneka sektor kehidupan lain yang semakin kompleks. Arti penting proses belajar mengajar di dalam pembelajaran adalah adanya efektivitas dari proses belajar mengajar (pembelajaran), di mana efektivitas tersebut dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari siswa.
Tahapan pembelajaran menurut Piaget dalam Aulia Fahma (2021) meliputi tingkat sensori motor (0-1 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7- 11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas). Setiap anak mempunyai tahapan perkembangan yang berbeda sesuai dengan usianya. Tahapan perkembangan untuk anak usia sekolah dasar yaitu pada tahap operasional konkret. Pada tahapan ini, guru mendidik peserta didik sesuai dengan tahapanya yaitu dengan menggunakan media dan alat peraga konkret agar memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran.
Pembelajaran pada saat ini untuk melatih kemandirian peserta didik. Untuk memaksimalkan kemandirian peserta didik tersebut diperlukan suatu bahan belajar mandiri yang terstruktur (Dyah Tri Wahyuningtyas, 2017). Bahan belajar yang disusun sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Bahan ajar juga sebaiknya menarik, berisi tentang materi pelajaran, metode, dan evaluasi yang sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Guru sebaiknya mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik sekolah dan karakteristik peserta didik sehingga dalam penerapan mampu membuat peserta didik cepat memahami materi pelajaran.
Rendahnya nilai matematika peserta didik disebabkan oleh beberapa faktir, seperti kemampuan peserta didik yang masih rendah, stategi/metode/media pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih konvensional atau tidak cocok dengan materi pelajaran sehingga peserta didik cenderung kurang berminat dalam belajar matematika. Faktor penguasaan materi dan media oleh guru juga berpegaruh terahadap pengajaran yang dilakukan di sekolah.
Matematika adalah salah satu pelajaran yang diberikan pada jenjang dasar, dimana pelajaran matematika menjadi dasar bagi ilmu lain. Mempelajari matematika di jenjang sekolah dasar akan menentukan kompetensi peserta didik di jenjang selanjutnya. Keterampilan dasar ini mencakup aritmatika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ada beberapa faktor yang bisa mengakibatkan peserta didik kesulitan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktertarikan siswa dalam belajar matematika. Masih banyak di antara para siswa yang menganggap matematika adalah momok yang menakutkan sehingga mereka belajar matematika asal-asalan atau bahkan merasa terpaksa.
Bilangan adalah bagian dari matematika yang paling sering digunakan seperti bilangan asli, cacah, bulat, dan pecahan. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, dan bilangan 0 (Muhseto dkk, 2007). Kita sering menggunakan bilangan bulat, baik secara langsung (dengan lambang bilangan bulat)
atau secara tidak langsung (dengan menggunakan istilah atau kata-kata). Contoh bilangan bulat dengan kata dalam kehidupan sehari-hari seperti maju 5 langkah ditulis +5, mundur 2 langkah -2, laba 2.500 ditulis +2.500, rugi 2.500 ditulis -2.500 dan sebagainya.
Tugas utama guru dalam pembelajaran matematika adalah membimbing dalam menemukan cara memecahkan masalah yang mungkin sulit bagi siswa. Tantangan dalam pembelajaran matematika adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan. Beberapa peserta didik kelas bawah masih bingung membedakan antara jumlah dan kurang. Guru perlu menerapkan berbagai metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran peserta didik. Faktor lainnya adalah kurangnya media pembelajaran yang dapat membantu para siswa dalam proses pemahaman terhadap konsep dasar matematika. Dengan kata lain, ketiadaan alat praktik matematika sebagai media untuk memperjelas teori yang diberikan oleh guru di kelas.
Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain, menggunakan media, hasil belajar yang dicapai siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi (Siti Khoiriah, 2014). Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru oleh guru. Penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan materi dan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut.
Pembelajaran dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata dapat dirancang dengan memanfaatkan pengalaman-pengalaman peserta didik sebelum masuk sekolah. Misalnya pengalaman yang diperoleh dari bermain kelereng, manik-manik, menghitung suatu benda, maupun yang lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat peserta didik sekolah dasar. Penggunaan modul, metode maupun media untuk meningkatkan hasil belajar mapupun keaktifan peserta didik di sekolah dasar di deskripsikan. Hasil dari deskripsi pembelajaran konsep penjumlahan dan pegurangan akan dijadikan tolak ukur dalam mendidik peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan menjadikan peserta didik aktif diperlukan metode belajar yang berbeda dan inovatif. Guru dapat membuat media pembelajaran interaktif yang menarik minat peserta didik dalam belajar, juga bisa melalui video interaktif yang sesuai dengan materi pelajaran.
Media pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu media sebagai pembawa informasi (ilmu pengetahuan) dan media yang sekaligus alat untuk menamkan konsep matematika yang abstrak. Alat peraga adalah media yang dapat digunakan untuk menanamkan konsep dan dapat membantu siswa untuk memahami konsep matematika yang abstrak (Umi Hanik, 2017). Penggunaan alat peraga dimaksudkan agar konsep yang abstrak dapat dipahami peserta didik dengan lebih baik karena peserta didik bukan hanya menghafal. Dengan menggunakan alat peraga, konsep matematika yang abstrak dan hubungan antara matematika dengan benda- benda di alam sekitar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
Pada tahap pertama yaitu pengenalan konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat secara konkret, digunakan alat peraga. Banyak alat peraga yang dapat digunakan untuk mengenalkan konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Salah satunya menggunakan kartu bilangan. Tahap kedua yaitu tahap pengenalan konsep secara semi konkret/semi abstrak. Pada tahap ini peserta didik dikenalkan dengan garis bilangan. Garis bilangan merupakan salah
satu representasi dari bilangan bulat. Selanjutnya memberikan contoh yang representatif, artinya memberikan permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul dalam operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Tahap ketiga yaitu tahap pengenalan konsep secara abstrak. Hal tersebut dilakukan karena alat peraga memiliki keterbatasan, salah satunya yaitu tidak dapat menjangkau bilangan-bilangan yang besar.
Suwarto (2017) menjelaskan bahwa alat peraga yang baik digunakan untuk pembelajaran matematika materi penjumlahan jenjang sekolah dasar adalah dengan menggunakan benda konkret, seperti lidi. Pembelajaran matematika menggunakan lidi dalam materi penjumlahan dapat mengasah pikiran siswa saat memecahkan masalah, dapat membatu siswa dalam pembelajaran operasi hitung penjumlahan, dan dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif di kelas.
Dalam pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan konsep atau pokok bahasan. Selain itu, proses pembelajaran harus memperhatikan interaksi edukatif antara guru dan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran matematika, guru harus menekankan konsep-konsep dalam pembelajarannya, juga perlu memperhatikan strategi, metode dan teknik yang digunakan. untuk mendidik peserta didik.
Menurut Bruner dalam Retno Widyaningrum (2011) dalam proses belajar peserta didik diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda konkrit (alat peraga). Melalui alat peraga tersebut peserta didik dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikan. Dengan demikian peserta didik dapay belajar secara aktif selama kegiatan pembelajaran. Penggunaan alat peraga dapat membantu proses pembelajaran ketika alat peraga sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dengan demikian peserta didik akan lebih mudah, aktif dan menarik perhatian peserta didik dalam belajar untuk mendapatkan suatu pemahaman.
Tahapan pembelajaran didasarkan pada tahapan J. Bruner tampaknya dapat meningkatkan pemahaman penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada kelas IV SD. Hal ini dapat diterima karena dengan pemahaman dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Tahapan pembelajaran menurut J. Bruner yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada tahapan enaktif, guru menjelaskan peserta didik menggunakan benda konkret. Pada tahap ikonik, guru membimbing siswa dengan menggunakan atau memanipulasi gambar-gambar benda konkret. Pada tahap simbolik, guru membimbing peserta didik untuk dapat mendefinisikan secara simbolik tetang penjumlahan dan pengurangan baik dengan lambang verbal maupun dengan lambang matematika.
Selain menggunakaan alat peraga juga bisa menggunakan lintas belajar atau HLT (Hypothetical Learning Trajectory) (Irianto Aras, 2021). Instrumen berupa soal- soal singkat yang diberikan pada tiap pertemuan untuk dikerjakan secara kelompok maupun individu. Sementara itu, HLT berisi tentang aktivitas yang akan dilalui siswa dalam pembelajaran yang terdiri dari tiga aktivitas yaitu, menggunakan garis bilangan dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif, menggunakan garis bilangan dalam mengoperasikan penjumlahan bilangan bulat negatif, dan menggunakan garis bilangan dalam mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan negatif dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Irianto Araas (2021) menyatakan bahwa peranan media garis bilangan dapat membangun pemahaman peserta didik pada pelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengunaan media konkret berupa garis bilangan lebih mudah dipahami peserta didik daripada hanya dengan soal-soal. Melalui media ini, peserta didik langsung memeragakan langkah-langkah sesuai dengan petunjuk. Misalnya peserta didik berdiri di angka 0. ketika peserta didik
mendapat angka positif, berarti peserta didik melangkah maju sesuai dengan angka tersebut begitu pula sebaliknya. Ketika peserta didik mendapat angka kurang atau negatif, peserta didik melangkah mundur.
Hasil penelitian dari Siti Khoiriah (2014) mengenai penggunaan kartu berwarna untuk meningkatkan pemahaman siswa pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menunjukkan hasil yang positif. Hal ini diketahui melalui hasil dari siklus 1 dan siklus 2 selama penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses tindakan, diketahui bahwa pada pertemuan pertama dengan materi penjumlahan bilangan bulat menunjukkan bahwa peserta didik cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru. Kemampuan berhitung pada materi penjumlahan bilangan bulat sudah mulai meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pemahaman siswa kelas IV Sd Inpres 2 Slametharjo, kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai, pada mata pelajaran Matematika, materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media kartu berwarna. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun secara klasikal pada tiap siklus.
Media pembelajaran lain yang dapat digunakan yaitu media mobil mainan. Manfaat media mobil mainan ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep abstrak pada operasi hitung bilangan bulat pada benda konkrit media mobil mainan. Tujuan penggunaan media mobil mainan pada operasi hitung bilangan bulat adalah membantu siswa dalam memahami konsep arah dan pergerakan operasi bilangan bulat pada garis bilangan. Selanjutnya setelah memahami konsep dengan media diharapkan siswa dapat mengerjakan operasi hitung bilangan bulat tanpa media (Dyah Tri W, 2015).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan media mobil mainan untuk meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat peserta didik kelas IV SDN Mojolangu 4 Malang dapat disimpulkan bahwa penggunaan media mobil mainan dapat meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil tes pemahaman konsep dari siklus I ke siklus II, yaitu Pada siklus I sebanyak 24 siswa atau 72% siswa yang memperoleh nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75 dan pada siklus II sebanyak 29 siswa atau 88% siswa yang memperoleh nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75.
Selain menggunakan media pembelajaran, pembelajaran konsep penjumlahan dan pengurangan juga bisa menggunakan bahan ajar yang menarik. Bahan ajar yang digunakan oleh Dyah dan Raddin (2017) berupa modul ajar. Modul ajar yang disusun menggunakan pendekatan CTL yang menyediakan aktivitas yang mendorong peserta didik untuk membuat kesimpulan sendiri tentang konsep matematika yang dipelajari. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang menyeluruh dan terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian- bagiannya secara terpisah (Dyah dan Raddin, 2017).
Empat kompetensi dasar yang akan dibahas pada modul ini terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu KD 5.1 mengurutkan bilangan bulat akan membahas tentang mengenal bilangan bulat, himpunan bilangan bulat, membandingkan dua bilangan bulat, mengurutkan bilangan bulat, dan bilangan bulat pada garis bilangan. Kelompok berikutnya yaitu KD 5.2 sampai KD 5.4 terkait dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Pemahaman siswa tentang konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sangat baik. Hal ini terlihat berdasarkan hasil ulangan harian siswa. Ulangan harian siswa dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat serta mengetahui keberhasilan siswa. Ulangan harian dilakukan pada akhir siklus I dan
## Workshop Penguatan Kompetensi Guru 2022
siklus II yang dikerjakan siswa secara individu. Soal ulangan harian diberikan setelah modul pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat telah selesai dikerjakan.
Hasil wawancara dengan beberapa siswa terkait dengan penggunaan modul pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan pendekatan CTL ini menunjukkan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dan merasa nyaman dalam membentuk pengalaman belajarnya, sehingga siswa lebih mudah dalam memahi materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Meskipun demikian masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan pada bagian-bagian tertentu dari modul.
Penggunaan video dalam pembelajaran juga dapat dilakukan. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Lia Budi Tristanti dkk (2021). Lia Budi Tristanti melakukan penelitian mengenai pembelajaran yang dilakukan selama pandemi. Karena tidak bisa bertatap muka secara langsung dengan peserta didik, maka mereka membuat video interaktif. Sebelum diberikan kepada peserta didik, video pembelajaran dikonsultasikan kepada ahli materi dan media. Video media pembelajaran penjumlahan bilangan bulat telah divalidasi dan dinyatakan layak oleh ahli materi dan media. Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran penjumlahan bilangan bulat berbantuan media video pembelajaran dapat digunakan sebagai salah satu alternatifdalam mengembangkan kemampuan siswa dalam masa pandemi.
## SIMPULAN
Guru harus mengetahui tingkat perkembangan peserta didik dan karakteristik peserta didik agar mampu membelajarkan anak sesuai dengan perkembangannya. Berdasarkan teori Piaget dan Bruner, pembelajaran pada sekolah dasar dimulai dari pembelajaran yang konkret menuju abstrak. Pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yaitu pada tahap operasional konkret. Sarana pendukung dalam pembelajaran yaitu media dan bahan ajar. Media, metode dan bahan ajar yang digunakan guru harus berupa media konkret supaya peserta didik paham dengan maksud dan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Media dan modul pembelajaran harus sesuai dengan materi pelajaran. Beberapa media pembelajaran yang dapat digunakan antara lain kartu bilangan, garis bilangan, kartu berwarna, dan mobil mainan. Selain menggunakan media pembelajaran, pembelajaran konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah juga bisa menggunakan modul ajar melalui pendekatan CTL. Penggunaan video yang interaktif juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Tugas guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator dan motivator. Diharapkan dengan adanya media maupun bahan ajar dapat meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik mengenai konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
## DAFTAR PUSTAKA
Aras, Irianto, Hermansyah, dan Jero Budi Darmayasa. (2021). Pembelajaran Operasi penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Menggunakan Garis Bilangan. Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Diakses dari http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/al-khwarizmi/article/view/1339/1363
Aulia Fahma, M. dan Jayanti P.P. (2021). Teori Piaget dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal online. Diakses dari https://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/matematika/article/view/6966
Hanik, Umi. (2017). Pembelajaran Konsep Operasi Hitung (Penjumlahan dan Pengurangan) Bilangan Bulat di Sekolah Dasar. Jurnal Edumath. Diakses dari https://ejournal.stkipjb.ac.id/index.php/math/article/view/378/284
Hasanah, Y. M., & Jabar, C. S. A. (2017). Evaluasi program wajib belajar 12 tahun pemerintah daerah kota Yogyakarta. Jurnal Akuntabilitas Manajemen
Pendidikan, 5(2), 228-239. https://journal.uny.ac.id/index.php/jamp/article/view/8546
Khoiriah, Siti. (2014). Penggunaan Kartu Berwarna untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas IV SD Inpres 2 Slametharjo Kecamatan Moilong. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/108542-ID-penggunaan-kartu- berwarna-untuk-meningka.pdf Rizkita, K., & Supriyanto, A. (2020). Komparasi kepemimpinan pendidikan di Indonesia dan Malaysia dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 8(2), 155-164. https://journal.uny.ac.id/index.php/jamp/article/view/32362 Tristanti, Lia Budi, Wiwik Ernawati dan Wiwin Sri Hidayati. (2021). P enerapan Video Media Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Bulat. Jurnal Pendidikan Matematika. Diakses dari https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/mv10n3_ 07 Suwarto, S. (2017). Strategi pembelajaran operasi bilangan dengan benda konkrit. UNION: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 5(3), 285-294.
https://doi.org/10.30738/.v5i3.1437.
Wahyuningtyas, Dyah Tri. (2015). Penggunaan Media Mobil Mainan untuk
Meningkatkan Pemahaman konsep Operasi hitung Bilangan Bulat. Jurnal
Inspirasi Pendidikan. https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrnspirasi/article/view/689/438
Wahyuningtyas, Dyah tri dan Raddin Nur Shinta. (2017). Penggunaan Modul
Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman konsep Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. Diakses dari https://journal.unesa.ac.id/index.php/jp/article/view/672/725 Widyaningrum, Retno. (2011). Tahapan j. Bruner dalam Pembelajaran Matematika pada Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Sekolah Dasar (SD/MI).
jurnal cendekia. Diakses dari https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/cendekia/article/view/865
|
e6ad1b44-757a-4625-99b3-64e5039adfae | https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/download/10145/6543 | G. A. Putu Sukma Trisna. (2017). Pengembangan Pendidikan Multikultur Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar . Vol.1 (2) pp. 107-112.
## Pengembangan Pendidikan Multikultur Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
G.A. Putu Sukma Trisna 1
1 Universitas Pendidikan Ganesha
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inovasi pengembangan materi dan model pendidikan multikultur dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi kesiapan personal dan profesional guru dalam melaksanakan pendidikan multikultur dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, 2) mengidentifikasi dan memformulasikan struktur materi pendidikan multikultur yang layak dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar, 3) memetakan dan menganalisis instrumen penilaian yang selama ini dikembangkan oleh guru dalam pendidikan multikultur pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, serta 4) memetakan dan menganalisis hambatan utama guru dalam mengembangkan pendidikan multikultur pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan dengan instrumen pengumpul data berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, tes hasil belajar, dan angket terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) sekolah dan guru telah memiliki kesiapan yang cukup signifikan untuk dilibatkan dalam pengembangan model pendidikan multikultur, 2) pengorganisasian materi pendidikan multikultur saat ini masih terintegrasi dengan materi Bahasa Indonesia serta bersifat sparated, 3) penilaian yang saat ini dikembangkan oleh guru lebih mengacu pada penilaian produk atau hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis bentuk uraian dan isian singkat, 4) hambatan utama guru dalam mengembangkan pendidikan multikultur adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan mereka tentang model-model pendidikan multikultur dan terbatasnya media pembelajaran yang bisa digunakan untuk memfasilitasi pengalaman-pengalaman personal dan sosiokultural siswa dalam kehidupan masyarakat, yang mencakup: konsepsi sosial, konsepsi kultural, dan konsepsi personal dalam balutan pembelajaran Bahasa Indonesia.
## Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan seni (IPTEKS) telah menghadirkan tantangan dan sekaligus peluang baru bagi umat manusia dalam segala dimensi kehidupannya. Kondisi ini semakin diperkuat oleh semakin menggejalanya warna kehidupan global, sehingga setiap manusia dan bangsa harus selalu siap untuk melakoni kehidupan global yang tanpa batas. Globalisasi merupakan implikasi logis dari kemajuan IPTEKS. Revolusi informasi dan komunikasi sebagai dampak langsung dari kemajuan IPTEKS telah menghilangkan batasan-batasan region dan kewilayahan, sehingga bagi masyarakat tertentu, kondisi ini harus disikapi dengan cepat dan komprehensif sehingga mereka tidak kehilangan jati diri bangsa dan negaranya. Bagi bangsa Indonesia, kondisi tersebut tentu merupakan realitas yang harus disikapi secara seksama dan sesegera mungkin, mengingat karakteristik geografis dan sosial-budaya yang sangat beragam. Keberagaman suku, agama, etnis, dan bahasa telah menjadi warna abadi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap keragaman oleh setiap masyarakat merupakan sebuah kewajiban. Negara multikultural seperti Indonesia harus antisipatif dan responsif terhadap fenomena heterogenitas kebudayaan dengan sikap arif dan bijak. Perbedaan yang selama ini ada, pada satu sisi telah menimbulkan dampak negatif berupa konflik yang melanda negeri ini, yang salah satunya disebabkan heterogenitas atau deferensiasi sosial pada masyarakat. Keberadaan mata pelajaran Bahasa Indonesia juga belum cukup untuk menanamkan kesadaran multikulturalisme . Pada sisi yang lain, kita pun merasakan bahwa Bahasa Indonesia yang diberikan di sekolah pada umumnya tidak menghidupkan pendidikan multikultural yang baik, bahkan cenderung kontraproduktif dengan misi pendidikan keberagaman tersebut.
Kata Kunci: Pendidikan multikultur, Bahasa Indonesia, Sekolah Dasar
Terkait dengan hal di atas, bila kita merefleksi dan memprediksi tantangan kehidupan global dan pentingnya menjaga stabilitas serta integritas bangsa, maka ada sejumlah strategi pendidikan yang harus dikembangkan seperti: peningkatan pendidikan moral dan budi pekerti, penanaman pemahaman dan kesadaran ( literasi ) terhadap keberagaman kultur kebangsaan, perbaikan kualitas proses dan produk pembelajaran, penyiapan perangkat instruksional yang mendukung peningkatan mutu pendidikan, dan hal-hal lain yang bersifat mikro seperti pengembangan model dan strategi pembelajaran yang visibel bagi pembelajara multikultur . Berdasarkan rasional di atas, maka penelitian ini akan diarahkan pada upaya pengembangan model dan perangkat pendidikan multikultur , sehingga produk penelitian ini dapat digunakan oleh para guru dalam melaksanakan pendidikan multikultur yang terintegrasi secara holistik dalam satuan mata pelajaran.
Indonesia adalah negara multikultur al dengan keanekaragaman agama, adat istiadat, budaya, dan suku bangsa. Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan dan aset yang sangat berharga. Namun, masih terdapat dampak negatif akibat keanekaragaman tersebut. Sebagai contoh, masih ditemukan konflik antar agama maupun suku bangsa. Kasus yang menonjol adalah konflik antar etnis Madura dan Dayak di Kalimantan. Perbedaan agama menjadi salah satu pemicu terjadinya konflik di Ambon dan Sulawesi. Kedua konflik tersebut merupakan sebagian dari kasus bagaimana suatu perbedaan menimbulkan dampak negatif. Seharusnya keberagaman yang ada dalam tubuh bangsa Indonesia akan menjadi kekuatan yang tangguh apabila diolah secara baik dan benar. Terjadinya konflik, baik antar etnis di Kalimantan maupun antar agama di Ambon dan Sulawesi bukan disebabkan semata oleh benturan alamiah masyarakat di tingkat lokal. Dimensi politik, ekonomi, dan kebijakan pemerintah memiliki peran tersendiri. Ketidakadilan akibat distribusi yang tidak merata, kebijakan pemerintah dalam segala bidang yang cenderung trickle down sangat rentan menjadi pemicu munculnya konflik horizontal . Bagaimana mengatasi problematika negatif sebagai implikasi dari karakteristik kebangsaan yang multietnis?. Bertalian dengan masalah tersebut, salah satu instrumen instruksional penting dalam konteks pendidikan formal adalah melalui Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kesadaran dan karakter bangsa. Secara substansial, Bahasa Indonesia dapat mengembangkan kesadaran multikultur al yang bersifat normatif dan interatif. Apakah implementasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah mencapai taraf normati?, atau sekadar pendidikan multikultur al deskriptif, yang menekankan pada pemberian penjelasan bagaimana bangsa Indonesia dengan Bhinneka Tungga Ika layaknya mutiara di katulistiwa?, atau slogan-slogan heroik lainnya?.
Pendidikan multikultural adalah merupakan gerakan pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa. Sebagai sebuah gerakan pembaharuan, istilah pendidikan multikultural masih dipandang asing bagi masyarakat umum, bahkan penafsiran terhadap definisi maupun pengertian pendidikan multicultural juga masih diperdebatkan di kalangan pakar pendidikan. Pendidikan multikultur merupakan konsep pendidikan yang muncul pada masa setelah berakhirnya perang dunia ke-2. Pendidikan multikultur merupakan gejala baru di dalam pergaulan umat manusia yang mendambakan persamaan hak, termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan multikultur menjadi acuan beberapa negara, baik di Amerika, Eropa, Asia, dan Australia yang penduduknya relatif heterogen. Seperti pendapat Andersen dan Cusher (1994) sebagaimana dikutip Mahfud (2008), bahwa pendidikan multicultural diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Sedangkan Hernandez (1989), mengartikan pendidikan multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas sosial, politik, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status social, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.
Ahli lain, Sleeter dan Grant (2009) dan Smith (1998) sebagaimana dikutip Zamroni (2011) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara holistik memberikan kritik dan menunjukkan kelemahan- kelemahan, kegagalan-kegagalan dan diskriminasi yang terjadi di dunia pendidikan (Zamroni, 2011: 144). Frazier dan Garcia (2014:122), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan multikultur adalah: “.. is a concept frame work, a way of thinking, a philosophycal view point, a value orientation, and a set of criteria for making decission that better genie the educational needs of culturally diverse student populations ”. Sementara Appiah (2004) menyatakan bahwa pendidikan multikultur menekankan pada kesederajatan dalam memperoleh kesempatan pendidikan kepada seluruh masyarakat yang memasukkan seluruh partisipasi siswa dalam berbagai hal, seperti yang ia ungkapkan sebagai berikut: “ We may define multicultural education as a field study designed to increase educational equity for all students that incorporates, for this purpose, content, concepts, principles, theories, and paradigms from history, the social and behavioral sciences, and particulary from ethnic studies and women studies ”. Berlandaskan pada
preposisi tersebut, yang dimaksud dengan pendidikan multikultur adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural . Melalui pendidikan multikultur , diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi konflik sosial, sehingga kesatuan dan persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak. Mempertegas preposisi tersebut, Oliver (2011) menyatakan bahwa: “ Multicultural education nonetheless represents a change in educational thinking, because that is can help individuals and communities value and preserve their own cultural uniqueness, so can serve the same function more generally” . Secara tipologis, menurut Banks (1995) terdapat lima model pendidikan multikultur yang lazim dikembangkan dan diaplikasikan di beberapa Negara, yaitu: 1) mengajar kelompok siswa yang memiliki budaya yang lain ( cultural difference ); 2) hubungan manusia ( human relation ), membantu siswa dalam melakukan percampuran antarkelompok; 3) single group studies , yakni program yang mengajarkan hal- hal yang memajukan pluralisme tetapi tidak menekankan adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat; 4) pendidikan multikultur melalui reformasi pendidikan yang menyediakan kurikulum serta materi pelajaran yang menekankan kepada adanya perbedaan siswa dalam bahasa, yang keseluruhannya untuk memajukan pluralisme kebudayaan dan equalitas social; 5) pendidikan multikultur al yang sifatnya rekonstruksi sosial, dengan tujuan menyatukan keberagaman dan menantang ketimpangan sosial yang ada dalam masyarakat. Bagaimana membangun konsep pendidikan multikultur untuk Indonesia?. Tentu pertanyaan tersebut bukan persoalan mudah untuk dicari jawabannya. Menyadari bahwa tantangan globalisasi dan revolusi telekomunikasi yang semakin menggejala, maka konsep dan model pendidikan multikultur untuk Indonesia telah menjadi kebutuhan dasar pendidikan untuk dikembangkan.
## Metode
Untuk keseluruhan tahap penelitian, di samping dilaksanakan sepenuhnya oleh tim peneliti, juga melibatkan mahasiswa PGSD, mulai dari diskusi saat penyusunan proposal serta membantu pengumpulan dan tabulasi data. Penelitian ini dilakukan pada sekolah dasar yang tersebar di 9 kecamatan yang ada di kabupaten Buleleng. Besaran sampel sekolah pada setiap tahapannya akan disesuaikan dengan kebutuhan data dan keluasan uji empiris model. Untuk menjaring data penelitian digunakan beberapa instrumen, yaitu lembar pedoman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, kuesioner terbuka dan tertutup, serta focus group discussion . Keseluruhan data dianalisis dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu data yang bertalian dengan dinamika proses dan personal aktivitas responden dianalisis secara deskriptif, sementara data yang terkait dengan orientasi dan fakta lapangan pendidikan multikultur dianalisis dengan menggunakan metode critical content apraisal (CCA) yang dipadukan dengan region respons apraisal. Sementara, data yang terkait dengan efektivitas model terhadap capaian prestasi belajar siswa dan keterampilan multikulturnya dianalisis dengan menggunakan Anakova.
## Hasil dan Pembahasan
Secara administratif-pedagogis, sekolah dan guru sekolah dasar di Kabupaten Buleleng telah memiliki kesiapan yang signifikan dalam pengembangan pendidikan multikultur yang diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Secara personal, kesiapan ini dinyatakan melalui respons yang sangat positif ketika peneliti mewawancarai mereka dan melakukan observasi langsung ketika dilakukan pembelajaran Bahasa Indonesia pada masing-masing sekolah sampel. Sementara secara kelembagaan, kepala sekolah dengan sangat terbuka menyatakan kesiapannya untuk mendukung dan membantu pelaksanaan pengembangan pendidikan multikultur di sekolah yang dipimpinnya. Kedua indikator tersebut dapat dijadikan sebagai dasar kesiapan sekolah dan guru dalam mengembangkan model pendidikan multikultur yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
Secara paradigmatik pengorganisasian materi pendidikan multikultur dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang saat ini dilakukan oleh guru lebih disandarkan pada program pendidikan terintegrasi yang bersifat pedagogis, sosiokultural, dan psikologis, yang bertujuan memfasilitasi siswa mengembang-kan kompetensi-kompetensi dasar personal, sosial dan intelektualnya yang dibutuhkan untuk meng- konstruksi dan me- rekonstruksi keberagaman dan keberbedaan diri dan lingkungannya secara berkesinambungan dalam struktur pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakannya dalam berbagai latar kehidupan pribadi, sosial dan kultural. Fakta di lapangan ternyata menunjukkan bahwa: guru belum mampu mengembangkan dan membelajarkan kompetesi pendidikan multikultur (Lasmawan, 2005). Mereka masih menekankan pada konsep dasar keilmuan dari materi tersebut, dengan mengabaikan ” theother targets ” dari candraan kompetensi yang ada pada struktur kurikulum, yaitu pendidikan multikultur . Hal ini terjadi, karena guru belum memiliki kemampuan dan keterampilan mengembangkan,
mengorganisir, dan membelajarkan serta menilai kompetensi pendidikan multikultur (Lasmawan, 2005; Hasan, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Lasmawan (2005) tentang pengembangan model pendidikan nilai dalam pembelajaran IPS menunjukkan bahwa: hampir 65 % guru tidak memiliki kurikulum mata pelajaran yang dibinanya, dan pembelajaran yang dilakukan sangat gersang dengan pesan nilai moral realistik yang sangat dibutuhkan oleh siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
Sementara materi pendidikan multikultur belum berdiri sendiri sebagai sebuah topik mandiri, melainkan terintegrasi secara holistik dalam sebaran materi pembelajaran Bahasa Indonesia. Sementara, kompetensi-kompetensi pendidikan multikultur yang dikembangkan oleh guru selama ini bertalian dengan kesadaran, kebersamaan, toleransi, demokrasi, kebudayaan, dan idiologi.
Model penilaian materi pendidikan multikultur yang selama ini dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia lebih banyak bersandar pada penilaian produk dengan menggunakan instrumen penilaian berupa tes hasil belajar bentuk uraian dan menjawab singkat. Pola dan instrumen penilaian yang dominan menggunakan tes tertulis dan hanya dilakukan pada akhir pembelajaran, kurang relevan dengan karakteristik pendidikan multikultur yang lebih menekankan pada keterampilan proses dan sikap yang dinamis selama berlangsungnya pembelajaran. Realitas ini merupakan peluang terbuka dan sangat memungkinkan untuk mengembangkan model penilaian yang lebih komprehensif dan membumi dalam pendidikan multikultur yang diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah sampel.
Hambatan mendasar yang saat ini dialami oleh guru dalam membelajarkan materi pendidikan multikultur delalui pembelajaran Bahasa Indonesia adalah: 1) terbatasnya kemampuan dan keterampilan instruksional guru itu sendiri; 2) terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran multikultur; 3) jumlah kelas yang relatif gemuk dengan siswa di atas 45 orang sangat menyulitkan guru dalam melakukan layanan belajar dan mengelola kelas; 4) model-model pembelajaran pendidikan multikultur yang ada di sekolah sangat terbatas, dan 5) sebaran standar kompetensi dan kompetensi dasar Bahasa Indonesia sangat sulit untuk dikemas secara sparated sehingga guru tidak bisa membelajarkan pendidikan multikultur dalam kemasan materi tersendiri.
Model konseptual pendidikan multikultur yang dikembangkan dalam penelitian ini, struktur isi materinya tidak disusun berdasarkan struktur isi disiplin ilmu, melainkan dilakukan dengan merujuk pada pertimbangan, sejauh mana materi tersebut memiliki relevansi dengan struktur internal siswa yang dibangun dari hasil pengalaman-pengalaman personal dan sosiokulturalnya di dalam kehidupan masyarakat, yang mencakup: 1) konsepsi sosial, yang secara eklektik memuat pengetahuan “fungsional” dan “non-fungsional” tentang keberagaman lingkungannya; 2) konsepsi kultural, yang secara eklektik memuat struktur sintaksis budaya keseharian siswa dan struktur sintaksis pengalaman dirinya dalam kehidupan bermasyarakat, dan 3) konsepsi personal, yang memuat nilai-nilai, norma-norma, dan sikap- sikap, yang sudah menjadi personal belief dan realitas masyarakatnya, dan nilai-nilai, norma-norma, dan sikap-sikap personal dan sosiokultural siswa sebagai mahluk yang pribadi dalam balutan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan fakta/data tersebut, pengembangan desain model dan materi pendidikan multikultur lebih didasarkan pada prinsip “ a student’s psychological, sociocultural, and intellectual horizons reconstructions character-based ”, bukan berdasarkan pada “ structure of discipline ”. Hal ini dilakukan dengan tujuan organisasi dan struktur materi pendidikan multikultur lebih kontekstual, relevan, dan bermakna bagi siswa, dan tidak merusak “ indigenous structure ” yang telah terbentuk dan berkembang pada diri siswa.
Berlandaskan pada temuan penelitian tersebut, pendidikan multikultur dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar di Kabupaten Buleleng pada dasarnya telah merujuk pada esensi dari pendidikan multikulur itu sendiri, yang mana para guru secara personal maupun profesional telah memasukkan unsur keberagaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, hanya secara akademis belum terstruktur. Model konseptual pendidikan multikultur yang akan dikembangkan dalam penelitian tahun kedua (tahun 2008) berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada dasarnya struktur isi materinya tidak disusun berdasarkan struktur isi disiplin ilmu, melainkan sejauh memiliki relevansi dengan struktur internal siswa yang dibangun dari hasil pengalaman-pengalaman personal dan sosiokulturalnya di dalam kehidupan masyarakat, yang mencakup: 1) konsepsi sosial, yang secara eklektik memuat pengetahuan “fungsional” dan “non-fungsional” tentang keberagaman lingkungannya; 2) konsepsi kultural, yang secara eklektik memuat struktur sintaksis budaya keseharian siswa dan struktur sintaksis pengalaman dirinya dalam kehidupan bermasyarakat, dan 3) konsepsi personal, yang memuat nilai-nilai, norma-norma, dan sikap-sikap, yang sudah menjadi belief dirinya dan realitas masyarakatnya, dan nilai-nilai, norma-norma, dan sikap-sikap personal dan sosiokultural siswa sebagai mahluk yang pribadi dalam balutan mata pelajaran Bahasa Indonesia
## Simpulan dan Saran
Secara administratif-pedagogis, sekolah dan guru sekolah dasar di Kabupaten Buleleng telah memiliki kesiapan yang signifikan dalam pengembangan pendidikan multikultur yang diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, simpulan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) sekolah dan guru telah memiliki kesiapan yang cukup signifikan untuk dilibatkan dalam pengembangan model pendidikan multikultur, 2) pengorganisasian materi pendidikan multikultur saat ini masih terintegrasi dengan materi Bahasa Indonesia serta bersifat sparated, 3) penilaian yang saat ini dikembangkan oleh guru lebih mengacu pada penilaian produk atau hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis bentuk uraian dan isian singkat, 4) hambatan utama guru dalam mengembangkan pendidikan multikultur adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan mereka tentang model-model pendidikan multikultur dan terbatasnya media pembelajaran yang bisa dignakan untuk memfasilitasi pengalaman-pengalaman personal dan sosiokultural siswa dalam kehidupan masyarakat, yang mencakup: konsepsi sosial, konsepsi kultural, dan konsepsi personal dalam balutan pembelajaran Bahasa Indonesia.
## Daftar Pustaka
Alwasilah, A.C. (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Aly, Abdullah. (2005). ” Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik” . Makalah dipresentasikan pada Seminar Pendidikan Multikultural sebagai Seni Mengelola Keragaman, yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSB-PS) Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Andersen dan Cusher. (1994). Multicultural and Intercultural Studies, dalam Teaching Studies Of Society And Environment (ed. Marsh, C) Sydney: Prentice-Hall.
Appiah, K. A. (2004). Identity, Authenticity, Survival: Multicultural Societies and Social Reproduction. Dalam Amy Gutmann (Ed), Multiculturalism . Princeton, Ney Jersey: Princeton University Press.
Arsyad Khudri. (2010). Pendidikan Multikultural, Solusi Tepat Atasi Defisit Demokrasi di Indonesia; Suatu Kajian Pendidikan yang Humanis.
Asyar’i, L. (2004). Membebaskan Diri dari Keterikatan Lokal. Kompas .
Banks, J. and Banks. (1995). Teaching strategies for ethnic studies . Boston: Allyn and Bacon.
Banks, James A. (ed.). 1989. Multicultural Education: Issues and Perspectives . Boston-London: Allyn and Bacon Press.
Daniel Winantara, IW., I Nyoman Laba Jayanta. (2017). Penerapan Model Pembelajaran TPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No 1 Mengwitani. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar . Vol. 1 No. 1.
Depdiknas. (2016). Kurikulum Bahasa Indonesia Sekolah Dasar 2016. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dodd, C. H. (2008). Dynamics of Intercultural Communication (Tifth Edition). New York: McGraw-Hill.
Dwitha, Evayanti & Made Sumantri. (2017). Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IIIA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar . Vol.1 (1) pp. 42-50.
Educational for Democracy Project. (2012). Education for democracy. American Federation of Teachers , 313 (5), 57-62.
Febrian Kurniasari, Elisabet., Eunice Widyanti Setyaningtyas. (2017). Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) dengan Teknik Gallery Walk. Journal of Education Research and Evaluation . Vol. 1 No. 2.
Hernandez, Hilda. (1989). Multicultural Education: A teacher Guide to linking Context, Process, and Content, New Jersy & Ohio : Prentice Hall.
Lasmawan, W. (2015). Nasionalisme dikalangan masyarakat pedesaan (studi eksploratif pendidikan politik oleh partai politik di Kecamatan Kintamani – Bangli). ( Laporan Penelitian ). Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha.
M. Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan multikultural Ragita Adiputra, Ida Bagus. (2012). Analisis Butir Soal Tes Ulangan Akhir Semester IPS Terpadu Buatan MGMP IPS Kabupaten Gianyar Kelas VII Semester 1. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 1 No. 1.
Septina Witari Dewi, Gusti Ayu Made., Ni Ketut Suarni, I Wayan Widiana. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Tandur Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa. Mimbar PGSD . Vol. 2 No. 1.
Sudiatmika, dan Lasmawan. (2012). Pengembangan Model Pendidikan Multikultur Berbantuan Modul : cross-cultural understanding untuk demokrasi dan keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
Mahfud, A. (2014). Model pengorganisasian materi Bahasa Indonesiadi SMU (Studi kebijakan dalam konteks pendidikan sekolah). ( Laporan Penelitian ). Palu: Lemlit UNTAD.
Mahfud, C. (2008). Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maria, H. (2011). Asimilasionisme vs Multikulturalisme. Kompas , 14 Maret 2001.
McCarthy, C. (2014). Multicultural discourses and curriculum reform: A critical perspective. Educational Theory , number 44-vol.1, page 81-83.
O’Sulivan, 1994) T. (Ed). (2014). Key Concept in Communication Cultural Studies . New York: Routledge, Pub.
Tilaar, H.A.R (2004). Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Tranformasi Pendidikan Nasional . Jakarta: Grassindo.
Winatasaputra, U. (2008) “Multikulturalisme Bhinneka Tunggal Ika dalam Perspektif Pendidikan Kewrganegaraan sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia” dalam Dialog Multikultural untuk Membina Kerukunan Antar Umat Beragama . Bandung: JICA FPMIPA UPI.
|
0633e90d-46cc-4bed-9dc9-162c3d0d121e | http://jmai.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/jmai/article/download/82/24 |
## Sistem Aplikasi Kamus Istilah Bahasa Pemrograman PHP Menggunakan Algoritma
Brute Force
Application System Dictionary of PHP Programming Language Terms Using Brute Force Algorithm
Bayu Erdani 1 , Fredy Dwi Aditia 2 , Siti Rodiah 3 , Ciptyasih 4 , Indyah Hartami Santi 5
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Islam Balitar,
Jl. Majapahit No. 4 Blitar Jawa Timur 66133, Indonesia Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
## ABSTRAK
Kamus merupakan alat bantu yang digunakan untuk menterjemahkan suatu bahasa, adapun terdapat berbagai jenis kamus seperti kamus istilah Bahasa pemrograman PHP. Bahasa pemrograman PHP pada dasarnya penting bagi para mahasiswa yang sedang menempuh pembelajaran mengenai bahasa pemrograman khususnya PHP, terutama istilah dalam bahasa pemrograman PHP yang memilik banyak kosa kata. Penelitian dilakukan untuk dapat merancang suatu aplikasi kamus istilah dalam bahasa pemrograman PHP dengan menggunakan algoritma brute force dalam proses pencariannya. Algoritma brute force merupakan algoritma yang digunakan untuk mencocokan pattern dengan semua teks yang ada pada database aplikasi kamus istilah bahasa pemrograman PHP. Dalam penelitian ini metode pengembangan sistem yang digunakan yaitu model prototype dan perangkat lunak pendukung yang digunakan adalah Microsoft SQL Server. Adapun hasil akhir dari penelitian ini yakni berupa aplikasi kamus istilah bahasa pemrograman PHP dengan menggunakan algoritma brute force dalam proses pencariannya dan dapat membantu pengguna untuk mencari istilah kata menjadi lebih efisen dibandingkan kamus berbentuk buku pada umumnya.
Kata Kunci: Algoritma Brute Force; kamus istilah; pemrograman PHP
## ABSTRACT
Dictionary is a tool that is used to interpret a language, while there are various types of dictionaries such as dictionary terms PHP programming language. PHP programming language is basically important for students who are learning about programming languages, especially PHP, especially the terms in the PHP programming language that has a lot of vocabulary. The research was conducted to be able to design a term dictionary application in the PHP programming language using the brute force algorithm in the search process. The brute force algorithm is an algorithm that is used to match patterns with all the text in the dictionary database application terms of the PHP programming language. In this study the system development method used is the prototype model and the supporting software used is Microsoft SQL Server. The final results of this study are in the form of a dictionary application term PHP programming language using the brute force algorithm in the search process and can help users to search for the term word to be more efficient than a dictionary in the form of books in general
Keywords: Brute Force Algorithm; dictionary term; PHP programming
## 1. PENDAHULUAN
Kamus merupakan media yang dapat mengartikan suatu kata dari Bahasa atau Bahasa asing. Sebagai contoh kamus yang berisikan istilah-istilah Bahasa pemrogaman php, maka
tersebut akan membahas istilah Bahasa pemrograman php. Dalam istilah bahasa pemrogaman php, terdapat banyak istilah yang menjadikan user kesulitan untuk menghafalnya,
oleh karena itu perlu adanya sebuah kamus istilah bahasa pemrograman php untuk mempermudah sistem pengolahan basis data atau database. Pengolahan database yang berisikan istilah-istilah Bahasa pemrograman php diharapkan dapat diketahui oleh setiap mahasiswa yang membutuhkannya. Saat ini masih belum ada penggunaan kamus yang berbentuk website untuk memperoleh informasi khususnya tentang istilah-istilah Bahasa pemrograman php.
Sistem informasi Kamus Istilah Bahasa
Pemrograman Php Berbasis Web yang dibangun ini menggunakan metode Brute Force. Metode Brute Force adalah salah satu algoritma pemecahan masalah dengan strategi solusi langsung (Direct Solution Strategies). Cara kerja algoritma ini adalah dengan mencoba setiap posisi pattern (kata yang akan dicocokkan) terhadap teks, kemudian dilakukan proses pencocokkan setiap karakter dan teks pada posisi tersebut, Sehingga sangat kecil kemungkinan pattern yang dicari akan terlewat, Di sistem aplikasi kamus ini, data-data istilah disimpan dalam database, data akan di tampilkan sesuai dengan data inputan user secara otomatis dengan metode Brute Force.
Sistem aplikasi ini dibangun dengan maksud untuk menambah pengetahuan dan wawasan terhadap mahasiswa tentang kamus istilah Bahasa pemrograman php yang berbasis website. Aplikasi ini berisi istilah – istilah dan deskripsi Bahasa pemrograman php yang disajikan dengan desain yang menarik dengan harapan dapat membantu mahasiswa dalam mencari pengetahuan dan wawasan tentang istilah Bahasa pemrograman karena dengan aplikasi ini mahasiswa lebih mudah dan lebih efisien untuk mencarinya. Dikarenakan satu aplikasi bisa digunakan banyak orang dalam berbagai tempat.
## 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kamus Menurut Hoetomo M.A (2005)
mendefinisikan, kamus yaitu buku acuan yang memuat kata dan ungkapan yang biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan dan maknanya. Dari definisi kamus di atas dapat disimpulkan bahwa kamus merupakan buku yang membuat kumpulan istilah atau nama- nama yang disusun beserta penjelasannya tentang pemakaiannya, disusun menurut abjad berikut keterangan maknanya, atau
terjemahannya dari istilah atau nama-nama tersebut.
## 2.2 Bahasa Pemrograman PHP
Menurut Sibero (2011) PHP adalah pemrograman interpreter yaitu proses penerjemahan baris kode sumber menjadi kode mesin yang dimengerti komputer secara langsung pada saat baris kode dijalankan. Php disebut juga pemrograman Server Side Programming, hal ini dikarenakan seluruh prosesnya dijalankan pada server. PHP adalah suatu bahasa dengan hak cipta terbuka atau yang juga dikenal dengan open source yaitu pengguna data mengembangkan kode-kode fungsi sesuai kebutuhannya.
Menurut Arief (2011) PHP adalah bahasa server side scripting yang menyatu dengan HTML untuk membuat halaman web yang dinamis. Menurut Aditya (2011) “PHP adalah bahasa skrip yang dapat ditanamkan atau disisipkan ke dalam HTML. PHP banyak dipakai untuk memprogram situs web dinamis. Kelebihan Bahasa pemrogaman php
diantaranya: (jhonnie fadillah, 2017)
a. PHP dapat diakses dengan gratis tanpa mengeluarkan uang sedikitpun.
b. PHP bersifat open source sehingga dapat dikembangkan php sesuai dengan kreasi kita sendiri
c. Multiplatform, cocok digunakan di semua komputer dan semua Operating System
d. Cocok digabungkan dengan berbagai macam database seperti MySQL
e. PostgreSQL, MySQLi, dan sebagainya.
f. Tidak memerlukan deklarasi Variable seperti program pascal dan sebagainya.
g. PHP tidak memerlukan konektor seperti java, PHP bisa langsung mengakses database. Sedangkan kekurangannya sebagai berikut:
a. PHP tidak mengenal Encoding
b. PHP memiliki kekurangan security tertenu jika para web programmer tidak teliti
c. Untuk menggunakannya, harus menginstal web server terlebih dahulu
d. Tidak bisa memisahkan antara tampilan dan logic (meskipun sekarang pembuatan template lebih cendrung menggunakan html, css, dan javascript).
## 2.3 Algoritma Brute Force
Algoritma brute force adalah algoritma yang digunakan untuk mencocokan pattern dengan semua teks antara 0 dan n-m untuk
menemukan keberadaan Pattern teks. Algoritma brute force memecahkan masalah dengan sangat sederhana, langsung, dan jelas.
Algortima brute-force merupakan suatu teknik yang biasa digunakan bila si penyusun algoritma lebih
mempertimbangkan memperoleh solusi dari problem secara langsung apa adanya Secara rinci langkah- langkah yang digunakan algoritma brute force untuk mencocokkan string adalah, sebagai berikut: (Sarno, 2012).
a. Algoritma brute force mulai mencocokan pattern dari awal teks.
b. Dari kiri ke kanan, algoritma brute force akan mencocokan karakter per karakter pattern dengan karakter pada teks yang bersesuaian, sampai salah satu kondisi berikut terpenuhi :
c. Karakter di pattern yang dibandingkan cocok maka pencarian selesai.
d. Apabila dijumpai ketidak cocokan antara pattern dengan teks, maka pencarian tidak cocok dan belum berhasil.
e. Algoritma brute force terus menggeser pattern sebesar satu ke kanan, dan mengulangi langkah ke-2 sampai pattern berada di ujung teks.
Menurut Mesran (2014) algoritma brute force juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan Algoritma brute force yaitu :
a. Algoritma brute force dapat digunakan untuk memecahkan hampir sebagian besar masalah.
b. Algoritma brute force sederhana dan mudah dimengerti.
c. Algoritma brute force menghasilkan algoritma yang ayak untuk beberpa masalah penting seperti pencarian, pengurutan, pencocokkan, string atau perkaian matriks.
d. Algoritma brute force menghasilkan algoritma baku (standart) untuk tugas-
tugas komputasi penjumlahan/perkaian n buah bilangan, menentukan elemen
minimum atau maksimum di dalam tabel (list).
Sedangkan kelemahan dari algoritma brute force yaitu sebagi berikut :
a. Algoritma brute force jarang menghasilkan algoritma yang mangkus (manjur).
b. Beberapa algoritma brute force lambat, sehingga tidak dapat diterima.
c. Tidak sekonstruktif (sekreatif) teknik pemecahan masalah lainnya.
## 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengumpulan Data
a. Survei, mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengaman secara langsung ke mahasiswa Universitas Islam Balitar Blitar dan pencatatan hal-hal yang perlu disusun dalam laporan.
b. Wawancara, dengan melakukan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih kepada Mahasiswa Universitas Islam Balitar Blitar sehingga dapat menerima informasi yang akurat.
c. Literatur, pengumpulan data melalui berbagai sumber seperti buku, jurnal. Data yang diambil meliputi konsep dasar yang melandasi landasan dasar teori penulis.
## 3.2 Analisa Data dan Kebutuhan
a. Data Istilah, yang dibutuhkan sesuai data Istilah yang terdapat pada bahasa pemrograman PHP.
b. Bentuk Konsep Kamus, yang dibutuhkan untuk menempatkan data Istilah yaitu menggunakan konsep Kamus.
## 3.3 Perancangan Algoritma
Perancangan dilakukan untuk membuat sistem yang baik. Perancangan ini dilakukan untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai aplikasi yang dibangun. Alur tahapan algoritma Brute force terlihat seperti pada gambar 1.
## Gambar 1. Alur Algoritma brute force
## 4. PEMBAHASAN
4.1 Algoritma Brute Force
Langkah-langkah penerapan algoritma
brute force pada sistem aplikasi kamus istilah bahasa pemrograman PHP ini dimulai dari
pencarian pattern dalam teks, misalnya teks : DATABASE MYSQL dengan Pattern = MYSQL. Langkah awal pelacakan algoritma seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penggunaan algoritma brute force langkah-1
## Langkah Ke-1
Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah pertama pada tabel 1 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 2 :
Tabel 2. Penggunaan algoritma brute force langkah-2
## Langkah Ke-2
Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah kedua pada tabel 2 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 3 :
Tabel 3. Penggunaan algoritma brute force langkah-3 Langkah Ke-3 Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah ketiga pada tabel 3 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 4:
Tabel 4. Penggunaan algoritma brute force langkah-4
## Langkah Ke-4
Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah keempat pada tabel 4 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 5 :
Tabel 5. Penggunaan algoritma brute force langkah-5
Langkah Ke-5
Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah kelima pada tabel 5 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 6 :
Tabel 6. Penggunaan algoritma brute force langkah-6
Langkah Ke-6 Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah keenam pada tabel 6 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 7 :
Tabel 7. Penggunaan algoritma brute force langkah-7
## Langkah Ke-7
Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah ketujuh pada tabel 7 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 8 :
Tabel 8. Penggunaan algoritma brute force langkah-8
## Langkah Ke-8
Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah kedelapan pada tabel 8 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 9 :
Tabel 9. Penggunaan algoritma brute force langkah-9
Langkah Ke-9 Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah kesembilan pada tabel 9 diperoleh hasil tidak cocok, sehingga algoritma menggeser pattern sebanyak satu langkah ke kanan menuju indek berikutnya, seperti pada tabel 10 :
Tabel 10. Penggunaan algoritma brute force langkah-10
Langkah Ke-10 Text D A T A B A S E M Y S Q L Pattern M Y S Q L Indeks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hasil langkah kesepuluh pada tabel 10 diperoleh hasil cocok, sehingga pattern di temukan dan pencarian berhenti di indeks ke-10
4.2 Aplikasi Sistem Aplikasi Kamus Istilah Bahasa Pemrograman PHP Menggunakan Algoritma Brute Force ini dibangun dengan
menggunakan bahasa pemrograman dengan hasil tampilan sebagai berikut :
a. Halaman Cari Istilah, pada halaman ini pengguna diminta untuk menginputkan kata istilah bahasa pemrograman php yang diinginkan . Tampilan halaman cari istilah dapat terlihat seperti pada gambar 2:
b. Halaman Tampil Istilah, Jika data ada maka akan di tampilkan semua daftar data istilah yang sesuai dengan pencarian. Tampilan halaman istilah tersajikan seperti pada gambar 3:
c. Jika pengguna ingin menyampaikan komentar kritik ataupun saran maka mengisi isian sesuai form komentar dengan tampilan seperti pada gambar 4:
d. Halaman data daftar istilah, adalah halaman yang menampilkan semua data istilah yang ada di bahasa pemrograman PHP dengan tampilan seperti pada gambar
5:
Gambar 3. Halaman Tampil Istilah
Gambar 4. Kolom komentar
Gambar 5. Halaman data daftar istilah
## 4. KESIMPULAN
Algoritma Brute Force dapat digunakan untuk metode pencarian dengan konsep kamus. Untuk dapat melakukan proses pencarian tentang istilah-istilah dalam bahasa pemrograman php dengan mudah, praktis dan efisien. Aplikasi Kamus Istilah Bahasa Pemrograman Php (DI-PHP) dapat membantu user yang dalam hal ini mahasiswa untuk
mengetahui istilah-istilah dalam bahasa pemrograman php.
## DAFTAR PUSTAKA
ArfyantiIta, dkk. Implementasi algoritma brute force dalam Aplikasi kamus istilah kesehatan.
Samarinda:http://jitter.widyatama.ac.id /index.php/jitter/article/view/86.
Diakses 7 Januari 2019. Arief M Rudianto. 2011. Pemrograman Web
Dinamis menggunakan PHP dan
MySQL CV ANDI OFFSET.Yogyakarta Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. Jhonnie fadillah (2017). https://medium.com/@jhofais/mengapa -memilih-php-kelebihan-dan- kekurangan-php-46938854d443. Kota diakses tanggal 18 Januari 2019.
Jogiyanto,M. 2005. Analisa dan sistem informatika dan analisa dan sistem informasi. Yogyakarta. Andi offset. Diakses 7 Januari 2019.
Mesran, 2014. Implementasi Algoritma Brute
Force Dalam Pencarian Data Katalog Buku
Perpustakaan.
Medan:
https://www.researchgate.net/publicati on/313773155_Implementasi_Algoritm a_Brute_Force_Dalam_Pencarian_Dat a_Katalog_Buku_Perpustakaan.
Diakses 7 Januari 2019. Santoso,Bayu,Widia.2016. Implementasi Algoritma Brute Force Sebagai Mesin
Pencari( Search Engine) Berbasis Web
Pada Database. Jakarta Selatan:j ournal.stmikglobal.ac.id/index.php/sisf otek/article/download/1/pdf. Diakses 7 januari 2019.
Sarno, Riyanto, dkk, 2012, Semantic Search
Pencarian Berdasarkan Konten, Yogyakarta Andi Offset Sibero,Alexander F.K. 2012, “Kitab Suci Web
Programing”. Jakarta: Mediakom.
|
b1ab4e8f-ad9d-43fa-80fd-bbd802ecaf21 | https://e-abdimas.unw.ac.id/index.php/jhhs/article/download/119/80 |
## Gambaran Pengetahuan Kader Tentang Interpretasi Grafik Pertumbuhan Balita di Posyandu Desa Losari Kidul Tahun 2021
Carollyn Dizzy Sagita 1 , Luvi Dian Afriyani 2
1 Program Studi Sarjana Kebidanan, Universitas Ngudi Waluyo Semarang
2 Program Studi Sarjana Kebidanan, Universitas Ngudi Waluyo Semarang Email : [email protected], [email protected]
## ABSTRAK
Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan alat untuk mengetahui kemajuan pertumbuhan dan status gizi balita di Indonesia Di era pandemic Covid-19 ini terdapat masalah pada saat melakukan kegiatan posyandu. Permasalahan yang terjadi yaitu pada langkah ke 4 tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman kader pada grafik pertumbuhan dan kurangnya fasilitas informasi mengenai pemantauan tumbuh kembang anak karena durasi kegiatan Posyandu yang dipersingkat dan pelaksanaan yang tidak tepat selama masa covid-19. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh kader posyandu dengan jumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan besar sampel sebanyak 20 responden. Instrument yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian didapatkan pengetahuan kader tentang interpretasi grafik pertumbuhan dengan pengetahuan baik (100%), grafik pertumbuhan balita dengan pengetahuan baik (100%), penyebab berat badan tidak naik sebagian besar pengetahuan kurang (85%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak (15%), mengubah perilaku cara merawat dan memberi makan anak serta memberikan nasehat tentang anjuran pemberian makan sesuai golongan umur dengan pengetahuan baik (100,0%), tanda-tanda balita sakit dan balita gizi kurang dengan pengetahuan baik (100,0%). Simpulan dari Gambaran pengetahuan kader tentang interpretasi grafik pertumbuhan balita di Desa Losari Kidul sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik (100%). Diharapkan kepada para keder posyandu agar mengembangkan sarana seperti media lefleat, poster tentang penyebab berat badan tidak naik seperti kurangnya energi protein, kurangnya asupan Vitamin A, kurangnya pemberian ASI dan cara pemberian makan pada anak sesuai golongan usia. Selain itu kader perlu diberikan pelatihan atau sosialisasi dari pihak puskesmas agar dapat menambah pengetahuan terhadap kader mengenai penyebab berat badan tidak naik.
Kata Kunci : Balita, Grafik Pertumbuhan, Posyandu
## ABSTRACT
Description of Cadre Knowledge About Interpretation of Toddler Growth Charts at Posyandu Losari Kidul Village in 2021
The Card Towards Health (KMS) is a tool to find out the progress of growth and nutritional status of toddlers in Indonesia. In this era of the Covid-19 pandemic, there are problems when carrying out posyandu activities. The problem that occurs is that step 4 is not implemented. This is due to the lack of understanding
of cadres on growth charts and the lack of information facilities regarding monitoring of child growth and development due to the shortened duration of Posyandu activities and improper implementation during the Covid-19 period. Methods This research is a descriptive study with a quantitative approach. The population of this study was all posyandu cadres with a total of 20 people. The sampling technique in this study was total sampling with a sample size of 20 respondents. The instrument used is a questionnaire using univariate analysis. Research results and functioning of research results. Lack of knowledge (85%) and a small portion of good knowledge (15%), changing behavior in how to care for and feed children and provide advice on feeding recommendations according to age group with good knowledge (100.0%), signs of sick toddlers and undernourished children under five with good knowledge (100.0%). Conclusions from the description of the knowledge of cadres about the interpretation of the growth chart of toddlers in Losari Kidul Village most of them already have good knowledge (100%). It is hoped that the Posyandu staff will develop facilities such as media leaflets, posters about the causes of not gaining weight such as lack of protein-energy, lack of vitamin A intake, lack of breastfeeding, and how to feed children according to age group. In addition, cadres need to be given training or socialization from the puskesmas so that they can increase the knowledge of cadres about the causes of not gaining weight.
## Keywords: Toddler, Growth Graph, Posyandu
## PENDAHULUAN
Posyandu memiliki peran penting di masyarakat dalam memantau tumbuh kembang anak balita. Pemantauan tumbuh kembang merupakan upaya dalam mencegah dan meningkatkan status gizi anak. Pada masa Covid-19 ini, Direktorat Gizi Masyarakat (2020) mengeluarkan Pedoman yang berjudul Panduan Pemantuan Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. Dalam pedoman tersebut terdapat 5 langkah pelayanan yang dilakukan pada fase adaptasi kebiasaan baru, diantaranya langkah
1 pendaftaran, langkah 2 mengukur berat badan dan panjang badan, langkah 3 pencatatan, langkah 4 melakukan plotting hasil penimbangan dan pengukuran BB/TB anak dan langkah 5 pelayanan kesehatan. Namun permasalah yang terjadi di Posyandu Desa Losari Kidul ini kader belum dapat memplotting
hasil penimbangan pada grafik tumbuh kembang balita di KMS/ buku KIA sehingga kader hanya menuliskan hasil tersebut tanpa memberikan penjelasan hasil dari arti grafik pertumbuhan anak pada KMS. Selain itu, kader belum mampu untuk menginformasikan tanda-tanda balita sakit,kader juga belum mampu untuk menilai balita yang terlihat kurang aktif. Hal ini terjadi karena pada masa covid-19 ini terdapat
pengurangan durasi pada kegiatan posyandu sehingga tidak terlaksana dengan baik serta kurangnya pemahaman kader pada grafik pertumbuhan dan kurangnya fasilitas informasi mengenai pemantauan grafik pertumbuhan balita yang dipantau pada Buku KMS/Buku KIA. Menurut (Wawan, 2010)
pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dan diharapkan mereka yang berpendidikan tinggi
akan memiliki jangkauan pengetahuan yang lebih luas. Sejalan dengan teori Kemenkes (2012) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah seseorang tersebut dalam menerima informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur gambaran pengetahuan kader posyandu dalam memberikan interpretasi grafik
pertumbuhan.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan non probability sampling . Penelitian ini dilakukan di Posyandu Desa Losari Kidul wilayah Puskesmas Losari. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 20 responden yang merupakan kader Posyandu Desa Losari Kidul.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Total Sampling . Instrumen dalam penelitian menggunakan kuesioner Kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana peneliti memberikan jawaban langsung sehingga kader hanya memilih jawaban yang relevan dengan pengetahuannya. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan kader tentang interpretasi grafik pertumbuhan dengan sub variabel diantaranya, grafik pertumbuhan, penyebab berat badan tidak naik, cara merawat dan memberikan nasehat tentang anjuran pemberian makan
sesuai golongan usia dantanda-tanda balita sakit dan gizi kurang. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan kader diukur menggunakan Kuesioner. Pengetahuan kader tentang interpretasi grafik pertumbuhan diukur berdasarkan 20 item pernyataan. Untuk jawaban yang salah diberi nilai 1 dan untuk jawaban benar diberi nilai 2. Berdasarkan jumlah skor, pengetahuan diklasifikasikan dalam 3 kategori (Arikounto, 2002) yaitu: baik apabila responden menjawab benar baik (76-100%), cukup (56- 75%) dan kurang (<55%).
## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kader Posyandu di Desa
Losari Kidul sebagian besar berumur >35 tahun (80,0%) dengan pendidikan sebagian besar Tamat SMA (65,0%), Status pekerjaan sebagian besar Ibu Rumat Tangga (IRT) (60,0%), Rata-rata kader belum pernah mendapatkan
informasi mengenai penyebab berat badan tidak naik sebanyak (85,0%), Dan sumber informasi mengenai grafik pertumbuhan didapatkan dari tenaga kesehatan sebanyak (80,0%), dan yang memiliki pengalaman menjadi kader >2 tahun sebanyak (80,0%).
Tabel 1.1 Karakteristik Responden Karakteristik Kategori Frekuensi (n) Persentase (%) Usia 20-35 tahun >35 tahun 4 16 20.0 80.0 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 2 3 13 2 10.0 15.0 65.0 10.0 Pekerjaan IRT 12 60.0
Pedagang Karyawan Swasta 1 7 5.0 35.0 Pernah atau Tidak Pernah Mendapatkan Informasi Pernah Tidak Pernah 3 17 15.0 85.0 Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Orang Terdekat 16 4 80.0 20.0 Pengalaman >2 tahun <1 tahun 16 4 80.0 20.0 Berdasarkan tabel 1.1 tentang karakteristik responden dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia menunjukan sebagian kecil berusia 20-35 tahun sebanyak 4 orang (20,0%) dan sebagian besar berusia >35 tahun sebanyak 16 orang (80,0%). Menurut peneliti, usia kader dapat mempengaruhi pengetahuan, hal ini dikarenakan pada usia rentang 36-45 tahun merupakan usia matang, yang dimana seseorang pada usia tersebut akan memiliki pola tangkap dan daya piker. Sementara pendidikan responden terdapat responden yang telah menyelesaikan pendidikan tamat SD sebanyak 2 orang (10,0%), pendidikan tamat SMP sebanyak 3 orang (15,0%), pendidikan tamat SMA sebanyak 13 orang (65,0%), pendidikan Diploma III sebanyak 1 orang (5,0%) dan pendidikan Sarjana sebanyak 1 orang (5,0%). Sedangkan pada pekerjaan yang diperoleh dari dua puluh kader
posyandu Desa Losari Kidul menunjukan bahwa ibu yang menjadi ibu rumah tangga sebanyak 12 orang (60,0%), pedagang sebanyak 1 orang (5,0%), dan karyawan swasta sebanyak 7 orang (35,0%). Pada karakteristik pernah atau tidak pernah mendapatkan informasi sebagian besar responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang penyebab berat badan tidak naik sebanyak 17 orang (85,0%) dan sebagian kecil yang pernah mendapatkan informasi sebanyak 3 orang ( 15,0%). Seluruh responden telah mendapatkan sumber informasi tentang Grafik Pertumbuhan Balita dari Tenaga Kesehatan
(Dokter/Bidan) sebanyak 20 orang (100,0%). Dan pegalaman menjadi kader >2tahun sebanyak 16 orang (80,0%) dan sebagian kecil yang belum lama memiliki pengalaman menjadi kader <1tahun sebanyak 4 orang (20,0%). Tabel 1.2 Gambaran Pengetahuan Kader Tentang Interpretasi Grafik Pertumbuhan Balita di Desa Losari Kidul Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 20 100,0 % Cukup 0 0 Kurang 0 0 Jumlah 20 100,0% Berdasarkan hasil penelitian keseluruhan responden sejumlah 20 orang (100,0%) memiliki pengetahuan yang baik tentang interpretasi grafik pertumbuhan balita. Hasil penelitian tersebut
dipengaruhi oleh faktor pendidikan, yang dimana sesuai pada tabel 4.2 bahwa kader yang berpendidikan SMA 13 orang (65,0%) dan Perguruan Tinggi 2 orang (10,0%). Menurut penulis, hasil penelitian mengenai pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dapat dibuktikan dari beberapa responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah ke atas tidak selalu menjamin memiliki pengetahuan yang rendah, sebaliknya responden dengan tingkat pendidikan menengah dapat menjawab pernyataan kuesioner dengan benar disebabkan karena mereka aktif dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, sehingga mereka memperoleh informasi lebih dari tenaga kesehatan (bidan) yang mana dapat mempengaruhi pengetahuan mereka. Didukung dengan teori (Notoatmodjo, 2010) bahwa pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam peningkatan penegtahuan. Dengan responden yang memiliki pendidikan tinggi, diyakini akan mengalami peningkatan pengetahuan karena
informasi yang diperoleh baik dalam bidang pendidikan formal maupun non-formal, dan dengan pendidikan yang tinggi pula, responden akan cenderung untuk mencari informasi
baik dari orang lain maupun dari media massa. Di dukung juga dengan hasil penelitian Nursalam dan parini (2001) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Selain pendidikan, pengetahuan yang di dapatkan responden tidak hanya dari pendidikan formal saja, tetapi dari pengalaman dirinya maupun lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1.1 bahwa kader yang memiliki pengalaman >2 tahun sebanyak 16 orang (80,0%). Menurut peneliti pengalaman merupakah faktor yang mempengaruhi
pengetahuan. Ditinjau dari jenis kegiatan yang serin berinteraksi dengan orng lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dan mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik. Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Kader Berdasarkan Subvariabel Interpretasi Grafik Pertumbuhan Balita Desa Losari
Kidul Tahun 2021
Subvariabel Baik Cukup Kurang F % F % F % Grafik Pertumbuhan Baik 20.0 100.0 - - - - Penyebab Berat Badan Tidak Naik Baik Kurang 3.0 15.0 - - 17 85.0
Cara Merawat Dan Memberi Nasehat Tentang Anjuran Pemberian Makan Sesuai Golongan Usia 20 100.0 - - - - Tanda-Tanda Balita Sakit Dan Gizi Kurang. Baik 20 100.0 - - - Pembahasan 1. Grafik Pertumbuhan Hasil penelitian pada tabel 1.3 menunjukkan bahwa dari 4 subvariabel yang telah ditanyakan mengenai interpretasi grafik pertumbuhan balita, pengetahuan kader mengenai grafik pertumbuhan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik (100,0%). Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa terdapat 2 orang responden yang menjawab salah mengenai
KMS/Buku KIA merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak dan Grafik berwarna hijau menunjukan bahwa berat badannya tidak normal. setelah dilakukan wawancara sederhana didapatkan 2 orang kader tersebut memiliki pengalaman yang kurang yaitu <1tahun sehingga masih belum terbiasa pada pelayanan posyandu. Menurut penulis, hasil penelitian mengenai pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dapat dibuktikan dari beberapa responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah ke atas tidak selalu menjamin memiliki pengetahuan yang rendah, sebaliknya responden dengan tingkat pendidikan menengah dapat menjawab pernyataan kuesioner dengan benar disebabkan karena mereka aktif dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, sehingga mereka memperoleh informasi lebih dari tenaga kesehatan (bidan) yang mana dapat
mempengaruhi pengetahuan mereka.
Didukung dengan teori (Notoatmodjo, 2010) bahwa pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam peningkatan penegtahuan. Dengan responden yang memiliki pendidikan tinggi, diyakini akan mengalami peningkatan pengetahuan karena informasi yang diperoleh baik dalam bidang pendidikan formal maupun non-formal, dan dengan pendidikan yang tinggi pula, responden akan cenderung untuk mencari informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Di dukung juga dengan hasil penelitian (Nursalam & Parini., 2001) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Selain pendidikan, pengetahuan yang di dapatkan responden tidak hanya dari pendidikan formal saja, tetapi dari pengalaman dirinya maupun lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 bahwa kader yang memiliki pengalaman >2 tahun sebanyak 16 orang (80,0%). Menurut peneliti pengalaman merupakah faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Ditinjau dari jenis kegiatan yang serin berinteraksi dengan orng lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa
ada interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dan mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik. Didukung dengan teori menurut (Mubarak, 2007) pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman yang dimaksudkan adalah pengalaman responden dalam melakukan kegiatan posyandu seperti melakukan pengukuran BB/TB balita. Didukung pula berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mochtar, 2014) tentang pengaruh tingkat pengetahuan dengan pengalaman kerja kader bahwa terdapat hubungan antara pengalaman dengan pengetahuan dengan p -value 0,021.
Selain pendidikan dan pengalaman, faktor usiapun merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengetahuan yang baik kepada seseorang. Dalam penelitian ini, tabel 4.1 menunujukkan hasil sebagian besar kader berusia >35 tahun sebanyak 16 orang (80,0%).
Menurut peneliti, usia kader dapat mempengaruhi pengetahuan, hal ini dikarenakan pada usia rentang 36-45 tahun merupakan usia matang, dimana seseorang pada usia tersebut akan memiliki pola tangkap dan daya pikir yang baik sehingga pengetahuan yang dimilikinya juga akan semakin baik. Didukung oleh teori menurut (Purwaningsih, 2013) semakin cukup usia seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Didukung pula oleh
penelitian (Widyatun, 2009), yang menyebutkan bahwa umur dapat berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dimana semakin bertambah umur seseorang maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang di perolehnya, sehingga bisa meningkatkan
kematangan mental dan intelektual. Usia seseorang yang lebih dewasa mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan dalam berfikir dan menerima informasi yang semakin lebih baik jika di bandingkan dengan usia yang lebih muda. Usia mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang. Semakin dewasa umur maka tingkat kematangan dan kemampuan menerima informasi lebih baik jika di bandingkan dengan umur yang lebih muda atau belum dewasa Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) bahwa grafik pertumbuhan yang terdapat dalam KMS digunakan untuk memantau pertumbuhan bayi setiap bulannya, apakah bayi berkembang normal atau mengalami gangguan pertumbuhan. Jika grafik berat badan bayi mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS artinya anak tumbuh dengan baik, semakin kecil risiko anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Namun sebaliknya, jika kurva berat badan tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan, anak kemungkinan sakit atau berisiko mengalami gangguan pertumbuhan. Dengan
KMS atau Buku KIA gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diidentifikasi lebih awal, sehingga langkah-langkah preventif dapat dilaksanakan lebih cepat dan
lebih tepat sebelum masalahnya menjadi lebih buruk.
Hal ini sesuai dengan buku
WHO-NCHS mengenai kurva/ grafik mengemukakan bahwa pertumbuhan pada KMS yaitu disesuaikan dengan dituasi Indonesia. Batas kurva bagian atas adalah persentil ke-50 dari berat badan rata-rata anak laki-laki dan garis bawah adalah persentil ke-3 dari berat badan anak perempuan.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019), pertumbuhan anak di bawah usia 5 tahun dapat ditentukan dengan
penimbangan berat badan setiap bulan, dan hasil pengukuran berat badan dicatat dalam KMS dengan menentukan/memberikan titik pada berat badan KMS. Dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Setiap kelompok kurva memiliki kurva yang mewakili pola kenaikan berat badan berupa garis berwarna merah dengan pita kuning, hijau muda, dan hijau tua.
2. Penyebab Berat Badan Tidak Naik
Berdasarkan hasil penelitian pada subvariabel mengenai pengetahuan kader tantang penyebab berat badan tidak naik dengan berpengetahuan kurang sebanyak 17 orang (85,0%) dan kader yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang (15%). Dalam penelitian ini bahwasannya 17 orang kader yang memiliki pengetahuan kurang terdapat pada item pertanyaan “Salah satu penyebab berat badan tidak naik adalah kurangnya asupan vitamin A” mayoritas kader menjawab benar sebanyak 3 orang (15%) sedangkan kader yang menjawab salah sebanyak 17 orang (85%). Dalam hal ini kader yang memiliki pengetahuan
kurang yaitu pada pernyataan “Salah satu penyebab berat badan tidak naik adalah kurangnya asupan vitamin A”. menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang diterbitkan oleh (Kementerian Kesehatan R, 2020) menyatakan bahwa manfaat Vitamin A pada anak yaitu untuk
meningkatkan kesehatan mata dan pertumbuhan anak.
Menurut Kemenkes RI (2016) dalam penelitian (Andriani, P, 2019) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian
Vitamin A Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Kota Kendari” menyatakan bahwa kekurangan Vitamin A akan mengurangi penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang mempengaruhi pada kelangsungan hidup anak. Solusi untuk mengatasi kekurangan Vitamin A saat ini tidak hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga bekerja untuk merangsang pertumbuhan dan kesehatan anak untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita, sehingga berpotensi terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja orang dewasa.
Pemberian Vitamin A pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama dari pihak ibu, antara lain pengetahuan dan pendidikan tentang pemberian Vitamin A pada balitanya, dan pekerjaan atau kesibukan ibu yang dapat menghambat ibu untuk membawa balita guna diberikan Vitamin A di Posyandu atau Puskesmas. (Fatmawati dkk, 2010).
Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sangat mempengaruhi praktek gizi dalam penyelenggaraan makanan keluarga. Sehingga pemberian makanan terhadap balita yang pernah terkena KEP (kekurangan Energi Protein) dapat membuat berat badan balita menjadi
baik, dan terhindar dari status gizi buruk atau KEP. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2011).
Hail penelitian ini didukung oleh penelitian (Alfian. D ., Triska .S., & Sri.S., 2015) mengenai “Frekuensi Kunjungan Posyandu Dan Riwayat Kenaikan Berat Badan Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 3-5 Tahun” bahwa faktor yang mempengaruhi berat badan tidak naik yiayu stunting. Yang dimana stunting merupakan masalah yang terdapat pada kurangnya gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam kurun waktu yang lama sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Didukung pula oleh penelitian yang dilakukan (Welaasih & Wirjatmadi, 2012) yang menyatakan bahwa anak stunting mempunyai frekuensi yang lebih sedikit dalam tingkat kehadiran posyandu. Posyandu merupakan tempat monitoring status gizi dan pertumbuhan anak yang sangat tepat sehingga dengan datang ke posyandu akan diukur tingkat pertambahan berat badan dan tinggi badan secara rutin dalam setiap bulannya.
3. Cara Merawat Dan Memberi Nasehat Tentang Anjuran Pemberian Makan Sesuai Golongan Usia Berdasarkan ahsil penelitian mengenai Cara Merawat Dan Memberi Nasehat Tentang Anjuran Pemberian Makan Sesuai Golongan Usia sebagian besar memiliki
pengetahuan baik sebanyak 20 orang (100,0%). Hal ini dipengarugi oleh beberapa faktor seperti pengalaman, pekerjaan, dan usia. berdasarkan 3 faktor diatas menunjukkan bahwa semakin kader aktif dalam mengikuti kegiatan Posyandu maka akan semakin bertambaha pula
pengetahuannya. Berdasarkan hasil penelitian Puspa Amalia dan Rahmawati Lusi dalam penelitian yang berjudul “Praktik pemberian makan dan perawatan kesehatan Anak di kelompok bermain Al-Azhar 1” tahun 2020 mengemukakan bahwa jadwal makan anak yang teratur dapat menjamin kecukupan asupan zat gizi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh subjek (60%) ditentukan jadwal makannya oleh ibu. Menurut (IDAI, 2015) menyampaikan bahwa setelah usia 6 bulan. Kebutuhan nutrisi bayi, baik makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat dipenuhi melalui ASI saja. Memulai pemberian MP-ASI pada waktu yang tepat akan sangat bermanfaat bagi anak dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembangnya. Periode ini, juga dikenal sebagai periode penyapihan ( weaning ), yang melibatkan pengenalan makanan khusus selain ASI secara bertahap berdasarkan jenis, jumlah, frekuensi, tekstur dan konsistensi sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak terpenuhi dengan makanan tersebut.
Masa transisi yang berlangsung dari 6 bulan hingga 23 bulan merupakan masa yang rentan bagi tumbuh kembang anak karena jika tidak diberikan makanan yang tepat baik kualitas maupun kuantitas, anak dapat mengalami gizi buruk. (IDAI, 2015).
Sehingga hasil distribusi ini sesuai dengan Buku KIA (2020) bahwa kader sudah mengetahui cara pemenuhan gizi balita dengan variasi makanan keluarga antara lain makanan utama, lauk pauk, sayur dan buah pada usia 2-5 tahun. Sejalan dengan penelitian (Wahyu.K., Luvi.D., & Kusumasari,
2020) tentang “Efektifitas Pelatihan Pembuatan PMT Menu Lokal Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Memberikan PMT Pada Balita Dengan Gizi Kurang Di Desa
Leyangan” bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan merupakan aspek yang berpengaruh terhadap usaha peningkatan gizi masyrakat, yang mencangkup
tingkat konsumsi keluarga.
4. Tentang Tanda-Tanda Balita Sakit Dan Gizi Kurang
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui pengetahuan kader tentang tanda-tanda balita sakit dan gizi kurang memiliki pengetahuan baik sebanyak 20 kader (100,0%). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa keaktifan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan kader. Seperti halnya pada seluruh pernyataan tersebut sudah sesuai dengan ada Buku KIA yang dimiliki oleh seluruh balita. Sehingga jika kader aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu maka akan semkain bertambah pengetahuannya. Sejalan dengna hasil penelitian (Profita, 2018) yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Desa Pengadegan Kabupaten Banyuman” bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan keaktifan kader posyandu di Desa Pengadegan wilayah kerja Puskesmas I Wangon. Hal ini dapat dilihat dari nilai X2 hitung (Chi-Square) yang dihasilkan sebesar 14,000 yang berarti X2
hitung>X2 tabel. Nilai P-value
sebesar 0,000, yang berarti nilai P- value <α 0,05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
secara statistic terdapat hubungan antara pekerjaan dengan keaktifan kader Posyandu.
Menurut Buku KIA 2020 ada beberapa tanda balita sakit.
Diantaranya demam, batuk, dan diare. Jika anak mengalami demam dan masih menyusui, pemberian ASI harus lebih sering, jangan menutupi anak dengan pakaian tebal, kompres air biasa atau air hangat, dilarang mengompres anak dengan air dingin karena anak bisa menggigil. Jika anak demam tinggi, beri obat penurun panas sesuai dosis. Di daerah endemis malaria, balita sebaiknya tidur di bawah kelambu anti nyamuk. Segera bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan jika demam anak disertai kejang, setelah diberi penurun panas demam tidak mereda selama 2 hari, demam disertai bintik merah atau mimisan dan/atau tinja berwarna hitam. Menurut Buku KIA 2020 jika anak mengalami batuk, berikan ASI lebih sering, beri minum air matang lebih banyak, dan jika sudah lebih dari usia 1 tahun, berikan minum kecap manis atau madu dicampur air sari lemon sebagai obat pelega tenggorokan, jauhkan dari asap rokok, asap dapur, asap sampah, polusi, asap kendaraan bermotor dan debu. Bawa anak ke fasilitas kesehatan jika batuk tidak hilang dalam 2 hari, atau anak mengalami sesak napas, dan demam.
Menurut hasil penelitian (Alamsyah,
D,.
Mexitalia, & Margawati, 2015:133) yang berjudul Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Pada Balita 12-59 bulan menyetakan bahwa prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berkaitan dengan sikap ibu terhadap makanan. Sikap terhadap makanan juga berkaitan dengan kebiasaan makan,
budaya masyarakat, kepercayaan dan pilihan makanan.
Persoalan gizi kurang dan gizi buruk pada balita dapat disebabkan oleh sikap atau perilaku ibu yang menjadi faktor penyebab dalam pemilihan pola makan yang tidak tepat. Klasifikasi komposisi makanan, jumlah makanan yang cukup dan variasi makanan tersebut tergantung pada pemahaman ibu tentang makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan makanan terutama pada anak balita, sehingga menyebabkan zat-zat gizi dalam kualitas dan kuantitas tidak memenuhi kebutuhan tubuh (Julita N, 2011).
Sehingga hasil distribusi ini sesuai dengan Buku KIA (2020) bahwa kader sudah mengetahui tanda-tanda balita sakit seperti tidak ada kenaikan berat badan pada buku KMS, bayi tidak bisa menyusu, dan demam
## SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gambaran Pengetahuan Kader Tentang Interpretasi Grafik Pertumbuhan Balita Di Desa Losari Kidul Tahun 2021 pada bulan Desember 2021 dengan jumlah sampel petugas
Posyandu sebanyak 20 kader maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pengetahuan kader Tentang Interpretasi Grafik Pertumbuhan Anak Balita Di posyandu Desa Losari Kidul keseluruhan berpengetahuan baik sebanyak 100% b. Pengetahuan kader posyandu tentang grafik pertumbuhan anak balita di posyandu keseluruhan berpengetahuan baik sebanyak 100%.
c. Pengetahuan kader tentang penyebab berat badan yang tidak naik sebagian besar pengetahuan kurang sebanyak 85% dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 15,0%.
d. Pengetahuan kader tentang mengubah perilaku cara merawat dan memberi makan anak serta memberikan nasehat tentang anjuran pemberian makan sesuai golongan usia sebagian besar pengetahuan baik sebanyak 100,0%.
e. Pengetahuan kader tentang tanda-tanda balita sakit dan balita gizi kurang sebagian besar pengetahuan baik sebanyak 100,0%.
## 2. Saran
Setelah melakukan penelitian,
peneliti menyarankan beberapa hal yaitu : Bagi Instansi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi evidence based bagi perkembangan ilmu praktik kebidanan, khsususnya terkait pemantauan pertumbuhan kesehatan balita dan grafik pertumbuhan pada KMS dan diharapkan dapat menambah bahan literature mengenai pertumbuhan anak balita. Bagi Posyandu Diharapkan kepada para keder posyandu agar mengembangkan sarana seperti media lefleat, poster tentang
penyebab berat badan tidak naik seperti kurangnya energi protein, kurangnya asupan Vitamin A, kurangnya pemberian ASI dan cara pemberian makan pada anak sesuai golongan usia. Selain itu kader perlu diberikan pelatihan atau sosialisasi dari pihak puskesmas agar dapat
menambah pengetahuan terhadap kader mengenai penyebab berat badan tidak naik.
Bagi peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap jumlah sampel yang lebih banyak dengan menggunakan metode bivariat dan multivariat untuk mendapatkan hasil yang lebih lengkap dan akurat dengan menggunakan instrumen yang lebih berkualitas.
## DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Gizi Masyarakat. (2020). Panduan Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan Di Posyandu Untuk Kader Dan Petugas Posyandu . Jakarta : Direktur Gizi Masyarakat IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). 2020 . Kurva Pertumbuhan WHO. Jakarta Pusat. Diakses pada tanggal 18-12-2021 pukul 16.15 https://www.idai.or.id/profe ssional-resources/kurva-
pertumbuhan/kurva-
pertumbuhan-who
Ismawati, C. S., Proverawati, A., dan Pebriyanti, S. (2010). Posyandu dan Desa Siaga .Yogyakarta : Nuha
Medika. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. _________ (2020). Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap Darurat Covid-19 Bagi Tenaga Kesehatan . Jakarta : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat __________ (2019). Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta: Kementerian Kesehatann RI.
__________ (2020). Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Jakarta : Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency) Kusumasari, G., Kristiningrum,W., & Afriyani,.L. (2020) Efektivitas Pelatihan Pembuatan PMT Menu Lokal Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Memberikan
PMT Pada Balita Dengan Gizi Kurang Di Desa Leyangan. Journal of Holistics and Health Science. Vol 2 No.2 Hal. 27- 28. http://e- abdimas.unw.ac.id/index.php/j hhs/article/view/50
Mudjianto. ( 2018 ) . Efektifitas Kartu Menuju Sehat (KMS) Anak Balita sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di Posyandu. Badan Litbangkes-kesehatan republic Indonesia. Diakses pada tanggal 18-12-2021 pukul 16.00. http://www.litbang.kemkes.go.i d:8080/handle/123456789/203 01 \ Sengkey, W., Kandow, D., & Pangemanan, M. (2015). Analisis Kinerja Kader Posyandu di Puskesmas Paniki Kota Manado. https://ejournal.unsrat.ac.id/ind ex.php/jikmu/article/view/7858 /7908 . JIKMU, Vol. 5, No. 2b Hal 500. Diakses pada Rabu 15/09/2021 Pukul 10:03 Sofwati. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan kader tentang KMS di Posyandu. Bagian Kependidikan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Universitas Sebelas Maret
Wawan, A & M. Dewi (2014). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
|
c10b8452-b065-4d81-ad30-19a46e3a2df9 | https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/sainstekes/article/download/3407/1381 | Pengaruh Penyuluhan dengan Media Video terhadap Pengetahuan Pencegahan Diare: Studi Pra Eksperimen pada Masyarakat Desa Kresek, Kabupaten Tangerang
The Effect of Counseling with Video Media On Diarrhea Prevention Knowledge: Pre-Experimental Study of the Desa Kresek, Kabupaten Tangerang
Shavira Wadya Putri 1 , Kholis Ernawati 2* , Khafifah Puja Atmalia 1 , Bilqish Karidza 1 , Lulu Nuraviah Ahmad 1 , Riyan Triangga 1 , Nanda Febylia 1
1 Coass Community Medicine, Faculty of Medicine, Universitas YARSI
2 Lecturer of the Department of Public Health, Faculty of Medicine, Universitas YARSI
* Corresponding author: [email protected]
KATA KUNCI Diare, Penyuluhan, Media Video, Pengetahuan Pencegahan Penyakit ABSTRAK Rendahnya pengetahuan terkait pencegahan diare menjadi salah satu penyebab angka diare masih tinggi di Indonesia. Telah banyak cara dilakukan guna meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pencegahan diare salah satunya dengan mengadakan penyuluhan menggunakan media video. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penyuluhan dengan menggunakan media video terhadap i pengetahuan pencegahan diare: studi pra-eksperimen pada masyarakat Desa Kresek, Kabupaten Tangerang. Desain penelitian adalah pre-eksperiment one group pre-test-post-test. Populasi adalah masyarakat di Kampung Nambo, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2023. Kriteria responden usia di atas 13 tahun. Sampel penelitian berjumlah 40 orang diambil secara consecutive sampling yang diambil selama tujuh hari. Intervensi dilakukan dengan edukasi menggunakan media video dengan judul “Ayo Cegah Diare” (Hak Cipta No EC00202310110). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Uji T dengan bantuan SPSS versi 26.0 untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan video terhadap peningkatan pengetahuan responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah jawaban benar pada pertanyaan kuesioner setelah pemberian video edukasi. Sebelum edukasi dengan video jumlah responden yang pengetahuannya baik hanya 2 orang (5%). Setelah penyuluhan meningkat menjadi 37 orang (92,7%). Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,000. Terdapat pengaruh penyuluhan dengan media video terhadap peningkatan pengetahuan responden.
KEYWORDS Diarrhea, Counseling, Video Media, Knowledge of Disease Prevention ABSTRACT Low knowledge of diarrhea prevention is why diarrhea rates are still high in Indonesia. There have been many ways to increase public knowledge related to diarrhea prevention, one of which is by conducting counseling using video media. This study aimed to determine the effect of video media counseling on knowledge of diarrhea prevention: a pre-experimental study in the community of Kresek Village, Tangerang Regency. The research design was pre- experiment one group pre-test-post-test. The population was the community in Kampung Nambo, Kresek District, Tangerang Regency, Banten Province. The study was conducted in January 2023. Criteria for respondents over 13 years of age. The study sample amounted to 40 people taken by consecutive sampling, which was taken for seven days. The intervention was conducted with education using video media titled "Let's Prevent Diarrhea" (Copyright No EC00202310110). The collected data were analyzed using the T-test with the help of SPSS version 26.0 to determine the effect of counseling with videos on increasing respondents' knowledge. The results showed an increase in the number of correct answers to questionnaire questions after providing educational videos. Before education with video, the number of respondents with good knowledge was only two people (5%). After counseling, it increased to 37 people (92.7%). The Wilcoxon test results showed that the p-value was 0.000. There is an effect of counseling with video media on increasing respondents' knowledge.
## PENDAHULUAN
Diare merupakan suatu kondisi dimana keluarnya feses lebih dari tiga kali dengan konsistensi cair yang dapat disertai dengan darah atau lendir ( World Health Organization , 2019, Apriani,
2022). Diare merupakan suatu penyakit menular yang menjadi penyumbang ketiga kematian pada semua umur setelah penyakit Tuberkulosis (TB) dan Pneumonia (Wijayanti, 2017). Pada tahun 2017 jumlah penderita diare semua umur yang datang dan dilayani di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita. Pada tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah penderita menjadi 4.504.524 penderita atau 62,93% dari perkiraan diare di i sarana kesehatan (Kemenkes RI, 2018). Jumlah kasus Diare di Propinsi
Banten untuk semua umur pada tahun 2019 adalah 250.516 kasus. Tangerang menempati peringkat kedua kasus tertinggi dengan jumlah kasus 42.309 kasus (Dinkes Provinsi Banten, 2020). Kasus diare tahun 2018 di wilayah kecamatan Kresek, kabupaten Tangerang adalah sebanyak 1.788 (Puskesmas Kresek, 2020). Kasus Diare termasuk 10 besar penyakit terbanyak berdasarkan kunjungan masyarakat ke puskesmas (Puskesmas Kresek, 2021).
Diare dapat disebabkan oleh empat faktor yaitu food (makanan), feces (tinja), fly (lalat), dan finger (tangan). (Khasanah & Sari, 2020). Menurut Eldysta faktor risiko terjadinya diare adalah kebiasaan perilaku cuci tangan setelah makan maupun setelah buang air
NURAVIAH AHMAD, RIYAN TRIANGGA, NANDA FEBYLIA
besar, fasilitas air bersih, sumber air minum, tempat pembuangan sampah dan limbah, serta kebersihan dari pengolahan makanan (Eldysta et al. , 2022).
Ketersediaan air bersih dan ketersediaan air minum juga memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare pada balita (p=0,013) (Ernawati, 2004). Perilaku penjamah makanan yang baik akan mengurangi risiko penularan penyakit, salah satunya ialah diare (Ernawati et al. , 2021). Berdasarkan data Puskesmas Kresek tahun 2021 menunjukkan keluarga yang mempunyai jamban sendiri adalah 70.09%. Akses keluarga terhadap air bersih sebesar 87.29%. Jumlah cakupan rumah yang dilakukan pembinaan 79.08%. Jumlah rumah yang dibina, yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 89,76% dan sisanya (10,23%) belum memenuhi syarat kesehatan. Dari data tersebut di atas, menunjukkan bahwa permasalahan kepemilikan jamban, akses air bersih dan rumah sehat masih menjadi masalah di kecamatan Kresek, kabupaten Tangerang. Salah satu aspek yang mempengaruhi pengetahuan adalah paparan informasi. Media video menjadi salah satu alternatif sebagai sarana penyampai pesan kepada sasaran kegiatan penyuluhan (Zulkifli et al., 2021). Media video termasuk media interaktif dapat menanamkan rasa percaya diri dan mempercepat perubahan kognitif, efektif, dan psikologis (Aqlina et al ., 2022). Menurut mawan, yang dimana, video penyuluhan adalah media audio-visual yang digunakan untuk memberikan
pendidikan kepada
masyarakat luas. Video digunakan sebagai media penyuluhan karena dapat memberikan pesan yang dapat diterima secara merata, lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai kebutuhan dapat mempengaruhi sikap yang menonton, serta sangat bagus untuk menyebarkan informasi (Mawan et al., 2017). Salah satu penelitian terkait
efektivitas video penyuluhan terkait pencegahan diare terbukti efektif sebagai metode edukasi yang valid dan dapat diandalkan untuk menjadi bahan untuk edukasi informasi kesehatan khususnya dalam mencegah diare. Metode ini dapat digunakan untuk berbagai kalangan, tetapi harus memperhatikan isi konten yang memperhatikan latar belakang budaya (Aqlina et al. , 2022). Berdasarkan uraian diatas yaitu data Diare di Kresek masih cukup tinggi dan termasuk sepuluh besar penyakit di wilayah kerja Puskesmas Kresek dan adanya faktor risiko diare yaitu jamban, akses air bersih dan rumah sehat makai tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh penyuluhan dengan mediai video terhadap pengetahuan pencegahan diare: studi pra eksperimen pada masyarakat Desa Kresek, Kabupaten Tangerang.
## METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah eksperimental semua a atau quasi experiment design . Penelitian dilakukan di Kampung Nambo, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2023. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kampung Nambo, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Consecutive sampling selama tujuh (7) hari. Kriteria responden adalah usia di atas 13 tahun. Intervensi dilakukan dengan edukasi menggunakan media video dengan judul “Ayo Cegah Diare” yang telah mendapatkan hak cipta (No EC00202310110, tanggal 2 Februari 2023) kepada daerah populasi di
Kampung Nambo . Materi video berisi definisi, penyebab, pencegahan, dan tata laksana mandiri diare di rumah. Kriteria inklusi responden adalah, berusia >13 tahun, dapat membaca dan dapat menulis, bersedia menjadi responden. Kriteria
## PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN PENCEGAHAN DIARE: STUDI PRA EKSPERIMEN PADA MASYARAKAT DESA KRESEK, KABUPATEN TANGERANG
eksklusi penelitian ini adalah, tidak ada saat dilakukan penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah desain pre-eksperiment one group pre-test-post- test. Desain ini melibatkan satu kelompok yang diberi pre-test (O), diberi treatment (X) dan diberi post-test . Keberhasilan treatment ditentukan dengan membandingkan nilai pre-test dan nilai post-test . Kuesioner pre-test dan post-test telah diuji validitas dan reabilitas terhadap 10 orang responden dengan hasil Cronbach’s Alpha dengan hasi 0,6. Jumlah pertanyaan pada kuesioner ada enam (6) buah yaitu tentang pengetahuan
diare dan pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Model jawaban pertanyaan multiple choice . Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan media video terhadap peningkatan pengetahuan digunakan uji T. Analisis dilakukan dengan bantuan SPSS versi 26.0. Sebelum uji T dilakukan uji normalitas data.
## HASIL
Jumlah responden hasil dari kegiatan pengumpulan data selama tujuh hari berjumlah 40 orang. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 . Karakteristik Responden Kategori Jumlah Persentase (%) Usia < 17 tahun 2 5.0 17-25 tahun 9 22.5 26-35 tahun 12 30.0 36-45 tahun 3 7.5 46-55 tahun 6 15.0 56-65 tahun 6 15.0 > 65 tahun 2 5.0 Total 40 100.0 Jenis Kelamin Laki-laki 13 32.5 Perempuan 27 67.5 Total 40 100.0 Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok umur responden paling banyak pada rentang 26-35 tahun yakni sebanyak 12 orang (30 persen), sedangkan kelompok usia yang paling sedikit berada di bawah 17 tahun dan di atas 65 tahun yakni masing-masing umur sebanyak dua
orang. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan paling banyak dalam penelitian ini perempuan, yakni sebanyak 27 orang atau 67,5 persen sedangkan laki-laki sebanyak 13 orang atau 32,5 persen.
## SHAVIRA WADYA PUTRI, KHOLIS ERNAWATI, KHAFIFAH PUJA ATMALIA, BILQISH KARIDZA, LULU
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tiap Pertanyaan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Pertanyaan Kuesioner Sebelum Intervensi Jawaban Benar Jawaban Salah P1 18 (45%) 22 (55%) P2 8 (20% 32 (80%) P3 25 (62,5%) 15 (37,5%) P4 13 (32,5%) 27 (67,5%) P5 7 (17,5%) 33 (82,5%) P6 9 (22,5%) 31 (77,5%) Pertanyaan Kuesioner Sesudah Intervensi Jawaban Benar Jawaban Salah P1 39 (97,5%) 1 (2,5%) P2 38 (95%) 2 (5%) P3 40 (100%) 0 (0%) P4 36 (90%) 4 (10%) P5 24 (60%) 16 (40%) P6 39 (97,5%) 1 (2,5%) Keterangan: P1: Definisi diare
P2: Penyebab diare P3: Media penularan melalui minuman P4: Media penularan melalui makanan P5: Cara mencegah diare P6: Cara penanganan diare di rumah
Tabel 2 menunjukkan terdapat peningkatan jumlah jawaban benar pada pertanyaan kuesioner setelah pemberian video edukasi, dimana peningkatan jumlah jawaban yang benar terdapat pada seluruh butir pertanyaan. Semua responden mampu menjawab dengan benar setelah intervensi penyuluhan ada pada pertanyaan tiga yaitu pertanyaan mengenai bagaimana cara mencegah diare.
Tabel 3 . Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Kategori Sebelum Sesudah Baik 2 (5%) 37 (92,5%) Buruk 38 (95%) 3 (7,5%) Total 40 (100%) 40 (100%)
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah responden dengan pengetahuan kategori baik setelah pemberian video edukasi, sebelum diberikan video, hanya 2 responden (5 persen) yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Setelah diberikan,
terjadi peningkatan sebanyak 37 responden (92,5%) yang memiliki pengetahuan terkait diare dengan kategori baik. Hasil dikategorikan baik apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan skor >7 dan dikatakan buruk jika skor <7 dengan skor maksimal 10. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai signifikansi
Kolmogorov-Smirnovidan Shapiro-Wilk adalah 0,000 dimana nilai tersebut dibawah 0,05 sehingga data diatas dapat dinyatakan tidak berdistribusi normal.
Maka, analisa data selanjutnya dilakukan dengan uji Wilcoxon untuk mengetahui peningkatan hasil pengetahuan peserta setelah diberikan video edukasi.
Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan N Mean SD P Value Pretest 40 0,05 0,22 0,000 Postest 40 0,92 0,26 Hasil Uji Wilcoxon pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti tolak H0. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai pretest dan postest responden yang bermakna setelah diberikan video edukasi terkait diare. Maka, dapat disimpulkan pula bahwa terdapat pengaruh pemberian video edukasi terhadap hasil test responden berupa peningkatan pengetahuan terkait diare.
## PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur responden paling banyak pada rentang 26-35 tahun (tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa penyampaian informasi yang baik yaitu pada masa dewasa. Karena masa dewasa merupakan masa dimana terjadi perkembangan intelegensia, kematangan mental, kepribadian, pola pikir dan perilaku sosial. Dengan demikian dari informasi yang didapat akan membentuk sebuah pengetahuan dan sikap dilihat dari respons setelah informasi diterima.
( Syamsul et al ., 2022).
Hasil uji bivariat pada penelitian ini (Tabel 4) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan jumlah responden dengan kategori pengetahuan baik yang signifikan pada hasil pre-test dan post-test setelah diberikan intervensi video edukasi terkait diare. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aqlina, Ella, Angelica, serta Rahayuni dan Rusminingsih bahwa terdapat pengaruh promosi Kesehatan dengan media video edukasi terhadap tingkat
pengetahuan responden sebagai upaya pencegahan diare (Aqlina et al ., 2022b), (Ella et al., 2018), (Angelica, 2022), (Rahayuni & Rusminingsih, 2021). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera penglihatan dan informasi lebih sering diingat apabila mereka dapat membaca informasi tersebut secara mandiri. Pemilihan media yang tepat sangat penting dalam menyampaikan informasi. Media yang dipakai dalam kegiatan edukasi juga berperan penting dalam peningkatan pengetahuan responden. Video adalah teknologi penangkapan, perekaman, pengolahan, dan penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik (Notoatmodjo, 2012). Media video dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, karena dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau kompleks melalui stimulus audio visual yang akhirnya membuahkan hasil yang lebih baik. Kelebihan media video juga dapat memudahkan dalam menyajikan informasi, memiliki daya tarik, dan bersifat interaktif (Rahayuni & Rusminingsih, 2021). Penelitian yang dilakukan Antari menunjukkan bahwa Pendidikan Kesehatan dengan media video lebih efektif disbanding media leaflet terhadap perilaku cuci tangan pada siswa SD Bintaran Yogyakarta (Antari et al ., 2020). Keterbatasan penelitian adalah tidak semua responden dapat mengakses media penyuluhan berbasis digital seperti
video yang digunakan dalam penelitian karena keterbatasan sarana alat untuk memutar video yang dimiliki oleh responden.
## SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan penelitian adalah terdapat peningkatan jumlah jawaban benar terdapat pada seluruh butir pertanyaan kuesioner. Kategori pengetahuan baik responden sebelum penyuluhan dengan video hanya 2 orang
(5%). Setelah penyuluhan meningkat menjadi 37 orang (92,7%). Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p- value sebesar 0,000.
Saran penelitian berikutnya adalah mengembangkan media penyuluhan non digital seperti brosur, poster, dan leaflet. Hasil penelitian dengan berbagai media penyuluhan (baik digital maupun non digital) dibandingkan efektifitasnya.
## ETIKA RISET
Responden diminta persetujuannya mengikuti kegiatan penelitian dengan intervensi edukasi menggunakan media video dengan mengisi formular informed consent .
## UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada seluruh responden di Kampung Nambo, Desa Kresek, Kabupaten Tangerang yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Terima kasih kepada Puskesmas Kresek yang telah membantu dan memfasilitasi kegiatan penelitian.
## DAFTAR PUSTAKA
Angelica R 2022. Literasi Pencegahan Diare Dengan Media Film “ Cuci Tanganmu , Cegah Diaremu .” Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Maju , 03 (01), 18 – 24.
Antari I, Riandani SD, & Siwi IN 2020. Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Leaflet Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Dalam Pencegahan Diare. Jurnal Kesehatan
Madani Medika , 11 (01), 27 – 34.
Aqlina DS, Suryani P, & Saputra DDY 2022a. Efektivitas Edukasi Video Dalam Upaya Pencegahan Diare pada Anak Kelas 3 Madrasah Hasyim Asyari Pulosari Tulungagung. Jurnal Pendidikan Kesehatan , 11 (2), 107 – 117.
Dinkes Provinsi Banten 2020. Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2020. Banten Eldysta E, Ernawati K, Mardhiyah D, & Maulana I 2022. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Dan Faktor Risiko Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit Diare . 2 (2), 131 – 139.
https://doi.org/10.55642/phasij.v2i0 2 Ella CN, Ratag B, & Sumampouw OJ 2018. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Diare pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Tabukan Lama Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kesmas , 8 (1), 1 – 19.
Ernawati K 2004. Kualitas Bakteriologis Air Minum Menurut Sumber Air Baku dan Kaitannya dengan Kejadian Diare pada Balita. In
Universitas Airlangga .
Ernawati K, Nadhifah Q, Muslikha A, Hidayat M, Soesilo TEB, Jannah F, Widianti D, & Yusnita 2021. Relationship of knowledge and attitude with food handling practices: A systematic review. International
Journal of Public Health Science , 10 (2), 336 – 347. https://doi.org/10.11591/ijphs.v10i2.
20665
Kemenkes RI 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI , 53 (9), 1689 – 1699.
Kemenkes RI 2021. Profil Kesehatan Indonesia 2020. In Kementrian Kesehatan RI .
Khasanah U, & Sari GK 2020. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Diare dengan Perilaku Pencegahan Diare pada Balita. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu , 7 (2), 149 – 160. Mawan AR, Indriwati SE, & Suhadi 2017. Pengembangan Video Penyuluhan Perilaku. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan , 2 (7), 883 – 888. Notoadmodjo S 2012. Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan. In Jakarta: EGC .
Notoatmodjo S 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Notoatmodjo S, editor. In Jakarta: PT. Rineka Cipta (pp. 139 – 142). Syamsul M. et al ., 2022. Promosi Kesehatan. Get Press, Padang. Puskesmas Kresek 2020. Profil Puskesmas Kresek. Rahayuni AM, & Rusminingsih NK 2021. Pengaruh Promosi Kesehata N Dengan Media Video Edukasi
Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Pengasuh Balita Sebagai Upaya Pencegahan Diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan (JKL) , 11 (2), 141 – 149. https://doi.org/10.33992/jkl.v11i2.1
610
Wijayanti T 2017. Kriptosporidiosis di Indonesia. Balaba: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara , 13 (1), 73 –
82. https://doi.org/10.22435/blb.v13i1.4 540.73-82 World Health Organization 2019.
Diarrhoea . https://www.who.int/health- topics/diarrhoea#tab=tab_1 Zulkifli, Rudy PE, & Parlaungan J 2021. Efektivitas Video Edukasi Terhadap Pencegahan Diare Pada Anak. Journal of Chemical Information and Modeling , 53 (9), 1689 – 1699.
|
c9618e40-0d56-4536-ae2e-339c8833380c | https://iptek.its.ac.id/index.php/geosaintek/article/download/1926/1675 |
## PENGUKURAN RESISTIVITAS MODEL TEROWONGAN DALAM RANGKA EVALUASI DESAIN SISTEM MONITORING MENGGUNAKAN METODA RESISTIVITAS
## Firman Syaifuddin
Jurusan Teknik Geofisika, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: [email protected]
Abstrak. Perkembangan teknologi transportasi masal yang berkembang di indonesia khususnya di daerah perkotaan saat ini banyak terkendala oleh kurang tersedianya lahan, sehingga memaksa pemerintah untuk membuat sarana transportasi masal dengan kebutuhan lahan minim, salah satu alternatif solusi adalah sarana transportasi dengan sistem terowongan. Kondisi iklim Indonesia yang memiliki tingkat kelembaban udara dan tingkat pelapukan yang tinggi mengakibatkan mudah berkurangnya kekuatan suatu bangunan khususnya terowongan yang dibangun di bawah permukaan tanah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan air pada lapisan tanah atau batuan penutup suatu terowongan. Dengan memanfaatkan sifat resistivitas air yang rendah maka dapat dilakukan monitoring kekuatan suatu bangunan terowongan dengan metoda resisitivitas. Metoda resistivitas adalah salah satu metoda geofisika yang memanfaatkan sifat kelistrikan suatu meterial tertentu untuk mengetahui kondisi suatu lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan. Pada penelitian ini, sebagai bagian dari evaluasi desain sistem monitoring kondisi bangunan terowongan dilakukan pembuatan model fisik terowongan dengan skala tertentu. Model fisik dibuat dengan menggunakan beberapa material yang berbeda agar dapat merepresentasikan sifat batuan pada kondisi sebenarnya. Hasil pengukuran resistivitas secara jelas dapat menunjukan adanya terowongan yang memiliki nilai resistivitas tinggi sedangkan lapisan yang tingkat kejenuhan airnya tinggi ditunjukan dengan nilai resistivitas yang rendah. Kata Kunci: terowongan; metoda resistivitas; monitoring
Abstract. The development of mass transportation technology developed in Indonesia, especially in urban areas today many are constrained by the lack of availability of land, forcing the government to make mass transportation with minimal land requirements, an alternative solution is a means of transportation to the tunnel system. Indonesia climatic conditions which have high levels of air humidity and high levels of lead easily weathering the reduction in strength of a building, especially a tunnel built below ground level. It is highly influenced by the level of water saturation in the layers of soil or rock cover of a tunnel. By utilizing the resistivity properties of low water, it can be done monitoring the strength of building tunnels with resistivity method. Resistivity method is one of the geophysical methods that utilize the electrical properties of a particular materiality to determine the condition of a layer of soil or rock below the surface. In this study, as part of the evaluation of the design of tunnel building condition monitoring system conducted by making physical models of the tunnel with a certain scale. Physical models are created using several different materials in order to represent the nature of the rocks on the actual conditions. The results of resistivity measurements can clearly show the existence of the tunnel has a high resistivity value while lining the high water saturation level indicated by low resistivity values. Keywords: tunnel; resistivity method; monitoring
## PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya suatu wilayah perkotaan karena pertumbuhan ekonomi terjadi pula peningkatan kebutuhan lahan sebagai dampak langsung dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Kebutuhan lahan menjadi permasalahan besar ketika jumlah lahan yang tetap tetapi jumlah penduduk yang semakin meningkat. Kebutuhan lahan pada suatu wilayah perkotaan antara lain
kebutuhan akan lahan hunian, kebutuhan lahan untuk area perkantoran serta kebutuhan lahan untuk sarana prasarana umum baik sebagai pendukung langsung perekonomian yangberjalan pada suatu wilayah maupun sarana umum yang berhubungan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan penduduk perkotaan. Sistem transportasi pada wilayah perkotaan dapat diibaratkan sebagai aliran darah dari kegiatan
perekonomian yang terjadi pada suatu wilayah, sehingga untuk mendukung agar kegiatan perekonomian dapat berjalan lancar diperlukan sebuah sistem transportasi yang baik. Kondisi transportasi wilayah perkotaan di Indonesia saat ini seolah-olah sering menjadi penghambat roda ekonomi yang berjalan, sehingga diperlukan terobosan dalam pengembangan sistem trasnportasi yang baik. Akhir-akhir ini khususnya di Jakarta yang merupakan urat nadi ekonomi Indonesia telah dikembangkan sebuah sistem transportasi masal yang diharapkan mampu menjadi solusi permasalahan kepadatan jalan dan keterbatasan lahan untuk pembangunan sarana umum khususnya jalan. Sistem transportasi tersebut adalah sistem transportasi yang menggunakan jalur bawah tanah atau terowongan sebagai jalur lintasan moda transportasi masal.
Terowongan sebagai jalur transportasi merupakan alternatif solusi dari permasalahan ketersedian lahan di permukaan yang akan digunakan sebagai sarana transportasi penduduk (balitbang.pu.go.id). Terowongan adalah sebuah terusan atau tembusan yang berada di bawah permukaan tanah yang menghubungkan antar lokasi tertentu. Pemanfaatan teknologi terowongan saat ini telah berkembang pesat, diantaranya pemanfaatan terowongan pada industri pertambangan yang digunakan sebagai jalur eksploitasi material tambang dibawah permukaan tanah pada pertambangan tertutup. Selain pada industri pertambangan. Teknologi terowongan juga dimanfaatkan pada berbagai bidang lain seperti jalur transportasi, pembangkit listrik tenaga air, penyimpanan cadangan gas, dan lain sebagainya.
Sebuah sistem yang baik dengan memanfaatkan teknologi diwajibkan memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Pada sistem terowongan yang dimanfaatkan sebagai jalur transportasi harus mampu menjamin keselamatan pengguna jalur tersebut, sehingga dalam pemanfaatan teknologi atau sistem terowongan perlu dilakukan pemantauan kondisi terowongan secara berkala untuk menghindari terjadinya kegagalan dari sistem terowongan yang telah direncanakan. Pemantauan
atau sistem monitoring terowongan perlu dirancang sebelum terowongan tersebut dibangun agar dapat diaplikasikan ketika terowongan tersebut dimanfaatkan.
Kondisi iklim Indonesia yang memiliki tingkat kelembaban tinggi dapat mengakibatkan perubahan sifat fisik batuan atau tanah yang berada di lingkungan sebuah terowongan di Indonesia. Kelembaban secara umum berkaitan langsung dengan tingkat atau kadar air pada batuan atau tanah. Kadar air atau saturasi air yang tinggi pada batuan atau tanah dapat mengakibatkan penambahan beban yang harus ditopang sebuah terowongan. Selain penambahan beban tingkat saturasi air yang tinggi juga dapat mengakibatkan terjadinya pengurangan kekuatan pada dinding beton penyangga sebuah terowongan akibat adanya rembesan air yang terjadi sehingga air mengalami kontak langsung dengan beton penyangga.
Salah satu metoda geofisika yang biasa digunakan dalam penyelidikan air adalah metoda resistivitas, metoda ini memanfaatkan sifat kelistrikan suatu material untuk mengetahui karakteristik dari suatu material. Pada pemanfaatan metoda resistivitas untuk mengetahui kadar air atau kelembaban batuan, keberadaan air pada batuan mempengaruhi besaran parameter resistivitas suatu batuan, sehingga metoda resistivitas ini dapat dengan baik digunakan dalam identifikasi keberadaan air atau mengetahui tingkat kelembaban pada batuan. Biasanya pemanfaatan metoda resistivitas digunakan pada fasa studi geologi dan geofisika sebelum dibangun terowongan.
Sistem monitoring yang banyak dilakukan pada sebuah terowongan biasanya hanya memantau terjadinya perubahan posisi atau displacement yang terjadi pada dinding terowongan. Pada kasus di Indonesia dimana tingkat kelembaban yang tinggi dan curah hujan yang tinggi pula perlu kiranya dilakukan sistem monitoring tingkat kelembaban atau kadar air batuan atau tanah penutup terowongan sehingga dapat memberikan informasi kondisi batuan atau tanah penutup terowongan secara berkala.
Dalam suatu kegiatan pemantauan atau monitoring perlu dilakukan pengujian dari sistem monitoring yang direncanakan, sehingga nantinya desain sistem monitoring yang diusulkan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan fungsinya untuk mencegah kemungkinan kegagalan dari sebuah sistem terowongan. Pada penelitian ini sistem monitoring yang diusulkan adalah menggunakan metoda resistivitas yang mamanfaatkan sifat kelistrikan batuan atau tanah penutup terowongan. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan metoda resistivitas sebagai sebuah sistem monitoring akan dilakukan pembuatan desain pengukuran metoda resistivitas dan teknik pengolahan datanya. Pengujian desain sistem monitoring dilakukan dengan membuat model fisik sebuah terowongan dengan skala 1 banding 500.
## METODOLOGI
Pada paper ini ditunjukan b memanfaatkan metoda resistivitas sebagai sistem monitoring sebuah terowongan. Hal ini berkaitan dengan desain metoda pengukurannya serta teknik pengolahan datanya.
Dilakukan pembuatan model fisik yang dapat merepresentasikan sebuah terowongan dengan skala tertentu, sehingga pengembangan metoda pengukuran resistivitas dapat diaplikasikan pada model fisik yang telah dibuat.
Pengukuran metoda resistivitas yang dilakukan menggunakan peralatan single channel teknik pengolahan yang mungkin digunakan hanya pendekatan 2 dimensi. Pengujian sistem monitoring dengan metoda resistivitas dilakukan pada model fisik dengan dua kondisi, yaitu pada saat kondisi kering dan kondisi jenuh air sebagai ilustrasi kondisi nyata di alam.
Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan antara lain :
1. Tahap persiapan dan perencanaan
2. Tahap pembuatan model fisik
3. Tahap pengembangan metoda pengukuran dan teknik pengolahan data
4. Tahap uji pengukuran dan analisa.
Dalam suatu kegiatan pemantauan atau monitoring perlu dilakukan pengujian dari sistem ng yang direncanakan, sehingga nantinya desain sistem monitoring yang diusulkan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan fungsinya untuk mencegah kemungkinan kegagalan dari sebuah sistem terowongan. Pada penelitian ini sistem ah menggunakan metoda resistivitas yang mamanfaatkan sifat kelistrikan batuan atau tanah penutup terowongan. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan metoda resistivitas sebagai sebuah sistem monitoring akan dilakukan pembuatan desain pengukuran metoda s dan teknik pengolahan datanya.
Pengujian desain sistem monitoring dilakukan dengan membuat model fisik sebuah terowongan
Pada paper ini ditunjukan bagaimana memanfaatkan metoda resistivitas sebagai sistem g sebuah terowongan. Hal ini berkaitan dengan desain metoda pengukurannya serta teknik
embuatan model fisik yang dapat merepresentasikan sebuah terowongan dengan skala tertentu, sehingga pengembangan metoda vitas dapat diaplikasikan pada
Pengukuran metoda resistivitas yang dilakukan single channel , sehingga teknik pengolahan yang mungkin digunakan hanya Pengujian sistem monitoring n metoda resistivitas dilakukan pada model fisik dengan dua kondisi, yaitu pada saat kondisi kering dan kondisi jenuh air sebagai ilustrasi kondisi
Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan
perencanaan
Tahap pengembangan metoda pengukuran dan
Tahap uji pengukuran dan analisa.
## Gambar 1. Diagram
Pengukuran geolistrik dilakukan pada 3 media yang berbeda, yaitu :
a) Media dengan batuan penyusun model
Gambar 2. Batu Gamping
b) Model fisik dengan dimensi kecil
Diagram Alir Penelitian.
## Pengukuran geolistrik dilakukan pada 3 media
## Media dengan batuan penyusun model
Gamping dan Batu Pasir.
Model fisik dengan dimensi kecil
Model 30 x 20 x 15 cm.
Gambar 4. Model 120 x 60 x 60 cm
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran resistivitas yang telah dilakukan pada material batuan pengisi model fisik menunjukan perubahan nilai resistivitas yang diakibatkan oleh adanya perubahan nilai saturasi air pada batuan. Pengukuran hanya dilakukan pada bahan batu pasir dan batu gamping dimana kedua batuan tersebut mewakili kelompok batuan dengan nilai resistivitas relatif rendah yaitu batuan pasir dan batuan yang memiliki nilai resistivitas tinggi yaitu batu gamping.
Dari hasil pengukuran nilai resistivitas ditunjukan perubahan nilai yang semakin besar ketika material pada kondisi kering, hal ini dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan air, dimana saat mengandung air, nilai resistivitas batuan relatif memiliki nilai yang lebih rendah. Perubahan nilai resistivitas pada batu pasir sebesar 29 persen lebih besar pada kondisi kering dibandingkan nilai resistivitas batu pasir pada kondisi semi basah, sedangkan pada batu gamping perubahan nilai resistivitasnya yaitu 45 persen lebih besar nilai resistivitas batu gamping pada kondisi kering dibandingkan pada kondisi semi basah.
Pada model fisik dimensi kecil telah dilakuka pengukuran sebanyak 3 jenis konfigurasi pengukuran resistivitas yaitu :
Pengukuran dengan elektroda di permukaan
Pengukuran dengan elektroda gabuangan antara permukaan dan elektroda didalam model bawah terowongan
## Model fisik dengan dimensi 1:500
Model 120 x 60 x 60 cm.
Pengukuran resistivitas yang telah dilakukan pada material batuan pengisi model fisik menunjukan perubahan nilai resistivitas yang diakibatkan oleh adanya perubahan nilai saturasi air pada batuan. Pengukuran hanya dilakukan pada amping dimana kedua batuan tersebut mewakili kelompok batuan dengan nilai resistivitas relatif rendah yaitu batuan pasir dan batuan yang memiliki nilai resistivitas tinggi yaitu
Dari hasil pengukuran nilai resistivitas ilai yang semakin besar ketika material pada kondisi kering, hal ini dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan air, dimana saat mengandung air, nilai resistivitas batuan relatif memiliki nilai yang lebih rendah. Perubahan nilai
r 29 persen lebih besar pada kondisi kering dibandingkan nilai resistivitas batu pasir pada kondisi semi basah, sedangkan pada batu gamping perubahan nilai resistivitasnya yaitu 45 persen lebih besar nilai resistivitas batu gamping pada kondisi kering ndingkan pada kondisi semi basah.
Pada model fisik dimensi kecil telah dilakukan pengukuran sebanyak 3 jenis konfigurasi
Pengukuran dengan elektroda di permukaan
Pengukuran dengan elektroda gabuangan antara
elektroda didalam model bawah
Pengukuran antar elektroda samping terowongan ( crosshole electrode Dari keempat konfigurasi pengukuran nilai resistivitas yang telah dilakukan seperti yang dijelaskan di atas, ditunjukan masing kelebihan dan kekurangan masing konfigurasi. Dari hasil pengukuran nilai resistivitas ini didapat beberapa kesimpulan antara lain :
Pengukuran dengan elektroda permukaan, tingkat penetarsi pengukuran hanya mencapai bagian atas, berdasarkan teori yang ada s sepertiga dari panjang bentangan, sehingga pada jenis konfigurasi ini anomali yang seharusnya muncul diakibatkan adanya terowongan tidak dapat terlihat dengan baik, akan tetapi mampu memberikan informasi kondisi lapisan batuan penutup terowongan sec
Konfigurasi pengukuran dengan memanfaatkan gabungan elektroda permukaan dan didalam batuan di bawah terowongan, memberikan informasi nilai resistivitas yang lebih baik kondisi bawah permukaan, akan tetapi pada realisasi nyata di lapangan berdasarkan analisa akan memiliki banyak kendala, sehingga model konfigurasi ini tidak direkomendasikan
Pengukuran dengan konfigurasi elektroda memberikan informasi yang lebih baik secara vertikal, akan tetapi distribusi lateral sangat bergantung pada jarak antar eletroda vertikal, sehingga memiliki resolusi yang tidak baik jika jaraknya relatif jauh.
Gambar 5. Model Pengukuran pada Dimensi Kecil (Model
Pengukuran antar elektroda samping crosshole electrode ). empat konfigurasi pengukuran nilai resistivitas yang telah dilakukan seperti yang atas, ditunjukan masing-masing kekurangan masing-masing jenis konfigurasi. Dari hasil pengukuran nilai resistivitas ini didapat beberapa kesimpulan antara lain :
Pengukuran dengan elektroda permukaan, tingkat penetarsi pengukuran hanya mencapai bagian atas, berdasarkan teori yang ada sebesar sepertiga dari panjang bentangan, sehingga pada jenis konfigurasi ini anomali yang seharusnya muncul diakibatkan adanya terowongan tidak dapat terlihat dengan baik, akan tetapi mampu memberikan informasi kondisi lapisan batuan penutup terowongan secara lateral dengan baik. Konfigurasi pengukuran dengan memanfaatkan gabungan elektroda permukaan dan didalam bawah terowongan, memberikan informasi nilai resistivitas yang lebih baik kondisi bawah permukaan, akan tetapi pada realisasi lapangan berdasarkan analisa akan memiliki banyak kendala, sehingga model konfigurasi ini tidak direkomendasikan.
Pengukuran dengan konfigurasi crosshole elektroda memberikan informasi yang lebih baik secara vertikal, akan tetapi distribusi lateral bergantung pada jarak antar eletroda vertikal, sehingga memiliki resolusi yang tidak baik jika jaraknya relatif jauh.
engukuran pada Model Fisik Dimensi Kecil (Model b 30x20x15 cm).
Pada Gambar 5 ditunjukan model pengukuran dan konfigurasi elektroda yang digunakan dalam pengukuran resistivitas model fisik dimensi kecil. Pada Gambar 6 ditunjukan penampang resistivitas hasil pengukuran model fisik dimensi kecil.
Gambar 6. Resistivitas yang Dihasilkan dari Pengukuran pada Model Fisik Dimensi Kecil (Model 30x20x15 cm).
Pada Gambar 6 bagian atas kiri merupakan pengukuran dengan konfigurasi elektroda permukaan memanjang sejajar dengan posisi terowongan. Pada hasil tersebut terowongan tidak dapat terinformasikan dengan baik akan tetapi kondisi batuan penutupnya dapat terlihat dengan jelas keberadaan anomali resistivitas rendah yang ditandai dengan warna biru. Nilai resistivitas rendah ini berhubungan dengan tingkat kejenuhan air pada batuan.
Pada Gambar 6 bagian kiri atas yang merupakan pengukuran resistivitas dengan konfigurasi gabungan elektroda permukaan dan bawah permukaan arah memotong arah terowongan ditunjukan adanya anom resistivitas rendah. Pada gambar ini juga ditunjukan adanya pola jalur air yang terkonsentrasi pada posisi di tengah lintasan pengukuran.
Dari hasil dan analisa sementara yang telah dilakukan didapatkan informasi yang penting tentang bagaimana efektifitas pengukuran resistivitas batuan penutup terowongan sebagai bagian dari upaya monitoring. Metoda atau pemanfaatan konfigurasi pengukuran elektroda permukaan dan crosshole electrode konfigurasi relatif paling baik sehingga disarankan untuk pengukuran resistivitas pada model fisik dimensi besar bisa dilakukan dengan konfigurasi ini.
Pengukuran Resistivitas Model ...
ditunjukan model pengukuran dan konfigurasi elektroda yang digunakan dalam pengukuran resistivitas model fisik dimensi kecil.
tunjukan penampang resistivitas hasil pengukuran model fisik dimensi kecil.
ihasilkan dari
Fisik Dimensi Kecil (Model b
agian atas kiri merupakan
pengukuran
dengan
konfigurasi elektroda
ajar dengan posisi
da hasil tersebut keberadaan terowongan tidak dapat terinformasikan dengan baik akan tetapi kondisi batuan penutupnya dapat terlihat dengan jelas keberadaan anomali resistivitas rendah yang ditandai dengan warna biru. Nilai resistivitas rendah ini berhubungan dengan
kiri atas yang merupakan pengukuran resistivitas dengan konfigurasi gabungan elektroda permukaan dan bawah permukaan arah memotong arah terowongan ditunjukan adanya anomali nilai ambar ini juga ditunjukan adanya pola jalur air yang terkonsentrasi pada posisi
entara yang telah
apatkan informasi yang penting
tentang bagaimana efektifitas pengukuran tuan penutup terowongan sebagai bagian dari upaya monitoring. Metoda atau pemanfaatan konfigurasi pengukuran elektroda electrode merupakan konfigurasi relatif paling baik sehingga disarankan untuk pengukuran resistivitas pada model fisik akukan dengan konfigurasi ini.
Final model fisik dimensi besar telah selesai dibuat seperti terlihat pada dilakukan pengukuran resistivitas pada model ini dengan hanya konfigurasi elektroda permukaan.
## Gambar 7. Model Pengukuran pada
Dimensi Kecil (Model b 30x20x15 cm).
Dari hasil pengolahan data geolistrik dengan konfigurasi pengukuran elekt dapat dilihat pada Gambar 7 robust maupun least-square batas patahan yang sangat tegas, seper model fisik yang dibuat. Akan tetapi hasil pengolahan data pada model kecil, konfi pengukuran dengan elektroda permukaan hanya memberikan informasi kurang dari seperenam total bentangan, yaitu sekitar 10 cm inversi hanya tampak batas patahan dan perlapisan bagian paling atas.
## PENUTUP Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Pengukuran dengan elektroda permukaan, tingkat penetrasi pengukuran hanya mencapai bagian atas, berdasarkan teori yang ada kurang lebih sepertiga dari panjang bentangan, sehingga pada jenis konfigurasi ini anomali yang
Final model fisik dimensi besar telah selesai pada Gambar 7, dan telah dilakukan pengukuran resistivitas pada model ini dengan hanya konfigurasi elektroda permukaan.
## engukuran pada Model Fisik l b 30x20x15 cm).
Dari hasil pengolahan data geolistrik dengan konfigurasi pengukuran elektroda permukaan,
ambar 7. Dari hasi inversi baik square, ditunjukan bidang batas patahan yang sangat tegas, seperti pada kan tetapi, sesuai dengan hasil pengolahan data pada model kecil, konfigurasi pengukuran dengan elektroda permukaan hanya memberikan informasi kurang dari seperenam total yaitu sekitar 10 cm. Sehingga pada hasil inversi hanya tampak batas patahan dan perlapisan
penelitian yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain :
Pengukuran dengan elektroda permukaan, pengukuran hanya mencapai bagian atas, berdasarkan teori yang ada kurang lebih sepertiga dari panjang bentangan, sehingga pada jenis konfigurasi ini anomali yang
seharusnya muncul diakibatkan adanya terowongan tidak dapat terlihat dengan baik, akan tetapi mampu memberikan informasi kondisi lapisan batuan penutup terowongan secara lateral dengan baik.
2. Konfigurasi pengukuran dengan memanfaatkan gabungan elektroda permukaan dan di dalam batuan di bawah terowongan, memberikan informasi nilai resistivitas yang lebih baik kondisi bawah permukaan, akan tetapi pada realisasi nyata di lapangan berdasarkan analisa akan memiliki banyak kendala, sehingga model konfigurasi ini tidak direkomendasikan.
3. Pengukuran dengan konfigurasi crosshole elektroda memberikan informasi yang lebih baik secara vertikal, akan tetapi distribusi lateral sangat bergantung pada jarak antar eletroda vertikal, sehingga memiliki resolusi yang tidak baik jika jaraknya relatif jauh.
4. Gabungan konfigurasi elektroda permukaan dan elektroda crosshole merupakan konfigurasi pengukuran paling baik memberikan informasi kondisi batuan penutup terowongan.
5. Keberadaan atau kejenuhan air pada batuan mampu teridentifikasi dengan baik pada pengukuran resistivitas batuan sehingga metoda pengukuran resistivitas dapat digunakan sebagai bagian dari upaya monitoring kondisi batuan di sekitar bangunan terowongan.
## Saran
Dalam rangka memanfaatkan metoda geolistrik pada sistem monitoring alangkah lebih baik jika menggunakan lebih dari satu jenis konfigurasi elektroda pengukuran, misalnya menggabungkan antara konfigurasi pengukuran elektroda di permukaan dan elektroda pada lubang sumur atau bor. Dengan gabungan konfigurasi ini telah ditunjukan pada penelitian ini baik secara vertikal maupun lateral tingkat resolusinya dan kedalaman penetrasi lebih baik dibandingkan dengan hanya memanfaatkan satu jenis konfigurasi pengukuran
## DAFTAR PUSTAKA
Federal Highway Administration (FHWA), 2010 . Tunnel Operations, Maintenance, Inspection And Evaluation (TOMIE) Manual. United States Transportation Department.
Lashkaripour, G.R., 2003. An Investigation of Groundwater Condition by Geoelectrical Resistivity Method : A Case Study in Korin Aquifer, Southeast Iran. Journal of Spatial Hydrology Vol.3, No.1 Fall
Loke M.H., 2000. Electrical Imaging Surveys For Environmental And Engineering Studies, A practical guide to 2-D and 3-D Surveys .
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/0/PRT/M/2014 tentang Pedoman Pemanfaatan Ruang Di Bawah Bumi (RDB). Kementerian Pekerjaan Umum.
Pidlisecky. A, Knight, R., 2008. FW2_5D: A MATLAB 2.5-D Electrical Resistivity Modeling Code, Elsevier Journal Computers & Geosciences. Vol. 34, Page 1645–1654.
Reynolds, J.M, 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysic . England:John Wiley and Son Ltd.Baffins, Chichester, West Susex PO19 IUD.
Telford. W.M.., dkk, 1990. Applied Geophysics. Second Edition, New York, Cambridge University Press. http://litbang.pu.go.id/terowongan-sebagai-solusi- berbagai-masalah.balitbang.pu.go.id http://teraszaman.blogspot.com/Terowongan Air Bawah Tanah Terpanjang Di Indonesia.htm
|
00338bea-9297-4eaf-8198-6e2511e76b2d | https://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/download/14771/6633 |
## DIDIK MADRASAH ALIYAH NEGERI
Satrio
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sulthan Abdurrahman Kepulauan Riau Indonesia Email: [email protected]
Abstrak: Sumber belajar adalah satu di antara beberapa aspek terpenting dalam pembelajaran, ketercapaian tujuan pembelajaran juga tidak dapat dipisahkan dengan sumber belajar yang digunakan. Sejalan dengan itu, beberapa penelitian membuktikan bahwa sumber belajar bahasa Arab yang digunakan di Indonesia belum terukur secara jelas orientasi kemampuan berbahasa yang ditargetkan, oleh karenanya penelitian ini dirancang untuk menemukan bentuk desain yang tepat untuk bahan ajar bahasa Arab dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif, teknik pengumpulan data digunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, teknik analisis data menggunakan pendekatan yang digunakan Haberman. Hasil penelitian membuktikan bahwa desain bahan ajar bahasa Arab untuk tujuan keterampilan berbicara ialah mesti didominasi oleh latihan- latihan percakapan, tadribat dengan berbagai modelnya, memaksimalkan contoh-contoh gramatika yang bersifat aplikatif.
Kata Kunci: bahan ajar; maharah kalam, tadribat
PENDAHULUAN Keterampilan berbicara ( maharah kalam ) adalah satu di antara empat keterampilan berbahasa yang mesti dimiliki setiap orang yang mempelajari bahasa Arab. Dalam realitanya, keterampilan berbicara bidang bahasa Arab termasuk yang sulit dan lambat untuk dicapai oleh peserta didik di Indonesia (Sartika & Ritonga, 2020), (Hady, 2019). Kesimpulan ini juga sejalan dengan pandangan Ansyah dan kawan-kawan yang menegaskan bahwa keterampilan membaca ( maharah qiro’ah ) sudah akrab dengan pelajar bahasa Arab di Indonesia, hal ini berbeda dengan keterampilan berbicara yang terkesan lambat (Ansyah et al., 2020).
Sulitnya untuk mencapai keterampilan berbicara sebagaimana pandangan di atas dipengaruhi oleh berbagai factor, di antaranya ialah
ketersediaan media pembelajaran, Susanti menjelaskan bahwa media pembelajaran yang tersedia pada masing-masing lembaga pendidikan belum mencukupi untuk sarana pembelajaran bahasa Arab, maka keberadaan perangkat teknologi dapat dimaksimalkan guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Susanti et al., 2020). Ritonga juga menjelaskan bahwa ketersediaan perangkat teknologi dapat membantu peserta didik dan pendidik dalam menemukan berbagai hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Ritonga et al., 2016).
Begitu penting posisi bahasa Arab, bahasa Arab mempunyai peranan penting dalam pergaulan manusia dewasa ini yang telah memasuki dunia globalisasi informasi dan komunikasi (Ritonga et al., 2016). Oleh karena itu jelaslah sudah kepentingan mempelajari bahasa Arab
## REDESAIN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB BAGI PESERTA
bukan saja untuk keagamaan tetapi juga untuk pergaulan antar sesama bahkan antar bangsa. Bahasa Arab telah diakui PBB secara resmi sebagai bahasa Internasional pada tahun 1973 (Arwani, 2017). Hal ini membuktikan bahwa bahasa Arab berperan penting sebagai alat komunikasi ditingkat internasional. Bahasa Arab semakin menarik untuk dipelajari bukan dari dorongan keagamaan semata tetapi juga dilatar belakangi oleh perdagangan, politik, dan pendidikan (Mu’in, 2004), (Thontowi, 2018). Oleh karena itu dari aspek pendidikan memperlajari bahasa Arab sangatlah penting melalui strategi, metode yang lebih inofativ dan kreatif agar ketrampilan bahasa yang dicapai bisa terwujud dengan nyata terutama kemampuan dalam bidang komunikasi bahasa Arab. Namun metode yang baik tidak akan berhasil tanpa adanya desain materi yang baik, yang sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa arab itu sendiri baik itu untuk tujuan memperoleh kemampuan berbicara, mendengar, membaca, maupun kemampuan menulis, karena metode lahir setelah adanya tujuan pembelajaran dan materi ajar. Oleh karna itu mendesain sebuah materi ajar sangatlah penting dan wajib dalam pembelajaran bahasa arab.
Stigma yang berkembang di siswa Sekolah Umum maupun Sekolah Agama bahwa mempelajari bahasa Arab dianggap rumit dan sulit karena bisa jadi guru yang mengajar belum mampu mendesain materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Arab (Ritonga et al., 2021), sehingga bahan ajar yang digunakan ialah bahan ajar yang sudah kadaluarsa, jadul, kuno, monoton, dan sebagainya sehingga sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman dan kebutuhan siswa. Seandainya saja guru mampu mendesain materi ajar dengan baik, itu akan sangat membantu siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran (Syahril, 2018), karena materi yang baik tentu akan memotivasi siswa dan menarik siswa untuk gemar belajar bahasa Arab dan tentunya yang paling penting dari itu semua adalah bahwa materi yang baik akan membantu pembelajaran untuk mencapai tujuan (Mitsalina, 2015).
Materi ajar adalah apa saja yang digunakan guru untuk diberikan kepada siswa agar dapat mencapai kompetensi atau kemampuan tertentu, seperti yang telah direncanakan sebelumnya (Kasihani, 2010). Untuk mencapai pemerolehan diperlukan isi yang biasanya berbentuk rekaman pengetahuan yang tertulis di buku teks, referensi, atau bahan-bahan lain yang relevan denga kebutuhan siswa (Kasihani, 2010).
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah tersedianya materi ajar. Namun, kenyataan seolah berkata lain, dimana ketersediaan materi ajar masih sangat terbatas apa lagi jika dibandingkan dengan pengembangan materi ajar cetak, produk teknologi audio, visual, video, dan sistem jaringan yang dikembangkan di negara-negara maju (Muhammad, 2013).
Materi ajar yang terdokumentasi secara apik akan memberikan kesempatan belajar menurut kecepatan masing- masing peserta didik. Bagi mereka yang memiliki daya kecepatan belajar, dapat mengoptimalkan kemampuan belajarnya. Adapun peserta didik lain yang memiliki kelambanan belajar, dapat mempelajari secara berulang-ulang, di sinilah peranan materi ajar menjadi lebih fleksibel, karena menyediakan kesempatan belajar menurut cara masing-masing peserta didik. Dengan demikian optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan baik melalui materi ajar (Muhammad, 2013).
Untuk meningkatkan perkembangan pembelajaran bahasa Arab di lembaga
pendidikan perlu adanya desain materi ajar yang baik dari guru bahasa Arab (Ritonga et al., 2021), agar tujuan pembelajaran bahasa Arab tercapai dengan baik. Kemampuan berkomunikasi bahasa Arab merupakan tujuan pokok dalam berbahasa (Nalole, 2018). Karena hakikat dari bahasa adalah ujaran atau berbicara (Sandler, 2018). Ditambah lagi tuntutan dunia kerja sekarang ini orang harus mampu berkomunikasi bahasa Asing salah satunya adalah bahasa Arab. Berdasarkan observasi sementara dilapangan, di beberapa sekolah baik itu dibawah Kementian Agama maupun Kementrian Pendidikan Dalam proses pembelajaran guru Bahasa Arab kebanyakan menggunakan mentah- mentah materi ajar atau buku-buku ajar yang sudah lama dan buku-buku ajar terbitan luar daerah tanpa sedikitpun mengembangkan dengan mengadapsi materi ajar tersebut baik itu menambah, mengurangi, mengganti, atau menghilangkan beberapa bagian materi yang dianggap tidak relevan dengan kemudian mendesainnya sehingga materi ajar tersebut relevan dengan zaman, tempat dan kebutuhan siswa dan juga sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga ini mengakibatkan para siswa belum mampu menguasai pelajaran bahasa Arab sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sehingga proses pembelajar terkesan sia-sia dan tidak berarti, dikarenakan tujuan pembelajaran tersebuat belum tercapai dengan baik.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Tanjungpinang Kepualuan Riau, tempat ii dipilih karena terkait dengan realita bahwa pembelajaran bahasa Arab pada lembaga ini berlangsung sebagaimana adanya namun kemampuan peserta didik dalam berbicara menggunakan bahasa Arab belum menunjukkan peningkatan. Waktu penelitian ini ialah sejak Juli-
Desember 2020. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif deskriptif, teknik ini dipilih mengingat bahwa jenis data yang dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis dapat diselesaikan dengan mudah melalui analisis kualitatif. Sumber data penelitian ini ialah peserta didik, guru bahasa Arab dan ahli bidang pembelajaran bahasa Arab serta ahli bidang kurikulum.
Peserta didik sebagai informan dalam penelitian ini karena terkait dengan kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa Arab dalam berbicara. Untuk itu, hasil belajar dan nilai peserta didik dijadikan juga sebagai sumber data. Sementara guru bahasa Arab sebagai informan dimaksudkan agar peneliti mendapatkan data yang terkait dengan materi pembelajaran yang selama ini digunakan di MAN 1 Tanjungpinang. Sementara ahli bidang pendidikan bahasa Arab dan bidang kurikulum dijadikan sebagai informan ialah dikarenakan mereka mengetahui banyak hal terkait dengan desain bahan ajar yang tepat untuk pembelajaran bahasa Arab. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dokumentasi dan fokus group diskusi (Damanhuri, 2020).
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data dari peserta didik dan guru, peneliti melakukan pengamatan tentang realita yang terjadi di lapangan sehingga mengetahui apa makna yang terdapat dalam kejadian tersebut.
Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan data melalui komunikasi langsung dengan para informan terutama guru dan peserta didik yang banyak mengetahui dalam kegiatan sehari- hari tentang sumber belajar bahasa Arab. Dokumentasi yang digunakan disini ialah terkait dengan bagaiamana kesesuaian data dengan yang tertuang
dalam dokumen yang dimiliki lembaga. Adapun fokus group diskusi (FGD) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data melalui pandangan, pemikiran dan diskusi para ahli dan praktisi terkait desain bahan ajar bahasa Arab yang disusun.
Semua data yang didapatkan kemudian dianalisis secara induktif dengan pendekatan yang dilakukan Huberman, yaitu analisis data dilakukan sejak pengumpulan data, reduksi data , klasifikasi data, sampai pada penarikan kesimpulan. Untuk memastikan validitas, dalam penelitian ini digunakan teknik trangulasi.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain Bahan Ajar Bahasa Arab
Dalam
pencapaian
tujuan pembelajaran Bahasa Arab, maka materi ajar sangatlah penting adanya, mungkin tidak ada seorang pun baik dari kalangan guru, dosen, atau instruktur, peserta didik dan pengelola pembelajaran maupun pengembang pembelajaran yang menganggap bahwa materi ajar tidak begitu penting untuk didesain dan dikembangkan. Semua mereka pasti berkeyakinan bahwa salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran adalah tersedianya materi ajar (Muhammad, 2013). Sesuai dengan hasil penelitian diketahui bahwa desain bahan ajar bahasa Arab yang penting dikembangkan dalam meningkatkan keterampilan berbicara di kalangan peserta didik ialah bahan ajar yang mesti didominasi oleh materi pembelajaran yang terkait dengan latihan pola kata, gramatika aplikatif, secara sederhana muatan materi yang mesti dikembangkan tersebut dapat dilihat pada table 1 di bawah ini:
Data yang terdapat pada table 1 di atas dapat dijelaskan bahwa muatan yang mesti ada di dalam desain bahan
ajar ialah pertama, aspek mufradat (kosakata) dibutuhkan pembelajaran kosakata yang dapat digunakan secara aplikatif. Informan menegaskan bahwa guru telah mengajarkan kosakata bahasa Arab namun tidak dapat menggunakannya dalam berkomunikasi sehari-hari (Informan G1, Wawancara, 2020). Informan lain juga menjelaskan bahwa mufradat yang telah dipelajari jarang digunakan dalam berkomunikasi (Informan PD1, Wawancara, 2020).
Table 1: Muatan Materi Desain Bahan Ajar Bahasa Arab No Aspek Bahasa Materi 1 Mufradat Tadribat isti’mal 2 Nahwu Nahwu tathbiqi 3 Sharaf Sharf tathbiqi 4 Ma’any Tadribat
Realita di atas dibahas dalam fokus group diskusi yang menemukan persepsi yang sama antara guru dan ahli pendidikan bahasa Arab serta ahli kurikulum, persepsi yang sama itu ialah berupa kesepahaman untuk menegaskan bahwa pembelajaran kosakata bahasa Arab mesti dilakukan lebih banyak yang bersifat aplikatif, yaki peserta didik mengetahui arah penggunaannya.
Temuan di atas sesuai dengan kesimpulan Maskor dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa pembelajaran kosakata tidak akan memberi arti dalam membantu keterampilan berbicara para peserta didik sebelum diajarkan secara aplikatif dan peserta didik mampu menggunakannya dalam sehari-hari (Maskor et al., 2016).
Materi lain yang perlu untuk dikembangkan dalam desain bahan ajar bahasa Arab ialah nahwu, sharaf dan ma’any, ketiga aspek kebahasaan ini penting dimuat sebagai bagian dari isi bahan ajar bahasa Arab untuk tujuan keterampilan berbicara, namun
kesemuanya tetap harus mengarah pada hal-hal yang bersifat aplikatif. Pernyataan di atas didasarkan pada hasil wawancara dengan beberapa informan yang mengungkapkan untuk keterampilan berbicara tidak terlalu penting memuat pembelajaran yang bersifat teoritis, nahwu dan sharaf penting diajarkan namun mesti bentuknya aplikatif (Gr1,2,3, Wawancara, 2020). Hasil fokus group diskusi juga menyimpulkan bahwa semua peserta didik mesti mengetahui gramatika seperti nahwu dan sharaf, namun yang harus diajarkan kepada mereka adalah pola- pola kalimat yang menggunakan teori nahwu dan sharaf secara aplikatif (FGD, 2020). Materi pembelajaran merupakan komponen penting yang harus dipersiapkan guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Kelengkapan materi pembelajaran akan membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Lebih dari itu, materi pembelajaran merupakan komponen yang sangat menentukan bagi tercapainya tujuan belajar dan pembelajaran.
Materi pembelajaran yang lengkap dan disusun secara sistematis dapat menciptakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kualitas materi pembelajaran juga merupakan salah satu faktor penentu bagi proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu materi ajar merupakan suatu unsur yang sangat penting yang harus mendapat perhatian guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pembelajaran di dalam kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Guru sebagai pelaksana pendidikan atau proses belajar dan pembelajaran dituntut untuk mampu membuat materi pembelajaran yang berkualitas. Bahan pembelajaran berkualitas dimaksud
adalah materi pembelajaran dapat menjawab permasalahan serta memenuhi kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan belajarnya (Fattah, 2019).
Secara teknis, materiajar dapat didesain sebagai representasi penjelasan guru, dosen, atau instruktur di depan kelas di samping berperan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran termasuk target dan sasaran yang hendak dicapai. Keterangan, uraian, dan pesan yang seharusnya disampaikan dan informasi yang hendak disajikan dapat dihimpun melalui materi ajar. Dengan demikian, guru dapat mengefisienkan waktu dalam memberikan penjelasan, dan pada saat yang sama dapat memaksimalkan peningkatan keterampilan sekaligus memiliki banyak waktu untuk membimbing dan membelajarkan peserta didik. Disamping itu, materi ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh karena itu, penyusunan materi ajar hendaklah berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, atau tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
Menurut Kasihani Desain materi ajar sendiri setidaknya meliputi pengertian, yaitu:
1. Adopsi bahan ajar: guru dapat menentukan materi ajar dengan cara langsung menggunakan bahan- bahan yang ada di lapangan tanpa melakukan perubahan apapun.
2. Adapsi bahan: pengembagan materi ajar dapat dilakukan dengan cara mengadapsi bahan yang tersedia kemudian disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam adapsi bahan, guru dapat melakukan dengan cara menambah, mengurangi, mengganti, atau menghilangkan beberapa bagian materi yang dianggap tidak relevan.
3. Penulisan materi ajar: seorang
guru dan dosen sebenarnya juga dapat menjadi penulis materi ajar. Dengan adanmya bahan ajar yang sesuai kebutuhan, baik guru, dosen, maupun peserta didik akan banyak terbantu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Kasihani, 2010). Sebelum mendesain materi ajar, biasanya guru atau dosen sudah memulai mengumpulkan, memilih, dan mempunyai koleksi buku, refrensi, dan bahan-bahan lain. Kemudian melakukan pemetaan tema atau pokok bahasan sesuai tingkat perkembangan bahasa siswa dan kelasnya (Kasihani, 2010). Selanjutnya pengembangan materiajar dapat dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
- Memformulasi tujuan pembelajaran.
- Menentuan pendekatan atau cara pengembangan materi yang sesuai.
- Menentukan urutan isi atau pokok bahasan dengan basis tema, topik, atau fungsi bahasa.
- Melakukan kegiatan adopsi, adaptasi, atau modifikasi bagian-bagian tertentu.
- Melakukan uji coba lapangan.
- Melakukan refleksi dan revisi materi.
- Menulis atau finalisasi produk sebagai materi ajar.
Suwardi mengungkapkan bahwa setidaknya ada empat langkah yang harus diperhatikan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh guru dalam memilih materi pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi serta menentukan pokok bahasan yang relevan dengan kompetensi yang hendak dicapai.
2. Memerinci pokok bahasan tersebut menjadi subpokok bahasan.
3. Kemudian guru mencari berbagai sumber materi pembelajaran untuk mendapatkan materi yang relevan dan kontekstual dengan masing-
masing subpokok bahasan.
4. Guru
mengidentifikasi dan menentukan materi pembelajaran yang benar-benar relevan dengan masing-masing subpokok bahasan yang hendak disampaikan dalam proses pembelajaran (Wijayani & Ardi, 2013).
Kemampuan Peserta Didik dalam Berbicara Bahasa Arab Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan. kemampuan sebagai “Karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif/superior dalam suatu pekerjaan atau situasi” (Uno, 2010). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan tindakannya (Robbins & Judge, 2008). Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan (Yusdi & Milman, 2011).
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari.Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara.Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari- hari.berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan
dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan Peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang Kepulauan Riau mempelajari bahasa Arab sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang telah ditentukan oleh pengelola madrasah. Sejumlah jam pelajaran yang tersedia tersebut kemudian dimanfaatkan untuk mengajarkan empat keterampilan berbahasa (Gr2,3, Wawancara, 2020), yakni keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.
Untuk keterampilan berbicara peserta didik di MAN 1 sebagaimana diungkapkan oleh informan bahwa keterampilan berkomunikasi menjadi sebuah yang sulit untuk dicapai oleh peserta didik (Gr4,5, Wawancara, 2020). Pandangan yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh peserta didik yang mengungkapkan bahwa cara berbicara bahasa Arab dan menggunakan bahasa Aarb dalam berkomunikasi masih menjadi sesuatu yang sulit bagi kami peserta didik (PD2,3, Wawancara, 2020). Selain itu, hasil pengamatan selama pelaksanaan penelitian juga membuktikan bahwa peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang belum menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dalam sehari-hari (Observasi, 2020). Dan sesuai dengan pernyataan informan diketahui bahwa kesulitan mereka dalam menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi ialah ialah karena mereka tidak terbiasa dalam mendengar bagaimana orang Arab menggunakan bahasa tersebut dalam berkomunikasi (PD4, 5,6, Wawancara, 2020). Menghadirkan native speaker untuk mendukung keberlangsungan pembelajaran bahasa dalam bentuk komunikasi langsung penting untuk
dilakukan (ŞAHİN, 2005), (Walkinshaw & Oanh, 2014). Pernyataan informan yang belum terbiasa mendengar bagaimana native speaker menggunakan bahasa Arab dalam komunikasi sebenarnya dapat diantisipasi dengan memanfaatkan peralatan teknologi yang sudah maju (Ritonga et al., 2020).
Terlepas dari itu, berikut ini dideskripsikan hasil penelitian terkait dengan keterampilan berbicara peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang Kepulauan Riau sesuai dengan hasil pengamatan dan kajian terhadap dokumen yang ada, berikuti ini diuraikan gambaran hasil belajar peserta didik dalam aspek keterampilan berbicara:
Table 2: Deskripsi Kemampuan Berbicara Bahasa Arab Peserta Didik No Indikator Kemampuan 1 Makharij al-huruf Baik 2 Kekayaan Kosakata Cukup 3 Ketepatan gramatika Kurang 4 Kelancaran Kurang 5 Komunikatif Kurang
Sesuai dengan data yang terdapat pada table 2 di atas dapat dipahami bahwa keterampilan berbicara peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang Kepulauan Riau masih tergolong sangat rendah. Pernyataan ini didasarkan pada bahwa dari 5 indikator keterampilan berbicara tiga di antaranya kemampuan peserta didik tergolong masih kategori kurang, dan satu indikator pada level cukup dan satu indikator berada pada level Baik.
Kemampuan berbicara peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang berada pada level baik ialah aspek makharij al-huruf . Sesuai dengan hasil hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran bahasa Arab selama penelitian diketahui bahwa peserta didik di MAN 4 Tanjungpinang memiliki kemampuan
yang baik dalam mengucapkan huruf (Observasi, PBM, 2020).
Keadaan ini juga selaras dengan hasil komunikasi yang peneliti lakukan dengan informan, dimana dengan komunikasi menggunakan bahasa Arab diketahui kemampuan peserta didik tersebut baik dalam aspek makharij al- huruf (PD 6, Wawancara, 2020). Informan lain menegaskan bahwa peserta didik memiliki kemampuan yang baik dalam aspek makharij al-huruf , shifah al-huruf dll, pencapaian ini menurutnya tidak terlepas dari keterkaitan pembelajaran bahasa Arab dengan program tahfiz, bahkan mata pelajaran Qur’an Hadis (Gr4,5, wawancara, 2020).
Kemampuan peserta didik di MAN 1 Tajungpinang dalam aspek makharij al- huruf berada pada level baik tidak bisa dipisahkan dengan factor pendukung mata pelajaran lain. Temuan ini ini sejalan dengan yang diungkapkan Fauziah dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kemampuan hafalan al-Quran dengan keterampilan berbahasa Arab (Fauziah et al., 2020).
Hasil penelitian Ekayanti dan kawan-kawan juga menyimpulkan bahwa kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan makharij al-huruf tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan mereka membaca dan menuliskan huruf Arab secara baik dan benar (Ekayanti et al., 2019). Junaidi dan Mulianah juga mengingatkan bahwa kemampuan membaca al-Quran memiliki dampak yang kuat terhadap keterampilan dalam membaca naskah-naskah yang terkait dengan bahasa Arab (Junaidi & Mulianah, 2020). Kemampuan peserta didik dalam menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi juga dapat dilihat dari kemampuan mereka memahami kosakata bahasa Arab. Informan mengungkapkan bahwa peserta didik di MAN 1 Tanjung
Pinang memiliki kemampuan kosakata dalam kategori cukup (Gr6, Wawancara, 2020). Informan lain mengungkapkan bahwa penguasaan kosakata bahasa Arab cukup banyak dia dapatkan, namun penggunaan kosakata tersebut dalam kehidupan sehari-hari masih sangat minim (PD6,7, Wawancara, 2020).
Kosa kata bahasa Arab merupakan bagian terpenting dari unsure bahasa yang mesti diketahui oleh pembelajar bahasa, semakin tinggi dan banyak kosakata yang diketahui oleh seseorang maka kemungkinan memiliki kemampuan berbicara juga semakin baik. Fitrializa menegaskan bahwa kosakata bahasa Arab yang banyak dimiliki oleh peserta didik akan membuat mereka memiliki keterampilan yang lebih bagus dalam berbicara (Fitriliza et al., 2017). Pandangan lain juga mengungkapkan bahwa setiap orang yang mempelajari bahasa tertentu mesti memiliki pengetahuan yang banyak terhadap kosakata, karena dari kosakata akan melahirkan kata bahkan kalimat (Alqahtani, 2015), (Rabiah, 2012). Kemampuan berbicara bahasa Arab peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang juga dapat dilihat dari aspek ketepatan gramatika, sesuai dengan hasil pengamatan yang peneliti dapatkan diketahui bahwa keterampilan mereka masih sangat jauh dari cukup (Observasi, PBM, 2020). Sementara dari hasil pengamatan juga diketahui ketika belajar secara teoritis, kemampuan peserta didik dalam bidang gramatika sangat baik, namun berbeda dengan praktis (Observasi, PBM, 2020). Hasil pengamatan yang dijelaskan di atas juga sesuai dengan keterangan informan yang mengatakan bahwa peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang memiliki kemampuan dalam teori-teori yang terkait dengan gramatika bahasa Arab, namun karena tidak dibiasakan menggunakannya terkesan mereka tidak
mengetahui banyak hal tentang nahwu dan sharaf (Gr1,2, Wawancara, 2020).
Data yang ditemukan di lapangan jika dikaitkan dengan teori dan temuan penelitian yang sudah ada maka dapat diketahui bahwa kemampuan seseorang dalam masalah yang terkait dengan teori nahwu, sharaf tidak akan menjamin orang tersebut memiliki kemampuan dalam menggunakan gramatika tersebut pada saat komunikasi lisan. Sari juga menyatakan bahwa tidak sedikit di antara peserta didik yang lupa atau tidak terampil dalam menggunakan grammar secara aplikatif (Sari, 2018).
Dalam hal ini terdapat bukti bahwa kesenjangan antara keterampilan berbicara dengan keterampilan komunikasi itu tetap ada, artinya orang yang memiliki pengetahuan grammar tidak senantiasa memiliki kemampuan berbicara yang baik, begitu juga sebaliknya, orang yang memiliki kemampuan berbicara bahasa Arab tidak menjamin mereka memiliki kemampuan dalam aspek gramatika. Mengingat realita ini maka temuan penelitian yang mengharuskan desain bahan ajar memuat gramatika (nahwu, sharaf) yang bersifat tathbiq atau aplikatif adalah hal yang tepat. Dikatakan demikian karena peserta didik akan memiliki kepercayaan diri dalam berkomunikasi
dengan menggunakan grammar yang tepat ketika mereka dibekali dan dibiasakan dalam berkomunikasi sesuai kaedah berbahasa yang baik dan benar.
## PENUTUP
Setelah dilaksanakannya penelitian tentang desain bahan ajar bahasa Arab untuk meningkatkan keterampilan berbicara maka dapat disimpulkan: pertama, desain bahan ajar bahasa Arab yang dibutuhkan dalam mendukung keterampilan berbicara ialah memuat sejumlah kosakata yang dilengkapi dengan penggunaan kosakata tersebut sesuai konteksnya, gramatika mesti bersifat aplikatif, berbagai bentuk latihan serta pola-pola kalimat mesti ditonjolkan. Kedua, kemampuan peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang ialah bahwa dari 5 indikator kemampuan berbicara satu aspek berada pada level baik, satu aspek level cukup, dan tiga aspek lainnya berada pada level kurang. Temuan ini menyimpulkan bahwa peserta didik di MAN 1 Tanjungpinang belum memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara menggunakan bahasa Arab. Kehadiran desain baru materi pembelajaran dipandang sebagai satu alternative guna meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik.
## DAFTAR RUJUKAN
Alqahtani, M. (2015). The Importance of Vocabulary in Language Learning and How to be Taught. International Journal of Teaching and Education , III (3), 21–34. https:// doi.org/10.20472/te.2015.3.3.002
Ansyah, S., Ritonga, M., & Alrasi, F. (2020). Sistem Kaji Duduak Sebagai Strategi Pembelajaran Maharah al-Qira’ah di Madrasah Batang Kabung. Arabi : Journal of Arabic Studies , 5 (2), 191–200. https://doi.org/10.24865/ajas.v5i2.257 Arwani, A. (2017). The Role of the Arabic Language in Islamic Economy. Alsinatuna ,
3 (1), 98–112.
Damanhuri, M, Ari, Method for Developing Soft Skills Education for Students Universal Journal of Educational Research 8 (7), 3155-3159, 2020.
Ekayanti, Mariah, E., & Ulum, F. (2019). Analisis Kesallahan Makharijul Huruf dalam
Kemampuan Membaca Kalimat Sederhana pada Pembelajaran Bahasa Arab Siswa Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar [Universitas Negeri Makassar]. http://eprints.unm.ac.id/14607/
Fauziah, R., Ritonga, M., & Alrasi, F. (2020). Korelasi Tsiqah Tahfidz Al-Qur’an dengan Maharah al-Lughah al-’Arabiyyah Mustawa Tsalits Ma’had Az-Zubair bin Al-Awwam. EL-TSAQAFAH Jurnal Jurusan PBA , 19 (1), 25–36. https: journal. uinmataram.ac.id/index.php/eltsaqafah%0AKORELASI
Fattah, Santoso, M, Contribution Boarding Schools for Social Changes in Central Java Indonesia, Int. J. Psychosoc. Rehabil 24 (06), 7851-7859, 2019.
Fitriliza, Khairurrijal, A., & Fahmi. (2017). Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab Melalui Metode Contoh Morfologi (Penelitian Tindakan Kelas di Fakultas Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam , 8 (2), 183–204.
Hady, Y. (2019). Pembelajaran Mahārat al-Kalām Menurut Rusdy Ahmad Thu ’ aimah dan Mahmud Kamil al-Nâqah Yazid Hady Abstrak. Al Mahāra Jurnal Pendidikan Bahasa Arab , 5 (1), 63–84. https://doi.org/10.14421/almahara.2019.051-04 Junaidi, & Mulianah, B. (2020). Pengaruh kefasihan membaca al-qur’an terhadap keterampilan membaca pada bidang studi bahasa Arab. El-Tsaqafah: Jurnal Jurusan PBA , 19 (2), 199–215. https://doi.org/10.20414/tsaqafah.v19i2.2749 Kasihani, S. K. . (2010). English For Young Learners . Bumi Aksara.
Maskor, Z. M., Baharudin, H., Lubis, M. A., & Yusuf, N. K. (2016). Teaching and Learning Arabic Vocabulary: From a Teacher’s Experiences. Creative Education ,
7 (March), 482–490. https://doi.org/10.4236/ce.2016.73049 Mitsalina, E. (2015). Language Teaching Materials and Learner Motivation in Ma’arif Nahdlatul Ulama University Students. ETERNAL (English Teaching Journal) , 6 (1), 32–40.
Mu’in, A. (2004). Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia . Al-Husna Baru. Muhammad, Y. (2013). Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran . Kenvana.
Nalole, D. (2018). Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Maharah al-kalam ) Melalui Metode Muhadtsah dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Al-Minhaj: Jurnal Pendidikan Islam , 1 (1), 129–145.
Rabiah, S. (2012). Language as a Tool for Communication and Cultural Reality Discloser. International Conference on Media, Communication and Culture “Rethinking Multiculturalism: Media in Multicultural Society” Organized , 1–11.
Ritonga, M., Nazir, A., & Wahyuni, S. (2016). Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban , 3 (1), 1–12. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15408/a.v3i1.2879 Ritonga, M., Nazir, A., & Wahyuni, S. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teknologi Informasi & Komunikasi dalam dialektika Revolusi Industri 4.0 [Development of Arabic language learning Model based on information Technology & Communication in dialectic Industrial Revolution (Bambang, I. Naska, & F. Alrasi (eds.); Januari). Deepublish.
Ritonga, M., Widodo, H., Munirah, & Nurdianto, T. (2021). Arabic language learning reconstruction as a response to strengthen Al-Islam studies at higher education.
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) , 10 (1), 355–363. https://doi.org/10.11591/ijere.v10i1.20747 Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi. In Salemba Empat .
ŞAHİN, İ. (2005). The Effect of Native Speaker Teachers of English on The Attitudes and Achievement of Learners. Journal of Language and Linguistic Studies , 1 (1), 29– 42.
Sandler, W. (2018). The Body as Evidence for the Nature of Language. HYPOTHESIS AND THEORY , 9 (October), 1–21. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.01782 Sari, R. A. (2018). Students’ Grammatical Error Analysis in Speaking. Edukasi: Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran , 5 (2), 127–137.
Sartika, F., & Ritonga, M. (2020). Ta’tsir Isti’mal al-Wasa’il al-Sam’iyyah al-Bashariyyah “Ala Nataij Ta’lim Mufradat al-Lughah al-’Arabiyyah li al-Fashl al-Rabi” fi al- Madrasah al-Ibtidaiyyah al-Islamiyyah al-Hukumiyyah Parambahan Lambasi Payakumbuh. Alfazuna , 4 (2), 144–154. http://jurnalftk.uinsby.ac.id/index.php/ alfazuna/article/view/592/261
Susanti, E., Ritonga, M., & Bambang, B. (2020). Pengaruh Penggunaan Media Powerpoint Terhadap Minat Belajar Bahasa Arab Siswa. Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab , 4 (1), 179–191. https://doi.org/10.29240/jba.v4i1.1406
Syahril. (2018). Pengembangan Desain Model Assure pada Pembelajaran IPS SD/MI. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad , VIII (01), 65–75.
Thontowi. (2018). Linguistic thoughts as the basis of arabic learning innovation. Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab , 10 (2), 268–280.
Uno, H. B. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar. Mengajar yang Kreatif dan Efektif . Bumi Aksara.
Walkinshaw, I., & Oanh, D. H. (2014). Native and Non-Native English Language Teachers : Student Perceptions in Vietnam and Japan. SAGE Open , 1–9. https:// doi.org/10.1177/2158244014534451
Wijayani, & Ardi, N. (2013). Desain Pembelajaran Pendidikan . Ar-Ruzz Media.
Yusdi, & Milman. (2011). Pengertian Kemampuan .
|
0d1ec12d-2f05-4d5a-a513-54c4f190ee91 | https://jim.usk.ac.id/EKA/article/download/10668/4481 |
## PERBANDINGAN IMBAL HASIL SUKUK MUDHARABAH DAN OBLIGASI KONVENSIONAL (STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2014)
Cut Aja Ratu Balqis* 1 , Meutia Fitri *2 1,2 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala e-mail : [email protected] *2
## Abstrak
This study is aimed to observe the difference return between Mudharabah Islamic bonds and conventional bonds based on the nominal yield, current yield and yield to maturity ratio. Tests were carried out using a homogeneity of variance test (F-test) and t-test analysis. From the results of statistical analysis using t-test with a significant level of 5%, it can be concluded that there is no significant performance difference between Mudharabah Islamic bonds and conventional bonds. Then based on the average value of the variable calculation on return of bonds, the result indicate that Mudharabah has a better return than conventional bonds. Mudarabah Islamic bonds provides an average income for yield of 96% where as the conventional bonds were only able to provide an average fee of 90%. Mudharabah Islamic bond also has a better current yield by 17% compared to the conventional bonds mounting to12%. On the other hand, the average of yield to maturity rate of Mudarabah Islamic bonds was at 17% and the average of yield to maturity rate of conventional bonds was at 11%.
Keywords: Comparison, Return, Bonds, Mudharabah and Conventional
## 1. Pendahuluan
Seiring perkembangan zaman konsep keuangan berbasis syariah Islam semakin diakui di dunia internasional. Hal ini dapat dilihat dari timbulnya beberapa lembaga keuangan syariah dan instrumen keuangan syariah lainnya di berbagai negara salah satunya yang paling pesat pertumbuhannya yaitu di Indonesia.
Perkembangan keuangan berbasis syariah di Indonesia ditandai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah pada 25 Juni 1997 dan penerbitan Sukuk atau Obligasi Syariah oleh PT. Indosat Tbk pada awal September 2002 (Soemitra, 2009:117). Hal ini menyebabkan maraknya perusahaan yang ikut menerbitkan sukuk setelah melihat banyaknya permintaan investor terhadap sukuk khususnya dari kelompok muslim.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) NO. 32/DSN-MUI/IX/2002, dinyatakan bahwa obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
hasil/margin/fee, serta membayar kembali obligasi pada saat jatuh tempo. Sukuk pada prinsipnya adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasarkan suatu akad syariah yang melandasinya (underlying transaction) , yaitu berupa ijarah (sewa), mudharabah (bagi hasil), musyarakah atau yang lainnya (Yuliana dan Rahmawati, 2013).
Berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total nilai sukuk terus mengalami peningkatan dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2011, nilai sukuk sebesar Rp 7.915,4 miliar, pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan menjadi Rp 9.790,4 miliar dan Rp 11.994,4 milar. Begitupun pada tahun 2014-2015, nilai sukuk meningkat masing-masing sebesar Rp 12.956,4 milar dan Rp 14.483,40 miliar. Sukuk yang diterbitkan didominasi oleh sukuk ijarah , hal ini dikarenakan sukuk mudharabah menggunakan underlying asset dimana membutuhkan penilaian aset. Namun di sisi lain mudharabah juga memiliki keunggulan yaitu lebih besarnya peluang untuk memperoleh tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan sukuk ijarah . Menurut PSAK 105 Tahun 2010 mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak di
ISSN: 1978-1520
mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/ mudharib ) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Sukuk mudharabah adalah sukuk yang dilandasi dengan akad mudharabah dimana merupakan suatu transaksi investasi yang berdasarkan kepercayaan (Nurhayati dan Wasilah, 2015:128). Maka dari itu sukuk mudharabah dapat dijadikan sebagai salah satu wadah untuk para investor melakukan investasi atas modal yang dimilikinya.
Berbeda dengan sukuk, obligasi konvensional merupakan surat pengakuan utang dimana emiten setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada saat jatuh tempo (Azis et al., 2015:100). Maka dapat dilihat perbedaan antara sukuk dan obligasi konvensional yaitu adanya bunga dalam obligasi konvensional yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah, sehingga sukuk muncul karena adanya ketidaksesuaian tersebut. Sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan obligasi konvensional karena strukturnya berdasarkan aset nyata, pemegang sukuk berhak atas bagian pendapatan yang dihasilkan dari aset sukuk disamping hak atas penjualan aset sukuk (Fonna dan Mutia, 2015). Menurut Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan (Bapepam-LK), nilai nominal sukuk korporasi yang beredar sampai tahun 2016 baru sekitar Rp 6,12 triliun atau baru sekitar 5% dari total obligasi konvensional korporasi. Perusahaan yang menerbitkan sukuk pun masih sedikit. Jumlahnya baru sekitar 32 penerbit, atau hanya sekitar 13% dari total perusahaan penerbit obligasi.
Pada saat melakukan investasi tentunya para investor harus melihat bagaimana peluang atas imbal hasil yang didapat dan juga memperhatikan risiko- risiko yang akan terjadi, apalagi telah banyaknya wadah investasi yang ditawarkan yang mengharuskan investor untuk dengan cermat dalam menanamkan modalnya. Imbal hasil merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para calon investor agar tidak mengalami kerugian dalam menanamkan modal, walaupun hal itu akan dapat terjadi dikarenakan adanya risiko-risiko. Imbal hasil didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh oleh para investor yang menempatkan dananya pada obligasi/ sukuk (Arijanto,
2010:186) . Imbal hasil yang didapat dari sukuk mudharabah dan obligasi konvensional berbeda. Dilihat dari segi kuponnya, imbal hasil dari sukuk mudharabah yaitu berupa bagi hasil dan obligasi konvensional yaitu berupa bunga. Bagi hasil dan bunga merupakan suatu hal yang sangat berbeda, bagi hasil ditentukan berdasarkan pendapatan return sedangkan bunga telah ditentukan terlebih dahulu sebelumnya. Maka dapat dikatakan imbal hasil sukuk mudharabah dapat lebih tinggi dibandingkan obligasi konvensional, namun juga dapat lebih rendah dibandingkan obligasi konvensional.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan investor untuk mengukur besarnya imbal hasil sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi. Menurut Tandelilin (2010:257- 267) pengukuran imbal hasil dapat dilakukan menggunakan Nominal Yield, Current Yield, Yield To Maturity (YTM), Yield To Call dan Realized Yield. Pengukuran Nominal Yield mencerminkan tingkat kupon pada suatu obligasi sehingga memudahkan untuk menunjukkan karakteristik kupon dari suatu obligasi, Current Yield mencerminkan rasio tingkat kupon obligasi terhadap harga pasar dari obligasi, Yield To Maturity (YTM) mencerminkan tingkat return majemuk yang akan diterima investor, Yield to Call mencerminkan return yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali ( callable ) dan Realized Yield merupakan tingkat return yang diharapkan investor dari sebuah obligasi, apabila obligasi tersebut dijual kembali oleh investor sebelum waktu jatuh tempo (Yuliana dan Rahmawati, 2013).
## 2. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
Obligasi merupakan surat utang yang diterbitkan/dikeluarkan oleh emiten untuk mendapatkan dana langsung dari masyarakat, baik untuk kebutuhan operasional maupun ekspansi emiten. Obligasi dapat diterbitkan oleh pemerintah, korporasi, institusi perbankan, dan institusi finansial nonperbankan serta dengan memperhitungkan kepentingan bisnis industri (Fonna dan Mutia, 2015). Investor atau calon investor yang akan menanamkan modalnya pada obligasi tentunya mengharapkan imbal hasil atas investasinya tersebut, dengan begitu investor harus dapat mengetahui tingkat yield dari obligasi yang akan dipilih sehingga dapat membantu untuk pengambilan keputusannya dalam berinvestasi.
ISSN: 1978-1520
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat imbal hasil sukuk mudharabah dan obligasi konvensional, dimana pendapatan yang diperoleh dari sukuk merupakan hasil dari pemanfaatan dana yang tepat dan dijamin oleh asset yaitu aset yang berwujud, hal ini tidak berlaku bagi obligasi konvensional (Kholis, 2010), namun obligasi konvensional memiliki keunggulan yaitu pendapatan yang diterima bersifat tetap, sedangkan sukuk mudharabah memiliki pendapatan yang berubah-ubah meskipun ada kemungkinan bagi calon investor sukuk mudharabah untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi. Tingkat imbal hasil dianalisis menggunakan yield dengan tiga alat pengukuran, yaitu nominal yield dimana menunjukkan karakteristik kupon sukuk mudharabah atau obligasi berupa penghasilan kupon tahunan yang dinyatakan dalam bentuk persentase, sehingga dapat dilihat nominal yield sukuk mudharabah dan obligasi konvensional termasuk ke dalam jenis at par, at premium, atau at discount . Current yield menunjukkan seberapa besar kupon yang diterima pemegang sukuk mudharabah dan obligasi konvensional setiap tahunnya yaitu dilihat dari selisih antara tingkat penghasilan sukuk mudharabah atau obligasi konvensional dengan tingkat pasar. Yield to Maturity menunjukkan tingkat return majemuk yang akan diterima investor bila membeli pada harga pasar dan memegang sukuk mudharabah atau obligasi sampai jatuh tempo. Tingkat yield merupakan hal yang harus sangat diperhatikan oleh investor dimanapun, karena imbal hasil atas sukuk bergantung pada yield yang diperoleh dari aset atau proyek yang mendasari, sehingga dapat meminimalisir risiko (Ayub, 2007).
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Terdapat perbedaan imbal hasil yang signifikan antara S ukuk Mudharabah dan Obligasi Konvensional berdasarkan Nominal Yield periode 2011-2014.
H2 : Terdapat perbedaan imbal hasil yang signifikan antara S ukuk Mudharabah dan Obligasi Konvensional berdasarkan Current Yield periode 2011-2014.
H3 : Terdapat perbedaan imbal hasil yang signifikan antara S ukuk Mudharabah dan Obligasi
Konvensional berdasarkan Yield to Maturity periode 2011-2014.
## 3. Metode Penelitian
## Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas maupun tidak terbatas (Sumarni dan Wahyuni, 2006:69). Populasi dalam penelitian ini adalah sukuk mudharabah dan obligasi konvensional yang diterbitkan oleh perusahaan yang sama dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2014. Penarikan sampel ini menggunakan metode sensus, dimana penelitian dilakukan pada seluruh elemen populasi (Indriantoro dan Supomo, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 9 sukuk mudharabah dan 16 obligasi konvensional, sehingga seluruhnya terdapat 25 sampel.
## Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan keuangan, rasio tahunan (ikhtisar keuangan) dan laporan arus kas serta laporan laba rugi perusahaan yang mengeluarkan sukuk mudharabah dan obligasi konvensional tahun 2011-2014 yang dikumpulkan dan diolah, sehingga data sekunder penelitian ini adalah nilai nominal, harga pasar, tingkat kupon dari sukuk mudharabah dan obligasi konvensional. Indriantoro dan Supomo (2002:147) menyatakan bahwa data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penelitian kepustakaan dan teknik observasi yaitu dengan mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan penelitian objek yang kemudian dilakukan dengan membaca, memperlajari serta mengkaji literature seperti buku, jurnal akuntansi serta dari situs pendukung lainnya, dan data yang digunakan merupakan data sekunder sehingga pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini yang diperoleh dari situs resmi BEI, KSEI dan OJK.
Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Indikator Skala Nominal Yield Nominal yield adalah penghasilan bunga kupon tahunan yang dibayarkan pada pemegang obligasi. Tingkat bunga kupon yang diberikan oleh obligasi (Tandelilin, 2001) Tingkat kupon yang diberikan oleh obligasi Rasio Current Yield Current Yield adalah hasil tahunan yang diperoleh dari obligasi dan dihitung dengan membagi penpatan bunga dan harga pembelian (Cahyono, 2004:250) CY= C i /P m Rasio Yield to Maturity Yield to Maturity adalah tingkat hasil yang akan pemodal peroleh jika membeli sebuah obligasi pada harga pasar dan memegangnya sampai jatuh tempo (Cahyono, 2004:252)
YTM = 2 P Pp n P Pp Ci
Rasio
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai (Indriantoro dan Supomo, 2002:61). Nilai bisa berbeda pada waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang sama atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda (Sekaran dan Bougie, 2010:115).
Penelitian ini hanya memiliki satu variabel yaitu imbal hasil obligasi. Berdasarkan dari beberapa teknik yang ada, penelitian ini menggunakan analisis dengan tiga alat perhitungan yield yaitu rasio Nominal yield, Current Yield dan Yield to Maturity .
## Rancangan Pengujian Hipotesis
Kriteria pengambilan keputusan yaitu:
a) Probabilitas < 0.05 (signifikan) artinya terdapat perbedaan imbal hasil antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional.
b) Probabilitas < 0.05 (tidak signifikan) artinya tidak terdapat perbedaan imbal hasil antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional.
## 4. Hasil Dan Pembahasan
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif dan analisis uji beda Independent Sample t-Test . Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22 .
## Uji Statistic Descriptif
Variabel Nominal Yield untuk sukuk mudharabah memiliki nilai terendah sebesar 0.83, nilai tertinggi 1.01, dengan rata-rata 0.96 dan standar deviasi 0.066. Dapat disimpulkan bahwa ada variasi
yang terdapat pada Nominal Yield di sukuk mudharabah. Rata-rata 0.96 menunjukkan angka yang besar karena simpangan baku Nominal Yield untuk sukuk mudharabah adalah 0.066, sehingga dapat dikatakan kemungkinan bagi hasil tahunan yang dibayarkan untuk pemegang sukuk mudharabah rata- rata sebesar 96%. Variabel Nominal Yield untuk obligasi konvensional memiliki nilai terendah sebesar 0.362, nilai tertinggi 1.075, dengan rata-rata 0.90 dan standar deviasi 0.212. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada variasi yang terdapat pada Nominal Yield di obligasi konvensional . Rata-rata 0.90 menunjukkan angka yang sedikit lebih besar karena simpangan baku Nominal Yield untuk obligasi konvensional adalah 0.212, sehingga dapat dikatakan kemungkinan bunga tahunan yang dibayarkan untuk pemegang obligasi konvensional rata-rata sebesar 90%.
Variabel Current Yield untuk sukuk mudharabah memiliki nilai terendah sebesar 0.08, nilai tertinggi 0.73, dengan rata-rata 0.17 dan standar deviasi 0.212. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada variasi yang terdapat pada Current Yield di sukuk mudharabah. Rata-rata 0.17 menunjukkan angka yang kecil karena simpangan baku Current Yield untuk sukuk mudharabah adalah 0.212, sehingga dapat dikatakan Current Yield yang akan diterima pemegang sukuk mudharabah jika membelinya sampai jatuh tempo rata-rata hanya sebesar 17%.
Variabel Current Yield untuk obligasi konvensional memiliki nilai terendah sebesar 0.09, nilai tertinggi 0.22, dengan rata-rata 0.12 dan standar deviasi 0.040. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada variasi yang terdapat pada Current Yield di sukuk mudharabah. Rata-rata 0.12 menunjukkan angka yang
ISSN: 1978-1520
besar karena simpangan baku Current Yield untuk obligasi konvensional adalah 0.040, sehingga dapat dikatakan Current Yield yang akan diterima pemegang obligasi konvensional rata-rata sebesar 12%.
Variabel Yield to Maturity untuk sukuk mudharabah memiliki nilai terendah sebesar 0.09, nilai tertinggi 0.73, dengan rata-rata 0.17 dan standar deviasi 0.211. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada variasi yang terdapat pada Yield to Maturity di sukuk mudharabah. Rata-rata 0.17 menunjukkan angka yang kecil karena simpangan baku Yield to Maturity untuk sukuk mudharabah adalah 0.211, sehingga dapat dikatakan Yield to Maturity yang akan diterima pemegang sukuk mudharabah jika membelinya sampai jatuh tempo rata-rata hanya sebesar 17%. Variabel Yield to Maturity untuk obligasi konvensional memiliki nilai terendah sebesar 0.09, nilai tertinggi 0.22, dengan rata-rata 0.11 dan standar deviasi 0.034. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada variasi yang terdapat pada Yield to Maturity di obligasi konvensional . Rata-rata 0.11 menunjukkan angka yang besar karena simpangan baku Yield to Maturity untuk obligasi konvensional adalah 0.034, sehingga dapat dikatakan Yield to Maturity yang akan diterima pemegang obligasi konvensional jika membelinya sampai jatuh tempo rata-rata sebesar 11%.
## Uji Hipotesis
Uji ini menggunakan uji t yang dapat digunakan untuk uji hipotesis, yaitu apakah hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ditolak atau diterima.
Uji Beda Independent t-test Berdasarkan hasil perbandingan rasio variabel Nominal Yield, Current Yield, dan Yield to Maturity menggunakan uji beda Independent Sample t-test.
Variabel Nominal Yield nilai F hitung levene test sebesar 3.124 dengan tingkat probabilitas 0.090, karena nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional adalah sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi Equal variances assumed. Berdasarkan output SPSS menunjukkan bahwa nilai t pada Equal variances assumed adalah 0.764 dengan probabilitasi signifakansi 0.453 lebih besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada Nominal Yield antara
sukuk mudharabah dan obligasi konvensional sehingga hipotesis pertama (H 1 ) ditolak. Variabel Current Yield nilai F hitung levene test sebesar 5.605 dengan tingkat probabilitas 0.027, karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional adalah tidak sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi Equal variances not assumed. Berdasarkan output SPSS menunjukkan bahwa nilai t pada Equal variances not assumed adalah 0.700 dengan probabilitasi signifakansi 0.503 lebih besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada Current Yield antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional sehingga hipotesis kedua (H 2 ) ditolak. Variabel Yield to Maturity nilai F hitung levene test sebesar 6.135 dengan tingkat probabilitas 0.021, karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional adalah tidak sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi Equal variances not assumed. Berdasarkan output SPSS menunjukkan bahwa nilai t pada Equal variances not assumed adalah 0.797 dengan probabilitasi signifakansi 0.448 lebih besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada Yield to Maturity antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional sehingga hipotesis ketiga (H 3 ) ditolak.
## 5. Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran
Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan imbal hasil yang signifikan antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional berdasarkan nominal yield . Secara statistik nilai sig (2- tailed ) dari sukuk mudharabah dan obligasi konvensional lebih besar dari α (0,453 > 0,05) sehingga hipotesis pertama (H 1 ) ditolak. Pemerintah mengeluarkan satu kebijakan dengan menaikkan suku bungan acuan BI (BI Rate ), maka investasi khususnya untuk obligasi mengalami peningkatan dimana yang paling diminati yaitu obligasi korporasi, sehingga tidak adanya perbedaan berdasarkan nominal yield.
ISSN: 1978-1520
2. Tidak terdapat perbedaan imbal hasil yang signifikan antara sukuk mudharabah dan obligasi konvensional berdasarkan current yield . Secara statistik nilai sig (2- tailed ) dari sukuk mudharabah dan obligasi konvensional lebih besar dari α (0,363 > 0,05) sehingga hipotesis pertama (H 2 ) ditolak. Kedua obligasi tersebut berada pada posisi at premium yaitu kedua obligasi akan terjual lebih tinggi diatas harga nominalnya, sehingga nilai current yield relatif sama.
3. Tidak terdapat perbedaan imbal hasil yang signifikan antara sukuk mudharabah dan obligasi
konvensional berdasarkan yield to maturity . Secara statistik nilai sig (2- tailed ) dari sukuk mudharabah dan obligasi konvensional lebih besar dari α (0,299 > 0,05) sehingga hipotesis pertama (H 3 ) ditolak. Tingkat pendapatan bagi hasil sukuk mudharabah dan bunga obligasi konvensional yang ditawarkan relatif sama, sehingga tidak adanya perbedaan berdasarkan yield to maturity.
4. Berdasarkan perbandingan imbal hasil dari ketiga variabel yang digunakan yaitu nominal yield, current yield, dan yield to maturity , sukuk mudharabah memiliki imbal hasil yang sedikit lebih besar dibandingkan obligasi konvensional.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan- keterbatasan antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan rentang waktu data sukuk mudharabah dan obligasi konvensional hanya empat tahun yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, sehingga rentang waktu yang terbatas tersebut tentunya mempengaruhi penelitian ini.
2. Penelitian ini sulit mendapatkan referensi- referensi yang mendukung.
3. Penelitian ini hanya menggunakan objek sukuk mudharabah, banyak sukuk-sukuk lain yang bisa dibandingkan imbal hasilnya dengan obligasi konvensional.
4. Penelitian ini hanya menggunakan tiga alat analisis imbal hasil yaitu Nominal Yield, Current Yield dan Yield to Maturity.
Untuk menambah referensi penelitian selanjutnya, beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya supaya menggunakan rentang waktu data penelitian yang lebih lama.
2. Peneliti selanjutnya
diharapkan dapat menambahkan sukuk-sukuk lain sebagai objek untuk dibandingkan imbal hasilnya dengan obligasi konvensional .
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan alat analisis imbal hasil seperti Yield to Call dan Realized Yield
## Daftar Pustaka
Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum Edisi 1 . Jakarta: Granit. Arijanto, Agus. 2010. Dosa-dosa Orangtua Terhadap Anak Dalam Hal Finansial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Ayub, Muhammad. 2007. Understanding Islamic Finance . Chichester: Willey Finance.
Azis, Musdhalifah, Sri M., & Maryam Nadhir. 2015. Manajemen Investasi Fundamental, Teknikal, Perilaku Investor dan Return Saham. Yogyakarta: Deepublish publisher.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan. ( http://bapepam.go.id ). Diakses 20 Juni 2016.
Bursa Efek Indonesia . ( http://idx.co.id ). Diakses 14 Maret 2016. Cahyono, Jaka E. 2004. Langkah Taktis Metodis Berinvestasi di Obligasi . Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Fatah, D. A. 2011. Perkembangan Obligasi Syariah (sukuk) di Indonesia: Analisis Peluang dan Tantangan. Innovatio . Vol 10 (2): 281-300.
Fathurahman, H. & R. Fitriati. 2013. Comparative
Analysis of Return on Sukuk and Conventional Bonds. American Journal of Economics . Vol 3 (3): 159-163.
Fonna, C. Yulia & Evi Mutia. 2015. Perbandingan Tingkat Yield to Maturity (YTM) dan Risiko Pasar pada Sukuk Ijarah dan Sukuk Mudharabah. SimposiumNasional Akuntansi 18 . Medan. Gujarati, D. 2003. Basic Econometric .Mc-Grawhill.
New York.
ISSN: 1978-1520
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate .Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ika, Dewi Nuraningtiyas. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Obligasi Syariah Dengan Kinerja Obligasi Konvensional di Indonesia Periode 2007-2009. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan . Jakarta: Salemba Empat.
Indriantoro, Nur & Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitain Bisnis . Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
Kholis, Nur. 2010. Sukuk: Instrumen Investasi yang Halal dan Menjanjikan. La_Riba: Jurnal Ekonomi Islam . Vol 4(2): 146-155.
Majelis Ulama Indonesia. 2002. Fatwa DSN MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi
Syariah Mudharabah . ____________________. 2002. Fatwa DSN MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
____________________. 2002. Fatwa DSN MUI No. 31/DSN-MUI/IX/2002 tentang Pengalihan Hutang.
____________________. 2002. Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2002 tentang
Pembiayaan Mudharabah. Nurhayati, Siti & Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di
Indonesia . Edisi 4 revisi. Jakarta: Salemba
Empat.
Otoritas Jasa Keuangan. ( http://ojk.go.id ). Diakses 22
Juni 2016.
Prastowo, Yustinus, Priyatna A., & Yosep E. Nugraha.
2011. Buku Pintar Menghitung Pajak Profesi,
Badan Usaha dan Peristiwa Khusus . Jakarta:
Raih Asa Sukses(Penebar Swadaya Grup).
Qoyum, Abdul. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja
Kelompok Obligasi Syariah dengan Kelompok Obligasi Konvensional di Indonesia. Skripsi
TidakDipublikasikan. Yogyakarta: Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Ratnawati, Juli dan Indah Hernawati. 2015. Dasar- dasar Perpajakan. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Republik Indonesia. Undang-Undang No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah
Negara.
Rini, Mustika. 2012. Analisis Sukuk Terhadap Makro Ekonomi. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sekaran, Uma dan Bougie, R. 2010. Research Methods For Business : A Skill Building Approach . 5TH ED. India: Wiley India Pvt. Limited. Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan (3 th Ed). Jakarta: Mitra Wacana Media. Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sumarni, Murti & Salamah Wahyuni. 2006.
Metodologi Penelitian Bisnis . Yogyakarta:
CV. Andi Offset.
Suyatno, Thomas, Djuhaepah T. Marala, & Azhar Abdullah. 2007. Kelembagaan Perbankan .
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi . Yogyakarta: Kanisius.
Wahdy, Affandi. 2007. P erbandingan Risiko dan
Imbal Hasil Obligasi Konvensional dan Obligasi Syariah (Studi Empiris pada BES
Periode 2004-2006). SkripsiTidak Dipublikasikan. Jakarta: Universitas Indonesia. Yuliana, I. & D. Rahmawati. 2013. Komparasi Kinerja Obligasi Syariah Ijarah dan Obligasi Konvensional Periode 2007-2010. El- Dinar .Vol 1 (1).
|
4b929686-b80e-4b08-9bb4-8a0238f6f4a2 | http://www.ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/cakrawarti/article/download/15/15 |
## KEBIJAKAN SOSIAL DI PERKOTAAN SEBAGAI SEBUAH KAJIAN IMPLEMENTATIF
## Ni Luh Putu Ening Permini
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mahendradatta Email : [email protected]
Abstrak - Pada kehidupan manusia tidak lepas dari masalah sosial. Baik masalah sosial di daerah pedesaan dan juga di perkotaan. Akan tetapi, masalah sosial yang muncul kebanyakan di perkotaan daripada daerah pedesaan. Berdasarkan hal tersebut, manajemen perkotaan telah men- erapkan sebagai salah satu proses manajemen untuk membuat sistem kota yang ideal seperti yang diharapkan. Fokus manajemen perkotaan erat kaitannya dengan kebutuhan aspek fisik, aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Pola manajemennya sangat terkait dengan tingkat kompleksitas masalah yang ada di perkotaan serta terkait dengan sejumlah faktor dan tantangan, seperti pen- duduk, tingkat tinggi dalam urbanisasi, kemiskinan yang meningkat / minimalnya kesempatan kerja, peningkatan ketidaksetaraan sosial / kesenjangan ekonomi, menurunnya kualitas lingkun- gan di daerah perkotaan, dan kemampuan keterbatasan sumber daya manusia, kelembagaan dan dana untuk mengembangkan dan memelihara infrastruktur perkotaan. Kebijakan sosial pada dasarnya merupakan kombinasi dari dua kegiatan, menemukan) dan menemukan solusi untuk masalah sosial (Bessant, et al 2009: 3). Dalam hal ini, kebijakan sosial terpadu dalam kegiatan ilmiah akademik seperti penelitian yang digunakan untuk menemukan masalah sosial seperti kemiskinan, penelitian tersebut nantinya akan digunakan untuk merumuskan kebijakan. Tetapi kadang-kadang, pemerintah menunjukkan sebaliknya. Terobosan tersebut dibuat dengan sara- na untuk mengantisipasi sejumlah tindakan potensial yang setiap saat menjadi ancaman. Hal tersebut masuk dalam beberapa tahap, seperti gerakan kesadaran akan persatuan di antara mer- eka, membuat organisasi, memperketat aturan mereka, semua yang digunakan untuk melawan intervensi petugas. Ada dua faktor yang mempengaruhi keberadaan PKL di kota Denpasar. As- pek pertama termasuk masalah melalui regulasi, sarana dan prasarana, serta manajemen sumber daya manusia. Sedangkan aspek lain adalah faktor sosial budaya dan ekonomi.
Kata kunci : masalah sosial, kebijakan sosial, regulasi , perkotaan , pedagang kaki lima
Abstract - Human being cannot separate by a social problem. There is social problem on rural and urban area. But, more problems arise in urban than rural area. Base of it, the Urban Management have implementing as a management process to make an ideal city system as like as something was expected. The focus of urban management is closely connecting with the needs of the physical aspects, social and economic aspect of communities. The pattern of its management is highly related to the level of complexity of urban problems which related to a number of factors and challenges, such as population, high level on urbanization, Poverty increasing/minimally of employment opportunities, increasing of social inequality/economic inequality, declining of environmental quality in urban area, and ability human resources lim- itation, institutionally and fundrising for develop and to maintain the urban infrastructure. So- cial policy basically is a combination of two activities, discovering) and finding a solution for social problem (Bessant, et al 2009:3). In this case, integrated social policies in the academic scientific activities such as research using to find social issue such as poverty, that research will using to policy formulating. But sometime, government showed opposite. That was a break- through made with the means to anticipated a number of potential act which any time become to threaten. It includes several stages, as like as movement, awareness of unity among them, make an organization, tightened them line, all of that using to fight against an intervention of the officer. There are two Factors that influence to the existence of street vendors in the city of Denpasar. First aspects including problem through regulation, facilities and infrastructure, also human resources management. Another aspects is socio-cultural and economical factors.
Keywords : social problem, social policy, regulation, urban, vendors
## LATAR BELAKANG
Usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dilak- sanakan dengan pembangunan yang ber- integrasi yang berlandaskan kemampuan nasional. Hal itu dilakukan dengan me- manfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus dapat memper- hatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya mengacu pada kepribadi- an bangsa dan nilai luhur yang ditujukan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, berkeadilan, sejahtera, maju mandiri, serta kukuh terhadap kekuatan moral dan etika. Dengan demikian, mem- bangun kesejahteraan rakyat dan ketahan- an budaya merupakan agenda yang penting dan strategis yang seharusnya diikuti oleh penetapan kebijakan yang efektif. Sebagai perbandingan dengan berbagai negara di belahan dunia ini, maka Indonesia merupa- kan salah satu negara yang unggul dalam menetapkan suatu kebijakan ketataneg- araan yang relatif tidak tertandingi baik ditinjau dari segi penetapannya maupun dari segi masa berlakunya serta tenggang waktu dalam proses perubahannya, seperti berbagai dokumen peraturan dan kebijakan baik yang skala nasional maupun daerah. Namun dalam hal operasionalisasinya ma- sih belum maksimal. Kesejahteraan sosial merupakan bagian tak terpisahkan dari ci- ta-cita kemerdekaan dan muara dari agen- da pembangunan ekonomi. Seperti yang tertuang Pasal 33 UUD 1945 yang mer- upakan pasal mengenai perekonomian dan bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Edi Swasono dan Sri (2011), dengan menempatkan Pas- al 33 UUD 1945 dan kesejahteraan sosial itu berarti pembangunan ekonomi nasional haruslah bermuara pada peningkatan kes- ejahteraan sosial. Namun demikian, baik pada masa Orde Baru maupun era refor- masi saat ini pembangunan sosial baru se- batas jargon dan belum terintegrasi dengan strategi pembangunan ekonomi. Penanganan masalah sosial masih be- lum menyentuh persoalan mendasar, program-program jaminan sosial ma- sih bersifat parsial dan karitatif serta be- lum didukung oleh kebijakan sosial yang mengikat. Orang miskin masih dipandang sebagai sampah pembangunan yang harus dibersihkan. Kalaupun dibantu baru se-
batas bantuan uang, barang, pakaian atau mie instant berdasarkan prinsip belas kasi- han tanpa konsep dan visi serta misi yang jelas. Kalau ditelusuri lebih jauh, bahkan kini terdapat kecenderungan pemerintah kurang mengurusi permasalahan sosial. Dengan menguatnya ide liberalisme dan kapitalisme, pemerintah lebih tertarik pada bagaimana memacu pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, termasuk menarik pajak yang sebesar-besarnya. Sedangkan tanggung jawab menangani masalah sosial dan memberikan jaminan sosial diserahkan sepenuhnya kepada mas- yarakat. Sehubungan dengan itu, bergulirn- ya otonomi daerah juga bukannya semakin memperkuat komitmen pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan masyarakat ke- las bawah. Pemberian wewenang yang leb- ih besar kepada pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan daerah belum diikuti dengan penguatan piranti kebijakan dan strategi pembangunan sosial. Bahkan terdapat ironi di beberapa daerah dimana institusi-institusi kesejahteraan sosial yang sudah mapan, bukan dikembangkan me- lainkan dibumihanguskan begitu saja. Demikian juga tidak sedikit pemer- intah daerah yang hanya mau menerima penguatan dan peralihan wewenang dalam pengelolaan dan peningkatan sumber-sum- ber Pendapatan Asli Daerah (PAD), se- dangkan peralihan tugas dan peran menan- gani Permasalahan Sosial Asli Daerah (PSAD) (Edi Suharto:56), inginnya diser- ahkan kepada masyarakat, lembaga-lem- baga sosial dan kegamaan. Di Indonesia permasalahan sosial ditemukan baik di tingkat pedesaan maupun di perkotaan, tetapi lebih banyak peluang masalah-mas- alah sosial tersebut muncul di perkotaan. Olehnya itu, urban management (pengelo- laan perkotaan) dilaksanakan sebagai suatu proses manajemen dari keadaan kondisi sistem kota saat ini menuju sistem kota yang dikehendaki berdasarkan pada kondi- si ideal yang diharapkan. Fokus manaje- men perkotaan sangat berhubungan den- gan kebutuhan aspek fisik, sosial maupun ekonomi masyarakat. Pola pengelolaannya sangat terkait dengan tingkat kompleksi- tas permasalahan perkotaan yang terkait pada sejumlah faktor dan tantangan, sep- erti jumlah penduduk, tingginya arus ur- banisasi, meningkatnya kemiskinan/kes- empatan kerja di perkotaan, meningkatnya
JURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 02, Agst 2018- Jan2019 ISSN: 2620-5173
ketimpangan sosial/kesenjangan ekonomi, merosotnya kualitas lingkungan hidup di perkotaan, dan terbatasnya kemampuan sumber daya manusia, kelembagaan mau- pun menggalang dana untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur perkotaan. Seperti halnya di Kota Denpasar dalam hal menangani atau menyelesaikan mas- alah-masalah sosial, sebagai contoh penan- ganan Pedagang Kaki Lima (PKL), peng- gusuran, petugas kebersihan dan lain-lain sebagainya, kesemuanya ini sering menim- bulkan masalah dalam menyelesaikannya. Aktivitas menyelesaikan masalah justru menimbulkan masalah baru. Banyaknya contoh di masyarakat yang relevan dijad- ikan justifikasi atau dasar bahwa imple- mentasi kebijakan sosial dan faktor-faktor yang ada berpengaruh satu sama lain. Maka dari itu, dalam menghadapi era globalisasi maka visi, misi dan strategi kebijakan pub- lik dan pembangunan sosial di Indonesia perlu direvitalisasi dan bukan dideligitima- si, olehnya itu dalam tulisan ini, difokus- kan mengkaji tentang “Kebijakan Sosial di Kota Denpasar” yang merupakan salah kota besar di Indonesia yang sudah tentu memiliki banyak permasalahan yang ber- kaitan dengan berbagai aspek di bidang so- sial.
## KERANGKA TEORITIS
Analisis Kebijakan Kebijaksanaan menurut James E.An- derson (Solichin, 2008: 2), adalah se- bagai perilaku dari sejumlah aktor (peja- bat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam sustu bidang kegiatan tertentu, pemahaman ini terkait dengan Carl Friedrich (Budi, 2012: 16), yang menyatakan bahwa kebijaksanaan se- bagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerin- tah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan ke- sempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Hal ini sebe- narnya menyangkut suatu dimensi yang sangat luas, karena kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh kelom- pok maupun oleh individu yang ada dalam suatu komunitas dalam masyarakat.
Mengacu pada Hogwood dan Gunn, Bridgman dan Davis (2009) menyatakan bahwa kebijakan publik sedikitnya men- cakup hal-hal seperti: bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau pernyataan-pernyataan yang ingin dica- pai, proposal tertentu yang mencermink- an keputusan-keputusan pemerintah yang telah dipilih, kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah, serta program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan sum- berdaya lembaga dan strategi pencapaian tujuan dan juga keluaran yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah, se- bagai produk dari kegiatan tertentu. Terkait dengan itu, Maka secara spesifik kebijakan publik menurut Robert Eyestone (Budi: 15), merupakan sebagai “hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya”, hal ini sama halnya dengan Thomas R. Dye (Budi, 2012: 15), mengatakan bahwa Ke- bijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Jika pengertian tersebut dilihat dalam konteks publik, maka analisa kebijakan publik adalah penentuan dalam rangka hubungan antara berbagai alternatif kebija- kan, keputusan atau cara-cara lainnya, yang terbaik untuk mencapai sejumlah tujuan tertentu (Nagel, 2010). Rumusan ini mem- berikan gambaran bahwa analisa kebijakan adalah metode atau disiplin untuk meng- kaji, menemukan mengenali, merumuskan permasalahan yang dihadapi, kemudian mengembangkan, menilai serta memilih kebijakan alternatif, guna memecahkan permasalahan atau tujuan yang diinginkan. Demikian juga, menurut E.S.Quide (Riant: 83), bahwa asal muasal analisa kebijakan disebabkan banyaknya kebijakan yang ti- dak memuaskan. Begitu banyak kebijakan yang tidak memecahkan masalah justru bahkan memunculkan masalah baru. De- mikian juga Carl W. Patton dan David S. Savicky (Riant, 2012: 84), menjelaskan bahwa analisa kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada. Analisa kebijakan bekerja dalam sebuah lingkungan yang serba terbatas: waktu, informasi, bahkan pengetahuan. Kegiatan analisis kebijakan merupakan suatu keha-
rusan bagi perumusan kebijakan, namun ti- dak terlalu ditekankan pada implementasi kebijakan dan lingkungan kebijakan, pada implementasi kebijakan dan lingkungan kebijakan biasanya dilakukan evaluasi. Namun demikian, evaluasi kebijakan merupakan bagian dari analisis kebija- kan yang lebih bersifat berkenaan den- gan prosedur dan manfaat dari kebijakan. Bentuk-Bentuk Analisis Kebijakan Publik Menurut William N. Dunn (2010), bahwa hubungan antara komponen-komponen informasi kebijakan dan metode-metode analisis kebijakan memberikan landasan untuk membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan, antara lain: a. Analisis Kebijakan Prospektif Identik dengan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diim- plementasikan. Analisis ini cenderung mencirikan cara beroperasi para ekonom, analisis sistem, dan peneliti operasi. Selain itu, analisis ini seringkali menimbulkan jurang pemisah yang besar antara pemeca- han masalah yang diunggulkan dan upa- ya-upaya pemerintah untuk memecahkan. b. Analisis Kebijakan Retrospektif Analisis ini sesuai dengan deskripsi penelitian kebijakan, juga dijelaskan se- bagai transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan dan mencakup berb- agai tipe kegiatan yang dikembangkan oleh tiga kelompok analis, yang terdiri dari: kelompok analis yang berorientasi pada disiplin, kelompok analis yang berorienta- si pada masalah dan kelompok analis yang berorientasi pada aplikasi.
c. Analisis Kebijakan yang Terintegrasi Analisis ini merupakan bentuk kom- binasi analisis antara gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian trans- formasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk meng- kaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan prospektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat. Dengan kata lain analis dapat terlibat dalam tranformasi komponen-komponen informasi kebijakan searah dengan per- putaran jarum jam berulangkali sebelum akhirnya pemecahan masalah kebijakan yang memuaskan ditemukan. Analisis ini
mempunyai semua kelebihan yang dimili- ki oleh semua metodologi analisis retros- pektif dan prospektif, tetapi tidak satupun dari kelemahan mereka. Analisis yang terintegarsi melakukan pemantauan dan evaluasi kebijakan secara terus menerus sepanjang waktu, tidak demikian halnya dengan analisis prospketif dan retrospektif yang lebih sedikit menyediakan informasi dalam berbagai hal kehidupan sosial.
## Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial adalah salah satu ben- tuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang ber- sifat publik, yakni mengatasi masalah so- sial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. (Bessant, Watts, Dalton dan Smith 2009:14). Kebijakan sosial merupakan kebijakan yang menyangkut masyarakat secara keseluruhan yang di dalamnya men- yangkut berbagai aspek baik aspek sosial, politik, maupun aspek ekonomi. Faktor ekonomi dan politik merupakan bagian yang integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Tujuan akhirnya adalah kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial itu merupakan kondisi untuk mencapai kesejahteraan manusia dalam memenuhi kebutuhan baik yang bersifat material maupun non-material. Dalam arti spesifik atau sempit, kata sosial menyangkut sektor kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang atau bagian dari pembangunan sosial atau kesejahteraan rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manu- sia. Sebagai suatu proses, kebijakan sosial menunjuk pada tahapan perumusan kebija- kan dalam kaitannya dengan variable-vari- abel sosial politik dan teknik metodologi. Kebijakan sosial merupakan suatu tahapan untuk membuat sebuah rencana tindak yang dimulai dari pengidentifika- sian kebutuhan, penetapan tindakan alter- natif, penyeleksian strategi-strategi kebija- kan. Selain itu merupakan hasil dari proses perumusan kebijakan atau perencanaan sosial, yaitu mencakup segala bentuk pera- turan perundang-undangan atau proposal program yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan berbagai kegiatan. Kebijakan sosial sebagai suatu kinerja, ke- bijakan sosial merupakan deskripsi atau evaluasi terhadap hasil pengimplementa- sian produk kebijakan sosial atau penca-
JURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 02, Agst 2018- Jan2019 ISSN: 2620-5173
Ni Luh Putu Ening Permini
paian tujuan suatu rencana pembangunan. Kegiatan analisis ini untuk melihat dampak atau pengaruh yang terjadi pada mas- yarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif, sebagai akibat dari diterapkannya suatu peraturan perundang-undangan. Se- cara khusus biasanya diistilahkan dengan analisis kebijakan sosial (Quide, 2012).
## Model Analisis Kebijakan Sosial
Implementasi kebijakan sosial dapat diukur melalui tiga model analisis yai- tu: Prospektif, Retrospektif dan Integratif (Dunn, 2009). Selain itu, kebijakan sosial dilihat sebagai suatu kinerja sebagai dasar atau unit analisisnya, mengenai kerangka analisisnya, secara rinci dapat dilihat pada skema berikut ini.
Kerangka Analisis Kebijakan Sosial
Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Den- pasar.
Dari kesekian regulasi yang terkait dengan keberadaan PKL, belum ada satu- pun yang terfokus membicarakan tentang PKL secara tersendiri. Olehnya itu, regu- lasi mengenai PKL perlu diadakan secara khusus dan tersendiri, termasuk di dalam- nya syarat PKL yang harus dan tidak per- lu membayar retribusi kepada Pemerintah Kota Denpasar, demikian pula mengenai sanksi-sanksi serta hal-hal spesifik lain- nya tentang PKL tersebut. Penataan PKL merupakan bagian dari sistem pengaturan sebagaimana juga penertiban, yang diga- riskan dalam Peraturan Daerah Kota Den- pasar No. 6 Tahun 2015 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Oleh pihak pemerintah kota sebaiknya menindaklanjuti keputusan yang ada da- lam menetapkan wilayah yang boleh dan tidak boleh ditempati dalam berdagang atau berusaha oleh para PKL. Demikian halnya berdasarkan Pera- turan Daerah Kota Denpasar No. 2 Tahun 2015 tentang Pedagang Kaki Lima, dila- rang berjualan di jalan trotoar, bantaran sungai, jalur hijau, taman kota dan tem- pat umum. Dalam regulasi tersebut, sam- pai saat ini belum berjalan secara efektif, disebabkan berbagai faktor, diantaranya: terdiri dari dua: aspek eksternal terdiri dari masalah yang berkaitan dengan faktor reg- ulasi, dan fasilitas pendukung atau Infra- struktur; serta sumber daya manusia dan manajemennya, dan aspek eksternal terdiri dari faktor sosial budaya, faktor ekonomi. Dalam proses penertiban langkah-langkah yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Pra- ja kota Denpasar melalui : Surat Peringatan (SP); kemudian pendekatan secara persua- sif dan langkah paling akhir adalah penert- iban paksa. Secara operasional di tingkat keca- matan setidaknya menurut pengakuan mereka adalah secara garis besar hanya melakukan langkah-langkah sebagai beri- kut: - Memberikan pengarahan secara langsung kepada PKL tentang masalah kebersihan.
- Dalam pembinaan PKL senantiasa dilakukan koordinasi persoalan ini dari tingkat kelurahan hingga ke tingkat Ke- camatan.
FOKUS PARAMETER PENELITIAN & RA- SIONALISASI NILAI-
## NILAI POLITIK
PEMBAHASAN Analisis Kebijakan Sosial di Kota Den- pasar Kebijakan sosial yang dikaji adalah Peraturan Daerah Pemerintah Kota Den- pasar tentang keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dinilai memang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kota dengan segala kemajuan dan peruba- han yang telah terjadi. Adapun yang men- jadi dasar hukum dalam pengaturan PKL di Kota Denpasar antara lain : Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Denpasar , Peraturan Daer- ah Kota Denpasar No. 2 Tahun 2015 ten- tang Pedagang Kaki Lima, dilarang berjua- lan di jalan trotoar, bantaran sungai, jalur hijau, taman kota dan tempat umum, Pera- turan Daerah Kota Denpasar No.1 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum, Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 6 Tahun 2015 tentang Penataan dan Pemberdayaan Ped- agang Kaki Lima, serta Peraturan Daerah
- Kewenangan yang diberikan Keca- matan kepada tingkat kelurahan hanya sebatas memberikan pengaturan.
- Hasil kerja yang dicapai dalam hal pembinaan PKL hanya sebatas dapat membangun kesadaran pada pelaku usaha PKL untuk membongkar tempat usahanya apabila lokasi yang mereka tempati diperuntukkan untuk kepentin- gan umum
Melihat kenyataan dalam kondisi tersebut dan ditopang oleh sumber daya manusia dengan tingkat pendidikannya yang kurang memadai, otomatis, potensi terjadinya resistensi terhadap kebijakan pemerintah besar peluangnya akan terja- di karena mereka berpikir untuk berusaha mempertahankan kepentingan hidup. Re- sistensi merupakan langkah perlawanan yang dilakukan olehrakyat atau masyarakat dalam rangka mempertahankan diri mer- eka dari kebijakan yang dianggap tidak mengakomodir kepentingannya. Resistensi oleh Alisjahbana (2009) digambarkan se- bagai bentuk perlawanan yang ditempuh oleh pedagang kaki lima dengan melaku- kan 2 (dua) tipologi gerakan, yaitu: - Resistensi secara terang-terangan. Gerakan ini sangat identik dengan kon- frontasi, dengan melakukan cara-cara seperti berbenturan secara fisik den- gan petugas, melakukan intimidasi, demonstrasi,dll.
- Resistensi tersembunyi, yakni Resis- tensi yang dilakukan dalam bentuk siasat untuk menghindari konfronta- si langsung dengan aparat pemerintah kota. Mereka memilih mengalah dan menghindar. Namun perlawanan ini mencoba mempertahankan kepentin- gannya lewat main “kucing-kucingan”. Setelah ditertibkan, maka mereka akan mencari lokasi lain dan atau kembali lagi ke tempat semula, atau biasanya lebih memilih meminta bantuan advo- kasi dari pihak-pihak pendamping sep- erti mahasiswa dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Menurut perspektif masyarakat mo- mentum penertiban atau dalam baha- sa risetnya dikenal dengan penggusuran pedagang kaki lima selalu menghadapkan kepentingan antar pedagang kaki lima den- gan Pemkot Denpasar yang kadang juga
mewakili kepentingan badan-badan usaha swasta dan negara. Ironisnya, kepentingan pedagang kaki lima senantias terkalahkan ketika berhadapan dengan kepentingan pemerintah kota dan pemodal. Kenyata- annya, bahwa memang ada pengakuan se- cara legal terhadap eksistensi PKL Kota Denpasar, yang ditandai dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan PKL. Adanya wadah/ko- munitas PKL dibuat sebagai sarana untuk mengantisipasi sejumlah perlakuan yang sewaktu-waktu datang mengancam mere- ka.
## KESIMPULAN
Adapun hal-hal yang dapat disimpul- kan antara lain: a. Munculnya pusat-pusat PKL pada tempat-tempat yang dilarang, mer- upakan gambaran kekurangmampuan atau kekurangtegasan pemerintah kota dalam menyediakan sumber-sumber ekonomi warganya, termasuk mengatur dan menata PKL
b. Sebenarnya masyarakat formallah yang memberikan ruang kepada para PKL sejak berabad-abad lamanya, karena mereka menganggap bahwa perdagan- gan informal (PKL) dianggap sebagai ciri dari budaya dan tata kebiasaan diperkotaan.
c. Langkah-langkah proses penertiban yang dilakukan adalah: memberikan surat peringatan, melakukan pendeka- tan secara persuasif, dan terakhir melakukan penertiban secara paksa terhadap pedagang kaki lima.
d. Faktor-faktor yang berpengaruh terha- dap eksistensi PKL di Kota Denpasar yaitu, dua aspek antara lain: aspek in- ternal terdiri dari faktor regulasi, fasili- tas pendukung atau infrastruktur; serta sumber daya manusia dan manajemen- nya. Sementara aspek eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor sosial bu- daya dan faktor ekonomi.
SARAN a. Sebaiknya regulasi maupun kebijakan tentang keberadaan para PKL di Kota Denpasar sangat mendesak untuk dit- injau kembali, seiring dengan adanya perubahan tentang kemajuan kota.
b. Sebaiknya pihak pemerintah Kota Den- pasar tetap akan menyeimbangkan se-
JURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 02, Agst 2018- Jan2019 ISSN: 2620-5173
cara proporsional antara kepentingan PKL dengan kepentingan pembangu- nan sektor formal, Ada pemerintah kota berperan menyalurkan aspirasi para PKL, kebijakan lokalisasi di se- jumlah zona, penyebaran PKL, dan se- bagainya.
c. Seharusnya Pemerintah kota lebih ban- yak melakukan kegiatan preventif dari- pada represif seperti penertiban (peng- gusuran).
REFERENSI Anderson, James E., Publik Policy Mak- ing, New York, Holt Rinehartand Winston, 2n dec, 2009
Bessant, Judith, Rob Watts, Tony Dalton dan Paul Smith, Talking Policy: How Social Policy in Made , Crows Nest: Allen and Unwin, 2011 Dunn, William N., Pengantar Analisis Ke- bijakan Publik , Yogyakarta, Gadjah mada University Press, 2012
Mustopadidjaya, AR., Analisa Kebijakan Administrasi Negara dan Adminis- trasi pembangunan , Ujung Pandang, Temu Persadi, 2015
Nugroho D., Riant., Kebijakan Publik (For- mulasi, Implementasi, dan Evalua- si), Jakarta, Gramedia, 2014 Seidman, Ann, dkk., Penyusunan Rancan- gan Undang-Undang dalam Peruba- han Masyarakat Yang Demokratis,
Jakarta, ELIPS, 2010
Suharto, Edi., Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan sosial , Bandung, Al- fabeta, 2008 _______, Membangun Masyarakat; Mem- berdayakan Rakyat: Kajian Strate- gis Pembangunan Kesejahteraan So- sial dan Pekerjaan Sosial , Bandung: Refika Aditama, 2008. Solichin, Abdul Wahab, Analisis Kebija- kan : Formulasi Kebijakan Imple- mentasi Kebijakan Negara) , Jakarta,
Bumi Aksara, 2010
Wibawa, Samodra., Kebijakan Publik (Proses dan Analisis). , Jakarta, In- termedia, 2008.
_______, Evaluasi Kebijakan Publik , Ja- karta,Rajagrafindi Persada, 2008
Winarno, Budi., Teori dan Proses Kebi- jakan Publik , Yogyakarta, Media Pressindo, 2009 Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3
Tahun 2000 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kota Denpasar
Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 2 Tahun 2015 tentang Pedagang Kaki Lima, dilarang berjualan di jalan tro- toar, bantaran sungai, jalur hijau, ta- man kota dan tempat umum Peraturan Daerah Kota Denpasar No.1 Ta- hun 2015 tentang Ketertiban Umum Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 6 Ta- hun 2015 tentang Penataan dan Pem- berdayaan Pedagang Kaki Lima Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar
|
19c425ce-7abb-467d-ae71-a205b2ea8249 | https://jurnal.mdp.ac.id/index.php/jatisi/article/download/5312/2008 | Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E- ISSN 2503-2933 365
## Penerapan Algoritma Greedy Dalam Penentuan Menu Diet Berdasarkan Kandungan Kalori Dan Protein
Fathimah Azzahra* 1
1 Universitas Multi Data Palembang; Jl. Rajawali No. 14, (0711) 376400
1 Program Studi Informatikas, FIKR MDP, Palembang e-mail: * 1 [email protected]
## Abstrak
Berat badan merupakan masalah sensitif bagi sebagian orang terutama di kalangan remaja, kelebihan berat badan seringkali menjadi alasan orang merasa tidak percaya diri dan membenci dirinya sendiri. Untuk mencapai tubuh yang ideal banyak remaja akan melakukan diet, tetapi tidak semuanya berjalan konsisten. Banyak tantangan dan hambatan yang menyebabkan diet tidak konsisten salah satunya adalah sulitnya menghitung kalori. Untuk menyelesaikan permasalahan ini diterapkan algoritma greedy dalam menentukan menu makanan diet berdasarkan kalori dan protein menggunakan metode diet defisit kalori. Perhitungan batas kalori dilakukan dengan menggunakan Basal Metabolic Rate (BMR) dan tingkat aktivitas. Dalam permasalahan ini algoritma greedy akan meminimalkan kalori, memaksimalkan protein, dan memaksimalkan density. Hasil dari penerapan algortima greedy dalam menentukan menu diet terdapat kondisi yang menghasilkan solusi tidak optimal, tetapi perbedaan solusi yang dihasilkan tidak terlalu signifikan sehingga algoritma ini masih memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan kendala menghitung kalori dan mengatur menu diet.
Kata kunci — Algoritma Greedy, Defisit Kalori, Diet
## Abstract
Weight is a sensitive issue for some people, especially among teenagers, beingoverweight is often the reason people feel insecure and hate themselves. Many teenagers will go on a diet to achieve the ideal body, but not all of them will be consistent. Many challenges and obstacles cause an inconsistent diet, one of which is the difficulty of counting calories. To solve this problem, a greedy algorithm is applied to determine a diet food menu based on calories and protein using the calorie deficit diet method. Calorie limit calculations are performed using Basal Metabolic Rate (BMR) and activity level. In this problem, the greedy algorithm will minimize calories, maximize protein, and maximize density. The result of applying the greedy algorithm in determining the diet menu is that there are conditions that produce solutions that are not optimal, but the difference in the resulting solutions is not too significant so this algorithm is still possible to solve the problem of constraints on counting calories and managing diet menus.
Keywords — Greedy Algorithm, Calorie Deficit, Diet
366 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E-ISSN 2503-2933
## 1. PENDAHULUAN
asa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh perubahan emosional, mental, dan fisik. Sehingga masa remaja membutuhkan kebutuhan nutrisi yang banyak dan kompleks. Banyak masalah kesehatan pada masa remaja salah satunya masalah gizi seperti obesitas, berdasarkan data Riskesdas 2018 banyaknya masalah obesitas pada remaja usia 13-15 tahun sebanyak 16% dan pada remaja usia 16-18 tahun sebanyak 13,5%. Di Provinsi Bali, prevalensi obesitas pada usia diatas 15 tahun mencapai 35% [1].
Berat badan merupakan masalah sensitif bagi sebagian orang terutama di kalangan remaja, kelebihan berat badan seringkali menjadi alasan orang merasa tidak percaya diri dan membenci dirinya sendiri. Untuk mencapai tubuh yang ideal banyak remaja akan melakukan diet, tetapi tidak semuanya berjalan konsisten. Banyak tantangan dan hambatan yang menyebabkan diet tidak konsisten salah satunya adalah sulitnya menghitung kalori. Berdasarkan survei populix mengenai tantangan dalam menjaga pola makan sehat yang bisa dilihat pada Gambar 1 ada sebanyak 39% orang responden mengalami hambatan dalam perhitungan kalori yang terbilang sangat kompleks [2].
## Sumber: Populix
## Gambar 1. Hasil Survei Tantangan Dalam Menjaga Pola Makan Sehat
Untuk menyelesaikan permasalahan ini penulis menerapkan algoritma greedy dalam menentukan menu makanan diet berdasarkan kalori dan protein menggunakan metode diet defisit kalori. Perhitungan batas kalori dilakukan dengan menggunakan Basal Metabolic Rate (BMR) dan tingkat aktivitas.
Algoritma greedy merupakan bagian dari ilmu komputer yang digunakan untuk memecahkan masalah yang membutuhkan optimasi solusi yakni memaksimalkan atau meminimalkan sesuatu [3]. Dalam permasalahan ini algoritma greedy akan meminimalkan kalori, memaksimalkan protein, dan memaksimalkan density. Prinsip yang digunakan pada algoritma greedy adalah “ take what you can get now !”.
Algoritma Greedy sudah banyak digunakan di beberapa penelitian. Seperti penelitian yang dilakukan [4] yaitu optimasi minimum pola baju menggunakan algoritma greedy, hasilnya terjadi penghematan pada kain dalam membentuk ukuran medium. Penelitian [5] menerapkan algoritma greedy pada permasalahan pengangkutan barang di toko surya muda, hasilnya dengan
## M
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E- ISSN 2503-2933 367
menggunakan algoritma greedy pengangkutan barang pada Toko Surya Muda Pekanbaru mendapatkan keuntungan maksimum.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil penelitian diantaranya data maupun algoritma. Penelitian ini berfokus pada algoritma yang digunakan yaitu algoritma greedy, untuk mengetahui apakah algoritma greedy dapat digunakan untuk menentukan menu diet berdasarkan kandungan kalori dan protein maka penelitian ini penting untuk dilakukan.
## 2. METODE PENELITIAN
## 2.1 Algoritma Greedy
Kata Greedy berasal dari bahasa Inggris yang artinya rakus atau tamak. Algoritma greedy membentuk solusi dengan langkah per langkah yang pada setiap langkah tersebut akan dipilih solusi yang paling optimal. Solusi tersebut tidak mempertimbangkan konsekuensi untuk solusi yang akan diambil pada langkah selanjutnya, solusi tersebut juga tidak dapat diubah lagi pada langkah selanjutnya. Prinsip algoritma greedy adalah “take what you can get now” yang berarti pada setiap langkah ambil solusi yang optimum pada langkah tersebut atau yang disebut dengan optimum lokal tanpa memperhatikan konsekuensi pada langkah selanjutnya dengan harapan jika memilih optimum lokal pada setiap langkah akan berakhir dengan optimum global [6].
## 2.2 Defisit Kalori
Defisit kalori merupakan cara menurunkan berat badan dengan menjaga asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh. Dalam program diet ini dianjurkan memilih menu makanan yang tinggi protein dan rendah kalori. Makanan yang tinggi protein dapat mengurangi hormon ghreli dalam tubuh, hormon tersebut merupakan hormon yang memberi sinyal rasa lapar di tubuh [7]. Oleh karena itu makanan dengan protein yang tinggi dapat memberikan efek kenyang yang lebih lama.
Rumus yang digunakan dalam menghitung kalori per hari adalah rumus dari Mifflin-St. Jeor yang merupakan salah satu yang rumus yang paling banyak digunakan bahkan disebut rumus paling akurat [8]. Rumus tersebut menghitung nilai Basal Metabolic Rate (BMR) yang terdapat pada persamaan (1) dan (2).
BMR = 10 × berat badan + 6.25 × tinggi badan ! " − 5 × usia &'() " + 5 (1) BMR *)& = 10 × berat badan + 6.25 × tinggi badan ! " − 5 × usia &'() " − 161 (2) Setelah mengetahui BMR, operasikan dengan tingkat aktivitas yang dilakukan menggunakan persamaan 3, 4, 5, 6, dan 7 [9].
Sedikit atau tidak ada olahraga = BMR × 1.2 (3) 1 sampai 3 hari perminggu olahraga = BMR × 1.375 (4) 3 sampai 5 hari perminggu olahraga sedang = BMR × 1.55 (5) 6 sampai 7 hari perminggu olahraga berat = BMR × 1.725 (6) 2 kali sehari olahraga berat = BMR × 1.9 (7)
## 2.3 Dataset
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ikan, karena berdasarkan [10] daging ikan salah satu makanan yang tinggi protein.
368 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E-ISSN 2503-2933
Tabel 1. Data Kandungan Ikan per 100 gram Jenis Ikan Kalori Protein Ikan Salmon 116 19.9 Ikan Tenggiri 112 21.4 Ikan Tongkol 111 24 Ikan Kakap 111 24 Ikan Kembung 112 21.4 Ikan Bawal 84 18.2 Ikan Bandeng 84 14.8 Ikan Cuew 74 13 Belut 112 21.4 Ikan Mas 130 18.3 Ikan Lele 84 14.8 Ikan Wader 84 14.8 Ikan Mujair 84 18.2
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Perhitungan Manual
Penelitian ini menggunakan 3 strategi greedy yaitu greedy by kalori, greedy by protein, dan greedy by density. Kalori merupakan weight sedangkan protein adalah profitnya. Elemenelemen dari Algoritma Greedy adalah:
1. Himpunan kandidat = Himpunan makanan
2. Himpunan solusi = Total kalori dari makanan yang dipilih lebih kecil atau sama dengan hasil perhitungan BMR.
3. Fungsi seleksi = Pilih makanan yang memiliki kalori terendah/protein tertinggi/densit tertinggi dari himpunan kandidat yang tersisa
4. Fungsi kelayakan = Memeriksa apakah nilai total kalori dari himpunan makanan yang dipilih tidak melebihi nilai BMR
5. Fungsi objektif = Jumlah kalori minimum/ jumlah protein maksimum/ jumlah density maksimum
Tabel 2. Nilai Kalori, Protein, dan Density Jenis Ikan Kalori Protein Density Ikan Salmon 116 19,9 0,17 Ikan Tenggiri 112 21,4 0,19 Ikan Tongkol 111 24 0,22 Ikan Kakap 111 24 0,22 Ikan Kembung 112 21,4 0,19 Ikan Bawal 84 18,2 0,22 Ikan Bandeng 84 14,8 0,18 Ikan Cuew 74 13 0,18 Belut 112 21,4 0,19 Ikan Mas 130 18,3 0,14 Ikan Lele 84 14,8 0,18 Ikan Wader 84 14,8 0,18
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E- ISSN 2503-2933 369
Protein]
Ikan Mujair 84 18,2 0,22
Misalnya ada seorang wanita 25 tahun dengan berat badan 70kg, tinggi 150cm dan jarang berolahraga.
BMR = 10 × 70" + 6.25 × 150" − 5 × 25" − 161 = 1351.5 kalori/hari Kalori yang dibutuhkan = 1352.5 × 1.2 = 1622 kalori/hari
Di indonesia frekuensi makan dalam sehari adalah 3 kali yaitu pagi, siang dan malam [11]. Maka untuk kalori yang dibutuhkan dalam sekali makan adalah:
## Kalori yang dibutuhkan dalam sekali makan = 1622 ÷ 3 = 541 kalori
Maka dalam perhitungan di algoritma greedy maksimal kalori adalah 541. Maksimal kalori tersebut menjadi batas bobot.
Berdasarkan Tabel 3 solusi menu yang dihasilkan Algoritma Greedy by kalori adalah Ikan Cuew, Ikan Bawal, Ikan Bandeng, Ikan Lele, Ikan Wader, dan Ikan Mujair dengan total kalori 494 dan total protein 93,8.
Tabel 3. Greedy By Kalori Jenis Ikan Kalori Protein W Ikan Cuew 74 13 541 − 74 = 467 Ikan Bawal 84 18,2 467 − 84 = 383 Ikan Bandeng 84 14,8 383 − 84 = 299 Ikan Lele 84 14,8 299 − 84 = 215 Ikan Wader 84 14,8 215 − 84 = 131 Ikan Mujaer 84 18,2 131 − 84 = 47 Total 494 93,8
Berdasarkan Tabel 4 solusi menu yang dihasilkan Algoritma Greedy by protein adalah Ikan Tongkol, Ikan Kakap, Ikan Tenggiri, Ikan Kembung, dan Ikan Bawal dengan total kalori 530 dan total protein 109.
Tabel 4. Greedy By Protein Jenis Ikan Kalori Protein W Ikan Tongkol 111 24 541 − 111 = 430 Ikan Kakap 111 24 430 − 111 = 319 Ikan Tenggiri 112 21,4 319 − 112 = 207 Ikan Kembung 112 21,4 207 − 112 = 95 Ikan Bawal 84 18,2 95 − 84 = 11 Total 530 109
Berdasarkan Tabel 5 solusi menu yang dihasilkan Algoritma Greedy by density adalah Ikan Tongkol, Ikan Kakap, Ikan Bawal, Ikan Mujair, dan Ikan Tenggiri dengan total kalori 502 dan total protein 105,8.
Tabel 5. Greedy By Density Jenis Ikan Kalori Protein Density W Ikan Tongkol 111 24 0,22 541 − 111 = 430 Ikan Kakap 111 24 0,22 430 − 111 = 319 Ikan Bawal 84 18,2 0,22 319 − 84 = 235 Ikan Mujair 84 18,2 0,22 235 − 84 = 151
370 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E-ISSN 2503-2933
Ikan Tenggiri 112 21,4 0,19 151 − 112 = 39 Total 502 105,8
Solusi menu yang optimal dapat diperiksa dengan menggunakan Algoritma BruteForce. Solusi optimal menu yang didapat adalah Ikan Tenggiri, Ikan Tongkol, Ikan Kakap, Ikan Kembung, dan Ikan Bawal dengan total kalori 530 dan total protein 109.
Pada contoh kasus wanita 25 tahun dengan berat badan 70kg, tinggi 150cm dan jarang berolahraga hasil optimal dengan Algoritma Greedy didapat menggunakan strategi Greedy by protein.
## 3.1 Perhitungan Program
Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Java dengan menggunakan IDE Netbeans. Langkah awal yang diajalankan program setelah mendapatkan data inputan adalah menghitung kalori yang dibutuhkan user. Kode program perhitungan kalori terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kode Program Hitung Kalori
Kemudian program menghitung nilai density dengan rumus protein dibagi kalori. Kode program menghitung density terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kode Program Hitung Density
Seteleh menghitung nilai density program mulai melakukan pencarian menu diet menggunakan 3 strategi yaitu Greedy by kalori, Greedy by protein, dan Greedy by density.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E- ISSN 2503-2933 371
Fathimah Azzahra [ Penerapan Algoritma Greedy Dalam Penentuan Menu Diet Berdasarkan Kandungan Kalori dan Protein]
## Gambar 4. Kode Program Greedy By Kalori
Gambar 5. Kode Program Greedy By Protein
372 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E-ISSN 2503-2933
Gambar 6. Kode Program Greedy By Density
Untuk mengetahui solusi optimal sebenarnya secara global digunakan algoritma BruteForce sebagai pembanding. Kode program algoritma BruteForce terdapat pada Gambar 7.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E- ISSN 2503-2933 373
Fathimah Azzahra [ Penerapan Algoritma Greedy Dalam Penentuan Menu Diet Berdasarkan Kandungan Kalori dan Protein]
Gambar 7. Kode Program Brute Force
Gambar 8. Hasil Perhitungan Program
Untuk melihat solusi optimal yang sebenarnya sebagai pembanding adalah menerapkan algoritma BruteForce. Dari Gambar 8 terlihat solusi Greedy terkadang menghasilkan solusi yang optimal di kondisi tertentu.
374 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E-ISSN 2503-2933
## 4. KESIMPULAN
Pada permasalahan optimasi menu diet ini, algoritma greedy diterapkan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan. Dari hasil percobaan dan analisis yang telah dilakukan, algoritma greedy mampu memberikan solusi optimal di beberapa kondisi. Dalam penerapan algortima greedy terdapat kondisi yang menghasilkan solusi tidak optimal, tetapi perbedaan solusi yang dihasilkan tidak terlalu signifikan sehingga algoritma ini masih memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan kendala menghitung kalori dan mengatur menu diet.
## 5. SARAN
Disarankan untuk penelitian berikutnya mencoba menerapkan algoritma lain selain greedy dan bruteforce untuk dapat menghasilkan solusi yang optimal di semua kondisi.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] N. K. Muliarsi and N. K. Sutiari, “Persepsi Negatif Tentang Diet pada Remaja Putri: Studi Cross-Sectional di Kabupaten Tabanan,” Gizi Indonesia , Vol. 45, No. 2, pp. 109– 118, Sep. 2022, doi: 10.36457/gizindo.v45i2.698.
[2] D. Angelia, “Mengulik Perilaku Diet Masyarakat Indonesia 2022,” GoodStats , Sep. 19, 2022. Accessed: Jun. 02, 2023. [Online]. Available: https://goodstats.id/article/mengulik- perilaku-diet-masyarakat-indonesia-2022-hEiwG
[3] S. Rianti, H. Lubis, and R. Pahlevi, “Sistem Penunjang Keputusan Optimalisasi Barang Dengan Algoritma Greedy pada PT Sentralindo Teguh Gemilang,” Jurnal Sistem Informasi Universitas Suryadarma , Vol. 7, No. 2, Jun. 2020, doi: 10.35968/jsi.v7i2.454.
[4] H. Subakti and W. Gata, “Optimasi Minimum Pola Baju Khas Kain Tenun Sarung Samarinda Menggunakan Algoritma Greedy,” Inspiration: Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi , Vol. 11, No. 1, p. 1, Jun. 2021, doi: 10.35585/inspir.v11i1.2602.
[5] S. Basriati, E. Safitri, and M. Ermanita, “Aplikasi Algoritma Greedy Terhadap Permasalahan Integer Knapsack pada Toko Surya Muda Pekanbaru,” Jurnal Sains
Matematika dan Statistika , Vol. 6, No. 2, p. 97, Jul. 2020, doi: 10.24014/jsms.v6i2.10554.
[6] Y. D. Mahendra, N. Nuryanto, and A. Burhanuddin, “Sistem Penentuan Jarak Terdekat Dalam Pengiriman Darah di PMI Kota Semarang Dengan Metode Algoritma Greedy,”
Jurnal Komtika , Vol. 2, No. 2, pp. 136–142, Feb. 2019, doi: 10.31603/komtika.v2i2.2601.
[7] M. Amanda, “4 Sumber Protein Rendah Kalori yang Bisa Bantu Turunkan Berat Badan,” hellosehat , Dec. 19, 2020. Accessed: Jun. 02, 2023. [Online]. Available: https://hellosehat.com/nutrisi/berat-badan-turun/5-makanan-protein-rendah-kalori/
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi ISSN 2407-4322 Vol. 11, No. 2, Juni 2024, Hal. 365-375 E- ISSN 2503-2933 375
[8] A. Z. Yonatha , “Cara Defisit Kalori yang Benar Beserta Cara Hitungnya,” detikbali , Jan. 03, 2023. Accessed: Jun. 02, 2023. [Online]. Available: https://www.detik.com/bali/berita/d-6496075/cara-defisit-kalori-yang-benar-beserta-cara- hitungnya
[9] “Begini Cara Menghitung Defisit Kalori, Diet Pasti Berhasil!,” halodoc , Oct. 17, 2022. Accessed: Jun. 02, 2023. [Online]. Available: https://www.halodoc.com/artikel/begini- cara-menghitung-defisit-kalori-diet-pasti-berhasil
[10] “Perbandingan Gizi Antara Daging Ayam, Kambing, Ikan dan Sapi,” alodokter. Accessed: Jun. 02, 2023. [Online]. Available: https://www.alodokter.com/komunitas/topic/perbandingan-gizi-daging
[11] Uswah, “Ahli Gizi UM Surabaya : Ini Bahayanya kalau Makan Sehari Sekali,” UM Surabaya , Aug. 22, 2022. Accessed: Jun. 02, 2023. [Online]. Available: https://www.um- surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=ahli-gizi-um-surabaya-ini-bahayanya-kalau- makan-sehari-
sekali#:~:text=Frekuensi%20makan%20dalam%20sehari%20terdiri,malam%20(18.00%2 D19.00)
|
e9aeb684-ad29-40b7-a80d-8e076f75bc04 | https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jmki/article/download/20808/15719 | Volume 7 Nomor 2 Agustus 2019
## Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perawat Dalam Pelaksanaan Universal Precaution Di RSUD Brebes
Haris Basuni *,Chriswardani Suryawati **Sri Achadi Nugrhraheni ** *Staf Keperawatan RSUD Brebes,
**Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
Email: [email protected]
## ABSTRACT
Healthcare Associated Infections/HAIs are serious problems in health facilities that can cause the death of the patients and increase the number of day care. Unuversal precautions was formed in hospital as a basic step in HAIs prevention. The study aimed to identify the factors which influenced nurse’s practice in implementing universal precautionin at Brebes Public Hospital.
Type of research observational quantitatif with cross sectional approach. The sample was 130 nurses. Data analysis with SPSS program uses spearman rank correlation and enter logistic regression method.
Rank spearman relationship test shows the relationship between knowledge and attitude with the practice of nurses in the implementation of universal precaution with a p-value <0.05. Multivariate logistic regression analysis showed knowledge with rho value of 5,351 and attitudes with rho value 6,835 together had an effect on Nurse Practice in the implementation of universal precaution. Knowledge and attitudes of nurses improve practices in universal precaution at Brebes Public Hospital. Training is expected to be carried out to improve the knowledge, attitudes and practices of nurses in the implementation of universal precaution .
## Keyword : Practice, Nursing, Universal
Precaution
## PENDAHULUAN
Healthcare Associated Infections (HAIs) merupakan salah satu masalah pada fasilitas layanan kesehatan di berbagai negara di dunia. Masalah serius yang ditimbulkan oleh kejadian HAIs yaitu bisa menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian bagi pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan lain. 1 Data World Health Organization (WHO) mencatat kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dunia berkisar 3 - 21%. Survey yang dilakukan WHO terhadap 55 rumah sakit di 14 negara menunjukkan 8.7% dari rumah sakit tersebut terdapat kejadian pasien dengan HAIs . Hasil survey point prevalensi pada 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka Infeksi untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1% . 2 Berdasarkan laporan kerja tim PPI
## Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia
Manajemen Kesehatan Manajemen Kesehatan Indonesia
pada kurun waktu semester 1 dan 2 tahun 2016 di ruangan rawat inap RSUD Brebes didapatkan kejadian HAIs. Pada semester 1 infeksi Phlebitis 5.6%, infeksi luka operasi 0.8%, decubitus 0.7%, infeksi saluran kemih 0.3%, pneumonia 0.7%. Kemudian
pada semester 2 infeksi
Phlebitis 5.4% kemudian infeksi luka operasi 1%, decubitus 0.6%, infeksi saluran kemih 0.2%, pneumonia 0.6%. Dari laporan kerja tersebut diketahui kejadian infeksi phlebitis pada pasien yang terpasang infus merupakan kejadian yang paling banyak, dimana angkanya melebihi angka standar kejadian HAIs yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit yaitu ≤ 1,5%. 3 Angka kejadian HAIs yang tinggi dapat mempengaruhi citra rumah sakit di masyarakat. Hal ini bisa menyebabkan menurunnya
tingkat kepercayaan terhadap pelayanan rumah sakit. Berkaitan dengan hal tersebut rumah sakit hendaknya melaksanakan strategi dalam pengendalian dan pencegahan infeksi. Kejadian HAIs dapat
diminimalkan dengan melaksanakan suatu standar pencegahan
dan pengendalian infeksi. 4 salah satu standar pencegahan infeksi adalah dengan penerapan universal precaution yang telah telah dirancang oleh Centers for Desease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2007 sebagai pedoman kewaspadaan dan pencegahan transmisi penyebab infeksi di fasilitas layanan kesehatan. 5 Universal precaution merupakan bagian dari Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) yang penting dilaksanakan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain. 6
Prinsip kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan serta sterilisasi peralatan. 7 Perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan harus memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik dalam praktik perilaku universal precaution . 8
pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan/praktik seseorang. Pengetahuan dan kemampuan serta sikap yang baik dalam pelaksanaan universal precaution merupakan strategi yang bermanfaat dalam pengendalian infeksi. 9
Hasil observasi pendahuluan pada bulan April 2017 pada saat melakukan tindakan invasif pemasangan infus dari 8 orang perawat 5 orang tidak melaksanakan sesuai prosedur universal precaution, yaitu 3 orang tidak cuci tangan sebelum melaksanakan tindakan dan 2 orang perawat tidak menggunakan sarung tangan. Praktik perawat dalam menjalankan prosedur tindakan yang dilakukan cepat dalam penanganan pasien sehingga
universal precaution terkadang tidak dikerjakan dengan benar. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik perawat
dalam pelaksanaan universal precaution di RSUD Brebes. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi praktik merawat dalam pelaksanaan universal Precaution di RSUD Brebes.
## METODE PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, masa kerja, status kepegawaian, supervise kepala ruang, ketersediaan sarana prasarana, pengetahuan, dan sikap. Variabel terikat praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional non eksperimental dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) . Cross sectional bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel yang dilakukan observasi dan diukur sekaligus dalam waktu yang sama. 10
Populasi penelitian ini adalah semua perawat yang melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pemberi pelayanan di unit rawat inap RSUD Brebes yang berjumlah 191 orang. Jumlah sampel 130 perawat yang memenuhi kriteria yang
telah ditentukan, diambil dengan metode purposive sampling .
Pengumpulan
data dilakukan dengan bantuan kuesioner terstruktur serta lembar observasi. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama tentang karakteristik perawat (umur, pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian) dan bagian kedua berupa angket yang berisi pernyataan/pertanyaan mengenai supervisi, pengetahuan, sikap, dan persepsi praktik perawat. Untuk ketersediaan sarana prasarana peneliti menggunakan lembar observasi yang akan peneliti isi pada saat survey di lokasi penelitian. Analisis bivariat dengan uji rank spearman , analisis multivariat dengan uji regresi logistic .
Penelitian ini sudah mendapat keterangan kelaikan etik (Ethical Clearence) dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang no: 003/EC/FKM/2018.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Bivariat Umur
Tabel 1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur Karakteristik Umur Praktik Kurang Baik Total F % F % F
%
Dewasa Awal 49 48 53 52 102 100 Dewasa Madya 15 54 13 46 28 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa responden dengan umur dewasa awal lebih banyak yang memiliki persepsi praktik baik (52%%) dibandingkan dengan yang memiliki persepsi kurang (48%). Sedangkan responden dewasa madya lebih banyak memiliki persepsi kurang (54%) dibanding dengan yang memiliki persepsi baik (46%).
Hubungan antara umur dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-value sebesar 0,607 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel umur dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan
universal precaution pencegahan infeksi (p>0,05). Nilai rho -0,045 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel umur dengan prersepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah sangat lemah dan hubungan bernilai negatif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat terbalik sehingga jika nilai umur tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaa universal precaution pencegahan infeksi menjadi rendah dan berlaku sebaliknya. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih yang menyebutkan bahwa umur memiliki pengaruh bermakna terhadap kepatuhan perawat melakukan cuci tangan dalam upaya pencegahan infeksi. 11
## Pendidikan
Tabel 2 Distribusi karakteristik pendidikan Karakteristik Pendidikan Praktik Kurang Baik Total F % F % F % Diploma 33 52 31 48 64 100 Pendidikan Tinggi 31 47 35 53 66 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan diploma memiliki persepsi kurang (52%) lebih banyak dari yang memiliki persepsi baik (48%). Sedangkan responden dengan pendidikan tinggi lebih banyak yang memiliki persepsi baik (53%) dibandingkan yang memiliki persepsi kurang (47%). Sebagian besar responden (66 perawat : 50,8%) menempuh pendidikan ≥ 16 tahun yang masuk dalam kategori pendidikan tinggi.
Hubungan antara pendidikan dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-value sebesar 0,604 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi (p>0,05). Nilai rho 0,046 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel pendidikan dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi
adalah sangat lemah dan hubungan bernilai positif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah sehingga jika nilai pendidikan tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi juga tinggi. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih yang menyebutkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh bermakna terhadap kepatuhan perawat melakukan cuci tangan dalam upaya pencegahan infeksi. 11
Masa Kerja Tabel 3 Distribusi karakteristik masa kerja Karakteristik Masa Kerja Praktik Kurang Baik Total F % F % F % Baru 28 46 33 54 61 100 Lama 36 52 33 48 69 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja baru lebih banyak yang memiliki persepsi praktik baik (54%) dibandingkan dengan yang memiliki persepsi
kurang (46%). sedangkan responden dengan masa kerja lama lebih banyak yang memiliki persepsi kurang (52%) dibandingkan dengan yang memiliki persepsi baik (48%). Sebagian besar responden (69 perawat : 53,1%) dalam penelitian ini masuk dalam kategori masa kerja lama (masa kerja diatas nilai median 5 tahun).
Hubungan antara masa kerja dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-value sebesar 0,479 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel masa kerja dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal
precaution pencegahan infeksi (p>0,05). Nilai rho -
0,063 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel masa kerja dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah sangat lemah dan hubungan bernilai negatif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat terbalik sehingga jika nilai masa kerja tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal
precaution pencegahan infeksi menjadi rendah dan berlaku sebaliknya. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih yang menyebutkan bahwa lama kerja memiliki pengaruh bermakna terhadap kepatuhan perawat melakukan cuci tangan dalam upaya pencegahan infeksi 11 .
## Status Kepegawaian
Tabel 4 Distribusi karakteristik status kepegawaian Karakteristik Status Kepegawaian Praktik Kurang Baik Total F % F % F % BLUD 39 48 42 52 81 100 PNS 25 51 24 49 49 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa responden dengan status kepegawaian BLUD lebih banyak yang memiliki persepsi praktik baik (52%) dibandingkan dengan yang memiliki persepsi kurang (48%). sedangkan responden dengan status kepegawaian PNS lebih banyak yang memiliki persepsi kurang (51%) dibandingkan dengan yang memiliki persepsi baik (49%). Sebagian besar responden (81 perawat : 62,3%) dalam penelitian ini memiliki status kepegawaian sebagai perawat BLUD. Hubungan antara status kepegawaian dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-value sebesar 0,753 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel masa kerja dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan
universal precaution pencegahan infeksi (p>0,05). Nilai rho -0,028 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel status kepegawaian dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah sangat lemah dan hubungan bernilai negatif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat terbalik sehingga jika nilai status kepegawaian tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi menjadi rendah dan berlaku sebaliknya.
Supervisi Kepala Ruang
Tabel 5 Supervisi kepala ruang dalam pelaksanaan universal precaution Supervisi Praktik Kurang Baik Total F % F % F % Kurang 31 77 9 23 40 100 Baik 33 41 48 59 90 100 Tabel 5 menunjukkan
bahwa responden dengan supervisi baik lebih banyak yang memiliki persepsi praktik baik
(59%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi kurang yaitu (41%). Sedangkan responden dengan supervisi kurang lebih banyak yang memiliki persepsi kurang (77%) dibandingkan yang memiliki persepsi baik (23%).
Hubungan antara supervisi dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-value sebesar 0,384 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel supervisi dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi (p>0,05). Nilai rho 0,077 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel supervisi dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah sangat lemah dan hubungan bernilai positif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah sehingga jika nilai supervisi tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi juga tinggi.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Feiby yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara supervisi dengan kepatuhan perawat melakukan hand hygiene dalam mencegah infeksi di rumah sakit 12 .
Sarana Prasarana
Tabel
6 Sarana prasarana dalam pelaksanaan universal Sarana Prasarana Praktik Kurang Baik Total F % F % F % Kurang 23 61 15 39 38 100 Baik 41 45 51 55 92 100 Tabel 6 menunjukkan bahwa responden dengan sarana prasarana baik
lebih banyak yang memiliki persepsi praktik baik (55%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi kurang (45%). Sedangkan responden yang memiliki sarana prasarana kurang lebih banyak yang memiliki persepsi kurang (61%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi baik (39%).
Hubungan antara sarana prasarana dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-value sebesar 0,099 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel sarana prasarana dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi (p>0,05).
Nilai rho = 0,145 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel sarana prasarana dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah lemah dan hubungan bernilai positif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah sehingga jika nilai sarana prasarana tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi juga tinggi.
Hasil penelitian
ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Gultom yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara fasilitas (sarana prasarana) dengan penerapan kewaspadaan universal oleh perawat di ruang rawat inap penyakit dalam 13 .
## Pengetahuan Tabel .7 Pengetahuan perawat dalam pelaksanaan universal precaution
Pengetahuan Praktik Kurang Baik Total F % F % F %
Cukup 34 89 4 11 38 100 Baik 30 33 62 67 92 100 Tabel 7 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik lebih banyak yang memiliki persepsi praktik baik (67%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi kurang (33%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak yang memiliki persepsi kurang (89%) dibandingkan yang memiliki persepsi baik (11%).
Hubungan antara pengetahuan dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal
precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal
precaution pencegahan infeksi (p<0,05). Nilai rho =
0,517 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel pengetahuan dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah kuat dan hubungan bernilai positif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah sehingga jika nilai pengetahuan tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi juga tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Feiby yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat melakukan hand hygiene dalam mencegah infeksi di rumah sakit 12 . Sikap
Tabel 8 Sikap perawat dalam pelaksanaan universal precaution
Sikap Praktik Kurang Baik Total F % F % F % Kurang 45 83 9 17 54 100 Baik 19 25 57 75 76 100 Tabel 8 menunjukkan bahwa responden dengan sikap baik lebih banyak yang memiliki persepsi praktik baik (75%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi kurang (25%). Sedangkan responden yang memiliki sikap kurang lebih banyak yang memiliki persepsi kurang (83%) dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi baik (17%).
Hubungan antara sikap dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi dengan uji hubungan rank spearman menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel sikap dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi (p<0,05). Nilai rho 0,575 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel sikap dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi adalah kuat dan hubungan bernilai positif yang berarti hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah sehingga jika nilai sikap tinggi maka nilai persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan
universal precaution pencegahan infeksi juga tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawati yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi luka operasi.14 Analisis Multivariat Pada penelitian ini penulis menggunakan uji regresi logistik dengan metode enter dengan memasukan secara bersama-sama variabel bebas yang memiliki nilai p-value < 0,25 pada analisa bivariat, yaitu : sarana prasarana (0,099), pengetahuan (0,000), dan sikap (0,000) kemudian diseleksi yang terbaik. Kriteria memasukkan atau mengeluarkan variabel bebas berdasarkan kemaknaan statistik p- value kurang dari 0,05 sampai didapatkan variabel bebas yang bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Tabel 9 Hasil uji regresi logistik multivariat Variabel Sig Exp (B) 95% C.I Lower Upper Step 1@ Sarana Prasarana 0,528 1,363 0,52 3,572 Pengetahuan 0,011 5,384 1,467 19,767 Sikap 0,000 6,523 2,334 18,231 Step 2@ Pengetahuan 0,011 5,351 1,461 19,596 Sikap 0,000 6,835 2,471 18,906 Hasil anlisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh bersama-sama dalam hubungannya dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi di RSUD Brebes adalah variabel pengetahuan (p
value 0,011) dan variabel sikap (p value 0,000), sedangkan variabel sarana prasarana dikeluarkan dari uji multivariat karena p value : 0,528 > 0,05 yang secara statistik tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Hasil analisis variabel pengetahuan menunjukkan bahwa nilai Exp (B) adalah 5,351. Hasil ini berarti perawat yang memiliki pengetahuan baik akan memiliki persepsi praktik 5,351 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang memiliki pengetahuan kurang. Sebaliknya pada perawat yang memiliki pengetahuan kurang akan memiliki persepsi praktik 5,351 kali lebih rendah dibandingkan perawat yang memiliki pengetahuan baik. Nilai P value variabel sikap 0,011 < 0,05, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara pengetahuan dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution di RSUD Brebes.
Hasil analisis variabel sikap
menunjukkan bahwa nilai Exp (B) adalah 6,835. Hasil ini berarti perawat yang memiliki sikap baik akan memiliki persepsi praktik 6,835 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap kurang. Sebaliknya pada perawat yang memiliki sikap kurang akan memiliki persepsi praktik 6,835 kali lebih rendah dibandingkan perawat yang memiliki sikap baik. Nilai P value variabel sikap 0,000 < 0,05, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara sikap dengan persepsi praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution di RSUD Brebes.
## KESIMPULAN
Hasil analisis multivariate secara bersama-sama diketahui variabel yang berpengaruh terhadap praktik perawat dalm pelaksanaan universal precaution adalah pengetahuan dan sikap. Maka penting bagi pihak manajemen untuk melaksanakan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik perawat dalam pelaksanaan universal precaution.
## DAFTAR PUSTAKA
1 Karen Adams, Janet M. Corrigan.
Committee on Identifying Priority Areas for Quality Improvement. Priority Areas for National Action: Transforming Health Care Quality.
Washington: National Academies Press;
2003.
2 Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes; 2017. 3 Kemenkes RI, PERDALIN. Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Kemenkes; 2011.
4 Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta. 2011
5 Jane D. Siegel. Et al. Preventing transmission of infection agents in health care setting. Atlanta: CDC; 2007.
6 Ward, D. Attitudes the infection prevention and control nurse: an interview stady. Journal Of Manajement. 2012.
7 Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan, Cetakan III, Jakarta, 2010.
8 Pusdiknakes Depkes RI. Dasar-Dasar Kepeawatan : Pandangan Kini Di Bidang Pendidikan Perawatan. Pusat Pendidika Tenaga Kesehatan Departeme Kesehatan RI. Jakarta. 2007. 9 Notoatmodjo, Soekardjo. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.2007. 10 Notoadmodjo, Soekardjo. Metode
Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi.
11 Saragih, R, dan Rumapea. Hubungan Karakteristik Perawat dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan (Jurnal). Medan: Universitas Darma Agung; 2010.
12 Feiby J, Umboh. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat Melaksanakan Hand Hygiene dalam Mencegah Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Advent Manado (Tesis). Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2017.
13 Adelina , Gultom, dkk. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Penerapan Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam (IRINA C) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou (Jurnal).
Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2016.
14 Setiyawati, W, Supratman. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang Rawat Inap RSUD DR. Moewardi Surakarta (Jurnal). Surakarta: RSDM; 2008.
|
c9465424-874f-4a16-8e1b-925836117194 | https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/best/article/download/856/741 | Pengaruh Media Powerpoint Berbasis Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Materi Virus Kelas X SMA Nurul Iman Tanjung Morawa
Nurhasnah Manurung (1) ,Dwi Menda Salsalina Sembiring (2)
(1) Dosen PNS DPK Kopertis Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Islam Sumatera Utara
(2) Alumni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP-Universitas Islam Sumatera Utara
[email protected] (1) , [email protected] (2)
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Materi Virus Kelas X SMA Nurul Iman Tanjung Morawa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Nurul Iman Tanjung Morawa pada bulan Agustus s/d Oktober 2017. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu ( Quasi experiment ) dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa di kelas X SMA Nurul Iman Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2017/2018 yang berjumlah 146 orang yang sebanyak 4 kelas, kemudian seluruh populasi dijadikan sampel keseluruhan ( total sampling) . Instrumen dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar berupa pre- test dan post- test. Hasil belajar siswa yang menggunakan model Cooperative Integrated Reading and Composition diperoleh nilai siswa yang tuntas sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 adalah sebanyak 32 orang (80%) dan yang tidak tuntas sebanyak 8 orang (20%) dengan nilai rata- rata 77,95 dan standart deviasi 9,55. Hasil uji normalitas diperoleh Lo < L tabel yaitu 0,1131 < 0,1401 dinyatakan bahwa data berdistribusi normal sedangkan hasil uji homogenitas diperoleh F hitung < F tabel = 1,1 < 1,71 dinyatakan data mempunyai varians yang sama atau homogen. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t diketahui rata- rata dari perbedaan pre test dengan post test adalah sebesar 15,45 dan jumlah kuadrat deviasi sebesar 2127,9 dengan nilai ini maka diperoleh t hitung > t tabel atau 13,21 > 1,68 maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan penggunaan model Cooperative Integrated Reading and Composition terhadap hasil belajar siswa pada materi ekosistem
Kata kunci : Cooperative Intgrated Reading Composition , Hasil Belajar Siswa
## PENDAHULUAN
Pada proses belajar mengajar ada interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dimana siswa menerima bahan pelajaran yang diajarkan oleh guru. Guru mengajar dengan membimbing siswa, mengarahkan siswa, memahami bahan pelajaran sesuai dengan tujuan sehingga siswa tersebut dapat mengembangkan minat, kreatifitas, dan kemampuan yang ada pada dirinya. Menurut Syah (2010:87) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa hasil belajar atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karena itu, pemahaman yang bena rmengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh parapendidik khususnya guru. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkinakan dan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik. Menurut Susilana dan Riyana (2009:01) pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learn-ing process). Proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan
Dwi Menda SS, Nurhasnah Manurung : Pengaruh Media Powerpoint Berbasis Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Materi Virus Kelas X SMA Nurul Iman Tanjung Morawa
perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional umum. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Mata Pelajaran Biologi pada tanggal 20 juli 2017 jam 16:00 WIB di SMA Nurul Iman Tanjung Morawa diperoleh infomasi bahwa nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah tersebut adalah 65,00, dan diketahui bahwa pada saat Ujian Akhir Semester Genap siswa kelas X Tahun Pembelajaran 2016/2017.Terdapat sekitar 50% dari jumlah keseluruhan siswa kelas X yaitu 72 orang yang mampu mencapai KKM, sedangkan 72 orang lainnya belum mencapai KKM. Upaya dalam mengatasi masalah tersebut, guru harus memiliki perencanaan sebelum melakukan proses belajar mengajar sehingga siswa mampu terpacu dan termotivasi dalam keaktifan siswa menyampaikan pendapatnya mengenai materi yang telah disampaikan. Salah satunya yang dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa adalah penggunaan media pembelajaran berbasis model pembelajaran yang tepat. Penentuan dalam memilih media pembelajaran berbasis model pembelajaran harus sesuai karakteristik komponen penggunaannya. Setelah itu guru mementukan alat dan melaksanakan proses belajar. Penggunaan media pembelajaran berbasis model pembelajaran merupakan sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan. Seorang guru dituntut menggunakan media pembelajaran pada materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dan memahami berbagai media pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar serta juga memiliki keterampilan dalam memahami suatu materi pembelajaran. Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang membuat siswa termotivasi dan aktif dalam belajar, maka kemungkinan hasil belajar dapat meningkat. Media Powerpoint adalah media visual yang di proyeksikan melalui alat yang disebut dengan proyektor slide (Sisilana dan Riyana 2009:18). Media pembelajaran ini salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan oleh orang-orang dalam mempersentasekan baha najar. Powerpoint digunakan dalam contoh dan sub bab. Dalam pembuatannya sebuah presentase sesuaikanlah judul presentase dengan tema yang akan kita gunakan, karena kedua hal ini akan mempengaruhi suasana atau susunan slide. Menurut Kurniasih dan Sani (2016 : 44) menyatakan bahwa model pembelajaran picture and picture merupakan model pembelajaran yang kooperatif atau mengutamakana danya kelompok-kelompok dengan menggunakan media gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis
## METODE PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
## Tahap Persiapan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini antara lain :
a. Mengajukan surat permohonan observasi kepada FKIP UISU
b. Observasi ke SMA Nurul Iman Tanjung Morawa dan meminta izin mengadakan penelitian dengan pihak sekolah.
c. Mengadakan wawancara serta konsultasi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas X untuk menentukan materi pelajaran yang akan diajarkan.
d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran sesuai dengan media powerpoint Berbasis Model Pictuten And Picture.
e. Membuat powerpoint tentang Virus beserta gambarnya.
f. Menyusun proposal penelitian dengan arahan dosen pembimbing.
g. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
h. Menyusun instrumen penelitian yakni soal pilihan ganda
Dwi Menda SS, Nurhasnah Manurung : Pengaruh Media Powerpoint Berbasis Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Materi Virus Kelas X SMA Nurul Iman Tanjung Morawa
i. Melakukan uji coba instrumen, yakni di SMA Nurul Iman Tanjung Morawa yang telah disusun untuk digunakan dalam penelitian yang meliputi uji indeks kesukaran, uji daya beda, uji validitas dan reliabilitas test.
j. Mengurus surat izin penelitian dari fakultas untuk ditembuskan ke sekolah SMA Nurul ImanTanjung Morawa.
## Tahap Pelaksanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ini antara lain : Pertemuan I :
a. Melakukan Pre-test sebelum materi diajarkan
b. Menyajikan materi beserta bahan ajar yang diperlukan
c. Melakukan pembelajaran dengan Media Powerpoint Berbasis Model Picture And Picture
Pertemuan II :
a. Melanjutkan pembelajaran pada indikator selanjutnya
b. Menampilkan powerpoint beserta gambar pada materi Virus
c. Meminta siswa untuk menganalisis powerpoint beserta gambar pada materi Virus.
d. Membimbing dan mengarahkan siswa tentang powerpoint Berbasis Model Picture And Picture yang ditampilkan. Model pembelajaran picture and picture adalah model pembelajaran yang memnanfaatkan gambar yang didalamnya terdapat aktivitas untuk memasang atau mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
e. Melakukan Tanya jawab dengan siswa
f. Melakukan post-test kepada siswa
## Tahap Penyelesaian
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap penyelesaian ini antara lain :
a. Melakukan pengolahan data
b. Proses analisis data
c. Menarik kesimpulan
d. Menyusun laporan dan melengkapi lampiran–lampiran yang berhubungan dengan penelitian.
## Teknik Analisis Data
Menurut Sudjana (2005:67), Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan daftar distribusi frekuensi dengan rumus sudjana (2005 : 47)
a. Menentukan data tertinggi dan data terendah
b. Menentukan range (R) dari setiap kelas
c. Menentukan jumlah atau banyak kelas BK = 1+(3,3) log n
d. Menentukan panjang kelas interval : P = R/BK
2. Menentukan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap kelas.
a. Nilai rata-rata (Mean)
fi xi fi X .
Sudjana (2006:67) Keterangan :
X = Nilai rata-rata Fi= Frekuensi nilai Xi= Jumlah nilai siswa
b. Standar Deviasi atau disebut simpangan baku dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dwi Menda SS, Nurhasnah Manurung : Pengaruh Media Powerpoint Berbasis Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Materi Virus Kelas X SMA Nurul Iman Tanjung Morawa
Sudjana (2005:95) Keterangan : S 2 = Varians S = Simpangan Baku n =Jumlah Seluruf Siswa fi = Jumlah Frekuensi Siswa Xi = Nilai Ke1 Yang Diperoleh Nilai kuadrat dari standart dari Standart (S) atau simpangan baku dinamakan varians
## HASIL PENELITIAN
Dari hasil distribusi untuk α = 0,05 dan dk = ( n-1) = (32-1) = 31 diperoleh t tabel = 1,698 dan t hitung = 2,326. Jika nilai t hitung dibandingkan dengan t tabel maka t hitung > t tabel = 2,326> 1,698.sehingga H a diterima dan H o ditolak. Dengan demikian disimpulkan ada pengaruh yang signifikan penggunaan Media Powerpoint berbasis Model Pembelajaran Picture And Picture terhadap hasil belajar siswa pada materi Virus dikelas X-2 SMA Nurul Iman Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2017/2018. (Perhitungan terdapat pada lampiran 24 halaman 167).
Penerimaan Ha dapat digambarkan melalui kurva dibawah ini:
Daerah Daerah Penerimaan Ha Penerimaan Ha
׀
## Gambar Kurva Pengujian Hipotesis Penelitian
Setelah dilakukan perhitungan pada data hasil penelitian diperoleh hasil belajarsiswa pada materi Virusmengalamipeningkatan. Pada saat dilakukan pre test terdapat 2 orang siswa dinyatakantuntas (6%), sedangkan 30 siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas (94%) dengan nilai rata-rata 52,88 dan standart deviasi 8,33. Setelah diberi pengajaran menggunakan media powerpoint berbasis model pembelajaran Picture And Picture pada saat post test siswayang mendapat nilai tertinggi yaitu 80,00 sebanyak 5 orang dan nilai terendah 40,00 sebanyak 1 orang. Maka siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa (78%) dan 7 siswa (22%) tidak tuntas dengan nilai rata-rata 67,93 dan standart deviasi 9,88. Nilai diatas menunjukkan adanya pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswayang diajarkan menggunakan media powerpoint berbasis model pembelajaran Picture And
Picture. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan media powerpoint berbasis model pembelajaran Picture And Picture. Pada perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh data berdistribusi normal dan homogen. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diperoleh t hitung sebesar 2,326 dan t table 1,698. Dengan demikian t hitung lebih besar dari pada t tabel atau 2,326> 1,698.Berdasarkan data ini maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan penggunaan Media Powerpoint berbasis Model Pembelajaran Picture And
) 1 ( ) . ( . 2 2 2 n n xi fi xi fi n S Daerah Penerimaan Ho -1,698
1,698 2,326
Dwi Menda SS, Nurhasnah Manurung : Pengaruh Media Powerpoint Berbasis Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Materi Virus Kelas X SMA Nurul Iman Tanjung Morawa
Picture terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Virus di kelas X-2 SMA Nurul Iman Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2017/2018. Dari hasil Penelitian ini menunjukan bahwa dengan pembelajaran menggunakan media powerpoint berbasis model pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta menambah ingatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kurniasih dan Sani dalam Ragam pengembangan model pembelajaran (2016:44) menyatakan bahwa model pembelajaran picture and picture merupakan model pembelajaran yang kooperatif atau mengutamakan adanya kelompok- kelompok dengan menggunakan media gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Dengan model ini siswadiajak sadar dan terencana untuk mengembangkan interaksi diantara mereka agar bisa saling asah, saling asih dan saling asuh. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan model pembelajaran picture and picture ini siswa dituntut harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Istarani (2011:2017) menyatakan bahwa suatu rangkaian penyampaian materi ajar dengan menunjukan gambar- gambar kepada siswa sehingga siswa dapat memahami secara jelas tentang makna hakiki dan materi ajar menunjukkan gambar-gambar kepada siswa sehingga siswa dapat memahami secara jelas tentang makna hakiki dari materi ajar yang disampaikan kepadanya. Jadi bahan utama dari penggunaan model picture and picture adalah gambar- gambar yang menyangkut materi pembelajaran tanpa ada gambar, tidak mungkin bisa dilakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan model picture and picture .
## KESIMPULAN
Berdasarkan uraian penelitian diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Nilai rata-rata pre test sebelum menggunakan media powerpoint berbasis model pembelajaran Picture and Picture adalah 52,88 dan standart deviasi 8,83. Maka dapat dinyatakan bahwa terdapat 2 orang siswa yang tuntas (6%) sedangkan 30 siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas (94%). Pada materi Virus dikelas X-2 SMA Nurul Iman Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2017/2018
2. Nilai rata-rata post test hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan media powerpoint berbasis model pembelajaran Picture and Picture adalah 67,93 dan standart deviasi 9,88. Terdapat 25 orang siswa (78%) yang tuntas dan 7 orang (22%) tidak tuntas. Pada materi Virus di Kelas X-2 SMA Nurul Iman Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2017/2018. Bila dilihat dari nilai pre test dan post test nilai rata- rata dan standart deviasi maupun ketuntasan hasil belajar Biologi siswa kelas X-2 mengalami peningkatan hasil belajar setelah menggunakan media powerpoint berbasis model pembelajaran Picture and Picture .
3. Hasil Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Ha diterima dan Ho ditolak dengan nilai diperoleh t hitung >t tabel atau2,326> 1,698. Maka dari hasil analisa terhadap rumusan hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penggunaan Media Powerpoint berbasis Model Pembelajaran Picture And Picture terhadap hasil belajar siswa pada materi Virus dikelas X-2 SMA Nurul Iman Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2017/2018
Dwi Menda SS, Nurhasnah Manurung : Pengaruh Media Powerpoint Berbasis Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Materi Virus Kelas X SMA Nurul Iman Tanjung Morawa
## SARAN
Beberapa saran yang diusulkan berdasarkan penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu :
1. Penggunaan media powerpoint berbasis model pembelajaran Picture and Picture sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Diharapkan bagi siswa dapat mempermudah untuk memahami dan menerima materi pembelajaran Biologi khususnya pada materiVirus.
3. Bagi peneliti (calon guru) sebagai bahan persiapan diri menjadi guru dan menambah wawasan peneliti tentang proses belajar mengajar dengan menggunakan media powerpoint berbasis model pembela jaran Picture and Picture .
## DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2016). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad. (2015). Media Pembelajaran . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung: YramaWidya.
Dimyanti dan Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Handayani,Husna F.(2013). Pembelajaran Berbasis Virtual Meningkatkan Berfikir Kritis dan Sikap Siswa kelas X Pada Materi Invertebrata Bandung: .Bandung: UPI Press.
Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA : Jakarta : Erlangga
Purwanto.( 2009). EvaluasiHasilBelajar. Yogyakarta.PustakaPelajar.
Ngalimun.(2015). Staretegidan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Nurhayati, Nunung (2012). Biologi Bilingual untuk SMA/MA Kelas X Jakarta.
Slameto.( 2013). BelajardanFaktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakart: Rineka Cipta.
Sudjana. (2009). Metode Statistika . Bandung: Tarsito.
Suprijono, Agus.(2012). Cooperative Learning .Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Surya, Mohamad. (2015) . Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran . Bandung: Alfabeta.
Susilana dan Riyana. (2009). Media Pembelajaran . Bandung: Cv.Wacana prima.
Syah, Muhibbin. (2010). Pisikologi Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif . Jakarta: Putra Grafika.
|
03c162ba-6266-4ea2-a94c-1849357a2de4 | https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/undas/article/download/4759/1868 | REPRESENTASI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KAWI MATIN DI NEGERI ANJING KARYA ARAFAT NUR:
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
(Representation of Main Characters In Novel Kawi Matin Di Negeri Anjing Arafat Nur's Works: Literature Psychology Overview)
Annisa, * Emilda, Masithah Mahsa Universitas Malikussaleh FKIP PBI. Jln. Cot Teungku Nie, Reuleut Barat, Kec. Muara Batu, Kab. Aceh Utara, Aceh 24355. 081360123470,
* Corresponding author: [email protected] Diterima 24 Mei 2022 Direvisi 30 Juni 2022 Disetujui 30 Juni 2022 https://doi.org/10.26499/und.v18i1.4759
Abstrak: Tokoh utama berperan penting untuk cerita yang ingin dikisahkan oleh pengarang dalam novel. Selain itu, permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kepribadian tokoh- tokoh yang lain selalu dipusatkan untuk mengungkapkan kepribadian tokoh utama. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan id, ego , dan superego tokoh utama dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur tinjauan psikologi sastra. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini ialah berupa kutipan paragraf, dialog, dan kalimat teks novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur yang mengandung id, ego, dan superego tokoh utama. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik baca dan catat. Hasil penelitian yang ditemukan adalah berupa id, ego, dan superego tokoh utama pada novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur yang berjumlah 90 data yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Id , berjumlah 28 data, (2) Ego , berjumlah 30 data, (3) superego , berjumlah 32 data. Data yang paling banyak adalah superego, dan data yang paling sedikit adalah id. Dengan demikian, tokoh Kawi Matin didominasi oleh kepribadian superego berupa rasa bersalah, dan inferior.
Kata kunci : Representasi tokoh utama, novel, id, ego, superego
Abstract: The main character plays an important role in the story the author wants to tell in the novel. In addition, the problems that arise in the personality of the other characters are always focused on revealing the personality of the main character. The purpose of this study is to describe the id, ego, and superego of the main character in Arafat Nur's novel Kawi Matin di Negeri Anjing by reviewing the psychology of literature. This type of research is descriptive qualitative. The data of this research are in the form of excerpts from paragraphs, dialogues, and sentences of the text of the novel Kawi Matin di Negeri Anjing by Arafat Nur which contains the main character's id, ego, and superego. The data collection technique used in this research is the reading and note-taking technique. The results of the research found are in the form of id, ego, and superego of the main character in the novel Kawi Matin di Negeri Anjing by Arafat Nur, totaling 90 data which is divided into 3 parts, namely: (1) Id, totaling 28 data, (2) Ego , totaling 30 data, (3) superego, totaling 32 data. The most data is the superego, and the least data is the id. Thus, the character of Kawi Matin is dominated by the superego personality in the form of guilt, and inferiority.
Key words (bold); Representation of main character, novel, id, ego, superego
## 1. PENDAHULUAN
Tokoh utama selalu dipusatkan atau diutamakan penggambarannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama berperan penting untuk cerita yang ingin dikisahkan oleh pengarang dalam novel. Selain itu, permasalahan- permasalahan yang muncul dalam kepribadian tokoh-tokoh yang lain selalu dipusatkan untuk mengungkapkan kepribadian tokoh utama(Nurgiyantoro,
2018: 259). Pada novel Kawi Matin di Negeri Anjing , terdapat penggambaran tokoh yang kuat dari tokoh utama, yaitu Kawi Matin. Hal ini dikarenakan Kawi Matin adalah seorang tokoh utama yang mempunyai kepribadian yang kuat. Dia terlahir dengan kaki yang cacat. Hidup dalam keluarga miskin, ia tak pernah menyangka akan ikut menjadi pejuang yang melawan serdadu. Hidupnya selalu diuji, sering dihina karena kekurangannya, ayahnya tewas
ditembak serdadu, ibunya yang sering kambuh penyakit asmanya, abangnya yang mati karena serudukan lembu sendiri. Tokoh utama dalam novel ini digambarkan memiliki psikis atau kepribadian yang kompleks, sehingga sesuai untuk diteliti menggunakan pendekatan psikologi sastra. Kondisi inilah yang menjadikan tokoh dan penokohan sebagai unsur penting dalam cerita yang tidak dapat dihilangkan, sebab lewat tokoh dan penokohan inilah cerita menjadi lebih menarik dan realistis(Murtiwik, Wiwik. Wardarita, 2021: 3).
Psikologi sastra adalah cabang ilmu yang mempelajari psikologi dan sastra. Psikologi sastra dapat digunakan untuk menelaah psikologi tokoh dalam karya sastra karena fokus menelaah aspek perwatakan atau kepribadian.
Pendekatan ini dianggap penting karena psikologi dan sastra sama-sama berhubungan dengan persoalan manusia, lalu menjadikan perwatakan yang didapat dari pengalaman manusia sebagai bahan telaah(Fajriyah et al., 2017:
2).
Dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus pada psikologi karya sastra, yakni psikologi tokoh utama dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur. Teori psikologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud.
Novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur ini berlatar di Aceh, yaitu Kampung Kareung, Kota Lamlhok. Novel-novel karya Arafat Nur banyak memenangi berbagai penghargaan, beberapa novelnya dicetak ulang, serta mendapat sambutan baik dari pembaca dan pengamat sastra, seperti novel terbarunya Kawi Matin di Negeri Anjing memenangkan penghargaan Juara II Sayembara Novel Basabasi pada tahun 2019 (Tillah & Ahmadi, n.d.,2019: 2).
Novel ini berisikan tentang kritikan sosial dan politik terhadap pemerintah. Novel ini berceritakan tentang kehidupan masyarakat Aceh ketika konflik dengan pemerintah sedang bergejolak. Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik meneliti novel tersebut.
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini di antaranya sebagai berikut. Pertama , penelitian yang dilakukan oleh Anisa’ Nurul Srihayati tentang “Representasi Perilaku Tokoh Utama dalam Novel Jatisaba Karya Ramayda Akmal (Kajian Psikologi Sastra)”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat (1) Bentuk perilaku karakter terdiri atas perilaku terbuka dan tertutup seperti
Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
perhatian, persepsi, dan pengetahuan. 2) Faktor perilaku terdiri atas faktor lingkungan, faktor agama, dan faktor sosial ekonomi. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang tokoh utama dan pendekatan psikologi sastra. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut menggunakan teori psikologi kepribadian dan novel yang diteliti juga berbeda dengan penelitian ini(Srihayati,
2019). Kedua , penelitian yang dilakukan Moh Rizal Ismail tentang “Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari (Kajian Teori
Psikoanalisis Sigmund Freud). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk struktur kepribadian tokoh dan tiga dinamika kepribadian, yaitu Id (Is/Es), ego (Das
Ich), dan super ego (Das Ueber Ichl). Dari ketiga struktur tersebut terungkap bahwa perilaku tokoh utama mengalami pergulatan dalam jiwanya. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang perwatakan tokoh utama dan menggunakan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut membahas bentuk dan jenis kepribadian serta dinamika kepribadian, sedangkan penelitian yang ini dengan struktur kepribadian id, ego , dan superego dalam teori psikoanalisis sigmund. Novel yang digunakan penelitian terdahulu juga berbeda dengan penelitian ini(Ismail, 2019). Ketiga , penelitian yang dilakukan oleh Asmah Sahrani tentang “Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud Pada Tokoh Utama Raib Dalam Matahari Karya Tere Liye”. Berdasarkan hasil
klasifikasi dan analisis diperoleh (17) kutipan yang memadai struktur kepribadian tokoh utama Raib dalam novel matahari yakni, (5) kutipan yang menandai bentuk kepribadian id, (6)
kutipan yang menandai bentuk
kepribadian ego , dan (6) kutipan yang menandai bentuk kepribadian superego. (32) kutipan yang menandai dinamika kepribadian tokoh utama Raib yakni, (22) kutipan yang menandai kecemasan- kemasan diantaranya, (5) kutipan yang menandai kecemasan neurosis, (1) kutipan yang menandai kecemasan moral, (16) kutipan yang menandai kecemasan realistis, serta (10) kutipan yang menandai bentuk mekanisme pertahanan ego tokoh utama Raib dalam novel matahari yang terdiri dari, (3) kutipan yang menandai bentuk pertahanan sublimasi, (20) kutipan yang menandai bentuk pertahanan pengalihan, dan (5) kutipan yang menandai bentuk pertahanan rasionalisasi. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang psikis tokoh utama dan menggunakan pendekatan psikoloanalisis Sigmund Freud. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut membahas struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan kepribadian tokoh utama Raib dalam novel Matahari karya Tere Liye. Sedangkan penelitian ini membahas tentang Struktur
Kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud dan novel yang digunakan penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini(ASMAH, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa novel tidak hanya sekadar dinikmati sebagai bacaan saja, tetapi melalui kajian ini pembaca dapat mengetahui perwatakan tokoh utama
secara lebih jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan id , ego, dan superego tokoh utama dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur
## 2. KERANGKA TEORI
Dalam sebuah novel, pengarang membuat cerita yang semirip mungkin dengan kehidupan sehari-hari,
walaupun di dalamnya terdapat juga imajiner pengarang (Karmini, 2011, hlm. 22).
Adapun Surastina, mengartikan novel sebagai salah satu karya sastra yang menceritakan kehidupan seorang tokoh dari ia lahir hingga mati. Novel merupakan sebuah karya yang panjang. Novel menceritakan konflik dari pelaku sehingga terjadinya perubahan nasib (Surastina, 2018, hlm. 8).
Unsur intrinsik karya sastra yang akan dibahas dalam penelitian ini lebih mengkhususkan pada perwatakan tokoh utama saja. Salah satu unsur atau bagian dalam karya fiksi yang memegang peranan penting adalah tokoh. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan (Rahayu et al., 2019).
Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot keseluruhan karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh- tokoh lain. Tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dipusatkan
dalam peristiwa dan konflik yang dikisahkan dalam cerita. Adapun tokoh tambahan merupakan tokoh yang dimunculkan dalam sebuah cerita saat kehadirannya dianggap memiliki kaitan dengan tokoh utama. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel itu?”, dan sebagainya(Nurgiyantoro, 2018, hlm. 258).
Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara, 2021). Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktifitas kejiwaan. Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar
(subconscious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious), Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh permasalahan psikologis kisahan yang kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam cerita (Purnamasari & Maridja, 2018, hlm. 156).
Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung di dalam suatu karya sastra. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap para tokoh, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan. kontradiksi dan penyimpangan lain yang terjadi dalam
masyarakat, khususnya yang terkait dengan psikis (Purnamasari & Maridja, 2018, hlm. 158; Martono et al., 2016, hlm. 90).
Teori psikoanalisis itu sendiri adalah suatu teori yang menjadi sasarannya adalah manusia, baik kepribadiannya, maupun badannya. Menurut Sigmund Freud (dalam Minderop, 2018, hlm. 21), struktur kepribadian dalam teori psikoanalisis dibagi menjadi tiga, yaitu id, ego , dan superego . Id (terletak di bagian tak sadar dalam diri manusia) yang merupakan reservor pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Ego (terletak di antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan larangan superego. Superego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua. Freud mengibaratkan id sebagai raja dan ratu,
ego sebagai perdana menteri dan superego sebagai pendeta tertinggi. Id berlaku seperti penguasa absolut, harus dihormati, manja, sewenang-wenang, dan mementingkan diri sendiri; apa yang diinginkannya harus segera terlaksana. Ego selaku perdana menteri yang diibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat.
Superego , ibaratnya seseeorang yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai-nilai baik dan buruk harus mengingatkan si id yang rakus dan serakah bahwa pentingnya perilaku yang arif dan bijak.
## 3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian Kualitatif Deskriptif. Menurut Bog dan Taylor (dalam Moleong, 2017, hlm. 4) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra dengan membahas persoalan-persoalan manusia dari aspek kejiwaan baik pada teks yang terkait dengan perwatakan tokoh, proses kreatif, dan pembaca. Psikologi sastra ini bertujuan memahami dan menganalisis aspek kejiwaan termasuk berkaitan dengan psikologi para tokoh dalam karya sastra (Minderop, 2018, hlm. 54).
Data untuk penelitian ini berupa kutipan dialog dan kalimat teks yang berhubungan dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik membaca dan mencatat. Teknik ini mengumpulkan data dengan membaca objek terlebih dahulu kemudian data yang telah didapatkan akan ditandai dan dicatat.
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini membahas tiga pokok permasalahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu mendeskripsikan id, ego, dan superego pada tokoh utama dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur. Tokoh Kawi Matin memiliki tubuh yang sehat tapi tidak sempurna karena dia terlahir dengan kaki sebelah kanannya
yang cacat. Kawi Mati pun hidup dalam kemiskinan. Ayahnya seorang petani , sedangkan ibunya sakit-sakitan dan tidak kunjung sembuh. Keadaan seperti itu tetap membuat Kawi tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat. Namun, berbagai macam cobaan yang terjadi dalam hidupnya membuat Kawi harus terpaksa menjadikannya seorang pejuang, lalu pencuri, bahkan pembunuh. Hal itu karena kehidupan yang menurutnya tidak pernah memihak dirinya.
Berdasarkan hasil penelitian, tokoh Kawi Matin memiliki struktur kepribadian id, ego , dan superego . Ketiga komponen tersebut merupakan suatu sistem kepribadian yang bekerja sebagai suatu tim dan dikoordinasikan (diatur) oleh ego. Dengan demikian, id, ego , dan superego saling terhubung satu sama lain, jadi bisa saja dua atau ketiganya terdapat dalam satu kutipan atau dalam data yang sama. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut struktur kepribadian id, ego , dan superego .
4.1 Id Id merupakan reservoir energi psikis yang menggerakkan ego dan superego dan menjadi sumber energi psikis. untuk memenuhi impuls-impuls id memerlukan suatu sistem yang dapat menghubungkan dengan realitas (dunia nyata). Id meliputi insting-insting dan nafsu yang tidak disadari dan tidak bebas muncul dalam kesadaran. Id yang ada pada tokoh Kawi Matin berupa perasaan, keinginan, dan energi psikis dari id yang membuat Kawi Matin bertindak secara spontan.
Hatinya begitu sesak, remuk, dan pedih tak terkira. Berkali-kali dia menahan napas, wajah mengeras,
mengamati pistol yang akan digunakannya untuk menembak empat kepala manusia. Dia
menyebutnya sebagai kepala anjing, yaitu kepala Leman si peternak lembu, kepala Darwis si anak Kepala Kampung, kepala Samsul si Kepala Kampung, dan kepala Amani si Gubernur Pasai. (Nur, 2020, hlm. 1)
Kutipan di atas terdapat id Kawi Matin yang merasakan sakit hati dan perasaannya yang terluka. Hal tersebut digambarkan melalui penggalan kalimat “Hatinya begitu sesak, remuk, dan pedih tak terkira.” Kawi Matin
Kawi yang tidak ikut mengusik pun lari pontang-panting dikejar-kejar induk lembu gila itu sehingga dia lupa pada sebelah kakinya yang pincang. (Nur, 2020, hlm. 22)
Kutipan kalimat di atas terdapat id Kawi Matin yang tidak peduli dengan hal di luar dari tugasnya. Pada penggalan kalimat “Kawi yang tidak ikut mengusik” merupakan id Kawi Matin yang tidak peduli dengan anak lembu yang menurut abangnya sangat menggemaskan sehingga membuat abang Kawi dikejar-kejar oleh induk lembu tersebut. Hal ini karena id menggunakan kaca mata kuda yang melihat dan tertuju pada satu hal dan tidak melihat yang lainnya.
Kawi, dari atas pokok nangka, menjerit-jerit kengerian melihat abangnya tumbang. (Nur, 2020, hlm. 23) Kutipan kalimat di atas menggambarkan id Kawi yang merasakan ketakutan ketika melihat abangnya yang sudah meninggal karena serudukan lembu. Hal tersebut digambarkan melalui penggalan kalimat
“kengerian” yang merupakan id tokoh Kawi Matin.
Representasi Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur: Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
Kawi tak henti-hentinya menangis sambil duduk meringkuk di tanah dekat pohon jambu air. Hatinya sangat terluka. Dia begitu ngeri menerima kenyataan bahwa
abangnya sudah mati. (Nur, 2020, hlm. 24)
Kutipan di atas menggambarkan id tokoh Kawi Matin pada penggalan kalimat “Hatinya sangat terluka. Dia begitu ngeri menerima kenyataan bahwa abangnya sudah mati.” jadi, id Kawi Matin berupa perasaan Kawi Matin yang sedih dan hatinya yang terluka menerima kenyataan bahwa abangnya sudah meninggal dunia.
Kawi yang ketika itu berusia dua belas tahun, amat ketakutan kalau- kalau ibunya meninggal. Dia begitu cemas, kasihan, dan tidak tahan melihat ibunya yang begitu merana dicekik bengek. (Nur, 2020, hlm. 36)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa id Kawi yang tidak tahan melihat ibunya yang merana karena penyakit asma yang sudah parah, menjadi amat ketakutan kalau ibunya meninggal. Hal tersebut ditunjukkan melalui penggalan kalimat “Kawi yang ketika itu berusia dua belas tahun, amat ketakutan kalau- kalau ibunya meninggal.” Id mendorong perasaan Kawi yang ingin ibunya tetap hidup.
“Ayah, jangan mati...,” isaknya pilu. (Nur, 2020, hlm. 56)
Penggalan dialog di atas merupakan id Kawi yang ingin ayahnya tidak mati karena dipukuli serdadu akibat ayahnya datang telat ketika giliran jaga malam. Hal tersebut digambarkan melalui penggalan dialog “Ayah, jangan mati...,” isaknya pilu.” yang berarti id Kawi berupa perasaan sedih Kawi
memikirkan jika ayahnya sampai meninggal dunia.
.
“Memangnya apa pernah aku punya banyak baju bagus?” tanya Kawi yang kadang kesal sendiri. (Nur, 2020, hlm. 68)
Penggalan dialog di atas merupakan ungkapan id yang mendominasi karena Kawi kesal dia tidak pernah punya baju bagus karena ibunya mengatakan utnuk tidak memakai semua baju bagusnya untuk bekerja. Hal tersebut dapat diketahui dari dialog “Memangnya apa pernah aku punya baju bagus?” yang merupakan id Kawi berupa perasaan kesal.
Kawi menjerit ngeri mendapati tubuh ayahnya telentang di bebatuan pinggir jalan yang berlumuran darah. (Nur, 2020, hlm. 84) Kutipan di atas terdapat id Kawi yang merasa takut melihat ayahnya telentang dan berlumuran darah di bebatuan pinggir jalan raya. Hal tersebut dapat diketahui melalui penggalan kalimat “ngeri” yang merupakan Id Kawi Matin berupa rasa terkejut dan takut.
“Negeri ini memang negeri anjing,” desisnya marah. (Nur, 2020, hlm. 86)
Penggalan dialog tersebut didasarkan pada id Kawi yang merasa marah karena kekejaman pasukan serdadu yang semena-mena kepada rakyat Aceh. Pasukan serdadu itu membunuh orang-orang Aceh, tanpa membeda-bedakan mereka pejuang aau tidak. Pasukan Serdadu itu juga sudah membunuh ayah Kawi sehingga membuatnya sangat marah.
Agar bisa membeli beras, diam-diam Kawi nekat menelusuri kebun-kebun
kelapa di pinggir kampung guna mendapatkan upah untuk membeli beras. (Nur, 2020, hlm. 87)
Kutipan di atas terdapat id yang mendorong Kawi berniat nekat pergi ke kebun-kebun kelapa untuk bekerja memetik kelapa agar dia bisa mendapatkan uang untuk kebutuhannya makannya yaitu dengan membeli beras. Hal tersebut dapat diihat pada penggalan kalimat “diam-diam Kawi nekat menelusuri kebun-kebun kelapa di pinggir kampung” yang merupakan id Kawi berupa nekat dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan utamanya yaitu dengan membeli beras agar dia bisa makan.
Kawi tak peduli, dia mulai menyundak, melepas sabut dari tempurungnya. Keringat bercucuran, sesekali diseka dengan lengannya yang berdarah. Terasa perih, tetapi dia telah merasakan begitu banyak kepedihan dalam hidupnya. Luka- luka kecil akibat goresan dan tusukan duri bukanlah apa-apa; sama sekali tidak sebanding pedih dan sakit dalam hatinya. (Nur, 2020, hlm. 93)
Kutipan di atas menggambarkan id Kawi yang tidak peduli dan tidak ambil pusing dengan luka-luka kecil akibat goresan dan tusukan duri dan lengannya yang berdarah dari kegiatan menyundak kelapa.
Ketika lapar dan gerah, Kawi memanjat sebatang kelapa dengan tangannya yang bergetar. (Nur, 2020, hlm. 93)
Kutipan di atas menggambarkan id Kawi yang merasa kelaparan dan gerah, segera ingin memenuhi kebutuhannya, yaitu makan dan minum.
Saat itu Kawi begitu kecewa. Kekecewaan yang membuatnya kesal.
Kekesalan yang menimbulkan suatu keberanian. Dan tanpa pikir panjang, Kawi nekat memikul seikat kayu yang dibelahnya ke rumah
Baidah. Apa yang terjadi, terjadilah! Pikirnya. (Nur, 2020, hlm. 105) Kutipan di atas menggambarkan id yang mendorong Kawi untuk nekat pergi ke rumah Baidah dengan membawa seikat kayu yang sudah dibelahnya. Hal tersebut digambarkan melalui penggalan kalimat “Kawi nekat memikul seikat kayu yang dibelahnya ke rumah Baidah” yang merupakan id Kawi berupa perasaan nekat Kawi karena ingin segera berjumpa dengan Baidah.
Kala melihat Baidah muncul di depan pintu, dada Kawi berdebar-debar hebat. Sungguh elok benar gadis itu , batin Kawi. Kala Kawi melangkah masuk, tidak hanya tubuh dan tangan saja yang bergetar, kaki cacatnya itu juga bergetar. (Nur, 2020, hlm. 106)
Kutipan di atas terdapat id yang mendorong Kawi secara spontan berdebar-debar karena melihat Baidah yang disukainya, dan seluruh tubuhnya juga ikut bergetar karena gugup.
Kawi, ketika mengetahui baidah diperkosa, sekujur tubuhnya bergetar seperti menggigil. Wajahnya tegang menahan buncahan amarah. Dia berdiri mematung di belakang rumah, berusaha menenangkan diri. Wajahnya demikian keras. Kedua matanya mengeluarkan dua tiga tetes air bening. Sebelah tangannya menggenggam pucuk pohon pisang setinggi bahunya hingga tanpa sadar hancur diremasnya. (Nur, 2020, hlm. 107) Kutipan di atas menggambarkan id Kawi yang merasa sangat marah hingga air matanya keluar dan pucuk
Representasi Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur: Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
pohon pisang yang digenggamnya tanpa sadar hancur karena diremas.
Dia ingin sekali membalas semua dendam pada tentara yang telah menembak ayahnya, memerkosa Baidah, dan menyengsarakan orang- orang kampung. (Nur, 2020, hlm. 108) Kutipan di atas menggambarkan id yang ingin sekali membalas dendam atas semua hal yang menimpa dirinya dan orang-orang kampung pada tentara yang begitu kejam.
Kawi tidak terlalu memikirkan dirinya, tidak peduli dengan nasib dan masa depan. Sejak awal dia tidak paham cita-cita hidupnya. Hasratnya hanya satu; serdadu penjajah itu harus cepat-cepat hengkang dari muka bumi ini atau lekas mampus semuanya! (Nur, 2020, hlm. 114)
Kutipan di atas menggambarkan id mendominasi kawi yang tidak peduli dengan nasibnya dan menginginkan serdadu segera pergi dari kampung atau lenyap dari dunia ini.
Dendam kepada pasukan pemerintah itu semakin menjadi-jadi sehingga Kawi ingin sekali memiliki senjata api untuk membunuh mereka semua sebagai balasan atas sakit hati yang terperikan. (Nur, 2020, hlm. 119)
Kutipan di atas menggambarkan id Kawi yang merasa dendam dan ingin memiliki senjata api agar Kawi bisa membunuh serdadu karena rasa sakit hatinya dan membalaskan dendamnya.
Perasaan Kawi kembali berkecamuk. Dia marah, sakit hati, dan dendam. Dia ingin sekali memiliki senjata laras panjang
AK-47 atau M-16
sebagaimana yang dimiliki teman seperjuangan. (Nur, 2020, hlm. 128) Kutipan di atas menggambarkan id Kawi yang saat itu memiliki perasaan marah, sakit hati, dan dendam. Dia sangat ingin memiliki senjata laras panjang seperti teman-teman seperjuangannya. Terbunuhnya Suman, semakin membuat Kawi kalap. Tak peduli apakah seorang prajurit itu baik atau jahat, Kawi tetap menembaknya di mana dia menemukan mereka. Hatinya begitu berdarah. Sudah jelas baginya bahwa serdadu itu seperti setan yang menjadi musuh nyata bagi manusia. (Nur, 2020, hlm. 135)
Kutipan di atas menunjukkan id Kawi yang semakin kalap setelah terbunuhnya Suman yang menjadi pemimpin pejuang di kelompoknya. Id Kawi tidak peduli prajurit itu baik atau jahat, dia tetap menembak mereka karena rasa sakit hatinya.
“Negeri ini memang negeri anjing. Jika aku tidak diterima sebagai orang baik, maka aku akan menjadi orang jahat.” (Nur, 2020, hlm. 135) Penggalan dialog di atas
menggambarkan id Kawi yang memiliki rasa nekat pada kalimat “jika aku tidak diterima sebagai orang baik, maka aku akan menjadi orang jahat” karena Kawi merasa sangat marah . Ego Kawi memutuskan dia akan menjadi orang jahat. Superego Kawi membenarkan apa yang dilakukan Kawi. Superego Kawi juga sudah membenarkan bahwa tempat tinggal diibaratkan seperti negeri anjing.
“Dasar anjing!” maki Kawi geram. “Semua manusia sudah menjadi anjing!” (Nur, 2020, hlm. 141)
Penggalan dialog di atas menggambarkan id Kawi yang sangat
geram dan marah karena Kepala Kampung yang tidak memberikan bantuan rumah untuknya padahal keluarga Kawi termasuk yang paling miskin di kampungnya dan malah diberikan untuk saudara-saudaranya dan anaknya yang tidak miskin.
Dia berlari seolah di depannya ada musuh yang sedang diburu. Dia mendadak begitu buas. Wajah tegang dan matanya merah nyalang.
Seseorang yang menegurnya di jalan bertanya, “Kau hendak ke mana?” “Menebas kepala Darwis jahanam!”
(Nur, 2020, hlm. 144–-145)
Penggalan dialog di atas menggambarkan id Kawi dengan perasaan nekat ingin membunuh Darwis karena memerkosa adiknya. Hal tersebut ditunjukkan pada sikap Kawi pada kutipan di atas yang berhasrat ingin membunuh Darwis atas perbuatannya yang membuat Kawi sangat marah.
Pada bulan ketiga belas masa hukumannya, ibunya meninggal dunia. Begitu menerima kabar itu, Kawi meratap-ratap, meraung-raung dalam bilik penjara. Hatinya koyak- koyak. Tangannya meninju-ninju dinding beton sampai berdarah. Dia tidak peduli perhatian orang-orang yang melihat tingkah gilanya. (Nur, 2020, hlm. 163)
Kutipan di atas menggambarkan id Kawi yang perasaannya sangat terguncang menerima kabar ibunya telah meninggal. Id membuat Kawi meraung- raung dalam sel penjara dan tangannya memukul dinding beton sampai tangannya berdarah. Id membuat kawi secara tidak sadar melakukan hal tersebut dan tidak peduli pada perhatian orang di sekitar yang melihatnya.
“Aku hanya butuh sepucuk pistol penuh peluru,” sahut Kawi mantap. (Nur, 2020, hlm. 169)
Penggalan dialog di atas menunjukkan id yang berhasrat ingin membunuh orang-orang yang telah menyakitinya secara fisik maupun batin dengan meminta pistol penuh peluru kepada teman seperjuangannya untuk membalas dendam.
Dalam hidupnya, Kawi Matin tidak pernah semarah ini. Luapan kemarahannya telah mencapai ubun- ubun. Itu semua terjadi setelah runtutan panjang peristiwa menyakitkan yang dialaminya tanpa henti; dimulai dari ibunya yang sakit- sakitan, abangnya yang meninggal karena musibah, ayahnya yang dipukuli dan ditembak tentara, kekasihnya yang diperkosa serdadu, adik perempuan yang diperkosa anak Kepala Kampung, sampai dia terpaksa mencuri seekor lembu dan akhirnya harus mendekam di penjara. (Nur, 2020, hlm. 169)
Kutipan di atas menunjukkan id Kawi Matin yang merasa sangat marah. id Kawi mengingat kembali semua hal menyakitkan yang telah dialaminya itu terus berdatangan tanpa ada akhirnya.
“Negeri ini negeri anjing,” desisnya tiba-tiba dengan wajah tegang, merah padam, dan mata nyalang. Dia melangkah sambil mengokang pistolnya, siap menembak. “Aku juga akan menjadi anjing!” (Nur, 2020, hlm. 170) Penggalan dialog di atas
menunjukkan kepribadian id Kawi Matin yang sangat marah dan tidak peduli lagi apa yang akan terjadi padanya nanti. Hasratnya saat itu hanya ingin membunuh orang yang menyakiti dirinya secara batin ataupun fisik.
Representasi Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur: Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
4.2.1 Ego Ego merupakan pemimpin utama dalam struktur kepribadian. Ego adalah kepribadian implementatif, yaitu berupa kontak dengan dunia luar (Endraswara, 2018: 101). Ego bertugas sebagai pemberi tempat pada fungsi mental utama, seperti penalaran, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan (Minderop, 2018: 22). Ego pada tokoh Kawi Matin berupa bimbang, kecemasan atau kehawatiran, ataupun pengambilan keputusan yang diambil oleh Kawi Matin yang didominasi oleh Ego .
Hatinya begitu sesak, remuk, dan pedih tak terkira. Berkali-kali dia menahan napas, wajah mengeras, mengamati pistol yang akan digunakannya untuk menembak empat kepala manusia. Dia
menyebutnya sebagai kepala anjing, yaitu kepala Leman si peternak lembu, kepala Darwis si anak Kepala Kampung, kepala Samsul si Kepala Kampung, dan kepala Amani si Gubernur Pasai. (Nur, 2020, hlm. 1)
Kutipan di atas terdapat ego Kawi Matin yang memutuskan untuk menembak empat orang yang membuatnya sakit hati atas perbuatan yang mereka lakukan. hal tersebut ditunjukkan melalui penggalan kalimat “Berkali-kali dia menahan napas, wajah mengeras, mengamati pistol yang akan digunakannya untuk menembak empat kepala manusia”. Ego Kawi Matin mempertimbangkan dan memutuskan mengikuti id Kawi yang merasa dendam dan berhasrat membunuh orang-orang yang menyakitinya.
Kawi yang tidak ikut mengusik pun lari pontang-panting dikejar-kejar induk lembu gila itu sehingga dia lupa pada sebelah kakinya yang pincang. (Nur, 2020, hlm. 22)
Kutipan di atas terdapat ego Kawi pada penggalan kalimat “lari pontang- panting dikejar-kejar induk lembu gila itu”. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kawi yang lari sebisa mungkin agar tidak terkena serangan lembu betina yang sedang marah seperti lembu gila.
Karena tidak tahan dan tidak tahu cara membela, Kawi meloncat turun menghalaunya. Namun, lembu yang sudah dirasuki setan itu, balik mengejarnya sampai ke halaman rumah. (Nur, 2020, hlm. 25)
Kutipan di atas terdapat ego Kawi pada penggalan kalimat “Karena tidak tahan dan tidak tahu cara membela, Kawi meloncat turun menghalaunya”. Hal tersebut menunjukkan ego Kawi yang memutuskan untuk meloncat turun dengan tujuan menghalangi lembu agar tidak menyerang abangnya, Kadir,
walaupun dia tidak tahu cara menghalanginya.
Kawi, dari atas pokok nangka, menjerit-jerit kengerian melihat abangnya tumbang. (Nur, 2020, hlm. 23) Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi pada penggalan kalimat “menjerit- jerit”. Hal tersebut menunjukkan ego Kawi yang menjerit-jerit dari atas pohon nangka karena melihat abangnya telentang karena diseruduk lembu yang sudah mengamuk itu.
Kawi ikut mengantarkan, terpisah sendiri di belakang barisan, terus menangis sedu-sedan. Hatinya remuk tak tahu bilang. (Nur, 2020, hlm. 26) Kutipan di atas menggambarkan ego Kawi pada penggalan kalimat “Kawi ikut mengantarkan”. Hal tersebut menunjukkan ego Kawi yang memutuskan ikut mengantarkan
abangnya ke pemakaman namun dia masih menangis.
Kawi semakin sulit menghindar karena sepatu di kaki kanan membuatnya kepayahan melangkah. Akhirnya karena tidak tahan, Kawi pun melepas sepatu itu dan berlari sekuatnya dari Darwis yang terus mengejarnya. (Nur, 2020, hlm. 44)
Kutipan di atas terdapat ego Kawi pada penggalan kalimat “Akhirnya karena tidak tahan, Kawi pun melepas sepatu itu an berlari sekuatnya dari Darwis yang terus mengejarnya”. Hal tersebut menunjukkan ego Kawi yang memutuskan untuk melepas sepatunya yang membuatnya kesusahan berlari.
Kawi yang baru berusia tiga belas tahun dengan bimbingan dan bantuan ibunya, terpaksa menggantikan semua kerja ayahnya, memotong pelepah rumbia, mengumpulkan daunnya, dan membawa pulang. Saudah mengajarinya merajut dan membelah bambu sebagai tulang atap. (Nur,
2020, hlm. 61)
Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi yang harus menggantikan semua pekerjaan ayahnya di usia tiga belas tahun. Kawi belajar mengerjakan semua pekerjaan dari ibunya karena tidak ada orang yang bisa melalukan semua pekerjaan ayahnya yang gegar otak, kecuali Kawi Matin sebagai satu- satunya anak laki-laki mereka.
Pada hari selanjutnya, Kawi tetap memakai seragam sekolah itu, tetapi bukan untuk berangkat ke sekolah, melainkan mencangkul di kebun belakang. Dia memutuskan meninggalkan sekolah karena terlalu banyak tekanan dan masalah. (Nur,
2020, hlm. 62)
Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi yang memutuskan untuk meninggalkan sekolah karena terlalu banyak tekanan dan masalah yang terjadi dalam hidupnya. Ego Kawi dalam kutipan ini berupa tekad Kawi yang berhenti sekolah karena selalu ditindas agar bisa membantu orang tuanya
Dia bekerja sangat gigih, melebihi kesanggupan petani mana pun di kareung. Dengan menanam padi, Kawi berharap, akan mencukupi kebutuhan beras setahun. (Nur, 2020, hlm. 69)
Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi matin pada penggalan kalimat “Dia bekerja sangat gigih, melebihi kesanggupan petani mana pun di Kareung.” Ego Kawi Matin yang berusaha bekerja dengan sangat gigih dengan harapan agar padi yang ditanam nantinya bisa mencukupi kebutuhan beras setahun.
Sekalipun wajib jaga malam, pada siangnya dia tidak pernah berhenti bekerja, mengurus sawah, mengupah petik kelapa, dan membersihkan kebun pisang di belakang rumah. Setiap kali kena giliran jaga malam, dia selalu ketiduran tanpa bisa ditahan-tahan. (Nur, 2020, p 73)
Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi giat bekerja, dan melakukan semua pekerjaan. Hal tersebut ditunjukkan melalui penggalan kalimat “Sekalipun wajib jaga malam, pada siangnya dia tidak pernah berhenti bekerja mengurus sawah, mengupah petik kelapa, dan membersihkan kebun pisang di belakang rumah”. semua pekerjaan yang dilakukannya itu merupakan kepribadian ego Kawi Matin yang memutuskan untuk selalu bekerja.
Representasi Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur: Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
Perasaan Kawi bercampur aduk, antara kesal, sakit hati, pedih di pipi, dan nyeri ulu hati, membuatnya semakin merana tak berdaya. (Nur, 2020)
Kutipan di atas menggambarkan ego Kawi Matin pada penggalan kalimat “membuatnya semakin merana tak berdaya”. Hal tersebut merupakan ego Kawi yang bingung, bimbang, dan tidak tau harus berbuat apa dengan keadaannya ketika dipukuli serdadu.
Agar bisa membeli beras, diam-diam Kawi nekat menelusuri kebun-kebun kelapa di pinggir kampung guna mendapatkan upah untuk membeli beras. (Nur, 2020)
Kutipan di atas terdapat ego Kawi yang memutuskan mengikuti id dengan pergi ke kebun-kebun kelapa untuk mendapatkan uang. Hal tersebut adalah cara Kawi Matin agar bisa membeli beras yang sudah habis di rumahnya.
“Aku kesusahan mencari uang, Pakcik. Bagaimana nanti ibuku yang sakit-sakitan. Neung Peung juga masih kecil,” Kawi menanggapi. (Nur, 2020, hlm. 89)
Penggalan dialog di atas menunjukkan ego Kawi pada dialog “Bagaimana nanti ibuku yang sakit- sakitan”. Ego Kawi Matin yang bimbang karena kesulitan mencari uang dan mengingat bagaimana nantinya jika Kawi menjadi pejuang dan tidak ada yang membiayai keluarganya, sementara ibunya sakit-sakitan dan adiknya yang masih kecil.
“Hatiku sakit, pakcik. Aku marah. Aku tidak tahan. Tapi bengek ibu selalu kambuh. Dia juga jantungan. Kalau dia tahu aku bergabung bersama
Pakcik, bisa-bisa dia pingsan.” (Nur, 2020, hlm. 89)
Penggalan dialog di atas menunjukkan ego Kawi yang khawatir akan penyakit bengek ibunya yang selalu kambuh. Ego Kawi yang khawatir beranggapan jika dia bergabung bersama pejuang, ibunya akan pingsan mendengarnya.
“Bukan, Pak,” jawab Kawi tergagap, wajahnya padam membara karena sangat ketakutan dan juga kelelahan. Seluruh tubuh, wajah, kaki, kemeja, dan jin-nya basah oleh peluh. (Nur, 2020, hlm. 95)
Penggalan dialog di atas menunjukkan ego Kawi yang ketakutan dengan kedatangan serdadu dan pertanyaan mereka yang mengira Kawi sebagai pemberontak. Ego Kawi khawatir dan takut jika terungkap bahwa dia adalah seorang pejuang.
Kawi bangkit, dengan gemetar dia memasang reungkeut di kaki, dan dengan parang di tangan, dia memanjat pohon kelapa. Sekalipun sangat ketakutan, dia terlihat begitu tangkas memanjat. (Nur, 2020, hlm. 96)
Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi yang memutuskan untuk memanjat pohon kelapa atas suruhan tentara yang ingin minum karena haus. Walaupun ketakutan, dia tetap memanjat agar tidak mati dibunuh.
Sejak pertemuan itu, tingkah Kawi berubah mendadak. Dia mulai berpakaian bersih dan sering menyisir rambut. Namun, karena semua kemejanya kusam tanpa kancing dan semua jin penuh koyakan dan tambalan, dia tidak pernah punya keberanian berkunjung ke rumah Baidah. (Nur, 2020, hlm. 103)
Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi yang memutuskan untuk mulai
berpakaian bersih dan sering menyisir rambutnya, walau dia juga tidak punya keberanian berkunjung ke rumah Baidah karena pakaiannya yang tanpa kancing dan penuh dengan tambalan.
Berkali-kali dia mempertimbangkan ulang, bila dia mati, siapa yang akan menanggung, melindungi, dan mengurus ibu serta adiknya. (Nur, 2020, hlm. 108)
Kutipan di atas menggambarkan ego Kawi yang bimbang dalam mempertimbangkan lagi bahwa bila dia mati siapa yang akan menanggung keluarganya.
Jangankan mengabarkan gerak-gerik pasukan serdadu yang naik memburu itu, Kawi sendiri tiba-tiba dicekam ketakutan luar biasa oleh benda yang disembunyikannya di ladang belakang rumah. (Nur, 2020, hlm. 113)
Kutipan di atas menggambarkan ego Kawi yang ketakutan dan cemas kalau radio untuk berkomunikasi dengan kelompok Suman yang disembunyikannya di ladang belakang rumah itu diketahui oleh pasukan serdadu.
Terbunuhnya Suman, semakin membuat Kawi kalap. Tak peduli apakah seorang prajurit itu baik atau jahat, Kawi tetap menembaknya di mana dia menemukan mereka. Hatinya begitu berdarah. Sudah jelas baginya bahwa serdadu itu seperti setan yang menjadi musuh nyata bagi manusia. (Nur, 2020, hlm. 135)
Kutipan di atas menggambarkan ego Kawi pada penggalan kalimat “Kawi tetap menembaknya di mana dia menemukan mereka.” Ego Kawi yang memutuskan menembak prajurit serdadu tanpa membedakan yang mana baik dan jahat karena mengikuti id Kawi
yang tidak peduli akan hal apapun lagi, karena sakit hatinya.
“Di kampung ini, ibukulah yang yang paling miskin, sakit-sakit-sakitan, tidak bisa bekerja, rumah hampir tumbang, ditambah pula harus menanggung biaya hidup anaknya yang masih kecil. Dialah yang lebih dulu berhak mendapatkan bantuan,” kata Kawi kesal. (Nur, 2020, hlm. 140)
Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi yang sedang memohon meminta bantuan kepada Samsul sebagai Kepala Kampung untuk ibunya yang termasuk orang paling miskin di kampung dengan rumah mereka yang hampir roboh.
Hanya dengan cara mendapatkan pengakuan dirinya sebagai pejuang itulah, Kawi berharap ibunya akan mendapatkan bantuan rumah
sederhana. (Nur, 2020)
Kutipan di atas menggambarkan ego Kawi yang berencana mengakui dirinya sebagai pejuang. Dengan cara itu dia berpikir akan bisa mendapatkan bantuan rumah sederhana. Cara mendapatkan pengakuan ini merupakan ego Kawi Matin.
Tanpa pikir panjang, dia segera menyambar parang di dapur yang sering digunakan untuk memotong kayu dan menebas tandan kelapa, langsung berlari terpincang-pincang menuju rumah Darwis yang berada di sisi rumah Kepala Kampung. (Nur, 2020, hlm. 144)
Kutipan di atas terdapat ego Kawi yang mengambil parang dengan tujuan untuk membunuh Darwis si anak Kepala Kampung yang telah memerkosa adiknya, Neung Peung. Kawi Matin memutuskan untuk membunuh Darwis dengan tujuan membalas perbuatan Darwis kepada adiknya.
Representasi Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur: Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
Dia berlari seolah di depannya ada musuh yang sedang diburu. Dia mendadak begitu buas. Wajah tegang dan matanya merah nyalang. Seseorang yang menegurnya di jalan bertanya, “Kau hendak ke mana?” “Menebas kepala Darwis jahanam!” (Nur, 2020, hlm. 144–145)
Kutipan di atas terdapat ego
Kawi pada penggalan dialog “Menebas kepala Darwis jahanam!” yang memutuskan akan membunuh Darwis si anak Kepala Kampung yang memerkosa adiknya karena memerkosa adiknya.
“Lagi-lagi penyelesaiannya harus dengan parang,” gumam Kawi geram, karena senjata api milkinya telah direnggut dan dimusnahkan setelah perjanjian damai disepakati. (Nur, 2020, hlm. 146)
Penggalan dialog di atas menggambarkan ego Kawi yang memutuskan untuk menyelesaikan masalah dengan parang yang berarti membunuh Darwis karena polisi menurutnya tidak bisa diandalkan lagi yang sudah membebaskan Darwis dengan alasan tidak ada bukti yang jelas jika Darwis sudah memerkosa Neung Peung.
Di sana dia termenung-menung. Sungguh, dirinya tidak bisa tenang. Dia pun merencanakan sesuatu. “Ampuni aku, ya, Allah. Aku terpaksa melakukannya. Ibuku harus dibawa ke rumah sakit...” (Nur, 2020, hlm. 153)
Penggalan dialog di atas menunjukkan ego Kawi yang merencanakan sesuatu, yaitu mencuri lembu milik Leman yang pelit. Dia terpaksa melakukannya karena dia tidak memiliki uang dan ibunya harus dibawa ke rumah sakit.
Demi ibunya, dia harus melakukan semua ini. Setelah lama memikirkannya, dia tidak menemui cara lain. Dia tidak ingin ibunya tanpa perawatan di rumah sakit. Terserah nantinya sembuh atau tidak, yang penting ibunya harus segera dirawat. (Nur, 2020, hlm. 155) Kutipan di atas menunjukkan ego Kawi yang memutuskan untuk mencuri lembu, karena dia tidak menemukan cara lain untuk mendapatkan biaya agar ibunya bisa dirawat di rumah sakit. dengan demikian ego Kawi bertindak mencuri lembu agar mendapatkan uang untuk berobat ibunya.
Tiba-tiba Kawi menerkam dan mencium tangan Syakban. Punggungnya bergetaran, sedu-
sedan. “Tak tahu cara aku berterimakasih atas kebaikan Pakcik...” (Nur, 2020, hlm. 161) Penggalan dialog di atas
menunjukkan ego Kawi yang mencium tangan Syakban diikuti dengan getaran tubuhnya kawi karena tidak tau cara berterimakasih atas kebaikan Syakban yang telah membantu dengan
memberikan tempat tinggal untuk ibu dan adiknya selama Kawi dipenjara.
Yang meresahkannya, selalu saja keadaan ibunya. Hanya ibunyalah yang menjadi alasannya untuk tetap bertahan hidup sampai sekarang. (Nur, 2020, hlm. 163)
Kutipan di atas menunjukkan ego kawi yang khawatir akan keadaan ibunya, karena ibulah yang menjadi alasan dia tetap bertahan hidup. semua yang Kawi lakukan selama ini adalah demi ibunya.
“Negeri ini negeri anjing,” desisnya tiba-tiba dengan wajah tegang, merah padam, dan mata nyalang. Dia
melangkah sambil mengokang pistolnya, siap menembak. “Aku juga akan menjadi anjing!” (Nur, 2020, hlm. 170)
Kutipan di atas terdapat ego Kawi yang siap menembak dan memutuskan akan menjadi anjing juga, yang berarti menjadi orang yang jahat dan kejam sama seperti orang-orang yang ada di tempat tinggalnya.
4.2.2 Superego Kemunculan superego sebagai penengah antara id dan ego merupakan hal yang penting dalam struktur kepribadian manusia. Tanpanya, manusia tidak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya. superego merupakan hati nurani yang mengenali baik dan buruk ( conscience ). Rasa bersalah muncul pada saat ego bertindak atau berniat untuk bertindak bertentangan dengan standar moral superego (Minderop, 2018:22) . Superego yang terdapat pada tokoh Kawi Matin berupa rasa bersalah, tidak tega, bertanggung jawab, tenang, dan sikap lainnya yang didominasi oleh superego.
Kadang dia memilih tetap tinggal di rumah, bermain-main bersama ayam dan kucing. Dia tidak ingin abangnya bermusuhan dengan anak-anak lain demi membelanya. (Nur, 2020, hlm. 4) Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi bermaksud tetap tinggal bermain di rumah, karena dia tidak ingin abangnya bermusuhan dengan anak- anak lain untuk membela Kawi. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan kalimat “Dia tidak ingin abangnya bermusuhan dengan anak-anak lain demi membelanya”. merupakan superego Kawi yang merasa bersalah.
Akan tetapi, tidak demikian dengan Kawi, yang segera menyesuaikan diri dengan makanan apapun, seolah-olah tubuh itu menyadari segala kekurangannya; jadi, tidak terlalu banyak tingkah menuntut macam-macam. Kawi tetap lahap meskipun hanya nasi berlaukkan daun ubi yang dilumuri sambal terasi, mulutnya mendecap- decap sehabis makan dengan wajah dan tubuh berbasah peluh, begitu sedapnya,
melebihi orang menyantap kari. (Nur, 2020, hlm. 5)
Pada kutipan di atas, superego yang mendorong sikap Kawi untuk tidak pilih-pilih makanan, seakan menyadari segala kekurangannya. Kawi juga tidak banyak tingkah menuntut macam- macam.
Mula-mula Kawi menahan diri, mengabaikan ejekan yang melukai hatinya. Adakalanya dia pura-pura tidak mendengar, dan selanjutnya makin terbiasa. Semua itu dihadapi saat Kadir tidak bisa berada di sisinya. (Nur, 2020, hlm. 8)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang membiasakan diri mendengar ejekan yang melukai hatinya.
Superego membuat Kawi tegar
menghadapi hal tersebut saat abangnya Kadir tidak bisa berada di sisinya.
Raut wajah kawi mengeras, begitu geram ingin membalas, tetapi dia hanya diam saja seraya membenahi diri, lalu memungut sebelah sepatunya yang tercampak. (Nur, 2020, hlm. 8)
Representasi Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur: Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang begitu geram ingin membalas, tetapi dia mengingatkan dirinya bahwa tidak ada gunanya melawan dan hanya diam saja.
“Pukullah aku, tapi jangan kau hina abangku,” kata Kawi pasrah. (Nur, 2020, hlm. 43)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang pasrah menerima pukulan asalkan Darwis tidak menghina abangnya. Superego Kawi
Matin berupa sikap pasrah dan tidak tega jika abangnya dihina.
“Aku takut ayahnya datang memukuliku.” (Nur, 2020, hlm. 49)
Penggalan dialog di atas terdapat superego Kawi yang menyatakan bahwa dia tidak ingin dipukuli oleh ayah darwis yang berbuat jahat padanya. Superego Kawi dalam kutipan ini berupa tidak ingin ada hal buruk yang terjadi pada Kawi Matin, seperti tidak ingin dipukul lagi oleh ayah Darwis karena dia tidak melakukan kesalahan apa pun.
Kawi sering berada di sisinya, memegangi tangan seraya menawari minum, makan, dan mengingatkan butiran obat yang harus ditelan. (Nur, 2020, hlm. 57)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang menjaga dan selalu berada di sisi ayahnya serta dia juga yang mengingatkan ayahnya untuk minum obat. Superego Kawi Matin mengingatkan dirinya untuk selalu menjaga ayahnya yang sedang sakit.
Kawi Matin, betul-betul nama yang keramat, yang selalu membuatnya kuat dan kukuh dalam menghadapi berbagai nasib buruk. (Nur, 2020, hlm. 73)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang kuat, dan tegar dalam menghadapi berbagai nasib buruk seperti namanya yang berarti sama. orangtua Kawi memberi nama Kawi Matin dengan harapan dirinya dapat tumbuh sebagai anak yang tegar dan kuat. sikap tegar dan kuat dalam menghadapi berbagai
masalah merupakan kepribadian dari superego Kawi Matin.
Kawi terjengkang, kemudian bangkit duduk dengan kepala menunduk. Sikap seperti itu untuk meredakan kemarahan prajurit yang sedang menghajarnya; sebagai sikap mengalah atau menyerah. Jika mengangkat wajah, akan dianggap menantang, dan bisa-bisa dia ditembak mati. (Nur, 2020, hlm. 76) Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang mengatasi situasi saat serdadu itu memukulinya dengan mengalah atau sikap menyerah dan kepalanya menunduk. Superego berusaha tenang karena jika menantang akan ditembak mati oleh serdadu.
Hatinya begitu sakit pada sikap kasar prajurit, tetapi tidak ada gunanya menahan dendam. (Nur, 2020, hlm. 77)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang mengingatkan pada ego yang sudah sakit hati agar tidak menahan dendam. Maka dari itu, kutipan tersebut didominasi oleh superego .
Kawi ingin memuntahkan sedikit kekesalannya, tetapi sungguh hatinya tak tega. Dia begitu menyayangi gadis itu, dan tidak sampai hati mengomelinya, “Main- main saja kerjamu.” Dia tidak pernah mengucapkan kata itu pada adiknya,
sekalipun hatinya sedang sangat kesal. (Nur, 2020, hlm. 79)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang tidak tega dan dia tidak sampai hati mengomeli karena begitu menyayangi adik perempuannya. Dia tidak pernah memarahi adiknya walaupun hatinya sangat kesal.
Dia tidak berani menunjukkan perasaannya seperti sikap pemuda lain yang jatuh hati pada seorang gadis. Kaki cacat itu telah membuatnya tidak layak mencintai gadis mana pun. (Nur, 2020, hlm. 82)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi berupa kecemasan yang tidak berani mengungkapkan perasaannya pada penggalan kalimat “Dia tidak berani menunjukkan
perasaannya seperti sikap pemuda lain yang jatuh hati pada seorang gadis”.
Superego Kawi Matin yang pesimis, menganggap bahwa karena kaki
cacatnya, dia menjadi tidak pantas menyukai gadis mana pun.
“Aku hanya orang bodoh, Pakcik.” (Nur, 2020, hlm. 89)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang pasrah dan tidak berdaya sehingga mengatakan dirinya hanyalah orang bodoh.
Kawi yang tidak tahan melihat penderitaan adiknya, tanpa pikir panjang, langsung menerima tawaran seseorang untuk memetik kelapa di ujung kampung, kebun yang telah semak membelukar. (Nur, 2020, hlm. 92) Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang tidak tega melihat penderitaan adiknya karena mereka selalu makan rebusan ubi dan rebusan pisang mentah yang membuat mereka tidak sehat. hal tersebut juga yang
membuat superego Kawi mengingatkan kepada dirinya untuk menerima tawaran memetik kelapa, demi adik dan ibunya bisa makan dengan layak.
Hatinya semakin rawan, jiwanya semakin tersiksa. Sekalipun Baidah telah ternoda, perasaan Kawi kepadanya tidak pernah berkurang. Justru dia bertambah sayang, bertambah cinta, merasa ikut menderita atas musibah yang
menimpa gadis itu. (Nur, 2020, hlm. 109)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang tetap menyayangi Baidah walaupun Baidah telah ternodai. Superego membuat Kawi merasa ikut menderita atas musibah yang menimpa gadis itu.
“Aku tidak mungkin meninggalkan ibu yang sakit-sakitan dan
mengabaikan adikku yang masih kecil.” (Nur, 2020, hlm. 111)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang mengingatkan bahwa dia tidak bisa meninggalkan ibunya yang sakit keras dan adiknya yang masih kecil. Hal tersebut juga merupakan kepribadian Kawi yang tidak tega meninggalkan keluarganya yang membutuhkannya.
Tentu lebih baik aku tertembak mati daripada tertangkap , batin Kawi. Bukan kematian dirinya yang ditakutkan, melainkan nasib ibu dan adiknya kelak yang sangat dicemaskan. (Nur, 2020, hlm. 113)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang menganggap bahwa lebih baik dia tertembak mati daripada tertangkap oleh serdadu. Ini karena superego Kawi Matin menganggap yang
Representasi Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur: Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
lebih ditakutkannya adalah nasib ibu dan adiknya nanti.
Dalam dirinyalah segala siksaan itu begitu gaduh. Beban dari derita mereka yang teraniaya adalah siksaan baginya. (Nur, 2020, hlm. 125)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang sangat terbebani dan menganggap bahwa mereka yaitu orang- orang kampung yang tidak bersalah dan teraniaya adalah siksaan baginya. Superego Kawi Matin merasa bersalah dan tertekan sehingga melukai hatinya. Kawi menganggap bahwa siksaan yang dilakukan serdadu kepada rakyat yang tidak bersalah sebagai pelampiasan tidak bisa membunuh pejuang adalah
salahnya.
Hati Kawi pun mengeras. Dia menganggap dirinya sudah mati. (Nur, 2020, hlm. 132)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang menganggap bahwa yang dilakukannya itu benar dengan membunuh semua serdadu yang dianggapnya musuh. Superego Kawi juga menganggap dirinya sudah mati sebagai resiko dari apa yang sudah dia lakukan selama ini dengan menjadi pejuang karena dendam.
Dia tetap memikirkan tanggung- jawabnya terhadap ibu dan adiknya, dan tentu saja tidak melupakan Baidah yang harus mengurusi anaknya tanpa ayah. (Nur, 2020, hlm.
134)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang bertanggung jawabnya kepada ibu dan adiknya dan juga tidak melupakan Baidah yang mengurus anaknya tanpa ayah, dengan tidak meninggalkan kebiasaan mencari
uang walaupun sering terlibat pertempuran bersama pejuang lainnya. Terbunuhnya Suman, semakin
membuat Kawi kalap. Tak peduli apakah seorang prajurit itu baik atau jahat, Kawi tetap menembaknya di mana dia menemukan mereka. Hatinya begitu berdarah. Sudah jelas baginya bahwa serdadu itu seperti setan yang menjadi musuh nyata bagi manusia. (Nur, 2020, hlm. 135)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang membenarkan apa yang dilakukannya. Superego Kawi juga menganggap bahwa serdadu itu musuh yang nyata bagi manusia dan harus dimusnahkan demi kebaikan dirinya sendiri dan masyarakat Aceh yang banyak sekali mereka bunuh.
Dia menyadari, tidak semua harus dipaksakan dengan kehendak; tidak semua harus sesuai keinginannya. (Nur, 2020, hlm. 145)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang menyadari bahwa tidak semua hal harus dipaksakan dengan kehendak atau sesuai keinginannya. Superego Kawi Matin berusaha menenangkan dirinya agar membiarkan polisi yang menghukum Darwis atas perbuatannya.
Di sana dia termenung-menung. Sungguh, dirinya tidak bisa tenang. Dia pun merencanakan sesuatu. “Ampuni aku, ya, Allah. Aku terpaksa melakukannya. Ibuku harus dibawa ke rumah sakit...” (Nur, 2020, hlm. 153)
Penggalan dialog di atas menunjukkan superego Kawi yang terpaksa mencuri lembu dan akan merasa bersalah jika ibunya tidak bisa dibawa ke rumah sakit karena tidak adanya biaya. Superego Kawi
membenarkan hal yang dilakukannya dengan mencuri lembu dan menjualnya agar mendapatkan uang demi kebaikan ibunya yang harus dibawa ke rumah sakit.
Demi ibunya, dia harus melakukan semua ini. Setelah lama memikirkannya, dia tidak menemui cara lain. Dia tidak ingin ibunya tanpa perawatan di rumah sakit. Terserah nantinya sembuh atau tidak, yang penting ibunya harus segera dirawat. (Nur, 2020, hlm. 155)
Kutipan di atas menunjukkan superego yang mengingatkan Kawi bahwa dia mencuri adalah demi ibunya. Superego Kawi tidak ingin ibunya tanpa perawatan dengan penyakit yang sudah parah. Superego Kawi membenarkan semua hal yang dilakukannya.
Dia merasa berdosa bila tidak bisa membahagiakan ibunya. Andai saja penyakit ibunya bisa sembuh dengan tebusan nyawanya, Kawi rela memberikannya. Jadi, apapun yang sudah dilakukan untuk ibunya, belumlah apa-apa. Mencuri lembu sekalipun berdosa kelak dia akan mengakui kesalahan itu. (Nur, 2020, hlm. 156)
Kutipan di atas menunjukkan
superego Kawi merasa bersalah dan berdosa jika dia tidak bisa membahagiakan ibunya. Superego Kawi beranggapan bahwa apa pun yang sudah dilakukan untuk ibunya belum ada apa- apanya.
Bukan sakit tubuh yang membuatnya merana, melainkan bias perbuatannya yang sangat meresahkan. Dia tidak sanggup membayangkan ketika ibu dan adiknya tahu bahwa dia tertangkap polisi gara-gara mencuri lembu. Betapa memalukan, dan
ibunya yang sedang sakit parah semakin menderita karena perbuatannya. (Nur, 2020, hlm. 158) Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang malu dan merasa bersalah atas apa yang dilakukannya. Id dan ego yang mendorong Kawi mencuri lembu demi ibu dan adiknya. Namun superego yang mendominasi membuat Kawi malu dan merana atas hasil perbuatannya.
“Aku tidak mau membela diri, Pakcik. Nyatanya aku salah, maka aku salah. Aku tidak peduli apakah aku benar atau apakah aku salah. Aku hanya sedih jika Ibu membenciku.” (Nur, 2020, hlm. 160) Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang pasrah karena merasa sangat bersalah, dan sedih jika ibunya jadi membencinya. Superego Kawi beranggapan bahwa semua adalah salahnya jika ibu membencinya.
Yang meresahkannya, selalu saja keadaan ibunya. Hanya ibunyalah yang menjadi alasannya untuk tetap bertahan hidup sampai sekarang. (Nur, 2020, hlm. 163)
Kutipan di atas menggambarkan superego Kawi yang mengingatkan bagaimana keadaan ibunya selama dia masih di penjara. Superego menganggap bahwa hanya ibunya yang menjadi alasan Kawi tetap bertahan dengan berbagai masalah yang begitu berat.
“Tidak ada, Pakcik,” balas Kawi.
“Biarkan saja Tuhan yang menghukumnya.” (Nur, 2020, hlm. 164)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang pasrah mendengar kabar adiknya kembali diperkosa Darwis anak Kepala Kampung. Superego
Representasi Tokoh Utama dalam Novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur: Tinjauan Psikologi Sastra (Annisa, Emilda, Masithah Mahsa)
mengingatkan bahwa Tuhan saja yang menghukum orang jahat itu karena hukum negara tidak berlaku adil lagi.
Perasaannya begitu berkecamuk. Sebelah tangannya setengah menangkup mulut dan dagu, seolah sedang menenangkan dirinya. (Nur, 2020, hlm. 166)
Kutipan di atas menunjukkan superego Kawi yang berusaha tetap tenang dengan kenyataan bahwa ibunya sudah meninggal dunia. Hal tersebut bisa dilihat pada penggalan kalimat “Sebelah tangannya setengah menangkup mulut dan dagu, seolah sedang menenangkan dirinya”. Ketika itu hati Kawi sangat hancur dan memikirkan semua
kesalahannya. Namun, ia berusaha tetap tenang yang merupakan sikap dari superego.
“Ibu,” rintihnya. “Rupanya kau di sini... maafkanlah aku yang tak berbakti,
yang tak bisa
membahagiakanmu.” (Nur, 2020, hlm. 167)
Penggalan di atas menunjukkan superego Kawi yang merasa sangat bersalah karena menganggap dirinya tidak berbakti dan tak bisa membahagiakan ibunya hingga ibunya meninggal. Superego menyesal atas apa yang dilakukannya selama yang tidak bisa membahagiakan orangtuanya bahkan sampai akhir hayat ibunya.
“Negeri ini negeri anjing,” desisnya tiba-tiba dengan wajah tegang, merah padam, dan mata nyalang. Dia melangkah sambil mengokang pistolnya, siap menembak. “Aku juga akan menjadi anjing!” (Nur, 2020, hlm. 170) Penggalan dialog di atas menunjukkan superego Kawi yang membenarkan atau menganggap hal
yang dilakukannya sudah benar, dengan menembak orang-orang yang membuat sakit hatinya hingga dia ingin membalaskan dendamnya.
## 5. PENUTUP Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang mendominasi dalam kepribadian tokoh utama Kawi Matin dalam novel Kawi Matin di Negeri Anjing Karya Arafat Nur adalah superego . Jadi, kepribadian tokoh Kawi Matin didominasi oleh rasa bersalah dan inferior. Adapun jumlah data yang didapat pada novel Kawi Matin di Negeri Anjing karya Arafat Nur adalah berjumlah 90 data. Data yang didapat kemudian dibagi lagi menjadi tiga bagian, yakni; (1) Id berjumlah 28 data,
(2) ego berjumlah 30 data, dan (3) superego berjumlah 32 data.
## DAFTAR PUSTAKA
ASMAH, S. (2020). KAJIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD PADA TOKOH UTAMA RAIB DALAM NOVEL MATAHARI KARYA TERE LIYE . Universitas_Muhammadiyah_Matar am. Endraswara, S. (2021). Metodologi Penelitian Fenomenologi Sastra . Fajriyah, K., Mulawarman, W. G., & Rokhmansyah, A. (2017). Kepribadian tokoh utama wanita dalam novel alisya karya muhammad makhdlori: kajian psikologi sastra. CaLLs (Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics) , 3 (1), 1–14. Ismail, M. R. (2019). KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY
MADASARI (KAJIAN TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD) . University of Muhammadiyah Malang. Karmini, N. N. (2011). Teori Pengkajian
Prosa Fiksi dan Drama . Saraswati Institut Press.
Martono, N., Rosa, H. T., & Azmin, G. G. (2016). Mekanisme pertahanan ego pada tokoh transgender dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari: Suatu kajian psikologi sastra. Arkhais-Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra Indonesia , 7 (2), 87–92. Minderop, A. (2018). Psikologi sastra: karya, metode, teori, dan contoh kasus .
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Moleong, L. J. (2017). Metodologi penelitian kualitatif (Revisi). Bandung: PT remaja rosdakarya .
Murtiwik, Wiwik. Wardarita, R. (2021). Telaah Freud : Kepribadian dan Pertahanan Tokoh Utama Novel Seputih Hati yang Tercabik Karya Ratu Wardarita. Undas: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra , 17 (2). https://doi.org/10.26499/und.v17i 2.3439 Nur, A. (2020). Kawi Matin di Negeri Anjing . Basabasi. Nurgiyantoro, B. (2018). Teori pengkajian fiksi . UGM press. Purnamasari, E., & Maridja, Y. B. (2018).
KONFLIK DALAM NASKAH DRAMA TANPA PEMBANTU KARYA A. ADJIB HAMZAH: PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA. Caraka , 4 (2), 154–166. Rahayu, N. P., Lestari, R. S., Anjani, C., & Firmansyah, D. (2019). Aspek kepribadian tokoh utama dalam cerpen cerita pendek yang panjang karya hasta indriyana, kajian psikologi sastra, dan implementasinya sebagai bahan ajar
sastra di sma. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) , 1 (2), 115–126.
Srihayati, A. (2019). REPRESENTASI PERILAKU TOKOH UTAMA DALAM NOVEL JATISABA KARYA RAMAYDA AKMAL (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) . University of Muhammadiyah Malang.
Surastina. (2018). Pengantar Semantik & Pragmatik . New Elmatera. Tillah, Z. M. Q., & Ahmadi, A. (n.d.). EGO DAN SHADOW TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KAWI MATIN DI NEGERI ANJING KARYA ARAFAT NUR (PERSPEKTIF PSIKOLOGI JUNGIAN) .
|
6ca4ae33-eb55-4cbf-82ae-a7f4cf47f735 | http://jak.stikba.ac.id/index.php/jak/article/download/274/157 |
## Edukasi Pentingnya Bakteri Asam Laktat (BAL) Terhadap Kesehatan Saluran Cerna Bayi
Suci Rahmani Nurita 1 , Tuhu Perwitasari 2
1,2 Program Studi Sarjana Kebidanan & Pendidikan Profesi Bidan, STIKes Baiturrahim Jambi
Email: [email protected]
Submitted : 24/10/21 Accepted: 02/11/2021 Published: 17/11/2021
## Abstract
Infant Mortality Rate is one indicator that determines health status. Every year there are 3 million infant deaths in the world, 80% of which occur in the first 6 days of life, with pneumonia and diarrhea still being the main causes of death. Based on Nurita's research (2019) on postpartum mothers and newborns, which aims to determine the relationship between the frequency of giving colostrum and birth mode with the number of Lactic Acid Bacteria (LAB) colonies in the neonatal gastrointestinal tract. The results of the study found that the number of LAB colonies in babies born vaginally and C-Section was not much different, but the number of LAB colonies would increase in number if breast milk was often given. The education carried out targets an increase in the knowledge of educational participants with the outputs in the form of informative leaflets, educational video, educational X-Banners, activity reports and journal publications. Community service activities begin with licensing arrangements, time contracts, preparation of educational tools and materials, visits to Independent Midwives Practice (PMB, explanations of educational materials, discussions and questions-answers, showing educational videos, and handing over Educational X-Banners. It can be concluded that educational participants are still unfamiliar with lactic acid bacteria (LAB) and their role in the health of the baby's gastrointestinal tract, so further education is needed.
Keywords: baby's gastrointestinal tract , lactic acid bacteria, mother's milk (ASI), probiotics
## Abstrak
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kesehatan. Setiap tahun terjadi 3 juta kematian bayi di dunia yang dilaporkan 80% terjadi pada periode 6 hari pertama kehidupan dengan pneumonia dan diare yang masih menjadi penyebab utama kematian. Berdasarkan penelitian Nurita (2019) pada ibu postpartum dan bayi baru lahir yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerapan pemberian kolostrum dan cara lahir dengan jumlah koloni Bakteri Asam Laktat (BAL) di saluran cerna neonatus. Hasil penelitian menemukan jumlah koloni BAL pada bayi yang lahir pervaginam ataupun perabdominal tidak jauh berbeda namun jumlah koloni BAL akan semakin meningkat jumlahnya jika kerap diberikan Air Susu Ibu (ASI). Edukasi yang dilakukan menargetkan adanya peningkatan pengetahuan peserta edukasi dengan luaran berupa leaflet informatif video edukasi, X-Banner edukasi, laporan hasil kegiatan dan publikasi jurnal. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat diawali dengan pengurusan perijinan, kontrak waktu, persiapan alat dan bahan edukasi, kunjungan ke PMB, penjelasan materi edukasi, diskusi dan tanya jawab, penayangan video edukasi, serta penyerahan X-Banner Edukasi.. Dapat disimpulkan peserta edukasi masih awam dengan bakteri asam laktat dan peranannya terhadap kesehatan saluran cerna bayi sehingga masih diperlukan edukasi lanjutan.
Kata Kunci: Air Susu Ibu (ASI), bakteri asam laktat, probiotik, saluran cerna bayi
## PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kesehatan. Setiap tahun terjadi 3 juta kematian bayi di dunia yang
dilaporkan 80% terjadi pada periode 6 hari pertama kehidupan dengan pneumonia dan diare yang masih menjadi penyebab utama kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2020). United Nation Children’s Fund
(UNICEF) menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI terutama pemberian kolostrum. Hajeebhoy et al. juga menemukan bayi yang mendapatkan kolostrum mendapat protektif lebih besar dari ancaman infeksi diare dan ISPA daripada bayi yang tidak mendapat kolostrum (Edmond et al. 2006).
Kolostrum adalah makanan ideal bagi bayi baru lahir yang banyak mengandung zat antibodi dalam konsentrasi tinggi serta faktor-faktor pertumbuhan dan vitamin yang larut dalam lemak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ASI terutama kolostrum merupakan sumber Bakteri Asam Laktat (BAL) terbesar bagi bayi. Beberapa genus bakteri yang termasuk dalam kelompok BAL diantaranya Lactobacillus, Streptococcus dan Bifidobacteria yang dominan terdapat pada feses bayi yang mendapat ASI (Mcguire & Mcguire, 2015; Lee et al . 2015).
Bakteri Asam Laktat (BAL)
merupakan mikrobiota saluran cerna yang berperan penting terhadap kesehatan manusia diantaranya merangsang daya tahan tubuh baik seluler maupun humoral, meningkatkan kemampuan penyerapan beberapa nutrisi, menjaga PH usus sehingga dapat melindungi dari mikroorganisme patogen, menjaga gangguan dalam penyerapan air, melancarkan pencernaan dengan memproduksi beberapa enzim pencernaan dan vitamin, meningkatkan pergerakan usus sehingga membebaskan konstipasi dan menghasilkan subtansi antibakteri yang mampu membunuh mikroorganisme
patogen penyebab penyakit infeksi (Syukur & Purwati, 2013).
PMB Yustati Ambarita, S.Tr.Keb terletak di wilayah Kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi tepatnya setelah SMAN 1 Muaro Jambi.
Survey awal yang dilakukan pada masyarakat di wilayah kerja PMB Yustati Ambarita, S.Tr.Keb khususnya ibu yang
baru melahirkan (postpartum) dan ibu yang menyusui masih memiliki pengetahuan yang rendah tentang (1) ASI yang banyak mengandung Bakteri Asam Laktat (BAL) dan manfaatnya bagi kesehatan saluran cerna bayi (2) belum adanya edukasi mengenai pentingnya BAL bagi kesehatan saluran cerna bayi.
Berdasarkan permasalahan mitra tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat di lingkungan PMB Yustati Ambarita, S.Tr.Keb memiliki 2 masalah. Tim Pengabdian masyarakat akan fokus memberikan pengabdian dalam bentuk edukasi kesehatan mengenai pentingnya Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap kesehatan saluran cerna bayi.
Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu menciptakan leaflet, video edukasi dan X-Banner edukasi yang informatif dalam menyampaikan pesan dan memberikan edukasi kesehatan tentang pentingnya BAL bagi kesehatan saluran cerna bayi dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan ibu.
## TARGET DAN LUARAN
Kegiatan pengabdian ini memiliki target yaitu :
a. Adanya respons positif dari peserta edukasi selama proses edukasi berlangsung
b. Adanya peningkatan pengetahuan peserta edukasi
Luaran dari kegiatan pengabdian ini yaitu :
a. Leaflet yang informatif (cetak & softfile )
b. Video Edukasi (bisa ditayangkan dan diakses kapanpun lewat kanal Youtube)
c. Pemasangan X-Banner Edukasi di PMB
d. Laporan kegiatan
e. Publikasi artikel dalam jurnal ilmiah nasional berISSN
## METODE PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 bulan dari bulan Maret 2021 sampai dengan Agustus 2021 di PMB Yustati Ambarita, STr.Keb
Sasaran dalam kegiatan pengabdian ini adalah Bidan-bidan dan ibu postpartum yang memiliki bayi usia 0-1 tahun di wilayah PMB Yustati Ambarita, S.Tr.Keb Kelurahan Pijoan Kecamatan Jaluko Muaro Jambi. Adapun kontribusi peserta dalam pengabdian masyarakat ini adalah menjadi peserta kegiatan pengabdian, dan mengaplikasikan hasil edukasi yang telah di laksanakan
Tahapan pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan awal/persiapan
a. Mengkaji dan menganalisis data
b. Mengidentifikasi masalah
c. Menyusun usulan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
d. Menyusun bahan materi untuk disampaikan kepada sasaran
e. Mengurus izin lokasi pengabdian kepada masyarakat
2. Pelaksanaan kegiatan
a. Perkenalan antara pemberi materi dengan sasaran.
b. Penjelasan kegiatan dan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan
c. Melaksanakan pemberian edukasi dengan menggunakan penayangan video, pemberian leaflet (cetak dan
soft file) dan pemasangan X-Banner edukasi di PMB.
d. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang materi yang diberikan dan memberi penjelasan dari pertanyaan yang diajukan.
e. Penutupan.
3. Penyusunan dan penyerahan laporan
a. Merumuskan hasil pengabdian
masyarakat
b. Mengumpulkan dokumentasi dan lampiran yang mendukung (daftar hadir, foto-foto dan surat-surat)
c. Menyerahkan laporan kepada tim PPPM.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Pengabdian kepada masyarakat dimulai dari mengkaji dan menganalisis data yang didapatkan dari PMB Yustati Ambarita, S.Tr.Keb dilanjutkan dengan mengidentifikasi masalah untuk menentukan kegiatan yang akan diberikan. Kemudian menyusun bahan dan materi edukasi untuk disampaikan kepada sasaran. Selanjutnya mengurus izin lokasi pengabdian masyarakat kepada pimpinan PMB tersebut. Pelaksanaan kegiatan bertempat di wilayah PMB Yustati Ambarita, S.Tr.Keb Kelurahan Pijoan Kecamatan Jaluko Muaro Jambi dengan kegiatan edukasi, penyebaran leaflet dan pemasangan X-Banner Edukasi. Setelah itu dilakukan penyusunan laporan kegiatan dan publikasi jurnal ilmiah.
Gambar 1. Pemasangan X-Banner Edukasi
Gambar 2. Pemberian Edukasi
## Gambar 3.Video Edukasi di Kanal Youtube Pembahasan
Saluran cerna merupakan salah satu organ terpenting yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi. Saat masih dalam kandungan, saluran cerna janin masih steril terutama dari kolonisasi mikrobiota.
Saat
lahir, mikrobiota akan segera mengolonisasi sesaat setelah kelahiran (IDAI, 2008). Selama awal kehidupan, ada perubahan besar dalam komposisi mikrobiota di usus. Mikrobiota yang mengolonisasi usus bayi selama beberapa hari pertama kehidupan berasal dari ibu dan lingkungannya. Salah satu penentu awal yang menentukan proporsi mikrobiota di usus adalah cara kelahiran bayi (Penders et al. 2005; Rahmagiarti et al. 2013).
Setelah lahir, asupan nutrisi yang diberikan memiliki peran sangat penting dalam kolonisasi mikrobiota menguntungkan. Menyusui merupakan salah satu rute masuknya komponen bioaktif dan mikrobiota secara oral. Pemberian ASI pada awal kehidupan bayi akan menstimulasi pematangan saluran
cerna bayi yang difasilitasi oleh kolostrum (Kusumo, 2012; IDAI, 2008).
Perkembangan terkini menunjukkan adanya beragam komponen bioaktif di dalam ASI terutama kolostrum yang memfasilitasi pertumbuhan, modulasi dan pematangan sistem kekebalan tubuh bayi. Beberapa diantaranya adalah Laktoferin,
Human Milk Oligosaccharides (HMO) dan Mikrobiota (Bakteri Asam Laktat) (Permaesih et al. 2009). Kolonisasi mikrobiota menguntungkan seperti kelompok BAL merupakan mekanisme pertahanan utama untuk mencegah translokasi bakteri
tertentu.
BAL akan mencegah
berlipatgandanya bakteri yang berpotensi patogen. Pencegahan ini disebut resistensi kolonisasi. Hubungan antara mikrobiota usus dan inangnya (manusia) sangatlah spesifik sehingga perubahan keseimbangan mikrobiota dapat menimbulkan penyakit. Keseimbangan mikrobiota dapat tercapai apabila perbandingan antara mikrobiota menguntungkan terhadap mikrobiota merugikan adalah sebesar 85:15 atau 80:20 (Syukur & Purwati, 2013).
## KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan di PMB Yustati Ambarita, S.Tr.Keb, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Terjadinya perubahan pengetahuan yang baik pada sasaran
b. Sasaran mampu menjawab dengan benar pertanyaan terkait pentingnya bakteri asam laktat bagi kesehatan saluran cerna bayi
2. Saran
a. Bagi Sasaran
Diharapkan dapat mengimplementasikan pengetahuan yang
didapat agar dapat mempraktekkan pemberian kolostrum selama 4 hari pertama kelahiran dan
ASI secara eksklusif untuk
membentuk kekebalan tubuh bayi
b. Bagi PMB Yustati Ambarita Diharapkan dapat mengadakan edukasi lanjutan dan kontinu terkait pentingnya bakteri asam laktat pada ASI yang berpengaruh terhadap proses kekebalan tubuh bayi.
c. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi Diharapkan memotivasi dosen untuk melakukan kegiatan tridharma perguruan tinggi khususnya untuk memberikan penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pentingnya bakteri asam laktat pada ASI dan pengaruhnya terhadap kekebalan tubuh bayi
## UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada segenap
pimpinan dan pegawai PMB Yustati Ambarita, STr.Keb, Ketua STIKes Baiturrahim Jambi (STIKBA) dan Ketua
P3M STIKBA yang telah memfasilitasi dan memberi dukungan bagi kegiatan pengabdian masyarakat ini baik secara materil, moril dan administratif. Terimakasih kepada Ibu Bayi/Balita dan Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKBA yang terlibat aktif dan membantu pelaksanaan sehingga kegiatan pengabdian masyarakat ini bisa berjalan lancar sesuai harapan.
## DAFTAR PUSTAKA
Edmond, K.M., Zandoch, C., Quigley, M.A., Amenga-Etego, S., Owusu- Agyei, S., & Kirkwood, B.R. (2006).
Delayed Breastfeeding Initiation
## Increases Risk of Neonatal Mortality.
Pediatrics Official Journal of the American Academy of Pediatrics. Vol.117(3). pp.380-386 Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2008).
Bedah ASI . Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Kementerian Kesehatan
Republik
Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 . Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kusumo, P. D. (2012). Kolonisasi Mikrobiota Normal dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Sistem Imunitas Neonatal. Jurnal Kedokteran FKUK. Vol. 29(320). pp. 55-63.
Lee SA, Lim JY, Kim BS, Cho SJ, Kim NY, Kim OB et al. (2015).
Comparison of the Gut Microbiota Profile in Breast-fed and Formula-fed Korean Infants Using Pyrosequencing. Nutrition Research and Practice. pp. 242-248.
Mcguire, M. K., & Mcguire, M. A.. (2015).
Human Milk : Mother Nature Prototypical. American Society for Nutrition. Vol.6. pp.112–113.
Nurita, S. R., Mayetti, M., & Masrul, M.
(2019). Hubungan Kekerapan
Pemberian Kolostrum dan Cara Lahir dengan Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat di Saluran Cerna
Neonatus. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi , 19 (1), 104-109.
Penders, J., Thijs, C., Vink, C., Stelma, F.F., Snijders, B., Kummeling, I., et al. (2005). Factors Influencing the Composition of the Intestinal Microbiota in Early Infancy. American Academy of Pediatrics . Vol 118(2). pp. 511-521.
Permaesih, D., Hardinsyah, Setiawan, B., & Tanumihardjo, S.A. (2009). Kadar sIgA dan Lactoferrin ASI . Gizi Indon. Vol. 32(1). pp. 1–9.
Rahmagiarti, C., Prayitno, L., Oswari, H.,
& Abinawanto. (2013).
Perkembangan
Kolonisasi Bifidobacterium Pada Usus Bayi .
FMIPA UI. pp. 1-6
Syukur, S & Purwati, E. (2013).
Bioteknologi Probiotik Untuk Kesehatan Masyarakat . Yogyakarta: CV. Andi Offset
|
9494416c-7651-458d-ac06-6a01376b62d7 | https://jurnal.uns.ac.id/ilmupangan/article/download/12908/10974 | MEAT ANALOG DARI PROTEIN CURD KACANG MERAH ( Phaseolus vulgaris L) DENGAN TEPUNG BIJI KECIPIR ( Psophocarpus tetragonolobus ) SEBAGAI BAHAN PENGISI : SIFAT FISIKOKIMIA
MEAT ANALOG FROM KIDNEY BEAN PROTEIN CURD (Phaseolus vulgaris L) USING WINGED BEAN FLOUR ( Psophocarpus tetragonolobus) AS FILLER: PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTIC
Edhi Nurhartadi 1 , Choirul Anam 1 , Dwi Ishartani 1 , Nur Heriyadi Parnanto 1 , Rysda Aina Laily 1 , Nor Suminar 1
1 Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta
## Email: [email protected]
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi perlakuan kacang merah sebagai sumber curd protein pada meat analog dengan tepung biji kecipir sebagai bahan pengisi terhadap sifat fisik dan kimia meat analog yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu variasi perlakuan kacang merah ( Phaseolus vulgaris L) dan rasio penambahan bahan pengisi tepung biji kecipir ( Psophocarpus tetragonolobus ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin sedikit penggunaan curd protein, sifat kimia seperti kadar air, protein, dan antioksidan pada meat analog mengalami penurunan, sedangkan kadar abu dan lemak mengalami peningkatan. Penggunaan protein curd kacang merah yang semakin berkurang menghasilkan tekstur meat analog semakin keras .
Kata kunci: meat analog, kacang merah, tepung biji kecipir, protein curd
## Abstract
This study aims to determine the effect of variations in the treatment of red bean as source of curd protein in meat analog with winged bean seed flour as filler material on the physical and chemical properties of meat analogue. This study used Completely Randomized Design (CRD) with two factors, treatment variations red beans (Phaseolus vulgaris L) and the ratio of the addition of filler material winged bean seed flour (Psophocarpus tetragonolobus). The results showed that the less use of curd proteins, chemical profile as moisture content, protein, and antioxidants in meat analog decreased, while ash content and increased fat. The use of the red bean curd proteins were decreased result in the texture of meat analogue were harder .
Key words: meat analog, red bean, winged bean flour, curd protein
## PENDAHULUAN
Meat analog merupakan daging tiruan yang terbuat dari bahan pangan nabati yang diminati masyarakat yang menghindari konsumsi daging hewan atau vegetarian atau dalam upaya untuk mengurangi penggunaan daging hewani terutama daging sapi yang terus meningkat harganya. Meat analog merupakan salah satu produk olahan pangan berupa daging berbahan nabati. Husden dan Hoer pada tahun 1972 membuat meat analog pertama kali dengan menggunakan protein kedelai (Astawan, 2004). Produk ini diolah sedemikian rupa sehingga dari segi kandungan gizi dan sensori mirip dengan daging yang sesungguhnya. Meat analog dengan bahan-bahan nabati memiliki kelebihan yaitu proses pemasakannya lebih
mudah, daya tahan simpan lebih lama serta kandungan kolesterol lebih rendah. Meat analog tersusun oleh protein curd dan bahan pengisi.
Penggunaan protein curd sebagai sumber protein pada meat analog mulai diminati masyarakat. Pembuatan protein curd dilakukan dengan menggunakan sifat fungsionalnya, yaitu sifat kelarutan protein. Prinsip dasar dalam pembuatan protein curd adalah dengan cara mengendapkan protein pada titik isoelektriknya. Umumnya pembuatan meat analog menggunakan kedelai sebagai sumber protein. Menurut Tsaqqofa (2010) penggunaan tepung kedelai menyebabkan penurunan penerimaan konsumen karena munculnya bau langu dari kandungan lemaknya dan juga masalah daya cerna yang rendah. Sehingga pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan bahan lokal yaitu
kacang merah dan biji kecipir sebagai pengganti kedelai. Kelebihan kacang merah yaitu kandungan antioksidan yang cukup tinggi dibandingkan dengan kacang kedelai. Kacang merah memiliki potensi yang baik dapat dieksplorasi sebagai sumber protein nabati yang potensial di masa depan. Sedangkan biji kecipir memiliki kandungan asam amino yang lebih besar dibanding kacang kedelai, terutama kandungan treonin dan lysin.
Kacang merah ( Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu kacang-kacangan yang umum terdapat di Indonesia dan telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Nilai gizi dari kacang merah cukup baik dan merupakan sumber protein yang cukup potensial, dimana kandungan proteinnya sekitar 23,1 % (Direktorat Gizi, 1992).
Biji kecipir (koro kecipir) dengan berbagai jenisnya merupakan legum yang memiliki nutrisi lengkap (protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral) dengan jumlah yang memadai. Biji kecipir merupakan jenis biji-bijian yang terdapat di polong tua buah kecipir. Kandungan gizinya setara dengan kedelai dan mempunyai harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan kedelai (Hartoyo, 1996). Sedangkan dari kandungan asam amino kandungan asam amino biji kecipir terutama lysin dan treonin lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai.
Selain penggunaan kacang merah sebagai bahan dasar protein curd, juga dilakukan variasi perlakuan terhadap kacang merah yaitu dengan melakukan perkecambahan. Proses perkecambahan mampu meningkatkan protein dalam kacang. Hal ini terjadi karena pada saat berkecambah terjadi hidrolisis karbohidrat, protein dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah dicerna. Selama proses itu pula terjadi peningkatan jumlah protein dan vitamin, sedangkan kadar lemaknya mengalami penurunan (Wachid, 2011).
Pada penelitian ini dilakukan tahapan isolasi terhadap protein curd yang terkandung pada kacang merah. Protein curd yang diperoleh diaplikasikan pada pembuatan meat analog sebagai sumber protein nabati dengan perbandingan tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengganti protein kedelai yang
biasa digunakan sebagai bahan curd pada pembuatan meat analog sehingga mengurangi ketergantungan pada kedelai sebagai sumber proteinnya. Tepung biji kecipir digunakan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan meat analog sebagai pengganti tepung terigu yang biasa digunakan dalam pembuatan meat analog. Pengujian dilakukan terhadap fisikokimia dan antioksidan dari meat analog .
## METODE PENELITIAN
## Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan: kacang merah kering untuk pembuatan protein curd , dan biji kecipir sebagai bahan pengisi yang diperoleh dari Pasar Legi Surakarta, asam asetat glacial, air. Pembuatan meat analog terdiri protein curd , garam, ragi roti. Bahan kemikalia untuk uji aktivitas antioksidan : Larutan DPPH (1,1 difenil-2-pikril hidrazil hidrat), pelarut metanol. Bahan-bahan kimia untuk analisis kadar air, abu, lemak dan protein.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: mesin penggiling, thermometer, cabinet dryer, spray dryer, mesin pengayak, steamer, timbangan, kompor gas, panci, kain saring, sendok makan, toples, ember, baskom, pisau, tanur, tabung reaksi, desikator. Alat-alat yang digunakan untuk analisis antara lain botol timbang, oven, timbangan analitik, penjepit, tanur, oven, penjepit, cawan pengabuan, neraca analitik, desikator, gelas ukur, pipet, tabung reaksi, Spektrofometer UV Vis 1240, alat ekstraksi soxhlet, desikator, kertas saring bebas lemak, tabung reaksi, sentrifuge, vortex.
## Tahapan Penelitian
## Pembuatan Tepung Biji Kecipir
Biji kecipir dicuci, kemudian direndam selama 15 jam, selanjutnya direbus selama 15 menit, kemudian dijemur untuk dikeringkan, kemudian ditepungkan dengan ayakan ukuran 80 mesh.
## Pembuatan Kecambah Kacang Merah
Kacang merah direndam air selama semalam, selanjutnya dibiarkan germinasi selama 40 jam, kemudian dicuci, selanjutnya ditiriskan selama 15-20 menit, kemudian dikelupas kulit bijinya.
Pembuatan protein curd kering kecambah kacang merah
Kecambah kacang merah dicuci bersih, kemudian digiling dengan penambahan air sebanyak 4 kali berat bahan, kemudian dipres, diambil cairannya, kemudian diendapkan pati selama 2 jam, kemudian diambil cairannya, direbus pada suhu 100°C selama 10 menit, kemudian didinginkan sampai suhu 75°C, ditambahkan asam asetat glacial hingga pH 4,5-4,6, dan terbentuk curd, kemudian dipres, selanjutnya dikeringkan dengan spray dryer , sehingga didapatkan curd kering kecambah kacang merah.
Pembuatan protein curd kacang merah kupas
Kacang merah dicuci bersih, kemudian digiling dengan penambahan air sebanyak 4 kali berat bahan, kemudian dipres, diambil cairannya, kemudian diendapkan pati selama 2 jam, kemudian diambil cairannya, selanjutnya direbus pada suhu 100°C selama 10 menit, kemudian didinginkan sampai suhu 75°C, ditambahkan asam asetat glacial hingga pH 4,5-4,6, kemudian dipres, selanjutnya dikeringkan dengan spray dryer , sehingga diperoleh curd protein kacang merah.
Pembuatan meat analog dengan variasi protein curd kacang merah kecambah dan kupas
Perbandingan curd kecambah kacang merah dan tepung biji kecipir (100:0; 80:20; 60:40; 20:80), dilakukan pencampuran dan ditambah 5% ragi roti dan garam, kemudian difermentasi 1 jam, selanjutnya dikukus selama 1 jam, kemudian dipotong dengan ukuran 2,5x2x1 cm, kemudian dikeringkan, sehingga didapatkan meat analog. Dengan cara yang sama dilakukan pada curd kacang merah kupas.
## Rancangan Percobaan
Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu jenis curd protein dan variasi bahan pengisi.. Jenis protein curd kacang merah antara kacang merah kupas atau kacang merah kecambah dengan rasio bahan
pengisi tepung biji kecipir masing-masing dengan perbandingan 100 : 0; 80: 20; 60:40; 40 : 60; 80 : 20; 0 : 100. Untuk masing- masing perlakuan dibuat tiga kali ulangan analisis. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA untuk mengetahui ada
jika ada perbedaan maka dilanjutkan dengan uji DMRT pada tingkat kepercayaan yang sama.
## Metode Analisis
Analisis fisikokimia yang dilakukan meliputi analisis tekstur dengan menggunakan alat Lloyd Instrument Testing
Machine, analisis kadar air dengan metode thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 1989), analisis kadar abu dengan metode penetapan total abu (Apriyantono, dkk., 1989), analisis kadar protein total dengan metode Kjeldahl (Sudarmadji, dkk., 1989), analisis kadar lemak dengan metode Soxhlet (Sudarmadji, dkk., 1989) dan analisis aktivitas antioksidan dengan metode DPPH Radical Scavenging Ability (Osawa, 1981).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap penelitian, yaitu tahap pembuatan protein curd dan tahap pembuatan meat analog . Tahapan analisis, yaitu analisa sifat fisik dan kimia meat analog. Pada penelitian ini, protein curd kacang merah diekstrak tanpa melalui proses
penghilangan komponen komponen kimia lainnya, seperti lemak dan karbohidrat. Hal ini dikarenakan lemak dan karbohidrat diperlukan dalam pembuatan meat analog . Lemak digunakan untuk menambahkan kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan, sedangkan karbohidrat digunakan sebagai bahan pengisi tambahan pada meat analog .
Karakteristik Fisikokimia Meat Analog Kadar air Berdasarkan Tabel 1 penggunaan protein curd kacang merah kupas maupun kecambah kacang merah memberikan pengaruh terhadap kadar air yang dihasilkan. Semakin sedikit protein curd yang digunakan
Tabel 1. Kadar Air (% wb) Meat Analog Kacang Merah Rasio Bahan Pengisi Kacang Merah Kacang Merah Kupas Kecambah Kacang Merah 100:0 80:20 60:40 40:60 20:80 15,2472 a 12,2409 a 11,6409 a
11,2784 a 10,3847 a 11,3316 a 11,4232 a 11,2266 a 11,0284 a
## 11,9077 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
Tabel 2. Kadar Abu (% db) Meat Analog Kacang Merah Rasio Bahan Pengisi Kacang Merah Kacang Merah Kupas Kecambah Kacang Merah 100:0 80:20 60:40 40:60 20:80 0,7781 a 0,8932 a 1,1256 a 1,7867 a 1,8929 b 0,6182 a 0,9892 a 0,8988 a
1,0117 a
## 1,4122 b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
akan semakin menurun kadar airnya. Kadar air meat analog protein curd kacang merah kupas lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air meat analog kecambah kacang merah. Hal ini disebabkan selama proses perkecambahan telah terjadi penurunan pati yang mengalami konversi menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada awal masa perkecambahan. Karbohidrat sebagai bahan persediaan makanan dirombak oleh enzim alfa-amilase dan beta-amilase yang bekerja saling mengisi. Alfa-amilase memecah pati menjadi dekstrin, sedangkan beta-amilase memecah dekstrin menjadi maltosa. Pada akhirnya, maltosa akan diubah menjadi glukosa dan fruktosa. Kemampuan penyerapan air berhubungan erat dengan pati yang terkandung dalam bahan. Semakin sedikit kandungan pati maka semakin rendah penyerapan air yang terjadi, sehingga kadar air makin menurun.
Penambahan bahan pengisi
memberikan pengaruh terhadap kadar air meat analog , semakin tinggi penggunaan bahan pengisi semakin rendah kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada meat analog kacang merah dengan penggunaan 100 % protein curd , baik untuk variasi kacang merah
maupun kecambah kacang merah. Hal ini disebabkan karena daya ikat air tepung kecipir yang digunakan sebagai bahan pengisi lebih besar dibandingkan dengan curd protein. Menurut Koswara (1995) bahwa jenis tepung yang mengandung protein tinggi dapat meningkatkan daya ikat air yang disebabkan oleh sifat pati itu sendiri yang mudah menarik air. Hal ini terjadi karena pada saat pemasakan molekul pati akan saling berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen. Dengan melemahnya ikatan hidrogen ini maka molekul air dapat menyusup di antara molekul protein dan pati, sehingga pada saat didinginkan terjadi lagi penguatan ikatan hidrogen antara molekul pati dan hidrogen yang melibatkan molekul air sebagai jembatan hidrogen.
Namun bila dilihat dari hasil perhitungan statistik kadar air meat analog menunjukkan hasil tidak beda nyata pada protein curd maupun rasio bahan pengisi. Dengan kata lain jenis curd dan rasio bahan pengisi tidak mempengaruhi kadar air yang dihasilkan.
## Kadar abu
Berdasarkan Tabel 2 penggunaan protein curd kacang merah kupas maupun kecambah kacang merah memberikan pengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan. Semakin sedikit protein curd yang digunakan akan semakin meningkat kadar abu. Kadar abu meat analog protein curd kacang merah kupas lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air meat analog kecambah kacang merah. Hal ini disebabkan karena mineral- mineral dalam bahan banyak digunakan selama proses perkecambahan sehingga mineral bahan menurun.
Penggunaan bahan pengisi
menunjukkan kadar abu yang diperoleh mengalami peningkatan seiring dengan penambahan rasio bahan pengisi tepung kecipir. Hal ini terjadi karena kandungan mineral pada bahan pengisi yaitu tepung kecipir lebih besar dibandingkan pada protein curd . Makin banyak bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan meat analog kacang merah maka semakin tinggi kadar abu meat analog yang dihasilkan. Hasil tertinggi kadar abu ditunjukkan pada rasio 20 : 80 dimana 20% merupakan curd protein kacang merah dan 80% merupakan tepung kecipir. Perlakuan awal terhadap curd protein kacang merah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar abu pada taraf
pengaruh yang nyata pada rasio bahan pengisi.
## Kadar Protein
Berdasarkan Tabel 3 penggunaan protein curd kacang merah kupas maupun kecambah kacang merah memberikan pengaruh terhadap kadar protein yang dihasilkan. Semakin sedikit protein curd yang digunakan akan semakin menurun kadar protein. Kadar protein meat analog protein curd kacang merah kupas lebih rendah dibandingkan dengan kadar air meat analog kecambah kacang merah. Hal ini disebabkan selama proses perkecambahan telah terjadi peningkatan kandungan protein.
Penggunaan bahan pengisi memberikan pengaruh terhadap kadar protein. Terlihat bahwa dari masing-masing
perlakuan sampel meat analog baik untuk curd protein kacang merah maupun curd protein kecambah kacang merah mengalami penurunan seiring dengan semakin banyaknya penambahan bahan pengisi berupa tepung biji kecipir. Hal ini terjadi karena konsentrasi curd semakin menurun, sehingga berpengaruh terhadap kadar protein meat analog.
Penggunaan variasi curd protein kacang merah, rasio penambahan bahan pengisi tepung kecipir memberikan pengaruh nyata terhadap kadar protein meat analog kacang merah pada taraf signifikansi kacang
## Kadar Lemak
Berdasarkan Tabel 4 penggunaan protein curd kacang merah kupas maupun kecambah kacang merah memberikan pengaruh terhadap kadar lemak yang dihasilkan. Kadar lemak meat analog protein curd kacang merah kupas lebih tinggi dibandingkan meat analog protein curd kecambah kacang merah. Hal ini terjadi disebabkan karena selama proses perkecambahan kadar lemak akan mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya enzim lipase dalam kecambah. Enzim lipase ini akan merombak lemak menjadi glycerine dan asam lemak yang akan menentukan pertumbuhan embrio kecambah.
Kadar lemak meat analog kacang merah mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya penambahan bahan pengisi tepung kecipir. Hal ini terjadi karena tingginya kandungan lemak dalam
kecipir dibandingkan kacang merah. Kandungan lemak biji kecipir berkisar antara 15-20 % (NAS, 1981). Sedangkan kacang merah sendiri memiliki kandungan lemak sekitar 1,87 % (Danuwarsa, 2006).
Dari data perhitungan statistik, variasi curd protein kacang merah tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada kadar lemak meat analog kacang merah pada dilihat dari Tabel 4 rasio penambahan bahan pengisi tepung kecipir memberikan pengaruh nyata terhadap kadar lemak.
Rasio Bahan Pengisi Kacang Merah Kacang Merah Kupas Kecambah Kacang Merah 100:0 80:20 60:40 40:60 20:80 50,4153 a 47,8360 b 45,3207 c 43,2807 d 41,6504 e
50,6971 a 48,8236 b 48,4174 c 46,4258 d
## 43,7782 e
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
Tabel 4 Kadar Lemak (% db) Meat Analog Kacang Merah Rasio Bahan Pengisi Kacang Merah Kacang Merah Kupas Kecambah Kacang Merah 100:0 80:20 60:40 40:60 20:80 7,0287 a
12,8038 a
12,9737 ab
13,6405 b 14,2331 b 7,8980 a 11,5716 a 11,4090 ab
12,3362 b
## 13,9711 b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
## Aktivitas Antioksidan
Berdasarkan Tabel 5 penggunaan protein curd kacang merah kupas maupun kecambah kacang merah memberikan pengaruh terhadap aktivitas antioksidan meat analog . Aktivitas antioksidan meat analog protein curd kacang merah kupas lebih rendah dibandingkan meat analog protein curd kecambah kacang merah. Hal ini terjadi disebabkan karena selama proses perkecambahan dapat meningkatkan aktivitas antioksidan pada kacang merah. Proses perkecambahan dan fermentasi merupakan suatu proses elisitasi, yaitu proses pembentukan fitoaleksin sebagai sistem pertahanan pada tanaman karena adanya gangguan berupa air dan mikroorganisme. Fitoaleksin tersebut merupakan salah satu turunan fenol. Sistem pertahanan dari tumbuhan ini dapat dilihat dari meningkatnya produksi komponen fenolik melalui lintasan fenilpropanoid. Komponen fenolik ini merupakan kerangka dasar senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada kecambah mempunyai kandungan beberapa antioksidan maupun zat yang berhubungan dengan antioksidan. Kadar terbanyak kandungan
tersebut dalam
kecambah adalah fitosterol dan vitamin E, walaupun fenol dan beberapa mineral (selenium, mangan, tembaga, zinc, dan besi) juga memiliki jumlah yang cukup bermakna (Astawan, 2005; Shetty et al .,2000; Winarsi, 2007).
Penggunaan bahan pengisi tepung biji kecipir yang semakin meningkat memberikan pengaruh terhadap aktivitas antioksidan meat analog . Hal ini terjadi karena kandungan antioksidan yang terdapat pada protein curd kacang merah lebih banyak dibandingkan pada bahan pengisi yaitu tepung kecipir. Sehingga semakin sedikit curd protein yang digunakan dalam pembuatan meat analog akan menurunkan kandungan antioksidan di dalamnya.
Secara statistik variasi jenis protein curd kacang merah dan rasio bahan pengisi mempengaruhi aktivitas antioksidan meat analog kacang merah. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 5 bahwa variasi protein curd kacang merah dan perbedaan rasio penambahan bahan pengisi tepung kecipir memberikan pengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan meat analog pada taraf
Tabel 5. Aktivitas Antioksidan Meat Analog Kacang Merah
Rasio Bahan Pengisi Kacang Merah Kacang Merah Kupas Kecambah Kacang Merah 100:0 80:20 60:40 40:60 20:80 30,887 a 30,154 ab 28,525 ab
26,728 c 25,465 c 35,548 a 33,566 ab 31,094 ab 29,732 c
## 27,114 c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
Tabel 6. Hasil Uji Tekstur Meat Analog Kacang Merah Rasio Bahan Pengisi Kacang Merah Kacang Merah Kupas Kecambah Kacang Merah 100:0 80:20 60:40 40:60 20:80 16,35040 a
44,33135 b
43,31480 a
29,71510 b 10,31445 a
27,28895 a 30,30985 b 32,08550 a
20,50115 b
21,47810 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf sig
Tekstur
Berdasarkan Tabel 6 penggunaan curd kacang merah menghasilkan meat analog yang keras dibandingkan dengan meat analog protein curd kecambah kacang merah. Hal ini terjadi karena selama proses perkecambahan terjadi penurunan kandungan lemak, dimana semakin tinggi kandungan lemak maka akan mempengaruhi proses gelatinisasi, sehingga produk yang dihasilkan semakin keras. Matriks dalam struktur gel akan menahan air dan lemak serta memberikan kekenyalan pada produk, sehingga tingkat kekerasan makin tinggi.
Penggunaan bahan pengisi memberikan pengaruh terhadap tekstur yang dihasilkan meat analog. Semakin banyak bahan pengisi ditambahkan maka tingkat kekerasan tekstur makin rendah. Fungsi dari bahan pengisi / penambah secara umum adalah meningkatkan daya ikat air, meningkatkan flavour,
mengurangi pengerutan selama pemasakan, meningkatkan karakteristik fisik dan kimiawi serta sensori produk dan mengurangi biaya formulasi (Soeparno, 1992). Naroki and Kanomi (1992) menambahkan bahwa, fungsi dari bahan pengisi tersebut adalah agar terjadi proses gelatinasi pati yang sempurna. Gelatinasi pati
sangat penting pada makanan yang dibuat dari tepung karena berperan dalam menimbulkan sifat remah dan memperbaiki tekstur dari produk yang dibuat. Selain itu kandungan lemak yang terdapat pada tepung kecipir juga mempengaruhi proses gelatinisasi. Lemak dapat menghambat proses gelatinisasi dengan cara sebagian lemak akan diserap oleh permukaan granula, sehingga terbentuk lapisan lemak yang bersifat hidrofobik di sekeliling granula pati. Hal ini akan menyebabkan kekentalan dan kelekatan granula pati (Marissa, 2010).
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa variasi perlakuan kacang merah dan bahan pengisi tepung biji kecipir memberikan pengaruh terhadap karakteristik fisikokimia dan aktivitas antioksidan pada meat analog. Semakin sedikit penggunaan curd protein, karakteristik seperti kadar air, protein, dan antioksidan pada meat analog mengalami penurunan, sedangkan kadar abu dan lemak mengalami peningkatan. Selain itu semakin sedikit penggunaan protein curd tekstur meat analog semakin keras.
## DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. 2007. Antioksidan dan Peranannya Terhadap Kesehatan. www.ardiansyah.multiply.com. Diakses pada tanggal 3 Januari 2012. Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Makanan Olahan . Solo : Tiga Serangkai
Danuwarsa. 2006. Analisis Proksimat dan Asam Lemak ada beberapa Komoditas
Kacang-Kacangan. Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 1, 2006.
DeMan, John M., 1997 . Kimia Makanan . Terjemahan Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB.Bandung.
Kartika, Bambang, Pudji Hastuti dan Wahyu Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan . PAU Pangan dan Gizi, UGM. Yogyakarta
Koswara,S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan bermutu. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Marissa, D. 2010. Formulasi Cookies Jagung dan Pendugaan Umur Simpan Produk dengan pendekatan Kadar Air Kritis . Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.
NAS. 1981. The Winged Bean : A High Protein Crop for The Tropics. National Academy of Science . Washington, DC.
Sulistyowati, Endang. 2008. Pertumbuhan Kacang Merah pada Medium yang Berbeda . Dalam http://kacangmerah- mitra.blokspot.com/. Diakses tanggal 3 Januari 2012.
Sudarmadji, Slamet. 2005. Analisa Bahan
Makanan dan Hasil Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Soeparno. Ilmu dan Teknologi Daging . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tsaqqofa, Sarah,. Lisa dan Ade Ryan S. 2010. Pembuatan Daging Tiruan dari Bahan Pangan Lokal Tepung Tempe Kacang Komak (Lablab purpureus L)
dan Aplikasinya pada Produk Sosis . IPB. Bogor.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi . PT Gramedia. Jakarta.
|
91aff45e-bee4-41fd-b2a5-0893d330d8df | https://jurnal-stidnatsir.ac.id/index.php/binaummat/article/download/101/153 |
## PEMBINAAN KEAGAMAAN YAYASAN FITRAH MADANI MERANTI (YFMM) PADA
MUALLAF SUKU AKIT di DESA SONDE
## PROVINSI RIAU
AMIN NUR KHOLID AMITA OKTAVIANI [email protected] [email protected] STID Mohammad Natsir, Indonesia STID Mohammad Natsir, Indonesia
## ABSTRACT
This study aims to describe the implementation of religious guidance from the Fitrah Madani Meranti Foundation (YFMM) for converts from the Akit tribe in Sonde Village, Riau Province. This type of research is a field research (field research) with the method used is a qualitative descriptive method. The datas used by researcher are primary and secondary data. Primary data is data obtained from researchers directly from the community either through observation interviews and others, while secondary data is data obtained from documents, books, and websites. The results showed that YFMM religious guidance for converts to the Akit tribe in Sonde village, Riau Province were as follows: coaching with a routine recitation approach, coaching with an incidental approach or so- called personal approach, coaching with the lecture/tausiyah method, coaching with a teaching/taklim approach and practice, coaching by delivering basic materials that include practical Islamic teachings, coaching with a da'wah package approach, coaching with an approach to distributing zakat and shadaqah funds, coaching with an approach to distributing sacrificial animals on Eid al-Adha, and coaching with an approach to sending young and children converts to schools, Islamic boarding schools and colleges.
Keyword: religious guidance, suku akit, muallaf
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembinaan keagamaan Yayasan Fitrah Madani Meranti (YFMM) pada muallaf suku Akit di Desa Sonde, Provinsi Riau. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer dan sekunder.data primer adalah data yang diperoleh dari peneliti secara langsung dari masyarakat baik dilakukan melalui wawancara observasi dan lainnya,sedangkan data sekunder merupakan data yg diperoleh dari dokumen, buku, dan website. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan keagaamaan YFMM pada muallaf suku Akit di desa Sonde Provinsi Riau adalah sebagai berikut: pembinaan dengan pendekatan pengajian rutin, pembinaan dengan pendekatan insidental atau disebut dengan pendekatan personal, pembinaan dengan metode ceramah/tausiyah, pembinaan dengan pendekatan pengajaran/taklim dan praktik, pembinaan dengan menyampaikan materi-materi dasar yang mencakup pokok-pokok ajaran Islam yang bersifat praktis, pembinaan dengan pendekatan (pemberian) paket dakwah, pembinaan dengan pendekatan penyaluran dana zakat dan shadaqah, pembinaan dengan pendekatan penyaluran hewan kurban pada hari raya Idul Adha, dan pembinaan dengan pendekatan menyekolahkan remaja dan anak-anak muallaf ke sekolah, ponpes dan perguruan tinggi
Kata kunci: pembinaan keagamaan, suku akit, muallaf
## PENDAHULUAN
Pembinaan agama terhadap muallaf merupakan kewajiban masyarakat muslim. Muallaf adalah orang-orang yang baru masuk Islam dan masih lemah imannya sehingga memerlukan pembinaan intensif. Salah satu lembaga di Prov.Riau yang memiliki konsen terhadap pembinaan agama muallaf di daerah pedalaman adalah Yayasan Fitrah Madani Meranti (YFMM). Sejak tahun 2010, YFMM telah membina agama muallaf suku Akit di desa Sonde, Provinsi Riau. Muallaf suku Akit di desa Sonde memiliki beberapa kekhasan, yaitu pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran Islam masih minim, latarbelakang kepercayaan sebelumnya (animisme),
rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi. Oleh karena itu, pembinaan muallaf suku Akit tersebut membutuhkan cara dan pendekatan yang relevan dengan kondisi dan latar belakang mereka tersebut. Penelitian ini akan menganalisa bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan YFMM pada muallaf suku Akit di desa Sonde, Provinsi Riau.
## Muallaf
## Pengertian muallaf
Secara garis besar, muallaf dapat dibagi ke dalam dua kelompok, muslim dan non muslim. Yang termasuk dalam kelompok muslim adalah: 1 a) Orang yang baru memeluk islam. b) Pemimpin dan tokohnya yang telah memeluk islam dan mempunyai sahabat-sahabat orang kafir yang sekaligus merupakan saingan dalam memimpin kaumnya. Adapun yang termasuk dalam kelompok non muslim adalah: 2 a) Kelompok orang kafir yang diharapkan keislamannya atau keislaman kelompok dan keluarganya. b) Kelompok orang yang dikhawatirkan akan berbuat bencana. Zakat yang diberikan kepada kelompok ini diharapkan dapat mencegah bencana yang akan mereka perbuat.
Dalam penelitian ini, yang penulis maksud dengan muallaf adalah orang-orang yang baru masuk Islam dari warga suku Akit di desa Sonde, Riau.
## Hak Dan Kewajiban Muallaf
Hak sebagai muallaf adalah menerima zakat, mendapatkan pembinaan dan hak memperoleh keamanan. Sedangkan Kewajiban- kewajiban Muallaf adalah mengerjakan seluruh perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya. 3 Dari uraian di atas dipahami bahwa salah satu hak muallaf adalah mendapatkan pembinaan agama dari
1 KEMENAG RI, Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula (Muallaf), hal.1, 2012.
2 Ibid, hal.2-3.
3 Sri Ulfa Rahayu, ” Muallaf Dalam Perspektif Alquran” Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019, hal. 109-110
ummat Islam. Menurut KEMENAG RI 4 pembinaan terhadap muallaf adalah menjadi tanggung jawab masyarakat, dalam hal ini umat Islam secara keseluruhanan. Dakwah di kalangan muallaf tidak boleh hanya dilakukan oleh muallaf itu sendiri. Karena muallaf tersebut baru dalam taraf belajar, mereka harus memperbaiki dirinya sendiri terlebih dahulu. Oleh karena itu yang lebih tepat untuk membina muallaf adalah masyarakat Islam yang telah memeluk agama Islam sejak lahir.
## Pembinaan Keagamaan
Pembinaan berasal dari kata bina yang berarti (1) membangun, mendirikan (negara dan sebagainya), (2) mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna,dan sebagainya). Sedangkan pembinaan adalah (1) proses, cara perbuatan membina (negara dan sebagainya), (2) pembaharuan, penyempurnaan, (3) usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang baik. 5
Menurut Miftah Thoha sebagaimana dikutip oleh Kinasih, pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau nasehat yang diberikan kepada seseorang agar dirinya bisa berubah menjadi lebih baik. Dalam hal ini, pembinaan menunjukan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan dan perkembangan. Ada dua unsur dari pengertian ini, yaitu pembinaan itu sendiri bisa berupa tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan pembinaan itu bisa menunjukan kepada “perbaikan” atas sesuatu. 6 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu kegiatan atau usaha terencana yang dilakukan untuk merubah suatu keadaan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Keagamaan berasal dari kata agama. Dalam KBBI disebutkan agama adalah “ ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
4 KEMENAG RI, Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula (Muallaf),2012, hal.17-18.
5 https://kbbi.web.id/bina 6 Kinasih, Model Mentoring Liqa Dalam Pembinaan Keagamaan Bagi Muallaf Pasca Syahadat di Muallaf Center Yogyakarta, Skripsi Fak.Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015, hal15-16.
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.” Sedangkan keagamaan berarti “ yang berhubungan dengan agama .” 7 Dari uraian di atas dapat disimpulkan keagamaan adalah nilai-nilai atau ajaran-ajaran agama. Dalam penelitian ini yang dimaksud agama adalah agama Islam.
Berdasarkan pemaparan masing-masing definisi dari pembinaan, dan keagamaan tersebut maka dapat penulis simpulkan yang dimaksud dengan pembinaan keagamaan adalah kegiatan atau usaha terencana yang dilakukan seseorang/sekelompok orang dalam rangka mewujudkan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam.
Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan “Pembinaan Keagamaan YFMM Pada Muallaf Suku Akit di Desa Sonde adalah kegiatan atau usaha terencana yang dilakukan YFMM dalam upaya memberikan pengertian dan pemahaman ajaran agama Islam kepada muallaf.
## Pokok-Pokok Ajaran Agama Islam
Pokok-pokok ajaran Islam adalah: 8 a)Akidah meliputi iman kepada Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul- rasul Allah, dan iman kepada qadla dan qadar. b)Syariah meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, shaum , zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas (al-qanun al-khas/hukum perdata dan al- qanun al- ‘am/hukum publik). c)Akhlak meliputi akhlak kepada al- khaliq dan makhluq (manusia dan non manusia).
Ketiga pokok ajaran Islam tersebut adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain. Apabila ketiga pokok ajaran Islam ini dapat dilaksanakan secara seimbang. maka manusia khususnya umat Islam akan mencapai kesejahteraan lahir batin
7 https://kbbi.web.id/agama
8 Endang Saifuddin dalam Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Kencana, 2009, hal.331-332.
dalam kehidupan dunia dan kebahagiaan abadi dalam kehldupan akhirat. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-anfal: 2-4). 9
## Tujuan Pembinaan Keagamaan Pada Muallaf
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Zakiah Darajat, 10 tujuan pembinaan keagamaan berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal yang pada dasarnya berisi: a) Menumbuh dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. b) Pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pengetahuan itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak mulia, yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai dengan ajaran agama islam dan mempunyai keyakinan yang baik kepada Allah SWT. c) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya kepada Allah SWT melalui ibadahnya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin pada akhlaknya dan hubungan dirinya dengan alam sekitarnya.
Dalam kaitannya dengan muallaf maka pembinaan keagamaan ditujukan untuk meningkatkan iman, ilmu dan amalnya sehingga menjadi pribadi muslim yang kaffah.
## Materi Pembinaan Keagamaan Bagi Muallaf
Materi pembinaan keagamaan bagi muallaf adalah ajaran Islam itu sendiri yang meliputi aspek akidah, akhlak dan syari’ah. Namun materi pembinaan yang disampaikan harus disesuaikan
9 KEMENAG RI, Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula (Muallaf), 2012, hal.22-23.
10 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,dalam AhmadZailani, “Pembinaan Keagamaan Majelis Taklim Al - Hidayah di Desa Tapung” 2009, hal. 13
dengan situasi dan kondisi muallaf. Di mana muallaf memiliki kekhasan antara lain pengetahuan dan pemahamannya terkait agama Islam masih minim.
Materi da’wah di kalangan muallaf sesungguhnya secara garis besar tidak berbeda dengan materi- materi da’wah untuk lingkungan lainnya. Akan tetapi karena kekhususan mereka, maka hal itu menuntut adanya materi yang lebih relevan dengan situasi dan kondisi, agar materi da’wah tersebut lebih komunikatif. Selain itu materi da’wah harus menyesuaikandengan latar belakang muallaf. Materi da’wah yang rele van bagi muallaf adalah seperti: masalah tauhid, masalah sholat, akhlak, do’a - do’a, al - Qu’ran, ibadah puasa dan lain-lain. 11
Dengan demikian materinya adalah materi dakwah yang bersifat praktis dalam arti langsung dapat diamalkan seperti shalat dan do’a -do'a serta materi yang memperkuat keyakinannya akan kebenaran Islam. 12
Materi da’wah harus mempertimbangkan bahwa materi da’wah di lingkungan muallaf sedapat mungkin bersifat melapangkan dada dan menyejukkan hati di samping menjernihkan pikiran atau menambah pengetahuan dan wawasan. Adapun contoh tema-tema atau materi- materi da’wah adalah sifat rahman dan rahim Allah, Allah maha Pengampun dan penerima taubat, putus asa tidak perlu bagi orang yang beriman, baik dan buruk adalah ujian, Allah menghargai hasil kerja sendiri, hidup adalah untuk ibadah, iman dan amal shaleh, perjalan hidup Rasulullah, shalat dan hikmahnya, berbagai macam do’a, dan lain -lain. 13
## Metode/Pendekatan Pembinaan Keagamaan Pada Muallaf
Metode Da’wah di kalangan muallaf mempunyai karakterisrik tersendiri, karena para muallaf merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang yang beragam, tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi yang berbeda-beda. Oleh karena itu walaupun secara umum metode Ini sama saja dengan metode-
11 Ibid, hal.24.
12 Ibid, hal.25. 13 Ibid, hal.25.
metode da’wah pad a umumnya. Tetapi harus diingat oleh para da'i bahwa tekanan, variasi dan teknik-teknik pelaksanaannya berbeda dengan dakwah di tempat-tempat Iain. 14
Beberapa metode da’wah di kalangan muallaf adalah: 15
a) Metode personal approach .
Metode personal adalah suatu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap pribadi muallaf. Dalam metode ini da'i melakukan dialog langsung kepada lndividu muallaf, memberikan penjelasan-penjelasan, memberikan pemecahan masalah-masalah muallaf dari segi penghayatan agama..
Tegasnya membimbing seseorang agar ajaran agama itu dapat diterima oleh muallaf dengan senang hati. Melalui personal approach, diharapkan mereka tidak ragu-ragu dengan keyakinannya yang baru dan dapat bergaul dengan baik dengan sesama umat Islam dan masyarakat pada umumnya.
## b) Metode ceramah.
Ceramah sebenarnya adalah salah satu bentuk pidato yang ringkas dan padat. Karena ceramah bisa disampaikan dengan irama suara datar dan tenang, Apabila ceramah dipakai sebagai salah satu metode da’wah dilingkungan muallaf, maka dalam hal ini da’wah/da'i hendaknya menyampaikan pengetahuan yang dapat ditangkap, dipahami atau dimengerti oleh akal pikiran dan perasaan muallaf serta menanamkan dan menumbuhkan kepercayaan atau keyakinan terhadap apa yang disampaikan itu. Berbeda dengan personal approach dimana da'i melakukan dakwah terhadap seorang demi seorang, maka di dalam ceramah ini seorang da'i melakukan da’wah terhadap banyak orang dalam waktu dan tempat yang sama.
c) Metode halaqah.
14 Ibid, hal.26.
15 Ibid,hal.26-36.
Metode halaqah sebenarnya tidak banyak berbeda dengan metode ceramah, Hanya saja dalam ceramah pernbicaraan lebih bersifat monolog, dimana da'i bertindak pasif sebagai pendengar yang baik, Sedangkan dalam halaqah pembicaraan lebih bersikap dialog, dimana peserta khalaqah terlibat langsung dalam arti turut aktif di dalam pembicaraan tersebut.
d) Metode konsultasi.
Konsultasi pada hakikatnya merupakan kegiatan meminta nasehat atau penerangan oleh seorang yang memerlukan nasehat/penerangan kepada orang lain yang dipandang ahli atau mampu memberikan nasehat/penerangan tentang masalah yang dihadapinya. Konsultasi yang bisa dilakukan masyarakat adalah dibidang kesehatan tubuh, kesehatan jiwa, dibidang ekonomi dan bangunan. Apabila konsultasi sebagai metode dalarn da’wah dikalangan muallaf. maka dalam hal ini da'i memberikan kesempatan kepada muallaf untuk meminta nasehat atau penerangan secara perorangan Adapun perbedaannya dengan personal approach adalah bahwa dalam personal approach da’i yang mendekati muallaf untuk memberikan bimbingan. pelajaran atau pengarahan, sedangkan dalam konsultasi, muallaf yang datang kepada da'i untuk mengemukakan masalah-masalah pribadinya dan meminta petunjuk umuk mengatasi masalah tersebut.
e) Penggunaan media audio visual. Seperti diketahui bahwa media audio visual adalah media komunikasi yang sangat efektif daya pengaruhnya dalam suatu kegiatan komunikasi. karena ia sekallgus dapat dillhat, didengar dan dihayati. Dakwah pada hakikatnya adalah suatu usaha untuk mengkomunikasikan ajaran agama kepada seluruh umat manusla. Olen karena itu sudah seharusnya dizaman komunikasi modern sekarang ini kegiatan da’wah dilakukan pula den gan memanfaatkan media visual. seperti melalui siaran televisi atau pemutaran film.
f) Paket da’wah.
Paket da’wah adalah kegiatan da’wah dengan jalan memberikan sesuatu biasanya berupa sandang, pangan, atau uang kepada sasaran da’wah. Apabila metode ini digunakan dalam da’wah di lingkungan muallaf maka paket dakwah tersebut hendaknya ditujukan kepada muallaf yang tingkat ekonominya lemah berupa sandang, peralatan ibadah atau makanan sehat. Dengan pemberian paket tersebut diharapkan perhatian rnuallaf dapat tergugah tetap terpikat untuk mengikuti ajaran agama yang dida’wahkan.
g) Metode silaturahmi .
Silaturahmi adalah kegiatan mengunjungi antara seorang dengan orang lain dalam rangka mempererat tali kasih sayang/persaudaraan. Silaturahmi ini sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Berdaasarkan hal ini maka silaturahmi sangat penting dllaksankan oleh para da'i/mubaligh sebagai salah satu metode dalam da’wah dikalangan muallaf.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa fakta-fakta tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat di amati. 16
Jenis data Jenis data terdiri dari dua yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, obeservasi, dan lainnya. 17 Wawancara dan observasi yang dilakukan diantaranya kepada: para muallaf yang mengikuti pembinaan keagamaan oleh Yayasan Fitrah Madani Meranti, Pemimpin dan Pengurus Yayasan Fitrah Madani meranti. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kumpulan-kumpulan dokumen,
16 Dalam Nurhidayat Muh. Said, Metode Penelitian Dakwah , Makasar:Alauddin Pers, 2013, hal. 58
17 Nurhidayat Muh. Said, Metode Penelitian Dakwah, Makasar:Alauddin Pers, 2013, hal.59
seperti halnya peneliti mendapat data-data dari pengamatan terhadap sumber baik berupa benda-benda tertulis, dokumen, media cetak, buku, arsip, dan yang dianggap representattif untuk dijadikan bahan analisis dalam penelitian. 18
Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2020 yang bertempat Jl. Siak No. 70 A, Selat Panjang Kota, Kec. Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau dan Desa Sonde Kec Rangsang Pesisir.
Objek penelitian
Objek penelitian adalah yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. 19 yang menjadi titik peneliti dalam penelitian ini adalah pengururs YFMM, para da’i YFMM yang membina para muallaf dan para muallaf yang ada di Desa Sonde. Fokus penelitian ini adalah pembinaan keagamaan YFMM pada Muallaf Suku Pedalaman Akit di Desa Sonde, Prov. Riau.
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi.
Teknik analisis data
Dalam menganalisis data peneliti menggunaan metode analisis kualitatif, yang artinya penelitian ini dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari individu dan perilaku yang dapat diamati. Analisis menurut Miles dan Huberman 20 dibagi dalam tiga alur yang terjadi secara bersamaan. Ketiga alur tersebut adalah (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display), (3) penarikan simpulan.
18 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian , Yogyakarta: Teras, 2009, hal
55
19 Mohamad Nazir, Metode Penelitian , Bogor: 2005, cetIV, hal 59
20 Dalam Hardani & dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020, cet I, 164-165
## HASIL DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat penulis paparkan pelaksanaan pembinaan keagaamaan YFMM pada muallaf suku Akit di Desa Sonde, Prov. Riau, adalah sebagai berikut:
Pertama, membina dengan pendekatan pengajian rutin (terjadwal).
Pembinaan berupa pengajian rutin ini dilakukan di mushalla. Pengajian terdiri dari pengajian khusus ibu-ibu, pengajian khusus remaja muallaf, dan pengajian khusus anak-anak . Adapun pengajian khusus untuk bapak-bapak tidak ada. Materi pembinaan (dakwah) yang disampaikan meliputi materi akidah, akhlak, fikih ibadah, siroh nabawiyyah, doa harian, dan bimbingan baca al-Quran.
Materi-materi dakwah tersebut di atas disampaikan dengan metode taklim/pengajaran, metode ceramah dan praktik. Materi fikih ibadah, doa harian, dan bimbingan baca al-Quran disampaikan dengan metode pengajaran/taklim dan praktik. Sedangkan materi akidah, akhlak, siroh nabawiyyah disampaikan dengan metode ceramah. Ceramah sama dengan tausiyah. Metode ceramah menurut KEMENAG RI merupakan salah satu metode yang bisa dilakukan dalam mendakwahi muallaf. Ceramah sebenarnya adalah salah satu bentuk pidato yang ringkas dan padat. 21
Kedua, menyampaikan materi dakwah yang mencakup pokok-pokok ajaran Islam.
Dalam pengajian rutin disampaikan materi-materi dakwah yang mencakup pokok-pokok ajaran Islam agar muallaf menjadi muslim yang kaffah. Pokok-pokok ajaran Islam menurut Endang Saefuddin 22 adalah: akidah, syariah, dan akhlak. Akidah meliputi iman kepada Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, dan iman kepada qadla dan qadar. Syariah meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, shaum , zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas (al-qanun al-khas/hukum perdata dan al-
21 KEMENAG RI, Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula (Muallaf), 2012,hal.28.
22 Dalam Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Kencana, 2009, hal.331-332.
qanun al- ‘am/hukum publik). Akhlak meliputi akhlak kepada al- khaliq dan makhluq (manusia dan non manusia).
Materi dakwah yang mencakup pokok-pokok ajaran Islam juga disampaikan secara bertahap. Yaitu dimulai dari yang paling dasar dan terpenting, seperti pengajaran rukun iman dan rukun Islam, wudhu dan tata caranya, shalat dan tata caranya, dan bimbingan baca al-Q uran. Para da’i dalam menyampaikan materi merujuk dan mengikuti sistematika beberapa kitab seperti kitab al- Tauhid karya Syaikh Fauzan, Minhaj al-Muslim, Riyadhu al-Shalihin, dan Hishnu al-Muslim.
Apa yang dilakukan oleh da’i YFMM dalam menyampaikan materi dakwah yang sesuai dengan kondisi muallaf dan secara bertahap sebagaimana tersebut di atas telah sesuai dengan pedoman bimbingan muallaf menurut KEMENAG RI, yaitu: “materi da’wah di kalangan muallaf sesungguhnya secara garis besar tidak berbeda dengan materi- materi da’wah untuk lingkungan lainnya. Akan tetapi karena kekhususan mereka, maka hal itu menuntut adanya materi yang lebih relevan dengan situasi dan kondisi, agar materi da’wah tersebut lebih komunikatif. Selain itu materi da’wah harus menyesuaikan dengan latar belakang muallaf. Materi da’wah yang relevan bagi muallaf adalah seperti: masalah tauhid, masalah sholat, akhlak, do’a - do’a, al - Qu’ran, ibadah puasa dan lain -lain. Dengan demikian materinya adalah materi dakwah yang bersifat praktis dalam arti langsung dapat diamalkan seperti shalat dan do’a -do'a serta materi yang memperkuat keyakinannya akan kebenaran Islam. 23
Ketiga, membina dengan pendekatan insidental.
YFMM tidak hanya membina muallaf melalui pendekatan pengajian rutin tapi juga melalui pendekatan yang bersifat insidental. Kata insidental menurut KBBI berarti “ terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja, tidak secara tetap atau rutin, sewaktu- waktu.” 24 Jadi yang dimaksud dengan pembinaan dengan pendekatan insidental di sini adalah pembinaan yang dilakukan sewaktu-waktu. Dalam hal ini, muallaf atas inisiatifnya sendiri
23 Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula (Muallaf), KEMENAG RI, 2012,hal.24-25,.
24 https://kbbi.web.id/
datang menemui da’i diwaktu yang ia (muallaf) bisa, guna bertanya persoalan agama Islam.
Membina muallaf melalui pendekatan yang bersifat insidental tersebut bisa disebut juga dengan pendekatan personal (personal approach) . Metode personal menurut KEMENAG RI 25 adalah suatu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap pribadi muallaf. Dalam metode ini da'i melakukan dialog langsung kepada lndividu muallaf, memberikan penjelasan-penjelasan, memberikan pemecahan masalah-masalah muallaf dari segi penghayatan agama.
Keempat, membina dengan memprioritaskan para muallaf dari kalangan remaja, dan anak-anak.
Pembinaan keagamaan pada muallaf di desa Sonde pada prinsipnya ditujukan kepada semua orang, baik orang tua, remaja, maupun anak-anak. Namun, melihat kultur dan watak para orang tua yang pada umumnya sangat kuat memegang keyakinan dan adat istiadat warisan dari nenek moyang mereka maka kegiatan pembinaan lebih diprioritaskan kepada para muallaf dari kalangan remaja, dan anak-anak. Kalangan remaja dan anak-anak lebih mudah untuk dida’wahi, dibina dan dipengaruhi. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa masyarakat suku Akit yang paling banyak masuk Islam adalah berasal dari kalangan remaja dan anak-anak.
Kelima, pembinaan dengan memberikan perlengkapan yang diperlukan untuk bimbingan agama maupun untuk pelaksanaan ibadah, seperti mushaf, iqra, sajadah, mukena dan pakaian muslimah.
Apa yang dilakukan YFMM ini bila mengacu kepada KEMENAG RI disebut dengan metode dakwah dengan pemberian paket dakwah. menurut KEMENAG RI, 26 paket da’wah adalah kegiatan da’wah dengan jalan memberikan sesuatu biasanya berupa
25 KEMENAG RI, Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula (Muallaf), 2012,hal.26
26 KEMENAG RI, Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula (Muallaf), 2012,hal.35.
s andang, pangan, atau uang kepada sasaran da’wah. Apabila metode ini digunakan dalam dakwah di lingkungan muallaf maka paket dakwah tersebut hendaknya ditujukan kepada kepada muallaf yang tingkat ekonominya lemah berupa sandang, peralatan ibadah atau makanan sehat. Dengan paket dakwah tersebut diharapkan perhatian muallaf dapat tergugah, tetap terpikat untuk mengikuti ajaran agama yang didakwahkan.
Keenam, membina muallaf dengan cara mendistribusikan dana zakat dan shadaqah .
Pendistribusian dana zakat dan shadaqah ini dilakukan secara rutin tiap satu atau dua bulan sekali, yaitu saat YFMM melakukan kunjungan rutin. Pendistribusian dana zakat dan shadaqah kepada muallaf tersebut dapat juga dimasukkan ke dalam katagori metode dakwah dengan pemberian paket dakwah.
Ketujuh, membina muallaf dengan pendekatan menyalurkan hewan Qurban pada Hari Raya Idul Adha.
Cara ini dapat pula dimasukkan ke dalam katagori metode dakwah dengan pemberian paket dakwah.
## Ketujuh, membina muallaf melalui program muallaf cerdas.
Dalam program ini, YFMM menyekolahkan muallaf dari kalangan remaja dan anak-anak untuk belajar di beberapa Sekolah, pesantren dan perguruan tinggi. Di antaranya ke Pondok Pesantren Hidayatullah Pekanbaru, SMPIT Baitussa’adah Kota Pekanbaru, Akademi Dakwah Indonesia Batam, Akademi Dakwah Indonesia Lampung, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah M. Natsir di Bekasi dan Cipayung, Sekolah Tinggi Bahasa Arab di Sukabumi, Pondok Pesantren Al- ‘Abqori di Banten, Pondok Pesantren Hidayatullah Bogor dan Pondok Pesantren NuuWaar di Bekasi Timur.
## PENUTUP
Pelaksanaan pembinaan keagaamaan YFMM kepada muallaf suku Akit di desa Sonde Prov.Riau adalah sebagai berikut: pembinaan dengan pendekatan pengajian rutin, pembinaan dengan pendekatan insidental atau disebut dengan pendekatan personal, pembinaan dengan metode ceramah/tausiyah, pembinaan dengan pendekatan pengajaran/taklim dan praktik, pembinaan dengan menyampaikan materi-materi dasar yang mencakup pokok-pokok ajaran Islam yang bersifat praktis, pembinaan dengan pendekatan (pemberian) paket dakwah, pembinaan dengan pendekatan penyaluran dana zakat dan shadaqah, pembinaan dengan pendekatan penyaluran hewan kurban pada hari raya idul adha, dan pembinaan dengan pendekatan menyekolahkan remaja dan anak- anak muallaf ke sekolah, ponpes dan perguruan tinggi.
## DAFTAR PUSTAKA
Ali Aziz ,Moh., Ilmu Dakwah, Kencana, 2009.
Hardani & dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020.
https://kbbi.web.id/
KEMENAG RI, Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula (Muallaf), 2012.
Kinasih, Model Mentoring Liqa Dalam Pembinaan Keagamaan Bagi Muallaf Pasca Syahadat di Muallaf Center Yogyakarta, Skripsi Fak.Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Nazir, Mohamad, Metode Penelitian , Bogor: 2005, cet.IV.
Rahayu, Sri Ulfa” Muallaf Dalam Perspektif Alquran” Universitas Islam Negeri
Said,Nurhidayat Muh., Metode Penelitian Dakwah , Makasar:Alauddin Pers.
Sumatera Utara, 2019.
Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitian , Yogyakarta: Teras, 2009.
Zailani, Ahmad, “Pembinaan Keagamaan Majelis Taklim Al - Hidayah di Desa Tapung” 2009.
|
2bff66a6-7103-4ea3-959e-9c548b574a9a | https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/download/3/2 | PERANAN AKUNTANSI DALAM MENGUKUR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN EKONOMI NEGARA DITINJAU DARI AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI DAN TEKNOLOGI
## Oleh : Eddy Iskandar
## Abstrak
Jika keadaan pembangunan dan pemulihan ekonomi Indonesia dikaitkan dengan akuntansi, maka banyak yang bisa dilakukan oleh para akuntan melalui jasanya untuk membantu mempercepat proses pembangunan dan pemulihan ekonomi negara kita ini. Peranan informasi akuntansi yang dihasilkan melalui sistem akuntansi yang baik sangatlah menolong dalam menentukan dan mencari jalan keluar dimasa sulit seperti sekarang ini. Dari data akuntansi dapatlah diidentifikasi masalah ekonomi yang sedang dihadapi, serta bisa membantu dalam hal pengambilan keputusan untuk keberhasilan pembangunan. Suatu pembangunan dikatakan berhasil apabila akuntabilitas, trans-paransi, dan teknologi dilaksanakan dengan berkesinambungan. Dalam informasi yang dihasilkan dari akuntansi terdapat indikator keberhasilan pembangunan tersebut yaitu akuntabilitas, transparansi, penggunaan teknologi yang tepat guna. Ini berarti, akuntansi dapat berperan sebagai tolak ukur dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara.
Kata kunci : peranan akuntansi, indikator pembangunan ekonomi, akuntabilitas, transparansi, teknologi akuntansi
## Pendahuluan
Sejak bulan Juni 1997, negara kita dilanda suatu krisis ekonomi yang sangat dahsyat, yang disebabkan oleh adanya penarikan dana sebesar-besarnya yang mengakibatkan terkurasnya devisa yang disertai melemahnya mata uang rupiah terhadap mata uang asing, tingginya tingkat inflasi dan suku bunga deposito di bank, sehingga hampir seluruh bank mengalami negative spread yang membuat banyak bank mengalami likuidasi.
Selain itu, banyak produsen gulung tikar karena produk mereka tidak mendapat respon dari masyarakat sehingga menimbulkan banyak kerugian.
Hingga saat ini pemerintah masih terus berusaha mencapai keberhasilan pembangunan dengan memulihkan ekonomi Indonesia. Jika keadaan pembangunan dan pemulihan ekonomi Indonesia ini dikaitkan dengan akuntansi, maka banyak yang bisa dilakukan oleh para akuntan melalui jasanya untuk membantu mempercepat proses pembangunan dan pemulihan ekonomi negara kita ini. Peranan informasi akuntansi yang dihasilkan melalui sistem akuntansi yang baik sangatlah menolong dalam menentukan dan mencari jalan keluar dimasa sulit seperti sekarang ini.
Dari data akuntansi dapatlah diidentifikasi masalah ekonomi yang sedang dihadapi, serta bisa membantu dalam hal pengambilan keputusan untuk keberhasilan pembangunan.
Suatu pembangunan dikatakan berhasil apabila akuntabilitas, transparansi, dan teknologi dilaksanakan dengan berkesinambungan.
Informasi yang dihasilkan dari akuntansi terdapat indikator keberhasilan pembangunan tersebut yaitu akuntabilitas, transparansi, penggunaan teknologi
yang tepat guna. Itulah sebabnya akuntansi dapat berperan sebagai tolak ukur dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara.
## Pengertian Akuntansi
Akuntansi menurut American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya (Sofyan Syafri Harahap, 2015) Menurut Accounting Principle Board (APB) Statement No.4, akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih diantara beberapa alternatif (Sofyan Syafri Harahap, 2015)
Akuntansi juga dapat diartikan sebagai disiplin ilmu atau teknik-teknik yang berfungsi untuk menyediakan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai kejadian-kejadian suatu entitas atau organisasi untuk membantu para pemangku kepentingan dalam pembuatan keputusan (R.A. Supriyono, 2016)
## Peranan akuntansi
Peranan akuntansi merupakan keterlibatan praktik akuntansi dan semua laporan-laporan yang dihasilkan dalam menjalankan roda pemerintahan disuatu Negara, dengan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi negara yang terkandung didalam akuntansi, yaitu akuntabilitas, transparansi, penggunaan teknologi atau sistem akuntansi yang muktahir dalam praktiknya.
Akuntansi memiliki peran yang luas dalam kegiatan Negara. Peran yang paling utama dari praktik akuntansi adalah pengendali keuangan, akuntansi memiliki data lengkap dan terperinci, yang disertai dengan adanya bukti-bukti yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan yang dapat digunakan sebagai informasi untuk mengambil keputusan atas pembangunan ekonomi Negara.
Selain berperan sebagai pengendali keuangan, praktik akuntansi pada sebuah Negara juga memiliki peran operasi, pelaporan, serta perencanaan. Yang semuanya memiliki unsur yang sama dengan indikator atau alat ukur keberhasilan pembangunan ekonomi Negara.
## Pengendali Keuangan
Keuangan yang terkendali dengan baik merupakan salah satu faktor keberhasilan sebuah aktifitas baik pada perseorangan, perusahaan, bahkan Negara sekalipun.
Dengan adanya pengendalian keuangan, Negara dapat memilih mana aktifitas keuangan yang layak untuk dilaksanakan, mana yang perlu dipertimbangkan atau direvisi kembali, mana yang harus diberhentikan atau ditolak, dan mana yang harus tetap dipantau secara konsisten. Sehingga resiko kerugian secara ekonomi dan kesalahan-kesalahan yang mungkin bisa terjadi juga dapat diminimalisir.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa sebuah sistem akuntansi yang baik, akan membantu kita mengidentifikasi area permasalahan dan berfungsi sebagai alat pengendali keuangan yang dibutuhkan.
## Operasi
Akuntansi dalam praktiknya memiliki hubungan yang paling dekat terhadap setiap aktifitas keuangan yang dilakukan dalam sebuah Negara.
Hal ini dikarenakan akuntansi merupakan aktifitas mencatat semua operasi keuangan yang terjadi pada seluruh aspek pemerintahan. Mulai dari hal terkecil sekalipun, semuanya dicatat dengan lengkap, terperinci dan disertai dengan bukti- bukti transaksinya.
## Pelaporan
Dalam lingkup perorangan maupun perusahaan, orang-orang yang terlibat didalamnya dapat melihat status bisnisnya secara periodik melalui laporan-laporan yang disediakan oleh akuntansi.
Akuntansi juga menyediakan laporan-laporan yang menunjukkan bagaimana status sebuah Negara, melalui aktifitas pemerintahannya.
Nilai ekonomi dari setiap kegiatan pemerintah akan tampak pada laporan yang disediakan akuntansi secara periodik maupun secara akumulasi.
## Perencanaan
Perencanaan dapat dipahami sebagai proses untuk menggambar masa depan. Dalam proses perencanaan ditetapkan tujuan yang akan dicapai dimasa yang akan datang, yang disertai dengan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Termasuk tujuan ekonomi.
Akuntansi berperan dalam perencanaan ekonomi Negara, melalui data-data atau laporan-laporan yang disediakan, dan dapat dibandingkan pergerakan ekonominya dari periode yang satu ke periode lainnya. Sehingga dapat membantu pemerintah untuk mengambil keputusan dalam rangka pembangunan ekonomi Negara.
## Pengertian Pembangunan Ekonomi
Menurut Prof. Meier dan Baldwin, pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses itu pendapatan nasional real suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang panjang (Safril, 2003).
Pengertian lain pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita (Irawan, 1992).
Sedikit berbeda menurut Robert E.Baldwin, Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu Negara (Robert E. Baldwin, 2008)
Dari definisi pembangunan ekonomi tersebut dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi suatu negara tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi, seperti hubungan timbal balik, yaitu pembangunan ekonomi Negara akan mendorong pertumbuhan ekonomi, begitu pula sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi Negara.
## Pengertian Akuntabilitas
Kata akuntabilitas berasal dari bahasa Inggris accountability. Pengertian dari akuntabilitas adalah memper-tanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodic (KK, SAP, 2005)
## Pengertian Transparansi
Pengertian transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumberr daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan (KK, SAP, 2005)
## Pengertian Teknologi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia versi online , pengertian teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan.
Sebagai teknologi, akuntansi dapat memanfaatkan teori-teori dan pengetahuan yang dikembangkan dalam disiplin ilmu yang lain untuk mencapai tujuan tertentu tanpa harus mengembangkan teori tersendiri.
Akuntansi yang ditinjau dari sisi teknologi adalah akuntansi yang memang dirancang untuk memperlancar kegiatan ekonomik, juga bermanfaat untuk kepentingan (kebijakan) politik.
Akuntansi secara teknologi berupa sebuah sistem yang dibangun untuk mendukung program kerja pemerintah dalam pembangunan ekonomi Negara.
Sistem akuntansi yang dimaksud biasanya berupa perangkat lunak (software ) atau berbagai aplikasi yang dapat diterapkan untuk menghasilkan laporan-laporan ekonomi sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam hal pembangunan ekonomi Negara. Sistem ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang telah ahli dalam menggunakannya.
## Hasil Dan Pembahasan
Akuntansi merupakan proses pencatatan, pengikhtisaran, dan pengelompokkan transaksi-transaksi keuangan yang berguna dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
Peran akuntansi dalam pembangunan ekonomi Negara secara global tidak dapat dianggap remeh karena berhubungan dengan kepercayaan publik baik secara nasional maupun secara internasional.
Oleh karena itu akuntansi menjadi suatu profesi yang dibutuhkan dalam dunia perekonomian.
Peranan akuntansi dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara antara lain adalah berperan sebagai;
## Pengendali Biaya
Akuntansi akan menjadi alat pengendali biaya dari aktifitas yang dilakukan oleh Negara dalam hal ini pemerintahan. Pemerintah memiliki banyak divisi yang berbeda-beda dan sangat luas terbentang diseluruh negeri Indonesia.
Biaya-biaya yang dikeluarkan setiap harinya memerlukan pencatatan atau pembukuan. Biaya yang dikeluarkan dari setiap divisi pun berbeda-beda tergantung pada tingkat kepentingan.
Dari hasil laporan akuntansi, pemerintah dapat menilai mana aktifitas yang perlu ditunda atau dihentikan, mana aktifitas yang harus diteruskan dan sudah tau bagaimana alokasi dana yang diperlukan pada masa lalu, masa kini dan masa depan.
Dengan adanya pengendalian biaya berarti ada tindakan yang dilakukan untuk mengarahkan aktifitas agar tidak menyimpang dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengendalian biaya dapat dilakukan melalui anggaran yang secara kontinyu diadakan pengawasan secara analisis terhadap penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya penyimpangan atas selisih tersebut kemudian dilakukan tindak lanjut agar kerugian yang terjadi relative kecil Tanggungjawab atas pengendalian biaya harus diserahkan kepada personel yang juga bertanggungjawab atas penyusunan anggaran untuk biaya yang dikendalikannya. Prestasi kerja setiap personel harus diukur dengan membandingkan biaya yang sebenarnya terjadi dengan biaya yang dianggarkan.
Melalui proses akuntansi, dapat ditemukan apabila terjadi kecurangan maupun penyalahgunaan keuangan Negara oleh oknum-oknum tertentu, apabila ditemukan penyalahgunaan tersebut maka pemerintah dapat menentukan tindakan korektif yang perlu dilakukan, dan apabila perlu pemerintah juga dapat memberi hukuman yang pantas kepada oknum yang dengan sengaja melakukan kecurangan atas keuangan Negara.
Dengan demikian kondisi ekonomi Negara dapat dijaga kestabilannya meskipun sedang berada dalam era globalisasi, dan juga pihak-pihak pengendali biaya bisa meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
Kondisi ekonomi Negara yang terkendali dapat mendorong pembangunan ekonomi Negara secara menyeluruh. dengan kondisi ekonomi yang terkendali juga dapat menarik minat para investor untuk menanamkan kepercayaannya terhadap Negara.
## Operasi
Setiap kegiatan operasional yang dilakukan pasti bernilai ekonomi, akuntansi memproses nilai ekonomi tersebut, mulai dari pengumpulan bukti, pencatatan sampai menjadi sebuah laporan keuangan yang mendukung pengambilan keputusan yang tepat sasaran.
Dari laporan akuntansi tersebut, pemerintah dapat menilai apakah aktifitas operasional Negara ini menunjukkan pengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi Negara, atau malah sebaliknya.
Pihak pemakai laporan akuntansi itu juga dapat mengukur dari operasional pemerintah apakah pembangunan ekonomi Negara sudah meningkat secara signifikan. Karena nilai ekonomi dari aktifitas operasional suatu Negara yang sedang membangun akan berbeda dengan operasional Negara yang masih tertinggal.
Kegiatan pemerintah yang diukur nilai ekonominya dalam laporan akuntansi diharapkan kegiatan yang mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan mendukung rencana pembangunan ekonomi Negara.
Laporan ekonomi yang disajikan melalui akuntansi atas kegiatan operasional Negara sering juga disebut akuntansi pemerintahan atau akuntansi sektor publik, yang mana sistemnya dibangun khusus untuk jalannya roda pemerintahan suatu Negara yang bukan mencari laba, tapi lebih ditekankan pada pencatatan, pelaksanaan anggaran Negara serta realisasi penggunaan anggaran dalam kegiatan pemerintahan yang mendukung proses pembangunan ekonomi Negara.
## Pelaporan
Akuntansi memiliki output berupa laporan ekonomi secara periodik. Laporan akuntansi ini diselesaikan secara tepat waktu, dengan lengkap dan terperinci, untuk menunjukkan posisi keuangan suatu entitas tersebut.
Laporan yang disajikan dalam akuntansi pemerintahan mengembangkan perkiraan-perkiraan untuk mencatat transaksi yang terjadi dalam kegiatan pemerintahan dan laporan yang dibuat harus dapat menunjukkan akuntabilitas keuangan pemerintahan yang handal, juga sesuai dengan klasifikasi anggaran yang telah disetujui
Perkiraan yang dibuat dalam laporan akuntansi pemerintahan merupakan analisis ekonomi atas data keuangan dan mengklasifikasi jenis transaksi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka pengembangan perkiraan nasional.
Laporan akuntansi pemerintahan ini dapat membantu penyusunan APBD dan strategi pembangunan serta pengendalian atas kegiatan yang efisien, efektif dan ekonomis.
## Perencanaan
Perencanaan merupakan cara organisasi menetapkan tujuan dan sasaran organisasi. Perencanaan meliputi aktivitas yang sifatnya stategik, taktis dan melibatkan aspek operasional. Dalam hal perencanaan organisasi akuntansi berperan dalam pemberian informasi historis dan prospektif untuk memfasilitasi perencanaan.
Akuntansi dapat dijadikan tolak ukur dalam membuat rencana kedepan. Biasanya data atau laporan akuntansi secara periodik diakumulasikan untuk pembuatan rencana masa yang akan datang. Karena nilai-nilai ekonomi yang ada dalam laporan akuntansi itu dapat menggambarkan keadaan suatu entitas dimasa yang akan datang, demikian halnya dengan Negara.
Dalam aktifitas pemerintahan, lingkungan yang mempengaruhi sangat heterogen. Faktor politik dan ekonomi menjadi faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkat kestabilan Negara. Disinilah informasi akuntansi diperlukan untuk membuat prediksi-prediksi dan estimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang dikaitkan dengan keadaan ekonomi dan politik saat ini.
Informasi akuntansi yang sifatnya rutin diperlukan untuk perencanaan yang reguler, misalnya laporan keuangan bulanan, triwulanan, atau semesteran.
Informasi akuntansi untuk perencanaan dapat juga dibedakan berdasarkan cara penyampaiannya. Apakah disampaikan secara formal atau informal. Mekanisme formalnya misalnya melalui rapat-rapat dinas, dan sebagainya. Pada organisasi sektor publik, saluran informasi lebih banyak bersifat formal, sedangkan
informal relatif jarang dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena adanya batasan transparansi dan akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh lembaga-lembaga publik, sehingga perencanaan tidak dapat dilakukan secara personal atau hanya melibatkan beberapa orang saja.
Para ahli-ahli ekonomi juga dapat melakukan prediksi dan rencana arah pembangunan ekonomi Negara dengan berdasarkan pada laporan-laporan yang berasal dari akuntansi.
## Pembangunan Ekonomi
Pembangunan merupakan istilah yang memiliki arti yang sangat luas, namun tujuan utama pembangunan adalah meningkatkan kualitas.
Pembangunan ekonomi Negara juga memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan pendapatan riil perkapita jangka panjang, yang disertai dengan adanya perbaikan dalam sistem kelembagaan, pembenahan infrastruktur, sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan.
Pembangunan pada dasarnya mempunyai tujuan kemakmuran bangsa secara keseluruhan. Seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Pembangunan Nasional bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, yang mana isi pembukaan tersebut dimaksudkan bahwa pemegang kekuasaan atau pemerintah serta kedaulatan berada di tangan rakyat.
Indonesia sekarang ini dapat kita lihat dari upaya Bapak Presiden Joko Widodo dalam pembangunan nasional melalui pembenahan sarana, prasarana, infrastruktur dan juga membuat program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sering kita sebut dengan program ekonomi kerakyatan.
Program ekonomi kerakyatan dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan pendapatan nasional, kesempatan kerja, perekonomian yang stabil, distribusi pendapatan yang merata. Konsep ekonomi kerakyatan merupakan strategi untuk membangun kesejahteraan dengan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat.
Melalui program ekonomi kerakyatan ini masyarakat membantu menggerakkan roda perekonomian di Indonesia. Dilain pihak masyarakat menjadi lebih percaya diri untuk bersaing dengan hasil pelaku usaha Negara-negara lain. Pemerintah juga memfasilitasi masyarakat dengan kemudahan mendapatkan dana tambahan untuk pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dikalangan masyarakat yang membutuhkan.
Dalam proses pembangunan ekonomi Negara, akuntansi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tatanan pembangunan dimana akuntansi menjadi sistem pengawasan yang terkait dengan penggunaan dana dan juga realisasi anggaran, sehingga transparansi dalam proses pembangunan dapat diukur dan dicapai.
Peran akuntansi dalam menyediakan informasi harus dijaga independensinya, dan informasinya disampaikan secara lengkap, tidak ada informasi yang disembunyikan dalam ekonomi kerakyatan ini.
Akuntansi sebagai penyedia informasi yang original harus memastikan perekonomian Negara berada di level transparansi dan akuntabilitas terbaiknya. Jika diperlukan, akuntan sebagai pihak pengelola akuntansi harus beradaptasi
secara sempurna dengan aspek-aspek masa kini, sehingga perannya tetap optimal dalam sebuah perekonomian.
Dari uraian diatas, dapat diartikan bahwa Akuntansi diharapkan dapat membawa transparansi informasi ke tengah-tengah masyarakat dan menjadi pengaruh yang sempurna bagi pembangunan ekonomi yang efisien dan berkelanjutan.
## Akuntabilitas
Dalam majalah dwibulanan BPK-RI, Majalah Pemeriksa, No.116/ Edisi Khusus 2008/ Tahun XXVIII, halaman 27, Anwar Nasution (Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan pada saat itu), mengingatkan bahwa upaya mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan Negara merupakan harga yang tidak bisa ditawar lagi. Kelemahan sistem akuntansi dan sistem hokum sebagaimana yang terungkap dalam pemeriksaan BPK telah membuat Negara kita menjadi salah satu Negara terkorup di dunia. Banyak kasus yang menunjukkan buruknya pengelolaan keuangan Negara, tersebarnya rekening-rekening liar yang berjumlah puluhan triliun rupiah, penumpukan anggaran diakhir tahun, pengelolaan minyak dan gas bumi, pengelolaan aset, pengelolaan pertambangan, serta kasus-kasus bank yang meresahkan masyarakat dan mengganggu stabilitas ekonomi Negara, dan menghambat pembangunan nasional.
Pemerintah perlu bersungguh-sungguh menjalankan manajemen keuangan publik, baik di tingkat pusat maupun daerah melalui kerja keras dan komitmen kuat dalam meng-implementasikan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan dan nilai-nilai ekonomi Negara.
Akuntabilitas publik pada dasarnya merupakan pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktifitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bisa dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di pemerintahan.
Dengan kata lain, publik mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan- kebijakan yang diambil oleh pihak yang telah diberi kepercayaan, dan pihak pemerintahan juga harus mampu menjawab secara periodik setiap pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, bagaimana pengelolaan sumber daya yang ada, pencapaian apa yang dapat dibuktikan, bahkan sampai ke pertanyaan dan penjelasan hal-hal yang bersifat per- tanggungjawaban.
Bila pertanggungjawaban itu menyangkut kepentingan publik, maka disebut akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan salah satu sifat akuntansi khususnya akuntansi sektor publik. Sasaran utama dari akuntansi sektor publik adalah memerangi korupsi, kolusi dan nepotisme yang dapat menghambat kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.
Untuk dapat menuju dan mencapai serta menciptakan masyarakat Indonesia yang sejahtera terlebih dahulu diawali reformasi di pemerintahan dibidang :
1. Reformasi sistem anggaran
2. Reformasi sistem akuntansi
3. Reformasi sistem pemeriksaan
4. Reformasi sistem manajemen keuangan
5. Reformasi sistem kelembagaan (Mardiasmo, 2002)
Reformasi sistem ini menyangkut tentang penyusunan anggaran, pemerataan alokasi anggaran, tentang pencatatan serta pelaporan dalam bentuk pertanggungjawaban yang terbuka dan bebas diketahui oleh masyarakat luas, tentang pemeriksa yang insependen, penyampaian laporan hasil pemeriksaan secara cepat, tepat, dan akurat.
Juga menyangkut dengan peran akuntansi sebagai perencana dan pengendali keuangan yang efisien, efektif dan ekonomis.
Kandungan informasi keuangan yang disajikan melalui proses akuntansi yang mengimplementasikan akuntabilitas didalamnya, dapat menunjukkan kinerja yang telah dicapai pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi Negara.
## Transparansi
Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh perwakilan rakyat dan masyarakat secara umum.
Transparansi berhubungan erat dengan akuntabilitas. Transparansi pengelolaan keuangan Negara pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas pemerintah kepada masyarakatnya, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, serta responsive terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.
Transparansi sendiri bisa dikatakan sebagai instrument yang efektif untuk mencegah terjadinya korupsi. Keterbukaan yang diawali dari kesiapan organisasi untuk melaksanakan suatu amanah, merencanakan, melaksanakan berbagai program dan kegiatan, sampai pelaporan sangat efektif untuk terwujudnya organisasi yang bebas korupsi dan akuntabel.
Transparansi dapat dilakukan apabila ada kejelasan tugas dan kewenangan, ketersediaan informasi kepada publik, proses penganggaran yang terbuka, dan jaminan integritas dari pihak independen mengenai prakiraan fiskal, informasi, dan penjabarannya.
Prinsip transparansi pada pemerintahan dapat diukur melalui sejumlah indikator sebagai berikut: (Agus Dwiyanto, 2006)
1. Adanya sistem keterbukaan dan standarisasi yang jelas dan mudah dipahami dari semua proses-proses dalam penyelenggarakan pemerintahan.
2. Adanya mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang proses-proses dalam penyelenggaraan pemerintahan.
3. Adanya mekanisme pelaporan maupun penyebaran informasi penyimpangan tindakan aparat publik di dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sebuah pemerintahan dikatakan terbuka (transparan) apabila memenuhi empat unsur utama seperti di bawah ini : (Agus Dwiyanto, 2006)
1. Pemerintahan menyediakan berbagai informasi mengenai kebijakan yang ditempuhnya. Berbagai informasi itu antara lain, kebijakan pemerintah dan pertimbangan yang mendasari kebijakan tersebut, peraturan dan proses pelaksanaan kebijakan itu serta biaya dan dampak yang mungkin terjadi.
2. Masyarakat dan media massa memiliki kesempatan luas untuk mengetahui isi berbagai dokumen pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui parlemen).
3. Terbukanya sidang pemerintah bagi masyarakat dan media massa. Keterbukaan itu menyangkut sidang eksekutif dan komisi-komisi, maupun notulen hasil rapat.
4. Adanya konsultasi publik yang dilakukan pemerintah secara berencana.
Transparansi dibangun atas pijakan kebebasan arus informasi yang memadai, transparansi disediakan untuk dipahami dan dapat dipantau. Transparansi jelas dapat mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan publik. Sebab, penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki oleh pemerintah, kini dengan adanya transparansi dapat diakses juga oleh berbagai komponen masyarakat.
Untuk mewujudkan transparansi yang seperti ini diperlukan dukungan teknologi, dan informasi yang disajikan juga bukan sekedar tersedia, tapi juga relevan dan bisa dipahami publik. Selain itu, transparansi ini dapat membantu untuk mempersempit peluang korupsi di kalangan para pejabat publik dengan terlihatnya segala proses pengambilan keputusan oleh masyarakat luas.
Dengan adanya transparansi pada pemerintahan, masyarakat dapat memahami dan mendukung program-program yang dijalankan oleh pemerintah, khususnya yang terkait pada transparansi laporan-laporan akuntansi yang berisi penggunaan keuangan Negara yang bertujuan untuk pembangunan Negara.
## Teknologi
Pada masa krisis ekonomi pemerintah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan perekonomian kembali pada posisi awal dan salah satunya melalui teknologi yang mempengaruhi proses pembangunan dan pendapatan Negara.
Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor teknologi. Faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya alam, sumber daya manusia (tenaga kerja), akumulasi modal serta tenaga manajerial yang mengorganisasi dan mengatur faktor produksi. Bagi kebanyakan ahli ekonomi, kemajuan teknologi dianggap sebagai sumber yang paling penting dan menentukan dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Jurang perbedaan tingkat teknologi antara negara berkembang dan negara maju cenderung semakin besar. Perbedaan tingkat teknologi tersebut dapat mempengaruhi kemajuan pembangunan.
Teknologi informasi kini tidak ubahnya seperti asisten yang handal, yang dapat melakukan banyak hal di seluruh aktivitas manusia termasuk kegiatan ekonomi.
Pemerintahan yang menerapkan sistem teknologi dalam pengelolaan ekonomi Negara juga dapat mengurangi resiko terjadinya kecurangan dan kesalahan yang fatal atas penggunaan keuangan serta nilai-nilai ekonomi suatu Negara.
Adapun teknologi yang diterapkan pemerintah seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan dalam pemerintahan atau yang disebut dengan e-goverment membuat masyarakat semakin mudah dalam mengakses kebijakan pemerintah sehingga program yang dirancangkan pemerintah dapat berjalan dengan lancar.
Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Manfaat e- government yang dapat dirasakan antara lain :
1. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan.
2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum Penggunaan teknologi yang tepat, diharapkan dapat membuat masyarakat dapat berinteraksi dengan cepat dan langsung.
3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang sekolah: jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade , dan sebagainya, dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan sekolah untuk anaknya.
4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien
Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat dilakukan melalui e-mail atau bahkan video conference . Bagi Indonesia yang luas areanya sangat besar, hal ini sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat dilakukan kesemuanya tanpa harus terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam saja.
Tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan oleh aparatur pemerintah. Salah satu solusi yang diperlukan adalah keterpaduan sistem penyelenggaraan pemerintah melalui jaringan sistem informasi online antar instansi pemerintah baik pusat dan daerah untuk mengakses seluruh data dan informasi terutama yang ber-hubungan dengan pelayanan publik.
Dalam sektor pemerintah, perubahan lingkungan strategis dan kemajuan teknologi mendorong aparatur pemerintah untuk mengantisipasi paradigma baru dengan upaya peningkatan kinerja birokrasi serta perbaikan pelayanan menuju terwujudnya pemerintah yang baik (good governance) .
Hal terpenting yang harus dicermati adalah sektor pemerintah merupakan pendorong serta fasilitator dalam keberhasilan berbagai kegiatan pembangunan, oleh karena itu keberhasilan pembangunan harus didukung oleh kecepatan arus data dan informasi antar instansi agar terjadi keterpaduan sistem antara pemerintah dengan pihak pengguna lainnya.
Dengan menggunakan teknologi internet, maka pemerintah dapat mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat untuk mengetahui setiap penyampaian informasi yang bersifat formal. Contohnya adalah rapat-rapat di pemerintahan yang dapat disaksikan melalui akun media sosial milik pemerintahan itu sendiri. Meskipun tidak seluruhnya dapat diakses secara publik karena ada juga rapat-rapat pemerintahan yang tidak boleh disiarkan ke publik, tapi dari sini dapat diukur apakah sektor pemerintahan sudah menjalankan rencana-rencana dan program-program pembangunan, melalui akses bebas ini, masyarakat juga dapat menilai kinerja pejabat-pejabat yang telah dipercayakan dalam pengelolaan ekonomi Negara.
Demikian halnya pada akuntansi sekarang ini, sudah banyak tersedia penerapan teknologi pada proses akuntansi baik pada perusahaan, organisasi juga pada pemerintahan.
Teknologi yang diterapkan dalam akuntansi ini membantu proses pengerjaan akuntansi sesuai dengan prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang berlaku. Misalnya, aplikasi SAI (Sistem Akuntansi Instansi), SAPP (Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat), SABUN (Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara) yang dipakai pada sektor pemerintahan.
Aplikasi ini tidak hanya membantu mengefisiensikan tugas para akuntan untuk membukukan transaksi-transaksi saja, tetapi juga mendukung akuntabilitas dan transparansi yang menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi Negara. (Modul Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Program Percepatan Akuntabilitas Pemerintah Pusat, 2014, No.11 tentang penjelasan atas Undang- undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara) Penerapan teknologi dalam akuntansi ini juga bisa menghubungkan akuntansi dengan bagian lainnya, baik itu bagian yang memakai laporan akuntansi secara langsung ataupun yang tidak langsung. Dan biasanya dihubungkan dengan internet. Salah satu contohnya adalah e-budgeting . e-budgeting adalah sistem penyusunan anggaran yang didalamnya termasuk aplikasi program komputer berbasis web untuk memfasilitasi proses penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), Revisi, dan PAK (Perubahan Anggaran Kegiatan) Pemerintah.
Transparansi Anggaran melalui e-budgeting merupakan sebuah sistem keuangan yang disimpan secara online dengan tujuan transparansi bagi setiap pihak. Sistem ini diterapkan sebagai dokumentasi penyusunan anggaran di sebuah pemerintahan, baik di daerah maupun di pusat.
Dengan adanya e-budgeting, mengakses data-data anggaran yang disusun oleh sebuah pemerintah baik di daerah ataupun di pusat menjadi lebih mudah, sehingga diharapkan bisa mencegah upaya penggelapan dana atau kecurangan dari birokrasi setempat.
Teknologi yang ada sekarang ini sangat membantu proses akuntabilitas dan transparansi laporan-laporan akuntansi yang berkaitan dengan penggunaan, pengawasan serta perencanaan ekonomi Negara.
## Kesimpulan
Akuntansi yang terintegrasi dengan teknologi, akan meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan menuju pembangunan ekonomi Negara yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Akuntabilitas, transparansi dan teknologi yang diterapkan dalam akuntansi merupakan hal yang menjadi perhatian masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi Negara. Karena bisa membuka wawasan masyarakat terhadap keadaan ekonomi sekarang ini, dan masyarakat juga semakin memahami dan dapat mendukung jalannya program-program dan rencana kerja pemerintah untuk membangun perekonomian Negara.
Akuntansi yang berperan dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi Negara memiliki bagian yang jelas dalam laporan keuangan yang akuntabel, transparan dan diterapkan sesuai dengan teknologi yang tepat guna,
dapat menunjukkan sejauh mana pembangunan ekonomi Negara telah dilaksanakan, dan melalui laporan-laporan yang dihasilkan oleh akuntansi, pemerintah juga dapat meninjau kembali serta merencanakan kembali program- program terbaiknya untuk pembangunan selanjutnya.
## Daftar Pustaka
Agus Dwiyanto. 2006. Mewujudkan Good Governance melayani public. Yogyakarta : Gadjah Mada University Baldwin, Robert E. 2008. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkembang. Jakarta : PT. Bina Aksara
Irawan,Suparmoko. 1992. Ekonomika pembangunan. Yogyakarta : BPFE Majalah dwi bulanan BPK-RI, Majalah Pemeriksa No.116/edisi khusus 2008/tahun XXVIII, hal. 16 dan hal. 27
Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. 2002. Yogyakarta : Andy. Hal. 19-20
______, Peraturan Pemerintahan No. 24 Tahun 2005, tentang Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan (KK-SAP)
R.A. Supriyono, Akuntansi Keperilakuan . 2016. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Safril, dkk. Ekonomi dan pembangunan. 2003. Jakarta : Bumi Aksara. Sofyan Syafri Harahap. Teori akuntansi edisi revisi. Cetakan ke-14. 2015. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Suwardjono. Teori akuntansi – Perekayasaan pelaporan keuangan. Edisi ke-3, cetakan ke- 8. 2014. Yogyakarta : BPFE
https://kbbi.web.id./
|
38cb71c7-3f79-4eb6-a73f-71e378a0de35 | https://ejournal.atmajaya.ac.id/index.php/damianus/article/download/1276/966 |
## AMNIOSENTESIS: TINJAUAN MENYELURUH
## AMNIOCENTESIS: A THOROUGH REVIEW
Marshaly S. Masrie 1, * , Jonas N.B. 2
1 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen. S. Parman no. 1, Jakarta, 11440
2 Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi, Jl. Raya Puncak no. 479, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, 16720
* Korespondensi: [email protected]
## ABSTRACT
Introduction: Amniocentesis is an invasive procedure that removes the amount of amniotic fluid to obtain fetal cells to chromosomal examination. It's one of the prenatal diagnostic techniques and methods introduced during the last ten years. This practice is essential to present because of the large incidence of chromosomal abnormalities in infants, which is 90 events per 10,000 births.
Objective: This article is used as a learning material to increase insight regarding amniocentesis, which is the most frequently used invasive prenatal diagnostic method. Amniocentesis has a reasonably high success rate and helps prevent and detect early hereditary diseases and congenital abnormalities in the unborn fetus. Method: The writing of this article used the narrative review method as part of the literature study Discussion: Amniocentesis has other purposes, such as fetal lung maturity level assessment, and determines whether fetal infection occurred. The amniocentesis procedure is usually done at 15-20 weeks' gestation. If the amniocentesis procedure is performed earlier than 15 weeks' gestation, the risk of pregnancy loss increases. Amniotic fluid phospholipid analysis can determine the degree of fetal lung maturation. Amniotic fluid can also be used for biochemical analysis, molecular studies, and microarray chromosome analysis (CMA).
## Key Words: amniocentesis, amniocentesis procedure, amniocentesis analysis
## ABSTRAK
Pendahuluan: Amniosentesis adalah suatu prosedur invasif pengambilan cairan amnion untuk mendapatkan sel-sel janin dalam rangka pemeriksaan kromosom, salah satu teknik dan prosedur diagnosis prenatal yang diperkenalkan selama 10 tahun terakhir. Hal ini penting diperkenalkan karena besarnya insiden kelainan kromosom pada bayi yaitu 90 kejadian per 10.000 kelahiran.
Tujuan: Artikel ini digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan wawasan mengenai amniosentesis yang merupakan metode diagnostik prenatal invasif yang paling sering digunakan dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi serta membantu agar dapat melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit keturunan dan kelainan bawaan pada janin yang belum lahir.
Metode: Penulisan artikel ini menggunakan metode tinjauan naratif sebagai bagian dari studi literature Diskusi: Amniosentesis memiliki tujuan lainnya seperti menilai tingkat pematangan paru janin dan mengetahui apakah terdapat infeksi pada janin. Prosedur amniosentesis biasanya dilakukan pada usia kehamilan 15 – 20 minggu. Jika prosedur amniosentesis dilakukan di bawah usia kehamilan 15 minggu, dapat meningkatkan kejadian keguguran. Analisis fosfolipid cairan amnion dapat menentukan tingkat pematangan paru janin. Cairan amnion juga dapat digunakan untuk analisis biokimia, studi molekuler, dan microarray chromosome analysis (CMA). Kata Kunci : amniosentesis, prosedur amniosentesis, analisis amniosentesis
## PENDAHULUAN
Diagnosis prenatal yang bertujuan untuk mendeteksi kelainan struktural dan genetik janin dengan metode, prosedur, proses, dan
teknik medis yang berbeda. 1 Hal ini membantu kita agar dapat melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit keturunan dan kelainan bawaan pada janin yang belum lahir. 1
## ARTIKEL TINJAUAN PUSTAKA
Insiden kelainan kromosom pada bayi per 10.000 kelahiran berjumlah total 90. 1
Dalam diagnosis prenatal selama 10 tahun terakhir diperkenalkan sejumlah teknik dan prosedur. Diagnosis prenatal dibagi menjadi dua, yaitu non-invasif dan invasif. Non-invasif prenatal tes ( non-invasive prenatal test , NIPT) atau yang sering disebut juga sebagai non- invasive prenatal screening (NIPS) adalah suatu metode untuk menentukan risiko kelainan genetik tertentu pada suatu bayi yang akan lahir. Metode non-invasif standar adalah penanda serum, tes serum dan ultrasonografi. Penanda serum digunakan sebagai tes skrining selama trimester pertama dan kedua kehamilan yaitu Alpha Fetoprotein (AFP);
Human chorionic Gonadotropin (hCG); Serum estradiol E3; protein plasma terkait kehamilan (pregnancy-associated plasma protein A , PAPP-A). 2
Metode tes serum menganalisis fragmen kecil DNA yang bersirkulasi dalam darah ibu yang sedang hamil. Selama kehamilan, aliran darah ibu mengandung campuran celled-free DNA (cfDNA) yang berasal dari sel-selnya dan sel-sel dari plasenta. 2 Menganalisis cfDNA dari plasenta memberikan peluang untuk deteksi dini kelainan genetik tertentu tanpa membahayakan janin. 3 Non-invasive prenatal test merujuk secara khusus pada teknik yang mengevaluasi sel janin atau cfDNA dalam sampel darah yang diambil dari ibu selama kehamilan. Pemeriksaan ini merupakan suatu tes yang terbatas untuk deteksi dini dan tidak untuk menegakkan suatu diagnostik. Jika seseorang dinilai berisiko tinggi berdasarkan
hasil tes NIPT-nya (biasanya dianggap sebagai risiko >1:200) atau jika tidak puas dengan hasil pemeriksaan yang sederhana, maka dapat melanjutkan pemeriksaan dengan cara invasif. 4
Prosedur pemeriksaan prenatal invasif adalah chorionic villus sampling (CVS) dan amniosentesis. Tes semacam ini merupakan suatu tes yang bersifat diagnostik. 5 Amniosentesis memiliki tingkat akurasi pemeriksaan sekitar 99,4%, namun terkadang tidak selalu berhasil karena adanya masalah teknis seperti tidak mampu mengumpulkan jumlah cairan ketuban yang memadai atau sel yang dikumpulkan gagal untuk tumbuh ketika dikultur. Pemeriksaan amniosentesis ini mulai ditinggalkan karena memiliki risiko keguguran terutama bila dilakukan pada usia yang tidak sesuai. Amniosentesis ini lebih baik dilakukan pada usia kehamilan 15 - 20 minggu. 1,3,6
Amniosentesis merupakan suatu pro- sedur yang digunakan untuk mendapatkan sampel dari cairan amnion pada masa kehamilan. 7 Amniosentesis juga merupakan suatu tes yang dilakukan untuk menilai kelainan kromosom janin dalam kandungan seperti sindrom Down, sindrom Edward, dan sindrom Patau, termasuk permasalahan janin lainnya selama dalam kandungan. 8
Indikasi untuk melakukan amniosentesis terbagi menjadi beberapa hal, antara lain: analisis kromosom (usia maternal lanjut >35 tahun, hasil penanda biokimia abnormal pada trimester 1 atau 2, temuan ultrasonografi, riwayat kelainan kromosom pada kehamilan sebelumnya), analisis DNA (pemeriksaan genetik, kelainan endokrin), suspek anemia
fetus (sensitisasi Rhesus, hidrops fetalis), infeksi fetus (pemeriksaan PCR untuk CMV, parvovirus, toksoplasma), menilai maturitas paru, korioamnionitis, biokimia, kolestasis obstetrik, dan terapi fetus. 9
Penulis mengulas teknik amniosentesis dengan harapan agar artikel ini dapat menjadi bahan pembelajaran untuk meningkatkan wawasan mengenai amniosentesis. Amnio- sentesis merupakan metode diagnostik prenatal invasif yang paling sering digunakan dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi serta membantu agar dapat melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit keturunan dan kelainan bawaan pada janin yang belum lahir.
## DISKUSI
Keputusan menjalani amniosentesis adalah keputusan yang kompleks dan emosional, sering dilakukan dalam waktu singkat. 6 Amniosentesis biasanya dilakukan antara 15-20 minggu usia kehamilan dan dapat dikaitkan dengan risiko trauma janin, pecahnya ketuban, lesi kulit pada janin, infeksi pada ibu dan keguguran. 6 Sebelum melakukan pembedahan, amniosentesis awal dilakukan pemindaian terperinci yang mendeteksi detak jantung, memverifikasi usia kehamilan, lokalisasi plasenta, kantong cairan ketuban dan tempat untuk pengambilan. Lalu pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih, setelah itu melakukan desinfeksi perut bagian bawah dengan menggunakan povidone iodide . 1
Amniosentesis adalah teknik untuk mengambil cairan amnion dari rongga rahim
menggunakan jarum, melalui pendekatan transabdominal dan di bawah bimbingan USG terus menerus, untuk mendapatkan sampel sel eksfoliasi janin, transudat, urin atau sekresi. 10,11 Prosedur ini memiliki risiko kehilangan janin sekitar 0,5% (kisaran 0,06- 1%) ketika dilakukan pada trimester kedua, setelah membran amniotik menyatu dengan korion; ada juga risiko kebocoran cairan ketuban (sekitar 0,3% kasus) dan komplikasi langka lainnya, seperti perdarahan plasenta, infeksi intraamniotik, hematoma dinding perut, dan lesi pada janin. 12
Evaluasi ultrasonografi sebelum pro- sedur dilakukan berfungsi untuk menentukan letak plasenta, kumpulan cairan ketuban, posisi janin, dan gerakan janin. 12 Pada pasien dengan obesitas perlu diperhitungkan jarak antara jarum dengan rongga amnion, yang dapat diperkirakan dengan menggunakan USG. 12 Panjang jarum yang tepat (20-22 G) harus dipilih berdasarkan jarak; Kaliber jarum yang lebih besar berhubungan dengan pengambilan cairan yang lebih cepat. 11 Jarum 12-, 15- dan 20-cm tersedia secara komersial, namun operator harus menyadari bahwa jarum yang lebih panjang rentan mengalami tekukan. 12
Operator (dan asisten) harus mencuci tangan dengan antiseptik dan gunakan sarung tangan steril. Daerah perut ibu yang terpapar harus dibersihkan dan dibuat aseptik dengan kasa steril dan antiseptik, misalnya, klorheksidin atau povidon alkohol. Probe ultrasonik harus ditutup dengan penutup plastik steril, dengan gel di bagian dalam untuk meningkatkan transmisi sonik. Idealnya,
gel steril dengan kemasan individual harus digunakan, untuk mengurangi risiko kontaminasi dari botol gel untuk beberapa kali pemakaian. 12 Prosedur harus dilakukan di bawah bimbingan USG dengan visualisasi jarum yang terus-menerus. 10 Penyisipan jarum memiliki empat tahap: kulit perut, uterus, lalu masuk ke dalam rongga amniotik dan kemajuan jarum. 12
Penggunaan amniosentesis cukup ba- nyak, termasuk penentuan kelainan kromo- som, kematangan paru-paru, dan infeksi. Komplikasi umum dari amniosentesis adalah kematian janin, tetapi komplikasi yang jarang juga harus dipertimbangkan. 13 Amniosentesis adalah prosedur umum yang dilakukan selama kehamilan untuk tujuan diagnostik dan terapeutik.
Komplikasi yang dapat terjadi dari prosedur ini termasuk infeksi kantung ketuban, tetapi risiko ini dapat dikurangi dengan prosedur steril. 14 Komplikasi lainnya antara lain persalinan prematur, gangguan per- napasan, kelainan bentuk janin, trauma, alloimunisasi, dan kegagalan penyembuhan luka akibat luka tusukan. 13 Komplikasi serius dapat menyebabkan keguguran. Amnio- sentesis membawa risiko keguguran, yang dianggap 1 dari setiap 200 prosedur, namun sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa risiko ini dapat dikurangi 1 dalam 1600. Bila dibandingkan dengan pengambilan sampel chorionic villus (CVS), risiko keguguran dilaporkan lebih substansial, 1 dari 100 prosedur. 13
Kelainan kongenital terjadi sebagai akibat dari masalah genetik yang disebabkan
oleh mutasi pada satu atau lebih gen, kromosom aneuploidi atau faktor lingkungan selama periode kehamilan. Gangguan sito- genetik terjadi pada sekitar 2% kehamilan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun, dengan prevalensi 1% kelahiran hidup dan 6% kelahiran mati. Hampir setengah juta bayi dilahirkan setiap tahun di India dengan malformasi, dengan angka untuk sindrom Down (trisomi 21) adalah 21.000 atau 1/1150 kelahiran. Selain itu, pada kehamilan dengan malformasi yang terdeteksi dengan ultra- sonografi, insidensinya jauh lebih tinggi dan bervariasi dari 17% menjadi 27%. Penyebab paling umum dari aborsi spontan adalah ketidakseimbangan kromosom numerik (aneuploidi), khususnya kromosom 13, 14, 15, 16, 18, 21, 22, dan X. Aneuploidi dari lima kromosom tertentu (13, 18, 21, X, Y) me- nyumbang 95% dari penyimpangan kromo- som yang menyebabkan bayi terlahir dengan cacat bawaan. Oleh karena itu, sangat penting dalam diagnosis prenatal untuk menganalisis kelainan kromosom dengan memanfaatkan prosedur seperti amniosentesis dan chorionic villus sampling (CVS) untuk deteksi dini kemungkinan cacat lahir, terutama pada kehamilan berisiko tinggi. 15
Interpretasi analisis prenatal adalah salah satu area paling kompleks dalam pengujian genetik. Dokter menggunakan metode invasif yang dapat meningkatkan risiko keguguran, untuk mendapatkan CVS atau cairan ketuban ( amniotic fluid , AF) untuk analisis molekuler, sitogenetik, atau biokimiawi. 16 Kontaminasi spesimen darah janin atau tali pusat oleh sel-sel ibu
merupakan sumber kesalahan potensial dalam pengujian prenatal diagnostik.
Meskipun darah ibu yang terkontaminasi dapat divisualisasikan dalam 1% hingga 2% dari sampel cairan ketuban dan hingga 38% dari amniosit yang diendapkan setelah sentry- fugasi, asal darah ini — janin atau ibu — tidak dapat dinilai dengan handal. 16 Penilaian status fosfolipid cairan amnion (kualitatif dan semi- kuantitatif) cukup penting dalam menentukan tingkat kematangan paru janin. Pada keha- milan tanpa komplikasi, telah didokumen- tasikan bahwa rasio lesitin terhadap sfingo- mielin (rasio L/S), berkenaan dengan usia kehamilan, merupakan prediktor kematangan yang dapat diandalkan. Nilai rasio L/S sebesar 2,0 biasanya dipertimbangkan sebagai indi- kasi dari kematangan paru, hal ini dibuktikan dari 30 spesimen yang diambil dari berbagai usia kehamilan, 5 bayi memiliki respiratory distress syndrome dengan usia gestasi rata- rata 35 minggu, dan kadar rasio L/S kurang dari 2,0 (antara 1,5-1,7). Hal ini membuktikan bahwa perlunya amniosentesis dilakukan di usia gestasi 35 minggu. 18
Pada kehamilan dengan komplikasi (misalnya toksemia, diabetes mellitus), rasio L/S dapat menyebabkan interpretasi klinis yang keliru dan intervensi prematur.
Kehadiran fosfatidil-gliserol (PG) dalam kasus-kasus ini telah diakui sebagai faktor signifikan yang menunjukkan kematangan paru janin. 17 Cairan ketuban yang diperoleh melalui amniosentesis menyediakan sumber sampel janin yang digunakan dalam diagnosis prenatal. 18,19 Cairan amnion dapat digunakan secara langsung untuk analisis biokimia,
hibridisasi fluoresensi in situ (FISH), dan isolasi DNA untuk studi molekuler, termasuk analisis kromosom microarray ( chromosome microarray analysis , CMA). Cairan ini biasanya dikultur sebagai sumber sel metafase untuk analisis kromosom dan untuk menyediakan bahan tambahan untuk pengujian berbasis biokimia dan DNA. 20
## SIMPULAN
Amniosentesis merupakan suatu prosedur pengambilan cairan amnion yang berfungsi untuk mendeteksi secara dini kelainan pada janin. Prosedur amniosentesis ini disarankan dilakukan pada usia kehamilan 15-20 minggu dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi yaitu sekitar 99,4%. Indikasi dilakukannya pemeriksaan ini adalah usia kehamilan lebih dari 35 tahun, memiliki riwayat kelainan kongenital pada kehamilan sebelumnya atau di keluarga ada yang memiliki kelainan kongenital, dan didapatkan hasil yang signifikan pada pemeriksaan non- invasive prenatal test (NIPT). Seiring berjalannya waktu, pemeriksaan amnio- sentesis bukan hanya untuk pemeriksaan kelainan genetik saja tetapi pemeriksaan ini juga dapat melihat tingkat dari pematangan paru janin.
## DAFTAR PUSTAKA
1. Izetbegovic S, Mehmedbasic S. Early amniocentesis as a method of choice in diagnosing gynecological diseases. Acta Informatica Media [serial online]. 2013 [dikutip 2019 Nov
29];21(4):270 –3.
2. Harraway J. Non-invasive prenatal testing. Royal Australian College of General Practitioners. 2017;26(10):735 –41.
3. National Institutes of Health . What is noninvasive prenatal testing (NIPT) and what disorders can it screen for? . [web page on Internet]. 2018 .
4. Pös, O., Budiš, J. and Szemes, T. Recent trends in prenatal genetic screening and testing.
F1000Research, [serial online]. 2019 [dikutip 2019 Nov 29] 8:764.
5. Norwitz ER. Noninvasive prenatal testing: The future is now. Rev Obs Gynecol. 2013;6(2):48 –62.
6. WebMD. Pregnancy and amniocentesis [web page on Internet]. 2018.
7. Standford Children Health. Amniocentesis Pro- cedure [web page on the Internet]. 2019.
8. National Health Security. Amniocentesis [web page on Internet]. 2019 [dikutip 2019 Nov 29].
9. Theodora M, Antsaklis A, Antsaklis P. Invasive prenatal diagnosis: Amniocentesis. Donald School Journal of Ultrasound in Obstetrics and Gynecology. 2015;9(3):307 –13.
10. Durand M-A, Stiel M, Boivin J, Elwyn G. Information and decision support needs of parents considering amniocentesis: interviews with pregnant women and health professionals. Heal Expect. 2010;13(2):125 –38.
11. Ghi T, Sotiriadis A, Calda P, Costa FDS, Raine- Fenning N, Alfirevic Z, et al. ISUOG Practice Guide- lines: invasive procedures for prenatal diagnosis. ISUOG. 2016;1(1):1 –10.
12. Brambati B, Tului L. Chorionic villus sampling and amniocentesis. Current Opinion in Obstetrics and Gynecology. 2005;17(2):197-201.
13. Cruz-Lemini M, Parra-Saavedra M, Borobio V, Bennasar M, Goncé A, Martínez J. et al. How to perform an amniocentesis. Ultrasound in Obstetrics
& Gynecology. 2014;44(6):727 –31. Ultrasound Obs Gync. 2014;44(6):727 –31.
14. Connolly K. Amniocentesis: A contemporary review.
World Journal of Obstetrics and Gynecology [serial on Internet]. 2016 [dikutip 29 November 2019];5(1):58. Terdapat pada: https://www.wjgnet.com/2218-
6220/full/v5/i1/58.htm
15. Hayat M, Hill M, Kelly D, Tubbs R, Loukas M. A very unusual complication of amniocentesis. Clinical Case Reports [Internet]. 2015 [dikutip 29 November 2019];3(6):345-348. Terdapat pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC44 98839/
16. Fauzdar A, Chowdry M, Makroo R, Mishra M, Srivastave P, Tyagi R, et al. Rapid-prenatal diagnosis through fluorescence in situ hybridization for preventing aneuploidy related birth defects. Indian Journal Human Genetics. 2013;19(1):32 –42. 17. Nagan N, Faulkner N, Curtis C, Schrijver I.
Laboratory guidelines for detection, interpretation, and reporting of maternal cell contamination in prenatal analyses. Journal Molecular Diagnostics. 2011;13(1):7 –11.
18. Pappas A, Mullins R, Gadsden R. The role of amniotic fluid phospholipids in determining fetal lung maturity. Annals Clinical and Laboratory Science. 1982;12(4):304 –7.
19. Kamath-Rayne BD, Smith HC, Muglia LJ, Morrow AL. Amniotic Fluid. Reprod Sci. 2014;21(1):6 –19. 20. Miron P. Preparation, culture, and analysis of amniotic fluid samples. Current Protocol in Human Genetic. 2018;Jun 28:e62.
|
c49b0036-bee2-450d-9525-0339ba318c0a | https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/parahita/article/download/2577/1493 | © 2020 Segala bentuk plagiarisme dan penyalahgunaan hak kekayaan intelektual akibat diterbitkannya paper pengabdian masyarakat ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
JPM Wikrama Parahita p-ISSN 2599-0020, e-ISSN 2599-0012
## PERCONTOHAN UNIT PENYULINGAN
KOMPONEN AROMATIK BUNGA
KOPI DI DESA BUMI
## JAWA, BATANGHARI NUBAN, LAMPUNG TIMUR
Tanto Pratondo Utomo 1* , Irwan Sukri Banuwa 2 , Subeki 1 , Gusri Ahyar Ibrahim 3 , Suci Hardina Rachmawati 1
1) Teknologi Industri Pertanian, Universitas Lampung
2) Kehutanan, Universitas Lampung
3) Teknik Mesin, Universitas Lampung
## Article history
Received : 23-09-2020 Revised : 24-11-2020 Accepted : 29-11-2020
*Corresponding author
Tanto Pratondo Utomo Email: [email protected]
## Abstrak
Kopi merupakan komoditas unggulan Provinsi Lampung yang harus terus ditingkatkan potensinya agar lebih membawa manfaat bagi petani sekaligus mengatasi masalah fluktuasi harga kopi. Bagian tanaman kopi yang belum dimanfaatkan adalah bunga kopi yang memiliki aroma wangi yang khas. Komponen aromatik bunga kopi dapat diekstrak menggunakan proses hydro-distillation menggunakan peralatan destilasi dan memerlukan pengetahuan yang cukup untuk menanganinya. Tujuan pengabdian pada masyarakat ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan petani kopi tentang proses destilasi bunga kopi dan peralatan untuk mendapatkan komponen aromatik bunga kopi, (2) meningkatkan pengetahuan petani kopi tentang penanganan bunga kopi yang baik sebelum diproses untuk mendapatkan komponen aromatiknya, dan (3) meningkatkan pengetahuan petani kopi tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Hasil pengabdian pada masyarakat ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan petani kopi tentang (1) proses destilasi bunga kopi dan peralatan yang dibutuhkan dalam mendapatkan komponen aromatik bunga kopi; (2) penanganan bunga kopi yang baik sebelum diproses untuk mendapatkan komponen aromatiknya; (3) hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
Kata Kunci: Unit Penyulingan; Bunga Kopi; Komponen Aromatik
## Abstract
Coffee, which is a leading commodity in Lampung Province, must continue to increase its potential to be more beneficial for farmers and at the same time overcome the problem of coffee price fluctuations. The untapped part of the coffee plant is the coffee flower which has a distinctive scent. The aromatic component of coffee flowers can be extracted using a distillation process using distillation equipment and requires sufficient knowledge to handle it. The purpose of this community service is (1) to increase coffee farmers' knowledge about the distillation process of coffee flowers and equipment to get the aromatic components of coffee flowers, (2) to increase coffee farmers' knowledge of good handling of coffee flowers before processing to obtain their aromatic components, and (3) to increase coffee farmers' knowledge about the results of distillation of flowers coffee that has good quality or as expected. The results of community service showed that there are knowledge increases of coffee farmers about (1) the process of coffee flower distillation and the equipment needed to obtain the aromatic components of coffee flowers; (2) proper handling of coffee flowers before processing to obtain their aromatic components; (3) the results of the distillation of coffee flowers which are of good quality or as expected.
Keywords : Distillation Unit, Aromatic Compounds
DOI: https://doi.org/10.30656/jpmwp.v4i2.2577
## PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh perkebunan kopi Indonesia pada tahun 2017 dan 2018 yang seluas 1,2 juta hektar, dengan sekitar 920.000 hektar merupakan areal produktif, dengan hasil rata-rata sekitar 710.000 ton kopi per tahun; dan komoditas kopi Indonesia melibatkan sebanyak sekitar 5 juta keluarga petani dalam membudi- dayakan serta pasca panennya (Biro Pusat Statistik, 2019).
Provinsi Lampung merupakan wilayah kedua terluas di Indonesia untuk lahan tanaman kopi yaitu 173.630 Ha, dengan produksi kopi mencapai 131.501 ton per tahun (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 10 persen areal tanam kopi Indonesia ada di Provinsi Lampung dan dapat dikatakan bahwa kopi identik dan telah menjadi ciri khas masyarakat Provinsi Lampung
sehingga
perlu
terus dikembangkan lebih lanjut agar memiliki manfaat dan nilai tambah yang lebih besar.
Terdapat dua jenis kopi yang telah dibudidayakan di Provinsi Lampung yakni kopi arabika dan kopi robusta. Kopi robusta dapat dikatakan identik dengan Provinsi Lampung karena merupakan pemasok kopi robusta terbesar di Indonesia. Selain itu, Kopi Lampung mendapat predikat sebagai salah satu kopi terbaik di Indonesia karena dikenal memiliki aroma dan citarasa yang khas.
Pemerintah Daerah Provinsi Lampung telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong peningkatan promosi dan konsumsi Kopi Lampung untuk meningkatkan nilai tambah produksi kopi guna peningkatan kesejahteraan petani kopi di Lampung antara lain dengan mendorong konsumsi kopi dengan menerbitkan Surat Edaran Gubernur Lampung nomor: 045.2/2708.4/V.20/2019 tentang Hari Jumat sebagai Hari Minum Kopi. Melalui kebijakan ini, industri pengolahan kopi diharapkan dapat meningkatkan produksinya yang berdampak positif bagi para petani kopi di Lampung Barat, Tanggamus, Way Kanan, dan sentra penghasil kopi lain semakin terpacu untuk meningkatkan produksi kopinya (Pamungkas, 2019).
Permasalahan utama komoditas kopi Indonesia adalah harga kopi yang tidak stabil seperti kondisi pada pertengahan tahun 2019 yaitu harga biji kopi kering asalan di Lampung pada Bulan Juli turun dari Rp23.000/kg menjadi Rp19.000/kg. Hal ini menimbul- kan dampak negatif terhadap semangat petani kopi dalam mengelola tanaman kopinya yang
selanjutnya berimbas pada menurunnya produktivitas panen kopi pada beberapa tahun terakhir.
Kondisi komoditas kopi yang serupa terjadi di Kabupaten Lampung Timur, lokasi pengabdian ini dilaksanakan, yaitu berdasarkan data Departemen Kehutanan Provinsi Lampung (2117) luas total tanaman kopi robusta 1.061 hektar, terdiri atas 74.25 hektar tanaman belum produktif, 826 hektar tanaman produktif, dan 160,75 hektar tanaman tidak produktif karena rusak atau mati. Petani penanam kopi mencapai 8.590 orang, dengan produktivitas 660 kilogram per hektar, dan produksi 545,60 ton per tahun. Kecamatan Batanghari Nuban, Lampung Timur memiliki 13 desa, salah satunya adalah Desa Bumi Jawa yang memiliki 24 hektar tanaman perkebunan 12 hektar terdiri dari tanaman singkong, 9 hektar tanaman kopi, dan 3 hektar adalah coklat yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bumi Jawa.
Diversifikasi produk kopi banyak dimanfaatkan untuk memberikan nilai tambah bagi petani seperti pemanfaatan limbah kulit kopi menjadi kompos (Maulida dkk., 2018; Sastra dan Bawono, 2018; Suloi, 2019; Supeno dan Erwan, 2018), teh daun kopi (Asyhari dkk., 2020), bunga kopi untuk teh (Supeno dkk., 2020). Penelitian Fajrin (2017) menunjukkan bunga kopi mempunyai kandungan minyak astiri yang bisa dikembangkanuntuk dimanfaatkan antara lain dengan proses destilasi (Rahmawati, 2019).
Bunga kopi mempunyai mahkota berwarna putih dan beraroma harum semerbak yang mirip aroma bunga melati. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Nohara dkk. (1997) menyatakan bunga kopi arabika mempunyai kandungan minyak atsiri berupa senyawa aromatik yang mengandung nitrogen dan juga turunan fenitana, epoxygeraniol novel (2,3-epoxygeraniol dan 6,7-epoxygeraniol) epoxygeraniol dan epoxynerol. Metode hidrodestilasi menggunakan air merupakan metode yang paling tepat dalam mengekstrak senyawa aromatik bunga kopi robusta menghasilkan destilat yang mengandung senyawa aromatik 1,2 oxolinalool yang sama struktur dengan 1,2 epoxylinalool (Rahmawati dkk., 2020). Aroma yang dihasilkan hasil destilasi ini dinilai menyerupai aroma bunga kopi oleh para panelis ahli (para petani kopi). Fahrulsyah dkk. (2019) menambahkan bahwa analisis potensi nilai tambah dengan memanfaatkan bunga kopi sebagai bahan untuk hidrodestilasi untuk menghasilkan destilasi yang mengandung senyawa aromatik dengan bahan
DOI: https://doi.org/10.30656/jpmwp.v4i2.2577
baku 1 kg bunga kopi mendapatkan nilai tambah sebesar Rp. 553.932,- dengan tingkat keuntungan 59,3 persen.
Program pengabdian ini melakukan edukasi kepada petani untuk mengoptimalkan nilai tambah tanaman kopi terutama bagi petani kopi adalah potensi pemanfaatan bunga kopi yang sekaligus diharapkan dapat menjadi solusi masalah fluktuasi harga kopi adalah bunga kopinya. Bunga kopi biasanya mekar pada permulaan musim kemarau sehingga pada akhir musim kemarau telah berkembang menjadi buah yang siap dipetik. Permasalahan petani kopi di Desa Bumi Jawa Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur yang
berkaitan dengan pemanfaatan bunga kopi , adalah sebagai berikut. 1. Belum mempunyai pengetahuan tentang proses destilasi bunga kopi dan peralatan yang dibutuhkan.
2. Belum mempunyai pengetahuan tentang penanganan bunga kopi yang baik sebelum diproses untuk mendapatkan komponen aromatiknya.
3. Belum mempunyai pengetahuan tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap potensi senyawa aromatik bunga kopi (Rahmawati dkk., 2019) maka perlu dilakukan upaya pembuatan Percontohan Unit Penyulingan Minyak Atsiri Bunga Kopi dengan lokasi tanaman kopi yang dikelola petani kopi dengan lokasi di Desa Bumi Jawa, Kecamatan
Batanghari Nuban,
Kabupaten Lampung Timur. Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan petani kopi di lokasi pengabdian tentang proses destilasi bunga kopi dan peralatan yang dibutuhkan dalam mendapatkan komponen aromatik bunga kopi.
2. Meningkatkan pengetahuan petani kopi di lokasi pengabdian tentang penanganan bunga kopi yang baik sebelum diproses untuk mendapatkan komponen aromatiknya.
3. Meningkatkan pengetahuan petani kopi di lokasi pengabdian tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan
## METODE PELAKSANAAN Metode Pendekatan yang dilakukan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlokasi di Desa Bumi Jawa, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur yang berjarak sekitar
71,5 km yang ditempuh sekitar 1,5 jam dari Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan kegiatan penyuluhan dan pelatihan untuk memberikan solusi pada petani kopi dalam mengolah bunga kopi robusta menggunakan proses destilasi sehingga
mendapatkan output atau keluaran yang diharapkan seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 . Kendala, solusi, dan output yang diharapkan No Masalah Solusi Output 1 Belum mem- punyai penge- tahuan tentang proses destilasi bunga kopi dan peralatan yang dibutuhkan. Penyuluhan dan pelatihan proses destilasi bunga kopi dan pe- nyediaan per- alatan destilasi bunga kopi skala kecil yang di-butuhkan Petani kopi mitra mem- punyai penge-tahuan dan mampu me-lakukan proses destilasi bunga kopi menggu- nakan peralat-an destilasi bu- nga kopi skala kecil yang di- sediakan. 2 Belum mem- punyai penge- tahuan tentang penanganan bu-nga kopi yang baik sebelum diproses untuk mendapatkan komponen aromatiknya. Penyuluhan dan pelatihan ten-tang penanga-nan bunga kopi yang baik se- belum diproses untuk menda- patkan kom- ponen aroma- tiknya. Petani kopi mitra mem- punyai penge-tahuan dan mampu dalam penanganan bunga kopi yang baik se- belum diproses untuk men-
dapatkan kom-ponen aroma-tiknya. 3 Belum mem- punyai penge- tahuan tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan Penyuluhan ten-tang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan Petani kopi mitra mempu- nyai pengeta- huan tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempu- nyai mutu yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
## Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi terhadap pelaksanaan masing-masing tahap kegiatan dilakukan dengan memberikan kuesioner terhadap para petani kopi yang
DOI: https://doi.org/10.30656/jpmwp.v4i2.2577
mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan untuk mengetahui pengetahuan sebelum dan setelah mengikuti kegiatan.
## PEMBAHASAN
Penyuluhan dan pelatihan proses destilasi bunga kopi dan penyediaan peralatan destilasi bunga kopi skala kecil
Evaluasi awal dilakukan sebelum penyuluhan dan pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta sebanyak 8 (delapan) petani kopi belum mengetahui tentang proses destilasi untuk memperoleh komponen aromatik dari bunga kopi. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan proses destilasi bunga kopi diawali pengenalan peralatan destilasi menggunakan uap air langsung yang secara skematik disajikan pada Gambar 1; sedangkan peralatan yang digunakan pada penyuluhan dan pelatihan disajikan pada Gambar 2.
Gambar 1 . Skematik proses destilasi menggunakan uap langsung
Gambar 2. Unit penyulingan komponen aromatik bunga kopi yang digunakan
Model unit penyulingan bunga kopi yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini menggunakan prinsip penyulingan uap langsung yaitu air terletak di bagian bawah tungku tanpa bersentuhan langsung dengan bahan baku dengan kapasitas 5 kg bahan baku. Pada saat tungku dipanaskan maka air akan menguap dan bersentuhan dengan bahan yang akan menguap bersama komponen aromatik bunga kopi. Uap
selanjutnya akan masuk ke dalam kondensor yang selanjutnya mengembun dan ditampung dalam penampungan.
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan penyulingan kepada petani kopi peserta kegiatan menggunakan model unit destilasi, seperti yang disajikan pada Gambar 2, meliputi pengenalan peralatan, pengoperasian, bagian dan tahapan kritis yang menentukan keberhasilan proses penyulingan dan hasil sulingan yang diharapkan.
Evaluasi akhir dilakukan setelah penyuluhan dan pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta sebanyak 8 (delapan) petani kopi telah mengetahui tentang teknik atau cara memperoleh komponen aromatik dari bunga kopi menggunakan model unit penyulingan bunga kopi.
## Penyuluhan dan pelatihan tentang penanganan bunga kopi sebelum diproses untuk mendapatkan komponen aromatiknya
Penanganan bunga kopi sebelum diproses dengan cara destilasi merupakan salah satu hal yang penting dan mempengaruhi hasil sulingan (destilat) yang mengandung komponen aromatik yang dihasilkan. Bunga kopi yang digunakan adalah bunga kopi yang telah mengalami penyerbukan agar tidak berpengaruh terhadap pembentukan buah kopi (Gambar 3).
Gambar 3. Bunga kopi robusta yang digunakan sebagai bahan baku proses penyulingan
Evaluasi awal dilakukan sebelum penyuluhan dan pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta sebanyak 8 (delapan) petani kopi mengetahui tentang penanganan bunga kopi sebelum diproses yaitu tahu bahwa apabila penanganan tidak tepat akan menyebabkan perubahan aroma bunga kopi, tetapi belum mengetahui cara mengumpulkannya.
Tungku Bahan baku Destilator Hasil Sulingan Tungku Bahan baku Destilator Hasil Sulingan
DOI: https://doi.org/10.30656/jpmwp.v4i2.2577
Solusi yang ditawarkan adalah dengan memasang jaring (net) pada bagian bawah tanaman kopi yang akan diambil bunganya yang telah mengalami penyerbukan (Gambar 4)
Gambar 4. Pemasangan jaring di bawah tanaman kopi
Evaluasi akhir dilakukan setelah penyuluhan dan pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta sebanyak 8 (delapan) petani kopi mengetahui tentang penanganan bunga kopi sebelum diproses dan mengetahui cara mengumpulkannya.
## Penyuluhan tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik
Evaluasi awal dilakukan menggunakan kuesioner sebelum penyuluhan dan pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta sebanyak 8 (delapan) petani kopi belum mengetahui tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik. Hal ini karena terkait dengan belum dimilikinya pengetahuan tentang proses destilasi bunga kopi untuk mendapatkan komponen aromatiknya.
Mutu destilasi bunga kopi yang dihasilkan adalah aroma menyerupai dengan aroma bunga kopi berdasarkan hasil penilain para petani yang sudah terbiasa dengan aroma bunga kopi. Destilat atau hasil sulingan bunga kopi yang dihasilkan disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Hasil destilasi bunga kopi
Destilat bunga kopi yang dihasilkan sangat tergantung pada proses penyulingan yang dilakukan. Hal utama yang harus diperhatikan adalah ketersediaan air untuk proses ekstraksi yang harus cukup untuk menghindari off-odour antara lain berupa bau hangus. Evaluasi akhir menggunakan kuesioner dilakukan setelah penyuluhan dan pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta sebanyak 8 (delapan) petani kopi telah mengetahui tentang tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik .
## KESIMPULAN
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dalam penerapan percontohan unit penyulingan komponen aromatik bunga kopi di Desa Bumi Jawa, Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur berhasil meningkatkan pengetahuan petani kopi tentang proses destilasi bunga kopi dan peralatan yang dibutuhkan dalam mendapatkan komponen aromatik bunga kopi, peningkatan pengetahuan petani kopi tentang penanganan bunga kopi yang baik sebelum diproses untuk mendapatkan komponen aromatiknya dan peningkatan penge- tahuan petani kopi tentang hasil destilasi bunga kopi yang mempunyai mutu yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Program pengabdian ini dapat dilanjutkan pada pendampingan implement- tasi kepada petani sehingga berdampak langsung pada peningkatan ekonomi petani kopi.
## DAFTAR PUSTAKA
Asyhari, A., Sari, F. Y., Efendi, N. R., Nurjanah, D., Septianti, O., Putra, B., Maulana, D., Intan, D., Bagas, A., dan Apriyadi, N. (2020). Pemberdayaan Kelompok Petani Kopi Karang Rejo untuk Meningkatkan Pemanfaatan Daun Kopi Menjadi Layak Konsumsi. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat , 5 (1), 279–286. http://ppm.ejournal.id/index.php/pengabdian/articl e/view/251
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. (2017).
Peningkatan Produksi Kopi Robusta. In Badan Pusat Statistik . Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. (2019). Statistik kopi Indonesia . Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.
Departemen Kehutanan Provinsi Lampung. (2117). Produksi Kopi Robusta . Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Fahrulsyah, F., Utomo, T. P., Suroso, E., dan Hidayati, S.
(2019). Analisis Nilai Tambah Minyak Bunga Kopi
Robusta Di Provinsi Lampung. Seminar Nasional Lahan Kering ke-5 , 1–10. http://repository.lppm.unila.ac.id/16147/ Fajrin, N. (2017). Kajian Pengembangan Agroindustri
Minyak Atsiri Berbasis Bunga Di Provinsi Lampung . Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/29130/ Maulida, D., Erfa, L., Ferziana, F., dan Yusanto, Y. (2018). Teknologi Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi Melalui Pelatihan Pembuatan Kompos. Prosiding Seminar
DOI: https://doi.org/10.30656/jpmwp.v4i2.2577
Nasional Penerapan IPTEKS , 1–7. https://jurnal.polinela.ac.id/index.php/SEMTEKS/articl
e/view/1204
Nohara, I., Emura, M., Toyoda, T., dan Kanisawa, T. (1997). Epoxygeraniol and Epoxynerol from Coffee Flower ( Coffea arabica L.). Journal of Essential Oil Research ,
9 (6),
727–729.
https://doi.org/10.1080/10412905.1997.9700825
Pamungkas, S. B. (2019). Mendorong Konsumsi Kopi Lampung . https://www.lampost.co/berita- mendorong-konsumsi-kopi-lampung.html Rahmawati, S. H. (2019). Kajian Ekstraksi Komponen Aromatik Bunga Kopi robusta (Coffea Chanephora) . Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/60859/ Rahmawati, S. H., Utomo, T. P., Subekti, Hidayati, S., dan Suroso, E. (2019). Kajian Ekstraksi Komponen Aromatik Bunga Kopi Robusta (coffea Chanepora). Journal of
Tropical Upland Resources (J. Trop. Upland Res.) , 2(1),
121-131. https://doi.org/10.23960/jtur.vol2no1.2020.87
Sastra, H., dan Bawono, S. (2018). Pemanfaatan Limbah
Kulit Biji Kopi Sebagai Bahan Kompos Dan Cascara. Jurnal Abdimas , 2 (1), 55–61. https://tesniaga.stiekesatuan.ac.id/index.php/abdi mas/article/view/168
Suloi, A. N. F. (2019). Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi sebagai Upaya Pemberdayaan Ibu-ibu Rumah Tangga di Desa Latimojong, Kabupaten Enrekang. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat , 5 (3), 246–250. https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/j-
agrokreatif/article/view/22078
Supeno, B., dan Erwan, N. M. L. E. (2018). Diversifikasi Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kopi untuk Produk yang Bernilai Ekonomis Tinggi di Kabupaten Lombok Utara. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian
Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) , 1 , 449–457. http://www.prosiding-
pkmcsr.org/index.php/pkmcsr/article/view/216
Supeno, B., Meidiwarman, M., Tarmizi, T., Fauzi, M. T. F., dan Haryanto, H. (2020). Inovasi Pengolahan Limbah Bunga Kopi Untuk Minuman Teh Sebagai Produk Sampingan Petani Kopi Di Wilayah Hutan
Kemasyarakatan Sesaot. Jurnal PEPADU , 1 (2), 144– 150. http://jurnal.lppm.unram.ac.id/index.php/jurnalpep adu/article/view/89
|
d41b9ea5-84eb-4ce4-b1d4-335f22c3dc90 | http://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/download/65836/20846 |
## Volume, 14 Number 2, 2023
## NASIONALISME INDONESIA DALAM PERUBAHAN MASA REFORMASI DAN TANTANGAN GLOBALISASI
## Danar Widiyanta, Miftahuddin
Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Yogyakarta [email protected], [email protected]
## Abstrak
Nasionalisme Indonesia masa kini sedang mengalami degradasi dengan meningkatnya konflik-konflik antar etnik, antaragama, dan fenomena disintegrasi bangsa lainnya. Ketahanan integrasi bangsa sedang diuji kehandalannya karena kelalaian sejarah. Masa orde lama, orde baru telah keliru merasionalkan persatuan secara empiris. Pemerintah tidak memberi kesempatan masing-masing kelompok etnik untuk mengekspresikan keleluasaannya dalam persatuan bangsa. Metode Penelitian yang digunakan adalah Metode sejarah yang memiliki empat tahapan kerja yaitu heuristic, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Kesimpulan yang didapat bahwa nasionalisme Indonesia yang berkembang sejak masa kolonial sampai sekarang telah mengalami beberapa tahap perubahan. Dari nasionalisme anti penjajahan pada masa kolonial, menjadi nasionalisme yang nation oriented pada masa orde lama, berubah pada nasionalisme dengan state oriented di masa orde baru. Di masa reformasi dan Era Global beberapa nilai Barat yang hendak dikembangkan ternyata tidak mendapat dukungan yang kokoh dari struktur sosial, ekonomi maupun politik. Di sisi lain banyak hal contoh dan kasus yang menunjukkan situasi ekonomi, sosial, dan politik tidak dapat disimpulkan sepenuhnya bersandar pada nilai asli domistik yang ada.
Kata Kunci : Nasionalisme, Indonesia, reformasi, globalisasi.
## Abstract
Indonesian nationalism is currently experiencing degradation with increasing inter-ethnic, inter-religious conflicts and other phenomena of national disintegration. The resilience of national integration is being tested due to historical negligence. During the old order, the new order made a mistake in rationalizing unity empirically. The government does not give each ethnic group the opportunity to express its independence within national unity. The research method used is the historical method which has four stages of work, namely heuristics, source criticism, interpretation and historiography. The conclusion obtained is that Indonesian nationalism, which developed from the colonial period until now, has experienced several stages of change. From anti-colonial nationalism during the colonial era, to nation-oriented nationalism during the old order, it changed to state-oriented nationalism during the new order. In the era of reform and the Global Era, several Western values that were intended to be developed did not receive strong support from social, economic or political
structures. On the other hand, there are many examples and cases that show economic, social and political situations that cannot be concluded completely based on existing original domestic values.
Keywords: Nationalism, Indonesia, reform, globalization.
## PENDAHULUAN
Nasionalisme Indonesia sedang mejadi perbincangan hangat terkait dengan berbagai peristiwa berbau sara di tanah air. Nasionalisme merupakan konsep Barat yang berkembang di Indonesia sekitar awal abad ke-20 oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional. Nasionalisme merupakan konsep Barat yang dapat diterima dalam arti yang tepat oleh Masyarakat Indonesia (Denys Lombard, 2005 : 167). Munculnya nasionalisme di Indonesia dapat ditelusuri melalui sejarah panjang, ketika bangsa Indonesia mulai menyadari identitas nasionalnya dan menentang kolonialisme. Secara historis, nasionalisme Indonesia menarik untuk dikaji karena istilah nasionalisme ini mengalami pasang surut dalam pengertian politik maupun sosial.
Paham negara kebangsaan di Eropa lahir melalui proses Panjang dari masa renaissance hingga masa pencerahan. Revolusi perancis dipelopori oleh kaum nasionalis. Kaum nasionalis mengulingkan kekuasaan monarki dengan Prinsip egalite, liberti dan fertinite . Dengan slogan tersebut telah menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa mereka punya hak yang sama atas negara di samping tanggung jawab yang sama juga (Sutarjo Adisusilo, 2013 : 114). Pertumbuhan nasionalisme di Indonesia berbeda dengan Eropa. Konsepnya sama tetapi nuansa nasionalisme dibalut dengan anti kolonialisme. Sistem pendidikan Barat yang diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda membantu membangun intelektual dan elit lokal. Intelektual Indonesia yang belajar di Eropa mengalami perubahan pemikiran dan mulai mempertanyakan penjajahan serta mencari cara membangun nasionalisme bangsa. Terbentuknya kelompok-kelompok intelektual dan organisasi-organisasi politik seperti Budi Utomo (1908) dan Sarekat Islam (1912) memberikan wadah bagi para aktivis untuk berdiskusi dan mengembangkan gagasan nasionalis. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 oleh merupakan puncak
dari gerakan nasionalis. Ini mengilhami semangat perjuangan dan menyatukan berbagai kelompok etnis dan agama di Indonesia. Setelah merdeka, tantangan berikutnya adalah membangun negara yang bersatu dan merumuskan identitas nasional Indonesia. Di Era Global sekarang, retorika nasionalisme sudah diganti oleh para politisi, pembisnis bahkan cendikia dalam kontek yang berbeda dengan konsep nasionalisme di awal kemerdekaan (Sri Ana Handayani, 2019 : 156). Perubahan inilah yang akan dikaji lebih mendalam dalam tuliasn ini.
## METODE
Kajian Nasionalisme Indonesia dalam Perubahan di era global merupakan kajian sejarah. Metode yang digunakan adalah metode sejarah. Metode sejarah Menurut Louis Gottschalk mempunyai empat tahapan kerja, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi (Nugroho Notosusanto, 1987 : 32).
Heuristik adalah aktifitas mencari dan mengumpulkan sumber-sumber Penelitian yang relevan. Data-data dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Identifikasi dan mengumpulkan sumber-sumber primer (dokumen asli, surat kabar, catatan pribadi) dan sumber-sumber sekunder (analisis, buku teks, artikel) yang relevan dengan topik penelitian. Langkah berikutnya adalah kritik sumber, di mana kritik sumber merupakan upaya untuk mempermasalahkan kesejatian sumber. Kritik meliputi kritik ekstern dan kritik intern. Selanjutnya adalah interpterasi, yaitu melakukan interpretasi terhadap fakta sejarah dengan menggunakan pendekatan sosial dan politik dan sejumlah paradigma untuk melihat masalah yang sedang diteliti. Kegiatan terakhir adalah pendiskripsian secara logis dan sistematis, data- data yang telah diolah secara analitis ke dalam bentuk tulisan (historiografi). Penerapan metode sejarah ini membantu membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang masa lalu dan dampaknya terhadap perkembangan dan identitas suatu masyarakat.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nasionalisme dari Pergerakan Nasional hingga Orde Baru
Pemahaman berbangsa dan bernegara amat krusial di masa pergerakan nasional. Sebagai bangsa yang terjajah punya Prinsip bagaimana dapat bertahan hidup di negrinya sendiri. Kesenjangan Budaya antara penjajah dan masyarakat terjajah mengakibatkan pandangan yang berbeda dalam memahami bernegara. Bagi masyarakat terjajah yang feudal memandang kekuasaan itu abstrak dan penuh mitos. Pemerintah Kolonial Belanda menggunakan kekuasaan yang bersifat konkrit ( Ben Anderson R.OG., 1986).
Para politikus humanis di awal abad ke-20, mulai memperhatikan kesejahteraan rakyat terjajah yang dianggap jauh dari kata sejahtera. Sejalan dengan desakan tersebut pemerintahan Hindia Belanda menerapkan kebijakkan politik etik atau politik balas Budi. Untuk meningkatkan taraf hidup bumiputera dilaksanakan program irigasi, edukasi dan imigrasi. Program pendidikan berjalan cepat dan dapat diterima oleh masyarakat. Sentuhan Budaya cara berfikir Barat, telah membuka cakrawala baru untuk berfikir global. Cakrawala baru inilah yang menentukan perubahan berfikir masyarakat bumiputera untuk memahami arti sebuah kemerdekaan.
Munculnya golongan terpelajar, memegang peralihan penting dalam masa pergerakan nasional di Indonesia (Sartono Kartodirdjo, 1969 : 55). Bahasan tentang bangsa pada akhirnya menghimpun legitimasi bagi Sebuah perjuangan kemerdekaan. Kemerdekaan yang mengatasnamakan kepentingan seluruh masyarakat baik yang terpelajar maupun yang belum terpelajar. Nasionalisme, Indonesia, merdeka merupakan kosa kata yang banyak diserap para pelajar bumiputera di Belanda. Perkumpulan pelajar dengan nama Perhimpunan Hindia ( Indische Vereniging ) lahir di Belanda tahun 1908 (Akira Nagazumi, 1986: 136). Di Hindia Belanda baru segelintir orang yang memikirkan tentang nasionalisme salah satunya adalah Sukarno. Sarekat Islam, yang awalnya merupakan organisasi serikat buruh, berkembang menjadi organisasi yang memainkan peran penting dalam gerakan nasionalis dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Sumpah pemuda sebagai momentum kebersamaan telah mempermudah membumikan kata nasionalisme. Nasionalisme dipahami sebagai cinta tanah air dan terbebas dari kekuasaan asing (Dennys Lombard : 2005 : 168). Nasionalisme yang lahir pada
masa pergerakan nasional ini telah menjadi kekuatan besar sebagai proses kemunculan kesadaran nasional yang pada gilirannya menjadi gerakan massa yang anti kolonial (Alfian, 1996 : 34). Indonesia berhasil membentuk negara kebangsaan dengan adanya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pasca kemerdekaan, revolusi dan nasionalisme bergema untuk mengobarkan semangat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Perjuangan fisik melawan penjajah, baik oleh tentara Indonesia maupun rakyat, turut memperkuat semangat nasionalisme. Pengikut nasionalisme ini berkeyakinan bahwa persamaan cita-cita dapat diwujudkan dalam sebuah identitas politik dan kepentingan bersama dalam wadah yang disebut bangsa ( nation ). Pada awal kemerdekaan sampai tahun 1950 perkembangan nasionalisme Indonesia digambarkan dengan detail oleh George Mc Turnan Kahin dalam bukunya Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia (Kahin, 1995). Diplomasi politik oleh tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Hatta dalam perundingan internasional membantu memastikan pengakuan kemerdekaan Indonesia. Pada akhir 1950-an Indonesia berhasil ke luar dari kemelut perjuangan bangsa melawan bangsa asing dengan jargon revolusi. Dalam perkembangan waktu, perpecahan antara Sukarno dan Hatta terjadi. Sukarno menginginkan nasionalisme tetap memerangi kolonialisme, liberalisme dan imperialisme. Kebijakan pemerintah lebih pada kebijakan politik memusuhi kolonialisme dan imperialisme asing. Masa Orde lama muncul yang disebut NASAKOM tiga pilar yaitu nasional, agama dan komunis dianggap akan mampu menangkal pengaruh imperialis Barat. Masa Sukarno dengan dalih revolusi belum selesai juga menyeret konflik dengan Malaysia sebagai bagian dari imperialisme Inggris.
Demokrasi Barat yang dipadukan dengan feodalisme Timur melahirkan demokrasi terpimpin. Kenyataannya aspek ekonomi terpinggirkan dalam pelaksanaan UUD 1945. Progres ekonomi dengan berdiri di atas kaki sendiri dan mengurangi peran Cina dalam ekonomi tidak terlaksana. Perubahan demi perubahan kekuasaan di era Orde Lama membawa bangsa Indonesia ke kemiskinan. Kemiskinan terjadi karena kondisi ekonomi dan politik yang tidak kondusif. Kondisi ekonomi yang makin memburuk, pertentangan ideologi yang semakin
komplek menyebabkan tragedy bangsa yang dikenal dengan Gerakan 30 September tahun 1965. Tragedi ini yang kemudian mengakhiri Orde Lama dan melahirkan pemerintahan Baru yang dikenal dengan Orde Baru.
Masa Orde Baru mengubah konsep revolusi belum selesai dengan konsep pembangunan. Pembangunan dilakukan dengan bertahap yang dikenal dengan Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Tujuan pembangunan untuk mengubah masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Pembangunan digaungkan dalam mengubah masyarakat Indonesia yang tradisional menuju masyarakat Indonesia modern. Pembangunan masa Orde baru bersifat sentralistik. Kebijakkan sentralistik dilatarbelakangi, kekhawatiran terhadap persatuan nasional, sentralisasi dalam rangka memelihara keseimbangan politik dan keamanan, dan pengalaman sekitar 1965 memaksa pemerintah memegang kendali kebijakan ekonomi.
Masa Orde Baru di Indonesia (tahun 1966-1998) pemerintahan Presiden Soeharto memiliki kendali yang kuat atas kebijakan ekonomi. Pemerintah pusat, mengendalikan penuh atas kebijakan ekonomi dengan mengeluarkan keputusan- keputusan penting dan diimplementasikan di seluruh Indonesia. Pemerintah Orde Baru dalam pembangunan ekonominya berbasis sentral, dengan fokus pada industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pemerintah memiliki kendali dalam menentukan harga beberapa komoditas utama seperti beras dan minyak kelapa sawit. Kebijakan monopoli ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung petani. Masa Orde Baru mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan, meskipun diiringi dengan kritik terkait otoritarianisme dan Korupsi Kolosi Nopotisme. Pemerintah menggunakan model pembangunan berbasis tumpang tindih di mana sektor-sektor yang saling terkait didorong untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang terintegrasi.
Dalam kehidupan politik, pemerintahan Orde Baru memegang hegemoni yang sangat kuat. Pemerintahan Orde Baru didominasi oleh otoritas militer. Soeharto sendiri adalah seorang jenderal militer yang mengambil alih kekuasaan setelah G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Pemerintahan Orde Baru didasarkan pada anti-komunisme yang keras. Soeharto memusatkan kekuasaan di tangan presiden, menghilangkan partai politik,
dan mendirikan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang diangkat langsung oleh presiden. Hal ini menghasilkan pemerintahan yang sangat sentralistik. Kebebasan politik dan pers dibatasi secara signifikan. Pemerintah mengendalikan media, membatasi kegiatan partai politik, dan menekan kritik terhadap rezim. Nasionalisme yang terbentuk berubah dari nation-oriented menjadi state oriented . Ideologi negara adalah Pancasila, yang digunakan untuk mendefinisikan nilai-nilai dan arah pembangunan nasional. Pancasila diresapi dengan nilai-nilai nasionalisme, agama, kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan sosial. Rasa kebangsaan dipupuk dengan Penataran P4, yang diberlakukan bagi seluruh bangsa Indonesia sejak duduk dibangku sekolah menengah. Kesetiaan terhadap negara harus ditunjukkan dengan kesetiaan pada pemimpin tanpa banyak pertimbangan. Nasionalisme era Orde Baru, tidak memberikan ruang yang bebas untuk kebebasan berpendapat. Nasionalisme diarahkan kepada kepatuhan terhadap pejabat, birokrat dan unsur atasan lain untuk keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Hegemoni pemerintahan selama rentang 30 tahun melahirkan ketidaknyamanan dan ketidakpatuhan dari generasi mudanya. Meskipun berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan, model ekonomi masa Orde Baru juga diwarnai oleh kebijakan yang rentan terhadap korupsi, ketidaksetaraan, dan penindasan politik. Krisis moneter Asia pada tahun 1997 mengguncang ekonomi Indonesia. Kondisi ini memunculkan ketidakpuasan masyarakat, memicu demonstrasi besar-besaran, menuntut pengunduran diri Soeharto. Pada awal 1998, krisis ekonomi melanda Indonesia dan demonstrasi mahasiswa memicu keruntuhan rezim Orde Baru, membuka jalan bagi reformasi dan perubahan menuju sistem demokrasi yang lebih terbuka. Reformasi disebabkan karena ruang demokrasi yang terbatas, eksplorasi rasa kebangsaan yang sangat berkurang. Krisis moneter 1998, telah melumpuhkan sendi perekonomian pemerintah Indonesia. Demonstrasi Nasional akhirnya berhasil menggantikan sistem orde baru dengan orde reformasi.
## B. Reformasi dan Tantangan Globalisasi
Semangat reformasi mewarnai perbaikan sistem pemerintahan disesuaikan dengan perubahan zaman. Gerakan reformasi mengagendakan beberapa perubahan
mendasar di Indonesia. Agenda itu adalah : Adili Suharto dan kroni-kroninya, Laksanakan amandemen UUD 1945, hapuskan Dwi Fungsi ABRI, Pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya, Tegakkan supremasi hukum dan Ciptakan supremasi hukum (Sri Ana Handayani, 2019 : 166). Reformasi mengusung agenda demokrasi, dalam banyak hal juga menciptakan infrastruktur dan prakondisi yang kondusif bagi tumbuh kembangnya keindonesiaan melalui partisipasi. Kemampuan demokratisasi dalam manarik semua elemen nasional bersendikan partisipasi menjadi penentu penting. Penghapusan diskriminasi dan perluasan partisipasi menjadi penghubung yang sangat penting.
Nasionalisme era reformasi menghadapi tantangan Zaman yang berbeda dengan zaman sebelumnya. Di era globalisasi sekarang, zaman perkembangan teknologi gawai misalnya telah menciutkan dunia ke dalam sebuah dunia maya. Keadaan sekarang mengharuskan masyarakat Indonesia untuk memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi (melek teknologi). Kemajuan teknologi dunia harus diimbangi oleh nasionalisme, supaya tidak terjebak dalam perubahan nasionalisme itu sendiri. Tantangan masyarakat Indonesia dalam membentuk nasionalisme era reformasi berbeda dengan era sebelumnya. Tantangan di era global, adalah mewujudkan demokrasi di tengah gempuran teknologi canggih yang semakin menglobal.
Pemerintahan Jokowi mencanangkan Nawa Cita untuk merevolusi mental bangsa Indonesia. Nama "Nawa Cita" diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti sembilan cita-cita. Ini adalah kerangka kerja yang mencakup sembilan prioritas kebijakan utama yang ditetapkan untuk mengarahkan pembangunan Indonesia. Nawa Cita meliputi, revolusi mental, peningkatan kesejahteraan rakyat, pemberantasan korupsi, pemberdayaan desa, pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, penguatan ekonomi nasional, penagggulangan kemiskinan dan Inddonesia sejahtera. Tujuan Nawa Cita agar bangsa Indonesia dapat mengikuti arus zaman tanpa tenggelam dalam kekuatan asing dunia. Instruksi presiden tahun 2016 tentang Gerakan nasional revolusi mental menyangkut Gerakan Indonesia untuk melayani, bersih, tertib, mandiri dan Bersatu. Tujuan utamanya adalah mengikis habis budaya birokrasi yang malas, budaya ingin dilayani, budaya
korupsi, dan meningkatkan budaya disiplin, Budaya kreatif dan sebagainya (Abdillah Toha, 2017: 6) Nawa Cita ingin mengubah dan memperbaiki karakter bangsa dengan sumber daya manusia yang andal dalam rangka memperkuat daya saing bangsa.
Proses globalisasi sedang melanda dunia yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang melampaui batas ruang dan waktu. Tantangan dari globalisasi menyangkut beberapa hal di antaranya adanya ketidaksetaraan global, terkait kesenjangan ekonomi antar negara, pemiskinan dan marginalisasi di beberapa wilayah. Tantangan teknologi berdampak terhadap pekerjaan dan kehidupan sosial. Tantangan bangsa Indonesia adalah bagaimana membentuk nasionalisme yang dapat mengimbangi bahkan mengungguli kekuatan bangsa lain. Reformasi memang dapat membawa perubahan positif, tantangan globalisasi menunjukkan perlunya penanganan bersama dan kerja sama antarnegara untuk mengatasi dampak negatif yang mungkin timbul. Kemampuan negara dan pemerintah dalam merawat, mengelola dan memperbaharui nasionalisme menjadi faktor kunci kemana Indonesia akan menuju. Wawasan Pancasila, kesadaran nasionalisme itu mengandung nilai-nilai emansipatori (Yudi Latif, 2017 : 6). Rasa kebangsaan Indonesia dipandu nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat mengantisipasi tantangan dan menawarkan visi global tanpa meninggalkan kearifan lokal.
## C. Revitalisasi Nasionalisme Indonesia
Nilai-nilai politik keindonesiaan mulai memudar dan terisi oleh kesadaran etnik yang meningkat serta komitmen keagamaan yang meningkat di wilayah tertentu. Nasionalisme dapat memainkan peran pokoknya yaitu sebagai ideologi yang mengatasi loyalitas dan solidaritas kebangsaan, juga sebagai mekanisme pertahanan terhadap ancaman eksternal (Moeljarto Tjokrowinito, 1998: 42). Spirit rasa kebangsaan Indonesia melemah disebabkan karena lemahnya visi kebangsaan dan adanya kekaburan mendasar dalam memandang keindonesiaan.
Melemahnya visi kebangsaan di Indonesia pada saat ini disebabkan oleh sejumlah faktor kompleks. Visi kebangsaan adalah ide dan nilai bersama yang
membentuk identitas nasional, tujuan bersama, dan pandangan mengenai arah masa depan suatu negara. Adanya konflik politik dan polarisasi di kalangan elit politik dapat mengaburkan visi kebangsaan yang bersifat inklusif dan menyatukan. Kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar dapat menciptakan ketidakpuasan dan ketidaksetujuan terhadap visi kebangsaan yang dianggap tidak adil. Korupsi dan kegagalan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang baik dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap visi dan misi negara. Perubahan cepat dalam konteks global dan modernisasi bisa menghasilkan ketidakpastian dan menimbulkan pertanyaan mengenai relevansi nilai-nilai tradisional atau nasionalPendidikan yang kurang berhasil dalam mengajarkan nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan dapat menyebabkan kurangnya pemahaman dan identifikasi terhadap visi kebangsaan. Penyebaran informasi yang tidak akurat atau disinformasi melalui media sosial dapat memperburuk perpecahan dan mengaburkan visi kebangsaan yang seharusnya bersifat bersama.
Ben Anderson dalam ceramahnya bertajuk Nasionalisme Kini dan Esok di Jakarta tahun 1999 mengatakan bahwa kebesaran jiwa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk sangat penting bagi kelanjutan bangsa ini ( Kompas, 5 Maret 1999). Nasionalisme atau semangat kebangsaan Indonesia merupakan proyek Bersama yang harus diperjuangkan. Bangsa Indonesia harus mampu mengambil pelajaran dari beberapa negara yang hancur akibat warganya berjiwa kerdil.
Dalam tatanan kehidupan bernegara, kesadaran kewarganegaraan seolah- olah kurang mendapat tempat untuk tumbuh dan berkembang. Pemahaman kewarganegaraan sebagai konsep hukum, tidak memiliki kekuatan untuk mentrasformasikan masyarakat menjadi suatu entitas politik yang modern dan demokratis. Meskipun UU No 62 Tahun 1958 telah diubah menjadi UU Kewarganegaraan N0 12 tahun 2006 namun pengaruh UU lama masih sangat kuat. Konstruksi pembeda WNI pribumi dan keturunan masih kuat berpengaruh dalam masyarakat. Dalam kontek keindonesian visi alternative yang layak dipertimbangkan yaitu multicultural nationalism (Will Kimlicka, 2000). Kymlicka menawarkan bentuk-bentuk hak minoritas seperti federalisme multibangsa, multikulturalisme imigran, pemberian hak perwakilan kepada kelompok minoritas
yang tidak terkategorikan. Model ini diharapkan mampu menciptakan masyarakat yang berkeadilan sosial yang dipersatukan oleh nilai-nilai bersama, sehingga terwujud suatu “ social and political ideal of togetherness in difference ” (John Rawls. 1971)
Nasionalisme sebagai sebuah penemuan paling menakjubkan dalam perjalanan sejarah manusia, paling tidak dalam seratus tahun terakhir. Tanpa nasionalisme, jalannya sejarah manusia mungkin akan sangat berbeda. Lahirnya gagasan dan budaya globalisme dalam dekade 1990-an, serta adanya teknologi komunikasi dan informasi yang sangat akseleratif, tidak serta merta mengakhiri pandangan nasionalisme. Adanya globalisasi memang membuat nasionalisme tidak semerbak seperti saat terbentukknya negara bangsa pasca PD II. Pola kehidupan dunia yang semakin menglobal, menyebabkan negara-bangsa dengan ciri teritorum, kontrol atas kekerasan, struktur kekuasaan dan legitimasi perlahan-lahan mulai kehilangan fungsi. Fenomena kehidupan sekarang sangat destruktif bagi agama dan kebudayaan dalam kaitannya dengan penekanan hedonism, pengejaran kesenangan di sini dan saat ini ( here and now ), penanaman gaya hidup ekspresif, Pengembangan narsistik dan tipe kepribadian egoistik (Mike Featherstone, 2001 : 270). Untuk Indonesia dalam menghadapi dunia luar harus selalu membina dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mempertahankan nasionalisme bangsa Indonesia diperlukan kesiapan, kegigihan dan fleksibilitas dalam mengelaborasi bentuk-bentuk nasionalisme yang relevan seuai dengan tantangan zaman. Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman budaya, suku, dan agama memiliki tantangan untuk membangun identitas nasional yang kuat dan inklusif. Politik identitas dan nasionalisme sering muncul dalam wacana politik dan masyarakat, terutama dalam konteks pemilihan umum seperti sekarang ini. Kebijakan dan retorika pemerintah serta kepemimpinan nasional dapat membentuk persepsi dan sikap terhadap nasionalisme. Peran masyarakat sipil, termasuk organisasi non-pemerintah dan kelompok aktivis, diharapkan dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan nilai-nilai nasionalisme.
## KESIMPULAN
Pengertian nasionalisme berkembang dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Pada masa pergerakan nasional, beberapa tokoh pergerakan berhasil memberi arti nasionalisme yang mengakar dengan tradisi lokal di Indonesia. Nasionalisme pada masa pergerakan dipahami sebagai lawan dari kolonialisme dan imperialisme. Pada masa kemerdekaam nasionalisme terus mengalami perubahan makna dari aslinya. Masa orde lama nasionalisme lebih menekankan pada pengertian revolusi belum selesai berkaitan dengan tumbuhnya demokrasi terpimpin dan penguasa tunggal. Masa orde baru nasionalisme lebih menekankan pada stabilitas politik bangsa Indonesia. Nasionalisme lebih bersifat kepada ideologi negara, di samping untuk membangun ekonomi menuju kesejahteraan masyarakat.
Di Masa Reformasi dan era global, nasionalisme ditujukan untuk mewujudkan cita-cita bangsa seperti yang tertuang dalam Nawa Cita. Nasionalime juga dikaitkan dengan kewarganegaraan untuk mengatasi beberapa konflik yang terjadi di tanah air. Multikulturisme kewarganegaraan dan politik identitas diharapkan mampumempertahankan nasionalisme dewasa ini. Nasionalime di era global adalah nasionalisme yang dapat memadukan pengaruh globalisasi namun tanpa meninggalkan kearifan lokal.
## DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo., 2013. Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai Modern , Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Alfian, Teuku. I., 1998. “Nasionalisme dalam Perspektif Sejarah” dalam Jurnal Filsafat Pancasila N0. 2 Th II Desember 1998.
Featherstono, Mike., 2001. Consumer Culture and Posmodernism , London: Sage Publicatios.
Handayani, Sri Ana. 2019. “Nasionalisme dalam Perubahan di Indonesia Adabtasi atau Transplatasi”, dalam Humaniora Vol 1, No 2 Januari 2019.
Kahin, George Mc Turnan., (1995). Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik nasionalieme dan revolusi di Indonesia , Surakarta : UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan.
Kartodirdjo, Sartono., 1968. “ Struktur Sosial dari Masyarakat Tradisional dan Kolonial”, dalam Lembaran Sedjarah , No 4 Desember 1968.
Kymlicka, Will., 2000. Kewarganegaraan Multikultural , Jakarta : LP3ES.
Latif, Yudi. “Respon Idealisme Muda”, dalam Kompas , Selasa 28 Oktober 2017.
Lombard, Denys., 2005. Nusa Jawa : Silang Budaya Batas-batas Pembaratan , Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nagazumi, Akira., 1986. Indonesia dalam Kajian Sarjana Jepang , Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Rawls, John. 1971. A Theory of Justice , Cambridge, Messachusets: Harvard University Press.
Tjokrowinito, Moeljarto., 1998. “Nasionalisme dalam Perspektif Politik”, dalam Jurnal Filsafat Pancasila , Yogyakarta : Gajah Mada Press.
Toha, Abdillah., 2017. “Apa Kabar Revolusi Mental Jokowi?” dalam Kompas , Selasa 28 Nopember 2017.
|
89f1d9e9-8fc2-403f-9976-5784bac180fe | http://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/download/464/218 |
## Original Article
DOI : 10.35311/jmpi.v10i1.464
Uji Stabilitas Warna dari Ekstrak Bunga Kiacret ( Spathodea campanulata P.
## Beauv) Sebagai Sumber Alternatif Eksipien Farmasi
Bratandari Hana Candrakanti*, Hifdzur Rashif Rija’i, Islamudin Ahmad Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman
## ABSTRAK
Kiacret ( Spathodea campanulata P. Beauv.) merupakan l salah satu l tanaman tropis yang l terdapat di l Indonesia. Pada l bagian bunga dari tanaman kiacret mengandung pigmen warna antosianin. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan bunga kiacret sebagai pewarna alami dapat meningkatkan nilai guna terhadap bunga kiacret. Penelitian l ini bertujuan l untuk mengetahui l perbedaan jumlah rendemen, kadar l total l antosianin, dan l stabilitas zat l warna ekstrak l etanol 70% l dan l 96% bunga kiacret terhadap l pengaruh pH (3–6), suhu (40 C–80 C), dan waktu penyimpanan selama 5 hari. Penelitian l ini menggunakan l metode eksperimen laboratorium melalui proses l ekstraksi sampel dengan l metode l maserasi, uji kadar antosianin, dan uji stabilitas ekstrak. Hasil l penelitian menunjukkan l bahwa ekstrak l etanol l 70% bunga kiacret memperoleh nilai l rendemen 42,02%, dan kadar antosianin 8,908 mg/L, sedangkan ekstrak etanol 96% bunga kiacret memperoleh rendemen 35,72%, dan kadar antosianin 10,949 mg/L. Ekstrak bunga kiacret stabil pada pH 3–4, suhu l 40 C, dan l penyimpanan selama l satu l hari. Hasil l stabilitas terbaik diperoleh pada ekstraksi bunga kiacret dengan pelarut etanol 96% yang dapat dilihat pada absorbansi tiap perlakuan yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut etanol 70%.
Kata Kunci: Spathodea campanulata P. Beauv., Bunga Kiacret, Antosianin, Stabilitas Zat Warna
## ABSTRACT
Kiacret ( Spathodea campanulata P. Beauv.) is l one of l the tropical plants l found in l Indonesia. The l part of kiacret flower contains an anthocyanin pigment. Therefore, by using kiacret flower as natural color pigment can increase use values for kiacret flower. The purpose of study to see differences in yields, total anthocyanin levels, and pigment stability of the 70% and 96% ethanol extract of the kiacret flowers consist the effect of pH (3–6), temperature (40 C–80 C), and storage time for 5 days. This research is a laboratory experiment with an sample extraction process using the maceration method, anthocyanin level test, and extract stability test. The l result showed l that the l 70% ethanol l extract kiacret flowers obtained the l yield of 42,02%, and anthocyanin level of 8,908 mg/L, while the 96% ethanol extract kiacret flowers obtained thee yield of 35,72%, and anthocyanin level of 10,949 mg/L. The extract of kiacret flower stable at pH 3–4, temperature 40 C, and storage for one day. The best result of stability obtained from the extraction kiacret flower with 96% ethanol solvent that can be seen at higher absorbance per treatment compared to the 70% ethanol solvent.
Keywords: Spathodea campanulata P. Beauv., Kiacret Flower, Anthocyanin, Pigment Stability
## PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan industri farmasi khususnya industri pembuatan obat dan l terbatasnya jumlah l serta kualitas l zat pewarna l alami menyebabkan l peningkatan pemakaian l zat pewarna sintetis l sebagai eksipien farmasi. Namun penggunaan zat pewarna sintetis sebagai eksipien obat kurang aman untuk konsumen karena beberapa zat pewarna sintetis terdapat kandungan logam l berat yang l berbahaya bagi l kesehatan. Zat pewarna alami dari tumbuhan dapat l digunakan sebagai l pengganti pewarna l sintetis untuk mengurangi efek-efek negatif dari penggunaan zat pewarna sintetis (Hidayah et al., 2014).
Bunga pada tanaman kiacret ( Spathodea campanulata P. Beauv.) memiliki warna merah-jingga yang dapat berpotensi sebagai pewarna alami. Bunga kiacret mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, tanin (Jafar et al., 2020), dan antosianin
(Wagh & Butle, 2018). Bunga kiacret mengandung antosianin dan telah dibuktikan bahwa ekstrak etanol bunga kiacret memiliki aktivitas antioksidan pada peroksidasi lipid mikrosom hati yang diinduksi oleh Fe 3+ -asam askorbat (Heim et al., 2012). Aktivitas antioksidan yang terdapat pada bunga kiacret disebabkan oleh adanya kandungan senyawa flavonoid dan antosianin yang terkandung didalamnya (Jafar et al., 2020).
Pemanfaatan bahan alam seperti penggunaan bunga kiacret sebagai eksipien farmasi khususnya pewarna menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan pewarna sintetis. Namun, masalah utama yang dihadapi dalam penggunaan pewarna dari bahan alam sebagai pearna pada sediaan farmasi adalah kestabilan warna yang dihasilkan. Stabilitas warna dari pigmen l antosianin dipengaruhi l oleh beberapa l faktor seperti l pH, l suhu, dan waktu penyimpanan l
Sitasi: Candrakanti, B. H., Rija’i, H. R., & Ahmad, I. (2024). Uji Stabilitas Warna dari Ekstrak Bunga Kiacret (Spathodea campanulata P. Beauv) Sebagai Sumber Alternatif Eksipien Farmasi. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, 10(1), 10-18. https://doi.org/10.35311/jmpi.v10i 1.464
Submitted: 02 Februari 2024 Accepted: 25 April 2024 Published: 30 Juni 2024
## *Penulis Korespondensi:
Bratandari Hana Candrakanti Email:
[email protected]
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
(Khoo et al., 2017). Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai stabilitas zat warna ekstrak bunga kiacret. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai stabilitas warna antosanin dari ekstrak bunga kiacret sebagai sumber alternatif eksipien farmasi khususnya pewarna.
Pemilihan pelarut dan konsentrasi pelarut untuk mengekstraksi suatu senyawa akan berpengaruh terhadap kadar senyawa bioaktif yang diperoleh (Riwanti et al., 2020). Antosianin l bersifat polar l sehingga antosianin akan larut pada l pelarut polar l seperti etanol l (Nasrullah et al., 2020). Pelarut l etanol dengan konsentrasi l 70% dan l 96% merupakan l pelarut yang l biasa digunakan l untuk mengekstraksi l senyawa fenolik termasuk antosianin. Penggunaan pelarut etanol l 70% dapat l menarik senyawa l lebih banyak karena l etanol l 70% bersifat lebih polar dibanding etanol 96%. Berdasarkan penelitian l yang dilakukan l oleh (Agustin & Ismiyati, 2015) mengenai l pengaruh konsentrasi l pelarut etanol l 60%, l 70%, l 80%, 90% l dan l 96% terhadap kadar antosianin ekstrak bunga kembang sepatu menunjukkan bahwa kadar antosianin tertinggi terdapat pada ekstrak etanol 96%. Hingga saat ini belum ditemukan data mengenai konsentrasi pelarut etanol yang tepat dalam ekstraksi bunga kiacret dengan metode maserasi.
Dalam penelitian l ini akan l dilakukan ekstraksi l menggunakan metode l maserasi dengan l variasi konsentrasi pelarut l etanol yaitu pelarut l etanol 70% l dan l 96% yang bertujuan l untuk mengetahui perbedaan jumlah l rendemen, dan l kadar total l antosianin ekstrak dari l ekstrak etanol 70% l dan l 96% bunga kiacret, serta mengetahui stabilitas zat warna dari l ekstrak etanol l 70% dan l 96% bunga kiacret terhadap l pengaruh pH, suhu, dan waktu penyimpanan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber alternatif eksipien
## METODE PENELITIAN
Penelitian l ini menggunakan l metode eksperimen l laboratorium yang l terdiri atas l empat tahapan yakni preparasi sampel, ekstraksi sampel, uji antosianin, uji kadar l antosianin, dan l uji stabilitas l ekstrak terhadap l pengaruh pH, l suhu, dan l waktu penyimpanan.
Alat Alat l yang digunakan l pada penelitian l ini adalah l batang l pengaduk, l blender, botol l coklat, corong kaca, gelas l kimia, gelas l ukur, kaca l arloji, kuvet, labu l alas bulat, mangkok kaca, penjepit tabung reaksi, pH meter digital, pipet ukur 10 mL,
pipet l tetes, l propipet, rak l tabung l reaksi, rotary l evaporator , sendok l tanduk, spatel l besi, spektrofotometer UV-Vis, tabung reaksi, timbangan analitik, toples kaca, vial, dan l waterbath .
Bahan
Bahan l yang digunakan l pada penelitian l ini adalah l aquades, asam sitrat, bunga kiacret, etanol l 70%, etanol l 96%, HCl, KCl, kertas l saring, natrium sitrat, NaOH.
## Preparasi Sampel
Bunga kiacret dikumpulkan dan disortasi basah dengan memisahkan bagian bunga dari tangkai bunga, lalu dibersihkan dan dicuci. Kemudian dikeringkan ditempat terlindung dari cahaya matahari. Setelah itu, bunga kiacret disortasi kering dan dihaluskan dengan blender sehingga didapatkan serbuk bunga kiacret (Ayu et al., 2022).
## Ekstraksi Sampel
Ekstraksi l dilakukan menggunakan metode l maserasi dengan variasi konsentrasi pelarut l etanol (70% dan 96%). Serbuk l bunga kiacret sebanyak 250 gram l dimasukkan ke l dalam masing-masing wadah l maserasi (toples kaca) dan ditambahkan l pelarut etanol l 70% dan 96%. Sampel kemudian diletakkan pada l suhu kamar l ( l 25-30 C) selama l 2x24 jam l sambil sesekali diaduk. Kemudian maserat disaring untuk memisahkan ampas dengan filtrat, lalu dipekatkan l menggunakan rotary l evaporator sehingga l didapatkan ekstrak l kental bunga kiacret. Selanjutnya dilakukan perhitungan persen rendemen (Ayu et al., 2022).
## Uji Antosianin
Larutan ekstrak bunga kiacret sebanyak 1 mL l ke dalam l masing-masing l tabung reaksi l kemudian ditambahkan HCl l 2M sebanyak l 3 tetes l dan NaOH 2M tetes l demi tetes l ke dalam l masing- masing l tabung l reaksi. Tabung reaksi yang l ditambahkan HCl 2M kemudian dipanaskan selama l 2 menit l pada suhu l 100 C. Pada penambahan l HCl 2M, larutan l yang positif mengandung l antosianin akan l terbentuk warna l merah dan tidak berubah. Sedangkan pada penambahan NaOH 2M, larutan yang positif mengandung antosianin akan berubah warna l dari warna merah l menjadi hijau l kebiruan dan l perlahan-lahan l memudar (Herfayati et al., 2020).
Uji Kadar Antosianin Penentuan kadar l total antosianin l dilakukan menggunakan l metode pH l differensial. Ekstrak bunga kiacret dilarutkan l dengan dua l variasi buffer l yaitu buffer l pH 1 l dan buffer l pH l 4,5. Sebanyak 1 mL larutan ekstrak bunga kiacret 5000
ppm dilarutkan dalam 9 l mL buffer pH l 1. Hal l yang sama l juga dilakukan l untuk pH l 4,5. Kemudian larutan l tersebut diinkubasi l selama 15 l menit pada l suhu ruang l (suhu 20 C-25 C). l Selanjutnya, diukur l absorbansinya menggunakan l spektrofotometri l UV-Vis l pada panjang l gelombang 510 dan 700 nm l (Octaviani et al., 2016).
Kadar total antosianin dalam ekstrak bunga kiacret ( Spathodea campanulata P. Beauv.) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Perhitungan absorbansi antosianin:
A = (A 𝜆 510-A 𝜆 700)pH 1,0 – (A 𝜆 510-A 𝜆 700)pH 4,5
Keterangan:
A = Absorbansi 𝜆 510 = Panjang l gelombang 510 l nm 𝜆 700 = Panjang l gelombang 700 l nm
Perhitungan kadar total l antosianin:
Antosianin (mg/L) = 𝐴 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝐹𝑃 𝑥 1000
𝑥 𝑙
Keterangan:
A = Absorbansi BM l
= Berat l molekul Antosianidin- l 3-glikosida (449,2 g/mol)
FP l = Faktor l pengenceran l = Absortivitas molar l Antosianidin- l 3- glikosida ( l 26.900 l L/mol l cm) 𝑙 l = Lebar l kuvet (1 l cm) Uji Stabilitas Ekstrak 1. Pengaruh pH
Ekstrak bunga kiacret 5000 ppm sebanyak 2 mL untuk setiap masing-masing kelompok. Kemudian dari masing-masing kelompok ditambahkan buffer sitrat hingga 10 mL sesuai dengan variasi pH yaitu pH 3, 4, 5, dan 6. Larutan l tersebut diinkubasi l selama 1 l jam pada l suhu ruang (suhu
20 C-25 C). Selanjutnya, diukur l absorbansinya dengan l spektrofotometeri l UV-Vis l pada panjang l gelombang l maksimum, kemudian dihitung persen
perubahan absorbansi
menggunakan rumus persentase perubahan absorbansi (Fauziah et al., 2016).
2. Pengaruh Suhu
Ekstrak bunga kiacret 5000 ppm sebanyak 10 mL untuk setiap masing-masing kelompok. Lalu dipanaskan diatas water bath sesuai dengan variasi suhu yaitu l 40 C, l 50 C, l 60 C, l 70 C, dan l 80 C selama l 1 l jam. Selanjutnya, diukur l absorbansinya dengan spektrofotometeri l UV-Vis l pada panjang l gelombang l maksimum, kemudian dihitung l persen perubahan absorbansi menggunakan l rumus
persentase perubahan absorbansi (Fauziah et al., 2016).
3. Pengaruh Waktu Penyimpanan
Ekstrak bunga kiacret 5000 ppm sebanyak 10 mL untuk setiap masing-masing kelompok. Larutan tersebut disimpan didalam desikator pada suhu ruang (suhu 20 C-25 C). Selanjutnya, larutan tersebut diukur absorbansinya l pada hari l ke- l 0, l ke- l 1, l ke-2, l ke-3, l ke-4, dan l ke-5 dengan l spektrofotometeri l UV-Vis l pada panjang l gelombang maksimum, kemudian dihitung persen perubahan absorbansi menggunakan rumus persentase perubahan absorbansi (Fauziah et al., 2016).
Data absorbansi yang diperoleh dari setiap perlakuan pH, suhu, dan waktu penyimpanan, kemudian dihitung persentase perubahan absorbansi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% Perubahan Absorbansi = 𝐴1−𝐴0 𝐴0 x 100%
Keterangan: A0 l = Absorbansi l sebelum perlakuan A1 l = Absorbansi l setelah perlakuan l
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Bunga kiacret diekstraksi menggunakan metode ekstraksi dengan l pelarut etanol l dengan berbagai konsentrasi l (70% dan l 96%). Perbedaan jenis pelarut l berpengaruh signifikan pada rendemen hasil ekstraksi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah rendemen yaitu metode l ekstraksi, lama l waktu l ekstraksi, ukuran l simplisia, dan l jenis pelarut l (Sayuti, 2017). Penggunaan pelarut l etanol 70% l mampu menghasilkan l jumlah rendemen l yang lebih l besar dibandingkan l pelarut etanol l 96%. Pelarut l etanol 70% mengandung gugus OH - lebih banyak dibanding pelarut etanol 96% sehingga lebih polar dan dapat menarik senyawa yang lebih banyak (Shofi et al., 2020).
Gambar 1. Bunga dari Tanaman Kiacret ( Spathodea campanulata P. beauv)
Rendemen yang l dihasilkan dari l ekstraksi bunga l kiacret menggunakan l pelarut etanol l berbagai konsentrasi (70% dan 96%) dengan masing-
masing menggunakan 250 gram berat simplisia ditujukkan pada l Tabel l 1. Nilai l rendemen ekstrak l etanol 70% bunga kiacret sebesar 42,02%, sedangkan nilai rendemen ekstrak etanol 96% bunga kiacret sebesar 36,72%. Nilai rendemen yang dihasilkan memiliki perbedaan yang signifikan dikarenakan penggunaan konsentrasi pelarut yang berbeda pada proses ekstraksi. Semakin l tinggi konsentrasi l etanol
yang l digunakan maka l akan sedikit l ekstrak yang l dihasilkan. Hal l ini dikarenakan l etanol yang l terkandung pada l pelarut, semakin l besar konsentrasi etanol maka l akan semakin l banyak yang l menguap ketika l di uapkan l dengan rotary l evaporator sehingga l volume ekstrak l yang dihasilkan semakin l sedikit (Agustin & Ismiyati, 2015).
Tabel 1. Rendemen Ekstrak Bunga Kiacret
No. Pelarut l Berat l Simplisia Rendemen l 1 Etanol l 70% 250 gram 42,02% 2 Etanol 96% 250 gram 35,72%
## Uji Antosianin
Uji antosianin ekstrak bunga kiacret bertujuan sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui keberadaan pigmen antosianin dengan l melihat perubahan l warna yang l terjadi setelah l diberikan atau l ditetesi pereaksi l pada ekstrak l bunga kiacret. Hasil uji antosianin yang diperoleh dari kedua sampel ekstrak bunga kiacret ditunjukkan pada Tabel 2. Diketahui bahwa ekstrak l etanol 70% l dan 96% l bunga kiacret menunjukkan
hasil positif pada uji antosianin. Hal l ini ditandai l dengan perubahan l warna yang l terjadi, ketika ditambahan HCl l 2M terbentuk l warna l merah, dan l ketika ditambahan NaOH l 2M terjadi perubahan warna l ekstrak menjadi l hijau l kebiruan. Perubahan l warna ekstrak l bunga kiacret dari l merah oranye dalam kondisi l asam menjadi l hijau kebiruan l dalam kondisi l basa memperlihatkan l adanya senyawa antosianin l yang terkandung dalam l ekstrak bunga kiacret (Widyawati et al., 2020).
Tabel 2. Hasil Uji Antosianin
No. Uji Hasil Keterangan Etanol 70% Etanol 96%
1 Penambahan 3 tetes HCl
2M dan dipanaskan selama 2 menit pada suhu 100 C Terbentuk warna merah dan tidak berubah Terbentuk warna merah dan tidak berubah + 2 Penambahan NaOH 2M tetes demi tetes Warna berubah menjadi hijau kebiruan Warna berubah menjadi hijau kebiruan +
## Uji Kadar Antosianin
Uji kuantitatif antosianin bertujuan l untuk mengetahui l kadar total senyawa l antosianin yang l terkandung dalam l ekstrak bunga kiacret. Penentuan kadar l total antosianin l dilakukan dengan l metode pH l differensial menggunakan l buffer pH l 1,0 dan l pH l 4,5 dengan l instrumen spektrofotometer l UV-Vis l pada panjang l gelombang 510 l dan 710 nm l (Giusti & Wrolstad, 2001). Hasil uji antosianin yang diperoleh dari kedua sampel ekstrak bunga kiacret ditunjukkan pada Tabel 3. Ekstrak etanol 70% bunga kiacret memperoleh kadar total antosinanin sebesar 8,908 mg/L dan ekstrak etanol 96% bunga kiacret memperoleh kadar total antosinanin sebesar 10,949
mg/L. Perbedaan kadar total antosianin dari kedua ekstrak etanol bunga kiacret tersebut dipengaruhi l oleh konsentrasi l pelarut yang l digunakan. Semakin l tinggi konsentrasi l pelarut etanol (proporsi etanol tinggi dan proporsi l air rendah) yang l digunakan maka dapat l meningkatkan kadar antosianin l yang dihasilkan l (Winarti et al., 2008). Serta, konsentrasi etanol l yang semakin l rendah akan l menyebabkan pigmen l antosianin yang l diperoleh semakin l rendah. Hal l ini terjadi l akibat polaritas l pelarut etanol l yang menjadi l lebih tinggi l karena mengandung l banyak air l (Meilianti, 2018). Didukung oleh teori bahwa l kelarutan suatu l senyawa dalam l suatu pelarut l didasari oleh l kecocokan sifat l atau kesamaan polaritas antara l zat
terlarut l dan zat l pelarut yaitu l berdasarkan sifat l like dissolve l like (Harbone, 1987).
Tabel 3. Hasil Uji Kadar Antosianin No. Pelarut Berat Simplisia Berat Ekstrak Kadar Total Antosianin 1 Etanol 70% 250 g 105,04 g 8,908 mg/L 2 Etanol 96% 250 g 89,3 g 10,949 mg/L
Hasil uji kadar antosianin yang diperoleh dari kedua ekstrak dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kadar antosianin tertinggi yaitu sebesar 10,949 mg/L diperoleh dari ekstrak etanol 96% bunga kiacret. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Agustin & Ismiyati, 2015) menunjukkan bahwa hasil pelarut terbaik dalam memperoleh kadar antosianin tertinggi dari ekstrak bunga kembang sepatu yaitu dengan pelarut etanol 96% sebesar 48,260 mg/25 gram dibandingkan kadar total antosianin dari ekstrak etanol 70% bunga kembang sepatu dengan pelarut etanol 96% hanya sebesar 45,788 mg/25 gram. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi etanol maka semakin baik pula pelarut tersebut dalam mengekstraksi antosianin.
## Uji Stabilitas Ekstrak
Warna dari pigmen antosianin sebagai pewarna alami akan mengalami perubahan jika terjadi perubahan pada struktur antosianin. Stabilitas pigmen antosianin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, dan waktu penyimpanan Uji stabilitas zat warna ekstrak antosianin bertujuan untuk mengetahui stabilitas optimum zat warna antosianin yang terkandung
dalam ekstrak bunga kiacret terhadap beberapa kondisi lingkungan yaitu pH, suhu, dan waktu penyimpanan (Khoo et al., 2017). Uji stabilitas zat warna ekstrak antosianin dilakukan dengan menganalisa persentase perubahan absorbansi larutan ekstrak bunga kiacret sebelum dan setelah perlakuan.
## Pengaruh pH
Hasil penelitian uji stabilitas ekstrak terhadap pengaruh pH yang diperoleh dari kedua sampel ekstrak bunga kiacret dapat dilihat pada Tabel 4. Diketahui bahwa ekstrak etanol 70% bunga kiacret pada pH 3 mengalami peningkatan absorbansi sebesar 5,09% dari absorbansi kontrol 0,747 menjadi 0,785, kemudian terjadi penurunan absorbansi pada pH 4, 5, dan 6 sebesar 9,50%, 23,56%, dan 62,25% dari absorbansi kontrol 0,747 menjadi 0,676; 0,571; dan 0,282. Begitu pula dengan ekstrak etanol 96% bunga kiacret pada pH 3 juga mengalami peningkatan absorbansi sebesar 8,60% dari absorbansi kontrol 0,779 menjadi 0,846, kemudian terjadi penurunan absorbansi pada pH 4, 5, dan 6 sebesar 6,42%, 22,72%, dan 57,25% dari absorbansi kontrol 0,779 menjadi 0,728; 0,602; dan 0,333.
Tabel 4. Hasil Uji Stabilitas Ekstrak Bunga Kiacret Terhadap Pengaruh pH
No. Pelarut pH Absorbansi ± SD % Perubahan Absorbansi 1 Etanol 70% 3 0,785 ± 0,0006 5,09% 4 0,676 ± 0,003 -9,50% 5 0,571 ± 0,004 -23,56% 6 0,282 ± 0,0006 -62,25% 2 Etanol 96% 3 0,846 ± 0,002 8,60% 4 0,728 ± 0,0006 -6,42% 5 0,602 ± 0,007 -22,72% 6 0,333 ± 0,002 -57,25%
Hasil uji stabilitas terhadap pengaruh pH dari kedua ekstrak tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pada pH 3 terjadi peningkatan absorbansi, dan pada pH 4 dan pH 5 terjadi penurunan absorbansi yang tidak berbeda jauh, serta pada pH 6 terjadi penurunan absorbansi
yang lebih besar sehingga dapat dikatakan antosianin paling tidak stabil pada pH 6 dibandingkan dengan kondisi pH 3 – 5. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah dkk (2020), bahwa ekstrak kulit buah naga pada pH 6 menunjukkan penurunan
absorbansi yang lebih besar atau paling tidak stabil dibandingkan dengan kondisi pH dibawah yaitu pH 2 – 5. Hal ini disebabkan stuktur antosianin pada kondisi asam akan membentuk kation flavilium berwarna dan pada pH tinggi terjadi deprotonisasi
yang mengakibatkan struktur antosianin menjadi karbinol tidak berwarna. Sehingga peningkatan pH menyebabkan senyawa antosianin semakin tidak stabil atau semakin tinggi kerusakan pigmennya (Khairuddin et al., 2020).
Gambar 2. Hasil Penelitian dari Uji Stabilitas Terhadap Pengaruh pH
Hasil penelitian ini menandakan bahwa pH 3 merupakan pH yang paling stabil untuk senyawa antosianin yang terdapat pada ekstrak bunga kiacret. Pada pH 4 menunjukkan nilai persen perubahan absorbansi yang paling rendah pada masing-masing ekstrak etanol 70% dan 96% bunga kiacret yaitu 9,50% dan 6,42% sehingga antosianin dalam bunga kiacret pada pH 4 dapat dikatakan stabil. Dengan demikian, ekstrak bunga kiacret dikatakan stabil pada rentang pH 3 – 4 sehingga dengan melihat rentang pH stabil ekstrak tersebut dapat digunakan pada sediaan farmasi sesuai dengan syarat rentang pH sediaan. Ekstrak bunga kiacret dapat direkomendasikan sebagai pewarna alami pada sediaan farmasi yaitu sediaan kosmetik seperti lip cream (sesuai rentang pH bibir yaitu pH 3,8 – 4,7) (Sainath et al., 2016) maupun obat-obatan seperti obat minum (sesuai rentang pH saluran cerna yaitu pH 1,5 – 8) dan obat topikal (sesuai rentang pH kulit yaitu pH 4 – 6) (Isadiartuti et al., 2021).
Pengaruh Suhu
Hasil penelitian uji stabilitas ekstrak terhadap pengaruh suhu yang diperoleh dari kedua sampel ekstrak bunga kiacret dapat dilihat pada Tabel 5. Diketahui bahwa ekstrak etanol 70% bunga kiacret mengalami penurunan absorbansi pada setiap perlakuan suhu dengan penurunan absorbansi terkecil pada suhu 40 C yaitu 3,06% dari absorbansi kontrol 0,751 menjadi 0,728, pada suhu 50 C yaitu 11,32% dari absorbansi kontrol 0,751 menjadi 0,666, dan terjadi perubahan absorbansi terbesar pada suhu 60 C, 70 C, dan 80 C sebesar 42,08%, 59,79%, dan 79,23% dari absorbansi kontrol 0,751 menjadi 0,435; 0,302; dan 0,156. Begitu pula ekstrak etanol 96% bunga kiacret juga mengalami penurunan absorbansi pada setiap perlakuan suhu dengan penurunan absorbansi terkecil pada suhu 40 C yaitu 8,81% dari absorbansi kontrol 0,817 menjadi 0,745, pada suhu 50 C yaitu 15,30% dari absorbansi kontrol 0,817 menjadi 0,692, dan terjadi perubahan absorbansi terbesar pada suhu 60 C, 70 C, dan 80 C sebesar 41,37%, 60,95%, dan 64,50% dari absorbansi kontrol 0,817 menjadi 0,479; 0,319; dan 0,290.
Tabel 5. Hasil Uji Stabilitas Ekstrak Bunga Kiacret Terhadap Pengaruh Suhu
No. Pelarut Suhu Absorbansi ± SD % Perubahan Absorbansi 1 Etanol 70% 40 C 0,728 ± 0,0006 -3,06% 50 C 0,666 ± 0,002 -11,32% 60 C 0,435 ± 0,001 -42,08% 70 C 0,302 ± 0,001 -59,79% 80 C 0,156 ± 0,0006 -79,23% 2 Etanol 96% 40 C 0,745 ± 0,003 -8,81% 50 C 0,692 ± 0,002 -15,30% 60 C 0,479 ± 0,003 -41,37% 70 C 0,319 ± 0,0006 -60,95% 80 C 0,290 ± 0,002 -64,50% 0 0,747 0,785 0,676 0,571
0,282
0 0,779 0,846 0,728 0,602 0,333 0 0,5 1 Kontrol pH 3 pH 4 pH 5 pH 6 Abs orbansi Uji Stabilitas Terhadap Pengaruh pH Ekstrak Etanol 70% Bunga Kiacret
Ekstrak Etanol 96% Bunga Kiacret
Gambar 3. Hasil Penelitian dari Uji Stabilitas Terhadap Pengaruh Suhu
Hasil uji stabilitas terhadap pengaruh suhu dari kedua ekstrak tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan menyebabkan nilai absorbansi akan semakin menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya uji stabilitas ekstrak zat warna kulir buah naga yang dilakukan oleh Hidayah dkk (2014), bahwa pada suhu 80 C terjadi penurunan absorbansi lebih tinggi dibanding variasi suhu yang lain (30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C). Penurunan nilai absorbansi zat warna antosianin pada suhu tinggi disebabkan karena telah terjadi dekomposisi antosianin dari bentuk aglikon menjadi kalkon tidak berwarna dan akhirnya membentuk alfa diketon yang berwarna coklat. Suhu yang tinggi menyebabkan hilangnya gugus glikosil pada antosianin karena hidrolisis ikatan glikosidik sehingga aglikon yang dihasilkan kurang stabil dan menyebabkan hilangnya warna pada antosianin (Hayati et al., 2012). Oleh karena itu, suhu pemanasan yang terbaik untuk kedua ekstrak adalah pada suhu 40 C yang memiliki nilai absorbansinya
paling tinggi dibanding suhu lainnya yang ditunjukkan pada Gambar 2.
## Pengaruh Waktu Penyimpanan
Hasil penelitian uji stabilitas ekstrak terhadap pengaruh waktu penyimpanan yang diperoleh dari kedua sampel ekstrak bunga kiacret dapat dilihat pada Tabel 6. Diketahui bahwa ekstrak etanol 70% bunga kiacret mengalami penurunan absorbansi seiring dengan lamanya waktu penyimpanan. Pada hari ke 0 absorbansi ekstrak bunga kiacret sebesar 0,660, absorbansi ekstrak terus menurun pada hari ke 1, 2, 3, 4, dan 5 menjadi 0,577; 0,371; 0,269; 0,199; 118. Kadar antosianin terus menurun seiring dengan lamanya waktu penyimpanan (12,58% - 82,12%). Begitu pula dengan ekstrak etanol 96% bunga kiacret juga mengalami penurunan absorbansi seiring dengan lamanya waktu penyimpanan. Pada hari ke 0 absorbansi ekstrak bunga kiacret sebesar 0,739, absorbansi ekstrak terus menurun pada hari ke 1, 2, 3, 4, dan 5 menjadi 0,617; 0,424; 0,375; 0,224; 167. Kadar antosianin terus menurun seiring dengan lamanya waktu penyimpanan (16,51% - 77,40%).
Tabel 6. Hasil Uji Stabilitas Ekstrak Bunga Kiacret Terhadap Pengaruh Waktu Penyimpanan No. Pelarut Waktu Penyimpanan Absorbansi ± SD % Perubahan Absorbansi 1 Etanol 70% Hari ke-1 0,577 ± 0,002 -12,58% Hari ke-2 0,371 ± 0,0006 -43,79% Hari ke-3 0,269 ± 0,002 -59,24% Hari ke-4 0,199 ± 0,002 -69,85% Hari ke-5 0,118 ± 0,0006 -82,12% 2 Etanol 96% Hari ke-1 0,617 ± 0,002 -16,51% Hari ke-2 0,424 ± 0,002 -42,63% Hari ke-3 0,375 ± 0,001 -49,26% Hari ke-4 0,224 ± 0,0006 -69,69% Hari ke-5 0,167 ± 0,001 -77,40%
0 0,751 0,728 0,666 0,435 0,302 0,156 0 0,817 0,745 0,692 0,479 0,319 0,29 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 Kontrol 40°C 50°C 60°C 70°C 80°C Abs orbansi Uji Stabilitas Terhadap Pengaruh Suhu
Ekstrak Etanol 70% Bunga Kiacret Ekstrak Etanol 96% Bunga Kiacret
## Gambar 4. Hasil Penelitian dari Uji Stabilitas Terhadap Pengaruh Waktu Penyimpanan
Hasil uji stabilitas terhadap pengaruh waktu penyimpanan dari kedua ekstrak tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan menyebabkan penurunan absorbansi secara terus menerus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meilianti (2018), bahwa terjadi penurunan nilai absorbansi setelah penyimpanan selama 2 minggu pada suhu ruang. Kadar zat antosianin dapat menurun akibat adanya peningkatan lama waktu penyimpanan.
Penyimpanan yang dilakukan pada suhu ruang akan menyebabkan kenaikan degradasi yang menandakan tidak stabilnya pigmen antosianin (Wiyono et al., 2022). Seiring dengan semakin lamanya waktu penyimpanan mengakibatkan terjadi perubahan struktur pigmen sehingga nilai absorbansinya menurun (Wiraningtyas et al., 2020). Perubahan absorbansi warna selama penyimpanan disebabkan oleh reaksi kopigmentasi dan ekstrak masih mengandung enzim polifenolase yang mengkatalisis reaksi perubahan warna menjadi coklat (Wiyono et al., 2022).
## KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan jumlah rendemen dan kadar antosianin dari kedua ekstrak yang dipengruhi oleh penggunaan konsentrasi pelarut yang berbeda. Hasil rendemen pada ekstrak etanol 70% bunga kiacret lebih besar dibandingkan ekstrak etanol 96% bunga kiacret. Sedangkan hasil kadar antosianin pada ekstrak etanol 70% lebih kecil dibandingkan ekstrak etanol 96% bunga kiacret. Ekstrak bunga kiacret dengan pelarut etanol 70% dan 96% stabil pada pH 3–4, suhu 40 C, dan penyimpanan selama satu hari. Namun ekstrak bunga kiacret dengan pelarut etanol 96% memiliki stabilitas terbaik yang dapat dilihat pada
absorbansi tiap perlakuan (pH, suhu, waktu penyimpanan) lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut etanol 70%.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Agustin, D., & Ismiyati. (2015). Pengaruh Konsentrasi Pelarut Pada Proses Ekstraksi Antosianin dari Bunga Kembang Sepatu. Jurnal Konversi , 4 (2), 9–16.
Ayu, K., Asriza, R. O., & Nurhadini. (2022). Studi
Fotostabilitas Ekstrak Bunga Kiacret (Spathodea campanulata) Dengan
Penambahan Kaolin Teraktivasi Asam. Al- Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia Dan Terapan , 9 (1),
42–47.
Fauziah, N. A., Saleh, C., & Erwin. (2016). Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Dari Kulit Buah Alpukat (Persea americana) Dengan Metode Spektroskopi UV-Vis. Jurnal Atomik , 1 (1), 23–
27.
Giusti, M. M., & Wrolstad, R. E. (2001).
Characterization and Measurement of Anthocyanins by UV-Visible Spectroscopy. Current Protocols in Food Analytical Chemistry , 00 (1).
Harbone, J. B. (1987). Phytochemical Methods: A Guide to Modern Techniques of Plants Analysis (Second Edition). Chapman and Hall Ltd.
Hayati, E. K., Budi, U. S., & Hermawan, R. (2012).
Konsentrasi Total Senyawa Antosianin Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.): Pengaruh Temperatur dan pH. Jurnal Kimia , 6 (2), 138–147.
0 0,66 0,577 0,371 0,269 0,199 0,118 0 0,739 0,617 0,424 0,375 0,224 0,167 0 0,2 0,4 0,6 0,8 Kontrol Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Abs orbansi Uji Stabilitas Terhadap Pengaruh Waktu Penyimpanan
Ekstrak Etanol 70% Bunga Kiacret
Ekstrak Etanol 96% Bunga Kiacret
Heim, S. C., Guarnier, F. A., Ferreira, D. T., Braz- Filho, R., Cecchini, R., & Cecchini, A. L.
(2012). Antioxidant Activity of Spathodea campanulata (Bignoneaceae) Extracts. Rev Bras Plants Med , 14 (2), 287–292.
Herfayati, P., Pandia, S., & Nasution, H. (2020). Karakteristik Antosianin dari Kulit Buah Nipah (Nypa frutican) sebagai Pewarna Alami dengan Metode Soxhletasi. Jurnal Teknik Kimia USU , 9 (1), 26–33.
Hidayah, T., Pratjojo, W., & Widiarti, N. (2014). Uji Stabilitas Pigmen dan Antioksidan Ekstrak Zat Warna Alami Kulit Buah Naga. Indonesian Journal of Chemical Science , 3 (2), 135–140.
Isadiartuti, D., Rosita, N., Hendradi, E., Putri, F. F.
D., & Magdalena, F. (2021). Solubility and Partition Coefficient of Salicylamide in Variou pH Buffer Solutions. Indonesiana Journal of Chemistry , 21 (5), 1263–1270.
Jafar, W., Masriany, & Sukmawaty, E. (2020). Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Bunga Pohon Hujan (Spatodhea campanulata) Secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Biotik , 8 (1),
328–334.
Khairuddin, Baciang, J. N., Indriani, & Inda, N. I.
(2020). Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss). Jurnal Riset Kimia , 6 (3), 212–217.
Khoo, H. E., Azlan, A., Tang, S. T., & Lim, S. M.
(2017). Anthocyanidins and Anthocyanins: Colored Pigments as Food, Pharmaceutical Ingredients, and The Potential Health Benefits. Food & Nutrition Research , 61 , 1–21.
Meilianti. (2018). Isolasi Zat Warna (Antosianin)
Alami dari Buah Senduduk Akar
(Melastoma Malabthricum L.) Dengan Metode Ekstraksi Menggunkan Pelarut
Etanol. Distilasi , 3 (1), 8–15.
Nasrullah, Husain, H., & Syahrir, M. (2020). Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan Terhadap Stabilitas Pigmen Antosianin Ekstrak Asam Sitrat Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrizus) dan Aplikasi Pada
Bahan Pangan. Jurnal Chemica , 21 (2), 150–
162.
Octaviani, D. Y., Nugroho, T. T., & Dahliaty, A.
(2016). Penentuan Total Konsentrasi
Antosianin Dari Ubi jalar Ungu (Ipomoea
batatas L.) Dengan Metode pH Diferensial
Spektrofotometri. Repository Universitas
Riau , 1–11.
Riwanti, P., Izazih, F., & Amaliyah. (2020). Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Etanol Pada Kadar Flavonoid Total Estraksi Etanol 50, 70,dan 96% Sargassum polycystum dari Madura. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika ,
2 (2), 82–95.
Sainath, M., Kumar, K. S., & Babu, K. A. (2016).
Formulation and Evaluation of Herbal Lipstic. International Journal of Advanced Research in Medical & Pharmaceutical Sciences ,
1 (1), 14–19.
Sayuti, M. (2017). Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi, Bagian dan Jenis Pelarut Terhadap Rendemen dan Aktifitas Antioksidan Bambu Laut (Isis hippuris). Technology Science and Engineering Journal , 1 (3).
Shofi, M., Suwitasari, F., & Istiqomah, N. (2020).
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kamboja Jepang (Adenium obesum) dan Kamboja Putih (Plumeria acuminata). Al- Kauniyah: Jurnal Biologi , 13 (2), 167–178.
Wagh, A. S., & Butle, S. (2018). Plant Profile, Phytochemistry and Pharmacology of
Spathodea campanulata P. Beauvais (African Tulip Free): A Review.
Internationala Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences , 10 (5), 1–6.
Widyawati, J., Masriany, & Sukmawaty, E. (2020). Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Bunga Pohon Hujan (Spathodea cumpanulata) Secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Biotik , 8 (2),
328–334.
Winarti, S., Sarofa, U., & Anggrahini, D. (2008). Ekstraksi dan Stabilitas Warna Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Sebagai Pewarna Alami. Jurnal Teknik Kimia , 3 (1), 207–214.
Wiraningtyas, A., Ruslan, Qubra, H., & Agustina, S. (2020). Uji Kestabilan Penyimpanan Ekstrak Zat Warna Alami dari Rumput Laut Sargassum Sp. Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia Dan Terapan , 3 (1), 1–7.
Wiyono, A. E., Runteka, O. W., Choiron, M., Ruriani, E., & Belgis, M. (2022). Stabilitas Serbuk Pewarna Alami Berbasis Antosianin Buah Naga Merah Apkir Tervariasi Pelarut Asam dalam Berbagai Kondisi Eksternal. Jurnal Agritechno , 15 (2), 74–84.
|
ee9c437b-b62b-481f-94da-eea3ee84d7b8 | https://jurnal.poltekkesbanten.ac.id/Medikes/article/download/199/175 |
## KARAKTERISTIK IBU BERDASARKAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) UNTUK MENSTIMULASI ANAK PRA SEKOLAH
## CHARACTERISTICS OF MOTHER BASED ON THE USE OF EDUCATIVE GAME TO STIMULATE CHILDREN PRE-SCHOOL
Erien Luthfia 1 , Hadi Kusuma Atmaja 2
1 Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Mataram
2 Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Mataram Korespondensi: [email protected]
## ABSTRACT
The preschool period is the beginning of the development of physical abilities, cognitive, language, social-emotional, self-concept, discipline, independence, art, morals, and religious values. Therefore, so that the child's growth and development can be optimally needed and stimulation that suits the child's needs, can be done by the mother. A preliminary study conducted in the Sandik, Batu Layar, Lombok Barat, NTB about the use of educational play instruments by interviewing 10 mothers, the results obtained, 7 mothers provided educational play tools for users by using tools and benefits of play tools. APE to stimulate preschool children in 2019. The research design is descriptive method. The population in this study is mothers who have pre- school children. The sampling technique is saturated sampling with a large sample of 45 people. Data collection using questionnaires. The results showed that most respondents were aged 20-35 years (71.1%), had secondary education (SMP / SMA / equivalent) as much as 64.4%, and as many as 66.7% of respondents were working mothers. The knowledge of respondents in the good category was 64.4%. This study concludes that the characteristics of respondents who use APE to stimulate pre-school children are aged 20-35 years, have secondary education, work, and have a good level of knowledge. For this reason, mothers should continue to improve their knowledge of educational game tools through the correct sources of information.
Keywords: Characteristics of mothers, Educational Game Tools, Stimulation, Pre- School Children
## ABSTRAK
Masa pra sekolah merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, terutama bisa dilakukan oleh ibu. Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Sandik Batu Layar Lombok Barat tentang penggunaan alat permainan edukatif dengan
mewawancarai 10 ibu, hasil yang di dapatkan, 7 ibu memberikan alat permainan edukatif kepada anaknya dengan memperhatikan fungsi dan manfaat alat permainan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang menggunakan APE untuk menstimulai anak pra sekolah Tahun 2019. Desain penelitian yaitu metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang memiliki anak pra sekolah. Teknik pengambilan sampel yaitu sampling jenuh dengan besar sampel 45 orang. Pengumpulan data menggunakan kuisioner . Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak berada pada usia 20-35 tahun (71.1%), berpendidikan menengah (SMP/SMA/sederajat) sebanyak 64.4%, dan sebanyak 66.7% responden adalah ibu bekerja. Pengetahuan responden pada kategori baik sebanyak 64.4%. Kesimpulan penelitian ini adalah karakteristik responden yang menggunakan APE untuk menstimulasi anak pra sekolah adalah usia 20-35 tahun, berpendidikan menengah, bekerja, dan tingkat pengetahuannya baik. Untuk itu disarankan kepada Ibu agar terus meningkatkan pengetahuan tentang alat permainan edukatif melalui berbagai sumber informasi yang benar.
## Kata kunci: Karakteristik ibu, Alat Permainan Edukatif, Stimulasi, Anak Pra
Sekolah
## PENDAHULUAN
Anak usia pra sekolah merupakan anak yang memasuki masa yang peka, karena masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi lingkungan dan menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal pengembangan kemapuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama Oleh karena itu, agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak (Mutiah, 2012).
Salah satu stimulusi bagi perkembangan anak secara optimal adalah dengan bermain. Sekarang ini banyak sekali dijual macam-macam alat permainan. Apabila orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya, alat permainan yang dibelinya tidak dapat berfungsi secara efektif (Rekawati, dkk, 2013).
Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah dan menarik, tetapi mereka tidak berfikir apa yang dikerjakan anak terhadap alat permainan itu dan manfaat yang diperoleh anak dari alat permainan tersebut. Selain itu banyak pula orang tua yang berpendapat bila mainan itu
mahal maka mempunyai nilai mendidik
sekaligus menghibur. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua masih kurang tentang alat permainan edukatif (Soetjiningsih, 2012).
Kenyataannya saat ini permainan yang menyebar di masyarakat lebih banyak didominasi permainan non- edukatif sehingga tidak sedikit mainan yang diproduksi dari pabrik memiliki fungsi yang kurang dalam menunjang tumbuh kembang anak. Alat permainan tersebut antara lain kartu bergambar, manusia karet, video games, mainan elektronik dan mainan berbasis komputer lainnya. Salah satu contoh permainan elektronik seperti permainan berupa pertarungan atau pertandingan tinju, dengan gambar animasi pahlawan, hanya akan menanamkan sifat-sifat kekerasan sebab anak akan meniru apa yang dilihat (Suyadi, 2009).
Alat permainan edukatif (APE) merupakan alat permainan yang fungsinya dapat mengoptimalkan perkembangan (aspekfisik, bahasa, kognitif, dansosial) anak, hal ini tentPolpunya disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangannya (Riyadi dan Sukarmin, 2009). Alat permainan edukatif ini memegang
peranan penting dalam kehidupan anak, terutama pada masa prasekolah.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 4 februari 2019 di PAUD Almuwahidin Desa Lelede Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat tentang alat permainan edukatif dengan cara mewawancarai 3 ibu yang mempunyai anak yang berumur 3-6 Tahun di PAUD Almuwahidin Desa Lelede Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat. Didapatkan hasil bahwa, ketiga ibu hanya memberikan alat permainan kepada anaknya dengan seadanya atau semampu ibunya saja. Mereka memberikan alat permainan hanya untuk kesenangan anaknya tanpa memperhatikan fungsi dan manfaat dari alat permainan tersebut bagi perkembangan anaknya. Mengingat orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya maka perlu dilakukan pemantauan dan sosialisasi terhadap permainan edukatif agar pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif pada anak-anaknya agar dapat berkembang secara optimal. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan ibu tentang alat permainan
edukatif pada anak 3-6 tahun PAUD Almuwahidin Desa Lelede Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat Tahun 2019.
## METODE
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif (Non Eksperimen). Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan
Desember 2019 di Desa Sandi
Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak pra sekolah, dengan teknik pengambilan sampel adalah sampel jenuh. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 ibu. Pengumpulan data menggunakan data primer dan data skunder.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
berdasarkan umur
Responden menurut umur yang memiliki anak usia pra sekolah di dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Distribusi Umur Responden Umur (Tahun) f (%) < 20 1 2.2 20-35 32 71.1 > 35 12 26.7 Total 45 100
Menurut tabel 1 diatas, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berada pada kategori usia 20-35 tahun sebanyak 32 orang (71.1%).
Karakteristik Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 2. Distribusi Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidik an f % Dasar 6 13.3 Menengah 29 64.4 Tinggi 8 17.8 Tidak Sekolah 2 4.4 Total 45 100 Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden terdapat pada kategori tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 29 orang (64.4%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan f % Bekerja 30 66,7 Tidak Bekerja 15 33,3 Total 45 100 Berdasarkan diatas menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu bekerja yaitu sebanyak 30 orang (66,7%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan
Pada penelitian ini, data dan hasil mengenai pengetahuan responden tentang Alat Permainan Edukatif untuk anak Pra Sekolah diperoleh melalui kuesioner yang memuat 20 pernyataan mengenai alat permainan edukatif. Pengetahuan responden tentang Alat Permainan Edukatif Pada anak 3-6 tahun dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan ang
Alat Permainan Edukatif. Tingkat Pengatahuan Responden F % Baik 29 64.4 Cukup 13 28.9 Kurang 3 6,7 Total 45 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang Alat Permainan Edukatif untuk menstimulasi anak pra sekolah sebagian besar dengan kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 29 orang (64.4%).
## Karakteristik Berdasarkan Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat ini. Menurut teori Hurlock (1998) dalam Wawan dan Dewi (2010), semakin baik umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir. Semakin bertambahnya umur seseorang maka pengetahuan dan pengalaman seseorang akan semakin baik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik Responden menurut umur sebagian besar berada pada rentang umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 71.1%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan teori yang dikemukakan karena usia 20-35 merupakan usia produktif yang kemungkinan dapat mendukung kemampuan Responden dalam belajar dan mengingat informasi yang diperoleh.
Usia 20-35 ini merupakan usia produktif yang dapat mendukung
kemampuan responden dalam belajar dan mengingat informasi yang diperoleh. Sesuai dengan pendapat Cropton, J (1997) yang menyatakan bahwa usia produktif merupakan usia dewasa yang aktif dalam kegiatan sehingga mendukung dalam belajar dan mengingat informasi yang diperoleh. Kemampuan yang baik cenderung dimiliki pada umur muda.Seseorang pada umur muda cenderung memiliki daya ingat lebih kuat dan kreativitas lebih tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui (Depkes, 1997).
Abu Ahmadi (2001) menyatakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Selain itu Singgih (1989) juga mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
Berdasarkan uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur- umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
Berdasarkan pernyataan para ahli dan hasil penelitian yang didapat secara umum kedua data tersebut sesuai yaitu usia Responden yang berada pada usia produktif (20-35 tahun) merupakan usia dewasa yang aktif dalam kegiatan sehingga mendukung dalam belajar dan mengingat informasi yang diperoleh, dan dilihat dari hasil penelitian umur Responden terbanyak yang berada pada usia 20-35 sebagian besarmemiliki pengetahuan baik.
Karakteristik
Berdasarkan
## Pendidikan
Pada hasil penelitian, Responden terbanyak berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 64.4%, dimana dengan pendidikan menengah ini bisa dikatakan bahwa responden mampu untuk menerima informasi dibandingkan dengan Responden yang pendidikannya lebih rendah karena pada tingkat pendidikan menengah itu berada disaat kondisi pemikiran yang cukup stabil.
Hal ini sesuai dengan pendapat Harry, A (1996) dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Ini berarti tingkat pendidikan Responden akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan Responden dan secara langsung akan mempengaruhi tingkat perkembangan anak.
Pendidikan Responden dapat menunjukkan kualitas pengetahuan yang dimiliki. Dalam memahami sesuatu informasi atau masalah yang dihadapi, dapat mempengaruhi setiap Responden dalam merawat dan
mengambil keputusan
yang berhubungan dengan alat permainan eduaktif pada anak yang sesuai dengan usia dan tahap perkembanganya.
Berdasarkan pernyataan para ahli dan hasil penelitian yang didapat secara umum, kedua data tersebut sesuai yaitu Responden dengan pendidikan menengah pengetahuannya cukup baik di bandingkan dengan Responden yang pendidikannya lebih rendah atau hanya sampai pendidikan dasar.Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula kemampuannya dalam memahami ilmu
dan informasi tertentu.
Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Selain itu juga, faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan Responden dapat dipengaruhi oleh bekerja atau tidaknya Responden tersebut dari segi pekerjaannya. Dalam penelitian ini paling banyak adalah Responden yang bekerja sebanyak 30 orang 66,7%. Pengetahuan Responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan Responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena Responden yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi khususnya mengenai alat permainan edukatif pada Anak 3-6 tahun baik yang diperoleh melalui sumber media cetak (majalah, jurnal kesehatan) maupun sumber media elektronik (TV, internet) menjadikan
Responden tidak mengalami kesulitan di dalam menjawab pernyataan yang diajukan.
Ditinjau dari segi pekerjaan Responden yang bekerja sebagai PNS, swasta, wiraswasta, TNI, pedagang, buruh dan petani sebanyak 66,7% dan tidak bekerja yaitu hanya sebagai Responden rumah tangga sebanyak 33,3%. Dimana Responden yang bekerja sebanyak 66,7% ini sebagian besar terdapat pada kategori
berpengetahuan baik yaitu sebanyak
56,7%, lalu pada kategori pengetahuannya cukup sebanyak 36,6%, serta 6,7% terdapat pada kategori pengetahuan kurang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes RI (1999), yang menyatakan pengetahuan Responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan Responden yang tidak bekerja.Semua ini disebabkan karena Responden yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi.
Informasi dan pengalaman dapat diperoleh ketika seseorang melakukan interaksi dengan orang lain saat seseorang bekerja ataupun saat seseorang melakukan hubungan sosial. Dengan melakukan interaksi atau
hubungan sosial
memungkinkan
Responden mendapatkan informasi dan pengalaman termasuk tentang
Permainan Edukatif pada Anak 3-6 tahun, hal ini akan menambah pengetahuan Responden khususnya tentang Permainan Edukatif pada Anak 3-6 tahun.
Sesuai dengan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan seseorang yang mempunyai informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang luas. Informasi tersebut bisa
diperoleh dari berbagai sumber seperti media cetak (surat kabar, majalah, jurnal kesehatan, dan lain-lain) dan media elektronik (TV, internet) serta dengan adanya pengalaman atau kontak dengan lingkungan fisik.
## Pengetahuan Responden tentang Alat Permainan Edukatif
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari 45 Responden menunjukkan bahwa sebagian besar Responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 64.4 % adapun sebanyak 6,7% Responden yang masih memiliki pengetahuan kurang. Responden yang kategori pengetahuannya baik mengetahui tentang pengertian, syarat-syarat, dan prinsip dasar dari alat permainan edukatif namun kurang mengetahui tentang kesalahan-kesalahan dalam memilih alat permainan edukatif,
contoh alat permainan untuk perkembangan anak, alat permainan yang dianjurkan untuk anak usia pra sekolah dan tujuannya. Kategori pengetahuan baik ini dapat dikatakan bahwa Responden sudah sepenuhnya mampu menjawab dengan benar dari 20 pernyataan yang diajukan mengenai alat permainan edukatif. Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa pengetahuan
seseorang tidak lepas dari faktor yang mempengaruhinya yaitu: umur, pendidikan dan pekerjaan.
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, yakni: indra penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa, dan raba . sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Notoatmodjo (2010) Bahwa pengetahuan seseorang dipengerahui banyak faktor, seperti pendidikan umur, pekerjaan, dan faktor eksternal lainya.
## SIMPULAN
Karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar berusia 20-35 tahun, pendidikan paling banyak adalah pada tingkat pendidikan menengah (SMP,SMA/sederajat), kemudian dari segi pekerjaan sebagian besar responden bekerja. Pengetahuan responden tentang Permainan Edukatif paling banyak memiliki pengetahuan baik. Diharapkan responden lebih meningkatkan pengetahuannya tentang Permainan Edukatif melalui berbagai sumber informasi yang benar seperti majalah, buku, internet, maupun TV. Tenaga kesehatan terutama bidan dan perawat diharapkan memberikan penyuluhan
atau informasi kepada responden tentang alat permainan yang edukatif.
## DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2001. Ilmu Pendidikan . PT. RinekaCipta: Jakarta
Brooks, J. 2011. The Process of Parenting .PustakaPelajar:
Yogyakarta
Depkes RI. 1997. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Balai Pustaka: Jakarta
Hidayat, A. A. 2012. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak 1 . Jakarta:
Salemba Medika
Marmidan Rahardjo, K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mutiah, D. 2012. Psikologi Bermain Anak Usia Dini . Kencana: Jakarta
Nirwana, A. 2011 .Psikologi Bayi, Balita, dan Anak . Nuha Medika:
Yogyakarta
Rekawati, Nursalam, dan Utami. 2013 .Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak: Untuk Perawat dan Bidan Edisi 2 .Salemba Medika: Jakarta
Riadi, Sujona dan Sukarmin.2009.
Asuhan Keperawatan pada Anak . Graha Ilmu: Jakarta
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebela sJilid 2 . Erlanga: Jakarta
Soetjiningsih . 2012. Tumbuh Kembang Anak . EGC: Jakarta
Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak . EGC: Jakarta
Suyadi. 2009. Permainan Edukatif yang
Mencerdaskan . Power Books:
Jakarta
Wawan dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia . Nuha Medika: Yogyakarta
|
83c6599e-5fef-46b4-860d-3b86ae654cd8 | https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/SM/article/download/7747/2890 | Mendorong Produktivitas Kerja Melalui Peran Pelatihan dan Kepuasan Kerja Dengan Komitmen Organisaional Sebagai Intervening
Penelitian Pada Karyawan Industri Genteng di Kebumen
Anisa Permata Hastiti 1, Julinha Betty Guterres Riu 2, Harry Cahyono 3 E-mail: [email protected] , [email protected], [email protected] Magister Management, Fakultas Ekonomi, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kerja dan kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja, dengan komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan responden karyawan di industri ubin di Kabupaten Kebumen. Data diperoleh dengan instrumen distribusi kuesioner, yang kemudian data yang terkumpul diolah dengan bantuan software AMOS dan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan, dengan komitmen organisasi bertindak sebagai variabel intervening.
Di sisi lain, temuan penelitian menunjukkan bahwa pelatihan kerja tidak berdampak signifikan terhadap komitmen organisasi atau produktivitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun pelatihan kerja dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan karyawan, faktor- faktor lain mungkin lebih dominan dalam mempengaruhi komitmen organisasi dan produktivitas kerja dalam konteks industri ubin di Kabupaten Kebumen. Kesimpulan dari penelitian ini menyoroti pentingnya manajemen kepuasan kerja sebagai strategi untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dengan meningkatnya kepuasan kerja, dapat diharapkan komitmen organisasi juga meningkat, sehingga berdampak positif terhadap produktivitas kerja.
## Kata kunci: Pelatihan Kerja, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Produktivitas Kerja
## ABSTRACT
This study aims to investigate the effect of job training and job satisfaction on work productivity, with organizational commitment as an intervening variable. This research is a quantitative research with employee respondents in the tile industry in Kebumen Regency. Data is obtained with questionnaire distribution instruments, which then the collected data is processed with the help of AMOS software and Structural Equation Modeling (SEM) analysis tools. The results of the analysis show that the level of job satisfaction has a significant positive influence on employee work productivity, with organizational commitment acting as an intervening variable. On the other hand, research findings show that job training does not have a significant impact on organizational commitment or employee work productivity. This suggests that, although job training can improve employees' skills and knowledge, other factors may be more dominant in influencing organizational commitment and work productivity in the context of the tile industry
e-ISSN: 2443-064
in Kebumen District. The conclusion of this study highlights the importance of job satisfaction management as a strategy to increase employee work productivity. With the increase in job satisfaction, it can be expected that organizational commitment also increases, thus having a positive impact on work productivity.
Keywords: Job Training, Job Satisfaction, Organizational Commitment, Work Productivity
## PENDAHULUAN
Produktivitas kerja menjadi fokus utama dalam lingkungan bisnis modern karena memiliki korelasi yang erat dengan kesuksesan organisasi (Siddiqui, 2014). Produktivitas menurut Oxford dictionary adalah ukuran efisiensi di mana seorang pekerja, sebuah perusahaan, atau suatu negara menghasilkan barang, dengan mempertimbangkan jumlah yang diproduksi dalam perbandingan dengan waktu, tenaga kerja, dan modal yang diperlukan untuk proses produksi tersebut. Produktivitas ini merupakan salah satu faktor kunci dalam menilai kinerja individu, tim, atau organisasi secara keseluruhan.
Peningkatan kesejahteraan individu dapat menghasilkan dampak positif pada produktivitas kerja, pertumbuhan ekonomi, dan keberlanjutan organisasi (Azis et al., 2022). Berikut adalah komponen dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Produktivitas kerja dapat diukur dengan menggunakan berbagai indikator yang mencerminkan tingkat efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. Berikut adalah beberapa variabel produktivitas kerja beserta indikatornya. Variabel produktivitas kerja merujuk pada faktor-faktor yang dapat diukur dan memengaruhi tingkat kinerja dan hasil kerja karyawan dalam suatu organisasi (Nda & Fard, 2013). Indikator-indikator ini memberikan gambaran tentang sejauh mana seseorang atau kelompok karyawan mampu menghasilkan output yang diinginkan dengan efisien dan efektif. Berikut adalah pengertian variabel produktivitas kerja beserta beberapa indikator yang relevan;(1) Jumlah Produksi yaitu volume hasil kerja atau layanan yang dihasilkan oleh karyawan, dengan indicator jumlah unit produk atau layanan yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu; (2) Kualitas Hasil Kerja yaitu tingkat kesesuaian atau tingkat kepuasan pelanggan terhadap hasil kerja. Kualitas hasil kerja ditandai dengan tingkat kepuasan pelanggan, tingkat kesalahan atau cacat, dan evaluasi kualitas oleh atasan atau rekan kerja; (3) Efisiensi Waktu yaitu kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau proyek dalam waktu yang ditentukan. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu, ketepatan waktu penyelesaian proyek adalah indicator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas; (4) Utilisasi Sumber Daya yaitu terkait dengan pemanfaatan efisien dari sumber daya yang tersedia, dengan indicator tingkat pemanfaatan peralatan, fasilitas, atau teknologi yang dapat memengaruhi produktivitas; (5) Kehadiran dan Keterlambatan, yaitu tingkat kehadiran dan keterlambatan karyawan dalam menjalankan tugasnya. Indikator dari kehadiran dan keterlambatan adalah persentase kehadiran, jumlah keterlambatan, dan durasi keterlambatan; (6) Kreativitas dan Inovasi, yaitu kemampuan untuk memberikan ide baru atau meningkatkan proses kerja, jumlah ide inovatif yang diusulkan, implementasi perubahan positif; (7) Kesesuaian dengan Standar Kinerja, yaitu tingkat pencapaian kinerja yang sesuai dengan
e-ISSN: 2443-064
standar yang ditetapkan, dengan indicator pencapaian target atau standar kinerja yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Memahami dan mengukur variabel-variabel produktivitas membantu organisasi untuk menilai dan meningkatkan produktivitas kerja secara sistematis. Selain itu juga akan memberikan dasar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan efektif dalam manajemen sumber daya manusia. Salah satu faktor penting yang memengaruhi produktivitas kerja adalah kualitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi (Richard & Johnson, 2001). Dalam konteks ini, pelatihan dan kepuasan kerja dianggap sebagai elemen kunci yang dapat meningkatkan kinerja individu di tempat kerja.
Pelatihan merupakan strategi penting dalam pengembangan karyawan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan tugas dengan lebih efektif (Improving & Performance, 2022). Dalam hal ini, keberhasilan program pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi dapat berperan signifikan dalam meningkatkan kinerja individu (Faruk, 2018; Hartanti, 2018; Jovan & Setiawan, 2022) dan, secara luas, produktivitas keseluruhan (Adamu et al., 2022; Mohamed Al Ali et al., 2018; Nda & Fard, 2013).
Pelatihan kerja merujuk kepada proses di mana individu memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi baru yang relevan dengan suatu pekerjaan atau profesi tertentu (Ali Halawi & Nada Haydar, 2018). Pelatihan kerja bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam menjalankan tugasnya, meningkatkan produktivitas, dan memenuhi tuntutan yang berkaitan dengan lingkungan kerja yang terus berkembang (Vally et al., 2019).
Variabel pelatihan kerja merujuk pada faktor-faktor yang terkait dengan pengembangan keterampilan dan pengetahuan karyawan melalui program pelatihan (Sendawula et al., 2018). Pengukuran efektivitas pelatihan kerja dapat dilakukan dengan memperhatikan berbagai indikator. Berikut adalah indikator variabel pelatihan kerja beserta contoh yang relevan:(1) Partisipasi dalam Pelatihan dengan indicator persentase karyawan yang berpartisipasi dalam program pelatihan dengan contoh jumlah karyawan yang mendaftar dan mengikuti pelatihan, persentase karyawan yang terlibat dalam pelatihan wajib:(2) Peningkatan Keterampilan dan Pengetahuan dengan indicator peningkatan dalam keterampilan atau pengetahuan setelah pelatihan dengan contoh ujian sebelum dan setelah pelatihan untuk mengukur peningkatan pemahaman, peningkatan keterampilan yang diukur oleh atasan atau evaluator:(3)Penggunaan Keterampilan Baru dalam Pekerjaan dengan indicator sejauh mana keterampilan yang dipelajari diaplikasikan dalam pekerjaan sehari-hari dengan contoh evaluasi karyawan oleh atasan atau rekan kerja mengenai penerapan keterampilan baru, jumlah proyek atau tugas yang melibatkan penggunaan keterampilan baru:(4)Tingkat Kepuasan Peserta Pelatihan dengan incikator Hasil dari survei kepuasan peserta pelatihan beserta contoh persentase peserta yang puas dengan pelatihan, umpan balik positif atau negatif dari peserta:(5)Retensi Karyawan dengan indicator Tingkat retensi karyawan yang telah mengikuti pelatihan dengan contoh persentase karyawan yang tetap bekerja setelah mengikuti pelatihan, tingkat turnover karyawan yang telah
e-ISSN: 2443-064
mendapatkan pelatihan:(6)Peningkatan Kinerja dan Produktivitas dengan indicator Perubahan positif dalam kinerja dan produktivitas karyawan beserta contoh Peningkatan output kerja, peningkatan efisiensi, atau penurunan tingkat kesalahan setelah pelatihan:(7)Penilaian dari Atasan atau Evaluasi Kinerja dengan indicator Penilaian atau evaluasi kinerja oleh atasan setelah pelatihan beserta contoh evaluasi kinerja yang mencerminkan peningkatan kompetensi atau kontribusi karyawan setelah pelatihan:(8)Pengembangan Keterampilan Kepemimpinan dengan indikator Peningkatan keterampilan kepemimpinan dan kemampuan manajerial dengan contoh kenaikan dalam tugas kepemimpinan, penilaian dari atasan mengenai kemampuan kepemimpinan:(9)Pengenalan Produk atau Proses Baru dengan indikator Pemahaman karyawan terhadap produk baru atau perubahan proses setelah pelatihan dengan contoh tingkat pemahaman tentang produk baru, tingkat kesiapan untuk mengadopsi perubahan proses:(10)Peningkatan Inovasi dan Kreativitas dengan indicator Kontribusi karyawan terhadap ide-ide baru atau inovasi setelah pelatihan beserta contoh jumlah ide inovatif yang diajukan, implementasi ide-ide baru dalam proyek atau produk.
Pemantauan dan evaluasi terhadap indikator-indikator ini membantu organisasi untuk mengukur dampak dan efektivitas program pelatihan kerja. Selain itu, analisis tersebut juga dapat membantu dalam merancang program pelatihan yang lebih efektif sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.
Selain itu, kepuasan kerja juga dianggap sebagai faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas. Kepuasan kerja mencakup berbagai aspek, termasuk keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, hubungan interpersonal di tempat kerja, pengakuan atas kontribusi individu, serta persepsi terhadap lingkungan kerja secara keseluruhan (Goetz & Wald, 2022). Tingkat kepuasan kerja yang tinggi berdampak positif pada motivasi (Popoola & Fagbola, 2023), loyalitas (Han & Hyun, 2018), kinerja karyawan (Leung & Lin, 2022), dan produktivitas kerja (Hoboubi et al., 2017). Namun ditemukan penelitian yang memperoleh bukti empiris bahwa kepuasan kerja tidak berpengaruh positif terhadap Produktivitas kerja (Sadick et al., 2020).
Kepuasan kerja adalah konsep yang mencoba menjelaskan faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan di tempat kerja (Zhang et al., 2023). Pemahaman teori ini dapat membantu organisasi dalam merancang strategi dan kebijakan yang mendukung kepuasan karyawan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas, retensi, dan kesejahteraan keseluruhan (Castaldo et al., 2023; Hoboubi et al., 2017; Ildiri et al., 2022). Berikut adalah beberapa teori kepuasan kerja beserta indikator-indikatornya: (1)Teori Kepuasan Kerja Herzberg ( Two-Factor Theory ) yaitu mengidentifikasi dua faktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja faktor motivasi (yang memotivasi karyawan) dan faktor higiene (yang mencegah ketidakpuasan) dengan indicator Faktor Motivasi,yaitu pencapaian pribadi,pengakuan atas prestasi,tanggung jawab dan Faktor Higiene meliputi kondisi kerja,Kebijakan perusahaan,Kompensasi: (2)Teori Expectancy (Vroom) yaitu Karyawan membuat keputusan berdasarkan harapan bahwa tindakan mereka akan menghasilkan hasil yang
e-ISSN: 2443-064
diinginkan dengan Indikator Harapan terhadap hasil positif yang meliputi Nilai hasil yang diinginkan,Hubungan antara usaha dan hasil: (3)Teori Kepuasan Kerja Locke yaitu Kepuasan kerja terjadi ketika karyawan menganggap bahwa pekerjaan mereka sesuai dengan harapan dan nilai-nilai pribadi mereka dengan indicator Persepsi kesesuaian pekerjaan dengan nilai-nilai pribadi,Realisasi harapan terhadap pekerjaan,Kepuasan terhadap keadilan dan perlakuan yang adil: (4)Teori Kepuasan Kerja Hackman dan Oldham (Model Karakteristik Pekerjaan) yaitu Kepuasan kerja dipengaruhi oleh karakteristik pekerjaan yang menciptakan rasa tanggung jawab, variasi, identitas tugas, signifikansi tugas, dan umpan balik dengan indicator Keterlibatan dalam tugas yang bermakna, Pengendalian atas pekerjaan, Umpan balik tentang kinerja: (5)Teori Kepuasan Kerja Adams (Teori Keadilan) yaitu Kepuasan kerja dipengaruhi oleh persepsi karyawan tentang keadilan dalam distribusi hasil, keadilan prosedural, dan keadilan interaksional dengan indicator Persepsi kesetaraan dan keadilan dalam kompensasi, Keadilan prosedural dalam pengambilan keputusan, Kualitas hubungan interpersonal: (6)Teori Kepuasan Kerja Karasek ( Model Demands-Control ) yaitu Kepuasan kerja dipengaruhi oleh tingkat kontrol yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaan mereka dan tingkat tuntutan atau tekanan dalam pekerjaan dengan indicator Tingkat otonomi dan kendali dalam pekerjaan dengan contoh Tingkat tuntutan atau tekanan pekerjaan,
Menurut (McClelland & Brads, 2023) indikator-indikator umum untuk Kepuasan Kerja meliputi: (1) Tingkat Kepuasan Umum yaitu Survei atau kuesioner kepuasan kerja secara keseluruhan: (2) Keseimbangan Kehidupan Kerja dan Kehidupan Pribadi yaitu evaluasi sejauh mana pekerjaan memungkinkan karyawan untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi: (3) Hubungan Interpersonal yaitu evaluasi hubungan dengan rekan kerja dan atasan: (4) Pengakuan dan Penghargaan yaitu evaluasi sejauh mana karyawan merasa diakui dan dihargai atas kontribusinya: (5) Pengembangan dan Peluang Karir yaitu evaluasi peluang untuk pengembangan pribadi dan profesional serta kemajuan karir: (6) Komunikasi Organisasi yaitu evaluasi efektivitas komunikasi dari manajemen ke karyawan.
Berdasarkan adanya hasil penelitian yang masih belum konsisten, hal ini menunjukkan bahwa ada banyak variabel dan faktor yang dapat memengaruhi produktivitas selain tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya, dan bahwa korelasi antara kepuasan kerja dan produktivitas tidak selalu bersifat linear atau kuat dalam semua konteks kerja. Dalam konteks ini diperlukan Komitmen Organisasional, yang diprediksi dapat memainkan peran penting dalam menghubungkan hubungan antara Pelatihan Kerja, Kepuasan Kerja, dan Produktivitas Kerja. Komitmen kerja mencakup tingkat keterikatan atau kesetiaan individu terhadap organisasi tempatnya bekerja (Indarti et al., 2017). Individu yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi cenderung lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja mereka dan, sebagai hasilnya, mempengaruhi produktivitas keseluruhan organisasi (G et al., 2023; Indarti et al., 2017). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pelatihan, kepuasan kerja, dan produktivitas kerja (Basir, Muniroh & Wahjono, Imam, 2014; Jovan & Setiawan, 2022). Namun, masih diperlukan pemahaman yang lebih mendalam
e-ISSN: 2443-064
mengenai bagaimana peran komitmen kerja sebagai variabel intervensi dalam menghubungkan pelatihan dan kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Secara teoritis, konsep komitmen organisasional memiliki potensi yang kuat untuk bertindak sebagai mediator yang menjelaskan bagaimana kepuasan kerja individu dapat memengaruhi produktivitas kerja melalui keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi (Aman et al., 2023).
Dalam penelitian kuantitatif ini, tujuan utamanya adalah untuk mengkaji secara luas dan mendalam pengaruh pelatihan dan kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja, dengan mempertimbangkan peran komitmen kerja sebagai variabel intervening. Komitmen organisasi adalah suatu kerangka konseptual yang menjelaskan tingkat keterikatan atau keterlibatan karyawan terhadap organisasi tempat mereka bekerja (Anand et al., 2023; Sabokro et al., 2021; Zong & Tsaur, 2023). Teori ini mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sejauh mana karyawan bersedia dan mampu berkontribusi pada tujuan dan keberhasilan organisasi. Berikut adalah beberapa teori komitmen organisasi beserta indikator-indikatornya:(1) Teori Komitmen Organisasi Meyer dan Allen (Model Komitmen Organisasional) yaitu Mengidentifikasi tiga dimensi komitmen organisasi, yaitu komitmen afektif, komitmen normatif, dan komitmen berkelanjutan dengan indicator Komitmen Afektif meliputi Identifikasi emosional dengan organisasi,Perasaan senang bekerja di organisasi. Lalu ada Komitmen Normatif meliputi Rasa kewajiban untuk tetap di organisasi,Kesadaran akan nilai-nilai organisasi dan Komitmen Berkelanjutan meliputi Niat untuk tetap di organisasi dalam jangka panjang,Persepsi bahwa meninggalkan organisasi akan merugikan:(2) Teori Investasi Sosial (Becker) yaitu Karyawan yang menginvestasikan waktu, usaha, dan sumber daya mereka dalam organisasi akan cenderung lebih komitmen karena mereka memiliki "investasi" dalam organisasi tersebut dengan indicator Tingkat partisipasi dalam pelatihan dan pengembangan, Keterlibatan dalam kegiatan organisasional atau social, dan Jumlah waktu bekerja di organisasi:(3)Teori Pertukaran Psikologis (Blau) yaitu Komitmen organisasi terbentuk melalui pertukaran psikologis antara karyawan dan organisasi, di mana karyawan merasakan bahwa organisasi memberikan imbalan yang sebanding dengan kontribusi mereka dengan indicator Persepsi keseimbangan antara imbalan dan kontribusi, Kepuasan terhadap gaji dan manfaat. Persepsi adanya peluang pengembangan dan kemajuan karir:(4)Teori Dukungan Organisasional (Eisenberger, Huntington, Hutchison, dan Sowa) yaitu Karyawan yang merasakan adanya dukungan dari organisasi akan cenderung lebih komitmen dengan indicator Persepsi dukungan atasan dan rekan kerja, Kejelasan harapan organisasi terhadap karyawan, dan Adanya dukungan dalam mengatasi masalah atau kesulitan:(5)Teori Komitmen Kerja (Porter dan Lawler) yaitu Karyawan yang percaya bahwa usaha mereka akan dihargai dengan imbalan yang sesuai akan lebih cenderung komitmen dengan indicator Persepsi bahwa tingkat usaha mereka sejalan dengan imbalan yang diterima, Harapan terhadap imbalan dan penghargaan dan Tingkat kepuasan terhadap imbalan yang diterima:(6)Teori Peran Sosial (Katz dan Kahn) yaitu Komitmen organisasi terjadi ketika karyawan memahami dan menerima peran mereka dalam struktur organisasi dengan indicator Klarifikasi peran yang baik, Persepsi bahwa peran mereka
e-ISSN: 2443-064
penting dalam mencapai tujuan organisasi, Kesesuaian antara peran yang diharapkan dan peran yang dijalankan.
Melalui pendekatan kuantitatif yang komprehensif, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana faktor-faktor tersebut saling terkait dan berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas kerja di berbagai lingkungan organisasi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berguna bagi pengambil keputusan di perusahaan dalam mengembangkan strategi dan kebijakan yang mendukung peningkatan produktivitas melalui investasi dalam pelatihan, pengelolaan kepuasan kerja, serta pengelolaan komitmen kerja karyawan.
## Hipotesis Penelitian
H1: Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan pelatihan kerja terhadap komitmen organisasi
H2: Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi
H3: Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan pelatihan kerja terhadap produktivitas kerja
H4: Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja
H5: Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan komitmen organisasi terhadap produktivitas kerja
H6: Komitmen Organisasional memediasi hubungan antara Pelatihan Kerja dan Produktivitas Kerja
H7: Komitmen Organisasional memediasi hubungan antara Kepuasan Kerja dan Produktivitas Kerja
Gambar 1. Kerangka Penelitian
## METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Responden dimbil dari seluruh populasi industri genting yang ada di Kabupaten Kebumen yang berjumlah 142 karyawan dari 32 industri, atau dapat juga disebut dengan metode sensus. Instrumen Penelitian untuk pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terstruktur untuk mengukur peran pelatihan, kepuasan kerja, komitmen karyawan, dan produktivitas kerja, dengan skala Likert 1 (Sangat Tidak Setuju) hingga 5 (Sangat Setuju). Data yang terkumpul kemudian diolah dengan bantuan program SPSS sebagai pendukung data untuk softwere AMOS dan analisis Structural Equation Modeling (SEM).
Berikut adalah beberapa contoh daftar pernyataan untuk varibel penelitian yang diadopsi dari penelitian (Jovan & Setiawan, 2022). Variabel Pelatihan Kerja: (1) Saya merasa bahwa di perusahaan ini terdapat bantuan yang diberikan oleh atasan kepada karyawan yang melakukan program training, (2) Saya merasa bahwa di perusahaan ini terdapat dorongan dari atasan agar karyawan menerima program training, (3) Saya merasa bahwa atasan telah memastikan bahwa program training yang diterima karyawan berjalan dengan lancer. Selanjutnya untuk variable Kepuasan Kerja: (1) Saya merasa bahwa saya menerima pekerjaan atau tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuannya, (2) Saya merasa bahwa saya menerima pekerjaan atau tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuannya, (3) Saya merasa gaji yang saya terima sudah sesuai dengan yang saya harapkan.
Pernyataan dalam kuesioner Variabel Komitmen Organisasional diadopsi dari (Arina, 2014), seperti: (1) Merasa memiliki keterlibatan dalam mencapai tujuan perusahaan, (2) Tetap kewajiban bertahan merupakan, dan (3) Bertahan dalam perusahaan merupakan kebutuhan. Selanjutnya untuk pernyataan dalam variable Produktivitas Kerja diadopsi dari (Adamu et al., 2022) yaitu kemampuan seorang pegawai dalam menyelesaikan tugas yang diberikan yang sangat berkaitan dengan hasil kerja, ketepatan waktu dan kualitas.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis dapat diambil dan ditarik kesimpulan apabila beberapa kondisi pemrosesan data menggunakan analisis AMOS dan SEM terpenuhi. Secara umum, hasil analisis goodness of fit pada SEM telah memenuhi syarat yang disarankan, dengan nilai Chi-Square = 242,630, probabilitas = 0,000, CMIN/DF = 1,891, TLI = 0,915, GFI = 0,859, IFI = 0,919, CFI = 0,918, dan nilai RMSEA = 0,74. Selain itu untuk nilai loading factor semua indicator dalam proses analisis telah memenuhi syarat dengan nilai di atas 0,7.
Informasi terkait hasil analisis data untuk mengevaluasi hubungan sebab-akibat, seperti yang dihipotesiskan, terdokumentasi dalam Tabel 1.
## Tabel 1 Estimasi dan Signifikasi Analisis Regresi
No Konsekuensi Regresi Prediktor Estimasi S.E. C.R. P Keterangan H1 Komitmen Organisasional (KO) <--- Pelatihan Kerja (PK) ,140 ,109 1,365 ,177 Tidak Terkonfirmasi H2 Komitmen Organisasional (KO) <--- Kepuasan Kerja (KK) ,551 ,104 5,301 *** Terkonfirmasi H3 Produktivitas (KP) <--- Pelatihan Kerja (PK) ,086 ,080 1,212 ,260 Tidak Terkonfirmasi H4 Poduktivitas Kerja (PK) <--- Kepuasan Kerja (KK) ,158 ,082 1,916 ,044 Terkonfirmasi H5 Produktivitas Kerja (PK) <--- Komitmen Organisasional (KO) ,279 ,115 2,348 ,018 Terkonfirmasi 1.
Dalam analisis data untuk menguji hipotesis, dengan menggunakan nilai estimasi dan signifikansi untuk menentukan apakah hipotesis tersebut terkonfirmasi atau tidak. Dalam kasus ini, hipotesis yang diuji adalah mengenai hubungan antara Pelatihan Kerja (PK) terhadap Produktivitas Kerja (PK). Nilai estimasi sebesar 0,086 menunjukkan seberapa besar pengaruh atau hubungan yang diduga ada antara variabel Pelatihan Kerja dan Produktivitas Kerja. Nilai ini mencerminkan seberapa besar perubahan yang dapat diharapkan dalam Produktivitas Kerja sebagai hasil dari perubahan dalam Pelatihan Kerja. Namun, nilai ini tidak cukup besar untuk dianggap signifikan secara statistik. Signifikansi sebesar 0,260 adalah nilai p yang menentukan seberapa kuat bukti yang dimiliki untuk menolak hipotesis nol. Nilai p yang tinggi menunjukkan bahwa tidak ada cukup bukti statistik untuk menolak hipotesis nol, yang biasanya menyatakan bahwa tidak ada hubungan atau pengaruh yang signifikan antara Pelatihan Kerja dan Produktivitas Kerja. Dengan nilai estimasi yang rendah (0,086) dan signifikansi yang tinggi (0,260), kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa tidak ada cukup bukti statistik untuk mendukung hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan adanya pengaruh signifikan dari Pelatihan Kerja terhadap Produktivitas Kerja. Dengan demikian, dalam konteks analisis ini, hipotesis pertama (H1) tidak terkonfirmasi.
Selanjutnya hipotesis dua (H2) yang menghipotesiskan Pelatihan Kerja berpengaruh positif terhadap Komitmen Organisasi dengan nilai estimasi sebesar 0,140 dengan signifikansi
e-ISSN: 2443-064
sebesar 0,177 juga tidak terkonfirmasi. Dari hasil kedua analisis yang ditolak ini, peneliti memprediksi bahwa pelatihan kerja yang dilakukan berdasarkan pengamatan lapangan tidak dilakukan secara rutin atau bahkan tidak ada program khusus untuk pelatihan. Oleh karena itu, peneliti mendapati adanya indikasi bahwa faktor-faktor lain di luar variabel yang diamati mungkin juga berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja.
Hasil analisis regresi dengan SEM selain dua hipotesis yang tidak terkonfirmasi, terdapat tiga (3) hipotesis yang terkonfirmasi. Hipotesis yang terkonfirmasi, yang pertama adalah pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Koitmen Organisasional dengan nilai estimasi sebesar 0,551 dan probabilitas sebesar 0,000 (***), hasil ini sejalan dengan penelitian (Bricci et al., 2016; Goetz & Wald, 2022; Karim & Rehman, 2012). Kemudian untuk pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Produktivitas Kerja memiliki nilai estimasi sebesar 0,278 dan probalititas sebesar 0,018, pengaruh signifikan pada tingkat di bawah 5%, hasil ini sejalan dengan penelitian (G et al., 2023). Kemudian yang terakhir adalah pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Produktivitas Kerja dengan nilai estimasi sebesar 0,158 dengan nilai siginifikansi 0,044, hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Kurniawati et al., 2021; Syamsir, 2020).
Berkaitan dengan peran mediasi Komitmen Organisasional dalam hubungan Pelatihan Kerja dan Produktivitas kerja, secara statistic tidak terbukti, karena baik secara langsung maupun tidak langsung Pelatihan Kerja tidak berpengaruh terhadap Komitmen Organisasional, maupun terhadapa Produktivitas Kerja. Sedangkan Komitmen Organisasional berperan sebagai pemediasi sebagain ( part mediation ) hubungan antara Kepuasan Kerja dan Produktivitas Kerja, hal ini dibuktikan secara statistic bahwa secara langsung maupun tidak langsung Kepuaasan kerja berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja. Analisis peran mediasi ini sejalan dengan teori yang diutarakan oleh (Hofmann et al., 2020).
## KESIMPULAN
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa tingkat Kepuasan Kerja, baik secara langsung maupun melalui jalur Komitmen Organisasional, memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Produktivitas Kerja karyawan di industri genteng di Kabupaten Kebumen. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan tingkat Kepuasan Kerja akan menyebabkan peningkatan Komitmen Organisasional, yang pada gilirannya berdampak positif pada Produktivitas Kerja mereka.
Pada sisi lain, kesimpulan selanjutnya menunjukkan bahwa Pelatihan Kerja tidak mampu secara signifikan memengaruhi baik Komitmen Organisasional maupun tingkat Produktivitas Kerja karyawan. Artinya, terlepas dari perubahan kualitas Pelatihan Kerja, Komitmen Organisasional dan Produktivitas Kerja tidak mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lain mungkin memiliki peran yang lebih dominan
e-ISSN: 2443-064
dalam memengaruhi Komitmen Organisasional dan Produktivitas Kerja karyawan dalam konteks industri genteng di Kabupaten Kebumen.
## IMPLIKASI
Implikasi dari kesimpulan tersebut dapat memberikan pandangan yang berharga bagi praktisi dan pengambil keputusan di industri genteng di Kabupaten Kebumen. Beberapa implikasi yang dapat diambil seperti; Praktisi dan pemimpin organisasi perlu memberikan perhatian khusus pada aspek Kepuasan Kerja karyawan. Meningkatkan tingkat kepuasan kerja dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan Komitmen Organisasional dan, pada akhirnya, Produktivitas Kerja; Meskipun Pelatihan Kerja tidak terbukti berpengaruh secara signifikan pada Komitmen Organisasional dan Produktivitas Kerja, hal ini tidak berarti bahwa pelatihan tidak penting. Praktisi perlu terus mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pelatihan yang disediakan, mungkin dengan fokus pada metode atau konten yang lebih sesuai dengan kebutuhan karyawan.
Karena Pelatihan Kerja tidak menjadi faktor penentu utama dalam studi ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi Komitmen Organisasional dan Produktivitas Kerja. Ini dapat membantu organisasi untuk memfokuskan upaya mereka pada aspek-aspek yang lebih signifikan. Program pengembangan karyawan, termasuk pelatihan, dapat ditingkatkan dengan mengadopsi pendekatan yang lebih terpersonal dan disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi individu karyawan. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan profesional dan meningkatkan keterlibatan karyawan.
Implikasi penelitian ini juga menyoroti pentingnya memahami konteks lokal dan spesifik industri. Setiap industri memiliki dinamika dan karakteristik sendiri, dan strategi manajemen sumber daya manusia harus disesuaikan dengan kondisi khusus di Kabupaten Kebumen.
## DAFTAR PUSTAKA
Adamu, M. N., Mohammed, D., & Gana, J. (2022). The Impact of Training and Development on Employee Productivity in the 21 st Century. African Journal of Management and Business Research , 3 (5), 2780–5981. www.afropolitanjournals.com
Ali Halawi & Nada Haydar. (2018). Effects of Training on Employee Performance: Evidence From Uganda. Business Economics and Tourism , 5(2) (June), 24–45.
Aman, A., Rafiq, M., & Dastane, O. (2023). A cross-cultural comparison of work engagement in the relationships between trust climate – Job performance and turnover intention:
Focusing China and Pakistan. Heliyon , 9 (9), e19534.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e19534
Anand, A., Dalmasso, A., Vessal, S. R., Parameswar, N., Rajasekar, J., & Dhal, M. (2023). The
e-ISSN: 2443-064
effect of job security, insecurity, and burnout on employee organizational commitment.
Journal of Business Research , 162 , 113843.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2023.113843
Arina, N. (2014). ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN ( Studi pada Pegawai Perum Perumnas Jakarta ). Skripsi , 11 , 1–42.
Azis, A., Eldianson, R., & Tampubolon, M. T. (2022). Kesejahteraan Karyawan Mempengaruhi Produktivitas Kerja Perusahaan di Era Pandimi Covid-19 . 3 (3), 608–616.
Basir, Muniroh, N., & Wahjono, Imam, S. (2014). the Effectiveness of Training Towards Job Satisfaction With Job. Balance , X (19), 51–61.
Bricci, L., Fragata, A., & Antunes, J. (2016). The effects of trust, commitment and satisfaction on customer loyalty in the distribution sector. Journal of Economics, Business … . https://repositorio.ipv.pt/handle/10400.19/4260
Castaldo, S., Ciacci, A., & Penco, L. (2023). Perceived corporate social responsibility and job satisfaction in grocery retail: A comparison between low- and high-productivity stores.
Journal of Retailing and Consumer Services , 74 , 103444. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2023.103444
Faruk, U. (2018). The Effect of Education and Training to Employee Performance Through Leadership as Intervening Variables at PT. Hutama Agung Jakarta Indonesia. International Journal of Business and Applied Social … . https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3130645
G, C., A, B., R, C., & M, S. (2023). the Effect of Intrinsic, Extrinsic Motivation and Organizational Commitment on Millennial Educator’S Job Performance. Cognizance Journal of Multidisciplinary Studies , 3 (5), 46–63.
https://doi.org/10.47760/cognizance.2023.v03i05.005
Goetz, N., & Wald, A. (2022). Similar but different? The influence of job satisfaction, organizational commitment and person-job fit on individual performance in the continuum between permanent and temporary organizations. International Journal of Project Management , 40 (3), 251–261. https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2022.03.001
Han, H., & Hyun, S. S. (2018). Role of motivations for luxury cruise traveling, satisfaction, and involvement in building traveler loyalty. International Journal of Hospitality Management , 70 , 75–84. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2017.10.024
Hartanti, H. (2018). Pengaruh Kompetensi, Disiplin Kerja, Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perdagangan Bantul. Tesis , 74.
Hoboubi, N., Choobineh, A., Kamari Ghanavati, F., Keshavarzi, S., & Akbar Hosseini, A. (2017). The Impact of Job Stress and Job Satisfaction on Workforce Productivity in an Iranian Petrochemical Industry. Safety and Health at Work , 8 (1), 67–71.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.shaw.2016.07.002
Hofmann, S. G., Curtiss, J. E., & Hayes, S. C. (2020). Beyond linear mediation: Toward a dynamic network approach to study treatment processes. Clinical Psychology Review , 76 , 101824. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cpr.2020.101824
Ildiri, N., Bazille, H., Lou, Y., Hinkelman, K., Gray, W. A., & Zuo, W. (2022). Impact of WELL certification on occupant satisfaction and perceived health, well-being, and productivity: A multi-office pre- versus post-occupancy evaluation. Building and Environment , 224 , 109539. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2022.109539
Improving, P. O. N., & Performance, E. (2022). The influence of training roles, self-efficacy, creative problem-solving on improving employee performance . 2 (1), 12–24.
Indarti, S., Fernandes, A. A. R., & Hakim, W. (2017). The effect of OCB in relationship between personality, organizational commitment and job satisfaction on performance. Journal of Management … . https://doi.org/10.1108/JMD-11-2016-0250
Jovan, R., & Setiawan, R. (2022). Pengaruh Training Terhadap Employee Performance Yang Dimediasi Oleh Employee Satisfaction Dan Employee Creativity Pada Karyawan PT Harvest Cahaya …. Agora , 10 (1). https://publication.petra.ac.id/index.php/manajemen- bisnis/article/view/12075%0Ahttps://publication.petra.ac.id/index.php/manajemen- bisnis/article/viewFile/12075/10605
Karim, F., & Rehman, O. (2012). Impact of job satisfaction, perceived organizational justice and employee empowerment on organizational commitment in semi-government organizations of …. In Journal of Business Studies Quarterly . Citeseer. http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.652.6670&rep=rep1&type=pdf
Kurniawati, N., Putra, I. B. U., & ... (2021). The Role of Job Satisfaction in Mediating the Effect of Work Stress and Democratic Leadership on Employee Performance at Sushimi Restaurant in Bali. Jurnal Ekonomi & … . https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jagaditha/article/view/3130
Leung, V. T. Y., & Lin, P. M. C. (2022). The roles of multiple foci of employee commitments and job satisfaction on creative performance: a study of hotel chefs. International Journal of Hospitality Management , 101 , 103107. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2021.103107
McClelland, L. E., & Brads, J. H. (2023). The five factor model and life satisfaction: Examining the predictive and mediatory role of restorativeness indoors. Journal of Environmental Psychology , 92 , 102150. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2023.102150
Mohamed Al Ali, R. A. A., Md Yusoff, R., Binti Ismail, F., & Kazi, A. G. (2018). The Effect of Training on Employees’ Productivity in Public Organizations in U.A.E. International Journal of Entrepreneurial Research , 1 (1), 15–18. https://doi.org/10.31580/ijer.v1i1.135
e-ISSN: 2443-064
Nda, M. M., & Fard, R. Y. (2013). the Impact of Employee Training and Development on Employee Productivity. Global Institute for Research & Education , 2 (6), 91–93. http://www.researchgate.net/profile/Dr_Rashad_Yazdanifard/publication/260219097_TH E_IMPACT_OF_EMPLOYEE_TRAINING_AND_DEVELOPMENT_ON_EMPLOYE E_PRODUCTIVITY/links/00b4953030e52c7e4a000000.pdf
Popoola, S. O., & Fagbola, O. O. (2023). Work motivation, job satisfaction, work-family balance, and job commitment of library personnel in Universities in North-Central Nigeria.
The Journal of Academic Librarianship , 49 (4), 102741. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.acalib.2023.102741
Putra P, I. B. P., & Kusumadewi, N. M. W. (2019). Pengaruh Inovasi Produk Terhadap Niat Pembelian Ulang Dimediasi Oleh Kepuasan Konsumen. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana , 8 (8), 4983. https://doi.org/10.24843/ejmunud.2019.v08.i08.p10
Richard, O. C., & Johnson, N. B. (2001). Strategic human resource management effectiveness and firm performance. International Journal of Human Resource Management , 12 (2), 299–310. https://doi.org/10.1080/09585190010015105
Sabokro, M., Masud, M. M., & Kayedian, A. (2021). The effect of green human resources management on corporate social responsibility, green psychological climate and employees’ green behavior. Journal of Cleaner Production , 313 (November 2020). https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.127963
Sadick, A.-M., Kpamma, Z. E., & Agyefi-Mensah, S. (2020). Impact of indoor environmental quality on job satisfaction and self-reported productivity of university employees in a tropical African climate. Building and Environment , 181 , 107102. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2020.107102
Sendawula, K., Nakyejwe Kimuli, S., Bananuka, J., & Najjemba Muganga, G. (2018). Training, employee engagement and employee performance: Evidence from Uganda’s health sector. Cogent Business and Management , 5 (1), 1–12. https://doi.org/10.1080/23311975.2018.1470891
Siddiqui, M. N. (2014). Success of an Organization is a result of Employees Performance.
Advances in Social Sciences Research Journal , 1 (4), 179–201. https://doi.org/10.14738/assrj.14.280
Syamsir, S. (2020). Competence, Job Satisfaction, Work Motivation, and Job Performance of The Village (“Nagari”) Masters in Managing E-Village Finance. International Journal of Advanced Science and … . http://repository.unp.ac.id/26930/
Vally, Z., Salloum, L., AlQedra, D., El Shazly, S., Albloshi, M., Alsheraifi, S., & Alkaabi, A. (2019). Examining the effects of creativity training on creative production, creative self- efficacy, and neuro-executive functioning. Thinking Skills and Creativity , 31 (November 2018), 70–78. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2018.11.003
Zhang, X., Du, J., & Chow, D. (2023). Association between perceived indoor environmental characteristics and occupants ’ mental well-being , cognitive performance , productivity , satisfaction in workplaces : A systematic review. Building and Environment , 246 (July), 110985. https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2023.110985
Zong, Y., & Tsaur, S.-H. (2023). Employee resilience and mentoring functions as moderators of the relationship between workplace hazing and affective organizational commitment.
International Journal of Hospitality Management , 114 , 103549.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2023.103549
|
7aa3eaac-a888-4bb5-ab1e-e05959a9df2e | https://ejournal.atmajaya.ac.id/index.php/metris/article/download/2812/1298 | Kajian Exclusive Dealing dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Persaingan Usaha dan Iklim Bisnis pada Rantai Pasok Industri Komponen
Levinia Dian Laraswati 1 , Wahyudi Sutopo 2 , Yuniaristanto 3
1 Jurusan Teknik Industri, 2 Grup Riset Rekayasa Industri dan Tekno Ekonomi,
3 Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis, Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
E-mail: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3
Received 1 February 2015; Accepted 1 May 2015
## Abstract
Supply chain of vehicle industry is one of the supply chain that involves many entities. The high number of entities make the creation of a business network to improve the effectiveness and efficiency of business activities better known as vertical integration. However, the creation of excessive vertical integration and not pay attention to the rules of fair competition can also have a negative impact on the business climate conditions. Component industry as part of the car industry in the downstream sector has shown the existence of an indication of a exclusive dealing with their customers. The research conducted an analysis using structural equation modeling to know abaout the relationship between exclusive dealing indication the level of competition and the business climate in Indonesia component industry. And based on the processing and analysis of data, it can be concluded that there is a relationship between the indication of exclusive dealing with the level of competition and business climate of the industry.
Keyword: Supply Chain, Component Industry, Exclusive Dealing
## 1. PENDAHULUAN
Rantai pasok industri mobil merupakan salah satu rantai pasok yang melibakan banyak entitas di dalamnya. Secara umum rantai pasok industri mobil diawali dengan aktivitas pada industri komponen dan diakhiri dengan aktivitas penggunaan produk oleh customer (Laraswati, 2014). Setiap entitas dalam rantai pasok industri mobil sendiri terbagi ke dalam beberapa sub entitas yang mewakili kompleksitas jenis dan kriteria. Tingginya jumlah entitas yang terlibat pada akhirnya akan memunculkan peluang berkurangkan efektivitas dan efisiensi pada proses bisnis yang berlangsung (Mayoux et al., 2006).
Tingginya jumlah entitas juga berpengaruh terhadap tingginya tingkat daya saing antar pelaku bisnis. Hal tersebut kemudian mendorong terciptanya suatu jaringan bisnis untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan bisnis yang lebih dikenal dengan sebutan integrasi
vertikal (Suhartati dan Rosietta, 2014). integrasi vertikal ini kemudian dapat menciptakan suatu sistem manajemen tunggal dimana dengan manajemen tunggal maka peluang pengembangan bisnis akan menjadi lebih baik dibandingkan dengan manajemen terpisah (Lubis dan Sirait, 2009).
Namun demikian, terciptanya integrasi vertikal yang ‘berlebihan’ dan tidak memperhatikan kaidah ‘persaingan usaha yang sehat’ juga dapat berdampak buruk pada kondisi iklim bisnis. Berdasarkan UU nomor 5 tahun 1999 tentang persaingan usaha, integrasi vertikal yang ‘berlebihan’ dapat berpengaruh pada menurunnya pertumbuhan pelaku usaha menengah dan kecil yang memiliki peluang sama untuk tumbuh dan berkembang. Kondisi tersebut kemudian lebih dikenal dengan sebutan hambatan vertikal. Pada umumnya terdapat empat bentuk hambatan vertikal, yaitu: exclusive dealing, territorial restriction, tying, dan resale price maintenance.
Di Indonesia, jaringan bisnis dalam industri mobil telah terbentuk dengan baik dari sektor hilir hingga sektor hulu industri. Di sektor hulu industri, Laraswati et al. (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat suatu indikasi adanya penggunaan strategi hambatan vertikal antara ATPM-Diler dan Diler- Customers di industri mobil Indonesia. Dalam penelitiannya, didapatkan hasil bahwa dari empat bentukhambatan vertikal, exclusive dealing dan territorial restriction merupakan dua bentuk hambatan vertikal yang dirasa mengganggu oleh customers. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat suatu indikasi penggunaan strategi hambatan vertikal di sektor hulu industri komponen. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan analisis mengenai peluang penggunaan dan efek dari penggunaan hambatan vertikal di industri komponen yang merupakan sektor hilir industri mobil.
Secara umum, pasar industri komponen di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu pasar pabrikan otomotif (OEM/ Original Equipment for Manufacturer) dan pasar suku cadang pengganti (REM/ Replacement Equipment for Market). Saat ini perkembangan industri komponen dalam negeri terus mengalami peningkatan. Terhitung pada tahun 2012 dan 2013, terdapat 1250 perusahaan dalam industri komponen yang siap melayani 20 perusahaan perakit di Indonesia (Kementrian Perindustrian, 2013). Namun demikian, dari 1250 perusahaan komponen, hanya terdapat 155 perusahaan yang menjadi pemasok utama untuk 20 produsen (ATPM/ Agen Tunggal Pemegang Merek). Hal ini menandakan bahwa hanya terdapat 12,4% dari 1250 perusahaan komponen yang memiliki kemampuan untuk masuk kedalam pasar
pabrikan otomotif (OEM/ Original Equipment Manufacturer) di Indonesia (Kemenperin, 2014). Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat indikasi penggunaan suatu perjanjian tertutup (exclusive dealing) antara pihak produsen mobil dengan beberapa perusahaan komponen yang menghambat ataupun menghalangi masuknya perusahaan-perusahaan baru di pasar OEM/ Original Equipment Manufacturer. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan suatu survei dan analisis terkait indikasi adanya exclusive dealing serta pengaruhnya terhadap tingkat persaingan usaha dan kondisi iklim bisnis di sektor industri komponen dalam pasar pabrikan otomotif/ Original Equipment for Manufacturer di Indonesia.
## 2. METODOLOGI
## 2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah descriptive confirmatory. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan dengan melakukan
observasi
mendalam untuk mendapatkan data secara rinci serta mengkonfirmasi adanya indikasi penggunaan exclusive dealing dan pengaruhnya terhadap tingkat persaingan usaha dan iklim bisnis di industri komponen Indonesia. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan- perusahaan komponen yang terdaftar dalam Data Kementrian Republik Indonesia. Penetapan populasi tersebut dikarenakan adanya keterbatasan pada tingginya tingkat persebaran wilayah dan banyaknya jumlah perusahaan-perusahaan komponen di Indonesia.
Gambar 1. Skema Metode Penelitian Descriptive Confirmatory
Menurut Gay dan Diehl (1992) jumlah sampel untuk populasi kecil yang menggunakan metode penelitian deskriptif adalah 20% dari jumlah populasi yang ada. Selanjutnya, dalam menetapkan sampel penelitian, digunakan teknik quota sampling. Dengan menggunakan teknik quota sampling, target sampel yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah 20% dari jumlah populasi atau sebanyak 36 perusahaan. Namun demikian, tidak semua anggota populasi dalam penelitian dapat menjadi sampel penelitian. Adapun berikut ini adalah kriteria sampel perusahaan yang ditetapkan dalam penelitian ini.
1. Sampel merupakan perusahaan yang menjadi pemasok dalam pasar pabrikan otomotif atau pasar Original Equipment for Manufacturer.
2. Sampel merupakan perusahaan yang pernah menjadi pemasok dalam pasar pabrikan otomotif atau pasar Original Equipment for Manufacturer.
3. Sampel merupakan perusahaan yang pernah mencoba untuk menjadi pemasok dalam pasar pabrikan otomotif atau pasar Original Equipment for Manufacturer.
4. Sampel merupakan perusahaan memiliki informasi terkait kondisi di pasar pabrikan otomotif atau pasar Original Equipment for Manufacturer.
Berdasarkan keempat kriteria tersebut, maka anggota populasi dapat dijadikan sampel penelitian apabila minimal telah memenuhi satu dari empat kriteria yang ditetapkan. Selain itu, agar setiap sampel yang dipilih mampu merepresentatifkan kondisi dalam satu perusahaan, maka diperlukan lebih dari satu responden untuk setiap satu sampel perusahaan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini didapatkan jumlah responden sebanyak 110 responden yang mewakili 36 perusahaan.
Pelaksanaan survei pada penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap electronic survey dan tahap direct survey. Tahap electronic survey dilakukan dengan bantuan media Email dan Facebook. Pada tahap tersebut, kuesioner akan dibagikan kepada karyawan-karyawan di beberapa perusahaan komponen yang terpilih sebagai sampel penelitian. Setelah tahap electronic survey, akan dilakukan tahap direct survey kepada beberapa perusahaan sebagai bentuk evaluasi apabila tahap electronic survey dirasa belum cukup untuk memenuhi target sampel yang diharapkan. Pada penelitian ini, jumlah sampel yang berhasil dipenuhi melalui electronic survey adalah sebanyak 32 perusahaan dan 4 perusahaan lainnya dipenuhi pada tahap direct survey.
## 2.2Model Penelitian
Model penelitian yang dirancang pada penelitian ini merupakan pembuktian dari teori-teori yang telah ada sebelumnya. Lubis dan Sirait (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara exclusive dealing dengan iklim bisnis dan antara tingkat persaingan usaha dengan iklim bisnis. Selain itu, dalam UU no. 5 tahun 1999, disebutkan bahwa penggunaan perjanjian tertutup (exclusive dealing) dalam suatu industri akan mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat persaingan usaha dalam industri tersebut.
Terjadinya penurunan tingkat persaingan usaha kemudian akan menciptakan iklim bisnis yang tidak kondusif di industri tersebut.
Gambar 2. Model Penelitian
Berdasarkan Gambar 2, dapat terlihat bahwa penelitian ini melakukan tiga pengujian hipotesis, yaitu:
1. Tidak adanya pengaruh sebab akibat antara exclusive dealing terhadap tingkat persaingan usaha,
2. Tidak adanya pengaruh sebab akibat antara exclusive dealing terhadap iklim bisnis, dan
3. Tidak adanya pengaruh sebab akibat antara tingkat persaingan usaha terhadap iklim bisnis
Ketiga pengujian hipotesis tersebut diolah dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling. Di mana metode Structural Equation Modeling merupakan metode statistik yang digunakan untuk melakukan analisis pola hubungan antara konstruk laten. Hal tersebut dikarenakan ketiga variabel dalam model penelitian ini bersifat laten/ unobserved. Pada model penelitian tersebut, juga dapat terlihat bahwa terdapat dua variabel laten endogen, yaitu tingkat persaingan usaha dan iklim bisnis serta satu variabel laten eksogen, yaitu exclusive dealing. Berikut ini adalah rumus persamaan structural dalam metode Structural Equation Modeling:
∑ ∑ ζ ......(1)
dimana:
γ
: hubungan regresi antar variabel laten
eksogen dengan variabel laten endogen β : hubungan regresi antar variabel laten endogen dengan variabel laten endogen ζ : kesalahan struktural
## 3. HASIL DAN ANALISIS
## 3.1 Perancangan Desain Kuesioner
Pada tahap perancangan desain kuesioner dilakukan dengan mendefinisikan indikator- indikator yang digunakan untuk dapat mengukur terjadinya variabel laten exclusive dealing , variabel laten tingkat persaingan usaha, dan variabel laten iklim bisnis.
## Variabel Laten Exclusive Dealing
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Clarke dan Corones (2000) serta Lubis dan Sirait (2009), maka dapat dikatakan bahwa variabel laten exclusive dealing terbagi kedalam dua dimensi, yaitu adanya hubungan esklusif antar perusahaan di level berbeda dan adanya pemesanan esklusif yang terjadi diantara perusahaan-perusahaan tersebut. Dimensi hubungan esklusif terbagi ke dalam empat indikator, yaitu:
1. Adanya pengklasifikasian customer (HE1)
2. Adanya keterikatan saham antara perusahaan pemasok dengan mayoritas customer (HE2) 3. Adanya hubungan bisnis "spesial" antara perusahaan dan customer tertentu (HE3) 4. Adanya perbedaan tingkat
kepentingan antara customer yang telah memiliki hubungan bisnis dengan customer yang tidak memiliki hubungan bisnis (HE4) Dan dimensi pemesanan esklusif terbagi kedalam tujuh indikator, yaitu: 1. Keharusan untuk menerima pesanan dari satu pihak tertentu (PE1) 2. Adanya perjanjian untuk membatasi kuota pesanan tertentu
3. Adanya perjanjian "esklusif" yang mensyaratkan untuk menjual seluruh/sebagian besar dari produk dan jasa ke pihak-pihak tertentu (PE2) (PE3) 4. Adanya penetapan harga “khusus” kepada satu pihak tertentu (PE4)
5. Adanya pemberian harga "spesial" kepada satu pihak tertentu (PE5) 6. Perusahaan pemasok berupaya agar (PE6)
dapat menolak pesanan dari customernon -saham 7. Perusahaan pemasok menolak pesanan dari customer yang merupakan lawan bisnis dari customer utama (PE7)
## Variabel Laten Tingkat Persaingan Usaha
Indikator-indikator penyusun variabel tingkat persaingan usaha didapatkan dari sumber sekunder yang didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Lubis dan Sirait (2009), Tambunan (2004), dan Jatmiko (2004). Berikut ini adalah kedelapan indikator tingkat persaingan usaha yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Tingkat halangan masuk ke dalam pasar (TPU1) 2. Tingkat daya saing usaha 3. Jumlah pelaku bisnis (TPU2) (TPU3) 4. Tingkat pertumbuhan usaha baru (TPU4) 5. Tingkat penguasaan pasar (TPU5) 6. Ancaman pendatang baru (TPU6) 7. Perbandingan tingkat persaingan (TPU7)
## Variabel Laten Iklim Bisnis
Indikator-indikator penyusun variabel iklim bisnis didapatkan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Saade dan Gusasi (2006). Berdasarkan ringkasan penelitian sebelumnya, maka didapatkan tiga indikator yang dapatdigunakan untuk mengukur nilai variabel laten iklim bisnis. Ketiga indikator tesebut adalah:
1. Kondisi profit perusahaan
(IB1)
2. Kemampuan penetrasi pasar (IB2) bagipelaku usaha baru
3. Pertambahan jumlah tenaga kerja(IB3)
## 3.2 Pengujian Instrumen Pengukuran
Pengujian instrumen pengukuran terbagi kedalam empat bagian, yaitu: pengujian validitas, pengujian reliabilitas, pengujian kecukupan data, dan pengujian normalitas data.
## Pengujian Validitas
Pengujian validitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu indikator secara akurat mengukur apa yang hendak diukur (Kuncoro, 2013). Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan melihat nilai Standardized Regression Weight Factor Loading (estimate) dari setiap indikator. Indicator akan dinyatakan valid apabila memiliki nilai factor loading (estimate) dates 0,5. Pada penelitian ini, hanya indikator HE1 (adanya pengklasifikasian customer) yang memiliki nilai dibawah 0,5 (0,034 < 0,5). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa indikator HE1 tidak valid dan harus dihapus karena tidak dapat mengukur secara akurat variabel exclusive dealing .
## Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk melihat konsistensi suatu pengukuran (Haryono dan Wardoyo,2013). Data akan dianggap reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,7. Berikut ini adalah hasil pengujian reliabilitas pada penelitian ini:
Tabel 1. Nilai Cronbach’s Alpha
## C.R.
Keterangan Hubungan Esklusif (HE) 0,766 Reliable Pemesanan Esklusif (PE) 0,932 Reliable Esklusif Dealing (ED) 0,850 Reliable Tingkat Persaingan Usaha (TPU) 0,706 Reliable Iklim Bisnis (IB) 0,740 Reliable
Berdasarkan Tabel 1, dapat terlihat bahwa indikator keseluruhan data memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,7. hal ini menunjukkan bahwa data reliabel atau memiliki nilai konsistensi yang cukup.
## Pengujian Kecukupan data
Jumlah sampel minimal untuk metode Structural Equation Modeling dengan teknik Maximum Likehood Estimation (MLE) adalah sebesar 5-10 kali jumlah indikator yang digunakan atau sebesar 100-200 responden. Pada penelitian ini terdapat 20 indikator yang dinyatakan valid, sehingga jumlah sampel yang harus dipenuhi adalah sebesar: 20 indikator x 5 = 100 responden. Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang digunakan adalah cukup karena jumlah sampel penelitian > jumlah sampel yang disyaratkan atau 110 responden penelitian > 100 responden yang disyaratkan untuk jumlah 20 indikator.
## Pengujian Normalitas
Estimasi dalam Maximum Likelihood
menghendaki variabel manifest harus memenuhi asumsi normalitas multivariate . Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian normalitas secara multivariate. Pengujian normalitas secara multivariate dapat dilakukan dengan mengamati nilai c.r. ( critical ratio ) dari uji kurtosis. Data dikatakan berdistribusi normal secara multivariate apabila nilai c.r. ( critical ratio ) kurtosis berada pada rentang ±2,58. Pada pengujian ini, didapat nilai c.r. kurtosis sebesar 2,204. Hal tersebut menandakan bahwa data berdistribusi normal secara multivariate.
## 3.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian dilakukan dengan menggunakan t-Value pada tingkat signifikansi 0,05. Nilai t-Value dalam
program AMOS, dapat dilihat dari nilai Critical Ratio (C.R.) pada Regression Weights: (Group number 1 – Default Model) dari model yang sudah fit. Apabila nilai C.R. ≥ 1,967 atau nilai probabilitas (P) ≤ 0,05, maka hipotesis peneliti diterima (H0 ditolak) . Berikut ini adalah hasil pengolahan model dengan menggunakan AMOS terhadap model yang telah diverifikasi.
Tabel 2. Regression Weights: (Group number 1 – Default Model)
Estimate C.R. P. Tingkat Persaingan Usaha <--- Exclusive Dealing ,342 2,242 ,008 Iklim Bisnis <--- Exclusive Dealing ,241 2,209 ,002 Iklim Bisnis <--- Tingkat Persaingan Usaha ,321 2,222 ,001
Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat bahwa ketiga hipotesis memenuhi kriteria pengujian. Hal tersebut dikarenakan ketiga hipotesis memiliki nilai C.R. ≥ 1,967 danmemiliki nilai probabilitas (P) ≤ 0,05.
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapatsuatu indikasi exclusive dealing dalam industri komponen yang dapat mempengaruhi tingkat persaingan usaha pada industri komponen.Selain itu, diketahui juga bahwa iklim bisnis dalam industri komponen di Indonesia dipengaruhi oleh adanya indikasi exclusive dealing sehingga dapat menurunkan tingkat persaingan usaha dalam industri komponen.
Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk lebih memfokuskan penelitian pada pengukuran tingkat kompetisi melalui perhitungan nilai Concentration Ratio 4 dan Herfindahl Hirschman Index sebagai bentuk evaluasi dan penelitian pendukung pada kajian.
## 5. DAFTAR PUSTAKA
1. Clarke, P. Dan Corones, S. (2000). Competition Law and Policy: cases and materials . Oxford: University Press.
2. Haryono, S. Dan Wardoyo, P. (2012). Strcutural Equation Modeling untuk Penelitian Manajemen Menggunakan AMOS 18.00. Jawa Barat: PT. IPU.
3. Jatmiko, R.D. (2004). Manajemen Stratejik. Edisi 1. Cet. 2 . Malang: UMM Press.
4. Kemenperin. (2014). Investasi US$ 1,5 Miliar SiapDirealisasikan ,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/4796/Inv
estasi-US$1,5-Miliar-Siap-Direalisasikan, Diunduh pada 24 April 2014.
5. Kementrian Perindustrian. (2013). Laporan Perkembangan Kemajuan Program Kerja Kementrian Perindustrian Tahun 2004-2012
6. Kuncoro, M. (2013). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi . Jakarta: Erlangga.
7. Laraswati, L.D., Astuti, R.W., Budijanto, M., Yuniaristanto, Sutopo, W. (2014). “Effect of
Vertical Restraint Strategy on Supply Chain Automotive Industry: A Case Study in Indonesia” International MultiConference of Engineers and Computer Scientists Vol. 2. Page 1042-1046.
8. Lubis, A. F. dan Sirait, N. N. (2009). Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konten .
Jakarta: JICA.
9. Moyaux, T., B., Chaib-draa, S., D’Amours. (2006). Information Sharing as Mechanism for Reducing the Bullwhip Effect In A Supply Chain . National Science and Engineering Research. Canada: University Laval.
10. Saade, M.A. dan Gusasi, A. (2006). “Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Ternak Ayam Potong pada Skala Usaha Kecil”
Jurnal Agrisistem Vol 2 No 1.
11. Suhartati dan Rosietta. (2014). Pengaruh Strategi Bersaing Terhadap
Hubungan Antara Supply Chain Management dan
Kinerja (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei) . Madura: Universitas Trunojoyo.
12. Tambunan, T.T.H. (2004). Kajian Persaingan dalam Industri Retail . Jakarta: Komisi
Pengawas Persaingan Usaha.
13. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
|
5486a391-5331-427c-9e46-9c234aa084bb | https://journal.yrpipku.com/index.php/msej/article/download/464/386 | MSEJ, 3(2) 2022: 700-707, http://journal.yrpipku.com/index.php/msej Copyright © 2022 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International license
Potential Analysis Of The Non-Mining Sector Towards GRDP In West Lombok Regency Year 2013-2020
Analisis Potensi Sektor Non-Pertambangan Terhadap PDRB Di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013-2020
Ahmad Suhendri 1 , Mimi Cahayani 2 Universitas Islam Al-Azhar 1,2 [email protected] 1 , [email protected] 2
## ABSTRACT
The purpose of this study was to find out how much potential economic sectors exist in West Lombok Regency in terms of their contribution to the formation of Gross Regional Domestic Income (PRDB) which was analyzed through 2 methods, namely Shift Share Analysis and Location Quotiens (LQ) analysis. This research uses descriptive quantitative methods, namely research conducted to find out how much potential the non-mining economic sectors have in West Lombok Regency. The results of this study are by looking at the existing data the Agricultural Sector and its sub-sectors have contributed greatly to the GRDP of West Lombok Regency with an average of 20.45% over the last 3 years, namely 2018-2020. Then from the shift share calculation is the Construction Sector with a differential shift calculation value of 54,764.31, meaning that the construction sector in West Lombok Regency is still very accommodating for this construction sector or in other words it is still very potential to be developed, and finally by using LQ analysis. The most basic is the Accommodation and Food and Drink Provision Sector, which is 4.44, meaning that for the last 3 years 2018-2020 the sector that has the most potential to add value to the GRDP of West Lombok Regency is the Accommodation and Food and Drink Provision sector.
Keywords : GRDP, Economic Sector, Shift Share Analysis, LQ. Analysis
## ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar potensi sektor-sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Lombok Barat dalam rangka kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PRDB) yang dianalisis melalui 2 metode yaitu Analisis Shift Share dan Analisis Location Quotiens (LQ). Dalam penelitian ini menggunakan metode kuatintitatif deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi yang dimiliki oleh sektor-sektor ekonomi tampa tambang di Kabupaten Lombok Barat. Hasil penelitian ini adalah dengan melihat data yang ada Sektor Pertanian beserta sub-sektornya berkontribusi besar bagi PDRB Kabupaten Lombok Barat dengan rata-rata 20,45% selama 3 tahun terakhir yakni tahun 2018-2020. Kemudian dari perhitungan shift share adalah Sektor Konstruksi dengan nilai perhitungan differrential shift sebesar 54.764,31, artinya sektor konstruksi di Kabupaten Lombok Barat masih sangat bisa menampung untuk sektor konstruksi ini atau dengan kata lain masih sangat potensial untuk dikembangkan, dan yang terakhir dengan menggunakan analisis LQ yang paling basis adalah Sektor Penyediaan Akomodasi Dan Makan Minum yaitu sebesar 4,44 artinya untuk 3 tahun terakhir 2018-2020 sektor yang paling potensial bisa menambah nilai PDRB Kabupaten Lombok Barat adalah sektor Penyediaan Akomodasi Dan Makan Minum.
Kata Kunci : PDRB, Sektor Ekonomi, Analisis Shift Share, Analisis LQ
## 1. Pendahuluan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur dari pertumbuhan output baik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun PDRB perkapita yang menunjukkan pendapatan nyata yang diterima masyarakat. Peningkatan output perkapita dalam jangka panjang menggambarkan kesejahteraan yang diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat (Dita , 2015). Perbedaan dan keterbatasan potensi dan sumber daya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan sumber daya sosial yang dimiliki daerah menyebabkan kemampuan setiap daerah untuk membangun daerahnya masing-masing berbeda. Sehingga, dalam rangka mencapai sasaran pembangunan secara optimal diperlukan penentuan prioritas pembangunan (Syafrizal, 2015).
Dalam UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan tentanga peningkatan daya saing daerah dilakukan melalui proses perencanaan yang matang. Proses perencanaan ini harus melalui analisis yang bisa menjelaskan potensi- potensi daerah sehingga menjadi penunjang daya saing daerah dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam konteks pembangunan daerah dalam system pemerintahan daerah di Indonesia, telah muncul tuntutan terciptanya suatu masyarakat madani, terciptanya good govermance serta pengembangan model pembangunan ekonomi yang berkeadilan. Unutk memenuhi tuntutan dewasa ini, dalam undang-undang Otonomi Daerah (Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah) telah mengatur perubahan pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan derah. Sebagai konsekuensi logis dan pemberlakuan undang- undang otonomi daerah, tentunya daerah telah menerima perlimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam penggunaan dana, baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun dana yang berasal dari daerah itu sendiri.
Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang paling banyak memberikan kontribusi pendapatan kotor bagi sebuah wilayah. Ada pembagian antara wilayah provinsi, wilayah kabupaten tempat lokasi tambang serta investor yang berinvestasi pada sektor pertambangan tersebut (Meyana dkk 2015). Seperti yang kita ketahui bahwa sektor pertambangan ini memiliki sifat yang merusak lingkungan karena adanya pengerukan secara terus menerus yang mengakibatkan hal yang kurang baik dimasa depan, seperti degradasi lahan, penurunan tanah dan pencemaran lingkungan. Dampak yang ditimbulkan sektor pertambangan selain yang telah disebutkan diatas adalah apabila produktivitas lahan pertambangan sudah habis maka lahan pertambangan tersebut akan ditinggalkan dan akan menjadi lahan mati yang tidak bisa dimanfaatkan (Rismayanti 2021).
Sejalan dengan harapan otonomi daerah, maka suatu daerah kabupaten dan kota memiliki kewenangan yang cukup luas untuk membuat perencanaan pembangunan di wilayahnya masing-masing (Purnamaningsih 2017). Kewenangan ini mencakup perencanaan tata ruang wilayah, akan tetapi pelimpahan wewenang ini berisikan tanggung jawab yang lebih besar, yaitu daerah menjadi penanggung jawab utama dalam maju mundurnya suatu daerah. Hal ini berarti daerah harus lebih mampu menetapkan skala prioritas yang tepat untuk memanfaatkan potensi daerahnya masing-masing dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, agar pertumbuhan bias berkesinambungan, ini berarti pemerintah daerah harus jeli dalam menetapkan visi, misi, strategi dan prioritas dalam perencanaan pembangunan wilaya maupun secara sektoral (Taringan, 2016; Utami 2019).
Stuktur ekonomi, dan berbagai indikator tingkat kemakmuran masyarakat pada suatu daerah. Besar kecilnya PDRB sangat bergantung pada potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya bantuan dan kelembagaan yang dimiliki oleh suatu daerah. Menyadari akan hal tersebut, maka pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan PDRB daerahnya, termasuk di Kabupaten Lombok Barat. Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki banyak potensi untuk perkembangan PDRBnya sendiri. Kabupaten Lombok Barat juga merupakan salah satu wilayah di Nusa Tenggara Barat yang memiliki banyak lahan pertambangan tetapi menurut data yang diperoleh dari BPS menunjukkan sektor pertambangan merupakan salah satu sektor potensial tetapu kontribusinya masih kalah Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan kemudian ada sektor Konstruksi serta sektor Transportasi dan Pergudangan. Penurunan kontribusi dan pertumbuhan sektor industri ini mengarah pada suatu gejala deindustrialisasi yaitu proses perubahan sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh penurunan kapasitas atau aktivitas industri dalam suatu wilayah atau negara (Kustanto dkk., 2012).
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor yang paling berkontribusi bagi PDRB Kabupaten Lombok Barat walaupun mengalamai fluktuasi setiap tahunnya yang bisa disebabkan beberapa faktor seperti alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman yang
sekarang sedang marak terjadi, degradasi lahan atau penurunan kualitas lahan dan bisa juga disebabkan oleh penurunan produktivitas tenaga kerja yang bekerja pada sektor ini. Pada tahun 2018 sektor pertanian, kehutanan dan perikanan berkontribusi sebesar 21,117% sedangkan pada tahun 2019 terjadi penurunan 20,60%kemudian pada tahun 2020 peran sektor ini mengalami peningkatan dan menjadi 22,57% kontribusinya bagi pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat. Sementara pada sektor konstruksi juga mengalami fluktuasi selama 3 tahun terakhir yakni 2018-2020. Pada tahun 2018 kontribusi sektor konstruksi sebesar 12,58% sedangkan pada tahun 2019 meningkat menjadi 13,49%, dan di tahun 2020 terjadi penurunan sehingga kontribusinya menjadi 11,51%.Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan, maka dapat di susun tujuan, ini bertujuan untuk mengetahui tentang potensi sektor non- pertambangan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat, mengetahui tentang sektor non pertambangan yang paling berkontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat berdasarkan analisis Shift Share dan analisis Location Quotient ( LQ).
## 2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan metode kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2014).
## a. Analisis Shift Share
Analisis shift-share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di daerah kita dengan wilayah nasional. Akan tetapi, metode ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ. Metode LQ tidak memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode shift-share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya (Tarigan, 2016)
Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui struktur atau kinerja ekonomi daerah terhadap struktur atau kinerja ekonomi yang lebih tinggi (provinsi atau nasional) sebagai acuannya. Pembangunan daerah dengan pembangunan nasional dalam perubahan relatif kinerja dapat dilihat dari:
1) Pertumbuhan ekonomi nasional ( national growth effect );
2) Pergeseran proporsi ( proportional shift ); perubahan yang relatif suatu sektor daerah terhadap sektor yang sama di tingkat nasional). Disebut juga dengah pengaruh bauran industri ( Industry mix ).
3) Pergeseran diferensial ( differential shift ); pengaruh keunggulan kompetitif digunakan untuk mengetahui seberapa kompetitifnya suatu sektor daerah dibanding dengan sektor nasional. Jika nilainya positif (+) berarti sektor tersebut kompetitif, jika nilainya negatif (-) berarti sektor tersebut tidak kompetitif.
b. Analisis LocationQuotiens (LQ)
Analisis Location Quotient yaitu membandingkan kemampuan sektor yang sama pada wilayah yang lebih luas, hal ini digunakan untuk mengetahui perkembangan perekonomian di daerah regional. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggulan (basis) dalam suatu wilayah, sehingga dapat dikembangkan keunggulan yang berada di wilayah tersebut. Menurut Tarigan (2016) Location Quotiens (kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Ada banyak variabel yang bisa diperbandingkan, tetapi yang umum adalah nilai tambah (tingkat pendapatan) dan jumlah lapangan kerja. Berikut ini yang digunakan adalah nilai tambah (tingkat pendapatan). Rumusnya adalah sebagai berikut :
Dimana LQ = Location Quatient, Xi = PDRB sektor i pada region, PDRBt = PDRB total pada region,
Xi = PDRB sektor i pada region lebih luas, PRDBT = PDRB total pada region lebih luas. Nilai LQ yang lebih besar menunjukkan sektor tersebut potensial untuk dikembangkan dan dapat dijadikan basis perekonomian, disamping sektor lain yang cepat tumbuh.
Dari rumus diatas dapat disimpulkan hasil analisis Location Quotient (LQ) yaitu:
1) Jika nilai LQ > 1, maka dalam sektor tersebut merupakan sektor unggulan (basis). Artinya sektor yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibandingkan sektor yang sama di tingkat daerah tertentu.
2) Jika nilai LQ < 1, maka dalam sektor tersebut merupakan sektor non basis. Artinya sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi dibandingkan sektor yang sama di tingkat daerah tertentu.
3) Jika nilai LQ = 1, maka dalam sektor yang bersangkutan memiliki tingkat spesialisasi yang sama dengan sektor sejenis di tingkat daerah tertentu dan bisa mencukupi untuk daerahnya sendiri.
## 3. Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini data yang akan penulis gunakan adalah Data Produk Domestik Regional Bruto sebagai data perhitungan yang akan digunakan dalam metode Shift Share dan metode LQ. Data PDRB yang digunakan adalah Data PDRB Kabupaten Lombok Barat tahun 2018- 2020 dan Data PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2018-2020. Walaupun memiliki nilai yang besar terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Lombok Barat, secara laju pertumbuhan sektor pertanian mengalami penurunan setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman dan industri kecil. Selain sektor pertanian, Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memberikan kontribusi besar yaitu dengan rata-rata selama 3 tahun terakhir 1.361.062 hal ini membuktikan bahwa selama 3 tahun ini bahwa sektor perdagangan di Kabupaten Lombok Barat sudah maju. Hal ini membuktikan bahwa percepatan pertumbuhan sektor perdagangan akan diikuti oleh differential dari transportasi dan perdagangan dan juga melihat dari data 3 tahun terakhir secara kontinyu tetap mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan juga ada sektor konstruksi yang rata-rata sektoralnya mencapai 1.409.280 selama 3 tahun terakhir, hal ini disebabkan banyaknya pembangunan yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat selama 3 tahun terakhir.
## Hasil Penelitian
Dengan menggunakan 2 metode analisis yaitu Analisis Shift Share dan Analisis Location Quotiens (LQ), dimana Analisis Shift Share untuk mengukur sejauh mana perkembangan masing- masing sektor dan untuk mengetahui sektor mana yang paling potensial di daerah sedangkan Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sektor mana yang paling basis bagi suatu daerah. Hasil Perhitungan Shift Share a. National Share
Pertambahan pendapatanregional (Δ Et) suatu wilayah dapat diurai menjadi komponen shift dan komponen share. Komponen share pula disebut komponen national share. Komponen national share (N) adalah banyaknya pertambahan jumlah pendapatan regional seandainya proporsi perubahannnya sama dengan laju pertambahan nasional selama periode studi. Hal ini dapat dipakai sebagai kriteria bagi daerah yang bersangkutan untuk mengukur apakah daerah
itu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan nasional rata-rata (Tarigan, 2016). Hasil perhitungan analisis shift share secara national share dapat dilihat pada lampiran 4 dimana sektor pertanian pada tahun 2018 adalah sektor yang nilai perhitungan national share -nya paling tinggi diatara sektor-sektor lainnya yakni sebesar 481.776, hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif yang diakibatkan oleh sektor pertanian terhadap pendapatan regional Kabupaten Lombok Barat. Sama halnya dengan pada tahun 2020 sektor pertanian juga mempunyai nilai perhitungan national share yang tinggi yaitu sebesar 282.619. Apabila hasil dari analisis national share menunjukkan angka yang positif maka hal itu berarti bahwa terdapat banyak pertambahan pendapatan secara sektoral (dalam hal ini pada sektor pertanian) dalam regional pada proporsi perubahannya sama dengan laju pertumbuhan nasional.
b. Proportional Shift Proportional shift (P) kadang-kadang dikenal sebagai komponen struktural atau industrial mix, mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor- sektor industri di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh cepat dan negatif di daerah- daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot. Proportional Shift menunjukkan apabila hasil perhitungan negatif artinya sektor ekonomi non pertambangan tersebut telah dimanfaatkan secara maksimal di Kabupaten Lombok Barat, artinya bahwa sektor tersebut hasil output produksinya langsung diserap secara sektoral oleh sektor-sektor lain yang ada dalam wilayah Kabupaten Lombok Barat. Seperti pada hasil perhitungan,dimana hasil perhitungan proportional share yang paling rendah adalah Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar -33.134,7, hal ini berarti segala hasil/output sektor pertanian telah dimanfaatkan dengan maksimal oleh daerah Kabupaten Lombok Barat untuk dikonsumsi di wilayah tersebut.
Sedangkan, nilai positif memiliki arti bahwa pertumbuhan pendapatan dari sektor tersebut disebabkan karena sektor tersebut memiliki kemampuan untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Lombok Barat, karena kebijakan dari wilayah tersebut pro terhadap sektor tersebut. Dalam hasil analisa bahwa yang paling tinggi nilai propotional shift adalah Sektor Konstruksi, artinya di wilayah Kabupaten Lombok Barat itu potensi sektor konstruksi sangat berpotensi untuk dikembangkan guna meningkatkan pendapatan regional Kabupaten Lombok Barat.
c. Differential Shift Differential shift (D) kadang-kadang dinamakan komponen lokasional atau regional adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh (Robinson 2016)lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Jadi, suatu daerah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai differential shift yang positif, sedangkan daerah yang secara lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai komponen yang negatif. Untuk potensi wilayah dapat dilihat pada hasil perhitungan differential shift . Dimana pada lampiran 9 terlihat bahwa yang paling besar nilai differential shift nya adalah sektor konstruksi yaitu sebesar 54.764,31. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dari segi pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi didalam wilayah Kabupaten Lombok Barat pada rentang tahun 2013- 2020. Differential shift menunjukkan bahwa adanya sisa kelebihan yang lebih banyak alokasinya untuk daerah Lombok Barat daripada porsi nasional sehingga dapat digunakan untuk membangun daerah kembali. Selain hal itu artinya masih banyak sisa residu lahan yang masih bisa dibuat bangunan di Kabupaten Lombok Barat dan masih bisa menyerap tenaga kerja serta sebagai lahan investasi. Secara potensi, sektor konstruksi masih bisa dikembangkan kemudian untuk diprioritaskan.
Selain sektor konstruksi ada sektor industi pengolahan sebesar 19.517,56; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 13.330,47; dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 6.917,054.
d. Kesimpulan Analisis 3 Komponen Shift Share Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat ekstern dari yang bersifat intern. Proportional shift adalah akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari pengaruh faktor- faktor yang bekerja khusus di daerah yang bersangkutan. Artinya komponen national share merupakan pertumbuhan suatu sektor yang ada dalam wilayah analisis itu sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan secara eksternal artinya, dalam analisa shift share yang telah dilakukan peneliti bahwa national share yang terbesar di Kabupaten Lombok Barat adalah Sektor Pertanian. Hal ini menandakan bahwa, pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Lombok Barat disebabkan oleh pertumbuhan Sektor Pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan, komponen Proportional shift itu artinya suatu sektor yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh internal dari wilayah analisis, artinya pertumbuhan suatu sektor tersebut diakibatkan oleh kemampuan sektor tersebut untuk tumbuh dikarenakan memiliki potensi yang lebih dibandingkan dengan sektor-sektor lain di wilayah analisis. Hasil perhitungan proportional shift menunjukkan bahwa differential shift menunjukkan hasil yang positif adalah sektor konstruksi yaitu sebesar 557.077,4, artinya bahwa sektor konstruksi bisa dikembangkan lagi Berdasarkan analisis Shift-Share yang telah dilakukan maka didapatkan hasil bahwa secara differential shift sektor konstruksi yang mempunyai sisa hasil lebih yang bisa dikembangkan lagi di Kabupaten Lombok Barat dengan hasil perhitungan sebesar 54.764,31 karena potensi sektor konstruksi sangat berpotensi untuk dikembangkan guna meningkatkan pendapatan regional Kabupaten Lombok Barat.
Differential shift menunjukkan bahwa adanya sisa kelebihan yang lebih banyak alokasinya untuk daerah Lombok Barat daripada porsi nasional sehingga dapat digunakan untuk membangun daerah kembali. Selain hal itu artinya masih banyak sisa residu lahan yang masih bisa dibuat bangunan di Kabupaten Lombok Barat dan masih bisa menyerap tenaga kerja serta sebagai lahan investasi.
## Hasil Perhitungan LQ
Selain itu dengan menggunakan metode LQ, sektor pertanian juga merupakan sektor basis karena dari hasil perhitungan <1 yang artinya sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyumbang pendapatan bagi PDRB Kabupaten Lombok Barat dan juga dapat memenuhi kebutuhan wilayah daerah serta dapat diimpor ke luar daerah sehingga mendatangan input kembali. Sektor pertanian merupakan sektor basis yang bisa digunakan untuk mengimpor hasil pertanian kemudian menambah pendapatan regional daerah, tetapi dari tahun ke tahun sektor pertanian mengalami penurunan hasil. Memang secara angka tetap besar tetapi faktanya banyak terjadi pergeseran pekerjaan dari pekerja sektor pertanian mencari pekerjaan di sektor lainnya. Disisi lain juga akibat pergeseran lahan serta kualitas kesuburan tanah yang semakin berkurang.
Ada 2 kategori kebasisan, yaitu yang pertama basis yang dibutuhkan orang dalam dan orang luar artinya setelah kita habis mengkonsumsi barang dan tercukupi kemudian ada sisa hasil lebihnya kemudian dijual ke luar daerah, yang kedua output sektor yang tidak dikonsumsi di dalam daerah tetapi semuanya dijual keluar seperti gerabaha dan kerajinan, yang hasil perhitungan LQnya akan semakin besar (Zulkarnain, dkk. 2013). Lain halnya dengan sektor pertanian yang dikonsumsi didalam daerah dahulu kemudian jika ada hasil lebih maka bisa dijual ke luar daerah. Karena sektor pertanian merupakan sektor input untuk sektor industri dan sektor perdagangan, dan distock untuk dikonsumsi didalam daerah. Dari hasil perhitungan LQ, ada beberapa sektor yang basis, yaitu; 1) Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; 2) Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; 3) Sektor Transportasi dan
Pergudangan; 4) Sektor Konstruksi; 5) Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; 6) Sektor Jasa Lainnya; 7) Sektor Pengadaan Listrik dan Gas; 8) Sektor Real Estate ; 9) Jasa Pendidikan; 10) Sektor Industri Pengolahan; 11) Sektor Informasi dan Komunikasi; 12) Sektor Kesehatan dan Jaminan Sosial dan 13) Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Tetapi yang paling tinggi nilai LQnya adalah Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Sektor pengadaan akomodasi dan makan minum mempunyai rata-rata LQ yang cukup besar yaitu sebesar 4.44. Sektor ini dapat kemudian dikembangkan lagi untuk mendatangkan lapangan kerja baru dan juga mengurangi pengangguran. Yang akhirnya selain mengurangi pengangguran juga akan bisa menambah pendapatan regional Kabupaten Lombok Barat (Yudhistira dan Budhiasa, 2013).
Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan makanan dan minuman untuk konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan tambahan yang disediakan dalam kategori ini sangat bervariasi. Tidak termasuk penyediaan akomodasi jangka panjang seperti tempat tinggal utama, penyiapan makanan atau minuman bukan untuk dikonsumsi segera atau yang melalui kegiatan perdagangan besar dan eceran. Sehingga apabila melihat Kabupaten Lombok Barat yang destinasi wisatanya sudah berkembang menjadi daerah wisata, sektor ini harus diperhatikan oleh pemerintah daerah, karena apabila jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara banyak, maka semakin banyak output yang akan dihasilkan oleh Sektor Penyediaan Akomodasi Dan Makan Minum ini.
## 4. Penutup
## Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut Hasil perhitungan analisis shift share secara national share adalah sektor pertanian yakni sebesar 481.776, hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif yang diakibatkan oleh sektor pertanian terhadap pendapatan regional Kabupaten Lombok Barat. berarti bahwa terdapat banyak pertambahan pendapatan secara sektoral (dalam hal ini pada sektor pertanian) dalam regional pada proporsi perubahannya sama dengan laju pertumbuhan nasional. Hasil perhitungan analisis Shift Share dalam Proportional Shift menunjukkan apabila hasil perhitungan negatif artinya sektor ekonomi non pertambangan tersebut telah habis dimanfaatkan di Kabupaten Lombok Barat, dimana hasil perhitungan proportional share yang paling rendah adalah Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar -33.134,7, hal ini berarti segala hasil/output sektor pertanian telah habis dimanfaatkan oleh daerah Lombok Barat.Berdasarkan hasil perhitungan analisis Shift Share mengenai sektor yang paling berpotensi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat adalah sektor Konstruksi yang mana hasil perhitungan Differential shift nya adalah sebesar 54.764,31 dengan periode waktu analisis selama 8 tahun yaitu dalam rentang waktu tahun 2013- 2020. Sedangkan analisis Location Quotiens (LQ) mengenai kebasissan sektoral maka sektor yang paling basis terhadap PDRB Kabupaten Lombok Barat adalah Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yaitu nilai LQnya sebesar 4,44.
## Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka saran yang dapat direkomendasikan ke pemerintah daerah Kabupaten Lombok Barat adalah hendaknya pemerintah Kabupaten Lombok Barat harus fokus terhadap sektor pertanian guna peneingkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Barat, karena Sektor pertanian merupakan sektor perimer yang paling banyak menyerap tenaga kerja serta nilai tambahnya dapat memberikan dorongn terhadap peningkatah skala ekonomi yang lebih besar lagi yakni Provinsi NTB. Selain itu juga berdasaarkan hasil analisis LQ, sektor yang paling banyak memberikan uang masuk ke dalam daerah adalah sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, hal ini dikarenakan rata-rata hotel-hotel yang ada di Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah MICE untuk sektor pariwisata, sehingga pemerintah juga harus memperhatikan perkembangan sektor pariwisata guna peningkatan eksistensi sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Barat.
## Daftar Pustaka
Arsyad, Lincolin. (2016). EkonomiPembangunan . Yogyakarta: STIE YKPN Adisasmita, Rahardjo. (2013). Teori-Teori Pembangunan Ekonomi . Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dita, A dan Stephany P. Pelawi. (2015). Pengaruh Promosi Penjualan dan Belanja Hedonis terhadap Impulsive Buying Produk Matahari Plaza Medan Fair. Jurnal Quanomic , pp.3(2). Filia, Dita. (2015). Analisis Potensi Ekonomi, Kebutuhan Investasi Dan Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan (Studi Kasus Kabupaten Bangka Tahun 2010-2014) . Diss. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Haryanto, J. T. (2018). Is The Curse Of Natural Resources Occuring In Indonesia?. Jurnal BPPK: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan , 11 (1), 15-27.
Kustanto, H., Oktaviani, R., Sinaga, B. M. dan Firdau , M. (2012) “Reindustrialisasi dan dampaknya terhadap ekonomi makro serta kinerja sektor industri di Indonesia,” Jurnal Riset Industri, 6(1), pp. 97–115. Moh. Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Meyana, L., Sudadi, U., & Tjahjono, B. (2015). Arahan dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah Sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) , 5 (1), 51-51.
Rismayanti, R. (2021). Sectoral Potential Analysis In Economic Development Planning. Gorontalo Development Review , 75-88.
Purnamaningsih, D. R. P. (2017). Pengaruh Kawasan Migas Terhadap Pola Dan Struktur Ruang Perkotaan Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota , 13 (1), 27-43.
Sjafrizal. (2015). Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi Daerah. Edisi Pertama.
Cetakan Kedua. Rajawali Pers: Jakarta.
Sukirno, Sadono. (2011). Makro Ekonomi Teori Pengantar , Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers Tarigan, Robinson. (2016). Ekonomi Regional-Teori dan Aplikasi Edisi Revisi . Jakarta : Bumi Aksara.
Utami, M. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007-2016. JIEP: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan , 1 (2).
Yudisthira, I. M. dan Budhiasa, I. G. S. (2013).“Analisis pengaruh konsumsi, investasi, dan inflasi terhadap produk domestik bruto di Indonesia tahun 2000-2012,” E-Jurnal Ekonomi Pembangunan , 2(11), pp. 492–546.
Zulkarnain, M., Purwanti, P. dan Indrayani, E. (2013) “Analisis pengaruh nilai produksi perikanan budidaya terhadap produk domestik bruto sektor perikanan di Indonesia,” ECSOFIM ,1(1), pp. 52–68.
|
9355663e-56e3-4453-81a2-05903f13420b | https://journal.unsika.ac.id/index.php/syntax/article/download/11254/4585 | Perbandingan Vektorisasi Deteksi Spam Email Menggunakan Bag of Word, TF IDF, dan Word2Vec pada Multinomial Naïve Bayes
Rony Arifiandy 1* , Hasanul Fahmi 2
1,2 1S2IT - Informatics Study Program, President University, Indonesia Email: * [email protected]
Abstrak. Penelitian ini akan mencoba menemukan teknik preprocessing teks yang lebih baik untuk mendukung algoritma Multinomial Naïve Bayes dengan 3 kelas (ham, phishing dan fraud), diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu pengguna dalam mengklasifikasikan email spam dengan lebih akurat. Untuk dapat melakukan hal tersebut, dalam preprocessing data kita perlu melakukan vektorisasi body email agar machine learning dapat melakukan perhitungan. Vektorisasi memungkinkan mesin memahami konten tekstual dengan mengubahnya menjadi representasi numerik yang bermakna. Efektivitas berbagai metode vektorisasi teks, yaitu bag of word, TF-IDF dan word2vec diselidiki untuk deteksi spam email menggunakan Multinomial Naïve Bayes. Makalah ini menyajikan analisis komparatif berbagai metode vektorisasi pada kumpulan data email spam. Makalah ini akan memberikan vektorisasi terbaik dengan Multinomial Naive Bayes.
Kata kunci: spam email, vectorization, bag of word, TFIDF, word2vec, Naïve Bayes
## 1 Pendahuluan
Email telah menjadi sangat populer di kalangan masyarakat saat ini. Faktanya, ini adalah alat komunikasi termurah, populer dan tercepat saat ini. Email juga telah menjadi media komunikasi resmi di dunia bisnis. Kepopuleran email juga dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sebagai media pengiriman berita bohong, sebagai media penipuan dan lain sebagainya. Kami menyebut email semacam ini sebagai email spam. Ada email spam yang berbahaya dan tidak berbahaya. Kami akan fokus pada email spam berbahaya, ada 2 jenis email spam berbahaya. Yang pertama adalah email phishing. Phishing adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan praktik penipuan di mana pelaku spam mencoba mengelabui korbannya. Biasanya para spammer ini berpura-pura menjadi brand terkenal atau berpura-pura menjadi orang terkenal. Tujuan email phishing adalah untuk membuat korban bersedia memberikan informasi penting atau meminta pengguna membuka
## Rony Arifiandy, Hasanul Fahmi.
lampiran file atau mengklik link tanpa mencurigai apa pun. Tanpa disadari pengguna, mereka telah membuka file yang berisi malware atau link yang terhubung ke pusat malware. Dan yang kedua adalah email fraud . Email fraud merupakan salah satu jenis email spam yang juga patut Anda waspadai. Jika email phishing bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data rahasia dari pemilik email, maka email fraud dilakukan untuk melakukan penipuan yang berujung pada pemerasan. Pengirim email mengaku sebagai atau atas nama pihak tertentu lalu meminta sejumlah uang untuk ditransfer ke rekeningnya[1].
Email terdiri dari beberapa bagian; bagian yang akan kita periksa adalah badan email. Badan email adalah bagian email yang berisi kalimat atau kata. Isi body email ini akan diperiksa dan ditentukan apakah termasuk dalam kategori email phishing atau tidak. Oleh karena itu diperlukan teknik agar kata atau kalimat dapat diolah. Diperlukan suatu teknik vektorisasi agar kata atau kalimat tersebut dapat diproses dengan algoritma Naive Bayes. Vektorisasi adalah proses mengubah data non numerik menjadi numerik agar data tersebut dapat diproses oleh komputer. Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan vektorisasi ini. Seperti Glove, FastText [2], Bag of word, TF-IDF dan Word2Vec [2]. Hasil dari proses ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan kata. Klasifikasi kata merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengelompokkan kata berdasarkan kategori tertentu. Penelitian [3] menyebutkan bahwa Naïve Bayes Classifier memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan model classifier lainnya. Penelitian [4] menyebutkan bahwa bare NB mempunyai akurasi bobot sebesar 99,475%. Penelitian lain [5] menyatakan bahwa NB menggunakan ekstraksi fitur Pemilihan fitur berbasis korelasi (CFS) menemukan akurasi sebesar 91,13%. Dan penelitian [6] menyatakan NB mempunyai akurasi 97,5% bila menggunakan TF-IDF.
Email spam yang berbahaya dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, seperti kehilangan uang, kehilangan data bahkan hilangnya kepercayaan karena dianggap tidak hati-hati. Sangat penting untuk membantu pengguna email mengidentifikasi email spam berbahaya.
Machine learning memiliki banyak algoritma yang dapat digunakan, salah satunya adalah algoritma Naïve Bayes yang digunakan untuk klasifikasi. Sebelum proses machine learning menggunakan algoritma ini, perlu adanya proses preprocessing data (teks) agar dapat diproses oleh algoritma Naïve Bayes ini. Proses pemrosesan awal ini sangat penting agar hasil yang diberikan oleh algoritma Naïve Bayes
## Perbandingan Vektorisasi Deteksi Spam Email … .
3
sangat baik. Sangat penting untuk mengetahui teknik terbaik yang dapat mendukung algoritma Naïve Bayes. Penelitian ini akan mencoba mencari teknik preprocessing teks yang lebih baik untuk mendukung algoritma Multinomial Naïve Bayes (MNB) dengan 3 kelas (ham, phishing dan penipuan) untuk mengklasifikasikan jenis email, diharapkan dapat membantu pengguna dalam mengklasifikasikan email spam dengan lebih akurat. Penelitian [7] menyebutkan bahwa MNB tanpa proses vektorisasi mempunyai akurasi 93%, presisi 100%, recall 74% dan f1-score 85%.
Klasifikasi email spam ini hanya mengandalkan teks di badan email. Terkadang ada email body yang serupa namun bukan spam, hal ini bisa diketahui dari pengirim yang menjadi partner komunikasi pengguna. Jadi selanjutnya klasifikasi harus ditambahkan mitra komunikasi pengguna.
## 2 Landasan Teori
## 2.1 Vectorizing
Klasifikasi email spam adalah dengan membaca body email yang berupa teks dan untuk menghitung teks tersebut diperlukan proses vektorisasi. Di bawah ini adalah pengenalan singkat tentang proses vektorisasi teks yang ada.
## 2.1.1 Bag of Word (BoW)
Para peneliti dalam [8] menyebutkan bahwa BoW merupakan model multiguna yang dapat digunakan sebagai algoritma pemilihan fitur, dan klasifikasi dokumen dan gambar. Dalam klasifikasi dokumen, BoW adalah vektor jumlah kemunculan kata, yang disebut juga histogram dokumen tersebut. Beberapa kata yang tidak informatif, seperti; a, an, the, dan, dll. akan dihapus dari kamus setelah menghitung semua kata dari kamus yang muncul di dokumen.
Misalkan V adalah kosakata kata-kata unik di seluruh korpus. Misalkan n adalah jumlah kata unik dalam kosa kata. Misalkan d i adalah kata ke- i di V . Misalkan f di adalah frekuensi data d i pada dokumen D. Bag of Words dimisalkan BoW(D) dari dokumen D adalah vektor dengan panjang n , di mana setiap elemen mewakili frekuensi kata yang terkait dalam kosakata:
𝐵𝑜𝑊 = (𝑓 𝑑1 , 𝑓 𝑑2 , … , 𝑓 𝑑𝑛 ) (1)
Representasi vektor kata dengan metode BoW menggunakan scikit learn (sklearn) dengan Python yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 . Hasil BoW untuk 3 dokumen menggunakan sklearn di python
## 2.1.2 TF-IDF
Term Frekuensi-Invers Dokumen Frekuensi (TF-IDF) adalah metode yang paling umum digunakan dalam NLP untuk mengubah dokumen teks menjadi representasi matriks vektor. Representasi TF-IDF mencerminkan penonjolan suatu kata dalam kumpulan dokumen terhadap dokumen individual [9]. Pada penelitian ini menggunakan sampel yang sama dengan BoW untuk merepresentasikan model TF-IDF sehingga hasil BoW adalah hasil TF.
Gambar 2 . Hasil TF dari 3 dokumen Pada penelitian ini juga menggunakan sklearn library sebagai alat untuk mengimplementasikan TF-IDF, dengan rumus IDF adalah:
𝑖𝑑𝑓(𝑡) = log 𝑒 𝑛 𝑑𝑓(𝑡) + 1 (2)
Karena sklearn menggunakan basis log e maka rumusnya menjadi sebagai berikut:
𝑖𝑑𝑓(𝑡) = ln 𝑛 𝑑𝑓(𝑡) + 1 (3)
Dimana n adalah jumlah total dokumen dalam kumpulan dokumen, dan idf ( t ) adalah jumlah dokumen dalam kumpulan dokumen yang mengandung istilah t . Hasil IDF dari 3 dokumen seperti contoh BoW dapat dilihat pada Gambar 3.
## Perbandingan Vektorisasi Deteksi Spam Email … .
5
Gambar 3 . Hasil IDF dari 3 dokumen sebagai Figure.1 Rumus TF-IDF sebagai berikut:
𝑇𝐹 − 𝐼𝐷𝐹 = 𝑡𝑓 𝑥 𝑖𝑑𝑓
(4)
Adapun hasil TF-IDF dapat terlihat di Gambar 4.
Gambar 4 . Hasil TF-IDF dari 3 dokumen sebagai Figure.1
## 2.1.3 Word2Vec
Pada tahun 2013[2], tim Google yang dipimpin oleh Tomas Mikolov merilis teknik Word2Vec untuk penyematan kata, yang mencakup dua model: Skip-gram and Continuous Bag of Words (CBOW). Pada model CBOW, word2vec menggunakan kata-kata yang berada sebelum dan sesudah kata target dan dibatasi pada jendela prediksi kata target. Sedangkan skip-gram menggunakan sebuah kata untuk memprediksi kata yang berada sebelum dan sesudah kata yang dibatasi oleh jendela. Jendela adalah jumlah kata di kiri atau kanan kata sasaran. Sebagai contoh, ketika ukuran jendela diberikan 2, maka word2vec akan mempertimbangkan 2 kata sebelum dan 2 kata setelah kata yang terkait dengannya. Ilustrasi dari jendela dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 . Ilustrasi Arsitektur CBOW dengan ukuran jendela 2
Rony Arifiandy, Hasanul Fahmi.
## 2.2 Multinomial Naive Bayes (MNB)
Multinomial Naïve Bayes merupakan metode khusus dari Naïve Bayes sebagai metode text mining dalam proses klasifikasi teks menggunakan probabilitas kelas pada dokumen. Prosesnya dimulai dengan memasukkan data latih yang digunakan untuk pembelajaran kemudian menghitung probabilitas munculnya suatu kelas pada data latih.
Misalkan himpunan kelas dilambangkan dengan C. Misalkan N adalah ukuran kosakata kita. Maka MNB menentukan dokumen t i pada kelas yang mempunyai probabilitas tertinggi Pr( c | t i ), dengan menggunakan aturan Bayes, seperti pada artikel [10]:
Pr(𝑐|𝑡 𝑖 ) = Pr(𝑐)Pr (𝑡 𝑖 |𝑐) Pr (𝑡 𝑖 ) , 𝑐 ∈ 𝐶 (5)
Pr( t i | c ) adalah probabilitas memperoleh dokumen seperti t i di kelas c dan dihitung sebagai: (Rumus yang digunakan oleh perpustakaan scikit-learn):
Pr(𝑡 𝑖 |𝑐) = 𝑁 𝑐𝑖 +𝛼 𝑁 𝑐 +𝛼𝑛𝛼 (6)
Dimana:
𝑁 𝑐𝑖 = ∑ 𝑡 𝑖 𝑡∈𝑇 (7)
adalah berapa kali fitur i muncul dalam sampel kelas c di set pelatihan T , sedangkan
𝑁 𝑐 = ∑ 𝑁 𝑐𝑖 𝑛 𝑖=1 (8)
adalah jumlah total semua fitur untuk kelas c .
Prioritas pemulusan 𝛼 ≥ 0 memperhitungkan fitur yang tidak ada dalam sampel pembelajaran dan mencegah probabilitas nol dalam komputasi lebih lanjut. Pengaturan 𝛼 = 1 disebut pemulusan Laplace, sedangkan 𝛼 < 1 disebut pemulusan Lidstone.
3 Metode Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan klasifikasi spam email menggunakan perbandingan vektorisasi antara BoW, TFIDF dan Word2Vec untuk mendukung algoritma Multinomial Naive Bayes. Perbandingan dengan berbagai vektorisasi bertujuan untuk menentukan mana yang cocok untuk mengklasifikasikan email spam dengan menentukan hasil akurasi yang paling besar.
Beberapa tahapan metode yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari pencarian dan pengolahan dataset, preprocessing dataset, vektorisasi dan pembuatan model atau metode pembelajaran, hingga
Perbandingan Vektorisasi Deteksi Spam Email … . 7
pengujian dataset dengan menggunakan vektorisasi yang berbeda secara bergantian. Hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan untuk menentukan vektorisasi terbaik untuk memperkirakan keakuratan klasifikasi email spam. Penjelasan dari tahap penelitian adalah sebagai Gambar 6.
## 3.1 Data Collection
Dataset yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data publik dari Kaggle yang berjumlah 5.572 email dengan menggunakan bahasa Inggris. https://www.kaggle.com/datasets/ashfakyeafi/spam- email-classification. Dan gabungkan dengan 5.592 email penipuan menggunakan bahasa Inggris yang diunduh dari https://doi.org/10.5281/zenodo.8339691. Total dataset menjadi 11.164
record dan dataset disimpan dalam format csv .
## 3.2 Proposed Method
Metode yang diusulkan untuk mengklasifikasikan email dan menentukan vektorisasi yang paling tepat digunakan dengan melihat hasil akurasi yang paling besar. Figure 6 menjelaskan alur metode yang diusulkan dalam penelitian ini.
Rony Arifiandy, Hasanul Fahmi.
## 3.3 Data Preprocessing
Dataset ini berada pada tahap preprocessing melalui lima proses yaitu:
1. Menurunkan huruf, proses ini akan mengubah semua huruf kapital menjadi huruf kecil.
2. Hapus spasi, ini akan menghilangkan spasi putih tambahan.
3. Hapus tanda baca, pada proses ini kami akan menghapus tanda baca pada teks email.
4. Hapus stopwords, proses ini akan menghilangkan setiap kata yang tergolong stopwords atau kata-kata yang kurang penting dalam teks email.
Preprocessing ini akan menghasilkan dataset baru yang siap digunakan untuk proses selanjutnya.
## 3.4 Experiment and Testing Method
Dalam penelitian ini, eksperimen dimulai dari menggabungkan dataset kemudian menuju ke tahap preprocessing dan membagi dataset akhir menjadi dua bagian, data latih, dan data uji. Data latih akan dipelajari pada proses vektorisasi dan kemudian tahap metode pembelajaran menggunakan algoritma MNB, sedangkan data uji digunakan untuk menguji keakuratannya. Proses percobaan dan pengujian menggunakan Google Colab atau Anaconda Python 3.10.12.
Proses vektorisasi untuk BoW dan TFIDF menggunakan perpustakaan sklearn dan untuk word2vec menggunakan perpustakaan gensim. Penelitian ini menggunakan model word2vec Continuous Bag of Words (CBOW). Pembuatan model MNB kami menggunakan sklearn library dengan parameter alpha=1 , itu berarti penerapannya pemulusan Laplace .
## 3.5 Evaluation
Evaluasi pada penelitian ini dengan menghitung nilai presisi, recall dan akurasi. Penelitian ini menggunakan matriks confusion yang terdiri dari nilai true positive (TP), false positive (FP), true negative (TN) dan false negative (FN), di mana nilai true negative dan false negative menunjukkan adanya kesalahan klasifikasi teks pada dataset [11]. Karena
## Perbandingan Vektorisasi Deteksi Spam Email …
. 9
kita menggunakan model klasifikasi kelas jamak, maka rumusnya sebagai berikut [12]:
𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜 = ∑ 𝑇𝑃 ∑ 𝑇𝑃+𝐹𝑃 𝑥100% (9)
𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑐𝑟𝑜 = ∑ 𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑐𝑙𝑎𝑠𝑠 𝑁 𝑥100% (10)
𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 𝑚𝑖𝑐𝑟𝑜 = ∑ 𝑇𝑃 ∑ 𝑇𝑃+𝐹𝑁 𝑥100% (11)
𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 𝑚𝑎𝑐𝑟𝑜 = ∑ 𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 𝑐𝑙𝑎𝑠𝑠 𝑁 𝑥100% (12)
dimana N adalah jumlah seluruh kelas, dan Precision1, Precision2, ..., PrecisionN dan Recall1, Recall2, ..., RecallN adalah nilai presisi dan perolehan untuk setiap kelas.
Ada perbedaan mendasar antara rata-rata makro dan mikro dalam cara menggabungkan metrik kinerja. Rata-rata makro menghitung metrik kinerja setiap kelas (misalnya, presisi, perolehan) dan kemudian mengambil mean aritmetika di semua kelas. Rata-rata makro memberikan bobot yang sama untuk setiap kelas, berapa pun jumlah instancenya. Rata- rata mikro, mengagregasi jumlah positif sebenarnya, positif palsu, dan negatif palsu di semua kelas, lalu menghitung metrik kinerja berdasarkan jumlah total. Rata-rata mikro memberikan bobot yang sama untuk setiap instance, terlepas dari label kelas dan jumlah kasus di kelas tersebut.
𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = ∑ 𝑇𝑃+𝑇𝑁 ∑ 𝑇𝑃+𝑇𝑁+𝐹𝑃+𝐹𝑁 𝑥100%
(13)
Akurasi menunjukkan proporsi dokumen yang diklasifikasikan dengan benar di antara seluruh dokumen.
## 4 Hasil dan Pembahasan
Eksperimen dimulai dari pengecekan dataset dan ditemukan bahwa dataset tersebut banyak mengandung karakter non utf-8. Ini memicu kesalahan saat kami mencoba membaca data. Setelah kami membersihkan data, kami memiliki 8.901 catatan baik dengan label ham sebesar 4.825, penipuan sebesar 3.329 dan phishing sebesar 747.
## Rony Arifiandy, Hasanul Fahmi.
Langkah selanjutnya adalah melakukan langkah preprocessing yaitu menurunkan huruf, menghilangkan spasi berlebih, menghilangkan tanda baca dan menghilangkan stop word. Kemudian dilakukan proses vektorisasi BoW, TFIDF dan W2V. Proses BoW menggunakan CountVectorizer dari sklearn dengan default parameter. Proses TFIDF menggunakan TfidfVectorizer dari sklearn dengan parameter norm=none , smooth_idf=False . Dan w2v process menggunakan Word2Vec dari gensim dengan parameter : vector_size =100, window =5, min_count =5, workers =4, sg =0. Kami menggunakan parameter sg =0 agar bisa menggunakan Word2Vec dengan jenis CBoW ( Continuous Bag of Words ).
Pada penelitian ini akan menggunakan kumpulan data yang divektorkan untuk melatih model dan menguji model. Kami membagi kumpulan data menjadi 80% untuk data pelatihan dan 20% sebagai data pengujian. Model MNB dibuat menggunakan MultinomialNB dari sklearn.naive_bayes . Kami membuat model menggunakan parameter alpha =1, artinya mengimplementasikan pemulusan Laplace . Dan latih model menggunakan 80% kumpulan data vektor.
Matriks konfusi hasil masing-masing model dapat dilihat pada figure.7 untuk model MNB dengan dataset vektorisasi BoW, model MNB dengan dataset vektor TFIDF, dan model MNB dengan dataset vektorisasi w2v. Dengan menggunakan matriks ini, kami menghitung data presisi dan perolehan. Rangkuman data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Dalam sistem pemfilteran spam, email spam yang salah teridentifikasi tidak seserius email non-spam yang salah teridentifikasi. Dengan kata lain, kesalahan identifikasi email non-spam lebih berisiko dibandingkan kesalahan identifikasi email spam, sehingga presisi harus besar dan recall juga harus besar.
Hasilnya menunjukkan bahwa nilai recall-makro MNB dengan w2v sangat rendah dan hal ini dapat menyebabkan kesalahan identifikasi non-spam sebagai spam. Daripada recall-nilai makro MNB dengan TFIDF sangat tinggi karena dapat mendeteksi email spam dengan lebih baik.
Gambar 7 . Matriks konfusi dan akurasi hasil
Tabel.1 Membandingkan ringkasan hasil evaluasi Evaluation Result MNB model with vectorizing: BoW TFIDF w2v Precision (Micro) 95.00% 96.35% 92.36%
Precision (Macro) 95.45% 91.23% 89.10% Recall (Micro) 95.00% 96.35% 92.36% Recall (Macro) 91.26% 97.57% 82.46% Accuracy 95.00% 96.35% 92.36% Tabel.2 Membandingkan hasil evaluasi per kelas evaluation result per class MNB model with vectorizing : BoW TFIDF w2v precision fraud 91.49% 97.43% 94.20% precision ham 97.27% 99.89% 92.34% precision phishing 97.60% 76.38% 80.77% recall fraud 99.85% 99.69% 97.99% recall ham 94.20% 93.69% 94.50% recall phishing 79.74% 99.35% 54.90% 5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian akurasi ketiga model, vektorisasi TFIDF mengungguli BoW dan Word2vec , akurasinya sebesar 96,35% untuk MNB dengan TFIDF , 95,00% untuk MNB dengan BoW , dan 92,36% untuk MNB dengan Word2Vec . Kinerja percobaan terbaik diperoleh dengan menggunakan vektorisasi TFIDF . Namun, pada perbedaan akurasi antara ketiga teknik tersebut secara statistik, menunjukkan bahwa 2 metode yaitu TFIDF dan WoB memiliki kinerja yang kompetitif dibandingkan metode Word2Vec . Keakuratan ketiga model ini bergantung pada kumpulan data yang digunakan, oleh karena itu kumpulan data lain dapat ditambahkan untuk penelitian selanjutnya.
## 6 Referensi
[1] Cross, C. and Gillett, R. (2020), "Exploiting trust for financial gain: an overview of business email compromise (BEC) fraud", Journal of Financial Crime, Vol. 27 No. 3, pp. 871-884. https://doi.org/10.1108/JFC-02-2020-0026
[2] E. M. Dharma, F. Lumban Gaol, H. Leslie, H. S. Warnars, and B. Soewito,
“The Accuracy Comparison Among Word2vec, Glove, And Fasttext Towards
Convolution Neural Network (Cnn) Text Classification,” J Theor Appl Inf
Technol, vol. 31, no. 2, 2022, [Online].
[3] Daniela XHEMALI, Christopher J. HINDE and Roger G. STONE, Naïve Bayes
vs. Decision Trees vs. Neural Networks in the Classification of Training Web Pages, IJCSI International Journal of Computer Science Issues, Vol. 4, No. 1, 2009, ISSN (Online): 1694-0784, ISSN (Print): 1694-0814
[4] Androutsopoulos, Ion; Koutsias, John; Chandrinos, Konstantinos V.; Spyropoulos, Constantine D. (2000). [ACM Press the 23rd annual international ACM SIGIR conference - Athens, Greece (2000.07.24-2000.07.28)] Proceedings of the 23rd annual international ACM SIGIR conference on Research and development in information retrieval - SIGIR '00 - An experimental comparison of naive Bayesian and keyword-based anti-spam filtering with personal e-mail messages. , (0), 160–167. doi:10.1145/345508.345569
[5] Rusland, Nurul Fitriah; Wahid, Norfaradilla; Kasim, Shahreen; Hafit, Hanayanti
(2017). Analysis of Naïve Bayes Algorithm for Email Spam Filtering across
Multiple Datasets. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 226(), 012091–. doi:10.1088/1757-899X/226/1/012091 disebutkan Feature Extraction nya Correlation based feature selection (CFS) [6] Nadia Anjum, Dr Srinivasu Badugu, A Comparative Study on Classification Algorithms Using Different Feature Extraction And Vectorization Techniques For Text, Turkish Online Journal of Qualitative Inquiry (TOJQI) Volume 12, Issue 7, July 2021: 8216 – 8225 [7] Niken Larasati Octaviani;Eko Hari Rachmawanto;Christy Atika Sari;Ignatius Moses Setiadi De Rosal; (2020). Comparison of Multinomial Naïve Bayes Classifier, Support Vector Machine, and Recurrent Neural Network to Classify Email Spams . 2020 International Seminar on Application for Technology of Information and Communication (iSemantic), (), –. doi:10.1109/iSemantic50169.2020.9234296
[8] Kadam, Sumedh; Gala, Aayush; Gehlot, Pritesh; Kurup, Aditya; Ghag, Kranti
(2018). [IEEE 2018 Fourth International Conference on Computing
Communication Control and Automation (ICCUBEA) - Pune, India (2018.8.16- 2018.8.18)] 2018 Fourth International Conference on Computing Communication Control and Automation (ICCUBEA) - Word Embedding Based Multinomial Naive Bayes Algorithm for Spam Filtering. , (), 1–5.
doi:10.1109/ICCUBEA.2018.8697601
[9] Anita Kumari Singh, Mogalla Shashi. "Vectorization of Text Documents for Identifying Unifiable News Articles." International Journal of Advanced Computer Science and Applications Vol.10, No.7, 2019: 305-310. ISSN: 21565570, 2158107X
[10] Webb, Geoffrey I.; Yu, Xinghuo (2005). [Lecture Notes in Computer Science] AI 2004: Advances in Artificial Intelligence Volume 3339 || Multinomial Naive Bayes for Text Categorization Revisited. , 10.1007/b104336(Chapter 43), 488– 499. doi:10.1007/978-3-540-30549-1_43
Rony Arifiandy, Hasanul Fahmi.
[11] Surya, Prabha PM; Seetha, Lakshmi V; Subbulakshmi, B (2019). [IEEE 2019 3rd International conference on Electronics, Communication and Aerospace
Technology (ICECA) - Coimbatore, India (2019.6.12-2019.6.14)] 2019 3rd
International conference on Electronics, Communication and Aerospace
Technology (ICECA) - Analysis of user emotions and opinion using Multinomial Naive Bayes Classifier. , (), 410–415. doi:10.1109/ICECA.2019.8822096
[12] Helmi Setyawan, Muhammad Yusril; Awangga, Rolly Maulana; Efendi, Safif Rafi (2018). [IEEE 2018 International Conference on Applied Engineering (ICAE) - Batam, Indonesia (2018.10.3-2018.10.4)] 2018 International Conference on Applied Engineering (ICAE) - Comparison Of Multinomial Naive
Bayes Algorithm And Logistic Regression For Intent Classification In Chatbot. , (), 1–5. doi:10.1109/INCAE.2018.8579372
|
bc87c72e-9620-45a2-bade-68d1addbb3d4 | https://e-journal.unair.ac.id/palimpsest/article/download/26819/14471 | How to cite: Izzah, D. K. (2021). Tingkat Keberhasilan Program Pendidikan Pengguna (User Education) di Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Bagi Mahasiswa Tingkat Akhir. Palimpsest: Jurnal Ilmu Informasi Dan Perpustakaan, 12(1), 32-43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
Open Access under Creative Commons Attribution Non Commercial Share Alike 4.0 International License (CC-BY-NC-SA)
Tingkat Keberhasilan Program Pendidikan Pengguna ( User Education ) di Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember bagi Mahasiswa Tingkat Akhir
Success Rate of User Education Programs in Institut Teknologi Sepuluh Nopember Library for Final-year Student
Dwi Khusniatul Izzah
Departemen Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya-Indonesia
[email protected]
Received: 12 th May 2021; Revised: 7 th June 2021; Accepted: 14 th June 2021; Available Online: 20 th June 2021; Published Regularly: 20 th June 2021
## Abstrak
Latar belakang: Program pendidikan pengguna merupakan salah satu bentuk upaya perpustakaan perguruan tinggi dalam meningkatkan kemampuan literasi informasi pemustaka, khususnya mahasiswa. Program pendidikan pengguna perpustakaan dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan pembinaan kepada mahasiswa agar dapat memanfaatkan perpustakaan dan melakukan penelusuran informasi secara efektif dan efisien. Pada umumnya program pendidikan pengguna perpustakaan perguruan tinggi diperuntukkan bagi seluruh pemustaka, namun terdapat pula program yang memang diperuntukkan bagi kalangan mahasiswa, termasuk mahasiswa tingkat akhir. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas program pendidikan pengguna di Perpustakaan ITS, utamanya pada kalangan mahasiswa tingkat akhir, serta mencari tahu dampak dari efektivitas program tersebut terhadap penyelesaian tugas akhir mahasiswa ITS. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif, dengan metode purposive random sampling sebagai metode pengambilan sampel dan mahasiswa tingkat akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai populasi penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model efektivitas program dari Kirkpatrick, yang mana pada model tersebut efektivitas sebuah program dapat diketahui melalui empat level yakni reaction, learning, behavior , dan result . Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga dari empat level tersebut telah masuk dalam kategori tinggi, sedangkan terdapat satu level yang masuk dalam kategori sedang, yakni level behavior . Kesimpulan: Apabila dilihat secara keseluruhan maka dapat dikatakan bahwa program pendidikan pengguna di Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember telah efektif, namun perlu adanya perhatian terhadap aksesibilitas layanan agar apa yang telah dipelajari oleh pemustaka pada program tersebut bisa menjadi kebiasaan dan menghasilkan tingkatan behavior yang tinggi.
Kata Kunci: Model Kirkpatrick, Reaction, Learning, Behavior, Result, Mahasiswa ITS
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan: 12(1). 2021. 32—43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
## Abstract
Background : The user education program is one of the university library's efforts in improving the information literacy skills of users, especially students. The user education program aims to guide students so that they can take advantage of the library and carry out information searches effectively and efficiently. In general, user education programs in university libraries are intended for all users, but some programs are intended for students, including final-year students. Purpose: The purpose of this study is to determine the effectiveness of the user education program in the ITS Library, especially among final year students, and to find out the impact of the effectiveness of the program on the completion of the final project of ITS students. Methods : This research uses a descriptive quantitative research method, with purposive random sampling method as the sampling method, and final-year students of the Institut Teknologi Sepuluh Nopember as the research population. The research was conducted using Kirkpatrick's program effectiveness model, in which the effectiveness of a program can be determined through four levels, namely reaction, learning, behavior, and results. Results: The results showed that three of the four levels were in the high category, while there was one level that was in the medium category, to be specific the behavior level. Conclusion: On the whole, the user education program at the Library of Institut Teknologi Sepuluh Nopember has been effective, but there is attention needed to service accessibility so that what users have learned in the program can become a habit and have a high level of behavior as an outcome
Keywords: Kirkpatrick model, Reaction, Learning, Behavior, Result, ITS students
## Pendahuluan
Program pendidikan pengguna ( user education ) merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh pustakawan untuk membantu pengguna perpustakaan dalam melakukan penemuan informasi secara efektif dan efisien. Menurut Sulistyo-Basuki(2004) pendidikan pengguna memiliki beberapa tujuan di antaranya, 1) Mengembangkan keterampilan pemakai yang diperlukan untuk dapat menggunakan perpustakaan atau pusat dokumentasi, 2) Mengembangkan keterampilan tersebut untuk mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi pemakai, 3) Merumuskan kebutuhan informasinya sendiri, 4) Mengidentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia dalam pemenuhan kebutuhan informasinya, serta menilai ketepatan, kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber informasi yang ada, dan 5) Mampu menghadapi perbedaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan, menyajikan, dan menerapkan informasi. Banyaknya koleksi informasi perpustakaan yang beragam mengharuskan pengguna untuk memiliki kemampuan dalam melakukan pencarian informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat, untuk itu pendidikan pengguna sangat dibutuhkan oleh pengguna agar terampil dalam menggunakan dan memanfaatkan fasilitas perpustakaan secara maksimal. Kemampuan tersebut tentunya sangat dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan, salah satunya mahasiswa, dalam pemenuhan kebutuhan informasi mereka terutama mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir atau yang biasa dilakukan oleh para mahasiswa tingkat (semester) akhir.
Perpustakaan menjadi salah satu tempat yang akan dituju oleh mahasiswa tingkat akhir dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka, hal ini dikarenakan perpustakaan menyediakan sumber informasi yang lengkap melalui koleksinya baik koleksi cetak maupun noncetak. Menurut Hasibuan (2016), mahasiswa tingkat akhir masih memiliki
kesulitan dalam menemukan referensi yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas akhir, dan salah satu tempat yang mereka gunakan untuk mencari referensi tersebut adalah melalui perpustakaan. Hal tersebut telah dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Seandy Irawan (2005), bahwa mahasiswa yang memiliki antusiasme yang tinggi untuk belajar dan berkunjung ke perpustakaan adalah mahasiswa semester tujuh. Qianxiu Liu, Patrick Lo & Hiroshi Itsumura (2016) menemukan bahwasanya dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi penelitiannya, mahasiswa akan mencari dari berbagai sumber yakni melalui Google 36,5%, bertanya pada pustakawan 23,1%, bertanya pada teman kelas 17,3%, bertanya pada dosen 19,2%, dan bertanya pada pustakawan perpustakaan umum 1,9%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, pustakawan perpustakaan masih menjadi salah satu acuan bagi mahasiswa untuk memperoleh informasi.
Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) adalah salah satu perpustakaan perguruan tinggi yang memiliki kesadaran akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan pengguna. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya program pendidikan pengguna yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaaan, mulai dari orientasi perpustakaan ( library orientation ), instruksi perpustakaan ( library instruction ), dan juga instruksi bibliografi ( bibliographic instruction ). Hal tersebut dilakukan oleh pustakawan dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi mahasiswa atau pemustakanya. Namun, berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ludfi Zahroun Naghfiroh (2016) masih terdapat beberapa mahasiswa ITS yang belum atau tidak menerima pendidikan pengguna dari perpustakaan, yakni sebanyak 48% dari total 100 responden yang digunakan. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat akan pentingnya program pendidikan pengguna perpustakaan tersebut bagi proses akademik mereka. Pada penelitian yang sama, diungkap bahwa masih terdapat mahasiswa ITS yang memiliki kemampuan ‘kurang mampu’ dan ‘tidak mampu’ dalam menggunakan OPAC masing- masing sebanyak 27% dan 8%. Temuan tersebut perlu menjadi perhatian, mengingat penggunaan OPAC merupakan salah satu instrumen awal yang harus dikuasai untuk melakukan penemuan informasi dan pemanfaatan perpustakaan secara efektif. Mengenai kemampuan dalam mengakses jurnal elektronik ( e-journal ) perpustakaan, mahasiswa ITS yang berada pada tataran ‘kurang mampu’ dan ‘tidak mampu’ masing-masing memiliki persentase 33% dan 7%. Padahal pembelajaran terkait dengan akses e-journal yang dimiliki oleh perpustakaan ITS telah diberikan pada salah satu program pendidikan pengguna yaitu e-resource class , yang tujuannya mahasiswa diajarkan tentang bagaimana cara mengakses e-journal yang dimiliki dan dilanggan oleh perpustakaan ITS.
Selain program yang telah disebutkan di atas, Perpustakaan ITS juga menyelenggarakan program reference manager class , di mana pada program terebut mahasiswa/pemustaka diajarkan tentang bagaimana cara membuat sitasi dari suatu tulisan dengan baik dan benar serta cara untuk membuat bibliografi suatu karya ilmiah. Namun penelitian yang dilakukan oleh Ludfi Zahroun Naghfiroh (2016) mengungkapkan bahwa, kemampuan sebagian mahasiswa ITS dalam membuat sitasi dan mengutip masih berada pada tataran ‘kurang mampu’ dan ‘tidak mampu’ dengan masing-masing memiliki persentase sebanyak 15% dan 4% dari total 100 responden. Sedangkan dalam aspek penulisan bibliografi, terdapat beberapa mahasiswa yang memiliki kemampuan pada tataran ‘kurang mampu’ dan ‘tidak mampu’ yaitu masing-masing sebanyak 12% dan 2%. Hal
tersebut tentunya merupakan suatu angka yang kecil, namun dengan adanya berbagai program yang telah disediakan oleh perpustakaan yang dilakukan secara efektif, diharapkan bisa lebih memperkecil lagi angka tersebut.
Mahasiswa tingkat akhir merupakan mahasiswa yang mulai mengerjakan tugas akhir perkuliahan dan dihadapkan pada kebutuhan informasi ilmiah yang mumpuni untuk menunjang referensi tugas akhir. Oleh karena itu kemampuan mengakses informasi ilmiah akan sangat dibutuhkan oleh mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa juga diharuskan memiliki kemampuan dalam hal membuat sitasi dan menuliskan sumber referensi suatu hasil penelitian atau karya ilmiah lain yang dijadikan sebagai bahan pendukung asumsi penelitian mereka. Perpustakaan sebagai salah satu sumber utama mahasiswa dalam pencarian referensi diharapkan dapat memberikan pelayanan berdasarkan pada kebutuhan penggunanya, termasuk dalam hal pendidikan pengguna. Berdasarkan fenomena dan berbagai data temuan yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa program pendidikan pengguna yang dilakukan oleh Perpustakaan ITS telah berjalan, namun belum sepenuhnya berhasil menjangkau seluruh mahasiswa ITS. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas program pendidikan pengguna di Perpustakaan ITS, utamanya pada kalangan mahasiswa tingkat akhir, serta mencari tahu dampak dari efektivitas program tersebut terhadap penyelesaian tugas akhir mahasiswa ITS.
## Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe deskriptif. Menurut Bungin (2005), penelitian kuantitatif deskriptif bertujuan untuk menggambarkan kondisi, situasi, dan berbagai faktor yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai data primer dan didukung dengan wawancara secara langsung kepada responden.
Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Purposive Sampling merupakan metode yang digunakan untuk mengambil sample tertentu, yakni dengan melihat responden berdasarkan atas petimbangan tertentu seperti tingkah laku, karakteristik dan ciri-cirinya (Sugiyono, 2008). Sedangkan, data responden yang diambil sebanyak 100 mahasiswa dari berbagai fakultas di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Penelitian ini dilakukan di ITS dengan pertimbangan bahwa Perpustakaan ITS merupakan salah satu perpustakaan yang telah memiliki program pendidikan pengguna ( user education ).
## Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Efektivitas Program Pendidikan Pengguna ( User Education )
Menurut Mahmudi (2005), efektivitas diartikan sebagai suatu hubungan antara output dan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif suatu organisasi, program, atau kegiatan. Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai sebuah tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi dalam melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan: 12(1). 2021. 32—43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
Gambar 1.
Charts data responden
atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Campbell, 1977). Secara umum, pengukuran efektivitas program dapat dilihat melalui keberhasilan program, keberhasilan sasaran program, kepuasan terhadap program, tingkat input dan output serta pencapaian tujuan secara menyeluruh. Kirkpatrick (1998) menyatakan bahwa efektivitas program dapat dilihat melalui empat level evaluasi yakni reaction, learning, behavior, dan result.
## 1. Reaction
Level ini mengukur bagaimana reaksi peserta terhadap program kegiatan. Reaksi yangpositif menunjukkan bahwa mereka puas terhadap program kegiatan yang diberikan. Pada tingkat ini juga peserta dapat menemukan program yang menguntungkan, menarik, dan relevan dengan kebutuhan mereka.
Dari hasil penelitian ini, level reaction mendapat nilai rata-rata 3,74 dan masuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perolehan nilai rata-rata tersebut dapat digambarkan bahwa mahasiswa tingkat akhir memberikan respon yang baik atau positif terhadap beberapa program yang telah mereka ikuti. Keberhasilan suatu program tidak akan terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi dari peserta program. Dalam hal ini, mahasiswa tingkat akhir sebagai peserta program memberikan respon yang positif terhadap program yang mereka ikuti, artinya mereka merasa bahwa program yang telah mereka ikuti menyenangkan dan memuaskan, serta mereka merasa tertarik dengan berbagai kegiatan pada program pendidikan pengguna yang diadakan oleh perpustakaan. Selain itu dengan adanya respon yang positif dari peserta dapat menumbuhkan motivasi dari peserta untuk mengikuti program yang diadakan dengan baik.
## Jumlah Responden Setiap Fakultas
3%
7%
6%
24%
4%
8%
12% 15% 12% 9%
FIA FTI FTE FTSLK FADP FTK FMKSD FTIK FBMT FV
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan: 12(1). 2021. 32—43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
## 2. L earning
Level ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pertambahan pengetahuan, meningkatnya keterampilan, atau perubahan sikap peserta setelah mengikuti program kegiatan. Peserta dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan sikap atau perbaikan pengetahuan dan sejauh mana peserta mengubah sikap, meningkatkan pengetahuan atau keterampilan sebagai hasil dari mengikuti program pendidikan pengguna. Tanpa adanya hal tersebut program dapat dikatakan gagal.
Hasil nilai rata-rata pada level learning ini adalah sebesar 3,62 dan masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa ITS tingkat akhir dapat memahami apa yang disampaikan oleh pustakawan pada kegiatan program pendidikan pengguna dan menjadikan itu semua sebagai pengetahuan baru dan mampu mengubah sikap mereka sebagai hasil dari menghadiri program tersebut.
## 3. Behavior
Level ini bertujuan untuk menentukan sejauh mana perubahan dalam perilaku yang terjadi setelah peserta mengikuti program kegiatan tersebut. Perubahan perilaku bisa saja langsung terjadi setelah mengikuti program karena adanya kesempatan untuk itu, namun bisa saja tidak terjadi. Pada level ini lebih menekankan pada perubahan kemampuan, yang mana dinilai melalui kesempatan dalam membagi pengetahuan tentang materi yang didapatkan ketika mengikuti program dan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari.
Penelitian ini menunjukkan total nilai rata-rata pada level behavior yaitu sebesar 3,32 dan masuk ke dalam kategori sedang. Di mana dapat dikatakan bahwa mayoritas mahasiswa ITS tingkat akhir cukup menerapkan apa yang telah dipelajari di program pendidikan pengguna perpustakaan, atau dalam kata lain mereka belum sepenuhnya menerapkan semua hal yang telah mereka pelajari, karena melihat kebutuhan dan jadwal kegiatan mahasiswa tersebut di luar perpustakaan. Hal ini dapat dilihat salah satunya pada intensitas mengakses layanan e-resource yang masih masuk dalam kategori rendah. Walau demikian, tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa program pendidikan pengguna di Perpustakaan ITS kurang efektif karena reaksi mungkin telah menguntungkan, pembelajaran mungkin telah dicapai, namun kondisi perilaku dan hasil mungkin saja belum terjadi.
## 4. Result
Level ini merupakan hasil akhir yang terjadi setelah peserta mengikuti program kegiatan. Hasil dapat didefinisikan hasil akhir yang terjadi disebabkan oleh peserta menghadiri program. Sehingga hasil akhir dari mahasiswa yang mengikuti program tersebut adalah dampak yang ditimbulkan setelah mereka mengikuti program tersebut. Level ini lebih pada mengukur dampak atau outcome yang didapat setelah mengikuti program.
Program pendidikan pengguna secara umum memberikan informasi dan pengenalan terkait dengan layanan dan fasilitas yang dimiliki oleh perpustakaan. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa dapat memanfaatkannya dengan
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan: 12(1). 2021. 32—43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
semaksimal mungkin. Pada level result di sini mendapatkan total nilai rata-rata sebesar 3,69 dan masuk ke dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa tingkat akhir telah mendapatkan dampak yang positif dari diadakannya program pendidikan pengguna perpustakaan.
Secara keseluruhan berdasarkan pada hasil analisis data yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya hasil dari empat tingkatan model Kirkpatrick yang digunakan pada penelitian ini mendapatkan hasil tinggi pada tiga tingkatan, namun masih terdapat satu tingkatan yang memberikan hasil sedang, yakni tingkat perilaku. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya mahasiswa menyambut positif dengan adanya program pendidikan pengguna yang diberikan oleh perpustakaan yang mana hal tersebut dibuktikan dengan adanya hasil tinggi pada tingkatan reaksi, mahasiswa merasa bahwa materi yang diberikan pada program tersebut telah dapat dimengerti dengan baik yang dibuktikan dengan hasil yang tinggi pada tingkatan pembelajaran, mahasiswa masih belum menjadikan apa yang mereka dapatkan pada program tersebut sebagai kebiasaan hal tersebut dibuktikan dengan hasil tingkatan perilaku yang masih dalam tataran sedang, namun meskipun begitu mahasiswa telah mendapatkan manfaat dari diadakannya program pendidikan tersebut.
Gambar 2. Tingkat keberhasilan program pendidikan pengguna
## Pembahasan
Dampak Efektivitas Program Pendidikan Pengguna terhadap Penyelesaian Tugas Akhir Mahasiswa
Menurut Gorys Keraf dalam Otto Soemarwoto (1998), dampak adalah suatu pengaruh yang kuat dari seseorang atau kelompok orang dalam menjalankan tugas dan kedudukannya sesuai dengan statusnya di masyarakat, sehingga akan membawa akibat
## TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM
R E A C T I O N L E A R N I N G B E H A V I O U R R E S U L T 3, 74 3, 62 3, 69 3, 32
terhadap perubahan positif maupun negatif. Sedangkan Otto Soemarwoto menyatakan bahwa, dampak merupakan suatu perubahan yang terjadi akibat dari suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah baik kimia, fisik, maupun biologis dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Dampak menurut Hosio (2007) diartikan sebagai perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan. Berdasarkan pada pengertian tersebut maka dampak merupakan suatu perubahan yang nyata akibat dari keluarnya kebijakan terhadap sikap atau tingkah laku. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian dampak menurut para ahli di atas adalah dampak merupakan suatu perubahan yang terjadi akibat dari suatu aktivitas atau tindakan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Terkait dengan permasalahan pada penelitian ini, dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat adanya program pendidikan pengguna perpustakaan yang diberikan oleh Perpustakaan ITS kepada mahasiswa. Melihat adanya dampak yang terjadi sebelum dan setelah mahasiswa mengikuti program tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap proses pendidikan mereka, terutama dalam hal penyelesaian penulisan tugas akhir.
Pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait program pendidikan pengguna perpustakaan di beberapa perpustakaan perguruan tinggi menunjukkan hasil yang positif, seperti halnya penelitian yang dilakukan di Perpustakaan Universitas Airlangga oleh Vanesia Aurora (2017) yang menunjukkan bahwasanya program pendidikan pengguna yang dilaksanakan oleh pihak Perpustakaan Universitas Airlangga sangat efektif dalam memberikan pengenalan terkait lingkungan yang ada di Perpustakaan. Penelitian oleh Sutriono (2017) dengan judul Efektivitas Pelaksanaan Bimbingan Pemustaka Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu juga menghasilkan hasil yang positif, di mana pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa program pendidikan pengguna perpustakaan memiliki kontribusi yang efektif dalam memberikan pemahaman dan arahan tentang pemanfaatan sumber daya perpustakaan serta mampu meminimalisasi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di perpustakaan dan menciptakan pemustaka yang tertib dan disiplin dalam mengakses informasi.
Penelitian lain dengan topik yang sama, yakni efektivitas pendidikan pengguna, oleh Elvi Nurfida (2016) juga menunjukkan bahwa program pendidikan pengguna perpustakaan sangat efektif untuk menambah pengetahuan mahasiswa terkait akses informasi. Adapun pengetahuan akses informasi yang harus dimiliki oleh pemustaka adalah kemampuan dalam menentukan strategi penelusuran informasi dan kemampuan dalam melakukan temu kembali informasi. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Pradhika (2014) menyatakan bahwa program pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pemanfaatan layanan perpustakaan oleh pemustaka. Hal ini mencakup beberapa kawasan perilaku yakni 1) Kawasan perilaku pengetahuan, pemustaka memiliki kemampuan untuk mengetahui cara pemanfaatan layanan perpustakaan, memahami status keanggotaan perpustakaan, memahami dan menaati peraturan yang diterapkan, dan memahami fasilitas layanan yang disediakan perpustakaan, 2) Kawasan perilaku sikap, merupakan kemampuan pemustaka dalam mengartikan perpustakaan sebagai sarana untuk mencari informasi dan belajar, sehingga perpustakaan akan selalu menjadi tempat utama dalam pencarian informasi, 3) Kawasan perilaku ketrampilan, merupakan kemampuan pemustaka untuk menggunakan layanan perpustakaan semaksimal
mungkin, merawat dan menjaga koleksinya.
Berdasarkan pada kumpulan hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa program pendidikan pengguna yang efektif dapat memiliki beberapa dampak yang dapat dirasakan baik dari sisi perpustakaan maupun pengguna yaitu memberikan pengenalan lingkungan perpustakaan, memberikan arahan dan pemahaman terkait pemanfaatan sumber daya perpustakaan, menambah pengetahuan pemustaka terkait akses informasi, dan meningkatkan pemanfaatan layanan di perpustakaan.
Dalam proses penyelesaian penulisan tugas akhir selain membutuhkan kemampuan dalam melakukan penelusuran informasi secara efektif dan efisien, mahasiswa juga perlu memahami teknik- teknik penulisan ilmiah, termasuk teknik membuat sitasi dan menulis bibliografi. Penelitian terkait dengan kemampuan dalam menulis skripsi sebagai tugas akhir yang dilakukan oleh Indarto (2012) menunjukkan hasil bahwa besaran tingkat kesalahan karya tulis ilmiah/tugas akhir mahasiswa dengan tingkat kesalahan yang termasuk kategori tinggi menyangkut dua aspek yakni masalah penggunaan bahasa Indonesia dan penulisan daftar pustaka. Selain itu, pada penelitian tersebut juga menyebutkan bahwasanya struktur laporan, cara mengutip, penulisan kesimpulan, dan konsistensi format serta isi karya ilmiah juga menjadi aspek yang sering terjadi kesalahan.
Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa cara mengutip dan pembuatan daftar pustaka masih menjadi hal yang perlu dipelajari lagi lebih dalam. Namun saat ini cara membuat sitasi maupun membuat bibliografi telah dipermudah dengan adanya Reference Management Software , yang mana software tersebut dapat digunakan oleh mahasiswa untuk mempermudah membuat sitasi dan bibliografi. Untuk itu dengan adanya program pendidikan pengguna berupa reference manager class yang diadakan oleh Perpustakaan ITS sangat dibutuhkan oleh mahasiswa saat ini terutama bagi mahasiswa tingkat akhir.
Berdasarkan pada hasil pengolahan data penelitian ini untuk mengetahui dampak dari efektivitas program pendidikan pengguna terhadap penyelesaian skripsi mahasiswa tingkat akhir, diperoleh total nilai rata-rata sebesar 4,03 dan masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya program pendidikan pengguna yang diadakan oleh Perpustakaan ITS dapat memberikan dampak positif bagi mahasiswa tingkat akhir, yakni membantu dan mempermudah untuk penyelesaian tugas akhir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, program pendidikan pengguna yang dilakukan oleh Perpustakaan ITS telah efektif dan memiliki dampak yang positif pada penyelesaian penulisan tugas akhir mahasiswa.
## Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil temuan data dan analisa yang dilakukan pada penelitian ini, maka peneliti membuat suatu kesimpulan yang berasal dari beberapa hasil temuan data sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini, adapun kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Efektivitas pendidikan pengguna perpustakaan pada kalangan mahasiswa tingkat akhir ITS yang sedang mengerjakan tugas akhir tergolong dalam kategori yang tinggi, atau dapat dikatakan bahwa program pendidikan pengguna perpustakaan tersebut telah efektif. Adapun untuk perolehan hasil yang efektif tersebut dapat
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan: 12(1). 2021. 32—43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
dilihat dari total 4 (empat) tingkatan menurut Kirkpatrick (1998) yakni reaction, learning, behavior, dan result.
a. Pada level reaction , memperoleh hasil yang masuk dalam kategori tinggi, yang menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir menerima dengan baik program pendidikan pengguna yang diadakan oleh perpustakaan. Pada tingkatan reaksi ini, mahasiswa memberikan penilaian terkait dengan program tersebut mulai dari isi materi, penyampaian pemateri dan alur jalannya pelaksanaan program.
b. Pada level learning , memperoleh hasil yang masuk dalam kategori tinggi, yang menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir telah dapat memahami tentang apa saja yang diterima ketika mengikuti program pendidikan pengguna. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan sikap serta penambahan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa sebagai hasil dari menghadiri program pendidikan pengguna yang di adakan oleh perpustakaan ITS. Dalam tingkatan belajar ini mahasiswa mendapatkan pengetahuan baru terkait dengan pemanfaatan layanan dan fasilitas perpustakaan secara efektif dan efisien, pemanfaatan layanan e- resource perpustakaan secara maksimal dan penggunaan reference management software.
c. Pada level behavior , memperoleh hasil yang masuk dalam kategori sedang, yang menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir telah cukup menerapkan hal-hal yang mereka pelajari di program pendidikan pengguna perpustakaan. Pada level ini mahasiswa belum sepenuhnya menerapkan hal-hal yang telah dipelajari karena melihat dari kebutuhan yang dimiliki oleh mahasiswa selama kegiatan perkuliahan, terutama kebutuhan mahasiswa terkait penelusuran informasi secara cepat. Layanan e-resource perpustakaan dirasa masih membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan Google yang membuat mahasiswa lebih memilih mengakses Google untuk melakukan penelusuran informasi dibandingkan dengan e-resource perpustakaan.
d. Pada level result , memperoleh hasil yang masuk dalam kategori tinggi, yang menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir telah memperoleh hasil yang memuaskan dari diadakannya program pendidikan pengguna. Hal ini dapat dilihat dari kemudahan dan kemandirian mahasiswa dalam memanfaatkan berbagai layanan dan fasilitas perpustakaan, termasuk e- resource , serta bertambahnya kemampuan mahasiswa dalam memanfaatkan berbagai macam reference management software untuk menunjang perkuliahan.
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan: 12(1). 2021. 32—43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
2. Dari tiga program pendidikan pengguna perpustakaan yang diadakan oleh Perpustakaan ITS yakni program library orientation, e-resource class, dan reference manager class , ketiganya memiliki dampak yang baik bagi penyelesaian permasalahan mahasiswa dalam mengerjakan tugas akhir. Library orientation memberikan dampak positif terhadap penyelesaian tugas akhir mahasiswa dalam hal pemanfaatan layanan dan fasilitas perpustakaan untuk penelusuran referensi skripsi. Program e-resource class memberi dampak positif dalam hal memberikan sumber referensi baru untuk melakukan penelusuran informasi. Sedangkan, program reference manager class memberikan dampak yang positif pada mahasiswa dalam hal kemampuan membuat sitasi serta mengatur bibliografi.
## Referensi
Aurora, V. (2017). Efektivitas Pendidikan Pengguna (User Education) Perpustakaan pada kalangan Mahasiswa Baru Universitas Airlangga Angkatan 2016/2017. Surabaya: Universitas Airlangga.
Bungin, B. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PrenadaMedia. Campbell, J. F.
(1977). On The Nature of Organizational Effectiveness.
Hasibuan, M. S. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hosio, J. E. (2007). Kebijakan Publik dan Desentralisasi. Yogyakarta: Laksbang.
Indarto, W. (2012). Analisis Karya Tulis (Skripsi) Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan Periode 2008/2009 dan 2009/2010. Educhild, 1 (1), 59-66.
Irawan, S. (2005). Pentingnya Pendidikan Pemakai bagi Mahasiswa dalam Penelusuran Informasi Melalui Katalog Online (OPAC): Studi Kasus pada Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J. D. (1998). Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-Koehler.
Liu, Q., Lo, P., & Itsumura, H. (2016). Measuring the Importance of Library User Education: A Comparative Study Between Fudan University and The National Taiwan Normal. The Journal of Academic Librarianship, 42 (6), 644-654.
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Naghfiroh, L. Z. (2016). Literasi Informasi Mahasiswa Teknik. Surabaya: Universitas Airlangga.
Nurfida, E. (2016). Pengaruhnya terhadap Pengetahuan Akses Informasi Mahasiswa Baru S-1 Ilmu Perpustakaan Tahun Akademik 2014/2015. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Pradhika, G. O. (2014). Pengaruh Pendidikan Pengguna (User Education) terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Di UPT Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014:
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan: 12(1). 2021. 32—43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
Universitas Airlangga.
Soemarwoto, O. (1998). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyo-Basuki. (2004). Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains.
Sutriono. (2017). Efektivitas Pelaksanaan Bimbingan Pemustaka pada Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Tik Ilmu : Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 1 (1), 61-77.
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan: 12(1). 2021. 32—43. https://doi.org/10.20473/pjil.v12i1.26819
|
276ccd4e-668a-4c33-85fa-193f30f557d9 | https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/lisanalhal/article/download/85/72 |
## REKONSTRUKSI PARADIGMA DAKWAH:
Dalam Konteks Pendekatan Manajemen Fungsional Dakwah Bil-Hal Di Pedesaan
Oleh: Amin Tohari 1
## UIN Sunan Ampel Surabaya
## Abstract:
Why Indonesia still need to IMF. The answer is unsufficient ability to manage its selves. The implications of propaganda is the primary awareness of importance caring human-social. A caring the social is what can make the movement of empowerment of rural communities. Edward de Bono, that in the future people should be more constructive. Humans must be more creative. Future, the globalization problem more complex. So people are required more creative and constructive. Exactly is dakwah bil-hal is dakwah bi-lisanil-hal by social action.
Key words : Mismanagement, Propaganda, Dakwah Bil-Hal A. Pendahuluan
Semenjak tahun 1960-an yang lalu, sudah ramai dibicarakan para pengendali sejarah perihal kedatangan suatu zaman modern dengan iptek sebagai “imam”-nya. Zaman modern – atau technical age dalam terminologi Marshal Hodgson- ini akan mendunia, mengglobal, dan bermuara pada sebuah model dunia 40: 60. Artinya, kelak hanya 40 persen dari seluruh penduduk dunia yang aktif berpartsipasi kehidupan, pencarian nafkah, dan konsumsi; sisanya, yang 60 persen, hanya ‘penggembira’ yang hidup segan mati tak mau.
Siapakah yang 40 persen itu? Mereka adalah para pekerja otak ( knowledge worker ). 2 Sebagaian terbesar berada di negeri-negeri utara
1 Penulis adalah Dosen Tetap Prodi Sosiologi Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN SA
2 Term knowledge worker - sebagai pasangan istilah disguised unemployment - dalam terminologi ‘ayatullah’ manajemen modern Peter F Drucker disebut kognitariat yang biasa dipasangkan dengan istilah proletariat , atau Alvin Toffler biasa menyebutnya dengan istilah employee yang menjadi pasangan kata worker . Term knowledg e worker merujuk kepada pengertian tenaga-tenaga terampil yang cenderung lebih banyak menggunakan kemampuan kognisinya, dan setiap saat selalu siap meng-up grade kemampuannya.
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
yang sangat menguasai iptek, yang berbudaya keilmuan yang canggih, dan budaya itu langsung diintegrasikan ke dalam sistem ekonomi nasionalnya. Sisanya, 60 persen , terdiri dari manusia yang tidak berpengetahuan ilmiah, para disguised unemployment- yang kelihataannya bekerja padahal sesungguhnya tidak really productive; mereka dibiarkan hidup demi ‘kemanusian’ belaka. 3
Dekade berikutnya, 1970-an, angka perbandingan tadi bergeser menjadi 30: 70. Pada tahun 1997, menurut Daoed Joesoef, 4 angka itu tiba pada kisaran 20: 80. Betapa gawatnya! Karena, berarti semakin banyak manusia parasit, yang umumnya berada di bumi belah selatan. Kuat dugaan, Indonesia adalah penyumbang terbesar untuk angka 80 persen itu. Dengan berat hati, Indonesia harus menerima ‘ trade mark’ sebagai bangsa kuli dari manusia bangsa tuan. 5 Pantaslah kalau posisi daya saing Indonesia selalu berada urutan papan bawah di antara bangsa-bangsa lain di dunia. 6
3 Secara teknis situasi seperti ini dikenal dengan sebutan subsisten . Artinya , hidup untuk sekedar tidak mati, untuk dapat terus bergerak dan bernapas ala kadarnya. Begitu minimalnya prasyarat hidup yang mereka miliki sehingga kadangkala mereka diistilahkan sebagai subhuman alias setengah manusia yang benar-benar subsisten. Tentang ini, lihat Amin Rais, Puasa dan Keunggulan Kehidupan Rohani , (Yogyakarta: Pena Cendikia, 1996), hlm. 17
4 Lihat wawancara panjang Harian Kompas dengan yang sempat heboh dan tenar dengan ide NKK/BKK-nya dalam rubrik. “Lebih jauh dengan Daoed Joesoef”, Harian umum Kompas , (edisi 23 Januari 2000), hlm. 2 5 Konon, menurut Daoed Joesoef, dahulu belanda pernah menjuluki Indonesia sebagai een volk vari koelies en een koelie onder de volken alias satu bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa. Kalau melihat betapa besarnya angka TKI-TKW yang umumnya bekerja sebagai babu saat ini, stigma demikan agaknya masih sulit untuk kita bantah. Dalam berbagai kesempatan, Adi Sasono – Sang Robinhood dari Pekalongan- selalu menyatakan “Kalau pekerja asing masuk Indonesia, namanya kaum profesional dan gajinya 5000 dolar, kalau pekerja Indonesia yang keluar negeri, namanya TKI dan gajinya 500 dolar” Alangkah murahnya harga manusia Indonesia!
6 Menurut laporan The world economic Forum, sebagaimana dikutip Jalaluddin Rakhmat, dari tahun ke tahun posisi daya saing Indonesia terus melorot. Tahun 1994, Indonesia menduduki rangking 31 dari 41 negara. Tahun 1995, Indonesia turun ke peringkat 33 dari 41 negara. Dan pada tahun 1996, Indonesia jatuh ke peringkat 41 dari 46 negara. Dalam situasi krisis yang berkepanjangan seperti sekarang ini, hampir bisa dipastikan posisi daya saing Indonesia akan semakin melorot dari posisi sebelumnya. Posisi Indonesia di peringkat atas hanyalah dalam hal ‘lomba korupsi’, yang mencapai juara pertama di Asia dan juara ketiga di seluruh dunia. Lebih jauh mengenai hal ini, lihat Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal: Visi Media, Politik, dan Pendidikan , (Bandung:
Keadaan dunia dewasa ini, menurut Dawam Raharja, 7 dapat dilihat dalam dua perspektif yang kelihatannya saling berlawanan tetapi sesungguhnya saling mendukung. Pertama, orang melihat bahwa dunia yang sudah kian renta ini adalah sebuah dunia yang terbagi alias a divide world. Di lain pihak, ada juga yang melihat dunia ini telah menjadi satu bumi alias only one earth .
Dunia yang terbagi adalah dunia yang terpisahkan oleh perbedaan tingkat hidup material. Di belahan bumi tertentu, terjadi kemelimpahan yang tak terkira, 8 sedangkan di belahan dunia yang lain terjadi kemiskinan yang tak tertanggungkan. Yang pertama terdiri atas negara-negara maju yang sering disebut sebagai Kelompok Utara, 9 sedangkan kelompok terakhir dikenal sebagai negara-negara sedangkan berkembang yang umumnya mendiami dunia belahan selatan. 10
Masalahnya ternyata tidak terletak pada manusia-bangsa kaya versus manusia-bangsa miskin, tetapi berpengetahuan ilmiah versus tidak berpengetahuan ilmiah. Dalam hal ini, bila kita tengok sebentar keadaan di negara-negara yang masuk kategori negara-negara selatan-negara- negara melarat, setengah melarat, mendekati melarat, atau nyaris sekarat- ternyata keadaan mereka amat gawat. “Sekiranya saja Al-Usuli hidup kembali,” kata Abdus Salam,”ia akan melihat persoalan pokok umat manusia ternyata adalah the excess of science, melimpahruahnya ilmu pengetahuan di negara-negara kaya di satu pihak, dan the lack of science, miskinnya ilmu pengetahuan di negara-negara melarat di pihak lain. 11
Rosdakarya, 1997), hlm. 376
7 Lihat esai-esai Dawam Rahardjo, Perspektif Deklarasi Mekah Menuju Ekonomi Islam , (Bandung: Mizan, 1989), hlm. 32
8 Galbraith menyebutnya sebagai the affluent society, dan Rostow menyebutnya dengan istilah high mass comsumtion society.
9 Negara-negara yang masuk kategori Negara maju atau Negara Utara pada umumnya tergabung dalam kelompok OECD ( Organization of Economic Cooperation), beranggotakan 17 negara Eropa Barat, Amerika Utara, plus Jepang dan Amerika.
10 Negara-negara yang masuk dalam barisan negeri-negeri Selatan pada umumnya tergabung dalam kelompok G-77 yang sekarang sudah membengkak menjadi 107 negara, kelompok G-77 yang sekarang sudah membengkak menjadi 107 negara , kelompok OPEC, kelompok non-blok, sekalipun beberapa di antara mereka ada yang sudah tidak bisa dikatakan melarat lagi.
11 Agaknya hal ini benar adanya kalau melihat apa yang diyatakan oleh Herman Khan bahwa 97,5 persen kegiatan Reserch and Development (Litbang – penelitian pengembangan) diborong negara-negara kaya: yang 2,5 persen berserakan negara-
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
Ternyata negara-negara maju (Utara) umumnya tidak mempunyai kemampuan cukup untuk mengatur dan mengurus negerinya, sehingga segalanya serba kacau dan “awut-awutan.”
Mengapa bangsa besar dan kaya raya yang bernama Indonesia ini untuk sekedar makan tidak makannya saja harus bergantung kepada tengkulak internasional yang bernama IMF? Apalagi yang masih belum dimiliki oleh negeri para wali ini?
Jawaban yang bisa dikemukakan ternyata sederhana: karena ketiadaan kemampuan yang cukup untuk mengurus diri (manajemen). Pangkal sebab dari seluruh krisis multidimensional yang telah dan masih mengobrak-abrik bangsa ini, dalam hitungan banyak orang, ternyata akibat salah urus alias mismanagement .
Menurut para pakar dan pengendali sejarah dari IAIN, 12 pangkal segala ketidakberdayaan umat Islam dalam segala matra kehidupan ini adalah akibat terhalang oleh akidah tradisional yang cenderung bersifat Jabariah. Pertanyaan yang bisa ajukan kepada mereka: “Mengapa bangsa Jepang yang akidahnya bahkan irasional –menyembah matahari-maju?” Mengapa Amerika, yang tak memiliki akidah, malah bisa menjadi negara paling maju? Mengapa tetengga kita, Singapura, tanpa akidah juga bisa menjadi singa Asia? Lha, bangsa ini, yang mengaku bertuhankan Allah swt. Kok malah terus tersaruk-saruk di pojokan. Di manakah letak something wrong-nya?
Ternyata, maju mundurnya masyarakat sangat bergantung pada engineering sosialnya, tidak pada masalah akidahnya. Ada beberapa contoh menarik dalam catatan Shalahuddin Sanusi perihal betapa menentukannya peranan rekayasa sosial (social engineering) ini. 13 Misalnya, abituren sekolah di setiap organisasi Islam. Kalaupun ada sporadis saja sifatnya.
Pendeta atau akademi teologi, begitu ditugaskan di gereja, gajinya
negara melarat seperti Indonesia. Inilah agaknya yang oleh Abdus Salam disebut sebagai “ the great divide .” Tentang ini, lihat Kata Pengantar Amien Rais dalam Said Tuhuleley (ed), Permasalahan abad XX: Sebuah Agenda (Yogyakarta: Sipress, 1993), hal. xiv
12 Lihat, misalnya, Saeful Muzani, Muta’zilah and the Modernization of the Indonesia Muslim Community Intellectual portrait of Harun Nasution, dalam Studia Islamika Indonesian Journal for Islamic Studies , (Volume I, No. 1 9 April -June 1994), hlm. 91-131
13 Lihat Shalahuddin Sanusi, “ Pengalaman Memimpin IAIN ” dalam Sarasehan Pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam Pada IAIN Sunan Gunung Djati dan PTAIS Jawa Barat , (Bandung: IAIN Solo, 1995), hlm. 119-136
800 ribu rupiah; yang menjadi pimpinan gereja, gajinya 1,5 juta plus mobil. Di kalangan Katolik lebih mampu lagi. Ada sekitar 6000 pendeta yang 200 juta di antaranya adalah PNS. Mereka akhirnya keluar dari statusnya sebagai PNS karena gaji yang mereka terima dari gereja jauh lebih memadai. 14
Mengapa mereka bisa begitu? Menurut Shalahuddin Sanusi, karena mereka mampu meng-engineering masyarakat mereka sehingga masyarakat mampu menyerap tenaga mereka.
## B. Perspektif Filsafat: Dakwah Ke dalam Managemen Dakwah
Sejarah pemikiran filsafat di dalam kontekstual dakwah, terdapat dua tendensi pemikiran fundamental yang berusaha mengatasi dua pertentangan antara kesatuan dan perbedaan. Pertama tendensi monisme (yang diibaratkan seperti ‘bubur’), dan yang, kedua tendensi pluralism (yang diibaratkan seperti ‘pasir’). Baik monism (bubur) maupun pluralis (pasir) dapat bersifat spiritualistis maupun materialitis.
Monisme mutlak sedapat mungkin menyusutkan segala macam kegandaan dan kemacamragaman bagi dakwah, sehingga tinggal satu realitas dakwah tunggal saja, entah materi seragam atau roh unik, maka menurut tendensi pemikiran ini, ‘pengada sekedar pengada dakwah’ hanya tinggal satu, tanpa perbedaan. Tetapi setelah melihat faktisitas dakwah, monisme mutlak seperti ini mustahil dapat dipertahankan. De facto yang terdapat dalam dakwah, hanyalah monisme lunak dan tendensi monistis. 15 Menurut Hassan Hanafi, 16 dengan pengertian yang dalam, hanya terbatas pada corak pemikiran yang diprakarsai oleh al- Kindi(252 H.), yang diikuti oleh al-Farabi (339 H.), Ibnu Sina (428 H.), dan
14 Bandingkan, misalnya, dengan kebijakan pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor tentang Seribu Gontor untuk menampung lulusan Gontor yang tiap tahun jumlahnya tidak kurang dari 600-800 orang. Lulusan Gontor mendirikan sekolah, pesantren pilihan Gontor masuk di situ 50 sampai 70 orang, yang mengajar keluaran Gontor dengan gaji dan pendapatan yang lebih tinggi. Ini, dalam pandangan Sanusi , merupakan tanda kelemahan dalam pengembangan masyarakat yang parsial.
15 Lihat, misalnya, Masduqi Affandi, Ontologi Dasar-Dasar filosofi, ( Surabaya: Penerbit Diantama, 2007), hlm. 29
16 Tradisi filsafat kita adalah dinamis maka ia merupakan tradisi yang interpretatif, ia memberikan isyarat kepada kita dengan pengertian-pengertian yang sebanding dengan isyarat yang kita berikan kepadanya melalui tanda-tanda. Lebih jauh, lihat, Hassan Hanafi, Islamologi 2 Dari Rasionalisme Ke Empirisme , (Yogyakarta: Penerbit LKiS Yogyakarta, 2004), hlm. 5
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
disempurnakan oleh Ibnu Rusyd (595 H.) yang disandarkan kepada Ibnu Bajah (533 H) sebagai anotator al-Farabi dan Ibnu Thufail (581 H.) sebagai anotator Ibnu Sina di Maghrib (Maroko). Corak pemikiran yang sama adalah yang disusun oleh Abu Bakar ar-Razi (313 H.), Abu al-Barakat al- Bagdadi (547 H.), dan tokoh-tokoh lain yang memperoleh ilmu-ilmu filsafat (‘ ulum al-hikmah’ ) logika, kealaman, dan ketuhanan. Dari corak pemikiran ini muncul ilmu usuluddin, ilmu usul fiqh, ilmu tasawuf, ilmu dakwah, ilmu manajemen dakwah, dan semua ilmu pengetahuan yang termasuk dalam tradisi intelektual Islam klasik, terutama yang berangkat dari kolaborasi sebagian problematika ilmu-ilmu ini dengan problematika kebijaksanaan ( hikmah ).
Sebagai agama yang menekankan propaganda ( dakwah ), Islam menegaskan bahwa misi dari setiap ritus Islam adalah akuntabiltas sosial, tanpa implikasi dakwah, semua ritus Islam yang dilakukan dipandang sebagai kesia-siaan belaka. Fazlur Rahman, 17 menegaskan, tanpa keinginan dan aksi menyejahterakan dan memberdayakan orang-orang miskin dan hidup dalam kepapaan, salat sekalipun akan berubah menjadi semacam perbuatan yang munafik. Bahkan sampai pada kesimpulan bahwa sikap tidak peduli terhadap orang-orang yang memerlukan bantuan dan upaya pemberdayaan atau dengan dakwah bil hal dikalangan masyarakat pedesaan secara langsung (directly) ini mencerminkan puncak kepicikan dan kesempitan akal, sekaligus kelemahan paling mendasar yang bersemayam dalam diri manusia.
Implikasi dakwah inilah yang menjadi sumber kesadaran akan pentingnya sikap peduli terhadap lingkungan sosial. Sikap peduli terhadap lingkungan sosial inilah yang kemudian melahirkan gerakan pemberdayaan masyarakat pedesaan.
Persoalannya, mengapa harus pemberdayaan pada manajemen dakwah? Agama, apa pun namanya, mengajarkan kasih sayang; menyuruh mengembangkan dan memberdayakan siapa saja yang papa. Kemanusiaan, apa pun basis filosofisnya, menegaskan bahwa manusia adalah makhluk mulia. Ketidakberdayaan yang melekat pada setiap sosok manusia, apa pun suku, bangsa, dan rasnya, menuntut sentuhan-sentuhan kemanusiaan dan pemberdayaan manajemen dakwah yang insaniah.
Islam adalah agama kemanusian. Siapa yang membunuh satu jiwa, ia seumpama membunuh seluruh manusia itu sendiri. Inilah makna kesatuan kemanusian Islam (Q.S. 5: 32).
17 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 1983), hlm. 57
Menurut Al-Qur’an, pendusta agama adalah mereka yang tidak mengembangkan dan memberdayakan. Masih menurut Al-Qur’an, misi risalah Islam adalah pemberdayaan; mengajak orang berbuat baik, mencegah orang berbuat mungkar, menghalalkan yang baik-baik, mengharamkan yang buruk-buruk, mengamati himpitan-himpitan hidup dan melepaskan belenggu-belenggu yang memberangus orang-orang.
Dalam pandangan Ali Syari’ati, 18 seorang Muslim yang tercerahkan niscaya akan mampu melakukan hal-hal berikut:
1. Menyaring dan menyuling sumber-sumber daya masyarakat pedesaan dan mengubah berbagai penyebab kebobrokan dan kemandekan menjadi kekuatan yang dinamis dan progresif.
2. Mengubah konflik antarkelas dan sosial yang ada menjadi suatu kesadaran dan tanggung jawab sosial (akuntabilitas sosial), yakni dengan cara pemanfaatan berbagai kekuatan atau energi yang ada sehingga menjadi sinergis.
3. Menjembatani kesenjangan yang semakin lebar antara “pulau yang dihuni orang-orang yang tercerahkan” dan “partai rakyat kebanyakan” melalui upaya menjalin hubungan kekeluargaan dan pemahaman di antara mereka. Dengan demikian, agama diposisikan sebagai sumber yang membangkitkan dan melahirkan gerakan untuk kepentingan masyarakat.
4. Mencegah agar senjata agama tidak jatuh kepada mereka yang tidak patut memilikinya yaitu mereka yang memanfaatkan agama untuk tujuan-tujuan pribadi. Dengan cara itu, akan diraih energi yang diperlukan untuk menggerakkan rakyat.
5. Mengupayakan suatu kebangkitan kembali agama, sekaligus menyelamatkan masyarakat dari unsur-unsur yang bisa membius mereka.
18 Untuk mewujudkan itu semua, diperlukan manusia-manusia yang tercerahkan ( muthahhar ) yang siap mendarmabaktikan seluruh hidupnya untuk perbaikan umat. Manusia tercerahkan didefinisikan oleh Syari’ati sebagai kemanusian( human conditions ) di masanya, setting kesejarahannya, dan kemasyarakatanya. Kesadaran semacam itu, menurut Syari’ati, akan dengan sendirinya memberi tanggung jawab sosial.
Alhasil, yang disebut orang-orang yang tercerahkan adalah mereka yang peduli terhadap kondisi sosial yang ada di sekelilingnya; mereka siap berjuang manajemen dakwah, mengembangkan, dan memberdayakan masyarakat pedesaannya. Karena itu, Syari’ati menyebut orang yang peduli terhadap lingkungan sosialnya ini sebagai ‘nabi- nabi sosial’ – atau yang diistilahkan dalam bahasa Parsi dengan rushan fekr . Lebih jauh, lihat, Ali Syari’ati, Membangun Masa Depan Islam , (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 52-53
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
6. Menghilangkan semangat peniruan (taklid) dan kepatuhan, yang merupakan ciri agama biasa, kemudian menggantinya dengan semangat pemikiran bebas (ijtihad) yang kritis dan progresif.
Orang-orang yang tercerahkan seperti itulah yang akan menjadi lokomotif dari berbagai upaya manajemen dakwah, memberdayakan, dan memperkuat posisi masyarakat pedesaan yang tengah ditimpa berbaga lara tapa dan derita. Merekalah nabi-nabi sosial yang kehadirannya diharapkan membawa perubahan yang segar bagi masyarakat yang tengah dilanda kebodohan kemelaratan, kejahatan, ketakhayulan, dan kebobrokan.
Oleh karena itu, bila ditilik dari sudut formal dan kuantitatif, perkembangan dakwah ke dalam manajemen dakwah di awal fajar millennium ketiga ini bisa disebut amat pesat. Beberapa indikator berikut biasanya dirujuk orang untuk mendukung pernyataan tadi. Misalnya, semaraknya acara-acara keagamaan di televisi. Bahkan kalau bulan Ramadhan tiba, ada waktu-waktu tertentu ketika kalangan non-Islam tidak memiliki pilihan lain selain mematikan televisi karena serempaknya seluruh stasiun TV menyiarkan acara keislaman. Hal lain yang biasa dijadikan referensi adalah meriahnya acara-acara pengajian di majelis- majelis taklim, glamournya penyelenggaraan MTQ, gebyarnya acara-acara tablig akbar, dan sebagainya. 19 Menurut weber. 20 Tesisnya yang sangat menggemparkan, sebagaimana diungkapkan dalam bukunya, ‘The
19 Pada saat bersamaan, di awal milinium baru ini, kita juga menyasikkan betapa segala modus aktivitas anak manusia tengah mengalami tranformasi secara sangat revolusioner. Hal itu terjadi di berbagai wilayah kehidupan, kecuali di sector dakwah. Pada wilayah kehidupan yang disebut terakhir, aktivitas itu masih berkutat di wilayah dakwah “cuap-cuap” yang kedalamanya tidak sampai di tenggorakan, apalagi sampai ke jantung hati, Sebutan khas untuk dakwah macam ini adalah “santapan ruhani” Maka, setelah kenyang menyantap imbauan surga-neraka, hadirin pun kemudian bubar. Ternyata, di balik kesemarakan yang membisukan sekaligus membiuskan itu kita tidak bisa menutup mata dan telinga bahwa arena dakwah selama ini lebih merupakan sarana bagi masyarakat menganggap kehebatan dari idolanya ketimbang sebagai sarana untuk mengkaji dan bertindak. Lihat, misalnya yang terjadi dalam acara-acara tablig akbar yang biasanya menghadirkan mubalig pop yang pop. Lebih jauh, lihat, Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi sampai Tradisi, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 177
20 Lihat buku Weber, The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism , terjemahan Inggris oleh Talcott Parsons dengan pengantar oleh. RH Tawney ( New York ChariesSribner’s Son, 1958), hlm. 125
Protestant Ethic and The Spirit of capitalism, menyatakan bahwa munculnya zaman modern dengan kapitalismenya mempunyai akar kuat dalam pandangan etis dan keagamaan Protestan, khususnya Calvinisme.
Muara dari tesis Weber digambarkan dengan amat baik oleh Mommsen, Menurut Weber, sebagaimana ditegaskan Mommsen dalam filosofinya, 21 adalah gerakan keagamaan yang bisa mengubah dunia adalah yang dilakukan kalangan puritan. Miskipun Weber meneliti jenis lain kekristenan dan agama-agama besar dari sudut pengaruh-pengaruh sosial ajaran-ajarannya, dalam pandangannya tidak ada yang mempengaruhi perjalanan umat manusia dalam sifatnya yang demikian revolusioner seperti yang dilakukan oleh keagamaan puritan.
Dalam bukunya, Weber mengungkap sebuah fakta amat mencengangkan bahwa aspek Protestan berkenaan dengan kezuhudan dan asketisme yang paling menentukan munculnya kapitalisme dunia.
Dalam pandangan Protestan, sebagaimana dikutip Oekan Soekotjo Abdoellah, 22 apabila suatu pekerjaan berhasil, pelakunya dipastikan akan masuk surga; sebaliknya, apabila pekerjaan gagal, pelakunya akan masuk neraka. Dengan kepercayaan ini, penganut agama Protestan bekerja keras untuk meraih sukses, tanpa pamrih.
Sekalipun banyak yang meragukan keabsahan tesis Weber tadi, tidak sedikit yang mendukungnya. Terdapat banyak kajian yang meminjam model yang dilakukan Weber, Geertz, 23 misalnya, kaum santri di Java khususnya dan Indonesia umumnya, memiliki pandangan- pandangan etis yang bisa dianalisis menurut kerangka Weber.
Bahasan-bahasan tersebut merupakan indikasi serius akan adanya kemungkinan relasi antara etika agama dan kehidupan dakwah sosial ekonomi masyarakat. Berkenaan dengan ini, muncul satu pandangan bahwa perkembangan dakwah kehidupan sosial khususnya bidang ekonomi-tidak semata didukung oleh faktor-faktor yang sangat materialistik; bahkan didorong oleh kezuhudan.
Etika ini, yakni kezuhudan, yang tumbuh dan berkembang dalam pribadi yang muncul karena niat untuk berbakti kepada Tuhan secara tulus, menjadi sumber motivasi dakwah sosial yang penting, sebagaimana
21 Dikutip oleh Eisentadt dalam ‘’The Protestant Ethic Thesis” dalam Roland Roberstson, Sosiology of Relegion, (New York: Penguin Book, 1978), hlm. 305
22 Oekan Soekotjo Abdoellah, Modernisasi , makalah terbatas, tidak diterbitkan.
23 Lihat bukunya Clifford Geertz, Religion of Java, ( New York: The Free Press, 1969). Untuk edisi Indonesia buku ini diterbitkan oleh Pustaka Java Jakarta di bawah judul Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, 1989, hlm. 225
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
terbukti dalam merkantilisme Islam abad pertengahan, khususnya yang ada pada kaum sufi dan tarekat dengan gilda-gildanya di daratan Asia. 24 Tantangan dakwah masa depan, Menurut seorang realis Toffler, Alvin, dalam Power Shift, sekarang ini kita sedang hidup di tepi era pergeseran kekuatan. Kekayaan, kejahatan, dan pengetahuannya akan mempengaruhi peran hidup kita semua. Di tepi era ini, kita akan dibombardir oleh masa depan ( bombarded by the future ). Sistem baru yang menciptakan kekayaan telah memicu konflik personal, politikal, dan internasional. Sekarang, kekuatan telah bergeser dari otot(muscle) dan uang (money) kepada pikiran (mind). 25
Dakwah di era Globalisasi kini telah muncul tidak lagi sebagai sebuah pilihan, melainkan sebuah fakta, bahkan monster. Peradaban industrial yang dibawahnya pun telah merangsek ke hampir seluruh bumi. Nyaris tak ada sisa dari seluruh belahan dunia ini yang tidak tersentuh oleh gelombang besar yang bernama globalisasi. Dengan capain teknologi yang luar biasa, dunia menjadi hanya sekepalan tangan. 26
Bersamaan dengan era globalisasi itu, muncul pula aneka ragam penyakit khas manusia industrial. Apakah itu yang bernama alienasi, psychesphere, bosan hidup, insomnia, psychopathic, agora phobia, neurotic, hair sickness, sampai penyakit yang bernama krisis moneter, moralitas, akhlak, dan krisis figur serta penyakit krisis motivasi dan wabah penyakit mers di Arab Saudi. 27 Bagitulah sebagaian dari ekses negatif yang dibawa oleh modernisme yang kini sudah mendekati ajalnya itu.
Waktu yang ditempuh manusia industrial pun agaknya serba putih, alias tanpa makna (meaningless). Tidur gelisah, bangun tergesa-gesa, menyambar sandal terus mandi pagi, merenda nyopir mobil escudo
24 Nurcholish Madjid,” Agama Dan Etika Bisnis Antara Kemauan Politik dan Keteladanan Kepemimpinan,” dalam JElza Peldi Taher, Demokratisasi Budaya, Politik dan Ekonomi Pengalaman Orde Baru ,” (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1994), hlm. 107
25 Lihat Alvin Toffler, Power Shipt , (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 108
26 Lihat buku Yasraf Amir Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat , (Bandung: Seri Alaf Baru, 2000), hlm. 24, lihat juga, misalnya, Mark Slouka, Ruang Yang Hilang , (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 34
27 Lihat buku yang secara khusus membahas tentang problem rendahnya motivasi ( the lack of motivation ) di kalangan manusia industrial ditulis oleh Dean R. Spitzer, Supermotivation. A Blueprint For Energizing Your Organization From Top to Bottom , (New York: American Management Association, 1995), hlm. 69
jalanan macet terkadang seraya bergelantungan di metromini, angkot atau bis kota. Sementara itu, kepalanya dijejali aneka rencana bisnis, lunch, untuk kemudian menutup hari dengan merenda lagi jalanan yang macet dengan segudang persoalan yang mengundang penyakit stess, strain, dan stroke dalam hidup. Begitulah, pentingnya adanya hikmah akbar merekontruksi dakwah dalam konteks pendekatan manajemen dakwah bil- hal di kalangan masyarakat pedesaan.
Dakwah era globalisasi media kini, juga menjadikan kita mengalami sejarah tidak sebagai rangkaian yang bersifat linear, melainkan memadat dan meledak dalam satu waktu. Masa lalu dan masa depan adalah hari ini. Marylin Monroe hidup lagi dalam diri Madona dan Nike Ardila. Ahmad Fathonah menyusup pada diri ustadz Guntur Bumi dalam kasus penipuan dan pelecehan seksual pada para pasiennya. Sengkuni menjelma pada diri Farhat Abbas konon sebagai pengacara kualitas dan tahu hukum ternyata juga pelaku pelecehan seksual. Dinosaurus lahir kembali dalam Jurasic Park . Bob Dylon konon menitis dalam diri Virgiawan ‘Iwan Fals’ Listanto. Antasena menyusup pada diri Emha Ainun Nadjib. Semar menular pada Gus Dur. Demikian seterusnya.
Percampuran itu semua membawa manusia pada fragmentasi dalam segala hal. Ini secara mendasar mengimplikasikan hilang konsep keutuhan subjek yang menjadi dasar pandangan modernisme. Globalisasi juga ternyata menawarkan eklektisisme : seseorang memakai parfum Paris, bersepatu Cibadayut, makan siang dengan menu betawi, sorenya nonton telenovela Victoria atau Camila, memasuki malam dengan mengaji Ihya Ulumuddin -nya Ghozali, malamnya menonton Jin dan Jun , dan sebelum tidur menikmati acara opra sabun di RCTI.
Pada titik ini, seseorang bisa memaki-maki kapitalisme, tetapi pada saat yang bersamaan ia berbelanja di supermarket. Ia bisa mengutuki stasiun televisi yang menyiarkan film-film berbau porno, sementaara pada saat yang bersamaan ia senang menonton film Bay- Watch, Pada pusaran ini, subjek mengalami apa yang oleh Jean-Boudrillard disebut sebagai schizoprenia atau keterbelahan pengalaman. 28
Secara faktual, Barat terlampau mendominasi media dakwah (MD) ala mereka, sehingga yang terjadi adalah ketimpangan dan ketidakadilan informasi.
28 Istilah schzoprenia di sini bukan berarti penyakit jiwa. Dalam era postmodernisme yang dipengaruhi oleh ektase komunikasi, schzoprenia justru positif dan sehat. Lawannya adalah paranoia, yakni identitas jiwa yang melulu teratur dan tertib belaka.
## “ Rekonstruksi Paradigma Dakwah
”
## C. Manajemen Dakwah Dalam Konteks Pengembangan Masyarakat Islam Pedesaan: Perspektif Teologi Pendekatan Kreatif dan Pendekatan Normatif
Edward de Bono, pakar berpikir kreatif, selalu mendalilkan bahwa di masa yang akan datang, orang harus lebih konstruktif. Untuk menjadi lebih konsktruktif, manusia harus menjadi lebih kreatif. Persoalan dunia tidak menjadi semakin sederhana, melainkan semakin hari semakin bertumpuk, ruwet, dan membikin pening kepala. Untuk itu, manusia dituntut lebih kreatif dan konstruktif. Di mata para ahli, kecerdasan kreatif-Creative Quetient (CQ) atas ilmu mengendari cahaya dalam terminologi Emha Ainun Nadjib-semakin lama semakin tak tertolakkan.
Paling sedikit ada dua ciri cara berpikir kreatif itu. Pertama , ada semacam kepercayaan yang disepakati oleh hampir semua cendekiawan dan pengendali sejarah, bahwa apa pun problem yang akan menimpa manusia, itu selalu disertai dengan kesanggupan manusia itu sendiri untuk mengatasiny a . Anda boleh cemas minyak akan habis, umpamanya, namun sertakan pula optimisme bahwa sebelum malapetaka itu tiba, kita sudah menemukan wujud energy lain dan pola teknologinya. Juga pada bidang apa pun. Sekaitan dengan ini, premis pertama yang harus dicamkan baik- baik adalah sebodoh dan sesederhana apa pun manusia, ia adalah tetap ciptaan Tuhan. Ia dibekali pengetahuan-pengetahuan paling mendasar tentang bagaimana ia mempertahankan hidupnya.
Kedua , soal hukum pemuaian. Dalam kalimat de Bono tadi disebut”lebih kreatif” dan lebih konstrukitif.” Ada kata “lebih”dalam kata- kata de Bono “Lebih”itu suatu gerak, suatu kata kerja. Bahkan suatu pemuain. Itulah hukum Allah yang sudah menjadi watak kehidupan manusia. Apa pun dan siapa pun mempunyai sifat memuai. Kalau manusia tidak memuai kesadaran ilmunya, maka ia sudah berhenti sebagai manusia. Dalam bahasa Mirabeu, salah seorang arsitek Revolusi Perancis, kalau pikiran seseorang tidak pernah berubah (alias tidak memuai) maka sesungguhnya ia sudah tamat sebagai manusia. Dan pemuaian itu dikerjakan oleh”hamba Tuhan” yang bernama kreativitas.
Dalam perspekif Emha Ainun Nadjib, 29 kata Allahu akbar, misalnya, itu artinya bukan Allah Maha Besar, melainkan Allah Maha lebih besar. Itu berlaku sebagai idiom atau perlambang budaya manusia. Maksudnya,
29 Emha Ainun Nadjib, Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai , (Surabaya: Risalah Gusti, 1994), hlm. 99
bukan Allah berubah dari besar menjadi lebih besar, melainkan kesadaran manusia bahwa Allah semakin hari semakin memuai, sehingga Allah seakan-akan bergerak makin besar dalam arasy kesadaran manusia. Dalam kerangka dan aras kreativitas itulah, tulisan ini hendak mencoba menelusuri akar epistemologi, akar kosmologi, bahkan akar filosofi, dan teologi dari Manajemen Dakwah dalam Pengembangan Masyarakat Islam di Pedesaan ini. Tulisan ini hendak mencoba melepaskan diri dari paradigma-paradigma ataupun cara pandang-cara pandang baku yang sudah dikenal sebelumnya dalam dunia akademik. Tulisan ini melulu merupakan buah kreativitas ala de Beno yang mudah- mudahan bisa memberikan sedikit cara pandang yang agak berbeda. Syukur bisa memberikan sedikit insight baru.
Walaupun banyak mengambil sumber dari referensi yang dianggap ‘tidak ilmiah’, tulisan ini dengan sangat keras diupayakan untuk tetap dalam koridor tradisi akademis yang mengedepan basis-basis rasionalitas dan argumentasi atas sebuah persoalan. Judul tulisan ini memang kelihatan terlalu gagah ketimbang isinya, tetapi-sekali lagi-itu semua semata diletakan dalam kerangka pikir yang kreatif dan konstruktif.
Segera pula harus dikatakan bahwa yang bisa disodorkan oleh tulisan ini tak lebih dari sekedar memberikan suku cadang alias bahan mentah, yang tentu memerlukan jabaran dan diskusi lebih jauh. Sumber pokok dalam tulisan ini banyak diambil dari tafsfir-tafsir ‘liar’ Emha Aiunun Nadjib, 30 yang untuk mudahnya kita sebut aja. Tafsir Nadjibiyah - yang penulis temukan di banyak buku maupun ceramah-ceramah penyair “ urusan malaikat” itu.
Ketika kita bicara tentang topik apa pun, seperti masalah manajemen dakwah dalam pengembangan masyarakat Islam pedesaan, teknokrasi sejarah, teknokrasi sosial, strategi kebudayaan, memilih jurusan, sampai kepada memilih jodoh, kita bisa memakai acuan-acuan atau metodologi yang ditetapkan Tuhan dalam Al-Qur’an. Selama ini, dalam pandang Emha, 31 banyak yang menganggap sepi dan enteng acuan atau metodologi yang dibuat Tuhan. Padahal Tuhan tidak pernah main- main dengan segala firman-Nya sebagaimana kebiasaan dosen yang suka ‘menipu-nipu’ mahasiswanya.
Dalam pandangan Emha, ada beribu cara untuk mendekati Al- Qur’an. Ada ribuan kerangka metode, terminologi, maupun acuan yang
30 Emha Ainun Nadjib, Kiai Sudrun Gugat , (Jakarta: GrafitiPers, 1995), hlm. 89
31 Emha Ainun Nadjib, Slilit Sang Kiai , (Jakarta: GrafitiPers, 1994), hlm. 105
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
dikandung Al-Qur’an itu sediri untuk melihat dirinya sendiri. Ada metode surat(baca: serat ), ada terminologi “juz”, ada galaksi angka-angka, ada pembagian rasional ilmiah biasa, ada parsial kuantitatif, holistik kualitatif- pokoknya tak terhingga jumlahnya dan bersifat memuai seperti halnya semua makhluk Allah.
Di dalam setiap terminologi itu, kita akan temukan bukan hanya surga dan neraka, tapi juga titik-titik refleksi tubuh manusia, filsafat gerak, sudut dan lingkaran, watak manusia dan kaadal, politik semut, teknologi lebah-lebah, sakit wabah (mers) penyakit berasal dari Arab Saudi yang menyerang pernafasaan berakibat bisa mati pada manusia ataupun apa saja sampai ke yang paling detail dari sistem-sistem nilai personel maupun sosial yang diperlukan oleh manusia. Kalau Al-Qur’an tidak mengandung itu semua, jangan percaya bahwa ia adalah wahyu dan bahwa ia adalah semesta ilmu bagi perjalanan sejarah manusia dan alam semesta.
“Misalnya kalau hendak bicara tentang gejala konsumtifisme budaya, teknokrasi sejarah atau teknokrasi sosial, maka kita bisa mengacu kepada, misalnya, surat Yasin (Q.S. 36:82) yang berbunyi: Innama amruhu idza arada syaian an yakula lahu kun fayakun . Menurut tafsir Nadjibiyah, dalam ayat tadi, setidaknya ada tiga konsep besar yang urut-urutannya sudah sedemikian rupa disusun oleh Tuhan. Yakni Amrullah (al-amr), Iradatullah (al-iradah), dan Qaulullah (al-qaul).
Celakanya, urut-urutan ini oleh manusia modern seringkali diacak- acak. Manusia modern sering kali langsung loncat kepada, misalnya, iradah, kepada keinginan, ambisi, cita-cita atau lainnya, tanpa melewati proses amrullah terlebih dahulu. Akibat yang terjadi adalah chaos atau kekacauan sejarah.
Bila kita mengacu kepada ayat tadi, maka hal pertama yang harus disadari adalah bahwa seluruh apa pun yang dilakukan oleh kita-entah itu rekayasa manajemen dakwah dalam konteks pengembangan masyarakat, teknokrasi sejarah, strategi kebudayaan, pencapaian status sosial, pemilihan jurusan, hingga Manajemen Dakwah menjadi jurusan seperti di UIN SA, pemilihan teman hidup, dan sebagainya-harus didasarkan kepada kesadaran bahwa semua itu adalah amrullah , amanat Allah. Kalau sudah demikian, baru boleh mempunyai kehendak (iradah). Banyak kekacauan dan kesemrawutan dalam hidup ini, menurut logika ayat tadi, karena manusia berkehendak tidak didasari oleh kesadaran bahwa itu adalah amrullah .
Sementara itu, di millenium ketiga ini, profesi apa pun akan bermakna jika seluruh aktivitas manusia ditata sesuai dengan dinamika
dan tuntunannya. “Milenium ini adalah milinium manajemen dakwah,” teriak Begawan manajemen dunia Peter F Drucker. Dalam Islam, proses pencapain tujuan diberi makna yang khusus, yakni sebagai bagian integral dari citra kekhalifahan. Sebabnya sederhana: hal itu berkait erat dengan totalitas manajemen, yang dikenal dengan dinamika kepemimpinan.
Ada hadis yang menyatakan begini: “ Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya ”. Hadis ini menyiratkan pengertian bahwa manusia perlu mengembangkan kemampuan manajemen mereka, sebagai bagaian dari kepemimpinan. Dalam konsep khalifah sebenarnya terkandung pula pengertian manajemen ini, sebab sebagai khalifah, manusia mengemban tugas untuk’’ memakmurkan bumi” yang membutuhkan kemampuan mengelola.
Islam adalah sebuah sistem yang berdimensi “guna laksana”. Ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Saw. Setiap muslim yakin bahwa hadis mengadung teks dan konteks bagi kehidupan. Dengan mempelajari isinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan kealaman dipaparkan dalam ayat Al-Qur’an dan hadis. Siapa saja yang menggali ajaran Islam untuk menemukan pola kehidupan yang berurusan dengan manusia, petunjuk hadis amat bisa dipedomani. Seperti diketahui, para pakar telah mendifinisikan manajemen sebagai “kemampuan bekerja dengan orang lain dalam suatu kelompok yang terorganisir, guna mencapai sasaran yang ditentukan oleh organisasi atau lembaga”. Dengan berpedoman pada hadis, kita bisa mengembangkan manajemen yang Islami.
Menurut pandanngan Jhon S Oakland, 32 menyatakan manajemen adalah suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai tujuan. Selaras dengan semua definisi tentang manajemen yang dikemukakan para pakar, biasanya orang mengungkapkan bahwa esensi manajemen adalah proses integrasi dan koordinasi. Manajemen dapat juga didefinisikan dalam terminologi fungsional dakwah Bil-Hal.
Oleh karena itu, gambaran Hadis tentang manajemen dakwah, fungsi manajemen (ada sembilan fungsi) sebagaimana Sabda Nabi yang jauh-jauh memberikan isyarat, misalnya bagaimana seharusnya tindakan kita diawali dengan niat, seperti dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
1. Planning (niat), sebagai formulasi tindakan di masa mendatang, diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Dalam
32 Lihat, buku Jhon S Oakland, Total Quality Management , (Oxford: Butterwort,
1995), hlm. 18
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
ilmu manajemen ( kaifiyat), niat ini masuk pada tahap planning. Kalau pada tahap ini tidak memperlihatkan keajegan (ghayat), hasilnya pun tidak mungkin sesuai dengan target ( ultimate goal ) yang hendak dicapai sebagaimana seharusnya (das sollen). Dalam bahasa Dean R Spitzer, “ Those who fail to plain, plain to fail ” ( Siapa yang gagal dalam membuat rencana, sesungguhnya ia sedang merencanakan kegagalan). Jika niatnya sekeras baja, hasil capainnya pun akan setingkat itu. Kalau niatnya setinggi gagasan, kita akan menghasilkan sebesar dan sehebat itu, niat merupakan padanan planning dalam manajemen yang lebih bersifat intrinsik dan manusiawi.
2. Organizing adalah upaya mempertimbangkan suasana organisasi,
pembagian pekerjaan, prosedur pelaksanaan, pembagian tanggungjawab, dan lain-lain. Apabila tahap ini dikerjakan secara seksama, akan terjaminlah efisiensi penggunaan tenaga kerja. Ada dua hadis yang penulis kutip dari kitab Shahih Bukhari. Hadis pertama berbunyi: “ Dua orang itu lebih baik daripada satu, tiga orang itu lebih baik dari dua orang, empat orang lebih baik daripada tiga orang. Maka berjamaahlah kamu sekalian . Sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umat kami kecuali padanya ada petunjuk .” Adapun hadis yang kedua adalah sebagai berikut: “ Hendaklah kamu berada dalam jamaah, karena sesungguhnya berjamaah itu rahmat, sedangkan perpecahan itu azab.
3. Comunicating; yaitu kegiatan manajer dalam berkomunikasi dengan semua unsure organisasi sehingga arus informasi dan umpan balik/feedback dapat berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan. Sebuah hadis menyatakan:” Tidak termasuk umat kami orang yang tidak menyenangi atasan dan bawahan (shagirana dan kabirana) dan tidak melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar.” Hadis lain menjelaskan bahwa dalam proses komunikasi harus memperhatikan kadar kemampuan, atau berorientasi pada khalayak, sehingga feed back-nya sesuai dengan harapan: “ Bicaralah kamu sekalian sesuai dengan kadar akal/pikiran mereka .”
4. Controling; yaitu upaya manajer membandingkan antara hasil nyata dan hasil yang diharapkan berarti ia berada di jalur pengawasan yang benar. Deviasi yang terjadi harus menjadi bahan penyusunan perencanaan mendatang. Dalam sebuah hadis dinyatakan demikian “Tidak ada seorang hamba yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin lalu ia tidak memelihara dengan baik, melainkan Allah tidak akan merasakan kepadanya bau surga.”
5. Staffing; tahap ini dimulai dari penempatan dan pelatihan untuk mengembangkan tenaga kerja bagi kemajuan organisasi. Sebuah hadis menjelaskan bahwa dalam proses penempatan orang harus disesuaikan dengan job -nya/urusannya. Tarmidzi meriwayatkan: “ Sebagain ciri Muslim yang baik adalah meninggalkan sesuatu yang tidak menyangkut urusannya .”
6. Leading ; yaitu memimpin dengan penuh inspirasi sehingga manajemen tanggap dan mampu menyesuikan dengan tuntutan keadaan. Hadis Nabi menjelaskan sebagai berikut: “ Apabila suatu pekerjaan diberikan kepada bukan ahlinya, maka tunggu kehancurannya .”Hadis lain menyebutkan:” Pemimpin bangsa adalah pelayan mereka. ”
7. Motivating ; yaitu memberikan dorongan semangat kepada para pekerja untuk mencapai tujuan bersama dengan cara memenuhi kebutuhan dan harapan mereka serta memberikan penghargaan. Hadis Nabi menjelaskan “ Kasihanilah mereka yang ada di bumi; niscaya yang di langit akan mengasihani kamu .”Dalam hadis lain disebutkan:
“ Manusia bergantung kepada Allah; yang lebih dicintainya adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya .”
8. Decision making ; pengambilan keputusan sebagai langkah manajer secara bijaksana untuk memilih dari berbagai alternatif tindakan yang dapat ditempuh. Allah Swt memberikan contoh dalam Al-Qur’an (surat Al-Baqarah: 300) tentang penciptaan manusia, juga dalam kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa. Bahkan, hampir semua para Nabi memberikan contoh yang sama: setiap kali membuat keputusan selalu dikonfirmasikan terlebih dahulu kepada bawahannya. Begitu pula Nabi Muhammad, sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:”Ketika hendak berperang, Rasulullah mengundi di antara istrinya (siapa yang akan diajak ikut berperang), dan beliau berlaku adil . Kemudian beliau berkata, ‘Ya Allah, inilah pekerjaanku dari apa yang aku kuasai. Janganlah menyalahkan aku dari apa yang Engkau kuasai dan aku tidak menguasainya .”
9. Actuiting ; Pola pekerjaan terpadu. Dalam Shahih Muslim (4:,1999, bab Tarahum Al-Mu’minun : 2585; Shaheh Bukhari 3: 253, bab Ta’awun Al- Mu’minun ) terdapat riwayat yang menyatakan:” Tolong menolong sesama mukmin seperti sebuah bangunan yang kukuh teguh karena saling sokong menyokong.” “Bandingan orang Islam dalam hal kasih sayang, saling belas kasihan, saling berlemah lembut, seperti sebatang jasad. Apabila sakit salah satu anggotanya, maka seluruh jasad itu turut berjaga malam dan demam(menderita kesakitan).” Hadis lain yang menjelaskan tentang actuating adalah sebagai berikut: Perumpamaan
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
orang yang mematuhi peraturan-peraturan Allah dengan orang-orang yang melanggarnya adalah seperti segolongan orang yang berebutan naik kapal/perahu. Sebagain orang memperoleh tempat di bagian atas, dan sebagaian lagi di bagaian bawah. Orang-orang yang menempati yang menempat, bagaian bawah itu, jika hendak mengambil air terpaksa melewati orang-orang yang di atas. Kata mereka,’Bagaimana kalau kita tembus saja lobang air di tempat kita sehingga kita tnidak perlu lagi menyusahkan orang-orang yang di atas.’ Jika orang-orang yang berada di atas tadi menyetujui rencana tadi, celakalah mereka, Dan jika mereka melarang, mereka akan tertolong, dan semua isi kapal akan selamat. ” Sebenarnya cara seseorang melakukan pengelolaan sangat bergantung pada penilain dan pemahaman orang itu terhadap manusia. Karena itu, ilmu manajemen pun berubah dan berkembang sejalan dengan berubah dan berkembangnya pemahaman dan penilaian orang terhadap manusi. Bahkan, ahli strategi Jepang, Kiichi oh Mai, pernah mengatakan bahwa, dalam menghadapi abad informasi ini, yang pertama-tama harus diperhatikan oleh para manajer adalah pemahaman tentang manusia, kemudian kemampauan mengakses informasi, kepiawaian dalam bidang keuangan, dan kemampuan membuat jaringan penasihat.
## D. Akar Sebab Munculnya Propaganda: Perspektif Para Pakar Sosiolog
Sebelum saya beranjak lebih jauh, pantas kiranya saya tekankan bahwa tema “propaganda” yang saya gunakan di sini adalah sebuah istilah netral untuk mewakili “ penyebaran doktrin, ide, argument, fakta, atau tuduhan secara, sengaja melalui medium komunikasi dalam rangka memajukan tujuan satu pihak atau menghancurkan tujuan pihak yang berlawanan dengannya.” 33 Dengan demikian, definisi ini tak dengan sendirinya menyertakan upaya pendistorsian fakta, penyebaran kebohongan, dan semacamnya.
Contoh yang memicu gelombang propaganda ini adalah Ceramah Kebudayaan Nurcholish di Taman Ismail Marzuki, 34 Oktober 1992. Titik-
33 Definisi senetral ini digunakan Webster’s Third New International Dictionary , sebagaimana yang dikutip dalam Paul Keckskemeti, “Propaganda”. Handbook of Communication , (Ithiel de Sola Pool et. al. (eds), Chicago: Rand McNally College Publishing Company, 1973), hlm. 567
34 Asep Gunawan, Artikulasi Islam Kultural Dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah ,
titik pandang Nurcholish yang paling banyak terangkat dari ceramah ini adalah tentang Islam sebagai bukan nama agama terlembaga, melainkan sebagai “kepasrahan terhadap Kebenaran”; tentang al-hanifiyyat al- samhah sebagai” semangat mencari Kebenaran yang lapang dan toleran, tanpa kefanatikan dan tidak membelenggu jiwa”; dan tentang kalimat-un sawa sebagai “titik temu dengan para penganut kitab suci terdahulu.
Dengan demikian kunci ke arah pemahaman pergerakan sosial ialah propaganda Meskipun kata ini sering memancing gambaran negatif, istilah ini sebenarnya bersifat netral. Propaganda hanyalah sekedar penyajian informasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang. Makna aslinya bersifat positif. Propaganda merujuk pada suatu komite kardinal Gereja Katolik yang bertugas mengurus misi di luar negeri (Mereka bertugas mempropagandakan-melipatgandakan-menyebarluaskan- mendakwahkan atau mensyiarkan kepercayaan.) Namun istilah telah sangat berubah maknanya dan istilah tersebut biasanya merujuk pada suatu penyajian informasi yang bersifat sedemikian sepihak sehingga menciptakan suatu distorsi realita.
Propaganda dalam arti upaya terorganisasi untuk mempengaruhi pendapat umum merupakan suatu kejadian yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. 35 Berita kita dipenuhi propaganda, karena berbagai kelompok kepentingan-dari pengecer sampai ke pemerintah-berupaya memanipulasi persepsi kita mengenai dunia. Film kita pun, meskipun tampaknya dimaksudkan sebagai sarana hiburan, sebenarnya merupakan alat propaganda. Propaganda yang efektif dilandasi oleh tujuh teknik dasar, yaitu, menurut sosiolog Alfred dan Elizabeth lee (1939) menemukan bahwa propaganda bersandar pada tujuh teknik dasar, yang mereka sebut sebagai “kiat-kiat dalam pekerjaan “ Agar efektif, tekniknya harus tidak terlihat, sehingga khalayak tidak menyadari bahwa pikiran dan emosi mereka sedang dimanipulasi. Jika propagandanya efektif, orang tidak akan mengetahui mengapa mereka mendukung sesuatu, tetapi mereka akan membelanya dengan sungguh-sungguh.
1. Mengejek. Teknik ini bertujuan untuk membangkitkan sikap operasional terhadap produk, calon atau kebijakan pesaing dengan mengaitkannya dengan suatu gambaran negatif. Sebagai bandingannya, produk, calon, atau kebijakannya sendiri dengan
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 568
35 Lebih jauh, lihat bukunya James M. Henslin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi , (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hlm. 231
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
gambaran yang menarik. Calon politik yang menjuluki lawannya” tidak tegas dalam melawan kejahatan” atau tidak peka terhadap orang miskin” menggunakan teknik ini.
## 2. Generalitas yang gemerlap.
Teknik ini, yang pada intinya berlawanan dengan teknik pertama, mengelilingi produk, calon, atau kebijakan dengan gambaran yang membangkitkan perasaan positif. Perkataan “ia seorang demokrat sejati” tidak memiliki banyak arti, tetapi dapat membuat khalayak berperasaan bahwa sesuatu yang substansial telah diucapkan. Perkataan “Ia berpihak pada individualisme” sedemikian umumnya sehingga tidak bermakna, namun khalayak berpikir bahwa mereka telah mendengarkan suatu pesan yang khas dari si calon.
3. Transfer. Dalam bentuknya yang positif, teknik ini mengaitkan produk, calon, atau kebijakan dengan sesuatu yang dihormati atau disetujui publik. Anda mungkin tidak akan dapat berhasil dengan sekedar mengatakan bahwa”Coors bersifat patriotik,” tetapi kelilinglah bir itu dengan gambar bendera negara, dan para peminum bir akan memperoleh ide bahwa minum bir merek ini lebih patriotik daripada minum bir merek lain. Dalam bentuknya yang negatif teknik ini mengaitkan produk , calon atau kebijakan dengan sesuatu yang tidak disetujui publik.
4. Pujian. Tokoh terkenal ikut memperkenalkan suatu produk, calon, atau kebijakan. Michael Jordan meminjamkan namanya untuk sebuah produk pakaian dalam, Britney Spears memuji keunggalan Pepsi, dan Tiger woods mengatakan kepada anda bahwa Buick merupakan SUV yang baik. Calon untuk jabatan politik mencari dukungan bintang film yang mungkin hampir tidak tahu apa-apa mengenai si calon ataupun mengenai politik. Dalam bentuk negatif teknik ini, seseorang yang dinilai rendah dikaitkan dengan produk pesaing. Seandai para pelaku propaganda(yang di bidang politik disebut sebagai”Spin doctor”) mampu melakukannya, mungkin mereka akan menampilkan Saddam Hussein atau Osama bin Laden yang sedang mengumumkan dukungan bagi seorang calon dari pihak oposisi.
5. Rakyat biasa. Kadang-kadang ada manfaatnya untuk mengaitkan produk, calon, atau kebijakan dengan “rakyat jelata” Kalau Mary atau John 0. Publik menyukainya, Anda pun akan menyukainya .”Seorang calon politik yang “tertangkap tangan” oleh para juru potret tatkala mencium bayi, memakai helm keselamatan kerja, dan makan siang di McDonald’s sedang menggunakan strategi “rakyat biasa” ini. “saya
hanya orang biasa” merupakan pesan calon presiden yang berpose dengan mengenakan jeans dan kemeja kerja untuk para juru potret- sambil memastikan bahwa Mercedes yang dikemudikan supirnya tidak tampil di latar belakang.
6. Merekayasa. Tujuan teknik ini ialah untuk menyajikan hanya informasi positif mengenai apa yang Anda dukung, dan hanya informasi negatif mengenai apa yang Anda tentang. Maksudnya ialah agar tampak seolah-olah hanya ada satu kesimpulan yang dapat ditarik oleh sesorang yang rasional. Kepalsuan, distorsi, dan pernyataan tidak logis sering digunakan.
7. Ikut-ikutan.” Semua orang melakukannya” merupakan ide di balik teknik ini. Penitikberatan pada bagaimana banyak orang lain membeli produknya, atau ikut mendukung calon atau kebijakannya, membawa pesan bahwa seseorang yang tidak bergabung berada pada jalan yang salah.
Barangkali dengan memahami teknik-teknik tersebut, Anda akan mampu melawan himbauan sepihak-yang datang dari pergerakan sosial atau propaganda maupun dari pedagang Jeans , sepatu olah raga, atau parfum.
E. Rekonstruksi Paradigma Dakwah: Perspektif Pendekatan Manajemen Fungsional Dakwah Bil-Hal Di Pedesaan
Menurut Shalahuddin Sanusi, 36 menyatakan selama ini umat Islam melulu dibekali dengan ta’lim dan tidak tadbir (manajemen). Mereka kurang diberi bekal kemampuan tadbir atau kemampuan engineering , kemampuan manajemen, kemampuan wirausaha, kemampuan ekonomi, dan kemampuan social planning. Apabila mahasiswa IAIN, misalnya, dibekali hal-hal demikian, ia akan menjadi komandan di lapangan kehidupan yang sesungguhnya. Apa saja, bagi dia bisa menjadi kehidupan. Dengan keterampilan manajerial, apa saja bisa dibikin make sense dan make money. 37
Mengapa umat Islam itu mundur, tertindas dalam hampir segala matra kehidupan, bila dilihat dari perspektif ilmu dakwah. Sekali lagi, dengan mengutip Shalahuddin Sanusi, karena umat Islam hanya ( di - ta’lim) , diajak terus mulai kecil sampai tua Bangka di majelis ta’lim. Ada
36 Lihat Shalahuddin Sanusi, “ Pengalaman Memimpin IAIN ,” dalam Saresehan Pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam Pada IAIN Sunan Gunung djati dan PTAIS
Jawa Barat, (Bandung: IAIN SGD, 1995), hlm. 129
37 Dalam ilustrasi yang agak sedikit ekstrem disebutkan, sekiranya orang IAIN ditempatkan di neraka, ia harus mampu memanaj neraka itu menjadi surga
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
majelis ta’lim laki-laki, ada majelis ta’lim perempuan. Umat Islam hanya diajak-ajak, tidak pernah diurus ( di-tadbir ): diurus makannya, diurus pendidikannya, diurus kerjanya: bagaimana menetapkan kerja, dari mana modalnya, bagaiamana modal itu dikelola, dan bagaimana umat ini diubah menjadi insan ekonomi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu gerakan yang oleh Shalahuddin Sanusi disebut sebagai gerakan sosiologik, bukan gerakan kultural. Gerakan sosiologik itu adalah gerakan yang konkrit, gerakan problem solving. Kalau gerakan filosofi itu produknya konflik, sedangkan gerakan sosiologik itu konkrit, merujuk kepada realitas sosial, ada ukur- ukurannya, bisa dideteksi oleh penelitian yang riil, ada tantangan, ada masalah. 38 Masyarakat pedesaan yang memperoleh kesempatan
berpendidikan tinggi dan mempunyai kemampuan prospektif perlu disediakan peluang yang cukup untuk menghasilkan produk-produk profesional yang berkualitas tinggi. Identifikasi siswa berbakat dan cerdas perlu dilacak sejak awal. Pengembangan sumber daya manusia yang menjadi fokus manajemen fungsional dakwah bil-hal ini adalah sumber daya pada tingkat pengembangan beberapa derajat di atas garis minimal, yaitu pengembangan kemampuan memimpin warga masyarakat pedesaan yang berada pada taraf pengembangan minimal.
Agaknya, tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa dalam konteks sekarang ini, menurut Nurcholish Madjid, 39 menyatakan dakwah bil-hal haruslah muncul dalam kerja-kerja produktif yang membawa kesejahteraan bagi umat. Tanpa itu, kita hanya akan menunda datangnya kekalahan dari umat agama lain, yang memang akhir-akhiri ini lebih aktif mengadakan advokasi melalui bantuan sembako dan kerja-kerja kemanusian lainnya, seiring dengan terpaan krisis ekonomi yang kian menjerat kehidupan mereka yang tak berdaya itu.
Berbicara tentang etos kerja yang tekanannya pada kerja produktif ini, Islam mengajarkan kepada kita bahwa, amal atau kerja adalah bentuk dari “cara berada” (mode of existence) manusia. Pandangan ini berbeda dengan aliran filsafat rasionalis yang mengatakan bahwa eksistensi
38 Dengan kata lain, Shalahuddin Sanusi mencoba menawarkan satu paradigm shipt dari ta’lim paradigm ke tadbir paradigm 39 Lihat buku Nurcholish Madjid, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Respon dan Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyakat Madani, ( Jakarta: Penerbit Mediacita, 2000), hlm. 437
manusia diletakan pada kemampuan berfikirnya “ cogito ergo sum” (aku berfikir maka aku ada). Juga, berbeda dengan pandangan filsafat eksistensialis yang menyebutkan “ respondeo ergo sum” (aku merespon maka aku ada).
Islam mempunyai nilai tersendiri tentang keberadaan manusia. Menurut Al-Qur’an ‘cara berada’ manusia ditentukan oleh kerja atau amalnya. Orang yang tidak bekerja atau beramal, dalam pandang Islam, tidak punya nilai apa-apa. Inilah yang dijelaskan oleh Allah dalam surat Al- Najm/53 ayat 39-40 “ Dan bahwa tidaklah bagi manusia itu melainkan apa yang ia usahakan Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya.”
Dengan dasar pandangan ini, dakwah Islam sudah seharusnya kearah kerja-kerja produktif, yang bukan saja meningkatkan kesadaran spiritual dengan jalan ungkapan dan ceramah lisan semata, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan material umat itu sendiri. Betapa kondisi umat yang berada di bawah garis kemiskinan, terutama dalam kondisi bangsa sedang dilanda oleh berbagai krisis, manajemen fungsional dakwah bil-hal di pedesaan justru sangat diperlukan dan ditunggu-tunggu kehadirannya.
Memang benar, apa yang dinyatakan oleh Nurcholish Madjid, 40 bahwa hal ini terjadi memang menuntut kepiawian para juru dan lembaga dakwah, yang sudah harus memulai kegiatan-kegiatan dakwah secara kolektif dengan titik tekan kiprahnya pada memerangi kemiskinan dan keterbelakangan yang masih menggelantungi umat Islam dewasa ini.
Salah satu kelemahan yang selama ini muncul dalam kegiatan dakwah Islam adalah, ketidak-mampuan para da’i dan lembaga-lembaga dakwah Islam memberikan kebutuhan dasar manusia untuk hidup layak. Sementara pihak zending, memasuki titik lemah ini, dengan membagi-bagi sembako kepada”domba-domba” gembalannya. Sudah barang tentu, dalam kondisi masyarakat yang berada dalam himpitan krisis ekonomi, pembagian sembako secara gratis, adalah solusi yang terbaik. Maka tidak berlebihan bila umat digiring kearah proses pemurtadan dari keyakinan Islamnya.
Dalam kaitan ini, manajemen fungsional dakwah bil-hal di pedesaan dimunculkan dalam bentuk operasional dakwah yang mengembangkan kerja-kerja kemanusian yang produktif, seperti
40 Lebih jauh, lihat buku Nurcholish Madjid, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Respon Dan Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani , (Jakarta: Penerbit Mediacita, 2000), hlm. 438
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
pengembangan koperasi, baitul mal wal tanwil , menghidupkan semangat wiraswasta dan lain sebagainya.
Pemikiran tersebut di atas akan membawa kiprah dakwah menambah kepada kerja-kerja produktif yang menjanjikan kehidupan sejahtera di dunia ini. Dan itu berarti, secara sosiologis, dakwah mulai memasuki tema-tema konkrit, yaitu upaya pemberdayaan umat secara material dan intelektual dalam tingkat ketaqwaan yang setinggi-tingginya dalam kerja-kerja produktif ( amal Shaleh ) kita sehari-hari. Karena, hanya dengan kerja-kerja produktif itulah nilai iman dan ilmu memperoleh pembenaran dan pengakuan secara otentik dalam realitas sosial umat.
Persisnya ungkapan dakwah bil-hal adalah dakwah bil-lisanil hal, untuk merujuk kegiatan dakwah melalui aksi sosial atau tindakan nyata manusia. Bahkan, secara substansial, ajaran Islam dengan tegas mengatakan bahwa, dakwah melalui “perbuatan lebih kuat daripada perkataan” ( lisanul hal afsahu min lisanil maqal) .
Akhirul kalam, ada dua tugas besar yang harus segera ditegakkan oleh kita sebagai khalifah di bumi Tuhan . Pertama , sebagai Intelektual Islam, kita harus sanggup menata kehidupan sosial yang aman, bersatu, damai, dan berakhlak mulia. 41 Kedua, sebagai khalifatullah, kita wajib menjadi insan yang inovatif, produktif, efesien, dan mandiri. Dengan demikian, tantangan paling besar yang dihadapi umat Islam adalah menghilangkan ketergantungan dalam seluruh matra kehidupan. 42
## F. Penutup
Berdasarkan urain tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 1). Kata Abdus Salam,”ia akan melihat persoalan pokok umat manusia ternyata adalah the excess of science, melimpahruahnya ilmu pengetahuan di negara-negara kaya di satu pihak, dan the lack of science, miskinnya
41 Dalam batas-batas tertentu, manusia diberi fasilitas oleh Tuhan untuk menjadi khalik, bari’, bahkan mushawwir, menjadi kreator, perekayasa, dan pelukis kehidupan sosial. Tentang ini, lebih jauh, lihat buku J. Suyuti Pulungan, Universalisme Islam , (Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2002), hlm. 65
42 Menurut Al-Qur’an dalam surat Al-Mudatsir ayat 1-2, hanya orang yang memiliki perangkat kemandirian sejalan yang berhak untuk melakukan pekerjaan indzar. Kata- kata Qum dalam ayat kedua surat tadi, menurut Tafsir Nadjibiyah , bermakna kemandirian: Qum, berdirilah, mandirilah . Mandiri secara ekonomi, politik, pilihan, dan seterusnya. Setelah punya kemandirian, baru mereka punya kapasitas untuk melakukan pekerjaan indzar alias beroposisi terhadap kepalsuan dan kedzaliman. Pada fase manakah kini kita berada, mudatzsir, qum, atau indzar ?
ilmu pengetahuan di negara-negara melarat di pihak lain. Ternyata negara-negara maju (Utara) umumnya tidak mempunyai kemampuan cukup untuk mengatur dan mengurus negerinya, sehingga segalanya serba kacau dan “awut-awutan.” 2). Fazlur Rahman, menegaskan, tanpa keinginan dan aksi menyejahterakan dan memberdayakan orang-orang miskin dan hidup dalam kepapaan, salat sekalipun akan berubah menjadi semacam perbuatan yang munafik. Bahkan sampai pada kesimpulan bahwa sikap tidak peduli terhadap orang-orang yang memerlukan bantuan dan upaya pemberdayaan atau dengan dakwah bil hal dikalangan masyarakat pedesaan secara langsung (directly) ini mencerminkan puncak kepicikan dan kesempitan akal, sekaligus kelemahan paling mendasar yang bersemayam dalam diri manusia. 3). Manusia modern sering kali langsung loncat kepada, misalnya, iradah, kepada keinginan, ambisi, cita-cita atau lainnya, tanpa melewati proses amrullah terlebih dahulu. Akibat yang terjadi adalah chaos atau kekacauan sejarah. 4). Dengan demikian kunci ke arah pemahaman pergerakan sosial ialah propaganda Meskipun kata ini sering memancing gambaran negatif, istilah ini sebenarnya bersifat netral. Propaganda hanyalah sekedar penyajian informasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang. Makna aslinya bersifat positif. 5). Mengapa umat Islam itu mundur, tertindas dalam hampir segala matra kehidupan, bila dilihat dari perspektif ilmu dakwah. Sekali lagi, dengan mengutip Shalahuddin Sanusi, karena umat Islam hanya ( di - ta’lim) , diajak terus mulai kecil sampai tua Bangka di majelis ta’lim. Ada majelis ta’lim laki-laki, ada majelis ta’lim perempuan. Umat Islam hanya diajak-ajak, tidak pernah diurus ( di-tadbir ): diurus makannya, diurus pendidikannya, diurus kerjanya: bagaimana menetapkan kerja, dari mana modalnya, bagaiamana modal itu dikelola, dan bagaimana umat ini diubah menjadi insan ekonomi.
## DAFTAR PUSTAKA
Amir ,Piliang, Yasraf, Sebuah Dunia yang Dilipat , Bandung: Seri Alaf Baru, 2000
Affandi, Masduqi, Ontologi Dasar-Dasar filosofi, Surabaya: Penerbit Diantama, 2007
Ainun, Nadjib, Emha , Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai , Surabaya: Risalah Gusti, 1994
Ainun, Nadjib, Emha, Kiai Sudrun Gugat , Jakarta: GrafitiPers, 1995
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
Ainun, Nadjib, Emha, Slilit Sang Kiai , Jakarta: GrafitiPers, 1994
Eisentadt, dalam ‘’The Protestant Ethic Thesis” dalam Roberstson, Roland, 1978
Sosiology of Relegion New York: Penguin Book Geertz, Clifford, 1989, Religion of Java, New York: The Free Press, 1969.
Untuk edisi Indonesia buku ini diterbitkan oleh Pustaka Java Jakarta di bawah judul Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa,
Jakarta: Pustaka Java
Gunawan, Asep, Artikulasi Islam Kultural Dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah, PT RajaGrafindo Persada, 2004
Hanafi, Hassan, Islamologi 2 Dari Rasionalisme Ke Empirisme , Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2004
Henslin, M.James, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi , Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006
Joesoef, Daoed, Harian umum Kompas , edisi 23 Januari, 2000
Keckskemeti, Paul, 1973,“Propaganda”. Handbook of Communication , Ithiel de Sola Pool et. al. (eds), Chicago: Rand McNally College Publishing Company
Muzani, Saeful, 1994, Muta’zilah and the Modernization of the Indonesia Muslim Community Intellectual portrait of Harun Nasution, dalam Studia Islamika Indonesian Journal for Islamic Studies , Volume I, No.
1 9 April - June
Machendrawaty, Nanih, Ahmad, Safei, Agus, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi sampai Tradisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001
Machendrawaty, Nanih, Ahmad, Safei, Agus, 2001, Pengembangan Masyarakat Islam dari ideology, Strategi, Sampai Tradisi, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Madjid, Nurcholish, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Respon dan Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyakat Madani. Jakarta: Penerbit Mediacita, 2000
Madjid, Nurcholish, Agama Dan Etika Bisnis Antara Kemauan Politik dan Keteladanan Kepemimpinan dalam JElza Peldi Taher, Demokratisasi Budaya, Politik dan Ekonomi Pengalaman Orde
Baru ,” Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1994 Mark Slouka, Ruang Yang Hilang , Bandung: Mizan, 2000
Oakland, S, Jhon, Total Quality Management , Oxford: Butterwort, 1995 Rais, Amin, Puasa dan Keunggulan Kehidupan Rohani , Yogyakarta: Pena Cendikia, 1996
Rais, Amien,, Kata Pengantar dalam Said Tuhuleley (ed), Permasalahan abad XX: Sebuah Agenda, Yogyakarta: Sipress, 1993 Rakhmat, Jalaluddin, Catatan Kang Jalal: Visi Media, Politik, dan Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 1997
Rahardjo, Dawam , Perspektif Deklarasi Mekah Menuju Ekonomi Islam , Bandung: Mizan, 1989
Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Qur’an , Bandung: Pustaka, 1983
R.Spitzer, Dean, Supermotivation. A Blueprint For Energizing Your Organization From Top to Bottom , New York: American Management Association, 2009
Sanusi, Shalahuddin, “ Pengalaman Memimpin IAIN ” dalam Sarasehan Pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam Pada IAIN Sunan Gunung Djati dan PTAIS Jawa Barat, Bandung: IAIN Solo, 1995
Syari’ati, Ali, Membangun Masa Depan Islam , Bandung: Mizan, 1993 Soekotjo, Abdoellah, Oekan, Modernisasi , makalah terbatas, tidak diterbitkan
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam , Surabaya: Penerbit Al-Ikhlas, 1983
Suyuti, Pulungan, J., Universalisme Islam , Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2002
Toffler, Alvin, Power Shipt , Bandung: Mizan, 2000
Weber, Max, The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism , terjemahan Inggris, 1958, oleh Talcott Parsons dengan pengantar oleh. RH Tawney New York ChariesSribner’s Son
“ Rekonstruksi Paradigma Dakwah ”
|
08d9d575-612e-4bc8-baf5-6ec8dc2874d1 | https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/lisanalhal/article/download/448/432 |
## AMBIGUITAS POLITIK ULAMA-KIAI Antara Gerakan Moral dan Politik
Oleh: Shokhibul Mighfar Universitas Ibrahimy Situbondo [email protected]
Abstract:
The political process in Indonesia has experienced reform, and succeeded in overthrowing the political construction of the old regime which was monolithic authoritarian and militaristic while opening the way for the process of democratization and social transformation.
Nowadays, the involvement of kyai as an actor in national politics has taken the attention of public and political observers. From the long history of the kyai's political stage, there has been a shift and change in direction, especially the shift from national politics to power politics. Kyai who initially moved on the cultural path, called the cultural broker, in the current political process seemed to be the actor who gave political legitimacy. The line of kyai's struggle began to shift along with political changes in the country. Kyai began to explore the political area of the party with all political maneuvers such as giving support (legitimacy) known as blessing. Politics is profane which necessitates the existence of tendencies, and consequently narrows down vision, mision and advocacy only to certain groups or mass of supporters. Necessarily, the legitimacy of kyai is not obtained through power and political supports but from his attitude and moral actions, in addition to the religious authority. So that going into politics does not further strengthen the prestige and charisma of kyai, but rather politicians’ hegemony kyai.
Keyword : Political Performance, Politik Moral, Politik Kekuasaan
## A. Pendahuluan
Dalam setiap perubahan sosial yang terjadi, sosok seorang kiai sering — jika tidak bisa dikatakan selalu — mengambil bagian penting perubahan itu. Praktik Kehidupan sosial di masyarakat dengan sosok Kiai ibarat dua sisi mata uang yang melekat satu dengan yang lainnya, dan tidak bisa dipisahkan. Dalam term ini sorang kiai memiliki tempat tersendiri serta power dalam struktur sosial dan budaya masyarakat, sehingga ia mampu mengubah dan bahkan berperan penting dalam memetakan kehidupan sosial masyarakatnya. Mengapa demikian?, karena
posisi seorang kiai di tengah-tengah struktur sosial kultural masyarakat adalah kelompok elite. Sehingga dalam pandangan masyarakat para kiai dianggap sebagai raja-raja lokal yang mampu menggerakkan dan mendinamisasi kehidupan masyarakat. Oleh karenanya seorang kiai disanjung dan dihormati layaknya raja ”. 1
Senyatanya, sistem norma itu, bekerja secara efesien. Sesuai dengan konsep perbedaan dalam status sosial, dalam konteks ini, para kiai terutama di daerah-daerah pedesaan mereka menerima penghormatan lebih, yang tidak dimiliki oleh elite lokal yang lain. 2
Sebagai pemegang otoritas keagamaan, otoritas dan kekuasaannya dalam masyarakat tidak hanya terbatas pada hubungan sosial saja, tetapi juga dapat diterapkan dalam dunia politik. Pengaruh seorang kiai tentu saja begitu luas---terutama dikalangan umat Islam--- yang sering mengikuti langkah-langkah politiknya. Keberhasilan kiai dalam memimpin masyarakat, menjadikannya semakin tampak sebagai orang yang berpengaruh, termasuk dalam ranah politik, sehingga mampu mempengaruhi dan menggerakkan aksi atau tanggapan emosional para pengikutnya. 3
Seorang ulama, dituntut memiliki peran di segala bidang kehidupan. Dalam bidang agama , ulama bertugas penyampai risalah, penegak moral dan simbol agama. Dan di sisi lain juga berperan dalam bidang kehidupan yang bersifat profan ; ekonomi sosial dan politik. Di kalangan ulama sunni begitu juga kiai-kiai di Indonesia melihat hubungan keduanya tidak saling terpisahkan. 4
Endang Turmudi berpendapat bahwa kepemimpinan seorang kiai dalam aspek politik, sangat menarik untuk dicermati, sebab mampu
1 Ibnu Hajar, Kiai Di Tengah Pusaran Politik , (Yogyakarta: IRCiSoD, 2009), 17 2 Penghormatan masyarakat terhadap kiai, biasanya ditunjukkan dengan sikap dan perilaku “mencium tangan kiai”. Secara kultural, mengisaratkan penghormatan yang tinggi. Lebih dari itu, pada saat yang sama ia juga bertujuan untuk memperoleh barokah. Rasa hormat terhadap kiai, sebenarnya diperkuat oleh budaya masyarakat Indonesia.
3 Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (LkiS Yokyakarta, 2003), 6.
4 Ada tiga kelompok dalam memandang hubungan Islam dan negara, pertama,
‘blok kontra’ yang melihat tidak ada hubungan antara agama dan negara (politik), kedua, ‘blok pro’, melihat ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara agama dan negara. Sedangkan ke lompok terakhir, ‘blok tengah’ mencoba mencari titik temu diantara keduanya dengan berpandangan bahwa agama tidak secara tegas menganjurkan pembentukan negara. Namun agama secara substantif mengajarkan nilai-nilai etis, moral, dalam bernegara dan bermasyarakat. Lihat Idris Thoha, Mendamaikan Agama dan Negara, dalam Prof. Dr. Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara, Merajut Kerukunan Antar Umat (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Cet. I., 2002), 7.
mengungkap pola patronase di masyarakat, sehingga terlihat jelas sentralitas kekuasaan. 5 Munculnya anggapan bahwa seorang kiai memiliki otoritas dan kekuasaan di masyarakat, bukan isapan jempol belaka. Bahkan tidak hanya terbatas pada hubungan sosial saja, namun juga dibidang politik. Asumsi ini terbukti dengan adanya fakta kongkrit bahwa selama pelaksanaan pemilu, misalnya, partai peserta pemilu coba memanfaatkan kiai untuk meningkatkan perolehan suara mereka. Pengaruh kiai ini tentu begitu jelas dikalangan umat Islam saleh yang sering mengikuti langkah politik kiai”. 6
Kekuatan pengaruh yang dimiliki oleh para kiai sering “dimanfaatkan” oleh para politisi untuk mengisi lumbung suaranya, Hal ini disadari betul oleh para politisi bahwa masyarakat sangat patuh dengan kiai dengan model kepemimpinan kharismatik seperti ini. Dalam kajian ilmiah, Abdul Muqit juga menjelaskan bahwa seorang kiai menjadi tokoh sentral yang mempunyai kekuasaan penuh dipesantren; yang kharismanya menjadi panutan bagi santri dan alumni. Inilah yang dibaca oleh politisi sebagai peluang untuk mengambil manfaat dalam politik kekuasaan 7 .
Terlebih setelah kekuasaan Soeharto sebagai presiden tumbang, dan masa reformasi mulai bergulir, maka banyak partai yang mengusung azas islam sebagai platform dan landasan ideologisnya. Dan mendekat serta menjadikan kiai kharismatik sebagai “vote getter” adalah merupakan strategi kampanye politik yang strategis dan menggiurkan serta efektif dan efisien untuk mengisi lumbung suara partainya. Apalagi kondisi yang seperti ini sering dan kurang disadari oleh seorang kiai bahwa ada pembonceng dalam setiap aktivitas kiai dalam menyebarkan luaskan (berdakwah) ajaran islam.
Tentu terasa sulit untuk dihindari adanya upaya “memanfaatkan”
5 Dalam kultur masyarakat santri, kiai menjadi patron sedangkan masyarakat sebagai klien. Pertukaran yang kemudian terjadi dapat berupa pengetahuan agama, tuntunan, panutan dan perlindungan yang diberikan oleh kiai pada masyarakat yang dibalas dengan kepercayaan, kesetiaan dan dukungan. Tuntunan hidup yang diberikan kiai bisa berupa petunjuk menjalankan agama sesuai dengan ajaran yang diyakini kebenarannya dan nasehat-nasehat. Tapi, tuntunan dan nasehat itu tidak terbatas pada hubungan keagamaan saja, melainkan bisa meluas ke hubungan sosial hingga politik . Lihat: Almas Ghalia Putri Sjafrina, “Patro nase Dalam Pencalonan Kepala Daerah” (Studi Kasus Patronase Pencalonan ra. Imam – Din Zein Dalam Pilkada Bangkalan 2012) dalam “Jurnal Politik Muda”, Unair Surabaya Vol. 2. No. 1 /2013.
6 Endang Turmudi, ibid, 246. 7 Abd. Muqit, Profesionalisme Kiai dalam Pengelolaan Pondok Pesantren dalam Konteks Kemodernan . JPII, Vol. 2, No. 2, 2018, 145.
model kepemimpinan kiai kharismatik seperti ini, yang biasanya terdapat di pesantren-pesantren, surau, dayah dan lain sebagainya oleh para politisi baik yang partainya mengusung azas islam maupun nasionalis ( pragmatism ). Bahkan saat ini muncul trend baru dalam politik di Indonesia, bahwa semakin sulit memisahkan partai politik yang berazas islam dengan yang nasionalis. Atau istilah yang mengmuka adalah instegrasi nasionalis dengan agamis.
Kondisi semacam ini sering menjebak dan tidak disadari oleh para kiai, yang pada akhirnya sejumlah kiai merasa sangat penting untuk ikut ambil bagian dengan terjun langsung dalam permainan politik tanah air. Partai politik yang smart dan jeli melihat peluang ini, tanpa ragu dan bimbang mencoba memanfaatkan peluang ini baik ditingkat nasional maupun daerah dan lokal dalam setiap pelaksanaan pemilu. Alhasil, kehidupan politik praktis yang sarat dengan kepentingan dan ketidakpastian, juga harus dihadapi oleh kiai yang dalam keseharian selalu menekankan kejujuran dan kepastian sebagai bagian dari akhlakul karimah yang selalu diajarkan dan dicontohkan.
Keintiman kiai dalam dunia politik sebenarnya tidak hanya terjadi saat ini saja, namun dalam rentang sejarah Indonesia sebagai negara bangsa peran dan andil para kiai sangat besar dan penting dalam mempersiapkan kemerdekaan NKRI dan era pasca-kemerdekaan. Tidak hanya pada saat persiapan kemerdekaan saja, para kiai juga mampu menorehkan tinta emas dan membanggakan dalam perpolitikan nasional de era Soekarno. Para kiai dengan kekuatan sosial kulturalnya mampu berperan sebagai oposisi pada pemerintahan Bung Karno, ini dilakukan sebagai bentuk balancing terhadap dominasi kekuasaan pemerintah saat itu yang lebih miring dan dekat dengan golongan komunisme. Dengan adanya para kiai yang terjun langsung dalam kancah perpolitikan nasional, ternyata cukup efektif untuk membendung komunisme, bahkan yang perlu diapresiasi adalah dibentuknya kementerian penghubung pesantren dan ulama
Untuk itu juga, tulisan ini mencoba memotret hubungan kiai dengan situasi sosial dan politik. Terlebih dengan kian maraknya figur kiai yang akan dan telah melibatkan diri di arena politik praktis. Adapun bidikan penulis, lebih fokus pada perspektif ilmu-ilmu sosial. Keterlibatan mereka dalam dunia yang sering di sebut wilayah ”abu - abu” itu, menjadi menarik bukan hanya untuk diperbincangkan tetapi juga untuk dipertanyakan karena posisinya yang ambigu; ’’Gerakan moral, atau Politik?’’ dua pertanyaan bertolak belakang di atas, masih menunggu jawaban atas kian banyaknya pemuka agama yang merangkap jabatan.
Sebagai kiai plus politisi.
## B. Memahami Definisi Kiai dan Politik
Meminjam istilahnya KH. Cholil Bisri, 8 Seseorang yang dikatakan atau mendapat julukan sebagai kiai adalah orang yang oleh masyarakat dianggap sebagai orang yang alim.
Dalam al- Qur’an, alim yang berjamak alimun ialah orang yang punya kelebihan ilmu dan memeiliki kadar kecerdasan yang dengannya ia mampu mengeluarkan hujjah berupa ayat-ayat Allah dan lebih mengedepankan performance keilmuwan sebagai orang yang berilmu ( alim ). Adapun yang berjamak ulama’, adalah orang yang dengan keyakinannya merasa malu untuk berbuat yang membias dari rasa kehambaan. 9
Horikoshi membuat perbedaan dalam penggunaan istilah ”kiai’ da n ”ulama” . Perbedaan ini lebih dikarenakan fungsi yang diperankannya secara formal. Untuk istilah ‘ Ulama ’ lebih memerankan fungsi-fungsi administratif, sedangkan istilah ‘ kiai ’ lebih cenderung berada pada tataran kultural. Dengan argumentasi ini, kita dapat mengetahui apa sesungguhnya yang melatarbelakangi penggunaan istilah dalam organisasi formal komunitas orang yang memiliki ilmu agama di Indonesia, yakni menggunakan istilah “ulama”, yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI) bukan Majelis Kiai Indonesia . 10
Inilah kemudian yang mendasari tulisan ini, sengaja memilih istilah “kiai”, bukan istilah “ulama”. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam analisisnya akan lebih menekankan pada aspek kultural dari potret hidup seorang figur sosial yang disebut kiai. Lebih tepatnya lagi adalah untuk melihat perannya yang berfungsi social politik sebagaimana dalam judul tulisan ini.
Muhammad Fuad Abd al-Baqi, 11 berpendapat bahwa term ulama (baca kiai), termaktub dalam al- Qur’an secara eksplisit dua kali disebutkan. Pertama, dalam surat al- Syu’ara ayat -197.
8 M. Cholil Bisri, Ketika Nurani Bicara, (Jakarta: Remaja Rosda karya, 2000)., 85.
9 Seyyed Hossein Nasr dalam Deden Makbuloh, “Globalisasi dan Dinamika Masyarakat Muslim” Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Vol. 26, No. 2, Desember 2008., 110, lihat Abdurrahman’ “ Fenomena Kiai Dalam Dinamika Politik” dalam jurnal Karsa vol xv. no. 1 april 2009
10 Hiroko H orikoshi. “ Kiai dan Perubahan Sosial” . Jakarta: LP3ES, 1987.
11 Muhammad Fuad Abd al-Baqi dalam Dzarrin al-Hamidy, ”Peran Ulama dalam Pemberdayaan Generasi Muda” Majalah Aula, September 2008., 83-84.
42
ْمَلَوَأ ْ نُكَي ْ ْممُهلَّ ْ ْ ةَياَء ْ نَأ ْ ُْهَمَلمعَ ي ۥ ْ ْ َمَلُع اُؤ ۟ ْ ْ ِنَب ْ ْ َرمسِإ َْليِء “ Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? ” [ al- Syu’ara : 197]
Yang Kedua , surat Fatir, ayat-28. ْْهنِإْ ۟ ُْْءاَمَلُعملاِْْهِداَبِعْْمنِْمَْْهللّاْىَشمَيَْاَهنَِّإْ ۟ َْْكِلْ َذَكُْْْهُناَوملَأْْ فِلَتمُمُِْْماَعم نَملْاَوِْْ باَوهدلاَوِْْساهنلاَْْنِمَو ْ روُفَغْْ زيِزَعَْْهللّا
“ Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ” [al-Fatir: 28] Sementara Nurcholis Madjid, memberi pengertian kiai dalam pandangan masyarakat secara umum dianggap sebagai orang yang mempunyai kelebihan dalam bidang ilmu keagamaan bila dibandingkan dengan orang lain pada umumnya. 12
Sesungguhnya, atribut keulamaan itu disematkan kepada orang- orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang dengan semangat ilmunya mereka dapat mengetahui dan memahami kebesaran dan kekuasaan Allah. 13 Belum lagi kiai dari terjemahan alladîna ûtû al-ilma, ulû al-ilmi, dan al-râsikhûna fî al-ilmi (mempraktikkan, menjaga, memiliki). Sebutan istilah kiai dalam masyarakat juga sangat beragam diantaranya adalah; kiai pondok pesantren, kiai masjid, kiai mimbar, kiai selebritis, kiai pers, dan akhir-akhir ini dikenal juga sebutan kiai politik. 14 Tidak heran kalau beberapa kalangan “cemburu” kepada kiai. Dalam konteks kiai politik, dikenal juga sebutan; kiai sepuh, kiai khos , serta
12 Nurcholis Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan (Jakarta: Paramadina, 2002)., 96.
13 Melihat paparan di atas mengenai ilmu yang menjadi prasyarat seseorang untuk bisa disebut Ulama, tidak ada yang menguatkan harus “ilmu agama” atau “ilmu umum” yang terpenting ilmu itu harus membawa perubahan kearah yang lebih baik, terlebih bagi diri yang bersangkutan, dan bagi masyarakat umum, serta semakin menambah kualitas ketaqwaan kepada sang Pencipta. Jiwa keulamaan itu terpatri dalam figur seseorang yang memiliki integritas antara ilmu dan amalnya, antara teori yang dikuasai, dengan praktik keseharian. Lihat Muhammad Fuad Abd al-Baqi dalam Dzarrin al-Hamidy, ”Peran Ulama… 85 14 Sebutan kiai politik, mengindikasikan keterlibatan seorang kiai dalam dunia politik, (di eksekutif, legislatif, dan di partai politik)
sebutan kiai lain yang kedengarannya menarik. Karena posisinya sebagai patron dimasyarakat, realitas telah menunjukkan, dengan menjadi seorang kiai telah banyak peran yang dapat dimainkan. 15 Horikoshi (1978), 16 misalnya, menyebutkan bahwa kekuatan kiai sebagai motor perubahan sosial bukan hanya pada masyarakat lingkungan pesantren, tetapi juga pada masyrakat umum di sekitarnya. Sementara Geertz (1960) 17 menyebut kiai sebagai makelar budaya ( cultural brokers ) dan menyatakan bahwa pengaruh kiai itu terletak pada implementasi fungsi makelar ini. Sosok seorang kiai terbukti secara sosial mampu mengomunikasikan berbagai kepentingan dengan kemampuan bahasanya, meskipun secara politis kiai dapat dikategorikan sebagai figur yang sedikit pengalaman dan terbatasnya kemampuan professional.
Kata politik, dijelaskan Abdul Mu’in Salim dalam buku Fiqih S iyāsah , berasal dari bahasa latin politicus, dan bahasa Yunani ( greek ), politicus yang berarti relating to a citizen. Kedua kata ini, berasal dari kata polis yang bermakna city. Politik kemudian diserap dalam bahasa Indonesia dengan tiga arti, yaitu; (1) segala yang berkaitan dengan tindakan, kebijaksanaan, siyāsah, dsb, (2) mengenai pemerintahan suatu negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, (3) dipergunakan sebagai nama bagi semua disiplin ilmu pengetahuan, yaitu ilmu politik. 18 Politik dalam KBBI elektronik (Kamus Besar Bahasa indonesia) v.1.3 disebutkan bahwa politik adalah (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (spt tt sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). 19
Sementara dalam ensiklopedi dijelaskan bahwa, politik adalah sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan dan lembaga-lembaga. Proses-proses dalam politik bisa jadi merupakan kegiatan individu maupun kelompok yang bersangkutan dengan hubungan kemanusiaan secara mendasar . 20
C. Membaca Peran Kiai dalam Negara Bangsa (Antara Gerakan Moral dan Politik)
15 Mohammad Kosim, “Kiai dan Blater” ( Elite Lokal dalam Masyarakat Madura). Dalam Karsa Jurnal Studi Keislaman Vol. XII No. 2 Oktober 2007, 163.
16 Hiroko Horikoshi. “ Kiai dan Perubahan Sosial” . Jakarta: LP3ES, 1987.
17 Clifford Geertz, Culture, Custom and Ethnics (England: Polity Press, 2000), 43
18 Abdul Mu’in Salim, Fiqih Siyāsah: “ konsepsi kekuasaan politik dalam al- qur’an”. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994)., cet ke-I. 34.
19 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) v1.3.
20 Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru,1984). 2739.
Proses politik di Indonesia pernah mengalami reformasi, dan ini berhasil merobohkan konstruksi politik rezim lama yang bersifat monolitik otoriter dan militeristik sekaligus membuka jalan bagi berlangsungnya proses demokratisasi dan transformasi sosial. Proses ini juga lazim disebut sebagai transisi demokrasi. Starting poinnya adalah peristiwa pemakzulan presiden Soeharto pada bulan Mei 1998 dari puncak kekuasaan.
Reformasi sendiri adalah merupakan bagian dari transisi demokrasi yang di dalamnya mencakup liberalisasi politik dan demokratisasi. Dalam tahap ini, rezim mengalami perubahan dan hak-hak politik rakyat semakin meluas. Pergantian pemerintahan melalui pemilu yang demokratis pun dilaksanakan sebagai bentuk partisipasi politik rakyat. Guilermo O’Donnel dan Philippe C. Schmitter 21 mengungkapkan, tidak jarang transisi demokrasi menimbulkan situasi yang tidak pasti. Ketidakpastian ini dalam beberapa kasus dapat memicu peluang munculnya kekuatan status quo, maupun gerakan-gerakan arus balik demokratisasi.
Transisi demokrasi menimbulkan perubahan besar dalam pusaran kekuasaan. Kekuasaan beralih ke tangan politisi sipil yang awalnya berada dalam “genggaman” militer. Bagi institusi partai, perubahan ini membawa implikasi yang sangat berarti. Perubahan yang tertuang di dalam amandemen UUD 1945, tentang Lembaga-lembaga kenegaraan, justru menempatkan partai menjadi sebuah institusi penting dan sangat strategis dalam struktur politik Indonesia. Namun sekaligus juga berarti menjadi ancaman serius bagi partai politik jika ia gagal dalam mengawal demokrasi di negeri ini.
Kegagalan dalam transisi demokrasi mengakibatkan tiga hal 22 : pertama , munculnya kembali kekuatan lama dalam panggung kekuasaan. Prosesnya bisa berlangsung secara sistematis, baik melalui jalur demokrasi atau bahkan melalui kekerasan seperti kudeta militer. Jalur demokrasi akan ditempuh jika kelompok pembaharu demokrasi tidak mengawal secara tuntas proses demokrasi itu sendiri, dan memberi kesempatan bagi status quo melakukan konsolidasi, mutasi politik dan political laundry .
Dewasa ini, keterlibatan ‘kiai’ sebagai aktor perpolitikan nasional, sudah cukup banyak menyita perhatian publik dan para pengamat politik.
21 Proses transisi demokrasi dapat dibaca pada; Guilermo O’Donnel and Philippe C. Schmitter. Transitions From Authoritarian Rule; Tentative Conclusions About Unacertain Democracies. Baltimore; John Hopkins University Press, 1986.
22 Ichwan Ar. Jalan Baru Pergerakan Kebangsaan , Buletin Praksis, Edisi 04, Mei 2006
Mengapa demikian? Karena cara berpolitik ‘kaum sarungan’ ini dilihat dan dinilai cukup memiliki aura politik yang unik. Sekali tempo kiai tampil garang, toleran, lugu, dan tidak sedikit yang penurut, karena pada saat itu kiai sedang memerankan political performance .
Ending pertunjukan politik kiai juga sulit diprediksi dan ditebak secara politik. Seringkali argument, nalar dan kaidah ilmu politik tidak mampu menjangkau kemana arah sikap politik kiai. Hal ini wajar, karena dalam memahami sikap politik kiai tidak bisa dilepaskan dari kultur, nalar syari’ah dan sufisme seorang kiai. Ketiga ranah ini selalu luput dari nalar dan kaidah ilmu politik, yang selama ini dijadikan dasar pijakan dalam memahami peristiwa politik oleh para pengamat politik.
Dari sekian lama perjalanan sejarah pentas politik kiai, terjadi pergeseran dan perubahan arah, terutama pergeseran dari politik kebangsaan ke politik kekuasaan. Politik kebangsaan yang pernah dimainkan atau disebut tiga ranah fiqh politik adalah, yaitu ketika (1) Gerakan politik yang dicetuskan melalui resolusi jihad, (2) Menuntut pembubaran PKI, dan (3) Penerimaan asas Pancasila. 23
Dinamika dan proses politik yang terjadi di Indonesia saat ini, terutama menjelang ajang Pilkada, Pileg, Pilgub sampai dengan Pilpres mengalami perubahan yang amat drastis. Aktor politik yang biasanya dilakukan oleh kalangan umum dan profesional sekarang ini mengalami pergeseran, terutama dengan adanya aktor lain dari dunia. Aktor lain itu adalah kiai sosok yang selama ini dikenal hidup di tengah-tengah santri dan masyarakat.
Kiai yang pada awalnya bergerak di jalur kultural, yang dalam bahasa Clifford Geertz (1981) disebut cultural broker (makelar budaya), 24 di tengah arus proses politik yang terjadi sekarang ini seakan menjadi aktor pemberi legitimasi politik. Garis perjuangan kiai mulai bergeser seiring dengan perubahan politik di tanah air. Kiai pun mulai merambah wilayah politik partisan dengan segala manuver politik dukung- mendukung (legitimasi) yang seringkali dinamai dengan istilah memberi restu atau silaturrahim.
Proses ini karena adanya simbiosis mutualisme untuk interest tertentu demi mendapatkan bagian dari kekuasaan atau minimal mendapatkan bantuan dari elit politik yang didukung untuk lembaga baik
23 Faisal Ismail menyebut politik kebangsaan ini sebagai “tiga momentum historis gerakan strategis NU,” lihat, NU Gusdurisme dan Politik Kyai , (Yogyakrata : Tiara Wacana, 1999), 11-17
24 Clifford Geertz, Culture, Custom and Ethnics (England: Polity Press, 2000), 43
formal maupun non formal yang dipimpin. Sementara elit politik akan mendapatkan legitimasi moral keagamaan dari kiai sebagai bahan kampanye. Dalam politik praktis, kiai memberikan legitimasi pada elit politik dengan memakai agama, karena agama adalah energi dahsyat yang mampu menyublimasikan dan mensakralkan dunia profan.
Peter L. Berger (1991), agama adalah langit suci (the sacred canopy) 25 yang dapat dijadikan instrumen memperkokoh politik dari seluruh tindakan manusia. Kiai tidak saja merupakan pimpinan pesantren tetapi juga memiliki power di tengah-tengah masyarakat, bahkan memiliki prestis di kalangan masyarakat (Geertz, 1981).
Meminjam analisis Max Weber (1968), kepemimpinan tokoh agama sesungguhnya adalah kepemimpinan kharismatik yang berporos pada personal leadership. Dalam konteks ini ulama adalah patron bagi umatnya (client) dalam sebuah relasi yang paternalistik. Kompetensi Kiai dalam bidang agama menempatkannya sebagai pemegang otoritas suci agama. Fatwa dan nasehat Kiai senantiasa dijadikan sebagai preferensi sosial- politik yang dipatuhi umatnya. Dengan otoritas kuasa dan moral yang dimilikinya, kiai mampu menggerakkan masyarakat dalam menentukan pilihan politik, tak heran dalam setiap ajang pesta demokrasi, kiai selalu dimanfaatkan untuk menjadi leader vote getter.
Hampir semua kiai digolongkan sebagai "penjaga umat" sekaligus basis kekuatan moral. Namun kini, tampilnya kiai dalam pentas politik untuk dukung mendukung sudah bukan barang asing lagi. Peran para kiai dalam pesta demokrasi sudah secara ‘berjamaah' berduyun duyun memberikan dukungan politiknya kepada calon-calon pemimpin sesuai panatik dan kong kalikong masing-masing.
Gejala perilaku kiai berpolitik ini sebenarnya lebih bersumber pada ketinggalan dalam mengakses jalur ekonomi yang membuat banyak kiai mengalami kesulitan menutup biaya operasional pesantren yang harus meningkat. Hal ini diperparah dengan sikap apatis pemerintah setempat terhadap kesulitan yang dihadapi pesantren. Tak heran, para kiai kemudian menghadapi dilemma membiarkan pesantren merana atau mencari sumber dana baru.
Di titik inilah persinggungan elit politik, agama dan kiai seringkali terjadi. Situasi demikian sebenarnya diasumsikan bisa menghilangkan kesakralan kiai. Jika kiai yang ikut dalam arus politik dukung mendukung
25 Peter L. Berger, The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge (1966, dengan Thomas Luckmann) (bahasa Indonesia: Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan , LP3ES, Jakarta, 1990), 67.
dikhawatirkan akan terjebak pada logika kekuasaan politik (the logic of politics power) dengan memanipulasi umat dan masyarakat demi kepentingan politik sesaat, yang pada gilirannya menggiring kiai sebagai agen yang cenderung kooptatif, hegemonik, dan korupsi.
Akibatnya, nilai moral yang mengedepankan ketulusan pengabdian akan tereduksi atau bahkan hilang sama sekali, terkalahkan oleh logika kekuasaan politik. Secara kewibawaan, kiai yang terlibat langsung dalam politik partisan jelas akan merugi. Sebab, kiai bisa dianggap "belepotan lumpur" politik. Petuahnya tidak lagi diikuti masyarakat. Sebagai panutan, jelas akan semakin kehilangan jamaah hanya karena kepentingan pragmatis semata.
Sementara politik bersifat profan yang meniscayakan adanya kepamrihan, tendensius, dan akibatnya mempersempit visi-misi dakwah serta advokasi kiai hanya pada kelompok tertentu, yaitu massa pendukungnya. Dengan aktif berpolitik, pesantren, santri, dan masyarakat kian terbengkalai lantaran para kiainya telah hijrah ke alam politik praktis dan terlena dalam buaian elite politik demi gold, gospel, and glory . Seharusnya, legitimasi kiai bukan diperoleh lewat jalur kekuasaan, politik dukung-mendukung elit politik namun dari sikap dan tindakan moralnya, di samping otoritas keagamaan yang dimilikinya. Sehingga terjun ke politik partisan bukan semakin meneguhkan pamor dan karisma kiai, tetapi sebaliknya, justru kiai yang dihegemoni oleh para politisi.
Pada gilirannya, simbol kiai yang sakral dan sangat dihormati oleh umat menjadi hilang begitu saja karena terlibat dalam permainan politik. Moral Politik kiai sebenarnya punya beberapa peran, yakni sebagai pemuka agama, konsultan sosial, dan politik. Sebagai pemuka agama kiai bertindak sebagai pemimpin ibadah (shalat, doa, zakat, puasa), dan pemberi fatwa keagamaan. Sebagai konsultan sosial, ia dijadikan tempat bertanya pengikutnya untuk meminta nasihat, minta penyembuhan, dan sebagai orang yang dituakan. Dalam politik, ia akan memainkan peran moral yang terkait dengan kepentingan umum ke berbagai saluran politik, baik langsung maupun tidak langsung.
Inilah seharusnya peran politik kiai untuk dijadikan landasan dalam kerangka menjadi "penjaga umat" dan agent of change dari setting sosial, budaya dan politik yang tidak sesuai dengan kultur dan moralitas keagamaan. Nantinya politik kiai bukan berorientasi pada kekuasaanan, tapi politik moral. Keterlibatan kiai dalam politik bukan berarti terjun dan turut terlibat langsung dukung-mendukung Capres dan laga pesta demokrasi lainnya. kiai tetap boleh berpolitik, tetapi tidak diorientasikan pada kekuasaan, melainkan menanamkan nilai-nilai moral untuk
penguatan umat dan masyarakat. Sebagai pewaris nabi dan orang yang tertanam akarnya di masyarakat, para kiai dengan semestinya memainkan diri sebagai figur moral, anutan publik, menjadi suri tauladan serta sebagai kekuatan cultural yang selalu mengingatkan para pemimpin, sekaligus menegaskan perannya untuk secara etis-profetik mengawal kepentingan umat dalam kehidupan sehari hari. Dengan fungsi-fungsi seperti itu, maka peran kiai sebagai soko bumi kehidupan masyarakat.
## D. Simpulan
Dari paparan di atas, kesimpulan penting yang dapat diambil adalah bahwa peran kiai dalam politik harus di dudukkan secara proporsional, bahwa kiai sebagai ‘penjaga ummat’ semestinya memainkan diri sebagai figur moral, anutan publik, menjadi suri tauladan serta sebagai kekuatan cultural yang selalu mengingatkan para pemimpin, sekaligus menegaskan perannya untuk secara etis-profetik mengawal kepentingan umat dalam kehidupan sehari hari, termasuk ranah politik di dalamnya. [ Wa Allāh a’lam bi al- sawāb ]
## DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Baqi, Muhammad Fuad. dalam Dzarrin al-Hamidy, Peran Ulama dalam Pemberdayaan Generasi Muda. Majalah Aula , September 2008., 83-84.
Abdurrahman’ Fenomena Kiai Dalam Dinamika Politik. Karsa Vol XV. No. 1 April 2009. Azra, Azyumardi. Reposisi Hubungan Agama dan Negara” , “Merajut Kerukunan Antar Umat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Cet. I., 2002
Bisri, M. Cholil. Ketika Nurani Bicara. Jakarta: Remaja Rosda karya, 2000. Clifford Geertz, Culture, Custom and Ethnics. England: Polity Press, 2000. Hajar, Ibnu. Kiai Di Tengah Pusaran Politik. Yogyakarta: IRCiSoD, 2009.
Horikoshi, Hiroko. Kiai dan Perubahan Sosial . Jakarta: LP3ES, 1987.
Ichwan Ar. Jalan Baru Pergerakan Kebangsaan , Buletin Praksis, Edisi 04, Mei 2006 Ismail, Faisal NU Gusdurisme dan Politik Kiai. Yogyakrata : Tiara Wacana, 1999.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) v1.3. Kosim, Mohammad. “Kiai dan Blater” ( Elite Lokal dalam Masyarakat
Madura). Dalam Karsa Jurnal Studi Keislaman Vol. XII No. 2 Oktober 2007 Madjid, Nurcholis. Pintu-Pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina, 2002. Makbuloh, Deden. “Globalisasi dan Dinamika Masyarakat Muslim” Komunitas Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Vol. 26, No. 2, Desember 2008 .
Maliki, Zainuddin. Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: UGM press, Januari 2012.
Muqit, Abd. Profesionalisme Kiai dalam Pengelolaan Pondok Pesantren dalam Konteks Kemodernan . JPII, Vol. 2, No. 2, 2018, 145.
O’Donnel , Guilermo and Schmitter, Philippe C.. Transitions From Authoritarian Rule; Tentative Conclusions About Unacertain Democracies”. Baltimore; John Hopkins University Press, 1986.
Peter L. Berger, The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge . 1966, dengan Thomas Luckmann) (bahasa Indonesia: Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan , LP3ES, Jakarta, 1990.
Putri Sjafrina, Almas Ghalia, Patronase Dalam Pencalonan Kepala Daerah: Studi Kasus Patronase Pencalonan ra. Imam – Din Zein Dalam Pilkada Bangkalan 2012 dalam “Jurnal Politik Muda”, Unair Surabaya Vol. 2. No. 1 /2013.
Salim, Abdul Mu’in . Fiqih Siyāsah: “ Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al- qur’an” . Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. cet ke-I.
Shadily, Hasan. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru,1984.
Turmudi, Endang. Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, LkiS Yokyakarta, 2003.
|
635baae9-d6d0-4a0d-8ec0-73e5a0bfbe82 | https://japendi.publikasiindonesia.id/index.php/japendi/article/download/313/1008 | Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi) Vol. 2 No. 10 Oktober 2021 p-ISSN : 2745-7141 e-ISSN : 2746-1920 Pendidikan
## PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL TATA RIAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19
Vita Pujawanti Dhana*
Universitas Negeri Medan, Indonesia Email: [email protected]
*Correspondence INFO ARTIKEL ABSTRAK Diajukan 24 September 2021 Diterima
20 Oktober 2021
Diterbitkan
25 Oktober 2021
Kata kunci :
PJJ; tata rias wajah video tutorial; penelitian; pengembangan.
Keywords: PJJ; makeup video tutorials; study; development.
Latar Belakang: Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjadi sebuah solusi metode pembelajaran yang harus ditempuh pada situasi pandemi COVID-19 saat ini. Salah satu upaya agar pendidikan jarak jauh menjadi optimal yaitu dengan menciptakan perangkat pembelajaran yang akan mendukung proses berjalannya kegiatan belajar mengajar.
Tujuan: Untuk menghasilkan sebuah video tutorial tata rias wajah panggung sebagai salah satu perangkat pembelajaran jarak jauh Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus pada masa pandemi COVID-19.
Metode: Menggunakan metode Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Rowntree yang terdiri dari tiga tahap, yaitu; tahap perencanaan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi . Hasil: Validasi menghasilkan skor 3,66 atau 92,5 %. Sedangkan dari hasil uji coba pada mahasiswa didapatkan nilai 3,60 atau 90%. Keseluruhan nilai yang didapat baik dari ahli maupun mahasiswa, menunjukkan bawa video tutorial rias wajah panggung tersebut valid. Kesimpulan: Video tutorial rias wajah panggung yang telah dikembangkan menjadi media pembelajaran yang layak digunakan jika demonstrasi secara langsung tidak dapat dilaksanakan seperti pada masa pandemi COVID-19 saat ini
## ABSTRACT
Background: Distance Education (PJJ) is a learning method solution that must be taken in the current COVID-19 pandemic situation. One of the efforts to make distance education optimal is by creating learning tools that will support the process of teaching and learning activities. Objective: To produce a video tutorial for stage makeup as a distance learning tool for the Special Makeup Course during the COVID-19 pandemic.
Method: Using method Research and Development using Rowntree development model which consists of three stages, namely; planning stage, development stage, and evaluation stage.
Attribution-ShareAlike 4.0 International (CC BY-SA 4.0) Results: Validation resulted in a score of 3.66 or 92.5%. Meanwhile, from the test results on students, the score was 3.60 or 90%. The overall score obtained from both experts and students shows that the stage makeup tutorial video is valid. Conclusion: The stage makeup tutorial video that has been developed is a suitable learning medium if a live demonstration cannot be carried out, such as during the current COVID-19 pandemic.
## Pendahuluan
Pandemi COVID-19 menyebabkan Indonesia mengalami perubahan besar- besaran dalam segala hal, termasuk dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang semulanya sebagian besar diselenggarakan dengan sistem tatap muka dikelas, kini justru tidak dibolehkan. Proses belajar mengajar harus dilaksanakan dari rumah masing-masing tanpa tatap muka secara langsung di satu ruang yang sama. Hal tersebut tentu saja dilakukan demi mengurangi penyebaran virus corona yang masif. Berbagai cara belajar-mengajar tanpa tatap muka yang sebelumnya tidak pernah dicoba oleh para pendidik dan pembelajar, seketika diterapkan secara spontan sebagai upaya untuk dapat terus melanjutkan proses pembelajaran yang menjadi hak pembelajar.
Universitas Negeri Medan sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia, sebenarnya sudah mulai melaksanakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka tersebut sejak sebelum virus corona ini mewabah di Indonesia. Hanya saja, pembelajaran dalam jaringan (daring) baru diterapkan oleh sebagian dosen dan sebagian mata kuliah dengan porsi maksimal 40% dari seluruh kegiatan belajar mengajar pada satu semester. Lain hal-nya pada kondisi pandemi saat ini, dimana kegiatan belajar-mengajar mau tidak mau harus dilaksanakan 100% dalam jaringan/ online learning. Hal tersebut berdampak pada ketidaksiapan dosen dan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan. Perubahan spontan yang terjadi tanpa antisipasi yang matang mengacaukan sistem pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Kegagapan terhadap sistem online learning oleh mahasiswa dan bahkan dosen menyebabkan sulitnya capaian pembelajaran terpenuhi dengan baik. Tidak tersedianya sumber belajar yang mumpuni serta media pembelajaran yang sesuai juga menjadi alasan kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memenuhi capaian pembelajaran. Hal itu ditambah lagi jika mata kuliah yang dipelajari merupakan mata kuliah praktik seperti Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus yang mana seharusnya diajarkan dan dievaluasi secara langsung, tatap muka atau klasikal.
Sistem pembelajaran tatap muka yang biasa digunakan harus diganti sementara menjadi sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pendidikan jarak jauh menurut Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2012 pasal 31 ayat 1 adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Pembelajaran jarak jauh memberikan kemudahan dan kesempatan dalam berbagai kondisi ( Khasanah et al ., 2020). Ada empat komponen utama pembelajaran jarak jauh
yaitu: berbasis institusi, kelompok belajar terpisah antara instruktur dan peserta didik, telekomunikasi interaktif, dan hubungan peserta didik, sumber dan instruktur ( Yaumi , 2018). Dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh, dosen harus mempersiapkan perangkat pembelajaran yang matang. Dosen juga harus bisa memanfaatkan berbagai teknologi dan akses internet, seperti learning media system edmodo, moodle, google classroom ), kelas virtual ( google meet, zoom, webex ), serta media sosial ( youtube, instagram, pinterest ). Salah satu perangkat pembelajaran jarak jauh yang dapat menggantikan proses masuknya informasi kepada mahasiswa seperti saat demonstrasi di kelas adalah video tutorial. Video tutorial adalah sebuah rangkaian gambar hidup yang digunakan pengajar untuk meningkatkan pemahaman peserta didik ( Wirasasmita & Putra , 2017). Video tutorial akan membimbing mahasiswa dalam pemahaman sebuah materi secara visual ( Mandalika & Syahril , 2020). Penggunaan video tutorial dalam pembelajaran jarak jauh sangat memungkinkan karena video tutorial memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut ( Erni & Farihah , 2021):
a) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu
b) Video dapat di ulangi bila perlu untuk mendapat kejelasan
c) Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat
d) Mengembangkan pikiran dan pendapat mahasiswa
e) Mengembangkan imajinasi peserta didik
f) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberi gambar realistik
g) Sangat kuat mempengaruhi emosi
h) Sangat baik dalam menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari mahasiswa
i) Semua peserta didik dapat belajar dari video baik yang pandai maupun kurang
j) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar
k) Dengan video penampilan mahasiswa dapat segera dilihat kembali dan dievaluasi Selain memiliki daya tarik tersendiri, penggunaan video tutorial juga dapat disesuaikan oleh penggunanya. Mahasiswa dapat menonton video kapan saja dan dimana saja, video dapat diputar ulang bahkan di- pause untuk melihat adegan tahapan suatu proses dengan lebih detail dan seksama, keras dan rendahnya suara juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya, pengembangan video tutorial tata rias hanya dilaksanakan untuk proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini akan menerapkan pengembangan video tutorial tata rias yang akan digunakan pada sistem pembelajaran jarak jauh. Dengan adanya video tutorial pada Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus, mahasiswa dapat belajar secara mandiri sehingga informasi yang seharusnya didapat secara tatap muka, dengan bantuan teknologi akan mudah diakses dari mana saja dan kapan saja. Capaian pembelajaran pun dapat tercapai dengan tuntas dan baik pada saat pembelajaran jarak jauh berlangsung. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menghasilkan sebuah video tutorial tata rias wajah panggung sebagai salah satu perangkat pembelajaran jarak jauh Mata Kuliah Tata Rias Wajah
Khusus pada masa pandemi COVID-19.
## Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan ( Research and Development ) dengan model desain pengembangan produk Rowntree . Model Rowntree merupakan model yang berorientasi pada produk ( Prawiradilaga , 2015). Tahap dari model ini adalah perencanaan, pengembangan, dan penilaian atau evaluasi.
Secara lebih rinci, prosedur pengembangan video tutorial rias wajah panggung yang diadaptasi dari model pengembangan Rowntree dapat dilihat pada gambar berikut:
## Gambar 1
## Gambar 1 Model Pengembangan Video Tutorial
Tahap pertama merupakan tahap perencanaan dengan cara melakukan analisis kebutuhan terhadap mahasiswa. Selanjutnya pada tahap pengembangan, terbagi menjadi 3 langkah yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Tahap evaluasi menjadi tahap akhir yang mana video tutorial yang sudah jadi akan divalidasi oleh ahli dan diuji cobakan pada mahasiswa. Data pada penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari angket analisis kebutuhan mahasiswa terhadap media video tutorial, angket validasi video tutorial oleh ahli, dan angket uji coba video tutorial oleh mahasiswa.
## Hasil dan Pembahasan
## A. Tahap Perencanaan
Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan cara menyebarkan angket kepada mahasiswa pada tahap perencanaan. Angket analisis kebutuhan tersebut kemudian diisi guna mendapatkan informasi tingkat kebutuhan mahasiswa terhadap media pembelajaran khususnya video tutorial rias pada Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus yang akan dikembangkan. Tahap ini perlu dilakukan sebagai acuan dalam mengembangkan media pembelajaran ( Rosmiati et al ., 2020). Angket disusun berdasarkan skala Likert dengan menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Butir pernyataan dan hasil respon mahasiswa terhadap angket analisis kebutuhan disajikan pada tabel berikut.
1. Tahap Perencanaan
- Analisis Kebutuhan 2. Tahap Pengembangan - Pra Produksi - Produksi - Editing 3. Tahap Evaluasi
- Expert Review
- Uji Coba pada
Mahasiswa
Tabel 1 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Mahasiswa No Pernyataan Sangat Setuju (%) Setuju (%) Tidak Setuju (%) Sangat Tidak Setuju (%) 1 Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus adalah mata kuliah yang penting 16 84 0 0 2 Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus sulit dipelajari saat pandemi COVID-19 12 72 12 4 3 Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus dapat dipahami dengan materi dari buku saja 0 8 60 32 4 Perlu adanya demonstrasi dalam Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus 72 20 8 0 5 Jika demonstrasi tidak dapat dilakukan secara langsung, maka dapat digantikan dengan video tutorial 56 36 8 0 6 Pembelajaran tata rias wajah khusus dapat berlangsung dengan memanfaatkan internet 92 8 0 0
Respon mahasiswa terhadap pernyataan angket analisis kebutuhan video tutorial pada Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus menunjukkan hasil sebagai berikut:
1) Sebagian besar mahasiswa setuju dan sebagian kecil mahasiswa sangat setuju bahwa Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus merupakan mata kuliah yang penting, mata kuliah ini penting karena memuat berbagai jenis rias wajah seperti rias korektif, rias wajah panggung, rias cikatri, rias geriatri, dan rias karakter yang akan menjadi bekal di dunia kerja khususnya yang ingin berprofesi sebagai Make Up Artist .
2) Sebagian besar mahasiswa setuju bahwa Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus sulit dipelajari pada saat pandemi COVID-19, hal ini terjadi karena mata kuliah tata rias wajah khusus merupakan mata kuliah praktek yang mana bimbingan dan arahan langsung oleh dosen secara tatap muka sangat dibutuhkan.
3) Sebagian besar mahasiswa menyatakan tidak setuju bahwa Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus dapat dipelajari dengan buku. Pemahaman materi rias wajah khusus akan sulit dilakukan jika hanya bergantung pada buku saja, sebaiknya tersedia juga media dan sumber belajar lain yang dapat digunakan mahasiswa dalam mempelajari tata rias wajah khusus.
4) Sebagian besar mahasiswa menyatakan perlu adanya demonstrasi dalam Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus, karena dengan adanya demonstrasi tentu saja mahasiswa akan lebih mudah memahami, dan mengikuti apa yang ditunjukkan atau didemonstrasikan.
5) Sebagian besar mahasiswa sangat setuju bahwa menonton video tutorial dapat menggantikan demonstrasi langsung yang tidak dapat terlaksana akibat pandemi COVID-19.
6) Sebagian besar mahasiswa sangat setuju setuju bahwa pembelajaran tata rias wajah khusus dapat berlangsung dengan memanfaatkan internet. Dengan adanya akses internet mahasiswa dapat mencari berbagai informasi yang dibutuhkan dalam tata rias wajah khusus termasuk didalamnya mengakses video tutorial.
Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan tersebut, maka dapat diketahui bahwa Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus membutuhkan media atau sumber belajar lainnya selain buku yang dapat membantu proses pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi COVID-19. Topik pembahasan tata rias wajah panggung menjadi topik pilihan yang akan dikembangkan dalam bentuk video tutorial. Hal ini dilakukan karena rias wajah panggung membutuhkan penjelasan yang detail mengenai langkah–langkah dalam pengaplikasiannya. Rias wajah panggung merupakan rias wajah yang berfungsi memberikan tekanan terhadap peran penampilan seseorang sehingga dapat dinikmati oleh penonton ( Sari & Suhartiningsih , 2016). Kategori rias wajah panggung yaitu rias wajah teater, peragawati, penyanyi, dan penari ( Sinaga , 2013). Melihat nilai-nilai praktis yang ada pada video tutorial serta karakteristik Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus yang mengutamakan keterampilan, maka video tutorial rias wajah panggung merupakan media belajar yang tepat untuk dikembangkan sebagai media pembelajaran pada Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus.
## B. Tahap Pengembangan
Produksi video tutorial harus memperhatikan prinsip-prinsip multimedia ( Batubara & Batubara , 2020). Prinsip multimedia antara lain:
1) Konten pada tiap video harus fokus pada satu ide atau topik pembahasan yang sempit
2) Durasi video harus pendek untuk memaksimalkan perhatian mahasiswa
3) Penjelasan mengenai proses harus dijelaskan secara rinci dan konkret
4) Kualitas gambar dan video harus jelas ( Keshavarz & Ghoneim , 2021) Dengan memperhatikan prinsip multimedia diatas, peneliti melakukan produksi video tutorial menjadi 3 langkah tahap pengembangan: pra produksi, produksi, dan
pasca produksi. Pada langkah pertama dilakukan pra produksi yaitu, menyusun skrip (naskah) dan membuat Storyboard video tutorial rias wajah panggung.
## Gambar 1
## Storyboard Video Tutorial Rias Wajah Panggung
Skrip pada video pembelajaran adalah rancangan atau pedoman dalam pengembangan video berisi urutan visual adegan, materi pembelajaran, serta kombinasi audio narasi, music, dan sound effect. Skrip ditulis guna menjadi acuan dalam proses perekaman video nantinya. Skrip video tutorial rias wajah panggung ditulis dengan menyesuaikan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) agar relevan dengan tujuan pembelajaran Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus. Sedangkan Storyboard merupakan susunan gambar-gambar yang merupakan gambaran contoh dari hasil video yang diharapkan. Storyboard sebagai alat media pembelajaran adalah alat penggambaran dari setiap scene beserta perilakunya yang merupakan perencanaan dalam membuat media pembelajaran ( Suryadi , 2015).
## Gambar 2 Produksi Tutorial Rias Wajah Panggung
Gambar 2 menunjukkan langkah produksi, dimana perekaman video dilakukan didalam ruangan ( indoor ) dengan menggunakan kamera digital, tripod, lighting, backdrop , serta peralatan tata rias yang lengkap sesuai dengan isi materi tata rias
wajah panggung. Pengambilan gambar video dilakukan dengan mengacu pada skrip dan Storyboard yang telah disusun sebelumnya. Produksi video tutorial ini melibatkan 3 orang dengan pembagian tugas sebagai narasumber, model, dan juru kamera.
Langkah berikutnya yaitu pascaproduksi dengan menyunting video yang telah direkam sebelumnya. Penyuntingan video adalah sarana yang dengannya video bisa dipisah-pisah dan disatukan kembali menggunakan sebuah komputer dan peranti lunak ( Kusmana , 2011). Penyuntingan dilakukan dengan bantuan software adobe premiere pro. Penyusunan adegan per adegan harus tetap mengacu pada skrip dan Storyboard yang telah dibuat sebelumnya.
## Gambar 3 Video Tutorial Rias Wajah Panggung Pada Youtube
Video yang telah selesai disunting kemudian diunggah ke youtube. Youtube merupakan sebuah situs yang secara khusus menawarkan layanan video sharing ( Enterprise , 2015). Youtube memberikan banyak informasi dari yang bersifat hiburan, informasi, hingga pembelajaran ( Aulia & Pramegia , 2018). Dengan mengunggah video tutorial rias wajah panggung ke youtube, mahasiswa akan lebih mudah mengakses video tersebut tanpa harus bertemu langsung atau tatap muka. Video juga dapat diunduh agar mahasiswa dapat menontonnya berkali-kali tanpa harus terbebani biaya internet yang berlebihan.
## C. Tahap Evaluasi
Tahap terakhir dari 3 langkah pengembangan video tutorial yaitu tahap evaluasi. Tahap evaluasi dilaksanakan melalui validasi ahli dan ujicoba mahasiswa sebagai pengguna. Video ditonton oleh ahli terlebih dahulu untuk melihat apakah video sudah cukup sesuai dan valid untuk dijadikan sebuah media pembelajaran pada mata kuliah tata rias karakter.
Tabel 4 Hasil Validasi Video Tutorial No. Aspek Nilai Rata-rata Persentase (%) 1 Materi 3,7 92,5 2 Instruksional 3,7 92,5 3 Teknis 3,5 87,5
Rata-rata 3,66 92,5
Berdasarkan hasil validasi, video tutorial yang telah dikembangkan mendapatkan nilai 3,7 atau 92,5% valid dari segi materi. Indikator pada aspek materi yaitu minat/perhatian, kejelasan materi, dan kesesuaian dengan topik pembelajaran. Angka tersebut menunjukkan materi pada video tutorial rias wajah panggung jelas dan sesuai dengan capaian pembelajaran mata kuliah tata rias wajah khusus. Dari segi instruksional, didapat nilai 3,7 atau 92,5% valid. Indikator pada aspek instruksional yaitu kemudahan dalam belajar, urutan penyajian, dan motivasi belajar. Angka yang didapat menunjukkan bahwa video tutorial rias wajah panggung sudah memenuhi nilai nilai edukatif yang dapat mengantarkan informasi yang dibutuhkan mahasiswa dalam mempelajari tata rias wajah panggung dengan mudah. Sementara dari segi teknis, didapatkan nilai 3,5 atau 87,5% valid. Aspek teknis meliputi indikator kualitas gambar, kualitas suara, kualitas presenter, durasi, dan daya tarik. Angka yang didapat menunjukkan hasil bahwa video tutorial tersebut memiliki kualitas teknis yang baik.
Tabel 5 Hasil Uji Coba pada Mahasiswa No. Aspek Nilai Rata-rata Persentase (%) 1 Manfaat 3,6 90 2 Kemudahan 3,8 95 3 Daya Tarik 3,4 85 Rata-rata 3,6 90
Video yang telah divalidasi oleh ahli kemudian diuji cobakan pada mahasiswa prodi pendidikan tata rias. Hasilnya, video tutorial rias wajah panggung dinilai bermanfaat sebesar 3,6 atau 90%, kemudahan dalam mengakses dan mempelajarinya sebesar 3,8 atau 95%, serta memiliki daya tarik sebesar 3,4 atau 85%.
Berdasarkan angka diatas, nilai rata-rata yang didapat yaitu 3,66 (92,5%) dari ahli dan 3,6 (90%) dari mahasiswa. Nilai tersebut menunjukkan bahwa video tutorial tata rias wajah panggung yang dikembangkan untuk Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus valid dan layak dijadikan media pembelajaran jarak jauh, khususnya pada masa pandemi COVID-19 saat ini. Video tutorial tersebut juga memiliki daya tarik yang baik yang akan membantu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu terdapat pengaruh yang kuat antara video youtube dengan pengetahuan tata rias mahasiswa ( Aulia & Pramegia , 2018).
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa video tutorial cocok digunakan untuk mengilustrasikan suatu prosedur atau atau konsep abstrak yang bergerak ( Pratiwi & Hapsari , 2020). Video tutorial adalah media yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran yang bersifat demonstrasi seperti mencontohkan praktikum ( Qonitah , 2020). Video tutorial merupakan media pembelajaran yang efektif digunakan pada proses pembelajaran mahasiswa ( Mandalika & Syahril , 2020). Video tutorial praktis
dan dapat digunakan pada pembelajaran secara daring (Mentari et al., 2020). Video tutorial yang berhasil dikembangkan pada mata kuliah tata rias wajah khusus dapat menjadi contoh dalam mengembangkan video tutorial tata rias pada mata kuliah lainnya.
## Kesimpulan
Mata Kuliah Tata Rias Wajah Khusus sejatinya merupakan mata kuliah praktik dimana pembelajaran dilakukan secara tatap muka dengan metode demonstrasi dan untuk kerja langsung di ruang kelas, namun sejak pandemi COVID-19 kegiatan belajar tersebut terpaksa harus dilaksanakan dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Video tutorial rias wajah panggung yang telah dikembangkan menjadi media pembelajaran yang layak digunakan jika demonstrasi secara langsung tidak dapat dilaksanakan seperti pada masa pandemi COVID-19 saat ini. Tidak hanya itu, mahasiswa juga harus disuplai dengan berbagai media dan sumber belajar lain guna mengoptimalkan proses pembelajaran. Ketersediaan akses internet, jurnal, buku, media sosial, serta berbagai video tutorial yang sesuai dapat menjadi bekal agar mahasiswa dapat belajar secara mandiri. Dengan begitu, seluruh tujuan pembelajaran yang semula ditetapkan dapat tercapai meskipun pembelajaran tatap muka belum dapat dilaksanakan.
## Bibliografi
Aulia, T., & Pramegia, A. (2018). Pengaruh Penggunaan Media Youtube Pada Video Tutorial Makeup Rachel Goddard Terhadap Tingkat Pengetahuan Tata Rias Mahasiswi Akademi Sekretari Budi Luhur . Pantarei , 2 (1).
Batubara, H. H., & Batubara, D. S. (2020). Penggunaan Video Tutorial Untuk Mendukung Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Virus Corona. Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah , 5 (2), 74–84. http://dx.doi.org/10.31602/muallimuna.v5i2.2950 .
Enterprise, J. (2015). Membuat video tutorial menggunakan Camtasia . Elex Media Komputindo.
Erni, E., & Farihah, F. (2021). Pengembangan Media Video Tutorial Pada Mata Kuliah Teknologi Menjahit Dalam Mendukung Pembelajaran Dimasa Pandemi COVID- 19. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan , 18 (1), 121–131.
http://dx.doi.org/10.23887/jptk-undiksha.v18i1.30397 .
Keshavarz, M., & Ghoneim, A. (2021). Preparing Educators to Teach in a Digital Age. The International Review of Research in Open and Distributed Learning , 22 (1), 221–242. https://doi.org/10.19173/irrodl.v22i1.4910 .
Khasanah, D. R. A. U., Pramudibyanto, H., & Widuroyekti, B. (2020). Pendidikan Dalam Masa Pandemi Covid-19 . Jurnal Sinestesia , 10 (1), 41–48.
Kusmana, A. (2011). E-learning dalam Pembelajaran. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan , 14 (1), 35–51. https://doi.org/10.24252/lp.2011v14n1a3 .
Mandalika, M., & Syahril, S. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Tutorial untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah Tata Rias . INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi , 20 (1), 85–92.
Mentari, T. A. S., Giatman, G., & Fadhilah, F. (2020). Video Tutorial Sebagai Media Pembelajaran Di Era New Normal COVID 19. Media Bahasa, Sastra, Dan Budaya Wahana , 26 (2), 465–474. 10.33751/wahana.v26i2.2769 .
Pratiwi, B., & Hapsari, K. P. (2020). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pemanfaatan YouTube Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar , 4 (2), 282–289. http://dx.doi.org/10.23887/jisd.v4i2.24238 .
Prawiradilaga, D. S. (2015). Prinsip desain pembelajaran . Kencana.
Qonitah, Z. R. (2020). Pengembangan Video Tutorial Dalam Materi Rias Fantasi Di Program Studi Tata Rias.
JTR-Jurnal Tata Rias , 10 (1), 1–12. https://doi.org/10.21009/10.1.1.2009 .
Rosmiati, R., Ampera, D., & Firmansyah, H. (2020). Pengembangan Laboratorium
Virtual Analisis Kalsium Metode Kompleksometri sebagai Media Pembelajaran Daring Analisis Zat Gizi Mikro. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan , 6 (4), 827–834. https://doi.org/10.5281/zenodo.4303829 .
Sari, D. M., & Suhartiningsih, M. P. (2016). Peningkatan Keterampilan Tata Rias Wajah Panggung dan Face Painting Melalui Pelatihan di Sanggar Tari Kota Malang . E-Journal.
Sinaga, E. R. B. (2013). Manfaat Hasil Belajar Merias Wajah Panggung Sebagai Kesiapan Menjadi Penata Rias Wajah Artis . Universitas Pendidikan Indonesia.
Suryadi, A. (2015). Membuat Media Pembelajaran Untuk Pemula . Surabaya: CV. Garuda Mas Sejahtera , 2 (2).
Wirasasmita, R. H., & Putra, Y. K. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Interaktif Menggunakan Aplikasi Camtasia Studio Dan Macromedia Flash . EDUMATIC: Jurnal Pendidikan Informatika , 1 (2), 35–43.
Yaumi, M. (2018). Media dan Teknologi Pembelajaran . Prenada Media.
|
eb9fc4be-9336-44f8-a310-195116e78b1f | https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/methodika/article/download/48/37 |
## PENGUJIAN TINGKAT KEMIRIPAN SKRIPSI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN POSI FORMULATION
## Darwis Robinson Manalu
Program Studi Sistem Informasi, Universitas Methodist Indonesia Jln Hang Tuah No 8 Medan [email protected]
## Abstract
Measures the percentage similarity becomes important documents today because of the many digital documents in particular scientific work. Measurements were performed by using keywords solution of some of the documents that the user selected after the competition keywords. The process of determining keywords algorithm solution with genetics to produce the latest generation of the best with Jaccard Function. Then the similarity calculation process will be done using the keyword query comparing the solution with an existing document in a database that is in the post title, abstract, keywords and references. Similarity calculation method used is the Percentage of Similarity (POSI) Formulation. The number of keywords found on each document will be distributed in the whole of keywords that are found to produce a percentage of similarity. From the tests results obtained similarity of documents idDoc-661 amounted to 32.26%, 24.19% in the second sequence idDoc-665 and the third number of 19.35% on idDoc-663 and fourth at 12.90% in idDoc -667 and the latter by 11.29% in idDoc-666. Based on these tests can find out similarities with the other documents.
Keywords : Document similarity, Genetic Algorithm (GA), Jaccard Function, POSI Formulation
## 1. PENDAHULUAN
DEngan meningkatnya jumlah hasil penelitian maupun karya ilmiah lainnya dalam bentuk karya ilmiah digital terutama pada bidang akademik seperti skripsi, tesis, jurnal, prosiding dan sejenisnya, sehingga kemungkinan karya ilmiah dapat terjadi kemiripan seperti pada judul tulisan, abstrak, permasalahan, metode yang digunakan, objek penelitian, pembahasan dan hasilnya. Agar penulisan sebuah karya ilmiah tidak terjadi pengulangan maka perlu dilakukan antisipasi sejak dini. Pengujian kemiripan karya ilmiah merupakan pendeteksian kesamaan beberapa dokumen dengan membandingkan isi dokumen sehingga menghasilkan bobot atau nilai kemiripan dari karya ilmiah yang dibandingkan. Salah satu kegunaan perbandingan isi dokumen adalah untuk membantu pengguna dalam pengelompokan karya ilmiah dan juga memungkinkan pengguna mengetahui apakah isi karya ilmiah yang satu merupakan karya ilmiah yang pada dasarnya sama dengan karya ilmiah yang lain. Hal ini berfungsi untuk mengetahui apakah sebuah karya ilmiah mirip dengan karya ilmiah lain (Sihombing, 2010).
Pengujian kemiripan karya ilmiah ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik, misalnya teknik pencarian informasi, teknik penghitungan statistik, atau dengan menggunakan informasi sintaktik dari kalimat perkalimatnya (Taufiq, 2013). Pendekatan-pendekatan tersebut tidaklah sempurna, masih terdapat beberapa kelemahan, misalnya penghitungan statistik yang membandingkan frekuensi kata dari dokumen satu dengan dokumen yang lain, tidak memperhatikan struktur kalimat. Sedangkan dalam teknik sintaktik kalimat, urutan kata dalam kalimat diperiksa unsur semantiknya dengan cara mengolah letak kata sesuai tatabahasanya atau dengan penggantian sebuah kata dengan sinonim dari kata tersebut. Teknik ini mempunyai kelemahan, yaitu setiap kata dikelompokkan pada label masing- masing untuk mengetahui struktur kalimat. Penelitian ini bertujuan mengembangkan pengujian kemiripan satu dokumen dengan dokumen lain yang berada dalam satu database. Proses yang akan dilakukan adalah dengan mengadakan kompetisi kata kunci untuk mendapatkan kata kunci solusi ( keyword solution ) yang ada pada sebuah dokumen menggunakan algoritma genetika metode Jaccard . Dalam pengujian sebuah karya ilmiah dapat dibandingkan dengan multi dokumen yang telah
dikelompokkan dalam sebuah server atau pusat database. Dimana informasi terhadap sebuah dokumen tersebut sudah dimasukkan terlebih dahulu dalam bentuk digital seperti kata kunci, id dokumen, abstrak, judul, dan informasi penting yang dapat mewakili informasi dokumen tersebut seperti daftar pustaka atau referensi utama yang digunakan. Sehingga diharapkan dokumen yang diuji kemiripannya dapat menghasilkan persentase kemiripan antara dokumen yang dipilih oleh user dibandingkan dengan sekumpulan dokumen lainnya dalam database.
Maka pengguna karya ilmiah dapat terbantu dalam mengetahui isi dari sebuah dokumen/karya ilmiah tanpa harus membaca isi keseluruhan dokumen tersebut. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa persentase kemiripan sebuah dokumen jika dibandingkan dengan dokumen lain di dalam sebuah database dengan proses algoritma genetika menggunakan Perentage of Similarity (POSI) Formulation” adapun kajian yang dibahas adalah metode yang digunakan Jaccard Function, k arya ilmiah yang diuji adalah berupa dokumen jurnal yang telah memiliki format penulisan yang sama, Formula perhitungan pengukuran kemiripan dengan POSI Formulation. Data yang digunakan yang bersumber dari karya Ilmiah/Prosiding Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIKOM) APTIKOM Wilayah I Tahun 2013 serta pengujian kata kunci solusi dilakukan terhadap judul tulisan, kata kunci, abstrak dan referensi. Aplikasi yang dirancang digunakan secara multiuser dan menyediakan fasilitas pencarian dokumen pada aplikasi untuk memudahkan mengetahui isi karya ilmiah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil persentase kemiripan sebuah karya ilmiah dengan karya ilmiah lainnya. Sedangkan manfaatnya adalah pengguna dapat mengetahui dengan cepat kemiripan karya ilmiah tanpa harus membaca keseluruhan isi dokumen. Adapun kontribusi penelitian yang dilakukan adalah:
1. Menambah salah satu cara untuk mengukur kemiripan dokumen berbasis teks dalam sebuah pusat data yang terdiri dari dokumen jurnal dan karya ilmiah lainnya.
2. Membuat clustering dalam database server untuk mempercepat proses pengukuran kemiripan menggunakan fungsi SQL.
3. Aplikasi yang dirancang berbasis GUI yang dapat dipergunakan secara multiuser dan menyediakan fasilitas search pada database dokumen.
4. Menggunakan referensi untuk menambah kata kunci dalam melakukan kompetisi kata kunci.
## 2. ALGORITMA GENETIKA
Algoritma genetika adalah salah satu cabang AI ( Artificial Intelligence) yang merupakan model perhitungan yang diinspirasikan oleh teori evolusi. Algoritma tersebut mengkodekan solusi-solusi potensial untuk permasalahan yang ada pada struktur data berupa kromosom. Algoritma genetika umumnya dipandang sebagai fungsi optimisasi, meskipun jangkauan permasalahan yang telah diaplikasikan oleh genetika algoritma sangat luas, yaitu :
1. Al Biles menggunakan algoritma genetika untuk memfilter bagian yang baik dan buruk untuk improvisasi jazz.
2. Militer menggunakan algoritma genetika untuk mengembangkan persamaan untuk mendapatkan perbedaan di antara perputaran radar.
3. Perusahaan-perusahaan menggunakan algoritma genetika untuk memprediksikan pasar bursa.
Kebanyakan sistem AI simbolis adalah sangat statis. Biasanya digunakan hanya untuk memecahkan satu masalah khusus, dikarenakan arsitekturnya didesain sesuai dengan permasalahan yang ada. Jadi, jika permasalahan dirubah, maka sistem-sistem tersebut akan kesulitan untuk beradaptasi, dikarenakan solusi yang didapat tidak tepat atau kurang efisien. Algoritma genetika dibentuk untuk mengatasi permasalahan ini (Sastry, 2004). Sebuah algoritma genetika berfungsi mula-mula dengan menghasilkan himpunan dari solusi- solusi yang mungkin untuk masalah yang ada. Kemudian dilakukan evaluasi pada masing-masing solusi dan menentukan tingkat Fitness (ketahanan) untuk setiap himpunan solusi. Solusi-solusi tersebut kemudian menghasilkan solusi-solusi yang baru. Solusi-solusi parent yang lebih fit adalah yang memiliki kemungkinan besar untuk reproduksi, sedangkan yang kurang memiliki kemungkinan kecil untuk reproduksi. Pada intinya, solusi-solusi berevolusi dari waktu ke waktu. Dengan cara ini, dapat dikembangkan skop ruang pencarian pada suatu titik di mana bisa didapatkan solusi. Algoritma genetika bisa sangat efisien bila diprogram secara tepat.
## 3. POSI FORMULATION
Jika dalam datu database dijumpai sejumlah j dokumen/paper dimana setiap dokumen/paper memiliki kata kunci (k) terhadap I dimana I,j adalah integer, maka perhitungan untuk kemiripan antara sejumlah kata kunci ( keyword ) tersebut dapat dihitung dengan POSI Formulation. Misalkan dokumen/paper 1 disebut sebagai dokumen 1 , paper 2 disebut sebagai dokumen 2 sampai dengan dokumen j disebut dengan dokumen j . Kromosom (kata kunci) 1 disebut dengan k 1 , kromosom 2 disebut dengan K 2 dengan kromosom i disebut dengan K i Untuk menguji persentasi kemiripan antara kata kunci ( keyword ) terhadap dokumen dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan Percentage of Similarity ( POSI) formulation. Proses yang dilakukan adalah bahwa proses GA telah menghasilkan kata kunci solusi. Kemudian kata kunci ini akan dibandingkan dengan data yang ada pada database pada kolom judul tulisan, kata kunci keseluruhan pada tiap record, abstrak dan pada referensi. ( Sihombing, 2010 )
Formula yang digunakan dapat dilihat seperti pada formula 2.3 berikut ini.
n
∑ k i d j Sim ( k,d ) = ------------ ...........(2.3) K total
Dimana Sim ( k,d ) = Nilai Kemiripan. k i d j = jumlah masing-masing nilai kata kunci (i dan j = 0, 1,2,3,,,n adalah bilangan integer)
K total = jumlah total dari semua kata kunci solusi yang terdiri dari judul,
abstrak dan kata kunci.
## 4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Skema Proses dan Aliran Data
Cara kerja pengukuran kemiripan dokumen ini adalah dimulai dengan pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan penelitian, kemudian akan dilakukan prepossessing ( text mining ) untuk menghindari data yang tidak valid dalam pengujian. Selanjutnya akan dilakukan proses input data kedalam database sesuai dengan format yang telah ditentukan. Proses selanjuntnya adalah pemilihan dokumen untuk diuji dan melakukan pencocokan kata ( string matching) untuk menghindari kata kunci ( keywords ) ganda pada setiap dokumen. Kemudian akan masuk ke prosesing pencarian kata kunci terbaik ( keyword Solution ) dengan melakukan kompetisi dengan algoritma genetika. Untuk mendapatkan hasil kemiripan dokumen dilakukan perhitungan. Skema aliran data dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
## Gambar 1 Skema Proses Global dan Aliran Data
## 4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berupa jurnal yang sudah terpublikasi dengan tipe file adalah Portable Doument File (PDF). Dengan rincian terdiri dari:
a. Kode dokumen dalam bentuk angka ( id ),
b. Judul penelitian ( title ),
c. Penulis, ( author )
d. Nama Journal, Prosiding, Majalah Ilmiah, Volume dan Tahun
e. Abstrak,
f. Kata kunci ( keyword ),
g. Referensi ( Bibliography )
Adapun sumber data jurnal diperoleh dari Prosiding Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIKOM) APTIKOM Wilayah I.
## 4.3 Pembentukan Kromosom Kata Kunci
Dengan n query dimana setiap dokumen Q i (i = 0,1,..., n) memiliki kata kunci, kemudian seluruh kata kunci terpilih akan digabungkan. Kemudian akan dilakukan seleksi pada Q total jika ada kata kunci yang sama maka akan
dipilih satu sehingga semua kata kunci tidak ada yang sama. Dari jumlah total kata kunci inilah yang menjadi panjang kromosom yang akan terbentuk. Dapat dijelaskan pada gambar 3.4 untuk menghasilkan kromosom kata kunci dari seluruh dokumen.
## Gambar 2: Proses Pembentukan Kromosom
## 4.4 Metode Pengujian
Adapun proses pengujian kemiripan dokumen adalah seperti gambar 3.1 berikut ini:
## Gambar 3 Proses Pengujian Kemiripan
4.5 Perhitungan Kemiripan
Tahapan yang dilakukan adalah dengan membuat query dalam menyeleksi dokumen yang akan dibandingkan dengan database jurnal. Kemudian akan menghasilkan kata kunci solusi. Akan dilanjutkan dengan pembandingan dengan dokumen yang ada pada database dengan menggunakan query pada judul tulisan, kata kunci, abstrak, dan referensi sebuah dokumen. Pada database telah dilakukan pengelompokan berdasarkan kriteria seperti kategori jurnal/paper, tahun dan lainnya. Kemudian pengujian dilakukan dengan Percentage of Similarity (POSI Formulation) dan membuat laporan yang sudah dirangking berdasarkan nilai persentase
kemiripan yang tertinggi (Sihombing, 2010). Adapun proses perhitungan yang dilakukan seperti pada Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Perhitungan persentase kemiripan
Setelah dilakukan pencarian pada database dan jumlah kata kunci yang terdapat pada setiap dokumen akan dibagikan dengan total semua kata kunci yang ditemukan pada pada database. Proses perhitungan seperti berikut ini; For i = 1 to Jumlah_Doc_Temu Persentase Mirip Doc(i) = TotalTemuKKS_Doc(i)/ TotalTemuKKS All Next i
Nilai persentase yang diperoleh dalam setiap pengujian akan berubah karena nilai fitness yang didapat pada proses algoritma genetika bisa berbeda. Perbedaan dapat meningkat keseluruhan ataupun akan berkurang, namun tidak merubah posisi atau tingkatan urutan kemiripan. Hal ini terjadi karena nilai random diberlakukan pada saat proses algoritma genetika.
## 5. PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui hasil persentase kemiripan sebuah dokumen karya ilmiah dengan dokumen karya ilmiah lainnya. Informasi yang didapat dari beberapa dokumen yang memiliki kategori yang sama, sehingga berdasarkan pengujian kemiripan dapat memberikan informasi lebih awal tentang isi dokumen tersebut. Untuk itu yang menjadi pembanding yang digunakan adalah kata kunci yang terdapat pada abstrak setiap tulisan yang ada. Aspek kedua yang akan dibahas adalah masalah peringkat kemiripan dokumen. Tujuan utama adalah untuk memilih kata kunci yang terbaik dari kata kunci yang dipilih oleh pengguna ( user ).
Dengan banyaknya tulisan/jurnal saat ini terutama dalam bentuk digital semakin memudahkan penulis mencari referensi. Namun pada kenyataannya banyak sekali dokumen yang mirip dalam kasus yang sama, termasuk referensi yang digunakan. Bagi pembaca atau user yang akan merujuk atau untuk mengetahui isi dari sebuah tulisan tentunya akan membutuhkan waktu yang banyak menyelesaikan itu. Sehingga perlu dilakukan pengujian kemiripan dokumen dengan menggunakan kata kunci yang ada ada setiap tulisan. Pada kenyataannya banyak sekali dokumen yang memiliki kata kunci yang mirip atau yang sama.
Dengan melihat masalah di atas bahwa sangat penting untuk menemukan kata kunci terbaik diantara semua kata kunci yang dipilih untuk dilakukan pengujian, sehingga diperlukan kompetisi kata kunci ( keyword competition ). Dimana kompetisi kata kunci ini merupakan proses untuk menyeleksi kata kunci yang
memiliki peluang kecil untuk diuji, maka proses ini akan menghasilkan Kata Kunci Solusi ( Keyword Solution ). Pada penjelasan berikutnya adalah tentang penyajian gambaran skema kompetisi kata kunci, kemudian diikuti oleh penjelasan pemilihan rinci komponen kompetisi kata kunci, menyajikan Kromosom kromosom, menyajikan Kromosom populasi awal, menyajikan evaluasi fungsi fitness, menyajikan proses seleksi, menyajikan proses crossover, dan proses mutasi, menyajikan proses rekombinasi dan menyajikan solusi kunci .
## 5.1 Memilih Dokumen Untuk Diuji
Pada pembentukan kromosom telah dijelaskan dengan memilih dokumen kemudian menggabungkan kata kunci (Q total ) kemudian akan menghilangkan kata kunci yang sama (duplikat) dengan cara membandingkan kata kunci Q 1 , Q2,,,, Qn.
Oleh karena itu panjang kromosom diwakili oleh semua kata kunci dalam Q total , dimana :
Q total = {Q 0U Q 1U Q 2U .... Q nU } ……………………...(4.1) ( Q total = satu set semua kata kunci)
Dengan mengambil contoh sebagai berikut: pilihan user terdiri dari lima (5) dokumen yang disebut Dokumen-0 (atau DOC-0), Dokumen -1 (atau DOC 1), Dokumen -2 (atau DOC-2), Dokumen-3 (atau DOC-3), dan Dokumen-4 (atau DOC-4), yang diwakili oleh kata kunci seperti yang ditunjukkan dalam tabel 1.
Tabel 1: Kata kunci Dari dokumen yang akan diuji
Query Kata Kunci Doc-0 (Q 0 )
watermarking, ssw, pseudo noise, watermark pattern,watermark recovery correlation, kriptografi
Doc-1 (Q 1 )
citra digital, steganografi, least significant bit, peak signal noise ratio, kriptografi
Doc-2 (Q 2 ) otp, playfair, kriptografi, kombinasi, citra digital
Doc-3 (Q 3 ) kontras, brightness, grayscale, thresholding, inversi, citra biner, filter, noise, deteksi tepi, citra digital Doc-4 (Q 4 ) watermarking, looping, robustnes, dokumen gambar, least significant bit, kriptografi
User’s keywords ( Q total ) Jumlah Kata Kunci adalah 25 terdiri dari: watermarking, ssw, pseudo noise, watermark pattern,watermark recovery correlation, kriptografi, citra digital, steganografi, least significant bit, peak signal noise ratio, otp, playfair, kombinasi, kontras, brightness, grayscale, thresholding, inversi, citra biner, filter, noise, deteksi tepi, looping, robustness, dokumen gambar
Dari Tabel 1 diperoleh: Q 0 = ( watermarking, ssw, pseudo noise, watermark pattern,watermark recovery correlation,
kriptografi ) Q 1 = ( citra digital, steganografi, least significant bit, peak signal noise ratio, kriptografi )
Q 2 = ( otp, playfair, kriptografi, kombinasi, citra digital ) Q 3 = ( kontras, brightness, grayscale, thresholding, inversi, citra biner, filter, noise, deteksi tepi, citra digital)
Q4= (watermarking, looping, robustnes, dokumen gambar, least significant bit, kriptografi)
Oleh karena itu, dengan Persamaan 4.1 jumlah panjang kromosom dari semua dokumen diwakili oleh Q total adalah {Q 0U Q 1U Q 2U Q 3U Q 4U }, sehingga mendapatkan Q total sebagai berikut:
Q total = ( watermarking, ssw, pseudo noise, watermark pattern,watermark recovery correlation, kriptografi, citra digital, steganografi, least significant bit, peak signal noise ratio, otp,
playfair, kombinasi, kontras, brightness, grayscale, thresholding, inversi, citra biner, filter, noise, deteksi tepi, looping, robustness, dokumen gambar )
Total elemen dalam Q total adalah 25 kata kunci, karena satu kata kunci hanya ditampilkan satu kali. Dengan kata lain dengan Tabel 1 di atas, memiliki lima (5) dokumen sebagai masukan dimana setiap dokumen memiliki kata kunci. Gabungan kata kunci akan menentukan kromosom.
Oleh karena itu, dengan persamaan (1) Q total mendapatkan jumlah semua panjang kromosom adalah │Q total │ = 25 bit sebagai berikut:
Jumlah Kata kunci user (Q total ) Jumlah Kata kunci = 25: watermarking, ssw, pseudo noise, watermark pattern,watermark recovery correlation, kriptografi, citra digital, steganografi, least significant bit, peak signal noise ratio, otp, playfair, kombinasi, kontras, brightness, grayscale, thresholding, inversi, citra biner, filter, noise, deteksi tepi, looping, robustness, dokumen gambar
## 5.2 Representasi Kata Kunci
Kata kunci diwakili oleh kromosom. Sebuah kromosom merupakan dokumen tunggal yang mengandung kata kunci. Dalam penelitian ini pertanyaan yang diberikan n pengguna (Q n ) dengan masing-masing query memiliki kata kunci. Kemudian mendefinisikan populasi awal sebagai kromosom n dan jumlah semua panjang kromosom adalah Q total . Sebuah kromosom adalah serangkaian kata kunci yang diwakili oleh bit (0 dan 1). Ketika kata kunci disajikan dalam dokumen, bit diatur ke 1; jika tidak diatur ke 0. Setiap dokumen kemudian dapat diwakili dalam urutan 0 dan 1, yang disebut model kromosom.
Kromosom (Contoh1) 1 00000000000000000000000 1 Artinya kromosom pada kata kunci terdiri dari : watermarking and dokumen gambar.
Dari contoh kata kunci diatas dapat digambarkan kromosom berikut ini:
## Kromosom (contoh2)
11 00000000000000000000000
Artinya kromosom pada kata kunci terdiri dari : watermarking dan ssw Kata Kunci watermarking , ssw ,00000000000000000000000
(contoh)
Menggunakan Tabel 4.1 query total = 25 bit dengan populasi awal dari 5 dokumen sebagai berikut: Q total = {watermarking, ssw, pseudo noise, watermark pattern,watermark recovery correlation,citra digital, steganografi, least significant bit, peak signal noise ratio, kriptografi, otp, playfair, kombinasi, kontras, brightness, grayscale, thresholding, inversi, citra biner, filter, noise, deteksi tepi, looping, robustness, dokumen gambar}.
Berikut ini adalah kata kunci dari Doc-0 sebgai berikut :
Query
## Kata Kunci
DOC-0 (Q 0 ) watermarking, ssw, pseudo noise, watermark pattern, watermark recovery correlation, kriptografi
kemudian sesuai dengan kata kunci dari Doc-0 (Q 0 ) dengan kata kunci Q total . Jika kata kunci dari Doc-0 (Q 0 ) ada di kata kunci dari Q total , bit diubah menjadi nilai 1; jika tidak diberikan nilai 0. Sehingga menghasilkan Doc- 0 sebagai berikut:
Kromosom 1111110000000000000000000 dari Doc-0 (C 0 )
Dengan cara yang sama seperti diatas, jika dilihat kata kunci dari Doc-1 sebagai berikut:
Query Kata Kunci Doc-1 (Q 1 ) citra digital, steganografi, least significant bit, peak signal noise ratio,
kriptografi
Oleh karena itu kromosom Doc-1 sebagai berikut:
Kromosom 0000011111000000000000000 dari Doc-1 (C 1 ) Kata kunci pada dokumen 2: Query Kata Kunci DOC-2 (Q 2 )
otp, playfair, kriptografi, kombinasi,
citra digital
Maka kromosom dari dokumen 2 adalah :
Kromosom 000001000111100000000000
dari Doc-2 (C 2 )
Kata kunci pada dokumen 3:
Query Kata Kunci Doc-3 (Q 3 ) kontras, brightness, grayscale,
thresholding, inversi, citra biner, filter, noise, deteksi tepi, citra digital
Sehingga kromosom dari dokumen 3 adalah
Kromosom 000001000000011111111100
dari Doc-3 (C 3 )
Berikut adalah kata kunci pada dokumen 4:
Query Kata Kunci Doc-4 (Q 4 ) watermarking, looping, robustnes, dokumen gambar, least significant bit, kriptografi
Sehingga diperoleh kromosom dari dukumen 4 adalah:
## Kromosom
1000000101000000000000111
dari Doc-4 (C 4 )
Kromosom kata kunci dari Doc-0, Doc-1, Doc-2, Doc-3, Doc-4, adalah sebagai berikut:
• Kromosom Doc-0 (C 0 ) = 1111110000000000000000000 • Kromosom Doc-1 (C 1 ) = 0000011111000000000000000 • Kromosom Doc-2 (C 2 ) = 0000010001111000000000000 • Kromosom Doc-3 (C 3 ) = 0000010000000011111111100 • Kromosom Doc-4 (C 4 ) = 1000000101000000000000111
5.3 Evaluasi Fitness Kata Kunci
Setelah mendapatkan Kromosom pertama, maka sistem akan menentukan kata kunci sebagai kromosom pada Kromosom berikutnya. Fitness kata kunci adalah nilai yang digunakan untuk memilih kata kunci pada Kromosom berikutnya. Ini adalah salah satu operator yang paling penting dalam proses kompetisin kata kunci. Fungsi ini memetakan semua sifat-sifat satu individu untuk, pada dasarnya memberikan peringkat dan tempat di antara individu-individu lain. Menciptakan operator fitness adalah salah satu tugas paling sulit dalam menciptakan skema kompetisi kata kunci. Hal ini dibutuhkan aga dapat mengambil semua contoh dan mempertimbangkan individu sebagai solusi. Kemudian akan dilanjutkan pada pemetaan beberapa kekurangan dari solusi.
Tujuan dari fase ini adalah untuk mendapatkan nilai fitness dari kata kunci. Fitness kata kunci adalah nilai yang digunakan dalam memilih setiap kata kunci untuk Kromosom berikutnya. Evaluasi nilai fitness tergantung pada kasus setiap kata kunci dalam setiap Kromosom. Dalam penulisan ini nilai fitness akan menentukan kemiripan antara kata kunci dan dokumen. Dalam tulisan ini menggunakan fungsi Jaccard dan fungsi Cosine untuk mencari nilai fitness. Karena fungsi ini salah satu metode yang baik untuk melakukan pengujian kemiripan.
Skema ini akan mengevaluasi berdasarkan fungsi Jaccard dan fungsi Cosine sebagai formulasi.
Untuk pengujian data menggunakan data set dari " Prosiding SNIKOM”. Data yang digunakan adalah koleksi sejumlah dokumen dengan struktur sebagai berikut: Id-doc (nomor jurnal), Judul (JDL), Penulis (PNL), Abstrak (ABS), Kata Kunci (KWD) dan Referensi (REF).
## 5.4 Proses Pemilihan Kata Kunci
Proses pemilihan kata kunci adalah sama dengan proses seleksi alam dalam evolusi. Prinsip proses pemilihan kata kunci adalah sebagai berikut: the " mostfitness " anggota populasi kunci akan bertahan, dan "fitnesss lemah" akan dieliminasi. Proses pemilihan kata kunci adalah algoritma yang algoritma evolusi menuju solusi yang terbaik. Dalam penelitian ini, penentuan populasi kunci pada Kromosom berikutnya dipilih berdasarkan nilai fitness kata kunci. Semakin tinggi tingkat nilai fitness maka probabilitas untuk dilanjutkan sangat besar, sementara yang memiliki nilai rendah akan ditinggalkan atau dihapus.
Proses seleksi didasarkan pada seleksi roda roulette. Yaitu dengan memutar roda n kali, pada setiap pemilihan kata kunci. Dengan cara ini, kata kunci yang terbaik secara alami akan menghasilkan nilai rata-rata yang tinggi, dan kata kunci terburuk akan mendapatkan nilai yang rendah.
Proses pemilihan kata kunci adalah langkah untuk memilih dua kromosom kata kunci dari populasi kunci sesuai dengan fitness ( fitness yang lebih baik, kesempatan lebih besar untuk dipilih ). Induk yang dipilih sesuai dengan fitness kata kunci yang ada.
Agar lebih jelas, dapat dilihat kromosom kata kunci sebelumnya, mengatakan dengan kromosom A, B, C, D, dan E sebagai berikut.
Nilai fitness dari setiap kata kunci adalah sebagai berikut: C 0 = 1111110000000000000000000→ fitness C 0 dari Q 0 = 0,25 C 1 = 0000011111000000000000000→ fitness C1 dari Q 1 = 0,27 C 2 = 0000010001111000000000000→ fitness C2 dari Q 2 = 0,26 C 3 = 0000010000000011111111100→ fitness C3 dari Q 3 = 0,24 C 4 = 1000000101000000000000111→ fitness C4 dari Q 4 = 0,28 Total nilai fitness = 0.25 + 0.26 + 0.27 + 0.24 + 0.28 = 1,3. Oleh karena itu, dapat ditunjukkan dalam diagram berikut:
• 0.25 / 1,3 * 100% = 19% (wilayah A) • 0.26 / 1,3 * 100% = 20% (wilayah B)
• 0.27 / 1,3 * 100% = 21% (wilayah C)
• 0.24 / 1,3 * 100% = 18% (wilayah D)
• 0.28 / 1,3 * 100% = 22% menyebutnya wilayah E)
Dalam proses selanjutnya akan memproses kromosom kata kunci ini lagi sampai pada nilai fitness kata kunci yang terbaik, berarti nilai yang ditemukan sudah stabil sebagai kata kunci solusi. Dari contoh di atas dapat dilihat nilai fitness kata kunci yang terbaik dari semua kata kunci pada nilai 0,28. Dengan kromosom kata kunci sebagai berikut:
1000000101000000000000111 .
5.5 Crossover Kromosom Kata Kunci
Crossover kromosom kata kunci adalah kemungkinan melakukan pertukaran antar populasi. Dari sebuah persilangan akan menyeberang dari satu populasi ke populasi lainnya untuk membentuk keturunan baru (anak). Jika tidak ada Crossover dilakukan, maka secara otomatis akan mengambil data induk ( parent ). Ini hanyalah pertukaran bit dari 0 menjadi 1 dan dari 1 menjadi 0. Nilai yang paling baik adalah ≥ 0,7. Mengapa? Nilai ini adalah ukuran umum dalam Crossover, jika memilih 0,6 atau 0,5 maka nilai tersebut terlalu kecil. Oleh karena itu sebaiknya mengambil nilai yang terbaik adalah sekitar ≥ 0,7 (dari skala 0,1 sampai 0,9). Crossover dilakukan dengan memilih Kromosom acak sepanjang kromosom dan swapping semua Kromosom.
Agar lebih jelas, dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
Kata kunci Kromosom 1: 100010011 |
10010010
Kata kunci Kromosom 2: 010100010 | 01000011
## 5.6 Mutasi Kromosom Kata Kunci
Tujuan dari mutasi adalah untuk menghasilkan kata kunci dengan keturunan baru pada setiap posisi dalam kromosom. Mutasi adalah kesempatan dalam kromosom untuk membalik (0 menjadi 1, 1 menjadi 0). Mutasi dilakukan dengan ditentukan nilai yang. Nilai konstan biasanya ditetapkan dengan nilai sangat rendah, misalnya 0,01. Setiap kali kromosom dipilih dari populasi algoritma, pertama sekali memeriksa dan melihat apakah Crossover harus diterapkan dan kemudian perulangan dilakukan disepanjang masing-masing kromosom yang bermutasi. Iterasi dilakukan untuk setiap kromosom dengan mengambil nilai acak dari 0 sampai 1. Jika nilai acak yang dihasilkan, maka kromosom/bit terbalik, jika tidak ada yang dilakukan. Mutasi ini dimaksudkan untuk mencegah berkurangnya dari semua solusi dalam populasi sehingga dapat menjadi optimum sehingga masalah dapat diselesaikan. Proses mutasi acak dapat mengubah keturunan yang dihasilkan dari crossover. Dalam kasus pengkodean biner dapat bertukar beberapa bit yang dipilih secara acak 1-0 atau dari 0 sampai 1. Contoh mutasi ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2: Mutasi kromosom kata kunci
Keturunan Asli 1 110 1 111000011110 Keturunan Asli 2 110110 0 1001101 1 0 Keturunan Bermutasi 1 110 0 111000011110 Keturunan Bermutasi 2 110110 1 1001101 0 0 Pada tabel 2, dapat dilihat teknik mutasi ( serta crossover ) terutama tergantung pada pengaturan dari kromosom. Dari contoh di atas, mutasi bisa dilakukan sebagai pertukaran dua Kromosom.
6.7 Kromosom Kata Kunci Solusi ( Kromosom Terakhir )
Pada kromosom contoh sebelumnya, setelah beberapa kromosom ditemukan kromosom tunggal dari semua populasi dengan nilai fitness yang memiliki nilai konstan: 0,28, sebagai berikut:
1000000101000000000000111 [0,28]
Oleh karena itu, sistem akan melaporkan bahwa solusi kata kunci dalam Kromosom terakhir adalah sebagai berikut:
1000000101000000000000111
melihat kromosom contoh di atas, ada 6 kata kunci yang muncul sesuai dengan urutan nomor satu (1). Posisi pertama di 11 (bit pertama) adalah 1, maka kata kunci "watermaking", nomor 2 pada posisi 8 (bit kedelapan) adalah 1, maka kata kunci "least significant bit", nomor 3 pada posisi bit 10 adalah 1, maka kata kunci "kriptografi", nomor 4 pada posisi bit ke 22 adalah 1, maka kata kunci "deteksi tepi", nomor 5 pada posisi bit ke 23 adalah 1, maka kata kunci "looping", dan nomor ke 6 pada posisi 25, dengan kata kunci "dokumen gambar". Ini berarti bahwa kata kunci bernilai 1 berarti dipilih, dan nilai 0 tidak akan dipilih. Jadi kata kunci solusi yang ditemukan adalah: watermaking, least significant bit, kriptografi, deteksi tepi, looping, dokumen gambar, maka sesuai dengan kata kunci tersebut, sistem akan menyarankan dokumen database yang mirip dengan pilihan user.
## 6. PENGUJIAN DAN HASIL
## 6.1 Prototipe Aplikasi
Dalam melakukan pengujian menggunakan aplikasi yang dirancang dalam memudahkan menentukan pilihan dokumen untuk dilakukan pengujian kemiripan. Tampilan seperti berikut ini.
Langkah 1: Tampilkan semua dokumen seperti pada Gambar 5 berikut ini :
## Gambar 5 Tampilan daftar dokumen
Langkah 2: Lakukan pemilihan dokumen dari tabel dengan klik pada judul dokumen atau dapat melakukan seleksi dengan memilih kategori, tahun dan kata kunci, dengan memilih IdDoc-664, IdDoc-659, IdDoc-660, dan IdDoc-657. Seperti pada gambar 6 berikut ini:
Gambar 6 Tampilan pemilihan dokumen yang akan diuji Langkah 3: berikan tanda ceklist pada GA Report dan kemudian Klik tombol Proses dan akan menghasilkan laporan proses pengujian dan persentase kemiripan dokumen seperti pada gambar 7.
## Gambar 7 Laporan Proses Pengujian dan Kemiripan
## 6.2 Pengujian Kemiripan Dokumen.
Berikut ini akan dijelaskan hasil pengujian dengan menggunakan aplikasi yang dirancang. Pada proses ini dengan memilih 4 dokumen yaitu dokumen dengan IdDoc-664, IdDoc-659, IdDoc-660, dan IdDoc-657 yang ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3 Sumber dokumen yang diuji.
N o ID- Doc Judul Dokumen Kata Kunci 1 664 Modifikasi Metode Least Significant Bit (Lsb) Pada Steganografi Citra Digital Kriptografi, Least Significant Bit, Steganografi, Citra 2 659 Modifikasi LSB Berbentuk Looping Dalam Watermark Citra Digital watermarking, Least Significant Bit, looping, robustness 3 660 Aplikasi Turunan Numerik Dalam Pengenalan Pola Citra brightness, citra biner, deteksi tepi, filter, grayscale, inversi, noise, thresholding, Least Significant Bit, kontras 4 657 Kombinasi Kriptografi Transposisi Dan Kompresi Untuk Keamanan Watermarking Citra Digital kompresi, kompresi shannon-fano, kriptografi transposisi, Least Significant
Bit, transposisi segitiga, transposisi segitiga, transposisi spiral, transposisi zig-zag, watermarking
Pada tabel 3 ini ditampilkan hasil pengujian dengan seluruh dokumen yang ada dalam database dengan menggunakan query untuk pengujiannya. Persentase kemiripan dari empat dokumen terpilih memperoleh kemiripan dengan persentase tertinggi adalah 32,26%, peringkat kedua 24,19%, peringkat ketiga 19,35%, peringkat keempat 12,90% dan seterusnya pada peringkat terakhir kemiripan dengan 11,19%. Nilai persentase
kemiripan ini akan berubah tergantung hasil pemilihan kata kunci solusi.
Pada uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan seperti pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Pengujian dan Hasil No Id-Doc Kemiripan Judul Jurnal 1. 661 32.26% Studi Kompresi Data Arithmetic Coding Dan Kriptografi RSA 2. 665 24.19% Pengamanan pesan teks dengan kombinasi algoritma kriptografi one-time pad dan playfair cipher 3. 663 19.35% Jenis Penyerangan Pada Spread Spectrum Watermarking Citra Digital 4. 667 12.90% Meningkatkan Robustness Watermarking Audio Digital Melalui MSB Dan Algortima RSA 5. 666 11.29% Pengenalan Tanda Tangan Digital Dengan Menggunakan Metode Learning Vector Quantization (LVQ)
## 7.3 Perhitungan Persentase Kemiripan.
Berikut ini tabel proses pengujian dan perhitungan kata kata kunci solusi dapat ditunjukkan pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 Perhitungan Kata kunci solusi Kromos om Kata Kunci Kata Kunci Solusi Jumlah Kata Kunci Dalam Dokumen Doc- 661 Doc- 665 Doc- 663 Doc- 667 Doc- 666 110011 110010 101000 00000 Kriptogr afi 2 3 2 1 1 Least Significa nt Bit 5 2 2 2 2 Waterma rking 4 4 2 1 0 Looping 2 1 2 0 1 Robustne ss 2 1 0 1 0 Deteksi tepi 2 1 1 1 1 Grayscal e 2 1 2 1 2 Noise 1 2 1 1 0 Total Kata Kunci 20 15 12 8 7 Persentase Kemiripan (%) 32.26 24.19 19.35 12.90 11.29
Dari tabel di atas ditampilan hanya 5 dokumen yang memiliki nilai lebih besar. Ber dasarkan pengujian diatas maka kata kunci solusi yang dihasilkan dibandingkan dengan dokumen doc-661 terdapat 20 kata yang terdiri dari kriptografi ditemukan 2, untuk kata Least Significant Bit ditemukan 5, kata Watermarking ditemukan 4, kata Looping ditemukan 2, kata Robustness ditemukan 2, kata Deteksi tepi ditemukan 2, kata Grayscale ditemukan 2, sedangkan kata Noise ditemukan 1 kata kunci. Sehingga total 2+5+4+2+2+2+2+1=20, dengan cara yang sama dilakukan maka jumlah kata kunci yang ditemukan pada doc-665 = 15 , pada doc-663 ditemukan 12, pada doc- 667=8 sedangkan doc-666 ditemukan jumlah kata 7.
Sehingga total kata yang ditemukan pada keseluruhan data yang ada pada database 20+15+12+8+7=62 kata. Persentase kemiripan dari hasil pengukuran antara lain:
- Persentase Kemiripan doc-661 adalah 20/81 = 32,26 %
- Persentase Kemiripan doc-665 adalah 15/81 = 24,19 %
- Persentase Kemiripan doc-663 adalah 12/81 = 19,35 %
- Persentase Kemiripan doc-667 adalah 8/81 = 12,90 %
- Persentase Kemiripan doc-666 adalah 7/81 = 11,29 %
Sesuai melalui proses perhitungan diatas maka persentase kemiripan yang paling besar antara dokumen (doc-664, doc-659, do-658, doc-657) adalah pada dokumen-661. Pada contoh pengujian di atas jumlah batas dokumen yang diuji kemiripannya sejumlah 8 namun yang disajikan adalah 5 dokumen yang memiliki nilai persentase lebih tinggi.
## 7. PENUTUP
Setelah membahas dan menguji kemiripan dokumen maka dapat diberikan beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pengukuran kemiripan dokumen karya ilmiah dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah kata kunci yang terdapat dalam sebuah dokumen karya ilmiah dengan dokumen karya ilmiah lainnya dalam waktu yang lebih cepat ( satuan waktu detik ) dibandingkan pada pengujian dengan membaca isi dokumen karya ilmiah secara manual.
2. Dari pengujian data yang dilakukan diperoleh hasil kemiripan dari dokumen IdDoc-661 sebesar 32,26%, urutan kedua 24,19% pada IdDoc-665 dan urutan ketiga sejumlah 19,35% pada IdDoc-663 dan urutan keempat sebesar 12,90% pada IdDoc-667 dan yang terakhir sebesar 11,29% pada IdDoc-666.
3. Aplikasi yang digunakan merupakan salah satu tools yang dapat menjalankan proses dengan baik yang menghasilkan kunci solusi untuk melakukan pengujian.
Untuk kesempurnaan dari penelitian ini diberikan beberapa saran antara lain:
1. Mengingat semakin banyak dokumen yang dipilih untuk dibandingkan maka akan membuat jumlah kromosom semakin panjang dan waktu yang lebih banyak dan mengakibatkan proses optimisasi berjalan lambat. Oleh karena itu, disarankan agar terdapat suatu metode tertentu yang digunakan dalam pemilihan kata kunci-kata kunci tertentu yang akan digunakan dalam model kromosom.
2. Aplikasi yang sudah dirancang digunakan secara multiuser dalam satu jaringan Local Area Network, sebaiknya dikembangkan untuk online dengan berbasis web.
## DAFTAR PUSTAKA
Baeza-Yates, R, Ribeiro-Neto, B. 1999 Modem Information Retrieval. Addison Wesley.
Basuki, A. Algoritma Genetika, 2003 Suatu Alternatif
Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning, PENS-ITS, Surabaya Berthon, P.,N.C a.J Hulbert et al., 2007. “ Organizational and Customer Prespective on Brand Equity: Issues for Manager and Researchers” Bentley College-
Columbia University-Curtin university of Technology. Candra Triawati, 2009, Institut Teknologi Telkom ,
“Metode Pembobotan Statistical Concept Based untuk Klastering dan Kategorisasi Dokumen
Berbahasa
Indonesia”,diakses
pada,
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?
view=article&catid=20%3Ainformatika&id=590% 3Atextmining&option=com_content&Itemid=15,
TanggalAkses : 04 Desember2011
Even, Zohar, 2002 , Introduction To Text Mining.
[online], Tersedia di: http://www.docstoc.com/docs/25443990/Introducti on-to-Text-Mining diakses pada 16 Februari 2012
Gen, M. Dan Cheng R. 1997. Genetic Algoritm and Enginering design, Ashikaga Institute of Technology Ashikaga, Japan, A Wiley-Interscience publication, Jhon wiley & Sons, Inc
Gerald J. Kowalski, 2000. Information Storage and Retrieval Systems: Theory and Implementation, United States
Goldberg, D.E., 1989 Genetic Algorithm in Search, Optimization and Machine Learning. Addison- Weasley Publishing Company Inc, New York Hearst, Marti. 2003. “What Is Text Mining.” Retrieved October 18: 2005.
Hiemstra, Djoerd, 2009. Information Retrieval Models,
Information Retrieval : Searching in 21st Century, Wiley
Hultberg, Jens dan Helger, Joakim Poromaa. 2007. Seminar course in Algorithms - Project report : String Matching
Kristanto, 2004, Jaringan Syaraf Tiruan ( Konsep Dasar, Algoritma, dan Aplikasinya), Gava Media, Yogyakarta
Kusumadewi, S., 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya), Graha Ilmu, Yogyakarta
Mitchell, M. 1996 . an Introduction to Genetic Algorithms (2nd ed.). The MIT Press., London.
Niwattanakul, S., Singthongchai, J., Naenudorn, E., &
Wanapu, S. 2013. Using of Jaccard Coefficient for Keywords Similarity. Proceedings of the
International MultiConference of Engineers and Computer Scientists, Hongkong
Sastry, K. et.al. 2004, Genetic Programming for Multiscale Modeling. Urbana: University of Illinois at Urbana, Champaign
Sihombing Poltak, 2010,. Keyword Competition Approach in Ranked Document Retrieval, Disertasi, Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia.
Suyanto. 2005. Algoritma Genetika dalam Matlab, : Andi., Yogyakarta
Tan, Ah-Hwee, 1999, Text Mining: The state of the art and the challenges, Kent Ridge Digital Labs 21 Heng Mui Keng Terrace Singapore 119613, online pada
( http://www3.ntu.edu.sg/sce/labs/erlab/publications /papers/asahtan/ tm_pakdd99.pdf diakses pada tgl 19/11/2012)
Taufiq M. Isa, Taufik Fuadi Abidin, 2013. Mengukur Tingkat Kesamaan Paragraf Menggunakan Vector Space Model untuk Mendeteksi Plagiarisme, Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Syiah Kuala.
Triawati, Chandra 2009, Metode Pembobotan Statistical Concept Based untuk Klastering dan Kategorisasi Dokumen Berbahasa Indonesia, Institut Teknologi Telkom Bandung.
Winoto, Hendri. 2012. Deteksi Kemiripan Isi Dokumen Teks Menggunakan Algoritma Levenshtein
Distance. Teknik Informartika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
|
9f8ff724-08ac-4505-ab31-9197a4563ef5 | https://jurnal.uns.ac.id/pjl/article/download/1720/10076 |
## PENGGUNAAN ALIH KODE DALAM PERCAKAPAN PADA JARINGAN WHATSAPP OLEH MAHASISWA KNB YANG BERKULIAH DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Khodiyo Thesa Universitas Sebelas Maret [email protected]
## ABSTRACT
The aims of this research are (1) to find the types of code switching that used in what’sapp conversation by KNB students of Sebelas Maret University (2) to describe the factors of code switching by KNB students of Sebelas Maret University (3) to describe the functions of code switching by KNB students of Sebelas Maret University. This research is adescriptive qualitative research employing etnography method (analizing of domain, taxonomy, and componential) in order tofix the pattern of the culture theme. The source of data taken from the code switching conversations of KNB Students. The data are conversations of KNB students in Sebelas Maret University that joined in Sibling What’sA pp Group from August until November 2016 and contain of code switching. The collecting data is conversation transcription in Sibling What’sApp group that relates with switching code. The research results were (1) the types of switching code that used by KNB students wereintersentencial switching, intrasentencial switching, and tag switching. The result of analizing research that refers to Spreadly theory or etnography theory showed that intrasentential was the dominan switching code that appear on KNB students conversation about 43% (2) the factors that caused KNB students switching the code of on their conversation were speaker, addresse speaker, topic, situation, humor, ability, technology, familiarity, and relation whereas (3) the functions of switching codes on the KNB students conversations were to familiar between the speaker and address speaker, to respect the local culture they stayed, to make easy the communication, words of technology, to rich language ability, to remind something to address speaker, to respond the questions, to begin, middle and to end the conversations, to emphasize the speaker meaning, invitation, to change formal situation to informal, perception, to express the speaker feeling, to quote the other person conversation, humor, to address specification, to ask a help, to explain the speaker meaning, and to change a topic. The result of this research showed that switching code on KNB students conversation that join on Sibling What’s App group had three types and it had the factors that can influence switching code and for each KNB students conversation had the function. Intrasentencial code is the dominan switching code because KNB students often use the switching code in words or phrase form.
Keywords: KNB students, code switching, intersentential switching, intrasentential switching, tag.
## Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang menjadi alat ucap manusia. Komunikasi mempunyai definisi berupa suatu sistem yang dimiliki oleh manusia dalam kegiatan sehari-hari. Meskipun dalam kegiatan komunikasi tertulis sebagian besar menggunakan bahasa nasional tapi dalam komunikasi antar suku, bahasa daerah merupakan peranan yang sangat penting dalam komunikasi antar masyarakat. Bahasa daerah sering dipakai sebagai penyampaian ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat seperti Agama dan Budaya. Masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih dalam berbicara disebutkan masyarakat bilingual dan multilingual. Sementara itu, bahasa tidak hanya dalam percakapan bertatap muka saja, seiring dengan berkembangnya teknologi, percakapan melalui media komunikasi baru yang lebih maju. Alat komunikasi yang belakangan ini sedang populer ialah media sosial di internet. Dengan sebuah microblog, yang bernama WhasApp. Komunikasi tanpa bertatapan langsung, dengan menggunakan pesan tertulis bisa menyampaikan ujaran dan pesan berinteraksi, dan melakukan percakapan dengan orang lain. Salah satu group mahasiswa asing yang berkuliah di Universitas Sebelas Maret yaitu mahasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB). Mahasiswa luar negeri ini datang dari berbeda negara yang mempunyai berbagai bahasa. Namun Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar pertama bagi mereka tapi bila mereka tinggal di Indonesia dan berkuliah mereka akan dapat pengaruh dari beberapa bahasa seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa atau Bahasa daerah lain. Penggunaan bahasa bagi mahasiswa KNB merupakan percakapan alih kode berdasarkan bahasa pengantar pertama (Bahasa Inggris) dan bahasa kedua (Bahasa Indonesia atau bahasa daerah). Berdasarkan latar belakang dan penelitian yang sudah dilakukan sebelum ini saya dikemukakan, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah berikut. 1) Apakah jenis alih kode yang digunakan lewat WhatsApp oleh mahasiswa KNB dari UNS? 2) Faktor-faktor apa yang menyebabkan mahasiswa KNB dari UNS menggunakan alih kode? 3) Apakah fungsi alih kode dalam percakapan lewat WhatsApp oleh mahasiswa KNB dari UNS? Penelitian ini bertujuan penelitian ini sebagai berikut. 1) Menemukan jenis alih kode yang digunakan dalam percakapan lewat WhatsApp Mahasiswa KNB dari UNS. 2) Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab alih
kode oleh mahasiswa KNB dari UNS. 3) Mendeskripsikan fungsi dalam alih kode lewat WhatsApp oleh mahasiswa KNB dari UNS.
Poplack (1980), dalam Romaine, 1989: 112) alih kode terdiri dari tiga jenis yaitu, tag switching, intersentensial, dan intrasentensial. Tag switching adalah jenis yang tergolong dalam satuan elemen bebas yang terdapat dalam bahasa pada sebuah kalimat pertanyaan atau pernyataan yang biasanya terletak di awal atau akhir kalimat. Intrasentensial Switchingmenurut (Appel & Muysken 1987, dalam Nahdiah, 2012) menyebutkan bahwa intrasentensial switching occurs within a sentence or a clause ‘.Alih kode intrasentensial terjadi dalam sebuah kalimat atau sebuah klausa’ . Biasanya ditemukan dalam bentuk kata atau frasa. Intersentensial Switching menurut Poplack (1980) dalam Hendar dan Tina Sesar Yunita (2012) “ this is the most complex type of code switching because the speaker has to control two linguistic system simultaneously .” Intersentensial switching adalah jenis yang paling jarang digunakan karena dibutuhkan keluwesan bagi pembicara untuk dapat berbicara dalam dua bahasa sekaligus dalam bentuk yang lebih kompleks yaitu dalam bentuk klausa atau kalimat. Berkaitan dengan alih code (code switching) ini, Chaer and Agustina (2010: hal. 120) menjelaskan bahwa alih kode adalah penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh seorang penutur dalam kaadaan tertentu dangan sadar. Menurut Poplack (1980), dalam Romaine (1989: hal. 112) alih kode terdiri dari tiga jenis yaitu, tag switching, intersentensial, dan intrasentensial.Tag switching adalah jenis tergolong dalam satuan elemen bebas yang terdapat dalam bahasa pada sebuah kalimat pertanyaan atau pernyataan. Contoh Tag switching yangtermasuk ke dalam discourse markers adalah you know, I mean, by the way, hi, okay, dan lain. Intrasentensial Switchingmenurut (Appel & Muysken 1987,dalam Nahdiah, 2012) menyebutkan bahwa Intrasentensial switching occurs within a sentence or a clause ‘Intrasentensial terjadi pada sebuah kalimat atau sebuah klausa’ . Biasanya ditemukan dalam bentuk kata atau frasa.Intersentensial Switching menurut Poplack mengatakan “ this is the most complex type of code switching because the speaker has to control two linguistic system simultaneously ” hal ini merupakan tipe alih kode yang paling kompleks karena penutur harus mengendalikan dua sistem bahasa secara bersamaan. Intersentensial switching adalah jenis alih kode yang membutuhkan keluwesan bagi pembicara untuk dapat berbicara dalam dua bahasa sekaligus dalam bentuk yang lebih kompleks yaitu dalam
bentuk klausa atau kalimat. (Hendar dan Tina Sesar Yunita2012: 117). Lebih lanjut, faktor penyebab terjadinya alih kode dalam masyarakat tertentu dapat disebabkan oleh beberapa hal. Selain sikap kemultibahasaan yang dimiliki oleh masyarakat tutur, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode, seperti latar belakang. Chaer dan Agustina (2010: hal. 108), menyebutkan bahwa faktor penyebab terjadi antaranya yaitu: 1) Penutur, 2) Mitra tutur, 3) Hadirnya penutur ketiga, 4) Perubahan situasi, 5) Topik pembicaraan.
Suandi (2014) menyatakan alih kode adalah pemakaian bahasa atau kode itu masih mendukung fungsinya sendiri-sendiri sesuai dengan isi (konteks) yang dipendamnya. Sementara itu, Ritchie dan Bhatio (1996: hal. 659-662) dalam Nahdiah (2012) mengelompokkan fungsi alih kode menjadi beberapa jenis, yakni; 1)Kutipan (quotation), 2) Spesifikasi Lawanbicara (addressee specification), 3) Interjeksi atau pelengkap kalimat (interjection or sentence filler), 4) Pengulangan pernyataan (reiteration), 5) Penjelas pesan (message qualification).
## Teori dan Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan nuansa untuk menggambarkan secara individual atau kelompok, kejadian, gejala maupun fenomena (Sutopo, 2002: hal. 8-10). Penelitian ini diadakan di jaringan media sosial yaitu sebuah aplikasi pesan untuk handphone bernama WhatsApp.Jaringan WhatsApp ini dipilih karena penggunaan alih kode dalam jaringan ini dapat menggambarkan perilaku kebahasaan serta sikap dan pandangan para informan dalam situasi formal dan informal.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri pada percakapan oleh mahasiswa KNB yang menggunakan alih kode, dan pustaka. Narasumbernya antara lain informan dari penutur L2 yaitu mahasiswa KNB di UNS dari angkatan 2012, 2013, 2014 dan 2015.
Data pada penelitian ini diperoleh dari dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa percakapan yang mengandung alih kode dari mahasiswa KNB yang berkuliah di UNS yang berada dalam grup W hat’sApp Siblings dari bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan November 2016. Sementara itu, data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa informan yang diwawancara dengan
teknik cakap bertemu muka, lewat WhatsApp dan Facebook yang dilakukan pada tanggal 28 sampai 29 Juli 2016. Lokasi dan waktu penelitian ini diadakan di jaringan media sosial yaitu sebuah aplikasi pesan untuk handphone bernama WhatsApp. Penelitian ini mengumpulkan data percakapan WhatsApp dari bulan Agustus 2015 sampai bulan Novemper 2016.
Berdasarkan rumusan masalah untuk mengetahui alih kode oleh mahasiswa KNB berdasarkan status sosial dalam WhatsApp. Langkah-langkah yang dilakukan penelitian dalam menyusun penelitian ini adalah: 1)Mengumpulkan percakapan WhatsApp group yang digunakan oleh mahasiswa KNB kemudian menyeleksikan percakapan WhatsApp yang berisi data alih kode di dalamnya. 2) Reduksi data untuk mendapatkan data-data yang masuk dalam ketegori penelitian, yakni tuturan yang mengandung unsur alih kode pada tuturan dalam WhatsApp. 3) Kemudian dilakukan transkripsi data secara ortografis pada data yang masuk dalam ketegori penelitian. 4) Pada transkripsi data ini, peneliti hanya mentranskripsikan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian saja. Maksudnya adalah peneliti tidak mentranskripsikan semua hasil secara mendetail hal-hal yang tidak relevan, misal trenskripsi fonetik pada tuturan. 5) Setelah dilakukan transkripsi data langkah selanjutnya adalah pengelompokan ketegori data. 6) Menyimpulkan pola pemilihan kode kemudian dianlisis data berdasarkan jenis- jenis alih kode dan mendeskripsinya. 7) Selanjutnya, mengelompokkan data dan dianalisis berdasarkan faktor-faktor terjadi alih kode dan mendeskripsinya. 8) Mengelompokkan anlisis data berdasarkan fungsi-fungsi alih kode dan mendeskripsinya. 9) Selanjutnya, melakukan wawancara mahasiswa KNB yang berkuliah di UNS dengan menggunakan metode cakap dan teknik memancing dan teknik bertemu muka dan lewat WhatsApp dan Facebook untuk minta komentar tentang penggunaan alih kode dalam percakapan (faktor dan fungsi dalam mengalih kode dalam tuturan yang muncul ketika mereka berbicara dalam WhatsApp. 10) Menganalisis bentuk penggunaan alih kode secara tidak terstruktur pada percakapan melalui WhatsApp yaitu tidak berdasarkan pada rincian pertanyaan yang kaku. 11) kode dalam lampiran mengaju pada kode MKNB bersingkat dari mahasiswa Kemitraan Negara Berkembang, nomor data, tanggal, bulan, dan waktu berlaku dalam WhatsApp.
Uji validitas data dilakukan untuk menguji keabsahan data yang terkumpul dan penguji hasil analisis. Ada empat macam tehnik triangulasi yang digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, traingulasi teori dan tiangulasi penelitian ( Linccoln & Guba, 1985; Patton, 1980 dalm Santosa, 2012 )Pada penelitian ini digunakan dua teknik dalam triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Triangulasi Sumber data adalah teknik menyediakan sumber data yang bervariasi. Sumber data pada penelitian ini dapat digunakan yaitu dokumen dan informan. Dari dokumen, dapat diperoleh sumber data seperti percakapan dari WhatsApp grup KNB Siblings. Dari informan, dapat digunakan sumber data yaitu mahasiswa KNB di UNS. Triangulasi metode adalah teknik mengumpulan data. Pada penelitian ini mengumpukan data melalui dua data yaitu data dari dokumen dan data dari informan. Data dokumen dapat diperoleh dengan teknik analisis dokumen.Data dari dokumen dalam penelitian ini berupa percakapan WhatsApp grup KNB Siblings. Data dari informan didapat dengan cara mewawancara beberapa informan. Pengaturan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih dan mengatur secara fisik semua data ke dalam kelompok, folder atau kartu sesuai dengan rumusan masalah penelitian agar mudah digunakan untuk proses selanjutnya (Sutopo, 2002:87).
Secara interaktif (Sutopo,1990: hal. 28), yaitu reduksi data, sajian data, simpulan dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Menurut Spradley (1980) dalam Santosa (2012) menyatakan bahwa ada empat komponen analisis data dalam sebuah penelitian, yakni analisis domain, anlisis taksonomi, analisis komponensial, dan tema budaya (finding cultural value).
## Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini terdiri dari tiga rumusan masalah antara lain, jenis-jenis alih kode, faktor-faktor penyebab terjadi alih kode dan fungsi-fungsi yang terdapat dalam alih kode. Untuk lebih jelasnya peneliti akan membahas satu persatu dari rumusan masalah yang terdapat dalam bab sebelumnya.
1. Jenis Alih Kode
Tabel 1. Analisis Data Wujud Alih Kode Jenis Jumlah % Tag 40 23% Intrasentential 75 43% Intersentential 58 34% Total 173 100%
Dari tabel tersebut peneliti dapat mengambil simpulan bahwa peralihan kode yang paling dominan muncul adalah bentuk peralihan kode intrasentential dengan persentase 43% dari satuan lingual berupa kata dan frasa yang terlibat dalam klausa, dan kalimat sedangkan peralihan kode yang paling sedikit muncul adalah peralihan kode Tag dengan persentase 23% yang terdiri dari satuan lingual kata dan frasa.
## 2. Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode
Banyak faktor penyebab terjadinya alih kode. Menurut Suwito (1996: hal. 85- 87) ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode. Pada penelitian ini akan dianalisis kemunculan faktor-faktor tersebut pada masing-masing jenis alih kode yang sering digunakan oleh para mahasiswa KNB dari UNS terdapat (1) Penutur (2) Mitra Tutur (3) Topik Pembicaraan (4) Situasi (5) Humor (6) Kemampuan (7) Teknologi (8) Keakraban dan (9) Hubungan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dalam dialogpercakapan lewat WhatsApp oleh mahasiswa KNb terdapat pada tabel dan uraian data berikut ini.
Tabel 4 Faktor Terjadinya Alih Kode
No Faktor penyebab Alih kode ∑ % Tag Intrasentential Intersentential 1 Penutur 26 32 31 89 51% 2 Mitra tutur 24 24 14% 3 Topik 1 2 3 2% 4 Situasi 6 6 3,4% 5 Humor 1 1 1% 6 Kemampuan 2 1 3 6 3,4% 7 Teknologi 4 2 6 3,4% 8 Keakraban 12 7 13 32 18,4% 9 Hubungan 6 6 3,4% Total 40 75 58 173 173
Dari tabel tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa faktor terjadinya alih kode yang paling sering muncul yaitu faktor penutur dengan persentase sebanyak 51% dan yang paling jarang muncul yaitu pada faktor humor pembicaraan dalam wujud peralihan
kode intersentential dengan persentase sebanyak 1% dan juga faktor ini berwujud peralihan kode hanya dalam intersentensial. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ringkasan data dibawah ini.
## 3. Fungsi Alih Kode
Penelitian ini akan mendeskripsikan fungsi terjadi alih kode dalam percakapan lewat WhatApp oleh mahasiswa KNB yang sedang berkuliah di UNS. Maka terdapat beberapa fungsi yang melatarbelakangi adanya alih kode, diantaranya: 1) untuk menjalin keakraban dengan mitra tutur, 2) untuk menghormati lingkungan tempat tinggal atau budaya, 3) untuk memudahkan komunikasi, 4) sebagai serapan dalam hal teknologi, 5) untuk memperkaya kemampuan berbagai bahasa, 6) untuk mengingatkan, 7) untuk merespon pertanyaan, 8) untuk mengawali ,menengahan, atau mengakhiri tuturan, 9) untuk lebih menekankan maksud penutur, 10) sebagai ajakan, 11) untuk mengubah situasi formal ke informal, 12) utuk percepsi, 13) sebagai ekspresi penutur, 14) untuk mengutip percakapan orang lain, 15) bercanda, 16) untuk spisifik mitra tutur, 17) untuk meminta tolong sesuatu, 18) untuk menjelaskan, dan 19) berubah topik. Fungsi alih kode tersebut tampak pada tabel berikut.
## Tabel 6. Fungsi Yang Melatarbelakangi Alih Kode
No Fungsi terjadi alih kode Alih kode ∑ % Tag Intrasentential Intersentential 1 Mengakraban sesama mitra tutur 11 7 12 30 17,3% 2 Menghormati lingungan tempat tinggal atau budaya 28 28 16,2% 3 Mudah dalam pengucapan atau meyatakan. 26 9 33 20.2% 4 Memperlukan dalam teknologi 4 2 6 3,4% 5 Memperkayakan kemampuan berbahasa dari satu atau dua bahasa 2 1 3 6 3,4% 6 Mengingatkan 1,280 2 1,2% 7 Merespon pertanyaan 7 5 12 7% 8 Mengawali, menyisipi di tengah, atau 16 16 9%
mengakhiri tuturan saja 9 Menekankan 3 1 1 5 3% 10 Mengajak 1 1 1 4 2,3% 11 Berubah situasi formal ke informal 6 6 3,4% 12 Mempercepsikan 2 2 1,2% 13 Mengekspresi 8 8 5% 14 Mengutip percakapan orang lain 1 1 0,5% 15 bercanda 1 2 3 1,7% 16 Menspisifik mitra tutur 1 1 0,5% 17 Meminta tolong sesuatu 3 1 4 2,3% 18 Menjelaskan 2 2 1,2% 19 Mengubah topik 2 2 1,2% Total 40 75 58 128 100%
Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa fungsi terjadi alih kode yang paling sering muncul dalam dialog percakapan lewat WhatsApp oleh mahasiswa KNB adalah untuk mudah dalam mengucapkan yaitu 20,2% dan fungsi alih kode yang paling jarang digunakan adalah 1) mengutip percakapn orang lain, dan 2) menspisifik mitra tutur terdapat 0,5% dalam percakapan.
## Simpulan
Simpulan hasil penelitian tentang “ Penggunaan Alih Kode Dalam Percakapan Pada Jaringan Whatsapp Oleh Mahasiswa KNB Yang Berkuliah di Universitas Sebelas Maret” ini merupakan jawaban dari tiga masalah yang dikaji. Masalah penelitian meliputi (1) Apakah jenis alih kode yang digunakan via WhatsApp oleh mahasiswa KNB dari UNS (2) Faktor- -faktor apa yang menyebabkan mahasiswa KNB dari UNS menggunakan alih kode (3) Apakah fungsi alih kode dalam percakapan via WhatsApp oleh mahasiswa KNB dari UNS. Pada rumusan masalah yang pertama yakni untuk menjawab pertanyaan mengenai jenis-jenis alih kode yang digunakan via WhatsApp oleh mahasiswa KNB dari UNS. Peneliti menemukan beberapa jenis alih kode yang digunakan oleh mahasiswa KNB, ada tiga jenis antara lain, 1) alih kode jenis antar kalimat (Intersentencial switching) yaitu jenis alih kode yang digunakan oleh penutur dari bahasa satu ke bahasa lain dalam bentuk klausa atau kalimat 2) alih kode jenis
intrakalimat (Intrasentencial switching) yaitu jenis alih kode yang digunakan oleh penutur dari bahasa satu ke bahasa lain dalam kata atau frasa 3) alih kode jenis tag (tag switching) yaitu jenis alih kode yang digunakan oleh penutur dari bahasa satu ke bahasa lain dalam bentuk ekspresi, seruan dan partikel-partikel dalam ujaran. Dari beberapa alih kode yang terurai diatas, jenis alih kode yang paling dominan digunakan dalam jaringan WhatsApp adalah jenis alih kode intrasentential dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Jumlah persentase dari jenis alih kode intrasentensial adalah 43% dari satuan lingual berupa kata dan frasa yang terdapat pada tuturan penutur ataupun mitra tutur. Jenis alih kode yang paling sedikit digunakan oleh mitra tutur adalah jenis alih kode intersentensial dengan jumlah persentase 34%. Jenis intersentensial ini muncul pada tuturan penutur dalam bentuk klausa dan kalimat, sedangkan jenis alih kode tag mempunyai persentase sebanyak 23% dari hasil tuturan dari penutur yakni mahasiswa KNB yang berkuliah di UNS. Rumusan masalah yang kedua yakni faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa KNB dari UNS menggunakan alih kode.
Pada penelitian telah dianalisis data-data yang diperoleh peneliti dan beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa KNB dari UNS menggunakan alih kode antara lain, (1) penutur, yang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur untuk dapat mengutarakan maksud pembicaraannya kepada mitra tutur. Oleh karena itu penutur beralih kode sesuai dengan kebutuhan. Tujuannya adalah agar mitra tutur dapat merespon pembicaraan atau maksud dari penutur (2) mitra tutur, yang merupakan salah satu faktor penting dalam berkomunikasi. Alih kode juga dapat muncul pada tuturan dari mitra tutur karena apabila penutur mempergunakan bahasa yang bbukan bahasa kesehariannya, maka mitra tutur akan merespon tuturan dari penutur dengan cara beralih kode (3) topik pembicaraan, Topik pembicaraan merupakan faktor terjadinya alih kode. Topik pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa nonbaku (4) situasi, apabila situasi dalam percakapan sedang berlangsung bersama seseorang yang bukan mempunyai latar belakang yang sama terkadang situasi itu sangat penting dalam berkomunikasi sehingga situasi itu juga menanda identitas seseorang dalam berbicara. Situasi mempengaruhi seseorang untuk beralih kode agar komunikasi berjalan dengan lancar. (5) Humor, merupakan sesuatu yang bersifat lucu yang dapat menggelikan hati atau rasa geli bagi yang mendengar maupun melihatnya. Penutur ataupun mitra tutur
yang mempunyai rasa humor terkadang akan beralih kode menggunakan bahasa lain dalam percakapan. (6) Kemampuan adalah seseorang menguasai sesuatu yang berlebih dari yang lain, seperti seseorang mempunyai bahasa yang berlebih. Kemampuan seseorang untuk mempergunakan bahasa yang secara sosial dapat diterima. Kemampuan juga dapat diukur melalui pengetahuan bidang bahasa yaitu mengerti pada kosakata, melengkapi kalimat, hubungan kata, dan wacana itu dapat menjadi penyebab alih kode pada tuturan, maka berikut ini akan dicontohi pada kemampuan tersebut (7) teknologi, Teknologi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Teknologi merupakan kebutuhan bagi semua oarng dalam menggunakan karena itu sangat efektif bagi manusia yang menggunakannya untuk bermunikasi dalam sehari-hari. (8) keakraban ketika seseorang bertemu dan saling mengenal maka rasa perhatian sesama mereka akan terjadi. Sama seperti teman-teman KNB yang datang dari berbeda negara tetapi mereka saling mengenal dan bantu sesama lain maka keakraban bisa terjadi antara mereka. Sehingga ketika mereka berbicara suasana lebih ke santai dan senang. (9) hubungan dapat terjadi alih kode ketika hubungan antara dua peristiwa saling mengenal dan mengetahui jarak kehormatan sesama lain.
Faktor terjadinya alih kode yang paling sering muncul yaitu faktor penutur dengan persentase sebanyak 51% dan yang paling jarang muncul yaitu pada faktor humor pembicaraan dalam wujud peralihan kode intersentential dengan persentase sebanyak 1% dan juga faktor ini berwujud peralihan kode hanya dalam intersentensial. Rumusan masalah yang ketiga merupakan fungsi-fungsi alih kode yang digunakan mahasisa KNB dalam percakapan. Beberapa fungsi yang telah ditemukan oleh peneliti dalam hal ini antara lain: 1) untuk memperlancarkan kemampuan bahasa Indonesia 2) untuk menjalin keakraban dengan mitra tutur, 3) untuk menghormati lingungan tempat tinggal atau budaya, 3) untuk memudahkan komunikasi, 4) sebagai serapan dalam hal teknologi, 5) untuk memperkaya kemampuan berbagai bahasa, 6) untuk mengingatkan, 7) untuk merespon pertanyaan, 8) untuk mengawali ,menengahan, atau mengakhiri tuturan, 9) untuk lebih menekankan maksud penutur, 10) sebagai ajakan, 11) untuk mengubah situasi formal ke informal, 12) utuk percepsi, 13) sebagai ekspresi penutur, 14) untuk mengutip percakapan orang lain, 15) bercanda, 16) untuk spisifik mitra tutur, 17) untuk meminta tolong sesuatu, 18) untuk menjelaskan, dan 19) berubah topik.
Fungsi terjadi alih kode yang paling sering muncul dalam dialog percakapan lewat WhatsApp oleh mahasiswa KNB adalah untuk mudah dalam mengucapkan yaitu 20,2% dan fungsi alih kode yang paling jarang digunakan adalah 1) mengutip percakapn orang lain, dan 2) menspisifik mitra tutur terdapat 0,5% dalam percakapan.
## Referensi
Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. (2012). Linguistik umum. Catakan keempat. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma. (2010). Metode linguistik: ancangan metode penelitian dan kajian.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Harahap, N. (2008). Analisis pragmatik wacana iklan surat kabar. Medan:
Universitas Sumatra Utara Medan.
Hendar, dan Yunita, T.S. (2012) . “ Penggunaan alih kode dalam program siaransal (Shine after lunch) di radio ardan 105.9 FM Bandung” , Universitas Widyatama Bandung, No. 204A Bandung Press.
Holmes, J. (2001). An Introduction to Sociolinguistics. New York: Longman.
Hymes, D. (1972). The Ethnography of
Speaking.http://www.ebooklibrary.org/articles/dell_hymes. (akses pada
13/2/2016 pukul 7.08 am.)
Kridalaksana, H. (2011). Kamus Linguistik (edisi keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Maricar, F. (2014). The Influence Factor of Ternate Language Shift in Ternate City.International Research Journal of Arts & Humanities (IRJAH), Vol.5, issue 1, January 2016. Index Copernicus value (2013): 6:14.
Mutmainah, Y. (2008) . “ Pemilihan kode dalam Masyarakat Dwibahasa: Kajian Sosiolinguistik Pada Masyarakay Jawa di Kota Bantang Kalimantan Timur .” Semarang. Universitas Diponoegoro.
Nababan, P. W. J. (1993). Sosiolinguistik: suatu pengantar. Jakarta: Gramedia.
Nahdiah, N. (2012) . “ Alih kode penutur L2 bahasa Jepang dalam tweet .” Jakarta : Universitas Indonesia.
Nirmala, D. (2012) . “ Fungsi pragmatik metafora dalam wacana surat pembaca b erbahasa Indonesia”. Semarang: Universitas Diponoegoro.
Poejosoedarmo, S. (1978). Kode dan alih kode di dalam Widyaparwa 15. Yogyakarta : Balai Pendidikan Bahasa.
Rahardi, K. (2001). Sosiolinguistik, kode dan alih kode. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Romaine, S. (1989). Language in society: an introduction to sociolinguistics. Published. London: Longman.
__________. (1994). Language in society: an introduction to sociolinguistics. New York: Oxford University Press.
Rusdiah. (2014). Code-switching serves a euphemis. International Research Journal of Arts & Humanities (IRJAH), Vol.5, issue1, January 2016. Index Copernicus value (2013) 6:14 Impact factor (2014) 5:611 ISSN (online):2319-7064.
Santosa, R. (2012). Metode penelitian kualitatif kebahasaan. Draf buku. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.
Suandi, I. N. (2014). Sosiolinguitik. Yogyakarta: Graha Media.
Sumarsono. (2008). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.
Sutopo, H.B. (2002). Metode penelitian kualitatif dasar teori dan terapannya dalam penelitian. Surakarta: Surakarta.
Suwito. (1983). Sosiolinguistik: teori dan problema. Sukarta: Kenarry Offset.
Vinansis, M. R. (2011) . “ Alih kode dan campur kode bahasa Jawa dalam rapat ibu-ibu PKK di Kepatihan Kulon Surakarta.” Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Yim, O., & Bialystok, E. (2012). Degree of conversational code-switching enhances verbal task switching in Cantonese-English bilinguals. Bilingualism: Language and Cognition. National Science and Research Council, Canada (NSER), vol. 15 (no.4), hlm.873-883.
http://www.uns.ac.id/Universitas Sebelas Maret (akses pada 9/1/2016 pukul 10:03 am.)
https://id.wikipedia.org/wiki/WhatsApp. (akses pada 9/1/2016 pukul 10:01 am.)
https://nagabiru86.wordpress.com/2009/06/12/data-sekunder-dan-data-prime.(akses
pada 1/18/2016 pukul 6:50 pm.) http://shantycr7.blogspot.co.id/2013/06/menggunakan-dan-menilai-data-
sekunder.html.(akses pada 1/18/2016 pukul 6:53 PM)
|
b72fae32-45c2-4082-a160-a716dc372595 | https://e-jurnal.pnl.ac.id/Welding_Technology/article/download/2953/2521 |
## A nalisis proses hot tapping pada pipa distribusi gas online service dengan pengelasan Shielded Metal Arc Welding
Yunan Sadli Nasution 1 , *Budi Prasojo 1 , Endah Wismawati 1 , Subagio So’im 2 , M. Ari 3
1 Program Studi Teknik Perpipaan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia
2 Program Studi Teknik Permesinan Kapal, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia
3 Program Studi Teknik Pengelasan, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia *Corresponding author: [email protected]
## Abstrak
Penambahan fasilitas perpipaan pada industri diperlukan pembuatan percabangan baru. Secara umum pemasangan percabangan mengharuskan untuk menghentikan sementara proses yang sedang beroperasi, sehingga menyebabkan kerugian yang sangat besar. Oleh sebab itu diperlukan teknologi yang digunakan untuk membuat percabangan tanpa menghentikan proses operasi. Pada penelitian ini, percabangan dengan diameter 12” akan dipasang pada pipa existing diameter 16”. Sistem tersebut harus dipasang tanpa menghentikan operasi dari pipeline . Hot-tapping adalah teknologi yang berfungsi untuk membuat percabangan pada kondisi online service . Dilakukan perhitungan dan analisa perhitungan untuk memastikan proses hot-tapping benar-benar safe untuk dioperasikan. Poin – poin yang harus perhatikan meliputi heat input , tekanan operasi selama proses pengelasan hot-tapping , tegangan yang terjadi pada sistem percabangan. Analisa pada split tee dilakukan karena tegangan yang terjadi akibat proses pengelasan dengan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dan pengurangan ketebalan. Analisa pada sistem pipa dilakukan karena terjadi percabangan baru sehingga menyebabkan terjadinya tegangan baru. Hasil dari analisa pada split tee dan pada sistem pipa digunakan sebagai acuan pembuatan prosedur pelaksanaan hot-tapping . Tegangan maksimum yang terjadi pada pipa selama hot-tapping adalah pada area pengelasan (22.828 psi). Pengelasan mengakibatkan sebagian logam pipa mencair sehingga selama proses pengelasan ( hot-tapping ) tekanan kerja harus diturunkan sebesar 25,27%. Kondisi fluida selama proses pengelasan hot-tapping tetap safe jika kedalaman drilling tidak melebihi 304,8 mm (terukur dari outside diameter pipa). Hasil desain percabangan baru layak untuk difabrikasi karena stress yang terjadi masih di bawah nilai tegangan ijin.
Kata kunci : Hot-tapping , tegangan pada split tee , tegangan pada sistem pipa
Hot tapping process analysis on gas distribution pipes online service using Shielded Metal Arc Welding
## Abstrack
In a piping system makes it possible to add branching into an existing piping system. In this research will discuss about installation 12 " branch pipe in to 16” existing pipe. The system should be installed without interrupting the operation of the pipeline to avoid huge losses. Hot-tapping is a technology that works to create branching on the online service pipe condition. Calculation and analysis of the results to ensure the process of hot-tapping absolutely safe to operate. parameters that must be considered include the heat input, the operating pressure during welding hot-tapping process with Shielded Metal Arc Welding, stress that occurs at the branching system. Analysis on split tees must be done because of stress that occurs due to the welding process and the reduction in thickness. Analysis on the plumbing system must be done because of a new branching thus causing new stress. The results of the analysis on split tees and the pipe system is used as a reference-making procedures for implementing hot-tapping. Maximum stress that occurs in the pipes during hot-tapping process is the welding area ( 22.828 psi ). The welding process causes melting partial in the metal pipe so, during welding process (hot-tapping) working pressure should be reduced by 25.27%. The condition of the fluid in the existing pipeline still safe because liquefaction as a result of the welding process does not penetrate to the inner pipe. The new design results in branch pipe eligible to fabricated because stress that occurs is still below the allowable stress values.
Keywords: Hot tapping, Stress in split tee, Stress in piping system
## 1. Pendahuluan
Industri akan semakin berkembang dalam penangan manjemen yang baik, termasuk industri gas. Salah satu satu program pengembangan jalur distribusi gas ini merupakan proyek pipeline sepanjang 648 km yang terbentang di kota Jawa Timur. Guna meningkatkan keandalan jaringan untuk penyaluran gas tersebut yaitu dengan cara pemasangan metering and regulating station (MRS). Untuk menghubungkan antara MRS dengan jalur pipeline perlu dilakukan penyambungan keduanya dengan pengelasan SMAW tanpa ada pemutusan aliran gas di dalam sistem yang disebut hot-tapping . Teknologi ini akan dipakai untuk pipeline dengan pipa existing 16 inch dengan rencana cabang 12 inch. Pekerjaan hot-tapping sangat berbahaya [1], karena melibatkan pengerjaan panas seperti pengelasan serta pengeboran saat sistem sedang beroperasi. Untuk itu membutuhkan perhitungan dan analisa yang meliputi heat input , tekanan operasi dan tegangan yang terjadi pada area percabangan agar proses pekerjaan hot- tapping aman untuk dilakukan. Penelitian tentang hot-tapping sudah pernah dilakukan oleh Mc. Elligot [2]. Penelitian tersebut berisikan tentang design hot- tapping , kualifikasi pekerja, quality control (dalam kegiatan ini mengatur bagaimana proses NDT ( Xray atau Ultrasonic harus dilakukan), serta analisis biaya. Penelitian yang dilakukan Mc. Elligot lebih terfokus pada pengerjaan hot-tapping dimana pada tahun 1998, hot-tapping merupakan hal yang baru. Pada penelitian kali ini, terdapat perbedaan pembahasan yang akan dijelaskan pada poin-poin dibawah ini.
## 2. Metodologi Penelitian
2.1. Diagram Alir Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini dijelaskan dalam dalam bentuk diagram alir berikut
## 2.2 Perhitungan Heat Input
Cara yang digunakan untuk menghindari terjadinya kegagalan (terbakar dan meledaknya pipeline ) selama proses pengelasan yaitu dengan mempertimbangkan besarnya heat input yang terjadi selama proses pengelasan berlangsung sesuai dengan persamaan yang tercantum pada maximum temperature of wall thickness 3.3.2 DEP 31.38.60.10- Gen [3]
𝐇𝐈 = K × V × A S (1)
HI
= heat input (joule per mm) K
= net factor
= 0.85 for butt welds , dan = 0.57 (=2/3 x 0.85) for fillet welds . V = voltage (Volts) A = current (amperes) S = travel speed (mm/s)
## 2.3 Perhitungan Thikcness Minimum
Tebal material pipa yang dibutuhkan untuk operasi normal dapat dihitung dengan berdasarkan standar [4] sebagai berikut :
(2)
t = required nominal wall thickness (inch) P
= design pressure (psig) S = specified minimum yield stress (psi) D = nominal outside diameter of run pipe (inch) T = temperature derating factor F = design factor E = longitudinal joint factor
2.4 Perhitungan available thickness (tav) during welding
Tebal material yang tersedia adalah tebal material yang tidak mencair akibat proses pengelasan. Kedalaman material yang mencair (kedalaman penetrasi) dapat dihitung dari Gambar 2. Grafik welding temperature of pipe wall .
Gambar 2 . Grafik welding temperature of pipe wall [3]
Grafik di atas digunakan untuk mencari nilai penetration depth (t av ), sehingga didapat rumus :
(3) t av = Available thickness (mm) t = Actual wall thickness (mm) h = Penetration depth (mm)
## 2.5 Perhitungan Maximum Allowable Pressure
Perhitungan allowable pressure penting dilakukan untuk memastikan berapa tekanan yang diperbolehkan selama proses pengelasan berlangsung. Perhitungan allowable pressure dapat dihitung dengan menggunakan persamaan pada ASME B.31.8 dengan mempertimbangkan temperatur maksimal material.
(4)
P = design pressure (psig)
S = specified minimum yield stress (psi) D = nominal outside diameter of run pipe (inch)
t = nominal wall thickness (inch)
T
= temperature derating factor
F = design factor E = longitudinal joint factor
2.6 Perhitungan Maximum Allowable Stress Berdasarkan ASME section . II D MANDATORY APPENDICES, Mandatory appendix 1 paragraf (a) [5], bahwa terdapat beberapa cara untuk perhitungan maksimum allowable stress dan dari perhitungan tersebut dipilih nilai yang terkecil. Perhitungan allowable stress diantaranya adalah :
1. Specified minimum tensile strength pada temperatur ruangan dibagi dengan 3.5.
2. Specified minimum tensile strength pada temperatur tertentu dibagi dengan 3.5.
3. Specified minimum yield strength pada temperatur ruangan dikalikan dengan 2/3.
4. Specified minimum yield strength pada temperatur tertentu dikalikan dengan 2/3.
## 2.6 Perhitungan Tegangan pada Split-Tee
Dalam menganalisa tegangan yang terjadi pada daerah split-tee perlu dilakukan 2 metode, yaitu metode perhitungan manual dan metode perhitungan dibantu dengan software (ANSYS), hal ini dilakukan karena pada daerah split-tee merupakan daerah dari segment hot-tapping yang kemungkinan terjadinya kegagalan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Sehingga untuk menghindari
kemungkinan kegagalan, dari perhitungan ke 2 metode tersebut harus acceptable . Untuk perhitungan tegangan berdasarkan tegangan hoop stress yang ditimbulkan oleh tekanan internal yang bekerja secara tangensial [6]. Perhitungan tersebut menggunakan rumus sebagai berikut [7] :
(5) P = Tekanan internal (psi) L = Panjang pipa (ft)
di = Diameter dalam pipa (in) do = Diameter luar pipa (in)
t
= Tebal pipa (in)
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Data Spesifikasi Pipa dan Penyambungan
Gambar 3 . Dimensi Pipa dan Split-Tee
Tabel 1 . Data Spesifikasi Pipa API 5L X-52
Data Nilai Satuan NPS 16 inch Schedule XS - Inside Diameter 15 inch Outside Dimater 16 inch Wall Thickness 0,5 inch Yield Strength 73.099 psi Tensile Strength 84.702 psi Allowable Hoop Stress 26.416 psi
Tabel 2 . Data Split-Tee Data Nilai Satuan NPS 16-16-12 inch Run Pipe (ID) 16,125 inch Run Pipe (OD) 17,875 inch
Run Pipe Wall Thickness 0,875 inch Branch Pipe (ID) 12 inch Branch Pipe (OD) 12,750 inch Branch Pipe Wall Thickness 0,375 inch Tabel 3 . Contoh tabel Data Keterangan/Nilai Satuan Fluida Natural Gas - Tekanan 720 psi Temperatur 26,67 C Mass Flow 17968,40 lb/hr Massa Jenis 0,64 lb/ft 3 Tabel 4 . Welding Parameter Weld Layers Butt & Fillet Weld Ampere Voltage Speed Range (mm/min) Root Pass 75-110 18-20 50-100 Hot Pass 80-110 18-20 50-100 Filler 80-135 20-36 50-100 Capping 80-135 20-36 50-100
## 3.2 Hasil Perhitungan Heat Input
Parameter yang berhubungan dengan heat input adalah; voltage , ampere , dan kecepatan pengelasan. Heat input yang dihitung adalah heat input untuk pengelasan butt weld dan fillet weld. Adapun hasil dari perhitungan tersebut :
Tabel 5 . Hasil Perhitungan Heat Input
Jenis Pengelasan Heat Input Butt Weld 1195,1 J/mm Fillet Weld 801,42 J/mm
Dari kedua perhitungan heat input ( butt weld dan fillet weld ) yang mempunyai nilai lebih tinggi adalah heat input dari butt weld sehingga jenis sambungan pengelasan yang perlu dianalisa adalah butt weld.
3.3 Hasil Perhitungan Minimum Thickness
Hasil perhitungan minimum thickness diketahui bahwa ketebalan aktual yang dibutuhkan untuk kondisi operasi normal (720 psi) adalah 0,098 inch atau 2,50 mm.
3.4 Hasil Perhitungan t av dan Allowables Pressure
Untuk mencari nilai t av dibutuhkan nilai penetration depth yang didapat dari grafik yang dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4 . Hasil Grafik Welding Temperature Of
Pipewall
Gambar 5 . Detail Hasil Grafik Welding
## Temperature Of Pipewall
Jadi ketebalan yang masih tersedia selama proses pengelasan adalah 10,66 mm. Tetapi dengan pertimbangan penurunan yield strength akibat tingginya temperatur pengelasan, maka kadar carbon material pipa juga harus dipertimbangkan . Berdasarkan API Spesification 5L, kadar karbon dari material API 5L-X52 adalah 0,26 % sehingga untuk menghindari perubahan struktur mikro, temperatur yang diperhitungkan harus kurang dari 725 0 C .
Mengacu pada w elding temperature of pipe wall, untuk temperatur inner pipe 200 C dan heat input 1195,1 joule/mm, ketebalan material pipa yang dibutuhkan (t min ) adalah 10,55 mm, sehingga tebal material yang tersedia ( t av ) adalah 0,866 inch. Adapun
perhitungan allowable pressure menggunakan variable t av untuk wall thickness -nya sehingga didapat hasil 538,08 psi.
## 3.5 Hasil Perhitungan Allowable Stress
Untuk mempermudah perhitungan, maka perlu dilakukan pengumpulan data tentang mechanical properties material (tensile strength dan yield strength). R angkuman perhitungan Allowable Stress disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 6 . Mechanical Properties Material Mechanical Properties Pada Temperatur Ruangan Pada suhu 400 C Tensile Strength 84.702 psi 71.996,70 psi Yield Strength 73.099 psi 62.134,15 psi Tabel 7 . Hasil Perhitungan Allowable Stress Langkah Perhitungan Hasil Specified minimum tensile strength pada temperatur ruangan dibagi dengan 3.5 24.200 psi Specified minimum tensile strength pada temperatur tertentu dibagi dengan 3.5 20.570 psi Specified minimum yield strength pada temperatur ruangan dikalikan dengan 2/3 48.732 psi Specified minimum yield strength pada temperatur tertentu dikalikan dengan 2/3 41.422 psi Dari perhitungan di atas, maka dapat allowable stress material dapat diketahui,
1. Allowable stress runpipe ( during welding ) (S 1 ) = 20.570 psi
2. Allowable stress runpipe , pipa cabang dan logam las (S 2 ) = 24.200 psi
## 3.6 Hasil Perhitungan Tegangan (Manual)
Tegangan pada split-tee yang akan dihitung meliputi daerah run pipe (σ 1 ), percabangan (σ 2 ) , dan daerah antara split-tee dengan outside diameter run pipe (σ 3 ) seperti yang ditunjukan Gambar 6 .
Lokasi Tegangan dibawah ini :
Gambar 6 . Lokasi Tegangan
Hasil perhitungan tegangan dengan perhitungan manual dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8 . Hasil Perhitungan Tegangan (Manual )
Area Tegangan Hasil (psi) Run Pipe (σ1) 12.687,225 Area Percabangan (σ2) 12.240
Dinding antara S plit-tee dan R un pipe (σ3) 5.760
## 3.6 Hasil Perhitungan Tegangan dibantu Software ANSYS
Dari hasil pemodelan pada ANSYS, akan diperoleh hasil finite elemen yang dapat dianalisa, pokok bahasan yang akan dianalisa dari hasil running ansys meliputi maximum principle stress, shear stress, total deformation, dan normal stress.
1. Maximum Principle Stress
Dari gambar Gambar 7. Maximum principle stress dapat diketahui kondisi akibat tegangan yang terjadi pada segment hot-tapping ( Pipline existing dan split-tee ) bervariasi antara -3.191,6 psi sampai dengan 22.828 psi. Tegangan maksimum terjadi pada daerah yang dilakukan proses pengelasan. Hal ini dapat terjadi karena pada proses pengelasan menyebabkan sebagian tebal dari pipa mencair, sehingga ketebalan yang digunakan untuk menahan tekanan internal menjadi berkurang. Tetapi meskipun terjadi tegangan maksimum di daerah pengelasan (22.828 psi) dapat diterima, karena tidak melebihi allowable stress (24.200) psi.
2. Shear Stress
Gambar 8 . Shear Stress
Dari Gambar 8. Shear stress dapat diketahui tegangan geser yang terjadi pada area hot- tapping bervariasi mulai dari -6.271 psi sampai dengan 4.987,6 psi dari hasil tersebut menunjukan bahwa desain tersebut layak untuk difabrikasi karena tegangan yang terjadi tidak melebihi allowable stress (24.200) psi.
3. Total Deformation
Dari Gambar 9. Total deformation dapat diketahui bahwa deformasi yang terjadi pada percabangan sebesar 0,0034 inch atau sama dengan 0,086 mm. Total deformasi yang terjadi masih memenuhi persyaratan karena tidak melebihi 2% dari nominal pipe diameter. Dan persyaratan yang mengharuskan bahwa total deformasi yang terjadi tidak boleh melebihi 2% digunakan jika kondisi tegangan yang terjadi 30% di atas yield strength . Sehingga total deformasi pada kasus ini dapat diabaikan karena tegangan maksimum yang terjadi (22.828 psi) masih jauh dibawah yield strength (73.099 psi).
## 3.7 Memodelkan dengan Caesar II
Hasil pemodelan dari kegiatan menganalisa stress pada pipa percabangan yang dibantu dengan menggunakan s oftware Caesar II ditunjukan pada Gambar 10. Modelling Caesar II sebagai berikut :
Gambar 10 . Total Deformation
Dari hasil running Caesar II diketahui bahwa untuk load case, beban operating , sustain , dan o ccasional terbesar adalah 11.891,63 psi, sedangkan untuk beban ekspansi terbesar adalah 695,85 psi, sehingga dari nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa stress yang terjadi pada pipa percabangan baru sudah layak untuk difabrikasi karena dari tegangan yang terjadi masih dibawah nilai tegangan yang diijinkan.
## 4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa tegangan yang terjadi selama proses hot-tapping bervariasi antara -3191,6 psi sampai dengan 22828 psi, dan tegangan terbesar terletak pada area ketebalan pipa yang mencair akibat proses pengelasan yaitu 22828 psi. Selama proses pengelasan (penyambungan split-tee dengan pipa existing ) terjadi penurunan kekuatan material dan pengurangan ketebalan pipa existing , sehingga tekanan kerja harus diturunkan yang semula 720 psi menjadi 538,08 psi (diturunkan 25,27%).
3. Kondisi fluida selama proses pengelasan hot-tapping tetap safe jika kedalaman drilling tidak melebihi 304,8 mm (terukur dari outside diameter pipa).
4. Perhitungan tegangan yang terjadi pada pipa percabangan baru ( Operating, Occasional dan Sustained ) terbesar adalah 11891,63 psi , sedangkan untuk Expansion adalah 695,85 psi dan dari nilai tersebut masih di bawah nilai allowable stress, sehingga pipa percabangan baru sudah layak untuk difabrikasi.
## 5. Referensi
[1] API-2201, Safe Hot Tapping Practices in the Petroleum and Petrochemical Industries, Washington: API Publishing Services, 2003.
[2] McElligott, J A (1998). Use of hot taps for gas pipelines can be expanded. United State.
[3] DEP-31.38.60.10, HOT-TAPPING ON
PIPELINES, PIPING AND EQUIPMENT, Shell, 2010. [4] ASME-B31.8, Gas Transmission and Distribution Piping Systems.
[5] ASME-BPVC-II, Boiler & Pressure Vessel Code Section II : Materials, New York, 2010.
[6] D. Agustinus, Pengantar Piping Stress Analysis, Jakarta: Entry Agustino Publisher, 2009.
[7] A. Chamsudi, Diktat Piping Stress Analysis, Jakarta: Rekayasa Industri, 2005.
[8] William Jarvis, P. B. (2002). Pipeline Hot Tapping Stoppling & In-service Welding. Georgetown.
[9] Panisher, Roy A. et al. (2002). Pipe Drafting and Design. New Delhi : Gulf Professional Publishing
[10] Tijara Pratama. (2004). Analisa Dasar Pelatihan Tegangan Pipa. Jakarta : Tijara Pratama Inc.
|
2caabb3c-debb-4133-90f6-47b082a2589e | https://ejournal-ibik57.ac.id/index.php/jabisi/article/download/1256/492 | DOI: https://doi.org/10.55122/jabisi.v5i1.1256
Vol. 5, No. 1, April 2024, pp. 49-60
## ANALISIS META REGRESI PADA PENELITIAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE
PENULIS
1) Siti Ratna Sari Dewi, 2) Endang Ruhiyat, 3) Suripto
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metodologi deskriptif untuk menjelaskan hubungan antara Good Corporate Governance dan penghindaran pajak, dengan menggunakan meta analisis regresi. Meta analisis regresi digunakan untuk mengevaluasi temuan-temuan primer yang mengkaji pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance di Indonesia. Sampel penelitian terdiri dari 60 studi yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh positif Good Corporate Governance terhadap Effective Tax Rate (ETR) dan Cash Effective Tax Rate (CETR), dengan nilai genuine effect sebesar -1.569. Temuan ini mendukung relevansi teori agensi yang menyatakan bahwa praktik Good Corporate Governance dapat mengurangi konflik agensi dan asimetri informasi. Namun, terdapat heterogenitas yang signifikan dalam hasil penelitian, serta adanya bias publikasi ke bawah yang dapat mengurangi estimasi efek yang sebenarnya. Dengan demikian, penelitian ini mengkonfirmasi adanya pengaruh negatif Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance di Indonesia. Kata Kunci Meta Regresi, Good Corporate Governance, Tax Avoidance
## AFILIASI
Prodi, Fakultas 1,2,3) Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Nama Institusi 1,2,3) Universitas Pamulang Alamat Institusi 1,2,3) Jl. Surya Kencana No.1, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten - 15417
## KORESPONDENSI
Penulis Siti Ratna Sari Dewi Email [email protected] LICENSE This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License .
## I. PENDAHULUAN
Pemerintah menggunakan salah satu pendapatan negara untuk mencapai kesejahteraan hidup masyarakatnya serta untuk melaksanakan pembangunan nasional (Oktamawati & SBM, 2017). Peran pajak sendiri dalam negara sangat dapat dirasakan oleh masyarakat. Seperti: infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya (Wahyunti, 2019). Selama melakukan pemungutan pajak tentunya pemerintah mengalami banyak kendala, namun dibalik banyaknya kendala dalam pemungutannya, pajak masih menjadi penyumbang terbesar penerimaan negara dari tahun ke tahun (Satya & Dewi, 2010).
Badan Pusat Statistik mencatat penerimaan pendapatan negara yang paling besar bersumber dari pajak. Berikut data Realisasi Penerimaan pendapatan negara dari tahun 2012 hingga tahun 2022.
## Tabel 1. Penerimaan Pendapatan Negara
Sumber Penerimaan - Keuangan Realisasi Pendapatan Negara (Milyar Rupiah) 2022 2021 2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 I. Penerimaan Penerimaan Perpajakan 1,924,937 1,547,841 1,285,136 1,546,141 1,518,789 1,343,529 1,284,970 1,240,418 1,146,865 1,077,306 980,518 Penerimaan Bukan Pajak 510,929 458,493 343,814 408,994 409,320 311,216 261,976 255,628 398,590 354,751 351,804 II. Hibah 1,010 5,013.0 18,832 5,497 15,564 11,629 8,987 11,973 5,034 6,832 5,786 Jumlah 2,436,877 2,011,347 1,647,783 1,960,633 1,943,674 1,666,375 1,555,934 1,508,020 1,550,490 1,438,891 1,338,109
Pada tabel 1. informasi terkait Penerimaan Pendapatan Negara selama tahun 2012 hingga tahun 2022 dapat terlihat bahwa pendapatan negara paling besar diperoleh dari penerimaan pajak. Dimana besarnya penerimaan pajak yang di bayarkan oleh masyarakat nominalnya terus meningkat dari tahun ke tahun 2012 hingga tahun 2019. Di tahun 2020 terjadi penurunan dikarenakan adanya pandemi yang mengakibatkan penurunan dari penerimaan pajak, namun dengan diterapkannya peraturan terbaru terkait pemungutan pajak pasca pandemi, penerimaan negara di tahun 2021 dan 2022 kembali mengalami peningkatan yang signifikan. Begitu besarnya peran pajak bagi negara, pemerintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, antara lain dengan pengenaan pajak bagi UMKM yang dimulai pada tahun 2013.
Hal ini berbeda dengan yang dirasakan oleh para pemilik usaha, yang senantiasa berupaya untuk mengurangi biaya-biaya usaha, termasuk beban pajak. Pengurangan beban pajak juga berkaitan dengan adanya kecenderungan emosional wajib pajak tidak suka untuk membayar pajak (Kartika, 2015). Lebih lanjut, Hoque (2011) dalam surveinya menemukan alasan-alasan mengapa seseorang tidak melakukan kewajibannya membayar pajak, yaitu: moral pajak yang rendah, kualitas rendah dari balas jasa pajak, sistem pajak dan persepsi dari keadilan yang berbeda, transparansi, dan sebagainya.
Tax Avoidance adalah upaya meringankan beban pajak namun tidak melanggar peraturan undang-undang (Mardiasmo, 2019). Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, namun disisi lain penghindaran pajak tidak diinginkan oleh negara (Barli, 2018). Hal ini dikarenakan dengan melakukan praktik penghindaran pajak tersebut maka penerimaan dana dari pajak tentu saja mengalami pengurangan pendapatan negara (Puspitasari et al., 2021).
Peneliti tertarik untuk menyelidiki fenomena penghindaran pajak di Indonesia karena masih banyak kejadian terkait masalah tersebut. Salah satu indikator yang digunakan adalah rasio pajak terhadap PDB, yang menurun dari 12% pada 2015 menjadi 11,5% pada 2017. Data OECD menunjukkan bahwa rasio ini jauh di bawah rata-rata OECD sebesar 34,2% pada tahun yang sama. Faktor-faktor penyebab rendahnya rasio pajak tersebut meliputi kontribusi tinggi dari sektor pertanian dan sektor informal yang cenderung tidak ter pajak, serta adanya praktik penghindaran pajak dan basis pajak yang rendah (Adi & Yodanto, n.d.).
Salah satu fenomena terkait penghindaran pajak adalah program tax amnesty yang dilaksanakan pada tahun 2015. Program ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dana perbankan, terutama pada tabungan, giro, dan deposito. Namun, terdapat kontroversi terkait praktik penghindaran pajak dalam kasus antara Pelita Cengkareng, Molucca, dan Bank Permata. Permata mengalihkan piutang kepada pihak ketiga untuk menghindari pajak, yang kemudian menjadi subjek gugatan oleh Pelita. Penelitian
ini menyoroti kompleksitas persoalan penghindaran pajak, di mana praktik ini bisa legal tetapi tidak diinginkan oleh pemerintah karena berdampak pada pendapatan negara. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menjelajahi lebih lanjut tentang fenomena ini. Selain itu, persoalan Tax Avoidance merupakan persoalan yang unik dan rumit karena di satu sisi Tax Avoidance diperbolehkan tetapi tidak melanggar hukum (legal), namun disisi lain Tax Avoidance tidak diinginkan oleh pemerintah karena dapat mengurangi pendapatan negara.
Para peneliti memiliki berbagai pilihan dalam menggunakan data untuk menjawab pertanyaan penelitian mereka. Data dapat dibagi menjadi dua jenis utama: data primer, yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti, dan data sekunder, yang diperoleh dari sumber lain atau dianalisis kembali dari data yang sudah dipublikasikan. Salah satu sudut pandang logis yang digunakan dalam pemanfaatan data adalah Meta Analysis . Analisis meta merupakan salah satu bentuk penelitian, dengan menggunakan data penelitian-penelitian lain yang telah ada, analisis meta perlu dilakukan karena adanya realitas bahwa tidak ada penelitian yang terbebas dari kesalahan dalam penelitian meskipun peneliti telah berusaha meminimalisir kesalahan atau eror dalam penelitian tersebut. Untuk itu perlu dilakukan koreksi terhadap ketidaksempurnaan penelitian atau yang disebut dengan artefak (Alicia, 2020; Hunter & Schmidt, 2004).
Pendekatan yang dapat digunakan dalam kaitannya dengan penjelasan heterogenitas hasil dari meta analisis dikenal dengan istilah meta regresi. Meta regresi merupakan perluasan dari meta analisis yang meneliti sejauh mana heterogenitas antara beberapa hasil penelitian dapat dikaitkan dengan satu atau lebih dari karakteristik penelitian yang digunakan. Meta regresi menemukan hubungan antara Effect size satu penelitian atau lebih dari karakteristik umum yang memungkinkan untuk memahami perbedaan antar penelitian. Pada prinsipnya, meta regresi memungkinkan untuk menyelidiki efek dari beberapa faktor secara bersamaan (Higgins & Thompson, 2002; Khalimah, 2015). Meta regresi pada dasarnya mirip dengan regresi sederhana, dimana variabel hasil diperkirakan sesuai dengan nilai-nilai dari satu atau lebih variabel penjelas, akan tetapi meta regresi menggunakan data percobaan level kovariat, berbeda dengan analisis regresi yang menyediakan data individu. Metode ini biasanya dilakukan pada tingkat penelitian data ringkasan, karena pengamatan individu dari semua penelitian sering tidak tersedia (Thompson & Sharp, 1999)
Penelitian yang menggunakan Analisis Meta Regresi untuk mengeksplorasi hubungan antara Corporate Governance dan Tax Avoidance memiliki urgensi yang signifikan dalam mengisi celah pengetahuan dalam literatur akademis. Faktor Corporate Governance telah diakui sebagai elemen kunci dalam pengelolaan perusahaan yang dapat berpengaruh pada praktik-praktik perpajakan, termasuk Tax Avoidance , kajian yang mendalam antara Corporate Governance dan Tax Avoidance penting dalam menghadapi isu yang kompleks dan kontroversial dalam konteks kebijakan perpajakan dan keuangan. Selanjutnya, dalam ranah akademis, penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap literatur mengenai corporate governance , Tax Avoidance , dan metodologi analisis meta. Dengan demikian, penelitian dengan Analisis Meta Regresi pada hubungan antara Corporate Governance dan Tax Avoidance bukan hanya penting untuk melengkapi kesenjangan pengetahuan dalam literatur akademis, tetapi juga memiliki implikasi yang luas dalam memahami dan mengatasi isu praktis dalam bidang perpajakan dan pengelolaan perusahaan.
## II. TINJAUAN PUSTAKA
## 2.1 Good Corporate Governance
Tata kelola perusahaan yang baik merupakan prinsip-prinsip yang mengarahkan dan pengendalian perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada stakeholder (Njatrijani et al., 2019) . Penerapan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perusahaan untuk berkembang dengan baik dan sehat (Budiarti, 2011). Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi, Dewan komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan dan perundangan dan norma yang berlaku (Daniri, 2008).
## 2.2 Mekanisme Pelaksanaan Good Corporate Governance
Penerapan Good Corporate Governance diharapkan dapat memperoleh informasi yang cepat, tepat, dan dapat di percaya agar keputusan yang diambil dapat memenuhi tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya, mekanisme dari pelaksanaan Good Corporate Governance dapat dilihat dari sejumlah faktor, diantaranya Komisaris independen, komite audit, dan kualitas audit. Komisaris independen memiliki peran efektif dalam usaha deteksi dini adanya kemungkinan tindak penyelewengan di perusahaan publik (Asitalia & Trisnawati, 2017; Devy et al., 2021; Widuri et al., 2019). Komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor (Thesarani, 2016), kualitas audit merupakan pengendalian mutu atau kualitas merupakan proses untuk memastikan bahwa standar auditing yang berlaku umum diikuti dalam setiap audit, KAP mengikuti prosedur pengendalian mutu khusus yang membantu memenuhi standar- standar itu secara konsisten pada setiap penugasan (Tjan, 2020)
## 2.3 Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak adalah suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna meminimalisir atau bahkan menghilangkan beban perpajakannya dengan cara legal dan diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan (Inkiriwang, 2017). Menurut Astuti & Aryani (2016), model penghindaran pajak dalam penelitian ini adalah menggunakan Effect Tax Rates (ETR) dan Cash Effect Tax Rates (CETR). ETR merupakan salat ukur seberapa besar perusahaan dapat melakukan aktivitas penghindaran pajak. Penghitungan ETR dengan rumus rasio total beban pajak penghasilan terhadap pre-tax income . Penjumlahan antara beban pajak kini dan beban pajak tangguhan adalah hasil dari beban pajak penghasilan. Perolehan laba bersih sebelum dikurangi pajak penghasilan adalah hasil dari pre-tax income . Penghindaran pajak oleh perusahaan semakin kecil maka nilai ETR semakin besar dan sebaliknya tindakan penghindaran pajak semakin besar maka nilai ETR semakin kecil. Angka lebih dari 0 dan kurang dari 1 adalah kisaran nilai ETR (Astuti & Aryani, 2016).
## III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metodologi deskriptif untuk menjelaskan hubungan antara Good Corporate Governance dan penghindaran pajak, dengan menggunakan meta analisis regresi. Metodologi deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang objek penelitian melalui data sampel yang dikumpulkan, dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk secara statistik mengevaluasi temuan-temuan primer yang mengkaji pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance , menggunakan metode sistematis review yang dianalisis menggunakan statistik dengan bantuan perangkat lunak STATA.
Meta analisis adalah teknik statistika yang digunakan untuk menggabungkan hasil dari dua atau lebih penelitian serupa, dengan tujuan memperoleh paduan data secara kuantitatif. Meta analisis membantu mengatasi keragaman hasil dari beberapa penelitian dengan menyusun proses identifikasi, pengumpulan, peninjauan kembali, pengkodean, dan interpretasi berbagai riset. Dalam meta analisis, terdapat dua model statistik yang umum digunakan: model Fixed Effects dan model random effects . Model Fixed Effects memberikan bobot rata-rata dari berbagai studi yang masuk ke dalam meta- analisis, dengan asumsi bahwa penelitian yang masuk dilakukan pada populasi yang sama dan menilai variabel yang sama pula. Sebaliknya, model random effects menunjukkan bobot rata-rata dampak studi meta-analisis pada kelompok penelitian, tanpa memperhatikan bobot masing-masing studi.
Meta regresi merupakan perluasan dari meta analisis, yang memungkinkan penyelidikan lebih lanjut terhadap heterogenitas antar penelitian dengan menghubungkan karakteristik umum penelitian
dengan Effect size . Meta regresi pada dasarnya menggabungkan model Fixed Effects dan model random effects , dengan menggunakan kovariat untuk memahami perbedaan antar penelitian. Pada model Fixed Effects , varians antar penelitian diasumsikan bernilai 0.
Pendekatan meta analisis regresi akan digunakan dalam penelitian ini. Meta analisis adalah teknik statistika yang menggabungkan hasil dari beberapa penelitian untuk mendapatkan paduan data secara kuantitatif. Melalui meta analisis, kita dapat menilai perbedaan hasil antar variabel dan memberikan estimasi efek gabungan serta mengidentifikasi heterogenitas dari seluruh variabel. Pendekatan untuk menjelaskan heterogenitas hasil penelitian meta analisis adalah menggunakan meta regresi. Meta regresi dapat memberikan bukti kuantitatif yang menjelaskan heterogenitas dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, meta regresi digunakan untuk menjelaskan heterogenitas hasil dari beberapa penelitian sebelumnya, terutama dalam konteks pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance di Indonesia, dengan mengkaji variabel proksi seperti Komisaris independen, Komite audit, dan Kualitas audit.
Sampel penelitian ini merupakan publikasi ilmiah maupun karya ilmiah lainya yang tidak terpublikasi. Data diambil dari publikasi ilmiah selama 13 (tiga belas) tahun terakhir dengan syarat sebagai berikut:
1) Pencarian artikel menggunakan mesin pencari elektronik
2) Aritkel yang diperoleh dipublikasi secara elektronik
3) Artikel memenuhi data statistik Effect size
4) Artikel terbitan tahun 2011-2023
5) Publikasi ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
6) Artikel di Jurnal terakreditasi dan Tidak terakreditasi
7) Membahas mengenai penghindaran pajak ( Tax Avoidance )
8) Variabel independen dalam publikasi ilmiah menggunakan corporate governance .
Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan kategori yang telah dijelas. Hasil penelusuran yang ditemukan ada 60 studi yang meneliti terkait dengan Corporate Governance dan Tax Avoidance .
## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 4.1. Hasil Penelitian
## 4.1.1 Deskripsi Data
Pada rentang waktu Januari hingga Juni 2023, peneliti mengumpulkan data untuk penelitian ini. Sebanyak 153 sumber literatur berhasil dihimpun namun hanya 60 artikel yang masuk ke dalam kriteria penelitian.
## Gambar 1. Tahun Rujukan Artikel Penelitian
Dari 60 artikel yang di jadikan rujukan tersebar diantaranya diterbitkan di tahun 2011 hingga 2013 masing-masing 1 artikel, tahun 2014 sebanyak 3 artikel, tahun 2015 sebanyak 4 artikel, tahun 2016 sebanyak 5 artikel, tahun 2017 sebanyak 2 artikel, tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebanyak 5 artikel, tahun 2020 sebanyak 9 artikel, tahun 2021 sebanyak 15 artikel, tahun 2022
sebanyak 8 artikel dan tahun 2023 sebanyak 1 artikel. Dari 60 artikel yang dilakukan meta analisis regresi 98% berjenis penelitian kuantitatif dan hanya 2% artikel yang melakukan mix-method . Berdasarkan panduan dari Havranek dan Irsova (2011), penelitian ini juga berupaya mengantisipasi kemungkinan adanya data outlier , dalam hal ini penulis mengeluarkan beberapa data di outlier , dari jumlah awal 139 estimasi, teridentifikasi sebanyak 5 estimasi yang ter outlier . jumlah akhir estimasi yang kemudian digunakan sebagai dataset adalah sebanyak 134.
## 4.1.2 Basic Meta Analysis
Peneliti menjalankan analisis meta dasar untuk mengidentifikasi ukuran efek rata-rata dan variasi dalam heterogenitas. Peneliti menggunakan nilai I2 dan τ2 (tau kuadrat) sebagai indikator heterogenitas. Apabila nilai I2 melampaui 75%, ini menunjukkan adanya heterogenitas yang signifikan (Higgins dan Thompson, 2002). Sementara itu, nilai τ2 mencerminkan variasi di antara studi-studi atau distribusi deviasi standar yang membentuk ukuran efek rata-rata. Oleh karena itu, semakin besar nilai τ2 mengindikasikan tingkat heterogenitas yang lebih besar.
Nilai τ2 dapat dihasilkan melalui berbagai metode dalam analisis meta dasar, seperti Restricted Maximum Likelihood (REML), Sidik-Jonkman (SJ), Hedges, atau Random effects Empirical Bayes (EB). Di sisi lain, nilai I2 dapat diperoleh melalui Estimator Fixed Effect (FEE), REML, Maximum Likelihood , atau EB. Oleh karena itu, kami melakukan estimasi analisis meta dasar dengan menggunakan metode REML, FEE, dan Random effects EB.
Tabel 2. Hasil Basic Meta Analisis I II III Mean Effect size 0.037 0.032 0.032 95% CI 0.022 to 0.052 -0.009 to 0.073 -0.008 to 0.073 n 139 139 139 τ 2 - 0.0479 0.0462 I 2 (%) 86.26 85.59 85.13 k 60 60 60 Keterangan : Kolom I menggunakan estimator Fixed Effect , Kolom II menggunakan Random Effect Maximum Likelihood (REML), dan kolom III menggunakan estimator Random Effect Empirical Bayes (RE Bayes)
## Sumber Data: Hasil Analisis, 2024
Fixed Effects Estimator (FEE) dalam tabel 2 mengasumsikan bahwa semua estimasi yang dilaporkan berasal dari populasi yang sama dengan rata-rata umum. Oleh karena itu, ini cenderung menghasilkan ukuran efek rata-rata yang lebih kecil. REML cenderung lebih relevan karena estimasi berasal dari populasi yang berbeda. Dalam konteks ini, meskipun dalam beberapa literatur REML berarti Restricted Maximum Likelihood , REML juga berarti Multilevel Random Effect (Stanley & Doucouliagos, 2012). Oleh karena itu, FEE adalah efek tetap, sementara REML adalah efek acak. Estimasi EB dalam kolom ketiga dihasilkan dari estimasi REML dengan prosedur empiris Bayes berulang.
Selanjutnya, dari tiga estimasi dalam tabel 2, semua ukuran efek rata-rata adalah negatif yang menunjukkan bahwa berdasarkan tiga estimasi tersebut, pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance adalah negatif. Namun, nilainya cenderung rendah. Tabel 2 tidak mencakup hasil uji Cochran Q, yang sering digunakan oleh meta-analis untuk mendeteksi heterogenitas (Stanley dan Doucouliagos, 2012). Studi ini mengestimasi uji Q dengan meregresikan nilai t terhadap presisi (1/SEPcc). Nilai sum square error dari hasil regresi adalah uji Q yang terdistribusi sebagai chi-square dengan derajat kebebasan L-1. Nilai uji Q yang dihasilkan adalah 1009 dengan rata-rata sum square error sebesar 7.315 dengan probabilitas kurang dari 0.05. Hasil ini mengindikasikan bahwa heterogenitas antara studi-studi tersebut signifikan. Oleh karena alasan ini, telah terjadi heterogenitas antara studi-studi mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance .
## 4.1.3 Bias Publikasi
Tabel 2 dalam meta-analisis tidak memperhitungkan kemungkinan dampak dari bias seleksi publikasi dan heterogenitas, yang merupakan aspek penting dalam meta-analisis. Bias publikasi adalah bentuk bias yang timbul karena selektivitas dalam penerbitan, di mana peneliti cenderung memprioritaskan pelaporan hasil yang signifikan secara statistik. Bias ini sering terjadi ketika hanya studi yang relevan dengan topik tertentu yang dipilih untuk diterbitkan oleh editor. Ini berarti hasil yang tidak menguntungkan cenderung tidak diungkapkan, mengubah kesimpulan dari penelitian. Penelitian ini mengidentifikasi bias seleksi publikasi menggunakan Funnel Plot dan metode FAT- PET sebagai alat visualisasi.
## Gambar 2. Funnel Plot
Gambar 2 menunjukkan bahwa distribusi koefisien korelasi parsial dari literatur cenderung tidak simetris, dengan studi yang melaporkan hasil negatif cenderung lebih banyak daripada yang melaporkan hasil positif. Ini menunjukkan adanya bias publikasi di mana beberapa peneliti cenderung hanya melaporkan hasil negatif. Untuk mengoreksi bias ini, penelitian ini menggunakan analisis FAT-PET.
Menurut Stanley dan Doucouliagos (2012) FAT-PET adalah metode yang mengoreksi bias publikasi dengan menghitung koefisien korelasi parsial berdasarkan persamaan yang memperhitungkan efek asli ( genuine effect ) dan bias publikasi. Metode ini memperhitungkan heteroskedastisitas dalam data dengan menggunakan Weighted Least Squares (WLS) sebagai metode estimasi. Penelitian ini menggunakan lima metode estimasi FAT-PET, Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect , REML, WLS dengan bobot berdasarkan standar error dari koefisien korelasi parsial, dan WLS dengan bobot berdasarkan jumlah estimasi per-studi. Hasil analisis FAT-PET menunjukkan bahwa metode WLS dengan bobot berdasarkan standar error dari koefisien korelasi parsial memberikan hasil yang paling akurat untuk mengoreksi bias publikasi.
## Tabel 3. Hasil Analisis FAT – PET
OLS FE REML WLS WLS-WS B 1 SEPcc (publication bias) -0.645 (0.522) -13.7** (5.134) -0.645 (0.518) -0.451 (0.541) -0.926* (0.553) Intercept (effect beyond bias) 0.101 (0.062) 1.569** (0.578) 0.101 (0.062) 0.079 (0.057) 0.139** (0.066) N of estimate 139 139 139 139 139 K studies 60 60 60 60 60 F (Prob) 1.53 (0.218) 7.12 (0.009) 1.54 (0.214) 0.69 (0.401) 2.8 (0.096) R2 / Overall R2 0.011 0.011 - 0.005 0.02 Keterangan : *signifikan pada 0,1, **signifikan pada 0,05, ***signifikan pada 0,01. Variabel terikat = PCC. Standar error kuat yang tahan terhadap cluster tercantum dalam tanda kurung. Kolom WLS adalah metode WLS yang menggunakan invers standar error sebagai bobot analitis. Sementara itu, WS (dalam studi) menggunakan invers jumlah estimasi sebagai bobot analitis.
Sumber Data: Hasil Analisis, 2024
Tidak semua estimator dalam Tabel 3 dapat menemukan genuine effect . Namun, estimator Fixed Effect (FE) menghasilkan nilai efek melampaui bias yang paling mendekati dengan nilai sebesar 1.569, dibandingkan dengan rata-rata efek sebesar 0.037 dalam Tabel 2. Analisis FE menunjukkan adanya bias publikasi yang meningkat dan genuine effect . Dari estimator FE, ditemukan bahwa pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance menjadi lebih besar, menunjukkan pengaruh negatif yang signifikan.
Genuine effect yang rendah ini menunjukkan pengaruh yang signifikan dari Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance dalam kategori tinggi. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan Analisis Meta-Regresi Berganda (MRA) untuk menjelaskan heterogenitas dengan lebih komprehensif. MRA dapat menggunakan variabel moderator untuk memahami faktor- faktor yang menyebabkan heterogenitas ini dan memberikan gambaran yang lebih luas tentang hubungan antara Good Corporate Governance dan Tax Avoidance . Beberapa studi meta-regresi menggunakan 'modeling heterogenitas' untuk menggambarkan prosedur MRA berganda.
## 4.1.4 Multiple Meta Regression Analysis
Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan analisis meta-regresi dengan metode Multiple Meta Regression Analysis (MRA). MRA bertujuan untuk menjelaskan heterogenitas antara hasil estimasi dari setiap studi dengan menggunakan variabel moderator, yang merupakan karakteristik dari studi yang menghasilkan estimasi. Variabel moderator dalam penelitian ini dikategorikan menjadi enam kategori: ragam pengukuran Good Corporate Governance , ragam pengukuran Tax Avoidance , jenis estimator yang digunakan, kualitas publikasi, jenis publikasi, dan sektor perusahaan yang dijadikan sampel. Informasi mengenai deskripsi variabel-variabel moderator tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4. Deskripsi Variabel Moderator Variable Deskripsi Sum Avg Std.Dev PCC Koefisien korelasi parsial dari studi ke-i 3.997 0.029 0.240 SEPCC Koefisien korelasi parsial dari studi ke-i 15.626 0.112 0.039 Pengukuran GCG KOMI Komisaris Independen 55 0.396 0.489 AUDIT Komite Audit 33 0.237 0.425 KA Kualitas Audit 51 0.367 0.482 Pengukuran Tax Avoidance ETR Effective Tax rules 59 0.424 0.494 CETR Cash Effective Tax Rate 74 0.532 0.499 Estimator OLS jika literatur menggunakan estimasi OLS sebagai dasar. 123 0.885 0.319 Others jika literatur menggunakan estimasi selain OLS sebagai dasar. 9 0.065 0.246 Kualitas Publikasi Sinta23 jika literatur diterbitkan dalam Sinta 2 atau sinta 3 27 0.194 0.396 Sinta46 jika literatur diterbitkan dalam Sinta 4 sampai dengan Sinta 6 26 0.187 0.390 NonSinta jika literatur diterbitkan dalam jurnal yang tidak terindeks dalam Sinta 69 0.496 0.500 Jenis Publikasi Journal jika literatur diterbitkan dalam Journal 124 0.892 0.310 Proceding jika literatur diterbitkan dalam proseding seminar 15 0.108 0.310 Sektor Manufaktur Jika Perusahaan yang digunakan manufaktur 99 0.712 0.453 Keuangan Jika Perusahaan yang digunakan keuangan 28 0.201 0.401 Properti Jika Perusahaan yang digunakan properti 21 0.151 0.358 Energi Jika Perusahaan yang digunakan energi 39 0.281 0.449 Sumber: Data diolah, 2024
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata koefisien korelasi parsial (PCC) cenderung positif namun rendah dibandingkan dengan rata-rata standar error -nya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar estimasi yang dikumpulkan tidak signifikan atau memiliki kekuatan statistik yang rendah. Karena taraf signifikansi ditentukan oleh besaran koefisien korelasi dan standar error yang dihasilkan. Model yang akan diuji dalam analisis MRA adalah sebagai berikut:
𝐏𝐜𝐜 𝐢 = 𝛃 𝟏 + ∑ 𝛃 𝐤 𝐙 𝐤𝐢 + 𝛃 𝟎 𝐒𝐄𝐏𝐜𝐜 𝐢 + 𝛆 𝐢𝐣
P CCi adalah partial correlation coefficient dari setiap estimasi pada studi i, sedangkan Bk adalah koefisien dari variabel-variabel moderator Z. SEPCC adalah standar error dari PCC, sedangkan ε adalah error term dari model MRA tersebut.
Menurut pedoman MAER-NET, studi meta-analisis perlu menyederhanakan model dengan menggunakan metode Model Averaging atau metode General to Specific (G to S). Kedua metode ini bertujuan untuk mengatasi ketidakpastian model. Secara sederhana, mereka mencoba untuk memasukkan model yang paling relevan. Ketidakpastian model dalam konteks ini merujuk pada ketidakpastian pengaruh variabel-variabel moderator terhadap PCC. Dengan menggunakan metode Model Averaging , analisis dilakukan dengan mempertimbangkan variabel-variabel moderator yang paling berhubungan dengan PCC. Jika suatu variabel memiliki nilai posterior inclusion probability (PIP) lebih besar dari 0.5, itu menunjukkan keterkaitannya yang signifikan dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, metode inklusi model yang digunakan adalah Bayesian Model Averaging (BMA).
## Tabel 5. Hasil Analisis BMA (Bayesian Model Averanging)
Variabel Coeff Std Dev t-Stat PIP Constant 0.072 0.074 0.970 1.000 sepcc -0.429 0.510 -0.840 1.000 Pengukuran GCG komi -0.001 0.012 -0.080 0.070 ka 0.001 0.011 0.040 0.070 Pengukuran Tax Avoidance etr 0.003 0.022 0.090 0.080 cetr 0.004 0.023 0.150 0.090 Estimator ols -0.005 0.028 -0.180 0.090 others -0.006 0.035 -0.160 0.090 Kualitas Publikasi sinta23 -0.002 0.016 -0.110 0.080 sinta46 0.002 0.016 0.090 0.080 nonsinta -0.003 0.016 -0.180 0.090 Sektor manufaktur 0.001 0.013 0.070 0.070 keuangan -0.001 0.015 -0.020 0.070 properti 0.003 0.020 0.150 0.080 energi -0.001 0.012 -0.030 0.070
## Sumber: Data diolah, 2024
Tidak semua variabel moderator dalam Tabel 5 dimasukkan ke dalam analisis BMA karena nilainya relatif rendah. Ini dapat menyebabkan masalah kolinearitas dalam model jika variabel dengan nilai rendah tersebut tetap dimasukkan. Batas nilai PIP yang umumnya digunakan adalah 0.5, tetapi variabel-variabel moderator dalam penelitian ini memiliki nilai PIP yang rendah, terutama karena jumlah estimasi yang terbatas (hanya 139 estimasi dari 60 studi). Sebagai contoh, variabel yang menunjukkan estimasi dari metode di luar OLS memiliki jumlah estimasi yang sangat rendah, hanya 6 estimasi. Dengan nilai variabel moderator yang rendah, tidak ada variabel moderator yang memiliki PIP lebih dari 0.5. Meskipun demikian, penelitian ini tetap melakukan analisis menggunakan BMA, tetapi menetapkan batas PIP yang lebih tinggi, yaitu 0.7. Sebagai hasilnya, 5 variabel moderator dieksklusikan dari analisis, yaitu KOMI, KA, Manufaktur, Keuangan, dan Energi. Setelah eksklusi kelima variabel moderator tersebut, hasil analisis MRA dengan menggunakan estimator OLS, WLS, dan WLS-WS.
Tabel 6. Hasil Analisis MRA OLS WLS WLS-WS SEPCC -0.859 (0.609) -0.745 (0.647) -1.195 (0.615) etr 0.122 (0.108) 0.131 (0.108) 0.106 (0.124) cetr 0.152 (0.11) 0.159 (0.109) 0.155 (0.126) ols -0.09 (0.106) -0.08 (0.127) -0.09 (0.105) others -0.147 (0.131) -0.155 (0.147) -0.164 (0.131) sinta23 -0.043 (0.081) -0.052 (0.086) -0.079 (0.085) sinta46 -0.01 (0.079) -0.003 (0.084) -0.038 (0.081) nonsinta -0.056 (0.072) -0.068 (0.075) -0.09 (0.073) properti 0.035 (0.067) 0.006 (0.062) 0.023 (0.068) cons 0.114 (0.18) 0.096 (0.198) 0.195 (0.19) F (Prob) 0.89 (0.501) 0.69 (0.719) 1.04 (0.410) R 2 0.038 0.0457 0.4107
Keterangan: variabel dependen = PCC.
Tabel 6 menunjukkan bahwa meskipun telah dilakukan inklusi model dengan BMA, tetapi hasil MRA tidak dapat menemukan adanya bukti empiris terkait dengan variabel moderator yang dapat menjelaskan heterogenitas. Hal ini karena tidak ditemukan adanya variabel moderator yang berpengaruh signifikan terhadap PCC. Namun demikian, tabel 6 ‘setidaknya’ dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance jika menggunakan keragaman dalam variabel-variabel moderator tersebut.
## 4.2 Pembahasan
Penelitian ini menemukan adanya heterogenitas antara hasil penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance . Selain itu, terdapat kecenderungan bias publikasi ke bawah, di mana studi-studi yang dikumpulkan cenderung melaporkan estimasi pengaruh Good Corporate Governance terhadap Effective Tax Rate (ETR) dan Cash Effective Tax Rate (CETR) lebih rendah dari seharusnya. Setelah mengontrol bias publikasi, penelitian ini menemukan adanya pengaruh positif Good Corporate Governance terhadap ETR dan CETR, yang merupakan proksi negatif dari Tax Avoidance . Dengan nilai genuine effect sebesar -1.569, penelitian ini mengkonfirmasi bahwa semakin baik implementasi Good Corporate Governance , semakin rendah tingkat Tax Avoidance suatu perusahaan, bahkan hingga 1.5 kali lipat.
Temuan ini mendukung relevansi teori agensi yang menyatakan bahwa praktik Good Corporate Governance dapat mengurangi konflik agensi dan asimetri informasi. Selain itu, menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mempertimbangkan reputasi mereka dalam praktik Good Corporate Governance , terutama dalam konteks pasar modal di Indonesia di mana investor cenderung mengutamakan capital gain. Meskipun demikian, penelitian juga menemukan adanya heterogenitas yang signifikan dalam penelitian. Hal ini mengindikasikan adanya celah penelitian yang luas dalam hubungan antara Good Corporate Governance dan Tax Avoidance . Heterogenitas ini dapat dijelaskan melalui karakteristik studi yang menjadi variabel moderator dalam penelitian ini.
Penelitian ini juga menemukan adanya bias publikasi ke bawah, yang berarti bahwa studi-studi yang dipublikasikan cenderung melaporkan koefisien yang lebih rendah dari yang seharusnya. Motif dari bias publikasi ini dapat dijelaskan dengan asumsi bahwa studi yang dipublikasikan kebanyakan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis data panel. Penggunaan OLS dalam analisis data panel, terutama dengan menggunakan perangkat lunak seperti SPSS, cenderung menghasilkan koefisien yang sangat besar. Besarnya koefisien ini kadang-kadang terlihat tidak masuk akal, dan hal ini bisa mendorong para penulis untuk mereduksi nilai koefisien tersebut sebelum dipublikasikan. Bias publikasi semacam ini jarang ditemukan dalam jurnal-jurnal internasional yang bereputasi, namun bisa lebih umum terjadi di jurnal-jurnal nasional atau yang belum terakreditasi di Sinta, di mana editor mungkin kurang teliti dalam memeriksa aspek ekonometrik.
Menurut Stanley & Doucouliagos (2012), bias publikasi sering kali dilakukan untuk memastikan bahwa hasil estimasi mendukung hipotesis yang dibangun oleh peneliti. Tujuannya adalah untuk memastikan konsistensi antara teori dan temuan empiris, terutama untuk meningkatkan kesesuaian dengan harapan jurnal yang lebih terkemuka. Namun, bias publikasi semacam ini dapat mengarah pada kesalahan interpretasi dan mengganggu implementasi kebijakan yang tepat. Oleh karena itu, para peneliti meta-analisis diharapkan dapat mendeteksi dan memperhitungkan bias publikasi yang mungkin terjadi dalam studi-studi yang mereka tinjau.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeteksi heterogenitas, bias publikasi, genuine effect , dan menjelaskan heterogenitas antar studi terkait dengan pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance . Untuk menjelaskan heterogenitas, penelitian ini melakukan regresi sejumlah variabel moderator terhadap koefisien korelasi parsial (PCC). Namun, hasil analisis menggunakan Bayesian Model Averaging (BMA) menunjukkan bahwa tidak ada variabel moderator yang secara signifikan terkait dengan PCC. Artinya, tidak ada bukti empiris bahwa karakteristik studi dapat menjelaskan heterogenitas antar hasil penelitian. Selain itu, penelitian ini tidak dapat memastikan apakah karakteristik studi dapat menentukan bagaimana pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance . Misalnya, jika kualitas audit memiliki nilai posterior inclusion probability (PIP) yang tinggi terhadap PCC dengan koefisien positif, itu akan menunjukkan pengaruh positif Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance jika diukur dengan kualitas audit.
Namun, karena nilai PIP untuk variabel moderator seperti Komite Audit (KOMI) dan kualitas audit rendah, asumsi tersebut tidak dapat dipastikan secara empiris. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa arah koefisien dari masing-masing variabel moderator cenderung seragam, tetapi tidak secara signifikan terkait dengan PCC. Misalnya, variabel moderator ETR menunjukkan koefisien positif dari hasil OLS, WLS, dan WLS-WS, menunjukkan bahwa jika Tax Avoidance diukur dengan ETR, pengaruh Good Corporate Governance cenderung positif. Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti kesulitan dalam menjelaskan hubungan antara Good Corporate Governance dan Tax Avoidance melalui analisis heterogenitas dan variabel moderator, serta menekankan pentingnya interpretasi yang cermat terhadap hasil analisis.
## V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1) Setelah mengontrol bias publikasi tersebut, penelitian ini menemukan adanya pengaruh positif Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance dengan proksi ETR dan CETR. Dikarenakan ETR dan CETR tersebut adalah proksi negatif dari Tax Avoidance , maka penelitian ini mengkonfirmasi adanya pengaruh negatif Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance .
2) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan adanya heterogenitas antar hasil penelitian terkait dengan pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance .
3) Adanya pengaruh negatif Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance . Semakin tinggi GCG maka akan mereduksi Tax Avoidance sampai dengan 1.5 kali lipat (150%).
## REFERENSI
Adi, A. A. R., & Yodanto, P. (n.d.). Tinjauan Performa Ekonomi Indonesia Periode 2014-2019 .
Alicia, F. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Individu Melakukan Whistleblowing: Studi Analisis Meta. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan , 16 (2), 121–134.
Asitalia, F., & Trisnawati, I. (2017). Pengaruh good corporate governance dan leverage terhadap manajemen laba. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi , 19 (1a-2), 109–119.
Astuti, T. P., & Aryani, Y. A. (2016). Tren penghindaran pajak perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEI tahun 2001-2014. Jurnal Akuntansi , 20 (3), 375–388.
Barli, H. (2018). Pengaruh Leverage Dan Firm Size Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Universitas Pamulang , 6 (2), 223.
Budiarti, I. (2011). Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada Dunia Perbankan. Majalah Ilmiah UNIKOM .
Daniri, M. A. (2008). Standarisasi tanggung jawab sosial perusahaan. Indonesia: Kadin Indonesia , 2 (1), 1– 36.
Devy, H. S., Awali, H., Hadiyati, R., & Effendi, A. A. R. (2021). Good Corporate Governance As A Corporate Strategy During The Covid-19 Pandemic in Islamic Financial Institutions. Mutanaqishah: Journal of Islamic Banking , 1 (1), 21–30.
Higgins, J. P. T., & Thompson, S. G. (2002). Quantifying heterogeneity in a meta‐analysis. Statistics in Medicine , 21 (11), 1539–1558.
Hoque, M. J., Bhuiyan, M. Z. H., & Ahmad, A. (2011). Tax Evasion and Avoidance Crimes–A Study on Some Corporate Firms of Bangladesh. Tax Management .
Hunter, J. E., & Schmidt, F. L. (2004). Methods of meta-analysis: Correcting error and bias in research findings . Sage.
Inkiriwang, K. G. (2017). Perspektif hukum terhadap upaya penghindaran pajak oleh suatu badan usaha. Lex Et Societatis , 5 (4).
Kartika, R. (2015). Pengaruh Insentif Pajak dan Profitabilitas Terhadap Praktek Penghindaran Pajak Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) . Universitas Kristen Indonesia.
Khalimah, N. H. (2015). Analisis Meta Regresi Untuk Menjelaskan Heterogenitas Hasil Beberapa Penelitian Pada Faktor Ventilasi Dan Pencahayaan Yang Mempengaruhi Tuberkulosis Di Indonesia. Tugas Akhir. Program Studi S1 Statistika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya .
Mardiasmo. (2019). PERPAJAKAN . CV Andi.
Njatrijani, R., Rahmanda, B., & Saputra, R. D. (2019). Hubungan hukum dan penerapan prinsip good corporate governance dalam perusahaan. Gema Keadilan , 6 (3), 242–267.
Oktamawati, A. B., & SBM, N. (2017). Tinjauan Terhadap Potensi Dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal . Sekolah Vokasi.
Puspitasari, D., Radita, F., & Firmansyah, A. (2021). Penghindaran pajak di Indonesia: profitabilitas, leverage, capital intensity. Jurnal Riset Akuntansi Tirtayasa , 6 (2), 138–152.
Satya, V. E., & Dewi, G. P. (2010). Perubahan Undang-undang Pajak Penghasilan dan Perannya Dalam Memperkuat Fungsi Budgetair Perpajakan. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik , 1 (1), 75–100.
Stanley, T. D., & Doucouliagos, H. (2012). Meta-regression analysis in economics and business . routledge. Thesarani, N. J. (2016). Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan Komite Audit Terhadap Struktur Modal Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2012-2014). S1 Thesis, Fakultas Ekonomi. Univeritas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta .
Thompson, S. G., & Sharp, S. J. (1999). Explaining heterogeneity in meta‐analysis: a comparison of methods. Statistics in Medicine , 18 (20), 2693–2708.
Tjan, J. S. (2020). Pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Invoice: Jurnal Ilmu Akuntansi , 2 (2), 12–17.
Wahyunti, S. (2019). Peran Pajak Reklame Dalam Peningkatan Perekonomian Daerah Kota Makassar (Tinjauan Dengan Pendekatan Ekonomi Islam). J-ESA (Jurnal Ekonomi Syariah) , 2 (1), 46–64.
Widuri, R., Wijaya, W., Effendi, J., & Cikita, E. (2019). The effect of good corporate governance on tax avoidance of listed companies in indonesian stock exchange in 2015-2017. Journal of Economics and Business , 2 (1), 120–126.
|
84362c89-fddb-4a12-80c3-a9474b8d070f | https://journal.umpr.ac.id/index.php/pengabdianmu/article/download/547/629 |
## PENDAHULUAN
Mendongeng merupakan salah satu media pendidikan yang efektif bagi anak, terutama anak-anak pada masa usia emas yaitu sekitar 2-7 tahun. Dunia anak-anak adalah dunia bermain dan berimajinasi. Imajinasi anak dapat dilatih dengan cara mendongeng kepada mereka. Dongeng sebagai salah satu karya sastra, mengandung ek asplorasi mengenai kebenaran manusia.
Rokhmansyah (2014) mengemukakan bahwa sastra menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang
pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak.
Anak-anak usia dini (4-6 tahun) yang berada di PAUD- TK merupakan masa yang tepat bagi mereka untuk membangun karakter dan kepribadian yang mulia. Seperti yang terdapat dalam cerita monyet dan kura- kura, anak-anak diberikan gambaran tentang karakter yang baik dan buruk, yang jujur dan yang curang melalui
## PELATIHAN KEMAMPUAN MENDONGENG KEPADA GURU-GURU PAUD DAN TK MAKANATUT THALIBIN DESA PULANTAN KECAMATAN ALUH- ALUH
Storytelling Ability Training for Early Childhood and Kindergarten Teachers Makanatut Thalibin Pulantan Village Aluh-Aluh District
## Jamiatul Hamidah *
Sri Normuliati
Istiqamah
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia
* email: [email protected]
## Abstrak
Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mendongeng bagi guru dan orang tua siswa PAUD di Desa Pulantan kecamatan Aluh-Aluh. Pengabdian ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Maret 2018 di PAUD Makanatut Thalibin. Sasaran kegiatan ini adalah para guru PAUD dan orang tua/wali siswa. Alasan memilih sekolah ini adalah karena sekolah yang tergolong jauh dari pusat kota dan termasuk desa binaan program PKH. Metode yang digunakaan dalam pelaksaannya adalah dengan presentasi/ceramah dan simulasi/latihan mendongeng. Setelah dilaksanakan kegiatan ini maka disimpulkan bahwa mendongeng belum menjadi sebuah kebiasaan dan pendekatan dalam pembentukan karakter anak- anak baik oleh para guru maupun orang tua. Hal ini disebabkan para guru maupun orang tua memiliki kemampuan yang sangat minim dalam hal mendongeng. Oleh karena itu, kedepannya diharapkan dilaksanakan pelatihan lanjutan dengan melibatkan lebih banyak guru dan orang tua, serta mendatangkan narasumber yang lebih berkompeten dalam mendongeng seperti Bunda Enik Mintarsih, tokoh pendongeng asal Kalimantan Selatan.
## Kata Kunci:
Guru Dongeng Anak Usia Dini Keywords : Teachers Fairy Tales Early Chilhood
## Abstract
This community service aims to improve the knowledge and skills of storytelling for teachers and parents of PAUD students in Pulantan Village, Aluh-Aluh sub-district. This dedication was held on Thursday, March 22, 2018, in PAUD Makanatut Talibin. The target of this activity is PAUD teachers and student parents/guardians. The reason for choosing this school is because the schools are classified as far from the city center and include the villages built by the PKH program. The method used in the implementation is by presentation/lecture and storytelling simulation/training. After this activity was carried out, it was concluded that storytelling had not become a habit and approach to the formation of children's character both by teachers and parents. This is because teachers and parents have very little ability in storytelling. Therefore, in the future, it is hoped that further training will be carried out by involving more teachers and parents and bringing in speakers who are more competent in storytelling such as Mother Enik Mintarsih, a storyteller from South Kalimantan.
© 2019 The Authors. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). DOI: https://doi.org/10.33084/pengabdianmu.v4i1.547 .
kedua tokoh tersebut. Metode mendongeng merupakan cara yang tepat dalam pendidikan anak usia dini, karena membantu mengembangkan kreativitas, membangkitkan imajinasi, dan membentuk moral yang baik. Di samping itu, dongeng juga berfungsi untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan dan menyimak bagi anak. Guru sebagai pelaku utama pendidikan, harus memiliki kemampuan mendongeng agar anak-anak tertarik belajar dan tidak membosankan (Fitroh & Sari, 2015).
Untuk membangun karakter anak, banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah maupun guru di sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kegiatan mendongeng atau mengenalkan cerita kepada anak. Seorang guru, terutama guru PAUD sebagai tonggak awal dalam pendidikan karakter anak usia dini, diharapkan memiliki kemampuan mendongeng sebagai salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas (Fitriyyah, 2014).
Sastra anak adalah sastra yang ditujukan untuk anak- anak. Nurgiyantoro (2016) mengemukakan bahwa sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya kisah binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Sastra anak tidak terbatas pada buku-buku bacaan, pada segala sesuatu yang dicetak secara verbal, sebab dalam dunia kesastraan dikenal sastra lisan dan tulisan.
Sastra lisan adalah sastra yang dilisankan, yang biasanya diwariskan secara turun-temurun melalui cerita. Sedangkan sastra tulisan adalah sastra yang diwariskan melalui tulisan seperti buku-buku yang ditulis. Nurgiyantoro (2016) menegaskan bahwa sastra anak membentang dari nyanyian-nyanyian ninabobo, puisi lagu dolanan, cerita si ibu menjelang anak tidur, buku- buku gambar untuk mengenal dan membelajarkan huruf dan angka, cerita bergambar dengan sedikit tulisan, sampai dengan cerita-cerita petualangan anak, termasuk cerita horor dan misteri, atau cerita-cerita lain yang
dikisahkan dengan sudut pandang anak. Diantara jenis tersebut, dongeng merupakan cerita yang paling dekat dengan dunia anak.
Seorang guru dituntut untuk memilih metode pembelajaran yang menarik minat anak didiknya. Metode mendongeng/bercerita merupakan salah satu metode yang diminati anak-anak. Amalia (2015) menambahkan bahwa guru dapat membantu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak secara bersama-sama saat menerapkan metode bercerita di tingkat PAUD. Ketika mendengarkan dan mencerna cerita, anak belajar pengetahuan memahami alur cerita dan nilai moral dari cerita. Dengan metode bercerita, anak belajar merasakan dan memaknai tipe-tipe dari cerita. Melalui cerita, anak secara mental dan psikologis belajar menirukan atau bermain peran sesuai cerita. Bercerita juga dapat mengeratkan hubungan psikologis antara guru dengan anak didiknya, maupun antara orangtua dengan anaknya di rumah.
Nurgiyantoro (2016) menyatakan bahwa dongeng merupakan bentuk cerita fantasi, bersifat universal, dan dapat dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi, bahkan dalam banyak hal sering tidak masuk akal. Menurut Sugiarto (2015 ) “Dongeng adalah cerita yang berdasarkan pada angan-angan atau khayalan seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Karena hanya khayalan, peristiwa- peristiwa dalam sebuah dongeng adalah peristiwa yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh pada zaman dahulu. Meskipun demikian, tak jarang dongeng dikait-kaitkan dengan sesuatu yang ada di masyarakat tempat dongeng itu berasal.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dongeng didefinisikan sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh); perkataan (berita) yang bukan-bukan atau tidak benar. Haryanta (2012) “Dongeng adalah cerita yang lahir berdasarkan khayalan semata atau bersifat imajinatif. Pada umumnya, tokoh-
tokoh dongeng tersebut berupa binatang, seperti kancil, serigala, kura-kura, dan sebagainya; cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang bersifat aneh); perkataan (berita) yang bukan- bukan atau tidak benar.” Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dongeng merupakan cerita imajinatif yang disampaikan secara turun-temurun oleh masyarakat.
Menurut Sugiarto (2015 ) “Dongeng terkadang bisa membawa pendengarnya hanyut dalam dunia fantasi, bergantung cara penyampaian dongeng tersebut. Adapun fungsi dongeng antara lain adalah untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan untuk menghibur. Dongeng juga biasanya mencerminkan nilai, kepercayaan, dan adat sua tu daerah.” Nurgiyantoro (2016) sebagai bagian dari cerita rakyat, dongeng berfungsi untuk memberikan hiburan dan sarana ampuh untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Dongeng bahkan dianggap sebagai satu-satunya cara untuk mengajarkan nilai moral. Dongeng sering mengisahkan penderitaan tokoh, namun karena kejujuran dan ketahanujiannya tokoh tersebut mendapat imbalan yang menyenangkan. Jadi, moral dongeng dapat juga berwujud peringatan dan atau sindiran bagi orang yang berbuat jahat.
Haryanta (2012) mendefinisikan 6 jenis dongeng, yaitu dongeng etiologi, dongeng fabula, dongeng hewan, dongeng jenaka, dongeng mitologi, dan dongeng kosmogoni. Dongeng etiologi adalah dongeng yang menceritakan tentang asal-usul sesuatu. Dongeng fabula adalah dongeng entang dunia binatang yang dapat bercakap-cakap sebagaimana manusia. Dongeng hewan merupakan nama lain dari dongeng fabula. Dongeng jenaka adalah dongeng pelipur lara, dongeng yang menghibur. Dongeng mitologi adalah dongeng tradisional mengenai asal-usul dan kepercayaan suau bangsa. Dongeng kosmogoni adalah dongeng tentang penciptaan alam semesta.
Nurgiyantoro (2016) mengklasifikasikan dongeng menjadi 2 bagian, yaitu dongeng klasik dan dongeng modern. Dongeng klasik adalah cerita dongeng yang telah muncul sejak zaman dahulu yang telah mewaris secara turun-temurun. Contoh dongeng klasik di Indonesia adalah dongeng Timun Emas, Bawang Merah dan Bawang Putih, serta dongeng pengantar tidur. Dongeng modern adalah cerita fantasi modern atau dongeng yang sengaja ditulis sebagai salah satu bentuk karya sastra, ditulis secara sadar, dengan mencantumkan nama pengarangnya. Contoh dongeng modern adalah Harry Potter dan The Lord of The Rings .
Di daerah yang jauh dari akses bahan bacaan, sangat penting untuk mengenalkan cerita-cerita yang mampu menggugah keingintahuan peserta didik. Karena bagi mereka membeli buku dan membaca cerita bukanlah kegiatan yang bisa dilakukan di sela waktu luang. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan untuk membeli buku dan juga kurangnya kesadaran para orangtua untuk mengenalkan bahan bacaan sejak dini kepada anak. Lewat tradisi mendongeng di tingkat PAUD-TK, para guru bisa mengenalkan pengalaman membaca kepada peserta didik (Dewan, 2013).
Salah satu daerah yang jauh dari aspek bahan bacaan adalah Kecamatan Aluh-aluh, kabupaten Banjar- Kalimantan Selatan merupakan wilayah yang letaknya tersebar di daerah sungai. Menurut informasi, tingkat pendidikan di daerah tersebut masih rendah. Hal ini disebabkan oleh salah satunya adalah sulitnya wilayah untuk dijangkau, tidak ada transportasi darat yang bisa dilalui, hanya melalui transportasi sungai (kelotok). Di kecamatan Aluh-aluh, terdapat 25 PAUD-TK yang tersebar di 14 kelurahan. Jumlah guru dalam satu sekolah rata-rata 2-3 orang yang latar kualifikasi pendidikannya hanya tamat SMP atau SMA. Berdasarkan survei awal, metode mengajar guru PAUD-TK masih kurang bervariasi, media belajar terbatas, dan minat baca masih rendah. Tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada Guru
PAUD-TK akan manfaat mendongeng untuk pendidikan anak usia dini, melatih dan meningkatkan kemampuan mendongeng bagi Guru PAUD-TK, dan meningkatkan minat baca anak-anak melalui hibah buku dongeng ke sekolah.
## METODOLOGI
Kegiatan ini dilaksanakan dalam satu hari, mulai jam 09.00- 11.00 WITA, pada hari Kamis, 22 Maret 2018, bertempat di Sekolah PAUD Makanatut Thalibin Desa Pulantan RT.05 Kecamatan Aluh-aluh. Lokasi sekolah berada di seberang sungai, sehingga harus menggunakan transportasi kelotok untuk ke sekolah tersebut. Peserta kegiatan adalah guru-guru, para siswa, dan orang tua/wali siswa. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Camat Aluh-Aluh dan kepala Desa Pulantan.
Sasaran utama dalam kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru PAUD dan TK Makanatut Thalibin di desa Pulantan, Kecamatan Aluh- aluh. Namun dalam pelaksanaan kegiatan, pendamping PKH yang menjembatani kegiatan ini menyarankan untuk melibatkan orang tua siswa. Peserta kegiatan terdiri dari 6 orang guru, 33 siswa, dan 30 orang tua/wali siswa yang keseluruhannya adalah perempuan.
Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah tentang fungsi dan manfaat dongeng serta memberikan contoh secara langsung bagaimana cara mendongeng yang disukai anak-anak. Metode penyampaian dengan presentasi dan simulasi yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa prodi pendidikan Bahasa Indonesia.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelatihan peningkatan kemampuan mendongeng bagi guru dan orang tua siswa di PAUD Makanatut Thalibin ternyata mendapat respon yang sangat baik dan positif dari peserta kegiatan. Hal ini tampak pada antusiasme peserta dalam bertanya kepada pemateri. Diantara salah satu peserta bahkan menyatakan minatnya untuk
menerapkan metode mendongeng dalam mendidik anaknya. Namun secara jujur peserta tersebut mengakui bahwa beliau tidak bisa membaca dan menulis. Inilah fakta yang ditemui di lapangan bahwa masih ada sebagian orang tua yang tidak bisa membaca dan menulis, sehingga jauh dari harapan untuk dapat mengajari anaknya di rumah. Mereka umumnya hanya mengandalkan pendidikan anaknya kepada sekolah.
Fakta lain yang ditemukan pada saat pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak di rumah. Misalnya ketika ditanyakan apa yang dilakukan orang tua terutama ibu pada siang dan malam hari saat anak berada di rumah, sebagian besar menjawab jika tidak ada pekerjaan maka orang tua sering menonton televisi dan anak ikut dilibatkan. Menjelang tidur malam hari hampir seluruh orang tua menyatakan tidak pernah mengantar anaknya tidur sambil bercerita. Hal ini bagi tim pelaksana menjadi bahan masukkan untuk para orang tua. Pendidikan karakter bagi anak usia dini dapat dimulai dari membangun kebiasan bercerita atau mendongeng menjelang anak tidur pada malam hari.
Bagi para guru yang berhadir, kegiatan pelatihan ini meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam melakukan proses belajar-mengajar di kelas. Hibah buku kumpulan dongeng yang diberikan oleh tim pelaksana, menjadi sumber bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan. Pada akhir kegiatan, kepala sekolah sekaligus ketua yayasan menyampaikan harapannya agar pelatihan ini dapat dilaksanakan kembali secara berkelanjutan dengan melibatkan lebih banyak guru dan orang tua khususnya di Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. Hal tersebut juga didukung penuh oleh aparat desa yang saat itu dihadiri oleh isteri kepala desa, serta didukung penuh oleh Camat Aluh-Aluh yang berjanji siap menyediakan tempat acara jika ingin mengadakan pelatihan dengan jumlah peserta yang lebih banyak.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, maka disimpulkan bahwa mendongeng belum menjadi sebuah kebiasaan dan pendekatan dalam pembentukan karakter anak-anak baik oleh para guru maupun orang tua. Hal ini disebabkan para guru maupun orang tua memiliki kemampuan yang sangat minim dalam hal mendongeng. Oleh karena itu, kedepannya diharapkan dilaksanakan pelatihan lanjutan dengan melibatkan lebih banyak guru dan orang tua, serta mendatangkan narasumber yang lebih berkompeten dalam mendongeng seperti Bunda Enik Mintarsih, tokoh pendongeng asal Kalimantan Selatan. Pendidikan karakter bagi siswa/peserta didik dapat dikembangkan dengan melakukan pendekatan kepada guru dan orang tua. Oleh karena itu, kami menyarankan bagi tim yang ingin melaksanakan pengabdian kepada masyarakat agar melakukan pelatihan metode pengajaran lainnya yang mudah, digemari oleh siswa, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Bagi peserta yang telah memperoleh pelatihan diharapkan dapat terus menerapkan dan mengembangkan kemampuannya dalam mendongeng.
## REFERENSI
Amalia, T.Z. & Sa ’ diyah, Z. 2015. Bercerita sebagai Metode Mengajar bagi Guru Raudlatul Athfal dalam Mengembangkan Kemampuan Dasar Bahasa Anak Usia Dini di Desa Ngembalrejo Bae, Kudus. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal . 3(2):334-353.
Dewan, P. 2013. Reading Matters in the Academic Library. Reference & User Services Quarterly . 52(4):309-319.
Fitriyyah, D. 2014. Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Mendongeng di TK ABA Karangduwur dan TK Masyithoh Petanahan Kabupaten Kebumen. Jurnal Pendidikan Agama Islam . 11(2):169-184.
Fitroh, S.F. & Sari, E.D.N. 2015. Dongeng Sebagai Media Penanaman Karakter Pada Anak Usia Dini.
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini . 2(2):95-105.
Haryanta, A.T. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan . Surakarta: Aksara Sinergi Media.
Nurgiyantoro, B. 2016. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rokhmansyah, A. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra, Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra . Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiarto, E. 2015. Mengenal Sastra Lama . Yogyakarta: Andi Offset.
|
5ae22495-5d74-42dc-9df4-538b553b9ea9 | https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/bibliotech/article/download/870/578 |
## BIBLIOTERAPI DALAM PERAWATAN PASIEN ANAK DI RSI BANYUBENING SERTA TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
Erviana Dwinugrahaningtyas 1* ; Nita Ismayati 2*
1 Perpustakaan Nasional RI 2 Universitas YARSI
*Korespondensi: [email protected]; [email protected]
## ABSTRAK
Biblioterapi sudah lama digunakan sebagai terapi tambahan dalam kedokteran dan psikiatri untuk membantu penyembuhan pasien melalui bahan bacaan terpilih. Rumah Sakit Islam Banyubening, Boyolali, telah melakukan kegiatan biblioterapi sederhana untuk pasien anak-anak namun belum diketahui bagaimana peran biblioterapi yang telah dilakukan terhadap perawatan pasien anak-anak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran biblioterapi dalam perawatan pasien anak di RSI Banyubening dan bagaimana tinjauan Islam terhadap bacaan bagi orang sakit. Jenis penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Jumlah sampel 7 orang. Pengambilan data melalui observasi dan kuesioner. Hasil penelitian diketahui bahwa layanan biblioterapi berperan positif dalam perawatan pasien anak di RSI Banyubening. Responden selain mendapatkan pengetahuan dan menurunkan stress di rumah sakit, juga merasa senang dan nyaman, yang dapat membantu proses penyembuhan penyakit. Tinjauan Islam terhadap bacaan bagi orang sakit yaitu Al-Qur’an merupakan sebaik-baik bacaan yang bagi orang sakit yang dapat memberikan kedamaian hati dan ketenangan jiwa sehingga memperoleh kesembuhan yang lebih cepat. Rekomendasi penelitian agar pihak RSI Banyubening meningkatkan layanan biblioterapi melalui peningkatan kemampuan SDM dan pemberian bacaan Al Qur’an secara berkala terhadap pasien beragama Islam.
Kata kunci : Biblioterapi, perawatan pasien anak, perpustakaan rumah sakit, RSI Banyubening
## 1. PENDAHULUAN
Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan secara paripurna ini ditujukan kepada pasien agar mendapatkan pemulihan kesehatan baik secara fisik maupun psikis (Indonesia, 2010). Dari definisi ini jelas disebutkan bahwa rumah sakit tidak hanya bertujuan untuk memulihkan pasien secara fisik namun juga secara psikis. Salah satu upaya yang dilakukan untuk pemulihan pasien secara psikis yaitu dengan menyediakan sarana untuk mendorong penyembuhan pasien secara psikis salah satunya adalah dengan mendirikan perpustakaan rumah sakit.
Perpustakaan rumah sakit merupakan salah satu unit yang berperan serta membantu
rumah sakit dalam mewujudkan visi dan misinya, yaitu memberikan layanan kesehatan fisik dan mental kepada pasien yang berobat (Yolanda & Ismayati, 2015). Berdasarkan Standars for Hospital Libraries tahun 2007 peran perpustakaan rumah sakit yaitu memberikan layanan informasi dan pendidikan kepada masyarakat di lingkungannya, termasuk juga pasien. Pemerintah juga mendorong berdirinya perpustakaan rumah sakit dengan mengeluarkan SK MENKES NO. 436/MENKES/SK/VI/1993 yang telah menetapkan 20 Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang salah satu diantaranya adalah perpustakaan (Indonesia, 1994).
Di negara-negara maju, perpustakaan rumah sakit tidak hanya berperan dalam meningkatkan pengetahuan para dokter dan tenaga medis lainnya, namun juga berperan aktif dalam upaya penyembuhan pasien. Sedangkan di Indonesia perpustakaan rumah sakit belum banyak berperan aktif dalam upaya penyembuhan pasien, kebanyakan perpustakaan rumah sakit di Indonesia masih menitikberatkan perannya hanya pada penyediaan informasi bagi para dokter ataupun tenaga medis lainnya. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pustakawan madya di perpustakaan kementerian kesehatan diketahui bahwa dari 32 rumah sakit vertikal kementerian kesehatan yang ada di seluruh Indonesia, belum semuanya memiliki perpustakaan, yang sudah memiliki perpustakaan sementara ini hanya berkewajiban untuk menyediakan informasi bagi dokter dan tenaga medis saja, belum merambah kepada penyediaan buku untuk pasien.
Seperti diketahui, menjalani perawatan membuat pasien jenuh dan tertekan secara mental, apalagi bila kondisi ini terjadi pada pasien anak-anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I. Coyne, disebutkan bahwa anak yang menjalani perawatan inap mengalami kecemasan dan kegelisahan karena perpisahan dengan orang tua dan keluarga, prosedur pemeriksaaan dan pengobatan, dan akibat berada di lingkungan asing (Coyne, 2006). Anak yang menjalani perawatan di rumah sakit terpaksa harus berpisah dengan orang orang dan lingkungan yang dikenalnya, setiap hari dikelilingi wajah asing dan menjalani perawatan secara berulang-ulang, sehingga sering dijumpai anak-anak yang menjalani perawatan terlihat lesu dan kurang bersemangat. Salah satu hiburan adalah menunggu kunjungan dari keluarga dan kerabat namun ini juga dibatasi oleh jam berkunjung.
Keadaan ini diperburuk bila komunikasi antara tenaga medis dan pasien tidak berjalan dengan lancar, bila komunikasi antara tenaga medis dengan pasien berjalan dengan baik, maka dapat menghilangkan ketakutan dan meningkatkan kesehatan secara mental, sebaliknya
kurangnya komunikasi yang baik dalam perawatan kesehatan mengakibatkan hasil kesehatan yang buruk. Salah satu cara untuk menjembatani hal ini adalah melalui biblioterapi (Sherrill & Harris, 2014).
Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion berarti buku atau bahan bacaan, sementara therapeia artinya penyembuhaan, jadi biblioterapi dapat diartikan sebagai memanfaatkan buku sebagai sarana terapi untuk mencapai kesembuhan. Dengan membaca kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, hiburan dan hal lain yang bermanfaat, membaca juga dapat memberikan pandangan yang positif sehingga menggugah pasien untuk berjuang melawan penyakitnya. Dengan bacaan yang menginspirasi diharapkan pasien anak menjadi lebih bersemangat, dan terhindar dari stress. Dengan menggunakan buku, dimungkinkan untuk membahas dan menganalisis situasi dengan cara yang tidak menakutkan, memfasilitasi penangkapan/pemahaman makna, dan meningkatkan pengetahuan (Lucas & Soares, 2013).
Rumah Sakit Islam Banyubening merupakan rumah sakit swasta yang terletak di kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Rumah Sakit ini mempunyai misi untuk memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Rumah Sakit Islam (selanjutnya RSI) Banyubening juga berkeinginan untuk menyediakan sarana pemulihan kesehatan terbaik kepada pasien, baik secara fisik maupun psikis. Salah satu bentuk sarana pemulihan kesehatan secara psikis yang dilakukan yaitu dengan memberikan layanan biblioterapi. Layanan biblioterapi yang diberikan, tidak hanya dengan membuat pojok baca yang terbuka bagi masyarakat umum, namun juga dengan cara menempatkan koleksi buku di dalam kamar perawatan pasien. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendekatkan buku kepada pasien, dengan harapan dapat berperan untuk membantu perawatan pasien, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah layanan biblioterapi yang telah dilakukan memiliki peran terhadap perawatan pasien, dalam hal ini khususnya pasien anak.
## 2. METODE
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi yaitu pasien anak yang dirawat inap di RSI Banyubening, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan jenis sampling jenuh, yaitu mengambil semua anggota populasi sebagai sampel. Pengambilan sampel jenuh juga dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai peran biblioterapi di RSI Banyubening terhadap pasien rawat anak. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 14 orang, terdiri dari pasien anak 7 orang dan orang tua pasien 7 orang. Dua orang pasien tidak disetujui oleh orang tuanya untuk dijadikan responden.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data meliputi observasi dan kuesioner. Observasi dilakukan di perpustakaan RSI Banyubening, untuk mengamati layanan biblioterapi yang diberikan oleh perpustakaan RSI Banyubening dan perannya terhadap perawatan pasien anak. Setelah melakukan observasi, peneliti memberikan kuesioner kepada pasien rawat inap dan orang tua pasien untuk mengisi data data yang dibutuhkan. Kuesioner untuk pasien anak dibedakan menurut usia yaitu pasien anak dibawah usia 10 tahun dan di atas usia 10 tahun. Kuesioner dibedakan menjadi 2 kelompok usia berdasarkan kemampuan berpikir seorang anak, yaitu pada usia diatas 10 tahun seorang anak memasuki tahap masa remaja ( adolesent ), anak sudah mampu berpikir abstrak, mampu berpikir secara “ilmiah”, dan mampu memecahkan masalah secara logis, sehingga dapat memahami isi cerita dengan baik. Sedangkan anak dibawah usia 10 tahun masih memerlukan bimbingan untuk dapat memahami isi dari cerita (Nurgiyantoro, 2005). Pengisian kuesioner pada pasien anak dilakukan dengan cara dibacakan, yaitu peneliti membacakan pertanyaan dan pasien anak menjawabnya. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul apa adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Hasil
Dari hasil observasi diketahui bahwa perpustakaan RSI Banyubening telah memberikan layanan biblioterapi, tidak saja kepada pasien anak tetapi juga kepada pasien dewasa, baik yang dirawat inap maupun yang berobat jalan. Layanan biblioterapi yang diberikan selain layanan di pojok baca perpustakaan yang terletak di bagian poliklinik RSI banyubening, juga berupa layanan aktif berupa penyediaan koleksi buku di dalam ruang rawat pasien. Layanan pojok baca dimanfaatkan oleh pasien yang melakukan pemeriksaan kesehatan, tenaga medis, dan masyarakat. Selain buku, di pojok baca ini juga disimpan berbagai macam brosur mengenai informasi kesehatan yang dapat diambil secara gratis.
Dalam penelitian ini, peneliti mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan pembacaan buku ( story telling ) dan diskusi setiap hari pada pukul 8-10 pagi dan pukul 4-6 sore hari, berdasarkan pengamatan didapatkan hasil bahwa pasien anak lebih menyukai kegiatan biblioterapi di pagi hari dan kurang merespon bila dilakukan biblioterapi di sore hari. Hal ini disebabkan karena pada sore hari biasanya anak-anak suka menonton televisi, main game, dan banyak teman atau kerabat yang menjenguk.
Dari hasil observasi terlihat bahwa biblioterapi memiliki peran dalam perawatan pasien anak. Hal ini dibuktikan ketika ada seorang pasien anak berusia dibawah 10 tahun yang beberapa hari rewel, dan ketika dibacakan cerita dengan buku yang sesuai dengan usianya, pasien tersebut tampak antusias mendengarkan, kemudian tertarik untuk memegang buku sendiri, bahkan berkeinginan memiliki buku tersebut. Pada saat yang lain, ketika peneliti melakukan layanan biblioterapi yang berselang satu hari, ada pasien yang menanyakan kepada perawat mengapa hari itu dia tidak mendapatkan layanan biblioterapi. Dari hasil observasi diketahui bahwa pasien anak usia dibawah 10 tahun lebih menyukai dibacakan cerita mengenai kisah-kisah pendek dari Al Qur’an dan cerita binatang. Setiap selesai membacakan cerita, peneliti mengadakan diskusi singkat mengenai isi buku, dan respon yang diberikan oleh pasien cukup baik. Hal ini sesuai dengan harapan karena pada anak-anak biblioterapi digunakan sebagai sarana untuk pengalihan perhatian, memberi hiburan, untuk mengurangi stres, dan menimbulkan kenyamanan (McMillen dan Pehrsson, 2008).
Peran dari biblioterapi juga terlihat pada pasien anak yang berusia diatas 10 tahun dengan penyediaan buku-buku yang menarik, dan mereka tampak menikmati proses membaca, peneliti membawa beberapa subjek buku, dan terlihat bahwa anak-anak di atas usia 10 tahun lebih memilih untuk membaca buku buku tentang tokoh-tokoh yang menginspirasi, dan buku pengetahuan. Selesai mereka membaca buku, peneliti mengadakan diskusi singkat mengenai buku yang mereka baca, dan pasien memberi respon yang baik. Diskusi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami dan dapat mengambil manfaat dari buku yang mereka baca. Hasil lain dari kegiatan ini adalah meningkatnya minat baca dari pasien anak, hal ini dapat dilihat dari atusiasme mereka yang meminta peneliti untuk meminjamkan buku buku lain, selain yang tersedia di kamar perawatan.
Terdapat dua jenis kuesioner yang diberikan kepada responden, yaitu kuesioner untuk pasien, dan kuesioner untuk orang tua pasien. Kuesioner untuk pasien dibedakan lagi
menjadi dua, yaitu kuesioner untuk pasien yang berusia berusia 10 tahun ke bawah dan pasien berusia 10 tahun ke atas. Jumlah responden dapat dilihat dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jumlah Responden No Responden Jumlah 1. Pasien Anak Usia Dibawah 10 Tahun 3 orang 2. Pasien Anak Usia Diatas 10 Tahun 4 orang 3. Orang Tua Pasien 7 orang
Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan hasil bahwa seratus persen responden menyatakan senang dibacakan cerita. Responden juga menyatakan mau mendengarkan cerita dan ingin dibacakan cerita setiap harinya sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.
. Tabel 2. Isian Kuesioner Isian Kuesioner Responden Usia di Bawah 10 Tahun No Pertanyaan Responden Alternatif Jawaban I II III 1. Apakah adik senang dibacakan cerita ? √ √ √ Ya, Suka Tidak suka, jika tidak mengapa ? (Jawaban bisa lebih dari 1) a. Cerita membosankan b. Gaya bercerita tidak menarik c. Sedang sakit d. Sedang sedih e. sebab lainnya.................. 2. Apakah adik mau mendengarkan cerita lagi ? √ √ √ Ya, mau Tidak mau, jika tidak mengapa ? (Jawaban bisa lebih dari 1) a. Cerita membosankan b. Gaya bercerita tidak menarik c. Sedang sakit d. Sedang sedih e. sebab lainnya.................... 3. Apakah adik ingin dibacakan cerita setiap hari?
√ √ √ Ya, ingin
## Tidak ingin
Hal ini menunjukkan bahwa responden menyukai dibacakan cerita dan berkeinginan untuk dibacakan cerita setiap harinya. Anak-anak di bawah usia 10 tahun memerlukan bimbingan untuk mengerti isi dari sebuah cerita, sesuai dengan pendapat dari McMillen dan Pehrsson yang menyatakan bahwa untuk anak-anak kecil diperlukan fasilitator dalam kegiatan biblioterapi untuk membantu mereka mengenali kesamaan antara keadaan mereka dengan karakter dalam
cerita.
Berdasarkan hasil dari kuesioner didapatkan hasil bahwa seratus persen responden menyukai dan merasa terhibur dengan kegiatan bercerita dan diskusi setelah kegiatan bercerita sebagaimana terlihat di Tabel 3.
Tabel 3. Isian Kuesioner Responden Usia di Atas 10 Tahun No Pertanyaan Responden Alternatif Jawaban I II III IV 1. Apakah adik menyukai kegiatan bercerita dan tanya jawab yang dilakukan ?
√ √ √ √ Ya, suka Tidak suka, jika tidak mengapa ? (Jawaban bisa lebih dari 1) a. Cerita membosankan b. Gaya bercerita tidak menarik c. Sedang sakit d. Sedang sedih e. sebab lainnya..... 2. Apakah adik Merasa terhibur dengan adanya kegiatan bercerita dan tanya jawab ini ?
√ √ √ √ Ya Tidak, jika tidak mengapa ? (Jawaban bisa lebih dari 1)
a. Cerita membosankan b. Gaya bercerita tidak menarik
c. Sedang sakit d. Sedang sedih e.sebab lainnya......... 3 Menurut adik, apakah ada manfaat yang diperoleh dari membaca buku bacaan tersebut ? Tidak memikir kan sakit lagi Bisa mengetah ui salahsatu sifat Rasululla h Menghila ngkan kebosa- nan Mengenal ilmuwan muslim Ada, sebutkan.................... . Tidak ada
4 Menurut adik,
Apakah buku yang ada cukup menarikuntuk dibaca ? √ √ √ √ Ya, menarik Tidak menarik
No Pertanyaan Responden Alternatif Jawaban I II III IV 5 Adik lebih menyukai membaca sendir Atau dibacakan cerita ? √ √ √ √ Membaca sendiri Dibacakan
Mereka juga dapat merasakan manfaat dari kegiatan ini. Hal tersebut membuktikan bahwa responden menyukai dan merasa terhibur dengan kegiatan ini, bahkan dapat merasakan manfaat dari buku bacaan yang dibaca. Sesuai dengan pendapat para ahli bahwa biblioterapi mempunyai manfaat sebagai nurturent effect yakni diperolehnya pengetahuan tentang materi bacaan, timbul sikap kritis, dan menambah wawasan pembaca melalui penumbuhan kesadaran khususnya moral (Dewi & Prihartanti, 2014). Dari hasil kuesioner diketahui bahwa responden dengan usia di atas 10 tahun merasakan beberapa manfaat dari membaca buku sebagaimana terlihat pada gambar 1 berikut :
## Gambar 1. Manfaat yang dirasakan responden usia di atas 10 tahun
Seluruh responden juga lebih menyukai membaca cerita sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat McMillen dan Pehrsson, yang menyatakan bahwa pada anak-anak yang dengan kategori remaja, bantuan untuk membaca kurang dibutuhkan (McMillen & Pehrsson, 2008).
Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh orang tua responden, diperoleh gambaran bahwa bahwa 96% orang tua pasien berpendapat kegiatan bercerita ini bagus untuk anak anak, diantaranya adalah untuk menghibur dan menambah wawasan anak-anak.
Tabel 4. Isian Kuesioner Orang Tua Responden
No Pertanyan Responden I II III IV V VI VII 1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai kegiatan bercerita ini ? Tergantung Pada anak, jika anak ingin bermain tidak mungkin mendengark an cerita Bagus Untuk hiburan anak Sangat bagus Bagus, karena mengem- bangkan minat baca anak Bagus Bagus untuk menamba h wawasan anak Bagus, bisa menghibur anak-anak dan mening- katkan minat baca dan dapat pengalaman dari kisah2 tersebut 2. Apakah menurut Bapak/Ibu buku bacaan yang disediakan sudah memenuhi kebutuhan ? Ya Belum Sudah Belum Sudah lebih diper- banyak lagi koleksi bacaan- nya Kalo bisa ditambah koleksi buku tentang kisah tokoh2 Islam yang bisa diteladani 3. Apa yang Dirasakan oleh putra/putri dari Bapak /Ibu dengan adanya kegiatan bercerita ini ? Senang Senang Mengu rangi rasa takut di rumah sakit Mengu- rangi kejenuhan anak Nyama n Senang Senang, terhibur
Hal ini membuktikan bahwa orang tua responden mengakui bahwa kegiatan biblioterapi ini bagus untuk anak mereka yang sedang dirawat, namun ada juga yang beranggapan bahwa efektifitas dari kegiatan ini tergantung pada keinginan pasien anak itu sendiri, seperti bila pasien anak sedang ingin bermain, tidak mungkin dipaksa untuk mendengarkan cerita, bermain yang dimaksudkan di sini adalah bermain game dengan permainan elektronik (hp, tab, dan lain sebagainya). Hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa seratus persen responden menyatakan bahwa anak anak mereka senang dengan kegiatan biblioterapi sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.
## Gambar 2. Pendapat Orang Tua Responden tentang Manfaat Biblioterapi
Orang tua pasien juga menyatakan merasakan manfaat dari kegiatan ini, di antaranya adalah menambah pengetahuan dan membuat anak anak merasa seakan-akan tidak berada di rumah sakit. Hal ini membuktikan bahwa menurut orang tua pasien layanan biblioterapi mempunyai peran untuk memberikan pengaruh yang positif bagi perawatan pasien anak, diantaranyanya adalah anak merasa senang, terhibur, dan mengurangi kejenuhan. Sesuai dengan pendapat yang meyatakan bahwa buku sangat penting untung meningkatkan perkembangan emosi, sosial dan kognitif. Buku menuntun anak anak untuk berfikir, memperbaiki tingkah laku, bahkan membantu memecahkan masalah (Lucas, 2013).
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang Layanan Biblioterapi untuk Pasien Kanker Anak di RSUP Fatmawati Yoanda (2015) bahwa biblioterapi dapat memberikan semangat dan motivasi hidup anak-anak penderita kanker. Juga penelitian yang dilakukan oleh Apriliawati (2011) yang menyatakan bahwa biblioterapi terbukti memberikan pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan anak yang menjalani perawatan inap, sehingga anak akan lebih kooperatif dalam menjalankan perawatan, dan merasa lebih nyaman sehingga diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Selain itu, Sherill dan Haris (2014) menyatakan bahwa kemampuan biblioterapi untuk membuat pasien merasa nyaman dan mengurangi stress sangat menguntungkan. Selain itu terapi membaca juga berkontribusi dalam peningkatan kemampuan pasien untuk berkomunikasi secara positif yang terbukti meningkatkan kepatuhan, sehingga memberikan hasil kesehatan yang lebih baik.
Biblioterapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan (McMillen dan Pehrsson,
2008). Kegiatan biblioterapi pada pasien yang berkesinambungan tersebut meliputi penilaian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Dalam tahap penilaian faktor emosional, kognitif, fisik, dan perkembangan harus dipertimbangkan. Biblioterapist sebaiknya melakukan konsultasi dengan keluarga pasien untuk mendapatkan informasi mengenai minat, kemampuan membaca, serta status mental dan emosional pasien. Proses penilaian memandu perencanaan untuk menentukan jumlah bacaan yang diberikan, tingkat kemampuan membaca, jenis bacaan, dan cara penyampaian. Selanjutnya, biblioterapist dapat mengevaluasi masalah ini dengan pasien melalui percakapan tentang kondisi medis mereka, dengan membaca bersama dan diskusi mengenai jenis bacaan apa yang diminati. Pemahaman pasien tentang masalah medis mereka dapat menjadi masukan bagi biblioterapist dalam memilih buku diberikan, apakah bertujuan untuk pengalihan perhatian, memberikan rasa aman, atau tujuan informasi.
## 3.2 Tinjauan Islam
Membaca merupakan kegiatan yang seharusnya melekat pada umat Islam. Ayat yang pertama kali di turunkan adalah perintah untuk membaca "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia megajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (QS Al-Alaq (96) : 1-5).
Dengan membaca diharapkan pikiran pasien tidak hanya memikirkan penyakit yang dideritanya tetapi sebaliknya, membaca dapat menumbuhkan sikap sabar, tawakal, ikhlas, dan tetap optimis akan kesembuhannya, serta tidak berputus asa melakukan berbagai usaha seraya berdoa memohon kepada Allah SWT untuk memberikan kesembuhan atas ujian sakit yang diderita. Allah SWT Maha Kuasa sehingga tidak ada satu penyakitpun yang tidak bisa disembuhkan oleh Allah SWT, sesuai dengan firmanNya di surat Ash-Syu‘ara (26) : 80 : "d an apabila aku sakit, maka Dia lah yang menyembuhkan penyakitku ".
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini ditunjang dengan
bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit (Sumardi, 2015). Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya (Sumardi, 2015).
Sakit merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah SWT, namun bagi siapa yang bersabar dan ikhlas dalam menjalani cobaan dari Allah maka Allah akan memberikan Rahmat-Nya (QS Al Baqarah 55-56). Selain dijanjikan mmendapatkan pahala yang besar, diuji dengan sakit juga dapat menyebabkan gugurnya dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “ Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kekawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya” (Hadist Sahih Bukhari, riwayat Tirmidzi dan Ahmad dari Abu Sa’id Al Khudri).
Kesembuhan menggunakan Alqur’an dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkannya. Hal ini bermakna bahwa hendaknya Al Qur’an dibaca di sisi orang yang sedang menderita sakit sehingga akan turun rahmat kepada mereka.
Biblioterapi atau terapi dengan membaca ( al-ilaj bil qira’ah ) sebagai pengobatan mulai diterapkan di RS Al Mansur di Kairo, Mesir pada abad ke 13. Di rumah sakit itu pasien tidak hanya diberikan pengobatan medis, namun juga dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an setiap siang dan malam hari. Metode ini memberikan hasil yang sangat positif, yaitu selain memberikan sugesti positif kepada pasien, mereka juga merasakan kedamaian hati, sehingga memperoleh kesembuhan yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan adanya keyakinan bahwa di antara ayat ayat suci Al Qur’an yang dibacakan, ada yang mempunyai mukzijat untuk menyembuhkan penyakit. Ayat-ayat suci Al Qur’an juga dapat memberikan keyakinan akan kekuasaan Allah SWT sehingga dapat mengurangi rasa cemas pasien (Wahab, 2013). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Isra’ ayat 82: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al Isra (17) : 82).
Umar bin Khatab menyatakan bahwa “Siapa yang tidak berterapi dengan Al Qur’an maka Allah tidak akan memberi kesembuhan. Dan barang siapa yang tidak merasa cukup dengan Al Qur’an, maka Allah tidak akan memberikan kecukupan kepadanya”. Jadi selama dikaitkan dengan nama Allah (bismi rabbik), membaca itu tidak hanya baik untuk mencerdaskan umat, tapi juga menyembuhkan berbagai penyakit (Wahab, 2013).
Dalam perawatan pasien anak, biblioterapi dilakukan dengan menyampaikan kisah- kisah yang ada dalam Al’Qur’an, sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar isi dari Al Qur’an berisi kisah-kisah agar manusia dapat mengambil hikmah dan pelajaran. QS Yusuf (12) : 111). Penyampaian kisah- kisah dalam Al Qur’an dapat mengajarkan pasien anak untuk tabah dan bersabar menghadapi cobaan, misalnya dengan menyampaikan kisah tentang bagaimana Nabi Ayyub a.s yang selalu bersabar dan bertawakal kepada Allah dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang kepadanya. Dengan cara ini pasien anak dapat lebih memahami arti kata bersabar menghadapi cobaan, karena memberi contoh dengan suatu kisah lebih sesuai dengan tingkat pemahaman pasien anak. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh HR. Bukhari : “ Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan tingkat perkembangan akalnya. Di RSI Banyubening, layanan biblioterapi sudah melakukan p e n y e d i a a n d a n pembacaan kisah kisah Al Qur’an yang dapat mengajarkan anak untuk bersabar menghadapi cobaan sakit. Adapun kegiatan biblioterapi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an secara berkala, belum ada.
## 4. KESIMPULAN
Layanan biblioterapi yang diberikan Perpustakaan RSI Banyubening kepada pasien anak mempunyai peran penting dalam perawatan pasien anak. Dengan diberikannya layanan biblioterapi, seluruh responden menyatakan bahwa mereka menjadi senang, merasa terhibur, dan sebagian menyatakan tidak memikirkan sakitnya lagi. Orang tua responden seluruhnya menyatakan bahwa layanan biblioterapi juga bermanfaat bagi keluarga pasien. Biblioterapi di RSI Banyubening memberikan rasa senang, nyaman, menghibur, menghilangkan rasa jenuh, bahkan responden tidak memikirkan sakitnya lagi.
Biblioterapi dengan menggunakan Al Qur’an merupakan terapi yang sangat tepat untuk membantu proses penyembuhan pasien. Bacaan Al Qur’an dapat memberikan sugesti positif kepada pasien, selain juga dapat merasakan kedamaian hati dan ketenangan jiwa sehingga
memperoleh kesembuhan yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan adanya keyakinan bahwa di antara ayat ayat suci Al Qur’an yang dibacakan, ada yang mempunyai mukzijat untuk menyembuhkan penyakit. Ayat-ayat suci Al Qur’an juga dapat memberikan keyakinan akan kekuasaan Allah SWT sehingga dapat mengurangi rasa cemas pasien.
## DAFTAR PUSTAKA
ALA. (1983). The ALA Glossary of Library and Information Science . Chicago: American Library Association.
Apriliawati, A. (2011). Pengaruh Biblioterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi di Rumah Sakit Islam Jakarta , Jakarta: Universitas Indonesia.
Bandy, M. et al., 2008. Standards for hospital libraries 2007, s.l.: Jurnal Medical Library Association.
Coyne, I. (2006). Children's experiences of hospitalization. Journal of Child Health, 10(4), pp. 326-336.
Dewi, N. & Prihartanti, N. (2014). Metode Biblioterapi dan Diskusi Dilema Moral untuk Pengembangan Karakter Tanggungjawab. Jurnal Psikologi, 41(1), pp. 47-59.
Indonesia, K.K.R. (1994). SK Meneteri Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan Rumah sakit . Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Indonesia, R. (2010). Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit . Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Lucas, C.V. & Soares, L. (2013). Bibliotherapy: A tool to promote children’s psychological well-being. Journal of Poetry Therapy, 26(3), pp. 137-147.
McMillen, P.S. & Pehrsson, D.E. (2008). Bibliotherapy for Hospital Patients. Journal of Hospital Librarianship, 4(1), pp. 73-81.
Nurgiyantoro. (2005). Tahapan perkembangan anak dan pemilihan bacaan sastra anak. Cakrawala Pendidikan, XXIV(2).
Pehrsson, D. & McMillen, P.S. (2005). A Bibliotherapy evaluation tool: Grounding counselors in the therapeutic use of literature. Nevada: University of Nevada Las Vegas.
Sherrill, W.W. & Harris, M. (2014). Enhancing patient–provider communication through bibliotherapy: A brief historical review. Journal of Poetry Therapy, 27(2), pp. 89-96.
Sumardi, E. (2015). Tribun Timur. [Online] Available at: makassar.tribunnews.com [Diakses 20 Agustus 2016].
Yoanda, S. & Ismayati, N. (2015). Layanan Biblioterapi Untuk Pasien Kanker Anak di RSUP Fatmawati Jakarta. Jurnal Al-Kuttab, Jurnal Perpustakaan dan Informasi, Volume 2, pp. 124-138.
Wahab, M.A. (2013). Republika Online. [Online] Available at: http://www.khazanah. republika.co.id [Diakses 1 Agustus 2016].
|
914ab049-df55-4270-974a-1045b32276fc | https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/download/9203/4368 | MODEL PENGUATAN PESAN DAMAI ALA WAHID FOUNDATION BAGI PENDIDIKAN KARAKTER PEMUDA MUSLIM JAKARTA PUSAT
Usman Sutisna
Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: [email protected]
## Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa konsep perdamaian Wahid Foundation serta mengungkap penerapan dari konsep perdamaian K.H.Abdurrahman Wahid bagi para pemuda. Penelitian ini menggunakan teori Ursula Martius Franklin dan teori hukum logika biner tentang perdamaian. Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2018 sampai Juni 2019. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi lapangan, dokumentasi, studi literatur, dan wawancara mendalam ( in deep-interview ). Teknik analisa data dengan menggunakan tahapan reduksi, lalu menyajikan dan memperoleh kesimpulan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah konsep perdamaian Wahid Foundation yaitu sikap atau kegiatan- kegiatan yang mendorong terciptanya kedamaian, toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Sikap toleransi yang dimaksud di antaranya adalah menerima keberadaan orang atau penganut agama lain yang berbeda diterapkan melalui sikap menghargai sesama manusia, wujud dari toleransi tersebut adalah sikap menghargai pluralitas, menghargai pendapat, sikap keterbukaan terhadap perbedaan, membantu dan membela serta menghargai orang-orang yang tertindas atau mendapat perlakuan yang tidak adil, serta menjunjung tinggi persaudaraan sesama manusia. Dengan demikian pemuda dilatih untuk berpikir kritis, terbuka, egaliter, bijak dan kreatif serta mampu menempatkan diri ketika dihadapkan pada situasi yang mengharuskan sikap toleransi diterapkan.
Kata Kunci : Penguatan, Pesan Damai, Pemuda, Wahid Foundation
## Abstract
This study aims to analyze the peace concept of the Wahid Foundation and to analyze the application of the peace concept of K. H. Abdurrahman Wahid for youth. This research uses Ursula Martius Franklin's theory and binary logic law theory about peace. The method used is a qualitative research method with data collection through field observations, documentation, literature study, and interviews. The results obtained from this study were the Wahid Foundation peace concept, namely tolerance and respect for differences. Tolerance is characterized by accepting the existence of people or followers of different religions accompanied by respect for fellow human beings, the manifestation of this tolerance is an attitude of respect for plurality, respect for opinions. , an attitude of openness to differences, helping and defending as well as respecting people who are oppressed or treated unfairly, and upholding human brotherhood. Youth can also use some of the Wahid Foundation models in implementing this concept in the school environment through the peaceful school program, namely by means of dialogue, discussion, and simulation. Thus youth are trained to think critically, openly, and creatively and be able to position themselves when faced with situations that require tolerance to be applied.
Key Words : Strengthening the Message of Peace, Youth, Wahid Foundation
## PENDAHULUAN
Sebagaimana penelitian terdahulu hasil karya Agus Suliantono yang berjudul "Perdamaian Dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Atas Penafsiran Mufasir Nusantara). Penelitian tersebut bertujuan untuk membangkitkan kesadaran
masyarakat dalam interaksi kehidupan sehari-hari. Sekaligus mengaplikasikan sikap saling menghormati dan menghargai dalam dinamika kehidupan untuk mencapai ketenangan dan rasa damai dalam hati [1].
Pendidikan tentang konsep damai dan perdamaian telah ada di dalam Al-Qur’an lebih dari 14 abad yang lalu. Terdapat 12 ayat di dalam Al-Qur’an yang mengandung unsur damai dan devariasinya. Ayat-ayat tersebut adalah Q.S. Al-Baqarah [2]: 182; Q.S. An-Nisá’ [4]: 114 & 128; Q.S.Al- Anfal [8]: 61; Q.S.AlQashash [28]: 19; Q.S. Muhammad [47]: 35; dan Q.S.Al- Hujurat [49]: 9-10. Bahkan bila dikaji melalui pencarian dengan kata kunci َم /اــسلا As-Salám dan devariasinya, akan muncul 47 ayat lain dengan kandungan nilai damai yang terselip di dalam Al- Qur’an [2].
Dalam realita kehidupan bermasyarakat, sering kita jumpai berbagai tindak kekerasan, radikalisme dan intoleransi yang terjadi, baik di tingkat daerah maupun sampai level nasional. Kekerasan dan intoleransi ini umumnya terjadi di wilayah-wilayah yang masyarakatnya dalam kondisi ekonomi lemah, rendah pendidikan, dan minim informasi, yang memudahkan terjadinya provokasi sehingga tercipta tindakan diskriminasi. Bahkan tidak hanya di wilayah yang memiliki keterbatasan saja, tapi di Jakarta sendiri sangat banyak tindak kekerasan serta perilaku intoleransi yang terjadi. Hal tersebut tampaknya masih menjadi ancaman mulai pada tahun 2012 hingga memasuki tahun 2019.
Pemikiran radikalisme di kalangan umat Islam sering disandarkan dengan paham keagamaan yang sebenarnya tidak bisa dibenarkan. Pemahaman seperti ini sebenarnya tidak disebabkan oleh satu faktor yang berdiri sendiri. Faktor sosial, ekonomi, lingkungan, politik bahkan pendidikan pun ikut andil dalam mempengaruhi radikalisme agama. Namun demikian, radikalisme agama cenderung sering digerakkan oleh pemahaman keagamaan yang sempit, perasaan tertekan, terhegemoni, tidak aman secara
psikososial, serta ketidakadilan lokal dan global [3].
Penelitian The Wahid Institute menyebutkan bahwa hampir sepanjang tahun 2018 telah terjadi 192 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Kasus ini melibatkan diantaranya 138 aktor negara dan 148 aktor non-negara. Terlebih dari beberapa kasus yang terjadi kelompok Muslim menempati posisi jumlah tertinggi sebagai pelaku pelanggaran dan intoleransi beragama. Hasil penelitian tersebut tentu dapat menciderai identitas Islam sebagai agama yang toleran dan menghargai hak beragama seseorang di Indonesia [4].
Dari berbagai macam tindak kekerasan dan intoleransi di atas, penulis melihat harus adanya upaya penanganan serius untuk menanggulangi masalah tersebut, dengan mencoba memberikan hal-hal yang mengusung pesan perdamaian dengan landasan program yang dimiliki Wahid Foundation . Seyogyanya Islam dengan kata As-Salam secara konsep akan mampu melahirkan suatu kesadaran akan pentingnya suatu perdamaian bukan malah yang terjadi sebaliknya yakni perpecahan, diskriminasi dan intoleransi [5].
Dalam Islam, perdamaian merupakan kunci pokok dalam menjalin hubungan antar umat manusia, sedangkan perang dan pertikaian adalah sumber malapetaka yang berdampak pada kerusakan sosial. Agama Islam sangat mengutamakan keselamatan dan perdamaian, juga menyeru kepada umat manusia agar selalu hidup rukun dan damai dengan tidak mengikuti hawa nafsu dan godaan Syaitan. Perdamaian berasal dari kata damai yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tidak ada peperangan, tidak ada kerusuhan, aman dan rukun [6].
Kendati demikan, dalam hukum logika biner juga disebutkan bahwa: keberadaan atau ketiadaan salah satu merupakan keberadaan sekaligus ketiadaan yang ada. Damai tidak akan tercipta jika konflik tidak ada. Damai menjadi ada karena adanya konflik. Ketika damai dinegasikan, hadirlah konflik, dan jika konflik dinegasikan maka hadirlah damai. Keduanya akan selalu hadir bersama seperti dua sisi mata uang [7].
Konsep perdamaian perspektif K.H. Abdurrahman Wahid adalah toleransi dan pengakuan terhadap perbedaan. Menurut beliau: Toleransi tidak hanya sekedar sikap hidup berdampingan secara damai dalam suasana saling menghormati dan menghargai, tetapi juga disertai kesediaan menerima penganut agama lain sebagai saudara sesama manusia [8].
Secara umum istilah toleransi memiliki pengertian sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan lemah lembut. Unesco mengartikan toleransi dengan kondisi sikap saling menghormati, saling menerima, saling menghargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia.
Toleransi harus
didukung oleh cakrawala pengetahuan yang luas, bersikap terbuka, dialog, kebebasan berpikir dan beragama. Singkat kata toleransi setara dengan sikap positif, dan menghargai orang lain dalam rangka menggunakan kebebasan asasi sebagai manusia [9].
Sebagai generasi penerus bangsa, kaum muda menjadi sangat penting. Kaum muda merupakan masa depan sebuah bangsa yang ingin maju. Kaum muda tidak bisa dituduh sebagai kelompok yang mengacaukan, tetapi mereka adalah kelompok masyarakat yang bergerak dan terus mencari formulasi posititf. Mereka kaum muda tidak bisa ditempatkan sebagai entitas yang selalu dalam “kesesatan pikir”
dan kesesatan tindakan atas nama agama/Tuhan [10].
Pemuda adalah individu yang secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan
emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia Pembangunan baik saat ini maupun nanti yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Pemuda sebagai individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.
Pemuda berhadapan dengan masa perubahan sosial maupun kultural. Terdapat banyak pengertian tentang pemuda, baik definisi secara fisik ataupun psikis tentang siapa figur yang pantas disebut pemuda serta apakah pemuda selalu diasosiasikan dengan semangat dan usia.
Pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural [11].
Karakter yang baik berkaitan dengan pengetahuan yang baik ( knowing the good ), mencintai yang baik ( loving the good ), dan perilaku positif ( acting the good ). Ketiga ideal ini satu sama lain sangat berkaitan. Seseorang lahir dalam keadaan bodoh, dorongan-dorongan primitif yang ada dalam dirinya kemungkinan dapat memerintahkan atau menguasai akal sehatnya. Maka efek yang mengiringi pola pengasuhan dan pendidikan seseorang akan dapat mengarahkan kecenderungan, perasaan, dan nafsu besar menjadi beriringan secara harmoni atas bimbingan akal dan juga ajaran agama [12].
Pembentukan karakter tentunya harus dimulai dari pribadi/ diri sendiri, dalam keluarga (sebagai sel inti bangsa) terutama orang tua sebagai pendidiknya. Pembentukan karakter merupakan “mega proyek” yang sungguh sulit, membutuhkan usaha, dan energi yang tidak sedikit. Dibutuhkan komitmen, ketekunan, keuleten, proses, metode, waktu, dan yang terpenting adalah keteladanan. Masalah keteladanan ini menjadi sesuatu yang sulit pada masa kini dan tentu sangat dibutuhkan dalam sebuah bangsa yang sedang mengalami krisis kepercayaan multidimensional [13].
Melihat kenyataan tersebut, penulis
meyakini besarnya potensi Wahid
Foundation untuk membentuk dan meningkatkan toleransi masyarakat dan para pemuda khususnya di beberapa SMA di Jakarta Pusat agar dapat menjunjung tinggi arti perdamaian dan menjaga situasi damai, sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.
## METODE
Jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dimana peneliti sebagai instrumen kunci akan melihat dan menganalisis mengenai data yang didapat guna menjawab permasalahan yang ada di masyarakat lalu berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi objek perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga banyak variabel [14].
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua sumber data yakni data utama dan data pelengkap. Data utama yaitu hasil observasi, wawancara dengan pimpinan Wahid Foundation , wawancara dengan pemuda dan kuisioner sedangkan sumber data pelengkap antara lain: buku-buku, jurnal penelitian, artikel berita dan lain sebagainya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menggunakan teknik pengamatan, teknik wawancara serta studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data [15]. Teknik
pengamatan atau observasi, yakni melihat pelaksanaan model Penguatan pesan damai ala Wahid Foundation , teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pesan damai Wahid Foundation , kendala dalam pelaksanaan dan informasi terkait lainnya. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan pesan damai ala Wahid Foundation kepada Pemuda Muslim Jakarta Pusat . Setelah data terkumpul, kemudian peneliti menganalisis data dengan teknik analisis secara deskriptif-kualitatif.
Tujuan deskriptif ini adalah untuk
mendeskripsikan, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta serta berhubungan dengan fenomena yang diselidiki.
Adapun lokasi penelitian sebagai tempat untuk melakukan observasi yakni di Wahid Foundation yang beralamat Jl. Taman Amir Hamzah No.8 RT 01/RW 04 Menteng Jakarta Pusat dan SMK Negeri 31 Jakarta pada bulan September 2018 – Juni 2019
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep Penguatan Pesan Damai Wahid Foundation Wahid Foundation dibangun atau dibentuk untuk memperjuangkan visi misi Gus Dur.
Dari pondasi tersebut lembaga ini dibangun. Secara khusus sebagaimana take line dari lembaga ini adalah seading peaceful Islam artinya menyemai islam yang damai. Lalu pondasi-pondasi damai itu dari berasal agama, nilai-nilai konstitusional, nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan. Konsep-konsep yang mereka pegang itu secara umum ada di
buku Narasi Damai. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Keindonesiaan itu masuk ke dalam lokalitas atau cenderung dekat ke NU.
“ Pertama , secara teknis pola atau model Wahid Foundation itu turun kepada kegiatan-kegiatan yang multikultural, budaya, heterogen masyarakat. Kita juga mempunyai konsentrasi khusus dalam keterlibatan agama-agama, jadi tidak hanya islam semacam dialog-dialog antar agama. Cirinya dari pesan damai masing-masing agama dan ke Indonesiaan. Kedua, melibatkan agama-agama dalam upaya damai ini, diajak dialog bersama. Ketiga , diturunkan lagi ke para pemuda, bagaimana narasi-narasi yang besar tadi di tekniskan dan disharing kepada pemuda- pemuda”.
Menurut Wahid Foundation polanya yakni menggunakam media-media yang sangat akrab di lingkungan anak-anak muda, seperti:
1. Menggunakan pendekatan media sosial (teknologi);
2. Wahid Foundation itu mengadakan pendekatan yang fun (ceria) didekati melalui board game (permainan- permainan untuk anak muda);
3. Menggunakan eksplorasi daya imajinasi dengan komik atau kartun. (komik gus dur);
4. Kami membimbing para pemuda untuk menyebarkan konten-konten pesan damai melalui media teknologi;
5. Melalui hasil-hasil riset, karena semua yang dilakukan Wahid Foundation itu basisnya adalah dari hasil riset, survei dan mengadakan pendekatan kepada lingkungan anak-anak muda. Seperti guru-guru sekolah (didampingi oleh Wahid Foundation ), orang tua murid (dirangkul) agar mereka semua terlibat dalam kampanye damai di wilayah mereka masing-masing;
6. Mengadakan pelatihan menulis, contoh karya anak muda yang berjudul “Antologi Kisah Orang Muda untuk Perdamaian”;
7. Critical thinking adalah salah satu model penguatan Wahid Foundation agar para pemuda diajak untuk berpikir kritis, sehingga tidak secara mentah menerima informasi yang mereka dapat di Medsos dan lain-lain.
## Program-Program Pesan Damai
Beberapa program pesan damai bagi para pemuda atau remaja di sekolah di antaranya adalah: rohis, pengawasan paham radikal, dan pengembangan budaya damai di sekolah.
## Rohis
Program sekolah damai juga adalah perpaduan dari Pemahaman Konsep damai Wahid Foundation dengan program rohis yang ada di sekolah, karena program ini merupakan penguatan materi kegiatan yang sudah ada dan biasa dilakukan dalam kegiatan rohis. Selama ini program dan materi rohis diserahkan sepenuhnya kepada mentor, yang berbekal kepercayaan saja. Guru Pembina rohis kadang tidak melakukan pengawasan ( controlling ) terhadap materi yang disampaikan dalam kegiatan rohis (Hasil Observasi).
Dalam sekolah yang dinaungi Wahid Foundation yang ada di Jakarta yakni SMK Negeri 12 Jakarta, SMK Negeri 4 Jakarta, SMA Negeri 40 Jakarta, SMA Negeri 72 Jakarta dan SMK Negeri 31 Jakarta. Pihak Wahid memberikan panduan atau acuan materi yang harus disampaikan dalam kegiatan pemanduan ( mentoring ) rohis, diharapkan materi bisa lebih terukur dan terpantau serta dapat dilakukan pengawasan oleh dewan Pembina (Hasil Observasi). Berikut adalah materi rohis yang harus diperhatikan oleh Pembina rohis dan mentor.
## Tabel 1. Materi Rohis
No Materi Keterangan 1. Kajian Keagamaan Pemahaman Keagamaan yang moderat; Memahami bahaya terorisme; SIrah Nabawiyah, Sirah Sahabat. 2. Kajian Tafsir Alquran Memahami makna jihad dan ayat-ayat perdamaian dalam Al-Qur’an.
3. Wawasan Kebangsaan Penguatan Pancasila, NKRI, dan Nasionalisme. 4. Kampanye Damai Mading, Pamflet, bakti sosial. 5. Kajian Fiqh Ibadah, muamalah, fiqih sosial. 6. Kepemimpinan Kepemimpinan dalam ibadah dan pemerintah. Sumber: Program Sekolah Damai Wahid Foundation
## Pengawasan Paham Radikal
Jika terjadi adanya indikasi siswa yang telah terkena paham radikal, sekolah bersama orang tua melakukan pengawasan ketat terhadap setiap aktivitas keagamaan yang dilakukan siswa, baik di dalam sekolah maupun di luar. Di sekolah, guru agama bersama dengan guru mata pelajaran lain melakukan pengawasan secara rutin terhadap semua kegiatan siswa. Sekaligus pendalaman informasi terkait asal muasal masuknya paham tersebut (hasil observasi).
Berikut deskripsi pengawasan yang harus dilakukan. Pertama , Pengawasan di Lingkungan Sekolah. Pengawasan di lingkungan sekolah dilakukan oleh guru agama, bekerjasama dengan guru BK dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, polisi, wali kelas, guru mata pelajaran, komite sekolah, serta warga sekolah. Pengawasan dilakukan dengan cara mengawasi perilaku siswa ketika mengikuti jam pelajaran. Agar kegiatan tersebut lebih efektif, maka perlu melibatkan kementerian agama serta dinas pendidikan dan olahraga setempat.
Kedua , Pengawasan di Lingkungan Keluarga. Keluarga merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan terciptanya pendidikan yang lebih baik bagi anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua mengetahui perkembangan anaknya dalam memahami prinsip dasar terjerumus pada paham radikal. Salah satu upaya yang harus dilakukan orang tua
adalah memantau kegiatan anak di luar rumah, dengan siapa mengaji, dan materi apa saja yang menjadi objek kajiannya.
Ketiga, Pengawasan di Masyarakat.
Pengawasan kegiatan siswa di lingkungan masyarakat harus juga dilakukan agar terjadi sinergi antara pengawasan pada sekolah dan di lingkungan keluarga. Salah satu bentuk pengawasan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara melibatkan teman dekat untuk memberikan laporan kepada guru agama atau
bimbingan konseling (BK), tentang kegiatan yang dilakukan siswa tersebut di luar rumah.
Dengan pantauan teman dekat tersebut, akan memudahkan pihak sekolah dalam mencarikan jalan keluar atau pendekatan terhadap permasalahan paham keagamaan yang ditakuti oleh siswa tersebut. Agar kegiatan pengawasan dapat berjalan efektif, maka perlu melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, serta elemen lain yang dapat mendukung kegiatan pengawasan tersebut.
Pengembangan Budaya Damai di Sekolah
Pengembangan budaya damai di sekolah yang dinaungi oleh Wahid Foundation ini dilakukan dengan tujuan penguatan spirit nasionalisme dan penghargaan terhadap perbedaan. Penguatan nasionalisme dilakukan melalui upacara rutin hari Senin dan hari besar nasional, pemutaran lagu- lagu nasional pada jam istirahat,
memahami kekayaan budaya, dan
kekayaan Indonesia, serta berbagai kegiatan lain yang bisa dijelajahi oleh pihak sekolah sesuai tema dan isu aktual yang akan dirancang. Kegiatan penghargaan terhadap perbedaan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada siswa pemeluk agama non-Islam untuk beribadah sesuai agama dan keyakinannya masing-masing, melakukan kegiatan bersama dalam bakti sosial, membersihkan lingkungan sekolah, program bersama (senyum, salam, sapa, sopan, santun) rutin seklah, satu hari merayakan perbedaan ( one day different ), dan program lain yang bisa dikreasikan oleh sekolah dan siswa.
Kegiatan penguatan nasionalisme dan penghargaan terhadap perbedaan dilakukan melalui pembiasaan ( hidden curriculum ). Selain itu, dua program tersebut juga disatukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Penguatan nilai-nilai nasionalisme dan penghargaan terhadap perbedaan harus nampak dan terstruktur dalam setiap kegiatan belajar-mengajar di kelas. Seperti sebaran anggota kelompok yang heterogen dalam tugas diskusi, kesepakatan bersama terkait nilai-nilai kebangsaan yang dibuat dalam kelas, yel-yel kelas berkaitan nasionalisme dan penghargaan terhadap perbedaan, dan lain sebagainya.
## SIMPULAN
Paparan panjang mengenai model
penguatan pesan damai di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, Konsep Penguatan Wahid Foundation mencoba mengembangkan berbagai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perdamaian sesuai kondisi masyarakat dalam upaya memajukan pengembangan toleransi, keberagaman dalam masyarakat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, membangun demokrasi dan keadilan fundamental, dan memperluas nilai-nilai perdamaian dan non - kekerasan di Indonesia dan di seluruh dunia.
Kedua , Program-program ini juga dikembangkan dengan mendorong para pemuda untuk mengetahui, mempelajari dan memahami apa arti perdamaian melalui program sekolah damai yang dinaungi oleh Wahid Foundation . Program ini menyasar sejumlah kelompok sasaran strategis seperti Pemuda yang masih duduk ditingkat sekolah menengah atas, kepala sekolah, guru agama dan orang tua murid.
Ketiga , Implementasi dari penguatan pesan damai melalui sekolah damai untuk menangkal paham radikal teroris dan intoleransi kaum pemuda di sekolah perlu dilakukan bersamaan dengan pengembangan budaya damai dan penghargaan terhadap perbedaan, menumbuhkan keberagaman di sekolah dengan mengedepankan penghargaan dan penghormatan terhadap perbedaan suku, agama, dan pendapat yang ada di sekolah dengan cara memasukkan program sekolah damai di dalam kegiatan Rohis.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Suliantono, “Perdamaian dalam Perspektif Alquran: Kajian Atas Penafsiran Mufasir Nusantara,” Jakarta, 2019. [2] N. Hidayat, “Nilai-nilai Ajaran Islam tentang Perdamaian (Kajian antara Teori dan Praktek),” Apl. J. Apl.
Ilmu-ilmu Agama , vol. 17, no. 1, pp. 15–24, 2017.
[3] A. S. Adi dan N. A. K. Wardani, “Peran Pimpinan Cabang Gerakan
Pemuda Ansor Sidoarjo dalam Meningkatkan Nasionalisme untuk Menangkal Radikalisme,” Kaji. Moral dan Kewarganegaraan , vol. 7,
no. 1, pp. 301–315, 2019. [4] Gusnanda dan Nuraini, “Menimbang Urgensi Ukhuwah Wathaniyah
dalam Kasus Intoleransi Beragama di Indonesia,” FUADUNA J. Kaji.
Keagamaan dan Kemasyarakatan , vol. 04, no. 01, pp. 1–14, 2020.
[5] E. T. Taufik, D. F. Humaira, J. L. Adisucipto, dan D. I. Yogyakarta, “Membumikan Pesan Damai dalam Al-Quran,” J. An-Nida , vol. 12, no.
2, 2020.
[6] Tim Penyusun. Kamus Bahasa Indonesia . Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
[7] I. Taufiq. Al-Qur’an Bukan Kitab Teror . Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2016.
[8] A. Nurcholis. Peace Education & Pendidikan Perdamaian Gus Dur .
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015.
[9] Casram, “Membangun Sikap Toleransi Beragama,” Wawasan J.
Ilm. Agama dan Sos. Budaya , vol. 1, no. March, pp. 187–198, 2016.
[10] Z. Qodir, “Kaum Muda, Intoleransi,
dan Radikalisme Agama,” J. Stud. PEMUDA , vol. 5, no. 1, pp. 429– 445, 2016.
[11] T. Abdullah. Pemuda dan Perubahan Sosial . Jakarta: LP3ES, 1994.
[12] A. Sudrajat, “Mengapa pendidikan karakter?,” J. Pendidik. Karakter , vol. 1, no. 1, pp. 47–58, 2011.
[13] H. Ainissyifa, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam,” J. Pendidik. Univ. GARUT , pp. 1–26, 2012.
[14] Direktorat Tenaga Kependidikan, Pendekatan, jenis dan metode penelitian kependidikan . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
[15] Suryana. Metodologi Penelitian: Model Praksis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Bandung: LPI, 2010.
|
a34a61d0-65ca-45aa-b312-361dd8c97c9f | http://jurnal.poltekkesmu.online/lontarariset/article/download/281/193 |
## PENGELOLAAN DAN DESAIN PEWADAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO
Aulia Putri Agnimaya, Naufal Fawwaz Alesandry, Moh Hasan Haibatul Islam,
## Denny Oktavina Radianto
Teknik Pengolahan Limbah, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia Email: [email protected]
## Artikel info
Artikel history: Received; 06-04-2022 Revised: 18-05-2022 Accepted; 27-05-2022
Keyword: Household waste, health, environment
Kata Kunci: Sampah rumah tangga, kesehatan, lingkungan
Abstract. The background of this research is the lack of education in processing household waste in Tulangan District, Sidoarjo Regency, East Java Province which causes an increase in the rate of waste generation. Therefore, this requires good waste management. This study aims to determine the characteristics of the generated household waste. In this study, it was carried out for 8 consecutive days, by collecting household waste produced every day then weighed and divided by the total number of residents of the house. From the results of research that has been carried out for 8 consecutive days in Tulangan District, the average value of generation is 0.089 kg/hari.org, with the highest value obtained on the 7th day of 0.103 kg/hari.org caused by the consumption of residents. the house on that day was high, so that a lot of waste was generated. The value of waste generated fluctuates because it is influenced by the amount of waste produced every day. So that the design of the container used is 25 × 40 × 65 cm which can accommodate 61666.67 cm3 of garbage. So, it can be concluded if the number of members in one family will affect the rate of waste generated. Therefore, the rate of waste generation is directly proportional to the number of residents in the house.
Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi dengan kurangnya edukasi dalam mengolah sampah rumah tangga di Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur yang menyebabkan adanya peningkatan laju timbulan sampah. Maka dari itu, hal ini membutuhkan pengelolaan sampah yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sampah rumah tangga yang dihasilkan. Pada penelitian ini dilakukan selama 8 hari beturut-turut, dengan cara mengumpulkan sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap hari kemudian ditimbang dan dibagi dengan jumlah total penghuni rumah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 8 hari berturut-turut di Kecamatan Tulangan didapatkan nilai rata-rata timbulan sebesar 0.089 kg/hari.org, dengan nilai tertinggi didapatkan pada hari ke-7 sebesar 0,103 kg/hari.org yang disebabkan oleh konsumsi penghuni rumah pada hari itu tinggi, sehingga sampah yang dihasilkan banyak. Nilai timbulan sampah yang diperoleh fluktuatif karena dipengaruhi oleh jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Sehingga desain pewadahan yang digunakan yaitu berukuran 25 × 40 × 65 cm yang mampu menampung sampah sebanyak
## Lontara
## Journal of Health Science and Technology
http://jurnal.poltekkesmu.online/lontarariset
Vol 3, No. 1, Juni 2022, pp 60-67 p-ISSN:0000-0000 dan e-ISSN: 2721-6179 DOI: https://doi.org/10.53861/lontarariset.v3i1
Pengelolaan Dan Desain Pewadahan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo (Aulia Putri Agnimaya, Naufal Fawwaz Alesandry, Moh Hasan Haibatul Islam, Denny Oktavina Radianto) 61
61666.67 cm3. Maka dapat ditarik kesimpulan jika jumlah anggota dalam satu keluarga itu banyak akan mempengaruhi laju timbulan sampah yang dihasilkan. Oleh sebab itu, laju timbulan sampah berbanding lurus dengan banyaknya jumlah anggota penghuni rumah.
Coresponden author: Email: [email protected]
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY -4.0
## PENDAHULUAN
Sampah merupakan produk samping dari aktivitas masyarakat. Pengertian sampah adalah hasil sisa dari produk atau sesuatu yang dihasilkan dari sisa-sisa penggunaan yang manfaatnya lebih kecil dari pada produk yang digunakan oleh penggunanya, sehingga hasil dari sisa ini dibuang atau tidak digunakan kembali. Solid Waste atau sampah padat terbagi dua jenis, yaitu sampah organik dan non- organik. Sampah organik adalah sampah yang dapat di urai, seperti sisa-sisa makanan, daun, dll. Sedangkan non-organik adalah sampah yang tidak dapat di urai namun dapat didaur ulang kembali seperti plastik, kaca, dll. Sampah ini akan menjadi bencana bagi kehidupan manusia dan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.(Widawati et al., 2014)
Menurut SNI 19-2454 Tahun 2002, timbulan sampah diartikan banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau perluas bangunan atau perpanjang jalan.(Badan Standardisasi Nasional BSN, 2002) Timbulan sampah ini merupakan sampah yang dihasilkan dari sumber sampah. Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas lokasi Pembuangan Akhir sampah. Salah satu faktor yang dapat menggambarkan kondisi persampahan adalah timbulan dan karakteristik sampah yang dihasilkan. Dengan mengetahui kondisi timbulan dan karakteristik sampah, maka kebutuhan akan sarana persampahan dan cara penanganan sampah akan lebih tepat sasaran.(Dobiki, 2018)
Volume sampah diperoleh dari hasil pengukuran terhadap volume sampah pada pengukuran kotak densitas. Melalui data tersebut, selanjutnya dapat dihitung densitas sampah. Densitas sampah yang dihitung adalah densitas sampah rumah tangga yang dihasilkan. Penentuan densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram dibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut (kg/m3).(Anggoro A.E.P., Setiawan A, 2021)
Data komposisi didapatkan dengan memilah sampah dan dibagi dalam jenis-jenis sampah.
Selain itu, komposisi sampah yang dianalisis berdasarkan hasil sampling dapat diklasifikasikan dan digambarkan melalui diagram.(Ratya & Herumurti, 2017) Penentuan komposisi sampah dilakukan selama 8 hari bersamaan dengan pengukuran timbulan sampah. Komposisi sampah dibagi menjadi 3
Lontara: Journal of Health Science & Technology, Vol.3 No.1 2022 e-ISSN 2721-6179 62
jenis yaitu sampah organik, anorganik, dan residu.(Ersali et al., 2021)
Dalam menghitung kadar air sampah perlu dilakukannya proses pengeringan sampah. Kadar air sampah domestik berbeda-beda karena beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain komposisi sampah yang dihasilkan, musim tahunan, kelembapan, kondisi cuaca terutama hujan. Kadar air sangat penting pada proses pengomposan. Hal tersebut terjadi apabila kandungan air terlalu rendah atau tinggi akan mengurangi efisiensi proses pengomposan. Apabila kadar air kurang dari yang ditentukan dilakukan penambahan air, sedangkan apabila kadar air melebihi dari yang ditentukan maka dilakukan mengeringkan bahan.(Khoirunnisa et al., 2018)
Pemilahan paling baik dilakukan mulai dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Contohnya adalah pemilahan dengan menggunakan tong dari bahan plastik, logam atau dengan plastik kresek dalam 2 wadah yang terpisah. Untuk memudahkan pemilahan, wadah sampah dibedakan warnanya atau diberikan tulisan untuk memudahkan masyarakat memilah sampah. Penyimpanan/pewadahan sampah adalah tempat sampah sementara, sebelum sampah tersebut terkumpul, untuk kemudian diangkat serta dibuang (dimusnahkan). Teknis pewadahan yang ideal harus berdasarkan keseimbangan antara sampah yang ditimbulkan dan perilaku masyarakat. Faktor penyebab penerapan teknis pewadahan tidak sesuai dengan SNI 19-2454-2002 adalah karena masyarakat kurang memahami konsep pemilahan dan perilaku dari masyarakat tersebut yang membuang sampah sembarangan akibat dari kurangnya fasilitas pewadahan sampah yang tersedia. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik sampah rumah tangga yang dihasilkan.
## BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo yang dilakukan selama 8 hari berturut-turut yang dimulai pada tanggal 29 September 2021 sampai tanggal 6 Oktober 2021.
Bentuk dan strategi penelitian yang digunakan adalah kualitatif dikarenakan penelitian ini dilakukan dengan menganalisa objek yang berupa sampah rumah tangga dan mendeskripsikan data yang didapat. Pada penelitian ini bahan yang kami gunakan yaitu sampah rumah tangga yang dihasilkan selama 8 hari berturut-turut. Teknik sampling yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik yaitu menggunakan sampel 3 rumah dengan total penghuni rumah 14 orang. Melakukan pengukuran sampel sebanyak 8 hari bertutut-turut sesuai yang tercantum dalam SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran sampel timbulan dan komposisi sampah perkotaan.(Badan Standarisasi Nasional BSN, 1994) Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melakukan pengukuran data terhadap kegiatan sehari-hari manusia di mana peneliti terlibat langsung selama proses pengukuran.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dengan mengumpulkan sampah rumah tangga yang dihasilkan. Pengambilan dan pengukuran sampel dilakukan selama 8 hari berturut-turut (SNI 19-3964-1994). Setelah sampah terkumpul selanjutnya mengukur timbulan sampah yang dihasilkan dengan data berat sampah dan jumlah penghuni rumah, menggunakan persamaan, timbulan
Pengelolaan Dan Desain Pewadahan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo (Aulia Putri Agnimaya, Naufal Fawwaz Alesandry, Moh Hasan Haibatul Islam, Denny Oktavina Radianto) 63
sampah =
. Selanjutnya, mengukur densitas sampah menggunakan kotak densitas yang dihentakkan sebanyak 3 kali untuk mengukur volume sampah, menggunakan densitas =
. Kemudian mengidentifikasi komposisi sampah dengan memilahnya berdasarkan
komponen sampah. Untuk menghitung persentase komposisi sampah yang dihasilkan menggunakan persamaan komposisi (%) =
. Setelah itu mengukur kadar air sampah
menggunakan soil meter. Selanjutnya mengukur kadar air sampah dengan mengeringkan sampel sampah. Kadar air (%) =
.
Terakhir yaitu membuat desain pewadahan sampah menggunakan data volume sampah yang dihasilkan berdasarkan kriteria pewadahan sampah yang ada dipasaran. Menggambar basic desain pewadahan sampah menggunakan software AutoCAD.
## HASIL PENELITIAN
Didapatkan hasil dari penelitian ini adalah timbulan, densitas, komposisi, kadar air dan pewadahan sampah.
Tabel 1. Tabel Data Pengukuran Timbulan
Hari ke- Jumlah penghuni rumah (orang) Berat Sampah (kg) Timbulan Sampah (Kg/hari/orang) Rata-Rata Timbulan Sampah (kg/orang/hari) 1 14 1.05 0.075 0.0089 2 14 1.39 0.099 3 14 1.30 0.093 4 14 1.35 0.096 5 14 1.10 0.079 6 14 1.12 0.080 7 14 1.44 0.103 8 14 1.18 0.084
## Sumber: Data primer, 2022
Pada hasil yang didapatkan dari pengukuran timbulan selama 8 hari berturut-turut. Dimana nilai timbulan sampah tertinggi yaitu 0.103 kg/orang/hari, sedangkan untuk nilai timbulan sampah terendah yaitu 0.075 kg/orang/hari.
Hasil yang didapatkan dari pengukuran densitas sampah didapatkan untuk nilai tertinggi yaitu 0.000101 kg/cm3, sedangkan untuk nilai densitas sampah terendah yaitu 0.00072 kg/cm 3 . Hasil yang didapatkan dari pengukuran komposisi sampah yang paling dominan adalah sampah sisa makanan sekitar 30%.
Lontara: Journal of Health Science & Technology, Vol.3 No.1 2022 e-ISSN 2721-6179 64
## Tabel 2. Tabel Data Pengukuran Densitas
Volume sampah Densitas sampah Rata-rata densitas sampah Densitas sampah 13200 7.9 x 10 -5 7.5 x 10 -5 0.000079 16000 8.6 x 10 -5 7.5 x 10 -5 0.000086 14400 9.0 x 10 -5 7.5 x 10 -5 0.000090 15600 8.7 x 10 -5 7.5 x 10 -5 0.000087 12800 8.6 x 10 -5 7.5 x 10 -5 0.000086 14800 7.2 x 10 -5 7.5 x 10 -5 0.000072 15600 9.2 x 10 -5 7.5 x 10 -5 0.000092 11600 10.1 x 10 -5 7.5 x 10 -5 0.000101
Sumber: Data primer, 2022
Tabel 3. Tabel Data Pengukuran Densitas
Hasil yang didapatkan dari pengukuran kadar air sampah didapatkan untuk nilai tertinggi yaitu 43.64%, sedangkan untuk nilai kadar air sampah terendah yaitu 23.75%.
Tabel 4. Tabel Data Pengukuran Kadar Air
Hari ke- Berat sampah basah (Kg) Berat sampah kering (Kg) Persentase (%) 1 0.31 0.23 25.81 2 0.80 0.61 23.75 3 0.58 0.37 36.21 4 0.67 0.44 34.33 5 0.62 0.40 35.48 6 0.57 0.36 36.84 7 0.69 0.49 28.99 8 0.55 0.31 43.64
Sumber: Data primer, 2022
Setelah didapatkan hasil dari pengukuran timbulan dan densitas sampah dengan frekuensi pengambilan 3 hari per minggu didapatkan nilai volume pewadahan sampah yang dibutuhkan yaitu 61666.67 cm 3 .
Tabel 5. Tabel Data Perhitungan Pewadahan Sampah
Karton HVS Campuran Tisu HDPE LDPE PET PVC PP PS Others
1 0,37 - 0,06 - - - - 0,15 - - 0,16 - - 0,04 - - - - - 0,27 2 0,18 - - - -
- -
0,05 0,55 - 0,2 - 0,05 0,08 - 0,1 - 0,11 - 0,07
3 - - 0,1 - -
- - - 0,33 0,35 0,25 - - 0,05 - 0,05 0,08 0,06 - 0,03
4 0,15 - 0,1 - 0,03
- - 0,07 0,42 - 0,18 - 0,05 0,08 - 0,08 0,07 0,12 - -
5 - 0,05 - - - - - 0,05 0,48 - 0,09 - - 0,18 - - - 0,01 - 0,24
6 0,13 0,02 - 0,01 0,03 - 0,02 - 0,42 - 0,15 0,06 - - - 0,02 - 0,26 - -
7 0,14 - 0,08 - 0,06 - - 0,04 0,53 - 0,12 0,04 - 0,08 - 0,05 0,07 - - 0,23 8 - 0,12 - - - - 0,32 - 0,23 - - 0,06 0,28 - - 0,03 - 0,09 - 0,05 RATA- RATA 0,121 0,024 0,043 0,0013 0,015 - 0,043 0,045 0,37 0,044 0,144 0,02 0.048 0,064 - 0,041 0,023 0,081 0,11 Lain-lain Hari ke- Kertas Logam Karet Kain
Kulit Sisa makanan Kaca Daun Plastik
Diapers
Densitas Sampah Timbulan Sampah Volume Sampah Frekuensi Pengumpulan Volume Pewahan Sampah Safety Factor Volume Pewadahan Yang Dibutuhkan (Kg/m3) (Kg/hari.org) (cm3) (hari/minggu) (cm3) (%) (cm3) [A] [B] [C=B/A] [n] [D=C*n] [F] [E=D+D*F] 0,000075 1,23333 16444,44 3 49333,33 25 61666,67
## PEMBAHASAN
Penelitian pengukuran timbulan, densitas, komposisi, dan kadar air sampah yang dilakukan selama 8 hari berturut-turut berdasarkan SNI 19-3964-1994. Pengukuran timbulan sampah dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan sampah rumah tangga selama 8 hari berturut-turut serta menimbangnya untuk mengetahui massanya. Nilai massa sampah yang didapatkan dibagi dengan banyaknya orang atau penghuni rumah, sehingga didapatkan nilai timbulan sampah mulai dari hari pertama sampai hari kedelapan adalah 0.075, 0.099, 0.093, 0.096, 0.079, 0.08, 0.103, dan 0.084 dalam satuan kg/hari.orang dengan rata-rata keseluruhan sebesar 0.089 kg/orang.hari. Nilai yang didapatkan pada penelitian ini tidak konstan dan bersifat fluktuatif karena besarnya nilai timbulan dipengaruhi oleh daya konsumsi dari setiap penghuni rumah. Menurut penelitian terdahulu data yang diperoleh juga fluktuatif yang dipengaruhi oleh jumlah penghasil sampah, jumlah kegiatan, dan durasi kegiatan yang berpotensi menghasilkan sampah.(Khoirunnisa et al., 2018)
Pada penelitian densitas sampah mengunnakan alat penunjang berupa kotak densitas dengan ukuran 20 × 20 × 100 cm yang sesuai dengan SNI 19-3964-1994. Nilai densitas sampah dapat diketahui dengan membagi jumlah massa sampah sampah perharinya dengan volume yang didapatkan pada kotak densitas. Nilai densitas yang didapatkan yaitu 0.000079, 0.000086, 0.00009, 0.000087, 0.000086, 0.000072, 0.000092, dan 0.0000101 dalam satuan kg/cm 3 dengan rata-rata 0.000075 kg/cm 3 . Besarnya nilai densitas tidak hanya dipengaruhi oleh massa sampah namun juga jenis sampah itu sendiri. Hal ini dikarenakan bentuk sampah yang beragam yang dapat mempengaruhi volume sampah dalam kotak densitas seperti botol plastik yang secara bobot terbilang ringan namun secara bentuk memakan ruang, inilah mengapa perlu dilakukannya penghentakan kotak densitas 3 kali dengan ketinggian 20 cm. Melihat pada penelitian terdahulu diperoleh nilai rata-rata densitas sampah
## Gambar 1 Desain Pewadahan Sampah
Lontara: Journal of Health Science & Technology, Vol.3 No.1 2022 e-ISSN 2721-6179 66
di PPNS yaitu sebesar 50,02 kg/m 3 dengan factor berat sampah yang dihasilkan dan volume sampah pada kotak densitas.(Khoirunnisa et al., 2018)
Pada pengukuran komposisi sampah, sampah yang dihasilkan tiap harinya dipilah dan dikelompokkan berdasarkan jenisnya, berdasarkan dari hasil pengelompokan jenis sampah dapat diketahui bahwa sampah sisa makanan yang paling dominan dengan persentase 30%, dan seterusnya diikuti oleh sampah daun 11.68%, karton 9.81%, sampah lain-lain 8.92%, sampah plastik lain-lain 6.57%, sampah plstik PET 5.19%, sampah plastik LDPE 3.89%, sampah kulit 3.65%, sampah kaca 3.57%, sampah kain dan kertas campuran 3.49% sampah plastik PP 3.32%, sampah kertas HVS 1.95%, sampah plastik PS 1,86%, sampah plastik HDPE 1.62%, sampah logam 1.2%, serta sampah karet, PVC dan diapers 0%. Persentase ini sangat bergantung pada seberapa sering jenis sampah dihasilkan. Dengan adanya komposisi dan pengelompokan per jenis sampah maka dapat diketahui secara langsung jenis sampah apa saja yang dihasilkan setiap harinya yang nantinya dapat menjadi acuan dalam proses pembuangan. Berdasarkan perhitungan komposisi sampah yang telah dilakukan di PPNS didominasi oleh sisa makanan sebesar 14%, plastic LDPE 14 %, dan limbah taman 14%.
Pada pengukuran kadar air sampah, sampah yang dihasilkan setiap harinya dilanjutkan dengan tahap pengeringan untuk mengetahui selisih antara sebelum dan sesudah dikeringkan. Pada akhirnya didapatkan nilai kadar air 25.81%, 23.73%, 36.21%, 34.33%, 35.48%, 31.58%, 28.99%, dan 43.64%. Nilai persentase begantung pada jenis sampah. Sampah di PPNS memiliki nilai yang fluktuatif disetiap harinya karena dipengaruhi oleh komposisi, musim, kelembaban, dan kondisi cuaca.
Analisis pewadahan sampah dilakukan menggunakan data dari pengukuran nilai densitas terbesar yaitu 0.000075 kg/cm3 dan pengukuran timbulan terbesar yaitu 1.233 kg/hari yang digunakan untuk menentukan volume sampah yang dihasilkan sebesar 1644.44 cm 3 dengan frekuensi pengambilan sampah 3 hari per minggu. Selanjutnya volume pewadahan dapat diketahui sebesar 49333.33 cm 3 , dengan menggunakan safety factor 25% sehingga didapatkan volume pewadahan yang dibutuhkan sebesar 6166.67 cm 3 . Dengan hasil yang didapatkan dapat dipergunakan pewadahan sampah dengan ukuran 65-liter yang sebelumnya telah banyak beredar dipasaran dalam pendesainan wadah menggunakan software AutoCad yang disini menggunakan dimensi 25 × 40 × 65 cm dengan bentuk balok.
## KESIMPULAN DAN SARAN
Timbulan sampah yang dihasilkan selama delapan hari beturut-turut memiliki nilai rata-rata sebesar 0.089 Kg/hari.orang. Densitas sampah yang dihasilkan selama delapan hari berturut-turut memiliki nilai rata-rata sebesar 0.000075 Kg/cm 3 . Komposisi sampah yang dihasilkan selama delapan hari berturut-turut dapat dikelompokkan sesuai dengan jenisnya yang kemudian didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 30%. Kadar air sampah yang dihasilkan selama delapan hari berturut- turut didapatkan nilai tertinggi pada hari kedelapan yaitu 43.64% dan nilai terendah pada hari kedua sebesar 23.75%. Desain pewadahan yang digunakan yaitu berukuran 25 × 40 × 65 cm dengan bentuk
Pengelolaan Dan Desain Pewadahan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo (Aulia Putri Agnimaya, Naufal Fawwaz Alesandry, Moh Hasan Haibatul Islam, Denny Oktavina Radianto) 67 balok yang menampung sampah sebanyak 61666.67 cm 3 , dapat dipergunakan ukuran wadah 65 liter yang telah banyak beredar di pasaran. Setelah dilakukannya penelitian pengelolaan sampah rumah tangga, diharapkan dapat meningkatkan edukasi kepada masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga guna menjaga dan melestarikan lingkungan. Ketika melakukan penelitian disarankan melakukan validasi data sebelum melakukan pengolahan data.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada pihak terkait yang telah memberikan kontribusi penuh dalam penelitian ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Anggoro A.E.P., Setiawan A, Y. R. (2021). Sistem Pengelolaan Persampahan Berbasis 3R (Reuse, Reduce, Recycle) Di Kawasan Wisata Gili Trawangan). Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram .
BSN, Badan Standardisasi Nasional. (2002). Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional .
BSN, Badan Standarisasi Nasional. (1994). SNI 19-3964-1994 Tentang Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional .
Dobiki, J. (2018). Analisis Ketersedian Prasarana Persampahan Di Pulau Kumo Dan Pulau Kakara Di Kabupaten Halmahera Utara. Spasial , 5 (2), 220–228.
Ersali, A. S., Alam, F. C., & Mufti, A. A. (2021). Kajian Timbulan, Densitas, Dan Komposisi Sampah Di Kawasan Wisata Islamic Center Tulang Bawang Barat. Sustainable Environmental and Optimizing Industry Journal , 3 (1), 33–39.
Khoirunnisa, R., Ashari, M. L., & Setiani, V. (2018). Pengukuran Timbulan, Densitas, Komposisi dan Kadar Air Limbah Padat Non B3 di PPNS. Conference Proceeding on Waste Treatment Technology , 1 (1), 71–76.
Ratya, H., & Herumurti, W. (2017). Timbulan dan Komposisi Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut Surabaya. Jurnal Teknik ITS , 6 (2), C104--C106.
Widawati, E., Tanudjaja, H., Iskandar, I., & Budiono, C. (2014). Kajian potensi pengolahan sampah (studi kasus: Kampung Banjarsari). Jurnal Metris , 15 (02), 119–126.
|
9c4639ef-4233-4499-a3d3-6261692d5cad | https://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK/article/download/14873/8455 | Published every April, August and December
## JURNAL RISET AKUNTANSI & KEUANGAN
ISSN:2541-061X (Online). ISSN:2338-1507(Print). http://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK
Good Corporate Governance and Bank Performance :
## A Balanced Scorecard Approach
Agus Supriyatna 1 , Agus Rahayu 2 , Moch. Dudih Sugiharto 3 1,2 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia
Abstract. Performance is a picture of the achievement of the implementation of an activity in realizing the company's goals. In carrying out its business activities, banks are required to always be in good performance and in a healthy state. A healthy bank will foster public trust. Based on the results of processing the performance data and financial ratios of national banks taken directly from the official website of the Financial Services Authority in the last five years, it can be seen that there are indicators with unstable trends such as Profit, ROA and ROE. Similarly, what happened to PT. West Java Regional Development Bank & Banten, Tbk. with the bank name bjb call. Based on the balanced scorecard (BSC) data that shows the performance index of bank bjb branch offices in 2012-2017, it can be seen that the performance of each branch office fluctuates from year to year. Problems regarding the performance of bank bjb are in line with statistical data on good corporate governance (GCG) issued by the LPPI (2018). Based on the comparison of average data of each bank against BUKU 3 and Industry Standards, it is seen that the GCG value of bank bjb is still above the average GCG value of BUKU 3 group banks and industry standards. This study aims to study the relationship between GCG and bank performance using the BSC approach. The research method used is the explanatory survey method. Data taken from 65 research objects in the form of primary data and secondary data using questionnaires to be processed through multiple linear regression analysis using SPSS. The resulting findings indicate that GCG has an influence on bank performance bjb. If implemented properly, GCG will be one component that influences bank performance, especially in improving the achievement of the BSC.
Keywords: Balanced Scorecard; Bank Performance;Good Corporate Governance.
Abstrak. Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan usahanya bank dituntut untuk selalu berada dalam kinerja yang baik dan keadaaan yang sehat. Bank yang sehat akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Berdasarkan hasil pengolahan data kinerja dan rasio keuangan perbankan nasional yang diambil langsung dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan dalam lima tahun terakhir dapat dilihat bahwa terdapat indikator-indikator dengan tren yang tidak stabil seperti Laba, ROA dan ROE. Demikian pula yang terjadi pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten, Tbk. dengan call name bank bjb. Berdasarkan data balanced scorecard (BSC) yang menunjukan index kinerja kantor cabang bank bjb tahun 2012-2017 dapat dilihat bahwa kinerja dari setiap kantor cabang fluktuatif dari tahun ke tahun. Permasalahan mengenai kinerja bank bjb selaras dengan data statistik good corporate governance (GCG) yang dikeluarkan oleh LPPI (2018). Berdasarkan data perbandingan rata-rata masing-masing bank terhadap BUKU 3 dan Standar Industri, terlihat bahwa nilai GCG dari bank bjb masih berada di atas rata- rata nilai GCG dari bank kelompok BUKU 3 dan standar industri. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara GCG dengan kinerja bank menggunakan pendekatan BSC . Metode penelitian yang digunakan adalah metode explanatory survey. Data diambil dari 65 objek penelitian dalam bentuk data primer maupun data sekunder menggunakan kuisioner yang akan diolah melalui analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS. Temuan yang dihasilkan menunjukkan bahwa GCG mempunyai pengaruh terhadap kinerja bank bjb. Jika diimplementasikan dengan baik, maka GCG akan menjadi salah satu komponen yang berpengaruh terhadap kinerja bank khususnya dalam meningkatkan pencapaian BSC.
Kata Kunci: Balanced Scorecard; Bank Performance;Good Corporate Governance.
Corresponding author. Email: 1 [email protected], 2 [email protected].
How to cite this article. Agus Supriyatna, Agus Rahayu, & Moch. Dudih Sugiharto. (2018). Good Corporate Governance and Bank Performance : A Balanced Scorecard Approach. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia , 6 (3), 481- 496. Retrieved from http://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK/article/view/4670 History of article. Received: September 2018, Revision: November 2018, Published: December 2018 Online ISSN: 2541-061X.Print ISSN: 2338-1507. DOI: 10.17509/jrak.v4i3.4670 Copyright©2018. Published by Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. Program Studi Akuntansi. FPEB. UPI
## PENDAHULUAN
Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Hal ini tentunya akan menjadi keunggulan tersendiri bagi suatu perusahaan apabila memiliki kinerja bisnis yang baik (Sebahattin et al., 2014). Kinerja merupakan suatu proses manajemen yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan korporasi dapat bertemu (Martinez- simarro, Devece, & Llopis-albert, 2015).
Perbankan merupakan salah satu sektor yang berkontribusi dalam pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkat taraf hidup rakyat banyak. Dalam menjalankan kegiatan usahanya bank dituntut untuk selalu berada dalam keadaaan yang sehat. Bank yang sehat akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Berdasarkan hasil pengolahan data kinerja dan rasio keuangan perbankan nasional yang diambil langsung dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan dalam lima tahun terakhir dapat dilihat bahwa terdapat indikator- indikator dengan tren yang tidak stabil seperti Laba, ROA dan ROE (OJK, 2018).
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten, Tbk. dengan call name bank bjb merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di sektor perbankan (Annual Report, 2017). bank bjb merupakan bank umum yang mengemban misi sebagai penggerak dan pendorong laju pertumbuhan perekonomian daerah. bank bjb merupakan salah satu perbankan nasional dan masuk ke dalam peringkat ke-12 bank terbesar dari 115 bank di Indonesia serta Bank Pembangunan Daerah nomor satu di Indonesia (infobank, 2018).
Berdasarkan
data balanced scorecard (BSC) yang menunjukan index kinerja kantor cabang bank bjb tahun 2012- 2017 dapat dilihat bahwa kinerja dari setiap kantor cabang fluktuatif dari tahun ke tahun. Permasalahan mengenai kinerja bank bjb selaras dengan data statistik good corporate governance (GCG) yang dikeluarkan oleh LPPI (2018). Berdasarkan data perbandingan rata-rata masing-masing bank terhadap BUKU 3 dan Standar Industri, terlihat bahwa nilai GCG dari bank bjb masih berada di atas rata-rata nilai GCG dari bank kelompok BUKU 3 dan standar industri.
Performance is the end of result of activities, it includes the outcome of strategic management process. The practice of strategic management is justified in term of it’s ability to improve an organization’s performance, typically measured in term of profits and return in investment (Wheelen & Hunger, 2008) . Pengukuran kinerja bisnis sebaiknya tidak hanya diukur dengan menggunakan alat ukur keuangan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan beberapa alat ukur non keuangan. Instrumen yang umum digunakan yaitu BSC (Kaplan & Norton, 1991).
Berdasarkan POJK no. 55 tahun 2017, disebutkan bahwa GCG atau Tata Kelola yang baik adalah suatu tata cara pengelolaan Bank yang menerapkan prinsip- prinsip keterbukaan ( transparency ), akuntabilitas ( accountability ), pertanggungjawaban ( responsibility ), independensi ( independency ), dan
kewajaran ( fairness ).
Beberapa Research gap yang telah dikumpulkan terkait dengan pengaruh antara GCG dan kinerja perusahaan dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Research Gap Terkait Pengaruh GCG dan Kinerja Perusahaan
No Korelasi Penelitian 1 Positive Correlation Chung, Wright & Kedial (2003); Callahan, Millar & Schulman (2003); Mak & Kusnadi (2005); Krivogorsky (2006); Brown and Caylor (2006); Nicholson and Kiel (2007); Larcker et al.
(2007); Bhagat and Bolton (2007); Sunday (2008); Daines et al.
(2008); Carline et al. (2009); Renders, Gaeremynck & Sercu (2010) 2 No Correlation Grove et al. (2011); Brenes et al. (2011); Castaner and Kavadis (2013); Shank, Hill and Stand (2013); Gupta, Chandrasekhar and Tourani-Rad (2013) 3 Negative Correlation Hutchinson (2002); Bauer et al. (2004); Giroud and Mueller
(2010)
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara GCG dengan kinerja bank menggunakan pendekatan BSC . Hubungan antara GCG dan kinerja menggunakan indikator non keuangan yaitu BSC masih jarang digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya sehingga penelitian ini akan mengisi gap tersebut. Indikator-indikator yang akan digunakan di dalam penelitian ini antara lain lima prinsip GCG dan empat komponen BSC sehingga akan diketahui komponen yang memiliki pengaruh yang kuat maupun pengaruh yang lemah antara GCG dan kinerja dengan menggunakan pendekatan BSC.
## KAJIAN LITERATUR
Performance Kinerja bisnis dapat dinyatakan sebagai hasil akhir dari berbagai aktivitas perusahaan. Di dalam proses manajemen stratejik, tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya seharusnya dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan setelah strategi tersebut diterapkan (Wheelen & Hunger, 2008).
Pengukuran kinerja bisnis sangat beragam. Alat ukur kinerja perusahaan dapat dipilih berdasarkan organisasi yang akan dinilai dan tujuan yang ingin dicapai (Wheelen & Hunger, 2008). Pengukuran kinerja bisnis tidak memungkinkan jika hanya diukur dengan menggunakan alat ukur keuangan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan beberapa alat ukur non keuangan (Civelek, 2015; Kaplan & Norton, 1991; Marques & Ferreira, 2009; Pucciarelli & Kaplan, 2016).
Business performances are indicator of how well does organization accomplish its goals (Lin & Kuo, 2007). Indikator kinerja bisnis dapat dilihat dari aspek
pemasaran dan melalui kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja bisnis melalui kinerja pemasaran dapat diukur diantaranya dengan penjualan, pertumbuhan pasar, dan pangsa pasar. Perspektif kinerja keuangan diukur dengan menggunakan ukuran Return On Investment (ROI), bauran pendapatan (revenue mix), pemanfaatan aktiva yang diukur dengan asset turn over, dan berkurangnya biaya secara signifikan yang diukur dengan rasio BOPO (Hubbard & Beamish, 2011).
Empat perspektif pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat ukur yang seimbang melalui konsep balanced score card antara lain perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran organisasi (Kaplan & Norton, 1991). Beberapa peneliti lain juga mempertimbangkan pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan sudut pandang multidimensional, antara lain melalui omset / penjualan, laba / rugi bersih, keberhasilan yang dicapai dengan produk baru, dan persepsi hasil yang diperoleh perusahaan (Marques & Ferreira, 2009).
Faktor internal dan eksternal seperti Market Based View dan Resource Based View mempengaruhi kinerja perusahaan (Wernerfelt, 1984). Penelitian empirik Huygens et all., (2001); McGahan dan Porter (1997); dan Silverman et al. (1997) mengungkapkan hubungan resiprokal antara lingkungan persaingan dengan kapabilitas. Ketika perusahaan dihadapkan pada persaingan, maka perusahaan selalu berusaha meningkatkan kapabilitasnya agar dapat meningkatkan kinerja (Barnett dan Hansen, 1996; Huygens et al., 2001). Pengaruh resiprokal antara lingkungan dan strategi juga ditunjukkan oleh penelitian Tan dan Litschert (1994) dan Tan (2005).
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orientasi stratejik sebagai pola perilaku dan ketidakpastian lingkungan bersifat co- evolving.
## Good Corporate Governance
Pada tahun 1992, Komite Cadbury melalui Cadbury Report, mengeluarkan definisi tentang Good Corporate Governance (selanjutnya disebut GCG). GCG merupakan prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur kewenangan direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.
Di Indonesia, konsep GCG mulai diperkenalkan pada tahun 1999 setelah pemerintah membentuk Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). KNKG mengeluarkan Pedoman Umum GCG Indonesia pada tahun 2000 yang kemudian direvisi pada tahun 2006. Isi dari pedoman tersebut adalah setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan GCG dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh KNKG dalam laporan tahunannya.
Secara umum dalam UU Perbankan telah diatur ketentuan yang terkait dengan GCG yang kemudian diatur secara khusus di dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.03/2016 tanggal 07
Desember 2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum yang terdiri atas : pertama, uji kelayakan dan kepatutan ( fit and proper test ), yang mengatur perlunya peningkatan kompetensi dan integritas manajemen perbankan melalui uji kelayakan dan kepatutan terhadap pemilik, pemegang saham pengendali, dewan komisaris, direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam aktivitas pengelolaan bank. Kedua, independensi manajemen bank, para anggota dewan
komisaris dan direksi tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan atau memiliki hubungan financial dengan dewan komisaris dan direksi atau menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain. Ketiga, ketentuan bagi direktur kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank publik. Dalam standar penerapan fungsi internal audit bank publik, bank diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang bertanggung jawab atas kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada (Regalli, 2012; Damian, 2015)
GCG mempunyai enam macam tujuan utama. Keenam tujuan utama tersebut adalah sebagai berikut (KKNG, 1999) :
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang berdasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham (RUPS).
3. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dapat membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama disekitar perusahaan.
5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan memperhatikan
pemangku
kepentingan lainnya.
6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan
pertumbuhan ekonomi nasional dan berkesinambungan
Salah satu pilar penting dalam GCG di perbankan adalah komitmen penuh dari seluruh jajaran pengurus / manajemen bank hingga pegawai yang terendah untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Seluruh karyawan wajib untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip GCG menurut POJK nomor 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum diantaranya Transparency, Accountability,
Responsibility, Independency dan Fairness atau sering dikenal dengan singkatan TARIF. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam GCG seperti yang tercantum di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Transparency yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan.
2. Accountability yaitu kejelasan fungsi
dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban) adalah kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4. Independency (kemandirian) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Penilaian
GCG pada perbankan dilakukan melalui kertas kerja penilaian sendiri ( self assessment ) penerapan kelola dengan tujuan dari masing-masing governance system sebagai berikut (SEOJK No. 13, 2017) :
1. Penilaian governance structure bertujuan untuk menilai kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola Bank agar proses penerapan prinsip Tata Kelola yang baik menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan Pemangku Kepentingan Bank. 2. Penilaian governance process bertujuan untuk menilai efektivitas proses penerapan prinsip Tata Kelola yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola Bank sehingga menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan Pemangku Kepentingan Bank.
3. Penilaian governance outcome bertujuan untuk menilai kualitas outcome yang memenuhi harapan Pemangku Kepentingan Bank yang merupakan hasil proses penerapan prinsip Tata Kelola yang baik yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola Bank.
Penerapan GCG di lingkungan perbankan harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan GCG sesuai dengan SEOJK No.13/SEOJK.03/2017 tanggal 17 Maret 2017 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum, yaitu :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite
4. Penerapan benturan kepentingan
5. Penerapan fungsi kepatuhan
6. Penerapan fungsi audit intern
7. Penerapan fungsi audit ekstern
8. Penerapan manajemen risiko
termasuk sistem pengendalian intern 9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related
party) dan penyediaan dana besar (large exposures)
10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal
11. Rencana Strategis Bank.
## Balanced Score Card
Balance Scorecard pertama kali diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul " The Balanced Scorecard - Measures That Drive
Performance ". Dalam artikel tersebut, Balance Scorecard didefinisikan sebagai satu set ukuran yang memberi manajer puncak pandangan yang cepat tetapi komprehensif dari bisnis, termasuk langkah- langkah keuangan yang menginformasikan hasil tindakan yang telah diambil, melengkapi langkah-langkah keuangan dengan langkah-langkah operasional pada kepuasan pelanggan, proses internal, inovasi organisasi dan peningkatan ukuran kegiatan operasional yang merupakan pendorong kinerja keuangan masa depan (Setiawan & Yulianto, 2017)
Hal tersebut dapat memperoleh popularitas yang meningkat sebagai alat manajemen yang efektif karena menggeser fokus sistem pengukuran kinerja dari pengukuran berbasis keuangan jangka pendek ke ukuran pelanggan-sentris jangka panjang. BSC mengukur kinerja melalui indikator Keuangan, Pelanggan, Proses Bisnis Internal, dan Indikator Pembelajaran dan Pertumbuhan multi-level yang terintegrasi, yang disesuaikan untuk penggunaan masing-masing perusahaan. Banyak penelitian secara empiris menguji hubungan antara menggunakan BSC dan peningkatan kinerja di sektor jasa (terutama bank) dan menyarankan bahwa tindakan non-keuangan sama pentingnya dengan langkah-langkah keuangan untuk
menggambarkan gambaran yang seimbang untuk kinerja saat ini dan kinerja masa depan. Oleh karena itu, karena pentingnya penerapan BSC dalam industri perbankan, kami mengukur kinerja bank menggunakan indeks kinerja berbasis BSC multidimensi. Kami menggunakan analisis faktor pokok komponen untuk membuat indeks kinerja yang terdiri dari empat kategori utama BSC : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan (Elbannan & Elbannan, 2014).
## METODOLOGI PENELITIAN Objek Penelitian
Objek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah para pegawai di seluruh kantor cabang bank bjb. Penelitian ini dilakukan pada jangka waktu penelitian kurang dari satu tahun, maka metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional method Pengumpulan informasi dari subjek penelitian hanya dilakukan satu kali dalam satu periode waktu, sehingga penelitian ini merupakan one-shot atau cross sectional .
## Jenis Penelitian
Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode explanatory survey yang dilakukan untuk mengeksplorasi situasi masalah dan mendapatkan ide-ide serta wawasan kedalam masalah yang dihadapi manajemen atau para peneliti tersebut (Maholtra, 2010).
## Jenis & Sumber Data
Data merupakan hal yang paling penting dalam melakukan penelitian. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder (Sugiyono, 2017). Sumber data yang digunakan dalam penelitian telah disajikan dalam Tabel 2 berikut.
## Tabel 2. Jenis dan Sumber Data
No Data Jenis Data Sumber Data 1 Kinerja & Rasio Keuangan Perbankan Nasional Tahun 2013 – 2017 Sekunder OJK, 2018 2 Index Kinerja Kantor Cabang Tahun 2012 – 2017 Primer bank bjb 3 Perbandingan Rata-Rata Peringkat GCG Masing- Masing Bank Terhadap BUKU 3 & Standar Industri Sekunder LPPI, 2018 4 Self Assessment GCG Primer bank bjb 5 Kuisioner mengenai pengaruh GCG dan kinerja (BSC) Sekunder Survey Internal
## Populasi & Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan cabang pada seluruh kantor cabang bank bjb berjumlah sebanyak 65 pegawai. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapat dengan pengambilan sampel jenuh menggunakan teknik non-probability sampling .
## Pengujian
Untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen pengumpulan data yang akan disebar, perlu dilakukan tahap pengujian berupa pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas instrumen dilakukan untuk menjamin bahwa terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpulan data yang dilakukan. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu aplikasi SPSS.
## Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara untuk mengukur, mengolah dan menganalisis data dalam rangka pengujian hipotesis. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengolahan sumber data kuantitatif. Analisis verifikatif dipergunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik dan menitikberatkan pada pengungkapan perilaku variabel penelitian. Pengujian hipotesis yang dilakukan melalui tahapan-tahapan uji asumsi klasik antara lain Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Normalitas, dan Uji Linearitas.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden
Berdasarkan data dari pengisian kuesioner dapat diketahui bahwa jumlah sampel sebanyak 65 responden dengan rentang usia mulai dari 23 tahun sampai dengan 54 tahun. Adapun rekapitulasi detail mengenai kondisi usia responden dipaparkan dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Komposisi Responden Berdasarkan Usia
Sumber : Kuesioner Penelitian, Data Diolah (2018)
Σ % Σ % Σ % 1 26 - 30 Tahun 12 30.00% 13 52.00% 25 38.46% 2 31 - 35 Tahun 13 32.50% 5 20.00% 18 27.69% 3 36 - 40 Tahun 6 15.00% 3 12.00% 9 13.85% 4 41 - 45 Tahun 3 7.50% 2 8.00% 5 7.69% 5 46 - 50 Tahun 1 2.50% 1 4.00% 2 3.08% 6 51 - 55 Tahun 5 12.50% 1 4.00% 6 9.23% 40 100.00% 25 100.00% 65 100.00% Laki-Laki Perempuan Jumlah No Usia Jumlah
Dilihat dari tabel di atas, komposisi mayoritas responden berdasarkan usia adalah pada rentang usia 26-35 tahun yaitu sebesar 66,15% yang merupakan usia produktif dan harus dipertahankan. Selanjutnya dari sisi jenis kelamin, responden laki-laki merupakan mayoritas responden sebesar 61,53%. Hal ini membuktikan bahwa laki-laki masih mendominasi posisi pimpinan cabang.
## Hasil Pengujian Validitas & Reabilitas
Uji validitas
digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir instrumen
penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan alat bantu SPSS 23 untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas untuk setiap variabel penelitian dengan hasil sebagaimana tabel 4 berikut. Tabel 4 menunjukan bahwa hasil uji variabel-variabel penelitian memenuhi kriteria yang disyaratkan ( valid ) karena r hitung setiap item pernyataan > r tabel yakni sebesar 0,2058 untuk 65 responden.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian
Hasil uji reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha . Suatu variabel dikatakan reliabel atau andal jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2011). Berdasarkan Tabel 5 berikut dapat dilihat bahwa nilai statistik Cronbach Alpha dari keseluruhan variabel bernilai lebih dari 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat ukur (kuesioner) variabel GCG dan kinerja (BSC) dalam penelitian ini reliabel atau andal.
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Variabel
## Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada grafik Normal Probability Plot seperti dalam Gambar 1.
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted R Tabel Keputusan P1 19.8000 .350
.243 .606 Valid P2 19.8462 .257 .371 .561 Valid P3 19.8154 .278 .483 .487 Valid P4 19.8308 .268 .414 .524 Valid P5 19.7846 .359 .375 .569 Valid P6 19.8277 .284 .266 .493 Valid P7 19.7940 .295 .365 .522 Valid P8 19.8034 .348 .223 .597 Valid P9 19.8248 .297 .280 .483 Valid P10 19.8355 .344
.425 .543 Valid 0.2058 Variabel GCG Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted R Tabel Keputusan P1 14.8769 .172 .475 .465 Valid P2 14.8462 .195 .593 .374 Valid P3 14.8615 .246 .208 .694 Valid P4 14.8154 .278 .434 .553 Valid P5 14.8334 .228 .411 .661 Valid P6 14.8213 .259 .394 .460 Valid P7 14.8585 .241 .267 .589 Valid P8 14.8351 .351 .317 .616 Valid 0.2058 Variabel Kinerja (BSC) No Variabel Cronbach
Alpha Keputusan 1 Good Corporate Governance 0.6075419 Reliabel 2 Kinerja (BSC) 0.6062271 Reliabel
## Gambar 1. Grafik Normal P-Plot
Dari grafik pada Gambar 1 di atas, terlihat bahwa data tersebar di sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data mendekati distribusi normal.
## Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel Coefficients seperti dalam Tabel 6 berikut.
## Tabel 6. Tabel Coefficients
Dari Tabel 6. di atas, terlihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) atas keseluruhan variabel berada dibawah angka 5 (lima), sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel penelitian.
## Hasil Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 6 Model Summary berikut.
Tabel 7. Model Summary
Dari Tabel 7 di atas, terlihat nilai Statistik Durbin Watson (DW) data penelitian adalah sebesar 2,000. Dengan menggunakan
tabel Durbin Watson, untuk jumlah data (n=65) dan jumlah variabel bebas (k) yang digunakan sebanyak 1 buah dengan α = 5%, maka diperoleh nilai statistik Durbin Watson sebagai berikut.
dL = 1,567
4-dL = 2,433
Sehingga dapat diperoleh hasil bahwa nilai DW berada diantara nilai dL dan 4-dL (1,567 < 2,000 < 2,433), maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi antar variabel penelitian.
## Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel Scatterplot seperti dalam Gambar 2.
Standardize d Coefficients B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF (Constant) -.263 .122 -2.148 .036 VAR00001 1.074 .039 .961 27.711 .000
.961 .961 .961 1.000 1.000
Sig. Correlations Collinearity Statistics 1 a. Dependent Variable: Kinerja (BSC) Coefficients a Model Unstandardized Coefficients t R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .961 a .924 .924 767.919 1 63 .000 2.000 a. Predictors: (Constant), Good Corporate Governance b. Dependent Variable: Kinerja (BSC) Model Summary b Model R R Square Change Statistics Durbin-Watson
## Gambar 2. Scatterplot
Dari Gambar 2 di atas, terlihat data tersebar di sekitar angka 0 (nol) pada sumbu Y serta tidak membentuk pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada data penelitian.
Pengujian Analisis Regresi Linier
## Berganda
Sebelum dilakukan pengujian model regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kelayakan model regresi dengan menggunakan ANOVA sebagaimana tabel 8 berikut.
## Tabel 8. Tabel ANOVA
Tabel 8 ANOVA di atas menunjukkan besarnya angka probabilitas atau signifikasi model regresi. Pada perhitungan ANOVA yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi, ketentuan angka probabilitas yang baik untuk digunakan sebagai model regresi ialah harus lebih kecil dari 0,05.
Dari hasil Uji ANOVA dalam Tabel 8 di atas menghasilkan nilai probabilitas (sig) pada model adalah sebesar 0,000. Berdasarkan angka signifikansi 0,000 < 0,05, maka model regresi ini sudah layak digunakan untuk memprediksi variabel Good Corporate Governance . Berdasarkan hal ini, langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien
model regresi linier berganda atas setiap variabel yang diperoleh dalam koefisien variabel sebagaimana tabel 9 berikut.
## Tabel 9. Koefisien Variabel
Tabel 9 di atas menggambarkan persamaan regresi untuk mengetahui angka konstanta serta koefisien atas setiap variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 4.12 diatas Persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Y = a ± bX + e Y = -0,263 + 1,074X + e
Model diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar -0,263; artinya jika variabel good corporate governance nilainya adalah 0 (nol), maka indeks kinerja (BSC) bernilai -0,263.
2. Koefisien regresi variabel good corporate governance sebesar 1,074; artinya jika variabel good corporate governance bernilai 1, maka kinerja (BSC) akan mengalami peningkatan sebesar 1,074. Koefisien bernilai positif artinya semakin meningkat nilai good corporate governance maka kinerja (BSC) akan meningkat pula.
Sum of Squares df Mean
Square F Sig. Regression 6.053 1 6.053 767.919 .000 b Residual .497 63 .008
Total 6.549 64 b. Predictors: (Constant), Good Corporate Governance ANOVA a Model 1 a. Dependent Variable: Kinerja (BSC) Standardize d Coefficients
B Std. Error Beta (Constant) -.263 .122 -2.148 .036 GCG 1.074 .039 .961 27.711 .000
Sig. 1 a. Dependent Variable: Kinerja (BSC) Coefficients a Model Unstandardized Coefficients t
## Uji Hipotesis
Uji hipotesis dapat dilakukan melalui uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui berarti tidaknya suatu variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen secara parsial. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H 0 : Secara parsial terdapat pengaruh antara variabel kualitas layanan
terhadap loyalitas nasabah. H 1 : Secara parsial tidak terdapat pengaruh antara variabel kualitas layanan terhadap loyalitas nasabah.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
a) Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa H 0
diterima, sebaliknya H 1 ditolak.
b) Jika tingkat signifikansi lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan sebaliknya bahwa H 0 ditolak, H 1 diterima.
Hasil uji parsial dapat dilihat pada Tabel 9 di atas diperoleh hasil bahwa variabel good corporate governance memiliki nilai sig sebesar 0,000 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima, artinya secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara variabel good corporate governance terhadap kinerja (BSC).
Korelasi Antar Variabel Untuk dapat mengetahui tingkat korelasi antar variabel dapat dilihat dalam Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Correlations Inter Variable
Tabel 10 di atas memberikan informasi mengenai hubungan antara variabel. Besar koefisien korelasi antara variabel good
corporate governance dan kinerja (BSC) adalah sebesar 0,961 dengan nilai sig sebesar 0,000 (signifikan karena <0,05). Koefisien korelasi positif menunjukkan bahwa pengaruh antara kedua variabel tersebut positif dan signifikan. Artinya jika variabel good corporate governance (X) meningkat maka variabel kinerja (BSC) (Y) akan meningkat pula.
## KESIMPULAN Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengujian hipotesis melalui uji t diperoleh hasil bahwa variabel good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja (BSC) dengan nilai sig sebesar 0,000 (<0,05).
2. Berdasarkan hasil perhitungan R hitung terhadap variabel GCG, diketahui bahwa indikator akuntabilitas dan fairness memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kinerja.
3. Berdasarkan hasil perhitungan R hitung terhadap variabel kinerja (BSC), diketahui bahwa indikator financial perspective memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kinerja.
## Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh antara good corporate governance terhadap kinerja (BSC), namun terdapat beberapa indikator-indikator yang pengaruhnya kecil
sehingga perlu dioptimalkan. Dengan demikian, saran-saran terkait langkah strategis yang dapat menjadi masukan bagi manajemen bank bjb adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan R hitung
terhadap variabel GCG, diketahui bahwa indikator transparansi, responsibility, dan independency masih perlu dioptimalkan, sehingga rekomendasi yang diberikan yaitu :
a. Membuat pedoman mengenai keterbukaan dalam Kinerja (BSC)
GCG
Kinerja (BSC) 1.000 .961 GCG .961 1.000 Kinerja (BSC) .000 GCG .000 Kinerja (BSC) 65 65
GCG 65
65
Correlations Pearson Correlation Sig. (1- tailed) N
memberikan informasi yang material dan relevan terkait produk / jasa bank kepada nasabah / debitur
b. Meningkatkan sosialisasi
terkait ketentuan internal yang berlaku di bank bjb sehingga setiap terbentuk awareness di setiap pegawai akan pentingnya pemahaman dan pelaksanaan pekerjaan sesuai SOP dan pedoman yang berlaku.
c. Menerapkan secara optimal four eye principle dan peran
dari kontrol internal cabang, sehingga produk / jasa bank dapat dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan ketentuan internal bank.
2. Berdasarkan hasil perhitungan R hitung terhadap variabel kinerja (BSC),
diketahui bahwa indikator customer perspective, internal process
perspective, dan learning and growth perspective masih perlu dioptimalkan, sehingga rekomendasi yang diberikan yaitu :
a. Melakukan optimalisasi fungsi
SQA ( Service Quality Assurance ) dan KYC ( Know Your Customer ) pada setiap pegawai baik frontliner, back office, maupun AO/RO untuk memberikan nilai tambah ( added value ) terhadap pelayanan kepada nasabah / debitur.
b. Melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab pekerjaan untuk setiap pegawai sesuai dengan jabatan dan kewenangannya. Selain itu prinsip the right man on the right place harus diterapkan pada kantor cabang seoptimal mungkin.
c. Membuat matrix / checklist pekerjaan baik harian, mingguan, dan bulanan, seperti misalnya pelaporan gratifikasi, pelaporan APU-PPT, LTKM- LTKT, CIS-CIT, dsb yang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi secara rutin d. Pengajuan pendidikan dan pelatihan harus dilakukan secara terbuka dan merata sesuai dengan fungsi, tugas dan tanggung jawab dari masing-
masing pegawai
e. Selanjutnya agar pada penelitian-penelitian berikutnya ditambahkan variabel-variabel lain dalam mendukung kinerja sehingga hasil penelitian bisa lebih komprehensif.
## DAFTAR PUSTAKA
Annual Report 2017, (2018), Terus
Berinovasi Dalam Membangun Bisnis Yang Berkualitas, bank bjb, Bandung
Barnett, W., Hansen, M., (1996), The Red Queen in Organizational Evolution, Strategic Management Journal, Vol. 17, p139-157
Bauer, R., Gunster, N., Otten, R. (2004).
Empirical Evidence on Corporate Governance in Europe: The Effect on Stock Returns, Firm Value, and Performance. Journal of Asset Management, Vol. 5, p. 91–104.
Bhagat, S., Bolton, B. (2007). Corporate Governance and Firm Pperformance. University of Colorado, 57 p. Retrieved August 22, 2016 from http://www.econ .upf.edu/docs/seminars/ bhagat.pdf.
Bhagat, S., Bolton, B. (2008). Corporate Governance and firm Performance. Journal of Corporate Finance, Vol. 14, p. 257–273.
Brenes, E. R., Madrigal, K., Requena, B.
(2011). Corporate Governance and Family Business Performance. Journal of Business Research, Vol. 64, p. 280– 285.
Brown, L. D., Caylor, M. L. (2006).
Corporate Governance and Firm Valuation. Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 25, p. 409–430.
Callahan, W. T., Millar, J. A., Schulman, C.
(2003). An Analysis of the Effect of Management Participation in Director Selection on the Long-Term Performance of the Firm. Journal of
Corporate Finance, Vol. 9, No. 2, p.
169–181.
Carline, N. F., Linn, S. C., Yadav, P. K. (2009). Operating Performance Changes Associated with Corporate Mergers and the Role of Corporate Governance.
Journal of Banking & Finance, Vol. 33, p. 1829–1841.
Castaner, X., Kavadis, N. (2013). Does Good Governance Prevent Bad Strategy? A
Study of Corporate Governance, Financial Diversification, and Value Creation by French Corporations, 2000– 2006. Strategic Management Journal, Vol. 34, p. 863–876.
Chung, K. H., Wright, P., Kedia, B. B. (2003).
Corporate Governance & Market
Valuation of Capital & R & D Investment. Review of Financial Economics, Vol. 12, p. 161–172.
Civelek, M. E., Çemberci, M., Artar, O. K., Uca, N., (2015), Key Factors of
Sustainable Firm Performance : A Strategic Approach
Daines, R., Gow, I., Larcker, D. (2008).
Rating the Ratings: How Good are
Commercial Governance Ratings? Rock
Center for Corporate Governance at Stanford University, Stanford
University School of Law, Law &
Economics Research Paper Series No. 360. npublished working paper,
Stanford University, 74 p. Retrieved August 21, 2016 from http://law.stanford.edu/wp-
content/uploads/sites/default/files/event/ 265516/media/slspublic/Rating%20the %20Ratings_Daines_Gow_and_Larcker _0.pdf
Damian, M. I., (2015), Corporate Governance Quality On Specific Case Of Romanian Listed Companies, Vol. 3, No. 2, p40– 58, https://doi.org/10.1515/ijek-2015-
0015
Elbannan, Mona A., Elbannan, Mohamed, A.,
(2014), Corporate Governance and Accounting Performance: A Balanced Scorecard Approach, Accounting and Finance Research, Vol. 3, No. 2, p60-76
Giroud, X., Mueller, H. M. (2010). Does corporate governance matter in competitive industries? Journal of
Financial Economics, Vol. 95, p. 312– 331.
Grove, H., Patelli, L., Victoravich, L. M., Xu, P. (2011). Corporate Governance and Performance in the Wake of the
Financial Crisis: Evidence from U.S. Commercial Banks. Corporate Governance, Vol. 19, No. 5, p. 418–436
Gupta, K., Chandrasekhar, K., Tourani-Rad, A. (2013). Is corporate governance relevant during the financial crisis?Journal of International Financial
Markets, Institutions and Money, Vol.
23, p. 85–110.
Hadad, Muliaman D., (2016), Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.03/2016 tanggal 07 Desember 2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum, Jakarta
Hubbard, G., Beamish, P., (2011), Strategic Management : Thinking, Analysis,
Action, Frechs Fores, Newcastle : Pearson Australia
Hutchinson, M. (2002). An Analysis of the Association between Firms, Investment Opportunities, Board Composition, and Firm Performance. Asia Pacific Journal of Accounting and Economics, Vol. 9,
p. 17–39
Huygens, M., Baden-Fuller, C., Van Den Bosch, F. A. J., & Volberda, H. W., (2001), Co-Evolution
of Firm Capabilities and Industry Competition: Investigating the Music Industry, Organization Studies, Vol. 22, p971- 1011
Infobank, (2018), 115 Rating Bank 2018, Edisi Juli 2018, Jakarta
Kaplan, R. S., Norton, D. P., (1991), The Balanced Scorecard - Measures That
Drive Performance The Balanced Scorecard, Harward Business Review
Krivogorsky, V. (2006). Ownership, Board Structure, & Performance in Continental Europe. The International Journal of Accounting, Vol. 41, No. 7, p. 176–197.
Larcker, D., Richardson, S., Tuna, I. (2007). Corporate governance, accounting outcomes, and organizational performance, The Accounting Review, Vol. 82, p. 963–1008
Lin, C.-Y., Kuo, T.-H., (2007), The Mediate Effect Of Learning And Knowledge On Organizational Performance, Industrial Management & Data Systems
LPPI, (2018), Implementasi Good Corporate Governance (GCG) Industri Perbankan Nasional Tahun 2007 s.d. 2017,
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Jakarta
Maholtra, K. N., (2010), Marketing Reseach : An Applied Orientation Sixth Ed
Pearson Education (Sixth edit), Pearson Education
Mak, Y., Kusnadi, Y. (2005). Size Really Matters: Further Evidence on the Negative Relationship between Board Size and Firm Value. Pacific-Basin Finance Journal, Vol. 13, p. 301–318.
Marques, C. S., Ferreira, J., (2009), SME
Innovative Capacity, Competitive Advantage and Performance in A
“Traditional” Industrial Region of
Portugal, Journal of Technology Management and Innovation, https://doi.org/ 10.4067/S0718- 27242009000400005
Martinez-Simarro, D., Devece, C., & Llopis-
Albert, C., (2015), How Information Systems Strategy Moderates the
Relationship Between Business Strategy and Performance, Journal of Business Research, Vol. 68, No. 7, p1592–1594, https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2015.0 1.07
McGahan, A. M., & Porter, M. E., (1997),
How Much Does Industry Matter Really, Strategic Management Journal, Vol. 18, p15-30
Nicholson, G., Kiel, G. (2007). Can Directors Impact Performance? A case-based test of three theories of corporate governance. Corporate Governance, Vol. 15, No. 4, p. 585–608.
OJK, (2018), Laporan Publikasi Bank Umum Konvensional, Diakses 18 Juni 2018, https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbanka n/data-dan-statistik/laporan-keuangan- perbankan /default.aspx
Pucciarelli, F., Kaplan, A., (2016), Competition and Strategy in Higher Education: Managing Complexity and Uncertainty, Business Horizons
Regalli, M., (2012), Corporate Governance Quality and Cost of Equity in Financial
Companies, Vol. 3, No. 2, p2–16. https://doi.org/10.5430 / ijba.v3n2p2
Renders, A., Gaeremynck, A., Sercu, P. (2010). Corporate Governance and Performance: Controlling for Sample Selection Bias and Endogeneity. Corporate Governance, Vol. 18, No. 2, p. 87–106.
Sebahattin, Y., Ba, F., & Ta, İ., (2014), The Effect of Leadership and Innovativeness on Business Performance, Vol. 150, p785–793,
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.09 .064
Setiawan, Awan., Yulianto., Erwin, (2017), Information System Strategic Planning Using IT Balanced Scorecard In Ward
& Peppard Framework Model ,
International Journal of Engineering and Technology (IJET), Vol. 9, No. 3,
p1864-1872,
DOI: 10.21817/ijet/2017/v9i3/170903134
Shank, T., Hill, R., Stang, J. (2013). Do Investors Benefit from Good Corporate Governance? The International Journal of Business in Society, Vol. 13, No. 4,
p. 384–396.
Silverman, B., Nickerson, J., & Freeman, J.,
(1997), Profitability, Transactional Alignment, and Organizational
Mortality in the US Trucking Industry, Strategic Management Journal, Vol. 18,
p31-52
Sugiyono,
(2013), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta, Bandung
Sunday, O. (2008). Corporate governance and firm performance: The Case of Nigerian Listed firms. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, Vol. 14, p. 16–28.
Tampubolon, Nelson., (2017), SEOJK No. 13/SEOJK.03/2017 tanggal 17 Maret
2017 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum, Jakarta
Tan, J., & Litschert, R., (1994), Environment-
Strategy Relationship and Its Performance Implications : An
Empirical Study of the Chinese Electronics Industry, Strategic Management Journal, Vol. 15, p1-20 Tan, J., & Tan, D., (2005), Environment- Strategy Co-Evolution and Co- Alignment: A Staged Model of Chinese SOEs Under Transition, Strategic
Management Journal, Vol. 26, p141-157
Wernerfelt, (1984), A Resource-Based View of the Firm. Strategic Management Journal
Wheelen, Thomas L., Hunger, J David.,
(2008), Strategic Management & Business Policy, Pearson International
Edition, New Jersey
|
14b2bbf5-37f4-4d6b-b56a-14bb8a3c2bb0 | https://al-afkar.com/index.php/Afkar_Journal/article/download/301/178 | P-ISSN : 2614-4883; E-ISSN : 2614-4905 https://al-afkar.com/
## PENERAPAN METODE SCRAMBLE PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH RADHIATUL ADAWIYAH MAKASSAR
## St. Radyah Bintang A
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar E-mail: [email protected]
## Bahaking Rama
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar E-mail: [email protected]
## Musdalifah
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar E-mail: [email protected]
Received Revised Accepted 20 Maret 2022 14 April 2022 10 Mei 2022
## IMPLEMENTATION OF SCRAMBLE METHOD IN AKIDAH AKHLAK LEARNING AT CLASS III AT MADRASAH IBTIDAIYAH
## ABSTRACT
This study aims 1). to analyze the application of the scramble method, 2). to analyze the results of the application of the scramble method, 3). to analyze the inhibiting factors and their solutions in applying the scramble method to Akidah Akhlak learning. This research includes qualitative. Based on the results of the study, (1) The application of the Scramble method has been applied, by following five stages of learning, namely observing, asking, exploring, associating, and communicating, (2) The results of the application of the Scramble method have increased significantly. (3) The inhibiting factors in the scramble learning method are as follows: This learning is sometimes difficult to plan, because it collides with the habits of students in learning, Sometimes in implementing it, it takes a long time so that the teacher is difficult to adjust it to the allotted time, Game method This kind of thing usually makes a lot of noise.
Keywords: Secramble Method, Learning of Aqidah Akhlak, and Learning Achievement.
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan 1).untuk menganalisis penerapan metode scramble, 2).Menganalisis hasil penerapan metode scramble, 3).Menganalisis faktor – faktor penghambat dan solusinya dalam menerapkan metode scramble pada pembelajaran Akidah Akhlak. Penelitian ini termasuk kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa (1) Penerapan metode Scramble sudah diterapkan,dengan mengikuti lima tahapan pembelajaran, yakni mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan, (2) Hasil penerapan metode Scramble mengalami peningkatan yang signifikan. (3) Faktor penghambat pada metode pembelajaran scramble, sebagai berikut: Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar, Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, Metode permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh.
Kata Kunci : Metode Scramble, Pembelajaran Akidah Akhlak, dan Prestasi Belajar.
## PENDAHULUAN
Pendidikan Akidah Akhlak adalah pembelajaran akidah akhlak. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan peserta didik yang saling bertukar informasi atau dengan kata lain merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pendidikan dapat membantu peserta didik dalam menunjukkan bakat-bakat dalam dirinya. Bakat tersebut merupakan panutan untuk menjadikan manusia yang lebih terarah kedepannya. Tugas seorang tenaga pendidik menuntun agar sampai pada tujuan dengan benar dan tepat. Sehingga masing-masing dari peserta didik menemukan jati diri yang sesungguhnya terkait diri mereka yang sebenarnya. Pendidikan merupakan hal utama yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada suatu negara. Jika kualitas pendidikan semakin terdepan maka masyarakatnya akan semakin pandai, begitupun dengan negaranya maka akan semakin maju.
Nyatanya saat ini pendidikan di negara-negara luar lebih berkembang dibandingkan di Indonesia karena adanya fasilitas dan pemanfaatan teknologi yang mendukung proses pembelajaran. Pendidikan juga memegang suatu tujuan yaitu untuk membentuk karakter peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, pendidikan dapat mengangkat harkat dan martabat seseorang dimata manusia yang lainnya, juga dilibatkan adanya sifat keyakinan dan ketaatan pada diri sehingga dapat juga berarti dihadapan Allah swt.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Maka ini adalah kewajiban setiap muslim dengan kewajiban ini, seseorang tidak boleh
https://al-fkar.com/
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
salah niat. Pendidikan salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia terutama pendidikan Akidah Akhlak. Pendidikan Akidah Akhlak adalah pembelajaran akidah akhlak. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan peserta didik yang saling bertukar informasi atau dengan kata lain merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai anggota masyarakat dan bangsa.
Sebab, jatuh bangunnya suatu bangsa dan masyarakat bergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, akan sejahtera lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk, rusaklah lahir batinnya. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Disamping itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Pendidikan guru strategis karena guru yang memiliki atau memilih bahan pelajaran yang akan dikeluarkan kepada peserta didik. Kualitas guru sangat menentukan hasil belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Kualitas pendidikan hanya bisa dijawab oleh kualitas guru. Guru yang profesional, guru yang berkualitas ialah jaminannya.
Tanpa perbaikan kualitas guru, kualitas pendidikan akan tetap jauh dan tidak memadai. Salah satu faktor yang langsung mempengaruhi efesiensi dan efektifitas proses belajar mengajar yaitu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, disamping dengan penguasaan materi pengajaran. Oleh karena itu, guru adalah subjek pembelajar peserta didik dan memiliki peranan penting dalam acara pembelajaran salah satunya yaitu melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik, bahan ajar, dan kondisi sekolah setempat. Penyesuaian tersebut dilakukan untuk peningkatan mutu belajar. Efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
Berdasarkan hasil observasi awal pada jam istirahat by phone yang dilakukan di kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar ditemukan permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Akidah Akhalak, yaitu metode mengajar yang digunakan kurang bervariasi. Proses belajar mengajar masih banyak didominasi oleh guru karena dalam penyampaian materi ini, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik cenderung pasif di kelas. Peserta didik juga hanya sebagai pendengar dan pencatat. Melihat keadaan tersebut maka guru yang bersangkutan mencoba menggunakan metode scramble agar peserta didik antusias dalam menerima materi pelajaran, namun penggunaannya belum maksimal dikarenakan guru tidak terus menerus menggunakan metode tersebut. Metode
https://al-fkar.com/
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
ceramah memang menguntungkan bagi guru karena semua materi yang banyak bisa tersampaikan secara cepat dan hemat waktu, tetapi dari pihak anak menjadi kurang menguasai materi dan peserta didik cenderung bosan dengan metode seperti itu. Akibatnya adalah prestasi mereka kurang bisa ditingkatkan. Sebenarnya metode ceramah memang selalu dibutuhkan untuk penyampaian materi, tetapi sebaiknya metode ceramah tidak digunakan untuk menyampaikan keseluruhan materi. Jadi harus dikolaborasikan dengan metode-metode yang lain.
Pendidik adalah pekerjaan profesi, secara holistik adalah berada pada tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Karena pendidik dalam melaksanakan pendidikan tugas profesionalnya memliliki otonomi yang kuat. Secara profesional pendidik mempunyai tugas dan peran terdepan yang banyak terkait dengan kedinasan dalm lingkungan sekolah yakni dalam mengajar dan membimbing peserta didik, memberikan penilaian hasil belajar, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan serta kegiatan lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Tugas utama pendidik adalah sebagai pendidik sebagaimana telah ditetapkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengajar.
Secara singkat mengajar adalah kegiatan menyampaikan pengetahuan dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam pengetahuan tersebut kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran, tugas pertama yang harus dilakukan pendidik adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kompenen yang terpenting dalam penyusunan RPP adalah kompetensi (SKKD) tujuan pembelajaran, materi, metode, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan evaluasi. Seorang guru harus memiliki metode agar peserta didik dapat belajar efektif dan efisien untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki metode itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian yaitu metode mengajar. Untuk pengembangan variasi pembelajaran, seorang guru tidak asal dalam pemilihan metode pembelajaran. Metode yang digunakan harus tepat untuk penyampaian materi, karena metode mempunyai peran yang besar dalam proses belajar mengajar. Selain itu, tujuan pembelajaran juga akan tercapai dengan penggunaan metode yang tepat.
Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk membantu perkembangan peserta didik dan mengamati segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas. Tugas lain yang dihadapi oleh guru adalah menentukan prestasi yang diharapkan dari peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara operasional.
Peningkatan prestasi belajar peserta didik dibutuhkan suatu variasi metode pembelajaran supaya bisa menarik perhatian peserta didik. Salah satu metode pembelajaran yang bisa diterapkan adalah metode Scramble. Metode pembelajaran Scramble merupakan cara belajar yang tidak membosankan dan juga menyenangkan apabila diterapkan di dalam kelas sehingga peserta didik tidak merasa tegang dan jenuh apabila belajar di kelas. Penerapan metode ini susah-susah gampang. Apabila pendidik memahami metode ini dan peserta didik dapat mengikutinya
https://al-fkar.com/
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
dengan baik maka metode ini mudah untuk diterapkan, begitu juga sebaliknya apabila pendidik kurang memahami metode ini dan peserta didik tidak dapat mengikutinya dengan baik maka metode ini sulit untuk diterapkan
Peserta didik dapat belajar sekaligus bisa bermain dengan teman kelompoknya dengan metode scramble ini. Hal pertama yang harus dilakukan pendidik adalah pendidik menjelaskan pelajaran sesuai topik, setelah itu pendidik menyuruh peserta didik untuk mendengarkan dan memperhatikan dengan baik materi yang disampaikan karena setelah itu pendidik akan membentuk kelompok dan memberikan soal dan jawaban yang diacak susunan kalimatnya. Tugas peserta didik adalah mencocokkan soal dan jawaban yang diacak sehingga memperoleh sebuah jawaban yang benar dan sesuai dengan soal.
Adapun penelitian sebelumnya yang menjadi salah satu referensi peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble oleh Adi Rosadi dan Santi Lisnawati prodi Pendidikan Agama Islam Penelitian ini mengacu pada siklus I melalui model pembelajaran kooperatif tipe scramble diperoleh data berupa rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak yakni sebesar 73. Melalui perhitungan hasil belajar ini diperoleh pula persentase ketuntasan belajar (KKM) yakni sebanyak 14 siswa (56%) dinyatakan tuntas, sedangkan siswa yang belum tuntas ada 11 siswa (44%) yang mana mereka belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 70. Melalui data ini juga diperoleh kategori nilai terendah yakni sebesar 53, sedangkan nilai tertinggi sebesar 93.Sementara itu, hasil penelitian pada siklus II melalui model pembelajaran kooperatif tipe scramble diperoleh data berupa rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak yakni sebesar 84. Melalui perhitungan hasil belajar ini diperoleh pula persentase ketuntasan belajar (KKM) yakni sebanyak 21 siswa (84%), sedangkan siswa yang belum tuntas ada 4 siswa (16%) yang mana mereka belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 70. Melalui data ini juga diperoleh kategori nilai terendah yakni sebesar 60, sedangkan nilai tertinggi sebesar 100
## METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan analisis kualitatif di mana prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis penerapan metode scramble, menganalisis hasil penerapan metode scramble menganalisis faktor – faktor penghambat dan solusinya dalam menerapkan metode scramble pada pembelajaran Akidah Akhlak. Pendekatan penelitian adalah 1.Pendekatan Metodologis, pendekatan fenomenologi (apa yang dilihat, dan apa yang diamati),2.Pendekatan Keilmuan, Pendekatan psikologis digunakan untuk mengetahui sevara faktual mengenai karakteristik perilaku masyarakat yang secara empirik didapat dari kegiatan observasi, baik kegiatan secara langsung maupun tidak langsung
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
## Metode Pengumpulan Data
Perlu diketahui bahwa metode pengumpulan data adalah langkah atau cara yang strategis di dalam melakukan penelitian, karena dalam melakukan penelitian tujuannya yaitu mengumpulkan data. Tanpa metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mengetahui serta memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data, yaitu :
a. Observasi penelitian digunakan sebagai alat penelitian dengan tujuan mengukur tingkah laku individu, dan mendapatkan data mengenai penerapan metode Scramble dalam pembelajaran akidah akhlak kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar
b. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dengan melakukan tanya- jawab terhadap guru akidah akhlak kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar mengenai metode yang digunakan dalam proses pembelajaran akidah akhlak serta antusias peserta didik dalam belajar.
c. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah mendapatkan data dan informasi dari dokumen-dokumen serta arsip sekolah sebagai pelengkap data yang diperlukan.
## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
## Penerapan pembelajaran Akidah Akhlak dengan Metode Scramble kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar
Adapun data hasil penelitian ini didapatkan dengan mengobservasi penerapan metode Scramble kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar pada sistem luring (luar jaringan). Adapun gambaran lebih spesifiknya, sebagai berikut:
Pertama, Mengamati Peserta didik menyimak materi beriman kepada malaikat yang disampaikan guru dan mengamati video melalui media LCD. Dalam kegiatan mengamati, guru sebagai pendidik tidak hanya memberikan intruksi untuk mengamati apa yang ada di dalam video, tetapi setelahnya akan memberikan penjelasan mengenai apa yang belum dipahami oleh peserta didik.
Kedua, Menanya Dari kegiatan ini nampak bahwa guru memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertanya mengenai apa saja yang sudah dilihat, didengar, dibaca, ataupun disimak. Kemudian guru juga nampak membimbing peserta didik untuk bisa bertanya di mana pertanyaan tersebut berdasarkan hasil observasi atau pengamatan objek konkret dan abstrak, baik yang berkaitan dengan fakta, konsep, maupun prosedur. Paling penting guru membimbing peserta didk untuk bertanya dengan menggunakan bahasa yang baku.
Ketiga, Mengesplorasi Kegiatan mengeksplorasi yang dilakukan oleh Guru Akidah Akhlak sesuai dengan yang tertera di RPP yakni kegiatan mengeksplorasi dilakukan membaca dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang sesuai dengan materi beriman kepada malaikat (pengertian beriman kepada malaikat dan tugas-tugasnya)
Keempat, Mengasosiasi Guru mulai membagikan kartu soal,Peserta didik dalam kelompok masing-masing mulai mengerjakan dan mencari kartu soal dan lembar jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian
https://al-fkar.com/
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
rupa,Peserta didik diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah disediakan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kelima, Mengkomunikasikan Setelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan jumlah lima orang perkelompoknya, peserta didik menarik kesimpulan dan mempersentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas Kelompok lain menanggapi hasil presentasi dengan bertanya, menyanggah, ataupun menambahkan dari hasil presentasi.
## Hasil penerapan metode scramble pada pembelajaran Akidah Akhlak kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar.
Adapun gambaran penerapan metode Scramble disesuaikan dengan lima tahapan, yang dilakukan dengan wawancara terhadap guru akidah akhlak, yakni 1. Mengamati Secara spesifik penerapan metode Scramble melalui kegiatan mengamati pada pembelajaran akidah akhlak adalah sebagai berikut : a. Pendidik mengarahkan peserta didik untuk mengamati sebuah video yang berhubungan dengan materi pelajaran , yakni : beriman kepada malaikat b. Pendidik memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk bisa membuat pertanyaan terkait gambar yang sudah dinonton dan dihubungkan dengan materi pelajaran;c. Pendidik membimbing peserta didik mengumpulkan pertanyaan sebaik mungkin menggunakan kalimat yang baik dan diajukan pada kegiatan menanya.
2. Menanya Adapun implikasi penerapan metode Scramble oleh guru akidah akhlak kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar adalah sebagai berikut:a. Pendidik mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik b. Pendidik meminta serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dengan menggunakan kata tanya atau 5W+1H; dan c. Pendidik menuliskan pertanyaan di papan tulis terkait hal-hal yang tidak dimengerti setelah mengamati sebuah video yang sebelumnya juga dihubungkan dengan materi setelah membaca buku paket akidah akhlak kelas III.
3. Mengeksplorasi Adapun beberapa poin secara spesifik yang menggambarkan penerapan metode Scramble melalui kegiatan mengeksplorasi adalah sebagai berikut: a. Peserta didik diberikan kesempatan untuk membaca buku akidah akhlak kelas III yang sebelumnya sudah dibagikan; b. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari pendidik terkait dengan materi yang dipelajari.
4. Mengasosiasi. Pada kegiatan mengasosiasi yang dilakukan peserta didik kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar, yakni :a. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan masing-masing kelompok; dan b. Peserta didik dalam kelompok masing-masing mulai mengerjakan dan mencari kartu soal dan lembar jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa c. Peserta didik diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah disediakan dalam waktu yang telah ditentukan
5. Mengkomunikasikan. Pada kegiatan mengkomunikasikan yang dilakukan peserta didik kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar, yakni : a. Setelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan jumlah lima orang perkelompoknya, peserta didik menarik kesimpulan dan mempersentasikan hasil kerja kelompoknya didepan
https://al-fkar.com/
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
kelas. b. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi dengan bertanya, menyanggah, ataupun menambahkan dari hasil presentasi.
Faktor – faktor penghambat dan solusinya dalam penerapan metode scramble pada pembelajaran Akidah Akhlak kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar Adapun faktor-faktor penghambat pada metode pembelajaran scramble, sebagai berikut: Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar, Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di implementasikann oleh guru, Metode permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan. Adapun solusi dari faktor penghambat pada metode scramble yaitu: Guru mengumumkan pembentukan kelompok belajar dan penataan ruang kelas pada pertemuan sebelumnya, sehingga tiba saat pertemuan, peserta didik sudah mengetahui posisi mereka masing-masing sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan metode Scramble ini dapat dilaksanakan., Guru memberikan pengarahan tentang tujuan dari metode ini, sehingga tidak menimbulkan kompetisi yang kurang sehat diantara peserta didik., Memberitahukan kepada peserta didik untuk tetap tertib dan tenang, agar tidak mengganggu proses belajar pada kelas sebelah, Guru memberi motivasi kepada peserta didik agar selalu bersemangat dalam belajar
## SIMPULAN
1. Penerapan metode Scramble pada pembelajaran akidah akhlak kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar sudah diterapkan,dengan mengikuti lima tahapan pembelajaran, yakni mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Pada setiap kegiatannya peserta didik nampak aktif dalam pembelajaran
2. Hasil Penerapan metode Scramble mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil belajar peserta didik saat sebelum penerapan metode Scramble terdapat 8 orang yang tidak tuntas, setelah metode Scramble diterapkan terdapat 3 orang peserta didik yang tidak tuntas KKM. Oleh karena itu metode Scramble mengajak peserta didik untuk aktif di kelas. Dalam pembelajaran aktif peserta didik dituntut untuk mengeksplorasi pikiran dan pengetahuannya dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama. Sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar dan memahami materi akidah akhlak.
3. Adapun faktor-faktor penghambat pada metode pembelajaran scramble, sebagai berikut: Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar, Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di implementasikann oleh guru, Metode
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan. Adapun solusi dari faktor penghambat pada metode scramble yaitu: Guru mengumumkan pembentukan kelompok belajar dan penataan ruang kelas pada pertemuan sebelumnya, sehingga tiba saat pertemuan, peserta didik sudah mengetahui posisi mereka masing-masing sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan metode Scramble ini dapat dilaksanakan., Guru memberikan pengarahan tentang tujuan dari metode ini, sehingga tidak menimbulkan kompetisi yang kurang sehat diantara peserta didik., Memberitahukan kepada peserta didik untuk tetap tertib dan tenang, agar tidak mengganggu proses belajar pada kelas sebelah, Guru memberi motivasi kepada peserta didik agar selalu bersemangat dalam belajar
## KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004
A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet. X; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Anwar, Rosihon. Akidah Akhlak. Cet.I; Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Ananda, Rusydi. Inovasi Pendidikan Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi
Pendidikan. Medan: CV Widya Puspita, 2017.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta, 1991.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. cet. V; Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Aulia, Syafira. Peserta Didik Kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar. Wawancara 12 Januari 2022.
Astuty, Nurul Yensy, dan Della Maulidiya, “Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 13 KOTA BENGKULU”, Model Pembelajaran Scramble 3, no 2 (2019)
Azisah, Siti. Guru dan Pengembangan Kurikulum Berkarakter (Implementasi pada tingkat satuan penididkan). Cet.1; Makassar: Alauddin University Press, 2014.
Bahri, Syaisul Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. _______. Psikologi Belajar. Jakarta; Rineka Cipta, 2002.
Bahri, Syaiful Djamarah dan Azwan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Bungin, Burhan. Analisis Data Kualitatif. Cet. VII; Jakarta: Rajawali Pers, 2010. _______.Metodologi Peneltian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Departemen Agama Republik Indonesia, GBPP Madrasah Tsanawiyah Bidang Study Aqidah Akhlak. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1994.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi. IV. Cet. I; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Dinah, dkk., “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”, Scramble 2, no 2 (2019)
https://al-fkar.com/
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Cet. II; Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002.
Djazuli. Akhlak Dasar Islam. Malang: Tunggal Murni, 2007.
Emilia. Peserta Didik Kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar, Wawancara 12
Januari 2022
Getteng, Rahman. Menuju Guru Profesional dan Beretika. Cet. I; Makassar:
Alauddin University Press, 2012.
Hadriati. Kepala Madrasah. Wawancara oleh Penulis di Mkassar Tanggal 12 Januari
2022.
Hamalik, Oemar. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung :Sinar Baru Algesindio, 2009.
Hartono. Strategi Pembelajaran. Pekanbaru : LSFK2P, 2007.
Hasan, Iqbal. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Istrani. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada, 2012. Jauhari, Heri Muchtar. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Raja Rosdakarya, 2008.
J Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,
2000
Kementrian Agama RI. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013 Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
Khaeruddin, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan Implementasinya di Madrasah. (Jakarta: Pilar Media, 2007.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Marlina, Reni, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca melalui Metode Scramble pada Peserta Didik Kelas I SD Negeri 002 Benteng Kecamatan Sungai Batang”, Kemampuan Membaca, Metode Scramble 6, no 2 (2017)
Miftahul, Huda. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Cet. II; Malang: Pustaka Pelajar, 2011.
Mifthul, Siti Ummah, dkk. Inovasi Pembelajaran Aqidah Akhlaq Menggunakan Metode Scramble. Cet I; Jawa Timur: UMSIDA Press, 2018.
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
_______ Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana Wardana Media, 2008. Mohammad Uzer, Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya 2010.
Muflihah, Ani dan Khanif Maksum, “Penerapan Metode Scramble untuk Menimgkatkan Prestasi Belajar SKI Kelas V MI Al-Iman Sorogenen”, Penerapan Metode Scramble 4, no. 1 (2015)
Nhu-Huang Ha, “The Impact of Personal Knowlede Management on Learning Outcome” International Journal Of Learning and Teaching.Vol.3, No. 2. (2017)
Nurmardiani. Guru Akidah Akhlak kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar. Wawancara, 12 Januari 2022. .
Partanto, Pius A. Kamus Ilmiyah Populer. Cet. I; Surabaya: Arkola, 2001.
https://al-fkar.com/
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
Prawira Hie, Bayu, Revolusi Sistem Pendidikan Nasional dengan Metode e-Learning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014.
Qamariah, Nurul, dkk., “Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”, Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram 4, no 1 (2016)
Rosadi, Adi dan Santi Lisnawati, “Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble”, Peningkatan Hasil Belajar 8, no 1 (2020): h. 316.
Salmah. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Scramble Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Topik Mengenal Malaikat dan Tugas-Tugasnya”. Kewarganegaraan dan Sosial 2, no. 1 (2018)
Saat, Sulaiman dan Sitti Mania. Pengantar Metodologi Penelitian Panduan Bagi Peneliti Pemula. Gowa: Pustaka Almaida, 2019.
Saekan, Muhamad. Metodologi Penelitian Kualitatif. Kudus: Nora Media Enterprise, 2010
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2005.
____________. Kemampuan Profesional Pendidik dan Tenaga Kependidikan Cet.II; CV. Alfabeta: Bandung, 2009.
Salma, Dewi Prawiradilaga, Prinsip-Prinsip Disain Pembelajaran (Instructional Design Principles ). Cet. Ke 4; Jakarta: Kencana dan UNJ, 2012.
Saridewi, Putri dan Kusmariyatni, “Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD No. 3 Legian”, Model Scramble 1, no 3 (2017)
Sari, Detia, dkk., “Implementasi Model Pembelajaran Scramble dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Negara Berkembang dan Negara Maju di Kelas IX A”, Ilmiah Ilmu Pendidikan 8, no 2 (2017).
Saskia. Peserta Didik Kelas III MI Radhiatul Adawiyah Makassar, Wawancara 12 Januari 2022
Silberman,Mel. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Terjem. Oleh Sarjuli, dkk, Cet. III; Yogyakarta: Yappendis, 2005
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cet. XIII; Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Sugiyono. Mehamahi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2011.. Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 13. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 1995. .
________. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. _____________. Psikologi Pendidikan. Cet. XVI: Remaja Rosdakarya: Bandung, 2010
https://al-fkar.com/
## St. Radyah Bintang A et all
Penerapan Metode Scramble.......
Syihab, A. Akidah Ahlus Sunnah. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004. Trianto. Panduan Lengkap Penelitian dan Tindakan Kelas. Surabaya: Prestasi Pustaka raya, 2010.
Tirtarahardja Dan Sulo, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2012 yuyun Alfiatul, Rosdianah. “Implementasi Pembelajaran Aqidah akhlak dalam penanaman akidah siswa MTs Mambaul Ulum Tirtomoyo Pakis Malang.”Thesis (Malang: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, 2015)
Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Zuchdan Sumira, Dika, dkk. “Pengaruh Metode Scramble dan Minat Baca terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Sekolah Dasar”, Pendidikan Dasar 2, no 1 (2018)
|
1c4e5da8-6268-43f7-b853-86ff60056c89 | http://journal.umuslim.ac.id/index.php/jipsbp/article/download/2001/1719 |
## Arwana Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan
Pengaruh penambahan multivitamin vitaliquid dan tepung daun singkong pada pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila salin ( Oreochromis niloticus )
[Effect of vitaliquid multivitamin addition and cassava leaf flour to feed on the growth and survival of saline tilapia fry ( Oreochromis niloticus )]
Inge Eka Nur Wahyu 1* , Nuhman 1
1 Program Studi Perikanan, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Universitas Hang Tuah, Jl. Arief Rahman Hakim No.150, Surabaya, Indonesia
ABSTRACT ú Saline tilapia (Oreochromis niloticus) is a fish that is relatively easy to maintain in fresh or brackish water conditions. Adding cassava leaf meal and multivitamin vitaliquid to the feed can increase the high appetite of fish and accelerate the growth of saline tilapia. This research was implemented to find the effectiveness of multivitamin vitaliquid on the growth and survival rate of saline tilapia (Oreochromis niloticus). The rule used is an experiment with a Completely Randomized Design (CRD), four treatments and six replications. Data showed that the largest absolute weight growth was achieved by P4 of 4.98 ± 3.14 grams, while the smallest result was at P1 which was 2.78 ± 0.21 grams. The greatest absolute length growth was achieved at P3 resulting in a length of 2.3 ± 0.86 cm, while the smallest result was at P1 which was 1.3 ± 0.41. The highest specific growth rate was achieved at P3 11.35 ± 0.57%, while the lowest was at P2 of 9.53 ± 1.58%. The highest survival rate of saline tilapia was found in P1 at 95%, while the lowest was found in P3 and P4 which had no different results, 81.7%. The effectiveness of multivitamin vitaliquid in commercial feed given cassava leaf flour in terms of absolute weight growth, absolute length growth, specific growth rate and survival of saline tilapia fry is very effective compared to just being given pellet feed.
Key words ú Saline tilapia, fish growth, survival rate, vitamins, leaf meal
ABSTRAK ú Ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) ialah ikan yang terbilang mudah untuk dipelihara pada kondisi air tawar ataupun air payau. Penambahan tepung daun singkong dan multivitamin vitaliquid pada pakan dapat meningkatkan hasrat makan ikan tinggi dan memacu perkembangan pertumbuhan ikan nila salin. Pelaksanaan penelitian ini untuk mencari efektivitas multivitamin vitaliquid terhadap pertumbuhan dan Survival Rate ikan nila salin ( Oreochromis niloticus). Kaidah yang dipergunakan yaitu dengan menggunakan eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL), 4 perlakuan dan 6 ulangan. Data selama di lapangan menghasilkan bahwa pada pertumbuhan berat mutlak tertinggi dicapai oleh P4 sebesar 4,98 ± 3,14 gram, sedangkan hasil terendah pada P1 yaitu 2,78 ± 0,21 gram. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi dicapai pada P3 menghasilkan panjang 2,3 ± 0,86 cm, sedangkan hasil terkecil pada P1 yaitu 1,3 ± 0,41. Laju pertumbuhan spesifik terbesar dicapai P3 sebesar 11,35 ± 0,57%, sedangkan terendah terdapat pada P2 sebesar 9,53 ± 1,58 %. Survival Rate ikan nila salin yang tertinggi terdapat pada P1 sebesar 95%, sedangkan yang terendah terdapat pada P3 dan P4 yang memiliki hasil tidak berbeda yaitu 81,7%. Efektivitas multivitamin vitaliquid pada pakan komersial yang diberikan tepung daun singkong dalam hal pertumbuhan berat mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup benih ikan nila salin sangat efektif daripada hanya diberikan pakan pelet saja.
Kata kunci ú Nila salin, pertumbuhan ikan, survival rate, vitamin, tepung daun
Received ú 8 Juni 2023, Accepted ú 21 Oktober 2023, Published ú 8 November 2023. *Koresponden ú Inge Eka Nur Wahyu, Program Studi Perikanan Fakultas Teknik Dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya, Email: [email protected]. Kutipan ú Wahyu, I. E. K., Nuhman, N. (2023). Pengaruh Penambahan Multivitamin Vitaliquid pada Pakan yang Diberikan Tepung Daun Singkong terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus). Arwana: Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan, 5(2), 146-156. p-ISSN (Media Cetak) ú 2657-0254 e-ISSN (Media Online) ú 2797-3530
© 2023 Oleh authors. Arwana: Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan . Artikel ini bersifat open access yang didistribusikan di bawah syarat dan ketentuan Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License .
## PENDAHULUAN
Ikan nila ( Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang populer di khalayak umum karena
memiliki nilai jual yang ekonomis serta memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Ikan nila adalah ikan budidaya yang bisa diterapkan pada
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/jipsbp
kondisi perairan yang beragam karena mampu menyesuaikan diri pada perairan tawar ataupun payau (Hadi, 2009) . Ikan nila salin adalah jenis nila unggul yang sebelumnya hanya bisa hidup pada air tawar ke air payau. Komoditas ikan nila salin sekitar 4 tahun lalu mampu meningkatkan perekonomian masyarakat terkhususnya pembudidaya.
Perkembangan budidaya ikan nila tidak ada kesulitan karena ikan nila adalah ikan yang tidak banyak kesulitan untuk pelihara, perkembangan ikan nila salin lebih cepat dibandingkan dengan ikan lainnya, biaya produksi yang minim, risiko terserang berbagai masalah kesehatan pada ikan nila sangat minim. Pemeliharaan ikan nila bisa dijalankan dengan metode polikultur. Pembudidaya dengan menjalankan sistem polikultur menghasilkan untung yang besar tanpa mengelurkan lahan yang luas.
Ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang memanfaatkan sifat euryhaline sehingga dapat dipelihara pada salinitas 20 ppt. Dahril (2017) menyampaikan bahwa ikan nila salin dapat berkembang dengan baik pada salinitas diatas 20 ppt. Dari hasil observasi pekembangan harian ikan nila salin terbaik pada air berkadar garam 20 ppt (Aliyas, 2016) . Ikan nila memiliki kelebihan dimana pertumbuhan lebih cepat, dapat beradaptasi dengan baik dan tidak ada kesulitan saat dipelihara dibandingkan dengan jenis ikan lainnya (Masturi, 2009) .
Pabrikasi ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) di Indonesia pada tahun 2012 menyentuh hasil produksi 947.000 ton dan dapat dilihat akan mengalami peningkatan sekitar 15.000.000 ton pada tahun 2030 (Phillips, 2016) . Kendala yang biasa dialami para pembudidaya ikan nila salin adalah efisiensi pemanfaatan pakan yang tidak maksimal dari pakan komersil. Sumber energi utama pada ikan yaitu protein dibandingkan karbohidrat. Kadar protein dalam pakan pada setiap ikan tidak sama dan umumnya berkisar antara 20% - 60% (Handajani, 2014) .
Pakan adalah hal utama yang berguna menambah pertumbuhan organisme sehingga sangat dibutuhkan pemilihan mutu pakan yang dikonsumsi ikan nila salin. Secara umum terdapat 2 jenis pakan ikan yaitu pakan alami dan pakan komersial. Proses produksi pakan komersial lebih baik karena dapat disesuaikan dalam hal nutrisi ikan, keunggulan bahan produksi, serta minim biaya pembuatan (Niode, 2017) . Kesiapan pakan sangat erat hubungannya dengan
kelulushidupan dan perkembangan ikan yang dipelihara. Dalam kegiatan pembesaran, pakan merupakan unsur tertinggi di pembudidayaan antara 60-70% dari pengeluaran produksi. Mahalnya pakan dikarenakan besarnya nilai beli bahan baku pakan karena 80% ransum di beli dari luar negeri. Maka perlu untuk mengupayakan stock bahan pakan dalam keadaan cukup, hal lainnya yaitu adanya pakan dan bahan pakan yang mengandung energi dan nutrien essensial yang berguna meningkatkan pertumbuhan, perkembang biakan serta kekebalan serangan penyakit (Prabu, 2017) .
Senyawa kompleks yang dibutuhkan tubuh yaitu vitamin dalam pakan hanya berjumlah 1-4%. Vitamin yang biasa diberikan oleh para petani yaitu mulivitamin vitaliquid, dikarenakan vitaliquid diperlukan untuk menambah nutrisi pada pakan komersial sehingga ikan nila yang dipeliharan lebih cepat laju pertumbuhan dan Survival rate daripada tanpa tambahan multivitamin vitaliquid.
Sebagai upaya memenuhi tingginya permintaan masyarakat maka dilakukan pembudidayaan ikan nila. Resiko biologis terutama yang disebabkan oleh adanya gangguan penyakit selalu terjadi pada kegiatan budidaya yang dapat menyebabkan menurunnya tingkat produksi ikan. Kegiatan budidaya harus memperhatikan beberapa hal seperti karakteristik air yang mengalami penurunan diakibatkan kondisi lingkungan, tingkat pengetahuan dan keterampilan pembudidayaan ikan yang masih rendah, dan juga pengelolaan pakan yang kurang efektif. Sehubungan dengan penyediaan pakan, komposisi ransum dan kandungan nutrisi pada pakan ikan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan. Artinya semakin tercukupi kebutuhan nutrisi pakan maka tingkat produksi ikan semakin tinggi dan besar keuntungan yang dicapai.
Sumber daya hayati yang berpotensi sebagai bahan baku pakan ikan adalah daun singkong. Daun ini memiliki nutrisi yang baik yaitu bahan kering 23,36%, protein kasar 29%, serat kasar 19,06%, lemak 9,41%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 34,08%, abu 8,83%. Kandungan nutrisi daun singkong ini setara dengan bahan baku alternatif sumber protein lainnya seperti DDGS ( Dried Distillers Grains with Solubles hasil produksi ethanol), tepung daun lamtoro dan lainnya (Nurulaisyah, 2021) .
Vitaliquid merupakan suplemen multivitamin yang mengandung komposisi penting yang berpengaruh dalam pertumbuhan ikan antara lain vitamin A
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/jipsbp
500.000 IU, vitamin D3 100.000 IU, vitamin K3 1.000 mg, vitamin E 1.500 mg, vitamin B1 3.000 mg, vitamin B2 2.000 mg, vitamin B6 3.000 mg, vitamin B12 1.500 mcg, vitamin C 5.000 mg, Ca Panthothenate 2.000 mg, folic acid 1.500 mg, biotin 2.000 mcg, inositol 1.000 mg, nicotinamide 10.000 mg, choline chloride 10.000 mg, L-Lysine 5.000 mg, DL- Methionine 5.000 mg, Excepient add 1 Liter. Multivitamin dapat menambah nafsu makan dan memacu pertumbuhan ikan, mengurangi stress karena cuaca yang tidak menentu, meminimalisir penyakit karena pergantian air, menambah kualitas pakan, mempertinggi kelangsungan hidup, merangsang pertumbuhan optimal, mempertinggi metabolisme, meningkatkan daya tahan pada ikan, mengurangi pembelian pakan (FCR rendah), menghemat biaya operasional dan pemeliharaan yang cepat. Pakan ikan yang ditambah vitaliquid secara esensis mengalami kenaikan atau peningkatan kandungan molekul dan protein serta unsur-unsur calsium lainya.
Pakan yang diberikan tepung daun singkong dan multivitamin vitaliquid dapat meingkatkan nafsu makan dan memacu pertumbuhan ikan nila, penelitian mengenai hal tersebut masih belum dilaksanakan. Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan tepung daun singkong dan multivitamin vitaliquid sebagai bahan pakan ikan nila salin ( Oreochromis niloticus).
## BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan saat bulan Desember 2022 hingga Januari 2023. Kaidah penelitian ini adalah menggunakan cara eksperimental. Prosedur penelitian ini melingkupi persiapan aquarium, peletakan benih, pemberian pakan, pengukuran kualitas air, penyiponan 2 kali seminggu, dan sampling seminggu sekali. Perlakuan penelitian ini adalah perlakuan 1 pakan pelet dan tepung daun singkong 500 g (kontrol), perlakuan 2 pakan pelet dan tepung daun singkong 500 g + multivitamin vitaliquid 5 ml, perlakuan 3 pakan pelet dan tepung daun singkong 500 g + multivitamin vitaliquid 10 ml, perlakuan 4 pakan pelet dan tepung daun singkong 500 g + multivitamin vitaliquid 15 ml. Penambahan multivitamin vitaliquid terhadap pakan komersial
ditambah campuran tepung daun singkong ditunggu sampai kering kemudian diberikan terhadap benih ikan nila salin dan diisi 10 ekor/20 L benih ikan nila salin setiap aquarium (Riana, 2021) . Analisa statistik penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), 4 perlakuan dan 6 ulangan. Data yang di dapat dari penelitian dipaparkan dalam hasil tabel dan histogram dilanjut menggunakan uji Kruskal-Wallis, uji Anova dan uji Duncan.
## HASIL
Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Nila Salin ( Oreochromis Niloticus )
Hasil pertumbuhan berat mutlak ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 1. Berat mutlak ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) terbaik selama penelitian 35 hari terdapat pada perlakuan P4 (4,98 ± 3,14 gram), kemudian diikuti perlakuan P3 (4,88 ± 2,93 gram) dan P2 (3,76 ± 1,22 gram), sedangkan perlakuan paling kecil yaitu perlakuan P1 (2,78 ± 0,21 gram). Hasil pertumbuhan ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) menurut Tabel 1 di simpulkan bahwasannya P4 (4,98 ± 3,14 gram) menghasilkan pertumbuhan berat mutlak tertinggi daripada perlakuan lainnya, yaitu P3 (4,78 ± 2,25 gram), P2 (3,76 ± 1,22 gram) dan yang terendah yaitu P1 (2,78 ± 0,21 gram). Berdasarkan dari hasil Kruskal Wallis pada pertumbuhan berat mutlak ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) diketahui nilai Asymp.Sig adalah sebesar 0,445 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat mutlak ikan nila salin pada setiap perlakuan, dikatakan bahwa pertumbuhan berat mutlak ikan nila salin pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 adalah tidak berbeda.
Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Nila Salin ( Oreochromis Niloticus )
Hasil data panjang mutlak ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) berdasarkan Gambar 2. Pencapaian panjang mutlak ikan nila salin selama 5 minggu tertinggi yaitu perlakuan P3 (2,3 ± 0,86 cm), kemudian perlakuan P4 (1,9 ± 0,67 cm), perlakuan P2 (1,6 ± 0,38 cm) dan perlakuan paling kecil yaitu perlakuan P1 (1,3 ± 0,41 cm).
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
Gambar 1 . Histogram Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus )
Tabel 1. Pertumbuhan Berat Mutlak (Gram) Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus ) Perla kuan Ulangan Rata- rata SD 1 2 3 4 5 6 P1 2,6 2,7 2,5 3,1 3 2,8 2,78 0,21 P2 3,4 2,4 2,6 3,4 5,1 5,7 3,76 1,22 P3 8,1 7,5 4,7 2,4 3,3 2,7 4,78 2,25 P4 4,5 2,8 2,4 11 5,5 3,1 4,88 2,93
Tabel 2. Uji Kruskal Wallis Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus )
a,b Test Statistics Berat Mutlak Kruskal-Wallis H 2,669 Df 3 Asymp. Sig. ,445
Hasil panjang mutlak ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) menurut data yang ada pada Tabel 2 bahwasannya perlakuan P3 (2,3 ± 0,86 cm) menghasilkan panjang mutlak yang terbesar daripada perlakuan yang lainnya, yaitu perlakuan P4 (1,9 ± 0,67 cm), perlakuan P2 (1,6 ± 0,38 cm) dan yang terendah yaitu perlakuan P1 (1,3 ± 0,41 cm). Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai sig 0,049 yang berarti hipotesa menolak H0 dan menerima H1 yang artinya perbedaan pemberian dosis multivitamin vitaliquid yang berbeda pada pakan komersial yang diberikan tepung daun singkong berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan nila salin ( Oreochromis niloticus). Diketahui dari uji
anova bahwa pertumbuhan panjang mutlak ikan nila salin ada perbedaa yang signifikan sehingga dilanjut dengan uji duncan. Hasil perhitungan uji duncan menunjukan bahwa pertumbuhan panjang mutlak terbaik yaitu perlakuan P3 dan perlakuan P4 tidak memiliki perbedaan. Perlakuan P3 dengan dosis multivitamin vitaliquid 10 ml dan perlakuan P4 dengan dosis multivitamin vitaliquid 15 ml, dengan ini dapat dikatakan bahwa dosis multivitamin vitaliquid 10 ml dan 15 ml merupakan perlakuan terbaik. Sehingga dengan penambahan multivitamin vitaliquid memberikan pertumbuhan panjang mutlak yang lebih baik dan cepat dibandingkan tanpa pemberian multivitamin vitaliquid.
0 2 4 6 8 10 1 2 3 4 Be ra t Mu tla k ( Gr am ) P Berat Mutlak Berat Mutlak
0 1 2 3 4 1 2 3 4
Pa nj an g Mu tla k ( Cm ) P Panjang Mutlak Panjang Mutlak
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
Tabel 3. Pertumbuhan Panjang Mutlak (Cm) Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus ) Perla kuan Ulangan Rata- rata SD 1 2 3 4 5 6 P1 0,9 1,2 1,3 1,1 1,3 2,2 1,3 0,41 P2 1,3 1,1 1,4 1,6 2,2 2 1,6 0,38 P3 2,5 3,5 2,2 1,2 2,9 1,1 2,3 0,86 P4 1,5 1,1 1,2 2,9 2,5 2,2 1,9 0,67
Tabel 4. Uji Anova Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)
ANOVA Panjang1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups ,367 3 ,122 3,115 ,049 Within Groups ,785 20 0,39 Total 1,151 23
Tabel 5. Uji Duncan Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan panjang mutlak Duncan Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 Notasi Ranking 1 2 P3 6 ,5499 a 1 P4 6 ,6273 a 1 P2 6 ,6740 ,6740 ab 2 P1 6 ,8835 b 3 Sig. ,317 ,082
Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Ikan Nila Salin ( Oreochromis Niloticus )
Hasil observasi pertambahan bobot per hari ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) menurut Gambar 3 dan Tabel 3 menghasilkan nilai tertinggi yaitu perlakuan P3 (11,35 ± 0,57%) kemudian diikuti perlakuan P4 (10,3 ± 0,53%), perlakuan P1 (10 ± 0,85%) dan nilai perlakuan terendah adalah perlakuan P2 (9,53 ± 1,58%). Pada data menunjukkan hasil yang tidak sama pada setiap perlakuan laju pertumbuhan spesifik ikan nila salin ( Oreochromis niloticus). Tinggi rendahnya laju pertumbuhan spesifik di sebabkan oleh pemberian pakan dan kualitas air selama dilaksanakannya penelitian. Berdasarkan dari hasil Kruskal Wallis pada laju pertumbuhan spesifik ikan nila salin (Oreochromis niloticus) diketahui nilai Asymp.Sig adalah sebesar 0,047 < 0,05. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara laju pertumbuhan spesifik ikan nila salin pada setiap perlakuan. Dapat dikatakan bahwa laju pertumbuhan spesifik ikan nila salin pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 adalah berbeda. Diketahui dari uji Kruskal Wallis bahwa laju pertumbuhan spesifik ikan nila salin ada perbedaa yang signifikan sehingga dilanjut dengan uji duncan. Hasil perhitungan uji duncan menunjukan bahwa perlakuan P3 menghasilkan laju petumbuhan persentase pertambahan bobot per hari pada ikan nila salin yang terbaik dengan penambahan multivitamin vitaliquid 10 ml. Perlakuan P1 dan perlakuan P4 tidak memiliki perbedan laju petumbuhan persentase pertambahan bobot per hari pada ikan nila salin, untuk yang terendah yaitu perlakuan P2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis 10 ml /500 g multivitamin vitaliquid lebih baik.
0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4
La ju Pe rt um bu ha n S pe si fik ( %) P Laju Pertumbuhan Spesifik Laju Pertumbuhan Spesifik
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
Tabel 6. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus ) Perla kuan Ulangan Rata- rata SD 1 2 3 4 5 6 P1 10,1 8,2 10,8 10,6 10,4 9,9 10 0,85 P2 8,2 10,4 8,1 7,7 11,6 11,2 9,53 1,58 P3 11,9 11,3 11,3 10,2 11,5 11,9 11,35 0,57 P4 10,8 10,2 9,6 11,2 10,2 9,9 10,3 0,53
Tabel 7. Uji Kruskal Wallis Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)
a,b Test Statistics Laju Pertumbuhan Spesifik Kruskal-Wallis H 7.943 df 3 Asymp. Sig. ,047 Tabel 8. Uji Duncan Laju Pertumbuhan Spesifik Laju Pertumbuhan Spesifik Duncan Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 Nota si Ran king 1 2 P2
6 9,5333 a 3 P1 6 10,0000 10,0000 ab 2 P4 6 10,3167 10,3167 ab 2 P3 6 11,3500 b 1 Sig. ,246 ,081 Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Survival Rate (SR) Ikan Nila Salin ( Oreochromis Niloticus )
Pengaruh pemberian pelet HI-PRO-VITE 781(-1) yang dicampur dengan tepung daun singkong yang diberikan perlakuan berupa konsentrasi multivitamin
vitaliquid
terhadap tingkat keberhasilan hidup ikan nila salin ( Oreochromis niloticus). Eksperimen dilakukan selama 5 minggu penelitian sesuai dengan gambar 4. Kualitas keberhasilan hidup ikan nila salin selama proses pembudidayaan sangat baik. Berdasarkan tabel 4 menghasilkan kualitas kelulushidupan ikan nila salin paling tinggi dimiliki perlakuan P1 dengan tingkat kelangsungan hidup (95 ± 3,95%), diikuti perlakuan P2 dengan tingkat kelangsungan hidup (83
± 11,74%), diikuti perlakuan P3 dan P4 yang tidak memiliki perbedaan kelulushidupan dengan hasil 81,7%. Sedangkan untuk standart devisiasi berbeda yaitu perlakuan P3 (81,7 ± 13,97%) dan perlakuan P4 (81,7 ± 15,38%). Berdasarkan dari hasil Kruskal Wallis pada Survival rate ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) diketahui nilai Asymp.Sig adalah sebesar 0,193 > 0,05. Disimpulkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara Survival rate ikan nila salin pada setiap perlakuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Survival rate ikan nila salin pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 adalah tidak berbeda.
Gambar 4 . Histogram Survival Rate Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus ). 0 50 100 150 1 2 3 4 Su rvi va l Ra te (%) p Survival Rate Survival Rate
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
Tabel 9. Survival Rate Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus ) Perlakuan Ulangan Rata- rata SD
1 2 3
4 5 6 P1 96 100 92 92
100 90 95 3,95 P2 72 92 100 90
82 66 83,7 11,74 P3 76 64 88 96
66 100 81,7 13,97 P4 90 90 100 56
66 88 81,7 15,38
Tabel 10. Uji Kruskal Wallis Survival Rate Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus)
a,b Test Statistics Survival Rate Kruskal-Wallis H 4,724 df 3 Asymp. Sig. ,193
## Kualitas Air
Kualitas air sangat berdampak pada pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila salin ( Oreochromis niloticus). Parameter kualitas air yang diukur selama
dilakukannya eksperimen yaitu suhu, Ph, DO, salinitas dan amoniak. Hasil pengukuran kualitas air ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) selama penelitian dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Pertumbuhan Berat Mutlak (Gram) Ikan Nila Salin ( Oreochromis niloticus ) Parameter Perlakuan Pustaka P1 P2 P3 P4 Suhu (°C) 26,1-28,7 26,5-29,1 26,4-28,3 26,4-27,8 25°C- 30°C (Nasution, 2014) pH 7,2-8,2 7,7-8,2 7,7-8,1 7,7-8,2 5-8,5 (Andriani, 2018) DO 5,5-6,6 4,4-6,4 4,3-6,4 5,1-6,8 5 - 7 mg/L (Monalisa, 2010) Salinitas 0 0 0 0 0 - 20 ppt (Fitriadi, 2014) Amoniak 0-0,75 0-0,75 0-0,5 0-0,5 0.11-0.84 mg/L (Asmawi, 1983)
## PEMBAHASAN
Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Nila Salin ( Oreochromis Niloticus )
Berdasarkan gambar 1, pertumbuhan berat mutlak tertinggi dicapai pada perlakuan P4 dengan konsentrasi (15 ml multivitamin vitaliquid /500gr pakan dan tepung daun singkong) dengan berat 4,98 gram, yang terendah pada perlakuan P1 (kontrol) memiliki berat 2,78 gram. Menurut NRC (1993) , proses pertumbuhan akan terpenuhi jika pemeliharaan tubuh dan aktivitas harian optimal dari adanya pakan yang diberikan. Berdasarkan analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis H, diperoleh hasil 0,445 bahwa pertumbuhan berat mutlak ikan nila salin pada setiap perlakuan, dikatakan bahwa pertumbuhan berat mutlak ikan nila salin pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 adalah tidak berbeda.
Berdasarkan tabel 1, rata-rata P4 (4,98 ± 3,14 gram) menghasilkan pertumbuhan berat mutlak yang terbaik daripada perlakuan lainnya. Perlakuan P4 merupakan dosis multivitamin vitaliquid paling tinggi yaitu 15 ml/ 500g pakan dan tepung daun singkong, dengan perlakuan tersebut kebutuhan
nutrisi ikan nila salin terpenuhi sehingga pertumbuhan berat ikan nila salin sangat baik daripada perlakuan lainnya. Multivitamin terdapat kandungan lysin sebagai asam amino yang menjadi campuran pakan pada budidaya ikan nila yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta untuk metabolisme protein. Lysin ini tidak terdapat pada tubuh sehingga harus diberikan melalui pakan (Almatsir, 2009) .
Vitamin A berperan dalam tubuh dan berpengaruh pada proses sintesa protein sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhan sel. Pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal dan nafsu makan ikan rendah disebabkan karena kurangnya vitamin A. Dalam multivitamin yang berperan penting dalam transformasi energi, sintesa pentose dan komponen koenzim yaitu kandungan vitamin B1, B2 dan B6, yang pada dasarnya berhubungan dengan metabolisme dalam tubuh ikan. Ketersediaan vitamin D dalam pakan untuk pertambahan panjang tubuh ikan secara optimal berdasarkan hasil sampling. Vitamin D berperan dalam membantu pembentukan dan pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang. Kekurangan vitamin D pada
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
pakan ikan akan menyebabkan kelainan tulang (Rahmiati, Amrullah, Suryati. 2018) .
Menurut Saparinto (2011) , pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah genetika, seks, umur, penyakit dan pengaruh hormon, sedangkan pengaruh dari faktor luar bila habitat tidak sesuai dengan tubuh ikan yang memicu terhambatnya pertumbuhan adalah suhu, oksigen terlarut, salinitas dan kesuburan perairan (Saparinto, 2011) .
Pemberian pakan ikan dengan pellet komersial yang dicampur dengan tepung daun singkong sudah disamaratakan sebanyak 3% dari bobot ikan. Kelebihan energi dan asam amino (protein) yang berasal dari pakan diperuntukkan untuk proses pertumbuhan. Energi tersebut digunakan untuk metabolisme, gerak, dan mengganti sel-sel yang rusak. Pertumbuhan lebih baik jika pakan dimanfaatkan tubuh dengan baik, sehingga menjadi energi yang dapat digunakan ikan untuk tumbuh.
Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Nila Salin ( Oreochromis Niloticus )
Berdasarkan gambar 2, dapat diketahui bahwa pertumbuhan panjang mutlak tertinggi dicapai pada perlakuan P3 (10 ml multivitamin vitaliquid/500gr pakan dan tepung daun singkong) dengan panjang 2,3 cm sedangkan pertumbuhan berat mutlak terendah terdapat pada perlakuan P1 (kontrol) dengan panjang 1,3 cm. Hasil pertumbuhan panjang mutlak ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) menurut tabel 2 mendapatkan rata-rata perlakuan P3 (2,3 ± 0,86 cm) menghasilkan panjang mutlak tertinggi daripada perlakuan yang lainnya. Dengan ini dapat dikatakan bahwa ikan nila salin pada perlakuan P3 selama dilaksankannya penelitian memanfaatkan pakan yang diberikan untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan selama pemeliharaan.
Berdasarkan analisis uji anova, pertumbuhan panjang mutlak menujukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan sehingga dilanjut dengan uji duncan dan didapatkan perlakuan terbaik yaitu perlakuan P3 sesuai dengan gambar 2. Menurut pendapat NRC (1993) , jika pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan ikan energi yang diperlukan untuk perkembangan tubuh dan aktivitas harian terpenuhi akan dialihkan untuk pertumbuhan (NRC, 1993).
Bertambahnya panjang dan berat pada organisme merupakan proses pertumbuhan suatu organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat. Kualitas dan kuantitas pakan, umur dan kualitas air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Menurut Effendie (1977) , pertumbuhan merupakan perubahan ukuran ikan baik dalam berat, panjang maupun volume selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh perubahan jaringan akibat pembelahan sel otot dan tulang yang merupakan bagian terbesar dari tubuh ikan sehingga menyebabkan penambahan berat atau panjang ikan (Effendie, 1977) .
Pada pertumbuhan panjang mutlak perlakuan terbaik dimiliki oleh perlakuan P3 sedangkan untuk berat mutlak dimiliki oleh perlakuan P4. Hal ini disebabkan karena setiap ikan tidak mendapatkan jumlah pakan yang sama, pada setiap perlakuan akan terjadi persaingan makanan. Sehingga ikan yang mendapatkan makanan dengan jumlah banyak akan memiliki pertumbuhan yang tinggi. Data ini diperkuat dengan uji duncan pada pertumbuhan panjang mutlak bahwa perlakuan P3 dan perlakuan P4 menghasilkan pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Terjadinya pertumbuhan dikarenakan kelebihan energi dan asam amino (protein) yang terdapat pada pakan. Energi dimanfaatkan untuk metabolisme, gerak, dan mengganti sel-sel rusak. Pakan dapat dicerna dengan baik, sehingga menjadi energi yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan dihasilkan karena pertumbuhan pada ikan meningkat.
Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Ikan Nila Salin ( Oreochromis Niloticus )
Hasil data laju pertumbuhan spesifik ikan nila salin ( Oreochromis niloticus) menunjukkan adanya pengaruh pakan yang ditambahkan multivitamin vitaliquid. Sesuai dengan tabel 3, menghasilkan bahwa empat perlakuan yang digunakan, pertambahan bobot per hari tertinggi dicapai pada perlakuan P3 (11,35 ± 0,57%), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P2 (9,53 ± 1,58%). Perbedaan hasil dari laju pertumbuhan spesifik ikan nila salin disebabkan perbedaan konsentrasi multivitamin vitaliquid yang memiliki kandungan vitamin A 500.000 IU, vitamin D3 100.000 IU, vitamin K3 1.000 mg, vitamin E 1.500 mg, vitamin B1 3.000 mg, vitamin B2 2.000 mg, vitamin B6 3.000 mg,
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/jipsbp
vitamin B12 1.500 mcg, vitamin C 5.000 mg, Ca Panthothenate 2.000 mg, folic acid 1.500 mg, biotin 2.000 mcg, inositol 1.000 mg, nicotinamide 10.000 mg, choline chloride 10.000 mg, L-Lysine 5.000 mg, DL- Methionine 5.000 mg, Excepient add 1 Liter (Setyoko, 2016) terhadap pakan dikonsumsi ikan. Serta hal ini dipengaruhi dengan kualitas air yang tidak baik atau keruh pada setiap perlakuan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan nila salin.
Pertumbuhan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu organisme akuatik yang dapat dilihat berdasarkan pertumbuhan bobot dan pertambahan panjang. Faktor internal juga sangat berperan dalam pertumbuhan ikan yang diatur oleh hormon yang sebagian besar dikendalikan oleh otak untuk sekresi hormon, seperti hormon pertumbuhan. Berdasarkan analisis uji duncan, didapat bahwa pemberian konsentrasi multivitamin vitaliquid pada perlakuan P3 sebanyak 10 ml dapat mempercepat laju pertumbuhan spesifik lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2 pemberian konsentrasi multivitamin vitaliquid sebanyak 5 ml. Kandungan nutrisi pakan yang dicampur dengan multivitamin vitaliquid lebih lengkap yang didalamnya terdapat multivitamin seperti Vit A, Vit D3, Vit K3, Vit B1, Vit B2, Vit B6, Vit B12, Vit C, Vit E, Ca Panthothenate, Folic acid, Biotin, Inositol, Nicotamidae, Chlorine cloridae, L-Lysine, DL- Methionine dan Excepient add yang mampu dimanfaatkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan bobot ikan nila salin serta merangsang nafsu makan (Setyoko, 2016) .
Pertambahan bobot harian ikan nila salin setiap minggunya memperoleh kenaikan yang baik pada setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan pakan yang dikonsumsi ikan nila salin tercukupi sehingga energi yang digunakan untuk metabolisme cukup dan dapat digunakan untuk tumbuh. Selain itu, pemberian multivitamin vitaliquid pada pakan juga turut membantu proses pertumbuhan dengan baik sehingga mampu digunakan ikan untuk tumbuh dengan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuha (2019) yaitu pengaruh pemberian multivitamin pada pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin ( Pangasius Sp) dengan perlakuan yang terbaik yaitu 10 ml/kg dengan berat rata-rata 5,27 g (Nuha, 2019) . Memberikan informasi jika pakan ikan nila salin yang diberikan penambahan multivitamin vitaliquid mempunyai kualitas nutrisi yang lebih baik.
Survival Rate (SR) Ikan Nila Salin ( Oreochromis Niloticus )
Kelulushidupan terbaik pada penelitian ini dihasilkan oleh perlakuan P1 dengan hasil 95%, sedangkan yang terkecil pada perlakuan P3 dan P4 dengan hasil yang sama yaitu 81,7%. Hal ini dikarenakan pada kontrol tidak diberikan pengaruh multivitamin vitaliquid sehingga nafsu makan ikan normal. Berdasarkan hasil penelitian, selain kandungan nutrisi pada pakan ada hal lain yang harus diperhatikan yaitu ukuran dari pakan yang diberikan, karna apabila ukuran pakan melebihi dari bukaan mulut ikan akan menyebabkan ikan tidak dapat mengkonsumsi pakan yang telah diberikan, yang pada akhirnya akan membuat ikan lemas dan kekurangan energi yang akan mengakibatkan ikan mati.
Kualitas air erat hubungannya dengan kelulushidupan ikan nila salin. Ikan juga membutuhakan kondisi air yang optimal seperti amoniak, pH, DO, dan suhu. Apabila kualitas air menurun maka ikan akan lemas dan bisa berakibat kematian mendadak ( sudden death). Penyebab kualitas air menurun dikarenakan adanya limbah sisa makanan dan feses ikan yang terendap sehingga membuat air pada akuarium menjadi tidak stabil, sehingga mengurangi kadar oksigen dan minimnya penglihatan ikan yang akan terjadi beberapa kali ikan membenturkan diri pada akuarium sehingga ikan menjadi stres.
Hasil data kelangsungan hidup ikan nila salin setiap minggunya mengalami penurunan setiap perlakuan. Hal ini disebabkan oleh penyiponan aquarium yang terlalu berlebihan, karena ikan yang terus tumbuh sehingga kebutuhan pakan meningkat dan menyebabkan cepat turunnya kondisi air di aquarium. Penyiponan juga dilakukan untuk menurunkan tingkat penyerangan ikan dikarenakan adanya ikan yang berkembang lebih cepat dan ada pula ikan yang perkembangannya lambat. Pemberian dosis multivitamin vitaliquid tidak memberikan pengaruh yang nyata berdasarkan hasil kruskal wallis pada survival rate dengan signifikansi 0,193 > 0,05. Sampling ikan dapat berpengaruh terhadap kematian ikan karena ikan mengalami stres sehingga tidak semuanya mampu bertahan hidup sampai minggu terakhir. Selain itu, perbedaan kemampuan adaptasi ikan juga dapat menyebabkan ikan mati.
Tingkat kelangsungan hidup ikan selama penelitian tergolong baik hal ini sesuai dengan pernyataan yang
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
dinyatakan oleh Husen pada tahun 1985 dalam Sinaga (2015) bahwa tingkat kelangsungan hidup ≥ 50% tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50% sedang dan kelangsungan hidup kurang dari 30% tidak baik (Sinaga, 2015) . Menurut Fatimah pada tahun 1992 dalam Murjani (2011) bahwa kelulushidupan ikan erat hubungannya pada daya adaptasi ikan terhadap lingkungan dan makanan, mutu air, kepadatan ikan dan status kesehatan ikan (Murjani, 2011) .
## Kualitas Air
Untuk mengetahui dan mengontrol kondisi kualitas air selama masa penelitian dengan dilakukan pengecekan kualitas air. Handajani (2011) mengatakan bahwa, peralihan mutu air pada media budidaya secara terkontrol dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti adanya sisa pakan, urin dan bahan organik lainnya yang terdapat dalam air (Handajani, 2011) .
Berdasarkan data pengamatan kondisi mutu air, suhu selama penelitian berkisar antara 26,1°C- 29,1°C merupakan kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila salin ( Oreochromis niloticus). Hal tersebut juga disampaikan oleh Nasution (2014) bahwa kualitas air untuk ikan nila yaitu, suhu sebesar 25°C-30°C (Nasution, 2014) . Suhu bisa menghambat aktivitas ikan seperti reproduksi, pernaasan dan pertumbuhan. Suhu tidak sesuai dengan kemampuan ikan dapat mempengaruhi selera makan ikan dan menghambat oksigen terlarut (Kelabora, 2010) .
Hasil penelitian membuktikan jika keasaman (pH) ikan nila salin berkisar antara 7,2-8,2 berada pada kondisi yang baik, sesuai dengan penelitian Andriani (2018) bahwa nilai pH 5-8,5 dapat ditoleransi oleh ikan nila (Andriani, 2018) . Ikan stress, mudah terserang penyakit, serta produktivitas dan pertumbuhan rendah diakibatkan karena derajat keasaman pada air tidak optimal. Kandungan oksigen terlarut (DO) terjadi perubahan pada setiap waktunya. Kandungan oksigen yang terendah adalah 4,3 dan tertinggi adalah 6,8. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Monalisa (2010) bahwa perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 mg/L, beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun (Monalisa, 2010) . Untuk itu, konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya perairan adalah antara 5
± 7 mg/L. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen ( anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah (Dahril, 2017) .
Berdasarkan hasil pengamatan salinitas didalam media penelitian adalah 0 ppt. Air tawar memiliki salinitas antara 0-5 ppt, dan memiliki nilai maksimal untuk pelihara ikan. Kadar garam pada perairan menentukan tingginya nilai salinitas (Gufhran, 2007) . Selain itu, amoniak didalam media pemeliharaan ikan nila salin berkisar antara 0 dan 0,75. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Asmawi (1983) , Kandungan 1 ppm amoniak merupakan kandungan tertinggi untuk kelangsungan hidup ikan (Asmawi, 1983) .
Proses hasil ekresi ikan dan juga terjadi pembusukan sisa makanan dalam media pemeliharaan akan memunculkan adanya amoniak. Peningkatan amoniak didalam media pemeliharaan juga dipengaruhi oleh perubhaan suhu, oksigen terlarut dan derajat keasaman didalam media pemeliharaan (Nurhaida et al, 2023) .
Berkurangnya daya ikat oksigen oleh butir-butir darah diakibatkan karena adanya amoniak, serta menyebabkan ikan tidak tertarik untuk makan (Andrianto, 2005) . Kurang dari 1 ppm merupakan kandungan amoniak yang terbaik, jika kadar amoniak diatas 1 ppm dapat membahayakan bagi ikan dan organisme budidaya lainnya. Selama dilakukannya penelitian memberikan hasil bahwa kualitas air selama penelitian optimal. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila salin ( Oreochoromis niloticus) berkembang dengan baik.
## KESIMPULAN
Pertumbuhan berat mutlak tertinggi dicapai pada perlakuan P4 dengan konsentrasi (15 ml multivitamin vitaliquid/500gr pakan dan tepung daun singkong) dengan berat 4,98 ± 3,14 gram. Sedangkan, yang terendah terdapat pada perlakuan P1 (kontrol) dengan berat 2,78 ± 0,21 gram. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi dicapai pada perlakuan P3 (10 ml multivitamin vitaliquid/500gr pakan dan tepung daun singkong) dengan panjang 2,3 ± 0,86 cm sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 (kontrol) dengan panjang 1,3 ± 0,41 cm.
Wahyu dan Nuhman, (2023)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 5(2), 146-156
http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/jipsbp
Laju pertumbuhan spesifik tertinggi dicapai pada Perlakuan P3 (penambahan multivitamin vitaliquid 10 ml/500g pakan) sebesar 11,35 ± 0,57%, sedangkan terendah terdapat pada P2 sebesar 9,53 ± 1,58 %. Kelangsungan hidup ikan nila salin tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 95%, sedangkan kelulushidupan terendah terdapat pada perlakuan P3 dan P4 dengan hasil yang sama yaitu 81,7%.
## DAFTAR PUSTAKA
Aliyas, N. S. (2016). Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup ikan Nila (Oreocromis sp) yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal sains dan teknologi tadulako, 19-27.
Almatsir, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Andriani,Y., K. I. (2018). Efektivitas probiotik BIOM-S
Terhadap Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu Perairan dan Perikanan (Depik) Volume 7, Nomer 3. doi:10.13170/depik.7.3.9043
Andrianto. (2005). Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Yogyakarta: Absolut.
Asmawi, S. (1983). Dalam P. I. Keramba. Jakarta:
Gramedia.
Dahril, I. (2017). Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Nila Merah ( Oreochromis sp). Jurnal . Berkala Perikanan Terubuk Vol 45. No.3.
Effendie, M. (1997). Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara Yogyakarta. Yogyakarta.
Fitriadi, M. W. (2014). Pengaruh Pemberian Recombinant Growth Hormone (rGH) melalui Metode Oral dengan Interval Waktu yang Berbeda terhadap
Kelulushidupan dan Pertumbuhan Larva Ikan Gurame var Bastard ( Osphronemus gouramy Lac, 1801)
Gufhran. (2007). Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi M, A. D. (2009). Pemberian Tepung Limbah Udang Yang Difermentasi Dalam Ransum Pakan Buatan Terhadapa Laju Pertumbuhan, Rasio Konversi Pakan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila. Universitas Erlangga.
Handajani, H. (2011). Optimalisasi Substitusi Tepung AzollaTerfermentasi pada Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ikan Nila Gift. Jurnal teknik Industri, 177-181. doi:10.22219/JTIUMM. Handajani. (2014). Peningkatan Nilai Nutrisi Tepung Azolla Melalui Fermentasi. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang. Malang.
Kelabora, D. M. (2010). Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Berkala Perikanan Terubuk Vol 38, N0 1.
Masturi, P. A. (2009). Agribisnis Ikan Nila: Budidaya- Usaha-Pengolahan. Bandung : Pustaka Grafika.
Monalisa, S. S. (2010). Kualitas Air yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan Nila (Orechromis sp.) di Kolam Beton dan Terpal. Journal of Tropical Fisheries. 5 (2),
526-530.
Murjani, A. (2011). budidaya beberapa varietas ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus Pall) dengan pemberian pakan komersial. Jurnal Fish
Scientiae.1(2), 214-233. doi:10.20527/fs.v1i2.1190 Nasution, A. S. (2014). Analisis Kelulushidupan Benih Ikan Nila Saline Strain Pandu (Orechromis niloticus) yang Dipelihara di Tambak Tugu, Semarang dengan Kepadatan Berbeda. Journal of Aquaculture Managemen and Technology. 3(2), 25-32. Niode. (2017). Pertumbuhan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Pakan Buatan Yang Berbeda. doi:10.31314/akademika.v6i2.51 NRC. (1993). Aquaculture Tilapia Management. Proceedings word congress offood science and technology. 25-28. Oreochromis sp. World
AquacultureSociety, 1: , 61-70.
Nuha, A. K. U., Rahim, A. R., dan Aminin, A. (2019).
Pengaruh Pemberian Multivitamin Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Patin (Pangasius pangasius). Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 2, Nomer 2, 80-84. doi:10.30587/jpp.v2i2.995
Nurhaidaa, Wahdaniyah Asa, Irmayania , Astriyaa , Muhammad Resky Nura , Muh. Fikria , Syarif Hidayat Amrullaha. (2023). Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi Ikan. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2023. doi:10.31219/osf.io/h6zqp Nurulaisyah, A., Setyowati, D. N., Astriana, B. H. (2021). Potensi Pemanfaatan Daun Singkong (Manihot utilissima) Terfermentasi Sebagai Bahan Pakan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan Volume 11. No. 1 , 13-25. doi: 10.29303/jp.v11i1.184
Phillips M., P. (2016). Menjelajahi masa depan perikanan budidaya Indonesia. WorldFish. Laporan program , 1-15.
Prabu, E. S. (2017). An Overview On Significance Of Fish Nutrition In Aquaculture Industry . Journal Of Fisheries And Aquatic Studies, Vol. 5,No. 6, 349-355. Rahmiati, Amrullah, Suryati. 2018. Efektivitas Multivitamin Vitaliquid Dan Aminoliquid Pada Pembesaran Ikan Nila (Oerochromis niloticus). Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Vol. 1, 2018, Issn: 2622-0520.
Riana,M., M. F. (2021). Pengaruh Perbedaan Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Samudra Akuatik. Vol.IV(2): 60-65
Saparinto,C. D. (2011). Kiat Sukses Budidaya Ikan Nila. Yogyakarta: Andi Offset.
Setyoko, I. 2016. Efek Pemberian Suplemen Vitamin (Vitaliquid) Dalam Pakan Buatan Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan (BBI) Sidoarjo. Universitas Soetomo. Surabaya.
Sinaga, D. S. (2015). Tingkat Penggunaan Azolla pinnata pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
|
676d72c7-a8c8-4466-bf0a-516956921a9b | https://jceh.org/index.php/JCEH/article/download/299/195 |
## Pemberdayaan Keluarga Dalam Peningkatan Pemahaman dan Tata Laksana Keperawatan Mandiri Pasien Gangguan Jiwa
## Faisal Amir*, M Suhron, Sitti Sulaihah
STIKes Ngudia Husada Madura, Indonesia * Correspondent Author: [email protected]
## ABSTRAK
Gangguan jiwa merupakan suatu permasalahan kesehatan yang banyak terjadi di masyarakat mulai dari tingkatan yang ringan, sedang hingga berat. Gangguan jiwa berat kronis dengan penyebab dan dampak yang kompleks salah saatunya adalah skizofrenia. Permasalahan yang dihadapi oleh maysrakat dan keluarga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) antara lain minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang perawatan yang berdampak pada tidak teraturnya manajemen perawatan, sikap yang masih tabu akan gangguan jiwa, perilaku yang kurang adaptif dalam perawatan Skizofrenia. Tujuan secara umum dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah mengoptimalkan tugas anggota keluarga dan meminimalkan hambatan yang dialami dalam upaya perawatan pasien skizofrenia dimasa pandemi Covid-19. Hal ini dinilai penting mengingat keluarga merupakan faktor yang paling memungkinkan dalam pemberian pelayanan terbaik dan memberikan nilai tambah dalam peningkatan kesehatan jiwa pasien skizofrenia. Kegiatan bertujuan untuk dapat memandirikan keluarga dan membantu permasalahan ketika merawata pasien skizofrenia dirumah. Manfaat tersebut antara lain adalah : (1) Penyuluhan dan pendampingan membuat keluarga memiliki perspektif yang baik dan terjadi peningkatan wawasan dan pengetahuan tentang tugas keluarga; (2) menumbuhkan sikap adaptif dan supportif terhadap hambatan yang dialami dalam merawat pasien skizofrenia ; (3) mengubah perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik dalam upaya penyembuhan penyakit skizofrenia. Hasil pengabdian masyarakat ini ternyata mampu memberikan peningkatan wawasan, sikap positif dan perilaku adaptif dalam upaya merawat pasien dengan skizofrenia. Kesimpulan dalam pengabdian masyarakat ini adalah psikoedukasi dan kemitraan antara perawat dan keluarga akan membantu dalam kesembuhan pasien skizofrenia yang dirawat dirumah.
Kata Kunci : Psikoedukasi, Tugas Keluarga, Skizofrenia
Received: September 21, 2021 Revised: September 29, 2021 Accepted: September 30, 2021
This is an open-acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
## PENDAHULUAN
Gangguan jiwa merupakan suatu permasalahan kesehatan yang banyak terjadi di masyarakat mulai dari tingkatan yang ringan, sedang hingga berat. Gangguan jiwa berat kronis dengan penyebab dan dampak yang kompleks salah saatunya adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis yang ditandai dengan gejala psikotik
Vol.4 No.2. Sep 2021. Page.562-568
berat salah satunya kemunduran mental dan fungsional serta episode kekambuhan atau eksaserbasi akut (Lippi, 2016). Skizofrenia juga diterjemahkan sebagai kumpulan reaksi psikotik yang mengenai proses berfikir, emosi, komunikasi, termasuk gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh ((Pardede et al., 2020)). Badan kesehatan dunia atau Word Health Organization (WHO) melaporkan bahwa gangguan jiwa dan neurologik menempati sekitar 11% dari kesehatan di seluruh dunia dan pada tahun 2020 diperkirakan terjadi peningkatan menjadi 14,6% (WHO, 2016). Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia adalah 1,7 per mil terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Menurut data Riskesdas 2018, Bali menempati kejadian tertinggi dengan sekitar 11,1%, sementara terendah sebesar 2,8% terjadi di Kepulauan Riau (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Hasil laporan dari Kusumawardani (2016) ternyata pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur sekitar 90% terdiagnosis skizofrenia dan 80% merupakan mereka yang mengalami kekambuhan. Permasalahan yang dihadapi oleh maysrakat dan keluarga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) antara lain minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang perawatan yang berdampak pada tidak teraturnya manajemen perawatan, sikap yang masih tabu akan gangguan jiwa, perilaku yang kurang adaptif dalam perawatan Skizofrenia Etiologi skizofrenia belum diketahui secara pasti hingga saat ini, namun para ahli banyak yang menyatakan bahwa skizofrenia dapat terjadi karena multi faktor. Manisfestasi klinis yang terlihat pada skizofrenia meliputi berbagai gangguan neurologic dan psikiatrik lainnya dengan perilaku abnormal yang dapat berubah sewaktu-waktu (Novitayani, 2017). Pasien skizofrenia dalam perjalanannya bisa mengakibatkan relaps atau kekambuhan berulang dimana 18,8% pasien bisa saja dirawat kembali setelah dinyatakan sembuh pasca rawat inap (Xiao et al., 2015). Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi proses kesembuhan pasien skizofrenia digolongkan menjadi empat bagian yaitu individu, dukungan keluarga, dukungan sosial dan dukungan petugas kesehatan. Keempat faktor tersebut terutama keluarga sangat berpengaruh pada kekambuhan gejala skizofrenia. Studi oleh (Bratha, Dewi Kasih et al., 2020) menjelaskan bahwa kekambuhan dapat mengalami peningkatan disebabkan rendahnya pengetahuan dan dukungan keluarga keluarga. Bahkan sebuah studi ilmiah menjelaskan bahwa permasalahan pada pasien skizofrenia juga banyak ditemukan dari hal yang berhubungan dengan keluarga (Fitryasari et al., 2018). Lebih jauh dari itu studi Fitryasari's (2018) melaporkan bahwa kekambuhan pasien skizofrenia 46% terjadi dalam kurun waktu 1-3 setahun dan hanya sebagian kecil yang kekambuhannya lebih dari 3 tahun.
Berdasarkan pada keterangan diatas, maka diperlukan sebuah strategi kolaboratif yang harus melibatkan secara intensif antara perawat dan keluarga dalam proses kesembuhan pasien. Peran pro aktif keluarga sebagai support system utama sangat dibutuhkan. Hal ini mengingat bahwa terapi medis dan terapi psikologis selama ini sebagian besar dilakukan oleh anggota keluarga terutama pada saat pasien di rumah. Menurut Stuart (2016), pasien skizofrenia dalam proses kesembuhannya bukan hanya tergantung pada terapi obat, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan keluarga dan masyarakat. Keluarga yang mampu menumbuhkan optimisme dan harapan positif pada penderita gangguan jiwa akan efektif dalam mengembalikan kondisi dari kurang sehat menjadi sehat. Hal ini dikarenakan keluarga sebagai tempat pertama dalam interakasi, pembelajaran komunikasi dan sosialisasi sebelum berhubungan dengan lingkungan sekitarnya (Amidos, 2017). Sehingga pemberdayaan keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia harus menjadi prioritas tidak hanya secara kuratif tapi juga yang lebih penting secara preventif. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pemahaman,
sikap dan metode perilaku yang baik dan benar kepada keluarga yang merawata pasien skizofrenia di rumah.
## METODE
Metode yang digunakan pada pengabdian masyarakat ini yaitu pertama kajian pengetahuan tentang tugas keluarga dalam perawatan pasien szkizofrenia, kedua Focus Group Discussion (FGD) dan ketiga psikoedukasi. Kegiatan pertama pengkajian dilakukan dengan menyebar kuesioner terkait pengetahuan dan pemahaman keluarag tentang perawatan pasien skizofrenia dirumah. Kedua, yaitu FGD yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dialami keluarga ketika merawat pasien skizofrenia. Pada kegiatan kedua ini dilakukan sebuah analisis untuk menyusun skala prioritas masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. Kegiatan ketiga yang dilakukan adalah psikoedukasi dengan memberikan bekal pengetahuan dan tatalaksana awam terampil dalam perawatan pasien skizofrenia dirumah. Materi diberikan secara sistematis tentang mengenal pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya gangguan jiwa terutama skizofrenia. Kemudian diberikan pemahaman tentang peran dan fungsi keluarga support system kepada pasien. Setelah itu diberikan kerampilan secara sikap dan perilaku terapeutik serta tata cara efektif dalam merawat dan mendukung pemulihan anggota keluarga yang mengalami skizofrenia di rumah. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di dua panti panti kesehatan jiwa yang ada di Kabupaten Bangkalan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan survei yang dilanjutkan dengan dengan FGD pada keluarga di dua panti kesehatan jiwa di Kabupaten Bangkalan didapatkan 72 keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan jiwa dan skizofrenia. Setelah dilakukan kajian tentang pengetahuan dan pemahaman keluarga dalam merawat pasien skizofrenia diperoleh data sebagai berikut : Tabel Pengetahuan dan pemahaman keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia di Kabupaten Bangkalan berdasarkan pada tugas keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1978) yang dikutip Efendi, F & Makhfudli (2009) No Kategori Baik Cukup Kurang 1 Mengenal masalah kesehatan keluarga 60 % 30 % 20 % 2 Memutuskan tindakan kesehatn yang tepat bagi keluarga 50% 30 % 20 % 3 Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit 50 % 30 % 20 % 4 Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat 45 % 30 % 25 % 5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat 40 % 40 % 20 %
## Data Primer, Desember 2021
Hasil FGD terkait dengan identifikasi masalah yang dialami oleh keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa sesuai prioritas antara lain berkaitan dengan sistem kepercayaan (believe), stigma masyarakat, sikap keluarga dan masyarakat, adaptasi stres (Strategi koping), fungsi dan struktur keluarga serta spiritualitas keluarga dan masyarakat. Setelah masalah ini diketahui kemudian dilakukan sebuah training khusus untuk awam terampil dalam perawatan mandiri pasien skizofrenia di rumah. Hasil pengabdian masyarakat ini ternyata mampu memberikan peningkatan wawasan, sikap positif dan perilaku adaptif dalam upaya merawat pasien dengan skizofrenia terutama ketika dirumah.
Kegiatan Pertama Identifikasi Pengetahuan dan Tugas Keluarga Identifikasi pengatetahuan dan tugas keluarga merupakan hal yang penting untuk memulai suatu bounding yang baik antara petugas kesehatan dan keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia. Hal ini mengingat keluarga sebagai unit terkecil dalam suatu masyarakat yang berpengaruh kuat dalam perkembangan kesehatan individu (Kelen et al., 2016). Pengetahuan yang baik akan tugas keluarga sebagai support sistem akan sangat mendukung tercapainya kesejahteraan di bidang kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kelen et al (2016) bahwa dukungan positif keluarga, akan sangat membantu pasien dalam menghadapi berbagai masalah problem dan memunculkan mekanisme koping yang adaptif. Peran keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam pemulihan penderita gangguan jiwa. Kegiatan pertama terkait dengan identifikasi pengetahuan akan tugas keluarga. Pengetahuan keluarga dalam tugas keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya pemberian perawatan mandiri kepada pasien ODGJ dan skizofrenia dirumah untuk terbentuknya perilaku adaptif keluarga dalam perawatan dirumah. Pengetahuan yang baik yang mendasari terbentuknya perilaku akan membantu pasien dalam mengenal masalah kesehatan hingga bagaimana memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Salah satu hal yang krusial yang harus dipahami keluarga adalah tata laksana perawatan mandiri dan keaktifan dalam kepatuhan minum obat pada klien skizofrenia (Damayantie et al., 2019). Hasil penelitian(Pardede, 2020) melaporkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terkait peran keluarga terhadap rendahnya kekambuhan dan kurangnya peran keluarga yang meningkatkan resiko kekambuhan. Tugas keluarga merupakan peran yang sangat penting untuk mencegah kekambuhan anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. (Pardede et al., 2021). Pengetahuan dan pemahaman yang baik pada keluarga akan tugas keluarga akan sangat bermanafaat dan mendukung proses perawatan pasien ODGJ dan skizofrenia.
## Focus Group Discussion
Kegiatan kedua setelah yang dilakukan setelah mengidentifikasi tugas keluarga adalah focus group discussion terkait hambatan dalam proses perawatan pasien dirumah. Hal ini mengingat pentingnya peran keluarga dalam proses perawatan pasien dengan skizofrenia dalam berbagai dimensi kehidupan penderita. Oleh karena itu berbagai hambatan dan kesulitan yang dialami keluarga harus teridentifikasi dengan baik dan benar. Secara teori kemampuan keluarga dalam upaya perawatan anggota keluarga dipengaruhi oleh predisposing factor dan enabling faktor. Predisposing factor diantara adalah pengetahuan dan sikap masyarakat, kepercayaan dan kultur masyarakat dan sistem nilai yang dianut masyarakat terkait kesehatan. Sementara enabling faktor meliputi adanya fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, posyandu, dan praktek pelayanan kesehatan swasta (Lawrence Green dalam buku Lestari, 2015). Hal ini sesuai dengan hasil FGD dimana believe dan stigma masyarakat merupakan faktor yang paling banyak menyebabkan ketidakefektifan perawatan pasien ODGJ di rumah. Menurut beberapa suatu studi, keluarga merupakan orang terdekat yang memiliki tanggung jawab dalam perawatan pasien. Namun demikian dalam pelaksanaannya kadang ditemui hambatan yang menjadi beban keluarga yang sering meningkatkan stres (Pardede, 2020 ). Beban yang dirasakan keluarga yaitu beban ekonomi untuk biaya perawatan dan pengobatan, beban psikis ketika menghadapi perilaku pasien yang menagalami halusinasi, dan beban sosial karena adanya stigma dari masyarakat (Pardede, 2020) . Akan tetapi dalam hal ini, di masyarakat Madura secara umum telah terjadi banyak perkembangan kearah yang lebih positif dalam masalah kesehatan. Hal ini akan sangat mendukung pada penurunan potensi kekambuhan pasien
Vol.4 No.2. Sep 2021. Page.562-568
skizofrenia. Peran keluarga sebagai caregiver pasien skizofrenia menjadi hal utama untuk mencegah kekambuhan serta sangat penting untuk keberhasilan terapi pada perawatan pasien skizofrenia (Yundari & Dewi, 2018). Menurut Herdman (2014) salah satu kriteria hasil yang diharapkan pada perawatan pasien skizofrenia di rumah adalah peran keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan skizofrenia khususnya pengelolaan pengobatan pada skizofrenia untuk mencegah kekambuhan.
## Kegiatan Psikoedukasi
Kegiatan ketiga adalah psikoedukasi dengan memberikan bekal pengetahuan dan tatalaksana awam terampil dalam perawatan pasien skizofrenia dirumah. Hal ini merupakan salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan pemahaman tugas keluarga, mengurangi hambatan dalam perawatan dan melakukan sebuah aplikasi terapeutik dalam perawatan pasien dengan ODGJ. Kegiatan ini merupakan suatu implementasi keperawatan dimana individu, keluarga dan masyarakat meruapakan partner dalam proses perawatan pasien terutama ketika dirumah. Kemampuan dalam merawat pasien skizofrenia merupakan keterampilan yang harus praktis sehingga membantu keluarga dengan kondisi tertentu dalam pencapaian kehidupan yang lebih mandiri dan menyenangkan (Patricia et al., 2019). Oleh karena itu keterampilan ini sangat berarti dalam keberhasilan program perawatan pasien. Keberhasilan program perawatan dan pengobatan tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainnya, tetapi juga peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan (Stuart, 2016). Keluarga bisa memberikan dukungan dan perhatian ekstra pada penderita (Fonseca et al., 2020).
Penatalaksanaan program pengobatan menjadi hal utama karena mempertahankan regimen terapeutik sangat penting untuk keberhasilan terapi pada perawatan gangguan jiwa (Yundari dan Dewi, 2018). Pengelolaan pengobatan merupakan kemampuan untuk mematuhi program terapi yang telah ditentukan baik kualitas maupun kuantitasnya melalui suatu pola pengaturan dan integrase kedalam keluarga yang memproses program untuk pengobatan penyakit atau gejala sisa dari penyakit yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan yang spesifik (Herdman, 2014). Hal ini mengingat pasien dan keluarga sebagai caregiver utama yang memiliki banyak waktu dalam perawatan, memberi dukungan, dan memantau pengobatan serta aspek lain dalam kehidupan sehari-hari pasien (Zhang, 2016). Salah satu intervensi yang bisa diupayakan dalam mengoptimalkan peran keluarga yaitu dengan psikoedukasi dan pemberdayaan keluarga. Penyakit skizofrenia adalah kronis dan seringkali kambuh atau berulang sehingga perlu diberikan terapi jangka lama. Merawat pasien skizofrenia dibutuhkan pengetahuan, keterampilan dan kesabaran serta dibutuhkan waktu yang lama akibat kronisnya penyakit ini. Anggota keluarga yang bersama pasien skizofrenia menghabiskan lebih banyak waktu di rumah untuk merawat yang sakit daripada memperhatikan dan mengurusi dirinya. Pasien dan keluarga sebagai caregiver utama yang memiliki banyak waktu dalam perawatan, memberi dukungan, dan memantau pengobatan serta aspek lain dalam kehidupan sehari-hari pasien (Zhang, 2016). Pemahaman keluarga yang baik akan tugas keluarga dan kemampuan untuk berespon positif terhadap hambatan yang dialami selama perawatan akan sangat berdampak efektif dalam proses perawatan.
## KESIMPULAN
Keluarga sebagian besar mampu mengenal tugas keluarga dan dari semua keluarga mengalami masalah dan hambatan ketika merawat pasien. Hambatan dan masalah yang dialami keluarga yang prioritas antara lain sistem kepercayaan (believe), stigma masyarakat, sikap keluarga dan masyarakat, adaptasi stres (Strategi koping), fungsi dan
Vol.4 No.2. Sep 2021. Page.562-568
struktur keluarga serta spiritualitas keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu keluarga memerlukan psikoedukasi dan pelatihan awam terampil dalam perawatan pasien skizofrenia dirumah. Kesimpulan dalam pengabdian masyarakat ini adalah psikoedukasi dan kemitraan antara perawat dan keluarga akan membantu dalam kesembuhan pasien skizofrenia yang dirawat dirumah.
## Daftar Pustaka
Amidos, J. (2017). The Implementation of Family Tasks with The Frequency of Recurrence of Social Isolation Patients. Mental Health , 4 , 420. Bratha, Dewi Kasih, S., Febristi, A., Surahmat, R., Khoeriyah, Miftahul, S., Rosyad,
Sabila, Y., Fitri, A., & Rias, Andy, Y. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Kesehatan , 11 (HKN), 250 – 256. http://dx.doi.org/10.35730/jk.v11i0.693
Damayantie, N., Rusmimpong, R., & A, E. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN KONTROL BEROBAT
PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI JIWA RSJD PROVINSI JAMBI TAHUN 2018. Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) , 3 , 1 – 5. https://doi.org/10.35910/jbkm.v3i1.161
Fitryasari, R., Yusuf, A., Nursalam, Tristiana, R. D., & Nihayati, H. E. (2018). Family members’ perspective of family Resilience’s risk factors in taking care of schizophrenia patients. International Journal of Nursing Sciences , 5 (3), 255 – 261. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2018.06.002 Fonseca, L., Diniz, E., Mendonça, G., Malinowski, F., Mari, J., & Gadelha, A. (2020). Schizophrenia and COVID-19: risks and recommendations. In Revista brasileira de psiquiatria (Sao Paulo, Brazil : 1999) (Vol. 42, Issue 3, pp. 236 – 238). https://doi.org/10.1590/1516-4446-2020-0010 Herdman. (2014). International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2012- 2014. Oxford: Wiley-Blackwell
Kelen, A. P. L., Hallis, F., & Putri, R. M. (2016). Tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan Dengan Mekanisme Koping Lansia. Care , 4 (1), 58. https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/474
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2018) “Temuan Utama Survei Kesehatan Dasar 2018 (Di Indonesia: Hasil Utama Riskesdas 2018),” Jakarta, Indonesia, 2018. [Online]. Tersedia:
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/material_rakorpop_2018/Ha sil Riskesdas 2018.pdf.
Kusumawardani W. (2016). Relationship between burden and families coping with families ability caring schizophrenia patients. Fakulta Keperawatan, Universitas Airlangga
Lestari, T., 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Lippi, G. (2016). Schizophrenia in a member of the family: Burden, expressed emotion and addressing the needs of the whole family. South African Journal of Psychiatry , 22 (1),
1 – 7. https://doi.org/10.4102/sajpsychiatry.v22i1.922
Novitayani, S. (2017). Penyebab Skizofrenia Pada Pasien Rawat Jalan Di Aceh. Idea Nursing Journal , 8 (3). https://doi.org/10.52199/inj.v8i3.9579 Pardede, J. A. (2020). Family Burden Related to Coping when Treating Hallucination Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa , 3 (4 SE-Articles), 453 – 460. https://doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671
Vol.4 No.2. Sep 2021. Page.562-568
Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa , 4 (1 SE-Articles), 57 – 66. https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
Pardede, J. A., Silitonga, E., & Laia, G. E. H. (2020). The Effects of Cognitive Therapy on Changes in Symptoms of Hallucinations in Schizophrenic Patients. Indian Journal of Public Health Research & Development , 256 – 262. https://doi.org/10.37506/ijphrd.v11i10.11153 Patricia, H., Rahayuningrum, D. C., & Nofia, V. R. (2019). Hubungan Beban Keluarga Dengan Kemampuan Caregiver Dalam Merawat Klien Skizofrenia. Jurnal Kesehatan Medika Saintika , 10 (2), 45. https://doi.org/10.30633/jkms.v10i2.449 Stuart, Gail. W. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku 1. Jakarta: EGC
WHO, (2016). Schizophrenia 4. World Health Organization https://www.who.int/news- room/factsheets/detail/schizophrenia
Xiao, J., Mi, W., Li, L., Shi, Y., & Zhang, H. (2015). High relapse rate and poor medication adherence in the Chinese population with schizophrenia: results from an observational survey in the People’s Republic of China. Neuropsychiatric Disease and Treatment , 11 , 1161 – 1167. https://doi.org/10.2147/NDT.S72367 Yundari, A. . I. D. H., & Dewi, N. M. Y. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Peran Keluarga Sebagai Caregiver Pasien Skizofrenia. Journal of Borneo Holistic Health , 1 (1), 27 – 42.
Zhang, C. (2016). The involvement of family members in the treatment of patients with schizophrenia. Current Treatment Options in Psychiatry, 3(2), 111 – 118.
https://doi.org/10.1007/s40501-0160073-x
|
1b64f68a-bd00-4f0b-a787-8b39d638b5bb | http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/download/25873/12452 |
## Uji Potensi Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Bambu-Bambu (Polygonum pulchrum Blume) Dengan Metode Stabilisasi Membran Sel Darah Merah Secara In Vitro
## Abstrak
Inflamasi merupakan rangkaian perubahan kompleks dalam jaringan akibat cedera yang disebabkan oleh bakteri, trauma, zat kimia, panas dan nyeri.Tumbuhan bambu- bambu ( Polygonum pulchrum Blume) adalah salah satu jenis tumbuhan perennial yang mengandung senyawa bioaktif dengan beberapa potensi aktivitas farmakologi, diantaranya sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan uji aktivitas antiinflamasi dari daun bambu-bambu ( Polygonum pulchrum Blume) dengan menggunakan metode stabilisasi membran sel darah merah secara in vitro . Kandungan metabolit sekunder diidentifikasi menggunakan metode skrining fitokimia secara kualitatif berdasarkan reaksi pengujian warna. Pengujian potensi aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan metode stabilisasi membran sel darah merah secara In Vitro yaitu melalui kemampuan daya hambat ekstrak etanol daun bambu-bambu ( Polygonum pulchrum Blume) terhadap lisis sel darah merah akibat induksi larutan hipotonis yang kemudian dibandingkan dengan kontrol positif yaitu natrium diklofenak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Polygonum pulchrum Blume positif mengandung flavonoid, tanin, dan saponin. Nilai persentase stabilitas sel darah merah yang dimiliki oleh ekstrak etanol daun Polygonum pulchrum dengan konsentrasi 50, 100, 200, 400, 800, dan 1600 ppm berturut-turut adalah 58,13%; 67,3%; 75,72%; 83,28%; 87,05%; dan 92,99%. Adapun stabilitas persentase yang dimiliki oleh kontrol positif dengan konsentrasi 50, 100, 200, 400, 800, dan 1600 ppm adalah 58,99%; 66,38%; 73,24%; 80,58%; 82,95% dan 86,73%. Ekstrak etanol daun bambu-bambu ( Polygonum pulchrum Blume) pada semua variasi konsentrasi memiliki potensi aktivitas dalam menstabilkan membran sel darah merah.
Kata kunci: Antiinflamasi, membran sel darah merah, Polygonum pulchrum Blume
## Outline
• Pendahuluan
• Metode
• Hasil dan Pembahasan
• Kesimpulan
• Ucapan Terima Kasih
• Daftar Pustaka
F. I. Armadany 1,* , Wahyuni 1 , M.Ardianti 1 , A.N. T.A Mallarangeng 1,2
1 Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari-Sulawesi Tenggara
2 Fakultas SAINTEK, Jurusan Farmasi, Institiut Teknologi dan Kesehatan Avicenna, Kendari-Sulawesi Tenggara *Email korespondensi : [email protected]
(Submit 15/03/2019, Revisi 05/09/2019, Diterima 20/12/2019)
## Pendahuluan
Jumlah tanaman obat di Indonesia merupakan 90% dari jumlah tanaman obat yang ada di kawasan Asia 1 . Dewasa ini masyarakat banyak yang lebih memilih pengobatan dengan menggunakan tanaman obat dibandingkan dengan obat-obat kimia. Namun penggunaan tanaman obat tersebut harus diikuti dengan pengetahuan tentang khasiat tanaman obat tersebut di dalam tubuh, agar tanaman obat yang dikonsumsi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesembuhan. Salah satu contoh khasiat tanaman obat adalah sebagai antiinflamasi 2 . Polygonum pulchrum Blume merupakan tumbuhan yang terkenal menghasilkan berbagai metabolit sekunder termasuk flavonoid, triterpenoid, antrakuinon, kumarin, fenilpropanoid, lignan, sesquiterpenoid, stilben dan tanin 3 .
Beberapa penelitian mengenai kandungan kimia dari tanaman Polygonum pulchrum Blume telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas farmakologi dari tanaman tersebut. Penelitian oleh Vlientinck dkk 4 menunjukkan bahwa ekstrak tanaman Polygonum pulchrum Blume memiliki aktivitas sebagai antivirus, antibakteri dan antifungi. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Johnson 5 menunjukkan bahwa tanaman Polygonum pulchrum Blume memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Penelitian yang dilakukan oleh Sahidin dkk 6 menunjukkan bahwa ekstrak batang Polygonum pulchrum Blume mengandung salah satu senyawa golongan triterpen steroid yang berperan aktif sebagai antioksidan. Penelitian yang dilakukan oleh Poko 7 pada ekstrak etanol tumbuhan Polygonum pulchrum Blume menunjukkan dosis yang optimal dan efektif sebagai anthiperlipidemia. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Sadino 8 menunjukkan ekstrak daun Polygonum memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Penelitian yang telah dilakukan di atas, merupakan penelitian yang memaparkan potensi efek farmakologi dari tanaman Polygonum pulchrum Blume. Namun dari serangkaian penelitian tersebut, belum dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi dari Polygonum pulchrum Blume sebagai antiinflamasi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengujian antiinflamasi yaitu menggunakan metode stabilisasi sel darah merah (sel darah merah) manusia secara i n- vitro . Metode ini digunakan karena sel darah merah mirip dengan membran lisosom yang dapat mempengaruhi proses inflamasi, sehingga jika kestabilan sel darah merah terjaga maka stabilisasi membran lisosom juga akan terjaga. Hal ini ditunjukan melalui stabilisasinya terhadap sel darah merah yang di induksi dengan larutan hipotonik sehingga tidak terjadi lisis pada sel dan mencegah lepasnya hemoglobin (Hb) 9 . Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun Polygonum pulchrum Blume dengan metode stabilisasi sel darah merah secara in-vitro .
## Metode
A. Bahan Daun tumbuhan bambu-bambu ( Polygonum pulchrum Blume), NaCl, dinatrium hidrogen fosfat (Na 2 HPO 4 .2H 2 O), natrium dihidrogen fosfat (NaH 2 PO 4 .H 2 O), Natrium diklofenak, HCl, FeCl 3 (1%), pereaksi Lieberman-Bourchard, pereaksi Dragendorf, etanol 96%, serbuk magnesium, asam sulfat, reagen sianmet hemoglobin, pereaksi eosin, aquades, spoit, aluminium foil, kertas saring.
## B. Metode
1. Pembuatan Ekstrak Tanaman Sampel daun tumbuhan Polygonum pulchrum Blume diperoleh dan dikumpulkan di Kelurahan Kambu, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel disortasi basah dan kering kemudian dikering anginkan lalu dihaluskan hingga diperoleh serbuk simplisia. Selanjutnya serbuk simplisia diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%.
2. Skrining Fitokimia Skrining fitokimia dilakukan dengan metode reaksi warna untuk menguji adanya alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan terpenoid.
3. Karakterisasi Simplisia Karakterisasi simplisia dilakukan dengan melihat parameter spesifik meliputi pemeriksaan organoleptik, penentuan kadar sari larut air dan sari larut etanol, dan parameter non spesifik meliputi penentuan kadar air dan kadar abu.
4. Uji Aktivitas Antiinflamasi Metode Stabilisasi Membran Sel darah merah i. Pembuatan Larutan yang dibutuhkan a. Pembuatan dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M) 121,5 mL larutan Na 2 HPO 4 .2H 2 O (0,15 M) dicampurkan dengan 28,5 mL larutan NaH 2 PO 4 .2H 2 O (0,15 M) dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115˚C selama 30 menit.
b. Pembuatan Hiposalin
Larutan hiposalin dibuat kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115˚C selama 30 menit.
c. Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak dan Na diklofenak Dibuat larutan induk ekstrak dan kontrol (Na diklofenak) dalam larutan isosalin (2000 ppm). Kemudian masing-masing larutan diencerkan menjadi beberapa seri konsentrasi (50, 100, 200, 400, 800, 1600 ppm).
ii. Pembuatan Suspensi Sel darah merah Darah yang telah diperoleh dari volunteer (pendonor) dimasukkan ke dalam tabung sentrifus berisi larutan alsever steril sebanyak 10 mL. Selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang terbentuk dipisahkan. Endapan sel-sel darah dicuci dengan larutan isosalin dan disentrifugasi kembali. Proses dilakukan beberapa kali hingga supernatan jernih. Kemudian dibuat suspensi sel darah merah 10% dengan mencampurkan 2 mL darah merah dengan 18 mL larutan isosalin.
iii. Pengujian Aktivitas Ekstrak Terhadap Stabilisasi Membran Sel darah merah a. Pembuatan Larutan Kontrol Negatif
Larutan blanko terdiri dari 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M), 2 mL hiposalin, 1 mL larutan isosalin dan 0,5 mL suspensi sel darah merah.
b. Pembuatan Larutan uji
Larutan uji terdiri dari 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M), 2 mL hiposalin, 0,5 mL suspensi sel darah merah dan 1 mL larutan sampel.
c. Pembuatan Larutan Kontrol Positif Larutan kontrol positif terdiri dari 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M), 2 mL hiposalin,
0,5 mL suspensi sel darah merahdan 1 mL larutan Na diklofenak (Shailesh, 2011).
d. Pengukuran Stablisitas Sel darah merah Setiap larutan diinkubasi pada 56ºC selama 30 menit dan disentrifugasi pada 5000 rpm selama 10 menit. Cairan supernatan yang didapat diambil dan kandungan hemoglobinnya diperhitungkan dengan menggunakan photometer 5010 pada panjang gelombang 546 nm.
Persen stabilitas sel darah merah dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut (Chippada,dkk : 2011):
% Hemolisis = (1) % Stabilitas = 100 - (2)
## Hasil dan Pembahasan
## A. Hasil
1. Skrining Fitokimia Senyawa kimia yang dianalisis pada daun Polygonum pulchrum Blume adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. Hasil skrining fitokimia daun Polygonum pulchrum Blume disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Skrining fitokimia ekstrak etanol daun Polygonum pulchrum Blume
2. Karakterisasi Simplisia Karakterisasi simplisia dilakukan untuk melihat parameter spesifik (pemeriksaan organoleptik, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol) dan parameter non spesifik (kadar air dan kadar abu). Hasil karakterisasi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil karakterisasi simplisia Polygonum pulchrum Blume
Uji Fitokimia Pereaksi
Rujukan Hasil Kesimpulan Alkaloid Dragendorf Terbentuk endapan coklat atau merah hingga jingga Tidak terbentuk endapan Hasil (-) Flavonoid HCl + Mg Terbentuk warna merah atau merah jingga Terbentuk warna merah Hasil (+) Tannin FeCl 3 Terbentuk warna hijau ungu atau kehitaman Terbentuk warna hijau kehitaman Hasil (+) Saponin Air Terbentuk busa setinggi 1-10 cm dan stabil tidak kurang dari 10 menit Terbentuk busa Hasil (+) Terpenoid Lieberman Burchard Terbentuk warna coklat Tidak terbentuk warna coklat Hasil (-)
Jenis karakterisasi Hasil Organoleptis Bentuk
Warna Bau Kadar air Kadar abu Kadar sari larut etanol Kadar sari larut air Lanset Hijau Khas 9,03% 4,8% 22,06% 10,22%
## 3. Stabilisasi Sel darah merah
Hasil persentase stabilitas ekstrak etanol daun Polygonum dan natrium diklofenak sebagai pembanding menunjukkan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak maka meningkat pula potensi ekstrak dalam menstabilisasi sel darah merah, artinya potensi antiinflamasinya juga semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai % Stabilitas Ekstrak Daun Polygonum pulchrum Blume dan Natrium Diklofenak
## B. Pembahasan
Skrining fitokimia bertujuan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalam daun Polygonum pulchrum Blume. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun Polygonum pulchrum Blume mengandung flavonoid, tannin dan saponin. Ketiga senyawa ini diduga berperan dalam menstabilkan sel darah merah. Flavonoid memiliki kemampuan memblok siklooksigenase, asam arakhidonat sehingga sintesis prostaglandin terhambat. Saponin dan tanin memiliki komponen untuk mengikat kation, sehingga menstabilkan membran sel darah merah dan makromolekul lainnya 9 .
Senyawa yang memiliki kemampuan untuk menstabilkan membran dikenal dapat mengganggu proses awal dari fase inflamasi yaitu pelepasan enzim fosfolipase A2. Pelepasan fosfolipase A2 dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan memicu terbentuknya radikal bebas. Fosfolipase A2 berfungsi mengubah fosfolipid dalam membran sel menjadi asam arakidonat, yang sangat efektif dan cepat dimetabolisme oleh enzim siklooksigenase menjadi prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi.
Hasil penelitian Sadino 8 sebelumnya telah menunjukkan bahwa daun Polygonum pulchrum Blume memiliki aktivitas antioksidan. Aktivitas antiinflamasi erat hubungannya dengan aktivitas antioksidan. Antioksidan ini dapat mencegah terjadinya stress oksidatif yang mempengaruhi kestabilan sel darah merah 10 . Sel darah merah sangat rentan terhadap radikal bebas ( reactive oxygen species/ROS ), oleh karena itu diperlukan senyawa antioksidan dan antiinflamasi yang dapat melindungi sel. Senyawa antioksidan akan menghambat atau memperlambat oksidasi melalui penangkapan radikal bebas, sedangkan senyawa antiinflamasi akan menstabilkan membran sel. Stress oksidatif terjadi karena kadar radikal bebas ( reactive oxygen species /ROS) yang terlalu tinggi tidak mampu dinetralisir oleh antioksidan sehingga akan terjadi keadaan yang tidak seimbang antara radikal bebas ( reactive oxygen species /ROS) dan antioksidan. Kelebihan dari radikal bebas ( reactive oxygen species /ROS) dapat bereaksi dengan lipid, protein dan asam nukleat sehingga memicu kerusakan membran yang ditandai dengan hemolisis 11 .
Konsentrasi
% Stabilitas Ekstrak Daun Polygonum pulchrum Blume % Stabilitas Natrium Diklofenak 50 ppm 58,13 % 58,99 % 100 ppm 67,3 % 66,38 % 200 ppm 75,72 % 73,24 % 400 ppm 83,28 % 80,58 % 800 ppm 87,05 % 82,95 % 1600 ppm 92,99 % 87,05 %
Sel darah merah merupakan salah satu komponen darah yang jumlahnya paling banyak dalam susunan komponen darah manusia. Darah yang digunakan dalam penelitian ini adalah darah yang diperoleh dari sukarelawan sehat yang tidak mengkonsumsi obat AINS selama dua minggu yang diambil secara langsung oleh tenaga medis di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Kendari. Sel darah merah yang normal memiliki bentuk bikonkaf, tidak memiliki inti dan mengandung hemoglobin yang merupakan representasi warna merah dalam darah. Bentuk dari sel darah merah ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (Gambar 1). Sel darah merah yang normal juga dapat dilihat melalui stabilitas membrannya. Bila sel darah merah terpapar zat berbahaya seperti larutan hipotonik atau berada di dalam media yang dipanaskan maka akan terjadi hemolisis. Pada keadaan hemolisis, maka membran sel dalam keadaan luka sehingga sel lebih rentan terhadap radikal bebas yang dapat mengakibatkan peroksidasi lipid dan akan mengakibatkan kerusakan sel yang lebih parah 11 .
Gambar 1. Sel darah merah yang telah ditambah ekstrak etanol daun Polygonum pulchrum Blume
Stabilisasi dari sel darah merah digunakan sebagai metode untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi secara invitro. Hal ini dikarenakan sel darah merah mirip dengan membran lisosom yang dapat mempengaruhi proses inflamasi sehingga stabilitas lisosom penting dalam membatasi respon inflamasi, yaitu dengan cara mencegah pelepasan enzim dari dalam lisosom selama proses inflamasi berlangsung. Dengan demikian, stabilisasi sel darah merah yang diinduksi dengan larutan hipotonik dapat digunakan sebagai ukuran untuk mengindikasikan stabilisasi dari membran lisosom 12 .
Hasil analisis larutan uji yang memiliki aktivitas antiinflamasi dapat dilihat dari besar kecilnya kadar hemoglobin yang terdapat pada larutan uji. Kadar hemoglobin yang kecil menandakan lisis yang terjadi juga sedikit dan sebaliknya jika kadar hemoglobinnya besar maka lisis yang terjadi juga banyak. Aktivitas antiinflamasi dari ekstrak daun Polygonum pulchrum Blume tidak hanya dilihat dari kadar hemoglobinnya tetapi dapat pula dilihat dari persen stabilitasnya.
Nilai persen stabilisasinya meningkat seiring bertambahnya konsentrasi disebabkan karena kandungan senyawa penstabil membran sel darah merah dalam setiap konsentrasi semakin meningkat. Data aktivitas antiinflamasi yang telah diperoleh dari masing-masing konsentrasi ekstrak dan natrium diklofenak dilakukan uji statistik menggunakan SPSS ( Statistical Package For Social Science ) ANOVA satu arah dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT/LSD) dengan metode Tukey kemudian dilakukan pengujian menggunakan homogeneous subsets untuk mengetahui sampel yang tidak berbeda secara signifikan atau identik, Hasil analisis menggunakan homogeneous subsets menunjukkan bahwa ekstrak dengan konsentrasi 400 ppm, 800 ppm dan 1600 ppm identik dengan natrium diklofenak konsentrasi 1600 ppm. Oleh karena itu ekstrak daun Polygonum pulchrum Blume dapat berpotensi sebagai antiinflamasi.
## Kesimpulan
a. Kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam daun tumbuhan bambu-bambu
( Polygonum pulchrum Blume) adalah flavonoid,tanin dan saponin.
b. Daun tumbuhan bambu-bambu ( Polygonum pulchrum Blume) memiliki kemampuan antiinflamasi yang diukur menggunakan metode stabilisasi sel darah merah. Persentase stabilitas ekstrak etanol daun tumbuhan bambu-bambu ( Polygonum pulchrum Blume) yaitu pada 50 ppm (58,13%), 100 ppm (67,3%), 200 ppm (75,72%), 400 ppm (83,28%), 800 ppm (87,05%) dan 1600 ppm (92,99%) menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula aktivitas antiinflamasinya.
## Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo dan RS PMI Propinsi Sulawesi Tenggara atas fasilitas yang telah diberikan.
## Daftar Pustaka
1. Narande, J. M., Anne W. Dan Adithya Y., Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Suji ( Dracaena Angustifolia Roxb ) Terhadap Edema Kaki Tikus Putih Jantan Galur Wistar, Jurnal Ilmiah Farmasi 2013, 2(3); 2302 – 2493.
2. Riduan R. J., Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Merah terhadap Gambaran Histopatologi Pankreas yang Diinduksi Aloksan, Majority , 2015, 4(8).
3. Lopez , S. N., Sierra M. G., Gattuso S. J., Furlan R. L. dan Zacchino S. A., An Unusual Homoisoflavanone and Structurally-Related Dihydrochalcone from Polygonum ferrugineum (Polygonaceae), Phytochemistry 2006, 67(6); 2152–2158.
4. Vlientinck A. J, Van L. H, Totte. J, Lasure. A, Vanden B. D, Rwangabo P. C dan Mvukiyumwami. J., Screening of Hundred Rwandese Medicinal Plants for Antimicrobial and Antiviral Properties, Journal of Ethnopharmacology , 1995, 46 ;
31-47.
5. Johnson, T., CRC Ethnobotany Desk Reference , CRC Press. California. 1998.
6. Sahidin, Nohong, Asrul S., Marianti A., Asep S., Harto W.,Syarulnataqain B., Radical Scavenging Activity Of Triterpene Steroids From Stem Of Polygonum pulchrum Bl, International Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences, 2014, 6; 0975-1491.
7. Poko F.,R., Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Batang Tanaman Bambu-bambu (Polygonum puchrum Blume) pada Mencit Jantan Galur BALB/C , Skripsi 2015, Universitas Halu Oleo, Kendari.
8. Sadino, A., Uji Aktivitas Antimikroba, Antioksidan Dan Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Akar, Batang, Daun Dan Bunga Tumbuhan Bambu-Bambu (Polygonum pulchrum Blume) , Skripsi 2016, Universitas Halu Oleo, Kendari.
9. Arifah R. N, Nora I, M. Agus W., 2017, Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Kasar Buah Asam Paya ( Eleiodoxa conferta (Griff.) Buret) Secara In-Vitro Dengan Metode Stabilisasi Membran HRBC ( Human Red Blood Cell ), JKK , 2017, 6(1); 2303-1077.
10. Kumar, V., Bhat Z. A., Dinesh. K., Puja. B., Sheela. S., In Vitro Anti-Inflamatory Activity of Leaf Extracts of Basella Alba Linn. Var. Alba, International Journal of Drug Development and Research , 2011, 3(2); 0975-9344. 11. Murningsih, T., dan Ahmad F., Evaluasi Aktivitas Anti-Inflamasi dan Antioksidan Secara In-Vitro , Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total Pada Terminalis spp., Berita Biologi , 2016, 15(2); 159-166
12. Wiranto E., Muhamad A. W., Puji A., Aktivitas Antiinflamasi Secara In-Vitro Ekstrak Teripang Butoh Keling ( Holothuria leucospilota Brandt) dari Pulau Lemukutan, JKK , 2016, 5(1).
|
c04fa2a9-bfa7-433f-a3c5-0a663f18931f | https://jurnalkampus.stipfarming.ac.id/index.php/am/article/download/470/320 |
## Analisis Profitabilitas Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Di CV. Alam Lestari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
(Profitability Analysis Of Durian Plant Nursery Farming In Cv. Alam Lestari
Salaman Sub-District, Magelang District) 1 2 3
Muhammad Rifqi Taqiuddin Rafif , Agus Setiadi , dan Titik Ekowati Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, S.H Tembalang, Semarang [email protected], [email protected], [email protected]
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profitabilitas usahatani pembibitan tanaman durian CV. Alam Lestari yang terdiri dari analisis profitabilitas, gross profit margin, dan net profit margin. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus, kasus yang terjadi pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pendirian usaha apakah berpengaruh terhadap alokasi sumber biaya (investor atau bank) yang memerlukan gambaran analisis usahatani. Dalam perkembangannya, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui langkah yang dilakukan dalam menghadapi kondisi yang ada di lapangan. Pemilihan sampel dari pemilik dan 15 karyawan di CV. Alam Lestari yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi yang diperlukan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh di analisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis profitabilitas, gross profit margin, dan net profit margin. Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan untuk produksi pembibitan tanaman durian oleh CV. Alam Lestari setiap bulannya adalah sebesar Rp. 161.995.250, penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp. 238.552.500, pendapatan sebesar Rp. 76.632.250. Profitabilitas rata-rata usahatani pembibitan tanaman durian CV. Alam Lestari setiap bulannya adalah sebesar 46,57%, Gross Profit Margin sebesar 31,42%, Net Profit Margin sebesar 24,51% dan dapat diartikan finansial layak dilaksanakan atau profit serta margin laba kotor dan margin laba bersih di atas standar rata-rata industri.
Kata kunci : durian; pembibitan; produksi; profitabilitas; usahatani
## ABSTRACT
This study aims to analyze the profit ability of durian plant nursery farming CV Alam Lestari which consists of profitability analysis, gross profit marginz, and net profit margin. The research method used in this research is a case study, a case that occurs in the amount of costs incurred for the establishment of a business whether it affects the allocation of cost sources (investors or banks) that require an overview of farming analysis. In its development, it is necessary to analyze to find out the steps taken in dealing with existing conditions in the field. Sample selection from the owner and 15 employees at CV Alam Lestari who know and have various information needed to support the research conducted. The data obtained is analyzed using qualitative and quantitative analysis. Quantitative analysis is used to analyze profitability, gross profit margin, and net profit margin. The average production costs incurred for the production of durian plant nurseries by CV. Alam Lestari every month is Rp. 161,995,250, the average revenue obtained is Rp. 238,552,500, income of Rp. 76,632,250. The average profitability of durian plant nursery farming CV. Alam Lestari every month is 46.57%, Gross Profit Margin of 31.42%, Net Profit Margin of 24.51% and can be interpreted as financially feasible or profit as well as gross profit margin and net profit margin above the industry average standard.
Keywords : durian; nursery; production; profitability; farming
## PENDAHULUAN
Sektor pertanian Indonesia masih memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Indonesia tergolong dalam negara berkembang dan pertanian memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Peranan pertanian di pembangunan ekonomi Indonesia semakin strategis terhadap devisa negara bahkan dikatakan satu-satunya sektor yang mampu bertahun di tengah krisis ekonomi, dengan adanya otonomi daerah saat ini daerah harus mandiri dalam memanfaatkan potensi daerah serta dapat memperbesar kemampuan pembiayaan daerah dan meningkatkan kesejahteraan (Zulhadi, 2010). Pertanian merupakan sektor penopang terbesar kedua bagi perekonomian Indonesia. Produk domestik bruto (PDB) lapangan usaha pertanian atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp2,25 kuadriliun s e p a n j a n g 2 0 2 1 . N i l a i t e r s e b u t berkontribusi sebesar 13,28% terhadap PDB nasional. Masyarakat masih memilih pada sektor pertanian untuk dijadikan sumber mata pencaharian baik menjadi petani maupun menjadi pelaku usahatani. Subsektor pertanian yang banyak diminati adalah subsektor hortikultura, khususnya buah-buahan (BPS, 2021).
Buah-buahan merupakan jenis t a n a m a n h o r t i k u l t u r a y a n g h a s i l produknya bersifat tahunan dan dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral serta k o m o d i t a s y a n g b a i k u n t u k dikembangkan di daerah (Septiadi & Nursan, 2021). Tanaman hortikultura memiliki dua kontribusi yang besar yaitu sebagai sumber pemenuhan gizi penduduk dan subsektor yang dapat menghasilkan nilai tambah (Septiadi & Mundiyah, 2020). Durio zibethinus Murr. merupakan jenis tanaman hortikultura, yakni spesies durian yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan karena rasa dan aroma pada buahnya yang khas. Di Indonesia telah
ditemukan 18 jenis durian dan hanya sembilan jenis yang dapat dikonsumsi. Buah durian banyak mengandung kalori, vitamin, lemak dan protein. Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan perkapita meningkatkan kebutuhan konsumsi buah durian (Suryawan et al ., 2020). Produksi durian di Indonesia mencapai 1,35 juta ton pada 2021. Jumlah itu naik 19,40% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 1,13 juta ton. Durian dicari oleh masyarakat karena aroma yang tajam pada durian. Dengan aroma tajam tersebut, masyarakat Indonesia menjadikan durian untuk selalu dijadikan pusat konsumsi. Tampaknya aroma tersebut juga menjadi pemicu masyarakat untuk memakan buah durian dalam jumlah yang banyak (Nursamsi, 2019).
Mayoritas durian berdaging tebal, gemuk, warnanya kuning, kering berbiji kecil dan manis. Hal tersebut juga termasuk ke dalam syarat mutu ekspor durian unggulan. Namun, untuk mendapatkan durian jenis yang sesuai kriteria sangatlah sulit. Pada umumnya, petani jarang yang hanya menanam satu jenis durian di kebunnya, namun beraneka jenis. Berdasarkan permasalahan tersebut banyak petani mengganti tanaman buah duriannya dengan bibit yang bersertifikasi. Bibit yang dipilih oleh petani adalah bibit dari indukan yang berkualitas. Komoditas durian menyimpan potensi ekonomi yang besar sebagai salah satu penggerak ekonomi dari sektor pertanian. Negara tetangga, Thailand, telah berhasil membuktikannya yang sekarang disusul oleh Malaysia. Di Indonesia, durian menempati posisi ke-4 produksi buah nasional setelah pisang, jeruk dan mangga. Produksi durian nasional tahun 2014 mencapai 855.554 ton. Budidaya tanaman durian ( Durio zibethinus L .) di Indonesia memiliki prospek tinggi karena mempunyai nilai komersial yang tinggi dan permintaan konsumen pada saat musim durian yang cukup tinggi (Suryawan et al ., 2012).
95 1 2 3
Muhammad Rifqi Taqiuddin Rafif , Agus Setiadi , dan Titik Ekowati : Analisis Profitabilitas Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Di CV. Alam Lestari
Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah yang memiliki kecocokan untuk budidaya durian. Hal itu dibuktikan dengan keadaan iklim yang cocok di Kabupaten Magelang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman durian. Jumlah pohon durian dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari sekitar 24.000 meningkat sampai 100.000 lebih (BPS, 2020). Hal itu menandakan semakin meningkatnya minat petani di Kabupaten Magelang terhadap budidaya durian, khususnya di K e c a m a t a n S a l a m a n s e m a k i n meningkat tiap tahunnya. Hal itu juga berpengaruh terhadap permintaan bibit durian. Produksi bibit durian di CV. Alam Lestari Kecamatan Salaman masih rendah yang berkisar 20.000 sampai dengan 30.000 batang per bulan (BPP Kecamatan Salaman). Rendahnya produksi bibit durian dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dan diperlukan s t r a t e g i d a l a m p e n g e m b a n g n a produktivitas bibit durian. Jika harga menurun maka produksi meningkat dan jika permintaan menurun maka penawaran meningkat begitu juga sebaliknya (Zamili et al ., 2020)
Kecamatan Salaman merupakan salah satu daerah sentra produksi tanaman hortikultura di Kabupaten Magelang. Kebutuhan bibit tanaman hortikultura khususnya tanaman durian diproduksi oleh petani bibit. Permasalahan yang timbul adalah petani bibit umumnya belum secara rinci melakukan analisis usahataninya, termasuk CV. Alam Lestari. Hal tersebut perlu dilakukan oleh setiap usahatani, mengingat pentingnya p e n c a p a i a n t u j u a n p e n i n g k a t a n pendapatan dan mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Pengembangan lebih lanjut usahatani diperlukan biaya yang besar yang berasal dari investor atau bank, pihak penyalur dana memerlukan gambaran tentang keadaan usahatani pembibitan yang akan dibiayainya,
yakni analisis usahatani pembibitan t a n a m a n d u r i a n . D a l a m perkembangannya, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui langkah yang dilakukan dalam menghadapi kondisi y a n g a d a d i l a p a n g a n . Ti n g k a t keberhasilan suatu usaha dilihat dari analisis finansial usaha tersebut, untuk mengetahui biaya yang digunakan, resiko yang terjadi agar terhindar dari kerugian. Maka perlu dilakukan studi analisis profitabilitas usahatani pada pembibitan tanaman durian agar usaha pembibitan dapat menguntungkan.
Faktor internal dalam produksi bibit durian di CV. Alam Lestari terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor k e k u a t a n n y a , t a n a m a n m u d a h dibudidayakan, perawatan mudah, sesuai iklim, kualitas bibit unggul. Sedangkan kelemahannya, lahan terbatas, sulit mencari tenaga kerja, modal terbatas. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang yaitu berupa saluran pemasaran yang pendek, harga tinggi, pangsa pasar luas, kebutuhan bibit dalam negeri tinggi, bahan baku mudah diperoleh. Sedangkan ancamannya, serangan hama dan penyakit, perubahan musim, persaingan antar produsen. Faktor dalam produksi bibit durian perlu dipertimbangkan karena dalam p e n g e m b a n g a n n y a j u g a d a p a t menyebabkan untung ruginya dari produsen. Selain itu juga perlu dilakukan analisis dalam peningkatan pendapatan dan dalam pengalokasian sumberdaya secara efektif dan efisien. CV. Alam Lestari dalam menjalankan usahanya baru melakukan pembukuan keuangan secara sederhana. Usaha ini juga menghadapi perubahan dalam jumlah dan biaya produksi karena pengadaan bahan baku oleh pemilik.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penerimaan, pendapatan dan profitabilitas pada usaha pembibitan tanaman durian di CV. Alam Lestari Kecamatan Salaman serta menganalisis
rasio profitabilitas usaha pembibitan tanaman durian melalui Gross Profit Margin, dan Net Profit Margin di CV. Alam Lestari Kecamatan Salaman. Manfaat penelitian ini bagi pelaku usahatani adalah dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengetahui tentang usahatani pembibitan durian yang lebih baik; bagi instansi terkait sebagai sarana evaluasi terkait dengan profitabilitas pelaku usahatani sehingga dapat dijadikan acuan dalam pemertaan pelaksanaan program.
## METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus. Metode studi kasus banyak digunakan dalam meneliti secara empiris berbagai karakteristik dan hubungan berbagai variabel sosiologi dan psikologi. Kasus yang terjadi pada penelitian ini b a n y a k n y a p e s a i n g u s a h a t a n i pembibitan durian dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pendirian usaha a p a k a h b e r p e n g a r u h t e r h a d a p profitabilitas. Metode studi kasus digunakan untuk memperoleh hasil penelitian secara mendalam dan detail dengan melakukan penelitian secara komprehensif pada objek penelitian (Afidah, 2023). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data yang d i g u n a k a n d a l a m p e n e l i t i a n i n i bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti. Data primer diperoleh dan dikumpulkan dengan teknik wawancara bersama narasumber (dalam hal ini adalah pelaku usahatani) menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti yang berupa buku, jurnal, dokumen dari instansi terkait. Data
sekunder diperoleh dan dikumpulkan dari beberapa sumber, yaitu dari buku, jurnal, dokumen dari instansi terkait.
## ANALISIS DATA
M e t o d e a n a l i s i s d a t a y a n g digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan mengenai keadaan secara faktual sesuai dengan fakta yang ada dalam lapangan serta dapat menjelaskan variabel yang d i t e l i t i , s e p e r t i p e n d a p a t a n d a n profitabilitas yang diperoleh dalam usahatani, serta tingkat kelayakan usahatani pembibitan tanaman buah durian. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa yang terjadi dalam bentuk angka yang bermakna yang menghitung serta merinci pendapatan dan profitabilitass, tingkat kelayakan usahatani pembibitan tanaman durian. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu a n a l i s i s b i a y a , p e n e r i m a a n , d a n pendapatan. analisis profitabilitas usahatani pembibitan tanaman buah durian.
a. Analisis Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan
P e r h i t u n g a n b i a y a p r o d u k s i usahatani pembibitan tanaman buah durian menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap pada usahatani pembibitan tanaman buah durian meliputi b i a y a p a j a k , s e w a l a h a n , s e r t a penyusutan alat pertanian. Sedangkan biaya variabel pada usahatani pembibitan tanaman buah durian meliputi biaya tenaga kerja, bibit, pupuk, pestisida, dan lain-lain. Biaya adalah nilai dari penggunakan produksi dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan (Soekartawi, 2005). Secara sistematis, biaya produksi dihitung dengan rumus sebagai berikut
97
1 2 3
Muhammad Rifqi Taqiuddin Rafif , Agus Setiadi , dan Titik Ekowati : Analisis Profitabilitas Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Di CV. Alam Lestari
TC = TFC + TVC Keterangan : TC : total biaya usahatani (Rp) TFC : total biaya tetap usahatani (Rp) TVC : total biaya variabel usahatani
(Rp)
P e r h i t u n g a n p e n e r i m a a n usahatani pembibitan tanaman buah durian dilakukan untuk mengetahui besarnya hasil seluruh penjualan bibit tanaman buah durian yang diproduksi. Penerimaan adalah hasil perkalian antara hasil produksi dengan harga jual dan dinilai dalam satuan rupiah (Yusuf et al ., 2016). Secara sistematis, penerimaan dihitung dengan rumus sebagai berikut.
TR = Q . P Q
Keterangan :
TR : total penerimaan usahatani (Rp) Q : jumlah produksi (polybag) P : harga jual per satuan polybag
Q (Rp)
P e r h i t u n g a n p e n d a p a t a n usahatani pembibitan tanaman buah durian dilakukan untuk mengetahui pendapatan bersih dari usahatani pembibitan tanaman buah durian yang dilaksanakan. Perhitungannya adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi dalam usahatani. Pendapatan juga disebut keuntungan absolut digunakan dalam usahatani untuk mencari keuntungan absolut. Pendapatan adalah selisih antara biaya penerimaan dengan biaya produksi (Mamondol, 2016). Secara sistematis pendapatan dihitung dengan rumus sebagai berikut.
I = TR – TC Keterangan : I : pendapatan usahatani (Rp) TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp)
b. A n a l i s i s P r o f i t a b i l i t a s Usahatani
P r o f i t a b i l i t a s a d a l a h pengukuran akan efisiensi dalam u s a h a d e n g a n m e n g g u n a k a n sumberdaya untuk menghasilkan laba atau pendapatan bersih suatu usaha (Kay et al ., 2012). Pendapatan b e r s i h d a l a m u s a h a h a r u s dipertimbangkan sebagai titik awal d a l a m m e n g a n a l i s i s t i n g k a t profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah indikator dalam mengukur efisiensi keseluruhan dalam usaha. Rumus profitabilitas adalah sebagai berikut :
Pengujian ini dilakukan dengan uji one sample t-test. Uji one sample t- test adalah suatu analisis untuk membandingkan nilai dengan rata- rata sampel berbeda nyata atau tidak. Uji one sample t-test bertujuan untuk m e n g u k u r p e n g a r u h v a r i a b e l independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Taraf signifikasi dalam uji t i n i a d a l a h p a d a t i n g k a t 5 % . Profitabilitas dibandingkan suku bunga bank deposito. Suku bunga bank deposito untuk bank BRI tahun 2023 per tahunnya sebesar 3,75%. Hipotesis statistik :
H0 : μ ≤ 3,75%, profitabilitas usahatani pembibitan durian kurang dari sama dengan suku bunga bank deposito sebesar 3,75% H1 : μ > 30%, profitabilitas usahatani pembibitan durian lebih standar suku bunga bank deposito sebesar
3.75%
Apabila hasil signifikasi ≤ 5% maka H0 ditolak, artinya profitabilitas berbeda nyata dengan suku bank deposito yang berlaku Apabila hasil signifikasi > 5% maka H1 ditolak, artinya profitabilitas tidak berbeda nyata dengan suku bunga bank deposito yang berlaku
Gross Profit Margin bertujuan untuk menunjukkan besarnya keuntungan kotor yang diperoleh usahatani dari penjualan bibit durian. Semakin besar nilai Gross Profit Margin yang didapatkan, maka semakin baik operasi dalam usahatani tersebut. Secara sistematis analisis Gross Profit Margin dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Pengujian ini dilakukan dengan uji one sample t-test. Uji one sample t-test a d a l a h s u a t u a n a l i s i s u n t u k membandingkan nilai dengan rata-rata sampel berbeda nyata atau tidak. Uji one sample t-test bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Taraf signifikasi dalam uji t ini adalah pada tingkat 5%. G P M d i p e r o l e h d e n g a n c a r a membandingkan hasil dengan rata rata industri di sektor pertanian sebesar 30% (Kasmir, 2016).
Hipotesis statistik : H0 : μ ≤ 30%, GPM usahatani pembibitan durian kurang dari sama dengan standar rata-rata i n d u s t r i s e k t o r p e r t a n i a n sebesar 30%
H1 : μ > 30%, GPM usahatani pembibitan durian lebih standar rata-rata industri di sektor pertanian sebesar 30%
Nilai Signifikasi : α = 5%
Kriteria pengujian : Apabila hasil signifikasi ≤ 5% maka H0 ditolak, artinya GPM berbeda nyata dengan GPM pada standar rata-rata industri sektor pertanian yang berlaku.
Apabila hasil signifikasi > 5% maka H1 ditolak, artinya GPM tidak berbeda nyata dengan nilai GPM pada standar rata-rata industri sektor pertanian yang berlaku.
Net Profit Margin bertujuan untuk mengetahui kemampuan usahatani dalam menghasilkan laba bersih. Nilai rata-rata Net Profit Margin dalam sebuah usaha adalah 5,7%. Secara sistematis Net Profit Margin dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Pengujian ini dilakukan dengan uji one sample t-test . Uji one sample t-test adalah suatu analisis untuk membandingkan nilai dengan rata-rata sampel berbeda nyata atau tidak. Uji one sample t-test bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Taraf signifikasi dalam uji t ini adalah pada tingkat 5%. Apabila nilai signifikasi <0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen b e r p e n g a r u h t e r h a d a p v a r i a b e l dependen, begitu juga sebaliknya (Murti et al ., 2019). Nilai NPM diperoleh dengan cara membandingkan hasil dengan standar rata-rata industri di sektor pertanian sebesar 20% (Kasmir, 2016) Hipotesis statsitik : H0 : μ ≤ 20%, NPM usahatani pembibitan durian kurang dari sama dengan standar rata-rata industri sektor pertanian sebesar 20%
H1 : μ > 20%, NPM usahatani pembibitan durian lebih standar rata-rata industri sektor pertanian sebesar 20%
99
1 2 3
Muhammad Rifqi Taqiuddin Rafif , Agus Setiadi , dan Titik Ekowati : Analisis Profitabilitas Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Di CV. Alam Lestari
Nilai Signifikasi : α = 5%
Kriteria pengujian : Apabila hasil signifikasi ≤ 5% maka H0 ditolak, artinya NPM berbeda nyata dengan NPM pada standar rata-rata industri sektor pertanian yang berlaku.
Apabila hasil signifikasi > 5% maka H1 ditolak, artinya NPM tidak berbeda nyata dengan nilai NPM pada standar rata-rata industri sektor pertanian yang berlaku.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Profil Perusahaan
CV. Alam Lestari terletak di Dusun Planden, Desa Jebengsari, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang didirikan pada tahun 2008.
CV. Alam Lestari salah satu badan usaha berbentuk CV yang bergerak di sektor pembibitan hortikultura, khususnya buah- buahan. Pembibitan yang dilakukan oleh CV. Alam Lestari guna memperbanyak tanaman.
Dengan adanya tanaman induk durian, CV. Alam Lestari melakukan perbanyakan tanaman dengan secara sambung dan terus berkemang hingga sekarang dengan kemampuan produksi tinggi. Di CV. Alam Lestari ini memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut.
1. Sumber air meliputi tandon air, pompa air, pralon atau selang
2. Bangunan kantor pemasaran
3. Gudang meliputi gudang media tanam dan gudang peralatan
4. Naungan paranet
5. Transportasi Peralatan
## Analisis Usahatani
Investasi Tabel 1. Investasi CV. Alam Lestari
Sumber : Data primer diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 1. investasi pembibitan tanaman durian terbagi menjadi 2 jenis aset investasi yaitu pembangunan fasilitas pembibitan dan peralatan. Pembangunan fasilitas pembibitan meliputi kantor pemasaran, gudang, mobil pickup, naungan sumur,
tandon air serta pompa air dan pipa dengan investasi dengan persentase 97% atau seharga Rp. 418.024.000. Sedangkan investasi peralatan dengan persentase 3% atau seharga Rp. 8.490.000.
## Penyusutan
Tabel 2. Penyusutan CV. Alam Lestari
Sumber : Data primer diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 2. penyusutan dalam pembibitan tanaman durian terbagi menjadi 2 jenis penyusutan, yaitu fasilitas pembibitan dan peralatan. Perhitungan penyusutan dihitung per tahun dan bulan. Total penyusutan per bulan pada CV. Alam Lestari sebesar Rp. 2.672.000 dan per tahunnya sebesar Rp.
38.285.000. Nilai penyusutan terbesar pada fasilitas pembibitan yaitu di kantor
pemasaran dengan umur pakai selama 25 tahun dan nilai penyusutan sebesar Rp. 7.942.400 per tahun dan penyusutan per bulannya sebesar Rp. 661.800. Harga akhir semua jenis penyusutan adalah Rp. 0,-. Hal ini karena perusahaan memiliki taksiran bahwa setelah umur ekonomi habis maka jenis aset yang diinvestasikan tidak memiliki manfaat kembali.
## Biaya Produksi
Tabel 3. Biaya Variabel per Bulan CV. Alam Lestari
## Sumber : Data primer diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 3. biaya variabel meliputi pembelian biji durian, tangkai entres, polybag, tanah, ajir bambu, pupuk, plastik sambung, pestisida, rafia, dan label . Biaya variabel tertinggi pada bulan Agustus tahun 2022 yakni, sebesar
Rp. 134.775.000, sedangkan biaya variabel terkecil pada bulan April 2023 yakni, sebesar Rp. 42.750.000. Rata-rata biaya variabel setiap bulannya pada CV. Alam Lestari sebesar Rp. 115.706.250.
101
1 2 3
Muhammad Rifqi Taqiuddin Rafif , Agus Setiadi , dan Titik Ekowati : Analisis Profitabilitas Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Di CV. Alam Lestari
Tabel 4. Biaya Tetap per Bulan CV. Alam Lestari
Sumber : Data primer diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 4. biaya tetap yang dikeluarkan dalam pembibitan
tanaman durian yaitu sejumlah Rp 46.214.000 setiap bulannya
## Produksi Pembibitan Durian
Berdasarkan Ilustrasi 1. jumlah produksi pembibitan tanaman durian menunjukkan produksi tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2022 sebesar 11.980 bibit dan produksi terendah pada bulan April sebesar 4.000 bibit. Hal tersebut dikarenakan pada bulan April memasuki bulan Ramadhan dan dapat dikatakan
produksi menurun drastis seiring dengan permintaan di pasar. Namun, pada bulan sebelumnya, seperti Februari dan Maret masing-masing sebesar 11.820 dan 11.200 bibit produksi sudah dioptimalkan untuk antisipasi apabila ada permintaan pasar.
## Penerimaan
Tabel 6. Penerimaan CV. Alam Lestari 2022-2023
Berdasarkan Tabel 6. penerimaan yang didapatlan rata-rata penerimaan CV.
Alam Lestari pada tahun 2022-2023 adalah sebesar Rp. 237.848.182 setiap bulannya. Pada CV. Alam Lestari dari bulan Desember 2022 sebesar Rp.
270.300.000 dengan penjualan bibit sebanyak 9010 merupakan penerimaan tertinggi. Penerimaan yang tinggi dikarenakan harga jual yang tinggi dan jumlah bibit yang terjual.
Sumber : Data primer diolah, 2023
## Pendapatan
Tabel 7. Pendapatan CV. Alam Lestari 2022-2023
Sumber : Data primer diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 7. diperoleh dalam produksi pembibitan tanaman durian cenderung mengalami perubahan tergantung dengan permintaan pasar dan harga jual serta biaya yang dikeluarkan. Pendapatan tertinggi pada bulan Desember 2022 sebesar Rp. 106.636.000, sedangkan pendapatan
terendah pada bulan April 2023 sebesar Rp. 23.716.000 yang disebabkan karena permintaan dari pasar menurun. Pendapatan rata-rata yang diperoleh CV. Alam Lestari dari periode bulan Juni 2022 sampai bulan mei 2023 sebesar Rp. 76.632.250.
103
1 2 3
Muhammad Rifqi Taqiuddin Rafif , Agus Setiadi , dan Titik Ekowati : Analisis Profitabilitas Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Di CV. Alam Lestari
## Profitabilitas
Tabel 8. Profitabilitas CV. Alam Lestari 2022-2023
Sumber : Data primer diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 8, hasil rasio profitabilitas pembibitan tanaman durian di CV. Alam Lestari memiliki profitabilitas rata-rata 46,57%. Profitabilitas tertinggi pada periode bulan Desember 2022
sebesar 65,15% dan profitabilitas terendah terjadi pada bulan April 2023 sebesar 26,66%. Profitabilitas yang tinggi disebabkan karena pendapatan yang diperoleh tinggi.
Tabel 9. Hasil Uji One Sampel t Test Profitabilitas Pembibitan Tanaman Durian
Sumber : Data primer diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 9. sebelum melakukan uji One sample T-test , maka d i l a k u k a n u j i n o r m a l i t a s u n t u k mengetahui data memiliki distribusi normal atau tidak. Nilai signifikasi m e n u n j u k k a n 0 , 2 0 0 y a n g d a p a t dikatakan bahwa asumsi normalitas terpenuhi. One sample t test profitabilitas dibandingkan dengan suku bunga bank BRI deposito menunjukan bahwa nilai signifikasi profitabilitas rata-rata setiap
bulannya adalah 46,57 %. Nilai signifikasi uji one sample t test menunjukkan 0,001 <0,005 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan nyata antara profitabilitas dengan suku bunga BRI. B e r d a s a r k a n u j i d i a t a s m a k a profitabilitas pembibitan tanaman durian di CV. Alam Lestari dapat dikatakan menguntungkan.
Tabel 10. Perhitungan Gross Profit Margin Pembibitan Tanaman Durian
Berdasarkan Tabel 10, dalam pembibitan tanaman durian di CV. Alam Lestari selama 1 tahun per bulannya memiliki rata-rata 31,42%. GPM tertinggi pada bulan Desember tahun 2022 sebesar 39,45% dan terendah pada bulan April 2023 sebesar 21,05%.
Penurunan GPM terjadi pada bulan Januari dan mengalami peningkatan pada bulan Mei. Perusahaan mampu terus meningkatkan GPM yang berarti biaya yang dikeluarkan untuk penjualan semakin efisien.
Tabel 11. Hasil Uji One Sample t-Test nilai GPM Pembibitan Tanaman Durian
Berdasarkan Tabel 11. nilai uji normalitas adalah 0,200; tes value 30%; mean 31,42%; one sample t-test 0,365. GPM sebesar 31,42% menunjukkan bahwa kurang dari nilai signifikasi nilai GPM lebih dari 30% (>0,30) sehingga H0 diterima dan HI ditolak. Hal tersebut diartikan bahwa antara tidak terdapat perbedaan antara GPM CV. Alam Lestari
dan rata-rata GPM pada industri yang ada. Apabila dilihat rata-rata GPM CV. Alam Lestari selisih dengan rata-rata GPM industri <5%. GPM CV. Alam Lestari memiliki rata-rata lebih tinggi daripada rata-rata GPM industri yang ada yaitu 31,58% jika dibandingkan dengan rata- rata GPM industri sesuai dengan buku Kasmir (2010) yaitu sebesar 30%.
105 1 2 3
Muhammad Rifqi Taqiuddin Rafif , Agus Setiadi , dan Titik Ekowati : Analisis Profitabilitas Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Di CV. Alam Lestari
## Net Profit Margin
Tabel 12. Perhitungan Net Profit Margin Pembibitan Tanaman Durian
Berdasarkan Tabel 12. pembibitan tanaman durian di CV. Alam Lestari selama 1 tahun memiliki rata-rata 24,51%. Nilai NPM tertinggi pada bulan Desember tahun 2022 sebesar 30,77% dan terendah pada bulan April tahun 2023 sebesar 16,42%. Hal ini dapat dikatakan bahwa NPM pada CV. Alam Lestari profit
Sumber : Data primer diolah, 2023
sesuai dengan standar industri sebesar 20%. NPM dihitung dari pendapatan yang telah dikurangi pajak sebanyak 22%. Besaran pajak telah diatur pada UU PPh pasal 17 ayat (2) bahwa tarif untuk CV dan PT yang digunakan adalah yakni tarif PPh untuk badan sebesar 22%.
Tabel 13. Hasil Uji One Sampel t-Test Nilai NPM Pembibitan Tanaman Durian
## Sumber : Data primer diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 12. nilai uji normalitas adalah 0,200; tes value 20%; mean 24,51%; one sample t-test 0 ,003. GPM sebesar 24,51% menunjukkan bahwa kurang dari nilai signifikasi nilai GPM lebih dari 20% (>0,20) sehingga H0 diterima dan HI ditolak. Hal tersebut diartikan bahwa antara tidak terdapat perbedaan antara GPM CV. Alam Lestari dan rata-rata NPM pada industri yang ada. Apabila dilihat rata-rata GPM CV. Alam Lestari selisih dengan rata-rata GPM industri <5%. GPM CV. Alam Lestari memiliki rata-rata lebih tinggi daripada rata-rata GPM industri yang ada yaitu
24,51% jika dibandingkan dengan rata- rata GPM industri sesuai dengan buku Kasmir (2010) yaitu sebesar 20%.
## KESIMPULAN
Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan untuk produksi pembibitan tanaman durian oleh CV. Alam Lestari setiap bulannya adalah sebesar Rp. 161.995.250, penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp. 238.552.500, pendapatan sebesar Rp. 76.632.250. Profitabilitas rata-rata usahatani pembibitan tanaman durian di CV. Alam Lestari setiap bulannya adalah sebesar
46,57%, Gross Profit Margin sebesar 31,42%, Net Profit Margin sebesar 24,51%. CV. Alam Lestari secara finansial layak dilaksanakan dan profit serta margin laba kotor dan margin laba bersih di atas standar rata-rata industri
## SARAN
CV. Alam Lestari diharapkan dapat menekan pengeluaran biaya produksi per bulannya agar margin laba kotor dan bersih dapat meningkat, jika margin laba kotor dan bersih meningkat maka profitabilitas akan meningkat.
CV. Alam Lestari perlu adanya jalinan dan pemeliharan dalam satu lembaga yang kuat diantara pengusaha dan eksportir agar dapat memperluas pasar yang lebih luas
## DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2016. Analisis laporan keuangan. Edisi 1. Cetakan Ketujuh. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Kay. 2012. Farm Management. Sevent Edition. McGraw-Hill: New York.
Mamondol, M. R. 2016. Analisis kelayakan ekonomi usahatani p a d i s a w a h d i K e c a m a t a n Pamona Puselemba. J. Envira. 1 ( 2 ) : 1 – 10
Murti, S. A., S. I. Santoso, & K. Budiraharjo. 2019. Analisis profitabilitas usahatani tembakau di Kelompok Tani Desa Legoksari K e c a m a t a n T l o g o m u l y o Kabupaten Temanggung. J. Sosial ekonomi pertanian. 13 ( 3 ) : 366 –
379
Nursamsi. 2019. Analisis finansial usaha pembibitan durian. J. Agribusiness sciences. 3 ( 1 ) : 52 – 55
Septiadi, D. & A. Mundiyah. I. 2020. S t r a t e g i p e n g e m b a n g a n usahatani sayuran berbasis pertanian organik. Agrifo. J. A g r i b i s n i s U n i v e r s i t a s Malikusaleh. 5 ( 1 ) : 35 – 43
Septiadi, D. & M. Nursan. (2021). Optimasi produksi usaha tani sebagai upaya peningkatan pendapatan petani sayuran di Kota Mataram. Agrifo, Jurnal A g r i b i s n i s U n i v e r s i t a s Malikussaleh, 5 ( 2 ) : 87-96
Soekartawi. 2016. Analisis usahatani. Universitas Indonesia Press (UI Press): Jakarta
Suryawan, F., I. A. Wicaksono, & A. Kusumaningrum. 2022. Strategi pengembangan usaha pembibitan Durian Musang King di CV. Mitra Kebun Buah Kecamatan Salaman K a b u p a t e n M a g e l a n g . J . Agritama. 11 ( 2 ) : 77 – 87
Yusuf, M. N., A. E. Apriani, & Soetoro. 2016. Analisis usahatani jagung (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan P a n c a t e n g a h K a b u p a t e n Tasikmalaya). J. Agroinfo. 2 ( 3 ) : 145 – 150
Zamili, N., H., Gustami, & S. S. Rahma. 2 0 2 0 . F a k t o r - f a k t o r y a n g mempengaruhi permintaan dan penawaran cabe merah di Pasar Raya MMTC Medan. J. Ilmiah pertanian. 2 ( 1 ) : 77 – 86
Zulhadi, T. 2010. Kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Riau. J. Ekonomi. 17 ( 1 ) : 1 – 10
107 1 2 3
Muhammad Rifqi Taqiuddin Rafif , Agus Setiadi , dan Titik Ekowati : Analisis Profitabilitas Usahatani Pembibitan Tanaman Durian Di CV. Alam Lestari
|
222fb1cd-8ba2-4454-b75a-23a70c64fde6 | https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/download/8732/4038 | Paradigma Positivisme dan Idealisme dalam Ilmu Sejarah:
## Tinjauan Reflektif Terhadap Posisi Sejarah Sebagai Ilmu
Arditya Prayogi IAIN Pekalongan email: [email protected]
## Abstrak
Salah satu permasalahan inti dari metodologi dalam sejarah (sebagai bagian dari ilmu sosio humaniora) sebagai ilmu adalah masalah pendekatan atau dapat pula disebut dengan paradigma. Permasalahan pendekatan dalam ilmu sejarah menjadi penting, sebab konstruksi peristiwa sejarah yang dilakukan oleh sejarawan akan sangat tergantung pada pendekatan yang dipakai. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu alam atau paradigma filsafat sejarah positivisme dan pendekatan ilmu sosial atau paradigma filsafat sejarah idealisme. Artikel ini bertujuan untuk menjabarkan bahwa ilmu sejarah adalah ilmu yang dinamis karena dapat menggunakan beragam pendekatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini menggunakan metode deskriptif kualitatif berbasis studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paradigma positivisme dalam kajian sejarah menjadikan sejarah sebagai ilmu dengan pendekatan empiris-kuantitatif serta menjadikan manusia dan sumber sejarah sebagai bagian alam (benda mati). Di sisi lain, paradigma idealisme dalam kajian sejarah menjadikan sejarah sebagai unit yang unik karena berbasis pada jiwa manusia (makhluk hidup) dan terkespresi dalam fenomena- fenomena lahiriah tertentu. Diskursus yang terjadi antara paradigma postivisme dan idealisme tentang kriteria atau prosedur bagaimana memahami peristiwa-peristiwa sejarah kemudian dapat menemukan jalan tengahnya melalui konsep koligasi dan korelasi.
Kata Kunci: Paradigma, Pendekatan, Positivisme, Idealisme, Sejarah
## Abstract
One of the core problems of methodology in history (as part of the socio-humanities) as a science is the problem of approach or it can also be called a paradigm. The problem of approach in the science of history becomes important, because the construction of historical events carried out by historians will depend on the approach used. The approach used in this research is the natural science approach or the historical philosophy paradigm of positivism and the social science approach or the historical philosophy paradigm of idealism. This article aims to explain that history is a dynamic science because it can use a variety of approaches. The research method used in writing this article uses a qualitative descriptive method based on literature study. The results of this study indicate that the positivism paradigm in historical studies makes history a science with an empirical-quantitative approach and makes humans and historical sources part of nature (inanimate objects). On the other hand, the idealism paradigm in historical studies makes history a unique unit because it is based on the human soul (living things) and is expressed in certain outward phenomena. The discourse that occurs between the paradigms of positivism and idealism about criteria or procedures for understanding historical events can then find a middle way through the concepts of colligation and correlation.
Keywords: Paradigm, Approach, Positivism, Idealism, History
## A. PENDAHULUAN
Secara konseptual, sejarah mengacu pada makna yang luas. Namun demikian, sebagai sebuah ilmu, sejarah memiliki definisi yang berbeda ketimbang sebuah kata sejarah. Sejarah secara terminologis dapat berarti dua pengertian. Pengertian pertama adalah menunjuk pada rangkaian peristiwa-peristiwa dan tindakan-tindakan manusia di masa lampau yang telah terjadi dan tidak dapat diulang atau berarti sejarah objektif. Kedua, pengunaannya yang menunjuk pada kajian sejarah itu sendiri yang direkonstruksi oleh sejarawan menjadi jalinan cerita/kisah atau sejarah objektif. 1
Sejarah sebagai ilmu terikat pada prosedur penelitian ilmiah yang dalam perkembangannya sebagai ilmu, sejarah tidak pernah lepas akan pro dan kontra. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai faktor seperti subjektivitas atau hanya sekedar penulisan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menyalin teks dari buku-buku kuno. Penulisan sejarah yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa mengkritisinya serta tanpa menggunakan kaidah ilmiah tersebut pada akhirnya melahirkan kajian filsafat sejarah. Lahirnya filsafat sejarah menurut peneliti modern, karena kecenderungan manusia yang terkenal sebagai “hewan sejarah”. Manusia sejak zaman kuno tidak henti-hentinya mengamati peristiwa sejarah yang ada dan terjadi disekitarnya. Mereka juga merenungkan maknanya, mencari suatu hubungan yang bisa menguraikan geraknya dari segi faktor-faktor yang membangkitkannya dan dari akibat-akibat yang dihasilkannya. Rasa ingin tahu dan kesadaran untuk mencari yang dimiliki manusia, merupakan musabab lahirnya filsafat sejarah. 2
Filsafat sejarah berperan penting sebagai paradigma dalam mengkritisi setiap peristiwa sejarah yang ada baik dalam aspek internal maupun eksternal sejarah dengan harapan sejarah yang ditulis jauh lebih ilmiah dan objektif, tidak bernuansa mitologis seperti yang terjadi pada penulisan teks-teks dan naskah kuno. Untuk itu filsafat sejarah memberi jalan pada metode sejarah agar bangunan sejarah yang dibangun oleh para sejarawan dapat dibenarkan secara alamiah baik dalam arti umum ataupun formal.
Namun, posisi sejarah sebagai ilmu, bukannya tidak lepas dari pro dan kontra, tarik ulur intepretasi, terutama terkait hal metodologis, yaitu paradigma/pendekatan apa, atau filsafat sejarah apa yang dapat menjadi dasar dalam upaya penjelasan sejarah ( historical explanation ).
1 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 14-15.
2 Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam , hlm. 20.
Dalam hal ini terdapat dua paradigma yang perlu direfleksikan untuk mengetahui seperti apa kedudukan sejarah sebagai ilmu. Yang pertama adalah filsafat sejarah kritis. Filsafat sejarah kritis kemudian sering dikaitkan dengan pertanyaan apakah tuntutan sejarah adalah ilmiah/saintifik atau tidak saintifik, seperti pada fisika, biologi, psikologi atau seperti pada ilmu- ilmu terapan/alam. Jika sejarah (dianggap) sebagai kajian ilmiah atau saintifik, maka metode sejarah harus menjadi metode ilmiah, dan sejarah akan diklasifikasikan sebagai salah satu cabang ilmu sosial. Pengertian semacam ini dianut oleh kaum “positivis”, dengan pendekatan (filsafat)/paradigma positivisme. 3 Paradigma positivisme yang digunakan dalam kajian sejarah dalam perkembangannya kemudian mendapat pertentangan dari kaum “idealis”, -sebagai paradigma kedua. Kaum idealis ini mengembangkan pendekatan (filsafat)/paradigma idealisme yang memiliki pandanga nutama bahwa pengetahuan masa lalu (sejarah) dapat dipahami melalui proses empati intelektual ( verstehen : memahami) yang oleh karenanya lebih tepat diklasifikasikan sebagai ilmu manusia (humaniora). Tidak hanya itu, ulasan terkait dialektika dalam paradigma (filsafat) positivisme dan idealisme dalam kaitannya dengan ilmu kemanusiaan (sosial/humaniora), serta penggunaannya dalam kajian filsafat sejarah (juga ilmu sejarah) juga menjadi penting untuk didudukkan agar masing-masing paradigma dapat mencari titik temu satu dengan lainnya.
Maka dari itu, secara tidak langsung artikel ini berbeda dengan artikel kebanyakan, karena dalam penelitian/artikel yang ada belum ada ulasan khusus tentang pendekatan positivisme dan idealisme secara langsung. Buku teks filsafat sejarah yang ditulis oleh Ankersmit misalnya, dengan judul “ Refleksi Tentang Sejarah : Pendapat - pendapat Modern tentang Filsafat Sejarah ”. 4 Buku tersebut mengulas berbagai pendekatan yang ada dalam ilmu sejarah (filsafat sejarah). Namun demikian, ulasan yang ada lebih merupakan kepingan-kepingan awal dari kajian-kajian filsafat/paradigma sejarah. Beberapa buku teks lain juga lebih merupakan tambahan dari kepingan-kepingan mengenai pendekatan/paradigma dalam ilmu sejarah. Maka dari itu sudah jelas bahwa fokus utama yang diangkat dalam artikel ini menjadi lebih detil dan berbeda dari tulisan-tulisan lain yang lebih khusus di satu sub bahasan saja, baik hanya bahasan filsafat saja, maupun filsafat/paradigma sejarah. Artikel ini bertujuan
3 Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, Dan Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 60-62.
4 F.R Ankersmit, Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-Pendapat Modern Tentang Filsafat Sejarah (Terj) , trans. Dick Hartoko (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1987).
untuk memperkaya literatur terkait pemahaman terkait paradigma/pendekatan dalam ilmu sejarah sebagai fondasi dalam memahami suatu peristiwa sejarah.
## B. METODE
Penulisan artikel ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data pustaka/studi literatur dari beberapa sumber literatur (tertulis). Penggunaan metode penelitian ananlisi deskriptif karena penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh jawaban yang terkait dengan pendapat, tanggapan atau persepsi seseorang sehingga pembahasannya dilakukan secara kualitatif atau menggunakan uraian kata-kata. Penulisan dan peencarian data dan informasi didapatkan melalui dokumen-dokumen, terutama sekali dokumen tertulis berupa karya tulis akademik. Sumber-sumber tersebut dapat diakses melalui beragam tempat (perpustakaan) dan media internet secara terbuka. Demikian, artikel ini dapat menjadi sintesis dari tulisan-tulisan yang pernah ada sebelumnya, untuk dilihat korelasinya dalam konteks saat ini.
## C. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 1. Filsafat Positivisme dalam Ilmu Sosial
Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Sedangkan ilmu alam adalah ilmu yang objek penelitiannya adalah tentang benda-benda alam, dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, yang dimana sifat hukum itu berlaku dimanapun dan kapanpun. Positivisme dalam ilmu sosial dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte 5 pada abad ke-19. Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Comte berupaya agar sosiologi meniru model ilmu- ilmu alam seperti fisika. Auguste Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Dalam konteks ini Comte kemudian mengajukan gagasan keilmuan yang dinamakan “fisika sosial”. 6
Positivisme dalam ilmu sosial mengandaikan suatu ilmu yang bebas nilai, obyektif, terlepas dari praktik sosial dan moralitas. Semangat ini menyajikan pengetahuan yang universal, terlepas dari soal ruang dan waktu. Positivisme merupakan usaha membersihkan pengetahuan dari kepentingan dan awal dari usaha pencapaian cita-cita memperoleh pengetahuan, yaitu
5 K Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hl,. 72-76.
6 Giyanto, “Melawan Positivisme,” Jurnal Kebebasan: Akal dan Kehendak Vol. III. No. 70. (2009): hlm. 3-4.
terpisahnya teori dari praksis. Dengan terpisahnya teori dari praksis, ilmu pengetahuan menjadi suci dan universal. Sosiologi Comte menandai positivisme awal dalam ilmu sosial, mengadopsi saintisme ilmu alam yang menggunakan prosedur-prosedur metodologis ilmu alam dengan mengabaikan subjektifitas. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat bagian dari alam dan metode-metode empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya. 7 Proses- proses dalam kehidupan sosial -sebagai bahan kajian ilmu sosial- tidak lagi dianggap sebagai produk kegiatan manusia yang bebas, tapi sebagai suatu peristiwa alam dimana untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan dapat mempergunakan metode-metode penelitian empiris sebagaimana metode ilmu alam. Positivisme berpandangan bahwa melalui perkembangan teknologi dan positivisme pengetahuan, manusia bertekad agar masyarakat dapat dikontrol sebagaimana dalil-dalil ilmu alam.
Positivisme -lebih jauh- mereduksi manusia hanya pada benda, tubuh (biologis, kimiawi) yang dapat diukur. Ketika fenomena alam direduksi pada objek-objek yang terukur dan teramati, maka pandangan dunia yang hidup, punya makna dan tujuan, digantikan menjadi dunia yang mati, dunia dimana pandangan kepekaan estetis dan etis, nilai-nilai, kualitas, roh kesadaran, jiwa dibuang dari wacana ilmiah. Pandangan dunia ilmiah yang sekuler menghapuskan pandangan dunia sakral. Secara sederhan, asumsi inti positivisme menyatakan bahwa ilmu social mesti identik dalam logika untuk ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan yang melibatkan pencarian hukum umum tentang fenomena empiris, dan bahwa penemuan dan penjelasan tergantung pada suatu diuji dulu secara empiris dari fenomena dipertanyakan. Proses-proses sosial tidak lagi dianggap sebagai produk kegiatan manusia yang bebas, tapi sebagai (bagian) peristiwa alam.
Positivisme ialah pandangan filosofis yang dicirikan oleh suatu evaluasi yang positif dari ilmu dan metoda ilmiah, yang dengan demikian telah memberi dampak pada etika, agama, politik, dan filsafat serta metoda ilmiah, sehingga mempersiapkan suatu rasionalitas baru untuk melaksanakan atau operasional ilmu. menekankan akan pentingnya mencari fakta dan penyebab dari gejala-gejala sosial dengan kurang memperhatikan tingkah laku subyektif individu yang dapat dimasukkan dalam kategori tertentu, yang dari anggapan itu tampak bahwa positivisme melatarbalakangi penggunaan pendekatan kuantitatif dalam ilmu sosial. Lebih lanjut mahzab positivisme dengan mengkuantifikasi data dan mencapai perumusan deduktif-nomologis, ingin menjadikan ilmu-ilmu sosial yang tidak sekadar sebagai ilmu yang murni untuk kemajuan ilmu
7 Gertrud Lenzer, Auguste Comte and Positivism (New Jersey: New Brunswick, 2009), hlm. 218-252.
pengetahuan, akan tetapi ilmu yang bisa meramalkan dan mengendalikan proses-proses sosial, sebagaimana semboyan Comte, savoir pour prevoir (mengetahui untuk meramalkan). Dengan cara ini, ilmu pengetahuan diharapkan dapat membantu terciptanya susunan masyarakat yang rasional. 8
## 2. Paradigma Positivisme Dalam Kajian Sejarah
Pada abad ke-18 dan ke-19, sewaktu aliran rasionalisme memuncak dan mencapai fase positivisme, konsepsi tentang ilmu dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan alam yang demikian pesat sehingga ilmu tersebut seakan punya fungsi normatif untuk menjadi “hakim” yang menentukan kriteria seberapa jauh berbagai cabang ilmu yang lain dapat dikategorikan sebagai “ science ”, atau sebagai “ilmu”. Kriteria yang dimaksud adalah “kemampuan merumuskan dalil atau hukum sehingga bisa membuat generalisasi dan memprediksi masa depan”. Berdasarkan kriteria ini, ilmu humaniora (Sastra, Sejarah, Filologi, Filsafat, dan sebagainya) dikategorikan sebagai bukan “ilmu” karena tidak mampu merumuskan hukum. Ilmu pengetahuan alam mengarah ke pembuatan generalisasi yang dicapai lewat analisis dan bersifat kuantitatif, sedangkan ilmu humaniora mengarah ke perumusan gambaran khusus yang diperoleh lewat narasi dan lebih bersifat kualitatif. Dalam dikotomi ini, kedudukan ilmu pengetahuan sosial berada di tengah-tengah, di antara dua ujung ekstremitas itu. Ilmu sosial memperhatikan keteraturan atau keajegan tindakan dan kelakuan manusia, mengamati pola, struktur, lembaga, dan kecenderungan, dimana kesemua itu mirip dengan hukum-hukum. Beberapa contoh ilmu sosial adalah ilmu ekonomi, ilmu kependudukan (Demografi), dan geografi. Dengan demikian, ilmu sosial lebih dekat pada ilmu alam daripada ilmu humaniora terhadap ilmu alam. 9
Sementara itu, muncul perkembangan yang menunjukkan adanya pengaruh kuat ilmu sosial pada ilmu sejarah terutama dalam hal teori dan metodologi. 10 Dengan demikian, bila dibandingkan dengan ilmu humaniora lainnya, ilmu sejarah lebih memiliki kedekatan pada ilmu sosial. Artinya juga, ilmu sejarah lebih dekat pada ilmu alam dibanding ilmu humaniora lainnya terhadap ilmu alam. Maka secara anatomis keilmuan, tampaknya cukup punya “legalitas” bila pengkajian ilmu sejarah mengarah ke terciptanya generalisasi dan melakukan penghampiran-
8 F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme Dan Modernitas Diskursus Filosofis Tentang Metode Ilmiah Dan Problem Modernitas (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 23.
9 Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam , hlm. 1-2.
penghampiran ( approaches ) yang bersifat kuantitatif. 11 Dalam konteks ini berarti ilmu sejarah jelas menggunakan paradigma positivisme dalam kajiannya.
Para sejarawan dan filosof kemudian mengawali kajian permasalahan metodologi ilmu- ilmu alam dan (terutama) sosial pada abad ke 19. Mereka secara umum terbagi ke dalam dua kubu, positivis dan idealis. Kubu positivis berargumen bahwa tidak ada perbedaan esensial antara beberapa cabang resmi ilmu pengetahuan manusia. Dalam pendekatan mereka ke ilmu sejarah, kalangan positifis sepakat, bahwa sejarah tidak akan bisa untuk memberikan pengetahuan pasti kepada manusia. Namun, mereka mempertahankan pendapat bahwa ini tidak berhubungan dengan sifat sejarah itu sendiri namun dengan metode yang digunakan oleh sejarawan dalam mencoba memahami masa lalu. Kaum positivis abad ke 19 mencari metode baru yang akan menempatkan sejarah dalam basis saintifik yang kuat. Mereka kemudian menentukan bahwa sejarah seharusnya menjadi pendekatan yang menghindari sebuah karya yang tidak kritis dan pasti sebagaimana yang dihasilkan sejarawan sebelumnya (lebih kearah filsafat sejarah spekulatif). Leopold von Rangke (1775-1886) mendorong rekan-rekan mereka untuk menggambarkan masa lalu “sebagaimana sesungguhnya telah terjadi”. 12 Di universitas Berlin, Rangke melatih beberapa sejarawan unggul abad 19. Dia menegaskan bahwa semua sumber dievaluasi secara kritis dengan penekanan pada penggunaan sumber primer sebagai bukti kunci. 13
Positivisme memberikan standar keilmiahan dalam sejarah dengan berbagai indikator seperti: pertama , penyelidikannya ilmiah secara metodologi dan berhubungan secara sistematis. Kedua , terdiri dari sekelompok besar kebenaran-kebenaran umum, 14 istilah-istilah umum. Ketiga , metode ilmiah harus dapat membuat ramalan-ramalan yang gemilang sehingga menguasai jalannya peristiwa-peristiwa di masa datang. Keempat, sifatnya objektif, yaitu setiap orang yang menyelidiki sejarah tidak berprasangka atau pun melibatkan kesenangan-kesenangan pribadi atau keadaan-keadaan pribadinya ketika buktinya itu diperhadapkannya. 15
Bagi kaum positivis untuk menerangkan masa lampau/sejarah, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama , mengandalkan pola hukum umum sebab akibat. Kedua , peristiwa-
11 Mumuh Muhsin Z, “Urgensitas Analisis Kuantitatif Dalam Penelitian Sejarah.,” 2009, hlm. 2.
12 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2010), hlm. 25.
13 Ronald H Nash, Ideas of History. Critical Philosophy of History (New York: EP Dutton and Co. Inc, 1969), hlm. 3-5.
14 Dedi Irwanto and Alian Sair, Metodologi Dan Historiografi Sejarah Cara Cepat Menulis Sejarah (Yogyakarta: Eja Publisher, 2014), hlm. 129-130.
15 W. H Walsh, Pengantar Ke Arah Filsafat Sejarah (Terj) (Jakarta: UI Press, 1950), hlm. 38-43.
peristiwa tersebut dan segala akibatnya dapat diamati dalam perjalanan waktunya, menunjukkan suatu pola hukum empiris (pengamatan), yang tidak niscaya benar secara logika. Semua pola hukum umum yang muncul dari fenomena yang diamati harus dikonfirmasikan oleh semua fakta yang tidak berlawanan dengan fakta tesebut. Pola hukum semu, seperti takdir Tuhan, perlu ditolak dalam pandangan positivis, bukan karena pola tersebut bertentangan dengan pola yang diketahui tetapi karena pola hukum tersebut tidak pernah dapat bertentangan dengan fakta-fakta mengenai peristiwa masa lampau tersebut. Pola-pola hukum umum selalu mengungkapkan bahwa suatu peristiwa tertentu, “sebab”, disusul oleh suatu jenis peristiwa lainnya, “akibat”. Dua macam peristiwa tersebut selalu diamati bersama-sama. Karakteristik positivisme menerangkan peristiwa-peristiwa yang merupakan satu jenis peristiwa tertentu. Sebagai contoh, para sejarawan ketika ingin memahami aneksasi Jerman dibawah pimpinan Hitler terhadap Cekoslowakia antara tahun 1937 sampai 1938, dapat diterangkan dengan mengacu kepada pola hukum umum. Mesikpun Cekoslowakia mengadakan perlawanan, namun kekuatan militer Jerman memaksa mereka menyerah. Menurut penulis sejarah positivis, melihat fenomena tersebut dengan implikasi sebab dan akibat, Cekoslowakia meskipun mengadakan perlawanan namun menyerah, akibat mereka tidak mampu menandingi kekuatan militer Jerman. Argumentasi singkat ini menjadi acuan dalam praktek penulisan sejarah orang positivis. 16
Pandangan positivis sebagai model penjelasan dalam sejarah, tidak dapat diragukan lagi, mengandung banyak faktor positif. Model ini jelas sangat sederhana, dan merupakan titik pangkal mengenai diskusi-diskusi tentang penjelasan dalam sejarah. Tidak mengherankan kemudian sebagai perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan sosial pada pertengahan abad ke-20, positivisme sangat populer dalam penjelasan sejarah. Sejarawan positivis mengadakan pendekatan lain dengan berbagai aspek ekonomi, sosial, politik, psikologi. Pendekatan dengan berbagai aspek tersebut menjadikan sejarah seperti ilmu pengetahuan sosial yang sistematis, persoalan-persoalan besar dari sejarah politik “dikerucutkan” menjadi tema-tema kecil yang lebih menarik, seperti status sosial atau kebijakan politik menjadi kajian baru dalam sejarah. 17
Pun begitu, positivisme dalam dinamikanya juga tidak lepas dari kritik. Beberapa kekurangan dalam positivisme antara lain, hilangnya hegomoni agama -terutama pada abad pertengahan- yang digantikan dengan hegemoni ilmu pengetahuan. Terciptanya satu rasionalitas
16 Irwanto and Sair, Metodologi Dan Historiografi Sejarah Cara Cepat Menulis Sejarah , hlm. 130-131.
17 Ibid., hlm. 131.
ilmiah yang menghilangkan rasionalitas lain, tidak diakuinya sifat kontingensi, relativitas, dan rasio manusia, dan lain-lain. Hal ini lah yang menjadi penyebab timbulnya banyak kritik terhadap positivisme. Salah satu yang paling terkenal yaitu kritik dari Karl Popper yang pernah menjadi anggota Lingkaran Wina sebelumnya. Karl Popper mengkritik mengenai metode induksi yang digunakan oleh positivisme logis untuk menciptakan ilmu pengetahuan ilmiah. Proses induksi dianggap memiliki kelemahan pada proses penarikan kesimpulan dimana terdapat kemungkinan generalisasi yang dilakukan berdasarkan premis-premis yang dikumpulkan ternyata tidak sesuai dengan fakta yang ada.
## 3. Filsafat Idealisme dalam Ilmu Sosial
Filsafat idealisme menyatakan bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti adalah gambaran mental manusia. Keunikan manusia terletak dalam fakta bahwa manusia memberikan makna-makna simbolik bagi tindakan-tindakan mereka. Manusia menciptakan rangkaian gagasan dan cita-cita yang rinci dan menggunakan konstruk mental ini dalam mengarahkan pola perilaku mereka. Berbagai karakteristik pola perilaku yang berbeda-beda dalam masyarakat yang berbeda dilihat sebagai hasil serangkaian gagasan dan cita-cita yang berbeda pula. Paham idealisme memandang bahwa cita-cita (yang bersifat luhur) adalah sasaran yang harus dikejar dalam tindakan manusia. Manusia menggunakan akalnya untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya dan masyarakat. 18
Para idealis menganggap esensi jiwa adalah kekal sedangkan jasad adalah fana. Lebih lanjut penganut idealisme transendental menganggap bahwa alam semesta atau makro kosmos ini tidak ada. Karena sesungguhnya yang ada hanyalah “Tuhan” yang menciptakannya. Diri manusia atau mikro kosmos adalah makhluk spiritual yang merupakan bagian dari substansi spiritual alam semesta. Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas
18 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 86-87.
dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan. Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia. Tegasnya, idealisme menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami. Dalam perjalanannya kemudian sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori yang berlainan walaupun berkaitan. 19
Dalam ilmu sosial, adalah Hegel yang dapat dikatakan sebagai peletak konsepsi idealisme. Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan/ide), antitesis (pengingkaran/alam), dan sintesis (kesatuan kontradiksi/roh). Filsafatnya sulit dipahami maupun dirangkum, dimana seorang Bertrand Russell berkata bahwa diantara pemikir-pemikir besar, filsafat Hegel paling sulit untuk dipahami. Konsistensinya dalam melakukan telaah pemikiran atas ‘ide’ (tesis) menjadi sebuah kondisi yang menarik untuk dikaji serta menjadi sebuah analisa bagi ilmu sosial. Dialektika Hegel lebih jauh, menjadi sebuah pisau analisis dalam menelaah -utamanya- peristiwa sejarah secara lebih mendalam serta ilmu pengetahuan secara global. Dialektikanya seolah suatu metode yang mampu memecahkan problem realitas kehidupan.
Hegel mengakui dirinya cenderung befikir bebas selayaknya filsuf dalam memaknai kehidupan dan pemikiran atau rasio. Namun Hegel memandang justru kebebasan merupakan wujud pengakuan dan penerimaan sadar manusia atas suatu sistem nilai dalam hidup, seperti nilai yang terkandung dalam ajaran agama (Kristen). Pemikiran Hegel yang senantiasa berdialektika terhadap realitas dan memandang adanya “realitas mutlak” atau “roh mutlak” dalam kehidupan sangat mempengaruhi dalam memandang sejarah secara global. Dunia menurut Hegel selalu berada dalam proses perkembangan yang bersifat dialektik, artinya perubahan-
19 Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat: Dari Rasionalisme Hingga Sekularisme (Bandung: Abva Gracia, 1987), hlm. 37-38.
perubahan itu berlangsung dengan melalui tahapan tesis, antitesis, dan akhirnya sampai kepada sintesis. Dialektika Hegel menjadikan “akhir” sesuatu menjadi “awal” kembali, seperti sebuah siklus. Tiga prinsip utamanya, tesis-antitesis (terjadi 2 tahap perubahan yakni kualitatif dan kuantitatif), serta sintesis. Setiap kejadian atau ide (tesis) cenderung menimbulkan kejadian atau ide yang berlawanan atau bertentangan (antitesis). Dalam pertentangan yang terjadi antara dua hal ini, muncullah perkembangan baru (sintesis). Sintesis ini berbeda dengan kontradiksi yang ada sebelumnya, tetapi bukan merupakan penggabungan, melainkan mengandung elemen penting baik dalam tesis maupun antitesis dan menjelma menjadi entitas yang lebih kaya dan lebih komprehensif. Filsafat Hegel sering disebut sebagai puncak idealisme Jerman. Ketertarikan Hegel pada metafisika meyakinkannya bahwa ada ketidakjelasan bagian dunia. Hegel meletakkan roh sebagai realitas utama dalam memahami sejarah, yang mana merupakan tahapan sementara dari yang absolut dalam perjalanannya menuju penyempurnaan. Menurut Hegel, alam adalah keseluruhan yang bersifat koheren, manifestasi eksternal dari rasio absolut atau Tuhan yang secara progresif terungkap dalam ruang dan waktu. Secara langsung filsafat idealisme dialektika Hegel hanya terjadi dan dapat diterapkan dalam dunia abstrak, yang berkaitan erat dengan ide atau pemikiran manusia itu sendiri, sebagai salah satu objek kajian (terutama) ilmu sosial. 20
## 4. Paradigma Idealisme Dalam Kajian Sejarah
Jika kaum positivis beranggapan bahwa penjelasan harus memiliki struktur logis yang sama untuk semua bidang pengetahuan manusia, maka kaum idealis menentang pendapat tersebut. Kaum idealis mengatakan bahwa eksplanasi dalam sejarah sangat berbeda dengan eksplanasi dalam ilmu alam. Ilmu alam melakukan pendekatan pada subjek permasalahan “dari luar”, dimana mereka menggambarkan keteraturan melalui pengamatan fenomena alam. Di dalam ilmu humaniora, terutama ilmu sejarah, subjek permasalahan dapat diakses ilmuwan sosial melalui cara yang tidak mungkin bagi seorang ilmuwan alam. Sebagai contoh; oleh karena sejarawan adalah seorang manusia yang mempelajari tindakan manusia dan orang-orang lain, dia dapat mengetahui tindakan mereka dari “dalam”, sebagaimana adanya. Oleh sebab pengetahuan masa lalu yang lengkap membutuhkan pengetahuan tentang apa yang telah terjadi dan mengapa
20 Heri Santoso and Listiyono Santoso, Filsafat Ilmu Sosial, Ikhtiar Awal Pribumisasi Ilmu Sosial Di Indonesia (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 43.
terjadi, sejarawan sering dituntut untuk menghidupkan kembali atau memikirkan kembali tindakan yang telah dilakukan di masa lalu melalui proses empati intelektual ( verstehen : memahami). Mengapa Sultan Salahuddin memilih jalur gencatan senjata dari pada perang total melawan raja Richard dan Philippe Aguste dalam perang Salib di Yerusalem pada tahun 1184. Kejadian sejarah hanya terjadi sekali, dimana sejarawan meneliti sesuatu yang unik, individual dan tidak dapat terulang. 21
Menurut kaum idealis, sejarah, karena memberikan sejumlah besar pengetahuan yang berhubung-hubungan dan yang dicapai dengan cara yang metodis, adalah suatu sains, akan tetapi suatu sains jenis yang istimewa. Sejarah bukannya suatu ilmu pengetahuan yang abstrak tetapi ilmu pengetahuan yang konkret, dan berakhir tidak pada pengertian umum melainkan pada pengertian tentang masing-masing kebenaran. Sebab tujuan akhir dari semua penilaian ialah untuk memberikan sifat kepada suatu realitas berdasarkan tiap-tiap detailnya masing-masing. Ilmu-ilmu pengetahuan abstrak (sains) jelas tidaklah berhasil mencapai tujuan ini, sebab sains tidak melukiskan fakta yang konkret tetapi membahasnya di dalam kemungkinan-kemungkinan (hipotesa-hipotesa) belaka. Sains tidak menerangkan apa yang sebenarnya menjadi persoalannya, melainkan apa yang mungkin terjadi apabila syarat-syarat tertentu tercapai. 22
Pemahaman atas sejarah bagi kaum idealisme tidak dapat dijelaskan dengan cara-cara generalisasi, tetapi dengan cara-cara yang lebih detail. Konsepsi ini oleh kaum positivisme dianggap dapat pula disebut sebagai suatu kebenaran umum. Dalam hal ini terdapatlah kesepakatan antara positivisme dan idealisme tentang sejarah, yaitu sama-sama mengakui suatu kebenaran umum tentang adanya hubungan antara peristiwa-peristiwa. Namun, pertanyaan tetap timbul bahwa apakah yang menjadi kriteria dalam memahami “hubungan” antara peristiwa- peristiwa sejarah? Kriteria untuk memahami hubungan antara peristiwa-peristiwa menurut kaum idealis terdiri dari dua dalil. Pertama, bahwa peristiwa-peristiwa sejarah dipahami melalui mempelajari alam-alam pikiran dan pengalaman-pengalaman manusia. Kedua, pengertian sejarah adalah bersifat unik dan langsung atau dekat. 23
Dengan begitu sejarah dapat dipahami sebagai perbuatan-perbuatan dan pengalaman dari mental-pikiran, dan dapat dimengerti hingga detil dan konkret karena di dalamnya terdapat pikiran. Alam harus dilihat dari luar, akan tetapi pikiran dan pengalaman dapat dilihat dari
21 Nash, Ideas of History. Critical Philosophy of History , hlm. 6.
22 Walsh, Pengantar Ke Arah Filsafat Sejarah (Terj) , hlm. 46-47.
23 Ibid., hlm. 53-54.
dalam. Sejarah hanya bisa dimengerti dengan melihat dengan jelas pikiran yang ada di dalamnya, sebab sejarah merupakan manifestasi pikiran manusia. Untuk mengkaji peristiwa sejarah, sejarawan sejatinya memunculkan subjektifitas dan individualitas dan dengannya menggapai tingkat universalitas tertentu.
Namun bagaimana sejarah memberikan suatu pengetahuan universal tanpa komit kepada positivis? Pandangan idealis kemudian menyatakan spirit manusia (jiwa manusia) adalah objektif dan terkespresi dalam fenomena-fenomena lahiriah tertentu seperti bahasa, literatur, hukum, arsitektur, agama, musik, seni, kota dan sebagainya (disebut Objectife Mind ). Objectife Mind ini mencakup semua hal yang menunjukkan aspek-aspek jiwa sebuah peradaban atau budaya. Sejarawan dapat mengkaji ekspresi pemikiran manusia di masa lalu dan melalui itu, sejarawan dapat dia dapat masuk ke dalam dan menghidupkan pengalaman manusia di masa lalu. 24
Benedetto Croce (1866-1952), seorang filosof Italia abad 20, memperlihatkan pendekatan idealis dalam sejarah. Croce mencemooh usaha untuk mendapatkan pandangan objektif masa lalu. Dia berpendapat, kutipan kejadian masa lalu utuh bukanlah sejarah sama sekali namun hanya sekedar kronik. Sementara kronik hanyalah sesuatu, sejarah adalah sebuah “ act of spirit ” (pernyataan jiwa). “Sebuah kronik adalah mati dalam pengertian bahwa kronik ini tidak hidup di pikiran atau pengalaman sejarawan, sejarah yang benar hidup karena sejarawan menghidupkan (kejadian) di otaknya sendiri”. Tokoh kelompok idealis yang paling penting ada abad 20 adalah RG Collingwood (1889-1943). Dia menekankan ada statemen bahwa sejarawan tidak menjelaskan fenomena alamiah, dia lebih menjelaskan tindakan orang bebas yang memerintahkan sebuah tindakan sesuai dengan akal. Dalam mengkaji masa lalu, sejarawan harus membuat pembedaan antara inside dan outside dari sebuah kejadian. Outside (untuk kemudian diterjemahkan dengan unsur luar) dari sebuah kejadian mencakup segala sesuatu yang dapat dideskripsikan dalam pengertian kejadian fisik. Unsur dalam kejadian ( inside ) mencakup segala sesuatu yang hanya dapat digambarkan dalam pengertian pikiran (di otak). Sejarawan seharusnya tidak mengabaikan baik unsur luar maupun dalam sebuah kejadian. Sejarawan seharusnya mengamati peristiwa sejarah, dia mengamati melalui peristiwa itu dan mendeteksi, mengenal pemikiran yang berada dibalik peristiwa. Collingwood menunjukkan kemiripan antara kerja seorang arkeolog dan seorang palaeontolog. Keduanya menghabiskan waktunya menggali; namun keduanya menggali untuk tujuan yang berbeda. Arkeolog lebih berkepentingan ada relik-
24 Nash, Ideas of History. Critical Philosophy of History , hlm. 7.
relik ( artefact ) sebagai petunjuk bagaimana manusia di masa lalu hidup dan berpikir. Sejarah kemudian dapat diketahui karena teranifestasi dalam pikiran manusia. Dalam rangka memahami apa yang mereka (orang-orang di masa lalu) pikirkan, sejarawan harus memikirkan kembali pemikiran mereka di dalam otak sejarawan sendiri. Sama dengan Croce, Collingwood mengkritik sejarawan yang melakukan kliping ( scissors and paste ) dianggap memperlakukan sumber sejarah sebagai barang mati. 25
Seperti juga positivisme, idealisme dalam kajian sejarah memunculkan kritik didalamnya. Keberatan atas teori dari kaum idealisme ini ialah, mengatakan bahwa semua sejarah adalah merupakan sejarah dari pikiran berarti menyarankan bahwa setidak-tidaknya manusia membuat sejarahnya sendiri, bebas dari pengaruh ketentuan kekuatan alam. Keberatan lain, ialah bahwa pandangan kaum idealisme itu dapat terbukti apabila semua perbuatan manusia adalah dipertimbangkan dengan masak-masak, sementara banyak diantaranya yang jelas tidak dipertimbangkan masak-masak, oleh karena pelaku sejarah dalam keadaan terpaksa, atau terdesak/mendadak. Keberatan yang lainnya lagi, ialah bahwa dengan pandangan kaum idealisme itu, berakibat mempersamakan apa yang ada di dalam pikiran orang lain dengan apa yang ada di balik pikirannya sendiri, padahal, pikiran menurut definisi adalah merupakan hal pribadi bagi orang yang memilikinya dan tidak ada seorang lain pun yang dapat sampai pada pikiran tersebut, salah pengertian akan timbul jika berusaha mencapai alam pikiran orang lain.
## E. KESIMPULAN
Dari artikel ini dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, paradigma positivisme yang berangkat dari data empiris terindra yang berasal dari logika ilmu alam telah mempengaruhi ilmu sosial/humaniora termasuk sejarah. Kedua, paradigma positivisme dalam kajian sejarah menjadikan sejarah sebagai “ilmu” dengan pendekatan empiris-kuantitatif serta menjadikan manusia dan sumber sejarah sebagai bagian alam (benda mati). Ketiga, paradigma positivisme mendapat tentangan dari idealisme yang menyatakan sesungguhnya ide (manusia) adalah hal yang kongkrit, terindra dan nyata. Keempat, paradigma idealisme dalam kajian sejarah menjadikan kajian sejarah menjadi “ilmiah” dalam batasan tertentu yang tidak sama dengan batasan empiris-positif. Paradigma idealisme menjadikan sejarah sebagai unit yang unik. Kelima, titik temu antara kaum idealisme dan kaum positivisme tentang kriteria atau prosedur memahami
25 Nash., hlm. 7-8.
peristiwa-peristiwa sejarah, ditawarkan dalam konsep “penjelasan sejarah yang total” ( total history ). Total history dilakukan dengan mendeskripsikan kejadian/peristiwa yang kompleks yang harus dijelaskan. Kemudian jejak-jejak sejarah yang memiliki keunikan dijadikan fokus, untuk kemudian dicari siapa yang menjadi aktor utama peristiwa tersebut, menguraikan tujuan- tujuan mereka yang dihubungkan dengan hasrat dan kepercayaan aktor tersebut. Akhirnya dapat diperoleh pemahaman yang didasarkan pada sebab-sebab utama sebuah peristiwa. Dalam proses penjelasan total tersebut, ditekankan pentingnya prinsip koligasi ( colligation) dan korelasi ( correlation ). Prinsip koligasi menerangkan bahwa suatu peristiwa data ditelusuri kaitannya dengan peristiwa lain lewat hubungan intrinsiknya serta mencari kecenderungan umum. Sementara prinsip korelasi menerangkan bahwa terdapat keterkaitan antara suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Rangkaian peristiwa sejarah yang berhubungan membentuk suatu keseluruhan di mana tidak hanya perbuatan yang lebih akhir itu (kebenaran umum/tindakan pelaku sejarah) ditentukan oleh perbuatan-perbuatan yang mendahuluinya (peristiwa-peristiwa khusus/pemikiran pelaku sejarah), melainkan pula bersifat timbal balik, yaitu perbuatan yang lebih awal itu juga dipengaruhi oleh kenyataan di mana perbuatan yang lebih akhir sudah dapat dikenangkan dalam pikiran. Penjelasan atau pemahaman atas sejarah ialah menyusuri peristiwa- peristiwa khusus dan unik dengan menggunakan berbagai jenis metode termasuk salah satunya ialah metode ilmiah. Penjelasan dan pemahaman atas sejarah ini adalah sintesis dari segala pemikiran ke dalam suatu keseluruhan yang baru. Keenam, diskursus ini -hemat penulis-, masih didominasi positivisme dalam perkembangan ilmu sejarah dewasa ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Ankersmit, F.R. Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-Pendapat Modern Tentang Filsafat Sejarah (Terj) . Translated by Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1987.
Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat . Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, Dan Aplikasi . Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006.
Giyanto. “Melawan Positivisme.” Jurnal Kebebasan: Akal dan Kehendak Vol. III. No. 70. (2009).
Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2 . Yogyakarta: Kanisius, 1980.
Hardiman, F. Budi. Melampaui Positivisme Dan Modernitas Diskursus Filosofis Tentang Metode Ilmiah Dan Problem Modernitas . Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Irwanto, Dedi, and Alian Sair. Metodologi Dan Historiografi Sejarah Cara Cepat Menulis Sejarah . Yogyakarta: Eja Publisher, 2014.
Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah . Jakarta: Gramedia, 1989.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah . Yogyakarta: Bentang, 2010.
Lenzer, Gertrud. Auguste Comte and Positivism . New Jersey: New Brunswick, 2009.
Muchsin, Misri A. Filsafat Sejarah Dalam Islam . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2002.
Muhsin Z, Mumuh. “Urgensitas Analisis Kuantitatif Dalam Penelitian Sejarah.” Presented at the Seminar Akademik Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2009.
Nash, Ronald H. Ideas of History. Critical Philosophy of History . New York: EP Dutton and Co. Inc, 1969.
Praja, Juhaya S. Aliran-Aliran Filsafat: Dari Rasionalisme Hingga Sekularisme . Bandung: Abva Gracia, 1987.
Santoso, Heri, and Listiyono Santoso. Filsafat Ilmu Sosial, Ikhtiar Awal Pribumisasi Ilmu Sosial Di Indonesia . Yogyakarta: Gama Media, 2003.
Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah . Bandung: Mizan, 1995.
Walsh, W. H. Pengantar Ke Arah Filsafat Sejarah (Terj) . Jakarta: UI Press, 1950.
|
787b2871-21b2-4b98-b527-3f92d2e2605d | https://jurnal.atmaluhur.ac.id/index.php/sisfokom/article/download/1638/891 | Submitted : February 28, 2023, Revised : March 10, 2023, Accepted : March 12, 2023, Published : March 14, 2023
## Human Anatomi Recognition Using Augmented Reality With Marker Based Method Tracking
Agustinus Eko Setiawan [1] , Irsan Aras [2] * , Tahta Herdian Andika [3] ,Adelia Isni Hendrawan Putri [4]
Program Studi: Teknik Informatika [1], [2], [3], [4]
Universitas Aisyah Pringsewu [1], [2], [3], [4]
Fakultas Teknologi dan Informatika Pringsewu, Lampung, Indonesia [email protected] [1], [email protected] [2], [email protected] [3], [email protected] [4]
Abstract— Online learning is a new breakthrough in the world of education. Adapting to a new life after post-covid-19, the world of education must be able to make new breakthroughs in the learning system. Especially in courses or practicum lessons, if you are unable to prepare an efficient learning system it will worsen the condition of the knowledge and understanding of students or students. Efforts that need to be made are the use of augmented reality technology, one of which is the introduction of the anatomy of the human body for learning for students or students. The anatomy of the human body can be displayed in a real three-dimensional (3D) form, so students or school students can visualize the anatomy of the human body in the form of 3D images that are similar to the original human organs. In this study an ANAR (Anatomy in Augmented Reality) application will be made, this anatomy learning application uses mobile augmented reality technology using the Marker Based Tracking method. Based on the System Usability Score (SUS), the range of usefulness scores for the ANAR (Anatomy in Augmented Reality) application is in the excellent range, which is 85.5%. Therefore, the ANAR (Anatomy in Augmented Reality) application has succeeded in building a user-friendly system with a high level of usability by demonstrating accuracy, easy to learn (learnability), 87.6% accuracy efficiency (efficiency), 90% accuracy, easy to remember (memorability). ), 70% accuracy of errors (errors), and 85.50% accuracy of satisfaction (satisfaction).
Keywords— Anatomy, Augmented Reality, Marker Bases Tracking, Andorid
Abstrak— Pembelajaran secara online adalah terobosan baru dalam dunia pendidikan. Adaptasi kehidupan baru setelah pasca covid-19, dunia pendidikan harus mampu membuat terobosan baru dalam sistem pembelajaran. Khususnya dalam mata kuliah atau pelajaran praktikum, jika tidak mampu menyiapkan sistem pembelajaran yang efisien maka akan memperburuk kondisi pengetahuan dan pemahaman mahasiswa atau pelajar. Upaya yang perlu dilakukan adalah pemanfaatan teknologi augmented reality, salah satunya adalah pengenalan anatomi tubuh manusia untuk pembelajaran bagi mahasiswa atau pelajar. Anatomi
tubuh manusia bisa ditampilkan ke dalam bentuk nyata tiga dimensi (3D), sehingga mahasiswa atau pelajar sekolah dapat memvisualisasikan anatomi tubuh manusia dalam bentuk gambar 3D yang mirip dengan organ tubuh manusia aslinya . Dalam penelitian ini akan dibuat aplikasi ANAR (Anatomy in Augmented Reality), aplikasi pembelajaran anatomi ini menggunakan teknologi mobile augmented reality dengan menggunakan metode Marker Based Tracking. Berdasarkan System Usability Score (SUS), range nilai kebergunaan Aplikasi ANAR (Anatomy in Augmented Reality) ada pada range excellent yaitu sebesar 85,5%. Maka dari itu, aplikasi ANAR (Anatomy in Augmented Reality) berhasil membangun sistem yang user-friendly dengan tingkat usability yang tinggi dengan menunjukkan akurasi mudah dipelajari (learnability), 87,6% akurasi efisiensi (efficiency), 90% akurasi mudah diingat (memorability), 70% akurasi kesalahan (errors), dan 85,50% akurasi dari kepuasan (satisfaction). Aplikasi ini sangat bermanfaat dalam memberikan visualisasi materi pembelajaran dan menciptakan minat yang lebih baik dalam mempelajari mata pelajaran materi anatomi.
Kata Kunci— Anatomi, Augmented Reality, Marker Bases Tracking, Android, Usability Testing
## I. P ENDAHULUAN
Adaptasi kehidupan baru setelah pasca covid-19, dunia pendidikan harus mampu membuat terobosan baru terhadap sistem pembelajaran. Seperti pada saat pandemi covid-19, semua di desak untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara online[1]. Pada pembelajaran online/daring banyak perguruan tinggi dan sekolah yang belum siap. Hal ini bisa membuat kondisi pengetahuan dan pemahaman mahasiswa atau pelajar menjadi kurang dan bisa lebih buruk [2] dalam memahami materi yang diberikan oleh dosen atau guru, khususnya dalam mata kuliah atau pelajaran praktikum.
Salah satu upaya untuk dapat membuat sistem pembelajaran yang efektif, adalah dengan menggunakan teknologi augmented reality [3] . Augmented reality dapat digunakan dalam pembelajaran praktikum, karena teknologi
Submitted : February 28, 2023, Revised : March 10, 2023, Accepted : March 12, 2023, Published : March 14, 2023
augmented reality menggabungkan informasi virtual kedalam bentuk nyata sebagai satu kesatuan ketika pengguna melihat sebuah objek informasi [4]. Augmented Reality juga dapat meningkatkan persepsi pengguna terhadap objek [5]. Objek penelitian dilakukan di Program Studi S1 Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu, mahasiswa belajar anatomi tubuh manusia. Pembelajaran dilakukan hanya menggunakan phantom untuk pengenalan organ-organ tubuh manusia, hal ini menyebabkan kurang efektif atau efisien jika pembelajaran dilakukan secara online. Dengan adanya teknologi augmented reality, teknologi ini dapat digunakan dalam pengenalan anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa. Anatomi tubuh manusia bisa ditampilkan ke dalam bentuk nyata tiga dimensi (3D), sehingga mahasiswa dapat memvisualisasikan anatomi tubuh manusia dalam bentuk gambar 3D yang mirip dengan organ tubuh manusia aslinya [6].
Maka dari itu untuk membuat sistem pembelajaran yang efektif dalam pengenalan anatomi tubuh manusia, perlu menerapkan teknologi augmented reality dengan metode marker based tracking sebagai bentuk pembelajaran interatif dalam memahami anatomi tubuh manusia. Penelitian yang kami usulkan, peneliti merancang aplikasi augmented reality berbasis android yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempelajari anatomi manusia melalui tampilan 3D pada marker. Kami membuat anatomi tubuh manusia bagian dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Aplikasi dirancang untuk menerima masukan pada layar sentuh sebagai perintah untuk memilih bagian-bagian jantung. Informasi tentang bagian organ jantung akan muncul ketika pengguna menyentuh model organ tubuh manusia bagian dalam pada model 3D yang ditampilkan di aplikasi.
## II. T INJAUN P USTAKA
Berbagai sumber literatur digunakan dalam penelitian ini, untuk dijadikan sebagai sumber dan pedoman penelitian. Dalam penelitian oleh Saputra, dkk. Pengembangan media Science Augmented Reality Program (SARP) untuk mendukung pembelajaran siswa sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan persentase skor uji validitas materi pembelajaran pada kelas validitas tinggi sebesar 95%, persentase skor uji validitas rancangan lingkungan pembelajaran pada kelas validitas tinggi sebesar 97%, dan persentase skor uji validitas lingkungan pembelajaran sebesar 92%. dengan kategori sangat berkualitas. Secara umum dapat dikatakan bahwa media program Science Augmented Reality sangat cocok dan efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran IPA di sekolah dasar. [7]
## III. M ETODE P ENELITIAN
## A. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari referensi pada buku, jurnal atau hasil penelitian sebelumnya. Metode Augmented Reality yang digunakan yaitu Marker Based
Tracking , yaitu Marker adalah ilustrasi persegi hitam putih dengan sisi hitam tebal, pola hitam di tengah persegi, dan latar belakang putih [8]. Titik koordinat virtual dari fungsi marker menentukan lokasi objek virtual yang akan ditambahkan ke lingkungan nyata. Posisi benda maya tegak lurus terhadap marker. Objek virtual disejajarkan dengan sumbu Z dan tegak lurus terhadap sumbu X (kanan atau kiri) dan sumbu Y (depan atau belakang) dari koordinat penanda virtual. [9]. Contoh marker dan Ilustrasi dari titik koordinat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Marker dan Ilustrasi dari titik koordinat virtual marker
## B. Implementasi Sistem
Penelitian yang dilakukan, menggunakan media poster anatomi tubuh manusia contohnya yaitu jantung. Pada poster tersebut telah disisipi marker, uji coba dengan poster bertujuan untuk menampilkan anatomi tubuh manusia yang dapat diakses oleh mahasiswa. Prosesnya diawali dengan memotret atau pengambilan gambar marker dengan kamera. Kemudian mulai mencari dan menyelaraskan marker, mendeteksi marker, menghitung posisi dan arah marker pada objek, serta mencitrakan objek. Proses rendering menggabungkan gambar asli dan komponen virtual menggunakan perhitungan posisi dan orientasi marker. Hasil tracking mark ditampilkan di layar smartphone [10] .
Gambar 2. Alur Proses Augmented Reality [10]
Pada aplikasi ANAR ( Anatomy in Augmented Reality ), pengenalan anatomi manuasia menggunakan poster. Marker yang ada pada poster kamera akan membaca dan memformat sesuai pola. Aplikasi menginisialisasi 3D sesuai dengan pola yang dibaca dan memanggilnya melalui marker. Kemudian aplikasi mulai merender model objek 3D di atas marker poster. Flowchart Aplikasi dapat terlihat pada gambar 3.
Submitted : February 28, 2023, Revised : March 10, 2023, Accepted : March 12, 2023, Published : March 14, 2023
Gambar 3. Flowchart Aplikasi Augmented Reality
## C. Pengujian Sistem
Kelemahan dan kesalahan pada sistem yang dibuat diperjelas melalui percobaan untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem dan aplikasi yang sesuai untuk tipe handphone dengan sistem operasi Android. Pengujian yang akan dilakukan adalah mengisi blacbox untuk menguji ketelitian atau keakuratan penelitian [11]. Selanjutnya akan dilakukan dengan pengujian usability , tujuannya untuk mengetahui kemudahaan aplikasi saat digunakan oleh user [12].
1. Uji coba
Untuk mendukung aplikasi berbasis android, memerlukan dukungan hardware dan software yang memadai agar pengembangan aplikasi dapat menghasilkan aplikasi yang memenuhi kebutuhan yang ada. Berikut hadware dan sofware yang digunakan sebagai pendukung :
a. Hardware (perangkat keras)
1) Processor 11 th Gen Intel(R) Core (TM) i7 - 1165G7 @ 2.80GHz (8 CPUs), 2.8 GHz
2) RAM 8.GB SSID
3) Harddisk 1 TB 4) NVIDIA GeForce MX330 b. Software (perangkat lunak) 1) Microsoft windows 10 2) Unity 3) Blender 4) Vuforia
5) Android Studio
## 2. Balckbox Testing
Blackbox juga diisi untuk mengkonfirmasi hasil penelitian. Pengujian dilakukan berdasarkan pada fungsionalitas sistem [9] dengan metode blacbox testing Berikut adalah contoh tabel pengujian blackbox testing :
T ABEL 1. T ABEL PENGUJIAN BLACKBOX TESTING No Skenario Tes Case Harapan Hasil 1 Tombol Tekan tombol aplikasi Tombol bekerja sesuai dengan fungsinya Valid 2 Jarak Kamera Mengukur jarak antara kamera dengan marker. Kamera mengenali marker dan dapat menampilkan objek 3D Valid 3
Sudut Mengukur kamera dengan marker dari berbagai sudut. Kamera dapat Kamera mengenali marker dan dapat menampilkan objek 3D Valid 4 Pencahayaan Mengukur dengan intensitas cahaya yang tinggi Kamera mengenali marker dan dapat menampilkan objek 3D Valid Mengukur dengan intensitas cahaya yang sedang Kamera dapat Kamera mengenali marker dan dapat menampilkan objek 3D Valid Mengukur dengan intensitas cahaya yang rendah. Kamera mengenali
marker dan dapat menampilkan objek 3D
Valid 5
Putaran
Gerakan kamera memutari di sekitar marker. Kamera mengenali marker dan dapat menampilkan objek 3D Valid
Memutar marker. Kamera mengenali
marker dan dapat menampilkan objek 3D Valid 6
Oklusi Menutup sebagian marker. Kamera mengenali marker dan dapat menampilkan objek 3D. Valid 7 Device
Menjalankan aplikasi diberbagai perangkat android Aplikasi dapat berjalan pada perangkat yang berbeda. Valid IV. H ASIL P EMBAHASAN DAN P ENGUJIAN APLIKASI
## A. Hasil Pembahasan
Aplikasi dimulai dari Tampilan menu utama seperti pada Gambar 4. Pada tampilan utama pengguna dapat membaca intruksi yang ditampilakn pada menu utama, dan pengguna bisa langsung klik mulai agar dapat langsung capture marker pada poster yang sudah diberi marker. Pada proses
## Marker
Pattern
Submitted : February 28, 2023, Revised : March 10, 2023, Accepted : March 12, 2023, Published : March 14, 2023
ini, aplikasi mengambil aliran video dari kamera dan mengambil gambar penanda untuk dideteksi. Selanjutnya, dalam identifikasi marker, aplikasi mendeteksi marker dan membandingkannya dengan template yang ada di program (template adalah file dengan ekstensi .patt). Dalam proses tampilan model 3D, aplikasi menampilkan model 3D anatomi manusia dengan posisi relatif terhadap penanda. Pada proses input pengguna, pengguna memberikan input berupa sentuhan pada layar ponsel. Kemudian, aplikasi mendeteksi interaksi sentuh apa pun di layar. Jika sentuhannya tepat pada bagian yang ditandai detail, maka proses selanjutnya berlanjut. Selanjutnya adalah tampilan data. Dalam proses ini, aplikasi menerima nilai koordinat sentuh dan koordinat model 3D. Dari koordinat aplikasi, data yang sesuai pada bagian yang disentuh akan ditampilkan.
Gambar 4. Menu Utama Aplikasi
Gambar 5. Capture Marker Pada Poster
Gambar 6. Deskripsi Organ Tubuh
Gambar 7. Percobaan Marker Poster Jantung
Gambar 4 diatas adalah tampilan dari aplikasi ANAR ( Anatomy in Augmented Reality ), aplikasi menampilkan tampilan yang diperoleh dari kamera pada perangkat android. Kemudian, kamera akan mendeteksi keberadaan penanda. Pada gambar 5, ketika marker terdeteksi, maka akan muncul model 3D tubuh manusia sesuai dengan marker pada poster yang dideteksi.
Model 3D yang ditampilkan memiliki sentuhan interaksi pada bagian-bagian tubuh seperti jantung, dan dapat di sentuh bagian-bagian jantung. Setelah pengguna melakukan interaksi seperti menyentuh bagian jantung model 3D yang muncul pada marker, maka aplikasi akan menampilkan menu dengan tampilan seperti yang ditampilkan pada Gambar 6. Pada gambar 6, model 3D organ jantung yang ditampilkan dapat disentuh pada bagian tertentu untuk menampilkan informasi detail, seperti nama dan deskripsi organ seperti pada Gambar 6. Selain itu, model 3D yang ditampilkan dapat dimanipulasi dengan rotasi dan model
Submitted : February 28, 2023, Revised : March 10, 2023, Accepted : March 12, 2023, Published : March 14, 2023
pembesaran. Ini dilakukan dengan memanfaatkan fungsi input layar sentuh di android. Fungsi ini memanfaatkan kemampuan android untuk mengenali dan menentukan posisi masukan sentuhan pada layar. Pengguna juga dapat memutar organ yang ditampilkan dengan memutar penanda. Zoom in dan zoom out bisa dilakukan dengan mengatur jarak penanda dengan kamera.
## B. Pengujian Aplikasi
## 1. Usability Testing
Pada penelitian ini dilakukan pengujian aplikasi mengunakan usability testing dengan menggunakan metode perhitungan Skalala Likert. Untuk mendapatkan hasil dari performa aplikasi ini digunkan pernyataan tertutup[14] dengan rentang skla penilaian sebagai berikut :
## 100
Presentase Interval = 20 Menunjukan Interval 5
T ABEL 2. P RESENTASE I NTERVAL
Presentase Interval Kriteria 0% - 19,99% Sangat tidak setuju 20% - 39,99% Tidak setuju 40% - 59,99% Netral 60% - 79,99% Setuju 80% - 100%
Sangat Setuju T ABEL 3. PERHITUNGAN LIKERT
Pertanyaan STS TS
N S SS Rata-Rata Likert P1 0 0 1 15 4 83
P2 0 0 2 10 8 86 P3 0 0 2 10 8 86 P4 0 0 0 15 5 87 P5 0 0 5 5 10 85 P6 0 0 4 6 10 86 P7 0 0 0 8 12 92
P8 0 0 7 9 4 93 P9 0 0 3 7 10 87 P10 0 0 4 8 8 72 P11 0 0 0 15 5 68 P12 0 0 0 8 12 92
P13 0 0 3 7 10
87 P14 0 0 1 15 4 83 P15 0 0 7
9 4 80
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata likert, diperoleh hasil persentase interval sebesar 85,5% menunjukkan akurasi mudah dipelajari (learnability), 87,6% akurasi efisiensi (efficiency), 90% akurasi mudah diingat (memorability), 70% akurasi kesalahan (errors), dan 85,50% akurasi dari kepuasan (satisfaction). Dan berdasarkan System Usability Score (SUS), range nilai kebergunaan dapat dilihat pada gambar 8. Aplikasi ANAR ( Anatomy in Augmented Reality ) ada pada range excellent yaitu sebesar 85,5%. Maka dari itu, aplikasi ANAR ( Anatomy in
Augmented Reality ) berhasil membangun sistem yang user- friendly dengan tingkat usability yang tinggi.
Gambar 8. System Usability Score (SUS)
## 2. Respon Time Load Test
Pengujian selanjutnya adalah response time load test, dimana saat aplikasi dijalankan pada smartphone dengan spesifikasi yang berbeda maka hasil response time juga berbeda [15]. Pengujian ini dilakukan hanya saat loading kamera smartphone dan menentukan perbedaan waktu respons. Selama pengujian, aplikasi ini bekerja pada dua smartphone yang berbeda.
T ABEL 4.S PESIFIKASI PERANGKAT UJI COBA APLIKASI ANAR ( Anatomy in
Augmented Reality ) Perangkat OS CPU Resolusi Kamera Xiaomi mi4 Android v6.0 (marshmallow) Prosesor Quad Core Max 2.5 GHz 1080 x 1920 pixels 13MP Vivo Y35 Android 5.02 Snapdragon 410 Quad- core 1.2 GHz 720 x 1280 pixels 5 MP dan 13 MP
T ABEL 5.HA SIL PENGUJIAN RESPON TIME No Proses Respon Time
Xiaomi mi4 Vivo Y35 1 Loading kamera menu explore monumen 3D 3.12 6.15
Pada tabel 5 adalah merupakan hasil pengujian terhadap waktu loading kamera smartphone. Selanjutnya Tabel 6 menunjukkan uji jarak kamera smartphone terhadap marker yang disorot.
T ABEL 6. P ENGUJIAN JARAK JANGKAU KAMERA
No
Proses Jarak Jangkau (cm) Xiaomi mi4 Vivo Y35 1 Jarak jangkau terhadap marker 10.3 – 87.2 8.1 – 62.8
Pengujian berikutnya pada tabel 7 adalah efek dari sudut penyorotan kamera terhadap marker.
Submitted : February 28, 2023, Revised : March 10, 2023, Accepted : March 12, 2023, Published : March 14, 2023
T ABEL 7. P ENGUJIAN J ANGKAUAN SUDUT
No Proses Jarak Jangkau (cm) Xiaomi mi4 Vivo Y35 1 Jangkauan sudut kamera terhadap marker 39 - 141 39 - 141
Pada tabel 8 adalah untuk menguji intensitas cahaya, peneliti menguji dua perangkat untuk menyorot marker dengan intensitas cahaya tinggi, sedang dan rendah.
T ABEL 8. P ENGUJIAN INTESITAS CAHAYA N O Proses Xiaomi mi4 Vivo Y35
1 Intensitas cahaya rendah Y T 2 Intensitas cahaya sedang Y Y 3 Intensitas cahaya tinggi Y Y
## V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian aplikasi ANAR ( Anatomy in Augmented Reality ), aplikasi pembelajaran anatomi ini dengan menggunakan teknologi mobile augmented reality dengan menggunakan metode Marker Based Tracking mendapatkan hasil yang baik. Aplikasi yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan model 3D untuk memvisualisasikan anatomi memiliki kelebihan seperti kejelasan dan kemudahan untuk memahami model anatomi 3D. Berdasarkan System Usability Score (SUS), range nilai kebergunaan Aplikasi ANAR ( Anatomy in Augmented Reality ) ada pada range excellent yaitu sebesar 85,5%. Maka dari itu, aplikasi ANAR ( Anatomy in Augmented Reality ) berhasil membangun sistem yang user-friendly dengan tingkat usability yang tinggi dengan menunjukkan akurasi mudah dipelajari (learnability), 87,6% akurasi efisiensi (efficiency), 90% akurasi mudah diingat (memorability), 70% akurasi kesalahan (errors), dan 85,50% akurasi dari kepuasan (satisfaction). Aplikasi ini sangat bermanfaat dalam memberikan visualisasi materi pembelajaran dan menciptakan minat yang lebih baik dalam mempelajari mata pelajaran materi anatomi. Untuk hasil yang lebih baik, aplikasi ANAR ( Anatomy in Augmented Reality ) adalah menambahkan materi visualisasi dengan lebih banyak. Pilihan fitur di platform multimedia dengan menggunakan suara atau video, agar materi anatomi yang ditampilkan lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa aplikasi augmented reality metode Marker Based Tracking dapat digunakan dalam pembelajaran pengenalan anatomi tubuh manusia.
R EFERENCES
[1] I. P. Putra, “Belajar Daring Diharapkan Jadi Budaya Baru Pendidikan.” Medcom.id, 2020, [Online]. Available: https://www.medcom.id/pendidikan/news- pendidikan/GNl4YWVN-belajar-daring- diharapkan-jadi-budaya-baru-pendidikan.
[2] Pusdatin, “Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran dalam Adaptasi Pandemi Covid–19.” Pusdatin Kemendikbud 2022, [Online]. Available: http://pusdatin.kemdikbud.go.id/pemanfaatan- teknologi-pembelajaran-dalam-adaptasi-pandemi- covid-19/.
[3] B. Afifah, T. Widiyaningtyas, and U. Pujianto, “Pengembangan bahan ajar perakitan komputer bermuatan augmented reality untuk menumbuhkan keaktifan belajar siswa,” Tekno , vol. 29, no. 2, p. 97, 2019, doi: 10.17977/um034v29i2p97-115.
[4] F. Ardhy, G. Adam, A. E. Setiawan, and A. Aisyah, “Game Edukasi Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Android,” J. Inf. dan Komput. , vol. 10, no. 1, pp. 208–213, 2022, doi: 10.35959/jik.v10i1.309.
[5] P. Putra, A. Alzaini, R. I. Heroza, and A. Meiriza, “Pemanfaatan Teknologi Augmented Reality Dalam
Pemasaran Perumahan Mutiara Barangan Palembang,” CESS (Journal Comput. Eng. Syst. Sci. , vol. 6, no. 2, p. 181, 2021, doi: 10.24114/cess.v6i2.25742.
[6] M. I. S. Guntur, W. Setyaningrum, H. Retnawati, and Marsigit, “Can augmented reality improve problem-solving and spatial skill?,” J. Phys. Conf. Ser. , vol. 1581, no. 1, 2020, doi: 10.1088/1742- 6596/1581/1/012063.
[7] D. Saputra, S. Susilo, Y. Abidin, and T. Mulyati, “Augmented Reality In Science Learning For Elementary School Students,” vol. 11, no. 3, pp. 457–465, 2022, doi: 10.4108/eai.25-11-
2021.2318819.
[8] A. Syahrin, M. E. Apriyani, and S. Prasetyaningsih, “Analisis Dan Implementasi Metode Marker Based Tracking Pada Augmented Reality Pembelajaran Buah-Buahan,” Komputa J. Ilm. Komput. dan Inform. , vol. 5, no. 1, pp. 11–17, 2016, doi: 10.34010/komputa.v5i1.2433.
[9] B. Satria and P. Prihandoko, “Implementasi Metode Marker Based Tracking Pada Aplikasi Bangun Ruang Berbasis Augmented Reality,” Sebatik , vol. 19, no. 1, pp. 1–5, 2018, doi: 10.46984/sebatik.v19i1.88.
[10] N. Wahyudi, R. A. Harianto, and E. Setyati, “Augmented Reality Marker Based Tracking Visualisasi Drawing 2D ke dalam Bentuk 3D dengan Metode FAST Corner Detection,” J. Intell. Syst. Comput. , vol. 1, no. 1, pp. 9–18, 2019, doi: 10.52985/insyst.v1i1.28.
[11] M. Nurudin, W. Jayanti, R. D. Saputro, M. P.
Submitted : February 28, 2023, Revised : March 10, 2023, Accepted : March 12, 2023, Published : March 14, 2023
Saputra, and Y. Yulianti, “Pengujian Black Box pada Aplikasi Penjualan Berbasis Web Menggunakan Teknik Boundary Value Analysis,” J.
Inform. Univ. Pamulang , vol. 4, no. 4, p. 143, 2019, doi: 10.32493/informatika.v4i4.3841.
[12] T. Yuliyana, I. K. R. Arthana, and K. Agustini, “Usability Testing pada Aplikasi POTWIS,” JST (Jurnal Sains dan Teknol. , vol. 8, no. 1, pp. 12–22,
2019, doi: 10.23887/jst-undiksha.v8i1.12081.
[13] S. E. A and S. (7th) E. Practitioner’s Approach, “Software Engineering: A Practitioner’s Approach, Seventh (7th) Edition.” 2010.
[14] I. S. Y. Saputri, M. Fadli, and I. Surya, “Implementasi E-Commerce Menggunakan Metode UCD (User Centered Design) Berbasis Web,” J. Aksara Komput. Terap. , vol. 6, no. 2, pp. 269–278,
2017, [Online]. Available: https://jurnal.pcr.ac.id/index.php/jakt/article/view/1 378. [15] D. I. Permatasari, “Pengujian Aplikasi menggunakan metode Load Testing dengan Apache JMeter pada Sistem Informasi Pertanian,” J. Sist. dan Teknol. Inf. , vol. 8, no. 1, p. 135, 2020, doi:
10.26418/justin.v8i1.34452.
|
63afba3d-77b0-4ebb-88a0-f9ac7794c7c0 | https://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/download/491/426 |
## FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMASRAWAT INAP KEMILING BANDAR LAMPUNG
Agung Aji Perdana 1) , Dina Dwi Nuryani 1) , Tutik Lestari 2)
## ABSTRAK
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, Kunjungan di Posbindu PTM yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling di bawah 20% Sedangkan indicator dalam pemanfaatan Posbindu PTM baik di Kabupaten maupun di Provinsi adalah sebesar 20%. Tujuan penelitian diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung 2017.
Penelitian kuantitatif pendekatan cros sectional . Populasi berjumlah 6.592 dengan sampel sebanyak 314 orang. Pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling . Metode pengumpulan data dengan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan analisis univariat, bivariat (chi square) dan multivariat ( Regresi Logistik Ganda).
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan, pekerjaan, umur, peran petugas kesehatan, dukungan keluarga, kebutuhan pribadi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan posbindu lansia. Variabel jenis kelamin tidak bermakna. Sedangkan pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan dibandingkan variabel yang lain. Disarankan Dinas kesehatan dan Puskesman Rawat Inap Kemiling melakukan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
Kata Kunci : Faktor posbindu PTM
## PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular (PTM) dikenal juga sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM termasuk penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru kronis, secara kolektif bertanggung jawab untuk hampir 70% dari semua kematian di seluruh dunia.Hampir tiga perempat dari semua kematian PTM dan 82% dari 16 juta orang yang meninggal sebelum mencapai usia 70 tahun, terjadi pada penduduk berpenghasilan rendah dan menengah.Munculnya PTM disebabkan empat faktor risiko utama: penggunaan tembakau, aktivitas fisik, konsumsi alkohol dan diet yang tidak sehat (WHO, 2017)
Organisasi
kesehatan dunia
(WHO) telah merekomendasikan agar memusatkan
penanggulangan PTM
melalui tiga komponen utama, yaitu surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui inovasi dan reformasi manajemen
pelayanan kesehatan. Pengendalian PTM di Indonesia terdapat dalam UU RI No.36 tahun 2009 tentang penyakit tidak menular yang berisi upaya yang dilakukan dalam pengendalian penyakit tidak menular, yaitu pencegahan, pengendalian, penanganan, dan akibat yang ditimbulkan dari suatu penyakit. Upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat, kemauan berperilaku sehat, dan mencegah terjadinya PTM beserta komplikasinya. Salah satu upaya mengendalikan faktor risiko penyakit tidak menular melalui sebuah wadah yang disebut dengan Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular). Posbindu PTM merupakan suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif-preventif untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko PTM secara terpadu (Kemenkes, 2012).
1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati
2) Puskesmas Rawat Inap Kemiling, Bandar Lampung
Terdapat 828 penderita PTM pada setiap 100 ribu populasi di Indonesia. Filipina menduduki peringkat pertama dengan total penderita PTM 906 orang di setiap populasi yang sama. Sementara itu, Thailand, Malaysia, dan Vietnam berada di bawah Indonesia dengan lebih dari 600 penderita. Pada 2012,
penyebab kematian akibat PTM dipicu oleh penyakit kardiovaskular. penyakit ini, juga menjadi salah satu penyebab stroke. Berdasarkan data, Indonesia dan Filipina adalah negara dengan jumlah penderita penyakit jantung terbanyak, dengan perbandingan 336 dan 335 orang per 100 ribu penduduk. Presentase kematian yang disebabkan oleh stroke akibat penyakit jantung di Indonesia adalah 58 persen, dimana ini adalah jumlah tertinggi dibanding negara ASEAN lainnya. Sementara itu, penyakit PTM yang juga perlu diperhatikan adalah diabetes. Pada 2013, jumlah penderita diabetes di Indonesia adalah 5,8 persen, sama dengan Vietnam. Angka ini masih berada di bawah Malaysia (10,9 persen) Singapura (10,4 peran), dan Filipina (6,9 persen) (Nainggolan, 2016)
Perkembangan penyakit tidak menular umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. menjadi penyebab utama kematian secara global. PTM membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan data Riskesdas Provinsi Lampung tahun 2013,
prevalensi diagnosa penyakit jantung kororner (PJK) pada tertinggi ada di kota Metro, diikuti kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Waykanan. Pada penyakit diabetes melitus teringgi di kota Metro (1.2%) dan terendah di Lampung Barat (0.4%) sedangkan Kota Bandar Lampung sebesar (1%) (Riskesdas Provinsi Lampung, 2013).
Jumlah Posbindu PTM di Provinsi Lampung sebanyak 413 Posbindu PTM yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota,
Posbindu PTM terbanyak ada di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 60 Posbindu PTM diikuti Kabupaten Lampung Barat sebanyak 52 Posbindu PTM dan Kabupaten Pesawaran sebanyak 50 Posbindu PTM sedangkan di Kota Bandar Lampung sebanyak 23
Posbindu PTM (Profil Dinkes Lampung,
2016)
Berdasarkan data dari Puskesmas Rawat Inap Kemiling, proporsi penyakit tidak menular di Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling adalah penyakit kardiovaskular sebanyak
3,41%, asma dan penyakit paru obstruktif kronis sebanyak 0,55%, diabetes melitus sebanyak 1,45%, kanker leher rahim dan payudara sebanyak 0,05%, dan gangguan akibat cedera dan kecelakaan lalu lintas sebanyak 0,01% (Puskesmas Rawat Inap Kemiling, 2016).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan secara singkat kepada masyarakat yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Kemiling tanggal 2 Maret 2017, dari 10 orang yang dilakukan wawancara sebanyak 7 (70%) tidak pernah berkunjung ke Posbindu PTM, 3 (30%) pernah ke Posbindu PTM untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, 6 (60%) orang mengatakan tidak mengetahui kegiatan Posbindu PTM, 7 (70%) orang mengatakan jika sakit langsung ke Puskesmas.
Tujuan penelitian diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posbindu PTM di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung 2017.
## METODE PENELITIAN
Jenis penelitian kuantitatif, dengan pendekatan
Cross-sectional. Waktu penelitian Juni 2017, dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling, Bandar Lampung. Populasi masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas 6.592 jiwa. Besar sampel 314 jiwa. Pengambilan sampel dengan purposive sampling. Pengumpulan data dengan wawancara terstruktur (kuisioner). Pengolahan dilakukan e diting, coding, processing dan cleaning. Analisa data Chi Square dan Regresi Logistik , dengan derajat kepercayaan 95%.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Variabel Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung 2017. Variabel Kategori Frekuensi (%) Pemanfaatan pelayanan kesehatan Memanfaatkan 151 48,1 Tidak memanfaatkan 163 51,9 Pengetahuan Baik 166 52,9 Kurang baik 148 47,1 Pekerjaan Bekerja 163 51,9 Tidak Bekerja 151 48,1 Umur Muda 154 49,0 Tua 160 51,0 Peran petugas Positif 133 42,4 Negatif 181 57,6 Dukungan keluarga Baik 157 50,0 Kurang Baik 157 50,0 Kebutuhan pribadi Butuh 168 53,5 Tidak Butuh 146 46,5 Jenis kelamin Laki-laki 176 56,1 Perempuan 138 43,9 Sebagian besarresponden tidak memanfaatkan Pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 163 (51,9%) responden lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan yaitu sebanyak 48,1%. Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 166 (52,9%) responden lebih banyak jika dibandingkan dengan pengetahuan yang kurang baik yaitu sebanyak 47,1%. Responden yang bekerja sebanyak 163 (51,9%) responden lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 48,1%. responden dengan umur tua sebanyak 160 (51,0%) responden lebih banyak jika diabndingkan dengan responden yang berumur muda yaitu sebanyak 49,0% Responden yang mengatakan peran petugas kesehatan negatif yaitu sebanyak 181 (57,6%) responden lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang mengungkapakn peran petugas positif yaitu sebesar 42,4%. Responden dengan dukungan keluarga baik sama dengan responden dengan dukungan keluarga kurang baik yaitu sebanyak 157 (50,0%) responden. Responden dengan kebutuhan pribadi butuh yaitu sebanyak 168 (53,5%) responden lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak butuh yaitu sebesar 46,5%.
Responden dengan jenis kelamin laki- laki yaitu sebanyak 176 (56,1%) responden lebih
banyak
jika dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 43,9%.
## Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan
dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Hasil uji statistik diperoleh p- value = <0,001 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
tingkat pengetahuan
tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dengan nilai OR 8,567 berarti responden dengan pengetahuan pelayanan kesehatan baik memiliki peluang 8,567 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan jika dibandingkan dengan responden yang pengetahuan pelayanan kesehatan kurang baik .
Hubungan pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p-value = <0,001 dapat disimpulkan ada hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dengan nilai OR 5,239 berarti responden yang bekerja memiliki peluang 5,239 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan jika dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja.
## Tabel 2
Faktor Resiko Yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung 2017
Variabel Kategori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan p- value OR 95% CI Memanfaatkan Tidak memanfaatkan N % N % Pengetahuan Baik 118 71,1 48 28,9 <0,001 8,567 Kurang baik 33 22,3 115 77,7 Pekerjaan Bekerja 109 66,9 54 33,1 <0,001 5,239 Tidak Bekerja 42 27,8 109 72,2 Umur Muda 110 71,4 44 28,6 <0,001 7,256 Tua 41 25,6 119 74,6 Peran petugas kesehatan Positif 74 55,6 59 44,4 0,009 5,513 Negatif 77 42,5 104 57,5 Dukungan keluarga Baik 88 56,1 69 43,9 0,007 1,903 Kurang Baik 63 40,1 94 59,9 Kebutuhan pribadi Butuh 92 54,8 76 45,2 0,015 1,785 Tidak Butuh 59 40,4 87 59,6 Jenis kelamin Laki-laki 88 50,0 88 50,0 0,515 1,190 Perempuan 63 45,7 75 54,3 Jumlah 151 48,1 163 51,9 Hubungan umur dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p-value = <0,001, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dengan nilai OR 7,256 berarti responden dengan umur muda memiliki peluang 7,256 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan jika dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Hubungan umur
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,029, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemanafaatan
pelayanan kesehatan. Dengan nilai OR 1,694 berarti responden yang mengatakan peran petugas kesehatan positif memiliki peluang 1,694 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan jika dibandingkan dengan responden yang mengatakan peran petugas kesehatan negatif tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Hubungan dukungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.Hasil
uji statistik diperoleh p-value = 0,007, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dengan nilai OR 1,903 berarti responden dengan dukungan keluarga baik memiliki peluang 1,903 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan jika dibandingkan dengan responden yang dukungan keluarga kurang baik.
Hubungan kebutuhan pribadi dengan
pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p- value = 0,015, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kebutuhan pribadi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dengan nilai OR 1,785 berarti responden dengan adanya kebutuhan pribadi memiliki peluang 1,785 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan jika dibandingkan responden tidak membutuhkan.
Hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,515, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Analisis Multivariat
Tabel 3 Model akhir multivariat regresi logistic Variabel p-value OR 95% CI Pengetahuan <0,001 3,995 1,822 8,758 Pekerjaan 0,009 2,178 1,220 3,890 Umur 0,129 1,846 ,836 4,076 kebutuhan pribadi 0,074 1,728 ,948 3,148 Berdasarkan tabel 3 dapat
disimpulkan bahwa dari keseluruhan proses analisa yang dilakukan ternyata variabel pengetahuan (p=<0.001, OR=3,995), merupakan faktor yang paling dominan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan Posbindu PTM.
## PEMBAHASAN
Hubungan pengetahuan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Posbindu PTM
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan Posbindu PTM. Hasil penelitian ini sejalan dengan Purdiyani (2016), menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan pemanfaatan Posbindu PTM
di wilayah kerja Puskesmas Cilongok. Demikian penelitian Darmawan (2015), menunjukkan bahwa pemanfaatan
pelayanan posbindu di Desa Pemecutan Kelod lebih baik pada orang tua yang berpengetahuan baik dibandingkan dengan orang tua yang berpengetahuan kurang baik. Pengetahuan sangat erat dikaitkan dengan tingkat pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa pengetahuan seseorang bukan hanya diperoleh melalui pendidikan formal saja namun juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal (Budiman 2013).
Hubungan Pekerjaan
dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Posbindu PTM
Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang bekerja tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan karena waktu ke tempat pelayanan kesehatan sangat terbatas, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkunjung ketempat
pelayanan kesehatan dan mengikuti kegiatan posbindu. Pada umumnya orang yang bekerja tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan maka semakin sulit datang ke posbindu. Asumsi lainnya kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga. Seseorang yang bekerja cenderung untuk memiliki pendapatan keluarga yang cukup. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan partisipasi ke posbindu mengalami penurunan karena ada kemungkinan mereka yang memiliki pendapatan yang cukup akan lebih memilih pelayanan kesehatan yang lain dibanding ke posbindu dan sebanyak responden yang bekerja memanfaatkan pelayanan kesehatan kemungkianan memiliki pengetahuan yang lebih luas jika dibandingkan dengan yang tidak bekerja, disebabkan karena pada yang bekerja, akan bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam informasi yang akan di terima oleh ibu. Seperti diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi prilaku, antara lain faktor dari diri sendiri, dan dari luar seperti pengaruh teman, informasi media massa, dengan bekerja maka akan banyak informasi yang didapat mengenai manfaat ke posbindu , baik dari pengalaman kawan ditempat bekerja, maupun media massa yang dibaca ibu di tempat bekerja. Salah satu keuntungan dari informasi yang didapat adalah lebih paham dengan keuntungan atau manfaat dalam pelayanan kesehatan.
Hubungan Umur dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Posbindu PTM Berdasarkan Hasil uji statistik,
bahwa ada hubungan antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa(masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini)
Penelitian Purdiyani (2016), menyimpulkan tidak ada hubungan antara umur dengan Pemanfaatan Posbindu PTM. Penelitian ini menunjukan, berapapun usia responden, tidak mempengaruhi perilaku
pemanfaatan Posbindu PTM. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012), menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur 60-69 tahun dan umur lebih dari 70 tahun dengan pemanfaatan Posbindu PTM. Hasil penelitian ini berbeda dengan Darmawan (2015), menyatakan tidak ada hubungan antara umur orang tua dengan pemanfaatan pelayanan.
Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan
## Kesehatan Posbindu PTM
Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemanafaatan pelayanan kesehatan. Penelitian ini juga sejalan Purdiyani (2016), menyatakan ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemanfaatan Posbindu PTM.
Dukungan positif petugas kesehatan akan membawa dampak lansia semakin rajin untuk datang ke posbindu, sebaliknya apabila tidak ada peran yang positif pada masyarakat, akan menghambat pemanfaatan pusat pelayanan, khususnya posbindu PTM. Peran petugas kesehatan harus lebih ditingkatkan lagi, sehingga mampu mempengaruhi perilaku lansia yang tidak
memanfaatkan posbindu menjadi mau berkunjung ke posbindu.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan
## Kesehatan Posbindu PTM
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan Purdiyani (2016), Darmawan (2015), menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu PTM.
Keberadaan anggota keluarga dan dukungan yang diberikan memiliki peranan penting dalam mencegah atau menunda seseorang yang menderita penyakit kronis untuk pergi berobat. Selain itu, dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, informasional dan instrumental yang mampu mempengaruhi minat seseorang dalam berperilaku. Peran keluarga sangat
berpengaruh bagi lansia, apabila anggota keluarga maka lansia akan bertindak sesuai dengan sikap dan harapan anggota keluarganya. Keluarga sebagai motivator kuat bagi penduduk untuk mengikuti kegiatan posbindu PTM apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi,
mengantar atau
mengingatkan jadwal posbindu PTM.
Keberadaan anggota keluarga
memainkan peranan penting dalam mencegah atau paling tidak menunda orang menderita sakit kronis ke lembaga pelayanan kesehatan.
Hubungan Kebutuhan Pribadi dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Posbindu PTM
Ada hubungan kebutuhan pribadi dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan Pobindu PTM. Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan
kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, karena merupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian
untuk
menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu pada perkembangan pola penyakit yang ada pada individu tersebut.
Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, karena merupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit.
Dengan demikian untuk menentukan perkembangan
kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu pada perkembangan pola penyakit yang ada pada individu tersebut (Gaol, 2013).
Motivasi timbul dari kebutuhan yang membuat seseorang ingin terpenuhi kebutuhan tersebut dan tergerak untuk berbuat. Kader dan petugas kesehatan perlu memotivasi untuk datang ke Posbindu, dengan cara memunculkan kebutuhan akan perlunya datang ke Posbindu. Memotivasi masyarakat tidak cukup sekali. Oleh sebab itu, perlu perencanaan, kemudian intervensi/tindakan motivasi, evaluasi, dan apabila pendekatan dan teknisnya kurang baik, mak perencanaannya diperbaiki kembali dan seterusnya.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Posbindu PTM
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan posbindu PTM. Penelitian ini tidak sejalan dengan Kim (2015), menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Jenis kelamin ternyata tidak berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan kesehatan. Disini terbukti bahwa bail laki-laki mapun perempuan peluang untuk pergi kepalayanan kesehatan sama, tidak ada perbedaanya, sehingga secara statistik tidak menunjukkan keterkaitannya.
Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Pelayanan
Kesehatan Posbindu PTM
Dalam penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa dari pemodelan akhir, pengetahuan merupakan faktor dominan dengan nilai OR 3,995, setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan, umur, dan kebutuhan pribadi. Tingkat pengetahuan seseorang
banyak mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan
tentang manfaat posbindu, maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk berperan serta dalam program posbindu. Pengetahuan merupakan variabel paling dominan dibandingkan dengan variabel lain. Pengetahuan merupakan dasar seseorang untuk bertindak, karena mereka memahami baik dan buruknya, atau mafaat atau kerugian sebuah tindakan, dengan demikian sangat logis jika pengetahuan merupakan variabel paling dominan. Variabel yang lain seperti pekerjaan, umur tidak demikian. Responsen yang pekerjaan baik belum tentu memahami tentang manfaat posbindu PTM. Demikian juga umur yang tua belum tentu memahami tentang posbindu. Hal ini yang menyebabkan pengetahuan lebih berperan dibandingkan variabel yang lain.
## KESIMPULAN DAN SARAN
Distribusi responden yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan posbinanyak dibandingkan dengan yang memanfaatkan, pengetahuan responden lebih banyak dalam kategori baik, responden yang bekerja lebih banyak dibandingkan tidak bekerja, responden yang memiliki umur tua lebih banyak dibandingkan yang muda, peran petugas kesehatan anyak yang negatif dibandingkan yang positif, responden yang memiliki dukungan keluarga sama banyaknya, responden lebih banyak yang menyatakan hal tersebut merupakan kebutuhan dibandingkan dengan yang tidak. Sementara responden lebih banya berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.
Ada hubungan
tingkat pengetahuan, pekerjaan, umur, peran petugas kesehatan, dukungan keluarga, kebutuhan pribadi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan posbindu lansia. Variabel jenis kelamin tidak bermakna. Sedangkan pengetahuan merupakan faktor yang
paling
dominan dibandingkan variabel yang lain. Disarankan
Dinas kesehatan dan Puskesman Rawat Inap Kemiling melakukan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
## DAFTAR PUSTAKA
Budiman dan Agus Riyanto, 2013, Kapita
Selekta Kuesioner : Pengetahuan dan Sikap dalam penelitian Kesehatan , Salemba Medika: Jakarta Darmawan, (2015), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilakukunjungan Masyarakat Terhadap Pemanfaatanpelayanan Posyandu di Desa Pemecutan Kelodkecamatan Denpasar Barat, binausadabali.ejurnal.info/index.p hp/kesehatan/article/,15/6/2017 Dinkes Lampung, (2016), Profil Kesehatan Lampung Tahun 2016,
Lampung.
Gaol, Tiomarni Lumban, (2013), Pengaruh faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan kebutuhan terhadap perilaku masyarakat dalam pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota .
balitbang.pemkomedan.go.id/, IKM USU
Handayani, D.E, (2012), Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Oleh Lanjut Usia di kecamatan Ciomas kabupaten Bogor Tahun 2012 dan faktor yang berhubungan. Jurnal
FKM UI
Kemenkes RI, (2012), Data Dan Informasi Penyakit Tidak Menular . http://www.depkes.go.id/ Kemenkes RI, (2012), Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) .
Kim, Han-Kyoul and Munjae Lee (2015). Factors Associated With Health Services Utilization Between The
Years 2010 And 2012 In Korea:
Using Andersen's Behavioral model http://www.sciencedirect.co m/science/article/pii Nainggolan, (2016), Penyakit Tidak Menular Sumbang Angka Kematian Terbesat Di Indonesia, 19 Mei 2016, 17.00 wib,
http://m.metrotvnews.com/read/ 2016/05/19/ 530638/ penyakit- tidak-menular-sumbang-angka- kematian-di-indonesia.
Purdiyani, (2016),
Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakittidak Menular (Posbindu Ptm) Oleh Wanita Lansiadalam Rangka Mencegah Penyakit Tidak Menulardi Wilayah Kerja Puskesmas Cilongok 1 . Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 4,
Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) Riskesdas, 2013, Riset Kesehatan Dasar dalam angka Provinsi Lampung.
Kemenkes 2013.
World Health Organization Geneva, Switzerland (2017) What are noncommunicable diseases and their risk factors?http://www.who.int/ncds/ en
UU No. 36 Tahun 2009, tentang
## Kesehatan
Profil Puskesmas Rawat Inap Kemiling, 2016.
|
964aedaf-1d47-4b8f-b89c-50529cc95f84 | https://ejournal.itn.ac.id/index.php/jati/article/download/7777/4669 |
## PERANCANGAN GAME 2D THE TALE OF HERO BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN METODE FINITE STATE MACHINE
Rifki Muhammad Rizal Pahlawan, Febriani Santi Wahyuni, Ahmad Fahrudi Program i Studi i Teknik Informatika i S1, Fakultas i Teknologi i Industri Institut i Teknologi i Nasional i Malang, i Jalan i Raya i Karanglo i km 2 Malang, Indonesia [email protected]
## ABSTRAK i
Role Playing Game (RPG),adalah game genre ini banyak dimainkan karena memiliki alur cerita yang menarik, World building yang luas dan character yang mendukung cerita utama tersebut dan yang paling diminati banyak orang ialah Action Role Playing Game atau ARPG. Sinkron dengan bentuk istilah ialah Role Playing atau berlaku peran, hingga makna simpel atas RPG adalah game di mana player mengemban peran karakter dalam narasi fiksi. Player berdarma untuk menjadi karakter yang ditetapkan oleh narasi game, beserta dituntut untuk melewati prosedur pengambilan keputusan terstruktur terkait pembangunan karakter. v Karakter yang diperankan oleh player ditentukan v oleh v sistem ketentuan yang sudah dijelaskan secara jelas oleh pengembangan. Perancangan dilakukan guna membuat game rpg dengan suasana menyenangkan dengan metode Finite state machine (FSM) guna mendukung interaksi dengan musuh maupun NPC (Non Player character) dan menggunakan Android Studio untuk menjalankan aplikasi ke platform android. Hasil pengujian dengan metode blackbox menunjukkan bahwa semua fitur dan menu berjalan dengan baik. Saat dilakukan pengujian, program ini mampu dijalankan pada platform android dengan spefikasi android nougat versi 7.1.2.
Kata kunci : Game 2D, Finite State Machine (FSM), RPG Maker MV
## 1. PENDAHULUAN
Pada Perkembangan Zaman yang semakin modern, banyak waktu luang yang digunakan untuk menghibur diri,contohnya adalah bermain game. Banyak jenis game yang sudah dibuat dan dimainkan oleh semua penikmat game. tetapi tidak semua penikmat game menyukai genre yang ada pada game karena game sendiri memiliki genre.
Dalam pembahasan game banyak genre yang disediakan dan genre game yang memiliki banyak peminatnya adalah Role Playing Game (RPG), genre ini banyak dimainkan karena memiliki alur cerita yang menarik, World building yang luas dan character yang mendukung cerita utama tersebut dan yang paling diminati banyak orang ialah Action Role Playing Game atau ARPG, dari segi kata yaitu role playing atau game dengan tujuan menjalankan peran tertentu, definisi sederhana RPG adalah game yang pemainnya berperan sebagai karakter dalam lakon yang dirangkai pengembang. Pemain ditugaskan untuk bermain melalui cerita permainan dan harus melalui proses pengambilan keputusan yang terstruktur mengenai pengembangan karakter. Peran yang dimainkan oleh para pemain ditentukan oleh aturan yang ditentukan oleh pengembang [1] . Permainan sebagai salah satu cara belajar bukanlah sebuah persepsi baru, persepsi ini lahir bersamaan dengan lahirnya beraneka macam permainan, baik tradisional serta digital. Oleh karena itu, istilah permainan edukatif mempunyai arti tertentu, yaitu permainan yang mempunyai muatan pendidikan tertentu dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar pemainnya. Permainan mampu merangsang minat belajar pemain yang berdampak dalam menimbulkan pengalaman
baru seperti perasaan gembira dan kemudian apa yang akan disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh pemain.
Berdasarkan konsep game sebagai sarana edukasi, sehingga penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Perancangan game “The Tale Of Hero” menggunakan metode Finite State Machine. Perancangan game The Tale Of Hero” menggabungkan Action Role Playing Game dan game 2 dimensi .
## 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terkait
Penellitian ini dilakukan [2] diperoleh dari besarnya software yang dipakai untuk merancang game bergenre RPG yang digunaan di platform Desktop atau PC (Komputer), Diantara lain adalah RPG Maker. RPG Maker melambangkan sebuah software yang v khususnya akan digunakan untuk merancang game RPG, Pada RPG Maker telah terdapat kriteria kalkulasi, penataan kelas karakter game, logika serta algoritma pembangunan jalan cerita per v scene, v animasi dan efek sihir yang membantu jalannya permainan sehingga memudahkan dalam perancangan game. RPG Maker juga mempersiapkan penataan skill seperti jumlah daya serang, daya bertahan, magic power, kekuatan serangan sihir, kekuatan pertahanan sihir, kelincahan dan keberuntungan baik pemain maupun musuh didalam game RPG Maker MV merupakan game engine terbaru dari seri RPG Maker yang dirilis pada tanggal 24 oktober 2015.
Penilitian ini dilakukan [3] Lajunya pertumbuhan industri video game dan rendahnya
hasrat belajar anak menginspirasi penulis untuk membuat sebuah permainan dan menjelaskan bagaimana permainan ini dapat membantu pembelajaran anak menjadi lebih efektif dengan mengaplikasikan metode Finite State Machine (FSM) pada permaninan kuis pendidikan untuk anak-anak dengan mencari persamaan gambar. Melalui proses pengajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran tidak lain adalah mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan situasi anak melalui permainan edukatif yang bermanfaat, termasuk pengenalan hewan-hewan yang disukai anak-anak. Segala jenis olahraga dan permainan mempunyai minat para pemainnya. Secara umum, permainan ditujukan untuk bersenang-senang dan sering kali memiliki aturan dan tantangan bagi pemain untuk meraih skor atau level yang didambakan.
Penelitian ini dilakukan oleh Wicaksono & Yunianta, (2021) yang berjudul “Pengembangan Game Edukasi “Petualangan Alja Untuk Melatih Conceptual Understanding Dan Procedural Fluency Siswa Smp Materi Aljabar”, tujuan darinya adalah untuk menciptakan permainan edukasi berupa lari dan tembak yang dinamai “petualangan alja” yang mengandung pelajaran matematika yakni aljabar bagi siswa SMP kelas VII. Media pembelajaran ini diimpikan dapat melatih siswa mwmahami konsep dan struktur aljabar. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah permainan edukasi Petualangan Alja valid, praktis, dan efektif untuk dijadikan sebagai media pembelajaran dan dapat diterapkan sebagai alat belajar dan alat melatih diri bagi siswa.
Penelitian ini dilakukan oleh Joseph, Saputro, & Adrian, (2021) pada penelitian dengan judul “Game “Finding Easter Eggs” Berbasis Augmented Game “Finding Easter Eggs” Berbasis Augmented”, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan permainan seluler berbasis augmented reality selaku alternatif untuk merayakan Paskah istimewahnya kompetisi melacak telur Paskah dengan memanfaatkan gawai dan dilaksanakan di rumah setiap orang. Hasil dari penelitian ini adalah Algoritma A-Star dapat diimplementasikan dengan baik dalam fitur garis bantu yang melancarkan pemain menjangkau lokasi telur Paskah dengan jangkauan tercepat.
Teknologi informasi telah meningkat sangat laju, umumnya dalam di aspek multimedia. Satu di antaranya yang disukai komunitas yaitu game, yang nyaris seluruh anak muda bahkan orang dewasa pun menggemari game untuk menghilangkan rasa penat setelah melakukan sesuatu. Sumber daya manusia berkontribusi terhadap kemajuan teknologi informasi, umumnya di aspek multimedia. Banyak anak muda yang mengembangkan game dan ada pula yang membuat komunitas game guna berbagi wawasan serta menghasilkan gagasan yang baru. Akan tetapi, di balik ambisi merancang game kerap terdapat hambatan misalnya perkara keahlian, anggaran, serta tingkat kerumitan perancangan game
yang sulit diabaikan, sementara inspirasi, inovasi, dan ide yang dikuasai tidak akan tersisih oleh perancangan game negeri asing. Role Playing Game (RPG) merupakan jenis permainan yang popular karena memiliki alur cerita serta karakter yang kompleks sehingga pemain dapat masuk ke dunia dalam game dan sedang memainkan karakter yang dimainkannya. “True Destiny” adalah permainan bergenre RPG dimana di dalam game karakter dapat meningkat dari karakter awal hingga menjadi pahlawan. Jadi game RPG memiliki pesona tersendiri. Hal ini bisa dijelaskan dengan banyaknya penjualan game RPG yang dijual hingga angka jutaan dollar, misalnya Elden Ring, Zelda dan sebagainya v . [4]
Di masa ini teknologi bertumbuh amat laju. Peristiwa ini ditunjukan pada peningkatan setiap detail serta modernitas produk teknologi. Masuknya produk teknologi tersebut ke dalam negeri melalui jalur perbisnisan bakal memberi dampak munculnya suasana rivalitas harga di pasar, akibatnya harga dagang produk teknologi tersebut akan murah dan terjangkau bagi mereka yang kondisi ekonominya tidak pasti, seperti situasi keuangan milik pelajar. Alur pendidikan juga menyumbangkan efek samping perkembangan teknologi contohnya penemuan dan penelitian oleh mahasiswa serta dosen di perguruan tinggi dalam negeri. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan berlimpahnya produk teknologi yang berkembang, diperkenalkan dan diperdagangkan di Indonesia berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia, tak terkecuali model pendidikan anak-anak indonesia [5]
Penelitian ini adalah proses peningkatan berbentuk permainan edukatif selaku sarana pendidikan Akuntansi bagi siswa SMK Kelas XI. Penelitian ini memiliki target yakni mengembangkan game edukatif berbasis Role-Playing Game (RPG) Maker XP sebagai sarana pendidikan Akuntansi, mendapati kesesuaian game edukasi ini sebagai metode pembelajaran dan untuk mengetahui dampaknya terhadap pembelajaran yang lebih baik, game edukasi berbasis Role-Playing Game (RPG) Maker XP ini pantas diaplikasikan selaku media pembelajaran. Berlandaskan analisis peningkatan hasil belajar siswa dari hasil pre-test serta post-test yang diserahkan pada pelaksanaan uji coba, dihasilkan nilai gain sejumlah 0,55 di kategori sedang. Oleh karena itu, peningkatan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan game edukatif ini terbilang sedang. [6]
## 2.2. Game
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefenisikan “Game” dengan arti permainan. Dilihat dari proses permainannya merupakan permainan melibatkan interaksi yang memerlukan tools atau komputer buat bermain. Tujuan dibuatnya Game yakni untuk bersenang-senang, lazimnya anak-anak maupun orang dewasa memiliki ketertarikan padanya . Pada
realitanya Game berperan tinggi bagi perkembangan otak manusia, termasuk menambah konsentrasi dan melatih mencari jalan keluar dari sebuah problem secara tepat dan cepat, karena dalam game selalu terjadi konflik atau problem yang berbeda-beda yang memaksa pemain agar mengatasinya dengan cepat dan tepat. Rahmawati, Leksono, & Harwanto, (2020)
## 2.3. Finite State Machine (FSM)
Finite State Machine (FSM) merupakan metode penyusunan sistem kendali yang memvisualkan prilaku atau hakikat kerja sistem dengan menerapkan tiga elemen berikut: State (Keadaan), Event (kejadian) serta action (aksi). Selaku suatu metodologi penyusunan sistem
kendali,
pengimplementasian
FSM
sudah telah diimplementasikan pada perangkat lunak, spesialnya pada game. Metode FSM bisa diimplemantasikan bagi nilai-nilai batas pergesaran posisi yang pasti dan teramat cocok diimplementasikan pada game Adventure “Trapped Miners”. Game ini adalah sebuah game berbasis desktop genre petualangan dengan sub-genre simulasi dan menggunakan grafis 2 dimensi. Hasil dari penelitian ini yakni terlaksananya sebuah game dengan mengimplementasikan metode finite state machine untuk membuktikan respon karakter non-player character yang berlawanan terpaut dari interaksi yang dilaksanakan para pemain [7] , Pergantian keadaan ini biasanya disertai oleh tindakan yang dilakukan v sistem kala merespon informasi yang terbentuk. aktivitas yang digunakan tersebut v dapat berupa aktivitas yang simpel atau yang menyangkut rangkaian v proses v yang v relatif v rumit. Gambar 1 menunjukkan FSM dengan 2 state dan 2 input serta 4 output yang bertentangan terlihat pada gambar, ketika sistem v v mulai dihidupkan v , sistem akan berganti menuju v State 0, dalam kondisi ini sistem akan menciptakan Action 1 jika terjadi v masukan v Event 0, sedangkan v jika v terjadi Event 1 maka Action 2 akan dieksekusi lalu sistem selanjutnya berganti ke keadaan State 1 dan v seterusnya.
Finite State Machine (FSM) adalah pengontrol pergerakan pada suatu model game sesuai kondisi yang telah diterapkan. Penerapan algoritma FSM ini juga berguna untuk menentukan dan mendesain berbagai macam respon pada model game. Kelebihan dari FSM ini adalah sederhana, efisien, dan mudah dikembangkan. [8]
Gambar 1. Even Action Transtion algoritma FSM
## 2.4. Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan adalah suatu komponen yang terdapat dalam ilmu komputer yang mendalami bagaiman cara menjadikan komputer untuk berfikir dan bekerja layaknya manusia (Hakiki, 2018). Menurut McCarthy (1956), kecerdasan buatan bertujuan memahami dan memodelkan pola piker manusia serta merangkai komputer kiranya mampu mengikuti tingkah laku manusia. Manusia dapat menyelesaikan suatu permasalahan karena memiliki banyak pengetahuan dari pengetahuannya dan pengelaman yang pernah dialami (Ramdhani, 2017). Layaknya manusia, komputer akan akan meniru cara bertindak dan bersikap seperti manusia.
## 2.5. Pathfinding
Pathfinding digunakan untuk menyelesaikan masalah menggunakan grafik. Grafik akan dihitung secara matematika dan akan menemukan beberapa node hingga sampai tujuan yang ditentukan. Node akan membantu pencaria rute paling efektif untuk menuju ke tujuan lebih cepat.
Pathfinding sendiri dalam game mingimplementasikan strategi dalam berbagai jeni map dan pemberian jalan keluar yang berbeda, seperti yang dijelaskan oleh Ross Graham dalam makalahnya dengan berjudul "pathfinding in Computer Game s" (Graham, McCabe, & Sheridan, 2003). Pengimplementasian pathfinding meibatkan penjabaran peta agar dapat memperoleh nilai maksimal untuk dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Jalur terbaik yang dimaksud tidak hanya sebagai jalur terpendek, namun dapat pula didefenisikan sebagai jalur paling minimum, atau jalur aman (Yap, 2002). Namun, pengimplementasian pathfinding dalam penciptaan game ini lebih fokus diaplikasikan dalam proses mencari jalur terpendek.
## 3. METODE PENELITIAN v
## 3.1. Story Line
Raja Iblis telah menguasai dunia untuk 500 tahun dari masa kejayaan itu belum ada satupun yang bisa menggulinggkan kekuasaan raja iblis, umat manusia terus berjuang untuk melawan kekejaman dari Raja iblis, dimulai dari invasi monster dan gempuran perang disetiap kerajaan tidak terelakan.
Munculnya teknologi di masa kini yang semakin modern, merupakan salah satu bentuk perkembangan zaman yang terus berjalan semakin cepat. Jika menginginkan sesuatu, maka kita membutuhkan sebuah perantara untuk memperoleh apa yang diinginkan tersebut. Perantara yang dimaksud adalah pengetahuan, apabila kita memiliki pengetahuan luas maka semua rintangan dapat dilewati.
Di sebuah desa kecil terletak pada forest town hall ada anak bernama hiiro dan luna mereka bersaudara hidup Bahagia dan ceria namun tragi situ semua harus berakhir karna ada invasi dari raja iblis yang dating ke desa tersebut, lalu hiro dan luna pun bersembunyi dari konflik yang tidak terelakkan hiro
pun menarik tangan luna dan pergi ke sebuah rumah dan bersembunyi, mereka bersembunyi dan ketakutan dari konflik yang chaos itu namun naas mereka ketahuan dan luna pun dibawa oleh salah satu pasukan raja iblis di depan mata hiro yang tidak bisa melakukan apapun saat itu dan hiiro pun berjanji akan menyelamat kan luna apapun yang terjadi.
## 3.2. Story Board
Tabel 1. Story Board Desain Keterangan Hiiro akan keluar dari rumah untuk mengejar impiannya sebagai the great di kerajaannya Tiba-tiba saja di tengah perjalanan hiiro tidak sengaja bertemu dengan monster, dia siap untuk mengalahkan monster tersebut tapi hiiro kewalahan Hiiro ditolong oleh seseorang yang kebetulan lewat dan membantu hiiro untuk mengalahkan monster tersebut dan hiiro pun berterima kasih
## 3.3. Gameplay
Gameplay merupakan cara untuk menyelesaikan game The Tale Of Hero ” yaitu sebagai berikut:
1. Goal
Tujuan dari Game “ The Tale Of Hero ” adalah menyelesaikan semua dungeon yang ada mendapatkan item kuat dan mengalahkan boss dungeon.
2. Start Ketika game dimulai, pemain akan menjalankan character utama bernama hiiro dan akan respawn di rumah. 3. Midlle a. Level 1
Dimulai dari Forest Town merupakan desa awal dari game The Tale Of Hero . Pada level ini, Player hanya difokuskan untuk berinteraksi pada Karakter yang ada pada Level ini.
b. Level 2 Pada level 2, Player akan difokuskan untuk melawan Mob seperti slime, lebah dan enemy lain nya. Enemy pada level ini tergolong mudah untuk dikalahkan.
c. Level 3 Pada Level 3, Player akan dipertemukan Enemy yang mulai kuat dan untuk mengalahkan, Player jika tidak berhati hati 4. Ending
Ending dalam Game “The Tale Of Hero” adalah dimana Character utama berhasil mengalahkan Boss Dungeon dan mendapatkan Ilmu untuk meningkatkan Power Sage lalu menciptakan kedaiamaian dan mengurangi invasi monster.
3.4. Flowchart Game
a. Flowchart pada gambar 2 merupakan flowchart instruction yaitu menampilkan tombol yang digunakan pada game. Menu instruction menunjukkan beberapa button dari keyboard dan mouse ada keterangan setiap fungsi dari tombol yang digunakan pada game.
Gambar 2. Flowchart Instruction
b. Perancangan Finite State Machine (FSM) dalam perancangan game ini terletak pada tahap relasi yang dirancang antara player dengan NPC yang dilakukan adalah hubungan berupa dialog antara NPC dengan karakter v utama. Mengenai susunan metode FSM dijelaskan pada gambar 3. di bawah ini.
Gambar 3. Diagram Finite State Machine
3.5. Desain Game
Tabel 2. Desain Karakter Desain Keterangan Hiiro berperan sebagai tokoh utama dalam cerita game “The Tale Of Great Sage” Maple sebagai karakter pendukung tokoh utama Town Hall merupakan desa dari tokoh utama yaitu Hiiro
Dungeon Entrance merupakan daerah aman untuh dijelajah dan juga pintu masuk untuk pergi ke dungeon Dark Forest adalah dungeon pertama yang ditemukan oleh tokoh utama yang berisikan para monster dan harta
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Map Dalam Game
Map atau Peta dalam game yang sudah dibuat dari Tileset yang di pilih, lalu mendesain dengan
menu map yang terletak pada menu atas dan mendesain sesuai keinginan kita seperti pada gambar 3 Map kota dimana tokoh utama akan memulai perjalanan, dan Map kedua yaitu terdapan pada area bebas dan Map Ketiga ada pada Dungeon Forest dimana ada banyak enemy nya
Gambar 4. Map Hall Town
Pada gambar 4 Map Hall town merupakan desa asal dari karakter utama yaitu hiiro memulai perjalanan dan NPC untuk berinteraksi pada karakter utama
Gambar 5. Dungeon Entrance
Pada gambar 5 Map Dungeon entrance adalah map dimana musuh tidak terlalu kuat jadi karakter bisa memperkuat diri sebelum masuk ke dungeon
Gambar 6. Dungeon Black Forest
Pada gambar 6 Dungeon Black Forest adalah dungeon pertama, pada tahap ini musuh sudah kuat dan bisa membunuh karakter utama
Gambar 7. Cave Dungeon
Pada gambar 7 Dungeon Cave lanjutan dari dungeon black forest, pada tahap ini musuh sudah kuat dan bisa membunuh karakter utama
Gambar 8. House Map
Pada gambar 8 House Map adalah Rumah dari charater utama dan spawn karakter kita
Pada gambar 9 Diperlihatkan Demon Lord Castle ini adalah map dimana Raja terakhir yaitu Demon Lord singgah
## 4.2. Desain Karakter
Tabel 3. Hasil desain karakter dan enemy photoshop
Desain Keterangan Tampilan Wajah dari karakter Utama yaitu hiiro Karakter Movement dari Hiiro
Orc salah satu dari sekain musuh karakter
utama
Forest bee salah satu musuh dari karakter utama
Slime salah satu dari sekain musuh karakter utama Karakter movement dari Orc Wolf adalah salah satu musuh dari karakter utama Ghost salah satu musuh dari karakter utama dia berada di map Cave Dungeon Goblin Karakter salah satu musuh dari karakter utama dia berada di forest dungeon 4.3. Pengujian Game 1. Animasi Battle pada Game
Animasi Battle Pada game adalah sideview yang melihatkan karakter musuh dan karakter yang kita gunakan
Ganbar 10. Animasi Battle Game
2. Interaksi Character dengan NPC
Dalam setiap character akan diterapkan interaksi untuk memperkuat cerita game
Gambar 11. Interaksi pada NPC
3. Pengujian Aplikasi pada Emulator Android Pengujian Game pada pada emulator LDplayer,
Pada tahap ini game akan di jalankan melalui Emulator android untuk spesifikasi pada emulator adalah sebagai berikut ;
a) LDplayer versi 5.0.1
b) Versi Android 7.1.2
Berikut adalah implementasi ke Android
Gambar 12. Karakter Utama Bertemu Musuh
Pada gambar 12 karakter utama berjalan pada map cave dungeon dan bertemu musuh ghost
Gambar 13. Battle pada Emulator Android
Pada gambar 13 mencoba battle pada emulator android LDplayer
4.4. Pengujian Blackbox v
Tabel 4. Pengujian v Sistem Game Kasus Dan Hasil Uji Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Memilih start Game Masuk ke dalam permainan Player dapat masuk dan memulai aplikasi [ ] Diterima [ ] Ditolak Memilih Option Masuk ke dalam menu Option Player dapat mengatur volume background music [ ] Diterima [ ] Ditolak Berpindah Map Berpindah Map Dari tempat satu ke tampat lain Pemain dapat berpindah ke map atau tempat lainnya [ ] Diterima [ ] Ditolak Memilih Continue Melanjutkan Proggres game Pemain dapat Melanjutkan permainan [ ] Diterima [ ] Ditolak Musik Dalam Game Musik dalam game dapat terdengar Pemain dapat mendengarkan music di In Game [ ] Diterima [ ] Ditolak Save progress dalam game Save Point dalam game dapat digunakan Pemain dapat melanjutkan progress terakhir dalam game [ ] Diterima [ ] Ditolak Tabel 5. Pengujian Gerak Kasus dan Hasil Uji Data masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan
Buttonl i Ber gerak ke i Kanan Player Bergerak Ke Kanan Player menggerakka n karakter ke arah kanan [ ] Diterima [ ] Ditolak Button Bergerak ke kiri Player Bergerak Ke kiri Player menggerakka n karakter ke arah kiri [ ] Diterima [ ] Ditolak Button Bergerak ke Atas Player Bergerak Ke Atas Player menggerakka n karakter ke arah Atas [ ] Diterima [ ] Ditolak
Kasus dan Hasil Uji Data masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Button Bergerak ke bawah Player Bergerak Ke bawah Player menggerakka n karakter ke arah bawah [ ] Diterima [ ] Ditolak Tabel 6. Pengujian Event Action Kasus dan Hasil Uji Data masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Karakter Bergerak ke Enemy Karakter Memasuki Battle Player memasuki battle dan melawan enemy [ ] Diterima [ ] Ditolak Karakter Bergerak ke NPC Karakter memasuki event berbicara ke NPC Player dapat percakapan anatara npc dan karakter yang dimainkan [ ] Diterima [ ] Ditolak
5. KESIMPULAN v DAN v SARAN Berlandaskan penerapan serta pemeriksaan telah dilaksanakan dapat disimpulan bahwa : perancangan Game The Tale Of Hero menggunakan Rpg Maker MV melewati segenap tahapan yaitu komposisi dan susunan game , Tahapan desain melingkupi jalan cerita dan komposisi tampilan. Tahap perancangan game melingkupi diagram flowchart serta tokoh karakter didalam game selepas mengatasi tahap- tahapan tersebut dihasilkan sebuah game The Tale Of Hero dan berdasarkan Hasil pengujian game dapat berjalan di Platform Android dengan device Emulator LDplayer dengan spesifikasi Android Nougat Versi 7.1.2. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya agar memperhatikan berbagai hal sebagai berikut : Game Rpg ini dijalankan dalam mode Offline v belum v Online v akan menarik jika game dapat dijalankan secara Online agar bisa dimainkan Bersama dan game RPG v memakai bentuk 2 dimensi (2D) jadi akan lebih menarik jika game RPG v dikembangkan memakai bentuk tiga dimensi (3D) agar lebih menarik peminat player .
## DAFTAR PUSTAKA
[1] W. Wibawanto, Game Edukasi RPG (role playing game), Semarang: Penerbit LPPM UNNES, 2020.
[2] R. Kaban, F. Syahputra and F. , "Perancangan Game RPG (Role Playing Game) "Nusantara Darkness Rises"," Journal Of Information System Research (JOSH), pp. 235-236, 2021.
[3] R. and P. , "Penerapan v Algoritma v Finite v State machine v v Pada Gamev Edukasi v Mencocokan Satwa v Untuk v Anak v v v Dini," SENAFTI, p. 600, 2022.
[4] E. and F. R. Purba, "Game RPG "True Destiny" Menggunakan Aplikasi RPG MAKER VX," Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer, pp. 389-390, 2013.
[5] C. A. Putra, "Game Edukasi Dengan Role Playing Game (RPG) Maker untuk kelas 2 SD," pp. 1-3, 2018.
[6] M. A. Nugroho, "Pengembangan Game Edukatif Berbasis RPG MAKER XP sebagai media pembelajaran akutansi," Jurnal Pendidikan akutansi indonesia, pp. 79-92, 2019.
[7] M. Firdaus, "Penerapan Metode Finite State Machine Pada Game Adventure "Trapped Miners"," JATI (jurnal Mahasiswa Teknik Informatika), p. 158, 2019.
[8] S. and A. Saifudin, "Penerapan Algoritma Finite State Machine pada Game Horror 3D untuk Melestarikan Budaya Tradisional Bangsa Berbasis Android," Jurnal Informatika
Universitas Pamulang, p. 12, 2019.
[9] Pitaloka, "Perilaku v KonsumsicGamevonline Pada v Pelajar v (Studi Fenomenologi tentang Perilaku v Konsumsi v Game v online Pada v Pelajar v di
Kelurahan
Gemolong, Kabupaten Sragen tahun 2013," jurnal sosialitas, vol. 03, 2013.
|
a1042ab3-4f64-4d84-a461-fd2c5efac01c | https://jurnal.unmabanten.ac.id/index.php/jppm/article/download/64/121 | Vol. 7, No. 3, 2022
## Penerapan Media Gambar Sebagai Upaya Peningkatan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Pasca Pandemi Covid-19
Fujiono 1 , Reny Rosalina Rahmawati 2 , Ainur Rofiq Hafsi 3
1, 3 Universitas Madura
2 UPT Puskesmas Panaguan
## A B S T R A C T
IMPLEMENTING PICTURE MEDIA TO IMPROVE THE STUDENTS’ VOCABULARY AFTER THE COVID-19 PANDEMIC. After the Covid-19 pandemic, teachers and students have taken an opportunity to learn English more, especially vocabularies. Unfortunately, almost all of students were still confused and bored with their vocabulary learning; as a result that the students had low vocabularies. Additionally, teachers still used the conventional strategy to teach the vocabularies to their students, such as asking the students to memorize vocabulary in front of the class. Dealing with the issues, the writers have designed some methods, techniques, and strategies to improve the students’ vocabularies. The writers implemented p icture media and asked the students to guess the picture using “What is it?”, almost all of students were enthusiastic to answer and write down the vocabulary in blackboard. The teaching-learning process has described that the students were involved in English class. On the other hand, the students also felt easier to know things in English, and the teacher also got new methods, techniques, and strategies in increasing students’ vocabulary through picture media implementation. Therefore, the teacher was suggested to implement some media to improve the students’ interest and motivation when they learn English vocabulary.
Keywords: Covid-19 Pandemic, Picture Media, Students’ Vocabularies.
Received: 13. 02. 2022 Revised: 08. 04. 2022
Accepted:
29. 05. 2022 Available online: 31. 08. 2022
## Suggested citation:
Fujiono, Rahmawati, R. R., & Hafsi, A. R. (2022). Penerapan media gambar sebagai upaya peningkatan kosakata bahasa Inggris siswa pasca pandemi COVID-19. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 7 (3), 786-793. DOI: 10.30653/002.202273.64
Open Access | URL: http://jurnal.unmabanten.ac.id/index.php/jppm/
1 Corresponding Author: Program Studi Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Madura; Jl. Raya Panglegur KM. 3,5 Pamekasan, Jawa Timur, Indonesia; Email: [email protected]
## JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
ISSN 2540-8739 (print) | ISSN 2540-8747 (online) http://jurnal.unmabanten.ac.id/index.php/jppm /
## PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 telah membawa dampak buruk di berbagai sektor baik di sektor ekonomi, sosial dan budaya, kesehatan, bahkan di sektor pendidikan. Aeni (2021) menyatakan bahwa akibat penyebaran Covid-19 pada sektor kesehatan adalah meningkatnya jumlah kasus positif dan kematian serta penurunan layanan kesehatan, pada akhir bulan Maret 2021 jumlah kasus positif mencapai lebih dari 1,3 juta manusia dengan angka kematian lebih dari 40 ribu manusia. Selain berdampak pada kesehatan, penyebaran Covid-19 juga membawa dampak terhadap ekonomi, Yamali dan Putri (2021) menyatakan bahwa dampak dari pandemi Covid-19 terhadap aspek ekonomi adalah terjadinya PHK besar-besaran, penurunan impor barang, inflasi pada harga barang, serta kerugian pada sektor parawisata. Selain itu, pandemi juga membawa dampak terhadap perubahan perilaku sosial budaya, Purnama dkk. (2020) menyatakan bahwa sejak diberlakukan lockdown maka segala aktivitas diluar wajib memakai masker, dan mengurangi kontak langsung dengan masyarakat. Disamping itu, pembelajaran di sekolah harus beralih ke pembelajaran jarak jauh (PBJJ) atau online, dalam hal ini masih banyak siswa mengalami keterbatasan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi. Yanuarita & Haryati, (2020) mengatakan bahwa beberapa masalah yang dihadapi oleh siswa seperti keterbatasan kemampuan teknologi anak dalam pembelajaran online, tidak semua siswa didukung oleh internet, tingkat stress siswa meningkat dikarenakan tugas terlalu banyak atau metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru kurang dipahami oleh siswa, interaksi sosial lebih terbatas. Usman & Yusuf, (2020) juga mengatakan bahwa pembelajaran secara online kurang efektif, salah satu permasalahan yang dihadapi siswa adalah koneksi internet yang kurang lancar sehingga menyebabkan siswa kurang konsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Pasca pandemi Covid-19, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI telah mengizinkan pembelajaran tatap muka secara langsung di sekolah. Namun demikian, guru dan siswa harus tetap mematuhi protokol kesehatan melalui penerapan 3 M, yaitu Menjaga jarak, Mencuci tangan , dan Memakai masker . Para guru dan siswa memanfaatkan kondisi pasca pandemi atau new normal di dalam pembelajaran Bahasa Inggris melalui penerapan media gambar untuk meningkatkan kosakata siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Taro’an 1. Utami & Rahman, (2018) menyatakan bahwa media gambar merupakan suatu media yang memiliki warna agar dapat menarik perhatian dan minat anak.
Anak-anak menginjak usia 0-8 tahun merupakan masa golden age . Pada masa itu, anak-anak lebih peka menerima sumber informasi atau Bahasa. Priyanto (2014) mengatakan bahwa anak usia 0-8 tahun berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan yang perlu diarahkan pada psikomotorik, mental, dan pemerolehan Bahasa untuk membentuk karakter atau pribadi yang utuh. Aprinawati (2017) mengatakan bahwa anak pada usia golden age diberikan beragam rangsangan guna mengoptimalkan segala aspek perkembangan anak, salah satunya perkembangan Bahasa seperti kemampuan berbicara. Pemerolehan Bahasa didapat melalui sosialisasi baik di lingkungan sekitar maupun sekolah. Pelaksanaan sosialisasi melalui pemanfaatan media gambar sebagai upaya peningkatan kosakata Bahasa Inggris siswa merupakan tujuan utama penulis dalam suatu pengabdian.
Media gambar bersifat konkret, bernilai ekonomis dan mudah digunakan. Bagi anak usia dini lebih mudah belajar Bahasa Inggris dengan bantuan media gambar. Santoso dkk. (2019) mengatakan bahwa media gambar menjadi media pembelajaran yang dapat menarik atensi pelajar. Pelajar secara langsung fokus terhadap apa yang dilihat sehingga dapat menstimulus kinerja otak untuk menumbuhkan pola pikir dan menyalurkan pendapat dari apa yang dilihat.
Idris dkk. (2016) menyatakan bahwa dengan bantuan media gambar diharapkan siswa semakin memiliki minat mengikuti pelajaran sehingga mereka aktif berpartisipasi baik bertanya maupun menjawab serta bisa memberikan pendapat dalam proses pembelajaran di kelas. Disamping itu, guru lebih mudah menyampaikan materi karena siswa dapat melihat media gambar secara langsung yang sesuai dengan penjelasan guru.
Berdasarkan hasil observasi di kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Taro’an 1 bahwa ada 9 siswa atau 60% dari total 15 siswa yang memiliki kosakata Bahasa Inggris yang rendah. Banyak siswa yang tidak bisa menyebutkan nama-nama gambar ke dalam Bahasa Inggris. Hal itu juga disebakan oleh salah satu dari kurangnya antusias siswa belajar Bahasa Inggris, pembelajaran konservatif yang diterapkan oleh guru juga kurang menarik minat belajar siswa di kelas. Berdasarkan problem tersebut, maka kami sebagai penulis melakukan sebuah pendampingan melalui penerapan media gambar agar dapat meningkatkan minat dan semangat belajar serta kemampuan kosakata Bahasa Inggris siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung di kelas.
Selain itu, media gambar diharapkan dapat menjadi alat pedagogik dalam suatu pembelajaran yang dapat menarik perhatian pikiran atau konsentrasi siswa terhadap informasi visual sehingga mereka dapat meningkatkan kosakata Bahasa Inggris. Menurut Djuang (2019) bahwa penggunaan media gambar dapat memperluas pengetahuan kosakata siswa. Pada pelaksanaan pengabdian sebelumnya, Budiharto dkk. (2019) menyatakan bahwa penggunaan gambar sebagai salah satu bentuk visual literacy yang dapat menumbuhkan minat, semangat, dan konsentrasi siswa saat belajar Bahasa Inggris. Selain media gambar, media audio-visual juga merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat membantu anak-anak lebih mudah mempelajari sebuah Bahasa. Oktapiani dkk. (2021) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa media wayang melalui audio-visual atau video pembelajaran dapat membantu proses mengajar guru sehingga siswa dapat meningkatkan kosakata Bahasa Inggris. Selain itu, Murphy (2009) juga mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa buku bergambar dapat meningkatkan minat dan wawasan kosakata siswa sehingga dapat menumbuhkan kemandirian membaca.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melihat pentingnya melaksanakan kegiatan pengabdian kepada siswa kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Taro’an 1 yang terletak di Desa Taro’an, Kecamatan Tlanakan, Kabupate n Pamekasan, Jawa Timur dengan judul “Penerapan Media Gambar Sebagai Upaya Peningkatan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Pasca Pandemi Covid- 19”. Pelaksanaan pengabdian ini lebih difokuskan pada peningkatan kosakata Bahasa Inggris siswa.
## METODE
Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Taro’an 1, kelas 2, mendapatkan banyak persoalan dalam belajar Bahasa Inggris, salah satu problem yang mereka hadapi adalah minimnya kosakata Bahasa Inggris sehingga mereka tidak bisa mengenal nama-nama benda sekitar ke dalam Bahasa Inggris (poor vocabulary) . Mereka sering salah bahkan diam disaat disuruh oleh guru untuk melafalkan nama-nama benda sekitar ke dalam Bahasa Inggris, hal ini dapat menyebabkan siswa malas belajar. Selain itu, guru Bahasa Inggris sering menerapkan pembelajaran yang kurang menarik, interaktif, dan efektif. Metode yang sering guru gunakan masih bersifat konvensional, terlebih di masa pandemi Covid-19 siswa hanya diberikan tugas berupa hafalan kosakata tanpa adanya pembelajaran melalui Zoom meeting, Google Classroom, atau YouTube, karena minimnya kemampuan siswa juga di dalam menggunakan aplikasi pembelajaran secara online. Kejadian ini memotivasi penulis untuk memanfaatkan media gambar sebagai salah satu upaya peningkatan kosakata Bahasa Inggris dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat pasca pandemi Covid-19.
Kegiatan Pengabdian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut;
Artikulasi dan Imitasi
Pada langkah ini, penulis memberikan gambar benda-benda sekitar kepada siswa yang disertai dengan kosakata Bahasa Inggris. Penulis mengucapkan kosakata tanpa mengartikan nama-nama benda tersebut, hal ini dilakukan supaya siswa lebih konsentrasi pada artikulasi atau bunyi (pronunciation). Lalu, penulis menyuruh siswa untuk melafalkan kosakata Bahasa Inggris yang sudah diucapkan oleh penulis dengan tepat secara bersama-sama.
Teknik Drilling dan Quiz Pada langkah kedua, penulis meminta siswa untuk fokus melihat gambar tanpa ada kosakata Bahasa Inggris, hal ini dilakukan agar siswa antusias mendeskripsikan gambar tersebut. Untuk mempertajam daya ingat siswa, penulis juga meminta mereka menjawab pertanyaan “What is it?” dan meminta mereka menjawab secara oral, kemudian menuliskan hasil jawabannya di papan tulis, setelah itu penulis meminta mereka bersama-sama melafalkan kosakata tersebut dengan benar dan tepat secara berulang-ulang (drilling). Pada kegiatan ini, penulis memberikan reward bagi siswa yang dapat menjawab dengan benar, serta memberikan koreksi bagi siswa yang menjawab dengan salah.
## Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat
Penulis melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui ”Penerapan Media Gambar Sebagai Upaya Peningkatan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Pasca Pandemi Covid- 19” yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 1 Desember 2021 sampai tanggal 07 Januari 2022 di kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Taro’an 1, dengan harapan: 1) meningkatkan minat belajar Bahasa Inggris siswa; 2) meningkatkan pengetahuan kosakata Bahasa Inggris siswa; 3) meningkatkan metode dan teknik mengajar guru supaya lebih menarik, interaktif, dan efektif.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan observasi sebelumnya, dapat ditemukan bahwa kemampuan Bahasa Inggris siswa kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Taro’an 1 sangat rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang tidak dapat meningkatkan pengetahuan Bahasa Inggris mereka adalah kurangnya minat belajar, juga metode pengajaran selama ini guru menggunakan sistem hafalan di dalam menyebutkan nama- nama benda sekitar ke dalam Bahasa Inggris.
## Meningkatkan Minat Belajar dan Pengetahuan Kosakata Bahasa Inggris Siswa
Danielson dkk. (2019) mengatakan bahwa bagian penting dalam unsur pendidikan untuk anak-anak adalah kosakata, bahkan penelitian secara ekstensif juga menunjukkan bahwa kosakata anak-anak dapat mempengaruhi kemampuan literasi dan prestasi membaca.
Untuk meningkatkan minat belajar dan kosakata Bahasa Inggris siswa terutama nama-nama benda sekitar, penulis memberikan gambar tanpa harus mencantumkan nama benda tersebut ke dalam Bahasa Inggris, penulis meminta siswa membuka kamus dan melafalkan nama benda ke dalam Bahasa Inggris baik secara oral maupun tulisan, pada kesempatan lain penulis memberikan gambar lain dengan pertanyaan “What is it?” beberapa diantara mereka dapat memberikan jawaban dengan benar, siswa yang menjawab dengan benar akan diberikan reward sedangkan siswa yang menjawab dengan salah maka akan dilakukan koreksi oleh penulis atau tim pengabdian. Selain pemberian game atau Quiz, penulis juga mengulang pengucapan Bahasa Inggris (drilling) sampai siswa fasih. Pengucapan yang salah akan mengakibatkan salah arti bagi penerima pesan atau pendengar. Kegiatan ini juga dilaksanakan secara berkelompok antar siswa supaya mereka dapat berpartisipasi aktif selama proses belajar di kelas.
Gambar 1: Tim pengabdian membentuk siswa beberapa kelompok
Gambar 2: Tim pengabdian memberikan siswa game atau quiz “what is it?”
Para siswa menunjukkan sikap konsentrasi, penuh semangat, dan aktif menjawab pertanyaan dari penulis. Mereka saling memberikan pendapat antar kelompok mereka masing-masing baik berkenaan dengan pronunciation ataupun penulisan yang benar pada nama-nama benda sekitar. Chen dan Hsu (2019) menyatakan bahwa serius game dapat meningkatkan motivasi belajar dan akademik siswa, salah satunya dapat meningkatkan kosakata Bahasa Inggris.
## Meningkatkan Metode dan Teknik Mengajar Guru
Berdasarkan pelaksanaan pengabdian diatas bahwa penulis atau tim pengabdian menggunakan beberapa metode dan teknik pembelajaran seperti metode diskusi dan tanya jawab, teknik drilling, teknik deskripsi, serta pemberian game atau Quiz supaya kelas hidup sehingga minat belajar Bahasa Inggris siswa terutama pembelajaran di bidang kosakata lebih meningkat.
Gambar 3: Tim pengabdian dan guru kelas memberikan metode dan teknik pembelajaran
## SIMPULAN
Pemanfaatan media gambar merupakan salah satu media pedagogik yang dapat menumbuhkan minat dan konsentrasi siswa di dalam belajar Bahasa Inggris. Siswa kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Taro’an 1 mengatakan bahwa pembelajaran kosakata Bahasa Inggris di kelas lebih hidup, aktif, interaktif, energetik, menarik, dan menyenangkan ketika tim pengabdian memberikan gambar dan meminta siswa untuk menjawab pertanyaan “What is it?” mereka menjawab penuh semangat “It is a cow”, tidak hanya secara oral bahkan mereka dapat menulis kosakata tersebut di papan tulis. Kejadian itu menggambarkan antusiasme dan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran kosakata Bahasa Inggris di kelas.
Berdassarkan hasil dari pengabdian tersebut, guru dapat memanfaatkan media gambar untuk meningkatkan minat belajar dan kosakata Bahasa Inggris siswa. Bahkan para pengabdi berikutnya dapat memanfaatkan dan mengembangkan media gambar sebagai salah satu media pembelajaran Bahasa Inggris yang menyenangkan bagi siswa Sekolah Dasar.
## REFERENSI
Aeni, N. (2021). Pandemi COVID-19: Dampak kesehatan, ekonomi, dan sosial. Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 17 (1): 17-34.
https://doi.org/10.33658/jl.v17i1.249
Aprinawati, I. (2017). Penggunaan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (1): 72-80. DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.33
Budiharto, R. A., Amalia, L., Fujiono. (2019). Pemanfaatan visual literacy melalui gambar untuk memotivasi siswa belajar bahasa Inggris. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 4 (2): 129-136.
DOI: https://doi.org/10.30653/002.201942.125
Chen, H. -J. W., & Hsu, H. -L. (2019). The impact of a serious game on vocabulary and content learning. Computer Assisted Language Learning, 33 (7): 811-832.
https://doi.org/10.1080/09588221.2019.1593197
Djuang, P. (2019). Peningkatan penguasaan kosakata siswa melalui media gambar mata pelajaran bahasa Inggris kelas X.2 SMAN 1 Maginti tahun pelajaran 2018/2019. Jurnal Gema Pendidikan,
26 (2): 45-56. http://dx.doi.org/10.36709/gapend.v26i2.8179
Danielson, K., Wong, K. M., & Neuman, S. B. (2019). Vocabulary in educational media for preschoolers: A content analysis of word selection and screen-based pedagogical supports.
Journal of Children and Media, 13 (3): 345-362. https://doi.org/10.1080/17482798.2019.1585892
Idris, M., Palimbong, A., Jamaludin. (2016). Pemanfaatan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SD inpres Salabenda. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 4 (11): 155-165. https://www.neliti.com/publications/108303/pemanfaatan- media-gambar-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-pada-pembelajara
Murphy, P. (2009). Using picture books to engage middle school students. Middle School Journal, 40 (4): 20-24. https://doi.org/10.1080/00940771.2009.11461677
Oktapiani, N. P. G., Asril, N. M., Wirabrata, D. G. F. (2021). Upaya meningkatkan kosakata bahasa Inggris pada anak usia dini dengan media wayang melalui video pembelajaran. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 9 (2): 285-293. http://dx.doi.org/10.23887/paud.v9i2.37466
Purnama, D. T., Juliansyah, V., Chainar. (2020). Pandemi COVID-19, perubahan sosial dan konsekuensinya pada masyarakat. Proyeksi: Jurnal Nasional Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora,
25 (1): 61-80. https://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi/article/view/2613
Priyanto, A. (2014). Pengembangan kreativitas pada anak usia dini melalui aktivitas bermain.
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, 18 (2): 41-47.
https://journal.uny.ac.id/index.php/cope/article/view/2913
Santoso, D. A. A., Muniroh, Z., Akmaliah, N. (2019). Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan berbicara bahasa Inggris. KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 2 (2): 181-194. https://doi.org/10.24176/kredo.v2i2.2827
Usman, M., & Yusuf, N. (2020, December 17-18). The implementation of audio visual aid media during COVID-19 pandemic in elementary school [Conference session]. The 3rd International Conference on Multidisciplinary Research , Banda Aceh, Indonesia, Universitas Serambi
Mekkah. https://ojs.serambimekkah.ac.id/ICMR/article/view/2699
Utami, N. U. P., & Rahman, T. (2018). Penggunaan media gambar untuk meningkatkan penguasaan vocabulary anak. Jurnal PAUD Agapedia, 2 (1): 53-65.
https://doi.org/10.17509/jpa.v2i1
Yamali, F. R., & Putri, R. N. (2020). Dampak COVID-19 terhadap ekonomi Indonesia. Ekonomis: Journal of Economics and Business, 4 (2): 384-388. http://dx.doi.org/10.33087/ekonomis.v4i2.179
Yanuarita, H. A., & Haryati, S. (2020). Pengaruh COVID-19 terhadap kondisi sosial budaya di Kota Malang dan konsep strategis dalam penanganannya. Jurnal Ilmiah Widya Sosiopolitika,
2 (2): 58-71. https://doi.org/10.24843/JIWSP.2020.v02.i02.p01
## Copyright and License
This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
© 2022 Fujiono, Reny Rosalina Rahmawati, Ainur Rofiq Hafsi
Published by LPPM of Universitas Mathla’ul Anwar Banten in collaboration with the Asosiasi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (AJPKM)
|
5f991613-105b-444e-b4ed-5e476a6998aa | https://jurnal.unpad.ac.id/jkip/article/download/19529/10521 |
## Literasi informasi masyarakat Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember melalui budaya ‘marung’
## Anita Tri Widiyawati
Program Studi Ilmu Perpustakaan, Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono No.163, Ketawanggede, Malang, Jawa Timur, Indonesia 65145 E-mail: [email protected]
Received: December 2018; Accepted: May 2019; Published: June 2019
## Abstract
The ‘marung’ culture is a custom of the people of Paseban village. The ‘marung’ activity is a means to relax after work, ward off feelings of loneliness by meeting neighbors, and sharing information. This becomes a potential for information literacy. The purpose of this study was to describe and analyze the factors underlying the formation of ‘marung’ culture and information literacy. The research method used qualitative research method. The data collection technique used was observation, interviews, and documentation. Data analysis steps in this study were (1) condensation of data, (2) presentation of data, and (3) drawing conclusions and verification. The data credibility test used: source triangulation, technique triangulation, and time triangulation. The result of this study showed ‘marung’ culture was formed based on the history of the village community to set strategies of defending themselves from Dutch colonialism by creating ‘cangkrukan’/gathering habits. After the Dutch colonial period ended, this ‘cangkrukan’ habit became attached to the village community. The ‘warung’ was considered the most strategic place for ‘cangkrukan’. This place can accommodate all people from various backgrounds to chat, have fun, establish ‘silaturahmi’/hospitality, relax from daily activities, and get the information needed. ‘Marung’ culture fulfills four cultural systems, namely: culture, social, personality, and organism. ‘Marung’ culture is very closely related to information literacy and Hubermas' theory of public space. The Paseban village community has implemented the IFLA information literacy standard in supporting its work, from the access, evaluation, to usage stages.
Keywords : Information literacy; Marung culture ; Village community of Paseban Village; Jember Regency
## Abstrak
Budaya marung adalah kebiasaan masyarakat Desa Paseban. Kegiatan marung merupakan sarana untuk melepas lelah setelah bekerja, menepis rasa kesepian karena bertemu dengan tetangga, serta berbagi informasi. Hal ini menjadi potensi adanya kegiatan literasi informasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor yang melatarbelakangi terbentuknya budaya “ marung ” serta literasi informasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan, adalah: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini, yaitu: (1) kondensasi data, (2) penyajian data, serta (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Uji kredibilitas data yang digunakan, yakni: triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Hasil dari penelitian ini adalah budaya marung terbentuk dilatarbelakangi oleh sejarah masyarakat desa untuk mengatur strategi mempertahan diri dari penjajahan Belanda dengan menghasilkan kebiasaan cangkrukan/ berkumpul . Setelah masa penjajahan Belanda berakhir, kebiasaan cangkrukan ini menjadi melekat pada masyarakat desa. Warung dianggap tempat yang paling strategis untuk cangkrukan . Di mana tempat ini bisa menampung semua masyarakat dari berbagai latar belakang untuk sekadar berbincang, bersenda gurau, menjalin silaturahmi, melepas lelah dari kegiatan sehari-hari, dan mendapat informasi yang dibutuhkan. Budaya marung memenuhi empat sistem budaya, yakni: budaya, sosial, kepribadian, dan organisme. Budaya marung sangat erat kaitannya dengan literasi informasi dan teori Hubermas tentang ruang publik. Masyarakat Desa Paseban secara sederhana telah menerapkan standar literasi informasi IFLA dalam mendukung pekerjaannya , d ari tahap akses, evaluasi, sampai penggunaan.
Kata Kunci: Literasi informasi; Budaya marung ; Masyarakat Desa Paseban; Kabupaten Jember
## PENDAHULUAN
Desa Paseban merupakan salah satu desa yang mempunyai potensi tinggi di Kabupaten Jember. Wilayahnya yang dekat dengan pantai merupakan kelebihan tersendiri yang dapat dijadikan sebagai sumber destinasi wisata dan juga sebagai sumber produksi ikan laut. Selain itu, pada dasarnya Desa Paseban mempunyai potensi yang sangat tinggi di bidang pertanian/sawah, ladang/tegalan, serta perikanan darat/tawar. Masyarakat menanam berbagai jenis tanaman yang bervariasi di bidang pertanian/sawah dan ladang/tegalan, mulai dari palawija sampai buah, bahkan umbi-umbian. Adapun dari bidang perikanan, untuk perikanan air tawar banyak masyarakat yang membuat tambak, baik tambak di rumah maupun tambak yang dibangun di area dekat persawahan. Adapun produk perikanan air tawar, antara lain: gurami, lele, mujair, dan banyak lagi. Terdapat pula potensi perikanan air payau.
Kebiasaan unik dari masyarakat Desa Paseban adalah budaya ‘ marung ’. Marung bagi masyarakat Desa Paseban adalah kebutuhan yang sangat penting dan sangat melekat di hati. Marung pada dasarnya kata kerja dari warung , ialah, “Tempat menjual makanan, minuman, kelontong, dan sebagainya; kedai; lepau” (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016) Penggunaan kata warung pada masyarakat Desa Paseban adalah tempat menjual makanan dan minuman, misalnya pisang goreng, nasi pecel, teh, kopi, rujak, es campur, atau makanan dan minuman tradisional yang lain. Jika yang dimaksud warung kelontong, bagi masyarakat Desa Paseban berbeda istilah dengan warung , yakni lebih dikenal dengan istilah toko/pracangan . Yang dimaksud pada budaya marung di sini adalah kebiasaan
berbincang-bincang di warung bukan di toko.
Kegiatan marung bagi masyarakat Desa Paseban dianggap hal yang wajib dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain menikmati hidangan yang disajikan, bagi masyarakat Desa Paseban marung merupakan sarana untuk melepas lelah setelah bekerja di ladang atau pekerjaan lainnya, menepis rasa kesepian karena bertemu dengan tetangga, serta berbagi informasi yang dianggap penting. Topik yang sering diperbincangkan adalah masalah pertanian/perkebunan, harga kebutuhan makanan sehari-hari, pembangunan masjid/musala/program yang ada di desa, kabar terbaru dari tetangga (misalnya: pernikahan, sunatan, atau yang lain), jual beli barang bekas, kerja bakti, biaya sekolah anak, dan lainnya yang dianggap penting untuk dibahas warga. Adanya komunikasi yang membahas semua bidang di masyarakat desa telah mampu mengurangi kesenjangan pengetahuan tiap individu (Mittal, Padmaja, & Ajay, 2018).
Berbagi (sharing) informasi yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain melalui budaya lisan oleh masyarakat Desa Paseban, tanpa disadari telah menjadi potensi terjadinya kegiatan literasi informasi. Literasi informasi adalah kemampuan untuk berpikir kritis dan membuat penilaian yang seimbang tentang informasi yang telah ditemukan dan digunakan (CILIP, 2018).
Erza, Yusup, and Erwina (2017) telah melakukan penelitian terkait komunikasi budaya pada masyarakat Pandai Sikek (Provinsi Sumatera Barat) dalam transformasi pengetahuan lokal. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa komunikasi budaya adalah upaya mempertukarkan berbagai informasi mengenai pengetahuan masyarakat Pandai
Sikek. Komunikasi yang ada dalam bentuk nilai dan norma masyarakat. Keterkaitan antara budaya dengan komunikasi tidak dapat terpisahkan. Sekelompok masyarakat menggunakan budaya dalam berkomunikasi, sedangkan komunikasi digunakan untuk keberlangsungan suatu kebudayaan. Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat Desa Paseban yang kemudian membentuk suatu kegiatan literasi informasi. Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk menganalisis sejauh mana kegiatan literasi informasi masyarakat Desa Paseban melalui budaya marung yang telah dibangun masyarakat Desa Paseban dari zaman leluhur. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor apa saja yang melatarbelakangi terbentuknya budaya “ marung ” serta literasi informasi pada masyarakat Desa Paseban.
Walaupun terdapat persamaan penelitian terkait komunikasi budaya dalam sharing informasi atau pengetahuan, akan tetapi juga terdapat perbedaan yang mendasar antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang dilakukan oleh Erza, Yusup, and Erwina (2017) lebih menekankan pada komunikasi budaya dalam melakukan transformasi pengetahuan lokal tanpa melihat literasi informasinya. Sementara penelitian ini lebih memfokuskan pada literasi informasi melalui budaya marung. ‘Marung’ merupakan kebiasaan masyarakat Desa Paseban yang tidak pernah ditinggalkan sehingga menjadi budaya yang melekat pada masyarakat lokal di Desa Paseban. Sementara itu, berbagi ( sharing) informasi atau pengetahuan antar masyarakat pada semua informasi atau pengetahuan yang bersifat umum, misalnya terkait pertanian,
acara atau kegiatan warga, kebutuhan sekolah atau hal lain yang dianggap penting bagi masyarakat, terdiri dari “ Idea dan creative process ” (Zhang, Sun, Jiang, & Zhang, 2019). Jiang and Ke (2018) malah mengatakan bahwa berbagi ( sharing ) informasi dapat mengurangi permasalahan yang terjadi di masyarakat. Di mana berbagi ( sharing ) informasi dapat dilakukan secara non formal (Nifadkar, Wu, & Gu, 2018; Pels, 2009; Tayebi, Manesh, Khalili, & Sadi- Nezhad, 2019). Tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat juga berbagi informasi atau pengetahuan lokal, contohnya petik laut atau bahkan terkait pengetahuan lokal lain. Dengan demikian, hal ini yang menjadikan penelitian menarik untuk dikaji.
Adanya potensi kegiatan literasi informasi di warung juga dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan Khairani (2014) terkait pendorong interaksi sosial masyarakat Aceh dalam warung kopi. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa jika dilihat dari akar historis kulturalnya, warung kopi muncul sebagai pengganti hiburan, tempat berkumpul, serta tempat berbagi informasi bagi orang Aceh. Selain itu, lebih lanjut Lazuardi (2016) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa melalui nongkrong mahasiswa melakukan kegiatan literasi informasi, yakni mencari informasi sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kegiatan diskusi dalam nongkrong , mahasiswa cenderung melakukan diskusi dalam sebuah grup. Mahasiswa mencari informasi sesuai kebutuhan, kemudian mahasiswa melakukan analisis sehingga dapat menghasilkan informasi yang akurat. Kebaruan penelitian ini jika disandingkan dengan penelitian Khairani (2014) yang lebih memfokuskan pada dorongan interaksi sosial, dan lebih menonjolkan
kegiatan literasi informasi. Pada penelitian Lazuardi (2016) memfokuskan pada kegiatan literasi mahasiswa, yang artinya di sini adalah masyarakat yang berpendidikan dengan tujuan yang sama terkait memperoleh gelar akademik. Adapun model literasi yang digunakan adalah ACRL 2000. Berbeda dengan penelitian ini yang lebih menekankan pada kegiatan literasi informasi pada masyarakat pedesaan yang mempunyai latar belakang mata pencaharian yang berbeda-beda serta mayoritas berpendidikan rendah. Adapun model literasi yang digunakan pada penelitian ini adalah standar yang diberlakukan IFLA karena standar IFLA yang paling sesuai dengan kondisi di lapangan. Maka, judul dari penelitian ini adalah Literasi Informasi Masyarakat Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember melalui Budaya Marung .
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2011) dalam Ade and Affandi (2016) menyatakan bahwa penelitian kualitatif yang menggambarkan fenomena secara menyeluruh sesuai temuan lapangan termasuk ke dalam pendekatan studi deskriptif analitik. Informan yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Paseban yang mempunyai kebiasaan ‘ marung ’ serta masyarakat yang dianggap mempunyai pengetahuan terkait sejarah Desa Paseban. Adapun yang menjadi objek pada penelitian ini adalah terkait literasi informasi melalui budaya ‘ marung’ serta faktor yang melatarbelakangi terjadinya literasi informasi melalui budaya ‘ marung’ .
Masyarakat Desa Paseban merupakan populasi yang telah ditentukan. Sampel pada penelitian ini menggunakan snowball dan purposive sampling , sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tulisan ini menggunakan teknik analisis data model interaktif (Miles, Huberman, & Saldana, 2014). Adapun langkahnya terdiri atas: (1) kondensasi data, (2) penyajian data, serta (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Uji kredibilitas data yang digunakan, yakni: triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Penelitian ini berlokasi di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada tahun 2017.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Budaya adalah segala tindakan dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial yang dapat muncul dari kebiasaan sehari-hari yang memicu manusia untuk melakukan kegiatan sesuai dengan naluri, refleks dan beberapa tindakan fisiologi. Selain sebagai pola tingkah laku kehidupan sosial pada masyarakat, budaya juga memiliki andil penting dalam proses penyampaian informasi secara fisiologi seperti berkumpul dan berbincang. Selain mendefinisikan kebudayaan secara umum, secara khusus Koentjaraningrat (2009) menyebutkan bahwa terdapat 7 unsur kebudayaan yang mana sifatnya adalah universal yang di antaranya: (1) bahasa; (2) pengetahuan; (3) organisasi sosial; (4) teknologi; (5) mata pencaharian hidup; (6) religi; dan (7) kesenian. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari sangatlah memiliki keterkaitan erat dengan kebudayaan. Manusia dengan menggunakan kebudayaan dapat membentuk suatu pola untuk membuat, memproses, hingga menghasilkan sesuatu yang dapat membantunya dalam kegiatan sehari-hari. Manusia dalam budaya juga dapat menjalin hubungan dengan manusia lain, sehingga
pada hal ini kebudayaan yang dimiliki seorang manusia juga berimbas kepada manusia lain. Sebagai contoh ketika manusia dikatakan hidup berkelompok atau dengan individu-individu lain, seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan menjalin suatu komunikasi atau bertukar informasi, sehingga akan menambah pula kemampuan seseorang dalam mengembangkan pemikiran dan wawasan.
Budaya mendorong seseorang dapat berintegrasi atau memadukan berbagai unsur yang ada. Unsur yang dipadukan tersebut menjadi suatu kebudayaan yang mana bukan lagi berbentuk sekumpulan kebiasaan yang terkumpul secara acak, melainkan menjadi suatu kebudayaan yang memiliki manfaat bagi kehidupan seseorang,
sehingga baik dalam kehidupannya sebagai seorang individu maupun kehidupannya sebagai seorang anggota kelompok atau masyarakat.
Serrat
(2017) dalam Esariti, Yuliastuti, and Ratih (2017), mengartikan budaya adalah totalitas dari gagasan, kepercayaan, nilai-nilai, dan pengetahuan khas masyarakat. Ini menunjukkan cara manusia dalam menafsirkan lingkungannya. Teori budaya memperkuat harapan bahwa pasar kerja, bukan karena terdiri dari individu-individu otonom yang bebas dari sanksi sosial tetapi karena didukung manusia sebagai makhluk sosial, gagasan, kepercayaan, nilai-nilai, dan pengetahuan manusia yang khas. Hal ini dapat berkontribusi untuk memahami dan mempromosikan pembangunan hubungan kelompok yang lebih mendominasi. Alasan yang melatarbelakangi teori budaya tersebut adalah terdapat kebutuhan yang umum bagi semua orang setiap saat dan di semua tempat, antara lain: kebutuhan untuk mencari nafkah, kebutuhan untuk
organisasi sosial, kebutuhan untuk pengetahuan dan pembelajaran, kebutuhan untuk ekspresi normatif dan metafisik, dan kebutuhan untuk mewujudkan hidup yang bahagia. Poin kebutuhan kehidupan sehari- hari ini dapat diperoleh melalui ranah lingkungan, ekonomi, masyarakat, politik, dan teknologi yang saling melengkapi untuk membentuk sistem keberlanjutan bersama atau (dalam oposisi) kerentanan bersama.
Berdasarkan teori budaya dan kebutuhan manusia menunjukkan bahwa kebutuhan seseorang mendasari terbentuknya budaya yang ada di masyarakat. Langkah nyata untuk memenuhi kebutuhan tersebut menghasilkan suatu tradisi atau kebiasaan pada masyarakat tersebut.
Selain itu Koentjaraningrat (2009) menyebutkan bahwa, “Kebudayaan sendiri memiliki empat sistem yang mana sistem tersebut digunakan dalam menganalisis kebudayaan secara keseluruhan, keempat sistem tersebut yaitu: sistem budaya, sistem sosial, sistem kepribadian, sistem organisme”. Dari sistem tersebut memiliki keterkaitan erat satu dengan lainnya, tetapi merupakan entitas khusus pada masing- masing sistem dan memiliki sifat tersendiri pada setiap sistem.
Pada sistem budaya, komponen abstrak dari kebudayaan yang terdiri dari pikiran, gagasan, konsep, tema berpikir, dan keyakinan. Dengan demikian, sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan yang mempunyai nilai budaya dan norma, yang mana secara khusus dapat diperinci ke dalam berbagai macam norma menurut aturan-aturan yang ada dalam masyarakat bersangkutan. Budaya sendiri memiliki fungsi untuk menata dan memantapkan tindakan serta tingkah laku manusia.
Sistem sosial terdiri dari aktivitas manusia dan tingkah laku yang berinteraksi dengan individu lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Rangkaian tindakan yang berkaitan satu dengan lainnya, sistem sosial juga lebih bersifat konkret dan nyata daripada sistem budaya, dalam artian bahwa tindakan manusia dapat dilihat dan diobservasi. Interaksi manusia di suatu pihak ditata dan diatur oleh sistem budaya, akan tetapi di pihak lain budaya diubah menjadi pranata melalui nilai dan norma tersebut, sehingga aktivitas manusia dalam berkehidupan dapat dilihat atau diobservasi dan dapat diatur sesuai dengan aturan atau norma yang ada.
Sistem kepribadian adalah sistem yang berisikan tentang jiwa manusia dan watak individu yang berinteraksi sebagai anggota masyarakat. Kepribadian seorang individu dalam suatu masyarakat atau kelompok, berbeda satu dengan lainnya. Kepribadian seorang individu distimulasi dan dipengaruhi nilai dan norma dalam sistem budaya dan sistem sosial. Hal ini membuat pola yang telah diinternalisasikan melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup. Dengan demikian, sistem kepribadian individu berfungsi sebagai sumber motivasi dari tindakan sosialnya.
Terakhir adalah sistem organik, yang mana sistem ini melengkapi keseluruhan dari kerangka yang dibuat dengan mengikutsertakan ke dalamnya proses biologis dan biokimia pada organisme manusia sebagai suatu jenis makhluk alamiah yang apabila dipikirkan lebih mendalam juga ikut menentukan kepribadian individu, pola tindakan manusia, dan bahkan juga gagasan yang telah dicetuskan.
Berdasarkan keempat sistem yang telah dijelaskan Koentjaraningrat (2009),
seorang individu dalam berbudaya akan memiliki kemampuan untuk: 1) menata dan memantapkan tindakan serta tingkah laku manusia; 2) melakukan observasi dan melihat tingkah laku manusia dan mengatur sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku; 3) menggunakan kemampuan pribadi sebagai motivasi dalam melakukan tindakan sosial; dan dapat menentukan kepribadian dari individu lain melalui pola dan gagasan yang dicetuskan.
Budaya marung berasal dari kata budaya dan marung . Marung merupakan kata kerja dari kata warung . Warung adalah “Tempat menjual makanan, minuman, kelontong, dan sebagainya; kedai; lepau” (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016). Budaya marung dapat diartikan sebagai budaya atau kebiasaan yang melekat pada kehidupan masyarakat dengan mengunjungi warung.
Anshoriy Ch. (2008) dalam Widayanti (2016) mengungkapkan bahwa karakteristik masyarakat pedusunan di Jawa mempunyai keunikan yang khusus, misalnya: ikatan emosional yang tergolong tinggi, sederhana, kesenian rakyat dan loyalitas atau menjunjung tinggi kesetiaan pada pimpinan kulturan yakni terkait konsep yang berkembang di pedusunan sebagai seluk beluk masyarakat. Kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah budaya dan keanekaragaman hayati sehingga hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat dan
berpengaruh terhadap karakteristik masyarakat.
Lebih lanjut Murdiyanto (2008) dalam Ismaini (2013) menyatakan bahwa kehidupan desa sangat kental dalam hal mengatur masyarakat sekitar. Pertama, tetangga mempunyai potensi untuk mengatur sekitar sehingga dapat mengubah kehidupan keluarga. Di samping itu,
kehidupan bertetangga juga memberikan dasar saling membantu, saling melakukan kunjungan sosial, serta kerap kali hubungan diperkuat dengan adanya aktivitas bermain bersama anak-anak.
Kedua, individu mengenal diri mereka sendiri yang juga termanifestasi dalam pandangan masyarakat. Ketiga, dalam kehidupan bermasyarakat, kelompok informal menjadi ada untuk berbagai tujuan, misalnya bergosip, malas-malasan, minuman, main kartu dan aktivitas informal lainnya.
Berdasarkan hal ini budaya marung termasuk kegiatan dalam kelompok informal. Dilihat dari tujuannya, budaya marung berpotensi menghasilkan hal yang negatif, contohnya bergosip yang justru menimbulkan keresahan di masyarakat, bermalas-malasan atau menghindari tanggung jawab dengan bersantai-santai di warung, minum dan makan secara berhutang terus-menerus bahkan ada yang tidak membayar sehingga merugikan pemilik warung, atau aktivitas informal lainnya yang cenderung negatif. Tidak dapat dipungkiri hal tersebut juga terjadi.
Tidak hanya itu, budaya marung mempunyai tujuan positif, misalnya menjalin silaturahmi, ingin mendapatkan informasi dari hasil perbincangan, untuk mencari hiburan dan melepas lelah setelah bekerja, mengoordinasikan kegiatan warga secara santai. Hal ini tanpa disadari dapat terjadi adanya kegiatan literasi informasi.
Menurut Luthfia (2013), desa di Indonesia diasosiasikan identik dengan masyarakat yang memiliki sifat jujur, hidup sederhana, mayoritas berpendidikan rendah, menjunjung tinggi ikatan sosial, bersahaja, serta memegang teguh adat dan tradisi. Budaya marung merupakan kebiasaan yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat Desa Paseban.
Ikatan sosial yang sangat erat juga menjadi penyebab budaya marung dapat tumbuh subur sampai saat ini. Walaupun mayoritas masyarakat berpendidikan rendah, akan tetapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi masyarakat untuk selalu bertukar informasi, menganalisisnya serta mengaplikasikannya dengan tujuan memberikan manfaat bagi hidupnya baik dari sisi religius maupun untuk mendukung pekerjaannya.
Informasi telah menjadi komoditas penting bagi masyarakat desa karena dapat membantu mengatasi persoalan di kehidupan sehari-hari. Taeko (2013) mengatakan bahwa literasi di masyarakat desa memiliki arti dan memainkan peran yang berbeda di masyarakat. Menurut Lau (2006), sesuai standar IFLA, literasi dikelompokkan menjadi beberapa komponen. Pertama, akses. Pemustaka mengakses informasi secara efektif dan efisien melalui identifikasi dan lokasi informasi. Mengidentifikasi kebutuhan informasi terdiri atas: (a) menemukan atau mengenali kebutuhan informasi, (b) memutuskan suatu tindakan untuk menemukan informasi, (c) menyatakan dan menentukan kebutuhan informasi, dan (d) memulai proses pencarian. Lalu dalam lokasi informasi, terdiri atas: (a)
mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber informasi yang potensial, (b) mengembangkan strategi pencarian, (c) mengakses sumber informasi terpilih, dan (d) memilih dan menemukan lokasi informasi.
Kedua, evaluasi. Pemustaka mengevaluasi informasi secara kritis, kompeten melalui penilaian informasi dan organisasi informasi. Penilaian informasi, terdiri atas: (a) menganalisis, memeriksa, dan menyaring informasi, (b) menggeneralisasi dan menginterpretasikan informasi, (c) memilih dan menggabungkan
informasi, dan (d) mengevaluasi keakuratan dan hubungan dari informasi yang ditemukan. Lalu dalam organisasi informasi, terdiri atas: (a) mengatur dan mengkategorikan
informasi, (b) mengelompokkan dan mengatur informasi yang didapat, dan (c) menentukan informasi yang sering digunakan dan baik. Ketiga, mengenai penggunaan. Pemustaka dapat menggunakan informasi secara akurat dan kreatif melalui penggunaan informasi, komunikasi dan etika penggunaan informasi. Penggunaan informasi, terdiri atas: (a) menentukan cara baru untuk mengkomunikasikan, menyajikan, dan menggunakan informasi, (b) mengaplikasikan informasi yang ditemukan, (c) mempelajari atau mendalami informasi sebagai pengetahuan pribadi, (d) mempresentasikan hasil informasi. Komunikasi dan etika penggunaan informasi, terdiri atas: (a) memahami etika penggunaan informasi, (b) menghormati peraturan penggunaan informasi, (c) mengkomunikasikan hasil pembelajaran dengan pengetahuan intelektual yang dimiliki, (d) menggunakan pengetahuan yang relevan dan sesuai dengan standar yang ada.
Keterampilan informasi sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran seumur hidup, pekerjaan, dan komunikasi antarpribadi setiap hari dari setiap warga negara, seperti ketika seseorang membutuhkan informasi tentang layanan kesehatan untuk seseorang dalam perawatan, atau seorang siswa memerlukan informasi spesifik untuk menyelesaikan penilaian. Informasi kesehatan yang benar memang penting diketahui oleh masyarakat (Kim, 2010). Crook, Stephens, Pastorek, Mackert, and Donovan (2015) menambahkan bahwa informasi kesehatan di masyarakat rendah dan terkait
perubahan dunia kesehatan dan pengalaman individu Bruce (2016) pun mengatakan demikian, bahwa masyarakat yang memiliki keterampilan informasi dapat membangun dan mengembangkan potensi daerahnya. Lau (2006) mengatakan bahwa pedoman standar literasi IFLA telah disusun oleh Bagian Literasi Informasi (InfoLit) dari IFLA dengan tujuan memberikan kerangka pragmatis bagi para profesional yang membutuhkan atau tertarik untuk memulai program literasi informasi.
Warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya (Baker, 2013). Untuk menanamkan keterampilan berpikir kritis, perlu mempertimbangkan kepekaan budaya, dan latar belakang budaya yang berbeda di mana keterampilan berpikir kritis belum ada, dalam konteks pembelajaran warisan budaya.
keterampilan berpikir kritis utama diuraikan, dan contoh ilustratif ketika kepekaan budaya begitu meningkat sehingga semua debat dan dialog kritis ditutup untuk mendukung kebutuhan akan kepekaan dalam pelatihan (Baker, 2013). Senada dengan Bird, Crumpton, Ozan, and Williams (2012) yang menyebutkan, “ Critical thinking skills and information-seeking behaviors factor in deter- mining how to evaluate and use the information appropriately ”. Masyarakat yang memiliki keterampilan berpikir kritis dan keahlian mencari informasi menentukan proses evaluasi dan menggunakan informasi tersebut.
Definisi literasi informasi pada abad 21 telah dijelaskan Campbell (2008) bahwa IFLA memiliki peran dalam memperluas definisi praktis untuk memasukkan semua bentuk literasi informasi untuk semua orang atau kalangan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan ‘ marung ’ merupakan produk budaya dan bisa
dianggap sebagai warisan budaya bukan benda yang berupa tradisi. Jika dilihat dari peran IFLA, literasi informasi bisa terjadi di mana saja dan dapat saja terjadi pada semua orang dengan latar belakang yang berbeda, termasuk dalam kegiatan ‘ marung ’ pada masyarakat Desa Paseban.
Budaya marung berasal dari kata budaya dan marung . Marung merupakan kata kerja dari kata warung, adalah “Tempat menjual makanan, minuman, kelontong, dan sebagainya; kedai; lepau” (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016). Budaya marung dapat diartikan sebagai budaya atau kebiasaan yang melekat pada kehidupan masyarakat dengan mengunjungi warung. Terbentuknya budaya “ marung ” pada dasarnya berasal dari asal muasal sejarah dari masyarakat desa. Ketika masyarakat desa masih dalam masa penjajahan Belanda, masyarakat desa berusaha untuk mempertahankan diri. Adapun cara untuk mempertahankan diri adalah dengan mengatur strategi pertahanan yang dianggap strategi paling baik menurut masyarakat desa. Strategi pertahanan tersebut adalah dengan cara memecah satu desa (Desa Cakru) menjadi dua desa, yakni (Desa Cakru dan Desa Paseban). Desa Cakru yang asal penamaannya dari kata cangkruk/cangkrukan (berkumpul untuk berjaga-jaga), kemudian menjadi strategi dalam melawan penjajahan Belanda. Desa Cakru yang berada di sebalah utara bertugas menjadi penjaga, bertugas berjaga- jaga dari penjajahan Belanda, sedangkan Desa Paseban letaknya di sebelah selatan dekat dengan Pantai Selatan/Samudera Hindia maka dijadikan sebagai tempat peristirahatan terakhir ( perseboan ). Jadi kata Paseban berasal dari kata perseboan . Tempat peristirahatan terakhir ini ( perseboan ) berfungsi sebagai: 1) tempat peristirahatan
bagi masyarakat desa yang telah berjaga/ cangkruk untuk melepas lelah, 2) tempat peristirahatan bagi masyarakat yang terluka karena serangan penjajah Belanda, 3) tempat peristirahatan bagi masyarakat yang terserang penyakit/dalam keadaan sakit, dan 4) tempat peristirahatan terakhir bagi masyarakat yang tutup usia/meninggal. Masyarakat menganggap bahwa Desa Paseban dijadikan sebagai peristirahatan terakhir ( perseboan), karena dianggap tempat paling aman dan tidak mungkin dapat dijamah oleh penjajah Belanda dan juga anginnya yang sepoi- sepoi dan suasana yang tenang dianggap dapat memberikan ketenteraman jiwa bagi masyarakat desa. Hal ini dikarenakan Desa Paseban terletak tepat di bibir pantai kawasan Samudera Hindia.
Pada saat cangkruk (berjaga-jaga) masyarakat desa dituntut mempunyai stamina yang bagus. Masyarakat desa dituntut untuk dapat bertahan tidak tidur siang dan malam bahkan sampai beberapa hari. Maka masyarakat desa menggunakan strategi meminum kopi, sehingga di saat cangkruk tidak ketinggalan dengan kopi. Kopi merupakan teman sejati bagi masyarakat yang bertugas menjadi penjaga pada saat itu. Setelah masa penjajahan Belanda berakhir, kebiasaan cangkrukan ini menjadi melekat pada masyarakat desa bahkan diwariskan secara turun-temurun. Perlu tempat yang dianggap paling strategis untuk berkumpul/ cangkrukan . Di mana tempat ini bisa menampung semua masyarakat dari berbagai latar belakang untuk sekadar berbincang, bersenda gurau, menjalin silaturahmi, melepas lelah dari kegiatan sehari-hari, mendapat informasi yang dibutuhkan, dan tentunya tetap ditemani minum kopi sebagai teman berbincang sehingga muncul warung- warung yang bertebaran di setiap sisi desa.
Hal ini terbukti dengan data jumlah warung yang ada di Desa Paseban, yakni berjumlah 45 warung. Bagi pengunjung warung, kagiatan marung merupakan suatu kegiatan cangkrukan yang dapat memenuhi kebutuhan psikis dan fisik. Bagi pemilik warung, hal ini ditangkap sebagai peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan ekonomi dan juga mendapatkan teman berbincang di warung. Maka hal ini menjadi hal yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bagi pengunjung warung maupun pemilik warung, yakni terdapat hubungan simbiosis mutualisme. Hal inilah yang menyebabkan warung-warung menjadi menjamur di Desa Paseban dan berlangsung hingga sekarang. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan marung menjadi kebiasaan yang terus dilakukan dan sangat melekat di hati masyarakat desa yang berkembang menjadi budaya.
Komponen abstrak masyarakat Desa Paseban yang terkait dengan budaya marung di antaranya berawal dari strategi cangkruk/cangkrukan yang menjadi strategi pertahanan dalam masa penjajahan Belanda. Lalu budaya cangkruk/cangkrukan terus berlanjut hingga sekarang melalui budaya marung . Kegiatan marung dianggap kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan psikis dan fisik.
Sistem sosial budaya marung masyararakat Desa Paseban sendiri adalah berawal dari strategi cangkruk/cangkrukan yang menjadi strategi pertahanan dalam masa penjajahan Belanda. Hal ini dapat dilihat dari interaksi masyarakat yang bertugas cangkruki berjaga dengan dituntut tidak boleh lengah dari penjajah Belanda. Masyarakat desa tidak boleh menjadi penghianat bagi saudaranya. Masyarakat desa yang bertugas menjadi penjaga bertugas memata-matai/mengintai tindakan penjajah Belanda. Jika terdapat
masyarakat yang justru menjadi penghianat, maka akan mendapatkan hukuman oleh masyarakat desa.
Budaya cangkruk/cangkrukan terus berlanjut hingga sekarang melalui budaya marung . Kegiatan marung dianggap kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan psikis dan fisik. Maksud dari kebutuhan psikis dan fisik di sini adalah kebutuhan psikis masyarakat desa baik pengunjung warung maupun pemilik warung. Adapun kebutuhan psikis pengunjung warung dan pemilik warung, adalah: berbincang, bersenda gurau, menjalin silaturahmi, melepas lelah dari kegiatan sehari-hari, dan mendapat informasi yang dibutuhkan. Kebutuhan fisik pengunjung warung adalah dapat membeli makanan dan minuman yang diinginkan untuk melepas rasa lapar dan dahaga sedangkan kebutuhan fisik pemilik warung adalah warung merupakan peluang usaha untuk mendapat penghasilan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Schneider et al., (2017) malah mengatakan bahwa makanan dan minuman menjadi salah satu bentuk area publik yang memperlihatkan perubahan.
Bagi masyarakat desa yang membuat onar di warung baik dengan tingkah laku maupun pembicaraan yang dianggap mengganggu atau menyakiti sesama masyarakat desa yang sedang marung , maka akan diusir dari warung dan diberi tindakan yang menurut masyarakat desa pantas sebagai hukuman. Terkait kepemimpinan komunitas lokal dan perkembangan global dalam sejarah menunjukkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat layaknya permainan yang diulang sebagai model mendasar bagaimana orang-orang yang hidup bersama dalam komunitas kecil dapat mendisiplinkan diri untuk mempertahankannya secara maya setiap
pola perilaku yang adaptif untuk kelangsungan hidup masyarakat. Hal ini dibuktikan adanya strategi di mana siapa pun yang menyimpang dari perilaku yang ditentukan maka akan diperlakukan secara tidak baik, sehingga menyebaban perubahan status yang merugikan di komunitas dan karenanya akan diperlakukan lebih buruk oleh orang lain di komunitas sesudahnya. Myerson (2017) pun mengatakan bahwa beberapa aspek dari strategi tersebut tertanam dalam otak manusia, seperti kecenderungan untuk menilai kepatutan dari perilaku orang lain di suatu komunitas dan ketakutan timbal balik kehilangan status di mata masyarakat tersebut.
Sistem kepribadian pada budaya marung masyarakat Desa Paseban adalah berawal dari strategi cangkruk/cangkrukan yang menjadi strategi pertahanan dalam masa penjajahan Belanda, dari sini terbentuk sistem kepribadian nasionalisme. Lalu budaya cangkruk/cangkrukan terus berlanjut hingga sekarang melalui budaya marung . Kegiatan marung dianggap kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan psikis dan fisik. Di sini terbentuk sistem kepribadian guyub , rukun, akrab, dan menjaga silaturahmi.
Sistem organik pada budaya marung masyarakat Desa Paseban adalah berawal dari strategi cangkruk/cangkrukan yang menjadi strategi pertahanan dalam masa penjajahan Belanda. Dari sini terdapat sistem organik akan kebutuhan rasa aman oleh masyarakat desa dalam menjalani kehidupan, baik kebutuhan rasa aman dalam hal kebutuhan psikis maupun kebutuhan biologis. Kebutuhan biologis yang dikedepankan di sini adalah tempat perlindungan. Masyarakat desa berpikir bagaimana cara melindungi dirinya dari ancaman pihak penjajah Belanda.
Masyarakat desa menciptakan strategi penahanan dengan model cangkurakan dan perseboan . Budaya cangkruk/cangkrukan terus berlanjut hingga sekarang melalui budaya marung . Kegiatan marung dianggap kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan psikis dan fisik. Dari sini terdapat sistem organik akan kebutuhan untuk melepaskan rasa lapar dan dahaga, melepaskan lelah/penat setelah bekerja/melakukan kegiatan sehari- hari (istirahat), serta membutuhkan tempat untuk beraktivitas di luar pekerjaan/kegiatan sehari-hari dengan cara berinteraksi dengan orang lain di tempat yang dianggap santai dan nyaman.
Budaya “ marung ” telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Desa Paseban. Mereka sudah terbiasa “ marung ” baik ketika akan berangkat kerja, saat istirahat siang, pulang kerja bahkan ketika malam hari. Perbedaan latar belakang baik pekerjaan atau usia saat masyarakat “ marung ” menyebabkan obrolan yang mereka lakukan menjadi menarik.
Hasil analisis Bruce et al. (2017) terkait desain pengalaman informasi yang dikemukakan oleh Elham Sayyad Abdi, yang menunjukkan bahwa rancangan pengalaman informasi adalah tentang memperluas pengalaman orang-orang akan informasi dalam konteks khusus hingga batas maksimalnya. Hal ini menyangkut tentang bagaimana mengembangkan dan mengimplementasikan intervensi yang memungkinkan individu dan kelompok mengalami informasi dan lingkungan informasi di sekitarnya dalam berbagai cara yang semakin kompleks yang menawarkan pengalaman untuk terlibat secara lebih kaya, lebih luas, dan lebih efektif dalam informasi. Individu di masyarakat melalui literasi informasi akan mudah memahami tiap bidang kehidupan di lingkungannya
secara etik dan legal (Deyrup, 2009). Selain itu, Weiner, Jackman, and Prause( 2013) menambahkan bahwa individu pun dapat memilih sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasinya.
Desain pengalaman informasi dimulai dengan investigasi terhadap pengalaman informasi seseorang. Ini melibatkan seluruh pengalaman fenomena dan komponen informasi dari pengalaman tersebut. Hasil dari investigasi semacam ini akan menjadi uraian tentang bagaimana, dengan cara yang berbeda, orang terlibat atau melepaskan informasi dalam konteks tertentu. Maka, informasi di bidang ekonomi merupakan jenis informasi yang rata-rata dibutuhkan masyarakat (Sokoloff, 2012).
Literasi informasi terletak pada inti dari pembelajaran seumur hidup. Hal ini berarti memberdayakan orang di semua lapisan masyarakat untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan, dan membuat informasi secara efektif untuk mencapai tujuan pribadi, sosial, pekerjaan dan pendidikan mereka (Arua et al., 2018). Konsep literasi tersebut adalah bagaimana keterampilan dibutuhkan ketika orang akan mengkritisi isi dari sebuah informasi juga cara menggunakan informasi yang efektif serta pemahaman tentang infrastrukur teknologi informasi yang berbasis konteks sosial. Keterampilan seperti itu dinamakan dengan melek informasi. Keberagaman latar belakang pekerjaan yang terjadi ketika mereka “ marung ” bisa membuat mereka menjadi melek informasi. Contohnya, para Petani Desa Paseban bisa mendapatkan informasi mengenai harga komoditas pertanian di pasaran dari mereka yang berprofesi sebagai pedagang. Setelah mereka mendapatkan informasi harga mereka bisa memungkinkan melakukan negosiasi yang maksimal ketika ada
tengkulak yang ingin membeli hasil panen mereka. Selain itu, pun mengatakan demikian, bahwa bagi para petani, informasi menjadi solusi penting di kehidupan masyarakat desa (Fatimah, Yunita, Gunardi, 2018; Toepfer, Kuhlmann, Kansiime, Onyango, Davis, Cameron, & Day, 2018).
Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat antara budaya marung dengan literasi informasi. Kegiatan literasi informasi juga berhubungan dengan teori ruang publik yang diungkapan oleh Habermas. Hardiman (2010) dalam Kuncoro (2013) Ruang publik terbentuk di masyarakat yang duduk berkumpul bersama dan berdiskusi mengenai tema- tema yang relevan. Adapun tema-tema yang dianggap relevan bagi masyarakat Desa Paseban adalah tema-tema yang berhubungan dengan kebutuhan informasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ruang publik ( public sphere ) terbentuk secara alamiah melalui budaya marung yang bertempat di warung . Bagi masyarakat Desa Paseban, warung merupakan titik kumpul yang strategis untuk melakukan diskusi sekaligus melepas lelah dan sebagai tempat penyegaran kembali ( refreshing ) yang sangat nyaman.
Ketika masyarakat sedang melakukan aktivitas, obrolan yang terjadi ketika masyarakat sedang melakukan aktivitas “ marung ” tidaklah jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Topik yang biasanya menjadi bahan obrolan mereka ketika “ marung ” adalah pekerjaan, pendidikan ataupun isu-isu yang terkait dengan Desa Paseban. Ketika mereka “ marung ” obrolan yang mereka lakukan berjalan dua arah atau kelompok sehingga dari obrolan tersebut menimbulkan sebuah informasi yang bisa mereka manfaatkan.
Pembahasan informasi yang terjadi pada saat “ marung ” biasanya merupakan hal-hal yang berguna untuk menunjang mata pencaharian mereka. Obrolan ketika “ marung ” berawal dari kebutuhan pekerjaan. Contohnya adalah ketika ada petani yang menanam semangka bersamaan dengan musim ombak besar di laut selatan, maka para nelayan akan beralih pekerjaan menjadi petani semangka, mengingat semangka yang dihasilkan dinilai layak. Pembahasan ini sering muncul ketika masyarakat sedang “ marung ”. Berdasarkan pembahasan-pembahasan itu tidak jarang memunculkan sebuah gagasan yang bisa mempermudah beban pekerjaan mereka. Seperti masalah nelayan yang sering kesulitan modal. Setelah masyarakat berbincang mengenai usaha nelayan saat “ marung ”, maka muncul ide untuk membuat koperasi bagi nelayan dan petani dengan tujuan supaya kehidupan nelayan menjadi lebih baik dari kondisi saat ini.
Pembahasan informasi saat “ marung ” tidak melulu hal pekerjaan. Mereka juga sering membahas hal-hal yang menjadi hiburan bagi mereka. Masyarakat juga sering “ marung ” ketika mereka pulang dari sawah. Setelah bekerja seharian tentunya mereka ingin melepas penat dengan berbincang santai dengan pengunjung lain atau pemilik warung. Ketika mereka berbincang tentunya tidak semua informasi akan berguna bagi kehidupan mereka. Masyarakat akan memilah mana informasi yang sifatnya informatif dan mana yang sifatnya rekreatif. Mereka memilahnya tanpa perlu mengetahui secara teori mana yang informatif mana yang rekreatif. Setelah mereka menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan saat “ marung ”, maka mereka menerapkannya untuk menunjang di keseharian.
Pertama, masyarakat Desa Paseban telah melakulan proses dari komponen akses ini. Komponen akses ini sendiri secara singkat merupakan bagaimana masyarakat mengakses informasi secara efektif dan efisien. Akses mempunyai kaitan dengan cara masyarakat mengindentifikasi kebutuhan informasi dan lokasi dari informasi. Masyarakat Desa Paseban sudah bisa mengidentifikasi kebutuhan informasi mereka.
Masyarakat yang bertempat tinggal di Dusun Bulurejo dan Dusun Paseban memiliki pekerjaan sebagai nelayan, petani, atau keduanya (nelayan sekaligus petani) karena letak dusun mereka yang ada di pesisir pantai. Kondisi berbeda dialami dengan masyarakat dari Dusun Balekambang yang bermata pencaharian sebagai petani, peternak atau pedagang, mengingat wilayah dusun mereka memiliki banyak lahan pertanian. Masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam mengenali kebutuhan informasi yang sesuai dengan latar belakang mereka.
Identifikasi kebutuhan informasi mereka sering terjadi ketika mereka sedang “ marung ”. Warung kopi berperan sebagai lokasi informasi ketika mereka mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber informasi yang ideal. Peran lain dari warung kopi adalah sebagai wadah penyaluran informasi atau tempat pemenuhan kebutuhan informasi. Ketika masyarakat sedang membutuhkan informasi, yang menjadi tujuan pertama dari mereka adalah warung kopi, karena ketika “ marung ” mereka bisa mendapatkan semua informasi yang mereka butuhkan. Bahkan ketika mereka hanya sekedar “ marung ” tanpa tujuan mencari informasi mereka bisa tetap mendapatkan informasi. Kegiatan “ marung ” bisa berperan sebagai sarana edukatif yang bisa digunakan untuk
menunjang aktivitas bekerja mereka. Budaya “ marung ” pun bisa menjadi sarana rekreatif ketika mereka meluangkan waktu ke warung untuk menikmati kopi sembari mendengarkan cerita yang ramai diperbincangkan oleh para pengunjung lainnya.
Pada komponen kedua ini yakni evaluasi, masyarakat dituntut untuk mengevaluasi informasi yang mereka peroleh secara kritis dan kompeten. Mereka melakukan penilaian informasi lalu kemudian dilakukan pengelompokan informasi. Kegiatan “ marung ” telah memberikan ruang lebih pada penerapan indikator ini karena implementasi kegiatan “ marung ” sangat dekat dengan kegiatan diskusi ataupun perbincangan ringan.
Proses evaluasi bisa terjadi ketika masyarakat menilai informasi dengan cara menganalisis, memeriksa dan menyaring informasi. Setelah itu informasi lalu digeneralisasi dan dinterpretasi. Kemudian informasi itu pilih dan digabungkan sebelum informasi tersebut dievaluasi keakuratan dan hubungan dari informasi yang ditemukan. Evaluasi informasi tidak hanya dengan penilaian informasi saja, namun juga pengorganisasian informasi, di mana informasi itu diatur dan dikategorikan. Setelah
mereka mengategorikan
informasi, informasi dikelompokan dan diatur sesuai informasi yang didapatkan. Kemudian mereka menentukan informasi mana yang sering digunakan dan baik.
Masyarakat Desa Paseban dalam kesehariannya telah melakukan evaluasi informasi tanpa mereka sadari. Contohnya ketika sedang membahas mengenai bibit bantuan, mereka menilai bibit yang mereka terima itu tidak sesuai dengan karakter tanah di Desa Paseban yang menyebabkan banyak bibit gagal berkembang. Tentunya,
mereka tidak bisa langsung mengatakan bahwa bibit bantuan tersebut tidak sesuai. Mereka mencoba beberapa kali mengevaluasi informasi terkait bibit bantuan tersebut, ternyata bibit tersebut tidak cocok untuk pertanian di desa. Proses evaluasi informasi tidak hanya dari pengalaman saja, namun juga terbantu dengan adanya kehadiran teknologi. Mereka menggunakan handphone untuk mencari kebenaran dari sebuah informasi yang diterima.
Masyarakat Desa Paseban dikatakan telah melakukan indikator yang ketiga ini, meskipun sebenarnya mereka tidak mengetahui apa itu indikator literasi informasi. Pada indikator ini kegiatan “ marung ” yang terjadi adalah proses masyarakat mengkomunikasikan informasi yang telah mereka dapatkan secara pribadi kepada orang lain. Konsep sebenarnya dari indikator ini, masyarakat menggunakan informasi dengan menentukan cara untuk mengkomunikasikan informasi, menyajikannya dan menggunakan informasi. Informasi yang ditemukan lalu diaplikasikan dalam kehidupan mereka. Setelah itu, informasi dipelajari sebagai pengetahuan pribadi mereka. Setelah mereka paham, maka mereka akan mempresentasikan kepada orang lain dengan cara bercerita ke orang yang merek temui.
Indikator yang ketiga, yakni komunikasi dan etika penggunaan informasi. Konsep sederhananya,
masyarakat memahami etika dari penggunaan informasi, kemudian aturan dari penggunaan informasi itu harus dihormati dan tidak bisa seenaknya sendiri. Lalu hasil pembelajaran dari informasi yang mereka miliki dikomunikasikan melalui pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Setelah itu, mereka
menggunakan pengetahuan yang relevan dan sesuai standar yang ada.
Masyarakat Desa Paseban dalam kesehariannya sudah sering melakukan indikator ini. Mereka membawa informasi yang didapatkan dari pengalaman ketika sedang “ marung ”. Di sana, mereka akan menceritakannya kepada pengunjung warung kopi lainnya. Sumber informasi tak hanya dari pengalaman mereka saja, namun juga bisa dari televisi. Mereka terkadang setelah mendapatkan sebuah berita di televisi akan membawa berita tersebut pada saat “ marung ” dan akan membahasnya bersama pengunjung lainnya.
## SIMPULAN
Sejarah pada masa penjajahan Belanda menjadi faktor utama terbentuknya budaya marung pada masyarakat Desa Paseban. Budaya marung sangat lekat dengan budaya
cangkrukan/ berkumpul untuk berbincang-bincang sambil meminum kopi. Warung dianggap tempat yang paling strategis untuk berbincang, bersenda gurau, menjalin silaturahmi, melepas lelah dari kegiatan sehari-hari, serta mendapat informasi yang dibutuhkan. Budaya marung memenuhi empat sistem budaya, yakni: sistem budaya, sistem sosial, sistem kepribadian, dan sistem organisme. Budaya marung sangat erat kaitannya dengan literasi informasi dan teori ruang publik. Masyarakat Desa Paseban secara sederhana telah menerapkan Standar Literasi Informasi dari IFLA dalam mendukung pekerjaannya dari tahap akses, evaluasi, dan penggunaan. Sederhana yang dimaksud di sini adalah masyarakat desa sudah menerapkannya namun masih belum bisa menerapkan konsep literasi informasi secara mendalam/detail dari masing- masing tahapan. Pada kegiatan literasi
informasi ini, masyarakat Desa Paseban berkumpul di warung dan saling berdiskusi mengenai topik-topik yang dianggap relevan dengan informasi yang dibutuhkan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Rencana penelitian selanjutnya, peneliti akan melakukan inovasi penelitian terkait model pengembangan program perpustakaan desa dalam rangka menumbuhkan literasi informasi melalui warung yang ada di masyarakat.
## DAFTAR PUSTAKA
Ade, V., & Affandi, I. (2016). Implementasi nilai-nilai kearifan lokal dalam mengembangkan keterampilan kewarganegaraan: Studi deskriptif analitik pada masyarakat Talang Mamak Kec. Rakit Kulim, Kab. Indragiri Hulu Provinsi Riau. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , 25 (1), 77–91. https://doi.org/10.17509/jpis.v25i1.36 71
Arua, G. N., Eze, O. C., Ebisi, E. M.,
Ukwuaba, H. O., Ezeanuna, E. F., & Nwebiem, C. P. (2018). Information literacy for empowering the society: The readiness of libraries, librarians and other stakeholders. In Satellite Meeting Paper: Africa, Libraries as Centers of Community
Engagements
for
Development (pp. 1–14). Kuala lumpur: IFLA Publication. Retrieved from http://library.ifla.org/2312/1/s01- 2018-aura-en.pdf
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Kamus besar bahasa
Indonesia (5th ed.). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Baker, K. (2013). Information literacy and cultural heritage: Developing a model of lifelong learning . New Delhi: Chandos Publishing.
Bird, N. J., Crumpton, M., Ozan, M., & Williams, T.
(2012). Workplace information literacy: A neglected priority for community college libraries. Journal of Business & Finance Librarianship ,
17 (1), 18–33. https://doi.org/10.1080/08963568.2012 .630593
Bruce, C. S., Demasson, A., Hughes, H., Lupton, M., Abdi, E. S., Maybee, C., Somerville, ... Mirijjamdotter, A. (2017). Information literacy and informed learning: Conceptual innovations for il research and practice futures. Journal of Information Literacy , 11 (1), 4–22. https://doi.org/10.11645/11.1.2184
Bruce, C. S. (2016). Information literacy research: Dimensions of the emerging collective consciousness. A reflection. Australian Academic & Research Libraries ,
47 (4), 239–244. https://doi.org/10.1080/00048623.2016 .1248236
Campbell, S. (2008). Defining information literacy in the 21ist century. In J. Lau (Ed.), IFLA publication 131 ‘information literacy: International perspective . The
Netherlands: IFLA Publication. Retrieved from https://scholar.google.co.id/scholar?ci tes=6880616256290545419&as_sdt=2005 &sciodt=0,5&hl=id CILIP. (2018). CILIP definition of information literacy 2018. Retrieved from https://infolit.org.uk/ILdefinitionCILI
P2018.pdf
Crook, B., Stephens, K. K., Pastorek, A. E., Mackert, M., & Donovan, E. E. (2015). Sharing health information and influencing behavioral intentions: The role of health literacy, information overload, and the internet in the diffusion of healthy Heart Information.
Health Communication , 31 (1), 60–71. https://doi.org/10.1080/10410236.2014 .936336
Deyrup, M. M. (2009). Information Literacy: Discipline ‐ specific or core competency? Slavic & East European Information Resources ,
10 (2–3), 185–199.
https://doi.org/10.1080/152288809030
19353
Erza, E. K., Yusup, P. M., & Erwina, W.
(2017). Komunikasi budaya masyarakat Pandai Sikek dalam melakukan transformasi pengetahuan lokal. Kajian Informasi & Perpustakaan , 5 (2), 141–154. https://doi.org/10.24198/jkip.v5i2.107 16
Esariti, L., Yuliastuti, N., & Ratih, N. K. (2017). Riverine settlement adaptation characteristic in Mentaya River, East Kotawaringin Regency, Kalimantan Province. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (pp. 1–9). Surakarta: IOP Publishing. Retrieved from https://iopscience.iop.org/article/10.1 088/1755-1315/123/1/012039/pdf
Fatimah, S., Yunita, Gunardi, & Yosini D.
(2018). Masyarakat informasi pada sektor pertanian: Kasus petani cabai Desa Genteng, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pax Humana: Jurnal Humaniora Yayasan Bina Darma , 5 (1), 7– 16. Retrieved from http://www.jurnalilmiah- paxhumana.org/index.php/PH/article /view/136/pdf Ismaini, S. (2013). Hubungan antara solidaritas dengan agresivitas pada anggota TNI-AD ( Skripsi ) . Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/26691/10/02. _Naskah_Publikasi.pdf
Jiang, Q., & Ke, G. (2018). Information sharing and bullwhip effect in smart
destination network system. Ad Hoc
Networks ,
87 (6), 17–25.
https://doi.org/10.1016/j.adhoc.2018.0 7.006
Khairani, C. (2014). Pendorong interaksi sosial masyarakat Aceh dalam warung kopi. Lentera , 14 (10), 50–57. Retrieved from
http://jurnal.umuslim.ac.id/index.php /LTR1/article/view/277/294 Kim, J. H. (2010). Does sharing information before a clinical skills examination impact student performance? Medical Teacher ,
32 (9), 747–753. https://doi.org/10.3109/014215910036 90338 Koentjaraningrat. (2009).
Pengantar antropologi . Jakarta: Rineka Cipta. Kuncoro, W. (2013). Eksistensi ruang publik di media cetak: Studi kasus Jawa Pos, Surya, dan Surabaya Post. Jurnal Komunikasi Islam , 3 (2), 226–249. https://doi.org/10.15642/jki.2013.3.2.2 26-249
Lau, J. (2006). Guidelines on information literacy for lifelong learning. Retrieved from https://scholar.google.co.id/scholar?ci tes=11062436245009158816&as_sdt=200 5&sciodt=0,5&hl=id
Lazuardi, F. H. (2016). Literasi informasi pada mahasiswa melalui budaya ‘nongkrong’: Studi pada kantin “CL” Universitas Brawijaya Malang ( Skripsi ) . Universitas Brawijaya, Malang.
Luthfia, A. R. (2013). Menilik urgensi desa di era otonomi daerah. Jurnal of Rural and Development ,
4 (2), 135–143. Retrieved from https://jurnal.uns.ac.id/rural-and- development/article/view/1858/1760 Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative data analysis: A methods sourcebook (3rd ed.). USA: Sage
Publication Inc.
Mittal, S., Padmaja, S. S., & Ajay, A. (2018).
Agricultural
information and knowledge network in rural India: A case of Bihar. The Journal of Agricultural Education and Extension: Competence for Rural Innovation and Transformation ,
24 (5), 1–26.
https://doi.org/10.1080/1389224X.201
8.1491871
Myerson, R. (2017). Village communities and global development. In IEA 2017
World Congress . Mexico: The International Economic Association (IEA). Retrieved from http://home.uchicago.edu/~rmyerson /research/villages.pdf
Nifadkar, S. S., Wu, W., & Gu, Q. (2018). Supervisors’ work-related and non- work information sharing: Integrating research on information sharing, information seeking, and trust using self-disclosure theory. Personnel
Psychology , 72 (2), 1–44. https://doi.org/10.1111/peps.12305
Pels, J. (2009). Knowledge sharing,
information management,
communication and IT within WASHCost. Knowledge Management for Development Journal , 5 (3), 215–228. https://doi.org/10.1080/194741909034 51157
Schneider, T., Eli, K., McLennan, A., Dolan,
C., Lezaun, J., & Ulijaszek, S. (2017). Governance by campaign: The co- constitution of food issues, publics and expertise through new information and communication technologies.
Information, Communication & Society ,
22 (2), 1–21.
https://doi.org/10.1080/1369118X.201 7.1363264
Sokoloff, J. (2012). Information literacy in the workplace: Employer expectations.
Journal of Business & Finance Librarianship , 17 (1),
1–17.
https://doi.org/10.1080/08963568.2011
.603989
Taeko, T. (2013). The complexity of literacy in Kenya: Narrative analysis of Maasai women’s experiences. Compare: A Journal of Comparative and International Education ,
44 (5), 826–844.
https://doi.org/10.1080/03057925.2013
.806163
Tayebi, S. M., Manesh, S. R., Khalili, M., & Sadi-Nezhad, S. (2019). The role of information systems in communication through social media. International Journal of Data and Network Science , 3 (3),
245–268.
https://doi.org/10.5267/j.ijdns.2019.2.
002
Toepfer, S., Kuhlmann, U., Kansiime, M., Onyango, D. O., Davis, T., Cameron, K., & Day, R. (2018). Communication, information sharing, and advisory services to raise awareness for fall armyworm detection and area wide
management by farmers. Journal of Plant Diseases and Protection , 126 (2),
103–106. https://doi.org/10.1007/s41348-018- 0202-4
Weiner, S. A., Jackman, L. W., & Prause, E. (2013). Strategizing for public policy: The information literacy state proclamation project. Public Services
Quarterly , 9 (4), 284–299.
https://doi.org/10.1080/15228959.2013
.842400
Widayanti, S. (2016). Etika lingkungan dalam ungkapan budaya Jawa: Relevansinya dengan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia ( Disertasi ) . Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Zhang, W., Sun, S. L., Jiang, Y., & Zhang, W.
(2019). Openness to experience and team creativity: Effects of knowledge sharing and transformational leadership. Creativity Research Journal ,
31 (1), 62–73. https://doi.org/10.1080/10400419.2019 .1577649
|
d492e3a8-db7d-45c2-b45a-b5b6e4c08c05 | http://ijid-rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/download/167/113 |
## Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV di Sekolah dalam Eliminasi Stigma Pada Orang Dengan HIV/AIDS
The effects of health education on HIV in schools to eliminate stigma among people with HIV/AIDS
Rita Ismail 1* , Syafdewiyani 2 , Sri Yona 3
1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas, Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
2 Poltekkes Kemenkes Jakarta III 3 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
*Korespondensi Penulis: Rita Ismail Email: [email protected]
Abstrak Latar Belakang: DKI Jakarta merupakan provinsi dengan kasus HIV tertinggi di wilayah Indonesia dengan angka 70.509 sejak 1987 hingga Desember 2020. Kemenkes melaporkan terdapat 31% kasus AIDS usia 21-29 tahun yang mengindikasikan mereka terinfeksi sejak usia muda/remaja, 5 – 10 tahun sebelumnya. Orang hidup dengan HIV (ODHA) tidak hanya berjuang dengan masalah kesehatan tetapi juga stigma dari lingkungannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan mengenai HIV dalam eliminasi stigma terhadap ODHA pada siswa SMPN di Jakarta Timur. Metode: Penelitian kuasi eksperimen berupa pemutaran video, pemberian mengenai HIV dan stigma pada ODHA, pembagian booklet, dan penjelasan video serta booklet. Data dianalisis menggunakan T- test. Hasil: Terdapat 71 respoden dalam penelitian. Terjadi peningkatan pengetahuan mengenai HIV dan penurunan yang signifikan pada stigma pada ODHA setelah dilakukan intervensi (p value <0,05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stigma pada ODHA dengan jenis kelamin, kelas, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan info mengenai HIV. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan signifikan antara stigma pada ODHA dengan pengetahuan mengenai (p value = 0,002 dengan korelasi -0,36). Kesimpulan: Semakin tinggi pengetahuan mengenai HIV maka semakin rendah stigma pada ODHA. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam mengembangkan program untuk dalam upaya eliminasi stigma pada ODHA pada siswa SMP dengan menggunakan media berupa video dan booklet.
Kata Kunci: HIV, Pendidikan Kesehatan, Stigma
## Abstract
DKI Jakarta is the province with the highest HIV cases in with of 70,509 cases from 1987 to December 2020. The Ministry of Health reported that 31% of AIDS cases were at the aged of 21-29 years which indicated they were infected with HIV when they were at a young age/adolescents age, 5-10 years earlier. People living with HIV (PLWH) are not only struggling with health problems but also stigma from their environment. The purpose of this study was to determine the effects of health education about HIV to eliminate stigma against PLWH among public junior high school students in East Jakarta. The research method was quasi- experimental using videos about HIV and stigma in PLWH, booklets, and explanations of videos and booklets. Data were analyzed using t-test. There were 71 respondents in the study. Knowledge about HIV increased significantly and stigma in PLWH decreased significantly after the intervention (p value <0.05). There was no significant association between stigma in PLWH and gender, class, father's education, mother's education, mother's occupation, or information about HIV. The correlation test showed a significant association between knowledge about HIV and stigma toward PLWH (p value: 0.002 with a correlation of - 0.36). This indicated that the higher knowledge about HIV, the lower stigma on PLWH. The results of this study are expected to be input in developing programs to eliminate stigma in PLWH in junior high school students using media in the form of videos and booklets.
Keywords: HIV, Health Education, Stigma
## Pendahuluan
Stigma pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan hal yang masih perlu ditangani. Saat ini ODHA masih mengalami penolakan dan ketakutan dari orang lain. Stigma berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi ODHA. Stigma pada ODHA sering dihubungkan dengan perilaku berisiko tinggi, misalnya homoseksual, pengguna narkoba, serta pekerja seks. 1 –3 Stigma tersebut dapat berasal dari orang terdekat yaitu keluarga atau dari masyarakat dan tenaga kesehatan. 1 Adanya stigma pada ODHA
menyebabkan mereka lebih memilih mengisolasi diri dari lingkungan sekitarnya. 4 Hal ini menyebabkan ODHA mengalami psikologis, antara lain depresi 5 serta resiko bunuh diri. 6 Stigma juga menyebabkan ODHA tidak
menjalani pengobatan, 7
memiliki kualitas hidup yang rendah, 8 dan ketidakpatuhan minum obat terapi antiretoviral (ART). 9,10
DKI Jakarta merupakan provinsi dengan kasus HIV tertinggi di wilayah Indonesia. Terdapat 70.509 kasus HIV di DKI Jakarta sejak 1987 hingga Desember 2020. Kemenkes melaporkan terdapat 31% kasus AIDS usia 21-29 tahun. 11 Rentang waktu dari seseorang terinfeksi HIV menjadi AIDS jika tidak minum ART 5 -10 tahun. 12 Penelitian
kohor yang dilakukan Esbjörnsson & Månsson pada 872 ODHA menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan sejak terinfeksi HIV menjadi AIDS adalah 6,2 tahun untuk HIV-1 dan 14, 3 tahun untuk HIV-2. 13 Hal ini mengindikasikan jika mengalami fase AIDS di usia 21-29 tahun, mereka terinfeksi sejak usia muda/remaja yaitu 5 – 10 tahun sebelumnya.
Stigma pada ODHA khususnya remaja menyebabkan mereka menghadapi berbagai kendala dalam kehidupannyan. Remaja ODHA menjadi tidak ingin ke sekolah terutama jika harus tinggal di asrama, tidak patuh untuk minum ART serta lebih memilih tidak mengkomsumsi ART jika terlihat oleh teman-temannya. 10 Stigma dari lingkungan sekitar pada remaja dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang adekuat mengenai HIV 14,15 . Penelitian di Makassar pada siswa menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mengenai HIV dengan stigma pada ODHA. Terdapat 59% responden dengan pengetahuan kurang mengenai HIV mempunyai stigma pada ODHA dibandingkan dengan siswa dengan pengetahuan cukup (43%). 15
Adanya pendidikan kesehatan
mengenai HIV dapat meningkatkan
pengetahuan remaja mengenai HIV dan menurunkan stigma pada ODHA. 16
Besarnya dampak stigma pada ODHA serta usia yang masih muda saat terinfeksi HIV serta masih rendahnya pengetahuan mengenai HIV
mengidikasikan perlunya pendidikan kesehatan sejak usia muda mengenai HIV dan stigma pada ODHA. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan mengenai HIV dalam eliminasi stigma terhadap ODHA pada siswa SMPN di Jakarta Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan mengenai HIV dalam eliminasi stigma terhadap ODHA pada siswa SMPN di Jakarta Timur.
## Metode
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian adalah Quasi
eksperimen . Sampel penelitian adalah siswa di SMPN di wilayah Cipayung Jakarta Timur. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah siswa SMPN di Jakarta Timur dan dapat berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi adalah berencana pindah sekolah dalam waktu penelitian. Metoda pengambilan sampel menggunakan purposive sampling .
Pengukuran dilakukan 2 kali sebelum dan sesudah intervensi.
Pendidikan kesehatan menggunakan
dua video mengenai HIV dan pencegahan stigma pada ODHA serta booklet. Durasi setiap video adalah 7 menit. Video mengenai HIV menjelaskan tentang definisi HIV dan AIDS, perbedaan HIV dan AIDS, terapi anti retorviral (ARV), cara penularan HIV, cara pencegahan HIV. Video ini juga berisikan fakta dan mitos mengenai HIV/AIDS, hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung ODHA. Video pencegahan stigma pada ODHA menjelaskan tentang konsep stigma, bentuk stigma, faktor penyebab munculnya diskriminasi, dan dimensi stigma pada ODHA. Video ini juga menjelaskan dampak stigma pada ODHA serta upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stigma pada ODHA. Booklet cegah stigma pada oda berisi tentang pencegahan stigma pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk siswa SMP. Booklet ini dilengkapi dengan gambar dan penjelasan mengenai stigma untuk memudahkan siswa dalam mempelajari materi. Booklet ini terdiri dari konsep stigma, stigma pada ODHA, bentuk stigma eksternal dan diskriminasi, faktor penyebab munculnya diskriminasi, dimensi stigma, konsep HIV, hoaks penularan HIV, sudut pandang stigma, dampak stigma ODHA, pencegahan HIV, dan sikap positif terhadap ODHA. Kegiatan intervensi dilakukan selama 50 menit yang terdiri dari pemutaran video dan penjelasan selama 30 menit serta diskusi dan tanya jawab selama 20
menit. Selanjutnya dilakukan post-test untuk mengevaluasi hasil intervensi.
Peneliti ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik
Penelitian dengan nomor No.LB.02.02/KEPK/070/2022. Analisis data secara univariat dan bivariat dengan uji T Dependen untuk mengetahui perbedaan skor
pengetahua dan stigma sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. Uji korelasi untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan stigma.
## Hasil
Terdapat 71 responden yang
mengikuti penelitian ini. Karakteristik responden menunjukkan rentang usia responden 13 – 15 tahun ( mean 14 tahun). Jumlah responden yang berusia 13 tahun sebanyak 17 orang (24%), 14 tahun sebanyak 41 ornag (58%), dan 15 tahun sebanyak 13 orang (18%). Terdapat 54 responden (76%) adalah perempuan dan 17 responden (24%) adalah laki-laki. Responden yang saat ini kelas 8 sebanyak 39 orang (55%) dan kelas 9 sebayak 32 orang (45%). Hampir semua responden beragama Islam (90%), lainnya beragam Kristen Protestan (9%), dan Kristen Katolik (1%). Pendidikan ayah responden dari SMP hingga universitas. Lebih dari setengah pendidikan ayah responden adalah SMA (65%). Terdapat 4% ayah
responden berpendidikan SMP dan 32% lulus universitas. Pendidikan ibu responden dari SD hingga universitas.
Setengah ibu responden lulus SMA
(51%) dan 38% lulus universitas.
Terdapat 1% ibu responden berpendidikan SD dan 10% berpendidikan SMP. Hampir seluruh ayah responden bekerja (99%). Hampir setengah (48%) ayah responden bekerja sebagai karyawan, lainnya bekerja sebagai drive ojek online, supir, PNS, polisi, tentara, wirausaha, buruh, dosen, dan fotografer. Sebagian besar (80%) ibu responden tidak bekerja. Terdapat 14 ibu responden yang bekerja sebagai guru, karyawan swasta, perawat, pegawai negeri, perawat dan, wirausaha, dan sekuriti. Semua
responden menyatakan tidak
mempunyai keluarga, teman, atau kenalan yang positif HIV. Lebih dari setengah responden (54%) pernah mendapatkan informasi mengenai HIV. Responden kelas 9 yang pernah mendapatkan informasi HIV sebanyak 68% dan responden kelas 8 sebanyak 18%. Sumber utama informasi HIV adalah pelajaran dan buku sekolah (35%), internet (30%), siaran televisi (11%), orang tua (8%), dan seminar (8%).
Rata-rata total nilai pengetahuan mengenai HIV sebelum intervensi adalah 10,70 dengan standar deviasi
2,31. Pada pengukuran kedua setelah dilakukan intervensi berupa pemutaran video, pemberian booklat, dan penjelasan mengenai HIV dan stigma pada ODHA,
rata-rata total
pengetahuan mengenai HIV adalah 12,25 dengan standar deviasi 1,80. Terlihat nilai mean perbedaan total nilai stigma pada ODHA sebelum dan setelah intervensi adalah 1,55 dengan standar deviasi 1,99. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value adalah 0,00 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara total
pengetahuan mengenai HIV sebelum dan setelah intervensi.
Rata-rata total nilai stigma pada ODHA sebelum intervensi adalah 36,17 dengan standar deviasi 6,32. Pada pengukuran kedua setelah dilakukan intervensi berupa pemutaran video, pemberian booklat, dan penjelasan mengenai HIV dan stigma pada ODHA, rata-rata total nilai stigma pada ODHA adalah 32,44 dengan standar deviasi 7,24. Terlihat nilai mean perbedaan total nilai stigma pada ODHA sebelum dan setelah intervensi adalah 3,73 dengan standar deviasi 5,83. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value adalah 0,00 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan antara stigma pada ODHA sebelum dan setelah intervensi. Terjadi penurunan nilai stigma pada HIV setelah dilakukan intervensi pada responden dimana semakin tinggi total nilai, semakin tinggi stigma pada ODHA (Tabel 2).
## Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakterisktik
Responden Variabel n % Umur ▪ 13 17 23.9 ▪ 14 41 57.7 ▪ 15 13 18.3 Jenis Kelamin ▪ Laki-laki 17 23.9 ▪ Perempuan 54 76.1 Kelas ▪ 8 39 54.9 ▪ 9 32 45.1 Agama ▪ Islam 64 90.1 ▪ Katolik 1 1.4 ▪ Kristen 6 8.5 Pendidikan Ayah ▪ SD-SMA 48 67.6 ▪ Universitas 23 32.4 Pendidikan Ibu ▪ SD-SMA 44 62.0 ▪ Universitas 27 38.0 Pekerjaan Ayah ▪ Bekerja ▪ Tidak Bekerja 71 0 100 0 Pekerjaan Ibu ▪ Bekerja 14 19.7 ▪ Tidak Bekerja 57 80.3 Keluarga/Teman HIV ▪ Tidak 71 100.0 ▪ Ada 0 0 Info HIV ▪ Ya 38 53.5 ▪ Tidak 33 46.5
## Tabel 2. Pengetahuan HIV dan Stigma Sebelum dan Setelah Intervensi Pendidikan
Kesehatan Variabel n Mean SD SE P Value Pengetahuan ▪ Pre 71 10,70 2,31 0,28 0,000 ▪ Post 71 12,25 1,80 0,21 Stigma pada ODHA ▪ Sebelum Intervensi 71 36,17 6,32 0,75 0,000 ▪ Setelah Intevensi 71 32,44 7,24 0,59
Hasil uji korelasi menunjukkan p value adalah 0,002 dengan korelasi - 0,36. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara stigma pada ODHA dengan pengetahuan mengenai HIV. Terdapat hubungan korelasi negatif 0,36. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi stigma pada ODHA, semakin rendah pengetahuan responden mengenai HIV (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi antara Pengetahuan Mengenai HIV dan Stigma
pada ODHA Variabel Korelasi Pvalue Pengetahuan mengenai HIV -0,36 0,002 Stigma pada ODHA Pembahasan Penelitian ini melibatkan 71
responden yang merupakan siswa SMPN di Jakarta Timur. Hasil analisis kai kuadrat menunjukkan bahwa jenis
kelamin, kelas, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan info mengenai HIV tidak berhubungan dengan stigma pada ODHA. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan Kingori & Nkansah dimana jenis kelamin secara signifikan berhubungan dengan signifikan dengan sitgma pada ODHA. Kingori & Nkansah menemukan bahwa perempuan mempunyai stigma lebih rendah dibandingkan laki-laki. Pada penelitian yang kami dilakukan, siswa perempuan mempunyai stigma lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki- laki walaupun jenis kelamin tidak berhubungan dengan signifikan. 14 Hal ini dapat disebabkan karena pada penelitian kami, pengetahuan siswa perempuan mengenai HIV lebih rendah dibandingkan dengan siswa laki-laki. Widyasih & Suherni menemukan bahwa tidak ada hubungan antara informasi tentang HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA 17 . Hal ini sejalan dengan
penelitian kami, dimana tidak terdapat perbedaan yang bermakna untuk responden yang mendapatkan info mengenai HIV dengan stigma pada ODHA. Informasi mengenai HIV
responden pada penelitian ini diperolah dari pelajaran dan buku sekolah, internet, siaran televisi, orang tua, dan seminar.
Hasil penelitian kami menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan mengenai HIV secara signifikan setelah dilakukan intervensi. Perbedaan total nilai pengetahuan HIV sebelum dan setelah intervensi adalah 1,55 dengan standar deviasi 1,99. Total skor stigma pada ODHA mengalami penurunan signifikan. Perbedaan skor stigma pada ODHA sebelum dan setelah intervensi adalah 3,73 dengan standar deviasi 5,83. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian kami. Terdapat peningkatan pengetahuan mengenai HIV dengan menggunakan media video. 18 –20 Hasil penelitian Rahmawati yang dilakukan pada siswa SMPN di Depok menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penularan HIV dan stigma pada ODHA setelah putaran
media video HIV/AIDS. 19
Hasil systematic review yang dilakukan oleh Abu Abed & Himmel mengenai penggunaan video dalam melakukan pendidikan pada pasien untuk
modifikasi perilaku menunjukkan bahwa penggunaan video dapat meningkatkan pengetahuan dan membantu dalam pengambilan keputusan. 21 Abu Abed & Himmel juga mengemukakan bahwa video dengan melibatkan manusia akan lebih efektif dibandingkan dengan suara dan grafik. Media video juga membuat siswa menikmati alur cerita dan lebih mudah mengerti apa yang dijelaskan sehingga meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS. 20
Penggunaan media booklet juga media yang dapat meningkatkan pengetahuan individu. 22 –24 Pratiwi juga menemukan bahwa penggunaan booklet dapat meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan penularan HIV pada siswa SMP 22 . Penggunaan booklet dapat meningkatkan pemikiran inovatif dengan adanya pengkajian pribadi secara berulang yang akan mendorong perubahan sikap pada individu tersebut. 24
Ortiz et al. mengemukakan bahwa penggunaan video lebih efektif dibandingkan dengan media cetak. 25
Hal ini disebabkan video memberikan kesempatan untuk telibat secara aktif dibandingkan dengan media cetak. Penelitian kami menggunakan video dan booklet untuk mempermudah responden mempelajari mengenai HIV dan stigma pada ODHA. Video HIV dan
stigma menggunakan animasi dan suara mengenai HIV dan stigma pada ODHA. Adanya media tambahan berupa booklet diharapkan dapat membantu responden untuk lebih memahami mengenai HIV dan upaya pencegahan stigma pada ODHA. Penelitian selanjutnya dapat mrnggunakan media video dan booklet dimana memodifikasi video dengan melibatkan manusia yang berperan menjelaskan mengenai HIV dan sikap dan perilaku yang perlu dilakukan dalam mencegah stigma pada ODHA.
Hasil uji korelasi pada penelitian kami hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai HIV dan stigma pada ODHA (p value = 0,002 dengan korelasi -0,36). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin rendah pengetahuan mengenai HIV maka semakin tinggi stigma pada ODHA, demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian kami sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kingori & Nkansah di the Midwest dan Mardhatillah di Makassar dimana terdapat hubungan yang signifikant antara pengetahuan HIV dengan stigma pada ODHA. 14,15 Kiingori et al. menemukan korelasi negatif (r= - 0.15) antara pengetahuan HIV dan stigma pada ODHA. 14 Adanya informasi yang adekuat akan meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga bersikap sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. 26 Berdasarkan hal tersebut perlu berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai HIV dalam upana pencegahan stigma pada ODHA. Penggunaan media yang menarik merupakan hal yang penting untuk membuat siswa tertarik dan mudah mengerti.
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain responden ditentukan oleh guru di sekolah, kondisi yang tidak kondusif saat pemutaran dan penjelasan video dan booklet karena di saat yang sama sedang berlangsung pertandingan siswa sehingga suara video dan pembicara terkadang tidak terlalu jelas; jarak antara pre dan post test sangat singkat karena dilakukan dalam satu waktu sehingga siswa kurang memiliki waktu untuk memutar ulang video atau mempelajari booklet yang diberikan.
## Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai HIV secara signifikan dan penurunan yang signifikan pada stigma pada ODHA setelah dilakukan intervensi. Intervensi yang dilakukan berupa pemutaran video, pembagian booklet, dan penjelasan video serta booklet. Stigma pada ODHA tidak berhubungan dengan jenis kelamin, kelas, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan info
mengenai HIV. Hasil uji korelasi
menunjukkan adanya hubungan signifikan antara stigma pada ODHA dengan pengetahuan mengenai HIV dimana semakin tinggi stigma pada ODHA, semakin rendah pengetahuan responden mengenai HIV.
## Saran
Pendidikan kesehatan mengenai HIV dan stigma pada ODHA dapat mulai dilakukan pada siswa SMP.
Penggunaan media video dan booklet dapat digunakan sebagai media pembelajaran sehingga siswa lebih tertarik mempelajari dan lebih mudah memahami materi.
## Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah dan responden yang telah membantu dan dalam penelitian ini serta Poltekkes Kemenkes Jakarta III untuk pemberian dana penelitian.
## Daftar Pustaka
1. Ismail R, Voss JG, Yona S,
Nurachmah E, Boutain D, Lowe C,
et al. Classifying Stigma Experience Of Women Living With HIV In Indonesia Through The Social Ecological Model. Health Care Women Int. 2022 Mar 4;43(1 –
3):345 –66.
2. Yona S, Ismail R, Nurachmah E,
Levy J, Norr K. Gaining A “Normal Life”: HIV-Positive Indonesian
Female Injection Drug Users In Drug Recovery. J Ethn Subst
Abuse. 2021 Feb 1;20(1):117 –34.
3. Ismail R, Voss JG, Woods NF, John-Stewart G, Lowe C, Nurachmah E, et al. A Content Analysis Study: Concerns of Indonesian Women Infected With HIV by Husbands Who Used Intravenous Drugs. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care. 2018 Nov;29(6):914 –23.
4. Butt L, Djoht DR, Numbery G,
Peyon I, Goo A. Stigma dan HIV/AIDS di Wilayah Pegunungan Papua. 2010. 9 –33 p.
5. MacLean JR, Wetherall K. The Association between HIV-Stigma and Depressive Symptoms among People Living with HIV/AIDS: A Systematic Review of Studies Conducted in South Africa. J Affect Disord. 2021 May;287:125 –37.
6. Casale M, Boyes M, Pantelic M,
Toska E, Cluver L. Suicidal Thoughts And Behaviour Among South African Adolescents Living With HIV: Can Social Support Buffer The Impact Of Stigma? J Affect Disord. 2019 Feb;245:82 – 90.
7. Chan BT, Maughan-Brown BG, Bogart LM, Earnshaw VA, Tshabalala G, Courtney I, et al. Trajectories Of HIV-Related Internalized Stigma And Disclosure Concerns Among Art Initiators And Noninitiators In South Africa. Stigma Health. 2019 Nov;4(4):433 –41.
8. Ekstrand ML, Heylen E, Mazur A,
Steward WT, Carpenter C, Yadav K, et al. The Role of HIV Stigma in
ART Adherence and Quality of Life
Among Rural Women Living with HIV in India. AIDS Behav. 2018 Dec 22;22(12):3859 –68.
9. Kalichman SC, Mathews C, Banas
E, Kalichman MO. Treatment Adherence In HIV Stigmatized Environments In South Africa: Stigma Avoidance And Medication Management. Int J STD AIDS. 2019 Mar 30;30(4):362 –70.
10. Madiba S, Josiah U. Perceived Stigma and Fear of Unintended Disclosure are Barriers in Medication Adherence in Adolescents with Perinatal HIV in Botswana: A Qualitative Study. Biomed Res Int. 2019 Dec 2;2019:1 –9.
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan III TAHUN 2021. Jakarta; 2021. 12. World Health Organization. HIV and AIDS. World Health Organization. 2022.
13. Esbjörnsson J, Månsson F, Kvist A,
da Silva ZJ, Andersson S, Fenyö EM, et al. Long-Term Follow-Up Of HIV-2-Related AIDS And Mortality In Guinea-Bissau: A Prospective Open Cohort Study. Lancet HIV. 2019 Jan;6(1):e25 –31.
14. Kingori C, Adwoa Nkansah M,
Haile Z, Darlington KA, Basta T.
Factors Associated with HIV
Related Stigma among College
Students in the Midwest. AIMS
Public Health. 2017;4(4):347 –63.
15. Mardhatillah M, Febrianti D, Sulaiman Z, Said S. Hubungan Pengetahuan Siswa Tentang Hiv Dan Aids Dengan Stigma Terhadap ODHA di SMAN 5 MAKASSAR. Edumaspul-Jurnal
Pendidikan. 2021 Jan;5(1):451 –7.
16. Li X, Zhang L, Mao R, Zhao Q, Stanton B. Effect of Social Cognitive Theory-Based HIV Education Prevention Program
Among High School Students In Nanjing, China. Health Educ Res. 2011 Jun 1;26(3):419 –31.
17. Widyasih H, Suherni S. Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Stigma Mahasiwa Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Teknologi kesehatan. 2015;11(1):59 –63.
18. Calderon Y, Cowan E, Nickerson J,
Mathew S, Fettig J, Rosenberg M, et al. Educational Effectiveness of an HIV Pretest Video for Adolescents: A Randomized
Controlled Trial. Pediatrics. 2011 May 1;127(5):911 –6.
19. Rahmawati T. Uji coba media video edukasi HIV/AIDS di SMPN 14 Depok tahun 2018. [Jakarta]: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2019. 20. Tarigan ER, Zulfendri Z, Syarifah S. Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Leaflet dan Media Video terhadap Pengetahuan dan
Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Berastagi Tahun 2016. [Medan]: Universitas Sumatera Utara; 2016. 21. Abu Abed M, Himmel W,
Vormfelde S, Koschack J. Video- assisted patient education to modify behavior: A systematic review. Patient Educ Couns. 2014 Oct;97(1):16 –22.
22. Pratiwi S. The Effect of Health Promotion With Video Media on Knowledge and Behavior About Anemia in Pregnant Mothers.
Jurnal Health Sains. 2022 Sep
22;3(9):1403 –8. 23. Schiller Y, Schulte-Körne G,
Eberle-Sejari R, Maier B, Allgaier AK. Increasing Knowledge About Depression In Adolescents: Effects Of An Information Booklet. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol. 2014 Jan 2;49(1):51 –8.
24. Vahedian M, Sadeghi R, Farhadlu
R, Nazeri A, Dehghan A, Barati MH. Effect of Educational Booklet and Lecture on Nutritional
Knowledge, Attitude and Behavior of Third-Grade Male Guidance School Students. JCHR. 2014;3(1).
25. Ortiz AP, Machin M, Soto-Salgado M, Centeno-Girona H, Rivera- Collazo D, González D, et al. Effect of an Educational Video to Increase Calls and Screening into an Anal Cancer Clinical Trial Among HIV+ Hispanics in PR: Results from a Randomized
Controlled Behavioral Trial. AIDS Behav. 2019 May 22;23(5):1135 – 46. 26. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2012.
|
8a81d462-6649-410c-b5ca-6de2986e83b1 | https://stitek-binataruna.e-journal.id/radial/article/download/61/53 |
## ANALISIS TINGKAT PELAYANAN PDAM UNIT TELAGA KABUPATEN GORONTALO
Disusun Oleh :
## Yusda Djafar
Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo INDONESIA [email protected]
## ABSTRAK
Air adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat yang dikomsumsi setiap hari dan sangat berpengaruh pada setiap aktivitas masyarakat. PDAM sebagai perusahaan daerah yang mengelola air bersih diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih di wilayah pelayanan PDAM Unit Telaga serta melakukan analisis tingkat pelayanan air bersih terhadap kebutuhan air pelanggan PDAM Unit Telaga dari tahun 2014-2025.
Metode penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dengan melakukan analisis data yang diperlukan antara lain data jumlah penduduk, jumlah pelanggan serta data produksi dan distribusi air PDAM Unit Telaga. Tahapan penelitian ini meliputi proyeksi jumlah penduduk, jumlah konsumen, jumlah pemakaian air bersih, analisis kebutuhan air dan analisis tingkat pelayanan PDAM Unit Telaga tahun 2014-2025.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas distirbusi yang diperlukan PDAM Unit Telaga pada tahun 2025 dalam melayani kebutuhan pelanggan berdasarkan perkiraan dari jumlah penduduk adalah sebesar 279,629 lt/dt dari total jumlah konsumen 107.040 Jiwa. Tingkat pelayanan pada tahun 2014 sebesar 55,57% dari jumlah penduduk. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan masih belum memenuhi standar yang direncanakan yakni 60% -70%.
Kata Kunci : Kebutuhan Air, Tingkat Pelayanan
## PENDAHULUAN
Air adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat yang dikonsumsi setiap hari dan sangat berpengaruh pada kelancaran aktivitas masyarakat. Pemenuhan kebutuhan air setiap tahun meningkat seiring dengan perkembangan daerah dan pertambahan jumlah penduduk di daerah tersebut. Air bersih sangat berpengaruh
pada perkembangan kota/kabupaten karena air bersih menjadi bagian penting bagi keberlanjutan produktivitas perekonomian. Salah satu tugas utama pemerintah adalah melayani
kebutuhan dasar masyarakat, termasuk di dalamnya memenuhi pelayanan kebutuhan air bersih masyarakat. Bukti pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah adalah dibentuknya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Agar pengelolaan air bersih dapat
terlaksana dengan baik dan benar diperlukan pengelolaan dengan sistem manajemen yang profesional, baik dari segi perencanaan, kapasitas produksi, sistem pendistribusian, pengelolaan serta pengawasan, sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi.
Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo belum merata pemenuhannya. Kabupaten
Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Gorontalo dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air bersih menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gorontalo mulai dioperasikan sejak tahun 1980 melalui proyek penyediaan dan pengelolaan air bersih Sulawesi Utara
dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/KPTS/CH/II/1982 dibentuk Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten
Gorontalo. Sejak tanggal 7 November 1992 pengelolaan sarana dan prasarana air bersih diserahterimakan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah dengan perubahan struktur organisasi dari Badan Pengelola Air Minum (BPAM) menjadi Perusahan Daerah Air Minum (PDAM).
Kabupaten Gorontalo dengan Ibukota Limboto, terdiri dari 18 Kecamatan, 205 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 2.207,58 km 2 . Jumlah Penduduk Kabupaten
Gorontalo pada tahun 2013 yakni 388.841 jiwa. Dari 205 desa/kelurahan di wilayah Kabupaten Gorontalo, terdapat 111 desa/kelurahan yang mendapatkan pelayanan dari PDAM Kabupaten Gorontalo dan 94 desa/kelurahan yang belum mendapatkan pelayanan PDAM.
Dalam memenuhi kebutuhan air bersih, PDAM Kabupaten Gorontalo memiliki 11 unit SPAM yang tersebar di 11 kecamatan dari 18 kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gorontalo.
PDAM Unit Telaga merupakan salah satu unit pelayanan PDAM di Kabupaten Gorontalo. Cakupan pelayanan PDAM Unit Telaga meliputi 4 kecamatan yakni
Kecamatan Telaga, Kecamatan Telaga Biru,
Kecamatan Telaga Jaya dan Kecamatan
Tilango. Sumber air baku PDAM Unit Telaga berasal dari sungai Bulango. Kapasitas sumber yang dimiliki PDAM Unit Telaga sebesar 350 l/dt dan kapasitas produksi 120 l/dt.
Cakupan wilayah pelayanan PDAM Unit
Telaga termasuk kawasan peruntukan permukiman yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi, sosial budaya, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Selain itu, keempat kecamatan yang termasuk dalam wilayah PDAM Unit Telaga merupakan kawasan strategis karena letaknya yang berbatasan dengan kota Gorontalo dan kota Limboto, dimana kedua kota tersebut merupakan kawasan padat penduduk dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga memiliki pengaruh pada kondisi wilayahnya.
Dari Data Laporan Teknik PDAM Kabupaten Gorontalo dalam 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2009 sampai tahun 2013, jumlah penduduk wilayah pelayanan PDAM Unit Telaga meningkat menjadi 75.109 jiwa,
jumlah pelanggan PDAM sebanyak 38.042 jiwa dengan jumlah sambungan 2.305 sambungan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin bertambah jumlah penduduk, semakin banyak sambungan yang terpasang dan semakin bertambah pula jumlah konsumen PDAM.
Dengan adanya pertumbuhan penduduk, terjadi dinamika dalam masyarakat baik dalam segi kepadatan, sosial maupun ekonomi, sehingga kebutuhan air bersih pun meningkat. Lingkungan dengan kepadatan tinggi akan mengurangi kemudahan akses air bersih karena masyarakat yang sebelumnya dapat memperoleh air bersih dari sumur gali, menjadi kesulitan akibat terbatasnya lahan.
Meskipun pihak PDAM Unit Telaga telah berupaya memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan, namun masih terdapat kendala baik dalam aspek teknis maupun non teknis. Kendala yang dihadapi antara lain tidak efektifnya unit produksi IPA, kuantitas air baku yang terbatas, kualitas air yang rendah, tingginya tingkat kebocoran air, pengelolaan keuangan yang belum stabil, masih rendahnya pelayanan terhadap pelanggan PDAM.
Dalam upaya penyediaan air bersih, jaringan distribusi merupakan hal penting karena jaringan inilah yang menyalurkan air dari instalasi produksi menuju ke masyarakat. Pelayanan terhadap konsumen PDAM juga sangat diperlukan demi kepuasan pelanggan yang menggunakan jasa PDAM.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis melakukan penelitian terhadap “Analisis Tingkat Pelayanan PDAM Unit Telaga Kabupaten Gorontalo”.
## PEMBAHASAN
## Analisis Tingkat Pelayanan PDAM
Unit Telaga Kabupaten Gorontalo
1. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi
pertambahan
jumlah
penduduk wilayah PDAM Unit Telaga dihitung dengan menggunakan Metode Geometrik dengan data jumlah penduduk yang diperoleh selama 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2009-2010 dengan prediksi hingga tahun 2025. Data penduduk dianalisis menggunakan rumus geometrik dengan
menghitung rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk.
Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Wilayah PDAM Unit Telaga Tahun X (Tahun Ke- n) Y (Jiwa) R (Pertumbuhan ) 2009 1 63.629 - 2010 2 64.337 0,0111 2011 3 70.279 0,0924 2012 4 70.516 0,0034 2013 5 75.109 0,0651 Rerata R 0,0430 Sumber : Hasil Perhitungan Dengan mensubtitusi jumlah penduduk dan nilai rerata pertunbuhan penduduk, maka diperoleh prediksi jumlah penduduk
dari tahun 2014 sampai tahun 2025 seperti pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 berikut :
Tabel 4.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah PDAM Unit Telaga Tahun Tahun Ke-n Jumlah Penduduk (Jiwa) 2014 1 78.339 2015 2 81.707 2016 3 85.220 2017 4 88.884 2018 5 92.706 2019 6 96.692 2020 7 100.850 2021 8 105.186 2022 9 109.709 2023 10 114.426 2024 11 119.346 2025 12 124.478 Sumber : Hasil Perhitungan
Dari analisis di atas dapat diketahui jumlah penduduk wilayah PDAM Unit Telaga sampai tahun 2025 dengan rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk mencapai 0,0430 atau 4,30% pertahun
## 2. Proyeksi Jumlah Konsumen
Proyeksi pertambahan jumlah konsumen PDAM Unit Telaga hingga tahun 2025 dihitung berdasarkan data pertambahan penduduk pertahun dan data pertambahan
konsumen dengan menggunakan analisis regresi linier dari persamaan 2.2 yaitu :
Y = aX + b Dimana : Y = Jumlah Penduduk X = Jumlah Konsumen
a,b = Konstanta Berikut grafik peningkatan konsumen berdasarkan jumlah penduduk dengan menggunakan analisis regresi linier (Gambar 4.2, Tabel 4.6 dan Gambar 4.3).
Gambar 4.2 Jumlah Konsumen PDAM Berdasarkan Jumlah Penduduk
Tabel 4.6 Proyeksi Jumlah Konsumen PDAM Unit Telaga Tahun Penduduk X (orang) Konsumen Y (orang) 2014 78,339 43,529 2015 81,707 48,166 2016 85,220 53,001 2017 88,884 58,045 2018 92,706 63,306 2019 96,692 68,793 2020 100,850 74,516 2021 105,186 80,485 2022 109,709 86,710 2023 114,426 93,204 2024 119,346 99,976 2025 124,478 107,040 Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 4.3 Jumlah Konsumen PDAM Unit Telaga Tahun 2014 s/d 2025
Dari hasil proyeksi jumlah konsumen PDAM tahun 2014 sampai tahun 2025, dapat dihitung pula proyeksi jumlah pemakaian air dari tahun 2014 sampai tahun 2025 dengan menggunakan metode regresi linier. Adapun variabel-variabel yang digunakan yaitu : Y = aX + b Dimana : Y = Jumlah Konsumen X = Pemakaian Air a,b = Konstanta
Berikut grafik prediksi pemakaian air berdasarkan pemakaian rata-rata pertahun dengan jumlah konsumen menggunakan analisis regresi linier (Gambar 4.4).
Gambar 4.4 Grafik Pemakaian Air Rata-rata Pertahun
Dengan menggunakan persamaan (b2) dapat dihitung proyeksi pemakaian air dari tahun
2014 sampai tahun 2025 seperti yang terdapat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.5
dengan melakukan subtitusi terhadap jumlah konsumen tiap tahun (Tabel 4.6).
Tabel 4.8 Proyeksi Peningkatan Pemakaian Air Rata-rata Pertahun
Tahun Jumlah Konsumen X (Jiwa) Jumlah Pemakaian Air Y (M 3 ) 2014 43,529 880,562 2015 48,166 957,028 2016 53,001 1,036,782 2017 58,045 1,119,966 2018 63,306 1,206,726 2019 68,793 1,297,217 2020 74,516 1,391,598 2021 80,485 1,490,038 2022 86,710 1,592,710 2023 93,204 1,699,797 2024 99,976 1,811,489 2025 107,040 1,927,983 Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 4.5 Jumlah Pemakaian Air Tahun 2014 s/d 2025
Dari perhitungan di atas dapat diketahui jumlah konsumen tahun 2025 sebanyak 107.040 jiwa dan pemakaian air sebesar 1.927.983 m 3 .
## 3. Analisis Kebutuhan Air
Analisis kebutuhan air berdasarkan jumlah konsumen PDAM Unit Telaga selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.6
## Tabel 4.9 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih PDAM Unit Telaga
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 4.6 Grafik Kebutuhan Air PDAM Unit Telaga Tahun 2014 s/d 2025
Hasil analisis kebutuhan air harian maksimum dan kebutuhan air pada jam puncak dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Proyeksi Kebutuhan Air Harian Maksimum dan Pada Jam Puncak
Tahun Kebutuhan Air Harian Maksimum (Qmax) liter/detik Jam Puncak (Qpeak) liter/detik 2014 64.99 74.74 113.73 2015 71.91 82.70 125.85 2016 79.13 91.00 138.48 2017 86.66 99.66 151.66 2018 94.52 108.70 165.41 2019 102.71 118.12 179.75 2020 111.26 127.94 194.70 2021 120.17 138.19 210.29 2022 129.46 148.88 226.56 2023 139.16 160.03 243.53 2024 149.27 171.66 261.22 2025 159.82 183.79 279.68 Sumber : Hasil Perhitungan
## 4. Analisis Tingkat Pelayanan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Unit Telaga senantiasa berupaya melakukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air bersih pelanggannya yang
tersebar di empat kecamatan. Kapasitas produksi IPA 120 lt/dt. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel
4.11 dan Gambar 4.7 sebagai berikut :
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 1 Samb. Rumah 38.79 42.93 47.24 51.73 56.42 61.31 66.41 71.73 77.28 83.06 89.10 95.39 2 Hidran Umum 4.53 5.02 5.52 6.05 6.59 7.17 7.76 8.38 9.03 9.71 10.41 11.15 3 Non Domestik 8.67 9.59 10.55 11.56 12.60 13.69 14.83 16.02 17.26 18.55 19.90 21.31 4 Kebocoran Air 13.00 14.38 15.83 17.33 18.90 20.54 22.25 24.03 25.89 27.83 29.85 31.96 64.99 71.91 79.13 86.66 94.52 102.71 111.26 120.17 129.46 139.16 149.27 159.82 No Uraian Kebutuhan Air Bersih (liter/detik) Total Kebutuhan
## Tabel 4.11
Analisis Tingkat Pelayanan Air PDAM Unit Telaga Tahun 2014 s/d Tahun 2025 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 I. KEBUTUHAN AIR 1 Jumlah Penduduk jiwa 78,339 81,707 85,220 88,884 92,706 96,692 100,850 105,186 109,709 114,426 119,346 124,478 2 Penduduk yang Terlayani jiwa 43,529 48,166 53,001 58,045 63,306 68,793 74,516 80,485 86,710 93,204 99,976 107,040 3 Kebutuhan Air Domestik a. Sambungan Rumah (SR) 1. Tingkat Pelayanan % 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 2. Penduduk yang Terlayani jiwa 30,470 33,716 37,101 40,632 44,314 48,155 52,161 56,339 60,697 65,243 69,983 74,928 3. Jumlah Sambungan unit 6,094 6,743 7,420 8,126 8,863 9,631 10,432 11,268 12,139 13,049 13,997 14,986 b. Hidran Umum (HU) 1. Tingkat Pelayanan % 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 2. Penduduk yang Terlayani jiwa 13,059 14,450 15,900 17,414 18,992 20,638 22,355 24,145 26,013 27,961 29,993 32,112 3. Jumlah Sambungan unit 131 144 159 174 190 206 224 241 260 280 300 321 4 Total Kebutuhan Air Domestik (D) (D) = (SR + HU) lt/det 43.33 47.94 52.76 57.78 63.01 68.47 74.17 80.11 86.31 92.77 99.51 106.54 5 Kebutuhan Air Non Domestik (ND) a. % dari kebutuhan domestik % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 b. Jumlah Kebutuhan lt/det 8.67 9.59 10.55 11.56 12.60 13.69 14.83 16.02 17.26 18.55 19.90 21.31 6 Total Kebutuhan Air (D + ND) lt/det 51.99 57.53 63.31 69.33 75.62 82.17 89.01 96.13 103.57 111.33 119.42 127.85 7 Kehilangan Air % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 - Kebocoran lt/det 13.00 14.38 15.83 17.33 18.90 20.54 22.25 24.03 25.89 27.83 29.85 31.96 8 Kebutuhan Air Rata-rata (Qr) lt/det 64.99 71.91 79.13 86.66 94.52 102.71 111.26 120.17 129.46 139.16 149.27 159.82 9 Kebutuhan Harian Maksimum lt/det 74.740 82.701 91.004 99.665 108.697 118.119 127.945 138.194 148.883 160.032 171.660 183.789 10 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 113.735 125.849 138.485 151.664 165.409 179.746 194.699 210.295 226.561 243.527 261.222 279.679 II. KONDISI PELAYANAN 1 Jumlah Penduduk jiwa 78,339 81,707 85,220 88,884 92,706 96,692 100,850 105,186 109,709 114,426 119,346 124,478 2 Jumlah Penduduk Terlayani jiwa 43,529 48,166 53,001 58,045 63,306 68,793 74,516 80,485 86,710 93,204 99,976 107,040 3 Kebutuhan Air lt/det 113.735 125.849 138.485 151.664 165.409 179.746 194.699 210.295 226.561 243.527 261.222 279.679 4 Kapasitas Produksi lt/det 120.00 150.00 150.00 150.00 150.00 150.00 150.00 150.00 150.00 150.00 150.00 150.00 5 Defisit/Surplus Air lt/det 6.27 24.15 11.52 -1.66 -15.41 -29.75 -44.70 -60.29 -76.56 -93.53 -111.22 -129.68 6 Tingkat Pelayanan % 55.57 58.95 62.19 65.30 68.29 71.15 73.89 76.52 79.04 81.45 83.77 85.99
No Uraian Satuan Tahun Proyeksi
## Gambar 4.7 Tingkat Pelayanan PDAM Unit Telaga
Berdasarkan Gambar 4.7 di atas terlihat bahwa tingkat pelayanan PDAM khususnya pada sistem jaringan air bersih SPAM
Telaga terjadi peningkatan cakupan pelayanan ssetiap tahun dengan tingkat pelayanan rata-rata 71,84% akan tetapi di Tahun 2017 sampai Tahun 2025 terjadi defisit air sebesar 1,66 s/d 129,68 lt/dt, karena lebih besarnya jumlah kebutuhan air konsumen terutama pada saat jam puncak pemakaian.
## KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kapasitas distirbusi yang diperlukan PDAM Unit Telaga pada tahun 2025 dalam melayani kebutuhan pelanggan berdasarkan perkiraan dari jumlah penduduk adalah sebesar 279,629 lt/dt dari total jumlah konsumen 107.040 Jiwa.
2. Tingkat pelayanan pada tahun 2014 sebesar 55,57% dari jumlah penduduk. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan masih belum memenuhi standar yang direncanakan yakni 60% -70%.
## SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
maka rekomendasi dan saran yang dapat diberikan dalam rangka meningkatkan kinerja PDAM Unit Telaga antara lain : 1. Dalam rangka meningkatkan pelayanan PDAM Unit Telaga diperlukan pembangunan dan perbaikan Instalasi Pengolahan Air
(IPA) serta penambahan kapasitas pompa mengingat faktor semakin meningkatnya angka pertumbuhan pelanggan akan kebutuhan air bersih.
2. Selain peningkatan kapasitas produksi dan distribusi, peningkatan sumber daya manusia juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan
pelayanan terhadap konsumen PDAM. Upaya yang dilakukan antara lain melakukan perbaikan dan penggantian unit transmisi dan distribusi yang sudah berumur tua atau berkarat, peninjauan secara rutin, penggantian meter air yang rusak, keakuratan dalam pembacaan meter air.
3. Penelitian ini hanya mencakup tentang aspek teknis dalam pelayanan konsumen PDAM. Diharapkan adanya studi lebih lanjut terhadap tingkat pelayanan konsumen PDAM terkait aspek manajemen yang ada.
## DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pecemaran Air. Anonim. 1990. PERMENKES. RI. No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Anonim. 1999. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum. Anonim. 2002. Kepmenkes. RI. No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Anonim. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Anonim. 2013. Laporan Teknik PDAM Kabupaten Gorontalo. Anonim. 2013. RISPAM PDAM Kabupaten Gorontalo. Agustina, D.V. 2007. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air bersih PDAM Kecamatan Banyumanik di Perumnas Banyumanik . Tesis tidak diterbitkan . Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Asghara, A. 2007. Strategi Peningkatan
Kapasitas Pelayanan Air Bersih di Kota Bangko Kabupaten Merangin . Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota
Universitas Dipenegoro. .
Hunta, S . 2011. Evaluasi Distribusi dan
Kehilangan Air (PDAM) Kota Limboto . Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo: Jurusan Sipil STITEK Bina Taruna.
Kodoatie, R. 2002. Hidrolika Terapan- Aliran pada saluran terbuka dan pip a. Yogyakarta: Andi Publisher.
Linsley, R.K., Franzini, JB. Tanpa Tahun. Teknik Sumber Daya Air . Terjemahan oleh Djoko Sasongko. 1986. Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Noerbambang, S.M., Morimura, T. 2000. Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing . Jakarta: Pradnya Pramita
Pratama, S. 2011. Evaluasi Debit Air dan Diameter Pipa Distribusi Air Bersih di Perumahan Kampung Nelayan Kelurahan Nelayan Indah Belawan . Skripsi tidak diterbitkan. Sumatera Utara : Bidang Studi Teknik Sumber Daya Air Universitas Sumatera Utara
Said, N.I. 2008. Teknologi Pengolahan Air Minum . Jakarta : Pusat Teknologi
Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik . Jakarta : Erlangga
Standar Kebutuhan Air Bersih Setiap Orang Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. di akses tanggal 18 September 2014
Suprihatin, Suparno. 2013. Teknologi Proses Pengolahan Air . Bogor : IPB Press
Sutrisno, T. dkk. 2006. Teknologi
Penyediaan Air Bersih . Jakarta : Rineka Cipta.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah Edisi Revisi . Jakarta
: Bumi Aksara
Triatmodjo, B. 1996. Hidraulika II . Yogyakarta : Beta Offset.
|
ce17e5d8-2116-4311-9ab6-d5cff3a045d1 | https://ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs32/index.php/PROCURATIO/article/download/1841/929 | Pengaruh Motivasi dan Kompetensi terhadap Komitmen Organisasi serta Dampaknya terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak (Muhammad Indra Putra, Sri Indarti, dan Yusni Maulida) http://www.ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs32/index.php/PROCURATIO/index
## EFFECT OF MOTIVATION AND COMPETITION ON ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND THEIR IMPACT ON EMPLOYEE PERFORMANCE OF REGIONAL REVENUE, FINANCIAL, AND ASSET MANAGEMENT OFFICERS OF SIAK REGENCY
Muhammad Indra Putra¹ Sri Indarti² Yusni Maulida³ 1,2,&3 Universitas Riau Email: [email protected]
## ABSTRACT
This study aims to see and determine the direct and indirect effect of the influence of motivation and competence on organizational commitment and its impact on employee performance. The research location to be studied is the Regional Revenue, Financial and Asset Management Office of Siak Regency. The population in this study were all employees at the Regional Revenue, Financial and Asset Management Office of Siak Regency, totaling 134 employees using the slovin formula so that it became 100. The sample selection in this study was the sampling method in this study using the Cluster & Stratified Random Sampling technique, This technique is used because the population is not homogeneous. The results in this study motivation and competence have a significant positive effect on organizational commitment. motivation, competence and organizational commitment have a significant positive effect on employee performance. For commitment is able to mediate the influence of motivation and competence on employee performance.
Keywords: Motivation; Competence; Organizational Commitment; Employee Performance
## PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SIAK
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung mengenai Pengaruh Motivasi Dan Kompetensi Terhadap Komitmen Organisasi Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai. Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak yang berjumlah 134 pegawai dengan rumus slovin sehingga menjadi 100. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster & Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan karena populasinya tidak homogen. Hasil dalam penelitian ini motivasi dan kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi. motivasi, kompetensi dan komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai. Untuk komitmen organisasi mampu memediasi pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja pegawai.
Kata Kunci: Motivasi; Kompetensi; Komitmen Organisasi; Kinerja Pegawai
## PENDAHULUAN
Sumber daya manusia dalam suatu instansi memerlukan pengelolaan secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan, dan setiap perusahaan mengharapkan seluruh pegawainya dapat bekerja dengan baik dan mempunyai semangat kerja yang tinggi, sehingga apa yang menjadi tujuan instansi secara keseluruhan akan lebih mudah tercapai, kegiatan tersebut akan mudah terlaksana apabila pegawai tersebut memiliki semangat kerja yang tinggi. Dengan semangat kerja yang tinggi, maka pegawai akan lebih mudah termotivasi untuk bekerja dengan baik dan meningkatkan kinerja.
Kinerja merupakan hasil kerja atau perilaku kerja yang telah dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan tanggungjawab yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi kerja dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidakl ah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Organisasi pada umumnya percaya bahwa untuk mencapai keunggulan harus mengusahakan kinerja individual yang setinggi-tingginya, karena pada dasarnya kinerja individu mempengaruhi kinerja tim atau kelompok kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
Berbagai cara akan ditempuh organisasi dalam meningkatkan kinerja pegawainya, antara lain melalui peningkatan kompetensi pegawai, memberikan motivasi, menerapkan kedisiplinan yang ketat dan kepemimpinan yang baik. Seperti halnya pemerintah yang selalu ingin meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik, untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik memerlukan komitmen yang tinggi dari setiap penyelenggara negara dan pemerintahan. Kesungguhan dan komitmen pemerintah tersebut, selanjutnya harus dapat diaplikasikan dengan penuh kesungguhan oleh setiap aparatur pemerintah utamanya aktivitas mereka dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya.
Penelitian ini di lakukan pada dinas Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Siak dikarenakan ujung tombak dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah, baik tugas pokok maupun tugas pembantuan harus diimbangi oleh adanya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) berperan penting untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan daerah sehingga mampu membiayai sendiri pembangunan yang ada di Kabupaten Siak dan dampaknya dapat mengurangi ketergantungan dari bantuan pemerintah pusat berupa dana perimbangan.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Siak merupakan Dinas yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 4 September 2007 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut DPPKAD adalah Dinas yang merupakan unsur pelaksana tugas dibidang Pengelola keuangan, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas utaman PPPKAD adalah mengendalikan dan mengkoordinasi perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah, retribusi daerah, dana pertambangan, PBB dan BPHTB, bidang anggaran, perbendaharaan, akuntansi, asset daerah serta pengawasan, dipimpin seorang Kepala Dinas dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretariat Daerah.
Dalam rangka mendukung kinerja pemerintah tersebut DPPKAD sendiri mempunyai tugas, dimana tugas pokoknya yaitu memimpin, mengendalikan, dan mengkoordinasi perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah, retribusi daerah, dana pertambangan, PBB dan BPHTB, bidang anggaran, perbendaharaan, akuntansi, asset daerah serta pengawasan, dipimpin seorang Kepala Dinas dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretariat Daerah (Peraturan Bupati Siak Nomor 53 tahun 2012).
Menurut Robbins et al (2013), bahwa kinerja pegawai adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Dalam studi manajemen kinerja pekerja atau pegawai ada hal yang memerlukan pertimbangan yang penting sebab kinerja individual seorang pegawai dalam organisasi merupakan bagian dari kinerja organisasi, dan dapat menentukan kinerja dari organisasi tersebut. Grand teori penelitian mengacu kepada teori motivasi dua faktor Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Berhasil tidaknya kinerja pegawai yang telah dicapai organisasi tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari pegawai secara individu maupun kelompok. Kinerja pegawai, ada satu alat yang digunakan untuk menilai kinerja pegawai yakni nilai prestasi kerja pegawai. Kinerja pegawai DPPKAD Kabupaten Siak sangat terukur dengan indikator kinerja yang sesuai tugas dan fungsi SKPD yaitu tercapainya penerimaan pendapatan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan setiap tahun anggaran serta
penerimaan pendapatan daerah dari tahun ke tahun sebagaimana ditargetkan. Untuk mencapai kinerja tersebut tentunya pegawai sebagai wakil pemerintah harus bisa bekerja secara optimal untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Dari DPPKAD Kab.Siak, 2021 terlihat adanya fluktuasi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan dari 2018-2020. Akan tetapi, pada tahun 2020 terdapat penurunan yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Siak dengan realisasi hanya 50,46% dari target yang telah ditetapkan. Data tersebut menunjukkan adanya penurunan kinerja pegawai pada instansi tersebut. Kinerja merupakan suatu hal yang sifatnya individual, setiap individu akan memiliki kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistim nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini karena adanya perbedaan pada setiap individu tersebut. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka akan semakin tinggi kinerja yang dihasilkannya dan demikian sebaliknya. Penilaian kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diiginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Untuk melihat kinerja semua pegawai pada Dinas Pendapatan pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak dari tahun 2016-2020 dilihat dari SKP penilaian kinerja pegawai DPPKAD dapat dilihat bahwa secara umum nilai rata-rata prestasi pegawai terus mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2017 hingga 2020. Namun demikian, jika dilihat dari unsur-unsur yang dinilai masih terdapat penurunan nilai dari unsur perilaku kerja pegawai dalam hal orientasi pelayanan yang menunjukan setiap tahunnya mengalami penurunan tingkat pelayanan dan tahun Komitmen tahun 2017-2020 Hal ini juga dapat menjadi indikasi masih rendahnya kinerja pegawai DPPKAD Kabupaten Siak dan dilihat dari jumlah pegawai yang katagori sangat baik terjadi penurunan. Dampak terhadap kinerja adalah banyaknya tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai tidak terselesaikan dengan tepat waktu. Kinerja pegawai DPPKAD Kabupaten Siak sangat terukur dengan indikator kinerja yang sesuai tugas dan fungsi SKPD yaitu tercapainya penerimaan pendapatan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan setiap tahun anggaran serta penerimaan pendapatan daerah dari tahun ke tahun sebagaimana ditargetkan. Untuk mencapai kinerja tersebut tentunya pegawai sebagai wakil pemerintah harus bisa bekerja secara optmal untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Dalam rangka meningkatkan kinerja, motiasi menjadi hal utama yang harus dipegang oleh pegawai. Motivasi juga mempengaruhi kinerja. Motivasi dapat menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik. Menurut Mangkunegara (2016) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Dengan motivasi kerja yang tinggi akan semakin meningkatkan kinerja suatu organisasi. Oleh karena itu motivasi kerja pegawai perlu dibangkitkan dan ditingkatkan agar pegawai dapat menghasilkan kinerja yang terbaik.
Masih rendahnya motivasi pegawai DPPKAD Kabupaten Siak dapat terlihat dari target kerja yang tidak tercapai. Kemudian tidak termotivasinya pegawai terliaht dari tingkat absensi yang sebagian pegawai masih ada yang tidak mengikuti peraturan yang sudah di tetapkan sehingga terlambatnya proses penyusunan dan penyampaian laporan keuangan dinas dan pemberian laporan pertanggungjawaban tugas dinas kepada Bupati melalui sekretaris Daerah dan laporan kinerja dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Data pegawai DPPKAD Kabupaten Siak yang tidak termotivasi di lihat dari tingkat absensi. Berdasarkan sumber dari DPPKAD Kabupaten Siak (2021), bahwa masih ada pegawai yang tidak termotivasi didalam bekerja, jika dilihat tingkat keterlambatan pegawai dengan rata-rata dari tahun 2017 sampai 2020 mengalami peningkatan yaitu dari 0,18 menjadi 0,21%. Dari data tersebut memunjukkan bukti tidak disiplinnya pegawai dalam memenuhi salah satu aturan yang semestinya ditaati sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Motivasi kerja merupakan stimulus atau rangsangan bagi setiap pegawai untuk bekerja dalam menjalankan tugasnya. Dengan motivasi yang baik maka para pegawai akan merasa senang dan bersemangat dalam bekerja sehingga mengakibatkan perkembangan dan pertumbuhan yang signifikan pada diri organisasi. Motivasi dilaksanakan bukan dari atasan saja, tetapi juga dari diri sendiri yang mana motivasi tersebut diartikan sebagai keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan untuk melaksanakan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Penelitian Romualdus (2017) pada Inspektorat Kabupaten Flores Timur mengahasilkan motivasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Lebih lanjut sejalan dengan penelitian Suzanto dan Fitriasari (2018), yang mengatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Dispenda Provinsi Wilayah Kota Bandung III Soekarno Hatta.
Selain motivasi faktor di dalam meningkatkan kinerja pegawai adalah kompetensi hal ini di karenakan kompetensi sebagai suatu keterampilan, pengetahuan, sikap dasar, dan nilai yang terdapat dalam diri seseorang yang tercermin dari kemampuan berpikir dan bertindak secara konsisten. Dengan kata lain, kompetensi tidak hanya tentang pengetahuan atau kemampuan seseorang, namun kemauan melakukan apa yang diketahui sehingga menghasilkan manfaat.
Untuk dapat menggerakkan agar pegawai bekerja lebih efektif, perlu adanya pembinaan dan pemanfaatan sumber daya manusia yang ada agar menjadi pegawai yang memiliki loyalitas tinggi serta kualitas dan kemampuan yang memadai sesuai dengan bidang dan skill yang mereka miliki sehingga dapat bekerja dengan efektif dan efisien (Mangkunegara, 2016). Tujuan peningkatan kompetensi adalah untuk mengetahui tingkat kinerja yang
diharapkan oleh perusahaan dari karyawannya. Kompetensi karyawan merupakan sebuah karakteristik dasar seseorang. Cara pikir, bersikap dan bertindak seorang karyawan mencerminkan kompetensi karyawan tersebut. Karakteristik tersebut dapat dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu sehingga karyawan tersebut dianggap kompeten. Dilihat dari Jabatan struktural setingkat kepala badan, terjadi permasalahan pada pemenuhan syarat pendidikan minimum dikarenakan tidak sesuai dengan disiplin ilmunya. Kesenjangan terjadi pada jabatan kepala bidang juga belum semuanya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh organisasi dan kepala sub bagian serta pelaksana staf yang belum memenuhi syarat pendidikan minimum pada DPPKAD Siak dimana masih ada pegawai yang berpendidikan SLTA, sementara syarat minimumnya adalah setara Diploma (D3). Masalah ini bisa berdampak pada kinerja pegawai, terlebih pada tingkat pengatur tersebut yang banyak berhubungan dengan masyarakat yang harus dihadapi.
Disamping itu berhasil atau tidaknya seorang pegawai ditentukan oleh sesuai tidaknya kompetensi yang dimiliki dengan bidang pekerjaannya, yang biasa disebut dengan istilah right man in the right job . Permasalahan right man in the right job ini semakin merebak dihampir seluruh dinas di Indonesia sejak diberlakukannya otonomi daerah. Berbagai macam hal yang menjadi penyebab, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia sampai pada masalah kedekatan seorang pegawai dengan pembuat kebijakan.
Disamping motivasi dan kompetensi, variabel komitmen juga merupakan faktor penting. Menurut Sopiah (2018) komitmen adalah derajat yang mana pegawai percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak meninggalkan organisasi. Melalui tindakan ini akan menimbulkan keyakinan yang menunjang aktivitas dan keterlibatannya. Jadi dengan memiliki komitmen terhadap organisasi maka pegawai akan melaksanakan tugasnya dengan baik bahkan mereka semakin loyal dan setia terhadap organisasi tersebut. Dengan komitmen yang kuat maka pekerja akan lebih memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisi.
Untuk meningkatkan kinerja pegawai diperlukan aktivitas yang terencana dari organisasi. Adapun salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah meningkatkan komitmen pegawai. Sebagaimana dikatakan Mahmudi (2017) yang menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah komitmen. Pegawai dengan komitmen yang tinggi lebih termotivasi untuk hadir sehingga mereka bisa membantu pencapaian tujuan organisasi, cenderung terlibat dalam perilaku yang konsisen dengan sikap mereka terhadap organisasi.
Berdasarkan data absensi yang penulis dapatkan di lapangan, diketahui bahwa angka keterlambatan pegawai yang berfluktuatif pada tahun 2018 dan cukup tinggi. Setiap pegawai mempunyai target dalam menyelesaikan laporan pendapatan pajak dan restribusi. Dilihat bahwa komitmen pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan masih belum optimal dimana setiap tahunnya mengalami perlambatan laporan sehingga kinerja pegawai akan sangat terganggu dengan penyelesaian laporan. Seharusnya sebagai instansi atau organisasi di dalam pelayanan harus memberikan kinerja yang baik agar tidak ada lagi keterlambatan laopran-laporan karena akan mengangu aktivitas organisasi. Seringnya keterlambatan dalam menyelesakan pekerjaan, tidak masuk kerja dan jumlah absen kerja yang meningkat merupakan indikasi dari turunnya komitmen pegawai DPPKAD Kab.Siak. Hal ini juga mengindikasikan rendahnya komitmen pegawai karena pegawai yang berkomitmen terhadap organisasi cenderung akan menunjukkan kemampuan terbaiknya (Stup, 2016).
Hasil penelitian Dwiyanti et al (2016) menyatakan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sebaliknya, hasil penelitian dari Susanti (2018) menyatakan bahwa disiplin kerja memiliki dampak positif yang signifikan terhadap disiplin kerja dan kinerja. Kemudian penelitian Romualdus (2017) pada Inspektorat Kabupaten Flores Timur mengahasilkan disiplin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Penelitian Amrizaldi (2018), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Sejalan dengan penelitian Angraini (2019), bahwa kompetensi akan memberikan peningkatan terhadap kinerja pegawai secara signifikan. Hasil penelitian Ansori dan Ali (2017) tentang pengaruh kompensasi, disiplin kerja dan komitmen terhadap kinerja pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Bungo, bahwa komitmen secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai. Sebaliknya, hasil penelitian Riza (2018) pada pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman memperoleh komitmen dan disiplin baik secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Maka dari itu, dengan adanya Research Gap dari penelitian terdahulu diatas sehingga penulis ingin meneliti variabel-variabel tersebut.
## TELAAH PUSTAKA
## Kinerja
Kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan pegawai DPPKAD setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam instansi. PP 46 Tahun 2016.
## Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah keinginan pegawai DPPKAD untuk bersedia bekerja keras, peduli, bangga terhadap organisasi serta perasaaan senang dalam bekerja guna mencapai tujuan organisasi. Mas’ud (2014;107).
## Motivasi Kerja
Motivasi Kerja adalah motif dan poses hubungan dengan rekan kerja ataupun atasan yang mempunyai kesempatan yang sama dan lingkungan kerja yang baik sehingga adil di dalam pemberian tunjangan sesuai dengan aturan yang berlaku.(Herzberg dalam Wijayanti (2014: 137).
## Kompetensi
Kompetensi adalah meliputi sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sifat dan perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar pribadi, atau berorientasi bisnis. Hutapea dan Toha (2013:28).
## Hubungan Antar Variabel Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Komitmen Organisasi
Semakin tinggi motivasi kerja pegawai akan semakin tinggi komitmen organisasi. motivasi kerja pegawai yang tinggi dalam bekerja akan membuat pegawai bersemangat untuk hadir di instansi dan nyaman dalam bekerja. Semakin pegawai bersemangat untuk hadir di organisasi dan nyaman dalam bekerja maka akan memunculkan rasa keterikatan dengan organisasi. Sebagaimana teori Kasmir (2016), mengatakan motivasi suatu kondisi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan atau perbuatan untuk dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu. Motivasi kerja pegawai akan berpengaruh terhadap komitmen yang menyebabkan kinerjanya lebih dioptimalkan, sejalan dengan pendapat (Robbins et al, 2013) yang mengatakan individu-individu yang termotivasi tetap bertahan dengan pekerjaannya dalam waktu cukup lama untuk mencapai sasaran mereka. Sebagaimana yang diterangkan oleh Nawawi (2013) Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang mendorong atau yang menjadi sebab seseorang melakukan suatu kegiatan/ perbuatan yang berlangsung secara sadar dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu. Motivasi kerja dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku, dengan motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan kinerja pegawai.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tania (2016), tentang “Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasional menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap komitmen organisasional UPTD Taman Budaya Provinsi Lampung. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suarjana (2016) yang menyimpulkan bahwa Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi.
## Pengaruh Kompetensi terhadap Komitmen Organisasi
Kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan sesuatu tugas atau suatu keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan, sifat dan perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar pribadi, atau berorientasi bisnis (Mondy, 2008:261). Menurut Boyatzis (1982: 23) dalam Sudarmanto (2016), kompetensi adalah karakteristik-karakteristik yang berhubungan dengan kinerja unggul dan atau efektif didalam pekerjaan. Kondisi ini menunjukkan jika semakin kompeten seseorang dan mempunyai kemampuan dan karakteristik maka komitmen organisasi kerja juga akan meningkat. kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan dan pengetahuan seseorang dibidang tertentu.
Kompetensi adalah underlying charakteritic pada seorang individu yang berhubungan secara kausal dengan kinerja efektif ataupun superior menurut standar kriteria tertentu yang sudah ditetapkan dalam suatu jabatan atau situasi. Karateristik underlying bermakna kompetensi itu adalah suatu bagian kepribadian seseorang yang cukup dalam dan relatif menetap serta dapat memprediksi perilaku dalam berbagai situasi dan tugas-tugas jabatan. Berhubungan secara kausal berarti bahwa sebuah kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. (Prihadi, 2004:92). Menurut Spencer (1993) menyatakan bahwa kompetensi seseorang menjadi ciri dasar individu dikaitkan dengan standar kriteria kinerja yang efektif dan atau superior. Dari penjelasan tersebut Spencer berpendapat bahwa kompetensi disamping menentukan perilaku dan kinerja seseorang juga menentukan apakah seseorang melakukan pekerjaannya dengan baik berdasarkan standar kriteria yang telah ditentukan.
Seorang pegawai ditentukan oleh sesuai tidaknya kompetensi yang dimiliki dengan bidang pekerjaannya, yang biasa disebut dengan istilah right man in the right job. Permasalahan right man in the right job ini semakin merebak dihampir seluruh dinas di Indonesia sejak diberlakukannya otonomi daerah. Berbagai macam hal yang menjadi penyebab, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia sampai pada masalah kedekatan seorang pegawai dengan pembuat kebijakan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Amrizaldi (2018), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Barat. Sejalan dengan penelitian Angraini (2019), bahwa kompetensi akan memberikan peningkatan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai secara signifikan.
## Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Semakin baik tingkat motivasi kerja seorang pegawai maka kinerjanya semakin tinggi. Hal ini menunjukan bahwa motivasi kerja merupakan hal penting yang menjadi ukuran baik buruknya kinerja pegawai, dimana motivasi kerja memiliki pengaruh yang cukup besar pada kinerja pegawai. Maka sudah sepatutnya motivasi kerja diberikan kepada setiap pegawai di dalam organisasi. Sehingga pemberian motivasi kerja adalah mutlak diperlukan untuk mendorong pegawai dalam berprestasi yang pada akhirnya akan memberikan kinerja yang baik bagi organisasi (Moeheriono, 2019).
Alim (2016), dalam teori Herzberg mengatakan yang mempengaruhi Motivasi Kerja seseorang yaitu faktor motivator (intrinsik) dan faktor hygine (ekstrinsik). Yang dimaksud faktor motivator adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti berasal dari luar diri seseorang yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Motivasi yang tinggi dari pegawai adalah diperoleh dari pegawai merasa nyaman dengan lingkungan kerja sekarang ini dan sangat menyenangkan kondisi ini menggambarkan bahwa kenyamanan lingkungan kerja akan membuat perasaaan menyenangkan akan menambah motivasi kerja pegawai dalam bekerja, motivasi kerja pegawai baik dan dapat meningkatkan kinerja organisasi, pimpinan organisasi harus memenuhi harapan atau memperhatikan yang menjadi tuntutan pegawai sistem penghargaan yang diberikan kepada pegawai yang berprestasi, dan sistem promosi pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi, agar Motivasi Kerja pegawai semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja.
Penelitian Romualdus (2017) pada Inspektorat Kabupaten Flores Timur mengahasilkan motivasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian Angraini (2019) tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Bandung Dan Buleleng, bahwa motivasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
## Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai
Pegawai mempunyai kompetensi dalam artian mampu dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi maka kinerja pegawai juga akan baik. Dari hasil penelitian ini di dapat bahwa penelitian ini mendukung teori dari Armstrong (2013) bahwa manajemen kinerja terkait dengan input dan proses (sasaran dan kompetensi) sebagaimana terkait juga dengan output dan outcome (hasil dan kontribusi). Penilaian kinerja didasarkan pada suatu pemahaman pengetahuan, keterampilan, keahlian dan perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan tugas secara baik. Kompetensi mempengaruhi kinerja dikemukakan oleh Gilley, Boughton dan Maycunich (2017), dalam hal ini berarti kinerja dipengaruhi oleh kompetensi dari tiap individu yang ditentukan oleh pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia agar mencapai tingkat yang diinginkan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Amrizaldi (2018), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. sejalan dengan penelitian Angraini (2019), bahwa kompetensi akan memberikan peningkatan terhadap kinerja pegawai secara signifikan.
## Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Pegawai
Komitmen pegawai sangat penting karena dengan suatu komitmen seorang pegawai dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dibanding dengan pegawai yang tidak mempunyai komitmen. Bisaanya pegawai yang memiliki suatu komitmen, akan bekerja secara optimal sehingga dapat mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga dan waktunya untuk pekerjaanya, sehingga apa yang sudah dikerjakannya sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi. Luthans (2013) mengatakan karyawan yang mempunyai komitmen mencerminkan loyalitas karyawan terhadap organisasi mereka dan proses yang berkelanjutan dimana peserta organisasi mengekspresikan kepedulian mereka terhadap organisasi, kesuksesan dan kesejahteraan.
Komitmen pada setiap pegawai sangat penting karena dengan suatu komitmen seseorang akan dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dibanding dengan pegawai yang tidak mempunyai komitmen. Biasanya pegawai yang memiliki suatu komitmen, akan bekerja secara optimal sehingga dapat mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga dan waktunya untuk pekerjaanya, sehingga apa yang sudah dikerjakannya sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi.
Dalam penelitian ini komitmen berpengaruh terhadap kinerja pegawai hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghorbanpour (2014) yaitu komitmen organisasi memiliki pengaruh positif yang signifikan pada kinerja pegawai, komitmen normative meninggalkan efek paling kuat pada rata-rata kinerja, dibandingkan dengan komitmen afektif dan komitmen berkelanjutan.
## Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai melalui Komitmen Organisasi
Motivasi kerja akan mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan/ perbuatan yang berlangsung secara sadar dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu. Herzberg mengatakan bahwa ada faktor intrinsik yang mendorong pegawai termotivasi dalam bekerja, yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor
ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Jika seseorang nyaman dalam bekerja di dalam organisasi komitmen pegawai pun akan tinggi dikerenakan adanya rasa aman dan termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi sehingga akan memberikan kinerja yang baik bagi tujuan organisasi.
Motivasi kerja dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu budaya itu dapat dikelola oleh organisasi. Motivasi Kerja juga berkaitan erat dengan pemberdayaan pegawai ( employee empowerment ) di suatu organisasi. Motivasi kerja dapat membantu kinerja pegawai, karena menciptakan suatu tingkat motivasi kerja yang besar bagi pegawai untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh organisasinya.
Perilaku dan kegiatan manajemen puncak mempunyai dampak utama pembentukan motivasi kerja. Melalui gaya kepemimpinan, apa yang dikatakan dan bagaimana berperilaku, para pemimpin menetapkan berbagai nilai dan norma yang dipraktikan organisasi. Keefektifan penyebarluasan dan penanaman nilai-nilai inti budaya sangat tergantung pada komitmen jajaran manajemen puncak, terutama dalam memainkan peran sebagai panutan. Perilaku individu yang berada dalam organisasi atau perusahaan tentunya sangat mempengaruhi organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini akibat adanya kemampuan individu yang berbeda-beda dalam menghadapi tugas atau aktivitasnya. Perilaku akan timbul atau muncul akibat adanya pengaruh atau rangsangan dari lingkungan yang ada (baik internal maupun eksternal) begitu pula individu berperilaku karena adanya dorongan oleh serangkaian kebutuhan. Setiap manusia atau seseorang selalu mempertimbangkan perilakunya terhadap segala apa yang diinginkan agar dapat tercapai tanpa menimbulkan konflik baik secara individu maupun kelompok, sehingga kinerja dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan.
Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli (2017) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variable Motivasi Kerja dengan kinerja pegawai melalui komitmen.
## Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai melalui Komitmen Organisasi
Kinerja pegawai akan baik ketika adanya kompetensi yang baik dari soft skill maupun hard skill yang dilakukan sesuai dengan bidang ilmunya dan ditempatkan dengan tepat sehingga tercapai tujuan organisasi. Dengan adanya kompetensi pegawai akan memahami pekerjaan dan mengikuti aturan sehingga komitmen pagawai akan meningkat. Kompetensi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam organisasi. Hal tersebut dikarenakan kompetensi selalu berbanding lurus dengan perkembangan suatu organisasi. Jadi, semakin tinggi nilai kompetensi yang dimiliki instansi, maka akan semakin tinggi pula perkembangan organisasi agar mampu mencapai tujuan utamanya. Kompetensi juga bisa membantu organisasi dalam mengetahui sejauh mana pegawai tersebut mampu memberikan yang terbaik sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Menurut Sopiah (2018) dengan adanya komitmen pegawai akan mampu amemberikan peningkatan terhadap kinerja dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak meninggalkan organisasi. Melalui tindakan ini akan menimbulkan keyakinan yang menunjang aktivitas dan keterlibatannya. Jadi dengan memiliki komitmen terhadap organisasi maka pegawai akan melaksanakan tugasnya dengan baik bahkan mereka semakin loyal dan setia terhadap organisasi tersebut. Dengan komitmen yang kuat maka pekerja akan lebih memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisi.
Untuk meningkatkan kinerja pegawai diperlukan aktivitas yang terencana dari organisasi. Adapun salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah meningkatkan komitmen pegawai. Sebagaimana dikatakan Mahmudi (2017) yang menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah komitmen. Pegawai dengan komitmen yang tinggi lebih termotivasi untuk hadir sehingga mereka bisa membantu pencapaian tujuan organisasi, cenderung terlibat dalam perilaku yang konsisen dengan sikap mereka terhadap organisasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Dhermawan, Sudbiya dan Utama (2018) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi. Dimana semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai, maka akan semakin baik pula komitmen kerja yang dirasakan oleh pegawai tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai. Begitu pula penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ester Manik dan Wiarah (2016) yang dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Kompetensi, terhadap komitmen organisasi dan berimplikasi terhadap Kinerja.
Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat dibuat sebuah model penelitian seperti yang ditampilkan di Gambar 1.
## Gambar 1. Model Penelitian
## METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak yang berjumlah 134 pegawai dengan mengunakan rumus slovin sehingga menjadi 100. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster & Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan karena populasinya tidak homogen.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Kinerja, Komitmen organisasi, Motivasi dan Kompetensi
Variabel Item Corrected Item - Total Correlation r – table Keterangan Kinerja (Y2) 1 0,269 0,196 Valid 2 0,670 0,196 Valid 3 0,560 0,196 Valid 4 0,662 0,196 Valid 5 0,518 0,196 Valid Komitmen Organisasi (Y1) 1 0,530 0,196 Valid 2 0,612 0,196 Valid 3 0,644 0,196 Valid 4 0,619 0,196 Valid 5 0,593 0,196 Valid 6 0,493 0,196 Valid Motivasi Kerja (X1) 1 0,602 0,196 Valid 2 0,558 0,196 Valid 3 0,720 0,196 Valid 4 0,522 0,196 Valid Kompetensi(X2) 1 0,541 0,196 Valid 2 0,539 0,196 Valid 3 0,591 0,196 Valid 4 0,403 0,196 Valid
Sumber: Data Olahan, 2021
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa 5 butir item pernyataan untuk variabel kinerja semuanya dinyatakan valid, variabel komitmen organisasi yang terdiri dari 6 butir pernyataan juga dinyatakan valid, kemudian untuk motivasi yang terdiri dari 4 butir pernyataan seluruhnya valid dan variabel kompetensi dengan 4 butir pernyataan juga dinyatakan valid, karena nilai corrected item total correlation lebih besar dibanding 0,196 dan item kuesioner yang valid dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Dari hasil perhitungan pada tabel 1, menunjukkan
Kinerja Pegawai (Y 2 ) Motivasi X 1 Komitmen Organisasi (Y 1) H1 H3 H6 Kompetensi (X 2 ) H2 H4 H5 H7
Pengaruh Motivasi dan Kompetensi terhadap Komitmen Organisasi serta Dampaknya terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak (Muhammad Indra Putra, Sri Indarti, dan Yusni Maulida)
bahwa perolehan nilai r hitung pada kolom Corrected Item – Total Correlation semuanya lebih dari nilai r tabel. Artinya semua item variabel yang digunakan dinyatakan valid.
Uji Reabilitas
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's Alpha Ketentuan Keterangan Kinerja 0,760 0,70 Reliable Komitmen Organisasi 0,791 0,70 Reliable Motivasi 0,790 0,70 Reliable Kompetensi 0,726 0,70 Reliable
Sumber: Data Olahan, 2021
Berdasarkan Tabel 2, nilai alpha cronbach’s untuk kinerja adalah 0.888, komitmen organisasi 0.840, motivasi 0,830 dan kompetensi 0,788. Hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa nilai reliabilitas setiap variabel lebih besar dari ketentuan yaitu > 0,70. Hal ini berarti bahwa pernyataan untuk seluruh item pernyataan reliable atau dapat dipercaya untuk kinerja, komitmen organisasi, motivasi dan kompetensi.
## Hasil Uji Path Analysis
Berikut ini Tabel 3 dan Tabel 4 yang merupakan hasil ( output ) dari program SPSS, antara lain sebagai berkut:
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Substruktural I
Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.375 .332 7.145 .000 Motivasi Kerja .481 .103 .339 5.491 .010 Kompetensi .535 .067 .435 4.451 .002
a. Dependent Variable: Komitmen Organisasi Sumber : Data Olahan, 2021
Dari Tabel 3 di atas, dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
Y 1 = 0,339 X 1 + 0,435 X 2 + e ij
## Tabel 4. Hasil Uji Regresi Substruktural II
Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.934 .361 10.891 .000 Motivasi Kerja .612 .126 .514 4.097 .032 Kompetensi .454 .071 .392 3.762 .002 Komitmen Organisasi .562 .089 .506 4.695 .001
a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai Sumber : Data Olahan, 2021
Dari Tabel 4 di atas, sehingga dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
Y 2 = 0,514 X 1 + 0.392 X 2 + 0.506 Y 1 + e ij
Dari hasil didapatkan hasil koefisien path pada Tabel 7 dan 8 untuk pengaruh langsung dan tidak langsung yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
e-ISSN 2580-3743
Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis Jalur
No Pernyataan Hipotesis Hasil Olahan Data Makna Kesimpulan Hipotesis 1 Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi X1 → Y1 = 0,339 Signifikan 0,010 < 0,05 Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi Diterima 2 Pengaruh kompetensi kerja terhadap komitmen organisasi X2 → Y1 = 0,435 Signifikan 0,002 < 0,05 Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi Diterima 3 Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai X1 → Y2 = 0,514 Signifikan 0,032 < 0,05 Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Diterima 4 Pengaruh kompetensi kerja terhadap kinerja pegawai X2 → Y2 = 0,392 Signifikan 0,002 < 0,05 Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Diterima 5 Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai Y1 → Y2 = 0,506 Signifikan 0,001 < 0,05 Komitmen Organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Diterima 6 Pengaruh motivasi kerja terhadap Kinerja pegawai melalui komitmen organisasi X1 → Y1 = 0,339 Y1 → Y2 = 0,506 (0,339 X 0,506) = 0,171 Terdapat Pengaruh tidak langsung dari motivasi kerja terhadap Kinerja pegawai melalui komitmen organisasi Diterima 7 Pengaruh kompetensi terhadap Kinerja pegawai melalui komitmen organisasi X2 → Y1 = 0,435 Y1 → Y2 = 0,506 (0,435 X 0,506) = 0,220 Terdapat Pengaruh tidak langsung dari kompetensi kerja terhadap Kinerja pegawai melalui komitmen organisasi Diterima
## Sumber: Data Olahan 2021
## Hasil Pembahasan Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Komitmen Organisasi
Hasil dalam penelitian ini motivasi kerja berpengaruh positif terhadap komitmen. Artinya semakin tinggi motivasi kerja pegawai akan semakin tinggi komitmen organisasi. motivasi kerja pegawai yang tinggi dalam bekerja akan membuat pegawai bersemangat untuk hadir di instansi dan nyaman dalam bekerja. Semakin pegawai bersemangat untuk hadir di organisasi dan nyaman dalam bekerja maka akan memunculkan rasa keterikatan dengan organisasi.
Sebagaimana teori Herzberg (1959) dalam Kasmir (2016), mengatakan motivasi suatu kondisi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan atau perbuatan untuk dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu. Motivasi kerja pegawai akan berpengaruh terhadap komitmen yang menyebabkan kinerjanya lebih dioptimalkan, sejalan dengan pendapat (Robbins, 2013) yang mengatakan individu-individu yang termotivasi tetap bertahan dengan pekerjaannya dalam waktu cukup lama untuk mencapai sasaran mereka. Sebagaimana yang diterangkan oleh Nawawi (2013) Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang mendorong atau yang menjadi sebab seseorang melakukan suatu kegiatan/ perbuatan yang berlangsung secara sadar dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu. Motivasi kerja dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku, dengan motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan kinerja pegawai
Dari rekapan deskriptif responden nilai rata-rata motivasi keseluruhan sebesar 3.47 yang berada pada kategori tinggi (nilai rata-rata antara 3,40 s/d 4,20) mengindikasikan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan tinggi pada motivasi. Dilihat dari peryataan tertinggi pada pegawai merasa bertanggung jawab atas tugas yang telah dibebankan dengan rata-rata skor 3,64. Hal ini memberikan gambaran bahwa pegawai didalam bekerja melakukan tugas sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh pimpinan organisasi dan jika terjadi kesalahan pegawai akan bertanggung jawab atas kesalahan dan menerima sangsi maupun teguran. Namun perlu adanya perbaikan mengenai peryataan organisasi belum memberikan penghargaan bagi pegawai yang mampu menunjukkan prestasi kerj sehingga sebagian pegawai merasakan kurangnya motivasi kerja, dikarenakan organisasi tidak memberikan penghargaan jika pegawai mempunyai prestasi.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tania (2016), Susanto (2018) dan Yasri (2016), tentang “Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasional menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap komitmen organisasional. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suarjana (2016) yang menyimpulkan bahwa Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi.
## Pengaruh Kompetensi terhadap Komitmen Organisasi
Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi. Kondisi ini menunjukkan jika semakin kompeten seseorang dan mempunyai kemampuan dan karakteristik maka komitmen organisasi kerja juga akan meningkat. kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan dan pengetahuan seseorang dibidang tertentu. Jadi kata kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan sesuatu tugas atau suatu keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan, sifat dan perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar pribadi, atau berorientasi bisnis (Mondy, 2008:261). Menurut Boyatzis (1982: 23) dalam Sudarmanto (2016), kompetensi adalah karakteristik-karakteristik yang berhubungan dengan kinerja unggul dan atau efektif didalam pekerjaan.
Kompetensi adalah underlying charakteritic pada seorang individu yang berhubungan secara kausal dengan kinerja efektif ataupun superior menurut standar kriteria tertentu yang sudah ditetapkan dalam suatu jabatan atau situasi. Karateristik underlying bermakna kompetensi itu adalah suatu bagian kepribadian seseorang yang cukup dalam dan relatif menetap serta dapat memprediksi perilaku dalam berbagai situasi dan tugas-tugas jabatan. Berhubungan secara kausal berarti bahwa sebuah kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. (Prihadi, 2004:92). Menurut Spencer (dalamYuniarsih dan Suwatno 2009:21) menyatakan bahwa kompetensi seseorang menjadi ciri dasar individu dikaitkan dengan standar kriteria kinerja yang efektif dan atau superior. Dari penjelasan tersebut Spencer berpendapat bahwa kompetensi disamping menentukan perilaku dan kinerja seseorang juga menentukan apakah seseorang melakukan pekerjaannya dengan baik berdasarkan standar kriteria yang telah ditentukan.
Dari hasil rekapan deskriptif responden mayoritas menjawab setuju. Dari nilai rata-rata keseluruhan sebesar 3.56 yang berada pada kategori tinggi (nilai rata-rata antara 3,40 s/d 4,20) mengindikasikan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan tinggi pada kompetensi pegawai. Dilihat dari peryataan tertinggi pada peryataan pegawai memiliki kemampuan bekerja secara profesional sesuai dengan jabatan dan bidang tugasnya dengan rata-rata skor 3,93. Hal ini memberikan gambaran bahwa pegawai didalam bekerja sudah memiliki kemampuan yang baik dan bekerja secara profesional. Namun perlu adanya perbaikan mengenai peryataan sebagian pegawai belum sangat memahami pekerjaannya dan apa yang dikerjakannya sehingga target yang ditetapkan oleh organisasi belum bisa terselesaikan dengan efektif dan efesien.
Seorang pegawai ditentukan oleh sesuai tidaknya kompetensi yang dimiliki dengan bidang pekerjaannya, yang biasa disebut dengan istilah right man in the right job. Permasalahan right man in the right job ini semakin merebak dihampir seluruh dinas di Indonesia sejak diberlakukannya otonomi daerah. Berbagai macam hal yang menjadi penyebab, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia sampai pada masalah kedekatan seorang pegawai dengan pembuat kebijakan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Amrizaldi (2018), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai. sejalan dengan penelitian Angraini (2019), bahwa kompetensi akan memberikan peningkatan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai secara signifikan.
## Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Artinya, semakin baik tingkat motivasi kerja seorang pegawai maka kinerjanya semakin tinggi. Hal ini menunjukan bahwa motivasi kerja merupakan hal penting yang menjadi ukuran baik buruknya kinerja pegawai, dimana motivasi kerja memiliki pengaruh yang cukup besar pada kinerja pegawai. Maka sudah sepatutnya motivasi kerja diberikan kepada setiap pegawai di dalam organisasi. Sehingga pemberian motivasi kerja adalah mutlak diperlukan untuk mendorong pegawai dalam berprestasi yang pada akhirnya akan memberikan kinerja yang baik bagi organisasi.
Herzberg mengatakan yang mempengaruhi Motivasi Kerja seseorang yaitu faktor motivator (intrinsik) dan faktor hygine (ekstrinsik). Yang dimaksud faktor motivator adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti berasal dari luar diri seseorang yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Dari hasil deskripstif terhadap motivasi kerja pegawai mempersepsikan tinggi, hal ini tentunya akan memberikan dorongan bagi pegawai untuk melakukan tugas-tugasnya dengan baik. terlihat motivasi yang tinggi dari pegawai adalah diperoleh dari pegawai merasa nyaman dengan lingkungan kerja sekarang ini dan sangat menyenangkan kondisi ini menggambarkan bahwa kenyamanan lingkungan kerja akan membuat perasaaan menyenangkan akan menambah motivasi kerja pegawai dalam bekerja, motivasi kerja pegawai baik dan dapat meningkatkan kinerja organisasi, pimpinan organisasi harus memenuhi harapan atau memperhatikan yang menjadi tuntutan pegawai sistem penghargaan yang diberikan kepada pegawai yang berprestasi, dan sistem promosi pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi, agar Motivasi Kerja pegawai semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja.
Penelitian Romualdus (2017) pada Inspektorat Kabupaten Flores Timur mengahasilkan motivasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian Windy (2018) tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja bagian akuntansi (studi kasus pada perusahaan manufaktur di Surabaya), bahwa motivasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
## Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai
Hasil dalam penelitian ini bahwa Kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai. Jika seseorang pegawai mempunyai kompetensi dalam artian mampu dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi maka kinerja pegawai juga akan baik. Dari hasil penelitian ini di dapat bahwa penelitian ini mendukung teori dari Armstrong (2013) bahwa manajemen kinerja terkait dengan input dan proses (sasaran dan kompetensi) sebagaimana terkait juga dengan output dan outcome (hasil dan kontribusi). Penilaian kinerja didasarkan pada suatu pemahaman pengetahuan, keterampilan, keahlian dan perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan tugas secara baik. Kompetensi mempengaruhi kinerja dikemukakan oleh Gilley, Boughton dan Maycunich (2017), dalam hal ini berarti kinerja dipengaruhi oleh kompetensi dari tiap individu yang ditentukan oleh pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia agar mencapai tingkat yang diinginkan.
Hasil deskriptif responden mengindikasikan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan tinggi pada kompetensi pegawai. Dilihat dari peryataan tertinggi pada peryataan pegawai memiliki kemampuan bekerja secara profesional sesuai dengan jabatan dan bidang tugasnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa pegawai didalam bekerja sudah memiliki kemampuan yang baik dan bekerja secara profesional.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Amrizaldi (2018), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. sejalan dengan penelitian Angraini (2019), bahwa kompetensi akan memberikan peningkatan terhadap kinerja pegawai secara signifikan.
## Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Pegawai
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Implementasinya, semakin tinggi komitmen maka semakin tinggi pula kinerjanya. Komitmen pegawai sangat penting karena dengan suatu komitmen seorang pegawai dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dibanding dengan pegawai yang tidak mempunyai komitmen. Bisaanya pegawai yang memiliki suatu komitmen, akan bekerja secara optimal sehingga dapat mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga dan waktunya untuk pekerjaanya, sehingga apa yang sudah dikerjakannya sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi. Luthans (2013) mengatakan karyawan yang mempunyai komitmen mencerminkan loyalitas karyawan terhadap organisasi mereka dan proses yang berkelanjutan dimana peserta organisasi mengekspresikan kepedulian mereka terhadap organisasi, kesuksesan dan kesejahteraan.
Dari hasil deskriptif responden komitmen organisasi berada pada kategori cukup yang mengindikasikan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan cukup pada variabel komitmen organisasi. Dilihat dari peryataan tertinggi pada pegawai merasakan bahwa tempat kerja dalam organisasi sudah baik dan nyaman sehingga betah dan sulit pindah. Namun perlu adanya perbaikan mengenai peryataan pegawai belum akan tetap setia terhadap organisasi ini karena berada diantara rekan kerja yang sebagian pegawai merasakan kurang menyenangkan.
Komitmen pada setiap pegawai sangat penting karena dengan suatu komitmen seseorang akan dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dibanding dengan pegawai yang tidak mempunyai komitmen. Biasanya pegawai yang memiliki suatu komitmen, akan bekerja secara optimal sehingga dapat mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga dan waktunya untuk pekerjaanya, sehingga apa yang sudah dikerjakannya sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi.
Dalam penelitian ini komitmen berpengaruh terhadap kinerja pegawai hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghorbanpour (2014) yaitu komitmen organisasi memiliki pengaruh positif yang signifikan pada kinerja pegawai, komitmen normative meninggalkan efek paling kuat pada rata-rata kinerja, dibandingkan dengan komitmen afektif dan komitmen berkelanjutan. Penelitian Syaifora (2018), Rosita (2016), Suarjana (2016), Safri (2015), dan Hueryen (2012) juga menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
## Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai melalui Komitmen Organisasi
Hasil dalam penelitian ini motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja melalui komitmen. Dengan adanya motivasi kerja akan mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan/ perbuatan yang berlangsung secara sadar dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu. Herzberg mengatakan bahwa ada faktor intrinsik yang mendorong pegawai termotivasi dalam bekerja, yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Jika seseorang nyaman dalam bekerja di dalam organisasi komitmen pegawai pun akan tinggi dikerenakan adanya rasa aman dan termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi sehingga akan memberikan kinerja yang baik bagi tujuan organisasi.
Motivasi kerja dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu budaya itu dapat dikelola oleh organisasi. Motivasi Kerja juga berkaitan erat dengan pemberdayaan pegawai ( employee empowerment ) di suatu organisasi. Motivasi kerja dapat membantu kinerja pegawai, karena menciptakan suatu tingkat motivasi kerja yang besar bagi pegawai untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh organisasinya.
Perilaku dan kegiatan manajemen puncak mempunyai dampak utama pembentukan motivasi kerja. Melalui gaya kepemimpinan, apa yang dikatakan dan bagaimana berperilaku, para pemimpin menetapkan berbagai nilai dan norma yang dipraktikan organisasi. Keefektifan penyebarluasan dan penanaman nilai-nilai inti budaya sangat tergantung pada komitmen jajaran manajemen puncak, terutama dalam memainkan peran sebagai panutan.
Perilaku individu yang berada dalam organisasi atau perusahaan tentunya sangat mempengaruhi organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini akibat adanya kemampuan individu yang berbeda- beda dalam menghadapi tugas atau aktivitasnya. Perilaku akan timbul atau muncul akibat adanya pengaruh atau rangsangan dari lingkungan yang ada (baik internal maupun eksternal) begitu pula individu berperilaku karena adanya dorongan oleh serangkaian kebutuhan. Setiap manusia atau seseorang selalu mempertimbangkan perilakunya terhadap segala apa yang diinginkan agar dapat tercapai tanpa menimbulkan konflik baik secara individu maupun kelompok, sehingga kinerja dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan.
Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Artati (2017) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variable Motivasi Kerja dengan kinerja pegawai melalui komitmen.
## Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai melalui Komitmen Organisasi
Hasil dalam penelitian ini kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja melalui komitmen organisasi. Kinerja pegawai akan baik ketika adanya kompetensi yang baik dari soft skill maupun hard skill yang dilakukan sesuai dengan bidang ilmunya dan ditempatkan dengan tepat sehingga tercapai tujuan organisasi. Dengan adanya kompetensi pegawai akan memahami pekerjaan dan mengikuti aturan sehingga komitmen pagawai akan meningkat.
Kompetensi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam organisasi. Hal tersebut dikarenakan kompetensi selalu berbanding lurus dengan perkembangan suatu organisasi. Jadi, semakin tinggi nilai kompetensi yang dimiliki instansi, maka akan semakin tinggi pula perkembangan organisasi agar mampu mencapai tujuan utamanya. Kompetensi juga bisa membantu organisasi dalam mengetahui sejauh mana pegawai tersebut mampu memberikan yang terbaik sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Menurut Sopiah (2018) dengan adanya komitmen pegawai akan mampu amemberikan peningkatan terhadap kinerja dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak meninggalkan organisasi. Melalui tindakan ini akan menimbulkan keyakinan yang menunjang aktivitas dan keterlibatannya. Jadi dengan memiliki komitmen terhadap organisasi maka pegawai akan melaksanakan tugasnya dengan baik bahkan mereka semakin loyal dan setia terhadap organisasi tersebut. Dengan komitmen yang kuat maka pekerja akan lebih memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisi.
Untuk meningkatkan kinerja pegawai diperlukan aktivitas yang terencana dari organisasi. Adapun salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah meningkatkan komitmen pegawai. Sebagaimana dikatakan Mahmudi (2017) yang menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah komitmen. Pegawai dengan komitmen yang tinggi lebih termotivasi untuk hadir sehingga mereka bisa membantu pencapaian tujuan organisasi, cenderung terlibat dalam perilaku yang konsisen dengan sikap mereka terhadap organisasi.
Dari data deskriptif responden kinerja pegawai berada pada kategori baik yang mengindikasikan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan baik pada variabel kinerja pegawai. Dilihat dari peryataan tertinggi pada kualitas hasil kerja pegawai sudah sesuai standar yang ada, hal ini memberikan gambaran bahwa kualitas kerja pegawai sudah sangat mengerti dengan pekerjaanya masing-masing, sehingga setiap pekerjaan terselesaikan dengan efektif. Namun perlu adanya peningkatan kinerja pegawai dalam hal bekerja pegawai belum mampu memberikan efisiensi didalam bekerja, sehingga biaya yang di keluarkan semakin besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Dhermawan, Sudbiya dan Utama (2018) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi. Dimana semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai, maka akan semakin baik pula komitmen kerja yang dirasakan oleh pegawai tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai. Begitu pula penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ester Manik dan Wiarah (2016) yang dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Kompetensi, terhadap komitmen organisasi dan berimplikasi terhadap Kinerja.
## PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisis yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan kesimpulan penelitian sebagai berikut:
Motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi. Semakin tinggi motivasi yang ada didalam diri pegawai dimana organisasi memberikan penghargaan bagi pegawai yang mampu menunjukkan prestasi kerja sehingga pegawai bersemangat didalam menyelsaikan pekerjaan dikarenakan pegawai merasakan mempunyai kewajiban terhadap organisasi sehingga memberikan peningkatan terhadap komitmen organisasi pada pegawai. Kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi. Hal ini mengartikan bahwa semakin profesionalnya pegawai dan mempunyai integritas yang mempunyai kemampuan untuk bekerja sama akan memberikan peningkatan terhadap kerjanya sehingga pegawai mempunyai kepedulian yang tinggi untuk tetap berada pada organisasi dengan demikian komitmen organisasi akan semakin baik. Motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai. Semakin tinggi motivasi yang ada didalam diri pegawai akan memberikan peningkatan yang bai terhadap kinerja, kerana pegawai merasakan adanya penghargaan yang diberikan oeh organisasi yang layak tentunya akanmemberikan semangat kerja bagi pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai. Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini mengartikan bahwa setiap peningkatan kompetensi pegawai melalui penerapan konsep diri pegawai, sifat, pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan maka kecenderungan akan meningkatkan kinerja pegawai, begitu pula sebaliknya. Komitmen berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai. Komitmen organisasi yang tinggi dapat terlihat dari pegawai yang memiliki kemampuan berinovasi dalam bekerja, pegawai dengan komitmen yang tinggi akan memberikan loyalitas yang cukup besar dan tanggung jawab kepada instansi maupun atasan, serta mampu meningkatkan disiplin dalam bekerja. Dengan demikian komitmen organisasi yang tinggi dapat mempengaruhi pencapaian kinerja yang lebih baik.
Motivasi kerja secara tidak langsung melalui komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Dengan motivasi yang tinggi didalam diri pegawai ditambah dengan adanya penghargaan yang diberikan oleh organisasi tentunya akan semakin baik kinerja yang dimiliki oleh pegawai ditambah lagi dengan komitmen organisasi yang dimiliki oleh pegawai yang semakin peduli terhadap organisasi dan mempunyai keinginan untuk selalu memberikan yang terbaik bagi organisasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga kinenrja pegawai akan semakin meningkat. Kompetensi secara tidak langsung melalui komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Dengan mempunyai sikap yang profesioanl dan berintegritas dan mampu didalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi di tambah dengan mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap berada pada organisasi akan memberikan peningkatan terhadap kinerja pegawai.
Dari kesimpulan dan keterbatasan yang telah diperoleh, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai, organisasi harus memberikan kesempatan dan peluang kerja secara adil tidak dan mau mendengarkan dan menghargai pendapat atau ide dari pegawai. Tentunya setiap orang ingin pendapatnya didengarkan, tidak terkecuali pegawai. Cobalah untuk menyisihkan waktu untuk mendengarkan segala pendapat dari pegawai tanpa terkecuali, hal ini dapat membuat anda menjadi pemimpin yang bijaksana dan berwibawa. (2) Punishment harus diterapkan dengan tegas kepada pegawai yang tidak disiplin sehingga tidak timbul kecemburuan sosial antar pegawai. Dimulai dengan pemberian teguran secara persuasif sampai dengan tertulis secara adil dan transparan sebagai bentuk laporan. (3) Pegawai diharapkan mampu meningkatkan kompetensi bekerja dalam hal memiliki kemampuan memimpin yang baik dan dapat bekerja sama dalam kelompok supaya kinerja yang dihasilkan bisa optimal yang bermuara pada peningkatan kinerja organisasi. (4) Pegawai hendaknya harus saling bertukar wawasan dalam bekerja sehingga keterampilan para pegawaipun bertambah. Penempatan pegawai diharapkan sesuai dengan bidang keahlian agar dapat mempercepat tercapainya kinerja yang baik serta diadakannya rotasi atau pertukaran pegawai sehingga para pegawai dapat menambah kompetensinya. (5) Dalam menyikapi permasalahan komitmen, sebaiknya pimpinan organisasi harus memperhatikan pencapaian yang dilakukan oleh pegawai dan menciptakan suasana senang dan nyaman bagi pegawai dalam lingkungan organisasi dan juga rasa bangga menjadi bagian dari organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai. (6) Sebagai pemimpin sudah semestinya anda memperhatikan peningkatan kerja dari setiap pegawai, baik dalam skala besar maupun kecil sekalipun akan lebih baik. Selama hal tersebut merupakan hal yang positif, sebagai pemimpin harus tetap mengapresiasinya. Pemberian penghargaan seperti ini akan sangat penting bagi mereka sehingga dapat meningkatkan motivasi mereka untuk bekerja lebih giat. Sebagai atasan yang baik, jangan hanya menuntut pegawai untuk selalu meningkatkan kualitas kerja saja namun juga perlu memberikan evaluasi dari apa yang telah mereka kerjakan. (7) Untuk mendukung peningkatan kinerja pegawai, organisasi harus mampu memberikan dorongan yang menimbulkan antusias pegawai untuk bekerja secara lebih baik kearah pencapaian tujuan organisasi. Salah satunya program motivasi kerja yang ditawarkan hendaknya mampu memicu daya dorong pegawai untuk bekerja lebih baik. Seperti penghargaan untuk pegawai yang dalam bentuk sederhana seperti pujian, hadiah serta sertifikat sehingga pegawai terdorong untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
## DAFTAR RUJUKAN
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan . Bandung: Rosda.
Pengaruh Motivasi dan Kompetensi terhadap Komitmen Organisasi serta Dampaknya terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak (Muhammad Indra Putra, Sri Indarti, dan Yusni Maulida)
Amstrong Gary, (2013). Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi ke-12 . Penerbit Erlangga.
Amrizaldi P, (2018). Pengaruh Pengawasan Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Dinamika Vokasional Ekonomica . Vol. 2 127- 138.
Artati, Yuli. (2016). Pengaruh Kepemimpinan, Disiplin, Motivasi, Pengawasan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Wonogiri. STIE AUB SURAKARTA. Jurnal Exellent Vol. 1 No. 2.
Ansori dan Ali (2017). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Karyawan Non Medis RS Islam Siti Khadijah Palembang). Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan Tahun XV No 2 , Oktober 2017.
As’ad, Moh. 2004. Psikologi Industri: Seri Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia . Yogyakarta: Penerbit Liberty. Dwiyanti, Wijaya, Zahrindri, (2016). Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Perhubungan Pekalongan. International Journal of Business Administration .Vol. 3, No. 1.
Gilley, J. W., Boughton, N. W., & Maycunich, A. (2017). The performance challenge: Developing management systems to make employees your organizations.
Ghorbanpour, Zahra, Dehnavi, Hasan Deghan dan Heyrani Forough. (2014). Investigating The Effect of Organization Commitment on Performance of Auditors in The Community of Certified Accountants. I nterdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business . Februari 2014. vol. 5. no. 1.
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 . Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Herzberg, Frederick. 2011. Herzberg‟s Motivation-Hygiene Theory and Job Satisfaction in The Malaysian Retail Sector: The Mediating Effect Of Love Money . Sunway University Malaysia: Teck Hang Tan and Amna Waheed.
Hasibuan, Malayu SP. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Bumi Aksara.
Hermansyah, Sri Indarti (2015) Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Pt. Peputra Supra Jaya Pekanbaru.
Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha. 2011. Kompetensi Komunikasi Plus: Teori, Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis . Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kasmir. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik) . Depok: PT Rajagrafindo Persada. Mas'ud, Fuad. 2014. Manajemen Organisasi . Semarang : Undip Press Semarang. Mondy R Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Erlangga. Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2014. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusi a . Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
Robbins, Stephen P.; Judge. Timothy A. 2008 . Perilaku Organisasi . Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Moeheriono. (2019). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor : Ghalia Indonesia. M.B, Alim. 2016. Teori Herzberg dan Kepuasan Kerja Karyawan. Disadur pada 11 November 2016. Nawawi, Ismail. 2013. Budaya organisasi kepemimpinan dan Kinerja. Jakarta: PT. Fajar Iterpratama Mandiri. Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2016. Tentang Sasaran Kerja Pegawai Dan Perilaku Kerja. Prihadi, Syaiful F., 2004. Assessment Centre: Identifikasi, pengukuran dan Pengembangan Kompetensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Romualdus (2017). Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, eJournal Administrative Reform, 2017, 1 (1): 257-271.
Rizaa., Dita Amanah, (2018). Pengaruh Motivasi, Komitmen organisasi dan DisiplinKerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Jurnal MBIA p-ISSN 2086-5090, e-ISSN: 2655-8262 Vol. 17, No. 3, 2018.
Suzanto dan Fitriasari (2018). Pengaruh Pengawasan, Kepemimpinan Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Barang Milik Daerah Kabupaten Minahasa Utara. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Jurnal Manajemen . Vol. 6. 173 No. 2 Agustus 2018.
Suarjana (2016). Pengaruh Kompetensi Pegawai, Motivasi Kerja dan Disiplin KerjaTerhadap Kinerja Pegawai, Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi , Vol. 12 , No.1 , Januari 2019, ISSN : 2088-5326. Spencer, Lyle M. And Signe M. Spencer. 1993. Competence Work: Model for Superior Performance . John Wiley and Sons, Inc.
Tania, S (2016). Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasional menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap komitmen organisasional UPTD Taman Budaya Provinsi Lampung, Jurnal EMBA Vol.2 No.4 Desember 2016, ISSN 2303-1174. Wijayanti, 2014. Pengantar Administrasi dan Manajemen, Gunung Agung, Jakarta.
|
d8da1041-51eb-4aff-a083-04b003b715f3 | https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/COSTING/article/download/324/217 | Volume 2 Nomor 1, Juli-Desember 2018 e-ISSN : 2597-5234 https://doi.org/10.31539/costing.v2i1.324
## VARIAN ITEM PAKET CHAKI BIRTHDAY PARTY TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN PAKET ULANG TAHUN ANAK DI RESTORAN CEPAT SAJI KFC JEMBER
## ITEM VARIANT OF CHAKI BIRTHDAY PARTY PACKAGE TOWARD PURCHASING BEHAVIOR OF CHILDREN'S BIRTHDAY PACKAGES AT FAST FOOD RESTAURANT KFC JEMBER
Febrina Gerhani IKIP PGRI Jember [email protected]
## ABSTRACT
Marketing activities are required to always be creative and innovative in competing to get interest from buyers. This study aims to determine the relationship between variants of the Chaki Birthday Party KFC Jember item on the behavior of purchasing children's birthday packages at KFC Jember fast food restaurants. The number of sample is 132 people with parents as the sample who filled in the questionnaire as a representative of the behavior shown by children towards the item variants of Chaki Birthday Party KFC Jember package. The research instrument was in the form of a questionnaire to determine the assessment of item variants of Chaki Birthday Party package and children's buying behavior. Simple statistical procedures were conducted in the form of percentage calculation and data descriptions to analyze data. The results of this study indicated that the most children behavior in determine buying activity were included in habitual buying behavior of 69.28%. In relation to the item variants offered and promoted by KFC Jember, 70.37% students showed interest and enthusiasm for the Chaki Birthday Party package item. Therefore, the interest and enthusiasm for Chaki Birthday Party package item variants encourages the buying behavior caused by habit due to the comfort and loyalty of children as consumers or potential consumers of the Chaki Birthday Party package.
Keywords: Item Variants, Chaki Birthday Party KFC Package, Children Buying Behavior, Selling Strategy
## ABSTRAK
Kegiatan pemasaran dituntut untuk senantisa kreatif dan inovatif dalam bersaing memperoleh minat dari para pembeli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara varian item Chaki Birthday Party KFC Jember terhadap perilaku pembelian paket ulang tahun anak di restoran cepat saji KFC Jember. Jumlah sample yaitu 132 orang dengan orang tua sebagai sample yang akan mengisi angket sebagai perwakilan dari perilaku yang ditunjukkan anak-anak terhadap varian item paket Chaki Birthday Party KFC Jember. Instrumen penelitian berupa angket untuk mengetahui penilaian varian item paket Chaki Birthday Party dan perilaku pembelian anak-anak. Simple statistical procedure berupa perhitungan persentase dan deskripsi data dilakukan untuk menganalisis data.Hasil penelitian ini yaitu berupa perilaku mayoritas anak-anak dalam menetukan perilaku pembelian dikategorikan sebagai perilaku pembelian karena kebiasaan sebesar 69.28%.Sehubungan dengan varian item yang ditawarkan dan dipromosikan pihak KFC Jember
70.37% menunjukkan ketertarikan dan antusias pada varian item paket Chaki Birthday Party .Sehingga ketertarikan dan antusias terhadap varian item paket Chaki Birthday Party mendorong perilaku pembelian karena kebiasaan karena bentuk kenyamanan dan sisi loyalitas anak-anak sebagai konsumen atau calon konsumen paket Chaki Birthday Party .
Keywords : Varian Item, Paket Chaki Birthday Party KFC, Perilaku Pembelian Anak, Strategi Penjualan
## PENDAHULUAN
Angka penjualan yang tinggi merupakan impian semua pelaku bisnis. Dengan memperoleh hasil penjualan yang tinggi tentunya akan meningkatkan keuntungan dari pelaku bisnis. Hal ini tentunya berdampak positif bagi kelangsungan usaha untuk tetap melaksanakan pergerakan bisnis dalam jangka waktu yang Panjang.Tentunya, semua pebisnis ingin mempertahankan usahanya tanpa mengalami kemerosotan ataupun
kerugian.Menyikapi
kemungkinan kemungkinan tersebut,
mempertahankan prestasi penjualan yang baik tentunya bukan hal yang mudah.Para pebisnis harus memikirkan dan menerapkan trik-trik yang dapat meningkatkan penjualan baik barang atau penyediaan jasa yang dilakukan.
Pada masa sekarang, manusia telah banyak sekali melakukan inovasi di berbagai bidang termasuk dalam bisnis jual beli baik barang dan jasa. Usaha ini dapat dalam bentuk penjualan produk pakaian, kosmetik, furniture hingga urusan perut yaitu makanan.Saat ini, bisnis makanan sangat digandrungi oleh banyak pihak dalam masyarakat seiring minat konsumsi masyarakat yang meningkat terutama kepada mkanan-makanan yang Instragamable . Instagrambale
sendiri adalah sifat yang melekat pada sebuah objek yang diabadikan gambarnya dalam sebuah foto dan dapat di unggah melalui media sosial Instagram.Instagram saat ini
merupakan salah satu media yang banyak sekali dijadikan ajang promosi dan penjualan barang dan jasa, termasuk makanan( Ratnasari, Hamdan, dan Julia, 2017). Bukan hanya Instagram, media sosial lainnya pun sangat mempengaruhi seseorang mencoba menu makanan. Oleh karena itu, para pebisnis pun berlomba-lomba untuk menciptakan kreasi menu baru atau menu modifikasi yang dapat menarik minat konsumen.
Dalam bisnis makanan, menu bukanlah satu-satunya. Hal lain yang penting adalah kegiatan
pemasaran/marketing yang harus kreatif sehingga meningkatkan minat pembeli.
Banyak restoran yang menawarkan berbagai macam menu utama hingga menu yang terlihat ekonomis dalam bentuk paket.Berbagai macam pake ditawarkan untuk berbagai kebutuhan para konsumen untuk tujuan yang beragam.Salah satu restoran cepat saji KFC ( Kentucky Fried Chicken ), contohnya, menawarkan beragam paket sajian untuk menarik beragam lapisan masyarakat.KFC merupakan salah satu perusahaan waralaba cepat saji yang berasal dari Amerika.KFC Indonesia dipegang oleh PT Fast Food Indonesia Tbk yang didirikan oleh keluarga Gelael pada tahun 1978.Bagi para pekerja kantoran, mereka menawarkan paket breakfast yang praktis untuk sarapan.Bagi pecinta kuliner unik mereka juga menawarkan paket ayam goreng saos coklat, misalnya.Untuk konsumen yang
akan merayakan sebuah selebrasi seperti acara ulang tahun anak, KFC menawarkan beberapa varian paket ultah anak seperti paket tematik, dan paket funtastic . Penawaran paket sajian dalam bentuk paket harga serta penawaran-penawaran yang dikemas dalam satu kesatuan paket yang ditawarkan merupakan alat yang digunakan dalam sebuah kegiatan promosi penjualan. Harga paket adalah salah satu cara untuk mendorong calon pembeli (Suharyadi, Nugroho, Purwanto S. K dan Faturohman, 2007). Industri makanan cepat saji memanglah menjadi industri yang paling dipengaruhi oleh tren harga paket seperti beli dua gratis satu atau beli makanan dapat air mineral (Churcill, 2005). Bentuk promosi ini terbilang kreatif mengingat konsumen yang
ditargetkan adalah anak-anak. Meskipun yang melakukan transaksi adalah para orang tua namun anak-anak juga menentukan keputusan pembelian karena mereka kemungkinan akan melihat benda-benda yang ditawarkan dalam paket acara mereka. Oleh karena itu penting dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui dan membuktikanada atau tidaknya hubungan antaravariasi paket sajian yang ditawarkan KFC Jember kepada konsumen dan perilaku pembelian paket ultah anak.
Perilaku Pembelian Perilaku pembelian merupakan sebuah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen ketika akan membeli sebuah produk. Perilaku merupakan sebuah tindakan yang dilibatkan ketika membuat suatu keputusan (Setiadi, 2015:341). Penjual produk biasanya akan mempelajari perilaku konsumen mereka untuk menentukan strategi apa yang sebaiknya diterapkan untuk lebih menarik
minat mereka terhadap produk yang ditawarkan/dijual.
Para ahli mengembangkan beragam model tentang perilaku konsumen. Menurut Kotler (dikutip dalam Simamora, 2008), keputusan seseorang atas merk, kategori produk, tempat untuk didatangi, waktu pembelian dan jumlah pembelian, merupakan hasil dari rangsangan (stimuli) yang berasal dari luar dirinya, yang diolah dalam diri konsumen.Kotler juga membedakan empat tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di antara merk, yaitu perilaku membeli yang rumit, perilaku membeli untuk mengurangi ketidakcocokan, perilaku membeli berdasarkan kebiasaan, dan perilaku pembeli yang mencari keragaman.
Dalam melakukan pembelian, ada kebutuhan-kebutuhan yang mempengaruhi sebagian besar keputusan pembelian yaitu kebutuhan ekonomi dan pengaruh psikologis.Kebutuhan ekonomi seperti pemenuhan nilai dengan mencari harga terendah, membayar lebih untuk mendapatkan kemudahan, efisiensi penggunaan, keandalan penggunaan dan peningkatan penghasilan (Cannon,
Perreault, Jr dan McCarthy. 2008).
## Strategi Penjualan
Kegiatan penjualan merupakan kegiatan menjual barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan.Keuntungan yang diperoleh pada kegiatan-kegiatan transaksi berpengaruh besar terhadap kelangsungan suatu usaha.Oleh karena itu, para pelaku bisnis haruslah berusaha memikirkan dan melaksanakan berbagai macam strategi yang sesuai untuk meningkatkan target penjualan demi mendapatkan keuntungan yang memuaskan.Namun, tidak semua pelaku
bisnis atau perusahaan dapat menyusun strategi penjualan dengan baik meskipun mereka mampu menyusun perencanaan (Mulia, 2015:106).
Strategi penjualan yaitu dapat berupa promosi penjualan dan
periklanan.Program promosi penjualan sangat penting karena merupakan bagian dari rencana penjualan sebuah perusahaan. Tujuan dibuatnya program promosi ini adalah untuk mendapatkan pedoman tentang cara perusahaan mencapai tujuan/target bisnis (Haryadi, 2005).
Menurut Rangkuti (2009:28),
tujuan promosi hendaknya disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan yang dimiliki pelanggan. Terdapat tiga tujuan promosi, yaitu, memberikan informasi, mengubah sikap dan keyakinan atau perasaan dan menstimulasi agar pelanggan melakukan
pembelian.Contohnya,
promosi yang dilakukan melalui iklan KFC di televisi yaitu bertujuan memberikan informasi tentang menu baru yang ditawarkan. Kemudian ketika pemirsa televisi melihat iklan menu baru KFC dengan saus unik yang menggoda selera disanalah sikap konsumen akan berubah menjadi memiliki kecenderungan positif hingga akhirnya berkeinginan membeli makanan KFC dengan menu baru.
Strategi promosi juga banyak mengalami perubahan akibat dari perubahan dan perkembangan teknologi. Saat ini strategi promosi lebih banyak mengarah kepada strategi komunikasi, produk teknologi dan komunikasi lebih ekonomis dan praktis bagi hidup manusia (Rangkuti, 2009b:4).Orang-orang pun lebih banyak mengenal produk dari sosial media seperti Facebook, Instagram, Youtube dan situs-situs belanja online yang sangat merebak bak jamur di musim
hujan.KFC pun telah memiliki akun media sosial untuk memasarkan produknya selain situs resmi www.kfcku.com.
## Anak-anak sebagai Target Penjualan
Konsumen barang atau jasa tidak dibatasi oleh usia ataupun jenis kelamin serta latarbelakang sosial apapun. Oleh karena itu, anak-anak pun merupakan salah satu target penjualan barang atau jasa.Para pelaku usaha pun telah menjadikan anak-anak sasaran promosi dan penjualan yang sangat memberikan dampak positif pada kegiatan jual beli.Pertimbangannya yaitu anak-anak dapat memonopoli pembelian yang dilakukan oleh orang tua.Berdasarkan data, di Amerika sekitar 57 juta anak usia remaja menghabiskan sekitar $100 miliar tiap tahun dengan membelanjakan uang keluarga untuk membeli makanan, jajanan, minuman, video, produk elektronik, mainan, film, olahraga, baju dan sepatu. Selanjutnya, anak-anak usia 12 kebawah juga menghabiskan $11 miliar untuk belanja makanan dan juga alat rumah tangga lainnya (Beder, 1998).
Terlihat dari konsumsi anak-anak, pelaku bisnis gencar melibatkan penjualan makanan yang disertai dengan perlengkapan sekolah dan mainan yang menarik minat anak secara visual. Ketertarikan visual berupa variasi item , disain produk serta tema up-to-date ditawarkan kepada konsumen anak-anak untuk meningkatkan pembelian makanan seperti fast food .Hal ini tentu saja dapat dikaitkan pada sistem pengolahan informasi anak dalam sistem kognitif otak yang dapat mempengaruhi sikap pembelian barang dalam tingkah laku yang terkontrol (controlled behavior) (Hutchinson, Lu & Weingarten, n.d).oleh karena itu, target konsumen yang merupakan anak-anak dirasakan sebagai
strategi efektif dalam kegiatan promosi dan penjualan produk.
## Restoran Cepat Saji KFC
Usaha restoran cepat saji cukup menuai kesuksesan dibuktikan dengan adanya beberapa merek restoran ternama yang muncul di berbagai wilayah tersebar di seluruh Indonesia.Sebut saja AW, CFC, McDonald, KFC, Pizza Hut , dan lainnya.Umumnya restoran tersebut hadir di wilayah perkotaan hingga wilayah kota kabupaten. Restoran ini cukup diminati masyarakat dikarenakan trend makanan modern dengan penyajian cepat dan dengan kondisi ruang yang nyaman dengan beragam dekorasi serta Air Conditioner . Disamping praktis, orang yang makan
ditempat ini memiliki kecenderungan prestige yang tinggi dalam masyarakat dikarenakan sajiannya adalah makanan yang modern-kebarat-baratan dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan yang ada di warung tradisional. Disamping itu, banyak paket yang ditawarkan dengan harga yang beragam mulai dari paket goceng dengan harga Rp. 5000 saja hingga yang lebih mahal hingga ratusanribu rupiah dalam paket combo
(www.kfcku.com, diakses pada 10 Maret 2017).
Salah satu perusahaan waralaba cepat saji yaitu KFC atau Kentucky Fried Chicken yang berasal dari Amerika.KFC Indonesia dipegang oleh PT Fast Food Indonesia Tbk yang didirikan oleh keluarga Gelael pada tahun 1978 ( http://www.kfcindonesia.com/kegiatan-u saha-perusahaan , diakses pada 15 Maret 2017).Target restoran ini adalah seluruh lapisan masyarakat, melihat dari varian menu yang ditawarkan.Varian menu juga menjangkau anak-anak sebagai salah satu
tipe konsumen KFC.Paket menu untuk anak serta penawaran paket perayaan ulang tahun menunjukkan KFC menganggap penting kontribusi anak-anak sebagai konsumennya.Hal ini terlihat dari tawaran pake ultah yang terdiri dari dua jenis paket. Chaki Birthday Party dengan duaa jenis paket yang ditawarkan berupa paket tematik, dan paket funtastic. Jika melihat bagian menu di situs www.kfcku.com maka ada pilihan kids yang memang di khususkan untuk kids party (pesta untuk anak-anak).
Pada pilihan paket thematic varian item yang ditawarkan adalah tema Justice league yang sedang popular saat ini berisi backdrop, dekorasi, sound system , MC, Chaki mascot , Magic balloon, stick up balloon , kartu undangan, topi ultah, guest board, dan paket makan. Bonus yang ditawarkan yaitu tas justice league gratis serta pudding gratis untuk setiap sajian makanan. Paket ini sangat menarik karena bertemakan pahlawan yang sedang dikenal pada saat ini.Namun, ada kemungkinan anak perempuan kurang menyukainya karena tema ini bertema superhero yang lebih cocok untuk anak laki-laki.
Paket selanjutnya adalah paket
Funtastic dengan varian item MC, dekorasi balon lengkap, Backdrop , topi ultah, undangan, buku tamu, hadiah games, balon stick-up, hadiah special si ultah, souvenir untuk tamu, mascot chaki dan sajian makanan. Bonus yang ditawarkan yaitu hadiah games, hadiah special si ultah, souvenir untuk tamu dan pudding untuk setiap sajian makanan. Paket ini kemungkinan sesuai untuk anak laki-laki dan juga perempuan karena tidak bertema khusus.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data melalui penyebaran angket kepada para orang tua siswa Sekolah Dasar yang ada di tiga kecamatan yang merupakan daerah perkotaan kabupaten Jember.Objek
penelitian adalah beragam item yang ditawarkan dalam beberapa paket ultah KFC seperti paket tematik, dan paket funtastic.
Populasi penelitian ini adalah orang tua dari anak-anak berusia antara 6-12 tahun yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri kabupaten Jember yang ditemui secara accidental atau secara tiba-tiba saat orang tua dan anak melakukan pembelian di KFC Jember dalam kurun waktu. Jumlah perolehan sample yaitu 138 orang dengan orang tua sebagai sample yang akan mengisi angket sebagai perwakilan dari perilaku yang ditunjukkan anak-anak terhadap varian item paket Chaki Birthday Party KFC Jember.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui penyebaran angket yaitu seperangkat pertanyaan yang diajukan kepada responden (Sugiyono, 2006).Studi survei dengan penggunaan angket tersebut adalah untuk memberi gambaran mengenai pengaruh varian item paket Chaki Birthday Party yang ditawarkan KFC Jember terhadap perilaku pembelian paket ultah anak.Angket berisi pertanyaan mengenai perilaku pembelian sebanyak 20 pernyataandan pernyataan tentang varian item sebanyak 15 pernyataan.masing-masing poin pernyataan akan dinilai berdasarkan skala Likert dengan opsi sangat setuju (SS), setuju (S), Tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistic deskriptif yang disajikan melalui table, grafik, presentase, perhitungan standar deviasi (Sugiyono, 2006) serta analisis korelasi.
Data yang terjaring hanya 132 dari 138 angket yang tersebar dengan alasan para orang tua tidak mengembalikan angket dan sulit ditemui serta adanya pengisian angket yang tidak sesuai.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data angket
Analisis data angket terbagi menjadi dua yaitu analisis data varian angket Chaki Birthday Party dan analisis perilaku pembelian paket ulang tahun anak di KFC Jember.
Analisis data varian paket Chaki Birthday Party KFC Jember
Data varian paket Chaki Birthday Party diperoleh melalui angket yang disebar kepada 138 orang tua SD Negeri Kecamatan Patrang.Namun hanya 132 angket yang terkumpul dan terisi secara lengkap.
Jawaban dan kecenderungan pilihan informan terhadap pernyataan mengenai variable varian paket Chaki Birthday Party dinyatakan dengan penggunaan Likert Scale yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju.
Pernyataan pada angket akan memberikan data informasi pendapat para informan sebagai masyarakat sekaligus konsumen/calon konsumen restoran cepat saji KFC Jember mengenai varian paket Chaki Birthday Party . Ada 20 angket yang berisi pernyataan mengenai perilaku pembelian konsumen terhadap varian paket Chaki Birthday Party sebagai sumber data dari para informan.
Berikut adalah hasil data angket yang menyatakan penilaian kepada varian Paket Chaki Birthday Party KFC Jember yang ditampilkan dalam persentase yang dikategorikan menjadi Setuju dan Sangat setuju serta penilaian Tidak Setuju dan Sangat tidak Setuju.
Tabel 1.Data Angket Varian Paket
Chaki Birthday Party KFC Jember No Angket Penilaian Setuju dan Sangat Setuju Penilaian Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju 1 Anak saya mengetahui paket Chacki Birthday Party KFC Jember. 29.3 % 70.7 % 2 Anak saya mengenal karakter Chacki KFC. 25.7 % 74.3 % 3 Saya dan anak saya menyadari adanya paket Chacki Birthday Party KFC Jember. 48.8 % 51.2 % 4 Anak saya tertarik dengan penawaran paket Chacki Birthday Party KFC. 68.7 % 31.3 % 5 Saya belum pernah memesan paket Chacki Birthday party tetapi anak saya tertarik dengan paket yang ditawarkan. 72.3 %
27.7 % 6 Ketika mempelajari paket Chacki Birthday party anak saya sangat antusias dengan penawaran paket yang di tunjukkan dalam brosur. 79.2 % 20.8 % 7 Anak saya terarik pada paket Chacki Birthday Party KFC Jember karena kreatifitas dan inovasinya. 64.4 % 35.6 % 8 Anak saya menyukai semua varian item dalam 86.9 % 13.1 %
paket Chacki Birthday Party KFC Jember 9 Saya menganggap paket Chacki Birthday Party KFC Jember bagus untuk pembelajaran anak. 67.8 % 32.2 % 10 Anak saya mengenal karakter Chacki KFC 74.8 % 25.2 % 11 Anak saya sangat senang dengan varian item paket Chacki Birthday Party KFC Jember 79.3 % 20.7 % 12 Varian item paket Chacki Birthday Party KFC Jember membuat pesta anak saya meriah. 47.5 % 52.5 % 13 Anak saya menyukai bonus-bonus yang ditawarkan dalam paket Chacki Birthday Party KFC Jember 68.6 % 31.4 % 14 Anak saya menyukai tema yang ditawarkan Chacki Birthday Party KFC Jember. 87.6 % 12.4 % 15 Anak saya hanya tertarik pada varian item yang ditawarkan pada Chacki Birthday Party KFC Jember dari pada perayaan ultah. 53.7 % 46.3 % Sumber : Data Olahan (2018) Dari hasil analisis angket, dapat disimpulkan bahwa item pernyataan yang menyebutkan tentang ketertarikan,
antusias dan kualitas mengenal varian item yang ditawarkan pada paket Chaki Birthday Party.Item yang menunjukkan pada ketertarikan dan antusias anak pada varian item Chaki Birthday Party KFC Jember berjumlah 11 item dengan perolehan angka 70.37 % informan memilih nilai setuju dan sangat
setuju.Sedangkan sebesar 29.63 %
informan memilih jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju.Hal ini memperlihatkan adanya perolehan nilai yang cukup tinggi yang menunjukkan bahwa anak-anak sebagai konsumen KFC berupa Chaki Birthday Party menyatakan ketertarikan dan antusiasnya ketika mendapat penawaran dan juga ketika melakukan pembelian.
Dari hasil angket yang telah dijawab orang tua untuk mewakili anak mereka sebagai konsumen KFC dapat diketahui bahwa 44.65 % hasil angket menyatakan bahwa orang tua menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa anak mereka mengenal varian item dan karakter Chaki Birthday party. Sedangkan jawaban untuk tidak setuju dan sangat tidak setuju mengenal varian item dan karakter Chaki sebesar 55.35 %.
Analisis Data Angket Perilaku Pembelian oleh Konsumen Anak-Anak
Berikut adalah hasil data angket yang menyatakan penilaian kepada varian Paket Chaki Birthday Party KFC Jember yang ditampilkan dalam persentase yang dikategorikan menjadi Setuju dan Sangat setuju serta penilaian Tidak Setuju dan Sangat tidak Setuju.
Tabel 2.Data Angket Perilaku Pembelian oleh Konsumen Anak-Anak
No Angket Penilaian Setuju dan Sangat Setuju Penilaian Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju 1 Saya dan anak saya tidak terlalu memperdulikan banner dan label promosi paket Chaki Birthday Party KFC Jember yang ada di dinding KFC Jember.
73.8% 26.2%
2 Anak saya lebih mengenal paket ulang 63.7% 36.3%
tahun yang ditawarkan oleh restoran lainnya. 3 Ketika pihak KFC mencoba menawarkan paket Chaki Birthday Party KFC Jember ketika saya dan anak saya, anak saya langsung antusias kepada varian item yang ditawarkan. 78.7% 21.3% 4 Meskipun ditawarkan paket Chaki Birthday Party KFC Jember saya dan anak saya tidak langsung tertarik oleh penawarannya. 53.6% 46.4% 5 Setelah mendapatkan penawaran paket Chaki Birthday Party KFC Jember, anak saya menunjukkan rasa penasarannya dengan bertanya dan menuturkan keinginannya membeli paket Chaki Birthday Party KFC Jember. 66.2% 33.8 % 6 Anak saya tertarik dengan varian paket Chaki Birthday Party KFC Jember karena merasa terpengaruh dengan penyampaian promosi pihak KFC Jember. 46.6% 53.4 % 7 Anak saya mengenal varian item dalam paket Chaki Birthday Party KFC Jember dengan hanya melihat promosinya di banner dan dinding KFC Jember. 26.8% 73.2% 8 Anak saya berpikir bahwa paket ultah restoran lain lebih menarik dari pada paket Chaki Birthday Party KFC Jember. 37.5% 62.5% 9 Ketika mendapatkan penawaran dari pihak KFC Jember, anak saya berusaha membandingkan dengan paket ultah dari restoran lain. 84.8% 15.2% 10 Penawaran dekorasi 87.8 % 12.2 %
ultah seperti backdrop, topi ultah, buku tamu,
aneka balon, dan mascot Chaki adalah varian item yang menarik dalam sebuah acara ultah. 11 Anak saya tertarik dengan varian paket Chaki Birthday Party KFC Jember yang memberikan hiburan dan pembelajaran.
74.2% 25.8% 12 Anak saya menyadari bahwa varian item yang ditawarkan dalam paket Chaki Birthday Party KFC Jember akan membuat pesta meriah dan menyenangkan. 77.4% 22.6% 13 Bonus yang ditawarkan pada paket Chaki Birthday Party KFC Jember menarik anak saya karena dapat digunakan untuk bermain. 86.1% 13.9% 14 Anak saya menyatakan bahwa ia akan merayakan ultah lagi setelah perayaan ultah di KFC Jember karena banyak hadiah yang didapatkan. 75% 25% 15 Anak saya sudah lebih dari sekali melakukan pembelian varian dan paket Chaki Birthday Party KFC Jember. 33.7% 66.3% 16 Anak saya dan saya belum pernah memesan paket Chaki Birthday party tetapi anak saya tertarik dengan paket yang ditawarkan. 68.3% 31.7% 17 Anak saya selektif ketika memilih tempat untuk merayakan ultahnya. 70.3% 29.7% 18 Ketika ditawarkan paket dan varian Chaki Birthday party KFC Jember, anak saya ingin melakukan perayaan ultahnya di KFC Jember 72.2% 27.8%
19 Setelah melakukan pembelian paket dan varian Chaki Birthday party KFC Jember anak saya ingin melakukan perayaan di restoran lain. 34.2% 65.8% 20 Anak saya tertarik melakukan pembelian paket dan varian Chaki Birthday party KFC Jember karena item yang ditawarkan menarik untuk mereka. 73.7% 26.3%
## Sumber : Data Olahan (2018)
Pernyataan nomor 1 sampai 5 adalah pernyataan untuk mengetahui apakah termasukperilaku pembelian yang rumit.pernyataan-pernyataan tersebut mewakili kepada deskripsi perilaku konsumen kepada varian paket Chaki Birthday Party yang ditawarkan KFC Jember.Seperti diketahui perilaku konsumen yang rumit terdiri dari tiga tahapan yaitu mengembangkan keyakinan terhadap produk, kedua, membangun sikap dan yang ketiga adalah membuat sebuah pilihan yang cermat (Assael, 2004).Item nomor 1 menyatakan tentang kepedulian konsumen terhadap produk.Persentase jawaban setuju dan sangat setuju yaitu 73.8 % yang berarti konsumen tidak terlalu memperdulikan keberadaan iklan pada banner dan dinding KFC tanpa adanya promosi face-to-face.Item nomor 2 berisi pernyataan perbandingan informasi yang diterima anak ketika ia mengetahui produk paket ultah dari restoran lain. Persentase yang didapat untuk setuju dan tidak setuju juga cukup tinggi yaitu 63.7 %. Berarti sebanyak 63.7 % persen konsumen mengenal paket ultah restoran lain dibandingkan paket KFC. Anak-anak antusias dan penasaran ketika ditawarkan produk paket Chaki dan varian item dengan persentase 78.7 % dan 66.2
%.Sikap anak yang tidak langsung tertarik dengan penawaran adalah sebesar 53.6 %.Total persentase dari sikap konsumen yang rumit adalah 67.2 %.Perilaku anak sebagai pembeli yaitu sebesar 67.2 % menunjukkan perilaku rumit yang dapat diasumsikan sesuai dengan nature anak yang belum terlalu tegas dalam menentukan pilihan terutama dalam pembelian.
Kelompok pernyataan kedua yaitu pembelian pengurang ketidaknyamanan dimana pembeli pembeli akan berusaha membandingkan merk antar merk sehingga menemukan adanya perbedaan mutu. Mutu barang dipertimbangkan karena pembeli lebih mengutamakan kenyamanan yang akan diperoleh dengan harga yang bisa saja tinggi. Pernyataan nomor 6 berisi tentang ketertarikan anak dengan paket Chaki Birthday Party KFC Jember karena terpengaruh oleh penyampaian promosi dengan persentase setuju dan sangat setuju 46.6 %.Nomor 7 pernyataan berisi bahwa anak mengenal varian item hanya dengan melihat promosi pada banner dan dinding KFC sebesar 26.8 %. Nomor 8 berisi pernyataan bahwa anak memberikan perbandingan bahwa paket restoran lain lebih menarik sebesar 37.5 %. Sedangkan nomor 9 adalah pernyataan membandingkan dengan restoran lain sebesar 84.8 %. Nomor 10 berisi pernyataan dimana varian item yang ditawarkan sangat disukai anak-anak sebesar 87.8 %. Perilaku pembelian ini yaitu ditunjukkan dengan total persentase sebesar 56.7 % yang menunjukkan bahwa anak-anak sebagai konsumen bukan termasuk konsumen yang berperilaku pengurang ketidaknyamanan karena mereka belumlah cerdas dalam
menimbang mutu dan kenyamanan.
Kelompok pernyataan ketiga yaitu untuk mengetahui perilaku pembelian karena kebiasaan.Perilaku pembelian karena kebiasaan memang benar-benar melakukan pembelian berdasarkan kebutuhan yang memiliki dasar kegunaan sehingga applicable .Pernyataan nomor 11 berisi informasi ketertarikan anak dengan varian paket karena memberikan hiburan dan pebelajaran bagi mereka dengan persentasi setuju dan sangat setuju sebesar 74.2 %.Nomor 12 berisi pernyataan bahwa varian item pada acara ultah membuat pesta meriah dan menyenagkan dengan persentase setuju dan sangat setuju sebesar 77.4 %.Nomor 13 berisi pernyataan kegunaan varian item yang dapat digunakan untuk bermain setelah pesta usai sebesar 86.1 % yang menyatakan setuju dan sangat setuju.Nomor 14 menyatakan informasi bahwa anak sebagai konsumen akan merayakan ultah di KFC kembali setelah pernah melakukan perayaan ultah dengan pembelian paket Chaki sebesar 75 %. Item 15 menyatakan bahwa anak sebagai konsumen sudah lebih dari sekali melakukan pemblian varian dan paket Chaki Birthday party KFC Jember sebesar 33.7 %. Total dari persentase yang menunjukkan perilaku pembelian karena kebiasaan oleh anak-anak sebagai konsumen paket Chaki Birthday Party KFC Jember adalah 69.28
%.
Kelompok terakhir yaitu pernyataan untuk mengetahui perilaku pembelian yang mencari variasi.Pada perlaku pembelian mencari variasi konsumen memiliki perilaku berbanding terbalik dengan perilaku pembelian karena kebiasaan yang frekuensinya biasa dilakukan. Konsumen dengan perilaku mencari variasi bahkan tidak akan melakukan pembelian secara regular.
Mereka akan cepat melakukan
perpindahan pada merk barang lain karena keinginan mencoba variasi baru. Pada pernyataan nomor 16 berisi informasi bahwa konsumen belum pernah memesan paket ultah tetapi langsung tertarik ketika mendapatkan tawaran promosi dari pihak KFC memperoleh persentase sebesar 68.3 %.Item nomor 17 menunjukkan bahwa anak sebagai konsumen bersifat selektif dalam menentukan tempat perayaan ultahnya dinyatakan dengan persentase sebesar 70.3 %.Item nomor 18
memberikan informasi bahwa anak akan memiliki keinginan untuk melakukan perayaan ultah setelah ditawarkan paket Chaki Birthday Party secara langsung oleh pihak KFC Jember sebesar 72.2 %. Nomor 19 berisi pernyataan bahwa setelah anak melakukan perayaan di KFC mereka selanjutnya ingin melakukan perayaan ultah di restoran lain sebesar 24.2 %. Dan item terakhir nomor 20 berisi pernyataan bahwa konsumen anak-anak tertarik melakukan pembelian paket dan varian Chaki Birthday party KFC Jember karena item yang ditawarkan menarik untuk mereka mendapat penilaian sebesar 73.7 %. Total persentase 61.74 % untuk perilaku pembelian mencari variasi.
Dalam kegiatan transaksi jual beli, faktor-faktor
seperti strategi pemasaran/penjualan dan juga perilaku konsumen dapat sangat mempengaruhi satu sama lain. Logikanya adalah ketika strategi pemasaran/penjualan dilaksanakan dengan baik maka pastinya akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam menentukan sikap pembelian barang atau jasa. Perilaku tersebut dapat berupa keputusan untuk membeli atau keputusan tidak jadi membeli barang atau jasa.Sehinggaakan mempengaruhi
penjualan yang akan mempengaruhi perolehan keuntungan produsen barang atau jasa.
Penelitian ini fokus kepada varian item yang ditawarkan pada paket Chaki Birthday Party KFC Jember dan perilaku pembelian anak-anak sebagai konsumen KFC Jember.Berhubungan dengan penjelasan sebelumnya bahwa strategi pemasaran/penjualan memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen, maka diadakanlah sebuah studi dengan mensurvei perilaku pembelian anak-anak terhadap paket Chaki Birthday Party KFC Jember dan juga penilaian orang tua yang mewakili anak mereka dalam memberikan pendapatnya mengenai varian item Chaki Birthday Party KFC Jember.
KFC merupakan sebuah usaha waralaba yang menargetkan seluruh lapisan masyarakat termasuk usia anak-anak. Varian menu menjangkau anak-anak sebagai salah satu tipe konsumen KFC.Paket menu untuk anak serta penawaran paket perayaan ulang tahun menunjukkan KFC menganggap penting kontribusi anak-anak sebagai konsumennya.Seperti halnya dinyatakan oleh Hill dan Tilley (2002) bahwa tim marketing penjual makanan menargetkan anak-anak sebagai salah satu konsumen melalui promosi melalui media Televisi setelah jam sekolah dan hari minggu pagi.Hal ini terlihat dari tawaran pake ultah yang terdiri dari dua jenis paket. Chaki Birthday Party dengan dua jenis paket yang ditawarkan berupa paket tematik, dan paket funtastic . Jika melihat bagian menu di situs www.kfcku.com maka ada pilihan kids yang sengaja di khususkan untuk kids party (pesta untuk anak-anak)
(www.kfcindonesia.com).
Keragaman penawaran item yang ditawarkan dapat disimpulkan sebagai
salah satu cara pihak KFC sebagai penjual untuk menarik minat beli anak-anak yang juga diperhitungkan sebagai konsumen KFC Jember. Dua paket yang ditawarkan di lengkapi dengan item yang berbeda yang di sesuaikan dengan minat anak berdasarkan kondisi psikologis anak yang berbeda berupa kesesuaian ketertarikan pada tema.Hal ini didasarkan pada sifat alami anak yang cenderung puas dan menyukai visual merchandise yang menarik seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Natadjaja, Dewi, F dan Setyawan (2010) terhadap visual merchandise McDonald dan perilaku pembelian paket Happy Meal . Disamping visual merchandise, perilaku pembelian juga dapat dipengaruhi visual dalam bentuk display produk yang berupa posisi dan gaya penataan produk untuk memamerkan barang. Display produk yang menarik ternyata juga mampu menarik minat pembeli dengan menyediakan rangkuman informasi tentang barang yang dipajang atau dijual sehingga menimbulkan impulsive buying (Melati, 2012). Tentunya varian item yang ditawarkan KFC ini juga mengandung konsep yang menunjang unsur visual karena tema dan item yang ditawarkan berusaha menarik minat anak-anak yang melihatnya.
Dalam analisis angket, orang tua berpendapat bahwa anak mereka sebesar 70.37 % menyatakan ketertarikan dan rasa suka terhadap varian item Chaki Birthday Party KFC Jember baik oleh anak yang hanya diberikan penawaran maupun anak-anak yang telah melakukan pembelian paket. Varian item yang terlihat oleh anak-anak tentunya berhubungan dengan peran otak yang menjadi tempat pemrosesan informasi yang kemudian mempengaruhi sebuah tingkah laku yang
terkontrol (controlled behavior) (Hutchinson, Lu & Weingarten, n.d).Angka tersebut termasuk dalam kategori baik dan pihak KFC telah melakukan trik-trik penjualan yang menargetkan anak-anak dengan penjualan mainan, dan alat sekolah yang dihadirkan pada paket Birthday Party .Hal ini yang disebut manipulasi pasar dan anak-anak adalah sasaran empuk dari manipulasi ini. Seperti halnya Amerika sekitar 57
juta anak usia remaja menghabiskan sekitar $100 miliar tiap tahun dengan membelanjakan uang keluarga untuk membeli makanan, jajanan, minuman, video, produk elektronik, mainan, film, olahraga, baju dan sepatu. Selanjutnya, anak-anak usia 12 kebawah juga menghabiskan $11 miliar untuk belanja makanan dan juga alat rumah tangga lainnya (Beder, 1998). Penjual produk tentu saja sudah menargetkan anak-anak karena orang tua akan menuruti kehendak anak mereka dalam kegiatan promosi yang dilakukan. Seperti diketahui bahwa promosi adalah untuk mendapatkan pedoman tentang cara perusahaan mencapai tujuan/target bisnis (Haryadi, 2005). Hal ini dapat terlihat bahwa anak-anak telah menjadi target bisnis dalam melaksanakan promosi.
Dalam penelitian ini pendapat varian item ini dihubungkan dengan perilaku pembelian anak-anak sebagai konsumen KFC Jember.Data angket 69.28 % merupakan persentase tertinggi yang menunjukkan perilaku pembelian oleh anak-anak
yang bersifat
kebiasaan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa varian item yang menarik dan beragam dapat menarik minat anak untuk secara berkelanjutan atau memiliki loyalitas terhadap keinginan membeli dan
melakukan lagi pembelian paket Chaki
Birthday Party di KFC Jember.
## PENUTUP Kesimpulan
Penelitian ini sengaja dilakukan dengan pemilihan sampling secara accidental pada konsumen KFC yang sedang melakukan pembelian di KFC Jember. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang diperoleh menjadi pertimbangan oleh penjual, dalam hal ini pihak KFC Jember, untuk lebih meningkatkan strategi penjualan yang akan lebih menarik minat pembeli paket Chaki Birthday.
Perilaku anak sebagai pembeli yaitu sebesar 67.2 % menunjukkan perilaku rumit yang dapat diasumsikan sesuai dengan nature anak yang belum terlalu tegas dalam menentukan pilihan terutama dalam pembelian. Perilaku pembelian dengan total persentase sebesar 56.7 % menunjukkan bahwa anak-anak sebagai konsumen bukan termasuk konsumen yang berperilaku pengurang ketidaknyamanan karena mereka
belumlah cerdas dalam menimbang mutu dan kenyamanan. Total dari persentase yang menunjukkan perilaku pembelian karena kebiasaan oleh anak-anak sebagai konsumen paket Chaki Birthday Party KFC Jember adalah 69.28 %.Sedangkan total persentase untuk perilaku pembelian mencari variasi adalah 61.74 %.Perilaku mayoritas anak-anak dalam menetukan perilaku pembelian dikategorikan sebagai perilaku pembelian karena kebiasaan sebesar 69.28%.Sehubungan dengan varian item yang ditawarkan dan dipromosikan pihak KFC Jember 70.37% menunjukkan ketertarikan dan antusias pada varian item paket Chaki Birthday Party .Sehingga ketertarikan dan antusias
terhadap varian item paket Chaki Birthday
Party mendorong perilaku pembelian karena kebiasaan karena bentuk kenyamanan dan sisi loyalitas anak-anak sebagai konsumen atau calon konsumen paket Chaki Birthday Party .
## Saran
Pada akhirnya, strategi promosi dan penjualan yang dilakukan pihak KFC Jember cukup efektif dalam membuat konsumen anak-anak berperilaku pembelian karena kebiasaan. Meskipun begitu angka yang ditunjukkan dengan 69.28% belum terlalu baik untuk membuat anak loyal terhadap paket Chaki Birthday Party sehingga hal ini akan menjadi catatan KFC Jember untuk melakukan strategi yang lebih baik lagi dalam menarik minat anak.
## DAFTAR PUSTAKA
Assael, H. (2004). Consumer behavior: a strategic approach . Pennsylvania: Pennsylvania State University. Beder, S. (1998).Marketing to children. 'A Community View', Caring for Children in the Media Age, Papers from a national conference, edited by John Squires and Tracy Newlands, New College Institute for Values Research, Sydney,
101-111, dari https://www.uow.edu.au/~sharonb /children.html Cannon, J. P., Perreault, W. D., dan McCarthy, E. J. (2008).
Pemasaran dasar (Ed.16). Jakarta:
Salemba Empat.
Churchill, G. A. (2005). Dasar-dasar riset pemasaran (Ed 4). Jakarta: Erlangga
Haryadi, A. (2005). Kiat membuat promosi penjualan secara efektif
dan terencana . Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hill, H. and Tilley, J. (2002), Packaging of children’s breakfast cereal. British Food Journal .104 ( 9), 766-77.
Hutchinson, J.W, Lu, J & Weingarten, E.
(n.d).Visual attention in consumer settings. Diakses 10 Juni 2017 dari https://faculty.wharton.upenn.edu/ wp-content/uploads/2016/06/Visu al_Attention_in_Consumer_Settin gs_IHCP_150814.pdf KFC Indonesia. (n.d). Kids party , diakses pada 10 Maret 2017 dari www.kfcku.com KFC Indonesia. (n.d). Kegiatan usaha perusahaan , diakses pada 15 Maret 2017 dari http://www.kfcindonesia.com/kegi atan-usaha-perusahaan Melati, I. (2012). Pengaruh display produk pada keputusan
pembelian konsumen. Binus Business Review . 3 (2), 875-881. Mulia, E. (2015). Power sales: Rahasia sukses memimpin tim penjualan . Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Natadjaja, L, Dewi.F, R dan Setyawan, D. (2010). Studi pengaruh visual merchandise untuk anak terhadap perilaku pembelian paket HappyMeal di restoran McDonald’s Surabaya. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana , 11 (1), 41-59,
doi: https://doi.org/10.9744/nirman
a.11.1.pp. 41-59 Rangkuti, F. (2009). Mengukur efektivitas program promosi dan analisis kasus menggunakan SPSS . Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama. Rangkuti, F. (2009). Strategi promosi yang kreatif dan analisis kasus
integrated marketing communication . Jakarta:
PT
Gramedia Pustaka Utama. Ratnasari, A, Hamdan.Y dan Julia, A. (2001).Promosi penjualan produk melalui instagram. Jurnal Komunikasi , 2 (2), 101-107.
Diakses 8 Maret 2017 dari https://www.interstudi.edu/journal /index.php/InterKomunika/article/ view/8/pdf Setiadi, N. J. (2015). Perilaku konsumen . Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Simamora, B. (2008). Panduan riset perilaku konsumen . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2006). Metode penelitian bisnis . Bandung: CV Alvabeta
Suharyadi, Nugroho, A, S.K, Purwanto dan Faturohman, M. (2007). Kewirausahaan . Jakarta: Salemba Empat.
|
01f05e7e-e4a7-4171-ac71-134fd7c859c0 | https://journal.untar.ac.id/index.php/jmts/article/download/16641/10001 |
## ANALISIS FONDASI AKIBAT BEBAN DINAMIK MESIN GENSET DI JAKARTA TIMUR DAN TANGERANG
Theodore Seamditia 1 , Hendy Wijaya 2 , Amelia Yuwono 3
1 Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen S. Parman No.1 Jakarta [email protected]
2 Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen S. Parman No.1 Jakarta [email protected]
2 Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen S. Parman No.1 Jakarta [email protected]
Masuk: 06-01-2022, revisi: 12-02-2022, diterima untuk diterbitkan: 22-02-2022
## ABSTRACT
The foundation structure is one of the most important structures in a building construction work which is underground. The foundation structure must be able to support the loads above it. Not only static loads but also dynamic loads. In this journal, analysis is carried out due to the dynamic load of the generator engine on the group pile foundation structure which is united with the pile cap. The dynamic load analysis is calculated using the Lumped Parameter System method then processed using a geotechnical-based program so that it can be obtained how the effects caused by the dynamic load of the generator engine on the pile foundation structure.
Keywords: group pile foundation, dynamic load, geotechnical-based program.
## ABSTRAK
Struktur fondasi adalah salah satu struktur yang sangat penting dalam sebuah pekerjaan konstruksi bangunan yang berada di bawah permukaan tanah. Struktur fondasi harus kuat dalam menopang beban yang berada diatasnya. Tak hanya beban statik namun juga beban dinamik. Pada jurnal ini dilakukan analisis akibat beban dinamik mesin genset pada struktur fondasi tiang pancang kelompok yang disatukan dengan pile cap . Analisis beban dinamik dihitung menggunakan metode Lumped Parameter System yang kemudian diolah menggunakan program berbasis geoteknik sehingga bisa diperoleh bagaimana pengaruh yang ditimbukan akibat beban dinamik mesin genset pada struktur fondasi tiang pancang
Kata kunci: fondasi tiang pancang kelompok, beban dinamik, program berbasis geoteknik.
## 1. PENDAHULUAN
Salah satu bagian terpenting dalam sebuah pekerjaan konstruksi adalah struktur fondasi. Beban dari struktur yang berada di atas struktur fondasi serta seluruh beban luar yang bekerja harus dapat ditopang dan disalurkan oleh fondasi ke lapisan dan kedalaman tanah tertentu tanpa menimbulkan adanya penurunan tanah yang berlebihan ataupun keruntuhan geser pada tanah.
Berdasarkan arahnya, beban-beban yang harus ditopang dan disalurkan oleh fondasi dibagi menjadi dua bagian yakni beban aksial dan lateral. Beban aksial merupakan beban vertikal atau dapat diartikan sebagai beban yang bekerja searah dengan fondasi. Sedangkan beban lateral adalah beban horizontal atau beban yang bekerja tegak lurus dengan fondasi.
Kemudian terdapat pula pengelompokan beban berdasarkan sifat atau cara beban tersebut bekerja terhadap struktur yakni beban statis dan beban dinamis. Menurut pengertiannya beban statis adalah beban yang tetap baik besarnya (intensitasnya) maupun titik bekerja dan arah garis kerjanya pun tetap. Lalu untuk beban dinamis adalah beban yang besarnya (intensitasnya) berubah-ubah menurut waktu serta arahnya pun dapat berubah-ubah secara cepat. (Lumantarna, 2000)
Beban dinamik juga dapat diartikan sebagai beban yang bekerja secara tiba-tiba terhadap struktur. Pada umumnya beban dinamik bersifat tidak tetap ( unsteady-state ) namun jika beban dinamik tidak diperhitungkan dengan baik dapat
menimbulkan kerusakan pada struktur fondasi sehingga sangat penting untuk dilakukannya analisis mengenai pengaruh beban dinamik pada fondasi yang direncanakan.
Menurut (Gazetas, Analysis of Machine Foundation Vibrations: State of The Art, 1983), fondasi yang didesain untuk menahan beban dinamik akibat mesin dapat disebut sebagai fondasi mesin. Tujuan utama dari fondasi mesin adalah untuk membatasi pergerakan pada daerah sekitar mesin yang dapat membahayakan orang yang bekerja di sekitarnya. Respon harmonik dari sebuah fondasi tiang kelompok sesungguhnya dipengaruhi oleh respon dinamik yang dihasilkan oleh setiap individu tiang. (Gazetas & Makris, Dynamic Pile-Soil-Pile Interaction. Part I: Analysis of Axial Vibration, 1992)
Dalam meningkatkan kekakuan dinamik dari fondasi tiang kelompok tidak hanya dengan menambahkan kekakuan setiap tiang saja, melainkan harus diperhatikan juga pengaruh serta defleksi yang ditimbukan antar tiang. (Markis & Gazetas, 1991). Agar dapat menganalisa terjadinya beban dinamik pada fondasi, maka dapat digunakan program berbasis geoteknik. Hasil dari program ini adalah reaksi yang diberikan oleh struktur fondasi yang direncanakan saat beban dinamik tersebut bekerja sehingga dapat terlihat apa saja yang terjadi pada struktur fondasi jika terdapat beban dinamik yang bekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh beban dinamik mesin genset terhadap displacement, axial beam force dan bending moment yang terjadi pada tiang dan daerah sekitar tiang. Kemudian dapat diketahui bagaimana kinerja struktur fondasi terhadap beban dinamik serta mengetahui bagaimana pemodelan program berbasis geoteknik untuk tanah serta interaksi struktur dan tanah.
## Meotde Lumped Parameter System
• Dalam program berbasis geoteknik yang digunakan perlu dihitung beban dinamik yang bekerja pada sistem fondasi. Dengan metode ini nilai dari beban dinamik yang bekerja dapat diperoleh sehingga pembebanan pada program dapat dilakukan.
• Metode yang paling mudah diikuti dalam menganalisa beban dinamis adalah dengan menggunakan Lumped Parameter System . Metode ini menganalisa beban dinamis menggunakan massa, pegas dan peredam seperti pada teori getaran, dimana pada metode ini redaman tidak diabaikan. (Irsyam, 2018)
• Tahapan awal dalam metode ini adalah mencari koefisien pegas dengen menggunakan rumus seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Equivalent Spring Constants for Rectangular Footings Mode of Vibration Rectangular Footings Vertical 𝐾 𝑧 = 𝐺 1 − 𝑣 . 𝛽 𝑧 . √𝐵. 𝐿. 𝜂 𝑧 Horizontal 𝐾 𝑥 = 2 (1 + 𝑣). 𝐺. 𝛽 𝑥 . √𝐵. 𝐿. 𝜂 𝑥 Rocking 𝐾 𝜑 = 𝐺 1 − 𝑣 𝛽 𝜑 𝐵𝐿 2 𝜂 𝜑
Torsional Tidak ada penyelesaian
(Sumber : Arya dkk, 1979)
Nilai koefisien yang terdapat pada rumus di table 1 adalah nilai dari data tanah yang mengacu pada uji lab. Dengan 𝑘 𝑧 = koefisien pegas akibat gaya arah vertikal, 𝑘 ℎ = koefisien pegas akibat gaya arah horizontal, 𝑘 𝜑 = koefisien pegas akibat momen, 𝐺 = modulus geser, dan 𝑣 = poisson ratio .
• Selanjutnya dicari nilai modulus geser berdasarkan data tanah yang digunakan. Untuk memperoleh nilai modulus geser, digunakan rumus:
𝐺 = 1230 (2.17−𝑒)2 1+𝑒 (𝑂𝐶𝑅) 𝑘 (√𝜎 𝑜 ) (1)
dengan 𝐺 = modulus geser, 𝑂𝐶𝑅 = Over Consolidated Ratio , 𝑒 = void ratio , 𝑘 = koefisien yang nilainya begantung dari nilai indeks plastisitas, 𝜎 𝑜 = tegangan efektif. (Bowles, 1991)
• Untuk menentukan besarnya nilai tegangan efektif, maka digunakan rumus seperti berikut:
𝜎 𝑜 = 0.333(𝜎 𝑣 + 2𝜎 ℎ ) (2)
Mulai Pengumpulan Data Pengolahan Data Input Data Kedalam Program Pemodelan Tanah dan Tiang Pada
Program
Pembebanan
Selesai
Pembebanan Penentuan Boundary Condition Displacement , bending moment , dan axial force
Analisis Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
degnan 𝜎 𝑣 = tegangan efektif arah vertikal,, dan 𝜎 ℎ = tegangan efektif pada kedalaman yang ditinjau.
• Setelah didapatkan nilai modulus geser, kemudian dicari nilai frekuensi natural yang dapat diperoleh dari rumus seperti berikut
𝑓 𝑛 = 1 2𝜋 √ 𝑘 𝑚 (3)
dengan 𝑘 = koefisien k pada tabel 1, dan 𝑚 = massa.
• Dari nilai frekuensi natural yang didapat, dihitung besarnya nilai frekeunsi resonansi yang terjadi menggunakan rumus seperti berikut:
𝑓 𝑟𝑒𝑠 = 𝑓 𝑛 . √1 − 2 . 𝐷 2 (4) dengan 𝐷 = rasio redaman pada arah gaya yang bekerja.
• Dalam menghitung besarnya nilai frekeunsi resonansi, besaran koefisien redaman diperoleh menggunakan rumus seperti berikut:
𝐷 = 𝑐 2 √ 𝑘𝑚 (5)
dengan 𝑐 = konstanta redaman pada arah gaya yang bekerja.
• Kemudian dicari nilai amplitudo yang berfungsi untuk mengkontrol hasil dengan rumus seperti berikut:
𝐴 = 𝑀 𝑄𝑜 𝑘 (6)
dengan 𝑄 𝑜 = gaya luar yang berasal dari mesin (ton).
• Sedangkan nilai 𝑀 pada persamaan 6 diperoleh dengan menggunakan rumus:
𝑀 = 1 √(1−𝑟2)2+(2.𝐷.𝑟)2 (7)
dengan 𝑟 = perbandingan frekuensi mesin dengan frekuensi natural.
• Beban dinamik yang diinput kedalam program berupa grafik sinusoidal yang diperoleh menggunakan program lain dengan cara menginput nilai frekuensi yang telah didapat berdasarkan rumus diatas. Untuk beban arah vertikal, horizontal dan akibat rocking diinput secara terpisah..
## 2. METODE PENELITIAN
Penelitian dimulai dengan perngumpulan data, setelah data-data yang dibutuhkan diperoleh maka dilanjutkan dengan pengolahan data sehingga dapat dimasukkan ke dalam program berbasis geoteknik. Setelah data selesai di olah, dilakukan pemodelan pada program lalu program di jalankan sehingga diperoleh nilai-nilai yang dibutuhkan untuk analisis. Setelah data didapatkan, dilakukan analisis kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil analisa.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada awal penelitian dilakukan penurunan parameter tanah sehingga didapat summary data tanah pada kedua data seperti tabel 2 dan tabel 3.
Tabel 2, Summary Data Tanah Jakarta Timur
Tabel 3, Summary Data Tanah Tangerang
Kemudian setelah didapatkan summary penurunan parameter tanah, dilakukan perhitungan amplitudo akibat beban dinamik sehingga didapatkan hasil sebagai berikut
1. Data Tanah Tangerang (Fondasi Tiang)
• Akibat beban dinamik arah vertikal
: 0,000122 mm
• Akibat beban dinamik arah horizontal
: 0,00013 mm
• Akibat beban dinamik rocking
: 0,03624 mm
2. Data Tanah Jakarta Timur (Fondasi Tiang)
• Akibat beban dinamik arah vertikal
: 0,000095 mm
Elevasi (m) Type of Soil Consistency 𝜸 (kN/ 𝒎 𝟑 ) 𝒆 𝒐 𝝓 ( ° ) Su (KPa) OCR E (KPa) Poisson Ratio Plasticiy Index (%) 0-6 Silt Hard 21 0,4 0 170 24 52000 0,2 54,6 6-12 Silty Gravel Medium Dense 19 0,62 41 0 0 28000 0,25 37,28 12-18 Silt Stiff 20 0,48 0 90 4 36000 0,2 39,71 18-24 Coarse Sand Very Dense 21 0,4 44 0 0 54000 0,25 39,71 24-30 Cemented Silt Hard 20 0,4 0 180 3,5 54000 0,2 33,95 30-36 Sand Very Dense 20,5 0,46 40 0 0 42000 0,25 33,95 36-42 Gravelly Sand Very Dense 21 0,42 43 0 0 48000 0,25 30,85 42-48 Silt Hard 21 0,4 0 150 1 52000 0,2 30,85 48-50 Sand Very Dense 21 0,4 44 0 0 54000 0,25 30,85
Elevasi (m) Type of Soil Consistency 𝜸 (kN/ 𝒎 𝟑 ) 𝒆 𝒐 𝝓 ( ° ) Su (KPa) OCR E (KPa) Poisson Ratio Plasticiy Index (%) 0-12 Clay Very Soft 15,371 2,216 16,98 27,365 3,6 11820 0,4 55,03 12-20 Clayey Silt Medium Stiff 16,813 1,28 - 86,691 3,6 39320 0,4 60 20-26 Silty Sand Hard 16,812 1,28 - 80,909 3,6 38110 0,4 60 26-36 Silty Clay Very Stiff 17,034 1,23 - 58,272 1,8 35720 0,4 24,83 36-48 Clayey Silt Very Stiff 17,265 1,23 - 52,761 1,8 30190 0,4 24,83 48-61 Clayey Silt Very Stiff 17,881 1,2 - 59,4 1,8 24660 0,4 41,139
• Akibat beban dinamik arah horizontal
: 0,000126 mm
• Akibat beban dinamik rocking
: 0,04611 mm
3. Data Tanah Jakarta Timur (Fondasi Dangkal)
• Akibat beban dinamik arah vertikal
: 0,000128 mm
• Akibat beban dinamik arah horizontal
: 0,000126 mm • Akibat beban dinamik rocking
: 0,000251 mm
Setelah didapat nilai amplitudo, kemudian beban dinamik dapat diinput kedalam pemodelan pada program berbasis geoteknik sehingga setelah dilakukan analisa menggunakan aplikasi berbasis geoteknik, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut
1. Reaksi Fondasi Tiang untuk Tanah Daerah Tangerang
Jenis Beban Displacement (mm) Axial Beam Force (kN) Bending Moment Y (kNmm) Bending Moment Z (kNmm) Beban Statik 8,695 0,953 398,02 627,006 Beban Dinamik Vertikal 1,16 × 10 −4 4,81 × 10 −4 0,0393 0,0412 Beban Dinamik Horizontal 1,39 × 10 −4 1,17 × 10 −4 0,0338 0,0045 Beban Dinamik Rocking 1,93 × 10 −7 2,8 × 10 −10 1,61 × 10 −6 1,99 × 10 −6
## 2. Reaksi Fondasi Tiang untuk Tanah Daerah Jakarta Timur
Jenis Beban Displacement (mm) Axial Beam Force (kN) Bending Moment Y (kNmm) Bending Moment Z (kNmm) Beban Statik 4,528 1,144 47,747 114,145 Beban Dinamik Vertikal 0 0 0 0 Beban Dinamik Horizontal 0 0 0 0 Beban Dinamik Rocking 0 0 0 0 3. Reaksi Fondasi Dangkal untuk Tanah Daerah Jakarta Timur Jenis Beban Displacement (mm) Beban Statik 8,695 Beban Dinamik Vertikal 2,18 × 10 −4 Beban Dinamik Horizontal 2,79 × 10 −4 Beban Dinamik Rocking 0
Alasan tidak adanya nilai yang timbul akibat beban dinamik pada tanah ini dapat dilihat pada lampiran perhitugan, Pada perhitungan beban dinamik di tanah ini sebenarnya hanya diperlukan 2 tiang untuk menahan seluruh beban sistem fondasi, Namun karena di sini digunaka 18 tiang maka nilai yang dihasilkan akan sangat kecil sehingga dianggap 0 (nol),
Selain itu, alasan lain yang menjadi faktor kecilnya pengaruh beban dinamik terhadap reaksi sistem fondasi adalah mesin genset yang digunakan sebagai objek penghasil beban dinamik telah memiliki sistem peredam yang sudah tertanam pada alat itu sendiri atau yang sering disebut mesin genset tipe silent sehingga beban dinamik akibat getaran yang timbul menjadi lebih kecil lagi,
## 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis, dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:
## Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang dilakukan pada pemodelan fondasi dalam, maka dapat disimpulkan menjadi tabel seperti berikut:
Lokasi Tanah Jenis Beban Displacement (mm) Axial Beam Force (kN) Bending Moment Y (kNmm) Bending Moment Z (kNmm) Tangerang Statik 8,695 0,953 398,02 627,006 Dinamik 2,5 × 10 −4 5,9 × 10 −4 0,0731 0,0457 S + D 8,6952 0,9536 398,093 627,025 % Statik 99,997% 99,937% 99,982% 99,993% % Dinamik 0,003% 0,063% 0,018% 0,007% Jakarta Timur Statik 4,528 1,144 47,747 114,145 Dinamik 0 0 0 0 S + D 4,528 1,144 47,747 114,145 % Statik 100% 100% 100% 100% % Dinamik 0% 0% 0% 0%
1. Berdasarkan hasil analisis fondasi dalam, dapat diketahui bahwa total displacement , axial beam force dan bending moment akibat beban dinamik pada tanah daerah Jakarta Timur adalah 0 mm dikarenakan tanah tersebut dikategorikan sebagai tanah medium yang memiliki daya dukung lebih besar sehingga sistem fondasi mengalami reaksi yang sangat kecil sehingga dapat dianggap 0 (nol).
2. Reaksi sistem fondasi akibat beban dinamik berupa displacement , Namun besarnya displacemen sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan reaksi akibat beban statik.
3. Berdasarkan hasil analisa dapat dilihat bahwa pada tanah Jakarta Timur dapat digunakan fondasi dangkal karena total displacement yang dihasilkan akibat beban dinamik dan statik tidak lebih besar dari 1 inch yakni 25,4 mm, Berikut adalah summary hasil analisa fondasi dangkal pada tanah Jakarta Timur.
Jenis Beban Displacement (mm) Beban Statik 5,819 Beban Dinamik Vertikal 2,18 × 10 −4 Beban Dinamik Horizontal 2,79 × 10 −4 Beban Dinamik Rocking 0 Total 5,8195
4. Telah mengetahui cara pemodelan struktur fondasi pada aplikasi berbasis geoteknik Midas GTS NX.
## Saran
1. Jika akan dilakukan penelitian yang serupa yakni menganalisa pengaruh beban mesin, maka lebih baik digunakan data tanah dengan kategori tanah lunak sehingga nilai yang didapat bisa lebih besar dan mudah untuk dianalisa.
2. Diperlukan studi lebih lanjut untuk jenis mesin genset yang berbeda yakni jenis mesin genset yang bukan tipe silent .
3. Agar hasil yang didapat bisa lebih akurat, dapat digunakan aplikasi berbasis geoteknik lain sebagai pembanding hasil analisis.
## DAFTAR PUSTAKA
Arya, S., O'Neill, M., & Pincus, G. (1979). Design of Structus and Foundations for Vibrating Machines. Houston, Texas: Gulf Publishing Company.
Bowles, J. E. (1991). Analisis dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Gazetas, G. (1983). Analysis of Machine Foundation Vibrations: State of The Art. International Journal of Soil Dynamics and Earthquake Engineering, 1983, Vol. 2, No. 1 , 1-39.
Gazetas, G., & Makris, N. (1992). Dynamic Pile-Soil-Pile Interaction. Part I: Analysis of Axial Vibration. Earthquake Engineering and Sturctural Dynamics, Vol. 21 , 145-162.
Irsyam, M. (2018). Mesin, Dinamika Tanah dan Fondasi. Bandung: ITB PRESS.
Lumantarna, B. (2000). Pengantar Analisis Dinamis Dan Gempa. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen PETRA Surabaya.
Markis, N., & Gazetas, G. (1991). Dynamic Pile-Soil-Pile Interaction. Part II: Lateral and Seismic Response. Earthquake Engineering and Structure Dynamics, Vol 20 , 115-132.
|
b7fcc986-ca1a-4021-b37b-f35c1ab05a86 | https://journal.untar.ac.id/index.php/baktimas/article/download/9479/7671 | PELATIHAN TECHNOPRENEURSHIP DAN WORKSHOP FUSION 360 DI SMAN 110 JAKARTA DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA
Ahmad 1 , Lamto Widodo 2 , Wilson K 3 , L Laricha S 4 , Joshua 5 , dan Andrean 6
1 Program studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Email: [email protected]
2 Program studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Email: [email protected]
3 Program studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Email: [email protected]
4 Program studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Email: [email protected]
5 Mahasiswa Prodi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Email: [email protected]
6 Mahasiswa Prodi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Email: [email protected]
## ABSTRACT
The needs of today's consumers are very complex and change rapidly. Of course, this requires higher soft skills in response to realizing product designs that are in accordance with consumer desires. Unique and creative product designs certainly consider various aspects such as aspects of functionality, ergonomic aspects, industrial design aspects, mechanical aspects, manufacturing aspects, including aspects of market studies and analysis. These various aspects are deemed necessary to be introduced in the form of workshops for high school level students, such as at SMAN 110 Jakarta, where many graduates continue their studies and are also entrepreneurial. Product design uses Autodesk Fusion 360 software which supports many CAD features to produce creative and functional 3D designs. The method is carried out in the form of a material presentation seminar on generating design ideas, gathering consumer needs, product design concepts, ergonomics, industrial design, market studies and marketing. Meanwhile, the autodesk fusion 360 material was given in the form of training and was directly guided by the instructors in two days of training. There were 26 students of SMAN 10 Jakarta who participated in this training. The results of the participant's work show that the participants are very enthusiastic, this is also shown in the recapitulation of the questionnaire at the end of the training, where around 92.8% stated that they were very satisfied with the speaker's explanation and the material provided was felt to be very good with a participant satisfaction level of 94.7%, Keywords: Technopreneurship, Product design, Fusion 360
## ABSTRAK
Kebutuhan konsumen era sekarang sangatlah kompleks dan cepat mengalami perubahan. Tentunya ini membutuhkan softskill yang semakin tinggi dalam meresponnya guna mewujudkan desain produk yang sesuai keinginan konsumen. Desain produk yang unik dan kreatif tentunya mempertimbangkan berbagai aspek seperti aspek fungsionalitas, aspek ergonomi, aspek desain industri, aspek mekanikal, aspek manufaktur, termasuk aspek studi pasar dan analisis. Berbagai aspek ini dipandang perlu untuk diperkenalkan dalam bentuk workshop pada Siswa setingkat SMA, seperti pada SMAN 110 Jakarta, yang lulusannya banyak melanjutkan kuliah dan juga berwirausaha. Desain produk menggunakan perangkat lunak Autodesk Fusion 360 yang mendukung banyak fitur CAD untuk menghasilkan desain secara 3D yang kreatif dan fungsional. Metode yang dilakukan dalam bentuk seminar pemaparan materi tentang Pembangkitan ide desain, pengumpulan kebutuhan konsumen, Konsep desain produk, Ergonomi, Desain Industri, Studi pasar dan Marketing. Sedangkan materi autodesk fusion 360 diberikan dalam bentuk pelatihan dan langsung dibimbing oleh para instruktur dalam dua hari pelatihan. Terdapat 26 siswa siswi SMAN 10 Jakarta yang ikut serta dalam pelatihan ini. Hasil karya peserta menunjukkan bahwa peserta sangat antusias, Hal ini juga ditunjukkan pada rekapitulasi kuesioner saat akhir pelatihan, dimana sekitar 92.8% menyatakan sangat puas dengan penjelasan pembicara dan materi yang diberikan dirasakan sangat baik dengan tingkat kepuasan peserta 94.7%, Kata kunci: Technopreneurship, Desain produk, Fusion 360
## 1. PENDAHULUAN
Dalam bidang perancangan, pada era sekarang telah berkembang pesat teknologi dalam mewujudkan desain yang sesuai kebutuhan konsumen. Di era sekarang juga peluang-peluang usaha terbuka lebar. Namun untuk menangkap peluang yang ada serta mengetahui kebutuhan
Jakarta dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Bangsa
konsumen tidaklah mudah bisa diprediksi. Dari hasil wawancara pada siswa siswi SMAN 110 Jakarta banyak yang memiliki minat selain melanjutkan kuliah juga berharap bisa memiliki Usaha untuk dikembangkan. Mereka ada yang memiliki ide, Namun merasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup apa yang harus dilakukan terhadap idenya tersebut. Persoalan ini menjadi salah satu dasar untuk memberikan pelatihan technopreneurship dan kewirausahaan. Era yang berubah cepat ini, diperlukan soft skill yang juga semakin cepat dengan menggunakan teknologi yang tinggi juga karena pada saat ini perancangan produk juga lebih banyak menggunakan desain yang unik-unik dan kreatif, dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek enjiniring, antara lain fungsionalitas, ergonomi, desain industri, aspek mekanikal termasuk aspek manufaktur dan ekonomi.
Salah satu perangkat lunak yang mendukung desain konseptual ini adalah Autodesk Fusion 360. Perangkat lunak ini merupakan perangkat lunak CAD digunakan untuk menghasilkan konsep desain secara 3D. Software ini akan sangat mempermudah proses desain, menekan biaya manufaktur dan mampu menghasilkan visualisasi yang menarik. Oleh karena itu, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan dan menawarkan beberapa solusi antara lain, Mengenalkan apa itu technopreneurship, Mengerti dan memahami studi kelayakan bisnis dan rencana pemilihan usaha, Mampu menangkap ide bisnis dan menciptakan peluang bisnis, Mengerti dan memahami faktor apa saja yang dipertimbangkan dalam mendesain sebuah konsep produk serta Mampu mendesain beberapa produk secara konseptual untuk siswa SMA dan sederajat sehingga diharapkan dapat menghasilkan desain produk yang kreatif dan inovatif.
## 2. PERMASALAHAN MITRA
Hasil wawancara yang dilakukan tim pengusul kepada beberapa murid. Permasalahan yang dihadapi terkait dengan technopreneurship adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan mengenai cara menangkap peluang ide usaha, survey pasar dan analisisnya serta pengembangan ide produk.
2. Belum adanya pelatihan penggunaan teknologi komputer untuk mendesain ide-ide produk. Berdasarkan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa para siswa mitra membutuhkan pelatihan dalam menangkap peluang, ide produk, dan pelatihan penggunaan software dalam mendesain ide produk tersebut. Salah satu langkah untuk mengatasi masalah tersebut adalah dilakukan pelatihan technopreneurship.
## 3. METODE PELAKSANAAN PKM
Bentuk Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan dalam bentuk ceramah kuliah dan pelatihan. Kegiatan dilaksanakan selama 2 hari dengan beberapa tahap penyampaian materi oleh tim. Mulai dari materi Market riset yaitu bagaimana menangkap peluang pasar sampai ke promosi dan penjualan. kemudian pengenalan konsep produk desain dan pembangkitan ide, lalu materi yang berkaitan dengan ergonomi dan estetika, dan pengenalan mengenai software desain produk. Kemudian tim memberikan pelatihan penggunaan software fusion 360. Penyampaian materi ceramah masing-masing sekitar 45 menit sampai 1 jam. Sedangkan pelatihan dalam beberapa jam selama dua hari. Tahap akhir tim mengevaluasi hasil desain produk di antara peserta pelatihan pembagian kuesioner. Tahapan-tahapan kegiatan ditunjukan pada Gambar 1.
## Gambar 1
## Tahapan-Tahapan Kegiatan PKM
Kegiatan bertujuan meningkatkan kemampuan peserta dalam menangkap peluang ide usaha dan mendesain produk dalam bentuk tiga dimensi yang sesuai kebutuhan konsumen. Program, tujuan dan sasaran kegiatan ini tercantum pada Tabel 1.
## Tabel 1
## Program, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
No. Program Tujuan Sasaran Materi 1. Pemaparan materi Peserta mampu menangkap peluang usaha, memahami aspek-aspek desain yang harus diperhatikan dari awal rancangan sampai penjualan produk Peserta Siswa Market research, survey pasar dan analisis, Konsep Desain dan pengembangan produk, Ergonomi dan desain industri, pengenalan software desain 2. Pelatihan desain produk dengan software fusion 360 Peserta mampu mendesain konsep produk menggunakan software desain fusion 360 Peserta Siswa Install fusion 360, pengenalan fusion 360, penggunaan fusion 360 dengan contoh- contoh produk
## Tujuan Pelatihan
Adapun tujuan dilaksanakan pelatihan adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kemampuan peserta dalam menangkap ide usaha/produk 2. Mengetahui kendala yang dialami peserta dalam mendesain sebuah produk. 3. Meningkatkan kemampuan konsep desain produk peserta dengan software fusion 360
## Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan pelatihan/workshop dilaksanakan selama 2 hari, yaitu pada 22-23 Februari 2020. Persiapan dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Desember dan Januari. Pelaporan hasil kegiatan pada bulan Juli 2020.
## Peserta Kegiatan
Peserta adalah siswa SMAN 110 Jakarta, Jln Bendungan melayu, Tugu Selatan Rt 9/5, Kec Koja- Jakarta Utara 14260
## Sarana dan Alat yang Digunakan
Pelatihan diselenggarakan dengan menggunakan sarana ruang kelas di salah satu ruang sekolah di SMAN 110 Jakarta. Ruangan dilengkapi peralatan seperti laptop, proyektor dan kursi meja sebagai pendukung berjalannya proses pelatihan. Selama pelatihan berlangsung disampaikan beberapa materi yang disampaikan melalui proyektor.
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kegiatan pengabdian ini dibuat dalam laporan kegiatan. Beberapa laporan yang akan diberikan adalah sebagai berikut:
● Gambar 2 merupakan pemaparan tim pengabdian kepada peserta. peserta memperhatikan materi tentang bagaimana menangkap ide usaha, mengumpulkan kebutuhan konsumen, dan aspek-aspek perancangan produk. Dipertemuan ini peserta antusias memberikan pertanyaan-pertanyaan.
● Gambar 3 merupakan pemaparan Tim pengabdian kepada peserta. peserta memperhatikan arahan bagaimana mensurvei pasar, analisisnya dan aspek marketing produk. Dengan ilustrasi dan contoh-contoh pertemuan ini sangat memberi semangat para peserta untuk memperhatikan apa yang disampaikan.
● Gambar 4 pengenalan tim pengabdian kepada peserta Teknik desain produk secara rinci dengan aspek-aspeknya. Dipertemuan ini peserta baru memahami bahwa tahapan dalam desain produk tidak sederhana yang dibayangkan oleh mereka selama ini.
● Gambar 5 Tim memberikan pelatihan mengenai keterkaitan produk dengan pengguna yang menyangkut faktor-faktor keamanan, kenyamanan, dan estetika produk. Disini peserta sangat antusias setelah dijelaskan fungsi dari produk dan aspek yg berkaitan dengan ergonomi.
● Gambar 6 Tim memberikan pelatihan Autodesk fusion 360
● Gambar 7 adalah beberapa hasil desain siswa. Dalam PKM ini tim menggunakan Fusion 360 untuk mendesain gelas. Gelas dipilih karena memiliki Sifat estetika atau keindahan, sifat elastis, dan Sifat ketahanan. Selain dikenal dengan baik oleh peserta, Dari desain gelas tersebut tim bisa memasukan aspek ergonomik, aspek desain industri, serta pemilihan bahan untuk pengembangannya sehingga materi pelatihan yang diberikan, dapat dipahami oleh para peserta.
## Gambar 2
Pemberian Materi Teknik Menangkap Kebutuhan Konsumen dan Pengenalan Konsep
## Gambar 3
Foto Kegiatan Pemberian Materi Marketing, Survey Pasar dan Teknik Analisisnya
## Gambar 4
Pemaparan Aspek Desain Rinci dan Aspek-Aspeknya.
## Gambar 5
Pemaparan Aspek Ergonomi dan Desain Industri Produk
## Gambar 6
Tim Memberikan Pelatihan Autodesk Fusion 360
## Gambar 7 Beberapa Hasil Desain Peserta
## Evaluasi Kegiatan
Kegiatan evaluasi dilakukan setelah selesai kegiatan. Hasil Evaluasi pelaksanaan pengabdian ini adalah Sulitnya menentukan waktu secara tepat pelaksanaan PKM karena kesibukan sekolah. Kekurangan yang lain dalam pelaksanaan pengabdian PKM ini adalah tim kadang-kadang terkendala dengan alokasi waktu, sehingga pelaksanaan pengabdian kurang maksimal.
Sedangkan hasil kuesioner terhadap peserta dimana peserta diminta untuk mengisi kuesioner yang disebarkan. Hasil tersebut ditunjukkan oleh Tabel 2.
## Tabel 2
## Rekapitulasi kuesioner peserta pelatihan
No. Pertanyaan Respon (%) (1 = tidak baik; 6 = sangat baik) 1 2 3 4 5 6 1. Relevansi contoh oleh pembicara 0 0 0 2.2 21.6 76.2 2. Materi 0 0 0 0 42.8 57.2 3. Penjelasan pembicara 0 0 6.2 92.8 4. Manfaat materi 0 0 0 0 5.3 94.7 5. Ketepatan waktu 0 8.2 13 12 6.8 60 6. Interaksi 0 0 0 0 8.7 91.3 7. Persiapan pelatihan 0 0 0 6.6 40.3 43.1
Pada tabel 2 ditunjukkan pada rekapitulasi kuesioner pelatihan, dimana hampir seluruh peserta yaitu sekitar 92.8 % menyatakan bahwa penjelasan pemaparan dan pelatihan sangat baik. Sedangkan manfaat serta interaksi tim dengan peserta adalah sangat bermanfaat dan sangat baik .
## 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini secara umum berjalan dengan lancar. Aspek yang utama, yaitu manfaat bagi peserta pelatihan juga tersalurkan dengan sangat baik dengan tingkat kepuasan peserta 94.7%, serta peserta pelatihan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan untuk bidang yang ditekuni maupun untuk kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil kuesioner sebesar 92.8 % yang sebagian besar menyatakan bahwa penjelasan pembicara dalam kegiatan ini disampaikan dengan baik serta bermanfaat dan menambah pengetahuan kewirausahaan dan technopreneurship bagi peserta pelatihan.
Ucapan Terima Kasih ( Acknowledgement )
Pada kesempatan ini ucapan terimakasih diberikan sebesar-besarnya kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Tarumanagara atas hibah internal yang diberikan pada tim kami, selain itu ucapan terimakasih juga diberikan kepada Kepala sekolah SMAN 110 Jakarta Jakarta atas terselenggaranya kegiatan pengabdian ini.
## REFERENSI
Kotler, P., & Armstrong, G. (1992). Dasar-dasar pemasaran (5th ed.). Intermedia. Ulrich, K. T. (2001). Perancangan pengembangan produk (1st ed.). Salemba Teknika.
Tarwaka, Bakri, S. H. A., & Sudiajeng, L. (2004). ERGONOMI: Untuk kesehatan, keselamatan kerja dan produktivitas. UNIBA.
Kasmir. (2016). Kewirausahaan . RajaGrafindo Persada. Autodesk Support. (2017, Februari 7). Autodesk knowledge center. Autodesk Inc. https://knowledge.autodesk.com/support/fusion-360
Iskandar, & Sudarwadi, F. (2020). Gerakan pengentasan pengangguran terdidik melalui strategi perguruan tinggi dalam meningkatkan kewirausahaan bagi mahasiswa di pendidikan tinggi. Jurnal Kewirausahaan dan Bisnis, 25 (1), 12-26. https://doi.org/10.20961/jkb.v25i1.31954 Murdiaty, Ferawaty, & Hita. (2020). Pelatihan desain grafis untuk meningkatkan kreativitas siswa pada SMA Husni Thamrin. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 3 (2), 96-100. https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPPM/article/view/1860/1256
|
eb5d2d09-7317-4a49-890b-fbbbc29c5478 | https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/agritekno/article/download/553/514 | ISSN: 2302-9218
## PENGARUH TINGKAT KONSENTRASI GULA PADA PROSES PENGOLAHAN MANISAN SALAK TERHADAP VITAMIN C DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN
## Influence of Sugar Concentration in Processing Zallaca Sweet on Vitamin C and Consumers Preference
## Syane Palijama*, Josephina Talahatu, dan Priscillia Picauly
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Ambon Jl. Ir. M. Putuhena Kampus Poka Ambon 97233 * Penulis Korespondensi: E-mail: [email protected]
## ABSTRACT
Fruit of zallaca ( Salacca edulis Reinw) can be made as food product. One of these products is zallaca sweet by using sugar as sweetener and preservative. The objective of the research was to study and determine sugar concentration level to maintain quality of zallaca sweet product. A complete randomized design was used in the research. A compeletely randomized design was used with eight treatments sugar concentration as follows 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, and 60% of sugar concentration. Result showed that using of 40% sugar could maintain the quality of zallaca sweet with concentration of vitamin C 0.033 mg, moisture content 76.56%, total acid 3.12%, total sugar 18,13% and pH 4.5.
Keywords: salacca, sweetener, vitamin C, consumers preference
## ABSTRAK
Salak ( Salacca edulis Reinw) dapat diolah menjadi berbagai produk makanan. Salah satu diantaranya adalah manisan salak yang menggunakan gula sebagai bahan pemanis juga sebagai pengawet. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menentukan tingkat konsentrasi gula yang tepat dalam mempertahankan mutu produk manisan salak. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan delapan perlakuan konsentrasi gula yaitu konsentrasi gula 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, dan 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi gula 40% dapat mempertahankan mutu manisan salak dengan kandungan vitamin C 0,033 mg, kadar air 76,56%, total asam 3,12%, total gula 18,13%, pH 4,5.
Kata kunci : salak, manisan, vitamin C, tingkat kesukaan konsumen
## PENDAHULUAN
Salak merupakan salah satu jenis buah- buahan yang memiliki sifat mudah rusak dan tidak tahan lama. Namun buah salah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, diantaranya karbohidrat, protein, kalisum, fosfor dan zat besi (Maulidiah et al. , 2014). Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan dengan maksud untuk memperpanjang masa simpan, meningkatkan nilai jualnya dan penganekaragaman pangan. Salah satu jenis pengolahan buah salak yaitu menjadi manisan
Manisan adalah buah atau sayur yang diawetkan menggunakan gula dengan kadar yang tinggi untuk memberikan atau menambahkan rasa manis dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Septya et al. , 2017).
Penggunaan larutan gula dengan kadar yang tinggi pada bahan pangan akan meningkatkan tekanan osmosis yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba sehingga bahan akan menjadi lebih awet. Selain itu, penggunaan larutan gula yang tinggi dapat menyebabkan sebagian air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (a w ) dari bahan
DOI: 10.30598/jagritekno.2016.5.2.37
akan menurun. Hal ini disebabkan karena gula bersifat mengikat air sehingga berfungis sebagai pengawet (Buckle et al. , 2007).
Gula merupakan bahan tambahan yang dipakai dalam proses pengolahan bahan pangan, yang terdiri dari glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa dan laktosa yang mempunyai sifat fisik dan kimia berbeda-beda misalnya dalam hal rasa manisnya. Gula yang dipakai dalam pembuatan manisan umumnya yaitu gula sukrosa. Penggunaan gula pasir pada proses pembuatan produk makanan berfungsi untuk memberikan rasa manis dan sebagai pengawet (Muchtadi, 2011).
## METODE PENELITIAN
## Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan manisan salak adalah salak dan gula pasir. Sebagian besar bahan-bahan dibeli dari pasar lokal di Kota Ambon.
## Pembuatan Manisan Salak
Buah salak dipilih yang baik dan tua kemudian sisihkan buah yang busuk dan kupas kulit luarnya yang kasar, begitu juga kulit ari daging buah dibelah, biji dibuang selanjutnya potongan daging buah dibentuk menurut selera. Pencucian dilakukan pada potongan daging buah tersebut hingga bersih selanjutnya buah direndam dalam larutan garam selama 12 jam. Setelah perendaman potongan daging buah dicuci dengan air hangat, air ditiriskan kemudian buah salak dimasukan ke dalam stoples setelah itu dituangkan larutan gula sesuai dengan perlakuan yaitu konsentrasi gula 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, 50%, 55%, dan 60%. Larutan gula dituang sedikit demi sedikit hingga semua daging buah terendam.
## Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah selesai proses pembuatan manisan salak dan analisa dilakukan terhadap vitamin C (AOAC, 1995), total asam (AOAC, 1995), kadar air (AOAC, 1995), total gula (AOAC, 1995), pH, dan Uji organoleptik meliputi rasa, tekstur dan tingkat kesukaan.
## Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik
Percobaan dilakukan dengan metode
rancangan acak lengkap dengan delapan taraf perlakuan dan dua kali ulangan. Analisis keragaman digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan software Minitab 16. Jika terdapat beda nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji Tukey (α = 0,05).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Vitamin C
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi gula 25%, 30% dan 35% memiliki kandungan vitamin C yang stabil, yaitu 0,035 mg, sedangkan pada perlakuan konsentrasi gula 40, 45, 50, 55, dan 60% terjadi penurunan kandungan vitamin C, karena penambahan gula dengan konsentrasi yang berbeda, dimana semakin tinggi konsentrasi gula maka semakin rendah kandungan vitamin C pada manisan salak. Penggunaan gula dalam hal ini sukrosa akan terhidrolisa menjadi fruktosa sehingga dapat mempercepat jalannya proses degradasi vitamin C, sehingga mengalami penurunan.
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Septya et al . (2017) dimana penggunaan gula yang tinggi menyebabkan kadar vitamin C pada manisan basah batang daun pepaya semakin menurun. Menurut Kartika dan Nisa (2015), proses perendaman pada pembuatan manisan dengan konsentrasi gula yang tinggi menyebabkan terjadinya peristiwa osmosis, dimana air yang keluar dari dalam bahan akan semakin banyak sehingga kehilangan vitamin C akan semakin besar. Hal ini terjadi karena sifat alami dari vitamin C yang larut dalam air.
Gambar 1. Vitamin C manisan salak
Vol. 5(2): 37-41, Th. 2016
DOI: 10.30598/jagritekno.2016.5.2.37
## Total Asam
Hasil penelitian terhadap total asam manisan salak menunjukkan bahwa terjadi peningkatan total asam pada setiap perlakuan, dimana nilai total asam yang tertinggi yaitu 3,51% dengan tingkat konsentrasi gula 60% sedangkan nilai total asam terendah yaitu 2,87% dengan tingkat konsentrasi gula 25%. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan konsentrasi gula pada setiap perlakuan, dimana sukrosa mengalami penguraian sehingga asam akan timbul dan jumlahnya bertambah, sejalan dengan kadar gula yang tinggi, dengan kata lain kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH rendah). Menurut Winarno (2004) bahwa dalam pemecahan dan dehidrasi serta diikuti dengan polimerisasi, dan beberapa jenis asam akan timbul sebagai akibat penguraian sukrosa dalam campuran tersebut. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Buckle et al. (2007) bahwa gula dapat dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan bahan pangan dalam hal ini manisan salak, dimana ada hubungan keterikatan yaitu kadar gula yang tinggi sejalan dengan kadar asam yang tinggi (pH rendah). Dengan demikian semakin bertambahnya tingkat konsentrasi gula akan bertambahnya total asam pada produk manisan salak. Kadar gula yang tinggi maka kadar asam akan tinggi sehingga akan terjadi penurunan nilai pH yaitu nilai pH rendah.
Gambar 2. Total asam manisan salak
pH
Hasil penelitian dari pH produk manisan salak (Gambar 3), menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi gula 25% memiliki nilai pH tertinggi yaitu 4,7 dan perlakuan konsentrasi gula 60% memiliki nilai pH terendah yaitu 4,4. Hal ini jika dibandingkan dengan nilai pH pada buah salak hasil
analisa awal yaitu 4,3. Dengan demikian terjadi peningkatan pH akibat perlakuan konsentrasi gula namun pada setiap perlakuan terjadi penurunan nilai pH. Hal ini disebabkan karena penambahan konsentrasi gula pada setiap perlakuan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa nilai pH dan total asam mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi, dimana bila nilai pH meningkat maka diikuti dengan menurunnya total asam atau sebaliknya.
Gambar 3. Nilai pH manisan salak
## Total Gula
Pada Gambar 4 terlihat bahwa tingkat konsentrasi gula 60% mempunyai kandungan total gula tertinggi yaitu 21,73%, sedangkan kandungan total gula terendah yaitu 16,02% pada perlakuan konsentrasi gula 25%. Dengan demikian terjadi peningkatan total gula yang disebabkan karena penambahan konsentrasi gula, hal ini disebabkan karena adanya penetrasi gula, dimana gula mengikat air sehingga gula menempati pori-pori tempat air tersebut pada daging manisan salak.
Gambar 4. Total gula manisan salak
Menurut Kartika dan Nisa (2015), peningkatan jumlah sukrosa pada produk terjadi karena semakin besarnya peristiwa difusi yang disebabkan oleh semakin besarnya jumlah sukrosa yang ditambahkan, sehingga besarnya jumlah gula yang terukur akan semakin besar.
## Kadar Air
Hasil penelitian untuk kadar air manisan salak menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi gula 25% memiliki kandungan air tertinggi yaitu 79,50%, sedangkan kandungan air terendah pada perlakuan konsentrasi gula 60% yaitu 73,97%. Jika dibandingkan dengan nilai kadar air pada buah salak hasil analisa awal yaitu 81,45%. dengan demikian terjadi penurunan nilai kadar air pada produk manisan salak. Hal ini disebabkan karena penambahan konsentrasi gula pada tiap-tiap perlakuan. Pada konsentrasi gula 25% dan 30% kandungan airnya masih tinggi, hal ini disebabkan karena perlakuan konsentrasi gula 25% dan 30% rendah sehingga gula belum mengikat air dengan maksimal. Selanjutnya pada perlakuan konsentrasi gula 35%, 40%, 45%, 50%, 55% dan 60% mengalami penurunan sampai mencapai nilai terendah yaitu 73,96%. Hal ini disebabkan karena penyerapan gula sudah normal dimana air dalam bahan sudah keluar dan gula telah menempati tempat air, dengan demikian air dalam manisan salak tidak tersedia sehingga jumlahnya menjadi berkurang.
Gambar 5. Kadar air manisan salak
Penurunan kadar air pada produk manisan salak, berkaitan erat dengan kenaikan total gula produk, kenaikan total gula akan mempengaruhi keseimbangan air, maka persentase kandungan air dalam produk akan berkurang. Menurut Sohibulloh
et al . (2013), penambahan gua dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan proses dehidrasi osmosis sehingga sejumlah air akan keluar dari buah-buahan. Kepekatan konsentrasi gula yang semakin tinggi menyebabkan jumlah air yang keluar dari bahan juga semakin banyak.
## Rasa
Hasil uji menunjukkan bahwa perlakuan tingkat konsentrasi gula memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasa manisan salak, dimana pada perlakuan konsentrasi gula 25% memiliki nilai rasa tertinggi yaitu 3,20 dan konsentrasi gula 60% memiliki nilai terendah yaitu 2,27. Dengan demikian ini membuktikan bahwa perlakuan tingkat konsentrasi gula sangat berpengaruh terhadap nilai rasa daripada produk manisan salak.
Dari 15 panelis yang mencicipi manisan salak ternyata pada konsentrasi gula 25%, 30% dan 35% rata-rata menyatakan manisan salak agak sepat dengan nilai 3,20, 2,79 dan 2,64. Sedangkan pada konsentrasi gula 40%, 45%, 50%, 55% dan 60% rata-rata tidak sepat oleh panelis terhadap rasa manisan salak dengan nilai 2,37, 2,36, 2,36, 2,35, dan 2,27.
Setiap perlakuan, disertai dengan tingkat konsentrasi gula mengakibatkan nilai rasa setiap perlakuan mengalami perubahan yaitu nilai tertinggi pada perlakuan konsentrasi gula 25% memiliki rasa sepat yang tinggi sedangkan pada perlakuan konsentrasi gula 60% memiliki rasa sepat yang rendah. Dengan demikian setiap penambahan konsentrasi gula akan berpengaruh terhadap rasa dari produk manisan salak yaitu rasanya akan manis disertai dengan hilangnya rasa sepat yang dalam hal ini terdapat kandungan zat tanin dalam daging manisan salak.
Gambar 6. Rasa manisan salak
DOI: 10.30598/jagritekno.2016.5.2.37
## Tingkat Kesukaan
Pada hasil uji tingkat kesukaan manisan salak menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi gula 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, 55% dan 60% tidak memberikan pengaruh yang nyata. Dari 15 panelis yang mencicipi, ternyata rata-rata menyatakan suka terhadap tingkat kesukaan manisan salak dengan nilai terendah 3,07 dan nilai tertinggi 3,83 (Gambar 7).
## Tekstur
Pada hasil uji tekstur manisan salak menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi gula 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, 55% dan 60% tidak memberikan pengaruh yang nyata. Dari 15 panelis yang mencicipi ternyata tekstur manisan salak agak keras dengan nilai terendah 2,47 dan nilai tertinggi 3,10. jika dilihat pada Gambar 8 bahwa pada setiap perlakuan terjadi penurunan nilai tekstur.
Gambar 7. Tingkat kesukaan manisan salak
## KESIMPULAN
Perlakuan konsentrasi gula 40% dapat mempertahankan mutu manisan salak dengan vitamin C 0,033 mg, kandungan air 76,557%, total asam 3,117%, total gula 18,127%, pH 4,599, dan juga dapat memberikan rasa tidak sepat (manis) pada manisan salak.
## DAFTAR PUSTAKA
AOAC Association of Official Analytical Chemistry. 2002. Official Method of Analysis . Washington. D.C.
Buckle, K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wooton. 2007. Ilmu Pangan . Penerjemah: H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Kartika, P.N. dan F.C. Nisa. 2015. Studi pembuatan osmodehidrat buah nenas ( Ananas comosus L. Merr); kajian konsentrasi gula dalam larutan osmosis dan lama perendaman. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3: 1345- 1355.
Maulidiah, A., D. Hidayati, dan S. Hastuti. 2014.
Analisa karakteristik manisan kering salak ( Salacca edulis ) dengan lama perendaman dan konsentrasi larutan gula. Jurnal Agrointek 8: 23-31. Muchtadi, D. 2011. Karbohidrat Pangan dan Kesehatan . Alfabeta. Bandung. Septya, S., I. Suhaidi, dan Ridwansyah. 2017. Pengaruh konsentrasi gula dan lama penyimpanan terhadap mutu manisan basah batang daun pepaya. Ilmu dan Teknologi Pangan 5: 73-80.
Sohibulloh, I., D. Hidayati, dan Burhan. 2013. Karakteristik manisan nangka kering dengan perendaman gula bertingkat. Jurnal Agrointek 7: 84-89.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
|
8ed8f613-b76a-462f-ad2a-93725eb4681d | https://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/download/544/569 |
## PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI DENGAN PENDEKATAN COMPETITIVE PrIOrITIES
## TRIFANDI LASALEWO
Jurusan Teknik Industri Universitas Negeri Gorontalo
E-mail: [email protected]
## AbSTrAK
Dalam proses mengembangkan keunggulan bersaing industri di suatu wilayah, mensyaratkan penetapan urutan prioritas kebijakan pembangunan industri berdasarkan kriteria/dimensi tertentu, dimana urutan ini didasarkan pada orientasi dan rencana pengembangan menurut perspektif para stakeholder industri diwilayah tersebut. Keunggulan bersaing ini berhubungan dengan tujuan industri dalam mencapai performansi terbaiknya dan strategi yang akan diterapkan agar suatu industri memiliki karakteristik unggul, sehingga dapat bertahan/memenangkan persaingan bisnis. Sebagai daerah baru, Provinsi Gorontalo membutuhkan skala prioritas yang dapat dijadikan acuan dan kerangka pengembangan industri dimasa yang akan datang. Model penelitian merupakan hasil pengembangan dari beberapa model competitive priorities (prioritas keunggulan bersaing) yang telah diterapkan di beberapa negara industri baru (New Industrialized Countries), sedangkan objek penelitian difokuskan pada Industri Kecil dan Menengah (IKM), mengingat IKM merupakan jumlah terbesar dalam kelompok industri di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan survey dan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Law of Comparative Judgement (LCJ), diperoleh fakta bahwa terdapat 7 (tujuh) dimensi dominan yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan industri yakni Kualitas (Quality), Biaya (Cost/Price), Sistem Pengiriman (Delivery), Fokus pada Konsumen (Customer Focus), Fleksibilitas (Flexibility), Kemampuan Berinovasi (Innovativeness), dan Berorientasi Pasar (Market Orientation). Urutan competitive priorities ini dapat juga diterapkan didaerah lain, mengingat karakter IKM yang menjadi objek penelitian ini pada dasarnya sama dengan karakter IKM didaerah lain di Indonesia.
Kata kunci : industri kecil menengah, competitive priorities, dan LCJ
## AbSTrACT
In the process of developing competitive advantages of industry in one area, it is required that order of priority of industrial development policies be based on certain kriteria/dimensions in which this order is based on the orientation and development plan according to the perspective of the stakeholders in that area. The competitive advantages are related to the purposes of industry in achieving its best performance and the strategy to be applied so that an industry possesses characteristics of competitive advantages that can survive/win business competition. As a new area, Gorontalo Province requires a scale of priority that can be made as a reference and industrial development plan in the future. The research model constitutes the results of several models of competitive priorities that have been established in several new industrialized countries; meanwhile the research object was focused on Small Medium Industry (SMIs) considering that SMIs are the biggest industrial group in Gorontalo Province. Based on the survey and results of data processing using The Law of Comparative Judgment (LCJ) method, there are 7 (seven) dominant dimensions that should be considered in developing industry; namely, Quality, Cost/Price, Delivery, Customer Focus, Flexibility, Innovativeness and Market Orientation. This order of competitive priorities can also be applied in other areas considering that the characters of SMI that are the object of the research are in principle the same as those of the SMI in other areas of Indonesia.
Keywords : small medium industry, competitive priorities, and LCJ
## PENDAHULUAN
Penelitian yang dilakukan oleh UNTAD (United Nations Commission for Trade and Development) tahun 2005 pada beberapa kota di Thailand menemukan fakta pentingnya penentuan prioritas untuk memperbaiki manajemen rantai nilai (value chain management) dan keunggulan bersaing industri-industri yang tergabung dalam FTI
(Federation of Thai Industry) melalui continuous improvement (perbaikan berkesinambungan) dan competitive priorities (prioritas keunggulan bersaing) (Phusavat dan Kanchana, 2007). Menurut Laosirihongthong dan Dangayach (2005), prioritas suatu industri harus difokuskan pada improving product (perbaikan produk) dan proses yang berhubungan dengan kualitas dan delivery
tepat waktu sehingga kriteria penting dalam keunggulan bersaing industri dapat dicapai dengan memperhatikan kualitas dan melaksanakan efisiensi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Barney et al. (2001), yang menyatakan bahwa keunggulan bersaing merupakan sumber dasar strategi yang merupakan kekuatan strategi bisnis saat ini (Takala et al., 2007).
Takala (2002) mengindikasi bahwa terdapat hubungan antara competitive priorities dengan manufacturing strategy, sedangkan Hoehn (2003) menyatakan pentingnya fokus pada competitive priorities guna menentukan masa depan perusahaan 5 (lima) tahun kedepan (Phusavat dan Kanchana (2007). Pada studi komparatif yang dilakukan Takala et al. (2007) juga terdapat hubungan antara competitive priorities dengan manufacturing strategy, dengan objek penelitiannya adalah 4 (empat) tipe perusahaan yang berbeda, sedangkan dimensi competitive priorities yang digunakan pada penelitiannya terdiri atas 6 (enam) dimensi yakni terdiri atas 6 (enam) dimensi yakni cost, quality, customer focus, know-how, logistics, dan flexibility.
Pengukuran competitive priorities petitive priorities digunakan untuk menentukan urutan prioritas kebijakan industri di suatu wilayah/negara. Menurut Askar dan Mortagy (2007), competitive priorities dapat dilakukan dari berbagai perspektif tergantung kebutuhan dan keadaan di suatu Negara. Untuk itu, diperlukan studi antara strategi manufaktur dengan karakteristik konsumen yang dilayani. Penelitian yang dilakukan oleh Askar dan Mortagy (2007) adalah untuk menentukan faktor prioritas yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan manufaktur dalam mengukur keunggulan bersaing dengan menggunakan 6 (enam) dimensi yang telah ditetapkan.
Pengukuran competitive priorities dapat juga digunakan sebagai tool oleh para manajer (pemimpin/ pemilik perusahaan) dalam mengoperasikan perusahaan mereka dan mengetahui kekuatan/ kelemahan yang dihadapi perusahaan. Untuk jangka panjang, pengukuran competitive priorities digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan strategis bisnis perusahaan. Hayes dan Pisano (1996) berpendapat bahwa keputusan strategis terfokus dengan menggunakan competitive priorities tentunya sangat relatif bagi tiap perusahaan sehingga urutan prioritas yang dihasilkannya tentu berbeda (Askar dan Mortagy, 2007).
Pengukuran competitive priorities dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan urutan prioritas pengembangan industri dengan sampel penelitian adalah Provinsi Gorontalo, mengingat
Provinsi Gorontalo merupakan provinsi baru yang belum memiliki blue print pengembangan industri. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah industri skala kecil dan menengah (IKM), dengan kriteria IKM menurut Badan Pusat Statistik dan UU RI No. 20 Tahun 2008. Kebijakan dalam menentukan urutan prioritas pengembangan industri merupakan suatu keputusan yang cukup kompleks dan rumit karena melibatkan banyak dimensi/variabel di dalamnya, di samping perbedaaan view point (sudut pandang) dari para stakeholder industri. Menurut Massa dan Testa (2008), perbedaaan ini umumnya dipengaruhi oleh perspektif, latar belakang kepentingan, orientasi pemikiran, dan tingkat pendidikan yang berbeda dari para stakeholder. Untuk itu, penelitian ini melibatkan unsur akademisi, pelaku usaha dan birokrat, atau yang lebih dikenal sebagai Triple Helix ABG (Academic, Business, Government) sebagai responden penelitian sebab ketiga stakeholder ini sangat berkepentingan terhadap pengembangan industri di tiap wilayah.
## METODE
Model penelitian adalah sebuah model konseptual yang menggambarkan hubungan keterkaitan dan interaksi antar beberapa dimensi dalam penelitian. Dimensi-dimensi (dalam hal ini competitive priorities) penyusun model, diturunkan dari konsep teoritik yang dikembangkan oleh para ahli atau peneliti terdahulu, serta berasal dari gagasan baru untuk diuji dan diteliti lebih lanjut (Sekaran, 2003).
Berdasarkan studi literatur (diantaranya Phusavat dan Kanchana (2007), Askar dan Mortagy (2007), dan Takala et al. (2007)), diperoleh 11 (sebelas) dimensi penyusun competitive priorities (prioritas keunggulan bersaing), yang diuraikan dalam 62 sub dimensi, ditunjukkan pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat 11 dimensi competitive priorities yang mana semua dimensi tersebut memiliki subkriteria. Sebelas dimensi tersebut adalah kualitas, biaya, sistem pengiriman, flexibilitas, fokus pada konsumen, know how, kemampuan berinovasi, market orientation, progress technology, trading partner, dan institution support.
Pengurutan prioritas dimensi yang sesuai dengan karakteristik industri di Provinsi Gorontalo dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode The Law of Comparative Judgement ( LCJ ) . Salah satu kegunaan dari metode ini adalah untuk mengukur relative importance, yaitu semacam pembobotan untuk menggambarkan kepentingan relatif beberapa variabel/dimensi yang sesuai dengan karakteristik competitive priorities, dengan cara membandingkan
Tabel 1 . Dimensi Dimensi Competitive Priorities Berdasar Literatur
No. Dimensi SubDimensi Literatur 1 Quality (Kualitas) 1.1. Low Defect Rate Phusavat dan Kanchana (2007), Takala et al. (2007), Sharma dan Kodali (2008), Laosirihongthong dan Dangayach (2005), Dangayach dan Deshmukh (2005), Gonzalez dan Vazquez (2007) 1.2. Product Performance 1.3. Product Reliability 1.4. Environmental Aspect 1.5. Certification
1.6. Conformance Quality 1.7. Product Durability 1.8. Design Quality 2 Cost/Price (Biaya) 2.1. Low Cost Phusavat dan Kanchana (2007), Gonzalez dan Vazquez (2007), Askar dan Mortagy (2007), Takala et al. (2007),
Laosirihongthong dan Dangayach (2005) 2.2. Volume Added Cost 2.3. Quality Cost 2.4. Activity-based Measurement 2.5. Continous Improvement
2.6. Lean Manufacturing 3 Delivery (sistem pengiriman) 3.1. Fast Delivery Phusavat dan Kanchana (2007), Askar dan Mortagy (2007), Sharma dan Kodali (2008), Laosirihongthong dan Dangayach (2005), Dangayach dan Deshmukh (2005) 3.2. On Agreed Time 3.3. Right Quality 3.4. Right Amount 3.5. Dependable Promises
3.6. Supply Chain Management
3.7. Dependable Delivery 3.8. Delivery Speed 4 Flexibility (fleksibilitas) 4.1. Design Adjustment Phusavat dan Kanchana (2007), Askar dan Mortagy (2007), Takala et al. (2007), Sharma dan Kodali (2008),
Laosirihongthong dan Dangayach (2005), Dangayach dan Deshmukh (2005), Gonzalez dan Vazquez (2007) 4.2. Volume Changes 4.3. Mix Changes 4.4. Broad Product Line
4.5. Flexible Processes
4.6. Design Changes
4.7. New Product Introduction
4.8. Product Customization
4.9. Product Flexibility 4.10. Volume Flexibility 5 Customer Focus (fokus pada konsumen)
5.1. After Sale Service
Phusavat dan Kanchana (2007), Takala et al. (2007) 5.2. Product Customization 5.3. Product Support 5.4. Customer Information 5.5. Measurement of Satisfaction 5.6. Dependable Promises 6 Know How 6.1. Knowledge Management Phusavat dan Kanchana (2007), Takala et al. (2007) 6.2. Creativity 6.3. Continuous Learning 6.4. Problem Solving Skill 6.5. Training/education 6.6. Research & Development 7 Innovativeness (kemampuan berinovasi) 7.1. Create New Market Askar dan Mortagy (2007), Sharma dan Kodali (2008) 7.2. Introduce New Product 7.3. Develop New Technology 7.4. Intellectual Property 7.5. Expand Foreign Market 7.6. Implement New Technology 8 Market Orientation 8.1. Export Oriented Gonzalez dan Vazquez (2007), Tambunan (2007) 8.2. Increase Capacity 8.3. Location 9 Progress Technology 9.1. Changging Technology Gonzalez dan Vazquez (2007) 9.2. Growing Demand 9.3. Automated Technologies
No. Dimensi SubDimensi Literatur 10 Trading Partner 10.1. Supplier Relationship Gonzalez dan Vazquez (2007), Tambunan (2007) 10.2. Subcontracting Relationship 10.3. Local Production Network 11 Institution Support 11.1. Policy & Strategy Tambunan (2007), Massa dan Testa (2008) 11.2. Investment Requirement 11.3. Capital Assistance
Tabel 2. Perbandingan Ruang Lingkup dan Jumlah Sampel Penelitian
No Peneliti
Tahun Negara/Wilayah Objek Sasaran Jumlah Kuesioner 1 Laosirihongthong dan Dangayach 2005 Thailand VS India Otomotif 122 IKM 2 Dangayach dan Deshmukh 2005 India Otomotif, elektronika, mesin & industri proses 122 IKM 3 Askar dan Mortagy 2007 Mesir Manufaktur, jasa & Konstruksi 120 IKM 4 Phusavat dan Kanchana 2007 Thailand Otomotif, elektronik 10 industri 5 Gonzalez dan Vazquez 2007 Spanyol Industri baja 188 industri 6 Sharma dan Kodali 2008 India Otomotif, mesin, elektronika, industri proses & Industri Tekstil 72 industri 7 Diaz et al. 2005 Spanyol Industri Penerbangan 20 industri 8 Penelitian ini 2009 Provinsi Gorontalo Industri pengolahan, pangan, dan industri kerajinan 90 (IKM, akademisi & birokrat)
Z Z
Gambar 1. Diagram Alur Metode Law of Comparative
## Judgement (LCG)
secara berpasangan antar dimensi penelitian. Urutan dengan menggunakan LCJ ini mengikuti langkah- langkah pada Gambar 1.
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa yang pertama kali dilakukan untuk menentukan prioritas adalah melakukan survei. Dari data survey tersebut kemudian dapat dilakukan perbandingan variabel- variable secara berpasangan. Lalu dilakukan
penentuan jumlah responden. Kemudian, matriks perbandingan variabel dibuat berdasarkan banyaknya responden. Setelah itu, mtariks proporsi responden dibuat. Matriks proporsi responden tersebut kemudian diubah menjadi bentuk peluang berdasarkan distribusi normal baku. Lalu, untuk setiap variabel, nilai rata-ratanya dihitung. Terakhir, tingkat kepentingan tiap-tiap variabel diurutkan berdasarkan nilai rata-rata yang telah diperoleh.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengumpulkan data primer mengenai urutan competitive priorities dari para responden, dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner pada penelitian ini berbentuk multiple-item scale dengan format Thurstone Scale, yang digunakan untuk mengukur sikap responden terhadap sejumlah objek (dimensi penelitian) dengan mengkombinasikan jawaban-jawaban tersebut menjadi skor rata-rata, dimana responden memilih 1 (satu) pertanyaan dari daftar respon yang dianggap paling tepat mewakili persepsi responden. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 90 orang, yang terdiri atas unsur pelaku usaha, akademisi dan pemerintah. Secara statistik jumlah ini sampel ini sudah mencukupi, sebab menurut Supranto (2004) bahwa banyaknya responden yang diteliti berkisar 4-5 kali jumlah variabel (dimensi) penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan 11 dimensi, sehingga sudah cukup dengan menggunakan 55 sampel saja. Sebagai perbandingan, banyaknya sampel yang digunakan oleh beberapa peneliti sebelumnya untuk mengukur
≤ 25 tahun 7%
26-35 tahun
44% 36-45 tahun 24% 46-55 tahun 21% > 55 tahun 4%
Gambar 2. Usia Responden Penelitian
SD/SLTP 10% SLTA 27% D1/D2/D3 11% S1 44% S2/S3 8%
Gambar 3. Pendidikan Terakhir Responden
onden ditampilkan pada Gambar 4.
< 2 tahun 12% 2-5 tahun 29% 6-10 tahun 35% 11-15 tahun 8% 15-20 tahun 4% > 20 tahun 12%
Gambar 4. Masa Kerja Responden
competitive priorities di suatu negara ditampilkan pada Tabel 2 berikut.
Dari hasil pemilahan karakteristik responden, diketahui bahwa pada umumnya responden yang terjaring dalam penelitian ini berjenis kelamin pria yakni sebanyak 61,11%. Hal ini menunjukan bahwa pemilik IKM, akademisi dan birokrat yang merupakan responden penelitian lebih didominasi oleh pria. Di tinjau dari segi usia, sebagian besar responden yang terjaring dalam penelitian berada pada usia 26 sampai 35 tahun, yakni sebanyak 44%, sedangkan responden usia dibawah 25 tahun dan usia diatas 55 tahun hanya sebagian kecil, yakni 7% dan 4%, ditunjukkan pada Gambar 2. Hal ini menjelaskan bahwa pemilik IKM, akademisi dan birokrat yang merupakan responden dalam penelitian ini termasuk kategori usia produktif. Pada usia ini responden cenderung memiliki tingkat kematangan dalam berwirausaha dan kemampuan menganalisis lingkungan usaha.
Dilihat dari tingkat pendidikan, sebanyak 44% responden dengan tingkat pendidikan strata satu (S-1), dan 8% menamatkan pendidikan S2/S3. Namun demikian ternyata masih terdapat 10% responden dengan tingkat pendidikan SD/SLTP. Secara keseluruhan ditinjau dari tingkat pendidikan responden yang terjaring dalam penelitian ini, memiliki pendidikan yang cukup baik, sehingga responden dapat memahami item-item pertanyaan dalam kuesioner. Pendidikan terakhir dari para responden ditampilkan pada Gambar 3.
Ditinjau dari masa kerjanya, responden yang ikut terjaring dalam penelitian ini sebagian besar memiliki masa kerja selama 6–10 tahun yakni 35%, sedangkan yang memiliki masa kerja kurang dari 2 tahun hanya sebanyak 12%. Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang terjaring dalam penelitian ini telah memiliki pengalaman kerja yang cukup lama, sehingga mengetahui betul kondisi industri yang ada di Provinsi Gorontalo. Masa kerja responden ditampilkan pada Gambar 4.
Tidak semua jawaban responden yang mengisi kuisioner dapat langsung diolah karena harus melalui tahap uji validitas. Suatu kuisioner dapat diolah jika reponden mengisi kuisioner dengan lengkap atau tidak terdapat circle (jawaban berputar) yang menunjukkan responden konsisten terhadap pilihan yang ditentukan. Setelah dilakukan validitas, dari 90 orang responden yang terjaring dalam penelitian, ternyata hanya ada 72 orang responden yang konsisten dalam menjawab pertanyaan kuisioner (valid) dan layak untuk dianalisis lebih lanjut. Secara statistik, jumlah sampel yang valid ini sudah mencukupi batas minimal sampel, yakni 55 buah sampel. Perhitungan uji validitas atas jawaban konsumen ditampilkan pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dari perbandingan kolom terhadap barisnya diketahui bahwa ketika dimensi X1 dibandingkan dengan dimensi X2, responden lebih memilih dimensi X1. Ketika dimensi X1 dibandingkan dengan dimensi X5, responden lebih memilih dimensi X5. Tetapi ketika dimensi X2 dibandingkan dengan dimensi X5, ternyata responden lebih memilih dimensi X2. Dari hal ini terlihat adanya jawaban berputar pada pilihan responden tersebut dan ini menunjukkan ketidakkonsistensian responden dalam menjawab kuisioner. Dengan demikian dapat dilihat secara kasat mata, jawaban
Tabel 3. Ranking Dimensi Competitive Priorities
Dimensi Tingkat Kepentingan % Kumulatif% Rangking X1: Quality 3,40 14,45 14,45 1 X2: Cost/Price 3,14 13,33 27,78 2 X3: Delivery 2,74 11,65 39,43 3 X5: Customer Focus 2,60 11,03 50,46 4 X4: Flexibility 2,48 10,54 61,00 5 X7: Innovativeness 1,94 8,23 69,24 6 X8: Market Orientation 1,71 7,26 76,50 7 X6: Know How 1,69 7,19 83,69 8 X9: Progress Technology 1,52 6,45 90,14 9 X10: Trading Partner 1,32 5,61 95,74 10 X11: Institution Support 1,00 4,26 100,00 11 Jumlah 23,55
Keterangan: Angka 1 menunjukkan memilih alternatif pertama, angka 0 menunjukkan memilih alternatif kedua
seorang responden dikatakan valid jika urutan angka yang berada pada baris "jumlah" terurut dari angka terbesar menuju angka terkecil.
Tahap selanjutnya adalah menghitung matriks hasil penilaian para responden. Pada tahap ini, setiap dimensi dijumlahkan berdasarkan tingkat
kepentingannya dan jawaban tersebut dicatat dalam bentuk matriks yang disajikan pada Tabel 4 berikut.
Sebagai contoh, ketika dimensi X2 dan X3 dibandingkan dengan dimensi X1, dimana dimensi X2 dan X3 memiliki kepentingan yang lebih besar
Tabel 4. Matriks Perbandingan Dimensi
X1 X2 X3
X4 X5
X6 X7 X8 X9 X10 X11 X1 0 26 6 5 10
2 4 7 4 4 4 X2 45 0 16 8 16
4 8 8 4 6 4 X3 66 56 0 20 29
4 9 8 10 7 4 X4 67 64 52 0 33
5 15
14 11 7 5 X5 62 56 43 39 0 6 20
13 7 8 3 X6 70 68 68 67 66 0 35
27 20 16 6 X7 68 64 63 57 52 36 0
24 24 15 5 X8 65 64 64 58 59 45 48
0 31 25 12 X9 68 68 62 61 65 52 48
41 0 26 20 X10 68 66 65 65 64 56 57
47 46 0 33 X11 68 68 68 67 69 66 67
60 52 39 0
## Tabel 5. Matriks Proporsi
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X1 0 0,361 0,083 0,069 0,139 0,028 0,056 0,097 0,056 0,056 0,056 X2 0,639 0 0,222 0,111 0,222 0,056 0,111 0,111 0,056 0,083 0,056 X3 0,917 0,778 0 0,278 0,403 0,056 0,125 0,111 0,139 0,097 0,056 X4 0,931 0,889 0,722 0 0,458 0,069 0,208 0,194 0,153 0,097 0,069 X5 0,861 0,778 0,597 0,542 0 0,083 0,278 0,181 0,097 0,111 0,042 X6 0,972 0,944 0,944 0,931 0,917 0 0,500 0,333 0,333 0,208 0,069 X7 0,944 0,889 0,875 0,792 0,722 0,500 0 0,333 0,333 0,208 0,069 X8 0,903 0,889 0,889 0,806 0,819 0,625 0,667 0 0,431 0,347 0,167 X9 0,944 0,944 0,861 0,847 0,903 0,722 0,667 0,569 0 0,361 0,278 X10 0,944 0,917 0,903 0,903 0,889 0,778 0,792 0,653 0,639 0 0,458 X11 0,944 0,944 0,944 0,931 0,958 0,917 0,931 0,833 0,722 0,542 0
dibandingkan dimensi X1, maka dari 72 orang reponden terdapat 26 responden yang menilai bahwa dimensi X2 lebih penting dari dimensi X1, dan dari 72 responden hanya terdapat 6 orang responden yang menilai X3 lebih penting dari X1, dan seterusnya.
Berikutnya dibuat matriks proporsi. Matriks proporsi didapatkan dengan cara membagi setiap nilai pada Tabel 4 di atas dengan banyaknya jumlah responden yang valid (72 orang). Matriks proporsi disajikan pada Tabel 5. Kemudian, matriks proporsi di Tabel 5 diubah menjadi matriks baku menggunakan tabel distribusi normal. Matriks baku akan disajikan pada Tabel 6.
Kemudian, matriks jumlah nilai Z dan rata- rata dihitung. Matriks ini diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pada masing-masing kolom pada Tabel 6, lalu dihitung rata-ratanya. Matriks ini ditampilkan pada Tabel 7.
Tahap selanjutnya adalah membuat matriks transformasi nilai. Pada Tabel 7 di atas, rata-rata
dimensi terbesarnya adalah X11 dengan nilai -1,14. Selanjutnya, nilai tersebut diubah menjadi nilai 1. Cara perubahan nilai tersebut adalah -1,14 + A = 1. Maka, A = 1 + 1,14 = 2,14. Seterusnya semua dimensi ditambahkan dengan nilai 2,14 sehingga diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 8.
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa dimensi X11 yakni institution support merupakan dimensi yang paling kecil pengaruhnya (1,00), sedangkan pengaruh yang paling besar adalah variabel/dimensi x1, yakni quality (dengan nilai 3,403 kali dimensi X11). Tabel 8 sekaligus merangkingdimensi prioritas keunggulan bersaing industri.
Setelah dilakukan metode LCJ, maka diperoleh urutan dimensi prioritas pengembangan industri yang ditunjukkan pada Tabel 9, yang menggambarkan persentase tingkat kepentingan. Berdasarkan kebiasaan bahwa banyaknya informasi kumulatif persentase kepentingan yang ingin diketahui berkisar antara 75%-80% dan dalam penelitian ini
## Tabel 6. Matriks Baku
X1 X2 X3 X4 X5
X6 X7 X8 X9 X10 X11 X1 0 ,000 -0,355 -1,383 -1,480 -1,085 -1,915 -1,593 -1,298 -1,593 -1,593 -1,593 X2 0,355 0 ,000 -0,765 -1,221 -0,765 -1,593 -1,221 -1,221 -1,593 -1,383 -1.593 X3 1,383 0,765 0 ,000 -0,589 -0,246 -1,593 -1,150 -1,221 -1,085 -1,298 -1,593 X4 1,480 1,221 0,589 0 ,000 0,006 -1,480 -0.812 -0,862 -1, 025 -1,298 -1,480 X5 1,085 0,765 0,246 0,105 0 ,000 -1,383 -0,589 0,913 -1,298 -1,221 -1,732 X6 1,915 1,593 1,593 1,480 1,383 0 ,000 0,000 -0,319 -0,589 -0,765 -1,383 X7 1,593 1,221 1,150 0,812 0,589 0,000 0 ,000 -0,431 -0,31 -0,812 -1,480 X8 1,298 1,221 1,221 0,862 0,913 0,319 0,431 0 ,000 -0,175 -0,393 -0,967 X9 1,593 1,593 1,085 1,025 1,298 0,589 0,431 0,175 0 ,000 -0,355 -0,589 X10 1,593 1,383 1,298 1,298 1,221 0,765 0,812 0,393 0,355 0 ,000 -0,105 X11 1,593 1,593 1,593 1,480 1,732 1,383 1,480 0,967 0,589 0,105 0 ,000
Tabel 7. Jumlah dan Rata-rata Tiap Dimensi
Nilai X1 X2 X3 X4 X5 X6
X7 X8 X9 X10 X11 Jumlah 13,889 10,999 6,628 3,770 5,045 -4,908 -2,212 -4,728 -6,844 -9,013 -12,52 Rata-rata 1,263 1,00 0,603 0,343 0,459 -0,446 -0,201 -0,430 -0,622 -0,819 -1,14 Tabel 8. Matriks Transformasi Nilai
Variabel Rata-rata Jumlah Rangking X1 1,26 + 2,14 3,40 1 X2 1,00 + 2,14 3,14 2 X3 0,60 + 2,14 2,74 3 X4 0,34 + 2,14 2,48 5 X5 0,46 + 2,14 2,60 4 X6 -0,45 +2,14 1,69 8 X7 -0,20 +2,14 1,94 6 X8 -0,43 +2,14 1,71 7 X9 -0,62 +2,14 1,52 9 X10 -0,82 +2,14 1,32 10 X11 -1,14 +2,14 1,00 11
ditetapkan 75%. Dari hasil pengumpulan data melalui jawaban responden yang terjaring dalam penelitian ini, maka semua sepakat bahwa hanya terdapat 7 (tujuh) dimensi yang benar-benar mempunyai tingkat kepentingan lebih dominan dibanding dimensi lainnya sehingga dengan urutan prioritas ditunjukkan pada Tabel 9 yang menyajikan sebuah urutan competitive priorities.
Dari hasil pengurutan prioritas ini dapat diperoleh informasi bahwa pada umumnya responden menyatakan bahwa quality (kualitas) sebagai titik berat dari kekuatan persaingan, dan dianggap lebih dominan dari variabel lain. Ini mengindikasikan bahwa kualitas produk masih merupakan syarat utama keunggulan bersaing industri. Cost/price pada urutan kedua menggambarkan bahwa produk dengan harga murah (akibat rendahnya biaya produksi) sebagai sarana untuk bertahan terhadap persaingan pasar. Delivery (sistem pengiriman) juga perlu menjadi bahan pertimbangan utama, sebab keterbatasan sarana prasarana transportasi akan mengakibatkan rendahnya mobilitas produk. Penyediaan sarana transportasi yang memadai sangat memengaruhi kualitas produk yang akan di distribusi dan memengaruhi ketepatan pengiriman, baik jumlah produk maupun waktu kirim (delivery time). Kendala IKM yang berada di pelosok pedesaan pada umumnya adalah sulitnya memasarkan produk akibat keterbatasan sarana transportasi.
## SIMPULAN
Competitive priorities (prioritas keunggulan bersaing) industri dengan menggunakan pendekatan metode The Law Comparative Judgement (LCJ) memberikan informasi bahwa 76,50% responden menilai dimensi Kualitas (Quality), Biaya (Cost/Price) ,
Sistem Pengiriman (Delivery), Fokus pada Konsumen (Customer Focus), Fleksibilitas (Flexibility), Kemampuan Berinovasi (Innovativeness), dan Berorientasi Pasar (Market Orientation) mempunyai tingkat kepentingan lebih dominan dibanding dengan Know-How, Progress Technology, Trading Partner dan Institution Support. Ketujuh dimensi/variabel penting tersebut merupakan dimensi competitive priorities yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi bersaing industri, khususnya di Provinsi Gorontalo. Urutan competitive priorities industri ini pada dasarnya dapat diterapkan di daerah lain, mengingat karakteristik industri di Provinsi Gorontalo tidak jauh berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, yakni industri skala kecil dan menengah berbasis industri pangan, industri kerajinan dan industri pengolahan hasil pertanian.
## DAFTAR PUSTAKA
Askar, M. and Mortagy, A.K., 2007. Assessing the Relative Importance of Competitive Priorities in Egyptian Companies, SAM Advanced Management Journal, Vol. 72, No. 3, pp. 35–46.
Dangayach, G.S and Deshmukh, S.G, 2001. Manufacturing Strategy: Literature Review and Some Issues, International Journal of Operations and Production Management, Vol. 21, No. 7, pp. 884–932.
Dangayach, G.S and Deshmukh, S.G, 2005. Advanced Manufacturing Technology Implementation; Evidence from Indian Small and Medium Enterprises (SMEs), Journal of Manufacturing Technology Management, Vol. 16, No. 5, pp. 483–496
Diaz, M.S., Gil, M.J.A., and Machuca, J.A.D., 2005.
Performance Measurement Systems, Competitive Priorities, and Advanced Manufacturing Technology, International Journal of Operations & Production Management, Vol. 25, No. 8, pp. 781–799
## Tabel 9. Ranking Dimensi Competitive Priorities
Dimensi Tingkat Kepentingan % Kumulatif% Rangking X1: Quality 3,40 14,45 14,45 1 X2: Cost/Price 3,14 13,33 27,78 2 X3: Delivery 2,74 11,65 39,43 3 X5: Customer Focus 2,60 11,03 50,46 4 X4: Flexibility 2,48 10,54 61,00 5 X7: Innovativeness 1,94 8,23 69,24 6 X8: Market Orientation 1,71 7,26 76,50 7 X6: Know How 1,69 7,19 83,69 8 X9: Progress Technology 1,52 6,45 90,14 9 X10: Trading Partner 1,32 5,61 95,74 10 X11: Institution Support 1,00 4,26 100,00 11 Jumlah 23,55
Gonzalez, B.U and Vazquez, J.M.C., 2007. The Strategic Influence of Structural Manufacturing Decisions, International Journal of Operation & Production Management, Vol. 27 No. 6, pp. 605–626.
Laosirihongthong, T. and Dangayach, G.S., 2005. A Comparative Study of Implementation of Manufacturing Strategies in Thai and Indian Automotive Manufacturing Companies, Journal of Manufacturing System, Vol. 24, No. 2, pp. 131–143.
Massa, S. and Testa, S., 2008. Innovation and SMEs:
Misaligned Perspective and Goals Among Entrepreneurs, Academic, and Policy Makers, Journal of Technovation, No. 28, pp. 393–407.
Phusavat, K. and Kanchana, R., 2007. Competitive Priorities of Manufacturing Firm in Thailand, Industrial Management & Data System, Vol. 107, No. 7, pp. 979–996.
Sekaran, U., 2003. Research Methods For Business: A Skill-Building Approach, 4 th edition, John Wiley &
Sons, Inc., New York.
Sharma, M. and Kodali, R., 2008. Development of a Framework for Manufacturing Excellence, Journal of Measuring Business Excellence, Vol. 12, No. 4, pp. 50–66.
Sharma, M. and Kodali, R., 2008. Validity and Reliability of Applying Manufacturing Excellence Frameworks to Indian Industries, Proceding ImechE, Vol. 222, Part B: J. Engineering Manufacture, pp. 723–739.
Supranto, J., 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Rineka Cipta, Jakarta.
Takala, J., Hirvela, J., Liu, Y., and Malindzak, D., 2007. Global Manufacturing Strategies Require "Dynamic Engineers"? (Case Study in Finnish Industries), Industrial Management & Data System, Vol. 107, No. 3, pp. 326–344.
Tambunan, T., 2007. Entrepreneurship Development:
SME in Indonesia, Journal of Developmental Entrepreneursip, Vol. 12, No. 1, pp. 95–118.
|
89fc3639-b8c0-4674-95d4-b4c131385764 | https://journal.umg.ac.id/index.php/manajerial/article/download/601/497 |
## PENGARUH FASILITAS, HARGA, LOKASI DAN KELOMPOK REFERENSI TERHADAP
KEPUTUSAN WALI MURID MEMILIH JASA PENDIDIKAN SMA MUHAMMADIYAH 1 GRESIK
## MUHAMMAD RIFKY PUTRA UTOMO
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Gresik Kampus GKB, Jl. Sumatra 101 GKB 61121 Gresik Indonesia
## ABSTRAK
Salah satu cara untuk menarik orang tua untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah sekarang adalah menyediakan fasilitas yang baik, akses ke sekolah dengan lancar dan aman serta harga yang terjangkau, sehingga orang tua memiliki persepsi positif terhadap sekolah. Orangtua ingin memutuskan apakah akan memilih layanan pendidikan di sekolah yang menurut mereka memiliki nilai bagus dan tidak diragukan lagi dalam memilih layanan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memperoleh fasilitas pendidikan dari keputusan sekolah SMA di Indonesia Muhammadiyah 1 Gresik, untuk menganalisis dan memperoleh harga pendidikan wali memilih layanan pendidikan SMA Muhammadiyah 1 Gresik, untuk menganalisis dan menanyakan lokasi keputusan wali pilihan Siswa memilih layanan pendidikan SMA Muhammadiyah 1 Gresik, untuk menganalisis dan mencari pasangan orang tua memilih siswa dari layanan pendidikan SMA Muhammadiyah 1 Gresik.
Kata Kunci : Fasilitas, Harga, Lokasi, Kelompok Referensi
## PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi yang terjadi di Indonesia, membuat semua bidang usaha yang ada di Indonesia mengalami kemajuan dan persaingan di semua bidang usaha, baik transportasi, makanan dan minuman, serta pendidikan. Kondisi persaingan di dunia pendidikan khususnya pendidikan menengah atas sudah mulai dirasakan oleh setiap sekolah menengah atas. Berbeda dengan jaman dahulu, dimana orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah menengah atas yang negeri, tetapi seiring dengan perkembangan jaman pihak orangtua menginginkan anaknya bersekolah menengah atas di tempat yang memiliki kredibilitas yang bagus dengan cara memberikan fasilitas yang memadai, lokasi strategis dan pengajaran yang islami. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo, 2003; 16).
Salah satu sekolah menengah atasswasta yang ada di Gresik adalah SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Sekolah ini selain mendidik muridnya dengan menggunakan teknologi yang modern berbasis TI, juga memberikan keunggulan seperti keunggulan akhlaq, akademik, dan bahasa. Dengan sekolah di SMA Muhammadiyah 1Gresik,diharapkan bisa meningkatkan kemampuan generasi
penerus bangsa yang pandai dan memiliki akhlaq yang mulia dengan nilai-nilai pedoman hidup islami warga muhammadiyah dan menjadi lulusan yang mampu berkompetisi di jenjang yang lebih tinggi.
Penelitian ini memilih objek SMA Muhammadiyah 1 Gresik, karena sekolah ini pada 2 tahun terakhir yaitu tahun pelajaran 2012-2013 dan tahun pelajaran 2013-2014 mengalami penurunan dari tahun pelajaran sebelumnya yaitu tahun 2012-2017. Berikut ini adalah data jumlah murid SMA Muhammadiyah 1 Gresik 5 tahun terakhir.
Landasan Teori Pemasaran menurut Kotler dan Keller (2012:89) adalah suatu fungs iorganisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya.
Fasilitas merupakan segala sesuatu yang memudahkan konsumen dalammenggunakan jasa perusahaan tersebut. Fasilitas adalah sumberdaya fisik yang ada dalam sebelum suatu jasa dapat ditawarkan kepada konsumen Tjiptono (2008:78).Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi olehkonsumensehinggamanajerperusahaan
perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen.
Lokasi fasilitas jasa merupakan salah satu faktor krusial yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu jasa, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial penyedia jasa (Tjiptono dan Chandra, 2005) dalam Wibowo ( 2011:19).
Lalu
lintas, menyangkut pertimbangan utama, yaitu Banyak orang yang berlalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impulse buying, yaitu keputusan pembelian yang sering terjadi spontan atau tanpa perencanaan.
Kelompok referensi disebut juga kelompok acuan. Menurut Sumawarman (2004:250), kelompok referensi (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi.
## Gambar 1.1 Model Penelitian
## METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih, maka lokasi penelitian ini dilakukan pada SMA
Muhammadiyah 1 Gresik Jl. KH. Kholil No. 90
KelurahanKemuteran Kabupaten Gresik. Populasi dalam penelitian ini adalah wali murid
SMA Muhammdiyah 1 Gresik. Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampelyang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
Sugiyono (2010:82), dengan menggunakan Purposive Sampling: Suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau sleksi khusus sebagai sumber data (Sugiyono, 2011:67). Hal-hal yang mendukung purposive sampling adalah wali murid kelas 10 yang sudah mendaftarkan di SMA Muhammadiyah 1 Gresik dan wali murid yang telah menerima sosialisasi terkait dengan SMA
Muhammadiyah 1 Gresik.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis linier berganda Analisis regresi pada dasarnyaadalah studi mengenai ketergantungan variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas dengan tujuan untuk memprediksi nilai rata-rata variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas yang diketahui Gozhali, (2011:43). Dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian dan analisisyang telah dilakukan, maka didapatkan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Nilai a = -0,219 menunjukkan bahwa, jika variabel fasilitas (X1), harga (X2), lokasi (X3), kelompok referensi (X4), bernilai 0, maka variabel keputusan (Y) turun -0,219 satuan.
2. Jika fasilitas (X1) berubah dengan satuan nilai, maka Y akan naik sebesar 0,430 satuan, dengan asumsi harga (X2), lokasi (X3) dan kelompok referensi (X4) tetap.
3. Jika harga (X2) berubah dengan satuan nilai, maka Y akan turun sebesar - 0,250 satuan, dengan asumsi fasilitas (X1), lokasi (X3) dan kelompok referensi (X4) tetap.
4. Jika lokasi (X3) berubah dengan satuan nilai, maka Y akan naik sebesar 0,256 satuan. dengan asumsi fasilitas (X1), harga (X2) dan kelompok referensi tetap.
5. Jika kelompok referensi (X4) berubah dengan satuan nilai, maka Y akan naik sebesar 0,526 satuan. dengan asumsi fasilitas (X1), harga (X2), lokasi (X3) tetap.
## Hasil Uji T
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah variabel eksogen berpengaruh terhadap variabel endogen yang digunakan dalam penelitian. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Uji t digunakan untuk melihat pengaruh parsial (masing-masing) variabel eksogen terhadap variabel endogen 1. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai thitung sebesar 3,998 > nilai ttabel sebesar 1,985, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan, bahwa fasilitas berpengaruh terhadap keputusan wali murid.
2. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai thitung sebesar – 3,481 > nilai ttabel sebesar -1,985, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan, bahwa harga berpengaruh secara negatif terhadap keputusan wali murid.
3. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai thitung sebesar 4,602 > nilai ttabel sebesar
1,985, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan, bahwa lokasi berpengaruh terhadap keputusan wali murid.
4. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai thitung sebesar 6,407 > nilai ttabel sebesar 1,985, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan, bahwa kelompok referensi berpengaruh terhadap keputusan wali murid.
## KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengujian keseluruhan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan dari hipotesis-hipotesis tersebut, yaitu:
1. Berdasarkan hasil perhitungan, bahwa fasilitas berpengaruh terhadap keputusan wali murid memilih jasa pendidikan SMA Muhammadiyah 1 Gresik.
2. Harga berpengaruh secara negatif terhadap keputusan wali murid memilih jasapendidikan SMA Muhammadiyah 1
Gresik.
3. Lokasi berpengaruh terhadap keputusan wali murid memilih jasa pendidikan SMA Muhammadiyah 1 Gresik..
4. Kelompok referensi berpengaruh terhadap keputusan wali murid memilih jasa pendidikan SMA Muhammadiyah 1 Gresik.
5. Perubahan variabel dependen keputusan (Y) sebesar 71,1% mampu menjelaskan terhadap variabel fasilitas (X1), harga (X2), lokasi (X3), kelompok referensi (X4), sedangkan sisanya 28,9% disebabkan oleh faktor lain yang tidak ada dalam model ini.
6. Kuatnya hubungan antar variabel independen (X) bersama-sama terhadap variabel (Y) yaitu 84,3%
## Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan hasil perhitungan yang diperoleh maka dapat disimpulkan:
1. SMA Muhammadiyah 1 Gresik harus bisa meningkatkan fasilitas yang lebih baik dan lebih lengkap. Fasilitas lahan parkir yang agak jauh dari tempat belajar mengajar,
serta LAB yang dirasa kurang memadaiharus dilengkapi dengan menambah komputer dan alat praktek yang memadai sehingga menjadi pertimbangan bagi walimurid tetap memutuskan memilih jasa pendidikan SMA Muhammadiyah 1 Gresik.
2. SMA Muhammadiyah 1 Gresik harus bisa memberikan harga yang dirasa bagi wali murid terjangkau dan juga memberikan
jasa pendidikan sesuai mutu yang baik sehingga memiliki daya saing yang baik untuk SMA Muhammadiyah 1 Gresik.
3. SMA Muhammadiyah 1 Gresik harus bisa meningkatkan standard pendidikan yang diberikan kepada siswa, sehingga SMA Muhammadiyah 1Gresik memilik banyak prestasi yang dibanggakan, agar banyak testimoni dari alumni dan membentuk kelompok referensi yang baik sehingga banyak para wali murid memilih jasa pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Gresik
## DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah. 2007. "Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Rumah Sakit Syarif Hidayatullah)" Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJ akarta Arikunto, Suharsimi, 2008. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi, PT.Rineka Cipta, Jakarta. Belch, George E. 2004. Advertising and Promotion, An Integrated Marketing Communications Perspective, sixth edition. New York: McGraw Hill/Irwin. Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 19 (edisi kelima) Semarang:
Universitas Diponegoro. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2012. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu, Edisi Kedua belas, Cetakan Ketiga. Penerbit Indeks. Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1, edisi Ketiga Belas, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, implementasi,danpengendalian Jilid 1 Jakarta: Prenhallindo. Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga. Kotler, Philip; Armstrong Garry,2008 Prinsip-prinsipPemasaran, Jilid 1, Erlangga.
Leliana,Suryandari. 2004. Persepsi Harga Jual dalam Perilaku Belanja
Munir Fuady. 2005. pengantar bisnis, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Noviandra, W Mahestu. 2006. “Evaluasi Citra
Produk dan Accessibility pada Perilaku Perpindahan Merek
Pembelian Produk Pemutih Kulit.”
MODUS, Vol. 18, No. 1, h. 62-72.
dan pengendalian Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo.
Raharjani, J., (2005), Analisa Faktor-Fak
Yang Mempengaruhi Keputusan
Pemilihan Pasar Swalayan Sebagai Tempat Berbelanja (Studi Kasus
Pada Pasar Swalayan Di Kawasan Seputar Simpang Lima Semarang), Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol.2 No.1, Januari 2005. Rizka Arfy Widya. 2010. "Pengaruh Reference Group Terhadap Keputusan Pembelian Produk Bermerek (Studi Pada Komunitas Pengguna Kamera Dslr Merek
Nikon Dan Canon)" Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang. Rorlen, 2007, “peran Kelompok Acuan dan Keluarga Terhadap proses keputusan membeli, Jurnal Vol 3, No.2. Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS 17. Schiffman, Leon dan Kanuk Leslie L.
2008. Perilaku konsumen. Edisi 7.
Jakarta: Indeks.
Schiffman, Leon dan Kanuk Leslie L.2007. Perilaku konsumen. Edisi 7. Jakarta:
Indeks. Setiadi, Nugroho, 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasinya Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana, Jakarta. Soekidjo,Notoatmodjo.2003.Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Stanton, William, J., 2007. Prinsip- prinsip Pemasaran, Jilid Ketujuh Penerbit Erlangga, Jakarta. Subroto,Suryo. 2008. Dasar-Dasar Psikologi Untuk Pendidikan Sekolah.Jakarta: Prima Karya. Sugiyono. 2010 , Statistika Untuk Penelitian Bisnis, Bandung. Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi, Bandung:
Alfabeta.
Sukandarrumidi. (2004). Metode Penelitian
Petunjuk Praktis untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada Yogyakarta Press. Sumarno dan Riana Sitawati. 2007. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk dan Harga
terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.” ASET, Vol. 9, No. 2, Agustus 2007, h. 436-553. Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen. Bogor Ghalia Indonesia. Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen. 2004, Bogor, Ghalia Indonesia The Vignelli Canon, Grid. Supranto, dan Nanda Limakrisna, 2011.Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi Kedua, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.
Swasta, Basu dan T HaniHandoko. 2004. Manajemen Pemasaran: Analisa dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta: PF Swastha, Basu DH. 2010. Manajemen Penjualan .Yogyakarta: Penerbit BPFE. Tarigan, R., 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah (Edisi Revisi). Jakarta. PT. Bumi Aksara. Tjiptono Fandy and Chandra Gregorius. 2007. Manajemen Kualitas Jasa.Andi Ofset. Yogyakarta. Tjiptono Fandy, 2008. Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia Publishing. Wibowo Youngki Tri, 2011, Analisis Pengaruh Keramahan Karyawan, Harga, dan Lokasi Terhadap Kepuasan Pelanggan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Seamarang. Yoshua Alvinson. 2013."Analisis Pengaruh Harga, Fasilitas, Dan Lokasi Terhadap Keputusan Konsumen Menggunakan Jasa Studio Musik (Studi Pada Pelanggan Studio Musik 40 Banyumanik)” Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. SMA Muhammadiyah 1 Gresik.Profile Company
|
aaaa18ae-0bf5-49bf-997d-a47636e98f56 | https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/JAIM/article/download/10075/4239 |
## MENINGKATKAN KUALITAS PENGEMASAN PRODUK DAN LABELLING PADA USAHA KERIPIK UBI IBU JURIA
Maryati 1 , Bella Sari Gultom 2 , Dwi Agustina 3 , Jhony Hasianus Sinaga 4 , Kayla Dzakira 5 , Sukmawati 6 , Sulaiman Latif 7
Program Studi Manajemen, STIE Pembangunan, Kota Tanjungpinang 1
Program Studi Akuntansi, STIE Pembangunan, Kota Tanjungpinang 2
Email : [email protected]
## Abstract
One of the potentials that can be developed in Gunung Kijang Village, Bintan Regency is the MSME industrial sector (Micro, Small and Medium Enterprises). One of the MSMEs in Gunung Kijang Village is Ms. Juria's MSME, which produces sweet potato chips. The packaging for Ibu Juria's sweet potato chips is relatively simple, using only ordinary plastic and burning it with a candle and still does not have a label to identify the product. The sample of this research is Ms. Juria's sweet potato chips. This study uses data collection methods and facts that are complete, relevant, and objective. The type of data used is primary data in the form of interview results while secondary data is quoted from books and journals. Data collection techniques used are observation, interviews, and documentation. Research with a simple descriptive design involving a question asking about certain subject matters such as product packaging and product labeling.
Keywords: Industrial sector, MSME, Sweet potato chips, Packaging, Labelling
## Abstrak
Salah satu potensi yang dapat dikembangkan di Desa Gunung Kijang Kabupaten Bintan adalah sektor industri UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Adapun UMKM yang ada di Desa Gunung Kijang salah satunya adalah UMKM milik ibu Juria yang memproduksi keripik ubi. Pengemasan produk keripik ubi ibu Juria ini tergolong sederhana yang hanya menggunakan plastik biasa dan dibakar dengan lilin dan masih belum memiliki label sebagai identitas dari produk tersebut. Adapun sampel dari penelitian ini yaitu UMKM keripik ubi ibu Juria. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dan fakta yang lengkap, relevan, dan objektif. Jenis data yang digunakan yaitu data primer yang berupa hasil wawancara sedangkan data sekunder yang dikutip dari buku dan jurnal. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian dengan desain deskriptif sederhana yang menyangkut suatu pertanyaan yang menanyakan hal mengenai pokok permasalahan tertentu seperti kemasan produk dan pelabelan pada produk.
Kata Kunci : Sektor industri, UMKM, Keripik ubi, Kemasan, Pelabelan
## 1. PENDAHULUAN
Kuliah Kerja Nyata adalah sarana bagi mahasiswa untuk berperan aktif mengabdi pada masyarakat serta membantu pemecahan masalah sesuai dengan bidang lingkungan sebagai aplikasi dari ilmu yang telah didapatkan selama proses perkuliahan. Peran mahasiswa diharapkan sebagai pembuka wawasan masyarakat Desa Gunung Kijang untuk lebih maju.
Desa Gunung Kijang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Sebagian besar masyarakat di Desa Gunung Kijang memiliki mata pencaharian sebagai petani dan pemilik industri rumahan pembuat makanan. Kondisi pertanian di Desa Gunung Kijang cukup baik, dan sebagian besar penduduknya terutama kaum ibu memiliki usaha makanan kecil.
Sebagai salah satu tanaman yang mudah ditanam dan merupakan alternatif makanan pokok sebagian warga Indonesia, tanaman ubi perlu di budayakan. Disamping itu juga mempunyai banyak memiliki manfaat bagi kesehatan karena mengandung berbagai macam unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Desa Gunung Kijang menjadi salah satu Desa yang memanfaatkan hasil pertaninan yaitu ubi sebagai usaha makanan kecil untuk menambah penghasilan sehari-hari masyarakat disana.
Ibu Juria memiliki usaha keripik ubi yang cukup dikenal oleh warga Desa Gunung Kijang, dan usahanya ini sudah cukup lama, lebih kurang 10 tahun. Akan tetapi, pengemasan produknya masih tergolong sederhana yang hanya menggunakan plastik dan dibakar dengan lilin. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan potensi sehingga produk keripik ubi ibu Julia menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan serangkaian kegiatan pengabdian dengan judul "Meningkatkan Kualitas Pengemasan Produk Dan Labelling Pada Usaha Keripik Ubi Ibu Juria” . Ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat Desa Gunung Kijang dan juga dapat memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan sekitar. Kegiatan ini juga diharapkan bisa diterapkan tidak hanya di usaha ibu Julia tetapi juga usaha UMKM lainnya.
## Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat kemasan produk yang lebih baik pada usaha keripik ubi ibu Juria?
2. Bagaimana cara membuat labelling produk pada usaha keripik ubi ibu Juria?
## Tujuan Kegiatan
Kuliah kerja nyata di Desa Gunung Kijang bertujuan untuk :
1. Dapat mengembangkan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dan ekonomi kreatif masyarakat.
2. Dapat memaksimalkan hasil unggulan masyarakat Desa Gunung Kijang dan mengembangkan potensi serta kreativitas masyarakat Desa Gunung Kijang.
3. Menyelesaikan permasalahan yang ada di Desa Gunung Kijang.
## 2. KAJIAN PUSTAKA
## Kemasan
Seiring dengan perkembangan zaman membuat para pelaku bisnis tidak hanya melakukan inovasi pada inti produk saja, tetapi perlu meningkatkan nilai kemasan pada produk mereka. Berkaitan dengan hal tersebut maka para pelaku bisnis dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif supaya dapat bersaing dengan kompetitor lain.
Salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan nilai produk adalah kemasan. Kemasan adalah salah satu komponen yang penting baik untuk meningkatkan penjualan dan juga untuk menunjukkan citra perusahaan (corporate image) maupun citra merek (brand image) mereka, karena kemasan merupakan hal yang pertama kali disentuh atau dilihat oleh konsumen dalam memilih suatu produk, jika kemasannya bagus dan menarik, tentu konsumen akan mendekat, meraih serta melihat dengan lebih dekat dan detail produk yang sedang ditawarkan. Kemasan yang baik dan menarik dapat menciptakan dorongan untuk membeli.
Dewasa ini kemasan mempunyai arti yang sangat penting karena kemasan tidak hanya digunakan sebagai pelindung terhadap isi produk saja tetapi juga digunakan untuk menyenangkan dan memikat hati konsumen. Oleh karenanya kemasan termasuk salah satu dalam strategi pemasaran khususnya strategi produk yang dapat dilakukan dengan cara memperbaiki bentuk luas dari produk seperti pembungkusan, warna, logo, dan lain-lain agar dapat menarik perhatian konsumen dan dapat memberikan kesan bahwa produk tersebut bermutu atau berkualitas baik (Susetyasari T, 2012).
Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan persediaan. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Bahkan belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran bonafiditas suatu produk. Menurut pendapat Kolter (Susetyasari T, 2012), pengemasan merupakan kegiatan merancang dan membuat wadah atau bungkus sebagai suatu produk. Berdasarkan beberapa referensi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemasan memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan produk tersebut diminati oleh calon konsumen, disamping itu, kemasan merupakan tempat komunikasi yang baik bagi produsen ke konsumen.
## Labelling
Ketentuan tentang pemberian label pada suatu produk diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentangpangan. Label pangan merupakan keterangan mengenai pangan yang dapat berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan.
Sedangkan Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 tahun 2011, label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan atau merupakan bagian pada kemasan. Label jaminan pangan ini terdapat berbagai macam, diantaranya adalah label aman produk pangan dan label Halal.
Pada makanan kemasan, label digunakan sebagai jaminan bahwa produk mereka layak untuk dikonsumsi. Menurut Marinus Angipora (Irrubai, 2015) mendefinisikan label adalah komponen dari sebuah produk yang berisi informasi verbal mengenai produk maupun penjualnya. Maka, berlandaskan definisi di atas label adalah hal yang sangat penting bagi sebuah produk karena dengan adanya label, konsumen dapat mengenal dan mengingat produk tersebut. Untuk itu produk tersebut yang telah memiliki identitas yang berisi informasi mengenai produk yang dipasarkan.
## 3. METODE
Rancangan kegiatan dalam penulisan peneltian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dan fakta yang lengkap, relevan, dan objektif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
## Pengamatan (Observasi)
Pengamatan yang dilakukan di lapangan secara langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
## Wawancara ( Interview )
Kegiatan tanya jawab yang dilakukan secara langsung kepada pemilik usaha.
## Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara memotret serangkaian kegiatan yang dilakukan selama kegiatan pengabdian.
## Rencana Program Kerja
Dalam perencanaan program KKN-P2EM ini kami memiliki tujuan untuk membantu UMKM yang di miliki oleh ibu Juria dengan produknya yaitu “Keripik Ubi” dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas pengemasan serta pemberian label pada produk yang dimilikinya. Menurut survei yang sudah kami lakukan, keripik ubi yang di produksi ibu Juria sangat laku dipasaran. Namun belum memiliki label dan juga masih menggunakan kemasan yang sederhana. Evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Evaluasi Program
Dilakukan saat sebelum dan sesudah kegiatan dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah program yang dibuat sudah sesuai atau belum dengan tujuan yang akan dilaksanakan oleh anggota kelompok.
2. Evaluasi Proses
Dilakukan saat kegiatan sedang dilaksanakan. yang dievaluasi adalah dari aspek kehadiran dan aktivitas peserta dalam mengikuti proses dari program yang dibuat.
3. Evaluasi Hasil
Dilakukan pada akhir kegiatan. Aspek yang dievaluasi adalah dari aspek pengetahuan dan kemampuan peserta dalam melakukan program yang telah ditentukan.
Indikator dalam pencapaian program yang telah ditentukan pada UMKM keripik ubi ibu Julia adalah, sebagai berikut :
1) Pemilik usaha sudah memiliki kemasan baru pada produk yang di produksinya.
2) Pemilik usaha sudah memiliki label merek pada produksi sehingga di harapkan produk keripik ubi ibu Julia lebih dikenal oleh konsumen.
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan oleh tim 4 di lokasi penelitian mendapatkan beberapa temuan masalah pada produk keripik ubi ibu Juria. Dimana awalnya, produk keripik ubi ibu Juria masih menggunakan kemasan plastik sederhana tanpa identitas produk, yang sebenarnya 2 aspek tersebut sangat berpengaruh dalam pemasaran serta mampu meningkatkan volume penjualan jika terlaksana dengan baik. Setelah dilakukan bimbingan kepada ibu Juria dengan memberi pemahaman terkait pentingnya peningkatan kualitas kemasan dan labelling , beliau mengizinkan dan ingin bekerjasama dengan tim 4 untuk mengangkat temuan masalah tersebut dengan hasil :
Kegiatan pengemasan yang dilakukan oleh tim 4 yaitu dengan tahap awal menentukan ukuran dan model kemasan yang tepat untuk di- upgrade ke tingkat yang lebih baik. Adapun kemasan tersebut berupa standing pouch dengan beberapa ukuran sebagai berikut :
Tabel 1. Sasaran Program Peningkatan Kualitas Kemasan No. Jenis Kemasan Ukuran Kemasan Berat Produk 1. Standing Pouch 14 x 22 x 0,1 (Ukuran Besar) 160 gram 2. Standing Pouch 12 x 20 x 0,1 (Ukuran Kecil) 100gram
Adapun teknik pengemasan yang dilakukan oleh tim 4 yaitu dengan penggunaan impulse sealer yang berfungsi untuk mengemas produk dalam plastik dengan cara menyegel dan menutup kemasan plastik tersebut. Mekanisme kerja dari impulse sealer adalah memanaskan plastik bagian atas dan bawah sehingga antara plastik atas dan bawah akan merekat. Suhu yang digunakan dalam pemanasan impulse sealer adalah 175°C. Untuk sekali pengemasan diperlukan waktu rata-rata 2 detik. Fungsi pengemasan yang dilakukan tersebut adalah untuk menjaga produk tersebut dari kerusakan fisik maupun kimia sehingga kualitas dan rasa tetap terjaga.
Gambar 1. Kemasan sebelum dan sesudah dilakukan peningkatan kemasan oleh tim 4 Selanjutnya, pelaksanaan program labelling yang kami lakukan pada produk keripik ibu Juria bertujuan untuk menjadi pembeda antara satu produk dengan produk keripik ubi yang lainnya. Sekaligus untuk menambah daya tarik dan minat beli melalui penampilan kemasan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan, karena menurut kami 5 detik pertama sangat menentukan pilihan para konsumen. Sehingga kegiatan memberikan label sangatlah penting artinya bagi konsumen di pasaran. Adapun kegiatan labelling yang kami lakukan pada produk keripik ubi ibu Juria berupa pemberian stiker label sederhana. Dengan tahap awal, yaitu penentuan logo produk sesuai keinginan ibu Juria selaku pemilik produk. Selanjutnya, kami mendesain label dengan memberikan informasi produk seperti merek dagang, keterangan produk, slogan, alamat produksi dan nomor telepon.
Namun dari hasil evaluasi tim 4, label sebelumnya masih belum cukup karena menurut kami unsur-unsur yang terdapat pada label sebelumnya belum cukup lengkap untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan konsumen. Sehingga kami memodifikasi kembali label pada produk keripik ubi ibu Juria sebagai aksi tindak lanjut dengan menambahkan informasi berupa komposisi (bahan baku), keterangan kadaluarsa, dan isi berat bersih. Adapun tujuan modifikasi label yakni, agar konsumen merasa puas bukan hanya karena kualitas produk, namun juga dengan kualitas kemasan terkhususnya untuk memperoleh informasi produk yang lebih lengkap. Adapun perbandingan antara label produk sebelum dan sesudah dilakukannya evaluasi dan modifikasi, sebagai berikut:
Gambar 2. Label produk sebelum dan sesudah dilakukan evaluasi dan modifikasi
Sehingga dengan telah dilakukannya evaluasi dan modifikasi pada label produk, maka tim 4 juga telah melakukan perubahan atau mengganti kemasan produk dengan menggunakan label terbaru. Adapun perbandingan antara kemasan produk sebelum dan sesudah dilakukannya evaluasi dan modifikasi, sebagai berikut:
Gambar 3. Kemasan produk sebelum dan sesudah dilakukan evaluasi dan modifikasi
## 5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) P2EM, dengan membantu memperbaiki “Pengemasan dan Labelling ” di Kampung Banjar RT. 01, RW. 01, Desa Gunung Kijang, Bintan, Kepulauan Riau, pada usaha UMKM keripik ubi ibu Juria, maka dapat disimpulkan bahwa pelasanaan kegiatan KKN P2EM ini telah berjalan sesuai dengan program yang telah direncanakan dengan hasil pencapaian program kerja yaitu produk keripik ubi ibu Juria telah memiliki kemasan dengan kualitas yang lebih baik dari kemasan terdahulu dan telah memiliki label produk sendiri setelah melewati beberapa kali evaluasi dan modifikasi. diharapkan dengan adanya kemasan baru dan label pada produk, usaha keripik ubi ibu Juria ini dapat menarik minat konsumen dan semakin dikenal sehingga dapat meningkatkan kuantitas penjualan pada usaha milik ibu Juria.
## REFERENSI
Apriyanti, M. E. (2018). Pentingnya Kemasan terhadap Penjualan Produk Perusahaan. Sosio E- Kons , 10 (1), 20. https://doi.org/10.30998/sosioekons.v10i1.2223
Irrubai, M. L. (2015). Strategi Labeling, Packaging Dan Marketing Produk Hasil Industri Rumah Tangga Di Kelurahan Monjok Kecamatan Selaparang Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Society , 6 (1), 15–30. https://doi.org/10.20414/society.v6i1.1462
Putra, N. N. (2020). Analisis Jenis Dan Desain Kemasan Snack Keripik Singkong Terhadap Minat Beli Konsumen. E-Jurnal Tata Boga , 9 (2), 701–707. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-boga/article/view/35681
Susetyasari T. (2012). Kemasan Produk Ditinjau Dari Bahan Kemasan, Bentuk Kemasan Dan Pelabelan Pada Kemasan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Minuman Mizone Di Kota Semarang. Jurnal STIE Semarang , 4 (3), 19–28.
|
37920815-2b83-4baf-a215-31c738c5a3cc | https://journal.uwgm.ac.id/yuriska/article/download/352/264 | KAJIAN HUKUM KEDUDUKAN BANGUNAN DI ATAS HAK PAKAI ATAS TANAH YANG TELAH DI BATALKAN (Di Tinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah)
Mahmud Jaelani dan Abdul Mukmin [email protected], [email protected] Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
## ABSTRAK
Hak Pakai diatur dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 43 yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah Pasal 41 sampai dengan Pasal 58. Dalam Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, didefinisikan bahwa Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah Hak Milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
Sehingga penyebab batalnya hak kedua kedudukan bangunan di atas hak pakai atas tanah yang sudah dibatalkan. Kedudukan bangunan dalam hal ini bukan hanya dalam arti fisik yang menyangkut lokasi dan besaran bangunan semata, lebih dari pada itu memiliki arti hukum yang menyangkut kedudukan hukum dari bangunan tersebut. Hal ini terkait dengan hak kepemilikan dan hak atas tanah yang melekat di atasnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penelitian normatif dengan peraturan perundang-undangan sebagai bahan hukum primer, buku, literatur sebagai bahan hukum sekunder dan informasi dan data sebagai bahan sekunder dari penelitian ini.
Pada prinsipnya hal yang menyebabkan Hak Pakai Atas Tanah dapat dibatalkan adalah berakhirnya jangka waktu atau dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang hak pengelolaan atau pemilik tanah sebelum jangka waktunya berakhir,dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir,hak pakainya dicabut, diterlantarkan, tanahnya musnah dan pemegang Hak Pakai tidak memenuhi syarat sebagai pemegang Hak Pakai. Sedangkan terkait dengan kedudukan bangunan yang ada diatas Hak Pakai Atas Tanah oleh WNI yang telah dibatalkan bergantung pada perjanjian yang mengiringi saat proses hak pakai diberikan, namun bagi WNA melalui hak pakai dapat mengalihkan asetnya melalui kewarisan.
Kata Kunci: Hukum, Tanah, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.
## ABSTRACT
The right to use is regulated in Article 41 through Article 43 which is further regulated in Government Regulation No. 40 of 1996 concerning Right to Cultivate, Right to Build and Right to Use of Land Article 41 to Article 58. In Article 41 paragraph (1) of Law Basic Agrarian Law, is defined as the Right to Use is the right to use and / or collect proceeds from land that is directly controlled by the state or land of the Property of another person, who gives authority and obligations specified in the decision to grant it by an official authorized to give it or in an agreement with the owner of the land, which is not a lease agreement or land processing agreement, everything originating does not conflict with the spirit and provisions of this law.
So that the cause of the cancellation of the second right is the position of the building above the usufructuary rights to the land that has been cancelled. The position of the building this case is not only in the physical sense concerning the location and magnitude of the building alone, more than that it has a legal meaning concerning the legal position of the building. This is related to ownership rights and land rights attached to it. The method used in this study is a normative research study with legislation as primary legal material, books, literature as secondary legal material and information and data as secondary material from this study.
In principle, the matter that causes the Right to Use of Land can be canceled is the expiration of the term or canceled by the authorized official, the management right holder or the landowner before the expiry date, released voluntarily by the right holder before the term expires, the right of use is revoked, abandoned, the land is destroyed and the Right of Use holder does not qualify as the Right to Use holder. Whereas in relation to the position of the building above the Use of Land Rights by the Indonesian Citizen who has been cancelled depends on the agreement that accompanies when the right to use is granted, but for foreigners through the right to use can transfer their assets through inheritance.
Keywords: Law, Land, Building Use Rights and Use Rights.
## PENDAHULUAN
## A. Latar Belakang
Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia, sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat tinggal hidupnya. Secara kosmologis, tanah adalah tempat manusia tinggal, tempat dari mana mereka berasal, dan akan kemana mereka pergi. Dalam hal ini, tanah mempunyai dimensi ekonomi, sosial, kultural, dan politik. Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia, dimana setiap orang memerlukan tanah bukan hanya untuk kehidupannya, tapi sampai manusia meninggal dunia juga masih
tetap memerlukan tanah. Ini membuktikan bahwa sumber daya alam ini tidak dapat dipisahkan dari manusia sampai kapanpun. Dengan demikian penggunaan, penguasaan, dan pemanfaatan tanah untuk hidup dan kehidupan manusia perlu diatur sedemikian rupa sehingga tercipta keteraturan dalam hidup bermasyarakat. Mengingat tanah menjadi objek yang rawan terhadap sengketa, karena kebutuhan manusia akan tanah semakin meningkat namun persediaan tanah relatif tetap.
Eksistensi tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti dan sekaligus memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai sosial asset dan capital asset. Sebagai sosial asset tanah merupakan sarana pengikat kesatuan sosial di kalangan masyarakat untuk hidup dan kehidupan, sedangkan capital asset , tanah merupakan faktor modal dalam pembangunan dan telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat penting sekaligus sebagai bahan perniagaan dan obyek spekulasi. 1 Sebagai karunia Tuhan sekaligus sumber daya alam yang strategis bagi bangsa, negara dan rakyat, tanah dapat dijadikan sarana untuk mencapai kesejahteraan hidup bangsa Indonesia sehingga perlu campur tangan negara untuk turut mengaturnya. Hal ini sesuai dengan amanat konstitusional sebagaimana tercantum pada Pasal 33 Ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945; “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Mengingat peran tanah yang begitu besar maka negara berkewajiban untuk mengatur penggunaan dan peruntukan tanah, sebagai mana yang diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya begitu pula ruang angkasa merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia dan oleh karena itu sudah semestinya pemanfaatannya haruslah
1 Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum , Bayumedia, Malang, 2007, hlm 1.
ditunjukkan untuk memcapai sebesar- besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali. Sedangkan menurut Pasal 4 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 yang selanjutnya disebut Undang-Undang Pokok Agraria dinyatakan “atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum”.
Berdasarkan ketentuan pasal di atas yang dimaksud dengan istilah tanah adalah permukaan bumi. Perubahan sistem pelaksanaan Pemerintah dari sistem Pemerintahan masa orde baru menuju orde reformasi berpengaruh pada paradigma pembangunan pertanahan. Upaya menjabarkan paradigma pemerintahan dibidang pertanahan diwujudkan dengan sarana prasarana terhadap pelaksanaan tugas dalam bidang pelayanan pertanahan seperti dalam proses pemberian hak atas tanah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, Hak Pakai diatur dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 43 yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah Pasal 41 sampai dengan Pasal 58. Dalam Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, didefinisikan bahwa Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah Hak Milik orang lain, yang memberi
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
Perkataan “menggunakan” dalam
pengertian Hak Pakai sebagaimana tersebut diatas menunjuk pada pengertian bahwa Hak
Pakai digunakan untuk kepentingan mendirikan bangunan. Sedangkan perkataan “memungut hasil” dari pengertian diatas adalah menunjuk pada pengertian bahwa Hak Pakai digunakan untuk kepentingan selain mendirikan bangunan, misalnya pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan. 2
Berdasarkan definisi dan penjelasan singkat mengenai Hak Pakai Atas Tanah diatas, maka terdapat hubungan antara Hak Pakai Atas Tanah dengan Kedudukan bangunan yang mana salah satu fungsi Hak Pakai Atas Tanah adalah untuk mendirikan bangunan. 3
Kedudukan bangunan dalam hal ini bukan hanya dalam arti fisik yang menyangkut lokasi dan besaran bangunan semata, lebih dari pada itu memiliki arti hukum yang menyangkut kedudukan hukum dari bangunan tersebut. Hal ini terkait dengan hak kepemilikan dan hak atas tanah yang melekat di atasnya.
Berdasarkan penjelasan singkat diatas, terdapat beberapa aspek yang dapat dibahas untuk menjadi alasan pemilihan judul skripsi ini. Aspek pertama adalah komponen-komponen yang melekat pada Hak Pakai yang kemudian menyebabkan adanya pembangunan bangunan diatas tanah dengan alas Hak Pakai Atas Tanah dapat
2 Urip Santoso, Hukum Agraria, Kajian Komprehensif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012 hal 119.
diwujudkan. Komponen tersebut diatur dalam Pasal 50 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah mengenai Kewajiban dan Hak Pemegang Hak Pakai yang menyebutkan:
a. Membayar uang pemasukan yang jumlah dan cara pembayarannya ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya, perjanjian penggunaan tanah
Hak Pengelolaan atau dalam perjanjian pemberian Hak Pakai atas tanah Hak Milik.
b. Menggunakan tanah sesuai dengan peruntukannya dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberiannya, atau perjanjian pemberian Hak Pakai atas tanah Hak Milik.
c. Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada di atasnya serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.
d. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Pakai kepada Negara, pemegang Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik sesudah Hak Pakai tersebut hapus.
e. Menyerahkan sertipikat Hak Pakai yang telah hapus kepada Kepala Kantor Pertanahan.
Aspek kedua , Komponen yang dapat menimbulkan akibat hukum, sehingga Hak Pakai Atas Tanah tersebut dibatalkan. Pasal 55 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah menerangkan bahwa hapusnya Hak Pakai dikarenakan :
a. Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian
3 John Salindeo, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Cetakan Kedua ,Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal 44
atau perpanjangannya atau dalam perjanjian pemberiannya. b. Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik sebelum jangka waktunya berakhir, karena :
1. Tidak dipenuhinya kewajiban- kewajiban pemegang hak dan/atau dilanggarnya ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50, Pasal 51 dan Pasal 52; atau
2. Tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam perjanjian pemberian Hak Pakai antara pemegang Hak Pakai dan pemegang Hak Milik atau perjanjian penggunaan Hak Pengelolaan; atau
3. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Pembatalan Hak Atas Tanah dapat ditemukan di Pasal 34 huruf b dan Pasal 40 huruf b UUPA yang berbunyi “ dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi’, Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Negara Agraria /
Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/KBPN) Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan : “pembatalan Hak Atas Tanah adalah pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah atau sertipikat hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum administrasi dalam
penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap”.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) mempunyai
kewenangan dalam
membatalkan hak atas tanah. Hal ini tertera didalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan, peraturan ini, dalam melakukan pembatalan hak atas tanah, melakukan pembagian kewenangan, yakni kewenangan kementrian dan kewenangan bukan kementrian. Dalam pengelompokan kewenangan ini, Badan Pertanahan Nasional bisa melakukannya dengan dua cara, Cara yang pertama yaitu dengan menjalankan amar putusan pangadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Hal ini lebih rinci dijelaskan didalam Pasal 49 ayat (2) yang menyatakan bahwa amar putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, yang berkaitan dengan penerbitan, peralihan dan/atau pembatalan hak atas tanah, antara lain:
a. Perintah untuk membatalkan hak atas tanah.
b. Menyatakan batal/tidak sah/tidak
mempunyai kekuatan hukum hak atas tanah;
c. Menyatakan tanda bukti hak tidak sah/ tidak berkekuatan hukum;
d. Perintah dilakukannya pencatatan atau pencoretan dalam buku tanah;
e. Perintah penerbitan hak atas tanah;
f. Perintah untuk membatalkan penetapan tanah terlantar; dan
g. Amar yang bermakna menimbulkan akibat hukum terbitnya, atau beralihnya atau batalnya hak.
Cara yang kedua adalah, Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan pembatalan pemberian hak tanpa adannya putusan dari pengadilan. Klasifikasi permasalahan sengketa termuat secara rinci pada Pasal 11 ayat (3) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2016 tentang
Penyelesaian Kasus Pertanahan
penyelesaian kasus pertanahan diluar
pengadilan dapat berupa perbuatan hukum administrasi hal ini tersebut dalam Pasal 24,
25, 26. Sedangkan untuk mengenai pelaksanaan keputusan penyelesaian kasus
pertanahan tersebut secara rinci pada Pasal 27, 28, 29, dimana keputusan penyelesaian sengketa atau konflik dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan.
Pembahasan tentang hak pakai atas tanah cukup menarik untuk dibahas karena terdapat multi aspek hukum yang dapat menimbulkan problem hukum khususnya pada aspek pembatalan hak pakai atas tanah oleh pemerintah terhadap perorangan
( persoon ) dan/atau badan hukum ( recht persoon ), terlebih manakala hak pakai atas tanah tersebut melekat pada aset negara. Hal tersebut menggambarkan multi aspek diantarannya aspek hukum agraria, hukum administrasi negara dan hukum perdata.
## B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang yang sudah tertulis diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan Hak Pakai Atas Tanah dapat dibatalkan?
2. Bagaimana kedudukan bangunan yang ada diatas Hak Pakai Atas Tanah yang telah dibatalkan?
## C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan apa yang menyebabkan hak pakai atas tanah ini dapat dibatalkan dan bagaimana kedudukan bangunan yang ada diatas tanah tersebut yang telah dibatalkan.
Adapun penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktisi yaitu dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hukum khususnya pengembangan ilmu hukum perundang-undangan dan
peraturan
kebijakan agraria, dan bagi pemerintah diharapkan mampu sebagai bahan kajian dalam merumuskan suatu peraturan hukum yang terkait dengan masalah pengkajian dan penanganan masalah pertanahan yang dalam
hal ini adalah kedudukan bangunan diatas Hak Pakai Atas Tanah yang telah dibatalkan.
## METODE PENELITIAN
## A. Jenis Penelitian dan Sumber Data
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normative,
dengan peraturan perundang-undangan sebagai bahan hukum primer atau yang utamanya.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari berbagai bahan hukum seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, (amandemen ke- 4), Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Dasar Pokok-pokok agraria, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan hak Pakai Atas Tanah, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan. Bahan hukum sekunder yang berupaka buku-buku, junral, majalah, dan artikel yang terkait dengan penelitian. Dan bahan hukum tersier berupa kamus-kamus hukum dan ensiklopedia.
## B. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik yang dipergunakan dalam penelitian ini beupa studi kepustakaan yang dipergunakan untuk mengumpulkan bahan- bahan hukum, baik bahan hukum primer yang berupa perundang-undangan maupun
bahan hukum sekunder dan lainnya, dan wawancara dengan narasumber yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.
## C. Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan yaitu mengkaji data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang berupa literatur-literatur, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian proposal skripsi ini, kemudian digabungkan dengan masalah yang akan diteliti menurut kualitas dan kebenaran.
## PEMBAHASAN
## A. Penyebab Batal atau Berakhirnya Hak Pakai.
Pembahasan tentang hak merupakan pembahasan yang akan selalu melekat dengan hukum. Hak merupakan sebuah kata yang akan berimplikasi besar terhadap hukum bukan hanya terkait dengan
kepemilikan tetapi juga menyangkut kewajiban, larangan pembatalan hingga pencabutan atas hak tersebut.
Dalam suatu proses yudisial tidak jarang ditemukan problematik mengenai dapat atau tidaknya suatu hak digunakan sebagai dasar dalam mengajukan gugatan. Kondisi tersebut diakibatkan karena adanya kekaburan dan ketidakpastian mengenai hak yang ingin digunakan sebagai dasar untuk mengajukan gugatan.
Selama suatu hak tidak dilindungi oleh peraturan hukum, maka hak ini belum merupakan hak hukum 4 . Hak hukum merupakan hak seseorang dalam
kapasitasnya sebagai subjek hukum yang secara legal tercantum dalam hukum yang berlaku. Adapun ciri dari suatu hak hukum yaitu hak tersebut diakui oleh hukum positif
4 Hans Kelsen, 2006, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara , Cetakan ke-1, Bandung : Nusa Media dan Nuansa, hlm. 113
serta enforcable di depan pengadilan. Hal tersebut dikukuhkan dengan suatu adagium dalam hukum yang menyatakan ubi jus ibi remedium ( where there is a right there must be a remedy ). 5
Dari sisi hukum, hak hukum merupakan norma hukum dalam
hubungannya dengan individu tertentu yang ditentukan oleh norma itu sendiri. Hak hukum tidak ditafsirkan sebagai suatu keinginan atau kepentingan yang tidak dikualifikasi, tetapi sebagai kepentingan yang dilindungi oleh aturan hukum, atau suatu keinginan yang diakui dan dibuat efektif oleh aturan hukum.
Demikian juga terkait dengan hak pakai, dijelaskan bahwah ak pakai merupakan hak yang dapat dimiliki oleh setiap warga negara, maka dari itu negara berdiri untuk memberikan perlindungan atas hah-hak tersebut sebagaimana diatur dalam pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Hak pakai yang terjadi karena terdapatnya suatu peristiwa hukum yang mana telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Lahirnya hak pakai diatur sedemikian rupa dalam berbagai peraturan perundang- undangan sebagai syarat legalitas sebuah hak, sehingga hak tersebut menjadi sah baik materiil maupun formil untuk dapat mengikat para pihaknya. Demikian juga pada saat hak pakai tersebut batal kemudian hapus, negara juga mengatur prosedur, penyebab dan syarat-syarat pembatalannya.
Mengkaji hak pakai tentang pembatalan bukanlah hal yang mudah, prinsip kehati-hatian dan prinsip negara hukum menjadi hal yang harus diperhatikan dalam penetapan pembatalannya.
5 Sakta Mahadiwya Prasetya, 2007, Hak Anak Untuk Memperoleh Pendidikan Sebagai Hak Asasi Manusia di Indonesia , Salatiga : FH UKSW, hlm. 83
Pembatalan Hak Atas Tanah dapat ditemukan di Pasal 34 huruf b dan Pasal 40 huruf b UUPA yang berbunyi “ dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi’, Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Negara Agraria /
Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/KBPN) Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan “pembatalan Hak Atas Tanah adalah pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah atau sertipikat hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk
melaksanakan putusan pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap”.
Istilah “Pencabutan Hak Atas Tanah” secara formal dimunculkan dari Pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria yang mengatur “Untuk kepentingan umum,
termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan menggantikan ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang- undang.
Pencabutan hak ialah pengambilan tanah kepunyaan penduduk atau sesuatu pihak oleh Negara secara paksa, yang mengakibatkan hak atas tanah menjadi hapus dan berpindah pihak terhadap siapa pencabutan dilakukan kepada pihak yang meminta pencabutan itu tanpa yang bersangkutan melakukan pelanggaran atau lalai dalam melakukan kewajiban hukumnya. Maka sesuai dengan ketentuan, bahwa pencabutan hak hanya dilakukan untuk kepentingan umum dan hanya dalam keadaan yang memaksa sebagai jalan yang terakhir untuk memperoleh tanah-tanah
6 Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Margaretha Pustaka, jakarta, 2011, Hlm 191
yang sangat diperlukan guna kepentingan umum. 6 Berdasarkan pengertian mengenai pembatalan hak atas tanah dan pencabutan hak atas tanah tersebut diatas maka penulis menafsirkan bahwa pembatalan hak atas tanah sangatlah berbeda dengan pencabutan hak atas tanah, meskipun terdapat persamaan yang terletak pada akibat hukumnya yaitu hapusnya hak atas tanah.
Pencabutan hak atas tanah merupakan mekanisme secara sepihak dari pemerintah, namun tidak serta merta memberikan peluang kepada pemerintah untuk dengan leluasa mengambil tanah milik perorangan dengan dalil kepentingan umum, pemerintah wajib memperhatikan persyaratan menurut peraturan perundang-undangan ketika menggunakan upaya pencabutan hak atas tanah.
Pembatalan hak atas tanah sendiri merupakan perbuatan hukum yang tata cara dan prosedurnya telah diatur dalam peraturan perundan-undangan, pembatalan hak atas tanah itu lahir karena terdapatnya suatu keputusan yang mengandung cacat hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap”. Umumnya
pembatalan hak atas tanah terjadi
dikarenakan adanya suatu sengketa atau konflik masalah pertanahan yang harus diselesaikan, hal ini merupakan wujud pemerintahan dalam melakukan perlindungan terhadap warga negara demi terciptanya kepastian hukum yang bermanfaat dan berkeadilan sebagai
konsekwensi Negara hukum.
Berdasarkan Pasal 55 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, Hak Pakai hapus karena :
a. Berakhir jangka waktu; Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian atau perpanjangan atau dalam perjanjian pemberiannya;
b. Dibatalkan pejabat yang berwenang, pemegang hak pengelolaan atau pemegang hak milik sebelum jangka waktu berakhir karena: 1. Tidak dipenuhinya kewajiban- kewajiban pemegang Hak dan atau dilanggarnya ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50, Pasal 51 dan Pasal 52 atau
2. Tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam perjanjian pemberian Hak Pakai antara pemegang Hak Pakai dan
pemegang Hak Milik atau perjanjian penggunaan hak pengelolaan; atau
c. Tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban pemegang Hak Pakai.
1. Tidak membayar uang pemasukan yang jumlah dan cara pembayarannya ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya, perjanjian penggunaan tanah Hak Pengelolaan atau dalam perjanjian pemberian Hak Pakai atas tanah Hak Milik.
2. Tidak menggunakan tanah sesuai dengan peruntukannya dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberiannya, atau perjanjian penggunaan tanah Hak Pengelolaan atau perjanjian pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik. 3. Tidak memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada diatasnya serta tidak menjaga kelestarian lingkungan hidup.
4. Tidak memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi
pekarangan atau bidang tanah yang terkurung oleh tanah Hak Pakai.
d. Tidak dipenuhi syarat atau kewajiban yang tertulis dalam perjanjian antara para pihak mengenai pemberian hak pakai atau penggunaan hak pengelolaan.
e. Putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
f. Diberikan secara sukarela;
g. Ditelantarkan;
h. Tanahnya musnah;
i. Pemegang Hak Pakai tidak melepaskan atau mengalihan hak nya kepada pihak ketiga, dalam waktu satu tahun sejak pemegang Hak Pakai tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai pemegang Hak Pakai sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai;
Pembatalan Hak Pakai Atas Tanah bisa terjadi apabila ke-4 point tersebut diatas salah satu diantaranya atau bahkan semuanya terjadi atau dilakukan oleh pemegang hak pakai maka kemungkinan terbesar pembatalan hak pakai atas tanah akan terjadi, meskipun pemegang hak pakai masih diberikan suatu perlindungan hukum oleh pemerintah melalui upaya hukum semisal banding, kasasi dan peninjauan kembali, dikarenakan mekanisme penyelesaian atas sengketa mengenai hak atas tanah dapat melalui jalur peradilan perdata dan peradilan tata usaha negara saja. Akibat dari pembatalan Hak Pakai Atas Tanah yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap maka mempunyai akibat hukum Hapusnya Hak Pakai Atas Tanah.
Tujuan pengaturan pertanahan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemilik tanah dan untuk memberikan jaminan kepastian
hukum maka dilaksanakan suatu mekanisme pendaftaran tanah di seluruh Indonesia. Demikian juga terkait dengan pembatalan hak atas tanah. Defenisi pembatalan hak atas tanah yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Keputusan Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Pemberian dan Pembatalan Hak Milik atas Tanah Negara masih dapat digunakan mengingat aturan peralihan dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) No. 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan yakni dalam
Pasal 84 menegaskan bahwa Ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, sepanjang mengatur tata cara pembatalan Hak Atas Tanah Negara yang bertentangan dengan Peraturan ini dan defenisi pembatalan hak yang terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan tidak bertentangan dengan substansi hukum yang ada dalam Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional (Perkaban) No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan.
Ketentuan dalam Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) No.
3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan tidak secara khusus mengatur mengenai pembatalan hak atas tanah namun diatur dalam ketentuan mengenai penyelesaian kasus pertanahan pada Bab VII dengan memberikan pengaturan bahwa penyelesaian kasus pertanahan pada
dasarnya ada 2 (dua) yaitu :
1) pelaksanaan putusan pengadilan dan
2) penyelesaian kasus pertanahan di luar pengadilan.
Pelaksanaan putusan pengadilan serta penyelesaian kasus pertanahan di luar pengadilan dapat melahirkan perbuatan hukum berupa pembatalan sertipikat hak atas tanah sehingga dapat dikatakan bahwa jika didasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan maka pembatalan hak atas tanah dapat dilakukan dengan 2 (cara) yakni 1) berdasarkan putusan pengadilan dan 2) tidak berdasarkan putusan pengadilan.
Pasal 55 Perkaban No. 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan menegaskan bahwa Tindakan untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat berupa pelaksanaan dari seluruh amar putusan, pelaksanaan sebagian amar putusan dan/atauhanya melaksanakan perintah yang secara tegas tertulis pada amar putusan. Selanjutnya dalam ayat (2) ditegaskan bahwa amar putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, yang berkaitan dengan penerbitan, peralihan dan/atau pembatalan hak atas tanah, antara lain perintah untuk membatalkan hak atas tanah, menyatakan batal/tidak sah/tidak mempunyai kekuatan hukum hak atas tanah, menyatakan tanda bukti hak tidak sah/tidak berkekuatan hukum, perintah dilakukannya pencatatan atau pencoretan dalam buku tanah, perintah penerbitan hak atas tanah dan amar yang bermakna menimbulkan akibat hukum terbitnya, beralihnya atau batalnya hak.
Selanjutnya, mengenai Proses Perbuatan Hukum Administrasi Pertanahan Terhadap Keputusan/Surat Cacat Hukum Administrasi dalam Pasal 64 ayat (3) menyebutkan bahwa Surat
permohonan/usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri data pendukung antara lain, sertipikat hak atas tanah yang kedapatan cacat hukum administrasi, hasil pengolahan data yang membuktikan adanya cacat hukum administrasi, salinan amar putusan pengadilan atau pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yang substansinya menyatakan tidak sah dan/ atau palsu dokumen yang digunakan dalam proses penerbitan sertipikat hak atas tanah, surat-surat lain yang mendukung alasan permohonan pembatalan.
Menghubungkan antara kedua pasal di atas bahwa Perkaban No. 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan pada
dasarnya memberikan pengaturan bahwa Pembatalan Sertipikat Hak atas Tanah yang didasarkan pada Putusan Pengadilan yang tidak secara tegas menyatakan batal sertipikat tetapi memiliki amar yang bermakna menimbulkan akibat hukum terbitnya, beralihnya atau batalnya hak dikategorikan sebagai pembatalan sertipikat hak atas tanah karena cacat admnistrasi sebagaiman dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (3) huruf c yang memberikan pengaturan bahwa salah satu syarat dalam pengajuan pembatalan sertipikat karena cacat admnistrasi adalah salinan amar putusan pengadilan atau pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yang substansinya menyatakan tidak sah dan/ atau palsu dokumen yang digunakan dalam proses penerbitan sertipikat hak atas tanah.
Ketentuan dalam Pasal 64 ayat (3) Perkaban No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan berarti pula bahwa pembatalan hak berdasarkan putusan pengadilan umum baik perdata maupun pidana dikategorikan sebagai pembatalan hak karena cacat admnistrasi dan hanya Putuan Peradilan Tata Usaha Negara yang dikategorikan sebagai cacat hukum karena
hanya Putusan PTUN yang secara tegas memerintahkan pembatalan sertipikat hak atas sehingga pengkategorian lain mengenai pembatalan hak dalam perkaban No. 3 tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan yaitu: 1. Pelaksanaan putusan pengadilan yang menyatakan batal sertipikat dan;
2. Pembatalan karena cacat admnistrasi yang terbagi menjadi 2 (dua) jenis yakni berdasarkan;
a. putusan pengadilan dan berdasarkan penelitian oleh Badan Pertanahan
Nasional dan
b. pembatalan hak tanpa melalui Putusan Pengadilan. Pengkategorian Pembatalan sertipikat hak atas tanah yang dilaksanakan berdasarkan putusan peradilan umum baik perdata maupun pidana sebagai cacat admistrasi dalam Perkaban No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan menurut penulis merupakan pengkategorian yang tidak tepat karena Putusan Perdata ataupun pidana pada dasarnya tidak menyangkut administrasi dalam penerbitan hak tetapi menyangkut keabsahan pemilikan seseorang terhadap sebidang tanah yang dibuktikan dengan sertipikat. Sertipikat yang dibatalkan berdasarkan Putusan Perdata dilaksanakan bukan karena adanya kekeliruan dalam prosedur atau administrasi pada Kantor Pertanahan tetapi didasarkan pada Putusan yang menyatakan berhak atau tidaknya seseorang atas sebidang tanah di mana ketika proses penerbitan hak dilaksanakan, berhak tidaknya orang tersebut belum diketahui dan hal ini berarti Kantor Pertanahan tidak melakukan tindakan penerbitan yang mengandung cacat admnistrasi sehingga pembatalan sertipikat yang dilaksanakan jelas bukan karena cacat admnistrasi tetapi karena cacat hukum.
Cacat hukumnya sertipikat tersebut
didasarkan pada suatu Putusan Pengadilan yang in kracht. Kesimpulan penulis dalam hal ini adalah seluruh pembatalan sertipikat hak atas tanah yang dilaksanakan berdasarkan putusan pengadilan baik Tata Usaha Negara, Perdata maupun Pidana adalah pembatalan sertipikat karena cacat hukum bukan karena cacat admnistrasi.
Pembatalan sertipikat hak atas tanah karena cacat admnistrasi hanya dilaksanakan terhadap sertipikat yang diketahui secara di kemudian hari mengandung cacat dalam penerbitannya dan pembatalannya tidak membutuhkan putusan pengadilan tetapi dapat dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional setelah melalui mekanisme-
mekanisme tertentu sehingga dapat diyakini bahwa secara nyata terdapat kekeliruan dalam admnistrasi ataupun prosedur penerbitan sertipikat hak tersebut. Penulis dalam hal ini lebih menyetujui pembagian pembatalan hak dalam Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/KBPN) Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan yakni karena cacat hukum dan karena cacat admnistrasi. Pembatalan hak karena cacat admnistrasi dalam KBPN No. 9 Tahun 1999 merupakan pembatalan hak tanpa melalui proses peradilan tetapi
karena ditemukan kekeliruan dalam penerbitan. Berkaitan dengan pembatalan sertipikat hak atas tanah karena cacat administrasi dan pembatalannya dilaksanakan tidak melalui putusan pengadilan, realitas saat ini menunjukkan bahwa jenis pembatalan seperti ini sangat jarang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional meskipun telah sekian banyak masyarakat meminta hal tersebut melalui surat-surat pengaduan yang diajukan ke Kantor-kantor pertanahan, Kanwil BPN ataupun BPN RI. Banyak yang kemudian memberikan pandangan bahwa BPN tidak
memiliki keberanian membatalkan sertipikat hak atas tanah meskipun mengetahui bahwa telah ada kekeliruan dalam penerbitannya. Pertanyaan yang kemudian menarik untuk dicermati adalah hal-hal apa saja yang dapat dikategorikan sebagai cacat admnistrasi yang dapat dibatalkan tanpa melalui putusan pengadilan.
Pertanyaan ini menjadi urgen untuk dijawab karena ketidakjelasan kategori cacat admnistrasi yang dapat dibatalkan oleh BPN tanpa Putusan Pengadilan menimbulkan keraguan bagi pihak BPN untuk melaksanakan pembatalan tersebut padahal peraturan-peraturan dalam bidang pertanahan memberikan kewenangan tersebut kepada BPN. Pertanyaan ini kerap diitanyakan oleh masyarakat ketika sertipikat mereka tumpang tindih kemudian mereka meminta BPN untuk melakukan pembatalam tanpa putusan pengadilan tetapi BPN memilih untuk menyarankan mereka menempuh jalur hukum. Jika ditelaah, sertipikat kedua yang terbit dalam sertipkat ganda jelas terbit tidak sesuai dengan prosedur karena prosedur yang benar adalah tidak diperbolehkan sebuah sertipikat diterbitkan di atas tanah yang telah dilekati oleh hak. Tetapi mengapa BPN memilih untuk tidak melaksanakan pembatalan tanpa putusan pengadilan.
Sertipikat ganda hanya merupakan salah satu contoh bentuk kesalahan admnistrasi/prosedur yang nyata dilakukan oleh BPN tapi kerap kali BPN tidak berani melakukan pembatalan dengan dasar cacat administrasi. Pasal 6 ayat (2) Perkaban No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan menegaskan bahwa Cacat hukum administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain, kesalahan prosedur dalam proses penetapan dan/atau pendaftaran hak tanah, kesalahan prosedur dalam proses pendaftaran peralihan hak dan/atau sertipikat pengganti, kesalahan
prosedur dalam proses pendaftaran penegasan dan/atau pengakuan hak atas tanah bekas milik adat, kesalahan prosedur dalam proses pengukuran, pemetaan dan/atau perhitungan luas, tumpang tindih hak atau sertipikat hak atas tanah, kesalahan subyek dan/atau obyek hak dan kesalahan lain dalam penerapan peraturan perundang- undangan.
Pasal 64 Perkaban No. 3 Tahun 2011tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan mengatur pula bahwa permohonan/usulan perbuatan hukum administrasi pertanahan terhadap sertipikat hak atas tanah yang cacat hukum administrasi dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan/pemohon atau kuasanya. Pasal 65 mengatur bahwa pihak yang berkepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) aparatur BPN RI yang mengetahui data dan/atau warkah penerbitan hak atas tanah yang tidak sah mengenai substansi dan/atau proses penerbitannya, aparatur BPN RI mempunyai bukti adanya kesalahan prosedur
administrasi penerbitan sertipikat hak atas tanah dan pihak yang dirugikan akibat terbitnya sertipikat hak atas tanah yang cacat. 7 (tujuh) jenis cacat admnistrasi yang disebutkan dalam Pasal 62 Perkaban No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan menurut penulis masih membuthkan pengkajian lebih jauh karena jenis-jenis cacat admnistrasi tersebut masih menimbulkan begitu banyak pertanyaan. Sebagai contoh, jenis kesalahan prosedur dalam proses penetapan dan/atau pendaftaran hak tanah. Kesalahan prosedur seperti apa yang dikategorikan sebagai cacat yang dapat diajukan pembatalan hak tanpa melalui pengadilan? Ketika seseorang mengajukan permohonan pembatalan dengan dasar bahwa di atas tanah di kelurahan a telah diterbitkan sertipikat hak milik atas nama si B melalui proses pemberian hak padahal tanah tersebut
merupakan tanah dengan status tanah bekas milik adat dapat disebut sebagai cacat admnistrasi dan dapat menjadi dasar pembatalan sertipikat tanpa putusan pengadilan?Poin yang harus digaris bawahi dalam contoh ini adalah siapa yang mengajukan permohonan pembatalan hak, dasar apa yang digunakan untuk mengajukan pembatalan hak dan bagaimana membuktikan kebenaran dasar dan dalil yang digunakan untuk mengajukan pembatalan hak.
Ketiga poin di atas perlu dikaji dalam kaitan dengan pembatalan sertipikat dengan dasar cacat admnistrasi sebagai berikut : 1. Jika pihak yang mengajukan adalah pihak lain yang merasa dirugikan maka dalam masalah ini terdapat sengketa antara pemegang hak dengan pihak yang mengajukan.
2. Jika dasar yang digunakan untuk mengajukan hak adalah tanda bukti kepemilikan tanah dengan status tanah bekas milik adat berarti diperlukan adanya pembuktian kebenaran tanda bukti kepemilikan tersebut misalnya kebenaran letak tanah yang dimaksud dalam tanda bukti yang diajukan.
3. pembuktian kebenaran dasar dan dalil yang diajukan oleh pemohon pembatalan tentu saja berhadapan dengan pembuktian kebenaran dasar dan dalil yang diajukan oleh pemegang hak dalam pendaftaran haknya.
Kesalahan prosedur dalam proses penetapan dan/atau pendaftaran hak hanya dapat dijadikan dasar pembatalan hak tanpa putusan pengadilan jika kesalahan tersebut tidak melibatkan dua pihak yang bersengketa dan pihak pemegang hak sendiri yang meminta pembatalan karena menemukan adanya kekeliruan dalam proses penetaapan atau pendaftaran hak misalnya pemegang hak menemukan bahwa tanah yang ia daftar diproses pemberian hak
padahal pada saat bermohon hak, ia mengajukan bukti pemilikan tanah bekas milik adat.
Cacat hukum administrasi yang dapat mengakibatkan tidak sahnya suatu sertifikat hak atas tanah harus dikuatkan dengan bukti berupa: 7 a. putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap; dan/atau
b. hasil penelitian yang membuktikan adanya cacat hukum administrasi; dan/atau
c. keterangan dari penyidik tentang adanya tindak pidana pemalsuan surat atau
d. Keterangan yang digunakan dalam proses penerbitan, pengalihan atau pembatalan sertifikat hak atas tanah; dan/atau
e. surat-surat lain yang menunjukkan adanya cacat administrasi.
Namun masalah yang kemudian patut dicermati adalah “jika pembatalan hak dilaksanakan, hal ini berarti akan dilakukan proses pendaftaran hak sesuai dengan prosedur harus diulang. Terkait dengan tanggung jawab BPN terhadap hal ini, BPN seharusnya menanggulangi biaya-biaya permohonan hak ulang yang akan dilaksanakan. Terkait dengan hal tersebut kategori cacat administrasi ini
membutuhkan pengaturan lebih lanjut terkait dengan mekanisme pembatalan serta konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari pembatalan tersebut.
Kesalahan prosedur dalam proses
pendaftaran peralihan hak dan/atau sertipikat pengganti membutuhkan pula kejelasan dalam pengaturannya. Kesalahan seperti apa yang dimaksud dalam hal ini. Ketika seseorang mengajukan permohonan pembatalan hak karena kesalahan dalam
7 Marmin M Roosadijo, Tinjauan Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya, Ghalia Indonesia, Jakarta,1999, hal 66
pendaftaran peralihan hak dan/atau sertipikat pengganti dan melibatkan sengketa antara dua pihak maka pembatalan hak membutuhkan adanya putusan pengadilan dan jika melibatkan satu pihak, maka pengulangan proses peralihannya atau penggantian sertipikatnya membutuhkan pengaturan terkait dengan konsekuensi- konsekuensi yang akan timbul akibat pembatalan tersebut.
Demikian pula dengan jenis cacat yang lain yaitu kesalahan prosedur dalam proses pendaftaran penegasan dan/atau pengakuan hak atas tanah bekas milik adat, tumpang tindih hak atau sertipikat hak atas tanah serta kesalahan subyek dan/atau obyek hak. Untuk cacat admnistrasi karena kesalahan hasil pengukuran penulis berpandangan bahwa kesalahan hasil pengukuran tidak perlu ditindaklanjuti dengan pembatalan sertipikat tetapi cukup dengan perbaikan data tanpa adanya pembatalan hak.
Pembatalan sertipikat karena cacat admnistrasi dan dilaksanakan apabila secara nyata ditemukan adanya kekeliruan dalam penerbitan hak atas tanah misalnya sertipikat ditandatangani bukan oleh Kepala Kantor yang menjabat pada saat penandatanganan, sertipikat ditandatangani oleh pejabat selain Kepala Kantor namun tidak sesuai dengan kewenangan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan Hak Tanah diberikan kewenangan untuk
menandatangani Sertipikat dengan luas objek sampai 500 meter persegi namun ia menandatangani sertipikat seluas 1000 meter persegi.
Pembatalan sertipikat karena cacat admnistrasi dan dilaksanakan tanpa melalui putusan pengadilan hanya dapat
dilaksanakan jika tidak mengandung sengketa hak antara dua belah pihak dan apabila terdapat sengketa dalam suatu permohonan pembatalan sertipikat baik sengketa admnistrasi, sengketa hak ataupun indikasi tindak pidana maka BPN tidak dapat melakukan pembatalan sertipikat karena dibutuhkan suatu Putusan Pengadilan yang In kracht.
Pembatalan sertipikat karena cacat admnistrasi dilaksanakan apabila perubahan data pendaftaran tanah sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan. Sepanjang masih memungkinkan adanya perbaikan data pendaftaran tanah maka sebaiknya tindakan yang dilakukan hanya sebatas perbaikan data pendaftaran tanah bukan pembatalan sertipikat.
Proses pembatalan sertipikat karena cacat admnistrasi membutuhkan pengaturan yang lebih jelas misalnya mengenai kategori cacat admnistrasi yang dapat dibatalkan tanpa melalui putusan pengadilan,
mekanisme pembatalan sertipikat hak atas sertipikat yang mengandung cacat admnistrasi, konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul akibat pembatalan tersebut dan cacat admnistrasi.
## B. Kedudukan Bangunan Yang Ada di Atas Hak Pakai Atas Tanah
Yang Telah Dibatalkan.
a) Kedudukan Bangunan Di Atas Hak Pakai Milik Warga Negara atau Badan Hukum Indonesia.
Dalam rangka pemanfaatan tanah yang dikuasai oleh Negara, UUPA mengatur adanya Hak Pakai. Menurut Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang
8 R Subekti, Hukum Perikatan, PT.Pradya Paramitha, Jakarta, 1995, hal 24
dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan dalam undang-undang ini. Menurut Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria sepanjang tanah yang dikuasai langsung oleh Negara maka hak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin pejabat yang berwenang.
Menjadi hal yang penting untuk dibahas adalah ketika atas hak pakai berdiri bangunan-bangunan atau benda-benda yang kemudian menjadi aset pihak penerima hak pakai. Ketika hak pakai tersebut habis waktu atau dibatalkan akan berdampak hukum atas benda-benda yang ada di atasnya. Maka dari itu membicarakan hak pakai tidak akan terlepas dari perjanjian pendahulu yang mengiringi diterbitkannya hak pakai tersebut. Sehubungan dengan pelaksanaan hak pakai atas barang milik daerah ditetapkan/dilaksanakan dalam bentuk
perjanjian. Maka suatu perjanjian pemberian hak pakai tanah ini harus mengikuti kaidah- kaidah hukum perjanjian. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat yang harus dipenuhi, yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata , yaitu: 8
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Cakap untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Syarat sahnya suatu perjanjian yang kesatu (sepakat mereka yang mengikatkan dirinya) dan syarat kedua (cakap untuk
membuat suatu perjanjian) disebut syarat subjektif, karena menyangkut subjek hukum yaitu orang-orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian. Sedangkan syarat ketiga (objek suatu hal tertentu) dan syarat keempat (sebab atau causa yang halal) disebut sebagai objektif, karena menyangkut objek hukum yang diperjanjikan oleh orang- orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. 9 Penting untuk diperhatikan atas perjanjian yang dibuat sebelum adanya hak pakai karena benda- benda yang ada di atasnya akan dipisahkan dengan tanah yang menjadi objek hukum hak pakai. Tanah yang melekat hak pakai dapat diberikan untuk kepentingan umum dimana selanjutnya kepemilikan atas benda- benda dan aktifitas di atasnya menjadi tanggungjawab pemerintah dengan menjadi aset negara.
Pada prinsipnya hak pakai merupakan aset negara jadi ketika hak pakai tersebut telah dibatalkan dan terdapat bangunan di atasnya maka sesungguhnya pemilik hak pakai tidak memiliki perhitungan hukum untuk kenguasaan apalagi kepemilikan aset di atas hak pakai. Hal ini berhubungan dengan hak guna bangunan. Ketika tanah hak pakai adalah aset negara maka ada baiknya subyek hukum mengurus hak guna bangunan, karena hal ini akan menjadi perhitungan atau pertimbangan hukum saat hak pakai telah habis masa waktu atau batal.
Namun berkemungkinan juga ketika hak pakai diberikan untuk kesejahteraan sekelompok masyarakat atau individu maka benda-benda tersebut akan dikembalikan kepada pemiliknya dengan cara dialihkan melalui jual beli atau hibah. Hal ini dibutuhkan jangka waktu. Tidak dapat dilakukan pembiaran untuk benda-benda yang ada di atas tanah eks hak pakai. Jika
9 Muhammad Syaifuddin, 2012, Hukum Perjanjian , Mandar Maju, Bandung, Hal.110
terlalu lama maka negara dapat melelang benda-benda yang ada di atasnya dengan mengembalikan hasil lelang kepada pemilik aset tersebut.
Hal ini akan berlaku lain ketika subyek hukum dari hak pakai tersebut adalah warga negara asing. Sub bab berikutnya akan membahas hal tersebut.
## b) Kedudukan Bangunan Di Atas
Hak Pakai Milik Warga negara atau Badan Hukum Asing.
Pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 103 Tahun 2015 tentang
Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Hal ini mengundang banyak perdebatan hukum. Namun yang jelas, ketentuan mengenai kepemilikan rumah tempat tinggal atau hunian asing di Indonesia telah ada sejak lama. Sebelum terbitnya PP 103 tahun 2015 ini, ketentuan mengenai kepemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi Warga Negara Asing (WNA) di Indonesia diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau
Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Kehadiran PP 103/2015 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia ditujukan untuk
mengatur ulang kepemilikan properti oleh asing serta mencabut dan menggantikan PP 41/1996
Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia tidak lagi berlaku.
Peraturan Pemerintah No 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat
Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia secara tegas menyatakan bahwa WNA yang tinggal di Indonesia dengan izin tinggal yang sah dapat memiliki rumah tempat tinggal atau rusun (apartemen) dengan Hak Pakai. Sedangkan Hak Milik, hanya dapat diberikan kepada WNI berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (UU Pokok Agraria).
Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun
2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia tidak memperbolehkan WNA untuk memiliki rumah atau hunian dengan hak atas tanah jenis lainnya, seperti contoh Hak Milik. Dengan kata lain, WNA dapat menggunakan tanah dan bangunan sebagai tempat tinggal, namun kepemilikan tanah atau bangunan tersebut masih dimiliki negara atau Warga Negara Indonesia. Ketentuan serupa juga telah ada pada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal Atau Hunian Oleh Orang
Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia. Ada beberapa ketentuan baru pada PP 103/2015 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia yang sebelumnya tidak diatur oleh PP
41/1996.
Beberapa hal yang berubah dari kedua peraturan pemerintah tersebut di atas adalah :
1. WNA hanya dapat membeli rumah atau rusun (apartemen) unit baru.
2. Rumah yang dimiliki WNA wajib berdiri di atas:
a. tanah Hak Pakai; atau
b. Hak Pakai di atas Hak Milik. Sedangkan apabila WNA ingin memiliki apartemen, unit apartemen tersebut harus berdiri di tanah Hak Pakai. 3. Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia mengubah durasi Hak Pakai
WNA terhadap rumah atau apartemen, menjadi:
a. Rumah di atas tanah Hak Pakai: masa Hak Pakai 30 tahun, dapat diperpanjang untuk 20 tahun, dan diperbaharui untuk 30 tahun (total durasi Hak Pakai 80 tahun).
b. Rumah di atas Hak Pakai di atas Hak Milik: masa Hak Pakai 30 tahun, dapat diperpanjang dan diperbaharui sesuai kesepakatan dengan pemilik tanah sampai dengan 30 tahun (total durasi Hak Pakai 60 tahun).
c. Apartemen: durasi Hak Pakai tidak diatur oleh PP 103/2015. Sebelumnya, Peraturan Pemerintah no 41 tahun 1996 membatasi durasi
Hak Pakai WNA sampai dengan 25 tahun dan dapat diperpanjang sampai dengan 25 tahun, tanpa bisa diperbaharui (total durasi Hak Pakai 50 tahun).
4. WNA yang meninggal dunia dapat mewariskan hunianya kepada orang lain. Apabila ahli warisnya adalah WNA, maka ahli waris tersebut wajib memiliki izin tinggal yang sah untuk mewarisi hunian tersebut. Apabila tidak, hunian tersebut harus harus dialihkan kepada orang yang berhak dalam waktu satu tahun untuk menghindari hunian tersebut dilelang oleh negara (apabila dibangun di atas tanah negara) atau dikembalikan kepada yang mempunyai Hak Milik atas tanah dan bangunan.
5. WNI yang kawin dengan WNA tidak serta merta kehilangan haknya untuk mempunyai rumah atau tanah dengan
Hak Milik atau hak lainnya. Namun,
antara pasangan WNI dan WNA wajib
memiliki perjanjian pemisahan harta antara suami dan isteri yang dibuat dengan akta notaris.
Penerbitan peraturan tersebut di atas menurut penulis merupakan kemuduran yang cukup lama pada Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia tidak memiliki landasan berpikir yang jelas dan menunjukan pemerintah tidak berpikir jauh kedepan. Durasi Hak Pakai ini juga
bertentangan dengan durasi Hak Pakai yang diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah , yang menyatakan Hak Pakai diberikan paling lama 25 tahun. Jika dibandingkan dengan durasi Hak Pakai untuk keperluan investasi yang diatur oleh Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang hanya mebatasi maksimal 70 tahun.Mengenai durasi hak pakai ini seharusnya pemerintah terlebih dahulu merevisi Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah agar tidak terjadi tumpang tindih ketentuan durasi Hak Pakai. Selain itu, diperbolehkanya Hak Pakai diberikan secara turun-temurun bertengan dengan UU Pokok Agraria. Padahal berdasarkan Pasal 42 UUPA, Hak Pakai hanya bisa diberikan kepada Warga Negara Indonesia (WNI), orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia, serta badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia seharusnya
mengatur juga ketentuan mengenai batas harga, luas, dan jumlah hunian yang dapat dibeli oleh WNA. Dengan absennya batasan ini, dikhawatirkan WNA dapat membeli rumah murah pada saat rakyat Indonesia sendiri sulit untuk mendapatkan rumah. Banyak kalangan mengkritik pemerintah yang cenderung lebih
memikirkan WNA dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia dibanding memfasilitasi lahan kepada petani dengan mengesahkan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Luas Lahan Pertanian.
Akan lebih baik kepemilikan hunian oleh WNA harus diikuti dengan persyaratan. Pemerintah harusnya menggunakan sistem zonasi. Melalui sistem ini, WNA hanya diperbolehkan untuk membeli hunian pada daerah-daerah tertentu saja. Selain itu, pemerintah pusat harus melibatkan
pemerintah dearah dalam menyusun kebijakan mengenai kepemilikan hunian oleh WNA, karena sebagian besar hunian WNA terdapat di daerah-daerah.
Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia juga menegaskan, bahwa Warga Negara
Indonesia yang melaksanakan perkawinan dengan Orang Asing dapat memiliki hak atas tanah yang sama dengan Warga Negara Indonesia lainnya. “Hak atas tanah sebagaimana dimaksud, bukan merupakan harta bersama yang dibuktikan dengan perjanjian pemisahan harta antara suami dan istri, yang dibuat dengan akta notaris,” bunyi Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia. Adapun rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat
dimiliki oleh Orang Asing sebagaimana dimaksud merupakan:
a. Rumah Tunggal di atas tanah:
1. Hak Pakai; atau
2. Hak Pakai di atas Hak Milik yang dikuasai berdasarkan perjanjian pemberian Hak Pakai di atas Hak
Milik dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.
b. Sarusun (satuan rumah susun) yang dibangun di atas bidang tanah Hak
Pakai.
Menurut Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia ini, Rumah Tunggal yang diberikan di atas tanah Hak Pakai yang dapat dimiliki Orang Asing diberikan untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Dalam hal jangka waktu perpanjangan sebagaimana dimaksud berakhir, Hak Pakai dapat diperbaharui untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun. Adapun Rumah Tunggal di atas tanah Hak Pakai di atas Hak Milik yang dikuasai
berdasarkan perjanjian sebagaimana dimaksud diberikan Hak Pakai untuk jangka waktu yang disepakati tidak lebih lama dari 30 (tiga puluh) tahun.
Hak Pakai dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun sesuai kesepakatan dengan pemegang hak atas tanah, dan dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun sesuai kesepakatan dengan pemegang
hak atas tanah.“Perpanjangan dan pembaharuan sebagaimana dimaksud
dilaksanakan sepanjang Orang Asing masih memiliki izin tinggal di Indonesia,” bunyi Pasal 8 Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia itu.
Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia ini juga menegaskan, apabila Orang Asing atau ahli waris yang merupakan Orang Asing yang memiliki rumah yang dibangun di atas tanah Hak Pakai atau berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah tidak lagi berkedudukan di Indonesia, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya kepada pihak lain yang memenuhi syarat.
Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud (1 tahun) hak atas rumah dan tanahnya tersebut belum dilepaskan atau dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat, menurut Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesiaini, rumah dilelang oleh Negara, dalam hal dibangun di atas tanah Hak Pakai atas tanah Negara; dan rumah menjadi milik pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, dalam hal rumah tersebut dibangun di atas tanah berdasarkan perjanjian sebagaimana dimaksud.
“Hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a menjadi hak dari bekas pemegang hak,” bunyi Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia ini.
## PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dari penelitian bahwa hal yang dapat menyebabkan berakhirnya hak pakai atas tanah seperti berakhirnya jangka waktu atau dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang hak pengelolaan atau pemilik tanah sebelum jangka waktunya berakhir, dilepaskan secara
sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir, hak pakainya dicabut, diterlantarkan, Tanahnya musnah, dan pemegang Hak Pakai tidak memenuhi syarat sebagai pemegang Hak Pakai.
Kedudukan bangunan yang ada diatas Hak Pakai Atas Tanah I yang telah dibatalkan dan ketika bangunan tidak memiliki hak atas bangunan maka pemilik hak atas pakai tersebut tidak memiliki perhitungan hukum.
Adapun saran yang diberikan dalam penelitian ini agar terciptanya kepastian hukum pemerintah haruslah bisa memfasilitasi pelayanan terkait dengan hak pakai dengan tidak mengeluarkan aturan dan kebijakan yang kenetralannya masih harus dipertanyakan. Masyarakat harus juga mendaftarkan hak pakai yang dimiliki sebagai bentuk kepastian hukum atas hak lain yang timbul sebagai dampak dari hak pakai yang melekat tersebut dan pemerintah masih perlu mensinkronkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan baik yang berupa Peraturan Pemerintah atau peraturan menteri atau lembaga negara yang berwenang di bidang pertanahan dengan UUPA serta yang menjadi cita-cita dari reformasi agraria di Indonesia. Bagi Masyarakat perlu dengan
baik
memperhatikan hal yang dapat membatalkan hak pakai serta harus merawat dengan baik objek hak pakai agar dapat terjaga kepastian hukum kepemilikannya.
## DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum , Bayumedia, Malang, 2007 Aminuddin Salle, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Cetakan Pertama, Kreasi Total Media, Jogjakarta, 2007 A.P Parlindungan, Hak Pengelolaan Menurut Sitem UUPA , Mandar Maju, Bandung. 2012
Bernhard Limbong, Konflik Pertanahan, Margaretha Pustaka, Jakarta, 2012
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia : sejarah pembentukan undan-undang pokok agraria, Djambatan, Jakarta, 2007
Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah ,
Djambatan, Jakarta, 2002 Bambang Eko Supriyadi, Aspek Hukum pertanahan Dalam Pengelolaan, Rajawali Pers, Jakarta,2013
John Salindeo, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Cetakan Kedua ,Sinar
Grafika, Jakarta, 2011 Maria S.W Sumardjono, Reprientasi Kebijakan Pertanahan, Kompas,
Jakarta, 2006 Marmin M Roosadijo, Tinjauan Pencabutan
Hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya, Ghalia Indonesia, Jakarta,1999.
Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum,
Jakarta, Kencana 2005. Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian hukum, Bandung; Alfabeta. 2012
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Soerjono Soekonto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia jakarta,
2000
R Subekti, Hukum Perikatan, PT.Pradya
Paramitha, Jakarta, 1995
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah , Kencana ,Jakarta, 2010.
Hukum Agraria Kajian Komprehensif , Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2012
Perundang-undangan:
## Undang-Undang 1945 Amandemen IV
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
Peraturan Pemerintah No 103 tahun 2015 tetang Pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 Tentang Pemilikan Rumah Tempat
Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/KBPN) Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional no 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999
tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara Lampiran Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
|
e4f118db-3c61-45c6-ae50-c18da8f1a9a6 | https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/article/download/505/226 |
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
119
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License .
## Pemanfaatan Recurrent Neural Network (RNN) Untuk Meningkatkan Akurasi Prediksi Mata Uang Pada Forex Trading
Abdillah Baradja* 1 , Sukoco 2
1,2 Fakultas Teknik Elektro dan Informatika, Universitas Surakarta, Indonesia
*1 [email protected]; 2 [email protected]
## Abstrak
Penelitian ini berfokus pada penerapan teknologi machine learning, khususnya Recurrent Neural Network (RNN) dan variasinya seperti Long Short-Term Memory (LSTM) dan Gated Recurrent Unit (GRU), untuk meningkatkan akurasi dalam prediksi pergerakan mata uang di pasar Forex. Dalam konteks di mana machine learning mendominasi analisis data cepat dalam trading forex, risiko keuangan yang tinggi, ketidakpastian pasar yang kompleks, dan tantangan ketidakakuratan prediksi model menjadi kendala utama. Penelitian ini membahas kemampuan RNN dalam memproses data berurutan dan mempertahankan informasi jangka pendek, yang menawarkan solusi terhadap keterbatasan neural network konvensional dalam analisis data berurutan. Dengan menggunakan data harga EUR/USD dari dua tahun terakhir, kami menemukan bahwa implementasi RNN, khususnya melalui LSTM dan GRU, menghasilkan penurunan signifikan dalam kesalahan prediksi, menunjukkan peningkatan kinerja model. Hasil ini menegaskan efektivitas RNN dalam memprediksi dinamika pasar Forex dan menjanjikan pendekatan yang lebih akurat dan andal dalam pemodelan dan peramalan harga mata uang, yang merupakan kunci untuk praktik trading Forex yang sukses. Ini memperkuat potensi machine learning dalam menyediakan alat yang kuat untuk trader dan analis dalam menghadapi pasar yang sangat tidak pasti dan fluktuatif.
Kata Kunci: Machine Learning, Recurrent Neural Network, Long Short-Term Memory, Prediksi Mata Uang, Forex Trading.
## 1. PENDAHULUAN
Tren perkembangan machine learning dalam trading forex semakin mendominasi, karena teknologi ini dapat digunakan untuk menganalisis data pasar dengan cepat dan akurat, mengidentifikasi pola-pola yang sulit dideteksi oleh manusia, dan mengambil keputusan perdagangan berdasarkan analisis data yang mendalam. Namun, beberapa masalah yang dihadapi dalam penerapan machine learning dalam trading forex termasuk risiko keuangan yang tinggi, model yang tidak selalu dapat diprediksi dengan baik, dan
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
ketidakpastian pasar yang tetap ada. Risiko keuangan dapat meningkat karena algoritma machine learning dapat membuat keputusan perdagangan yang berisiko jika tidak dikontrol dengan baik [1]. Selain itu, model machine learning tidak selalu dapat memprediksi pergerakan pasar yang kompleks dengan tepat, dan ketidakpastian pasar seperti berita ekonomi atau peristiwa geopolitik dapat membuat algoritma menjadi tidak efektif.
Telah diketahui bahwa neural network (NN) adalah model pembelajaran mesin yang sangat efektif, yang menghasilkan hasil yang canggih untuk berbagai macam aplikasi pembelajaran mesin. Dari sudut pandang algoritma kecerdasan buatan, neural network (NN) disebut sebagai model koneksionis karena terdiri dari neuron buatan, yang merupakan unit dasar yang terhubung yang secara kolektif dapat digabungkan secara berlapis-lapis untuk mengembangkan representasi hirarkis [2]. Berkat peningkatan eksponensial dalam kekuatan pemrosesan selama beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan telah mengalami kemajuan yang signifikan. Munculnya apa yang disebut aplikasi pembelajaran mendalam adalah bukti yang terakhir. Perceptron multilayer adalah contoh model pembelajaran mendalam, yang pada dasarnya adalah jaringan saraf dengan hirarki representasi yang sangat luas (MLP).
Namun demikian, model-model ini tetap memiliki beberapa kelemahan yang signifikan. Sebenarnya tidak mungkin untuk menganalisis deret waktu yang terhubung pada setiap langkah waktu dan menyimpan status lengkap dari urutan tersebut saat bekerja dengan data berurutan. Untuk alasan ini, opsi RNN bisa sangat membantu dalam situasi ini. RNN memproses satu elemen pada satu waktu karena mereka mentransfer data input di sekitar jaringan di seluruh langkah waktu, meskipun mereka masih merupakan model koneksionis [3]. Hidden Markov Models (HMMs), yang sering digunakan untuk memodelkan deret waktu sebagai realisasi dari urutan yang bergantung pada probabilitas dari kondisi yang tidak diketahui, dapat digunakan untuk memberikan opsi yang berbeda untuk mewakili data empiris.
Pendekatan pemrograman dinamis Viterbi biasanya digunakan dalam situasi ini karena memberikan skalabilitas inferensi yang efisien dalam waktu kuadratik. Jika dibandingkan dengan pendekatan HMM, implementasi RNN dapat mempercepat pekerjaan karena hanya membutuhkan satu input dalam satu waktu. Penting untuk dicatat bahwa deret waktu juga dapat dimodelkan dan diramalkan dengan menggunakan teknik lain yang lebih tradisional, seperti ARMA, ARIMA, GARCH, dan lain-lain, atau dengan menggunakan filter stokastik, seperti filter Kalman, dan pendekatan model peralihan, seperti pada, misalnya
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
[4], [5]. Namun, teknik kotak hitam, seperti NN, sangat menarik karena tidak memerlukan asumsi tentang karakter stokastik dari dinamika yang mendasarinya (lihat, misalnya, [6] dan referensi di dalamnya).
Kendala yang sama berlaku untuk alat filter stokastik seperti halnya pada contoh Kalman, terutama dalam konteks analisis data keuangan. Faktanya, seperti yang bisa kita lihat dari, misalnya, [7] dan referensinya, filter Kalman tidak memiliki sifat yang diperlukan untuk menangkap fluktuasi nilai saham yang cepat, terutama ketika terjadi gejolak keuangan, volatilitas tinggi, dan jaringan keuangan yang terjalin secara rumit.
Di bidang keuangan, model pembelajaran mesin pada umumnya dan jaringan saraf pada khususnya telah digunakan secara efektif untuk lindung nilai dan peramalan. Pertimbangkan masalah optimasi portofolio [8], di mana penerapan pembelajaran penguatan, jaringan saraf, dan algoritma genetik menghasilkan hasil yang sangat menggembirakan. Model-model seperti ini juga dapat digunakan dalam skenario manajemen risiko, di mana aset-aset yang berbahaya [9] dapat diidentifikasi secara terawasi dengan menggunakan deep neural network (DNN) atau metode pembelajaran mesin tradisional seperti random forest.
Kami meneliti masalah peramalan prediksi harga saham dalam penelitian ini. Mengenai hal yang terakhir, kami ingin menekankan bahwa beberapa strategi telah dikeluarkan. Bahkan jika kita membatasi pertimbangan kita pada aplikasi NNS, kita masih dapat menemukan aplikasi yang terkait dengan teknik MLP, seperti yang ditemukan di [10], convolutional neural network (CNN), [11], jaringan saraf Elman, [12], dan sebagainya. Kami membuat keputusan untuk berkonsentrasi pada analisis arsitektur RNN yang paling mutakhir, dengan perhatian khusus pada GRU dan LSTM.
Masalahnya adalah, sulit untuk menentukan jumlah data yang ideal untuk dianalisis dalam grafik harga. Pola yang berbeda bisa muncul pada interval waktu yang berbeda juga. Bahkan intervalnya sendiri tidak selalu tetap dan bisa berubah tergantung pada situasi saat ini. Beberapa kejadian mungkin jarang terjadi di pasar, tetapi memiliki kemungkinan berhasil yang tinggi. Hal ini bagus jika kejadian tersebut berada dalam jendela data yang dianalisis. Jika kejadian itu berada di luar seri data yang dianalisis, jaringan saraf akan mengabaikannya, meskipun pasar mungkin sedang bereaksi terhadap kejadian itu pada saat itu juga. Meningkatkan jendela analisis akan menyebabkan peningkatan konsumsi
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
sumber daya komputasi dan memerlukan lebih banyak waktu untuk membuat keputusan.
Neuron rekuren telah direkomendasikan sebagai solusi untuk mengatasi masalah analisis seri waktu dalam jaringan saraf. Pendekatan ini bertujuan untuk mengintegrasikan memori jangka pendek dalam jaringan saraf, dimana keadaan saat ini dari sistem diinputkan ke neuron bersamaan dengan keadaan sebelumnya dari neuron yang sama [13]. Proses ini didasarkan pada asumsi bahwa output neuron mencerminkan pengaruh dari semua faktor relevan, termasuk keadaan sebelumnya, memungkinkan transfer pengetahuan secara menyeluruh ke keadaan berikutnya. Ini serupa dengan bagaimana manusia bertindak berdasarkan pengalaman sebelumnya dan tindakan yang telah dilakukan sebelumnya, di mana durasi dan pengaruh memori tergantung pada bobotnya.
Gambar 1. Kerangka kerja recurrent neuron pada jaringan
Namun, solusi yang tampaknya sederhana ini memiliki kelemahan. Pendekatan ini hanya memungkinkan penyimpanan "memori" untuk interval waktu yang singkat. Perkalian siklis sinyal dengan faktor kurang dari satu dan aplikasi fungsi aktivasi neuron menyebabkan penurunan bertahap kekuatan sinyal seiring bertambahnya jumlah siklus. Untuk mengatasi masalah ini, [14] mengusulkan arsitektur Memori Jangka Pendek Panjang (LSTM) pada tahun 1997, yang dianggap sebagai solusi terbaik untuk masalah klasifikasi dan peramalan seri waktu, di mana peristiwa penting terpisah secara waktu dan terentang dalam interval waktu.
Struktur LSTM melampaui definisi neuron konvensional, mewakili sistem jaringan saraf yang lebih kompleks dengan kanal input dan output yang berbeda, serta kanal khusus untuk pertukaran informasi siklik internal, termasuk Memory dan Hidden state.
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
Gambar 2. Flowchart blok LSTM
Dalam blok LSTM, dua aliran data utama berinteraksi melalui empat lapisan saraf yang saling terhubung, masing-masing diisi dengan jumlah neuron yang sama. Neuron-neuron ini sesuai dengan jumlah aliran output dan memori, memungkinkan pemeriksaan mendetail terhadap dinamika operasional algoritma.
Algoritma dimulai dengan menggabungkan data input dengan informasi dari Hidden state menjadi satu larik data, yang kemudian diproses oleh empat lapisan saraf tersembunyi LSTM. Di antara ini, lapisan "Forget gate" menggunakan fungsi aktivasi sigmoid untuk menentukan elemen memori mana yang harus dipertahankan atau dibuang. Selanjutnya, lapisan "New Content" dan "Input gate" menentukan informasi baru yang akan ditambahkan ke memori, menggunakan fungsi tangen hiperbolik dan sigmoid secara berturut- turut. Memori yang diperbarui ini kemudian menginformasikan siklus iterasi berikutnya.
Akhirnya, generasi nilai output melibatkan proses serupa, dengan "Output gate" menormalisasi nilai memori saat ini, menghasilkan larik sinyal output. Sinyal ini tidak hanya keluar dari LSTM ke lingkungan eksternal tetapi juga masuk ke siklus iterasi berikutnya sebagai bagian dari aliran Hidden state, memastikan kontinuitas dan penyebaran pengetahuan sepanjang waktu.
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
## 2. METODE
Jaringan saraf berulang (RNN) dilatih menggunakan metode propagasi balik yang sudah dikenal sebelumnya. Mirip dengan pelatihan jaringan saraf konvolusional, proses berulang dalam waktu diuraikan menjadi perceptron multi-lapis. Setiap interval waktu dalam perceptron tersebut berfungsi sebagai lapisan tersembunyi. Namun, hanya satu matriks bobot yang digunakan untuk semua lapisan dalam perceptron tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatur bobot, kita mengambil jumlah gradien untuk semua lapisan dan menghitung delta bobot sekali untuk gradien total dari semua lapisan.
Untuk membangun jaringan saraf berulang kami, kami akan menggunakan blok LSTM. Kami juga akan menambahkan tiga array untuk menyimpan data "memori", menggabungkan data input dan informasi status tersembunyi, serta gradien kesalahan data input. Nama dan fungsi dari metode kelas ini sesuai dengan yang telah dibahas sebelumnya. Namun, kode mereka memiliki beberapa perbedaan yang diperlukan untuk operasi algoritma. Mari kita bahas metode utama ini dengan lebih detail.
Gambar 3. Model RNN menggunakan blok LSTM
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
Metode inisialisasi kelas menerima informasi dasar tentang blok yang sedang dibuat sebagai parameter. Dalam metode ini, pertama-tama kami memeriksa bahwa setidaknya satu neuron telah dibuat di setiap lapisan saraf dalam blok. Kemudian, kami memanggil metode yang sesuai dari kelas dasar. Setelah berhasil menyelesaikan metode tersebut, kami menginisialisasi lapisan tersembunyi blok, dan operasi yang diulang untuk setiap lapisan akan disediakan dalam metode terpisah yang disebut InitLayer. Setelah inisialisasi lapisan saraf selesai, kami menginisialisasi array memori dengan nilai nol. Metode inisialisasi lapisan saraf InitLayer menerima sebagai parameter referensi ke objek lapisan saraf yang diinisialisasi, jumlah neuron dalam lapisan, dan jumlah koneksi keluar.
2.1 Pemrosesan maju ( feed-forward )
Pengiriman maju diimplementasikan dalam metode feedForward. Metode ini menerima referensi ke lapisan saraf sebelumnya sebagai parameter [15]. Di awal metode, kami memeriksa kevalidan pointer yang diterima dan memastikan adanya neuron dalam lapisan sebelumnya. Kami kemudian menghitung nilai- nilai dari gerbang-gerbang. Akhirnya, setelah semua perhitungan intermediat, kami menghitung array "memori" dan menentukan data output. Setelah mendapatkan gradien kesalahan, diperlukan untuk mengoreksi bobot semua lapisan saraf LSTM. Tugas ini diimplementasikan dalam metode updateInputWeights, yang menerima referensi ke lapisan saraf sebelumnya sebagai parameter. Penting untuk dicatat bahwa penyisipan referensi ke lapisan sebelumnya hanya dilakukan untuk menjaga struktur warisan. Kami mengatur loop bersarang untuk mengulang semua neuron dalam lapisan dan bobot mereka, sehingga memperbarui matriks bobot.
Dalam lapisan konvolusi jaringan saraf, kita menciptakan 4 filter yang akan mencari pola dalam data total pembentukan candlestick dan pembacaan osilator pada candlestick yang sedang dianalisis. Jendela dan langkah filter akan sesuai dengan jumlah data per deskripsi candlestick. Dengan kata lain, ini akan membandingkan semua informasi tentang setiap candlestick dengan pola tertentu dan akan mengembalikan nilai konvergensi. Pendekatan ini memungkinkan untuk melengkapi data awal dengan informasi baru tentang candlestick (seperti menambahkan indikator tambahan untuk analisis, dan sebagainya) tanpa kehilangan kinerja yang signifikan.
Ukuran array fitur dikurangi dalam lapisan subsampling, dan hasilnya dilunakkan dengan rata-rata. EA itu sendiri memerlukan sedikit perubahan.
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
Perubahan ini terbatas pada kelas jaringan saraf, yaitu deklarasi variabel dan pembuatan instansi. Pengujian dilakukan menggunakan pasangan EURUSD dengan kerangka waktu H1. Dua Expert Advisor, satu dengan jaringan saraf konvolusi dan yang lainnya dengan jaringan yang sepenuhnya terhubung, diluncurkan secara bersamaan pada grafik yang berbeda dari simbol yang sama, dalam terminal yang sama. Parameter lapisan yang sepenuhnya terhubung dari jaringan saraf konvolusi sesuai dengan parameter jaringan yang sepenuhnya terhubung dari Expert Advisor kedua, yaitu kita hanya menambahkan lapisan konvolusi dan subsampling ke jaringan yang telah ada sebelumnya.
2.2 Dataset
Dalam pembahasan berikut, kami mengarahkan fokus kami pada harga mata uang EUR/USD, dengan memanfaatkan data harian selama dua tahun terakhir, yaitu 2018 hingga 2019, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 5. Tujuan kami adalah untuk memprediksi arah pergerakan mata uang yang menjadi fokus kami, menggunakan data historis sebagai dasarnya. Secara khusus, kami mempertimbangkan jendela waktu yang tipikal dengan data harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, harga penutupan, dan volume (OHLCV) per jam.
Gambar 4. Grafik harga mata uang Euro – Dollar (EUR/USD)
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini, kami menyajikan hasil komputasi terkait dengan proses pelatihan. Semua jaringan saraf tiruan (NN) dilatih menggunakan MQL, yaitu Bahasa Permintaan Meta untuk MetaTrader. Setiap jaringan dilatih sebanyak 134 epoch. Nilai tinggi ini dipilih karena hasil eksperimen menunjukkan bahwa pelatihan dengan jumlah epoch yang lebih sedikit menyebabkan jaringan yang mendalam menjadi overfit terhadap set pengujian dan hanya mempelajari distribusi. Selain itu, pelatihan dalam waktu yang lebih lama diperlukan untuk memahami tren konvergensi dengan lebih baik. Jika setelah beberapa waktu kesalahan entropi silang mulai meningkat, kita dapat memilih model yang memiliki kinerja terbaik. Sebagai algoritma optimisasi, kami menggunakan pendekatan Adam, lihat [9], dengan perhitungan gradien terkait yang dihitung dengan algoritma BPTT, sementara kami menggunakan perangkat keras GPU, yaitu Intel® UHD, untuk mengurangi biaya komputasi.
Gambar 5. Proses pelatihan agen untuk masing-masing model
Tujuan dari jaringan saraf konvolusional adalah untuk menguji operasinya. Tujuan utama dari jaringan saraf ini adalah untuk belajar memprediksi fraktal pada candlestick saat ini. Untuk tujuan ini, kita menyediakan informasi tentang pembentukan candlestick terakhir N dan data dari 4 osilator untuk periode yang sama ke dalam jaringan saraf.
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
Pengujian telah menunjukkan peningkatan kinerja yang kecil dalam jaringan saraf konvolusi. Meskipun ada penambahan dua lapisan, waktu pelatihan rata- rata untuk satu epoch (berdasarkan hasil 100 epoch) dari jaringan saraf konvolusi adalah 9 jam 35 menit, sedangkan untuk jaringan rekuren adalah 10 jam 45 menit.
Tentu saja, penggunaan 4 lapisan saraf internal dalam setiap blok LSTM dan kompleksitas algoritma itu sendiri memengaruhi kinerja, dan akibatnya kecepatan jaringan saraf seperti itu sedikit lebih lambat daripada jaringan konvolusi yang sebelumnya dipertimbangkan. Namun, galat rata-rata kuadrat akar dari jaringan berulang jauh lebih rendah.
Gambar 6. Perbandingan error pelatihan untuk masing-masing model
Hasil pelatihan yang direpresentasikan dalam grafik menampilkan variasi tingkat kesalahan pada model-model jaringan syaraf yang diuji. Untuk model jaringan syaraf regresi, terlihat bahwa tingkat kesalahan awalnya rendah namun mengalami lonjakan signifikan setelah melewati epoch ke-9, dengan kesalahan yang tetap pada level tinggi mendekati 1, hal ini dapat mengindikasikan terjadinya overfitting atau adanya masalah ketidakstabilan selama proses pembelajaran. Sementara itu, model jaringan syaraf klasifikasi menunjukkan konsistensi kesalahan yang relatif stabil di sekitar nilai 0.4, tanpa fluktuasi yang berarti. Dalam kasus jaringan syaraf konvolusional, terdapat tren penurunan
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
kesalahan yang konsisten, walaupun sempat ada sedikit peningkatan kesalahan sebelum akhirnya mencapai titik stabil di sekitar nilai 0.3. Di sisi lain, model jaringan syaraf rekuren mengalami peningkatan kesalahan pada tahap awal, namun setelah itu kesalahan menurun dengan signifikan dan model mencapai kondisi stabil, di mana penambahan lebih lanjut pada jumlah pelatihan tidak secara signifikan meningkatkan kinerja model, dengan tingkat kesalahan akhir berada di rentang antara 0.4 dan 0.3.
Gambar 7. Perbandingan akurasi hasil pelatihan untuk masing-masing model
Dalam penelitian ini, analisis kinerja empat model pembelajaran mesin yang berbeda menunjukkan hasil yang beragam selama fase pelatihan. Model regresi memulai dengan skor yang rendah dan hanya menunjukkan peningkatan yang sangat kecil sepanjang pelatihan, menandakan bahwa model ini mengalami kesulitan untuk belajar atau memperbaiki diri dari data yang diberikan. Sebaliknya, model klasifikasi memulai dengan skor yang lebih tinggi dan mencatat peningkatan yang lebih tajam dan konsisten, mencapai skor yang stabil di akhir pelatihan, dengan jumlah akurasi tidak lebih dari 20%. Sedangkan untuk model konvolusional, yang juga memulai dengan skor yang rendah, menunjukkan peningkatan yang cepat dan mencapai puncak kinerjanya sebelum mengalami sedikit penurunan, namun kemudian kembali peningkatan akurasi. Sementara itu, model berulang (rekuren) menunjukkan pola yang mirip dengan model regresi tetapi dengan peningkatan yang sedikit lebih baik, menempatkannya di antara model regresi dan klasifikasi dalam hal kinerja yang
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
menandakan akurasi yang paling unggul di antara keempat model. Kesimpulannya, model rekuren menonjol sebagai model dengan kinerja terbaik, sedangkan model regresi menunjukkan peningkatan paling minim, dengan model klasifikasi dan berulang berada di posisi tengah.
## 4. KESIMPULAN
Penelitian ini menggali kemampuan machine learning, khususnya melalui penerapan neural network (NN) dan Recurrent Neural Network (RNN) termasuk model Long Short-Term Memory (LSTM), dalam konteks trading forex. Meskipun machine learning menjanjikan kecepatan dan akurasi dalam analisis data pasar, terdapat tantangan signifikan seperti risiko keuangan yang tinggi dan ketidakpastian model dalam memprediksi pasar yang fluktuatif. RNN, dengan kemampuan memproses data berurutan dan mempertahankan memori jangka pendek, bersama dengan LSTM yang dirancang untuk memelihara informasi penting sepanjang waktu, menawarkan solusi potensial terhadap keterbatasan NN dalam analisis data berurutan.
Tabel 1. Hasil akhir perbandingan dengan empat model neural network
dengan 134 epoch Test Result Regression Neural Network Classification Neural Network Convolutional Neural Network Recurrent Neural Network Root mean square error 0.97 0.40 0.30 0.36 Hit percentage 12.03% 16.02% 41.29% 44.33%
Hasil eksperimental menunjukkan variasi dalam kinerja antara model-model yang berbeda selama pelatihan. Model regresi mengalami kesulitan dalam pembelajaran dengan tingkat kesalahan yang meningkat signifikan, sementara model klasifikasi menunjukkan konsistensi yang lebih stabil. Model jaringan syaraf konvolusional menunjukkan tren penurunan kesalahan yang konsisten, menandakan peningkatan kemampuan prediksi. Paling mencolok, RNN menunjukkan penurunan kesalahan yang signifikan setelah tahap awal, mencapai kondisi stabil dengan kinerja yang mengesankan. Hal ini menegaskan potensi RNN, khususnya LSTM, dalam meramalkan seri waktu pasar forex, menjadikannya alat yang berharga dalam trading forex yang memanfaatkan machine learning.
## Journal of Software Engineering Ampera
Vol. 4, No. 2, June 2023 e-ISSN: 2775-2488 Published By APTIKOM SUMSEL
https://journal-computing.org/index.php/journal-sea/index
## REFERENSI
[1] N. Karnaukh, A. Ranaldo, and P. Söderlind, “Understanding FX Liquidity,” Rev. Financ. Stud. , vol. 28, no. 11, pp. 3073–3108, 2015.
[2] M. L. De Prado, Advances in financial machine learning . books.google.com, 2018.
[3] T. J. Sejnowski, The deep learning revolution . books.google.com, 2018.
[4] L. Di Persio and M. Frigo, “Maximum likelihood approach to Markov switching models,” WSEAS Trans. Bus. Econ. , vol. 12, pp. 239–242, 2015.
[5] L. Di Persio and M. Frigo, “Gibbs sampling approach to regime switching analysis of financial time series,” J. Comput. Appl. Math. , vol. 300, pp. 43–55, 2016.
[6] L. Di Persio, O. Honchar, L. Di Persio, and O. Honchar, “Artificial neural networks architectures for stock price prediction: Comparisons and applications,” Int. J. circuits, Syst. signal Process. , vol. 10, 2016.
[7] L. DI PERSIO and C. Benazzoli, “Default contagion in financial networks,” Int. J. Math. Comput. Simul. , vol. 10, pp. 112–117, 2016.
[8] E. Hurwitz and T. Marwala, “State of the Art Review for Applying Computational Intelligence and Machine Learning Techniques to Portfolio Optimisation,” arXiv Prepr. arXiv0910.2276 , 2009.
[9] F. Butaru, Q. Chen, B. Clark, S. Das, A. W. Lo, and A. Siddique, “Risk and risk management in the credit card industry,” J. Bank. Financ. , vol. 72, pp. 218–239, 2016.
[10] M. P. Naeini, H. Taremian, and H. B. Hashemi, “Stock market value prediction using neural networks,” in 2010 international conference on computer information systems and industrial management applications (CISIM) , 2010, pp. 132–136.
[11] X. Ding, Y. Zhang, T. Liu, and J. Duan, “Deep learning for event-driven stock prediction,” in Twenty-fourth international joint conference on artificial intelligence , 2015.
[12] J. Wang and J. Wang, “Forecasting energy market indices with recurrent neural networks: Case study of crude oil price fluctuations,” Energy , 2016.
[13] S. Selvin, R. Vinayakumar, “Stock price prediction using LSTM, RNN and CNN-sliding window model,” Adv. , 2017.
[14] S. Hochreiter and J. Schmidhuber, “Long Short-Term Memory,” Neural Comput. , vol. 9, no. 8, pp. 1735–1780, 1997.
[15] A. Oztekin, R. Kizilaslan, S. Freund, and A. Iseri, “A data analytic approach to forecasting daily stock returns in an emerging market,” Eur. J. Oper ,
2016.
|
9228cf8e-70ab-43ef-b605-795275b89915 | https://jurnal.stokbinaguna.ac.id/index.php/JURDIP/article/download/2492/1294 | Volume 4 Nomor 4 Juni 2024 JURNAL DUNIA PENDIDIKAN https://jurnal.stokbinaguna.ac.id/index.php/JURDIP E-ISSN: 2746-8674
Minat Mahasiswa Dalam Menjaga Kebugaran Jasmani
Ramli Muhaimin 1 , Witri Suwanto 2 1,2 Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat Jl. Prof. Dr. H Jl. Profesor Dokter H. Hadari Nawawi, Bansir Laut, Kec. Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78124 Email: [email protected]
## Abstrak
Kebugaran jasmani merupakan suatu hal yang penting bagi tubuh. Pada mahasiswa tingkat kebugaran jasmani sangat diperlukan untuk mendukung perkuliahan, dengan jasmani yang bugar maka mahasiswa diharapkan mampu dengan maksimal mengerjakan segala tugas mata kuliah dengan teliti dan sesuai harapan tentunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengengetahui minat mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani dari 4 universitas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 159 mahasiswa yang terdiri dari 4 universitas yaitu Universitas Tanjungpura Pontianak, IKIP PGRI Pontianak, Politeknik Negeri Pontianak, dan Universitas Islam Negeri Salatiga dari semester 1, 3, 5, dan 7. Instrument yang digunakan adalah angket yang disajikan dalam google form dan disebarkan melalui whats’app. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan stastistik deskriptif. Berdasarkan analisis yang dilakukan setelah angket terkumpul, ternyata 66,04% mahasiswa tertarik untuk melihat kegiatan jasmani dan 84,91% mahasiswa senang dalam melakukan kegiatan menjaga kebugaran jasmani, namun kurangnya minat mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani karena beberapa faktor ekstrinsik seperti sarana/prasarana, lingkungan, dan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa minat mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani dapat dikatakan cukup baik, sehingga diharapakan mahasiwa dapat terus menjaga kebugaran jasmani.
Kata Kunci: Kebugaran, Jasmani, Kebugaran jasmani, Mahasiswa, Minat
## PENDAHULUAN
Kebugaran jasmani merupakan suatu hal yang penting bagi tubuh (Sinuraya and Barus, 2020) karena dengan bugarnya jasmani pada manusia maka dapat dikatakan bahwa seorang manusia itu sehat. Hal ini terjadi karena Kebugaran jasmani juga bisa menjadi salah satu indikator dalam mengetahui Kesehatan seseorang (Aryanti, 2021). Seseorang dikatakan bugar saat dia beraktivitas secara berulang setiap hari dan tidak menunjukkan adanya kelelahan (M. Kusumaningtyas, 2022), selain itu Wujud dari adanya kebugaran jasmani adalah seseorang melakukan aktivitas yang melibatkan fisik, bisa di lakukan dengan
mudah (Kesuma, 2021) maka dapat dikatakan jika seseorang mengalami kelelahan pada saat beraktivitas secara ringan dan tidak statis/tetap, maka kebugaran jasmani seseorang itu dapat dikatakan kurang. Kebugaran jasmani juga didukung dari adanya kekuatan tahan otot (M. Kusumaningtyas, 2022) dengan adanya kekuatan daya tahan ini membantu kita melakukan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari.
Jika berbicara tentang menjaga kebugaran jasmani maka yang ada di dalam pikiran Masyarakat umum hanyalah hal yang berkaitan dengan berolahraga, namun sebenarnya Kesehatan atau kebugaran jasmani ini lebih dari pada itu bisa juga dilakukan dengan cara yang mudah dan simple. Dalam menjaga Kesehatan jasmani ada banyak cara yang bisa dilakukan salah satunya yaitu Kebiasaan pola hidup sehat serta bersih juga bisa memengaruhi kebugaran jasmani seseorang (Razzak, Basuki and Dirgantoro, 2021) karena dengan menjaga pola hidup yang kita lakukan sehari-hari maka kita akan dapat mengatur hal apa saja yang akan masuk ke dalam diri dan tentunya sesuai dengan porsi yang secukupnya. Hal ini penting jika Dengan mengosumsi makanan serta minuman secara tidak teratur maka dapat memengaruhi status gizi seseorang dan dapat menurunkan kebugaran jasmani (Setiawan, Luhurningtyas and Sofia, 2022). Cara lain dalam menjaga kebugaran jasmani seperti dengan mengusahakan asupan nutrisi yang cukup dan melakukan aktivitas fisik (Mega Anggita et al., 2021).
Salah satu komponen yang diperlukan dalam menjaga Kesehatan jasmani adalah asupan nutrisi (Widi Wigati et al., 2022). Dengan mengosumsi makanan yang mengandung nutrisi maka akan menghasilkan energi yang cukup untuk melakukan aktivitas sehingga tidak mudah mengalami kelelahan. Diperlukan adanya keseimbangan yaitu dari energi, serta nutrisi yang cukup untuk menjaga Kesehatan jasmani (Qusnul Manggar Sari, 2018). Tentunya kita juga harus melihat keseimbangan ini karena apabila tidak seimbang maka energi yang masuk ke tubuh tidak akan maksimal.
Peran dari mengosumsi nutrisi tentu tidak lepas dari adanya pola hidup yang sehat. Ada beberapa manfaat apabila kita menerapkan pola hidup sehat seperti pikiran menjadi positif, lebih bersemangat untuk bekerja dan mencegah dari banyaknya penyakit yang ada (Yusuf, Priatna and Cristiani, 2022). Dengan menjaga pola hidup yang sehat akan
berpengaruh juga pada Kesehatan jasmani kita. Salah satu pola hidup sehat adalah dengan menerapkan pola makan yaitu cleaneating yakni mengosumsi atau memakai bahan-bahan yang alami (Victoria and Mahardika, 2022). Dengan memilih bahan-bahan makanan yang alami kita dapat memastikan bahwa nutrisi yang masuk ke dalam tubuh kita seperti vitamin, mineral, dan zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh bisa diserap dengan sempurna melalui bahan makanan yang alami tersebut karena lebih terjamin mutunya.
Selain dengan mengosumsi nutrisi yang cukup serta menjaga pola hidup yang sehat, untuk menjaga kebugaran atau Kesehatan jasmani juga diperlukan dari aktivitas fisik. Kita bisa memulai melalui kegiatan sehari-hari di rumah, seperti menyapu halaman rumah, mengepel lantai, berkebun, dan aktivitas lainnya yang bisa kita lakukan disekitar rumah, terlihat sepele tentunya tetapi dengan kegiatan seperti ini kita melakukan gerak dengan tidak disadari karena ini sudah biasa dilakukan dan tanpa disadari juga kita akan melakukan banyak sekali gerakan seperti melangkah, mengayunkan tangan yang tentunya dengan selalu begerak akan dapat menjaga kebugaran jasmani.
Selain dengan melakukan kegiatan sehari-hari aktivitas fisik lainnya dalam menjaga kebugaran jasmani adalah workout (Ramadhan, 2021) yang dimana workout ini seperti jogging, berenang, atau bersepeda sehingga bisa membuat tubuh menjadi bugar dan juga memperkuat otot, dengan otot yang kuat tentunya untuk melakukan aktivitas seperti mengangkat benda yang berat tidak akan mudah kelelahan. Kemudian Cara sederhana dalam menjaga kebugaran jasmani melalui aktifitas fisik lainnya yaitu menggunakan bangku dengan gerakan naik dan turun dan tinggi bangku (Saputra, Sugiyanto and Defliyanto, 2019). Melalui gerakan seperti ini tentunya juga dapat memacu kita untuk bergerak sehingga apabila.
Pada mahasiswa tingkat kebugaran jasmani sangat diperlukan untuk mendukung perkuliahan, dengan jasmani yang bugar maka mahasiswa diharapkan mampu dengan maksimal mengerjakan segala tugas mata kuliah dengan teliti dan sesuai harapan tentunya. Dengan adanya pengetahuan tentang kebugaran jasmani ini maka mahasiswa akan lebih tertarik dalam menjaga kebugaran jasmani.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu menjabarkan hasil analisis dari variabel yang menggambarkan kenyataan dengan didukung data-data yang tercantum didalam angka kemudian data yang terkumpul secara deskriptif kuantitatif digunakan untuk memberikan gambaran terhadap keadaan yang sebenarnya terjadi dilapangan, juga untuk menjawab pertanyaan dan pendapat yang berhubungan dengan status subjek dari penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian merupakan mahasiswa strata-1 dari 4 perguruan tinggi, yang terdiri dari Universitas Tanjungpura Pontianak, IKIP PGRI Pontianak, Politeknik Negeri Pontianak, dan Universitas Islam Negeri Salatiga dengan responden berjumlah 159 orang mahasiswa yang terdiri dari semester 1, 3, 5, dan 7. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang dibuat menggunakan google formulir dan disebarkan melalui whatsapp. Angket terdiri dari 6 indikator dapat dilihat dalam Tabel 1 dan setiap pertanyaan terdiri dari 4 pilihan jawaban dengan rentang skor 1-4 dengan keterangan:
1= Sangat Tidak Relevan
2= Tidak Relevan 3= Relevan 4= Sangat Relevan
Dalam penelitian ini menganalisis data menggunakan software IBM SPSS Statistics 22. Analisis data Analisis yang dilakukan guna mencaari nilai mean, range, minimal, dan maksimal dalam indikator.
Tabel 1.Kisi-kisi angket menjaga kebugaran jasmani No Indikator Butir Instumen Butir Angket 1 Rasa tertarik Saya tertarik untuk melihat kegiatan menjaga kebugaran jasmani 1 2 Perasaan Senang Kegiatan kebugaran jasmani di rumah adalah kegiatan yang menjenuhkan
Saya merasa senang bisa melakukan aktivitas kebugaran jasmani Saya merasa bangga setelah melakukan aktivitas kebugaran jasmani tubuh merasa sehat 2, 3, 4, 5
Kegiatan kebugaran jasmani membuang waktu saya
3 Aktivitas/Kegiatan Kebugaran jasmani merupakan kegiatan yang tepat untuk mengisi waktu luang
Kebugaran jasmani adalah kegiatan yang dapat memberikan dampak positif pada diri saya Aktivitas kebugaran jasmani dapat membuat saya lebih sehat Kegiatan kebugaran jasmani di rumah membuat saya lebih disiplin dan betabggung jawab terhadap kesehatan sendiri 6, 7, 8, 9 4 Sarana/Prasarana Saya melaksanakan kegiatan kebugaran jasmani karena di sekitar rumah cukup memadai Fasilitas kebugaran jasmani di rumah layak dan aman sehingga saya melakukannya di rumah Saya tidak melaksanakan kegiatan kebugaran jasmani di rumah karena sarana prasarana di rumah tidak layak di gunakan 10, 11, 12 5 Keluarga Saya melakukan kegiatan kebugaran jasmani di rumah karena ada dorongan dari keluarga Keluaraga saya memberikan ncontoh menjaga kebugaran jasmani di rumah sehing saya juga ikut melaksanakan kegiatan kebugaran jasmani Saudara-saudara saya mempengaruhi minat saya dalam melakukan kegiatan kebugaran jasmani di rumah 13, 14, 15 6 Lingkungan Ajakan teman-teman dekat saya membuat saya berminat melaksanakan kebugaran jasmani di rumah Saya senang melaksanakan kebugaran jasmani di lingkungan rumah karena memperoleh banyak teman Saya selalu melakukan kegiatan kebugaran jasmani di rumah karena di lingkungan rumah semuanya melakukan kegiatan kebugaran jasmani 16, 17, 18
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk melihat minat mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani. Sebagai seorang agen perubahan tentunya mahasiswa memiliki peran penting dalam menjadi contoh dimasyarakat.
1. Rasa tertarik mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani
Angket tentang rasa tertarik mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani terdiri dari 1 indikator dan 1 pertanyaan dengan menanyakan ketertarikan untuk meihat kegiatan kebugaran jasmani. Secara keseluruhan rerata dari angket adalah 3,06 dengan nilai maksimal 1 dan maksimal 4. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2:
Tabel 2. Hasil analisis minat mahasiswa dari sudut pandang rasa tertarik Mean 3.0692 Range 3.00 Minimum 1.00 Maximum 4.00
Data di atas dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
Grafik 1. Indikator Rasa Tertarik
Dari angket tentang rasa tertarik diperoleh grafik diatas diperoleh bahwa rata-rata mahasiswa tertarik dalam melihat kegiatan kebugaran jasmani hal ini di tunjukkan dengan presentase 66,04% mahasiswa menjawab relevan yang artinya responden tertarik dengan kegiatan kebugaran jasmani dan 21,38% responden sangat tertarik dengan kegiatan kebugaran jasmani.
2. Rasa Senang mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani
Angket tentang rasa senang memiliki satu indikator dengan 4 pertanyaan di dalamnya Secara keseluruhan rerata dari ke-4 angket adalah 10,32 dengan nilai minimal 6 dan maksimal 15. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 3:
Tabel 3. Hasil analisis minat mahasiswa dari sudut pandang rasa senang
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Sangat Tidak Relevan Tidak Relevan Relevan Sangat Relevan 1.89 10.69 66.04 21.38 Rasa Tertarik Presentase
Mean 10.3208 Range 9.00 Minimum 6.00 Maximum 15.00
Data di atas dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
## Grafik 2. Indikator Rasa Senang
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa memiliki rasa senang Ketika sudah melakukan kegiatan dalam menjaga kebugaran jasmani hal ini dibuktikan dengan dengan 84,91% responden yang menjawab relevan dan 8,18%.asa sangat senang dalam menjaga kebugaran jasmani dengan presentase
3. Aktivitas/Kegiatan mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani
Angket tentang aktivitas/kegiatan terdiri dari 4 pertanyaan dalam 1 indikator. Secara keseluruhan rerata dari ke-4 angket adalah 13,12 dengan nilai minimal 4 dan maksimal 16. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4:
Tabel 4. Hasil analisis minat mahasiswa dari sudut pandang aktivitas/kegiatan
Mean 13.1258 Range 12.00 Minimum 4.00 Maximum 16.00
Data di atas dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 Sangat Tidak Relevan Tidak Relevan Relevan Sangat Relevan 0.00 6.92 84.91 8.18 Rasa Senang Presentase
## Grafik 3. Indikator Aktivitas/Kegiatan
Dari data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa Sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa kegiatan kebugaran jasmani adalah hal yang positif dapat dilihat dari grafik yang menunjukkan 40,88% relevan dan 57,23% sangat relevan, data ini menunjukkan bahwa rata-rata responden merasakan dampak positif dari aktivitas/kegiatan jasmani yang dilakukan yang juga berdampak kepada dirinya sendiri.
4. Sarana/Prasarana mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani
Pada angket sarana/prasarana memiliki 1 indikator dengan 3 pertanyaan angket yang menanyakan sarana/prasarana untuk melakasanakan kegiatan kebugaran jasmani yang berada di rumah responden. Secara keseluruhan rata-rata dari ke-3 angket adalah 7,10 dengan nilai minimal 1 dan maksimal 10. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 5:
Tabel 5. Hasil analisis minat mahasiswa dari sudut pandang sarana/prasarana
Mean 7.1006 Range 9.00 Minimum 1.00 Maximum 10.00
Data di atas dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
Grafik 4. Indikator Sarana/Prasarana
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 Sangat Tidak Relevan
Tidak Relevan Relevan Sangat Relevan 0.63 1.26 40.88 57.23 Aktivitas/Kegiatan Aktivitas/Kegiatan
Grafik diatas menunjukkan bahwa sarana/prasana untuk menjaga kebugaran jasmani di sekitar lingkungan rumah responden kurang memadai dengan adanya data diatas 86,16% responden menjawab tidak relevan dan 2,52% responden menjawab sangat tidak relevan dengan adanya data ini dapat kita ketahui bahwa sarana/prasarana di rumah responden tidak memadai dalam melaksanakan kegiatan kebugaran jasmani.
## 5. Keluarga mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani
Secara keseluruhan rerata dari ke-4 angket adalah 7,09 dengan nilai minimal 3 dan maksimal 12. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 6 :
Tabel 6. Hasil analisis minat mahasiswa dari sudut pandang keluarga
Mean 7.0943 Range 9.00 Minimum 3.00 Maximum 12.00
Data di atas dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
Grafik 5. Indikator Keluarga 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 Sangat Tidak Relevan Tidak Relevan Relevan Sangat Relevan 2.52 86.16 11.32 0.00 Sarana/Prasarana Presentase
Dalam grafik yang menanyakan tentang aspek keluarga dari data responden dapat dikatakan bahwa 60,38% menjawab tidak relevan dan 11,32% menjawab sangat tidak relevan. Dari data ini menunjukkan bahwa keluarga dari responden kurang menganjurkan untuk menjaga kebugaran jasmani karena dengan begitu membuat responden kurang minat dalam menjaga keluarga kebugaran jasmani jika dilihat dari aspek dorongan keluarga.
6. Lingkungan mahasiswa terhadap minat menjaga kebugaran jasmani
Angket tentang lingkungan terdiri dari 3 pertanyaan yang setiap pertanyaan terdiri dari 4
Secara keseluruhan rerata dari ke-4 angket adalah 7,09 dengan nilai minimal 3 dan maksimal 12. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 6 :
Tabel 6. Hasil analisis minat mahasiswa dari sudut pandang lingkungan Mean 7.1384 Range 9.00 Minimum 3.00 Maximum 12.00
Data di atas dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
Grafik 6. Indikator Lingkungan
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Sangat Tidak Relevan Tidak Relevan Relevan Sangat Relevan 11.32 60.38 28.30 0.00 Keluarga Presentase
Grafik 6 dari idnikator lingkungan juga dapat dilihat bahwa dari lingkungan mempengaruhi kurangnya minat menjaga kebugaran jasmani pada mahasiswa hal ini ditunjukkan dengan besarnya presentase yang ada sebesar 62,26% mahasiswa menjawab tidak relevan pada lingkungan yang menjaga kebugaran jasmani.
## PEMBAHASAN
Kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan dari tubuh untuk melakukan penyesuaian sehingga dalam beraktivitas fisik ringan ataupun berat tidak cepat menimbulkan rasa Lelah (Asri, 2019). Kebugaran jasmani sangat diperlukan dalam tubuh manusia karena dengan kebugaran jasmani yang baik maka kita akan mudah dan senang dalam melakukan segala macam aktivitas fisik tanpa merasakan rasa lelah cepat timbul tentunya akan mengganggu aktivitas yang sedang dilakukan.
Dalam penelitian menjaga kebugaran jasmani ada beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang untuk dapat melaksanakannya dibagi dalam 2 faktor yaitu intrinsik dan ekstrinsik yang sejalan dengan beberapa penelitian dengan tentang motivasi dalam menjaga kebugaran jasmani bahwa motivisi untuk menjaga kebugaran jasmani bahwa lebih banyak faktor dalam intrinsik untuk menjaga kebugaran jasmani (Candra Dewi, Astra and Suwiwa, 2020). Hal ini juga didukung dengan adanya juga penelitian yang menunjukkan bahwa faktor intrinsik lebih besar dari pada faktor ekstrinsik (Yasa and Artanayasa, 2020). Dapat dilihat pada grafik 1 dan grafik 2 yang menunjukkan data tentang rasa tertarik dengan 66,04% dan tentang rasa senang 84,91% responden menjawab relevan, dari data ini dapat
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Sangat Tidak Relevan Tidak Relevan Relevan Sangat Relevan 8.81 62.26 28.93 0.00 Lingkungan Presentase
dilihat bahwa pertanyaan didalam indikator pada Tabel 1 bertanya pada bagian instrinsik dan merujuk kepada faktor dari responden itu sendiri.
Dalam penelitian juga dapat dilihat dengan adanya indikator dari ekstrinsik yaitu pada faktor sararana/prasarana, lingkungan dan keluarga yang menunjukkan hasil yang kurang dari minat responden untuk menjaga kebugaran jasmani dengan sarana/prasarana yang kurang disekitar rumah responden, lingkungan yang tidak mendukung dan juga dari keluarga tidak mencontohkan responden dalam menjaga kebugaran jasmani. Beberapa faktor ekstrinsik ini membuat minat dari mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani jadi menurun walaupun dorongan instrinsik lumayan besar. Dapat dilihat dari grafik 4 menunjukkan 86,16% responden tidak relevan, kemudian grafik 5 menunjukkan 60,38% responden tidak relevan dan grafik 6 menunjukkan 62,26% responden tidak relevan dalam ketiga faktor ini menunjukkan dari segi ekstrinsik membuat minat mahasiswa rendah dalam menjaga kebugaran jasmani.
Agar minat mahasiswa besar dalam menjaga kebugaran jasmani perlu dilakukan upaya dalam meningkatkan nya (Darmawan, 2017). Ada beberapa cara yang mudah dalam menjaga kebugaran jasmani, salah satunya dengan melakukan senam (Ai, 2018). Dengan melakukan senam secara rutin kita bisa membuat tubuh menjadi terbiasa melakukan gerakan sehingga jika akan melakukan aktivitas yang mengandalkan gerakan seperti kaki dan tangan secara ringan akan terbiasa dalam melakukannya, namun ini tergantung pada senam apa yang dilakukan tetapi apapun senam yang dilakukan tentu bermanfaat bagi tubuh. Kemudian bagi para mahasiswa juga bisa melakukan semacam permainan supaya tubuh tetap terus bergerak dan juga tidak merasakan jenuh (Samosir and Aditya, 2022). Jadi untuk membuat tubuh kita sadar dengan adanya kebugaran jasmani kita harus senantiasa melakukan gerakan dan juga bergantung pada kebiasaan, jika tubuh kita sudah melakukan penyesuaian maka kebugaran jasmani tubuh akan dapat lebih meningkat.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa minat mahasiswa dalam menjaga kebugaran jasmani dapat dikatakan cukup baik, ditunjukkan dengan presentase sebesar 66,04% dari rasa tertarik dan 84,91% dari rasa senang dalam menjaga kebugaran jasmani dan dari hal ini juga dapat dikatakan bahwa faktor instrinsik
lebih besar dibandingkan dari adanya faktor ekstrinsik dari mahasiswa. Untuk menjaga kebugaran jasmani diperlukan adanya penyesuaian dari dulu supaya tidak cepat merasakan lelah.
## DAFTAR PUSTAKA
Ai, E. (2018) ‘Pembinaan Senam Aerobik Dalam Upaya Meningkatkan Kebugaran Jasmani Masyarakat Pondok Pinang Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang’, International Journal of Community Service Learning, 2(4). Available at: https://doi.org/10.23887/ijcsl.v2i4.15479.
Aryanti, D. (2021) ‘Hubungan Kebugaran Jasmani Dengan Perilaku Emotional Eating Pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya’, Media Informasi, 16(1). Available at: https://doi.org/10.37160/bmi.v16i1.514.
Asri (2019) ‘Tinjauan Pustaka Kebugaran Jasmani’, Poltekes Denpasar, pp. 8–25. Available at: http://eprints.uny.ac.id/9414/3/BAB 2 - 10604227208.pdf.
Candra Dewi, N.K.A.T., Astra, I.K.B. and Suwiwa, I.G. (2020) ‘Motivasi Mahasiswa Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Olahraga Dan Kesehatan Menjaga Kebugaran Jasmani Pada Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha, 8(1). Available at: https://doi.org/10.23887/jiku.v8i1.29573.
Darmawan, I. (2017) ‘Upaya Meningkatkan Kebugaran Jasmani Siswa Melalui Penjas’, Jip, 7(2), pp. 143–154. Available at: http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrnspirasi. Kesuma, H.F. (2021) ‘Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Angkatan 2017’, Katalog.Ukdw.Ac.Id [Preprint].
M. Kusumaningtyas, P.R. (2022) ‘Pengaruh Latihan Tabata Metode High Intensity Interval Training ( Hiit ) Terhadap Daya Tahan Otot Tungkai Pada Mahasiswa Inaktivitas’, Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat [Preprint].
Mega Anggita, G. et al. (2021) ‘Hubungan Rasio Perilaku Konsumsi Makro Nutrisi dengan Tingkat Kebugaran Jasmani pada Remaja’, Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 7(1).
Qusnul Manggar Sari, K. (2018) ‘Hubungan Antara Status Gizi, Kecukupan Asupan Energi, Dan Aktivitas Fisik Dengan Kebugaran Jasmani Pada Siswa Kelas Xi Sman 1 Batu’, Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 6(2).
Ramadhan, R.I. (2021) ‘Workout Sebagai Aktivitas Olahraga Mahasiswa Menjaga Kebugaran Jasmani di Tengah Pandemi Covid 19’, Jurnal Kesehatan Olahraga, 9(4).
Razzak, S.A., Basuki, S. and Dirgantoro, E.W. (2021) ‘Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Terhadap Kebugaran Jasmani Resimen Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Di Era Pandemi Covid 19’, Stabilitas: Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 2(3). Available at: https://doi.org/10.20527/mpj.v2i3.1063.
Samosir, F. and Aditya, R. (2022) ‘Model Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatkan Kebugaran Jasmani’, Jurnal Mahasiswa Pendidikan Olahraga, 2(2). Available at: https://doi.org/10.55081/jumper.v2i2.559.
Saputra, S., Sugiyanto, S. and Defliyanto, D. (2019) ‘Studi Kebugaran Jasmani Menggunakan Metode Harvard Step Tes Pada Mahasiswa Penjas Semester Vi Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2018-2019’, Kinestetik, 3(2). Available at: https://doi.org/10.33369/jk.v3i2.8914.
Setiawan, F.E., Luhurningtyas, F.P. and Sofia, A. (2022) ‘Korelasi Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa’, Jurnal Olahraga dan Kesehatan Indonesia, 2(2). Available at: https://doi.org/10.55081/joki.v2i2.537.
Sinuraya, J.F. and Barus, J.B.N.B. (2020) ‘Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa Pendidikan Olahraga Tahun Akademik 2019/2020 Universitas Quality Berastagi’, Kinestetik, 4(1). Available at: https://doi.org/10.33369/jk.v4i1.10359.
Victoria, V. and Mahardika, R. (2022) ‘Perancangan Logo Kampanye Clean Eating Dalam Meningkatkan Pola Hidup Sehat Pasca Covid-19 di Media Sosial Instagram’, IKRA-ITH HUMANIORA : Jurnal Sosial dan Humaniora, 7(1). Available at: https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i1.2275.
Widi Wigati, W. et al. (2022) ‘Asupan Energi, Protein, Dan Stamina Atlet Di Pusat Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar Nusa Tenggara Barat’, Majalah Kesehatan, 9(3).
Yasa, P.P. and Artanayasa, D.I.W. (2020) ‘Motivasi Atlet Club Renang Di Kabupaten Badung Dalam Menjaga Kebugaran Jasmani Pada Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Ilmu
Keolahragaan Undiksha, 8(1).
Available at: https://doi.org/10.23887/jiku.v8i1.29745.
Yusuf, A.M., Priatna, A. and Cristiani, C. (2022) ‘Rancang Bangun Sistem Pakar Pola Hidup Sehat Berbasis Web Dengan Metode Forward Chainning’, J-SISKO TECH (Jurnal Teknologi Sistem Informasi dan Sistem Komputer TGD), 5(2). Available at: https://doi.org/10.53513/jsk.v5i2.5639.
|
aec0689a-7275-4647-8d4d-8e8e2daafed2 | https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jsm/article/download/6066/4269 | Analisis Pengaruh Kompetensi Dosen, Disiplin Kerja Dosen, Dan Dukungan Organisasi Terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap
(Studi Kasus : Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang)
Fitri Konefi
## Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang
## Abstract
This study aimed to analyze the effect lecturer’s competence, lecturer’s work discipline and organization’s support toward lecturer’s professional development in the faculty of economics Pamulang University. This research approach using quantitative research methods with observation method structured interviews and questionnaires closed. The population in this research is a lecturer Pamulang University economics faculty, while the sampling technique used is proporsionale stratified random sampling. The results indicate that there is positive and significant correlation between lecturer’s competence toward lecturer’s professional development, there is positive and significant correlation between lecturer’s work discipline toward lecturer’s professional development, there is positive and significant correlation between organization’s support toward lecturer’s professional development, and there is positive and significant correlation between the lecturers competence, lecturer’s work discipline and organization’s support together toward lecturer’s professional development. So can be concluded that there is a significant positive effect between of lecturer’s competence, of lecturer’s work discipline and organization’s support toward lecturer’s professional development in the faculty of economics Pamulang University.
Keywords : lecturer’s competence; lecturer’s work discipline; organization support; lecturer’s professional development.
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kompetensi dosen, disiplin kerja dosen, dan dukungan organisasi terhadap pengembangan profesi dosen tetap pada fakultas ekonomi Universitas Pamulang. Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan metode observasi terstruktur yaitu wawancara dan angket tertutup. Populasi dalam penelitan ini adalah dosen tetap fakultas ekonomi Universitas Pamulang, adapun teknik sampling yang digunakan adalah proporsionale stratified random sampling . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kompetensi dosen terhadap pengembangan profesi dosen, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara disiplin kerja dosen terhadap pengembangan profesi dosen, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara dukungan organisasi terhadap pengembangan profesi dosen, dan terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara kompetensi dosen, disiplin kerja dosen, dan dukungan organisasi secara bersama- sama terhadap pengembangan profesi dosen. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kompetensi dosen, disiplin kerja dosen, dan dukungan organisasi terhadap pengembangan profesi dosen tetap pada fakultas ekonomi Universitas Pamulang.
Kata Kunci: Kompetensi dosen; disiplin kerja dosen; dukungan organisasi; pengembangan profesi dosen.
Corresponding Author: [email protected]
## PENDAHULUAN
Dosen adalah seorang seorang profesional yang mengelolah dan membimbing mahasiswa di lingkungan universitas. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa “dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat”. Untuk memperkuat tugas utama, seorang dosen juga dituntut melakukan aktivitas di bidang pendidikan atau kegiatan lain yang mendukung pada upaya pemberdayaan masyarakat, seperti; pelatihan, seminar, workshop, bintek, kepanitiaan kegiatan, dan sebagainya.
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi dosen di UNPAM saat ini belum maksimal hal ini terlihat masih terdapat dosen yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmunya dan penguasaan materi mata kuliah yang diampu kurang memadai, sehingga mempengaruhi rendahnya interaksi antar dosen dan mahasiswa selama proses belajar mengajar.
Disiplin kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya serta mentaati peraturan- peraturan atau norma-norma yang ada dalam lingkungan pendidikan agar dapat meningkatkan kualitas diri dosen itu sendiri. Disiplin kerja dosen UNPAM saat ini masih belum maksimal hal ini terlihat dari kurangnya rasa tanggung jawab dosen terhadap tugas-
tugas yang diberikan, misalnya sering terlambat datang mengajar dan sering mengakhiri kuliah sebelum waktunya, terlambat menyampaikan nilai UTS dan UAS mahasiswa.
Dukungan organisasi sangatlah penting dalam pengembangan profesi dosen. Tanpa dukungan organisasi tidak mungkin terwujud pengembangan profesi dosen. Dukungan Organisasi terhadap Pengembangan Profesi Dosen UNPAM saat ini masih belum optimal hal ini terlihat dari lemahnya manajemen penyelenggara pendidikan dalam hal pengaturan jadwal mata kuliah dosen sehingga masih terdapat dosen yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pengajaran, misalnya jumlah infocus yang tidak mencukupi, terdapat meja dosen yang sudah tidak layak pakai, ac atau kipas angin yang tidak berfungsi, papan tulis yang sudah usang. Hal ini lah yang menjadi motivasi peneliti untuk membahas lebih dalam lagi permasalahan yang terjadi saat ini. Permasalahan dapat dirinci sebagai berikut :
1. Masih kurangnya kesiapan beberapa dosen tentang pemahaman strategi pembelajaran sebagai dasar kelancaran kegiatan belajar mengajar di kelas, ini terlihat dari beberapa dosen mengajar tidak sesuai jadwal pada SAP yang telah dibuat (informasi dari mahasiswa).
2. Kemampuan mengajar dan menghidupkan suasana belajar bagi sebagian dosen masih harus ditingkatkan, ini terlihat dari beberapa dosen cara mengajarnya masih satu arah (informasi dari mahasiswa).
3. Masih ada bebarapa dosen yang mengajar tidak sesuai bidang keahliannya, ini terlihat dari beberapa dosen yang berlatar belakang pendidikan kurang linier terhadap Mata Kuliah yang diampu (data bersumber dari bagian akademik).
4. Masih terdapat dosen yang datang terlambat, ini terlihat dari prosentase kedatangan tepat waktu dosen mengajar sebesar 88% (data bersumber dari bagian absensi).
5. Masih ada dosen yang terlambat menyerahkan nilai ke bagian akademik (data bersumber dari informasi mahasiswa yang nilainya terlambat keluar).
6. Masih kurangnya pemenuhan dukungan organisasi yang berhubungan dengan sarana kegiatan belajar mengajar, misalnya infocus jumlahnya kurang memadai dari 150 unit untuk 310 dosen (data dosen April 2016), ruangan kelas yang kurang nyaman, terdapat
meja dan kursi yang rusak serta papan tulis yang sudah usang (data bersumber dari bagian gudang dan pengamatan dikelas).
7. Masih kurangnya prosentase tenaga dosen dibandingkan dengan jumlah mahasiswa (data bersumber dari data dikti).
8. Masih belum meratanya pembagian jadwal mengajar bagi sebagian dosen (data bersumber dari bagian akademik).
Sebagai indikator keberhasilan pendidikan sesungguhnya akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Dalam kondisi inilah dosen yang memegang peranan strategis. Semua kebijakan pendidikan bagaimanapun bagusnya tidak akan memberi hasil optimal, sepanjang dosen belum atau tidak mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan otonomi pedagogisnya, yaitu kemandirian dosen dalam memerankan fungsinya secara proporsional dan profesional. Kemandirian dosen akan tercermin dalam perwujudan pengembangan profesi dosen tetap sebagai pribadi, sebagai warga masyarakat, sebagai pegawai dan sebagai pemangku jabatan profesional dosen, pengembangan profesi dosen tetap ini lebih difokuskan pada bagaimana kompetensi dosen, disiplin kerja dan dukungan organisasi yang diterima dosen sebagai motivasi kerja dosen dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, sehingga pengembangan profesi dosen tetap dapat tercapai secara optimal.
## TINJAUAN LITERATUR
## Pengertian Kompetensi Dosen
Menurut Spencer dan Spencer dalam Sutrisno (2011:202), mengatakan bahwa kompetensi adalah suatu yang mendasari karakteristik dari suatu individu yang dihubungkan dengan hasil yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Sutrisno (2011:203), mengemukakan tentang pengertian kompetensi adalah suatu keterampilan yang dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan yang didukung oleh sikap kerja serta penerapannya dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan di tempat kerja yang mengacu pada persyaratan
kerja yang ditetapkan. Hampir senada dengan persyaratan tersebut Wibowo (2012:324), berpendapat bahwa kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Menurut Moeheriono (2009:4), kompetensi terletak pada bagian dalam manusia dan selamanya ada dalam kepribadian seseorang yang dapat memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua situasi dan tugas pekerjaan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ada 4 kompetensi yang harus dikuasai oleh dosen. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi guru dan Dosen terkait dengan kewenangan melaksanakan tugasnya, dalam hal ini dalam menggunakan bidang studi sebagai bahan pembelajaran yang berperan sebagai alat pendidikan, dan kompetensi pedagogis yang berkaitan dengan fungsi guru dan Dosen dalam memperhatikan perilaku peserta didik belajar (Mahasiswa), (Djohar,2006:130). Menurut Suparlan (2008:93) menambahkan bahwa standar kompetensi guru dan Dosen dipilah ke dalam tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan kademik.
Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dan Dosen, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru dan Dosen antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru dan Dosen.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru dan dosen. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru dan dosen meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan.
## Pengertian Disiplin Kerja Dosen
Kedisplinan kerja dosen dalam suatu perguruan tinggi dapat dilihat dari sikap dan perilaku dosen dalam malaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Sikap dan tingkah laku para dosen berpatokan pada kepatuhan dalam melaksanakan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Mematuhi peraturan berarti memberi dukungan positif pada perguruan tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya yang telah ditetapkan, sehingga dosen lebih mudah dalam melakukan pengembangan profesinya.
Handoko (2012:208), mendefinisikan disiplin sebagai kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Kegiatan yang dilaksanakan untuk medorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga penyelewengan- penyelewengan dapat dicegah. Menurut Hasibuan (2014:193), kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Singodimedjo dalam Sutrisno (2013:86), mengatakan disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan.
Sebagai indikator tingkat kedisiplinan dosen tidak dapat terlepas dari hal-hal sebagai berikut (Hasibuan, 2014:195), yaitu :
1) Tujuan dan kemampuan, ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan tercapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan keryawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam pekerjaannya.
2) Teladan pimpinan, sangat berperan dalam mementukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan bagi bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik kedisiplinan bawahanpun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin) para bawahanpun akan kurang disiplin.
3) Balas jasa, ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap pekerjaannya/perusahaan. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaannya, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Jadi balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.
4) Keadilan, ikut mendorong terwujudnya kedisiplianan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang merasa dirinya penting dan minta diperlakuan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
5) Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dari atasannya.
6) Hukuman, dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang. Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan.
## Pengertian Dukungan Organisasi
Rhoades & Eisenberger dalam Fitri (2008:15) Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi, memberi dukungan, dan peduli pada kesejahteraan mereka. Jika karyawan menganggap bahwa dukungan organisasi yang diterimanya tinggi, maka karyawan tersebut akan menyatukan keanggotaan sebagai anggota organisasi ke dalam identitas diri mereka dan kemudian mengembangkan hubungan dan persepsi yang lebih positif terhadap organisasi tersebut. Dengan menyatunya keanggotaan dalam organisasi dengan identitas karyawan, maka karyawan tersebut merasa menjadi bagian dari organisasi dan merasa bertanggung jawab untuk berkontribusi dan memberikan kinerja terbaiknya pada organisasi. Persepsi terhadap dukungan organisasi juga dianggap sebagai sebuah keyakinan global yang dibentuk oleh tiap karyawan mengenai penilaian mereka terhadap kebijakan dan prosedur organisasi. Keyakinan ini dibentuk berdasarkan pada pengalaman mereka terhadap kebijakan dan prosedur organisasi, penerimaan sumber daya, interaksi dengan agen organisasinya (misalnya supervisor), dan persepsi mereka mengenai kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan mereka.
Dari berbagai organisasi ditemukan bahwa karyawan yang merasa dirinya mendapatkan dukungan dari organisasi akan memiliki rasa kebermaknaan dalam diri karyawan tersebut. Hal inilah yang akan meningkatkan komitmen pada diri karyawan. Komitmen inilah yang pada akhirnya akan mendorong karyawan untuk berusaha membantu organisasi mencapai tujuannya, dan meningkatkan harapan bahwa performa kerja akan diperhatikan serta dihargai oleh organisasi. Bagi karyawan, organisasi merupakan sumber penting bagi kebutuhan sosioemosional mereka seperti respect (penghargaan), caring (kepedulian), dan tangible benefit seperti gaji dan tunjangan kesehatan. Perasaan dihargai oleh organisasi membantu mempertemukan kebutuhan karyawan terhadap approval ( persetujuan ), esteem (penghargaan) dan affiliation (keanggotaan). Eisenberger dalam Yuliantini (2013), penilaian positif dari organisasi meningkatkan kepercayaan bahwa peningkatan usaha dalam bekerja akan dihargai. Oleh karena itu karyawan akan memberikan perhatian yang lebih atas penghargaan yang mereka terima dari atasan mereka.
Sebagai indikator ada tidaknya dukungan organisasi dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki oleh individu, serta pengamatan mengenai keseharian organisasi dalam memperlakukan seseorang. Dalam hal ini sikap organisasi terhadap ide-ide yang dilontarkan oleh pegawai, respon terhadap pegawai yang mengalami masalah serta perhatian perusahaan terhadap kesejahteraan dan kesehatan pegawai merupakan tiga aspek yang menjadi perhatian utama dari pegawai, yaitu:
1) Sikap Organisasi Terhadap Ide-Ide Pegawai
Dukungan organisasi dipengaruhi oleh sikap organisasi terhadap ide-ide yang dilontarkan oleh pegawai. Bila organisasi melihat ide dari pegawai sebagai sumbangan yang kontruktif, yang mungkin saja dapat diwujudkan melalui perencanaan yang matang, maka individu yang bekerja ditempat tersebut memiliki persepsi yang positif akan dukungan organisasi terhadap diri mereka. Sebaliknya, dukungan organisasi akan akan menjadi negatif bila perusahaan selalu menolak ide dari pegawai dan segala sesuatu merupakan keputusan dari pimpinan puncak.
2) Respon Terhadap Pegawai Yang Menghadapi Masalah
Dukungan organisasi juga dipengaruhi oleh respon terhadap pegawai yang menghadapi masalah. Bila organisasi cenderung untuk berdiam diri dan tidak memperlihatkan usaha untuk membantu individu yang terlibat masalah, maka pegawai akan melihat bahwa tidak ada dukungan yang diberikan organisasi terhadap pegawai.
## 3) Respon Terhadap Kesejahteraan Pegawai
Perhatian organisasi akan kesejahteraan pegawai juga mempengaruhi tingkat persepsi dukungan organisasi pegawai. Pegawai yang melihat bahwa organisasi berusaha keras untuk meningkatkan kesejahteraan individu yang bekerja didalamnya, akan melihat hal ini sebagai suatu hal yang positif. Pegawai melihat bahwa organisasi memberikan dukungan agar setiap orang dapat bekerja secara optimal demi tercapainya tujuan bersama. Pada dasarnya dukungan organisasi merupakan suatu persepsi pegawai bahwa dirinya dihargai dan diperhatikan oleh organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja. Bila organisasi memperhatikan dan menghargai upaya yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan perusahaan maka individu akan mempersepsikan
bahwa organisasi memberikan dukungan terhadap mereka. Rhoades and Eisenberger dalam Nursiah Fitri (2008) menyatakan, “Kepedulian, rasa dihargai dankeanggotaan diyakini berhubungan dukungan organisasi, untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional pegawai sehingga peran dan identitas sosial menjadi terintegrasi dengan organisasi“.
## Pengertian Pengembangan Profesi Dosen
Menurut Hasibuan (2014:69), “Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan”. Menurut Andrew F.Sikula dalam Hasibuan (2014:70), pengembangan mengacu pada masalah staf dan poersonel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang mengunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum. Menurut Jan Bella dalam Hasibuan (2014:70), pendidikan dan latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam kelas, berlansung lama, dan biasanya menjawab why. Latihan berorientasi pada praktek, dilakukan di lapangan, berlangsung singkat, dan biasanya menjawab how . Menurut Lev Vygotsky – teori ini juga disebut sebagai “ Kontruktivisme Sosial “. Dia percaya bahwa bahasa, khususnya inner speech memainkan peran utama dalam pengembangan diri. Sedangkan menurut Lawrence Kohlberg – teori ini bertujuan sebagai pengembangan diri penalaran moral. Bagaimana individu berpikir tentang situasi bermoral. Menganjurkan mengajar penalaran moral melalui penyajian dilema moral.
Pengembangan dapat berupa pengembangan secara informal, yaitu karyawan atas keinginandan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya, menunjukkan bahwa karyawan tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuan kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena prestasi kerja karyawan semakin besar, disamping efisiensi dan produktivitasnya juga semakin baik, dan pengembangan secara formal, yaitu karyawan ditugaskan perusahaan untuk
mengikuti pendidikan atau latihan, baik yang dilakukan perusahaan maupun yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan dilakukan perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini maupun masa datang, yang sifatnya non karier atau peningkatan karier seseorang karyawan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan arti dosen sebagai tenaga pengajar pada Perguruan Tinggi. Sedangkan menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 2, dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Jadi, dosen adalah tenaga pendidik profesional pada Perguruan Tinggi. Jabatan dosen dapat dikatakan sebuah profesi karena menjadi seorang dosen dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar, mengelola kelas, merancang pengajaran, melakukan penelitian, dan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat) dan dari pekerjaan ini seseorang dapat memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Akan tetapi hakikat profesinya sebagai dosen menuntut agar seseorang bukan hanya mencari nafkah hidup, melainkan kesediaannya untuk melayani sesama. Profesi dosen juga disebut sebagai profesi yang luhur. Dalam hal ini, perlu disadari bahwa seorang dosen dalam melaksanakan profesinya dituntut adanya budi luhur dan akhlak yang tinggi.
Menurut Danim dalam Yuliantini (2013), Pengembangan profesi dapat dilakukan dengan multi wadah dan multicara seperti studi lanjut bergelar, studi lanjut non gelar, penataran, kursus-kursus, belajar sendiri, mengadakan penelitian, mengikiti lokakarya, seminar, pertemuan ilmiah, pengabdian masyarakat dan lain sebagainya. Pengembangan Profesi Dosen dalam penelitian ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 1 ayat 9 menyebutkan, Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; ayat 10 menyebutkan Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi; ayat 11 menyebutkan Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang
memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ayat 12 menyebutkan Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
Gambar 1: Paradigma ganda dengan tiga variable independen
Berdasarkan paradigma diatas terdapat tiga variable independen yaitu Kompetensi Dosen (X 1 ), Disiplin Kerja Dosen (X 2 ), dan Dukungan Organisasi (X 3 ), serta satu variable dependen yaitu Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y), yang merupakan variabel- variabel dalam penelitian ini. Kerangka berpikirnya adalah : Jika Kompetensi Dosen, Disiplin Kerja Dosen dan Dukungan Organisasi berjalan dengan baik maka Pengembangan Profesi Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang akan optimal dan sesuai harapan.
Y X2 X3 X1 r1 r2 r3 R R,x 1 , x 2 , x 3 , y
Adapun kerangka berpikir dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
## INPUT
• Masih ada beberapa dosen yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya • Masih terlihat dosen yang datang
telambat
• Masih ada beberapa dosen yang mengajar tanpa alat pendukung yang memadai (infocus)
## KONTEKS
• Tuntutan Masyarakat
• Kebijakan
pemerintah
• Landasan hukum
• Tuntutan globalisasi Visi Misi
Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang
## PROSES
Kompetensi Dosen (X 1 ) 1) Kompetensi Pedagogik 2) Kompetensi Kepribadian 3) Kompetensi Sosial 4) Kompetensi Profesional Sumber ; UU No.14
Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen
Dukungan Organisasi (X 3 )
1) Sikap Organisasi Terhadap Ide-Ide Pegawai 2) Respon Terhadap Pegawai Yang Menghadapi Masalah 3) Respon Terhadap Kesejahteraan Pegawai Sumber ; Elsenberger dalam Nursiah Fitri (2008)
Disiplin Kerja (X 2 )
1) Tujuan dan
Kemampuan 2) Teladan Pimpinan 3) 3) Balas Jasa
4) 4) Keadilan 5) 5) Waskat 6) 6) Hukuman Sumber ; Malayu S.P. Hasibuan (2014:195)
## OUTPUT
## Pengembangan
Profesi Dosen (Y)
1) Pengembangan Secara Informal 2) Pengembangan
Secara Formal
Sumber ; Malayu S.P. Hasibuan (2014:72)
## OUTCOMES
• Produktivitas kerja tinggi (optimalisasi)
• Profesionalisa si meningkat
• Visi dan misi tercapai
UMPAN BALIK
## Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir “ Jika Kompetensi Dosen, Disiplin Kerja Dosen dan Dukungan Organisasi berjalan dengan baik maka Pengembangan Profesi Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang akan optimal dan sesuai dengan harapan semua pihak”, maka dapat dibuat suatu hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara Kompetensi Dosen (X 1 ) terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y);
2. Ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial Disiplin Kerja Dosen (X 2 ) terhadap antara Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y);
3. Ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara Dukungan Organisasi (X 3 ) terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y);
4. Ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara Kompetensi Dosen (X 1 ), Disiplin Kerja Dosen (X 2 ), dan Dukungan Organisasi (X 3 ) terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y) pada Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang.
## METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif dengan metode studi kasus pada perguruan tinggi Universitas Pamulang Fakultas Ekonomi. Dikatakan kuantitatif karena data-data yang digunakan berbentuk angka atau numerik, masalah yang diteliti sudah jelas dan populasinya luas. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010:23) bahwa metode kuantitatif akan digunakan dalam penelitian apabila : Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih, dengan tujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian observasi terstruktur yaitu observasi yang dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah
teruji validitas dan realibilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi (Sugiyono, 2014:198).
Penentuan variabel yang diteliti, peneliti melakukan pengujian data dengan kuesioner awal kepada beberapa responden expert yaitu dosen tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang. Di samping itu peneliti juga mengambil beberapa referensi dari penelitian terdahulu sebagai bahan acuan dan pembanding terhadap variabel-variabel penelitian yang akan dilakukan. Dari hasil kuesioner dan referensi penelitian terdahulu ini dapat menjadi dasar peneliti untuk menentukan dengan jelas variabel-variabel yang diteliti. Peneliti melakukan pengamatan langsung kepada responden dengan melakukan penyebaran kuisioner untuk dianalisis menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Gambar : Desain Penelitian
Pendahuluan Studi Pendahuluan Penelitian Sebelumnya Identifikasi dan Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Ujicoba Penelitian Prosedur Peneltian Populasi dan Sampling Operasional Variabel Penelitian Pengumpulan Data Coding, Editing & Processing Data Validitas dan Reliabilitas Analisis Data Pelaksanaan Kesimpulan dan Saran
## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Semua koefisiensi atau derajat pengaruh yang dihasilkan dari analisis, menunjukkan bahwa antar variabel baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, antara Kompetensi Dosen (X 1 ), Proses Administrasi Pengadaan Barang/Jasa (X 2 ), Proses Verifikasi Dokumen Pembayaran (X 3 ) memiliki pengaruh positif dan sangat kuat terhadap peningkatan Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y). Berikut rangkuman hasil uji hipotesis yang telah di jabarkan diatas:
1. Pengaruh Positif antara variabel Kompetensi Dosen (X 1 ) terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y), berdasarkan uji signifikansi koefisien determinasi dengan menggunakan uji-t diperoleh harga sebesar 5,729. Harga dengan dk=170 pada = 0,05 sebesar 1,974. Dengan demikian > , sehingga koefisien determinasi sangat signifikan. Tingkat
keeratan pengaruh antara Kompetensi Dosen (X 1 ) dengan Pengembangan Profesi Dosen (Y) ditunjukkan oleh korelasi ( ) sebesar 0,400, yang menunjukkan pengaruh sangat kuat. Dengan demikian penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh positif antara Kompetensi Dosen dan Pengembangan Profesi Dosen terbukti kebenarannya dan signifikan. Berarti semakin baik Kompetensi Dosen dalam melaksanakan tugasnya akan berdampak baik pula pada Pengembangan Profesi Dosen yang bersangkutan. Berdasarkan Koefisien determinasi yang merupakan kuadrat dan koefisien korelasi antara Kompetensi Dosen (X 1 ) dengan Pengembangan Profesi Dosen (Y) dan hasil yang diperoleh yaitu R Square ( R 2 ) = 0,160 berarti bahwa 16,00% varians yang terjadi dapat dijelaskan oleh varians Kompetensi Dosen (X 1 ) melalui Y = 1,884 + 0,444X 1 .
2. Hasil yang sama juga terjadi pada variabel Disiplin Kerja Dosen (X 2 ) yang berpengaruh positif terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y), berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t diperoleh harga sebesar 5,619. Harga dengan dk=170 pada = 0,05 sebesar 1,974. Dengan demikian > , sehingga koefisien
korelasi signifikan. Tingkat keeratan pengaruh antara Disiplin Kerja Dosen (X 2 )
dengan Pengembangan Profesi Dosen (Y) ditunjukkan oleh korelasi ( ) sebesar 0,394, nilai koefisien korelasi ini menunjukkan pengaruh kuat. Dengan demikian penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh positif antara Disiplin Kerja Dosen dan Pengembangan Profesi Dosen terbukti kebenarannya dan signifikan. Berarti semakin baik Disiplin Kerja Dosen dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi akan berdampak baik pula pada Pengembangan Profesi Dosen yang bersangkutan. Koefisien determinasi antara Disiplin Kerja Dosen (X 2 ) dengan Pengembangan Profesi Dosen (Y) diperoleh yaitu R Square ( R 2 ) = 0,155 berarti bahwa 15,50% varians yang terjadi pada Pengembangan Profesi Dosen (Y) dapat dijelaskan oleh varians Disiplin Kerja Dosen (X 2 ) melalui Y = 1,933 + 0,475X 2 .
3. Pengaruh positif antara variabel Dukungan Organisasi (X 3 ) terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y), berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t diperoleh harga sebesar 6,685. Harga dengan dk =170 pada = 0,05 sebesar 1,974, Dengan demikian > , sehingga koefisien korelasi signifikan. Berdasarkan hasil
pengujian signifikansi didapat nilai koefisien determinasi sebesar 0.454 menunjukkan pengaruh yang kuat. Dengan demikian penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh positif antara Dukungan Organisasi dan Pengembangan Profesi Dosen terbukti kebenarannya dan signifikan. Berarti semakin baik Dukungan Organisasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran akan berdampak baik pula pada Pengembangan Profesi Dosen yang bekerja pada institusi pendidikan yang menaunginya. Koefisien determinasi antara Dukungan Organisasi (X 3 ) dengan Pengembangan Profesi Dosen (Y) dan hasil yang diperoleh yaitu R Square ( R 2 ) = 0,206 berarti bahwa 20,60% varians yang terjadi pada Pengembangan Profesi Dosen (Y) dapat dijelaskan oleh varians Dukungan Organisasi (X 3 ) melalui Y = 1,759 + 0,521X 3 .
4. Hasil Uji F merupakan uji simultan antara variabel Kompetensi Dosen (X 1 ),
Disiplin Kerja Dosen (X 2 ), dan Dukungan Organisasi (X 3 ) yang berpengaruh
positif dengan Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y) berdasarkan hasil pengujian signifikansi pada tabel di atas, dapat disimpulkan F hitung (21,597) > F tabel (2,425) pada α = 0,05 sehingga hasil analisis data tersebut membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara variabel Kompetensi Dosen (X 1 ), PDisiplin Kerja Dosen (X 2 ), dan Dukungan Organisasi (X 3 ) terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y). Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama kompetensi dosen, disiplin kerja dosen, dan dukungan organisasi terhadap pengembangan profesi dosen tetap pada fakultas ekonomi Universitas Pamulang melalui persamaan garis regresi Y = 0,954 + 0,279X 1 + 0,115X 2 + 0,350X 3 sebesar 27,6%.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembahasan dan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi Dosen (X 1 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y), besar pengaruhnya adalah 16,00%. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara kompetensi dosen terhadap pengembangan profesi dosen tetap dapat diterima.
2. Disiplin Kerja Dosen (X 2 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y), besar pengaruhnya adalah 15,50%. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara disiplin kerja dosen terhadap pengembangan profesi dosen tetap dapat diterima.
3. Dukungan Organisasi (X 3 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y), besar pengaruhnya adalah 20,60%. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara dukungan organisasi terhadap pengembangan profesi dosen tetap dapat diterima.
4. Kompetensi Dosen (X 1 ), Disiplin Kerja Dosen (X 2 ), dan Dukungan Organisasi
(X 3 ) secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengembangan Profesi Dosen Tetap (Y), besar pengaruhnya adalah 27,60%. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara kompetensi dosen, disiplin kerja dosen, dan dukungan organisasi terhadap pengembangan profesi dosen tetap dapat diterima.
## SARAN
Dari analisis deskriptif data penelitian yang menyangkut seluruh permasalahan yang diuji dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Kepada para dosen agar lebih membuka diri lagi untuk menerima kritik dan saran serta pendapat orang lain dengan ikhlas dan kepada pihak fakultas khususnya dan UNPAM umumnya mengadakan pengarahan dan bimbingan teknis yang berhubungan dengan interaksi sosial secara berkesinambungan.
Diharapkan juga agar Dosen terlibat dalam organisasi masyarakat sebagai bentuk pengabdian masyarakat.
2. Kepada pihak UNPAM agar menambah jumlah pemasangan CCTV di setiap kelasnya sehingga fungsi kontrol manajemen lebih maksimal.
3. Kepada pihak UNPAM agar menambah sarana dan prasarana yang sesuai dengan jumlah dosen yang ada seperti infocus, spidol, white board, AC/kipas angin yang berfungsi, lampu yang terang, mengganti meja dan kursi yang sudah rusak.
## DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan , Penerbit PT. Rosadakarya, Bandung.
Ahidin, Udin, 2012, Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Kualitas Dosen dan Sumber Belajar Terhadap Keunggulan Bersaing Perguruan Tinggi Abad XXI , Tangerang. Dharma, Surya, 2012, Manajemen Kinerja , Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Eisenberger, R., Huntington, R., Hutchison, S., & Sowa, D., 1986, Perceived
Organizational Support . Journal of Applied Psychology Vol 71 No. 3 , 500-507.
Gouzali Saydam, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia “Human Resource”
Suatu Pendekatan Mikro , Penerbit Djanbatan, Jakarta.
Haryadi Sarjono dan Winda Julianita, 2011, SPSS vs Lisrel Sebuah Pengantar,
Aplikasi Untuk Riset , Penerbit Salemba Empat, Jakarta. http://forlap.ristekdikti.go.id/dosen
http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU0122012_full.pdf http://unpam.ac.id/index.php/web/data/
Jonathan Sarwono, 2012, Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS , Penerbit PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Mundarti, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dosen dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar di Prodi Kebidanan Magelang , Semarang.
Moeheriono, 2009, Pengukuran Kinerja Berbasasis Kompetensi , Ghalia, Bandung
Malayu, S. P. Hasibuan, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia , cetakan kesembilan, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Malayu S. P. Hasibuan, 2014, Manajemen Sumber Daya Manusia , Cetakan kedelapan belas, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Moh. Nazir, 2011, Metode Penelitian , Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Martinis Yamin, 2011, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP , Cetakan kelima, Penerbit Gaung Persada Press, Jakarta.
Ni Putu Ayu Yuliantini, dkk., 2013, Determinasi Kompetensi, Komitmen, dan
Dukungan Organisasi Terhadap Pengembangan Profesi Dosen di
Lingkungan Yayasan Triatma Surya Jaya Badung, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program
Studi Administrasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2013) , Singaraja. Nursiah Fitri, 2008, Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Pegawai Administrasi Politeknik Negeri Medan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ramadani, F. Juwita, 2010, Pengaruh Pengalaman Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru dan Karyawan di Sekolah Ora Et Labora Pamulang, Tangerang.
Rina Kurniasari, Umi Anugerah Izzati, 2013, Hubungan Persepsi Dukungan Organisasi Dengan Employee Engagement Pegawai Negeri Sipil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur , Jurnal Character. (Volume
02 Nomor 01 Tahun 2013), Surabaya.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2011, Profesi Keguruan, Cetakan keempat , Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif dan R&D) , Penerbit Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) , Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suparno Eko Widodo, 2015, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia , Cetakan kesatu, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sutrisno Edy, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Kencana Perdana Media Group, Jakarta.
Sutrisno Edy, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia , Penerbit Kencana Perdana Media Group, Jakarta.
T. Hani Handoko, 1995, Manajemen , Cetakan kesembilan,Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 , Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi , Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.
Wahyu I., Candra, 2010, Dampak Budaya Organisasi dan Disiplin Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai , Tangerang. Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja , penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta Wibowo, 2012, Manajemen Kinerja , Edisi III, penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Wibowo, 2016, Manajemen Kinerja , Cetakan Kesepuluh, Penerbit PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
www.perpustakaan.unpam.ac.id www.unpam.ac.id
## Halaman ini sengaja dikosongkan
(This page intentionally left blank)
|
d7afcb15-3b29-47f2-b24c-42d05157c8c1 | https://journal.fkpt.org/index.php/jtear/article/download/136/92 |
## Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Return on
Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2016
Ayu Silvia, Epriyanti *
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Baturaja, Palembang, Indonesia Email: [email protected]
Abstrak −Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Net Rofit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2014-2016 baik secara parsial maupun simultan. Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Nilai t-hitung variabel Net Profit Margin sebesar 1.810, Return On Assetss sebesar 0.370, Return On Equity sebesar 0.421 dan Debt To Equity Ratio sebesar 0.915 < 2.11991 artinya secara parsial keempat variabel tersebut tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan secara simultan Nilai F-hitung adalah 4.399 > F-tabel 3.01 menjelaskan bahwa masing-masing variabel memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2014-2016. Nilai Koefisien Determinasi (R 2 ) sebesar 0,405, berarti Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ) , Return On Equity (X 3 ) dan Debt To Equity Ratio (X4) memberikan kontribusi terhadap Harga Saham (Y) sebesar 4.05% sedangkan sisanya sebesar 59,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini seperti faktor internal dan eksternal.
Kata Kunci: Net Profit Margin; Return On Assets (ROA); Return On Equity (ROE); Debt To Equity Ratio (DER); Harga Saham
Abstract− This study aims to determine the influence Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA),Return On Equity (ROE), and Debt To Equity Ratio (DER) On The Stock Market in manufacturing companies listed at the Indonesia Stock Exchange (in for the 2014-2016 Periode. The analytical method used is quantitative method using multiple linear regression analysis tool. T-count value of the variable Net Profit Margin amounted to 1.810, Return on Assets amount to 0.370, Return on Equity of 0.421 and Debt To Equity Ratio of 0.915 <2.11991 t-table means partially these four variables do not have a significant influencet on the stock price. While simultaneously F-count is 4.399 >3.01 F-table explains that each variable has a significant influence on the stock price on manufacturing companies listed at the Indonesia Stock Exchange for the 2014-2016 periode. Determination coefficient value (R2) is 0.405, meaning Net Profit Margin (X1), Return on Assets (X2) and Return On Equity (X3), and Debt To Equity Ratio (X4) contributed to the stock price (Y) by 40.5% while the remaining 59.5% is influenced by other variables which are not included in this study such as internal factor and eksternal factor.
Keywords : Net Profit Margin; Return on Assets (ROA); Return On Equity (ROE); Debt To Equity Ratio (DER); Stock Price
## 1. PENDAHULUAN
Salah satu ciri perekonomian modern adalah adanya pasar modal sebagai salah satu elemen sistem ekonomi dan bisnis. Hiruk pikuk perekonomian negara-negara yang telah maju selalu ditandai dengan pesatnya perkembangan industri pasar modal. Pasar modal merupakan suatu pasar (tempat) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2011:4). Saat ini pasar modal telah menjadi bagian penting dalam pembangunan negara. Pasar modal juga menjadi tonggak pendanaan dalam dunia usaha. Hadirnya pasar modal sangat membantu perusahaan-perusahaan yang dapat mengembangkan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan tempat untuk para investor melakukan investasi. Dalam suatu negara, negara yang memiliki kondisi pasar modal yang baik tentu akan digemari oleh investor. Umumnya, investor maupun calon investor yang berminat membeli saham suatu perusahaan akan membeli saham yang bernilai tinggi dan menguntungkan dimata investor. Dalam menentukan pilihan investasinya, investor tentu saja akan mempertimbangkan banyak hal, diantaranya tingkat pengambilan resiko yang akan diterima ketika melakukan investasi pada suatu harga sekuritas (saham) di pasar modal suatu negara.
Ang (1997:62) mendefinisikan bahwa Harga saham merupakan nilai yang ditentukan oleh kekuatan penawaran jual beli saham pada mekanisme pasar tertentu dan juga merupakan harga jual dari investor yang satu ke yang lainnya. Harga saham pada suatu perusahaan menunjukkan nilai dari suatu prestasi perusahaan. Semakin naik nilai harga saham perusahaan tersebut maka akan menunjukkan prestasi yang baik, semakin banyak prestasi yang dimiliki perusahaan maka semakin banyak saham perusahaan tersebut diminati investor. Harga saham suatu perusahaan yang dapat diprediksi melalui profitabilitas perusahaan ini sudah seharusnya menjadi perhatian utama bagi para investor ataupun calon kreditur yang ingin menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut. Sebab tingkat profitabilitas mencerminkan efektivitas operasi bisnis suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Menurut Harahap (2013:304) profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Profitabilitas yang dapat menggabarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio. Investor atau calon investor akan tertarik dengan ukuran profitabilitas karena merupakan bagian dari total keuntungan yang dialokasikan kepada pemegang saham. Perusahaan yang sudah mapan dan mempunyai catatan profitabilitas yang baik dan laba yang stabil, akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk masuk kepasar modal dan dalam bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil
yang baru. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE).
Menurut Sudana (2011:23) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Harahap (2013:23) mendifinisikan Return On Assets (ROA) adalah rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Sedangkan menurut Sudana( 2011:22). Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat laba atau profitabilitas yang tinggi nantinya akan memiliki tingkat hutang atau solvabilitas yang rendah bagi perusahaan setiap periodenya. Menurut Harahap (3013:303) Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. indikator yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh solvabilitas ditunjukkan dengan Debt To Equity Ratio (DER). Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar.
Perusahaan manufaktur dipilih sebagai objek penelitian karena memegang peran penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2014-2016, yaitu berjumlah 144 perusahaan. Namun peneliti memilih tujuh (7) perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data yang diperlukan yaitu Net Profit Margin (NPM) , Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER) dan data Harga Saham. Berikut informasi kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2014-2016.
Tabel 1. Informasi Kinerja Keuangan Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Debt To Equity Ratio (DER) serta Harga Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2014-2016
No Nama perusahaan Tahun NPM (%) ROA (%) ROE (%) DER (X) Harga Saham (Rp) 1 PT. Gudang Garam, Tbk 2014 8.3 9.3 16.4 75.8 60700 2015 9.2 10.2 17.0 67.1 55000 2016 8.8 10.6 16.9 59.1 63900 2 PT.Sekar Bumi, Tbk 2014 5.80 13.15 27.91 1.12 970 2015 2.96 5.28 11.73 1.22 945 2016 1.41 2.11 5.74 1.72 640 3 PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 2014 10.94 5.40 6.16 13.92 353 2015 8.32 3.59 4.09 13.75 387 2016 8.63 3.38 3.80 12.48 400 4 PT.Delta Jakarta, Tbk 2014 13.38 28.33 37.54 31.49 390000 2015 12.11 18.34 22.50 22.29 5200 2016 15.30 21.18 25.16 18.39 5000 5 PT. Berlina, Tbk 2014 52.873 0.10 0.20 2.73 705 2015 11.737 0.07 0.5 1.20 730 2016 12.091 0.07 0.05 1.03 1100 6 PT. Unilever Indonesia. Tbk 2014 17.2 43.9 134.5 200.9 32300 2015 16.0 39.0 122.2 225.9 37000 2016 16.0 39.4 134.1 256.0 38800 7 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 2014 26.4 18.6 21.6 0.5 25000 2015 24.5 15.4 18.0 0.5 22325 2016 25.2 13.4 15.5 0.4 15400 Sumber : www.idx.co.id
Informasi kinerja keuangan pada tabel 1.1 menunjukaan bahwa setiap kenaikan atau penurunan angka rasio Net Profit Margin(NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Debt To Equity Ratio (DER) belum tentu dapat menyebabkan kenaikan dan penurunan juga terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur tersebut. Hal itu dapat di lihat dari perusahan yang terjadi pada PT. Gudang Garam, Tbk dimana nilai rasio NPM pada tahun 2014- 2015 mengalami kenaikan yaitu dari angka 8,3% ke 9,2% namun harga saham di tahun tersebut justru mengalami penurunan yaitu dari harga saham Rp 60.700 menjadi Rp 55.000. di tahun 2015-2016 nilai rasio NPM perusahaan ini kemudian mengalami penuruan dan harga sahamnya justru mengalami peningkatan, yaitu di mulai dari angka rasio 9,2% ke 8,8% dan harga saham dari Rp 55.000 menjadi Rp. 63.900. Dan terjadi pad PT. Unilever, tbk dimana angka rasio NPM tahun 2014-2016 menurun yang justru meningkatkan harga saham perusahan tersebut.
Kemudian pada variabel ROA terjadi pada perusahaan PT. Berlina, Tbk dimanana angka rasio ROA mengalami penurunan ditahun 2014-2015 dan bahkan tidak mengalami pergubahan angka rasio ROA di tahun 2015- 2016, namun justru mengalami kenaikan harga saham dalam tahun peneliti secara terus menerus. Dilihat dari angka rasio ROA tahun 2014-2015 yaitu 0,10% – 0,7% dan 0,7% . dimana harga saham yaitu Rp.705 – Rp.730 hingga Rp. 1100. Selain itu pada PT. Duta Pertiwi Nusantara,Tbk angka rasio ROA di tahun penelitian 2014-2016 mengalami penurunan secara terus menerus yaitu dari angka rasio 5,40% ke 3,59% hingga menjadi 3,38% namun harga saham
ditahun tersebut justru mengalami peningkatan yaitu dimulai dari harga saham Rp.353 ke Rp. 387 hingga mencapai Rp.400. di PT. Delta Djakarta angka rasio ROA di tahun 2015-2016 mengalami peningkatan, namun harga sahamnya menurun.
Pada Variabel ROE terjadi pada perusahaan PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk dimana angka rasio di tahun 2014-20*16 selalu menurun yang justru meningkatkan harga saham, yaitu dar angka rasio ROE 6,16% – 4,09% hingga 3,80%. Dan harga saham yang dimualai dari Rp.353 – Rp.387 hingga mencapai Rp. 400. Kedmudian terjadi pada PT, Gudang Garam, Tbk di tahun 2014-2015 dimana angka rasio ROE meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan harga saham. Dalam variabel DER dapat dilihat pada perusahan PT.Delta Djakarta, Tbk dimana penurunan DER tidak diikuti oleh pergerakan harga saham yang justru harga saham ikut menurun. Dilihat dari angka DER dari tahun 2014-2016 mencapai 31,49 – 22,29 hingga 18,39 dan harga saham yang dimulai dari Rp. 390.000 – Rp. 5.200 hingga mencapai Rp. 5.000. Berdasarkan fenomena inilah penelitian ini dilakukan.
## 2. METODOLOGI PENELITIAN
## 2.1 Rasio Keuangan
Menurut Van Home dalam (Kasmir, 2016:104), rasio keuangan merupakan indeks yang menggabungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Jadi, rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang dibandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Fahmi (2016:49) Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap representif untuk diterapkan. Rasio keuangan ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kodisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umunya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan.
Dari bentuk-bentuk dasar rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok rasio yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas. Dalam penelitian ini, penulis menitik beratkan hanya pada dua rasio keuangan saja yaitu rasio profitabiltias dengan indikator Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) , Return On Equity (ROE) , dan rasio solvabilitas dengan indikator Debt To Equity Ratio (DER).
## 2.2 Rasio Profitabilitas
Laba atau profit telah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi pemenuhan kebutuhan perusahaan. Perusahaan yang berorientasi laba akan berupaya sedapat mungkin untuk dapat menghasilkan profit. Laba diperlukan perusahaan untuk membayar berbagai kewajiban perusahaan serta kepentingan investasi untuk perluasan usaha. Menurut Riyanto (2011:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Perusahaan dengan kemampuan menghasilkan laba yang baik menunjukkan kinerja perusahaan yang baik pula sebab profitabilitas sering dijadikan sebagai ukuran untuk menilai kinerja perusahaan.
Rasio profitabilitas menunjukkan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Heuston (2010:146) rasio profitabilitas merupakan rasio yang mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional. Rasio ini sebagai ukuran apakah pemilik atau pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian yang pantas atas investasinya. Menurut Kamaludin (2012:45) rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Karena profitabilitas dalam konteks analisis rasio mengukur pendapatan menurut rugi laba dengan nilai buku investasi.
## 2.2.1 Net Profit Margin (NPM)
Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih atas penjualan (Kasmir, 2016 : 200) Bastian, dkk (2006:299) dalam (Rizkiansyah, 2011) Net Profit Margin Adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan berapa besar presentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan terebut. Semakin besar rasio ini, maka dianggapbaik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
## 2.2.2 Return On Assets (ROA)
Menurut Kasmir (2016:201) Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA atau ROI juga merupakan suatu ukuran tentang aktivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Senakin rendah (kecil) rasio ini semakin kurang baik,
demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Menurut Lestari, dkk (2007:196) dalam (Rizkiyansah, 2011) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut dipasar modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA berpengaruh terhadap harga saham perusahaan .
## 2.2.3 Return On Equity (ROE)
Menurut Sudana (2011:22). Return On Equity (ROE) Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimilik perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang di lakukan oleh pihak manajemen perusahaan. ROE menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan pengembalian pada pemegang saham, semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham.
## 2.3 Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2011:303) Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
## 2.3.1 DER (Debt To Equity Ratio)
Debt To Equity Ratio (DER). Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar (Harahap, 2011:303). Menurut Kasmir (2011:156) Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Apabila rasio tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka akan semakin sulit bagi perusahaan memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang- utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Semakin rendah DER menandakan menandakan modal yang digunakan dalam operasional perusahaan semakin kecil, sehingga resiko yang ditanggung investor akan semakin kecil dan akan mampu meningkatkan harga saham
## 2.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan yang dipublikasikan pada tahun 2014-2016. Sedangkan yang menjadi tempat penelitian dalam peneliti ini adalah tujuh (7) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016.
## 2.5 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang dipergunakan berupa data sekunder. Menurut Supardi (2014:16), data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan Tahunan perusahaan untuk data NPM, ROA, ROE dan DER serta harga saham yang diperoleh dari situs www.idx.co.id .
## 2.6 Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2014:173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.
Populasi dari penelitian ini berupa data laporan keuanggan dari 144 perusahaan manufaktur periode 2014- 2016, Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling . dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representive dengan kriteria sebagai berikut:
1. Terdapat laporan keuangan perusahaan manufaktur yang listed di BEI periode 2014 sampai 2016.
2. Menyajikan data laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data yang di perlukan yaitu laporan Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER) Serta Harga Saham dari tahun 2014-2016
3. Merupakan perusahaan manufaktur yang menjual saham kepada publik secara terus-menerus dari tahun 2014- 2016.
Berdasarkan kriteria tersebuat ada dua puluh satu (21) data laporan keuangan dari tujuh (7) perusahaan manufaktur dalam periode 2014-2016 yang memenuhi kriteria diatas. Sedangkan data laporan keuangan dari 137 perusahaan lainnya tidak diteliti karena tidak memenuhi kriteria diatas. Adapun daftar data laporan keuangan perusahaan manufaktur tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Daftar Data Laporan Keuangan dari Tujuh (7) Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2014-
2016 No Nama perusahaan Tahun NPM (%) ROA (%) ROE (%) DER (X) 1 PT. Gudang Garam, Tbk 2014 8.3 9.3 16.4 75.8 2015 9.2 10.2 17.0 67.1 2016 8.8 10.6 16.9 59.1 2 PT.Sekar Bumi, Tbk 2014 5.80 13.15 27.91 1.12 2015 2.96 5.28 11.73 1.22 2016 1.41 2.11 5.74 1.72 3 PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 2014 10.94 5.40 6.16 13.92 2015 8.32 3.59 4.09 13.75 2016 8.63 3.38 3.80 12.48 4 PT.Delta Jakarta, Tbk 2014 13.38 28.33 37.54 31.49 2015 12.11 18.34 22.50 22.29 2016 15.30 21.18 25.16 18.39 5 PT. Berlina, Tbk 2014 52.873 0.10 0.20 2.73 2015 11.737 0.07 0.5 1.20 2016 12.091 0.07 0.05 1.03 6 PT. Unilever Indonesia. Tbk 2014 17.2 43.9 134.5 200.9 2015 16.0 39.0 122.2 225.9 2016 16.0 39.4 134.1 256.0 7 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 2014 26.4 18.6 21.6 0.5 2015 24.5 15.4 18.0 0.5 2016 25.2 13.4 15.5 0.4 Sumber : www.idx.co.id
## 2.7 Model Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008:13) model analisis data kuantitatif dapat didefinisikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
## 2.7.1 Uji Asumsi Klasik
Menurut Sunyoto (2011:131) uji asumsi klasik adalah beberapa asumsi yang mendasari validitas analisa regresi linear berganda. Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yaitu uji asumsi normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
## a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual berdistribusi secara normal atu tidak (Priyatno, 2011:77). Cara yang digunakan untuk menguji normalitas pada model regresi yaitu menggunakan (norma; P-Plot) untuk melihat grafik. Dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan dalam deteksi normalitas :
a. jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal adan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
## b) Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinieritas dilakukan dalam rangka menguji apakah dalam model ganda ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas. Untuk mengetahui terjadi multikolinearitas diantara variabel bebas dalam suatu model regresi dilakukan dengan melihat atau menguji nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) atau nilai Tol ( Tolerence ) (Sunyoto, 2011:158). Dalam kriteria pengujiannya dapat dinyatakan apabila :
a. Mempunyai angka Tolerance di atas (>) 0,05
b. Mempunyai nilai VIF di bawah (<) 20
c) Uji Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu diuji mengenai sama atau tidak sama varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut homoskedasitisitas dan jika variansnya tidak sama disebut heteroskedastisitas. Terjadi homoskedastisitas jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara Zpred dan Sresid menyebar di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur. Terjadi heteroskedastisitas jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar, maupun bergelombang-gelombang (Sunyoto, 2011:134).
d) Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sunyoto, 2011:134) : 1. Terjadi autokorelasi positif jika nilai Dw dibawah -2 (DW < -2)
2. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW di antara -2 dan +2
3. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 (> +2)
## 2.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Sunyoto (2011:126) regresi linier berganda adalah suatu alat pengujian yang dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan masing-masing nilai koefisien regresi (b 1 ) secara simultan terhadap variabel terikat (Y). Persamaan secara umum regresi linear berganda adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Y = harga saham a = bilangan konstanta
b 1 , b 2 , b 3, b 4 = koefisien regresi X 1
= net profit margin
X 2 = return on assets
X 3 = return on equity
X 4
=Debt To Equity Ratio e = standard error
## 2.7.3. Pengujian Hipotesis
Menurut Arikunto (2014:110) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
## 2.7.3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji satistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (sunyoto, 2011:24). Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut: a. Merumusan Hipotesis 1) Net Profit Margin (X 1 ) terhadap Harga Saham (Y) Ho : b 1 = 0,artinya net profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
Ha : b 1 ≠ 0,artinya net profit margin berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
2) Return On Assets (X 2 ) terhadap Harga Saham (Y) Ho : b 2 = 0,artinya return on assets tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
Ha : b 2 ≠ 0, artinya return on assets berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
3) Return On Equity (X 3 ) terhadap Harga Saham (Y) Ho : b 3 = 0, artinya return on equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
Ha : b 3 ≠ 0,artinya return on equity berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
4) Debt To Equity Ratio ( X 4 ) Terhadap Harga Saham (Y) Ho : b 4 = 0, Debt To Equity Ratio artinya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
Ha : b 4 ≠ 0, artinya Debt To Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
b. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (α = 5%)
c. Menentukan t hitung
Nilai t hitung diolah menggunakan bantuan program SPSS 16. d. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan derajat kebebasan (dk) = n-k-1 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen).
e. Kriteria Pengujian:
Ho diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 x 4 e
## 2.7.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Sunyoto, 2011:126). Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1. Merumusan Hipotesis:
Ho : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0, artinya net profit margin, return on assets, return on equity dan Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ 0, artinya net profit margin, return on assets, return on equity dan Debt To Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (α = 5%)
3. Menentukan F hitung Nilai F hitung diolah menggunakan bantuan program SPSS 16. 4. Menentukan F tabel Tabel distribusi F dicari pada tingkat keyakinan 95%, α = 5% (uji satu sisi), df 1 (jumlah variabel – 1) dan df 2 (n-k-1) (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen).
5. Kriteria Pengujian:
Ho diterima jika F hitung < F tabel Ho ditolak jika F hitung > F tabel Membandingkan F hitung dengan F tabel 7. Gambar
Gambar 1. Kurva Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)
## 6. Kesimpulan
2.7.4 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Menurut Priyatno (2011:251), analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependent. Menurut Sartono (2001) bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas yang digunakan 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑𝑅 2 sebagai koefisien determinasi. Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah di sesuaikan.
## 2.8 Batasan Operasional Variabel
Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberikan penjelasan atau keterangan tentang variabel-variabel operasional sehingga dapat diamati atau diukur. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya.
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independent yang akan dioperasionalkan yaitu Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return On Equity (X 3 ), dan Debt To Equit Ratio (X 4 ) dan variabel dependent yaitu Harga Saham (Y). Untuk lebih jelas variabel-variabel penelitian dapat dioperasionalisasikan sebagai berikut :
Tabel 3. Batasan Operasional Variabel
NO Variabel Definisi Indikator 1 Net Profit Margin (NPM) (X 1 ) Rasio untuk mengukur Keuntungan dengan membandingkan anatra laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Laba setelah pajak Penjualan Ho Diterima Ho Ditolak
NO Variabel Definisi Indikator 2 Return On Assets (ROA) (X 2 ) Menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Laba setelah pajak Total Aktiva 3 Return On Equity (ROE) (X 3 ) Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimilik perusahaan. Laba setelah pajak Ekuitas 4 Debt To Equity Ratio (DER) (X 4 ) Rasio yang menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang- utang kepada pihak luar. Yaitu menilai total utang dengan ekuitas. Total Hutang Ekuitas 5 Harga Saham (Y) Nilai yang ditentukan oleh kekuatan penawaran jual beli saham pada mekanisme pasar tertentu dan juga merupakan harga jual dari investor yang satu ke yang lainnya. Harga Penutupan Saham (Closing Price)
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Hasil Analisis
3.1.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini didapatkan sumber data sekunder atau data jenis planel dari perusahaan manufaktur yang terdaptar di BEI periode 2014-2016. Deskripsi data dilakukan pada variabel-variabel yang diujikan yaitu Net Profit Margi (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) , dan Debt To Equity Ratio (DER) DAN Harga Saham. Berikut data rata-rata hasil deskripsi datanya :
Tabel 4. Informasi Kinerja Keuangan Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Debt To Equity Ratio (DER) serta Harga Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2014-2016
No Nama perusahaan Tahun NPM (%) ROA (%) ROE (%) DER (X) Harga Saham (Rp) 1 PT. Gudang Garam, Tbk 2014 8.3 9.3 16.4 75.8 60700 2015 9.2 10.2 17.0 67.1 55000 2016 8.8 10.6 16.9 59.1 63900 2 PT.Sekar Bumi, Tbk 2014 5.80 13.15 27.91 1.12 970 2015 2.96 5.28 11.73 1.22 945 2016 1.41 2.11 5.74 1.72 640 3 PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 2014 10.94 5.40 6.16 13.92 353 2015 8.32 3.59 4.09 13.75 387 2016 8.63 3.38 3.80 12.48 400 4 PT.Delta Jakarta, Tbk 2014 13.38 28.33 37.54 31.49 390000 2015 12.11 18.34 22.50 22.29 5200 2016 15.30 21.18 25.16 18.39 5000 5 PT. Berlina, Tbk 2014 52.873 0.10 0.20 2.73 705 2015 11.737 0.07 0.5 1.20 730 2016 12.091 0.07 0.05 1.03 1100 6 PT. Unilever Indonesia. Tbk 2014 17.2 43.9 134.5 200.9 32300 2015 16.0 39.0 122.2 225.9 37000 2016 16.0 39.4 134.1 256.0 38800 7 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 2014 26.4 18.6 21.6 0.5 25000 2015 24.5 15.4 18.0 0.5 22325 2016 25.2 13.4 15.5 0.4 15400 Sumber : www.idx.co.id
Asumsi klasik yang diuji dalam penelitian ini meliputi Uji Normalitas, Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, Dan Autokolerasi. Berikut rincian pengujian tersebut :
## Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual berdistribusi secara normal atu tidak (Priyatno, 2011:77). Cara yang digunakan untuk menguji normalitas pada model regresi yaitu menggunakan (normal P-Plot) untuk melihat grafik. Dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan dalam deteksi normalitas :
a. jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal adan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 2. P-Plot Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa titik menyebar di sekitar garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal.
## Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinieritas dilakukan dalam rangka menguji apakah dalam model ganda ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas. Untuk mengetahui terjadi multikolinearitas diantara variabel bebas dalam suatu model regresi dilakukan dengan melihat atau menguji nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) atau nilai Tol ( Tolerence ) (Sunyoto, 2011:158). Dalam kriteria pengujiannya dapat dinyatakan apabila :
a. Mempunyai angka Tolerance di atas (>) 0,05
b. Mempunyai nilai VIF di bawah (<) 20
Tabel 5. Uji multikolinieritas
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) LN_NPM .966 1.035 LN_ROA .065 15.291 LN_ROE .061 16.431 LN_DER .708 1.412 a. Dependent Variable:
## LN_HARGASAHAM
Sumber : hasil olah data SPSS 16
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa semua variabel meliliki nilai tolerence > 0,05 dan VIF < 20, Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar semua variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.
## Uji Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu diuji mengenai sama atau tidak sama varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut homoskedasitisitas dan jika variansnya tidak sama disebut heteroskedastisitas. Terjadi homoskedastisitas jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara Zpred dan Sdresid menyebar di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur. Terjadi heteroskedastisitas jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar, maupun bergelombang-gelombang (Sunyoto, 2011:134).
Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 3 terlihat bahwa penyebaran residual adalah teratur, hal tersebut dapat dilihat pada scatterplot yang terpancar dengan hasil demikian disimpulkan model regresi yang digunakan dinyatakan baik dan layak untuk digunakan karena tidak terjadi heteroskrdastisitas.
## Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sunyoto, 2011:134) : 1. Terjadi autokorelasi positif jika nilai Dw dibawah -2 (DW < -2)
2. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW di antara -2 dan +2
3. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 (> +2)
Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 1.607 a. Predictors: (Constant), LN_DER, LN_NPM, LN_ROA, LN_ROE b. Dependent Variable:
## LN_HARGASAHAM
Sumber : hasil olah data SPSS 16
Berdasarkan tabel 6 tersebut, dapat diketahui bahwa hasil DW sebesar 1.607 maka tidak terjadi autokolerasi karena (-2 < 1.607 < +2).
## Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return On Equity (X 3 ), dan Debt To Equity Ratio (X 4 ) terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2014-2016. Analisis dalam penelitian ini meggunakan analisis regresi dengan menggunakan SPSS 16. Hasil data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Uji Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.871 1.428 LN_NPM .896 .495 .318 LN_ROA .273 .738 .250 LN_ROE .318 .755 .294 LN_DER .187 .205 .188
a. Dependen Variable: LN_HARGASAHAM
Sumber : hasil olah data SPSS 16
Hasil Pengujian regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan sebagai berikut : Y = 4.871 + 0.896X 1 + 0.273X 2 + 0.318X 3 + 0.187X 4
Journal of Trends Economics and Accounting Research Vol 1, No 3, Maret 2021, pp 107-122 ISSN 2745-7710 (Media Online) Website https://journal.fkpt.org/index.php/jtear
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda diatas, dapat diinterprestasikan sebagai berikut : a. Nilai konstanta sebesar 4.871, bernilai positif yang berarti jika variabel Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return On Equity (X 3 ), dan Debt To Equity Ratio (X 4 ) nilainya nol (tidak ada) maka harga saham sebesar 4.871.
b. Nilai koefisien regresi variabel Net Profit Margin (X 1 ) sebesar 0.896 bernilai positif berarti jika variabel Net Profit Margin (X 1 ) naik 1% maka variabel harga saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016 akan mengalami peningkatan sebesar 0.896 %.
c. Nilai koefisien regresi Return On Assets (X 2 ) sebesar 0.273 bernilai positif berarti jika variabel Return On Assets (X 2 ) naik 1 % maka variabel harga saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016 akan mengalami peningkatan sebesar 0.273%
d. Nilai koefisien regresi variabel Return On Equity (X 3 ) sebesar 0.318 bernilai positif berarti jika variabel Return On Equity (X 3 ) naik 1 % maka variabel harga saham pada Perusahaan Manufaktur ynag terdaftar di BEI periode 2014-2016 akan mengalami peningkatan sebesar 0.318 %.
e. Nilai koefisien regresi variabel Debt To Equity Ratio (X 4 ) sebesar 0.187 bernilai positif berarti jika variabel Debt To Equity Ratio (X 4 ) naik 1 % maka variabel harga saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016 akan mengalami peningkatan sebesar 0.187 %.
## Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Uji t digunkan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial atau satu variabel. Pengujian regresi digunakan pengujian dua arah dengan menggunakan alpha = 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan sebesar 95%.
Tabel 8. Uji Hipotesis Parsial Model T Sig. 1 (Constant) 3.412 .004 LN_NPM 1.810 .089 LN_ROA .370 .716 LN_ROE .421 .680 LN_DER .915 .374 a. Dependent Variable: LN_HARGASAHAM
Sumber: hasil olah data SPSS 16
Variabel Net Profit Margin (X 1 ) terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 8 didapatkan koefisien hasil t hitung menunjukkan nilai t hitung variabel Net Profit Margin (X 1 ) sebesar 1.810 pada tingkat kepercayaan 95% atau alpha sebesar = 5% di dapatkan t tabel sebagai berikut (dk=n-k-1) = 21-4-1 = 16 diperoleh t tabel sebesar 2.11991 maka dapat disimpulkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (1.810 < 2.11991) artinya tidak ada pengaruh antara Net Profit Margin (X 1 ) terhadap Harga Saham (Y) Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di BEI Periode 2014-2016.
Ho Ditolak Ho Diteriam Ho Ditolak
-2.11991 0 1.810 2.11991
Gambar 4. Uji Parsial Net Profit Margin
Variabel Return On Assets (X 2 ) terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan koefisien hasil t hitung menunjukkan nilai t hitung variabel Return On Asset (X 2 ) sebesar 0.370 pada tingkat kepercayaan 95% atau alpha sebesar = 5% di dapatkan t tabel sebagai berikut (dk=n-k-1) =21-4-1= 16 diperoleh t tabel sebesar 2.11991 maka dapat disimpulkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (0.370 <2.11991) artinya tidak ada pengaruh antara Return On Assets (X 2 ) terhadap harga saham (Y) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016.
Ho Ditolak Ho Diterima Ho Ditolak
-2.11991 0 0.370 2.11991
Gambar 5. Uji Hipotesis Parsial Return On Assets
Variabel Return On Equity (X 3 ) terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan koefisien hasil t hitung menunjukkan nilai t hitung variabel Return On Equity (X 3 ) sebesar 0.421 pada tingkat kepercayaan 95% atau alpha sebesar = 5% di dapatkan t tabel sebagai berikut (dk=n-k-1) =21-4-1= 16 diperoleh t tabel sebesar 2.11991 maka dapat disimpulkan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (0.421 < 2.11991) artinya tidak ada pengaruh secara signifikan antara Return On Equity (X 3 ) terhadap harga saham (Y) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016.
Ho Ditolak Ho Diterima Ho Ditolak
-2.11991 0 0.421 2.11991
Gambar 6. Uji Hipotesis Parsial Return On Equity
Variabel Debt To Equity Ratio (X 4 ) terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan koefisien hasil t hitung menunjukkan nilai t hitung variabel Debt To Equity Ratio (X 4 ) sebesar 0.915 pada tingkat kepercayaan 95% atau alpha sebesar = 5% di dapatkan t tabel sebagai berikut (dk=n- k-1) = 21-4-1 = 16 diperoleh t tabel sebesar 2.11991 maka dapat disimpulkan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (0.915 < 2.11991) artinya tidak ada pengaruh antara Debt To Equity Ratio (X 4 ) terhadap Harga Saham (Y) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016.
Ho Ditolak Ho Diterima Ho Ditolak
-2.11991 0 0.915 2.11991
Gambar 7. Uji Parsial Debt To Equity Ratio
Pengujian Hipotesis Secara Simultan Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return OnEquity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014- 2016. Uji F dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan (a) = 5%, dengan derajat kebebasan (df=n-k-1) (df=21- 4-1=16) hasil diperoleh untuk F tabel Sebesar 3.01. Pengambilan keputusan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel yaitu jika F hitung > F tabel artinya diantara variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Uji Hipotesis Simultan Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 49.304 4 12.326 4.399 .014 a Residual 44.828 16 2.802 Total 94.132 20
a. Predictors: (Constant), LN_DER, LN_NPN, LN_ROA, LN_ROE
## b. Dependent Variable: LN_HARGASAHAM
## Sumber : hasil olah data SPSS 16
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan nilai F hitung 4.399 hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan F tabel pada tingkat kepercayaan 95% atau alpha = 5% di dapat pada tabel sebesar 3.01 jadi F hitung 4.399 > F tabel 3.01 maka H 0 ditolak artinya secara keseluruhan Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return OnEquity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ) berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016
Tolak Ho
(a/2)
3.01 4.399
Gambar 8. Uji-F dengan tingkat keyakinan 95%
## 3.1.3 Analisis Koeffisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi menunjukkan besarnya kontribusi atau besarnya pengaruh semua variabel independen yaitu Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return OnEquity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ) terhadap variabel dependent Harga Saham (Y). Hasil analisis ditunjukkan pada tabel 5.7 model summary sebagai berikut :
Tabel 10. Uji Determinasi
Model R R Square
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .724 a .524 .405 1.67385 a. Predictors: (Constant), LN_DER, LN_NPN, LN_ROA, LN_ROE b. Dependent Variable:
## LN_HARGASAHAM
Sumber : hasil olah data SPSS 16
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh angka penelitian yaitu kemampuan dari variabel Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return On Equity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ) terhadap variabel dependen Harga Saham (Y). Nilai Adjusted R Square dari penelitian ini adalah 0.405 berarti harga saham (Y) diprngaruhi sebesar 40.5% oleh Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return OnEquity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ). Sedangkan sisanya sebesar 59.5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti seperti faktor internal dan eksternal (Alwi, 2003 : 87).
## 3.1.4 Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil uji secara parsial dari penelitian ini menunjukkan bahwa Net Profit Margin (NPM) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung Net Profit Margin (X 1 ) sebesar 1.810 kemudian dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan rumus df = n-k-1 yaitu df = 21- 4-1=16 diperoleh t tabel sebesar 2.11991. Jadi t hitung < t tabel yaitu 1.810 < 2.11991 maka terima H 0 dan Ha ditolak, artinya tidak ada berpengaruh yang signifikan antara Net Profit Margin (X 1 ) terhadap Harga Saham (Y) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2014-2016.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizkiansyah (2011) tentang “Analisis Pengaruh ROA, ROE, NPM dan EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan pada Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010”. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa Secara parsial variabel NPM tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Net profit margin (NPM) merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam memantau profitabilitas perusahaan. NPM memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap penjualan (kasmir,2016:200). Dalam penelitian ini NPM tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Tinggi rendahnya NPM belum tentu mempengaruhi harga saham dan minat investor untuk menanamkan sahamnya. Karena kondisi demikian dapat disebabkan oleh investor lebih memperhatikan rasio lain seperti Earning Per Share (EPS) Karena informasi yang didapat dari EPS lebih jelas dalam memperlihatkan potensi keuntungan ( return ) yang dapat
Terima Ho
diperoleh investor untuk setiap lembar saham dan menggambarkan prosfek earning perusahaan dimasa yang akan datang.
## 3.1.5 Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Harga Saham
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) di dapat nilai t hitung sebesar 0.370 kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan rumus (df = n-k-1) = 20-1-1 = 18 diperoleh t tabel 2.11991. Jadi t hitung 0.370 < t tabel 2.11991 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara Return On Assets (X 2 ) terhadap Harga Saham (Y) Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2014-2015. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakuakan oleh Itabillah (2013) yang melakukan penelitian tentang “Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER, dan PBV terhadap Harga Saham Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode 2008-2011”. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa secara parsial ROA berpengaruh terhadap harga saham. Namun sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitaningtyas tentang “Prediksi Pergerakan Harga Saham Menggunakan Analisis Profitabilitas (NPM, ROA, ROE dan EPS) pada Perusahaan Non Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2016”. dimana Hasil penelittiannya menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Kondisi ini menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan untuk mengendalikan seluruh biaya-biaya operasional dan non operasional sangat rendah karena perusahaan lebih banyak memiliki total aktiva dibandingkan dengan laba bersih, kemungkinan banyak aktiva yang menganggur akibatnya hanya sebagian investor yang melirik dari segi profit assets.
## 3.1.6 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Retrun On Equity (ROE) di dapat nilai t hitung sebesar 0.421 kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan rumus (df = n-k-1) = 21-4-1 = 16 diperoleh t tabel 2.11991. Jadi t hitung 0.421< t tabel 2.11991 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara Return On Equity (X 3 ) terhadap Harga saham (Y) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2014-2016. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Qoribulloh (2013) tentang Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2011 dan Lastari (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh NPM, ROA, dan ROE terhadap Harga Saham Pada PT. Gudang Garam, Tbk periode 2010-pengaruh terhadap Harga saham periode 2010-2014”. Keduanya menghasilkan kesimpulan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham.
ROE digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya (Sudana,2011:22). Hasil dari penelitian ini ROE tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang saham. Saat laba bersih turun dan modal naik maka ROE turun. Hal ini berarti dari total modal yang ada tidak dapat mempengaruhi harga saham. Dengan jumlah ekuitas yang tinggi maka mengakibatkan banyak dana yang kurang produktif sehingga perlu adanya pengalokasian dana yang dapat menghasilkan keuntungan.
## 3.1.7 Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Debt To Equity Ratio (DER ) di dapat nilai t hitung sebesar 0.915 kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan rumus (df = n-k-1) = 21-4-1 = 16 diperoleh t tabel 2.1199. Jadi t hitung 0.915 < t tabel 2.11991 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara Debt To Equity Ratio (X 4 ) terhadap Harga saham (Y) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2014-2016. Dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Valintino (2013) dan Puspitaningtyas (2017) telah menghasilkan dalam penelitiannya bahwa variabel DER juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap harga saham.
Debt To Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan (kasmir,2011:156). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa DER tidak berpengaruh tehadap harga saham. Besar kecilnya nilai DER dalam perusahaan tersebut belum tentu dapat mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham. Tinggi rendahnya DER bukan merupakan faktor yang mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya. Tinggi atau rendahnya hutang belum tentu mempengaruhi minat investor untuk menanamkanm sahamnya, karena investor melihat dari seberapa besar perusahaan mampu memanfaatkan hutangnya untuk operasional perusahaan tersebut, jika perusahaan berhasil memanfaatkan hutang untuk biaya operasional maka akan memberikan sinyal positif bagi investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dan harga saham akan naik, sebaliknya jika perusahaan gagal dalam memanfaatkan hutangnya maka akan memberikan sinyal negatif bagi investor.
3.1.8 Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham
Secara simultan didapatkan bahwa F hitung 4.399 > F tabel 3.01 maka Ho ditolak artinya secara keseluruhan Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return On Equity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ) berpengaruh terhadap
Journal of Trends Economics and Accounting Research Vol 1, No 3, Maret 2021, pp 107-122 ISSN 2745-7710 (Media Online) Website https://journal.fkpt.org/index.php/jtear
Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016. Nilai Adjusted R Square dari penelitian ini adalah 0.405 berarti harga saham (Y) dipengaruhi sebesar dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ). Sedangkan sisanya sebesar 59,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti seperti faktor internal dan eksternal (Alwi, 2003 : 87).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh. Pratama (2014) meneliti tentang pengaruh CR, DER, ROE, NPM dan EPS terhadap harga saham peruasahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2008-2011. Dan Itabillah (2013) yang melakukan penelitian tentang “Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER, dan PBV terhadap Harga Saham Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode 2008-2011”. Yang mana hasilnya manyatakan bahwa secara keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap harga saham.
Dari seluruh hasil penelitian ini diperoleh bahwa rasio profitabilitas yaitu Net rofit Margin, Return On assets, dan Return On Equity dan rasio solvabilitas yaitu Debt To Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, namun berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.variabel independent ini hanya memberikan kontribusi sebesar 40.5% terhadap harga saham. Dalam penelitian ini ditemukan penyimpangan atau tidak adanya kesesuaian antara teori dengan praktik yang ada. Secara teori menigkatnya variabel independen Net Profit Margin, Return On Assets, dan Return On Equity dan dan rendahnya Debt To Equity Ratio maka dapat dilihat bahwa kinerja perusahaan juga akan baik, Namun dalam praktik yang sesungguhnya terjadi ketidak sesuaian dengan teori yang ada, ini terlihat pada hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti.
Dari data yang ada didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas tidak memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap harga saham. Hal ini mengidentifikasikan bahwa tinggi rendahnya profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi minat investor untuk tetap berinvestasi pada Perusahaan Manufaktur karena harga saham perusahaan juga dapat ditentukan oleh faktor-faktor lain selain rasio profitabilitas. Hal tersebut dikarenakan perubahan harga saham tidak hanya didukung oleh rasio profitabilitas saja, harga dari suatu saham pada dasarnya dipengaruhi atau ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut. Jika permintaan saham meningkat, maka harganya akan meningkat, sebaliknya jika permintaan menurun maka harga saham akan menurun (Anoraga, 2003:60)
Selain dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham, harga saham juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu faktor internal dan eksternal seperti pengumuman dari pemerintah tentang perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah, Pengumuman hukum (legal announcement), tentang tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya, perubahan direktu, Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara Menurut Alwi (2003:87) dalam (Qoribulloh, 2013:28).
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan secara parsial didapatkan variabel Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return On Equity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ) tidak berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016. Secara simultan didapatkan bahwa Secara simultan didapatkan bahwa F hitung 4.399 > F tabel 3.01 maka Ho ditolak artinya secara keseluruhan Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return On Equity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ) berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016. Nilai Adjusted R Square dari penelitian ini adalah 0.405 berarti harga saham (Y) dipengaruhi sebesar 40.5 % oleh Net Profit Margin (X 1 ), Return On Assets (X 2 ), Return OnEquity (X 3 ), dan Debt To Equiuty Ratio (X 4 ). Sedangkan sisanya sebesar 59.5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti seperti faktor internal dan eksternal (Alwi, 2003 : 87).
## REFERENCES
Anoraga, Pandji. 2003: Pengantar Pasar Modal , Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendakatan Praktik , Jakarta : Rineka Cipta Fahmi, Irham. 2016. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab , Bandung : Alfabeta Husnan, Suad. 2015. Dasar-dasar Manajemen Keuangan , Yogyakarta : UPP STIM YKPN Houston. Joel F. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Essentials Of Financial Manajemen . Jakarta : Salemba Empat
Itabillah. E Amaliah. 2013. Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER, dan PBV Terhadap Harga Saham Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode 2008-2011. jurnal Ekonomi Akuntansi Universitas Maritm Raja Ali Haji.
Kasmir, 2016. Analisis Laporan Keuangan , Jakarta : PT. Raja Grafindo Pustaka. Kamaludin, 2012 .Manajemen Keuangan “Konsep Dasar Dan Penerapannya”. Bandung : Mandar Maju
Journal of Trends Economics and Accounting Research Vol 1, No 3, Maret 2021, pp 107-122 ISSN 2745-7710 (Media Online) Website https://journal.fkpt.org/index.php/jtear
Pratama dan Erawati, 2014. Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Equity, N et Profit Margin, dan Earning Per Sahre Terhadap Harga Saham (study kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011). jurnal Akuntansi Vol.2 No.1 Juni 2014.
Puspitaningtyas,2017. Prediksi Pergarakan Harga Saham menggunakan Analisis Profitabiltas . Sustainable competitive advantage-7 (sca-7)FEB Unsoed Riyanto, Bambang. 2015. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan . Yogyakarta : BPFE Qoribulloh, A.Rizal. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta Rizkiansyah, Achmad. 2011. Analisis pengaruh ROA, ROE, NPM dan EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Pada Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010. Skripsi Universitas Gunadarma. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik , Jakarta : Erlangga Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis , Bandung : Alfabeta Sunyoto, Danang. 2011. Metode Penelitian Ekonomi Alat Analisis & Analisis Output Komputer , Yogyakarta : CAPS Sunariyah, 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal . Yogyakarta : UPP-STIM YKPN Supardi. 2014. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian Konsep Statistika yang Lebih Komprehensif , Jakarta : PT. Prima Ufuk Semesta
Tampubolon, Manahan P. 2013. Manajemen Keuangan (Finance Management) , Jakarta : Mitra Wacana Media Trisnawati. Analisis Pengaruh Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Sahre (EPS) Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2009-20012). Jurnal Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
|
f98a4d7e-ba42-4881-8b48-589b9689d0bf | https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR/article/download/1785/1228 | Vol. 2 No. 1, Februari 2019
## GAMBARAN IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK (PRB)
BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR TAHUN 2018
Fajar Rinata 1) , Asri Masitha Arsyati 2) , Husnah Maryati 3)
1) Konsentrasi Manajemen Pelayanan Kesehatan,Program Studi Kesehatan Masyarakat, FIKES UIKA Bogor Email : [email protected]
2) Program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor Email : [email protected]
3) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor,Jl.Dr.Semeru no.120 Telp (0251) 8312292 Fax ∶ 8371001,Bogor 16111 Jawa Barat.
Email : [email protected]
## Abstrak
Puskesmas sebagai fasilitator rujukan pasien, seringkali menerima rujukan balik pasien dari rumah sakit, namun tidak semua puskesmas melaksanakan program rujuk balik dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Program Rujuk Balik (PRB) di puskesmas meliputi penilaian beberapa aspek yang berperan dalam kelangsungan program rujuk balik diantaranya terdiri dari pengetahuan, pelayanan obat rujuk balik, struktur birokrasi, disposisi, komunikasi dan sumber daya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan uji analisis univariat pada masing-masing variabel yang diteliti melalui kuesioner sebagai instrumen penelitian. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 responden petugas pelaksana program rujuk balik di Puskesmas Wilayah Kerja Kecamatan Tanah Sareal Bogor. Penentuan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling . Hasil penelitian diperoleh persentase gambaran pelaksanaan Program Rujuk Balik (PRB) di Puskesmas Wilayah Kerja Kecamatan Tanah Sareal Bogor dalam aspek pengetahuan (80%), pelayanan obat PRB (80%), disposisi (65%), dan sumber daya (70%) sudah berjalan baik, sementara dalam aspek struktur birokrasi (50%) dan komunikasi (55%) belum berjalan baik dan perlu di kembangkan. Dalam pelaksanaan PRB di Puskesmas Wilayah Kerja Kecamatan Tanah Sareal Bogor sudah cukup berjalan baik, namun diharapkan perlu dikembangkan upaya kordinasi dan komunikasi lebih baik lagi antara instansi terkait guna kelangsungan program berjalan lebih baik.
## Kata Kunci : Implementasi, Rujuk Balik, Puskesmas
## PENDAHULUAN
WHO (2012) menyatakan bahwa dari 52 juta kematian global pada tahun 2008, sebesar 36 juta atau sekitar 63% disebabkan oleh penyakit tidak menular. Empat penyakit tidak menular yang utama yaitu Jantung, Kanker, Diabetes dan penyakit Paru Kronik.
WHO (2017) pun menyatakan bahwa terdapat beberapa penyakit kronis yang termasuk ke dalam kategori penyakit tidak menular menyumbangkan angka kematian terbesar yaitu 17,5 juta jiwa pada penyakit kardiovaskular, 8,8 juta jiwa angka kematian
pada penyakit kanker, 3,9 juta jiwa kematian pada penyakit pernafasan kronis dan kematian pada penyakit diabetes militus sebesar 1,6 juta jiwa.
Di Indonesia, penyakit kronis pada era JKN dapat ditangani dengan program rujuk balik (PRB) yang merupakan program BPJS kesehatan dalam menjamin kebutuhan obat untuk pasien-pasien yang menderita penyakit kronis. Rujuk Balik berlaku untuk penyakit kronis yang sudah dinyatakan stabil oleh dokter spesialis rumah sakit ke FKTP. Namun, pada pelaksanannya selalu tidak sesuai dengan keadaan yaitu tidak tanggapnya pasien terhadap program rujuk balik, demikian pula petugas kesehatan di dalam melayani pasien kronis (Noverdita 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Primasari (2015) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang berperan penting dalam keterlaksanaan Program Rujuk Balik (PRB) yaitu : Pengetahuan dokter tentang Program Rujuk Balik (PRB), ketersediaan obat di fasilitas layanan pertama, informasi dan komuniaksi yang akurat dan lengkap dari BPJS Kesehatan mengenai Program Rujuk Balik (PRB). Menurut Rakhmawati dalam penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Depok Tahun 2016, ditemukan bahwa implementasi program rujuk balik di RSUD Kota Depok belum efektif. Masih terdapat banyak kekurangan dari segi ketersediaan obat rujuk balik, sumber daya, komunikasi antar organisasi, dan disposisi implementor (Caesaria, 2016).
## METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibagikan kepada 20 responden secara purposive sampling yaitu petugas puskesmas yg terlibat dalam PRB di Puskesmas Wilayah Kerja Kecamatan Tanah Sareal Bogor.
Dalam penelitian ini digunakan analasis univariat untuk mengetahui persentase dari masing-masing variabel yang mempengaruhi implementasi program rujuk balik (PRB) di Puskesmas mengacu pada teori Sugiyono (2008).
## HASIL
1. Pengetahuan
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Pengetahuan Skor Frekuensi Persen 80 4 20.0 100 16 80.0 Total 20 100.0
Pada Variabel Pengetahuan, terdapat skor maksimal yaitu (100) bila responden menjawab seluruh item pertanyaan dengan benar. Diketahui sebanyak 16 responden menunjukan ketepatan jawaban dengan
persentase (80%) hal ini menunjukan bahwa implementasi pengetahuan responden tentang pelayanan PRB di puskesmas sudah berjalan dengan baik.
2. Pelayanan Obat
Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Pelayanan Obat Skor Frekuensi Persen 75 4 20 100 16 80 Total 20 100
Pada Variabel Pelayanan obat, terdapat skor maksimal yaitu (100) apabila responden menjawab seluruh item pertanyaan dengan benar. Diketahui sebanyak 16 responden menunjukan ketepatan jawaban dengan
persentase (80%) hal ini menunjukan bahwa implementasi pelayanan obat PRB di puskesmas wilayah kerja kecamatan tanah sareal sudah berjalan dengan baik.
## 3. Struktur Birokrasi
Tabel 3. Hasil Analisis Univariat Struktur Birokrasi Skor Frekuensi Persen 80 10 50 100 10 50 Total 20 100 Pada Variabel Struktur Birokrasi, terdapat skor maksimal yaitu (100) apabila responden menjawab seluruh item pertanyaan dengan benar. Diketahui hanya sebanyak 10 responden menunjukan
ketepatan jawaban dengan persentase (50%) hal ini menunjukan bahwa implementasi struktur birokrasi dalam PRB di puskesmas wilayah kerja kecamatan tanah sareal belum berjalan secara efektif.
## 4. Disposisi
Tabel 4. Hasil Analisis Univariat Disposisi Skor Frekuensi Persen < 80 100 7 13 35 65 Total 20 100
Pada Variabel Disposisi, terdapat skor maksimal yaitu (100) apabila responden menjawab seluruh item pertanyaan dengan benar. Diketahui sebanyak 13 responden menunjukan ketepatan jawaban dengan
persentase (65%) hal ini menunjukan disposisi dalam implementasi PRB di puskesmas wilayah kerja kecamatan tanah sareal sudah berjalan baik.
## 5. Komunikasi
Tabel 5. Hasil Analisis Univariat Komunikasi Skor Frekuensi Persen <60 80 100 4 5 11 20 25 55 Total 20 100
Pada Variabel Komunikasi, terdapat skor maksimal yaitu (100) apabila responden menjawab seluruh item pertanyaan dengan benar. Diketahui hanya sebanyak 11
responden menunjukan ketepatan jawaban
dengan persentase (55%) hal ini menunjukan bahwa implementasi dalam aspek komunikasi terkait PRB di puskesmas wilayah kerja kecamatan tanah sareal belum berjalan secara efektif.
## 6. Sumber Daya
Tabel 6. Hasil Analisis Univariat Sumber Daya Skor Frekuensi Persen < 70 83 100 4 2
14 20 10 70 Total 20 100
Pada Variabel Sumber Daya, terdapat skor maksimal yaitu (100) artinya responden menjawab seluruh pertanyaan dengan benar. Diketahui sebanyak 14 responden
menunjukan ketepatan jawaban dengan
persentase (70%) hal ini menunjukan bahwa implementasi sumber daya dalam pelayanan PRB di puskesmas wilayah kerja kecamatan tanah sareal sudah berjalan secara baik.
## PEMBAHASAN
Gambaran Pengetahuan responden petugas PRB di PKM Kecamatan Tanah Sareal dinilai sudah baik (80%), hal ini berbeda pada hasil penelitian oleh Ali, dkk (2016) yang menyatakan bahwa pemahaman petugas di PKM Kalumata, Ternate tentang kebijakan PRB tergolong kurang baik. oleh karena itu perlu kegiatan pendukung bagi beberapa responden yakni petugas pelaksana rujukan di puskesmas agar mendapatkan penambahan ilmu berdasarkan bidang pelayanan rujukan, seperti kegiatan magang petugas puskesmas ke rumah sakit, pelatihan petugas pelayanan rawat jalan dan
sebagainya guna menumbuhkan kualitas SDM yang lebih baik lagi dalam aspek pengetahuan petugas di Puskesmas. Menurut Kusumawati (2016) hal yang dapat dilakukan untuk menambah kemampuan petugas PKM adalah berupa magang / pelatihan di RSU yang lebih lengkap untuk melatih daya tangkap dan kompetensi petugas dalam pelayanan rujukan.
Sistem pelayanan obat PRB di Wilayah Kerja Kecamatan Tanah Sareal sudah berjalan baik (80%), PKM Kec Tansa berperan sebagai penapis rujukan obat peserta PRB ke apotek jejaring BPJS
Kesehatan. Hal ini sejalan dengan Sihombing (2017) bahwa ketersediaan obat PRB tidak selalu tersedia di Puskesmas, pasien di rujuk ke apotek jejaring dengan masa waktu 3 kali tebus obat selama 3 bulan. Ketersediaan obat PRB tidak selalu tersedia di Puskesmas, oleh karena itu Puskesmas akan membantu pasien PRB untuk menebus obat di apotek PRB jejaring BPJS Kesehatan. Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 36 ayat1, bahwa pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan perbekalan kesehatan terutama obat esensial.
Sesuai dengan panduan program rujuk balik bahwa obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 hari setiap kali peresepan dan harus sesuai dengan daftar obat formularium nasional. Pelayanan obat rujuk balik adalah pemberian obat – obatan untuk penyakit kronis di fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan resep dokter spesialis di rumah sakit. (BPJS, 2014).
Implementasi PRB di Puskesmas Wiayah Kerja Kecamatan Tanah Sareal Bogor dalam struktur birokrasi dinilai masih kurang (50%) salah satunya dalam hal kordinasi dan penerapan SOP khusus PRB. Begitupun dalam Permatasari (2017)
menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya di FKTP (Puskesmas) wilayah kerja BPJS
Kesehatan Cabang Utama Jakarta Selatan didapatkan belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk
menjalankan PRB. FKTP hanya berperan dalam menjalankan program tersebut sesuai dengan arahan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Sedangkan kordinasi yang dilakukan oleh FKTP hanya sebatas kordinasi kepada pihak BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara jaminan kesehatan. Selain itu, tidak terdapat struktur organisasi khusus untuk menjalankan program rujuk balik pada FKTP.
Gambaran Disposisi dalam kelangsungan PRB di Puskesmas terkait sikap pelaksana program dalam wewenang, serta pelaksanaan kebijakan PRB dalam pemenuhan administrasi pasien, sudah berjalan baik (65%), hasil tersebut sesuai dengan
Permatasari (2017) dalam penelitiannya mengatakan bahwa Disposisi adalah faktor keberhasilan program rujuk balik, dilihat dari sikap pelaksana program dan pemenuhan kebijakan program.
Dalam implementasi suatu kebijakan perlu sekali reward kepada petugas pelaksana oleh pimpinan, salah satu bentuk penghargaan adalah diadakannya insentif kerja bagi petugas. Insentif kerja berguna dalam menambah motivasi kerja petugas, namun demikian dalam implementasi PRB berdasarkan hasil menunjukan bahwa petugas pelaksana pelayanan PRB di Puskesmas Wilayah Kerja Kecamatan Tanah Sareal tidak mendapatkan uang insentif, karena kegiatan pelayanan PRB tidaklah khusus dan memang sudah biasa dilakukan.
Penjelasan tersebut sesuai dengan penelitian Permatasari (2017) dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa berdasarkan informasi yang didapatkan, tidak ada insentif khusus yang diberikan untuk menjalankan program rujuk balik. Hal tersebut dikarenakan PRB merupakan tugas wajib yang harus dilaksanakan oleh petugas. Insentif hanya diberikan apabila petugas melakukan kerja lembur diluar jam kerja dan diluar tugasnya.
Kelangsungan komunikasi dalam pelayanan PRB di Puskesmas Kecamatan Tanah Sareal belum berjalan secara efektif (55%). Proses penyampaian informasi PRB tidak rutin di sosialisasikan, hanya pada saat pembaharuan saja. Hal tersebut sejalan dengan Sihombing (2017) minat pasien PTM untuk mengikuti PRB tergolong rendah karena kurangnya komunikasi dan kordinasi
PKM kepada dokter RS. Begitupun dalam Primasari (2015),kurangnya informasi dari BPJS Kesehatan kepada dokter tentang rujuk balik menyebabkan perbedaan persepsi antara petugas kesehatan di PKM dengan pasien sehingga PRB tidak berjalan optimal. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap PRB juga menyebabkan penyebaran informasi tidak berjalan efektif (Luti, dkk 2012).
Ketersediaan sumber daya dalam kelangsungan PRB di Puskesmas Wilayah
Kerja Kecamatan Tanah Sareal keseluruhan sudah berjalan baik (70%). Salah satu sumber daya dalam kelangsungan PRB adalah pemenuhan ketersediaan obat generik dan obat PRB di Puskesmas. Sumber dana PRB berasal dari dana kapitasi BPJS Kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian oleh Permatasari (2017) bahwa tidak ada sumber pendanaan khusus dalam PRB di Puskesmas melainkan hanya di dapat melalui dana kapitasi BPJS Kesehatan.
## PENUTUP
Implementasi Program Rujuk Balik (PRB) dalam pengetahuan Petugas Pelaksana Pelayanan PRB di Puskesmas Wilayah Kerja Kecamatan Tanah Sareal yaitu Mekarwangi, Tanah Sareal, Kedung Badak, Kayu Manis, didapatkan (80%) gambaran pengetahuan petugas pelaksana dalam implementasi PRB di Puskesmas sudah baik, dan (80%) Implementasi PRB dalam pelayanan obat di puskesmas sudah berjalan baik dengan membantu melayani pasien PRB ke apotek jejraing BPJS Kesehatan untuk melakukan penebusan resep obat. Sedangkan Implementasi PRB dalam aspek Struktur Birokrasi (50%) belum terlaksana secara efektif. (65%) gambaran disposisi dalam implementasi PRB di puskesmas sudah berjalan dengan baik sedangkan (55%)
implementasi penyampaian informasi serta sosialisasi PRB di puskesmas dengan instansi kesehatan luar, seperti Dinas kesehatan dan Rumah Sakit masih belum efektif hanya sebatas menerima dan melayani.
Disarankan bagi pihak Puskesmas Wilyah Kerja Kecamatan Tanah Sareal Bogor untuk melakukan kordinasi yang kuat antar instansi seperti Dinas Kesehatan, BPJS dan Rumah sakit dalam pelayanan PRB secara konsisten dan terbuka. Puskesmas perlu membentuk organisasi khusus atau tim khusus dalam pelayanan PRB. Selain itu puskesmas perlu membuat Standard Operational Procedure (SOP) khusus PRB di unit pelayanan rawat jalan agar implementasi PRB lebih optimal dan sesuai yang diharapkan.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] Ali, Fauziah Abdullah. dkk. (2015).
Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat
Jalan Tingkat Pertama Peserta
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Siko Dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014 .JIKMU.Volume. 5 Nomor
2. UNSRAT
[2] BPJS Kesehatan. (2014). Panduan Praktis Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN. Jakarta: BPJS Kesehatan
[3] Caesaria. R. (2016). Efektifitas
Implementasi Program Rujuk Balik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Kota Depok Tahun 2016 . Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia.
[4] Kusumawati, Nur Indah. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Program Rujuk Balik (PRB) Pasien Penderita Penyakit Kronis Peserta BPJS Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Masyarakat, UGM, Yogyakarta.
[5] Luti, Hasanbasri, Lazuardi. (2012).
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Sistem Rujukan Kesehatan Daerah Kepulauan di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Masyarakat, UGM, Yogyakarta.
[6] Noveradita, Tri. (2017). Faktor-faktor
Yang Berhubungan Dengan Kesertaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(PROLANIS) Pada Peserta Program
Rujuk Balik di Kota Depo . Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia [7] Permatasari, A. S. (2017). Implementasi Pelaksanaan Program Rujuk Balik (PRB) di Wilayah Kerja BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Jakarta Selatan Tahun 2017. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
[8] Primasari, K .L. (2015). Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional RSUD. Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak . Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia. Volume 1 No 2. ISSN : 2406-9108.
[9] Sihombing, Ita N.S. (2018). Analisis Pelaksanaan Program Rujuk Balik (Studi Kasus Pelaksanaan Program Rujuk Balik Pada Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 . Universitas Sumatera Utara.
[10] Sugiyono. (2008). Metode Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung : ALFABETA
[11] World Health Organization. (2012).
Death from
NCDs. http://www.who.int/gho/ncd/mor tality_mobidity/ncd_total_text/en/index . Html diakses pada Agustus 2018.
[12] World Health Organization. (2017). Cardiovascular diseases (CVDs). http://who.int/mediacentre/factsheets/fs 317/en/. Html diakses pada Agustus 2018.
|
b0cb7718-9eda-49e6-bc26-b184f5407c85 | https://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2/article/download/16/24 |
## Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali
## Mawar Febrianti
Mahasiswi Magister Ilmu Agama Islam Universitas Paramadina, Jakarta. [email protected]
Abstract: Indonesia experienced a great political upheaval after the implementation of the April 14 2019 presidential election yesterday. Such a situation is the culmination of a feeling of dissatisfaction from the part of the Indonesian people towards the government that has been going on so far and for the implementation of the 2019 presidential election which is considered incompatible with the presidential election's honesty (honest and fair). For this reason, Indonesia, in this case the government and the people, must immediately rise up, and control the condition of Indonesian politics to immediately return to conducive conditions. Al- Ghazali's political theory emphasizes the importance of choosing leaders who have good aqeedah and adab, are intelligent, master the knowledge of religion and government, are fair, understand the difficulties of the people, are close to the people. The leader must also be close and willing to listen to the advice of the scholars (religious leaders, national figures and intellectuals), not accepting bribes or bribing and not corruption. The implications of al- Ghazali's theory are very possible and quite relevant to be implemented in Indonesia, but of course it must be adapted to the system of government, culture and society in Indonesia.
Keywords: Al-Ghazali, Islam, pilpres, politik, agama, ulama.
## Pendahuluan Latar Belakang Masalah
Sistem perpolitikan di Indonesia saat ini kian mengalami carut marut. Karena itu, politik di Indonesia harus segera bangkit dari keterpurukan. Kebangkitan politik yang dicetuskan oleh para bapak atau tokoh-tokoh bangsa (the founding fathers) dalam rangka perjuangan kemerdekaan Indonesia yakni oleh Soetomo, Ir Soekarno, Dr. Tcipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantoro dan dr. Douwes Dekker harus selalu diimplementasikan dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia saat ini.
Selain permasalahan korupsi, jual beli jabatan, suap menyuap yang semakin kronis, sekarang bertambah lagi permasalahan-permasalahan baru yang muncul, terutama setelah pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan anggota legislatif pada tanggal
14 April 2019 kemaren. Rakyat Indonesia seakan terbelah, dua kubu dari dua calon yang diusung pada pilpres kemaren saling menghujat, saling menuduh dan saling klaim atas kemenangan calon pilihan mereka. Meskipun KPU telah mengumumkan hasil perhitungan suara pada malam tanggal 21 Mei 2019. Namun ternyata tidak menyurutkan gejolak politik yang terjadi di Indonesia. Dugaan kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif yang diperkirakan telah terjadi sejak awal kampanye hingga perhitungan suara, membuat kubu 02 sebagai pihak yang kalah akhirnya mengajukan penolakan, dengan mengajukan gugatan keberatan terhadap Mahkamah Konstitusi. Mereka mengklaim pemilu sekarang jauh dari semboyan pemilu yang jujur dan adil.
Dampak dari ketidakpuasan terhadap hasil keputusan KPU, membuat perpolitikan di
Mawar Febrianti, Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali DOI: - http://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2
Indonesia semakin memprihatinkan. Sebagian masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah, menimbulkan gelombang penolakan rakyat, demonstrasi terjadi dimana-mana, nilai tukar rupiah ambruk, roda perekonomian menjadi terhambat dan korbanpun bertambah. Pemilu serentak dan pertama kali dilaksanakan di Indonesia, yang digadang- gadang sangat sukses dan berjalan lancar oleh pelaksana pemilu dan pemerintah, tidak dapat dipungkiri telah menyisakan kesedihan bagi keluarga yang menderita sakit, meninggal bahkan hilang dan sampai saat ini belum diketahui keberadaannya, baik dari petugas KPPS maupun saat demonstrasi 21-22 Mei 2019 kemaren.
Pada tanggal 27 Juni 2019 tepatnya pukul 21.15 WIB keputusan hasil sidang pun dibacakan, dan paslon 01 Jokowi-Ma’ruf tetap dinyatakan menang karena seluruh gugatan yang diajukan kubu 02 ditolak oleh MK, dengan dalih seluruh bukti yang diajukan tidak menunjukkan adanya kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif. Keputusan MK tersebut tentunya menimbulkan kekecewaan yang mendalam bagi Prabowo-Sandi dan pendukungnya, karena mereka merasa semua usaha untuk menuntut keadilan adalah sia-sia, MK sebagai langkah perjuangan terakhir dianggap benar-benar hanya berperan sebagai Mahkamah Kalkulator yang membuat keputusan hanya berdasarkan data kuantitatif dan mengabaikan semua data kualitatif.
Dalam sejarah Islam, politik merupakan hal yang tidak asing dalam kehidupan masyarakat muslim, Nabi Muhammad SAW adalah juga seorang pemimpin, panglima perang sekaligus politikus yang handal. Hal ini ditandai dengan diterimanya agama Islam di tanah Arab yang semula merupakan pusat agama Majusi, Nashrani dan penyembah berhala, hingga sekarang menyebar hampir ke seluruh pelosok bumi. Dalam al-Qur’an ayat- ayat yang berbicara tentang aturan kekuasaan dan kepemimpinan yang sangat identik dengan perpolitikan juga banyak ditemukan. Diantaranya dalam QS. An Nisa’:58
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruH kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik- baiknya kepadamu. Sesungguhnya adalah Allah SWT maha mendengar lagi maha melihat.”
Ayat tersebut mengandung makna, jika seseorang menjadi pemimpin hendaklah berlaku adil baik dalam pemberian hak maupun dalam pelaksanaan hukum. Selain itu hadist Rosulullaah SAW juga banyak yang berbicara tentang politik dan kepemimpinan di antaranya, HR. Bukhori dan Ahmad:
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : Bila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya (atau sebagai pertanda dekatnya hari kiamat), sahabat bertanya, bagaimana amanat itu disia-siakan ya Rosulullah? Beliau menjawab, bila satu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”
Kedua dalil naqli di atas menunjukkan bahwa bahwa Islam tidak bisa dipisahkan dari politik dan kepemimpinan. Selain sosok Nabi Muhammad SAW, tokoh-tokoh Islam lain juga konsisten berbicara bahkan terjun langsung ke dunia politik, karena mereka menyadari bahwa kebangkitan Islam tidak terlepas dari perpolitikan. Di antara para tokoh yang menaruh perhatian terhadap politik dan kebangkitan Islam adalah Muhammad Al- Ghazali.
## Latar belakang Perpolitikan al-Ghazali
Nama lengkap Imam al-Ghazali adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al
Mawar Febrianti, Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali DOI: - http://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2
Ghazali ath-Thusi, lahir di Khurasan (Iran) pada tahun 450 H / 1058 M dan meninggal di Thus pada tanggal 18 Desember 1111 M / 14 Jumadil Akhir 505 H dalam usia 55 tahun. Ayahnya adalah seorang pemintal benang yang shaleh, yang meninggal dunia ketika Imam al-Ghazali dan saudaranya Ahmad masih kecil. al-Ghazali adalah tokoh yang sangat besar, pemikiran dan keilmuannya dalam banyak bidang ilmu nyaris sempurna, salah satu karyanya yang luar biasa dan sangat terkenal adalah Ihyā’Ulum al-Dīn, karya besarnya yang banyak membahas tentang banyak hal termasuk di dalamnya tentang politik dan kepemimpinan. Ataupun dalam karyanya al-Tibr al-Masbuk fi Nashihat al Muluk yang berisi tentang nasihat-nasihat politik yang dihadiahkan kepada Sultan Muhammad Ibnu Malik dari dinasti Saljuk, al-Iqtishad fi al- ‘iktiqad dan Fadhaih al-Bathiniyah.
Perhatian al-Ghazali terhadap politik di mulai karena melihat perkembangan Islam harus diawali dari kebangkitan umat Islam dalam perubahan melalui pembaruan dan revolusi.6 Saat itu al- Ghazali berprofesi sebagai seorang dosen, sekaligus guru besar pada perguruan Nidzamiyah milik dari Nizam al-Mulk. Dan Baghdad di bawah kekuasaan Dinasti Saljuk. Kepedulian sultan Saljuk terhadap ilmu memberi angin segar bagi masa depan perpolitikan Nizam al-Mulk. Berapa kerajaan lain bergabung diantaranya kerajaan Gasnawi di India dan kerajaan Sudan. Pengaruh Syiah merosot tajam hingga sampai ke Mesir, dan menyebabkan Dinasti Fatimiyah menuju keruntuhan. Masa ini merupakan kejayaan Sunni dan kemerosotan Syiah. Sementara di selatan saat itu kerajaan Ismaili di Yaman yang berkuasa sejak tahun 438- 569 H di bawah pimpinan Bani Sulaihi juga mulai mengalami kemunduran.
Namun dibalik kemunduran Syiah tersebut, sebenarnya gerakan politik Syiah tidak pernah mati, ketika kerajaan-kerajaan Syiah mulai menyusut, militan-militan Syiah Bathiniyah bergerak di bawah tanah. Pada tahun 1902 secara mengejutkan di bawah pimpinan Hasan Ibn al- Sabah mereka membantai Nizam al-Mulk.
Pasca wafatnya Nizam al-Mulk, kebesaran Abbasiyah mulai turun, yang berdampak buruk pada perpolitikan dan keilmuan di Irak. budaya korupsi oleh para pejabat kembali marak, munculnya ulama su’u (jahat) dan pertiakaian antar kelompok sempalan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi al-Ghazali yang saat itu ia merupakan seorang ulama sekaligus akademisi untuk kembali menmperbaiki pemahaman ilmu masyarakat dan memiliki kewajiban politik untuk mengingatkan pejabat, sebagaimana telah dilakukannya pada pejabat- pejabat masa Dinasti Saljuk.
Pengalaman-pengalaman dalam situasi sosial politik tersebut ditambah corak keilmuan al-Ghazali telah membentuk pemikirannya tentang politik. Teori politiknya didominasi tentang bagaimana menjalankan sistem kenegaraan yang mempertimbangkan moralitas untuk kemashlahatan bersama, dengan pemimpin yang memiliki integritas tinggi ditopang dengan kekuatan moral memenuhi kriteria sebagai pemimpin yang diidamkan.9 Pemikiran politik al Ghazali tersebut menurut penulis masih sangat relevan diterapkan di Indonesia saat ini.
## Landasan Teori tentang Politik
Secara etimologi politik berasal dari kata politikos (Yunani) yang berarti dari, untuk (yang berkaitan dengan warga negara), politiek (Belanda), siyasah (Arab), dan politics (Inggris).
Sedangkan pengertian politik menurut para ahli adalah:
a. Menurut Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
b. Menurut Kartini Kartolo, politik adalah aktivitas prilaku atau proses yang menggunakan
Mawar Febrianti, Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali DOI: - http://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2
kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan yang sah yang berlaku di masyarakat.12
c. Menurut KKBI, 1. politik adalah pengetahuan ketatanegaraan atau kenegaraan (sistem dan dasar pemerintahan).2. Segala urusan dan tindakan negara terhadap negara lain. 3. Cara menghadapi segala permasalahan negara
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, secara umum pengertian politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang diantaranya berwujud proses pembuatan dan keputusan negara.
## Gejolak Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres 2019
Perpolitikan di Indonesia semakin bergejolak dimulai sejak pendaftaran calon pemilihan presiden dilakukan, diawali dengan penetapan DPT yang disinyalir tidak sesuai dengan DPT sesungguhnya, terdapat sekitar 17 juta suara DPT bermasalah seperti KTP ganda,dan pemilih fiktif. Pada masa kampanye keterlibatan dan netralitas ASN dan BUMN juga menjadi permasalahan yang serius, pengerahan kepala daerah dan BUMN terhadap salah satu pasangan calon, semakin menegaskan akan ketidaknetralan penguasa. Sayangnya tindakan dari Bawaslu dan kepolisian tidak sama, ada yang hanya berupa teguran saja, namun dipihak lain ada yang sampai dipenjara
Ketika masa pencoblosan, walaupun dinyatakan berjalan lancar tetap menyisakan cerita tentang adanya ketidakjujuran, seperti kasus surat suara yang telah tercoblos, terbakar ataupun yang hilang. Sehingga di beberapa tempat dilakukan pemilihan ulang. Ditambah lagi duka akibat kematian petugas KPPS yang hampir menyentuh angka 600 orang, yang sampai saat ini belum bisa dipastikan apakah penyebabnya, para Dokter ada yang menyimpulkan karena faktor kelelahan dan riwayat penyakit petugas tersebut, namun tidak sedikit ahli medis menyatakan bahwa faktor kelelahan tidak mungkin dapat menyebabkan kematian masal.
Setelah pencoblosan, ketika mulai proses perhitungan suara kesalahan situng KPU yang tayang setiap hari mencapai total 73.715 ribu lebih kesalahan atau 15.4 persen dari total 477.021 TPS, dan disinyalir banyak merugikan pasangan 02.16 Membuat KPU dihujani hujatan, ditambah lagi proses pengumuman yang mendadak dilakukan diluar jadwal dan tengah malam di saat perhitungan suara belum mencapai 100 persen selesai, menambah meradang kubu 02. Hingga puncak dari semua itu terjadilah demonstrasi yang memicu terjadinya kerusuhan yang dimanfaatkan oleh sekelompok orang-orang yang menginginkan Indonesia semakin kacau dan membuat keadaan semakin tidak kondusif pada tanggal 21-22 Mei 2019,
CNN Indonesia, “Haris Azhar Sebut ada 5 Jenis Dugaan Netralitas ASN pada Pemilu 2019,” https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190508202028-32-393192/haris- azhar- sebut-ada-5-jenis-dugaan-pelanggaran-pemilu-2019, diakses pada 12 Juni 2019, pukulM 13.00 WIB
BBC News, “Lebih 550 Petugas Pemilu Meninggal: Penyakit Bawaan, Politisisasi,” https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48226348, diakses pada 18 Juni 2019, pukul 05.21 WIB yang memakan banyak korban dirawat dan 9 meninggal dunia.
Kejadian-kejadian diatas membuat perpolitikan Indonesia begitu memperi- hatinkan, ditambah lagi dengan pemberlakuan beberapa pasal-pasal karet dengan dalih mengontrol ucapan- ucapan para tokoh-tokoh bangsa dan ulama. Mereka yang berteriak lantang tentang ketidakadilan dan ketidakjujuran dikenakan pasal makar yang diatur KUHP pasal 104, 107
Mawar Febrianti, Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali DOI: - http://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2
dan 108, menyebar hoaks pasal 28 ayat 1 dan Undang-Undang ITE pasal 27 ayat 3.18 Sungguh demokrasi dan hak bersuara di Indonesia diambang kehancuran.
Hingga saat menjelang keputusan Mahkamah Konstitusi dibacakan pada tanggal 27 Juni 2019, sekitar kurang lebih 2.500 masyarakat yang berharap keadilan, dan menamakan aksi mereka sebagai aksi kawal MK berkumpul di sekitar Patung Kuda yang letaknya tidak jauh dari gedung MK.19 Tepat pukul 21.15 WIB MK membacakan keputusannya dengan menolak seluruh permohonan yang diajukan oleh kubu 02. Permohonan yang ditolak tersebut antara lain:
1. Menolak dalil aparat tidak netral versi kubu Prabowo-Sandi
2. Menolak tudingan Jokowi money politics
3. Menyatakan kubu Prabowo-Sandi gagal membuktikan ajakan pakai baju putih ke TPS bagian intimidasi
4. Menolak tudingan kedekatan ketua BIN Budi Gunawan dan ketua umum PDIP Megawati sebagai upaya keberpihakan BIN terhadap Jokowi- Ma’ruf.
5. Menolak bukti suara Prabowo-Sandi nol di 5.268 TPS20
Dengan adanya penolakan dari MK tersebut, maka Jokowi-Ma’ruf dinyatakan Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024, sesuai dengan yang telah diputuskan KPU sebelumnya.
Menurut penulis, tugas utama Jokowi-Ma’ruf sebagai Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih adalah menyatukan kembali rakyat Indonesia yang terbelah karena pilpres, mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk kembali bersatu dan keluar dari keterpurukan bangsa saat ini, ketegangan- ketegangan politik saat ini harus bisa diatasi. Pemerintah harus mulai mencari apa penyebab dari semua ketegangan yang terjadi saat ini, rakyat harus segera kembali bersatu, penguasa harus mulai mendengarkan suara rakyat yang pro pemerintah maupun oposisi. Penegakan hukum harus dilaksanakan dengan seadil-adilnya, karena ketidakadilan adalah akar dari perpecahan dan ketidak percayaan rakyat terhadap pemerintah. Pemerintah juga harus melibatkan para tokoh-tokoh bangsa, intelektual, akademisi dan tokoh-tokoh agama dari berbagai aliran dan agama, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius dan ketika rakyat telah kehilangan kepercayaan kepada penguasa, maka ulama adalah orang pertama yang akan rakyat cari dan dengarkan. Tidak melibatkan apalagi memusuhi ulama dan tokoh-tokoh bangsa yang berseberangan, justru akan menambah kebencian sebagian masyarakat terhadap pemerintah. Jika kebencian tersebut dibiarkan berkelanjutan maka akan mengganggu roda pemerintahan, perpolitikan, perekonomian dan kemajuan bangsa.
## Teori Politik al-Ghazali
Kitab al-Tibr al Masbuk fi Nashihat al Muluk adalah karya utama al-Ghazali tentang politik, yang berisi tentang nasihat –nasihat untuk penguasa, yang dihadiahkan kepada Sultan Muhammad Ibnu Malik dari Dinasti Saljuk. Menurut al-Ghazali seorang khalifah (pemimpin) adalah pelindung pelaksanaan syariat (hukum). Pelaksanaan hukum merupakan tanggung jawab penguasa. Maka menurutnya keberadaan negara sangat urgen. Dalam hal ini pemikirannya tidak jauh berbeda dengan pemikiran Ibnu Taimiyah. “keteraturan agama tidak bisa dihasilkan kecuali dengan seorang imam (pemimpin negara) yang ditaati” karena itu menurut al- Ghazali seorang pemimpin beserta perangkat-perangkat politiknya harus menjalankan tugas sesuai dengan adab berpolitik. Jika seorang pemimpin yang menjaga adab berpolitik, maka politik menjadi tugas mulia. Jika penguasa dan pejabat negara zalim, maka harus dijauhi.
Mawar Febrianti, Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali DOI: - http://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2
Al-Ghazali menekankan bahwa lancarnya roda pemerintahan suatu Negara sangat bergantung pada pemimpin, karena itu menurut al-Ghazali ada beberapa kriteria yang harus dimiliki seorang pemimpin diantaranya,
Pemimpin harus memiliki keimanan yang benar, aqidah yang kuat dan seorang pemimpin juga hendaknya tetap menyadari bahwa kekuasaan tertinggi adalah al-Khalik (Allah SWT). Dalam hal ini juga al-Ghazali secara implisit memberi peringatan bahwa kekuasaan hanya titipan Allah SWT. Allah memberi amanah untuk menstabilkan negeri dan memakmurkan rakyat sesuai dengan syariatNya. Dalam sub-sub babnya, al-Ghazali menulis tentang keEsaanNya, tiada satupun yang menyamaiNya, sifat-sifat Allah, mengingatkan akhirat dan tugas Nabi Muhammad SAW.
Pemimpin harus cerdas, seorang pemimpin harus memiliki ilmu pengetahuan yang banyak, bukan orang yang bodoh apalagi tidak waras. Bagi al-Ghazali “ilmu dan akal tetap merupakan nilai-nilai agama yang adiluhung dan jalan menuju Tuhan”24 mengetahui adalah amal tertinggi. Melalui kecerdasannya manusia mampu menjadi khalifah pilihan Tuhan, dan pemimpin di muka bumi. Dan pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang diamalkan.
Pemimpin harus adil, menurut al-Ghazali keadilan adalah pertemuan antara kepentingan- kepentingan agama dan duniawi. Keadilan adalah “memper- lakukan orang lain dengan cara mengibaratkan engkau adalah rakyat memperlakukan sultan, engkau berfikir seharusnya begitulah engkau memperlakukan rakyat”.26 Pengadilan syariat yang dijalankan oleh para kadi (hakim) merupakan bagian mutlak diperlukan dalam suatu tatanan masyarakat. Sehingga terjalin hubungan harmonis antara penguasa dan rakyat. Berbicara tentang kadi, Nizam berkata: “pada setiap masa... dalam setiap transaksi... manusia menjunjung tinggi kesetaraan dan persamaan : karena menetapi keadilan...dan masyarakat sekitar menetapi keadilan...dan masyarakat sekitar merasakannya. Keadilan kunci bertahannya dinasti (pemerintahan)
Pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang baik, tidak zalim dan juga tidak takabur, menurut al- Ghazali, biasanya setiap pemimpin pasti dicoba dengan sifat takabur. Takabur seorang pemimpin adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, karena akan mendorong rasa permusuhan dan dapat berakhir pada pertumpahan darah. Seorang pemimpin harus memahami kesulitan rakyatnya, berdekatan dengan rakyat, dan melepas baju kesombongan. Al- Ghazali juga menegaskan bahwa seorang penguasa jangan sekali-kali menerima suap dari rakyatnya, dan melakukan suap atau korupsi
Secara garis besar, nasihat-nasihat al-Ghazali tentang kriteria seorang pemimpin lebih menekankan pada kebaikan aqidah dan kebaikan adab. Ilmu dan adab yang ditekankan al- Ghazali dalam perbaikan politik adalah model perbaikan integratif. Seorang pemimpin dan pejabat negara tidak saja menguasai terot-teori politik akan tetapi mereka juga harus faqih (menguasai ilmu-ilmu agama). Pelaksana syariah (penegak hukum) dalam hal ini pemerintah, sangat membutuhkan penopang yaitu legitimasi agama. Dan agama meliputi aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya termasuk aspek moral dan spiritual kehidupan. Sehingga dengan demikian agama dipandang sangat penting, agama adalah poros, dan penguasa adalah penjaga, dan sesuatu yang tidak ada penjaganya akan hancur.30 Untuk itulah antara agama dan negara (kekuasaan) tidak bisa dipisahkan.
## Kedudukan Ulama dalam Pemerintahan
Al-Ghazali berpendapat bahwa kedudukan ulama sangat penting, seorang pemimpin harus selalu berusaha mendekati ulama yang baik, menjadikan ulama sebagai penasihat. Al- Ghazali mengatakan bahwa kerusakan ulama akan merusak penguasa, dan kerusakan
Mawar Febrianti, Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali DOI: - http://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2
penguasa pada gilirannya akan merusak rakyat.31 Karena itu ulama su’u (jahat) yang mendekati penguasa dengan tujuan untuk meminta jabatan, dan merauf keuntungan pribadi harus dihindari.
Al-Ghazali mengatakan, bahwa kesucian legal formal atau lahiriyah menutupi kekotoran intrinsik. Yang kelihatan suci di luarnya, tidaklah suci di dalamnya (politik pencitraan). Yang diharamkan menjadi dihalalkan, dan yang dihalalkan menjadi diharamkan.32 Hadiah penguasa terhadap ulama dan fungsionaris adalah cara yang diharamkan dalam Islam.33 Al- Ghazali berpendapat bahwa ulama dan penguasa merupakan dua kekuatan yang melanggengkan keadaan rakyat yang menyedihkan.
## Implikasi Teori al-Ghazali dalam Perpolitikan Indonesia
Kondisi perpolitikan di Indonesia sekarang, yang sedang mengalami kekacauan dan kemunduran dalam demokrasi. Menurut penulis harus segera diadakan evaluasi dan perbaikan. Indonesia bisa belajar dari negara- negara yang pernah jatuh namun bisa bangkit dari keterpurukan. Para pemimpin dan penguasa bisa mempraktekkan teori-teori politik dari para tokoh-tokoh yang menguasai tentang perpolitikan. Pertanyaannya apakah teori politik al- Ghazali bisa dan relevan diterapkan dalam perpolitikan Indonesia?
Menurut penulis, sangat mungkin dan masih sangat relevan teori al-Ghazali diimplementasikan di Indonesia. Tidak perlu diragukan kejayaan Dinasti Saljuk, yang tidak bisa dipisahkan dari peran besar al-Ghazali di masa itu. Kekuasaan Saljuk mengalami puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Nizam al-Mulk, yang saat itu bersahabat dekat dengan al-Ghazali dan menjadikan al- Ghazali sebagai penasehat pribadinya.
Pemerintahan Indonesia saat ini sedang mengalami krisis kepercayaan (distrust) sebagian masyarakat Indonesia. Analisa penulis berdasarkan teori al-Ghazali, adalah merupakan dampak dari rasa ketidakadilan dan ketidakjujuran pemerintah yang dirasakan masyarakat. Ketidakpuasan masyarakat dalam pemberlakuan hukum dan aktualisasi janji-janji yang dirasa jauh dari yang diharapkan. Sebagian masyarakat merasa dibohongi akibat politik pencitraan yang pernah dilakukan penguasa. Sebenarnya pro dan kontra dalam suatu kepemimpinan menurut penulis adalah wajar, bahkan kritik-kritik mereka yang kontra (oposisi) sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas pemerintahan dan kemajuan bangsa. Untuk itu sikap antipati terhadap oposisi yang berseberangan, sesungguhnya justru sangat merugikan pemerintahan yang sekarang sedang berlangsung di Indonesia.
Bila al-Ghazali berpendapat bahwa pemimpin harus merangkul ulama. penulis berpendapat bahwa pengertian ulama, bila dikaitkan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang terdiri dari multi agama, ras dan suku. Kata ulama mengandung makna orang-orang yang ahli dan berilmu, dan mereka adalah para kyai, ustadz, pastur, pendeta, rahib dan termasuk di dalamnya para tokoh bangsa, intelektual dan para akademisi. Maka pemerintah harus merangkul mereka, melibatkan mereka dengan meminta pendapat dan ide mereka dalam menentukan suatu kebijakan, terutama kebijakan publik yang pelaksanaannya melibatkan masyarakat dan dampaknya akan langsung dirasakan oleh masyarakat.
Siapapun pemimpinnya, tentu semua berharap Indonesia menjadi negara yang maju, berdaulat, rakyat merasa aman, adil dan makmur. Rakyat sangat mencintai pemimpinnya karena pemimpin yang terpilih sesuai dengan pilihan dan keinginan sebagian besar masyarakat Indonesia.
## Penutup
Mawar Febrianti, Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali DOI: - http://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2
Indonesia mengalami pergolakan politik yang hebat setelah pelaksanaan pilpres 14 April 2019 kemaren. Keadaan demikian merupakan puncak dari rasa ketidakpuasan sebagian rakyat Indonesia terhadap pemerintahan yang telah berlangsung selama ini dan atas pelaksanaan pilpres 2019 yang dianggap tidak sesuai dengan semboyan pilpres yang jurdil (jujur dan adil). Untuk itu Indonesia, dalam hal ini pemerintah dan rakyat, harus segera bangkit, dan mengendalikan kondisi perpolitikan Indonesia agar segera kembali kondusif.
Teori politik al-Ghazali menekankan pentingnya memilih pemimpin yang memiliki aqidah dan adab yang baik, cerdas, menguasai ilmu agama dan pemerintahan, adil, memahami kesulitan rakyat, dekat dengan rakyat. Pemimpin juga harus dekat dan mau mendengarkan nasihat para ulama (tokoh agama, tokoh bangsa dan intelektual), tidak menerima suap atau menyuap dan tidak korupsi.
Implikasi teori al-Ghazali sangat memungkinkan dan cukup relevan untuk dilaksanakan di Indonesia, namun tentunya harus disesuaikan dengan sistem pemerintahan, budaya dan masyarakat di Indonesia.
## Bibliografi:
Abu Hamid al-Ghazali, al-Iqtishad fi al-I’tiqod (Beirut: dar el-Qutaibah, 2003), cet-1. Abu Hamid al-Ghazali, al-Tibr al-Masbuk fi Nashihat al-Mulk (Beirut: Dar el Kutubal- Ilmiyah, tth). Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin (Beirut: Dar el Kutubal- Ilmiyah, tth), JUZ.2, H.151
Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, terj. Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1994).
Antony Black, Pemikiran Politik Islam (Jakarta: PT. Serambi Alam Semesta, 2006), h. 193 BBC News, “Lebih 550 Petugas Pemilu Meninggal: Penyakit
Bawaan, Politisisasi,”https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48226348,
diakses pada 18 Juni 2019, pukul 05.21 WIB Busthami M. Said, Pembaharu dan Pembaharuan dalam Islam (Ponorogo : Trimurti, 1992). CNN Indonesia, “Haris Azhar Sebut ada 5 Jenis Dugaan Netralitas ASN pada Pemilu 2019,” https://www.cnnindonesia.com/nasional/2019050 8202028-32-
393192/haris-azhar-sebut-ada-5-jenis- dugaan-pelang garan-pemilu-2019, diakses pada 12 Juni 2019, pukul 13.00 WIB
Detik.com, “Makin Sore, Aksi Kawal MK Meluber hingga Kemenko- polhukam,” https://news.detik.com/berita/d-4601030/ makin-sore- massa-aksi-kawal-mk-meluber- hingga-kemenko- polhukam, diakses pada 28 Juni 2019, pukul 19.45 WIB
Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2001). Ibnu Khaldun, Kitab al-Ibarwa Daiwaal- Mubtada wa al-Akhbar (Beirut:
Dar- el-Kutub al-Ilmiyah, tth), jilid 3.
Ibnu Taimiyah, as-Siyasah asy-Syar’iyah, Shahih al-Bukhori (59)
iNews.id, “Bawa Bukti TIM IT BPN Laporkan Kesalahan Situng KPU di 73.715 TPS,”
https://www.inews.id/news/nasional/bawa-bukti-tim- it-bpn-laporkan-kesalahan- situng-kpu-di-73-715-tps, Diakses pada 18 Juni 2019, pukul 05.27 WIB
Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam, ISLAMIA, Vol. V, No. 2, 2009. KBBI, “Politik,” https://kbbi.web.id/politik, diakses tgl 19 Juni 2019, pukul 08.10 WIB
Kompas.com, “Polri: 4 dari 9 Korban Kerusuhan 21-22 Mei 2019 Dipastikan Tewas Karena Peluru Tajam,” https://nasional.kompas.com/read/ 2019/06/17/15533041/polri-4-dari- 9-korban-kerusuhan-21-22-mei- 2019- dipastikan-tewas-karena, diakses pada 18
Mawar Febrianti, Perpolitikan Indonesia Pasca Pilpres dan Relevansi Teori Politik Al-Ghazali DOI: - http://www.konfrontasi.net/index.php/konfrontasi2
## Juni 2019 pukul 05.33 WIB
Kompas.tv, “Sosok 3 Mantan Jenderal TNI dan Polri yang Jadi Tersangka Kerusuhan 21- 22 Mei,” https://www.kompas.tv/article/48702/ sosok-3-mantan-jenderal-tni-dan-polri-yang-jadi- tersangka- kerusuhan-21-22-mei, Diakses pada 18 Juni 2019, pukul 05.40 WIB
Merdeka.com, “Poin-Poin Penting Putusan MK dalam Sidang Sengketa Pilpres 2019,” https://www.merdeka.com/politik/catatan-catatan- penting-hakim-mk-dalam- persidangan-sengketa- pilpres.html, diakses pada 28/06/2019, pukul 18.45 WIB
Saeful Anwar, Filsafat Ilmu al-Ghazali Dimensi Ontologi dan Aksiologi (Bandung: Pustaka Setia, 2007).
seputarpengetahuan.co.id, “Pengertian
Politik Menurut
Para Ahli,”
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/06/pengertian- politik-menurut-para-ahli- terlengkap.html, diakses 19 Juni 2019, pukul 07.45 WIB
Syahrul Kiram, “Kebangkitan Politik Indonesia,” esai, https://news. detik.com/kolom/d- 3692440/kebangkitan- politik-indonesia, diakses 13 Juni 2019, pukul 09.00 WIB.
|
81262bd6-7979-4486-a5d7-a189a55fca71 | http://jffk.unram.ac.id/index.php/indra/article/download/200/143 |
## INDRA: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
http://jffk.unram.ac.id/index.php/indra
___________ Email: [email protected] (*Corresponding Author)
Copyright © 2023, The Author(s). This article is distributed under a Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional .
## Edukasi terkait langkah pengembangan formula dan registrasi kosmetik melalui webinar
Wahida Hajrin 1* , Windah Anugrah Subaidah 1 , Sucilawaty Ridwan 1 , Eskarani Tri Pratiwi 1 1 Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia.
## DOI: https://doi.org/10.29303/indra.v4i1.200
Article Info
Abstract: Indonesia is a potential market for cosmetics. Students and lecturers at Departments of Pharmacy developed various cosmetic formulas, but limited to research or publications only. Lack of knowledge about the stages of developing good cosmetic formulas, good manufacturing cosmetics, and the steps in registration of cosmetic preparations is the main cause in developing cosmetic products. The method used in this community service is online conference. The participants were given a pretest and posttest to determine their level of understanding about cosmetics formula development and registration. About 190 participants attended the conference. Assessment by pretest and posttest obtained an average result of 50.22 ± 13.36 and 70.05 ± 18.97 respectively. The results show that there is a significant difference between pretest and posttest. The conference was considered good by the participants with an average score of 3.68 of 4.
This conference provided increased knowledge to participants regarding the development of cosmetic formulas and the steps in cosmetic registration. Received : 09-01-2023 Revised : 16-02-2023 Accepted : 20-04-2023
Keywords: Cosmetic industry, cosmetic formulas, cosmetic registration, conference.
Citation: Hajrin, W., Subaidah, W. A., Ridwan, S., Pratiwi, E. T. (2023). Edukasi terkait langkah pengembangan formula dan registrasi kosmetik melalui webinar. INDRA: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 4 (1), 20-23. doi: https://doi.org/10.29303/indra.v4i1.200
## Pendahuluan
Kementerian Perindustrian RI mencatat bahwa jumlah industri kosmetik di tanah air mencapai lebih dari 760 perusahaan pada tahun 2017. 95% dari jumlah tersebut adalah sektor industri kecil dan menengah (IKM), sedangkan yang termasuk dalam skala besar hanya 5% saja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan industri kosmetik di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2020 mencapai 5,59% (Rizaty dan Mutia, 2021).
Produk kosmetik dalam negeri harus bersaing dengan produk kosmetik impor karena banyaknya produk kosmetik impor yang beredar di Indonesia. Kecenderungan masyarakat lebih memilih produk impor karena berbagai alasan, seperti faktor kepercayaan terhadap perusahaan kosmetik yang terkenal, faktor keamanan, kemudahan penggunaan, dan adanya gengsi (Khan dkk, 2014). Lain halnya
dengan produk kosmetik halal, tingkat pengetahuan dan religiusitas konsumen sangat berpengaruh terhadap daya jual kosmetik halal (Rohmatun dan Dewi, 2017). Faktor terpenting yang menjadi dasar pemilihan produk kosmetik oleh konsumen adalah kualitas produk (Putri, 2018).
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram telah meluluskan 170 orang mahasiswa hingga tahun 2020. Sekitar 25% lulusan tersebut menyelesaikan skripsi pada bidang formulasi sediaan obat dan kosmetik. Namun formulasi yang dilakukan terhenti hanya sampai pada tahap ujian skripsi. Formula yang sudah diteliti tidak dikembangkan atau dihilirisasi karena terbatasnya pengetahuan tentang tahapan dalam yang harus dilakukan untuk pemastian mutu dan syarat kosmetik yang baik, serta kurangnya pengetahuan tentang pendaftaran produk kosmetik di BPOM. Kondisi ini
juga terjadi pada penelitian dosen yang menghasilkan luaran hanya berupa artikel ilmiah.
Hal tersebut menjadi motivasi untuk memberikan gambaran kepada alumni, mahasiswa, maupun dosen untuk mengembangkan formula yang dihasilkan menjadi produk teregistrasi. Produk yang sudah teregistrasi akan memberikan kemudahan dalam penjualan atau komersialisasi produk kosmetik. Melalui webinar ini, diharapkan pembicara dari industri kosmetik dapat memberikan gambaran tahapan yang benar dalam pengembangan formula kosmetik, sedangkan pembicara dari BPOM dapat memberikan gambaran tentang langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendaftarkan produk kosmetik di BPOM.
## Metode
Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
## Tahap Persiapan
Tahap persiapan mencakup penjajakan terhadap pembicara, kegiatan administrasi seperti surat permintaan kesediaan sebagai pembicara dan surat undangan, pembuatan flyer untuk sosialisasi kegiatan, penyiapan media webinar berupa platform Zoom Meeting, penyusunan materi oleh pembicara, serta link pendaftaran secara online .
## Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan mencakup pemberian soal pretest , kegiatan webinar, dokumentasi dan administrasi, serta diberikan posttest pada akhir acara. Webinar dilaksanakan melalui platform Zoom Meeting untuk memudahkan akses peserta. Pretest dan posttest dilakukan dengan memberikan sebanyak 20 soal. Nilai rata-rata jawaban yang benar disimpulkan dengan kategori sangat kurang (0-20), kurang (21-40), cukup (41-60), baik (61-80), dan sangat baik (81-100).
## Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan di akhir, bersamaan dengan pemberian soal posttest . Postest diberikan untuk menilai tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan, sedangkan evaluasi bertujuan untuk menilai kepuasan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi dilakukan melalui kuesioner yang berisi pertanyaan tentang waktu pelaksanaan webinar, kesesuaian materi webinar, penyampaian materi oleh narasumber, dan teknis pelaksanaan webinar dengan skor 1 (kurang baik), 2 (cukup baik), 3 (baik), dan 4 (sangat baik).
## Hasil dan Pembahasan
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh dalam kondisi baik (Menkes RI, 2010). Pada dasarnya, kosmetik memiliki persyaratan yang lebih sederhana dibandingkan dengan obat, namun harus tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM untuk dapat diedarkan kepada konsumen.
Pelaksanaan acara webinar dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2022 melalui platform Zoom meeting dan live streaming YouTube Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah 290 orang yang berasal dari berbagai latar belakang, baik mahasiswa, dosen, maupun praktisi di bidang kefarmasian. Sebaran peserta berdasarkan jenis instansinya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran peserta berdasarkan jenis instansi
No Jenis Instansi Persentase (%) 1. Perguruan tinggi farmasi (Universitas, STIKES, Institut) 77,24 2. Apotek 11,72 3. Rumah sakit dan klinik 7,69 4. Puskesmas 1,09 5. Dinas kesehatan 1,83 6. Industri 1,46 7. Badan Narkotika Nasional 0,37
Narasumber yang dihadirkan adalah praktisi di industri kosmetik PT. Paragon Technology and Innovation dari departemen Research and Development dan Kepala Balai Besar POM di Mataram. Pada materi pertama, bapak Eriwan Susanto, M.Si menyampaikan tentang tahapan dan proses pengembangan sediaan kosmetik di industri farmasi, mulai dari tahap concepting, preformulasi, raw material sourching, formulation and evaluation, marketing team approval, stability and compatibility test, safety and efficacy test, challenge test, pilot scale, final formula, mass production , hingga market launch . Selain itu, disampaikan pula terkait dengan pemenuhan klaim halal yang dilakukan oleh PT. Paragon dalam brand Wardah Cosmetics, mulai dari proses penjaminan kehalalan bahan baku sampai produk akhir. Materi yang disampaikan sangat aplikatif dan diselingi dengan beberapa video terkait tahapan pengembangan formula yang dilakukan di PT. Paragon sehingga dapat meningkatkan minat peserta dalam menerima materi.
Materi kedua tentang registrasi kosmetik disampaikan oleh Dra. I Gusti Ayu Adhi Aryapatni, Apt. yang merupakan Kepala Balai Besar POM di Mataram. Pada sesi ini, beberapa pokok materi yang disampaikan adalah alur perizinan kosmetik, persetujuan denah, sertifikat Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)/Sertifikat Pemenuhan Aspek (SPA) CPKB, dan notifikasi kosmetik. Persyaratan dan alur yang dibutuhkan dalam registrasi kosmetik dijelaskan secara rinci sehingga memudahkan peserta dalam memahami materi yang disampaikan. Dokumentasi saat penyampaian materi dapat dilihat pada Gambar 1.
(a) (b)
Gambar 1. Penyampaian materi pertama tentang tahapan pengembangan formula kosmetik (a) dan materi kedua tentang perizinan kosmetik (b)
Peserta menyampaikan pertanyaan melalui kolom chat Zoom dan kolom komentar di YouTube selama acara berlangsung, atau dapat menyampaikan pertanyaan secara langsung melalui fitur microfon pada aplikasi Zoom Meeting saat sesi diskusi. Peserta sangat antusias dengan materi yang disampaikan dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang masuk mencapai lebih dari 20 pertanyaan, baik mengenai tahapan formulasi kosmetik maupun mengenai pengurusan registrasi kosmetik. Dokumentasi saat sesi tanya jawab dapat dilihat pada Gambar 2 .
Gambar 2. Sesi tanya jawab
Soal pretest dan posttest yang diberikan terdiri atas 10 soal teantang tahapan pengembangan formula kosmetik dan 10 soal tentang registrasi kosmetik. Soal dibuat berdasarkan materi yang disampaikan oleh kedua narasumber. Hasil rata-rata pretest dan posttest yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil pretest dan posttest
Berdasarkan hasil tersebut, terdapat peningkatan nilai setelah diberikan materi tentang tahapan formulasi dan registrasi kosmetik. Peningkatan pemahaman terhadap materi ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata kemampuan dalam menjawab pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan sebesar 20% dari total 20 buah soal. Hasil ini diuji statistik dan diperoleh data yang tidak normal dan tidak homogen. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretest dan rata-rata nilai posttest peserta ( p-value = 0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan. Tingkat pemahaman ini tergolong dalam kategori baik.
Selain itu, dilakukan pula evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan meminta penilaian peserta dengan bobot 1-4 terhadap waktu pelaksanaan webinar (pertanyaan 1), kesesuaian materi webinar (pertanyaan 2), penyampaian materi oleh narasumber pertama (pertanyaan 3), penyampaian materi oleh narasumber
50.22 70.05 0 20 40 60 80 100 Pretest Posttest R at a -ra ta n ila i
kedua (pertanyaan 4), maupun teknis pelaksanaan webinar (pertanyaan 5). Hasil evaluasi yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 5 .
Gambar 4. Hasil evaluasi kegiatan
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan dari segi waktu, materi, narasumber, maupun teknis pelaksanaan webinar menunjukkan nilai di atas 3 dari skala maksimal 4, sehingga pelaksanaan webinar dinilai sudah baik oleh peserta.
## Simpulan
Acara webinar ini dapat meningkatkan pengetahuan peserta tentang pengembangan formula kosmetik dan registrasi kosmetik. Pembicara dari industri kosmetik memberikan gambaran tahapan yang benar dalam pengembangan formula kosmetik, sedangkan pembicara dari BPOM memberikan pemahaman tentang langkah-langkah yang tepat dalam registrasi kosmetik. Peserta menilai kegiatan sudah berjalan dengan baik dari aspek waktu, materi, narasumber, maupun teknis pelaksanaan. Namun, perlu dilakukan workshop atau pelatihan yang lebih aplikatif sehingga peserta dapat menerapkan langsung bagaimana langkah-langkah pengembangan formula dan bagaimana langkah-langkah serta kelengkapan dokumen yang perlu dipersiapkan saat meregistrasi kosmetik.
## Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Universitas Mataram yang telah memberikan dukungan dana dalam kegiatan ini.
## Daftar Pustaka
Anonim, (2020). Indonesia Pasar Potensial Produk Kosmetik. https://pelakubisnis.com/2020/02/indonesia- pasar-potensial-produk-kosmetik/ . Diakses pada 10 Februari 2022.
Hasiani, N., (2021). Data Penjualan Kosmetik Wajah: Brand Lokal Kuat Bersaing. https://compas.co.id/article/data-penjualan- kosmetik/ . Diakses pada 10 Februari 2022.
Khan, S., Ahmad, SY., dan Saleem, S., (2014). Customer Perception Towards Imported Cosmetics. European Journal of Bussiness and Manajement , 6(28) : 202-204.
Menkes RI., (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1175/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetik. https://pafi.or.id/media/upload/202003070735
46_466.pdf . Diakses pada 20 Februari 2022.
Putri, A., (2018). Perkembangan Penggunaan Produk Kosmetik di Indonesia. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya , 7(1).
Rizaty , MA. dan Mutia, A., (2021). Industri Kosmetik
Tumbuh 5,59%, Ini Merk Perawatan Tubuh Terlaris pada Agustus 2021.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/20
21/10/05/industri-kosmetik-tumbuh-559- persen-ini-merek-perawatan-tubuh-terlaris- pada-agustus-2021 . Diakses pada 10 Februari 2022.
Rohmatun, KI. dan Dewi, CK., (2017). Pengaruh Pengetahuan dan Religiusitas Terhadap Niat Beli Pada Kosmetik Halal Melalui Sikap. Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Bisnis , 1(1).
3.54 3.72 3.71 3.75 3.66 3.40 3.45 3.50 3.55 3.60 3.65 3.70 3.75 3.80 1 2 3 4 5 R at a -r a ta n ila i (s ka la ma ks ima l 4 ) Nomor Pertanyaan
|
ba851197-07af-47ff-99c7-955d6825dbe7 | https://jurnal.uns.ac.id/jkc/article/download/73198/41985 | Penerapan Metode Outdoor Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V
Astika Rizkiana Efendi, Suhartono, Tri Saptuti Susiani
Universitas Sebelas Maret [email protected]
Article History accepted 1/8/2023 approved 1/9/2023 published 12/9/2023
## Abstract
The purpose of this research is to describe the steps of Outdoor Learning, improve social studies learning outcomes, and describe the obstacles and solutions encountered in learning. The research subjects were teachers and fifth grade students of SDN Purwodadi, Kuwarasan sub- district. The data used were qualitative and quantitative data. Data collection techniques used observation, interviews, and tests. Data validity used triangulation of sources and techniques. Data analysis was carried out through data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results showed an increase in social studies learning outcomes with the Outdoor Learning method. The percentage of completeness of learning outcomes cycle I = 78.57%, cycle II = 88.09%, and cycle III = 90.47%. The obstacles encountered are less active students in learning, as well as solutions that provide stimulus and motivation. It can be concluded that the application of the Outdoor Learning method can improve social studies learning outcomes about human interaction with the environment in grade V students of SDN Purwodadi, Kuwarasan District in the 2022/2023 school year.
Keywords: Outdoor Learning, learning outcomes, social studies
## Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah-langkah Outdoor Learning , meningkatkan hasil belajar IPS, serta mendeskripsikan kendala dan solusi yang ditemui dalam pembelajaran. Subjek penelitian penelitian ialah guru dan siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan. Data yang digunakan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan tes. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Analisis data dilaksanakan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar IPS dengan metode Outdoor Learning. Persentase ketuntasan hasil belajar siklus siklus I = 78,57%, siklus II = 88,09%, dan siklus III = 90,47%. Kendala yang ditemui yaitu siswa kurang aktif dalam pembelajaran, serta adapun solusi yaitu memberi stimulus dan motivasi. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Outdoor Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023. Kata kunci: Outdoor Learning, hasil belajar, IPS
## PENDAHULUAN
Menurut Azizah (2021) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah pembelajaran yang memuat masalah sosial dari beragam aktivitas sosial dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu siswa diharapkan mampu bukan hanya pada pengetahuan saja namun terdapat tindakan nyata dalam upaya memecahkan masalah sosial dalam kehidupan. Kemampuan siswa harus didukung dengan pembelajaran yang efektif agar penyerapan informasi berjalan optimal. Menurut Parni (2020) bahwa IPS merupakan ilmu mengenai himpunan kehidupan manusia dalam suatu masyarakat, aktivitas manusia yang berkaitan dengan dalam hubungan maupun interaksi. Menurut Setiawan, Sidauruk & Delita dkk (2022) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang SD sampai SMP yang mengkaji berkaitan dengan isu sosial, pada jenjang SD pembelajaran IPS memuat Geografi, Sosiologi, Ekonomi dan Sejarah. Akan tetapi, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami IPS dan masih banyak siswa yang kurang menyukai materi IPS, karena proses pembelajaran IPS masih monoton, sering kali hanya melakukan kegiatan mainstream seperti membaca teori, menghafal konsep dan kegiatan yang hanya dilakukan di ruang kelas. Selain itu pada pembelajaran IPS guru harus menciptakan pembelajaran menyenangkan agar siswa dapat merekam informasi dengan baik (Nofiaturrahmah, 2015). Karena tujuan pembelajaran IPS bukan hanya memberikan pengetahuan, tetapi keterampilan guna menghadapi persoalan dalam kehdidupan.
Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti di SD Negeri Purwodadi Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen pada hari Senin, 19 September 2022, didapatkan hasil bahwa pembelajaran IPS siswa kelas V masih tergolong rendah. Setelah melaksanakan observasi secara langsung bahwa masalah tersebut karena beberapa faktor pada proses pembelajaran di kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan, yaitu: (1) pembelajaran di kelas V masih cenderung konvensional ( teacher centered ), (2) belum menerapkan metode Outdoor Learning , (3) siswa kurang aktif dalam pembelajaran, (4) pembelajaran hanya mengacu pada bahan bacaan yang terdapat pada buku siswa, (5) aktivitas siswa hanya duduk pada kursi menghadap guru dengan suasana belajar yang hanya dilaksanakan pada ruangan kelas memicu peningkatan rasa bosan dan jenuh pada siswa, (6) belum terjadi interaksi dua arah secara maksimal. Hal tersebut dibuktikan dari nilai PTS siswa kelas V yang masih rendah dengan persentase siswa yang belum tuntas sebesar 58% dari 21 siswa dan banyak yang belum mencapai KKM sebesar 75.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya inovasi dan perbaikan pada pembelajaran IPS. penerapan metode yang dapat membawa solusi pembelajaran agar berlangsung secara menyenangkan dan membuat pembelajaran bermakna. Pada prosesnya pembelajaran tak hanya dilaksanakan pada ruangan kelas namun dapat dikolaborasikan dengan kegiatan asik di luar kelas. Untuk menciptakan pembelajaran di luar kelas maka menerapan metode Outdoor Learning sebagai alternatif untuk pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Ariesandy (2021) mengemukakan bahwa adanya perubahan tempat dalam proses pembelajaran akan mampu menumbuhkan motivasi belajar serta mengembangkan kreatifitas dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode tak hanya mengunjungi tempat wisata maupun tempat bersejarah namun dapat menggali potensi lokal yang ada pada lingkungan sekitar atau mengamati keadaan sosial yang berlangsung. Dengan menerapkan metode Outdoor Learning juga akan meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan sumber belajar sekitar yang digunakan untuk memudahkan dalam pembelajaran. Pariani, Sriartha & Kertih (2021) menambahkan bahwa peran guru pada pembelajaran sebagai motivator, agar siswa belajar secara aktif, efektif kreatif, dan akrab dengan lingkungan.
Ahmad, Sudirman & Amin (2022) mengemukakan metode Outdoor Learning merupakan salah satu pembelajaran yang didukung oleh sumber lingkungan sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan dalam proses pembelajaran dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Berdasarkan penelirian yang dilakukan oleh Rahman dan Rajab (2019) diperoleh hasil bahwa penerapan metode Outdoor Learning memberikan pengaruh positif dan signifikan pada meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hasil tersebut mendukung penelitian lain oleh Ahmad, Sudirman dan Amin (2022) penggunaan metode Outdoor Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada kelas V SD, Jadi dapat disimpulkan penggunaan metode Outdoor Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan langkah-langkah penerapan metode Outdoor Learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023, (2) meningkatkan hasil belajar IPS tentang interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023 melalui penerapan metode Outdoor Learning , (3) mendeskripsikan kendala dan solusi yang dihadapi dalam penerapan metode Outdoor Learning untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Puwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023.
## METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Adapun prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, yaitu tindakan yang dilakukan saat pembelajaran (2) pelaksanaan, yaitu tindakan yang dilakukan saat pembelajaran (3) observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan (4) refleksi. Yaitu menganalisis dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus lima pertemuan. Subjek penelitian ini ialah guru dan siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif berupa informasi/data wawancara mengenai pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapakan metode Outdoor Learning dan data kuantitatif berupa data mengenai hasil belajar IPS kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tentang interaksi manusia dengan lingkungan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V, guru kelas V dan dokumen. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan teknik, mengacu pada pendapat Sugiyono (2016). Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Aspek yang diukur dalam indikator kinerja penelitian ini adalah penerapan langkah-langkah metode Outdoor Learning dan ketuntasan hasil belajar siswa tentang interaksi manusia dengan lingkungan setelah menerapkan metode Outdoor Learning dengan persentase yang ditargetkan sebesar 85%.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembelajaran IPS materi interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan dilaksanakan dengan baik dan mengalami peningkatan, dibuktikan dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan langkah-langkah: (1) persiapan, guru menyiapkan beberapa kegiatan penunjang untuk lokasi pembelajaran (2) pelaksanaan, guru dan siswa melaksanakan pembelajaran di
luar kelas (3) tindak lanjut, guru mendiskusikan hasil belajar dengan siswa. Langkah- langkah pembelajaran ini disesuaikan dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Asrani (2019: 99), Agusta, Setyosari, dan Sa’dijah (2018: 454), Sudjana dan Rivai (Husamah, 2013: 12-15) yang kemudian disimpulkan menjadi langkah-langkah yang disebutkan di atas, dengan dilengkapi beberapa komponen kegiatan.
## Tabel 1. Perbandingan Antar Siklus Hasil Penerapan Metode Outdoor Learning terhadap Guru dan Siswa
Langkah Siklus I Siklus II Siklus III Rata-rata Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) Persiapan 84,72 81,24 88,88 88,19 93,05 93,05 88,88 87,49 Pelaksanaan 82,63 82,63 88,19 88,19 91,66 91,66 87,49 87,49 Tindak Lanjut 81,94 82,63 88,19 89,58 91,66 93,05 87,26 88,42 Rata-rata 83,09 82,17 88,42 88,65 92,12 92,59 87,87 87,80
Berdasarkan tabel di atas, dikatahui bahwa proses pembelajaran pada siklus I, II, dan III selalu mengalami peningkatan. Hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I ke siklus II terdapat peningkatan sebesar peningkatan sebesar 5,33%, sedangkan dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar 3,70%. Pengamatan terhadap siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 6,48%, sedangkan dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 3,94%.
Tabel 2. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III
Nilai Siklus I Siklus II Siklus III Pert 1 Pert 2 Pert 1 Pert 2 Pert 1 (%) (%) (%) (%) (%) 95-100 9,52 19,04 23,80 19,04 33,33 85-94 38,09 38,09 38,09 57,14 42,85 75-84 28,57 23,80 23,80 14,28 14,28 65-74 19,04 14,28 9,52 9,52 9,52 55-64 4,76 4,76 - - - 45-54 - - 4,76 - - <45 - - - - - Nilai Tertinggi 95 100 100 100 100 Nilai Terendah 50 60 50 65 65 Rata-rata 79,52 82,61 83,57 86,19 88,09 Siswa tuntas 76,19 80,95 85,71 90,47 90,47 Siswa belum tuntas 23,80 19,04 14,28 9,52 9,52
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Persentase rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 78,55%, pada siklus II sebesar 88,09%, dan pada siklus III sebesar 90,47%. Siklus I pertemuan 1 rata rata nilai siswa 79,52 dan pertemuan 2 rata-rata nilai siswa 82,61. Pada siklus II pertemuan 1 rata-rata nilai siswa 83,57 dan pertemuan 2 rata-rata nilai siswa 86,19. Siklus II rata-rata nilai siswa adalah 88,09.
Metode Outdoor Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. data di atas membuktikan pendapat Linawati (2015) bahwa penggunaan metode Outdoor Learning dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta
terdapat pengaruh positif dan perbedaan signifikan antara hasil pre-test dan post-test. Selain meningkatkan hasil belajar, pembelajaran Outdoor Learning merupakan suatu jalan dalam meningkatkan kapasitas belajar siswa mendorong motivasi siswa untuk menghubungkan teori di dalam buku dengan kenyataan yang ada di lingkungan (Thomas & Munge, 2017). Hikmah (2022) berpendapat metode Outdoor Learning adalah suatu usaha untuk membimbing siswa agar melakukan kegiatan mengamati lingkungan sekitar sesuai dengan materi pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan sumber belajar berupa alam dapat menumbuhkan pengetahuan yang dimiliki lebih bermakna karena merasakan secara langsung dan melakukannya sendiri (Evayani, 2020). Menurut Febriandi (Antari, Triyogo, dan Egok, 2021) metode O utdoor Learning adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar kelas maupun sekolah yang membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan dengan menekankan proses belajar secara langsung agar siswa mendapatkan kesan maupun makna dalam pembelajaran.
Diperkuat dengan adanya kelebihan dalam penerapan Outdoor Learning dalam pembelajaran, seperti yang dinyatakan oleh Menurut Maisya (Juliana dan Fatayan, 2022) yaitu: (1) siswa lebih semangat dan berpartisipasi aktif aktif dalam belajar, (2) belajar di lingkungan luar sekolah memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi siswa, (3) guru mampu mengembangkan kreatifitasnya, (4) membimbing siswa berinteraksi langsung dengan temannya, (5) memperoleh tiga ranah langsung kognitif, afektif dan psikomotorik, (6) mengembangkan nilai sikap dan karakter. Dengan diterapkannya metode Outdoor Learning , maka proses pembelajaran lebih bermakna dan menarik, sejalan dengan pendapat Wijarko (2017) yang mengemukakan bahwa seorang guru harus mampu memilih strategi, tata cara dan mendesain model pembelajaran yang tepat guna memaksimalkan proses pembelajaran.
Alasan mengapa hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan metode Outdoor Learning yaitu: (1) mengarahkan siswa untuk mengembangkan kreativitas seluas-luasnya, (2) menyediakan latar yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental siswa, (3) memberikan kontribusi dalam rangka membantu mengembangkan hubungan guru dan murid, (4) memafaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pendidikan. Kendala penerapan metode Outdoor Learning dalam meningkatkan hasil belajar IPS materi interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023 yaitu: (1) suasana kelas kurang kondusif, (2) jarang menggunakan metode Outdoor Learning , (3) kurangnya kerja sama antar kelompok, (4) siswa kurang memperhatikan, (5) perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi, (6) siswa belum berani menanggapi dan tanya jawab, (7) siswa sulit dikondisikan. Solusi dari kendala yang ditemui yaitu: (1) guru mengondisikan dan menekankan tata tertib, (2) guru menjelaskan detail pemilihan lokasi pembelajaran, (3) guru mengarahkan tugas kelompok, (4) guru memberikan ice breaking agar siswa kembali fokus, (5) mengecek perkiraan cuaca, (6) guru memberi motivasi dan apresiasi kepada siswa, (7) guru mengawasi siswa agar lebih kondusif.
## SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa: (1) langkah-langkah penerapan metode Outdoor Learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023 yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) tindak lanjut. (2) penerapan metode Outdoor Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023. Hal tersebut dibuktikan dari peningkatan tiap siklus, siklus I dan II belum mencapai indikator keberhasilan dengan persentase peningkatan 3,09% dan 5%, dan siklus III =5% sudah mencapai indikator
keberhasilan. (3) kendala penerapan metode Outdoor Learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi interaksi manusia dengan lingkungan pada siswa kelas V SDN Purwodadi Kecamatan Kuwarasan tahun ajaran 2022/2023 salah satunya yaitu perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi, Adapun solusi dari kendala tersebut yaitu mengecek perkiraan cuaca agar lebih waspada terhadap kemungkinan yang terjadi serta dapat memberikan tambahan seperti ice breaking sembari menunggu cuaca membaik. Peneliti berharap pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, dan terdapat penelitian lebih dalam mengenai penerapan metode Outdoor Learning yang lebih inovatif sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih menyenangkan serta memudahkan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
## DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. R., Setyosari, P., & Sa’dijah, C. (2018). Implementasi Strategi Outdoor Learning Variasi Outbound untuk Meningkatkan Kreativitas dan Kerjasama Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan , 3 (4), 453-459.
Ahmad, A., Sudirman, S., & Amin, M. (2022). Pengaruh Metode Outdoor Learning terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto. JPPSD: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar , 2 (3).
Antari, C. J., Triyogo, A., & Egok, A. S. (2021). Penerapan Model Outdoor Learning pada Pembelajaran Tematik Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu , 5 (4), 2209- 2219.
Asrani, A. (2019). Peningkatan Kreativitas Siswa melalui Penerapan Strategi Outdoor Learning pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Langsat , 6 (2).
Azizah, A. A. M. (2021). Analisis Pembelajaran IPS di SD/MI Dalam Kurikulum 2013. JMIE (Journal of Madrasah Ibtidaiyah Education) , 5 (1), 1-14.
Hendraswaeri, M. N., Fadhilah, S. S., & Rintayati, P. (2019, January). The Application of Outdoor Learning Method as a Means of Knowing the Environment. In International Conference on Science, Technology, Education, Arts, Culture and Humanity-" Interdisciplinary Challenges for Humanity Education in Digital Era"(STEACH 2018) (pp. 69-72). Atlantis Press.
Hikmah, N. (2022). Penerapan Outdoor Study Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Muatan Pelajaran Sbdp Di Sekolah Dasar. G-Couns: Jurnal Bimbingan dan Konseling , 6 (2), 286-294.
Husamah, H. (2013). Pembelajaran Luar Kelas (Outdoor Learning). Research Report .
Juliana, S. N., & Fatayan, A. (2022). Pengaruh Metode Pembelajaran Outdoor Berbasis Learning Together Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Johar Baru 09 Pagi. Jurnal Pendidikan dan Konseling , 4 (4), 1899-1907.
Linawati, H. (2015). Pengaruh metode outdoor study terhadap hasil belajar siswa pada konsep IPA kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal PGSD , 3 , 260-269.
Nofiturrohmah, F. (2015). Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk MI Yang Menyenangkan. Elementary: Islamic Teacher Journal , 3 (2).
Parni, P. (2020). Pembelajaran Ips Di Sekolah Dasar. Cross-border: Jurnal Kajian Perbatasan Antar Negara , 3 (2), 96-105.
Rahman, S. A., & Rajab, A. (2019). Pengaruh Penerapan Metode Outdoor Learning Berbasis Kelompok Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Inpres Nomor 209 Tappalalo Kabupaten Jeneponto. Phinisi Integration Review , 2 (1), 27 –031.
Setiawan, D., Sidauruk, T., Delita, F., Diansyah, A., Nasution, A. H., Febryani, A., ... & Rulyani, A. (2022). Pembelajaran IPS Terpadu . Yayasan Kita Menulis
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Thomas, G. J., & Munge, B. (2017). Innovative outdoor fieldwork pedagogies in the higher education sector: Optimising the use of technology. Journal of Outdoor and Environmental Education , 20 , 7-13.
Wijanarko, Y. (2017). Model pembelajaran Make a Match untuk pembelajaran IPA yang menyenangkan. Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An , 1 (1), 52-59.
|
1b435e43-582b-4ce4-9dee-9f36c71578e1 | https://savana-cendana.id/index.php/SC/article/download/733/459 | Pengaruh Modifikasi Media Arang Sekam dan Pemberian Teh Kompos terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L .)
Krisantus Tri Pambudi Raharjo a dan Remigius Takaeb b a Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kefamenanu, TTU – NTT, Indonesia, email: [email protected]
b Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kefamenanu, TTU – NTT, Indonesia, email: [email protected]
Article Info Abstrak Article history: Received 11 Juni 2019 Received in revised form 10 Agustus 2019 Accepted 10 Januari 2020 Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air. Pengaruh arang sekam padi menghasilkan bobot buah dan jumlah buah pertanaman lebih tinggi. Selain it u arang sekam dapat berpengaruh baik terhadap sifat fisik tanah, kimia tanah, dan biologi tanah. Kelebihan arang sekam yaitu dapat menetralkan pH tanah, yang digunakan dalam jumlah besar, bahkan dalam pertanian organik sumber utama berasal dari arang sekam dan mempertinggi porositas tanah secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah. Kompos teh memiliki beberapa keuntungan dan merupakan produk pupuk alami yang ramah lingkungan, mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen yang terdapat di dalam kompos. Disamping sebagai pupuk alami kompos teh juga dapat berfungsi sebagai pestisida alami, karena kompos teh mampu mengembalikan kesuburan tanah secara alami serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Aplikasi kompos teh selain dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah juga dapat meningkatkan populasi mikroorganisme yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah. Aplikasi pada daun, dapat menekan perkembangan patogen penyebab penyakit daun.Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh modifikasi media arang sekam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit serta untuk mengetahui pengaruh teh kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit. Penelitian ini telah dilaksanakan di KM 9 Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Penelitian lapangan mengunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 3 × 3 diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah modifikasi media tanam yaitu; tanpa tanah, penutup tanah setengah lingkaran pada permukaan polybag, penutup tanah penuh. Faktor kedua adalah penyemprotan pupuk teh kompos yaitu; tanpa pemberian teh kompos gamal, teh kompos guano. Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar lengas tertinggi dan pH tanah netral, tinggi tanaman tertinggi, diameter batang terbesar, berat kering tanaman terberat, jumlah buah pertanaman terbanyak, berat buah terberat, dan berat kering tanaman terberat diperoleh dari pemberian teh kompos guano dan penutup tanah penuh.
DOI:
https://doi.org/10.32938/sc.v4i01.733
Keywords: Arang Sekam
Capsicum frutescens L Modifikasi Media Tanam
## 1. Pendahuluan
Cabai rawit ( Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae yang tidak saja memiliki nilai ekonomi tinggi, juga karena buahnya yang memiliki kombinasi warna, rasa, dan nilai nutrisi yang lengkap (Kouassi dkk., 2012) . Varietas cabai rawit dengan tingkat kepedasan sedang dan tinggi digunakan baik dalam bentuk segar maupun olahan, sedangkan dengan tingkat kepedasan rendah digunakan untuk produksi oleoresin atau bahan pelengkap makanan (Sharma dkk ., 2008) . Secara umum, buah Cabai rawit mengandung zat gizi antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, C, dan senyawa alkaloid seperti capsaicin, oleoresin, flavanoid, dan minyak esensial. Ikpeme dkk., (2014) melaporkan bahwa di antara genus cabai, cabai rawit memiliki kandungan protein, abu, dan anthraquinone paling tinggi. Cabai rawit merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari. Umumnya masyarakat menyukai rasa pedas dari cabai ini. Bahkan banyak pula yang menjadikan cabai rawit sebagai salah satu pembangkit selera makan. Dengan pertimbangan tersebut, menanam cabai ini tidak ada ruginya bahkan keuntungan yang menggiurkan dapat diraih. Menurut Setiadi, 2002 , tanaman cabai berasal dari dari daerah tropik dan subtropik benua Amerika khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Penyebaran Cabai ke seluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis. Diperkirakan terdapat 20 spesies cabai yang sebagian besar hidup dan berkembang di Benua Amerika, tetapi masyarakat Indonesia umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika (Harpenas dan Dermawan, 2010) . Produksi cabai rawit di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dari tahun 2015- 2018 adalah 95 ton, 70 ton, 65 ton dan 60 ton. Badan Pusat Statistik (BPS, 2015) . Penurunan produksi cabai rawit disebabkan oleh penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa di wilayah Kabupaten TTU masyarakat petani belum banyak menerapkan tentang penggunaan arang sekam dan pupuk cair atau teh kompos dalam budidaya cabai rawit.
Arang sekam adalah salah satu media tanam yang baik untuk menunjang pertumbuhan tanaman karena sifatnya yang seolite. Selain dapat menyuburkan tanah juga dapat menyimpan unsur hara dalam tanah sehingga tidak mudah tercuci oleh air dan akan mudah dilepaskan ketika dibutuhkan atau diambil oleh akar. Arang sekam sendiri memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah ( Anwar, 2018) . Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air. Penggunaan arang sekam cukup meluas dalam budidaya tanaman hias maupun sayuran (terutama budidaya secara hidroponik). Kompos teh atau pupuk cair organik berguna untuk menyuburkan tanaman. Kompos teh bukan dibuat dari daun teh, melainkan dibuat dari pupuk atau kompos yang berasal dari sampah taman kota atau pasar. Selain menyuburkan, teh kompos dapat digunakan sebagai pestisida organik karena populasi mikrobanya dapat berfungsi sebagai pemberantas hama. Kompos teh yakni ekstrak kompos (kompos yang diekstrak dengan air) akhir-akhir ini mendapat perhatian luas dari para peneliti dan penggiat pertanian organik karena selain menyediakan unsur hara secara langsung pada tanaman dan tanah, juga berfungsi sebagai biokontrol hama dan penyakit tanaman. Pemberian teh kompos juga dapat menambah substansi humus, hormon tumbuh dan enzim serta senyawa-senyawa organik lainnya di dalam tanah (St. Martin, 2015 ; Pant
dkk 2012) .Compos tea (CT) adalah ekstrak cair yang berasal dari perendaman kompos (Scheuerell dan Mahaffee, 2002) . Aplikasi pupuk organik dapat dilakukan dengan pupuk organik padat maupun cair, seperti teh kompos. Dari uraian di atas maka penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifikasi media arang sekam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit serta untuk mengetahui pengaruh teh kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit.
## 2. Metode
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2019 di KM 9, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU. Topografi dataran dengan ketinggian 400 mdpl, curah hujan 900-1500 mm per tahun, suhu udara berkisar antar 27°C dan pH tanah netral (6,5). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 × 3 yang diulang 3 kali. Faktor Pertama adalah modifikasi media arang sekam padi (T) yang terdiri dari 3 aras perlakuan yaitu: tanpa penutup tanah (T0), penutup tanah setengah lingkaran pada permukaan polybag (T1), penutup tanah penuh permukaan polybag (T2) Faktor kedua adalah pemberian pupuk (P) yang terdiri dari 3 aras perlakuan yaitu: tanpa pupuk (P0), kompos teh daun gamal (P1), kompos teh guano (P2). Kombinasi perlakuan adalah: T0P0, T0P1, T0P2, T1P0, T1P1, T1P2, T2P0, T2P1, T2P2 yang masing-masing diulang 3 kali sehingga terdapat 27 unit penelitian. Parameter yang diamati yakni suhu tanah, suhu udara, kelembaban udara, kadar lengas tanah, pH tanah, diameter batang, tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, berat kering tanaman, berat kering akar, berat kering tajuk, indeks panen. Data hasil pengamatan kemudian dianalisa dengan menggunakan sidik ragam (Anova) Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rata-rata perlakuan selanjutnya diuji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat signifikan 5 % sesuai petunjuk Gomez dan Gomez (2010) . Analisa data menggunakan program SAS 9.1
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil
## Suhu Udara
Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika dari tanaman. Keadaan cuaca merupakan faktor eksternal yang meliputi suhu dan kelembaban udara. Tanaman cabai rawit (capsicum frutescens L .) dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum berkisar 30-35ºC (Tabel 1) pada saat penelitian berlangsung rata-rata suhu udara diatas suhu optimum. Suhu minimum, paling rendah pada bulan Maret yaitu (21,7) suhu udara maksimalsemuanya (42°C.)
## Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah 60-70 %, pada saat penelitian kelembaban udara diatas 70 % (Tabel 2) . Pada saat penelitian berlangsung rata-rata suhu udara diatas suhu optimum. kelembaban minimum, paling rendah pada bulan Januari yaitu (45%) kelembaban udara maksimum semuanya (77,75%)
Tabel 1 . Suhu Udara Bulan Suhu Maksimal (ºC) Suhu Mimum(ºC) Rerata Januari 38,8 24,3 31,55 c Februari 40,2 30,5 35,35 a Maret 46,7 21,7 34,2 b April 45,7 25,5 35,6 a Rerata 42,85 a 25,5 b (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
Tabel 2 . Kelembaban Udara Bulan Maksimum (%) Minimum (%) Rerata Januari 77 45 61 c Februari 76 57 66,5 b Maret 78 65 71,5 a April 80 60 70 a Rerata 77,75 a 56,75 b (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Suhu Tanah
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap suhu tanah. Aras perlakuan pemberian penutup tanah berpengaruh tidak nyata terhadap suhu tanah pada waktu pengamatan 14 HST sampai 56 HST namun perlakuan tanpa penutup tanah suhu tanah cenderung lebih tinggi (26,42 º C) dibanding perlakuan pemberian penutup tanah setengah lingkaran permukaan media dan penutup tanah penuh (Tabel 3) . Aras perlakuan penyemprotan teh kompos tidak menunjukkan beda nyata terhadap suhu tanah pada waktu pengamatan 14 HST sampai 56 HST namun perlakuan penyemprotan teh kompos gamal cenderung lebih tinggi (26,38 º C) pada pengamatan 14 HST dibanding perlakuan lainnya.
Tabel 3 . Suhu Tanah Waktu Pengamatan (HST) Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh 14 Tanpa 26,33 25,97 25,83 26,04 a Gamal 26,41 26,56 26,16 26,38 a Guano 26,52 26,02 26,02 26,18 a Rerata 26,42 a 26,18 a 26 a (-) 28 Tanpa 24,41 24,81 24,01 24,41 a Gamal 24,63 24,84 24,65 24,71 a Guano 25,36 24,81 24,8 24,99 a Rerata 24,80 a 24,82 a 24,48 a (-) 56 Tanpa 25,87 25,5 24,95 25,44 a Gamal 25,31 25,8 25,04 25,38 a Guano 25,22 25,13 25,34 25,23 a Rerata 25,47 a 25,47 a 25,11 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## pH tanah
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap parameter pengamatan pH tanah. Aras perlakuanpenutup tanah berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah. Namun perlakuan penutup tanah setengah lingkaran permukaan media pH tanah cenderung lebih netral (6,62) dibanding perlakuan lainya.Sedangkanaraspenyemprotan teh kompos berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah namun pada Tabel 4 . Perlakuan penyemprotan teh kompos guano pH tanah cenderung lebih netral (6,64)dibanding perlakuan penyemprotan teh kompos gamal dan tanpa penyemprotan teh kompos.
Tabel 4 . pH Tanah
Waktu Pengamatan (HST) Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh 14 Tanpa 6,70 6,78 6,73 6,74 a Gamal 6,64 6,69 6,87 6,73 a Guano 6,75 6,67 6,84 6,75 a Rerata 6,7 a 6,72 a 6,81 a (-) 28 Tanpa 6,66 6,76 6,72 6,71 a Gamal 6,62 6,74 6,83 6,73 a Guano 6,73 6,65 6,81 6,73 a Rerata 6,67 a 6,72 a 6,79 a (-) 56 Tanpa 6,66 6,63 6,67 6,65 a Gamal 6,65 6,60 6,65 6,63 a Guano 6,61 6,63 6,69 6,64 a Rerata 6,64 a 6,62 a 6,67 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Kadar Lengas Tanah
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antar perlakuan pemberian teh kompos dan penutupan tanah pada parameter pengamatan kadar lengas tanah terhadap cabai rawit. Aras perlakuan penutup tanah berpengaruh tidak nyata terhadap kadar lengas tanah. Namun perlakuan penutup tanah setengah lingkaran permukaan media terhadap kadar lengas tanah cenderung lebih tinggi (34,04) dibanding perlakuan lainya pada akhir pengamatan. Sedangkan aras perlakuan penyemprotan teh kompos berpengaruh nyata terhadap kadar lengas tanah pada waktu pengamatan 14 dan 28 HST sedangkan pada akhir pengamatan tidak berbeda nyata (Tabel 5.)
Tabel 5 . Kadar Lengas Tanah Waktu Pengamatan (HST) Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh 14 Tanpa 25,72 34,31 47,79 35,94 b Gamal 55,99 46,94 45,29 49,41 a Guano 41,71 46,71 44,00 44,14 a Rerata 41,14 a 42,65 a 45,70 a (-) 28 Tanpa 35,99 27,35 25,99 29,78 b Gamal 18,29 19,85 13,94 17,36 b Guano 21,46 25,42 28,05 24,97 a Rerata 25,25 a 24,21 a 22,66 a (-) 56 Tanpa 33,13 39,16 34,11 35,47 a Gamal 36,20 32,31 29,13 32,55 a Guano 30,27 30,67 33,28 31,40 a Rerata 33,20 a 34,04 a 32,17 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman. Aras perlakuan pemberian penutup tanah menunjukan tidak beda nyata terhadap tinggi tanaman pada waktu pengamatan 14 HST sampai 56 HST namun perlakuan tanpa penutup tanah, cenderung menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi (53,77 cm) dibanding perlakuan pemberian penutup. Aras perlakuan penyemprotan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada waktu pengamatan 28 HST sampai 56 HST tetapi pada waktu pengamatan 14 HST tidak berbeda nyata (Tabel 6) . Perlakuan penyemprotan teh kompos guano, tinggi tanaman cenderung lebih tinggi (54,88 cm) dibanding perlakuan penyemprotan teh kompos gamal dan tanpa penyemprotan teh kompos
Tabel 6 . Tinggi Tanaman
Waktu Pengamatan ( HST) Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh 14 Tanpa 23,00 24,00 21 22,66 a Gamal 24,00 24,66 25 24,55 a Guano 25,00 25,33 24,15 24,83 a Rerata 24,00 a 24,66 a 23,38 a (-) 28 Tanpa 33,66 35,00 32,66 33,77 b Gamal 39,00 40,00 40,00 39,66 a Guano 41,00 41,00 45,00 42,33 a Rerata 37,88 a 38,66 a 39,22 a (-) 56 Tanpa 57,00 47,33 46,66 50,33 b Gamal 51,00 51,00 53,00 51,66 a Guano 53,33 54,33 57,00 54,88 a Rerata 53,77 a 50,88 a 52,22 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Diameter Batang
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan penutup tanah terhadap parameter pengamatan diameter batang. Aras perlakuan pemberian penutup tanah berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada waktu pengamatan 56 HST sedangkan pada saat pengamatan 14 HST dan 28 HST berbeda nyata. Perlakuan pemberian penutupan tanah penuh cenderung diameter batang lebih besar (0,48) dibanding tanpa perlakuan pemberian penutup tanah (Tabel 7) . Penyemprotan teh kompos berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada waktu pengamatan 14 HST sampai 56 HST namun perlakuan penyemprotan teh kompos guano, diameter batang cenderung lebih besar (0,57 cm) dibanding perlakuan penyemprotan teh kompos gamal dan tanpa pemberian teh kompos.
Tabel 7 . Diameter Batang Waktu Pengamatan (HST) Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh 14 Tanpa 0,30 0,24 0,25 0,26 b Gamal 0,43 0,36 0,35 0,38 a Guano 0,50 0,41 0,40 0,43 a Rerata 0,41 a 0,33 b 0,33 b (-) 28 Tanpa 0,35 0,29 0,3 0,31 b Gamal 0,48 0,43 0,41 0,44 a Guano 0,53 0,50 0,49 0,51 a Rerata 0,45 a 0,40 b 0,40 b (-) 56 Tanpa 0,44 0,37 0,39 0,40 b Gamal 0,56 0,51 0,5 0,52 a Guano 0,60 0,56 0,56 0,57 a Rerata 0,53 a 0,48 a 0,48 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5 % menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Jumlah Daun
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan penutup tanah terhadap parameter pengamatan jumlah daun. Aras perlakuan pemberian penutup tanah berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pertanaman namun perlakuan pemberian penutup tanah penuh jumlah daun pertanaman cenderung lebih banyak (67,66) dibanding perlakuan tanpa penutup tanah (Tabel 8) . Aras perlakuan penyemprotan teh kompos berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada waktu pengamatan 14 HST sampai 56 HST namun perlakuan penyemprotan teh kompos guano jumlah daun cenderung lebih banyak (75,33 cm) dibanding perlakuan penyemprotan teh kompos gamal dan tanpa penyemprotan teh kompos.
Tabel 8 . Jumlah Daun
Waktu Pengamatan ( HST) Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh 14 Tanpa 10,66 14,33 13,00 12,66 b Gamal 15,00 16,33 20,66 17,33 a Guano 18,33 21,33 32,00 23,88 a Rerata 14,66 a 17,33 a 21,88 a (-) 28 Tanpa 32,66 32,66 35,00 33,44 b Gamal 52,00 47,00 48,00 49,00 b Guano 54,00 51,00 55,00 53,33 a Rerata 46,22 a 43,55 a 46 a (-) 56 Tanpa 55,00 57,33 56,00 56,11 b Gamal 71,00 67,66 69,66 69,44 b Guano 75,33 73,33 77,33 75,33 a Rerata 67,11 a 66,11 a 67,66 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Luas Daun
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap parameter pengamatan luas daun. Aras perlakuan pemberian penutup tanah juga berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun pada saat pengamatan namun tanpa perlakuan pemberian penutup tanah penuh daun cenderung lebih luas (580,27 cm) dibanding perlakuan tanpa pemberian penutup tanah (Tabel 9) . Aras perlakuan pemberian teh kompos berpengaruh nyata terhadap luas daun pada waktu pengamatan dengan perlakuan penyemprotan teh kompos guano cenderung daun lebih luas (619,71 cm) dibanding perlakuan penyemprotan teh kompos gamal dan tanpa penyemprotan teh kompos.
Tabel 9 . Luas Daun
Bahan Teh
Kompos Medi Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh Tanpa 179,42 331,34 466,25 325,67 b Gamal 579,30 636,72 640,59 618,87 a Guano 620,09 605,08 633,96 619,71 a Rerata 459,60 a 524,38 a 580,27 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5 % menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Berat Kering Akar
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap parameter pengamatan berat berat kering akar. Aras perlakuan pemberian penutup tanah juga berpengaruh nyata terhadap berat kering akar namun perlakuan tanpa pemberian penutup tanah penuh menghasilkan berat kering akar cenderung lebih berat (0,32 g) dibanding perlakuan pemberian penutup
tanah (Tabel 10) . Aras perlakuan penyemprotan teh kompos berpengaruh nyata terhadap berat kering akar namun perlakuan penyemprotan teh kompos gamal menghasilkan berat kering akar yang cenderung lebih berat (0,32 g) dibanding perlakuan penyemprotan teh kompos gamal dan tanpa penyemprotan teh kompos.
Tabel 10 . Berat Kering Akar
Bahan Teh Kompos Media Tanam
Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh Tanpa 0,37 0,28 0,31 0,32 a Gamal 0,27 0,24 0,25 0,25 b Guano 0,31 0,28 0,35 0,31 a Rerata 0,32 a 0,26 b 0,30 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Berat Kering Tajuk
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap parameter pengamatan berat kering tajuk. Aras perlakuan pemberian penutup tanah berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk namun perlakuan pemberian tanah penuh berat kering tajuk cenderung lebih berat (7 g) dibanding perlakuan pemberian penutup tanah setengah lingkaran permukaan media dan tanpa pemberian penutup tanah (Tabel 11) . Aras penelitian penyemprotan teh kompos berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk namun perlakuan penyemprotan teh kompos gamal berat kering tajuk cenderung lebih berat (6,74 g) dibanding perlakuan penyemprotan teh kompos guano dan tanpa penyemprotan teh kompos.
Tabel 11 . Berat Kering Tajuk
Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh Tanpa 5,6 6,1 6,93 6,21 a Gamal 7,1 6,46 6,66 6,74 a Guano 6,3 6,26 7,4 6,65 a Rerata 6,33 a 6,27 a 7,00 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Berat Kering Tanaman
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap parameter pengamatan berat kering tanaman. Aras perlakuan pemberian penutup tanah juga berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman namun perlakuan pemberian penutup tanah penuh berat kering tanaman cenderung lebih berat (17,85 g) dibanding perlakuan tanpa pemberian penutup tanah (Tabel 12) . Aras perlakuan pemberian teh kompos berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman namun perlakuan penyemprotan teh kompos gamal berat kering tanaman cenderung lebih berat (17,80 g) dibanding perlakuan penyemprotan teh kompos guano dan tanpa penyemprotan teh kompos.
Tabel 12 . Berat Kering Tanaman
Bahan Teh Kompos
Media Tanam
Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh Tanpa 15,43 17,66 18,33 17,14 a Gamal 18,29 17,66 17,45 17,80 a Guano 17,17 17,56 17,78 17,50 a Rerata 16,96 a 17,63 a 17,85 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Jumlah Buah Per Tanaman
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap parameter pengamatan jumlah buah pertanaman. Aras perlakuan pemberian penutup tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah buah pertanaman dari awal panen sampai panen terakhir dengan perlakuan pemberian penutup tanah penuh menghasilkan jumlah buah pertanaman cenderung lebih banyak (7,66) pada panen pertanama begitu pun panen kedua ( 13,77) panen ketiga juga penutup tanah penuh cenderung lebih banyak (20,44) dan panen keempat pemberian penutup tanah penuh cenderung lebih banyak (13,55) dibanding aras perlakuan pemberian penutup tanah setengah lingkaran permukaan media dan tanpa penutup tanah (Tabel 13) . Aras perlakuan penyemprotan teh kompos berpengaruh nyata terhadap jumlah buah pertanaman dari awal panen sampai akhir panen dengan perlakuan pemberian teh kompos gamal menghasilkan jumlah buah pertanaman cenderung lebih banyak (8,55) pada panen pertama yang tidak berbeda nyata dengan teh kompos guano, panen kedua penyemprotan teh kompos guano cenderung lebih banyak (14) yang tidak berbeda nyata dengan teh kompos gamal, pada panen ketiga penyemprotan teh
kompos gamal cenderung lebih banyak (22,33) yang tidak berbeda nyata dengan teh guano, dan pada panen keempat penyemprotan teh kompos guano cenderung lebih banyak (13,77) yang tidak berbeda nyata denga naras perlakuan tehkompos guano.
Tabel 13 . Jumlah Buah Per Tanaman
Waktu Panen Penyemprotan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Penutup Tanah1/2 Penutup Tanah Penuh 1 Tanpa 3,33 3,00 4,00 3,44 b Gamal 8,00 7,33 10,33 8,55 a Guano 7,33 6,00 8,66 7,33 a Rerata 6,22 a 5,44 b 7,66 a (-) 2 Tanpa 5,66 6,00 6,66 6,11 b Gamal 10,66 13,66 17,00 13,77 a Guano 12,66 11,66 17,66 14,00 a Rerata 9,66 b 10,44 b 13,77 a (-) 3 Tanpa 11,66 13,33 15,00 13,33 b Gamal 18,33 20,33 22,33 20,33 a Guano 18,66 18,00 24,00 20,22 a Rerata 16,22 b 17,22 b 20,44 a (-) 4 Tanpa 8,33 11,00 10,66 10,00 b Gamal 12,66 13,66 14,66 13,66 a Guano 13,33 12,66 15,33 13,77 a Rerata 11,44 b 12,44 a 13,55 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor
## Berat Buah Per Tanaman
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap parameter pengamatan berat buah per tanaman pada panen pertama. Pemberian penutup tanah berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah pertanaman namun perlakuan pemberian penutup tanah penuh menghasilkan berat buah pertanaman paling tinggi yang tidak berbeda nyata dengan aras perlakuan lainnya dari awal panen sampai akhir panen. Pemberian teh kompos berpengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman dari awal panen sampai akhir panen. Pada saat panen pertama perlakuan pemberian teh kompos gamal menghasilkan berat buah cenderung lebih berat (29,26 g) tetapi tidak berbeda nyata dengan teh guano, penyemprotan teh kompos guano cenderung lebih berat (34,64 dan 40,58 serta 34,17), pada panen kedua, ketiga dan keempat tetapi tidak berbeda nyata dengan teh gamal (Tabel 14) .
Tabel 14 . BeratBuah Per Tanaman Waktu Panen Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Tanah Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh 1 Tanpa 22,2 22,63 24,4 23,07 b Gamal 28,58 28,24 30,96 29,26 a Guano 29,46 26,83 29,56 28,62 a Rerata 26,75 a 25,90 a 28,31 a (-) 2 Tanpa 26,16 26,86 27,46 26,83 b Gamal 31,3 34,36 37,66 34,44 a Guano 33,43 32,3 38,2 34,64 a Rerata 30,3 a 31,17 a 34,44 a (-) 3 Tanpa 32,56 33,68 35,26 33,83 b Gamal 38,47 40,52 42,64 40,54 a Guano 38,97 38,41 44,37 40,58 a Rerata 36,67 a 37,53 a 40,76 a (-) 4 Tanpa 28,93 31,10 31,04 30,36 b Gamal 32,96 33,9 34,93 33,93 a Guano 33,65 33,28 35,57 34,17 a Rerata 31,85 a 32,76 a 33,85 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## Jumlah Total Buah
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap jumlah total buah. Aras perlakuan pemberian penutup tanah maupun aras perlakuan penyemprotan teh kompos berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total buah (Tabel 15)
## Berat Total Buah
Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap berat total buah. Aras perlakuan penutup tanah maupun aras perlakuan penyemprotan teh kompos berpengaruh tidak nyata terhadap berat total buah (Tabel 16) .
Tabel 15 . Jumlah Total Buah
Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh Tanpa 28,98 33,33 36,32 32,87 a Gamal 49,65 54,9 64,32 56,29 a Guano 51,98 48,32 65,65 55,31 a Rerata 43,53 a 45,51 a 55,43 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
Tabel 16 . Berat Total Buah
Bahan Teh Kompos Media Tanam Rerata Tanpa Penutup Tanah ½ Penutup Tanah Penuh Tanpa 109,85 114,27 118,16 114,09 a Gamal 128,38 137,22 146,21 137,27 a Guano 135,52 130,85 147,72 138,03 a Rerata 124,58 a 127,44 a 137,36 a (-)
Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda pada tingkat nyata ( α ) 5% menurut uji DMRT. ( – ) tidak terjadi interaksi antar faktor.
## 3.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari faktor perlakuan penyemprotan teh kompos gamal dan teh kompos guano dan pemberian penutup tanah luar media terhadap tanaman cabai rawit tidak memberikan interaksi pada parameter lingkungan yang diamati. Tanaman cabai rawit dengan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kondisi lingkungan. Rata-rata pengaruh utama pemberian teh kompos guano dan pemberian penutup tanah penuh mengakibatkan kondisi lingkungan tanaman membaik seperti, kadar lengas meningkat dan ph tanah netral. Demikian pula pengaruh utama pemberian penutup tanah tidak menunjukkan beda nyata antar level perlakuan, namun pemberian penutup tanah mengakibatkan kondisi lingkungan tanaman, kadar lengas meningkat, pH mendekati netral dibandingkan dengan tanpa pemberian penutup tanah. Suhu tanah tidak menunjukan beda yang nyata antar perlakuan. Namun kondisi lingkungan yang berfluktuasi dalam penelitian ini sehingga suhu tanah berkisar antara 24-26 º C. Kondisi lingkungan tersebut berdampak pada pertumbuhan tanaman, hasil penelitian menunjukan bahwa dampak dari faktor perlakuan penyemprotan teh kompos dan pemberian penutup tanah terhadap tanaman cabai rawit tidak memberikan interaksi pada parameter pertumbuhan yang diamati pengaruh utama pemberian teh kompos guano menunjukan pertumbuhan tertinggi, diameter batang terbesar, berat kering tanaman terberat dan jumlah daun terbanyak dibandingkan perlakuan lainnya.
Hasil tanaman cabai rawit dalam penelitian ini tidak menunjukkan interaksi antar faktor perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter yang diamati cabai rawit untuk mendapatkan hasil terbaik pada perlakuan penyemprotan teh kompos guano, penyemprotan teh kompos gamal dan pemberian penutup tanah penuh yang ditunjukan pada parameter jumlah buah pertanaman terberat, jumlah buah pertanaman terbanyak, dan berat brangkasan terberat dibandingkan dengan tanaman cabai rawit yang diberi level perlakuan lainnya.
## 4. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan modifikasi media tanam arang sekam dan pemberian teh kompos, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kadar lengas tertinggi dan pH tanah netral, pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi, diameter batang terbesar, berat kering tanaman terberat, jumlah buah pertanaman terbanyak, berat buah terberat, dan berat kering tanaman terberat diperoleh dari aras perlakuan teh kompos guano maupun aras perlakuan penutup tanah penuh.
## Pustaka
Barus A. 2008. Agroteknologi Tanaman buah-buahan. Medan USU-Press. Anwar, Muhammad Faisal. 2018. Pengaruh Bohasi Sampah Pasar dan Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada Merah (red lettuce l.) Varietas New Red Fire. Program Studi Agroteknologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.Http://digilib.uinsgd.ac.id/
Badan Pusat Statistik. ( BPS ) 2015.Kebutuhun Cabai Rawit di Indonesia. Badan Pusat Statistik. Available at www.bps .go.id
Gomez , K. A. Dan A.A Gomes. 1995. Prosedur Statitik untuk Penelitian Pertanian Edisi ke 2 Jakarta (Indonesia): UI Press.
Ikpeme , C. E., Henry, P., & Okiri, O. A. (2014). Comparative evaluation of the nutritional, phytochemical and microbiological quality of three pepper varieties. Journal of Food and Nutrition Sciences, 2(3), 74. https://doi.org/10.11648/j.jfns.201 40203.15
Kouassi CK, Koffi-nevry R, Guillaume LY et al. 2012. Profiles of bioactive compounds of some pepper fruit (Capsicum L.) Varieties grown in Côte d’ivoire. Innovative Romanian Food Biotechnol 11: 23- 31.
Pant, N., Fuloria, P. & Tewari, B.C. A new well behaved exact solution in general relativity for perfect fluid. Astrophys Space Sci 340, 407 – 412 (2012). https://doi.org/10.1007/s10509-012-1068-8
Scheuerell, S, and W Mahaffee. 2002. Compost tea: principles and prospects for plant disease control. Compost Science and Utilization. 10: 313- 338
Setiadi . 2000. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sharma , S., 2008, Topical Drug Delivery System : a Review, Pharmaceut. Rev.,
6, 129
St. Martin , CCG, and RAI Brathwaite. 2012. Compost and compost tea: principles and prospects as substrates and soil-borne disease management strategies in soil-less vegetable production. Biol.
Agric. Hortic. 28:1-33.
|
ee4755d1-c910-4571-b8cf-c520efba418c | https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR/article/download/3144/1855 |
## GAMBARAN STATUS GIZI BERDASARKAN ANTROPOMETRI PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
## Eny Dwimawati
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor Email: [email protected]
## Abstrak
Masalah gizi yaitu gizi kurang maupun gizi lebih, akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular. Bila masalah ini berlanjut hingga dewasa dan menikah akan berisiko mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran status gizi berdasarkan antropometri tubuh. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat observasional. Pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling yaitu dengan teknik acak berdasarkan area ( cluster random sampling ). Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Ibn Khaldun Bogor semester 2 yang berjumlah 85 responden. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah remaja, yakni sebesar 88,2% dengan status gizi kurang sebesar 41,7% dan gizi normal/baik sebesar 47%, dan sisanya masuk dalam kategori dewasa yaitu 11,8% dengan status gizi kurang sebesar 4,7% dan yang mempunyai gizi normal/baik sebesar 7,1%. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan perhitungan Body Mass Index (BMI) kategori underweight (10,6%), normal (54,1%), overweight (20%), dan obesitas (15,3).
## Kata kunci: Gambaran, Status Gizi, Antropometri
## Pendahuluan
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. status gizi yang baik diperoleh untuk mempertahankan derajat kebugaran, kesehatan, membantu pertumbuhan anak serta menunjang pembinaan prestasi olahragawan (Irianto, 2000).
Masalah gizi yaitu gizi kurang maupun gizi lebih, akan meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular. Bila masalah ini berlanjut hingga dewasa dan menikah akan berisiko mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya (Kemenkes RI, 2020).
Status gizi normal merupakan suatu ukuran dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan Kebutuhan individu energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat protein lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005).
Menurut Tutik,dkk (2019), secara umum, bentuk kelainan gizi digolongkan menjadi 2 yaitu overnutrition (kelebihan gizi) dan undernutrition (kekurangan gizi). Overnutrition adalah suatu keadaan tubuh akibat mengkonsumsi zat zat gizi tertentu melebihi kebutuhan tubuh dalam waktu yang relatif lama. Udernutrition (kekurangan gizi) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Supriasa, 2002).
Di Indonesia mempunyai tiga beban masalah gizi ( triple burden ) yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi
mikro seperti anemia. Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 25,7% remaja usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Selain itu terdapat 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0% pada remaja usia 13- 15 tahun dan 13,5% pada remaja usia 16-18 tahun (Kemenkes, 2020).
Tujuan penelitian ini dilakukan pada mahasiswi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibn Khaldun (UIKA) untuk melihat gambaran status gizi berdasarkan antropometri tubuh.
## Metode Penelitian dan Populasi
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat observasional. Pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling yaitu dengan teknik acak berdasarkan area ( cluster random sampling ). Cluster random sampling merupakan teknik sampling secara berkelompok. Tujuan metode cluster random sampling antara lain untuk
meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi (Huwaida, 2019).
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Ibn Khaldun Bogor semester 2 yang berjumlah 85 responden.
## Hasil Penelitian
Gambaran hasil penelitian status gizi pada mahasiswa Fakultas Ilmu kesehatan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Gambaran Klasifikasi Umur menurut Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn
Khaldun Umur responden Jenis kelamin responden Jumlah Laki-laki Perempuan n % n % N % Remaja (11-19 tahun) 4 4,7 71 83,5 75 88,2 Dewasa (20-60 tahun) 2 2,36 8 9,4 10 11,8 Total 6 7,1 79 92,3 85 100
Berdasarkan tabel 1. di atas, diketahui bahwa dari 85 responden penelitian terdapat responden berusia remaja (11-19 tahun) yang
berjenis kelamin laki-laki sebesar 4,7% dan perempuan sebesar 83,5%.
Tabel 2. Gambaran Body Mass Index (BMI) Menurut Jenis Kelamin PadaMahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibn Khaldun Body Mass Index (BMI) Jenis kelamin Jumlah Laki-laki perempuan n % n % N % Underweight (kurus) 2 2,4 7 8,2 9 10,6 Normal 2 2,4 44 51,8 46 54,2 Overweight (gemuk) 0 0 17 20 17 20 Obesitas 2 2,4 11 12,9 13 15,3 Jumlah 6 7,1 79 92,9 85 100
Dari tabel 2. didapatkan informasi bahwa, laki-laki yang mempunyai Body Mass Index (BMI) kategori underwight sebesar 2,4% dan perempuan sebesar 8,2%, sedangkan kategori normal pada laki-laki
sebesar 2,4% dan perempuan sebesar 51,8%. Berdasarkan kategori overweight, pada laki- laki 0% dan perempuan 20%, sedangkan kategori obesitas pada laki-laki sebesar 2,4% dan perempuan sebesar 12,9%.
Tabel 3. Gambaran Body Mass Index (BMI) Menurut Klasifikasi Umur Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun
Body Mass Index (BMI) Usia responden Jumlah Remaja (11-19 tahun) Dewasa (20- 60 tahun) n % n % N % Underweight (kurus) 7 8,2 2 2,4 9 10,6 Normal 40 47 6 7,1 46 54,1 Overweight (gemuk) 17 20 0 0 20 20 Obesitas 11 12,9 2 2,4 13 15,3 Jumlah 75 88,1 10 11,9 85 100
Dari tabel 3. diketahui bahwa Body
Mass Index (BMI) kategori underweight pada usia remaja (11-19 tahun) sebesar 8,2% dan usia dewasa (20-60 tahun) sebesar 2,4%, sedangkan kategori normal didapatkan hasil pada usia remaja (11-19 tahun) sebesar 47% dan pada usia dewasa (20-60 tahun) sebesar
7,1%. Pada kategori overweight pada usia remaja (11-19 tahun) sebesar 20% dan pada usia dewasa (20-60 tahun) sebesar 0%, sedangkan kategori obesitas didapatkan hasil pada usia remaja (11-19 tahun) sebesar 12,9% dan pada usia dewasa (20-60 tahun) sebesar 2,4%.
Tabel 4 . Gambaran Status Gizi Menurut Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn
Khaldun Jenis Kelamin Status Gizi Jumlah Kurang Baik/Normal n % n % N % Laki-laki 4 4,7 2 2,3 6 7 Perempuan 35 41,2 44 51,8 79 93 Total 39 45,9 46 54,1 85 100
Tabel 4. menggambarkan bahwa laki- laki yang mempunyai status gizi kurang sebesar 4,7% dan gizi normal/baik sebesar 2,3%, sedangkan pada perempuan yang
mempunyai gizi kurang sebesar 35% dan yang mempunyai gizi normal/baik sebesar 51,8%.
Tabel 5. Gambaran Status Gizi Responden Menurut Umur Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn
Khaldun Umur Status Gizi Jumlah Kurang Baik/Normal n % n % N % Remaja (11-19 tahun) 35 41,2 40 47 75 88,2 Dewasa (20-60 tahun) 4 4,7 6 7,1 10 11,8 Total 39 41,9 46 54,1 85 100
Tabel 5. menggambarkan bahwa pada usia remaja (11-19 tahun) yang mempunyai status gizi kurang sebesar 41,7% dan gizi normal/baik sebesar 47%, sedangkan pada
usia dewasa (20-60 tahun) yang mempunyai gizi kurang sebesar 4,7% dan yang mempunyai gizi normal/baik sebesar 7,1%.
## Pembahasan
Gizi seimbang yang dikenal masyarakat Indonesia adalah 4 sehat 5 sempurna. saat ini konsep tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi. Sebagai gantinya adalah pedoman gizi seimbang yakni susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. gizi seimbang memperhatikan empat prinsip yaitu variasi makanan pentingnya pola hidup bersih pentingnya pola hidup aktif dan olahraga serta pemantauan berat badan ideal (Setyawati dan Eko, 2018).
Jika dikaji secara Ilmu Epidemiologi, masalah gizi mempunyai hubungan timbal balik antara faktor pejamu ( host ), agent, dan lingkungan ( environment ) atau disebut konsep segitiga
epidemiologi ( Epidemiologic Triangle ). Orang dikatakan status gizi normal atau apabila ketiga faktor host (pejamu), agent, dan lingkungan dalam keadaan seimbang, tidak boleh terjadi kesenjangan. Artinya bahwa apabila terjadi ketidak seimbangan dari faktor pejamu, agent, dan
lingkungan inilah yang mengakibatkan timbulnya berbagai masalah gizi.
Status gizi merupakan gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013). Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) dapat menyebabkan pertahanan tubuh menjadi menurun. Sistem antibodi berkurang, sehingga akan mudah terserang penyakit infeksi seperti pilek, batuk, pneumonia, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat menyebabkan kematian (Almatsier, 2003).
Setiap orang mempunyai status gizi yang berbeda, hal ini tergantung pada asupan gizi dan kebutuhannya. Jika antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan menghasilkan status gizi baik, sebaliknya jika antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuh tidak seimbang akan menimbulkan masalah status gizi. Kebutuhan gizi setiap orang dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor misalnya usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Berdasarkan penelitian, sebagian besar responden adalah remaja, yakni sebesar 88,2% dengan status gizi kurang sebesar 41,7% dan gizi normal/baik sebesar 47%, dan sisanya masuk dalam kategori dewasa yaitu 11,8% dengan status gizi kurang sebesar 4,7% dan yang mempunyai gizi normal/baik sebesar 7,1%. Anak dikatakan remaja apabila telah mencapai umur 110-18 tahun untuk perempuan dan 12-20 tahun untuk laki-laki (Rachmawati, 2012).
Kesehatan remaja berawal pada usia yang sangat dini. Gejala sisa infeksi dan malnutrisi ketika anak-anak akan berdampak pada usia remaja. Wanita yang fisiknya tidak pernah tumbuh dengan sempurna berisiko Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, partus macet dan pendarahan (Banowati, 2019).
Remaja putri adalah kelompok paling riskan terhadap dampak gizi buruk. Kesalahan pola nutrisi dapat mengakibatkan mereka mengalami kelebihan berat badan (obesitas), atau sebaliknya kekurangan gizi akibat penerapan pola diet yang terlalu ketat (Surbakti, 2008). Dari hasil penelitian didapatkan hasil responden dengan BMI kategori underweight (10,6%), normal (54,1%), overweight (20%), dan obesitas (15,3).
Pada remaja putri, kehilangan darah akibat haid dapat membutuhkan 20 mg zat besi setiap hari. Ini berbeda dengan remaja putra yang hanya memerlukan 15 mg zat besi setiap hari. Selain itu, remaja putri memerlukan 2400-2700 kalori setiap hari,
sedangkan kebutuhan remaja putra bervariasi antara 3100-3600 kalori setiap hari. Perbedaan kebutuhan kalori ini disebabkan tubuh remaja putra umumnya lebih besar dan aktivitas fisik mereka lebih berat dibandingkan dengan remaja putri (Surbakti, 2008). Berdasarkan penelitian Barker (2002) menyatakan bahwa Kebutuhan zat gizi pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, sehingga porsi tiap kali makan pada laki-laki lebih banyak.
Kebutuhan protein antara anak balita tidak sama dengan kebutuhan remaja, kebutuhan energi mahasiswa yang menjadi atlet akan jauh lebih besar daripada mahasiswa yang bukan atlet. Kebutuhan zat besi pada wanita usia subur lebih banyak dibandingkan kebutuhan zat besi laki-laki, karena zat besi diperlukan untuk pembentukan darah merah atau hemoglobin (Kemenkes RI dan BPPSDMK, 2017).
Pada perempuan seringkali mengukur citra tubuh ( body image ) menjadi hal yang sangat penting sehingga, banyak perempuan yang menunda makan ataupun mengurangi jumlah porsi makannya yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut hasil penelitian Kusumajaya, dkk (2008), menjelaskan bahwa pandangan remaja terhadap body image sangat berpengaruh dengan status gizi, karena berhubungan dengan pola makan yang tidak sehat. Perilaku seperti ini seringkali akan menimbulkan masalah kesehatan bagi remaja, pola makan yang tidak baik mengaakibatkan kecukupan makronutrien dan mikronutriennya tidak tercukupi.
## Kesimpulan Dan Saran
Berdasarkan penelitian, sebagian besar responden adalah remaja, yakni sebesar 88,2% dengan status gizi kurang sebesar 41,7% dan gizi normal/baik sebesar 47%, dan sisanya masuk dalam kategori dewasa yaitu
11,8% dengan status gizi kurang sebesar 4,7% dan yang mempunyai gizi normal/baik sebesar 7,1%. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan perhitungan Body Mass Index (BMI) kategori underweight (10,6%), normal
(54,1%), overweight (20%), dan obesitas (15,3).
Perbaikan gizi pada remaja seharusnya melalui intervensi gizi spesifik seperti pendidikan gizi, fortifikasi zat/mineral yang dibutuhkan tubuh, dan suplementasi serta
penanganan penyakit penyerta perlu dilakukan. Hal ini bertujuan, untuk meningkatkan status gizi remaja, memutus rantai intergenerasi masalah gizi, serta masalah penyakit tidak menular.
## Daftar Pustaka
[1] Almatsier, S. (2003) Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
[2] Banowati, Lilis. 2019. Ilmu Gizi Dasar (Konsep Dasar Ilmu Gizi, Zat-Zat Makanan, dan Gizi Dasar Kehidupan) . Yogyakarta: Deepublish.
[3] Barker, Helen M.. 2002. Nutrition and
Dietetics for Health Care. Tenth
Edition . Uk: Churchil Livingstone.
[4] Huwaida, Hikmayanti. Statistika
Deskriptif . Yogyakarta: Poliban Press. [5] Irianto, DP. 2000. Pendidikan
Kebugaran Jasmani Yang Efektif Dan Aman . Yogyakarta: Lukman Offset.
[6] Kemenkes RI. 2020. Gizi saat Remaja Tentukan Kualitas Keturunan . Jakarta:
Kemenkes RI dan BPPSDMK. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kemenkes RI
[7] Kusumajaya, AAN.,Wiardani, NK dan
Juniarsana, IW. (2008) . Persepsi Remaja terhadap Body Image (Citra Tubuh) Kaitannya dengan Pola
Konsumsi Makan. Jurnal Skala Husada . 5(2).
[8] Marmi. (2013) Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[9] Nix, S. 2005. William’s Basic Nutrition and Diet Therapy, Twelfth Edition . Elsevier Mosby Inc, USA.
[10] Setyawati, Vilda AV dan Eko Hartini. 2018. Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat . Yogyakarta: Deepublish.
[11] Rachmawati, Muchnuria. 2012. Mencegah Obesitas (Problema Obesitas Pada Remaja) . Malang: Universitas Brawijaya press (UB Press).
[12] Supriasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi . Jakarta: EGC.
[13] Surbakti, EB. 2008. Kenakalan Orang tua Penyebab kenakalan Remaja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
[14] Tarwoto. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya . Jakarta: salemba
Medika. 2010
[15] Tutik, dkk. 2019. Pendamping Gizi Pada Balita . Yogyakarta: Deepublish.
|
ebf45075-d1b9-4b6b-b9b7-191e6bec8697 | https://journals.usm.ac.id/index.php/jreb/article/download/4229/2171 |
## Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis
http://journals.usm.ac.id/index.php/jreb
## PENGARUH KEPUASAN, KOMPENSASI DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI MEDIASI KETERLIBATAN KARYAWAN
Joko Setyawan 1) ; Endang Rusdianti 2) ; Hardani Widhiastuti 3) [email protected] 1 ) ; [email protected] 2 ) ; [email protected] 3 )
## Program Studi Magister Manajemen, Universitas Semarang, Semarang, Indonesia
## Info Artikel
________________ Sejarah Artikel: Diterima : 14-05-2021 Disetujui : 18-07-2021 Dipublikasikan:31-08- 2021 ________________ Keywords: employee performance; employee engangement;
job satisfaction;
compensation; teamwork __________________
## Abstrak
___________________________________________________________________ Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja, kompensasi, kerjasama tim terhadap kinerja karyawan dengan keterlibatan karyawan sebagai mediasi. Unit analisis penelitian adalah karyawan perusahaan pelabuhan Indonesia yang memiliki jabatan sebagai teknisi dan leader teknisi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner, dengan jumlah responden sebanyak 65 karyawan yang merupakan teknisi dan leader teknisi. Metode analisis yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) 3.3.3. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, kompensasi terhadap kinerja karyawan, kerjasama tim terhadap kinerja karyawan, kepuasan kerja terhadap keterlibatan karyawan, kompensasi terhadap keterlibatan karyawan, dan kerjasama tim terhadap keterlibatan karyawan. Di sisi lain, terdapat hasil penelitian yang berpengaruh negatif dan signifikan yang ditunjukkan oleh hubungan keterlibatan karyawan terhadap kinerja karyawan.
## EFFECT OF JOB SATISFACTION, COMPENSATION AND TEAMWORK TO EMPLOYEE PERFORMANCE IS MEDIATED BY EMPLOYEE ENGAGEMENT
## Abstract
_________________________________________________________________ This study aims to analyze the effect of job satisfaction, compensation and teamwork on employee performance, and employee engagement of mediating variable. Employees on the performance of employees, employees of port company. The unit of research analysis is the employees of port company in Indonesia who has a position as technician and technician leader. Data collection was carried out by distributing questionnaires, with the number of respondents as many as 65 employees who were technicians and technician leaders. The analytical method used in testing the hypothesis is Structural Equation Modeling (SEM) using Partial Least Square (PLS) 3.3.3. The results in this study indicate that there is a positive and significant influence between job satisfaction on employee performance, compensation for employee performance, teamwork on employee performance, job satisfaction on employee engagement, compensation for employee involvement, and teamwork on employee engagement. On the other hand, there are research results that have a negative and significant effect, which is shown by the relationship between employee involvement and employee performance.
🖂 Alamat korespondensi :
Magister Manajemen, Universitas Semarang, Jalan Sukarno Hatta, Semarang E-mail: [email protected]
ISSN 1979-4800 (cetak) 2580-8451 (online)
## PENDAHULUAN
Perubahan pada kondisi lingkungan organisasi baik secara internal maupun eksternal mendorong organisasi untuk bertindak atau merespon cepat (responsive) dan beradaptasi (adapative) dengan keadaan lingkungan pasar yang penuh dengan persaingan. Organisasi harus berusaha menjadi fleksibel untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan persaingan yang semakin kompetitif. Fleksibilitas dalam organisasi dapat ditentukan oleh sumberdaya yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi (knowledge asset) yang menjadikan organisasi memiliki keunggulan bersaing (Competitive advantage), sehingga dapat bertahan dalam industri tersebut. Naik turunnya kinerja perusahaan bergantung pada peran yang dilakukan oleh karyawan (Mathis dan Jackson, 2009). Kinerja dari karyawan dapat berupa hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan fungsi didalamnya guna meningkatan kesejahteraan perusahaan tempat dirinya bekerja.
Peran penting kinerja karyawan dalam sebuah organisasi telah banyak dipaparkan dalam sebuah penelitian, dalam penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono dan Rahmawati (2019) kinerja karyawan sangat kuat dipengaruhi oleh keterlibatan karyawan, sehingga dalam hal ini menjadi acuan sebagai variabel yang mampu menjadi mediasi variabel lain. Adapun engagement atau keterlibatan menjadi salah satu pembahasaan menarik dalam kurun waktu belakangan ini, banyak kalangan yang berpendapat bahwa keterlibatan harus menjadi perhatian serius bagi pertinggi perusahaan agar dapat menjalankan bisnisnya secara berkelanjutan. Menurut Haugsnes (2016) yang dimaksud dengan keterlibatan adalah kepatuhan seorang karyawan manajemen dan non manajemen pada organisasi yang menyangkut visi, misi, dan tujuan perusahaan dalam proses pekerjaannya. Ungkapan lain juga menjelaskan bahwa keterlibatan karyawan merupakan tingkat dimana karyawan secara psikologis terhubung dan berkomitmen untuk menyelesaikan pekerjaan (Dessler, 2015), sehingga hal tersebut akan mempengaruhi kinerja karyawan. Adapun variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan yaitu kepuasan kerja yang merupakan pernyataan emosional yang positif sebagai apresiasi karyawan terhadap pekerjaan. Penelitian- penelitian mengenai kepuasan kerja umumnya memiliki pengaruh besar terhadap kinerja yang dilakukan oleh karyawan. Seorang pekerja atau karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan yang positif mengenai pekerjaannya, sedangkan seorang dengan level yang rendah memiliki perasaan negatif (Robbins dan Judge, 2016). Selain kepuasan kerja adapula faktor penting lain yang berhubungan dengan tingkat pertumbuhan kinerja karyawan yaitu kompensasi, menurut Hatta (2017) Kompensasi yang baik merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi organisasi maupun karyawan. Apabila kompensasi diberikan secara benar dan teratur maka komitmen karyawan untuk bekerja secara lebih baik, sehingga tercapai sasaran atau tujuan organisasi. Pada prinsip lain, sebuah kinerja akan berdampak baik apabila sebuah kerjasama tim terjadi pada organisasi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Boakye (2015), Qashim dan Rasheed (2017) menyatakan bahwa kerjasama tim berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Secara garis besar kerjasama tim merupakan proses yang memungkinkan orang biasa untuk mencapai hasil yang luar biasa.
Fenomena permasalahan atau kenyataan yang terjadi pada perusahaan maintenance alat pelabuhan Cabang Semarang yang menjadi ujung tombak operasional dari Badan Usaha Milik Negara Pelabuhan Indonesia yang bergerak dibidang jasa perawatan alat berat peti kemas. Pentingnya perusahaan di bidang jasa keperawatan ini adalah sebagai penopang utama bergeraknya operasional dari alat-alat pengangkut peti kemas di pelabuhan Indonesia. Apabila alat operasional berjalan dengan lancar, maka capaian-capaian yang diinginkan oleh perusahaan pelabuhan Indonesia akan terwujud. Berdasarkan fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa adanya trend kenaikan denda yang terima perusahaan maintenance alat pelabuhan Cabang Semarang karena Break Down pada alat melampai target yang telah disepakati di kontrak kerja
yaitu sebesar 40 jam setiap bulannya. Data tersebut mencatatkan bahwa hampir setiap bulan kecuali bulan Juni 2019, perusahaan maintenance alat pelabuhan Cabang Semarang terkena denda, dan tercatat denda terbesar sebanyak Rp. 36.178.415 pada bulan September 2019. Banyaknya denda yang dialami oleh perusahaan maintenance alat pelabuhan Cabang Semarang pada bulan Januari-September 2019 karena terjadinya penurunan kinerja perusahaan. Hal yang diduga menjadi dampak dari penurunan kinerja perusahaan berasal dari menurunnya kinerja karyawannya karena berbagai kondisi dari perusahaan ini.
Adapun dari penjelasan diatas, pada penelitian ini akan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan, pengaruh kerjasama tim terhadap kinerja karyawan, pengaruh kepuasan kerja terhadap keterlibatan karyawan, pengaruh kompensasi terhadap keterlibatan karyawan, pengaruh kerjasama tim terhadap keterlibatan karyawan, dan pengaruh keterlibatan karyawan terhadap kinerja karyawan.
## TELAAH PUSTAKA
Telaah pustaka merupakan kerangka acuan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian. Peneliti akan memaparkan teori- teori yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Teori yang dikemukakan disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai Kinerja Karyawan, Keterlibatan karyawan, Kepuasan Kerja, Kompensasi, dan Kerjasama tim.
Mathis dan Jackson (2009) juga menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen kinerja karyawan adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Seseorang harus mempunyai hasil kerja yang dapat dicapai di dalam organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tidak melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan etika (Marpaung, 2014). Kinerja Karyawan pada penelitian ini akan menggunakan indikator penelitian dari Robbins dan Judge (2015), yaitu Kualitas, Kuantitas, Ketepatan waktu, dan Efektivitas. Adapun kemandirian tidak digunakan karena dalam perusahaan ini lebih mengutamakan kerjasama tim, sehingga segala bentuk permasalahan akan diselesaikan secara tim.
Keterikatan adalah kepatuhan seorang karyawan manajemen dan non manajemen pada organisasi yang menyangkut visi, misi, dan tujuan perusahaan dalam proses pekerjaannya. Bukan dalam sebuah arti pemahaman saja, namun juga dalam segi pelaksanaan pekerjaan, keterlibatan karyawan akan meningkat apabila karyawan mempunyai kepuasan kerja yang baik (Vorina et al., 2017). Lebih lanjut Endang Rusdianti, et al (2011), menjelaskan bahwa organisasi dapat mencapai kinerja yang diharapkan serta memiliki keunggulan kompetitif adalah ketika orang di dalamnya melakukan apa yang terbaik dari mereka, apa yang mereka senangi serta kuatnya faktor kepemilikan secara psikologis dalam melaksanakan dan memberi hasil pada pekerjaan mereka. Pengukuran terhadap Keterlibatan karyawan pada penelitian ini akan menggunakan indikator penelitian dari Vorina et al., (2017), yaitu Kontribusi, Dedikasi, Kemauan kuat, dan Kebanggaan.
Kepuasan kerja merupakan sesuatu yang dapat membangun psikologi organisasi sehingga akan mempengaruhi keadaan organisasi (Miao, Humphrey, & Qian, 2016). Sedangkan Abdirahman et al., (2018) menyatakan bahwa kepusan kerja merupakan perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun dengan kondisi kerjanya. Sehingga kepuasan kerja adalah cerminan perasaan pegawai terhadap pekerjaannya. Penelitian ini akan menggunakan indikator kepuasan kerja pegawai menurut Robbins dan Judge (2015), yaitu sifat pekerjaan, pengawasan, dan peluang promosi.
Nasution (2013), kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi/perusahaan kepada karyawan, yang bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Sedangkan menurut Hasibuan (2013) dijelaskan bahwa kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang secara langsung maupun tidak langsung yang diterima anggota sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Penelitian ini akan menggunakan indikator kompensasi menurut Simamora (2010) yaitu Upah dan Gaji, Insentif, tunjangan, dan fasilitas.
Kerjasama tim bagaikan sebuah orkestra yang saling bekerja sama menimbulkan suatu musik yang indah. Bila salah seorang pemain salah memainkan alat musiknya maka akan menimbulkan disharmonis. Kerjasama tim akan berhasil jika mereka dapat melenyapkan kompetisi dan berkonsentrasi pada perbedaan pandangan dan keahlian untuk mengatasi masalah atau tantangan dengan cepat. Sedangkan Kreitner and Kinicki (2013) mendefinisikan tim merupakan sejumlah kumpulan kecil manusia dengan keterampilan yang saling melengkapi, yang berkomitmen untuk tujuan, hasil dan pendekatan dimana satu sama lain saling bertanggung jawab. Penelitian ini akan menggunakan indikator Kerjasama tim menurut West (2012) yaitu tanggung jawab secara bersama-sama, saling berkontribusi, dan pengerahan kemampuan secara maksimal.
## Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Kepuasan dalam menjalankan sebuah pekerjaan menjadi salah satu daya tarik tersendiri agar kinerja masing-masing karyawan tetap terjaga. Sedangkan Abdirahman et al. (2018) menyatakan bahwa kepusan kerja merupakan perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun dengan kondisi kerjanya. Hasil penelitian Abdirahman et al. (2018) dan Gautama dkk (2010) menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap Kinerja karyawan. Mengacu pada uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H1: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Kinerja karyawan.
## Hubungan Kompensasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Karyawan akan merasa bekerja dengan tenang dan nyaman apabila kompensasi di dalam perusahaan tersebut sangat baik adanya. Menurut Nasution (2013), kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi/perusahaan kepada karyawan, yang bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Hasil penelitian Riana (2016), Suryana (2018) dan Irdyansyah (2019) membuktikan bahwa kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja karyawan. Mengacu pada uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H2: Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja karyawan.
## Hubungan Kerjasama tim Terhadap Kinerja Karyawan
Keefektifan suatu jalinan kerjasama tim menjadi harapan besar bagi banyak pihak karena dianggap dapat membangun dan memajukan organisasi di masa depan. Kemampuan memecahkan masalah dan keakuratan dalam mengambil keputusan adalah salah satu ciri khas positif yang dilahirkan oleh kerjasama tim yang efektif. Robbins dan Judge (2015) menyatakan bahwa kerjasama tim adalah kelompok usaha-usaha individual yang menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada hasil yang didapatkan jika pekerjaan diselesaikan seorang diri. Hasil penelitian Adam dan Tabrani (2018) serta Sari (2019) terbukti bahwa kerjasama tim berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Kerjasama tim berpengaruh terhadap Kinerja karyawan. Mengacu pada uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H3: Kerjasama tim berpengaruh terhadap Kinerja karyawan.
## Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Keterlibatan karyawan
Kepuasan kerja merupakan cerminan dari perasaan pegawai terhadap pekerjaannya. Sikap terhadap pekerjaan baik positif maupun negatif akan terlihat sebagai akibat dari kepuasan terhadap pekerjaan yang dihadapi. Hasil penelitian Vorina et al., (2017) terbukti bahwa Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Keterlibatan karyawan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Keterlibatan karyawan. Mengacu pada uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H4: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Keterlibatan karyawan.
## Hubungan Kompensasi Terhadap Keterlibatan karyawan
Pemberian kompensasi merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dari fungsi manajemen sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan hal-hal seperti pemberian penghargaan secara individu sebagai bentuk apresiasi dalam melakukan tugas kerjanya. Hasil penelitian Affini dan Surip (2018) terbukti bahwa kompensasi berpengaruh secara langsung terhadap keterlibatan karyawan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kompensasi berpengaruh terhadap keterlibatan karyawan. Mengacu pada uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H5: Kompensasi berpengaruh terhadap keterlibatan karyawan.
## Hubungan Kerjasama tim Terhadap Keterlibatan karyawan
Tracy (2006) menyatakan bahwa kerjasama tim merupakan kegiatan yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Robbins dan Judge (2015) juga menyatakan bahwa kerjasama tim adalah kelompok usaha-usaha individual yang menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada hasil yang didapatkan jika pekerjaan diselesaikan seorang diri. Kerjasama tim menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Hasil penelitian Adam dan Tabrani (2018) serta Sari (2019) menyatakan bahwa kerjasama tim berpengaruh terhadap Keterlibatan karyawan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kerjasama tim berpengaruh terhadap keterlibatan karyawan. Mengacu pada uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H6: Kerjasama tim berpengaruh terhadap keterlibatan karyawan.
## Hubungan Keterlibatan karyawan Terhadap Kinerja Karyawan
Keterlibatan karyawan adalah tingkat dimana karyawan secara psikologis terhubung dan berkomitmen untuk menyelesaikan pekerjaan (Dessler, 2015). Definisi lain juga mengungkapkan bahwa keterlibatan karyawan merupakan tingkat dimana seseorang mengidentifikasi dengan sebuah pekerjaan, secara aktif berpartisipasi di dalamnya, dan mempertimbangkan kinerja penting bagi harga diri (Robbins dan Judge, 2016). Hasil penelitian Wahyu, Agnes dan Setiyawan (2017) membuktikan bahwa keterlibatan karyawan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa keterlibatan karyawan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Mengacu pada uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H7: Keterlibatan karyawan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
## METODE
Jenis penelitian adalah explanative research. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan perusahaan maintenance alat berat Cabang Semarang yang merupakan Leader Teknisi dan Teknisi yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan di lapangan yang berjumlah 65 karyawan. Sedangkan sampel pada penelitian ini merupakan sensus atau keseluruhan dari populasi yang ada yaitu berjumlah 65 orang responden.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara menyebar angket atau kuesioner secara personal. Kuesioner merupakan sekelompok pertanyaan yang diformulasikan secara tertulis dengan tujuan untuk mencari pendapat responden, dan biasanya jawaban disediakan dalam bentuk alternatif yang hampir serupa. Dalam penelitian ini di gunakan skala interval yang urutan skala 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai dengan angka 7 (Sangat Setuju), serta semantik deferensial untuk semua variabel.
Metode analisis data yang diterapkan dalam proses penelitian ditentukan oleh metode penelitian kuantitatif, yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner dalam bentuk angka-angka untuk digunakan dalam analisis data. Penelitian ini membutuhkan suatu analisis data dan interpretasinya yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam mengungkapkan fenomena social tertentu.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) yaitu SEM yang berbasis variance , dengan software statistik SmartPLS untuk menguji hubungan antara variabel, baik sesama variabel latent maupun dengan variabel indikator.
## Validitas dan Reliabilitas Konstruk
Convergent validity mengukur besarnya korelasi antara skor indikator dengan skor variabelnya. Indikator dianggap valid apabila memiliki nilai AVE (average variance extracted) lebih dari 0,5. Uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai composite reliability dan nilai Cronbach’s alpha. Kriteria dikatakan reliabel yaitu jika nilai composite reliability lebih dari 0,7 dan nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,6.
Cro-A Com-Rea AVE KEP 0,796 0,880 0,710 KOM 0,845 0,905 0,762 KER 0,856 0,913 0,779 KET 0,765 0,865 0,682 KIN 0,849 0,905 0,762
## Tabel 1. Validitas dan Reliabilitas Konstruk
Pada Tabel 1 hasil hitungan diatas, Cronbach’s Alpha, rho,A dan AVE telah memenuhi syarat.
## Uji R-Square
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan program SmartPLS , diperoleh nilai R-Square sebagai berikut:
R-Square KET 0,889 KIN 0,986 Tabel 2. Nilai R-Square
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai R-Square untuk keterlibatan karyawan sangat kuat yang ada pada angka 0,889. Perolehan ini menjelaskan bahwa persentase besarnya keterlibatan karyawan dapat dijelaskan sebesar 88,9% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model penelitian ini. Sedangkan nilai R-Square kinerja karyawan sangat kuat juga sebesar 0,986, perolehan ini menjelaskan bahwa persentase besarnya nilai kinerja karyawan dapat dijelaskan sebesar 98,6% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model penelitian ini.
## Pengujian Model Struktural
## Gambar 1. Output Hasil PLS Boothstrapping
## Pengujian Hipotesis
Menguji hipotesis dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Pengujian hipotesis yang menggunakan nilai statistik, maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan adalah 1,96, sehingga kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah H1 diterima atau H0 ditolak
ketika t-statistik > 1,96. Penggunaan probabilitas dalam kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu jika nilai P Values < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak.
original sample sample mean STDV T-Sta P-Val KEP->KIN 0,258 0,258 0,027 9,479 0,000 KOM-> KIN 0,088 0,085 0,040 2,207 0,028 KER->KIN 0,884 0,885 0,029 30,603 0,000 KEP->KET 0,250 0,253 0,073 3,419 0,001 KOM->KET 0,602 0,604 0,056 10,726 0,000 KER->KET 0,204 0,201 0,059 3,464 0,001 KET->KIN -0,178 -0,177 0.048 3,713 0,000
## Tabel 3. Koefisien Jalur
Hasil pengujian pertama dapat dilihat bahwa original sample kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 0,258 dengan P sebesar 0,000, dan ditunjukkan dengan nilai t- statistik 9,479 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,96. Nilai original sample positif mengindikasikan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sehingga uji hipotesis Diterima.
Hasil pengujian ke dua, original sample kompensasi terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 0,088 dengan P sebesar 0,028, dan ditunjukkan dengan nilai t-statistik 2,207 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,96. Nilai original sample positif mengindikasikan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sehingga uji hipotesis Diterima.
Hasil pengujian ke tiga, original sample kerjasama tim terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 0,884 dengan P sebesar 0,00, dan ditunjukkan dengan nilai t-statistik 30,603 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,96. Nilai original sample positif mengindikasikan bahwa kerjasama tim berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sehingga uji hipotesis Diterima.
Hasil pengujian hipotesis ke empat, original sample kepuasan kerja terhadap keterlibatan karyawan adalah sebesar 0,250 dengan P sebesar 0,001, dan ditunjukkan dengan nilai t-statistik 3,419 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,96. Nilai original sample positif mengindikasikan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterlibatan karyawan, sehingga uji hipotesis Diterima.
Hasil pengujian ke lima, original sample kompensasi terhadap keterlibatan karyawan adalah sebesar 0,602 dengan P sebesar 0,000, dan ditunjukkan dengan nilai t-statistik 10,726 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,96. Nilai original sample positif mengindikasikan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterlibatan karyawan, sehingga uji hipotesis Diterima.
Hasil pengujian ke enam, original sample kerjasama tim terhadap keterlibatan karyawan adalah sebesar 0,204 dengan P sebesar 0,001, dan ditunjukkan dengan nilai t-statistik 3,464 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,96. Nilai original sample positif mengindikasikan bahwa kerjasama tim berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterlibatan karyawan, sehingga uji hipotesis Diterima.
Hasil pengujian ke tujuh, original sample keterlibatan karyawan terhadap kinerja karyawan adalah sebesar -0,178 dengan P sebesar 0,000, dan ditunjukkan dengan nilai t-statistik 3,713 lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,96. Nilai original sample negatif mengindikasikan bahwa keterlibatan karyawan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sehingga uji hipotesis Diterima.
## PENUTUP
Didasarkan pada hasil analisis maka terdapat terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, kompensasi terhadap kinerja karyawan, kerjasama tim terhadap kinerja karyawan, kepuasan kerja terhadap keterlibatan karyawan, kompensasi terhadap keterlibatan karyawan, dan kerjasama tim terhadap keterlibatan karyawan. Di sisi lain, terdapat hasil penelitian yang berpengaruh negatif dan signifikan yang ditunjukkan oleh hubungan keterlibatan karyawan terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan perusahaan maintenance alat berat yang ada di pelabuhan perlu memperhatikan kepuasan kerja, kompensasi serta kerjasama antar karyawan agar mendapatkan kinerja yang baik bagi masing-masing karyawan dan secara langsung pula, hal tersebut akan memberikan peran penting terlibatnya karyawan dalam suatu organisasi. Namun dalam keterlibatan karyawan yang terjadi pada perusahaan maintenance alat berat yang ada di pelabuhan, manajemen sebaiknya mengurangi terlibatnya karyawan dalam menentukan keputusan manajemen, apabila hal tersebut berlebihan, maka akan terjadi konflik atas perbedaan pendapat dari masing-masing karyawan, tentunya hal tersebut akan mempengaruhi kinerja dari karyawan.
## DAFTAR PUSTAKA
Abdirahman, Husein Isse Hassan. Iliyasu Shiyanbade Najeemdeen. Bello Taufik Abidemi Dan Roshidah Binti Ahmad. 2018. The Relationship Between Job Satisfaction, Work Life Balance And Organizational Commitment And Employee Performance . Iqsr Journal Of Bussiness And Management.
Adam, M, Dan Mirza Tabrani, 2018, Analisis Pengaruh Kompensasi, Kerjasama Tim Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan PT. Bank Muamalat Cabang Banda Aceh, Simen Vol 9
Affini, Dinar Nur Dan Surip, Ngadino. 2018. Pengaruh Kompensasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Employee Engagement Yang Berdampak Pada Turnover Intentions . Jurnal Manajemen Ilmiah Bisnis/Volume Iv
Boakye, E. O. 2015. The Impact Of Teamwork On Employee Performance Https://Www.Researchgate.Net/Publication/284732729_The_Impact_Of_Teamwork_ On_Employee_Performance
Dessler, Gary. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 14, Jakarta:Salemba Empat,
Gautama, Ibnu S Dan Muhammad Arfan. 2010. Pengaruh Kepuasan Kerja, Profesionalisme, Dan Penerapan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh). Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol. 3.
Hasibuan, Malayu P. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Hatta, M., Musnadi, S., & Mahdani. 2017. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kerjasama Tim dan Kompensaasi Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Aceh. Jurnal Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol. 1, No. 1, 70-80.
Haugsnes, Erik. 2016. Inestigating The Effect Of Organizational Climate On Work Engagement. Journal Political Science.
Irdyansah, Andry. 2019. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi Dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Karyawan Di Fakultas Teknologi Industri Unissula Semarang. Semarang: Jurnal Magister Manajemen Universitas Semarang
Kreitner, Robert. Angelo, Kinicki. 2013. Perilaku Organisasi, Edisi 9, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.
Marpaung, Marudut. 2014. Pengaruh Kepemimpinan Dan Teamwork Terhadap Kinerja Karyawan Di Koperasi Sekjen Kemdikbud Senayan Jakarta, Jurnal Ilmiah Widya, 2 (1)
Mathis, R. L., & Jackson, J. J. 2006. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Miao, Chao; Humphrey, Ronald H.; Qian, Shanshan. 2016. Leader Emotional Intelligence And Subordinate Job Satisfaction: A Meta-Analysis Of Main, Mediator, And Moderator Effects. Article In Personality And Individual Defferences 102
Nasution, W.A. 2013. Pengaruh Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Karya Deli Stelindo Medan. Jurnal Manajemen Bisnis Stie Ibbi. Vol.20. No.2. Hal.1-7
Qashim, M. Dan Rasheed, S., 2017. The Effect Of Team Work On Employees Job Performance (The Empirical Assessment Of Bank Sector, Afghanistan), International Journal For Innovative Researchin Multidisciplinary Field, Vol. 3, Issue-1.
Riana, N, Fajri, K, Dan Alsyaumi K. 2016. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Di Kampung Batu Malakasari Tektona Waterpark Kabupaten Bandung. Tourism Scientific Journal. Vol.2
Robbins, S. P., & Judge, T. A. 2015. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Salemba Empat.
Rusdianti, Endang. Paulus Wardoyo, dan Djoko Santoso. 2011. Membangun Engagement Guru untuk Menghadapi Keunggulan Kompetitif yang Sustainable (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Kota Semarang). Jurnal Dinamika Sosial. Vol. 13 No. 2.
Sari, Evie Permata. 2019. Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Teamwork Terhadap Kinerja Dengan Employee Engagement Sebagai Variabel Intervening (Studi PT. Susan Photo Album Semarang). Semarang: Jurnal Magister Manajemen Universitas Semarang.
Simamora, H. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga. Yogyakarta: STIE YKPN.
Suryana, N.A.R, Dan Murni, Y. 2018. Pengaruh Kepemimpinan Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi PT. A.W. Fabercastell Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Ilmiah Widya Ekonomika. Vol.2, No.1, Hal.1-9.
Tracy, B. 2006. Pemimpin Sukses. Jakarta: Pustaka Delapatrasa.
Vorina, Anton; Simonic, Miro; Vlasova, Maria. 2017. An Analysis Of The Relationship Between Job Satisfaction And Employee Engagement. Economic Themes . Vol. 55 (2)
Wahyu, Agnes, Dan Roy Setiyawan. 2017. Pengaruh Employee Engagement Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Tirta Rejeki Dewata, Jurnal Agora Vol. 5, No.1
West, M. A. 2012. Effective Teamwork . United Kingdom: John Wiley&Sons, Ltd.
Wicaksono, Biyanto Daru. Dan Rahmawati, Siti. 2019. The Effect of Employee Engagement on Employee Performance of the Directorate of Information Systems and Digital Transformation at Bogor Agricultural University . Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO), Vol. 10 No. 2.
|
f4fa53ec-1058-47e3-9fbe-ca02c8be25b5 | https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/article/download/59/49 |
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
## 43
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License .
## Analisis Manajemen Resiko Aplikasi SIPP di Pengadilan Negeri Salatiga Kelas 1B Mengunakan ISO
31000
Ryan Haryo Pangestu 1 , Ariya Dwika Cahyono 2 , Penidas Fiodinggo Tanaem 3
1,2,3 Information System Departement, Satya Wacana Christian University, Salatiga,
Idnonesia
Email: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected]
## Abstract
SIPP application is a case tracing information system whose function is to provide information to the general public or severe parties concerned with the case and the information contained in sipp has been adjusted to the applicable regulations. In implementing the information system there must be risks that hinder the process of the system, so here is required risk analysis aimed at preventing or minimizing the risks that will occur. By using ISO 31000 at salatiga district court office, it is expected to minimize the possibility of risks that will occur around SIPP application. The results will be from iso 31000 risk analysis in the form of a document of possible risks that occur around sipp application, grouping the possible risks and their impacts. So that the results of this research can be useful for the salatiga district court office to prevent or at least minimize the risks that may occur in the SIPP application.
Keywords : ISO 31000, SIPP Application, Risk Management.
## 1. PENDAHULUAN
Di zaman yang modern sekarang ini perkembangan teknologi berkembang sangat pesat dan dari seluruh aspek kehidupan yang ada hampir sangat bergantung dengan yang namanya teknologi informasi begitu juga dengan Pengadilan Negeri salatiga, perkambangnya teknologi tersebut ditunjang dengan aplikasi yang ada di pengadilan negeri salatiga yang membantu pegawai dalam melakukan pekerjaan mengenai perkara dan masyarakat yang ingin mencari informasi mengenai perkara, tetapi juga setiap aplikasi
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
mempunyai dampak negatifnya seperti kejahatan online atau hacker dan carding pada sebuah aplikasi. Maka dari itu perlu di lakukan analisi manajemen resiko di aplikasi tersebut secara berkala agar bias meminimalisir kesalahan-kesalahan yang ada seperti program atau bug serta kelemahan pada program aplikasi, yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan atau kemungkinan resiko-resiko yang terjadi di aplikasi dan memberikan saran dan rekomendasi dari kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi.
Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) merupakan sebuah aplikasi berbasis web di Pengadilan Negeri Salatiga kelas 1B yang berfungsi untuk menginput informasi – informasi yang berkaitan dengan perkara seperti data umum, penetapan jadwal untuk sidang, penetapan hakim siapa yang akan memimpin siding, penetapan panitera pengganti, kemudian juga bisa sebagai informasi bagi masyarakat yang mungkin berhubungan dengan perkara dan masyarakat yang terkena tilang juga bisa langsung mengecek denda tilangnya di SIPP Pengadilan Negeri Salatiga kelas 1B.
Dengan adanya aplikasi SIPP pasti memiliki kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi di kemudian hari yang akan mengganggu proses aplikasi tersebut tidak berjalan atau berfungsi dengan optimal. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi pada aplikasi SIPP di kemudian hari. Untuk meminimalisir kemungkinan resiko tersebut maka dilakukan penelitian analisis manajemen resiko menggunakan ISO 31000. Penelitian mengunakan ISO 31000 pernah dilakukan oleh Angraini, Indri Dian Pertiwi pada suatu perusahaan dan hasilnya terdapat 13 resiko diantaranya 6 resiko tinggi salah satunya koneksi jaringan terganggu dan SOP DCRM tidak sepenuhnya diterapkan,6 resiko sedang,1 resiko rendah yang dapat berdampak pada perusahaan tesebut[1].
Berdasarkan penelitian dari Grialdo Willy Lantang dkk (2019) pada PT Serasi Autoraya terdapat 15 resiko yang berpotensi menggangu kinerja aplikasi SAP diantaranya terdapat 2 resiko tinggi(high) seperti koneksi internet putus dan listrik mati, 7 resiko sedang(moderate),6 resiko rendah(low)[2]. Kemudian penelitian selanjutnya juga pernah dilakukan oleh Fawwaz Afif Alvian dkk (2020) tentang analisis manajemen resiko mengunakan ISO 31000 pada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan hasilnya terdapat 8 resiko tinggi (high) salah satunya yaitu tidak stabilnya listrik pada laboratorium biologi yang dikarenakan adanya
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
Ryan Haryo Pangestu, Ariya Dwika Cahyono, at all | 45
UPS,3 resiko sedang (moderate),1 resiko rendah(low) agar resiko tersebut dapat dihindari diperlukan perlakuan pada masing-masing tingkat resikonya[3].
Berdasarkan penelitian diatas bahwa terdapat hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu analisi manajemen resiko pada aplikasi Sistem informasi Penelusuran Perkara (SIPP) di Pengadilan Negeri Salatiga menggunakan analisis resiko ISO 31000 yang bertujuan menganalisis resiko yang mungkin akan muncul, dampak dari resiko itu sendiri, tingkat resiko, dan tindakan terhadap kemungkinan resiko-resiko yang ada pada aplikasi SIPP sehingga Pengadilan Negeri Salatiga dapat melakukan pencegahan sebaik mungkin sehingga kemungkinan resiko- resiko tersebut tidak terjadi dan mengganggu proses kinerja kantor.
## 2. METODE
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang dimana metode kualitatif merupakan suatu cara yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa narasi yang bersumber dari aktivitas wawancara, pengamatan, pengalian dokumen[4].
## 2.1. METODE PENELITIAN
Kemudian pada penelitian ini dilakukan analisis resiko mengunakan International Organization for Standardization (ISO 31000) pada aplikasi SIPP di Pengadilan Negeri Salatiga. ISO 31000 merupakan standar yang berkaitan dengan manajemen risiko yang dimodifikasi oleh International Organization for Standardization (ISO) atau Organisasi Internasional untuk Standarisasi. Tujuan dari ISO 31000 sendiri adalah untuk memberikan prinsip-prinsip dan pedoman untuk manajemen risiko yang di akui secara universal[5]. Di dalam ISO 31000 atau international Organization for Standardization pada gambar 1 menjelaskan susunan kerangka kerja dari manajemen resiko secara universal yang dimana terdapat 2 tahap dalam proses analisis manajemen resiko.
Tahap pertama yaitu penilain resiko(risk assessment) yang di dalamnya lagi ada 3 proses yaitu Identifikasi resiko(risk identification), Analisis resiko(risk analysis), Evaluasi resiko(risk evaluation). Identifikasi resiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui resiko-resiko yang akan
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
timbul pada proses bisnis perusahaan atau organisasi. Identifikasi resiko biasanya dilakukan pada semua proses bisnis yang ada pada sebuah organisasi atau perusahaan. Hal ini memiliki tujuan untuk mengetahui semua resiko-resiko yang timbul dari berbagai faktor, faktor tersebut bisa dari faktor manusia, faktor sistem yang diimplementasikan pada perusahaan atau organisasi , dan bisa jadi faktor dari insfrastruktur[6]. Identifikasi resiko ini dilakukan pada aplikasi SIPP di Pengadilan Negeri Salatiga kelas 1B.
Analisis resiko merupakan sebuah kajian yang penting untuk menjamin keberhasilan proyek sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, terutama untuk mendukung kegiatan-kegiatan pengembangan[7]. proses analisis resiko pada penelitian ini berfokus pada menentukan resiko-resiko yang berpotensi menghambat kinerja dari aplikasi SIPP di kantor Pengadilan Negeri Salatiga. Evaluasi resiko merupakan proses evaluasi resiko-resiko berdasarkan tingkat yang palimg tinggi resikonya sampai yang paling rendah resikonya berdasarkan kriteria yang sudah di buat. Pada proses ini nanti berfokus pada evalusai resiko-resiko yang ada pada aplikasi SIPP.
Tahapan kedua setelah Risk Assesment yaitu Risk Treatment dimana pada tahap ini peneliti memberikan rekomendasi atau tindakan terhadap kemungkinan resiko-resiko yang bertujuan utntuk menanganinya atau meminimalisir resiko-resiko yang ada pada aplikasi SIPP. Pada penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap yaitu, pertama peneliti melakukan pencarian informasi yang di butuhkan melalui wawancara langsung dengan narasumber internal Pengadilan Negeri Salatiga, tahap kedua peneliti mengelola data yang sudah di dapat dari wawancara yang kemudian di analisi berdasarkan proses tahapan pada kerangka kerja ISO 31000.
Metode yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu Case study research, yang dimana metode ini berfokus pada satu objek studi kasus. Sehingga dengan metode ini penulis dapat berfokus pada objek yang diteliti dan dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan terarah serta bisa menjawab mengenai permasalahan yang terjadi. Data dalam penelitian ini berupa data primer yang didapatkan dari narasumber langsung yang terkait dengan SIPP ( Sistem Informasi Penelusuran Perkara) Pengadilan Negeri Salatiga. Narasumber dalam penelitian ini ada yaitu salah satu pegawai Pengadilan Negeri Salatiga yang tugasnya
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
Ryan Haryo Pangestu, Ariya Dwika Cahyono, at all | 47
mengelola dan mengawasi aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP).
## Gambar 1. Tahapan Risk Management
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1. Tahap Penilaian Resiko (Risk Assement)
Pada tahap ini peneliti melakukan penilaian resiko terhadap aplikasi SIPP yang dilakukan sesuai pedoman analisis manajemen resiko ISO 31000. Dimana tahap ini terdapat 3 proses yaitu Identifikasi Resiko (risk identification), Analisis Resiko (risk Analysis), Evaluasi Resiko (risk evaluation).
## 3.1.1 Identifikasi Resiko (Risk Identification)
Pada proses pertama ini yang dilakukan peneliti yaitu mengidentifikasi aset yang terkait dengan aplikasi SIPP yang dilakukan dengan cara mewawancarai salah satu pegawai Pengadilan Negeri Salatiga yang merupakan IT Operation Support. Pada proses ini berfokus pada identifikasi asset dari data, software dan hardware yang berkaitan dengan aplikasi SIPP.
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
48 | Analisis Manajemen Resiko Aplikasi SIPP di Pengadilan Negeri .....
Tabel 1 . Identifikasi Asset Aplikasi SIPP Komponen Sistem Informasi Asset SIPP Data Data User, Data Buku Hardware Server Database, Personal Computer Software Aplikasi SIPP
Setelah dilakukan identifikasi asset yang berkaitan dengan aplikasi SIPP seperti Data, Hardware, Software. Maka selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan resiko-resiko yang akan muncul di sekitar aplikasi SIPP. Disini peneliti mengkelompokan resiko berdasarkan 3 faktor yaitu factor Alam/Lingkungan, Manusia, Sistem dan Infastruktur serta memberikan No ID pada setiap resiko-resiko yang ditemukan.
Tabel 2 . Identifikasi Kemungkinan Resiko Faktor ID Kemungkinan Alam/Lingkungan R01 Gempa Bumi R02 Kebakaran R03 Banjir R04 Petir Manusia R05 Penyalagunaan Hak Akses R06 Human Error R07 Hacking R08 Pencurian Data/Perangkat keras System/Infrastruktur R09 Trouble Web Server R010 Server Down R011 Kerusakan genset kantor R012 Koneksi Jaringan Gangguan R013 Kerusakan Hardware R014 Data Corrupt
Dari tahap indentifikasi resiko ditemukan 14 kemungkinan resiko-resiko yang berasal dari ketiga factor yaitu Alam/Lingkungan, Manusia, System dan Infrastruktur yang berpotensi bisa mengancam proses kinerja aplikasi SIPP. Kemudian kemungkinan resiko-resiko yang sudah teridentifikasi pada table 2 tersebut, dilakukan lagi identifikasi dampak-dampak apa saja
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
Ryan Haryo Pangestu, Ariya Dwika Cahyono, at all | 49
yang akan muncul dari kemungkinan resiko-resiko yang sudah di identifikasi. Identifikasi dampak-dampaknya Dapat di lihat pada table 3 berikut.
Tabel 3. Identifikasi Dampak Resiko ID Kemungkinan Resiko Dampak R01 Gempa Bumi Kerusakan infrastruktur dan Aktitivitas kantor jadi terganggu R02 Kebakaran Kerusakan infrastruktur dan proses kinerja kantor terhenti R03 Banjir Aktivitas kantor jadi terganggu R04 Petir Kerusakan infrastruktur pada kantor R05 Penyalagunaan Hak Akses Data user akan tersadap atau hak user akan disalah gunakan R06 Human Error Proses layanan kantor tidak berjalan optimal R07 Hacking System mengalami gangguan atau disadap R08 Pencurian Data/Perangkat Keras Kantor mengalami Kerugian finansial dan kehilangan data. R09 Trouble Web Server Pegawai kantor tidak dapat mengakses aplikasi SIPP karena mengalami trouble. R010 Server Down Server data base bermasalah mengakibatkan pegawai kantor tidak bisa mengakses aplikasi yang berkaitan dengan server termasuk SIPP. R011 Kerusakan genset kantor Sewaktu-waktu listrik padam pegawai kantor tidak bisa menggunakan hardware pada kantor untuk kerja. R012 Koneksi Jaringan Gangguan Membutuhkan waktu yang agak lama untuk Mengakses aplikasi SIPP. R013 Kerusakan Hardware Kinerja kantor jadi terhambat karena perlu malakukan set up data di hardware baru
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
R014 Data Corrupt Pegawai tidak bisa mngakses data karena datanya tidak valid/corrupt
## 3.1.2 A nalisis Resiko ( Risk Analysis)
Setelah melakukan identifikasi kemungkinan resiko-resiko beserta dampak-dampaknya, kemudian selanjutnya melakukan proses analisis resiko. Pada tahap ini di lakukan analisis tehadap kemungkinan resiko- resiko yang sebelumnya sudah di identifikasi, pada tahap ini terdapat 2 table kriteria yaitu Likehood dan Impact yang menjadi acuan untuk tahap analisis resiko. pada tabel 4 terdapat table kriteria likehood yang dimana table tersebut terdapat 5 kriteria yang dibedakan berdasarkan seberapa banyak kemungkinan resiko dapat terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Tabel 4. Kriteria Likelihood Nilai Kriteria Keterangan Frekuensi Kejadian 1 Rare Resiko tersebut hampir tidak pernah terjadi >2 tahun 2 Unlikely Resiko tersebut jarang terjadi 1-2 tahun 3 Possible Resiko tersebut kadang terjadi 7-12 bulan 4. Likely Resiko tersebut sering terjadi 4-6 bulan 5 Certain Resiko tersebut pasti terjadi 1-3 bulan
Kemudian pada table 5 terdapat table nilai impact yang merupakan dampak jika kemungkinan resiko-resiko tersebut terjadi pada kantor Pengadilan Negeri Salatiga. Di dalam table penilaian impact terdapat 5 kriteria dampak yang mungkin terjadi, yang dibedakan berdasarkan dampak yang tidak berpengaruh bagi kantor Pengadilang Negeri Salatiga hingga dampak yang paling mempengaruhi kinerja kantor.
## Tabel 5. Kriteria Impact
Nilai Kriteria Keterangan 1. Insignificant Tidak mengganggu aktivitas kantor 2. Minor Aktivitas kantor sedikit terhambat namun aktivitas inti perpustakaan tidak mengganggu 3. Moderate Menyebapkan gangguan pada proses kinerja sehingga jalannya aktivitas perpustakaan terhambat
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
Ryan Haryo Pangestu, Ariya Dwika Cahyono, at all | 51
4. Major
Menghambat hampir seluruh aktivitas kantor 5. Catasirophic Akivitas kantor berhenti karena proses kinerja mengalami ganguan total
Setelah menentukan nilai Likelihood pada tabel 4 dan impact pada tabel 5, selanjutnya melakukan penilaian terhadap kemungkinan resiko-resiko yang sudah di identifikasikan pada tahap sebelumnya. Dari 14 kemungkinan resiko-resiko yang sudah diidentifikasikan tersebut masing- masing resiko ditentukan nilai Likelihood dan nilai impact nya yang acuannya sudah dibuat pada tabel 4 dan tabel 5. Tabel penilaiann terhadap kemungkinan resiko-resiko bisa di lihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Penilaian Terhadap Kemungkinan Resiko Faktor ID Kemungkinan Resiko Likelihood Impact Alam/Lingkungan R01 Gempa Bumi 1 5 R02 Kebakaran 2 5 R03 Banjir 1 1 R04 Petir 1 1 Manusia R05 Penyalagunaan Hak Akses 1 1 R06 Human Error 1 1 R07 Hacking 2 4 R08 Pencurian Data/Perangkat Keras 1 1 System/Infrastruktur R09 Trouble Web Server 1 2 R010 Server Down 2 2 R011 Kerusakan genset kantor 1 3 R012 Koneksi Jaringan Gangguan 2 5 R013 Kerusakan Hardware 2 5 R014 Data Corrupt 1 2
## 3.1.3 Evaluasi Resiko (Risk Evaluation)
Pada proses terakhir yaitu evaluasi resiko (risk evaluation) untuk tahap risk assessment (penilaian resiko). Pada proses ini mengunakan acuan
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
berupa tabel matrix evaluasi resiko yang berdasarkan pada pedoman kerangka kerja ISO 31000 dimana dalam tabel matrix evaluasi resiko di bedakan menjadi 3 risk level yaitu low, medium, dan high. Pada tabel. 7 dibawah ini merupakan tabel matrix evaluasi resiko yang sudah di tentukan risk level berdasarkan likelihood dan impact nya.
Tabel 7. Matrix Evaluasi Resiko Li kel ih oo d Certain 5 Medium
Medium High High High Likely 4 Medium Medium Medium High High Possible 3 Low Medium Medium Medium High Unlikely 2 Low Low Medium Medium Medium Rare 1 Low Low Low Medium Medium Impact 1 2 3 4 5 Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Setelah itu kemungkinan resiko-resiko yang sudah di tentukan nilai likelihood dan impact nya akan di masukan kedalam matrix evaluasi resiko disesuaikan dengan pemetaan pada tabel tersebut. Pada tabel. 8 dibawah ini merupakn hasil dari kemungkinan resiko-resiko yang sudah di masukan kedalam tabel matrix evaluasi resiko sesuai dengan kriteria likelihood dan kriteria impact yang sudah ditentukan pada tahap sebelumnya.
Table 8. Matrix Evaluasi Resiko Berdasarkan nilai likelihood dan impact
Li kel ih oo d Certain 5 Likely 4 Possible 3 Unlikely 2 R010 R07 R02 R012 R013 Rare 1 R03 R09 R011 R01 R04 R014 R05 R06 R08 Impact 1 2 3 4 5 Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Selanjutnya setelah semua kemungkinan resiko-resiko yang sudah teridentifikasi di masukan kedalam matrix evaluasi resiko yang
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
Ryan Haryo Pangestu, Ariya Dwika Cahyono, at all | 53
disesuaikan dengan nilai likelihood dan impact nya pada table 9 berikut akan dikelompokan dari 14 kemungkinan resiko-resiko yang ada dan di sesuaikan dengan tingkat risk level nya high, medium dan low berdasarkan data yang ada di table 8 sebelumnya.
Table 9. Tabel Ketingkatan risk level berdasarkan masing-masing resiko ID Kemungkinan Resiko Likelihood Impact Risk level R02 Kebakaran 2 5 Medium R013 Kerusakan Hardware 2 5 Medium R012 Koneksi Jaringan Gangguan 2 5 Medium R01 Gempa Bumi 1 5 Medium R07 Hacking 2 4 Medium R011 Kerusakan genset kantor 1 3 Low R010 Server Down 2 2 Low R09 Trouble Web Server 1 2 Low R014 Data Corrupt 1 2 Low R03 Banjir 1 1 Low R04 Petir 1 1 Low R05 Penyalagunaan Hak Akses 1 1 Low R06 Human Error 1 1 Low R08 Pencurian Data/Perangkat Keras 1 1 Low
Hasil pada proses evaluasi resiko terdapat 14 kemungkinan resiko yang sudah di kelompokkan berdasarkan risk levelnya bisa di lihat pada tabel 9 diatas. Pada hasil yang ada pada tabel tersebut tidak terdapat kemungkinan resiko dengan risk level high. Sedangkan pada tingkat risk level medium terdapat 5 kemungkinan resiko yaitu : R013(kerusakkan hardware), R012(koneksi jaringan gangguan), R02(kebakaran), R01(gempa bumi), R07(hacking). Serta terdapat 9 kemungkinan resiko pada tingkat risk level low yaitu : R011(kerusakan genset kantor), R010(server down), R09(trouble web server), R014(data corrupt), R03(banjir), R04(petir), R05(penyalagunaan hak akses), R06(human error), R08(pencurian data/perangkat keras).
## 3.2 Perlakuan Resiko(risk Treatment)
Setelah melakukan tahapan risk assement yang di delamnya terdapat 3 proses tahapan yaitu risk identification, risk analysis, dan risk evaluation maka selanjutnya akan masuk ke tahapan seleanjutnya yaitu proses risk treatment yang dimana pada tahap ini peneliti memberikan tindakan atau
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
54 | Analisis Manajemen Resiko Aplikasi SIPP di Pengadilan Negeri .....
masukan terhadap kemungkinan resiko-resiko yang sudah di identifikasi dan sudah di kelompokkan berdasarkan risk level pada tabel 9 sebelumnya. Pada tabel 10 di bawah ini merupakan usulan atau tindakkan dari peneliti terhadap resiko-resiko yang ada. Sehingga usulan tersebut dapat digunakan oleh kantor Pengadilan Negeri Salatiga untuk melakukan pencegaan atau setidaknya meminimalisir terhadap kemungkinan resiko yang ada.
Tabel 10. Usulan Perlakuan Terhadap Resiko ID Kemungkinan Resiko Risk level Usulan terhadap resiko R02 Kebakaran Medium Menyediakan alat untuk pemadam api seperti APAR trolley, hydrant dan memasang sprinkler di ruang tertentu yang dianggap vital atau sangat penting bagi kantor. R013 Kerusakan Hardware Medium Harus di adakan pengecekan hardware setiap bulan atau setiap 3 bulan agar kalau ada hardware yang rusak bisa di perbaiki oleh teknisi dan melakukan pencadangan hardware agar kalau ada hardware yang sudah tidak bisa di perbaiki bisa diganti dengan yang baru. R012 Koneksi Jaringan Gangguan Medium Jika jaringan terjadi ganguan laporkan kepada bagian jaringan. Mengganti ISP ( Internet Service Provider) baru jika ganguan jaringannya parah sekali. R01 Gempa Bumi Medium Menyediakan server cadangan di tempat lain. Atau menyediakan tempat yang cukup aman untuk perangkat- perangkat yang menunjang SAP pada kantor tersebut. R07 Hacking Medium Meningkatkan system security pada kantor. Seperti protect with password yang dimana semua akses yang menyangkut ke jaringan maupun data harus
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
Ryan Haryo Pangestu, Ariya Dwika Cahyono, at all | 55
di jaga dengan nama pengguna dan kata sandi yang unik. Ada juga Design safe system yang dimana jauhkan akses yang tidak perlu pada hardware maupun software kantor agar mencegah mudahnya peretas pada system. R011 Kerusakan genset kantor Low Segera melakukan pengadakan genset baru yang kualitasnya lebih bagus dari genset sebelumnya dan Menyediakan UPS ( Uninterruptible Power Supply) pada perangkat- perangkat tertentu yang menunjang SAP pada kantor. Alat ini berguna untuk melindungi perangkat dari arus listrik yang tidak stabil seperti listrik padam secara tiba-tiba dan sebaginya. R010 Server Down Low Melakukan pengecekan secara berkala tehadap data base dari aplikasi SIPP atau data base utama kantor. R09 Trouble Web Server Low Melakukan pemberitahuan kepada pegawai atau user kalau web server sedang trouble. Pemberitahuan tersebut bisa berguna buat pegawai atau user agar pegawai bisa mengerjakan pekerjaan yang lain dulu. Serta segera melakukan perbaikan dan pengecekan hal apa yang menyebapkan trouble web server. R014 Data Corrupt Low Melakukan backup data secara berkala dan melakukan pembersihan pada PC menggunakan aplikasi yang recommended atau scan mengguakan anti virus pada PC agar mencegah munculnya virus pada PC yang nanti bisa
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
menyebapkan data corrupt karena virus tersebut. Lakukan hal tersebut secara berkalah. R03 Banjir Low Menyediakan tempat atau ruang untuk perangkat- perangkat penunjang SAP yang dianggap vital bagi kantor yang sekiranya aman dari banjir R04 Petir Low Menyediakan alat penangkal petir agar sewaktu-waktu kalau ada petir tidak terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap perangkat-perangkat yang mendukung SAP pada kantor. R05 Penyalagunaan Hak Akses Low Mengadakan maintenance password secara berkala. Memberikan konfirmasi login yag berkaitan dengan pribadi user Memasang CCTV pada ruangan kerja kantor. R06 Human Error Low Melakukan pelatihan atau training sebelumnya kepada pegawai atau user terhadap penggunaan aplikasi SIPP agar tidak terjadi kesalahan atau bingung pada saat menggunakannya. R08 Pencurian Data/Perangkat Keras Low Memasang CCTV pada bagian- bagian ruangan yang ada perangkat kerasnya dan kalau bisa melakukan maintenance password agar tidak terhadi pencurian data.
## 4. KESIMPULAN
Analisi manajemen resiko yang menggunakan International Organization Standardization atau ISO 31000 pada aplikasi SIPP di kantor Pengadilan Negeri Salatiga kelas 1B telah dilaksanakan. Analisi manajemen resiko di laksanakan dengan prosedur yag ada pada ISO 31000 yang dimulai dari tahapan risk assessment yang dimana tahap itu ada 3 proses atau langkah yaiu risk identification, risk analysis, dan risk
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
Ryan Haryo Pangestu, Ariya Dwika Cahyono, at all | 57
evaluation. Selanjutnya setelah 3 proses itu sudah di lewati, masuk pada tahap terakhir yaitu risk treatment yang dimana tahap itu peneliti membuat saran atau perlakuan terhadap kemungkinan resiko yang ada pada aplikasi SIPP.
Dari hasil penelitian analisis resiko terdapat 14 kemungkinan resiko yang dapat mengganggu kinerja dari aplikasi SIPP di kantor Pengailan Salatiga. Dimana ke 14 resiko tersebut tidak ada kemungkinan resiko yang memiliki tingkat risk level high. Kemudian terdapat 5 kemungkinan resiko yang tingkat risk level medium yaitu : : R013(kerusakkan hardware), R012(koneksi jaringan gangguan), R02(kebakaran), R01(gempa bumi), R07(hacking). Serta terdapat 9 kemungkinan resiko pada tingkat risk level low yaitu : R011(kerusakan genset kantor), R010(server down), R09(trouble web server), R014(data corrupt), R03(banjir), R04(petir), R05(penyalagunaan hak akses), R06(human error), R08(pencurian data/perangkat keras). Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dipergunakan Pengadilan Negeri Salatiga untuk mengatur Standard Operasional Procedure atau untuk meminimalisir kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi pada SAP kantor kemudian hari.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] Angraini and I. D. Pertiwi, “Analisa Pengelolaan Risiko Penerapan Teknologi Informasi Menggunakan ISO 31000,” J. Ilm. Rekayasa dan Manaj. Sist. Inf. , vol. 3, no. 2, pp. 70 – 76, 2017, [Online]. Available:
http://ejournal.uin- suska.ac.id/index.php/RMSI/article/view/4317.
[2] G. W. Lantang, A. D. Cahyono, and M. N. N. Sitokdana, “Analisis Risiko Teknologi Informasi Pada Aplikasi Sap Di Pt Serasi Autoraya Menggunakan Iso 31000,” Sebatik , vol. 23, no. 1, pp. 36 – 43, 2019, doi: 10.46984/sebatik.v23i1.441.
[3] F. A. Alvian et al. , “Manajemen risiko pada laboratorium integrasi universitas islam negeri sunan ampel surabaya menggunakan iso 31000 of sunan ampel surabaya using iso 31000,” vol. 12, no. 1, pp.
56 – 67, 2020.
[4] Wahidmurni, “PEMAPARAN METODE PENELITIAN KUALITATIF Oleh:,” J. Sains dan Seni ITS , vol. 6, no. 1, pp. 51 – 66, 2017.
[5] S. Agustinus, A. Nugroho, and A. D. Cahyono, “Analisis Risiko
Teknologi Informasi Menggunakan ISO 31000 pada Program HRMS,” J. RESTI (Rekayasa Sist. dan Teknol. Informasi) , vol. 1, no. 3,
## Journal of Computer and Information Systems Ampera
Vol. 2, No. 1, January 2021 e-ISSN: 2775-2496
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index
pp. 250 – 258, 2017, doi: 10.29207/resti.v1i3.94.
[6] D. L. Ramadhan, R. Febriansyah, and R. S. Dewi, “Analisis Manajemen Risiko Menggunakan ISO 31000 pada Smart Canteen SMA XYZ,” JURIKOM (Jurnal Ris. Komputer) , vol. 7, no. 1, p. 91, 2020, doi: 10.30865/jurikom.v7i1.1791.
[7] F. Asmin, “Analisis Resiko Implementasi Kegiatan Pengembangan Masyarakat Sekitar Hutan Di Sumatera Barat 194,” J. Sist. (Sistem Informasi) , vol. 8, pp. 194 – 203, 2019.
|