id
stringlengths
36
36
url
stringlengths
46
109
text
stringlengths
5k
1.51M
19393457-218b-4bc2-832b-f393624b3daf
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/article/download/26191/9033
Gorontalo Journal Health and Science Community P-ISSN (2614-8676), E-ISSN (2614-8676) https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index ## AKTIVITAS Lactobacillus casei SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL SECARA In Vitro ## LACTOBACILLUS CASEI ACTIVITY AS CHOLESTEROL REDUCTION IN VITRO Lestina Ritonga 1 , Ria Natalia Saragih¹, Erida Novriani¹, Edy Fachrial 2,3 1 Program Studi Farmasi Klinis Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Prima Indonesia, Indonesia. 2 Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Ilmu Kesehatan Universitas Prima Indonesia, Indonesia. 3 Pusat Unggulan Iptek Diabetic Care and Tech, Universitas Prima Indonesia, Indonesia. email: [email protected] Abstrak Hiperkolesterolemia adalah di mana keadaan tingkat kolesterol dalam darah melebihi batas normal yang ditetapkan, yaitu melebihi 200 mg/dL. Bakteri asam laktat dapat digunakan sebagai terapi alternatif kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol. Kebaruan dari penelitian ini probiotik bakteri asam laktat memiliki manfaat terapeutik seperti kadar kolesterol dalam darah menurun dan mencegah terjadinya kanker usus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Lactobacillus casei dapat menurunkan kolesterol secara in vitro. Metode penelitian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode disc paper, uji ketahanan terhadap pH asam, garam empedu dan pengurangan kolesterol dilakukan dengan metode spektrofotometer. Hasil penelitian uji aktivitas antimikroba isolat Lactobacillus casei menunjukkan aktivitas zona hambat terhadap bakteri E. coli sebesar 28,5 mm dan S. aureus sebesar 33,2 mm. Uji ketahanan terhadap pH asam sebesar 45,42%. Uji ketahanan terhadap garam empedu yaitu 55,39%, penurunan kadar kolesterol secara in vitro cukup baik yaitu 82,20%. Kontrol positif pengurangan kolesterol oleh simvastatin adalah 56,89%. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah probiotik isolat Lactobacillus casei dapat menurunkan kadar kolesterol secara In Vitro. Kata kunci : Bakteri asam laktat; Kolesterol; Lactobacillus casei. ## Abstract Hypercholesterolemia is a condition in which the level of cholesterol in the blood exceeds the established normal limit, which is over 200 mg/dL. Lactic acid bacteria can be used as an alternative therapy due to their ability to lower cholesterol levels. The novelty of this study is that probiotic lactic acid bacteria have therapeutic benefits such as preventing colon cancer and lowering cholesterol levels in the blood. The purpose of this study was to determine whether Lactobacillus casei can lower cholesterol in vitro. The research method for antimicrobial activity was conducted using the disc paper method, and the resistance tests to acidic pH, bile salts, and cholesterol reduction were performed using the spectrophotometer method. The antimicrobial activity test of the Lactobacillus casei isolate showed inhibition zone activity against E. coli bacteria at 28.5 mm and S. aureus at 33.2 mm. The resistance test to acidic pH was 45.42%. The resistance test to bile salts was 55.39%, and the reduction of cholesterol levels in vitro was quite good at 82.20%. The positive control for cholesterol reduction using simvastatin was 56.89%. The conclusion from this study is that the probiotic isolate Lactobacillus casei can reduce cholesterol levels in vitro. Keywords: Cholesterol; Lactic Acid Bacteria; Lactobacillus cas. Received: June 21 th , 2024; 1 st Revised July 5 th , 2024; 2 st Revised July 15 th , 2024; Accepted for Publication : July 31 th , 2024 © 2024 Lestina Ritonga, Ria Natalia Saragih, Erida Novriani, Edy Fachrial Under the license CC BY-SA 4.0 ## 1. PENDAHULUAN Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana taraf kolesterol pada darah. Yang akan terjadi pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2018, Riset Kesehatan. Dasar prevalensi hiperkolesterolemia ditemukan kategori border (kadar kadar kolesterol 200 – 239 mg/dl) 21,2%, pada penduduk Indonesia usia ≥ 15 tahun kategori tinggi (kolesterol total) ≥ 240 mg/dl 7,6%. Melebihi batas normal yang ditetapkan, yakni lebih dari 200 mg/dL. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh faktor keturunan, konsumsi makanan berlemak dan merokok. Tingkat kolesterol dapat dipengaruhi makanan yang merupakan sumber lemak terdapat pada asupan zat gizi, kenaikan lemak dapat meningkat sebesar 100 mg/hari bisa meningkatkan kolesterol sebesar 2-3 mg/dL. Kondisi ini dapat mempengaruhi biosintesis kolesterol melalui beberapa faktor yang dapat menurunkan sintesis kolesterol reduktase, salah satunya adalah penurunan aktivitas HMG CoA. Kadar vitamin yang tinggi dapat menurunkan sintesis kolesterol sehingga kadar kolesterol menurun (1). Penindakan yang usaha dampak mencegah terjadinya lebih lanjut hiperkolesterolemia diperlukan untuk mengendalikan kadar kolesterol dalam darah yaitu Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) yang melibatkan pemilihan bahan makanan yang dapat menurunkan kadar LDL, mengurangi lemak jenuh dan kolesterol, menurunkan berat badan dan meningkatkan olahraga teratur (2). Gangguan metabolisme lemak yang terjadi karena hiperkolesterolemia dapat menyebabkan peningkatan kadar lemak dalam darah adalah disebabkan oleh defisiensi reseptor Low Density Lipoprotein (LDL), defisiensi enzim lipoprotein dan lipase, dalam produksi kolesterol di hati atau penurunan kemampuan ketidaknormalan disebabkan oleh genetik yang menghasilkan kenaikan drastis (3). Menurunkan tingkat kolesterol dalam aliran darah merupakan strategi perawatan penting untuk mencegah penyakit jantung kolesterol di atas 200 mg/dL dapat ditangani dengan dua jenis pengobatan, yaitu pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis. Salah satu pengobatan farmakologis yang umum digunakan pada pasien hiperkolesterolemia adalah simvastatin. Untuk pengobatan non medis, dengan makan sayur dan buah yang tinggi serat dan antioksidan, dengan kolesterol di atas 200 mg/dL (1). Hiperkolesterolemia adalah suatu hal yang dimana konsentrasi kolesterol melebihi batas normal di dalam darah. Beberapa prevalensi untuk menurunkan kadar kolesterol (LDL) adalah memodifikasi hidup diet. Diet yang disarankan ialah dengan mengkonsumsi makanan bersifat non hiperkolesterolemia misalnya mengkonsumsi yoghurt (4). Perawatan obat saat ini tidak efektif. Penderita hiperkolesterolemia di Indonesia hampir 70% tidak mencapai target kadar kolesterol yang diinginkan sesuai anjuran medis. Selain itu obat yang digunakan untuk mengatasi hiperkolesterolemia harganya relatif mahal, menimbulkan efek samping yang lebih berbahaya dan seringkali menyebabkan kekambuhan. Pengobatan yang dilakukan dengan cara teknik reimprinting. Reimprinting dapat membantu penderita Reimprinting memiliki potensi untuk mengubah persepsi individu yang menderita hiperkolesterolemia, mendorong mereka untuk mengembangkan pandangan positif terhadap kondisi kesehatan mereka. Dengan memperkuat keyakinan ini, mereka dapat termotivasi untuk secara konsisten mengikuti pengobatan yang diresepkan oleh profesional kesehatan serta mulai menerapkan pola makan rendah kolesterol yang direkomendasikan (5). BAL (Bakteri asam laktat) bisa dijadikan sebagai alternatif terapi kemampuan menurunkan kadar kolesterol. Adanya kemampuan BAL dalam mengasimilasi kolesterol kemungkinan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, Kolesterol bergabung menjadi satu pada membran sel, kemudian bakteri asam laktat mengambil atau menyerap kolesterol tersebut, sehingga bakteri tersebut resisten terhadap degradasi. Kadar kolesterol juga mengalami penurunan, karena berkurangnya penyerapan kolesterol makanan dari saluran pencernaan (6). Ada beberapa BAL (Bakteri Asam Laktat) yang dinding selnya mampu mengikat kolesterol di usus. Karena tindakan enzim Bile Salt Hydrolase (BSH) terjadi penurunan kolesterol melalui aktivitas BAL. Dapat mengubah struktur garam empedu dengan memisahkan asam amino atau asam 2- amino metana sulfonat dari steroid. Selama proses ini, garam asam empedu diperoleh dalam bentuk bebas atau terkonjugasi. Enzim Bile Salt Hydrolase (BSH) terkonjugasi menjadi bentuk bebas asam folat, yang diserap dengan usus kecil dan menghasilkan garam empedu. Selama sirkulasi garam empedu kembali hati enterohepatic (EHC) menurun, sehingga kolesterol total tubuh juga bisa berkurang (7). Mengklaim bahwa BAL dapat membuat kolesterol menurun baik secara in vitro. Kemampuan BAL dapat menurunkan kolesterol disebabkan kemampuan BAL dapat menyerap garam empedu. Kebaruan dari penelitian ini adalah bakteri asam laktat probiotik memiliki manfaat terapeutik, seperti pencegahan kanker. Usus besar juga dapat menurunkan kolesterol. Tujuan penelitian ini ialah agar dapat mengetahui apakah Lactobacillus casei menurunkan kadar kolesterol secara in vitro. ## 2. METODE ## Alat dan bahan Adapun alat yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah, Tabung reaksi, Cawan petri, Erlenmeyer, Pipet tetes kaca, Gelas ukur, Autoclave, Bunsen, Kaca objek, Mikropipet, Mikroskop, Spektrofotometer Uv-Vis , Sentrifugasi, Beaker glass Autoklaf, Inkubator, Timbangan, Koloni Center, Syringe filter , Suntik plastik 20 ml, Spatula, Objek glass, Jarum ose. Dalam penelitian ini bahan yang diperlukan adalah Isolat bakteri asam laktat, Aquades, Bakteri Patogen Escherichia coli , Bakteri patogen Staphylococcus aureus , Kertas cakram, Kolesterol ( Nippon Fine Chemical ), Medium MRS Agar, Medium MRS Broth, NaCl fisiologis, Oxbile (0,30%), Phosphate Buffer Saline, Simvastatin, Alkohol, Crystal violet, gram iodine, Safranin, Tween 80. ## Isolasi Lactobacillus Casei Isolasi bakteri ditumbuhkan kembali dengan MRS agar kemudian diinkubasi pada suhu 37℃ selama 48 jam. Karakterisasi Gram Staining Karakterisasi Gram dilakukan menggunakan membersihkan kaca objek memakai NaCl fisiologis 0,9%. Meneteskan garam fisiologis sekitar 1-2 tetes pada kaca objek. Disebarkan bakteri di larutan garam fisiologi secara aseptik, melakukan fiksasi panas dan teteskan menggunakan kristal violet kurang lebih sekitar 2 menit. Buang sisa zat rona serta bersihkan mengenakan aquadest. Meneteskan lugol sekitar 1-2 tetes diamkan selama 45 detik, lalu bersihkan menggunakan aquadest. Selanjutnya teteskan zat warna ke 2 yaitu safranin sebanyak 1-2 menit, lalu bilas memakai aquadest. Kemudian diamati menggunakan mikroskop (8). ## Aktivitas Antimikroba Kultur bakteri E. coli dan S. aureus patogen dalam NaCl fisiologis digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba. Kemudian kultur dianalisis secara spektrofotometri pada 600 nm (OD 600 nm) hingga mencapai nilai serapan 0,1, sesuai dengan satu jarum tabung BAL yang diambil dari media agar, kemudian dikultur dalam media kaldu MRS pada suhu 37°C selama 24 jam. Untuk menguji efek antibakteri, dituangkan ke dalam cawan Petri media nutrien agar sehingga memadat Partikel bakteri E. coli dan S. aureus patogen larutan dari NaCl fisiologis kemudian dipindahkan ke cawan Petri menggunakan metode cotton bud spread plate Isolat bakteri yang dikultur diuji menggunakan metode cakram. Kertas Whatman berdiameter 1 sentimeter dicelupkan ke dalam suspensi bakteri. Tempatkan pada masing-masing cawan yang berisi E. coli dan S. aureus. Kertas Whatman yang dibasahi dengan antibiotik amoksisilin ditempatkan dalam cawan Petri. Cawan Petri diinkubasi dalam inkubator terbalik selama 24 jam pada suhu 37°C dilakukan pengamatan pada zona hambat. Setelah inkubasi, zona hambat diukur dengan jangka sorong (9). Karakterisasi pH Asam dan Bile Salt BAL yang terdapat dalam asam dilakukan dengan ketahanan terhadap pH 3 dan dilakukan dengan metode spektrofotometri Diambil 1 ml dari masing-masing BAL yang berbeda dan kedalam 9 mililiter MRS broth yang telah dibuat pada asam dengan menambahkan HCl pekat, sampel diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37℃. kemudian diambil sampel sebanyak 1 mililiter dengan mikropipet dan dimasukkan ke dalam media pengenceran, dilakukan pengenceran hingga 10 −6 di pengenceran 10 −4 , 10 −5 dan 10 −6 diambil 1 mililiter BAL dipindahkan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan media MRS agar dan dihomogenkan. Selama 24 jam sampel diinkubasi pada suhu 37℃. Kemudian absorbansi diukur secara spektrofotometri dengan perlakuan pH 3. Semakin kecil perlakuan asam semakin kecil selisih jumlah koloni semakin tahan BAL yang diuji terhadap pH rendah (10). Menghitung media pH asam dan Bile Salt . Menggunakan rumus sebagai berikut : Laju pertumbuhan pH asam dihitung: % pertumbuhan = absorbansi pH 3 : Absorbansi pH normal × 100%. Laju pertumbuhan pH Bile Salt dihitung: % Pertumbuhan = Pertumbuhan pada Bile Salt : Pertumbuhan pada normal × 100%. Aktivitas Penurunan Kadar Kolesterol Secara ## In vitro Penilaian Isolat BAL untuk menurunkan kolesterol dilakukan dalam medium MRSB yang mengandung 0,30% Oxbile dan 80 µg/ml larutan kolesterol larut air. Larutan kolesterol yang disterilkan dengan membran filter selulosa asetat 0,22 µm (10 mg/ml) sebelumnya dibuat dalam medium MRSB yang dilengkapi dengan 0,3% Oxbile, 1% v/v kultur terisolasi BAL, berumur 24 jam. , telah menetas. Total BAL dihitung dengan cara mensentrifugasi kultur pada suhu 5000°C 10 menit dan kadar kolesterol diukur dalam medium (supernatan). Penurunan kolesterol dalam medium diukur pada panjang gelombang 500nm menggunakan spektrofotometer. Penurunan kolesterol ditentukan dengan membandingkan konsentrasi kolesterol awal pada medium sebelum inkubasi dengan konsentrasi kolesterol sisa setelah masa inkubasi (supernatan) (11). (Kontrol positif) simvastatin 10 mg ditambahkan 5 ml kedalam larutan kolesterol 1000 ppm dicampur oksibil 0,30%. Campuran kemudian dihomogenisasi menggunakan cara vorteks selama 30 detik dan diinkubasi selama 60 menit pada suhu 37°C dan disentrifugasi pada kecepatan 10.000 selama 10 menit pada suhu 40°C. Kadar kolesterol diukur dalam medium (supernatan) menggunakan metode kolorimetri 550 nm (11). Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dihitung menggunakan rumus = A = C–B: C × 100%. Keterangan = A = % Penurunan Kolesterol, B = jumlah rata-rata kolesterol dalam supernatan setelah perlakuan, C = jumlah rata- rata kolesterol awal. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dilihat pada tabel 1. Hasil dari penelitian, karakterisasi isolat lactobacillus casei memiliki pewarnaan Gram yang bersifat basil, uji katalase positif dan tipe fermentasi homofermentatif. Tabel 1. Karakterisasi isolat Lactobacillus casei Isolat Pewarnaan gram Uji katalase Tipe fermentasi Lactobacillus casei Basil Positif Homofermentatif Tabel 2 . Hasil Uji Aktivitas Antimikroba S.aureus dan E.coli Formulasi Diameter daerah hambatan (mm) S. aureus E.coli K (+) 33,2 28,5 Bakteri Lactobacillus casei 4 6,5 Keterangan (+) mengatakan bahwa antibiotik amoxicillin dapat menghambat bakteri E. coli dan S. Aureus . Gambar A. Zona hambat aktivitas antimikroba isolate Lactobacillus casei Terhadap E. coli (Hasil penelitian Lestina dan Ria., 2024). Gambar 4.3 Zona hambat aktivitas antimikroba isolat Lactobacillus casei Terhadap S. aureus (Hasil penelitian Lestina Ria.,2024). Tabel 3. Hasil uji ketahanan Lactobacillus casei terhadap pH asam Isolat Absorbansi pH 3 Absorbansi pH 6,5 % Pertumbuhan Lactobacillus casei 0,497 1,094 45,42% Tabel 4. Hasil uji ketahanan Lactobacillus casei terhadap Bile salt Isolat Absorbansi Bile Salt Absorbansi tanpa Bile Salt % Pertumbuhan Lactobacillus casei 0,606 1,094 55,39% Tabel 5. Hasil penurunan Kadar Kolesterol oleh isolat Lactobacillus casei. Isolat Absorbansi kolesterol awal Absorbansi kolesterol setelah perlakuan % Penurunan kolesterol Lactobacillus casei K + 1,023 1,023 0,182 1,605 82,20% 56,89% Keterangan (+) menyatakan bahwa simvastatin tidak dapat menurunkan kolesterol secara In Vitro. ## Pewarnaan Gram Hal pada Tabel 1. Dapat dilihat tujuan pewarnaan gram adalah melihat morfologi sel bakteri secara mikroskopis dan untuk membedakan gram positif dan bakteri gram negatif. Yang mempunyai warna sekunder atau merah bakteri Gram negatif , sedangkan primer atau berwarna ungu bakteri Gram positif di bawah mikroskop. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pewarnaan BAL menunjukkan morfologi bakteri dan biasanya berbentuk batang, Gram positif ditunjukkan dengan warna ungu bakteri pada Gambar 1. Mikroorganisme mempunyai kandungan peptidoglikan lebih tinggi, mikroorganisme negatif memiliki kandungan lipid yang lebih tinggi (12). ## Aktivitas Antimikroba terhadap patogen Dapat dilihat pada tabel 2. Aktivitas antimikroba memiliki suatu zat untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme patogen. Mekanisme aktivitas antibakteri BAL dapat melakukan penyebaran sel bakteri kedalam patogen dalam bentuk tak terdisosiasi. Untuk mengidentifikasi aktivitas antibiotik dalam menghambat pertumbuhan mikroba, digunakan metode difusi cakram. Isolat Lactobacillus casei Senyawa-senyawa tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus . Kemampuan menghambat ini ditunjukkan oleh terbentuknya zona hambat dengan diameter 4 mm terhadap bakteri S. aureus dan 6,5 mm terhadap bakteri E.coli . Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan kontrol positif dan bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghambat S.aereus dan E.coli . Perlakuan kontrol positif menggunakan amoxicillin zona hambat yang dapat pada E.coli sebesar 28,5 mm dan zona hambat yang dapat pada S.aureus sebesar 33,2 mm kontrol positif memiliki kemampuan menghambat bakteri S.aureus dan E.coli. Berdasarkan gambar diatas bakteri yang diinkubasi selama 8 jam, terlihat bahwa bakteri E.coli yang bersifat gram negatif dan bakteri S. aureus yang bersifat gram positif mempunyai aktivitas antimikroba yang terlihat dari adanya zona bening pada media agar di sekitar kertas cakram, dan zona hambat yang memiliki zona bening lebih besar terdapat di bakteri S. aureus dengan ukuran 33,2 mm dan E. coli sebesar 28,5 mm. Perbedaan dalam struktur dinding sel dan mekanisme resistensi antara S. aureus dan E. coli menjelaskan mengapa S. aureus lebih rentan dan menunjukkan ukuran zona hambat yang lebih besar dalam uji antimikroba. Beberapa bakteri asam laktat memiliki aktivitas antimikroba terhadap L. monocytogenes dan juga memiliki potensi probiotik. Asam organik dan hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh laktobacillus dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif dan Gram negatif. Sedangkan bakteriosin lebih berpengaruh terhadap bakteri Gram positif (11). ## Ketahanan terhadap pH asam Bahwa dari hasil penelitian pada Tabel 3, Meskipun pertumbuhannya tidak baik Lactobacillus casei menunjukan ketahanan terhadap pH asam dengan nilai 45,42%. Lactobacillus casei sangat tahan terhadap pH asam. Sistem pertahanan utama pada kondisi pH rendah bakteri asam laktat dapat bertahan hidup adalah sistem glutamat dekarboksilase (GAD), sistem deaminasi arginin (ADI) dan pompa proton H+-ATPase. Dengan bantuan salah satu sistem pertahanan tersebut, bakteri asam laktat dapat bertahan hidup dalam kondisi keasaman tinggi (8). ## Ketahanan terhadap Bile Salt Dapat dilihat pada tabel 4. Hasil penelitian, Lactobacillus casei memiliki ketahanan terhadap Bile Salt ialah dilihat dengan adanya viabilitas pertumbuhan yang cukup tinggi ialah 55,39%. Bakteri asam laktat terhadap garam empedu berkaitan dengan meng dekonjugasi garam empedu. Terjadi dekonjugasi karena bakteri menghasilkan enzim hidrolase garam empedu ( 13 ). Dengan enzim BSH (BAL) dapat mengubah garam empedu terkonjugasi menjadi garam empedu terkonjugasi sehingga dapat menyebabkan penurunan . ## Penurunan kadar kolesterol secara in vitro Bahwa dari hasil penelitian pada Tabel 5, isolat BAL menunjukkan kemampuan yang cukup baik dalam menurunkan kadar kolesterol, yaitu sebesar 82,20%, sementara penurunan kadar kolesterol oleh simvastatin (kontrol positif) adalah sebesar 56,89 %. Dari hasil penelitian ini diketahui jika hasil BAL lebih tinggi dibandingkan dengan K+ dikarenakan BAL dapat meng dekonjugasi garam empedu dan mengasimilasi kolesterol Menurunkan kolesterol bisa dilakukan tiga cara pertama BAL fermentasi menghambat kolesterol sintesis. Garam empedu dibuang melewati feses sehingga empedu tersebut tidak terkonjugasi dan empedu yang terdkonjugasi lebih mudah terbuang garam empedu dibandingkan dengan yang terkonjugasi. kemampuan BAL untuk mengikat kolesterol, sehingga mencegah penyerapan kembali kolesterol ke hati (14). K+ lebih rendah dikarenakan tidak optimalnya cara kerja dari HMGCR dalam pengaturan aktivitas enzim, saat aktivitas HMGCR diatur secara ketat oleh mekanisme umpan balik ( feedback) yang melibatkan kolesterol dan produk antara dalam jalur biosintesis kolesterol kemudian ketika kadar kolesterol dalam sel tinggi, kolesterol menghambat ekspresi gen HMGCR dan meningkat degradasi enzim yang sudah ada. Selain itu, kolesterol juga meningkat fosforilasi HMGCR oleh protein kinase tertentu yang mengurangi aktivitas enzim. Mekanisme simvastatin dengan menghambat enzim 3- hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A reductase (HMGCR), simvastatin mengurangi produksi kolesterol intraseluler, sehingga mengakibatkan penurunan kadar kolesterol dalam darah (15) ( 16 ) . ## 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian “Aktivitas Lactobacillus casei Sebagai penurun Kadar Kolesterol Secara In vitro” penelitian ini menunjukkan bahwa BAL (bakteri asam laktat) dapat menurunkan kolesterol secara In Vitro. ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan mengatakan terimakasih kepada bapak Edy Fachrial dan kepada semua pihak yang terkait dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Siti Masruroh, Restuti ANS. Pengaruh Kombinasi Sari Jambu Biji Merah dan Buah Naga Merah terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih Hiperkolesterolemia. HARENA J Gizi. 2023 Dec;4(1 SE-):40–55. 2. Siti Harsianti Dewi Handayani, Haniarti, Fitriani Umar. Pengaruh Konsumsi Minuman Berkarbonasi Terhadap Kadar Kolesterol Penderita Hiperkolesterolemia Di Kelurahan Lancirang. J Ilm Mns Dan Kesehat. 2021 May;4(2):172–80. 3. Rahmawati Y, Dwi Ramadanty D, Rahmawati F, Perwitasari E. Hiperkolesterolemia Pada Pasien Lanjut Usia : Studi Kasus Puskesmas Seyegan. J Kesehat Tambusai. 2022 Mar;3(1):157– 63. 4. Achirman A, Nur Afrida E. Pengaruh Pemberian Jus Apel Hijau (Malus Sylvestris Mill) Terhadap Penurunan Kolesterol Darah Pada Penderita Hiperkolesterolemia. Madago Nurs J. 2022 Jun;3(1):1–5. 5. Admin, Dedi Pahrul, Abdul Syafei. Terapi Bekam Basah Terhadap Kadar Kolerterol Pada Penderita Hiperkolesterolemia di Klinik Holistic Centre Asy-Syafii Palembang. J Kesehat dan Pembang. 2021 Jul;11(22):15–9. 6. Anindita NS. Isolasi Dan Identifikasi Fenotipik Bakteri Asam Laktat (BAL) Indigenous Asal Air Susu Ibu (ASI). J Teknol Pangan. 2022 Jan;5(1):18–23. 7. Puspawati. Potensi Isolat Bakteri Asam Laktat dari Kombucha Sebagai Antihiperkolesterol Secara In Vitro. J Ilmu dan Teknol Pangan. 2022;(Vol 11 No 4 (2022): Jurnal ITEPA):731–43. 8. Manalu RT, Bahri S, Melisa, Sarah S. Isolasi dan karakterisasi bakteri asam laktat asal feses manusia sebagai antibakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Sainstech Farma. 2020;13(1):55–9. 9. Putri RA, Simbala HEI, Mpila DA. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bawang Dayak (Eleutherine Americana Merr) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli Dan Salmonella Typhi. Pharmacon. 2020 Nov;9(4):525. 10. Finanda A, Hadari Nawawi JH, Barat K. Isolasi Dan Karakterisasi Genus Bakteri Asam Laktat Dari Fermentasi Daging Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.). Protobiont. 2021;10(2):37–41. 11. Imtihani HN, Permatasari SN, Prasetya RA. In Vitro Evaluation of Cholesterol- Reducing Ability of Chitosan from Mangrove Crab (Scylla serrata) Shell Solid Dispersion using PVP K-30 as a Carrier. J Farm Galen (Galenika J Pharmacy). 2021 Oct;7(2):99–109. 12. Fachrial E, Harmileni, Anggraini S. Pengantar Teknik Laboratorium Mikrobiologi dan Pengenalan Bakteri Asam Laktat. Unpri Press. 2019. 1–88 p. 13. Risna YK, Harimurti S, Wihandoyo W, Widodo W, Sukarno AS. Aktivitas Antibakteri Bakteri Asam Laktat (BAL) yang Diisolasi dari Saluran Pencernaan Itik Lokal Asal Aceh terhadap Salmonella pullorum dan Escherichia coli. J Agripet. 2022 Oct;22(2):169–74. 14. Rinanti RF, Utomo B, Tribudi YA. Mekanisme Konsumsi Kefir Pada Penurunan Kolesterol Darah. J Ilm Fill Cendekia. 2022 Oct;7(2):166. 15. Budi A, Sijabat RM. Relationship Between Level of Knowlegde and Accuracy of Using Simvastatin in Hypercholesterolemic Patients at Advent Medan Hospital. J Pharm Sci. 2023 Jun;6(2):437–44. 16. Inur Tivani KK. Uji Aktivitas Antibakteri Granul Effervescent Ekstrak Kulit Nanas Madu Dengan Pemanis Daun Stevia Terhadap Escherichia Coli. 2024;110-120
4566fed0-10e9-4761-91e8-a4b3acb4d197
http://ejournal.stikeselisabethmedan.ac.id:85/index.php/EHJ/article/download/614/405
## Pengaruh Terapi Aurasoma Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan Dahlia Purba 1 , Vitri Rokhima 2 1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora, Medan, Indonesia. Info Artikel _______________________ Sejarah artikel : Diterima, April 30, 2024 Disetujui, Mei 20, 2024 Dipublikasikan, Jun 29, 2024 _______________________ Keywords : Family, Anxiety, Aurasoma Therapy . _____________________________ ## Abstrak _______________________________________________________ Kondisi kegawatdaruratan tidak hanya memberikan kecemasan dan ketegangan kepada pasien yang tengah mengalami situasi kritis, tetapi juga menimbulkan kecemasan bagi keluarga yang mendampingi. Salah satu jenis terapi yang diduga dapat menurunkan tingkat kecemasan keluarga pasien adalah terapi aurasoma. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi aurasoma terhadap kecemasan keluarga pasien. Penelitian ini adalah Pre Experimental dengan desain pretest - posttest kelompok tunggal (the one group pretest posttest). Penelitian dilakukan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Populasi penelitian sebanyak 150 orang, dan sebanyak 32 orang digunakan sebagai sampel serta penarikan sampel secara purposive sampling . Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji paired sample t-test pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan keluarga pasien sebelum terapi aurasoma secara deskriptif dalam nilai rata-rata kecemasan yaitu 52,00±10,302, sedangkan kecemasan keluarga pasien setelah terapi aurasoma secara deskriptif dalam nilai rata-rata kecemasan yaitu 35,38 ± 4,233. Terapi aurasoma berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kecemasan keluarga pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan, diperoleh p- value = 0,000 < 0,05. Disarankan kepada tenaga medis yang bertugas di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan untuk mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada keluarga pasien di UGD agar dapat mengelola kecemasan yang mereka miliki dengan menggunakan intervensi terapi aurasoma sebagai salah satu teknik untuk menurunkan kecemasan. ## Abstract _________________________________________________________ Emergency conditions not only bring anxiety and tension to patients experiencing critical situations but also induce anxiety in the accompanying family members. One type of therapy believed to reduce the level of anxiety in family members is Aurasoma therapy. The aim of this research is to determine the influence of Aurasoma therapy on the anxiety levels of family members of patients. This study follows a Pre-Experimental design with a one-group pretest- posttest approach. The research was conducted in the Emergency Unit of Sundari Medan General Hospital. The study's population consisted of 150 individuals, with 32 selected as samples through purposive sampling. Data analysis was carried out univariately and bivariately using the paired sample t-test at a 95% confidence level (α=0.05).The research results indicate that the Elisabeth Health Journal : Jurnal Kesehatan, Vol. 9 No. 1 (Juni, 2024) : 6-12 E-ISSN 2541-4992 anxiety levels of family members before Aurasoma therapy, descriptively expressed in the average anxiety score, were 52.00±10.302, while after Aurasoma therapy, the average anxiety score was 35.38±4.233. Aurasoma therapy significantly influenced the reduction of anxiety in family members of patients in the Emergency Unit of Sundari Medan General Hospital, with a p-value of 0.000 < 0.05.It is recommended for medical personnel in the Emergency Unit of Sundari Medan General Hospital to educate and provide understanding to the family members of patients in the emergency department, enabling them to manage their anxiety using Aurasoma therapy as one of the techniques to reduce anxiety. Koresponden Penulis : Dahlia Purba, Program Studi DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora, Medan, Indoensia, Jl. Rajawali No.24 20122 Kota Medan Sumatera Utara, Email : [email protected] ## 1. PENDAHULUAN Saat seorang anggota keluarga mengalami kondisi kesehatan yang serius, kompleks, atau kritis, keluarga seringkali mengalami tingkat kecemasan yang tinggi. Tidak hanya ketidakpastian mengenai prognosis dan perawatan pasien, tetapi juga beban fisik dan emosional yang ditanggung oleh keluarga dapat menjadi pemicu kecemasan. Perubahan dalam rutinitas sehari-hari, tanggung jawab merawat, dan perasaan ketidakpastian mengenai masa depan kesehatan pasien semuanya dapat menjadi faktor yang meningkatkan tingkat kecemasan keluarga. Kecemasan semakin meningkat jika anggota keluarga yang sakit dalam kondisi gawat darurat (Halik & Karim, 2022). Angka kunjungan kasus kegawatdaruratan bervariasi dalam jumlah kasus pada berbagai pusat kesehatan di berbagai negara. Jumlah kunjungan gawat darurat di Amerika Serikat tahun 2021 yaitu 139,8 juta. Jumlah kunjungan terkait cedera (termasuk keracunan dan efek samping) yaitu 40,0 juta. Jumlah kunjungan per 100 orang yaitu 42,7. Jumlah kunjungan gawat darurat yang mengakibatkan masuk rumah sakit yaitu 18,3 juta. Jumlah kunjungan gawat darurat yang mengakibatkan masuk ke unit perawatan kritis yaitu 2,8 juta. Persentase kunjungan pasien yang terlihat dalam waktu kurang dari 15 menit yaitu 41,8%. Persentase kunjungan yang mengakibatkan masuk rumah sakit yaitu 13,1%. Persentase kunjungan yang mengakibatkan pemindahan ke rumah sakit lain (psikiatri atau lainnya) yaitu 2,4% (NCHS, 2021). Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, bahwa pada tahun 2019, jumlah pasien yang berkunjung ke IGD mencapai 4.402.205 pasien. Angka tersebut merupakan akumulasi dari 12% kunjungan IGD yang berasal dari rujukan Rumah Sakit Umum (RSU) yaitu 1.033 unit dan 1.319 unit rumah sakit lainnya (Kemenkes RI, 2020). Kondisi kegawatdaruratan di Unit Gawat Darurat (IGD) tidak hanya memberikan kecemasan dan ketegangan kepada pasien yang tengah mengalami situasi kritis, tetapi juga menimbulkan kecemasan bagi keluarga yang mendampingi. Atmosfir yang penuh dengan keadaan mendesak, gawat, serta kesibukan tim medis dapat menciptakan suasana yang menegangkan. Bagi keluarga, terutama mereka yang tidak terbiasa dengan lingkungan rumah sakit atau belum pernah menghadapi situasi darurat serius sebelumnya, kondisi tersebut menjadi pengalaman yang menakutkan. Mereka merasa tidak berdaya dan gelisah, berharap semoga kondisi pasien mereka segera membaik (Krisanty, 2019). Tingkat kecemasan keluarga yang merawat pasien dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi karena beberapa faktor kompleks dalam situasi tersebut. Pertama, ketidakpastian tentang diagnosis atau kondisi kesehatan pasien yang serius dapat menjadi penyebab utama kecemasan. Kurangnya informasi yang jelas mengenai prognosis, perkembangan penyakit, atau hasil perawatan menyebabkan ketidakpastian yang signifikan, yang bisa meningkatkan tekanan emosional dan mental pada keluarga (Amiman, Katuuk, & Malara, 2019). Selain itu, perubahan dalam dinamika keluarga juga bisa menjadi sumber kecemasan. Peningkatan tanggung jawab merawat, perubahan rutinitas harian, dan penyesuaian terhadap kebutuhan medis pasien dapat menimbulkan beban tambahan yang menciptakan ketidaknyamanan dan kekhawatiran. Keluarga juga sering dihadapkan pada ketidakpastian finansial akibat biaya perawatan medis dan pengurangan waktu untuk kegiatan sehari-hari (Kingston, 2019). Kompleksitas kondisi pasien, ketidakpastian mengenai masa depan, dan perubahan signifikan dalam kehidupan keluarga dapat menjelaskan tingkat kecemasan yang tinggi. Upaya memberikan dukungan emosional, informasi yang jelas, dan memperkuat jaringan dukungan sosial dapat menjadi langkah-langkah penting untuk mengatasi tingkat kecemasan yang tinggi tersebut. Selain itu, langkah alternatif non-medis seperti relaksasi dan terapi dapat diterapkan untuk mengurangi tingkat kecemasan keluarga yang merawat pasien yang cukup tinggi. Salah satu jenis terapi untuk menurunkan tingkat kecemasan yaitu terapi warna (Azwar, 2018). Terapi warna pada tubuh manusia bekerja pada aspek fisiologis dan psikologis. Pada aspek psikologis, manusia bisa mengalami stres atau depresi bila terpapar beberapa lama dengan suatu kombinasi warna tertentu, misalnya warna abu-abu dan hitam, namun kombinasi warna tertentu juga bisa menyebabkan kondisi manusia menjadi santai, rileks dan tenang. Misalnya warna kuning dan biru. Adapun jenis-jenis terapi warna yang dapat diterapkan untuk menurunkan tingkat kecemasan antara lain, pernafasan warna, colorful meditasi, air solarisasi, chromatherapy, kain sutra berwarna, dan aurasoma (Kahfi, 2021). Terapi aurasoma yang merupakan salah satu bentuk terapi warna, adalah bentuk terapi yang mengintegrasikan penggunaan warna, esensi tumbuhan, dan energi kristal untuk mendukung kesejahteraan fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Terapi ini dikembangkan oleh Vicky Wall pada tahun 1983 dan memadukan prinsip-prinsip warna, aromaterapi, dan kristal terapi (Hussein, 2021). Tujuan utama terapi aurasoma adalah mengaktifkan keseimbangan dan harmoni dalam tubuh, pikiran, dan roh, serta memberikan dukungan untuk proses transformasi dan pertumbuhan pribadi (Halik & Karim, 2022). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Imardiani (2020) dengan menggunakan uji Wilcoxon menemukan hasil bahwa sebelum diberikan terapi aurasoma kecemasan keluarga pasien dalam nilai median 28,50 dan sesudah intervensi dengan nilai 42,00, maka terapi aurasoma berpengaruh untuk mengurangi kecemasan keluarga pasien. Penelitian Setiyani (2023) mendapatkan hasil bahwa terapi warna pada responden dapat mengurangi kecemasan dismenore dari skala 6 ke skala 2 dalam waktu tiga hari intervensi. Penelitian milik Rahayuningtyas (2020) yang dilakukan di Daerah Kerja Puskesmas Padang Sari mendapatkan hasil penelitian dengan p-value = 0,037, yang dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi warna hijau terhadap tingkat kecemasan ibu hamil risiko tinggi. Penelitian ini dilakukan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan yang merupakan salah satu rumah sakit umum yang ada di Kota Medan. Dari data yang diperoleh dari Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan diketahui bahwa jumlah pasien di Unit Gawat Darurat selama 3 bulan terakhir sebanyak 449 orang. Pada bulan Agustus 2023 berjumlah 145 orang, pada bulan September 2023 berjumlah 148 orang, dan pada bulan Oktober berjumlah 156 orang. Jumlah rata-rata pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan per bulan sebanyak 150 orang. Survei pendahuluan dilakukan dengan mewawancarai 10 orang anggota keluarga dari pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien diketahui bahwa keluarga merasakan kecemasan yang teramat sangat dikarenakan takut akan nasib dan masa depan pasien yang sedang dirawat. Keluarga tampak mondar mandir, gelisah, perasaannya tegang dan takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Beberapa keluarga juga mengatakan mereka takut kematian atau kecacatan tubuh terjadi pada pasien yang sedang di rawat dan masalah keuangan terutama jika pasien adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga. Perawat di UGD Rumah Sakit Umum Sundari bahwa belum pernah dilakukan pemberian terapi aurasoma pada keluarga pasien yang merasa cemas di unit gawat darurat. Berdasarkan data yang telah disajikan, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Terapi Aurasoma Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan”. ## 2. METODE Rancangan penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental dengan desain pretest - posttest kelompok tunggal (the one group pretest posttest) dengan mencari pengaruh terapi aurasoma terdahap kecemasan keluarga di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 32 responden dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam p enelitian ini adalah Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) yaitu kuesioner yang digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang berkaitan dengan kecemasan sebanyak 20 butir pernyataan. Analisa statistik menggunakan menggunakan uji Paired Sample T-Test. ## 3. HASIL Berdasarkan Univariat dan Bivariat dengan judul Pengaruh Terapi Aurasoma Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di RSU Sundari Medan Berdasarkan informasi pada tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 41– 60 tahun sejumlah 16 orang (50,0%), sebagian kecil berumur ≤ 20 tahun & > 60 tahun masing-masing sejumlah 1 orang (3,1%). Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden adalah perempuan sejumlah 22 orang (68,7%), sebagian kecil adalah laki-laki sejumlah 10 orang (31,3%). Berdasarkan pendidikan terakhir, sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMA) sejumlah 23 orang (71,9%), sebagian kecil berpendidikan dasar (SD/SMP) sejumlah 1 orang (3,1%). Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar responden bekerja sejumlah 20 orang (62,5%), sebagian kecil tidak bekerja sejumlah 12 orang (37,5%). Tabel 2. Data Deskriptif Kecemasan Keluarga Pasien Sebelum Terapi Aurasoma (Pretest) Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa secara deskriptif nilai rata- rata (mean) kecemasan keluarga pasien sebelum terapi aurasoma (pretest) yaitu 52,00, simpangan baku (standar deviation) yaitu 10,302, skor terendah (min) yaitu 31, skor tertinggi (max) yaitu 65. Tabel 3. Data Deskriptif Kecemasan Keluarga Pasien Setelah Terapi Aurasoma (Posttest) Berdasarkan tabel tersebut bahwa secara deskriptif nilai rata-rata (mean) kecemasan keluarga pasien setelah terapi aurasoma (posttest) yaitu 35,38, simpangan baku (standar deviation) yaitu 4,233, skor terendah (min) yaitu 27, skor tertinggi (max) yaitu 42. Tabel 4. Hasil Uji Paired Sample T Test Kecemasan Keluarga Pasien Sebelum dan Setelah Terapi Aurasoma di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan Hasil statistik diperoleh nilai rata-rata ( mean ) kecemasan keluarga pasien sebelum terapi aurasoma sebesar 52,00 dan setelah terapi aurasoma menjadi 35,38. Nilai minimum kecemasan keluarga pasien sebelum terapi aurasoma sebesar 31 dan setelah terapi aurasoma menjadi 27. Nilai maksimum kecemasan keluarga pasien sebelum terapi aurasoma sebesar 65 dan setelah terapi aurasoma menjadi 42. Standar deviasi (simpangan baku) kecemasan keluarga pasien sebelum terapi aurasoma sebesar 10,302 dan setelah terapi aurasoma menjadi 4,233. Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-Test yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan keluarga pasien sebelum dan setelah terapi aurasoma di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan, dengan nilai p- value = 0,000 < 0,05, dan nilai t = 12,385 < t-tabel (1,696) pada df = 31. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa terapi aurasoma berpengaruh terhadap penurunan kecemasan keluarga pasien. ## 4. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan keluarga pasien sebelum dan setelah terapi aurasoma di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan, dengan nilai p-value = 0,000 < 0,05, dan nilai t = 12,385 < t-tabel (1,696) pada df = 31. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa terapi aurasoma memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kecemasan keluarga pasien yang dirawat. Penelitian Rahayuningtyas (2020) yang dilakukan di Daerah Kerja Puskesmas Padang Sari mendapatkan hasil penelitian dengan p-value = 0,037, yang dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi warna hijau terhadap tingkat kecemasan ibu hamil risiko tinggi. Penelitian Setiyani (2023) mendapatkan hasil bahwa terapi warna pada responden dapat mengurangi kecemasan dismenore dari skala 6 ke skala 2 dalam waktu tiga hari intervensi. Penelitian milik Imardiani (2020) dengan menggunakan uji Wilcoxon menemukan hasil bahwa sebelum diberikan terapi aurasoma kecemasan keluarga pasien dalam nilai median 28,50 dan sesudah intervensi dengan nilai 42,00, maka terapi aurasoma berpengaruh untuk mengurangi kecemasan keluarga pasien. Pengaruh terapi aurasoma terhadap tingkat kecemasan pada keluarga pasien dapat menjadi signifikan dalam konteks perawatan kesehatan. Terapi ini, yang melibatkan penggunaan warna dan aroma untuk menciptakan keseimbangan energi, dapat memberikan efek positif pada keluarga pasien agar dapat mengalami perasaan relaksasi dan ketenangan, yang berpotensi mengurangi tingkat kecemasan mereka (Halik & Karim, 2022). Warna dan aroma yang dipilih dalam terapi ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, membantu keluarga merasa lebih terhubung dengan diri mereka sendiri dan dengan pasien. Pengalaman positif ini dapat memperkuat dukungan emosional dan kesejahteraan mental keluarga, sehingga memfasilitasi perjalanan penyembuhan pasien. Meskipun hasilnya dapat bervariasi, terapi aurasoma memiliki potensi untuk memberikan dampak positif pada aspek psikologis dan emosional keluarga yang tengah menjalani situasi kesehatan yang menantang (Hussein, 2021). Menurut peneliti, hasil penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penurunan kecemasan keluarga pasien yang dirawat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan setelah terapi aurasoma. Penurunan kecemasan dalam keluarga pasien setelah menjalani terapi Aurasoma dapat dijelaskan oleh dampak positif yang dihasilkan oleh kombinasi warna, minyak esensial, dan kristal yang digunakan. Terapis Aurasoma biasanya bekerja dengan keluarga pasien untuk memilih botol Aurasoma yang paling sesuai dengan kebutuhan emosional mereka. Proses pemilihan ini dapat memberikan ruang bagi anggota keluarga untuk berbicara tentang perasaan mereka dan menciptakan kesadaran akan kebutuhan emosional yang mungkin terabaikan. Selain itu, aroma dari minyak esensial yang digunakan dalam terapi Aurasoma juga dapat memberikan efek menenangkan dan merelaksasi, membantu keluarga merasa lebih rileks dan terhubung dengan perasaan positif. Terapi Aurasoma dapat dianggap sebagai pendekatan komplementer yang potensial untuk memberikan dukungan emosional dan mengurangi beban kecemasan yang mungkin dialami oleh keluarga pasien selama proses perawatan medis. ## 5. KESIMPULAN Kecemasan keluarga pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan sebelum terapi aurasoma secara deskriptif dalam nilai rata-rata kecemasan yaitu 52,00±10,302. Kecemasan keluarga pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan setelah terapi aurasoma secara deskriptif dalam nilai rata-rata kecemasan yaitu 35,38±4,233. Terapi aurasoma berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kecemasan keluarga pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sundari Medan, diperoleh p-value = 0,000 < 0,05. ## DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2018). Penyusunan Skala Psikologi . Yogyakarta: Pustaka Belajar. Fauzy, A., Nisa, B., Napitupulu, D., & Abdillah, F. (2022). Metodologi Penelitian (Cetakan Pertama). Jakarta: Pena Persada. Hadiansyah, T., Pragholapati, A., & Aprianto, D. P. (2019). Gambaran Stres Kerja Perawat Yang Bekerja di Unit Gawat Darurat, 7 (2), 50–58. Halik, A., & Karim, H. A. (2022). Chromotherapy Pencegahan Gangguan Psikologis Melalui Terapi Warna (Cetakan Pertama). Jakarta: CV. Literasi Nusantara Abadi. Hamarno, R. (2018). Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana. Modul Bahan Ajar Kebidanan. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hartati, S., & Halimuddin. (2017). Response Time Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat. jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan , 2 (3). Hussein, M. A. (2021). Keajaiban Terapi Warna Biru (Cetakan Kedua). Sukabumi: Adamssein Medika. Imardiani, Hikmatuttoyyibah, A., & Majid, Y. A. (2020). Pengaruh Terapi Aurasoma Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit, (1). Kahfi, A. Y. (2021). Teori Warna (Cetakan I). Jakarta. Karo, M., Simorangkir, L., Daryanti Saragih, I., Suarilah, I., & Tzeng, H. M. (2024). Effects of mindfulness‐based interventions on reducing psychological distress among nurses: A systematic review and meta‐analysis of randomized controlled trials. Journal of Nursing Scholarship , 56 (2), 319-330. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (2018). Sinopsis Psikiatri Jilid 2 .Jakarta: Binarupa Aksara. Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2019 . Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kepmenkes RI. (2020). Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa Adaptasi Baru. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kingston, D. (2019). Tindakan Gawat Darurat (Edisi 2). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Krisanty, P. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat . Jakarta: Trans Info Media. Mariati. (2022). Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Yang Di Rawat Di ICU Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Journal of TSCSI Kep , 7 (1) Saragih, I. S., Simorangkir, L., Siallagan, A., & Saragih, I. D. (2022). Tingkat Kecemasan dan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa , 10 (2), 363-374. Simorangkir, L., Ginting, A., Ginting, A. A. Y., Sitepu, A., Saragih, H., Ginting, N., ... & Perangin- angin, M. (2022). The Relationship of Parents' Emotional Intelligence with Child Abuse Events in Children Aged 6-12 Years During the Pandemic of Covid-19. HIV Nursing , 22 (2), 674-677.
18b2384b-ad86-4e4c-a036-dc6b193f456c
https://journal.uir.ac.id/index.php/uirlawreview/article/download/2073/1365
## PELAKSANAAN PRINSIP SUBROGASI PADA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG ## Selvi Harvia Santri ## ABSTRAK Menurut ketentuan Hukum Dagang Pasal 284, pada Asuransi kendaraan Bermotor, jika Kerugian tertanggung disebabkan oleh pihak ketiga maka penggantian kerugiannya dialihkan kepada pihak ketiga dan bukan kepada pihak asuransi. Sesuai dengan penerapan prinsip subrogasi. Namun kenyataannya pihak tertanggung tetap meminta ganti kerugian ke pihak asuransi dan kepada pihak ketiga, sehingga tertanggung mendapatkan keuntungan ganda yang bertentangan dengan prinsip indemnity pada hukum asuransi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bacaan yang bisa memberikan pengetahuan tentang asuransi bagi masyarakat umum dan bagi pihak asuransi ataupun nasabah asuransi khususnya. Menjadikan titik terang penyebab kenapa pihak asuransi tidak menerapkan prinsip subrogasi sesuai dengan ketentuan Undang-undang Hukum Dagang, yang mengakibatkan tertanggung mendapatkan keuntungan ganda yang bertentangan dengan prinsip asuransi. Kata Kunci: Prinsip Subrogasi, Asuransi Kendaraan Bermotor. ## Abstrack Under the provisions of Article 284 of the Commercial Law, in Motorized vehicle insurance, if the insured loss is caused by a third party, the compensation will be transferred to a third party and not to the insurance party. In accordance with the application of the principle of subrogation. But in reality the insured party still asks for compensation to the insurer and to the third party, so that the insured gets a double benefit that is contrary to the principle of indemnity in the insurance law. With this research is expected to be one of the readings that can provide knowledge about insurance for the general public and for insurance or insurance customers in particular. Make a bright spot for the reason why the insurer does not apply the principle of subrogation in accordance with the provisions of the Trade Law, which results in the insured obtaining a double benefit that is contrary to the principle of insurance. Keywords: Principles of Subrogation, Motor Vehicle Insurance. ## 1. Pendahuluan P erkembangan asuransi di Indonesia menunjukkan angka kemajuan yang cukup baik. Perusahaan asuransi menunjukkan geliat pertumbuhan di dalam usaha yang mereka jalankan, yang mana semakin hari semakin banyak nasabah yang mengunakan layanan asuransi di dalam kehidupan mereka. Kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah perlindungan atas berbagai macam risiko yang bisa terjadi dan menimpa diri mereka sewaktu-waktu adalah salah satu penyebab tingginya jumlah pengguna asuransi belakangan ini. Risiko dapat terjadi karena faktor kegiatan manusia sendiri, dapat pula terjadi karena peristiwa alam, seperti banjir gempa bumi badai. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mengatasi kemungkinan terjadi risiko yang merugikan, antara lain, menghindari risiko, mencegah terjadinya risiko, mengalihkan risiko tersebut kepada perusahaan asuransi . Mengalihkan risiko melalui asuransi dianggap sebagai cara yang paling baik dalam pengelolaan risiko . Pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi tidak terjadi begitu saja, tanpa adanya kewajiban apa - apa kepada pihak yang mengalihkan risiko. Hal tersebut harus diperjanjikan terlebih dahulu. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah perjanjian, dalam perjanjian tersebut diwajibkan pihak yang bersangkutan memenuhi kewajibannya masing - masing. Pihak yang tersangkut adalah pihak asuransi dan pihak penanggung. Risiko yang timbul diakibatkan oleh suatu peristiwa secara kebetulan dan adanya unsur ketidaksengajaan, bisa saja terjadi tidak hanya ditimbulkan dari pihak tertanggung saja melainkan pula dapat timbul diakibatkan oleh pihak ketiga. Undang-undang No. 40 Tahun 04 Pasal menyebutkan bahwa dasar dari timbulnya penyelenggaraan asuransi terhadap pihak ketiga timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti (evenement.) . Peristiwa tidak pasti tersebut haruslah memenuhi kriterianya yaitu peristiwa itu menimbulkan kerugian, kejadiannya tidak dapat diprediksi lebih dahulu, berasal dari faktor ekonomi, alam, manusia dan menimbulkan kerugian terhadap diri, kekayaan, dan tanggung jawab seseorang . Tertanggung yang mengasuransikan kendaraan- nya kepada asuransi apabila terjadi kerugian namun diakibatkan oleh pihak ketiga maka tertanggung akan mendapatkan ganti rugi dari asuransi dan asuransi menggunakan hak subrogasi yakni hak tertanggung yang beralih kepada asuransi untuk menuntut ganti kerugian terhadap pihak ketiga, adanya hak subrogasi untuk mencegah penggantian kerugian ganda yang akan diperoleh tertanggung. Selain itu tertanggung bisa juga langsung menuntut kerugian terhadap M. Suparman Sastrawidjaja, 00, Aspek aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, PT. Alumni, Bandung, hlm. 9. Editorial.” Menanti UU Asuransi yang Inspiratif ”. Jurnal Hukum Bisnis. Volume Tahun 00 Abdulkadir Muhammad, 006, Hukum Asuransi Indonesia , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung pihak ketiga dan namun tidak lagi menuntut klaim terhadap pihak asuransi. Tertanggung yang menuntut kepada kedua belah pihak yaitu kepada pihak ketiga yang bersalah dan kepada pihak asuransi atau memperoleh penggantian kerugian ganda termasuk perbuatan yang tidak dibenarkan karena hal tersebut dapat menjadi sebuah keuntungan terhadap pihak tertanggung dalam hal ini bertentangan dengan asas keseimbangan atau prinsip indemnity yang dipegang teguh dalam perjanjian asuransi. Namun dalam praktek keseharian, tertanggung tetap saja meminta ganti kerugian dari pihak ketiga dan sekaligus menuntut klaim asuransi hal ini akan menjadi sarana keuntungan bagi tertanggung dan banyak juga perusahaan asuransi yang mengetahui hal ini dan tidak mempergunakan hak subrogasi, hal ini akan menjadi sarana keuntungan bagi tertanggung. Oleh karena itu, perlu diadakannya suatu penelitian tentang tertanggung yang mengajukan gugatan terhadap pihak ketiga yang bersalah dan sekaligus menuntut klaim terhadap pihak asuransi. ## II. Pembahasan ## A. Pengertian Asuransi Di Indonesia selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan. Pemakaian kedua istilah itu tampaknya mengikuti istiah dalam bahasa Belanda yaitu assurantie yang berarti asuransi dan verzekering yang berarti pertanggungan, karena asuransi di Indonesia berasal dari negeri Belanda 4 . Pada perkembangan selanjutnya kata insurance, asutrantie , atau asuransi lebih tepat digunakan yang secara harfiahnya kata ini dalam bahasa Indonesia berarti Pertanggungan. Berdasarkan Pasal 246 KUHD yang berbunyi sebagai berikut : “Asuransi pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian kepadanya atau karena suatu 4 Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia . Cet , (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 99) Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu” Apabila ditelaah secara redaksional, rumusan yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD lebih mengutamakan kepada asuransi kerugian . Disebut asuransi kerugian karena dalam batas pengertian kerugian, penanggung hanya membayar ganti kerugian kepada tertanggung sesuai dengan kerugian yang diderita oleh tertanggung 6 Seharusnya defenisi atau pengertian asuransi yang diberikan KUHD berlaku umum untuk semua golongan dan jenis asuransi. Hal itu mengingat sifat dan fungsi defenisi itu sendiri. Demikian pula, rumusan tersebut terletak dalam Bab atau Title IX dari buku I KUHD tentang asuransi atau pertanggungan seumumnya (van assurantie of verzekering in het algemene) . Defenisi asuransi dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan Defenisi atau pengertian asuransi dalam Pasal 1 angka (1) UU No. 2 Tahun 1992 diatas lebih luas dari pada yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD karena tidak hanya mencakup asuransi kerugian tetapi mencakup pula asuransi sejumlah uang atau asuransi jiwa atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga. Defenisi asuransi tanggung jawab hukum adalah suatu pertanggungan dimana perusahaan asuransi berjanji atas nama tertanggung membayar sejumlah nilai dimana tertanggung secara hukum wajib membayar kerugian keuangan yang diderita oleh seseorang karena meninggal, sakit, luka-luka ataupun menderita Man Suparman Sastrawidjaja, O p. Cit , hal 4 6 Radiks Purba, O p.Cit , hal 4 sampingan serta kerugian atau kerusakan harta benda termasuk kerugian karena tidak dapat dipakai lagi akibat tindakan seseorang atau karena kecelakaan setiap waktu selama jangka waktu pertanggungan tertentu ## B. Pengertian Risiko dan Evenement ## 1. Pengertian Resiko Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar tentang risiko dan sebagai manusia kita akan selalu dihadapkan pada risiko. Pengertian risiko luas sekali, biasa diartikan sebagai ketidakpastian dari pada kerugian (uncertainty of loss) dan bencana /bahaya (perils) Dalam praktek asuransi, defenisi yang lebih banyak digunakan adalah Risk is uncertainty of Loss, risiko didefenisikan sebagai ketidakpastian timbulnya suatu kerugian. Menurut Prof. Subekti, kata risiko berarti kewajiban untuk memikul kerugian jikalau di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian . Sedangkan dalam asuransi kriteria atau ciri-ciri risiko sebagai berikut : a. Bahaya yang mengancam benda atau objek asuransi; b. Berasal dari faktor ekonomi, alam, atau manusia; c. Diklarifikasi menjadi risiko pribadi, kekayaan, dan tanggung jawab; d. Hanya berpeluang menimbulkan kerugian. ## 2. Pengertian Evenement Evenemen Dalam Asuransi adalah istilah yang diapdopsi dari bahasa belanda evenement yang berarti peristiwa tidak pasti. Evenemen atau peristiwa tidak pasti adalah peristiwa terhadap mana asuransi diadakan tidak dipastikan terjadi dan tidak diharapkan terjadi. Adapun pengertian evenemen jika dirumuskan Sonni Dwi Harsono, Prinsip-prinsip Dasar dan Praktek Asuransi , (Jakarta:Yayasan Pengembangan Ilmu Asuransi, 994), hal P.N.H Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia. Cet., (Jakarta: Djambatan, 00) hal 4 Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... ## adalah 9 : Evenemen menurut pengalaman manusia nor- mal, tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi, saat terjadinya tidak dapat ditentukan dan juga tidak dapat diharapkan akan terjadi, jika terjadi juga akan menyebabkan kerugian Dalam hukum asuransi evenemen yang menjadi beban penanggung merupakan peristiwa penyebab timbulnya kerugian atas obyek asuransi. selama belum terjadi penyebab timbulnya kerugian, selama itu pula bahaya yang mengancam obyek asuransi disebut risiko 0 . Apabila risiko itu sungguh - sungguh menjadi kenyataan, maka risiko berubah menjadi evenemen,yaitu peristiwa yang menimbulkan kerugian. Dalam hal ini risiko menjadi beban ancaman penanggung. Oleh karena itu dapat kita pahami ciri- ciri evenemen adalah sebagai berikut: a. Peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian b. Terjadinya itu tidak diketahui, tidak dapat diprediksi terlebih dahulu c. Berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia d. Kerugian terhadap diri, kekayaan dan tanggung jawab seseorang Kerugian Dalam Asuransi Evenemen erat sekali persoalannya dengan ganti kerugian. Akan tetapi tidak setiap kerugian (loss) akibat evenemen harus mendapat ganti kerugian. Antara evenemenyang terjadi dan kerugian yang timbul ada hubungan kausal. Evenemen adalah sebab dan kerugian adalah akibat. Jika sudah dipastikan evenemen yang terjadi itu dijamin oleh polis dan karenanya menimbulkan kerugian, penanggung terikat untuk membayar ganti kerugian. ## C. Pengaturan Asuransi. Pengaturan asuransi dapat ditemui dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) untuk 9 Abdulkadir,999, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Jakarta, hlm. 120 0 Joko Waskito Dewantoro, Klaim Asuransi Jiwa atas Evenemen yang sengaja dilakukan oleh tertanggung, Sekripsi, ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, lebih rincinya pengaturan tentang asuransi terdapat dalam : 1) KUHPerdata KUHPerdata dalam buku III Bab XV tentang persetujuan untung-untungan (konsonvereen- komst) Pasal 4 yang berbunyi : Suatu perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu demikian adalah persetujuan pertanggungan bunga cegak hidup, perjudian dan pertarungan . ## 2) KUHD Kitab Undang-undang Hukum Dagang mengan- dung dua bagian pengaturan tentang asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam buku I Bab IX dan pengaturan yang bersifat khusus terdapat pada buku I Bab X Buku II Bab IX dan Bab X Adapun perincian dari Bab-bab itu adalah : Buku I Bab IX : Tentang Asuransi pada umumnya (Pasal 246-286 KUHD) Buku I Bab X : Meliputi Pasal 287-308 KUHD yang mengatur pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian dan tentang pertanggungan jiwa. Buku II Bab IX : Mengatur pertanggungan terhadap bahaya laut dan perbudakan Buku II Bab X : Mengatur tentang pertanggungan terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat, disungai dan perairan darat. 3). Pengaturan di luar KUHPerdata dan KUHD Jenis-jenis pertanggungan khusus yang diatur diluar KUHPerdata dan KUHD diatur secara tersendiri, seperti dalam Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden atau dalam bentuk Peraturan Perundang-undang lainnya. Djoko Prakoso dan I ketut Murtika, 2004, Hukum Asuransi Indonesia , PT. Rineka Cipta, Bandung. Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... ## D. Prinsip-prinsip Asuransi Suatu perjanjian asuransi harus dibuat berdasarkan pada prinsip-prinsip atau asas-asas Asuransi agar pada akhirnya mencakup segala kepentingan yang hendak dilindungi. Dalam setiap perjanjian asuransi, ada beberapa prinsip asuransi yang berlaku yaitu : ## 1) Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (principle of Insurable Interest) Insurable Interest memberikan kepada sese- orang hak untuk mengasuransikan karena adanya hubungan keuangan yang diakui oleh hukum antara orang tersebut dengan objek pertanggungan atau objek yang diasuransikan. Defenisi Insurable Interest :“The legal right to insure out of a financial relationship recognized at law, between the insured and the subject matter of insurance ” artinya bahwa hak seseorang untuk mengasuransikan timbul karena adanya hubungan keuangan yang diakui oleh hukum antara orang tersebut dengan objek pertanggungan . Adanya prinsip Insurable Interest adalah dimaksudkan untuk mencegah agar asuransi tidak menjadikan moral hazard tinggi dan mencegah perjudian . Hal itu disebabkan, apabila tidak terdapat ketentuan demikian, seseorang yang tidak mempunyai kepentingan terhadap suatu objek asuransi, akan dapat menutup asuransi atas objek tersebut. Akibatnya, tanpa menderita kerugian orang tersebut akan mendapat ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang menimpa objek dimaksud, atau dengan kata lain dasar pemikiran diperlukan prinsip Insuranble Interest adalah untuk menghindarkan lembaga asuransi dijadikan alat sebagai permainan perjudian 4 . Insurable interest atau kepentingan yang dapat diasuransikan dapat bersumber pada : DJ.Ransom, Legal Aspect of Insurance , Cet (Kuala Lumpur. The Malaysia Insurance Institute , 996) hal. / Insurance Law (new.ed.004) Hal 6/0 : why does the law require insurable interest, to reduce moral hazard and to discourge wagering 4 Man Suparman Sastrawijdajaja. Aspek aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga , hal 69 1. Kepentingan sebagai pemilik 2. Kepentingan sebagai wakil pemilik, penyewa, kreditor 3. Kepentingan timbul karena suatu persetujuan/ kontrak. 4. Kepentingan yang timbul karena tanggung jawab hukum 2) Prinsip itikad yang terbaik dan jujur ( principle of utmost good faith ) Prinsip itikad terbaik dan jujur, para pihak baik tertanggung maupun penanggung harus memberitahukan semua hal dan keterangan yang sebenar-benarnya, sejujur-jujurnya dan selengkap- lengkapnya mengenai seluruh informasi pada saat negosiasi pembuatan perjanjian asuransi. Kewajiban tertanggung tersebut harus dilakukan sejak awal mengajukan permohonan penutupan maupun selama masa pertanggungan. Apabila pihak tertanggung baik sengaja maupun tidak sengaja menyembunyikan keterangan-keterangan yang relevan dengan objek yang diasuransikan maka pihak penanggung dapat menyembunyikan hak untuk menghentikan perjanjian asuransi. Itikad yang terbaik dan jujur tersebut juga harus ada dipihak penanggung ( reciprocal duty ), yaitu ketika asuransi ditutup, maka penanggung harus memberitahukan dan menjelaskan luas jaminan dan hak-hak pihak tertanggung karena yang mengetahui luas jaminan dan hak-hak tertanggung adalah penanggung. Defenisi itikad yang terbaik dan jujur ( utmost good faith ) yang terdapat dalam Pasal KUHD adalah sebagai berikut : Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh sitertanggung, betapapun itikad baik padanya, yang demikian sifatnya, sehingga seandainya sipenanggung telah menge- tahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertangungan. Sonni Dwi Harsono, Prinsip-prinsip Dan Praktek Asuransi , (Jakarta:Yayasan Pengembangan Ilmu Asuransi, 994) Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... Berdasarkan ketentuan Pasal 251 KUHD tersebut diatas, penanggung dapat membatalkan polis sekalipun premi telah dibayar bahkan sekalipun objek yang diasuransikan telah menderita kerugian, jika pihak penanggung mengetahui kemudian bahwa data dan keterangan yang diberitahukan oleh pihak tertanggung berbeda dari data dan keadaan yang sebenarnya dari objek yang diasuransikan itu 6 Dalam perjanjian asuransi unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung itu sangat penting. Penanggung percaya bahwa tertanggung akan memberikan segala keterangan dengan benar. Dilain pihak tertanggung juga percaya bahwa kalau terjadi peristiwa, penaggung akan membayar ganti rugi. Saling percaya ini dasarnya adalah itikad baik. Prinsip itikad baik harus dilaksanakan dalam setiap perjanjian. Dalam hukum perjanjian asuransi ada beberapa pasal yang dapat disimpulkan mengandung unsur prinsip itikad baik selain Pasal 251 yaitu Pasal 252 KUHD, Pasal 276 KUHD, Pasal 277 KUHD. Dalam asuransi tanggung jawab hukum kendaraan bermotor, prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan ( insurable interest ) itikad yang terbaik dan jujur ( Utmost Good Faith ) sangat penting karena pihak penanggung tidak mengetahui secara rinci jenis atau tipe kendaraan, nomor polisi yang dimiliki oleh tertanggung, walaupun penanggung dapat melakukan pengecekan langsung maka penanggung akan mempercai data dan keterangan yang diberikan oleh tertanggung. 3) Prinsip Ganti Kerugian ( Principle of Indemnity ) Fungsi asuransi adalah mengalihkan atau membagi risiko yang kemungkinan diderita atau dihadapi oleh tertanggung karena terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti. Oleh karena itu, besarnya ganti kerugian yang diterima oleh tertanggung harus seimbang dengan kerugian yang dideritanya, hal ini yang merupakan inti dari prinsip ganti kerugian ( Indemnity ) 6 Radik Purba, Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara , Jakarta:Penerbit Djambatan, 99) hal -9. KUHP Perdata. Op.Cit Pasal 1338 dan KUHD Pasal 251. Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga , Op.Cit , hal 0. Dari defenisi Pasal 246 KUHD, perjanjian asuransi (kerugian) merupakan suatu perjanjian ganti rugi atau perjanjian indemnitas. Asuransi dalam hal ini adalah asuransi kerugian yang hanya mengganti kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung, prinsip ganti kerugian ( indemnity ) adalah suatu mekanisme tentang pembayaran ganti rugi dengan uang, dimana dalam pengertiannya tercakup beberapa hal : 1. Penggantian keuangan . Menempatkan posisi keuangan tertanggung sama seperti posisi keuangannya sesaat sebelum terjadinya kerugian. Prinsip ini dimaksudkan agar asuransi tidak disalahgunakan untuk mencari keuntungan, dan penggantian yang diberikan oleh penanggung harus seimbang dengan kerugian yang diderita oleh tertanggung. Untuk dapat mengadakan keseimbangan antara kerugian yang diderita oleh penanggung maka harus diketahui berapa nilai atau harga dari objek yang diasuransikan. Pasal 252 KUHD yang menyatakan bahwa : Kecuali yang disebutkan dalam ketentuan- ketentuan undang-undang, maka tak bolehlah diadakan suatu pertanggungan kedua, untuk jangka waktu yang sudah dipertanggungkan untuk harganya penuh dan demikian itu atas ancaman batalnya pertanggungan kedua tersebut. ## 4) Prinsip Subrogasi ( Principle of Subrogation) Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan sebagai berikut : “Tiap-tiap perbuatan melanggar hukum, yang mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Didalam pelaksanaan perjanjian asuransi, kemungkinan peristiwa kerugian terjadi dapat disebabkan oleh pihak ketiga. Secara harfiah berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata tersebut diatas, maka apabila tertanggung yang telah mendapat ganti kerugian dari penanggung, juga diperkenankan menuntut ganti kerugian kepada pihak yang menimbulkan kerugian tersebut, berarti tertanggung dapat menerima ganti kerugian yang melebihi kerugian yang dideritanya. Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... Namun persoalannya menjadi lain dalam perjanjian asuransi karena harus diingat bahwa perjanjian asuransi bukan seperti perjanjian biasa atau umum, dan untuk menghindarkan hal tersebut dalam perjanjian asuransi berlaku prinsip subrograsi dimana prinsip ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip ganti kerugian (indemnity) yang pada intinya adalah bahwa tertanggung tidak dapat memperoleh ganti kerugian melebihi kerugian yang dideritanya.Pasal 284 KUHD mengatur mengenai subrogasi sebagai berikut : Seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang diasuransikan, menggantikan tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubungan dengan penerbitan kerugian tersebut, dan tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat memberikan hak penanggung terhadap orang- orang ketiga.” Dari pasal tersebut, dapat diketahui bahwa subrogasi adalah penggantian kedudukan tertanggung oleh penanggung yang telah membayar ganti kerugian, dalam melaksanakan hak-hak tertanggung kepada pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya kerugian. Disisi lain, dengan adanya prinsip subrogasi, maka pihak ketiga yang menimbulkan kerugian tidak akan bebas dari tanggung jawabnya, sebab karna dituntut oleh penanggung. Seperti halnya dalam prinsip ganti kerugian, prinsip subrogasi ini hanya berlaku dalam asuransi kerugian ( scheverzekering) dan tidak berlaku dalam asuransi jumlah (sommenverzekering) ) Prinsip Kontribusi (Principle of Contribution) Prinsip ini sebenarnya mendukung prinsip subrogasi, prinsip kontribusi ini timbul apabila atas suatu objek diasuransikan lebih pada dari suatu perusahaan asuransi, maka apabila terjadi kerugian yang dijamin dan salah satu perusahaan asuransi telah membayar penuh kerugian tersebut maka hak menuntut ganti rugi pada perusahaan lain beralih kepada perusahaan asuransi yang telah membayar penuh penggantian kerugian tersebut. Prinsip kontribusi ini juga hanya berlaku dalam asuransi kerugian (scadeverzekering) dan tidak berlaku dalam asuransi jumlah (sommenverzekering) 9 Prinsip kontribusi ini berlaku atau timbul apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : . Ada (dua) atau lebih polis indemnity . Polis-polis tersebut menjamin perihal yang sama. 3. Polis-polis tersebut menutup kepentingan ( interest ) yang sama. 4. Polis-polis tersebut menutup objek yang sama . Polis-polis tersebut berlaku sah pada waktu yang sama, yakni pada saat kerugian terjadi. 0 Prinsip ini berlaku untuk mencegah tertanggung mengambil keuntungan dari asuransi atau dengan kata lain agar tertanggung tidak menerima ganti kerugian lebih dari kerugian yang diderita. 6) Prinsip Sebab Akibat ( Principle of Proxima Cause ) Asuransi memberikan jaminan terhadap kerugian yang disebabkan oleh risiko-risiko tertentu yang dipertanggungkan atau dengan kata lain dengan adanya perjanjian asuransi menimbulkan kewajiban kepada penanggung untuk memberikan ganti kerugian apabila tertanggung mengalami kerugian. Namun demikian dalam kenyataan sering kita temui kesulitan dalam menentukan sebab-sebab yang menimbulkan kerugian tersebut, karena sering kita jumpai penyebab kerugiannya lebih dari satu, yang mungkin merupakan sederetan peristiwa yang terjadi bersamaan. Prinsip ini berkaitan dengan hubungan sebab akibat, untuk menentukan penyebab apa yang menimbulkan kerugian tersebut dan apakah penyebab itu dijamin oleh polis asuransi. Maksud dari adanya prinsip sebab akibat dalam perjanjian asuransi adalah bahwa penanggung akan bertanggungjawab terhadap kerugian yang diderita oleh tertanggung apabila kerugian tersebut memang menjadi tanggung jawab penanggung. Apabila tidak, maka penanggung dapat dibebaskan dari kewajibannya membayar ganti 9 Harsono, O p.Cit , hal 6 0 Ibid , hal / Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... kerugian yang sebenarnya bukan menjadi tanggung jawab penanggung. Dengan demikian berdasarkan sebab itulah timbul kerugian yang menjadi tanggungan penangung, akan tetapi tidak semua sebab menjadi tanggunggan penanggung. Meskipun polis dengan klausul All Risk yaitu polis menanggung semua risiko, bukan berarti semua risiko dijamin karena tetap selalu ada pengecualian. ## E. Syarat Syah Asuransi Suatu perjanjian pertanggungan haruslah memenuhi semua syarat-syarat yang disebut dalam suatu perjanjian agar menjadi sah. Pasal 0 KUHPerdata, juga berlaku terhadap perjanjian asuransi. Ada empat syarat untuk sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata : ) Sepakat mereka yang mengikatkan diri Kesepakatan merupakan persetujuan kedua belah pihak harus diberikan secara bebas, maksudnya bahwa kesepakatan itu timbul dari kemauan kedua belah pihak secara sukarela tanpa ada paksaan ( dwang ) dan kekeliruan ( dwaling ) serta adanya unsur penipuan ( bedron ) ) Kecakapan para pihak untuk mengikatkan diri Maksudnya penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi, haruslah wenang atau cakap melakukan perbuatan hukum artinya penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian tersebut telah desawa, tidak dibawah pengampunan ( curatele ), tidak dalam keadaan sakit ingatan, tidak dalam keadaan pailit. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 dan Pasal 1330 KUHPerdata. ) Adanya benda pertanggungan (hal tertentu) Dalam perjanjian asuransi harus ada benda pertanggungan yang merupakan objek dari perjanjian asuransi. Pihak tertanggung yang mempertanggungkan benda itu haruslah betul- betul memiliki atau mempunyai kepentingan atas benda yang dipertanggungkan itu, harus dapat membuktikan itu, jika tidak dapat membuktikan, maka ia dianggap tidak mempunyai kepentingan terhadap benda pertanggungan tersebut dan mengakibatkan pertanggungan menjadi batal. 4) Sesuatu sebab yang halal Sebab yang halal adalah isi perjanjian asuransi tidak dilarang oleh Undang-undang, tidak bertentangan dengan norma kesusilaan yang berlaku. ## ) Pembayaran premi Asuransi merupakan suatu perjanjian timbal balik, maka penanggung dan tertanggung harus berprestasi, penanggung menerima peralihan risiko atas benda objek pertanggungan sedangkan tertanggung harus membayar sejumlah premi sebagai imbalan. jika premi dibayar oleh tertanggung maka risiko beralih kepada penanggung dah jika premi tidak dibayar maka resiko tidak beralih. 6) Kewajiban pemberitahuan Yang dimaksud dengan pemberitahuan dari tertanggung adalah : “setiap keterangan yang keliru atau ketidakbenaran ataupun setiap tidak diberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, betapapun tekad baik ada padanya yang demikian sifatnya, sehinga seandainya sipenanggung telah mengetahui yang sebenarnya perjanjian tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan. Setelah syarat sah dari perjanjian asuransi tersebut terpenuhi maka sipenanggung atau pihak perusahaan asuransi akan menganalisa data dan kemudian menerbitkan polis ## F. Tujuan Asuransi ) Peralihan risiko Tujuan pertama dari perjanjian asuransi mengalihkan risiko yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan Emmy Pangaribuan Simajuntak, Hukum pertanggungan, seksi hukum dagang FH-UGM, 1980 Yogyakarta, hal 8 Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... terjadinya kepada orang lain yang mengambil risiko untuk mengganti kerugian. 2) Ganti kerugian Bahaya yang mengancam dalam prakteknya dapat sungguh terjadi, maka kesempatan bagi penanggung mengumpulkan uang premi yang dibayarkan oleh tertanggung yang mengikatkan diri kepadanya. 3) Motif ekonomi Sebagai perjanjian khusus pertanggungan berdasarkan motif ekonomi. Artinya tertanggung menyadari betul bahwa adanya ancaman bahaya terhadap harta benda milik dan jiwa raganya. Apabila bahaya itu menimpa harta benda atau jiwanya maka ia akan menderita kerugian, secara ekonomis menderita kerugian materil dan menderita kerugian jiwa akan mempengaruhi jalan hidupnya, orang lain atau ahli warisnya ## G. Manfaat Asuransi Asuransi selaku lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan yang cukup besar bagi masyarakat maupun bagi pembangunan. Adapun manfaat asuransi antara lain sebagai berikut : ) Asuransi dapat memberikan rasa terjamin atau rasa aman dalam menjalankan usaha. Hal ini karena seorang akan lepas dari kekhawatiran akan tertimpa kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak diharapkan, sebab walaupun tertimpa kerugian akan mendapatkan ganti rugi dari perusahaan asuransi. ) Asuransi dapat menaikkan efesiensi dari kegiatan perusahaan, sebab dengan peralihan risiko yang lebih besar kepada perusahaan asuransi, perusahaan itu akan mencurahkan perhatian dan pikirannya pada peningkatan usahanya. ) Asuransi cendrung kearah perkiraan dan penilaian biaya yang layak. Dengan adanya perkiraan Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tentang Asuransi Deposito Usaha Perasuransian , cet ( Bandung : Alumni, 99) hal. 0 akan suatu risiko yang jumlahnya dapat dikira- kira sebelumnya, maka suatu perusahaan akan memperhitungkan adanya ganti rugi dari asuransi didalam ia menilai biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. 4) Asuransi merupakan dasar pertimbangan dari pemberian suatu kredit, apabila seseorang menjamin kredit bank, maka bank biasanya meminta kepada debitur untuk menutup asuransi benda jaminan. 5) Asuransi dapat mengurangi timbulnya kerugian. Dengan ditutupnya perjanjian asuransi, maka risiko yang mungkin dialami seseorang dapat ditutup oleh perusahaan asuransi. 6) Asuransi merupakan alat untuk membentuk modal pendapatan atau untuk harapan masa depan. Dalam hal ini fungsi menabung dari asuransi terutama dalam asuransi jiwa. ## H. Pengaturan Tanggung Jawab Hukum Pihak Ketiga Terminologi Perbuatan Melawan Hukum merupakan terjemahan dari kata onrechmatigedaad, yang diatur dalam KUHPerdata Buku III tentang perikatan, Pasal 6 sampai dengan Pasal 0, beberapa sarjana ada yang menggunakan istilah ”melanggar” dan ada yang mempergunkana istilah ”melawan” Wirjono Projodikoro dan Subekti adalah ahli hukum yang menggunakan istilah ”Perbuatan melanggar hukum”. Terminologi Perbuatan melawan hukum juga digunakan oleh Mariam Badrulzaman dimana perbuatan melawan hukum ini mencakup substansi yang lebih luas yaitu baik perbuatan yang didasarkan pada kesengajaan maupun kelalaian sesuai dengan Pasal 1365 KUHPerdata dikatakan bahwa setiap perbuatan yang melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian ini mengganti kerugian tersebut. Rosa Agustina , Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pasca sarjana, 2004), hal 6 Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... ## Istilah Perbuatan melawan hukum dalam bahasa Inggris disebut dengan “ Tort ” 4 . Kata Tort sendiri sebenarnya hanya berarti “salah (wrong ). Akan tetapi khususnya dalam bidang hukum, kata tort itu berkembang sedemikian rupa sehingga berarti kesalahan perdata dimana seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu yang mengakibatkan kerugian pada orang lain dengan melanggar hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh hukum yang akan timbul dari contrak atau trust , yang dapat dimintakan ganti rugi kerugian yang diakibatkan olehnya. Menurut Rosa Agustina dalam mengajukan gugatan berdasarkan tort harus ada perbuatan aktif dan pasif yang mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan orang lain yang dilindungi oleh hukum. Kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan secara hukum. Aspek kerugian dari suatu perbuatan melawan hukum juga mempunyai dasar-dasar teoritis sendiri. Dasar-dasar teori ini dapat dilihat dari berbagai macam pemikiran 6 . Teori Corective Justice mengajarkan bahwa setiap orang harus dilindungi hak-haknya dan dipulihkan keadaanya agar ada keseimbangan antara keadilan dan kepastian hukum, yang merupakan tujuan hukum. Dengan alasan moralitas, orang melakukan kesalahan harus dipaksa melalui hukum, untuk memulihkan keadaan sikorban . Teori Schutznorm atau disebut juga dengan ajaran ” relativitas ” ini berasal dari hukum jerman, yang dibawa kenegeri Belanda oleh Gelein Vitinga. Kata ” schutz ” secara harfiah berarti ”perlindungan”. Teori Schutznorm ini mengajarkan bahwa seseorang dapat dimintakan tanggung jawabnya karena telah melakukan perbuatan melawan hukum sesuai pasal 1365 KUHPerdata, maka tidak cukup hanya menunjukan adanya hubungan klausula antara perbuatan bahwa norma atau peraturan yang dilanggar tersebut dibuat memang untuk melindungi (schutz ) terhadap kepentingan 4 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer , (Bandung: PT.CitraAditya Bakti, 2002), hal 2 Rosa Agustina, Loc.cit . hal 9 6 Ibid , hal Ibid , hal ## korban yang dilanggar Teori ini menimbulkan pro dan kontra, namun demikian, penerapan teori schutznorm ini sebenarnya dalam kasus-kasus tertentu sangat bermanfaat karena alasan-alasan sebagai berikut : a) Agar tanggung gugat berdasarkan Pasal 6 KUHPerdata tidak diperluas secara tidak wajar. b) Untuk menghindari pemberian ganti rugi terhadap kasus dimana hubungan antara perbuatan dengan ganti rugi hanya bersifat normatif dan kebetulan saja. c) Untuk memperkuat berlakunya unsur ”dapat dibayangkan” ( forseeability ) terhadap hubungan sebab akibat yang bersifat kira-kira ( proxima causation ) 9 . Teori aanprekelijkheid atau disebut teori ”Tanggung-gugat” adalah teori untuk menentukan siapa yang harus menerima gugatan (siapa yang harus digugat) karena adanya suatu perbuatan melawan hukum. Pada umumnya, tetapi tidak selamanya, yang harus digugat adalah pihak pelaku perbuatan melawan hukum itu sendiri, tetapi bisa terjadi atas perbuatan yang dilakukan oleh orang lain, dikenal dengan teori tanggungjawab pengganti ( vicarious liability ). Teori tanggung gugat ini atas perbuatan yang dilakukan oleh orang lain ini, dapat dibagi menjadi kategori sebagai berikut : . Teori tanggung jawab atasan; 2. Teori tanggung jawab pengganti yang bukan atasan atas orang-orang dalam tanggungangannya; 3. Teori tanggung jawab pengganti dari barang- barang yang berada dibawah tanggungannya 0 KUHPerdata mengatur beberapa pihak yang harus menerima tanggung gugat dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak lain dalam Pasal 1367, 1368, 1369 KUHPerdata. Teori Res Ispa Loquitur merupakan suatu doktrin dalam bidang pembuktian perdata yang menentukan bahwa korban dari suatu perbuatan melawan hukum dalam bentuk kelalaian Munir Fuadi, Op.cit . hal 4 9 Munir Fuadi , Ibid, hal 0 Ibid , hal Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... dalam kasus-kasus tertentu tidak perlu membuktikan adanya unsur kelalaian dari pihak ketiga, tetapi cukup dengan pelaku kemungkinan besar melakukan perbuatan melawan hukum tersebut, bahkan tanpa perlu memberitahukan bagaimana pihak pelakunya berbuat sehingga menimbulkan perbuatan tersebut Dengan demikian doktrin res ipsa laquitur sebe- narnya merupakan semacam bukti sirkumstansial, yakni suatu bukti tentang suatu fakta atau sejumlah fakta dari fakta-fakta mana suatu kesimpulan yang masuk akal dapat ditarik, misalnya dari letak tabrakan dapat ditarik kesimpulan bahwa mobil berlari sangat kencang. Akan tetapi, ilmu hukum memberikan beberapa persyaratan agar dapat diterapkan doktrin res ipsa loquitur , sehingga kesimpulan dapat ditarik dari suatu fakta yang sebenarnya merupakan presumsi bersalah terhadap pihak pelakunya, sebagai berikut : a) Harus ditunjukan bahwa kejadian tersebut biasanya tidak terjadi tanpa adanya kelalaian dari pihak pelakunya. b) Harus ditunjukan pula bahwa kerugian tidak ikut disebabkan oleh tindakan korban atau pihak ketiga. c) Dalam kasus-kasus tertentu, pada saat kejadian, instrument yang menyebabkan kerugian dalam control yang ekslusif dari pihak yang dituduh pelakunya. d) Penyebab kelalaian tersebut haruslah dalam lingkup kewajiban yang ada oleh pelaku kepada korban. e) Bukan kesalahan dari korban (tidak ada kelalaian kontributif) Dari kesemua teori diatas teori res ispa loquitur adalah teori yang paling membantu dalam hal sikorban yang mengalami perbuatan melawan hukum karna korban tidak perlu untuk melakukan pembuktian adanya unsur kesalahan dari pihak ketiga sendiri cukup dengan fakta-fakta yang masuk akal seperti letak lokasi kejadian, kronologis kejadian, karna pembuktian tidaklah hal gampang dilakukan seperti mendatangkan saksi-saksi atau alat-alat lain untuk Ibid , hal 00 Ibid, hal 0 membuktikan adanya perbuatan melawan hukum. Pengaturan lebih lanjut tentang dasar timbulnya Tanggung Jawab Hukum Pihak Ketiga yaitu adanya perbuatan melawan hukum diatur dalam ketentuan sebagai berikut : Pasal 1366 KUHPerdata : “setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya tetapi juga kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya” Pasal 1367 KUHPerdata: ‘’Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri tetapi juga kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasan. Orang tua dan wali bertanggung jawab tentang kerugian, yang disebabkan oleh anak-anak belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa merekka melakukan kekuasaan orang tua atau wali. Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka didalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakai. Guru-guru sekolah dan kepala-kepala tukang bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh murid-murid dan tukang-tukang mereka selama waktu orang-orang ini berada dibawah pengawasan mereka. Tanggung jawab yang disebutkan diatas berakhir jika orang tua-tua, wali-wali guru-guru sekolah dan kepala-kepala tukang itu membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah perbuatan untuk mana mereka seharusnya bertanggung jawab itu. Selanjutnya KUHPerdata mengatur, suatu kerugian yang disebabkan oleh benda atau barang sebagai berikut : () Tanggung jawab terhadap barang yang berada dalam pengawasan secara umum KUHPerdata. Op.Cit . Pasal 6 Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... () Tanggung jawab pemilik gedung atau pemakai binatang terhadap kerugian yang ditimbulkan binatangnya 4 () Tanggung jawab pemilik gedung terhadap ambruknya gedung yang dimiliknya Sedangkan model tanggung jawab hukum yang diatur dalam KUHPerdata adalah sebagai berikut 6 : () Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian), sebagaimana terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata. () Tanggung jawab dengan unsur kesalahan, khus- usnya unsur kelalaian, sebagaimana terdapat dalam Pasal 1366 KUHPerdata. () Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) dalam arti yang sangat terbatas ditemukan dalam Pasal 1367 KUHPerdata. Selain KUHPerdata pengaturan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga selanjutnya dapat dimasukan ke dalam lingkup asuransi kendaraan bermotor yang mana dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) mengatur tentang asuransi tidak terdapat pengaturan khusus, seperti halnya asuransi kebakaran. Sehingga untuk asuransi kendaraan bermotor mengacu pada ketentuan umum asuransi kerugian. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian Pasal 1 angka 1 memberikan pengertian asuransi sebagai berikut : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada` pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya sesorang yang dipertanggungkan 4 Ibid Pasal 6 Ibid Pasal 69. 6 Munir Fuadi : Perbuatan melawan Hukum pendekatan Kontemporer . Op.Cit hal Menurut UU No 40 Tahun 2014 Pasal 1 angka (1) hanya menyatakan bahwa tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga dapat menjadi objek yang dipertanggungkan, seperti halnya Asuransi Kendaran Bermotor. Pengaturan asuransi tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga tidak secara khusus diatur dalam KUHD dan UU No. 40 Tahun 2014, tetapi berkembang dalam praktik perasuransian. Dari defenisis asuransi dalam pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 04, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga merupakan salah satu dari kepentingan yang dapat diasuransikan. Dalam ketentuan dimaksud terdapat suatu syarat yaitu : - Harus timbul dari peristiwa yang tidak pasti - Menimbulkan kerugian pada tertanggung karena tuntutan dari pihak ketiga akibat dari kesalahan atau kelalaian tertanggung. Dasar dari penyelenggaraan asuransi tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga berdasarkan UU No 40 Tahun 2014 Pasal 1 angka 1 selain harus timbul dari peristiwa yang tidak pasti dan menimbulkan kerugian bagi tertanggung harus dapat memenuhi asas/prinsip dari asuransi. Mengenai asas dan prinsip asuransi sebagaimana dikemukakan dimuka mengacu pada ketentuan dalam KUHPerdata dan KUHD ## I. Pengaturannya Prinsip Subrosi di Indonesia Subrogasi diatur dalam 1400-1403 KUHPer dan 284 KUHD. Namun, pengaturan di dalam KUHPer berlaku untuk perjanjian pada umumnya, sedangkan pengaturan untuk asuransi mengacu kepada pengaturan di KUHD. Karena pengaturan subrogasi pada pasal 284 KUHD lah, penanggung dapat melakukan subrogasi, meskipun hal tersebut tidak diperjanjikan dalam perjanjian asuransi dan dicantumkan dalam polis. ## J. Pengertian Hak subrogasi Hak Subrogasi adalah legitimasi bagi perusahaan asuransi berdasarkan Pasal 284 KUHD seperti yang telah disebutkan dalam salah satu prinsip asuransi Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... dan juga polis asuransi Agar kajian dan penelitian ini benar–benar didasarkan pada keilmuan, maka mendefinisikan “Hak Subrogasi“ diawali dari menge- tahui masing-masing makna yang membentuk istilah tersebut. Terdapat kata berbeda yang menyatu dari hak subrogasi, yaitu hak dan subrogasi. Berikut pengertian masing-masing kata tersebut. ## a) Hak Di dalam kamus Bahasa Indonesia, hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang aturan) Menurut K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (hak) hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law bukan right) Pada akhir Abad Pertengahan ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu (right, bukan law). Akhirnya hak pada saat itu merupakan hak yang subjektifmerupakan pantulan dari hukum dalam arti objektif. Hak dan kewajiban mempunyai yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral . ## b) Subrogasi Pembicaraan Mengenai hak subrogasi tidak dapat dipisahkan dari pembayaran. Karena subrogasi memang timbul sebagai akibat pembayaran. Subrogasi terjadi karena pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada kreditor (si berpiutang) baik secara langsung maupun secara tidak langsung yaitu melalui Wekipedia, Januari 0 K. Bertens, 1994, Etika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 6, debitor (si berutang) yang meminjam uang dari pihak ketiga. Pembayaran adalah setiap pemenuhan prestasi secara sukarela dan mengakibatkan hapusnya perikatan antara kreditor dan debitor. Selanjutnya pihak ketiga ini menggantikan kedudukan kreditor lama, sebagai kreditor yang baru terhadap debitor 9 Sedangkan menurut KUHD Pasal 284, bila penanggung telah membayar ganti rugi kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung akan segala hak yang diperoleh dari pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian tersebut, dan tertanggung bertanggung jawab atas perbuatan yangdapat menghilangkan setiap hak penanggung atas pihak ketiga tersebut. Penggantian semacam ini disebut subrogasi. Subrogasi tersebut diatur dalam Pasal 400 KUH perdata, disebutkan bahwa subrogasi adalah penggantian hak -hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun demi undang-undang. Menurut Kitab Undang– Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1365 dinyatakan, seseorang bertanggung jawab atas setiap perbuatannya yang melawan hukum yang dapat menimbulkan kerugian pada pihak lain. Oleh karena itu, sejalan dengan maksud dari prinsip indemnity (asas keseimbangan) yang mengandung pengertian bahwa asuransi bukan untuk mencari untung, dan tertanggung tidak diperkenankan menerima ganti rugi melebihi jumlah kerugian yang dideritanya, maka prinsip subrogasi diperlukan untuk mengatasi hal tersebut. Atas dasar ini, prinsip subrogasi disebut sebagai pendamping dari prinsip indemnity 40 . ## K. Tanggung Jawab Perusahaan suransi Atas Hak Subrogasi Kerugian yang disebabkan oleh orang lain disebut sebagai pihak ketiga. Apabila terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga tersebut timbulah hak 9 Suharnoko, Endah Hartati, Op. Cit. Hlm. 1 40 Panduan keagenan PT. Asuransi Jasa Indonesia,00, Jakarta, hlm. Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... subrogasi. Hak subrogasi adalah salah satu prinsip asuransi yang diatur dalam Pasal 284 kitab Undang- Undang Hukum Dagang, yang berbunyi: Apabila seorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada tertanggung. Dengan kata lain, apabila Tertanggung mengalami kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga maka Penanggung setelah memberikan ganti rugi kepada Tertanggung, akan menggantikan kedudukan Tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga tersebut. Tertanggung berhak mendapat penggantian tidak lebih dari kerugian yang dialaminya; jika setelah penggantian oleh Penanggung ada hak keuangan lain maka menjadi hak Penanggung. Dalam hal ini Penanggung bertindak mewakili Tertanggung dalam penarikan subrogasi. Tetapi bila kerugian juga melibatkan hal yang tidak tercantum dalam polis asuransi (uninsured perils) maka hak Subrogasi tidak berlaku untuk uninsured perilstersebut Hak Subrogasi hanya timbul untuk perjanjian asuransi kebakaran, kendaraan bermotor, dan lainnya; hak ini tidak berlaku untuk seperti perjanjian asuransi jiwa. Proses yang dilalui untuk proses klaim Kerugian yang disebabkan dari pihak ketiga, Yang pertama adalah pihak Asuransi meminta klarifikasi dari tertanggung, kedua pihak tertanggung harus membuat surat pernyataan bahwa tertanggung benar- benar ditabrak oleh pihak ketiga, ketiga tertanggung harus menyertakan surat keterangan dari kepolisian. Hak subrogasi akan diberikan kepada Asuransi apabila Asuransi telah mengganti kerugian yang telah diderita oleh tertanggung. Asuransi berhak menuntut penggantian kepada pihak ketiga atas sejumlah uang atau biaya yang dikeluarkan untuk mengganti kerugian yang diderita tertanggung dengan menyertakan surat subrogasi. Meskipun sudah ada undang-undang yang mengatur tentang hak subrogasi, ternyata proses penyelesainnya tak begitu mudah bagi pihak asuransi mengaplikasikan hak tersebut, maka upaya tanggung jawab sebagai pihak asuransi akan tetap mengcover atau mengganti kerugian yang dialami oleh tertanggung. Hal ini bersangkutan dengan salah satu prinsip asuransi yaitu prinsip itikad baik ( utmost good faith ) selain pada prinsip subrogasi. ## L. Bentuk Perlindungan Terhadap Pihak Asuransi Atas Pihak Tertanggung yang Melanggar Hak Subrogasi Apabila pihak tertanggung mengajukan gugatan terhadap pihak ketiga dan sekaligus menuntut klaim terhadap pihak asuransi tentu telah melanggar prinsip indemnity atau prinsip keseimbangan dikarenakan apabila tertanggung menuntut kedua belah pihak yaitu pihak ketiga dan pihak asuransi dan kedua belah pihak tersebut sama-sama mengganti kerugian tertanggung maka dalam hal ini pihak asuransi akan dirugikan, yang seharusnya pihak asuransi tidak perlu mengganti kerugian tertanggung yang sudah kewajiban dari pihak ketiga. Ditinjau dari prinsip dasar subrogasi itu sendiri yaitu penanggung baru dapat menuntut pihak ketiga bila penanggung sudah melakukan pembayaran atau penggantian terhadap klaim kerugian yang diajukan. Penanggung berhak menuntut tertanggung untuk mengembalikan biaya yang telah dibayar bila pihak ketiga telah membayar biaya terhadap masalah yang sama. Penanggung hanya berhak atas uang ganti rugi dari pihak ketiga sejumlah yang ia bayarkan kepada tertanggung. Dalam proses pengajuan klaim hak subrogasi, tertanggung tidak boleh mengajukan klaim kepada penanggung dan sekaligus menuntut ganti rugi untuk kerugian yang sama dari pihak ketig. Pada saat tertanggung mengajukan klaim, maka ia dianggaptelah mengalihkan hak menuntut pihak ketiga kepada penanggung. Meskipun begitu, pihak asuransi sebelum memberikan persetujuan pertanggungan terhadap tertanggung, asuransi tersebut dapat mengetahui tertanggung sudah mendapatkan ganti kerugian dari pihak ketiga atau belum dapat dilihat Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... dari underwriting penilaian moral hazard (kejujuran) dari tertanggung mengenai apakah tertanggung sudah mendapatkan ganti rugi atau belum dan Asuransi akan melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga perihal apakah tertanggung sudah menerima ganti rugi atau belum menerima ganti rugi dari pihak ketiga tersebut. Akibat hukum pihak tertanggung melanggar hak subrogasi terhadap asuransi, yaitu pihak asuransi yang dirugikan oleh pihak tertanggung, karena asuransi harus melakukan survey kembali dan melakukan investigasi untuk melihat kronologis kejadian. Sebagai konsekwensi logis perbuatan tertanggung yang melanggar hak subrogasi, pihak asuransi dapat melakukan penuntutan kembali terhadap tertanggung untuk mengembalikan klaim yang telah diberikan kepada tertanggung, hal ini untuk mencegah penggantian ganda yang diterima tertanggung dan tertanggung dianggap telah melanggar Pasal polis ganti kerugian klaim perbuatan melawan hukum pasal 1365 KUHPerdata. skema subrogasi dalam perusahaan asuransi sebagai berikut : ## III. Penutup Prinsip Subrogasi dalam Asuransi diatur dalam Pasal 1400-1403 KUHPerdata dan Pasal 284 KUHD. Namun, pengaturan di dalam KUHPerdafa berlaku un- tuk perjanjian pada umumnya, sedangkan pengaturan untuk asuransi mengacu kepada pengaturan di KUHD. Karena pengaturan subrogasi pada pasal 284 KUHD lah, penanggung dapat melakukan subrogasi, meskipun hal tersebut tidak diperjanjikan dalam perjanjian asuransi dan dicantumkan dalam polis. Prinsip Subrogasi adalah Suatu prinsip yang mengatur dalam hal seorang Penanggung telah menyelesaikan pembayaran ganti-rugi yang diderita oleh Tertanggung, maka secara otomatis hak yang dimiliki Tertanggung untuk menuntut pihak ketiga yang menimbulkan kerugian dan atau kerusakan tersebut beralih ke Penanggung. Pasal 4 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, menyebutkan “Seorang Penanggung yang telah membayar kerugian sesuai barang yang diper-tanggungkan, menggantikan si Tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan menerbitkan kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak si Penanggung terhadap orang-orang ketiga itu.” Jadi dengan adanya prinsip Subrogasi, Tertanggung hanya berhak atas ganti rugi (indemnitas), tetapi tidak lebih dari itu, dan pihak Penanggung berhak mengambil alih setiap keuntungan (profit) yang diperoleh Tertanggung dari suatu kerugian yang dijamin polis, dan prinsip ini memperbolehkan pihak penanggung melakukan tuntutan kepada pihak ketiga yang bertanggung jawab atas kerugian yang dijamin polis dalam usaha Penanggung untuk meminimize atau memperkecil kerugian yang terjadi, dengan catatan bahwa tuntutan itu dilakukan Penanggung atas nama Tertanggung. Tertanggung yang mengasuransikan kendaraan- nya kepada asuransi apabila terjadi kerugian namun diakibatkan oleh pihak ketiga maka tertanggung akan mendapatkan ganti rugi dari asuransi dan asuransi menggunakan hak subrogasi yakni hak tertanggung yang beralih kepada asuransi untuk menuntut ganti kerugian terhadap pihak ketiga, adanya hak subrogasi untuk mencegah penggantian kerugian ganda yang akan diperoleh tertanggung. Selain itu tertanggung bisa juga langsung menuntut kerugian terhadap pihak ketiga dan namun tidak lagi menuntut klaim terhadap pihak asuransi. Tertanggung yang menuntut kepada kedua belah pihak yaitu kepada pihak ketiga yang bersalah dan kepada pihak asuransi atau memperoleh penggantian kerugian ganda termasuk Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ... penggantian ganda yang diterima tertanggung dan tertanggung dianggap telah melanggar Pasal 78 polis ganti kerugian klaim perbuatan melawan hukum pasal 1365 KUHPerdata. skema subrogasi dalam perusahaan asuransi sebagai berikut : Penanggung/ Asuransi Subrogasi Klaim Ganti Kerugian Polis Pihak Ke 3 Tertanggung Perbuatan Melawan Hukum ## III. Penutup Prinsip Subrogasi dalam Asuransi diatur dalam Pasal 1400-1403 KUHPerdata dan Pasal 284 KUHD. Namun, pengaturan di dalam KUHPerdafa berlaku untuk perjanjian pada umumnya, sedangkan pengaturan untuk asuransi mengacu kepada pengaturan di KUHD. Karena pengaturan subrogasi pada pasal 284 KUHD lah, penanggung dapat melakukan subrogasi, meskipun hal tersebut tidak diperjanjikan dalam perjanjian asuransi dan dicantumkan dalam polis. Prinsip Subrogasi adalah Suatu prinsip yang mengatur dalam hal seorang Penanggung telah menyelesaikan pembayaran ganti-rugi yang diderita oleh Tertanggung, maka secara otomatis hak yang dimiliki Tertanggung untuk menuntut pihak ketiga yang menimbulkan kerugian dan atau kerusakan tersebut beralih ke Penanggung. Pasal 284 Kitab Undang- undang Hukum Dagang, menyebutkan “Seorang Penanggung yang telah membayar kerugi an sesuai barang yang diper-tanggungkan, menggantikan si Tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan menerbitkan kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak si Penanggung terhadap orang- orang ketiga itu.” Jadi dengan adanya prinsip Subrogasi, Tertanggung hanya berhak atas ganti rugi (indemnitas), tetapi tidak lebih dari itu, dan pihak Penanggung berhak mengambil alih setiap keuntungan (profit) yang diperoleh Tertanggung dari suatu kerugian yang dijamin polis, dan prinsip ini memperbolehkan pihak penanggung melakukan tuntutan kepada pihak ketiga yang bertanggung jawab atas kerugian yang dijamin polis dalam usaha Penanggung untuk meminimize atau memperkecil kerugian yang terjadi, dengan catatan bahwa tuntutan itu dilakukan Penanggung atas nama Tertanggung. Tertanggung yang mengasuransikan kendaraannya kepada asuransi apabila terjadi kerugian namun diakibatkan oleh pihak ketiga maka tertanggung akan mendapatkan ganti perbuatan yang tidak dibenarkan karena hal tersebut dapat menjadi sebuah keuntungan terhadap pihak tertanggung dalam hal ini bertentangan dengan asas keseimbangan atau prinsip indemnity yang dipegang teguh dalam perjanjian asuransi. Meskipun begitu pihak asuransi tetap bertanggung jawab mengganti kerugian tertanggung berdasarkan prinsip utmost good faith , sesuai perjanjian asuransi kendaraan bermotor selama pihak asuransi tidak memperoleh informasi bahwa kerugian yang dialami tertanggung semata-mata bukan dari kesalahan pihak ketiga. Bentuk perlindungan terhadap pihak asuransi atas pihak tertanggung yang melanggar hak subrogasi yaitu dengan menuntut ganti kerugian terhadap pihak asuransi dan pihak ketiga yakni penanggung atau pihak asuransi dapat menuntut kembali kepada tertanggung kapan saja selama benar terbukti bahwa pihak tertanggung telah menuntut ganti kerugian terhadap pihak ketiga dan sekaligus menuntut klaim terhadap pihak asuransi dan tertanggung berkewajiban mengembalikan sejumlah ganti kerugian yang telah didapatkan dari klaim asuransi kendaraan yang asuransi berikan, sesuai dengan keterkaitan prinsip keseimbangan atau indemnity. ## Daftar Pustaka Abdulkadir Muhammad, 006, Hukum Asuransi Indonesia , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Djoko Prakoso dan I ketut Murtika, 2004, Hukum Asuransi Indonesia , PT. Rineka Cipta, Bandung. DJ.Ransom, Legal Aspect of Insurance , Cet (Kuala Lumpur. The Malaysia Insurance Institute , 996) hal / Deposito Usaha Perasuransian , cet (Bandung : Alumni, 99) hal. 0 Editorial.” Menanti UU Asuransi yang Inspiratif ”. Jurnal Hukum Bisnis. Volume Tahun 00 Emmy Pangaribuan Simajuntak, Hukum Pertang- gungan , seksi hukum dagang FH-UGM, 1980 Yogyakarta, hal Insurance Law (new.ed.004) Hal 6/0 : why does the law require insurable interest, to reduce moral ## hazard and to discourge wagering K. Bertens, 1994, Etika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 6, Joko Waskito Dewantoro, Klaim Asuransi Jiwa atas Evenemen yang sengaja dilakukan oleh tertanggung, Sekripsi, ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer , (Bandung: PT. CitraAditya Bakti, Man. Suparman sastrawidjaja, 00, Aspek aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, PT. Alumni, Bandung, hlm. 9. P.N.H Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia. Cet., (Jakarta:Djambatan, 00) hal 4 Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia . Cet , (Jakarta:PT.Pustaka Binaman Pressindo, 99) Rosa Agustina , Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pasca sarjana, 004), hal 6 Soejoedi. Diktat Hukum dan Dasar-dasar Asuransi, ( Jakarta: Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia), hal . Sonni Dwi Harsono, Prinsip-prinsip Dan Praktek Asuransi , (Jakarta: Yayasan Pengembangan Ilmu Asuransi, 994) Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga , Op.Cit , hal 0. Suharnoko, Endah Hartati, 2002. Undang-undang . Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Undang-undang No 40 Tahun 2014. LN No. 13 Tahun 1992, TLN. No 3467 Tentang Usaha Perasuransian. Undang-undang No 22 Thn 2009 Tentang Undang- undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Undang- undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Undang-undang No. 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen. Selvi Harvia Santri . Pelaksanaan Prinsip Subrogasi Pada Asuransi Kendaraan Bermotor ...
efe218ea-e1b6-4f0e-aa54-24b7c22374fc
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/7870/5719
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 4 Nomor 1 Tahun 2024 Page 4628-4638 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative ## Ekspektasi Pengguna dan Kinerja Aplikasi Pembayaran Digital: Pengaruhnya Terhadap Pengalaman Pengguna dan Keputusan Penggunaan Danisa 1 ✉ , Sri Vandayuli Riorini 2 , Labib Hilal Hamdi 3 , Respati Banuaji 4 Universitas Trisakti, Jakarta Email: [email protected] 1 ✉ ## Abstrak Tujuan dalam penelitian ini, tujuannya adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara persepsi konsumen terhadap nilai merek dan persepsi mereka terhadap pembayaran di dunia nyata. Hal ini melibatkan eksplorasi perilaku konsumen dalam konteks aplikasi pembayaran digital. Penelitian ini fokus pada determinan kepuasan konsumen dengan memanfaatkan konsep media yang dimoderasi, serta teori-teori terkait kebutuhan konsumen, konsep sosial, dan teori relasional. Desain/ metodologi/ pendekatan – Penelitian ini bersumber dari data yang terhimpun sebanyak 150 pengguna aplikasi pembayaran digital. Analisis persamaan struktural dari hasil pemodelan dievaluasi dengan bantuan IBM SPSS. Dengan menggunakan uji Chi-square dan uji-t, penulis menganalisis mediasi yang dimoderasi dengan mempertimbangkan berbagai tingkat keterlibatan pelanggan sebagai variabel moderasi. Penelitian ini mengidentifikasi dimensi nilai yang dianggap sebagai faktor dari harapan konsumen, diantaranya kepuasan konsumen, kenikmatan dalam penggunaan, nilai sosial, kualitas digital, dan penggunaan yang berkelanjutan. Temuan persepsi nilai yang dialami oleh konsumen memiliki dampak pada harapan mereka, yang secara positif memengaruhi kualitas dan komitmen konsumen. Melalui analisis chi-square, terungkap bahwa harapan konsumen memainkan peran penting dalam penggunaan yang berkelanjutan dari aplikasi pembayaran digital. Orisinalitas/nilai Penelitian ini menekankan peranan harapan konsumen dalam mengaitkan aspek nilai bagi pelanggan dengan dimensi pemasaran. Kata Kunci: Harapan Konsumen, Komitmen, Pelayanan, Aplikasi Pembayaran Digital, Kualitas Digital Abstract Purpose In this research, the aim is to explore the relationship between consumers' perceptions of brand value and their perceptions of payments in the real world. This involves exploring consumer behavior in the context of digital payment applications. This research focuses on the determinants of consumer satisfaction by utilizing the concept of moderated media, as well as theories related to consumer needs, social concepts, and relational theory. Design/methodology/approach – This research comes from data collected from 150 digital payment application users. Structural equation analysis of the modeling results was evaluated with the help of IBM SPSS. Using Chi-square test and t-test, the authors analyzed moderated mediation by considering different levels of customer involvement as moderating variables. This research identifies value dimensions that are considered factors of consumer expectations, including consumer satisfaction, enjoyment of use, social value, digital quality, and sustainable use. Findings The perceived value experienced by consumers has an impact on their expectations, positively influencing the quality and commitment of consumers. Through chi-square analysis, it is revealed that consumer expectations play a crucial role in the sustainable usage of digital payment applications. Originality/value This study emphasizes the role of consumer expectations in connecting the aspect of value for customers with marketing dimensions. Keywords: Consumer Expectations, Commitment, Service, Digital Payment Applications, Digital Quality ## PENDAHULUAN Kemajuan teknologi berperan besar dalam menciptakan ruang bagi sebuah perusahaan dalam membangun hubungan dengan konsumen. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan agar tercipta hal tersebut adalah dengan mengubah metode layanan keuangan menggunakan metode pembayaran digital (Atmaja & Puspitawati, 2022). Kehadiran metode tersebut dikembangkan dengan menggunakan suatu aplikasi. Aplikasi digunakan sebagai bentuk teknologi layanan yang sedang maju pesat, alat tersebut telah memiliki peran besar dalam meningkatkan layanan keuangan digital (Abubker et al., 2021). Walaupun aplikasi pembayaran digital semakin dominan dalam industri jasa, penelitian tentang keinginan konsumen untuk menggunakannya masih cukup jarang dilakukan. Dikarenakan konsumen tidak dapat secara langsung menikmati kelebihan dari adanya produk digital, maka dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut mengenai implikasi yang dirasakan oleh pengguna, terutama dalam hal layanan aplikasi pembayaran secara digital. Pada penelitian sebelumnya terdapat kajian yang mempelajari bagaimana kepercayaan dan loyalitas pelanggan dari bank konvensional beralih ke pembayaran seluler karena kemampuan mandiri dari teknologi platform pembayaran seluler, langkah ini bertujuan menciptakan platform yang ramah lingkungan, memfasilitasi transisi dari ekonomi tunai ke ekonomi nontunai (Su et al., 2021). Terdapat pula penelitian yang membahas mengenai pengaruh nilai merek yang dirasakan oleh konsumen terhadap aspek-aspek pemasaran yang berkaitan dengan hubungan, seperti yang tercermin melalui harapan konsumen dalam penggunaan layanan aplikasi pembayaran digital. Penelitian ini memperhitungkan bagaimana keterlibatan konsumen mempengaruhi proses ini dengan melibatkan konsep nilai yang dirasakan oleh pelanggan, teori pertukaran sosial, serta teori pemasaran relasional sebagai mediasi dan moderasi (Bapat & Khandelwal, 2022). Selain itu, terdapat penelitian yang melibatkan peran kepercayaan konsumen dan antesedennya dalam menentukan niat konsumen untuk mengadopsi pembayaran seluler. Penelitian ini mengusulkan bahwa kesediaan konsumen untuk mengadopsi pembayaran seluler bergantung pada penilaian mereka terhadap kepercayaan penyedia dan vendor layanan seluler, serta penilaian mereka terhadap keandalan fungsional sistem pembayaran seluler (Xin et al., 2015). Penelitian lain juga telah mengkaji mengenai perusahaan layanan yang bergerak dalam bidang perbelanjaan. Perusahaan tersebut melakukan pelayanannya melalui perangkat seluler. Pengalaman dalam penggunaan pelayanan dari perusahaan tersebut terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian tersebut adalah menyelidiki apakah persepsi pelayanan yang dialami oleh konsumen dapat menjadi masalah yang lebih besar, bahkan mengakibatkan mereka berhenti dalam menggunakan aplikasi belanja seluler sebab perasaan jenuh yang dirasakan oleh konsumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelebihan informasi dan kelebihan fitur sistem menjadi penyebab utama konsumen untik berhenti menggunakan aplikasi belanja seluler (Ryoo & Park, 2021). Selain dari faktor kelebihan informasi dan fitur system, pemahaman mengenai niat penggunaan berkelanjutan juga sangatlah penting untuk memastikan tujuan dalam pengaturan layanan keuangan digital. Penelitian yang dilakukan oleh (Pham & Ahammad, 2017) menunjukkan bahwa kepuasan konsumen dalam belanja online mengarah pada keinginan untuk melakukan pembelian kembali dan memberikan rekomendasi positif kepada orang lain, tetapi tidak berpengaruh pada kesediaan untuk membayar lebih mahal. Hasil penelitian juga menyoroti bahwa pengaruh informasi produk, personalisasi, keberhasilan dalam memenuhi pesanan, serta respon yang cepat terhadap kebutuhan pelanggan lebih berpengaruh terhadap kepuasan konsumen pada pengalaman produk dibandingkan dengan pencarian produk. Harapan konsumen memiliki peran penting dalam mengaitkan nilai yang dirasakan oleh konsumen dengan keterkaitan pemasaran dalam konteks layanan aplikasi pembayaran digital. Harapan konsumen melibatkan motivasi dan strategi tindakan yang memungkinkan mereka menavigasi tantangan diikuti dengan mengelola pengalaman digital yang positif. Konsumen yang memiliki harapan yang tinggi akan cenderung memiliki keinginan serta pendekatan khusus dalam menggunakan layanan kembali dan terus menerus (Khandelwal & Bapat, 2021). Dibandingkan dengan konsep relasi lainnya, keterlibatan konsumen dalam konteks layanan digital dianggap lebih dinamis. Hal tersebut dikarenakan pelanggan tidak hanya sebagai penerima layanan, tetapi juga sebagai partisipan aktif, hal ini menjadi semakin penting. Keterlibatan konsumen adalah kondisi psikologis yang muncul ketika pelanggan berinteraksi dengan merek secara kreatif dan interaktif (Iisnawati et al., 2021). Dampak dari harapan konsumen terhadap penggunaan yang berkelanjutan diyakini akan lebih besar karena tingkat keterlibatan konsumen yang tinggi. Literatur tentang pemasaran layanan telah meneliti model yang melibatkan faktor mediasi yang diubah oleh variabel lain (Wijaya & Istriani, 2017). Upaya untuk meningkatkan penggunaan layanan perbankan digital secara berkelanjutan masih menjadi fokus penelitian ini. Menurut informasi dari Bank Indonesia (BI), pada bulan April 2023, jumlah transaksi perbankan digital di Indonesia mencapai Rp4.264,8 triliun, hampir mencapai angka Rp 4,3 kuadriliun. Ini menandakan kenaikan sebesar 158% dalam nilai transaksi perbankan digital secara nasional dibandingkan dengan bulan April 2018 (Bank Indonesia, 2023). Untuk bergantung pada layanan perbankan dan pembayaran digital, penting untuk memahami faktor-faktor yang mendorong penggunaan aplikasi digital dan bagaimana aplikasi tersebut akan terus digunakan. Manajer pemasaran memiliki kesempatan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang komponen yang memperkuat hubungan antara pelanggan dan penyedia layanan pembayaran digital. Ini dapat meningkatkan penggunaan berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan dan profitabilitas (Rahim Amihsa et al., 2020). Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mempelajari secara menyeluruh mekanisme yang ada di berbagai tingkat keterlibatan pelanggan, dengan penekanan khusus pada cara konsumen dapat menggunakan aplikasi digital yang sesuai dengan harapan mereka. Penelitian ini menyelidiki berbagai faktor pendorong nilai sebagai hasil dari harapan konsumen, seperti nilai sosial, kualitas digital, persepsi harga, dan kenikmatan. Penelitian ini mengusulkan bahwa harapan berfungsi sebagai pengantar antara faktor pendorong nilai konsumen dan dampak-dampak hubungan seperti kepercayaan, keterikatan, dan penggunaan yang berkelanjutan. Selain itu, penelitian ini menyelidiki bagaimana keterlibatan konsumen berperan dalam faktor pendorong nilai konsumen. ## METODE PENELITIAN Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan sampel responden yang kemudian dianalisis dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dalam bentuk angket maupun wawancara (Susanti & Kusumahati, 2020). Dalam penelitian ini melibatkan para ahli untuk menguji dan memverifikasi instrumen survei untuk memastikan validitasnya. Sebelum ini, kuesioner telah diuji coba dan diperbarui untuk meningkatkan validitas isi item (Hawari et al., 2020). Penelitian ini melakukan survei pendahuluan dengan sepuluh siswa dan lima ahli mata pelajaran untuk mendapatkan pendapat mereka tentang pernyataan yang tercantum dalam kuesioner. Berdasarkan pendapat mereka, kami membuat sedikit perubahan pada pernyataan agar responden lebih memahaminya. Dalam penelitian ini, ada dua variabel yang diperhatikan diantaranya variabel yang bergantung dan yang bebas. Variabel yang bergantung adalah pelayanan aplikasi pembayaran digital (Y). Sementara itu, variabel yang bebas adalah harapan konsumen (X). Agar representativitas sampel dapat dipastikan, maka pada pertanyaan dalam survei berhubungan dengan pendapat responden menggunakan aplikasi pembayaran digital. Selain itu, responden memberikan informasi tentang cara mereka menggunakan aplikasi pembayaran digital melalui kuesioner. Sebanyak 363 konsumen diberikan kuesioner, dan diambil sampel sebanyak 150 konsumen. Setelah data yang tidak lengkap dikecualikan, distribusi sampel dianggap normal, dan nilai-nilai yang hilang memenuhi kriteria. Dalam penelitian ini dengan bantuan IBM SPSS digunakan uji Chi-square untuk menganalisis bias non-respons. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam karakteristik demografis antara responden awal dan akhir. Kami juga menemukan bahwa antara sampel respons dan non-respons tidak ada perbedaan signifikan. Hasilnya menunjukkan bahwa ketidakresponsifan tidak menjadi masalah yang signifikan dalam penelitian ini. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara persepsi konsumen terhadap nilai merek dan persepsi mereka terhadap pembayaran digital. Dalam hal rentang usia responden, terdapat 17 orang yang berusia di atas 30 tahun, diikuti oleh 36 orang pada rentang usia 26-30 tahun, kemudian 74 orang pada rentang usia 21-25 tahun, dan 26 orang berusia di bawah 20 tahun. Sementara itu, dalam kategori jenis pekerjaan responden, terdapat 40 orang yang masuk dalam kategori Pelajar/Mahasiswa, diikuti oleh 41 orang sebagai Wirausaha, kemudian 66 orang sebagai Pegawai Swasta, dan 6 orang lainnya dari berbagai jenis pekerjaan. Dari segi pendapatan, terdapat 27 responden dengan pendapatan di bawah Rp. 3.000.000, diikuti oleh 53 responden dengan pendapatan antara Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000, 46 responden dengan pendapatan antara Rp. 4.000.000 – Rp. 5.000.000, dan 27 responden dengan pendapatan di atas Rp. 5.000.000. Dalam pola pembelian produk, mayoritas responden melakukan pembelian 2-3 kali seminggu (61 orang), diikuti oleh lebih dari 3 kali seminggu (37 orang), sekali sebulan (13 orang), dua kali sebulan (13 orang), dan sekali seminggu (29 orang). ## Analisis Data Uji Normalitas Pengujian ini berguna untuk mengevaluasi apakah data yang telah dikumpulkan memiliki distribusi yang normal. Pengujian normalitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Ediyamto, 2019). Informasi lengkap mengenai uji normalitas terdapat dalam tabel yang disajikan di bawah ini: Tabel 1. Uji Normalitas Pelayanan Aplikasi Pembayaran Digital Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. X .227 153 .520 .856 153 .000 a. Lilliefors Significance Correction Sumber: Pengolahan Data IBM SPSS 2023 Dari hasil yang tercantum dalam Tabel 1, kesimpulannya adalah bahwa data dalam penelitian tersebut menunjukkan distribusi yang normal. Hal ini terkonfirmasi melalui pengujian menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov, di mana hasil uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,520, yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data didistribusikan secara normal. Oleh karena itu, proses pengolahan data selanjutnya dapat dilanjutkan. ## Uji Validitas Menurut (Said et al., 2023), validitas suatu kuesioner dianggap valid atau memiliki hubungan yang signifikan apabila tingkat signifikansinya kurang dari 0,05. Jika nilainya melebihi 0,05, hal itu menunjukkan bahwa data atau kuesioner yang diukur tidak valid atau tidak memiliki hubungan yang signifikan. Evaluasi tingkat signifikansi dari setiap pernyataan diperoleh melalui analisis data menggunakan perangkat lunak IBM SPSS. Informasi lengkap mengenai uji validitas terdapat dalam tabel yang disajikan di bawah ini: ## Tabel 2. Uji Validitas Pelayanan Aplikasi Pembayaran Digital Pertanyaan Pearson Correlation Sig (2-Tailed) Keputusan X01 .169* 0.037 Valid X02 .279** 0.000 Valid X03 .317** 0.000 Valid X04 .089 0.272 Tidak Valid X05 .177* 0.028 Valid X06 .221** 0.006 Valid X07 .241** 0.003 Valid X08 .244** 0.002 Valid X09 .245** 0.002 Valid X10 .091 0.262 Tidak Valid X11 .289** 0.000 Valid X12 .196* 0.015 Valid X13 .321** 0.000 Valid X14 .205* 0.011 Valid X15 .262** 0.001 Valid X16 .095 0.240 Tidak Valid X17 .331** 0.000 Valid X18 -.014 0.867 Tidak Valid X19 .275** 0.001 Valid X20 .307** 0.000 Valid X21 .277** 0.001 Valid X22 .217** 0.007 Valid X23 .119 0.143 Tidak Valid X24 .137 0.091 Tidak Valid X25 .246** 0.002 Valid X26 .205* 0.011 Valid X27 .350** 0.000 Valid X28 .275** 0.001 Valid X29 .219** 0.007 Valid X30 .260** 0.001 Valid X31 .273** 0.001 Valid X32 .081 0.321 Tidak Valid Sumber: Pengolahan Data IBM SPSS 2023 Dari data yang diolah seperti yang tertera dalam Tabel 2, terlihat bahwa dari 25 item pertanyaan, tingkat signifikansinya berkisar antara 0,000 hingga 0,037. Secara sederhana, ini berarti bahwa dari 25 item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur validitas, tingkat signifikansinya lebih rendah dari 0,05. Namun, terdapat 7 item pertanyaan lainnya yang memiliki tingkat signifikansi lebih tinggi dari 0,05. Sebagai hasilnya, dapat disimpulkan bahwa 25 item pertanyaan pertama valid, sementara 7 item pertanyaan lainnya tidak valid. Oleh karena itu, pertanyaan yang dianggap valid dapat dilanjutkan ke tahap pengolahan data berikutnya. ## Uji Realibilitas Menurut (Susanti & Kusumahati, 2020), dalam melakukan uji reliabilitas, digunakan metode Cronbach Alpha. Jika nilai Koefisien Cronbach Alpha lebih dari 0,60, hal ini mengindikasikan bahwa instrumen tersebut dapat diandalkan (reliable). Namun, jika nilai Koefisien Cronbach Alpha kurang dari 0,60, ini menandakan bahwa instrumen tersebut kurang dapat diandalkan karena mungkin akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Informasi lengkap mengenai uji realibilitas terdapat dalam tabel yang disajikan di bawah ini: Tabel 3. Uji Realibilitas Pelayanan Aplikasi Pembayaran Digital Cronbach’s Alpha N of Items .330 32 Sumber: Pengolahan Data IBM SPSS 2023 Dari hasil uji reliabilitas pada tabel 3, terungkap bahwa setiap pertanyaan mempunyai nilai Cronbach Alpha < 0,60. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 32 pertanyaan dianggap tidak memiliki reliabilitas yang baik. ## Uji Chi-Square Pengujian ini bertujuan untuk menilai dampak atau pengaruh dari variabel independen, yaitu pelayanan aplikasi pembayaran digital, terhadap variabel dependen, yaitu harapan konsumen (Rahim Amihsa et al., 2020). Informasi lengkap mengenai uji chi-square terdapat dalam tabel yang disajikan di bawah ini: Tabel 4. Uji Chi-Square Pelayanan Aplikasi Pembayaran Digital Chi-Square 224.889 a Df 18 Asymp. Sig. .000 a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 8.1. Sumber: Pengolahan Data IBM SPSS 2023 Tabel 4 memberikan informasi tentang apakah terdapat hubungan antara harapan konsumen dengan layanan aplikasi pembayaran digital. Berdasarkan analisis chi-square, nilai signifikansi yang tercatat sebesar 0,000, yang lebih kecil dari nilai 0,05, hal ini menunjukkan signifikansinya hubungan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara pelayanan aplikasi pembayaran digital terhadap harapan konsumen. Hasil ini mengindikasikan bahwa responden memiliki pandangan bahwa kualitas yang baik dalam pelayanan aplikasi pembayaran digital akan meningkatkan harapan konsumen untuk menggunakan secara berkelanjutan serta berkomitmen terhadap aplikasi tersebut secara signifikan. ## SIMPULAN Dari hasil penelitian dan analisis menggunakan IBM SPSS, dapat diungkapkan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut: Pelayanan aplikasi pembayaran digital memiliki dampak yang signifikan terhadap harapan konsumen. Hal ini terbukti dengan tingkat signifikansi layanan aplikasi pembayaran digital yang lebih rendah dari nilai alpha (0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa kualitas yang baik dalam pelayanan aplikasi pembayaran digital akan meningkatkan harapan konsumen untuk menggunakan secara berkelanjutan serta berkomitmen terhadap aplikasi tersebut secara signifikan. ## DAFTAR PUSTAKA Abubker, K., Sleiman, A., Juanli, L., Cai, X., Lei, H., & Liu, R. (2021). Antecedents of the Adoption of the New Mobile Payment System in Sudan. Revista Argentina de Clínica Psicológica, 30(2), 212– 227. https://doi.org/10.24205/03276716.2020.4020 Atmaja, N. P. C. D., & Puspitawati, N. M. D. (2022). Antecedents of using electronic money application on technology communication during covid-19 pandemic. International Journal of Communication and Society, 4(1), 72 – 81. http://pubs2.ascee.org/index.php/[email protected] Bank Indonesia. (2023). Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 - Menavigasi Sistem Pembayaran Nasional di Era Digital.Bank Indonesia, 1 – 81. https://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian/Documents/Blueprint-Sistem- Pembayaran- Indonesia-2025.pdf Bapat,D., & Khandelwal, R. (2023). Antecedents and consequences of consumer hope for digital payment apps services. Journal of Services Marketing, 37(1), 110-127. Defung, F., Salim, R., & Bloch, H. (2016). Has regulatory reform had any impact on bank efficiency in Indonesia? A two-stage analysis. Applied Economics, 48(52), 5060- 5074. DOI: 10.1080/00036846.2016.1170934 Ediyamto, A. W. (2019). Anteseden dari online purchase intention. Skripsi-2019, 3(2), 2387 – 2396. http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/index.php/home/detail/detail_koleksi/2/SK R/2019/ 00000000000000098084/ Iisnawati, I., Nailis, W., & Yunita, D. (2021). Persepsi Resiko dan Kepercayaan Konsumen dalam Menggunakan E-Wallet Non Bank di Palembang. Jembatan : Jurnal Ilmiah Manajemen, 18(2), 18 – 30. https://doi.org/10.29259/jmbt.v18i2.14384 Indriastuti, H., Putri, A. N. O. D., Robiansyah, R., & Anwar, H. (2022). The Effect of E-Service Quality and E-Trust on Customer Loyalty and Mediating Customer Satisfaction of Internet Banking Users. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 10(1), 24-34. DOI : 10.26905/jmdk.v10i1.7533 Khandelwal, R., & Bapat, D., (2021). Examining the role of consumer hope in the context of relationship marketing for a digital payment app. Lestari, D., Hudayah, S., & Busari, A. (2022). Understanding the ‘shadow economy’in SMEs – A malpractice from Indonesia, 2009-2020. Media Ekonomi dan Manajemen, 37(1), 77-95. DOI: 10.24856/mem.v27i01.2558 Pham, T. S. H., & Ahammad, M. F. (2017). Antecedents and consequences of online customer satisfaction: A holistic process perspective. In Technological Forecasting and Social Change (Vol. 124). https://doi.org/10.1016/j.techfore.2017.04.003 Rahim Amihsa, A. R., Saferian, E., & Syahrir, S. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Mobile Payment Di Indonesia. INTELEKTIVA: Jurnal Ekonomi, Sosial dan Humaniora, 2(3), 1 – 16. https://www.jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/view/306 Ryoo, S. Y., & Park, S. C. (2021). Antecedents and consequences of digital shadow work in mobile shopping apps context. Sustainability (Switzerland), 13(14), 1 – 11. https://doi.org/10.3390/su13147697 Said, H. S., Khotimah, C., Ardiansyah, D., & Khadrinur, H. (2023). Uji Validitas dan Reliabilitas: Pemahaman Mahasiswa Akuntansi Terhadap Matakuliah Accounting For Business atau Pengantar Akuntansi. Jurnal Publikasi Ekonomi dan Akuntansi (JUPEA), 3(2), 249-259. Su, B. C., Wu, L. W., & Yen, Y. C. (2021). Antecedents and consequences of trust and loyalty in physical banks affecting mobile payments. Sustainability (Switzerland), 13(22). https://doi.org/10.3390/su132212368 Susanti, F., & Kusumahati, W. (2020). Pengaruh Kualitas Produk dan Brand terhadap Loyalitas Konsumen (Studi pada Konsumen Pengguna Produk “Tupperware” di Kelurahan Bandar Buat Padang). Jurnal Pundi, 4(2), 143 – 156. https://doi.org/10.31575/jp.v4i2.203 Tricahyadinata, I., & Za, S. Z. (2017). An Analysis on the Use of Google AdWords to Increase E-Commerce Sales. SZ Za and I. Tricahyadinata (2017) Int. J. Soc. Sc. Manage, 4, 60- 67. DOI:10.3126/ijssm.v4i1.16433 Tricahyadinata, I., & Fakhrowan, R. (2022). The effect of multiple role conflict and job stress on employee performance. Social Sciences, Humanities and Education Journal (SHE Journal), 3(2), 200-206. DOI: 10.25273/she.v3i2.12690 Wijaya, P. S. M., & Istriani, E. (2017). Pengaruh Faktor-Faktor Anteseden E-Customer Satisfaction, E-Customer Trust Dan Compulsive Buying Pada Pembentukkan E- Customer Loyalty. Jurnal Manajemen, 19(1), 1. https://doi.org/10.24912/jm.v19i1.101 Xin, H., Techatassanasoontorn, A. A., & Tan, F. B. (2015). Antecedents of consumer trust in mobile payment adoption. Journal of Computer Information Systems, 55(4), 1 – 10. https://doi.org/10.1080/08874417.2015.11645781 Zainurossalamia, Z. A. S., Heksarini, A., & Sudarsono, S. (2018). The influence of eco-airport and mall-airport concepts and cultural display of East Borneo on visitors' satisfaction at Sultan Aji Muhammad Sulaiman Airport Balikpapan. Russian Journal of Agricultural and Socio- Economic Sciences, 2(74), 156-164. DOI: 10.18551/rjoas.2018- 02.17.
1dc8ba19-512c-4ad0-ba32-b3cd17ba3aca
https://journal2.um.ac.id/index.php/jgp/article/download/12155/5177
## PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI PELUANG USAHA DALAM PENINGKATAN EKONOMI LOKAL 1 Vidya Purnamasari, 2 Vika Annisa Qurrata, 3* Bagus Shandy Narmaditya Universitas Negeri Malang *e-mail: [email protected] Abstrak: Program pengabdian ini bertujuan memberikan keterampilan berupa pemberian pelatihan tentang ketrampilan decoupage serta cara pemasarannya sehingga dapat menambah penghasilan bagi masyarakat kecamatan Pesantren di Kota Kediri. Selain itu, produk dari pelatihan ini diharapkan juga bisa menjadi produk unggulan di pedesaan di kota Kediri. Metode yang digunakan dalam program ini dilakukan melalui beberapata tahapan antara lain tahap membangun komitmen, tahap pengorganisasian masyarakat, tahap penilaian kebutuhan, tahap perencaan kegiatan dan kegiatan pelaksanaan. Adapun hasil dari kegiatan ini antara lain adalah produk decoupage yang memiliki nilai jual sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga kelompok wanita di Kecamatan Pesantren. Lebih lanjut, produk ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu produk unggulan kecamatan ini. Selain itu, hasil dari kegiatan ini berupa pendampingan pemasaran dengan melalui sosial media melalui facebook dan instagram. Kata kunci: ekonomi lokal, decoupage, produk unggulan, pemberdayaan wanita Abstract: The program aims to provide assisting and training in decoupage craft and present how to market them as well as increasing income for local community. In addition, the product is expected to be a superior product of Pesantren in Kediri. The method used in this program is carried out through several stages including the commitment building, community organizing, needs assessment, planning activities and implementation. The results of this program include high value decoupage products that increasing the household income of women's groups in Pesantren of Kediri. Furthermore, this product is also forecasted to be one of the sub-district's superior products. The results of this program will be in the form of marketing assistance through social media through Facebook and Instagram. Keywords: Local Economic, Decoupage, Superior Product, Women Empowerment ## PENDAHULUAN Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan menunjukan pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan ( freedom ), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto, 2005; Laksono & Rohmah, 2019). Pembangunan yang kurang merata serta mata pencaharian hidup masyarakat umumnya pada sektor agraris, dengan sistem pertanian yang masih tradisional dan masih sulit untuk menerima ide-ide baru maupun teknologi terbaru yang masuk menjadi penghambat dalam pemberdayaan masyarakat. Sebagian besar penduduk desa ialah buruh tani yang tidak mempunyai lahan sendiri tetapi menggarap tanah orang lain, mereka termasuk dalam golongan masyarakat menengah ke bawah, sehingga menyebabkan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kawasan pedesaan dengan luas kurang lebih 80 persen dari keseluruhan wilayah Indonesia dihuni 135 juta jiwa atau 57 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang hidup di 67.172 desa. Hampir 16,56 persen penduduk desa hidup dalam kondisi miskin. Sebagian besar penduduk desa ialah petani gurem dan buruh tani. Dari 28,3 juta Rumah Tangga Petani (RTP), sebanyak 6,1 juta RTP di Pulau Jawa dan 5 juta RTP di luar Jawa adalah petani tak bertanah alias buruh tani. Dari perhitungan kasar, saat ini terdapat sekitar 32 juta jiwa petani Indonesia adalah bagian dari keluarga buruh tani, dan 90 juta jiwa adalah bagian dari keluarga petani subsisten ( BPS, 2018 ). Dengan kondisi seperti ini, pemberdayaan wanita merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan negara yang menyeluruh untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta mewujudkan kemajuan di segala bidang (Fitri, 2010). Kondisi geografis dan kemiskinan menjadi persoalan tersendiri bagi wanita untuk dapat mengakses berbagai kebutuhan mereka, terlebih untuk berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan publik (Karwati, 2017). Pemberdayaan wanita berarti memberikan kekuatan dan kemampuan terhadap potensi yang dimiliki kaum wanita agar dapat diaktualisasikan secara optimal dalam prosesnya dan menempatkan wanita sebagai manusia seutuhnya (Pujono, 1996). Harriet dkk. (2014) menambahkan bahwa perempuan di masyarakat berperan penting dalam kesejahteraan keluarga. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk lebih memberdayakan wanita yaitu dengan membentuk suatu perkumpulan bagi kaum wanita yang didirikan di masyarakat dengan melakukan berbagai aktifitas kegiatan serta kepelatihan (Khan, 2018). Proses dan aktifitas pemberdayaan wanita yang dilakukan oleh kelompok wanita sedikit banyak membawa implikasi yang cukup signifikan dalam pola relasi wanita di dalam keluarga dan masyarakat (Partini, 2004). Kemandirian wanita yang dibekali dengan cara pandang kesetaraan gender yang dilakukan oleh kelompok wanita sedikit demi sedikit telah mengangkat posisi wanita dalam rumah tangga (Rahminawati, 2001). Kelompok wanita cukup efektif untuk menjadi media pemberdayaan wanita dikalangan masyarakat tradisional pedesaan. Secara demografis, jumlah penduduk kecamatan Pesantren sebanyak 82.839 jiwa dimana sebanyak 41.907 berjenis kelamin perempuan (BPS, 2018). Secara umum, wanita di Kecamatan Pesantren adalah ibu rumah tangga dan sebagian kecil sebagai buruh pabrik, sedangkan para suami secara umum bekerja sebagai buruh tani. Sebagian besar dari wanita disana hanya bekerja di rumah melakukan tugas utama sebagai ibu rumah tangga. Kaum wanita baik ibu-ibu maupun remaja putri masih disibukkan dengan urusan rumah tangga, hal ini menyebabkan para wanita tidak memiliki waktu untuk memberdayakan diri. Selain itu kesadaran untuk memberdayakan segala potensi yang dimiliki masih sangatlah rendah, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantara lain rendahnya pendidikan kaum wanita dibanding dengan kaum laki-laki. Hal ini tentu saja segala aktifitas yang dilakukan wanita berorientasi untuk membantu pekerjaan rumah tangga dan mengabdikan diri untuk pekerjaan rumah tangga dan keluarga. Penelitian yang dilakukan Molesworth dkk. (2017) menunjukan bahwa pemberdayaan wanita melalui aktivitas bersama kelompok dapat meningkatkan ekonomi keluarga masyarakat pedesaan. Program pemberdayaan wanita yang akan dilakukan mengharapkan hasil agar wanita dapat menggali dan memberdayakan segala potensi yang dimiliki sehingga dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Program yang ada di dalam pengabdian ini bertujuan agar anggota kelompok bisa lebih mandiri sehingga dapat memberikan pendapatan tambahan terhadap keluarga. Pemberdayaan wanita melalui program IbM 2018 ini ditekankan pada pemberian keterampilan dan terbukanya lapangan pekerjaan dalam sektor kewirausahaan. Program pemberdayaan wanita ini akan memberikan keterampilan berupa pemberian pelatihan tentang kesenian decoupage serta cara pemasarannya sehingga dapat menambah penghasilan bagi masyarakat kecamatan Pesantren Kota Kediri. Selain itu, produk dari pelatihan ini diharapkan juga bisa menjadi produk unggulan di pedesaan di kota Kediri. ## METODE Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pendampingan dalam bentuk pemberian ketrampilan berupa pelatihan tentang kesenian decoupage serta cara pemasarannya sehingga dapat menambah penghasilan bagi masyarakat kecamatan Pesantren Kota Kediri. Kegiatan ini dilaksanakan di kecamatan pesantren kota Kediri dengan waktu sekitar tiga bulan. Adapun peserta dari kegiatan tersebut adalah Ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam kegiatan PKK. Metode yang digunakan dalam program ini dilakukan melalui beberapata tahapan yaitu tahap membangun komitmen, tahap pengorganisasian masyarakat, tahap penilaian kebutuhan, tahap perencaan kegiatan dan kegiatan pelaksanaan. Luaran dari kegiatan ini produk decoupage yang dihasilkan dan bernilai jual sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga kelompok wanita di Kecamatan Pesantren. Lebih lanjut, produk ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu produk unggulan kecamatan ini. Selain itu, pendampingan pemasaran dengan melalui sosial media melaui facebook dan instagram. ## HASIL & PEMBAHASAN Pelatihan dan pendampingan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan total waktu selama satu bulan. Dalam beberapa kali pelatihan, hal pertama yang dilakukan adalah pelatihan pembuatan decoupage. Dalam tahap ini, UKM diberikan pelatihan untuk melukis decoupage di atas tas atau dompet anyam. Decoupage, yang berasal dari bahasa Prancis découper atau berarti memotong, merupakan kerajinan atau bentuk seni yang memerlukan potongan-potongan bahan (biasanya kertas) yang ditempel pada objek dan kemudian dilapisi dengan pernis atau pelitur. Proses ini membuat tampilan potongan-potongan kertas yang rata tampak dalam dan membuat pola serta gambar terlihat seolah- olah dilukis pada objek yang diproses dengan teknik decoupage. Decoupage adalah cara menyenangkan dan mudah untuk mendekorasi objek apa saja, termasuk benda-benda di rumah mulai dari vas kecil hingga furnitur berukuran besar dan kemungkinannya sangatlah banyak. Langkah-langkah dalam pelatihan pembuatan decoupage antara lain: Menyiapkan bahan. Pilihlah objek yang ingin dihias dan kumpulkan bahan-bahan untuk mendekorasi objek tersebut. Bahan-bahan yang digunakan bisa terbuat dari kartu, kertas tisu, kertas pembungkus kado, tas belanja dari kertas, guntingan majalah, rice paper (semacam kulit lumpia terbuat dari tepung beras), potongan kain tipis, atau (tentu saja) kertas khusus untuk decoupage. Secara umum, semakin lembut dan fleksibel bahannya, maka semakin mudah digunakan jika melakukan decoupage pada permukaan yang berlekuk-lekuk. Guntinglah lembaran-lembaran kertas. Peserta dapat menggunakan seluruh lembaran kertas, sobekan, atau guntingan agar tercipta bentuk dan desain yang menarik. Gunakan gunting atau pisau khusus kerajinan tangan untuk membuat bentuk yang diinginkan, dengan memegang gunting sedemikian rupa sehingga posisinya agak miring ke arah kanan. Cara ini menghasilkan pinggiran yang lebih halus dan menyerong. Rencanakan proyek decoupage. Buatlah sketsa rancangan atau letakkan guntingan kertas pada objek tanpa direkatkan lalu fotolah agar ingat penataannya. Jika tidak suka merencanakan sesuatu, jangan ragu untuk merekatkan langsung potongan-potongan kertas tanpa rencana sebelumnya. Perhatikan baik-baik komposisinya untuk memastikan peserta merekatkan potongan-potongan kertas tersebut secara konsisten. Pertimbangkan warna dan tekstur potongan kertas yang direkatkan. Padu-padankan warna-warna yang berbeda atau cobalah menggunakan berbagai warna pada proyek. Siapkan permukaan objek. Pastikan objek yang telah didekorasi dalam keadaan bersih dan kering, selain itu, tambal juga lekukan-lekukan yang dalam, dan ampelas permukaan objek untuk menghilangkan tonjolan dan kekurangan jika perlu. Jika ingin mengecat atau memberi pelitur, maka kita harus melakukan hal ini sebelum menempelkan potongan kertas di atasnya. Untuk beberapa objek seperti kayu dan logam, peserta perlu memberikan cat dasar pada permukaannya dengan lapisan cat lateks agar potongan kertas menempel dengan baik. Jika peserta ingin membersihkan benda dengan air, pastikan benda tersebut sudah kering sebelum direkatkan agar semua bahan dapat menempel dengan baik. Lindungi area kerja Anda dengan cara menutupnya dengan kertas Koran. Selanjutnya, gunakan lem yang sesuai dengan permukaan objek dan potongan- potongan kertas. Lem yang digunakan adalah lem putih, namun akan lebih mudah jika dicampur dengan air. Perbandingannya adalah 50 persen lem dan 50 persen air. Pastikan saat mencampur lem ini, wadah berada dalam keadaan tertutup. Lalu, guncang-guncangkan wadah tersebut. Langkah berikutnya adalah membubuhkan lem. Gunakan kuas cat untuk membubuhkan lapisan tipis lem pada permukaan objek dan bagian belakang potongan kertas. Pastikan membubuhkan lem secara merata dan sampai pinggiran potongan kertas. Tempelkan satu per satu potongan kertas pada permukaan objek. Letakkan potongan kertas pada area yang akan dibubuhi lem. Letakkan kertas dengan hati-hati agar tidak timbul lekukan dan kekusutan. Ratakan agar rapi menggunakan brayer (rol kecil) atau stik es krim, ratakan dari tengah permukaan ke arah luar. Ulangi langkah ini dengan potongan-potongan 6 Jurnal Graha Pengabdian, Vol. 2, No. 1, Februari 2020, Hal 1-8 kertas lain. Untuk menghasilkan tampilan yang lebih rumit, letakkan beberapa lapisan potongan kertas. Letakkan lapisan pertama lalu tempelkan lapisan- lapisan berikutnya pada lapisan pertama, sebagian menutupi lapisan di bawahnya. Biarkan lem mengering. Pastikan seluruh potongan kertas benar-benar mengering seluruhnya sebelum dilanjutkan. Jika meletakkan beberapa lapisan, pastikan tiap lapisan kering sebelum mulai dilapisi dengan potongan kertas berikutnya. Jika ada pinggiran yang menggulung, bisa meratakan-nya dengan silet agar lebih rapi. Aplikasikan pernis atau pelitur. Lapisi decoupage dengan beberapa lapisan pelapis yang sesuai, seperti pelapis yang khusus diformulasikan untuk decoupage (tersedia di toko kerajinan seni dan hobi), pernis, atau pelitur. Biarkan tiap lapisan mengering sebelum diaplikasikan lapisan selanjutnya. Setelah para peserta dirasa telah menguasai tahap pengoperasian dasar, selanjutnya pengusaha akan dilatih untuk memanfaatkan semua fitur pada Instragram serta akan diberikan tips dan trik dalam memaksimalkan promosi. Selain itu, peserta juga didaftarkan pada fitur IG Advertising untuk meningkatkan jumlah follower. Apabila jumlah follower meningkat, maka kesempatan untuk menjaring konsumen semakin luas. Pemanfaatan fitur-fitur instagram seperti post, caption, hashtag, followers, bio dan lain sebagainya secara optimal ternyata dapat meningkatkan jumlah customer baru untuk bisnis. Beriklan pun bisa dibayar melalui platform tersebut sesuai kebutuhan, misalnya post timeline atau instagram story . Setelah kegiatan pendampingan selesai, ada beberapa evaluasi program yang dilakukan, seperti peningkatan ketrampilan dari kelompok wanita, jumlah barang yang diproduksi oleh kelompok wanita, postingan yang dilakukan, jumlah follower di Instagram tiap minggunya, dan jumlah calon konsumen potensial. Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan setelah adanya pelatihan dan pendampingan ini adalah sebagai berikut: 1) adanya peningkatan ketrampilan dalam membuat decoupage. 2) adanya jumlah peningkatan barang yang diproduksi oleh kelompom wanita sehingga dapat menjadi produk unggulan desa. 3) adanya peningkatan ketrampilan dalam berpromosi menggunakan digital marketing melalui Instagram. 4) bertambahnya calon konsumen potensial karena penggunaan media sosial sebagai alat untuk mempromoskan produk alas kaki meningkatkan jumlah calon konsumen potensial mencapai rata-rata 170 orang. Pada awalnya kelompok wanita ini hanya berdiam diri di rumah menjadi aktif dalam media sosial untuk meningkatkan potensi ekonomi melalui penjualan hasil decoupage. ## SIMPULAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan salah satu bentuk pendampingan dan pelatihan decoupage kepada kelompok wanita dalam upaya untuk peningkatan kesejahteraan rumah tangga. Kegiatan ini dilakukan selama dua kali kegiatan dengan total waktu kurang lebih satu bulan. Program pelatihan dan pendampingan ini dapat memberikan ketrampilan bagi kelompok wanita di Kecamatan Pesantren Kota Kediri untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Selain dilakukan pelatihan pembuatan decoupage juga diberikan pendampingan dalam kegiatan pemasaran melalui sosial media. Lebih lanjut program pelatihan decoupage ini diharapkan akan menjadikan produk unggulan untuk daerah tersebut. Peserta telah berhasil membuat kerajinan decoupage dengan kreasi mereka sendiri dan memahami penggunaan sosial media untuk media pemasaran. Pelatihan yang dilakukan memiliki kegiatan tindak lanjut untuk pemasaran produk dan keberlangsungan kelompok UKM yang telah terbentuk. Bentuk kegiatan pendampingan berikutnya dapat berupa pelatihan pembukuan sederhana dan juga perluasan pasar untuk produk yang telah dihasilkan. ## UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang atas kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. ## DAFTAR PUSTAKA BPS. (2018). Kecamatan Pesantren Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kediri. Exnas, T. (2005). Usulan Teknis Pekerjaan Pendampingan Masyarakat Perumahan Swadaya, Dept. Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya, Satuan Kerja Sementara Pemberdayaan Komunitas Perumahan Jawa Barat. Bandung. Fitri, R. (2010). Pemberdayaan Perempuan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Kanun: Jurnal Ilmu Hukum, 12(2), 349-366. Harriet. T., Opoku, N. A., Asare., & Anin, E. K. (2014). The Role of Women in Reducing Household Poverty in the Bongo District of the Upper East Region, Ghana. Journal of Arts and Humanities, 3(4), 99-110. Karwati, L. (2017). Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan kewirausahaan berbasis potensi alam setempat. Visi, 12(1), 45-52. Khan, S. (2018). Women Empowerment: Key to Socio-Economic Development. International Journal of Women Empowerment, 4, 5-7. Laksono, B. A., & Rohmah, N. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Lembaga Sosial dan Pendidikan. Jurnal Pendidikan Nonformal, 14(1), 1- 11. Molesworth, K., Secula, F., Eager, R. Aa., Murodova, Z., Yarbaeva, S., & Matthys, B. (2017). Impact of Group Formation on Women’s Empowerment and Economic Resilience in Rural Tajikistan. The Journal of Rural and Community Development, 12(1), 1-22. Partini, P. (2004). Potret Keterlibatan Perempuan dalam Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 7(3), 315-334. Pujono, O. S. (1996). Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS). Rahminawati, N. (2001). Isu Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan (Bias Gender). Mimbar: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 17(3), 273-283. Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
7bd506c2-ba7e-44e5-b2c4-c950804d4d22
https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/oksitosin/article/download/392/379
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA MOTHER RELATIONSHIP WITH KNOWLEDGE MANAGEMENT OF DIARRHEA IN CHILDREN Supratiknyo Akademi Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo Email : [email protected] ## ABSTRAK Diare merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai dan banyak menyerang anak- anak yang biasanya dapat menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani dengan baik. Penyebab dari keterlambatan penanganan diare salah satunya adalah ketidaktahuan orang tua tentang penanganan diare dengan baik dan benar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Penanganan Diare pada Balita di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo Tahun 2014. Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan data primer. Metode sampling yang digunakan yaitu simple random sampling dengan jumlah responden 83 balita, menggunakan instrumen checklist. Selanjutnya pengolahan dan analisa data menggunakan uji statistik Koefisien Kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sgn. sebesar 0,000 sehingga H 0 ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan yaitu (0,000<0,05) antara pengetahuan ibu dengan penanganan diare. Diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi berbagai pihak yang terkait agar dapat meningkatkan derajat kesehatan anak. ## Kata Kunci : Pengetahuan, Penanganan Diare ## ABSTRACT Diarrhea is one of the most common diseases and a lot of attacking children usually can cause death if not treated properly. The cause of the delay in treatment of diarrhea one of which is the ignorance of parents about treating diarrhea properly. The purpose of this study to determine the relationship with the mother of Knowledge Management in the village of Diarrhea in Toddlers Sumberanyar Banyuputih District of Situbondo 2014. This study was a survey of primary data analytic approach. The sampling method used simple random sampling with the number of respondents 83 toddlers, using a checklist instrument. Furthermore, data processing and analysis using statistical test Contingency coefficient. The results showed that the value of sgn. 0,000 so H0 is rejected, it means that there is a significant correlation (0.000 <0.05) between maternal knowledge with the treatment of diarrhea. It was expected from this study can be used as information for the various parties concerned in order to improve the health of children. ## Keywords: Awareness, Diarrhea Treatment ## PENDAHULUAN Diare merupakan suatu kegiatan buang air besar (BAB) yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (Dewi Vivian, 2011). Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian. Diare merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair lebih dari satu kali dalam satu hari. Hal ini membuat tubuh tidak berfungsi dan dapat membahayakan jiwa khususnya pada bayi dan balita. Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah masyarakat Indonesia. Angka kesakitan adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian diare setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita diare adalah anak usia di bawah lima tahun sekitar 40 juta anak (Sudaryat, 2005). Diare merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami bayi dan balita di dunia. Di negara berkembang, diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas (Kesakitan) dan mortalitas (Kematian) pada anak. Jumlah rata-rata anak di dunia berumur di bawah lima tahun dan meninggal karena diare adalah 440 orang. Di Indonesia dilaporkan bahwa secara keseluruhan rata- rata anak mengalami 1,3% diare dengan 3,2 juta kematian pertahun (Chusnul, 2014). Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sering di sertai kematian. Hasil survey morbiditas diare menunjukkan penurunan angka kesakitan penyakit diare yaitu dari 4,23% per 1000 penduduk pada tahun 2006 (Rikesda, 2007). Tahun 2010 dilaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di Indonesia dengan jumlah penderita sebanyak 1,74% (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Sedangkan Pada tahun 2011 sebanyak 30,03% (Depkes, 2011). Jumlah penderita KLB diare pada tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 30,03% menjadi 26,79% kasus. Pada tahun 2012 KLB diare terjadi di 15 provinsi. (Depkes, 2012). Insiden kejadian diare pada balita di Indonesia adalah 10,2% dan insiden kelompok umur Indonesia adalah 3,5% (Rikesda, 2013). Target cakupan pelayanan penderita diare tahun 2011 adalah 69 % sedangkan jumlah kasus yang ditemukan 30,03%, dan pada tahun 2012 adalah 72% sedangkan jumlah kasus yang ditemukan adalah 26,79% (Profil Jawa Timur, 2012). Data profil kesehatan Kabupaten Situbondo tahun 2012 cakupan penanganan diare tahun 2012 sudah mencapai target yang ditetapkan. Dari 17 Kecamatan di Kabupaten Situbondo hanya Kecamatan Banyuputih yang cakupannya belum mencapai target 100%. Pada tahun 2012 sebesar 84%, sedangkan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 22,73% (Profil Kesehatan Situbondo, 2012). Pada tahun 2013 dengan jumlah penduduk Kabupaten Situbondo 660.760, khusus Kecamatan Banyuputih target penemuan penderita diare sebanyak 2.900 penduduk. Sedangkan kasus yang ditemukan sebanyak 2.499 yang terdiri dari penderita laki-laki 1.146 dan perempuan 1.353, dengan pencapaian sebesar 86%. Berdasarkan laporan kesehatan Situbondo penanganan diare di Kabupaten Situbondo secara umum telah mencapai target yang diharapkan, yaitu dengan target 100% dan penanganannya 252,37%. Gejala balita yang mengalami diare, diantaranya adalah nafsu makan menurun, feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya campuran darah. Kelamaan, feses akan berwarna hijau dan asam. Kemudian berat badan menurun disertai dengan suhu badan yang meningkat. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Hal ini disebabkan lambung meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Ngastiyah, 2005). Diare dapat menyebabkan seseorang kekurangan cairan. Penyebab diare bermacam – macam, diantaranya infeksi (Bakteri maupun virus). Diare pada anak harus segera ditangani, karena diare dapat menyebabkan tubuh dehidrasi yang bisa berakibat fatal (Wahyu, 2010). Dalam hal penanganan diare meskipun Kabupaten Situbondo sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 100%, namun dalam penanganan diare di lapangan masih banyak dijumpai hambatan diantaranya yaitu, partisipasi tokoh masyarakat masih kurang salah satunya dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat, dan penanganan diare masih belum dipahami dengan baik oleh masyarakat sehingga sering terjadi salah penanganan yang mengakibatkan kondisi pasien diare semakin parah, terutama ibu yang memiliki anak balita (Profil Kesehatan Situbondo, 2013). Untuk mengatasi penyakit dengan kategori KLB (Kejadian Luar Biasa) tidak cukup hanya bergantung pada para tenaga kesehatan, akan tetapi partisipasi aktif masyarakat dalam hal pencegahan dan penatalaksanaan awal sangat penting. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup bagi masyarakat mengenai pencegahan dan penatalaksanaan awal KLB (Kejadian Luar Biasa). Agar pengetahuan masyarakat meningkat, maka dapat dilakukan penyuluhan kesehatan serta mendemonstrasikan cara pencegahan dan penanganan penyakit diare pada masyarakat dengan harapan akan terjadi peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari hari (Profil Kesehatan Situbondo, 2012). Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo dengan berbagai pertimbangan antara lain, bahwa desa Sumberanyar masih banyak ditemukan penderita diare yakni 960 orang, yang terdiri dari 420 penderita laki-laki dan 540 penderita perempuan. Hal ini sangat ironis karena kondisi demografi desa Sumberanyar bersebelahan dengan desa Sumberejo yang di dalamnya terdapat perguruan tinggi, yaitu Akbid Ibrahimy Sukorejo dan Pondok Pesantren. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 30 Mei 2014 dilakukan pada 11 orang tua melalui lembar checklist didapatkan 1 orang tua yang berpengetahuan kurang, 6 orang yang berpengetahuan cukup dan 4 orang yang berpengetahuan baik yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang penanganan diare pada balita. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Pembantu (Pustu) Sumberanyar Kecamatan Banyuputih, diketahui bahwa jumlah balita di Desa Sumberanyar sejumlah 322 balita, dengan penemuan diare pada tahun 2013 yang menderita penyakit diare berjumlah 106 balita. Dengan penemuan laki-laki 55 balita dan perempuan 51 balita. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan penanganan diare pada Balita di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo. ## METODE PENELITIAN Desain penelitian ini Analitik Asosiatif menggunakan pendekatan cross sectional, Penelitian ini dilakukan di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penanganan diare pada balita. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita yang menderita penyakit diare di Desa Sumberanyar sebanyak 106 balita . Besar sampel penelitian sebanyak 83 balita, tehnik sampel pada penelitian ini simple random sampling yang kemudian ditentukan berdasarkan criteria inklusi dsn eksklusi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah checklist. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisis data dengan uji Koefisien Kontingensi. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagaimana didalam tabel: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan Umur di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo No Umur Responden Frekuensi Persentase 1. < 20 tahun 10 12,1% 2. 20-30 tahun 38 45,8% 3. 31-40 tahun 27 32,5% 4. > 40 tahun 8 9,6% Jumlah 83 100 Berdasarkan tabel 1. prosentase umur responden hampir setengahnya responden berusia 20-30 tahun sebesar 45,8% (38 responden) dan sebagian kecil usia > 40 tahun sebesar 9,6% (8 responden). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase 1 Tidak/ belum tamat SD 6 7,2% 2 SD 17 20,5% 3 SMP 23 27,7% 4 SMA 30 36,2% 5 PT 7 8,4% Total 83 100 Berdasarkan tabel 2 prosentase tingkat pendidikan responden hampir setengahnya berpendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) yaitu sebesar 36,2%, (30 responden) dan prosentase terendah sebagian kecil responden berpendidikan tidak tamat sekolah SD (Sekolah Dasar) yaitu sebesar 7,2% (6 responden). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo No Pekerjaan Frekuensi Persentase 1 IRT 52 62,7% 2 PNS 4 4,8% 3 Tani 9 10,8% 4 Wiraswasta 18 21,7% Total 83 100% Berdasarkan tabel 3. distribusi responden berdasarkan pekerjaan responden sebagian besar responden menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 62,7% (52 responden), dan sebagian kecil responden bekerja sebagai ## PNS sebesar 4,8% (4 responden) Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang didapat di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo No Informasi Frekuensi Persentase 1 TV 38 45,8 2 Radio 0 0 3 Koran/majalah 22 26,5 4 Penyuluhan 23 27,7 Total 83 100 Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa dari 83 responden yang mempunyai balita hampir setengahnya responden mendapat informasi melalui media televisi sebesar 45,8% (38 responden), dan tidak satupun (0%) mendapat informasi dari radio. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Penanganan Diare pada Baita di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo No Pengetahuan Frekuensi Prosentase 1 Baik 41 49,4% 2 Cukup 34 41% 3 Kurang 8 9,6% Total 83 100 Berdasarkan tabel 5. dilihat prosentase bahwa hampir setengahnya responden yang pengetahuannya baik sebesar 49,4% (41 responden), dan sebagian kecil pengetahuan responden dengan pengetahuan kategori kurang sebesar 9,6% (8 responden). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penanganan Diare pada Baita di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo No Penanganan Frekuensi Persentase 1 Kurang Benar 25 30,1% 2 Benar 58 69,9% Total 83 100 Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang dapat melakukan penanganan diare dengan benar sebesar 69,9% (58 responden), sedangkan hampir setengahnya responden yang melakukan penanganan diare kurang benar sebesar 30,1% (25 responden). Tabel 7. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Responden dengan Penanganan Diare pada Balita di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo Pengeta huan Respon den Penanganan Jumlah Kurang Benar Benar N % N % N % Baik 0 0 41 49,4 41 49,4 Cukup 17 20,5 17 20,5 34 41 Kurang 8 9,6 0 0 8 9,6 Jumlah 25 30,1 58 69,9 83 100 Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa hampir setengahnya responden yang dapat melakukan penanganan diare kurang benar sebesar 30,1% (25 responden), dengan kategori pengetahuan yang cukup sebesar 20,5% (17 responden) dan yang berpengetahuan kurang sebesar 9,6% (8 responden), sedangkan sebagian besar responden yang dapat melakukan penanganan diare dengan benar sebesar 69,9% (58 responden), dengan rincian responden yang berpengetahuan cukup sebesar 20,5% (17 responden), dan responden yang berpengetahuan baik sebesar 49,4% (41 responden) yang dapat melakukan penanganan diare dengan benar. Pada tabel symmetric measures, dimana harga koefisien kontingensi terlihat pada kolom value adalah 0.582 dan pada kolom Approx. Sig adalah 0,000 atau signifikansi < 0,05, berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima. Artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penanganan diare pada balita. Hal ini berarti makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang dikenal. Seseorang dalam mendapatkan informasi tidak hanya tertuju pada satu media, informasi juga banyak terdapat dalam media cetak dan banyak pula media elektronik yang lain. ## SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan penanganan diare pada balita di Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo, Untuk itu diharapkan petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang pentingnya penanganan diare pada anak sedini mungkin. ## DAFTAR PUSTAKA Akbar Ali 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa dalam Olahraga Futsal, Skripsi, Malang : Universitas Brawijaya Chuluq Chusnul, 2014. Fathoni, & Ariadi Hermanto, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku Pemberian Oralit pada Balita Diare. Di Akses pada tanggal 10 April 2014. Dewi Nanny Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Jakarta: Salemba Medika, Cetakan Ketiga Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Diakses pada tanggal Rabu, 16 April 2014 dari www.depkes.go.id , 2011. Lima Langkah Tuntaskan Diare, Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Buku Saku Petugas Kesehatan : LINTAS LIMA , 2012. Indonesia Profil Kesehatan Di Akses pada tanggal Jumat, 19 April 2014 dari www.depkes.go.id Departemen Kesehatan Provinsi Jatim Tahun 2009. Profil Kesehatan Indonesia Di Akses pada tanggal Senin, 22 April 2014 dari www.depkes.go.id , 2012. Indonesia Profil Kesehatan Provinsi Di Akses pada tanggal Minggu, 12 April 2014 dari www.depkes.go.id Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo 2012. Situbondo: Badan Penerbit Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo. , 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo 2013. Situbondo: Badan Penerbit Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo. Hidayat A, A, 2007. Metode panelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Cetakan Ketiga , 2010. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Muhid Abdul, 2010. Analisis Statistik. Surabaya: Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT) Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta: Perpustakaan Nasional EGC Nursalam, 2008. Konsep & Penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. , 2010. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.s Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jawa Timur, Diakses tanggal 12 April 2014 dari rikesda.co.id , 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jawa Timur, Diakses tanggal 23 April 2014 dari www.rikesda 2013.co.id Saputra Lyndon, 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita Binarupa Aksara Publisher Tangerang selatan.) Suraatmadja Sudaryat, 2005. Gastroenterologi. Jakarta: Sagung Seto Cetakan Pertama Wahyu Rahayu Utaminingsih, 2010. Menjadi Dokter Bagi Anak. Yogyakarta: Cetakan Pertama Wijono Djoko, 2008. Paradigma Dan Metodologi Penelitian Kesehatan. Surabaya. CV. Duta Prima. Nugroho Anton Ayohanes, 2011. Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Creative, Cetakan Pertama
d2b1396d-cddb-411e-a994-d6b3cbeaac21
https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/syariah/article/download/2986/4881
Konsep wakaf telah mengalami per kem- bangan yang cukup signifikan terutama sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 41 Ta hun 2004 tentang Wakaf (dalam tulisan ini di singkat UU Wakaf). Misalnya, benda wakaf tidak lagi hanya didefinisikan dengan tanah yang diwakafkan untuk selama-lamanya (se perti dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 atau Kompilasi Hukum Is lam), tetapi benda wakaf terbagi menjadi ba rang bergerak dan tidak bergerak (pasal 16) serta dapat diikrar- wakafkan untuk jang ka waktu tertentu (pasal ## IMPLEMENTASI NILAI TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM PENGELOLAAN WAKAF DI DOMPET DHUAFA DAN PONDOK PESANTREN TEBUIRENG ## Sudirman Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Email: [email protected] ## Abstrak This study raises the issue of the implementation of Total Quality Management’s values for waqf management. The research aims to investigate the efforts of Dompet Dhuafa and Pondok Pesantren Tebuireng in terms of focus on customers, continuous improvement, and total involvement.The study is a kind of economic research in Islamic law. The data are collected through interview, observation, and documentation. Waqf management carried out by Dompet Dhuafa and Pondok Pesantren Tebuireng are described and analyzed comparatively using Total Quality Management theory as a tool for analysis. The findings of this study are as follows. 1) In the area of focus on customers, Dompet Dhuafa and PP Tebuireng provide sufficient services for customers. 2) In the point of process improvement, Dompet Dhuafa and PP Tebuireng make several efforts to improve their performance. 3) In total involvement, Dompet Dhuafa and PP Tebuireng engage the elements of organizations, including leaders, workers, and partners. Penelitian ini mengangkat masalah pelaksanaan nilai-nilai Total Quality Management untuk manajemen wakaf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya Dompet Dhuafa dan Pondok Pesantren Tebuireng dalam hal fokus pada pelanggan, perbaikan terus- menerus, dan keterlibatan total.Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekonomi dalam hukum Islam. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Waqf manajemen dilakukan oleh Dompet Dhuafa dan Pondok Pesantren Tebuireng diuraikan dan dianalisis relatif menggunakan teori Total Quality Management sebagai alat untuk analisis. Temuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Dalam bidang fokus pada pelanggan, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng menyediakan layanan yang memadai bagi pelanggan. 2) Dalam hal perbaikan proses, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng membuat beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja mereka. 3) Dalam keterlibatan total, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng melibatkan unsur organisasi, termasuk pemimpin, pekerja, dan mitra. Kata Kunci : Total Quality Management, Wakaf Management, Kepuasan Pelanggan. 172 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hlm. 171-186 1). Hal ini menyebabkan pengelolaan wakaf dituntut un tuk lebih serius dan profesional. Mubarok 1 , Fanani 2 , dan Sudirman 3 melaporkan bahwa masyarakat Indonesia semakin sadar tentang wakaf kontemporer, khususnya wakaf produktif dan wakaf uang. Penelitian ini mengangkat isu tentang manajemen mutu terpadu dalam pengelolaan wakaf. Manajemen mutu terpadu dimaksud adalah terjemahan dari Total Quality Ma na- gement (dalam tulisan ini disingkat TQM). TQM merupakan salah satu terobosan ma- na jemen yang umumnya dilakukan oleh pe- rusahaan besar, seperti Xerox, IBM Ro ch ester, dan Motorola, dalam rangka me ning katkan kualitas produk yang pada mu aranya dapat memuaskan konsumen. 4 Pada fase berikutnya, TQM banyak dilirik oleh pe rusahaan penyedia jasa, misalnya FedEx (jasa pengiriman). Oleh karenanya, TQM semakin menjadi sesuatu yang tak terelakkan di era kompetisi global yang kian ketat. Sayangnya, TQM belum banyak di la ku- kan oleh lembaga-lembaga filantropi. Hal ini dibuktikan dengan tidak banyaknya lem baga jenis ini yang berniat menerapkan ma najemen mutu di lingkungannya, apalagi mendaftarkan diri untuk mendapatkan ser ti fikat ISO. Dompet Dhuafa bisa dikatakan se bagai salah satu simbol lembaga filantopi Indonesia yang sukses. Dompet Dhuafa da pat maju karena didukung oleh banyak fak tor, antara lain keberadaannya di ibukota negara dan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas di samping fasilitas yang memadai dan penerapan manajemen mo dern. Para karyawan yang menjadi ujung tom bak manajemen Dompet Dhuafa me ru- pa kan orang-orang yang mempunyai tekad pengabdian tinggi untuk kebangkitan umat. 1 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008). 2 Muhyar Fanani, Berwakaf Tak Harus Kaya, Dinamika Pengelolaan Wakaf Uang di Indonesia, (Semarang: Walisongo Press, 2010). 3 Sudirman, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan Manajemen, (Malang: UIN Maliki Press, 2011). 4 Stephen George and Arnorld Weimerskirch, Total Quality Management, Strategies and Techniques Proven at Today’s Most Successful Companies, (New York: John Wiley and Sons, Inc., 1998), h. vi-vii. Berbeda dengan Dompet Dhuafa, fe no- me na lain dapat ditemukan di PP Tebu ireng. Salah satu lembaga pendidikan Islam ter tua di Jawa Timur ini (berdiri tahun 1889) te lah berhasil mengurus tanah wakafnya dengan baik. Bahkan, hampir seluruh ta nah wakaf itu sudah bersertifikat wakaf. 5 Pengelolaan di bawah satu kendali yang menjadi ciri khas membuat pesantren tersebut terhindar dari sengketa tanah wakaf. Hal ini tentunya layak untuk dicermati secara mendalam. Lebih lanjut, Dompet Dhuafa dan PP Te - buireng dipilih sebagai lokasi penelitian. Beberapa persamaan mendasar yang di ja- dikan alasan untuk mengangkat Dompet Dhu afa dan PP Tebuireng adalah bahwa ke dua lembaga tersebut meskipun berbeda je nisnya (dari sisi lokasi dan fokus kegiatan), keduanya mempunyai sejumlah persamaan. Di antaranya adalah dalam hal bentuk ke na- zhiran, fungsi lembaga, program wakaf pro- duktif, perhatian kepada wakif dan nazhir, adanya program dan evaluasi berkala, dan belum ada sengketa wakaf. Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng di ang kat menjadi kasus penelitian ini karena keduanya mempunyai beberapa kegiatan yang sesuai dengan prinsip TQM. Prinsip yang dimaksud adalah fokus kepada pe langgan, perbaikan proses, dan keterlibatan to tal sebagaimana yang disampaikan Tenner dan DeToro. 6 Misalnya, Dompet Dhuafa te lah melakukan berbagai layanan yang di khu suskan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan eksternal maupun internal. Un tuk pelanggan eksternal, Dompet Dhuafa memberikan layanan jemput wakaf, laporan keuangan berkala, dan informasi online. Adapun untuk pelanggan internal, Dompet Dhuafa memberikan kesejahteraan di atas Upah Minimum Regional (UMR), jaminan kesehatan, dan peningkatan mutu karyawan. Di sisi lain, 5 Wawancara dengan Muhsin Ks, Bendahara Yayasan Hasyim Asy’ari Tebuireng, 28 Maret 2011. Hal ini juga pernah disampaikan oleh pernyataan Shalahuddin Wahid, Pemimpin PP Tebuireng, pada tanggal 29 Juni 2009. 6 Arthur R. Tenner and Irving J. DeToro, Total Quality Management, Three Steps to Continuous Improvement, (Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company, Inc., 1992), h. 32-33. PP Tebuireng melakukan berbagai terobosan untuk memuaskan pelanggan, baik eksternal maupun internal. Untuk pe langgan eksternal, PP Tebuireng membuat naskah bersejarah yang disebut Surat Bagi Budel Damae Keacoran pada tahun 1947, ha nya 3 bulan setelah wakif utama, Hasyim Asy’ari, wafat. Selain itu, PP Tebuireng juga melakukan kunjungan ke keluarga wakif yang masih hidup dan menyelenggarakan doa bersama untuk wakif yang sudah me- ninggal dunia. Adapun untuk pelanggan internal, khususnya para mandor dan petani, PP Tebuireng memberikan insentif dan gaji yang cukup untuk hidup layak. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini kedua lembaga tersebut disoroti lebih detail dalam hal pelaksanaan TQM dengan menggunakan tiga nilai TQM yang ditawarkan Tenner-DeToro. 7 ## Metode Penelitian Penelitian ini mengangkat lebih dari satu kasus, penelitian ini menurut Yin 8 di sebut juga penelitian multikasus ( multiple case study ). Kasus-kasus yang diangkat da lam penelitian ini dimaksudkan untuk men cermati keunikan kasus masing-masing da lam penerapan nilai TQM. Dengan demi kian, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng di pa parkan secara mandiri dan detail untuk men jawab rumusan masalah yang telah ditetapkan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan manajemen, khususnya pendekatan Total Quality Management (TQM). Dengan de mi kian, pengelolaan wakaf di Dompet Dhu afa dan PP Tebuireng dicermati secara sek sama dari cara pandang manajemen yang di landasi nilai TQM. TQM dianggap tepat untuk dijadikan pisau analisis karena TQM merupakan salah satu jenis manajemen yang meniscayakan kepuasan pelanggan sebagai tujuan akhir. Pengumpulan data dalam penelitian ini, sebagaimana dipaparkan oleh Meri am, 9 7 Arthur R. Tenner and Irving J. De Toro, Total Quality Management, h. 33 8 Robert K. Yin, Studi Kasus, Desain & Metode, diterjemahkan oleh M. Djauzi Mudzakir, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 55. 9 Sharan B. Merriam, Qualitative Research, a Guide to meliputi tiga metode utama demi ter kum- pulnya data yang akurat. Metode-me tode yang dimaksud adalah wawancara, ob servasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara komparatif. Pengelolaan wakaf yang di- la kukan oleh Dompet Dhuafa dan PP Te- buireng dipaparkan dan dianalisis secara kom paratif dengan menggunakan teori Total Quality Management sebagai pisau analisis. Analisis komparatif ini disebut Bogdan dan Biklen 10 sebagai constant comparative , yakni se bu ah analisis yang bersumber dari berbagai sumber data dengan analisis formal di awal penelitian dan baru berakhir menjelang data telah terkumpul semuanya. Teori Wakaf dan Total Quality Management Wakaf secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yakni waqafa-yaqifu ( ُفِقَي - َفَقَو ) yang artinya berhenti ,lawan dari kata istamarra ( َّرَمَت ْسِا ) . 11 Wehr 12 mengartikan waqafa sebagai to come to a standstill atau to come to stop . Kata wakaf sering disamakan dengan al-tahbis ( ُسْيِب ْحَّتلا ) atau al-tasbil ( ُلْيِب ْسَّتلَا ) yang bermakna al-h} abs ‘an at-tas}arruf ( ِفُّر َصَّتلا ِنَع ُسْبَ ْلَا ) , yakni mencegah dari mengelola. 13 Dalam literatur bahasa Inggris, wakaf biasa disebut sebagai endowment, endowment fund, atau unalienable property . 14 Adapun secara istilah, wakaf menurut Abu Hanifah dalam al-Hafsaki 15 adalah ِةَعَفْننَمْلاِب ُقُّد َصَّتلاَو ِفِقاَولْا ِكْلِم ىَلَع ِْيَعلْا ُسْبَح yakni menahan harta di bawah naungan pemiliknya disertai pemberian manfaat sebagai Design and Implementation, (San Fransisco: Jossey-Bass, 2009), h. 18. 10 Robert Bogdan and Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: an Introduction to Theory and Methods, (Boston: Allyn and Bacon, 2007), h. 271. 11 Ahmad Warson, al-Munawwir, Kamus Arab- Indonesia, (t.tp.: t.p., 1984), h. 1683. 12 Hans Wehr, Arabic-English Dictionary, the Hans Wehr Dictionary of Modern Written Arabic, (Urbana: Spoken Language Services, 1994), h. 1280. 13 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 7599. 14 Hans Wehr, Arabic-English Dictionary, h. 1280. 15 Alauddin Muhammad bin ‘Ali al-Hafsaki, ad-Dur al-Mukhtar, (t.tp.: t.p., , t.th.), h. 532. 174 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hlm. 171-186 sedekah. Menurut al-Kabisi, 16 definisi yang lebih singkat namun padat ( jami‘ mani‘ ) adalah definisi Ibn Qudamah 17 yang mengadopsi langsung dari potongan hadis Rasulullah, yang berbunyi: اَِب َتْقَّد َصَتَو اَهَل ْصَأ َتْسَبَح َتْئِش ْنِإ ‘menahan asal dan mengalirkan hasilnya’ Hadis tersebut secara jelas dimuat antara lain dalam Sunan at-Turmuzi. 18 Pendapat ini juga menjadi acuan dalam definisi wakaf dalam pandangan Dompet Dhuafa. 19 Selanjutnya, dalam UU Wakaf pasal 1 angka (1), wakaf diartikan sebagai: perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Dengan pesatnya perkembangan zaman, wakaf tidak lagi hanya diasosiasikan pada obyek wakaf berupa tanah, 20 akan tetapi sudah merambah kepada wakaf bentuk lain, seperti benda bergerak berupa uang. Di Indonesia, beberapa jenis wakaf baru telah diakomodasi oleh UU Wakaf. Hal ini merupakan bentuk penyempurnaan konsep wakaf yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam. 21 Perbedaan mendasar antara definisi UU Wakaf dan KHI adalah bahwa wakaf pada masa kini tidak lagi selalu identik dengan pelembagaan harta yang bersifat abadi namun bisa juga untuk jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu, seseorang dapat mewakafkan tanah atau uangnya dalam waktu satu bulan atau satu tahun saja. Ia bisa menarik 16 Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Hukum Wakaf, diterjemahkan oleh Ahrul Sani Fathurrohman (et.al.), (Jakarta, IIMaN Press, 2004), h. 61. 17 ‘Abd ar-Rahman bin Abu ‘Umar ibn Qudamah, asy-Syarh} al-Kabir, (t.tp.: t.p., t.th.), h. 187. 18 Muh}ammad bin ‘Isa at-Turmuzi, Sunan at- Turmuzi, (Kairo: Mauqi‘ Wizarah al-Auqaf al-Mis- riyyah, t.th.), h. 388. 19 Zaim Saidi, “Kemitraan Investasi Wakaf Produk- tif,” Makalah, (Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, 2007), h. 2. 20 Data terakhir per 23 Juli 2009, tanah wakaf di Indonesia berjumlah 2.719.854.759,72 m2 yang tersebar di 451.305 lokasi (Dokumen dari Departemen Agama, 2009). 21 Dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 itu, wakaf masih terbatas pada benda tidak bergerak. kembali hartanya itu menjadi hak miliknya secara penuh seperti semula ketika batas waktu yang disepakati telah terlampaui. Dari beberapa definisi wakaf di atas, dapat disimpulkan bahwa intisari wakaf adalah menjaga dan mengelola pokok harta yang telah diserahkan untuk kepentingan agama dan menyalurkan hasilnya untuk kemaslahatan umat. Wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran Islam. 22 Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan dalam pasal 5 UU Wakaf. Definisi Total Quality Management bermacam- macam. Pengertian TQM yang mudah dicerna dilontarkan oleh Creech 23 yang mendefinisikan TQM sebagai “a total approach to put quality in every aspect of management” (sebuah pendekatan me nye lu ruh untuk meletakkan kualitas di setiap aspek manajemen). Lebih lanjut, Spenley 24 me ngatakan dalam bukunya tentang definisi TQM. “It is a philosophy of management that strives to make the best use of all available resources and opportunities by constant im provement. Total Quality Management is the key business improvement strategy and the key management issue of the future because it is essential for efficiency and competitiveness….”. Dari dua definisi di atas dapat diga ris ba wa hi bahwa baik Creech maupun Spenley meyakini bahwa TQM merupakan salah satu model manajemen yang mengutamakan pen ingkatan kualitas demi terciptanya daya saing yang tinggi. Cara yang dilakukan ada lah dengan memaksimalkan pemanfaatan po tensi dan kesempatan yang dimiliki de ngan melakukan perbaikan berkelanjutan. Hal ini senada dengan pendapat Tjiptono dan Diana 25 yang 22 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007) 23 Bill Creech, The Five Pillars of TQM, How to Make Total Quality Management Works for You, (New York: The Pinguin Groups, 1994), h. 7. 24 Paul Spenley, Total Quality Management, the Key to Business Improvement, (London: Chapman & Hall, 1994), h. 3. 25 Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi, 2003), 120. memaknai TQM sebagai “su atu pendekatan dalam menjalankan usa ha yang mencoba untuk memaksimalkan da ya saing organisasi melalui perbaikan te rus-menerus atas produk, jasa, manusia, pro ses, dan lingkungannya.” Dari sini dapat disimpulkan bahwa TQM merupakan sebuah model manajemen yang mengandalkan per baikan terus-menerus dan pelibatan seluruh ele men organisasi demi tercapainya mutu yang sudah ditetapkan untuk kepuasan pe langgan. Untuk menerapkan TQM secara praktis, ada baiknya dipaparkan di sini 14 poin manajemen yang dirumuskan Deming 26 dalam rangka merancang transformasi manajemen yang berkualitas. Deming sebagai salah satu pencetus TQM dalam bukunya Out of the Crisis menulis 14 poin penting untuk menjaga keberlangsungan mutu. Butir-butir tersebut adalah sebagai berikut: (a) Penciptaan tujuan yang mantap ke arah perbaikan barang atau jasa dengan tujuan menjadi lebih kompetitif; (b) Pengadopsian cara berfikir baru, misalnya transformasi manajemen; (c) Penghentian ke tergantungan pada inspeksi masal untuk memperoleh kualitas; (d) Penghentian prak- tik bisnis dengan hanya bergantung pa da harga. Hal ini bisa dilakukan dengan membina hubungan jangka panjang dengan pemasok yang berdasarkan kesetiaan dan kepercayaan; (e) Peningkatan perbaikan te rus-menerus pada sistem produksi dan pelayanan sehingga dapat meningkatkan ku alitas dan menurunkan biaya; (f) Pelem ba gaan pelatihan kerja; (g) Pelembagaan kepemimpinan; (h) Penghapusan ketakutan sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif; (i) Penghapusan hambatan-hambatan di antara departemen, (j) Penghapusan slogan, desakan, dan target kepada karyawan; (k) Penghapusan kuota produksi kerja dan manajemen serba sasaran; (l) Penghapusan penghalang yang merampas para pekerja dari hak kebanggaan kerja; (m) penghapusan penghalang yang merampok orang-orang yang berada dalam manajemen dan rekayasa dari hak kebanggaan kerja; (n) Pelembagaan 26 W. Edwards Deming, Out of the Crisis, (Cambridge: MIT Press, 2002), h. 23-24. program pendidikan dan pengembangan diri secara serius; (o) Penggerakan setiap orang untuk mencapai transformasi di atas. Sedikit berbeda dengan Deming, Tenner- DeToro 27 mengemukakan tiga prinsip utama dalam TQM. Ketiga hal tersebut adalah: (a) Fokus kepada pelanggan (focus on cus to- mer ). Maksudnya adalah perhatian se buah organisasi atau institusi terhadap pe langgannya baik internal maupun eksternal. K u alitas didasarkan kepada konsep bahwa setiap orang mempunyai pelanggan. Ke i nginan dan harapan pelanggan harus di pe nuhi setiap saat oleh sebuah organisasi. Oleh sebab itu, untuk menentukan keinginan pe langgan, sejumlah analisis harus dilakukan agar tidak salah langkah; (b) Perbaikan pro ses ( process improvement ) yang terus-menerus. Kon sep peningkatan kualitas secara terus-menerus berawal dari asumsi bahwa se bu ah hasil kerja merupakan akumulasi da ri serangkaian langkah kerja yang saling ter kait hingga muncullah output. Perhatian yang berkelanjutan terhadap setiap langkah da lam proses kerja merupakan satu hal yang harus dilakukan demi mengurangi output yang berbeda-beda dan meningkatkan keterpercayaan proses. Tujuan pertama dari perbaikan yang berkesinambungan ada lah proses yang tepercaya dalam artian bah wa output yang dihasilkan setiap waktu akan sama dan sesuai dengan standar yang di tentukan. Apabila variasi output telah di perkecil namun hasilnya belum dapat diterima, tujuan kedua dari perbaikan proses adalah mendesain ulang proses produksi sehingga memperoleh hasil yang lebih baik dan sesuai dengan harapan pelanggan; (c) Keikutsertaan total ( total involvement ). Pen dekatan ini dimulai dengan adanya pe mimpin yang aktif dari manajemen senior dan mencakup usaha untuk menggunakan ke ahlian karyawan dari organisasi tersebut untuk meraih keuntungan persaingan di pa sar. Karyawan di setiap jenjang diberi bekal untuk meningkatkan hasil kerja dengan be kerja sama dalam struktur bekerja yang flek sibel dalam penyelesaian masalah, pening katan proses, 27 Arthur R. Tenner and Irving J. De Toro, Total Quality Management, h. 33 176 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hlm. 171-186 dan memberikan kepuasan pa da pelanggan. Begitu pula mitra kerja luar ha rus dilibatkan secara aktif dengan bekerja sama dengan karyawan yang terdidik untuk memberikan keuntungan bagi organisasi. Dari uraian di atas, penulis cenderung me milih pendapat Tenner-DeToro untuk di- jadikan sebagai pisau analisis untuk men cermati pengelolaan wakaf di Dompet Dhu afa dan PP Tebuireng. Pemilihan ini bukan bermaksud merendahkan teori yang lain melainkan demi memudahkan penulis untuk mengalisis data yang terkumpul. Dengan meng gunakan ketiga prinsip tersebut, ana lisis pengelolaan wakaf dirasa lebih mudah dan fokus. Total Quality Management untuk Wakaf: Pengalaman Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng Mengingat perlunya manajemen wakaf yang baik sebagaimana sering diungkap para pendukung manajemen filantropi seperti Su- dewo, 28 Tulus dkk, 29 dan Wadjdy-Mursyid, 30 pe nelitian ini mengangkat kasus Dompet Dhu- afa dan PP Tebuireng sebagai dua lem baga yang mendapat penilaian sebagai lem ba ga yang sukses dalam pengelolaannya. Be ri kut ini dipaparkan sejumlah usaha pe ngembangan wakaf yang telah dilakukan oleh kedua lembaga tersebut. ## Terobosan Dompet Dhuafa dalam Pengelolaan Wakaf Dompet Dhuafa lahir tahun 1993 dan awal nya hanya menjaring donasi dari pintu zakat infak dan sedekah. Kemudian, tahun 2001, Dompet Dhuafa mengembangkan di ri dengan membuka pintu penjaringan dana wakaf. Dari tahun ke tahun, jumlah wakaf uang yang mereka terima mengalami peningkatan yang cukup tajam. Oleh sebab itu, demi suksesnya pengelolaan aset wakaf tersebut, Dompet Dhuafa mendirikan sebuah jejaring 28 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004). 29 Tulus dkk., Nazhir Profesional dan Amanah, (Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005). 30 Farid Wadjdy dan Musyid, Wakaf & Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang Hampir Terlupakan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). khusus yang fokus untuk menangani wakaf meskipun masih harus berkoordinasi secara intensif dengan Dompet Dhuafa. Lembaga itu bernama Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang berdiri tahun 2005. TWI yang merupakan salah satu lembaga baru terus mencari bentuk. Beberapa kali bongkar pasang pengurus termasuk tugas dan kewajibannya sering berubah-ubah sei- ring dengan perkembangan Dompet Dhu afa. Pada bentuk struktur terbaru, TWI di be ri tugas sebagai jejaring Dompet Dhuafa yang berkhidmad untuk mengelola seluruh aset Dompet Dhuafa. Bahkan, dalam sebuah pernyataannya presiden direktur Dompet Dhuafa, Ismail A. Said, TWI ke depan akan menjadi salah satu lembaga yang kaya ka rena seluruh aset Dompet Dhuafa akan di bawah kendalinya. Untuk mengukuhkan posisi Dompet Dhuafa sebagai pengelola dana umat yang berkualitas, Dompet Dhuafa berhasil mendapatkan sertifikat ISO. Lembaga ini sudah memulai menata diri sejak tahun 2001 dan baru berhasil memperoleh sertifikat ISO9001:2008 pada awal tahun 2011. Se ti dak nya dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk mewujudkan lembaga yang bermutu. Ini menunjukkan bahwa perbaikan terus-me- nerus merupakan salah satu kunci ke ber hasilan sebuah lembaga sebagaimana di te gaskan oleh Sallis 31 bahwa perbaikan se ca ra terus-menerus merupakan cara tepat untuk mewujudkan TQM. Dengan sertifikat itu, citra Dompet Dhuafa sebagai lembaga pe ngelola dana umat termasuk wakaf semakin mantap. Kegiatan Dompet Dhuafa selalu di dasarkan kepada manual mutu yang telah me reka buat. Dari uraian di atas dapat diketahui bah wa Dompet Dhuafa telah melakukan pe ng elolaan secara profesional dengan me lan das kan diri pada standar ISO. Meskipun ISO bu- kan jaminan bahwa sebuah lembaga telah me miliki budaya mutu yang sempurna, na- mun dengan dimilikinya sertifikat ISO me- nunjukkan bahwa Dompet Dhuafa telah be- 31 Edward Sallis, Total Quality Management in Education, diterjemahkan oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, (Yogyakarta: Ircisod, 2010), h. 76. Sudirman, Implementasi Nilai Total Quality Management dalam... | 177 rusaha memenuhi kriteria mutu yang menjadi dasar penilaian tim sertifikasi ISO. Dengan ISO, sebagaimana pendapat Sonhadji, 32 sebuah lem baga sudah berusaha untuk menerapkan TQM di lingkungannya. Dengan demikian, Dompet Dhuafa berpeluang untuk menjadi institusi maju yang siap berkompetisi dalam persaingan global di kemudian hari. ## Terobosan PP Tebuireng dalam Pengelolaan Wakaf Berbeda dengan Dompet Dhuafa, PP Te- buireng telah mengelola wakaf sejak pe santren ini berdiri di akhir abad ke-19, te patnya tahun 1899. Waktu itu, PP Tebuireng dibangun di atas tanah milik Hasyim Asy ’ari yang akhirnya diwakafkan. Wakaf pe santren ini terus berkembang hingga ter sebar di 9 lokasi. Di antaranya adalah ta nah wakaf di Jombok dan Kwaron yang ber beda kecamatannnya dengan Tebuireng. Penjaminan tanah wakaf pesantren ini sudah dimulai dengan disusunnya Surat Bagi Budel Damae Keacoran di awal kepemimpinan Wa hid Hasyim tahun 1947. Gaya khas pesantren yang diusung PP Tebuireng menjadikan pengelolaan wakaf di pesantren ini nampak unik. Dibandingkan dengan pesantren pada umumnya, PP Te- buireng tergolong sukses dalam mengelola wakaf. Hal ini terbukti dengan semakin berkembangnya aset dan pemanfaatan tanah wakaf yang dimiliki. Dari sisi kuantitas aset wakaf, PP Tebuireng hingga tahun 2011 mem- punyai tanah wakaf seluas 43,5 Ha. Tidak kurang dari 13 gedung baru dibangun di atas tanah wakaf untuk pengembangan pen didikan dan dana yang digunakan pun mayoritas dari wakaf sejumlah tokoh ma syarakat. Perbandingan Implementasi Nilai TQM dalam Wakaf: Pengalaman Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng Perbandingan Fokus kepada Pelanggan Bagian ini memaparkan perbandingan Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng dalam 32 Ahmad Sonhadji, K.H., “Penerapan Total Quality Management dan ISO dalam Pendidikan Teknik,” Jurnal Ilmu Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1999), h. 3-10. hal fokus kepada pelanggan dengan me ni- tikberatkan pada keunikan masing-masing. Ini merupakan nilai pertama dalam teori Ten ner-DeToro. Berdasarkan pengamatan prak tik fokus kepada pelanggan, ditemukan persamaan-persamaan dan juga perbedaan- perbedaan pengelolaan wakaf antara Dom pet Dhuafa dan PP Tebuireng. Sejumlah per samaan dan perbedaan itu antara lain adalah se bagai berikut. ## Definisi Pelanggan Saat mengartikan pelanggan, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng sepakat bahwa pelanggan adalah orang-orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan wakaf. Hal ini dapat dicermati dalam manual mutu Dompet Dhuafa yang mengidentifikasi pelanggan sebagai wakif, mauquf alaih, dan mitra kerja. Adapun PP Tebuireng lebih memberikan makna lebih flek- sibel yakni semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan wakaf. Dari sini dapat ditangkap persamaannya bahwa Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng memberikan apre siasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan wakaf sebagai pelanggan. Meskipun begitu, di sisi lain, definisi pe- langgan bagi Dompet Dhuafa nampaknya lebih cenderung kepada pelanggan eksternal. Pa dahal, sebagaimana diungkap oleh Bank 33 dan Juran, 34 perhatian kepada pelanggan in- ternal dan ekternal harus imbang dan seiring sejalan untuk mewujudkan TQM. Meskipun begitu, patut dimengerti bahwa tujuan utama fokus kepada pelanggan adalah pelayanan yang prima kepada pelanggan eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa pelanggan in ter nal tidak diperlukan. Maksud perhatian le bih kepada pelanggan eksternal adalah bah wa mereka mempunyai peran penentu ba gi laku tidaknya produk atau layanan yang diberikan. Misalnya, ketika Dompet Dhu afa meluncurkan program wakaf tunai namun tidak ada donatur yang 33 John Bank, the Essence of Total Quality Management, (Essex: Pearson Education Limited, 2000), h. 26. 34 J.M. Juran, Juran on Quality by Design, the New Step for Planning Quality into Goods and Services, (New York: The Free Press, 1992), h. 8. 178 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hlm. 171-186 tertarik, ma ka program itu dengan sendirinya akan ga gal dan ditutup. Oleh sebab itu, definisi pe langgan bagi Dompet Dhuafa lebih me ne- kan kan kepada konsumen produk yang dibuat ketimbang kepada produsen program. Hal ini berbeda dengan PP Tebuireng. Lembaga ini memang sejak awal tidak terlalu mempermasalahkan klasifikasi pelanggan. Bagi PP Tebuireng, hal terpenting adalah ba- gaimana mereka bisa menjaga amanat wakif yang sudah mempercayakan asetnya kepada mereka. Pelanggan dalam artian konsumen wa kaf bagi PP Tebuireng sama pentingnya de ngan produsen program wakaf. Sebabnya adalah program wakaf di Tebuireng masih ter batas pada wakaf aset atau tanah. Sirku lasi dana dan aset wakaf tidak secepat Dom pet Dhuafa sehingga perhatian kepada pelanggan eksternal dianggap sejajar dengan per hatian kepada pelanggan internal. Perha ti an secara finansial diberikan kepada pe lang gan internal yang benar-benar bekerja seperti mandor dan petani. Adapun perhatian kepada para nazhir, PP Tebuireng belum mengalokasikan dana besar untuk mereka karena tugas dan tanggung jawabnya belum dilaksanakan secara maksimal. ## Pelayanan kepada Pelanggan Eksternal Dalam hal pelayanan kepada pelanggan eksternal, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng sama-sama fokus kepada wakif. Wakif bagi keduanya adalah sumber aset yang vital. Tanpa wakif, Dompet Dhuafa tidak akan da- pat membangun berbagai fasilitas gedung, perkantoran, ruko, dan bahkan rumah sakit untuk dhuafa. Begitu pula bagi PP Tebuireng, tanpa wakif, pesantren ini tidak akan pernah terwujud. PP Tebuireng lahir dari niat ikhlas Hasyim Asy’ari untuk mengembangkan pen didikan Islam dengan rela mewakafkan sebagian besar kekayaannya. Rumah kedia- man nya menjadi rumah pusaka yang hanya boleh ditinggali oleh pengasuh pesantren. Ketika seorang pengasuh telah wafat, maka keluarganya harus mencari tempat tinggal di luar pesantren karena rumah itu akan didiami oleh pengasuh berikutnya. Dengan demikian, posisi wakif bagi Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng memegang peranan penting dalam keberlanjutan wakaf yang mereka kelola. Persamaan lain antara kedua lembaga itu adalah bahwa kepuasan wakif adalah pri oritas utama. Dompet Dhuafa dengan manajemen modernnya membuat manual mutu yang diharapkan mampu memberikan kepuasan bagi wakif. Dompet Dhuafa mem punyai perangkat staf yang bertugas sebagai Customer Relation Management (CRM). Se tiap hari, tugas CRM adalah melakukan ber bagai pelayanan agar pelanggan merasa dihargai, dihormati, dan diperhatikan kepen ti ngan nya. Berbagai upaya CRM dilakukan demi men jalin komunikasi yang baik dengan pe langgan. Majalah Swara Cinta, internet, dan media komunikasi lainnya dimanfaatkan be tul untuk tujuan ini. Kunjungan ke rumah wakif juga dianggap langkah jitu untuk membuat wakif merasa dilayani. Meskipun beda responnya, PP Tebuireng juga melakukan hal serupa. Petugas yang menjadi nazhir wakaf berusaha meng ko munikasikan perkembangan wakaf kepada para wakif. Hingga tahun 2011, wakif yang masih hidup hanya satu orang, yakni Ghazali yang sudah berumur sekitar 80 tahun. Nazhir menunjuk sejumlah pekerja yang mengolah tanah sawah yang mendominasi wakaf di PP Tebuireng. Selain itu, PP Tebuireng mem berikan penjelasan kepada para wakif tentang hasil pengelolaan sawah yang me re ka wakafkan. Selain persamaan di atas, ada sejumlah perbedaan antara keduanya. Dompet Dhu- afa yang mulai menerima wakaf sejak tahun 2001 telah mempunyai donatur di tahun 2011 tidak kurang dari 3700 orang yang te lah mempercayakan milyaran rupiah ke pa da lembaga ini. Otomatis, pelayanan ke pa da pelanggan eksternal lebih intensif dan masif ketimbang PP Tebuireng. Segala teknologi digunakan oleh Dompet Dhuafa untuk memudahkan wakif berwakaf dan berkomunikasi. Ini tentunya tidak di te mu kan di PP Tebuireng. PP Tebuireng saat ini masih belum mengelola wakaf uang se hingga fokus kepada pelanggan eksternal ti dak perlu dilakukan setiap hari dengan me nunjuk petugas khusus untuk itu. Kantor yang digunakan sebagai markas pengelolaan wakaf pun masih bergabung dengan kantor yayasan. Kenyataan ini tentu saja kurang te pat jika dibanding dengan Dompet Dhuafa yang mempunyai fasilitas kantor khusus untuk wakaf yang lengkap dengan sarana-prasarananya. Perlu ditekankan di sini bahwa meskipun PP Tebuireng belum semaju dan secanggih Dompet Dhuafa dalam mengelola wakaf, lembaga ini mempunyai kelebihan yang sulit untuk ditandingi oleh Dompet Dhuafa, yakni tradisi mendoakan wakif pada waktu-waktu tertentu. Setiap malam Jumat, sebagai contoh, seluruh santri di PP Tebuireng melakukan tahlilan berjamaah yang antara lain bertujuan untuk mendoakan para wakif, baik yang sudah meninggal maupun yang masih hi dup, agar amal ibadah mereka diterima dan hi dup bahagia dunia akhirat. Tradisi ini su dah lazim mereka lakukan sebagai tanda te rima kasih kepada para wakif, terutama yang berperan serta membesarkan pesantren hingga maju seperti saat ini. Pada poin ini, jika ditinjau dari nilai TQM versi Tenner-DeToro, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng boleh dikatakan sudah melaksanakan TQM dalam hal fokus kepada pelanggan eksternal. Bentuk perhatian ke pada pelanggan jenis ini bisa berbeda ter gan tung besar-kecilnya lembaga atau banyak-se dikitnya pelanggan. Lembaga seperti Dom pet Dhuafa yang mempunyai aset wakaf yang besar dan jumlah wakif yang banyak me lakukan pelayanan intensif untuk mereka. Berbeda dengan itu, PP Tebuireng belum per lu menyediakan tenaga khusus setiap ha ri dalam melayani pelanggan eksternal. De ngan cara tersebut pun pelanggan sudah merasa cukup puas. Hal ini sesuai dengan per- nyataan Deming bahwa TQM dapat di terapkan di lembaga kecil atau besar, ter masuk lembaga yang tidak berorientasi pro fit. ## Pelayanan kepada Pelanggan Internal Pelanggan internal mempunyai posisi pen- ting bagi Dompet Dhuafa dan PP Te bu ireng. Keduanya merupakan tulang pung gung pengelolaan wakaf. Bagi Dompet Dhu afa, pelanggan internal meliputi seluruh pim pinan dan karyawan yang bekerja keras mem besarkan lembaga. Khusus untuk wakaf, pelanggan internal Dompet Dhuafa adalah para pengelola TWI dari posisi direktur yang mulai 14 Juli 2011 dipegang oleh Urif Bu dianto hingga karyawan kebersihan. Para pengurus TWI memang tidak bisa berdiri sendiri. Mereka tetap membutuhkan pihak lain dari keluarga besar Dompet Dhuafa. Mi salnya, ketika mereka ingin melakukan pe- layanan kepada pelanggan internal, mereka ha rus berkoordinasi dengan staf CRM. Jika tidak, tentu akan terjadi kesimpangsiuran ma na jemen yang berakibat pada menurunnya kinerja lembaga. Adapun untuk PP Te bu i reng, pelanggan internalnya adalah se lu ruh pengurus Yayasan PP Tebuireng, mu lai dari pengasuh hingga para anggota bi dang-bidang kegiatan. Dalam hal wakaf, pe langgan internalnya adalah para pengurus Ba dan Pengelola Wakaf yang diketuai Eddy Yus wan. Perhatian kepada pelanggan internal untuk Dompet Dhuafa meliputi antara lain kesejahteraan karyawan, jaminan kesehatan, dan peningkatan mutu karyawan. Gaji yang diterima setiap bulan dirasa cukup untuk hidup selama satu bulan. Hal ini disebabkan oleh jumlah penerimaan setiap bulan sudah berada di atas UMR. Jaminan kesehatan cukup mudah bagi Dompet Dhuafa karena Dompet Dhuafa mempunyai lembaga yang bergerak di bidang kesehatan, yakni LKC dan RST. Adapun untuk PP Tebuireng, kesejahte ra an karyawan sudah mendapat perhatian. Namun untuk jaminan kesehatan dan pe ning katan mutu karyawan nampaknya be lum masuk daftar prioritas. Hal ini karena karyawan tetap PP Tebuireng yang khusus menangani wakaf masih sedikit. Rata-rata pengurus wakaf adalah orang-orang yang sudah mempunyai pekerjaan rutin la in. Misalnya, Muhsin Ks yang ditunjuk se ba gai wakil bendahara yayasan sekaligus ko ordinator wakaf harus melaksanakan tugas se bagai Pembantu Rektor II Universitas Ha- syim Asy’ari. Hal serupa juga dialami para pe ngurus yang lain. Justru, jumlah petugas 180 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hlm. 171-186 lapangan yang menangani pengelolaan la han persawahan lebih banyak. Oleh sebab itu, kesejahteraan karyawan, khususnya pe tu gas lapangan, lebih mendapat perhatian dari nazhir PP Tebuireng. Adapun un tuk para nadhir sendiri, mereka tidak men dapatkan bagian kecuali sedikit dari pe nge lolaan wakaf karena mereka secara otomatis sudah mendapat gaji dari yayasan sesuai dengan tugas utamanya. Tiadanya alokasi kesejahteraan bagi nazhir di PP Tebuireng dirasa cukup masuk akal karena mereka ha nya bekerja paruh waktu dan tidak kontinyu dalam mengelola wakaf yang masih terbatas pa da wakaf tanah. Dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng telah memberikan pelayanan yang cukup kepada pelanggan internal meskipun tidak seserius pelayanan kepada pelanggan eksternal. Jika dilihat dari pendapat Bank yang mengatakan bahwa pelanggan internal dan eksternal ha rus diberi perhatian seimbang, maka Dom pet Dhuafa dan PP Tebuireng masih belum dikatakan sepenuhnya melakukan TQM. Pembedaan layanan pelanggan yang cukup ber beda antara pelanggan eksternal dan in ternal seharusnya tidak boleh terjadi. Ka laupun harus terjadi, layanan pelanggan in ternal seharusnya tidak terlalu jauh di ban dingkan layanan kepada pelanggan ekst er nal. Hal ini disebabkan oleh alasan bahwa tan pa pelanggan internal yang bekerja keras, la yanan yang baik untuk pelanggan eksternal tidak akan pernah terjadi. Dengan demikian, dalam implementasi TQM, kedudukan pe langgan internal harus sama dengan ke du dukan pelanggan eksternal. ## Perbandingan Perbaikan Proses Secara umum, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng telah melakukan sejumlah te- robosan untuk melakukan perbaikan pro ses sebagaimana nilai TQM yang kedua versi Tenner-DeToro. Di antaranya ada lah perluasan dan pemeliharaan aset, trans paransi dana, dan perbaikan kinerja. ## Perluasan dan Pemeliharaan Aset Baik Dompet Dhuafa maupun PP Te- buireng telah melakukan berbagai upaya un- tuk meningkatkan jumlah aset wakaf. Dompet Dhuafa yang lebih fokus kepada wakaf uang setiap tahunnya berhasil mengumpulkan dana wakaf yang jumlahnya bisa mencapai mil yaran rupiah, terlebih saat ini sedang mem bangun Rumah Sehat Terpadu yang sangat modern. Bangunan fasilitas kesehatan untuk dhuafa itu per-Juni 2011 sudah ber hasil mengumpulkan dana sebesar Rp 39.000.000.000,-. Ini sebuah bukti bahwa Dom pet Dhuafa telah dipercaya sebagai lem baga yang kompeten mengelola wakaf. Demi pengelolaan yang lebih profesional, Dom pet Dhuafa mendirikan Tabung Wakaf In donesia yang bertugas khusus menangani aset wakaf Dompet Dhuafa. Di sisi lain, PP Tebuireng telah berhasil mensertifikatkan tanah wakaf serta mem pro- duktifkannya. Dibuatnya Surat Budel Damae Keancoran adalah salah satu penguat argumentasi bahwa wakaf di Tebuireng sudah mendapat perhatian serius dari ke lu arga besar pendiri PP Tebuireng. Hal itu dilanjutkan dengan sertifikasi tanah wa kaf yang jumlahnya puluhan hektar. Ini adalah langkah maju PP Tebuireng di saat banyak tanah wakaf milik pondok pesantren lain yang tidak jelas statusnya. Kebijakan untuk tidak memperkenankan ahli waris atau tenaga pengajar pondok mendirikan ba ngunan rumah di area tanah wakaf ru pa nya cukup efektif untuk menghindari peng gu naan tanah wakaf untuk kepentingan pri ba di. ## Transparansi Dana Dalam hal transparansi keuangan, Dom pet Dhuafa mempunyai sistem keuangan yang terbuka dan mudah diakses. Laporan ke- uangan setiap bulan yang selalu dicantumkan dalam majalah Swara Cinta dan termuat di situs Dompet Dhuafa cukup memudahkan bagi wakif untuk mendapatkan kepastian penggunaan dana mereka. Tim audit in ter- nal dan eksternal memperkuat akurasi dan transparansi dana dan aset wakaf yang dikelola Dompet Dhuafa beserta TWI. Berbeda dengan itu, PP Tebuireng ti dak memiliki fasilitas khusus untuk mem publikasikan arus keuangan pengelolaan wakaf. Sebagaimana beberapa kali disam pai kan di beberapa tempat dalam tulisan ini, wakaf yang dikelola PP Tebuireng adalah wakaf tidak bergerak berupa tanah yang tidak membutuhkan penanganan yang rumit. Manajemen wakafnya pun masih menyatu dengan manajemen pesantren. Meskipun be gitu, bukan berarti laporan keuangan wa kaf di PP Tebuireng tidak ada. Informasi ter sebut dapat diakses langsung di bagian keuangan pesantren. Mereka dengan senang hati menyampaikan laporan keuangan secara rinci. Jika urusan tranparansi dana di Dompet Dhuafa dilengkapi dengan auditor eksternal independen, urusan tranparansi dana di PP Tebuireng cukup ditangani oleh auditor internal yang terdiri dari pengawas dan bagian keuangan. ## Perbaikan Kinerja Untuk hal ini, Dompet Dhuafa telah me miliki manual mutu yang dijadikan se bagai pedoman beraktifitas. Lembaga ini su dah membuat ukuran tertentu sebagai indi kator keberhasilan kinerja mereka. Ber be da dengan hal itu, PP Tebuireng belum mem buat manual mutu untuk pedoman kinerja mereka. Mungkin, hal ini memang belum di perlukan untuk pengelolaan wakaf di lembaga ini karena aktifitas pengelolaan wa kaf tidak diformat secara kaku. Walaupun be gitu, PP Tebuireng berkomitmen untuk me- ngembangkan wakaf secara profesional dengan manajemen yang lebih pasti. Ketika nanti PP Tebuireng mengembangkan program wakaf uang, niscaya sistem penjaminan mutu seperti yang sudah dilaksanakan Dompet Dhuafa akan dirancang. Lembaga yang sudah menerapkan sistem kerja profesional dalam bidang pengelolaan dana umat di PP Tebuireng adalah Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT). Lembaga ini merupakan lembaga independen di ba wah naungan yayasan yang bertugas me ngelola dan menyalurkan dana zakat, in fak, dan sedekah. Dana LSPT paling besar ber sumber dari kotak amal para peziarah ma kam Gus Dur yang jumlahnya berkisar an tara Rp 15.000.000 - 25.000.000,- setiap bu lannya. Pernah dalam satu bulan, jumlah uang dalam kotak-kotak amal itu mencapai Rp 70.000.000,-. Dana tersebut belum di man faatkan untuk kegiatan produktif. Program ung gulan yang sekarang sedang mereka garap adalah program beasiswa santri, yatim piatu, dan santunan untuk guru. Dilihat dari sisi implementasi TQM, pada poin ini Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng telah melakukan perbaikan proses. Perbaikan proses seperti dikatakan oleh Tenner-De To ro memang harus dilakukan secara terus-me- nerus. Tujuan utama perbaikan proses ini adalah untuk memberikan standar mu tu yang stabil dan menjadi acuan dalam me- rancang program baru. Dalam kasus Dompet Dhuafa, perbaikan proses mulai serius di la- kukan sejak tahun 2001 ketika lembaga ini ingin mengajukan permohonan sertifikat ISO. Dengan kesungguhan dan kerja ke ras, akhirnya Dompet Dhuafa berhasil mem peroleh sertifikat ISO secara lengkap di awal tahun 2011. Di sisi lain, PP Tebuireng juga te lah melakukan perbaikan proses dengan melakukan antara lain penjaminan aset wakaf agar tidak hilang dengan sistem sertifikasi ta nah wakaf. Sebelum itu, Surat Bagi Budel Da mae Keacoran tahun 1947 menjadi bukti ke hati-hatian pengelola wakaf PP Tebuireng da lam memperbaiki sistem penjaminan aset wa kaf. ## Perbandingan Keterlibatan Total Perbandingan keterlibatan total di Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng dapat diuraikan sebagai berikut. ## Kepemimpinan Keterlibatan pimpinan, baik di Dompet Dhuafa maupun di PP Tebuireng, cukup be sar. Mereka memanfaatkan posisi terhormat me reka untuk menjalin komunikasi dengan pihak lain yang potensial memberikan da na wakafnya. Meskipun dengan gaya ke pemimpinan yang berbeda, pemimpin lem baga Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng telah dapat melaksanakan 182 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hlm. 171-186 peran mereka secara efektif dalam pengelolaan wakaf. ## Loyalitas Karyawan Kalau loyalitas karyawan di Dompet Dhu afa lebih cenderung dipengaruhi oleh kesejahteraan yang mereka terima, tidak se- perti halnya di PP Tebuireng. Tradisi pe santren yang mengagungkan kiai membuat kar yawan yang bekerja untuk pesantren ti dak terlalu mempedulikan kesejahteraan me reka. Mereka hanya menerima gaji de ngan standar yang dibuat pesantren tanpa ada penolakan atau bantahan. Sikap mereka se perti ini disebabkan adanya harapan lain di luar materi, yakni keberkahan dan doa da ri para kiai dan santri. ## Keterlibatan Mitra Kerja Mitra kerja di Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng adalah salah satu ujung tombak keberhasilan program yang mereka buat. Tanpa mereka, program wakaf produktif TWI yang mengharuskan keterlibatan mitra kerja seperti pedagang di ruko-ruko tidak akan berhasil. Oleh sebab itu, kerjasama yang baik antara pemilik aset wakaf dengan pe ngelola wakaf di lapangan tetap menjadi per hatian penting. Begitu pula dalam kasus pengelolaan lahan pertanian PP Tebuireng, peran mitra kerja yang dalam hal ini para petani menjadi penentu keberhasilan usaha pemberdayaan aset wakaf. Para nazhir atau pengurus wakaf tidak akan mungkin atau setidaknya cukup sulit untuk mengelola langsung aset wakaf. Oleh karena itu, keterlibatan total mitra kerja menjadi suatu keniscayaan demi mewujudkan TQM dalam wakaf. Pada nilai keterlibatan total yang me ru- pakan nilai TQM ketiga menurut Tenner- DeToro, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng sama-sama sudah melibatkan berbagai ele men lembaga dari pimpinan hingga mitra kerja untuk mendukung pengelolaan wakaf yang baik. Meskipun begitu, keterlibatan ele men lembaga Dompet Dhuafa lebih banyak dan dinamis ketimbang PP Tebuireng. Hal ini disebabkan oleh situasi pengelolaan wakaf yang memang berbeda. Jika Dompet Dhuafa me ngelola wakaf sebagai aktifitas harian de- ngan TWI sebagai ujung tombaknya, tidak de mikian halnya PP Tebuireng. Pengelolaan wakaf khususnya wakaf tanah di PP Te bu ireng merupakan aktifitas sampingan yang bisa dikerjakan sebagai tambahan tugas kecuali para mitra kerja yang harus me nge lola tanah sawah dalam periode ter tentu. Pimpinan atau pengelola wakaf PP Te bu ireng nampaknya belum mencurahkan se ku at tenaga untuk mengembangkan aset wa kaf. Dari perbandingan tiga unsur utama TQM berdasarkan teori Tenner-DeToro, dapat disimpulkan bahwa Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng memiliki kepedulian dan perhatian yang cukup kepada pe lang gan, perbaikan proses, dan pelibatan to tal pengelola. Meskipun begitu, tidak di pung kiri bahwa Dompet Dhuafa dalam beberapa faktor memiliki keunggulan dan PP Te bu i reng juga unggul pada faktor yang lain. Mi salnya, Dompet Dhuafa memiliki prosedur mu tu yang jelas dan standar pelayanan yang terstruktur. Setiap wakif mendapatkan per hatian yang seimbang karena petugas yang bertanggung jawab akan memberikan pelayanan yang memang sudah ditentukan sebelumnya, seperti pengiriman majalah dan bukti pembayaran. Di sisi lain, PP Tebuireng memiliki kekuatan loyalitas karyawan yang solid. Mereka bekerja sesuai tugas masing- masing namun tidak selalu beroreintasi ke pada gaji yang mereka terima. Semangat pe ngabdian kepada pesantren menjadi salah sa tu spirit yang perlu dipertahankan demi ter capainya kepuasan wakif. Dari sini dapat disimpulkan bahwa TQM sudah ada di Dom- pet Dhuafa dan PP Tebuireng dengan variasi implementasi yang berbeda. Hal ini menurut Deming adalah sah-sah saja karena TQM tidak memiliki format yang kaku dan bisa di terapkan di berbagai lembaga, baik besar dan kecil, dengan catatan lembaga tersebut te lah menjadikan pelanggan sebagai fokus da lam kegiatan mereka. Dengan semangat ni lai TQM yang sudah dilakukan, lambat laun lembaga tersebut akan mempunyai bu daya mutu yang sudah menyatu dengan ke hidupan seluruh elemen lembaga. Setiap orang dapat bekerja dengan senang hati untuk mewujudkan pekerjaan yang bermutu tanpa paksaan dari pihak-pihak di luar diri mereka. ## Manajemen Mutu: Sebuah Tawaran untuk Pengelolaan Wakaf Berdasarkan hasil penelitian tentang pe- ngelolaan wakaf di Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng yang sudah dijabarkan, ter dapat sebuah kesimpulan penting bahwa im plementasi nilai TQM pada dasarnya ti dak selalu dalam bentuk yang sempurna. Ada sebagian lembaga yang unggul pada si si tertentu dan lemah pada sisi yang la in. Misalnya, dalam hal fasilitas modern, Dom pet Dhuafa tergolong unggul. Kelebihan ini kemudian menjadikan Dompet Dhuafa da pat berkiprah lebih luwes dan matang. Meskipun begitu, PP Tebuireng yang unggul dalam penjagaan aset dan pelibatan santri yang loyal menjadikan pengelolaan wakaf tetap eksis dan terjaga. Dari sini dapat di lihat bahwa implementasi TQM dapat dise- suaikan dengan keunggulan lokal yang di mi- liki tiap-tiap lembaga selama tujuan utama dalam manajemen mereka adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan dan berkomitmen untuk terus-menerus me lakukan perbaikan serta melibatkan banyak pihak yang terkait. Intensitas masing-masing bisa berbeda-beda. Dengan demikian, cukup meyakinkan bahwa untuk pengelolaan wakaf yang sukses, ketiga unsur ini bisa dijadikan sebagai pilar utama penegak terciptanya budaya mutu dalam pengelolaan wakaf. Secara ringkas, hasil penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram berikut. Diagram TQM untuk Wakaf 24 Diagram di atas menunjukkan bahwa TQM pada dasarnya digunakan untuk perusahaan yang berorientasi pada profit. Mereka menerapkan TQM demi meraup keuntungan material. Namun, di sisi lain, TQM dapat juga diterapkan dalam lembaga yang tidak menjadikan keuntungan material sebagai tujuan utama sebagaimana penelitian Crocker 35 tentang lembaga agama yang bermutu. Mereka biasa disebut sebagai lembaga non-profit. Pada lembaga jenis ini, penerapan TQM dapat memberikan keuntungan non-material, seperti kepercayaan masyarakat yang meningkat dan penghormatan yang makin tinggi. Dalam kasus wakaf, pengelola yang memiliki beberapa nilai TQM cenderung mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya, dalam hal ini wakif, sehingga pelanggan wakaf puas dengan layanan wakaf yang diberikan. Ketika kepercayaan wakif kepada nazhir meningkat, wakif dapat melakukan promosi kepada kawan- kawannya yang ingin berwakaf. Selain itu, wakif juga bisa melakukan wakaf untuk yang kedua kalinya. Apabila lembaga wakaf sudah dikenal amanah dan 35 Gustavo Crocker, “Total Quality in Charitable Services: Profile of Excellence in Christian Relief and Development Organizations,” Disertasi, (Columbia: Regent University, 2001). TQM Profit Non-Profit Keuntungan Material Keuntungan Non-material dan Material TQM untuk Wakaf Fokus Kepada Pelanggan Perbaikan Proses Keterlibatan Total Disesuaikan dengan Kultur Lembaga Sesuai dengan Deming Diagram di atas menunjukkan bahwa TQM pada dasarnya digunakan untuk pe rusahaan yang berorientasi pada pro fit. Mereka menerapkan TQM demi me raup keuntungan material. Namun, di sisi lain, TQM dapat juga diterapkan da lam lembaga yang tidak menjadikan ke un tungan material sebagai tujuan utama se bagaimana penelitian Crocker 35 tentang lem baga agama yang bermutu. Mereka biasa disebut sebagai lembaga non-profit. Pada lembaga jenis ini, penerapan TQM dapat mem berikan keuntungan non-material, se perti kepercayaan masyarakat yang me ning kat dan penghormatan yang makin ting gi. Dalam kasus wakaf, pengelola yang me- miliki beberapa nilai TQM cenderung mampu memberikan kepuasan kepada pe langgannya, dalam hal ini wakif, sehingga pe langgan wakaf puas dengan layanan wa kaf yang diberikan. Ketika kepercayaan wa kif kepada nazhir meningkat, wakif da pat melakukan promosi kepada kawan-ka wannya yang ingin berwakaf. Selain itu, wa kif juga bisa melakukan wakaf untuk yang ke dua kalinya. Apabila lembaga wakaf sudah dikenal amanah dan profesional, keuntungan materi pun dapat mereka peroleh. Di antara caranya adalah dengan mengelola aset wakaf secara produktif sehingga mereka layak mendapat bagian 10% dari hasil bersihnya. Dari poin ini, TQM layak diterapkan dalam pengelolaan wakaf. Lebih lanjut, untuk menerapkan TQM, berdasarkan hasil penelitian ini, tiga nilai TQM patut untuk diperhatikan. Ketiga nilai itu adalah fokus kepada pelanggan, perbaikan proses, dan keterlibatan total. Dari pengalaman Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng, dapat disimpulkan bahwa ketiga nilai TQM tersebut telah mereka miliki meskipun dengan kadar yang berbeda. Oleh sebab itu, penerapan TQM dapat disesuaikan dengan situasi dan kultur lembaga masing-masing. Hal ini sejalan dengan pemikiran Deming yang mengatakan bahwa TQM da pat diterapkan dalam lembaga kecil maupun besar. Penelitian ini menambahkan poin pen ting bahwa TQM dapat diterapkan 35 Gustavo Crocker, “Total Quality in Charitable Services: Profile of Excellence in Christian Relief and Development Organizations,” Disertasi , (Columbia: Regent University, 2001). 184 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hlm. 171-186 da lam lembaga kecil maupun besar, baik ber- orientasi profit mapun non-profit. Pada lem- baga non-profit, keuntungan yang diperoleh adalah keuntungan non-material sekaligus material. Secara teoritik, akhirnya dapat di sim pulkan bahwa pengelolaan wakaf de ngan ukuran prinsip TQM versi Tenner-De to ro dikatakan dapat membuat wakaf ber kembang dan terjaga. Kasus Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng yang menjadi topik utama penelitian ini menunjukkan hasil yang meng gembirakan dalam pengelolaan wakaf mereka. Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa penerapan TQM dalam wakaf per lu untuk dibudayakan sehingga masalah manajemen yang menjadi persoalan utama pengelolaan wakaf dapat diatasi secara ber tahap. Adapun untuk mendapatkan ISO se ba gai bukti formal terimplementasinya TQM, sebuah lembaga pengelola wakaf harus bekerja keras untuk memenuhi standar yang sudah ditentukan. Budaya TQM yang sudah terintegrasi dalam perilaku lembaga nampaknya akan memudahkan lembaga tersebut mendapatkan sertifikat ISO. ## Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan, pada bagian ini dipaparkan beberapa poin kesimpulan yang disusun berdasarkan per masalahan yang telah dirumuskan: (1) Dalam hal fokus kepada pelanggan, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan. Dari makna pelanggan yang mereka buat, Dompet Dhu afa cenderung mengartikan pelanggan se ba gai pelanggan eksternal meskipun dalam prak tiknya mereka juga memberikan per ha tian yang cukup kepada pelanggan internal. Di sisi yang lain, PP Tebuireng mengartikan pelanggan sebagai pelanggan internal ma upun eksternal dengan pelayanan khas pe santren; (2) Untuk perbaikan proses, Dompet Dhu afa dan PP Tebuireng sama-sama mela ku kan sejumlah kegiatan dan terobosan yang berorientasi kepada perbaikan. Dom pet Dhuafa mengukuhkan diri dalam hal perbaikan proses dengan dibuatnya ma nual mutu. Manual ini disusun dalam rang ka me- wujudkan standar ISO 9001:2008. Dom pet Dhuafa mendapatkan sertifikat ISO seca ra lengkap untuk program, fundrising, dan keuangannya di awal 2011. Selain itu, Dompet Dhuafa telah mendirikan jejaring khusus yang menangani wakaf, yakni TWI sejak tahun 2005, yang diproyeksikan akan men jadi institusi yang mengurus seluruh aset wakaf Dompet Dhuafa, baik aset wakaf tetap maupun aset wakaf lancar. Adapun PP Tebuireng telah melakukan perbaikan proses dengan dibuatnya Surat Budel Da mae Keancoran di tahun 1947. Perbaikan be rikutnya terjadi dengan dibuatnya sertifikat wakaf untuk seluruh aset wakaf pesantren yang luasnya sekitar 43,5 ha. Perbaikan proses yang lain dapat dilihat pada pe ngem bangan pendidikan yang beragam, mulai tingkat SLTP hingga perguruan tinggi. Semua fasilitas pendidikan itu didirikan di atas tanah wakaf; (3) Dalam hal keterlibatan total, Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng me libatkan seluruh elemen lembaga, mulai dari pimpinan, karyawan, hingga mitra kerja. Dompet Dhuafa dan PP Tebuireng me libatkan pimpinan dalam penjaringan wakaf di kalangan pejabat dan pengusaha. Ada pun untuk karyawan, keterlibatan to tal yang mereka tunjukkan adalah dalam ben tuk loyalitas kepada lembaga. Untuk menjaga loyalitas karyawan, Dompet Dhuafa berusaha memberikan kesejahteraan yang layak sedangkan PP Tebuireng tidak harus mem- berikan kesejahteraan material demi me raih loyalitas karyawan. Kultur pesantren yang mengagungkan kiai membuat para karyawan pengelola wakaf PP Tebuireng tidak menuntut penghargaan material ketika bekerja untuk pesantren. Mereka sudah cu kup puas ketika dapat mengabdikan diri un tuk kepentingan pesantren dengan berharap mendapat berkah dari kiai. Adapun un tuk keterlibatan mitra, Dompet Dhuafa be ru saha memberikan hak- hak mitra kerja yang terdiri dari fasilitas yang memadai dan bagi hasil yang seimbang. Adapun PP Te buireng melibatkan mitra kerja, yakni para petani, untuk mengelola aset wakaf be rupa area pertanian dan mitra kerja yang lain, yakni para tenaga pendidik, untuk me- nge m bangkan lembaga pendidikan. Kemudian, sebagai implikasi teoritiknya, TQM yang semula diperuntukkan bagi lem- baga yang berorientasi kepada keuntungan ma terial, ternyata dalam kenyataannya, TQM dapat pula diterapkan dalam lembaga yang tidak berorientasi profit. Salah satunya ada- lah lembaga wakaf. Ketika lembaga wa kaf menerapkan nilai TQM baik sengaja ma upun tidak, seperti ditunjukkan dalam ha s il penelitian di Dompet Dhuafa dan PP Te buireng, besar kemungkinan lembaga ter sebut akan dapat bertahan hidup dan bah kan berkembang pesat dalam melayani masyarakat. Penerapan nilai TQM ini juga dapat disesuaikan dengan kultur lembaga masing-masing. Dengan demikian, pendapat Deming dan hasil penelitian Crocker dikuatkan oleh penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Amin (dkk). Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan Multidisipliner. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006. Bank, John. the Essence of Total Quality Management. Essex: Pearson Education Limited, 2000. Bisri, Cik Hasan. Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Bogdan, Robert, and Sari Knopp Biklen. Qualitative Research for Education: an Introduction to Theory and Methods . Boston: Allyn and Bacon, 2007. Connolly, Peter. Approaches to the Study of Religion. New York: Cassell, 1999. Creech, Bill. The Five Pillars of TQM, How to Make Total Quality Management Works for You. New York: The Pinguin Groups, 1994. Crocker, Gustavo. “Total Quality in Charitable Services: Profile of Excellence in Christian Relief and Development Organizations.” Disertasi , Columbia: Regent University, 2001. Deming, W. Edwards. Out of the Crisis. Cambridge: MIT Press, 2002. Fanani, Muhyar. Berwakaf Tak Harus Kaya, Dinamika Pengelolaan Wakaf Uang di Indonesia. Semarang: Walisongo Press, 2010. George, Stephen, and Arnorld Weimerskirch. Total Quality Management, Strategies and Techniques Proven at Today’s Most Successful Companies. New York: John Wiley and Sons, Inc, 1998. Hafidhuddin, Didin. Agar Harta Berkah dan Bertambah. Jakarta: Gema Insani Press, Jakarta, 2007. al-Hafsaki, Alauddin Muhammad bin ‘Ali, t.th., ad-Dur al-Mukhtar, t.tp.: t.p. Juran, J.M. Juran on Quality by Design, the New Step for Planning Quality into Goods and Services. New York: The Free Press, 1992. al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf. Terj. Ahrul Sani Fathurrohman (et.al.), Jakarta, IIMaN Press, 2004. Merriam, Sharan B. Qualitative Research, a Guide to Design and Implementation. San Fransisco: Jossey-Bass, 2009. Mubarok, Jaih, Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. ibn Qudamah, ‘Abd ar-Rahman bin Abu ‘Umar, t.th., asy-Syarh al-Kabir, t.tp.: t.p. Saidi, Zaim, “Kemitraan Investasi Wakaf Produktif,” Makalah , Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia. Sallis, Edward, Total Quality Management in Education , diterjemahkan oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Yogyakarta: Ircisod, 2010. Sonhadji, K.H., Ahmad, “Penerapan Total Quality Management dan ISO dalam Pendidikan Teknik,” Jurnal Ilmu Pendidikan , Malang: IKIP Malang, 1999. Spenley, Paul, Total Quality Management, the Key to Business Improvement , London: Chapman & Hall, 1994. Sudewo, Eri, Manajemen Zakat, Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004. Sudirman, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan Manajemen, Malang: UIN Maliki Press, 2011. Tenner, Arthur R., and Irving J. DeToro, Total 186 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hlm. 171-186 Quality Management, Three Steps to Continuous Improvement , Massachusetts: Addison- Wesley Publishing Company, Inc, 1992. Tjiptono, Fandi, dan Anastasia Diana, Total Quality Management , Yogyakarta: Andi, 2003. Tulus dkk., Nazhir Profesional dan Amanah, Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005. at-Turmuzi, Muhammad bin ‘Isa, t.th., Sunan at-Turmuzi, Kairo: Mauqi‘ Wizarah al- Auqaf al-Misriyyah. Wadjdy, Farid, dan Musyid, Wakaf & Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang Hampir Terlupakan) , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Warson, Ahmad, al-Munawwir, Kamus Arab- Indonesia , t.tp.: t.p, 1984. Wehr, Hans, Arabic-English Dictionary, the Hans Wehr Dictionary of Modern Written Arabic, Urbana: Spoken Language Services, 1994. Yin, Robert K., Studi Kasus, Desain & Metode, diterjemahkan oleh M. Djauzi Mudzakir, Jakarta: Rajawali Press, 2008. az-Zuhaili, Wahbah, t.th., al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh , Beirut: Dar al-Fikr.
6d082a53-5ff9-4feb-9b9b-8ee20243c718
https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/gandrung/article/download/3521/2154
Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali ## Physical Fitness Assistance and Economic Strengthening Using Light Emitting Diode Technology for Youth Forum RT 04/02 (Format) Marga Mulya Subdistrict Bekasi City Truly Wangsalegawa 1 , Juli Candra 2 , Suharjudin 3 , Desy Tya Maya Ningrum 4 , Muhammad Ziddan Ali 5 1,2,3,4,5 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Email: [email protected] https://doi.org/10.36526/gandrung.v5i1.3521 Abstract: Community Service Activities were carried out in Marga Mulya Village, North Bekasi District, Bekasi City, in collaboration with the RT 04/02 Youth Forum, abbreviated as FORMAT. Community Service activities are carried out for 5 months by providing physical fitness assistance and economic strengthening to the younger generation in the form of training activities in developing physical abilities so that they can improve physical fitness abilities so that it is hoped that a strong generation can be born and able to avoid all the social diseases that can occur. destroying the future, as well as providing training in exploring the potential of the RT 04/02 Youth Forum (Format) to develop economic development capabilities, exploring the entrepreneurial potential that exists in the younger generation so as to create skilled young entrepreneurs and providing marketing strategies, analyzing market share and marketing management so as to produce quality products and be able to compete in society. Through community service activities, it is hoped that youth who are members of FORMAT will be able to become a better generation and be self-sufficient with the human resources they have and be able to respond well to change so that a physically strong generation is born. and strong economically. Keyword: Physical Fitness; Economic Strengthening 3 FORMAT ## Pendahuluan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan di Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi, bekerjasama dengan Forum Remaja RT 04/02 yang disingkat dengan FORMAT. FORMAT merupakan sebuah wadah bagi generasi muda yang ada di RT 04/02 Kelurahan Marga Mulya. FORMAT yang ada di Kelurahan Marga Mulya selalu aktif dalam setiap kegiatan yang mengembangkan sumber daya manusia setiap anggotanya karena didukung penuh oleh Kelurahan supaya memiliki generasi muda yang tangguh dan memiliki daya saing yang tinggi karena berada di wilayah pusat pemerintahan Kota Bekasi. Generasi muda yang ada di Kelurahan Marga Mulya harus mempunyai kompetensi soft skill yang mampu bersaing secara baik dikarenakan perkembangan yang begitu pesat yang terjadi saat sekarang ini banyak sekali pembangunan yang terjadi di wilayah Kelurahan Marga Mulya mulai dari pusat perbelanjaan, hiburan dan pusat sentra kuliner. Diharapkan dengan pembangunan sentra ekonomi di wilayah Kelurahan Marga Mulya mampu membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat dan generasi muda supaya perekonomian masyarakat dapat Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali meningkat menjadi lebih baik. Beberapa tahun ini melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Ilmu Pendidikan selalu membantu bagaimana terus berupaya dalam meningkatkan sumberdaya Manusia yang ada di kelurahan marga mulya melalui beberapa kegiatan yang dikemas dalam bentuk seminar sehingga dapat menjadi luaran yang bermanfaat untuk generasi muda dalam meningkatkan daya saing dan kompetensi masyarakat di Kelurahan Marga Mulya. Salah satu kegiatan Pengabdian masyarakat yang dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan terkait peningkatan kepribadian dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat merusak masa depan seperti penyalahgunaan narkoba, tawuran dan perbuatan kriminal lainya yang melanggar ketentuan hukum sehingga dapat merusak masa depan. Gambar 1. Pembekalan Format (sumber: Format marga mulya) Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, FORMAT terus berproses dengan peningkatan setiap generasi muda dalam pengembangan setiap sumber daya manusia baik dalam pendidikan, ekonomi, olahraga, sentra kreatifitas yang sesuai dengan potensi wilayah yang menjadi pengembangan sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan di Kota Bekasi. Secara perlahan kegiatan Organisasi FORMAT di Kelurahan Marga Mulya mulai menggeliat dalam berbagai kegiatan sesuai dengan potensi dan bidang masing-masing anggota FORMAT dan tidak terlepas juga pembinaan terhadap para anak-anak dalam bidang seni budaya, pendidikan dengan aktifnya beberapa sanggar dan klub olahraga di Kelurahan Marga Mulya Kota Bekasi Gambar 2. Olahraga sepak Bola FORMAT (Sumber : FORMAT) Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali Program kerja FORMAT Kelurahan Marga Mulya khususnya pada bidang olahraga membawa hasil dengan berprestasinya anak-anak dalam kejuaraan sepak bola pada berbagai event turnamen yang diikuti, sehingga hampir setiap sore sebelum terjadinya covid 19 anak-anak di Kelurahan Marga Mulya selalu melatih kemampuan fisik dengan melakukan latihan olahraga sepak bola secara rutin walaupun belum dibantu oleh tenaga pelatih yang mumpuni dalam olahraga Sepak Bola, (Ningrum et al., 2021) dengan kegiatan olahraga dapat membantu generasi muda lebih sehat serta memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik bahkan dengan kegiatan olahraga yang dilakukan secara rutin juga berdampak terhadap menurunnya tawuran antar warga dan tidak ditemukan generasi yang melakukan kegiatan kriminal yang dapat meresahkan masyarakat. Ada beberapa masalah yang sering terjadi dikalangan generasi muda di kelurahan Marga Mulya Kota Bekasi sampai pada situasi yang mengkhawatirkan pasca penyebaran covid 19 banyak generasi muda yang tergabung dalam FORMAT yang terkena PHK sehingga memberikan dampak negatife terhadap perekonomian masing- masing Individu. Banyaknya anak-anak FORMAT tidak melakukan kegiatan secara positif memberikan kegelisahan bagi masyarakat di wilayah Rt 04/02 karena banyak anak-anak FORMAT yang sepanjang hari melakukan aktivitas berdiam di tempat-tempat tertentu sehingga menimbulkan hal-hal negatif terhadap masyarakat dengan meningkatnya penyakit masyarakat seperti tawuran, sering terjadinya kehilangan pada warga bahkan ada terindikasi sudah ada yang melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Melihat situasi seperti ini TIM PKM Ubhara Jaya Bekerjasama dengan Tokoh Masyarakat Melalui Forum Remaja Rt 04/02 (FORMAT) melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam meningkatkan Kesehatan dan kemampuan kebugaran jasmani dengan menggiatkan olahraga yang sebelumnya sudah berkembang ditengah masyarakat dan menciptakan kegiatan perekonomian untuk menjadi pendapatan bagi anak-anak FORMAT supaya memiliki kesibukan yang positif dan memiliki kemampuan dalam hal finansial. Kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat tidak terlepas dari delapan Indikator Kinerja Utama Perguruan tinggi. Dalam kegiatan PKM Bersama dengan FORMAT, (Prasetyo et al., 2022) IKU kedua mahasiswa mendapat pengalaman diluar kampus. Kegiatan PKM melibatkan mahasiswa supaya mendapatkan pengalaman langsung di masyarakat bagaimana menyelesaikan persoalan yang terjadi supaya dapat diselesaikan dengan baik. IKU ketiga, Dosen Berkegiatan Di Luar kampus, aktivitas ini dapat mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dosen untuk membantu menyelesaikan persoalan yang terjadi di masyarakat terutama yang terjadi Kelurahan Marga Mulya dalam mengatasi rendahnya Kesehatan serta meminimalisir dampak negatif yang dikarenakan banyak generasi muda yang terkena pemutusan hubungan kerja. IKU kelima, Hasil Kerja dosen digunakan masyarakat. Dalam Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat di Marga Mulya menggunakan media penunjang aktivitas untuk Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali kegiatan olahraga dalam peningkatan Kesehatan menggunakan Teknologi Light Emitting Diode . Media Penunjang Aktivitas Olahraga dengan teknologi Light Emitting Diode merupakan hasil penelitian dosen yang sudah siap digunakan di masyarakat untuk membantu dalam melakukan aktifitas fisik dalam peningkatan Kesehatan dan kebugaran jasmani (Prasetyo et al., 2022) . Perumusan Masalah, berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi Berdasarkan dari analisis dan permasalahan yang telah dijabarkan, permasalahan yang terjadi pada Generasi Muda yang tergabung dalam FORMAT di wilayah Karang Taruna Kelurahan Marga Mulya yang menjadi prioritas dan perlu untuk diselesaikan dalam program PKM ini adalah: 1. Rendahnya Kesehatan generasi muda di kelurahan marga mulya khususnya yang tergabung dalam Forum Remaja RT 04/02 (FORMAT) 2. Terjadinya dampak negatif akibat banyaknya Generasi Muda yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja di Kelurahan Marga Mulya Khususnya yang tergabung dalam Forum Remaja RT 04/02 (FORMAT) 3. Kurangya minat generasi muda dalam melakukan aktfitas olahraga ## Metode Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat adalah dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan langsung kepada FORMAT terkait peningkatan kemampuan kebugaran jasmani dengan menggunakan permainan sepak bola. Goldstein dan Gressner dalam Trianto mendefinisikan pelatihan sebagai usaha sistematis untuk menguasai keterampilan, peraturan, konsep, ataupun cara berperilaku yang berdampak pada peningkatan kinerja (Candra et al., 2022). Selanjutnya menurut Dearden dalam Sudjana yang menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya meliputi proses belajar mengajar dan latihan bertujuan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu atau efisiensi kerja. Dari pendapat diatas kegiatan pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan dengan memberikan latihan secara kontinu dalam aktifitas kegiatan olahraga dapat meningkatkan kebugaran jasmani serta dalam peningkatan kemampuan ekonomi generasi muda dapat melihat peluang dan potensi pasar sehingga dapat memberikan masukan secara finansial kepada generasi muda yang tergabung dalam FORMAT. Dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat dengan menggunakan metode pelatihan langsung ada beberapa tahap yang harus diperhatikan Berikut langkah pengelolaan pelatihan menurut Sudjana dalam Candra et al. (2021): a) Rekrutmen peserta pelatihan, Rekrutmen peserta dapat menjadi kunci yang bisa menentukan keberhasilan langkah selanjutnya dalam pelatihan. Dalam melakukan rekrutmen Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali peserta kegiatan pengabdian kepada masyarakat kami mengajak setiap anak-anak yang telah ditentukan oleh organisasi FORMAT supaya dapat mengikuti kegiatan peningkatan kebugaran jasmani dan kegiatan seminar dalam peningkatan kemampuan ekonomi generasi muda di kelurahan marga mulya yang tergabung dalam organisasi FORMAT. b) Identifikasi kebutuhan dalam proses kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat, kami akan mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan dalam proses kegiatan PKM terkait pelatihan peningkatan kemampuan kebugaran jasmani dan seminar peningkatan ekonomi diantaranya menberikan materi pengembangan dalam kegiatan olahraga, tempat yang dipergunakan dalam kegiatan PKM adalah lapangan sepak bola yang terdapat di kelurahan Marga Mulya dan untuk kegaiatn pelatihan ekonomi di sekretariat FORMAT sehingga kegiatan PKM peningkatan kebugaran jasmani dan peningkatan ekonomi masyarakat di Kelurahan Marga Mulya dapat dilakukan secara baik. Tim PKM Ubhara Jaya berbagi tugas dengan FORMAS untuk menentukan kebutuhan yang diperoleh dalam menunjang proses kegiatan. (Gunawan et al., 2023) Ketika sarana penunjang belum dapat dipenuhi secara baik maka akan berdampak terhadap hasil dari kegiatan PKM yang dilakukan yang menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada Forum remaja rt 04/02 kelurahan marga mulya kota Bekasi. Kemudian kami juga akan melibatkan peran pemerintah daerah khususnya kelurahan marga mulya sebagai menyediakan tempat kegiatan karena ada Gedung serbaguna milik kelurahan yang bisa kita gunakan kemudian, kemudian kita melibatkan keamanan dari BIMASPOL dan BABINSA supaya keamanan kegiatan dapat berjalan dengan baik. c) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan, tujuan kegiatan PKM yang dilakukan di kelurahan marga Mulya adalah mengembangkan kemapuan generasi muda yang tergabung dalam FORMAT terhadap kemapuan kebugaran jasmani yang lebih baik dan memberikan pemberdayaan terhadap peningkatan ekomoni Masyarakat. Dalam menentukan tujuan dilakukan secara Bersama-sama antara tim PKM dan mitra supaya semua dapat berjalan sesuai dengan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Dalam menentukan tujuan bisa dilakukan secara Bersama- sama supaya pemberdayaan masyarakat benar-benar dilakukan secara baik. Tiga pilar dalam pemerintahan mulai dari Kelurahan Marga Mulya, BISPOL, BABINSA dan TIM Pengabdian Kepada Masyarakat bisa duduk Bersama dan saling bersinergi dalam mengebangkan masyarakat yang ada di setiap wilayah. d) Menyusun Urutan Kegiatan Pelatihan Pada tahap ini penyelenggara pelatihan menentukan bahan belajar, memilih dan menentukan metode dan teknik pembelajaran, serta menentukan media yang akan digunakan. Dalam tahap ini tim PKM meruuskan terkait urutan dalam pelaksanaan PKM Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali sehingga kegaiatn yang dilakukan selama di lapangan dapat terjadwal dengan baik serta terstruktur sehingga pelaksanaan PKM bisa memberikan hasil yang positif terhadap Masyarakat di kelurahan marga Mulya khusunya dalam mengembangkan potensi generasi muda yang sehat dan kuat secara ekonomi. e) Melaksanakan evaluasi awal bagi peserta Evaluasi awal yang biasanya dilakukan dengan pretest dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Pada tahap ini kami melakukan kegiatan dengan memberikan tas kemapuan fisik kepada setiap peserta untuk melihat sejauh mana kebugaran jasmani yang di miliki dan memberikan evaluasi awal dalam bentuk angket terhadap potensi ekonomi yang bisa dikembangkan oleh generasi muda pada saat ini (Wiriawan, 2017). f) Mengimplementasikan pelatihan Tahap ini merupakan kegiatan inti dari pelatihan yaitu proses interaksi edukatif antara sumber belajar dengan peserta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pelaksanaan setiap remaja wajib mengikuti setiap arahan dan bimbingan yang diberikan terhadap peningkatan kemampuan. remaja melakukan kegiatan latihan menggunakan media LED yang sudah dirancang dengan program pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan PKM untuk Langkah awal lebih ditekankan kepada bagaimana setiap individu lebih menikmati dan suasana yang menyenangkan dalam kegiatan olahraga yang terpenting semua bisa ikut dan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan olahraga (Okilanda et al., 2021). Setiap kegiatan di lapangan terus kita lakukan evaluasi supaya tujuan kegiatan dapat berjalan dengan baik dan hasilnya bisa sesuai dengan tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat g) Evaluasi akhir Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan belajar. Dalam kegiatan evaluasi tahap akhir seluruh peserta juga dilakukan tes dan pengeukuran terhadap kemampuan kebugaran jasmani. ## Hasil dan Diskusi Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan untuk FORMAT yang berlokasi di Kelurahan Marga Mulya Kota Bekasi yang dilaksanakan selama 5 bulan dan durasi pelaksanaannya adalah 5 kali pertemuan. Untuk pertemuan pertama materi yang diberikan terkait dengan latihan olahraga Sepak Bola, bagaimana meningkatkan kemampuan kondisi fisik dalam olahraga sepak bola yaitu fisik, teknik, taktik dan mental (Lestari, 2021). Kegiatan latihan yang diberikan memberikan pengetahuan kepada pelatih agar dapat membuat program latihan yang lebih baik lagi dalam meningkatkan prestasi (Rohendi & Rustiawan, 2020). Pelatih diharapkan mampu membuat program latihan yang terstruktur sehingga atlet mampu melaksanakan kegiatan latihan Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali dengan baik dan prestasi yang diharapkan dapat terwujud serta menghasilkan atlet yang berprestasi di tingkat daerah maupun nasional. Kemudian setelah pelatih dibimbing dalam pembuatan program latihan, langsung diujicobakan dalam pelaksanaan latihan terutama terkait dengan kemampuan fisik. Dari hasil tes kemampuan fisik awal yang dilakukan oleh masing-masing atlet Sepak Bola yang berjumlah 32 orang didapatkan hasil dengan persentase rata-rata 75% dengan menggunakan media LED. Kemudian untuk kemampuan teknis dilakukan analisis kemampuan gerak sehingga hasil prosentase untuk tes crew sebesar 77%. Melihat hasil tersebut maka perlu dilakukan pembinaan terkait kemampuan fisik dan teknik agar hasilnya diatas 85% termasuk kategori baik. Dalam melaksanakan kegiatan latihan, semua unsur prestasi olahraga sepak bola diberikan kepada pelatih dan atlet agar semua yang tergabung dalam Format dapat memahami dengan baik unsur-unsur prestasi dalam program latihan yang sistematis dan terukur. ## Gambar 3. Penggunaan Latihan Kondisi Fisik Menggunakan Media LED Agar aktivitas latihan fisik sepak bola dapat terukur dengan baik, maka pelatih menggunakan media LED untuk melakukan kecepatan, kelincahan, daya tahan fisik dan daya ledak otot tungkai (Candra et al., 2019). Sehingga kemampuan fisik dapat dicapai dengan baik oleh setiap atlet yang tergabung dalam Format. Setelah kegiatan latihan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan, untuk melihat kemampuan para atlet Format terhadap kemampuan kondisi fisik dengan hasil rata-rata 88% dan hasil kemampuan Teknik Sepak Bola dengan kemampuan rata-rata 89%. Dari hasil tersebut setelah dilakukan pelatihan terjadi peningkatan kemampuan atlet sepak bola yang tergabung dalam FORMAT. Sedangkan diskusi hasil pengabdian meliputi Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian Masyarakat juga memberikan pendampingan kepada generasi muda yang tergabung dalam FORMAT dalam mengembangkan kemampuan ekonomi (Herawati et al., 2019) bagaimana menggali potensi Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali yang ada pada generasi muda untuk bisa dikembangkan dalam peningkatan ekonomi. Gambar 4. Aktiftas Pengembangan Ekonomi Format Dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat diberikan strategi bagaimana mengembangkan usaha yang dimiliki oleh anak-anak muda. Pengembangan usaha dilakukan dengan melakukan analisis pasar sehingga bisa melihat peluang dan strategi dalam mengembangkan usaha dan peningkatan ekonomi generasi muda sehingga kedepannya dengan sinergi yang dilaksanakan dalam kegiatan pengabdian kepada Masyarakat benar-benar dapat membantu dalam peningkatan ekonomi Masyarakat . Aktivitas olahraga yang dilakukan secara kontinu dapat memberikan kesegaran jasmani khususnya terhadap generasi muda yang tergabung di dalam FORMAT. Sehingga kegiatan olahraga yang dilakukan secara kontinu dapat memberikan dampak positif kepada Masyarakat dan memberikan prestasi yang lebih baik kepada generasi muda FORMAT. ## Kesimpulan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan di Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi, bekerjasama dengan Forum Remaja RT 04/02 yang disingkat dengan FORMAT. kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan selama 5 bulan dengan melakukan pendampingan kebugaran jasmani dan penguatan ekonomi terhadap generasi muda dalam bentuk kegiatan pelatihan dalam pengembangan kemampuan fisik sehingga dapat meningkatkan kemampuan kebugaran jasmani serta memberikan pelatihan dalam menggali potensi Forum Remaja RT 04/02 (Format) untuk mengembangkan kemampuan peningkatan ekonomi. Memberikan strategi pemasaran, menganalisa pangsa pasar dan manajemen pemasaran sehingga menghasilkan produk yang berkualitas dan mampu bersaing di Masyarakat. Dalam pelaksanaan peningkatan kemampuan kebugaran jasmani untuk mengetahui hasil peningkatan latihan yang dilakukan oleh peserta maka hasil tes kemampuan fisik awal yang dilakukan oleh masing-masing atlet Sepak Bola yang berjumlah 32 Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali orang didapatkan hasil dengan persentase rata-rata 75% dengan menggunakan media LED. Kemudian untuk kemampuan teknis dilakukan analisis kemampuan gerak sehingga hasil prosentase untuk tes crew sebesar 77%. Melihat hasil tersebut maka perlu dilakukan pembinaan terkait kemampuan fisik dan teknik agar hasilnya diatas 85% termasuk kategori baik. Dalam melaksanakan kegiatan latihan, semua unsur prestasi olahraga sepak bola diberikan kepada pelatih dan atlet agar semua yang tergabung dalam Format dapat memahami dengan baik unsur-unsur prestasi dalam program latihan yang sistematis dan terukur. ## Daftar Referensi Candra, J., Ala, F., & Ningrum, D. T. M. (2022). Assistance and Improvement of Locomotor, Non- Locomotor and Manipulative Movement Skills for Elementary School Students in the Karang Taruna Region, Muara Gembong District By Using Rapid Motion Media (GeCe) during the Covid 19. GANDRUNG: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat , 3 (2), 510–523. https://doi.org/10.36526/gandrung.v3i2.2045 Candra, J., Pasaribu, A. M. N., & Fauzan, A. (2019). Pembuatan Mesin Pelontar Bola (Penbal) Alat Bantu Pembelajaran Dan Latihan Olahraga Bolavoli. Jurnal Prestasi , 3 (6), 73. https://doi.org/10.24114/jp.v3i6.15899 Candra, J., Suharjuddin, & Wijaya, R. (2021). Pelatihan Peningkatan Kemapuan Motorik Kasar Siswa Sekolah Dasar Dikelurahan Margamulya. Moroones: Jurnal Pengabdian Olahraga Singaperbangsa , 1 (01). Gunawan, A., Dlis, F., Lubis, J., Ningrum, D. T. M., & Mahyudi, Y. V. (2023). The Effect of TGfU (Teaching Game for Understanding) on Futsal Games for Junior High School. Halaman Olahraga Nusantara: Jurnal Ilmu Keolahragaan, 6(1), 462-473. , 6 (1), 462–473. Herawati, N., Lindriati, T., & Suryaningrat, I. B. (2019). Penerapan Bisnis Model Kanvas Dalam Penentuan Rencana Manajemen Usaha Kedelai Edamame Goreng. Jurnal Agroteknologi , 13 (01), 42. https://doi.org/10.19184/j-agt.v13i01.8554 Lestari, D. F. (2021). Pengembangan Model Pembelajaran Aktivitas Jasmani Melalui Permainan Tradisional bagi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Undiksha , 8 (1), 7–12. https://doi.org/10.23887/jjp.v8i1.33742 Ningrum, D. T. M., Tangkudung, J., Lubis, J., Riza, A. R., & Denatara, E. T. (2021). The effectiveness of small side games (Ssg) in forearm pass volleyball use application in mobile phone. International Journal of Human Movement and Sports Sciences , 9 (4), 642–647. https://doi.org/10.13189/saj.2021.090406 Okilanda, A., Dlis, F., Humaid, H., Widiastuti, Putra, D. D., & Ningrum, D. T. M. (2021). The Effectiveness of Training Defense Model for U-13 Players. Proceedings of the International Conference on Educational Sciences and Teacher Profession (ICETeP 2020) , 532 (532), 50–54. Truly Wangsalegawa, Juli Candra, Suharjudin, Desy Tya Maya Ningrum, Muhammad Ziddan Ali https://doi.org/10.2991/assehr.k.210227.009 Prasetyo, E. T., Candra, J., Denantara, E. T., Kustanto, P., Pratama, I. G. A., & M., J. (2022). Penerapan Alat Gece Untuk Mendeteksi Bakat Atlet Berbasis Kearifan Lokal di Muara Gembong. To Maega : Jurnal Pengabdian Masyarakat , 5 (2), 150. https://doi.org/10.35914/tomaega.v5i2.983 Rohendi, A., & Rustiawan, H. (2020). Kebutuhan Sport Science Pada Bidang Olahraga Prestasi. Journal Respecs , 2 (1), 1–16. Wiriawan, O. (2017). Panduan Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Olahragawan . Thema Publishing.
dfdafe3f-3c9f-444c-8432-f82a71937238
https://stiemuttaqien.ac.id/ojs/index.php/OJS/article/download/973/705
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 11 No. 2 September 2022 P - ISSN : 2503-4413 E - ISSN : 2654-5837, Hal 536 – 542 ## PENINGKATAN PENDAPATAN PEREMPUAN MELALUI PENGEMBANGAN USAHA EKONOMI KREATIF KERAJINAN BORDIR (Kajian Di Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar) Oleh : Filia Hanum Ekonomi /Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Email : [email protected] Juwita Ekonomi/ Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Email : [email protected] Article Info Abstract Article History : Received 16 Agustus - 2022 Accepted 25 Agustus - 2022 Available Online 30 September - 2022 The purpose of this study was to see how the development of Aceh's embroidery creative economy in increasing the income of women who are members of several groups of Acehnese embroidery craftsmen in Dayah Daboh village and Weu Krueng village, Montasik district, Aceh Besar district. The research was conducted using a qualitative descriptive method. Data collection techniques are observation, interviews and documentation. Based on the results of the analysis, it is known that the development and sustainability of the creative economy of the embroidery industry in the two villages has looked good and can increase the income of women craftsmen. Of the 150 women who are members of several artisan groups as informants, it was found that 100% of them stated that their income had increased rapidly from year to year. In addition, the income from the production of the embroidery industry of these craftsmen can meet their daily needs. With the development of the embroidery craft as one of the creative economic efforts, it can increase the income of women craftsmen so that they can help their family life and can help family income in addition to the income earned by their husbands. Keyword : Income; Woman; Creative Economy; Embroidery Craft ## 1. PENDAHULUAN Pembangunan industri di Indonesia sedang dalam upaya pengembangan, tujuannya sebagai salah satu pondasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang tentu berkesinambungan dan berbanding lurus dengan peningkatan pembangunan industri. Hal ini sangat diharapkan mampu menekan tingkat pengangguran yang ada. Namun dalam kenyataannya tingkat pengangguran masyarakat masih tinggi sehingga menyebabkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat juga menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya kemampuan berwirausaha dari masyarakat; kurangnya motivasi, inovasi dan jiwa kreatifitas yang dimiliki; lingkungan kerja yang kurang mendukung dan kurangnya modal usaha. Ini menandakan bahwa motivasi yang kuat, inovasi serta jiwa kreativitas dari sumber daya manusia tersebut sangat dibutuhkan dan harus ditingkatkan. Pada masa sekarang ini, industri merupakan salah satu tumpuan utama pemerintah terutama setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia beberapa tahun yang lalu. Hal itu karena sektor ini merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Pembangunan industri di Indonesia sedang dalam upaya pengembangan, tujuannya sebagai salah satu pondasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang tentu berkesinambungan dan berbanding lurus dengan peningkatan pembangunan industri. Hal ini sangat diharapkan mampu menekan tingkat pengangguran yang ada. Namun dalam kenyataannya tingkat pengangguran masyarakat masih tinggi sehingga menyebabkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat juga menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya kemampuan berwirausaha dari masyarakat; kurangnya motivasi, inovasi dan jiwa kreatifitas yang dimiliki; lingkungan kerja yang kurang mendukung dan kurangnya modal usaha. Ini menandakan bahwa motivasi yang kuat, inovasi serta jiwa kreativitas dari sumber daya manusia tersebut sangat dibutuhkan dan harus ditingkatkan (Skavronska, 2017). Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dengan adanya pengembangan usaha ekonomi kreatif. Usaha ekonomi kreatif ini merupakan salah satu penggerak bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja, sumber peningkatan pendapatan bagi masyarakat, dapat menciptakan iklim bisnis yang positif, dapat memperkuat citra dan identitas bangsa Indonesia, mendukung pemanfaatan sumberdaya yang terbarukan, merupakan pusat penciptaan inovasi dan pembentukan kreativitas, serta memiliki dampak sosial yang positif (Zahara, 2018). Pandemi Covid-19 yang melanda dunia bahkan sampai ke Indonesia menyebabkan banyak usaha perekonomian masyarakat yang harus dipersempit bahkan ditutup. Hal ini berdampak bagi pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan pun menurun karena hampir seluruh kegiatan dirumahkan. Ini merupakan salah satu strategi pemerintah dalam pencegahan virus corona (Nasruddin, 2020). Namun, usaha ekonomi kreatif tetap harus bergerak dan bangkit untuk dapat memulihkan keadaan masyarakat yang terkena imbas akibat pandemi ini. Pengembangan dan keberlangsungan ekonomi kreatif pada industri usaha bordir di desa Dayah Daboh dan desa Weu Krueng Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar sudah terlihat baik dan dapat meningkatkan pendapatan pengrajin. Hal ini ditunjukkan oleh bertambahnya jumlah unit usaha saat ini dan permintaan produk yang selalu meningkat baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Untuk itu perlu adanya pengembangan usaha pada bidang produksi, sehingga pengusaha mempunyai kreatifitas yang tinggi dan mampu menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan pasar tanpa menghilangkan ciri khas daerah yaitu motif bordir khas Aceh. Di samping itu pengembangan usaha pada bidang promosi dan pemasaran juga tidak kalah penting, untuk dapat memperkenalkan produknya ke masyarakat luas. Dan untuk dapat membantu mengembangkan usaha, menjalin kemitraan dengan usaha lain juga sangat diperlukan. Selain itu pendapatan para pengrajin bordir ini juga mangalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengembangan kerajinan bordir tersebut sebagai salah satu usaha ekonomi kreatif dapat meningkatkan pendapatan para perempuan pengrajin usaha bordir yang ada di desa Dayah Daboh dan desa Weu Krueng kecamatan Montasik sehingga dapat membantu kehidupan keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan usaha ekonomi kreatif kerajinan bordir Aceh dan untuk mengetahui bagaimana peranan pengembangan usaha ekonomi kreatif kerajinan bordir Aceh dalam meningkatkan pendapatan perempuan di Kecamatan Montasik. 2. KAJIAN PUSTAKA DAN ## PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pendapatan Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh atas kegiatan-kegiatan baik perusahaan maupun orang pribadi dalam suatu periode. Pendapatan merupakan hal yang penting karena pendapatan adalah objek atas kegiatan perusahaan maupun pribadi. Pengertian pendapatan bermacam-macam tergantung dari sisi mana meninjau pengertian pendapatan tersebut. Pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi antara lain penjualan barang, penjualan jasa, penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen seperti yang dikemukakan oleh Budi Mulya (Khairati, 2018). Berikutnya Wiryohasmono (2014:3) mendefinisikan pendapatan sebagai keseluruhan penghasilan yang diterima dari suatu usaha atau kegiatan tertentu sedangkan penerimaan adalah setiap hasil yang diterima dari suatu usaha atau kegiatan tertentu. Pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsikan, bahkan seringkali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras yang dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih baik. Di masa sekarang ini perilaku dan pola pikir kaum perempuan terhadap pendapatan rumah tangga telah berubah dan menjadikan mereka ikut berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam berbagai kegiatan (pekerjaan) yang bisa menghasilkan pendapatan baik di bidang pertanian maupun non pertanian. Adanya peran perempuan pedagang dalam meningkatkan pendapatan keluarga bertujuan membantu menambah penghasilan suami dan memberikan dampak yang besar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti kebutuhan makan, biaya pendidikan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Namun dampak lainnya yang dirasakan oleh para pedagang yaitu beban psikologis seperti perasaan lelah dan jenuh. Upaya wanita dalam menjalankan peran sebagai istri, ibu rumah tangga dan juga sebagai wanita pekerja, para pedagang sayur tidak melepaskan tanggungjawabnya terhadap perannya dalam keluarga. Kegiatan bekerja sebagai pedagang dilakukan setelah mereka menyelesaikan aktifitas rumah tangganya. Sukirno (Hanum, 2017) juga mengartikan pendapatan sebagai segala macam uang yang diterima secara tetap oleh perorangan, keluarga atau organisasi misalnya upah, gaji, laba dan lain- lain. Pendapatan itu sendiri digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Banyak pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh keluarga, antara lain untuk pakaian, makan, rumah atau tempat tinggal dan sebagian kecil untuk pendidikan. Pendapatan ini juga termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apa pun, yang diterima oleh penduduk sesuatu negara. Iskandar (2017) juga mendefinisikan pendapatan sebagai total penerimaan sejumlah uang, yang diterima oleh individu atau rumah tangga dalam periode tertentu. Pendapatan bisa diterima dalam bentuk uang maupun bukan bentuk uang. Dalam bentuk bukan uang seseorang bisa menerima seperti barang, tunjangan beras, gas, minyak makan dan lain sebagainya. Penerimaan tersebut bisa mereka dapatkan dari usaha atas penjualan barang atau jasa yang telah mereka lakukan. Perempuan Menurut Darmawani (Fitria, 2019) perempuan dan ibu adalah dua sosok yang tidak pernah lepas dari kehidupan kita. Tanpa sosok Ibu kita tidak akan pernah ada di dunia. Bahkan banyak orang-orang hebat yang tidak akan pernah bisa menjadi hebat tanpa didukung dengan sosok wanita hebat dibelakangnya. Perempuan berperan penting dalam rangka pembentukan kehidupan keluarga yang kokoh sehingga tidak terkena pengaruh negatif dari perubahan serta pencapaian suatu keadaan yang sehat, sejahtera dan bahagia, sehingga mendukung terhadap penciptaan masyarakat yang sejahtera, baik lahir maupun batin. Kemampuan dan potensi yang memadai dari perempuan sebagai istri dan ibu rumahtangga merupakan aspek terpenting dalam menentukan keberhasilan (penunjang utama strategi suksesnya) suatu rumah tangga (terutama masa depan anak/anak generasi penerus). Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan adopsi yang berkaitan dengan strategi peningkatan kemampuan dan potensi kaum perempuan, sehingga perempuan dapat berperan optimal di sektor domestik secara professional. Suyanto (Farihah, 2015) memaparkan perempuan saat ini banyak yang melibatkan diri pada sektor perdagangan. Menurutnya perempuan daya tarik dari sektor perdagangan dikarenakan mampu memberikan sumber pendapatan secara teratur. Di samping itu, sektor perdagangan juga memberikan kesempatan yang sangat besar bagi keterlibatan kaum perempuan karena pekerjaan di sektor tersebut sesuai dengan kemampuan fisik alamiah kaum perempuan. Bagi perempuan yang mempunyai penghasilan sendiri, di satu pihak perempuan dapat memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan di pihak lain perempuan dapat memperoleh penghasilan sendiri, dengan demikian perempuan dapat memenuhi kebutuhannya bahkan dapat menyumbangkan pendapatannya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dan perempuan mempunyai kemandirian di bidang perekonomian. Pekerja perempuan berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarga, seperti membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, menambah penghasilan, penambahan modal usaha dan investasi, tabungan serta biaya kesehatan dan biaya pendidikan. Pendapatan mereka dari bekerja digunakan untuk membeli bahan-bahan untuk keperluan sehari-hari. Penghasilan tersebut akan digabung dengan pendapatan suami mereka. Adanya implementasi program pengembangan usaha ekonomi kreatif yang semakin marak pada masa sekarang ini diharapkan mampu memberikan peningkatan dalam sektor pengembangan ekonomi keluarga dan bisa memberikan dampak yang nyata sebagai bagian dari pemberdayaan perempuan, khususnya ibu rumah tangga. Perempuan yang terlibat dalam sektor perdagangan ( public role ) pada umumnya memiliki posisi bargaining yang lebih tinggi dari pada perempuan yang hanya terlibat dalam sektor domestik (domestic role). Perempuan yang bekerja dan memiliki sumber pendapatan sendiri, tidak saja memiliki otonomi dalam mengelola pengeluaran pribadinya, mereka juga dapat lebih membantu dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangganya seperti yang telah dikemukakan oleh Suyanto (Lathifah, 2016). Peran aktif wanita sebagai istri-ibu rumah tangga sangat besar dalam membantu perekonomian keluarganya. Karena istri mempunyai dua peran ganda selain beban kerja di dalam rumah tangga, juga berperan sebagai pekerja di luar rumah. Mereka bisa memberikan sumbangsih yang besar bagi pendapatan keluarga, walaupun pendapatnnya tidak terlalu besar tapi sangat berdampak positif bagi perekonomian keluarga (Fitria, 2019). ## Ekonomi Kreatif Industri kreatif dan ekonomi kreatif merupakan satu bagian integral yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Industri kreatif merupakan penyokong utama dan paling pokok terhadap dinamika tumbuh berkembangnya ekonomi kreatif. Industri kreatif menjadi unsur terpenting dan kait mengkait yang merupakan bahan baku kekuatan ekonomi kreatif sebagai lompatan atau gelombang ekonomi baru yang berkembang pesat dalam tiga dekade terakhir (Ginting, 2020:43). Menurut Suryana (Wahyuningsih, 2019) pada gilirannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi telah mengubah pola-pola kehidupan ekonomi masyarakat secara global dalam berbagai bidang, seperti pola produksi, pola distribusi dan pola konsumsi. Perubahan pola produksi dan distribusi telah mendorong perubahan pola kebutuhan dan pola konsumsi masyarakat. Perubahan pola-pola tersebut dipengaruhi oleh terciptanya produk-produk baru. Pola-pola ekonomi yang terus berubah, inovasi teknologi dan kreativitas ilmu pengetahuan juga telah menggeser orientasi ekonomi, dari ekonomi pertanian, ke ekonomi industri, kemudian ke ekonomi informasi dan akhirnya ke ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh industri kreatif yang mengutamakan peranan kekayaan intelektual. Industri kreatif itu sendiri digerakkan oleh para entrepreneur (wirausaha), yaitu orang yang memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Pendekatan lain dari peran kreativitas adalah bahwa kreativitas dipandang sebagai alat ukur untuk proses sosial. Kreativitas dapat meningkatkan nilai ekonomi seperti pendapatan, kesempatan kerja, dan kesejahteraan, yang pada gilirannya dapat mengurangi permasalahan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, rendahnya pendidikan, kesehatan, ketimpangan dan ketidakstabilan sosial lainnya. Oleh sebab itu, dari sudut pandang ekonomi, terdapat kaitan yang erat antara kkreativitas dengan pengembangan sosial ekonomi yang idak terpisahkan secara khusus. Ekonomi kreatif dapat menciptakan kesejahteraan karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan, menciptakakan pemerataan, mengurangi kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan mendorong pembaruan serta memanfaatkan bahan baku lokal.Ekonomi kreatif memiliki kontribusi ekonomi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, ekonomi kreatif perlu dikembangkan karena dapat menciptakan iklim bisnis yang positif, dapat memperkuat citra dan identitas bangsa Indonesia, mendukung pemanfaatan sumberdaya yang terbarukan, merupakan pusat penciptaan inovasi dan pembentukan kreativitas, dan memiliki dampak sosial yang positif (Zahara, 2016). Menurut Howkins (Ratna, 2018) menjelaskan ekonomi kreatif sebagai kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan. Dalam cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009- 2015, ekonomi kreatif didefinisikan sebagai sebuah konsep di era ekonomi baru setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Konsep ini biasanya akan didukung dengan keberadaan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. Seiring berjalannya waktu, perkembangan ekonomi sampai pada taraf ekonomi kreatif setelah beberapa waktu sebelumnya, dunia dihadapi dengan konsep ekonomi informasi yang mana informasi menjadi hal yang utama dalam pengembangan ekonomi. ## Kerajinan Bordir Bordir atau dengan kata lain sulam merupakan salah satu bentuk kerajinan tangan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Sebelum ditemukan mesin jahit, pekerjaan membordir ini adalah dengan menggunakan jarum tangan yang lebih dikenal dengan kata sulaman. Seiring berkembangnya teknologi dengan adanya mesin jahit (mesin bordir) maka pekerjaan menyulam menjadi lebih cepat dan lebih baik (Yanuarmi, 2015). Menurut Suhersono (Ranelis, 2015) istilah bordir identik dengan menyulam karena kata bordir diambil dari istilah Inggris embroidery (im- broide) yang artinya sulaman. Bordir dapat juga didefenisikan sebagai ragam hias untuk asesoris berbagai busana yang menitikberatkan pada keindahan dan komposisi warna benang pada berbagai medium kain, dengan alat bantu seperangkat mesin jahit bordir atau mesin jahit komputer. Selain itu, menurut Kurnia (Loita, 2018) bordir adalah teknik menghias kain menggunakan jarum dan benang sebagai bahan utama. Tampilan bordir berupa komposisi susunan benang pada kain yang membentuk suatu pola hias yang dikerjakan dengan tangan atau mesin jahit. ## 3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu studi untuk menemukan fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian ini dipergunakan untuk mendeskripsikan tentang peningkatan pendapatan perempuan melalui pengembangan usaha ekonomi kreatif kerajinan bordir Aceh (kajian di kecamatan Montasik, kabupaten Aceh Besar). Metode analasis kualitatif adalah suatu metode penelitian untuk menghasilkan data dekskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari informan yang diwawancari. ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Industri bordir telah lama dilakukan di Kecamatan Montasik, kabupaten Aceh Besar. Menurut hasil wawancara dengan beberapa perempuang yang tergabung dalam beberapa kelompok pengrajin bordir yang ada di desa Dayah Daboh maupun desa Weu Krueng diketahui bahwa bordir merupakan salah satu industri kreatif yang ramai diminati oleh masyaraka kecamatan Montasik dan sekitarnya. Banyak pengrajin bordir yang umurnya masih muda, seperti setelah lulus dari SMA langsung memilih untuk menjadi pengrajin bordir, ada juga mahasiswa yang memilih menjadi pengrajin bordir sebagai usaha sampingannya. Bordir di kecamatan Montasik ini diketahui sudah ada sejak dulu dan diteruskan secara turun temurun hingga sekarang ini, dan ada sebagian pengrajin yang mengikuti pelatihan untuk menekuni usaha bordir ini. Selain hasil produksinya banyak diminati oleh masyarakat Aceh, penjualan hasil produksinya sudah sampaii ke luar Provinsi Aceh bahkan sampai ke manca negara. Pengembangan dan keberlangsungan ekonomi kreatif pada industri usaha bordir di desa Dayah Daboh dan desa Weu Krueng Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar sudah terlihat baik dan dapat meningkatkan pendapatan pengrajin. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa dari 150 sampel perempuan yang tergabung dalam beberapa kelompok pengrajin sebagai informan didapati rata-rata penghasilan mereka mangalami peningkatan dari tahun ke tahun melalui adanya usaha ekonomi kreatif bordir kas Aceh ini. Selain itu, hasil pendapatan dari produksi industri bordir para pengrajin bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Maka dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengembangan kerajinan bordir tersebut sebagai salah satu usaha ekonomi kreatif dapat meningkatkan pendapatan para perempuan pengrajin usaha bordir yang ada di desa Dayah Daboh dan desa Weu Krueng kecamatan Montasik sehingga dapat membantu kehidupan keluarganya. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan para perempuan pengrajin bordir di kedua desa tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengurusi pekerjaan rumah tangga saja (domestik), seperti: mengurus anak, mencuci, membersihkan rumah, memasak, melayani suami, dan lainnya. Tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan keluarga, dengan bekerja. Dalam masyarakat d imana keluarga sebagai satuan terkecil mengalami kekurangan ekonomi, menjadi alasan kuat para perempuan melakukan peningkatan ekonomi dengan melakukan kegiatan ekonomi dan menambah penghasilan. Oleh karena hal tersebutlah yang mendorong para perempuan ini untuk melakukan tindakan yang berguna dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan wawancara dengan para perempuan yang tergabung dalam beberapa kelompok pengrajin bordir di dua desa tersebut tentang pendapatan keluarga, sebagian besar dari mereka mengandalkan pendapatan suami yang rata-rata dari hasil buruh tani atau pedagang dan hanya memperoleh Rp 50.000-100.000/hari. Sedangkan suami yang bekerja sebagai buruh perkebunan rata-rata memperoleh Rp 80.000- 100.000/hari. Jika dihitung perbulannya itu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dengan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga. Usaha untuk mengatasi sulitnya perekonomian keluarga, maka suami-istri bekerja bersamasama mencari tambahan pendapatan. Ternyata peran istri dalam menunjang perekonomian rumah tangga sangat besar. Dari penelitian ini terlihat bahwa para istri memiliki tugas yang sifatnya multifungsi, tidak hanya melaksanakan peran dan kedudukannya di dalam rumah tangga tetapi mempunyai peran dan kedudukan di luar keluarga dengan bekerja tambahan sebagai pengrajin usaha bordir. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa penghasilan istri yang mencari tambahan melalui kelompok usaha pengrajin bordir yaitu bisa mencapai Rp 1.000.000-Rp 5.000.000 per bulan tergantung berapa banyaknya permintaan dan pemesanan dari pelanggan. ## Tabel 1. Perkembangan Usaha Ekonomi Kreatif Bordir Aceh Dengan memahami kegiatan para perempuan yang tergabung dalam beberapa kelompok usaha bordir secara keseluruhannya, dapat dilihat tidak ada lagi waktu luang bagi para istri-ibu untuk bersantai, mereka harus memikirkan bagaimana bisa berperan di ranah domestik dan publik untuk bisa membantu suami dalam mencukupi kebutuhan hidup. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, ternyata para perempuan yang tergabung dalam beberapa kelompok ekonomi kreatif usaha bordir yang ada di desa Dayah Daboh dan desa Weu Krueng memberi dampak yang sangat besar, baik dalam meningkatkan pendapatan keluarga, pengelolaan keuangan dan mengurusi pekerjaan rumah tangga. ## 5. KESIMPULAN a. Pengembangan dan keberlangsungan ekonomi kreatif pada industri usaha bordir di desa Dayah Daboh dan desa Weu Krueng Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar sudah terlihat baik dan dapat meningkatkan pendapatan pengrajin. Hal ini terbukti dengan banyak nya pemesanan dan pembelian atas hasil produksi tersebut. b. Melalui adanya pengembangan usaha ekonomi kreatif kerajinan bordir Aceh (Kajian Di Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar) memberikan keuntungan bagi para perempuan yang tergabung dalam beberapa kelompok pengrajin usaha bordir di mana penghasilan mereka mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini bisa membantu pekerjaan suaminya dalam mencari nafkah tambahan agar dapat memenuhi kebutuhan para anggota keluarganya. ## 6. REFERENSI Fitria, E. (2019). Peran Aktif wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin (Studi Kasus pada Wanita Buruh Perkebunan PT Asian Agri di Dusun Pulau Intan). Jurnal Ecobisma; Vol.6; No.2 , 54-60. Farihah, I. (2015). Etos Kerja dan Kuasa Perempuan dalam Keluarga (Studi Kasus Keluarga Nelayan di Brondong, Lamongan, Jawa Timur). PALASTREN; Vol. 8; No.1; Juni , 145-164. Ginting, Y. M. (2020). Ekonomi Kreatif: Prinsip, Evaluasi dan Pengembangannya di Indonesia. Jakarta: Yayasan Citra Unggul Demokrasi Indonesia (CUDI). Iskandar. (2017). Pengaruh Pendapatan Terhadap Pola Pengeluaran Rumah Tangga Miskin di Kota Langsa. Samudra Ekonomika; Vol. 1; No. 2; Oktober , 127-134. Khairati, U. (2018; Skripsi). Perlakuan Akuntansi Terhadap Pendapatan pada PT Aulia Tour & Travel . Medan, Sumatera Utara: FEBI UIN Sumatera Utara. Lathifah, A. (Desember 2016). Perubahan Peran Perempuan dalam Perekonomian Rumah Tangga Suku Dayak di Desa Kuala Rosan, Meliau, Kalimantna Barat. Sabda; Vol. 11; No.2 , 76-82. Loita, A., & Husen, W. R. (2018). Variasi Bentuk dan Makna Motif Bordir di sentra Bordir, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni; Vol.3; No.2; Oktober , 166-179. Kelompok Perempuan Pengrajin Bordir Aceh Pendapatan Rata-rata Pengrajin Bordir Jenis Produk Bordir Total Produksi (unit) Harga Jual Produk Bordir (Unit) Kelompok 1 (10 orang) Rp 1.000.000-Rp 1.900.000 Tas dan Dompet Motif Aceh 30 Kelompok 2 (10 orang) Rp 1.500.000-Rp 1.900.000 Tas dan Dompet Motif Aceh 22 Kelompok 3 (10 orang) Rp 1.000.000-Rp 1.900.000 Tas dan Dompet Motif Aceh 30 Kelompok 4 (10 orang) Rp 3.000.000-Rp 3.900.000 Tas Laptop Motif Aceh 8 Kelompok 5 (10 orang) Rp 3.000.000-Rp 3.900.000 Tas Laptop Motif Aceh 5 Kelompok 6 (10 orang) Rp 3.000.000-Rp 3.900.000 Tas Laptop Motif Aceh 6 Kelompok 7 (10 orang) Rp 500.000-Rp 1.000.000 Gantungan Kunci Motif Aceh 20 Kelompok 8 (10 orang) Rp 500.000-Rp 1.000.000 Gantungan Kunci Motif Aceh 20 Kelompok 9 (10 orang) Rp 500.000-Rp 1.000.000 Gantungan Kunci Motif Aceh 17 Kelompok 10 (10 orang) Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 Travel Bag Motif Aceh 8 Kelompok 11 (10 orang) Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 Travel Bag Motif Aceh 7 Kelompok 12 (10 orang) Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 Travel Bag Motif Aceh 5 Kelompok 13 (10 orang) Rp 4.000.000-Rp 5.000.000 Bakal Baju Motif Aceh 8 Kelompok 14 (10 orang) Rp 4.000.000-Rp 5.000.000 Bakal Baju Motif Aceh 7 Kelompok 15 (10 orang) Rp 4.000.000-Rp 5.000.000 Bakal Baju Motif Aceh 6 Rp 85.000 - Rp 120.000 / meter Rp 35.000 - Rp 200.000 Rp 80.000 - Rp 110.000 Rp 10.000 - Rp 15.000 Rp 200.000 - Rp 500.000 Nasruddin, R., & Haq, I. (2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i ; Vol. 7; No.7, 639-648. Hanum, Nurlaila. (2017). Analisis Pengaruh Pendapatan Terhadap Perilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Samudera Di Kota Langsa. Samudra Ekonomika; Vol. 1; No. 2; Oktober , 107-116. Ranelis. (2015). Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik. Ekspresi Seni ( Jurnal Ilmu Pengetahuna dan Karya Seni ), Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang; Vol. 16; No. 2 , 116-128. Ratna, S. (2018). Ekonomi Kreatif dan Kaizen. Jurnal REKOMEN (Riset Ekonomi dan Manajemen); Vol.1; No.2 , 1-10. Roy, P., Haque, S., Jannat, A., Ali, M., & Khan, M. (2017). Contribution of Women to Household Income and Decision Making in Some Selected Areas of Mymensingh in Bangladesh. Progressive Agriculture 28 (2) , 120-129. Selva, Syahida, N. P., & Anita. (2019). Peran Wanita Pedagang dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga ( Studi Kasus Wanita Pedagang Sayur di Desa Midang Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat) . Jurnal Ilmu Administrasi Publik (JIAP); Vol 7; No. 2 , 182-192. Skavronska, I. V. (2017). Creative Indutries in Ukraine : Analysis And Prospects of The Development. Economics and Sociology, Vol.10; No.2 , 87-106. Sutoyo, R. I. (2021). Pemberdayaan Perempuan Melalui Implementasi Program Kerajinan Bordir di Desa Karang Malang, Gebog Kabupaten Kudus. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam; Vol.5; No. 01 , 61-69. Wahyuningsih, S., & Satriani, D. (2019). Pendekatan Ekonomi Kreatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Iqtishaduna (Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita); Vol.8; No.2; Desember , 195-205. Wiryohasmono. (2014). Konsep Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Yanuarmi, D. (2015). Dampak Seni Bordir Komputer di Bukittinggi Sumatera Barat. Ekspresi Seni ( Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni); Vol. 17; No.2 , 165-323. Zahara, H. (2016). Upaya Pengembangan Usaha Ekonomi Kreatif Kerajinan Bordir Aceh di Kabupaten Aceh Utara. Jurnal AGRIFO, Vol. 1, No. 1 , 21-31. ________. (2018). Kapasitas Perempuan dalam Pengembangan Usaha Ekonomi Kreatif Kerajinan Bordir Aceh di Kabupaten Aceh Utara. Jurnal AGRIFO; Vol.3; No.1 , 30-38.
ab7158e6-b024-4d23-8153-f8092233e7bf
https://journal2.um.ac.id/index.php/basindo/article/download/7915/6812
BASINDO : Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Volume 4 Nomor 2, 2020 Journal homepage : http://journal2.um.ac.id/index.php/basindo ## MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DRAMA MENGGUNAKAN MEDIA TEKS CERPEN SISWA KELAS VIII Lili Ratnasari * , Syahrul Ramadhan Universitas Negeri Padang A R T I C L E I N F O ## A B S T R A C T Article history: Received: 20 May 2019 Accepted: 11 Nov 2020 Published: 16 Des 2020 Keyword : model pembelajaran, menulis teks drama, media teks cerpen Model pembelajaran dan media yang bervariasi dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks drama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran menulis teks drama dengan media teks cerpen dan mendeskripsikan kemampuan menulis teks drama siswa dengan menggunakan media teks cerpen. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum model pembelajaran dengan menggunakan media teks cerpen sudah efektif digunakan untuk pembelajaran menulis teks drama. ## PENDAHULUAN Tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah agar siswa terampil dalam berbahasa. Namun, dengan pembelajaran yang hanya memberikan konsep untuk siswa, jelas menunjukkan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, sedangkan guru tersebut hanya memberikan teori-teori saja tentang bahasa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slamet (2007: 6), bahwa pengajaran bahasa Indonesia bukanlah pengajaran mengenai kebahasaan namun keterampilan dalam berbahasa Indonesia. Dalam hal ini, suatu teori hanya diperlukan untuk mendukung atau menjelaskan konteks pembelajaran yang ada hubungannya dengan keterampilan yang ada pada diri siswa. Pada pembelajaran yang menerapkan kurikulum 2013, diperlukan keterampilan dan kreativitas siswa. Sehingga seorang siswa harus ikut lebih aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran (Schereurs, 2014: 36). Teks merupakan wujud dari kurikulum 2013. Seiring dengan dengan pendapat yang dikemukakan * Corresponding author. E-mail addresses: [email protected] (Lili Ratnasari), [email protected] (Syahrul Ramadhan) ISSN : 2579-3799 (Online) - BASINDO : Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/BY/4.0/). Atmazaki (2013:5), yang menjelaskan bahwa hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks adalah berupa teks. Hal tersebut sesuai dengan pendekatan ilmiah yang dihasilkan setelah proses mengamati, bertanya, serta menganalisis. Dalam menciptakan sebuah tulisan ataupun teks, keterampilan siswa sangatlah diperlukan. Aktivitas menulis dapat didefenisikan sebagai kegiatan atau tindakan yang memproduksi sebuah tulisan. Tujuan dalam menulis teks harus jelas, sehingga sebagai seorang penulis harus menyadari dan melihat adanya hubungan antara yang satu maupun yang lain melalui sebuah proses serta melalui suatu ide, gagasan serta tujuan dari sebuah bahasa tulis (Andriyani, 2017:2; Permanasari, 2017: 158; dan Yurnelis, 2013: 1). Sebuah teks yang baik dihasilkan dari keterampilan menulis yang baik pula, untuk itu diperlukan suatu kreativitas siswa. Pada setiap sekolah, pengajaran bahasa dan sastra kurang memperhatikan cara pembelajaran yang baik, yang menerapkan cara yang lebih kreatif serta inovatif (Burhan, 2017: 36). Dapat dilihat dari pemberian tugas yang dilakukan di kelas oleh guru, yang menerapkan cara yang membuat siswa malas dalam berpikir. Karena siswa disuruh untuk beripkir sesuai pengalaman, dan disuruh memilih kata sesuai dengan penempatannya. Selain hal yang demikian, siswa juga disuruh memilih gaya bahasa yang menarik yang dituntut untuk menghasilkan sebuah teks drama yang bagus. Oleh karena itu, dalam pembelajaran terkadang siswa merasa jenuh dan malas dalam berpikir sehingga kurang berminat untuk mengikuti mata pelajaran menulis teks terutama menulis teks drama. Materi menulis teks drama terdapat dalam kurikulum 2013 yang diajarkan pada semester ke dua. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Ramadhani (2018:171), bahwa pembelajaran terutama menulis teks drama belum menghasilkan capaian yang maksimal. Dalam pembelajaran di kelas, keterampilan menulis teks drama masih menghadapi kendala. Selain itu, Suryani (2017: 3) menyatakan bahwa keterampilan menulis teks drama masih rendah terjadi karena beberapa faktor. Faktor tesebut diantaranya adalah kesulitan yang dialami siswa karena kurangnya pemahaman siswa mengenaai konsep teks drama. Faktor selanjutnya adalah wawasan siswa serta pengalamannya masih minim sehingga ide sulit dikembangkan. Faktor terakhir adalah naskah yang ditulis siswa kurang memunculkan daya tarik dan siswa sulit untuk memnculkan konflik disebabkan karena kesulitan yang dialami siswa. Teks drama adalah sebuah teks yang memberikan gambaran mengenai kehidupan serta tingkah laku seseorang, yang tujuannya untuk dipentaskan (Kosasih, 2017: 202). Sedangkan struktur teks drama adalah prolog, dialog, dan epilog. Prolog adalah bagian awal dari sebuah teks drama, biasanya berupa paragraf pembuka sebelum dialog. Dialog adalah berupa percakapan/dialog antar tokoh yang di dalamnya tergambar berbagai watak tokoh, berbagai persoalan kehidupan serta bagaimana menghadapi masalah tersebut. Dialog terbagi menjadi tiga bagian yakni orientasi, komplikasi, dan resolusi. Pertama, orientasi adalah bagian awal dari dialog yang berisi cerita yang sedang berlangsung. Kedua, komplikasi adalah gambaran tentang konflik-konflik antar tokoh. Ketiga, resolusi adalah bagian puncak (klimaks) dari sebuah drama. Epilog adalah paragraf yang terdapat pada bagian akhir dari sebuah teks drama yang berisi inti dari cerita. Selain itu, teks drama dapat diartikan sebagai sebuah teks yang dimunculkan dari sebuah kegiatan menulis kreatif yang memiliki sifat ekspresif serta apresiatif yang mengisahkan persoalan kehidupan manusia yang bertujuan untuk pementasan serta berupa dialog dan juga gerak (Ramadhani, 2018:171). Selain itu, teks drama juga dapat diartikan sebagai serangkaian ucapan atau percakapan manusia yang termuat dalam bentuk tulisan yang memiliki tema, alur, isi, serta irama (Kemal, 2013: 48). Jadi, drama merupakan sebuah kisah hidup atau kehidupan manusia yang berisi tema, alur, serta gagasan yang bentuknya berupa percakapan atau dialog yang kemudian dipentaskan di atas panggung. Tujuan pembelajaran pada materi menulis teks drama adalah agar siswa mampu menulis teks drama sesuai konteks. Dengan demikian, pembelajaran menulis teks drama ini harus mencapai tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah menulis teks drama tanpa ada rasa bosan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan model pembelajaran yang tepat pula. Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menulis teks drama. Sejalan dengan banyaknya model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam PBM tersebut, penulis merujuk pada penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh: (1) Yurnelis (2013), hasil penelitiannya menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran menulis teks drama menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan kegiatan siswa dalam suatu proses pembelajaran; (2) Wulandari (2013), hasil penelitiannya menyatakan bahwa media berita, cocok dan efektif digunakan untuk sumber belajar ketika proses pembelajaran menulis naskah drama sehingga mampu dijadikan sebuah alternatif sebagai sumber belajar supaya siswa terinspirasi dan juga tergugah saat proses pembelajaran, khususnya ketika pembelajaran dengan materi materi menulis teks drama; (3) Maesaroh (2014), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa media film pendek dapat meningkatkan keterampilan menulis naskah drama siswa. (4) Hesty (2015), hasil penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan dalam penyesuaian dialog, epilog, serta prolog ketika menulis teks drama secara keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan, artinya dalam pembelajaran menulis teks drama, model group investigation efektif untuk digunakan; (5) Sari (2016), hasil penelitiannya menyatakan bahwa pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ketika pembelajaran menulis teks drama siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gunung Talang memberi alternatif untuk siswa agar lebih aktif ketika proses pembelajaran menulis teks drama, serta memberi alternatif bagi siswa untuk mengembangkan ide cerita. (6) Suparman (2018), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan dalam menulis teks drama efektif diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture. Dari penelitian tersebut, model pembelajaran dan media yang bervariasi dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks drama. Artinya, model dan media pembelajaran dapat membantu guru dalam mengatasi masalah menulis teks drama siswa. Sehingga siswa dapat lebih mudah menulis teks drama. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian yang berbeda, karena penulis ingin melihat dan mendeskripsikan bagaimana penerapan model penerapan model pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan media cerpen pada siswa. Penulis tidak ingin melihat pengaruh model pembelajaran tapi hanya ingin melihat bagaimana media teks cerpen digunakan dalam menulis teks drama, apakah efektif atau tidak efektif. Menulis teks drama dengan menggunakan media teks cerpen dilakukan untuk melukiskan lambang-lambang serta grafik yang dapat dipahami (Tarigan, 2013: 22). Dapat diartikan bahwa menulis teks drama dilakukan dengan menurunkan sustu pesan serta amanat yang tergambar melalui alur cerita. Dalam hal ini, ada sebuah indikator pembelajaran yaitu siswa mampu untuk menulis teks drama melalui pengembangan tokoh, konflik, serta latar yang sesuai. Cara yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menulis teks drama adalah sebagai berikut. Pertama, adegan langsung dumulai dengan cara yang berurutan. Kedua, untuk patokan dibuatlah sinopsis atau ringkasan cerita terlebih dahulu. Ketiga, pengembangan sinopsis tersebut untuk dijadikan kerangka yang berisi gambaran tentang tokoh pada setiap penampilan atau adegan (Fauzi, 2007: 93-94). Penelitian tentang pemenfaatan media teks cerpen sudah pernah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rifa’i (2018), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil akhir penerapan Media Cerpen Wayang Kardus dalam Pembelajaran Mengorvesi Naskah Drama Menunjukkan peningkatan antusias siswa dalam proses pembelajaran, memberikan respon positif siswa, dan tercapainya hasil belajar sehingga siswa mampu mengorvesi sebuah cerpen menjadi sebuah teks drama. Selanjutnya, Rahmaniah (2016), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa media cerpen mampu meningkatkan keterampilan menulis teks drama siswa kelas XI IPB2 SMA Negeri 2 Gerokgak. Dari penelitian tersebut, jelas bahwa media cerpen dapat meningkatkan keterampilan menulis teks drama siswa. Berdasarkan latar belakang dan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti ingin melakukan penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya yakni peneliti melakukan penelitian yang difokuskan pada kelas VIII tingkat SMP/MTs yang sesuai dengan penerapan kurikulum 2013. Penelitian ini penting dilakukan karena masih sedikit penelitian tentang pemanfaatan model pembelajaran untuk menulis teks drama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran menulis teks drama dengan media teks cerpen dan mendeskripsikan kemampuan menulis teks drama siswa dengan menggunakan media cerpen pada siswa kelas VIII. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif, untuk memberikan gambaran variabel yang digunakan dalam penelitian yang berbentuk deskriptif serta berupa angka-angka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa ketika menulis teks drama menggunakan media teks cerpen. Data dalam penelitian ini adalah teks drama yang ditulis oleh siswa, dengan melihat struktur, unsur kebahasaan, serta unsur instrinsik teks drama. Sedangkan objek penelitian yang digunakan adalah siswa VIII MTs Ibadurrahman Lolo yang berjumlah 30 siswa. Variabel penelitian menggunakan variabel tunggal sebab mengamati keterampilan menulis teks drama menggunakan media cerpen. Sampel penelitian adalah teknik purposive sampling. Sampel yang diambil adalah siswa kelas VIII MTs Ibadurrahman Lolo yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling karena peneliti merasa hanya siswa kelas VIII yang mempelajari tentang materi teks drama pada tingkat SMP/MTs. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik penugasan atau teknik tes kemudian dengan mendokumentasikan hasil dari tulisan siswa setelah melakukan penulisan teks drama dengan media yang telah ditentukan tersebut (Rifa’i, 2018: 37). Sedangkan teknik analisis data yang dilakukan merupakan analisis data dari penilaian terhadap teks drama yang telah dibuat siswa. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Di samping peneliti sebagai instrumen utama, ada juga instrumen yang digunakan yakni data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Mendeskripsikan Penerapan Model Pembelajaran Menulis Teks Drama dengan Media Teks Cerpen Siswa Kelas VIII Pemanfaatan model pembelajaran yang tepat merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam menyimak, berbicara, membaca, serta menulis. Pada penerapannya, semua keterampila n tersebut saling menunjang dan berkaitan satu sama lain serta merupakan dasar dalam pengembangan kompetensi dasar (KD), terutama KD 4.16. KD 4.16 merupakan KD yang berisi tentang penyajian drama ke bentuk pementasan atau naskah. Adapun materi menulis teks draama terdapat dalam Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 4.16.1. Berdasarkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 4.16.1 tersebutlah pembelajaran menulis teks drama diterapkan di kelas. Pembelajaran menulis teks drama dilaksanakan pada pertemuan keempat sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Tujuan pembelajaran adalah agar siswa mampu menulis teks drama berdasarkan media teks cerpen. Sesuai dengan RPP, pembelajaran diawali ketika guru masuk kelas dengan mengucapkan salam pada kegiatan pendahuluan. Kemudian guru menyuruh siswa untuk be rdo’a. Setelah berdo’a, siswa diperintahkan untuk melihat kembali kebersihan kelas. Setelah itu guru menanyakan tentang kehadiran siswa. kemudian, guru menyebutkan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai. Guru menyampaikan kepada siswa mengenai sistem penilaian, yakni penilaian keterampilan yang berupa praktik serta produk. Ada suatu hal yang tidak boleh dilupakan, yakni guru mengaitkan pembelajaran dengan salah satu ayat Al- Qur’an. Pada kegiatan inti, siswa diperintahkan untuk mengulang kembali pembelajaran sebelumnya yaitu pembelajaran tentang struktur, isi, dan ciri-ciri teks drama. Kemudian, diberikan satu contoh teks drama, yang akan diamati oleh siswa. Siswa diperintahkan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan struktur, isi, dan ciri teks drama. Guru bersama siswa mendiskusikan tentang langkah- langkah menulis teks drama dengan berpedoman pada contoh teks drama yang telah diberikan. Kegiatan selanjutnya adalah siswa diberikan sebuah media teks cerpen yang bertema pendidikan. Siswa mengamati dan membaca teks cerpen tersebut dengan seksama. Kemudian siswa ditugaskan untuk membuat sebuah teks drama berdasarkan media teks cerpen tersebut yang dibimbing oleh guru. Ketika menulis teks drama berdasarkan media cerpen, siswa bersama kelompok mampu menulis teks drama dengan baik. Dalam menulis teks drama dengan media cerpen, boleh menambah atau mengurangi teks tapi tanpa mengubah tema, isi, alur, dan amanat dari cerpen tersebut. Selanjutnya, teks drama yang telah dibuat siswa dikumpulkan kepada guru untuk diberikan penilaian. Guru memberikan komentar tehadap teks drama yang telah dibuat siswa. Kegiatan penutup, pertama dengan memerintahkan siswa untuk menyimpulkan pembelajaran. Guru memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang diberikan siswa dengan meriviu mengenai pembelajaran hari tersebut. Selanjutnya guru menyebutkan materi untuk pertemuan berikutnya dan menyuruh siswa membaca materi tersebut di rumah. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca do’a kemudian sal am. Berdasarkan kegiatan pembelajaran tersebut, siswa tampak terampil menulis teks drama dengan menggunakan media teks cerpen. Siswa tidak terlihat kesulitan ketika mengubah teks cerpen menjadi teks drama. Siswa tidak lagi kesulitan dalam mengungkapkan ide serta gagasannya. Ketika mengubah teks cerpen menjadi teks drama, siswa mampu menulis teks drama tanpa mengubah ide dari teks cerpen. Penggambaran mengenai sifat serta konflik dapat dilakukannya dengan baik. ## Kemampuan Menulis Teks Drama Siswa Menggunakan Media Cerpen pada Siswa Kelas VIII Penerapan media teks cerpen untuk menulis teks drama siswa kelas VIII di MTs Ibadurrahman Lolo, menunjukkan hasil yang memuaskan. Hasil yang diperoleh siswa melebihi KKM. KKM pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah 75. Nilai diperoleh dengan penjumlahan setiap rentang penilaian, kemudian dilakukan pembagian jumlah total dari nilai seluruh siswa dengan jumlah siswa di kelas VIII tersebut. Pemerolehan nilai siswa dalam menulis teks drama dengan media cerpen dengan total 2580 kemudian dibagi 30 siswa. Sehingga rata-rata yang diperoleh adalah 86 dari jumlah seluruh siswa dalam kelas. Pemerolehan nilai siswa yang memiliki rentang antara 61 sampai 70 adalah berjumlah 0 orang siswa. Siswa yang memperoleh nilai dengan rentang 71 sampai 80 adalah sebanyak 7 siswa atau23%. Siswa yang memperoleh nilai dengan rentang 81 sampai 90 adalah sebanyak 17 siswa atau 57%. Selanjutnya siswa yang memperoleh rentan nilai 91-100 adalah sebanyak 6 siswa atau 20%. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa secara umum siswa kelas VIII MTs Ibadurrahman Lolo sudah dapat memahami pembelajaran menulis teks drama dengan baik. Terutama ketika menulis teks drama dengan menggunakan media teks cerpen. Secara umum semua siswa telah mencapai nilai diatas KKM yaitu 75. Dari perolehan seluruhnya, rata-rata nilai yang didapatkan siswa adalah 86. Hal itu, menunjukkan penggunaan media teks cerpen untuk menulis teks drama memiliki dampak yang baik bagi siswa sehingga pembelajaran lebih efektif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII MTs Ibadurrahman Lolo tersebut tahun pelajaran 2018/2019, penggunaan media teks cerpen dalam pembelajaran menulis teks drama dapat diterapkan untuk memudahkan siswa dalam menulis teks drama. Dari proses pembelajaran yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa kegiatan menulis tidak kaku ketika menerapkan metode pembelajaran ini. Siswa lebih antusias dan fokus pada materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa media teks cerpen efektif dan dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis teks drama di sekolah. Penelitian terdahulu tentang menulis naskah drama yang hampir sama dengan penelitian yang penulis lakukan ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ra hman (2017), dengan judul penelitiannya yakni “Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Dengan Pendekatan Contextual Teaching Learning ( CTL )”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching Learning ( CTL ). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Delfanida (2018), melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Dengan Menggunakan Media Audiovisual Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Pekanbaru Tahun Pembelajaran 2015/2016. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dalam pembelajaran menulis naskah drama setelah menerapkan media audiovisual yakni video mengenai pementasan drama. Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan ini. Dimana hasil dari penelitian terdahulu lebih kearah peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks drama ketika diberikan model pembelajaran, kemudian dibandingkan dengan sebelum diberikan model pembelajaran. Sedangkan dalam penelitian yang penulis lakukan ini hasil penelitian menunjukkan bahwa bagaimana penerapan model pembelajaran dalam menulis teks drama dengan menggunakan media teks cerpen. Hasilnya adalah model pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan media teks cerpen efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks drama. Artinya, dalam penelitian ini bukan melihat bagaimana peningkatan kemampuan siswa, tapi hanya melihat afektif atau tidaknya model pembelajaran digunakan di kelas, terutama dalam menulis teks drama. ## PENUTUP Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran menulis teks drama dengan media teks cerpen siswa kelas VIII dapat memberikan dampak positif bagi siswa, dimana siswa tampak terampil menulis teks drama dengan menggunakan media teks cerpen. Siswa tidak terlihat kesulitan ketika mengubah teks cerpen menjadi teks drama. Siswa tidak lagi kesulitan dalam mengungkapkan ide serta gagasannya. Ketika mengubah teks cerpen menjadi teks drama, siswa mampu menulis teks drama tanpa mengubah ide dari teks cerpen. Penggambaran mengenai sifat serta konflik dapat dilakukannya dengan baik. Penggunaan media teks cerpen dalam pembelajaran menulis teks drama dapat diterapkan untuk memudahkan siswa dalam menulis teks drama. Dari proses pembelajaran mengenai kemampuan menulis teks drama siswa menggunakan media cerpen pada siswa kelas VIII yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa kegiatan menulis tidak kaku ketika menerapkan metode pembelajaran ini. Siswa lebih antusias dan fokus pada materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa media teks cerpen efektif dan dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis teks drama di sekolah. ## DAFTAR PUSTAKA Andriyani, Luh Putu Onny. (2017). Pembelajaran Menulis Teks Berita Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Di Kelas VIII E SMP Negeri 4 Kubu Tambahan. E-journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha, Volume 7, Nomor 2, Hlm. 1-10. Atmazaki. (2013). Mengungkap Masa Depan: Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Konteks Pengembangan Karakter Cerdas. Makalah. Padang: UNP. Burhan, Muh. Ariful. (2017). Pembelajaran Menulis Naskah Drama Dengan Pendekatan Kontekstual Teknik Learning Community Pada Siswa Kelas XI Tanwiryah Kalisari Baureno Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Pentas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 3, Nomor 1, Hlm. 36-43. Delfanida. (2018). Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Dengan Menggunakan Media Audiovisual Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Pekanbaru Tahun Pembelajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Tambusai, Volume 2, Nomor 4, Hlm. 521-532. Fauzi, H, D. (2007). Bagaimana Menulis Naskah Drama. Bandung: Amrico. Hesty, Vony Purnama Sari. (2015). Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Menggunakan Model Group Investigation Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jawai. E-journa,. Hlm. 1-16. Diunduh pada 10 April 2019. Kemal, 1. (2013). Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Instrinsik Teks Drama dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share. Jurnal Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, Hlm. 47-60. Kosasih, E. (2017). Bahasa Indonesia: Buku Siswa SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kemendikbud. Maesaroh, Imas. (2014). Peningkatan Pembelajaran Menulis Naskah Drama Menggunakan Media Film Pendek Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadyah 1 Lumayang Tahun 2013/2014. Jurnal Nosi, Volume 2, Nomor 7, Hlm. 627-635. Permanasari, Dian. (2017). Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbar Jaya Lampung Barat. Jurnal Persona, Volume , Nomor 2, Hlm. 156-162. Rahmadhani, Meri. (2018). Pengaruh Penggunaan Teknik Copy The Master Terhadap Keterampilan Menulis Teks Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMA Negeri 11 Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 7, Nomor 3, Hlm. 170-177. Rahman, Ahmad Syaeful. (2017). Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Dengan Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) (Penelitian Tindakan Kelas VIII MTs (X) Kota Bogor). Jurnal Literasi Volume 7, Nomor 1, Hlm. 32-40. Rahmaniah, Titin. (2016). Penerapan Teknik PQ4R Berbantuan Media Cerpen untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPB2 SMA Negeri 2 Gerokgak. E-Jurnal JPBSI, Undiksha, Volume 4, Nomor 2, Hlm. 1-11. Rifa’i, Muhamad. (2018). Wayang Kardus Sebagai Media Pembelajaran Mengorversi Naskah Drama untuk SMP. Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 1, Hlm. 34-44. Sari, Riri Ratna. (2016). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Menulis Teks Drama Siswa Kelas XI SMA N 1 Gunung Talang. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Sumbar. Diunduh pada 10 April 2019. Schereurs, Jeanne. (2014). A Shift Teacher Centered to Learner Centered Approach. iJEP: International of Journal. Volume 4 Nomor 3 Hlm. 36-41. Slamet, St. Y.. (2007). Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UPT. Suparman. (2018). Keefektifan Model Picture and Picture dalam Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMPN 2 Bua Ponrang Kabupaten Luwu. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan Sastra PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo, Volume 4, Nomor 2. Suryani, E, Asri Y dan Ratna, E. (2017). Pengaruh Penggunaan Teknik Pemodelan Terhadap Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11 Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 6, Nomor 1. Wulandari, Sri. (2013). Kemampuan Menulis Naskah Drama Dengan Menggunakan Teknik Pemodelan Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Pariaman. E-journal. Diunduh pada 10 April 2019. Yurnelis. (2013). Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Siswa Kelas VIII RSBI-1 SMP N 12 Padang. Jurnal Bahasa, Sas tra dan Pembelajaran, Volume 1, Nomor 2, Hlm. 27- 37 .
255353d4-2646-4430-87bf-e3c85dc6db20
https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/download/2507/2027
Vol. 5, No. 4 November 2021 e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 DOI: 10.36312/jisip.v5i4.2507 /http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index ## STRATEGI PEMERINTAH GAMPONG DALAM PEMBERANTASAN NARKOBA (Studi Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara) Thanthawi Ishak 1 , Miswar 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Nasional, Ilmu Administrasi Negara 2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lhokseumawe, Ekonomi Pembangunan Article Info Abstract Article history: Received 03 November 2021 Publish 11 November 2021 Drug trafficking is still rampant in the jurisdiction of the Lhoksukon Police. Several sub- districts in the city center are often used as places for transactions for these illicit goods. This is where the function and strategy of the Gampong Matang Peupanji Government as a representative of the North Aceh Regency government apparatus, especially regarding the implementation of the right strategy in the field is here. The purpose of the study was to determine the strategy of the gampong government in eradicating drugs in Gampong Matang Peupanji, Lhoksukon District and to find out the obstacles or obstacles faced by the gampong government in its efforts to eradicate drugs. The research methodology is to use qualitative research with a descriptive approach. The results of the study obtained data that the strategy of the Matang Peupanji Gampong Government in its efforts to eradicate drugs was first by compiling the Gampong Qanun or "Reusam Gampong" Matang Peupanji. Then the second, the Government of Gampong Matang Peupanji formed an anti-drug task force and volunteers in the village which was fully supported by the Muspika. Furthermore, the third, the Government of Gampong Matang Peupanji also strengthens the environmental security system in its area. The conclusion is that a strategy will be implemented effectively if the formulation, manufacture and implementation in the field are supported by actors, organizations, procedures and techniques with adequate facilities and infrastructure and carried out in a timely manner. The suggestion is that the Gampong Matang Peupanji Government is expected to have a high commitment in implementing its strategy for drug eradication. Keywords: Strategy, Village, Drugs Info Artikel Abstrak Article history: Diterima 03 November 2021 Publis 11 November 2021 Peredaran narkoba masih marak diwilayah hukum Polres Lhoksukon. Beberapa kecamatan di pusat kota itu, sering dijadikan tempat transaksi barang haram tersebut. Disinilah fungsi dan strategi Pemerintah Gampong Matang Peupanji sebagai perwakilan aparatur pemerintah Kabupaten Aceh Utara, khususnya mengenai penerapan strateginya yang tepat di lapangan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Strategi pemerintah gampong dalam pemberantasan narkoba di Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon dan untuk mengetahui kendala atau hambatan yang dihadapi oleh pemerintah gampong dalam upayanya memberantas narkoba. Metodologi penelitian adalah menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian mendapatkan data bahwa strategi Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam upayanya memberantas narkoba adalah pertama dengan menyusun Qanun Gampong atau “Reusam Gampong” Matang Peupanji. Kemudian yang kedua , Pemerintah Gampong Matang Peupanji membentuk satgas dan relawan anti narkoba di gampong yang didukung sepenuhnya oleh pihak Muspika. Selanjutnya yang ketiga , Pemerintah Gampong Matang Peupanji juga memperkuat sistem keamanan lingkungan di daerahnya. Kesimpulan adalah sebuah strategi akan terlaksana dengan efektif apabila dalam perumusan, pembuatan dan implementasinya di lapangan didukung oleh aktor, organisasi, prosedur dan teknik dengan sarana dan prasarana yang memadai serta dilaksanakan dalam waktu yang tepat. Saran adalah Pemerintah Gampong Matang Peupanji diharapkan untuk memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan strateginya untuk pemberantasan narkoba. This is an open access article under the Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional Corresponding Author: Thanthawi Ishak Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Nasional, Ilmu Administrasi Negara e-mail: [email protected] ## 1. PENDAHULUAN Narkotika mulai dilarang secara resmi di dunia internasional sejak dikeluarkannya Single Convention Narcotics pada tahun 1961. Amerika Serikat merupakan Negara pelopor kebijakan yang melarang dengan tegas tentang penyalahgunaan narkotika. Konvensi ini mengharuskan setiap negara yang menjadi anggota untuk memberikan hukuman kepada pelaku menggunakan obat-obat terlarang. Dalam sidang PBB di New York, tanggal 30 Maret 1961 diputuskanlah Single Convention Narcotic Drugs, yaitu berupa daftar jenis-jenis narkotika yang termasuk dalam pengawasan dunia Internasional [1]. ` Hasil yang diperoleh pada Convention on The Right of The Child (CRC) dan Indonesia termasuk salah satu Negara yang bergabung di dalamnya di tahun 1989, menyatakan setiap anak mempunyai hak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan Narkoba) dan dilindungi baik fisik maupun mentalnya. Namun, yang terjadi saat ini pengguna narkotika pada umumnya berada pada umur 15-24 tahun yang merupakan anak sekolah maupun sedang melanjutkan kuliah [2]. Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2014 pernah merilis data terkait penggunaan narkoba yang menyebutkan bahwa, 22 % pengguna narkoba di seluruh Indonesia adalah merupakan pelajar dan mahasiswa [3]. Berdasarkan hal tersebut di atas, disinilah fungsi dan strategi Pemerintah Gampong (Desa) Matang Pupanji diuji dalam kedudukannya sebagai perwakilan aparatur pemerintah Kabupaten Aceh Utara, khususnya mengenai penerapan strateginya yang tepat di lapangan. Pemerintah Gampong Matang Pupanji juga dituntut untuk melaksanakan perannya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dalam hal pemberantasan narkoba seperti yang telah ditentukan dalam Pasal 104 dan 105 dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika: 1. Masyarakat memiliki kesempatan yang besar dan luas untuk berperan dalam hal pencegahan, pemberantasan, dan penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba dan prekursor narkotika. 2. Masyarakat memilki hak dan tanggung jawab dalam hal pencegahan, pemberantasan dan penyalahgunaan serta peredaran gelap narkotika atau prekursor narkotika. Hasil penelusuran awal penulis pada Satuan Narkoba Polres Lhoksukon, menyatakan bahwa peredaran narkoba masih marak di wilayah hukum Polres Lhoksukon. Beberapa kecamatan dan Gampong, seperti Gampong Matang Peupanji, sering dijadikan tempat transaksi barang haram tersebut. Malah, di wilayah itu penangkapan tertinggi mencapai 39% atau 38 kasus sejak Januari hingga Agustus 2018. Sabu-sabu adalah jenis narkotika yang masih mendominasi dan paling banyak ditangani pihak satuan narkoba, yaitu 674,9 gram, setelah itu ganja 17.133,62 gram dan 302 batang, kemudian ekstasi 141 butir dan miras 76 botol. Wilayah hukum Polres Lhoksukon, membawahi 16 kecamatan yang terdiri dari 12 polsek dan 4 sub sektor. Hasil observasi ditemukan fakta bahwa, sebagian masyarakat masih cenderung mencari nafkah dengan cara menanam tanaman ilegal tersebut untuk diedarkan dalam jumlah besar maupun kecil karena lebih mudah laku dan nilai jualnya yang tinggi. Oleh karenanya, berdasarkan data-data tersebut tidak menutup kemungkinan banyak remaja- remaja yang akan terkena dampak negatifnya dalam kehidupan mereka, disebabkan ketidakberdayaan, ekonomi yang sulit, informasi yang tertinggal, permasalahan agama, permasalahan politik, dan juga masalah dari budaya dalam masyarakat, sehingga semakin kompleks persoalan, dan apabila tidak ditangani dengan serius, maka dikhawatirkan akan timbul banyak permasalahan, yang dimulai dari konflik rumah tangga hingga penyalahgunaan narkoba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemerintah gampong dalam pemberantasan narkoba dan untuk mengetahui kendala atau hambatan yang dihadapi oleh pemerintah gampong dalam upayanya memberantas narkoba di Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. ## 2. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, untuk menganalisis dan mendapatkan data yang berkaitan dengan obyek penelitian, serta menyajikan hasil penelitian ini. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Penelitian ini dilakukan di Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon Kabuppaten Aceh Utara. Alasan kenapa penulis melakukan penelitian di kawasan ini adalah karena sumber informasi yang berkaitan dengan topik serta gambaran penelitian secara nyata terdapat di lokasi ini, dan juga yang lebih penting lagi bahwa Gampong Matang Peupanji ini adalah sebagai gampong (desa) percontohan dalam wilayah Kota Lhokseumawe yang telah berhasil menyelamatkan dan mengamankan seluruh warganya dari bahaya ketergantungan dan peredaran gelap narkoba. Selain itu juga yang menjadi pertimbangan penulis adalah akses menuju ke Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon ini sangatlah dekat. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive . Teknik Purposive yakni dengan cara mengambil orang-orang yang dipilih menurut ciri-ciri yang dimilikinya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua kegiatan yaitu studi lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait fokus penelitian ini di lokasi dan situs penelitian. Studi literature atau studi kepustakaan juga dilakukan sebagai rangkaian kegiatan penelitian, (Bungin, 2019). Berikut ini teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tekhnik observasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini, dengan menggunakan analisis data induktif yaitu proses menganalisa yang berangkat dari fakta-fakta khusus yang kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum. Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan ## 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1.Hasil Penelitian Strategi Pemerintah Gampong Dalam Pemberantasan Narkoba di Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Maraknya penyalahgunaan narkoba khususnya di Gampong Matang Peupanji, Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, terjadi dari tingkat soaial ekonomi menengah bawah sampai pada tingkat sosial ekonomi menengah ke atas. Dalam pemberantasan narkoba di Desa Matang Peupanji perlunya peran serta dan dukungan dari orang tua dan masyarakat. Ada 3 (tiga) komponen dasar didalam menanggulangi kejahatan yang besar yakni masyarakat (pemerintah Gampong Matang Peupanji), pemerintah dan polisi atau penegak hukum. Pemerintah Gampong Matang Peupanji sebagai perwakilan masyarakat untuk melakukan langkah-langkah pemberantasan, peredaran dan penyalahgunaan narkotika, polisi menjadi fasilitator, sedangkan pemerintah mempunyai peranan pendukung kegiatan penangggulangan narkotika. Hasil temuan penulis di lapangan mendapatkan data bahwa, para aparatur pemerintah Gampong Matang Peupanji memegang kendali penuh terhadap keamanan, keselamatan, dan melakukan pembinaan serta pemberdayaan terhadap warganya akan bahaya dari penyalahgunaan dan peredaran narkoba di daerahnya. Hal ini terlihat dari upaya yang dilakukan oleh aparat pemerintahan Gampong Matang Peupanji untuk bersinergi dengan pihak kepolisian untuk memberantas narkoba sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 26 menyebutkan; Kepala Desa bertugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan di Desa, Pembinaan masyarakat Desa, dan melakukan pemberdayaan masyarakat Desa. Strategi Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam upayanya memberantas narkoba dan ini dilaksanakan secara konsisten dan kontinu oleh seluruh elemen masyarakat Gampong Matang Peupanji sehingga strategi ini berhasil dengan baik adalah pertama dengan menyusun Qanun Gampong atau “Reusam Gampong” Matang Peupanji yang di dalamnya tertuang aturan- aturan yang secara tegas menyebutkan bahwa hidup mati seorang pelaku narkoba harus dikucilkan di tengah-tengah masyarakat, dan bersedia diusir dari gampong bila kedapatan menggunakan narkoba. Kemudian yang kedua, Pemerintah Gampong Matang Peupanji juga membentuk satgas dan relawan anti narkoba di gampong yang didukung sepenuhnya oleh pihak Muspika Muara Satu. Selanjutnya yang ketiga, Pemerintah Gampong Matang Peupanji juga memperkuat sistem keamanan lingkungan di daerahnya yaitu mengadakan ronda setiap malam di gampong dengan membentuk 3 (tiga) pos jaga di gampong Matang Peupanji dan setiap pos dijaga oleh 15 orang, dan hal ini terbukti efektif karena warga pernah berhasil mengungkap pelaku peneror bom yang marah akibat dari kebijakan atau strategi yang ditempuh oleh Pemerintah Gampong Matang Peupanji ini. Pelaksanaan sebuah kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Pelaksanaan dari kebijakan juga memerlukan strategi dan tindakan seperti tindakan-tindakan yang sah atau legal. Oleh karena itu pelaksanaan kebijakan dapat dikatakan suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu. Karena hakikatnya, sebuah strategi akan terlaksana dengan efektif apabila dalam perumusan, pembuatan dan implementasinya di lapangan didukung oleh aktor, organisasi, prosedur dan teknik dengan sarana dan prasarana yang memadai serta dilaksanakan dalam waktu yang tepat. Sebuah kebijakan tak terlepas kaitannya dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang kondisinya dapat berubah dari waktu ke waktu, yang kesemuanya itu dilakukan ataupun tidak dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan pemerintahan dan bermanfaat untuk masyarakat. Dari hasil observasi dan penelitian lapangan yang dilakukan, ditemukanlah fakta- fakta bahwa jelaslah bahwa kendala atau hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam upayanya memberantas narkoba adalah tingkat kesadaran masyarakatnya masih kurang, masyarakat setempat banyak yang belum memahami efek buruk dari bahaya penggunaan narkoba, selain itu terdapat juga masyarakat yang merasa malu bila ada diantara anggota keluarganya tersangkut paut dengan narkoba dan karena hal itu tidak mau bekerja sama dengan pemerintah gampong dengan melaporkannya ke pihak penegak hukum agar dapat diberikan fasilitas perawatan, serta tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba yang ingin direhab pun belum ada di Kabupaten Aceh Utara Kendala atau Hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Gampong dalam Upayanya Memberantas Narkoba di Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Strategi Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam upayanya memberantas narkoba dan ini dilaksanakan secara konsisten dan kontinu oleh seluruh elemen masyarakat Gampong Matang Peupanji sehingga strategi ini berhasil dengan baik, sehingga Gampong Matang Peupanji ditetapkan sebagai gampong binaan oleh Polres Lhoksukon. Memang, menaati setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah merupakan kewajiban bagi masyarakat, namun pada kenyataannya tidak semua kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu akan dengan serta merta dan senang hati dipatuhi oleh seluruh lapisan masyarakat. Pasti ada saja yang pro dan kontra terhadap kebijakan tersebut, atau dengan kata lain pasti ada yang setuju dan tidak. Berdasarkan hasil wawancara di atas, jelaslah bahwa kendala atau hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam upayanya memberantas narkoba adalah tingkat kesadaran masyarakat masih kurang artinya masyarakat yang masih belum mengerti dari efek buruk dari bahaya penggunaan narkoba, masyarakat yang merasa malu keluarganya tersangkut paut dengan narkoba dan karena hal itu tidak mau bekerja sama dengan pemerintah gampong dengan melaporkannya ke pihak penegak hukum agar diberikan fasilitas perawatan, Strategi pemberantasan narkoba yang dilakukan oleh Pemerintah Gampong Matang Peupanji adalah bagian daripada kebijakan publik. Sebuah kebijakan tak terlepas kaitannya dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang kondisinya dapat berubah dari waktu ke waktu, yang kesemuanya itu dilakukan ataupun tidak dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan pemerintahan dan bermanfaat untuk masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara di atas, jelaslah bahwa, kendala atau hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam upayanya memberantas narkoba adalah tingkat kesadaran masyarakatnya masih kurang, masyarakat setempat banyak yang belum memahami efek buruk dari bahaya penggunaan narkoba, selain itu terdapat juga masyarakat yang merasa malu bila ada diantara anggota keluarganya tersangkut paut dengan narkoba dan karena hal itu tidak mau bekerja sama dengan pemerintah gampong dengan melaporkannya ke pihak penegak hukum agar dapat diberikan fasilitas perawatan, serta tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba yang ingin direhab pun belum ada di Kabupaten Aceh Utara. Dan kendala yang utama adalah alokasi anggaran yang sangat minim dari pemerintah untuk upaya pencegahan Narkoba di Gampong Matang Peupanji. ## 3.2.Pembahasan Penelitian yang penulis lakukan ini membahas mengenai Strategi Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam upayanya memberantas narkoba, maka tentu saja strategi atau kebijakan yang dibahas adalah kebijakan di tingkatan struktur pemerintahan yang paling kecil yang menyangkut dengan kebijakan publik. Kebijakan publik adalah sebagai suatu rangkaian proses yang terdiri dari berbagai pola, tindakan atau kegiatan tertentu dan merupakan seperangkat keputusan yang bersangkutan dengan tindakan untuk mencapai tujuan dengan beberapa cara yang khusus. Konsep kebijakan publik ini berhubungan dengan pola aktivitas atau kegiatan pemerintah mengenai sejumlah masalah serta mengandung tujuan yang telah ditetapkan di dalamnya. Kebijakan pemerintah adalah kebijakan yang dieksekusi atau dilaksanakan oleh dinas-dinas atau lembaga dan pejabat pemerintah. Kebijakan pemerintah tentu saja dalam pelaksanaannya di lapangan meliputi berbagai aspek, dan berpedoman pada ketentuan yang berlaku, berorientasi kepada kepentingan umum dan masa depan masyarakat serta strategi pemecahan masalah yang terbaik. Pemerintah memiliki otoritas penuh dalam melahirkan sebuah kebijakan, utamanya lagi kebijakan yang menyangkut kepentingan dan hajat hidup rakyatnya yaitu kebijakan publik. Kebijakan publik dilahirkan dengan maksud tertentu untuk menata kehidupan bermasyarakat dan untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati. Kebijakan publik yang telah ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah, pastinya mempunyai alasan dan berorientasi pada tujuan tertentu demi kemaslahatan dan kepentingan seluruh masyarakat. Perlu diketahui bahwa kebijakan publik dirancang dan diputuskan benar-benar atas kehendak dan kepentingan pubik untuk memecahkan masalah dan memenuhi keinginan serta tuntutan seluruh warga masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, peredaran narkoba masih marak di wilayah hukum Polres Lhoksukon. Beberapa kecamatan di pusat kota Lhoksukon, sering dijadikan tempat transaksi barang haram tersebut. Di wilayah pemerintahan Gampong Matang Peupanji sendiri, sekitar tahun 2005 sampai dengan pertengahan tahun 2019 sangat marak terjadinya peredaran gelap narkoba sehingga membuat resah tokoh-tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah gampong. Bahaya yang mengintai anak-anak, para remaja dan pemuda sebagai penerus generasi bangsa, dari pengaruh buruk narkoba tentu saja sangat mengkhawatirkan mereka. Oleh karenanya, warga masyarakat sangat bergantung kepada kepedulian dan kebijakan dari Pemerintah Gampong Matang Peupanji untuk lebih serius memikirkan serta memberi perlindungan terhadap warganya. Oleh karenanya, tentu saja sangat dibutuhkan sebuah strategi yang tepat dari Pemerintah Gampong Matang Peupanji agar permasalahan yang timbul mengenai bahaya peredaran gelap narkoba ini dapat diselesaikan dengan arif dan tepat sasaran serta memuaskan semua pihak sesuai mekanisme hukum yang berlaku. Maka, pelaksanaan dari sebuah strategi atau kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan rangkaian kebijakan, karena melalui prosedur inilah sebuah strategi secara keseluruhan dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan atas tindakan dalam pencapaian tujuan. Pemerintah Gampong Matang Peupanji akhirnya mengunakan sebuah strategi dalam upayanya untuk memberantas narkoba yaitu pertama dengan menyusun Qanun Gampong atau “Reusam Gampong” Matang Peupanji yang di dalamnya tertuang aturan-aturan yang secara tegas menyebutkan bahwa hidup mati seorang pelaku narkoba harus dikucilkan di tengah- tengah masyarakat, dan bersedia diusir dari gampong bila kedapatan menggunakan narkoba. Kemudian yang kedua , Pemerintah Gampong Matang Peupanji juga membentuk satgas dan relawan anti narkoba di gampong yang didukung sepenuhnya oleh pihak Muspika Muara Satu. Selanjutnya yang ketiga , Pemerintah Gampong Matang Peupanji juga memperkuat sistem keamanan lingkungan di daerahnya yaitu mengadakan ronda setiap malam di gampong dengan membentuk 3 (tiga) pos jaga di gampong Matang Peupanji dan setiap pos dijaga oleh 15 orang, dan hal ini terbukti efektif karena warga pernah berhasil mengungkap pelaku peneror bom yang marah akibat dari kebijakan atau strategi yang ditempuh oleh Pemerintah Gampong Matang Peupanji ini. Pelaksanaan sebuah kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Pelaksanaan dari kebijakan juga memerlukan strategi dan tindakan seperti tindakan-tindakan yang sah atau legal. Oleh karena itu pelaksanaan kebijakan dapat dikatakan suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu. Karena hakikatnya, sebuah strategi akan terlaksana dengan efektif apabila dalam perumusan, pembuatan dan implementasinya di lapangan didukung oleh aktor, organisasi, prosedur dan teknik dengan sarana dan prasarana yang memadai serta dilaksanakan dalam waktu yang tepat. Sebuah kebijakan tak terlepas kaitannya dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang kondisinya dapat berubah dari waktu ke waktu, yang kesemuanya itu dilakukan ataupun tidak dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan pemerintahan dan bermanfaat untuk masyarakat. Dari hasil observasi dan penelitian lapangan yang dilakukan, ditemukanlah fakta- fakta bahwa jelaslah bahwa kendala atau hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam upayanya memberantas narkoba adalah tingkat kesadaran masyarakatnya masih kurang, masyarakat setempat banyak yang belum memahami efek buruk dari bahaya penggunaan narkoba, selain itu terdapat juga masyarakat yang merasa malu bila ada diantara anggota keluarganya tersangkut paut dengan narkoba dan karena hal itu tidak mau bekerja sama dengan pemerintah gampong dengan melaporkannya ke pihak penegak hukum agar dapat diberikan fasilitas perawatan, serta tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba yang ingin direhab pun belum ada di Kota Lhoksukon. Dan kendala yang utama adalah alokasi anggaran yang sangat minim dari pemerintah untuk upaya pencegahan Narkoba di Gampong Matang Peupanji. ## 4. KESIMPULAN Dari uraian penjelasan pada bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi Pemerintah Gampong dalam pemberantasan narkoba di Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara adalah pertama dengan menyusun Qanun Gampong atau “Reusam Gampong” Matang Peupanji yang di dalamnya tertuang aturan- aturan yang secara tegas menyebutkan bahwa hidup mati seorang pelaku narkoba harus dikucilkan di tengah- tengah masyarakat, dan bersedia diusir dari gampong bila kedapatan menggunakan narkoba. Kemudian yang kedua , Pemerintah Gampong Matang Peupanji juga membentuk satgas dan relawan anti narkoba di gampong yang didukung sepenuhnya oleh pihak Muspika Muara Satu. Selanjutnya yang ketiga , Pemerintah Gampong Matang Peupanji juga memperkuat sistem keamanan lingkungan di daerahnya yaitu mengadakan ronda setiap malam di gampong dengan membentuk 3 (tiga) pos jaga di gampong Matang Peupanji dan setiap pos dijaga oleh 15 orang. 2. Kendala atau hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Gampong dalam upayanya memberantas narkoba di Gampong Matang Peupanji Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara adalah tingkat kesadaran masyarakat masih kurang artinya masyarakat yang masih belum mengerti dari efek buruk dari bahaya penggunaan narkoba, masyarakat yang merasa malu keluarganya tersangkut paut dengan narkoba dan karena hal itu tidak mau bekerja sama dengan kami pemerintah gampong dengan melaporkannya ke pihak penegak hukum agar diberikan fasilitas perawatan, tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba yang ingin direhab pun belum ada di Kabupaten Aceh Utara ini. Dan yang lebih penting lagi adalah alokasi anggaran yang sangat minim dari pemerintah untuk upaya pencegahan Narkoba. Diharapkan kepada Pemerintah Gampong Matang Peupanji dalam merumuskan dan memutuskan setiap strategi agar ke depannya melibatkan seluruh komponen masyarakat dan juga dengan melaksanakan dialog, komunikasi atau koordinasi yang baik secara rutin atau berkala kepada seluruh warga masyarakat. Dengan demikian tingkat kesadaran masyarakat dapat tumbuh dan tercipta dengan sendirinya dan diharapkan dapat memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan strateginya untuk pemberantasan narkoba, agar keamanan dan keselamatan warga masyarakat dapat tetap terjaga dari bahaya pengaruh buruk narkoba. ## 5. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih dalam penelitian ini untuk responden penelitian yang telah bersedia menjadi informan yang diwawancarai dalam penelitian ini serta bersedia meluangkan waktunya pada saat observasi dan wawancara. ## 6. DAFTAR PUSTAKA Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif . CV Jejak (Jejak Publisher). Asparianto, S. (2020). Strategi Badan Narkotika Nasional Kota Dalam Memberantas Peredaran Narkoba Di Tanjungpinang. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik , 2 (1). Barlian, E. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif & Kuantitatif . Bungin, B. (2019). Metodologi penelitian kualitatif: Aktualisasi metodologis ke arah ragam varian kontemporer . Duun, N. (n.d.). William, 2013. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gajah Mada University . Lolong, C. R., Sambiran, S., & Pangemanan, F. (2020). Strategi Badan Narkotika Nasional (Bnn) Di Kota Manado Dalam Pencegahan Peredaran Narkotika. Jurnal Eksekutif , 2 (5). Mulyana, D. M. A. (2013). Metode penelitian komunikasi: Contoh-contoh penelitian kualitatif dengan pendekatan praktis . PT Remaja Rosdakarya. Nugroho, R. (2017). Kebijakan Publik . Prabowo, B. P. (2020). Strategi Tim P4gn Dalam Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba Berbasis Masyarakat Di Kabupaten Sukoharjo. Dinamika Hukum , 9 (3). Rincón-Ruiz, A., Correa, H. L., León, D. O., & Williams, S. (2016). Coca cultivation and crop eradication in Colombia: The challenges of integrating rural reality into effective anti- drug policy. International Journal of Drug Policy , 33 , 56–65. Syafiie, I. K. (2013). Ilmu pemerintahan . PT. Bumi Aksara. Wattanasin, S. (2015). Community participation to solve illegal drugs problems. Procedia-Social and Behavioral Sciences , 197 , 2145–2150. Wibisono, D. (2013). How To Creat world Class Company . Gramedia Pustaka Utama Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
5df2971a-49ed-4809-979e-1548afcdce17
https://jmi.ipsk.lipi.go.id/index.php/jmiipsk/article/download/736/508
## DDC: 306 ## KEBANGKITAN TRADISI DI YOGYAKARTA ## THE REVIVAL OF TRADITION IN YOGYAKARTA ## Fadel Basrianto Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email: [email protected] ## ABSTRAK Tulisan ini adalah sebuah deskripsi dan analisis tentang gerakan kebangkitan tradisi di Yogyakarta pasca runtuhnya Orde Baru. Kebangkitan tradisi tersebut didorong oleh keinginan kelompok konservatif di Yogyakarta untuk menegakkan kembali hegemoni kultural Jawa di Yogyakarta. Kebangkitan tradisi di Yogyakarta memiliki corak yang berbeda dengan kebangkitan adat di daerah luar Jawa. Di Yogyakarta kebangkitan adat ditandai dengan keberadaan milisi tradisi yang bertugas untuk menundukkan para pendatang yang tidak mau tunduk dengan adat istiadat setempat dengan cara penundukan terhadap para pendatang dilakukan mulai dari cara yang halus hingga dengan cara yang kasar. Tulisan ini merupakan sari dari kajian lapangan dan analisis kepustakaan dan media. Kata Kunci: kebangkitan tradisi; Paksi Katon dan Daerah Istimewa Yogyakarta ## ABSTRACT This writing is based on a descriptiion and analysis on the movement of traditional revival in Yogyakarta in the post-New Order period. The revival of the tradition was driven by the conservative group’s desire in Yogyakarta to reestablish Javanese cultural hegemony in Yogyakarta. This revival movement has a different style from the revival of adat in the out of Java. In Yogyakarta, the revival of adat is marked by the existence of some traditional militias tasked with subjugating the immigrants who not obey the Javanese customs. They conduct their mission toward immigrants from the subtle to the rough. This paper is the essence of field study and literature analysis and media. Keywords: traditional revival, Paksi Katon and Yogyakarta special region ## PENDAHULUAN Konsep adat adat diartikan sebagai sebuah kebiasaan atau tradisi yang berkaitan dengan tata tertib dan konsensus. Namun, pada era reformasi istilah adat kemudian dengan sangat mudah diasosiasikan dengan tindakan protes, kebangkitan, aktivisme, dan konflik antar etnis yang tidak jarang berujung pada kekerasan komunal. Sejak turunnya Presiden Soeharto pada tahun 1998 berbagai komunitas dan kelompok etnis di se-antero Indonesia secara terang- terangan, menuntut haknya untuk melaksanakan unsur-unsur adat atau hukum adatnya dalam wilayah mereka. Atas nama adat, masyarakat Dayak di Kalimantan Barat yang begitu lama terpinggirkan selama Orde Baru telah berhasil memberdayakan diri yang berujung pada kekerasan masal terhadap kaum pendatang di propinsi tersebut. Atas nama adat, para petani gurem menuntut renegosiasi batas taman nasional di Sulawesi dan Flores (Davidson, dkk., 2010, 1). Atas nama adat, Suku Iban meminta jatah konsesi hutan di kawasan perbatasan Kalimantan-Sarawak sebagai bentuk pemanfaatan hak ulayat yang mereka miliki (Eilienberg, 2009). Atas nama adat, pemekaran kabupaten/kota dilakukan untuk menjaga keharmonisan serta mencegah konflik sosial terjadi (van Klinken; Schulte Nordholt , 2007). Dilevel elit lokal, para sultan yang mewarisi kekuasaan secara turun-temurun dari para leluhurnya berusaha untuk merevitalisasi keraton beserta kekuasaannya kembali (van Klinken, 2010: 165-186). Para sultan memiliki keinginan untuk menjadi penguasa di kawasan bekas kerajaannya tersebut. Sekalipun terbukti bahwa hampir semuanya gagal untuk mewujudkan ambisi mereka itu. Akan tetapi, dalam beberapa praktik tertentu, mereka berhasil berkuasa atas wilayahnya yang saat ini menjadi kabupaten/ kota secara formal lewat mekanisme pemilu. Di Sulawesi misalnya, para karaeng berhasil menjadi bupati/walikota di kabupaten mereka masing-masing (Santoso; Tirta, 2003, 139-160). Dari pengantar singkat di atas, ada dua pernyataan yang hendak dikedepankan oleh tulisan ini. Pertama, reformasi politik tahun 1998, dimaknai oleh komunitas adat sebagai turning point untuk menegakkan kembali eksistensi mereka ditengah-tengah negara. Kebangkitan adat yang dimaksud disini ialah aktivisme komunitas adat yang menginginkan kembalinya kekuasaan beserta hak yang dimilikinya. Demokratisasi dan desentralisasi sebagai agenda kunci reformasi di republik ini, membuka kesempatan bagi komunitas adat untuk tampil ke permukaan. Kedua, kebangkitan adat banyak terjadi di daerah luar Jawa. Hal tersebut tercermin dari banyaknya ilmuwan sosial yang hendak meneliti tentang kebangkitan adat di Indonesia, kota yang mereka rujuk mayoritas berada di luar Pulau Jawa (Davidson, dkk., 2010). Buku yang berjudul “Adat dalam Politik Indonesia” yang disunting oleh Jamie S. Davidson, David Henley, dan Sandra Moniaga merupakan bukti kongkrit sebagai penjelas bahwa kebangkitan adat pasca Orde Baru berada di kota-kota yang jauh dari Pulau Jawa. Dari 14 bagian yang ditulis oleh para ahli dari latar belakang keilmuan yang beragam, sedikit penulis yang menunjukkan adanya kebangkitan adat di Jawa, khususnya di Yogyakarta sebagai jantung nilai tradisi Jawa. Hanya secara sekilas, Klinken menjadikan Kasultanan Yogyakarta sebagai contoh keberhasilan bertahannya Sultan sebagai penguasa di DIY yang hingga sampai saat ini keberhasilan tersebut tidak mampu diduplikasi oleh kesultanan yang lain (van Klinken, 2010). Oleh karena itu penting untuk mengetahui dinamika adat di Yogyakarta pasca Orde Baru, dengan mengajukan dua pertanyaan, yaitu bagaimana masyarakat konservatif Yogyakarta dalam memaknai reformasi? dan apakah sama atau berbeda sama sekali dengan kelompok adat di daerah lainnya? Tulisan ini berpendapat bahwa pasca berlangsungnya reformasi, terjadi kebangkitan adat di Yogyakarta yang sama sekali berbeda dengan kebangkitan adat yang ada di daerah- daerah lainnya. Tulisan ini tidak akan fokus mengenai keberhasilan Sultan Yogyakarta dalam mengkonservasi kesultanannya hingga dapat eksis sampai sekarang, karena hal tersebut sudah banyak dibahas oleh penulis-penulis sebelumnya. Tulisan ini fokus untuk mengangkat kelompok masyarakat konservatif dalam memperjuangkan kebangkitan tradisinya, mengingat peran dalam mengkonservasi tradisi selama ini selalu digerakkan oleh Sultan. Baru setelah struktur kesempatan politik lebih terbuka pasca demokratisasi dan desentralisasi diberlakukan mereka baru menampakkan diri ke permukaan. Tulisan ini akan mengambil kasus Paksi Katon, sebuah organisasi yang berhasil memobilisasi warga Yogyakarta untuk menegakkan kembali hegemoni budaya Jawa di tanah Yogyakarta dengan menghadirkan diri ke publik sebagai sekelompok milisi yang menjaga tradisi. Tulisan ini akan dibagi dalam beberapa bagian. Bagian pertama akan menggambarkan setting yang mendorong kebangkitan adat terjadi di Yogyakarta. Bagian kedua akan menggambarkan kiprah dan strategi Paksi Katon untuk mewujudkan kembali hegemoni kultural tersebut. Bagian terakhir akan menutup tulisan ini dengan memberikan kesimpulan. Tulisan ini merupakan sari dari kajian lapangan dan analisis isi terhadap media dan kepustakaan. Keterbatasan dari tulisan ini adalah fokus pada persepsi dan aksi yang dilakukan oleh elemen masyarakat di Yogyakarta dan belum menampilkan persepsi dari kalangan masyarakat Indonesia Timur yang ada di Yogyakarta. ## MENGAPA BANGKIT? Penting untuk dinyatakan kembali bahwa pengertian adat dalam tulisan ini memiliki makna yang sama dengan tradisi, oleh sebab itu istilah adat dan tradisi akan dipakai secara bergantian. Dalam bagian ini akan menjelaskan tiga faktor kunci yang mendorong kebangkitan tradisi di Yogyakarta. Pertama , runtuhnya Orde Baru sekaligus dimulainya reformasi menjadikan nilai tradisi Jawa tidak menjadi sebuah nilai yang dominan lagi di negeri ini. Lengsernya Soeharto merupakan simbol dari berakhirnya hegemoni nilai Jawa dalam mengelola Indonesia yang berwatak otoritarian selama 32 tahun. Soeharto memimpin negara ini dengan cara khas Jawa, yaitu nilai-nilai tradisi Jawa betul-betul diresapi oleh Soeharto dalam memimpin republik ini dan Soeharto mengimajinasikan dirinya sebagai seorang raja Jawa yang sedang memimpin kerajaannya. Kekhasan Soeharto dalam mengelola negara ini dengan cara Jawa berhasil didokumentasikan oleh para Indonesianis dengan berbagai istilah, seperti Neo-Patrimonial State, dan lain-lain yang menunjukkan kuatnya karakter Jawa dalam kepemimpinan Soeharto (Brown, 1994). Salah satu corak kepemimpinan ala Jawa yang dipraktikkan oleh Soeharto ialah kuatnya nuansa paternalistik dalam mengoperasikan kekuasaannya. Dimana karakter paternalistik ini ia pinjam dari konsep kekuasaan Jawa. Bahwa kekuasaan itu sifatnya konkret dan berasal dari sumber yang sama (Anderson, 2007, 7). Sehingga ketika ia berkuasa, semua orang dituntut untuk tunduk kepadanya dan tidak ada orang lain yang memiliki kekuasaan yang sekuat dia. Dalam konsepsi Jawa, tidak adanya aktor atau lembaga yang memiliki kekuasaan sekuat Soeharto disimplifikasikan dalam istilah ‘tidak ada matahari kembar’. Digunakannya nilai tradisi Jawa dalam memimpin Indonesia oleh Soeharto merupakan konsepsi digunakannya adat sebagai sebuah ideologi politik, sekalipun memang agak samar. Tetapi kelihatannya memikat seluruh bangsa yang mengidentifikasi adat dengan otentisitas, komunitas, ketertiban, dan keadilan (Davidson, dkk, 2010, 25). Sekalipun Pancasila merupakan warisan peninggalan dari rezim yang digulingkannya, Soeharto bahkan semakin menghidupkan Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa. Namun, Soeharto menghidupkan kembali Pancasila tidak merujuk pada orisinalitas gagasan Soekarno. Melainkan -- merujuk pada gagasan Soepomo -- tentang ‘sebuah masyarakat yang bermartabat, hierarkis, dan harmonis’ yang paling sesuai dibungkus dalam istilah kekeluargaan (Bourchier, 2010, 134). Soepomo sebagai alumnus Leiden School yang terkenal akan advokasi hukum adat masyarakat Hindia Belanda kala itu, tahu persis bahwa adat dapat disesuaikan dengan ideologi kaum nasionalis. Menariknya adat Jawa-lah yang dipilih oleh Soepomo untuk diintegrasikan dengan ideologi nasionalis (Davidson, dkk., 2010, 27). Amalgamasi adat dan ideologi nasionalis Orde Baru tersebut termanifestasikan dalam praktik kepemimpinan Soeharto yang berkarakter patron-klien. Di bawah payung ideologi kekeluargaan yang bernuansa nilai tradisi Jawa tersebut, Soeharto melalui UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Pemerintahan di Daerah menegaskan hubungan antara pusat dan daerah bersifat sentralistik dan hierarkis. Akibatnya daerah- daerah yang sebelumnya memiliki entitas politik lokal yang khas kemudian diseragamkan oleh Soeharto, dan penyeragaman itu berpijak pada tata pemerintahan yang ada di Jawa. Praktis, setelah ditetapkannya undang-undang ini, adat di berbagai daerah mendadak tereksklusi dan terkena gelombang Jawanisasi yang dihempaskan oleh Soeharto. Agar komunitas adat tersebut tetap tunduk terhadap apa yang dikehendaki oleh Soeharto, tidak segan-segan rezim otoriter itu menggunakan kekuatan represifnya. Namun, ketika rezim Orde Baru runtuh, nilai tradisi Jawa tidak lagi menjadi nilai yang menghegemoni kehidupan politik di Indonesia. Komunitas adat dan etnis dari setiap daerah bangkit dan turut mewarnai rajutan kebangsaan Indoensia. Demokratisasi dan desentralisasi sebagai agenda kunci reformasi politik di negeri ini telah membuka struktur kesempatan politik bagi kelompok adat. Kebangkitan adat tersebut tidak hanya terikat pada ikatan wilayah saja, tetapi lebih jauh melampaui ikatan kedaerahan. Seperti kebangkitan kelompok anak muda Papua yang ada di Yogyakarta. Semenjak lengsernya Orde Baru, mereka terus-menerus menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di Papua. Keberanian anak muda Papua di Yogyakarta untuk memilih tidak “tunduk” dengan nilai lokal yang ada mendapat perlindungan dari diskursus HAM yang kian melejit seiring demokratisasi. Sedangkan, negara sebagai lembaga politik yang diandalkan oleh kelompok konservatif Yogyakarta untuk mendisiplinkan nilai-nilai asing tersebut, mengalami pemangkasan peran. Jelasnya, demokratisasi dan desentralisasi telah membuka kesempatan kepada kelompok adat yang selama ini menerima tekanan dari Orde Baru untuk tampil ke permukaan, juga disaat yang bersamaan menantang kelompok konservatif lokal yang sebelum reformasi berlangsung menikmati status quo yang disediakan oleh Orde Baru. Faktor kedua, yang mendorong kelompok konservatif tradisi di Yogyakarta muncul ke permukaan dengan maksud mendisiplinkan nilai- nilai asing yang tidak mau tunduk juga didorong oleh keadaan pola kehidupan masyarakat yang telah berubah. Perubahan relasi antar masyarakat yang dimaksud dalam tulisan ini ialah dari masyarakat yang berwatak komunal berubah menjadi semakin individual. Dari yang awalnya menjunjung tinggi kerelawanan, berubah menjadi masyarakat yang berwatak materialistik. Perubahan watak masyarakat tersebut tidak lepas dari pembalikan tatanan politik kearah yang lebih demokratik dengan nafas liberal. Sehingga kebebasan individu menjadi agenda kunci yang harus terus-menerus diadvokasikan. Perubahan watak masyarakat ini turut meresahkan kelompok masyarakat konservatif yang didominasi oleh orang-orang tua. Kelompok konservatif Yogyakata resah terhadap kondisi masyarakat yang sudah tidak lagi menghormati keberadaan orang tua. Jawa yang memiliki keketatan hierarki bahasa semakin kesini semakin pudar. Sehingga ada kepentingan kelompok konservatif untuk membangkitkan tradisi mereka kembali. Faktor ketiga ialah tingginya migrasi nilai dari daerah lain ke Yogyakarta yang terkanalisasi dalam blok-blok eksklusif. Sebetulnya Yogya bukanlah kota perdagangan strategis yang cukup menjadi alasan untuk menjadi kota rujukan migrasi oleh para pedagang dari daerah lain. Migrasi besar-besaran ke Yogyakarta baru dimulai pasca meletusnya Agresi Belanda I tahun 1947 yang menyebabkan Ibukota Negara harus dipindahkan ke Yogyakarta. Semenjak kedatangan para tokoh nasional tersebut, nilai yang ada di Yogyakarta dapat dikatakan tidak lagi tunggal. Pluralitas nilai yang ada di Yogya tersebut terus tumbuh ketika Universitas Gajah Mada (UGM) didirikan pada tahun 1949. Para anak muda dari berbagai daerah datang ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya. Pluralitas nilai yang ada di Yogyakarta pada awal-awal UGM berdiri masih “tertangani” oleh nilai lokal melalui skema hunian mahasiswa. Ketika UGM masih berada di kawasan Siti Hinggil-Keraton Yogyakarta, para mahasiswa dari luar Yogyakarta tinggal di rumah-rumah penduduk sekitar. Para mahasiswa tinggal bersama induk semang masing-masing. Sehingga relasi antara mahasiswa dengan induk semang seperti anak dan orang tua. Hunian yang di dalamnya terdapat induk semang dan mahasiswa tersebut menjadi arena “penundukan” adat dari daerah lain oleh adat setempat untuk “menjadi Jawa”. Namun, proses penundukan melalui skema induk semang tersebut makin lama makin pudar seiring perpindahan Kampus UGM dari Siti Hinggil ke daerah Bulaksumur. Hunian mahasiswa di kawasan Bulaksumur sudah mulai dikelola secara profesional. Disaat yang bersamaan, kualifikasi untuk menjadi mahasiswa UGM juga semakin ketat. Akibatnya mahasiswa dari luar Jawa yang sulit untuk mengakses pendidikan di UGM mengalihkan tujuannya ke kampus-kampus swasta yang ada di Yogyakarta. Implikasinya terjadi proses kanalisasi nilai asing dalam lembaga pendidikan dan hunian mahasiswa. Eksklusivitas nilai-nilai asing tersebut terjadi pada mahasiswa dari wilayah Indonesia Timur yang saat ini keberadaan mereka di Yogyakarta meresahkan kelompok konservatif tradisi di Yogyakarta. Eksklusivitas mahasiswa yang berasal dari wilayah Indonesia Timur termanifestasikan dalam dua bentuk. Pertama, mahasiswa yang berasal dari Indonesia Timur lebih nyaman tinggal bersama kerabat mereka yang berasal dari wilayah yang sama. Motivasi untuk mengeksklusifkan diri semakin mendapat angin segar atas keberadaan asrama mahasiswa daerah yang semakin banyak. Jika provinsi-provinsi lainnya mendirikan asrama daerah berbasis wilayah administrasi provinsi, sedangkan asrama mahasiswa Papua didirikan berbasis kabupaten/kota. Eksklusivitas hunian mahasiswa yang berasal dari wilayah Indonesia Timur itu menghambat proses penundukan budaya oleh nilai lokal dan semakin meningkatkan kepercayaan diri pendatang untuk tetap menerapkan adat dari asal daerah mereka di Yogyakarta. Kedua, enclave etnisitas tersebut tidak hanya berlaku pada perumahan tetapi juga institusi pendidikan. Mereka lebih suka melanjutkan perkuliahan pada kampus yang sudah banyak teman-teman se-etnisnya. Mahasiswa dari Indonesia Timur tersebut banyak melanjutkan studi di UPN Veteran, STT-NAS, STPMD-APMD, dan beberapa kampus swasta yang ada di Yogyakarta Eksklusivitas yang ditunjukkan oleh kelompok mahasiswa dari Indonesia Timur tersebut juga terjadi pada seniornya yang sudah tidak berstatus sebagai mahasiswa tetapi masih tinggal di Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta menilai dan mempunyai persepsi bahwa mereka lebih dekat kepada hal-hal negatif seperti mabuk- mabukan, menjadi debt collector , preman, dan pekerjaan negatif lainnya. Dalam beberapa kasus ketiadaan komunikasi antara nilai dari Indonesia Timur dengan nilai-nilai Yogyakarta tersebut menimbulkan konflik. Stereotipe-stereotipe negatif dilekatkan oleh penduduk lokal kepada orang-orang dari Indonesia Timur sejatinya hanya pada orang atau kelompok tertentu, tetapi generalisasi begitu cepat menyebar dikalangan masyarakat Yogyakarta (Supriatma, 2016). Hal ini mencapai puncaknya ketika pernah terjadi insiden pengeroyokan anggota Kopassus oleh sekelompok orang dari NTT di Hugos Cafe yang berujung pada tragedi LP Cebongan. Praktis setelah kejadian itu mahasiswa baru dari Indonesia Timur mengalami kesulitan dalam mencari tempat tinggal. Karena warga Yogyakarta banyak yang tidak menerima mahasiswa dari Indonesia Timur dalam huniannya. Hal itu disebabkan adanya anggapan massal bahwa mahasiswa dari Indonesia Timur suka membuat kerusuhan (Dede, 2016). Jelasnya, kombinasi antara ketiga faktor tersebut itulah yang melatar belakangi munculnya kelompok konservatif tradisi Yogyakarta ke permukaan. Reformasi telah meruntuhkan hegemoni adat mereka dan membuka ruang bagi kelompok adat lain untuk memilih tidak tunduk dengan adat setempat. Terbukanya struktur politik pasca reformasi, juga turut dimanfaatkan oleh kelompok konservatif tradisi yang terwadahi di dalam Paksi Katon untuk mendisiplinkan kelompok pendatang yang tidak mau tunduk dengan adat lokal. Sekalipun, aksi untuk melakukan penundukan tidak harus menunggu dari persetujuan Sultan. ## PAKSI KATON: WADAH KELOMPOK KONSERVATIF YANG BERWAJAH MILISI TRADISI Paksi Katon saat ini sebetulnya dapat dikatakan sebagai sekelompok milisi yang menjaga tradisi. Namun, untuk menjadi milisi tradisi yang kekuatannya cukup efektif untuk mendisiplinkan para pendatang yang tidak mau tunduk dengan adat setempat seperti sekarang ini, Paksi Katon sebelumnya meniti jalan yang cukup panjang. Paksi Katon pertama kali dideklarasikan keberadaannya sebagai Forum Kemitraan Polisi- Masyarakat (FKPM) se-Kecamatan Keraton pada tanggal 14 Juni 2006. Keberadaan Paksi Katon saat ini tidak terlepas dari dikeluarkannya SKEP Kapolri No. Pol. Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Polmas dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. SKEP Kapolri tersebut merupakan bagian dari liberalisasi negara dalam bidang keamanan. Jika sebelumnya keamanan dikendalikan secara penuh oleh negara, melalui SKEP tersebut negara memberikan ruang kepada masyarakat untuk turut serta menjaga ketertiban dan keamanan warga sekitar dengan membentuk Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat (FKPM). Sehingga jika ada gangguan kamtibmas, tidak harus selalu diselesaikan melalui jalur hukum formal, melainkan dapat diselesaikan secara kekeluargaan (Jurnal Sociologie, 2013, Vol. 1, 3, 194 – 203). SKEP Kapolri No. Pol. Skep/737/X/2005 berlaku secara nasional. Namun, dalam konteks Yogya, SKEP tersebut mulai ditindaklanjuti pada pertengahan tahun 2006. Penindaklanjutan SKEP itu ditandai dengan mulai didirikannya FKPM- FKPM ditiap-tiap kecamatan Kota Yogyakarta. Anggota dari masing-masing FKPM tersebut terdiri dari seksi keamanan RT-RW setempat. Hampir semua memainkan fungsi seperti apa yang dititahkan SKEP tersebut. Namun, ada satu FKPM yang memanfaatkan wadah FKPM selain untuk menjaga keamanan lingkungan, tetapi juga untuk menjaga tradisi dan mendisiplinkan para pendatang yang tidak mau tunduk dengan adat setempat, yakni FKPM Kecamatan Keraton. Nama Paksi Katon diambil dari akronim ‘Paguyuban Seksi Keamanan se-Kecamatan Keraton’. Untuk memudahkan pengucapan, mereka menyebut diri mereka dengan nama Paksi Katon. Nama Keraton/Katon disana bukan berarti mereka merupakan pasukan keamanan keraton, tetapi nama itu diambil dari nama Kecamatan Keraton. Selain untuk menciptakan suasana yang tenang dan nyaman di lingkungan Kecamatan Keraton, Paksi Katon juga memainkan peran untuk menjaga tradisi. Bahkan dalam perkembangannya, kiprah Paksi Katon lebih dominan menjaga icon-icon tradisi daripada menjaga keamanan lingkungan sekitar. Semenjak ia mulai berdiri, Paksi Katon turut mengamankan jalannya acara yang bernafaskan tradisi. Acara tradisi yang dikawal oleh Paksi Katon beraneka macam. Mulai dari gerebeg mulud , gerebeg syawa l, kirab budaya, mubeng benteng , dan acara adat lainnya. Untuk mengatakan bahwa Paksi Katon merupakan kelompok keamanan lingkungan sekaligus keamanan budaya, anggota Paksi Katon mengenakan seragam korsa khas militer berwarna hitam-hitam. Warna hitam sengaja dipilih karena warna hitam mampu memberikan kesan “ sangar ” (kuat dan berwibawa) kepada pemakainya (Wawancara dengan Muhammad Suhud, 27 Agustus 2015). Untuk melengkapi kewibawaan, mereka menggunakan sepatu PDH mirip dengan sepatu yang digunakan oleh aparat keamanan. Guna untuk menegaskan bahwa mereka merupakan kelompok keamanan budaya dan berbeda dengan kelompok kemanan ( preman ) pada umumnya, mereka memilih iket (blangkon) sebagai penutup kepala mereka. Penegasan bahwa Paksi Katon merupakan keamanan budaya yang berbudaya, Paksi Katon membangun nilai voluntarisme diinternal mereka sebagai fondasi Paksi Katon dalam menjalankan tugasnya. Paksi Katon memposisikan dirinya sebagai sekelompok masyarakat yang tidak menuntut hak tetapi mau menjalankan kewajiban. Nilai voluntarisme ini selaras dengan pepatah Jawa yang berbunyi “ rame ing gawe sepi ing pamrih” . Penegasan tersebut selain tercermin dalam seragam dan nilai yang dibangun diinternal Paksi Katon, juga tercermin dalam tindakan anggota Paksi Katon dalam bertugas. Salah satu wujud pengamanan budaya adalah pengamanan yang dilakukan dengan jempol. Paksi Katon tidak pernah memakai jari telunjuk ketika mengatur dan memberi tahu masyarakat. Penggunaan jempol bukan berarti tanpa alasan. Penggunaan jempol sebagai ekspresi pemberitahuan atau peringatan merupakan bentuk penghormatan tertinggi kepada masyarakat. Romo Suhud, pendiri Paksi Katon sadar bahwa untuk menegakkan kembali adat yang telah lama diabaikan oleh masyarakat, diperlukan sumber daya manusia yang lebih banyak lagi untuk memperluas pengaruh Paksi Katon. Kesadaran itu menemukan hasilnya pada tahun 2010 ketika FKPM-FKPM se-Kota Yogyakarta berhasil diyakinkan oleh Romo Suhud untuk membentuk satu FKPM se-Kota Yogyakarta. Karena Paksi Katon sudah relatif mapan dan yang mengusulkan ide tersebut dari pendiri Paksi Katon, maka FKPM-FKPM yang lain melebur di bawah bendera Paksi Katon. Praktis, pada tahun 2010 wilayah kerja Paksi Katon sudah meluas menjadi se-Kota Yogyakarta. Karena jumlah personil anggota Paksi Katon semakin bertambah, maka Paksi Katon semakin giat dalam mengamankan acara-acara yang terkait dengan kebudayaan. Melalui acara-acara tersebut, banyak warga yang menonton dan kemudian tertarik untuk masuk menjadi bagian dari anggota Paksi Katon. Sukarela dalam menjaga tradisi bagi warga Yogyakarta merupakan suatu kebanggaan tersendiri, walaupun hanya mendapatkan snack atau satu kotak makan siang. Antusias masyarakat yang berasal dari luar Kota Yogyakarta untuk bergabung menjadi anggota Paksi Katon tampak besar. Pada tahun 2012 Paksi Katon Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo mulai didirikan. Tahun 2013 Paksi Katon Gunung Kidul juga didirikan, hingga genaplah membawahi empat kabupaten dan satu kota. Area kerja Paksi Katon per tahun 2013 telah meluas dari Kota Yogyakarta menjadi propinsi DIY. Adapun jumlah personil Paksi Katon se-DIY sampai tahun 2015 berjumlah kurang lebih sekitar 800 personil. Dari sekitar 800 orang tersebut, motif mereka untuk bergabung menjadi anggota Paksi Katon beraneka macam. Mulai dari ada yang tertarik dengan kegiatan melestarikan budaya Jawa, sampai ada yang tertarik masuk ke Paksi Katon untuk menjaga keamanan dan kenyamanan warga Yogyakarta dari gangguan para pendatang. Dengan kata lain, masuk ke Paksi Katon untuk menundukan pendatang agar dapat menyesuaikan dengan adat setempat. Martinus Trunojoyo, koordinator lapangan Paksi Katon DIY merupakan salah seorang yang memiliki motif tersebut ketika hendak masuk menjadi anggota Paksi Katon. Martinus menuturkan kekesalannya kepada pendatang yang berasal dari Papua: “Anggota Paksi ini merasa peduli dengan keamanan dan kenyamanan warga di DIY ini. Rumongso nduweni (merasa memiliki). Aku neng Jogja, ning aku dewe rumongso wargaku dewe ki dijajah karo wong liyo (saya di Yogya, tapi saya sendiri menyadari kalau warga saya ini sedang dijajah sama orang lain). Wong Papua disini angger mendem, ngisruh, angger mendem, ngisruh (Orang Papua disini kalau mabuk suka membuat kerusuhan). Njenengan mangkel ora nek ngono ? (Anda marah tidak kalau begitu?). Ngantemi polisi rak ditangkap, ngompasi supermarket-supermarket, dikompasi (dipala’) sama dia itu tidak ada yang berani lapor ke polisi (Memukuli Polisi tidak ditangkap, supermarket-supermarket diperas dan tidak ada yang berani melaporkannya ke Polisi). Coba, ke Indomaret. Superindo, kemana, tanya, kalau orang Papua kesini, beli bir, bayar enggak? Tanya. Sak krat dijaluk di kekke (berikan) mas, sik ngangkon (nyuruh) bosnya masing-masing itu. Nggak bakalan lapor polisi ditangkap. Njenengan yang merasa orang Jogja, tersinggung enggak dengan perbuatan seperti itu. kalau njenengan handar beni (merasa memiliki) terhadap Jogja, merasa nduweni, kudune nejenengan itu istilahnya bertindak. Saya mikir, nek aku pribadi, kasus e penganiayaan. Pasal 351 pasti kena. Melu organisasi iki (ikut organisasi ini), melu iki (ikut ini), melu iki (ikut ini), nek nggo gebyoki wong-wong Papua kae pie? (kalau untuk memukuli orang Papua tadi gimana?) Saya gitu. Saya kepikiran. We ndelalah, sejak saya ikut Paksi Katon kok dia berulah terus” (Wawancara dengan Martinus, 26 Januari 2016) Kekesalan Martinus terhadap pendatang, khususnya pendatang dari Papua tidak hanya berhenti sampai disitu saja. “...Saya lihat sendiri dengan mata kepala saya sendiri, wong-wong kan ngertine apa, orang dicekel karena nggak pakai helm e itu. Malah helm e polisi nggo ngepruki polisine (malah helm punya polisi dibuat untuk memukuli polisinya sendiri). Di titik nol loh. Polisinya tidak melawan. Alasannya nanti polisi kalau melawan kena HAM. Saya lewat mas, saya weruh (lihat). Pie yo? Arep tak crash dewe mesti sik keno aku, dia ga mungkin ditangkap (mau saya hajar, nanti yang kena pasti saya, dia tidak mungkin ditangkap). Pikir punya pikir ketika mereka demo pakai bintang kejora mas. Pisan, tak nengke wae, pindo, tak nengke wae, ping telu saya action mas, nyerang (pertama, kedua saya diamkan, ketiga baru saya bertindak). Disana itu OPM dikejar-kejar mas. Neng kene, matane aparat dari gubernurnya, nyuwun sewu, Pak Sultan, tau mereka itu ngerek gendero OPM kok dinengke wae (Di Papua, OPM dikejar-kejar, tetapi di Jogja dibiarkan saja. Sekalipun Sultan dan aparat lainnya tahu kalau mereka disini mengibarkan bendera bintang kejora). Merasa terhina enggak njenengan orang jogja? Kalau saya merasa terhina mas. Nantang kuwi jenenge. Jelas nantang kuwi ” (Wawancara dengan Martinus, 26 Januari 2016) ## STRATEGI MENUNDUKKAN PARA PENDATANG Untuk menciptakan hegemoni kultural Jawa dan agar semua pendatang tunduk dengan adat Jawa, pertama kali yang dilakukan oleh Paksi Katon ialah menegakkan kembali komunalitas warga. Cara untuk menegakkan kembali komunalitas warga adalah dengan cara mengembalikan posisi adat sebagai acuan hidup bermasyarakat. Ikhtiar itu sebetulnya sudah dilakukan oleh Paksi Katon dengan cara menjadi keamanan budaya. Gerakan pengamanan yang berbasis pada kesukarelawanan, merupakan salah satu bentuk aksiologi yang ditunjukkan oleh Paksi Katon untuk kembali ke adat. Menyatukan seluruh elemen masyarakat dalam naungan adat yang digalang oleh Paksi Katon disambut positif oleh masyarakat. Hal ini dapat diamati ketika melaksanakan tugas tidak mendapatkan imbalan materi dan mampu menarik simpati masyarakat untuk gabung menjadi anggota Paksi Katon yang saat ini jumlahnya sudah 800 orang lebih. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok konservatif di Yogyakarta jumlahnya tidak sedikit. Banyak diantara mereka yang mau meninggalkan pekerjaannya sementara seperti penjual es, angkringan, satpam, wiraswasta, dan lain sebagainya demi melaksanakan tugas Paksi Katon. Bahkan demi kebangkitan adat Yogyakarta, Puji Santoso rela mati saat bertugas di Paksi Katon: “Kalau boleh saya matipun, saya mati dalam membela kebudayaan” (Wawancara dengan Puji Santoso, 19 Januari 2016). Setelah usaha untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kembali ke adat menunjukkan keberhasilan, tahap selanjutnya yang dilakukan oleh Paksi Katon ialah menundukkan para pendatang yang tidak mau menyesuaikan dengan adat setempat. ## a. Menjaga Puro Paku Alaman dari Gangguan Keamanan Pasca meninggalnya Paku Alam VIII, terjadi konflik internal Paku Alaman. KPH Probokusumo, putra dari istri kedua Paku Alam VIII, KRAy Retnaningrum dari Keraton Solo mengklaim bahwa dirinya ialah penerus tahta yang sah dan Amabarkusumo bukanlah penerus tahta yang sah. Konflik tersebut terus berlarut-larut bahkan sampai penelitian ini ditulis juga belum menunjukkan adanya rekonsiliasi dari kedua belah pihak. Pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY tahun 2003, KPH Probokusumo mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DIY. Pencalonan ini dianggap sebagai bentuk penentangan kepada KPH Ambarkusumo yang ditasbihkan mengisi posisi KGPAA Paku Alam VIII sebagai Wakil Gubernur DIY. Hingga KPH Probokusumo meninggal, gugatan terhadap Ambarkusumo kemudian dilanjutkan oleh adiknya yakni, KPH Anglingkusumo. Gugatan yang dilancarkan oleh Anglingkusumo ini semakin gencar ketika RUU Keistimewaan DIY belum disahkan. Mengingat salah satu poin penting dalam UU No. 3 tahun 2012 tersebut melegitimasi bahwa Kesultanan Ground dan Pakualaman Ground sebagai peninggalan masa lalu menjadi aset daripada Kraton dan Pakualaman. Usaha pemberontakan Anglingkusumo yang tidak kunjung mendapatkan hasilnya, mendorong dia untuk menyewa kelompok keamanan dari NTT. Bahkan, pada tahun 2012, puncak dari perseteruan diinternal Paku Alaman dikabarkan jika Hercules juga turut datang. Penyewaan kelompok keamanan dari NTT dimaksudkan oleh Anglingkusumo untuk memaksa masuk ke Puro Paku Alaman dan menggelar prosesi adat di Bangsal Sewatama. Ada kepercayaan jika berhasil melaksanakan upacara di Bangsal Sewatama, dapat dikatakan perjuangan untuk menjadi raja tinggal 50 persen lagi. Namun, niat Anglingkusumo tersebut digagalkan oleh kedatangan pasukan Paksi Katon yang jumlahnya sekitar 70 orang. Kelompok keamanan dari NTT mengurungkan niat untuk memaksa masuk ke Puro karena kalah jumlah dan secara legitimasi kultural, keberadaan mereka kalah dengan Paksi Katon (Wawancara dengan Muhammad Suhud, 27 Agustus 2015). ## b. Mendukung Kopassus dalam Tragedi Cebongan: Strategi untuk Menekan Premanisme sekaligus Mengusir Elemen Masyarakat Indonesia Timur dari Yogyakarta Pada tanggal 19 Maret 2013, terjadi penusukan terhadap komandan Kopassus oleh empat sekawan dari Indonesia Timur di Hugos Cafe. Pasca terbunuhnya Sersan Ucok di Hugos Cafe tersebut, empat sekawan itu langsung ditangkap oleh polisi. Karena polisi mengendus ada aroma balas dendam yang akan dilakukan oleh anggota Kopassus lainnya, maka polisi menitipkan empat tahanan tersebut ke Rutan Cebongan. Beberapa hari berikutnya menunjukkan bahwa dugaan itu benar. 12 oknum anggota Kopassus pada dini hari datang ke LP Cebongan dan menembak sampai mati empat sekawan tersebut. 1 1 Lihat laman http://nasional. kompas .com/read/2013/06/21 /0301432/Kronologi.Penyerangan.Lapas.Cebongan. di.Persidangan yang diakses pada tangal 11 Mei 2016 Semenjak itu ulasan mengenai Dicky, sang pentolan pelaku penusukan mulai beredar. Nama Dicky sudah sangat dikenal dalam dunia hitam di Yogyakarta. Berbagai tindak kejahatan pernah dilakukannya hingga menjadikan dirinya terbiasa keluar-masuk penjara. Dalam peta premanisme di Yogya, daerah kekuasaan Dicky ada di sepanjang Jalan Solo. Ia membangun bisnis gelapnya tersebut bersama teman-temannya yang berasal dari Indonesia Timur. Masyarakat Yogyakarta mengenal Dicky sebagai seorang Debt Collector yang sadis. Ia tidak segan-segan melukai korbannya jika tidak menuruti apa yang diinginkannya. 2 Pasca terjadinya peristiwa penembakan yang terjadi di LP Cebongan tersebut, elemen masyarakat Indonesia Timur yang bergerak dalam bisnis keamanan (dari NTT, Ambon, dan Papua) tiarap. Bahkan mahasiswa-mahasiswa dari Indonesia Timur turut merasakan dampaknya dalam mencari hunian (Wancara dengan Dede, 25-26 Februari 2016). Pada waktu itu betul- betul terjadi mobilisasi wacana yang digulirkan oleh berbagai elemen masyarakat Yogya untuk mendisiplinkan para pendatang agar tidak berbuat kerusuhan. Berbagai spanduk yang dipasang di sudut-sudut kota memuat pesan agar para pendatang, khususnya dari Indonesia Timur agar fokus untuk belajar saja dan tunduk pada adat istiadat setempat. Para pendatang diminta untuk kembali memahami peribahasa “ Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. ” Dengan maksud ketika sudah pindah ke Yogyakarta, mereka tunduk kepada nilai-nilai lokal yang ada di Yogyakarta. Tidak terus-menerus mengacu pada budaya mereka berasal. Mengingat konteks nilai dari tiap-tiap daerah berbeda-beda. Beberapa hari setelah penembakan massal tersebut, 11 oknum anggota Kopassus ditangkap polisi dan mengaku bersalah. Paksi Katon yang juga concern dalam menjaga Yogyakarta dari tindakan-tindakan premanisme tersebut kemudian melakukan sejumlah inisiasi. Mereka datang ke Markas Besar TNI di Jakarta, untuk memohon agar anggota yang terlibat tidak ditahan. Disana Romo Suhud sebagai ketua Paksi Katon membacakan surat pernyataan dukungan terhadap sejumlah anggota Kopassus yang ditahan 2 Lihat laman http://nasional.republika.co.id/berita/nasional /jawa-barat-nasional/13/08/14/mrizfu-masyarakat-yogya- diuntungkan-pembunuhan-dicky-cs yang diakses pada tanggal 11 Mei 2016 karena bagi masyarakat Yogya, mereka memiliki kontribusi yang besar dalam menjaga keamanan di Yogyakarta. Terbukti, pasca peristiwa tersebut kelompok keamanan dari Indonesia Timur tiarap sampai sekarang. Sekalipun anggota Kopasssus tersebut dinyatakan bersalah oleh hukum, bagi Paksi Katon apa yang dilakukan oleh mereka membantu misi Paksi Katon untuk menjaga keamanan Yogyakarta, apalagi dari pendatang yang nilai- nilainya tidak sesuai dengan nilai masyarakat Yogyakarta. Terlebih lagi Paksi Katon memiliki sejarah ketegangan dengan kelompok Dicky dkk di Puro Pakualaman. Saat elemen dari Indonesia Timur tersebut digunakan oleh Anglingkusumo untuk mengacaukan keamanan Puro yang dijaga oleh Paksi Katon kala itu. Dukungan terhadap anggota Kopassus yang terlibat dalam penembakan tersebut dapat dimaknai Paksi Katon “ nabok nyileh tangan ” untuk menekan kelompok dari Indonesia timur keluar dari Yogyakarta. c. Menghalau Kebebasan Berpendapat Mahasiswa Papua di Yogyakarta Peribahasa ‘ dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung’ menjadi alat untuk memperingatkan kepada para pendatang agar membaur dalam arus budaya setempat. Menariknya, dalam laporan yang diterbitkan oleh Fisipol pada tahun 2001 menyatakan bahwa Yogyakarta minim akan konflik karena ada dominasi kultural yang dimiliki oleh Yogya (Pratikno, dkk., 2001, 95 – 118). Dengan kata lain tidak terjadinya letupan konflik yang melibatkan antar etnik di Yogyakarta dikarenakan para pendatang membaur dengan nilai-nilai lokal setempat. Tetapi pasca terbentuknya enclave-enclave asrama mahasiswa daerah hingga pada level kabupaten/kota terutama dari daerah-daerah Indonesia Timur semakin meminimalisir interaksi antar budaya tersebut. Akibatnya, nilai-nilai daerah asal para pendatang semakin mengental dan tidak bertegur- sapa dengan nilai-nilai lokal. Inilah yang tidak diinginkan oleh Paksi Katon. Mereka menganggap para pendatang, terutama sekali dari Indonesia Timur tidak menghormati budaya setempat. Maksud dari ‘tidak menghormati’ ialah tidak ada kehendak nilai pendatang untuk melebur dengan nilai-nilai lokal. Masyarakat Yogyakarta pasti menginginkan para pendatang agar saling bertegur-sapa, sopan-santun, dan taat aturan seperti norma umum yang berlaku di Yogyakarta. Tetapi kadang kala terdapat oknum dari Indonesia Timur yang tidak mengindahkan norma kolektif setempat tersebut. Akibatnya stereotype-stereotype negatif melekat kepada para pendatang, khususnya dari Indonsia Timur yang diidentikan dengan mabuk-mabukan, tidak taat aturan, dan pembuat kerusuhan. Beberapa kasus yang melibatkan pendatang dari Papua seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, semakin mengentalkan stereotype negatif warga Yogyakarta terhadap pendatang dari Indonesia Timur. Apalagi ketika pendatang dari Indonesia Timur menyentuh dua isu sensitif bagi warga Yogya yakni, Keistimewaan dan Keindonesiaan. Seperti yang sempat disinggung sebelumnya jika KPH Anglingkusumo yang ingin merebut tahta dari raja Kadipaten Paku Alaman yang sah mendapat bantuan dari kelompok keamanan dari Indonesia Timur. Dukungan yang lebih mengedepankan kekerasan inilah yang membuat masyarakat Yogya semakin yakin bahwa pendatang dari Indoensia Timur ialah sekelompok perusuh. Walaupun elemen masyarakat yang berasal dari Indonesia Timur hanya segelintir oknum, tetapi stereotype -nya melekat kepada seluruh pendatang dari Indonesia Timur di Yogyakarta. Indikasinya, Paksi Katon ketika berhadapan dengan kelompok Indonesia Timur tidak segan-segan beradu fisik ketimbang dengan kelompok keamanan yang berasal dari Yogya seperti FJR. Isu sensitif kedua yang disentuh oleh segelintir oknum pendatang dari Indonesia Timur ialah mengenai Keindonesiaan. Berdirinya berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Yogyakarta telah menarik kelompok muda dari Sabang hingga Marauke berdatangan ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan berbagai orang dari kalangan etnis, bahasa, ras, agama, dan golongan semua ada di Yogyakarta. Warga Yogyakarta selama ini bangga dengan situasi yang beragam seperti itu. Mereka bangga dengan julukan Yogyakarta sebagai miniatur atau model dari NKRI. Ketika isu-isu Keindonesiaan ini disentil, maka tidak mengherankan muncul resistensi oleh sebagian elemen warga Yogyakarta. Karena imajinasi mengenai Keistimewaan dan Keindonesiaan tak terpisahkan dalam benak pikiran warga Yogya. “Sedikit yang harus dipahami, Jogja ini kan model NKRI. Ketika saya memfasilitasi di Al-Takrib itu ada satu kesepakatan. Anda boleh demo tapi soal kebodohan, korupsi, illegal logging , kemiskinan. Salah satu yang disepakati, jangan sampai demo tentang separatisme. Karena di Jogja sangat sensitif itu. Karena Jogja merasa model Indonesia itu Jogja. Saya sudah ngomong sama teman-teman dan beberapa sesepuh. Bahkan teman-teman dari Seh-Adigyo yang bahkan itu kebanyakan dari Indoensia Timur, kami fasilitasi .” 3 Maka dari itu ketika para pendatang dari Indonesia Timur yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), serta organ-organ gerakan lainnya yang menyuarakan kemerdekaan Papua, Paksi Katon tidak segan-segan menghadangnya. Ada rasa yang mengusik Paksi Katon ketika Yogyakarta dijadikan tempat untuk memproklamirkan Papua sebagai negara merdeka. Mereka merasa terhina dengan AMP yang hampir selalu mengangkat isu kemerdekaan Papua. “Kita terusiknya itu karena mereka menggunakan Yogyakarta untuk memproklamirkan sebagai negara merdeka” (Wawancara dengan Syamsul, 01 Januari 2016) . Paksi Katon juga kecewa terhadap aparat penegak hukum yang membiarkan demonstrasi yang dianggap sebagai aksi makar tersebut dibiarkan begitu saja. “Selama ini kalau dimana-mana, di Papua sendiri, Papua tidak berani demo. Di kejar-kejar polisi. Di sini malah berani. Mereka kayak dikasih angin segar. Itu kelemahan pemerintah. Kalau di kotanya sendiri tidak boleh, tapi kalau di kotanya orang lain boleh. Kita sebagai rakyat Jogja tersinggung” (Wawancara dengan Pak Wardadi, 22 Desember 2015) . Terhitung sejak tahun 2014 hingga 2015 Paksi Katon berhasil menghadang demonstrasi yang digelar oleh Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Yogyakarta sebanyak lima kali. Dari lima kali demonstrasi tersebut, empat berhasil dibubarkan oleh Paksi Katon, tetapi sisanya Paksi Katon gagal melakukan pembubaran. Karena Paksi Katon kalah jumlah ketika terjadi bentrokan di kawasan Kusuma Negara antara massa AMP dengan massa Paksi Katon. Motif Paksi Katon membubarkan demonstrasi yang dijalankan oleh AMP karena AMP mengusung isu-isu kebebasan- 3 Petikan pernyataan yang disampaikan oleh Abdul Muhai- min, ketua Forum Persaudaraan Umat Beriman dalam Kon- ferensi Masyarakat Sipil di Yogyakarta, Chapter Kekerasan pada tanggal 25 Februari 2015 kemerdekaan di Papua disertai dengan atribut bendera Bintang Kejora. ## d. Menuntut Dukungan dari Negara Selama ini Paksi Katon dapat dikatakan berjalan sendirian dalam menundukkan pendatang dari Indonesia Timur agar dapat menyelaraskan diri mereka dengan adat setempat. Tidak ada elemen masyarakat lain yang berani menghadang demonstrasi AMP seperti yang dilakukan oleh Paksi Katon. Negara, dalam hal ini pemerintah lokal, juga tidak berani berbuat banyak. Pemerintah lokal menghadapi dilema dalam menyikapi keberadaan orang-orang dari Indonesia Timur yang di- sterotype -kan oleh warga Yogyakarta sebagai kelompok masyarakat yang suka menyebabkan kerusuhan. Pemerintah lokal tidak mau status Yogyakarta sebagai ‘Indonesia Mini’ dan kota yang mengakui keberagaman etnis tercoreng dengan sikap mereka yang gegabah dalam merespons fenomena tersebut. Begitu juga dengan aparat keamanan yang juga lebih memilih membiarkan daripada menindak kelompok dari Indonesia Timur yang tidak menaati aturan karena khawatir berhadapan dengan isu HAM. Agar tekanan terhadap kelompok dari Indonesia Timur semakin terasa, Paksi Katon terus-menerus meminta pemerintah lokal dan aparat kepolisian untuk menindak aksi-aksi yang mereka anggap sebagai aksi separatis yang dilakukan oleh mahasiswa Papua. Paksi Katon menuntut kalau pemerintah lokal tidak berani mengambil tindakan, setidaknya pemerintah melegitimasi apa yang dilakukan oleh Paksi Katon selama ini agar apa yang dilakukan oleh Paksi Katon dalam menghadang demonstrasi AMP tidak dianggap sebagai tindakan melawan hukum, tetapi menjadi bagian dari amanat perintah undang-undang. Alhasil Paksi Katon bersama elemen masyarakat lainnya mengajukan usulan Perda Anti Separatis. Ada kekesalan yang dirasakan oleh Paksi Katon selama ini dalam menghadapi para pendatang dari Indonesia Timur. Mereka menganggap pemerintah dan aparat keamanan melakukan pembiaran terhadap pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan oleh oknum dari orang-orang NTT dan Papua. Seperti pembiaran yang dilakukan oleh polisi ketika oknum tersebut tidak mengenakan helm saat berkendara di jalan umum. Gubernur dilain tempat juga menganggap bahwa demonstrasi yang dilakukan oleh AMP tersebut hanyalah demonstrasi biasa. Paksi Katon menggalang dukungan dari elemen-elemen masyarakat lainnya di Yogyakarta untuk mengajukan Perda Anti Separatis. Pada tanggal 1 Desember 2015, Romo Suhud mengkoordinasikan 30 organisasi masyarakat di Yogyakarta untuk menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPRD DIY terkait kepentingan tersebut. 4 Massa yang tergabung dalam Forum Jogja Anti Separatis (FJAS) menolak keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang disinyalir berkembang di Yogyakarta. Secara gamblang dalam baliho mereka bertuliskan, “Menolak Tegas Adanya Aksi Unjuk Rasa Yang Bersifat Separatis dan Sara.” 5 Romo Suhud sebagai koordinator aksi tersebut mengakatan bahwa “Kami resah adanya oknum yang sering melakukan pelanggaran hukum, dan ada kesan pembiaran dari para penegak hukum terkait yang berwenang.” 6 Selain itu FJAS meminta supaya ada payung hukum, termasuk bagi kepolisian untuk menindak tegas setiap aksi demonstrasi yang mengarah ke gerakan separatis. “Kami mendukung Pemprov DIY dan DPRD DIY membuat perda untuk menangani aksi separatis, kalau demonstrasi membuat kacau atau melanggar UU, langsung sikat,” tegas Romo Suhud. 7 Paksi Katon mengancam jika tuntutan mereka tidak ditindak lanjuti, maka mereka bersama elemen masyarakat lainnya untuk menegakkan aturan main sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Wardadi, Ketua Paksi Katon Sleman yang juga ikut dalam aksi unjuk rasa tersebut. “Kalau itu tidak direspon , jangan salahkan masyarakat DIY, nek ana wong Papua demo, wong NTT demo kita babat, kita tendang, kita hakimi sendiri. Jadi wes ono peringatan itu pak. Kita memang kesal. Makanya yo merespon. Soalnya ketika terjadi gesekan dengan Papua, itu kan anggota kita sudah 4 Lihat http://m.tribunnews.com/regional/2015/12/01/fjas- tolak-aksi-separatis-dan-sara-di-yogyakarta diakses pada tanggal 08 Mei 2016 5 Lihat http://www.krjogja.com/web/news/read/282865/ fjas_minta_gerakan_separatis_ditindak_tegas diakses pada tanggal 08 Mei 2016 6 http://m.tribunnews.com/regional/2015/12/01/fjas-tolak- aksi-separatis-dan-sara-di-yogyakarta diakses pada tanggal 08 Mei 2016 7 Lihat http://www.radarjogja.co.id/blog/2015/12/02/fjas- minta-perda-atur-demonstrasi/ diakses pada tanggal 08 Mei 2016 bela negara, membantu polisi untuk menjaga keamanan DIY, ngono kui malah disalahke . Bela negara kan semua warga pak. Tukang becak, tukang arit itu kan berhak dan wajib bela negara. Ini bukan demo sembarang. Ini demo disintegrasi. Pengaco suasana Jogja. Kalau enggak kondusif pengaruhe kan macem-macem. Kudune wong do seneng kuliah nek kene, do sinau kawaruh, invest disini, wah kono ki ga aman, akeh wong demo. Makanya langsung maupun tidak langsung masyarakat DIY itu dirugikan. Paksi Katon itu malah disalahke . Itu karena belum ada perda, payung hukume. Kalau sudah ada payung hukume kan kita tidak bisa disalahke pak. Jogja yang seharusnya identik dengan budaya, kedamaian, tapi malah dibuat ajang seperti itu.” ## PENUTUP Reformasi dimaknai oleh kelompok adat secara berbeda-beda. Perbedaan pemaknaan tersebut terutama terjadi antara kelompok adat Jawa dan luar Jawa. Kelompok adat Jawa, terutama yang berada di Yogyakarta, menganggap reformasi sebagai momentum yang tidak menggembirakan karena nilai-nilai tradisi Jawa yang sempat menjadi nilai dominan di Indonesia tidak lagi menjadi dominan seiring Soeharto sebagai simbol dari hegemoni kultural tersebut telah jatuh. Kelompok-kelompok adat progesif, seperti anak muda Papua di Yogyakarta, memanfaatkan nilai- nilai demokrasi yang menjadi semangat reformasi untuk menantang kelompok adat Jawa yang sudah kehilangan dominasi kulturalnya. Dengan begitu, reformasi tentu saja dimaknai oleh kelompok adat dari luar Jawa yang pernah menjadi korban Jawanisasi Orde Baru sebagai momentum untuk kebangkitan adat yang menggembirakan. Komunitas adat yang berada di luar Jawa memanfaatkan reformasi untuk merevitalisasi adat mereka agar terekognisi, baik secara sosial maupun politik. Strategi-strategi yang mereka lakukan pada awal-awal reformasi dilakukan dengan cara-cara protes yang bertujuan untuk menyadarkan publik bahwa mereka tetap ada setelah sekian lama ditekan oleh Orde Baru. Kebijakan desentralisasi yang memindahkan konsentrasi kekuasaan dari pusat ke daerah telah merangsang kelompok adat untuk masuk ke dalam negara dengan mencalonkan anggota dari kelompok mereka menjadi calon bupati/walikota. Karena itu, tidak mengherankan jika isu-isu etnis menjadi alat mobilisasi yang efektif dalam politik lokal di luar Jawa. Ketika telah menjadi bagian dari negara, elit lokal tersebut membagi-bagikan sumber daya yang dimiliki oleh negara kepada kelompok adatnya melalui berbagai macam skema kebijakannya. Maka tidak heran, wacana pemekaran daerah sangat kuat terjadi di luar Jawa. Di Yogyakarta, sebagai tempat dimana nilai tradisi Jawa tumbuh dan terus-menerus dilestarikan juga menunjukkan adanya gerakan kebangkitan adat seperti di daerah lainnya. Kebangkitan adat tersebut tidak disebabkan oleh marginalisasi adat seperti yang terjadi di daerah luar Jawa. Kelompok adat Jawa yang terwadahi dalam organisasi FKPM Paksi Katon bangkit untuk menegakkan kembali hegemoni adat Jawa di Yogyakarta. Tujuan kebangkitan adat di antara mereka juga berbeda. Jika kelompok adat non-Jawa bangkit untuk memperoleh akses dalam mendapatkan sumber daya negara, kelompok adat Jawa berambisi untuk menjadikan nilai-nilai Jawa sebagai nilai universal yang harus dipatuhi oleh semua etnis di Yogyakarta. Karena itu, strateginya tidak melalui jalur politik, tetapi dengan cara mendisiplinkan kelompok etnis luar Jawa agar tunduk dengan adat Jawa. Proses penundukkan tersebut dilakukan oleh Paksi Katon mulai dari cara yang halus hingga dengan penggunaan kekerasan. ## PUSTAKA ACUAN Anderson, Benedict. (2007). The Idea of Power in Javanese Culture, dalam Culture and Politics in Indonesia. Ed: Claire Holt, Equinox Publishing. Brown, David. (1994). Neo-Patrimonialism and National Integration in Indonesia dalam The State and Ethnic Politics in Southeast Asia , Routledge. Davidson, Jamie. S.; David Henley; dan Sandra Moniaga. (2010). Adat dalam Politik Indonesia , KITLV-Jakarta. Eilienberg, Michael (2009). “Negotiating Autonomy at the Margins of the State: The Dynamics of elites politics in the Borderland of West Kalimantan, Indonesia”, South East Asia Reseacrh, Vol. 17, No. 2 (July 2009), 201-227. Fajri, Danial Nuril dan Pairul Syah. (2013). “Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) dalam penyelesaian Tindak Pidana Ringan (Studi tentang Hubungan antara Polisi dan Masyarakat di Kelurahan Perumnas Way Kandis, Kota Bandar Lampung)”, Jurnal Sociologie , Vol. 1 No. 3, hal 194-203 Van Klinken, Gerry dan Henk Schulte Nordholt. (2007). Politik Lokal di Indonesia , KITLV- Jakarta. Pratikno, AAGN Ari Dwipayana, Arie Sujito, dkk. (2001). Penyusunan Konsep Perumusan Pengembangan Kebijakan Pelestarian Nilai-Nilai Kemasyarakat ( Social Capital) Untuk Integrasi Sosial , Fisipol UGM-Kantor Eks Menteri Negara Masalah-Masalah Kemasyarakat. Santoso, Purwo dan Adam Tirta. (2003). Reformasi Politik Lokal dan Ketegaran Struktur Elitis: Memahami Ketegaran Golkar di Takalar Sulawesi Selatan dalam J alan Terjal Reformasi Lokal (Jim Schiller ed.), PLOD UGM, 2003: 139-160. ## Sumber Media Aditya. Ivan, FJAS Minta Gerakan Separatis Ditindak Tegas, 01 Desember 2015, diakses melalui: http://www.krjogja.com/web/news/ read/282865/fjas_minta_gerakan_separatis_ ditindak_tegas pada tanggal 08 Mei 2016. Kusuma. Wijaya, Kronologi Penyerangan Lapas Cebongan di Persidangan, 21 Juni 2013, diakses melalui: http://nasional. kompas .com/read/2013/06/21/0301432/ Kronologi.Penyerangan.Lapas.Cebongan. di.Persidangan pada tanggal 11 Mei 2016. Reza. Khaerur, FJAS Tolak Aksi Separatis dan SARA di Yogyakarta, 1 Desember 2015, diakss melalui: http://m.tribunnews. com/regional/2015/12/01/fjas-tolak-aksi- separatis-dan-sara-di-yogyakarta pada tanggal 08 Mei 2016. Saputri. Dessy Suciati, Masyarakat Yogya Diuntungkan Pembunuhan Dicky Cs, 14 Agustus, 2012, diakses melalui: http://nasional.republika.co.id/berita/ nasional/jawa-barat-nasional/13/08/14/ mrizfu-masyarakat-yogya-diuntungkan- pembunuhan-dicky-cs pada tanggal 11 Mei 2016. Supriatma. Made, Amarah dan Wajah Ganda Jogja, 1 September 2014, diakses melalui: http://indoprogress.com/2014/09/amarah- dan-wajah-ganda-jogja/ pada tanggal 01 April 2016. Tirtana. Guntur Aga, FJAS Minta Perda Atur Demonstrasi, 02 Desember 2015, diakses melalui: http://www.radarjogja.co.id/ blog/2015/12/02/fjas-minta-perda-atur- demonstrasi/ pada tanggal 08 Mei 2016. ## Rekaman rapat: Konferensi Masyarakat Sipil di Yogyakarta, Chapter Kekerasan pada tanggal 25 Februari 2015 ## Wawancara: Wawancara dengan Martinus, Korlap Paksi Katon Pusat pada tanggal 26 Januari 2016 Wawancara dengan Muhammad Suhud (Pendiri Paksi Katon) pada tanggal 27 Agustus 2015 Wawancara dengan Puji Santoso (Sekretaris Umum Paksi Katon Bantul) pada tanggal 19 Januari 2016 Wawancara dengan Syamsul (Sekretaris Umum Paksi Katon Pusat DIY) pada tanggal 01 Januari 2016 Wawancara dengan Wardadi (Ketua Paksi Katon Kabupaten Sleman) pada tanggal 22 Desember 2015
8d52a8fb-b238-450a-9200-3aaf31d16823
https://jurnal.politanikoe.ac.id/index.php/jvip/article/download/7022/516
Penggunaan Tepung Daun Gamal ( Gliricidia sepium) Sebagai Pakan ## Tambahan pada budidaya Ikan Bandeng ( Chanos chanos) Montanus Ronald Gonsaga 1 , Yulianus Linggi 2 , Asriati Djonu 3 1 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Peternakan, Kelautan Dan Perikanan, Jl. Adisucipto, Penfui 85001, Kotak Pos 1212,Tlp (0380)881589 * Email Koespondensi : [email protected] Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh fermentasi terhadap peningkatan kandungan protein dalam daun gamal ( Gliricidia sepium ) dan untuk menentukan dosis optimal penambahan tepung daun gamal yang difermentasi terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng ( Chanos chanos ). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan, yakni: A; tanpa tepung daun gamal terfermentasi, B; ditambahkan tepung daun gamal terfermentasi sebanyak 10%, C; ditambahkan tepung daun gamal terfermentasi sebanyak 25%, dan D; ditambahkan tepung daun gamal terfermentasi sebanyak 40%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein dalam tepung daun gamal sebesar 22,702% meningkat menjadi 23,942% setelah difermentasi. Hasil pengukuran pertumbuhan mutlak ternyata meningkat seiring dengan meningkatnya penambahan tepung daun gamal ke dalam pakannya yakni dari 8 g pada perlakuan A hingga 11 g pada perlakuan D. Semakin tinggi kandungan daun gamal dalam pakan semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan ikan bandeng. Dosis terbaik penambahan tepung daun gamal terfermentasi untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng adalah pada Perlakuan D dengan penambahan tepung daun gamal terfermentasi sebesar 40%. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman tentang potensi pemanfaatan daun gamal terfermentasi sebagai pakan ikan, khususnya untuk ikan bandeng. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berharga bagi industri perikanan dalam mengoptimalkan penggunaan tepung daun gamal terfermentasi untuk meningkatkan pertumbuhan ikan secara efisien dan berkelanjutan. Kata kunci : Bandeng; Gamal; Pakan Pendahuluan Pengembangan budidaya ikan saat ini seperti ikan bandeng, sering terkendala oleh meningkatnya biaya produksi akibat harga pakan yang semakin mahal. Sekitar 70-90% dari biaya produksi berasal dari biaya pakan (Setiawati et al ., 2008). Untuk menekan biaya produksi, berbagai upaya telah dilakukan dengan mengoptimalkan faktor-faktor produksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sumber pakan alternatif yang murah dan mudah didapatkan. Daun gamal ( Gliricidia sepium ) dapat digunakan sebagai bahan baku pakan yang murah. Namun, daun gamal memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, yaitu mencapai 14,64% dan mengandung zat anti nutrisi yang menyebabkan penurunan kecernaan daun gamal. Salah satu cara untuk meningkatkan kecernaan bahan pakan adalah dengan fermentasi (Nazlia, 2019). Fermentasi juga dapat memper-tahankan dan meningkatkan kualitas protein, mengurangi zat anti nutrisi, dan mempertahankan nilai nutrisi lainya (Virnanto et al. , 2016). Fermentasi memerlukan penggunaan probiotik sebagai sumber bakteri pengurai. Probiotik yang digunakan mencakup bakteri asam laktat ( Lactobacillus sp ), Actinomycetes sp, yeast ( Saccharomyces sp), dan Streptomyces sp . Bakteri ini berperan dalam mengurai serat kasar dan zat anti nutrisi pada daun gamal (Putri et al ., 2012). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa fermentasi dengan menggunakan EM4 dapat meningkatkan kandungan nutrisi pada kulit kopi, seperti protein, kalsium, fosfor, dan lemak, serta mengurangi kadar abu, serat kasar, dan zat HCN (Pamungkas, 2011). Untuk dapat menggunakan daun gamal sebagai bahan baku alternatif dalam produksi pakan ikan bandeng, diperlukan penelitian mengenai penggunaan daun gamal terfermentasi sebagai bahan tambahan pakan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng ( C. chanos ) ## Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di Kupang selama 2 bulan terhitung dari bulan Oktober - Desember 2022. Uji kadar protein dilakukan di Laboratorium Pakan Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Waring (wadah pemeliharaan), timbangan digital, pH meter, DO meter, termometer, dan refraktometer. Bahan utama dalam pembuatan pakan adalah tepung daun gamal, EM 4 , gula sabu, pakan komersil, dan progol. ## Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu: Perlakuan A : Penambahan tepung daun gamal terfermentasi 0% Perlakuan B : Penambahan tepung daun gamal terfermentasi 10% Perlakuan C : Penambahan tepung daun gamal terfermentasi 25% Perlakuan D : Penambahan tepung daun gamal terfermentasi 40% ## Koleksi Daun Gamal Daun gamal ( G. sepium ) dikumpulkan dari lingkungan sekitar kemudian dicuci dan dipisahkan dari tangkainya. Pencucian menggunakan air mengalir untuk memastikan tidak terkontaminasi dengan bahan lain. Daun gamal yang telah dibersihkan kemudian dijemur dalam oven pada suhu ruangan sebesar 50 0 C selama 3 hari (Fitria et al ., 2019). ## Fermentasi Daun Gamal Tepung daun gamal difermentasi dengan menggunakan probiotik komersial EM4. Fermentasi dimulai dengan pembuatan larutan probiotik, yaitu dengan mencampurkan 10 ml EM4 ke dalam 500 ml air dan 200 ml gula aren cair. Penambahan gula aren bertujuan sebagai sumber makanan bagi bakteri pengurai. Simplisia daun gamal dimasukkan ke dalam wadah, kemudian ditambahkan 30 ml larutan probiotik ke dalam 100 g simplisia daun gamal (Fitria et al ., 2019). Campuran tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan ditutup rapat untuk menciptakan kondisi anaerob. Proses fermentasi dilakukan selama 14 hari. Setelah daun gamal difermentasi, dilakukan penepungan menggunakan blender dan proses pengayakan hingga menjadi halus. ## Pembuatan Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersial merk FF-999 dengan kandungan protein sebesar 35%. Pakan tersebut dicetak ulang dengan penambahan tepung daun gamal terfermentasi dan prekat (progol). Dosis progol yang digunakan disesuaikan dengan bobot pakan yang dicampurkan, yaitu sebanyak 10 mg/1 kg pakan. Setelah pencampuran, pakan dikeringkan dengan menjemur di bawah sinar matahari. Dosis pencampuran disesuaikan dengan perlakuan, dimana pada P1 digunakan 100 g pakan komersial tanpa penambahan tepung daun gamal terfermentasi, P2 menggunakan 100 g pakan komersial dan 10 g tepung daun gamal terfermentasi, P3 menggunakan 100 g pakan komersial dan 25 g tepung daun gamal terfermentasi, dan P4 menggunakan 100 g pakan komersial dan 40 g tepung daun gamal terfermentasi. ## Hasil dan Pembahasan Uji Kadar Protein Tabel 1. Hasil Uji Kadar Protein dan Kadar Air Tepung Daun Gamal. Sampel Air(%) Protein Kasar (%) Tepung Daun Gamal 2,338 22,702 Tepung Daun Gamal Terfermentasi 24,512 23,942 Sumber : Laboratorium kimia pakan Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan Undana. Berdasarkan hasil analisis protein dan kadar air di Laboratorium Pakan Undana menggunakan mikroorganisme EM4, terlihat bahwa kadar air pada tepung daun gamal terfermentasi sebesar 24,512%, yang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung daun gamal tanpa fermentasi sebesar 22,702%. Hal ini disebabkan oleh peran fermentasi dalam peningkatan kualitas nutrisi tepung daun gamal, terutama kandungan protein. Fermentasi berkontribusi pada hidrolisis protein kompleks oleh mikroba yang bertindak sebagai agen fermentasi, menghasilkan asam amino bebas atau peptida yang lebih sederhana (Martono et al ., 2016). Studi lain juga menyebutkan bahwa penggunaan EM4 dalam fermentasi dapat meningkatkan kualitas nutrisi tepung daun gamal, sejalan dengan pernyataan Lumbanbatu (2018) bahwa fermentasi menggunakan EM4 dalam bahan pakan dapat meningkatkan nutrisi dan mengurangi kadar serat kasar. ## Pertumbuhan Berat Mutlak Pada pertumbuhan berat mutlak ikan bandeng selama 60 hari pemeliharaan, rata-rata pertumbuhan pada setiap perlakuan adalah sebagai berikut: Perlakuan A dengan pemberian pelet komersil FF-999 tanpa penambahan tepung daun gamal terfermentasi, memiliki pertumbuhan mutlak sebesar 10,8 g. Perlakuan B dengan pemberian pelet dan penambahan tepung daun gamal terfermentasi 10% memiliki pertumbuhan berat mutlak sebesar 9,03 g. Perlakuan C dengan pemberian pelet dan penambahan tepung daun gamal terfermentasi 25% memiliki pertumbuha berat mutlak sebesar 10,17 g. Sementara itu, perlakuan D dengan pemberian pelet dan penambahan tepung daun gamal terfermentasi 40% memiliki pertumbuhan mutlak sebesar 11,63 g. ## Gambar 1. Grafik Berat Mutlak Ikan Bandeng. Berdasarkan hasil analisis peningkatan bobot mutlak tertinggi pada 60 hari pemeliharaan ikan bandeng terdapat pada perlakuan D (penambahan tepung daun gamal terfermentasi 40%), lalu disusul perlakuan C (penambahan tepung daun gamal terfermentasi 25%), perlakuan B (Penambahan tepung daun gamal tefermentasi 10%), sedangkan pertumbuhan bobot mutlak terendah pada perlakuan A (kontrol). Peningkatan pertumbuhan bobot mutlak pada perlakuan D diduga karena perbedaan dosis antara setiap perlakuan sehingga perlakuan D lebih tinggi dibandingkan perlakuan C dan B sedangkan rendahnya pertumbuhan bobot mutlak pada perlakuan A (kontrol) disebabkan karena tidak adanya penambahan tepung daun gamal terfermentasi dalam pakan. Pakan dengan penambahan tepung daun gamal terfermentasi menambahkan kandungan nutrisi pakan salah satunya kandungan protein. Penambahan tepung daun gamal terfermentasi dalam pakan dapat dicerna dengan baik oleh ikan bandeng sehingga pertumbuhan ikan lebih optimal. Menurut Mardhiana et al ., (2017) bahwa bahan pakan hasil fermentasi selain berperan sebagai sumber energi utama ikan, juga mampu meningkatkan nilai kecernaan sehingga pemanfaatan pakan lebih efisien. ## Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup merupakan perbandingan jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian dengan ikan yang hidup di awal penelitian pada akhir periode selama penelitian (Mulyadi, 2014). Tingkat kelang-sungan hidup ikan bandeng selama 60 hari penelitian dapat dilihat pada gambar berikut : 8,2 a 9,03 b 10,17 b 11,63 b 0 2 4 6 8 10 12 14 A (Kontrol) B (10%) C (25%) D (40%) B ER A T M UT LA K (gr am ) PERLAKUAN Gambar 2. Grafik Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng. Rerata kelangsungan hidup pada akhir periode penelitian beragam, dimana kelangsungan hidup terendah pada perlakuan A (kontrol) yaitu sebesar 93,33%, lalu pada perlakuan B dan D sebesar 96,67%, dan kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan C sebesar 100%. Presentase kelangsungan hidup yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin banyak organisme yang hidup selama pemeliharaan (Mulyadi, 2014). Berdasarkan hasil analisis kelang-sungan hidup ikan bandeng yang dipelihara di instalasi tambak Oesapa, dengan nilai kelangsungan hidup di atas 84%, dapat disimpulkan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan berhasil. Sesuai dengan pernyataan Sulaiman et al ., (2020), usaha budidaya ikan dapat dikatakan berhasil jika tingkat kelangsungan hidup mencapai nilai di atas 84%. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan adalah kualitas nutrisi pakan yang diberikan, di mana penambahan tepung daun gamal terfermentasi juga berperan dalam mendukung kelangsungan hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Mullah et al ., (2020), pakan yang memiliki kualitas nutrisi yang baik sangat berperan dalam menjaga kelangsungan hidup ikan. ## Kualitas air Parameter kualitas air memegang peran penting dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Tabel 2. Data Pengukuran Kualitas Air di Lokasi Penelitian Parameter Kualitas Air Nilai Standar (SNI 01.6148,1999) Suhu 25-32°C 28-32°C Salinitas 20-30 ppt 5-35 Ph 7,5-8,3 7,0 – 8,5 Oksigen Terlarut (DO) 3-7 mg/L 3 mg/L Berdasarkan pengukuran selama 60 hari pemeliharaan, hasil menunjukkan bahwa kualitas air berada dalam kisaran optimum, sehingga kelangsungan hidup ikan yang dihasilkan memiliki nilai di atas 84%. Perubahan kualitas air yang signifikan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan. Namun, dalam penelitian ini tidak terjadi perubahan kualitas air yang signifikan karena benih ikan yang digunakan diambil dari lokasi yang sama, sehingga tidak perlu dilakukan aklimatisasi untuk penyesuaian dengan lingkungan. Penelitian oleh Siegers et al . (2019) juga menyatakan bahwa perubahan kualitas air yang besar dapat mempengaruhi biota di dalamnya, dan kualitas air yang buruk, terutama akibat penumpukan feses dan sisa pakan di dasar perairan, dapat mengakibatkan rendahnya konsentrasi oksigen terlarut (DO) yang dapat menyebabkan mortalitas pada ikan. 93,33 a 96,67 a 100 a 96,67 a 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A (Kontrol) B (10%) C (25%) D (40%) K ELA N GSU N GAN HI D UP (% ) Perlakuan ## Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein dalam tepung daun gamal, sehingga tepung tersebut cocok digunakan sebagai bahan tambahan dalam pakan. Penambahan tepung daun gamal terfermentasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ikan bandeng, sementara tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kelangsungan hidup. Dosis terbaik yang digunakan adalah perlakuan D yaitu penambahan tepung daun gamal terfermentasi sebesar 40% dengan pertumbuhan bobot mutlak sebesar 11,63 g, dan tingkat kelangsungan hidup 96,67%. ## Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian hingga sampai penulisan jurnal ini. ## Daftar Pustaka Fitria Apriani, Prasetiyono, E., dan Denny Syaputra. 2019. Performa Pertumbuhan Benih Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy ) Dengan Pemberian Pakan Komersial yang Ditambahkan Tepung Daun Gamal ( Gliricidia sepium ) Terfermentasi. Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan, 10(2) . Lumbanbatu, P. A. 2018. Pengaruh Pemberian Probiotik EM4 Dalam Pakan Buatan Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Nila Merah ( Oreochromis niloticus ) Di Air Payau. Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Riau . Mardhiana, A., Buwono, I. D., Adriani, Y., & Iskandar.2017. Suplementasi Probiotik Komersil Pada Pakan Buatan untuk Induksi Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus ). Jurnal Perikanan Dan Kelautan , 8 (2), 133–139. Martono, Yohanes, Lucia Devi Danriani, and Sri Hartini. 2016. “The Effect of Fermentation on Protein Contant and Amino Acids of Fortified Dried-Cassava Flour-Soybean ( Glycine Max (L)) Flour.” Jurnal Agritech 36(01): 56–63. Mullah, A., Diniarti, N., & Astriana, B. H. 2020. Pengaruh Penambahan Cacing Sutra ( Tubifex ) Sebagai Kombinasi Pakan Buatan Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan Dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus ). Jurnal Perikanan Unram , 9 (2), 160–171. Mulyadi, U. T. and E. S. Y. 2014. Lecturers of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University Student of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia , 2 (2), 117–124. Nazlia, S. 2019. Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) Fermented Gliricidia sepium Leave Powder Evaluation On Nile Tilapia Growth Performance. Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika , 3(1), 6–11. Pamungkas, W., & Kompiang, M. 2011. Teknologi Fermentasi Alternatif Solusi Dalam Upaya Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal. Media Akuakultur , 6 (1), 43–48 Putri, F.S, Zahidan, H., dan Kiki. H. 2012. Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik pada Pelet yang mengandung Kaliandra ( Calliandra Calothyrsus ) Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ). Jurnal Perikanan dan Kelautan , 3 (4), 283 – 291 Setiawati, M., Sutajaya, R., dan Suprayudi, M. A. 2008. Pengaruh Perbedaan Kadar Protein Dan Rasio Energi Protein Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan Fingerlings Ikan Mas ( Cyprinus carpio ). Jurnal Akuakultur Indonesia Siegers, W. H., Prayitno, Y., & Sari, A. 2019. Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana ( Oreochromis Sp .) Pada Tambak Payau. The Journal of Fisheries Development , 3 (11), 95–104. Sulaiman, P. S., Rachmawati, P. F., Puspasari, R., & Wiadnyana, N. N. 2020. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kematian Massal Ikan Di Danau Dan Waduk. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia , 12 (2), 59. Virnanto, L. A., Rachmawati, D., dan Samidjan, I. 2016. Pemanfaatan tepung hasil fermentasi azolla ( Azolla microphylla ) sebagai campuran pakan buatan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan ikan gurame ( Osphronemus gouramy ). Universitas Diponegoro. Journal of Aquaculture Management and Technology , 5, 1–7.
49a80460-08a3-477b-bb99-4e15b79cfcb2
https://online-journal.unja.ac.id/JurnalEngineering/article/download/29283/17580
## Perancangan Sistem Informasi Manajemen Administrasi Pengiriman Hasil Produksi Ke Buyer Pada PT Katingan Timber Celebes Design of Administrative Management Information Systems Delivery of Production Results to Buyers at Katingan Timber Celebes Plt. Anis Saleh 1* , Yan Herdianzah 2 , Andi Pawennari 3 , Arfandi Ahmad 4 1,2,3,4 Program Studi Teknik Industri, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Indonesia Email: 1* [email protected] , 2 [email protected] Article history: Received 12-11-2023, Accepted 23-02-2024, Published 23-02-2024 ## Abstrak Industri kayu lapis di Indonesia saat ini masih mengalami banyak permasalahan seperti manajemen data ke buyer khususnya di PT.KTC yang merupakan industri yang bergerak dibidang pengolahan kayu lapis. Perusahaan tersebut masih menggunakan program pengolah angka microsoft excel dalam penginputan data pengiriman sehingga menimbulkan beberapa permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi sub-system yang terkait dengan sistem informasi manajemen administrasi pengiriman barang ke buyer serta merancang sistem informasi manajemen administrasi pengiriman hasil produksi sebagai alat evaluasi dan pengawasan. Perancangan sistem informasi pengiriman hasil produksi menggunakan pendekatan prototype yang berfokus pada penyajian form input dan output melalui tahap conceptual system design dalam sistem informasi manajemen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan set system objective dalam sistem informasi pengiriman hasil produksi yang menjadi alat pengawasan dalam proses pengiriman. Adapun hasil rancangan model sistem informasi manajemen yang didapatkan adalah (1) menggunakan software berbasis website , (2) Semua data dari bagian terkait bisa diakses oleh admin yang membutuhkan laporan terkait pengiriman hasil produksi. Kata kunci : Pengiriman Hasil Produksi: Prototype; Set System Objective; Sistem Informasi ## Abstract : The plywood industry in Indonesia is currently still experiencing many problems, such as data management for buyers, especially at PT.KTC, which is an industry that operates in the field of plywood processing. The company still uses the Microsoft Excel number processing program to input shipping data, which causes several problems. This research aims to identify sub-systems related to the administrative management information system for sending goods to buyers and to design an administrative management information system for delivering production results as an evaluation and monitoring tool. The design of the information system for delivering production results uses a prototype approach which focuses on presenting input and output forms through the conceptual system design stage in the management information system. The results of this research indicate that determining the set of objective systems in the production delivery information system is a monitoring tool in the delivery process. The results of the management information system design model obtained are (1) using website-based software, (2) All data from related sections can be accessed by admins who need reports related to the delivery of production results. Keywords: Delivery of Production Results: Prototype; Set System Objective; Information System Volume 6 Nomor 1, Januari 2024 P-ISSN : 2461-0526 E-ISSN : 2623-1522 ## 1. Pendahuluan Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan bisnis, baik itu di perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa [1]–[3] . Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi dari bahan baku menjadi barang jadi yang dapat digunakan oleh konsumen. Untuk mendukung aktivitas dalam perusahaan manufaktur diperlukan data dan informasi yang cepat, akurat, dan efisien sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan, begitupun dengan proses pengiriman barang ke buyer . Agar proses pengiriman barang berjalan dengan baik diperlukan suatu sistem yang dapat mengatur kegiatan pengiriman barang berdasarkan permintaan buyer sesuai pesanan dan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Perkembangan sistem informasi diseluruh dunia telah membuat hidup manusia semakin lebih mudah. Terutama sejak diciptakannya internet, komunikasi menjadi semakin tidak terbatas dan tanpa hambatan, baik hambatan geografis ataupun hambatan waktu. Kita dapat bekomunikasi dengan keluarga/teman/rekan bisnis yang berada di berbagai belahan dunia secara langsung melalui jaringan internet. Manfaat berkembangnya sistem informasi ini sangat menguntungkan banyak pihak terutama perusahaan ataupun bidang usaha [4]–[6] . Sehingga sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan sistem informasi untuk menunjang aktifitas perusahaannya [7], [8] . Karena sistem informasi sendiri dapat mempermudah untuk memanajemen aktifitas perusahaan, khususnya sistem informasi yang berbasiskan web [9]–[12]. Untuk perusahaan manufaktur dengan skala permintaan yang cukup besar, menggunakan sistem informasi pengiriman barang dengan cara manual sudah tidak lagi memenuhi syarat cepat, akurat dan efisien [13], [14]. Berbagai permasalahan timbul, seperti tidak jelasnya stok barang digudang yang akan dikirim, sulitnya akses data, tidak ada sistem pengawasan pengiriman barang, staf sulit memperoleh informasi pengiriman, manajemen transportasi yang tidak pasti, serta terjadinya keterlambatan pengiriman. PT. Katingan Timber Celebes (PT. KTC) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri pengolahan kayu lapis dengan penjualan produk diekspor ke luar negeri seperti Jepang, Jerman dan lain-lain. Dengan banyaknya produk yang harus dikirim ke buyer maka banyak pula data dan informasi yang harus diolah dengan cepat dan akurat. Sistem informasi pengiriman yang digunakan pada PT.KTC masih menggunakan microsoft excel dalam penginputan data informasi pengiriman sehingga menimbulkan berbagai macam permasalahan. Beberapa permasalahan yang terjadi secara terus menerus pada PT. KTC adalah (1) penyusunan informasi pengiriman dan permintaan produk dari konsumen, (2) analisis operasi yang masih belum akurat, (3) penetapan pengiriman hasil produksi masih belum terjadwal dengan konsisten [15], [16], (4) pendataan pengiriman hasil produksi belum terekapitulasi secara maksimal, (5) laporan rutin masih dibuat secara manual, (6) stok produk dan data ketersediaan transportasi kerap kali mengalami kekeliruan, (6) pengambilan keputusan hasil produksi untuk pendistribusian masih diputusan secara manual. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di PT. KTC, penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem informasi yang tepat untuk memastikan bahwa sistem yang dibangun sudah efektif dan efisien dengan melakukan identifikasi sub-sistem yang terkait dengan sistem informasi manajemen administrasi pengiriman barang ke buyer serta melakukan perancangan strategi pengiriman hasil produksi sebagai alat evaluasi dan pengawasan [17]. Yang menjadi kebaharuan pada penelitian ini adalah penggunaan metode analisis perancangan sistem informasi manajemen yang masih sangat langka digunakan pada perusahaan manufaktur. ## 2. Metode Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah (1) Manager Produksi, (2) Manager Penjualan, (3) Manager Gudang, (4) Manager Personalia, (5) Manager Suplier, dan (6) Manager SDM. Sedangkan objek penelitian ini adalah sistem informasi manajemen administrasi pengiriman hasil produksi ke buyer . ## a) Metode Pengolahan Data Metode Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul melalui tahap pengumpulan data. Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan berbagai metode yang pertama adalah mengidentifikasi pengguna menggunakan metode observasi dan wawancara, untuk mengetahui conceptual system design dan define the problem, selanjutnya merancang prototype dengan metode Analisis Perancangan Sistem Informasi (APSI) untuk mengetahui set system objective dan establish system constrain, kemudian penentuan prototype dapat diterima atau tidak untuk mengetahui information needs yang terakhir adalah menggunakan prototype untuk mendapatkan atau menentukan sumber informasi yang akurat. ## 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru dari sistem lama yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru. Perancangan sistem Informasi terdiri dari beberapa tahapan yakni Strategic Project Planning, Conceptual System Design dan Perancangan Detail. a) Strategic / Project Planning SIM Project Planning digunakan untuk menjabarkan perancangan dasar tujuan, dalam hal ini adalah perancangan usaha yang akan dilakukan, tujuan perancangan, serta penetapan kegiatan-kegiatan utama yang akan dilakukan. ## Tujuan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Perancangan sistem informasi manajemen sebagai dasar tersedianya informasi mengenai permasalahan yang ada pada proses pengiriman hasil produksi, seperti informasi data identitas hasil produksi, permintaan dan pengiriman produk, stok produk, serta data ketersediaan transportasi. ## Penetapan Kegiatan-Kegiatan Utama/Waktu Tabel 1. Jadwal kegiatan No Kegiatan Minggu 1 2 3 4 1 Penyusunan informasi yang diperlukan √ 2 Analisis operasi dari rancangan yang terpilih √ 3 Mendefenisikan sub system √ 4 Mengembangkan basis data √ 5 Mengenali kendala system √ 6 Merancang SIM √ ## b) Conceptual System Design Conseptual System Design terdiri dari beberapa tahapan, yaitu Define The Problem, Set System Objective , Establish System Constrains, Information Need , penentuan Sumber Informasi dan Reporting . ## Define the Problem Bagaimana dapat tersedia informasi data identitas hasil produksi, permintaan dan pengiriman produk, stok produk, serta data ketersediaan transportasi..Sehingga dapat dibuat keputusan mengenai pengiriman hasil produksi sesuai dengan permasalahan mesin yang ada. Tujuan: Mempercepat pengambilan keputusan dalam pengiriman hasil produksi dengan kriteria, (a) Produk dikirim, (b) Reschedule. Selanjutnya Menetapkan kegiatan personal pelaksana operasi dengan tahapan (1) Merancang sistem informasi pengiriman hasil produksi, (2) Mengidentifikasi sistem informasi pengiriman hasil produksi, (3) Menerima laporan rutin, (4) Menjadwalkan dan mendata pengiriman hasil produksi, (5) Mendata informasi permintaan dan pengiriman, stok produk serta data ketersediaan transportasi, (6) Mengedit data informasi pengiriman, (7) Mengambil keputusan mengenai pengiriman hasil produksi. ## Set System Objective Terdapat lima kriteria dalam sistem informasi manajemen administrasi pengiriman hasil produksi untuk melakukan pengambilan keputusan, yaitu, (1) Data identitas produksi , data identitas produksi berkaitan dengan hasil produksi seperti jenis produksi, ukuran produk serta tipe produk. Data-data tersebut diinput oleh admin warehouse yang merupakan level lower dalam tingkatan sistem informasi manajemen, (2) Data inventory awal, data inventory awal berkaitan dengan data-data produk awal yang ada dibagian warehouse sebelum adanya produk masuk dari bagian produksi (gudang barang jadi). Data-data tersebut diinput oleh admin warehouse yang merupakan level lower dalam tingkatan sistem informasi manajemen. (3) Data inventory masuk,data inventory masuk berkaitan dengan data-data hasil produksi yang masuk ke warehouse dari bagian produksi Data-data tersebut diinput oleh admin warehouse yang merupakan level lower dalam tingkatan sistem informasi manajemen, (4) Data inventory keluar, data inventory keluar berkaitan dengan data-data produk yang telah dikirim baik itu ekspor maupun pengirimnan ke lokal. Data-data tersebut diinput oleh admin warehouse yang merupakan level lower dalam tingkatan sistem informasi manajemen, (5) Data inventory akhir, data inventory akhir berkaitan dengan data-data sisa stok hasil produksi yang ada di gudang barang jadi setelah dilakukan pengiriman ke buyer . Data-data tersebut diinput oleh admin warehouse yang merupakan level lower dalam tingkatan sistem informasi manajemen. ## c) Perancangan Detail Pada tahap perancangan detail, informasi-informasi yang telah diperoleh dari tahap-tahap perancangan usaha dan tahap-tahap perancangan desain sistem kemudian dirancang kedalam sistem yang akan dibuat. Tahapan dalam perancangan detail adalah dengan menentukan kondisi sistem awal, mengidentifikasi pengguna, menggambarkan alur sistem ( use case diagram, activity diagram dan general flow system ) dan menggambarkan form input dan output. ## Kondisi Sistem Awal Diperlukan gambaran kondisi sistem awal untuk menentukan rancangan sistem informasi yang akan dibuat akan lebih baik dari sistem yang ada sebelumnya. Berikut ini adalah kondisi sistem awal pada perusahaan PT. Katingan Timber Celebes sesuai dengan pola keterpaduan sistem pengiriman hasil produksi. proses pengiriman hasil produksi yang dimulai dari Marketing, warehouse, PPIC dan bagian produksi. Marketing menerima permintaan buyer kemudian menyampaikan ke bagian warehouse yang bertugas melakukan penyusunan rencana pengapalan. Setelah dilakukan penyusunan rencana pengapalan maka dilanjutkan oleh bagian PPIC yang melakukan penyusunan rencana produksi dan kemudian menjadi acuan dari bagian produksi untuk melakukan proses produksi sesuai dengan permintaan buyer, setelah dilakukan proses produksi kemudian produk akan dibawa ke gudang barang jadi untuk disimpan sementara dan menunggu untuk dikirim. Apabila stok barang jadi telah sesuai dengan jumlah permintaan maka marketing akan menentukan transportasi pengangkutan produk. Apabila transportasi telah tersedia makan bagian warehouse akan melakukan pengambilan keputusan terkait dengan tindakan pengiriman hasil produksi. Gambar 1. General System Flow ## General Sistem Flow Setelah menentukan pengguna angka selanjutnya adalah menjelaskan aliran sistem dimana pada perancangan sistem hal utama adalah menentukan sumber informasi, kemudian informasi yang diperoleh berupa data diolah kedalam sistem database hingga menghasilkan keluaran data hasil keputusan mengenai keadaan mesin. ## Form Input dan Output ## Form Input Login Berikut ini merupakan gambaran input login dimana penggunanya adalah karyawan dan kepala bagian gudang barang jadi ( warehouse )Form input login ini memiliki tampilan username dan password, pengguna akan dibebaskan memilih password sendiri. Tabel 2 . Form input untuk login Form Input Login No. Username Password 1 Andi_Arninah 04Feb1995 2 Ilyas 00005555 3 Ramlah 1112131415 4 Mytha Des022017 Gambar 2. Form Login SIM Pengiriman Hasil Produksi ke Buyer Gambar 3. Tampilan Admin Panel ## Form Input Data identitas produk yang dikirim Form data identitas produk berisi data-data berupa tebal, lebar, panjang, type, grade,isi/crats Berikut form input dataidentitas produk yang dikirim Tabel 3 . Form input data identitas produk yang dikirim Tebal(mm) Lebar (mm) Panjang (mm) Type Grade Isi/crats 2.40 920 1.830 T2F G1PS 250 Makassar, .................. 2023 Admin warehouse (Ramlah) Gambar 4. Form Data Identitas yang Dikirim Gambar 5. Form Input Data Stok Awal ## Form Input Data Inventory Awal Form data inventory awal berisi tentang data produk/pcs, ukuran (m 3 ), jumlah produk awal. Berikut form input data stok awal: Tabel 4 . Form input data stok awal Stok Awal Jumlah/crats Pcs m 3 330 1.33 2 Makassar, .................. 2023 Admin Warehouse (Ilyas) Gambar 6. Form Data Inventory Awal Gambar 7. Form Input Data Stok Awal Form Input Data Inventory (in) Form input inventory ( in) berisikan data-data produk masuk/hari ( today) , ukuran produk (m 3 ), produk yang diterima (ACC), ukuran produk (m 3 ) dan jumlah inventory masuk. Berikut form input data inventory masuk: Tabel 5. Form Input Inventory Masuk In Today/pcs m3 ACC m3 Jumlah/crats 1980 8,0005 2,640 10,67 8 Makassar, .................. 2023 Admin Warehouse (Ramlah) Gambar 6. Form Input Inventory Masuk In Gambar 7. Form Input Stock Inventory In ## Form Input Data Inventory (Out) Form input data Inventory (Out) berisikan data-data produk ekspor, dan produk lokal. Produk yang diekspor dan produk yang dipasarkan lokal berisi data jumlah permintaan/hari ( Today ), ukuran (m 3 ), produk yang keluar (ACC), ukuran produk (m3) dan jumlah produk keluar. Berikut form input Inventory out. Tabel 6 . Form Input Inventory (Out) Out Jumlah/crats Eksport Lokal Today/pcs m3 Acc m 3 Today m3 Acc m 3 1000 4.04 1000 4.04 - - - - 4 Makassar, .................. 2023 Admin Warehouse (Ilyas) Gambar 8. Form Input Inventory Out Gambar 9. Form Input Stock Inventory Out ## Form Inventory Akhir Form input Inventory Akhir, berisikan data-data sisa produk (SC) berupa sisa stok/hari ( today) , ukuran produk tersisa (m 3 ), produk memenuhi standar (Acc), ukuran produk (m 3 ), total crats, total pcs akhir. Berikut form input inventory akhir. Tabel 7. Form Input Inventory Akhir SC Ttl crats ((crats awal+crats masuk)- crats Out)) Pcs Akhir=Today/pcs m3 Today ((pcs awal+pcs masuk)- Pcs out)) m3 ((m3 awal +m3 masuk)- m3 out) ACC= Today/pcs m3 1310 5.29 1310 5.29 1310 6 5.29 Makassar, .................. 2023 Admin Warehouse (Ramlah) Gambar 8. Form Input Inventory Akhir Gambar 9. Form Input Stock Inventory Akhir ## Form Output Pengiriman Hasil Produksi Form output berisi data-data yang berkaitan dengan bagian gudang barang jadi dan dokumen. Data-data tersebut berupa ukuran produk (tebal, lebar, panjang, type, grade), isi crats , stok awal (pcs, m 3 , jumlah), inventory masuk (today, m 3 , acc, jumlah), inventory keluar ( ekspor dan lokal), serta sisa stok yang ada di gudang barang jadi. berikut tampilan form output pengiriman hasil produksi. Tabel 8. Form Output Pengiriman Hasil Produksi/Hari/Jam Tebal 2.4 Lebar 920 Panjang 1.83 Type T2F Grade G1PS Isi/ crats 250 Stok awal Pcs 330 m3 1.33 Jumlah 2 In Day/hour 1980 m3 8,0005 Acc 2,640 m3 10,67 Jumlah 8 Out Ekspor Day/hour 1000 m3 4.04 Acc 1000 m3 4.04 Lokal Day/hour - m3 - Acc 1000 m3 4.04 Jumlah 4 SC Day/hour ((pcs awal+pcs masuk)-Pcs out)) 1310 m3 ((m3 awal +m3 masuk)-m3 out) 5.29 Acc (ACC= Today/pcs) 1310 m3 5.29 Ttl crats ((crats awal+crats masuk)-crats Out)) 6 Pcs akhir= Today/pcs 1310 m3 5.29 Makassar, .................. 2023 Admin Warehouse (Ramlah) Gambar 10 . Form Output Pengiriman/hari Gambar 11. Form Output Pengiriman/Minggu Gambar 12. Form Output Pengiriman/Bulan Gambar 13. Form Output Pengiriman/Tahun ## Tampilan Model Sistem Informasi Manajemen Gambar 14. Tampilan Model Sistem Informasi Manajemen Pengiriman Hasil Produksi Perbandingan Kondisi Sistem Awal dan Rancangan SIM Administrasi Pengiriman Hasil Produksi Untuk membantu perusahaan dalam mengambil tindakan keputusan pengiriman hasil produksi maka dilakukan rancangan SIM administrasi pengiriman hasil produksi pada PT. Katingan Timber Celebes ditinjau dari kondisi sistem awal. Rancangan SIM tersebut bertujuan untuk memudahkan mengontrol dan memonitori aktivitas pengiriman hasil produksi. Adapun beberapa perbedaan antara kondisi sistem awal dan rancangan SIM terdapat pada tabel berikut: Tabel 9. Perbandingan kondisi sistem awal dan rancangan SIM Kondisi Sistem Awal (1) Rancangan SIM (2) 1. Masih menggunakan Microsoft excel dalam penginputan data 1. Menggunakan Software berbasis Website 2. Sulitnya akses data pada setiap bagian terkait ( Marketing, Warehouse, PPIC, Bagian Produksi) 2. Semua data dari bagian terkait bisa diakses oleh admin yang membutuhkan laporan terkait pengiriman hasil produksi 3. Penginputan data secara manual membutuhkan waktu yang lama 3. Penginputan data menggunakan SIM dapat mengefisienkan waktu 4. Penyimpanan data dalam bentuk file Microsoft excel membutuhkan waktu yang lama dalam mengakses data atau dokumen masa lalu dan bisa berakibat fatal dalam bentuk kehilangan data. 4. Data dan dokumen akan disimpan dalam website setelah dilakukan penginputan sehingga memudahkan pengguna dalam mencari dokumen masa lalu. Kondisi Sistem Awal (1) Rancangan SIM (2) 5. Mudah diterapkan karena sudah lazim dipakai oleh karyawan PT. KTC 5. Sulit diterapkan karena karyawan perlu melakukan adaptasi terhadap software 6. Memerlukan waktu input data sekitar 30 menit 6. Memerlukan waktu input data sekitar 15 menit 7. Proses pengerjaan satu data yang membutuhkan arsip dokumen dari bagian terkait sekitar 45 menit 7. Proses pengerjaan satu data yang membutuhkan arsip dokumen dari 8. bagian terkait sekitar 15 menit 8. Kemungkinan kehilangan data dalam satu bulan ±3 kali 9. Tidak ada kemungkinan kehilangan data ## 4. Kesimpulan Dari hasil perancangan sistem informasi manajemen administrasi pengiriman hasil produksi dapat di ambil kesimpulan bahwa: 1. Didalam sistem informasi manajemen administrasi pengiriman hasil produksi terdapat lima sub-sistem yang ada pada rancangan sistem yaitu, data identitas produk, data inventory awal, data inventory masuk, data inventory keluar dan data inventory akhir. 2. Sistem informasi pengiriman hasil produksi dapat memudahkan kepala warehouse dan karyawan untuk mengetahui dan mendeteksi permasalahan yang ada pada proses pengiriman hasil produksi. Pengiriman hasil produksi dengan menggunakan sistem lebih baik daripada pengiriman secara sistem manual. Beberapa hal yang terbantu melalui implementasi sistem informasi manajemen administrasi pengiriman hasil produksi yaitu tersedianya data-data proses pengiriman secara rutin seperti data permintaan, data ketersediaan stok gudang barang jadi serta data pengiriman. hal ini membantu perusahaan dalam pendataan dan dokumentasi pada proses pelayanan permintaan dan pengiriman hasil produksi. Selain itu sistem informasi pengiriman juga menjadi alat pengawasan pengiriman hasil produksi yakni mengontrol dan memonitori persediaan stok gudang barang jadi dari output laporan yang dihasilkan oleh sistem. Adapun saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya kerjasama yang baik serta hubungan timbal balik antar bagian dalam perusahaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dan memperoleh hasil yang maksimal,akurat dan up to date . 2. Ketidakpastian informasi memunculkan kendala bagi perusahaan dalam mengakses data-data yang berkaitan dengan pengiriman sehingga perlu adanya penerapan sistem informasi manajemen administrasi pengiriman hasil produksi. 3. Pemeliharaan dan pembaharuan sistem harus terus dilakukan agar sesuai dengan kebijakan dan perkembangan perusahaan sehingga dapat berfungsi sebagaimana yang diinginkan. 4. Perlu adanya pengembangan sistem informasi berbasis barcode . ## Daftar Pustaka [1] Kunath, M. and Winkler, H. 2019. Usability of information systems to support decision making in the order management process. Procedia CIRP , 81, 322–327. [2] Tummers, J., Kassahun, A. and Tekinerdogan, B. 2019. Obstacles and features of Farm Management Information Systems: A systematic literature review, Comput Electron Agric , 157, 189–204. [3] Liew, A. 2019. Enhancing and enabling management control systems through information technology: The essential roles of internal transparency and global transparency, International Journal of Accounting Information Systems , 33, 16–31. [4] Ito, H., Taki, T., Hasegawa, J. and Raita, K. 2019. Relationships among information items of meeting minutes in a minutes management system MRS, Procedia Comput Sci , 159, 192–201. [5] Gebre-Mariam, M. and Bygstad, B. 2019. Digitalization mechanisms of health management information systems in developing countries, Information and Organization , 29(1), 1–22. [6] Martins, J., Branco, F., Goncalves, R., Au-Yong-Oliveira, M., Oliveira, T., Naranjo-Zolotov, M. and Cruz- Jesus, F. 2019. Assessing the success behind the use of education management information systems in higher education, Telematics and Informatics , 38, 182–193. [7] Rozental, O. and White, R.S. 2019. Anesthesia Information Management Systems: Evolution of the Paper Anesthetic Record to a Multisystem Electronic Medical Record Network That Streamlines Perioperative Care, J Anesth Hist , 5(3), 93–98. [8] Xu, J., Shi, Y., Xie, Y. and Zhao, S. A BIM-Based construction and demolition waste information management system for greenhouse gas quantification and reduction, J Clean Prod , 229, 308–324. [9] Xu, C., Fang, Y. and Ma, Y. 2019. Integrated Application of Blockchain in the Electric Information Management System, Procedia Comput Sci , 162, 88–93. [10] Cai, M., Li, M. and Cao, W. 2019. Blockchain based Data Distribution and Traceability Framework in the Electric Information Management System, Procedia Comput Sci , 162, 82–87. [11] Muczyński, A., Dawidowicz, A. and Źróbek, R. 2019. The information system for social housing management as a part of the land administration system – A case study of Poland, Land use policy , 86, 165– 176. [12] Stvilia, B., Wu, S. and Lee, D.J. 2019. A framework for researcher participation in Research Information Management Systems, The Journal of Academic Librarianship , 45(3), 195–202. [13] Ahmadi, M., Madani, T. and Alipour, J. 2019. Development a national minimum data set (MDS) of the information management system for disability in Iran, Disabil Health J , 12(4), 641–648. [14] Herdianzah, Y., Ahmad, A., Saleh, A., Syukur, A., Rahmaniah, and Wahyuni P, A.D. 2022. Pengaruh Penerapan Warehouse Management System Terhadap Kinerja Gudang Pada PTP Nusantara XIV Persero, Metode: Jurnal Teknik Industri , 8(2), 91–101. [15] Ahmad, A. and Herdianzah, Y. 2022. Feasibility Analysis of Sinjai’s Special Minas Beverage Production, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi , 7(3), 194. [16] Herdianzah, Y., Wahyuni P, A.D., Malik, R. and Pratama, M.A. 2023. Analysis of the Effect of Temperature, Lighting and Noise on Employee Work Productivity in the Noodle Production Section at CV. Kartika Makassar, Journal of Industrial System Engineering and Management , 2(1), 7–12. [17] Herdianzah, Y. 2020. Kri Design And Mitigation Strategy On Water Distribution Of Perumda Air Minum Makassar Regional Iv: A Case Study, Journal of Industrial Engineering Management , 5(2), 70–79.
44bd1629-bfa6-451b-a27f-11b1954494b6
http://jurnal.utu.ac.id/jcommunity/article/download/5575/3767
Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 ## Abstract This paper aims to describe the practice of dynastic politics that occurred in Banten and the strategies carried out by local elites in carrying out dynastic politics. In addition, this paper also aims to analyze how the impact caused by the existence of dynastic politics in Banten. This article is based on data obtained from literature studies where the literature used comes from journal articles, theses, and is accompanied by those that are relevant to the research topic. The collected data is then processed and analyzed using descriptive analysis techniques. The results of the study indicate that the practice of dynastic politics can be seen from the mapping of the power network followed by members of the Ratu Atut Chosiyah (RAC) family. The practice of dynastic politics was carried out with several strategies ranging from violent positioning, branding and segmenting to attract voters to placing relatives in many government and business positions. The dynastic politics not only causes the low political participation of the people but also shows the low quality of democracy in Banten. This paper concludes that democratization that gives power to the people is actually used by the oligarchic regime through the practice of dynastic politics for their own interest. Kata kunci: Dynasty Politics, Democracy, Local Politics, Political Strategy 1. PENDAHULUAN ## Dinasti Politik dan Demokrasi di Aras Lokal Perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi yang dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat lokal justru menyebabkan ketimpangan distribusi kekuasaan dan sumber daya. Berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada elit lokal telah memunculkan formasi keluarga politik yang mendominasi lanskap politik lokal (Fitri, 2019). Fenomena kehadiran politik dinasti—terutama di aras lokal—dalam lanskap paradoks konsolidasi dan perkembangan demokrasi di Indonesia terbukti cukup masif. . Merujuk pada data yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri RI) tahun 2013, terdapat peningkatan politik dinasti dari 3 persen (57 orang) (Hasibuan, 2013) naik menjadi 11 persen (524 kepala daerah) (Kompasiana.com, 2013). Data yang dirilis Kemendagri hanya menampilkan praktik politik dinasti di ranah eksekutif, meskipun kenyataannya fenomena politik dinasti ini juga memperlihatkan gejala persebaran dan perluasan (proliferasi) ke arena kekuasaan dan jabatan-jabatan politik di lembaga legislatif, pusat maupun daerah (Sutisna, 2017). Nur Quma Laila 1 , Hasse Jubba 2 1 IA Scholar Foundation 2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected] Studi mengenai dinamika politik lokal cenderung dibahas dalam tiga perspektif. Pertama , politik lokal cenderung dilihat dalam kaitannya dengan kontestasi antar elite dalam politik lokal (Yuliawati, F., & Agung, 2011, Suhartono et al., 2019; Taqwadin, 2020). Ketegangan antar aktor dan tarik ulur kepentingan menjadi konflik politik lokal dan menjadi arena pertarungan antar elite dalam mengukuhkan kekuatan masing-masing (Yuliawati, F., & Agung, 2011). Kedua , politik lokal cenderung dilihat dalam perspektif dinamika etnisitas dalam hal ini politik identitas (Fikri, 2018; Haboddin, 2012). Gerakan politik identitas digunakan oleh para politisi dan penguasa di tingkat lokal untuk mendapatkan kekuasaan, baik bidang politik maupun ekonomi (Haboddin, 2012). Ketiga , politik lokal cenderung dilihat dalam perspektif kuasa negara pada ranah politik lokal (Wijayanti, 2016; Winengan, 2016; I. Akbar, 2017). Pemerintah daerah tidak mempunyai kekuasaan yang cukup berarti sehingga keberadaannya terlihat lebih sebagai agen pemerintah pusat yang bertugas untuk menjalankan kebijakan pemerintah (Wijayanti, 2016). Dari ketiga kecenderungan tersebut tampak bahwa studi mengenai politik lokal kurang melihat adanya potensi politik dinasti yang digunakan oleh aktor atau elite lokal sebagai akibat dari adanya perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi yang dianggap mampu menjadi jembatan dalam demokrasi di daerah. Sejalan dengan hal tersebut, studi ini menjadi respon atas kurangnya studi yang ada yang melihat desentralisasi justru sebagai penyebab ketimpangan distribusi kekuasaan dan sumber daya. Desentralisasi merupakan refleksi dari hubungan antara pusat dan daerah yang akan terus berlangsung dalam proses demokratisasi (Prasojo & Kurniawan, 2008). Ketimpangan distribusi ditandai oleh menguatnya relasi bisnis- politik yang menempatkan para aktor pemilik basis sumber daya terkuat sebagai figur paling dominan pada arena politik. Studi ini mengambil kasus salah satu praktik politik dinasti di Indonesia. Tulisan ini didasarkan pada argumen bahwa demokratisasi lokal merupakan sebuah keharusan di era otonomi daerah di mana pemilihan kepala daerah secara langsung menjadi tolak ukur kemajuan demokrasi suatu negara. Namun di balik idealisme tersebut, justru terjadi peristiwa sebaliknya di mana oligarki yang merupakan musuh dari demokrasi tumbuh subur dan meluas. Hal ini tampak dari kemenangan sejumlah kepada daerah yang membangun kekuasaannya melalui kekuatan dinasti politik sebanyak 57 kepala daerah (CNN Indonesia, 2021). Selain itu beberapa daerah dipimpin oleh kepala daerah yang memperluas jaringannya dengan menempatkan keluarganya pada posisi-posisi strategis di pemerintahan seperti yang terjadi pada Bontang, Nganjuk dan Nagan Raya (Aklima & Ramadhan, 2019; Akbar & Purnomo, 2019; Hermansyah & Adi, 2017). ## 2. TINJAUAN PUSTAKA ## Dinamika Politik Lokal dan Kemunculan Politik Dinasti di Indonesia Konsepsi politik lokal merupakan istilah yang dipergunakan untuk mengilustrasikan tentang aktivitas perpolitikan yang terjadi pada pemerintah daerah dan Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 tidak lepas dari makna desentralisasi yang merupakan suatu prinsip ideologis yang berkaitan erat dengan tujuan self-reliance , pembuatan kebijakan yang demokratis dan pengembangan partisipasi masyarakat (Yusuf, 2019). Politik lokal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan politik yang berada pada level lokal. Dalam hal ini, semua hal yang berkaitan dengan politik seperti halnya pemerintahan lokal, pembentukan kebijakan daerah, maupun pemilihan kepala daerah (Utomo, 2012). Politik lokal juga seringkali diartikan sebagai interaksi antar aktor dalam satu wilayah sehingga mencetuskan dinamika politik di dalamnya (Agustino, L., & Yusoff, 2010). Politik lokal bukanlah semata-mata merupakan desain ‗netral‘ untuk membawa demokrasi ketingkat lokal namun politik lokal merupakan sebuah arena kontestasi bagi pelbagai kepentingan ekonomi dan politik untuk menentukan bagaimana kekuasaan dan sumberdaya akan didistribusikan (Utomo, 2012). Perubahan mendasar yang berkaitan dengan sistem politik lokal adalah pemilihan kepala daerah baik di tingkat kabupaten/kota maupun tingkat propinsi secara langsung yang disebut Pilkada (pemilihan kepala daerah). Upaya untuk membangun demokrasi di tingkat lokal dengan pelibatan rakyat secara penuh merupakan alasan penyelenggaraan pilkada (Yani, 2007). Dalam sejarah politik lokal di Indonesia terbagi dalam beberapa tahapan masa yaitu penjajahan kolonial Belanda; penjajahan kolonial Jepang; pasca kemerdekaan tahun 1945; Republik Indonesia Serikat tahun 1948-1949; Demokrasi Parlementer; Demokrasi Terpimpin; Orde Baru; dan Pasca Orde Baru (Sudirman, 2012). Teori weak strong society menjelaskan mengenai realita politik lokal di Indonesia pasca Orba yang sangat kuat dengan memenjarakan pikiran dan perilaku warga masyarakat dimana demokrasi berjalan terus, kekuatan pusat beralih ke daerah dan kekuatan-kekuatan lain muncul di daerah dengan suasana yang hampir sama dengan suasana rezim Orba. Penguasa modal terus bergerilya untuk tetap eksis dalam pebisnisannya dan elit-elit serta aktor-aktor politik yang tidak jauh dari pengaruh penguasa (Utomo, 2012). Politik dinasti adalah proses mengarahkan regenerasi kekuasaan bagi kepentingan golongan tertentu (contohnya keluarga elite) yang bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan (Susanti, 2018). Atau dengan kata lain, sistem politik dinasti digunakan untuk mengakomodasi hubungan yang lebih pribadi tanpa melihat kemampuan, sehingga dapat merusak sistem demokrasi yang dibangun (Hidayati, 2014). Dinasti politik menciptakan pragmatisme politik dengan mendorong kalangan kerabat kepala daerah untuk menjadi pejabat publik (Susanti, 2018). Praktik politik dinasti ini kemudian dapat merusak demokrasi karena kontrol terhadap pemerintah yang diperlukan dalam demokrasi ( checks and balances ) menjadi lemah (Mietzner, 2009). Politik dinasti mempersulit munculnya calon alternatif bagi rakyat karena aktor politik memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memenangkan pemilihan umum sehingga menyebabkan rendahnya kualitas calon kepala daerah dan dapat mempengaruhi pengelolaan dana publik dan akuntabilitas pelaporan keuangan daerah (Querubin, 2016). Demikian pula, politik dinasti dapat melemahkan kompetensi politik, mengurangi akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah, membuat kekuasaan politik menjadi terpusat dan melanggengkan hubungan patron-klien dalam politik tradisional (Mendoza et al., 2012). Politik dinasti dapat dilihat pada dua hal. Pertama , ia merupakan mekanisme untuk menumpuk harta yang melimpah dan mempertahankan kekuasaan politik keluarga. Kedua , politik dinasti dijadikan sebagai benteng untuk menutupi rekam jejak sejarah hitam dan koruptif yang dilakukan jaringan dinasti keluarga pada era sebelumnya (Sembiring & Simanihuruk, 2018). Setidaknya, terdapat empat faktor pendorong merebaknya politik dinasti, khususnya yang terbelit persoalan penyalahgunaan kekuasaan, yakni (1) ambisi kekuasaan yang besar dari para pelaku politik dinasti yang cenderung berusaha mempertahankan dan memperbesar kekuasaan, di berbagai jabatan kekuasaan dan wilayah kekuasaan, (2) partai politik sebagai kendaraan politik cenderung berperilaku pragmatis sehingga tidak mendasarkan pada kompetensi, integritas dan track record calon kandidat kepala daerah, (3) budaya politik masyarakat yang menerima kehadiran dinasti politik, (4) ketiadaan regulasi yang membatasi politisi dari suatu dinasti untuk mengikuti kompetisi dalam pemilihan umum/Pilkada (Asrinaldi, 2019). Selain itu, terdapat berbagai pertimbangan lainnya seperti tuntutan masyarakat, lingkungan, maupun kondisi tertentu yang kemudian mendorong adanya politik dinasti (Djati, 2015). ## Strategi Politik Dinasti dalam Pemilihan Kepala Daerah Strategi politik merupakan seperangkat metode untuk dapat memenangkan pertarungan antara berbagai kekuatan politik yang menghendaki kekuasaan dan strategi yang digunakan untuk merealisasi tujuan politik (Anggoro, T., & Mulyatin, 2019). Dalam hal ini, strategi politik adalah sebuah kerangka langkah atau rencana yang digunakan dalam rangka merealisasikan cita-cita politik (Gunawan, G., Bainus, A., & Paskarina, 2020). Ini merupakan imbas dari proses reformasi yang terjadi dimana proses politik menjadi lebih berdinamika, hingga akhirnya dibutuhkan strategi politik untuk memenangkan hati dan meraih simpati konstituen sebagai penentu dari suatu keputusan politik. Secara umum strategi politik dilakukan dengan melakukan pencitraan politik yang di dalamnya terdapat pengemasan terhadap suatu objek pelaku politik baik perseorangan maupun partai politik untuk mempengaruhi persepsi, perasaan, kesadaran, dan opini publik sehingga publik dapat digiring ke suatu preferensi, pilihan dan keputusan politik tertentu (Azhar, 2017). Dengan kata lain, strategi politik pencitraan digunakan sebagai media untuk mempublikasikan akuntabilitas politik para kontestan politik (Azhar, 2017). Memenangkan suatu kompetisi politik memerlukan strategi politik agar kemenangan politik, baik itu berupa dukungan politik maupun perolehan suara dalam pemilu bisa diperoleh secara efisien dan efektif (Sahea, R., Niode, B., & Tulung, 2018). Dalam strategi politik, para kandidat melakukan pendekatan dan komunikasi politik untuk menganalisis kekuatan dan potensi suara yang akan diperoleh pada saat Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 pencoblosan, juga untuk mengidentifikasi strategi pendekatan yang diperlukan terhadap masing-masing kelompok pemilih (Inkiriwang, 2021). Ruang-ruang publik, termasuk dalam berbagai media, menjadi ruang ekspresi yang tidak terlepas dari berbagai manuver, taktik, dan strategi politik yang dilakukan oleh elit politik (Azhar, 2017). Secara umum praktik penggunaan strategi politik mengacu pada dua pola dasar yakni (1) pola ofensif (menyerang) dimana pola ini diperlukan bilamana seorang kandidat/partai politik ingin menarik pendukung baru maupun memperluas jumlah dukungan masyarakat. Biasanya kandidat maupun partai politik yang menggunakan pola strategi ofensif ini lebih dikenal sebagai pihak penantang maupun ―pendatang baru‖ yang akan berkompetisi untuk mengincar kursi kekuasaan, dan (2) pola defensif (bertahan) yang digunakan politisi pemegang kekuasaan maupun partai politik penguasa yang ingin terus berupaya mempertahankan kekuasaannya atau tetap menjaga dominasinya (Inkiriwang, 2021). ## 3. METODE PENELITIAN Artikel ini dibangun dari data yang diperoleh dari literatur atau studi pustaka yang dilakukan. Studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang sesuai dengan topik penelitian terutama literatur yang berbicara mengenai dinasti politik di Banten. Di antara literatur yang dijadikan dasar adalah literatur (Hamid, 2013) yang berbicara mengenai peran aktor politik budaya di Banten; literatur (Agustino, L., & Yusoff (2010) yang membahas mengenai perubahan politik lokal di Indonesia dari otokratik ke reformasi politik; dan literatur Darmansyah et al., (2020) yang membahas mengenai protet praktik dinasti politik dalam pengisian jabatan administratif. Kajian mengenai daerah ini dipilih karena menjadi perhatian publik Indonesia secara luas. Namun demikian, data yang diperoleh tidak secara langsung dikumpulkan dari lapangan, tetapi diakses melalui kajian-kajian atau karya-karya ilmiah yang telah dihasilkan oleh para peneliti dan ahli. Oleh karena itu, sifat dari kajian ini adalah studi pustaka yang membasiskan data pada sumber tertulis atau literatur tertulis. Demikian pula, penyebutan identitas pihak yang terlibat dalam dinasti politik tidak disembunyikan karena telah dipublikasikan melalui karya ilmiah secara meluas. Penulis hanya mengutip pendapat dari para peneliti dan ahli sebelumnya. Literatur yang digunakan adalah literatur yang berasal dari artikel jurnal, tesis, dan disertai yang relevan dengan topik penelitian. Artikel jurnal yang dijadikan sumber bahan berupa karya ilmiah yang telah dipublikasikan khususnya pada jurnal-jurnal nasional. Literatur berupa tesis magister dan disertasi doktor pun demikian, diperoleh melalui penelusuran kepustakaan. Ketiga sumber data ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa kajian-kajian tersebut telah melalui berbagai tahapan pengujian sehingga secara akademik dapat dipertanggungjawabkan validitasnya. Sumber-sumber tersebut diperoleh secara online dan offline (perpustakaan). Literatur yang terkumpul kemudian dibaca dan direduksi dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal yang penting serta membuang hal yang tidak perlu sesuai rumusan Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 masalah yang ingin dijawab. Setelah direduksi, data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif analisis. Data kemudian disajikan dengan bentuk narasi teks seperti yang tersaji dalam artikel ini. ## 4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN ## Politik Dinasti di Banten Politik dinasti di Provinsi Banten dapat ditelusuri melalui pemetaan jaringan kuasa. Secara historis, dinasti politik di Banten dimulai dari Chasan Shohib (CS), seorang pebisnis yang memiliki perusahan besar di daerah ini. Selain sebagai pebisnis, ia juga merupakan aktor pemerintahan lokal yang menduduki jabatan penting dalam banyak organisasi strategis di masyarakat yang memiliki pengaruh besar dalam struktur masyarakat Banten) (Hamid, 2013). CS juga menjadi salah satu aktor utama dalam terbentuknya Provinsi Banten. Pada masa Orde Baru, ia sangat bergantung pada koneksi dengan pejabat sipil dan militer namun tidak aktif dalam merancang siapa yang berkuasa di Jawa Barat (Sukri, 2020). Peran ini berlanjut di Provinsi Banten. Jaring kekuasaan dibentuk oleh elite lokal ini dimulai dengan naiknya Ratu Atut Chosiyah (RAC), yang merupakan anaknya, sebagai Wakil Gubernur Banten tahun 2002. RAC tercatat tiga kali menduduki posisi penting dalam pemerintahan Banten yakni Wakil Gubernur Banten pada tahun 2002, Gubernur Banten tahun 2006, dan terpilih kembali menjadi Gubernur Banten pada tahun 2011. Hal ini sebagaimana yang tertera dalam tabel peroleh suara RAC sebagai berikut; Tabel 4.1 Presentase Perolehan Suara RAC tahun 2002, 2006 dan 2011 Tahun Pemilihan Posisi Presentase Suara RAC 2002 Wakil Gubernur 53,62% 2006 Gubernur 40,15% 2011 Gubernur 49,64% Sumber: data diolah oleh peneliti, 2022 Jaring kekuasaan kemudian menggurita di mana jejak politik RAC diikuti oleh anggota keluarga lainnya dengan menduduki beberapa jabatan. Setidaknya 10 orang anggota keluarga RAC menduduki jabatan-jabatan strategis publik. Tercatat Hikmat Tomet (suami) menjadi anggota DPR (2009-2014), Andika Hazrumy (anak pertama) menjadi Wakil Gubernur Banten periode 2017-2022, Andiara Aprilia (anak kedua) menjadi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Banten periode 2019-2024, Tanto (menantu) menjadi Wakil Bupati Pandeglang periode 2015-2020, Ade Rossi Khaerunisa (menantu) menjadi DPRD Kota Serang, Ratu Tatu Chasanah (adik kandung) menjadi Bupati Serang periode 2015-2020, Tubagus Haerul Jaman (adik tiri) menjadi anggota DPR RI periode 2019-2024, Ratu Ria Maryana (adik tiri) sebagai Ketua DPD Golkar Kota Serang periode 2020-2025 sekaligus Wakil Ketua DPRD Kota Serang, Ratu Lilis (adik tiri) mantan Ketua DPD Golkar Kota Serang, Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 Airin Rachmi Diany (adik ipar) Wali Kota Tangerang Selatan periode 2016-2021, Aden Abdul Cholik (adik ipar) anggota DPRD Banten, dan Ratna Kumalasari (ibu tiri) menjadi anggota DPRD Pandeglang (Gunanto, 2020). Jaringan kekuasaan tersebut menunjukkan bahwa keluarga CS telah memanfaatkan jaringan kekerabatan yang kuat dan merebut birokrasi lokal untuk memperkuat mesin politiknya serta mengkonsolidasikan kekuatan politik di arena lokal. Ikatan keluarga menjadi sumber kekuatan tradisional yang kuat dan penting dimana setelah tahun 2004 kekuasaan politik terutama didistribusikan diantara anggota keluarganya dan setelah kematiannya pada tahun 2011 kekuasaan dialihkan ke anak- anaknya (Hamid, 2014). Dinasti politik Banten telah berdiri kokoh seiring dengan usia Provinsi Banten sehingga jaringan kekuasaan telah tersebar kuat di pemerintahan. Dengan kata lain, desain dinasti politik Banten bernuansa aji mumpung dengan mendompleng kekuasaan kerabat (Effendi, 2018). Hal ini sejalan dengan konsep familisme dalam kajian ilmu sosial dan politik dimana familisme sebagai budaya politik diartikan sebagai ketergantungan yang terlalu besar pada ikatan keluarga, yang melahirkan kebiasaan menempatkan keluarga dan ikatan kekerabatan pada kedudukan yang lebih tinggi daripada kewajiban sosial lainnya (Effendi, 2018). Hal ini nampak ketika dinasti politik Banten memperluas dominasinya dengan memanfaatkan jaringan kekerabatan untuk menembus politik Banten dan pada akhirnya mengendalikan dan mempertahankan cengkeramannya atas birokrasi dan politik lokal. ## Strategi Elite Lokal Banten dalam Mempertahankan Politik Dinasti Dinasti politik berangkat dari diberlakukannya UU No 22 tahun 1999 yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada elit lokal. Chasan Shohib sebagai elit lokal dalam pembentukan Provinsi Banten memanfaatkan hal tersebut untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan politiknya melalui perannya sebagai pimpinan Pendekar Banten (Perkumpulan Banten Jawara). Chasan Sochib mengerahkan jawara untuk mengintimidasi warga untuk memilih putrinya Atut Chosiyah, sebagai wakil Gubernur Banten pada tahun 2001 (Hamid, 2014). Ia sebagai local strongmen di daerahnya kemudian membentuk dinasti politik lokal yang lebih terpusat dan terprogram dengan menempatkan beberapa sanak keluarga dan kroni mereka di banyak posisi, baik pemerintahan maupun dunia bisnis (formal ataupun informal) (Agustino, L., & Yusoff, 2010). Dengan menempatkan Ratu Atut di pos penting pemerintahan, Chasan Shohib mampu mempengaruhi pengambilan keputusan politik di provinsi. Dengan demikian, kekuatan politik dan sumber daya ekonomi di Banten menjadi terkonsentrasi di tangannya. Untuk mempertahankan kekuasaanya tersebut, Sochib menggunakan kekerasan untuk menegaskan kekuasaan politik dalam masyarakat lokal dan mengancam siapa saja yang mempertanyakan jaringan monopoli keuangan di Banten dan mengintimidasi siapa saja yang melakukan protes atas ketidakpuasaan sosial (Hamid, 2014). Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 Namun demikian, strategi politik Chasan Shohib dengan cara kekerasan untuk mempertahankan kekuasaanya berganti sejak dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004 dimana di bawah undang-undang baru ini, gubernur dan wakilnya tidak lagi diangkat oleh DPRD, melainkan diangkat melalui pilihan langsung oleh rakyat (Pilkada / pemilihan langsung). Hal ini kemudian mempengaruhi strategi politik Chasan Shohib yang sadar akan kebutuhannya untuk mendapatkan dukungan masyarakat sehingga ia tidak lagi menggunakan kekerasan. Peran jawara kemudian tergantikan oleh Relawan Banten (RBB) yang diprakarsai oleh Chasan Sochib untuk membangun citra yang lebih positif dengan mempromosikan prestasi dan kepemimpinan Chasan Sochib di Banten (Hamid, 2014). RBB selanjutnya dijadikan sebagai mesin politik untuk konsolidasi kekuasaan Sochib dan anak-anaknya. Strategi politik Chasan Shohib dalam mempertahankan dinasti politik di atas berubah seiring dengan berbagai isu negatif mengenai politik dinasti Ratu Atut Chosiyah. Hal ini misalnya nampak pada pemilihan Airin Rachmi Diany sebagai wali kota Tangerang Selatan periode 2016-2021. Selain menggunakan pengaruh keluarga Ratu Atut dan kendaraan partai Golkar, Airin juga menerapkan strategi kampanye untuk menangkal isu dinasti politik. Hal ini dilakukan guna memenangkan pilkada dan mempertahankan dinasti politiknya. Strategi politik dilakukan dengan melakukan penangkalan isu dinasti politik menggunakan media sosial seperti Facebook dan Twitter. Airin melakukan propaganda melalui Facebook dan Twitter untuk menyisir pemilih yang berada di kawasan perumahan yang sulit menerapkan strategi tatap muka. Strategi ofensif digunakan Airin dengan mengangkat tema yang aktual dan menciptakan isu positif lainnya (mengangkat isu baru dengan menampilkan kesuksesan Airin selama memerintah dapat meredam isu-isu negatif tersebut) (Maulidina, 2017). Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh Andika Hazrumy yang merupakan anak pertama Ratu Atut pada pilihan Gubernur Banten tahun 2017. Pada pemilihan Gubernur ini, Andika Hazrumy melakukan positioning, branding dan segmenting untuk memenangkan pilihan Gubernur Banten 2017. Andika Hazrumy berpasangan dengan Wahidin Halim yang merupakan mantan lawan Ratu Atut pada Pilihan Gubernur Banten 2012. Kemenangan Wahidin-Andika tidak terlepas dari strategi politik yang digunakannya di mana marketing politik dilakukan dengan menonjolkan Wahidin sebagai mantan pemimpin Tangerang yang berhasil dan bersih, dan menampilkan Andika sebagai politikus muda yang potensial sehingga stigma negatif terhadap Andika karena dinasti politik dan korupsi yang dilakukan oleh Ratu Atut bisa dihilangkan (Setiawan, 2018). Andika yang masih muda dapat menarik para pemilih muda dan penggambaran Wahidin yang dengan aksinya yang sering turun ke lapangan berbaur dengan masyarakat meningkatkan figur populisnya (Setiawan, 2018). ## Dampak Politik Dinasti pada Demokrasi Lokal Banten Politik dinasti dipandang sebagai penyakit dalam demokrasi karena mencederai makna demokrasi yang mengandung makna kebebasan khususnya dalam Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 proses pencalonan dalam kontestasi politik. Dinasti politik telah mengakibatkan melemahnya demokrasi seperti sulit masuknya kritik, pengawasan, maupun mekanisme checks and balances , berkembangnya politik dinasti menyebabkan playing field mengalami ketimpangan karena politik dinasti sudah mampu mengakumulasi pengaruh, kekayaan, penguasaan terhadap wilayah, maupun kontrol ekonomi tertentu, sehingga memungkinkan persentase kemenangan yang potensial dalam kontestasi politik dibandingkan calon lain yang masih memiliki keterbatasan dalam sumberdaya dan modal (Gunanto, 2020). Tumbuh suburnya politik dinasti menunjukkan institusionalisasi kepartaian yang semakin buruk dan kualitas partai politik yang lemah dalam menjalankan fungsinya dalam rekrutmen dan kaderisasi. Dinasti politik juga menyebabkan melemahnya kekuatan partai politik karena kekuatan kandidat individu menjadi faktor determinan dalam kemenangan kontestasi (Gunanto, 2020). Dalam politik dinasti di Provinsi Banten , kuatnya akar dinasti politik keluarga Ratu Atut mengakibatkan mudahnya keluarga Atut untuk mendapatkan dukungan dan kendaraan politik dalam mencalonkan diri sebagai kepala atau wakil kepala daerah. Jejaring kekuasaan yang mereka miliki ditambah dengan dukungan partai Golkar sebagai kendaran politiknya, mempermudahkan jalan bagi keluarga untuk menduduki posisi-posisi strategis dalam jabatan publik (Sukri, 2020). Jejaring kekuasaan dalam dinasti politik yang terus membangun jejaring kekuasaan yang kokoh tersebut dapat mengambil alih dan membunuh demokrasi lokal. Jejaring kekuasaan dalam dinasti politik seperti yang terjadi di Banten dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan dan masa depan demokrasi lokal. Sebab, dinasti politik bukan hanya menghilangkan hak rakyat dalam berdemokrasi (Darmansyah et al., 2020), tetapi juga melahirkan pemimpin yang tidak kompeten karena tidak terbuka peluang untuk berkontestasi secara terbuka. Dinasti politik Banten telah menyebabkan demokratisasi lokal dibajak oleh oligarki-oligarki lokal yang merasionalitaskan sistem tersebut seakan-akan telah demokratis (Maulana, 2013). Dampak dari dinasti politik di Banten bagi demokrasi lokal adalah rendahnya partisipasi politik masyarakat. Partisipasi politik merupakan salah satu syarat utama demi tegak dan berjalannya demokrasi (Purba et al., 2018). Tinggi atau rendahnya partisipasi politik dalam bentuk pemilihan langsung dapat menggambarkan kualitas demokrasi suatu daerah. Rendahnya partisipasi politik di Banten, di mana keluarga Ratu Atut ikut dalam kontestasi tersebut menunjukkan rendahnya kualitas demokrasi di Banten. Kualitas demokrasi dapat dilihat dari tinggi rendahnya partisipasi masyarakat di dalamnya. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat menunjukkan semakin tinggi tingkat demokrasi lokal. Selain itu, adanya politik dinasti di Provinsi Banten telah menyebabkan tidak efektifnya mekanisme check and balances sehingga rawan terjadi penyalahgunaan kekuasaan demi kepentingan pribadi (Hermansyah & Adi, 2017). Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 ## 5. PENUTUP Demokratisasi yang memberikan kuasa kepada rakyat justru dimanfaatkan oleh rezim oligarkis melalui praktik politik dinasti untuk kepentingan mereka sendiri. Kehadiran dinasti politik dalam konteks demokratisasi telah menimbulkan masalah pada kepemimpinan khususnya di aras lokal. Demikian pula, ia telah mengakibatkan stagnasi kepemimpinan dan partisipasi publik yang minim karena semua sektor dikuasai oleh elite atau aktor lokal. Dalam mempertahankan dinasti politiknya, aktor lokal melakukan berbagai cara, meskipun tidak sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi, sebagai alat meraih kekuasaan. Dalam konteks upaya demokratisasi dalam perpolitikan Indonesia, kasus Provinsi Banten menunjukkan bahwa politik dinasti telah menjadi fenomena politik yang menggiring pada terpilihnya aktor sentral yang berbasis keluarga sehingga mempengaruhi proses penentuan kekuatan politik dan distribusi sumber daya ekonomi. Akibatnya, kekuasaan politik lokal didominasi oleh ikatan keluarga yang pada akhirnya melemahkan upaya desentralisasi yang digalakkan Pemerintah Indonesia agar masyarakat lokal dapat otonom dan mampu memajukan daerahnya sendiri. Tulisan ini terbatas pada sisi data teks dimana temuan penelitian bersandar pada data dari literatur terutama yang membahas mengenai dinasti politik pada kasus satu daerah saja. Hal ini mengakibatkan studi ini tidak memiliki otoritas untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat empiris, yang bersumber dari data lapangan yakni observasi yang cermat dan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam dinasti politik di daerah yang dijadikan kasus studi. Oleh karena itu, penelitian lanjutan diperlukan untuk melihat perspektif dari pihak-pihak yang terlibat dalam dinasti politik sehingga penelitian lanjutan dapat dilakukan secara lebih komprehensif, khususnya penelusuran lapangan dengan melihat beberapa daerah yang memiliki kesamaan praktik mempertahankan kekuasaan melalui politik dinasti. ## DAFTAR PUSTAKA Agustino, L., & Yusoff, M. A. (2010). Politik lokal di Indonesia: Dari otokratik ke reformasi politik. Jurnal Ilmu Politik, Edisi, 21, 2010. Akbar, I. (2017). Pilkada Serentak Dan Geliat Dinamika Politik Dan Pemerintahan Lokal Indonesia. CosmoGov , 2 (1), 95. https://doi.org/10.24198/cosmogov.v2i1.11852 Akbar, P., & Purnomo, E. P. (2019). Model Dinasti Politik Di Kota Bontang. JWP (Jurnal Wacana Politik) . http://jurnal.unpad.ac.id/wacanapolitik/article/view/25381 Aklima, A., & Ramadhan, I. (2019). Politik Dinasti Di Aceh; Studi Kepemimpinan Ampon Bang Di Kabupaten Nagan Raya. Al-Ijtima`i: International Journal of Government and Social Science . https://doi.org/10.22373/jai.v5i1.467 Anggoro, T., & Mulyatin, T. C. (2019). Kiprah Politik Purnawirawan. Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, Vol, 15(02), 240. https://doi.org/10.24042/tps.v15i2.5110 Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 Asrinaldi. (2019). Partai Politik Dan Keharusan Verifikasi: Membangun Tata Kelola Pemilu Serentak Yang Berintegritas. Seminar Nasional Strategi Pembangunan Daerah Kepulauan Fisip Umrah 2017 . Azhar, A. A. (2017). Pencitraan Politik Elektoral: Kajian Politik Segitiga PAN Dalam Merebut Simpati Masyarakat . Atap Buku Yogyakarta, Yogyakarta. ISBN 9786027411470. CNN Indonesia. (2021). Peneliti: 57 Calon Dinasti Politik Menang Pilkada 2020. CNN Indonesia,Com . https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210412184019-32- 628960/peneliti-57-calon-dinasti-politik-menang-pilkada-2020 Darmansyah, R., Syahrani, S. D., & Harirah MS, Z. (2020). Potret Dinasti Politik dalam Pengisian Jabatan Administratif. Journal of Political Issues . https://doi.org/10.33019/jpi.v2i1.28 Djati, W. R. (2015). Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi: Dinasti Politik di Aras Lokal. Masyarakat: Jurnal Sosiologi . https://doi.org/10.7454/mjs.v18i2.3726 Effendi, W. R. (2018). Dinasti Politik Dalam Pemerintahan Lokal Studi Kasus Dinasti Kota Banten. Jurnal Trias Politika . https://doi.org/10.33373/jtp.v2i2.1471 Fikri, S. (2018). Politik Identitas dan dan penguatan Demokrasi Lokal (Kekuatan Wong kito dalam demokrasi lokal). TAMADDUN: Jurnal Kebudayaan Dan Sastra Islam . https://doi.org/10.19109/tamaddun.v18i2.2701 Fitri, A. (2019). Dinasti Politik pada Pemerintahan di Tingkat Lokal. KEMUDI : Jurnal Ilmu Pemerintahan . https://doi.org/10.31629/kemudi.v4i1.1333 Gunanto, D. (2020). Tinjauan Kritis Politik Dinasti di Indonesia. Sawala : Jurnal Administrasi Negara . https://doi.org/10.30656/sawala.v8i2.2844 Gunawan, G., Bainus, A., & Paskarina, C. (2020). Strategi Koalisi Partai Politik Lokal Dan Partai Politik Nasional Dalam Pemenangan Pasangan Calon Kepala Daerah. Politea: Jurnal Politik Islam, 3(1), 51-68. https://doi.org/10.20414/politea.v3i1.1826 Haboddin, M. (2012). Menguatnya Politik Identitas Di Ranah Lokal. Journal of Government and Politics . https://doi.org/10.18196/jgp.2012.0007 Hamid, A. (2013). Memetakan Aktor Politik Lokal Banten Pasca Orde Baru: Studi Kasus Kiai dan Jawara di Banten. Politika : Jurnal Ilmu Politik . Hamid, A. (2014). A Family Matter: Political Corruption in Banten, Indonesia. Asian Politics and Policy . https://doi.org/10.1111/aspp.12136 Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 Hasibuan, U. S. (2013). Ambang Batas Dinasti Politik. Kompas.Com . https://nasional.kompas.com/read/2013/04/11/09394434/~Nasional Hermansyah, F., & Adi, A. S. (2017). Persepsi Masyarakat Terhadap Politik Dinasti Kepala Desa Kepuh Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan . https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/30/article/view/21089 Hidayati, N. (2014). Dinasti Politik dan Demokrasi Indonesia. Orbith: Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa Dan Sosial, 10(1) . http://dx.doi.org/10.32497/orbith.v10i1.357 Inkiriwang, M. J. (2021). Strategi Politik Para Perempuan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara Pada Pemilu 2019. Jurnal Politico, 10(1). https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/31502 Kompasiana.com. (2013). 298 dari Total 524 Kepala Daerah di Indonesia Tersangkut Korupsi. Kompasiana.Com . https://www.kompasiana.com/idhamabdinusa/552f9e4e6ea834b47e8b4570/298- dari-total-524-kepala-daerah-di-indonesia-tersangkut-korupsi Maulana, D. (2013). Fenomena Demokratisasi Lokal Di Provinsi Banten. Sawala: Jurnal Administrasi Negara, 2(2), 24-46. https://doi.org/10.30656/sawala.v2i2.508 Maulidina, S. and S. (2017). Analisis Strategi Kontra Isu: Studi Kasus Tim Media Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie dalam Pilkada Kota Tangerang Selatan Tahun 2015. Jurnal Renaissance 2(1). http://dx.doi.org/10.53878/jr.v2i01.42 Mendoza, R. U., Beja, E. L., Venida, V. S., & Yap, D. B. (2012). Inequality in democracy: Insights from an empirical analysis of political dynasties in the 15th Philippine Congress. Philippine Political Science Journal . https://doi.org/10.1080/01154451.2012.734094 Mietzner, M. (2009). Indonesia‘s 2009 Elections: Populism, Dynasties and the Consolidation of the Party System. In Sydney: Lowy Institute for International Policy . Prasojo, E., & Kurniawan, T. (2008). Reformasi Birokrasi dan Good Governance: Kasus Best Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia. Symposium A Quarterly Journal In Modern Foreign Literatures . Purba, H. D., Nasution, M. A., & Warjio, W. (2018). Partisipasi Politik Kader Perempuan Parpol Dalam Pilkada Di Kabupaten Karo. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) . https://doi.org/10.24114/antro.v4i1.9966 Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 Querubin, P. (2016). Family and politics: Dynastic persistence in the philippines. Quarterly Journal of Political Science . https://doi.org/10.1561/100.00014182 Sahea, R., Niode, B., & Tulung, T. (2018). Analisis Strategi Politik Sri Wahyumi Maria Manalip-Petrus Simon Tuange Dalam Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2013. Jurnal Eksekutif, 1(1). https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/21561 Sembiring, R., & Simanihuruk, M. (2018). Politik Dinasti dan Desentralisasi. Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA) . https://doi.org/10.32734/lwsa.v1i1.148 Setiawan, D. E. (2018). Strategi Marketing Komunikasi Politik Pasangan Wahidin Halim-Andika Hazrumy pada Pemenangan Pilkada Provinsi Banten 2017 . Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sudirman, S. (2012). Dinamika Politik Lokal dalam Social Capital (Modal Sosial). Academica, 4(1), 741-760. Suhartono, E., Pelly, U., Azhari, I., Etnisitas, U., Iii, B., & Publisher, C. (2019). Rendahnya Partisipasi Pemilih Dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2015 ; Suatu Tinjauan Antropologi Politik Low Voter Participation in The 2015 Mayor and Deputy Mayor Election Field ; A Review of Political Anthropology Universitas Nege. Jurnal Antropologi Sumatera , 17 (1), 12–29. https://doi.org/10.24114/jas.v17i1.20022 Sukri, M. A. (2020). Dinasti Politik di Banten : Familisme , Strategi Politik dan Rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik . https://doi.org/10.15575/jispo.v10i2.8316 Susanti, M. H. (2018). Dinasti Politik dalam Pilkada di Indonesia. Journal of Government and Civil Society . https://doi.org/10.31000/jgcs.v1i2.440 Sutisna, A. (2017). Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan Gubernur Ratu Atut Chosiyah. Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review . https://doi.org/10.15294/jpi.v2i2.9329 Taqwadin, D. A. (2020). Dinamika Elit Lokal Di Aceh Terhadap Penguasa. Al-Ijtima`i: International Journal of Government and Social Science , 5 (2), 203–225. https://doi.org/10.22373/jai.v5i2.552 Utomo, G. S. (2012). Relasi Kekuatan-Kekuatan Politik Lokal Dalam Pemenangan Pilkada di Mojokerto . Universitas Airlangga. Wijayanti, S. N. (2016). Hubungan Antara Pusat dan Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Jurnal Community: volume 9, nomor 1, April 2023 p-ISSN: 2477-5746 e-ISSN: 2502-0544 Media Hukum . https://doi.org/10.18196/jmh.2016.0079.186-199 Winengan. (2016). Kuasa Aktor Dalam Perumusan Kebijakan Publik Di Aras Lokal ( Studi Pada Kebijakan Pembebasan Lahan Kawasan Mandalika Resort di Lombok ) Winengan Universitas Islam Negeri Mataram. Jurnal Review Politik , 06 (2), 367–387. Yani, A. A. (2007). Budaya Politik Orang Bugis dalam Dinamika Politik Lokal. Jurnal Masyarakat Dan Budaya , Lembaga limu Pengetahuan Indonesia (LIPI) , 9 (2), 7. Yuliawati, F., & Agung, S. (2011). Pertautan Kepentingan Antar Elit: Studi Tarik Ulur Kepentingan Politik Antar Elit Dalam Pembentukan Kabupaten Pangandaran. Jurnal Ilmu Politik Dan Pemerintahan, 3(2), 453-470. https://doi.org/10.37058/jipp.v3i2.2681 Yusuf, I. M. (2019). Budaya Politik Lokal Dalam Proses Legislatif Di Daerah. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan , 1 (4), 667-676.
e2b51941-4c39-470e-9e06-40c711bec8d6
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jmr/article/download/25263/22463
Kadar Total Lipid Mikroalga Nannochloropsis oculata Hibberd, 1981 (Eustigmatophyceae : Eustigmataceae) Berdasarkan Perbedaan Salinitas dan Intensitas Cahaya Dea Davita Putri Arihanda*, Suryono, Gunawan Widi Santosa Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof.H.Soedarto S.H, Tembalang,Semarang, Jawa Tengah 50275 Indonesia *Corresponding author, e-mail : [email protected] ABSTRAK : Nannochloropsis oculata merupakan alga yang memiliki kadar lipid tinggi dan mudah dibudidayakan karena hanya bantuan cahaya matahari, karbon dioksida dan air laut mampu berkembang biak dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan salinitas dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan kadar total lipid pada mikroalga N. oculata. Penelitian ini dilaksanakan secara laboratoris, dengan Rancangan Faktorial. Perlakuan yang diuji cobakan yaitu A1( Salinitas 33 ‰), A2 (Salinitas 31 ‰), dan A3 (Salinitas 35 ‰), serta B1 (Intensitas Cahaya 500 lux), B2 (Intensitas Cahaya 1500 lux), B3 (Intensitas Cahaya 3000 lux), yang diperbandingkan dengan Perlakuan Kontrol. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil analisis pertumbuhan mikroalga N. oculata dan kandungan lipid dilakukan dengan Analisis Sidik Ragam dan dilakukan uji lanjutan Analisis Duncan Multiple Range Test dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroalga N. oculata tertinggi dicapai oleh perlakuan A1B3 (Salinitas 33 ‰ dan Intensitas Cahaya 3000 lux) sebesar 19,927x10 3 ±5,454x10 3 sel/mL dan A3B1 (Salinitas 35 ‰ dan Intensitas Cahaya 500 lux) sebesar 20,779x10 3 ± 5,874x10 3 sel/mL. Pola pertumbuhan mikroalga N. oculata untuk semua perlakuan berbentuk kuadratik. Kandungan lipid mikroalga N. oculata tertinggi dicapai oleh perlakuan A3B1 (Salinitas 35 ‰ dan Intensitas Cahaya 500 lux) dengan nilai sebesar 66,5767±1,5257 mg/g dan terend ah pada perlakuan A3B3 (Salinitas 35 ‰ dan Intensitas Cahaya 3000 lux) dengan nilai sebesar 38,2010±3,1507 mg/g. Kata Kunci : Nannochloropsis oculata, Lipid, Salinitas, Intensitas Cahaya Total Lipid Contents of Microalgae Nannochloropsis oculata Hibberd, 1981 (Eustigmatophyceae: Eustigmataceae) Based on Differences in Salinity and Light Intensity ABSTRACT : Nannochloropsis oculata is one of algae that has high lipid content compared to other algae and is easily cultivated because only the help of sunlight, carbon dioxide and sea water can reproduce well. This aims of the study was to determine the effect of varions salinity and light intensity on the growth and total lipid contents of microalgae N. oculata. The method used was an experimental laboratory method with a factorial design. The treatments applied were A1 (Salinity 33 ‰), A2 (Salinity 31 ‰), and A3 (Salinity 35 ‰), and B1 (Light Intensity 500 lux), B2 (Light Intensity 1500 lux), B3 (Light Intensity 3000 lux), which compare to the Control. The Interaction Treatments were applied on three replicates. The microalga N. oculata and Lipid Contents were analysed using Factorial Approach on Variance Analysis. The Duncan Multiple Range Test was applied to show the treatment which influence the difference result. The highest microalga N. oculata growth showed by the treatment of A1B3 (Salinity 33 ‰ and Light Intensity 3000 lux) with the number 19,927x10 3 cells/mL ± 5,454x10 3 cells/mL and A3B1(Salinity 35 ‰ and Light Intensity 500 lux) with the number 20,779x10 cells/mL ± 5,874x10 3 cells/mL. The growth model of N. oculata for all treatments showed a model of quadratic.The highest lipid content of N. oculata showed by the treatment ofA3B1 (Salinity 35 ‰ and Light Intensity 500 lux) with the number 66,5767±1,5257 mg/g and the lowest on A3B3 (Salinity 35 ‰ and Light Intensity 3000 lux) with the number38,2010±3,1507 mg/g. Keywords: Nannochloropsis oculata, Lipid, Salinity, Light Intensity ## PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kelautan yang mempunyai potensi sumberdaya alam sangat penting bagi kehidupan bangsa. Potensi tersebut perlu dikelola secara tepat agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari bagi kesejahteraan rakyat (Kusumaningrum & Zainuri, 2013). Mikroalga merupakan makhluk hidup yang dapat tumbuh dan berkembang dilaut. Mikroalga termasuk kelompok tumbuhan berklorofil memiliki satu sel atau banyak sel dengan membentuk koloni. Alga memiliki kandungan bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami, makanan dengan kandungan energi dan serat tinggi, bahan obat herbal, serta sebagai bahan bakar pengganti fosil, yang pada saat ini telah dikembangkan (Kusumaningrum dan Zainuri, 2013). Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air (Fessenden dan Fessenden, 1983). Lipid penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak esensial yang terkandung didalamnya. Fungsi lipid dapat melarutkan vitamin A,D,E,dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Lipid merupakan sumber energi yang lebih efisien dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram lipid/lemak dapat menghasilkan 9 Kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 Kkal setiap gram (Saifuddin, 2013). Nannochloropsis oculata adalah salah satu mikroalga yang paling efisien dalam menangkap dan memanfaatkan energi cahaya dan CO 2 untuk keperluan fotosintesis. Mikroalga ini bernilai tinggi dan memiliki kemampuan untuk berkembang biak hanya dengan menggunakan cahaya matahari, karbon dioksida dan air laut. Selain itu, N. oculata dapat tumbuh dengan kerapatan yang tinggi (50 dan 27.5 g/l) dalam kondisi tumbuh autothropic dan menghasilkan konten tinggi lipid (52% dan 46%) (Moazami et al. , 2011). ## MATERI DAN METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroalga N. oculata yang diperoleh dari stok murni Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara sebanyak 2 liter dengan kepadatan awal stok 171 x 10 6 sel/mL. Penelitian ini menggunakan 9 box container dengan kapasitas 40 liter untuk setiap perlakuan. Masing masing perlakuan sebanyak 175 mL per box dengan air laut 30 liter. Parameter lingkungan yang diukur dalam penelitian ini ialah: DO, suhu, salinitas, intensitas cahaya, pH, dan lipid. Perlakuan salinitas dalam penelitian ini menggunakan derajat konsentrasi (A1 = 33 ppt), (A2 = 31 ppt) dan (A3 = 35 ppt). Sedangkan perlakuan intensitas cahaya ialah (B1 = 500 lux), (B2 = 1500lux), dan (B3 = 3000 lux). Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental dimana menurut Sugiyono (2012) metode eksperimental merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh suatu perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan. Data diperoleh selama penelitian dengan cara pengamatan dan pencatatan secara langsung. Data pertumbuhan N. oculata diuji dengan Analisis Sidik Ragam dengan Pola Faktorial untuk membuktikan hipotesis yang telah disusun. Sedangkan pertumbuhan N. oculata berdasarkan waktu diuji secara deskriptif dengan menggunakan persamaan polinomial orthogonal untuk mengetahui hubungan diantara perlakuan dengan data ukur. Hasil Analisis Sidik Ragam selanjutnya diterapkan pada Analisis Uji Wilayah Ganda Duncan untuk mendapatkan perlakuan yang memberikaan perbedaan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis pola pertumbuhan N. oculata yang disebabkan oleh perlakuan yang berbeda disajikan Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa seluruh perlakuan memberikan hasil pertumbuhan N. oculata dengan pola polynomial orthogonal . Nilai persamaan pertumbuhan N. oculata menunjukkan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada (Tabel 1). Hasil tersebut menunjukkan Signifikasi dikarenakan variasi pengaruh perlakuan guna mengetahui variasi antar perlakuan maka dilakukan uji sidik ragam (ANOVA) dapat dilihat Tabel 3. ## Journal of Marine Research Vol.8, No.3 Agustus 2019, pp. 229-236 Tabel 1. Pertumbuhan mikroalga N. oculata rata – rata (sel x 10 3 / mL) berdasarkan perlakuan kontrol, salinitas (A) dan intensitas cahaya (B). Hasil kultivasi terhadap mikroalga N. oculata berdasarkan waktu pengamatan menunjukkan bahwa jumlah sel mikroalga (sel x 10 3 /mL ) rata rata mempunyai pola kuadratik, baik pada perlakuan kontrol maupun perlakuan penelitian salinitas (A) dan intensitas cahaya (B). Jumlah sel mikroalga tertinggi dicapai pada perlakuan Kontrol sebesar 32,769 x 10 3 /mL, A1B3 sebesar 19,927 x 10 3 /mL dan A3B1 sebesar 20,779 x 10 3 /mL dimana lebih tinggi dari perlakuan A1B1, A1B2, A2B1, A2B2, A2B3, A3B2 dan A3B3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kontrol dengan salinitas 32 ppt dan intensitas cahaya 1000 lux, perlakuan A1B3 dengan salinitas 33 ppt dan intensitas cahaya 3000 lux dan perlakuan A3B1 dengan salinitas 35 ppt dan intensitas cahaya 500 lux perlakuan yang lebih sesuai untuk menunjang pertumbuhan N. oculata . Hal ini ditunjang oleh pernyataan Cohen (2014) yang menunjukkan bahwa N.oculata hidup diair asin atau air laut dengan salinitas optimal yaitu 25-30 ppt namun memiliki toleransi pada salinitas 10-35 ppt. Hal lain ditunjang oleh pernyataan Cohen (2014) yang menyatakan bahwa N. oculata dapat hidup pada intensitas cahaya 100-10000 lux. Berdasarkan hasil tersebut perlakuan salinitas dan intensitas cahaya pada pertumbuhan N.oculata pada salinitas range 31-35 ppt dengan intensitas cahaya range 500-3000 lux mampu hidup dengan baik di wilayah tropis dan setiap harinya mengalami peningkatan dalam waktu 8 hari. Menurut Sen et al., (2005), Nannochloropsis sp dapat tumbuh optimum pada salinitas 25-35 psu, suhu 25-30 o C , pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 100-10000 lux. Perlakuan A1B3 dan A3B1 menunjukkan bahwa puncak pertumbuhan mikroalga N. oculata terjadi pada hari ke 5. Sedangkan perlakuan kontrol dan perlakuan yang lain menunjukkan bahwa puncak pertumbuhan mikroalga N. oculata terjadi pada hari ke 6. Hasil tersebut menunjukkan pertumbuhan mikroalga N. oculata mengalami fase puncak atau fase akhir eksponensial. Hasil dari penelitian kandungan lipid tertinggi pada perlakuan A3B1 yaitu dengan salinitas 35 ppt dan intensitas cahaya 500 lux menunjukkan bahwa puncak pertumbuhan mikroalga N. oculata terjadi pada hari ke 5. Sedangkan perlakuan kontrol dan perlakuan yang lain menunjukkan bahwa puncak pertumbuhan mikroalga N. oculata terjadi pada hari ke 6. Pada fase ini kandungan nutrisi, pH, salinitas, suhu dan intensitas cahaya pada medium kultur masih dapat memenuhi kebutuhan fisiologis sel ,sehingga Nannochloropsis sp. masih dapat tumbuh (Suantika, 2009). Menurut pernyataan Kawaroe et al. (2010) bahwa fase eksponensial merupakan tahapan pertumbuhan fase pertumbuhan lanjut yang dialami mikroalga setelah fase lag . Mikroalga yang dikultivasi akan mengalami pertambahan biomassa secara cepat. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan jumlah sel yang sangat cepat melalui pembelahan sel mikroalga. Penambahan tersebut apabila dihitung ## Journal of Marine Research Vol.8, No.3 Agustus 2019, pp. 229-236 secara matematis, maka akan membentuk fungsi logaritma. Untuk tujuan kultivasi sebaiknya mikroalga dipanen pada akhir fase eksponensial karena pada fase ini struktur sel masih berada pada kondisi normal dan secara nutrisi terjadi keseimbangan antara nutrien dalam media dan kandungan nutrisi dalam sel. Selain itu, umumnya pada fase akhir eksponensial, kandungan protein dalam sel sangat tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan kontrol berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap semua perlakuan yang lain. Selanjutnya diantara perlakuan A2B2, A2B3, A2B1, A1B1, A1B3 dan A3B1 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Sedangkan perlakuan A2B2, A2B3, A2B1, A1B1, A1B3 dan A3B1 menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap perlakuan A3B2 dan A3B3 serta perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) terhadap perlakuan A1B2. Perlakuan A3B2 menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap perlakuan A3B3 dan A1B2. Menurut Kawaroe et al. (2010), intesitas cahaya berperan penting dalam pertumbuhan N.oculata untuk melakukan fotosintesis, yaitu mengasimilasi karbon anorganik untuk dikonversi menjadi organik. Intensitas cahaya diperlukan tiap – tiap alga untuk dapat tumbuh secara maksimum yang berbeda – beda. Intensitas cahaya yang diperlukan bergantung pada volume dan densitas sel mikroalga. Hal ini mengakibatkan bahwa semakin tinggi densitas dan volume kultivasi semakin tinggi pula intensitas cahaya yang diperlukan. Menurut Kawaroe et al. (2010), salinitas air adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap organisme air dalam mempertahankan tekanan osmotik yang baik antara protoplasma organisme dengan air sebagai lingkungan hidupnya. Mikroalga yang mengalami perubahan salinitas akibat pemindahan dari lingkungan bersalinitas rendah ke tinggi akan mendapat hambatan dalam proses fotosintesis. N.oculata hidup diair asin atau air laut dengan salinitas optimal yaitu 25-30 ppt namun memiliki toleransi pada salinitas 10-35 ppt (Cohen, 2014). Dalam penelitian ini perlakuan yang tepat untuk meningkatkan kepadatan sel terhadap pertumbuhan N.oculata yaitu salinitas range 31-35 ppt dengan intensitas cahaya range 500-3000 lux. Hasil analisis kurva pertumbuhan mikroalga N. oculata disajikan pada Gambar 1. Hasil analisis terhadap pertumbuhan mikroalga N. oculata (Tabel 1) dalam bentuk persamaan berdasarkan perlakuan menunjukkan bahwa model pertumbuhan berbentuk eksponensial sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Hasil uji sidik (ANOVA) Tabel 3 menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan yang diujikan memberikan pengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap pertumbuhan N. Oculata. Gambar 1. Pertumbuhan mikroalga N. oculata (selx10 3 /ml) berdasarkan berdasarkan perlakuan kontrol, salinitas (A) dan intensitas cahaya (B). 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 1 2 3 4 5 6 7 8 S E L X ( 10 ³) / M L ## Journal of Marine Research Vol.8, No.3 Agustus 2019, pp. 229-236 Tabel 2. Persamaan pertumbuhan mikroalga N. oculata rata – rata (sel x 10 3 / ml) berdasarkan perlakuan kontrol, salinitas (A) dan intensitas cahaya (B). Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan mikroalga N. oculata (selx10 3 / ml) berdasarkan perlakuan salinitas (A) dan intensitas cahaya (B). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjutan yaitu uji wilayah ganda Duncan. Uji tersebut dipilih untuk melakukan uji lanjutan. Hasil lanjut uji wilayah ganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan kontrol berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap semua perlakuan yang lain. Selanjutnya diantara perlakuan A2B2, A2B3, A2B1, A1B1, A1B3 dan A3B1 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Sedangkan perlakuan A2B2, A2B3, A2B1, A1B1, A1B3 dan A3B1 menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap perlakuan A3B2 dan A3B3 serta perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) terhadap perlakuan A1B2. Perlakuan A3B2 menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) terhadap A3B3 dan A1B2. Hasil analisis tersebut menunjukkan jumlah sel mikroalga tertinggi dicapai pada perlakuan A1B3 (Salinitas 33 dan intesitas cahaya 3000 lux) dan A3B1 (Salinitas 35 dan intesitas cahaya 500 lux). ## Kandungan lipid mikroalga N. Oculata Hasil analisis kandungan lipid mikroalga N. oculata menunjukkan bahwa hasil tertinggi dicapai oleh perlakuan A3B1 dengan nilai sebesar 66,5767 ± 1,5257 mg/l dan terendah pada perlakuan A3B3 dengan nilai sebesar 38,2010 ± 3,1507 mg/l (Gambar 2). Tabel 4 . Hasil Analisis Uji Wilayah Ganda Duncan terhadap Pertumbuhan mikroalga N. oculata (sel x 10 3 / mL) berdasarkan perlakuan salinitas (A) dan intensitas cahaya (B). Keterangan : Warna hijau menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01); Warna biru menujukkan berbeda nyata (P<0,05) Gambar 2. Kandungan Lipid mikroalga N. oculata (mg/g) berdasarkan berdasarkan perlakuan kontrol, salinitas (A) dan intensitas cahaya (B). Tabel 6 . Hasil Analisis Sidik Ragam Kandungan Lipid mikroalga N. oculata berdasarkan perlakuan salinitas dan intensitas cahaya 0 10 20 30 40 50 60 70 m g / l Journal of Marine Research Vol.8, No.3 Agustus 2019, pp. 229-236 Hasil analisis sidik ragam kandungan lipid mikroalga N. oculata menunjukkan bahwa perlakuan yang diterapkan memberikan hasil yang berbeda sangat nyata (p < 0,01), dimana nilai F hitung sebesar 525,8271 mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai F tabel (p < 0,01) sebesar 10,06. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Tabel 6, maka dilakukan analisis uji wilayah ganda Duncan (Tabel 7). Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan kontrol berbeda nyata (p<0,01) terhadap semua perlakuan yang lain. Selanjutnya diantara perlakuan A3B3, A3B2, A1B3, A2B3 menunjukkan hasil berbeda sangat nyata. Sedangkan perlakuan A2B1, A2B2, A1B1, A1B2, A3B1 menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05). Hasil analisis kandungan lipid mikroalga N. oculata menunjukkan bahwa hasil tertinggi dicapai oleh perlakuan A3B1dengan nilai sebesar 66,5767 ± 1,5257 mg/L dan terendah pada perlakuan A3B3 dengan nilai sebesar 38,2010 ±3,1507 mg/L. Hasil analisis kandungan lipid mikroalga N. oculata menunjukkan bahwa hasil tertinggi dicapai oleh perlakuan A3B1dengan nilai sebesar 66,5767 ± 1,5257 mg / g dan terendah pada perlakuan A3B3 dengan nilai sebesar 38,2010 ±3,1507 mg/g. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A3B1 memiliki nilai salinitas dan intensitas cahaya yang cukup optimal bagi pertumbuhan mikroalga N. oculata dibandingkan dengan perlakuan salinitas dan intensitas yang lain. Hasil penelitian pengaruh salinitas dan intesitas cahaya tertinggi pada perlakuan salinitas 35 ppt dan intensitas cahaya 500 lux. Hal ini ditunjang pernyataan oleh Andriyono (2001) bahwa mikroalga N. oculata membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis. Apabila intensitas cahaya berkurang, maka akan menyebabkan proses fotosintesis tidak berlangsung normal sehingga mengganggu metabolisme selanjutnya dimana pembentukan lipid dipengaruhi oleh fotosintesis. Hasil fotosintesis berupa karbohidrat yang dipecah menjadi asam piruvat pada tahapan glikolisis, dimana asam piruvat akan disintesis menjadi asetil Co-a yang menghasilkan asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol inilah sebagai penyusun lipid. Sedangkan pengaruh salinitas pada kandungan lipid menurut pertanyaan Kawaroe et al . (2010) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap organisme air dalam mempertahankan tekanan osmotik yang baik antara protoplasma organisme dengan air sebagai lingkungan hidupnya dimana mikroalga mengalami perubahan salinitas akibat pemindahan dari lingkungan bersalinitas rendah ke tinggi terjadinya hambatan dalam proses fotosintesis. Dengan demikian jika salinitas terlalu tinggi akan menyebabkan terhambatnya pembentukan sel dimana akan memicu kematian pada mikroalga. Tabel 7 . Hasil Analisis Uji Wilayah Ganda Duncan terhadap Kandungan Lipid mikroalga N. oculata berdasarkan perlakuan salinitas dan intensitas cahaya. Perlakuan A3b3 A3b2 A1b3 A2b3 A2b1 A2b2 A1b1 A1b2 Kontro l A3b1 Nilai Tengah 38,2010 41,9927 45,2030 46,2560 60,8893 61,1573 61,4223 61,5030 62,1040 66,5767 28,375 7 24,584 0 21,373 7 20,320 7 5,687 3 5,419 3 5,154 3 5,073 7 4,4727 Kontro l 23,903 0 20,111 3 16,901 0 15,848 0 1,214 7 0,946 7 0,681 7 0,601 0 A1b2 23,302 0 19,510 3 16,300 0 15,247 0 0,613 7 0,345 7 0,080 7 A1b1 23,221 3 19,429 7 16,219 3 15,166 3 0,533 0 0,265 0 A2b2 22,956 3 19,164 7 15,954 3 14,901 3 0,268 0 A2b1 22,688 3 18,896 7 15,686 3 14,633 3 A2b3 8,0550 4,2633 1,0530 A1b3 7,0020 3,2103 A3b2 3,7917 ## A3b3 Keterangan : Warna hijau menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01); Warna biru menujukkan berbeda nyata (P<0,05) ## Journal of Marine Research Vol.8, No.3 Agustus 2019, pp. 229-236 Hasil dari penelitian kandungan lipid tertinggi pada perlakuan A3B1 yaitu dengan salinitas 35 ppt dan intensitas cahaya 500 lux menunjukkan bahwa pada salinitas dan intensitas tersebut mikroalga N. oculata mampu bertahan hidup dan memiliki kandungan lipid tinggi. Hal ini ditunjang oleh pernyataan Suantika (2009) bahwa pertumbuhan N. oculata sangat tergantung pada ketersediaan nutrien intensitas cahaya, suhu, karbondioksida, pH dan salinitas. Intensitas cahaya sangat diperlukan oleh mikroalga untuk menjalankan proses fotosintesis. Kurangnya intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh mikroalga untuk aktivitas fotosintesis akan menyebabkan proses fotosintesis tidak berlangsung normal sehingga menggangu biosintesis sel selanjutnya. ## KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa variasi salinitas dan intensitas cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan Nannochloropsis oculata, pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis oculata tertinggi dicapai oleh perlakuan A1B3 ( Salin itas 33 ‰ dan Intensitas Cahaya 3000 lux ) sebesar 19,927 x 10 3 /mL ± 5,454 x 10 3 /mL dan A3B1( Salinitas 35 ‰ dan Intensitas Cahaya 500 lux ) sebesar 20,779 x 10 3 /mL ± 5,874 x 10 3 /mL, dengan pola pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis oculata untuk semua perlakuan berbentuk kuadratik. Variasi salinitas dan intensitas cahaya berpengaruh terhadap kandungan lipid mikroalga Nannochloropsis oculata, hasil tertinggi dicapai oleh perlakuan A3B1 ( Salinitas 35 ‰ dan Intensitas Cahaya 500 lux ) dengan nilai sebesar 66,5767 ± 1,5257 mg/g dan terendah pada perlakuan A3B3 (Salinitas 35 ‰ dan Intensitas Cahaya 3000 lux ) dengan nilai sebesar 38,2010 ± 3,1507 mg/g.Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut maka dapat disarankan untuk dapat dilaksanakannya penelitian lebih lanjut sehingga dapat melakukan analisis Omega-3, Omega-6, Omega-9 pada mikroalga N. oculata guna pemahaman yang lebih mendalam. ## DAFTAR PUSTAKA Andriyono, S. 2001. Pengaruh Periode Penyinaran Terhadap Pertumbuhan Isochrysis galbana Klon Tahiti. Makalah Ilmiah. IPB. Bogor. Hal 14-22. Cohen, Z., 2014. Chemicals from microalgae . CRC Press. Fessenden, R.J. & Fessenden, J.S., 1983. Kimia organik . Penerbit Erlangga. Kawaroe M., Prartono T., Sunuddin A., Wulan Sari D. & Augustine D. 2010. Mikroalga Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan Bakar. Bogor:IPB Press. 108hal Kusumaningrum H. P. & Zainuri, M. 2013.Aplikasi Pakan Alami Kaya Karotenoid untuk Post Larvae Penaeus monodon Fab. Ilmu Kelautan: Indonesian Journal of Marine Sciences . 18:(3):143- 149 Moazami, N., Ranjbar, R., Ashori, A., Tangestani, M. & Nejad, A.S., 2011. Biomass and lipid productivities of marine microalgae isolated from the Persian Gulf and the Qeshm Island. biomass and bioenergy , 35 (5):1935-1939. Saifuddin, S. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia. Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas Hasanudin. Makassar. 135hal. Sen, B., Alp, M.T. & Kocer, M.A.T., 2005. Studies on growth of marine microalgae in batch cultures. I. Chlorella vulgaris (Chlorophyta). Asian Journal Plantad Science , 4(6):636-638. Suantika, G. & Hendrawati, D., 2009. Efektivitas teknik kultur menggunakan sistem kultur statis, semi-kontinyu, dan kontinyu terhadap produktivitas dan kualitas kultur Spirulina sp. Jurnal Matematika dan sains , 14(2):1-10. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.245hal.
44330ca9-d818-42d5-9fcc-c3bd26c41485
https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/42305/5642
Abstrak —Torsional rigidity pada chassis go-kart sangatlah penting, karena go-kart dituntut lincah saat berbelok dengan ketiadaan differential gear dan sistem suspensi dalam chassis go-kart. Maka dari itu chassis harus cukup fleksibel untuk meningkatkan kemampuan berbeloknya. Selain itu, go-kart merupakan kendaraan yang terbuka untuk pengendaranya, dibutuhkan chassis yang dapat terjamin keamanan pengendaranya saat terjadi benturan. Pengujian kali ini membandingkan 2 bentuk element saja, yaitu solid element dan surface element untuk pengujian Torsional Rigidity, karena dilihat dari thickness ratio yang < 1, geometri chassis ini cocok untuk menggunakan surface element. Pengujian ini mencoba membandingkan hasil torsional rigidity dari chassis go-kart dengan 2 bentuk elemen tersebut. Pengujian impact dilakukan untuk mengetahui keamanan chassis tersebut akibat benturan. Hasil dari simulasi kali ini berupa torsional rigidity,yan menjelaskan kekakuan gokart tersebut, lalu juga akan didapatkan bentuk dan nilai deformasi chassis tersebut dari uji impact.Hasil kekakuan dari chassis Tonykart dengan menggunakan surface element yaitu sebesar 166,17 Nm/deg untuk ukuran elemen 4,5 mm dan 172,47 Nm/deg untuk ukuran elemen 3,5 mm, untuk solid element sebesar 188,6 Nm/deg. Hasil ini kemudian juga dibandingkan dengan eksperimen torsional rigidity pada oleh Solazzi yang memiliki nilai kekakuan sebesar 175 Nm/deg. Surface element mempunyai perbedaan terhadap eksperimen sebesar 5,1 % untuk ukuran elemen 4,5 mm dan 1,44% untuk ukuran elemen 3,5 mm, sementara solid element mempunyai perbedaan sebesar 7,8 %. Hasil uji tabrak menyatakan bahwa chassis Tonykart ini dinilai aman dari uji tabrak depan, belakang dan samping. Bentuk dan nilai deformasi yang terjadi tidak melewati batasan deformasi yang diizinkan . Kata Kunci —Chassis Go-kart, Deformasi, Finite Element Method, Torsional Rigidity, Uji Tabrak. ## I. PENDAHULUAN EIRING berjalannya waktu, proses perancangan suatu produk semakin canggih dan kompleks. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam proses tersebut dibutuhkan analisa-analisa teknik dari design suatu produk tersebut. Berbagai metode analisa perancangan telah dilakukan oleh manusia untuk menunjang hal tersebut, mulai dari analisa sederhana sampai dengan analisa yang kompleks menggunakan bantuan komputer. Salah satu metode yang cukup populer dan sering dilakukan dalam sebuah analisa adalah finite element method. Terdapat berbagai metode dalam melakukan analisa menggunakan FEM. Salah satunya dengan meninjau dari bentuk elemen yang diaplikasikan pada benda uji tersebut. Terdapat 3 bentuk element yang dapat dipilih untuk proses analisa, yaitu solid element, surface element, dan beam element. Bentuk tersebut dibagi berdasarkan jumlah dimensi pada element tersebut [1]. Pada pengujian ini penulis hanya membandingkan 2 bentuk element saja, yaiu solid element dan surface element. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibisana, chassis Tonykart ini mempunyai nilai torsional rigidity sebesar 188,69 Nm/deg [2]. Penelitian itu dilakukan dengan menggunakan solid element. Eksperimen khusus untuk mendapatkan nilai torsional rigidity dari chassis go-kart juga pernah dilakukan sebelumnya oleh Solazzi, dan didapatkan nilai torsional rigidity sebesar 175 Nm/deg [3]. Nilai-nilai pada penelitian sebelumnya ini nantinya akan dijadikan acuan komparasi untuk melihat tingkat akurasi dari pengujian kali ini. Dilihat dari bentuk geometri benda uji, yaitu chassis go- kart Tonykart, memungkinkan untuk melakukan analisis menggunakan bentuk elemen surface. Hal itu dikarenakan thickness ratio dari benda uji tersebut bernilai lebih kecil dari 1.Maka dari itu penulis ingin menggunakan metode surface element pada permasalahan yang pernah diselesaikan dengan metode solid element. Surface/Shell Element ini cukup efektif untuk merepresentasikan hasil pengujian. Hal ini berpengaruh kepada waktu pengujian yang lebih singkat dari solid element . Surface / Shell element adalah penyederhanaan secara matematis dari solid element. Pengujian ini dilakukan dengan harapan dapat mendapatkan cara yang lebih efisien dalam melakukan analisa Finite Element Method . Dalam pengujian kali ini, fleksibilitas go-kart akan didapatkan dalam simulasi pada saat beban kendaraan berbelok dan juga dengan beban torsional. Sementara simulasi uji tabrak akan dilakukan untuk mendapatkan kekuatan chassis yang ada, dan deformasi yang terjadi pada saat terjadi tabrakan, apakah aman untuk pengemudi atau tidak. ## II. URAIAN PENELITIAN ## A. Torsional Rigidity pada Chassis Go-kart Salah satu hal penting pada chassis adalah nilai kekakuan chassis tersebut. Besarnya nilai kekakuan ini dapat dicari dengan menggunakan torsional rigidity . Torsional rigidity dapat dihitung dengan menggunakan memberikan momen torsi pada chassis. Pada penelitian kali ini pengujian torsional rigidity disimulasikan menggunakan metode elemen hingga. Pada analisa kali ini, beban diberikan pada dua sisi yang berlawanan pada bagian tumpuan roda depan chassis yang membentuk momen kopel. Sementara pada bagian tumpuan roda belakang chassis digunakan fix support. ## Analisis Torsional Rigidity dan Uji Tabrak pada Chassis Go-kart Tonykart menggunakan Finite Element Method Benedictus Bayu Bagaskoro dan Julendra Bambang Ariatedja Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail : [email protected] S Pengujian tersebut akan menghasilkan nilai torsi dan sudut punter yang mana nantinya dapat diubah menjadi nilai torsional rigidity [4]. Besarnya torsi (T) dan sudut puntir ( 𝜃 ) dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝑇 =( 𝐹1+𝐹2 2 ) × 𝐿 (1) 𝜃 = arcsin ( |δ1|+|δ2| 𝐿 ) (2) Sehingga dapat dicari besar torsional rigidity (K) dari chassis yang diteliti yaitu, 𝐾 = 𝑇 / 𝜃 (3) Menurut Biancolini dalam penelitiannya merekomendasikan bahwa untuk memiliki kinerja yang baik, nilai kekakuan dari chassis go-kart haruslah berkisar antara 165 ~ 169 (N.m/deg) [5].Sehingga chassis go-kart yang nantinya akan diteliti diharapkan dapat memenuhi rekomendasi tersebut. ## B. Meshing Tabel 1 merupakan hasil uji konvergensi dari pembebanan torsional. Uji konvergensi ini dilakukan pada gaya sebesar 0,2 W. Pada uji konvergensi ini didapatkan nilai tegangan maksimal. Variabel yang berubah dari uji konvergensi ini adalah ukuran elemen. Dimana dari nilai-nilai yang didapatkan tersebut perbedaan antar variabelnya dibawah 5%. Jika sudah di bawah 5%, maka model ini dianggap konvergen. Pada tegangan maksimal dapat dilihat nilai tegangan juga berubah seiring perubahan jumlah elemen. Pada tabel uji konvergensi di atas, terlihat bahwa ukuran elemen 3.5 mm nilai perbedaan stress dibawah 5%. Tabel 1. Hasil uji konvergensi dengan pengurutan ukuran elemen. Ukuran elemen Node Element Element quality Stress Max Perbedaan Stress (%) 10 mm 26812 53073 0.79 130.13 0 9 mm 27121 55212 0.81 119.45 -8.941 8 mm 28929 57261 0.82 122.31 2.394 7 mm 30847 61026 0.85 114.06 -6.745 6 mm 30547 60319 0.91 117.16 4.191 5.5 mm 33976 67125 0.92 112.25 -4.374 5 mm 37817 74728 0.93 112.86 0.543 4.5 mm 43110 85241 0.94 108.3 -4.040 4 mm 52725 104368 0.95 115.47 6.620 3.5 mm 65163 129101 0.97 116.25 0.676 3 mm 86058 170685 0.98 124.47 7.071 Pada pengujian kali ini diambil ukuran elemen 3.5 mm karena ukuran tersebut merupakan ukuran yang paling kecil perbedaan stress di bawah 5% dan juga mempunyai element quality yang paling besar, yaitu sebesar 97 %. Pada pengujian kali ini juga dilakukan pengujian menggunakan ukuran elemen 4,5 mm, karena pengujian terdahulu yang dilakukan oleh Wibisana yang dijadikan acuan komparasi pengujian kali ini juga menggunakan ukuran elemen 4,5 mm dengan bentuk tetrahedral. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan komparasi kedua elemen yang baik dengan spesifikasi elemen yang hampir sama antara keduanya. ## C. Boundary Condition Pengujian Torsional Rigidity Pada simulasi torsional rigidity kali ini chassis go-kart akan diberikan tumpuan berupa tumpuan tetap pada kedua bagian belakang chassis.Beban yang bekerja akan diberikan ke bagian depan sebesar F, seperti terlihat pada gambar 1. Simulasi akan dilakukan dua kali dengan arah puntir yang berlawanan. Beban akan diberikan di bagian kanan dan kiri go-kart dengan besar yang sama tetapi arahnya berlawanan. Besarnya F seperti terlihat pada tabel 2. divariasikan mulai dari 0,2 - 1,0 x berat kendaraan sendiri. Tabel 2. Rincian pembebanan yang diberikan. . Variasi Beban F 0,2 W 254,016 N 0,4 W 508,032 N 0,6 W 762,048 N 0,8 W 1016,064 N 1,0 W 1270,080 N Gambar 1. Tumpuan dan pembebanan pada chassis go-kart. Gambar 2 . Letak titik massa komponen chassis Tonykart . ## D. Boundary Condition Pengujian Tabrak Simulasi impact kali ini akan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu front impact, rear impact, dan side impact. End time pada tiap simulasi dinamis kali ini diatur pada 0,05 detik dengan cycle sebanyak 300.000 cycles. Diharapkan pada saat 0,05 setelah kondisi awal go-kart sudah menabrak secara sempurna. Pada tiap simulasi impact kali ini tumpuan tetap diberikan kepada stationary rigid wall untuk uji tabrak depan dan belakang, sementara untuk uji tabrak samping, tumpuan tetap diberikan kepada chassis go-kart itu sendiri. Sementara beban kendaraan seperti mesin, pengendara, tangki, dan drivetrain juga dimasukan sesuai dengan titik berat masing- masing komponen tersebut, seperti terlihat pada gambar 2. Simulasi front impact ini akan meletakan tumpuan tetap ( fixed support ) pada stationary rigid wall di bagian depan chassis tersebut.Pada chassis go-kart diberikan pembebanan komponen-komponen sesuai dengan titik berat yang sudah di jelaskan diatas. Kemudian displacement pada go-kart diatur untuk bergerak bebas pada koordinat X, dan Z saja agar go- kart tidak turun atau bergerak ke arah sumbu Y. Setelah itu go-kart diberikan kecepatan sebesar 45 km/h. Kemudian dimasukan standard earth gravity sebesar 9,81 m/s 2 ke arah sumbu Y negatif. Jarak antara chassis dan stationary rigid wall sejauh 0,5 mm, hal ini bertujuan agar waktu end time pada simulasi tidak terlalu besar. End time yang besar akan berimbas ke durasi simulasi yang panjang. (a) (b) (c) Gambar 3. Boundary condition pengujian tabrak. (a) front impact; (b) rear impact; dan (c) side impact Simulasi front impact ini akan meletakan tumpuan tetap ( fixed support ) pada stationary rigid wall di bagian depan chassis tersebut.Pada chassis go-kart diberikan pembebanan komponen-komponen sesuai dengan titik berat yang sudah di jelaskan diatas. Kemudian displacement pada go-kart diatur untuk bergerak bebas pada koordinat X, dan Z saja agar go- kart tidak turun atau bergerak ke arah sumbu Y. Setelah itu go-kart diberikan kecepatan sebesar 45 km/h. Kemudian dimasukan standard earth gravity sebesar 9,81 m/s 2 ke arah sumbu Y negatif. Jarak antara chassis dan stationary rigid wall sejauh 0,5 mm, hal ini bertujuan agar waktu end time pada simulasi tidak terlalu besar. End time yang besar akan berimbas ke durasi simulasi yang panjang. Simulasi rear impact ini memposisikan stationary rigid wall sebagai fixed support pada bagian belakang chassis. Pada chassis go-kart diberikan pembebanan komponen- komponen sesuai dengan titik berat yang sudah di jelaskan diatas. Kemudian displacement pada gokart diatur untuk bergerak bebas pada koordinat X, dan Z saja. Kemudian dimasukan standard earth gravity sebesar 9,81 m/s 2 ke arah sumbu Y negatif. Setelah itu go-kart diberikan kecepatan sebesar 45 km/h bergerak kearah sumbu Z negatif. Pada kondisi tabrak samping, gokart disimulasikan mendapat impact dari eksternal. Maka dari itu fix support diletakan pada tumpuan ke 4 sisi go-kart. Lalu benda uji diberikan kecepatan sebesar 30 km/h, dengan displacement bebas pada sudut X, Z saja. Material benda uji disamakan dengan material chassis go-kart, yaitu chromemolly . Standard earth gravity diberikan sebesar 9,81 m/s2 ke arah sumbu Y negatif. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komparasi Hasil Pengujian Solid Element dan Surface Element Hasil pengujian ini kemudian dibandingkan dengan hasil pengujian Wibisana pada tahun 2018 yang menggunakan bentuk elemen solid pada pengujian torsional rigidity. Tujuan pengujian ini adalah mencari tahu perbedaan penggunaan elemen solid dan surface dalam pengujian torsional rigidity pada chassis Tony Kart ini. Pada torsi puntir dengan besar sama-sama 197,44 Nm, hasil sudut puntir yang didapatkan oleh elemen solid adalah 1,05 deg, hasil tersebut lebih kecil daripada sudut puntir yang didapatkan oleh elemen surface yaitu sebesar 1,19 deg. Saat torsi puntir sebesar 987,21 Nm pun hasil yang didapatkan juga mengatakan bahwa elemen surface memiliki nilai yang lebih besar daripada elemen solid, yaitu 5,95 deg, sementara elemen solid 5,24 deg. Sementara itu perbedaan hasil deformasi terhadap sudut Y dapat dilihat dari grafik pada gambar 4 (b). Terlihat dari grafik tersebut hasil deformasi terhadap sudut Y pada elemen solid sebesar 7.26 mm pada saat diberikan gaya paling kecil yaitu 246,8 N, sementara untuk elemen surface didapatkan nilai 8,19 mm. Sementara pada saat gaya yang diberikan sebesar 1234,02 N, hasil deformasi yang terjadi pada elemen solid menunjukan angka yang lebih kecil juga seperti grafik- grafik lainnya, yaitu sebesar 36,28 mm sementara untuk surface elemen hasil yang didapatkan adalah sebesar 41,91 mm. Hal ini menyebabkan hasil torsional rigidity kedua bentuk elemen tersebut terdapat perbedaan. Pada elemen solid (a) (b) Gambar 4. Grafik pengujian solid vs surface. (a) Torsi puntir terhadap sudut puntir; dan (b) Deformasi terhadap gaya. didapatkan kekakuan chassis go-kart sebesar 188,6 Nm/deg sementara pada elemen surface kekakuan yang didapatkan adalah 166.17 Nm/deg. Tabel 3. menjelaskan perbedaan penggunaan bentuk elemen pada pengujian kali ini. Kedua bentuk elemen menggunakan jenis elemen yang sama pula yaitu berbasis triangle , dengan ukuran elemen yang sama yaitu 4,5 mm. Terlihat jelas bahwa elemen solid mempunyai jumlah elemen yang jauh lebih banyak daripada elemen surface. Penggunaan elemen solid mempunyai 464.359 elemen, sementara penggunaan elemen surface mempunyai 85.241. Hampir 5 kali lipat perbedaan jumlah elemen yang ada. Tabel 3. Tabel perbandingan elemen pada pengujian torsional rigidity. Bentuk Element Jumlah Node Jumlah Elemen Element Quality Surface-Tetra 43110 85241 0.943 Solid-Tetra 838738 464359 0.735 Tabel 4. Tabel perbandingan waktu. Pre- Processi ng Time (s) Proses Meshing (s) Waktu Simulasi (s) Total Waktu (s) Surface 189 15 25 229 Solid 0 58 439.2 497.2 Jumlah elemen yang banyak tersebut kemudian berdampak kepada jumlah node yang lebih banyak pula pada elemen solid, yaitu sebanyak 838.738 dibanding jumlah elemen pada surface yaitu sebanyak 43.110 node. Selain itu element quality juga berpengaruh terhadap perbedaan yang terjadi. Dilihat dari table di atas, kualitas elemen surface lebih besar daripada elemen solid. Elemen surface mempunyai kualitas elemen 94%, sementara solid mempunyai kualitas elemen 73,5%. Dalam pengujian kali ini, seharusnya elemen surface memiliki hasil yang lebih mendekati aslinya daripada elemen solid. Hal itu terjadi karena elemen surface mempunyai kualitas elemen yang hampir mendekati 100%, atau berarti proses meshing elemen surface tersebut hampir mendekati sempurna. Dari tabel 4. terlihat bahwa penggunaan elemen surface menghemat waktu yang sangat banyak. Dari waktu sebelum melakukan simulasi, surface element memakan waktu 189 detik. Waktu ini digunakan untuk proses perubahan geometri solid atau geometri aslinya menjadi geometri surface. Proses ini berlangsung di software DesignModeler. Sementara tidak terdapat pre-processing dalam solid elemen, karena penggunaan solid elemen dapat langsung diaplikasikan pada model. Dilihat dari proses meshing , terlihat surface element memakan waktu 15 detik sementara untuk elemen solid memakan waktu sebanyak 58 detik. Hal ini dikarenakan jumlah node dan elemen pada elemen solid lebih banyak secara signifikan daripada elemen surface. Elemen solid menyelesaikan simulasi dengan waktu 439.2 detik, atau 7 menit dan 19 detik. Sementara untuk elemen surface waktu yang dijalankan jauh lebih sedikit, yaitu 25 detik. Total waktu pengerjaan pada elemen solid pada satu variasi pengujian ini adalah 497,2 detik, atau sekitar hampir 8 menit. Sementara untuk elemen surface 229 detik atau sekitar 3 menit dan 49 detik. Untuk pengujian kali ini terdapat 5 variasi pembebanan. Total waktu untuk pengujian kali ini dengan 5 variasi pembebanan untuk elemen solid adalah 2.486 detik atau sekitar 41 menit dan 26 detik, sementara untuk elemen surface selama 1.145 atau sekitar 19 menit dan 5 detik. Dari total alokasi waktu ini, terlihat bahwa elemen surface bisa menghemat waktu sebesar sekitar 22 menit dalam pengujian kali ini tanpa harus mengorbankan banyak pada akurasinya. B. Hasil Pengujian dengan Surface Element Pengujian torsional rigidity ini juga dilakukan dengan ukuran elemen 3.5 mm. Ukuran elemen tersebut didapatkan dari uji konvergensi yang telah dilakukan sebelumnya. Berbeda dengan pengujian sebelumnya yang menggunakan ukuran elemen 4,5 mm yang bertujuan untuk membandingkan langsung dengan hasil yang didapatkan oleh solid elemen dengan spesifikasi elemen yang hampir sama. Pengujian ini bertujuan untuk mengkomparasi hasil penggunaan surface element dengan eksperimen Solazzi yang sudah ada. Gambar 5 . Grafik gaya terhadap deformasi dengan ukuran elemen 3,5 mm . Pada gambar 5. terlihat ketika gaya yang diberikan sebesar 246,80 N, deformasi yang terjadi sebesar 7,8872 mm, sementara ketika gaya yang diberikan semakin besar, seperti 1234,02 N, deformasi yang terjadi sebesar 39,44 mm. Dapat disimpulkan juga gaya yang diberikan berbanding lurus terhadap deformasi yang terjadi terhadap sumbu Y. Letak deformasi Y maksimum dan minimum dari gaya yang diberikan terjadi pada tumpuan roda depan kanan dan kiri. Hasil kekakuan chassis Tony Kart dengan ukuran elemen 3,5 mm mendapatkan hasil torsional rigidity sebesar 172,47 Nm/deg. Jika dibandingkan dengan eksperimen Solazzi, perbedaan nilai yang didapatkan sebesar 1,44 %. Nilai perbedaan tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan pengujian sebelumnya yang dilakukan dengan surface element maupun solid element dengan ukuran elemen 4,5 mm. Sementara nilai perbedaan dengan ukuran 4,5 mm adalah sebesar 3,77%. Pada pengujian dengan menggunakan ukuran elemen 3.5 mm, juga dicatat waktu yang dibutuhkan dalam proses analisisnya. Proses meshing pada ukuran elemen 3.5 mm ini berlangsung selama 18 detik, hal ini lebih memakan waktu dari penggunaan elemen 4,5 mm karena jumlah elemen dan jumlah node yang lebih banyak pada ukuran elemen 3,5 mm. Hal itu berdampak ke waktu total pengerjaan untuk satu kali variasi simulasi sebesar 246 detik atau sekitar 4 menit dan 6 detik. Terdapat 5 variasi dalam satu kali pengujian. Waktu total untuk satu kali pengujian torsional rigidity dengan penggunaan elemen 3,5 mm adalah 1.230 detik, atau sekitar 20 menit dan 30 detik, dimana lebih memakan waktu hanya sekitar 1 menit dan 15 detik dari pengunaan ukuran elemen 4,5 mm. Tabel 5. Tabel waktu simulasi dengan ukuran elemen 3,5 mm. Pre-Processing Time (s) Proses Meshing (s) Waktu Simulasi (s) Total Waktu (s) Surface (3,5 mm) 189 18 39 246 Gambar 6. Bentuk deformasi dari front impact . ## C. Hasil Pengujian Impact Nilai deformasi maksimal dari chassis go-kart ini setelah diuji tabrak depan adalah 13.743 mm. Artinya adalah, bagian paling depan dari chassis go-kart tersebut, mengalami deformasi terhadap sumbu Z sebesar 13.743 mm ke arah belakang. Dimana angka ini terbilang masih aman, karena batas maksimal deformasi yang diizinkan pada chassis go- kart ini adalah 30 mm. Posisi pedal gas dan rem, dimana tempat bersandarnya kaki pengendara berada di jarak 30 mm dari bagian paling depan go-kart tersebut. Hasil menunjukan bahwa bentuk deformasi ketika terjadi tabrakan dari sisi depan dengan kecepatan maksimal 45 km/h masih bisa dikatakan aman atau tidak melukai pengemudinya. Bentuk deformasinya dapat dilihat pada gambar 6. Dari hasil tabrak belakang tersebut, didapatkan nilai deformasi maksimal yang masih tergolong aman, yaitu hanya 12.596 mm saja. Sementara batas nilai deformasi maksimal dari bagian paling luar chassis tersebut adalah 30 mm.Titik aman deformasi hanya dilihat dari bagian paling belakang go- kart saja karena bertujuan untuk melihat bentuk dan nilai pergeseran komponen di daerah tersebut. Apakah pergeserannya dapat melukai pengendara atau tidak. Ternyata dari simulasi yang sudah dilakukan, nilai dan bentuk deformasi terebut terbilang masih aman untuk bagian belakang chassis go-kart. Pergeseran komponen yang terjadi pun tidak dapat melukai pengemudinya. Dilihat dari bentuk deformasinya pada gambar 7, terlihat tidak mengalami banyak perubahan jika dibandingkan dengan bentuk pada saat sebelum dilakukannya pengujian. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bentuk frame bagian belakang yang kokoh dan juga bentuk dari frame bagian belakang yang searah dengan arah gaya yang didapat. Sehingga bentuk dan nilai deformasinya tidak membahayakan bagi pengemudinya. Gambar 7. Bentuk deformasi dari rear impact. Nilai deformasi pada uji tabrak samping kanan yang didapat dari simulasi sebesar 18,33 mm dan nilai deformasi untuk uji tabrak samping kiri sebesar 27,6 mm. Lalu bentuk deformasi seperti terlihat pada gambar 8 (a) dan (b). Deformasi maksimal terdapat pada area dudukan mesin gokart tersebut. Hasil tersebut dikategorikan masih aman karena tidak melewati batas deformasi sebesar 30 mm. (a) (b) Gambar 8. Bentuk deformasi uji tabrak samping. (a) kanan ; (b) kiri. Bentuk dan nilai deformasi yang dihasilkan tidak akan berdampak pada pengendara go-kart. Dampak terbesar pada uji tabrak samping ini ada kepada mesin go-kart yang berada di daerah deformasi maksimal tersebut. ## IV. KESIMPULAN Kesimpulan dari pengujian ini adalah sebagai berikut : 1) Penggunaan surface element dengan bentuk elemen triangle ukuran elemen 4,5 mm dalam pengujian torsional rigidity pada chassis go-kart Tonykart kali ini mendapatkan hasil kekakuan sebesar 166,17 Nm/deg. Sementara pengujian yang sama dilakukan dengan solid element mendapatkan hasil kekakuan sebesar 188.61 Nm/deg. Lalu dengan beban maksimal yang diberikan yaitu sebesar 1234,02 N, surface element mendapatkan deformasi terhadap sumbu Y sebesar 41,91 mm. Sementara solid element mendapatkan hasil sebesar 36,28 mm. 2) Pengujian dengan surface dan solid element kemudian dibandingkan dengan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Solazzi dengan menggunakan chassis go-kart yang sama yaitu Tonykart. Hasil dari eksperimen Solazzi mendapatkan nilai kekakuan go-kart sebesar 175 Nm/deg. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan simulasi menggunakan surface dan solid element. Terdapat perbedaan sebesar 5,1% dengan hasil yang didapat dengan menggunakan surface element dengan ukuran 4,5 mm dan 1,44% dengan ukuran elemen 3,5 mm . Sementara terdapat perbedaan 7,8% dengan hasil yang didapat dengan menggunakan solid element. Hal ini menyatakan bahwa hasil yang didapat dari penggunaan surface element dapat mendekati dari hasil pada kondisi eksperimen. Ini menunjukan bahwa penggunaan surface element dapat digunakan pada permasalahan statis semacam ini, dimana sesuai dengan syarat penggunaan surface element yaitu, rasio ketebalan dari geometri yang diuji kurang dari 1. 3) Didapatkan deformasi sebesar 13,743 mm pada uji tabrak depan dengan kecepatan maksimal go-kart sebesar 45 km/h. Besar deformasi tersebut dinilai aman karena masih dibawah batasan nilai deformasi sebesar 30 mm. Setelah itu dari uji tabrak belakang, dengan kecepatan maksimal go-kart sebesar 45 km/h, didapatkan nilai deformasi sebesar 12,59 mm. Hasil ini terbilang aman karena masih dibawah batasan nilai deformasi. Lalu untuk uji tabrak samping, dengan go-kart ditabrak oleh benda dengan kecepatan 30 km/h. Hasil deformasi sebesar 18.33 mm dan 27.6 mm. Hasil tersebut dikategorikan masih aman karena tidak melewati batas deformasi sebesar 30 mm. Setelah melakukan uji tabrak, dapat disimpulkan chassis go-kart Tonykart terbilang aman dari tabrakan segala sisi dan deformasi yang terjadi tidak dapat membahayakan atau melukai pengendaranya. ## DAFTAR PUSTAKA [1] N. S. Gokhale, S. V Bedekar, and A. N. T. S. Deshpande S., Practical finite element analysis . Finite To Infinite, 2008. [2] Y. D. S. Wibisana, “Analisis torsional rigidity, efek jacking, dan kekuatan chassis go-kart akibat beban belok,” ITS Surabaya, 2018. [3] S. Solazzi and M. Matteazzi, Analisi e sviluppi strutturali di un telaio per kart da competizione . Parma: AIAS, 2002. [4] M. Zaqqi, “Simulasi kekuatan dan torsional rigidity chassis sapuangin speed 3,” ITS Surabaya, 2015. [5] M. E. Biancolini, B. Riccardo, and R. Luigi, “Integrated multi body/FEM analysis of vehicle dynamic behaviour,” University Tor Vergata, 2002.
a03c533f-7f5f-4d0e-a71f-14fa0950ce22
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/juinhum/article/download/3111/2236
Jurnal Interpretasi Hukum |ISSN: 2746-5047 Vol. 2, No. 1 – April 2021, Hal. 89-94| Tersedia online di https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/juinhum DOI: https://doi.org/10.22225/juinhum.2.1.3111.89-94 ## PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK HAK CIPTA MUSIK DAN LAGU DALAM PEMBAYARAN ROYALTI OLEH YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA Ni Made Harini, I Nyoman Putu Budiartha, Desak Gde Dwi Arini Fakultas Ilmu Hukum Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali, Indonesia arinmahardika1@yahoo com, budiarthaputu59@gmail com, arinidesak1966@gmail com ## Abstrak Hak cipta memberikan hak milik eksklusif atas suatu karya si pencipta yang diberikan oleh hukum sebagai suatu penghargaan. Fungsi hak cipta melindungi pencipta dari pelanggaran hak cipta. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk perlindungan hukum pemilik hak cipta musik dan lagu dalam pembayaran royalti oleh yayasan karya cipta Indonesia dan mendeskripsikan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pembayaran royalti dan upaya penyelesaian sengketa yang dihadapi pemegang hak cipta musik dan lagu dalam pembayaran royalti oleh yayasan karya cipta Indonesia. Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan pendekatan masalah perundang-undangan konseptual fakta dan sosiologis. Adapun sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer dan sekunder. Hasil penelitian mengatakan bahwa hak cipta diatur dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Bentuk perlindungan hukum hak cipta yakni perlindungan hukum hak moral dan perlindungan hukum hak ekonomi Pencipta dan Yayasan KCI mempunyai hak dan kewajiban, didalam proses pembayaran royalti mengalami beberapa hambatan dan pendukung yang dialami Yayasan KCI pencipta dan pengguna hak cipta. Upaya penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa arbitrase dan pengadilan Kata Kunci: Hak Cipta, Perlindungan Hukum, Royalti Yayasan KCI ## Abstract Copyright gives an exclusive title to the work of the author which is granted by law as an award. The copyright function protects creators from copyright infringement. This study aims to explain the form of legal protection for music and song copyright owners in royalty payments by the Indonesian copyright works foundation and to describe what factors influence royalty payments and dispute resolution efforts faced by music and song copyright holders in royalty payments by the Karya Foundation. Indonesian copyright. This type of research is an empirical legal research with a conceptual approach to legal issues of fact and sociology. The data sources used were primary and secondary legal materials. The results of the study indicated that copyright is regulated in Law Number 28 of 2014 concerning Copyright. The form of copyright law protection, namely legal protection of moral rights and legal protection of economic rights. Creators and the KCI Foundation have rights and obligations, in the process of paying royalties experiencing several obstacles and supporters experienced by the KCI Foundation creators and copyright users. Dispute settlement efforts through alternative arbitration and court dispute resolution. Keywords: Copyright, Legal Protection, Royalties for the KCI Foundation ## I. PENDAHULUAN Karya lagu atau musik adalah ciptaan yang terdiri dari lagu atau melodi syair lirik dan aransemen (Marbun, Azwar, & Windha, 2013) . Suatu karya cipta mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi penikmat musik dan lagu yang didengarkan dalam bentuk nada, musik dan lagu memiliki potensi ekonomi yang sangat besar di Indonesia (Khoiriyah & Sinaga, 2017; Sujayanthi & Putraka, 2018) . Secara khususnya di Bali peningkatan daya beli masyarakat terhadap karya musik memberikan manfaat ekonomi bagi penciptanya. Hak cipta memberikan hak eksklusif bagi pencipta atas suatu karya ciptanya diberikan oleh hukum sebagai suatu penghargaan dikarenakan menghasilkan suatu karya dibutuhkan tenaga waktu pikiran dan bahkan biaya. Hak ekonomi pemegang hak cipta diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 namun masih banyak oknum-oknum pengguna karya cipta yang melanggar hak pencipta atas ciptaannya dengan tidak membayar royalti dan tidak meminta izin atas penggunaan ciptaan. Terjadinya pelanggaran tersebut berpengaruh terhadap produktivitas pencipta dalam menghasilkan karya baru (Hasibuan, 2008) . Maraknya pelanggaran hak cipta karena kurang diketahuinya Undang- Undang Hak Cipta yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Masyarakat kurang berminat membaca peraturan dan minimnya penyuluhan mengenai hak cipta Lemahnya perlindungan hukum di Indonesia sebagai akibat lemahnya oleh peraturan penegakan hukum itu sendiri (Gautama, 1990) . Upaya perlindungan hak cipta di Indonesia berdiri lembaga manajemen kolektif dikenal sebagai lembaga untuk mengumpulkan royalti bagi pencipta lagu adalah Karya Cipta Indonesia selanjutnya disingkat (KCI), KCI sebagai pengelola hak eksklusif para pencipta musik dan lagu baik berasal dari luar atau dalam negeri KCI adalah badan hukum Nirlaba berbentuk Yayasan KCI dalam menjalankan tugas harus memiliki landasan hukum yang jelas jika landasan itu tidak ada maka sangat memungkinkan banyak pihak yang menentang keberadaan KCI itu sendiri. Dari hasil observasi pada tanggal 14 Oktober 2020 oleh bapak Enteng Tanamal selaku pendiri dan pembina Yayasan Karya Cipta Indonesia bahwa salah satu isu hukum yang perlu mendapat perhatian khusus dalam hal ini yakni hotel restoran serta tempat hiburan seperti karaoke di Bali yang melanggar pembayaran royalti karya cipta musik dan lagu dalam 10 tahun terakhir yayasan KCI sudah banyak menemukan pelanggaran karya cipta khususnya di Bali diperkirakan di atas 95% hotel dan restoran maupun tempat hiburan belum membayar hak cipta tentunya hal ini sangat merugikan bagi pemegang hak cipta musik dan lagu Ada beberapa penelitian terdahulu yang melakukan penelitian relevan dengan penelitian ini, yaitu Maramis, (2014); (Kusno, 2017); (Sutikno & Jannah, 2019) megungkapkan Perlindungan hak cipta harus dilkukan secara hukum administrasi negara, hukum harus hadir menjamin perlindungan hak cipta pencipta guna menghindari sikap plagiarisme lagu yang diunduh baik melalui kaset maupun lewat internet internet dapat dilakukan dengan upaya preventif dan represif. Walaupun permasalahan ini pernah diteliti sebelumnya, akan tetapi melakukan penelitian dengan metode penyajian masalah yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk perlindungan hukum pemilik hak cipta musik dan lagu dalam pembayaran royalti oleh yayasan karya cipta Indonesia dan mendeskripsikan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pembayaran royalti dan upaya penyelesaian sengketa yang dihadapi pemegang hak cipta musik dan lagu dalam pembayaran royalti oleh yayasan karya cipta Indonesia ## II. METODE Penelitian ini didesain menggunakan penelitian empiris dimana yaitu penelitian lapangan. Pendekatan yang digunakan yakni pendekatan Undang-Undang (statue approach), pendekatan konseptual (conceptual approach) pendekatan fakta (the fact approach), dan pendekatan sosiologis. Sumber data yang digunakan sebagai data primer data yang diperoleh dari hasil observasi sumber pertama berupa dari pengamatan lapangan melalui wawancara yang selanjutnya dianalisis. Data sekunder data yang diperoleh melalui studi kepustakaan berupa peraturan Perundang-Undangan buku-buku maupun. Data sekunder yang digunakan berupa bahan hukum primer Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Buku III Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Lokasi penelitian sebagai tempat objek penelitian adalah Kantor KCI Jalan Gunung Lumut Nomor 65 Gang Kenari 1 Teuku Umar Denpasar Barat Bali selaku pihak yang berwenang dalam pembayaran royalti. Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian dengan teknik wawancara teknik pencatatan membaca buku-buku peraturan perundang- undangan serta literatur. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif (Sugiyono, 2013) . ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Bentuk Perlindungan Hukum bagi Pemilik Hak Cipta Musik dan Lagu Hak cipta merupakan hak eksklusif yang diberikan kepada pencipta hak cipta timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai peraturan perundang-undangan hal ini terdapat pada pasal 1 ayat 1 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Hak cipta terdiri atas hak dan cipta hak yang berarti kewajiban atas suatu kewenangan cipta adalah hasil kreasi manusia berupa pikiran perasaan pengetahuan dan pengalaman Karena itu berkaitan dengan intelektualitas manusia itu sendiri berupa hasil kerja otak (Bintang, 1998) . Hak cipta terdiri atas hak moral dan hak ekonomi hak ekonomi adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi si pencipta hal ini terdapat pada pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Hak moral dibagi menjadi dua yakni hak untuk diakui sebagai pencipta dalam hal ini hak moral identitas pencipta harus dicantumkan dalam ciptaan baik nama diri maupun samaran. Hak keutuhan karya hak yang menyangkut segala bentuk sikap dan perlakuan terkait dengan integritas pencipta hak tersebut diekspresikan dalam bentuk merusak ciptaaan atau mengubah ciptaan (Hutagalung, 2012) . Hak ekonomi adalah hak seseorang untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya pencipta melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran maka ia memperoleh keuntungan materi (Supramono, 2010) . Salah satu hal yang perlu disepakati dalam hak cipta yakni kompensasi kompensasi yang dimaksud adalah royalti. Royalti adalah bentuk pembayaran sebagai pemanfaatan suatu ciptaan yang diterima oleh pencipta. Royalti dibedakan menjadi dua yakni royalti (royalty payment) pembayaran secara bertahap mengikuti omset penjualan secara terus menerus selama produk dijual di pasaran dan jenis flat (flat payment) pembayaran sekaligus pembayaran ini ditentukan jumlah dan jangka waktu peredarannya Royalti diberikan kepada pencipta dengan dipotong biaya administrasi kepada Yayasan KCI 30% (tiga puluh persen dan 70% (tujuh puluh persen) kepada pencipta. Royalti didistribusikan setiap tahunnya Sesuai wawancara pada tanggal 12 November 2020 oleh Bapak A A Raka Danu Drs I Gede Eka Putra Bapak Nyoman Arya Kusuma Bapak I Ketut Widiana dan Ibu Ni Made Suastini selaku pencipta lagu bali mengatakan bahwa pencipta mempunyai hak dan kewajiban. Hak pencipta mempunyai ha katas ciptaan pencipta berhak menuntut siapa saja yang menggunakan karyanya tanpa izin hak untuk mendapatkan royalti dari KCI setiap setahun sekali Kewajiban pencipta yakni wajib menciptakan suatu karya agar karya tersebut dapat didaftarkan dan mendapatkan hak ekonomi berupa royalti Perlindungan hukum bagi pencipta sangat penting dikarenakan masih maraknya pelanggaran atas hak cipta yang tingkat pembajakannya cukup besar. Keadaan tersebut menunjukan bahwa pentingnya perlindungan hukum yang tegas yang berhubungan dengan royalti karya cipta musik dan lagu. Bentuk perlindungan hukum dibedakan menjadi bentuk perlindungan hukum preventif upaya menghindari terjadinya sengketa dan bentuk perlindungan hukum represif upaya penyelesaian terjadinya sengketa Bentuk perlindungan hukum menurut Undang-Undang Hak cipta yakni perlindungan terhadap hak moral dan perlindungan terhadap hak ekonomi. Perlindungan hukum yakni ada dua yakni bentuk perlindungan hukum preventif dan bentuk perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif yakni upaya yang dilakukan untuk menghindari adanya sengketa hak cipta musik dan lagu yang terdapat hak dan kewajiban pencipta selaku pemegang hak cipta serta hak dan kewajiban Yayasan KCI selaku pemberi royalti sedangkan perlindungan hukum represif yakni upaya yang dilakukan jika terjadinya sengketa apabila pengguna karya cipta tidak meminta izin untuk menggunakan karya cipta orang lain atau tidak membayar royalti sebagaimana telah disepakati sebelumnya. ## 2. Faktor yang Mempengaruhi Pembayaran Royalti dan Upaya Penyelesaian Sengketa yang Dihadapi Pemegang Hak Cipta Musik dan Lagu Pelaksanaan pembayaran royalti atas karya cipta oleh KCI kepada pencipta musik dan lagu mengalami beberapa permasalahan yang menyebabkan terhambatnya pembayaran royalti tersebut. Pemungutan royalti tersebut memang sudah dikuasai kepada KCI yang diberikan oleh pencipta atau pemegang hak cipta. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 12 November 2020 oleh Ibu Yoan Tanamal selaku Ketua Yayasan KCI Provinsi Bali mengatakan ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terhambatnya pembayaran royalti yakni 1. Tempat usaha tutup dikarenakan pandemi Banyaknya tempat usaha dikarenakan Covid-19 seperti cafe restaurant dan hotel memperhambat KCI untuk memungut royalti oleh pihal pengguna ciptaan 2. Ketidaktahuan pihak pengguna karya cipta tentang royalti Banyaknya pengguna karya cipta yang tidak menghiraukan mengenai hak cipta dan royalti yang menjadikan pelanggaran hak cipta semakin hari semakin meningkatKurangnya kesadaran pencipta atau penerima lisensi 3. Pentingnya suatu pendaftaran hak cipta sebagai pemberi status hukum atas karya cipta tujuan pendaftaran tersebut untuk pembuktian apabila dikemudian hari terjadi sengketa Didalam pembayaran royalti adanya keterkaitan Yayasan KCI dengan pengguna karya cipta atau pengusaha cafe restaurant dan hotel Selanjutnya wawancara pada tanggal 13 November 2020 oleh Bapak Marchellino Bapak Made Agus Perdana Kristapa dan Bapak I Gst Made Putra Adnyana Kusuma selaku pengguna karya cipta yang memiliki usaha café mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi hambatan pembayaran royalti oleh pengguna karya cipta yaitu 1. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Yayasan KCI mengenai royalti Keberadaan Yayasan KCI dan atas asas apa Yayasan KCI dapat memungut royalti masih sering menjadi pertanyaan pengguna karya cipta Hal itu menjadi keraguan pengguna ciptaan untuk membayar royalti sehingga masih ada pengguna ciptaan menolak membayar royalti 2. Minimnya biaya operasional Sebelum adanya pandemi banyak tempat usaha yang minim biaya operasional dikarenakan sedikitnya pengunjung timbah adanya Covid-19 semakin mempersulit tempat usaha untuk biaya operasional Selain faktor hambatan adapun faktor pendukung yang mempermudah proses pembayaran royalti Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 12 November 2020 oleh Ibu Yoan Tanamal selaku Ketua Yayasan KCI Provinsi Bali ada beberapa faktor pendukung dalam pembayaran royalti, yaitu: 1. Pemerintah Didalam proses pembayaran royalti pemerintah ikut serta dalam pemungutan royalti bersama KCI bertujuan untuk jika adanya perselisihan dari pihak KCI dengan pemilik usaha maka pemerintah dapat bersifat netral Dengan dasar hukum yang kuat mengenai royalti dan mengenai sanksi-sanksi ketentuan pidana maka tidak ada lagi alasan pemilik usaha untuk tidak membayar royalti 2. Pencipta atau pemegang hak cipta. Adanya pendaftaran atas ciptaan mempermudah KCI untuk memperoleh hak ekonomi berupa royalti Keberadaan sosial media menjadi faktor pendukung dalam mensosialisasikan mengenai hak-hak yang didapat oleh pencipta 3. Sarana pendukung penegakan hukum. Sarana yang penting pada proses penegakan hukum yakni tenaga manusia Tenaga manusia yang ahli dibidangnya mempermudah Yayasan KCI untuk membuat efektivitas dalam menjalankan tugas dan wewenang dalam memungut dan menghitung royalti lebih efisien. Sebagai pemegang hak cipta kekecewaan tentu akan dirasakan apabila melihat pihak lain mengkalim karya tersebut miliknya. Berdasarkan Undang- Undang Hak Cipta semua pihak berkewajiban meminta izin dan membayar royalti apabila suatu karya digunakan untuk keperluan komersial. Pelanggaran terhadap hak cipta sering dilakukan oleh pengguna ciptaan berupa memperbanyak musik dan lagu tanpa izin resmi dan melanggar perjanjian lisensi. Apabila terbukti melanggar maka pelanggar harus dihukum baik secara perdata maupun pidana Jika pihak pengguna melanggar hak cipta Yayasan KCI tidak secara langsung melaporkan kepada pihal berwajib untuk diproses hukum namun dengan penyelesaian yang tercantum di dalam perjanjian. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 12 November 2020 oleh Ibu Yoan Tanamal selaku Ketua Yayasan KCI Provinsi Bali bahwa sistem sosialisasi yang dilakukan KCI dengan door to door mendatangi setiap pengguna karya cipta Sistem tersebut dilakukan dengan cara mengirim surat Macam-macam surat yang diberikan secara bertahap oleh KCI jika pengguna karya cipta tetap tidak menghiraukan Surat tersebut dibagi menjadi 1. Introduction Letter (surat pemberitahuan ) Surat yang berisikan hak cipta bahwa ciptaan dilindungi oleh Undang- Undang 2. Reminder Letter (surat pengingat) Surat yang bertujuan untuk mengingatkan pengguna karya cipta mempunyain kewajiban yang jika dilanggar berakibat hukum 3. Warning Letter ( surat peringatan ) Surat peringatan diberikan jika pengguna karya cipta tetap tidak menghiraukan surat yang diberikan KCI Penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa arbitrase dan pengadilan. Alternatif penyelesaian sengketa hanya sebatas mediasi negosiasi dan konsiliasi. Mediasi adalah intervensi oleh pihak ketiga yang netral dalam membantu penyelesaian sengketa para pihak yang berselisih untuk mencapai kesepakatan secara sukarela (Susanti Adi Nugroho 2015 41). Negosiasi adalah penyelesaian masalah antara para pihak dengan suatu proses tawar menawar untuk mencapai suatu kesepakatan. Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga yaitu konsiliator Namun kesepakatan dan keputusan sepenuhnya dilakukan oleh para pihak konsiliator menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain jika tidak memungkinkan disampaikan langsung oleh pihak yang bersengketa (Joni Emirxon 2000 67) Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang didasarkan perjanjian arbitrase secara tertulis yang dibuat oleh para pihak dengan memuat klausula arbitrase sebelum terjadi sengketa (Pactum Compromittendo) maupun setelah terjadinya sengketa (Acta Compromise) . Pengadilan yang berwenang mengadili sengketa pelanggaran hak cipta adalah Pengadilan Niaga dalam hal pengajuan gugatan. Pengadilan Niaga adalah Pengadilan khusus yang dibentuk dilingkungan peradilan umum yang berwenang memeriksa mengadili dan memberi putusan terhadap perkara kepailitan pembuktian verifikasi utang sengketa kepailitan dan hak kekayaan intelektual yang salah satunya meliputi sengketa hak cipta. Dari hal tersebut diatas diketahui bahwa Yayasan KCI selaku pemberi royalti mempunyai hambatan dan pendukung dalam pembayaran royalti yakni hambatannya tempat usaha tutup dikarenakan pandemi ketidaktahuan pengguna hak cipta mengenai royalti, biaya operasional yang sangat minim, kurangnya petugas pengawas dan kurangnya kesadaran pencipta. Untuk mendaftarkan ciptaannya sedangkan pendukungnya pada pemerintah dikarenakan dengan adanya Undang-Undang pemerintah dapat membantu proses pemungutan royalti dan pendukungnya ada pada pencipta itu sendiri dikarenakan adanya pencipta yang mendaftarkan ciptaan mempermudah Yayasan KCI untuk memungut royalti tersebut. Upaya penyelesaian jika terjadi sengketa diatur dalam Pasal 95 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa arbitrase dan yang terakhir pengadilan ## IV. SIMPULAN DAN SARAN ## 1. Simpulan Dari hasil analisis di atas, dapat disimpul bahwa bentuk. Bentuk perlindungan hukum ada dua yakni perlindungan hukum preventif upaya yang dilakukan untuk menghindari sengketa dan perlindungan hukum represif. Pencipta selaku pihak yang menerima royalti dan pihak yang mempunyai karya mempunyai hak dan kewajiban atas ciptaannya dan Yayasan KCI selaku pemberi royalti juga mempunyai hak dan kewajiban dalam pembayaran royalti kepada pencipta, yang kedua faktor hambatan yang dihadapi Yayasan KCI yakni kurangnya kesadaran pencipta untuk pentingnya suatu karya cipta didaftarkan jika dikemudian hari terjadi sengketa dan kurangnya sosialisasi oleh Yayasan KCI mengenai royalti. Selanjutnya faktor pendukungnya yakni dengan dasar hukum yang kuat mengenai royalti menjadikan faktor pendukung dari pemerintah yang dapat mempermudah proses pembayaran royalti. Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta semua pihak yang menggunakan karya cipta berupa lagu milik orang lain maka orang tersebut berkewajiban membayar royalti apabila digunakan untuk keperluan komersial. Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa (mediasi negosiasi dan konsiliasi) arbitrase dan yang terakhir pengadilan Pengadilan yang berwenang mengadili penyelesaian sengketa Hak Cipta yakni Pengadilan Niaga. ## 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah kepada pemerintah agar lebih tegas dalam menangani masalah pelanggaran Hak Cipta dan pentingnya sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran. Kepada pemegang atau pencipta musik dan lagu agar melakukan pendaftaran atas ciptaannya meskipun bersifat tidak wajib hal ini dilakukan untuk mencegah terjadi sengketa pelanggaran hak cipta. Kepada masyarakat agar lebih mengetahui apa itu Hak Cipta dan royalti itu sendiri sebagai bentuk dukungan dan apresiasi penghargaan kepada pencipta karya musik dan lagu yang memberikan dampak baik untuk negara ## DAFTAR PUSTAKA Bintang, S. (1998). Hukum Hak Cipta (1st ed.). Bandung: Citra Aditya Bakti. Gautama, S. (1990). Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual . Bandung: Eresco. Hasibuan, O. (2008). Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu Neighbouring Rights dan Collecting Society . Bandung: Alumni. Hutagalung, S. M. (2012). Hak Cipta: Kedudukan dan Peranannya dalam Pembangunan . Jakarta Timur: Pena Grafika. Khoiriyah, N., & Sinaga, S. S. (2017). Pemanfaatan Pemutaran Musik terhadap Psikologis Pasien pada Klinik Ellena Skin Care di Kota Surakarta. Jurnal Seni Musik , 6 (2), 81–90. Maramis, R. L. (2014). Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Karya Musik dan Lagu dalam Hubungan dengan Pembayaran Royalti. Lex Privatum , 2 (2), 116–125. Marbun, T. H., Azwar, T. K. D., & Windha. (2013). Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Karya Cipta Lagu Dan Musik dalam Bentuk Ringtone Pada Telepon Seluler. TJurnal Hukum Ekonom , 1 (1), 1–6. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif . Bandung: Alfabeta. Sujayanthi, N. W. M., & Putraka, A. N. A. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Alat Musik Tradisional Bali. Jurnal Seni Pertunjukan , 4 (2), 105–111. Supramono, G. (2010). Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya . Jakarta: Rineka Cipta. Sutikno, F. M., & Jannah, I. D. M. (2019). Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu di Indonesia dan Malaysia. Jurnal Literasi Hukum , 3 (1), 14–25.
8422e299-1224-4923-bcdc-06599ea4dbd2
http://journal.wima.ac.id/index.php/JAKO/article/download/2542/2221
## FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE AND BUILDING YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2013-2015 ## Elysabet Christy Diandra Selano Budianto Tedjasuksmana * Rr. Puruwita Wardani Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya *[email protected] ## A R T I C L E I N F O Article history: Received March 2, 2017 Revised April 13, 2017 Accepted May 8, 2017 ## Key words: Fraudulent Financial Statement, Financial Stability, External Pressure, Financial Target, Nature of Industry, Inef- fective Monitoring, Rationalization ## ABSTRACT This study aimed to analyze the factors that influence the tendency of fraudulent financial statement with analysis of the fraud triangle. The samples used by the company of property, real estate and building construction which listed at Indo- nesia Stock Exchange in the 2013-2015 period. The result showed that the variable of financial stability as measured by the ratio of asset change and variable of external pressure as measured by leverage did not find the influence on tendency of fraudulent financial statement. While, variables of financial target as measured by ROA, nature of industr y as measured by inventory, ineffective monitoring as measured by BDOUT and rationalization as measured by audit report show that influ- ence on tendency of fraudulent financial statement. ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan laporan keuangan dengan analisis fraud triangle. Sampel yang digunakan adalah perusahaan sektor property, real estate and building construction yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Hasil dari penelitian ini adalah variabel financial stability yang diukur dengan rasio peru- bahan aset serta variabel external pressure yang diukur dengan leverage tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Sedangkan variabel financial target yang diproksikan dengan ROA, nature of industry yang diproksikan dengan inventory, variabel ineffective monitoring yang diproksikan dengan jumlah rasio dewan komisaris independen serta varia- bel rationalization yang diproksikan dengan opini audit memberikan hasil bahwa variabel tersebut mempengaruhi kecenderungan kecurangan laporan keuangan. ## PENDAHULUAN Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi keuangan entitas yang berguna untuk investor dan kreditor dalam membuat keputusan tentang penyediaan s umber daya untuk entitas (Kieso, Weygandt dan Warfield, 2011). Keberadaan laporan keuangan dinilai se- bagai salah satu penentu pengambilan keputusan ekonomi, karena menunjukkan gambaran kondisi perusahaan tersebut dari segi posisi keuangan, kinerja perusahaan serta arus kas. Tidak hanya itu, laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakannya kepada mereka (IAI, 2009). Tidak semua para pelaku bisnis menyadari akan pentingnya laporan keuangan yang b ersih dan bebas dari manipulasi. Namun, sejalan dengan teori keagenan yang mendeskripsikan hubungan anta- ra pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen dalam sebuah kon- trak kerjasama yang disebut nexus of contract (Sihombing dan Rahardjo, 2014). Manajemen merupa- kan pihak yang diberi wewenang oleh investor untuk bekerja demi kepentingan mereka. Atas dasar tersebut, manajemen harus mempertanggungjawabkan yang dilakukan atas pekerjaannya kepada pemegang saham dan nyatanya tidak lepas dari fraud. Rezaee (2002) dalam Norbarani dan Rahardjo (2011) menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir fraudulent financial statement meningkat secara substansial. ACFE (2016) memberikan laporan kepada bangsa-bangsa mengenai penipuan dan penya- lahgunaan aset serta memberikan analisis dari 2.410 kasus penipuan di 114 negara di dunia. ACFE (2016) menetapkan tiga jenis fraud, yaitu penyalahgunaan aset, korupsi dan kecurangan laporan keuangan. Pada 2016, financial statement fraud menempati posisi ketiga dengan 9,6% kasus yang dilaporkan namun menjadi urutan pertama yang mengalami rata-rata kerugian terbanyak sebe- sar $975.000. Berbeda jauh dengan penyalahgunaan aset yang menempati frekuensi terbanyak yaitu sebesar 83,5% namun mengalami rata-rata kerugian paling rendah dari tiga kategori yang ditetapkan yaitu sebesar $125.000 (ACFE, 2016). Di Indonesia, salah satu kasus kecurangan menimpa PT. Kimia Farma tahun 2001 (Kencana, 2012). Pada audit 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp. 132 miliar, namun Kementrian BUMN dan BAPEPAM (kini OJK) menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa (Kencana, 2012). PT. Kimia Farma kemudian di audit ulang dan pada 3 Oktober 2002 laporan keu- angan Kimia Farma periode 2001 disajikan kembali. Hasil dari pengauditan ulang PT. Kimia Farma adalah telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar, yaitu pada laporan keuangan yang baru keuntungan yang disajikan lebih rendah 24,7% dari laba awal yang dilaporkan (Kencana, 2012). Diduga ada upaya penggelembungan dana oleh direksi PT. Kimia Farma untuk menarik para inves- tor (Kencana, 2012). The fraud triangle menganalisis kondisi yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Sisi pertama dari the fraud triangle adalah pressure atau tekanan. Sisi pertama ini meng- gambarkan adanya insentif atau tekanan atau kebutuhan untuk melakukan fraud. ACFE (2016) menggambarkan tekanan sebagai kondisi dimana individu memiliki beberapa masala h keuangan yang tidak dapat diselesaikan melalui cara-cara yang sah, sehingga mulai mempertimbangkan untuk melakukan tindakan illegal. Tindakan illegal tersebut seperti mencuri uang tunai atau memalsukan laporan keuangan sebagai cara untuk memecahkan masalahnya. Ketika suatu kontrak disetujui, ide- alnya masing-masing pihak baik manajemen maupun investor mempunyai harapan akan keberhasi- lan dari kontrak yang telah disetujui tersebut. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada pening- katan kinerja keuangan entitas berupa tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi yang mereka tanamkan. Secara tidak langsung, hal ini menimbulkan tekanan bagi manajemen untuk mencari cara agar perusahaan tetap dalam kondisi yang baik untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi bagi investor. Menurut SAS No. 99 (2002), terdapat empat jenis kategori yang umum terjadi pada faktor pressure . Kategori tersebut adalah financial stability , external pressure , personal financial need , dan financial target . Norbarani dan Rahardjo (2011) dan Pardosi (2015) menyimpulkan bahwa pada faktor tekanan berupa financial stability memiliki pengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Namun, penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014), Widarti (2015), serta Annisya, Lindrianasari da n Asmaranti (2016) mengungkapkan financial stability tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Pada external pressure, Skousen, Smith dan Wright (2008) Norbarani dan Rahardjo (2011) serta Widarty (2015) menyatakan bahwa external pressure berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Namun, Pardosi (2015) serta Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016) menya- takan bahwa external pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Pada per- sonal financial need, Skousen et. al (2008) mengatakan memiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun Norbarani dan Rahardjo (2011) serta Widarty (2015), tidak menemukan adanya pengaruh personal financial target terhadap kecurangan laporan keuangan. Pada financial target, Norbarani dan Raharadjo (2011) dan Widarty (2015) memberikan hasil bahwa financial target berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan Skousen dkk., (2008) serta Sihomb- ing dan Rahardjo (2014) memberikan hasil bahwa financial target tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Selanjutnya, sisi kedua dari the fraud triangle adalah opportunity atau peluang. Sisi kedua ini menggambarkan mengenai situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Peluang dinilai sebagai faktor yang mendasari terjadinya kecurangan, karena peluang dapat terjadi dari lemahnya pengawasan dan kontrol internal perusahaan. Tidak adanya kontrol yang efektif dari prinsipal, memungkinkan perusahaan untuk melakukan tindakan y ang tid- ak sah melalui beberapa tindakan kecurangan, seperti pengakuan penjualan yang tidak seharusnya, melakukan income smoothing serta tidak dihapusnya piutang yang tidak mungkin tertagih. Menurut SAS No. 99 (2002), terdapat tiga kategori kondisi yang umum terjadi pada faktor pelu- ang. Kategori tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. Berdasarkan kategori SAS No. 99 tahun 2002, faktor peluang menggunakan semua variabel yang ada. Beberapa penelitian terdahulu mengenai peluang yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan telah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya pengaruh nature of industry terhadap kecurangan laporan keuangan pernah diteliti oleh Sihombing dan Rahardjo (2014) serta Pardosi (2015) dan menunjukkan hasil bahwa nature of industry berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan Ardiyani dan Utaminingsih (2015), Widarty (2015) serta Annisya, Lin- drianasari dan Asmaranti (2016) menunjukkan hasil bahwa nature of industry tidak berpengaruh ter- hadap kecurangan laporan keuangan. Pada peluang berupa ineffective monitoring diteliti oleh Skousen et. al (2008) dan memberikan hasil bahwa ineffective monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Pada peluang berupa organizational structure, Skousen et. al (2008), Sihombing dan Rahardjo (2014) serta Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016) menemukan hasil bahwa organizational structure berpengaruh terhadap laporan keuangan, sedangkan Norbarani dan Rahardjo (2011), serta Widarty (2015) memberikan hasil bahwa organizational structure tidak ber- pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Sisi terakhir dari the fraud triangle menurut SAS No. 99 (2002) adalah rasionalisasi (rationaliza- tion). Rasionalisasi merupakan sikap, karakter, atau nilai-nilai etika yang memperbolehkan seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang menekan sehingga membuat mereka merasionalisasikan fraud yang mereka lakukan (Norbarani dan Rahardjo, 2011). Mencari pembenaran merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan. Adanya perbedaan kepent- ingan antara prinsipal dan agen menyebabkan timbulnya conflict of interest. Adanya conflict of inter- est menyebabkan perusahaan sebagai agen, harus menghadapi tekanan untuk dapat menjaga agar kinerja perusahaan selalu dalam kondisi yang baik dan mengalami peningkatan, maka prinsipal akan memberikan bentuk apresiasi yang menjadikan timbulnya faktor rasionalisasi apabila mereka melakukan kecurangan. Rasionalisasi adalah kondisi ketiga dari the fraud triangle yang paling sulit diukur. Hal ini dibuktikan dengan penjelasan dari penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa rasionalisasi tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Skousen et. al (2008), Si- hombing dan Rahardjo (2014), Pardosi (2015), Ardiyani dan Utaminingsih (2015), Widarty (2015) serta Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016) tidak menemukan adanya pengaruh rasionalisasi ter- hadap kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini akan menganalisis adanya kecenderungan kecurangan pada laporan keuangan dengan menggunakan faktor the fraud triangle dan proksi yang sudah dipilih mengacu pada penelitian Skousen dkk. (2008). Sektor property, real estate and building construction dipilih sebagai objek penelitian. Hal yang mendasari pemilihan sektor tersebut adalah terjadinya peningkatan pada pengaduan kasus hukum sejak tahun 2010 disektor properti oleh konsumen ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (Alexander, 2014). Berdasarkan data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, sejak tahun 2010 kasus properti menjadi kasus nomer tiga setelah perbankan dan telekomunikasi. Sepanjang 2014, jumlah pengaduan konsumen property mencapai 157 kasus yang ditujukan kepada 100 pengembang dan dari keseluruhan kasus terdapat 17 jenis keluhan, diantaranya adalah pengem- balian dana yang tidak segera diselesaikan, penjadwalan ulang cicilan dan perbedaan kualitas, spe- sifikasi dan desain tata letak bangunan (Lamak, 2015). Peningkatan kasus pada sektor ini, mengindi- kasi perlunya pengawasan terhadap potensi kecurangan di sektor property, real estate dan building con- structions . ## JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO) – VOL 9 NO 2 – JULI 2017 – Halaman 162-182 ## KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ## Kajian Literatur Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan timbul karena adanya kontrak yang telah disepakati antara prinsipal dan agen untuk mendelegasikan beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Annisya, Lindriana-sari dan Asmaranti (2016). Teori keagenan menganggap bahwa individu berperilaku sesuai dengan kepentingannya masing -masing dan menimbulkan kepentingan yang bertentangan. Hendriksen (1992) dalam Rahmanti (2013) dalam Hanifa dan Laksito (2015) menyatakan bahwa agen memiliki perjanjian untuk menunjukkan kewajiban yang harus dilakukan kepada prinsipal, sebaliknya prinsipal akan memiliki perjanjian untuk memberikan bonus kepada agen apabila kewajibannya dilaksanakan dengan baik. Namun, hal ini menimbulkan permasalahan apabila agen memiliki kepentingan untuk mendapatkan insentif yang besar atas hasil kerjanya, sedangkan prinsipal menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas penanaman investasi di entitas tersebut. Adanya perbedaan motivasi antara agen dan prinsipal menimbulkan conflict of interest. Dalam kondisi tersebut, agen memiliki informasi lebih banyak dibandingkan informasi yang dimiliki prinsipal. Kondisi tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan informasi atau disebut asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Dengan adanya ketidakseimbangan informasi yang diterima, secara tidak langsung memberikan peluang bagi agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh prinsipal. (Hanifa dan Laksito, 2015). Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan antara agen dan prinsipal, yaitu kontrol pemegang saham kepada manajer, biaya yang menyertai hubungan agensi serta menghindari dan meminimalisasi biaya agensi (Sihombing dan Rahardjo, 2014). Menurut Bathala et. al., (1994) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014) beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi conflict of interest yaitu dengan cara meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership), meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax), meningkatkan sumber pendanaan melalui hutang serta kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings). ## Kecurangan (Fraud) Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2016) mendefinisikan kecurangan (fraud) se- bagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas pihak lain. Dari bagan Uniform Occupational Fraud Classification System, The ACFE (2016) membagi fraud ke dalam tiga tipologi tindakan sebagai berikut: 1. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik suatu entitas (Elder, Beasley, Arens dan Jusuf, 2008:374). Asset missapropriation merupakan fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat dihitung (Widarty, 2015). 2. Korupsi merupakan fraud paling sulit dideteksi karena korupsi biasanya tidak dilakukan oleh satu orang saja tetapi sudah melibatkan pihak lain (kolusi). Korupsi dilakukan dengan penyalahgunaan wewenang atau konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan tidak sah atau illegal, gratifikasi dan pemerasan secara ekonomi (Priantara, 2013). 3. Fraudulent financial statement merupakan suatu kondisi financial perusahaan dimana sengaja dilaporkan salah saji (ACFE, 2016). Hal ini dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan (financial engineering) untuk memperoleh keuntungan dari beberapa pihak. Penggelapan aktiva perusahaan juga dapat menyebabkan laporan keuangan perusahaan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan menghasilkan laba yang atraktif (window dressing). fraudulent financial statement identik dengan management fraud. Mayoritas pelaku berada pada tingkat atau kedudukan manajerial seperti pejabat, eksekutif senior dan manajer senior yang memang memiliki akses untuk memainkan angka-angka dalam laporan keuangan. ## The Fraud Triangle The Fraud Triangle adalah suatu kondisi yang menggambarkan faktor-faktor yang dapat me- nyebabkan terjadinya kecenderungan fraudulent. Konsep the fraud triangle pertama kali dikemuka- kan oleh Cressey (1953) dalam Kassem dan Higson (2012). Cressey (1953) dalam Kassem dan Higson (2012) mengungkapkan ada tiga elemen dalam fraud triangle berdasarkan wawancaranya tersebut, antara lain: tekanan (pressure), peluang (opportunity) dan rasionalisasi (rationalization). Pada elemen pertama, pressure diartikan sebagai dorongan orang untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal seperti tuntutan ekonomi, lingkungan individu berada, dan juga life style atau gaya hidup. Tekanan dapat berada di hampir seluruh jenis entitas. Berdasar- kan SAS No.99 (2002) dalam Skousen et. al., (2008) terdapat empat jenis kategori yang menggam- barkan factor tekanan (pressure). Kategori tersebut adalah financial stability, external pressure, per- sonal financial need, financial targets. Elemen kedua adalah opportunity . Kecurangan dapat dilakukan ketika ada sebuah peluang untuk melakukannya. Kecurangan yang memanfaatkan peluang terjadi ketika pengendalian internal yang ada belum memadai, pengawasan manajemen kurang baik dan penyalahgunaan posisi. Kegagalan dalam menentukan prosedur yang memadai untuk kondisi fraud juga mampu meningkatkan ke- cenderungan kecurangan. SAS No. 99 (2002) menyebutkan terdapat tiga kategori dalam elemen op- portunity. Kategori tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring dan organizational structure. Elemen ketiga adalah rationalization . Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur (Priantara, 2013 dalam Hanifa, 2015). Rasionalisasi melatarbelakangi hampir semua kejadian fraud. Rasionalisasi timbul ketika peluang (opportunity) dan tekanan (pressure) muncul. Rasionalisasi membuat seseorang membenarkan pilihannya melakukan fraud karena tim- bulnya peluang serta adanya tekanan dari dirinya. Mencari pembenaran merupakan bagian yang ha- rus ada dari kejahatan itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan keja- hatan. ## Kecurangan Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan diharapkan mampu menggambarkan kondisi perusahaa n. Tidak hanya itu, laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2009). Kelengkapan dan trans- paransi pengungkapan laporan keuangan dianggap sangat penting. Berbagai keputusan ekonomis diambil dari laporan keuangan, karena itu informasi dalam laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Chariri dan Ghozali (2007:393), pengungkapan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pengungkapan wajib dan pengungka- pan sukarela. Kecurangan laporan keuangan merupakan salah satu bentuk salah saji yang disengaja. Kesengajaan ini berupa pengabaian atau penambahan jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pengguna laporan keuangan. Menurut Rezaee (2005) dalam Wardhani (2012), kecurangan laporan keuangan berkaitan dengan beberapa skema, yaitu: (1) Falsifikasi, pengu- bahan atau manipulasi dari catatan keuangan, dokumen yang berkaitan dengan transaksi bisnis; (2) Kesalahan pencatatan material yang disengaja, penghapusan atau kesalahan penyajian transaksi, akun atau informasi signifikan lainnya; (3) Kesalahan aplikasi dan kesalahan interpretasi yang disen- gaja dan eksekusi standar akuntansi yang salah dalam hal penerapan prinsip, kebijakan dan metode yang digunakan untuk mengukur, mengakui, dan melaporkan kejadian ekonomis dan transaksi bisnis; (4) Penghilangan secara sengaja dari penyajian pengungkapan yang tidak berkaitan dengan standar, prinsip, praktek akuntansi dan informasi keuangan yang berhubungan; (5) Penggunaan teknik akuntansi yang agresif melalui pengelolaan laba yang tidak diperbolehkan; dan (6) Manipulasi dari praktek akuntansi yang didasarkan pada standar akuntansi yang tersedia yang memiliki kelemahan atau celah yang dapat digunakan perusahaan untuk menutupi substansi ekonomi dari kinerjanya. ## Fraud Score (F-Score) Fraud score (F-score) adalah suatu ukuran yang dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi adanya salah saji material dalam laporan keuangan (Sukrisnadi, 2010 dalam Pardosi, 2015). Menurut Dechow et. al., (2007) dalam Pardosi (2015), f-score dikembangkan dengan tujuan untuk mengetahui satu ukuran yang dapat dilihat dan dihitung secara langsung dari laporan keuangan. Komponen pa- da F-Score meliputi dua hal yang dapat dilihat langsung dari laporan keuangan, yaitu accrual quality dan financial performance. ## Pengembangan Hipotesis Pengaruh Financial Stability untuk Mendeteksi Kecenderungan Kecurangan Laporan Keuangan Manajer akan menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan, ketika stabilitas keuangan dan atau profitabilitas perusahaan terancam oleh keadaan ekonomi, industri atau situasi entitas yang beroperasi (Skousen et al., 2008). Berdasarkan teori keagenan, prinsipal menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya di perusahaan tersebut, maka manajemen akan mengupayakan berbagai hal agar kinerja perusahaan tetap dalam kondisi yang baik apabila perusahaan dihadapkan oleh situasi keadaan ekonomi, industri atau operasi entitas yang tidak menentu dan manajemen harus segera menyelesaikan permasalahan tersebut agar kondisi keuangan perusahaan tetap stabil. Semakin perusahaan berada dalam tekanan ekonomi atau industri, maka semakin kuat keinginan manajemen untuk berbuat curang terhadap laporan keuangan agar laporan keuangan tetap dalam kondisi yang stabil. Skousen et. al., (2008) ber- pendapat bahwa perusahaan akan berusaha meningkatkan prospek perusahaan, salah satunya adalah merekayasa informasi kekayaan aset yang berkaitan dengan pertumbuhan aset yang dimiliki. Manajemen akan berusaha menampilkan pertumbuhan dan kinerja keuangan perusahaan yang baik dan cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan tingginya aset yang dimiliki oleh perusahaan cenderung menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Penelitian terdahulu yang menguji tentang adanya pengaruh financial stability terhadap fraudulent financial performance adalah Sihombing dan Rahardjo (2014), Widarty (2015), Pardosi (2015) serta Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016). Menurut Widarty (2015), financial stability akan membantu auditor dalam pendeteksian fraudulent financial statement, apa- bila stabilitas perekonomian perusahaan meningkat maka fraudulent financial statement akan meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang pertama sebagai berikut: H 1 : Financial stability berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan ## Pengaruh External Pressure untuk Mendeteksi Kecenderungan Kecurangan Laporan Keuangan Tekanan yang didapat perusahaan umumnya berasal dari pihak eksternal. Salah satu bentuk tekanan perusahaan adalah mendapatkan tambahan dana atau utang dari pihak eksternal untuk pembiayaan kegiatan operasional perusahaan, pengeluaran pembangunan, pembiayaan research and development, atau modal perusahaan (Skousen et. al., 2009). Manajemen akan berada dalam tekanan ketika harus mam- pu memenuhi harapan atau syarat-syarat pihak ketiga dalam pemberian dana. Berdasarkan teori keage- nan, harapan dari investor dan persyaratan kreditor dalam pemberian dana diasumsikan sebagai tekanan dari luar perusahaan. Manajemen akan berusahan memenuhi kepentingan pemilik dengan berbagai cara yang juga akan menguntungkan dirinya sendiri. Penelitian terdahulu yang meneliti mengenai adanya pengaruh external pressure terhadap fraudulent financial statement adalah Norbarani dan Rahardjo (2011), Sihombing dan Rahardjo (2014), dan Widarty (2015). Sihombing dan Rahardjo (2011) berpendapat bahwa semakin tinggi dorongan perusahaan untuk melakukan manipulasi laporan keuangan terjadi apa- bila pendanaan perusahaan mayoritas didanai dari hutang yang semakin lama semakin besar dibanding- kan jumlah ekuitas yang dimiliki. Hal ini akan mengindikasikan going concern yang buruk apabila perus- ahaan terus melakukan pinjaman tanpa mempertimbangkan ekuitas yang dimiliki untuk melunasi pin- jaman tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang kedua sebagai berikut: H 2 : External pressure berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan ## Pengaruh Financial Target untuk Mendeteksi Kecenderungan Kecurangan Laporan Keuangan Target keuangan adalah suatu tingkat kinerja laba yang akan dicapai atas usaha yang dikeluarkan. Pencapaian target keuangan memberikan gambaran mengenai hasil usaha dan strategi manajemen ter- hadap penjualan yang dilakukan perusahaan. Perusahaan biasanya memberikan insentif apabila mana- jemen dan karyawan mampu mencapai target keuangan yang ditetapkan. Apabila manajemen atau kar- yawan tidak mampu mencapai target keuangan, perusahaan biasanya akan memberikan peringatan ter- hadap manajemen atau karyawan. Hal ini, dapat menimbulkan adanya kecurangan dalam perusahaan. Manajemen atau karyawan akan melakukan berbagai cara agar target keuangan tercapai, dan mereka mendapatkan insentif yang dijanjikan dan terhindar dari peringatan yang diberikan perusahaan. Sesuai dengan teori keagenan, investor menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya dan akan memberikan insentif atas kinerja manajemen yang baik. Berkaitan dengan financial target, mana- jemen akan melakukan kecurangan apabila target keuangan tidak tercapai untuk mendapatkan insentif yang dijanjikan. Penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pengaruh financial target terhadap kecurangan laporan keuangan adalah Norbarani dan Rahardjo (2011) serta Widarty (2015). Norbarani dan Rahardjo (2011) menyatakan bahwa ROA yang dihasilkan tahun sebelumnya menunjukkan profitabilitas yang tinggi dan menjadi dasar target yang harus diperoleh perusahaan tahun berikutnya. ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya modal dikeluarkan. Berdasarkan ura- ian diatas, maka hipotesis penelitian yang ketigat sebagai berikut: H 3 : Financial targets berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan ## Pengaruh Nature of Industry untuk Mendeteksi Kecenderungan Kecurangan Laporan Keuangan Nature of industry menimbulkan beberapa peluang kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan. Nature of industry berkaitan dengan munculnya risiko bagi perusahaan yang berkecimpung dalam indus- tri yang melibatkan estimasi dan pertimbangan yang signifikan jauh lebih besar. Penilaian estimasi seperti pada akun persediaan yang sudah usang dan piutang tak tertagih memungkinkan manajemen untuk melakukan kecurangan, seperti memanipulasi umur ekonomis aset. Summers dan Sweeney (1998) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014) mengatakan bahwa karena adanya penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut, manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk memanipulasi laporan keuangan perusahaan. Summers dan Sweeney (1998) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014) mene- liti akun piutang dan persediaan, mereka menemukan bahwa kondisi akun persediaan dan piutang usaha berbeda antara perusahaan yang tidak melakukan fraud dengan perusahaan yang melakukan fraud. Penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pengaruh nature of industry terhadap kecurangan laporan keuangan adalah Skousen et. al., (2008), Sihombing dan Rahardjo (2014) serta Pardosi (2015). Menurut Par- dosi (2015), persediaan yang disimpan terlalu banyak akan mengurangi solvensi karena tertimbunnya sejumlah dana yang semestinya dapat digunakan untuk ekspansi atau memperbaiki operasi, juga akan menambah beban penyimpanan, asuransi dan pajak properti. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang keempat sebagai berikut: H 4 : Nature of Industry berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan ## Pengaruh Ineffective Monitoring untuk Mendeteksi Kecenderungan Kecurangan Laporan Keuangan Lemahnya pengendalian internal suatu perusahaan dapat memunculkan peluang terjadinya kecurangan. Menurut Andayani (2010) dalam Pardosi (2015), terjadinya praktik kecurangan merupakan salah satu dampak dari pengawasan atau monitoring yang lemah, sehingga memberi kesempatan kepada manajer atau karyawan untuk berperilaku menyimpang. Pengawasan yang lemah membuat seseorang dapat melakukan kecurangan walaupun pada awalnya tidak berniat untuk melakukan kecurangan terse- but. Berdasarkan teori keagenan, tidak adanya kontrol yang efektif dari prinsipal, akan memungkinkan agen untuk melakukan tindakan kecurangan. Dalam hal ini, seseorang yang awalnya tidak berniat melakukan kecurangan namun mendapatkan kondisi bahwa pengendalian internal perusahaan lemah, ada kemungkinan orang tersebut akan memanfaatkannya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang kelima sebagai berikut: H 5 : Ineffective Monitoring berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan Pengaruh Rationalization untuk Mendeteksi Kecenderungan Kecurangan Laporan Keuangan Menurut Skousen et. al., (2008) rasionalisasi adalah faktor yang sulit untuk diukur untuk mendeteksi kecurangan. Menurut teori keagenan, adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen menjadi- kan timbunya conflict of interest. Hal ini membuat manajemen harus bertindak untuk memenuhi kepent- ingan pemilik, sehingga manajemen akan melakukan suatu tindakan kecurangan yang mengatasnamakan untuk tujuan pemilik, meskipun tindakan yang dilakukan oleh manajemen sebenarnya mengandung un- sur untuk memenuhi kepentingan manajemen sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang keenam sebagai berikut: H 6 : Rationalization berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan ## Model Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya fraudulent financial statement dalam perus- ahaan. Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, model dalam penelitian ini di- tunjukkan sebagai berikut: ## Gambar 1. Model Penelitian ## METODE PENELITIAN ## Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisis adanya ke- cenderungan kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan faktor the fraud triangle. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mengumpul- kan data untuk dilakukan uji hipotesis serta menjawab pertanyaan yang telah diajukan (Kuncoro, 2003:8). ## Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Variabel Depeden Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fraudulent financial statement. Menurut ACFE (2016) kecurangan laporan keuangan adalah suatu kondisi keuangan perusahaan dimana sengaja dilaporkan salah saji untuk merekayasa laporan keuangan demi memperoleh keuntungan beberapa pihak tertentu. Fraudulent financial statement dalam penelitian ini akan diukur dengan f-score. Komponen dari f-score meliputi dua hal yang dapat dilihat langsung dari laporan keuangan, yaitu accrual quality dan financial performance. Model tersebut digambarkan dalam persamaan berikut ini (Pardosi, 2015): F-score = Accrual Quality + Financial Performance Perhitungan F-Score dijelaskan berikut ini: ## a. Accrual Quality Akuntansi berbasis akrual berarti pencatatan transaksi keuangan perusahaan adalah saat transaksi tersebut terjadi, dan bukan hanya ketika transaksi melibatkan pengeluaran atau pemasukan kas dan setara kas (Harrison, Horngren, Thomas dan Suwardy, 2012:133). Dalam penelitian ini, accrual quality dihitung dengan RSST akrual. Berikut adalah model perhi- tungannya: b. Financial Performance Financial performance merupakan suatu pengukur variabel kinerja keuangan perusahaan. Financial performance juga memeriksa apakah manajer melakukan salah saji yang dilakukan secara sengaja untuk menutupi keburukan kinerja perusahaan. (Dechow, Sloan dan Sweeney, 1996; Beneish, 1997 dalam Rini dan Achmad, 2012). Pengukuran untuk mendeteksi adanya fraudulent financial statement adalah sebagai berikut (Rini dan Achmad, 2012): 𝑭𝒊𝒏𝒂𝒏𝒄𝒊𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒓𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 = Change in receiveables + Change in inventories + Change in Cash Sales + Change in Earnings ## Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah: 1. Pressure (Tekanan) a. Financial Stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi yang stabil. Total aset yang dimiliki suatu entitas menggambarkan kekayaan yang mereka miliki. Total aset meliputi aset lancar dan aset tidak lancar. Skousen et. al., (2008) membuktikan bahwa semakin besar suatu rasio perubahan total aset perusahaan, maka kemungkinan terjadinya kecurangan pada laporan keuangan juga semakin tinggi. Financial stability akan diproksikan dengan asset change yang merupakan rasio perubahan aset selama dua tahun, dan dihitung dengan rumus: b. External pressure merupakan tekanan yang dialami manajemen dari pihak luar untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga (Pardosi, 2015). Timbulnya hutang dalam suatu entitas, seringkali membawa manajemen untuk melaporkan profitabilitas yang tinggi pula, sehingga tidak jarang perusahaan juga akan memainkan laba yang dihasilkan (Rachmawati, 2014 dalam Pardosi, 2015). Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat meyakinkan pihak ketiga untuk memberikan pinjaman atau modal bagi perusahaannya. External pressure akan diproksikan dengan leverage yang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang berasal dari hutang atau modal, sehingga dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap kepada pihak lain serta keseimbangan nilai aktiva tetap dengan modal yang ada. Leverage dapat dihitung dengan rumus: c. Target keuangan adalah suatu tingkat kinerja laba yang akan dicapai atas usaha yang dikeluarkan. Salah satu pengukuran tingkat laba yang diperoleh perusahaan adalah ROA. Menurut Kasmir (2012:201) ROA adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. ROA dapat dihitung dengan rumus: 2. Opportunity (Peluang) a. Nature of Industry merupakan keadaan yang ideal suatu perusahaan dalam industri. Saldo dalam akun tertentu sebagian besar ditentukan berdasarkan estimasi dan penilaian subjektif. Penilaian estimasi seperti pada akun persediaan yang sudah usang dan piutang tak tertagih memungkinkan manajemen untuk melakukan kecurangan. Nature of industry akan diproksikan dengan inventory. Proksi ini dipilih karena manajemen dapat memanfaatkan pemilihan penilaian persediaan, dan persediaan rawan terjadi kecurangan apabila pengendalian internalnya lemah. Berikut adalah rumus perhitungan proksi inventory: b. Ineffective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan belum memaksimalkan pengawasan yang efektif untuk memantau kinerja perusahaan. Lemahnya pengendalian internal suatu perusahaan dapat memunculkan peluang terjadinya kecurangan. Menurut Andayani (2010) dalam Pardosi (2015), terjadinya praktik kecurangan merupakan salah satu dampak dari pengawasan atau monitoring yang lemah, sehingga memberi kesempatan kepada manajer atau karyawan untuk berperilaku menyimpang. Ineffective monitoring akan diproksikan dengan adanya rasio jumlah dewan komisaris. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Norbarani dan Rahardjo, 2011). Rasio dewan komisaris diukur dengan: 3. Rationalization (Rasionalisasi) Rasionalisasi adalah elemen yang mengiringi terjadinya fraud. Pelaku fraud biasanya mencari pembenaran dalam melakukan perbuatannya (Molida, 2011 dalam Widarty 2015). Adanya sikap, karakter atau nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau ketika manajemen berada dalam lingkungan yang memiliki tekanan dan peluang cukup besar menyebabkan mereka membenarkan perbuatan fraud yang mereka lakukan (Elder, Beasley, Arens dan Jusuf, 2008:375). Rasionalisasi akan diproksikan dengan audit report (AUDREPORT). Pemilihan audit report sebagai proksi karena audit yang dilakukan akan meminimalisir kesalahan karena telah diaudit oleh auditor KAP. Audit report akan diukur menggunakan variabel dummy. Pemberian nilai 1 jika perusahaan mendapat opini audit wajar tanpa pengecualian dan pemberian nilai 0 jika perusahaan mendapat opini audit selain wajar tanpa pengecualian. ## Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2012:309) data sekunder adalah data yang diperoleh dengan membaca, mempelajari dan memahami dari media lain yang bersumber dari berbagai literatur, buku serta dokumen perusahaan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan. Laporan keuangan yang dipilih adalah perusahaan dengan sektor property, real estate and building construction dar i tahun 2013-2015. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id, website OJK, dan website perusahaan. ## Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen- dokumen atau arsip-arsip yang relevan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data diperoleh dari penelusuran data dari media elektronik dan berbagai literatur. Metode pengumpulan data dil- akukan dengan cara mengumpulkan seluruh data sekunder dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id, website OJK dan website perusahaan yang terkait. ## Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property, real estate and building con- BUILDING YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2013-2015 OLEH: SELANO, TEDJASUKSMANA dan WARDANI struction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013 – 2015. Sampel yang dipilih menggunakan nonprobability sampling dengan cara purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Perusahaan property, real es- tate and building construction yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut selama periode 2013 – 2015; (b) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website perusahaan atau website BEI selama periode 2013 – 2015 yang dinyatakan dalam rupiah; (c) Data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian tersedia lengkap dan terpublikasi selama periode yang dipilih dan (d) Perusahaan yang tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan yaitu 2013 – 2015. ## Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS versi 23. Metode regresi linier berganda adalah teknik analisis yang digunakan untuk memprediksi naik turunnya variabel dependen apabila nilai dari variabel inde- penden sebagai faktor prediktor dimanipulasi (Sugiyono, 2012:277). 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan suatu gambaran atau deskriptif data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range dan kurtosis dan skewness (kemiringan distribusi) (Ghozali 2016:19). Data-data tersebut harus disajikan dengan baik dan teratur karena dijadikan dasar pengambilan keputusan. Analisis deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran atau penjelasan mengenai data dari variabel dependen yaitu dari fraud triangle yaitu pressure, opportunity dan rationalization. 2. Uji Asumsi Klasik Model regresi linier berganda dapat dinyatakan sebagai model yang baik apabila model tersebut memenuhi uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik akan dikerjakan dengan bantuan software SPSS versi 23. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas. 3. Pengujian Goodness of Fit Uji kelayakan model terdiri dari Koefisien Determinasi (R 2 ) dan Uji Statistik F. 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Ghozali (2016:97) menyatakan bahwa uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Persamaan regresi antara f-score dan proksi dari fraud triangle adalah sebagai berikut: F- Score = β0 + β1ACHANGE + β2LEV + β3ROA + β5INV + β6BDOUT + β8AUDREPORT + ε ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Karakteristik Objek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian saat ini adalah perusahaan property, real estate and building construction yang listing di Bursa Efek Indonesia berturut-turut pada periode 2013-2015. Kriteria pemilihan sampel dan jumlah yang digunakan dapat dilihat seperti dalam tabel 1 sebagai berikut: ## JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO) – VOL 9 NO 2 – JULI 2017 – Halaman 162-182 Tabel 1. Kriteria Pemilihan Sampel Keterangan Jumlah Jumlah perusahaan property, real estate and building con- struction yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015 163 Jumlah perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria sampel 40 Jumlah perusahaan yang sesuai dengan kriteria sampel 41 Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian 3 tahun 123 Data outlier yang dibuang untuk menormalkan data 7 Jumlah sampel yang digunakan setelah dibuang data outlier 116 Sumber: Data diolah ## Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian meliputi fraud score (f_score), asset change (ACHANGE), leverage (LEV), return on asset (ROA), inventory (INV), rasio dewan komisaris independen (BDOUT), opini audit (audreport). Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 2, dan tabel frekuensi dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 2. Statistik Deskriptif Sumber: Data diolah Tabel 3. Frekuensi AUDREPORT Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa nilai f-score secara keseluruhan adalah sebesar 49,3142. Nilai rata-rata yang dihasilkan dari 116 perusahaan sampel adalah sebesar 0,4251. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 42,51% tingkat risiko kecurangan laporan keuangan terjadi pada perus- ahaan di sektor property, real estate and building construction. Nilai maksimum f-score dimiliki oleh PT. Bhuwanatala Indah Permai pada tahun 2014 sebesar 2,9637 dan nilai minimum f-score sebesar - 2,5810 dimiliki oleh PT. Megapolitan Developments Tbk. pada tahun 2013. Nilai standard deviation yang dihasilkan sebesar 0,7938 menandakan bahwa tingkat kecurangan pada perusahaan tergolong rendah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Skousen dan James (2009) dalam Rini (2012) dalam Pardosi (2015) menyatakan bahwa apabila nilai standar deviasi menunjukkan nilai yang ren- dah, maka kecenderungan terjadi kecurangan dalam perusahaan kecil, dan apabila standar deviasi menunjukkan nilai yang besar, maka kecenderungan terjadinya kecurangan juga semakin tinggi. Pa- da variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE), ber- dasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai ACHANGE secara keseluruhan adalah sebesar 35,7370. Nilai rata-rata yang dihasilkan dari 116 perusahaan sampel adalah sebesar 0,3080. Artinya, secara umum perusahaan sampel mengalami kenaikan total aset selama 2011 sampai 2015 hingga 30,80%. Nilai standar deviasi yang dihasilkan sebesar 1,2294. Perubahan aset terbesar dimiliki oleh PT. Bumi Citra Permai, Tbk pada tahun 2014 yaitu sebesar 12,6550 dan perubahan aset terkecil dimiliki oleh PT. Da- nayasa Arthatama Tbk. pada tahun 2014 sebesar -0,9990 atau terjadi penurunan aset. Variabel external pressure diproksikan dengan leverage, yaitu menghitung total kewajiban dibagi dengan total aset. Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa nilai leverage secara keseluruhan ada- lah sebesar 57,0093. Nilai standar deviasi yang dihasilkan sebesar 0,4621. Nilai ratarata yang dihasilkan dari 116 perusahaan sampel adalah sebesar 0,4914. Nilai maksimum leverage dimiliki oleh PT. Bumi Citra Permai, Tbk pada tahun 2013 sebesar 5,0179 dengan total kewajiban sebesar Rp. 214.597.623.353 dan total aset sebesar Rp. 432.316.712.637. Nilai minimum leverage sebesar 0,0004 di- miliki oleh PT. Danayasa Arthatama Tbk. pada tahun 2013 dengan total kewajiban sebesar Rp. 1.255.256.029 dan total aset sebesar Rp. 5.550.429.288. Pada variabel financial target yang diukur dengan return on assets (ROA), berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai ROA secara keseluruhan adalah sebesar 7,0854. Nilai rata-rata yang dihasilkan dari 116 perusahaan sampel adalah sebesar 0,0610, artinya sebesar 6,10% kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total aset yang dimilikinya dan nilai standar deviasi yang dihasilkan sebesar 0,0621. Nilai maksimum ROA sebesar 0,3430 dimiliki oleh PT. Danayasa Arthatama Tbk. pada tahun 2013 yang menghasilkan ROA 34,30%. Nilai minimum ROA sebesar 0,0815 dimiliki oleh PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. pada tahun 2013 yang menghasilkan ROA -8,15%. Pada variabel nature of industry yang diproksikan dengan rasio perubahan persediaan (INV), berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai INV secara keseluruhan adalah sebesar -10,3348. Nilai rata- rata yang dihasilkan dari 116 perusahaan sampel adalah sebesar -0,0890, artinya sebesar 8,90% rasio perubahan persediaan terjadi pada 41 perusahaan sektor property, real estate and building construc- tion selama periode pengamatan, dan perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian tidak men- galami perubahan persediaan yang terlalu banyak selama periode penelitian. Nilai standar deviasi yang dihasilkan sebesar 1,6367. Nilai maksimum INV sebesar 2,8604dimiliki oleh PT. Total Bangun Persada Tbk. pada tahun 2015 dan nilai minimum INV sebesar -14,0545 dimiliki oleh PT. Bukit Darmo Property Tbk. pada tahun 2014. Pada variabel ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen (BDOUT), berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa nilai BDOUT secara keseluruhan adalah sebesar 46,5606. Nilai rata-rata yang dihasilkan dari 116 perusahaan sampel ada- lah sebesar 0,4138. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris independen yang di- miliki perusahaan sampel memiliki rata-rata sebesar 41,38% dari seluruh jumlah dewan komisaris. Nilai standar deviasi yang dihasilkan sebesar 0,1766. Nilai maksimum BDOUT sebesar 0,7500 dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk. yang mempunyai 8 dewan komisaris dengan 6 dewan komisaris inde- penden pada tahun 2013. Nilai minimum BDOUT sebesar 0,2857 dimiliki oleh PT. Surya Semesta In- ternusa Tbk. yang memiliki total dewan komisaris sebanyak 7 orang diantaranya 2 orang sebagai komisaris independen pada tahun 2014. Pada variabel rationalization diproksikan dengan opini audit yang diukur dengan menggunakan variabel dummy. Pemberian nilai 1 jika perusahaan mendapat opini audit wajar tanpa pengecualian dan pemberian nilai 0 jika perusahaan mendapat opini audit selain wajar tanpa pengecualian. Ber- dasarkan tabel 3, dari 116 perusahaan sampel terdapat 69 perusahaan yang mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian dengan persentase 59,5% dan 47 perusahaan mendapat opini wajar tanpa pengecualian dengan persentase 40,5%. ## Analisis Data Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual terdistribusi normal (Ghozali, 2016:154). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Jumlah Data Sig. Keterangan Sebelum outlier 123 0,000 Tidak normal Sesudah outlier 116 0,119 Normal Sumber: Data diolah Pengujian normalitas yang dilakukan terhadap 123 data perusahaan menunjukkan nilai sig- nifikansi sebesar 0,000 yang berarti data sampel tidak terdistribusi normal. Data terdistribusi normal apabila nilai signifikansinya diatas 0,05. Dengan hasil sampel yang tidak terdistribusi normal, maka dilakukan outlier dengan menggunakan casewise diagnostics sehingga ditemukan 7 data teridentifikansi sebagai data outlier. Adanya data outlier menjadikan sam- pel penelitian berubah dari 123 menjadi 116 dengan nilai signifikansi 0,119. b. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan uji heteroskedastisitas, pola grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bah- wa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi timbul karena pengamatan yang dilakukan berurutan sepanjang waktu dan berkaitan satu dengan yang lainnya, maka pengujian autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan peng- ganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2016:107). Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 5. ## Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi Sumber: Data diolah Terdapat autokorelasi dalam model penelitian, karena nilai DW kurang dari batas bawah 1,772 < 1,8070. Dikarenakan dalam model penelitian terdapat autokorelasi, selanjutnya dil- akukan uji lain yaitu run test untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau sistematis (Ghozali, 2016). Hasil pengujian run test dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Runs Test Sumber: Data diolah d. Uji Multikolinearitas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, maka pengujian multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2016). Model Penelitian DW Keterangan 1 1,771 Terdapat autokorelasi Unstandardized Residual Test Value a 0,01579 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,351 Tabel 7. Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Independen Tolerance VIF Keterangan ACHANGE 0,985 1,015 Bebas multikolinieritas LEV 0,988 1,012 Bebas multikolinieritas ROA 0,936 1,068 Bebas multikolinieritas INV 0,990 1,010 Bebas multikolinieritas BDOUT 0,931 1,075 Bebas multikolinieritas AUDREPORT 0,890 1,123 Bebas multikolinieritas Sumber: Data Diolah Uji Goodness of Fit a. Koefisien Determinasi (R²) Pengujian ini dilakukan untuk mengukur seberapa jauh model menerangkan variasi variabel de- penden (Ghozali, 2016:95). Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,426 a 0,182 0,137 0,7377155 Sumber: Data Diolah Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi, hasil R2 pada tabel 4.12 menunjukkan R2 sebesar 13,7%. Hal ini berarti bahwa sebanyak 13,7% variabel dependen (F -Score) dapat di- jelaskan oleh proksi variabel independen (ACHANGE, LEV, ROA, INV, BDOUT, dan AUDREPORT) yang digunakan dalam penelitian ini. Sisanya sebanyak 86,3% dijelaskan oleh variabel diluar model penelitian ini. b. Uji Statistik F Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F sebesar 0,001, karena nilai probabilitas F < 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan untuk menguji pengaruh perubahan aset, leverage, ROA, perubahan persediaan, rasio jumlah dewan komisaris independen dan opini audit perusahaan terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan (F-Score). Tabel 9. Hasil Uji F Model F Sig. 1 4,030 0,001 Sumber: Data Diolah ## Uji Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan tahapan yang paling penting dari sebuah penelitian. Hasil dari pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 10. ## JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO) – VOL 9 NO 2 – JULI 2017 – Halaman 162-182 Tabel 10. Hasil Uji t Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil ouput SPSS uji t, maka persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut: F-Score = 0,188 + 0,093ACHANGE - 0,180LEV + 1,927ROA – 0,128 INV + 0,719BDOUT – ## 0,321AUDREPORT + ε Hasil output SPSS tersebut menunjukkan bahwa dari keenam proksi variabel independen, proksi dari var- iabel nature of industry yaitu INV dan proksi dari variabel rationalization yaitu AUDREPORT signifikan pada 0,05. Sedangkan proksi dari variabel financial target yaitu ROA dan proksi dari variabel ineffective monitoring yaitu BDOUT signifikan pada 0,10. INV dan AUDREPORT memiliki probabilitas dibawah 0,05, sedangkan ROA dan BDOUT memiliki probabilitas dibawah 0,10 dan ACHANGE serta LEV memiliki probabilitas diatas 0,05 dan 0,10. Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa: a) Variabel financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE atau rasio perubahan aset memiliki nilai signifikansi 0,102 > 0,05 dan nilai t hitung 1,650 < 1,98177 t tabel. b) Variabel external pressure yang diproksikan dengan LEV memiliki nilai signifikansi sebesar 0,231 > 0,05. Nilai t hitung yang dihasilkan adalah sebesar -1,204 < 1,98177 t tabel. c) Variabel financial target yang diproksikan dengan ROA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,095 < 0,10. Nilai t hitung yaitu sebesar 1,685 < 1,98177 nilai t tabel. d) Variabel nature of industry yang diproksikan dengan INV memiliki nilai signifikansi sebesar 0,003 < 0,05. Nilai t hitung yang dihasilkan adalah sebesar -3,042 < 1,98177 nilai t tabel. e) Variabel ineffective monitoring yang diproksikan dengan BDOUT memiliki nilai signifikansi 0,078 < 0,10. Nilai t hitung yang dihasilkan adalah sebesar 1,782 < 1,98177 nilai t tabel. f) Variabel rationalization yang diproksikan dengan AUDREPORT memiliki nilai signifikansi sebesar 0,032 < 0,05. Nilai t hitung yang dihasilkan sebesar -2,174 < 1,98177 nilai t tabel. ## Pembahasan ## Financial stability berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan Berdasarkan hasil pada tabel 10, maka dapat disimpulkan financial stability tidak berpengaruh ter- hadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan financial stability berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan di- tolak. Tidak berpengaruhnya financial stability terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan dikarenakan manajer tidak akan secara langsung memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan stabilitas perusahaan disaat rata-rata pertumbuhan perusahaan tersebut ada dibawah ratarata industri (Norbarani dan Rahardjo, 2011). Apabila manajer menaikkan rata-rata pertumbuhan perusahaan dengan cara memanipulasi kecurangan laporan keuangan, justru akan memperparah kondisi perusahaan di masa yang akan datang (Norbarani dan Rahardjo, 2011). Laporan keuangan diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan, termasuk jumlah aset yang dimiliki. Apabila laporan keuangan dimanipulasi, maka laporan keuangan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan sebenarnya. Hal ini dapat menyebabkan nilai perusahaan akan turun di mata investor, kreditor dan pub- lik, sehingga menyebabkan perusahaan akan kesulitan mendapat dana investasi. Hasil penelitian ini men- dukung penelitian yang dilakukan oleh Norbarani dan Rahardjo (2011) serta Pardosi (2015) yang menya- takan bahwa financial stability berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo (2014), Widarty (2015) serta Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016). ## External pressure berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan Berdasarkan hasil pada tabel 10, maka dapat disimpulkan external pressure tidak berpengaruh ter- hadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan external pressure berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan di- tolak. Tidak berpengaruhnya external pressure terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan dikarenakan perusahaan memiliki cukup kemampuan untuk membayar hutang-hutangnya, sehingga nilai leverage yang dihasilkan menjadi lebih rendah dan tidak menjadikan tekanan bagi manajer untuk me- manipulasi laporan keuangannya. Namun, manajer akan mendapat tekanan lain untuk mencari tambahan modal lain selain perjanjian hutang, salah satunya yaitu dengan cara menerbitkan saham kembali untuk memperoleh tambahan modal usaha dari investor tanpa harus melakukan perjanjian hutang baru (Prajan- to, 2012 dalam Rahmanti dan Daljono, 2013 dalam Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti, 2016). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Pardosi (2015) serta Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016) yang menyatakan bahwa external pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung Norbarani dan Rahardjo (2011), Sihombing dan Rahardjo (2014) yang menyatakan bahwa external pressure berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. ## Financial target berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan Berdasarkan hasil pada tabel 10, maka dapat disimpulkan financial target berpengaruh terhadap ke- cenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menya- takan financial target berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan diterima. Pencapaian ROA memberikan gambaran mengenai hasil usaha dan strategi manajemen terhadap penjualan yang dilakukan perusahaan. Pencapaian ROA yang dihasilkan perusahaan pada tahun sebe- lumnya, menjadikan dasar untuk pencapaian ROA pada tahun selanjutnya lebih tinggi. Kondisi tersebut membuat manajemen berada dalam tekanan untuk mencapai target laba yang lebih tinggi, atau paling tidak sama dengan ROA tahun sebelumnya. Hal tersebut membuat manajemen akan melakukan manipu- lasi laporan keuangannya apabila pencapaian ROA tahun selanjutnya tidak sesuai dengan target yang di- harapkan (Norbarani dan Rahardjo, 2011), (Widarty, 2015). Selain itu, insentif yang diterima manajemen menjadi dorongan untuk mencapai ROA yang lebih tinggi ditahun selanjutnya. Sesuai dengan teori keage- nan, investor menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya dan akan memberikan insentif atas hasil usaha manajemen apabila kinerjanya baik. Berkaitan dengan financial target, manajemen akan melakukan kecurangan apabila target keuangan tidak tercapai untuk mendapatkan insentif yang dijanjikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Norbarani dan Rahardjo (2011) serta Widarty (2015) yang menyatakan bahwa financial target berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung Sihombing dan Rahardjo (2014) serta Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016) yang menyatakan financial target tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. ## Nature of Industry berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan Berdasarkan hasil pada tabel 10, maka dapat disimpulkan nature of industry berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan nature of industry berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan diterima. Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam perusahaan, karena secara terus menerus diperoleh dan diproduksi kemudian dijual. Klasifikasi dan pengukuran yang terpisah atas perse- diaan juga diperlukan karena perannya sebagai salah satu aktiva lancar yang paling penting bagi banyak perusahaan. Persediaan yang disimpan terlalu banyak akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya saat jatuh tempo (Pardosi, 2015). Hal ini juga menyebabkan tertimbunnya sejumlah dana yang semestinya dapat digunakan, risiko kerugian dan penurunan harga karena memer- lukan penilaian subjektif dalam memperkirakan persediaan usang (Summers dan Sweeney, 1998 dalam Sihombing dan Rahardjo, 2014 dalam Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti, 2016). Bagi perusahaan sektor property, real estate and building construction jenis persediaannya adalah seperti bangunan berupa hotel, rumah hunian, pusat perbelanjaan, ruko dan bangunan lainnya. Namun jenis persediaan tersebut memiliki waktu usang yang cukup lama, sehingga persediaan yang dimiliki perusahaan sektor property, real estate and building construction jenisnya adalah seperti semen, batu bata, pasir dan lain sebagainya. Persediaan jenis tersebutlah yang rentan dicurangi oleh manajemen, karyawan atau bahkan tukang-tukang yang membangun. Jenis persediaan seperti rumah, hotel dan bangunan lainnya akan sulit dicurangi kare- na perusahaan yang bergerak disektor property, real estate and building construction akan membangun proyeknya setelah mereka berhasil menjual gambar, bentuk rumah atau maqquette sebanyak minimal 80% melalui promosi dan setelah konsumen memberikan down payment atau persyaratan-persyaratan cicilan yang telah ditetapkan. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian dari Pardosi (2015) yang menya- takan bahwa nature of industry berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun tidak men- dukung hasil penelitian dari Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016) yang menyatakan nature of industry tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. ## Ineffective monitoring berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan Berdasarkan hasil pada tabel 10, maka dapat disimpulkan ineffective monitoring berpengaruh ter- hadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan nature of industry berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan diterima. Ineffective monitoring berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan dikarenakan pengen- dalian internal perusahaan menjadi bagian penting untuk mengurangi kecurangan yang dapat terjadi di perusahaan. Berdasarkan teori keagenan, tidak adanya kontrol yang efektif dari prinsipal, akan memung- kinkan agen untuk melakukan tindakan kecurangan. Dalam hal ini, seseorang yang awalnya tidak berniat melakukan kecurangan namun mendapatkan kondisi bahwa pengendalian internal perusahaan lemah, ada kemungkinan orang tersebut akan memanfaatkannya. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Norbarani dan Rahardjo (2011), Sihombing dan Rahardjo (2014) serta Widarty (2015) yang menyatakan bahwa ineffective monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. ## Rationalization berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan Berdasarkan hasil pada tabel 10, maka dapat disimpulkan rationalization berpengaruh terhadap ke- cenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keenam yang menya- takan rationalization berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan diterima. Pen- erapan International Standard on Auditing (ISA) dimulai pada 1 Januari 2013. Pemilihan tahun sampel pada penelitian ini yaitu tahun 2013-2015. Hal ini membuat perusahaan menerima opini audit sesuai dengan ISA. Opini audit yang dikeluarkan oleh auditor sudah berdasarkan pada ISA yang lebih berhati- hati pada pendeteksian kecurangan atas laporan keuangan. Perbedaan mendasar adalah pada sebelum ISA pengauditan dilakukan berdasarkan siklus, namun setelah ISA pengauditan dilakukan berdasarkan akun. Hal ini membuat opini audit yang sudah menerapkan ISA, mengandung desakan lebih besar bagi auditor untuk menemukan kecurigaan (Nadia, 2013). Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dil- akukan oleh Norbarani dan Rahardjo (2011), Widarty (2015) serta Annisya, Lindrianasari dan Asmaranti (2016) yang menyatakan bahwa rationalization tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. ## SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 41 perusahaan sektor property, real estate and building construction pada tahun 2013-2015, maka dapat disimpulkan bahwa financial stability dengan proksi pe- rubahan aset tidak mempengaruhi kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan apabila manajer melakukan manipulasi jumlah aset dapat memperparah kondisi perusahaan dimasa yang akan datang. External pressure dengan proksi leverage tidak mempengaruhi kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan manajemen tidak mendapatkan tekanan dari pihak luar karena perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar hutang-hutangnya. Financial target dengan proksi ROA berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan pen- capaian ROA yang tinggi ditahun sebelumnya menjadikan dasar bagi pencapaian ROA untuk tahun selan- jutnya. Hal ini mengakibatkan apabila manajemen tidak berhasil mencapai ROA lebih tinggi ditahun se- lanjutnya, maka ada kecenderungan manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan. Nature of indus- try yang diukur dengan proksi rasio perputaran persediaan (INV) berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan persediaan yang terlalu banyak disimpan, mengaki- batkan tertimbunnya sejumlah dana yang seharusnya bisa digunakan untuk membiayai kegiatan operasi. ineffective monitoring yang diukur dengan proksi rasio jumlah dewan komisaris independen (BDOUT) berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan pengawasan yang lemah memungkinkan manajer atau karyawan untuk berbuat kecurangan. Dengan lemahnya pengawasan internal perusahaan, manajer atau karyawan akan memanfaatkannya untuk berbuat kecurangan. Rationalization yang diukur dengan proksi opini audit (AUDREPORT) berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan pemilihan tahun sampel adalah 2013 – 2015, dimana penerapan International Standard on Auditing mulai diterapkan pada 1 Januari 2013. Hal ini membuat opini audit yang sudah menerapkan ISA yang mengandung desakan lebih besar bagi auditor untuk menemukan kecurigaan. Dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain: (1) Obyek penelitian yang dipilih hanya menggunakan sektor property, real estate and building construction, sehingga hasil penelitian hanya untuk sektor tersebut saja, dan (2) Pada pemilihan proksi untuk pengukuran yang tidak signifikan masih belum tepat, seperti proksi pengukuran financial stability dan external pressure. Saran untuk penelitian selanjutnya antara lain: (1) Pemilihan sampel penelitian dapat menggunakan sektor yang lain, sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan antar sektor ; dan (2) Pemilihan proksi untuk pengukuran dapat menggunakan proksi yang lain agar berbeda dan hasilnya dapat dibandingkan antar proksi. Pemilihan proksi untuk pengukuran yang tidak signifikan seperti proksi pengukuran financial stability dan external pressure dapat menggunkan proksi yang lain. Con- toh proksi lain yang dapat digunakan untuk financial stability yaitu gross profit margin, sales change, CATA, SALAR, SALTA dan INVSAL. Sedangkan contoh proksi lain yang dapat digunakan untuk external pressure yaitu FINANCE dan FRECC. ## REFERENCES Albrecht, W. S., Albrecht C. O., Albrecht, C. C., dan Zimbelman, C., 2012, Fraud Examination 4th edi- tion,, Mason, USA: SouthWestern Cengage Learning. Alexander, H. B., 2014, Sengketa Properti Peringkat Tiga Tertinggi, (http://properti.kompas.com/index.php/read/2014/01/30/1447 018/Sengketa.Properti.Peringkat.Tiga.Tertinggi, diunduh pada 3 Oktober 2016). American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), 2002, Consideration of Fraud in a Finan- cial Statement Audit, Statement on Auditing Standards No. 99, New York, NY: AICPA. Ananggadipa, S, 2012, Studi Empiris Pada Penggunaan Aplikasi Pajak: Integrasi Theory of Planned Behaviour dan Technology Acceptance Model, Journal of Business Research 58: hal. 553 – . 558. Annisya, M., Lindrianasari., Asmaranti, Y., 2016, Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond, Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 23, No. 01, ISSN: 1412- 3126, Maret: 72-89. Ardiyani, S., dan Utaminingsih, N. S., 2015, Analisis Determinan Financial Statement Melalui Pen- dekatan Fraud Triangle, Accounting Analysis Journal Universitas Negeri Semarang, ISSN: 2252 - 6765 Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., Jusuf, A. A., 2011, Audit dan Jasa Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia), Jakarta: Salemba Empat. Association of Certified Fraud Examiners, 2016, Report To The Nations On Occupational Fraud And Abuse, (http://www.acfe.com/rttn2016.aspx, diunduh 15 September 2016). Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Peraturan No. 1 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Bank Indonesia., 2013, Perkembangan Ekonomi Keuangan Dan Kerja Sama Internasional Triwulan II – 2013, Jakarta Chariri dan Ghozali, A., 2007, Teori Akuntansi, Yogyakarta: Andi. Ghozali, I., 2016, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 Edisi 8, Semarang: Ba- dan Penerbit Universitas Diponegoro. Hafiyyan, 2015, YLKI: Pengaduan Kasus Hunian Vertikal Terus Meningkat, (http://properti.bisnis.com/read/20150408/49/420709/ylkipengaduan-kasus-hunian-vertikal- terus-meningkat, diunduh pada 3 Oktober 2016). Hanifa, S. I., dan Laksito, H., 2015, Pengaruh Fraud Indicators Terhadap Fraudulent Financial State- ment Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listed di BEI Tahun 2008-2013), Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 04, No. 04, Hal. 1-5 Harrison, W. T., Horngren, J. C. T., Thomas, C. W., dan Suwardy, T., 2012, Akuntansi Keuangan Edisi 8 Jilid 1, Jakarta: Erlangga. Ikatan Akuntan Indonesia., 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Edisi 2009, Penerbit: Salemba Empat, Jakarta. Kassem, R., dan Higson A., 2012, The New Fraud Triangle Model, Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences (JETEMS) 3 (3): 191-195 Scholarlink Research Institute Journals, 2012, ISSN: 2141-7024 Kasmir., 2012, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kieso, D. E., Weygant, J. J., dan Warfield, T. D., 2011, Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition, United States of America: Wiley. Kuncoro, M., 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga Lamak, F., 2015, Ini Dia 17 Kasus yang Diadukan Konsumen Properti ke YLKI, (https://artikel.rumah123.com/ini-dia-17kasus-yang-diadukan-konsumen-properti-ke-ylki- 18171 diunduh pada 3 Oktober 2016). Masrurun, I., dan Yanto, H., 2015, Determinan Perilaku Investor Individu dalam Pengambilan Kepu- tusan Investasi Saham Accounting Analysis Journal Univesitas Negeri Semarang, ISSN: 2252 - 6765 Nadia, 2013, Standar Audit Internasional (ISA) untuk Indonesia, (http://feb.ugm.ac.id/id/berita/611-standar-audit internasional-isa-untuk-indonesia.html, diunduh pada 25 Januari 2017) Norbarani, L., dan Rahardjo, S. N., 2011, Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Ana- lisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS No. 99 Pardosi, R. W., 2015, Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan pa- da Perusahaan Manufaktur di Indonesia dengan Menggunakan Fraud Score Model (Tahun 2010 - 2013) Priantara, D., 2013, Fraud Auditing and Investigation, Jakarta: Mitra Wacana Media. Rahmah, 2011, Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Dan Perceived Behavioral Control Terhadap Intensi Membeli Buku Referensi Kuliah Ilegal Pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi Sarjana, Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Neger Syarif Hidayatullah Jakarta. Rini, V. Y., dan Achmad, T., 2012, Analisis Prediksi Potensi Risiko Fraudulent Financial Statement Melalui Fraud Score, Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 01, No. 01. Rudiyanto., 2012, Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, Jakarta: Erlangga. Scott, W. R., 2003, Financial Accounting Theory, 2nd edition, Canada: Prentice Hall. Sihombing, K. S., dan Rahardjo, S. N., 2014, Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek In- donesia (BEI) Tahun 2010-2012, Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 03, No. 02. ISSN (Online): 2337-3806. Skousen, C. J., K. R. Smith, dan C. J. Wright., 2008, Detecting and Predecting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99, Corporate Governance and Firm Performance Advances in Financial Economis, Vol. 13, h. 53-81. Sugiyono., 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, Bandung: Alfabeta Tuanakotta, T. M., 2010, Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Jakarta: Salemba Empat. Tunggal, A. W., 2008, Audit Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta. Wardhani, R., 2012, Faktor-faktor Penyebab dan Konsekuensi dari Kecurangan Pelaporan Keuangan (Fraud): Suatu Tinjauan Teoritis Widarty., 2015, Pengaruh Fraud Triangle Terhadapt Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen dan Bis nis Sriwijaya, Vol. 13, No. 02, Juni: 229244 Zakarija, Achmat. 2010. Theory of Planned Behavior, Masihkah Relevan?. (http://zakarija.staff.umm.ac.id, diunduh pada tanggal 13 Oktober 2016)
b264eca9-8a6d-4763-80dc-4939450e1589
https://jurnal.um-palembang.ac.id/ilmu_manajemen/article/download/2561/1908
## JURNAL ILMU MANAJEMEN Published every June and December e-ISSN: 2623-2081, p-ISSN: 2089-8177 Journal homepage: http://jurnal.um-palembang.ac.id/ilmu_manajemen Efektivitas E-Service Quality dan Customer Feedback terhadap Keputusan Menggunakan Aplikasi Reddoorz Fitriani Afifah a , Kokom Komariah b , Nor Norisanti a,b, * a,b,c Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Indonesia * Corresponding author e-mail: [email protected] A R T I C L E I N F O A B S T R A C T https://doi.org/10.32502/jimn.v9i2.2 561 The purpose of this study was to determine how concumers’ decisions in using the RedDoorz application, and to find out how the effectiveness of e- service quality in the RedDoorz application as well as customer feedback on the RedDoorz application. This research uses dercriptive and associative methods and uses a nonprobability sampling technique thats is puposive sampling. By distributing questionnaires to 130 respondents with a survey on the city of Sukabumi, data collection was done by collecting primary and secondary data, researchers conducted questionnaires testing using validity and reliabilty tests, also using the classic assumtion test that is the kolmogrov smirnov normality test to determine residual values normal or reverse regression. The data analysis technique used are simple correlation coefficient, multiple correlation coefficient, simple linear regression, multiple linear regression, and hypothesis testing using partial test ( T test) and simlutaneous test ( F test). From the results of the questionnaire analisys can be declared valid and reliable , as well as the results in testing the normality test of the total population expressed normal distribution. The results of the analisys cundusted by researchers are the influence of e- service quality on decision using the RedDoorz application, also the influence of customer feedback on decision using the RedDoorz application, decision using the application can be explained by e-service quality can also be explained by customer feedbacnk, including in the simultaneous test of e-service quality and customer feedbcank both influence the decision to use the RedDoorz application. Article History Received: 1 Mei 2020 Accepted: 30 Mei 2020 Available online: 15 Juni 2020 Keywords : E-Service Quality, Customer Feedback, Decision Buying ## Pendahuluan Di zaman digital ini perkembangan teknologi sudah semakin berkembang, perkembangan ilmu dan teknologi berdampak positif serta berperan penting dengan semakin terbuka dan tersebarnya informasi juga semakin memudahkan aktivitas manusia. Salah satu dampak positif dari perkembangan tekonologi ini dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis dengan menciptakan layanan-layanan baru yang informatif dan inovatif, dan tentunya yang menujuang bisnis-bisnis ini adalah internet (Lutfiah, 2019). Kini internet sudah berkembang pesat dan dan dapat dijangkau di seluruh dunia, dan para pelaku bisnis memanfaatkan internet untuk memperkenalkan produk maupun jasanya kepada khalayak luas khususnya Indonesia. Tabel 1. Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2017-2019 Tahun Jumlah Pengguna 2017 84 juta 2018 95,2 juta 2019 107,2 juta Sumber: Data diolah, 2020 Berkembangnya internet ditandai dengan munculnya berbagai aplikasi mobile, salah satu aplikasi yang banyak bermunculan adalah aplikasi akomodasi, menurut data ## A B S T R A K Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keputusan konsumen dalam menggunakan aplikasi RedDoorz, dan untuk mengetahui bagaimana efektivitas e-service quality pada aplikasi RedDoorz juga customer feedback pada aplikasi RedDoorz. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan asosiatif serta menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada 130 responden dengan survei pada masyarakat kota Sukabumi, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder, peneliti melakukan pengujian kuesioner dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas, juga menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas kolmogrov smirnov untuk menetapan nilai residual regresi normal atau sebaliknya. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah koefisien korelasi sederhana, koefisien korelasi berganda, koefisisen determinasi, regresi linear sederhana, regresi linear berganda, dan uji hipotesis menggunakan uji parsial (uji T) dan uji simultan (uji F). Dari hasil analisis kuesioner dapat dinyatakan valid dan reliabel, serta hasil dalam pengujian uji normalitas total populasi dinyatakan berdistribusi normal. Hasil dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti adalah adanya pengaruh dari e-service quality terhadap keputusan menggunakan aplikasi RedDoorz, juga adanya pengaruh customer feedback terhadap keputusan menggunakan aplikasi RedDoorz, keputusan menggunakan aplikasi dapat dijelaskan oleh e-service quality juga dapat dijelaskan oleh customer feedback, termasuk dalam uji simultan e-service quality dan customer feedback keduanya berpengaruh pada keputusan menggunakan aplikasi RedDoorz Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License . yang dihimpun dari statista angka pemesanan hotel secara daring di Indonesia diperkirakan mencapai US$2.200 juta sepanjang tahun 2019. Pada 2017, angka pemesanan hotel secara daring sebesar US$1.780 juta, dan bertambah ditahun 2018 menjadi US$1.986 juta. Dan telah diperkirakan pada tahun 2023, angka pemesanan hote secara daring di Indonesia akan mencapai US$2.879 juta. Salah satu aplikasi akomodasi yang saat ini sedang populer adalah RedDoorz, RedDoorz menduduki platform pemesanan dan manajemen hotel terbesar dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, mengambil alih tempat nomor satu di Google Play Store dan App Store sebagai aplikasi pemesanan hotel paling populer di Indonesia pada November 2019 (Achdiat, 2019). Namun pada kenyataannya untuk konsumen yang mereservasi hotel melalui RedDoorz berada di peringkat ke-8 dengan presentase 5,73%. Hal ini diduga karena adanya kekurangan dari pelayanan dan respon konsumen. Dari pemaparan diatas maka peneliti akan mengambil judul “Efektivitas E-Service Quality Dan Customer Feback Terhadap Keputusan Menggunakan Aplikasi Reddoorz” dengan survey pada pengguna aplikasi RedDoorz Kota Sukabumi. ## Kajian Literatur ## Manajemen Pemasaran Perusahaan memang tidak bisa terlepas dari kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk memasarkan atau memperkenalkan produk/jasanya, kegiatan pemasaran tentunya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia juga demi tercapainya tujuan perusahaan dengan baik. Menurut Kotler & Amstrong menyatakan bahwa “ Marketing as the process by which companies create value for cuistomers and build strong customers relationship in order to capture value from customers in return” . Yang berarti “Pemasaran sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi konsumen dan membangun hubungan konsumen yang kuat untuk menangkap nilai dari konsumen sebagai imbalan”. (Suhardi, 2018) ## Perilaku Konsumen Pembahasan dalam perilaku konsumen sangat menarik karena tidak hanya membahas tentang pengambilan keputusan konsumen dalam menentukan produk yang akan dipilih tetapi juga bagaimana menciptakan analisis terhadap pemasar untuk memahami apa yang diinginkan konsumen. Kotler dan Keller (Firdausya & Oktini, 2019) mendefinisikan perilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Beberapa pernyataan yang menerangkan perilaku konsumen memiliki satu arah yang sama yaitu tentang bagaimana memahami kiat-kiat yang dilakukan oleh konsumen dalam kaitanya dengan produk. ## E-Service Quality Untuk menjaga eksistensi perusahaan dan bertahan dari kondisi persaingan yang semakin ketat, hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah memperhatikan kepuasan konsumen. Salah satu faktor yang menimbulkan kepuasan konsumen adalah kualitas pelayanan perusahaan adalah e- service quality atau yang juga dikenal sebagai E-ServQual merupakan versi baru dari service quality (ServQual). E-ServQual dikembangkan untuk menyempurnakan suatu pelayanan yang diberikan pada jaringan Internet, seperti yang di paparkan Anggraeni & Yasa dalam (Jonathan, 2013) Kualitas layanan online (e-service quality) adalah tingkat website dapat memfasilitasi secara efisien dan efektif untuk melakukan pembelian, penjualan, dan pengiriman baik produk maupun jasa. Parasuraman dalam jurnal (Fitria et al 2017), e-service quality Fitriani Afifah, Kokom Komariah, Nor Norisanti Efektivitas E-Service Quality dan Customer Feedback terhadap Keputusan Menggunakan Aplikasi Reddoorz adalah “Sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan konsumen atas layanan yang mereka terima dan diperoleh”. Menurut Ho dan Lee ( dalam Jonathan, 2013), terdapat 5 dimensi pengukuran e- service quality , yaitu: Information Quality, Security (keamanan) , Website Functionality (Navigasi, akses web , user friendly ) , Customer Relationship, dan Responsiveness dan Fulfillment (Pemenuhan) . Customer Feedback / Respon Konsumen Customer feedback atau respon konsumen memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku, dimana respon terhadap merek sering mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak. Respon positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu, dan sebaliknya respon negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian. Respon menurut Simamora (Puput Alviana, 2016) adalah ”Reaksi konsumen terhadap stimuli tertentu. Stimuli atau stimulus adalah bentuk input yang dapat di tangkap oleh indra, seperti produk, kemasan, merek, iklan dan harga. Stimuli tersebut diterima oleh panca indra, seperti mata, telinga, mulut, hidung, dan kulit” Sedangkan menurut Ahmad Subandi (dalam Kiptiah, 2015) menyatakan respon dengan istilah “umpan balik” (feedback) yang berperanan penting dalam menentukan baik tidaknya suatu komunikasi. Respon konsumen atau sikap konsumen merupakan suatu persepsi positif ataupun negatif dari konsumen (Ramadhan, 2018) Adapun komponen dari sikap konsumen menurut Solomon (Ramadhan, 2018) yaitu : 1. Kognitif (kesadaran, keyakinan) 2. Afektif (emosional/perasaan) 3. Konatif (tindakan) ## Keputusan Pembelian Keputusan pembelian memang merupakan tindakan konsumen bersedia atau tidaknya melakukan transaksi atau pembelian, seberapa banyak kosumen dalam mengambil keputusan merupakan acuan berhasil tidaknya tujuan dari perusahaan tersebut. Adapun pengertian keputusan yang dikemukakan oleh Follet (dalam Khurotul Aini, 2018) keputusan merupakan jawaban yang pasti dari pernyataan. Keputusan harus bersifat pasti dalam memberikan jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan Keputusan pembelian menurut Hamami (dalam Aletha Clara, 2019) yaitu sebuah proses penggabungan yang menjadi kombinasi untuk mempelajari setiap perilaku alternatif yang ada dan memilih salah satu. Proses pengambilan keputusan dalam pembelian produk barang dan jasa sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen itu sendiri. Proses pengambilan keputusan membeli (Fahmi Irham, 2016) melalui lima tahap yaitu : a) Pengenalan Masalah b) Pencarian Informasi c) Evaluasi Alternatif d) Keputusan Pembelian e) Perilaku Pasca Pembelian ## Metode Penelitian Penelitian termasuk ke dalam peneltian kuantitatif, data kuantitaf merupakan data yang berbentuk bilangan angka, atau data kualitatif yang diangkakan (Supardi, 2016). Dengan menggunakan metode deskriptif dan asosiatif . Penelitian ini dilakukan kepada pengguna aplikasi RedDoorz di Kota Sukabumi, jumlah sampel ditentukan dengan rumus iterasi dan didapatkan jumlah sampel minimal 116, dan peneliti menggunakan sampel sebanyak 130. Dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah nonprobability sampling dengan memilih purposive sampling atau pengambilan sampel dengan berdasarkan karakterisitik dan melalui beberapa pertimbangan tertentu. Melihat objeknya sudah ditetapkan, peniliti hanya menjadikan konsumen yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Sudah menggunakan aplikasi RedDoorz minimal satu kali pada warga Kota Sukabumi 2. Konsumen yang rentang usia yaitu 20-39 tahun. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder, data Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas sekunder berupa observasi dan penyebaran kuesioner dengan menggunakan skala diferensial semantik, dan data sekunder yang berupa studi kepustakaan dan dokumentasi. Pengujian kuesioner dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas, peneliti juga menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas kolmogrov smirnov untuk menetapan nilai residual regresi normal atau tidak. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah koefisien korelasi sederhana, koefisien korelasi berganda, koefisisen determinasi, regresi linear sederhana, regresi linear berganda, dan uji hipotesis menggunakan uji parsial (uji T) dan uji simultan (uji F). ## Hasil Dan Pembahasan Tabel 2 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas No. Variabel Cronbach Alpha Nilai r Hitung 1. E-service Quality 0,639 0,396 0,433 0,464 0,632 0,594 0,406 0,641 0,648 2. Customer Feedback 0,778 0,793 0,693 0,793 3. Keputusan Pembelian 0,725 0,543 0,595 0,598 0,574 0,522 0,583 0,578 0,681 Sumber: Olah data SPSS 2020 Fitriani Afifah, Kokom Komariah, Nor Norisanti Efektivitas E-Service Quality dan Customer Feedback terhadap Keputusan Menggunakan Aplikasi Reddoorz Seperti hasil dari uji validitas setiap instrumen diatas dinyatakan r hitung lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,176 dengan ini semua instrumen dapat dinyatakan valid . Dari hasil uji reliabilitas setiap Cronbach Alpha lebih dari 0,60. Maka dari itu hasil pengukuran dari kuesioner dapat dijelaskan dan reliabel artinya hubugan antara e- service quality (X 1 ), customer feedback (X 2 ) terhadap keputusan pembelian (Y) adalah kuat. Tabel 3 ## Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov-Smirnov Unstandarsized Residual N 130 Normal Parameters, a’b Mean .0000000 Std Daviation 1.95707057 Most Extreme Differences Absolute .124 Positive .074 Negative -.124 Test Statistic .124 Asymp. Sig. (2-tailed) .067 c,d Sumber: Olah data SPSS 2020 Total nilai Kolomgrov Smirnov adalah 0,067 tentunya nilai ini lebih besar 0,05 (0,067 > 0,05) dilihat dari hasil ini maka total populasi berdistribusi normal. ## Tabel 4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Keterangan Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 0.20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber : (Riduwan, 2013) ## Tabel 5 Hasil Analisis Koefisien Korelasi X 1 dan X 2 Terhadap Y Model Summary b Model R R Square 1 .597 a 0.357 Sumber: Olah data SPSS 2020 Melihat hasil signifikansi yaitu 0,00 lebih rendah dari 0,05 (0,00 < 0,05) maka dapat disimpulkan e-service quality dan customer feedback dengan keputusan pembelian adalah berkorelasi. Nilai pearson correlastion 0,597 dari tingkat hubungan e- service quality (X 1 ) dan customer feedback (X 2 ) dengan keputusan pembelian (Y) adalah sedang. Dari hasil tabel 4 maka diperoleh hasil R square sebesar 0,357 maka hal ini menunjukan 35,7% keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel e-service quality dan customer feedback, kemudian sebanyak 64,3% dijelaskan oleh variable yang tidak diteliti. ## Tabel 6 Hasil Regresi Linear X 1 dan X 2 Terhadap Y Coefficients Model Unstandarlized cofficients Standarlized cofficients T Sig. B Std Error Beta 1 (Constant) 13.233 2.931 4.514 .000 e-service quality .593 0.75 .571 7.871 .000 Customer Feeedback .153 .114 .097 1.339 .183 Sumber: Olah Data SPSS 2020 ## Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Menurut hasil tabel 5 variabel X 1 yaitu e- service quality diperoleh nilai t hitung = 7,871 dengan taraf signifikan 0,000. Dengan batas yang digunakan adalah 0,05 di dapat t tabel = 1,656 yang berarti t hitung > t tabel = 7,871 > 1,656. Itu artinya H1 diterima. Untuk variabel X 2 yaitu customer feedback diperoleh nilai t hitung = 1,339 dengan taraf 0,183. Dengan batas yang digunakan adalah 0,05 di dapat t tabel = 1,656 yang berarti t hitung < t tabel = 1m339 < 1,656. Itu artinya H2 ditolak. ## Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Tabel 7 Hasil Uji F Model Sun of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 273.922 2 136.961 35.204 .000 b Residual 494.086 127 3.890 Total 768.008 129 Sumber: Data diolah SPSS 2020 Dari hasil uji F menunjukkan F hitung sebesar 35,204 dan F tabel sebesar 2.07 artinya F hitung > F tabel 35,204 > 3,07. Dengan taraf signifikan 0,000 < 0,05. Sehingga dapat diartikan bahwa uji F dapat diterima layak untuk menjelaskan variabel dependen yang dianalisis. ## Pembahasan Dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen diatas dinyatakan valid dan hasil pengukuran dari kuesioner dapat dijelaskan dan reliabel artinya hubugan antara e-service quality (X 1 ), customer feedback (X 2 ) terhadap keputusan pembelian (Y) adalah kuat. Uji normalitas Fitriani Afifah, Kokom Komariah, Nor Norisanti Efektivitas E-Service Quality dan Customer Feedback terhadap Keputusan Menggunakan Aplikasi Reddoorz dilihat dari total nilai Kolomgrov Smirnov total populasi berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan korelasi sederhana pada X 1 terhadap Y disimpulkan bahwa e-service quality dengan keputusan pembelian adalah berkorelasi dengan tingkat hubungan sedang (cukup kuat), dan untuk perhitungan korelasi sederhana pada X 2 terhadap Y dapat disimpulkan bahwa customer feedback dengan keputusan pembelian adalah berkorelasi dengan tingkat hubungan rendah, kemudian untuk keduanya dalam hasil perhitungan korelasi berganda X 1 dan X 2 dengan Y adalah berkorelasi dengan tingkat hubungan sedang (cukup kuat). Untuk hasil perhitungan regresi linear sederhana pada X 1 terhadap Y yaitu mengahsilkan adanya pengaruh e-service quality terhadap keputusan pembelian, juga untuk regresi linear sederhana dari X 2 terhadap Y menghasilkan bahwa customer feedback juga berpengaruh pada keputusan pembelian, begitupun sengan hasil perhitungan regresi linear berganda menghasilkan bahwa e-service quality (X 1 ) dan customer feedback (X 2 ) berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y). Selanjutnya untuk pengujian hipotesis secara parsial (uji t) disimpulkan bahwa e-service quality (X 1 ) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) dan customer feedback (X 2 ) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y), kemudian untuk hasil uji hipotesis secara simultan (uji f) dapat disimpulkan bahwa e-service quality (X 1 ) dan customer feedback (X 2 ) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). ## Simpulan Dan Saran Berdasakan hasil perhitungan dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari e-service quality terhadap keputusan menggunakan aplikasi RedDoorz, juga adanya pengaruh customer feedback terhadap keputusan menggunakan aplikasi RedDoorz. Dan untuk kedua hipotesis yang ada keduanya dapat diterima sesuai dengan perhitungan yang telah dianalisis Sudah seharusnya pelaku bisnis mengutamakan keinginan para konsumennya dan memperhatikan kekurangan yang dimiliki terlebih lagi bisnis yang berjalan melalui internet, berdasarkan hasil analisis diatas pihak RedDoorz perlu memperhatikan kualitas pelayan yang dimiliki untuk menciptakan feedback yang baik untuk perusahaan dan berdampak pada calon konsumen yang akan menggunakan aplikasi RedDoorz. ## Daftar Pustaka Achdiat, I. (2019). RedDoorz Menjadi Aplikasi Seluler Nomor Satu Bagi Wisatawan Indonesia . https://www.airmagz.com/51169/reddoo rz-menjadi-aplikasi-seluler-nomor-satu- bagi-wisatawan-indonesia.html Fahmi Irham. (2016). Perilaku Konsumen (M. A. Sayed Mahdi, S.E. (ed.)). Alfabeta, BAndung. Firdausya, C. P., & Oktini, D. (2019). Pengaruh E-Service Quality Terhadap Keputusan Pembelian . 5 . Fitria, Rahma, & Afi Rahmat. (2017). Pengaruh Marketing Online Dan E- service Quality Terhadap Keputusan Pembelian Baju Koko Nizar Di Bangil . 66–77. Jonathan, H. (2013). Analisis Pengaruh E- Service Quality terhadap Customer Satisfaction yang Berdampak pada Customer Loyalty PT Bayu Buana Travel Tbk. The Winners , 14 (2), 104. https://doi.org/10.21512/tw.v14i2.650 Khurotul Aini. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepercayaan Pelanggan Terhadap Keputusan Pembelian . 1 , 43. https://doi.org/10.1017/CBO978110741 5324.004 Kiptiah, M. (2015). Respon Kognitif, Afektif, Dan Konatif Pegawai Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Minat Berasuransi Syariah . Universitas Islam Negeri Jakarta. Lutfiah, E. (2019). Analisis Yang Mempengaruhi Keputusan Menggunakan Aplikasi Go-Jek Fitur Go- Food . UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Puput Alviana, A. M. (2016). Jurnal Manajemen dan Bisnis Media Ekonomi Volume XVI, NO. 2 Juli 2016 Analisi Pengaruh Iklan Televisi, Ekuitas Merek, Dan Daya Tarik . XVI (2), 262–270. Ramadhan, M. A. F. (2018). Pengaruh Sikap Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Produk Ekolabel (Studi pada Produk PT Ultrajaya . 57 (1), 38–45. Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian (Husdarta, Akdon, Nono, & Subandi (eds.)). Alfabeta, BAndung. Suhardi. (2018). Pengantar Manajemen dan Aplikasinya (A. Eliyana (ed.); 1st ed.). Gava Media. Supardi. (2016). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian . Change Publication.
80109828-c171-4a3d-8b91-808bd6437c3b
https://journal2.um.ac.id/index.php/j-pek/article/download/2450/3001
Jurnal Pembelajaran Kimia OJ . No. . i Malang ## PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK YANG DISERTAI DENGAN MATERIAL SAFETY DATA SHEET Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku petunjuk praktikum kimia anorganik yang disertai dengan Material Data Sheet. Untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dari buku petunjuk praktikum yang dikembangkan, maka dilakukan penelitian pengembangan mengacu pada R & D yang dikemukakan oleh Plomp (2010). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Dari hasil analisis diperoleh beberapa temuan sebagai berikut: (1) buku petunjuk praktikum yang dikembangkan telah valid ditinjau dari kriteria isi, kriteria kebahasaan, kriteria penyajian, dan kriteria kegrafikan; (2) buku petunjuk praktikum yang dikembangkan telah praktis ditinjau dari angket respon mahasiswa dan hasil observasi aktivitas mahasiswa; (3) buku petunjuk praktikum yang dikembangkan telah efektif ditinjau dari hasil belajar mahasiswa. Kata kunci: pengembangan, buku petunjuk praktikum, Material Safety Data Sheet Abstract – The purpose of this research is to develop experimental guidance book for inorganic chemistry with material safety data sheet. Design of development experimental guidance book was R & D by Plomp (2010). Data of the research was analyzed by descriptive statistic. The result of the research were: (1) the experimental guidance book in developing are good in content validity, language validity, presentation validity, and graphic validity; (2) the experimental guidancw book in developing are practice based on university students response and university students activity; (3) the experimental guidance book in developing are efective based on learning outcome. Keywords: development, experimental guidance book, Material Safety Data Sheet ## PENDAHULUAN Praktikum sering dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang istimewa, karena mahasiswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk jumlah SKS yang sama (Utomo, 2010). Praktikum kimia anorganik bertujuan agar mahasiswa memiliki kompetensi dalam mengenali sifat periodik unsur-unsur dan mengenali karakteristik spesies anorganik terutama dalam bentuk senyawanya. Praktikum merupakan strategi pembelajaran atau bentuk pengajaran yang digunakan untuk membelajarkan secara bersama-sama kemampuan psikomotorik (keterampilan), pengertian (pengetahuan), dan afektif (sikap) menggunakan sarana laboratorium (Zainuddin, 2001). Laboratorium sebagai tempat pelaksanaan praktikum menuntut kesungguhan yang tinggi. Menurut Moran (2010), meski bergantung pada panduan dosen, mahasiswa yang sebenarnya melakukan , 2018, S , Universitas Neger Juni hal 13-23 Rusly Hidayah 1 , Dina Kartika Maharani 2 1 , 2 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Vol 3 1 kegiatan praktikum. Mereka harus bekerja dengan bahan kimia yang mereka gunakan secara aman dan selamat. Semua orang yang bekerja di laboratorium bertanggung jawab mematuhi keselamatan dan keamanan untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain. Kecelakaan kerja paling banyak disebabkan oleh perilaku tidak aman, sisanya adalah kondisi yang tidak aman. Menurut hasil penelitian National Safety Council (2011), penyebab kecelakaan kerja karena unsafe behaviour (88%), unsafe condition (10%), dan tidak diketahui penyebabnya (2%). Oleh karena itu, semua yang akan melakukan praktikum, yaitu praktikan, wajib menggunakan alat pelindung, memahami penanganan bahan kimia, maupun alat yang digunakan. Untuk mengetahui penanganan bahan kimia yang digunakan, praktikan harus sudah membaca Material Safety Data Sheet (MSDS). Menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI [5], Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) merupakan lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, sifat kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan darurat, dan informasi yang diperlukan. Secara ringkas, MSDS adalah kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Buku petunjuk praktikum adalah salah satu media pembelajaran yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan-kegiatan praktikum yang berisi prosedur praktikum sehingga dapat membantu dalam kelancaran proses kegiatan praktikum. Buku petunjuk praktikum yang digunakan saat ini, belum dilengkapi dengan MSDS. Padahal, hal tersebut sangat penting bagi praktikan sebagai salah satu upaya untuk mengetahui penanganan dan kehati-hatian dalam penggunaan bahan kimia dalam kegiatan praktikum. Untuk itu, perlu disusun buku petunjuk praktikum yang dilengkapi dengan MSDS. ## METODE Jenis penelitian merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan yang diadaptasi dari Plomp [6] yang terdiri dari tiga fase yaitu preliminer, prototipe, dan asesmen. Uji coba dilakukan pada 20 mahasiswa jurusan kimia program studi kimia kelas KB 2014 dengan metode eksperimen one group pretest-posttest design. Data yang diperlukan diperoleh dari metode lembar telaah, lembar validasi, angket respon mahasiswa, lembar observasi aktivitas mahasiswa, dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh dari hasil telaah dosen kimia, diolah secara deskriptif kualitatif sebagai saran dan pertimbangan untuk perbaikan draft buku petunjuk praktikum yang dikembangkan. Data hasil validasi yang diperoleh dari dosen kimia terhadap buku petunjuk praktikum yang dikembangkan dianalisis secara kuantitatif. Analisis ini dilakukan pada setiap aspek ( point ) pada setiap kriteria yang berhubungan dengan komponen isi, kebahasaan, dan kegrafikan. Indikator penilaiannya berdasarkan nilai skala Likert (dalam Riduwan [7]). Nilai skala Likert dapat dilihat pada Tabel 1. Data hasil penilaian skor dianalisis dengan menggunakan rumus untuk menentukan persentase: urnal @ 201 8 J-PEK, J Kimia, 3 ( 1 ), 13 - 23 Skor kriteria = skor tertinggi jumlah aspek jumlah responden Tabel 1. Skala Likert Nilai Skala Penilaian 1 Sangat kurang 2 Kurang 3 Cukup 4 Baik 5 Sangat baik Tabel 2. Kriteria Persentase Skala Likert Persentase (%) Kriteria 0-20 Sangat Kurang 21-40 Kurang 41-60 Cukup 61-80 Baik 81-100 Sangat Baik Persentase yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam kriteria yang dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan kriteria tersebut, buku petunjuk praktikum dalam penelitian ini dikatakan memenuhi kriteria apabila persentase untuk validitas isi, kebahasaan dan kegrafikan masing-masing berada pada kriteria baik atau sangat baik dengan persentase ≥ 61%, sehingga layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Hasil angket respon mahasiswa terhadap buku petunjuk praktikum yang dikembangkan dianalisis dengan mempresentasikan hasil jawaban siswa dengan rumus: Keterangan: P = presentase jawaban responden ## F = jumlah responden yang menjawab ## N = jumlah responden Kemudian hasil dari respon mahasiswa dapat dikategorikan ke dalam kriteria seperti yang terdapat pada tabel 3. Berdasarkan kriteria tersebut, buku petunjuk praktikum dalam penelitian ini dikatakan layak apabila berada pada kriteria baik atau sangat baik dengan persentase ≥ 61%. Hasil observasi aktivitas mahasiswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu hasil observasi dideskripsikan untuk memberikan gambaran tentang aktivitas yang dilakukan saat praktikum berlangsung selama ujicoba terbatas berlangsung. Aktivitas mahasiswa diamati dan dicatat oleh pengamat pada lembar observasi aktivitas mahasiswa selama kegiatan berlangsung. hasil belajar mahasiswa dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep mahasiswa dengan buku petunjuk praktikum yang dikembangkan tentang keselamatan kerja di laboratorium. Soal-soal pretest dan posttest yang digunakan adalah soal pilihan ganda (obyektif). Pencapaian kompetensi dinilai menggunakan skala 0-100 yang selanjutnya dikonversi ke dalam predikat A sampai E 15 @ 201 8 J-PEK, J Kimia, 3 ( 1 ), 13 - 23 ## Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik yang Disertai dengan Material Safety Data Sheet Tabel 3 Kriteria Persentase Skala Likert Presentase Kategori 0%- 20% Sangat Kurang 21%-40% Kurang 41%-60% Cukup 61%-80% Baik 81%-100% Sangat Baik ## PEMBAHASAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah mengadaptasi model pengembangan Plomp [8] yang terdiri dari tiga fase yaitu fase penelitian preliminer, fase pembuatan prototipe, dan fase asesmen. Ketiga fase tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: ## 1. Fase penelitian preliminer Fase penelitian preliminer dilakukan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan untuk mengembangkan buku petunjuk praktikum. Pada tahap ini dilakukan investigasi awal dengan melihat adanya perkuliahan praktikum kimia anorganik yang harus memiliki buku petunjuk praktikum yang menunjang proses pembelajaran. 2. Fase pembuatan prototipe Pada tahap ini, desain yang ditujukan untuk menghasilkan prototipe. Desain prototipe berupa buku petunjuk praktikum yang dilengkapi dengan MSDS. Selain itu, diperlukan pula desian instrumen meliputi instrumen kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. ## a. Desain prototipe Desain prototipe berupa buku petunjuk praktikum kimia anorganik yang disertai dengan MSDS, beberapa standar acuan label bahan kimia dan cara penggunaan alat pemadam kebakaran. ## b. Desain instrumen 1) Instrumen kevalidan Instrumen kevalidan berupa lembar validasi yang didesain untuk mengetahui umpan balik para validator. Sebelum dilakukan validasi, buku petunjuk praktikum ditelaah terlebih dahulu oleh penelaah. ## 2). Instrumen kepraktisan Instrumen kepraktisan berupa lembar angket respon mahasiswa. Lembar respon ini didesain untuk mengetahui umpan balik para pengguna yaitu mahasiswa yang ditinjau dari beberapa aspek. Respon mahasiswa ditunjang pula dengan lembar observasi aktivitas mahasiswa selama menggunakan buku petunjuk praktikum. Aktivitas mahasiswa yang diamati yaitu aktivitas masing-masing mahasiswa yang diamati oleh observer. @ 201 8 J-PEK, Jurnal Pembelajaran Kimia, 3 ( 1 ), 13 - 23 ## 3). Instrumen keefektifan Instrumen keefektifan berupa tes tertulis yang terdiri dari pretest dan posttest. Penyusunan tes tulis dalam penelitian ini difokuskan tentang keselamatan kerja di laboratorium. 3. Fase Asesmen Pada fase ini dilakukan dua kegiatan yaitu validasi buku petunjuk praktikum dan uji coba terbatas. ## a. Telaah dan Validasi Kelengkapan Permainan Prototipe 1 yang dihasilkan pada fase pembuatan prototipe sebelumnya ditelaah oleh 2 dosen Kimia FMIPA Unesa untuk memperoleh saran atau masukan mengenai buku petunjuk praktikum yang dikembangkan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang berimbas buruk pada saat tahapan validasi dan untuk kesempurnaan buku petunjuk praktikum. Beberapa saran atau masukan penelaah mengenai buku petunjuk praktikum adalah Memperbesar judul buku dan MSDS diletakkan setelah petunjuk praktikum. Setelah hasil telaah, maka dilakukan revisi, sehingga dihasilkan prototipe 2. Setelah itu, prototipe 2 tersebut divalidasi. Validasi bertujuan untuk mengetahui kelayakan buku petunjuk praktikum . Validasi dinilai oleh 2 orang dosen Kimia FMIPA Unesa. Validator mengisi lembar validasi. Penilaian dilakukan dengan cara memilih satu diantara lima tingkat penilaian. Data dari hasil penilaian validator akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk mengetahui kelayakan buku petunjuk praktikum. Jika setelah diolah, hasil penelitian menunjukan tidak valid maka akan dilakukan revisi besar dan setelah itu, dilakukan analisis hasil validasi ulang hingga buku petunjuk praktikum yang dikembangkan mendapat kategori valid atau layak digunakan. Berdasarkan hasil penilaian oleh validator, maka diperoleh validitas berdasarkan kriteria isi dengan persentase sebesar 95% dan dapat diinterpretasikan bahwa buku petunjuk praktikum berdasarkan kriteria isi mendapatkan kriteria sangat baik. Validitas berdasarkan kriteria kebahasaan memperoleh persentase sebesar 86% yang menunjukkan bahwa buku petunjuk praktikum mendapatkan kriteria sangat baik. Validitas berdasarkan kriteria penyajian mendapatkan persentase sebesar 94% yang menunjukkan bahwa buku petunjuk praktikum mendapatkan kriteria sangat baik. Hal ini didukung oleh Sadiman [8] bahwa kegunaan buku petunjuk praktikum adalah untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata- kata tertulis atau lisan belaka). Penggunaan buku petunjuk praktikum secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif mahasiswa. Validitas berdasarkan kriteria kegrafikan juga mendapatkan kriteria sangat baik dengan presentase sebesar 96%. Hal ini menunjukkan bahwa buku petunjuk praktikum yang dikembangkan sangat valid digunakan pada mata kuliah kimia anorganik dan dapat digunakan untuk menyalurkan materi perkuliahan yang disampaikan dosen kepada mahasiswa. Hal tersebut, didukung dengan teori yang disampaikan oleh Sadiman [8] yang menyatakan bahwa buku petunjuk praktikum merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian mahasiswa sedemikian rupa selama proses belajar berlangsung. 17 @ 201 8 J-PEK, J Pembelajaran Kimia , 3(1), 13-23 Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik yang Disertai dengan Material Safety Data Sheet Berdasarkan keempat kriteria kevalidan, maka dapat disimpulkan bahwa buku petunjuk praktikum layak digunakan untuk diteruskan pada tahap uji coba terbatas. Tabel 4. Hasil Penilaian oleh Validator No. Aspek yang Dinilai Skor Hasil Penilaian %P Kriteria V-1 V-2 Kriteria Isi 1. Penyajian buku petunjuk praktikum sesuai dengan taraf pemahaman dan kemampuan membaca mahasiswa. 5 5 100 Sangat Baik 2. Materi di dalam buku petunjuk praktikum logis dan sistematis berdasarkan urutan pengetahuan yang akan diberikan. 5 5 100 Sangat Baik 3. Fakta, konsep, dan ilustrasi yang disajikan akurat. 5 5 100 Sangat Baik 4. Materi pendukung pembelajaran yang disajikan (fitur dan contoh) dapat menambah wawasan mahasiswa. 4 4 80 Baik Kriteria Kebahasaan 1. Penulisan buku petunjuk praktikum menggunakan bahasa yang singkat, jelas dan mudah dibaca. 4 5 93,3 Sangat Baik 2. Penulisan buku petunjuk praktikum menggunakan ejaan dan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4 4 80 Baik 3. Keruntutan bahasa dan keterkaitan antar sub-bab, paragrap, dan kalimat. 5 5 100 Sangat Baik 4. Penulisan buku petunjuk praktikum menggunakan istilah yang tepat dan mudah dipahami. 4 4 80 Baik 5. Penulisan buku petunjuk praktikum menggunakan istilah, simbol atau lambang secara ajeg 4 4 80 Baik Kriteria Penyajian 1. Cover mempresentasikan isi naskah buku petunjuk praktikum. 5 5 100 Sangat Baik 2. Kejelasan indikator pembelajaran yang ingin dicapai. 4 4 80 Baik 3. Penyajian buku petunjuk praktikum membangkitkan rasa ingin tahu. 4 5 93,3 Sangat Baik 4. Kesesuaian ilustrasi dengan materi pokok. 4 5 93,3 Sangat Baik 5. Ilustrasi atau gambar dapat membantu pemahaman konsep. 5 5 100 Sangat Baik 6. Penyajian gambar disertai dengan rujukan. 4 4 80 Baik 7. Penyajian materi berpusat pada siswa. 5 5 100 Sangat Baik 8. Penulisan daftar pustaka sesuai dengan aturan yang berlaku. 5 5 100 Sangat Baik 9. Penyajian buku petunjuk praktikum menarik dan menyenangkan 5 5 100 Sangat Baik 10. Kelengkapan penyajian: Pendahuluan, daftar isi dan daftar pustaka 5 5 100 Sangat Baik @ 201 8 J-PEK, Jur mbelajaran Kimia nal Pe , 3 ( 1 ), 13 - 23 ## Rusly Hidayah & Dina Kartika Maharani No. Aspek yang Dinilai Skor Hasil Penilaian %P Kriteria V-1 V-2 Kriteria Kegrafikan 1. Penggunaan font (jenis dan ukuran). 5 5 100 Sangat Baik 2. Desain tampilan. 5 5 100 Sangat Baik 3. Tata letak teks, gambar, tabel dan grafik disajikan secara serasi. 4 4 80 Baik 4. Kualitas cetak 5 5 100 Sangat Baik 5. Kualitas kertas yang digunakan 5 5 100 Sangat Baik b. Uji coba Terbatas Tujuan dari uji coba adalah untuk mengetahui kelayakan buku petunjuk praktikum . Uji coba dilakukan secara terbatas yaitu pada 20 mahasiswa kelas KB Angkatan 2013 dengan metode one group pretest – posttest design [8] . Mahasiswa diberi soal pretest yang dikerjakan dalam waktu 45 menit. Setelah itu, mahasiswa diberi penjelasan tentang judul praktikum yang akan dilakukan. Sebanyak 6 judul praktikum dilakukan oleh mahasiswa secara berkelompok. Pengisian MSDS yang ada di buku praktikum dilaksanakan sebelum mahasiswa melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Selama mahasiswa melakukan praktikum, pengamat mengamati aktivitas mahasiswa dalam kelompok. Pada pertemuan terakhir, maka mahasiswa diberikan soal post test yang dikerjakan dalam waktu 45 menit. Selanjutnya, mahasiswa mengisi angket respon. Hasil dari uji coba terbatas dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk mengetahui kelayakan buku petunjuk praktikum Berikut ini disajikan hasil dari uji coba terbatas: ## 1) Hasil angket respon mahasiswa Angket respon mahasiswa diberikan kepada 20 mahasiswa yang telah menggunakan buku petunjuk praktikum yang bertujuan untuk mengetahui pendapat mahasiswa tentang buku petunjuk praktikum. Berdasarkan data hasil perhitungan angket mahasiswa, didapatkan kesimpulan bahwa buku petunjuk praktikum pada pertanyaan pertama dapat diketahui bahwa 100% mahasiswa atau sebanyak 20 mahasiswa menyatakan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam buku petunjuk praktikum mudah dipahami, karena menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan hal ini didukung oleh jawaban pada pertanyaan keempat dimana semua mahasiswa menyatakan bahwa Bahasa Indonesia yang digunakan dalam buku petunjuk praktikum ini mudah dipahami. Pada pertanyaan kedua dapat diketahui bahwa 90% mahasiswa atau sebanyak 18 mahasiswa menyatakan bahwa uraian atau penjelasan yang ada dalam buku petunjuk praktikum tidak sulit untuk dipahami, sehingga mahasiswa dapat menjalankan praktikum dengan lancar. Untuk pertanyaan ketiga, sebanyak 18 mahasiswa menyatakan bahwa buku petunjuk praktikum dapat menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap materi yang dibahas. Pada pertanyaan kelima dapat diketahui bahwa sebanyak 19 mahasiswa dapat memahami istilah-istilah yang ada di dalam buku petunjuk praktikum. 19 @ 201 8 J-PEK, J Kimia, ( 1 ), 13 - 23 ## Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik yang Disertai dengan Material Safety Data Sheet Tabel 5. Hasil Angket Respon Mahasiswa No. Pertanyaan Jawaban Ya Tidak P (%) Kriteria 1. Apakah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam buku petunjuk praktikum ini mudah dipahami? 20 0 100 Sangat Baik 3. Apakah buku petunjuk praktikum ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu Anda terhadap materi yang akan dibahas? 18 2 90 Sangat Baik 4. Apakah Bahasa Indonesia yang digunakan dalam buku petunjuk praktikum ini mudah dipahami? 20 0 100 Sangat Baik 5. Apakah istilah-istilah yang ada dalam buku petunjuk praktikum ini sulit dipahami? 1 19 95 Sangat Baik 6. Apakah penyajian buku petunjuk praktikum ini membangkitkan motivasi Anda untuk belajar? 17 3 85 Sangat Baik 7. Apakah ilustrasi atau gambar yang ada dalam buku petunjuk praktikum ini dapat membantu Anda dalam memahami konsep? 20 0 100 Sangat Baik 8. Apakah penyajian yang ada dalam buku petunjuk praktikum menarik atau menyenangkan? 16 4 80 Baik 9. Apakah warna teks dalam buku petunjuk praktikum ini mendukung ilustrasi atau gambar? 16 4 80 Baik 10. Apakah jenis huruf dan ukuran tulisan dalam buku petunjuk praktikum ini membuat Anda nyaman membaca buku ini? 19 1 95 Sangat Baik 11. Apakah uraian atau penjelasan yang ada dalam buku petunjuk praktikum ini sulit dipahami? 2 18 90 Sangat Baik Pada pertanyaan keenam dapat diketahui bahwa 17 mahasiswa menyatakan penyajian buku petunjuk praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar mereka. Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013 [10] yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sebanyak 20 mahasiswa menyatakan bahwa buku petunjuk praktikum sudah dilengkapi dengan gambar yang dapat membantu mereka untuk memahami konsep dan hal ini dinyatakan dalam pertanyaan ketujuh. Untuk pertanyaan kedelapan dan kesembilan, sebanyak 16 mahasiswa menyatakan bahwa penyajian yang ada dalam buku petunjuk praktikum menarik dan warna teks dalam buku petunjuk praktikum mendukung gambar. Pada pertanyaan terakhir atau kesepuluh pada angket respon mahasiswa didapatkan bahwa 19 mahasiswa merasa nyaman membaca buku petunjuk praktikum, karena kesesuaian antara jenis huruf dan ukuran tulisan yang digunakan. ## 2) Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa Selama siswa melakukan praktikum dengan menggunakan buku petunjuk praktikum, maka dilakukan observasi aktivitas mahasiswa oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi aktivitas mahasiswa. Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa No. Nama Skor Akhir Predikat 1 DH 85,2 Baik (B) 2. AW 94,4 Sangat Baik (A) 3. IS 92,6 Sangat Baik (A) 4. ST 94,4 Sangat Baik (A) 5. ND 75,9 Baik (B) 6. DN 92,6 Sangat Baik (A) 7. DS 92,6 Sangat Baik (A) 8. NA 88,9 Sangat Baik (A) 9. DP 87,0 Sangat Baik (A) 10. MA 83,3 Baik (B) 11. SA 90,7 Sangat Baik (A) 12. DS 92,6 Sangat Baik (A) 13. AF 92,6 Sangat Baik (A) 14. NW 79,6 Baik (B) 15. DS 92,6 Sangat Baik (A) 16. AH 79,6 Baik (B) 17. MP 85,2 Sangat Baik (A) 18. RA 75,9 Baik (B) 19. YW 92,6 Sangat Baik (A) 20. DM 88,9 Sangat Baik (A) Semua aktivitas mahasiswa selama melakukan praktikum dengan menggunakan buku petunjuk praktikum berada dalam predikat baik sebanyak 6 mahasiswa dan sebanyak 14 mahasiswa mendapatkan kriteria sangat baik. Berdasarkan respon mahasiswa dan ditunjang oleh aktivitas mahasiswa, maka dapat disimpulkan bahwa buku petunjuk praktikum memenuhi kriteria kepraktisan. ## 3) Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar ini disajikan pada pretest dan post test . Pretest diberikan pada mahasiswa sebelum menggunakan buku petunjuk praktikum dan post test diberikan setelah mahasiswa menggunakan buku petunjuk praktikum. Pretest dan post test diberikan kepada 20 mahasiswa jurusan kimia kelas KB angkatan 2013 Universitas Negeri Surabaya. Hasil Pretest dan post test diberikan kepada 20 mahasiswa jurusan kimia kelas KB angkatan 2013 Universitas Negeri Surabaya disajikan pada Tabel 7. Pada pre test nilai tertinggi adalah 65 dengan predikat cukup (C) dan nilai terendah adalah 40 dengan predikat kurang (D), sehingga belum ada mahasiswa yang tuntas pada saat pre test . Untuk post test didapatkan nilai tertinggi adalah 100 dengan predikat sangat baik (A) dan nilai terendah 75 dengan predikat baik (B), sehingga semua mahasiswa tuntas. Berdasarkan hasil belajar mahasiswa dapat disimpulkan bahwa buku petunjuk praktikum memenuhi kriteria efektif. 21 @ 201 8 J-PEK, J Kimia, 3 ( 1 ), 13 - 23 ## Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik yang Disertai dengan Material Safety Data Sheet Tabel 7. Hasil Tes Belajar No. Nama Nilai Pre Test Nilai Post Test Nilai Predikat Nilai Predikat 1. DH 50 Kurang (D) 95 Sangat Baik (A) 2. AW 65 Cukup (C) 100 Sangat Baik (A) 3. IS 35 Kurang (D) 75 Baik (B) 4. ST 40 Kurang (D) 75 Baik (B) 5. ND 30 Kurang (D) 85 Baik (B) 6. DN 60 Cukup (C) 95 Sangat Baik (A) 7. DS 60 Cukup (C) 80 Baik (B) 8. NA 55 Kurang (D) 90 Sangat Baik (A) 9. DP 55 Kurang (D) 80 Baik (B) 10. MA 60 Cukup (C) 90 Sangat Baik (A) 11. SA 55 Kurang (D) 80 Baik (B) 12. DS 60 Cukup (C) 90 Sangat Baik (A) 13. AF 50 Kurang (D) 100 Sangat Baik (A) 14. NW 50 Kurang (D) 80 Baik (B) 15. DS 55 Kurang (D) 100 Sangat Baik (A) 16. AH 40 Kurang (D) 85 Baik (B) 17. MP 55 Kurang (D) 100 Sangat Baik (A) 18. RA 55 Kurang (D) 95 Sangat Baik (A) 19. YW 40 Kurang (D) 90 Sangat Baik (A) 20. DM 50 Kurang (D) 90 Sangat Baik (A) ## KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kevalidan buku petunjuk praktikum kimia anorganik yang disertai dengan Material Safety Data Sheet ditunjukkan dengan validitas berdasarkan kriteria isi dengan persentase sebesar 95%, validitas berdasarkan kriteria kebahasaan memperoleh persentase sebesar 86%, validitas berdasarkan kriteria penyajian mendapatkan persentase sebesar 94% , validitas berdasarkan kriteria kegrafikan dengan presentase sebesar 96%. 2. Kepraktisan buku petunjuk praktikum kimia anorganik yang disertai dengan Material Safety Data Sheet ditunjukkan dengan angket respon mahasiswa yang rata-rata memberikan respon positif dan hasil observasi aktivitas mahasiswa yang rata-rata mendapatkan kriteria sangat baik. 3. Keefektifan buku petunjuk praktikum kimia anorganik yang disertai dengan Material Safety Data Sheet ditunjukkan oleh hasil belajar mahasiswa yang memperoleh ketuntasan 100% pada saat post test . ## DAFTAR RUJUKAN Menteri Perindustrian Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Perindustrian Indonesia Nomor 23/M- IND/PER/4/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 87/M- IND/Per/9/2009 tentang Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Bahan Kimia . Jakarta: Kementerian Perindustrian. Moran, Lisa dan Tina Masciangoli. 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia: Panduan Pengelolaan Kimia dengan Bijak . Washington DC: The National Academies Press. @ 201 8 J-PEK, Jurnal Pembelajaran Kimia, 3 ( 1 ), 13 - 23 National Safety Council. 2011. Annual Report: Highlighting The Successes Of The Past Year In Preventing Injuries And Saving Lives. Washington DC: NSC. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah . Jakarta: Mendikbud. P lomp, Tjeerd. “ Educational Design Research: An Introduction” Dalam Tjeerd Plomp dan Nienke Nieeven (Ed.). 2010. An Introduction to Educational Design Research. Enschede : SLO. Netherland Institute for Curriculum Development. Utomo, M. Pranyoto, Sari, Rr. Lis P., Budiasih, Kun S. 2010. Penerapan praktikum berorientasi aplikasi pada mata kuliah praktikum kimia anorganik I dan II. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia . Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia UNY Zainuddin, M. 2001. Praktikum . Jakarta: Universitas Terbuka. Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian . Bandung: Alfabeta. Sadiman, Arief S., Rahardjo, R., Haryono, Anung., Rahardjito. 2011. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta. @ 201 8 J-PEK, J Kimia, 3 ( 1 ), 13 - 23
cb004e22-5d3a-41e7-8e7d-b254858f0c47
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPKM/article/download/15526/9994
## PENERAPAN SISTEM GARSUPATI DALAM BENTUK PENGEMBANGAN MEDIA AJAR INTERAKTIF BAGI GURU SMA NEGERI 1 SERIRIT DAN SMP NEGERI 1 SERIRIT I Ketut Resika Arthana 1 , Luh Ayu Tirtayani 2 , Kadek Eva Krishna Adnyani 3 I Nyoman Laba Jayanta 4 1 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika 2 Jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini 3 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang 4 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha e-mail: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected] ## Abstrak SMA dan SMP N 1 Seririt merupakan sekolah yang memiliki kesiapan teknologi yang tinggi untuk mengembangkan media pembelajaran inovatif. Namun berdasarkan analisis situasi yang dilakukan, guru-guru di SMA dan SMP N 1 Seririt jarang mendapatkan pelatihan mengembangkan media ajar yang inovatif dan interaktif. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tim pengabdi melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat berupa “ PENERAPAN SISTEM GARSUPATI DALAM BENTUK PENGEMBANGAN MEDIA AJAR INTERAKTIF. Dalam kegiatan P2M ini, guru-guru diperkenalkan dengan media ajar inovatif dan interaktif serta dilatih membuat media ajar menggunakan videografis dan video editing. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 100% peserta setuju bahwa P2M ini sangat bermanfaat, hal ini sejalan dengan 86% responden menyatakan materi yang disampaikan sangat sesuai dan 14% responden menyatakan cukup sesuai dengan kebutuhan aktifitas belajar mengajar. Selain itu, 86% menyatakan sangat puas terhadap proses pelaksanaan P2M, 14% lainnya menyatakan cukup puas. Setelah P2M ini selesai, 81% responden menyatakan bahwa akan melanjutkan mengembangkan media ajar dan 19% lainnya menyatakan mungkin akan mengembangkan media ajar. Peserta juga memberikan saran materi pelatihan yang dibutuhkan lagi untuk mengembangkan media ajar inovatif Kata kunci: Media Ajar, Garsupati, Videografis, Video Editing ## Abstract SMA and SMP N 1 Seririt are schools that have high technology readiness to develop innovative learning media. But based on the situation analysis conducted, teachers in SMA and SMP N 1 Seririt rarely have training to develop innovative and interactive teaching media. Based on those conditions, the team of community services carried out the services in the form of “ THE IMPLEMENTATION OF GARSUPATI SYSTEM IN THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE TEACHING MEDIA. During the activities, teachers were introduced to innovative and interactive teaching media and were trained to create teaching media by using videography and video editing. Evaluation results showed that 100% of the participants agreed that the community services is very useful, this is in line with 86% of the respondents stated that the material presented was very appropriate and 14% of the respondents stated that the material was quite suits the needs of teaching and learning activities. In addition, 86% of them were very satisfied with the implementation process of the community services, the other 14% stated that they were quite satisfied. When the service was done, 81% of the respondents stated that they will continue developing learning media and the other 19% stated that they will probably develop learning media. The participants also gave advice on the other training material needed to develop innovative learning media. Keywords : Instructional media, Garsupati, Videographic, Video Editing ## PENDAHULUAN Peserta didik saat ini lebih banyak berada pada generasi yang sudah terpapar oleh teknologi langsung atau disebut dengan generasi Z. Generasi Z merupakan generasi yang lahir pada pertengahan 1990-an termasuk dalam kategori pribumi digital (Digital Native) yang terbiasa menggunakan teknologi seperti smartphone dalam keseharian. Mereka terbiasa mencari informasi melalui internet dibandingkan dengan cara konvensional seperti menggunakan buku. Sekolah harus mampu mengadopsi teknologi terutama untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar dan administrasi untuk mengimbangi generasi Z ini. Sekolah perlu melakukan optimalisasi pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) (Arthana, Dantes, & Dantes, 2018). Kebiasaan siswa dalam memanfaatkan teknologi harus guru- guru manfaatkan dalam memberikan pengetahuan dalam proses pendidikan sebagai inovasi dalam proses belajar mengajar (Purnomo, Ratnawati, & Aristin, 2016). Salah satunya adalah membuat konten berupa media pembelajaran digital inovatif yang bisa ditemukan di internet dan menarik untuk siswa pelajari. Pengembangan media pembelajaran inovatif memiliki tantangan tersendiri bagi guru-guru mengingat sebagian besar guru-guru berada sebelum generasi Z yaitu belum terlalu terbiasa dalam memanfaatkan teknologi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan peningkatan kemampuan guru untuk mengoperasikan teknologi sehingga bisa menghasilkan media pembelajaran inovatif bagi peserta didik. Peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan media pembelajaran sudah pernah peneliti lakukan sebelumnya untuk perwakilan guru SMA dan SMK se kabupaten Buleleng (Arthana Ketut Resika, Luh Ayu Tirtayani, Kadek Eva Krishna Adnyani, 2018). Kegiatan memberikan peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan media ajar inovatif menggunakan video grafis dan video editing . Setelah mengembangkan media ajar, media ajar yang dimiliki guru sudah selayaknya disebarluaskan ke siswa lain termasuk yang bukan peserta sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan sumber pembelajaran terbuka indonesia. Gerakan sumber pembelajaran terbuka indonesia didukung oleh pemerintah melalui Pasal 79 ayat 4 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi sebagai upaya untuk pemerataan pendidikan. Penelitian kami yang merupakan kerjasama dengan Lab Digital Library and Distance Learning Fasilkom UI berjudul ” Pengembangan Portal Open Educational Resources Sesuai Standar Metadata ” menghasilkan sistem yang disebut dengan Garsupati (Garda Sumber Pembelajaran Terbuka Indonesia). Sistem tersebut sebagai fasilitas untuk berbagi materi ajar dan pembelajaran di seluruh Indonesa. Dengan sistem tersebut diharapkan tercapainya pemerataan pendidikan. Pengisian konten dalam sistem Garsupati dilakukan oleh pendidik, guru, dosen, praktisi dan seluruh masyarakat luas (Arthana, Putrama, Santoso, & Hasibuan, 2017). ## METODE Sesuai dengan analisis situasi di atas, pengabdi melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan menggunakan metode berupa “ PENERAPAN SISTEM GARSUPATI DALAM BENTUK PENGEMBANGAN ## MEDIA AJAR INTERAKTIF BAGI GURU SMA NEGERI 1 SERIRIT DAN SMP NEGERI 1 SERIRIT ” . P2M ini dilaksanakan pada tanggal 19-28 Juli 2018 di Lab Komputer SMA dan SMP Negeri 1 Seririt dan dihadiri oleh 90 orang guru. Kegiatan di SMA Negeri 1 Seririt dibuka oleh ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Prof. Dr. Nyoman Wijana. Kegiatan dilanjutkan penyampaian Materi Media Ajar Inovatif dan Garsupati oleh Dr. Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S.,M.Si. dilanjutkan dengan workshop videografis dan video editing oleh I Ketut Resika Arthana, S.T., M.Kom dan I Nyoman Laba Jayanta, S.Pd., M.Pd. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pendampingan baik secara online maupun offline sampai pelaksanaan P2M ini berakhir. P2M ini bersifat TOT (Training of Trainers). Guru-guru yang mendapat pelatihan ini diharapkan nantinya akan memberikan pelatihan juga bagi guru-guru di sekolah masing- masing. ## HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Pelatihan Sebelum mengadakan kegiatan P2M, terlebih dahulu dipersiapkan administrasi yang menunjang proses pelatihan. Administrasi tersebut diantaranya surat undangan ke ketua LPPM untuk membuka kegiatan, pemberitahuan ke SMA dan SMP Negeri 1 Seririt, persiapan spanduk dan piagam. Selain itu dipersiapkan juga skenario pelatihan, buku pedoman penggunaan aplikasi videoscribe, software videoscribe dan video editing menggunakan filmora. Gambar 1. Spanduk P2M ## B. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan inti P2M ## “ PENERAPAN SISTEM GARSUPATI DALAM BENTUK PENGEMBANGAN MEDIA AJAR INTERAKTIF BAGI GURU SMA NEGERI 1 SERIRIT DAN SMP NEGERI 1 SERIRIT ” dilaksanakan dari tanggal 19-28 Agustus 2018 bertempat di Lab Komputer SMA dan SMP Negeri 1 Seririt. Kegiatan yang direncanakan dilakukan di satu tempat dalam waktu bersamaan akhirnya dilakukan di dua tempat dan waktu berbeda karena masing-masing sekolah ingin semua gurunya dilibatkan. Kegiatan ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Seririt (19 Juli 2018) dan SMP Negeri 1 Seririt (28 Juli 2018). Kegiatan di SMA Negeri 1 Seririt dibuka oleh ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Prof. Dr. Nyoman Wijana, M.Si. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini harus bermanfaat dan berkelanjutan. Selanjutnya tim P2M diminta mengidentifikasi permasalahan yang ada untuk dijadikan kegiatan P2M selanjutnya. Masing-masing kegiatan P2M disambut positif oleh masing- masing kepala Sekolah yaitu I Gde Suparta, S.Pd, M.Pd dari SMA Negeri 1 Seririt dan I Made Sutarjana. S.Pd dari SMP Negeri 1 Seririt. Mereka menyatakan bahwa pengetahuan ini sangat penting bagi guru-guru agar bisa meningkatkan kualitas belajar mengajar di jaman teknologi yang semakin canggih. Rangkaian kegiatan terdiri dari penyampaian Materi Media Ajar Inovatif dan Garsupati oleh Dr. Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S.,M.Si. dilanjutkan dengan workshop videografis dan video editing oleh I Ketut Resika Arthana, S.T., M.Kom dan I Nyoman Laba Jayanta, S.Pd., M.Pd. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pendampingan baik secara online maupun offline sampai pelaksanaan P2M ini berakhir. 1. Laporan Ketua Panitia Laporan disampaikan oleh ketua pelaksana kegiatan P2M yaitu I Ketut Resika Arthana, S.T, M.Kom. Dalam laporan kegiatan, disampaikan tujuan kegiatan, sasaran, target, tahapan kegiatan, metode pelaksanaan kegiatan dan sumber pendanaan. Selain itu, ketua pelaksana juga mengucapkan terima kasih kepada guru-guru dan LPPM atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini. ## Gambar 2. Laporan Ketua Pelaksana 2. Sambutan Kepala Sekolah Setelah laporan ketua pelaksana P2M, dilanjutkan sambutan dari kepala sekolah. Pada SMA Negeri 1 Seririt, sambutan disampaikan oleh kepala SMA N 1 Seririt yaitu Bapak I Gde Suparta, S.Pd, M.Pd. Dalam sambutannya beliau sangat menyambut baik kegiatan ini dan memang dibutuhkan oleh guru SMA N 1 Seririt saat ini. Apalagi saat ini SMA 1 Seririt sudah mulai menerapkan elearning sebagai Learning Management System (LMS). Kegiatan ini mengajarkan guru-guru untuk membuat media pembelajaran yang selanjutnya akan menjadi konten pada LMS yang sudah digunakan. Pada SMP 1 Seririt, sambutan disampaikan oleh kepala SMP Negeri 1 Seririt yaitu Bapak I Made Sutarjana, S.Pd. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa guru-guru harus tetap diupdate ilmunya, karena peran guru sangat penting dalam mendidik generasi muda agar bisa meningkatkan kualitas. 3. Sambutan dan pembuatan dari LPPM Undiksha Pada SMA Negeri 1 Seririt, sambutan kepala SMA Negeri 1 Seririt, acara dilanjutkan dengan sambutan dan dibuka oleh ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Prof. Dr. Nyoman Wijana, M.Si. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini harus bermanfaat dan berkelanjutan. Selanjutnya tim P2M diminta mengidentifikasi permasalahan yang ada untuk dijadikan kegiatan P2M selanjutnya 4. Pemaparan narasumber pertama Narasumber pertama pada kegiatan ini adalah Dr. Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S.,M.Si.., dosen Pendidkan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha. Fokus penelitian beliau adalah pengembangan media ajar. Dalam pemaparan beliau, disampaikan pentingnya penerapan media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Selain itu, beliau juga menyampaikan manfaat, jenis-jenis, karaktersitik kesesuaian media ajar dan contoh-contoh media ajar. Beliau mendemokan betapa mudah membuat media ajar saat ini, mengingat sudah banyak tersedia tools serta software yang praktis untuk mengembangkan media ajar. ## Gambar 3 Pemaparan Narasumber Pertama 5. Pemaparan narasumber kedua Narasumber kedua yaitu I Ketut Resika Arthana, S.T., M.Kom memberikan materi tentang media pembelajaran inovatif, Garsupati, serta contoh-contohnya. Selanjutnya beliau memandu pelatihan penggunaan media ajar dengan video scribe. Adapun urutan pelatihan adalah sebagai berikut. a. Memulai videoscribe b. penjelasan menu videoscribe c. mengatur lembar kerja (mengubah backround canvas d. menambahkan teks pada canvas e. Mengatur property object f. Menambahkan gambar pada canvas g. Mengatur set camera h. Menambah musik ## Gambar 4. Pemaparan narasumber kedua 6. Pemaparan narasumber ketiga Acara dilanjutkan oleh narasumber ketiga yaitu I Nyoman Laba Jayanta, S.Pd., M.Pd Wiguna yang merupakan Dosen PGSD Undiksha. Beliau memaparkan tentang teknik editing video pembelajaran dengan menggunakan software Filmora. Adapun materi yang disampaikan meliputi : a. Wondershare Filmora b. Install Wondershare Filmora c. Navigasi Filmora Video Editing d. Easy Mode e. Full Feature Mode f. Create, Save, dan Open Project g. Scene Detection h. Crop a Video i. Add Text/Title to Video Gambar 5. Pemaparan Narasumber Ketiga 7. Keterlibatan mahasiswa Dalam kegiatan P2M ini, melibatkan mahasiswa sebagai narasumber, pendamping narasumber dan administrasi. Adapun mahasiswa yang terlibat yaitu dari Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha. Mahasiswa yang terlibat antara lain : a. Kartika Candra devi, b. Kadek Indra sastra yoga, c. Putu Yudha Tresnawan Evaluasi Evaluasi kegiatan dilakukan dengan menyebarkan kuisioner ke peserta P2M. Berikut hasil dan analisa kuisioner a. Kebermanfaatan P2M Gambar 6. Kebermanfaatan P2M Pada pertanyaan ” Secara keseluruhan, apakah kegiatan ini bermanfaat bagi Bapak/Ibu? ” , keseluruhan responden menjawab bahwa kegiatan P2M ini bermanfaat bagi peserta P2M. Hal ini sesuai dengan hasil analis situasi bahwa guru- guru membutuhkan pelatihan teknis pengembangan media ajar inovatif. Selain itu, menjelang pelaksanaan P2M kepala SMA Negeri 1 Seririt dan dan SMP Negeri 1 Seririt meminta semua guru disertakan dalam pelatihan karena memang dibutuhkan dalam pembelajaran. b. Proses pelaksanaan P2M ## Gambar 7. Proses Pelaksanaan P2M Keberhasilan P2M tidak terlepas dari proses pelaksanaan P2M mulai dari persiapan, pembukaan, pelaksanaan maupun penutupan. Selain itu sangat penting memperhatikan pendukung pelaksanaan P2M seperti konsumsi, modul dan software yang digunakan dalam P2M. Pada pertanyaan kuisioner ” Bagaimana tingkat kepuasan Bapak/Ibu terhadap proses pelaksanaan P2M ini mulai dari pembukaan sampai penutupan? ” , 86% menyatakan sangat puas, dan 14% lainnya menyatakan cukup puas. Berdasarkan diskusi informal setelah pelaksanaan pelatihan, beberapa peserta P2M menyatakan keingininan didampingi secara lebih lama dan intensif dalam mengoperasikan software pengembangan media pembelajaran inovatif. Melihat usia sebagian peserta P2M bukan merupakan generasi yang terpapar langsung teknologi, kemampuan mengoperasikan komputer juga terbatas. c. Kesesuaian Materi P2M Gambar 8. Kesesuaian Materi P2M Sebanyak 86% menyatakan sesuai dan 14% lainnya menyatakan cukup sesuai pada pertanyaan kuisioner ” Apakah materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan Bapak/Ibu? ” . Mengingat demografi kemampuan pemanfaatan TIK yang beragam, beberapa guru menyatakan materinya terlalu susah dan ada juga guru yang menyatakan materinya terlalu mudah dan sudah pernah menggunannya. d. Komitmen mengimplementasikan P2M ## Gambar 9. Keberlanjutan P2M Salah satu indikator keberhasilan P2M adalah komitmen mengimplementasikan ilmu yang didapatkan oleh peserta setelah pelaksanaan P2M. Pada pertanyaan kuisioner ” Setelah P2M ini, apakah Bapak/Ibu akan mengembangkan media pembelajaran untuk mendukung kegiatan mengajar? ” , sebanyak 81% peserta akan mengembangkan media ajar dan 19% lainnya menyatakan mungkin akan mengembangkan media ajar. Diduga bahwa responden yang menyatakan mungkin beranggapan bahwa mata pelajaran yang diampunya tidak bisa dibuatkan media ajar inovatif seperti mata pelajaran agama dan Olah Raga. Hal ini terungkap saat diskusi informal dalam pelatihan. Contohnya pada guru agama Hindu, kesulitan mencari aksara Bali pada pemanfaatan perangkat lunak video grafis. ## KESIMPULAN Pengabdian Kepada Masyarakat dalam skim penerapan Ipteks dengan judul PENERAPAN SISTEM GARSUPATI DALAM BENTUK PENGEMBANGAN MEDIA AJAR INTERAKTIF BAGI GURU SMA NEGERI 1 SERIRIT DAN SMP NEGERI 1 SERIRIT ” Telah dilaksakan pada tanggal 19 sampai 28 Juli 2018 bertempat di Lab Komputer SMA dan SMP Negeri 1 Seririt. Pelatihan ini dilanjutkan dengan pendampingan baik secara online maupun offline. Pelatihan ini terdiri dari pemaparan materi Konsep Media Ajar, Penjelasan Garsupati, Videografis dan Videoediting. Kegiatan ini sudah dipublikasikan di Bali Post dan Tribun News Bali pada tanggal 2 Agustus 2018. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 100% peserta setuju bahwa P2M ini sangat bermanfaat, hal ini sejalan dengan 86% responden menyatakan materi yang disampaikan sangat sesuai dan 14% responden menyatakan cukup sesuai dengan kebutuhan aktifitas belajar mengajar. Selain itu, 86% menyatakan sangat puas terhadap proses pelaksanaan P2M, 14% lainnya menyatakan cukup puas. Setelah P2M ini selesai, 81% responden menyatakan bahwa akan melanjutkan mengembangkan media ajar dan 19% lainnya menyatakan mungkin akan mengembangkan media ajar. Peserta juga memberikan saran materi pelatihan yang dibutuhkan lagi untuk mengembangkan media ajar inovatif. ## DAFTAR PUSTAKA Aji, R. F., Resika Arthana, I. K., Yaniar, H., & Hasibuan, Z. A. (2011). Architecture Multichannel- Access of Information Retrieval System Case Study: Indonesian E-Cultural Heritage and Natural History Portal. International Conference ICCEA ’ 11. China. Hasugian, J. (2006). Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkendali dalam Sistem. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, , 72-80. Joni Erawati Dewi, L. (2012). Pengembangan E-Learning Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Inggris Di Undiksha. Jurnal Teknologi Pembelajaran - Pascasarjana - UNDIKSHA . Kurniawan, H., Aji, R. F., & Hasibuan, Z. A. (2006). Information Resource Sharing Based On Multi-Platform Library Systems in Indonesian Higher Education Institutions Network. International Conference on Educational Technology (ICET) . Kusumawardani, D. (2013). Temu Kembali Informasi dengan keyword (Studi deskriptif tentang sistem temu kembali informasi dengan controlled vocabulary pada field judul, subyek, dan pengarang di Perpustakaan Universitas Airlangga). Jurnal UNAIR Vol. 2 No. 1 . Moehammad Arief Furqon, & Dana Indra Sensuse. (2012). PENGEMBANGAN SISTEM PENCARI PAKAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASSOCIATION RULES. Volume 8, Issue 1, Journal of Information Systems, . Nurhidayat, A. (2012). Ekstraksi topik utama harian dari portal berita Indonesia online. Depok: Perpustakaan Universitas Indonesia. Resika Arthana, I., & Rasben Dantes, G. (2013). Integrasi Sistem Pendeteksi Plagiarisme dengan Portal Penyedia Konten Ilmiah. Seminar Nasional Ilmu Komputer (SENAIK). Kalimantan Timur: Univesitas Mulawarwan. Suarsana, I. (2013). PENGEMBANGAN E-MODUL BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA. Jurnal Pendidikan Indonesia - UNDIKSHA . UNESCO. (2012, June). Open Educational Resources . Retrieved March 2015, from United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization: http://www.unesco.org/new/en/c ommunication-and- information/access-to- knowledge/open-educational- resources/ Wikipedia. (2012, April 18). File:ADDIE Model of Design.jpg. Retrieved from Wikipedia The Free Encyclopedia : http://en.wikipedia.org/wiki/File: ADDIE_Model_of_Design.jpg
77564528-f5a4-40e6-9d73-69b1057b53bd
https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/makalangan/article/download/1409/925
## “DISPLACEMENT” KARYA PENCIPTAAN TARI NON TRADISI Oleh: Denida Priliana dan Alfiyanto Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung Jln. Buah Batu No. 212 Bandung 40265 e-mail: [email protected] , [email protected] ## ABSTRAK Karya tari ini terinspirasi dari visualisasi rutinitas seseorang bernama Kang Ade (M. Rosidi Ali) yang melakukan rutinitas yang sama selama 16 tahun dengan tujuan untuk mengurangi rasa frustasi yang dimilikinya. Displacement (Pemindahan) merupakan salah satu teori psikologi mekanisme pertahanan diri oleh Sigmund Freud yang sangat menggambarkan kondisi psikologis Kang Ade yang kemudian menjadi sumber ide konsep dan garap tari Displacement dan dikemas menjadi sebuah karya tari dengan pendekatan kontemporer dengan tipe dramatik dan bentuk tari tunggal. Karya inimenggambarkan tentang perjuangan orang frustasi yang ingin ke luar dari zona nyaman ( Displacement)- nya namun tetap tidak bisa dan pada akhirnya hanya bertahan dengan Displacement secara terus-menerus. Desain koreografinyaterdiri dari gerak-gerak keseharian, seperti; berjalan, melompat, berlari, terlentang, rol depan, dan rol belakang serta beberapa improvisasi dan interpretasi dari rasa frustasi dari seseorang yang mempunyai gejala Displacement , gerak kinetik olah tubuh dan beberapa gejala tubuh frustasi yang distilisasi.Substansi penuangan rasa, makna simbolis, dan dramatik di dalam karya ini dihasilkan melalui penggarapan koreografi, musik, penggunaan setting , penyesuaian lighting dan rias busana. Semua digabungkan melalui hasil eksplorasi dan evaluasi, dan di komposisikan menjadi sebuah pertunjukan tari yang kreatif dan inovatif. Kata Kunci: Displacement, Kontemporer, Frustasi, Dramatik. ABSTRACT. "Displacement" Non Traditional Dance Creation Works, Desember 2020. This dance work is inspired by the visualization of a person's routine named Kang Ade (M. Rosidi Ali) who has been doing the same routine for 16 years with the aim of reducing his frustration. Displacement is one of the psychological theories of self-defense mechanisms by Sigmund Freud which strongly describes Kang Ade's psychological condition which later became a source of concept ideas and work on the Displacement dance and was packaged into a dance work with a contemporary approach with a dramatic type and a single dance form. This work describes the struggles of frustrated people who want to get out of their comfort zone (Displacement) but still can't and in the end only survive with continuous Displacement. The choreography design consists of everyday movements, such as; walking, jumping, running, supine, front rollers, and rear rollers as well as some improvisation and interpretation of the frustration of a person who has Displacement symptoms, kinetic movements of the body and some symptoms of the frustrated body being sterilized. The substance of the pouring of taste, symbolic meaning, and drama in this work is produced through the cultivation of choreography, music, use of settings, adjustment of lighting and clothing. All are combined through the results of exploration and evaluation, and are composed into a creative and innovative dance performance. Keywords: Displacement, Contemporary, Frustration, Dramatic. ## PENDAHULUAN Karya tari Displacement terinspirasi dari aktifitas seseorang bernama M. Rosidi Ali (Kang Ade) yang setiap hari melakukan olah tubuh di lingkungan ISBI Bandung sejak 16 tahun yang lalu. Beliau mengakui melakukan rutinitas itu awalnya karena mengikuti Tony Broer (Tony Supartono) selaku penggiat teater tubuh. Tujuan utama Kang Ade yang ke- mudian menjadi pertanyaan, karena beliau merupakan alumni Diploma 3 Jurusan Seni Rupa yang berarti latar belakangnya tidak berkaitan dengan kegiatan kejasmanian. Ber- beda halnya jika yang melakukannya adalah Bang Broer, dia melakukan itu untuk ke- butuhan keaktoran. Namun Kang Ade me- ngakui bahwa aktifitas tersebut membuat dirinya merasa tenang, nyaman dan sehat. Hal ini dipertegas oleh Kang Ade (wawancara, 13 Februari 2020): Dulu saya sempat mengalami frustasi. Banyak masalah, tekanan dari keluarga dan teman perihal pekerjaan, dan banyak lagi. Tapi rasa frustasi itu tidak lama karena tersalurkan dengan kegiatan olah tubuh ini. Olah tubuh ini sebagai obat saya untuk mengatasi rasa frustasi yang saya miliki, selain itu hasilnya baik untuk kesehatan saya. Saya tidak menyalurkan rasa frustasi saya ke dalam kegiatan yang negatif seperti mabuk, narkoba dan sebagainya. Sampai saat ini rasa frustasi ini memang masih ada, cerita masa lalu pun masih terlintas kadang- kadang karena memori saya sulit terhapus. Jika disuruh berhenti olah tubuh saya gak mau, bisa mati saya karena bagi saya olah tubuh ini adalah obat. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kang Ade mela- kukan olah tubuh karena kegiatan ini dapat menjadi penenang (terapi) baginya, dia me- lakukan itu agar dapat terlepas dari masalah- masalah yang ada dalam kehidupannya yang dapat membuatnya frustasi. Frustasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 281) merupakan: “Rasa kecewa akibat kegagalan dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai suatu cita-cita”. Frustasi ini dapat timbul apabila jurang antara harapan dan hasil yang diperoleh tidak sesuai. Frustasi juga dapat muncul akibat diskriminasi, pelecehan, bullying dan lain sebagainya. Rasa frustasi dapat dialami setiap manusia, hanya saja reaksi setiap individu dapat ber- beda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan pada struktur maupun fisik, serta perbedaan kultural dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Perbedaan reaksi individu terhadap frustasi, dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukannya. Ada yang menghadapinya secara rasional, ada juga yang menghadapinya terlalu emosional, yang terwujud dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang tidak sesuai ( maladjustment) ( https://www.kompasiana.com/yuni_niee/56d0 0f617eafbdf3552ebc30/apa-itu-frustasi tersedia pada tanggal 14 Februari 2020). Kemudian jika diamati melalui sudut pandang psikologi, reaksi yang dilakukan Kang Ade dalam mengatasi rasa frustasinya disebut dengan Displacement (pengalihan) yang merupakan bagian dari teori Mekanisme Pertahanan oleh Sigmund Freud yang ditulis oleh Robert D. Nye sebagai berikut: Displacement is the channeling of instinctual energy into a activity that is an alternative to the most direct and satisfying outlet, either because such an outlet in unavailable or because it is forbidden. Often we cannot directly vent our most basic sexual and aggressive drives. If no outlets were allowed, however, unbearable frustrations would result. Displacement permits a shifting from the most immediate form of gratification to some substitute form of gra- tification. Someone who cannot sexually possess or aggress against the most desired or most hated person often directs his or her attention toward some substitute person or uses energy in some other way (1981: 31). Displacement adalah penyaluran energi insting- tual ke dalam aktivitas yang merupakan alter- natif dari outlet paling langsung dan memuas- kan, baik karena outlet seperti itu tidak tersedia atau karena dilarang. Seringkali kita tidak dapat secara langsung melampiaskan dorongan sek- sual dan agresif kita yang paling mendasar. Namun, jika tidak ada outlet yang diizinkan, akan timbul frustrasi yang tak tertahankan. Perpindahan memungkinkan pergeseran dari bentuk gratifikasi yang paling langsung ke bentuk gratifikasi pengganti. Seseorang yang tidak bisa secara seksual memiliki atau me- nyerang terhadap orang yang paling diinginkan atau paling dibenci sering mengarahkan per- hatiannya terhadap orang pengganti atau menggunakan energi dengan cara lain (1981: 31). Seseorang dengan gangguan Displacement menghabiskan seluruh energi melalui aktifitas lain dengan harapan dia bisa mengurangi rasa frustasinya atau bahkan mungkin melupakan- nya. Kang Ade melakukan olah tubuh terus- menerus karena dia berusaha untuk meng- habiskan energinya guna mencari ketenangan diri dan bisa melupakan masalahnya walaupun sifatnya hanya sesaat. Hal ini dipertegas oleh Lili Rosidah (wawancara, 13 Februari 2020): Mekanisme pertahanan jenis ini muncul karena orang tersebut mempunyai masalah psikologis salah satunya frustasi. Frustasi ini muncul karena kemampuan tubuh untuk mengatasi ketidaksesuaian tuntutan. Setiap orang punya mekanisme ini untuk memanipulasi lingkungan. Orang ini berpikir bahwa daripada dia tidak bisa melakukan apa-apa, lebih baik saya melakukan sesuatu untuk show up bahwa saya bisa melakukan sesuatu yang bernilai. Hal ini terjadi karena seseorang ini tidak bisa menemukan sebuah problem solving dalam dirinya, maka dari itu dia mengalihkannya kepada hal lain. Displacement (Pengalihan) yang dilakukan Kang Ade bersifat positif karena olah tubuh yang dilakukannya menjadi terapi bagi dirinya, dia tidak mengganggu lingkungan dan tidak merusak dirinya. Kemudian dia melakukan aktifitas itu di ISBI Bandung karena memang dia menyukai kesenian dan memang ISBI Bandung merupakan Institut Seni yang ada di Bandung. Dia juga pernah menjadi mahasiswa Jurusan Seni Rupa. Itulah yang membuat Kang Ade merasa nyaman dan tenang melakukan aktifitas itu di ISBI Bandung, tidak ada orang yang mencekalnya karena memang olah tubuh merupakan kegiatan yang lumrah di ISBI Bandung, selain itu kegiatan ini juga dapat mengurangi rasa frustasinya. Mekanisme pertahanan diri sebetulnya bersifat positif, namun jika dilakukan dalam jangka waktu panjang, maka dampak yang dihasilkan akan menjadi negatif. Mencermati kejadian sosial tersebut, penulis mendapatkan sebuah makna atau nilai moral yang berpotensi untuk disampaikan secara simbolik dalam karya tari ini, yaitu ketika individu melakukan mekanisme pertahanan berupa Displacement ( Pengalihan) dalam jangka waktu yang panjang, berarti individu ini tidak bisa problem solving (mengatasi masalah) dalam hidupnya. Dia melakukan itu karena pasti mempunyai masalah, mengalami frustasi, merasakan ke- gelisahan dan pada akhirnya mencari sebuah pelarian (pelampiasan) yang sebetulnya tidak akan menyelesaikan masalah. Sehingga dia akan tetap berada di zona nyaman itu dan tidak akan ada kemajuan dalam hidupnya. Sebetul- nya individu ini pun merasa tidak tenang dengan zona nyaman yang telah ia buat sendiri, dia berusaha keras untuk keluar dari pe- ngalihan tersebut, tetapi pada akhirnya tetap tidak bisa karena dia lebih tidak mampu untuk menghadapi masalah yang sebenarnya. Konflik batin itu yang akan dihadirkan dalam karya ini. Pelarian yang dimaksud tersebut menjadi sebuah ide yang melahirkan judul karya tari DISPLACEMENT. Displacement dalam Kamus Bahasa Inggris artinya adalah pemindahan. Displacement ini juga merupakan salah satu jenis dalam teori mekanisme pertahanan diri yang dibuat oleh Sigmund Freud, sebagai bentuk reaksi yang dilakukan oleh individu yang mengalami frustasi. Berdasarkan studi kasus yang ada, penulis ingin mewujudkan sebuah karya seni per- tunjukan yang bersumber dari fenomena psikologis pada perilaku seseorang yang memiliki gejala Displacement. Karya tari ini akan mengungkapkan gambaran perjuangan seseorang dengan gejala Displacement untuk keluar dari Displacement nya , namun dia tidak bisa karena belum memiliki keberanian untuk mengatasi permasalahan utamanya sendiri. Pada akhirnya dia hanya bertahan dalam Displacement yang menyebabkan dia tidak dapat melanjutkan kehidupan seperti se- harusnya. Karya ini mencoba mentransformasi aktifitas, rasa frustasi, pelarian dan konflik batin seseorang dengan gangguan Displacement ke dalam tubuh 5 orang penari perempuan, mempunyai durasi sekitar 15 menit dan disajikan di panggung Proscenium . Penulis menggunakan penari perempuan karena penulis bukan memvisualisasikan Kang Ade yang ber gender laki-laki ke dalam pertunjukan, tetapi hanya mengadopsi kondisi psikologis yang dialami Kang Ade saja karena sebetulnya rasa frustasi itu dapat dialami oleh setiap orang (laki-laki maupun perempuan), artinya tidak terpatok oleh gender. ## METODE Karya tari ini mengambil pola tari dramatik dengan pendekatan tari kontemporer yang bersumber dari gerak keseharian, seperti; berjalan, melompat, berlari, terlentang, rol depan, dan rol belakang serta beberapa improvisasi dan interpretasi dari rasa frustasi dari seseorang yang mempunyai gejala Displacement , gerak kinetik olah tubuh dan beberapa gejala tubuh frustasi yang distilisasi. Metode garap yang digunakan ada 5 tahap, yaitu: tahap observasi (melalui wawancara dengan subjek, orang-orang terdekat subjek dan ahli psikologi, membaca sumber literatur, kemudian menelaah lebih jauh untuk me- nemukan fokus utama yang akan diangkat ke dalam karya), eksplorasi (mencari gerak-gerak yang variatif dan bermakna), improvisasi (mengkhayalkan dan merasakan bahwa pe- nulis berada dalam gejala Displacement, bertujuan untuk lebih mengekplorasi imajinasi dan kreatifitas dalam mengembangkan ide-ide gerak tari baru) , pembentukan (mengemas ketiga tahap sebelumnya menjadi satu ke- satuan koreografi utuh dari segi bentuk maupun isi) dan evaluasi (untuk menimbang ketepatan antara koreografi yang dihasilkan dengan tema yang diusung). Kemudian pengolahan ruang, tenaga dan waktu akan diolah sedemikian rupa guna menghasilkan sebuah koreografi yang sesuai dengan dramatik yang diharapkan. Landasan teori yang digunakan adalah teori mekanisme pertahanan diri jenis Displacement dari Sigmund Freud yang ditulis oleh Robert D. Nye sebagai berikut: Displacement is the channeling of instinctual energy into a activity that is an alternative to the most direct and satisfying outlet, either because such an outlet in unavailable or because it is forbidden. Often we cannot directly vent our most basic sexual and aggressive drives. If no outlets were allowed, however, unbearable frustrations would result. Displacement permits a shifting from the most immediate form of gratification to some substitute form of gra- tification. Someone who cannot sexually possess or aggress against the most desired or most hated person often directs his or her attention toward some substitute person or uses energy in some other way (1981: 31). Displacement adalah penyaluran energi insting- tual ke dalam aktivitas yang merupakan alter- natif dari outlet paling langsung dan memuas- kan, baik karena outlet seperti itu tidak tersedia atau karena dilarang. Seringkali kita tidak dapat secara langsung melampiaskan dorongan sek- sual dan agresif kita yang paling mendasar. Namun, jika tidak ada outlet yang diizinkan, akan timbul frustrasi yang tak tertahankan. Perpindahan memungkinkan pergeseran dari bentuk gratifikasi yang paling langsung ke bentuk gratifikasi pengganti. Seseorang yang tidak bisa secara seksual memiliki atau me- nyerang terhadap orang yang paling diinginkan atau paling dibenci sering mengarahkan perhatiannya terhadap orang pengganti atau menggunakan energi dengan cara lain (1981: 31). Seorang koreografer juga harus memiliki kepekaan serta nalar yang luas, sehingga dapat membaca fenomena yang terjadi di sekitarnya dan pada akhirnya dapat menghasilkan sebuah karya yang inovatif dan berkualitas. Maka dari itu penulis juga menggunakan teori Alma M. Hawkins (dalam I Wayan Dibia, 2003: 24) mengatakan bahwa penting bagi seorang koreografer untuk mampu merespon temuan- temuan personal dengan sensitivitas yang tinggi dan melihat/menangkap esensi dan aspek kualitatif dari pengalaman hidup yang menjadi sangat mendasar bagi aktifitas kreatif. Teori tersebut sejalan dengan teori Doris Humphrey (1983: 18) bahwa seorang penyusun tari harus selalu menggunakan segala ke- cerdasannya untuk memahami masalah-ma- salah secara jasmaniah, emosional dan psiko- logis. Landasan teori tersebut membuka pema- haman bahwa seorang koreografer harus memiliki sensitivitas tinggi dan menggunakan kecerdasannya untuk memahami masalah yang ditemuinya sehingga dapat menghasilkan sebuah karya tari yang mempunyai nilai moral dan berkualitas. Melalui karya tari ini, diharapkan apresiator dapat menyadari bahwa setiap manusia pasti mempunyai permasala- han dalam hidup, sebaiknya kita menyelesai- kan permasalahan itu secara rasional. Sebuah pelarian tidak akan menyelesaikan masalah, pelarian hanya mendatangkan ketenangan yang bersifat sementara, tetapi permasalahan sesungguhnya akan tetap ada. Sejatinya manusia harus bisa menyelesaikan setiap permasalahan dan melanjutkan kehidupan dengan sebaik-baiknya. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Proses Garap Pada pelaksanaan proses penciptaan tari ini ditahun 2020 terdapat kendala yang sangat menghambat yakni adanya pandemi yang diakibatkan oleh virus bernama covid-19 yang menyebar di Indonesia sejak bulan Maret 2020. Hal ini menyebabkan pemerintah membuat keputusan bahwa sistem pendidikan di Indonesia dilakukan secara daring ( online) selama masa pandemi. Maka dari itu terdapat beberapa perubahan dalam proses garap karya tari Displacement. Penulis merasakan adanya dampak akibat pandemi covid-19, ada dampak negatif dan positif. Negatifnya disebabkan karena akses penunjang alat perlengkapan pentas yang sangat terbatas di wilayah penulis, pelaksanaan shoot video yang dilakukan tanpa mengundang audience yang banyak, dan kehilangan momen bersama teman-teman satu angkatan. Namun ada dampak positifnya, yaitu pengeluaran yang tidak terlalu besar, kemudian penulis dapat mengembangkan kreativitas karena dituntut berpikir untuk menghasilkan sebuah karya terbaik dengan segala keterbatasan yang ada. Proses penciptaan tari pada masa pandemi covid-19 , penulis memutuskan untuk mengu- bah bentuk penyajian tari dari kelompok menjadi tunggal dikarenakan lokasi penulis dan pendukung berjauhan. Selain itu terdapat penambahan properti sebagai penunjang agar pesan yang ingin penulis sampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Kemudian peng- gunaan setting dan lighting yang disesuaikan dengan keadaan dan keterbatasan alat penun- jang di wilayah penulis, juga pelaksanaannya yang dibuat dengan proses pengambilan video di wilayah masing-masing tanpa penonton, bukan dipertunjukan secara langsung. Namun, walaupun terdapat beberapa perubahan dalam prosesnya, penulis tidak sedikitpun merubah tema dan gagasan isi yang telah disetujui para penguji pada saat sidang Kolokium. a. Tahap Eksplorasi Eksplorasi dalam tari merupakan cara agar seorang koreografer menemukan gerak-gerak tubuh yang diinginkan dan memiliki makna. Eksplorasi menurut Alma M. Hawkins (dalam Y. Sumandiyo Hadi, 1996: 65) mengatakan bahwa: “Eksplorasi adalah suatu proses pen- jajagan, yaitu sebagai pengalaman untuk menanggapi objek dari luar, atau aktifitasnya mendapat rangsang dari luar”. Daya pikir dan imajinasi seseorang selalu berkembang melalui pengalaman pribadinya maupun hasil apre- siasi. Imajinasi penata muncul karena adanya rangsang dari luar atau lingkungan sekitar yang akhirnya berkembang menjadi sebuah ide. Ide tersebut kemudian akan dieksplorasi menjadi konsep garap yang akan disampaikan melalui sebuah karya tari. Eksplorasi merupakan pengalaman pertama bagi seorang penata tari yang dimulai dari keingintahuan dan rangsang yang dialami dari lingkungan sekitar, sehingga keingintahuan tersebut mendorong penulis untuk menggali sumber-sumber sebagai penguat ide dalam konsep garap. Sumber-sumber tersebut me- liputi sumber literatur, wawancara, artikel dan lingkungan sekitar. Pengalaman tubuh, apre- siasi dan rangsang tubuh terhadap sumber- sumber akan dijadikan pijakan dan penguat untuk ide gagasan. Berikut merupakan ta- hapan-tahapan dalam eksplorasi: 1) Observasi Observasi merupakan pengamatan atau peninjauan secara cermat yang dilakukan untuk memperkuat ide gagasan yang akan diungkapkan dalam garapan, sehingga gagasan yang digarap tidak mengada-ngada. Tahap awal observasi dilakukan dengan melakukan wawancara kepada objek yang menjadi sumber inspirasi, teman terdekat objek dan dosen psikologi. Selanjutnya membaca sumber literatur yang berkaitan dengan karya Displacement . Hal ini dilakukan untuk memunculkan ide- ide dan persepsi mengenai apa yang akan dijadikan gagasan ide dalam karya Displa- cement sehingga akan memudahkan dalam proses eksplorasi. Ide gagasan dibawa ke dalam proses kolokium sebagai pengajuan untuk tugas akhir. Setelah ide gagasan diterima oleh penguji, dilanjutkan ke dalam proses tugas akhir dengan melanjutkan materi yang telah disetujui. Kemudian melakukan revisi dari hasil kolokium untuk memperbaiki kekurang- an dan menjadikan ide gagasan semakin tajam. Kemudian penulis melakukan observasi dalam mencari properti dan tempat yang akan dijadikan lokasi untuk pengambilan video. Berawal dari melihat sebuah kotak beton berukuran 1m x 1m yang memiliki 4 sisi (atas, bawah, kanan, kiri) di sisi jalan raya wilayah Bayah, Lebak, penulis melihat adanya sebuah ruang sempit dalam ruang yang luas. Ruang sempit yang sepertinya merupakan ruang yang sangat pribadi, ruang yang bisa menjadi tempat persembunyian dan ini berkaitan dengan garap Displacement . Penulis kemudian terpikir untuk membuat sebuah properti yang berorientasi pada pembagian ruang, kemudian mencari sumber daya yang mudah dibuat dan di- temukan di wilayah sampai akhirnya ter- bentuklah sebuah kotak kayu besar yang penulis simbolkan sebagai ruang Displacement penari. Selanjutnya dalam proses mencari lokasi pengambilan video, terdapat beberapa per- gantian lokasi. Awalnya penulis akan meng- gunakan panggung konvensional, namun karena kondisi properti yang besar dan tinggi akhirnya penulis mencari dan menemukan tempat yang dapat dijadikan sebagai panggung outdoor yang sangat mendukung suasana untuk garap Displacement, yaitu lapangan SMPN 1 Cibeber yang di sudutnya terdapat Pohon Beringin Kering dan dapat dimanfaatkan sebagai artistik alami, selain menambah estetika, pohon ini juga memiliki simbol dalam garap Displacement. 2) Imajinasi Imajinasi adalah daya pikir untuk mem- bayangkan atau menciptakan yang berdasar- kan kenyataan atau pengalaman seseorang (khayalan). Menurut Alma M. Hawkins (dalam I Wayan Dibia, 2003: 64) mengatakan bahwa: “Proses eksplorasi meliputi berpikir, ber- imajinasi, merasakan dan merespon”, sehingga setelah observasi dilanjutkan dengan tahap imajinasi dengan cara membayangkan dan berpikir akan dibuat seperti apa struktur, tema, koreografi, musik, properti, rias busana, lighting dan artistik dari karya Displacement yang pada akhirnya dituangkan ke dalam garapan tersebut. Pada tahap ini diperlukan improvisasi dengan cara mengkhayalkan dan merasakan bahwa penulis sendiri yang mengalami situasi tersebut. Sumandiyo Hadi mengatakan bahwa: “Improvisasi dapat di- artikan sebagai penemuan gerak secara kebetulan atau spontan, walaupun gerak tertentu muncul dari gerak-gerak yang pernah dipelajari atau ditemukan sebelumnya, tetapi ciri spontanitas menandai hadirnya impro- visasi (1996: 22).” Gerak yang telah didapatkan kemudian diolah dan distilisasi dengan menggunakan aspek ruang, tenaga dan waktu sehingga menjadi kesatuan bentuk koreografi utuh dengan ditambah rancangan tata panggung, musik pengiring, tata lampu, rias busana dan semua penunjang dalam karya tari. Gambar 1. Proses eksplorasi koreografi mandiri dan adaptasi dengan properti. (Dokumentasi: Shofy Lovendi, 2020) ## b. Tahap Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk menimbang ketepatan antara bentuk koreografi yang dihasilkan dan konsep yang diusung. Sudah sesuai apa belum dengan tema yang diusung, sudah tersampaikan apa belum pesan yang ingin disampaikan melalui karya tersebut. Kegiatan ini membantu penulis dalam pe- nuangan dalam garapan, menyadari terdapat banyak kekurangan sehingga proses ini dapat didiskusikan dan dievalusi untuk mencapai hasil yang baik melalui proses evaluasi mandiri maupun evaluasi dengan pembimbing secara daring . Penulis melakukan pembagian bagian dalam setiap proses latihan, dengan cara memindahkan gerak hasil eksplorasi ke dalam struktur garap. Kemudian melakukan evaluasi dengan cara memilah kembali mana koreografi yang cocok dalam setiap bagian, selanjutnya dilakukan penjelasan setiap detail gerak dan teknik yang tepat agar meminimalisir terjadinya cidera, kemudian pengolahan rasa juga penulis terapkan dalam setiap bagian koreografi. Setelah struktur koreografi tersusun, di- lanjutkan ke dalam evaluasi musik yang dilakukan dengan memberikan konsep garap kepada composer melalui video dan mem- berikan scenografi melalui file agar komposer dapat mengetahui desain musik apa yang penulis ingin munculkan dalam karya tersebut. Selanjutnya musik digarap dan disesuaikan dengan koreografi dengan sistem rekaman dan dibuat menjadi musik MP3. Pada tahap ini komunikasi antar pemusik dan penari harus lancar, karena dapat membantu untuk menyamakan persepsi dalam proses sehingga lebih mudah menyelaraskan koreografi dan musik. Walaupun dalam pelaksanaannya menggunakan sistem daring. Setelah itu dilakukan evaluasi bersama pembimbing. Evaluasi ini dibutuhkan penulis untuk mengembangkan dan mematangkan semua aspek, mulai dari konsep garap sampai eksekusi di dalam garapan. Konsep dan ga- rapan merupakan pengembangan dari embrio kolokium yang digarap kembali dan disem- purnakan kekurangan garapan melalui ma- sukan para penguji kolokium. Pembimbing berperan penting untuk mengarahkan konsep dan eksekusi garapan dengan memberikan masukan, arahan bahkan kritik, sehingga penulis mengetahui titik yang kurang sesuai baik dalam tulisan, konsep dan eksekusi dalam garapan. Proses evaluasi pembimbing dilakukan dengan cara berdiskusi dalam sistem daring melalui aplikasi Whatsapp maupun Zoom , namun apa yang penulis inginkan tetap dapat diselaraskan oleh pembimbing. Evaluasi di- lakukan sedikitnya satu kali dalam seminggu sehingga garapan akan terus berkembang dalam prosesnya baik dari segi koreografi, teknik dan iringan musik yang sesuai dengan konsep yang penulis inginkan. Pembimbing melakukan pengarahan dan masukan untuk memperkuat dramatik dalam alur garap yang sesuai dengan konsep Displacement . c. Tahap Komposisi Tahap komposisi adalah tahap mengga- bungkan atau menyatukan semua aspek yang menghubungkan esensi dari tema dan karya garap yang sudah memiliki kerangka dalam tahapan sebelumnya. Pembentukan dan pe- nyusunan koreografi secara utuh, meliputi bagian awal, tengah dan akhir yang di dalamnya terdapat pengolahan ruang, tenaga dan waktu pada setiap koreografinya. Ko- reografi garap Displacement bersumber dari gerak keseharian, seperti; berjalan, berlari, terlentang, duduk, rol depan dan rol belakang yang kemudian distilisasi dan didistorsi dengan pendekatan tari kontemporer serta digunakan pula gerak-gerak yang bersifat kinetik yang terinspirasi dari gerak-gerak olah tubuh dan gejala tubuh orang frustasi yang distilisasi. Seluruh pijakan koreografi kemudian di- eksplorasi menggunakan kreativitas guna mendapatkan hasil yang baik dan inovatif, seperti penjelasan Sal Murgiyanto mengenai kreativitas sebagai berikut: Kreativitas adalah kemampuan untuk mema- dukan bagian-bagian atau faktor-faktor yang tadinya terpisah-pisah menjadi sebuah kom- binasi yang baru utuh, yang dilakukan untuk memecahkan masalah atau menciptakan karya seni (2004: 51-52). Setelah melakukan evaluasi, terdapat banyak masukan baik dari pembimbing, pemusik, penata artistik dan penata rias dan busana untuk garapan Displacement . Segala arahan, masukan dan kritikan dalam garapan membuat penari mengeksplorasi lebih lanjut untuk memperbaiki kekurangan dari segi koreografi maupun dramatik yang ingin disampaikan di dalam garapan, guna menghasilkan karya yang berkualitas dan mempunyai nilai moral. Penyesuaian keseluruhan komponen dilaku- kan kembali untuk mencapai keutuhan garap Displacement yang sesuai dengan konsep. Garap tari Displacement mengambil pola tari dramatik tentang usaha seseorang yang me- miliki gejala psikologis mekanisme pertahanan diri berupa Displacement. Telah dijelaskan dalam bab I bahwa terdapat penonjolan dramatik pada setiap bagian. Misalnya dalam bagian satu menggambarkan usaha seseorang yang frustasi untuk mencari pelarian yang berupa aktifitas untuk mengurangi rasa frustasi yang dimilikinya. Kemudian dalam bagian dua menggambarkan kilas balik seseorang dengan gejala Displacement terhadap masalah yang membuatnya frustasi dan berusaha mengatasi itu dengan Displacement- nya. Selanjutnya pada bagian akhir menggambarkan keresahan se- seorang dengan gejala Displacement yang sangat ingin dan berusaha untuk keluar dari zona nyaman yang telah ia buat sendiri, namun dia tidak mempunyai keberanian untuk menghadapi masalah yang sebenarnya dan hanya mampu melakukan Displacement secara terus-menerus agar dapat bertahan hidup. Semua bagian dikemas di dalam karya tari Displacement mulai dari tahap eksplorasi yang pada akhirnya memunculkan sebuah ide yang dikembangkan melalui proses kreativitas, kemudian di evaluasi bersama dan dikom- posisikan sehingga menjadi satu-kesatuan karya yang utuh. ## 2. Bentuk Garap Ketertarikan terhadap gejala psikologis Displacement (pengalihan/pemindahan) bera- wal ketika penulis melihat rutinitas yang dilakukan oleh Kang Ade (M. Rosidi Ali), yaitu melakukan olah tubuh setiap hari guna mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa frustasi yang dia miliki. Dia mengalihkan rasa frustasinya ke dalam rutinitas tersebut, se- mentara dia tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi permasalahan yang sebenarnya. Keresahan seseorang dengan gejala Displa- cement yang sangat ingin keluar dari zona nyamannya tersebut menjadi konsep dan ide garap tari dan penulis mengambil kata Displacement untuk dijadikan judul karya tari yang dikemas melalui konsep tari kontemporer melalui tahap eksplorasi, evaluasi, dan komposisi guna mewujudkan hasil yang sesuai dengan konsep dan ide penulis. a. Sinopsis: “ Menggambarkan keresahan seseorang de- ngan gejala psikologis Displacement (mengalih- kan rasa frustasi ke dalam sebuah aktifitas) yang berusaha ingin ke luar dari aktifitas (zona nyaman) yang telah ia buat sendiri. Namun pada akhirnya dia lebih tidak mampu untuk menghadapi permasalahan yang sesungguh- nya dan hanya mampu bertahan pada Displacement -nya secara terus-menerus”. b. Struktur Koreografi Koreografi merupakan kumpulan gerak- gerak atau bahan dasar untuk membentuk karya tari. Karya tari Displacement meng- gunakan metode pendekatan kontemporer dengan bentuk penyajian tunggal sehingga gerak-gerak yang dihasilkan dalam garapan berasal dari gerak-gerak kinetik olah tubuh, gejala tubuh orang frustasi dan gerak ke- seharian seperti: berjalan, melompat, berlari, terlentang, rol depan, dan rol belakang yang kemudian diolah kembali menjadi bentuk yang diinginkan penulis dalam garapan, semua eksplorasi sesuai dengan pengalaman tubuh penari. Kemudian gerak tersebut diwujudkan dalam pola dramatik melalui 3 bagian sebagai berikut: Bagian pertama diawali dengan proses jatuh bangunnya seseorang dengan gejala Displa- cement dalam mencari sebuah rutinitas yang dijadikannya pelarian dan dianggap dapat mengurangi rasa frustasi yang dimilikinya. Proses pencarian itu disertai dengan rasa gelisah dan panik yang berlebih dalam diri seseorang dengan gejala Displacement tersebut. Namun pada akhirnya dia berhasil me- nemukan sebuah rutinitas yang dapat menjadi penenang bagi dirinya. Bagian kedua masuk kepada konflik dimana seseorang dengan gejala Displacement teringat kembali akan masalah-masalah yang mem- buatnya frustasi. Kemudian dia berjuang se- kuat tenaga untuk terus menghadapi frus- tasinya dengan pelarian, bukan malah me- nyelesaikan permasalahan itu secara rasional. Kilas balik tersebut akan sangat ditonjolkan dalam bagian kedua dengan memunculkan gejala-gelaja tubuh orang frustasi untuk memperkuat dramatik. Bagian ketiga penyelesaian, yaitu ketika seorang dengan gejala Displacement ingin dan berusaha untuk ke luar dari pelarian yang dilakukannya karena ia sadar bahwa masalah yang dimilikinya tidak akan selesai selama dia tidak menyelesaikannya dengan cara yang rasional. Namun pada akhirnya dia lebih tidak mampu untuk menghadapi permasalahan yang sebenarnya dan memilih bertahan dengan Displacement nya walaupun terus dibayangi keresahan. c. Desain Musik Tari Iringan musik yang digunakan merupakan bentuk kolaborasi antara musik midi dengan musik instrumen live yang direkam dan dibuat menjadi musik mp3 sesuai dengan panduan pelaksanaan ujian tugas akhir pada masa pandemi jurusan seni tari tahun 2020. Musik tari Displacement memadukan unsur sound effect dan live instrument recording yang disusun sedemikian rupa mengikuti ruang, ekspresi, dan kinestetik tarian. Secara konstruksi kom- posisi, tema utama musik dalam garap Displacement dimainkan oleh instrumen me- lodis (armenian duduk, xylophone ) dan ritmis (karinding dan celempung), konfigurasi mem- berikan ambiance (latar suasana) melalui sound effect dan accompaniment (instrumen pengiring) melalui instrumen perkusif untuk mem- bungkus tema utama. Selain itu, instrumen yang berperan sebagai konfigurasi pun, pada bagian tertentu dapat memberikan variasi- variasi untuk memberikan kesan dinamis. Keberadaan musik menjadi satu bagian utuh, baik sebagai ilustrasi, penguat dramatik, pembawa irama, aksentuasi, dan pembungkus estetis. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Doris Humphrey (1983: 158), bahwa “Aspek- aspek melodis, ritmis dan dramatis musik merupakan hal-hal yang erat hubungannya dengan tubuh dan kepribadian manusia”. Notasi musik dibuat menggunakan grafik, pertimbangannya karena musik digarap melalui DAW (direct audio workstation) baik itu mengolah rekaman langsung maupun midi realization. Berikut ini adalah instrumentasi yang digunakan dalam garap karya Displa- cement : Komputer, Midi Controler, Karinding, Celempung, Xylophone dan Armenian Duduk. d. Desain Artistik Tari 1) Rias dan Busana Rias yang digunakan yaitu rias karakter seseorang yang memiliki gejala frustasi dengan penajaman dan penebalan di bagian bawah mata yang diberi riasan eye liner luntur berceceran dan bibir yang terkesan pucat dengan bantuan alat make-up berupa eye shadow , eye liner gel , lip tint , blush on dan lain-lain. Rias ini dibuat karena penulis memiliki tafsir bahwa ketika seseorang mengalami frustasi, maka siklus kehidupannya tidak akan berjalan normal, dia akan over thinking (memikirkan banyak hal secara berlebihan), kurang tidur, banyak menangis, sering melamun dan tidak akan ada raut kebahagiaan dalam wajahnya. Kemudian tatanan rambut dibuat rapi ikat setengah agar tidak mengganggu kualitas gerak penari namun tetap memperlihatkan rambut yang terurai agar memberikan kesan yang berantakan. Gambar 2. Rias dalam karya tari Displacement . (Dokumentasi: Jalin Hati Films, 2020) Sedangkan busana yang digunakan dalam garapan ini adalah dress mini bahan velvet warna ungu yang di desain zig-zag di bagian bawah agar membuat kesan berantakan (tidak rapi) dengan panjang lengan 3/4 yang terbuat dari bahan tile hitam dan dibuat press body agar desain-desain tubuh penari dapat terlihat dengan baik, kemudian ditambah legging hitam yang panjangnya selutut dan dekker hitam di kedua lutut guna menghindari terjadinya cidera pada saat melakukan gerak. Warna hitam melambangkan sifat negatif yang dilakukan oleh seseorang dengan gejala Displacement , sedangkan warna ungu melam- bangkan seseorang dengan gejala Displacement yang menyerah dan memilih untuk bertahan dalam Displacement nya, hal ini dipertegas oleh pernyataan Sulasmi Darmaprawira (2002: 48) bahwa: “Warna hitam dilambangkan sebagai warna kehancuran atau kekeliruan, umumnya diasosiasikan dengan sifat negatif. Karak- teristik warna ungu adalah sejuk, negatif, mundur, mempunyai karakter murung dan menyerah”. 2) Properti Properti yang digunakan dalam karya ini adalah kotak kayu besar berukuran p x l x t (1,25 meter x 1 meter x 1,5 meter) dengan 4 sisi yaitu atas, bawah, kanan dan kiri. Pada sisi bagian kanan dan kirinya diberi 3 lubang kotak yang dibuat secara zig-zag dengan tujuan untuk mempermudah penari dalam melakukan eks- plorasi gerak. Kotak kayu besar disimbolkan sebagai tem- pat yang menjadi zona nyaman (ruang Displacement) penari. Pemilihan kotak kayu besar sebagai properti dalam karya Displa- cement diharapkan dapat mewakili perasaan dan pesan, juga kesan yang ingin disampaikan oleh penulis sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Kemudian penulis juga menggunakan obor kecil yang terbuat dari botol kaca bekas pada bagian akhir sebagai simbol dari permasalahan yang timbul di dalam ruang Displacement , bahwa sebenarnya berada di dalam ruang Displacement pun merupakan sebuah masalah yang paling utama. 3) Setting Penulis menggunakan lapangan SMPN. 1 Cibeber, Lebak, Banten yang dijadikan sebagai panggung proscenium . Kemudian penulis memanfaatkan pohon Beringin kering (Ficus benjamina) , tanaman Pucuk Merah (Syzygium oleana) dan pohon Saninten (Castanopsis argentia Blume A.DC) besar dan rimbun di sisi jalan yang ada di lokasi panggung sebagai artistik alami untuk mendukung suasana ditambah dengan daun kering yang disebar di sekitar panggung agar berkesinambungan dengan pohon Be- ringin kering yang menjulang tinggi. Pohon Beringin yang rindang mempunyai filosofi kuat dan kokoh. Dalam seleksi alam kehidupan, manusia harus mempunyai sifat yang kuat dan kokoh agar bisa bertahan dan melanjutkan kehidupan dengan baik. Jika pohon Beringin kering dikaitkan dengan garap Displacement, maka seseorang yang mengalami gejala Displacement seharusnya kuat dan berani untuk menghadapi permasalahan yang ia punya, kemudian menghadapinya secara rasional. Karena jika tidak, dia hanya akan berakhir kering dan mati seperti pohon Beringin kering ini, maksudnya adalah dia tidak mempunyai semangat dalam hidup dan cenderung menyerah kepada rasa takut dan rasa trauma yang diakibatkan oleh rasa frustasinya. Sedangkan tanaman Pucuk Merah dan pohon Saninten hanya digunakan untuk memperkuat suasana alam/ outdoor. Kemudian penulis menggunakan matras bongkar pasang berukuran 3x3 meter yang di tutupi oleh kain hitam yang di setting di depan properti kotak, obor bamboo yang dibuat asimetris dari segi ukuran yang berbeda-beda, juga di setting secara acak untuk mengisi ruang. Kemudian penulis menggunakan 3 buah lampu patromax yang disimpan di bagian kiri kanan panggung dan di atas pohon beringin besar yang juga memunculkan cahaya api. Karena api bersifat panas, api yang dihasilkan dari obor dan lampu patromax dapat disimbolkan sebagai masalah-masalah yang dimiliki seseorang hingga pada akhirnya dia mengalami gejala Displacement. 4) Lighting Tata cahaya sangat berperan penting dalam garapan tari dramatik karena permainan tata cahaya dapat memperkuat suasana yang dihadirkan di atas panggung dalam setiap bagiannya. Namun karena terbatasi oleh peralatan lengkap yang tidak tersedia di wilayah, maka penulis hanya menggunakan lampu tembak statis berwarna putih terang (general lighting) berjumlah 8 lampu dengan ukuran daya listrik yang berbeda, yaitu: 2 lampu dengan daya listrik 100 watt, 5 lampu dengan daya listrik 30 watt, dan 1 lampu dengan daya listrik 500 watt. ## KESIMPULAN Karya tari Displacement dibuat berdasarkan rangsang visual dari rutinitas yang dilakukan oleh Kang Ade yang selanjutnya ditinjau ulang melalui pendekatan psikologi, sehingga dapat dijadikan sebuah ide yang menarik untuk dibuat sebuah karya tari kontemporer dengan tipe dramatik dan bentuk tari tunggal yang bersumber dari fenomena psikologis Displa- cement, yaitu seseorang yang mengalihkan rasa frustasi ke dalam sebuah aktifitas yang diyakini dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa frustasi yang dia miliki. Displacement sebetulnya bersifat positif karena manusia memang harus memiliki mekanisme pertahanan diri guna menjaga egonya, namun ketika dilakukan secara terus- menerus dalam jangka waktu panjang maka efeknya akan menjadi negatif. Karena ketika permasalahan tidak dihadapi secara rasional, maka permasalahan tersebut akan tetap ada dan pada akhirnya manusia tidak dapat melanjutkan kehidupan dengan baik karena terus dibayangi oleh keresahan yang di- akibatkan oleh rasa frustasinya. Karya tari ini terwujud melalui proses yang cukup panjang. Berawal dari menemukan ide gagasan dari kondisi psikologis Kang Ade, hingga memvisualisasikannya ke dalam gerak dan kemudian di komposisikan dengan unsur penunjang tari lain seperti musik, properti, setting dan lighting yang dikemas sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah karya tari yang baru, kreatif dan inovatif. Gerak yang digarap dihubungkan dengan persoalan rasa ketenangan, keresahan dan ketegangan. Gerak-gerak yang dihasilkan dalam garapan berasal dari gerak-gerak kinetik olah tubuh, gejala tubuh orang frustasi dan gerak keseharian seperti berjalan, melompat, berlari, terlentang, rol depan, dan rol belakang yang kemudian di olah dan di eksplorasi kembali menjadi bentuk yang diinginkan dan sesuai dengan pengalaman tubuh penari. Karya tari ini menawarkan sesuatu yang baru, terutama dalam pengolahan properti, penggunaan artistik, pemunculan simbol dan dinamika dramatik, sehingga menghasilkan gaya penyajian tersendiri. Melalui karya tari ini diharapkan penonton dapat mengambil hik- mah dari makna dan nilai yang terkandung di dalam fenomena psikologis Displacement. Hal ini adalah sebuah peringatan kepada apresiator untuk lebih berani dalam menyelesaikan masalah, bukan malah melakukan pelarian yang hanya mendatangkan ketenangan yang bersifat sementara. ## DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, Haji. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Darmaprawira, Sulasmi. 2002. Warna Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung: Penerbit ITB. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: PT (Persero) Penerbitan dan Percetakan. Hawkins, Alma M. (1991). Moving From Within: A New Method for Dance Making. USA: Capella Books. Terjemahan I Wayan Dibia. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati: Metoda Baru dalam Menciptakan Karya Tari. Jakarta: Ford Foundation dan MSPI. Humphrey, Doris. 1983. The Art of Making Dance. Terjemahan Sal Mugiyanto. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. Irwanto. 2016. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya. Mugiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Nye, Robert D. 1981. Three Psychologies. Belmont, California: Wadsworth, Inc. Paningkiran, Halim. 2013. Make-up Karakter Untuk Televisi dan Film . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Riyanto, Arifah. 2003. Teori Busana. Bandung: Yapendo. Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta. Suanda, Toto Amsar. 2010. Tata Teknik Pentas . Bandung: Jurusan Tari STSI Bandung. Sumandiyo, Y Hadi. 1996. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Manthili
81be664f-039e-4826-bee4-ed22b2c5e098
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsp/article/download/25024/16265
Hal: 209-220 ## DINAMIKA INDUSTRI RAWAI TUNA DI PELABUHAN BENOA Dynamic of Industrial Tuna Longline in Benoa Port Oleh: Fathur Rochman 1* , Irwan Jatmiko 2 , Zulkarnaen Fahmi 3 1 Loka Riset Perikanan Tuna, Bali. [email protected] 2 Loka Riset Perikanan Tuna, Bali. [email protected] 3 Loka Riset Perikanan Tuna, Bali. [email protected] *Korespondensi : [email protected] Diterima: 12 April 2018; Disetujui: 25 Oktober 2018 ## ABSTRACT This study presents information about the dynamics of industrial scale tuna longline development in Indonesia, especially tuna longline fisheries in the Eastern Indian Ocean. This study uses a descriptive method based on tuna longline enumeration data landed at Benoa port from 2012 to 2015. Benoa is one of the three main fishing ports in Indonesia, besides Nizam Zachman (Jakarta) and Cilacap (Central Java). It contributes the largest number of tuna catches to 60% of the total long-scale tuna catch industry in the Indian Ocean. This makes Benoa as the main barometer of industrial tuna fisheries in Indonesia. Industrial scale of tuna longline fisheries activities have dropped significantly to 76% from 2004 to 2015. Highest decline occurred in 2004 to 2006 by 43% followed by 2009 to 2010 at 41% and 2014 to 2015 at 19%. Enumeration data coverage in Benoa port is about 57% to 64% of total ship landing. Catch dominated by export products followed by local quality and bycatch products. The catch composition is dominated by four tuna species (BET, YFT, SBT and ALB) which reach 88% of the total catch followed by bycatch of 6.23% and fish with beaks of 5.46%. In period 2012 to 2014, fishing efforts are directly proportional to the number of ships and tuna production, but in 2015, capture efforts, CPUE and catch production increased along with the decline in the number of ships operating. Keyword: Benoa port, enumeration program, tuna longline ## ABSTRAK Studi ini menyajikan informasi tentang dinamika perkembangan rawai tuna skala industri di Indonesia khususnya perikanan rawai tuna di Samudera Hindia Bagian Timur. Studi ini menggunakan metode deskriptif yang berbasis data enumerasi perikanan rawai tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa tahun 2012 sampai dengan 2015. Pelabuhan Benoa merupakan satu dari tiga pelabuhan perikanan utama di Indonesia disamping Nizam Zachman (Jakarta) dan Cilacap (Jawa Tengah). Pelabuhan Benoa menyumbangkan jumlah tangkapan ikan tuna terbesar mencapai 60% dari total tangkapan rawai tuna skala industri di Samudera Hindia. Hal ini menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai barometer utama perikanan tuna skala industri di Indonesia. Kegiatan perikanan rawai tuna skala industri telah menurun secara signifikan hingga 76% dari 2004 sampai 2015. Penurunan tertinggi terjadi pada 2004 sampai 2006 sebesar 43% diikuti 2009 hingga 2010 sebesar 41% dan 2014 sampai 2015 sebesar 19%. Cakupan data enumerasi di Pelabuhan Benoa adalah 57% sampai 64% dari total pendaratan kapal. Hasil tangkapan didominasi oleh produk ekport diikuti oleh produk kualitas lokal dan produk hasil sampingan. Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh empat spesies tuna (BET, YFT, SBT dan ALB) yang mencapai 88% dari total tangkapan diikuti oleh hasil tangkapan sampingan sebesar 6,23% dan ikan berparuh sebesar 5,46%. Pada periode 2012 sampai 2014, upaya penangkapan berbanding lurus dengan jumlah kapal dan produksi tuna namun pada tahun 2015 upaya penangkapan, CPUE dan produksi hasil tangkapan meningkat seiring dengan turunnya jumlah kapal yang beroperasi. Kata kunci: Pelabuhan Benoa, program enumerasi, rawai tuna ## PENDAHULUAN Perikanan tuna Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia terutama di Sa- mudera Hindia Bagian Timur (Pillai & Sathes- hkumar 2013). Total hasil tangkapan perika- nan tuna Indonesia mencapai 15% dari total produksi perikanan tuna Samudera Hindia dengan perkiraan total pendaratan tuna sebesar 185.675 ton yang terdiri dari tuna sirip kuning 65.686 ton, tuna mata besar 34.400 ton, cakalang 79.999 tondan albakora 5.590 ton (DGCF 2014). Armada rawai tuna Indonesia terdiri dari 916 unit (2010), 1.083 unit (2011) (IOTC 2012). Pada tahun 2012, jumlah armada rawai tuna meningkat hingga 1.179 unit (Moreno & Herrera 2013). Namun, pada akhir 2014 terjadi penurunan jumlah armada rawai tuna hingga 17% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena pelak- sanaan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 56 tahun 2014 dan nomor 10 tahun 2015 ten- tang moratorium perikanan tangkap. Pelak- sanaan moratorium dan evaluasi tersebut ditujukan kepada kapal-kapal yang pembuat- annya dilakukan di luar negeri (Rochman et al . 2016a). Indonesia memiliki tiga pelabuhan utama antara lain Benoa (Bali), Nizam Zach- man (Jakarta) dan Cilacap (Jawa Tengah) (Proctor et al . 2003; Hutapea et al . 2017). Namun, kontribusi hasil tangkapan tertinggi diperoleh oleh Pelabuhan Benoa yang men- capai 60% dari total hasil tangkapan rawai tuna skala industri (Proctor et al . 2003).Oleh karena itu, perikanan rawai tuna skala indus- tri di Pelabuhan Benoa dapat dijadikan seba- gai barometer utama dalam dinamika per- kembangan perikanan rawai tuna skala in- dustri yang berbasis di Samudera Hindia. Perkembangan armada rawai tuna di Pela- buhan Benoa-Bali mengalami pasang-surut dan terkait langsung dengan kondisi sumber- daya ikan dan kebijakan pemerintah teru- tama dengan kenaikan harga BBM, kebi- jakan terkait illegal fishing dan moratorium penangkapan kapal ikan eks asing (Roch- man & Nugraha 2014; Rochman et al . 2016 a). Tujuan studi ini adalah untuk menge- tahui dinamika perkembangan rawai tuna skala industri di Pelabuhan Benoa ber- dasarkan hasil kajian program enumerasi dari tahun 2012 sampai dengan 2015. Kelua- ran dari kajian ini adalah dapat memberikan informasi kepada pengambil kebijakan seba- gai dasar dalam mengelola perikanan tuna secara bertanggung jawab dan berkelan- jutan. ## METODE Kajian ini berbasis data enumerasi yang dilakukan oleh Loka Riset Perikanan Tuna (LRPT) yang dimulai pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Penentuan kapal yang dilakukan enumerasi menggunakan sampel acak dengan batas minimal 30% dari jumlah kapal yang men- daratkan hasil tangkapan di pelabuhan. Hal itu dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh IOTC (IOTC 2002). Se- lanjutnya dilakukan pencatatan hasil tang- kapan menggunakan metode sensus bagi kapal-kapal yang telah ditentukan. Metode sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono 2008). Data hasil enu- merasi yang dilakukan di Pelabuhan Benoa antara lain: 1. Data jumlah kapal yang sandar dan atau menitipkan hasil tangkapan di Pelabuhan Benoa per bulan dari Januari 2012 sam- pai dengan Desember 2015. 2. Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Benoa yang meliputi: data produksi hasil tangkapan utama ( exs- port ), data hasil tangkapan sampingan ( by catch ) dan data hasil tangkapan kualitas lokal ( reject ) akan dikirimkan ke pasar domestik atau diproses menjadi produk tertentu untuk di ekspor ke luar negeri. Terdapat beberapa spesies tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa antara lain: tuna sirip kuning ( Thunnus albaca- res ), tuna mata besar ( Thunnus obesus ), tuna sirip biru selatan ( Thunnus mac- coyii ), albakora ( Thunnus alalunga ) dan ikan berparuh (marlin, layaran, todak dan ikan pedang). Ikan tangkapan sampingan antara lain: bawal sabit, escolar, tengiri dan cucut. 3. CPUE ( catch per unit of effort ) hasil tangkapan (kg) per satuan upaya pe- nangkapan (trip) kapal yang mendaratkan dan atau menitipkan hasil tangkapan di Pelabuhan Benoa. Jika armada rawai tuna secara langsung atau menitipkan hasil tangkapan di kapal pengangkut carrier maka dianggap telah melakukan 1 kali upaya (trip). Menurut (Gunarso & Wiyono 1994), CPUE dihitung meng- gunakan persamaan sebagai berikut : CPUE= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑇𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑈𝑝𝑎𝑦𝑎𝑃𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 (𝑢𝑛𝑖𝑡) ..........(1) Metode yang digunakan dalam pene- litian ini adalah metode deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk menggam- barkan fenomena yang terjadi pada peri- kanan rawai tuna skala industri di Pelabuhan Benoa. Menurut Furchan (2004), penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggam- barkan fenomena-fenomena yang terjadi apa adanya dengan cara menelaah secara tera- tur, mengutamakan obyektifitas dan dilaku- kan secara cermat. Dalam penelitian deskrip- tif tidak terdapat perlakuan khusus, perlaku- an yang dikendalikan serta pengujian hipo- tesis. ## HASIL ## Armada Rawai Tuna dan Cakupan Data Enumerasi Aktivitas rawai tuna skala industri mengalami penurunan yang sangat signifikan mencapai 76% dari 2004 sampai dengan 2015. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2004 sampai tahun 2006 sebesar 43%, di- ikuti tahun 2009 hingga tahun 2010 sebesar 41% dan selanjutnya pada tahun 2014 hingga tahun 2015 sebesar 19% (Gambar 1). Data kapal mendarat dan kapal yang berhasil disampling disajikan pada Gambar 2. Cakupan data enumerasi mencapai 57- 64% dari total kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Benoa (Gambar 3). ## Produksi, CPUE dan Komposisi Hasil Tangkapan Produksi perikanan rawai tuna skala industri di Pelabuhan Benoa dari tahun 2012 sampai dengan 2015 didominasi oleh produk ekspor dengan rata-rata sebesar 2.965 ton tahun -1 diikuti oleh produk kualitas lokal sebesar 2.799 ton tahun -1 dan produk hasil tangkapan sampingan sebesar 1.792 ton ta- hun -1 (Gambar 4a). Produksi tahunan terting- gi diperoleh pada tahun 2015 sebesar 8.291 ton tahun -1 diikuti tahun 2012 sebesar 7.791 ton tahun -1 , tahun 2014 sebesar 7.525 ton tahun -1 dan tahun 2013 sebesar 6.816 ton tahun -1 (Gambar 4b). Hasil analisis komposisi hasil tangka- pan diperoleh 26 spesies yang tertangkap oleh rawai tuna di Pelabuhan Benoa. Empat jenis tuna yang mendominasi hasil tang- kapan antara lain: tuna mata besar (33,72%), tuna sirip kuning (29,83%), tuna sirip biru selatan (13,90%) dan albakora (10,57%). Di- samping itu terdapat tangkapan ikan ber- paruh yang didominasi oleh ikan pedang (3,92%), marlin biru (1,16%), dan marlin hitam (0,38%) (Tabel 1). Gambar 1 Jumlah armada rawai tuna yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Benoa tahun 2004-2015 2,922 2,439 1,664 1,916 1,965 1,850 1,099 921 775 753 858 699 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 J um la h Arm a da Ra w a i T un a ( un it ) Tahun 69 55 71 71 54 46 73 80 58 71 62 65 42 33 41 35 34 26 43 46 33 46 36 37 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec J u m la h K a p a l (U n it ) 2012 kapal yang mendarat kapal yang disampling 55 71 53 42 59 62 86 58 51 67 74 75 35 46 30 30 34 32 50 34 35 35 34 36 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec J u m la h K a p a l (U n it ) 2013 kapal yang mendarat kapal yang disampling 68 43 76 66 72 83 128 49 57 59 88 69 40 28 45 39 33 53 86 32 36 43 42 44 0 20 40 60 80 100 120 140 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec J u m la h K a p a l (U n it ) 2014 kapal yang mendarat kapal yang disampling 73 76 64 58 64 59 60 42 56 72 33 42 48 46 38 39 37 43 36 28 39 48 21 24 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec J U m la h K a p a l (U n it ) 2015 kapal yang mendarat kapal yang disampling Gambar 2 Jumlah kapal yang mendarat dan kapal yang disampling selama kegiatan enumerasi di Pelabuhan Benoa tahun 2012-2015 Gambar 3 Cakupan data enumerasi yang dilakukan oleh enumerator Loka Riset Perikanan Tuna tahun 2012-2015 2,104 1,431 1,142 2,490 3,194 2,931 3,386 2,350 2,493 2,454 2,798 3,451 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 2012 2013 2014 2015 P r o d u k s i R a w a i T u n a (t o n ) Tahun Tangkapan Sampingan Eksport Lokal (a) 7,791 6,816 7,525 8,291 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 2012 2013 2014 2015 P r o d u k s i R a w a i T u n a (t o n ) Tahun (b) Gambar 4 Produksi tahunan rawai tuna skala industri yang didaratkan di Pelabuhan Benoa tahun 2012-2015. (a) berdasarkan jenis produk, (b) berdasarkan total tangkapan tahunan 775 753 858 699 452 431 521 447 58 % 57 % 61 % 64 % 52 54 56 58 60 62 64 66 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2012 2013 2014 2015 Ca k up a n Da ta Sa m pli ng ( %) J um la h K a pa l ( un it ) Year kapal yang mendarat kapal yang disampling cakupan data Pada tahun 2012, total produksi mencapai 7.791 ton tahun -1 dengan rata-rata 649 ton bulan -1 . Total upaya penangkapan sebesar 31.521 (hari laut) tahun -1 dan rata- rata upaya sebesar 2.627 (hari laut) bulan -1 (Gambar 5a). Di tahun 2013, total produksi cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya dengan total produksi sebesar 6.816 ton tahun -1 dan 586 ton bulan -1 . Total upaya sebanding dengan tahun sebelumnya sebesar 31.932 (hari laut) tahun -1 dengan rata-rata upaya penangkapan sebesar 2.661 (hari laut) bulan -1 (Gambar 5b). Di tahun 2014, total produksi meningkat dengan nilai menyamai perolehan tahun 2012 sebesar 7.525 ton tahun -1 dengan rata-rata sebesar 627 ton bulan -1 . Disamping itu, total upaya penangkapan meningkat di- bandingkan tahun sebelumnya sebesar 32.992 (hari laut) tahun -1 dengan rata-rata sebesar 2.749 (hari laut) bulan -1 (Gambar 5c). Memasuki tahun 2015, total produksi perikanan rawai tuna meningkat secara sig- nifikan sebesar 8.291 ton tahun -1 dengan rata-rata sebesar 691 ton bulan -1 . Pening- katan total produksi diimbangi dengan pe- ningkatan upaya penangkapan sebesar 32.501 (hari laut) tahun -1 dengan rata-rata sebesar 2.708 (hari laut) bulan -1 (Gambar 5d). Rata-rata hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) rawai tuna adalah sebesar 245 kg (hari laut) -1 di tahun 2012, 213 kg (hari laut) -1 di tahun 2013, 232 kg (hari laut) -1 di tahun 2014 dan 253 kg (hari laut) -1 di tahun 2015. CPUE tertinggi diperoleh pada tahun 2015 diikuti tahun 2012, 2014 dan 2013 (Tabel 2). Tabel 1 Komposisi hasil tangkapan rawai tuna berdasarkan hasil enumerasi tahun 2012 – 2015 Species Kode 2012 2013 2014 2015 Total Persen. (%) Keterangan Hiu Tikus TSS 58 138 19 215 0.00 HTS Cucut Lanjaman SSH 1,284 72 509 1,865 0.01 HTS Barakuda BAR 1,169 826 719 521 3,235 0.01 HTS Bawal Bulat TCR 1,618 994 1,256 2,126 5,994 0.03 HTS Layur Putih HAR 18 0 0 6,374 6,392 0.03 HTS Cakalang SKJ 3,362 1,394 477 1,310 6,543 0.03 HTS Lamadang CDF 2,404 1,708 1,138 2,649 7,899 0.04 HTS Todak SSP 2,636 2,174 609 2,837 8,256 0.04 HTS Bawal Sabit TST 4,485 2,719 1,426 2,530 11,160 0.05 HTS Hiu Tenggiri MSO 5,696 3,324 2,626 3,883 15,529 0.07 HTS Bawal Astro BUK 0 1,902 19,049 20,951 0.09 HTS Cucut Koboy OCS 8,801 4,799 2,197 6,703 22,500 0.10 HTS Marlin Loreng MLS 10,076 12,769 2,711 3,931 29,487 0.13 HTS Layaran SFA 8,538 10,978 4,940 8,089 32,545 0.14 HTS Ikan setan Sisik Berduri OIL 4,990 9,162 8,131 20,167 42,450 0.19 HTS Tengiri WAH 27,080 17,975 13,903 15,792 74,750 0.33 HTS Marlin Hitam BLM 29,989 32,758 15,239 6,973 84,959 0.38 HTS Cucut Selendang Biru BSH 62,917 38,940 23,239 97,065 222,161 0.99 HTS Marlin Biru BUM 71,868 100,690 42,404 46,901 261,863 1.16 HTS Ikan Setan Abu-abu LEC 164,997 147,177 76,213 78,102 466,489 2.07 HTS Opah MON 59,675 81,821 123,362 224,599 489,457 2.17 HTS Ikan Pedang SWO 217,726 287,977 171,048 205,672 882,423 3.92 HTS Albakora ALB 711,613 850,655 430,223 388,317 2,380,808 10.57 HTU Tuna Sirip Biru Selatan SBF 364,657 798,179 596,776 1,369,607 3,129,219 13.90 HTU Tuna Sirip Kuning YFT 1,195,266 3,122,629 1,578,751 819,400 6,716,046 29.83 HTU Tuna Mata Besar BET 1,588,229 2,683,529 1,394,056 1,926,392 7,592,206 33.72 HTU 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des U p a y a P e n a n g k a p a n (h a ri la u t) P ro d u k s i ( k g ) 2012 Produksi (kg) Jumlah Upaya Penangkapan (hari laut) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 U p a y a P e n a n g ka p an (h a ri la u t) P ro d u ks i ( k g ) 2013 "Produksi (kg)" Jumlah Upaya Penangkapan (hari laut) (a) (b) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des U p a y a P e n a n g ka p an h a ri la u t) P ro d u ks i ( k g ) 2014 Produksi (kg) Jumlah Upaya Penangkapan (hari laut) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des U p a y a P e n a n g ka p an (h a ri la u t) P ro d u ks i ( k g ) 2015 Produksi (kg) Jumlah Upaya Penangkapan (hari laut) (c) (d) Gambar 5 Produksi dan upaya penangkapan rawai tuna di Pelabuhan Benoa tahun 2012 - 2015 Tabel 2 Hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) rawai tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa tahun (2012-2015) Pada periode 2012-2014 fluktuasi produksi sebanding dengan besarnya upaya penangkapan dan jumlah kapal yang beroperasi. Namun, pada tahun 2015 terjadi kenaikan hasil produksi dengan kenaikan upaya penangkapan yang tinggi pula meskipun dengan jumlah armada yang me- nurun akibat pelaksanaan moratorium pe- rikanan tangkap KKP. Penurunan jumlah armada di tahun 2015 adalah sebesar 159 unit dibandingkan dengan tahun sebelum- nya (Gambar 1). Rata-rata peningkatan produksi di tahun 2015 adalah sebesar 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi pula dengan nilai CPUE (Tabel 2). Rata-rata produksi, upaya penang- kapan dan CPUE rawai tuna sebelum moratorium (2012-2014) dibandingkan nilai rata-rata produksi, upaya penangkapan dan CPUE tahun 2015 (setelah moratorium) me- nunjukkan hasil yang tidak signifikan (ber- beda) dengan nilai F hitung (0,621) < F tabel (2.82), dan Sig (0, 605) >α (0,05); F hitung (0,083) < F tabel (2,82) dan Sig (0,969)> α (0,05) dan F hitung (0,973) < F tabel (2,82) dan Sig (0, 414) > α (0,05). Produksi Upaya CPUE Produksi Upaya CPUE Produksi Upaya CPUE Produksi Upaya CPUE (kg) (hr. laut) (kg/hr. laut) (kg) (hr. laut) (kg/hr. laut) (kg) (hr. laut) (kg/hr. laut) (kg) (hr. laut) (kg/hr. laut) Jan 331,051 1,750 189 668,615 2,247 298 482,776 2,244 215 768,969 2,624 293 Feb 512,552 2,625 195 450,583 3,195 141 394,706 2,319 170 1,089,941 3,544 308 Mar 700,786 3,039 231 429,726 2,102 204 523,635 3,437 152 839,293 4,017 209 Apr 474,312 1,927 246 337,593 2,205 153 564,836 3,478 162 447,201 2,201 203 Mei 444,558 2,271 196 613,055 2,447 251 644,249 3,142 205 872,761 2,309 378 Jun 923,257 2,521 366 629,116 2,616 241 1,021,506 2,639 387 520,078 1,921 271 Jul 1,188,903 3,413 348 701,130 2,933 239 681,841 2,746 248 699,818 2,692 260 Ags 437,737 2,157 203 300,385 1,689 178 487,455 1,462 333 365,353 1,942 188 Sep 716,550 2,285 314 449,931 2,113 213 491,357 2,233 220 892,109 2,922 305 Okt 798,614 3,681 217 564,843 3,082 183 502,934 2,408 209 926,319 3,277 283 Nop 605,785 2,945 206 903,475 3,939 229 1,167,701 4,086 286 412,929 2,506 165 Des 657,098 2,908 226 767,500 3,365 228 562,105 2,799 201 456,454 2,546 179 Total 7,791,205 31,521 2,937 6,815,951 31,932 2,558 7,525,103 32,992 2,789 8,291,226 32,501 3,042 Rata-rata 649,267 2,627 245 567,996 2,661 213 627,092 2,749 232 690,935 2,708 253 Bulan 2012 2013 2014 2015 ## PEMBAHASAN ## Armada Rawai Tuna dan Cakupan Data Enumerasi Pada tahun 2006 sampai dengan 2010 terdapat penurunan jumlah armada rawai tuna yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Benoa-Bali. Pada tahun-tahun tersebut perikanan rawai tuna industri dihadapkan pada berbagai macam kendala sebagai dampak dari kenaikan harga minyak. Kenaikan harga minyak sangat berpengaruh terhadap biaya operasional dan total produk- si hasil tangkapan (Nugraha & Hufiadi 2012). Menurut (Barata et al . 2011; Rochman & Nugraha. 2014), perikanan rawai tuna di Pe- labuhan Benoa adalah merupakan perikanan rawai tuna segar dimana aktivitas penang- kapan dilakukan di laut lepas ( high seas ) dan sangat jauh dari tepi pantai. Daerah penang- kapan umumnya dilakukan di luar Zona Eko- nomi Ekslusif (ZEE) dengan area diatas 15° LS di laut Samudera Hindia. Sehingga ke- butuhan bahan bakar minyak sangat tinggi. Biaya pemakaian bahan bakar minyak men- capai 28-60% dari total keseluruhan biaya produksi (Sumaila et al . 2008; Schau et al . 2009; Rochman & Nugraha 2014). Pada ta- hun 2006 sampai dengan 2010 terdapat ke- naikan berjenjang harga minyak hingga men- capai 114,28% (Rp 2.100 to Rp 4.500) dari harga awal. Hal itu menyebabkan kenaikan biaya operasional perikanan rawai tuna yang ditandai dengan ditemukannya beberapa pe- rusahaan yang mengurangi jumlah armada dan hari operasinya (Nugraha & Hufiadi 2012). Pengurangan itu menyebabkan pe- nurunan total produksi tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa. Produksi perikanan tuna tertinggi diperoleh pada tahun 2009 sebesar 17.421 ton dan selanjutnya terdapat penurunan produksi di tahun 2010 sebesar 10.075 ton (ATLI 2010). ATLI (2010), menyatakan bahwa terdapat fluktuasi pro- duksi di tahun 2009-2010 akibat pengu- rangan jumlah armada dan hari operasi di tahun 2010 (Gambar 6). Salah satu contoh dikemukakan oleh Hapsari (2006), yang menyatakan bahwa total produksi perikanan rawai tuna yang dimiliki oleh PT Perikanan Samudra Besar (sekarang PT Perikanan Nusantara), sebelum dan setelah kenaikan harga minyak menurun sebesar 14,37% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 sampai dengan 2014, jumlah armada rawai tuna di Pelabuhan Benoa stabil pada kisaran 753 hingga 1.099 unit. Hal itu disebabkan karena nelayan rawai tuna telah mampu beradaptasi dengan naik turunnya harga minyak melalui penerapan manajemen penangkapan yang baik, menekan biaya pengeluaran dan penentuan area penangkapan yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada (Rochman et al . 2016a). Memasuki akhir tahun 2014 dan pertengahan tahun 2015, pemerintah Indo- nesia melalui Kementerian Kelautan dan Pe- rikanan (KKP) mengeluarkan peraturan yang menghentikan kegiatan operasional kapal- kapal rawai tuna yang pembangunannya dilakukan di luar negeri. Peraturan ini me- nyebabkan penurunan jumlah armada rawai tuna di Pelabuhan Benoa sebesar 150 unit. Menurut (Davies et al . 2014), kapasitas ber- lebih pada industri rawai tuna baik dalam jumlah kapal yang beroperasi dan kemam- puan dalam menangkap dan menyimpan ikan adalah merupakan hal yang serius dalam manajemen perikanan dan konservasi stok tuna yang mengakibatkan tangkapan berlebih dan pemborosan ekonomi. Sejalan dengan pernyataan diatas, tujuan dike- luarkannya peraturan tersebut adalah untuk mengaktualisasikan pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab dan penanggu- langan penangkapan ikan ilegal, tidak di- laporkan, tidak diatur ( ilegal, unreported and unregulated , IUU) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (FMA). Pada periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2015 terdapat 3.085 unit kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Benoa dan 1.851 unit diantaranya telah dapat dienumerasi dengan cakupan data sebesar 60%. Cakupan data ini adalah lebih besar dari persyaratan minimum yang dikeluarkan oleh IOTC sebesar minimum 30% (IOTC 2002). Menurut (Jatmiko et al . 2017), persentase cakupan data meningkat setengahnya dari 40% di tahun 2010 menjadi 60% di tahun 2015. Umumnya, persentase kapal yang terobservasi meningkat sekitar 7% sampai 12% dari tahun 2012 hingga 2015. ## Produksi, CPUE dan Komposisi Hasil Tangkapan Pada umumnya, rawai tuna di Pelabuhan Benoa didominasi oleh tipe rawai laut dalam dan pertengahan dengan jumlah pancing berkisar antara 12-18 pancing diantara pelampung hook between float 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 T o n a se ( to n ) Tahun BET YFT ALB SBT Total Gambar 6 Estimasi hasil tangkapan tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa tahun 2005- 2010 (ATLI 2010) (HBF), dengan kedalaman pancing antara 117- 450 meter (Barata et al . 2011; Novianto & Nugraha 2014). Jenis rawai ini beroperasi di dalam dan dibawah lapisan thermoklin dengan kedalaman antara 118 sampai dengan 291 meter (Chen et al . 2005; Domokos et al . 2007; Latumeten et al . 2013; Williams et al . 2014; Rochman et al . 2016b). Jenis rawai tuna ini difokuskan pada tuna laut dalam dan ikan berparuh seperti tuna sirip kuning, tuna mata besar, albakora, tuna sirip biru selatan, ikan pedang, marlin, layaran dan todak (Nugraha & Triharyuni 2009; Rochman et al . 2016b). Hal ini menghasilkan komposisi hasil tangkapan yang didominasi oleh empat jenis tuna dan enam jenis ikan berparuh dengan komposisi sebesar 93,77% (Gambar 5). Selain itu terdapat beberapa spesies yang merupakan hasil tangkapan sampingan diantaranya jenis hiu, gindara, bawal laut, lamadang, cakalang, layur dan tengiri dalam porsi yang tidak terlalu besar, yaitu berkisar 6,23% dari total hasil tangkapan. Sebagai hasil tangka-pan sampingan, spesies hiu ditangkap meng- gunakan rawai permukaan yang dikaitkan pelampung dengan kedalaman pancing tidak lebih dari 10 meter dan biasanya meng- gunakan daging ikan gindara sebagai um- pan. Suhu air pada kedalaman kurang dari 10 meter berada pada kisaran 22°C (Roch- man et al . 2016b) yang mana dilapisan air tersebut kaya akan produktivitas primer teru- tama diatom yang berasosiasi dengan kelim- pahan dan keanekaragaman ikan jenis tele- ostei dan Chondrichthyans (Lamberth et al . 1995; Clark et al . 1996). Jenis teleosts ada Chondrichthyans adalah merupakan mangsa dari spesies hiu (Kock et al . 2013; Weltz et al . 2013). Kepadatan mangsa merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap penyebaran dan laju tangkap hiu (Sims et al . 2003; Brown et al . 2010; Hammerschlag et al . 2012; Tickler et al . 2017). Pada tahun 2012-2014, upaya penangkapan berkorelasi positif dengan jumlah kapal yang beroperasi, tetapi pada tahun 2015 upaya penangkapan menun- jukkan angka peningkatan meskipun terda- pat penurunan jumlah armada tangkap. Hal itu disebabkan kenaikan hasil tangkapan diikuti dengan kenaikan frekuensi penitipan hasil tangkapan menggunakan kapal angkut. Satu kali penitipan hasil tangkapan di kapal pengangkut dihitung sebagai satu kali upaya penangkapan armada rawai tuna. Pada umumnya, armada rawai tuna menitipkan hasil tangkapan satu kali selama dua minggu namun memasuki tahun 2015 menjadi dua kali selama dua minggu. Sehingga hal ini menyebabkan kenaikan jumlah upaya pe- nangkapan. ## KESIMPULAN Perkembangan rawai tuna skala industri di Pelabuhan Benoa-Bali dari tahun ke tahun sangat dinamis baik dari segi perubahan jumlah armada, produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan. Jumlah armada rawai tuna pada periode 2012 sampai dengan 2015 terjadi penurunan yang signifikan dikarenakan oleh kebijakan pemerintah pada akhir tahun 2014 dan awal 2015 yang melarang penggunaan dan akti- vitas kapal yang pembangunannya di luar negeri (eks asing). Penurunan jumlah ar- mada tangkap mestinya diikuti oleh penu- runan produksi dan upaya penangkapan se- perti yang dapat dilihat pada periode 2012 sampai dengan 2014. Namun pada periode tahun 2015, penurunan jumlah armada tangkap tidak diikuti dengan penurunan produksi dan upaya penangkapan. Namun sebaliknya, dimana rata-rata produksi dan upaya penangkapan mengalami kenaikan meskipun secara statistik tidak signifikan. Program monitoring dan pencatatan hasil tangkapan (enumerasi) mengalami perbaikan dari waktu ke waktu dengan cakupan data sampling meningkat sebesar 10,3% dari 58% di tahun 2012 menjadi 64% di tahun 2015. Cakupan data sampling ini telah melebihi persyaratan utama IOTC dimana disyaratkan minimum cakupan data sebesar 30%. ## SARAN Perikanan rawai tuna skala industri di Pelabuhan Benoa merupakan perikanan laut lepas dengan mayoritas daerah penang- kapan diluar Zona Ekonomi Ekslusif atau laut internasional. Tipe perikanan rawai tuna ini membutuhkan energi dan biaya yang sangat besar dalam pengoperasiannya. Setelah pe- nerapan moratorium perikanan tangkap tahun 2014 dan 2015, oleh pemerintah me- lalui KKP diharapkan penataan ulang armada rawai tuna di Indonesia telah selesai. Se- lanjutnya diharapkan adanya subsidi dan kemudahan bagi nelayan rawai tuna skala industri karena daerah penangkapannya diluar ZEE dan berada di zona laut Internasional. Kemudahan tersebut berupa kemudahan perijinan, penggunaan bahan bakar bersubsidi dan pindah muat tran- shipment terbatas dan terkontrol. Kemu- dahan tersebut harus juga diikuti dengan ke- patuhan pelaku industri rawai akan ketentuan yang telah digariskan oleh pemerintah me- lalui KKP. Diantaranya adalah kepatuhan dalam penggunaan VMS ( vessel monitoring system) , penempatan observer , dan ke- patuhan untuk mengirimkan hasil tangkapan di pelabuhan-pelabuhan perikanan di Indone- sia. ## UCAPAN TERIMA KASIH Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan enumerasi yang dilakukan di pelabuhan Benoa dari tahun 2012 sampai dengan 2015. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada para enumerator di Loka Riset Perikanan Tuna (LRPT) Benoa yang telah membantu dalam proses pengumpulan data penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA ATLI (Asosiasi Tuna Longline Indonesia). 2010. Nominal Catch by Species. In- donesian Tuna Longline Association. Benoa. 2 pp. Barata, A, Novianto D, Bahtiar A. 2011. Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di Samudera Hindia. Jurnal Ilmu Kelautan Indonesia . 16(3): 165-170. Brown AC, Lee DE, Bradley RW, Anderson S. 2010. Dynamic of White Shark Predation on Pinnipeds in California: Effect of Prey Abundance. Copeia; May 20, 2010; Biological Science Database. 232 p. Chen IC, Lee PF, Tzeng NW. 2005. Distribution of Albacore ( Thunnus alalunga ) in the Indian Ocean and its Relation to Environmental Factor. Fish Oceanography . 14(1): 71-80. Clark BM, Bennett BA, Lambert SJ. 1996. Temporal Variationin Surf Zone Fish Assemblages from False Bay, South Africa. Mar Ecol Prog Ser. 131: 35-47. Davies TK, Chris C, Milner-Gulland EJ. 2014. Modelling the Spatial Behaviour of a Tropical Tuna Purse Seine Fleet. PLoS ONE. 9(12): e114037. doi:10. 137/jounal.pone.-0114037. DGCF (Directorate General of Capture Fisheries). 2014. Statistics of Marine Capture Fisheries 2014 . Directorate General of Capture Fisheries, MMAF. Jakarta. Domokos R, Seki MP, Polovina, Hawn JJDR. 2007. Oceanographic Investigation of the American Samoa Albacore ( Thun- nus alalunga ) Habitat and Longline Fishing Grounds. Fish. Oceanography . 16: 555-572. Furchan A. 2004. Pengantar Penelitian da- lam Pendidikan . Yogyakarta: Andi Off- set. Gunarso W, Wiyono ES. 1994. The Study on Influence of Season and Catch Tech- nology to the Catch of Mackerel ( De- capterus sp.) in Java Sea. Bulletin of ITK Marite. 4(1): 55-58. Hammerschlag N, Luo J, Irschick DJ, Ault JS. 2012. A Comparison of Spatial and Movement Patterns Between Sympa- tric Predators: Bull Sharks ( Carcha- rhinus leucas ) and Atlantic Tarpon (Megalops atlanticus). PLoS ONE . 7(9): e45958. doi:10.1371/journal. pone.0045958. Hapsari AT. 2006. Optimalisasi Produksi Usaha Penangkapan Tuna Pasca Ke- naikan Harga BBM pada PT Perikanan Samodra Besar Cabang Benoa Bali. [Skripsi]. Bogor: Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 82 pp. Hutapea RYF, Solihin I, Nurani TW. 2017. Peran Pelabuhan Perikanan Samude- ra Nizam Zachman dalam Mendukung Industri Tuna. Marine Fisheries . 8(2): 187-198. IOTC (Indian Ocean Tuna Commission). 2002. Field Manual for Data Collection on Tuna Landing from Longliners. IOTC Secretariat. Seychelles. 21 pp. IOTC (Indian Ocean Tuna Commission). 2012. Indonesian National Report to the Scientific Committee of the Indian Ocean Tuna Commission 2012. IOTC- 2012-NR 10 Rev_1. 18. Jatmiko I, Rochman F, Fahmi Z. 2017. Enumeration Methods Used to Investi- gated the Production of Yellowfin Tu- na ( Thunnus albacares ) in Indian Oce- an; Case Study of Tuna Monitoring in Benoa Port, Bali, Indonesia. 2nd Inter- national Forum on Sustainable Future in Asia, 2nd NIES International Forum January 26-28, 2017 Bali, Indonesia. 20-25 pp. Kock A, O’Riain MJ, Mauf K, Meyer MA, Kotze D. 2013. Residency Habitat Use and Sexual Segregation of White Shark, Carcharodon carcharias in Fal- se Bay, South Africa. PLoS ONE. 8(1): e55048.https://doi.org/10.1371/journal. pone.00 55048 Lamberth SJ, Clark BM, Bennett BA.1995. Seasonal of Beach Seine Catches in False Bay, South Africa and Implica- tion for Management. S. Afr. J. Mar. Sci. 15: 157-167. Latumeten AL, Purwanti F, Hartoko A. 2013. The Analysis of Relationship Between Sea Surface Temperature, Chloro- phyll-a of Modis Satelite Data and Subsurface Temperature of Argo Float Data to the Number of Tuna Catches in Indian Ocean. Management of Aqu- atic Resource Journal. Diponegoro University . 2(2): 1-8. Moreno G, Herrera M. 2013. Estimation of Fishing Capacity by Tuna Fishing Fleets in Indian Ocean. IOTC-2013- SC16-INF 04.p.76. Novianto D, Nugraha B. 2014. Komposisi Hasil Tangkapan Sampingan dan Ikan Target Perikanan Rawai Tuna Bagian Timur Samudera Hindia. Marine Fishe- ries . 5(2): 119-127. Nugraha B, Triharyuni S. 2009. The Effect of Temperature and Hook Depth of Tuna Longline to Catch of Tuna in Indian Ocean. Indonesian Fisheries Research Journal. Research Centre for Fisheries Management and Conservation. Indo- nesian Fisheries and Marine Affairs . 15(3): 239-247. Nugraha B, Hufiadi. 2012. Produktivitas Per- ikanan Tuna Longline di Benoa (Studi Kasus: PT. Perikanan Nusantara. Mari-ne Fisheries. 3(2): 135-140. Pillai NGK, Satheskhumar. 2013. Con- servation and Management of Tuna Fisheries in Indian Ocean and Indian EEZ. International Journal of Marine Science. 3(24): 187-192. Proctor CH, MertaI GS, Sondita MFA, Wahju RI, Davis TLO, Gunn JS, Andamari R. 2003. A Review of Indonesian Ocean Tuna Fisheries. ACIAR Country Status Report. p. 106. Rochman F, Nugraha B. 2014. Productivity and Economic Analysis of the Indian Ocean Longline Fishery Landed at Be- noa Port Bali Indonesia. Indonesian Fisheries Research Journal . 20(2): 76- 86. Rochman F, Setyadji B, Jatmiko I. 2016a. Im- pact of Moratorium Enforcement on The Fishing Effort and Production of Industrial Scale Longline Tuna Fisheries Based in Benoa Port, Bali. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia . 22(3): 181-188. Rochman F, Pranowo W, Jatmiko I. 2016b. The Influence of Swimming Layer and Sub-surface Oceanographic Variables on Catch of Albacore ( Thunnus alalu- nga ) in Eastern Indian Ocean. Indone- sian Fisheries Research Journal. 22(2): 69-76. Schau EM, Ellingsen H, Endal A, Aanonsend SA. 2009. Energy Consumption in Nor- wegian Fisheries. Journal of Cleaner Production . 17: 325- 334. Sims DW, Southall EJ, Merrett DA, Sanders J. 2003. Effect of Zooplankton Density and Diel Period on Surface Swimming Duration of Basking Sharks . J. Mar. Biol. Ass. U.K . 83: 643-646. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantita- tif Kualitatif dan R & D . Bandung: ALFABETA. Sumaila UR, The L, Watson R., Tyedmers P, Pauly D. 2008. Fuel Price Increase, Subsidies, Overcapacity, and Resource Sustainability. ICES Journal of Marine Science. 65: 832-840. Tickler DM, Letessier TB, Koldewey HJ, Meeuwig JJ. 2017. Drivers of Abundance and Spatial Distribution of Reef-associated Sharks in an Isolated Atoll Reef System. PLoS ONE 12(5): e0177374. https://doi.-org/10.1371/ journal.pone.0177374. Weltz K, Kock AA, Winker H, Attwood C, Sikweyiya M. 2013. The Influence of Environmental Variables on the Pre- sence of White Sharks, Carcharodon carcharias at Two Popular Cape Town Bathing Beaches: A Generalized Addi- tive Mixed Model. PLoS ONE 8(7): e68554. doi:10.1371/journal.pone.00. Williams AJ, Allain V, Nicol JJ, Evans KJ, Hoyle SD, Dupoux C, Vaorey E, Dubosc J. 2014. Vertical Behavior and Diet of Albacore Tuna ( Thunnus alalunga ) Vary with Latitude in the South Pacific Ocean. Deep-Sea Res. II http://dx.doi.org/10.1016/j.dsr2.2014.0 3.010
773ae3a4-4d61-4425-a41c-fa26eb8dd150
https://jmiki.aptirmik.or.id/jmiki/article/download/252/191
Warsi Maryati 1* , Indriyati Oktaviano Rahayuningrum 2 , Niar Perdana Sari 3 123 Fakultas Ilmu Kesehatan, universitas Duta Bangsa Surakarta Email: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] ## abstract Dr. Moewardi General Hospital is a fully accredited hospital. Based on the results of a preliminary survey of 10 medical record documents in the Melati ward, 40% are inaccurate documents. This study aims to determine the relationship of coder workload with the accuracy of the diagnosis code in inpatients of the jasmine ward at Dr. Moewardi in 2018.This research is an analytic study with cross sectional approach. The sample in this study were 99 medical records of inpatient Melati ward with proportionate stratified random sampling technique. Data management by collecting, editing, coding, classification, tabulating, analysis and presenting data.The percentage of the workload is low at 60% (59 documents) while the workload is high at 40% (40 documents). Percentage of accuracy of Melati ward code 59% (58 documents) while inaccuracy is 41% (41 documents). The data is processed using the chi square and show that p = 0.01 so that p <0.01.The conclusion drawn is that Ho is rejected and Ha is accepted, meaning that there is a relationship between the workload of the coder and the accuracy of the diagnosis code. The suggestion for hospitals should plan and analyze the workload of the coder in each ward. Keywords : workload, accuracy, code, diagnosis . ## Abstrak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi merupakan rumah sakit terakreditasi Paripurna. Berdasarkan berdasarkan hasil survei pendahuluan terhadap 10 dokumen rekam medis di bangsal Melati menunjukkan bahwa 40% tidak akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja coder dengan keakuratan kode diagnosis pada pasien rawat inap bangsal melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 99 dokumen rekam medis rawat inap bangsal Melati dengan teknik pengambilan sampel proportionate stratified random sampling. Pengelolaan data dengan collecting, editing, coding, classification, tabulating, analisis dan penyajian data. Persentase beban kerja rendah sebesar 60% (59 dokumen) sedangkan yang beban kerja tinggi sebesar 40% (40 dokumen). Persentase keakuratan kode bangsal Melati 59% (58 dokumen) sedangakan ketidakakuratan sebesar 41% (41 dokumen). Data tersebut diolah dengan menggunakan uji statistik chi square dan menunjukkan bahwa p=0,01 sehingga p<0,01. Kesimpulan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara beban keja coder dengan keakuratan kode diagnosis pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2018. Saran bagi rumah sakit sebaiknya merencanakan dan menganalisis beban kerja coder di masing-masing bangsal. Kata kunci: beban, kerja, keakuratan, kode, diagnosis ## PENDAHULUAN Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-undang RI No. 44, 2009). Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 377/ MenKes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan informasi Kesehatan menyatakan bahwa salah satu atau kompetensi yang harus dimiliki oleh perekam medis adalah klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis. Selama beberapa tahun, penggunaan prosedur dan istilah penyakit yang berbeda-beda mengakibatkan pengumpulan dan pengolahan data morbiditas dan mortalitas menjadi tidak akurat. Sistem klasifikasi penyakit merupakan penge- lompokan penyakit-penyakit yang sejenis ke dalam ## Ketidakakuratan Kode Diagnosis ## Dampak Beban Kerja Coder yang Tinggi terhadap satu grup kode penyakit sejenis sesuai dengan International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems revisi 10 (ICD-10) untuk istilah penyakit dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Kasim, 2011). Menurut Sudra (2014) pemahaman petugas tentang bahasa terminologi medis dan beban kerja dapat mempengaruhi keakuratan kode. Beban kerja tersebut terlihat dari jumlah berkas rekam medis pasien yang telah dikode setelah mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit per hari. Penetapan kode diagnosis pasien rawat jalan yang akurat juga perlu diperhatikan informasi tambahan seperti jenis kelamin, umur, kehamilan, riwayat penyakit, komplikasi, hasil pemeriksaan dan lembar konsultasi. Saat melakukan pengkodingan, beban kerja para petugas coder dapat mempengaruhi keakuratan kode. Penerapan kebijakan setiap bangsal memiliki coder menyebabkan beban kerja yang ditanggung pun berbeda di setiap bangsalnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Octaria (2017) menghasilkan informasi bahwa kode diagnosis yang akurat 73,4%, tidak akurat 26,3%, beban tinggi 22,8%, beban kerja tidak tinggi 77,2% serta terdapat hubungan beban kerja dengan keakuratan kode (p <0,05). Keakuratan kode diagnosis di rumah sakit umum lebih baik dibandingkan dengan rumah sakit khusus, akan tetapi jumlah kode diagnosis dengan tipe kesalahan besar di rumah sakit umum lebih banyak (Farzandipour et al., 2010). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi merupakan rumah sakit umum negeri bertipe A dan telah terakreditasi paripurna. Persentase ketidaktepatan kode diagnosis tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata rumah sakit dalam negeri lainnya yaitu 31,5% (Arifianto et al., 2011; Rahayu et al., 2011; Rohman et al., 2011; Abiyasa et al., 2012; Ifalahma, 2013; Sarwastutik, 2013; Pujihastuti dan Sudra, 2014; Seruni dan Sugiarsi, 2015; Karimah et al., 2016) dan masih sangat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rumah sakit di luar negeri yaitu 12,71% (Farzandipour et al., 2010; Cheng et al., 2009; Dalal dan Roy, 2009; Thigpen et al., 2015; Cummings et al., 2011). Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi terdapat beberapa bangsal salah satunya adalah bangsal melati yang dibagi menjadi tiga bangsal yaitu bangsal melati I, bangsal melati II, bangsal melati III yang masing- masing bangsal terdapat 1 coder . Setelah melakukan survei pendahuluan, peneliti mendapatkan hasil bahwa beban kerja coder dari masing-masing bangsal sangat beragam dan dari 10 dokumen terdapat 40% dokumen rekam medis tidak akurat. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Beban Kerja Coder dengan Keakuratan Kode Diagnosis Pada Pasien Rawat Inap Bangsal Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2018”. ## METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional . Populasi penelitian adalah seluruh dokumen rekam medis pasien rawat inap di Rsud Dr. Moewardi Surakarta tahun 2018 sejumlah 7.835 dokumen. Jumlah sampel dalam penelitian ditentukan dengan rumus Slovin dan didapatkan sampel sejumlah 99 dokumen rekam medis yang dipilih secara proportionate stratified random sampling . Data dikumpulkan menggunakan tabel observasi, lembar analisis beban kerja coder , lembar analisis keakuratan kode diagnosis dan ICD- 10. Data di analisis dengan univariat dan bivariat dengan chi-square . ## HASIL ## Jumlah dan Persentase Beban Kerja ## a. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia Waktu kerja tersedia adalah waktu yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas dan kegiatan dalam kurun waktu 1 tahun. Berikut merupakan waktu kerja tersedia yang telah dihitung : Tabel 1. Waktu Kerja Tersedia No. Komponen Keterangan Jumlah Satuan 1. Hari Kerja 5 hari 260 Hari/tahun 2. 6 hari 312 Hari/tahun 3. Cuti Pegawai Peraturan kepegawaian 12 Hari/tahun 4. Libur Nasional Dalam 1 tahun (Kalender) 19 Hari/tahun 5. Mengikuti Pelatihan Rata-rata dalam 1 tahun 5 Hari/tahun 6. Absen (Sakit, dll) 12 Hari/tahun 7. Waktu Kerja (dalam 1 minggu) Kepres No. 68/1995 37.5 Jam/minggu 8. Jam Kerja Efektif Permen PAN- RB 26/2011 26.25 Jam/minggu 9. Waktu Kerja 5 hari/kerja 5.25 Jam/hari 10. (dalam 1 hari) 6 hari/kerja 4.375 Jam/hari 11. Waktu Kerja 5 hari/kerja 212 Hari/tahun 12. Tersedia (hari) 6 hari/kerja 264 Hari/tahun 13. Waktu Kerja 5 hari/kerja 1.113 Jam/tahun 14. Tersedia (hari) 6 hari/kerja 1.155 Jam/tahun Waktu kerja tersedia dibulatkan (dalam jam) 1.200 Jam/tahun Waktu kerja tersedia dibulatkan (dalam menit) 72.000 Menit/tahun ## b. Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang secara nyata dilaksanakan oleh jenis petugas tertentu sesuai dengan tuas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan. Berikut hasil meneliti komponen beban kerja dan norma waktu di bangsal Melati : ## Tabel 2. Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu No Bangsal Kegiatan Norma Waktu (menit/dok) Jumlah 1. Melati I Assesment 1 x 24 jam 2 31 Koding 21 Melengkapi berkas klaim 5 Pra- grouping 3 2. Melati II Assesment 1 x 24 jam 1 20 Koding 6 Melengkapi berkas klaim 10 Pra- grouping 3 3. Melati III Assesment 1 x 24 jam 2 30 Koding 11 Melengkapi berkas klaim 14 Pra- grouping 3 Berdasarkan penelitian di atas didapatkan hasil norma waktu bangsal Melati I yaitu 31 menit/ dokumen, bangsal Melati II yaitu 20 menit/ dokumen dan bansal Melati III yaitu 30 menit/ dokumen. c. Menetapkan Standar Beban Kerja Standar beban kerja coder merupakan data yang diperoleh dengan meneliti 9 dokumen rekam medis dari hasil pengamatan data primer bangsal Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Berdasarkan penelitian tersebut dihasilkan standar beban kerja seperti pada tabel berikut : ## Tabel 3. Standar Beban Kerja No. Bangsal Norma Waktu Satuan (menit/dok) WKT (menit) SBK 1. Melati I 31 (menit/dok) 72.000 2.322 2. Melati II 20 (menit/dok) 72.000 3.600 3. Melati III 30 (menit/dok) 72.000 2.400 Berdasarkan penelitian terhadap 9 dokumen rekam medis pasien rawat inap bangsal Melati didapatkan hasil Standar Beban Kerja untuk bangsal Melati I yaitu 2322 dokumen, bangsal Melati II yaitu 3600 dokumen dan bangsal Melati III yaitu 2400 dokumen. Selanjutnya hasil Standar Beban Kerja perbangsal dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada bangsal Melati selama 1 tahun. ## c. Menetapkan Kategori Beban Kerja di Bang- sal Melati Beban Kerja bangsal Melati merupakan data yang diperoleh dari hasil Standar Beban Kerja yang dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2018. Berdasarkan penelitian tesebut dihasilkan kategori beban kerja di setiap bangsal Melati sebagai berikut : Tabel 4. Kategori Beban Kerja No. Bangsal Standar Beban Kerja Jumlah Kunjungan Kesimpulan 1. Melati I 2.322 901 Rendah 2. Melati II 3.600 3.817 Rendah 3. Melati III 2.400 3.117 Tinggi Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui Beban Kerja pada Bangsal Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2018 terdapat bahwa beban kerja di bangsal Melati I dan bangsal Melati II yaitu rendah serta Melati III beban kerjanya tinggi. ## Jumlah dan Persentase Keakuratan dan Ketida- kakuratan Kode Diagnosis Keakuratan dan Ketidakakuratan kode merupakan data yang diperoleh dengan meneliti 99 dokumen rekam medis dari hasil pengamatan data primer bangsal Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Berdasarkan penelitian ini dihasilkan kode yang akurat dan tidak akurat dengan presentase sebagai berikut : ## gambar 1. grafik Persentase Keakuratan dan Ketidakakuratan Kode Diagnosis Berdasarkan Gb 1 dapat dilihat bahwa persentase keakuratan dan ketidakakuratan kode diagnosis pada bangsal Melati ada 59% (58) dokumen akurat dan 41% (41) dokumen tidak akurat. Klasifikasi ketidakakuratan kode diagnosis yang diambil dari 99 sampel dikelompokkan menjadi dua klasifikasi kode yang tidak akurat yaitu ketidakakuratan karena tidak dikode dan ketidakakuratan karena salah kode. Persentase ketidakakuratan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: ## gambar 2. grafik Klasifikasi Ketidakakuratan Kode Diagnosis Hubungan Beban Kerja dengan Keakuratan Kode Diagnosis Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap Beban Kerja dengan keakuratan kode diagnosis pada dokumen rekam medis pasien rawat inap Bangsal Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2018 didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5. Tabulasi Silang Beban Kerja Dengan Keakuratan Kode Diagnosis Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji statistik Chi Square dapat diketahui nilai ρ < 0,01 sehingga dapat ditarik kesimpulan yaitu Ho ditolak, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan beban kerja dengan keakuratan kode diagnosis pada Bangsal Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2018. ## PEMBAHASAN Tinggi atau rendahnya beban kerja dapat diukur berdasarkan perbandingan antara beban kerja yang ada terhadap standar beban kerja yang dihitung menggunakan rumus yang sudah ditetapkan. Beban kerja dapat dikatakan rendah jika tidak melebihi dari standar beban kerja dan beban kerja yang tinggi jika melebihi standar beban kerjanya. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa beban kerja pada bangsal Melati I dan bangsal Melati II dikategorikan rendah, sedangkan beban kerja pada bangsal Melati III dikategorikan tinggi. Pekerjaan yang dirangkap oleh coder berupa assesment awal 1x24 jam, coding , pra-coding/ pra-grouper dan melengkapi berkas rekam medis. Assessment 1x24 jam merupakan audit berkas rekam medis pasien rawat inap yang akan keluar dari rumah sakit. Pra-coding / pra - grouper merupakan kegiatan memasukkan kode penyakit dan tindakan saat pasien masih rawat inap, sedangkan melengkapi berkas rekam medis yaitu kegiatan melengkapi dokumen rekam medis seperti tanda tangan dokter penanggung jawab dan hasil pemeriksaan penunjang. Alasan bangsal Melati II jumlah dokumennya banyak namun beban kerjanya rendah karena bangsal Melati II merupakan bangsal khusus anak yang tingkat kesulitan dalam mengkode lebih mudah sehingga dikejakan lebih cepat sedangkan alasan bangsal Melati III jumlah dokumennya sedikit namun beban kerjanya tinggi karena bangsal Melati III merupakan bangsal yang menangani kasus Interna khususnya Neoplasma dengan komplikasi berat sehingga tingkat kesulitan dalam mengkode lebih sulit. Menurut Moekijat (2011) yang menyebutkan bahwa Beban kerja yang didistribusikan secara tidak merata dapat mengakibatkan ketidaknyamanan suasana kerja karena karyawan merasa beban kerja yang dilakukannya terlalu berlebihan atau bahkan kekurangan. Standar beban kerja menunjukkan betapa banyak pekerjaan yang diharapkan dari tiap pegawai. Ketidaktepatan kode diagnosis di bangsal Melati mencapai 41%. Faktor yang dapat mempengaruhi salah penetapan kode diagnosis tersebut adalah kelengkapan dokumen rekam medis termasuk hasil pemeriksaan penunjangnya. Kelengkapan informasi medis dan keakuratan dokumen rekam medis sangatlah penting, jika informasi medis dalam suatu dokumen rekam medis tidak lengkap, maka kode diagnosis yang dihasilkan menjadi tidak akurat (Maryati et al, 2019). Pengkode harus mampu menetapkan kode diagnosis dengan baik sesuai klasifikasi penyakit yang berlaku di Indonesia yaitu International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10 th Revision (ICD-10) (Hatta, 2014). Apabila terdapat diagnosis yang tidak dikode menunjukkan bahwa Rumah Sakit perlu menetapkan kebijakan bahwa kodefikasi diagnosis merupakan kewajiban dari pengkode (Maryati et al, 2016). Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja coder dengan keakuratan kode diganosis. Tabulasi silang juga telah menunjukkan bahwa semakin tinggi beban kerja coder akan meningkatkan ketidakakuratan kode diagnosis. Seperti pada Tabel 3.5 di atas, beban kerja coder yang tinggi menghasilkan ketidakakuratan kode diagnosis lebih besar yaitu 70%, dibandingkan dengan beban kerja coder rendah yang hanya menghasilkan ketidakakuratan kode diagnosis 22%. Pernyataan di atas sama seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Oktaria (2017) yang menyebutkan beban kerja coder mempengaruhi keakuratan kode diagnosis pasien rawat inap. ## SIMPULAN Ada hubungan beban kerja dengan keakuratan kode diagnosis pada bangsal Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi tahun 2018. Sebaiknya rumah sakit merencanakan kebutuhan coder dan menganalisis beban kerja coder di masing-masing bangsal karena beban kerja pebangsal berbeda-beda agar keakuratan kode diagnosis semakin optimal. ## UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Duta Bangsa Surakarta yang telah memberikan dukungan untuk publikasi artikel ini. ## DAFTAR PUSTAKA Abiyasa MT, Ernawati D, Kresnowati L. (2012). Hubungan antara Spesifitas Penulisan Diagnosis terhadap Akurasi Kode pada RM 1 Dokumen Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Semarang. Jurnal Visikes . 11(2): 99-104. Arifianto E, Kresnowati L, Ernawati D. (2011). Keakuratan Kode Diagnosa Utama Dokumen Rekam Medis pada Kasus Partus dengan Sectio Cesarean di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum. Jurnal Visikes . 10(2): 84-88. Cheng P, Gilchrist A, Robinson KM, Paul L. (2009). The Risk and Consequences of Clinical Miscoding Due to Inadequate Medical Documentation: A Case Study of The Impact on Health Services Funding. HIMJ . 38(1): 35-46. Cummings E, Maher R, Showell CM, Croft T, Tolman J, Vickers J, Stirling C, Robinson A, Turner P. (2011). Hospital Coding of Dementia: Is It Accurate. Health Information Management Journal . 40(3): 5-11. Dalal S, Roy B. (2009). Reliability of Clinical Coding of Hip Fracture Surgery: Implications for Payment by Results. International Journal Care Injured . 40 (1): 738-741. Farzandipour M, Sheikhtaheri A, Sadoughi F. (2010). Effective Factors on Accuracy of Principal Diagnosis Coding Based on International Classification of Diseases, The 10th Revision (ICD-10). International Journal of Information Management . 30: 78–84. Hatta, G.R. (2014). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan . Jakarta : Universitas Indonesia. Ifalahma D. (2013). Hubungan Pengetahuan Coder dengan Keakuratan Kode Diagnosis Pasien Rawat Inap Jaminan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan ICD-10 Di RSUD Simo, Boyolali. Jurnal INFOKES . 3(2): 14-26. Karimah RN, Setiawan D, Nurmalia PS. (2016). Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Penyakit Gastroenteritis Acute Berdasarkan Dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Balung, Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences . 2(2): 12-17. Kasim, F. (2011). Sistem Klasifikasi Utama Morbiditas dan Mortalitas . Jakarta: UI Press Maryati, W., Murti, B., Indarto, D. (2016). Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and Medical Record at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta. Journal of Health Policy and Management , 1(2): 61-70. Maryati, W., Rahayuningrum, I.O., Justika, A.I. (2019). Quality of medical information determine the quality of diagnosis code. International Journal of Public Health Science, 8 (3) : 326-331. Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan . Jakarta : Menkes RI. Moekijat. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Mandar Maju. Octaria, H. (2017). Hubungan Beban Kerja Coder dengan Keakuratan Kode Diagnosa Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Syarifa Pekanbaru. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia , 5 (1) : 92-95. Pujihastuti A, Sudra RI. (2014). Hubungan Kelengkapan Informasi dengan Keakuratan Kode Diagnosis dan Tindakan pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap . Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia . 3(1): 60-64. Rahayu H, Ernawati D, Kresnowati L. (2011). Akurasi Kode Diagnosis Utama pada RM 1 Dokumen Rekam Medis Ruang Karmel dan Karakteristik Petugas Koding Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus Periode Desember 2009. Jurnal Visikes . 10(1): 1-5. Republik Indonesia. (2009). Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit . Jakarta: Republik Indonesia. Rohman H, Hariyono W, Rosyidah. (2011). Kebijakan Pengisian Diagnosis Utama dan Keakuratan Kode Diagnosis pada Rekam Medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal KESMAS . 5(2): 162-232. Sarwastutik. (2013). Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis pada Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap dengan Kondisi Utama Typhoid Fever Berdasarkan ICD-X di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu . Jurnal INFOKES . 3(2): 8-13. Seruni FDA, Sugiarsi S. (2015). Problem Solving Cycle Swot Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia . 3(2): 5-13. Sudra, R.I. (2014). Rekam Medis . Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Thigpen JL, Pharm, Dillon C, Forster KB, Henault L, Quinn EK, Tripodis Y, Berger PB, Hylek EM, Limdi NA. (2015). Validity of International Classification of Disease Codes to Identify Ischemic Stroke and Intracranial Hemorrhage Among Individuals with Associated Diagnosis of Atrial Fibrillation. Circ Cardiovasc Qual Outcomes . 8(1): 8–14.
328a656c-6c19-43fc-8c16-3e5414bbb267
http://dinarek.unsoed.ac.id/jurnal/index.php/dinarek/article/download/73/70
Analisa Beban Kerja Fisik dan Mental dengan Menggunakan Work Sampling dan NASA-TLX Untuk Menentukan Jumlah Operator Analysis Physical and Mental Workload Uses Work Sampling and NASA-TLX To Decide Operator Number Anton Maretno 1 , Haryono 2 2 [email protected] Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Panca Marga Jl. Yos Sudarso 107 Pabean Dringu Probolinggo 67271 Abstrak — Perbedaan sistem kerja yang ada di antara operator Quality Control dan operator produksi pada divisi Particle Board menyebabkan adanya perbedaan nilai beban kerja. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan jumlah jam lembur pada kedua bagian tersebut dimana jumlah jam lembur pada operator Quality Control lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa beban kerja operator Quality Control serta menganalisa jumlah operator yang optimal untuk menyelesaikan pekerjaan Quality Control. Penelitian ini menggunakan metode pengukuran beban kerja fisik ( Work sampling ) dan pengukuran beban kerja Mental NASA - Task Load Index (NASA-TLX). Menurut perhitungan beban kerja fisik dan mental, pelaksana yang memiliki load paling tinggi adalah pekerjaan Quality Control ( QC ) Finish board (108.1%), sedangkan terendah ada pada pekerjaan Quality Control ( QC ) Produk (72.3%). Setelah penambahan pelaksana Quality Control ( QC ) Finish board sebanyak 1 orang, beban kerja fisik untuk pekerjaan Quality Control ( QC ) Finish board menjadi 71.1%. Sedangkan untuk pekerjaan Quality Control yang lain tidak membutuhkan tambahan operator karena bisa memanfaatkan waktu idle yang dimiliki pelaksana Quality Control ( QC ) Produk untuk membantu pekerjaan lain. Kata kunci — Work sampling , NASA-TLX ( Task Load Index ), beban kerja fisik, beban kerja mental Abstract — Differences in employment systems between Quality Control operator and production operator in Particle Board division causes the difference in the value of the workload. This can be seen from the difference of overtime hours . between both of the tems in the both, which shows that Quality Control operator get it more. The aims of this research was to analyze the Quality Control operator workload and to analyze the optimum number of operators to complete the job of Quality Control. This study uses the physical workload (Work sampling) method and mental workload NASA-Task Load Index (NASA-TLX) method. Based on the calculation of physical and mental workload, operator who have the highest work load was Quality Control ( QC) of finish board job (108.1%) and the lowest work load was Quality Control ( QC ) of the Product (72.3%).of After adding one more personil (1 person ) to the Quality Control of finish board team, physical workload in work Quality Control ( QC ) Finish board become 71.1%. As for the work of others Quality Control didn’t require additional operator because it can take advantage of idle time owned by Quality Control ( QC ) products operator to help another job. Key word — work sampling, NASA-TLX (Task Load Index), physical workload, mental workload ## P ENDAHULUAN Karyawan merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya, oleh karena itu karyawan disebut sebagai salah satu faktor penting untuk menjaga keberlangsungan perusahaan (Sutrisno, 2009). Setiap karyawan ditugaskan untuk menyelesaikan beban kerja yang ada dan setiap beban kerja yang diterima karyawan harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun mental pekerja yang menerima beban kerja tersebut agar tidak terjadi kelelahan. Beban kerja dapat didefinisikan sebagai harga atau nilai dari pencapaian suatu target kegiatan (Hart, 1990). Jika harga ini terlalu tinggi dari pelaksana maka tingkat kelelahan juga tinggi. Tarwaka (dalam tulisan jurnal Ramadhan) menyebut kelelahan sebagai siklus perubahan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut atau lebih singkatnya kelelahan adalah berkurangnya kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996, dalam tulisan jurnal Ramadhan). Kelelahan akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang yang lebih besar untuk terjadi kecelakaan kerja (Nurmianto, 2004, dalam tulisan jurnal Ramadhan). Hal ini menimbulkan terjadinya hambatan- hambatan yang menyebabkan berkurangnya nilai produktifitas. Particle board factory merupakan divisi terbaru di PT. Kutai Timber Indonesia. Sebagai divisi termuda, particle board factory memiliki jumlah karyawan yang paling sedikit karena sistem produksi berjalan dengan semi automatis. Semua mesin dijalankan secara robotik dan tugas operator mesin hanya mengawasi kondisi mesin saja, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada tugas Quality Control . Semua tugas Quality Control tetap dilakukan secara manual seperti halnya tugas Quality Control pada divisi terdahulu. Hal ini menyebabkan beban kerja Quality Control lebih tinggi dari operator mesin. Staf divisi Particle Board Factory mencatat setiap operator Quality Control rata-rata membutuhkan tambahan jam lembur 2,63 jam perhari untuk menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan operator mesin rata-rata hanya membutuhkan tambahan jam lembur 1,10 jam perhari untuk menyelesaikan pekerjaannya (data personalia 2014). Dengan demikian perlu dilakukan review beban kerja pada bagian Quality Control di Particle Board Factory. NASA-TLX adalah metode rating multi - dimensional yang mampu mengukur secara keseluruhan beban kerja mental berdasarkanbobot rata-rata dari 6 subskala yaitu Mental Demands, Physical Demands, Temporal Demands, Own Performance, Effort dan Frustation (NASA Performance Research Group , 1988) . Metode ini memiliki tingkat sensitivitas yang baik karena pengukurannya ditinjau dari 6 subskala dan secara menyeluruh. Pengukuran beban fisik diukur dari pendekatan work sampling . Metode work sampling merupakan salah satu metode pendekatan yang bisa digunakan untuk mengukur produktivitas dengan mudah. Work sampling juga dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas produktif dan tidak produktif operator. Selain itu, work sampling juga dapat digunakan untuk pengamatan yang bersifat diskrit (Wignjosoebroto, 2008). Dengan konsep pendekatan pengukuran beban mental dan beban fisik yang digunakan pada penelitian ini, diharapkan peneliti mampu mengatasi ketidakseimbangan jumlah operator dan mesin untuk mencegah terjadinya beban kerja yang tinggi sehingga dapat mencegah dampak buruk bagi karyawan. ## M ETODE P ENELITIAN Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi pada proses produksi. Metode observasi dilakukan dengan mengambil data dari SSM serta wawancara mengenai keadaan pelaksana mesin ketika melakukan pekerjaannya. Setelah itu dilakukan penentuan elemen kerja untuk melakukan pengamatan work sampling dengan Lembar Instruksi Kerja (LIK) perusahaan. Setelah itu dilakukan pengamatan awal work sampling. Pengamatan awal dilakukan dengan menentukan jumlah pengamatan. Data awal yang diambil adalah 48 kali pengamatan selama 8 jam kerja. Pengamatan dilakukan hingga data dinyatakan cukup. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengambilan data dengan menggunakan metode NASA-TLX. Langkah awal dimulai dengan pengambilan nilai rating dan pengambilan bobot pelaksana mesin. Kartu berisi 15 perbandingan antar bobot dibagikan kepada pelaksana mesin. Bobot akan dikalikan dengan rating kemudian dibagi 15 untuk mendapatkan skor NASA- TLX. . ## H ASIL DAN P EMBAHASAN ## A. Identifikasi Elemen Kerja QC Produk merupakan anggota Quality Control yang memiliki tugas untuk mengontrol kualitas properties produk dari awal proses produksi (Chiper) sampai proses pemotongan Cutting . Hasil kerja QC produk akan digunakan sebagai acuan pada proses selanjutnya. Tugas-tugas QC produk yang dihitung sebagai kegiatan produktif adalah Test MC (muisture content), Test Bulk Density, Test Sieving, Test Flake thickness dan Test Raw Board properties Test MC (muisture content) dilakukan dengan menimbang kayu beberapa gram, kemudian dimasukkan ke dalam mesin oven. Setelah beberapa jam kayu dikeluarkan untuk diukur berat kayu setelah oven. Sedangkan Test Bulk Density dilakukan untuk mengetahui kerapatan material kayu. Test ini juga dilakukan dengan menimbang kayu tetapi dalam skala lebih besar. Test Sieving dilakakukan dengan memisahkan berdasakan ukuran masing-masing partikel kayu dengan bantuan mesin siefter .Test Flake thickness dilakukan dengan cara mengukur setiap material hasil sieving test yang memiliki lebar 4 mm ke atas. Sedangkan Test Raw Board properties adalah melakukan test kekuatan Particle Board . Test ini meliputi pengujian MOR , IB , density profile , MC dan surface soudness . QC Cutting merupakan anggota Quality Control yang bekerja di area Cut to Size . Tugas QC Cutting yang dicatat sebagai melakukan pengukuran thickness, panjang, lebar dan diagonal pada setiap pack raw board yang keluar. Masing-masing pack raw board diambil 2 lembar Particle Board untuk dimensinya. Selain itu QC Cutting juga bertugas untuk melakukan Pengukuran selisih tinggi stack/pack .Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan proses dan tebal Particle Board . QC Sanding merupakan anggota QualityControl yang bertugas di area Sanding . Tugas-tugas QC Sanding melakukan Inspeksi visual grading setiap particle board yang keluar dari mesin Sanding . Produk dengan visual baik akan dimasukkan grade A. Sedangkan produk yang memiliki cacat akan dimasukkan grade C atau Non grade . Selain itu QC Sanding bertugas untuk melakukan pengukuran Dimensi dan Membuat Bon untuk barang yang akan di kirim ke gudang QC Finish Board merupakan satu-satunya sub bagian Quality Control yang bekerja tanpa shift. QC Finish Board bertugas untuk test board properties setelah sanding dan melakukan pengechekan glue dan emisi formalin. ## C. Observasi Work Sampling Pada penelitian ini digunakan derajat kepercayaan 95% dengan nilai k=2 dan nilai ketelitian yang digunakan adalah 0.05. Tabel 1 Observasi work sampling N o Pelaksana N perhari Kecukup an data hari ke %produktif %non produktif N N' Keterangan 1 QC Cutting 1 48 7 76.49% 23.51% 336 288 N > N', data dikatakan cukup. 2 QC Cutting 2 48 7 74.11% 25.89% 336 207 N > N', data dikatakan cukup. 3 QC Cutting 3 48 7 74.70% 25.30% 336 302 N > N', data dikatakan cukup. 4 QC Produk 1 48 9 59.03% 40.97% 432 387 N > N', data dikatakan cukup. 5 QC Produk 2 48 9 59.26% 40.74% 432 386 N > N', data dikatakan cukup. 6 QC Produk 3 48 9 60.19% 39.81% 432 383 N > N', data dikatakan cukup. 7 QC Produk 4 48 9 59.49% 40.51% 432 386 N > N', data dikatakan cukup. 8 QC Produk 5 48 9 60.19% 39.81% 432 383 N > N', data dikatakan cukup. 9 QC Produk 6 48 9 58.56% 41.44% 432 388 N > N', data dikatakan cukup. 10 QC Sanding 1 48 6 84.38% 15.62% 288 210 N > N', data dikatakan cukup. 11 QC Sanding 2 48 6 85.07% 14.93% 288 203 N > N', data dikatakan cukup. 12 QC Sanding 3 48 6 85.07% 14.93% 288 203 N > N', data dikatakan cukup. 13 QC Sanding 4 48 6 82.99% 17.01% 288 226 N > N', data dikatakan cukup. 14 QC Sanding 5 48 6 83.68% 16.32% 288 219 N > N', data dikatakan cukup. 15 QC Sanding 6 48 6 83.68% 16.32% 288 219 N > N', data dikatakan cukup. 16 QC Finish Board 1 48 7 83.33% 16.67% 336 222 N > N', data dikatakan cukup. 17 QC Finish Board 2 48 7 82.74% 17.26% 336 229 N > N', data dikatakan cukup. Berdasarkan perhitungan kecukupan data pada 17 pelaksana QC diperoleh nilai N>N’ untuk masing masing pekerjaan QC, sehingga data dinyatakan cukup. Waktu yang dipelukan untuk mencukupi data pelaksana QC Produk 6 adalah 9 hari . dengan data yang terkumpul sebanyak 432 da nilai kecukupan (N’) sebesar 388 data. Waktu yang diperlukan untuk mencukupi data pelaksana QC sanding 4 adalah yang paling singkat, yaitu 6 hari dengan total data 288 dan nilai kecukupan (N’) sebesar 226. ## B. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat telah seragam dan tidak melebihi batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) yang telah ditentukan. Uji keseragaman dilakukan terhadap 17 orang pelaksana pekerjaan QC. Data yang digunakan untuk dilakukan uji keseragaman adalah data persentase produktif yang dialami oleh masing-masing pelaksana. Berikut adalah contoh perhitungan uji keseragaman data untuk QC Cutting pelaksana 1 : Batas kontrol atas : ̅ + 3 ̅ ̅ FFFFFFFFFFF. ( 1 ) = 0,7649 + 3 0,76491 − 0,7649 48 = 0,7649 + 30,0612 = 0,9485 Batas kontrol bawah: ̅ − 3 ̅ ̅ FFFFFFFFFF. ( 2 ) . = 0,7649 − 3 , , ## = 0,7649 − 30,0612 ## = 0,5813 Peta kontrol uji keseragaman data QC Cutting 1 dapat dilihat pada gambar 1. Pada gambar dibawah dapat dilihat bahwa persentase produktif QC Cutting pelaksana 1 sudah berada diantara batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Sehingga dapat dikatakan bahwa data persentase produktif QC Cutting pelaksana 1 mesin Ring sudah seragam. Gambar 1. Grafik keseragaman data ## Tabel 2 Uji keseragaman data Pelaksana Hari ke - B K A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 QC Cutting 1 79.2 % 75. 0% 79. 2% 72. 9% 77. 1% 77. 1% 75. 0% 94. 9% QC Cutting 2 68.8 % 75. 0% 68. 8% 79. 2% 77. 1% 75. 0% 75. 0% 93. 1% QC Cutting 3 79.2 % 68. 8% 81. 3% 70. 8% 75. 0% 75. 0% 72. 9% 93. 5% QC Produk 1 68.8 % 58. 3% 62. 5% 54. 2% 60. 4% 52. 1% 58. 3% 56. 3% 60. 4% 80. 3% QC Produk 2 54.2 % 64. 6% 52. 1% 66. 7% 58. 3% 64. 6% 56. 3% 62. 5% 54. 2% 80. 5% QC Produk 3 64.6 % 58. 3% 62. 5% 50. 0% 64. 6% 58. 3% 62. 5% 56. 3% 64. 6% 81. 4% QC Produk 4 58.3 % 64. 6% 52. 1% 62. 5% 54. 2% 66. 7% 60. 4% 62. 5% 54. 2% 80. 7% QC Produk 5 66.7 % 52. 1% 62. 5% 58. 3% 60. 4% 54. 2% 64. 6% 54. 2% 68. 8% 81. 4% QC Produk 6 54.2 % 68. 8% 58. 3% 60. 4% 52. 1% 56. 3% 58. 3% 64. 6% 54. 2% 79. 9% QC Sanding 1 89.6 % 83. 3% 83. 3% 83. 3% 85. 4% 81. 3% 10 0.1 % QC Sanding 2 83.3 % 89. 6% 87. 5% 83. 3% 83. 3% 83. 3% 10 0.5 % QC Sanding 3 85.4 % 83. 3% 87. 5% 87. 5% 83. 3% 83. 3% 10 0.5 % QC Sanding 4 87.5 % 83. 3% 83. 3% 79. 2% 83. 3% 81. 3% 99. 3% QC Sanding 5 81.3 % 79. 2% 83. 3% 87. 5% 87. 5% 83. 3% 99. 7% QC Sanding 6 79.2 % 83. 3% 87. 5% 85. 4% 85. 4% 81. 3% 99. 7% QC Finish Board 1 79.2 % 87. 5% 83. 3% 75. 0% 83. 3% 87. 5% 87. 5% 99. 5% QC Finish Board 2 87.5 % 87. 5% 79. 2% 81. 3% 81. 3% 79. 2% 83. 3% 99. 1% Agustus 2015 atakan bahwa data persentase produktif QC Cutting Gambar 1. Grafik keseragaman data B K A B K B Keteran gan 94. 9% 58. 1% data seragam 93. 1% 55. 1% data seragam 93. 5% 55. 9% data seragam 80. 3% 37. 7% data seragam 80. 5% 38. 0% data seragam 81. 4% 39. 0% data seragam 80. 7% 38. 2% data seragam 81. 4% 39. 0% data seragam 79. 9% 37. 2% data seragam 10 0.1 % 68. 7% data seragam 10 0.5 % 69. 6% data seragam 10 0.5 % 69. 6% data seragam 99. 3% 66. 7% data seragam 99. 7% 67. 7% data seragam 99. 7% 67. 7% data seragam 99. 5% 67. 2% data seragam 99. 1% 66. 4% data seragam Hasil perhitungan uji keseragaman data untuk pelaksana pekerjaan QC menunjukkan bahwa seluruh data persentase produktif masing-masing pelaksana QC telah seragam. Hasil perhitungan tersebut berada diantara Batas Kontrol Atas (BKA) dan Bawah (BKB). Tabel 2 mena keseragaman 17 pelaksana QC. ## D. Penentuan Performance Rating Performance Rating bertujuan untuk memberi penilaian atau mengevaluasi kecepatan kerja seorang operator dalam menjalankan tugasnya penelitian ini, penilaian performance rating tabel Westinghouse System. Berikut ini adalah contoh perhitungan rating untuk pelaksana QC Cutting pelaksana 1. Performance rating = 1 + rating factor Performance rating = 1 + 0.07 Performance rating = 1 Tabel 3 Performance rating pelaksana QC N o Pelaksana Westinghouse system Skill Effort 1 QC Cutting 1 C2=+0,03 C2=+0,0 3 2 QC Cutting 2 C1=+0,06 C2=+0,0 3 3 QC Cutting 3 C1=+0,06 D=0 4 QC Produk 1 C2=+0,03 C1=+0,0 5 5 QC Produk 2 D=0 C1=+0,0 5 6 QC Produk 3 C2=+0,03 D=0 7 QC Produk 4 D=0 D=0 8 QC Produk 5 C2=+0,03 D=0 9 QC Produk 6 D=0 C1=+0,0 5 10 QC Sanding 1 C1=+0,06 C1=+0,0 5 11 QC Sanding 2 D=0 D=0 12 QC Sanding 3 C1=+0,06 C1=+0,0 5 13 QC Sanding 4 D=0 D=0 14 QC Sanding 5 C1=+0,06 D=0 15 QC Sanding 6 D=0 D=0 16 QC Finish Board 1 C1=+0,06 C1=+0,0 5 17 QC Finish Board 2 C1=+0,06 C1=+0,0 5 ## E. Menentukan Allowance Perhitungan allowance dihitung menggunakan tabel westinghouse dengan berdasarkan pengamatan secara langsung. Perhitungan kelonggaran dapat dilihat langsung pada table 4. Hasil perhitungan uji keseragaman data untuk pelaksana pekerjaan QC menunjukkan bahwa seluruh masing pelaksana QC telah seragam. Hasil perhitungan tersebut berada diantara Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol menampilkan hasil uji bertujuan untuk memberi penilaian atau mengevaluasi kecepatan kerja seorang dalam menjalankan tugasnya. Dalam performance rating berdasarkan Berikut ini adalah contoh perhitungan performance untuk pelaksana QC Cutting pelaksana 1. + rating factor ## nce rating pelaksana QC Westinghouse system Ratin g perfor ma Con ditio n Cons isten sy D=0 C=+0,01 1,07 D=0 C=+0,01 1,10 D=0 C=+0,01 1,07 D=0 C=+0,01 1,09 D=0 C=+0,01 1,06 D=0 D=0 1,03 D=0 D=0 1,00 D=0 D=0 1,03 D=0 D=0 1,05 D=0 C=+0,01 1,12 D=0 D=0 1,00 D=0 C=+0,01 1,12 D=0 D=0 1,00 D=0 D=0 1,06 D=0 D=0 1,00 D=0 D=0 1,11 D=0 D=0 1,11 Perhitungan allowance dihitung menggunakan tabel dengan berdasarkan pengamatan secara langsung. Perhitungan kelonggaran dapat dilihat ## Tabel 4 Nilai Allowance Pekerjaan QC Cutting (%) QC Produk (%) QC Sanding (%) QC Finish board (%) Faktor Tenaga 0 7,5 2 6 Sikap kerja 1 0 1 0 Gerak kerja 0 0 0 0 Kelelahan mata 6 6 12 6 temperatur 5 0 3 3 atmosfer 5 0 0 0 lingkungan 3 0 1 0 kebutuhan pribadi 2,5 2,5 2,5 2,5 TOTAL 22,5 16,5 21,5 17,5 ## F. Penentuan Nilai Beban Kerja Fisik Nilai beban kerja fisik adalah hasil kali antara persentasi waktu produktif, rating performa dan satu plus allowance. Berikut contoh untuk nilai beban kerja fisik QC Cutting pelaksana 1 = 0.7649 x 1.07 x (1+0.225) = 1.003 atau dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (100.3%). Tabel 5 Nilai beban kerja seluruh pelaksana pekerjaan QC N o Pelaksana Waktu Produktif Allowan ce Rating Perform a Nilai beban kerja fisik 1 QC Cutting 1 0,7649 0,225 1,07 1,003 2 QC Cutting 2 0,7411 0,225 1,10 0,999 3 QC Cutting 3 0,7470 0,225 1,07 0,979 Rata-rata 0,751 0,225 1,08 0,994 1 QC Produk 1 0,5903 0,165 1,09 0,750 2 QC Produk 2 0,5926 0,165 1,06 0,732 3 QC Produk 3 0,6019 0,165 1,03 0,722 4 QC Produk 4 0,5949 0,165 1,00 0,693 5 QC Produk 5 0,6019 0,165 1,03 0,722 6 QC Produk 6 0,5856 0,165 1,05 0,716 Rata-rata 0,5945 0,165 1,04 0,723 1 QC Sanding 1 0,8438 0,215 1,12 1,148 2 QC Sanding 2 0,8507 0,215 1,00 1,033 3 QC Sanding 3 0,8507 0,215 1,12 1,158 4 QC Sanding 4 0,8299 0,215 1,00 1,008 5 QC Sanding 5 0,8368 0,215 1,06 1,078 6 QC Sanding 6 0,8368 0,215 1,00 1,017 Rata-rata 0,8415 0,215 1,05 1,074 1 QC Finish Board 1 0,8333 0,175 1,11 1,086 2 QC Finish Board 2 0,8247 0,175 1,11 1,076 Rata-rata 0,8290 0,175 1,11 1,081 Nilai beban kerja fisik tertinggi ada pada pekerjaan QC Finish board dengan nilai 1.081. dan terendah ada pada pekerjaan QC Produk dengan nilai 0.723. ## G. Pengumpulan Data NASA-TLX Pengumpulan data nasa TLX dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan khusus milik NASA- TLX. Pengambilan data menggunakan 2 kuesioner, kuesiner untuk bobot dan kuesioner rating . Setelah dilakukan pengambilan data menggunakan Lembar Pengamatan Kerja NASA TLX, kemudian dilakukan pengambilan bobot. Pengambilan bobot dilakukan dengan cara melakukan kegiatan wawancara menggunakan Lembar Bobot NASA TLX. Lembar bobot NASA-TLX diberikan kepada 17 orang pekerja terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Pemberian bobot bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh pada jenis pekerjaan tersebut. Pada pengamatan ini bobot yang diperoleh adalahsebagai berikut. ## Tabel 6 Bobot beban mental Pelaksana Skala/indikator Tota l MD PD TD PF EF FR QC Cutting 1 5 0 1 2 4 3 15 QC Cutting 2 4 1 1 3 1 5 15 QC Cutting 3 3 3 1 5 0 3 15 Rata-rata QC Cutting 4 1,33 1 3,33 1,67 3,67 15 QC Produk 1 2 3 1 5 0 4 15 QC Produk 2 0 3 3 2 2 5 15 QC Produk 3 2 1 5 3 0 4 15 QC Produk 4 2 1 2 4 1 5 15 QC Produk 5 3 2 3 5 0 2 15 QC Produk 6 2 1 5 3 0 4 15 Rata-rata QC Produk 1,83 1,83 3,17 3,67 0,5 4 15 QC Sanding 1 1 2 4 5 0 3 15 QC Sanding 2 2 1 5 1 2 4 15 QC Sanding 3 2 1 5 3 0 4 15 QC Sanding 4 5 1 4 1 2 2 15 QC Sanding 5 3 1 5 2 0 4 15 QC Sanding 6 3 1 1 1 4 5 15 Rata-rata QC Sanding 2,67 1,17 4 2,17 1,33 3,67 15 QC Finish Board 1 1 2 4 5 0 3 15 QC Finish Board 2 2 2 2 4 0 5 15 Rata-rata QC Finish Board 1,5 2 3 4,5 0 4 15 RATA-RATA 2,5 1,5 3 3 1 4 15 Tahap selanjutnya adalah penentuan Rating Scale . Rating Scale adalah alat numerik yang bertujuan untuk mendapatkan hal-hal yang merefleksikan faktor kerja yang dirasakan operator. Subjek diminta untuk menandai skala di nomor yang diinginkan. Dalam situasi tertentu pengisian Rating Scale dapat didampingi secara verbal atau model wawancara sesuai dengan panduan dari NASATLX Guide v.1.0. Rating scale yang digunakan adalah, mental demand, physical demand, temporal demand, performance, effort, frustration. Penilaian rating tercantum pada tabel berikut : ## Tabel 7 Rating skala beban mental Pelaksana Skala/indikator MD PD TD PF FR EF QC Cutting 1 50 30 50 100 10 100 QC Cutting 2 80 70 70 70 80 60 QC Cutting 3 40 60 20 60 50 70 Rata-rata QC Cutting 60 52,5 47,5 72,5 42,5 75 QC Produk 1 30 80 60 100 70 100 QC Produk 2 70 60 65 80 60 80 QC Produk 3 50 40 70 50 50 30 QC Produk 4 50 40 70 60 30 40 QC Produk 5 50 50 50 50 50 50 Pelaksana Skala/indikator MD PD TD PF FR EF QC Produk 6 50 40 100 80 20 90 Rata-rata QC Produk 50 52 69 70 47 65 QC Sanding 1 60 50 70 80 30 50 QC Sanding 2 50 70 75 85 45 75 QC Sanding 3 30 50 100 80 50 90 QC Sanding 4 80 75 90 95 90 80 QC Sanding 5 70 60 75 70 50 70 QC Sanding 6 80 50 50 60 80 70 Rata-rata QC Sanding 62 59 77 78 58 73 QC Finish Board 1 5 45 35 90 5 85 QC Finish Board 2 85 60 50 95 60 95 Rata-rata QC Finish Board 45 52,5 42,5 92,5 32,5 90 RATA-RATA 55 55 65 77 49 73 ## H. Uji Indeks Konsistensi Uji indeks konsistensi digunakan untuk mengetahui seberapa konsisten responden menjawab pertanyaan dari peneliti. Pada uji indeks konsistensi hasil pembobotan kuesioner dinyatakan dalam bentuk matriks seperti di bawah ini. = !11 !12 !13 !14 !15 !16 !21 !22 !23 !24 !25 !26 !31 !32 !33 !34 !35 !36 !41 !42 !43 !44 !45 !46 !51 !52 !53 !54 !55 !56 !61 !62 !63 !64 !65 !66 "#$ = & ' ( ) * Dilanjutkan dengan proses normalisasi bobot dengan cara membagi bobot tingkat kepentingan dengan hasil penjumlahan kolom sebelumnya. = !11/ !12/& !13/' !14/( !15/) !16/* !21/ !22/& !23/' !24/( !25/) !26/* !31/ !32/& !33/' !34/( !35/) !36/* !41/ !42/& !43/' !44/( !45/) !46/* !51/ !52/& !53/' !54/( !55/) !56/* !61/ !62/& !63/' !64/( !65/) !66/* "#$ = 1 1 1 1 1 1 Kemudian menentukan nilai eigen value sebagai berikut : , = 1 6 !11 + !12 & + !13 ' + !14 ( + !15 ) + !16 * + !21 + !22 & + !23 ' + !24 ( + !25 ) + !26 * + !31 + !32 & + !33 ' + !34 ( + !35 ) + !36 * + !41 + !42 & + !43 ' + !44 ( + !45 ) + !46 * + !51 + !52 & + !53 ' + !54 ( + !55 ) + !56 * + !61 + !62 & + !63 ' + !64 ( + !65 ) + !66 * + = - . . . . . . / 0 1 2 3 4 56 7 7 7 7 7 7 8 Langkah terakhir menghitung eigen value 9$!: 9$!: = 0 + &1 + '2 + (3 + )4 + *5 ## I. Menentukan indeks konsistensi ## Tabel 8 Hasil uji indeks konsistensi No Pelaksana 9$!: CI CR Keterangan 1 QC Cutting 1 6.297 0.0594 0.0479 CR < 0.1',Konsisten. 2 QC Cutting 2 6.399 0.0799 0.0644 CR < 0.1',Konsisten. 3 QC Cutting 3 6.418 0.0835 0.0674 CR < 0.1',Konsisten. 4 QC Produk 1 6.297 0.0594 0.0479 CR < 0.1',Konsisten. 5 QC Produk 2 6.531 0.1061 0.0856 CR < 0.1',Konsisten. 6 QC Produk 3 6.297 0.0594 0.0479 CR < 0.1',Konsisten. 7 QC Produk 4 6.512 0.1024 0.0826 CR < 0.1',Konsisten. 8 QC Produk 5 6.531 0.1061 0.0856 CR < 0.1',Konsisten. 9 QC Produk 6 6.297 0.0594 0.0479 CR < 0.1',Konsisten. 10 QC Sanding 1 6.297 0.0594 0.0479 CR < 0.1',Konsisten. 11 QC Sanding 2 6.512 0.1024 0.0826 CR < 0.1',Konsisten. 12 QC Sanding 3 6.297 0.0594 0.0479 CR < 0.1',Konsisten. 13 QC Sanding 4 6.5120.1024 0.0826 CR < 0.1',Konsisten. 14 QC Sanding 5 6.297 0.0594 0.0479 CR < 0.1',Konsisten. 15 QC Sanding 6 6.399 0.0799 0.0644 CR < 0.1',Konsisten. 16 QC Finish Board 1 6.297 0.0594 0.0479 CR < 0.1',Konsisten. 17 QC Finish Board 2 6.410 0.0820 0.0662 CR < 0.1',Konsisten. '; = <=>? FFFFFFF. ( 3 ) Dimana : CI = indeks konsistensi λmax = nilai maksimum eigen matriks yang bersangkutan n = Jumlah elemen yang dibandingkan Menentukan keputusan tingkat konsistensi responden digunakan rumus : ## '2 = @A BA FFFFFFFF ( 4 ) Hasil perhitungan uji indeks konsistensi disajikan dalam tabel 8. ## J. Perhitungan Weighted workload Pada bagian ini, nilai bobot aspek akan dikombinasikan dengan rating yang telah diberikan oleh pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapinya dengan cara mengalikannya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai beban kerja mental (mental workload) pada tiap pekerja. Ada 6 faktor yang akan dikombinasikan, yaitu Mental Demand, Physical Demand, Temporal Demand, Performance, Effort, Frustation. Masing-masing faktor mempunyai bobot yang sudah ditentukan oleh pekerja dalam pengisian bobot pada kegiatan pengumpulan data. Selain itu, tiap faktor juga telah ditentukan seberapa besar faktor tersebut muncul ( rating factor ) pada kegiatan pengumpulan data. Bobot dan rating pada tiap faktor akan dikalikan. Lalu nilai hasil perkalian dari masing- masing faktor dijumlahkan kemudian dibagi 15 menghasilkan nilai weighted rating . Hasil perhitungan beban kerja mental dituliskan pada table 9. Tabel 9 Beban kerja mental Pelaksana Nilai produk Weight ed Worklo ad Skor beban kerja mental MD PD TD PF FR EF QC Cutting 1 300 0 48 145 170 225 888 59 QC Cutting 2 240 53 48 218 43 375 975 65 QC Cutting 3 180 158 48 363 0 225 973 65 Rata-rata 63 QC Produk 1 100 155 69 350 0 260 934 62 QC Produk 2 0 155 208 140 93 325 921 61 QC Produk 3 100 52 346 210 0 260 968 65 QC Produk 4 100 52 138 280 47 325 942 63 QC Produk 5 150 103 208 350 0 130 941 63 QC Produk 6 100 52 346 210 0 260 968 65 Rata-rata 63 QC Sanding 1 62 118 307 392 0 218 1096 73 QC Sanding 2 123 59 383 78 115 290 1049 70 QC Sanding 3 123 59 383 235 0 290 1091 73 QC Sanding 4 308 59 307 78 115 145 1013 68 QC Sanding 5 185 59 383 157 0 290 1074 72 QC Sanding 6 185 59 77 78 230 363 992 66 Rata-rata 70 QC Finish Board 1 45 105 170 463 0 270 1053 70 QC Finish Board 2 90 105 85 370 0 450 1100 73 Rata-rata 71,5 Rata-rata keseluruhan 67 ## K. Perhitungan Jumlah Operator 1). Beban kerja fisik ## Tabel 10 Beban kerja fisik grup 1 Pelaksana Waktu Produktif Allowance Rating Performa Nilai beban kerja fisik QC Cutting 1 0,7649 0,225 1,07 1,003 QC Produk 1 0,5903 0,165 1,09 0,750 QC Produk 2 0,5926 0,165 1,06 0,732 QC Sanding 1 0,8438 0,215 1,12 1,148 QC Sanding 2 0,8507 0,215 1,00 1,033 Jumlah 4,666 Rata-rata 0,933 ## Tabel 5 Beban kerja fisik grup 2 Pelaksana Waktu Produktif Allowance Rating Performa Nilai beban kerja fisik QC Cutting 2 0,7411 0,225 1,10 0,999 QC Produk 3 0,6019 0,165 1,03 0,722 QC Produk 4 0,5949 0,165 1,00 0,693 QC Sanding 3 0,8507 0,215 1,12 1,158 QC Sanding 4 0,8299 0,215 1,00 1,008 Jumlah 4,580 Rata-rata 0,916 ## Tabel 6 Beban kerja fisik grup 3 Pelaksana Waktu Produktif Allowance Rating Performa Nilai beban kerja fisik QC Cutting 3 0,7470 0,225 1,07 0,979 QC Produk 5 0,6019 0,165 1,03 0,722 QC Produk 6 0,5856 0,165 1,05 0,716 QC Sanding 5 0,8368 0,215 1,06 1,078 QC Sanding 6 0,8368 0,215 1,00 1,017 Jumlah 4,512 Rata-rata 0,902 ## Tabel 7 Beban kerja fisik non grup Pelaksana Waktu Produkt if Allowan ce Ratin g Perfor ma Nilai beban kerja fisik QC Finish Board 1 0,8333 0,175 1,11 1,086 QC Finish Board 2 0,8247 0,175 1,11 1,076 Jumlah 2,162 Rata-rata 1,081 QC Sanding dan masing-masing grup memiliki beban kerja tinggi, yaitu diatas 100%, maka dibutuhkan tenaga tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan QC Sanding. Sedangkan untuk pekerjaan QC produk masing-masing memiliki nilai beban kerja fisik yang sedang dan tidak membutuhkan tenaga tambahan. Nilai beban kerja fisik pada setiap grup adalah 0,90 – 0.93. Nilai tersebut masuk dalam katagori sedang (Dibawah 100%), hal tersebut dapat diartikan bahwa grup tersebut tidak membutuhkan operator tambahan dalam menyelesaikan semua pekerjaan Quality Control. Masing-masing dari QC Produk memliki kelebihan waktu hingga sebesar 28%. Kelebihan waktu ini dapat digunakan untuk membantu pekerjaan QC Sanding yang membutuhkan tambahan waktu sekitar 0,3- 15,8%. Pelaksanaan ini dapat dilakukan saat QC Produk mengalami kegiatan idle Nilai beban kerja fisik untuk QC Finish Board pelaksana 1 dan pelaksana 2 masing-masing adalah 1,086 dan 1,076. Nilai tersebut masuk dalam katagori tinggi (di atas 100%), maka dibutuhkan tenaga tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan QC Finih board. Dengan total beban kerja fisik sebesar 2,162 tambahan yang disarankan adalah sebagai berikut : Nilai beban kerja masing-masing operator dengan 2 orang pelaksana : = 2 , 162 2 = 1 , 081 Nilai beban kerja masing-masing operator dengan 3 orang pelaksana : = 2 , 162 3 = 0 , 721 Perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika pekerjaan QC Finish Board dilakukan dengan 3 orang (tambahan 1 operator) maka masing-masing operator mendapat beban kerja sebesar 0,721. nilai tersebut masuk dalam katagori sedang. ## 2). Beban kerja mental Nilai beban kerja mental untuk semua anggota Quality Control tidak ada yang memiliki skor di atas 80. Rata-rata skor beban mental dari anggota Quality Control adalah 70. Hal tersebut menunjukkan bahwa Quality Control tidak membutuhkan tambahan operator. ## K ESIMPULAN 1. Nilai beban kerja fisik pada bagian Quality Control Berdasarkan perhitungan dengan metode work sampling, nilai beban kerja fisik untuk pekerjaan QC Cutting adalah sebesar 0,994 atau 99,4%, sedangkan nilai beban kerja fisik untuk pekerjaan QC Produk adalah sebesar 0,723 atau 72,3%. Nilai tersebut masuk dalam katagori sedang. Karena berada dibawah 100%. Pekerjaan yang memiliki nilai beban tinggi adalah pekerjaan QC Sanding dan QC Finish board, yaitu 1,074 (107,4%) dan 1,081 (108,1%). Kedua pekerjaan ini masuk level tinggi karena melebihi angka 100%. Pekerjaan yang memiliki beban kerja fisik tertinggi ada pada pekerjaan QC Finish Board sedangkan pekerjaan yang memiliki beban kerja fisik terendah adalah pekerjaan QC Produk. 2. Nilai beban kerja mental pada bagian Quality Control. Berdasarkan perhitungan dengan metode NASA- TLX pekerjaan QC Cutting dan QC Produk memiliki skor beban kerja mental yang sama, yaitu 63. Nilai tersebut merupakan nilai beban kerja mental paling rendah dari semua pekerjaan Quality Control. Sedangkan QC Sanding memiliki skor beban kerja mental 70 dan skor paling tinggi ada pada pekerjaan QC Finish Board dengan nilai 71,5. Semua pekerjaan Quality Control berada pada level sedang karena memiliki skor beban kerja mental dibawah 80. ## 3. Jumlah operator yang optimal Pada Quality Control yang bekerja secara shift (Grup 1, Grup 2 dan Grup 3) memiliki rata-rata skor beban kerja fisik dan mental di level sedang, yaitu dibawah 100% (Beban kerja fisik) dan 80 (beban kerja mental). Grup dengan seorang pelaksana QC Cutting, dua pelaksana QC Produk dan dua pelaksana QC Sanding sudah bisa dikatakan optimal dengan catatan pada saat pelaksana QC Produk mengalami kondisi idle membantu pekerjaan QC Sanding atau QC Cutting, karena QC Produk memiliki beban kerja yang paling rendah. Pada pekerjaan Quality control yang bekerja tanpa shift (non grup) memiliki skor beban kerja fisik yang tinggi dan tidak memiliki partner kerja lain. Kondisi sekarang (2 operator QC Finish Board) masing-masing pelaksana memiliki beban kerja fisik 108,1%. Jumlah optimal operator yang disarankan adalah 3 orang. Dengan 3 pelaksana diharapkan masing-masing operator menerima beban kerja sebesar 71,1% dan skor tersebut masuk dalam katagori sedang. ## S ARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang perlu disampaikan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan, antara lain seperti di bawah ini. 1. Ratting skala beban mental secara umum untuk pekerjaan Quality Control paling besar ada pada tingkat performa, untuk itu diperlukan pelatihan skill operator secara rutin untuk mengurangi tingginya dominasi tingkat performa dalam menyelesaikan pekerjaan di bagian quality control 2. Perusahaan perlu memperbaiki kondisi tempat kerja di lapangan. Kondisi tempat kerja yang lebih baik akan perpengaruh pada turunnya nilai allowance . Nilai allowance yang tinggi bisa menyebabkan tingginya beban kerja fisik operator. ## D AFTAR P USTAKA Faris & Pujangkoro, 2013, Pengukuran beban kerja perawat menggunakan metode NASA-TLX di rumah sakit XYZ, Jurnal Universitas Sumatra Utara : Medan. Freivalds, Andris, 2012, Niebel’s Methode, Standart, and Work Design. Mc. Graw-Hill : United States of America Hart, S.G. Development of NASA-TLX (task load index): Results of empirical and theoretical research, San jose, California Hart, S.G. 1990, “NASA Task Load Index (NASA-TLX) : 20 Years Later”, Moffett Field: NASA-Ames Research Center Hasibuan, 2002, Manajemen sumber daya manusia, Bumi aksara : Jakarta. Human Performance Research Grup, NASA Task Load Index, California : NASA Ames Research Center Miranti & Caecillia, 2013, Tingkat beban kerja mental masisis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung, Jurnal Itenas : Bandung Nazir, 2009, Metode penelitian, Ghalia indonesia : Bogor Purnomo, 2015, Penentuan beban kerja pada front office dan back office perusahaan perbankan menggunakan uji petik pekerjaan, Jurnal Universitas Islam Indonesia. Ramadhan & Pambudi Rama, Analisa beban kerja dengan menggunakan Work Sampling dan NASA TLX untuk menentukan jumlah operator, Jurnal Universitas Brawijaya : Malang Sritomo, 1999, Ergonomi studi gerak dan waktu, Guna widya : Surabaya Sutalaksana, Iftikar. 1979, Teknik Tata Cara Kerja, Departemen teknik industri ITB, Bandung Sutrisno, 2009, Manajemen sumber saya manusia, Kencana : Jakarta Wahyuniardi & syafe’i, 2014, Analisa beban kerja koordinator dan manager menggunakan metode NASA-TLX, Jurnal Universitas Pasundan : Bandung
3c5ed3a4-a5d4-4215-9b8d-5bd684b7bb22
https://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jcm/article/download/1985/2693
## TEKNIK MAMMOGRAFI METODE DIGITAL BREAST TOMOSYNTHESIS PADA KASUS CANCER MAMMAE Fisnandya Meita Astari 1 , Ike Ade NL 2 , Sayyidah Ulfah 3 , Widya Mufida 4 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Email: [email protected] ## ABSTRAK Kata kunci: Mammografi; tomosynthesis; cancer Teknik pemeriksaan Mammografi pada kasus cancer mammae di Instalasi Radiologi RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga menggunakan metode 2D konvensional sedangkan menurut (Chong, Alice, 2019) untuk teknik pemeriksaan mammografi pada kasus cancer mammae menggunakan metode Digital Breast Tomosynthesis kelebihannya yaitu tingkat deteksi kanker lebih tinggi, memiliki prognosis lebih baik, kanker invasive tambahan yang terdeteksi dengan cenderung lebih kecil, sehingga baik untuk screening pada kasus kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeriksaan mammografi dan hasil gambaran radiograf pada kasus cancer mammae. Desain penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus di instalasi radiologi RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu studi Pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Waktu pengumpulan data dari bulan November 2021 sampai bulan Juni 2022. Subjek penelitian ini adalah 2 radiografer. Objek penelitian ini adalah Studi Kasus Teknik Pemeriksaan Mammografi pada kasus Cancer Mammae Menggunakan Metode Digital Breast Tomosynthesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pemeriksaan mammografi di Instalasi radiologi RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga menggunakan metode Digital Breast Tomosynthesis proyeksi Right Cranio Caudal (RCC), Left Cranio Caudal (LCC), Right Medio Lateral Oblique (R-MLO), dan Left Medio Lateral Oblique (L-MLO). Hasil radiograf bahwasanya pasien memiliki benjolan pada payudara sebelah kanan sehingga terdapat kemungkinan jika pasien memiliki tumor jinak, konsistensi benjolan kenyal, berbatas tegas yang dapat bergerak atau bergeser, saran penulis sebaiknya pada indikasi cancer mammae dan sejenisnya digunakan metode Digital Breast Tomsynthesis karena hasil gambaran lebih tipis dan berslice sehingga bisa lebih optimal, selalu memperhatikan persiapan dan teknik pemeriksaan mammografi. ## ABSTRACT Keywords: Mammography; tomosynthesis; cancer Mammography examination technique in breast cancer cases at the Radiology Installation of Dr. Ario Wirawan Lung Hospital of Salatiga uses the conventional 2D method while according to (Alice Choung, 2019) it is better for the mammographic examination technique in cases of mammary cancer using the Digital Breast Tomosynthesis method. The advantages are higher in cancer detection rates, have a better prognosis; additional invasive cancers detected tend to be smaller, so it is good for screening in cancer cases. This study aims to determine the technique of mammography examination and the results of radiographic images in cases of mammary cancer. The research design used a qualitative research type with a case study approach at the radiology installation of dr. Ario Wirawan Lung Hospital of Salatiga. Data collection methods used library research, observation, interviews and documentation. Data collection time was from November 2021 to June 2022. The subjects of this study were 2 radiographers. The object of this research employed a Case Study of Mammographic Examination Techniques in the case of Mammae Cancer Using the Digital Breast Tomosynthesis Method. The results of the study showed that the mammographic examination technique at the Radiology Installation of dr. Ario Wirawan Lung Hospital of Salatiga uses the Digital Breast Tomosynthesis method of Right Cranio Caudal (RCC), Left Cranio Caudal (LCC), Right Medio Lateral Oblique (R-MLO), and Left Medio Lateral Oblique (L-MLO) projections. The results of the radiograph show that the patient has a lump in the right breast so there is a possibility that if the patient has a benign tumor, the consistency of a lump is supple, has firm boundaries that can move or shift. The author's suggestion is that in indications of mammary cancer and other similar cases it is better to use the Digital Breast Tomosynthesis method because the results of the picture are thinner and sliced so that it can be more optimal, always paying attention to mammography preparation and examination techniques. ## PENDAHULUAN Kelenjar payudara (mammae) merupakan kelenjar fungsional yang berfungsi untuk mendukung reproduksi wanita. Saat pubertas, kelenjar payudara akan merespons terhadap estrogen. Saat kehamilan, kelenjar payudara berfungsi untuk produksi susu (laktasi) (Setyani dan Milliani, 2020). Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Faktor-faktor resiko kanker payudara adalah usia, jenis kelamin, riwayat reproduksi, riwayat keluarga, obesitas, dan konsumsi makanan lemak tinggi (Irawan, 2018). Menurut (Lampignano, 2018) mammografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian mammae (payudara) dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif atau tidak menggunakan media kontras untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan mammografi memerlukan seperangkat pesawat sinar-X yang mempunyai komponen khusus (Mammografi Unit). Hal ini dikarenakan organ yang diperiksa mempunyai struktur yang khusus berupa soft tissue atau jaringan lunak. Beberapa proyeksi pada umumnya yang digunakan pada pemeriksaan Mammografi yaitu Right Cranio Caudal (RCC), Left Cranio Caudal (LCC), Right Medio Lateral Oblique (R-MLO), dan Left Medio Lateral Oblique (L-MLO) dan proyeksi Aksila. Digital breast tomosintesis (DBT) mewakili perpaduan mamografi 2D konvensional dan teknologi terbaru dalam full-field digital mammography (FFDM). Digital breast tomosynthesis (DBT) pertama kali disetujui FDA pada tahun 2011. Digital breast tomosintesis (DBT) adalah modalitas skrining dan diagnostik yang memperoleh gambar payudara pada berbagai sudut dengan waktu singkat. Kumpulan data tomosintesis hampir menghilangkan gangguan deteksi lengan yang terkait dengan struktur yang tumpang tindih di payudara, yang merupakan kelemahan utama dari mammografi analog dan digital 2D konvensional (Lampignano, 2018). Teknik pemeriksaan Mammografi pada kasus cancer mammae di Instalasi Radiologi RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga menggunakan metode 2D konvensional sedangkan menurut (Chong, dkk., 2019) untuk Teknik pemeriksaan Mammografi pada kasus cancer mammae menggunakan metode Digital Breast Tomosynthesis (DBT) yang kelebihannya yaitu tingkat deteksi kanker lebih tinggi, memiliki prognosis yang lebih baik, kanker invasive tambahan yang terdeteksi dengan digital breast tomosynthesis cenderung lebih kecil, sehingga baik untuk screening pada kasus kanker. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dan mengkaji lebih dalam mengenai Teknik Pemeriksaan Mammografi menggunakan Metode Digital Breast Tomosynthesis (DBT) dengan kasus cancer mammae. ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus untuk mempelajari tentang “Teknik pemeriksaan Mammografi pada kasus Cancer Mammae Menggunakan Metode Digital Breast Tomosynthesis (DBT) ”. Lokasi Penelitian di lakukan di RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Penelitian dilakukan dari bulan November 2021- Juni 2022. Subjek yang diambil pada studi kasus ini terdiri dari 3 (tiga) orang informan yang terdiri dari 3 orang radiografer . ## HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Persiapan pasien Persiapan pasien pada pemeriksaaan mammografi di Instalasi Radiologi RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga, yaitu pertama- tama untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat kompresi pasien karena akan mengganggu hasil gambaran mammografi, kemudian pasien diinstrusikan untuk mengisi lembar informed consent. setelah itu pasien diarahkan untuk melepaskan perhiasan atau aksesoris logam yang dipakai di daerah leher dan dada sembari dijelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, kemudian mengganti pakaian dengan baju pasien yang telah disiapkan. Menurut (Lampignano, 2018), radiografer meminta pasien untuk mengenakan gaun, sebaiknya yang dirancang untuk mamografi, yang memungkinkan paparan hanya payudara yang sedang diperiksa. Kemudian pasien diinstruksikan untuk melepaskan perhiasan, bedak, atau antiperspiran yang dapat menyebabkan artefak pada gambar radiografi, lotion tertentu, terutama lotion dengan kilau atau glitter, juga bisa menyebabkan artefak pada gambar. Menurut penulis, persiapan pasien pada pemeriksaan mammografi di Instalasi Radiologi RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga sudah sesuai dengan yang ada di literatur. 2. Persiapan Alat dan Bahan Persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan Mammografi di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yaitu mammografi unit, kaset, conus, printer, film radiograf dan baju pasien. Menurut (Long, dkk., 2016), persiapan pemeriksaan mammografi yaitu Mammografi unit (Anoda: Mo dan Filter: AI), kaset dan film khusus mammografi dan conus dan baju pasien. Menurut penulis persiapan alat pada pemeriksaan mammografi di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga sudah sesuai dengan yang ada di literatur. 3. Teknik Pemeriksaan Mammografi Pada Kasus Cancer Mammae Menggunakan Metode Digital Breast Tomosynthesis (DBT) Prosedur pemeriksaan Mammografi pada kasus Cancer Mammae menggunakan metode Digital Breast Tomosynthesis di Instalasi Radiologi RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yaitu menggunakan proyeksi Right Medio Lateral Oblique (R-MLO), Left Medio Lateral Oblique (L-MLO), Right Cranio Caudal (R- CC), dan Left Cranio Caudal (L-CC). Posisi objek diletakan diatas kaset kemudian dikompresi agar mengurangi ketebalan mammae. Arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Central point berada pada pertengahan mammae (objek). FFD 35-40 cm. Faktor eksposi 20-35 kV dan 55 mAs, kemudian di ekspos. Menurut (Lampignano, 2018), Teknik Pemeriksaan Mammografi menggunakan proyeksi Cranio caudal (CC), Medio Lateral Oblik (MLO) dan proyeksi Aksila. Menurut penulis, teknik pemeriksaan Mammografi di instalasi Radiologi RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga sudah sesuai dengan yang ada di literatur. 4. Hasil Radiograf Pemeriksaan Mammografi Pada Kasus Cancer Mammae Menggunakan Metode Digital Breast Tomosynthesis (DBT) Beberapa penelitian telah menunjukkan hasil skrining yang lebih baik dengan tomosintesis payudara digital, mengingat tingkat deteksi kanker yang lebih tinggi. Kanker invasif tambahan yang terdeteksi dengan tomosintesis payudara digital cenderung lebih kecil, derajat lebih rendah, dan memiliki prognosis yang lebih baik. Penggunaan mammografi sintetik sebagai pengganti mammografi digital full-field dengan tomosintesis memberikan hasil skrining yang serupa sekaligus mengurangi dosis radiasi. Sementara lokalisasi lesi ditingkatkan dengan tomosintesis , penting untuk memahami keterbatasan termasuk bahwa sumbu puting payudara sering tidak berada di tengah payudara dan oleh karena itu tidak berada di tengah bilah gulir dan, dalam beberapa algoritme rekonstruksi, tambahan bagian ditambahkan ke tumpukan untuk memperhitungkan pembengkokan dayung kompresi payudara. Karena perbaikan dalam deteksi lesi, karakterisasi, dan lokalisasi dengan tomosintesis payudara digital, efisiensi alur kerja dapat ditingkatkan dibandingkan dengan pencitraan dengan mamografi digital saja (Chong, dkk., 2019). Kesan Hasil bacaan Radiograf pada pemeriksaan Mammografi di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yaitu: Lesi relatif oval, high density, tepi cicumcribed pada regio upper- outer sinistra ukuran 2, 4 x 2, 3 cm benign finding (bi- rads massa 2) Lesi relatif oval, high density, tepi cicumcribed pada regio upper- outer dextra ukuran 2, 5 x 2, 1 cm benign finding (bi- rads massa 2) Tak tampak limfadenopati pada regio axilla Breast composition mammae kanan kiri : scattered areas of fibrogndulardensity (bi-rads density b). Menurut penulis, jika dilihat dari hasil radiograf yang dilakukan terhadap pasien bahwasanya tidak terdapat penebalan pada area payudara di dekat ketiak. Namun pasien memiliki benjolan pada payudara sebelah kanan sehingga terdapat kemungkinan jika pasien memiliki tumor jinak sejak adanya benjolan dengan berkonsistensi kenyal berbatas tegas dengan permukaan licin tidak berbenjol yang dapat brgerak atau bergeser. Hasil yang ditunjukan dari pemeriksaan pasien dengan menggunakan metode digital breast tomosynthesis dapat diketahui jika pemeriksaan mammografi ini bertujuan mendeteksi kondisi payudara yang dilihat berdasarkan keabnormalan jaringan payudara serta dapat mendeteksi keberadaan benjolan beserta kelenjar yang ada pada payudara. Hasil ini membuktikan jika pemeriksaan mammografi dengan metode Digital Breast Tomosynthsis (DBT) baik untuk dilakukan pada pasien yang hendak melakukan tindakan lebih lanjut pada payudaranya dan mengurangi kecurigaan negatifnya diagnose. ## KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan tentang teknik pemeriksaan mammografi metode Digital Breast Tomosynthesis pada kasus Cancer Mammae di Instalasi Radiologi RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: ## Gambar 1 Hasil Radiograf Proyeksi R- MLO (RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, 2020) Gambar 3 Hasil Radiograf Proyeksi R-CC (RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, 2020) Gambar 4 Hasil Radiograf Proyeksi L- CC (RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, 2020) 1. Teknik pemeriksaan Mammografi Metode Digital Breast Tomosynthesis di Instalasi Radiologi RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yaitu persiapan pasien yaitu pertama-tama untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat kompresi pasien dipastikan tidak hamil dan menyusui, pasien sedang tidak menstruasi (waktu terbaik untuk pemeriksaan adalah 7-10 hari setelah menstruasi), pasien tidak menggunakan deodorant, bedak atau lotion di sekitar ketiak sebelum pemeriksaan, karena akan mengganggu hasil gambaran mammografi, kemudian pasien diinstrusikan untuk mengisi lembar informed consent. setelah itu pasien diarahkan untuk melepaskan perhiasan atau aksesoris logam yang dipakai di daerah leher dan dada sembari dijelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, kemudian mengganti pakaian dengan baju pasien yang telah disiapkan. Kemudian persiapan alat dan bahan yaitu unit mammografi, kaset, conus, printer, film radiograf dan baju pasien. Teknik pemeriksaan dengan menggunakan proyeksi Right Medio Lateral Oblique (R-MLO), Left Medio Lateral Oblique (L-MLO), Right Cranio Caudal (R- CC) dan Left Cranio Caudal (L- CC). 2. Hasil gambaran pemeriksaan mammografi pada kasus cancer mammae menggunakan metode digital breast tomosynthesis (DBT) adalah tampak bagian-bagian anatomi payudara yaitu corpus mammae, aerola, papilla (puting susu). Tidak terdapat penebalan pada area payudara di dekat ketiak. Namun pasien memiliki benjolan pada payudara sebelah kanan sehingga terdapat kemungkinan jika pasien memiliki tumor jinak sejak adanya benjolan dengan konsistensi kenyal berbatas tegas dengan permukaan licin tidak berbenjol yang dapat bergerak atau bergeser. ## DAFTAR PUSTAKA Chong, Alice. Weinstein, Susan P. McDonald, Elizabeth S. Conant, Emily F. 2019. Digital Breast Tomosynthesis: Concepts and Clinical Practice. Vol. 292. No 1. RSNA: Philadelphia. Irawan, Erna. 2018. Faktor-Faktor Pelaksanaan Sadari/Breast Self Examination (BSE) Kanker Payudara (Literature Review). Vol. 1. Jurnal Keperawatan BSI 6. Lampignano John P. Kendrick, Leslie E., 2018., Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy. Ninth Edition. Elseiver: Amerika. Long, Bruce W. Rollins, Jeannean Hall. Smith, Barbara J. (2016). Merill’s Atlas of Radiographic Positioning and Radiologic prosedurs. Volume Two, Thirteenth Edition. Elseiver: America Setyani, Fransisca Anjar Rina. Milliani, Cindy Daniela. 2020. Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara yang Mendapatkan Kemoterapi. Vol. 2. 170-176. Carolus Journal of Nursing. ## This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
97312076-773b-4c8a-b2f6-11c11429fb96
http://jurnalaspikom.org/index.php/aspikom/article/download/185/143
## JURNALISME SENSITIF BENCANA DALAM MANAJEMEN PENCARIAN, PENGELOLAAN, INFORMASI DAN PEMBERITAHUAN BENCANA DI RUANG REDAKSI Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Ring Road Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55184. ## Abstract The real experience of journalists in the field when disaster coverage is learning that can be researched empirically in disaster coverage in the present and future. The purpose of this research described problems communication disaster experienced by reporters at the disaster, within specific research about experiences journalist who served in Yogyakarta and surrounding when coverage eruption Merapi 2010. Methods used in this research is in- depth interviews with the journalists who involved in disaster coverage. The result of this research was found an important aspect that must be controlled reporters, namely, the ability accuracy and verification of data in coverage that puts forward journalism sensitive disasters and as well as to give hope to residents affected disaster and people through journalism optimistic in disaster coverage. The absence of standard operating procedure (SOP) of disaster coverage during the eruption of Merapi Mount eruption in 2010 became a valuable lesson for various media. The SOP of disaster coverage becomes significant in disaster coverage which now has to be prepared by the editor before giving assignments to journalists to cover the disaster. This research contributes to give a new insight for journalist on disaster journalism issue. Keywords: disaster, communication, disaster-sensitive journalism, optimistic journalism ## Abstrak Pengalaman nyata wartawan di lapangan saat liputan bencana merupakan pembelajaran yang bisa dikaji secara empiris dalam liputan bencana di masa kini dan mendatang. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan persoalan komunikasi bencana yang dialami oleh wartawan di lokasi bencana, dengan secara spesifik meneliti tentang pengalaman wartawan yang bertugas di Yogyakarta dan sekitarnya saat liputan erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Metode yang digunakan yaitu wawancara mendalam kepada para wartawan yang terlibat dalam liputan bencana. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan aspek penting yang harus dikuasai wartawan, yaitu, kemampuan akurasi dan verifikasi data dalam liputan yang mengedepankan jurnalisme sensitif bencana dan sekaligus memberikan harapan kepada warga terdampak bencana maupun khalayak melalui jurnalisme optimis dalam liputan bencana. Belum adanya standar operasi prosedur (SOP) liputan bencana pada saat liputan bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 menjadi pelajaran berharga bagi berbagai media. SOP liputan bencana menjadi hal yang signifikan dalam peliputan bencana yang kini harus disiapkan oleh redaksi sebelum memberikan penugasan kepada wartawan untuk meliput bencana. Kontribusi penelitian ini adalah wawasan baru kepada wartawan mengenai jurnalisme sensitif bencana. Kata kunci : bencana, komunikasi, jurnalisme sensitif bencana, akurasi, verifikasi ## Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap bencana alam, dalam berbagai ben­ tuk, mulai dari banjir, gunung meletus, tanah longsor dan gempa bumi. Membicarakan tentang bencana alam maka setidaknya bencana alam bisa dilihat dari beberapa perspektif; yaitu pertama, bencana alam yang terjadi karena faktor alam, seperti gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Bencana alam seperti ini tidak bisa dihindari oleh manusia, namun bukan berarti tidak ada yang bisa ## Filosa Gita Sukmono dan Faj ar Junaedi Telp. (0274) 387656 Email : [email protected] dan [email protected] dilakukan oleh manusia. Kemajuan teknologi telah menjadikan manusia semakin tanggap terhadap bencana alam yang terjadi, dimana bencana alam dapat diprediksi dan diantisipasi. Kurangnya kesadaran atas pelestarian ekologi lingkungan menjadi sebab utama terjadinya bencana alam dalam perspektif kesiapsiagaan ## bencana (Junaedi dan Sukmono, 2017: 3). Kedua adalah bencana nonalam yaitu bencana yang disebabkan oleh kemajuan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Salah satu bencana nonalam yang menonjol pada tahun 2016 adalah ambruknya Jembatan Kuning di Klungkung, Bali, yang ambruk saat Hari Nyepi Segara, Minggu 16 Oktober 2016. Jembatan ini sebenarnya dikhususkan untuk pejalan kaki, namun dalam perkembangannya juga digunakan untuk sepeda motor sehingga akhirnya tidak mampu menahan beban dan roboh (Junaedi dan Sukmono, 2017 : 3). Ketiga adalah bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Dalam konteks Indonesia, bencana sosial saat ini masih menjadi ancaman serius. Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998, yang kemudian merembet ke berbagai konflik horizontal antarkelompok suku dan agama, seperti yang terjadi di Kalimantan Barat dan Maluku pasca reformasi 1998 membuktikan potensi bencana sosial yang bisa meledak sewaktu – waktu (Junaedi dan Sukmono, 2017: 4­5). Tahun 2016, bencana alam di Indonesia tercatat sebagai salah satu tahun terburuk dalam sejarah kebencanaan, sebagaimana yang terlihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Bencana yang Terjadi Sepanjang tahun 2016 No Lokasi dan Waktu Bentuk Bencana Korban 1. Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Suma ­ tera Utara, 21 Mei 2016 Awan panas yang berasal dari erupsi Gunung Sinab ­ ung Tujuh orang meninggal dunia dan 2 orang kritis dengan luka bakar terkena awan panas bersuhu 700 derajat celsius 2. Purworejo, 18 Juni 2016 Banjir bandang dan tanah longsor melanda daerah perbukitan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. 43 orang warga di lokasi bencana meninggal den ­ gan rincian 39 meninggal karena longsor dan em ­ pat orang meninggal karena banjir di Kabupaten Purworejo. BPBD Purworejo membuat estimasi jumlah kerugian akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi sekitar Rp 15,7 miliar, dengan nilai kerusakan untuk rumah Rp 4,1 miliar dan infras ­ truktur Rp 11,6 miliar. 3. Garut, Jawa Barat, 20 September 2016 Sungai Cimanuk yang be ­ rada di sekitar Kota Garut meluap. Laporan BNPB menyebutkan bahwa 34 orang meninggal, 19 orang hilang, dan 35 orang terluka akibat bencana itu. Sementara, sebanyak 6.361 warga harus mengungsi. Tercatat sekitar 2.511 rumah rusak berat dan rin ­ gan, serta 100 rumah hilang akibat tersapu banjir bandang Garut. Sebanyak 6.361 orang pun diung ­ sikan ke sejumlah lokasi pengungsian ## 714 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 4, Januari 2018, hlm 712-721 No Lokasi dan Waktu Bentuk Bencana Korban 4. Jembatan Kuning di Klungkung, Bali, am­ bruk saat Hari Nyepi Segara, Minggu 16 Ok ­ tober 2016 Jembatan Kuning di Klung­ kung, Bali, yang meng­ hubungkan dua pulau kecil, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. ambruksaat Hari Nyepi karena tidak kuat menahan beban. Jembatan ini sebenarnya untuk pe jalan kaki, namun banyak digu­ nakan untuk sepeda motor. Korban yang terdiri dari 8 orang tewas dan 34 luka sudah ditemukan semuanya dan dievakua­ si, termasuk 17 sepeda motor yang ikut masuk ke laut 5. Bandung, Jawa Barat, 3 November 2016 Banjir terjadi di 20 titik di Kota Bandung akibat drain­ ase yang buruk dan sungai yang meluap. 10 rumah jebol temboknya. 6. Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, 7 Desember 2016 gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter dengan durasi 10­15 detik. Meninggal 112 jiwa dan ratusan orang lainnya terluka. ## Sumber : Junaedi dan Sukmono, 2017 : 6 – 7. Jurnalisme yang mengabarkan tentang bencana, yang selanjutnya akan disebut sebagai jurnalisme bencana, menjadi per­ hatian di Indonesia terutama setelah bencana gemba bumi dan tsunami di Aceh tahun 2004 dan erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tahun 2010. Ahmad Arif menuliskan bahwa jurnalisme bencana pada pemberitaan erupsi Gunung Merapi telah diwarnai dengan praktek cemar. Seorang reporter yang berasal dari sebuah stasiun televisi Jakarta salah membedakan suhu panas dan hujan abu dengan awan panas. Akibat kesalahan dalam pemberitaan tersebut terjadi kepanikan, bahkan seorang pengungsi meninggal tertabrak truk akibat suasana panik. Pada tayangan lain, sebuah stasiun televisi yang bersiaran secara nasional, menyebutkan dalam sebuah program infotainment di tanggal 7 November 2010 bahwa Yogyakarta adalah kota malapetaka dan menyebutkan hasil wawancara bahwa pada tanggal 8 November 2010 akan terjadi malapetaka besar di Yogyakarta. Akibatnya kepanikan kembali melanda pengungsi (Arif, 2013: 142 – 143). Pada konteks erupsi Gunung Merapi tahun 2010, wartawan di Yogyakarta memiliki pengalaman berharga saat peliputan bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Erupsi gunung aktif yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah ini terjadi dalam periode cukup lama, yang memungkinkan wartawan terjun langsung saat bencana terjadi. Pengalaman berharga lain adalah wartawan di Yogyakarta bukan saja dalam posisi sebagai wartawan yang meliput dan mengabarkan bencana, namun juga mereka terdampak erupsi Gunung Merapi, setidaknya terdampak hujan abu vulkanik. Pengalaman liputan saat berlangsungnya bencana erupsi Gunung Merapi dimana reporter salah menyebut hujan abu vulkanik sebagai wedhus gembel menjadi pengalaman berharga bagi para wartawan di Yogyakarta. Wedhus gembel sebenarnya adalah istilah lokal masyarakat di sekitar Gunung Merapi untuk menyebut awan panas, bukan hujan abu vulkanik. Kesalahan yang dilakukan oleh reporter televisi dalam mengartikan wedhus gembel telah menyebabkan kepanikan warga di sekitar Gunung Merapi. Hal inilah yang melatarbelakangi urgensi penelitian ini, agar komunikasi bencana tidak menjadi bencana komunikasi. Penelitian terdahulu tentang komunikasi dalam bencana pernah dilakukan oleh Puji Lestari, Sari Bahagiari Kusumayudha, Eko Teguh Paripurno dan Herlina Jayadianti (2016) berjudul Enviromental Communication Model for Disaster Mitigation of Mount Sinabung Eruption Karo Regency of North Sumatra . Penelitian yang mereka lakukan menemukan bahwa komunikasi dalam situasi bencana bersifat rumit dan berhadapan dengan manajemen konflik. Penelitian tersebut menyajikan model komunikasi dengan meng gunakan pendekatan kearifan lokal untuk meningkatkan efektifitas komunikasi publik dalam mengatasi manajemen konflik khususnya di wilayah bencana (Lestari, Kusumayudha, Paripurno dan Jayadianti, 2016 : 4265 – 4270). Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini memfokuskan pada bagaimana pencarian dan pengelolaan informasi serta pemberitaan tentang bencana. Temuan penelitian ini diharapkan menjadi model pengembangan jurnalisme sensitif bencana dalam praktek jurnalisme di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan persoalan komunikasi bencana yang dialami oleh wartawan di lokasi bencana, dengan secara spesifik meneliti tentang pengalaman wartawan yang bertugas di Yogyakarta dan sekitarnya saat liputan erupsi Gunung Merapi tahun 2010. ## Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam kerangka penelitian deskriptif kualitatif dengan meng gunakan metode studi kasus tentang jurnalisme sensitif bencana dalam pencarian informasi, pengolahan dan pem­ beritaan bencana di ruang redaksi. Secara lebih spesifik penelitian difokuskan pada pencarian informasi, peng olahan dan pem­ beritaan bencana erupsi Gu nung Merapi di tahun 2010. Bencana erupsi Gunung Merapi terjadi dalam rentang waktu yang cukup panjang, meliputi pra erupsi, erupsi dan pasca erupsi. Rentang waktu bencana ini menjadi pengalaman berharga bagi wartawan yang meliput bencana ini serta redaktur di ruang redaksi. Analisis studi kasus berusaha menjelaskan sebuah realitas sosial secara holistik atau menyeluruh tentang pencarian informasi, pengolahan dan pemberitaan bencana. Peneliti harus bersikap hati­hati dan teliti agar semua realitas yang dilihatnya dapat tercatat dengan baik saat melakukan penelitian. Metode pengumpulan data dalam pe­ ne litian ini adalah dengan wawancara men dalam ( in­depth interview ) kepada Okto Lamipto (pemimpin redaksi harian Kedaulatan Rakyat), Bambang Muryanto (jurnalis Jakarta Post), Anton Wahyu Prihartono (pemimpin redaksi Harian Jogja), Sulis (jurnalis RBTV), Sirajudin Hasbi (jurnalis Fandom), Dwi Nourma Handito ## 716 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 4, Januari 2018, hlm 712-721 (jurnalis Tribun Jogja), Beni Listio (jurnalis radio Sonora FM) dan Lalita Gandaputri (produser MetroTV). Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak memiliki struktur ketat, tidak dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada informan. ## Teknik ini dilakukan pada semua informan. Bagian terpenting dalam wawancara mendalam adalah menanyakan pertanyaan yang ada di panduan wawancara ( interview guide ) yaitu tentang bagaimana peliputan bencana berbasis jurnalisme sensitif bencana di ruang redaksi dan mengembangkannya ke dalam berbagai pertanyaan serta kemudian mencatat jawaban informan atas pertanyaan yang diajukan secara akurat (Neuman, 2000: 277). Teknik pemilihan informan dapat dilakukan lebih bersifat purposive sampling atau criterion­based selection dengan kriteria informan yang pernah terlibat dalam peliputan dan proses produksi berita tentang bencana. Setelah data terkumpul, lalu dilakukan analisis dengan prosedur analisis antarkasus ( cross­site analiyis ) (Neuman, 2000: 32). Analisis seperti ini memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi micro level berupa tindakan individual sampai macro level yang berupa proses dan struktur sosial yang luas (Vaughan dalam Neuman, 2000: 33). Pada setiap kasus terjadi proses analisis model interaktif, dengan tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi dalam proses siklus (Miles dan Huberman dalam Sutopo, 2002 : 186). Reduksi data dalam penelitian ini merupakan bagian proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote . Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat di­ lakukan. Sedangkan penarikan kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan bisa dipertanggungjawabkan (Sutopo, 2000: 90 – 93). Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada konteks jurnalisme, jurnalisme bencana di Indonesia, peliputan bencana men jadi persoalan yang mengemuka. Per­ soalan itu berkisar tentang peliputan bencana yang tidak memiliki sensitivitas terhadap korban bencana seperti yang terjadi pada liputan televisi yang mengambil gambar korban bencana dengan cara pengambilan gambar dengan teknik zoom in , medium close up dan close up . Cara pengambilan gambar yang dianggap telah mengkomodifikasi penderitaan korban bencana. Persoalan lain adalah tentang akurasi pemberitaan tentang bencana, baik penggunaan istilah kebencanaan maupun geografi lokasi bencana. Data – data yang didapatkan dari para jurnalis dan redaktur berikut ini menunjukan persoalan dan tantangan di lapangan dalam peliputan bencana. Persoalan dan tantangan pertama adalah akurasi. Menurut pada informan penelitian, seharusnya wartawan mampu membuat konten yang mampu mendorong korban bencana bisa bangkit dari musibah yang mereka alami. Akurasi data dalam setiap liputan bencana harus menjadi perhatian utama bagi setiap wartawan. Berdasarkan pengalaman wartawan, persoalan akurasi ini terjadi karena tuntutan untuk memberitakan informasi bencana secara cepat. Tuntutan kecepatan ini berkaitan dengan keinginan wartawan untuk mengabarkan lebih cepat kepada publik dan sekaligus lebih cepat daripada media yang lain. Persoalan kedua adalah sumber infor­ masi tentang bencana. Kondisi saat erupsi ## Gunung Merapi tidak bisa disamakan dengan saat ini, dimana pada masa sekarang Badan Nasional Penanggulangan Bencana baik di tingkat pusat dan daerah bisa menjadi sumber informasi primer. Pada saat erupsi Merapi tahun 2010, sumber informasi primer berasal dari pejabat pemerintah dan korban di lokasi bencana. Pada saat yang bersamaan pada masa itu, media sosial sudah mulai menggeliat dan belum dikelola dengan baik oleh pemerintah. Media sosial secara umum dikelola oleh publik, baik akun pribadi maupun komunitas. Melalui media sosial, informasi tentang bencana disebarkan dan menjadi viral. Media massa harus berhadapan dengan entitas baru bernama media sosial. Beberapa informasi tentang kebencanaan yang berasal dari media sosial diolah oleh media massa sebagai berita, meskipun kemudian terjadi potensi ketidakakuratan informasi. Potensi ketidakakuratan informasi, bukan alasan media sosial tidak bisa dimanfaatkan dalam simbiosis mutualisme dengan media massa. Kemajuan teknologi komunikasi berbasis internet telah memungkinkan berkembangnya jurnalisme warga ( citizen journalism ) berbasis media sosial. Media massa arus utama ( mainstream mass media ), baik dalam bentuk media cetak maupun media elektronik, bisa memanfaatkan informasi bencana dari jurnalisme warga dengan terlebih dahulu harus mengenal karakteristik media sosial. Penguasaan literasi media sosial menjadi aspek penting sebelum menggunakan jenis media baru ini sebagai sumber informasi bencana. ## Pada kasus erupsi Gunung Merapi terjadi fenomena unik dalam pengelolaan informasi bencana dimana sumber informasi primer yang menjadi rujukan wartawan adalah pemimpin informal yang menjadi juru kunci Gunung Merapi. Namanya sangat terkenal di media massa yaitu Marijan, yang akrab dikutip media massa dengan sebutan Mbah Marijan. Mbah adalah sebuah kosakata Bahasa Jawa yang berarti Kakek, sedangkan juru kunci adalah abdi dalem (pegawai kraton Kasultanan Yogyakarta). Mbah Marijan adalah figur populer ketika terjadi erupsi Gunung Merapi. Sebagai juru kunci Gunung Merapi, Mbah Marijan memiliki nilai berita tinggi terutama setelah menolak turun dari rumahnya di kawasan bencana. Akhirnya Mbah Marijan meninggal terkena awan panas Gunung Merapi. Bagi wartawan, berita yang bersumber dari perkataan Mbah Marijan memiliki nilai berita yang tinggi mengingat ketokohannya dalam konteks kearifan lokal di sekitar Gunung Merapi. Menurut pada informan, sumber informasi yang paling bisa dipercaya adalah rilis pers dari lembaga pemerintah yang berwenang pada persoalan bencana. Untuk itu secara ideal, informasi bencana yang diolah di ruang redaksi terutama adalah informasi yang berasal dari rilis pers lembaga yang berwenang. Akurasi informasi dari rilis pers bisa dipertanggungjawababkan ## 718 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 4, Januari 2018, hlm 712-721 validitasnya. Dalam konteks bencana, pemerintah memiliki fungsi asistif atau penolong, yaitu menyangkut pemberian bantuan yang diperlukan warga yang terdampak bencana (Lucida, 2013: 43). Fungsi ini seharusnya dipahami secara lebih luas yaitu pemberian bantuan informasi tentang bencana kepada media massa untuk disebarluaskan ke masyarakat. Tujuannya tentu saja adalah mitigasi bencana untuk masyarakat agar tidak jatuh korban. Persoalan tentang akurasi dan sumber in formasi yang menjadi pokok persoalan yang dihadapi wartawan di Yogyakarta saat meliput erupsi Gunung Merapi berkelindan dengan prinsip verifikasi dalam jurnalisme. Keberadaan rilis pers, informasi dari warga di lokasi bencana serta dari media sosial dalam peliputan bencana harus dilihat dalam perspektif verifikasi. Prinsip verifikasi men­ jadi poin penting yang disampaikan secara implisit oleh wartawan dan redaktur. Ini berarti, wartawan dan redaktur harus menjaga informasi pemberitaannya agar tidak terjadi kepanikan dan ketakutan. Jangan sampai publik yang dirundung kemalangan semakin dilanda kepanikan dan ketakutan akibat produk jurnalisme “isi” yang tidak jelas kebenarannya (Badri, 2011: 156). Verifikasi ini bisa dilakukan dengan melakukan cross check berbagai informasi yang berasal dari beragam sumber tersebut. Semakin informasinya sama, maka informasi semakin valid dan akurat. Sebaliknya jika terjadi perbedaan informasi dari berbagai sumber informasi maka validitas dan akurasi berita perlu dipertanyakan. Wartawan yang menjadi informan penelitian ini mengakui bahwa wartawan terkadang sangat lemah dalam proses verifikasi data, baik itu dalam kasus bencana alam maupun bencana sosial. Hal ini terjadi karena wartawan terlalu banyak bertumpu dengan second opinion yang hal tersebut biasanya justru malah tidak benar. Ketelitian dalam melakukan verifikasi informasi menjadi sangat penting agar tidak terjadi bencana informasi. Fakta terjadinya kekeliruan informasi dalam pemberitaan ben­ cana di televisi ini menjadi pembelajaran yang berharga bagi dunia jurnalisme di Indonesia. Sebuah fakta ironis adalah adanya fakta terutama media di Indonesia, ada persoalan media dimana media di Indonesia juga belum memiliki standar operasional yang jelas saat meliput bencana (Arif, 2010: 34). Verifikasi dan ketelitian menjadi hal yang harus diperhatikan dalam jurnalisme sensitif bencana. Persoalan dan tantangan ketiga adalah kemampuan wartawan mendapatkan dan mengola informasi tentang peta bencana. Pemahaman yang baik tentang peta bencana harus diperhatikan media agar jangan sampai mereka justru malah memperburuk suasana, menambah kesedihan dan penderitaan korban bencana. Jangan membuat pembaca berita khawatir dengan berita­berita yang diterbitkan. Peta bencana ini berkaitan dengan istilah ke­ ben canaan, jalur evakuasi dan kondisi masyarakat. Ketidakmampuan wartawan da­ lam memahami peta bencana berpotensi meng akibatkan bencana sosial. Para wartawan di Yogyakarta yang menjadi informan penelitian ini menyebutkan bahwa bencana sosial itu justru banyak dipicu oleh media massa. Hal itulah yang menjadi alasan mereka menyebutkan pentingnya jurnalisme sensitif bencana yang didasarkan pada kehati­hatian mengenai akurasi dan verifikasi informasi secara baik agar tidak terjadi bencana sosial. Pada pelaksanaan proses peliputan berita, hal yang menjadi pedoman dalam kerja wartawan ada standar operasional prosedur (SOP) yang menjadi acuan kerja. Sayangnya standar yang ada selama ini adalah standar operasional prosedur pada kondisi normal. Berdasarkan penuturan para informan, pada saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010, belum ada SOP tentang peliputan bencana. Menurut pengakuan mereka, redaktur di ruang redaksi dan wartawan yang berada di lapangan pada saat itu cenderung untuk melakukan improvisasi pada saat peliputan bencana. Hal ini semakin pelik ketika informasi bencana harus disiarkan secara langsung dalam format audio­video. Stasiun televisi yang menyiarkan langsung bencana memiliki tantangan terbesar dalam format siaran langsung ( live on camera ) pemberitaan me­ ngenai bencana. Rapat redaksi merupakan aspek penting dalam penentuan kebijakan me­ ngenai bagaimana format siaran langsung ini dilakukan. Pada sebuah stasiun televisi, rapat redaksi ini dibutuhkan untuk membahas beragam kebutuhan yang berkaitan dengan aspek kebutuhan tayangan, menyangkut isu yang ditampilkan sampai dengan strategi dan penugasan agar akurasi data memiliki aktualitas yang tinggi. Selain itu dapat dikontribusikan pada pemilihan urutan berita yang layak dan perlu disiarkan. Rapat redaksi dihadiri oleh para pelaksana redaksi dan pelaksanaan siaran terkait, yang meliputi pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, produser eksekutif, produser, presenter, pengarah acara, koordinator juru kamera serta koordinator editor. Keputusan yang diambil dalam rapat, selanjutnya akan diteruskan kepada masing­masing unit pelaksana terkait (Indrajaya, 2011: 123). Terkait relasinya dengan infor masi ben­ cana, rapat redaksi harus mem pertim bang­ kan informasi terbaru ( update ) dari lokasi bencana. Hal ini berkaitan dengan keperluan pemberitaan maupun untuk mengetahui kondisi di lokasi bencana agar keselamatan wartawan yang dikirimkan ke lokasi bencana terjaga. Redaksi bertanggung jawab atas keselamatan wartawannya yang diturunkan di lokasi bencana, bagaimanapun juga tidak ada nyawa yang lebih berharga daripada berita. Di lokasi bencana, wartawan televisi yang berperan penting adalah reporter dan juru kamera. Bersama produser lapangan, mereka menjadi ujung tombak dalam pencarian informasi bencana baik yang disiarkan secara tunda maupun disiarkan secara langsung. Reporter sangat berperan dalam salah satu tahapan proses produksi, pencarian berita yang dilakukan bersama dengan juru kamera. Kedua belah pihak harus mampu bekerja sama dengan baik agar tujuan dari peliputan dan reportase dapat tercapai secara maksimal. Jika reportase dilakukan tidak secara langsung, maka setelah melakukan peliputan, reporter menulis naskah yang disesuaikan dengan pengambilan gambar yang didapatkan oleh juru kamera agar menjadi content beritanya (Indrajaya, 2011: 123). Pada saat inilah kerjasama antar reporter di lapangan dan di studio menjadi penting dan yang paling penting adalah bahwa standar ## 720 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 4, Januari 2018, hlm 712-721 keselamatan wartawan yang berada di lokasi bencana merupakan prioritas. ## Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tri Hastuti Nur Rochimah dan Fajar Junaedi (2014) berjudul Peliputan dan Reportase Televisi di Lokasi Bencana : Belajar dari Erupsi Merapi 2010 menemukan bahwa repor tase televisi secara langsung dari lokasi bencana memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dibandingkan dengan reportase televisi di lokasi lain dan dibandingkan dengan liputan media non televisi. Situasi yang tidak menentu dan ancaman terhadap keselamatan jurnalis televisi menjadi persoalan yang mengemuka dalam reportase langsung televisi. Berdasarkan dengan temuan penelitian terdahulu, dalam liputan langsung di televisi, kondisi yang disampaikan adalah tentang keadaan di lokasi bencana, hal penting yang ditekankan oleh para wartawan yang langsung terlibat dalam peliputan bencana erupsi Gunung ## Merapi adalah pentingnya memberikan pers­ pektif optimis kepada korban bencana dan me­ nunjukan rasa empati kepada korban di lokasi bencana yang diwujudkan dalam pengolahan informasi kebencanaan. Berbagai informasi yang diterima dari berbagai sumber berita, baik itu dari lokasi bencana, rilis berita dan media sosial harus diolah agar data yang disajikan valid dan akurat. ## Simpulan ## Sebagaimana tujuan penelitian ini yang hendak mengetahui pencarian informasi, peng olahan dan pemberitaan bencana, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa wartawan yang meliput erupsi Gunung Merapi di tahun 2010 mengakui adanya kelemahan dalam praktek jurnalisme bencana yang terjadi saat itu. Persoalan dan tantangan yang mengemuka berkisar tentang akurasi dan verifikasi informasi bencana serta sumber informasi bencana dan pemahaman tentang peta bencana. Alih­alih pemberitaan bencana memberikan perspektif optimis pada korban bencana, pemberitaan bencana justru menghasilkan kepanikan di masyarakat, bahkan terjadi bencana sosial yang menjadi efek domino dari pemberitaan bencana yang dibingkai dalam jurnalisme air mata. Istilah jurnalisme air mata ini digunakan oleh wartawan di Yogyakarta untuk merujuk praktek jurnalisme yang mengeksploitasi korban bencana. Demi menjaga manajemen pemberitaan selalu dalam koridor jurnalisme sensitif bencana, maka setiap redaksi media sebaiknya menyusun Standar Operasi Prosedur (SOP) peliputan bencana. SOP ini bisa berbeda – beda setiap media, namun benang merah dari SOP yang disusun adalah harus mengedepankan jurnalisme sensitif bencana dan menjauhi praktek jurnalisme air mata. Prinsip jurnalisme sensitif bencana ini meliputi akurasi informasi, verifikasi informasi dan sumber informasi, pemahaman tentang peta bencana, dan keselamatan wartawan di lokasi bencana. ## Daftar Pustaka Arif, Ahmad. (2010). Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme . Jakarta: KPG Arif, Ahmad (2011). Jurnalisme Bencana : Tugas Suci, Praktik Cemar, dalam Budi, Setio [ed] (2011). Komunikasi Bencana . Yogyakarta :Aspikom Badri, M (2011). Paradigma Jurnalisme Bencana, dalam Budi, Setio [ed] Komunikasi Bencana. Yogyakarta :Aspikom dan Buku Litera Fajar Junaedi & Filosa Gita Sukmono. Jurnalisme Sensitif Bencana... 721 H.B. Sutopo. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif . Surakarta : UNS Press. Hessel Nogi .S T. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : PT. Grasindo Indrajaya, DoddyPermadi. (2011). Buku Pintar Televisi , Bogor : Ghazali Indonesia Junaedi, Fajar dan Filosa Gita Sukmono. (2017). Jurnalisme Sensitif Bencana, Panduan Pe li putan Bencana . Yogyakarta, Buku Litera Lestari, Puji; et. all. Environmental Com muni­ cation Model for Disaster Mitigation of Mount Sinabung Eruption, Karo Regency of North Sumatera, Journal Information, Vo lume 19, Number 9 (B) pp 4265­4270, ISSN 1343­4500, eISSN 1344­8994, C2016. Tokyo: International Information Institute. ## Lucida (2011). Pemimpin Indonesia dalam Penanganan Bencana, Sebuah Refleksi tentang Kesigapan Pemimpin Indonesia Menghadapi Bencana , Paradigma Jur­ na lis me Bencana, dalam Budi, Setio [ed]. Komunikasi Bencana. Yogyakarta: Aspikom dan Buku Litera Neuman, Lawrence (2000). Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches, 4th Edition . London :Sage Rochimah, Tri Hastuti Nur dan Junaedi, Fajar (2014). Peliputan dan Reportase Televisi di Lokasi Bencana : Belajar dari Erupsi Merapi 2010, Jurnal Communication Spectrum, Volume 4 No. 1 Februari – Juli 2014.
c865cf93-4cc9-417c-a38b-27a21f291c71
https://jiss.publikasiindonesia.id/index.php/jiss/article/download/655/1215
Pengaruh Proftabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Reputasi Auditor Terhadap Audit Report Lag pada Sektor Pertambangan Hendrick Yohannes Wijaya Tamba 1* , Tetty Tiurma Sipahutar 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Prima Indonesia, Medan, Indonesia 1, 2 Email: [email protected] 1* , [email protected] 2 ## Artikel info ## Artikel history Diterima : 02-07-2022 Direvisi : 16-07-2022 Disetujui : 25-07-2022 Kata Kunci: Audit Report Lag ; profitabilitas; solvabilitas; ukuran perusahaan; reputasi KAP Keywords: Audit Report Lag; profitability; solvency; firm size; KAP reputation ## Abstrak Laporan keuangan merupakan suatu alat yang dipakai sebagai alat ataupun penilai kinerja perusahaan dan juga mendorong perkembangan perusahaan, khususnya perusahaan yang telah masuk ke bursa efek. Beberapa karakteristik dari laporan keuangan yang baik adalah yang mudah dimengerti, sesuai, materialitas, memiliki kapasitas keandalan, dan dapat dikomparasikan dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis pengaruh profitabilitas, fairness , firm size dan KAP terhadap keterlambatan laporan audit di sektor pertambangan Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020. Kajian ini merupakan kajian statistik deskriptif. Sampel sebanyak 100 perusahaan yang dipilih menggunakan purposive sampling . Data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan analisis data regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, solvabilitas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Audit Report Lag . Reputasi auditor berpengaruh terhadap Audit Report Lag . Profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan reputasi KAP berpengaruh secara simultan karena nilai signifikan 0,019 yang berarti nilainya < 0,05. ## Abstract Financial reports are a tool used as a tool or assessor of company performance and also encourage the development of companies, especially companies that have been listed on the stock exchange. Some of the characteristics of good financial statements are that they are easy to understand, appropriate, materiality, have the capacity of reliability, and can be compared with others. This study aims to evaluate and analyze the effect of profitability, fairness, firm size and KAP on delays in audit reports in the mining sector of the Indonesia Stock Exchange for the 2017-2020 period. This study is a descriptive statistical study. A sample of 100 companies were selected using purposive sampling. The data used is secondary data using multiple linear regression data analysis. Based on the results of the study indicate that profitability, solvency, and firm size have no effect on Audit Report Lag. Auditor reputation has an effect on Audit Report Lag. Profitability, solvency, firm size, and KAP reputation have a simultaneous effect because the significant value is 0.019, which means the value is <0.05. Koresponden author: Hendrick Yohannes Wijaya Tamba Email: [email protected] artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY SA 2022 ## Pendahuluan Laporan keuangan merupakan suatu alat yang dipakai sebagai alat ataupun penilai kinerja perusahaan dan juga mendorong perkembangan perusahaan, khususnya perusahaan yang telah masuk ke bursa efek ( Fakih , 2019). Perusahaan-perusahaan tersebut semakin berkembang seiring dengan tingginya permintaan dan kebutuhan terhadap laporan keuangan audit yang digunakan investor sebagai dasar informasi. Beberapa karakteristik dari laporan keuangan yang baik adalah yang mudah dimengerti, sesuai, materialitas, memiliki kapasitas keandalan, dan dapat dikomparasikan dengan yang lain. Ketepatan waktu dalam melaporkan laporan keuangan merupakan faktor penting dari laporan keuangan ( Imaniar & Kurnia , 2016). Berbagai penelitian sudah banyak yang melakukan riset yang berkaitan dengan Audit Report Lag . Beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi audit reporting delay adalah profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan berguna dalam menentukan kemampuannya untuk membayar kewajiban jangka Panjang ( Liwe et al ., 2018). Berdasarkan ( Latifah & Luhur , 2017) profitabilitas adalah rasio pengukur kemampuan instansi dalam menghasilkan laba. Ukuran perusahaan dapat digunakan para investor sebagai pertimbangan karena banyak perusahaan yang berkembang sangat besar dan juga memiliki berbagai anak perusahaan dan juga cabang yang tersebar di beberapa wilayah, maka untuk membuat laporan keuangan telah mengerti dan mempunyai pengalaman dalam membuat laporan sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam aturan bursa efek indonesia ( Artaningrum et al ., 2017). Berdasarkan penelitian dari ( Widhiasari & Budiartha , 2016) dan ( Iskandar & Trisnawati , 2010) memperoleh informasi tentang auditor yang bereputasi baik, auditor di Empat Besar Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan kemampuan menyelesaikan audit tepat waktu dan kualitas audit yang efisien. KAP Big Four juga memiliki teknologi yang canggih dan canggih serta tenaga ahli yang membuat pelayanan menjadi efisien. Berdasarkan latar belakang diatas maka kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi auditor terhadap latency laporan audit. Manfaat penelitian ini bagi investor adalah untuk mempertimbangkan dalam mengambil keputusan dan melihat perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya secara tepat waktu untuk keputusan investasi. ## Metode Penelitian Kajian ini merupakan kajian statistik deskriptif. Informasinya diambil dari perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan 2017-2021. Statistik deskriptif merupakan jenis penelitian yan digunakan. Populasi yang digunakan merupakan seluruh perusahaan pertambangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, dan nama perusahaan yang termasuk dalam sektor pertambangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah profitabilitas KAP, ukuran perusahaan, solvabilitas, dan reputasi. Variabel dependen termasuk jeda pelaporan audit. Tabel 1. Kriteria Sampel No. Kriteria Jumlah 1. Institusi pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2017- 2021 44 2. Institusi pertambangan yang tidak melakukan penerbitan laporan keuangan secara berturut-turut pada tahun 2017-2021 (8) 3. Institusi pertambangan yang mengalami kerugian pada tahun 2017- 2021 3 Tahun Jumlah sampel 20 Jumlah sampel penelitian selama 5 tahun 100 ## Sumber: Laporan keuangan Bursa Efek Indonesia Hasil dan Pembahasan Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif N Min Max Mean Std. Deviation Profitabilitas (X1) 65 .19 29.00 99.174 737.960 Solvabilitas (X2) 65 8.80 66.07 388.845 1.639.746 Ukuran Perusahaan 65 15.79 30.89 222.885 431.229 (X3) 65 .57 Reputasi Auditor (X4) 65 0 1 82.94 .499 Audit Report Lag (Y) 45 151 21.049 Valid N ( listwise ) 65 Sumber: SPSS 22 Keterangan: a. X1 memiliki 65 sampel, dengan nilai paling tidak 0,19, nilai tertinggi 29,00, mean 9,9174, dan standar deviasi 7,37960. b. X2 memiliki 65 sampel, dengan nilai paling tidak 8,80, nilai tertinggi 66,07, mean 38,8845, dan standar deviasi 16,39746. c. X3 memiliki 65 sampel, dengan nilai paling tidak 15,79, nilai tertinggi 30,89 mean 22,2885 dan standar deviasi 4,31229. d. X4 memiliki 65 sampel, dengan nilai paling tidak 0, nilai tertinggi 1, mean 0,57 dan standar deviasi 0,499. e. Y memiliki 65 sampel, dengan nilai paling tidak 45, nilai tertinggi 151, mean 82,94 dan standar deviasi 21,049. Tabel 3. Hasil uji normalitas Residual Tidak Standar N 65 Parameter Normal a,b Mean .0000000 Std. Deviasi 1.853.745.290 Perbedaan Paling Ekstrim Mutlak .087 Pengaruh Proftabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Reputasi Auditor Terhadap Audit Report Lag pada Sektor Pertambangan yang Terdapat pada Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021 Residual Tidak Standar Positif .087 Negatif -.073 Statistik Tes .087 Signifikansi asimtotik .200 c,d Sumber: SPSS 22 Berdasarkan tabel 3 nilai yang didapatkan Signifikansi asimtotik adalah 0,200 lebih besar dari 0,05 mendeskripsikan data penelitian yang digunakan berdistribusi normal. Gambar 1. Grafik Histogram Sumber: SPSS 22 Berdasarkan gambar 1, maka dapat disimpulkan bahwa grafik histogram menunjukkan data berdistribusi normal karena kurva condong simetris (U), tidak miring ke kanan atau kekiri. Tabel 4. Uji Multikolinieritas Model Statistik Collinearity Toleransi VIF (Konstan) Profitabilitas (X1) .744 1.344 1 Solvabilitas (X2) .781 1.280 Ukuran Perusahaan (X3) .871 1.148 Reputasi Auditor (X4) .828 1.208 a. Variabel terikat: Audit Report Lag (Y) Sumber: SPSS 22 Berdasarkan tabel 4 semua variabel bebas memiliki nilai toleransi>0,10 hari VIF<10, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas. ## Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar 2 pada data penelitian tidak terjadi gejala heteroskedastisitas karena pada grafik scatterplot di atas tidak ada pola tertentu antara nilai prediksi Y (ZPRED) dengan residual nya (SRESID), dan titik-titik data penyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. Tabel 5. Model Penelitian Koefisien Model Koefisien Tidak Terstandarisasi Standar t Sig. Koefisien B Std. Kesalahan Beta 1 (Konstan) 123.643 15.095 8.191 .000 Profitabilitas (X1) Solvabilitas (X2) -.350 .374 -.123 -.936 .353 Ukuran Perusahaan -.240 .164 -.187 -1.460 .150 (X3) -.783 .592 -.160 -1.323 .191 Reputasi Auditor (X4) 18.377 5.243 .-436 -1 1 a. Variabel Terikat : Audit Report Lag (Y) Sumber: SPSS 22 Berdasarkan tabel 5 didapatkan persamaan berikut: ARL = 123,643 – 0,350 Profitabilitas – 0,240 Solvabilitas – 0,783 Ukuran Perusahaan – 18,377 Reputasi KAP g Persamaan tersebut diartikan sebagai berikut: 1) Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai konstan sebesar 123,643 menjelaskan bahwa nilai X memiliki nilai yang konstan, jadi nilai Y adalah 123,643. 2) Koefisien X1 sebesar -0,350 dengan tanda negatif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jika profitabilitas bertambah 1 satuan, menyebabkan Y berkurang sebanyak - 0.350. 3) Koefisien X2 senilai -0,240 dapat disimpulkan bahwa jika X2 naik 1 satuan, menyebabkan Y berkurang sebanyak -0,240. 4) Nilai X3 sebesar -0,783 dengan tanda negatif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jika ukuran perusahaan bertambah sebanyak satu satuan, mengurangi nilai Y sebanyak -0,240. 5) Nilai X4 sebesar -18,377 dengan tanda negatif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jika reputasi auditor naik 1 satuan, menyebabkan nilai Y berkurang sebanyak -18,377 Tabel 5. Koefisien determinasi Ringkasan Model Model R R Square R yang Disesuaikan Std. Kesalahan Dari Perkiraan Durbin- Watson 1 .482 a .232 .181 19.045 1.790 a. Prediktor: (Konstan), Reputasi Auditor (X4), Solvabilitas (X2), Ukuran Perusahaan (X3), Profitabilitas (X1) b. Variabel Terikat: Audit Report Lag (Y) Sumber: SPSS 22 Berdasarkan tabel 5 hasil analisis koefisien determinasi pada R yang disesuaikan sebesar 0,181 atau 18,1%. Hal ini memiliki arti bahwa pengaruh variabel X memiliki pengaruh terhadap Y sebesar 18,1% dengan sisa 81,9% yang dipengaruhi faktor-faktor yang tidak dimasukkan di riset ini. Tabel 6. Uji Persial (uji t) Koefisien Model Koefisien Tidak Terstandarisasi Standar Koefisien t Sig. B Std. Kesalahan Beta 1 (Konstan) Profitabilitas (X1) Solvabilitas (X2) Ukuran Perusahaan (X3) Reputasi Auditor (X4) 123.64 3 -.350 15.095 8.191 - .936 .000 .374 -.123 .353 -.240 .164 -.187 -1.460 .150 -.783 .592 -.160 -1.323 .191 -18.377 5.243 -.436 -3.505 .001 a. Variabel Terikat : Audit Report Lag (Y) Sumber: SPSS 22 Berdasarkan hasil uji t pada tabel 6 diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Nilai T hitung variabel profitabilitas adalah -0,936. T tabel diturunkan dari (α/2); n-k-1) = (0,05/2; 65-4-1) = (0,025,60) = 2.000. Maka t hitung < t tabel (-0,936 < 2.000) yang berarti profitabilitas tidak memiliki impact terhadap keterlambatan laporan audit. Dari sig 0,356 > 0,05 maka tidak terdapat impact yang signifikan antara profitabilitas dengan keterlambatan laporan audit. 2) Nilai T hitung variabel solvabilitas adalah -1,460. T tabel bisa dari (α/2); n-k-1) = (0,05/2; 65-4-1) = (0,025,60) = 2.000. Kemudian didapatkan t hitung < t tabel (-1,460 < 2.000), yang menyatakan bahwa solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap keterlambatan laporan audit. 0,150 > 0,05 signifikan, solvabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlambatan laporan audit. 3) Nilai T hitung untuk ukuran perusahaan adalah -1.323. T tabel diperoleh dengan (α/2); n- k-1) = (0,05/2; 65-4-1) = (0,025,60) = 2.000. Kemudian diperoleh t hitung < t tabel (- 1.323 < 2.000), Artinya ukuran perusahaan tidak memengaruhi keterlambatan laporan audit. Dari sig 0,191 > 0,05, ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlambatan laporan audit. 4) Nilai T hitung untuk variabel reputasi auditor adalah -3.505. T tabel diperoleh dengan (α/2); n-k-1) = (0,05/2; 65-4-1) = (0,025,60) = 2.000. Kemudian didapatkan t tabel dan didapatkan t hitung > t tabel (-3.505 > 2.000), yang berarti reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap keterlambatan laporan audit. Dari sig 0,001 < 0,05 maka reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan laporan audit. ## Tabel 7. Uji Simultan (Uji f) ANOVA a Model Jumlah Kuadrat Df Rata-rata F Sig. 1 Regression Residual Total 6592.688 4 1648.172 4.544 .003 b 21763.066 60 362.718 28355.754 64 a. Variabel Terikat : Audit Report Lag (Y) c. Prediktor: (Konstan), Reputasi Auditor (X4), Solvabilitas (X2), Ukuran Perusahaan (X3), Profitabilitas (X1) Sumber: SPSS 22 Berdasarkan tabel 7 nilai F hitung 4,544 berarti F hitung 4,544 > F tabel 2,52 maka dapat disimpulkan X berpengaruh secara simultan terhadap Y. ## 1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Report Lag Berdasarkan Uji T parsial, nilai T hitung variabel profitabilitas adalah -0,936. Nilai T tabel yang diperoleh adalah 2,000. Maka Dapat disimpulkan bahwa f hitung -0,936 < T tabel 2,000 yang berarti profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Audit Report Lag . Jika dilihat dari nilai sig 0,356 > 0,05 maka profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag pada perusahaan pertambangan, maka disimpulkan H1 ditolak. Maka dapat diartikan bahwa ketika profitabilitas perusahaan meningkat ataupun menurun tidak memberikan pengaruh pada Audit Report Lag , hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki aset lain untuk menjalankan perusahaannya agar terus berlanjut kegiatan usahanya. Hal ini relevan dengan penelitian ( Silalahi & Malau , 2020) dan ( Ariani & Bawono , 2018) bahwa variabel profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag . ## 2. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Report Lag Berdasarkan uji T parsial, nilai T hitung variabel solvabilitas adalah -1,460. Nilai T tabel yang diperoleh adalah 2,000. Maka dapat disimpulkan bahwa Terhitung -1,460 < T tabel 2,000 yang berarti solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Report Lag . Jika dilihat dari nilai sig 0,150 > 0,05 maka solvability tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag pada perusahaan pertambangan, maka disimpulkan H2 ditolak. Meski perusahaan mempunyai kewajiban atas hutangnya pada para kreditor, namun hal itu tidak menghalangi perusahaan untuk menyelesaikan audit laporan keuangannya. Hal ini selaras dengan penelitian ( Dura , 2017) dan ( Menajang et al ., 2019) bahwa solvabilitas tidak berpengaruh terhadap Audit Report Lag. ## 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag Nilai T hitung untuk variabel ukuran perusahaan adalah -1.323. Nilai T-tabel yang dihasilkan adalah 2.000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa T hitung sebesar - 1.323 < T tabel 2.000 yang berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap keterlambatan laporan audit. Setelah dipertimbangkan nilai sig 0,191 > 0,05 maka ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan laporan audit pada perusahaan pertambangan, hipotesis 3 tidak diterima. dapat disimpulkan ukuran aset perusahaan tidak memiliki pengaruh dengan lamanya waktu seorang pengaudit untuk melakukan tindakan audit. Hal ini konsisten terhadap penelitian ( Sastrawan & Latrini , 2016) jika tidak adanya pengaruh antara Audit Report Lag dengan ukuran perusahaan. ## 4. Pengaruh Reputasi KAP terhadap Audit Report Lag Variabel reputasi auditor memiliki nilai T Hitung 3,505, dan 2,000 untuk nilai T tabel nya. Maka disimpulkan bahwa Terhitung -3,505 > T tabel 2,000 yang berarti reputasi auditor memiliki pengaruh negatif terhadap Audit Report Lag . Bila dilihat dari nilai sig 0,001 < 0,05 maka reputasi auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag pada perusahaan pertambangan, maka H4 diterima. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Audit Report Lag nya akan semakin lama jika perusahaan menggunakan KAP the big four . Hal ini bertujuan untuk menjaga reputasi dan preferensi publik, membuat KAP the big four melakukan audit lebih hati-hati. Ekuivalen dengan hasil penelitian ( Widiastuti & Kartika , 2018) dan ( Panjaitan , 2017) yang reputasi KAP memiliki pengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag . ## Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil adalah riset ini bertujuan untuk mengetahui keberpengaruhan rasio-rasio keuangan seperti profitability, solvability , reputasi KAP, dan ukuran perusahaan terhadap Audit Report Lag di perusahaan pertambangan khususnya yang tercatat di BEI pada tahun 2017-2021. Terdapat 1 variabel yang memiliki pengaruh terhadap Audit Report Lag yaitu reputasi KAP, sedangkan profitability, solvability , dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Report Lag . Seluruh variabel bebas dalam penelitian ini berpengaruh terhadap Audit Report Lag secara simultan. ## Bibliografi Ariani, K. R., & Bawono, A. D. B. (2018). Pengaruh Umur Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Dengan Profitabilitas Dan Solvabilitas Sebagai Variabel Moderating. Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia , 3 (2), 118–126. https://doi.org/10.23917/reaksi.v3i2.6878 Artaningrum, R. G., Budiartha, I. K., & Wirakusuma, M. G. (2017). Pengaruh profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan pergantian manajemen pada Audit Report Lag perusahaan perbankan. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana , 6 (3), 1079–1108. Dura, J. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Sektor Manufaktur). Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia , 11 (1), 64–70. https://doi.org/10.32812/jibeka.v11i1.34 Fakih, S. (2019). Analisis kinerja keuangan perusahaan bumn bidang konstruksi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2012-2016. Equator Journal of Management and Entrepreneurship (EJME) , 7 (1). https://doi.org/10.26418/ejme.v7i1.27612 Imaniar, F. Q., & Kurnia, K. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA) , 5 (6). Iskandar, M. J., & Trisnawati, E. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Report Lag pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi , 12 (3), 175–186. https://doi.org/10.34208/jba.v12i3.215 Latifah, S. W., & Luhur, M. B. (2017). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai pemoderasi. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis , 17 (1), 13–18. https://doi.org/10.20961/jab.v17i1.219 Liwe, A. G., Manossoh, H., & Mawikere, L. M. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Going Concern: Jurnal Riset Akuntansi , 13 (02). https://doi.org/10.32400/gc.13.02.19105.2018 Menajang, M. J. O., Elim, I., & Runtu, T. (2019). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Solvabilitas Terhadap Audit Report Lag (Studi Kasus Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi , 7 (3). https://doi.org/10.35794/emba.v7i3.24563 Panjaitan, I. (2017). Pengaruh Ukuran KAP, Return on Assets dan Loan to Deposit Ratio terhadap Audit Report Lag . Jurnal Aplikasi Manajemen, Ekonomi Dan Bisnis , 1 (2), 36–50. Sanjaya, S. (2018). Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan dengan menggunakan Metode Altman Z-Score pada Perusahaan Sektor Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2016. Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen , 6 (2), 51–61. Sastrawan, I., & Latrini, M. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 17 (1), 311–337. Silalahi, S. P., & Malau, H. (2020). Pengaruh Profitabilitas dan Komite Audit terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate (2017-2018). Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi , 20 (2), 388–394. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.918 Widhiasari, N. M. S., & Budiartha, I. K. (2016). Pengaruh umur perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, dan pergantian auditor terhadap Audit Report Lag . E- Jurnal Akuntansi , 15 (1), 200–228. Widiastuti, I. D., & Kartika, A. (2018). Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Umur Perusahaan, Solvabilitas Dan Ukuran Kap Terhadap Audit Report Lag . Dinamika Akuntansi Keuangan Dan Perbankan , 7 (1).
d46d89f0-217b-4e0e-915b-d6111ed9d1cf
https://ejournals.umn.ac.id/index.php/FIKOM/article/download/1178/821
## ULTIMACOMM Vol 11, No. 2 ISSN: 2085 - 4609 (Print), e- ISSN 2656-0208 Journal homepage : http://ejournals.umn.ac.id/index.php/FIKOM ## Peran Generasi Muda dalam Pemanfaatan Media Sosial untuk Mempromosikan Geopark Ciletuh ## Ravinoldy Boer To cite this article: Boer,R. (2019). Relationship Marketing dan Mata Najwa sebagai Bagian dari Strategi Memasarkan Narasi.tv, Jurnal UltimaComm , 11(2), 109-128 Published in Partnership with Full Terms & Conditions of access and use can be found at http://ejournals.umn.ac.id/index.php/FIKOM/about Ultimacomm publishes research articles and conceptual paper in the field of communication, mainly digital journalism and strategic communication. It is published twice a year by the Faculty of Communication of Universitas Multimedia Nusantara Relationship Marketing dan Mata Najwa Sebagai Bagian dari Strategi Memasarkan Narasi.tv ## Ravinoldy Boer London School of Public Relations Email: [email protected] Received Jun. 27, 2019; Revised Aug. 15, 2019, Accepted Oct. 25, 2019 ## ABSTRAK Kemajuan teknologi digital membuka peluang bagi para pelaku usaha untuk menata bisnis mereka agar bisa bertahan dan terus berkembang. Hal yang sama juga terjadi pada bisnis media yang menghasilkan konten berita dan program acara TV sebagai produk. Najwa Shihab, pemilik sekaligus pemandu acara talk show Mata Najwa juga mencermati peluang tersebut. Pertumbuhan pasar pengguna internet di Indonesia mendorong Najwa Shihab untuk membangun platform multi konten berbasis digital yang diberi nama Narasi.tv. Agar bisa lebih fokus membangun Narasi.tv, pada Agustus 2017 lalu, Najwa Shihab mengundurkan diri dari Metro TV, sekaligus mengumumkan berakhirnya tayangan program Mata Najwa yang sudah 9 tahun mengudara. Setelah beristirahat selama kurang lebih empat bulan, baru di awal tahun 2018, program Mata Najwa kembali ke ruang publik, melalui siaran Trans 7 dan juga Narasi.tv. Penelitian ini ingin memaparkan bagaimana program Mata Najwa turut berkontribusi dalam mempopulerkan Narasi.tv. Citra positif Mata Najwa, serta relationship marketing yang sudah terjalin lama dengan pemirsanya, telah menciptakan segmen penonton baru, yaitu para pengguna internet yang bisa mengaksesnya secara online hanya di Narasi.tv. Kata Kunci: Media Digital, Mata Najwa, Narasi.tv, Relationship Marketing . ## ABSTRACT Advances in digital technology open up the opportunities for the businessman to reorganize their business in order to survive and continue to grow. The same thing happens with the media business that produces news content and TV program. Najwa Shihab, owner and host of Mata Najwa is also looking closely at such opportunities. The market growth of mobile users in Indonesia forced Najwa Shihab to create a new multi platform digital company named Narasi.tv. To be more focus on building Narasi.tv, in August 2017, Najwa Shihab resigned from Metro TV. She also announced her retirement from Mata Najwa, the TV show that she hosted for almost last 9 years. After she rest for approximately four months, in the early 2018, Mata Najwa is came back on Trans7 and also in the new digital platform of Narasi.tv. This study describes how Mata Najwa contributes to promote the new Narasi.tv. A positive image of Mata Najwa, as well as the relationship marketing strategy by Najwa Shihab, has finally created the new potential digital market of Narasi.tv. Keywords: Digital Media, Najwa Shihab, Narasi.tv, Relationship Marketing. ## PENDAHULUAN Program Televisi Mata Najwa yang dipandu oleh Najwa Shihab tayang pertama kali di stasiun Metro TV pada 25 November 2009. Program dengan genre talk show ini disiarkan secara langsung dari Studio Metro TV di Kedoya, Jakarta Barat. Topik-topik yang kerap diangkat dalam Mata Najwa meliputi topik seputar politik, hukum, sosial budaya, serta topik-topik lain yang dianggap perlu diketahui oleh masyarakat umum. Dalam setiap episode, hadir narasumber yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas. Dalam perjalanannya, Mata Najwa berhasil menjadi salah satu talk show terbaik di Indonesia. Sejumlah nominasi dan penghargaan sebagai program terbaik pernah diraihnya. Tabel 1: Penghargaan Program Mata Najwa 2011 – 2017 Penghargaan Nominasi Hasil The 15 th Asian Television Award Best Current Affair Program (Episode “Habibie Hari Ini) Nominasi Dompet Dhuafa Award 2011 Talk Show Terinspiratif Menang KPI Awards 2011 Talk Show Terbaik Nominasi KPI Awards 2013 Program Talk Show Terbaik Menang KPI Awards 2014 Program Talk Show Terbaik Menang Rolling Stone Editor Choice Awards 2014 Talk Show of The Year Menang Indonesia Choice Award 2014 TV Program of The Year Nominasi Indonesia Choice Award 2015 TV Program of The Year Nominasi Indonesia Choice Award 2016 TV Program of The Year Menang Indonesian Television Award 2016 Program Inspiratif Terpopuler Nominasi Panasonic Gobel Awards 2016 News Talk Show Nominasi KPI Award 2016 Program Talk Show Terbaik Nominasi Indonesia Choice Award 2017 TV Program of The Year Menang Panasonic Gobel Awards 2016 News Talk Show Nominasi Komisi Penyiaran Indonesia Talk Show Terbaik Menang Indonesian Choice Award 2018 Program Televisi Terbaik Menang Indonesian Television Award 2018 Program Informasi Terpopuler Menang Sumber: Najwa Shihab (2019) Sejumlah penelitian akademis pernah dilakukan terhadap program Mata Najwa. Bukan hanya meneliti konten programnya saja, tapi juga berusaha menjelaskan sosok di balik kesuksesan Mata Najwa, yaitu pemandu acara sekaligus pemilik program, Najwa Shihab. Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Aris Santoso (2016) dengan judul “Persepsi Mahasiswa Terhadap program Talk Show Mata Najwa di Metro TV” yang bertujuan menguji netralitas Mata Najwa dalam konstelasi politik nasional pasca Pemilihan Presiden tahun 2014. Kedekatan pemilik Metro TV, Surya Paloh dengan Presiden terpilih Joko Widodo dikuatirkan membuat konten talk show Mata Najwa lebih memihak kebijakan pemerintah. Namun setelah melakukan penelitian kualitatif terhadap 30 anggota Lembaga Pers Mahasiwa Pabelan di UMS Surakarta, disimpulkan bahwa Mata Najwa adalah sebuah program talk show yang netral, tidak berpihak pada kepentingan politik tertentu. Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Benecdita Ika Ermedela berjudul “Persepsi Pemirsa Televisi terhadap Citra Najwa Shihab sebagai Presenter Talk Show Mata Najwa” (2016) yang secara khusus meneliti tentang citra Najwa Shihab sebagai tuan rumah Mata Najwa, sekaligus kompetensinya sebagai seorang pemandu acara talk show . Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Najwa Shihab adalah sosok presenter yang “serius”, dengan kompetensi yang memang dirasakan tepat dan dibutuhkan oleh seorang pembawa acara talk show . Popularitas talk show Mata Najwa membuat program tersebut memiliki segmen penonton sendiri. Oleh Karena itu tidak sedikit orang yang terkejut ketika pada bulan Agustus 2017, Najwa Shihab secara tiba-tiba mengumumkan bahwa tayangan Mata Najwa di Metro TV resmi dihentikan. Padahal pada saat itu program Mata Najwa sangat dinantikan oleh publik sebagai salah satu media pencerahan untuk menyambut tahun politik 2019. Mengakhiri tayangan Mata Najwa dari Metro TV bisa dipahami sebagai langkah yang diambil oleh Najwa Shihab dalam rangka mengawali fokus bisnisnya yang baru yaitu membangun Narasi.tv, sebuah kanal digital dengan beragam konten. Mata Najwa sepertinya memang dipersiapkan untuk menjadi kendaraan yang akan mengantarkan langkah Najwa Shihab di Narasi.tv. Kemajuan teknologi digital telah membawa sejumlah perubahan dalam perilaku kehidupan sosial masyarakat. Hadirnya jaringan internet dan perangkat canggih seperti handphone memungkinkan orang melakukan sebagian aktivitasnya dengan mengandalkan gawai. Sebut saja kegiatan chatting, browsing, sampai menonton video streaming saat ini bisa dilakukan melalui smart phone . Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat perkembangan pengguna internet yang tinggi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Centre for International Governance Innovation (CIGI) pada bulan Februari 2019, jumlah pengguna internet di Indonesia ada sebanyak 150 juta jiwa, atau lebih dari setengah populasi penduduk Indonesia. Dari 150 juta pengguna internet tersebut, sebanyak 80 persen atau 120 juta orang adalah terdata sebagai pengguna aktif smart phone . Setelah beristirahat kurang lebih empat bulan lamanya, baru di awal Januari 2018 Mata Najwa kembali tampil ke ruang publik melalui platform televisi dan kanal digital. Untuk platform televisi, produksi dan siaran Mata Najwa diselenggarakan oleh Trans 7. Sedangkan untuk platform digital, Mata Najwa resmi diperkenalkan sebagai salah satu konten Narasi.tv. ## TINJAUAN LITERATUR ## Komunikasi Pemasaran Menurut Perreault, Cannon dan McCarthy (2012, p. 6) , marketing adalah sekumpulan aktivitas untuk mencapai kebutuhan organisasi dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atas barang dan jasa, serta bagaimana menyalurkannya untuk kepuasan pelanggan. Proses pemasaran juga membutuhkan adanya proses komunikasi. Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antara perusahaan dengan individu. Bentuk komunikasi unik antara produsen dengan pelanggan ini yang dikenal dengan konsep komunikasi pemasaran atau m arketing communication . Menurut Tom Duncan (2005, p. 7), Marketing Communication adalah “a collective term for all the various types of planned message used to build a brand” atau “sebutan kolektif untuk segala macam bentuk pesan yang terencana untuk membangun sebuah brand.” ## Brand Tom Duncan (2005, p. 70) mendefinisikan Brand sebagai “perception resulting from experience with and information about, company or a line of product”. Apa yang sering dilupakan adalah bahwa brand itu adalah sesuatu yang melekat pada benak dan pikiran orang yang menikmati brand tersebut. Artinya brand bukan sekadar identitas yang melekat pada kemasan produk itu sendiri. Begitu lekatnya arti sebuah brand di benak pelanggan, maka dengan sendirinya brand mampu membuat pelanggan membedakannya dari produk kompetitor. Sebuah brand lebih dari sekadar produk, karena brand memiliki dimensi yang membedakannya dengan produk lain sekalipun produk lain tersebut memenuhi kebutuhan yang sama. Perbedaaan ini bisa berwujud nyata – bergantung pada fungsi brand tersebut – atau berwujud sesuatu yang sifatnya simbolis, emosional, tak tersentuh, tergantung value apa yang diwakili oleh brand tersebut (Keller, 2013, p. 32). Branding sendiri adalah proses untuk menciptakan citra sebuah brand yang bisa tersambung dan terinteraksi dengan hati dan benak pikiran dari pelanggan. Proses branding yang baik dengan sendirinya akan membuat brand tertentu dinilai berbeda dari brand kompetitor oleh pelanggan, bahkan brand tersebut dianggap merupakan satu- satunya yang bisa memenuhi kebutuhannya. Branding pada dasarnya adalah upaya membuat perbedaan. Banyak pengamat pemasaran sepakat dengan prinsip dasar Branding (Keller, 2013, p. 57) berikut ini: 1. Sebuah produk berbeda dengan yang lain karena nilai tambah yang selama ini disampaikan melalui kegiatan pemasaran dalam jangka waktu yang lama. 2. Nilai tambah tersebut bisa diciptakan untuk melekat pada brand melalui berbagai macam cara yang berbeda. 3. Ekuitas brand bisa dipakai sebagai acuan untuk membuat strategi marketing dan untuk melihat berapa nilai sesungguhnya dari brand tersebut. 4. Ada berbagai macam cara bagi value sebuah brand bisa diterapkan untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. ## Relationship Marketing Dengan semakin banyaknya produk dan layanan sejenis yang saat ini beredar di pasar yang sama, maka perusahaan perlu menerapkan strategi baru dalam mengelola sebuah brand . Ini yang menjadi alasan di balik mengapa semua perusahaan harus memahami brand sebagai sebuah nama yang mewakili hubungan yang erat dengan pelanggan. Komitmen untuk selalu menyelipkan serangkaian values atau nilai ke dalam produk, layanan maupun perilaku, yang membuat perusahaan, orang atau produk tersebut selalu tampil menjadi yang terbaik (Kapferer, 2012, p. 11). Perusahaan yang memang berorientasi pada kebutuhan pasar harus memfokuskan perhatian pada upaya untuk mempertahankan hubungan selama mungkin dengan pelanggan. Upaya ini mendorong perusahaan untuk memberikan perhatian pada apa yang disebut dengan relationship marketing , yaitu upaya untuk melibatkan, menciptakan, mempertahankan dan mendorong hubungan jangka panjang dengan para pelanggan dan juga pihak-pihak lainnya untuk keuntungan bersama (Morissan, 2010, p. 4). Relationship marketing merupakan strategi yang menjembatani era pemasaran tradisional dengan era pemasaran masa kini yang didukung oleh kemajuan teknologi berbasis digital. Jika pada era pemasaran tradisional, pola komunikasi yang terjadi hanya bersifat satu arah, yaitu dari brand kepada pelanggan, maka di era pemasaran masa kini, pola komunikasi sudah berubah menjadi dua arah. Sekarang tak hanya brand saja yang bisa menyampaikan pesan kepada pelanggan. Sebaliknya pelanggan memiliki akses untuk bisa menyampaikan pesan balik kepada brand . Banyak perusahaan menyadari bahwa untuk mencari pelanggan baru diperlukan biaya yang relatif besar, misalnya saja untuk mendanai kegiatan advertising dan promosi. Menyadari hal tersebut, beberapa perusahaan saat ini mulai menyisihkan sebagian anggaran untuk menjalankan strategi relationship marketing . Pada dasarnya relationship marketing lebih ditujukan untuk mempererat relasi dengan pelanggan yang dimiliki saat ini. Relationship marketing meyakini bahwa jika brand memiliki relasi yang sehat dan dinamis dengan pelanggannya saat ini, maka masing-masing kelompok pelanggan dapat terus diperbesar dari tahun ke tahun. Di tahun-tahun berikutnya, kelompok-kelompok pelanggan yang puas terhadap brand berpeluang menceritakan kepuasannya tersebut kepada orang lain, serta menjadi daya tarik bagi bertambahnya pelanggan baru. Dengan demikian, tujuan jangka panjang relationship marketing adalah menghasilkan keuntungan terus-menerus dari dua kelompok pelanggan: pelanggan yang sekarang dan pelanggan baru. Keuntungan lain dari relationship marketing juga adalah agar perusahaan bisa semakin mengenali kebutuhan pelanggannya. Hubungan yang intens dengan pelanggan pada umumnya ditandai dengan adanya pengurangan biaya produk atau layanan. Ini dikarenakan pengetahuan perusahaan terhadap kebutuhan-kebutuhan pelanggan semakin bertambah, sehingga perusahaan lebih cepat melakukan antisipasi hingga pada akhirnya mampu menyediakan produk atau layanan yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Dalam artikelnya yang berjudul “A Framework for Customer Relationship Management”, Russel S Winner (2001, p.99) membagi relationship marketing ke dalam 4 program, yaitu: ## 1. Customer Service Sebuah perusahaan harus menyadari bahwa pada dasarnya pelanggan memiliki banyak pilihan sehingga bisnis yang baik selalu menempatkan tingkat kepuasan pelanggan sebagai hal yang paling utama. Dalam setiap kesempatan berjumpa dengan pelanggan, baik langsung maupun melalui telepon, layanan oleh customer service akan menentukan apakah pelanggan tersebut akan merasa puas dan atau justru sebaliknya. Secara garis besar, customer service terbagi lagi menjadi dua kategori, yaitu reactive service dan proactive service . Reactive service adalah layanan yang diberikan kepada pelanggan yang sedang menghadapi permasalahan. Sedangkan proactive service adalah langkah inisiatif yang diambil oleh perwakilan perusahaan untuk menanyakan tingkat kepuasan atau mencari tahu keluhan dari pelanggan. ## 2. Loyalty Program Loyalty program adalah program dari sebuah brand yang memberikan keuntungan khusus bagi pelanggan jika melakukan pembelian berikutnya. Sesuai namanya, program ini bertujuan untuk menciptakan loyalitas. Diharapkan pelanggan terus kembali untuk mendapatkan brand tersebut. Setidaknya ada 2 kelemahan utama dari program ini, yaitu pembiayaan program yang relatif mahal; dan akan sulit untuk membedakan antara pelanggan yang sungguh-sungguh loyal dengan pelanggan biasa yang hanya mengejar keuntungan. ## 3. Customization Ketika menyadari bahwa kepuasan pelanggan menjadi tujuan utama, maka beberapa perusahaan berinovasi dengan melahirkan produk atau layanan untuk kebutuhan khusus pelanggan. Berbeda dari kebanyakan produk atau layanan yang tersedia untuk orang banyak, program ini justru bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orang per orang. Pelanggan memiliki keleluasaan untuk memiliki produk atau layanan yang bukan hanya sesuai, tapi juga dibuat sendiri berdasarkan seleranya. Kelemahan utama program ini adalah hanya berjalan efektif bagi perusahaan jasa. Untuk membuat produk custom , ternyata memakan waktu dan biaya yang cukup besar. ## 4. Community Tipe program relationship marketing melalui jejaring sosial, baik secara online maupun offline adalah dengan membentuk komunitas. Program ini memungkinkan terjadinya interaksi antara perusahaan atau brand dengan pelanggan. Komunitas memungkinkan terjadinya tukar-menukar informasi atau saran demi terciptanya hubungan yang baik di antara keduanya. Di satu sisi pelanggan bisa memberikan kritik, saran dan info kepada brand . Namun di sisi lain, brand juga bisa memberikan solusi dan menggali informasi dari pelanggan. Program ini dianggap paling efektif untuk menumbuhkan ikatan emosional antara kedua belah pihak. ## Competitive Advantage Salah satu yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan relationship marketing adalah memperkuat brand value kepada pelanggannya. Kemampuan perusahaan untuk membentuk perangkat values yang positif di mata pelanggan akan sangat menentukan keberhasilan relasi dalam jangka panjang. Ketika nilai tersebut dinilai positif oleh semakin banyak pelanggan, maka dengan sendirinya nilai itu pula yang menjadi faktor pembeda perusahaan dengan kompetitornya. Kemampuan perusahaan untuk membedakan diri dengan kompetitornya bisa dioptimalkan lebih jauh hingga menjadi kunci dalam mencapai keunggulan kompetitif. Salah satu aspek penting dalam perencanaan strategi pemasaran adalah meneliti competitive advantage (keunggulan kompetitif), yaitu “suatu hal khusus yang dimiliki atau dilakukan perusahaan yang memberikannya keunggulan apabila dibandingkan dengan kompetitor (Morissan, 2010, p. 53). ## METODOLOGI Penelitian kualitatif berusaha menjelaskan sedalam-dalamnya sebuah peristiwa atau fenomena melalui pengumpulan data yang juga sedalam-dalamya. Metode kualitatif pada dasarnya tidak perlu didukung oleh banyaknya sampel seperti yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif. Oleh karena itu penelitian kualitatif lebih mengutamakan pada kedalaman hasil penelitian dan bukan kepada jumlah sampel pendukung. Dalam penelitian kualitatif, peneliti terlibat secara aktif dan menjadi bagian penting dalam instrumen penelitian itu sendiri. Maka tidak heran jika hasil penelitian kualitatif merupakan kesimpulan yang subjektif peneliti, dan tidak lagi memerlukan generalisasi. Menurut Rahmat Kriyantono (2010, p.57), sebuah penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Intensif, dalam arti peneliti terlibat secara langsung di lapangan karena peneliti merupakan instrumen pokok dalam penelitian 2. Dalam mengumpulkan data, diperlukan pencatatatan yang detail dan disajikan dalam dokumentasi yang terstruktur. 3. Diperlukan adanya analisis data lapangan 4. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap peneliti mengkreasi realitas sebagai bagian dari penelitiannya. Realitas adalah hal yang dinamis dan merupakan produk dari konstruksi sosial. 5. Realitas yang tersaji dari hasil penelitian kualitatif merupakan kesatuan yang holistik, tidak bisa dipisah-pisahkan. 6. Prosedur penelitiannya dilakukan secara empiris, rasional namun tidak berstruktur. 7. Hubungan antara teori, konsep dan data bisa menghasilkan teori baru atau menyempurnakan teori yang sudah pernah ada. Ada empat jenis paradigma yang bisa dipakai dalam sebuah penelitian kualitatif, yaitu paradigma post positivist, paradigm konstruktivis paradigma kritis dan paradigm pragmatis. Penelitian yang dilakukan dalam koridor keempat paradigma tersebut dilatar belakangi oleh subyektivitas peneliti. Artinya bahwa sebuah realitas dipengaruhi dan coba dibangun, maupun dikritisi menurut sudut pandang si peneliti. Penelitian ini akan menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis tepat menjadi dasar penelitian ini karena peneliti ingin membangun realitas melalui penjabaran hasil pengamatan dan observasinya terhadap sebuah kasus atau peristiwa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Robert E Stake menjelaskan bahwa di dalam penelitian dengan metode studi kasus, peneliti berusaha mencari tahu apa yang bersifat umum dan apa yang bersifat khusus dari kasus tersebut. Hasil akhir dari kasus itu sendiri biasanya akan menampilkan suatu temuan yang unik. Stake juga masih membagi lagi studi kasus ke dalam tiga jenis, yaitu (Denzin dan Lincoln, 2005, p.445-447): 1. Studi Kasus Intrinsik, yaitu apabila kasus yang dipelajari secara mendalam nantinya akan mengandung hal-hal yang menarik untuk dipelajari berdasarkan kasus tersebut atau dapat dikatakan mengandung daya tarik intrinsik. 2. Studi Kasus Instrumental, yaitu apabila pilihan kasus bersifat sekunder atau sebagai supportive role yang membantu pemahaman yang mendalam tentang konsep lain. Kasus yang digunakan bersifat umum dan tidak harus unik asalkan merepresentasikan konsep yang ingin didalami. 3. Studi Kasus Kolektif, yaitu apabila kasus yang dipelajari secara mendalam terdiri dari beberapa kelompok kasus, di mana masing-masing kasus individual dalam kelompok tersebut dipelajari dengan maksud untuk mendapatkan karakteristik umum, karena setiap kasus mempunya ciri sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Penelitian akan menggunakan Studi Kasus Intrinsik karena peneliti mengamati kasus yang menarik, yaitu ketika program TV Mata Najwa mengumumkan akan berhenti tayang pada Agustus 2017, sebelum akhirnya kembali tayang di awal tahun 2018. Program ini telah bertransformasi menjadi salah satu konten andalan di sebuah platform digital. Berdasarkan jenis atau tipenya, penelitian yang akan dilakukan kali ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian jenis kualitatif deskriptif, peneliti menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai apa yang menjadi objek penelitian. Ciri lain dari penelitian kualitatif deskriptif ialah peneliti sudah memiliki konsep pemikirannya sendiri, yang dituangkan dalam kerangka konsep dan teoritis. Melalui penggalian informasi, pencarian data dan fakta dalam penelitian, peneliti akan mencoba membangun argumen mengenai apa yang menjadi keyakinannya sejak awal. ## Teknik Pengumpulan Data Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data oleh peneliti terhadap narasumber atau informan untuk melakukan penggalian berbagai informasi yang dibutuhkan mengenai obyek penelitian. Wawancara dalam penelitian kualitatif sering diistilahkan sebagai teknik wawancara mendalam (in depth interview). Pertanyaan yang diajukan dalam sebuah wawancara mendalam pada umumnya tak berstruktur dan bertujuan menggali sedalam-dalamnya serta sebanyak-banyaknya informasi. Karena ingin menggali informasi sebanyak-banyaknya, wawancara mendalam umumnya dilakukan dalam durasi yang cukup lama dan intens. Peneliti juga harus menyadari bahwa narasumber memiliki kebebasan untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan keinginannya, yang terkadang keluar dari topik penelitian, sehingga penting bagi peneliti untuk bisa menjaga alur wawancara agar bisa mengarahkan narasumber untuk kembali ke topik yang diinginkan. Wawancara mendalam umumnya dilakukan kepada sejumlah kecil narasumber, yang dianggap benar-benar memiliki kompetensi untuk dapat memberikan informasi secara lengkap terhadap objek penelitian. Dalam sesi wawancara mendalam, pesan-pesan non- verbal, seperti ekspresi, body language dari narasumber juga harus mampu diterjemahkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap tiga narasumber, yaitu: ## 1. Najwa Shihab Najwa Shihab adalah pemandu acara Mata Najwa sekaligus pendiri Narasi.tv. Informasi yang digali dari Najwa Shihab adalah mengenai bagaimana visi dan misinya dalam memandang bisnis media digital. Selain itu menarik untuk dipelajari alasan dan strategi di balik kembalinya program Mata Najwa di kanal digital. 2. Nur Ariyanto Ia adalah eksekutif produser Trans7 yang dipercaya untuk memproduksi Mata Najwa pasca kembali ke ruang publik di awal tahun 2018. Menarik untuk dipelajari kiat dan performa program tersebut setelah pindah ke stasiun TV yang selama ini lebih dikenal sebagai TV yang menayangkan program-program hiburan. 3. Wicaksono Peneliti merasa perlu untuk menggali informasi dari Wicaksono alias @ndorokakung, seorang pengamat digital yang juga praktisi media sosial untuk mencari tahu bagaimana perkembangan trend media digital saat ini dan seperti apa dia melihat prospek bisnis Narasi.tv di masa yang akan datang. Ada kalanya penelitian kualitatif membutuhkan data melalui perpaduan antara teknik wawancara mendalam dan observasi. Teknik observasi pada umumnya dilakukan untuk bisa mempelajari apa yang terjadi pada objek penelitian pada masa sekarang. Dalam pengertian lain, observasi tidak mampu menjangkau hal-hal yang bersifat lampau. Observasi biasanya dipakai untuk melengkapi data-data hasil wawancara mendalam, karena teknik observasi mampu memberikan gambaran kepada peneliti mengenai konteks sebuah objek penelitian yang tidak atau belum terjawab oleh wawancara mendalam. Observasi memberi gambaran mengapa sekelompok orang melakukan kegiatan tertentu, apa yang memotivasi mereka dan apa sebenarnya keinginan mereka. Jika dalam teknik wawancara mendalam, data diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan, maka dalam teknik observasi, peneliti cukup mengamati dengan saksama dan mengumpulkan informasi mengenai obyek melalui apa yang terjadi di sekitar dan tidak dibangun dari daftar pertanyaannya. Untuk melengkapi data penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung ke Studio Trans7 di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, untuk menyaksikan proses live shootin g Mata Najwa. Penulis mengamati mulai dari tahap persiapan, saat shooting berlangsung sampai ketika tim produksi melakukan upload materi tayang ke platform Narasi.tv. Selain itu peneliti juga mengunjungi kantor tempat Najwa Shihab bekerja di Wisma Intiland, Jakarta Pusat dan melihat langsung aktifitas tim redaksi Narasi.tv. ## Teknik Analisis Data Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi maupun studi dokumen. Data-data tersebut lalu dikelompokkan ke dalam klasifikasi tertentu atau dikelompokkan ke dalam topik-topik yang sejenis. Setelah dikelompokkan, tugas peneliti selanjutnya membandingkan data yang satu dengan data lain. Pada tahap ini dibutuhkan ketelitian peneliti dalam memilah data; mana yang bertentangan, mana yang kurang valid, serta mana data yang tidak akan dipakai dalam melakukan analisis. Setelah data selesai dipilih, tugas peneliti berikutnya adalah memberi pemaknaan terhadap data. Pemaknaan merupakan prinsip dasar penelitian kualitatif, yaitu realitas adalah hasil konstruksi manusia. Dengan memberi pemaknaan terhadap data dan mengkonstruksi data-data, maka peneliti mampu menarik kesimpulan ke dalam tataran yang lebih konseptual. Gambar 1.Model Analisis Data Kualitatif FAKTA EMPIRIS KONSEPTUAL Sumber: (Kriyantono, 2007, h.197) Berbagai data di lapangan Validitas data: - Kompetensi subyek - Authenticity dan triangulasi - Intersubjectivity Agreement - Analisis/Klasifikasi Data/Kategorisasi - Ciri-ciri umum - Pemaknaan - Interprestasi - Ciri-ciri umum BERTEORI DAN KONTEKSTUAL ## HASIL DAN DIKUSI Peluang dan Tantangan Perusahaan Media di Era Digital. Kemajuan teknologi Internet memberi akses dan kemudahan bagi penggunanya untuk memasuki dunia digital dan melakukan banyak hal: melakukan percakapan dengan pengguna lain, saling berkirim gambar atau video, mendapatkan informasi, membagikan informasi dan lain sebagainya. Dengan jumlah pengguna intenet di Indonesia yang mencapai 56 persen dari jumlah populasi (Sumber: Wicaksono, wawancara, Februari 19, 2019). – dan diperkirakan akan terus bertambah, maka perkembangan yang terjadi di era dunia digital tentu menjadi isu yang penting untuk diantisipasi. Kejelian dalam melihat peluang dan keberanian untuk menjawab tantangan di era digital akhirnya mendorong Najwa Shihab memantapkan niatnya untuk berhenti dari Metro TV pada Agustus 2017 lalu. Ketertarikannya sejak lama pada dunia digital itu pula yang membuat jurnalis senior sekaligus pemilik program Mata Najwa ini mantap untuk mendirikan sebuah perusahaan media berbasis digital yang diberi bendera Narasi.tv. “Ketika keluar kami fokus untuk mendirikan bisnis digital, karena kami melihat dunia digital itu adalah dunia yang sudah semakin berkembang dan kesempatan untuk membuat karya yang reach-nya juga luar biasa lewat digital.” (N. Shihab, wawancara, Februari 15, 2019.) Dunia digital merupakan salah satu platform yang sudah diramaikan oleh para pelaku usaha di bidang media massa. Ini bisa dimengerti, karena masyarakat saat ini haus akan informasi dan berita, untuk mengetahui apa saja yang sedang terjadi, bukan hanya di Indonesia bahkan sampai ke ujung dunia. Sebagai pendatang baru, Narasi.tv yang juga bergerak di bidang media tentu harus memiliki posisi tawar yang cukup bagus untuk bisa bertahan bahkan untuk terus berkembang. Setelah selama sembilan tahun tampil menjadi tuan rumah program talk show Mata Najwa yang tayang secara nasional, Najwa Shihab memiliki posisi yang bagus untuk masuk ke persaingan di dunia digital. “Salah satu syarat utama bagi sebuah perusahaan yang ingin masuk ke pasar digital, tentu saja harus memiliki brand awareness yang kuat. Jika itu perusahaan media, maka alat ukur atau kursnya adalah trust. Mata Najwa sendiri sebetulnya sudah sangat erat atau melekat pada figure Najwa Shihab, yang personal brand-nya juga kuat dan bagus. Ketika ia menjadi suatu pembuat media, maka kemunculannya sudah Nana (Najwa Shihab) sebagai pribadi, dan Mata Najwa sebagai media”. (Wicaksono, wawancara, Februari 19, 2019). ## Mata Najwa, The Power of Brand Mata Najwa bisa dijadikan sebagai contoh untuk menggambarkan apa yang dimaksud dengan brand . Dimensi brand sangat dalam melebihi produk itu sendiri. Hal Ini bisa terjadi karena sejatinya brand adalah sesuatu yang tersimpan di benak pelanggan, berupa sekumpulan pengalaman, penilaian, kesan terhadap brand tersebut. Brand memiliki hubungan yang emosional dengan pelanggannya, baik positif pun negatif. “Saya melihat Mata Najwa ini sebagai salah satu bentuk new media yang berhasil menarik perhatian masyarakat, terutama konsumen digital. Kenapa? Karena dia sudah membangun brand yang cukup lama baik di dunia online mapun offline, brand yang sangat kuat”. (Wicaksono, wawancara, Februari 19, 2019). Oleh para penggemar Mata Najwa, sosok Najwa Shihab dikenal sebagai sosok yang memiliki idealisme tinggi. Hal itu juga yang turut mewarnai karya-karyanya. “Sebetulnya seluruh konten Mata Najwa, -kami selalu berangkat kemudian itu yang kami bawa juga ke Narasi.tv- adalah bahwa kami selalu berangkat dari nilai yang kami percaya penting untuk dimiliki dan diterapkan di negeri ini. Dan values Mata Najwa itu antikorupsi, toleransi dan partisipasi. Tiga values itu yang selalu kami pegang erat dan itu selalu jadi turunan dari setiap konten-konten kami”. (N. Shihab, wawancara, Februari 15, 2019.) Komitmen Najwa untuk terus mengusung ketiga values tersebut, membuatnya selalu berkomitmen untuk memproduksi sebuah karya secara independen dan bebas dari pengaruh pihak lain. Pada saat tayangan Mata Najwa kembali ke ruang publik dengan menggandeng stasiun televisi Trans7 sebagai mitra, maka klausul kerjasama mencantumkan Trans7 hanya sebagai pelaksana produksi siaran langsung. Hal-hal yang berkaitan dengan konten acara sepenuhnya menjadi kewenangan dari Najwa Shihab dan Narasi.tv sebagai pemilik konten. “Jadi saat pertengahan tahun 2017, ada announcement dari Najwa bahwa ini adalah episode terakhir Mata Najwa di Metro TV lalu sempat vakum, semua bertanya-tanya, apakah akan pindah, dan kalaupun pindah akan pindah ke (stasiun TV) mana. Itu menjadi pertanyaan banyak pihak, termasuk Trans 7 sebagai salah satu stasiun TV nasional, juga tentu menangkap peluang itu’.(Nur Ariyanto, wawancara, Februari 8, 2019) Values yang melekat pada sebuah brand seperti Mata Najwa harus diakui memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam bernegosiasi dengan pihak lain. Bahkan boleh jadi values ini pula yang membuat Mata Najwa memiliki banyak penggemar tak hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke beberapa penjuru dunia. ## Relationship Marketing, Kunci Keberhasilan Era Digital Sudah sejak masih ditayangkan di Metro TV, baik Najwa Shihab maupun program Mata Najwa sudah rajin melakukan relationship marketing dengan penggemarnya melalui akun sosial media, terutama Twitter. Mata Najwa selalu membuka komunikasi dan ingin melibatkan penggemarnya dalam masa persiapan produksi program. Lewat jejaring sosial itulah, mereka menampung ide tema, menerima kritik sampai mendiskusikan narasumber yang akan tampil di program. Bahkan logo program Mata Najwa pertama kali lahir dari kontes yang diadakan di twitter. Pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan menjadi syarat utama bagi para pelaku usaha untuk terus berkembang di dunia digital. “Saat ini saya melihat itulah perkembangan yang terjadi dan itu telah mengubah banyak hal. Kalau dulu komunikasi sebelum era digital itu bersifat satu arah, dari media ke konsumen. Jaman sekarang tidak satu arah lagi, melainkan sudah multi arah” (Wicaksono, wawancara, Februari 19, 2019) Seringkali sebuah bisnis atau brand mengalami kegagalan dalam menjalankan relationship marketing . Hal itu bisa jadi disebabkan oleh kegagalan brand tersebut dalam merespon perkembangan teknologi digital “Lalu cara berkomunikasi dengan konsumen juga harus berubah. Konsumen sekarang bisa memberi respons yang langsung. Sehingga kalau brand atau media itu tidak mengubah cara komunikasinya, maka komunikasi bisa menjadi tidak efektif (Wicaksono, wawancara, Februari 19, 2019) Interaksi dengan penggemar justru semakin intens, setelah Najwa Shihab menjalankan platform Narasi.tv. “Sejak awal itu Mata Najwa memang sudah sangat fasih di dunia digital terutama di sosial media. Dan sekarang setelah ada Narasi TV, sebuah platform sendiri, engagement itu menjadi jauh lebih riil. Kita punya komunitas Mata Kita, komunitasnya Narasi TV, dan saat ini terdaftar sekitar 125 ribu orang di 34 provinsi. Kita punya kontributor di luar negeri yang kita namakan Mata-Mata dan sudah ada di 25 negara”. (N. Shihab, wawancara, Februari 15, 2019.) Hubungan yang intens antara Najwa Shihab dan Narasi.tv dengan pelanggannya yang kini rata-rata adalah anak muda merupakan aset yang berharga. Najwa mengakui bahwa saat ini pangsa pasar Narasi.tv dikuasi oleh kaum yang berusia relatif muda, antara 18-35 tahun. Meski mengaku tidak menyasar target pasar tertentu, Najwa berpendapat bahwa kaum muda yang berusia 18-35 tahun itu memang sering muncul dalam berbagai hasil riset sebagai kelompok yang saat ini paling banyak menggunakan internet dan media sosial. Jika relationship marketing bisa dikelola dengan baik, maka memiliki aset pelanggan yang masih berusia muda membuka peluang bagi terbentuknya competitive advantage di pasar digital serta menciptkan loyalitas dalam jangka panjang. Tak hanya pelanggan yang pasif, tapi benar-benar ikut berpartipasi layaknya memiliki ubungan emosional dengan Narasi.tv, khususnya Mata Najwa. “Apapun isu yang ada mereka selalu melihat ke Mata Najwa sebagai tempat untuk membuka ruang diskusi guna mencari solusi. Jadi saya merasa itu salah satu competitive advantage yang juga dimiliki Mata Najwa. Ketika orang datang, menonton, berharap mendapatkan sesuatu dan ada tindak lanjutnya, bukan hanya omong-omong kosong belaka. Kalau boleh saya mensyukuri, itu sesuatu yang tidak banyak dimiliki oleh talk show lain, ketika melihat suatu program televisi sebagai tempat mereka mencari solusi. Karena dunia digital memungkinkan mereka untuk melakukan interaksi itu dan kami juga selalu meng- encourage itu.” (N. Shihab, wawancara, Februari 15, 2019). ## Narasi.tv, di antara Idealisme dan Bisnis Narasi.tv adalah start up yang didirikan oleh Najwa Shihab bersama dua co-founder lainnya pada Agustus 2017. Ide membuat startup ini muncul setelah Najwa Shihab mengamati bahwa kanal Youtube miliknya, yaitu Najwa Shihab Channel, mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Begitu pesat pertumbuhannya sehingga hanya dalam waktu empat bulan setelah aktif, kanal tersebut sudah memiliki 250 ribu subscribers . Jumlah subscribers bahkan tumbuh lebih pesat hingga saat penelitian ini dibuat. Saat website Markeeter memuat artikel tentang Narasi.tv pada 13 Oktober 2018, jumlah subscribers ada di angka 980 ribu orang. Bandingkan dengan jumlah subscribers di bulan Februari 2019 – hanya berselang 4 bulan - jumlahnya sudah mencapai 1,6 juta subscribers . Narasi.tv saat ini hanya bisa diakses melalui mobile web application . Najwa Shihab mengakui bahwa Narasi.tv mengemban idealisme untuk turut serta membangun peradaban negeri. “Menurut saya idealisme adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar, menurut saya konten itu adalah kunci. Itu yang kami taruh di pintu masuk Narasi,tv: ‘Apapun yang tampil di layar kita akan melebihi waktu, melampaui generasi, membentuk wajah dan kepribadian negeri’ .” (N. Shihab, wawancara, Februari 15, 2019). Mata Najwa adalah salah satu dari 14 jenis konten yang tersedia di Narasi.tv. Konten- konten lainnya di antaranya: Shihab dan Shihab (Agama Islam), Buka Mata, Tompi and Glenn, Sarah Seharian, Kamar Ganti, Narasi People, Buka Buku dan masih banyak lagi. Masing-masing konten dirancang dengan topik yang berbeda satu dengan yang lain, dengan harapan seluas-luasnya menjangkau pemirsa, dengan kebutuhan yang berbeda- beda. Apa yang dilakukan oleh Narasi.tv dengan membuat platform yang memuat beragam jenis konten -- kebanyakan menyasar kaum muda -- merupakan wujud dari strategi pemasaran yang berangkat dari hasil analisis pasar yang tajam. Narasi.tv cukup berhasil dalam menangkap apa yang menjadi kebutuhan konsumen. Wicaksono mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Narasi.tv. “Semua strateginya itu dibuat relate ke dunia digital. Konten-kontennya friendly dengan anak muda yang mendominasi internet. Konten-kontennya variatif, up to date dan relevan dengan kebutuhan konsumen yang mayoritas anak muda.” (Wicaksono, wawancara, Februari 19, 2019). Konten-konten Narasi.tv mentargetkan pemirsa yang berusia 18-35 tahun. Dari beberapa kali upaya Najwa Shihab melakukan atau mengamati riset tentang pengguna internet di Indonesia, maka usia 18-35 tahun memang selalu muncul sebagai kelompok yang paling “digital-minded”. Secara gender, pengguna internet laki-laki selalu lebih banyak dari perempuan. Meskipun beranjak dari idealisme untuk turut serta membangun peradaban negeri, Narasi.tv juga cukup cermat membangun pondasi untuk bisnis yang mempunyai nilai ekonomis. Sebagai Founder Narasi.tv, Najwa Shihab memandang bahwa idealisme tidak bisa berdiri sendiri, namun juga harus ditopang oleh kemampuan perusahaan dari sisi bisnis. “Mata Najwa sejak dulu sampai sekarang selalu ada upaya-upaya untuk mempengaruhi idealisme dan sebagainya. Karena itu penting unsur bisnisnya juga kuat, sehingga idelismenya bisa kita jaga. Jadi tentunya idealisme nomer satu dan bagaimana kekuatan bisnis juga bisa menopang supaya kita bisa terus menghasilkan karya-karya yang baik.” (N. Shihab, wawancara, Februari 15, 2019). Di tengah persaingan konten yang begitu marak di jagad digital, pilihan Narasi.tv untuk membuat karya yang bermutu dengan mengedepankan akurasi data, relevansi topik dan juga menghitung kebermanfaatan bagi masyarakat tentu bukan pilihan yang mudah. Terlebih untuk menghasilkan karya bermutu tersebut tentu dibutuhkan pendanaan yang juga relatif lebih besar jika dibandingkan dengan karya-karya yang lebih ringan dan “receh”. Dalam sejumlah observasi di awal tahun 2019, peneliti melihat brand Kopi Kapal Api cukup sering mensponsori program acara atau kegiatan yang diadakan oleh Narasi.tv. “Di Narasi.tv kita menggandeng sponsor-sponsor yang mempunyai values yang sama dan juga percaya bahwa konten ini gak receh, dan bisa membuat sesuatu yang penting menjadi menarik sehingga orang lain juga merasa bahwa itu penting. Jadi kita bisa keluar dari paradigma konten yang dinikmati di digital hanyalah yang ramai di permukaan tanpa kedalaman, yang kami lakukan justru untuk membalik paradigma itu.” (N. Shihab, wawancara, Februari 15, 2019). Dengan memiliki beragam pilihan konten untuk target audiens yang jelas, Narasi.tv berharap bisa menarik minat sponsor yang ingin menyasar target tertentu, untuk berkontribusi di konten yang diminati. Narasi.tv telah membangun pondasi yang tepat untuk mengawali sebuah bisnis yang sustainable . ## SIMPULAN Dari penjelasan dan temuan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Najwa Shihab menekuni aktivitas di dunia digital karena melihat peluang yang terbuka lebar untuk mencapai tujuannnya baik secara idealis mapun secara bisnis. Peluang yang tersedia lahir karena perkembangan teknologi telah mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih akrab dengan smartphone atau perangkat lain yang berbasis internet. Dari 286 juta populasi Indonesia, sebanyak 150 juta orang adalah pengguna internet, dan 130 juta di antaranya mengakses internet melalui smart phone. Tujuan idealis Najwa Shihab adalah ingin turut serta membangun peradaban negeri melalui distribusi konten bermutu dan melakukan edukasi tentang cara memproduksi karya bermutu, utamanya bagi generasi muda. Sedangkan tujuan bisnis yang ingin dicapai adalah turut membesarkan Narasi.tv, start up baru milik Najwa Shihab yang menjadi platform yang memuat konten-konten dengan beragam topik. Konten-konten dengan beragam topik ini menyasar target audiens tertentu yang ke depannya akan memiliki nilai ekonomis. Mata Najwa menjalankan aktifitasnya di media digital dengan terus mempertahankan b rand value : Anti Korupsi, Partisipasi dan Toleransi dalam karya-karyanya; melakukan kolaborasi dengan Trans 7 untuk menambah reach kepemirsaan program, seraya meningkatkan hubungan yang baik dan berkualitas dengan audiensnya, baik itu melalui media digital maupun melalui ev ent-event off air . Sepanjang tahun 2018, Mata Najwa dan Najwa Shihab berhasil meraih 6 penghargaan tingkat nasional untuk kategori terbaik. Mata Najwa dan Najwa Shihab juga telah meletakkan pondasi yang bagus bagi Narasi.tv sebagai pelopor new media di Indonesia. Dalam konteks interaksi dengan audiens, Mata Najwa dan Narasi.tv telah membangun jaringan anggota sebanyak 125 ribu orang di 34 provinsi di Indonesia dan telah memiliki 25 kontributor di luar negeri. ## SARAN Disarankan agar Mata Najwa mulai memberikan award regular berskala nasional dengan pemberitaan yang massif untuk para pembuat konten di Indonesia dengan mengusung idealisme “Ikut membangun peradaban negeri” di Indonesia. Dengan langkah ini diharapkan para content creator berlomba-lomba memproduksi konten yang berkualitas dengan standar idealisme yang tinggi. Di tengah maraknya konten-konten digital yang beredar saat ini, alangkah baiknya jika Narasi.tv bisa lebih fokus mempromosikan dan menajamkan proposisi dari 14 konten yang saat ini mereka kelola, agar gaungnya bisa lebih luas terdengar. Peneliti juga menyarankan agar bisa dilakukan penelitian lanjutan mengenai Narasi.tv, dengan menimbang bahwa sebagai sebuah entitas baru dalam industri konten digital, Narasi.tv diprediksi memiliki prospek yang cerah. Perlu dikaji lebih dalam mengenai pemilihan konten, pemandu acara dan juga potensinya dari sisi bisnis. ## REFERENSI Bachdar, S. (2018). Najwa Shihab bicara soal masa depan Narasi TV. Diakses dari http://marketeers.com/najwa-shihab-bicara-soal-masa-depan-narasi-tv/ pada 21 Februari 2019. Dariyanto, E. (2017). Tujuh tahun mengudara, Mata Najwa berhenti tayang. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3591459/7-tahun-mengudara-mata-najwa- berhenti-tayang?source=graboards.com pada 7 Januari 2019. Denzin, Norman K., Lincoln, Yvonna S. (2005). The Sage handbook of qualitative research . (3 rd ed.) London: SAGE Publications. Dewi, T.L. (2016). Karakteristik program berita televisi pada talk show Mata Najwa Metro TV . Surakarta: Institut Seni Indonesia. Diakses dari http://repository.isi- ska.ac.id/571/1/Tertia%20Lusia%20Dewi.pdf pada 18 Januari 2019. Duncan, T. (2005). Principles of advertising & IMC . New York: McGraw-Hill Ega, D. (2016). Personal branding Najwa Shihab pada program talk show televisi di Indonesia. (Tesis tidak dipublikasikan). London School of Public Relations-Jakarta, Indonesia. Fill, C. (2013). Marketing communications: brands, experiences and participation . (6 th ed.). Harlow: Pearson Education Limited, United Kingdom. Hermawan, A. (2012). Komunikasi pemasaran . Jakarta: Erlangga Kapferer, J.N. (2012). The new strategic brand management: Advanced insight and strategic thinking. London: Kogan Page, United Kingdom. Keller, K.L. (2013). Strategic brand management: Building, managing and measuring brand identity. (4 th ed.). Harlow: Pearson Education Limited, United Kingdom. Kotler and Keller. (2009). Manajemen pemasaran . Jilid I. (Edisi ke 13). Jakarta: Erlangga Kotler and Keller. (2009). Manajemen pemasaran . Jilid II. (Edisi ke 13). Jakarta: Erlangga Kriyantono, R. (2010). Teknis praktis riset komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group Martin, Gail. Z. (2017). The essential social media marketing handbook. New Jersey: Career Press. Meri, M. (2015). Penggunaan diksi dan gaya bahasa Najwa Shihab pada acara Mata Najwa di Metro TV . (Universitas Jember, Indonesia, 2015). Diakses dari http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/71125/110110201035.pd f?sequence=1 Morissan. (2010). Periklanan: Komunikasi pemasaran terpadu. Jakarta: Prenada Media Group Morissan. (2013). Teori komunikasi individu hingga massa. Jakarta: Prenada Media Group Muljono, R.K. (2018). Digital marketing concept: Penggunaan konsep dasar digital marketing untuk membuat perubahan besar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Nasrullah, R. (2017). Media sosial: Perspektif komunikasi, budaya, dan sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Perreault, Wiliam D., J.P. Cannon, and J. McCarthy. (2012). Essentials of marketing . (13 th ed.). New York: McGraww-Hill Rayanki, B. (2015). Rahasia di balik program Mata Najwa on Stage. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Diakses dari http://www.academia.edu/19876988/Makalah_B_indo pada 7 Januari 2019. Santoso, A. (2016). Persepsi mahasiswa terhadap program talk show Mata Najwa di Metro TV (Studi deskriptif kuantitatif pada mahasiswa LPM Pabelan UMS terhadap Mata Najwa periode 18 November 2015 – 15 Maret 2016). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/46212/1/ NASKAH%20PUBLIKASI.pdf pada 10 Januari 2019. Tarigan, I.A. (2016). Dihadiri 35 Ribu penonton, Mata Najwa On Stage Jember pecahkan rekor MUR. Diakses dari https://www.medcom.id/hiburan/selebritas/wkB8O9gN- dihadiri-35-ribu-penonton-mata-najwa-on-stage-jember-pecahkan-rekor-muri, pada 4 Januari 2019. Wijayanti, T. (2018). Marketing plan! Dalam bisnis . Jakarta: Elex Media Komputindo Winer, Russel S. (2001 ). A framework for customer relationship management . California Management Review , Vol.43. No.4. pp. 89-105 . Yusuf, O. (2017). Youtube Beri Najwa Shihab Piagam “Silver Button”. Diakses dari https://tekno.kompas.com/read/2017/12/14/06520047/youtube-beri-najwa- shihab-piagam-silver-button- pada 13 Januari 2019. Yusuf, O. (2018). Ini video pertama yang diunggah ke Youtube, tepat 13 tahun lalu. Diakses dari https://tekno.kompas.com/read/2018/04/23/20390067/ini-video-pertama- yang-diunggah-ke-youtube-tepat-13-tahun-lalu pada 11 Januari 2019.
f30cdda8-9740-4b97-8474-9394d322435d
https://jurnal.uns.ac.id/ijas/article/download/48121/35730
E-ISSN 2621–086X ## Indonesian Journal of Applied Statistics Vol. 5, No. 1, pp. 12-18, May 2022 https://jurnal.uns.ac.id/ijas/article/view/48121 https://doi.org/10.13057/ijas.v5i1.48121 Copyright 2022 The Authors ## Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Waktu Survival Pasien Penyakit Ginjal Kronis menggunakan ## Uji Asumsi Proportional Hazard Assyifa Lala Pratiwi Hamid * , Sri Subanti, dan Yuliana Susanti Program Studi Statistika, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia *Corresponding author: [email protected] Abstract. Chronic kidney disease is a disease whose risk of death is always increasing. This disease was ranked as the 13th leading cause of death in Indonesia in 2017. One of the successful management of chronic kidney disease can be seen in the possibility of survival of patients with chronic kidney disease. To identify the probability of survival of an object, survival analysis is used. One method of survival analysis that can be used to determine the survival time of patients with chronic kidney disease is Cox regression. Cox regression must satisfy the proportional hazard assumption, where the ratio of the two hazard values must be constant with time. The graphical method, namely the log-log graph, can be used to test the proportional hazard assumption, but the results are only used as a provisional estimate. In this study, the goodness of fit test was used to test the assumptions by calculating the correlation between the Schoenfeld residuals and the survival time rank. In conclusion, the variables of hypertension and hemodialysis frequency meet the proportional hazard assumption. Keywords: chronic kidney disease; Cox regression; goodness of fit; log-log graph; proportional hazard assumption ## 1. PENDAHULUAN Kualitas Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah suatu problema bagi masyarakat dengan diagnosis yang tidak baik, biaya yang besar dan insiden yang terus meningkat [1]. Systematic review dan meta analisis menyatakan bahwa prevalansi global PGK adalah sebesar 13,4% [2]. Terdapat 499.800 penduduk Indonesia yang menderita PGK pada tahun 2013, dimana biaya perawatan PGK menduduki peringkat kedua pembiayaan dari BPJS [3]. Data pada IHME Global Burden Disease 2017 menyatakan bahwa dari seluruh kematian 1.510.113 di Indonesia, PGK menduduki urutan ke-13 penyebab kematian [4]. Ketahanan hidup pasien PGK dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu status nutrisi, usia, terapi ganti ginjal, adekuasi hemodialisis [5]. Valdivia et al. [6] menyatakan bahwa faktor lainnya adalah hipertensi, inadekuasi akses vascular dan diabetes mellitus . Yulianto et al. [7] melakukan penelitian dengan gender, umur, darah tinggi, diabetes mellitus , kekerapan hemodialisis dan anemia sebagai variabel. Dalam ilmu statistika terdapat metode analisis survival yang biasa digunakan untuk menganalisis ketahanan hidup. Kemungkinan mengalami event pada suatu objek atau yang lebih dikenal dengan hazard ratio dapat ditentukan dengan metode ini [8]. Pendekatan semiparametrik digunakan dalam pemodelan survival dimana dibutuhkan asumsi proportional hazard (PH) yang terpenuhi yaitu terdapat objek yang konstan sepanjang waktu. Dugaan sementara pada penelitian ini menggunakan grafik log-log, dilanjutkan dengan uji goodness of fit . Dalam pengujian goodness of fit digunakan korelasi Pearson dan korelasi rank Kendall sebagai bahan pertimbangan apakah suatu kovariat memenuhi asumsi proportional hazard atau tidak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji asumsi PH faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu survival pasien PGK di RSUD Asy Syifa Kabupaten Sumbawa Barat. ## 2. KAJIAN PUSTAKA ## 2.1. Regresi Cox Persamaan regresi Cox berdistribusi semiparametrik karena dalam persamaan tersebut tidak diperlukan syarat terkait distribusi khusus yang mendasari waktu survival. Klein [9] menyatakan fungsi Cox Proportional hazard dengan ℎ(𝑡, 𝑋) = ℎ 0 (𝑡)𝑒𝑥𝑝⁡(𝛽 1 𝑋 1 + 𝛽 2 𝑋 2 + ⋯ + 𝛽 𝑝 𝑋 𝑝 = ℎ 0 ( 𝑡 ) 𝑒𝑥𝑝 (∑ 𝛽 𝑖 𝑋 𝑖 𝑝 𝑖 ) (1) dengan ℎ(𝑡, 𝑋) : risiko terjadinya event suatu individu pada waktu 𝑡 dengan karakteristik 𝑋 ℎ 0 (𝑡) : persamaan hazard dasar 𝛽 𝑖 : parameter model regresi Cox, dengan 𝑖 = 1, 2, … , 𝑝 𝑋 𝑖 : nilai variabel independent model regresi Cox, dengan 𝑖 = 1, 2, … , 𝑝 . ## 2.2. Asumsi Proportional Hazard Perbandingan hazard dari dua subjek yang memiliki nilai kovariat yang berlainan disebut dengan hazard ratio. Dimisalkan 𝑥 ∗ = 𝑥 1 ∗ , 𝑥 2 ∗ , … , 𝑥 𝑝 ∗ serta kovariat dari dua kategori yaitu 𝑥 = (𝑥 1 , 𝑥 2 , … , 𝑥 𝑝 ) , maka hazard ratio ( HR ) dari kedua kategori tersebut adalah 𝐻𝑅 = 𝑒𝑥𝑝⁡ [∑ 𝛽 𝑖 (𝑥 𝑖 ∗ − 𝑥 𝑖 ) 𝑝 𝑖=1 ] (2) Regresi Cox layak digunakan apabila asumsi PH terpenuhi yaitu hazard ratio konstan sepanjang waktu [10]. ## 2.3. Grafik log-log Pengujian asumsi proportional hazard pada penelitian ini menggunakan dua jenis grafik yaitu grafik plot ln(−ln 𝑆 ( 𝑡 )) terhadap waktu tahan hidup serta grafik plot Kaplan Meier. Ilustrasi kedua grafik ditunjukkan pada Gambar 1(a) dan 1(b). Gambar 1(a) menunjukkan asumsi PH akan terpenuhi ketika garis antara kategori berposisi sejajar, Untuk Gambar 1(b) menunjukkan asumsi PH akan dipenuhi ketika kurva prediksi ( expected ) dan pengamatan ( observed ) berdekatan atau hampir bersinggungan. (a) (b) Gambar 1. Ilustrasi grafik plot ln(−ln 𝑆 ( 𝑡 )) dan Kaplan Meier ## 2.4. Residu Schoenfeld Marjikoen [11] menyatakan bahwa residu Schoenfield dari variabel prediktor ke- k dari individu yang mengalami kejadian pada waktu 𝑡 𝑗 dirumuskan sebagai 𝑃𝑅 𝑘𝑗 = 𝑥 𝑘𝑗 − 𝐸〈𝑥 𝑘𝑗 |𝑅(𝑡 (𝑗) )〉 dengan 𝐸 〈 𝑥 𝑘𝑗 |𝑅(𝑡 (𝑗) ) 〉 = ∑ 𝑥 𝑘𝑗 𝑒𝑥𝑝⁡(𝛽′𝑥 1 ) 𝑙𝜖𝑅(𝑡 (𝑗) ) ∑ 𝑒𝑥𝑝⁡(𝛽′𝑥 1 ) 𝑙𝜖𝑅(𝑡 (𝑗) ) ⁡ (3) 𝑃𝑅 𝑘𝑗 : residu Schoenfeld variabel ke- k pada waktu 𝑡 (𝑗) . 𝑥 𝑘𝑗 : nilai dari variabel ke- k pada waktu 𝑡 (𝑗) . 𝐸〈𝑥 𝑘𝑗 |𝑅(𝑡 (𝑗) )〉 : kondisi khusus 𝑥 𝑘𝑗 dengan diketahuinya 𝑅(𝑡 (𝑗) ). ## 2.5. Koefisien Korelasi Rank Kendall Koefisien korelasi rank Kendall adalah koefisien dapat digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara residu Schoenfeld dan waktu survival. Rumus perhitungan koefisien tersebut adalah 𝜏 = 𝑁 𝑐 − 𝑁 𝑑 𝑛(𝑛 − 1)/2 (4) 𝑁 𝑐 adalah jumlah pasangan yang konkordan dan 𝑁 𝑑 adalah jumlah pasangan yang diskordan [12]. ## 2.6. Koefisien Korelasi Pearson Korelasi Pearson digunakan untuk menguji korelasi antara residu Schoenfeld dengan rank waktu survival untuk masing-masing variabel 𝑟 = ∑ (𝑅𝑆 𝑘𝑗 − 𝑅𝑆 𝑘𝑗 ) (𝑅𝑇 𝑗 − 𝑅𝑇 𝑗 ) 𝑛 𝑗=1 √∑ (𝑅𝑆 − 𝑅𝑆 𝑘𝑗 ) 𝑛 𝑗=1 2 √∑ (𝑅𝑇 𝑗 − 𝑅𝑇 𝑗 ) 𝑛 𝑗=1 2 (5) dengan 𝑅𝑆 𝑘𝑗 merupakan residu Schoenfeld dan 𝑅𝑇 𝑗 merupakan rank waktu survival [1]. ## 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari rekam medis 238 pasien penyakit ginjal kronis (PGK) di RSUD Asy Syifa Sumbawa Barat pada Januari 2015 hingga Desember 2017 . Variabel pada penelitian ini yaitu waktu survival ( T ), status pasien ( d ), usia ( X 1 ), jenis kelamin (X 2 ), hipertensi ( X 3 ), diabetes mellitus ( X 4 ), frekuensi hemodialisis ( X 5 ), dan komplikasi anemia ( X 6 ) (Tabel 1). Kondisi ketika individu tidak dilaporkan meninggal sampai penelitian selesai pada Desember 2017 atau ketika proses pendataan pasien tidak lagi terdata di rumah sakit tersebut adalah data tipe sensor kanan. Tabel 1. Variabel penelitian Variabel Nama Deskripsi 𝑇 Waktu Survival Waktu bagi pasien mendapatkan perawatan (dalam hitungan hari) sampai pasien dinyatakan meninggal atau tidak terdeteksi. 𝑑 Status Pasien 1: Pasien PGK meninggal 0: Pasien PGK tidak meninggal 𝑋 1 Usia Usia dalam hitungan tahun 𝑋 2 Jenis Kelamin Jenis Kelamin yaitu laki laki dan perempuan 𝑋 3 Hipertensi 0: Tidak menderita Hipertensi 1: Menderita Hipertensi 𝑋 4 Diabetes Mellitus 0: Tidak menderita Diabetes Mellitus 1: Menderita Diabetes Mellitus 𝑋 5 Frekuensi Hemodialisis 0: Frekuensi Hemodialisis ≤ 2 kali sepekan 1: Frekuensi Hemodialisis ≥ 3 kali sepekan 𝑋 6 Komplikasi Anemia 0: Tidak menderita Anemia 1: Menderita Anemia Penelitian ini menguji asumsi proportional hazard pada variabel yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap waktu survival pasien PGK, langkah yang dilakukan adalah 1. Menguji terpenuhinya asumsi PH dengan mengamati secara kasatmata grafik plot ln(−ln 𝑆 ( 𝑡 )). 2. Menguji terpenuhinya asumsi PH dengan uji goodness of fit. ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Uji asumsi proportional hazard pada data pasien PGK di RSUD Asy Syifa Sumbawa Barat digunakan untuk mengetahui konstan atau tidaknya laju kematian berdasarkan faktor-faktor yang diperkirakan memiliki pengaruh atas waktu survival. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu goodness of fit dan grafik plot ln (− ln 𝑆 ̂( 𝑡 )). Gambar 2 sampai dengan Gambar 7 merupakan grafik plot ln(− ln 𝑆 ̂( 𝑡 )) untuk masing-masing faktor yang diduga berpengaruh. Gambar 2, 4, dan 6 terlihat bahwa plot hijau dan biru berada pada posisi sejajar,hal ini menunjukkan bahwa ada indikasi laju kematian pada pasien PGK konstan, maka asumsi proportional hazard terpenuhi. Gambar 3, 5, dan 7 terlihat plot hijau dan biru berpotongan pada beberapa titik. Hal ini menunjukkan bahwa ada indikasi laju kematian pada pasien PGK tidak Indonesian Journal of Applied Statistics , 5(1), 12-18, 2022 konstan, maka asumsi proportional hazard tidak terpenuhi. Sebelum dilakukan perhitungan untuk menemukan residu Schoenfeld, diperlukan nilai koefisien regresi Cox untuk memperoleh taksiran persamaan. ℎ 𝑖 (𝑡) = 𝑒𝑥𝑝⁡(0,670⁡𝑥 1 − 0,326⁡𝑥 2 + 2,301⁡𝑥 3 + 0,188⁡𝑥 4 − 3,151⁡𝑥 5 + 0,278⁡𝑥 6 )ℎ 0 (𝑡) (6) Tabel 2. Data tahan hidup pasien No ( T ) ( d ) ( 𝑋 1 ) ( 𝑋 2 ) ( 𝑋 3 ) ( 𝑋 4 ) ( 𝑋 5 ) ( 𝑋 6 ) 1 517 1 1 0 0 0 1 1 2 359 1 1 0 1 1 1 0 3 3 0 1 0 1 1 0 0 4 289 0 1 0 1 0 1 0 5 209 1 1 0 1 1 1 0 6 32 1 1 0 1 1 0 0 7 252 1 1 0 1 1 1 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . 238 48 0 1 0 1 0 0 1 Gambar 2. Plot ln(-ln 𝑆 ̂( 𝑡 )) Faktor Usia Gambar 3. Plot ln(-ln 𝑆 ̂( 𝑡 )) Faktor Jenis Kelamin Gambar 4. Plot ln(-ln 𝑆 ̂( 𝑡 )) Faktor Hipertensi Gambar 5. Plot ln(-ln 𝑆 ̂( 𝑡 )) Faktor Diabetes Mellitus Gambar 6. Plot ln(-ln 𝑆 ̂( 𝑡 )) faktor frekuensi hd Gambar 7. Plot ln(-ln 𝑆 ̂( 𝑡 )) faktor Anemia Tabel 4. Residu Schoenfeld ( T ) ( 𝑋 1 ) ( 𝑋 2 ) ( 𝑋 3 ) ( 𝑋 4 ) ( 𝑋 5 ) ( 𝑋 6 ) 517 0.0996 -0.41043 0 -0.29375 0 0.29236 359 0.05393 -0.27854 0.76879 0.38716 0 -0.55259 … 48 0.08264 0.47062 0.04395 0.81657 0.54606 0.34374 Tabel 5. Korelasi Pearson Variabel Korelasi Pearson Nilai- p 𝑋 1 -0,078 0,229 𝑋 2 -0,011 0,863 𝑋 3 -0,532 0,000 𝑋 4 0,119 0,068 𝑋 5 0,619 0,000 𝑋 6 0,028 0,673 Selanjutnya dapat ditentukan residu Schoenfeld pada Tabel 4, sedangkan hubungan antara waktu tahan hidup dan residu Schoenfeld dapat dilihat melalui korelasi Pearson (Tabel 5) dan korelasi Kendall (Tabel 6). Dari Tabel 5 dan Tabel 6 dapat diamati bahwa korelasi Pearson dan Kendall menunjukkan kesimpulan yang sama yaitu hipertensi ( 𝑥 3 ) dan frekuensi hemodialisis ( 𝑥 5 ) berpengaruh signifikan terhadap waktu survival pasien karena mempunyai p- value yang kurang dari 0,05, sedangkan variabel usia, jenis kelamin, diabetes mellitus dan komplikasi anemia tidak berpengaruh signifikan terhadap waktu survival pasien karena mempunyai p -value yang lebih dari 0,05. Tabel 6. Korelasi rank Kendall Variabel Korelasi rank Kendall Nilai- p 𝑋 1 -0,031 0,566 𝑋 2 -0,077 0,146 𝑋 3 -0,373 0,000 𝑋 4 0,129 0,016 𝑋 5 0,674 0,000 𝑋 6 0,030 0,571 ## 5. KESIMPULAN Asumsi proportional hazard dapat diuji dengan grafik log-log dan goodness of fit . Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa variabel yang memenuhi asumsi proportional hazard dengan menggunakan grafik yaitu usia, hipertensi dan frekuensi hemodialisis, kemudian dilanjutkan dengan uji goodness of fit dan didapatkan hasil bahwa variabel yang memenuhi asumsi proportional hazard yaitu hipertensi dan frekuensi hemodialisis sedangkan variabel usia tidak memenuhi. ## DAFTAR PUSTAKA [1] N. Afifah, “Uji i Proportional i Hazard i pada i Data i Penderita i Kanker i Serviks i di i RSUD dr. i Soetomo i Surabaya”, i Jurnal i Sains i dan Seni ITS. vol. 5, no.1, pp D109-D114, 2016. [2] N. R. Hill, S. T. i Fatoba, J. L. Oke, and i J. i A. i Hirst, C. A. O’Callaghan, and D.S. Lasseron, i Global i Prevalence i of i Chronic i Kidney i Disease i – i Asystematic i Review i and Meta-Analysis. i PLos i One . i 2016. i [3] Kementrian i Kesehatan i Republik i Indonesia. i Info i Pusat i Data i dan i Informasi Kementerian i Kesehatan i RI, i Situasi i PGK. i Jakarta: i Kementrian i Kesehatan i Republik Indonesia. i 2017. [4] S. i I. Arifa, M. Azam, i dan O. W. K. Handayani, I ”Faktor i yang i Berhubungan i dengan Kejadian i Penyakit i Ginjal i Kronik i pada i Penderita i Hipertensi i di i Indonesia”, Jurnal MKMI, vol.13, no. 4, pp. 319-328, i 2017. [5] B. Mousavie, F. Hayati, and M. J. A. Ansari, I ”Survival i of i Diabetes i Patients i on Hemodialysis”, i Iranian i Journal i of i Kidney i Disease, vol. 4, no. 1, i pp. 74, i 2010. [6] J. Valdivia, C. i Gutierrez, i J. i Treto, i E. i Delgado, D. Mendez, I. Fernandez, i A. i Abdo, L. Perez, M. i Forte, and i Y. Rodriguez, ”Prognostic i Factors i in i Hemodialysis Patients: Experience i of i a i Havana i Hospital”, i MEDICC i Review, vol. 15, no. 3. i 2013. [7] D. Yulianto i dan H. i Basuki, I ”Analisis i Ketahanan H i pasien i PGK i dengan Hemodialisis di i RSUD i Dr. i Soetomo i Surabaya”, i Jurnal i Manajemen i Kesehatan Yayasan i RS. i 2017. [8] D. i G. Kleinbaum i and i M. Klein, i Survival i Analysis: i A i Self-Learning i Text, i Third Edition. i New York: i Springer. i 2012. [9] D. i G. Kleinbaum i and i M. Klein, Survival i Analysis: i A i Self-Learning i Text, i Second Edition. i New i York: i Springer. i 2005. [10] N. Ata and M. T. Zoter, “Cox Regression i Models i with Nonproportional hazards Applied to Lung Cancer Survival Data“, Hacettepe Journal of Mathematics and Statistics, vol. 36, no. 2, pp. 157-167, 2007. [11] P. Marjikoen, Tumor i Ganas i Alat i Genital. i Jakarta: i Yayasan i Bina i Pustaka i Sarwono Prawirohardjo. i 2007. [12] W. J. Connover, i Practical i Nonparametric i Statistics. i New York: i John i Wiley i and i Sons, i 1999.
5a49071b-4836-415c-bec3-ac27d7289391
https://e-journal.unair.ac.id/NTR/article/download/36832/21588
Keterlambatan Penyampaian Dokumen Peralihan Hak Atas Tanah Kepada Kantor Pertanahan Selama Pandemi Covid-19 Siti Romlah, Eka Putri Fauzia Ikromi, Fairuz Zahirah Zihni Hamdan [email protected] Universitas Airlangga ## Abstract This research is discussed by proposing the formulation of the problem what the legal consequences of the delay in submitting data on the transfer of land rights to the Land Office in during the Covid-19 pandemic and whether the Covid-19 pandemic conditions were used by PPAT from the obligation to sue based on force majeure. The research uses the method of approach to legislation/statutes approach and conceptual approach, a conclusion is obtained: The legal consequences of delays in PPAT submitting data on the transfer of land rights to the Land Office as referred to in Article 40 paragraph (1) PP No. 24 of 1997, during the Covid-19 pandemic, the deed of transfer of land rights still had the power of proof as an authentic deed. PPAT that does not fulfill the obligations as referred to in Article 40 paragraph (1) P No. 24 of 1997 was subject to administrative sanctions in the form of a written warning to dismissal from his position as PPAT, as stated in Article 62 paragraph (1) of PP. 24 of 1997. The condition of the Covid-19 pandemic cannot be used by PPAT from the obligation to sue based on Force Majeure, because as Article 102 of Permen ATR No. 7 of 2019, the PPAT deed was submitted to the Head of the Land Office can be in the form of an Electronic Document. PPAT ignores the provisions of Article 40 paragraph (1) PP No. 24 of 1997 may give the aggrieved party the right to claim compensation as stipulated in Article 62 paragraph (2) PP No. 24 of 1997, based on having committed an unlawful act as referred to in Article 1365 B.W. Keywords: PPAT Liability; Retardation; Land Rights Transfer Documents; Covid-19. ## Abstrak Penelitian ini mengajukan rumusan masalah apa akibat hukum keterlambatan PPAT menyampaikan data-data peralihan hak atas tanah kepada Kantor Pertanahan pada masa pandemi Covid-19 dan apakah kondisi pandemi Covid-19 digunakan PPAT dari kewajiban bertanggung Gugat Atas Dasar Force majeur. Penelitian menggunakan metode pendekatan peraturan perundang-undangan/ statute approach dan pendekatan konsep/ conseptual approach , diperoleh suatu kesimpulan: Akibat hukum keterlambatan PPAT menyampaikan data- data peralihan hak atas tanah kepada Kantor Pertanahan sebagaimana Pasal 40 ayat (1) PP No. 24/1997, pada masa pandemi Covid-19 terhadap akta peralihan hak atas tanah tetap mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta otentik. PPAT yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana Pasal 40 ayat (1) P No. 24 Tahun 1997 dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis sampai pemberhentian dari jabatannya sebagai PPAT, sebagaimana Pasal 62 ayat (1) PP No. 24/1997. Kondisi pandemi Covid-19 tidak dapat digunakan oleh PPAT dari kewajiban bertanggung Gugat Atas Dasar Force majeur, karena sebagaimana Pasal 102 Permen ATR No. 7/2019, bahwa akta PPAT yang disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan dapat berupa Dokumen Elektronik. PPAT mengabaikan ketentuan Pasal 40 ayat (1) PP No. 24/1997 dapat memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menggugat ganti kerugian sebagaimana ketentuan Pasal 62 ayat (2) PP No. 24/1997, atas dasar telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana Pasal 1365 B.W. Kata Kunci: Tanggung Gugat PPAT; Keterlambatan; Dokumen Peralihan Hak Atas Tanah; Covid-19. ## Notaire Article history: Submitted 21 June 2022; Accepted 24 June 2022; Available online 29 June 2022. e-ISSN: 2655-9404 p-ISSN: 2721-8376 DOI: 10.20473/ntr.v5i2.36832 Vol. 5 No. 2, Juni 2022 Copyright © 2022 Siti Romlah, Eka Putri Fauzia Ikromi, Fairuz Zahirah Zihni Hamdan. Published in Notaire. Published by Universitas Airlangga, Magister Kenotariatan. 314 Siti Romlah, dkk: Keterlambatan Penyampaian Dokumen... ## Pendahuluan Penyebaran Covid-19 menjadikan banyak bidang pekerjaan yang terpengaruh, dikarenakan adanya keharusan menjaga jarak fisik ( physical distancing). Pemerintah dalam upaya memberikan suatu kepastian agar pekerjaan tidak terpengaruh oleh kondisi yang ada, menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) (selanjutnya disebut Perpres No. 11/2020). Kementerian Kesehatan turut mengeluarkan kebijakan terkait pandemi, yakni dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) (selanjutnya disebut Permenkes No. 9/2020). Pasal 13 ayat (1) dan (3) Permenkes No. 9/2020 mengatur bahwa segala kegiatan pelayanan oleh kantor maupun instansi strategis dilakukan dari jarak dan secara daring (dalam jaringan). Hal tersebut dikecualikan terhadap kegiatan yang tidak dapat dilakukan dari rumah, sehingga harus dilakukan dari kantor. Namun hal tersebut dibatasi secara personil dan waktu. Ketentuan tersebut secara otomatis berlaku terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang melakukan kegiatan pelayanan jasa pembuatan akta otentik. Sebagai pejabat yang berwenang membuat akta otentik, maka dalam melaksanakan hal tersebut PPAT diberikan batas waktu. PPAT diberikan waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, untuk menyampaikan akta yang dibuatkannya berikut dokumen- dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar, untuk terbit atau keperluan balik nama sertipikat. Batasan waktu tersebut tidak dapat dilanggar karena ketentuan tersebut adalah ketentuan yang memiliki kedudukan sebagai dwingend recht , ketentuan undang-undang yang bersifat memaksa tanpa ada perkenan guna menyimpanginya dan harus berlaku. 1 1 Moch. Isnaeni, Pengantar Hukum Jaminan Kebendaan (Revka Petra Media 2014).[24]. Terjadinya pandemi Covid-19 turut mempengaruhi kegiatan layanan yang dilakukan oleh PPAT. Sebisa mungkin segala kegiatan dilaksanakan dari rumah dan secara daring. Hal ini tentu mempengaruhi proses dari kegiatan PPAT salah satunya proses dalam penyampaian akta peralihan hak atas tanah kepada kantor pertanahan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka PPAT hanya memiliki waktu sebanyak maksimal 7 (tujuh) hari untuk menyampaikan peralihan hak atas tanah yang dibuatnya beserta dokumen-dokumen persyaratan pendaftaran hak atas tanah terhitung sejak akta dibuatnya kepada kantor pertanahan. Adanya pandemi Covid-19 berpotensi dijadikan sebagai alasan bagi PPAT untuk menyampaikan akta peralihan hak atas tanah tersebut lebih dari tenggat waktu yang ditentukan. Ketentuan mengenai penyampaian akta peralihan hak atas tanah kepada kantor pertanahan tercantum dalam Pasal 40 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PP No. 24/1997). PPAT yang melanggar ketentuan dalam pasal tersebut, berdasarkan Pasal 62 PP No. 24/1997 dapat dikenakan sanksi. Sanksi tersebut berupa tindakan administratif berupa teguran tertulis sampai pemberhentian dari jabatannya sebagai PPAT. Pengenaan sanksi tersebut dengan tidak mengurangi kemungkinan dituntut ganti kerugian oleh pihak yang menderita kerugian diakibatkan diabaikannya ketentuan Pasal 40 PP No. 24/1997 tersebut. Penjelasan di atas membawa penulis untuk meneliti sekaligus memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Permasalahan yang diangkat pertama adalah akibat hukum apa yang timbul dari keterlambatan PPAT menyampaikan data- data peralihan hak atas tanah kepada Kantor Pertanahan pada masa pandemi Covid-19. Permasalahan kedua adalah peletakan tanggung gugat kepada PPAT atas keterlambatan penyampaian data peralihan hak atas tanah kepada kantor pertanahan dengan dasar gugatan force majeur . ## Metode Penelitian Berdasarkan isu hukum yang telah diuraikan tersebut, maka penelitian normatif suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran 316 Siti Romlah, dkk: Keterlambatan Penyampaian Dokumen... berdasarkan logika ilmu hukum dari sisi normatifnya. 2 Penelitian hukum normatif meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma mengenai asas-asas- norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan maupun putusan pengadilan guna menjawab permasalahan hukum yang sedang dihadapi. 3 Penelitian hukum normatif sebagai suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip- prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi, yaitu akibat hukum keterlambatan PPAT dalam penyampaian dokumen peralihan hak atas tanah kepada Kantor BPN pada masa pandemi Covid-19 dan pengenaan tanggung gugat atas hal tersebut terhadap PPAT ditinjau dari peraturan perundang-undangan dalam hal ini PP No. 24/1997. ## Akibat Hukum Keterlambatan PPAT Menyampaikan Data-Data Peralihan Hak Atas Tanah Kepada Kantor Pertanahan Pada Masa Pandemi Covid-19 PPAT mempunyai peranan selaku pejabat yang mempunyai fungsi dan tugas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut peraturan perundang- undangan yang bersangkutan (pembuatan akta jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng), pembagian hak bersama, pemberian hak guna bangunan/hak pakai atas tanah, hak milik pemberian hak tanggungan). 4 Selain itu Fungsi PPAT lebih ditegaskan lagi dalam PP No. 24/1997 yaitu sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan akta-akta lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan pendaftaran tanah dengan membuat akta-akta yang akan dijadikan dasar pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. 5 Merujuk pada ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan 2 Johnny Ibrahim, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif (Bayumedia 2005).[57]. 3 Mukti Fajar and Achmad Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris (Pustaka Pelajar 2010).[180]. 4 Ester Anastasiya Komaling, ‘Tugas Dan Fungsi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Menurut Peraturan Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006’ (2019) VII Lex Privatum. 5 Anna Ismudiyatun, ‘Tugas Dan Fungsi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pendaftaran Tanah’ (Universitas Diponegoro 2009). Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. (selanjutnya disebut PP No. 37/1998) mengatur tugas pokok dan kewajiban PPAT, yaitu melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat suatu akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. PPAT selain membuat akta pertanahan sebagaimana Pasal 37 ayat (1) PP No. 24/1997, PPAT bertugas pokok sebagaimana Pasal 2 PP No. 37/1998 yakni melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Tugas Pokok PPAT yaitu melaksanakan sebagian kegiatan Pendaftaran Tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas satuan rumah susun yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. 6 Akta peralihan hak atas tanah sebagaimana Pasal 37 PP No. 24/1997 bahwa, “Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual- beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dari ketentuan Pasal 37 PP No. 24/1997 tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa hanya PPAT yang berwenang membuat akta jual beli hak atas tanah yang telah bersertipikat agar dapat diproses pendaftaran akta jual belinya sekaligus balik namanya di kantor pertanahan tempat dimana tanah tersebut berada. 6 Ade Kurniady Noor, ‘Tugas Dan Fungsi PPAT Dalam Pembuatan Akta Jual Beli Tanah Hak Milik Dalam Rangka Mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan’ (2016) Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta. ## 318 Siti Romlah, dkk: Keterlambatan Penyampaian Dokumen... Pembuatan akta sebagaimana dimaksud di atas dihadiri oleh para pihak yang melakukan hukum yang bersangkutan dan disaksikan oleh sekurang- kurangnya 2 (dua) orang saksi yang memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam perbuatan hukum itu. Bentuk, isi dan cara pembuatan akta-akta PPAT sebagaimana Pasal 38 PP No. 24/1997. PPAT menolak membuat akta jika bidang tanah telah terdaftar tanpa menyertakan sertipikat aslinya, dikaitkan dengan hak atas tanah sebagaimana Pasal 40 ayat (1) PP No. 24/1997, bahwa Pendaftaran Hak atas tanah dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuatkan buku-tanah Hak atas tanah dan mencatatnya dalam buku-tanah hak atas tanah yang menjadi obyek Hak Atas tanah serta menyalin catatan tersebut pada sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatkannya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar. PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta sebagaimana dimaksud di atas kepada para pihak yang bersangkutan. Menurut penjelasan Pasal 40 ayat (2) menyatakan bahwa kewajiban PPAT hanya sebatas pada menyampaikan akta beserta dokumen-dokumen yang bersangkutan ke Kantor Pertanahan. Urusan setelah akta didaftarkan oleh PPAT, maka selanjutnya menjadi urusan pihak yang bersangkutan langsung. Penyerahan dokumen-dokumen tersebut kepada Kantor Pertanahan adalah untuk didaftar. Tujuan didaftarkannya akta dan dokumen-dokumen tersebut adalah untuk menjaga konsistensi kepastian hukum kepada masyarakat dan melakukan tertib administrasi. Tertib adalah perilaku yang memang sulit untuk dijalankan bagi makhluk yang dikendalikan oleh hasrat saja tanpa menggunakan logika atau cara berpikir yang benar, maka untuk melakukan tertib administrasi pertanahan adalah sangat sulit, oleh karena itu diperlukan tenaga-tenaga professional yang siap membantu Kantor Pertanahan dengan penuh dedikasi dan profesionalisme dalam bekerja. Mengingat pentingnya akta-akta yang dibuat oleh pejabat umum di atas bagi masyarakat yang menginginkan sebuah kepastian hukum, maka sudah seharusnya PPAT bertindak professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penyerahan dokumen pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftaran tersebut merupakan tugas dan fungsi dalam pendaftaran tanah, bahwa PPAT melaksanakan sebagian dari kegiatan pendaftaran tanah dengan tugas pembuatan akta otentik sebagai bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu di daerah kerjanya yang ditentukan oleh pemerintah (kompetensi absolute ) yakni kabupaten atau kota satu wilayah dengan wilayah kerja Kantor pertanahan. 7 Memperhatikan uraian dan pembahasan terkait dengan kewajiban PPAT setelah dibuatkan akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta ke Kantor Pertanahan untuk didaftar, agar dapat dilaksanakan proses pendaftarannya oleh Kepala Kantor Pertanahan. PPAT diwajibkan pula menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta kepada para pihak yang bersangkutan. Kewajiban PPAT tersebut hanya sebatas menyampaikan akta dengan berkas-berkasnya kepada Kantor Pertanahan. Pendaftaran kegiatan selanjutnya serta penerimaan sertipikatnya menjadi urusan pihak yang berkepentingan sendiri. Sebagai suatu kewajiban PPAT untuk menyampaikan akta yang dibuatkannya berikut dokumen- dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar disertai dengan sanksi jika terlambat menyampaikan dokumen-dokumen tersebut. Akibat hukum keterlambatan PPAT menyampaikan data-data peralihan hak atas tanah kepada kantor pertanahan akan dikenakan sanksi administratif dan sanksi perdata jika akibat keterlambatan tersebut terdapat pihak lain yang dirugikan sebagaimana Pasal 62 PP No. 24/1997. 7 Prestiani Restuning, ‘Kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah Untuk Menyampaikan Pemberitahuan Tertulis Mengenai Telah Disampaikannya Akta Ke Kantor Pertanahan (Pasal 40 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah)’ [2016] Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum. ## 320 Siti Romlah, dkk: Keterlambatan Penyampaian Dokumen... Keterlambatan PPAT menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar dari ketentuan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah ditandatangannya akta terjadi pada masa pandemi Covid-19 . Pada masa pandemi Covid-19 ada suatu pembatasan kerja sebagaimana Pasal 13 ayat (1) dan (3) Permenkes No. 9/2020 mengatur mengenai peliburan yang mengecualikan kantor atau instansi strategis yang memberikan pelayanan terkait, yang mana dikehendaki dilakukan dari jarak jauh, dilakukan melalui daring di rumah masing-masing, menyisakan hanya pekerjaan yang betul-betul tidak dapat dilakukan dari rumah, yang masih harus bekerja ke luar rumah. Adanya keterlambatan tersebut sebetulnya dapat dihindari. Dikatakan demikian karena pada tahun 2019, berkaitan dengan layanan jasa pembuatan akta otentik oleh PPAT telah diatur mengenai adanya penyerahan dokumen secara elektronik. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 102 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut Permen ATR No. 7/2019), bahwa akta PPAT yang disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan dapat berupa Dokum en Elektronik. Pandemi Covid-19 ditetapkan sebagai bencana non alam, bencana adalah sebuah kejadian luar biasa yang menyebabkan orang tidak mampu memenuhi prestasinya karena peristiwa yang di luar kemampuannya atau biasa disebut sebagai Force majeure . Keadaan tersebut menimbulkan perjanjian-perjanjian atau kontrak keperdataan secara otomatis dapat diubah atau dibatalkan. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya pertanyaan dari masyarakat karena efek pandemi Covid-19 telah mengganggu aktivitas masyarakat termasuk dalam sektor bisnis, dan dapat digolongkan sebagai telah terjadi keadaan memaksa atau Force majeure . Kewajiban PPAT segera mendaftarkan akta peralihan hak ke Kantor Pertanahan dalam melaksanakan Pasal 40 ayat (2) PP Nomor 24 Tahun 1997 sesuai dengan harapan pembentuk undang-undang, maka dapat diklasifikasikan sebagai ketaatan ( compliance ). Apabila PPAT tidak melaksanakan ketentuan tersebut di atas dapat diklasifikasikan sebagai ketidaktaatan atau penyimpangan ( deviance ) dan pengelakan ( evasion ). Konsep-konsep ketaatan, ketidaktaatan atau penyimpangan dan pengelakan sebenarnya berkaitan dengan hukum yang berisikan larangan atau perintah. Philipus M. Hadjon yang mengutip dari Tan Berg, menyatakan bahwa dalam penegakan hukum administrasi terdapat dua instrumen penting yaitu pengawasan sebagai langkah preventif, dan penegakan sanksi yang merupakan langkah represif. Kedua instrumen tersebut bertujuan untuk memaksakan kepatuhan. 8 Sebagai suatu kewajiban, maka jika PPAT terlambat menyampaikan akta peralihan hak yang dibuatnya ke Kantor Pertanahan untuk kepentingan balik nama, maka akan dikenakan sanksi administratif sebagaimana Pasal 72 PP No. 24/1997. PPAT yang dalam melaksanakan tugasnya mengabaikan ketentuan- ketentuan Pasal 40 PP No. 24/1997 dikenakan tindakan administratif berupa teguran tertulis sampai pemberhentian dari jabatannya sebagai PPAT. Pengenaan sanksi tersebut tidak mengurangi kemungkinan dituntut ganti kerugian oleh pihak-pihak yang menderita kerugian yang diakibatkan oleh diabaikannya ketentuan-ketentuan tersebut. Apabila hal sebagaimana tersebut di atas dikaitkan dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) dan (3) Permenkes No. 9/2020 tersebut terjadi suatu kekaburan pengertian “hanya pekerjaan yang betul-betul tidak dapat dilakukan dari rumah”, terhadap pelayanan jasa PPAT dalam pembuatan akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah, yang digunakan alasan bagi PPAT untuk tidak hadir secara fisik di Kantor dalam memberikan 8 Samia Alwi Assery, ‘Pelaksanaan Pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan Yang Melebihi Batas Waktu Pendaftaran (Studi Di Kantor Bpn Kabupaten Malang)’ [2015] Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum. ## 322 Siti Romlah, dkk: Keterlambatan Penyampaian Dokumen... pelayanan jasa membuat akta otentik. Namun sejatinya keterlambatan PPAT untuk menyampaikan akta yang dibuatkannya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar, mengingat sebagaimana Pasal 102 Permen ATR No. 7/2019, bahwa akta PPAT yang disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan dapat berupa Dokumen Elektronik. Hal ini berarti bahwa keterlambatan PPAT menyampaikan akta yang dibuatkannya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar pada masa pandemi Covid-19 sebenarnya tidak dapat digunakan sebagai dasar atau alasan untuk mengelak tanggung jawab atas keterlambatan menyampaikan akta tersebut ke Kantor Pertanahan. Akibat yang dimaksud adalah akibat yang diatur oleh hukum, sedangkan tindakan yang dilakukan merupakan tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai dengan hukum yang berlaku. 9 Keterlambatan PPAT dalam menyampaikan data-data peralihan hak atas tanah kepada Kantor Pertanahan pada masa pandemi Covid-19 untuk didaftar dapat menimbulkan kerugian. Kerugian tersebut merupakan akibat hukum yang dimaksud dalam konteks pembahasan permasalahan. Apabila mengakibatkan terjadinya kerugian, maka PPAT dapat dikenakan sanksi administratif dan sanksi gugat ganti kerugian. PPAT yang melakukan perbuatan melanggar kewajiban sebagaimana Pasal 40 ayat (1) PP No. 24/1997 termasuk tidak melaksanakan kewajiban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagaimana Pasal 12 ayat (2) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah (Permen ATR No. 2/2018). Pihak yang haknya dilanggar dapat mengadukan yang disampaikan secara tertulis kepada Kementerian atau melalui website pengaduan, aplikasi Lapor atau sarana pengaduan lainnya yang disediakan oleh Kementerian. Dalam hal pengaduan dari masyarakat diterima oleh Kementerian, Kantor Wilayah BPN, 9 Moch. Isnaeni (n 1). Kantor Pertanahan, Majelis Pembina dan Pengawas PPAT atau Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) maka pengaduan diteruskan kepada Majelis Pembina dan Pengawas Pejabat Pembuat Akta Tatah Daerah (MPPD). Pengaduan yang disampaikan secara tertulis oleh pelapor harus memenuhi syarat harus jelas menyebutkan identitas pelapor dan terlapor; dan melampirkan bukti yang berkaitan dengan pengaduan. MPPD menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPAT dengan melakukan pemeriksaan terhadap PPAT terlapor, sebagaimana Pasal 12 ayat (2), (3), (4), (5), (6) dan ayat (7) PP No. 2 Tahun 2018. Jika terbukti PPAT melakukan perbuatan melanggar Pasal 40 ayat (1) PP No. 24/1997, maka sebagaimana Pasal 13 ayat (1) Permen ATR No. 2/2018, akan dikenakan sanksi sebagaimana Pasal 62 ayat (1) PP No. 24/1997. ## Pandemi Covid-19 Sebagai Dasar Pejabat Pembuat Akta Tanah Mengelak Tanggung Gugat dengan Alasan Force Majeur Secara umum, Force majeur adalah suatu keadaan di mana salah satu pihak dalam suatu perikatan tidak dapat memenuhi seluruh atau sebagian kewajibannya sesuai apa yang diperjanjikan, disebabkan adanya suatu peristiwa di luar kendali salah satu pihak yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan, di mana pihak yang tidak memenuhi kewajibannya ini tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung risiko. 10 Mengenai risiko yang dimaksud, Subekti mengemukakan bahwa untuk dapat dikatakan suatu “keadaan memaksa” ( overmacht ), selain keadaan itu “diluar kekuasaannya” si debitur dan “memaksa”, keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat, setidak-tidaknya tidak dipikul risikonya oleh si debitur. 11 Dasar hukum overmacht atau Force majeur Buku III BW mengaturnya secara fragmentaris (tersebar) dalam beberapa Pasal, yaitu Bagian IV Tentang 10 Niru Anita Sinaga, ‘Perspektif Force Majeure Dan Rebus Sic Stantibus Dalam Sistem Hukum Indonesia’ (2020) 11 Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara. 11 Subekti, Hukum Perjanjian (Intermasa 1998).[84]. 324 Siti Romlah, dkk: Keterlambatan Penyampaian Dokumen... Penggantian Biaya, Rugi dan Bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan (Pasal 1244 - 1245 BW) dan Bagian VII Tentang Musnahnya Barang yang terutang (Pasal 1444 – 1445 BW). 12 Terbitnya Perpres No. 11/2020, ditindaklanjuti dengan terbitnya Permenkes No. 9/2020 Tentang PSBB Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19, diterbitkan dengan pertimbangan bahwa dalam usaha mencegah penyebaran Covid-19, yang semakin luas, Menkes dapat menetapkan PSBB. Pada Pasal 13 ayat (1) dan (3) Permenkes No. 9/2020 mengatur tentang pembebasan pengecualian kantor atau instansi strategis dalam memberikan pelayanan, sehingga termasuk ruang lingkup overmacht/Force majeur . Force majeur berdasarkan ruang lingkup dibedakan antara Overmacht umum dan Overmacht khusus. Overmacht umum, dapat berupa iklim, kehilangan, dan pencurian, sedangkan overmacht khusus, dapat berupa berlakunya suatu peraturan (Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah). Dalam hal ini, tidak berarti prestasi tidak dapat dilakukan, tetapi prestasi tidak boleh dilakukan. Tidak boleh dilakukan dalam kaitannya pada masa pandemi, melihat pada ketentuan dalam Pasal 13 ayat (1) dan (3) Permenkes No. 9/2020 mengatur mengenai peliburan yang mengecualikan kantor atau instansi strategis yang memberikan pelayanan terkait, salah satunya adalah layanan jasa pembuatan akta otentik oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya akan disebut PPAT. Ketentuan Pasal 102 Permen ATR No. 7/2019 mengatur bahwa akta PPAT yang disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan dapat berupa Dokumen Elektronik. Dikaitkan dengan suatu akibat dapat diduga atau tidak, untuk mengetahui dugaan akibat itu dilihat dari unsur “objektif yaitu apabila kondisi normal akibat tersebut sudah dapat diduga, sedangkan unsur subjektif yaitu akibat yang diduga menurut penilaian seorang ahli, 13 dan dikaitkan pula dengan teori Inspanningsleer mengemukakan bahwa debitur dinyatakan tidak dapat melakukan prestasinya karena Overmacht yang subjektif, dengan satu ketentuan yaitu Debitur 12 Agus Yudha Hernoko, ‘‘Force Majeur Clause’ Atau ‘Hardship Clause’ Problematika Dalam Perancangan Kontrak Bisnis’ (2006) XI Perspektif. 13 Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian (Alumni 1998).[60]. harus berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi prestasi tersebut. Hal ini berarti bahwa PPAT dalam menjalankan jabatannya terkait kewajiban untuk segera menyerahkan dokumen pendaftaran tanah ke Kantor Agraria sebagaimana Pasal 40 PP No. 24/1997 masih memungkinkan PPAT dimintakan pertanggungjawaban ganti kerugian sebagaimana Pasal 62 PP No. 24/1997. Berdasarkan uraian dan pembahasan sebagaimana di atas, dapat dijelaskan bahwa akta peralihan hak yang dibuat di hadapan PPAT selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya akta wajib diserahkan ke Kantor Pertanahan. Penyerahan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk dokumen Pasal 102 Permen ATR No. 7/2019. Apabila PPAT lalai (terlambat) menyerahkan akta peralihan hak beserta dokumen lainnya ke Kantor Pertanahan, dan karena kelalaiannya mengakibatkan timbulnya kerugian, maka PPAT dapat digugat ganti kerugian atas dasar telah melakukan perbuatan melawan hukum selain diberikan sanksi administrasi sebagaimana Pasal 62 PP No. 24/1997. Ketentuan Pasal 62 PP No. 24/1997 menyebutkan “tidak mengurangi kemungkinan dituntut ganti kerugian oleh pihak-pihak yang menderita kerugian yang diakibatkan oleh diabaikannya ketentuan- ketentuan tersebut”, yang berarti pihak-pihak yang dirugikan oleh PPAT yang tidak segera mendaftarkan akta peralihan hak ke Kantor Pertanahan untuk keperluan balik nama sertipikat dari nama penjual kepada nama pembeli. Perihal ganti rugi atas dasar PPAT melakukan perbuatan melawan hukum, yakni karena kelalaiannya tidak segera mendaftarkan akta peralihan hak, meskipun seharusnya pendaftaran dapat diajukan secara elektronik (online) sebagaimana Pasal 102 Permen ATR No. 7/2019, dapat diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat besarnya ganti kerugian, namun jika penyelesaian secara musyawarah tindak membawa hasil, pihak yang dirugikan oleh tindakan PPAT karena kelalaiannya tidak memenuhi ketentuan Pasal 40 PP No. 24/1997 dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri, untuk mendapatkan penggantian biaya, rugi dan bunga. Biaya, maksudnya segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak. Rugi diartikan sebagai ## 326 Siti Romlah, dkk: Keterlambatan Penyampaian Dokumen... kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan debitur yang diakibatkan oleh kelalaian debitur, sedangkan bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur. 14 Namun terkait dengan besarnya ganti kerugian tidak dipenuhinya prestasi akibat keadaan memaksa atau Force majeur sebagaimana Pasal 1246 B.W., pada masa pandemi Covid-19 termasuk sebagai force mejeure yang bersifat relatif, dapat digunakan sebagai alasan oleh PPAT untuk membayar kerugian penuh yang diderita oleh pihak yang dirugikan akibat keterlambatan PPAT menyerahkan akta peralihan ke Kantor Pertanahan sebagaimana Pasal 40 PP No. 24/1997. ## Kesimpulan Akibat hukum keterlambatan PPAT menyampaikan data-data peralihan hak atas tanah kepada Kantor Pertanahan sebagaimana Pasal 40 ayat (1) PP No. 24/1997, pada masa pandemi Covid-19 terhadap akta peralihan hak atas tanah tetap mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta otentik. PPAT yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana Pasal 40 ayat (1) P No. 24 Tahun 1997 dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis sampai pemberhentian dari jabatannya sebagai PPAT, sebagaimana Pasal 62 ayat (1) PP No. 24/1997. Kondisi pandemi Covid-19 tidak dapat digunakan oleh PPAT dari kewajiban bertanggung Gugat Atas Dasar Force majeur, karena sebagaimana Pasal 102 Permen ATR No. 7/2019, bahwa akta PPAT yang disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan dapat berupa Dokum en Elektronik. PPAT mengabaikan ketentuan Pasal 40 ayat (1) PP No. 24/1997 dapat memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menggugat ganti kerugian sebagaimana ketentuan Pasal 62 ayat (2) PP No. 24/1997, atas dasar telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana Pasal 1365 B.W. 14 Subekti (n 11).[47]. Daftar Bacaan Buku Johnny Ibrahim, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif (Bayumedia 2005). Moch. Isnaeni, Pengantar Hukum Jaminan Kebendaan (Revka Petra Media 2014). Mukti Fajar dan Achmad Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris (Pustaka Pelajar 2010). Subekti, Hukum Perjanjian (Intermasa 1998). Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian (Alumni 1998). ## Jurnal Ade Kurniady Noor, ‘Tugas Dan Fungsi PPAT Dalam Pembuatan Akta Jual Beli Tanah Hak Milik Dalam Rangka Mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan’ (2016) Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Agus Yudha Hernoko, ‘‘Force Majeur Clause’ Atau ‘Hardship Clause’ Problematika Dalam Perancangan Kontrak Bisnis’ (2006) XI Perspektif. Ester Anastasiya Komaling, ‘Tugas Dan Fungsi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Menurut Peraturan Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006’ (2019) VII Lex Privatum. Niru Anita Sinaga, ‘Perspektif Force Majeure Dan Rebus Sic Stantibus Dalam Sistem Hukum Indonesia’ (2020) 11 Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara. Prestiani Restuning, ‘Kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah Untuk Menyampaikan Pemberitahuan Tertulis Mengenai Telah Disampaikannya Akta Ke Kantor Pertanahan (Pasal 40 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah)’ [2016] Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum. Samia Alwi Assery, ‘Pelaksanaan Pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan Yang Melebihi Batas Waktu Pendaftaran (Studi Di Kantor Bpn Kabupaten Malang)’ [2015] Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum. ## Tesis Anna Ismudiyatun, ‘Tugas Dan Fungsi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pendaftaran Tanah’ (Universitas Diponegoro 2009). 328 Siti Romlah, dkk: Keterlambatan Penyampaian Dokumen... ## Perundang-undangan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah. How to cite: Siti Romlah, Eka Putri Fauzia Ikromi, Fairuz Zahirah Zihni Hamdan, ‘Keterlambatan Penyampaian Dokumen Peralihan Hak Atas Tanah Kepada Kantor Pertanahan Selama Pandemi Covid-19’ (2022) Vol. 5 No. 2 Notaire.
ff2fc615-2f2b-4400-99d5-0af42390bbf3
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/ptk/article/download/12473/7951
DOI : 10.31604/ptk.v6i4.647-658 PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)│647 ## STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN ETOS KERJA GURU DI SMA BUDI MULIA TELUKJAMBE KARAWANG Safira Sruie Zufari, Acep Nurlaeli, Abdul Kosim Fakultas Agama Islam, Universitas Singaperbangsa Karawang [email protected] ## Abstrak Pada dunia pendidikan etos kerja berperan penting dalam melahirkan lulusan bermutu, dalam hal ini guru memiliki peran penting karena terlibat langsung pada pelaksanaan pembelajaran di kelas. Etos kerja guru merupakan rasa semangat dalam mengemban tugasnya sebagai pendidik, etos kerja merupakan bagian dari sumber daya manusia. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mengelola sumber daya manusia (SDM) guru, kepala sekolah harus menyusun strategi meningkatkan etos kerja guru agar sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etos kerja guru dan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru di SMA Budi Mulia Telukjambe. Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif agar mempermudah peneliti melihat fenomena yang akan diteliti, teknik pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru, strategi kepala sekolah diantaranya: 1) Melakukan analisa faktor internal dengan mengontrol motivasi kerja guru melalui pendekatan coaching dan analisa faktor eksternal dengan melakukan survey kebutuhan masyarakat akan lulusan yang diharapkan ; 2) Perencanaan berdasarkan visi dan misi sekolah; 3) Melaksanakan strategi diantaranya mengontrol kedisiplinan guru dengan alat finger print, mengadakan briefing pagi, mengontrol kehadiran guru di kelas melalui guru piket, mendorong meningkatkan kompetensi-kompetensi guru, dan mengontrol motivasi kerja dengan menggunakan metode coaching TIRTA; 4) Evaluasi dan umpan balik, kepala sekolah memberi umpan balik kepada guru yang memiliki etos kerja tinggi dengan memberi penghargaan berupa material maupun immaterial dan umpan balik terhadap etos kerja guru yang rendah berupa potongan gaji dan coaching. Kata kunci: Strategi, Kepala Sekolah, Etos Kerja, Guru. ## Abstract In the world of education, the work ethic plays an important role in producing quality graduates, in this case the teacher has an important role because he is directly involved in the implementation of learning in the classroom. The teacher's work ethic is a sense of enthusiasm in carrying out his duties as an educator, work ethic is part of human resources. Therefore the principal as a leader must be able to manage teacher human resources (HR), the principal must devise a strategy to improve the teacher's work ethic so that schools can improve the quality of education. This study aims to determine the teacher's work ethic and the principal's strategy in improving the teacher's work ethic at Budi Mulia Telukjambe High School. This thesis research uses qualitative research methods to make it easier for researchers to see the phenomena to be studied, data collection techniques using interviews, observation, and documentation. Based on the results of research on the principal's strategy in improving the teacher's work ethic, the principal's strategies include: 1) Conducting an internal factor analysis by controlling teacher work motivation through a coaching approach and external factor analysis by conducting a survey of community needs for expected graduates; 2) Planning based on the school's vision and mission; 3) Implement strategies including controlling teacher discipline with finger print tools, holding morning briefings, controlling teacher attendance in class through picket teachers, encouraging teacher competencies to improve, and controlling work motivation using the TIRTA coaching method; 4) Evaluation and feedback, the principal gives feedback to teachers who have a high work ethic by giving material and immaterial rewards and feedback on low teacher work ethic in the form of salary deductions and coaching. Keywords: Strategy, Headmaster, Work Ethic, Teacher. Safira Sruie Zufari, dkk. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos… ## PENDAHULUAN Etos kerja guru merupakan rasa semangat dalam mengemban tugasnya sebagai seorang pendidik dengan ciri- ciri memiliki motivasi untuk menyesuaikan metode pembelajaran berdasarkan kemajuan zaman, memiliki loyalitas yang tinggi pada satuan pendidikan tempatnya bekerja, patuh terhadap peraturan sekolah, dan bertanggung jawab atas segala kewajibannya sebagai seorang pendidik. Di dunia pendidikan etos kerja diperlukan guna melahirkan lulusan- lulusan yang bermutu, menurut Mujamil (2007: 206) mutu pendidikan merupakan lembaga pendidikan (sekolah) yang mampu mendayagunakan sumber-sumber belajar dalam rangka memaksimalkan kompetensi belajar. Dalam hal ini guru menjadi pemeran utama sebagai penjamin mutu pendidikan yang mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar karena guru terlibat langsung dalam pelaksanaan pendidikan dengan murid pada saat pembelajaran. Kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaga satuan pendidikan memiliki peran dalam mengelola sumber daya manusia, menurut Mulyasa (2005: 24) berpendapat bahwa mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan mekanisme untuk meningkatkan kemampuan manusia agar dapat mengimplementasikan beberapa pilihan. Kepala sekolah memiliki peran mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) guru karena sebagai seorang yang dapat membuat kebijakan dan berwenang sebagai pengatur organisasi sekolah. Bush (dalam Husaini Usman, 2019: 176) kepemimpinan kepala sekolah yang efektif merupakan sebuah komponen penting terhadap kesuksesan sekolah untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu mengelola sumber daya manusia para guru dan staf agar dapat menjalankan organisasi sekolah dengan efektif. Etos kerja merupakan bagian dari sumber daya manusia, jika etos kerja rendah maka sumber daya manusianya pun rendah, menurut Ara Hidayat dan Imam Machali (2018: 109) sebagai pengelola, kepala sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) kearah profesionalisme yang diharapkannya. Untuk mengembangkan kinerja diperlukan pengelolaan etos kerja yang baik, pengelolaan tersebut memerlukan manajemen strategik dengan tahapan: perumusan strategik, pelaksanaan strategik, dan evaluasi strategik (Usman Husaini, 2019: 73). Definisi strategi menurut Robins (dalam Ara Hidayat dan Imam Machali, 2018: 202) merupakan kerangka kerja, teknik, dan rencana yang bersifat spefisik atau khusus, kerangka kerja tersebut disusun oleh seorang pemimpin dengan tujuan untuk mencapai target organisasi yang telah ditetapkan. Secara garis besar strategi merupakan teknik seorang pemimpin dalam menyusun kerangka kerja guna mencapai tujuan organisasi. Lemahnya kepemimpinan tidak akan mampu membawa organisasi mencapai tujuannya sehingga akan mengakibatkan konflik-konflik kecil yang jika dibiarkan masalahnya akan membesar, digambarkan seperti bola salju yang menggelinding akan semakin besar, akibatnya konflik tersebut semakin sulit dipecahkan dan bahkan bisa menghancurkan organisasi tersebut. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang diawali dengan memahami fenomena yang menjadi inti dari perhatian, penelitian kualitatif melibatkan langsung peneliti kedalam observasi, setelah itu meninjau ulang sumber yang satu dengan sumber lainnya hingga informasi yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenaraannya. Menurut Sugiyono (2012: 9) metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian berdasarkan filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti keadaan obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasilnya lebih mendorong pada makna dari pada generalisasi. Sumber data pada penelitian kualitatif pengumpulan data dikerjakan secara alami, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data banyak diperoleh dari observasi partisipan yang mana peneliti terjun langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi (Hardani, 2020: 122). A. Wawancara Wawancara sebagaimana didefinisikan Kvale dalam Dede Rosyada (2020: 201) merupakan percakapan yang mengarah untuk mengumpulkan keterangan dari narasumber yang diwawancara mengenai makna dan juga interpretasi mengenai fenomena yang sedang dijelaskan. Wawancara pada penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara yang instrumennya telah disusun oleh peneliti dengan menyiapkan pertanyaan berdasarkan pada teori yang telah dipelajari, sebagaimana pada format wawancara terstruktur, namun pewawancara melakukan pendalaman pada pertanyaan secara open-ended pada saat wawancara berlangsung berdasarkan suasana dan alur komunikasi peneliti dengan subjeknya atau dengan partisipan (Mathers, 2000: 113-114). Adapun narasumber wawancara pada penelitian ini diantaranya kepala sekolah sebagai sumber data primer, kemudian narasumber, guru, murid, dan tata usaha untuk menguatkan penelitian dan menguji strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru di SMA Budi Mulia Telukjambe. B. Observasi Pengumpulan data menggunakan observasi adalah hal yang sangat penting, karena tidak hanya untuk membuktikan kebenaran perkataan informan tentang fakta yang benar-benar terjadi di lapangan atau kondisi sebenarnya (Dede Rosyada, 2020:170). Menurut Lynda M. Baker (2006: 173), observasi merupakan pencatatan fenomena-fenomena atau perilaku yang terjadi pada kehidupan tanpa direkayasa. Teknik observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati aktivitas narasumber untuk mengetahui secara detail bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru di SMA Budi Mulia Telukjambe. ## C. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan kejadian masa lampau. Dokumen dapat berwujud gambar, catatan, atau karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan penyempurna dari teknik wawancara dan teknik observasi pada penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013: 240). Metode dokumentasi merupakan bagian dari kategori data dokumen adalah data statistic, data notulensi, surat menyurat, atau data original lainnya yang tertulis sumbernya. Begitu juga dengan data Safira Sruie Zufari, dkk. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos… gambar, foto-foto kejadian, orang tertentu yang menjadi bagian dari fokus yang diteliti atau bahkan video hasil masyarakat yang menjadi fokus penelitian. ## HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan hasil temuan lapangan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Menurut kepala sekolah SMA Budi Mulia Telukjambe etos kerja guru yang baik adalah guru yang melaksanakan pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI), mengerjakan sesuai petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis (JUKLAK JUKNIS), dan mengerjakan sesuai dengan surat keputusan (SK) yang mana di dalam surat keputusan sudah ada pembagian tugas, apa saja tugas wali kelas, apa saja tugas pembina, dan sebagainya. Dengan ini strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru di SMA Budi Mulia Telukjambe diantaranya: Perencanaan strategi berdasarkan visi dan misi sekolah; Pelaksanaan strategi; pengevaluasian dan memberi umpan balik terhadap etos kerja guru. 1) Perencanaan Berdasarkan Visi dan Misi Sekolah Dalam menyusun visi dan misi sekolah melibatkan seluruh elemen yang ada diantaranya, murid, orang tua murid, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekitar. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada generasi bangsa, sebelum menyusun visi dan misi pihak sekolah menganalisa terlebih dahulu kebutuhan masyarakat mengenai lulusan yang diharapkan, berdasarkan hasil analisa tersebut diketahui bahwa lulusan yang diharapkan ialah terwujudnya intelektual muslim yang mandiri dan berakhlakul karimah sehingga dapat menjadi guru ngaji yang profesional, dengan ini sekolah harus mampu melakukan kerjasama dengan pondok pesantren Sumber Barokah agar dapat mewujudkan cita-cita orang tua murid. Berdasarkan visi tersebut maka misi yang harus dilakukan diantaranya: 1) Membentuk siswa yang berahlakul karimah melalui pendewasaan dan kematangan dalam bertindak, berwawasan luas dan komunikatif, berbudi mulia, islami, tertib dan disiplin; 2) Meningkatkan Intelektualitas siswa melalui peningkatan presentasi akademik; 3) Membangun siswa yang mandiri melalui pembekalan life skill olah raga prestasi (sepak bola), ketrampilan komputer, ketrampilan elektronika, bahasa asing dan ketrampilan rumah tangga; 4) Mengembangkan sistem administrasi yang efisien dan efektif demi menunjang proses kegiatan belajar mengajar, pembinaan siswa, dan pengembangan staf edukatif dan karyawan; 5) Melakukan penataan lingkungan sekolah yang kondusif terhadap proses kegiatan belajar mengajar dan pembinaan siswa melalui pengembangan sekolah berbasis lingkungan dan wiyata mandala; 6) Membangun jaringan kerjasama dengan orang tua siswa, komite sekolah, dan stakeholder penting untuk upaya mendukung strategi pengembangan sekolah. Untuk menghasilkan lulusan yang diharapkan berdasarkan visi dan misi yang telah disusun bersama dan disepakati bersama, kepala sekolah mempublikasikan hasil penyusunan tersebut agar diketahui oleh seluruh elemen diantaranya orang tua murid dan guru. Guru sebagai mesin pencetak generasi bangsa harus mampu mendukung visi dan misi sekolah melalui pembelajaran di kelas, dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran di kelas diperlukan etos kerja guru yang baik. Dalam hal ini kepala sekolah menyusun beberapa cara untuk meningkatkan etos kerja guru, diantaranya mengontrol kehadiran dan kepulangan guru dengan menggunakan alat bernama finger print, mengadakan briefing pagi, mengontrol kehadiran guru di kelas melalui guru piket, memotivasi guru untuk belajar mandiri dengan mengikuti program Platform Merdeka Mengajar (PMM), mengikuti work shop. Setelah mengikuti berbagai pelatihan guru wajib praktik dan mendapat refleksi bersama tim lesson study. Untuk memotivasi etos kerja guru yang rendah, kepala sekolah menggunakan metode coaching TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab). 2) Pelaksanaan Strategi Pelaksanaan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru di SMA Budi Mulia diantaranya, pertama melakukan pengontrolan kedisiplinan guru dengan menggunakan alat finger print, alat ini digunakan untuk melihat kehadiran dan kepulangan guru di sekolah. Guru wajib hadir 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, ketika melewati batas waktu yang telah ditentukan maka guru akan mendapat konsekuensi yaitu berupa pemotongan dana transportasi sebesar Rp. 5.000 permenitnya. Jika tidak dapat hadir, guru dapat menginformasikan kepada Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Masyarakat (WAKASEK HUMAS) agar menghindari kesalahpahaman atau kesalahan teknis dalam pemberian gaji, karena sekolah memiliki kebijakan untuk guru yang sakit dan guru yang sedang mengikuti pelatihan atau tugas dinas tidak mendapat pemotongan gaji, oleh sebab itu jika guru tidak hadir, guru wajib melaporkan hal tersebut kepada wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat disertai dengan keterangan dan bukti serta memberi tugas untuk kelas yang ditinggalkan kepada guru piket. Data absen finger print dikelola oleh Tata Usaha (TU) bagian operator, pada tiap harinya operator sekolah akan mempublikasikan data kehadiran guru melalui grup whatsapp sekolah, namun sebelum dipublikasikan pukul 13.00 WIB operator akan mengonfirmasi terlebih dahulu kepada wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat terkait validitas kehadiran guru untuk menghindari kesalahan pada alat finger print. Kedua, mengikuti briefing pagi pada pukul 07.00 WIB – 07.15 WIB, briefing pagi dilakukan untuk mengevaluasi kinerja, menginformasikan jadwal kegiatan yang akan berlangsung pada hari itu, dan untuk mengabsen kehadiran guru. Jika guru tidak mengikuti briefing selama beberapa waktu tanpa disertai keterangan yang jelas maka ketika pelaksanaan supervisi guru akan mendapat coaching dari kepala sekolah untuk membimbing kedisiplinan. Ketiga, pengontrolan kehadiran guru di kelas melalui guru piket. Pengontrolan dilakukan secara Safira Sruie Zufari, dkk. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos… bergilir, pada tiap jam ada guru piket yang bertugas keliling kelas untuk melihat keadaan kelas dan mengontrol kehadiran guru di kelas. Jika ditemukan guru yang tidak hadir di kelas tanpa memberi tugas maka guru akan mendapat konsekuensi berupa pemotongan gaji. Keempat, dalam upaya meningkatkan etos kerja pada bidang kompetensi guru, sekolah mendorong guru untuk mengikuti berbagai pelatihan baik pelatihan mandiri maupun kegiatan pelatihan yang diikut sertakan oleh pihak sekolah. Salah satu kegiatan mandiri yang perlu diikuti oleh guru ialah Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang dapat diakses menggunakan smartphone, selain dapat meningkatkan pengetahuan, guru akan mendapat sertifikat dan mendapatkan nilai raport. Untuk meningkatkan kompetensi dengan cara lain, guru dapat mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), ini merupakan kegiatan profesional yang beranggotakan guru-guru dengan mata pelajaran serupa dari berbagai sekolah sekabupaten untuk saling berbagi ilmu agar mampu mengikuti gaya pembelajaran atau kurikulum merdeka. Setelah mengikuti pelatihan- pelatihan, guru wajib mengimplementasikannya dan akan dievaluasi oleh tim lesson study. Lesson study merupakan evaluator guru-guru baik guru mata pelajaran yang serumpun maupun lintas mata pelajaran, fungsinya untuk meninjau peningkatan pengetahuan guru dan untuk mendapatkan insight dari metode pembelajaran guru tersebut. Praktiknya dengan diadakannya kelas terbuka, guru dengan mata pelajaran yang sama ataupun berbeda dapat mengikuti kegiatan kelas terbuka untuk melihat cara pengajaran guru yang telah mengikuti pelatihan, jika menemukan kekurangan maka guru dapat mengevaluasi agar guru tersebut dapat memperbaiki cara pembelajarannya. Kelima, mengontrol motivasi kerja guru dengan menggunakan metode coaching TIRTA, Coaching TIRTA merupakan kepanjangan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab. Fungsi dari coaching TIRTA ialah untuk melakukan pendekatan secara personal kepada para guru yang memiliki etos kerja rendah, pendekatan ini tidak menuntut guru untuk menyelesaikan masalah atau memberi solusi dari konflik yang guru hadapi melainkan dengan pendekatan teman sejawat yang isinya berdiskusi mengenai permasalahan tersebut, sehingga guru tidak merasa terbebani melainkan terbangun kesadaran untuk meningkatkan kinerjanya sehingga akan berdampak pada etos kerja. 3) Pengevaluasian dan Pemberian Umpan Balik Setelah perencanaan, pelaksanaan, tahap terakhir strategi kepala sekolah adalah mengevaluasi dan memberikan umpan balik terhadap capaian etos kerja guru di SMA Budi Mulia Telukjambe. Menurut kepala sekolah manajemen sekolah harus mampu meninjau ulang dengan mengevaluasi implementasi program-program yang memberikan dampak positif juga pada program yang tidak berjalan atau bahkan memberikan dampak negatif, karena pada tiap program memiliki alokasi anggaran, jika program tersebut tidak berjalan sekolah mendapat kerugian baik material maupun immaterial. B. Pembahasan Pada bagian ini peneliti menjabarkan pembahasan berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya kemudian menghubungkan antara temuan hasil penelitian dengan teori pendukung tentang “Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru di SMA Budi Mulia Telukjambe Karawang”. Menurut kepala sekolah SMA Budi Mulia Telukjambe etos kerja guru yang baik adalah guru yang melaksanakan pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI), mengerjakan sesuai petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis (JUKLAK JUKNIS), dan mengerjakan sesuai dengan surat keputusan (SK) yang mana di dalam surat keputusan sudah ada pembagian tugas. Hal ini sesuai dengan pendapat Amir Hamzah (2020: 40) bahwa etos kerja merupakan dorongan dari dalam diri yang mampu melaksanakan tugas pekerjaan dengan bertanggung jawab, cermat, dan patuh terhadap aturan- aturan yang telah disahkan. Dalam hal ini guru yang memiliki etos kerja yang baik mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya yang telah ditulis dalam tugas pokok dan fungsi, petunjuk pelaksana dan petunjuk teknisnya, guru yang patuh dan mampu melaksanakan tugas berdasarkan surat keputusan yang telah ditetapkan dan mampu bekerja dengan cermat agar tidak ada tugas yang terlewat sehingga dapat mencapai kinerja yang baik. Oleh karena itu kinerja yang baik akan memberikan dampak pada peningkatan etos kerja guru, maka kepala sekolah menyusun strategi sebagai berikut: 1) Analisa Faktor Internal dan Eksternal organisasi sekolah Langkah awal kepala sekolah sebelum menyusun strategi ialah menganalisa keadaan internal organisasi sekolah, karena kesehatan organisasi sekolah merupakan kunci keberhasilan sekolah dalam menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Sejalan dengan Gorton (1976: 66) karakteristik kepala sekolah sebagai agen perubahan yaitu: (1) menganalisa kebutuhan perubahan, (2) memilah dan meningkatkan perubahan, (3) mengarahkan sasaran terhadap perubahan yang telah ditetapkan, (4) mengembangkan dan melaksanakan rencana yang akan mengantarkan juga mengatasi kendala pada perubahan, dan (5) mengevaluasi pelaksanaan inovasi dan menciptakan perbaikan- perbaikan. Kemampuan kepala sekolah untuk menjadi agen perubahan sangat tergantung pada tingkat visi mereka terhadap perubahan. Dengan ini kepala sekolah mengontrol motivasi kerja guru terlebih dahulu melalui pendekatan coaching TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung jawab), kepala sekolah melakukan pendekatan secara personal untuk mengetahui keadaan dan motivasi kerja para guru. Selanjutkan setelah mengetahui motivasi kerja guru kepala sekolah meninjau kemampuan guru dan tanggung jawab terhadap amanah yang telah diemban guru, jika belum maksimal dalam melaksanakan tugas yang diberikan maka guru tersebut tidak lagi diberi amanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Akdon (2011: 111-115) yang menyatakan bahwa faktor internal meliputi kelemahan di lingkungan organisasi Safira Sruie Zufari, dkk. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos… yang dapat dikelola diantaranya menempatkan struktur organisasi berdasarkan kemampuan individu, efektivitas komunikasi internal, meninjau kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi, dana organisasi dan sumber daya lain yang mampu mendukung keberlangsungan organisasi. Dalam melakukan analisa faktor eksternal kepala sekolah melakukan survey kebutuhan masyarakat untuk mengetahui lulusan yang diharapkan sehingga menghasilkan pendidikan yang relevan dan menjadikan peluang kekuatan organisasi sekolah. Survey ini melibatkan seluruh elemen yang ada diantaranya, murid, orang tua murid, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekitar. Berdasarkan pendapat Akdon (2011: 111-115) analisa faktor eksternal melingkupi peluang dan tantangan di lingkungan eksternal organisasi yaitu aspek sosial merupakan aspek yang utama pada kehidupan organisasi karena berhubungan dengan perilaku sosial dan adat budaya. 2) Perencanaan Berdasarkan Visi dan Misi Sekolah Agar strategi kepala sekolah relevan dengan kemampuan organisasi sekolah dan mampu mewujudkan kebutuhan masyarakat akan lulusan yang diharapkan perlu didukung dengan etos kerja guru yang baik, oleh karena itu kepala sekolah membuat perencanaan berdasarkan visi dan misi sekolah, menurut Sukma Nurilawati B. dkk kepemimpinan manajerial kepala sekolah harus cakap dalam melihat peluang di masa yang akan datang (visioner), yang mana peluang tersebut berdasarkan visi dan misi sekolah. Adapun visi pendidikan SMA Budi Mulia Telukjambe adalah terwujudnya intelektual muslim yang mandiri dan berakhlakul karimah, sebagaimana pendapat Akdon (2011: 96) visi merupakan deklarasi organisasi mengenai cita-cita, kebijakan, serta idealisme yang dimiliki organisasi. Untuk mewujudkan visi pendidikan tersebut, maka misi yang menjadi tugas pengelolaan pendidikan di SMA Budi Mulia diantaranya: a) Membentuk siswa yang berahlakul karimah melalui pendewasaan dan kematangan dalam bertindak, berwawasan luas dan komunikatif, berbudi mulia, islami, tertib dan disiplin. b) Meningkatkan Intelektualitas siswa melalui peningkatan presentasi akademik. c) Membangun siswa yang mandiri melalui pembekalan life skill olah raga prestasi (sepak bola), ketrampilan komputer, ketrampilan elektronika, bahasa asing dan ketrampilan rumah tangga. d) Mengembangkan sistem administrasi yang efisien dan efektif demi menunjang proses kegiatan belajar mengajar, pembinaan siswa, dan pengembangan staf edukatif dan karyawan. e) Melakukan penataan lingkungan sekolah yang kondusif terhadap proses kegiatan belajar mengajar dan pembinaan siswa melalui pengembangan sekolah berbasis lingkungan dan wiyata mandala. f) Membangun jaringan kerjasama dengan orang tua siswa, komite sekolah, dan stakeholder penting untuk upaya mendukung strategi pengembangan sekolah. Sebagaimana pendapat Akdon (2011:97) pada deklarasi misi mengandung makna yang gambling mengenai tugas pokok para anggota, dengan ini menunjukkan pentingnya eksistensi organisasi karena misi menunjukkan betapa pentingnya keberadaan organisasi. Berdasarkan visi dan misi tersebut kepala sekolah menyusun strategi dalam meningkatkan etos kerja guru dengan beberapa cara, diantaranya: mengontrol kehadiran dan kepulangan guru dengan menggunakan alat bernama finger print; mengadakan briefing pagi sebagai pengarahan kegiatan belajar mengajar dan absensi kehadiran guru; mengontrol kehadiran guru di kelas melalui guru piket; memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi dengan belajar mandiri mengikuti program Platform Merdeka Mengajar (PMM) atau mengikuti pelatihan; setelah meningkatkan kompetensi guru wajib praktik dan mendapat refleksi bersama tim lesson study; dan mengontrol motivasi kerja guru menggunakan metode coaching TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab). 3) Pelaksanaan Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru Pelaksanaan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru dilihat dari beberapa aspek, diantaranya, aspek kedisiplinan, aspek motivasi kerja guru, dan aspek meningkatkan kompetensi guru. Pada aspek kedisiplinan guru kepala sekolah menetapkan peraturan-peraturan yang telah disepakati oleh semua pihak diantaranya, guru wajib melakukan absen finger print 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, guru yang memiliki jadwal mengajar pada jam pertama wajib mengikuti briefing pagi, guru yang akan telat hadir wajib menginformasikan kepada Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Masyarakat (WAKASEK HUMAS), guru yang tidak hadir wajib izin kepada Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Masyarakat (WAKASEK HUMAS) dan memberi materi pelajaran melalui guru piket. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri etos kerja tinggi menurut Amir Hamzah (2020: 41), menurutnya etos kerja tinggi ialah menghargai waktu, mereka menyadari pentingnya manajemen waktu untuk melakukan kegiatan mereka dengan baik, tepat waktu, dan konsisten terhadap tanggung jawabnya terhadap kesanggupan untuk mentaati peraturan. Berdasarkan hasil temuan penelitian, rasa bersalah timbul dari dalam diri guru ketika terlambat hadir di sekolah karena merasa belum mampu menjadi seorang pendidik yang baik, menurut Amir Hamzah (2020: 41) ciri etos kerja yang tinggi ketika seseorang memiliki suara hati, bisikan terus menerus mengetuk dan nilai moral yang tinggi bukan karena paksaan. Pada aspek motivasi kerja guru, guru memiliki motivasi untuk terus menambah ilmu agar dapat menyesuaikan kurikulum yang ada juga agar mampu menyesuaikan gaya pembelajaran berdasarkan kebutuhan zaman, guru merasa ilmu yang diberikan kepada murid-murid kelak akan melahirkan pemimpin masa depan yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Senada dengan pendapat Baiq El Badriati (2021: 6), menurutnya ciri etos kerja tinggi ialah memiliki Safira Sruie Zufari, dkk. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos… inisiatif yang mendorong guru termotivasi untuk meningkatkan kemampuan kerjanya. Dilain hal guru merasa tuntuan profesionalisme dan kebijakan sekolah tidak menjadikan beban karena merasa mengajar merupakan bakat yang dimiliki sekaligus sebagai ibadah, hal ini sesuai dengan pendapat Mipsu Tausyadi (2019: 25) etos kerja merupakan sudut pandang seseorang tentang bekerja, bahwa bekerja bukan hanya untuk memuliakan dirinya, menunjukkan jiwa kemanusiaan, melainkan sebagai suatu bentuk dari amal shalih dan karenanya memiliki nilai ibadah yang tinggi. Pada aspek meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah mendorong para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan, seperti kegiatan mandiri pada Platform Merdeka Mengajar (PMM), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), workshop, dan pelatihan- pelatihan lainnya. Sesuai dengan pendapat Abdul Gafur (2020: 17) menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai pendidik akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Setelah mengikuti pelatihan guru wajib mengimplementasikannya di lingkungan sekolah dan akan dievaluasi oleh tim lesson study. Lesson study merupakan program pembelajaran kelas terbuka fungsinya untuk mengevaluasi pembelajaran di kelas dilihat dari penguasaan kelas, penguasaan materi, dan cara berinteraksi dengan murid. Hal ini sesuai dengan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 bahwa guru wajib memiliki 4 kompetensi yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 4) Evaluasi dan Umpan Balik Evaluasi merupakan tahap terakhir dari pelaksanaan strategi, pada tahap ini kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja guru dengan melihat kedisiplinan guru, absensi kehadiran guru selama satu bulan, tanggung jawab terhadap pekerjaannya, dan motivasi kerja guru. sejalan dengan pendapat Akdon (2011: 177), menurutnya evaluasi program dapat dilaksanakan dengan pendekatan analisis Input- Proses-Output, yaitu dengan meneliti dan mengamati input, proses atau output lebih dalam, dengan ini akan mendapatkan umpan balik mengenai hal-hal positif mengenai proses maupun hasilnya. Umpan balik kepala sekolah kepada etos kerja guru yang rendah maka kepala sekolah akan mengambil sikap dengan melakukan coaching, fungsi coaching diantaranya sebagai pendekatan antara pemimpin dengan anggotanya, untuk mengidentifikasi penyebab kinerja guru menurun, dan untuk mendiskusikan solusi dari permasalahan yang guru hadapi. Hal ini senada dengan pendapat Mulyasa dalam Abdul Gafur (2020: 25) bahwa fungsi kepala sekolah sebagai motivator diharapkan mampu mendorong guru untuk meningkatkan kinerja yang kedepannya akan memberikan dampak pada murid berupa peningkatan sumber daya manusia. Selain mendapatkan coaching guru yang kinerja kerjanya rendah seperti datang terlambat, tidak hadir tanpa disertai keterangan yang jelas, dan tidak hadir tanpa memberikan tugas pembelajaran maka akan mendapatkan konsekuensi berupa pemotongan gaji. Selain memberikan umpan balik kepada guru yang memiliki etos kerja yang rendah, kepala sekolah memberikan umpan balik kepada guru yang memiliki etos kerja tinggi baik dalam bentuk immaterial berupa ucapan terimakasih dan material berupa sertifikat penghargaan, tabungan, dan promosi jabatan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah. ## SIMPULAN Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru di SMA Budi Mulia Telukjambe, berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan: (1) Peneliti menemukan etos kerja guru di SMA Budi Mulia Telukjambe diantaranya, a) Guru memiliki loyalitas terhadap sekolah, b) Guru memiliki motivasi kerja yang baik, bertanggung jawab atas segala kewajibannya sebagai seorang guru, dan dapat mentaati peraturan sekolah, c) Guru dapat bekerja dengan tim, dan merasa sejahtera. (2) Dalam meningkatkan etos kerja guru sebelum menyusun strategi kepala sekolah menganalisa terlebih dahulu motivasi kerja guru dan keadaan organisasi sekolah dengan melakukan pendekatan coaching tirta, setelah mengetahui keadaan organisasi dan anggotanya kepala sekolah menghasilkan strategi diantaranya, a) Membuat perencanaan strategi berdasarkan visi dan misi sekolah yang mana visi dan misi tersebut disusun dengan melibatkan semua elemen masyarakat sehingga visi dan misinya relevan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat termasuk guru, b) Pelaksanaan strategi dalam meningkatkan etos kerja guru dengan melakukan finger print, mengikuti briefing pagi, absensi keliling, guru wajib memberikan keterangan jika tidak hadir, guru wajib memberi materi pelajaran jika tidak hadir, meningkatkan standar kompetensi dengan belajar mandiri dan mengikuti pelatihan, c) Evaluasi dan umpan balik, kepala sekolah melaksanakan evaluasi strategi dalam meningkatkan etos kerja guru. Umpan balik yang diberikan oleh kepala sekolah jika menemukan guru yang memiliki etos kerja rendah akan mendapatkan potongan gaji dan coaching dari kepala sekolah dan jika guru memiliki etos kerja tinggi maka akan mendapat penghargaan baik dalam bentuk materil maupun immaterial. ## DAFTAR PUSTAKA Akdon. 2011. Strategic management for educational management. Bandung: Alfabeta. Badriati, B. El. (2021). Etos Kerja dalam Perspektif Islam dan Budaya. Sanabil. Botutihe, S. N., Djafri, N., Halim, F., & Haekal. (2013). Menjadi Kepala Sekolah Profesional Era Revolusi 4.0. In Menjadi kepala sekolah berprestasi (Issue Penerbit : Planet Edukasi). Gafur, A. (2020). Kepemimpinan Kepala Sekolah Strategi Meningkatkan Etos Kerja Guru Pendidikan Agama Islam. Nizama Learning Center. Hamzah, A. (2019). Etos Kerja Guru: Era 4.0 Industri. Literasi Nusantara. Hardani, Helmina Andriani, Jumari Ustiawaty, Evi Fatmi Utami, Ria Rahmatul Istioqmah, Roushandy Fardani, Dhika Juliana Sukmana, N. H. A. (2020). Buku Metode Safira Sruie Zufari, dkk. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Etos… Penelitian Kualitatif dan Kualitatif. In Repository.Uinsu.Ac.Id (Issue April). Pustaka Ilmu. Machali, I., & Hidayat, A. (2016). The Handbook of Education Management: Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia (Edisi Kedu). Prenadamedia Group. Mathers, Nigel, Hunn, A., & J, N. (2000). Using Interviews in a Research Project”, dalam Andrew Wilson, Martin Williams, and Berverly Hancock (eds), Research Approaches in Primary care. Mulyasa. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. PT. REMAJA ROSDA KARYA. Richard A. Gorton. (1976). School Administration (Challenge and Opportunity for Leadership). Wm. C. Brown Company Publisher. Rosyada, D., & Murodi. (2020). Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Pendidikan. Kencana. Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Tausyadi, M. (2019). Strategi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Etos Kerja Guru di SMPN 36 Pendidikan Khusus Layanan Khusus Kabupaten Kaur. Institut Agama Islam Negri Bengkulu. Usman, H. (2019). Administrasi, Manajemen, dan Kepemimpinan Pendidikan: Teori dan Praktik. Bumi Aksara. Usman, H. (2019). Administrasi, Manajemen, dan Kepemimpinan Pendidikan: Teori dan Praktik. Bumi Aksara.
5d9d5cc5-72d2-4474-8421-87fdd9a6cbc8
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jmi/article/download/39/38
PEMBUATAN GAME BE A HACKER MENGGUNAKAN APLIKASI MACROMEDIA FLASH 8 Asnawati 1 , Yupianti 2 Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dehasen Bengkulu ## INTISARI Flash is a multimedia graphics and animation program that can be used interactively to create exciting web applications, but Macromedia as the developer of this program continues to enrich the capabilities of this program. Macromedia Flash 8 has a lot of changes in appearance, Filter, Blend Mode and other facilities. This software is increasingly popular as the ability to surf the web in addition to multimedia devices, it is no wonder if the flash to take an important role as one of the world of software support content. While the purpose of writing this thesis is to find out how to be a hacker game creation using Macromedia Flash 8 application. problems in this study is "How to Be A Hacker Game Making Applications Using Macromedia Flash 8". The results of the study is the Game Be A Hacker, who designed using Macromedia Flash 8 application. This application can be used by the manufacturer to perform the addition of characters, editing colors and shapes, while the user can be used as an entertainment to fill the empty time. Keywords: Game Be A Hacker, Macromedia Flash ## ABSTRACT Flash merupakan program grafis multimedia dan animasi yang dapat dipergunakan untuk membuat aplikasi web interaktiv yang menarik, namun Macromedia sebagai pengembang dari program ini terus memperkaya kemampuan program ini. Macromedia Flash 8 ini memiliki banyak sekali perubahan tampilan, Filter , Blend Mode dan fasilitas lainnya. Software ini semakin populer seiring kemampuannya menjelajah perangkat multimedia selain web, maka tidak heran jika flash mengambil peran cukup penting sebagai salah satu software pendukung content dunia. Sedangkan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk untuk mengetahui bagaimana pembuatan game be a hacker menggunakan aplikasi Macromedia Flash 8. permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pembuatan Game Be A Hacker Menggunakan Aplikasi Macromedia Flash 8”. Hasil dalam penelitian adalah Game Be A Hacker, yang dirancang dengan menggunakan Aplikasi Macromedia Flash 8. Aplikasi ini dapat digunakan oleh pembuat untuk melakukan penambahan karakter, pengeditan warna dan bentuk, sedangkan bagi pengguna dapat digunakan sebagai suatu hiburan untuk mengisi waktu luang yang kosong. Kata Kunci : Game Be A Hacker, Macromedia Flash ## I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Flash merupakan program grafis multimedia dan animasi yang dapat dipergunakan untuk membuat aplikasi web interaktiv yang menarik, namun Macromedia sebagai pengembang dari program ini terus memperkaya kemampuan program ini. Macromedia Flash 8 ini memiliki banyak sekali perubahan tampilan, Filter , Blend Mode dan fasilitas lainnya. Software ini semakin populer seiring kemampuannya menjelajah perangkat multimedia selain web, maka tidak heran jika flash mengambil peran cukup penting sebagai salah satu software pendukung content dunia. Selain berguna sebagai pembawa informasi yang atraktif, flash juga dapat kita manfaatkan sebagai pembuat film animasi, pembuatan presentasi yang lebih atraktif, pembuatan Form dan juga animasi interaktif untuk pembelajaran karena dengan flash kita dapat menambahkan visualisasi dari apa yang kita pelajari bahkan flash dengan ActionScript -nya dapat kita manfaatkan menjadi program pembuat game yang mudah dan efektif. Untuk membuat suatu animasi atau permainan yang sederhana mengunakan software Macromedia Flash 8 script yang di butuhkan tidaklah serumit bahasa pemrograman lain. Dalam pembuatan animasi ataupun game dengan Macromedia flash 8, proses menggambar, pengolahan file audio , animasi dan script semuanya dapat dilakukan dengan software ini sehingga software ini sangat efisien dalam banyak hal. Selain itu kreatifitas dalam menuangkan imajinasi dan kemampuan dalam pemahaman logika pemrograman juga sangat menentukan kualitas hasil karya yang di buat. Agar penyusunan penelitian ini menjadi sistematis dan mudah dimengerti, maka akan diterapkan beberapa batasan masalah. Selain itu maksud dari pembatasan masalah adalah karena keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data secara terperinci. Batasan-batasan masalah antara lain : 1. Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan Mkromedia Flash 8 2. Ditujukan bagi pemula atau anak-anak karena permainan ini sangat sederhana sebab tidak terdapat tingkat kesulitan yang berbeda dan hanya terdiri dari tiga stage . ## B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan utama diadakannya serta dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana pembuatan game be a hacker menggunakan aplikasi Macromedia Flash 8. ## II. KAJIAN PUSTAKA A. Game Game adalah penarik perhatian yang telah terbukti. Game adalah lingkungan pelatihan yang baik bagi dunia nyata dalam organisasi yang menuntut pemecahan masalah secara kolaborasi (BECK & WADE, http://carapedia.com/pengertian_definisi_gam e_info2144.html). Game merupakan suatu bentuk hiburan yang seringkali dijadikan sebagai penyegar pikiran dari rasa penat yang disebabkan oleh aktivitas dan rutinitas kita (FAUZI, http://carapedia.com/pengertian_definisi_gam e_info2144.html). Video games adalah salah satu sarana hiburan yang saat ini sedang mengalami kemajuan yang pesat. Sehingga video games kini tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena kini video games bukan lagi dianggap sebagai hiburan belaka tetapi sudah menjadi peluang bisnis yang menjanjikan dengan keuntungan hingga mencapai milyaran US Dollar. Sebelum memasuki proses pembuatan game perlu kita ketahui terlebih dahulu mengenai dasar-dasar pembuatan game . ## B. Pengertian Macromedia Flash 8 Macromedia Flash 8 adalah salah satu program animasi berformat vektor yang saat ini cukup populer. Selain program ini mempunyai fungsi dan kegunaan yang beragam. Program ini juga sangat mudah untuk digunakan, sehingga orang awam pun tidak akan kesulitan untuk mempelajarinya. Pada awalnya program Macromedia Flash 8 hanyalah program pembuat animasi yang ditujukan untuk pembuatan template pada website - website seperti tombol menu, iklan, banner dan lain-lain. Flash seperti software gado-gado dimana di dalamnya terdapat semua kelengkapan yang dibutuhkan. Mulai dari fitur menggambar, ilustrasi, mewarnai, animasi, dan programming . Selain itu dengan adanya ActionScript yang diperlukan untuk memberi efek gerak dalam animasi dapat dengan mudah dipahami jika sudah terbiasa dengan bahasa pemrograman java atau C++. ActionScript di flash memang pada awalnya sangat sulit di mengerti jika seseorang tidak mempunyai dasar atau mengenal flash. Tetapi jika sudah mengenalnya, kita tidak bisa lepas dari ActionScript karena sangat menyenangkan dan dapat membuat pekerjaan jauh lebih mudah dan cepat. Sebelum memulai pembuatan game akan lebih baik jika kita mengenal apa itu flash dan bagaimana flash itu. Area kerja pada flash pada dasarnya terdiri atas beberapa komponen yaitu menu, toolbox , timeline , stage , dan panel . 1. Menu. Berisi kontrol untuk berbagai fungsi seperti membuat, membuka, menyimpan file, dan sebagainya sesuai dengan menu yang di tampilkan. 2.1 Menu Bar 2. Toolbox. Berisi menu untuk membuat atau menggambar bentuk, toolbox terbagi menjadi empat bagian yaitu drawing tool , view , color , dan option . Gambar 2.2 Toolbox 3. Timeline. Tempat kita membuat dan mengontrol objek dan animasi. ## Gambar 2.3 Time Line 4. Stage. Area persegi empat yang merupakan tempat dimana kita membuat objek animasi atau aplikasi yang akan di jalankan. Gambar 2.4 Stage 5. Panel. Berisi kontrol fungsi yang dipakai dalam flash yaitu untuk mengganti dan memodifikasi berbagai objek animasi dengan cepat. Panel adalah jendela persegi empat yang merupakan kumpulan dari berbagai macam fungsi yang dikelompokan sesuai dengan jenisnya. Ada berbagai macam panel yang terdapat dalam program Macromedia Flash 8 diantaranya adalah : ## 1) Panel Info Panel Info adalah panel yang berisi berbagai macam informasi yang terdapat pada suatu objek gambar ataupun simbol. Informasi yang diberikan meliputi panjang lebar, letak koordinat stage, kombinasi warna, nilai Alpha (transparan), kursor mouse. Panel Info terletak di menu window\info. Panel Info dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Ctrl+I pada keyboard . Gambar 2.5 Panel Info ## 2) Panel Actions Panel Actions adalah panel yang berfungsi sebagai tempat peletakan dan penulisan scripts. Panel Actions terletak di menu window actions . Panel Info dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol F9 pada keyboard . Gambar 2.6 Panel Action 3) Panel Properties. Panel Properties adalah suatu panel yang berisi berbagai macam informasi dan atribut pada suatu objek yang sedang terseleksi. Panel ini terletak di menu window\properties\properties . Panel Properties dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Ctrl+F3 pada keyboard . Gambar 2.7 Panel Properties 4) Panel Filter. Panel Filters adalah Panel yang berguna untuk melakukan modifikasi objek mengenai penambahan dan pengurangan effect pada suatu simbol. Panel Filters terletak di menu window properties filters . Panel Filters dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Shift+F9 pada keyboard . Gambar 2.8 Panel Filter 5) Panel Color Mixer. Panel Color Mixer adalah panel yang berfungsi untuk melakukan proses pencampuran warna. Panel ini terletak di menu window\color mixer. Panel Color Mixer dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Shift+F9 pada keyboard . Gambar 2.9 Panel Color Mixer 6) Panel Color Swatches. Panel Color Swacthes adalah panel tempat kumpulan warna dasar maupun warna gradien. Panel ini terletak di menu window\align . Panel ini terletak di menu Window Color Swatches . Panel ini terletak di menu window\transform . Panel Color Swacthes dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Ctrl+F9 pada keyboard . \ Gambar 2.10 Panel Color Swatches 7) Panel Align. Panel Align adalah panel yang berfungsi untuk membantu peletakan objek dengan objek, ataupun objeck dengan stage . Panel ini terletak di menu window align . Panel align dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Ctrl+K pada keyboard . ## Gambar 2.11 Panel Align 8) Panel Transform. Panel Tranform adalah Panel yang berguna untuk memodifikasi bentuk pada suatu objek gambar ataupun simbol. Perubahan bentuk meliputi perubahan pada ukuran, letak, dan perputaran. Panel ini terletak di menu window\transform . Panel Transform dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Ctrl+T pada keyboard . Gambar 2.12 Panel Transform 9) Panel Library. Panel Library adalah panel yang berisi kumpulan simbol, file suara, dan file gambar yang terdapat dalam suatu project . Panel ini terletak di menu window library . Panel Library dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Ctrl+L pada keyboard . Gambar 2.13 Panel Library 10) Panel Scene. Panel Scene adalah panel yang berfungsi untuk mengelola scene, seperti menambah, mengurangi, dan menggandakan scene pada suatu project. Panel ini terletak di menu window other panels scene . Panel Scene dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Shift+F2 pada keyboard . Gambar 2.14 Panel Scene 11) Panel Components. Panel Components adalah panel yang berisi kumpulan component yang dapat digunakan pada sebuah project. Panel ini terletak di windows components . Panel Components dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol Ctrl+F7 pada keyboard . Gambar 2.15 Panel Components 12) Panel Output. Panel Output adalah panel yang berisi informasi keluaran seperti kesalahan pada listing program , atau pesan-pesan pemberitahuan. Panel ini terletak di window output . Panel Output dapat juga dipanggil dengan menggunakan shortcut dengan cara menekan tombol F2 pada keyboard . \ ## Gambar 2.16 Panel Output ## C. Elemen Penyusun Permainan (Game). Dalam suatu game terdapat beberapa elemen yang menyusun game tersebut, seperti jenis game , karakter dalam game , background , elemen sound/suara, dan gerakan-gerakan. Suatu game akan membosankan dan kurang menarik apabila elemen-elemen yang menyusun game tersebut kurang dikelola dengan baik. (Wibawanto ,2006 : 8) 1) Jenis Permainan (Game). Dahulu game hanya terdapat beberapa jenis game , namun dengan seiring berjalannya zaman dan perkembangan dalam dunia game yang semakin luas serta cara pembuat game yang semakin kreatif untuk membuat game , maka jenis-jenis game yang ada sekarang pun semakin bertambah, Diantaranya yaitu : a. Board Game . Board Game yang bila diterjemahkan kedalam bahasa indonesia adalah permainan papan. Seperti namanya game berjenis ini adalah game yang berdasarkan permainan papan seperti pada dunia nyata seperti contoh adalah catur, monopoli, thelo. b. Card Game . Card Game adalah jenis games yang menggunakan kartu sebagai media permainan. Permainan yang ada biasanya berdasarkan dari permainan kartu pada unia nyata, seperti contoh kartu remi, kartu domino, kartu mahjong , dan lain-lain. Agar lebih menarik biasanya pembuat game memberikan unsur lain ke dalam permainan seperti Video atau pun karakter. Contohnya adalah Yu-Gi-Oh, Solitaire, Digimon Battle Card. c. Sports Game . Sports Game adalah jenis Video Game yang menggunakan tema tentang olah raga. Olah raga yang biasanya dijadikan tema dalam Game adalah sepak bola, basket, tenis, memancing, bersepeda, skateboard , dan kasti. Diantara semua olah raga yang telah disebutkan tadi, sepak bola adalah tema yang paling banyak di temui dalam video games dan tentunya yang paling digemari. Untuk memberikan kesan nyata maka para pembuat game pun ada yang menyertakan nama dari para pemain bola asli berserta tingkatan kemampuan yang dimiliki, meskipun hal tersebut tentunya membutuhkan biaya yang besar untuk membayar royalty kepada setiap pemain yang namanya tercantum dalam game . d. Side Scrolling Game . Side Scrolling Game merupakan jenis game dimana karakter dapat bergerak kearah samping keatas dan kebawah mengikuti gerakan background . Contohnya adalah Sonic, Contra, Super Mario, Metal Slug. e. Shooting Game . Shoting Game adalah game yang bertipe tembak menembak. Berdasarkan sudut pandangnya ada dua jenis tipe yaitu first person view (Sudut pandang orang pertama, dimana pemain dijadikan seperti karakter dalam game), dan third person view (Sudut pandang orang ketiga) dimana pemain dapat melihat karakter yang sedang dikendalikan didalam game. Contohnya adalah Counter Strike, Virtual Cop, Time Crisis, House Of The Dead. f. RPG ( Role Playing Game ). Role Playing Game yang biasa disingkat dengan RPG adalah jenis game yang dimana pemain dapat memilih satu atau beberapa karakter untuk dimainkan, dimana masing - masing karakter memiliki keunikan tertentu. Pemilihan karakter bisa mempengaruhi jalan cerita game yang dimainkan. Biasanya berupa petualangan ( quest ) yang semakin lama dilalui akan semakin meningkat kemampuan ( skills ) atau ability dari karakter tersebut. RPG sendiri telah berkembang menjadi MMORPG ( Massively Multiplayer Online Role Playing Game ) dimana jumlah pemain yang terlibat pada “dunia maya” bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Contohnya adalah Ultima Online, Ragnarok, Everquest. g. TBS ( Turn Based Strategy ). Pemain dan lawan bergantian dalam melakukan aksi. Dalam hal ini lawan bisa CPU ( AI Based ) atau pemain lainnya ( multiplayer ). Contohnya adalah Pokemon, Card Game. h. RTS ( Real Time Strategy ). Perkembangan dari TBS, dimana player dan lawan bisa melakukan aksi dalam waktu yang sama. Merupakan jenis Game yang bertipe strategi dimana kita diajak berfikir untuk bergerak pintar agar misi yang kita jalankan sucses.Sebagian besar game ini bertipe strategi perang. Contohnya adalah WarCraft, Armored Core, Age of Empire . i. Adventure . Pemain memainkan satu karakter dan dalam menyelesaikan misi biasanya melibatkan pembicaraan yang intensif dengan karakter-karakter lain dalam game untuk memecahkan teka-teki ( puzzle ) yang dijumpai pada setiap petualangan. Contohnya adalah Crash Bandicot II, God Of War, Metal Gear Solid. j. Simulation . Merupakan jenis game yang mengambil simulasi seperti pada keadaan nyata pada umumnya. Dibeberapa game jenis ini biasanya kita diajak untuk menciptakan lingkungan sesuai dengan keinginan kita. Contohnya adalah The Sims, Sim City, Sim Word. k. Racing Game . Racing merupakan jenis game yang bertipe balapan. Racing banyak sekali tipenya dari yang menggunakan kendaraan umum seperti mobil, sepeda motor sampai yang tidak umum seperti truk, gokart, sepeda, skateboard . Contohnya adalah CTR ( Crash Team Racing ), Grand Turismo, Top Gear, Need For Speed, Speed Punk, Road Rash. l. Fighting . Fighting adalah jenis permainan yang terdiri dari dua atau lebih karakter yang saling bertarung dan saling mengalahkan dengan menggunakan kekuatan untuk menjadi pemenang. Fighting pada umumnya dimainkan oleh dua orang, namun dalam beberapa game fighting dapat dimainkan hingga empat pemain. Contohnya adalah TEKKEN, Dead Or Alive, Rival School, Mortal Kombat. 2) Karakter Dalam Permainan ( Game ). Karakter adalah salah satu hal yang mutlak untuk dimasukan dalam game, hampir semua judul game terdapat karakter dalam perminan, meskipun itu hanya sebagai pelengkap atau pemanis dalam game . Karakter dalam game dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Playing Characters dan None Playing Characters yang biasa disingkat dengan NPC. 3) Animasi. Seperti yang telah diuraikan diatas, animasi termasuk dalam salah satu unsur terpenting yang terdapat dalam game . Dengan animasi yang bagus maka gerakan karakter tidak akan patah - patah dan tentunya akan lebih terlihat hidup. 4) Musik. Hampir semua game yang keluar saat ini mempunyai kualitas musik yang berkualitas. Hal itu dikarenakan para produsen game mulai mengerti betapa pentingnya elemen musik dalam membuat nuansa game semakin terasa. Untuk itu kini banyak dari para produsen game yang berkerja sama dengan para komposer musik, penyanyi, dan studio rekaman untuk menghasilkan musik yang prima. Usaha ini dilakukan untuk pertama kalinya ketika Game Racing Road Rash dibuat. Game ini menggunakan lagu-lagu rock pada tahun 90-an, diantaranya adalah Soundgarden, Monster Magnet, Swervedriver. ## III. ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ## A. Rincian Game Animasi interaktif yang dibuat ini adalah sebuah animasi game yang dapat dikontrol oleh pemain dengan menggunakan keyboard . Sebelum memasuki permainan ada beberapa tampilan pembuka yang dibuat agar tampak lebih menarik. Setelah melewati beberapa tampilan tadi barulah masuk kedalam menu utama dan permainanpun bisa dimulai. Dalam permainan ini terbagi menjadi dua bagian atau dalam permainan ini disebut sebagai misi dimana setiap misi mempunyai ketentuan berbeda untuk mencapai keberhasilan di setiap misinya. Dalam game ini ada beberapa halaman yang mempunyai isi yang berbeda-beda yaitu : 1) Halaman menu utama Halaman ini berisi pilihan menu main untuk memulai permainan yang jika dipilih akan memainkan game , juga terdapat menu tentang dan menu keluar. 2) Halaman tentang Berisi informasi perancang game dapat dipilih untuk melihat informasi lebih tentang perancang di internet menggunakan browser pada komputer pemain dan juga menu kembali untuk kembali ke menu utama. 3) Halaman penjelasan misi satu, dua dan Misi Halaman ini berisi static text penjelasan tentang ketentuan keberhasilan dan kegagalan misi satu, cara memainkan misi satu dan dua dan juga menu jalankan misi untuk langsung memainkan misi satu dan dua. 4) Halaman misi berhasil dan misi gagal Halaman ini berisi informasi skor, bonus dan total skor yang diperoleh di misi satu dan dua, apabila pada stage 1 pemain gagal menyelesaikan misi atau kehabisan waktu maka pemain akan di pindahkan ke halaman misi gagal dan hanya mendapatkan score stage 1 saja, dan apabila pemain gagal di misi kedua maka pemain juga akan di pindahkan ke halaman misi gagal, tetapi jika pemain berhasil menyelesaikan misi kedua dengan baik, maka pemian akan di pindahkan ke halaman misi berkasil. Dalam pembuatan game Be A Hacker ini terdapat beberapa karakter untuk di stage 1 yaitu : pemain1, pemain2, virus, data1, dan pintu. Di stage 2 ditambah satu karakter yaitu kunci. Adapun kemampuan dari karakter tersebut berbeda-beda yaitu : a. Pemain1, untuk mendapatkan kode password untuk masuk ke stage2 pemain1 harus mendapatkan data1 terlebih dahulu sebanyak 4 buah. Hanya saja pemain1 tidak boleh menyentuh virus atau pemain2, apabila sampai menyentuh virus atau antivirus maka misi anda akan gagal. b. Pemain2, untuk dapat membuka jalan pemain1 maka pemain2 berfungsi untuk membunuh virus agar pemain1 dapat mengambil data, hanya saja pemain2 tidak boleh menyentuh pemain1, apabila tersentuh maka misi anda akan gagal. c. Virus, untuk menghadang agar pemain1 tidak dapat mengambil data. d. Data, untuk menampilkan password pada pemain untuk masuk pada stage berikutnya. e. Kunci, yang berfungsi untuk membuka jalan penghadang bagi pemain. ## B. Sarana Pendukung Dalam pembuatan animasi game berbasis komputer dengan Menggunakan program Macromedia Flash 8 dibutuhkan beberapa perangkat pendukung. Perangkat pendukung tersebut yaitu perangkat keras ( Hardware ) dan perangkat lunak ( Software ). 1) Perangkat Keras Perangkat Keras ( Hardware ) yang dibutuhkan dalam pembuatan animasi game ini, yaitu seperangkat komputer dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Processor Intel Pentium 800 MHz ke atas. 2. Memory 128 Mb. 3. Harddisk sebesar 40 Mb. 4. VGA Card 128 Mb. 5. Monitor warna 32-bit yang resolusinya mampu hingga 1024 x 768. 6. CD Room drive untuk instalasi program Macromedia Flash 8. 7. Sound Card dan speaker untuk mendengarkan suara. 2) Perangkat Lunak Selain perangkat keras ( Hardware ), perangkat lunak ( Software ) juga dibutuhkan dalam pembuatan animasi Game ini. Perangkat lunak yang digunakan diantaranya adalah : 1. Windows XP Service Park 2 2. Macromedia Flash 8. ## C. Perancangan Sistem Spesifikasi rancangan program merupakan rangkaian dokumen–dokumen yang meliputi spesifikasi program HIPO dan spesifikasi program Flowchart. 1) HIPO ( Hierarchy Plus Input – Proses - Output ) Hipo merupakan metodologi yang dikembangkan dan didukung oleh IBM. Hipo sebenarnya merupakan alat dokumentasi program, Sekarang banyak digunakan sebagai alat disain dan teknik dokumentasi dalam siklus pengembangan sistem. Gambar 3.1 HIPO 2) Rancangan struktur Menu Rancangan struktur menu adalah salah satu yang penting dan harus ada dalam perancangan suatu sistem. Suatu menu yang disajikan untuk mewakilkan proses atau kejadian yang akan di masukkan oleh sebuah sistem. Dengan adanya menu, user dapat berinteraksi dengan sistem secara interaktif tanpa harus kebingungan dengan prosedur yang tidak dimengerti, adapun rancangan struktur menu game ini adalah seperti gambar di bawah ini. 0.0 Menu Utama 2.0 Tentang 3.0 Keluar 1.0 Permainan 1.1 Misi 1 1.2 Misi 2 1.1.1 Selesai 1.2.1 Selesai Main Halaman pembuka Menu Utama Sekilas Game Be A Hacker Keluar Misi 1 Misi 2 Ya 3) Rancangan Menu a. Form Menu Halaman Pembuka Gambar 3.3 Halaman Pembuka b. Form Menu Utama Gambar 3.4 Menu Utama c. Form Tentang Misi Pertama Gambar 3.5 Form Tentang Misi Pertama d. Form Misi Pertama Gambar 3.6 Misi Pertama Gambar Karakter Game Komputer Jahat Gambar Karakter Game Pemain 1 Tombol Untuk Masuk Ke Menu Utama Tulisan Created for Logo UNIVED Gambar Karakter Game Pemain 1 Tombol Main Tombol Tentang Tombol Keluar Gambar Karakter Game Virus Movieclip Judul Game Be A Hacker Gambar Karakter Game Komputer Jahat Keteranga n Nama Karakte r Time Score Area Permainnan Misi Pertama Gambar Karaker XX:XX X Data X Petunjuk Misi Pertama loading Garis loading e. Form Tentang Misi Kedua Gambar 3.7 Form Tentang Misi Kedua f. Form Misi Kedua Gambar 3.8 misi Kedua g. Form Misi Gagal Gambar 3.9 Form Misi Gagal h. Form Misi Berhasil Gambar 3.10 Form Misi Berhasil Petunujuk Misi Kedua loading Garis loading Keterang an Nama Karakte r Time Score Area Permainnan Misi Pertama Gambar Karaker XX:X X X Data X Tombol Ulang Score Misi Pertama Score Misi Kedua Text 5 Text 6 Tombol Ulang Score Misi Pertama Score Misi Kedua Text 5 Text 6 i. Rancangan Karakter 1 Gambar 3.11 Movieclip Karakter 1 j. Rancangan Karakter 2 \ Gambar 3.12 Movieclip Karakter 2 k. Rancangan Virus Gambar 3.13 Movieclip Karakter Virus l. Rancangan Data Gambar 3.14 Movieclip Karakter Data m. Rancangan Labirin Stage1 Gambar 3.15 Movieclip Labirin Stage1 n. Rancangan Labirin Stage2 Gambar 3.16 Movieclip Labirin Stage2 o. Rancangan Kunci Gambar 3.17 Movieclip Karakter Kunci p. Rancangan Pintu ## Gambar 3.18 Movieclip Karakter Pintu ## C. Pengujian Sistem Sebelum Game ini diterapkan atau diimplementasikan, maka program harus bebas terlebih dahulu dari kesalahan logika ataupun bug. Setelah game ini bebas dari kesalahan logika atau bug, game di coba dengan cara dimainkan, apakah game yang dimainkan sesuai dengan desain yang dibuat. Pengujian sistem ditekankan pada pengujian perangkat keras dan pengujian perangkat lunak tentang kebenaran game yang dibuat. a. Pengujian Perangkat Keras Pengujian pada perangkat keras lebih ditekankan pada persyaratan sarana pendukung dari perangkat keras guna mengungkapkan kesalahan perangkat keras yang di sarankan. b. Pengujian perangkat lunak Pengujian pada perangkat lunak lebih ditekankan pada persyaratan sarana pendukung dari perangkat lunak guna mengetahui kesalahan pada fungsi, antar muka, dan kinerja dari game . c. Pengujian testing Pengujian yang dilakukan oleh para pemakai yakni dari anak-anak SD kelas 4 sampai orang dewasa sehingga dapat diperoleh kritik dan saran dari pemakai tentang game yang telah dibuat, baik dari segi format tampilan, karakter, maupun permainannya. Jika sebagian besar pemakai menyatakan bagus, baik dari segi format tampilan, karakter, maupun permainnannya maka game yang dibuat di anggap sukses dan berhasil. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ## A. Rancangan Antar Muka Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang langkah-langkah dalam pembuatan dan perancangan elemen game, dan listing yang terdapat pada Game Be A Hacker. 1) Pembuatan dokumen flash baru a. Buka program Macromedia Flash 8.0 b. Pilih flash document pada bagian create new c. Pada panel properties atur warna background menjadi warna putih dan ukuran stage 800 pixel X 600 pixel. 2) Memasukkan suara latar dan efek ke dalam library dan memberikan linkage. a. Pada menu bar pilih file > import > import to library. b. Seleksi file suara yang digunakan dalam pembuatan game klik open. c. Buka library dengan cara tekan ctrl+L. d. Klik kanan suara Another_-SALIK- 10002.mp3 dan pilih linkage. Beri tanda contreng pada pilihan exprort for ActionScript dan berikan nama “musik dua”. e. Lakukan hal yang sama untuk dapat.mp3 dengan nama “dapat1”, In_INTRO-adijux-1505.mp3 dengan nama “musik1”, scan_for-dont_kno- 1179.mp3 dengan nama “wellcome” 3) Pembuatan Movieclip Kompu. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan pemain1 dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Gambar sebuah kartun komputer seperti gambar dibawah ini. c. Pada frame 2 ubah posisi tangan agak kebawah sehingga gambar terlihat bergerak. d. Beri warna dengan paint bucket tool dengan mixer tipe radial. e. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. Gambar : 4.1 MovieClip Komputer 4) Pembuatan Movieclip Anvir. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan pemain2 dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Gambar sebuah kartun suntik yang meggambarkan antivirus seperti gambar dibawah ini. c. Pada frame 2 ubah ukuran agak kecil kebawah sehingga gambar terlihat bergerak naik turun. d. Beri warna dengan paint bucket tool dengan mixer tipe radial. e. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. Gambar : 4.2 MovieClip Anvir 5) Pembuatan Movieclip virus. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan virus dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Gambar sebuah kartun virus seperti gambar dibawah ini. c. Pada frame 2 sampai 3 ubah posisi kaki agak melebar sehingga gambar terlihat bergerak. d. Beri warna dengan paint bucket tool dengan mixer tipe radial. e. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. Gambar : 4.3 MovieClip Virus 6) Pembuatan Movieclip data. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan data dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Gambar sebuah kartun disket yang melambangkan data seperti gambar dibawah ini. c. Beri warna dengan paint bucket tool dengan mixer tipe radial. d. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. Gambar : 4.4 MovieClip Data 7) Pembuatan Movieclip Labirin1. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan dinding dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Gambar sebuah dinding yang berupa garis-garis untuk membuat pemain1 dan pemain dua agar tidak biasa melewatinya seperti gambar dibawah ini. c. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. Gambar : 4.5 MovieClip Labirin1 8) Pembuatan Movieclip Labirin2. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan tmbok dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Gambar sebuah tembok yang sama seperti dinding berupa garis-garis untuk membuat pemain1 dan pemain dua agar tidak biasa melewatinya. c. Tambahkan insert frame pada 2 sampai 4 frame seperti di bawah ini. d. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. Gambar : 4.6 MovieClip Labirin2 9) Pembuatan Movieclip kunci. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan kunci dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Gambar sebuah kartun menyerupai disket yang di tengahnya terdapat gambar kunci seperti gambar dibawah ini. c. Beri warna dengan paint bucket tool dengan mixer tipe radial. d. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. Gambar : 4.7 MovieClip Kunci 10) Pembuatan Tombol main. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan main dan pilih Button sebagai typenya. b. Buatlah sebuah button seperti gambar di bawah ini. c. Insert keyframe pada frame over (keadaan di mana mouse berada pada posisi diatas button), kemudian naikan gambar button tersebut sedikit keatas. d. Kemudian insert keyframe pada frame down (keadaan dimana mouse berada pada saat di tekan), kemudian turunkan gambar button tersebut lebih kebawah dari pada posisi gambar pada saat di frame up dan ganti warna button tersebut menjadi merah. e. Kemudian insert keyframe pada frame Hit (daerah untuk dapat mengklik button tersebut), caranya adalah, buat sebuah gambar kotak yang menutupi gambar dari tombol tersebut. f. Beri warna dengan paint bucket tool dengan mixer tipe radial. g. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. Gambar : 4.8 Tombol Main 11) Pembuatan Tombol main lagi. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan Mainlagi dan pilih Button sebagai typenya. b. Buatlah sebuah button seperti gambar di bawah ini. c. Insert keyframe pada frame over (keadaan di mana mouse berada pada posisi diatas button), kemudian naikan gambar button tersebut sedikit keatas. d. Kemudian insert keyframe pada frame down (keadaan dimana mouse berada pada saat di tekan), kemudian turunkan gambar button tersebut lebih kebawah dari pada posisi gambar pada saat di frame up dan ganti warna button tersebut menjadi merah. e. Kemudian insert keyframe pada frame Hit (daerah untuk dapat mengklik button tersebut), caranya adalah, buat sebuah gambar kotak yang menutupi gambar dari tombol tersebut. f. Beri warna dengan paint bucket tool dengan mixer tipe radial. g. Tekan ctrl+E untuk keluar dari mode edit simbol. \\ Gambar : 4.10 Tombol Main Lagi 12. Pembuatan Movieclip Berhasil. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan berhasil dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Buat sebuah text berhasil dengan ukuran yang kecil, kemudian klik kanan pada frame 5 pilih insert key frame,kemudian klik kanan pada frame antara frame 1 sampai 5 terus pilih creat motion tween, kemudian pada gambar frame 5 buat putar text tersebut dengan menggunakan free transform tool,dan perbesar sedikit ukuran text tersebut dari sebelumnya, lakukan hal tersebut sampai frame 15 dan pada frame ke 15 buat keadaan text tersebut sudah dalam keadaan berdiri, kemudian klik kanan frame 30 dan masukan insert keyframe. c. Kemuadian tambahkan sebuah frame untuk membuat text misi dan letakan text misi itu pada frame ke 15,yang mana sebelumnya frame tesebut sudah di insert blank keyframe. d. Kemudian tambahkan lagi sebuah frame untuk meletakkan tombol main lagi. Setelah itu drag tombol mainlagi ke frame tombol yang sebelumnya pada frame 30 sudah di insert blank keyframe. e. Kemudian tambahkan lagi sebuah frame untuk action scriptnya, yaitu klik kanan frame 30 pada frame action trus buka panel actionnya dan ketikkan Stop();. Gambar : 4,11 MovieClip Berhasil 13) Pembuatan Movieclip Gagal. a. Tekan ctrl+f8 pada name ketikan gagal dan pilih Movieclip sebagai typenya. b. Buat sebuah text gagal dengan ukuran yang kecil, kemudian klik kanan pada frame 10 pilih insert key frame,kemudian klik kanan pada frame antara frame 1 sampai 10 terus pilih creat motion tween, kemudian pada gambar frame 10 buat putar text tersebut dengan menggunakan free transform tool,dan perbesar sedikit ukuran text tersebut dari sebelumnya, lakukan hal tersebut sampai frame 25 dan pada frame ke 25 buat keadaan text tersebut sudah dalam keadaan berdiri, kemudian klik kanan frame 46 dan masukan insert keyframe. c. Kemuadian tambahkan sebuah frame untuk membuat text misi dan letakan text misi itu pada frame ke 25,yang mana sebelumnya frame tesebut sudah di insert blank keyframe. d. Kemudian tambahkan lagi sebuah frame untuk meletakkan tombol main lagi. Setelah itu drag tombol lanjut ke frame tombol yang sebelumnya pada frame 46 sudah di insert blank keyframe. e. Kemudian tambahkan lagi sebuah frame untuk action scriptnya, yaitu klik kanan frame 46 pada frame action trus buka panel actionnya dan ketikkan Stop();. Gambar : 4.12 MovieClip Gagal Setelah membuat elemen penyusun game berupa movieclip, graphic, tombol dan suara latar dan efek. Langkah selanjutnya ialah menyusun elemen tersebut pada layer dan stage yang telah dibuat dan juga pemberian instance name pada masing-masing karakter. B. Implementasi Game Be A Hacker Dengan ## Macromedia Flash 8 Implementasi game be a hacker menggunakan macromedia flash 8 untuk menghasilkan game yang sesuai dan siap di mainkan oleh pemainnya. 1) Tampilan Awal Game Be A Hacker Tampilan awal ini akan tampil pada saat game ini dijalankan. Dalam tampilan ini pengguna/pemakai game harus menekan tombol yang bertuliskan “KLIK DISINI UNTUK LANJUT” untuk masuk ke menu utama. Tampilan awal game be a hacker di tunjukan pada gambar 4.13. Gambar 4.13 Tampilan Awal Game Be A Hacker 2) Tampilan Menu Utama Game Be A Hacker Dalam menu utama ini terdapat beberapa tombol yaitu : tombol main, tombol tentang, dan tombol keluar, yang mana fungsi dari tombol tersebut berbeda- beda. Tombol main berfungsi untuk membawa pemakai ke area petunjuak atau cara-cara menyelesaikan misi. Tombol tentang berfungsi untuk membawa pemakai ke area tentang pembuat game be a hacker. Tombol keluar berfungsi untuk keluar dari game be a hacker, tampilan menu utama game be a hacker ditunjukan pada gambar 4.14. Gambar 4.14 Tampilan Menu Utama Game Be A Hacker 3) Tampilan Petunjuk Misi Pertama Setelah pemain menekan tombol main maka akan tampil petunjuk misi pertama,dalam tampilan ini terdapat petunjuk tentang bagaimana cara menyelesaikan misi pertama dan juga terdapat sebuah tombol mulai yang mana jika tombol ini di tekan maka permainan misi pertama akan dimulai, tampilan tentang atau petunjuk misi pertama game be a hacker ditunjukan pada gambar 4.15. ## Gambar 4.15Tampilan Petunjuk Misi Pertama ## 4) Tampilan Misi Pertama Dalam misi pertama ini terdapat beberapa karakter yaitu : karakter komputer, karakter antivirus, karakter virus, karakter data dan karakter dinding. Dalam permainan dimisi pertama ini karakter komputer dan antivirus diletakkan diposisi yang berjauhan, dan adapun aturan dari misinya yaitu karakter komputer hanya bisa menyentuh karakter data, dan apabila karakter komputer menyentuh virus atau antivirus maka misi tersebuat gagal, sedangkan antivirus hanya bisa menyentuh virus dan apabila karakter antivirus menyentuh karakter komputer atau data maka misi tersebut gagal. Sedangkan cara menggerakan karakternya sama seperti misi pertama yaitu apabila tombol panah kiri ditekan maka karakter komputer dan karakter antivirus akan bergerak kekiri secara bersamaan begitu juga apabila ditekan tombol panah kekanan maka akan bergerak kekanan dan tombol atas akan bergerak keatas dan tombol bawah ke arah bawah yang tentusaja harus mengikuti alur dari bentuk karakter dinding yang berupa labirin. Tampilan misi pertama game be a hacker ditunjukan pada gambar 4.16 Gambar 4.16 Misi Pertama ## 5. Tampilan Petunjuk Misi Kedua Setelah misi pertama berhasil di laksanakan maka akan tampil petunjuk misi kedua,dalam tampilan ini terdapat petunjuk tentang bagaimana cara menyelesaikan misi kedua dan juga terdapat sebuah tombol mulai yang mana jika tombol ini di tekan maka permainan misi kedua akan dimulai, tampilan tentang atau petunjuk misi pertama game be a hacker ditunjukan pada gambar 4.17. Gambar 4.17 Tampilan Petunjuk Misi Kedua 6) Tampilan Misi Kedua Dalam misi pertama ini terdapat beberapa karakter yaitu : karakter komputer, karakter antivirus, karakter virus, karakter data, karakter kunci dan karakter dinding yang berbeda. Dalam permainan dimisi kedua ini karakter antivirus diletakkan diposisi yang terkurung oleh labirin, dan adapun aturan dari misinya hampir sama dengan misi pertama yaitu karakter komputer hanya bisa menyentuh karakter data dan karakter kunci, dan apabila karakter komputer menyentuh virus atau antivirus maka misi tersebuat gagal, sedangkan antivirus hanya bisa menyentuh virus dan apabila karakter antivirus menyentuh karakter komputer atau data maka misi tersebut gagal dan jika antivirus menyentuh karakter kunci maka karakter kunci akan hilang sehingga pintu tidak dapat dibuka, tetapi sebelum karakter antivirus dapat membunuh virus, terlebih dahulu karakter komputer harus membuka pintu agar karakter antivirus dapat keluar dari kurungan labirin dengan cara mengambil karakter kunci terlebih dahulu, selain itu kegunaan dari karakter kunci yaitu membuka pintu labirin agar mempermudah karakter komputer dan karakter antivirus bergerak. Sedangkan cara menggerakan karakternya sama seperti misi pertama yaitu apabila tombol panah kiri ditekan maka karakter komputer dan karakter antivirus akan bergerak kekiri secara bersamaan begitu juga apabila ditekan tombol panah kekanan maka akan bergerak kekanan dan tombol atas akan bergerak keatas dan tombol bawah ke arah bawah yang tentusaja harus mengikuti alur dari bentuk karakter dinding yang berupa labirin namun dengan pintu-pintu. Tampilan misi pertama game be a hacker ditunjukan pada gambar 4.18. 7) Tampilan Jika Misi Gagal dan Berhasil Jika misi gagal maka layar akan menampilkan skore yang diperoleh, tampilan jika misi gagal di tunjukan pada gambar 4.19 Gambar 4.19 Tampilan Jika Misi Gagal Gambar 4.20 Tampilan Jika Misi Berhasil ## C. Hasil Pengujian Program Pengujian program dilakukan dengan tiga cara yaitu : a. Pengujian Perangkat Keras Pengujian pada perangkat keras lebih ditekankan pada persyaratan sarana pendukung dari perangkat keras guna mengungkapkan kesalahan perangkat keras yang di sarankan, yang mana kebutuhan dari perangkat keras dari game ini sangat ringan yaitu komputer dengan spesifikasi prosessor sekitar 800 Mhz, dengan memori 256 Mb, serta VGA 32 Mb. b. Pengujian Perangkat Lunak Pengujian pada perangkat lunak lebih ditekankan pada persyaratan sarana pendukung dari perangkat lunak guna mengetahui kesalahan pada fungsi, antar muka, dan kinerja dari game , yaitu komputer dengan sistem oprasi window ME keatas. c. Pengujian Testing Pengujian yang dilakukan oleh para pemakai yakni dari anak-anak SD kelas 4 sampai orang dewasa sehingga dapat diperoleh kritik dan saran dari pemakai tentang game yang telah dibuat, baik dari segi format tampilan, karakter, maupun permainannya. Jika sebagian besar pemakai menyatakan bagus, baik dari segi format tampilan, karakter, maupun permainnannya maka game yang dibuat di anggap sukses dan berhasil yang dinyatakan dalam sebuah angket. ## V. KESIMPULAN DAN SARAN ## A. Kesimpulan Setelah rampungnya game Be A Hacker ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Game ini hanya dapat dimainkan oleh satu orang. 2. Dalam game ini pemain akan dilatih untuk berfikir supaya dapat menyelesaikan misi tersebut dengan cepat. 3. Pada game ini masih bisa dikembangkan lagi tingkat kesulitan pada stage-stage berikutnya. ## B. Saran Dengan adanya game Be A Hacker ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pengguna ataupun pemakai. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai pertimbangan antara lain : Diharapkan pengguna agar membaca dan memahami terlebih dahulu petunjuk misi agar dapat menyelesaikan misi-misi tersebut dengan mudah. ## DAFTAR PUSTAKA Ariyus, Dony. 2004. Kamus Hacker , Penerbit Andi Yogyakarta. Chandra, 2006. Flash Professional 8 Untuk Orang Awam . Penerbit Maxikom, Palembang Hidayatullah, Priyanto, Dkk. 2008. Making Educational Animation Using Flash. Informatika, Bandung Hartono, Jogiyanto. 2004, Pengenalan Komputer . Andi Offset, Yogyakarta Kadir, Abdul. 2006, Pengenalan Sistem Informasi . Andi, Yogyakarta Priyo, Hidayat dan Chairuddin, Muh. 2004. Membuat Film Kartun Dengan Flash MX. Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Sudirman, 2009. 10 Animasi Kartun Flash . Penerbit Maxikom, Palembang
5b73f528-1d36-4e20-a442-a1c6b7dbd530
https://journal.trunojoyo.ac.id/metalingua/article/download/9084/5637
## KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MASA PANDEMI PADA SISWA SD NEGERI 02 PENGARASAN KECAMATAN BANTARKAWUNG Tri Andra Yani 1 , Cintya Nurika Irma 2 Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP, Universitas Peradaban Email: [email protected] 1, [email protected] 2 ## Abstrak Penelitia n ini bertujuan untuk menjelaskan upaya keterlibatan o ra ng t u a d a la m p embe la ja ra n ba ha sa Indonesia di ma sa pa ndemi pa da siswa SD Negeri 02 Penga ra sa n Keca ma ta n Ba ntarkawung. Sumber data dalam pengambilan data menggunakan wa wa nca ra d a n o b serva si denga n a nalisis da ta deskriptif. Teknik a nalisis da ta terdiri da ri re d u k si d a ta , sa jia n da ta , d a n pena rikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa a danya kendala yang dira sa ka n o ra ng tua dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada masa pandemi ya ng d ila k uka n se c a ra d a rin g, ya itu: 1) pengaruh pendidikan dan ekonomi orang tua terhadap penggunaan bahasa perta ma a na k da n (2) belum optimalnya kerjasama yang sinergis a ntara piha k se k ola h da n o ra ng t u a d a la m pembelajaran bahasa Indonesia a nak di rumah, misalnya kunjungan guru ke rumah orang t u a d a n penyediaan bahan a jar yang optimal. Ada pun u pa ya y a ng t e la h d ila kuka n o ra ng t u a da la m meningkatkan keterampila n berbahasa Indonesia pada anak yaitu dengan pembinaan bahasa y a ng dila kukan orang tua kepada anaknya meliputi (1) pengembangkan kemampuan berbahasa mela lu i bercerita , (2) berkomunikasi seca ra a ktif di da lam keluarga, (3) mengenalkan da n m embia sa kan penerapan kesantunan berbahasa. Kata kunci: orang tua, pembelajaran bahasa Indonesia, pandemi, sekolah dasar. ## Abstract This study aims to explain the efforts of parents' involvement in learning Indone sian d uri ng t h e pandemic to students of SD Negeri 02 Pengarasan, Bantarkawung Distric t. S o urc es o f d a ta i n data collection using interviews and observations with descriptive data analysis. Da t a a nal ysi s techniques consisted of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Th e re su lt s showed that there were obstacles felt by parents in learning In d one sian d uri ng t h e p and emi c which was carried out online, namely: 1) the influence of education and the economy of parents on the use of children's first language and (2) not optimal synergic cooperation between schools a nd parents in learning Indonesian for children at home, for example a teacher's visit to th e p a ren ts' house and the provision of optimal teaching materials. Keywords: parents, Indonesian language learning, pandemic, elementary school. ## PENDAHULUAN Korona virus yang menyerang kesehatan semua orang tentu menjadi kekhawatiran tersendiri. Social distancing dengan cara tidak boleh berkerumun dengan orang banyak bahkan menjaga jarak fisik ( physical distancing ) untuk mencegah penyebaran koronavirus senantiasa digaungkan (Dina, 2020). Hal ini menjadikan beragam sektor mengubah sistem atau metode dalam pelaksanaan oprasionalnya termasuk pada sistem pendidikan saat ini. Pembelajaran konvensional secara tatap muka dalam satu ruangan tentu perlu ditinjau ulang pelaksanaannya menjadi kegitan daring (Rahman, 2020). Kegiatan pembelajaran daring syang dilakukan oleh hampir seluruh institusi pendidikan dengan komunikasi jarak jauh yang tidak lain membutuhkan alat komunikasi seperti telepon genggam, tablet ataupun laptop dan koneksi internet. Sebagaimana yang diungkap oleh Milman (2015) bahwa penggunaan teknologi digital memungkinkan siswa berada di tempat yang berbeda selama pembelajaran, dengan teknologi dapat memudahkan mereka mencari informasi yang luas. Upaya ini dilakukan untuk menjaga keselamatan guru dan siswa dengan pembelajaran yang harus dilaksanakan dengan skenario yang mampu meminimalisisr kontak fisik (Gusti et al., 2020). ## METALINGUA ## Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JOURNALS Selain teknologi yang diperlukan, tentu peran orang tua dalam pembelajaran di rumah atau pembelajaran secara daring sangat dibutuhkan agar siswa tetap belajar di rumah. Proses pembelajaran daring yang memerlukan peran orang tua sebagai guru selama siswa belajar di rumah meski terdapat berbagai keleuhan karena orang tua perlu adaptasi mendampingi dan mengajarkan anak serta membagi waktu bagi orang tua yang bekerja. Selaras dengan penelitian yang dilakukan Cahyati & Kusumah, (2020) bahwa orang tua dapat meningkatkan hubungan dengan anaknya dan orang tua mestinya dapat melihat langsung perkembangan kemampuan anak dalam belajar di masa pandemi seperti saat ini. Dalam mengajari anak atau mengasuh anak diharapkan orang tualah yang menjadi teladan bagi anak- anaknya, misalnya dengan mengajari anak secar a sabar dan tekun seperti mendemonstrasikan materi. Sejalan dengan apa yang dikatakan Rahmawati dalam Djumingin, (2015) mengatakan bahwa pengasuhan anak merupakan sesuatu berkelanjutan melalui proses interaksi orang tua dan anak untuk mendorong pertumbuhan serta perkembangan anak yang optimal. Sama halnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Zahra et al., (2020) bahwa dal am pelaksanaan pembelajaran di rumah tentu membawa dampak yang signifikan bagi anak, orang tua maupun guru. Aktualisasi orang tua dalam memberikan perhatian, motivasi, peran, dan pengawasan kepada anak dalam proses pembelajaran di rumah tentu sangat penting bagi terwujudnya hasil belajar yang optimal. Orang tualah yang harus hadir mengawasi dan memberi perhatian lebih kepada anak, baik pada saat sebelum pembelajaran dimulai, saat pembelajaran berlangsung, sampai dengan pembelajaran selesai. Selain itu, identifikasi kendala yang dialami anak juga dapat diketahui oleh orang tua. Sejatinya proses pembelajaran di rumah, orang tua yang memiliki kewajiban dalam mendidik anak-anaknya dan telah menjadi pondasi pendidikan pertama bagi anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini perlu sinergi dengan ragam upaya program maupun kegiatan yang disesuaikan dengan analisis kendala-kendala dari pihak orang tua yang meliputi faktor status sosial, faktor bentuk keluarga, faktor tahap perkembangan keluarga, dan faktor model peran (Irma et al., 2019). Selanjutnya, pembelajaran di rumah membutuhkan suasana belajar anak yang menyenangkan tanpa ada perasaan tertekan dalam mengaktualisasikan kemampuan dirinya, seperti pada anak sekolah dasar (usia 6-12 tahun) sebagai tahap perkembangan yang fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Sama halnya yang dikatakan Jack dan Logan bahwa anak usia SD mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat, mereka lebih sering bermain, mereka juga belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi karena mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan sudah bisa mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal dengan terus mencoba usaha yang baru (Sumartini & Johariyah, 2009). Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk meningkatkan tumbuh kembang anak dan kesehatan anak, yaitu dengan cara memberi stimulus berupa pemberian cinta yang tulus dan kehangatan, memberi bentuk pengalaman secara nyata dengan menggunakan seluruh indra, melakukan interaksi melalui sentuhan, melalui pelukan, melalui senyuman, nyanyian, mendengarkan dengan penuh perhatian dalam menanggapi ocehan anak, mengajak bercakap-cakap dengan suara yang lembut, dan memberi rasa aman, (Dariyo, 2004). Orang tua sebagai lingkungan pendidik yang pertama dan utama bagi anak berfungsi sebagai mediator sosial budaya bagi anak. menurut UU NO. 2 Tahun 1989 Bab IV pasal 10 ayat 4: Pendidikan Keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan keluarganya dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan (Lilawati, 2020). Oleh karena itu, orang tua memiliki tugas dalam menyiapkan sarana dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya. Salah satu kemampuan atau keterampilan yang harus dikembangkan orang tua dalam upaya keterlibatan orang tua pada pembelajaran di masa pandemi adalah peningkatan keterampilan berbahasa, terutama bahasa Indonesia. Keterampilan berbahasa Indonesia merupakan modal bagi keterampilan di dalam kehidupan. Karena bahasa Indonesia nasional akan mempengaruhi bahasa anak dalam keterampilan berbicara di lingkungannya sendiri. Mengingat pentingnya kemampuan bahasa bagi manusia, tidak bisa kita pungkiri bahwa bahasa sangat penting bagi manusia karena memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan sosial. Melalui bahasa memungkinkan seseorang akan mempelajari kebiasaan, adat- istiadat, kebudayaan. Orang tua hendaknya harus menyadari tugas dan peranannya dalam pembinaan bahasa pada anak walaupun secara alami bahasa seseorang akan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya kenyataan atau pengalaman hidupnya. Seseorang akan mengalami perkembangan dari waktu-kewaktu sesuai dengan bertambahnya usia dan perkembangan intelektual (Mainizar, 2013). Kemampuan berbahasa tentu tidak diperoleh secara otomatis tanpa usaha-usaha untuk mendapatkannya. (Nursyaidah, 2013). Walaupun hampir semua orang memiliki sarana yang lengkap untuk berbicara seperti mulut, gigi, lidah, dan lain sebagainya, serta memiliki potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia. Kemampuan berbahasa diperoleh melalui pengalaman hidup terhadap lingkungannya, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Semakin besar pengaruh yang diberikan lingkungannya semakin besar pula kontribusi bagi peningkatan keterampilan si anak dalam berbahasa. Sebaliknya, lingkungan tidak akan memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan bahasa anak apabila lingkungan tidak proaktif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.Jangan sampai seorang anak tidak memiliki keterampilan mengenai kebahasaan terutama dalam hal berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan aktif, dan jangan sampai mereka tidak mengenal betapa pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seperti pada anak SD Negeri 03 Pengarasan Kecamatan Bantarkawung dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada anak kelas VA diantara dari mereka masih belum bisa aktif dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia secara baik. Ketika pembelajaran di rumah berlangsung tentu orang tualah yang harus membina anak, agar anak selalu aktif dan mer asa senang dalam belajar bahasa dengan dasar kemampuan memahami dan mengelola pesan yang diperoleh secara lisan dan tulisan dengan benar. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia seorang anak diharapkan selalu senang dan aktif dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan mampu memahami fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi mengenai sesuatu dalam mengungkapkan pikiran, ide, pendapat, dan persetujuan baik secara lisan maupun tulisan (Kurniah, 2017). Pembelajaran bahasa Indonesia siswa dapat memenuhi empat aspek kompetensi seper ti aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemi tentu seorang anak sangat membutuhkan peran orang tua dalam proses pembelajarannya, karena pada hakikatnya dalam pembelajaran bahasa dibutuhkan keterlibatan orang tua yang mampu meningkatkan potensi anak dalam mengembangkan keterampilan bahasa seperti kemampuan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik serta menumbuhkan apresiasi dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menjelaskan bagaimana kendala yang dirasakan orang tua dalam pembelajaran bahasa Indonesia di rumah dan apa saja upaya yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan keterampilan bahasa Indonesia pada siswa SD Negeri 02 Pengarasan Kecamatan Bantarkawung. ## METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menerapkan analisis kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur pelaksanaan penelitian untuk menghasilkan data dalam bentuk bahasa deskriptif atau verbal, atau porosedur politik Moleong, (2014). Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan kegiatan yang dilakukan di SD Negeri 2 Pengarasan Kecamatan Bantarkawung pada 26 Oktober 2020. Teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman. Penelitian ini menggunakan triangulasi untuk menguji validitas data. Metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode dan sumber dengan memeriksa catatan wawancara, catatan lapangan, angket dan survei. Observasi dilakukan pada orang tua siswa SD Negeri 2 Pengarasan kelas I dengan jumlah 14 anak dan 9 orang tua. ## METALINGUA ## Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JOURNALS ## HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kendala yang Dirasakan Orang Tua dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Rumah a. Status Pendidikan dan Ekonomi Orang Tua Berpengaruh Terhadap Pengguna- an Bahasa Pertama Anak Penggunaan bahasa yang sering digunakan orang tua di rumah atau bahkan di lingkungannya tentu mempengaruhi bahasa anak. Bahasa ibu yang dijadikan bahasa pertama oleh anak melekat pada anak sejak lahir yang biasanya diperoleh dari lingkungan keluarga. Bahasa Ibu yang digunakan setiap saat sring kali terbawa dalam situasi formal yang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Seperti yang terlihat pada sebagian siswa di SD Negeri 2 Pengarasan yang selalu berkomunikasi menggunakan bahasa pertamanya yaitu bahasa Sunda dan ada juga yang berbahasa Jawa ketika mereka di sekolah sebagai bahasa pertama. Akibat dari penggunaan bahasa pertama yang lebih dominan menyebabkan ketika siswa berkomunikasi dalam situasi formal membuat anak lebih pasif dalam mengungkapkan pendapatnya di depan teman- teman lainnya dan ketika proses pembelajaran berlangsung siswa belum lancar menggunakan bahasa Indonesia. Adanya korelasi peran orang tua dengan keadaan pendidikan dan ekonomi terkait penguasaan bahasa Indonesia siswa. Hal yang dilakukan orang tua dengan pendidikan dan ekonomi yang baik mengajar i anak untuk berbahasa Indonesia secara baik bahkan mengundang guru les privat untuk mengajari bahasa anak, baik bahasa Indonesia sebagai pemerolehan bahasa kedua maupun bahasa asing seperti bahasa Inggris sebagai pemerolehan bahasa ketiga anak. Inilah upaya orang tua dalam menumbuh kembangkan keterampilan bahasa anak untuk melanjutkan perkembangan bahasa anak sebelumnya. Orang tua melakukan pembelajaran bahasa pada anaknya secara baik dan bersungguh-sungguh dalam mendampingi anak demi perkembangannya pembelajaran bahasa yang dilakukan di rumah sudah berjalan efektif ketika guru les privat dan pemahaman orang tua terhadap perkembangan bahasa anaknya semakin meningkat karena sering mengembangkan bahasa kedua mereka yaitu bahasa Indonesia tentu dalam situasi apapun cenderung menggunakan bahasa Indonesia, b. Belum Adanya Kerjasama yang Sinergis Antara Pihak Sekolah dan Orang Tua dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Rumah Guru memberikan bimbingan dan perhatian kepada semua siswa yang dibimbingnya ketika pembelajaran di rumah yang perlu bekerja sama dengan orang tua yang saat ini bertindak sebagai guru dalam pelaksana pembelajaran di rumah sesuai dengan tugas yang disusun oleh guru di sekolah. Sebagian orang tua siswa SD Negeri 2 Pengarasan mengalami kesulitan dalam mengajari anak terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena keterbatasan fasilitas dan sarana dalam menunjang pembelajaran, misalnya penyediaan buku ajar siswa seperti buku keterampilan berbicara anak, buku-buku cerita, dan buku latihan lainnya yang dijadikan pegangan orang tua dalam proses pembelajaran. Keterbatasan ekonomi menjadikan tidak semua orang tua tidak dapat memfasilitasi memberikan buku bacaan tambahan bagi anak. Selain itu, keterbatasan komunikasi atara guru dan orang tua selama pandemi tidak seluruhnya dapat lancar disebabkan keterbatasan orang tua memiliki seluler atau teknologi yang digunakan sebag ai pembelajaran daring dan pertemuan untuk komunikasi langsung pun belum mampu dilakukan karena jaga jarak yang harus dilakukan. Pihak sekolah menggunakan grup WhatsApp sebagai sarana dalam proses pembelajaran yang dapat dijangakau dan kemudahan dalam menerapkannya, tetapi masih banyak orang tua yang belum memiliki smartphone adapun yang sudah tetapi terkendala dengan jaringan internet. Orang tua yang belum memiliki smartphone terkadang tertinggal mengenai informasi-informasi yang diberikan guru melalui grup WhatsApp , sehingga yang orang tua lakukan bertanya kepada orang tua lain mengenai informasi mengenai tugas apa yang telah diberikan oleh guru. 2. Upaya Orang Tua dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Rumah a. Pembinaan Bahasa Indonesia Pada Anak Pembinaan bahasa Indonesia pada anak sebagai motivasi orang tua dalam mengembangkan keterampilan bahasa Indonesia pada anaknya tentu akan mempermudah dan mempercepat kemampuan bahasa anak melalui pembinaan yang dilakukan oleh orang tua secara terarah, terencana, dan berkesinambungan. Dalam pembinaan mengembangkan keterampilan bahasa anak terlihat sebagian orang tua yang selalu mengusahakan agar anak memiliki kemampuan dan kemajuan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Adapun upaya yang dilakukan orang tua dalam pembelajaran bahasa melalui pembinaan bahasa Indonesia pada siswa SD Negeri 2 Pengarasan di masa pandemi yaitu: ## 1) Pengembangkan Kemampuan Bahasa Anak Dengan Bercerita Kegiatan yang dilakukan oleh orang tua pada anak SD Negeri 2 Pengarasan yaitu melalui tindakan yang dilakukan orang tua dengan bercerita. Orang tua membacakan cerita-cerita teladan atau hal yang berkaitan dengan dunia anak-anak. Selain itu, orang tua yang selalu berinisatif untuk membeli buku-buku cerita anak dengan kalimat-kalimat pendek dan berilustrasi sehingga anak akan mengembangkan imajinasinya terkait dengan gambar yang dilihat. Setelah orang tua bercerita dan anak mendengarkan orang tua meminta untuk mengulangi cerita yang didengarkan agar anak bisa belajar dalam mengungkapkan apa yang telah dipahami dar i cerita tersebut, karena pada perkembangan bahasa anak usia 7 tahun anak lebih senang dalam bercerita menggunakan susunan kalimat dan bahasa percakapan seperti orang dewasa, anak juga senang dalam menulis cerita, misalnya cerita anak-anak yang penuh rekaan, seperti dongeng fabel Si Kancil yang Cerdik, Si Kelinci Yang Sombong dan Kura- kura, Kisah Kupu-kupu Yang Ingkar Kepada si Katak, dan lain sebagainya. Orang tua juga membantu dalam memilih buku yang akan dibelikan atau dipinjam mapupun dimiliki untuk anak. Selanjutnya, orang tua ikut mendampingi dalam membaca dan mempelajari buku yang dipelajari. Percakapan melalui kata-kata yang deskriptif dan selalu mengulangi kata-kata tersebut juga dilakukan karena semakin sering diulangi seorang anak akan mau membaca buku yang sama berulang kali sehingga imajinasi akan semakin terangkai dan memperkaya pemahaman mereka tentang dunia. Contohnya orang tua yang menceritakan dongeng tentang Si Kancil Yang Cerdik. Kegiatan bercerita ini akan merangsang imajinasi anak untuk membayangkan kejadian pada tingkah laku hewan yang memiliki sifat cerdik dengan adanya pesan moral yang sekaligus disampikan akan membuat anak berpikir dan belajar untuk menjadi anak yang lebih baik. Begitu pula ketika anak bertanya mengenai kejadian-kejadian pada cerita tersebut tentu orang tua akan menjawabnya hal inilah sebagai pengembangan berbicara anak di dalam proses berkomunikasi. Orang tua juga membiasakann anak untuk memilih buku cerita lalu orang tua menceritakannya sambil mengajarkan anak untuk membaca cerita akan menjadikan anak merasa bebas, terhibur dengan sendirinya, mengolah imajinasi dengan sendirinya, dan memunculkan berbagai pertanyaan yang biasanya akan dilontarkan kepada orang tua, Komunikasi secara aktif akan berjalan dengan baik ketika orang tua merespons dengan baik dan penuh keaktifan. Aktifitas tersebut mampu mengasah kemampuan membaca, mendengarkan, danmenyiapkan anak untuk memahami kata-kata tertulis. Kegiatan berikutnya yang dilakukan orang tua yakni meminta kepada anaknya untuk menceritakan terkait pengalamannya bersama teman-temannya atau menceritakan hal-hal lain yang mereka alami atau temui dalam kehidupannya. Hal ini juga akan merangsang anak untuk mengeksplorasi dan menggunakan kosa kata baru yang telah diperoleh selama pembelajaran bahasa di rumah maupun selama perkembangan bahasa sebelumnya. ## 2) Berkomunikasi Secara Aktif di dalam Keluarga Ketika di dalam keluarga terjalin komunikasi secara aktif, tentu hal ini dapat mendukung perkembangan kemampuan bahasa anak. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di ## METALINGUA ## Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia rumah pada siswa SD Negeri 2 Pengarasan, orang tua telah berperan aktif dalam berkomunikasi dengan anaknya, terlihat banyak diantara mereka selalu berkomunikasi dengan anaknya secara menyenangkan ketika berada di rumah, hal ini menimbulkan hubungan yang erat dan hubungan yang hangat sehingga keluargalah sebagai wadah yang baik bagi tumbuh kembang anak, apalagi untuk perkembangan bahasa anak yang secar a tidak langsung akan menambah perbendaharaan kata. Upaya dalam berkomunikasi secara aktif juga dilakukan orang tua melalui aktifitas berkomunikasi dengan lancar dan aktif, serta tidak melarang anak bercerita, tidak menceramahi anak, menekan anak, dan memaksa anak untuk bercerita atau menyampaikan pendapatnya, akan tetapi orang tua membebaskan anak untuk menyampaikan pengalaman atau pendapatnya kapan saja dan di mana saja ketika mereka menginginkannya. Contoh dapat dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari, aktifitas yang dijalankan anak ketika mereka berbaur dengan keluaraga maupun temannya ada peristiwa yang dialamai dan merangsang anak untuk bertanya. 3) Mengenalkan dan Membiasakan Penerapan Kesantunan Berbahasa Pada usia 6 atau 7 tahun anak telah mampu menggunakan kalimat yang lebih kompleks. Motivasi orang tua dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak secara berkelanjutan. Seperti yang dilakukan oleh orang tua pada siswa SD Negeri 2 Pengarasan dengan beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak dan mencegah bahasa anak yang tidak santun diantaranya orang tua selalu membiasakan mengucapkan kalimat yang baik dan meluruskan ucapan anak bila ada yang belum tepat agar dasar-dasar penggunaan bahasa Indonesia yang baik dikuasai anak dengan baik. Orang tua pun telah mengajarkan kata yang sudah diajarkan dengan melatih penggunaannya melalui cara mendengarkan anak berbicara dan menyimak kata-kata yang terlontar dari anak saat berkomunikasi sembari memperbaiki kata-kata yang kurang sopan dan membiasakan bahasa anak yang baik dan benar terhadap lawan tuturnya. Tindakan orang tua siswa SD Negeri 2 Pengarasan yang membiasakan bertanya kepada anak mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi, karena usia tersebut anak sudah mengenal berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Misalnya ada anak yang bergabung dengan orang dewasa, karena keadaan lingkungan yangdan pergaulan yang kurang mendukung ada orang dewasa yang berkomunikasi secara tidak baik atau tidak sopan, seperti melontarkan kata-kata kasar, misanya kata ‘anjay’, ‘jancuk’, ‘dodol’ dan lain sebagainya, hal ini tentu bisa mempengaruhi anak sehingga anak akan berani melontarkan kata-kata yang seharusnya seusia mereka tidak berhak mendengarkan bahkan melontarkan kata-kata kasar. Karena biasanya apa yang mereka dengar akan mereka ikuti atau tirukan, maka peran orang tua harus memelihara bahasa yang baik misalnya dengan cara bermain dengan anak di rumah, melakukan rekreasi dengan anak, dan mengajak teman-temannya untuk bermain ke rumah, orang tua juga bisa menegur anak secara baik penuh kasih sayang, mengingatkan anak dengan bahasa yang baik, dan memperbaiki bahasa anak dengan bahasa yang sopan. ## SIMPULAN Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada Siswa SD Negeri 2 Pengarasan mencakup berbagai upaya yang dilakukan orang tua demi mengembangkan keterampilan bahasa Indonesia pada anak. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di rumah dengan melibatkan peranan orang tua bahwa kegiatan pembelajaran adanya kendala yang dirasakan orang tua dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu 1) status pendidikan dan ekonomi orang tua berpengaruh terhadap penggunaan bahasa pertama orang tua (bahasa ibu) yang akan berpengaruh dalam penggunaan bahasa anak dan 2) belum maksimalnya kerjasama yang sinergis antara pihak sekolah dan orang tua dalam pembelajar an bahasa Indonesia di rumah seperti penyediaan buku ajar dan kunjungan guru ke rumah peserta didik untuk melihat proses pembelajaran dan perkembangan si anak. Adapun upaya yang dilakukan orang tua melakukan pembinaan bahasa Indonesia secara baik meliputi: 1) pengembangkan kemampuan berbahasa dengan bercerita, seperti orang tua yang membacakan cerita-cerita teladan atau hal yang berkaitan dengan dunia anak-anak. 2) berkomunikasi secara aktif di dalam keluarga demi terjalinnya hubungan yang erat dan hubungan yang hangat sehingga si anak akan selalu aktif dalam berkomunikasi dengan keluarga lainnya, dan 3) mengenalkan dan membiasakan penerapan kesantunan berbahasa dengan cara menyimak dan mengamati kata- kata yang disampaikan anak saat berkomunikasi dan menyampaikan perbaikan kata-kata yang kurang sopan ## REFERENSI Cahyati, N., & Kusumah, R. (2020). Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Pembelajaran Di Rumah Saat Pandemi Covid 19. Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi , 04 (1), 4–6. Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja . Jakarta: Ghalia Indonesia. Dina, L. (2020). Respon Orang Tua Terhadap Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini. , 2 ( 1) , 46-52. Djumingin, S. (2015). Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Lesson Study. In Universitas Negeri Makasar . Gusti, S., Nurmiati, & Nurmiala. (2020). Belajar Mandiri Pembelajaran Daring Di Tengah Pandemi Covid-19 . Jakarta: Yayasan Kita Menulis. Irma, C. N., Nisa, K., & Sururiyah, S. K. (2019) . Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di TK Masyithoh 1 Purworejo. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 3 ( 1) , 214. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i1.152 Kurniah, N. (2017). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini Ditinjau Dar i Latar Belakang Pendidikan. Jurnal Potensia: Pendidikan Bahasa Indonesia. , 2 (1), 39–46. Lilawati, A. (2020). Peran Orang Tua dalam Mendukung Kegiatan Pembelajaran di Rumah pada Masa Pandemi. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 5 (1), 549. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.630 Mainizar, M. (2013). Peranan Orang Tua Dalam Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Pada Anak Usia 2-6 Tahun. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama Dan Jender , 12 (1), 91. https://doi.org/10.24014/marwah.v12i1.5 16 Milman, N. B. (2015). Distance Education. In International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences . Moleong, L. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nursyaidah. (2013). Model Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif. Jurnah: Logaritma , I (01), 65–74. Rahman, S. R. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal of Educational of Science , 02 (02), 81–89. Sumartini, S., & Johariyah, S. (2009). Pembelajaran bahasa indonesia yang nyaman dan menyenangkan dengan metode permainan bahasa. Al-Badiyah , 2 (1), 207–230. Zahra, T., Wardhani, Y., & Krisnani, H. ( 2020) . Optimalisasi Peran Pengawasan Orang Tua Dalam Pelaksanaan Sekolah Onli Ne Di Masa Pandemi Covid-19 Universitas Padjadjaran. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Mayarakat , 7 (1), 48–59. ## METALINGUA ## Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JOURNALS
6ed8c5e6-86c3-4106-855d-4a78db1694f6
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/perspektif/article/download/13988/8063
## IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK PADA SITUS WEB PEMERINTAH DAERAH SE-SULAWESI SELATAN Fathur Firman Syeh 1 , Andi Subhan Amir 2 , Nosakros Arya 3 1,2,3 Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin e-mail: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] ## Abstrak Masyarakat secara luas memperoleh hak atas informasi publik sejak Undang-Undang No.14 Tahun 2008 (UU KIP) disahkan. Berdasarkan UU KIP itu maka setiap Badan Publik berkewajiban untuk mengumumkan informasi publik non-dikecualikan pada berbagai saluran informasi, termasuk situs web resmi milik Pemda sendiri. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterbukaan informasi publik yang ditampilkan pada situs web Pemerintah Daerah di Sulawesi Selatan di tahun 2022. Penelitian ini dilakukan dengan teknik sensus ( total sampling ) untuk menentukan populasi, yaitu sebanyak 24 situs web resmi milik Pemerintah Kabupaten atau Kota Se-Sulawesi Selatan. Menggunakan metode analisis isi kuantitatif dengan tipe deskriptif. Data primer diperoleh dari pengisian lembar coding untuk menilai keterbukaan informasi, adapun indikator kelengkapan informasi bersumber dari Peraturan Komisi Informasi No.1 Tahun 2021 tentang Standar Layanan Informasi Publik (Perki SLIP). Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan literatur yang relevan dengan objek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa situs web pemerintah daerah se-Sulawesi Selatan sebagai saluran komunikasi massa digital dan inisiatif e-government belum menunjukkan hasil yang maksimal. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 49,24% situs web yang menampilkan informasi secara ‘tidak lengkap’, 28,41% situs web yang menampilkan informasi secara ‘cukup lengkap’, dan 22,35% situs yang menampilkan secara ‘lengkap’. Kata kunci: E-Government, Situs Web Pemerintah Daerah, UU KIP ## IMPLEMENTATION OF PUBLIC INFORMATION DISCLOSURE ON SOUTH SULAWESI REGIONAL GOVERNMENT WEBSITES ## Abstract Society has had the right to public information since Law No. 14 of 2008 (UU KIP) was passed. Based on the UU KIP, every public agency is obliged to publish public information through various channels, including the local government's official website. Therefore, this study analyzes public information displayed on websites in South Sulawesi in 2022. This research was conducted using a census technique (total sampling) to determine the population of as many as 24 official websites belonging to the Regency/City Government of South Sulawesi. Using quantitative content analysis method with descriptive type. Primary data is obtained by filling in the coding sheet to assess the complete information. In contrast, are the indicator of completeness of information comes from Information Commission Regulation No.1 of 2021 concerning Public Information Service Standards (Perki SLIP). At the same time, the secondary data was obtained from the study of literature and literature relevant to the object of research. The study results show that local governments' websites throughout South Sulawesi as digital mass communication channels and e-government initiatives have not shown maximal results. Based on the data obtained, 49.24% of websites display 'incomplete' information, 28.41% display 'quite complete' information, and 22.35% display 'complete' information. Keywords: E-Government, Local Government Website, UU KIP ## PENDAHULUAN Kebebasan untuk mencari, menerima, memberikan dan menggunakan informasi untuk penciptaan, akumulasi dan penyebaran pengetahuan menjadi salah satu poin dari 67 prinsip dasar utama Declaration of Principles tentang Building the Information Society: A Global Challenge in the New Millennium pada World Summit on the Information Society (WSIS) yang diadakan di Jenewa-Swiss, Tahun 2003. Prinsip tersebut sejalan dengan salah satu pasal dalam konstitusi tertinggi di Indonesia yaitu UUD 1945 Pasal 28F yang berbunyi: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”. Dalam hal tersebut bahawa setiap orang memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan infromasi sesuai dengan kebutuhannya. Terutama pada saat ini sebagai era keterbukaan informasi, dan penguasaan informasi yang telah menjadi determinasi pencerdasan sekaligus pendulum kemajuan bangsa (Lendon, 2020). Pasca gerakan reformasi di tahun 1998, masyarakat menuntut agar penyelenggara pemerintah di Indonesia melaksanakan pelayanan publik yang lebih baik, dan menuntut agar terciptanya ruang bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengawalan pemerintahan sampai diproses pengambilan kebijakan karena otoritarianisme sangat bertentangan dengan hak asasi manusia, dan berlawanan dengan demokrasi. Menurut (Fahri & Unde, 2018), Pemerintah sebelum reformasi dulunya memiliki system politik yang bersifat satu arah dan otoriter, dalam hal ini pemeritah sebagai komunikator tunggal yang menjadi alat pengontrol negara kepada masyarakat. kemudian berubah menjadi terbuka atau demokratis dan interaktif yang lebih mengedepankan diskusi untuk menyamakan persepsi dan pendapat. Maka dari itu muncullah istilah ‘ Clean and Good Governance’ di Indonesia. Keterbukaan informasi di negara yang berlabel demokrasi merupakan aspek yang paling penting, oleh karena itu hal ini merupakan agenda reformasi yang harus segera diselesaikan. Pemerintah kemudian mengesahkan Undang-Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya akan disingkat UU KIP atau UU No.14/2008). UU KIP diharapkan akan membangun keterbukaan informasi di lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang selama ini dianggap sulit dijangkau masyarakat dan secara khusus, eksistensi regulasi mengenai keterbukaan informasi publik dapat mendorong masyarakat menjadi lebih demokratis dengan memungkinkan adanya akses masyarakat terhadap informasi yang dimiliki pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga publik lain seperti lembaga pendidikan dan lembaga kesehatan (Alawiah et al., 2018). Kehadiran UU KIP sebagai sebuah lompatan besar dalam sejarah Indonesia. Menurut (Lendon, 2020), paradigma informasi yang sebelumnya tertutup dan dimonopoli oleh elit penguasa, kini diserahkan kepada rakyat. Oleh karena itu keterbukaan informasi publik merupakan pondasi dalam membangun tata pemerintahan yang baik ( Good Governance ) yang transparan, terbuka dan partisipatoris dalam seluruh proses pengelolaan kenegaraan, termasuk seluruh proses pengelolaan sumber daya publik sejak dari proses pengambilan keputusan, sampai dengan pelaksanaan serta evaluasi (Alawiah et al., 2018). Terlebih juga akan manfaat dari keterbukaan informasi yakni pencegahan korupsi (Cangara et al., 2020; Maria & Halim, 2021), kompetisi penyedia yang monopolistik, dan perselisihan informasi (Lubis et al., 2018). ## Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Sejak UU KIP disahkan, telah banyak pemerintah daerah yang mulai menjalankan terutama dalam hal penyampaian informasi melalui situs web resmi pemerintah daerah masing-masing. Mengingat bahwa salah satu hal esensial dalam implementasi UU KIP oleh badan publik adalah konten informasi itu sendiri (Noor, 2019). Namun demikian, masih terdapat Badan Publik yang belum menampilkan informasi sesuai standar yang telah diamanatkan dalam undang-undang seperti hanya menampilkan informasi yang kurang lengkap dan informasi mengenai hal umum (Nupikso, 2015; Perdana et al., 2018; Prasetya, 2015; Susilo, 2020). Informasi keuangan menjadi subjek yang lebih sulit didapat ketimbang informasi lain seperti profil, program dan kegiatan, lokasi dan alamat (Cheisviyanny et al., 2020; Nupikso, 2015; Prahono & Elidjen, 2017; Prasetya, 2015; Susilo, 2020). Selain itu, informasi yang ditampilkan oleh situs web pemerintah belum memenuhi prinsip good governance (transparansi, akuntabilitas, dan partisipatoris) (Shobaruddin, 2021). Potret Keterbukaan Informasi Publik di daerah Sulawesi Selatan, dapat dilihat pada Indeks Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2021 yang dirilis oleh Komisi Informasi Pusat. Pada indeks tersebut disusun berdasarkan asesmen dari 319 informan ahli nasional dan provinsi yang mencakup berbagai dimensi dalam aspek keterbukaan informasi seperti (1) dimensi politik; (2) dimensi ekonomi; dan (3) dimensi hukum. Provinsi Sulawesi Selatan mencapai kategori ‘sedang’ dengan poin 68,31. Jika diurutkan dari peraih skor tertinggi sampai terendah, Sulsel berada di posisi 26 dari 34 Provinsi di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat secara khusus menggambarkan Potret Keterbukaan Informasi Publik khususnya pada saluran Situs Web Resmi Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat terkait penerapan UU KIP khususnya pada situs web pemerintah daerah Se-Sulawesi Selatan dan sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja Badan Publik di lingkup Pemda dalam menyediakan informasi publik yang sesuai dengan UU KIP. ## METODE Penelitian ini menggunakan analisis isi kuantitatif. Analisis isi kuantitatif adalah pengecekan simbol-simbol komunikasi yang sistematis dan dapat direplikasi, yang telah diberi nilai numerik sesuai dengan aturan pengukuran yang valid, dan analisis hubungan yang melibatkan nilai-nilai tersebut menggunakan metode statistik, untuk menggambarkan komunikasi, menarik kesimpulan tentang maknanya, atau menyimpulkan dari komunikasi ke konteksnya, baik produksi maupun konsumsi (Riffe et al., 2019: 23). Hal tersebut untuk memberikan gambaran implementasi keterbukaan informasi publik pada seluruh situs web pemda yang ada di Sulawesi Selatan. Penggambaran atas hasil penelitian ini sesuai dengan jenis penelitian yaitu deskriptif kuantitatif. Proses penelitian berlangsung selama kurang lebih dua bulan, terhitung sejak bulan Juni 2022 hingga Juli 2022 pada total populasi penelitian yaitu 24 situs web resmi pemerintah daerah se-Sulawesi Selatan yang dapat di lihat pada tabel 1. Pengumpulan data menggunakan observasi langsung secara online pada populasi penelitian yang kemudian dilakukan pengukuran pada sebuah lembar coding. Pengukuran tersebut disebut sebagai pengkodingan. Pengkodingan dilakukan dengan memberikan penilaian sebuah situs web berdasarkan ketersediaan informasi (teks atau objek) dan minimal haru dilakukan oleh dua orang. Bila informasi dapat ditemukan maka diberi nilai 1 disertai bukti hyperlinknya dan nilai 0 bila informasi tidak dapat ditemukan. Kemudian, nilai dari pemenuhan indikator akan dihitung dan diberi nilai dengan ketentuan sebagai berikut: 0=Jika tidak ada indikator yang terpenuhi 1=Jika indikator yang dipenuhi hanya sebagian 2=Jika indikator terpenuhi semua. Indikator dalam lembar coding sebagai instrumen pengukuran mengacu pada Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Standar Layanan Informai Publik (Perki SLIP) dan dapat dilihat pada tabel 2. Selanjutnya teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: (1) Seluruh hasil koding dari 24 website ditabulasi untuk melihat jumlah poin yang diperoleh oleh masing-masing website pemda; (2) Kemudian setiap indikator untuk masing-masing website dianalisis secara deskriptif dengan dasar jumlah poin yang diperoleh masing-masing website. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Uji Reliabilitas Data yang telah didapatkan dari pengisian lembar koding di uji reliabilitasnya terlebih dahulu. Hasil temuan data dari masing-masing coder akan dibandingkan dengan cara melihat persamaan dan perbedaannya. Tujuan dari uji reliabilitas ini adalah untuk memastikan objektivitas penelitian dan meminimalisir bias peneliti. Teknik pengukuran apakah data yang ditemukan telah teruji reliabilitasnya digunakan rumus Holsti yang ketika hasil penghitungan coefficient reliability menunjukkan nilai di atas 0,7 maka data dapat dikatakan reliabel. Hasil dari uji reliabilitas ini bisa dilihat pada tabel 3. 2. Kelengkapan Informasi Pada Situs Web Pemda Berdasarkan data yang diperoleh secara keseluruhan tentang deskripsi berdasarkan klasifikasi kelengkapan informasi (tabel 4), data tersebut menunjukkan bahwa akumulasi persentase informasi yang tidak lengkap sebesar 49,24% dari total sampel yang diteliti kemudian cukup lengkap sebesar 28.41% dan informasi yang lengkap sebesar 22.35%. Ketiga nilai persentase ini adalah persentase keseluruhan berdasarkan Informasi yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala. Simbol ƒ memiliki arti frekuensi data (seberapa sering sebuah data muncul pada setiap kategori). Pada bagian informasi yang ditampilkan secara ‘tidak lengkap’ didominasi oleh informasi mengenai Laporan Akses Informasi Publik (ID: AIP5) dengan total sebanyak 24 website atau sebesar 100%. Selanjutnya dengan nilai persentase terbesar kedua ditemukan pada kategori Laporan Keuangan yang Telah Diaudit (ID: LKA4) dengan total sebanyak 21 situs web atau sebesar 87,5% dari total sampel yang diteliti. Lalu pada posisi ketiga terdapat dua kategori yang memiliki frekuensi yang sama banyaknya, kategori tersebut adalah Informasi Tentang Program dan Kegiatan (ID: PK2) dan Informasi Tentang Kinerja Badan Publik (ID: KBP3) dengan jumlah sebanyak 19 situs web atau sebesar 79,17% dari total sampel yang diteliti. Kategori informasi dengan persentase terbesar keempat terdapat pada Informasi Ketenagakerjaan (ID: TK10) dengan frekuensi sebanyak 13 situs web atau sebesar 54,17%. Kemudian pada posisi persentase terbesar kelima terdapat pada kategori Informasi Tentang Prosedur Memperoleh Informasi Publik (PMI7) yaitu sebesar 45.83% atau sebanyak 11 situs web. Jika diurutkan dari perolehan persentase dari yang terbesar sampai terkecil dapat melihat gambar 1. Untuk informasi yang ditampilkan secara ‘cukup lengkap’ ditemukan paling banyak pada 20 situs web pada kategori Informasi Pengadaan Barang dan Jasa (ID: PBJ9) dengan persentase sebesar 83,3% dari sampel yang diteliti. Kemudian terbanyak kedua dengan jumlah 19 situs web ditemukan pada kategori Profil Badan Publik (ID: PBP1) dengan persentase sebesar 79,17%. Selanjutnya persentase terbesar ketiga yaitu 75% dari sampel yang diteliti ditemukan pada kategori Informasi Regulasi (ID: KP6) atau sebanyak 18 situs web. Informasi tentang Tata Cara Melaporkan Penyelewengan (ID: TP8) berada pada posisi keempat terbanyak dengan jumlah 15 situs web atau 62,5% dari sampel yang diteliti. Posisi kelima terdapat pada kategori Prosedur Memperoleh Informasi (ID: PMI7) yaitu sebanyak 3 website atau sebesar 12,5% dari total sampel yang diteliti. Disusul pada posisi keenam sebanyak 2 website atau 8,33% terdapat pada kategori Informasi Bencana dan Keadaan Darurat (ID: PE11). Posisi terakhir ditempati oleh kategori yang belum disebutkan atau 5 (lima) kategori sekaligus dengan jumlah 0 situs web atau persentase sebesar 0%. Jika diurutkan dari perolehan persentase dari yang terbesar sampai terkecil dapat melihat gambar 2. Kemudian pada informasi yang ditampilkan secara ‘lengkap’ pada situs web Pemerintah Daerah paling banyak ditempati oleh kategori dengan ID: PE11 atau Informasi Tentang Bencana dan Keadaan Darurat dengan frekuensi situs web sebanyak 14 atau persentase sebesar 58,33% dari sampel penelitian. Lalu di posisi kedua terdapat kategori informasi mengenai Informasi Ketenagakerjaan (ID: TK8) dengan persentase sebesar 45,83% dari total sampel atau sebanyak 11 situs web. Kemudian kategori terlengkap ketiga terdapat pada kategori informasi Prosedur Memperoleh Informasi (ID: PMI7) dengan persentase sebesar 41,67% dari total sampel atau sebanyak 10 situs web. Posisi keempat terdapat pada kategori informasi Tata Cara Melaporkan Penyelewengan (ID: TP8), Profil Badan Publik (ID: PBP1), Informasi Program dan Kegiatan (ID: PK2), Informasi Tentang Kinerja Badan Publik (ID: KBP3) yang masing-masing sebanyak 5 situs atau 20,84% dari sampel yang diteliti. Selanjutnya posisi kelima ditemui kategori informasi tentang Laporan Keuangan yang Telah Diaudit (ID: LKA4) yakni sebanyak 3 situs dengan persentase sebesar 12,5% dari sampel yang diteliti. Kategori informasi Laporan Akses Informasi (ID: AIP5), Informasi Regulasi (ID: KP6), Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ9) sama- sama menempati posisi paling rendah dalam klasifikasi dengan frekuensi situs sebanyak 0 dengan persentase sebesar 0% dari sampel yang diteliti. Jika diurutkan dari perolehan persentase dari yang terbesar sampai terkecil dapat melihat gambar 3. Tabel 1. Populasi Situs Web Resmi Pemda yang Ada di Sulawesi Selatan No. Nama Kab/Kota Alamat Situs Web 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Kota Makassar Kota Palopo Kota Parepare Kabupaten Bantaeng Kabupaten Barru Kabupaten Bone Kabupaten Bulukumba Kabupaten Enrekang Kabupaten Gowa Kabupaten Jeneponto Kabupaten Kep. Selayar Kabupaten Luwu Kabupaten Luwu Timur Kabupaten Luwu Utara Kabupaten Maros https://makassarkota.go.id/ https://palopokota.go.id/ https://pareparekota.go.id/ https://bantaengkab.go.id/ https://barrukab.go.id/ https://bonekab.go.id/ https://bulukumbakab.go.id/ https://enrekangkab.go.id/ https://gowakab.go.id/ https://jenepontokab.go.id/ https://kepulauanselayarkab.go.id/ https://luwukabkab.go.id/ https://luwutimurkab.go.id/ https://luwuutarakab.go.id/ https://maroskab.go.id/ ## Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis ## Sumber: olahan peneliti Tabel 2. Indikator Pengukuran Kelengkapan Informasi 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kabupaten Pangkep Kabupaten Pinrang Kabupaten Sidenreng Rappang Kabupaten Sinjai Kabupaten Soppeng Kabupaten Takalar Kabupaten Tana Toraja Kabupaten Toraja Utara Kabupaten Wajo https://pangkepkab.go.id/ https://pinrangkab.go.id/ https://sidrapkab.go.id/ https://sinjaikab.go.id/ https://soppengkab.go.id/ https://takalarkab.go.id/ https://tanatorajakab.go.id/ https://torajautarakab.go.id/ https://wajokab.go.id/ No. Kode Deskripsi Sumber (Perki SLIP 2021) Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PBP1 PK2 KBP3 LKA4 AIP5 KP6 PMI7 TP8 PBJ9 Informasi tentang profil badan public Ringkasan informasi tentang program atau kegiatan yang sedang dijalankan Ringkasan informasi tentang kinerja Ringkasan laporan keuangan yang telah diaudit Ringkasan laporan akses informasi public Informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang mengikat dan berdampak bagi publik Informasi prosedur memperoleh informasi Informasi tentang tata cara pengaduan penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran Informasi pengadaan barang dan jasa Informasi ketenagakerjaan Pasal 14 ayat (2) huruf b Pasal 14 ayat (2) huruf a Pasal 14 ayat (2) huruf c Pasal 14 ayat (2) huruf d Pasal 14 ayat (2) huruf e Pasal 14 ayat (2) huruf f Pasal 14 ayat (2) huruf g Pasal 14 ayat (2) huruf h Pasal 14 ayat (2) huruf i Profil daerah, kedudukan atau alamat kantor, visi & misi, profil kepala daerah, struktur organisasi, E- LHKPN RKPD 2020 LKjIP 2021/ LPPD 2021 LHP LKPD 2021 Jumlah permintaan, waktu yang diperlukan, jumlah pemohon yang dikabulkan dan ditolak minimal setahun terakhir, alasan penolakan. Sosialisasi dan hyperlink JDIH Tata cara memperoleh informasi publik, pengajuan keberatan, dan kontak yang bisa dihubungi. Sosialisasi dan hyperlink ke LAPOR! dan/atau WBS Sosialisasi dan hyperlink ke E-LPSE Sumber: olahan peneliti dari Perki SLIP 2021 Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Sumber: olahan peneliti Tabel 4. Hasil Penilaian Sumber: olahan peneliti 10 11 TK10 PE11 Informasi prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi keadaan darurat Pasal 14 ayat (2) huruf j Pasal 14 ayat (2) huruf k Informasi apapun terkait ketenagakerjaan minimal setahun terakhir Informasi apapun terkait becana alam dan/atau informasi Covid-19 termutakhir ID Coefficient Reliability PBP1 PK2 KBP3 LKA4 AIP5 KP6 PMI7 TP8 PBJ9 TK10 PE11 0,95 1 0,95 1 0,91 1 0,87 0,95 0,87 1 0,79 No. Kode Tidak Lengkap Cukup Lengkap Lengkap 1 PBP1 ƒ0 = 0% ƒ0 = 79.17% ƒ5 = 20.83% 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 PK2 KBP3 LKA4 AIP5 KP6 PMI7 TP8 PBJ9 TK10 PE11 ƒ19 = 79.1% ƒ19 = 79.1% ƒ21 = 87.50% ƒ24 = 100% ƒ6 = 25% ƒ11 = 45.83% ƒ4 = 16.67% ƒ4 = 16.67% ƒ13 = 54.17% ƒ9 = 37.50% ƒ0 = 0% ƒ0 = 0% ƒ0 = 0% ƒ0 = 0% ƒ18 = 75% ƒ3 = 12.50% ƒ15 = 62.50% ƒ20 = 83.33% ƒ0 = 0% ƒ0 = 0% ƒ5 = 20.83% ƒ5 = 20.83% ƒ3 = 20.83% ƒ0 = 0% ƒ0 = 0% ƒ10 = 41.67% ƒ5 = 20.83% ƒ0 = 0% ƒ11 = 45.83% ƒ15 = 62.50% ## Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis ## Sumber: olahan peneliti Gambar 1. Hasil Poin Informasi ‘Tidak Lengkap’ dari Persentase Kategori Terkecil ke yang Terbesar Sumber: olahan peneliti Gambar 2. Hasil Poin Informasi ‘Cukup Lengkap’ dari Persentase Kategori Terkecil ke yang Terbesar Sumber: olahan peneliti Gambar 3. Hasil Poin Informasi ‘Lengkap’ dari Persentase Kategori Terkecil ke yang Terbesar ## SIMPULAN Seluruh Situs Web Pemda Se-Sulawesi Selatan belum maksimal dalam menampilkan Informasi Publik wajib disediakan dan diumumkan secara berkala yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 49,24% situs web menyampaikan informasi secara ‘tidak lengkap’. 28,41% secara ‘cukup lengkap’, dan hanya 22,35% yang disampaikan secara ‘lengkap’. Kategori Informasi yang paling banyak ditampilkan secara lengkap adalah Informasi tentang Bencana dan Keadaan Darurat, berdasarkan data memperoleh persentase sebesar 62,5% atau sebanyak 15 situs dari total sampel telah menjalankan aturan ini. Kategori Informasi yang paling banyak tidak ditampilkan secara lengkap adalah Informasi Tentang Laporan Akses Informasi Publik (ID: AIP5) dengan persentase sebesar 100% atau dapat dikatakan seluruh situs web Pemda di Sulsel tidak menampilkan informasi kategori ini. Situs Web milik Pemerintah Daerah Toraja Utara meraih nilai tertinggi dengan persentase kelengkapan 63%, sedangkan situs web milik pemda yang mendapatkan nilai terendah ditemukan pada situs web pemkot Makassar, pemkab Luwu Utara, dan pemkab Maros. Ketiganya sama-sama mendapatkan nilai kelengkapan sebesar 13%. ## DAFTAR PUSTAKA Alawiah, T., Rusli, D., & Wibowo, A. (2018). Impelementasi Kebijakan Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Jurnal Kybernologist . Vol. 3. No. 1, Februari: 16-42. Cangara, H., Amir, S., & Arya, N. (2020). Media Control on Corruption In Local Goverment ; Create Clean And Justice Government In South Sulawesi Province (Analysis of the Role of the Media in the Era of Regional Autonomy). Advances in Social Sciences Research Journal , 7 (2), 119– 132. https://doi.org/10.14738/assrj.72.7786 Cheisviyanny, C., Helmy, H., & Dwita, S. (2020). Analisis Kualitas Website Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. Simposium Nasional Keuangan Negara , 1 (1), 1087–1104. Fahri, M. E., & Unde, A. A. (2018). Analisis Peran dan Fungsi Humas Pemerintah di Era Keterbukaan Informasi Pada Sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tengah. KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 7. No.2, September: 175-183. Lendon, E. N. (2020). Melawan Korupsi Informasi Membangun Demokrasi. Dalam Lendon, E. N. (ed): Bunga Rampai Satu Dekade Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia . Indonesia: Komisi Informasi Pusat RI. Lubis, M., Kusumasari, T. F., & Hakim, L. (2018). The Indonesia Public Information Disclosure Act (UU-KIP): Its Challenges and Responses. International Journal of Electrical and Computer Engineering , 8 (1), 94–103. https://doi.org/10.11591/ijece.v8i1.pp9 4-103 Maria, E., & Halim, A. (2021). E-government dan Korupsi: Studi di Pemerintah Daerah, Indonesia dari Perspektif Teori Keagenan. EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan Keuangan) . https://ejournal.stiesia.ac.id/ekuitas/arti cle/view/4789 Noor, M. U. (2019). Inisiasi Masyarakat Informasi di Indonesia Melalui Implementasi Keterbukaan Informasi Publik : Satu Dekade Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Khizanah Al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, Dan Kearsipan , 7 (1),11. https://doi.org/10.24252/kah.v7i1a2 Nupikso, D. (2015). Implementasi Keterbukaan Informasi Publik Dalam Website Pemerintah Daerah. JURNAL IPTEKKOM. Vol 17. No. 2, Desember: 113-128. Perdana, A., Asrinaldi, & Asmawi. (2018). Implementasi UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kota Pariaman. JISPO (Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik) , 8 (2), 72–87. Prahono, A., & Elidjen. (2017). Evaluating the Implementation of Public Information Disclosure on the Official Website of Indonesian Ministries. Procedia Computer Science , 116 , 54–60. https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.10 .008 Prasetya, N. M. (2015). Pemanfaatan Website Organisasi Sebagai Media Keterbukaan Informasi Publik: Studi pada Website PSSI. Jurnal KOMUNIKATOR , 7 (1), 20–32. Riffe, D., Lacy, S., Watson, B. R., & Fico, F. (2019). Analyzing Media Messages Using Quantitative Content Analysis in Researc (4th ed.). Routledge. Shobaruddin, M. (2021). Development of Government Website Studies in Indonesia Within 10 Years (2011- 2020). 3rd Annual International Conference on Public and Business Administration (AICoBPA 2020) ,385– 389.
10b998c3-f46a-407c-a945-d405f7e2c5ea
https://ejournal.uit-lirboyo.ac.id/index.php/psikologi/article/download/1327/884
https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/psikologi https://doi.org/10.33367/psi.v6i1.1327 ## Self-Healing sebagai Metode Pengendalian Emosi M. Anis Bachtiar 1 , Aun Falestien Faletehan 2* ## UIN Sunan Ampel Surabaya [email protected] , [email protected] *Correspondence Article Information: Received 20 September 2020 Revised 24 April 2021 Accepted 19 May 2021 Keywords: Emotion management; Pencak silat; Self-healing; Spiritual development ## Abstract The problems of stress and failure in emotion management among teenagers have always been a major concern among scholars and practitioners. Recent literature has been trying to find the best formula to help teenagers to control their emotions. This study aims to examine the influence of self-healing on teenagers' emotion management. Based on an experimental- quantitative approach including both pre-test and post-test designs, this study details how structured training and practice of self-healing may help individuals in managing their emotions. By taking a research setting in one of the theoretically selected educational institutions, this study periodically tested and observed 40 students as training participants. As a result, apart from demonstrating the uniqueness osf self-healing training which involves spiritual development processes (e.g., pembaiatan, religious learning) and physical exercise (e.g., pencak silat, relaxed breathing training), the findings also show that self-healing has a positive impact on students' ability to control their emotion. Kata Kunci: Pengendalian emosi; Pengembangan spiritual; Pencak silat; self-healing ## Abstrak Problematika stress dan kegagalan pengendalian emosi dikalangan remaja selalu menjadi perhatian utama dikalangan akademisi dan praktisi. Beberapa literatur mutakhir masih berusaha menemukan formula terbaik untuk membantu remaja dalam mengendalikan emosi. Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh self-healing terhadap kemampuan pengendalian emosi remaja. Dengan menggunakan pendekatan eksperimen- kuantitatif berbasis desain pre-test dan post-test , studi ini menjelaskan bagaimana sebuah pelatihan dan praktek self- healing terstruktur bisa membantu seseorang dalam mengendalikan emosi. Melalui pengambilan setting penelitian di salah satu lembaga pendidikan yang sudah terseleksi secara teoritis, studi ini menguji dan mengobservasi 40 siswa sebagai partisipan pelatihan secara berkala. Hasilnya, selain mendemonstrasikan keunikan pelatihan self-healing yang melibatkan proses pengembangan spiritual (misal: pembaiatan, pengajian) dan penguatan raga (misal: pencak silat, pelatihan pernafasan), temuan riset juga menunjukkan bahwa pelatihan self-healing berdampak positif terhadap kemampuan siswa dalam mengendalikan emosinya. ## PENDAHULUAN Kalangan remaja terutama bagi mereka yang masih berada di bangku sekolah, termasuk kelompok yang rentan mengalami stress (Ben Mabrouk dkk., 2017; Elliott, 2014; Jacob dkk., 2013; van Berkel & Reeves, 2017). Di samping masih berada dalam masa pencarian jati diri yang terkadang membingungkan, mereka juga dituntut untuk bisa berhasil dalam hal akademik dan juga kehidupan sosial (Franco dkk., 2019; Koudela-Hamila dkk., 2020). Banyak dari anak muda yang kemudian gagal dalam mengendalikan emosi akibat tidak bisa membagi waktu antara urusan akademik, kebutuhan sosial, dan keperluan relaksasi (Eltink dkk., 2018; Fogaca, 2021; Lin dkk., 2020), sehingga memicu emosi negatif atau marah yang pada akhirnya memicu penyimpangan buruk di kalangan remaja (Das & Avci, 2015). Secara khusus untuk siswa, penyebab stress biasanya muncul dari faktor terkait akademik, dinamika aktivitas kelompok, relasi sosial, aspek interpersonal, faktor dorongan dan tuntutan personal, dan proses pembelajaran di kelas (Melaku dkk., 2015). Melihat peliknya problem pengendalian emosi dikalangan remaja, sejumlah peneliti mengarahkan perlunya manajemen emosi untuk mengurangi tingkatan stress sekaligus bermanfaat untuk membenahi kinerja akademik siswa dan membantu mereka dalam membangun relasi sosial yang positif di lingkungan sekitar (Fogaca, 2021; Moore dkk., 2021). Pengendalian emosi, atau anger management, merupakan skill mereduksi amarah atau stress yang diperlukan semua individu (Kadiyono & Anmarlina, 2016). Amarah adalah emosi yang normal dialami setiap orang (Ayebami & Janet, 2017) dan mencakup banyak perasaan seperti takut, malu, bersalah, tidak berdaya dan lemah. Meskipun kemarahan adalah bagian penting dari fitrah manusia yang terkadang membantu untuk beradaptasi dan bertahan menghadapi tantangan hidup (Pilania dkk., 2015), kecenderungan marah yang tidak terkontrol akan berakibat pada perilaku negatif. Hal ini dikarenakan unsur-unsur emosi marah kebanyakan terdiri dari sifat-sifat negatif dan bisa terekspresikan dalam wujud kekerasan, melukai diri sendiri, dan agresi fisik ataupun verbal sehingga mengganggu orang lain (te Brinke dkk., 2021). Oleh karenanya, setiap individu sangat penting untuk bisa mengelola emosi secara baik karena kemarahan dan emosi bukanlah sesuatu yang bisa dihilangkan sepenuhnya (Pilania dkk., 2015). Lebih rumit pula dalam mengelola amarah daripada menahan atau membiarkannya mengingat sifat amarah yang mudah naik dan turun; atau moody mengikuti alur situasi yang berkembang di sekitar (te Brinke dkk., 2021). Oleh karenanya, diperlukan banyak metode untuk bisa mengendalikan emosi secara efektif. Self-healing merupakan salah satu metode yang cukup mendapatkan perhatian karena dianggap bisa membantu seseorang untuk mengendalikan emosi dan amarah (Chan dkk., 2013; Crane & Ward, 2016). Self-healing secara harfiah mengandung makna penyembuhan diri, karena kata healing sendiri diartikan sebagai “ a process of cure ”: suatu proses pengobatan/penyembuhan. Self-healing dimaksudkan sebagai suatu proses pengobatan atau penyembuhan yang dilakukan sendiri melalui proses keyakinannya sendiri dan juga didukung oleh lingkungan dan faktor eksternal penunjang (Crane & Ward, 2016). Self-healing sangat berkaitan dengan keyakinan karena konteks self atau diri menjadi elemen yang penting dalam memotivasi kepercayaan diri seseorang. Selain itu, self-healing juga berkaitan dengan komunikasi intrapersonal karena adanya proses dialog internal yang terjadi di dalam ruang self itu sendiri. Self sendiri dapat dibatasi sebagai “ individu known to individual ” yang di dalamnya memuat sejumlah komponen dan proses yang dapat diidentifikasi seperti kognisi, persepsi, memori, rasa/hasrat, motivasi, kesadaran, dan hati nurani (Beck dkk., 2002). Penerapan self-healing bisa dalam bentuk praktek individu atau melalui bimbingan secara terstruktur seperti pelatihan (Hongo dkk., 2018). Dalam bentuk yang terakhir tersebut, self-healing bisa dimodifikasi secara komprehensif oleh seorang trainer dan kemudian diajarkan kepada individu-individu lain. Pengembangan pelatihan self-healing bisa bervariasi. Beberapa praktek terkadang memasukkan elemen-elemen pengaya seperti sisi spiritual, pembersihan jiwa, gerak fisik, bela diri, dan sebagainya. Dalam konteks Indonesia, tradisi pencak silat menjadi salah satu budaya dan seni bela diri yang memiliki unsur-unsur self-healing dalam proses pelatihannya . Literatur saat ini belum begitu banyak mengkaji peranan pelatihan self-healing dalam membantu pengendalian emosi di kalangan remaja, terutama melalui kombinasi pelatihan psikis dan fisik secara bersamaan. Oleh karena itu, dengan mengambil setting penelitian pelatihan pencak silat yang dikelola oleh Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPSNU) Pagar Nusa di Jombang, riset ini mengkaji pengaruh pelatihan self-healing (dengan kombinasi pelatihan psikis dan fisik) terhadap kemampuan siswa dalam mengontrol emosi. Hipotesis studi ini menunjukkan bahwa pelatihan self-healing memiliki dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam mengendalikan emosi. ## METODE Mengingat pentingnya upaya pengendalian emosi dikalangan remaja melalui pelatihan self-healing , studi ini didesain untuk mengamati lebih jauh bagaimana dampak pelatihan self-healing terhadap kemampuan remaja dalam mengendalikan emosi. Dengan mengambil setting lokasi di lembaga pendidikan di Jombang, Jawa Timur, studi ini mengambil pendekatan kuantitatif eksperimental untuk menguji proposisi dan keterkaitan pelatihan self-healing terhadap kemampuan remaja dalam mengendalikan emosi. Studi ini menggunakan paradigma kuantitatif dengan pendekatan eksperimen pada kelompok tunggal yang menerapkan desain tempo dua tahap: pra test dan post test . Penelitian kuasi eksperimen amat bermanfaat untuk menentukan efek variabel bebas terhadap variabel tergantung, di mana pengaruh variabel-variabel lain dieliminasi sedemikian rupa secara terkontrol (Faisal, 1999). Rancangan kuasi eksperimen dibangun atas dasar materi ekuivalen pada kelompok tunggal. Data riset berasal dari filter atas beberapa sekolah-sekolah Ma’arif NU di kabupaten Jombang, Jawa Timur yang aktif melakukan pelatihan Pagar Nusa dengan muatan pembelajaran dan praktek self-healing . Dari jumlah populasi sebanyak 426 sekolah, ditemukan 12 sekolah yang aktif mengikuti pelatihan. Kemudian peneliti memilih satu sekolah, yakni SMPNU Mojoagung, sebagai sampel utama dengan dasar tingkat intensitas dalam pelaksanaan pelatihan self-healing. Jumlah siswa yang aktif mengikuti latihan sebanyak 40 siswa. Dalam konteks ini, peneliti menggunakan rancangan sampel non-probabilitas dengan teknik pengambilan purposive sampling , yaitu sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan didasarkan pada kriteria dan pertimbangan tertentu. Penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) kontinuitas dalam pelatihan; (2) usia peserta pelatihan hampir setara; (3) tingkat pendidikan; dan (4) tidak mengikuti kegiatan organisasi bela diri lain. Di fase awal dalam memahami nuansa dan profil setting penelitian, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan jajaran pengurus, dewan guru, pelatih dan siswa. Selanjutnya, dalam proses penggalian data, peneliti juga mengamati secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah penyelenggara pelatihan, yang meliputi teknik-teknik pelatihan atau pemberian materi, dan juga reaksi dan praktek dari para siswa di waktu sebelum dan setelah mengikuti pelatihan. Namun pada dasarnya, riset ini bertumpu pada data angket yang disebarkan kepada 40 siswa peserta pelatihan sebagai responden. Angket menggunakan tipe pertanyaan pilihan berganda. Jawaban sudah disediakan dalam angket dan para responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan opininya. Responden cukup memberikan tanda X pada jawaban yang sesuai dengan preferensi mereka. Pilihan jawaban terdiri dari empat pilihan: sering/sangat, kadang- kadang, jarang/kurang, dan tidak pernah. Isi angket menjelaskan sembilan indikator untuk mengetahui perubahan emosi: (1) merasa jengkel; (2) merasa gelisah; (3) merasa frustasi karena harus menunggu sesuatu; (4) selalu berfikir negatif; (5) merasa sulit berkonsentrasi; (6) merasa marah; (7) merasa sulit untuk mengambil keputusan; (8) merasa kehilangan rasa humor; dan (9) mengalami ledakan emosi. Indikator ini merupakan adaptasi dari Depression Anxiety Stress Scales (DASS) yang dirancang untuk mengukur besarnya tiga keadaan emosi yang bersifat negatif: depresi, kecemasan, dan stres (Crawford & Henry, 2003). Proses penggalian data riset ini mencakup empat fase. Fase pertama meliputi seleksi terhadap populasi sekolah yang mengikuti pelatihan Pagar Nusa dengan materi self-healing untuk dijadikan sampel penelitian. Kemudian, fase kedua adalah penyebaran angket sebagai masa pelaksanaan pre-test . Fase ketiga adalah pemberian treatment eksperimental selama delapan minggu dalam bentuk praktek penerapan self- healing , yang kemudian juga dilanjutkan dengan pelaksanaan post-test berupa pertanyaan dalam bentuk angket lanjutan. Dalam fase treatment eksperimental ini, peserta pelatihan diberi materi bela diri fisik dan psikis bermuatan self-healing yang menjadi ciri khas pelatihan Pagar Nusa. Pada akhirnya, fase keempat riset ini adalah analisis atas data yang sudah diperoleh dari pre-test dan post-test . Karena penelitian ini menggunakan paradigma kuantitatif, maka analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dengan rumus (Sudijono, 2012) sebagaimana berikut: ## PAPARAN HASIL Pelatihan self-healing dalam setting penelitian ini merupakan pengembangan dari pelatihan pencak silat Pagar Nusa yang menjadi tradisi dan program pembinaan siswa Lembaga Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) Jombang yang bekerjasama dengan Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPSNU) Pagar Nusa. IPSNU Pagar Nusa adalah satu-satunya wadah yang sah bagi organisasi pencak silat di lingkungan NU berdasarkan keputusan Muktamar. Organisasi ini berstatus lembaga milik NU yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama seperti lembaga–lembaga NU lainnya. Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan seni pelatihan pencak silat Pagar Nusa wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat seperti pelatihan fisik hingga mental, atau muatan nilai-nilai pendidikan hingga sistem pengamanan, merupakan bidang garapan lembaga ini. Materi pelatihan seni bela diri pencak silat Pagar Nusa meliputi beberapa tahapan seperti wawancara, pembaiatan, pengajian, pelatihan pernafasan, dan praktek bela diri atau pencak silat. Berbagai tahapan tersebut diberikan secara holistik dan berkesinambungan. Wawancara adalah tahap awal untuk pengenalan lebih dalam antara instruktur pelatih dengan siswa. Kemudian, pembaiatan adalah proses mengajak peserta untuk mendatangi makam dan kemudian dilakukan perjanjian dan sumpah agar mereka tidak lagi melanggar lima dosa (molimo) yaitu mencuri, berzina, mencandu narkoba, meminum minuman memabukkan, dan bermain judi. Jika melanggar, mereka siap akan menerima hukuman dari organisasi dan juga sanksi transendental dari Allah. Setelah dibaiat, peserta akan mendapatkan pengajian atau pembelajaran agama secara rutin. Proses ini biasa disebut dengan pemberian tausiyah yakni pembelajaran tentang akhlak yang terpuji. Beriringan dengan proses tersebut, peserta juga rutin mendapatkan pelatihan fisik yakni berupa praktek bela diri atau pencak silat dan juga latihan olah pernafasan. F P = -------- x 100 % N Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi yang dicari N : Jumlah responden Dalam setting penelitian tersebut, studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan praktek self-healing terhadap kemampuan siswa dalam mengendalikan emosinya. Setelah dilakukan pre-test dan post-test , hasil riset menunjukkan beberapa temuan terkait sembilan indikator. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang selalu merasa jengkel terhadap sesuatu (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 1. Merasa jengkel (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sering jengkel B. Jengkel C. Agak jengkel D. Tidak jengkel 35 5 87,5 12,5 35 5 87,5 12,5 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 1 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden (87,5%) menyatakan bahwa mereka sering mengalami perasaan jengkel. Sementara itu, terdapat 12,5% responden yang menyatakan bahwa merasa jengkel tapi tidak seberapa sering. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self-healing, terdapat perubahan signifikan. Sebagian besar responden (87,5%) menyatakan bahwa mereka mengalami perasaan jengkel, dan 12,5% responden menyatakan merasa agak jengkel tapi tidak sering. Sisi positifnya, tidak ada lagi responden yang merasa sering jengkel, seperti yang terjadi dalam fase pre-test yang tampak dalam tabel 1. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang selalu merasa gelisah ketika merespon sesuatu (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 2. Merasa gelisah (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sangat gelisah B. Gelisah C. Jarang gelisah D. Tidak gelisah 35 5 87,5 12,5 35 5 87,5 12,5 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 2 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden (87,5%) menyatakan bahwa mereka merasa gelisah sementara hanya 12,5% responden yang menyatakan bahwa mereka jarang merasa gelisah. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self-healing, terdapat perubahan signifikan. Sebagian besar responden (87,5%) menyatakan bahwa merasa jarang gelisah dan bahkan 12,5% responden menyatakan bahwa mereka tidak lagi merasa gelisah. Sisi positifnya, tidak ada lagi responden yang merasa gelisah, seperti yang terjadi dalam fase pre-test yang tampak dalam tabel 2. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang selalu merasa frustasi manakala harus menunggu sesuatu (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 3. Merasa frustasi karena harus menunggu sesuatu (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sangat frustasi B. Frustasi C. Jarang frustasi D. Tidak frustasi 35 5 87,5 12,5 10 15 15 25 37,5 37.5 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 3 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden (87,5%) merasa frustasi manakala harus menunggu sesuatu dan sebagian kecil responden (12,5%) menyatakan bahwa mereka jarang mengalami frustasi. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self-healing, terdapat perubahan yang cukup signifikan. Hanya 25% responden yang menyatakan merasa frustasi, 37,5% responden menyatakan jarang mengalami frustasi, dan 37,5% responden menyatakan tidak lagi merasa frustasi ketika harus menunggu sesuatu. Sisi positifnya adalah adanya penurunan secara signifikan atas jumlah responden yang merasa frustasi ketika di fase pre-test. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang selalu berfikir negatif (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 4. Selalu berfikir negatif (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sangat berfikir negatif B. Berfikir negatif C. Jarang berfikir negatif D. Tidak berfikir negatif 35 5 87,5 12,5 15 10 10 5 37,5 25 25 12.5 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 4 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden (87,5%) menyatakan bahwa mereka sering berfikir negatif dan hanya 12,5% responden menyatakan berfikir negatif. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self- healing, terdapat perubahan yang cukup signifikan. 37,5% responden menyatakan bahwa mereka sering berfikir negatif, 25% responden menyatakan bahwa pernah berfikir negatif, 25% responden menyatakan jarang berfikir negatif, dan sisi positifnya, terdapat 20% responden yang menyatakan bahwa mereka tidak lagi pernah berfikir negatif. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang merasa sulit berkonsentrasi (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 5. Merasa sulit berkonsentrasi (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sangat merasa sulit berkonsentrasi B. Merasa sulit berkonsentrasi C. Agak merasa sulit berkonsentrasi D. Tidak merasa sulit berkonsentrasi 35 5 87,5 12,5 20 20 50 50 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 5 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden (87,5%) menyatakan bahwa mereka merasa agak sulit berkonsentrasi dan sebagian kecil responden (22,5%) menyatakan bahwa mereka agak sulit berkonsentrasi. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self-healing, terdapat perubahan yang signifikan. 50% responden menyatakan agak merasa sulit berkonsentrasi dan 50% responden juga menyatakan bahwa mereka tidak lagi merasa sulit untuk berkonsentrasi. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang merasa mudah marah (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 6. Merasa marah (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sangat merasa marah B. Merasa marah C. Agak merasa marah D. Tidak merasa marah 10 25 5 25 62,5 12,5 35 5 87,5 12,5 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 6 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa 25% responden menyatakan mudah merasa marah, 62,5% responden menyatakan merasa agak mudah marah, dan hanya 12,5% responden menyatakan bahwa meraka tidak mudah merasa marah. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self-healing, terdapat perubahan yang cukup signifikan. Sebagian besar responden (87,5%) menyatakan bahwa mereka merasa mudah agak marah dan sebagian kecil responden (12,5%) menyatakan bahwa mereka tidak mudah merasa marah lagi. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang merasa mudah marah (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 7. Merasa sulit untuk mengambil keputusan (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sangat merasa sulit untuk mengambil keputusan B. Merasa sulit untuk mengambil keputusan C. Agak merasa sulit untuk mengambil keputusan D. Tidak merasa sulit untuk mengambil keputusan 35 5 87,5 22,5 5 25 10 12.5 62,5 25 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 7 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden penelitian (87,5%) menyatakan bahwa mereka merasa sulit dalam mengambil keputusan. Selain itu, sebagian kecil dari responden (22,5%) juga menyatakan bahwa mereka agak merasa sulit dalam mengambil keputusan. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self-healing, 12,5% responden ternyata menyatakan merasa masih sulit mengambil keputusan. Kemudian sebagian besar responden (62,5%) menyatakan merasa agak sulit mengambil keputusan dan 25% responden menyatakan bahwa mereka tidak merasa sulit dalam mengambil keputusan. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang merasa kehilangan rasa humor (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 8. Merasa kehilangan rasa humor (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sering merasa kehilangan rasa humor B. Merasa kehilangan rasa humor C. Agak merasa kehilangan rasa humor D. Tidak merasa kehilangan rasa humor 35 5 87,5 22,5 5 10 15 10 12,5 25 37,5 25 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 8 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden (87,5%) menyatakan sering merasa kehilangan rasa humor dan sebagian kecil responden (22,5%) menyatakan bahwa mereka merasa kadang kehilangan rasa humor. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self-healing, terdapat perubahan yang cukup signifikan. 12,5% responden menyatakan sering merasa kehilangan rasa humor, 25% responden menyatakan merasa kehilangan rasa humor, 37,5% responden menyatakan agak merasa kehilangan rasa humor, dan 25% responden menyatakan tidak merasa kehilangan rasa humor. Dua kelompok responden terakhir adalah kelompok yang baru muncul setelah dilakukan post-test. Perubahan kemampuan siswa dalam menghadapi kebiasaan diri yang mengalami ledakan emosi (kondisi sebelum dan setelah test). Tabel 9. Mengalami ledakan emosi (pre-test dan post-test) Alternatif Jawaban N Pre-test Post-test F % F % A. Sering mengalami ledakan emosi B. Mengalami ledakan emosi C. Kadang mengalami ledakan emosi D. Tidak mengalami ledakan emosi 10 15 10 5 25 37,5 25 12,5 35 5 87,5 22,5 Jumlah 40 40 100 40 100 Tabel 9 menjelaskan kondisi awal peserta sebelum dilakukan pelatihan dan praktek self-healing yang menggambarkan bahwa 25% responden menyatakan sering mengalami ledakan emosi, 37,5% responden menyatakan mengalami ledakan emosi, 25% responden menyatakan kadang mengalami ledakan emosi, dan 12,5% responden menyatakan tidak mengalami ledakan emosi. Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan praktek self-healing, terdapat perubahan yang cukup mengejutkan. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana pada tabel 18, sebagian besar 87,5% responden menyatakan bahwa mereka masih sering mengalami ledakan emosi dan 22,5% responden menyatakan mengalami ledakan emosi. ## PEMBAHASAN Berdasarkan analisis angket di pre-test dan post-test , secara umum dapat dilihat bahwa memang ada pengaruh positif terhadap kondisi emosional para siswa antara masa sebelum dan masa sesudah mengikuti pelatihan self-healing . Hal ini juga berarti bahwa materi pelatihan self-healing mengandung unsur terapi yang berguna untuk mengelola emosi para siswa. Secara umum, kondisi emosi siswa setelah mengikuti pelatihan tidak sampai pada kondisi yang mengarah pada kecemasan atau depresi. Temuan ini mendukung literatur berkembang yang menunjukkan adanya relasi kuat antara self-healing dan anger management . Sebagai misal, self-healing menjadi teknik prioritas dalam pengurangan stress dan menjadi alat manajemen emosi yang relevan bagi beberapa profesi khusus seperti tenaga medis dan mahasiswa keperawatan (Chan dkk., 2013; Crane & Ward, 2016). Studi lain menguraikan percontohan intervensi self-healing pada kasus perawat dan juga pasien yang ternyata dapat membantu mereka dalam mengurangi stres dan kelelahan emosi (Hongo dkk., 2018). Pada prinsipnya, artikel ini menekankan bahwa penyelesaian manajemen emosi tidak hanya menekankan pada aspek psikologis semata, meskipun stress bermuara dari sisi psikologis. Harus ada keseimbangan dengan mengobati stress melalui penyembuhan psikis dan juga penyegaran fisik. Hal ini mendukung salah satu hasil studi lain yang mengatakan bahwa konsep kesehatan adalah konstruk multidimensional yang meliputi kesehatan fisik, psikis, dan spiritual (Litalien dkk., 2021). Ketika banyak literatur yang menggambarkan bahwa perilaku spiritual lintas agama seperti sholat atau do’a (Achour dkk., 2019) dan meditasi adalah beberapa contoh terapi yang bisa membantu mereduksi stress yang dialami individu, studi ini juga mendukung temuan populer tersebut (Innes & Selfe, 2014; Wongtongkam dkk., 2014). Bahkan studi ini mendemonstrasikan bahwa untuk metode pengendalian stress tidaklah hanya dengan terapi psikologis atau spiritual semata. Harus ada keseimbangan dengan turut menyertakan adanya penyegaran fisik, seperti melalui bela diri atau pencak silat yang sudah dimodifikasi dan diintegrasi dengan elemen spiritual, agar metode pengendalian emosi semakin bisa efektif. Hal ini dilihat dari konstruksi self-healing melalui praktik pencak silat Pagar Nusa yang mendeskripsikan dualitas keseimbangan antara pelatihan rohani dan jasmani. Memang, salah satu elemen penting dalam pelatihan bela diri atau pencak silat adalah adanya praktek self-healing . Sebagai salah satu budaya penting di Indonesia, pencak silat merupakan keterampilan bela diri yang memiliki ajaran filosofis yang tinggi. Pencak silat akan berbahaya jika dimiliki dan dikuasai oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Filosofi pencak silat pada hakikatnya adalah mencari kebenaran sejati yaitu pandangan hidup dan kebijaksanaan manusia dalam kaitannya dengan nilai- nilai budaya, kemasyarakatan, moral dan agama yang dihormati masyarakat Indonesia. Seorang pelaku silat dituntut memiliki sikap taqwa, tanggap, kuat, tanggon , dan trengginas . Pencak silat yang bernilai tinggi mengandung materi pendidikan untuk membentuk manusia yang berkarakter baik, berbudi pekerti yang luhur, mampu mengendalikan diri, serta mengamalkan berbagai perbuatan terpuji yang memberi implikasi positif bagi pembentukan diri dan pengembangan masyarakat (Ediyono & Widodo, 2019). Pada intinya, seseorang yang menguasai pencak silat harusnya bisa mengontrol diri dan tidak mudah terbawa amarah. Fungsi self-healing dalam pelatihan silat begitu nampak jelas seperti pengendalian diri, menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan estetika dengan berpedoman pada moral dan agama. Hal inilah yang menjadi garansi bahwa pelatihan ketrampilan beladiri silat dapat membantu siswa untuk lebih dapat mengendalikan emosi dan mengembangkan sikap toleransi sesama manusia. Inilah yang memungkinkan seseorang terbebas dari berbagai tekanan psikologis dalam hidupnya. Salah satu studi menggambarkan bahwa amat memungkinkan bagi seseorang untuk melatih manajemen emosi dan kecemasan meskipun ia adalah seorang yang memiliki skill bela diri yang mumpuni seperti Taekwondo (Chang & Hwang, 2017). Salah satu temuan riset ini cukup mengejutkan manakala siswa peserta pelatihan self-healing tetap gagal mengendalikan ledakan emosi dan sedikit sulit dalam mengambil keputusan setelah mendapatkan treatment. Mereka memang berhasil dalam tujuh indikator lain seperti mengurangi rasa jengkel, marah, gelisah, frustasi, fikiran negatif, kesulitan konsentrasi, dan mudah mengekspresikan rasa humor. Beberapa studi memang menggambarkan bahwa ledakan emosi merupakan sesuatu yang sulit diprediksi dan cenderung menjadi dorongan internal yang bersifat instan dan moody (te Brinke dkk., 2021) dan terkadang setiap individu sesekali pasti merasakan pengalaman ledakan ini. Begitu pula dengan kaitan antara stress and pengambilan keputusan. Beberapa riset mengindikasikan bahwa stres dan beban tambahan pada sistem manusia, yang disebabkan oleh tugas memori kerja paralel, bisa mengganggu proses pengambilan keputusan yang sedang dilakukan individu (Gathmann dkk., 2014; Pabst dkk., 2013). ## SIMPULAN Studi yang menekankan pada data pre-test dan post-test dalam praktek self- healing di pencak silat Pagar Nusa ini menghasilkan dua poin penting: 1). Self-healing adalah aktivitas terstruktur yang seimbang dalam hal melibatkan proses pengembangan spiritual (misal: pembaiatan, pengajian) dan penguatan raga (misal: pencak silat, pelatihan pernafasan. Berbagai tahapan tersebut diberikan secara holistik dan berkesinambungan. Pelaksanaan pelatihan ini juga menunjang adanya evaluasi atau ujian pada setiap tingkatan materi. Materi ujian adalah seputar isu-isu spiritual keagamaan dan praktik bela diri atau pencak silat. 2). Self-healing memiliki dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam mengendalikan emosi. Selain indikator pada ledakan emosi dan kesulitan dalam pengambilan keputusan yang masih dialami peserta setelah post-test, mayoritas siswa menunjukkan indikasi perubahan positif karena bisa menghilangkan indikator-indikator emosi negatif lain seperti merasa jengkel, merasa gelisah, merasa frustasi karena harus menunggu sesuatu, selalu berfikir negatif, merasa sulit berkonsentrasi, merasa marah, dan merasa kehilangan rasa humor. ## DAFTAR PUSTAKA Achour, M., Binti Abdul Ghani Azmi, I., Bin Isahak, M., Mohd Nor, M. R., & Mohd Yusoff, M. Y. Z. (2019). Job stress and nurses well-being: Prayer and age as moderators. Community Mental Health Journal , 55 (7), 1226–1235. https://doi.org/10.1007/s10597-019-00410-y Ayebami, T. V., & Janet, K. (2017). Efficacy of anger management strategies for effective living among adolescents and youths. IFE PsychologIA , 25 (1), 47–58. Beck, A., Bennett, P., & Wall, P. (2002). AS Communication Studies: The Essential Introduction . London: Routledge. Ben Mabrouk, N., Bourgou, S., Staali, N., Hamza, M., Ben Hammouda, A., Charfi, F., & Belhadj, A. (2017). Does gender matter? A comparative study of post- traumatic stress disorder among children and teenager. European Psychiatry , 41 (Supplement), S431. https://doi.org/10.1016/j.eurpsy.2017.01.413 Chan, E. S., Koh, D., Teo, Y. C., Hj Tamin, R., Lim, A., & Fredericks, S. (2013). Biochemical and psychometric evaluation of Self-Healing Qigong as a stress reduction tool among first year nursing and midwifery students. Complementary Therapies in Clinical Practice , 19 (4), 179–183. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2013.08.001 Chang, D., & Hwang, S. (2017). The development of anger management program based on acceptance and commitment therapy for youth taekwondo players. Journal of Exercise Rehabilitation , 13 (2), 160–167. https://doi.org/10.12965/jer.1732882.441 Crane, P. J., & Ward, S. F. (2016). Self-healing and self-care for nurses. AORN Journal , 104 (5), 386–400. https://doi.org/10.1016/j.aorn.2016.09.007 Crawford, J. R., & Henry, J. D. (2003). The Depression Anxiety Stress Scales (DASS): Normative data and latent structure in a large non-clinical sample. British Journal of Clinical Psychology , 42 (2), 111–131. https://doi.org/10.1348/014466503321903544 Das, G. Y., & Avci, I. A. (2015). The effect of anger management levels and communication skills of Emergency Department staff on being exposed to violence. Medicinski Glasnik , 12 (1), 99–104. Ediyono, S., & Widodo, S. T. (2019). Memahami makna seni dalam pencak silat. Panggung , 29 (3), 299–313. https://doi.org/10.26742/panggung.v29i3.1014 Elliott, G. (2014). Are our kids really that angry? An empirical investigation into adolescent aggression in the South African context (1st ed. NV). Anchor Academic Publishing. Eltink, E. M. A., Ten Hoeve, J., De Jongh, T., Van der Helm, G. H. P., Wissink, I. B., & Stams, G. J. J. M. (2018). Stability and change of adolescents’ aggressive behavior in residential youth care. Child & Youth Care Forum: Journal of Research and Practice in Children’s Services , 47 (2), 199–217. https://doi.org/10.1007/s10566-017-9425-y Faisal, S. (1999). Format-Format Penelitian Sosial . Bandung: Remaja Rosdakarya. Fogaca, J. L. (2021). Combining mental health and performance interventions: Coping and social support for student-athletes. Journal of Applied Sport Psychology , 33 (1), 4–19. https://doi.org/10.1080/10413200.2019.1648326 Franco, M., Hsiao, Y.-S., Gnilka, P. B., & Ashby, J. S. (2019). Acculturative stress, social support, and career outcome expectations among international students. International Journal for Educational and Vocational Guidance , 19 (2), 275– 291. https://doi.org/10.1007/s10775-018-9380-7 Gathmann, B., Schulte, F. P., Maderwald, S., Pawlikowski, M., Starcke, K., Schäfer, L. C., Schöler, T., Wolf, O. T., & Brand, M. (2014). Stress and decision making: Neural correlates of the interaction between stress, executive functions, and decision making under risk. Experimental brain research , 232 (3), 957–973. https://doi.org/10.1007/s00221-013-3808-6 Hongo, A., Hashimoto, R., Shibata, K., Miao, T., & Suzuki, M. (2018). Studying how the Self-healing Method can offer new hope for stressed and fatigued caregivers. Impact , 2018 (12), 87–89. https://doi.org/10.21820/23987073.2018.12.87 Innes, K. E., & Selfe, T. K. (2014). Meditation as a therapeutic intervention for adults at risk for Alzheimer’s disease—Potential benefits and underlying mechanisms. Frontiers in psychiatry TA - TT - , 5 , 40. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2014.00040 Jacob, T., EB, I., & Raz, O. (2013). Stress among healthcare students—A cross disciplinary perspective. Physiotherapy theory and practice , 29 (5), 401–412. https://doi.org/10.3109/09593985.2012.734011 Kadiyono, A. L., & Anmarlina, F. (2016). Teknik Yoga sebagai intervensi dalam melakukan anger management pada wanita dewasa awal. Jurnal Intervensi Psikologi (JIP) , 8 (2), 185–201. https://doi.org/10.20885/intervensipsikologi.vol8.iss2.art3 Koudela-Hamila, S., Smyth, J., Santangelo, P., & Ebner-Priemer, U. (2020). Examination stress in academic students: A multimodal, real-time, real-life investigation of reported stress, social contact, blood pressure, and cortisol. Journal of American College Health , 1–12. https://doi.org/10.1080/07448481.2020.1784906 Lin, X.-J., Zhang, C.-Y., Yang, S., Hsu, M.-L., Cheng, H., Chen, J., & Yu, H. (2020). Stress and its association with academic performance among dental undergraduate students in Fujian, China: A cross-sectional online questionnaire survey. BMC Medical Education , 20 (1), 181. https://doi.org/10.1186/s12909- 020-02095-4 Litalien, M., Atari, D. O., & Obasi, I. (2021). The influence of religiosity and spirituality on health in Canada: A systematic literature review. Journal of Religion and Health (In press) . https://doi.org/10.1007/s10943-020-01148-8 Melaku, L., Mossie, A., & Negash, A. (2015). Stress among medical students and its association with substance use and academic performance. Journal of Biomedical Education , 2015 (3), 1–9. https://doi.org/10.1155/2015/149509 Moore, M. F., Montgomery, L., & Cobbs, T. (2021). Increasing student success through in-class resilience education. Nurse Education in Practice , 50 , 102948. https://doi.org/10.1016/j.nepr.2020.102948 Pabst, S., Schoofs, D., Pawlikowski, M., Brand, M., & Wolf, O. T. (2013). Paradoxical effects of stress and an executive task on decisions under risk. Behavioral Neuroscience , 127 (3), 369–379. https://doi.org/10.1037/a0032334 Pilania, V. M., Mehta, M., & Sagar, R. (2015). Anger management. Dalam M. Mehta & R. Sagar (Ed.), A Practical Approach to Cognitive Behaviour Therapy for Adolescents (hlm. 109–130). Springer India. https://doi.org/10.1007/978-81-322- 2241-5_6 Sudijono, A. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan . Jakarta: Raja Grafindo Persada (Rajawali pers). te Brinke, L. W., Schuiringa, H. D., & Matthys, W. (2021). Emotion regulation and angry mood among adolescents with externalizing problems and intellectual disabilities. Research in Developmental Disabilities (In press) , 109 . https://doi.org/10.1016/j.ridd.2020.103833 van Berkel, K., & Reeves, B. (2017). Stress among graduate students in relation to health behaviors. College Student Journal , 51 (4), 498–510. Wongtongkam, N., Ward, P. R., Day, A., & Winefield, A. H. (2014). A trial of mindfulness meditation to reduce anger and violence in Thai youth. International Journal of Mental Health and Addiction , 12 (2), 169–180. https://doi.org/10.1007/s11469-013-9463-0
b827dc45-d703-41c2-ae72-43f68e4cb6f4
https://journal.lembagakita.org/jemsi/article/download/1965/1481
## Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Perusahaan Food Solutions (Industri Makanan Dan Minuman) Tahun 2021-2022 Aditya Rais Muhammad Program Studi Magister Manajemen, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Indonesia [email protected] Savira Ayu Pramesti Program Studi Magister Manajemen, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Indonesia [email protected] Robertus Bima Adhi Nugraha Program Studi Magister Manajemen, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Indonesia [email protected] Wawan Triwibowo Program Studi Magister Manajemen, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Indonesia [email protected] Sri Hermuningsih Program Studi Magister Manajemen, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Indonesia [email protected] ## Article’s History : Received 8 December 2024; Received in revised form 19 December 2024; Accepted 3 January 2024; Published 1 February 2024. All rights reserved to the Lembaga Otonom Lembaga Informasi dan Riset Indonesia (KITA INFO dan RISET). ## Suggested Citation: Muhammad, A. R., Pramesti, S. A., Nugraha, R. B. A., Triwibowo, W., & Hermunigsih, S. (2024). Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Perusahaan Food Solutions (Industri Makanan Dan Minuman) Tahun 2021-2022. JEMSI (Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi). JEMSI (Jurnal Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi), 10 (1). 531-537. ## Abstrak: Penelitian ini berjuan untuk menganalisis perbandingan laporan keuangan dua perusahaan yang bergerak pada sektor industri makanan dan minuman. Perusahaan dalam penelitian ini yaitu PT Sentra Food Indonesia Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Data laporan keuangan diambil dari masing-masing web resmi dua perusahaan tersebut pada periode 2021-2022. Analisis laporan keuangan yang dihitung meliputi Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Aktivitas. Hasil analisis Rasio Likuditas PT Sentra Food Indonesia Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada periode 2021-2022 mengalami fluktuasi yang mana disebabkan meningkatnya jumlah hutang. Pada perhitungan rasio Solvabilitas mengalami peningkatan. Perhitungan rasio profitabilitas pada kedua perusahaan mengalami fluktuasi yang disebabkan meningkatnya beban pokok penjualan sehingga menurunkan laba bersih. Dan pada perhitungan rasio aktivitas mengalami peningkatan karena perusahaan memenfaatkan aktiva yang dimilikinya. Keywords : analisis keuangan; Rasio Solvabilitas; Rasio Likuiditas; Rasio Aktivitas ## Pendahuluan Perkembangan zaman saat ini menuntut Indonesia untuk bergerak maju dalam segala sektor. Hal ini mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat yang menganggap makanan cepat saji lebih nyaman dan sesuai dengan selera konsumen. Perkembangan dunia usaha ini telah meningkatkan persaingan antar pengusaha. Persaingan bisnis ini harus dihindari melalui pertimbangan yang matang dan perhitungan yang akurat. Mirip dengan bisnis waralaba makanan cepat saji yang semakin berkembang dan diminati di Indonesia. Waralaba atau franchising adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa secara selektif dengan suatu merek melalui outlet-outlet yang dimiliki oleh pengusaha mandiri . Selain waralaba, perusahaan makanan kemasan di Indonesia juga berkembang dengan pesat. Hal tersebut salah satunya dilatarbelakangi dengan gaya hidup manusia yang semakin menggemari makanan cepat saji dan cepat konsumsi. Di Indonesia perusahaan Total Food Solutions yang kegiatan operasionalnya berfokus pada proses produksi makanan dan minuman kemasan berkembang dan bersaing dengan baik. Salah satu perusahaan terbesar yang bergerak dalam sektor tersebut yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang berfokus pada produksi makanan dan minuman ringan. Dan PT Sentra Food Indonesia.Tbk yang merupakan pelopor industri daging olahan di Indonesia. Dua perusahaan raksasa tersebut telah eksis puluhan tahun berfokus pada produksi makanan dan minuman. Tidaklah mudah menjaga eksistensi perusahaan di bawah tekanan perkembangan dan persaingan di zaman sekarang, jika perushaan tersebut tidak memiliki stabilitas manajemen keuangan yang baik. Perusahaan Food Solutions di Indonesia dinilai cukup potensial karena terus mengalami peningkatan. Perusahaan yang bergerak di bidang tersebut dituntut untuk mempunyai kinerja keuangan perusahaan yang baik, sehingga mampu mencapai tujuan perusahaan dengan baik. Teknik analisis horizontal adalah teknik yang membandingkan laporan keuangan dalam beberapa periode. Hasil analisis ini menunjukkan perkembangan suatu perusahaan dari suatu zaman ke zaman lainnya. Teknik analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan neraca dengan laporan keuangan dan laporan laba rugi (Kasmir, 2009). Rasio keuangan dapat memberikan informasi yang jelas yang dapat digunakan sebagai alat pertimbangan perusahaan dan juga dapat menjadi sumber informasi tambahan dalam proses pengambilan keputusan perusahaan saat ini dan di masa yang akan datang. Laporan keuangan bagi perusahaan pada awalnya hanya digunakan sebagai penguji pekerjaan yang merupakan bagian dari pembukuan, seiring dengan berjalannya waktu laporan keuangan saat ini digunakan sebagai salah satu dasar dalam menentukan dan menilai posisi keuangan perusahaan. Sehingga untuk mengatahui posisi keuangan suatu perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai sebuah perusahaan diperlukan adanyan laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian penjalasan diatas, penulis akan melakukan riset perbandingan analisis laporan keuangan pada perusahaan yang bergerak pada sektor Food Solutions yaitu PT.Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT. Sentra Food Indonesia Tbk apakah berada pada kondisi baik atau sebaliknya. Jadi interpretasi pengguna laporan terhadap laporan keuangan bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. ## Tinjauan Pustaka / Keadaan Seni / Latar Belakang Penelitian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil refleksi dari beberapa trensaksi dalam perusahaan dan memberikan informasi keuangan perusahaan (Jumingan, 2011). Laporan keuangan digunakan sarana komunikasi informasi keuangan yang diberikan pada pihak eksternal (Ambarwati, Yuniarta, & Sinarwati, 2015). Sedangkan bagi pihak manajemen perusahaan merupakan laporan pertanggung jawaban pihak keuangan pada pemilik modal (Aghnitama, Aufa, & Hersugondono, 2021). Laporan keuangan disusun memberikan informasi meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Bagian Laba, yang ditahan atau Laporan Modal Sendiri, dan Laporan Perubahan Posisi Keuangan atau Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Jumingan, 2011:4). ## Rasio Keuangan Analisis rasio sebagai cara analisa dengan perhitungan-perhitungan perbandingan data kuantitatif yang mana ditunjukkan dalam neraca ataupun laba rugi (Harahap & Anggraini, 2020). selain itu sebagai metode analisis internal bidang manajemen keuangan berfungsi sebagai alat untuk mengukur posisi dan kinerja keuangan suatu perusahaan selama periode waktu tertentu dengan membandingkan dua variabel yaitu neraca dan laba rugi laporan keuangan suatu perusahaan (Nandhita, Kirana, 2022). Adapun jenis rasio keuangan terdiri dari beberapa macam yaitu (1) Rasio Likuiditas, (2) Rasio Solvabilitas, (3) Rasio Profitabilitas, dan (4) Rasio Aktivitas. ## Perbandingan Rasio Keuangan Metode analisis komparatif laporan keuangan: analisis vertikal dan analisis horizontal (Salma & Hermuningsih, 2022). Analisis horizontal membandingkan dua laporan keuangan untuk memeriksa perbedaannya, baik dalam rupiah maupun persentase. Selain hal tersebut juga dapat melakukan analisis komparatif terhadap neraca atau laporan laba rugi untuk memvisualisasikan perbedaannya (Prihadi, 2010). Melakukan analisis perbandingan memungkinkan untuk membandingkan kinerja keuangan dengan perusahaan sejenis yang telah digunakan pada periode perbandingan yang sama dan ukurannya relatif sama (Jumingan, 2011). Perbandingan kinerja keuangan merupakan suatu teknik analisis yang menampilkan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkannya satu sama lain (S. S. Harahap, 2007). ## Metodelogi Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang menganalisis, mendeskripsikan, dan merangkum berbagai kondisi dan situasi melalui berbagai data yang dikumpulkan. Studi ini menargetkan perusahaan-perusahaan di industri food solution dengan sampel penelitian yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT. Sentra Food Indonesia Tbk periode 2021-2022. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis horizontal dan teknik analisis laporan keuangan ## Studi kasus / eksperimen / demonstrasi / fungsionalitas aplikasi Kinerja keuangan merupakan maksimalisasi hasil operasional suatu perusahaan dengan menggunakan dana yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Evaluasi kinerja keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan indikator keuangan suatu perusahaan dengan hasil perhitungan indikator keuangan perusahaan lain yang sejenis (Senja Priastuti, 2016). Dikatakan efisien (baik) jika hasil perhitungan indikator keuangan perusahaan lebih tinggi atau lebih tinggi dari data time series perusahaan, dan sebaliknya jika hasil perhitungan indikator keuangan perusahaan lebih rendah atau lebih rendah dari waktu perusahaan. data seri, dapat dikatakan efisien, data seri dapat dianggap tidak efisien (buruk) (Munawir, 2002). Adapun hasil analisis perbandingan leporan keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan PT. Sentra Food Indonesia Tbk pada periode 2021-2022 ditunjukan pada table berikut: ## Tabel 1 Analisis Laporan Keuangan PT. Indofood Sukses Makmur,TBk Tahun 2021-2022 Rasio Keuangan Tahun Tolok Ukur Keterangan 2021 2022 Likuditas: CR 179,92% 309,65% 200% Baik QR 148,92% 239,38% 100% Baik Solvabilitas DAR 53,4% 50,2% < 100% Baik DER 41,77% 27,50% < 100% Baik Profitabilitas NPM 7,2% 11,3% > 5% Baik ROA 0,48 % 0,56 % > 5% Kurang Baik ROE 4,87 % 5,56% > 20% Kurang Baik Aktivitas FATO 1,3 Kali 1,4 Kali > 1,5 kali Kurang Baik TATO 0,5 kali 0,6 kali > 0,5 kali Baik Sumber Data: PT.Indofood Sukses Makmur,Tbk (Diolah) Berdasarkan Tabel 1 diatas, maka analisis atau kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk adalah sebagai berikut: 1. Analisis Keuangan Ditinjau Dari Rasio Likuiditas Secara keseluruhan rasio keuangan yang diukur menggunakan rasio lancer (CR) pada periode 2021 dapat dikatakan kurang baik karena dibawah date time series sebagai tolok ukurnya, sedangkan pada periode 2022 CR dikatakan baik karena berada diatas date time series . Sedangkan hasil perhitungan rasio cepat (QR) pada periode 2021-2022 dikatakan baik karena diatas date time series dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Munawir yang menyatakan bahwa rasio lancer yang baik yaitu dangan nilai 2:1 atau 200% dan rasio cepat yang baik yaitu 1:1 atau 100% (Munawir, 2002). 2. Analisis Keuangan Ditinjau Dari Rasio Solvabilitas Secara keseluruhan untuk rasio solvabilitas yang diukur menggunakan Debt to total asset (DAR) maupun yang menggunakan Debt to equity (DER) pada periode 2021-2022 dapat dikatakan baik karena dibawah data time series . Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hanafi (M. M. Hanafi, 2008) yang menyatakan bahwa Debt to total asset (DAR) dan Debt to equity (DER) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut kurang dari 100%. 3. Analisis Keuangan Ditinjau Dari Rasio Profitabilitas Berdasarkan hasil perhitungan untuk rasio profitabilitas pada periode 2021-2022 yang diukur menggunakan net profit margin (NPM) dan dapat dikatakan baik karena nilai berada di atas data time series , sedangkan yang diukur menggunakan return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) dapat dikatakan kurang baik karena nilai berada di bawah data time series . Hasil analisi tersebut didukung oleh pendapat Hanafi dan Halim(M. . dan A. H. Hanafi, 2012) yang menyatakan bahwa Net Profit Margin (NPM) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut lebih dari 5%, Return On Asset (ROA) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut lebih dari 5%, dan Return On Equity (ROE) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut berkisar antara 20% - 40%. 4. Analisis Keuangan Ditinjau Dari Rasio Aktivitas Berdasarkan hasil analisis untuk rasio aktivitas pada periode 2021-2022 yang diukur menggunakan fixed asset turn over (FATO) dinyatakan kurang baik karena hasil hitung berada dibawah data time series . Sedangakan untuk hasil hitung total asset turn over (TATO) dikatakan baik karena nilai berada di atas data time series . Hasil analisis diperkuat dengan teori yang dinyatakan oleh Hanafi dan Halim (M. dan A. H. Hanafi, 2012) yang menyatakan bahwa Fixed Asset Turn Over (FATO) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut lebih besar dari 1,5 kali, dan Total Asset Turn Over (TATO) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut lebih besar dari 0,5 kali. Tabel 2 Analisis Laporan Keuangan PT. Sentra Food Indonesia,TBk Tahun 2021-2022 Rasio Keuangan Tahun Tolok Ukur Keterangan 2021 2022 Likuditas: CR 169,70% 168,69% 200% Kurang Baik QR 149,65% 147,66% 100% Baik Solvabilitas DAR 58,9% 59,3% < 100% Baik DER 14,35% 14,56% < 100% Baik Profitabilitas NPM 31,5% 20,8% > 5% Baik ROA 27,3% 17,7% > 5% Baik ROE 45,78% 43,50% > 20% Baik Aktivitas FATO 3,3 kali 3,2 kali > 1,5 kali Baik TATO 0,8 kali 0,8 kali > 0,5 kali Baik Sumber Data: PT.Sentra Food Indonesia,Tbk (Diolah) Berdasarkan Tabel 2 diatas, maka analisis atau kinerja keuangan PT. Sentra Food Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Analisis Keuangan Ditinjau Dari Rasio Likuiditas Secara keseluruhan rasio keuangan yang diukur menggunakan rasio lancer (CR) pada periode 2021- 2022 dapat dikatakan kurang baik karena dibawah date time series sebagai tolok ukurnya,. Sedangkan hasil perhitungan rasio cepat (QR) pada periode 2021-2022 dikatakan baik karena diatas date time series dan hal tersebut sesuai dengan pendapat Munawir yang menyatakan bahwa rasio lancer yang baik yaitu dangan nilai 2:1 atau 200% dan rasio cepat yang baik yaitu 1:1 atau 100% (Munawir, 2002). 2. Analisis Keuangan Ditinjau Dari Rasio Solvabilitas Secara keseluruhan untuk rasio solvabilitas yang diukur menggunakan Debt to total asset (DAR) maupun yang menggunakan Debt to equity (DER) pada periode 2021-2022 dapat dikatakan baik karena dibawah data time series . Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hanafi (M. M. Hanafi, 2008) yang menyatakan bahwa Debt to total asset (DAR) dan Debt to equity (DER) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut kurang dari 100%. 3. Analisis Keuangan Ditinjau Dari Rasio Profitabilitas Berdasarkan hasil perhitungan untuk rasio profitabilitas pada periode 2021-2022 secara keseluruhan dinyatakan baik, yang diukur menggunakan net profit margin (NPM) dapat dikatakan baik karena nilai berada di atas data time series , return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) dapat dikatakan baik karena nilai berada di atas data time series . Hasil analisi tersebut didukung oleh pendapat Hanafi dan Halim(M. . dan A. H. Hanafi, 2012) yang menyatakan bahwa Net Profit Margin (NPM) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut lebih dari 5%, Return On Asset (ROA) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut lebih dari 5%, dan Return On Equity (ROE) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut berkisar antara 20% - 40%. 4. Analisis Keuangan Ditinjau Dari Rasio Aktivitas Berdasarkan hasil analisis untuk rasio aktivitas pada periode 2021-2022 yang diukur menggunakan fixed asset turn over (FATO) dinyatakan baik karena hasil hitung berada diatas data time series . Begitu pula untuk hasil hitung total asset turn over (TATO) dikatakan baik karena nilai berada di atas data time series . Hasil analisis diperkuat dengan teori yang dinyatakan oleh Hanafi dan Halim (M. dan A. H. Hanafi, 2012) yang menyatakan bahwa Fixed Asset Turn Over (FATO) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut lebih besar dari 1,5 kali, dan Total Asset Turn Over (TATO) dapat dikatakan baik apabila rasio tersebut lebih besar dari 0,5 kali. ## Analisis Perbandingan Horizontal 1. Perbandingan Rasio Likuditas Tabel 3 Data Rasio Likuiditas Nama Perusahaan Nilai Rasio Rata-rata Perusahaan 2021 2022 PT.Indofood Sukses Makmur 1,7 3,9 2,8 PT. Sentra Food Indonesia 1,7 1,7 1,7 Rata-rata 1,7 2,8 Sumber: Olah Data Dari data diatas dapat diketahui rata-rata rasio lancar perusahaan di tahun 2021 sebesar 1,7 sedangkan tahun 2022 sebesar 2,8. Dari kedua tahun tersebut rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2022 sedangkan tahun sebelumnya mengalami penurunan. Dari kedua perusahaan yang menjadi objek penelitian, yang memiliki rasio likuiditas di atas rata-rata (terbaik) di tahun 2022 yaitu PT.Indofood Sukses Makmur, dengan rasio lancar 3,9 di atas rata-rata. Dengan demikian, PT.Indofood Sukses Makmur menjadi perusahaan yang paling likuid dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya yaitu PT. Sentra Food Indonesia. ## 2. Perbandingan Rasio Solvabilitas Tabel 4 Data Rasio Solvabilitas Nama Perusahaan Nilai Rasio Rata-rata Perusahaan 2021 2022 PT.Indofood Sukses Makmur 53,4 50,2 51,8 PT. Sentra Food Indonesia 58,9 59,3 59,1 Rata-rata 56,15 54,75 Sumber: Olah Data Dari data diatas dapat diketahui rata-rata total utang terhadap total aset pada perusahaan mengalami penurunan. Di tahun 2021 berada pada angka 56,15 kemudian di tahun 2022 turun menjadi 54,75. Angka-angka ini berarti baik karena pembiayaan perusahaan-perusahaan di dalam perusahaan tidak banyak menggunakan utang. Dari kedua perusahaan yang menjadi objek penelitian, yang memiliki DAR terbaik yaitu PT. Sentra Food Indonesia yang memiliki nilai DAR 59,3. Angka ini berarti PT. Sentra Food Indonesia hanya menggunakan 59% proporsi utangnya untuk membiayai perusahaan. ## 3. Perbandingan Rasio Profitabilitas Tabel 5 Data Rasio Profitabilitas Nama Perusahaan Nilai Rasio Rata-rata Perusahaan 2021 2022 PT.Indofood Sukses Makmur 7,2 11,3 9,25 PT. Sentra Food Indonesia 31,5 20,8 26,15 Rata-rata 19,35 16,05 Sumber: Olah Data Dari data diatas dapat diketahui rata-rata laba bersih pada perusahaan mengalami penurunan. Di tahun 2021 rata profitabilitas berada pada angka 19,35 kemudian di tahun 2022 turun menjadi 16,05.. Dari kedua perusahaan yang menjadi objek penelitian, yang memiliki NPM terbaik yaitu PT. Sentra Food Indonesia yang memiliki nilai NPM 31,5 di tahun 2021. ## 4. Perbandingan Rasio Aktivitas Tabel 6 Data Rasio Aktivitas Nama Perusahaan Nilai Rasio Rata-rata Perusahaan 2021 2022 PT.Indofood Sukses Makmur 1,3 1,4 2,7 PT. Sentra Food Indonesia 3,3 3,2 6,5 Rata-rata 4,6 4,6 Sumber: Olah Data Dari data diatas dapat diketahui rata-rata perputaran aset pada perusahaan berada pada posisi yang sama yaitu diangka 4,6. Artinya bahwa nilai FATO pada tahun 2021 dan 2022 setiap Rp 1, aktiva turut berkontribusi menciptakan 4,6 penjualan. Dari kedua perusahaan yang menjadi objek penelitian, yang memiliki nilai rata-rata FATO terbaik yaitu PT. Sentra Food Indonesia yaitu 6,5, artinya setiap Rp 1 aktiva tetap turut berkontribusi menciptakan Rp 6,5 penjualan. ## Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan mengenai analisis keuangan PT. Indofood Sukser Makmur Tbk dan PT. Sentra Food Indonesia, Tbk selama periode 2021-2022, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan Analisis Likuditas Dari kedua perusahaan yang menjadi objek penelitian, yang memiliki rasio likuiditas di atas rata-rata (terbaik) di tahun 2022 yaitu PT.Indofood Sukses Makmur, dengan rasio lancar 3,9 di atas rata-rata, artinya kinerja perusahaan dapat dikataka baik. 2. Berdasarkan Analisis Rasio Solvabilitas Dari kedua perusahaan yang menjadi objek penelitian, yang memiliki DAR terbaik yaitu PT. Sentra Food Indonesia yang memiliki nilai DAR 59,3% kurang dari 100%. Angka ini berarti proporsi aktiva yang dimiliki PT. Sentra Food Indonesia masih lebih besar dari jumlah modal pinjaman maka kinerja perusahaan dapat dikatakan baik. 3. Berdasarkan Rasio Analisis Rasio Profitabilitas Di tahun 2021 rata profitabilitas berada pada angka 19,35 kemudian di tahun 2022 turun menjadi 16,05. Dari kedua perusahaan yang menjadi objek penelitian, yang memiliki NPM terbaik yaitu PT. Sentra Food Indonesia. 4. Berdasarkan Analisis Rasio Aktivitas Dari kedua perusahaan yang menjadi objek penelitian, yang memiliki nilai rata-rata FATO terbaik yaitu PT. Sentra Food Indonesia yaitu 6,5. Artinya perputaran aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghasilkan tingkat penjualan menunjukkan keinerja perusahaan yang baik. Kesimpulan harus memiliki implikasi perspektif yang lebih luas untuk wilayah dan domain lain yang lebih luas. Pekerjaan Masa Depan dan Pertanyaan Posisi harus muncul dari Kesimpulan. Teks harus diketik dalam Arial Narrow, 11 pt, Spasi baris Tunggal, Alignment justify, First Paragraph Indentation None, di sisa teks, Indentasi baris pertama pada 1cm). 1 baris kosong Arial Narrow 11 pt ## Referensi Aghnitama, R. D., Aufa, A. R., & Hersugondono. (2021). Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Indeks Investor33 di BEI. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi , 18 (2), 1 – 11. Ambarwati, N. S., Yuniarta, G. A., & Sinarwati, N. K. (2015). Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha , 3 (1), 1 – 11. Anoraga, P. (2000). Manajemen Bisnis . Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hanafi, M. . dan A. H. (2012). Analisis Laporan Keuangan . Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Hanafi, M. M. (2008). Manajemen Keuangan. (Edisi Pert). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Harahap, L. R., & Anggraini, R. (2020). Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan PT Eastparc Hotel, Tbk (Masa Awal Pandemi Covid-19) . 5 (1), 57 – 63. Harahap, S. S. (2007). Analisis Kritis Laporan Keuangan (Cetakan Ke). Jakarta: Grafindo Persada. Jumingan. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Kasmir. (2009). Analisis Laporan Keuangan . Jakarta: Rajawali Pers. Munawir, S. (2002). Analisis Informasi Keuangan (Cetakan Pe). Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Nandhita, Kirana, dkk. (2022). Analisis Perbandingan Kinerja Antar Perusahaan Jasa Keuangan Tahun 2019- 2021. Journal of Economics and Business Management , Vol.1 , No. , 4. Prihadi, T. (2010). Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi (Cetakan Pe). Jakarta: PPM Manajemen. Salma, S., & Hermuningsih, S. (2022). Analisis Keuangan Perusahaan Ditinjau Dari Rasio Likuiditas, Profitabilitas Dan Aktivitas (Studi Kasus PT. Gudang Garam, Tbk). YUME : Journal of Management , 5 (3), 403 – 410. https://doi.org/10.37531/yume.vxix.4567 Senja Priastuti. (2016). Analisis Perbandingan Leporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Waralaba Makanan Cepat Saji. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen. , Volume 5.
37f47685-8a30-48a5-adda-ad5bb885bccf
https://journal.stiba.ac.id/index.php/bustanul/article/download/374/228
## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id ## TINJAUAN FIKIH ISLAM TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG TALAK ## ISLAMIC JURISPRUDENCE VIEW ON LAW NUMBER 1 YEAR 1974 CONCERNING TALAK ## Kasman Bakry Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar Email: [email protected] Sirajuddin Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar Email: [email protected] ## Musriwan Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar Email: [email protected] ## Ahmad Arfah Mansyah Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar Email: [email protected] Keywords : ABSTRACT Divorce, Divorce Registration, Religious Court This study aimed to determine the review of Islamic jurisprudence on Law No. 1 of 1974 concerning the stipulation of rules requiring divorce before the Religious Courts. The research method was descriptive qualitative research with library research techniques, which focuses on the study of manuscripts and texts, and uses normative and philosophical juridical approaches. The results of the study showed that even in Islamic jurisprudence, divorce can occur and be considered valid, anytime and anywhere, if the husband who handed down the divorce is mature, reasonable, and not under pressure or coercion. However, Law Number 1 of 1974 requires that a divorce be valid, and divorce must be filed and carried out in front of a religious court session. This requirement does not conflict with Islamic jurisprudence, even scholars agree on the witness of divorce. Kata kunci : ABSTRAK Talak, Pencatatan Talak,Pengadilan Agama Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan fikih Islam terhadap Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang penetapan aturan yang mewajibkan talak di depan pengadilan Agama. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik kajian kepustakaan ( library research ), yang terfokus pada studi naskah dan teks, serta menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan filosofis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun dalam fikih Islam, talak bisa saja terjadi dan dianggap sah, kapanpun dan di manapun, jika suami yang menjatuhkan talak tersebut telah balig, berakal dan tidak berada dalam tekanan atau paksaan. Namun, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 mensyaratkan untuk sahnya suatu talak, dan talak mesti diajukan dan dilakukan di depan sidang pengadilan ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id Agama. Syarat ini tidak bertentangan dengan fikih Islam bahkan ulama sepakat atas disunahkannya saksi atas talak. Diterima: 13 Agustus 2021; Direvisi : 18 Agustus 2021; Disetujui : 18 Agustus 2021; Tersedia online : 20 Agustus 2021 How to cite: Kasman Bakry, Sirajuddin, Musriwan, Ahmad Arfah Mansyah., “Tinjauan Fikih Islam Terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Talak”, BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam 2, No. 2 (2021): 348-362. doi: 10.36701/bustanul.v2i2. 373. ## PENDAHULUAN Sebagai negara muslim terbesar di dunia 1 , Indonesia berusaha memberlakukan hukum-hukum Allah swt. dalam penerapan hukum di Indonesia. Hukum-hukum Islam di Indonesia ada yang dibahas secara umum dalam perundang-undangan negara Indonesia dan ada pula yang dibahas lebih detail. Hukum Islam yang dibahas secara umum dalam undang-undang Indonesia seperti tata cara beribadah kepada Allah swt., seperti salat, wudhu, puasa Ramadan dan ibadah lainnya baik yang bersifat wajib atau yang sunah. Sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar hasil Amandemen pasal 29 ayat (2) yang berbunyi, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” 2 Dalam pasal ini, Negara Indonesia memberikan kewenangan kepada warganya dalam memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agamanya yang dianggap benar. Hukum Islam yang dibahas secara detail dalam hukum Indonesia di antaranya adalah hukum perkawinan, hukum kewarisan, dan hukum perwakafan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Menurut Hikmatullah, dengan adanya KHI di Indonesia, maka pluralisme Keputusan Peradilan Agama dapat diminimalisir, karena kitab yang dijadikan rujukan hakim Peradilan Agama adalah sama 3 . Selain itu, pengelolaan zakat, tata cara penyelenggaraan haji, dan peradilan agama juga diatur dalam perundang-undangan di Indonesia. Namun, dalam penerapan hukum Islam di Indonesia ditengarai terdapat beberapa masalah yang tampak berbeda dengan hukum fikih Islam, terutama yang dibahas dalam Kompilasi Hukum Islam. Sebagaimana dalam Kompilasi Hukum Islam Bab I: Hukum Perkawinan Bab XVI Pasal (113) berbunyi, “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.” Dalam Kompilasi Hukum Islam, perceraian atau talak hanya dapat dilakukan dan dianggap sah di depan Pengadilan Agama, sebagaimana bunyi Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Berbeda halnya dengan hukum fikih Islam, talak dapat dijatuhkan dan dianggap sah ketika terpenuhi syarat-syaratnya. Berdasarkan pokok persoalan di atas, maka penulis berupaya menemukan titik temu antara UU No. 1/1974 dengan tinjauan dalam fikih Islam. Dalam pengkajiannya, penulis 1 Databoks, “Indonesia, Negara dengan Penduduk Muslim Terbesar Dunia”, Situs Resmi Databoks. http://databoks.katadta.co.id/datapublish/2019/09/25/indonesia-negara-dengan -penduduk- muslim- terbesar-dunia (22 Desember 2019). 2 Redaksi Visimedia, UUD 1945 (Cet. III; Jakarta: Visimedia, 2007), h. 11. 3 Hikmatullah, Hikmatullah. "Selayang Pandang Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia." Ajudikasi: Jurnal Ilmu Hukum 1.2 (2017). ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id menetapkan tujuan yaitu untuk mengetahui bagaimana pandangan fikih Islam terhadap aturan yang mewajibkan talak di depan pengadilan. Adpun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif (non-statistik) dengan teknik kajian kepustakaan ( library research ) yang terfokus pada studi naskah dan teks, serta menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan filosofis. Dari pengamatan penulis sejauh ini, telah didapati beberapa penelitian terdahulu terkait kewajiban talak di pengadilan agama, di antaranya; 1. Penelitian yang berjudul “ Keabsahan Talak Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Fikih Munakahat: Konflik Norma .” Hasil dari penelitian ini, bahwa cerai tanpa putusan pengadilan itu tidak sah, sesuai dengan pasal 39 ayat (1) Undang-Undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan 4 . 2. Penelitian yang berjudul “ Analisis Terhadap Perceraian Melalui SMS Pada Kasus Aceng Fikri (Bupati Garut) Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan .” Hasil penelitian mengemukakan bahwa talak melalui pesan singkat SMS dalam aspek hukumnya jatuh karena memiliki kesamaan dengan surat asalkan memenuhi syarat-syarat pengirimnya adalah sang suami, harus punya niat/kehendak untuk bercerai, kalimat yang diucapkan tidak boleh salah, dan sang istri harus menerima pesan tersebut. Akan tetapi, talak yang dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi modern adalah kaedah perceraian yang tidak menepati adab perceraian yang digariskan oleh syara . Pada kasus Aceng Fikri perceraian melalui pesan singkat SMS hukumnya sah secara agama, tetapi belum sah secara hukum negara karena belum dilakukan di depan sidang pengadilan agama 5 . Dengan demikian, berdasarkan kajian-kajian di atas tampak belum mengkaji sisi tinjauan fikih Islam terhadap UU No. 1/1974 tentang talak yang mempersyaratkan bahwa talak dianggap sah jika dilakukan di pengadilan agama. Untuk itu, kajian ini berupaya menemukan titik temu antara tinjauan fikih Islam UU No. 1/1974 tentang talak. Hal ini tidak lain bertujuan untuk memperkaya khasanah kajian Islamic studies (studi keislaman), alih-alih diharapkan dapat bermanfaat bagi umat dan bangsa. ## PEMBAHASAN ## Talak dalam Fikih Munakahat Para fukaha berpendapat, bahwa talak merupakan syariat yang memiliki lima hukum atau biasa disebut dengan istilah al-Aḥkām al-Taklīfiyyah al-Khamsah 6 , tergantung dengan situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Talak hukumnya haram ketika menceraikan istri yang sedang haid, atau menceraikan istri yang sedang suci (dari haid) 4 Hasyim Fahmi.“Keabsahan Talak dalam Perspektif Hukum Positif dan Fiqih Munakahat (Konflik Norma)”. Skripsi. Malang: Fak. Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017. 5 Aila Laila. Analisis Terhadap Perceraian Melalui SMS Pada Kasus Aceng Fikri (Bupati Garut) Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan/oleh Aila Laila . Diss. UNIVERSITAS TARUMANEGARA, 2013. 6 ‘Abdul Karim ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Namlah, A l-Mazhab Fi ‘Ilmi Ushul al-Fiqh al- Muqaran , Jilid 1, h. 43. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id namun sebelumnya telah digauli dan talak seperti ini disebut dengan talak bid’i 6 . Talak hukumnya makruh, ketika tidak dalam rangka menghindari sebuah mudarat dalam rumah. Bahkan hukum ini bisa saja menjadi haram dalam sebagian kondisi. Hukum ini berdalilkan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Jabir ra., نع َّمُث ،ِءاَمْلا ىَلَع ُهَش ْرَع ُعَضَي َسيِلْبِإ َّنِإ " :َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلوُس َر َلاَق :َلاَق ، ٍرِباَج ُهْنِم ْمُهاَنْدَأَف ،ُهاَيا َرَس ُثَعْبَي َف ،اَذَك َو اَذَك ُتْلَعَف :ُلوُقَيَف ْمُهُدَحَأ ُءي ِجَي ،ًةَنْتِف ْمُهُمَظْعَأ ًةَل ِزْنَم اَم :ُلوُقَيَف ْمُهُدَحَأ ُءي ِجَي َّمُث َلاَق ،اًئْيَش َتْعَنَص اَم :ُلوُقَي )ملسم هجرخأ( " َتْنَأ َمْعِن :ُلوُقَي َو ُهْنِم ِهيِنْدُيَف :َلاَق ،ِهِتَأَرْما َنْيَب َو ُهَنْيَب ُتْقَّرَف ىَّتَح ُهُتْك َرَت 7 Artinya: Dari Jābir, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air, lalu mengirim bala tentaranya. Yang paling rendah (dari bala tentaranya) bagi iblis adalah yang paling besar godaanya. Salah satu di antara mereka datang lalu berkata: ‘aku telah melakukan ini dan itu.’ Kemudian iblis berkata: ‘kau tidak melakukan apa pun.’ Lalu yang lain datang lalu berkata: ‘Aku tidak meninggalkannya sampai aku memisahkannya dengan istrinya.’ Nabi saw. bersabda: “Iblis mendekatinya lalu berkata: ‘Bagus kamu.” (H.R. Muslim). Juga hadis ‘Amru ibn Dīnār ra.. ،رانيد نب ورمع نع :لاق :هل تلاقف ،هل ةأرما رمع نبا قلط ؟ههركت ائيش ينم تيأر له " ,لا :لاق ميفف :تلاق ةأرملا قلطت ةفيفعلا "اهعجتراف :لاق ؟ةملسملا )روصنم نب ديعس هاور( 8 Artinya: Dari ‘Amru ibn Dīnār ra., dia berkata: “Ibn Umar menceraikan istrinya,” maka istrinya berkata: “Apakah kau melihat sesuatu yang kau tidak suka dariku?” Dia menjawab: “Tidak.” Lalu istrinya berkata: “Lalu kenapa kau menceraikan perempuan terhormat dan muslimah?” Dia (‘Amru) berkata: “Maka Ibn Umar merujuknya.” (H.R. Sa’īd ibn Manṣūr). Talak hukumnya mubah, ketika akhlak dan pergaulan istri buruk, dan dan dikhawatirkan munculnya mudarat ketika tetap bersamanya, dan tidak ada hal yang baik yang didapatkan darinya. Talak hukumnya mustaḥab (dianjurkan), ketika istri lalai dari menunaikan hak-hak Allah swt. atasnya seperti salat dan sebagainya, dan tidak mungkin untuk memaksanya (dalam menunaikan hak-hak Allah swt.), atau istri menjadi perempuan yang tidak berbudi luhur, tidak baik dalam melayani suami, dan dia tidak memperbaiki kekurangan agamanya, maka tidak mengapa untuk mengekangnya dan mempersempitnya dalam keadaan ini agar dia mau memperbaikinya, sebagaimana firman Allah swt. dalam Qs. al-Nisā/4: 19, 6 Rahmat, Rahmat, and Sri Indriani. "Hukum Idah Perceraian bagi Wanita Hamil Akibat Perbuatan Zina." BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam 1.4 (2020), h. 598. 7 Muslim ibn al-Ḥajjāj al-Qusyairī al-Naisābūrī, Ṣaḥīḥ Muslim, Jilid 4 (t.Cet.; Beirut: Dār Iḥyā’ al- Turāṡ al-‘Arabī, 1374 H/ 1954 M), h. 2167. 8 Sa’īd ibn Manṣūr al-Khurasānī al-Jauzajānī, Sunan Sa’īd ibn Manṣūr , Jilid 1 (Cet. I; India: al-Dār al-Salafiyyah, 1403 H/1982 M), h. 307. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id َبِب اوُبَهْذَتِل َّنُهوُلُضْعَت َلا َو ٍةَنِ يَبُم ٍةَش ِحاَفِب َنيِتْأَي ْنَأ َّلاِإ َّنُهوُمُتْيَتآ اَم ِضْع Terjemahnya: Dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata 9 . Namun, talak dalam keadaan ini hukumnya bisa berubah menjadi wajib. Talak hukumnya wajib, seperti pada suami yang mūlī (dia bersumpah tidak akan berhubungan dengan istrinya sampai pada waktu yang ditentukan), jika dia tidak menginginkan rujuk setelah habis waktu menunggu pada waktu yang telah ditentukan. Atau talak di antara suami dan istri yang berselisih sedang tidak ada jalan bagi keduanya untuk damai, dan keduanya memilih untuk talak atau cerai, maka talak hukumnya wajib menurut pendapat jumhur ulama. Adapun syarat sahnya talak dapat dibagi menjadi tiga kelompok; syarat yang berkaitan dengan penjatuh talak, syarat yang berkaitan dengan yang tertalak dan syarat yang berkaitan dengan sigah talak. Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan penjatuh talak adalah: ## 1) Berstatus sebagai suami Dengan kata lain, antara dia dan perempuan yang ingin dicerainya telah terikat akad nikah yang sah. Laki-laki tidak memiliki hak cerai kecuali jika dia berstatus sebagai suami yang sah. Ini sejalan dengan firman Allah swt. dalam Qs al-Aḥzāb/33: 49, di mana Allah menyebutkan perceraian setelah (terjadinya) pernikahan 10 , َّنُهوُمُتْقَّلَط َّمُث ِتاَنِم ْؤُمْلا ُمُتْحَكَن اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka 11 . ## 2) Balig Jumhur ulama berpendapat bahwa talak tidak bisa dijatuhkan oleh anak kecil, baik sudah mumayiz atau belum, sebab talak adalah urusan yang sangat urgen dan tidak bisa diserahkan kepada anak kecil, begitu juga oleh walinya. Pendapat ini didasarkan pada hadis riwayat Aisyah ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda: ،أربي ىتح ىَلَتبملا نعو ،َظقيتسي ىتح مئانلا نع :ٍةثلاث نع ُملقلا َعِف ُر )دواد وبأ هاور( َرَبْكَي ىتح ِ ىبَّصلا نعو 12 9 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 80. 10 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 236. 11 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 424. 12 Abū Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’aṡ ibn Isḥāq al-Azdī al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, Jilid 6, h. 452. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id Artinya: Tidak dicatat (amalan) dari tiga orang (ketentuan hukum tidak berlaku bagi tiga orang); orang tidur sampai dia terjaga, orang gila sampai dia sembuh, dan anak kecil sampai dia dewasa. (H.R. Abū Dāwud). Sedangkan mazhab Hambali berpendapat, jika anak kecil sudah mumayiz, mengerti apa itu cerai, dan memahami konsekuensinya bahwa istrinya berstatus talak bain dan haram baginya, maka talaknya sah. Pendapat ini didasarkan pada hadis marfu’ yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia ‘Ali ra 13 . هلقع ىلع بولغملا هوتعملا قلاط لاإ ،زئاج قلاط لك )روصنم نب ديعس هاور( 14 Artinya: Setiap talak hukumnya boleh, kecuali talak orang idiot yang sangat bodoh. (H.R. Sa’īd ibn Manṣūr). Pendapat ini juga dipilih oleh Ibn Taimiyah, sebab dia menyatakan: “Akan tetapi ucapan anak kecil yang sudah mumayiz dan orang gila berkala memiliki implikasi hukum ( mu’tabar ) ketika ia bisa membedakannya. 15 " ## 3) Berakal Kata talak dari orang gila dan orang idiot tidak sah, karena orang gila tidak memiliki kapasitas mengambil keputusan, dan orang idiot kekurangan kapasitas mengambil keputusan. Ketentuan ini merujuk pada hadis Aisyah ra. yang telah dikemukakan sebelumnya . Ketentuan ini berlaku bagi orang gila permanen, sedangkan bagi orang gila berkala (kadang sembuh dan kadang kambuh), maka talak yang diucapkannya pada waktu gila tidak berlaku. Sedangkan talak yang diucapkannya pada waktu sembuh (sadar) berlaku atau sah karena kesempurnaan kapabilitasnya 16 . 4) Menjatuhkan talak atas kemauan sendiri dan tidak berada di bawah tekanan (paksaan) Suami yang berada di bawah tekanan, maka talaknya tidak sah, karena Allah swt. mengangkat hukum dari orang yang melakukan sesuatu karena terpaksa. Hal itu karena talak merupakan tindakan yang memiliki pengaruh yang besar dan hasilnya pun langsung dirasakan dalam kehidupan suami-istri. Oleh karena itu, suami yang menjatuhkan talak kepada istrinya harus memenuhi syarat-syarat yang berlaku dengan kemauan dan tanpa paksaan agar semua tindakannya sah dan benar 17 . Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan yang tertalak sebagai berikut; 13 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 236-237. 14 Sa’īd ibn Manṣūr al-Khurasānī al-Jauzajānī, Sunan Sa’īd ibn Manṣūr , Jilid 1, h. 310. 15 Aḥmad ibn ‘Abdul Ḥalīm ibn Taimiyah, Majmū’ al-Fatāwā , Jilid 33 (t. Cet.: Madinah; Mujamma’ al-Malik Fahd Li Ṭabā’ah al-Muṣḥaf al-Syarīf, 1465 H/2004 M), h. 108. 16 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 237. 17 Sayyid Sābiq, Fiqh al-Sunnah , Jilid 2, h. 247. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id a) Istri yang sah dan masih berada dalam kekuasaan suami Ulama sepakat bahwa talak jatuh pada perempuan yang menjalin tali pernikahan yang sah dengan pentalak, atau tengah menjalani masa idah setelah ditalak raj’i (talak yang masih bisa dirujuk), dan tidak jatuh pada perempuan ajnabiyyah (bukan mahramnya) atau perempuan yang belum halal baginya walau akan dinikahinya 18 . Adapun jika dia sedang menjalani masa idah talak bain 19 atau fasakh, maka jumhur ulama menyatakan talak terhadapnya tidak berlaku lagi mengingat sudah berakhirnya pernikahan karena talak bain dan atau karena fasakh. Adapun jika istri ditalak sebelum melakukan hubungan intim, maka tidak ada masa idah baginya, berdasarkan firman Allah swt. dalam Qs. al- Aḥzāb/33:49, َل اَمَف َّنُهوُّسَمَت ْنَأ ِلْبَق ْنِم َّنُهوُمُتْقَّلَط َّمُث ِتاَنِم ْؤُمْلا ُمُتْحَكَن اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأاَي َّنُهوُعِ تَمَف اَهَنوُّدَتْعَت ٍةَّدِع ْنِم َّنِهْيَلَع ْمُك َّنُهوُح ِ رَس َو ًلايِمَج اًحا َرَس Terjemahnya: Wahai orang-orang beriman! Apabila kamu menikahi perempuan-perempuan mukminat, kemudian kamu menceraikannya mereka sebelum kamu mencampurinya (berhubungan intim), maka tidak ada masa idah atas mereka yang perlu kamu perhitungkan. Namun berikanlah mereka mutah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya 20 . Talak dalam kondisi ini termasuk talak bain, sehingga menurut kalangan mazhab Hanafi dan Syafi’i tidak bisa diikuti dengan talak lain. Jika seorang suami mengatakan kepada istrinya yang belum disanggamai (belum berhubungan intim), “Kamu tertalak! Kamu tertalak! Kamu tertalak!” (tiga kali talak), maka yang jatuh hanya satu, sebab dengan talak satu saja dia sudah tertalak bain dari suaminya dan menjadi perempuan ajnabiyyah (bukan mahram) baginya, sehingga praktis tidak bisa ditalak lagi 21 . b) Suami harus menentukan istri mana yang akan ditalaknya, baik dengan isyarat, sifat, atau niat, atau dengan ketiga-tiganya sekaligus 22 . Misalnya, seorang suami mengatakan kepada istrinya yang bernama Zainab, sembari memberikan isyarat kepadanya, dan dengan niat menalaknya, “Hai Zainab, kamu tertalak!”, maka ulama sepakat bahwa telah jatuh talaknya. Begitu pula jika dia menunjuk 18 Abu al-Walīd Muḥammad ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Rusyd al-Qurṭubī, Bidāyah al-Mujtahid Wa Nihāyah al-Muqtaṣid , Jilid 3 (t.Cet; Kairo: Dār al-Ḥadīṡ, 1425 H/2004 M), h. 101. 19 Talak bain ialah talak yang tidak bisa dirujuk secara langsung. Terbagi atas dua: Pertama, talak bain kecil yaitu perempuan yang telah habis masa idah talak raj’i -nya, sehingga suami (yang telah menalaknya) jika ingin merujuknya harus dengan akad dan mahar baru. Kedua, talak bain besar yaitu perempuan telah ditalak tiga oleh suaminya, dan jika suami ingin merujuknya kembali, maka dia harus menunggu sampai perempuan itu menikah lagi dengan laki-laki lain dengan pernikahan sah dan tidak direkayasa, kemudian dia ditalak lagi sampai habis masa idahnya. 20 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 424. 21 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 250. 22 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 251. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id salah satu istrinya dan menyifatinya dengan sifat tertentu (yang identik dengannya) dan tanpa niatan pada selainnya, maka ulama sepakat akan jatuhnya sebuah talak terhadapnya. Begitu pula jika dia menyifatinya dengan sifat yang identik dengan istri yang akan ditalaknya tanpa memberikan isyarat dan tanpa niatan kepada selainnya, misalnya ia mengatakan, “Salma tertalak!”. Sementara jika dia mengatakan, “Salah satu istriku tertalak!”. Sementara jika dia mengatakan, “Salah satu istriku tertalak!” dengan niat menjatuhkannya pada salah seorang istrinya tanpa menunjuk yang mana, maka istri yang dimaksudkannya saja yang tertalak, bukan yang lain 23 . Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan metode talak, secara singkat dapat dikatakan bahwa talak bisa terjadi dan sah jika dijatuhkan dengan segala sarana yang bermaksud menghentikan hubungan suami-istri, baik dilakukan dengan ucapan, tulisan, isyarat maupun dengan mengutus orang (delegasi). ## 1) Talak dengan ucapan Adapun ungkapan talak terbagi dua, dengan ucapan dan dengan isyarat. Selain itu, lafaz talak bisa berbentuk lugas atau kiasan. Berikut ini penggambaran lafaz talak dalam bentuk kata-kata lugas maupun kiasan: ## a) Kata-kata lugas Ucapan yang digunakan untuk menjatuhkan talak, adakalanya diucapkan dengan jelas dan maknanya dapat dipahami serta tidak memiliki pengertian lain, baik dari segi bahasa maupun tradisi. Misalnya ungkapan: “Kamu tertalak!” ( anti ṭāliq) , “Aku menceraikanmu!” (ṭallaqtuki) , “Kamu tertalak!” (anti muṭallaqah) , dan sejenisnya 24 . Jika seorang menalak istrinya dengan ungkapan lugas, maka talaknya dianggap sah walau dia berniat yang lain atau menyangkal ungkapan talaknya tersebut. Hal ini karena maksud dan makna dari ungkapan yang lugas sudah jelas dan ditujukan kepada istri. Kecuali ada indikasi atau kondisi yang mempengaruhi sehingga talak dianggap tidak sah, misalnya orang yang dipaksa atau salah ucap dan lain semacamnya 25 . Imam Syafi’i berkata, “Di dalam Al-Qur’an ada tiga bentuk ucapan talak yang diucapkan dengan jelas, yaitu al-ṭalāq (talak/cerai) , al-firāq (pisah) , al-tasrīḥ (lepas) . ” 26 Sebagian ulama dari mazhab Ahlu al-Ẓāhir mengatakan, “Talak tidak sah jika tidak menggunakan tiga kata tadi karena hal itulah yang diterapkan oleh agama. Adapun penggunaan ketiga kata itu adalah ibadah, dengan syarat bahwa ketiga kata itu diucapkan. Oleh karena itu, wajib bagi orang muslim untuk mencukupkan penggunaan lafaz talak 23 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 251. 24 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 251. Lihat juga: Sayyid Sābiq, Fiqh al-Sunnah , Jilid 2, h. 253. 25 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 252-253. Lihat juga: Sayyid Sābiq, Fiqh al-Sunnah , Jilid 2, h. 254. 26 Muḥammad ibn Idrīs al-Syāfi’ī, al-Umm , Jilid 5 (t. Cet.: Beirut; Dār al-Ma’rifah, 1410 H/1990 M), h. 276. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id kepada lafaz talak yang ada dalam agama.” 27 Ungkapan talak telah digunakan dalam Al- Qur’an, antara lain Qs. al-Ṭalāq/65:1, ... َّنِهِتَّدِعِل َّنُهوُقِ لَطَف َءاَسِ نلا ُمُتْقَّلَط اَذِإ ُّيِبَّنلا اَهُّيَأاَي Terjemahnya: Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar) 28 . Sedangkan ungkapan al-firāq digunakan dalam Al-Qur’an, misalnya Qs. al-Ṭalāq/65: 2, ... ... ٍفو ُرْعَمِب َّنُهوُق ِراَف ْوَأ ٍفو ُرْعَمِب َّنُهوُكِسْمَأَف Terjemahnya: Maka rujuklah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik 29 . Sedangkan ungkapan al-tasrīḥ atau al-sarāh digunakan dalam Al-Qur’an, antara lain Qs. al-Baqarah/2:229, ٍناَسْحِإِب ٌحي ِرْسَت ْوَأ ٍفو ُرْعَمِب ٌكاَسْمِإَف Terjemahnya: Maka menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik 30 . Dan juga firman Allah swt. dalam Qs. al-Aḥzāb/33:28, َّنُكْعِ تَمُأ َنْيَلاَعَتَف ... ًلايِمَج اًحا َرَس َّنُكْح ِ رَسُأ َو Terjemahnya: Maka kemarilah agar aku berikan kepadamu mutah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik 31 . Berbeda dengan pendapat di atas, mazhab Maliki dan Hanafi berpendapat bahwa lafaz firāq dan tasrīḥ atau sarāh bukanlah ungkapan lugas untuk menyebutkan perceraian, melainkan merupakan ungkapan kiasan karena bisa berarti perceraian atau lainnya. Sebagaimana dalam firman Allah swt. dalam Qs. Āli ‘Imran/3:103, َّرَفَت َلا َو اًعيِمَج ِ َّاللَّ ِلْبَحِب اوُم ِصَتْعا َو اوُق Terjemahnya: Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah swt., dan janganlah kamu bercerai-berai 32 . Juga pada Qs. al-Bayyinah/98:4, ُةَنِ يَبْلا ُمُهْتَءاَج اَم ِدْعَب ْنِم َّلاِإ َباَتِكْلا اوُتوُأ َنيِذَّلا َق َّرَفَت اَم َو Terjemahnya: 27 Abu al-Walīd Muḥammad ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Rusyd al-Qurṭubī, Bidāyah al-Mujtahid Wa Nihāyah al-Muqtaṣid , Jilid 3, h. 95. 28 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 558. 29 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 558. 30 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 36. 31 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 421. 32 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 63. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id Dan tidaklah berpecah belah orang-orang ahli kitab melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata 33 . Sebagaimana kata firāq (dan derivasinya) dalam kedua ayat di atas tidak ada hubungannya dengan perceraian. Begitu juga dengan firman Allah swt. dalam Qs. al- Ahzāb/33:49, َمَت ْنَأ ِلْبَق ْنِم َّنُهوُمُتْقَّلَط َّمُث ِتاَنِم ْؤُمْلا ُمُتْحَكَن اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأاَي َّنُهوُعِ تَمَف اَهَنوُّدَتْعَت ٍةَّدِع ْنِم َّنِهْيَلَع ْمُكَل اَمَف َّنُهوُّس ًلايِمَج اًحا َرَس َّنُهوُح ِ رَس َو Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu menceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka tidak ada masa idah atas mereka yang perlu kamu perhitungkan. Namun, berilah mereka mutah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya 34 . Di sini Allah menyebut kata sarāḥ setelah memaparkan perceraian. Jika memang demikian, maka lafaz firāq dan sarāḥ merupakan kiasan. Namun, perlu diketahui bahwa penilaian lafaz talak antara lugas dan kiasan, meskipun merupakan penilaian yang valid dari segi posisi, namun hal ini bisa berbeda-beda menurut pandangan orang, tempat dan waktu, dan bukan paten pada lafaz itu sendiri. Adapun pada kenyataannya dari segi penggunaan, hampir tidak ada seorang pun yang menggunakan lafaz ini untuk menalak istrinya, sedangkan dari segi syarak, terkadang kata itu digunakan untuk makna selain talak 35 . ## b) Kata-kata kiasan Adalah ungkapan yang sebenarnya tidak digunakan untuk menyebut talak secara khusus, tetapi mengandung arti talak dan lainnya. Jika tidak mengandung unsur talak sama sekali, maka ia bukanlah kiasan, melainkan hanya ungkapan sia-sia yang tidak berimplikasi apa-apa 36 . Contoh ungkapan kiasan adalah jika suami mengatakan kepada istrinya, “Aku lepaskan kamu!” atau, “Segala urusanmu, ada pada dirimu!” atau, “Pulanglah kepada keluargamu” atau, “Kamu haram bagiku” dan semacamnya. Untuk keabsahan talak yang menggunakan ungkapan kiasan dibutuhkan niat (atau kesengajaan untuk menalak), sebab lafaz kiasan mengandung arti talak dan selainnya, sehingga ia tidak bisa diarahkan kepada arti talak kecuali dengan niat demikian. Dengan demikian, jika suami mengucapkan talak dengan ungkapan majas, kemudian menyangkal bahwa ucapannya bukan bermaksud untuk menalak, maka talaknya tidak sah. Hal itu karena 33 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 598. 34 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 424. 35 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 252. 36 Muḥammad Abdullah ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Qudāmah al-Maqdisī, al-Mugnī, Jilid 7, h. 391-392. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id ucapannya mengandung makna talak dan selain talak, sedangkan dibutuhkan niat dan tujuan untuk menilai ungkapan majas berpengaruh pada sahnya talak atau tidak 37 . ## 2) Talak dengan isyarat Barangsiapa yang mampu berbicara, maka menurut jumhur ulama (minus kalangan mazhab Maliki) dia tidak dibenarkan menalak dengan isyarat. Adapun orang bisu, maka jumhur ulama menganggap sah talaknya dengan isyarat. Sedangkan kalangan mazhab Syafi’i dan Hanafi menyatakan, talak dengan isyarat tidak disahkan bagi orang bisu yang bisa menulis, sebab tulisan lebih mampu menunjukkan tujuan yang dimaksud, kecuali jika memang kondisinya tidak bisa menulis 38 . ## 3) Talak menggunakan delegasi (perutusan) Talak dianggap sah dan boleh dijatuhkan dengan delegasi (mengutus orang) untuk menyampaikan kepada istri bahwa suaminya telah menalaknya. Adapun utusan (delegasi) tersebut bertindak sebagai suami yang menjatuhkan talak, karena itu talaknya sah 39 . ## Aturan Talak dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Istilah talak atau perceraian terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 38 yang memuat ketentuan fakultatif bahwa, “Perkawinan dapat putus karena: 1) kematian; 2) perceraian; 3) atas putusan pengadilan 40 . Putusnya perkawinan dalam hal ini berarti berakhirnya hubungan suami istri. Kematian sebagai salah satu sebab putusnya perkawinan adalah jika salah satu pihak baik suami atau istri meninggal dunia. Adapun putusnya perkawinan dengan perceraian karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian, dan putusnya perkawinan dengan keputusan pengadilan adalah jika kepergian salah satu pihak tanpa kabar berita untuk waktu yang lama. Putusnya perkawinan ada dalam beberapa bentuk tergantung dari segi siapa sebenarnya yang berkehendak untuk putusnya perkawinan itu. Dalam hal ini ada 4 (empat) kemungkinan: 41 1) Putusnya perkawinan atas kehendak Allah swt. sendiri melalui matinya salah seorang suami atau istri yang disebut dengan cerai mati; 2) Putusnya perkawinan atas kehendak suami dengan alasan tertentu disebut talak; 3) Putusnya perkawinan atas kehendak dan permintaan dari istri disebut khuluk; 4) Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak ketiga setelah melihat adanya sesuatu pada suami dan atau pada istri yang menandakan tidak dapatnya hubungan perkawinan itu dilanjutkan. Putusnya perkawinan dalam bentuk ini disebut fasakh. 37 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 253-254. Lihat Juga: Sayyid Sābiq, Fiqh al-Sunnah , Jilid 2, h. 254. 38 Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid Sālim, Ṣaḥīḥ Fiqh al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah, Jilid 3, h. 259. 39 Sayyid Sābiq, Fiqh al-Sunnah , Jilid 2, h. 257. 40 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan , bab VIII, pasal 38. 41 Hasyim Fahmi, “Keabsahan Talak dalam Perspektif Hukum Positif dan Fiqih Munakahat (Konflik Norma)”, Skripsi (Malang: Fak. Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017), h. 21-22. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id ## Syarat-Syarat Talak dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, s uami atau istri yang ingin mengajukan gugatan perceraian harus memenuhi syarat-syarat sah cerai sebagaimana yang diuraikan pada Pasal 39 42 , yaitu perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhenti mendamaikan kedua belah pihak, karena perceraian hanya bisa dilakukan setelah terbukti bahwa antara suami istri tersebut tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. Adapun tata cara perceraian diatur dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 pasal 14 sampai dengan 18 43 . Pada pasal 14 disebutkan bahwa seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraikan istrinya, mengajukan permohonan cerai kepada pengadilan di tempat tinggalnya, yang berisi maksud menceraikan istrinya disertai dengan alasan-alasannya serta meminta kepada pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu. Pada pasal 15 disebutkan bahwa pengadilan yang bersangkutan mempelajari isi surat permohonan cerai yang dimaksud dalam pasal 14, dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari memanggil pemohon dan istrinya untuk meminta penjelasan. Pada paasal 16 disebutkan bahwa pengadilan hanya memutuskan untuk mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian yang dimaksud dalam pasal 14 apabila memang terdapat alasan-alasan seperti yang dimaksud dalam pasal 19 dan pengadilan berpendapat bahwa antara suami istri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun dalam rumah tangga. Pada pasal 17 disebutkan bahwa sesaat setelah dilakukan sidang perceraian yang dimaksud dalam pasal 16, ketua pengadilan membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian tersebut. Surat keterangan tersebut dikirimkan kepada pegawai pencatat di tempat perceraian itu terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian. ## Komparasi Keabsahan Talak dalam Tinjauan Fikih Islam Terhadap Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 Talak dalam fikih Islam dianggap sah ketika memenuhi syarat-syarat sah talak yaitu, suami yang sah sebagai penjatuh talak, dengan kriteria telah balig dan berakal, serta menjatuhkan talaknya atas kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, dan hendaknya Istri yang ditalak adalah istri yang sah, dan suami menjatuhkan talak atasnya dengan menentukannya dengan isyarat, atau dengan menyifatinya, atau dengan niat, atau dengan ketiga-tiganya, dengan menggunakan ungkapan, baik ungkapan yang jelas (lugas) ataupun ungkapan kiasan yang disertai dengan niat menalak. Suami juga bisa menalak istrinya dengan tulisan yang disertai dengan niat menalak. Bagi suami yang bisu dan tidak bisa menulis, maka diperbolehkan untuk menalak dengan isyarat. Dalam fikih Islam, suami dapat menalak istrinya kapanpun dan di manapun, dan dianggap sah ketika memenuhi syarat-syarat sah di atas. Berkenaan status perceraian yang tidak dilakukan di depan pengadilan agama atau di depan hakim, maka talaknya tetap 42 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan , bab VIII, pasal 39. 43 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan , bab V, pasal 14-18. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id dianggap sah karena dalam literatur Islam tidak diharuskan perceraian dilakukan di depan pengadilan. Talak suami kepada istrinya dengan ucapan yang jelas, maka dianggap sah terlepas dari apakah dia meniatkannya atau tidak, apakah dia bersunguh-sungguh atau tidak. Sebagaimana hadis Nabi saw. yang masyhur yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Abu Hurairah ra., )دواد وبأ هاور( ةَعْج َّرلاو ،ُقلاَطلاو ،ُحاَكنلا :ٌّدج َّنُهُل ْزَهو ٌّدَج َّنهُّدج ثلاث 44 Artinya: Tiga perkara, seriusnya dianggap serius, dan gurauannya dianggap serius, yaitu nikah, talak, dan rujuk (H.R. Abū Dāwūd). Sedangkan ketika suami menalak istrinya dengan ungkapan kiasan, tulisan, isyarat, ataupun dengan delegasi, maka untuk keabsahannya dipersyaratkan harus diiringi dengan niat karena cara menjatuhkan talak yang mengandung makna selain talak. Adapun peraturan talak perspektif Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Kompilasi Hukum Islam mensyaratkan talak harus diajukan di persidangan pengadilan agama dan berdasarkan pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yang pada intinya Ketua Pengadilan membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian tersebut, surat keterangan yang dimaksud adalah dalam bentuk akta cerai yang dikuatkan oleh putusan pengadilan. Surat keterangan/akta cerai tersebut secara hukum sebagai bukti surat bahwa antara suami dan istri sah bercerai karena talak dengan demikian keduanya sudah tidak lagi ada hubungan hukum sebagai suami istri. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, berupaya untuk membentuk ketahanan keluarga, dengan melakukan mediasi untuk mendamaikan pasangan suami istri yang hendak melakukan perceraian, hal ini sesuai dengan tuntutan syariat Islam, sebagaimana dalam firman Allah swt. dalam Qs. al-Nisa/4: 35, ِ ف َوُي اًحلاْصِإ اَدي ِرُي ْنِإ اَهِلْهَأ ْنِم اًمَكَح َو ِهِلْهَأ ْنِم اًمَكَح اوُثَعْباَف اَمِهِنْيَب َقاَقِش ْمُتْف ِخ ْنِإ َو َّنِإ اَمُهَنْيَب ُ َّاللَّ ِق ## اًريِبَخ اًميِلَع َناَك َ َّاللَّ Terjemahnya: Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Maha Teliti, Maha Mengenal 45 . Dari ayat di atas, terlihat peran pengadilan dapat berfungsi sebagai juru damai antara suami-istri sekaligus menertibkan perceraian dengan melakukan pencatatan, upaya ini dilakukan untuk meminimalisir permasalahan yang terjadi akibat kerusakan akhlak manusia saat ini. Jika pernikahan, talak dan rujuk tidak tercatat, maka sangat mudah bagi istri-istri yang tidak takut kepada Allah swt. untuk mengaku telah diceraikan untuk 44 Abū Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’aṡ ibn Isḥāq al-Azdī al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, Jilid 3 (Cet. I; Lebanon: Dār al-Risālah al-‘Āmaliyyah, 1430 H/2009 M), h. 516. 45 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 85. ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id menikah padahal statusnya masih istri yang sah bagi suami pertamanya, atau suami mengumpulkan lebih dari empat istri. Adapun hal yang mengharuskan talak di pengadilan, maka ia tidak bertentangan dengan fikih Islam, bahkan ulama telah sepakat tentang disunahkannya keberadaan saksi dalam talak, hal ini dikuatkan oleh ulama kontemporer bernama Abu Bakar Jabir Al-Jazairi 46 . Dengan demikian, ketentuan aturan talak di pengadilan menghendaki atau mengharapkan agar para suami tidak mudah untuk mentalak istrinya. Adapun jika terlanjur menalak istri di luar pengadilan, maka dianjurkan agar si suami melaporkannya ke pengadilan agama. ## KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan fikih Islam terhadap Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang penetapan aturan yang mewajibkan talak di depan pengadilan Agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun dalam fikih Islam, talak bisa saja terjadi dan dianggap sah, kapanpun dan di manapun, akan tetapi memiliki syarat yang perlu diperhatikan, yakni jika suami yang menjatuhkan talak tersebut telah balig, berakal dan tidak berada dalam tekanan atau paksaan. Namun, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 mensyaratkan akan sahnya talak, menyatakan bahwa talak diajukan dan dilakukan di depan sidang pengadilan agama. Syarat ini tidak bertentangan dengan fikih Islam bahkan sebagian mazhab berkeyakinan akan wajibnya keberadaan saksi atas talak. Bahkan kehadiran pengadilan dalam urusan talak juga bisa meminimalisir jatuhnya talak, karena pengadilan berupaya untuk mendamaikan pasangan suami istri yang mengajukan talak. Talak yang dilakukan di depan pengadilan bukan hanya sebagai bentuk legalitas atas pengakuan negara, namun lebih dari itu, bisa menjaga hak-hak suami istri baik dalam hubungan perkawinan maupun setelah putusnya perkawinan. Jika sekiranya seorang suami telah mentalak istrinya di luar pengadilan, maka ia hendaknya melaporkannya dan berupaya mencatatkannya di pengadilan agama, agar tegak syariat Allah swt. ## DAFTAR PUSTAKA Al-Jauzajānī, Sa’īd ibn Manṣūr al-Khurasānī. Sunan Sa’īd ibn Manṣūr . Jilid 1. Cet. I; India: al-Dār al-Salafiyyah, 1982. Al-Maqdisī, Abu Muḥammad Abdullah ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Qudāmah. al- Mugnī, Jilid 7. t.Cet.; Kairo: Maktabah Kairo. 1968. Al-Naisābūrī, Muslim bin al-Ḥajjāj al-Qusyairī. Ṣaḥīḥ Muslim. Jilid 4. t.Cet.; Beirut: Dār Iḥyā’ al-Turāṡ al-‘Arabī. 1954 . Al-Qurṭubī, Abu al-Walīd Muḥammad ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Rusyd. Bidāyah al-Mujtahid Wa Nihāyah al-Muqtaṣid . Jilid 3. t.Cet; Kairo: Dār al-Ḥadīṡ. 2004. Al-Sijistānī, Abu Dāud Sulaimān ibn al-Asy’aṡ ibn Isḥāq al-Azdī. Sunan Abī Dāwud, Jilid 3. Cet. I; Lebanon: Dār al-Risālah al-‘Āmaliyyah. 2009. Al-Syāfi’ī, Muḥammad ibn Idrīs. al-Umm , Jilid 5. t. Cet.: Beirut; Dār al-Ma’rifah. 1990. 46 Soraya Devy dan Luthfia Mawaddah, “Kesaksian dalam Talak Menurut Abu Bakar Jabir Al- Jazairi,” (El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga) 1, no. 1 (Januari-Juni 2018), h. 62 ## BUSTANUL FUQAHA: JURNAL BIDANG HUKUM ISLAM Vol. 2 No. 2 (2021): Hal. 348-362 EISSN: 2723-6021 Website: https://journal.stiba.ac.id Databoks. “Indonesia, Negara dengan Penduduk Muslim Terbesar Dunia”, Situs Resmi Databoks. http://databoks.katadta.co.id/datapublish/2019/09/25/indonesia- negara-dengan-penduduk-muslim-terbesar-dunia. Devy, Soraya, and Luthfia Mawaddah. "Kesaksian dalam Talak Menurut Abu Bakar Jabir Al- Jazairi." El-USRAH: Jurnal Hukum Keluarga 1.1 (2018): 57-73. Fahmi, Hasyim.“Keabsahan Talak dalam Perspektif Hukum Positif dan Fiqih Munakahat (Konflik Norma)”. Skripsi. Malang: Fak. Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2017. Hikmatullah, Hikmatullah. "Selayang Pandang Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia." Ajudikasi: Jurnal Ilmu Hukum 1.2 (2017). Ibn Taimiyah, Aḥmad ibn ‘Abdul Ḥalīm. Majmū’ al-Fatāwā . Jilid. 33. t. Cet.: Madinah; Mujamma’ al-Malik Fahd Li Ṭabā’ah al-Muṣḥaf al-Syarīf. 2004. Kementerian Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Cet. I; Jakarta: Ummul Qura, 2017. Laila, Aila. Analisis Terhadap Perceraian Melalui SMS Pada Kasus Aceng Fikri (Bupati Garut) Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan/oleh Aila Laila . Diss. UNIVERSITAS TARUMANEGARA, 2013. Rahmat, Rahmat, and Sri Indriani. "Hukum Idah Perceraian bagi Wanita Hamil Akibat Perbuatan Zina." BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam 1.4 (2020): 588-610. Redaksi Visimedia. Undang-Undang Dasar 1945. Cet. III; Jakarta: Visimedia, 2007. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan . Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan . Sabiq, Sayyid. "Fiqh al-Sunnah, jilid II." Beirut: Dar al-Fikr (1983). Sālim, Abū Mālik Kamāl ibn al-Sayyid. Ṣaḥīḥ Fiqh Al-Sunnah Wa Adillatuhu Wa Tauḍīḥ Maẓāhib al-Aimmah . Jilid 3., Cet. I; Kairo: al-Maktabah al-Taufīqiyyah. 2003.
c7d635c0-81ad-4cde-9693-3d3543f728ea
https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/tekno/article/download/1684/1443
## ANALISIS SISTEM PEMANTAUAN VIDEO MENGGUNAKAN IP CAMERA PADA SUATU UNIT USAHA DI PTN ## Tri Agus Riyadi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma [email protected] ## Abstrak Sistem pemantauan video dengan menggunakan IP camera pada saat ini sudah banyak digunakan untuk keamanan suatu tempat. Parameter yang menentukan kualitas video diantaranya resolusi dan frame rate. Salah satu implementasi IP camera pada suatu unit usaha di PTN untuk memantau keadaan terutama pada saat perkuliahan berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan melakukan ujicoba terhadap rancangan penggunaan IP camera disuatu unit usaha di PTN serta menganalisis hasil video yang dihasilkan dari IP camera. Video hasil pemantauan menggunakan resolusi sebesar 640x480 dan 160x120 dengan frame rate sebesar 5 fps dan 30 fps. Penggunaan resolusi sebesar 640x480 dengan frame rate sebesar 5 fps dan 30 fps menghasilkan kualitas gambar video yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan resolusi sebesar 160x120. Hasil video dengan menggunakan 30 fps dan resolusi sebesar 640x480 menghasilkan kualitas video yang lebih baik dibandingkan dengan video yang menggunakan frame rate sebesar 5 fps. Semua responden yang menilai video menyatakan bahwa kualitas video dengan resolusi 640x480 dan frame rate 30 fps lebih baik dibandingkan dengan video lainnya. Kata Kunci : IP Kamera, Video, Citra, Resolusi, Frame Rate ## ANALYSIS OF MONITORING SYSTEM USING IP CAMERA IN A BUSSINESS UNIT IN PTN ## Abstract Video monitoring system using IP camera has been used widely nowadays because it can monitor the security of a place. The parameter used in order to determine the quality of video were image size and frame size. One of the implementation of video monitoring system using IP camera was used in a business unit in PTN to monitor the situation when lectures took place. The objectives of this research were designing and testing the used of IP cameras and analyzing the quality of video resulted from IP cameras. Video resulted from IP cameras used resolution of 640x480 and 160x120 with frame rate 5 fps and 30 fps accordingly. Four IP cameras was used in this research and connected to switch. Switch was connected to a server and the resulted video could be monitoring from server in specific location. Based on the experiment, resolution of 640x480 produced better quality of video than 160x120 both in 5 fps and 30 fps as a frame rate. Resolution of 640x480 with 30 fps as a frame rate produced better quality of video than 5 fps as a frame rate. All respondents said that the quality of video with 640x480 resolution and 30 fps for frame rate gave better quality compared to others video. Keywords : IP Camera, Video, Image, Resolution, Frame Rate ## PENDAHULUAN Sistem pemantauan video sangat efektif dan penting untuk keamanan suatu tempat. Sistem pemantauan video dengan menggunakan IP kamera merupakan gabungan dari kamera tradisional dan jaringan teknologi video yang dapat memperkecil dan memberikan video secara langsung melalui internet dengan atau tanpa menggunakan komputer. Peng- gunaan kamera tersebut memungkinkan pengguna melihat tempat yang telah terpasang IP kamera dari jarak jauh. IP kamera yang digunakan merupakan peralatan utama dalam sistem peman- tauan selain jaringan. Performa dari pemantauan dengan menggunakan IP camera memiliki karak- teristik yaitu encoding speed, video resolution, video frame bitrates dan distortion, power dissipation dan sebagainya. Dari karakteristik tersebut, resolusi video, rasio kompresi dan frame rate merupakan hal yang terpenting bagi pengguna sistem pemantauan. Ketiga karakteristik tersebut berhubungan dengan kualitas gambar yang dihasilkan dan bandwidth jaringan yang digunakan. Semakin tinggi resolusi yang digunakan semakin banyak pula penggunaan bandwidth jaringan. IP kamera pada saat ini memiliki format video MPEG-4 dan H.264. Perbedaan dari kedua format tersebut adalah kualitas gambar yang dihasilkan dan juga hasil penyimpanan video. Kualitas gambar juga dapat ditentukan dari resolusi pada masing-masing kamera dan fram e rate yang dapat dikonfigurasi oleh pengguna. H.264 memberikan kualitas gambar yang lebih halus dibandingkan MPEG-4. Pemantauan jarak jauh perlu dila- kukan pada kantor, sekolah, rumah sakit, tempat perbelanjaan, bank dan seba- gainya yang mengutamakan keamanan. Penggunaan sistem pemantauan dapat mengetahui aktivitas yang terjadi pada tempat tersebut sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan dapat cepat dike- tahui penyebabnya. Hasil pemantauan dapat dilihat dengan jelas apabila meng- gunakan resolusi video, rasio kompresi dan frame rate yang tepat. Sistem pemantauan jarak jauh yang digunakan di suatu unit usaha di PTN memfokuskan pada daerah dengan tingkat aktivitas yang tinggi terutama pada saat adanya kegiatan perkuliahan. Peletakkan IP kamera bertujuan untuk memantau aktivitas kondisi di ruangan dan selasar dikarenakan pernah terjadi kehilangan, kerusakan dan penyalahgunaan peralatan pendukung perkuliahan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang penggunaan IP kamera di satu unit usaha di PTN, melakukan ujicoba terhadap rancangan penggunaan kamera CCTV berbasiskan IP address di satu unit usaha PTN, membandingkan hasil video pemantauan dengan resolusi sebesar 640 x 480 dan 160 x 120 dengan menggu- nakan frame rate sebesar 5 frame per detik dan 30 frame per detik untuk masing-masing resolusi dan menganalisis hasil kualitas citra dari kedua kondisi tersebut. Penelitian ini dibatasi oleh video hasil pemantauan diujicobakan dengan resolusi sebesar 640 x 480 dan 160 x 120 serta frame rat e untuk masing-masing resolusi sebesar 5 frame per detik dan 30 frame per detik. Format video yang digunakan adalah MPEG-4. IP kamera yang digunakan sebanyak empat IP camera dan perekaman dilakukan pada saat bersamaan. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai sistem monitoring mengguna- kan IP kamera seperti yang dilakukan oleh [behera et al, 2012]. Penelitian tersebut menggunakan IP kamera yang ditempatkan sedemikan rupa sehingga ada tumpang tindih yang signifikan antara bidang pandang kamera. Hal ini menye- babkan setiap area dapat terlihat oleh kamera. Sistem monitoring real time yang diimplementasikan disini dapat mende- teksi dan melacak objek yang bergerak serta menyediakan sistem peringatan otomatis jika ada aktivitas yang tidak biasa pada zona terlarang. Pengujian pertama menggunakan IP kamera seba- nyak 4 kamera dengan rate pengolahan sebesar 10 fps dengan resolusi sebesar 320x240 dengan menggunakan CPU Intel dual core dengan memori sebesar 4 GB. Pengujian kedua menggunakan IP kamera sebanyak 8 kamera dengan frame rate sebesar 25 fps menggunakan GPU NVIDIA GeForce GTX 480. Metode pendeteksian objek menggunakan Gaussian Mixture Model (GMM) dan pelacakan menggunakan particle filtering . Yang et al melakukan penelitian mengenai sistem monitoring yang hemat biaya, hemat daya dan low profile IP kamera. Kamera yang digunakan memi- liki video preprocessing unit, encoder H.264 dan server streaming yang ter- tanam [Yang et al, 2009]. Video preprocessing unit digunakan untuk data akuisisi dan konversi format video. Encoder H.264 mengkompresi data yang telah diolah sebelumnya dengan sistem encoding berbasis H.264. Server streaming menghasilkan pergerakan data secara kontinu untuk komunikasi video internet dan aplikasi monitoring. Enco- der dan server streaming menggunakan IP kamera secara real time dengan mengimplementasi Blackfin DSP dan prosesor ARM9. Berdasarkan hasil pengujian, performa dan penggunaan IP kamera menunjukkan bahwa IP kamere mudah untuk digunakan dan mampu menghasilkan video dalam format VIF atau VGA langsung ke internet dengan kualitas PSNR yang tinggi dan bitrate yang rendah. Neal dan Rahman melakukan pene- litian mengenai kemungkinan sistem monitoring digunakan dalam cloud computing [Neal dan Rahman, 2012]. Teknologi Cloud sudah banyak digu- nakan dimana memiliki kesempatan utilisasi dari visualisasi. Kesempatan untuk teknik komputasi terdistribusi dari penyimpanan cloud telah dikejar untuk mengetahui apakah berbagai layanan komputasi cloud yang tersedia dapat mendukung persyaratan saat ini terhadap sistem pengelolaan monitoring video beresolusi tinggi. Setelah melakukan invesitigasi dan perbandingan beberapa Software as a service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS), komputasi cloud menye- diakan kemungkinan untuk membangun VMS menggunakan teknologi cloud . Arsitektur ini masih dirasa mahal dan membutuhkan beberapa pengamatan untuk implikasi yang legal serta ancaman dan penanggulangan yang muncul terkait dengan penggunaan teknologi cloud untuk sistem manajemen pengawasan video. Zhang et al melakukan penelitian untuk sistem monitoring high definition (HD) multi kamera dengan arsitektur yang terdistribusi [Zhang et al, 2012]. Penelitian ini mengadopsi disain modular dimana banyak Intelligent Internet Proto- col (IP) berdasarkan video monitoring dihubungkan dengan server video lokal. Setiap server dilengkapi dengan penyimpanan dan GPU untuk mendukung high-level analisis video dan algoritma pemrosesan seperti real time decoding dan pelacakan untuk menangkap video. Penelitian ini juga membuat algoritma untuk monitoring keamanan. Kedua monitoring dilakukan di dalam dan luar ruangan untuk memvalidasi algoritma yang telah dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian, kedua algoritma yang ditanam pada arsitektur yang terdistribusi, mendukung real time aplikasi video dengan resolusi yang tinggi. Hill et al melakukan penelitian untuk meningkatkan fleksibilitas dan keuntungan lainnya dari IP kamera yang membuatnya menjadi satu pilihan untuk diinstalasi dan dikembangkan sebagai sistem monitoring [Hill et al, 2009]. Salah satu kelemahan dari IP kamera adalah tingginya latensi yang dihasilkan jika dibandingkan dengan kamera sejenis. Penelitian ini menggunakan metode penghitungan latensi berdasarkan IP kamera atau kamera analog. Metode ini berdasarkan kamera dan tidak membu- tuhkan perangkat keras tambahan. Metode ini digunakan untuk memban- dingkan beberapa model dari kamera. Hasil dari pengujian terhadap metode ini memperlihatkan bahwa kamera analog memiliki latensi yang rendah sedangkan latensi dari IP kamera masih dalam batas toleransi. Sumber dari latensi dalam IP kamera juga dianalisis dengan prospek untuk pengembangan dan perbaikan diidentifikasi. ## METODE PENELITIAN IP Kamera yang digunakan pada Gedung EC diletakkan pada lantai 2, di suatu Unit Usaha di Perguruan Tinggi Negeri. Pemilihan lokasi penempatan IP kamera karena terdapat beberapa ruangan yang digunakan untuk perkuliahan. Ruangan yang menggunakan IP kamera di lantai 2 hanya dikhususkan pada 3 ruang kelas teori dan 1 ruang labo- ratorium komputer. Pada ruang kelas teori terdapat wall projector dan ruang laboratorium terdapat komputer yang biasa digunakan untuk proses belajar dan mengajar. Peralatan yang terdapat dalam ruang tersebut terkadang sering digu- nakan oleh siswa tanpa ijin terlebih dahulu sehingga untuk memantau ruangan tersebut dipasanglah IP kamera. Lokasi lantai 2 berada pada sudut gedung EC dan jauh dari ruang staff dan ruang server sehingga tidak mudah memantau lokasi tersebut secara langsung. Untuk dapat memantau lokasi tersebut, maka dirancanglah suatu topologi untuk kamera CCTV berbasiskan IP sehingga dapat dipantau dari jarak jauh dengan menggunakan media kabel UTP. Perancangan penggunaan IP kamera pada suatu unit usaha di PTN dapat dilihat pada gambar 1. Kamera yang digunakan sebanyak 4 buah dan semuanya terhubung ke switch pada laboratorium komputer mengguna-kan media kabel UTP. Encoder yang digunakan oleh keempat IP kamera yang digunakan adalah MPEG. Switch tersebut dihubungkan ke server yang terletak di lantai 3 sehingga pemantauan dapat dilakukan. Seluruh hasil pantauan dari kamera dapat dilihat dari monitor server dan hasilnya juga direkam untuk kepentingan lainnya. Tampilan pada layar monitor server dapat menampilkan 4 kamera sekaligus ataupun satu per satu sesuai dengan kebutuhan. Gambar 1. Perancangan Kamera CCTV Pada gedung EC pada unit usaha sebuah PTN Gambar 2. Lokasi Peletakkan Kamera CCTV Berbasiskan IP Penempatan posisi kamera CCTV dapat dilihat pada gambar 2. Untuk pemantauan ruang TCR2 kamera pertama diletakkan di kanan atas sudut depan kelas untuk dapat melihat ke semua arah dalam ruang tersebut. Kamera kedua pada ruang TCR3 diletakkan di kiri atas sudut depan kelas. Kamera ketiga pada ruang Laboratorium Komputer diletak- kan di kanan atas sudut belakang kelas dan kamera keempat di hall atau lorong diletakkan diatas pintu laboratorium komputer. Setelah perancangan dan pema- sangan IP kamera selesai dilakukan, parameter pada kamera perlu ditentukan untuk mendapatkan kualitas gambar yang bagus dari tiap kamera. Parameter yang terdapat pada IP kamera diantaranya adalah resolusi dan frame rate . Kedua parameter tersebut dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan untuk dapat melakukan hasil pemantauan yang di inginkan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini parameter per- tama yang digunakan adalah resolusi sebesar 640x480 dengan frame rate sebesar 5fps dan 30 fps. Penggunaan resolusi sebesar 640x480 menghasilkan tampilan video dengan ukuran citra yang besar sehingga dapat dilihat dengan kasat mata. Frame rate yang digunakan untuk ujicoba adalah nilai frame rate rendah dan tertinggi untuk dapat melihat perbandingan tampilan yang dihasilkan dari tiap kamera. Pengamatan video monitoring hasil dari IP kamera juga dilakukan oleh 10 responden dengan menjawab 6 perta- nyaan yang diajukan dengan jangkauan penilaian 0-100. Pertanyaan tersebut berasal dari standar yang dikeluarkan oleh International Telecommunication Union mengenai penilaian subjektif terhadap kualitas video untuk aplikasi multimedia [ITU-T, 2008]. Video yang ditunjukkan kepada responden yang memiliki banyak pergerakan supaya dapat dinilai sesuai dengan aturan yang dibe- rikan oleh standar ITU-T tersebut. Perta- nyaan yang diberikan kepada responden terdiri dari warna, kontras dan batas dari video, pergerakan yang berkelanjutan, flicker dan adanya ghost pada video ketika terjadi perpindahan dari satu frame ke frame berikutnya. Gambar 3. Hasil Percobaan dengan resolusi 640x480 dan frame rate 5 fps Gambar 3 memperlihatkan hasil ujicoba dengan menggunakan resolusi sebesar 640x480 dengan frame rate sebesar 5 fps. Secara kasat mata, hasil yang ditampilkan dengan resolusi tersebut secara keseluruhan baik walaupun terlihat ketajaman citra masih kurang. Warna yang dihasilkan sedikit kurang terang dan terlihat terdapat sedikit bayangan pada setiap objek dicitra tersebut. Hasil kuesioner yang diberikan kepada 10 responden menyatakan bahwa 8 responden menyatakan video dengan resolusi 640x480 dan frame rate sebesar 5 fps memiliki kualitas warna yang baik dengan memberikan nilai antara 70-80 sedangkan 2 responden menyatakan kua- litas warna yang dihasilkan kurang baik dengan memberikan nilai antara 50-60. Semua responden menyatakan bahwa batas citra dapat terlihat jelas dan kontras citra baik dengan nilai 70-80. Pergerakan gambar baik dengan nilai 80 untuk semua responden. Flicker masih terlihat sesuai hasil dari 7 responden begitu pula untuk ghost yang dihasilkan dalam video tersebut masih terlihat berdasarkan per- nyataan 8 responden. Secara keseluruhan hasil kuesioner menyatakan bahwa video masih dapat terlihat dengan baik walaupun masih terdapat flicker dan ghost . Gambar 4. Hasil Percobaan dengan Resolusi 640x480 dan Frame Rate 30 fps Gambar 4 merupakan hasil ujicoba dengan resolusi sebesar 640x480 dan frame rate sebesar 30 fps. Gambar yang ditampilkan terlihat pixelnya memiliki kerapatan yang tinggi sehingga citra menjadi halus dan tajam. Warna yang dihasilkan juga sangat baik dan batasan setiap objek yang terdapat pada citra tersebut sangat terlihat jelas. Hasil penilaian dari 10 responden terhadap video dengan resolusi 640x480 dan frame rate sebesar 30 fps menyatakan bahwa 10 responden mengatakan bahwa warna yang dihasilkan sangat baik begitu pula untuk kontras dan batas citra. Pergerakan kontinu dari video juga sangat halus. Flicker masih sedikit terlihat berdasarkan pernyataan 3 responden dan 2 responden menyatakan ghost juga masih terlihat. Hasil ujicoba berdasarkan penilaian subjektif dengan menggunakan resolusi sebesar 640x840 dan frame rate sebesar 5 fps dan 30 fps memperlihatkan tampilan video yang dihasilkan dengan frame rate 30 fps lebih baik dibandingkan dengan frame rate sebesar 5 fps. Video yang dihasilkan juga lebih tajam pada frame rate sebesar 30 fps dibandingkan dengan frame rate sebesar 5 fps. Video yang dihasilkan dari frame rate sebesar 5 fps terlihat seperti ada delay. Resolusi sebesar 640x480 masih bisa dilihat jelas citranya jika ditampilkan dengan ukuran full screen . Secara keseluruhan, hasil video ini memberikan kualitas citra yang lebih baik dibandingkan dengan video sebelumnya yang menggunakan frame rate sebesar 5 fps. Pengujian kedua menggunakan parameter resolusi sebesar 160x120 dengan frame rate sebesar 5 fps dan 30 fps. Gambar 5 merupakan hasil ujicoba dengan menggunakan resolusi sebesar 160x120 dan frame rate 5 fps. Terlihat pada hasil tersebut, kualitas citra pada video yang dihasilkan terlihat kotak-kotak yang menunjukkan bahwa kerapatan pixel yang dihasilkan kurang baik. Ketajaman warna juga sangat kurang dan batasan objek yang terdapat pada citra tersebut tidak dapat terlihat dengan jelas. Citra yang dihasilkan seperti berbayang. Gambar 5. Hasil Percobaan dengan Resolusi 160x120 dan Frame Rate 5 fps Gambar 6. Hasil Percobaan dengan Resolusi 160x120 dan Frame Rate 30 fps Hasil kuesioner terhadap 10 res- ponden menyatakan bahwa 9 responden memberikan nilai 60 untuk warna yang dihasilkan. Kontras citra bernilai 60 ber- dasarkan hasil dari 8 responden dan semua responden menyatakan batas citra kurang terlihat jelas dengan memberikan nilai 60. Semua responden menyatakan pergerakan video kurang baik, flicker pada video sering terjadi dan terlihat ada ghost pada video tersebut. Secara kese- luruhan semua responden menyatakan bahwa video dengan resolusi 160x120 dan frame rate 5 fps tidak memberikan kualitas citra yang cukup baik. Gambar 6 merupakan hasil ujicoba dengan menggunakan resolusi sebesar 160x120 dan menaikkan frame rate menjadi 30 fps. Terlihat dari hasil tersebut, kerapatan pixel yang dihasilkan lebih baik walaupun masih terlihat kotak- kotak pixel . Batas pada setiap objek yang terdapat pada citra tersebut sudah dapat terlihat walaupun masih terdapat citra seperti berbayang. Warna yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan dengan penggunaan frame rate sebesar 5 fps. Penilaian dari 10 responden yang ditunjukkan video tersebut, 8 diantaranya menyatakan kualitas warna cukup baik, 7 responden menyatakan batas citra sedikit terlihat walaupun kurang jelas dan kon- tras citra sudah membaik dibandingkan dengan video sebelumnya dengan resolusi yang sama. Pergerakan video membaik berdasarkan hasil dari 9 responden. Flicker sedikit berkurang menurut 7 responden dan ghost juga berkurang berdasarkan pernyataan 9 responden. Berdasarkan hasil resolusi 160x120 terlihat bahwa perbedaan antara peng- gunaan frame rate rendah dengan frame rate tertinggi, tingkat kehalusan video yang dihasilkan berbeda. Frame rate 30 fps memberikan hasil video yang lebih halus dibandingkan frame rate 5 fps. Video dengan frame rate sebesar 30 fps lebih halus sedangkan dengan frame rate 5 fps, video lebih terlihat seperti ada delay. Resolusi sebesar 160x120 tidak dapat ditampilkan dalam ukuran full screen karena citra menjadi tidak jelas dan berbayang. Secara keseluruhan berdasarkan hasil kuesioner responden menyatakan tampilan video dengan resolusi 160x120 dan frame rate 30 fps lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan penggunaan frame rate sebesar 5 fps. Hasil video dari resolusi sebesar 640x480 secara ukuran lebih besar dan dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan resolusi sebesar 160x120. Hasil video ketika menggunakan frame rate sebesar 5 fps pada kedua resolusi tersebut terlihat ada delay karena hanya memiliki 5 frame setiap detiknya. Hasil video terlihat halus dengan tingkat kerapatan pixel yang tinggi ketika menggunakan frame rate sebesar 30 fps untuk resolusi sebesar 640x480 karena memiliki 30 frame setiap detiknya. Penggunaan frame rate 30 fps menghasilkan video yang dapat dilihat oleh mata manusia. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil kuesioner terhadap 10 responden yang menyatakan kualitas gambar yang dihasilkan oleh resolusi 640x480 dan frame rate 30 fps lebih baik secara warna, kontras, batasan objek, konsisten terhadap pergerakan yang kontinu dan tidak terdapat flicker dan ghost ketika terjadi perpindahan dari satu frame ke frame berikutnya. ## SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perancangan penggunaan IP kamera pada suatu unit usaha di PTN telah berhasil dilakukan. Ujicoba dilakukan dengan menentukan resolusi serta frame rate yang digunakan untuk menguji kualitas video yang dihasilkan oleh IP kamera. Hasil video yang ditampilkan untuk resolusi sebesar 640x480 memberikan ukuran citra yang besar dan dapat dilihat dengan baik. Penggunaan frame rate sebesar 30 fps untuk resolusi ini menghasilkan kualitas video yang lebih halus dibandingkan dengan frame rate sebesar 5 fps. Hasil tampilan video yang tertera pada monitor komputer untuk resolusi 160x120 berukuran cukup kecil sehingga menyulitkan pemantauan. Kualitas video dengan frame rate sebesar 30 fps lebih baik dibandingkan dengan frame rate sebesar 5 fps. Hasil video dengan resolusi 640x480 dan 160x120 berdasarkan penilaian subjektif mem- berikan perbedaan yang signifikan berupa ukuran tampilan video. Resolusi 640x480 memberikan tampilan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan resolusi 160x120. Penggunaan frame rate sebesar 30 fps untuk resolusi 640x480 mem- berikan kualitas video yang sangat baik jika dibandingkan dengan frame rate sebesar 5 fps. Penggunaan kamera CCTV berbasis IP juga dapat digunakan untuk memantau keadaan suatu tempat dari handphone smartphone. Melalui handphone smart- phone ,dan koneksi internet maka kondisi dari suatu tempat dapat langsung dilihat saat itu juga dan dari manapun sehingga pemantauan tidak harus dari tempat server. Pemantauan dengan menggunakan smartphone juga dapat dilihat oleh siapa saja, sesuai dengan hak akses yang telah di berikan. dalam hal ini tentunya adalah orang yang berkepentingan di lingkungan tersebut, sehingga pemantauan tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja. Penggunaan resolusi yang lebih besar dari 640x480 dan 30 fps akan dapat mem- permudah dalam pemantauan suatu tempat. Penggunaan perangkat lunak untuk mengukur kualitas gambar yang dihasilkan dari video juga dapat dilaku- kan sehingga dapat menjadi pembanding dengan persepsi secara subjektif. ## DAFTAR PUSTAKA Behera R. K., Kharade P., Yerva S., Dhane P., Jain A. dan Kutty K., 2012. "Multi-camera based surveillance system". World Congress on Information and Communication Technologies IEEE Conference, Trivandrum, India , 102-108. Hill R., Madden C., Hengel A. v. d., Detmold H dan Dick A. 2009. "Measuring Latency for Video Surveillance Systems". Digital Image Computing: Techniques and Applications IEEE Computer Society, Melbourne, Australia, 89-95. Neal D. and Rahman S. M., 2012. Video surveillance in the cloud-computing? . 7th International Conference on Electrical and Computer Engineering, Dhaka, 58-61. Yang M. J., Tham J. Y., Wu D. dan Goh K. H. 2009 ‘ Cost effective IP camera for video surveillance ’ 4th IEEE Conference on Industrial Electronics and Applications, Xi'an, China, 2432- 2435. Zhang S., Chan S. C., Qiu R. D., Ng K. T., Hung Y. S. dan Lu W., 2012. On the design and implementation of a high definition multi-view intelligent video surveillance system". IEEE International Conference on Signal Processing, Communication and Computing (ICSPCC 2012), Hongkong, 353-357.
b4f55f6f-65ff-4e20-87b4-a5fb68d4fc23
https://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/ujmc/article/download/2674/1799
## Sebuah Karakteristik dari Modul Uniserial dan Gelanggang Uniserial I Gede Adhitya Wisnu Wardhana 1 , Fariz Maulana 2 1 Universitas Mataram, Jl. Majapahit no.62, Mataram, NTB, [email protected] 2 Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10, [email protected] Abstract. The module is a generalization of the vector space. The module that will be discussed is a uniserial module, which is a module that only has one composition series. A uniserial ring is a ring whose module over itself is uniserial. The uniserial ring is an Artin and local ring, but the converse is not necessarily true. In this paper, we will discuss Artin and local ring with additional properties so that it is characteristics of the uniserial ring. Keywords: uniserial module, Artinian ring, uniserial ring. Abstrak. Modul merupakan perumuman dari ruang vektor. Modul yang akan dibahas adalah modul uniserial yakni modul yang hanya memiliki satu deret komposisi. Gelanggang uniserial merupakan gelanggang yang modul atas dirinya sendiri merupakan modul uniserial. Gelanggang uniserial merupakan gelanggang Artin dan local, tapi belum tentu sebaliknya. Dalam paper ini akan dibahas sifat tambahan dari gelanggang Artin dan lokal sehingga menjadi karakteristik dari gelanggang uniserial. Kata Kunci: modul uniserial, gelanggang Artin, gelanggang uniserial . ## 1. Pendahuluan Karakterisasai suatu modul, selain tergantung dari tipe modulnya, juga sangat tergantung dari skalarnya. Skalar modul berupa skalar bilangan bulat Gauss [4][6], skalar daerah ideal utama [7][8], hingga skalar daerah valuasi tunggal [1]. Pada perkembangan riset aljabar, secara umum karakteristik pada teori gelanggang yang sudah ada dibawa ke teori modul [3][5]. Contohnya Garminia dkk memberikan karakteristik modul Dedekind yang dibawa dari karakteristik gelanggang Dedekind [2]. Pada artikel ini akan dibahas suatu modul yang dinamkan modul uniserial, yakni modul yang mempunyai deret komposisi yang unik [9], kemudian definisi ini dibawa ke teori gelanggang untuk mendefinisikan gelanggang uniserial. Beberapa terminologi pada modul yang digunakan pada artikel ini diberikan sebagai berikut Definisi 1.1 . Misalkan 𝑀 suatu 𝐴 -modul, himpunan tak hampa 𝑁 ⊂ 𝑀 dikatakan submodul maksimal dari 𝑀 jika ada submodul 𝐿 sedemikian hingga 𝑁 ⊂ 𝐿 ⊂ 𝑀 , maka berlaku 𝐿 = 𝑁 atau 𝐿 = 𝑀 . ## Unisda Journal of Mathematics and Computer Science Definisi 1.2 . Misalkan 𝑀 suatu 𝐴 -modul, himpunan tak hampa 𝑁 ⊂ 𝑀 dikatakan submodul superfluous dari 𝑀 jika untuk sebarang submodul 𝑋 ⊂ 𝑀 sedemikian hingga 𝑁 + 𝑋 = 𝑀 , maka berlaku 𝑋 = 𝑀 . Jika 𝑁 adalah submodul superfluous dari 𝑀 , maka kita notasikan dengan 𝑁 ⊂ 𝑆 𝑀 . Pada modul bilangan bulat modulo ℤ 36 atas gelanggang ℤ , submodul {0,3,6,9,12,15,18,21,24,27,30,33} adalah submodul maksimal, dan {0,18} adalah submodul superfluous . Definisi 1.3 . Misalkan 𝑀 suatu 𝐴 -modul, submodul 𝑁 dikatakan submodul minimal dari 𝑀 apabila 𝑁 tidak memuat submodul tak nol dari 𝑀 . Definisi 1.4 . Misalkan 𝑀 suatu 𝐴 -modul, tulis Δ = {𝑁|𝑁 submodul 𝑀 }. Untuk Ψ subkoleksi tak hampa dari Δ , unsur 𝑋 ∈ Ψ dikatkan unsur minimal apabila 𝑋 tak memuat anggota lain dari Ψ . ## 2. Modul Uniserial dan Gelanggang Uniserial ## 2.1. Modul Uniserial Modul uniserial adalah modul khusus dari modul Artin yang didefinisikan sebagai berikut Definisi 2.1 . Misalkan 𝑀 suatu 𝑅 -modul, modul 𝑀 dikatakan modul Artin bila memenuhi kondisi minimum , yakni setiap koleksi tak hampa dari submodul-submodul 𝑀 mempunyai anggota terkecil Definisi 2.2 . Misalkan 𝑀 suatu 𝑅 -modul, rantai submodul {0} = 𝑀 0 ⊆ 𝑀 1 ⊆ 𝑀 2 ⊆ ⋯ ⊆ 𝑀 𝑘 = 𝑀 dikatakan barisan 𝑀 , dan faktor dari barisan 𝑀 adalah modul faktor 𝑀 𝑖+1 /𝑀 𝑖 , dengan 𝑖 = 0,1,2, … 𝑘 − 1 . Dua barisan yang jumlah faktornya sama dikatakan ekivalen jika punya faktor yang isomorf . Sebagai contoh, modul ℤ 36 atas dirinya sendiri mempunyai barisan yang ekivalen, yakni barisan 〈0〉 ⊂ 〈18〉 ⊂ 〈6〉 ⊂ ℤ 36 dan barisan 〈0〉 ⊂ 〈18〉 ⊂ 〈9〉 ⊂ ℤ 36 . Melihat contoh di atas, maka barisan ℤ 36 yang pertama masih dapat diperpanjang dengan menyisipkan 〈3〉 diantara 〈6〉 dan ℤ 36 . Proses ini dinamakan dengan perhalusan barisan . Definisi 2.3 . Misalkan 𝑀 suatu 𝑅 -modul, barisan submodul 𝑀 ## Unisda Journal of Mathematics and Computer Science {0} = 𝑁 0 ⊆ 𝑁 1 ⊆ 𝑁 2 ⊆ ⋯ ⊆ 𝑁 𝑛 = 𝑀 dikatakan perhalusan barisan {0} = 𝑀 0 ⊆ 𝑀 1 ⊆ 𝑀 2 ⊆ ⋯ ⊆ 𝑀 𝑘 = 𝑀 Apabila 𝑁 𝑗 memuat 𝑀 𝑖 untuk setiap 𝑖 ≤ 𝑗 . Pada modul ℤ 36 , barisan 〈0〉 ⊂ 〈18〉 ⊂ 〈6〉 ⊂ 〈3〉 ⊂ ℤ 36 tidak dapat diperhalus lagi, barisan seperti ini yang dinamakan dengan deret komposisi. Definisi 2.4 . Misalkan 𝑀 suatu 𝑅 -modul barisan submodul 𝑀 {0} = 𝑁 0 ⊆ 𝑁 1 ⊆ 𝑁 2 ⊆ ⋯ ⊆ 𝑁 𝑛 = 𝑀 dikatakan deret komposisi apabila barisan tidak dapat diperhalus lagi. Definisi 2.5 . Misalkan 𝑀 suatu 𝑅 -modul, modul 𝑀 dikatakan modul sederhana jika submodul dari 𝑀 adalah {0} dan dirinya sendiri. Teorema 2.1 . Misal 𝑀 suatu 𝑅 -modul, dan 𝑁, 𝐾 adalah dua submodul berbeda dari 𝑀 dengan 𝐾 ⊂ 𝑁 . Faktor 𝑁/𝐾 adalah modul sederhana jika dan hanya jika untuk setiap submodul 𝐿 dari 𝑀 dengan 𝐾 ⊆ 𝐿 ⊆ 𝑁 berakibat 𝐿 = 𝑁 atau 𝐿 = 𝐾 . Bukti: Misalkan 𝑁/𝐾 modul sedehana. Andaikan ada 𝐴 submodul 𝑀 sehingga 𝐾 ⊆ 𝐴 ⊆ 𝑁 sehingga 𝐴 ≠ 𝑁 dan 𝐴 ≠ 𝐾 . Jadi kita bisa buat modul baru 𝐴/𝐾 dengan 𝐴/𝐾 ⊂ 𝑁/𝐾 dimana 𝐴/𝐾 bukan submodul trivial karena 𝐴 ≠ 𝑀 dan 𝐴 ≠ 𝑁 (kontradiksi dengan 𝑁/𝑀 sederhana). Sebaliknya jika untuk setiap 𝐴 submodul 𝑀 dengan 𝐾 ⊆ 𝐴 ⊆ 𝑁 maka 𝐴 = 𝐾 atau 𝐴 = 𝑁 . Andaikan 𝑁/𝐾 tidak sederhana, yakni terdapat submodul 𝐵 sehingga 𝐵/𝑀 submodul tak trivial 𝑁/𝐾 , akibatnya 𝐾 ⊆ 𝐵 ⊆ 𝑁 . Karena 𝐵/𝑀 ≠ {0} maka 𝐵 ≠ 𝑀 , dan karena 𝐵/𝐾 ≠ 𝑁/𝐾 maka 𝐵 ≠ 𝑁 (kontradiksi). Jadi haruslah 𝑁/𝐾 sederhana. ∎ Teorema 2.2 . Misal 𝑀, 𝑁 suatu 𝑅 -modul dan 𝑓 suatu homomorfisma dari 𝑀 ke 𝑁 , maka (1) Jika 𝑋 submodul dari 𝑀 maka 𝑓(𝑋) adalah submodul dari 𝑁 (2) Jika 𝑓 suatu isomorfisma dan 𝑀 sederhana, maka 𝑁 sederhana. Bukti: (1) Misalkan 𝑋 submodul 𝑀 . Jelas f(X) subhimpunan tak hampa dari 𝑁 karena 0 di 𝑓(𝑋) . Ambil 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑓(𝑋) sebarang dan 𝑘 di 𝐴 sebarang maka ada 𝑎′ dan 𝑏′ di 𝑋 sehingga 𝑓(𝑎′) = 𝑎 dan 𝑓(𝑏′) = 𝑏 , karena 𝑋 submodul dan 𝑓 homomorfisma maka 𝑎′ + 𝑏′ dan 𝑘𝑎′ di 𝑋 akibatnya 𝑓(𝑎′ + 𝑏′) = 𝑓(𝑎′) + 𝑓(𝑏′) = 𝑎 + 𝑏 dan 𝑓 (𝑘𝑎′) = 𝑘𝑓(𝑎 ′ ) ada di 𝑓(𝑋) . Jadi 𝑓(𝑋) submodul di 𝑁 . (2) Misalkan 𝑀 sederhana dan 𝑁 isomorf dengan 𝑀 . Misalkan 𝑋 submodul 𝑁 , jika 𝑋 = {0} , maka 𝑓(𝑋) = {0} , misalkan 𝑋 ≠ 0 , maka ada 𝑥 ≠ 0 di 𝑋 . Karena 𝑓 isomorfisma maka 𝑓(𝑥) ≠ 0 , jadi 𝑓(𝑋) ≠ 0 , dan karena 𝑀 ## Unisda Journal of Mathematics and Computer Science sederhana maka 𝑓(𝑋) = 𝑀 . Tapi karena 𝑔 pada maka diperoleh 𝑓(𝑁) = 𝑀 = 𝑔(𝑋) , jadi 𝑁 = 𝑋 . Jadi 𝑁 modul sederhana. Teorema 2.3 . Misal 𝑅 suatu 𝑅 -modul dan 𝐽 adalah ideal maksimal dari 𝑅 , maka untuk setiap 𝑥 𝜖 𝑅 taknol berlaku 𝐽𝑥 adalah submodul maksimal 𝑅𝑥 . Bukti: Jelas 𝐽𝑥 adalah submodul sejati dari 𝑅𝑥 . Buat pengaitan 𝛹: 𝑅/𝐽 → 𝑅𝑥/𝐽𝑥 dengan 𝑟 + 𝐽 → 𝑟𝑥/𝐽𝑥 . Misalkan 𝑟 1 + 𝐽 , 𝑟 2 + 𝐽 di 𝑅/𝐽 , apabila 𝑟 1 + 𝐽 = 𝑟 2 + 𝐽 maka 𝑟 1 − 𝑟 2 ada di 𝐽 , jelas (𝑟 1 − 𝑟 2 )𝑥 ada di 𝐽𝑥 akibatnya 𝑟 1 𝑥 + 𝐽 = 𝑟 2 𝑥 + 𝐽 , jadi 𝛹 terdefinisi dengan baik. Lebih lanjut 𝛹((𝑟 1 + 𝐽) + (𝑟 2 + 𝐽)) = 𝛹((𝑟 1 + 𝑟 2 ) + 𝐽) = (𝑟 1 + 𝑟 2 )𝑥 + 𝐽𝑥 = (𝑟 1 𝑥 + 𝐽𝑥) + (𝑟 2 𝑥 + 𝐽𝑥) = 𝛹(𝑟 1 + 𝐽) + 𝛹(𝑟 2 + 𝐽) . Jadi 𝛹 suatu homomorfisma. Jika 𝑟′𝑥 + 𝐽𝑥 di 𝑅𝑥/𝐽𝑥 sebarang, pilih 𝑟 + 𝐽 di 𝑅/𝐽 maka 𝛹(𝑟 + 𝐽) = 𝑟′𝑥 + 𝐽𝑥 , jadi 𝛹 suatu epimorfisma. Ambil 𝑟’’ + 𝐽 di 𝐼𝑛𝑡𝑖{𝛹} sebarang, maka 𝛹(𝑟" + 𝐽) = 𝑟′′𝑥 + 𝐽𝑥 = 0 + 𝐽𝑥 , akibatnya 𝑟’’ di 𝐽 , maka 𝑟’’ + 𝐽 = 0 + 𝐽 . Jadi 𝐼𝑛𝑡𝑖{𝛹} = {0 + 𝐽) . Jadi 𝛹 suatu isomorfisma, karena 𝑅/𝐽 sederhana maka 𝑅𝑥/𝐽𝑥 sederhana. Akibatnya 𝐽𝑥 submodul maksimal dari 𝑅𝑥 . Sekarang akan mendefinisikan kembali deret komposisi pada Definisi 2.4 menggunkan tiga teorema yang didapatkan. Definisi 2.6 . Misalkan 𝑀 suatu 𝑅 -modul barisan submodul 𝑀 {0} = 𝑁 0 ⊆ 𝑁 1 ⊆ 𝑁 2 ⊆ ⋯ ⊆ 𝑁 𝑛 = 𝑀 dikatakan deret komposisi bila 𝑁 𝑖+1 /𝑁 𝑖 adalah modul sederhana untuk setiap 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 − 1 . Panjangnya deret komposisi adalah 𝑘 , yaitu banyaknya faktor. Dua deret komposisi dikatakan ekivalen jika setiap faktor dari kedua baris ismorf dan punya panjangnya yang sama. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua modul memiliki deret komposisi, contohnya modul ℤ atas ℤ . Deret komposisi dari suatu modul senantiasa ekivalen, untuk membuktikan itu dibutuhkan sifat berikut Teorema 2.4. (Lema Schreier-Zassenhaus) Misal 𝑉 suatu 𝑅 -modul. Dua barisan modul 𝑉 mempunyai perhalusan yang sama. Secara tak langsung bisa dilihat dari Lema Schreier-Zassenhaus bahwa penghalusan kedua barisan, punya faktor-faktor yang isomorf. Berdasarkan Lema Schreier-Zassenhaus dan Teorema 2.2 bisa dibuktikan bahwa deret komposisi dari suatu modul pasti ekivalen. ## Teorema 2.5. (Teorema Jordan-Holder) Sebarang dua deret komposisi dari 𝑅 -modul 𝑀 ekivalen, yakni punya panjang yang sama dan faktor isomorf. Lebih jauh lagi, jika 𝑀 punya deret komposisi maka setiap barisan dari 𝑀 dapat diperhalus menjadi deret komposisi. ## Unisda Journal of Mathematics and Computer Science Dari fakta-fakta yang diperoleh, maka dapat didefinisikan suatu modul yang erat kaitannya dengan deret komposisi. Definisi 2.8 . Misalkan 𝑀 suatu 𝑅 -modul, 𝑀 dikatakan modul uniserial apabila memiliki deret komposisi yang tunggal. ## 2.2. Gelanggang Uniserial Objek pada teori modul secara umum didefinisikan dari terminologi pada teori gelanggang. Pada artikel ini akan dilakukan sebaliknya, dengan mendefinisikan gelanggang uniserial dari modul uniserial. Definisi 2.7 . Misal 𝑅 gelanggang komutatif maka radikal Jacobson didefinisikan sebagai 𝐽(𝑅) = {𝑟 ∈ 𝑅|𝑉𝑟 = {0} untuk setiap 𝑉 modul sederhana atas 𝑅 } Sebagai contoh, gelanggang ℤ 36 punya 𝐽(𝑅) {0 ,6 , (12), (18, ), (24), (30)} . Secara operasional, menentukan radikal Jacobson dari suatu gelanggang menggunakan Definisi 2.7 tidak praktis. Teorema berikut membantu proses pencarian radical Jacobson lebih mudah. Teorema 2.6 . Jika 𝑅 gelanggang komutatif, maka 𝐽(𝑅) adalah irisan semua ideal maksimal dari 𝑅 . Bukti: Misal 𝑀 ideal maksimal dari 𝑅 sebarang maka 𝑅/𝑀 sederhana, jadi 0 + 𝑀 = (1 + 𝑀)𝑗 = 𝑗 + 𝑀 untuk setiap 𝑗 ∈ 𝐽(𝑅) . Akibatnya 𝑗 ∈ 𝑀 untuk setiap 𝑗 ∈ 𝐽(𝑅) , ini mengakibatkan 𝐽(𝑅) ⊆ 𝐽 , dengan 𝐽 adalah irisan semua ideal maksimal dari 𝑅 . Sebaliknya misal 𝑀 sebarang modul sederhana dari 𝑅 , jadi berlaku 𝑀 = 𝑅𝑚 , untuk sebarang 𝑚 yang tak nol di 𝑀 . Sekarang buat pemetaan 𝛷: 𝑅 → 𝑀 dengan 𝑟 dipetakan ke 𝑟𝑚 . Jika 𝑟 1 = 𝑟 2 maka jelas 𝑟 1 𝑚 = 𝑟 2 𝑚 , jadi 𝛷 terdefinisi dengan baik. Untuk sebarang 𝑟 1 , 𝑟 2 di 𝑅 , 𝛷(𝑟 1 + 𝑟 2 ) = (𝑟 1 + 𝑟 2 )𝑚 = 𝑟 1 𝑚 + 𝑟 2 𝑚 = 𝛷(𝑟 1 ) + 𝛷 (𝑟 2 ) jadi 𝛷 suatu homorfisma. Jika 𝑛 di 𝑀 maka 𝑛 = 𝑟’𝑚 untuk suatu 𝑟’ di 𝑅 , jadi 𝛷(𝑟’) = 𝑟’𝑚 = 𝑛 , jadi 𝛷 suatu epimorfisma. 𝐼𝑛𝑡𝑖 (𝛷) adalah ideal dari 𝑅 , misal 𝐼 ideal 𝑅 sehingga 𝐼𝑛𝑡𝑖 {𝛷} ⊂ 𝐼 . Karena 𝑀 sederhana maka 𝛷(𝐼) = 𝑀 . Dilain pihak 𝛷 suatu epimorfisma, jadi 𝛷(𝑅) = 𝑀 , akibatnya 𝑅 = 𝐼 . Jadi 𝐼𝑛𝑡𝑖{ 𝛷} adalah ideal maksimal dari 𝑅 . Jadi 𝐽 ⊆ 𝐼𝑛𝑡𝑖{𝛷} . Karena 𝑀 dan 𝑚 diambil sebarang dan 𝑗𝑚 = 0 untuk setiap 𝑗 ∈ 𝐽 dan 𝑚 ∈ 𝑀 maka 𝐽 ⊆ 𝐽(𝑅) . Jadi 𝐽(𝑅) adalah irisan semuah ideal maksimal dari 𝑅 . ∎ Radikal Jacobson mempunyai sifat lain yaitu 𝑀𝐽(𝑅) adalah superfluous untuk 𝑀 suatu modul atas 𝑅 yang dibangun oleh berhingga unsur. Untuk menunjukan sifat ini akan digunakan sifat berikut. ## Unisda Journal of Mathematics and Computer Science Teorema 2.7 . (Lema Nakayama) Misal 𝑉 adalah modul atas gelanggang 𝑅 yang dibangun oleh berhingga unsur dan 𝑀 submodul dari 𝑉 . (1) Jika 𝑀 submodul sejati 𝑉 , maka terdapat submodul maksimal 𝐴 dan 𝑀 ⊆ 𝐴 ⊆ 𝑉 . (2) Jika 𝐽 = 𝑅𝑎𝑑(𝑅) dan 𝑉 = 𝑀 + 𝑉𝐽 , maka 𝑉 = 𝑀 . Berdasarkan lema Nakayama, akan dibuktikan sifat radikal Jacobson Teorema 2.8 . Misal 𝑅 gelanggang dan 𝐽 = 𝐽(𝑅) . Maka untuk setiap 𝑀 modul atas 𝑅 yang dibangun oleh berhingga unsur berlaku 𝑀𝐽 ⊂ 𝑆 𝑀 . Bukti: Misal 𝑀 sebarang 𝑅 -modul, maka 𝑀𝐽 suatu submodul dari 𝑀 . Ambil submodul di 𝑀 sebarang, misal 𝑁 , sehingga 𝑀𝐽 + 𝑁 = 𝑀 . Menurut Lema Nakayama 𝑁 = 𝑀 . Jadi 𝑀𝐽 ⊂ 𝑆 𝑀 . ∎ Jika sebelumnya telah diberikan istilah modul Artin dan modul uniserial, pada bagian ini diberikan istilah gelanggang Artin dan gelanggang uniserial. Definisi 2.9 . Misalkan 𝑅 gelanggang komutatif, 𝑅 dikatakan gelanggang Artin jika 𝑅 -modul 𝑅 adalah modul Artin. Definisi 2.10 . Misalkan 𝑅 gelangggang komutatif, 𝑅 dikatakan gelanggang uniserial jika modul 𝑅 atas dirinya sendiri adalah modul uniserial. Definisi 2.11 . Misalkan 𝑅 gelanggang komutatif, 𝑅 dikatakan gelanggang lokal jika 𝑅 hanya memiliki satu ideal maksimal. Definisi 2.12 . Misalkan 𝑅 gelanggang komutatif, 𝑅 dikatakan gelanggang ideal utama jika semuah idealnya dibangun oleh satu unsur. Mudah dilihat apabila 𝑅 gelanggang uniserial, maka 𝑅 juga adalah gelanggang Artin dan gelanggang lokal. Hal ini akan kita bahas pada sifat berikut. Teorema 2.9 . Misal 𝑅 gelanggang komutatif. Jika 𝑅 gelanggang uniserial, maka 𝑅 gelanggang Artin sekaligus gelanggang lokal. Bukti: Misal 𝑅 gelanggang uniserial, maka modul 𝑅 atas dirinya sendiri punya deret komposisi secara tunggal, yakni {0} = 𝑅 0 ⊆ 𝑅 1 ⊆ ⋯ ⊆ 𝑅 𝑛−1 ⊆ 𝑅 𝑛 = 𝑅 . Jelas 𝑅 tidak memiliki submodul yang lain. Misalkan gelanggang 𝑅 punya dua ideal maksimal yaitu 𝐴 dan 𝐵 . Karena 𝑅 𝑖 juga merupakan ideal gelanggang 𝑅 maka submodul maksimal 𝑅 𝑛−1 merupakan ## Unisda Journal of Mathematics and Computer Science salah satu dari 𝐴 atau 𝐵 . Tanpa mengurangi perumuman, misalkan 𝑅 𝑛−1 = 𝐴 . Tapi 𝐵 juga submodul maksimal dari 𝑅 , karena 𝑅 tidak punya submodul lain maka 𝐴 = 𝐵 . Jadi 𝑅 gelanggang lokal. Misal 𝛷 sebarang koleksi tak hampa dari submodul-submodul 𝑅 , jelas 𝛷 anggotanya hingga (paling banyak 𝑛 + 1 ). Karena anggota 𝛷 adalah elemen- elemen dari deret komposisi diatas maka 𝛷 punya anggota minimal. Jadi R gelanggang Artin. ∎ Apabila 𝑅 suatu gelanggang Artin, maka 𝑅 belum tentu gelanggang uniserial, contohnya ℤ 6 dengan dua deret komposisi ℤ 6 ⊃ 〈2〉 ⊃ 〈0〉 dan ℤ 6 ⊃ 〈3〉 ⊃ 〈0〉 . Demikian juga apabila 𝑅 suatu gelanggang lokal, 𝑅 belum tentu gelanggang uniserial, contohnya 𝑅 = {(( 𝑎 0 𝑏 0 𝑎 𝑐 0 0 𝑎 ) |𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ)} . Sebelum dibahas karakterisasi gelanggang uniserial, akan ditunjukan suatu kondisi gelanggang merupakan gelanggang uniserial tanpa melibatkan ketunggalan deret komposisi. Teorema 2.10 . Misalkan 𝑅 gelanggang Artin dan lokal dengan ideal maksimal 𝐽 . Gelanggang 𝑅 uniserial jika dan hanya jika 𝑂 ⊆ 𝐽 𝑛 ⊆ ⋯ … ⊆ 𝐽 ⊆ 𝑅 suatu deret komposisi dari modul 𝑅 atas 𝑅 . Bukti: Misal 𝑅 gelanggang uniserial, jadi modul 𝑅 atas dirinya punya deret komposisi, {0} ⊂ 𝑅 𝑛 ⊂ ⋯ ⊂ 𝑅 2 ⊂ 𝐽 ⊂ 𝑅 . Misal 𝑎 ∈ 𝐽 dan 𝑎 ∉ 𝑅 2 , jelas 𝑎 ≠ 0 . Karena 𝑅 uniserial maka 𝑎𝑅 = 𝐽 , menurut Teorema 2.9 diperoleh 𝑎𝐽 submodul maksimal dari 𝐽 , jadi 𝑅 2 = 𝑎 2 𝑅 = 𝐽 2 . Dengan cara sama diperoleh 𝑅 𝑘 = 𝐽 𝑘 untuk 𝑘 = 3, … , 𝑛 . Jadi 𝑂 ⊆ 𝐽 𝑛 ⊆ ⋯ … ⊆ 𝐽 ⊆ 𝑅 suatu deret komposisi. Sebaliknya misal 𝑂 ⊆ 𝐽 𝑛 ⊆ ⋯ … ⊆ 𝐽 ⊆ 𝑅 suatu deret komposisi dari 𝑅 -modul R. Misal 𝑂 ⊆ 𝑅 𝑛 ⊆ ⋯ … ⊆ 𝑅 2 ⊆ 𝐽 ⊆ 𝑅 suatu deret komposisi yang lain, andaikan 𝑅 2 ≠ 𝐽 2 , didapatkan 𝑅 2 + 𝐽 2 submodul terkecil yang memuat 𝑅 2 dan 𝐽 2 , maka 𝑅 2 + 𝐽 2 = 𝐽 . Menurut Lema Nakayama 𝑅 2 = 𝐽 (kontradiksi), jadi haruslah 𝑅 2 = 𝐽 2 . Dengan cara sama dapat diperoleh 𝑅 𝑘 = 𝐽 𝑘 , akibatnya deret komposisinya tunggal. Jadi 𝑅 gelanggang uniserial. ∎ Teorema 2.11 . Misalkan 𝑅 gelanggang komutatif, maka ketiga peryataan berikut ekivalen (1) Gelanggang 𝑅 uniserial (2) Gelanggang 𝑅 Artin, lokal, gelanggang ideal utama (3) Gelanggang 𝑅 Artin, lokal dan memiliki radikal Jacobson yang dibangun oleh satu unsur. Bukti : (1) ⇒ (2) Misalkan 𝑅 gelanggang uniserial. Karena 𝑅 uniserial dari sifat sebelumnya didapat 𝑅 lokal dan Artin, sekarang tinggal ditunjukan 𝑅 gelangang ideal utama. Karena 𝑅 gelanggang uniserial, maka modul regularnya punya deret komposisi yang tunggal, misal {0} = 𝑅 0 ⊆ 𝑅 1 ⊆ ⋯ ⊆ 𝑅 𝑘−1 ⊆ 𝑅 𝑘 = 𝑅 adalah deret ## Unisda Journal of Mathematics and Computer Science Jurusan Matematika, UNISDA, Lamongan komposisinya dengan panjangnya k, dari sifat sebelumnya semua submodul dari R adalah { 𝑅 𝑚 }, dengan 𝑚 = 0, 1, 2, … . , 𝑘 . Sekarang tinggal ditunjukkan bahwa 𝑅 𝑚 dibangun oleh satu unsur untuk setiap 𝑚 . Untuk 𝑅 0 jelas dibangun oleh satu unsur yaitu 0 . Ambil 𝑖 ∈ {1,2, … , 𝑘} sebarang, misalkan 𝑎 ∈ 𝑅 𝑖 , tapi 𝑎 ∉ 𝑅 𝑖−1 , maka 𝑎𝑅 adalah submodul 𝑅 𝑖 , tapi 𝑅 𝑖 − 1 ≠ 𝑎𝑅 karena 𝑎 1 = 𝑎 ∉ 𝑅 𝑖−1 . Andaikan 𝑎𝑅 tidak memuat 𝑅 𝑖−1 , maka bisa dibangun rantai baru yaitu 𝑅0 ⊂ 𝑎𝑅 ⊂ 𝑅 1 ⊂ ⋯ . . ⊂ 𝑅 𝑘−1 ⊂ 𝑅 𝑘 = 𝑅 , dan dari sifat sebelumnya rantai ini bisa kita perhalus jadi deret komposisi yang lain dari 𝑅 (kontradiksi dengan 𝑅 uniserial). Jadi haruslah 𝑎𝑅 memuat 𝑅 𝑖−1 . Karena 𝑅 𝑖 /𝑅 𝑖−1 adalah modul sederhana, dari sifat sebelumnya kita tahu tidak ada submodul lain diantara 𝑅 𝑖 dan 𝑅 𝑖−1 , jadi 𝑅 𝑖 = 𝑎𝑅 , jadi 𝑅 𝑖 dibangun oleh satu unsur. Karena 𝑖 diambil sebarang maka setiap submodul 𝑅 senantiasa dibangun oleh satu unsur. Jadi R gelanggang ideal utama. (2) ⇒ (3) Misalkan 𝑅 gelanggang Artin, lokal, dan gelanggang ideal utama. Misal 𝐽 adalah ideal maksimal dari 𝑅 , karena 𝑅 lokal maka 𝐽 tunggal, dari sifat sebelumnya kita peroleh 𝐽(𝑅) = 𝐽 . Karena 𝑅 gelanggang ideal utama maka 𝐽 = 𝐽(𝑅) dibangun oleh satu unsur. (3) ⇒ (1) Misalkan 𝑅 Artin, lokal dan memiliki Jacobson radical yang dibangun oleh satu unsur. Karena 𝑅 lokal maka ideal utama maksimal 𝑅 unik, namakan 𝐽 . Dari definisi 𝐽(𝑅) adalah irisan semuah ideal maksimal 𝑅 . maka didapatkan 𝐽(𝑅) = 𝐽 . Jadi 𝐽 dibangun oleh satu unsur, namakan 𝑎 , maka 𝐽 = 𝑅𝑎 . Misal 𝑎 = 0 , maka 𝐽 = {0} , jelas 𝑅 gelanggang uniserial. Sekarang misalkan 𝑎 ≠ 0 , menurut Teorema 2.3, 𝐽𝑎 = 𝑅𝑎 2 = 𝐽 2 adalah submodul maksimal dari 𝑅𝑎 , jadi 𝑅 2 = 𝑅𝑎 2 . Dengan cara sama, didapatkan 𝑅 𝑘 = 𝑅𝑎 𝑘 = 𝐽 𝑘 untuk semua 𝑘 . Jadi kita punya suatu barisan turun … . ⊆ 𝐽 𝑛 ⊆ ⋯ … ⊆ 𝐽 2 ⊆ 𝐽 ⊆ 𝑅, dengan 𝐽 𝑘 /𝐽 𝑘−1 sederhana untuk setiap 𝑘 . Karena 𝑅 Artin maka koleksi submodul 𝑅 yang isinya semuah submodul dari barisan diatas ini punya unsur minimal, misal 𝐽 𝑚 , jadi 𝐽 𝑚+𝑖 = 𝐽 𝑚 untuk setiap 𝑖 . Atau dengan kata lain 𝑅𝑎 𝑚 = 𝑅𝑎 𝑚+𝑖 untuk setiap 𝑖 . Jadi 1𝑎 𝑚+1 = 1𝑎 𝑚 atau 𝑎𝑚 𝑎−1 = 0 , andaikan 𝑎 − 1 tidak punya invers, maka 𝑅(𝑎 − 1) adalah submodul 𝑅 yang tak trivial, karena 1 ∉ 𝑅(𝑎 − 1) . Karena 𝐽 ideal maksimal, maka 𝑅(𝑎 − 1) ⊆ 𝐽 , akibatnya 𝑎 − 1 ∈ 𝐽 , ini menyebabkan 1 ∈ 𝐽 (Kontradiksi dengan 𝐽 ideal maksimal). Jadi harusnya 𝑎 − 1 punya invers, ini mengakibatkan 𝑎𝑚 = 0 , jadi 𝐽 𝑚 = {0} . Jadi diperoleh barisan {0} ⊂ 𝐽 𝑚−1 ⊂ ⋯ . . ⊂ 𝐽 2 ⊂ 𝐽 ⊂ 𝑅 dengan 𝑅/𝐽 dan 𝐽 𝑖 / 𝐽 𝑖+1 sederhana untuk 𝑖 ∈ {1,2, … , 𝑚 − 1} , jadi barisan ini adalah deret komposisi. Menurut Teorema 2.10, 𝑅 gelanggang uniserial. ∎ ## 3. Kesimpulan Tanpa melibatkan ketunggalan deret komposisi, gelanggang uniserial dapat dikarakterisasi menjadi gelanggang Artin dan lokal yang ideal utama atau yang memiliki radikal Jacobson yang dibangun oleh satu unsur. ## Unisda Journal of Mathematics and Computer Science 4. Daftar Pustaka [1] Arifin, S., Garminia, H., and Astuti, P., Finitely Generated Modules's Uniserial Dimensions Over a Discrete Valuation Domain, Mathematics and Statistics 9(4) , 521 – 526, 2021. [2] Garminia, H., Astuti, P., Irawati, Note on Dedekind Modules, International Journal of Algebra 5 (10) , 491-498, 2011. [3] Hijriati, N., Wahyuni, S., Wijayanti, I. E., On representation of a ring on a free module over a commutative ring with identity, Journal of Physics: Conference Series 893 (1), 012010, 2017. [4] Juliana, R., Wardhana, I. G. A. W., and Irwansyah, Some Characteristics of Cyclic Prime, Weakly Prime and Almost Prime Submodule of Gaussian Integer Modulo Over Integer, AIP Conference Proceedings 2329 (1) , 020004, 2021 [5] Maulana, F., Wardhana, I. G. A. W., and Switrayni, N. W., Ekivalensi Ideal Hampir Prima dan Ideal Prima pada Bilangan Bulat Gauss, Eigen Mathematics Journal 1 (1) , 1-5, 2019. [6] Misuki, W. U., Wardhana, I. G. A. W., and Switrayni, N. W., Some Characteristics of Prime Cyclic Ideal On Gaussian Integer Ring Modulo, IOP Conference Series: Materials Science and Engineering 1115 (1) , 012084, 2021. [7] Wardhana, I. G. A. W., Nghiem, N. D. H., Switrayni, N. W., Aini, Q., A Note On Almost Prime Submodule Of CSM Module Over Principal Ideal Domain, Journal of Physics: Conference Series 2106 (1) , 012011, 2021. [8] Wardhana, I. G. A. W., Astuti, P., and Muchtadi-Alamsyah, I., On Almost Prime Submodules of a Module over a Principal Ideal Domain, JP Journal of Algebra, Number Theory and Applications 38 (2) , 121-128, 2016. [9] Wisbauer, Robert, Foundation of Module and Ring Theory, Gordon and Breach, 1991.
aa27707f-cdfa-4a5c-bb54-2cb26b511778
https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/jurnaluda/article/download/4199/3788
History: Received : 25 November 2023 Revised : 10 Januari 2024 Accepted : 29 Februari 2024 Published : 2 M ei 2024 Publisher: LPPM Unive rsitas Darma Agung Licensed: This work is lice nse d unde r Attribution-NonComme rcial-No De rivative s 4.0 Inte rnational (CC BY-NC-ND 4.0) ## Jurnal Darma Agung Volume: 32, Nomor: 2, (2024), April: 1103 - 1117 https://dx.doi.org.10.46930/ojsuda.v32i2.4199 ## KARAKTERISTIK PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 40 PALEMBANG Oleh: Anugerah Helen Suhasri 1, Karoma 2, Maryamah 3 Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang 1,2,3 E-mail: [email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3 ## ABSTRAK Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan karakter karena lembaga pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik namun juga berhasil menciptakan manusia berakhlak mulia. Zaman yang semakin canggih ini masyarakat harus mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar tidak tertinggal dengan perkembangan zaman berbagai dampak dan persoalan bermunculan, menunjukkan keterpurukannya karakte r bangsa dan melahirkan generasi yang tidak sehat, maka pentingnya perilaku yang taat sesuai pada prinsip agama agar menjadikan seseorang untuk berperilaku yang jujur, baik dan bertanggung jawab. Pembinaan karakte r religius juga seringkali mengajarkan empati, kasih sayang, kepedulian dan membantu membangun komunitas yang lebih baik. Ketika seseorang memberikan suatu pembinaan mengenai karakter religius maka terdapat program, strategi atau metode yang beragam untuk dijadikan sebagai proses pembinaan khususnya di SMPN 40 Palembang yang telah melaksanakan upaya pembinaan yang dilakukan untuk me mbina karakter religius siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis:(1) Karakteristik Pembinaan karakter religius pada sis wa di SMPN 40 Palembang (2) Implementasi pembinaan karakter religius pada siswa SMPN 40 Palembang (3) Karakte r religius yang dikembangkan pada siswa SMPN 40 Palembang (4) Dampak karakteristik pembinaan terhadap karakter religius siswa SMPN 40 Palembang. Lokasi Penelitian ini dilakukan di SMPN 40 Palembang Jl HM Shaleh KM 7 Kec Sukarami dengan menggunakan penelitian kualitatif yakni jenis studi kasus. Data dikumpulka n dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian mencakup pengumpulan data, penyajian data, dan kesimpulan. Pengecekan keabsaan data dilakuka n berdasarkan kriteria derajat kepercayaan, keteralihan, ketergantun gan, kepastian dan triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik pembinaan karakter religius terhadap siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang diantaranya memuat serangkaian pembinaan pengembangan keterampilan sosial, praktik keagamaan dan pembinaan sikap menjaga lingkungan sekolah yang dimuat dalam program keagamaan yaitu Bina Pribadi Keterampilan Sosial 40 dengan pendekatan dan metode yang digunakan metode pembiasaan, pendisiplinan, penyuluhan dan keteladanan. Dari serangkaian pembinaan tersebut menghasilkan sebuah karakter religius siswa yang tercermin sesuai dengan nilai agama diantaranya ikhlas, amanah dan tanggung jawab, disiplin serta kasih sayang. Dengan terwujudnya sebuah karakter religius yang memiliki nilai-ilai agama maka dampak dari karakterisik pembinaan karakter religius pada siswa SMPN 40 Palembang menghasilkan dampak yang positif, ini terlihat dari peningkatan pada siswa mengenai kesadaran spiritualnya yang direalisasikan melalui praktik ibadah dan terwujudnya perilaku sesuai nilai-nilai karakter ini dalam konteks religius Kata Kunci : Pembinaan, Karakter Religius, Siswa ## ABSTRACT Schools are educational institutions that have the responsibility to carry out character development because educational institutions not only aim to transfer k nowledge from educators to students but also succeed in creating people with noble character. In this increasingly sophisticated era, society must be able to master science and technology so as not to be left behind by the times, various impacts and problems emerge, showing the deterioration of the nation's character and giving birth to unhealthy generations, so it is important to behave in accordance with religious principles in order to mak e a person behave. honest, k ind and responsible. Religious character development also often teaches empath y, compassion, care and helps build a better community. When someone provides training regarding religious character, there are various programs, strategies or methods that can be used as a training process, especially at SMPN 40 Palembang which has made t raining efforts to develop students' religious character. The aim of this research is to analyze: (1) Characteristics of developing religious character in students at SMPN 40 Palembang (2) Implementation of religious character training in students at SMPN 40 Palembang (3) Religious character developed in students at SMPN 40 Palembang (4) Impact of training characteristics on the religious character of students at SMPN 40 Palembang. Location This research was conducted at SMPN 40 Palembang Jl HM Shaleh KM 7 Suk arami District using qualitative research, namely a case study type. Data was collected using interviews, observation and documentation methods. The data analysis used in the research includes data collection, data presentation, and drawing conclusions. Check ing the validity of the data is carried out based on the criteria of degree of trust, transferability, dependenc y, certainty and triangulation. The results of this research show that the characteristics of religious character development for Palembang State Junior High School 40 students include a series of social sk ills development training, religious practices and attitude training for protecting the school environment which is included in the religious program, namely Social Sk ills Personal Development 40 with the approaches and methods used methods of habituation, discipline, counseling and example. This series of training produces a student's religious character which is reflected in accordance with religious values, including sincerity, trust and responsibility, discipline and compassion. By realizing a religious character that has religious values, the impact of the characteristics of building religious character on students at SMPN 40 Palembang produces a positive impact, this can be seen from the increase in students' spiritual awareness which is realized through the practice of worship and the realization of behavior according to character values. this is in a religious context Keywords: Development, Religious Character, Students ## PENDAHULUAN Salah satu titik tekan tujuan pendidikan nasional selain penguasaan kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah mewujudkan peserta didik berkarakter baik. Penekanan tersebut membuktikan bahwa berkarakter baik bagi peserta didik memiliki posisi penting dalam menopang peradaban bangsa ke depan. Karakter baik seseorang sudah ada sejak lahir, namun jika ingin dipertahankan, karakter baik tersebut harus terus diperkuat sejak usia muda. Ada beberapa cara untuk membentuk kebiasaan baik, salah satunya adalah dengan konsisten berperilaku jujur atau dengan cara yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan. Meskipun tradisi, perilaku, dan pembiasaan yang berkesinambungan dan konsisten turut serta dalam melahirkan nilai karakter religius, dengan hadirnya suasana keagamaan dalam lembaga pendidikan semua itu tidak lepas dari pengawasan, pemantauan, dan bimbingan yang diberikan oleh pihak yang berwenang. pihak-pihak yang terlibat di sekolah, sedemikian rupa sehingga karakter religius siswa terbentuk, misalnya melalui pembina agama, kepala sekolah, wali kelas, dan instruktur. Mencermati fenomena demikian, maka pembinaan keberagaman terhadap siswa mutlak dilakukan dalam rangka pendampingan terhadap siswa yang sedang mengenali jati dirinya. Hal yang dapat dilakukan untuk itu adalah dengan menciptaka n lingkungan sekolah yang Islami dan melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan serta praktik - praktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin, sehingga sangat memungkinkan membuat siswa berada dalam kondisi terbiasa beraagama. Melihat pentingnya sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan karakter, maka SMPN 40 Palembang merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan pembinaan karakter religius bagi peserta didiknya dengan berbagai ciri khas khusus dalam programnya. Agus Wibowo berpendapat, bahwasannya Karakter religius digambarkan sebagai pandangan atau perilaku berbakti dalam memegang teguh prinsip-prinsip agama yang dianut, memahami tata cara ibadah, dan hidup berdampinga n secara damai dengan orang lain. Untuk menghasilkan sebuah karakter religius yang berdasarkan pada nilai-nilai agama, diperlukan suatu pembinaan mengenai pengembanga n nilai dan sikap yang sesuai dengan ajaran agama tertentu. Pembinaan karakter religius memiliki berbagai pentingnya dalam kehidupan seseorang yang dapat membantu dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai moral, membantu mendorong perilaku yang jujur, baik dan bertanggung jawab. Pembinaan karakter religius sering kali mengajarkan empati, kasih sayang, kepedulian dan membantu membangun komunitas yang lebih baik. Ketika seseorang memberikan suatu pembinaan mengenai karakter religius maka terdapat program, strategi atau metode yang beragam untuk dijadikan sebagai proses pembinaan. Membahas pentingnya program dalam upaya pembinaan karakter religius pada siswa. Dalam teori Emotional Spiritual Quotient (ESQ) karya Ary Ginanjar, al-asma al-husna, karakter religius, hendaknya menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat mungkin terjadi karena manusia telah mempunyai bekal yang baik, yang harus dioptimalka n, dan kita bisa meneladani karakter Tuhan yang adil, jujur, bertanggung jawab, bersyukur, penyayang, dan sebagainya. Andi Ismail mengutip jurnal Elihami dan Syahid untuk mendukung pernyataannya bahwa karakter moral sangat dipengaruhi oleh agama, bahwa karakter moral dipengaruhi oleh budaya, dan bahwa cita-cita keagamaan dipengaruhi oleh budaya. Seseorang harus memenuhi tiga syarat agar bisa dianggap religius. Pertama, hubunga n dengan Tuhan; kedua, pemahaman bahwa tindakan dimotivasi oleh serangkaian nilai yang ditanamkan dalam diri sendiri; dan ketiga, ketergantungan terus-menerus kepada Tuhan dalam aktivitas sehari-hari. Penyuluhan agama yang diberikan di SMPN 40 Palembang berupaya untuk membent uk karakter religius siswa, berdasarkan penelitian awal yang penulis lakukan melalui wawancara langsung dengan pembina agama. Bapak Bagus Harahap menyatakan bahwa salah satu lembaga pendidikanlah yang serius dalam menanamkan karakter religius kepada siswa siswinya, ia telah menyadari betul betapa pentingnya penanaman karakter religius ini kepada siswa siswinya. Kegiatan kegiatan keagamaan telah disiapkan dan diprogramka n secara baik dalam rangka untuk membina karakter religius siswa-siswinya. Sebagaimana disampaikan oleh salah satu guru agama bahwa program keagamaan yang akan dilaksanakan di SMPN 40 Palembang mengenai kegiatan pembiasaan, perilaku keteladanan, dan kegiatan keagamaan lain yang berlangsung baik yang bersifat rutin maupun insidental merupakan cara untuk menumbuhkan karakter religius tersebut. SMP Negeri 40 Palembang merupakan sekolah umum dibawah kementeria n pendidikan dan kebudayaan dan bukan sekolah yang berbasis madrasah atau pesantren, namun sebagaimana pengamatan yang dilakukan, sekolah tersebut begitu sangat memperhatikan karakter religius siswanya baik dari sisi sikap maupun kegiatan ibadah siswa siswinya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Sekolah bahwa penanaman karakter religius dilaksanakan dengan melalui berbagai program kegiatan keagamaan. Salah satu upaya pembinaan yang dilakukan untuk membina karakter religius siswa Sekolah Negeri 40 Palembang ialah melalui program Bina Priker Islami Forty atau bina pribadi Keterampila n Sosial Islami yang didalamnya terdapat kegiatan pemahaman agama yang mendalam, praktik ibadah yang konsisten, menjaga kelestarian alam di lingkungan sekolah sehat dan pengembangan keterampilan sosial. Dalam membina karakter religus siswa/i tentunya yang ditekankan dalam kegiatan tersebut merjuk pada nilai amanah, tanggung jawab dan perduli. Penting diketahui bahwa amanah memiliki peran sentral dalam ajaran Islam dan memilik i dampak signifikan pada karakter religius seseorang. Karena hal ini mengacu beberapa point penting yaitu kepatuhan terhadap perintah Allah SWT dan pemenuhan tugas dan tanggung jawab kepada manusia. Hal ini menarik untuk dikaji lebih dalam mengingat dalam konteks saat ini, pelaksanaan pendidikan karakter sangat penting dan diperlukan untuk membente ngi para generasi bangsa terpengaruh budaya budaya luar yang tidak sejalan dengan nilai- nila i moral dan agama di Indonesia. Berdasarkan konteks masalah tersebut pada pemaparan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai hal tersebut, dan dinamika yang terjadi di SMPN 40 Palembang dengan judul “Karakteristik Pembinaan Karakter Religus Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang.” ## METODE PENELITIAN ## A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan rancangan studi kasus terhadap karakteristik pembinaan karakter religius pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang. Dalam bukunya Djunaidi Fauzan telah dijelaskan bahw a penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analis is dengan pendekatan induktif. Pendekatan kualitatif diungkapkan dapat mendeskripsikan fokus penelitian yang akan diteliti dengan mengamati secara mendalam. Sehingga diperoleh gambaran yang holistik, integral dan komperehensif tentang penanaman nila afeksi dalam meningkatkan sikap religiusitas siswa. Adapun dalam hal ini, yang dimaksud dengan penelitian lapangan ialah merujuk kepada pendapat Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa penelitian lapangan digunakan untuk melihat karakteristik tertentu yang dalam pembinaan yang dilakukan, penelitian ini menggunakan latar alamiah sebagai sumber data langsung, dengan melihat secara langsung kegiatan yang mencerminkan terkait pembinaan karakter religius pada siswa. Peneliti juga berperan sebagai instrumen dan berada dalam latar penelitian, agar dapat mengamati dan melihat apa yang terjadi di lapangan dan aktivitas penelitian ini akan lebih memperhatikan serta menekankan pada proses. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SMPN 40 Palembang yang berada di Jl. HM. Saleh, KM 7, RW 5, Sukarami, Kec Sukarami, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Kode Pos 30961. Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang merupakan sekolah yang memilik i karakteristik terkait pembinaan karakter religius dan memiliki nilai-nilai karakter religius yang diterapkan oleh siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang. Oleh sebab itu sekolah ini menjadi sebab utama dalam melakukan penelitian karena terdapat permasalaha n khusus yang tidak ditemukan di sekolah lain. Dalam melakukan penelitian agar mendapatkan informasi yang valid, diperlukan waktu yang cukup agar data diperoleh yang dapat menjawab point-point dari rumusan masalah, maka kurang lebih dibutuhkan waktu 20 hari untuk melakukan penelitian yang dilakukan ketika kegiatan di dalam lingkungan sekolah sedang berlangsung . . Penelitian ini akan di laksanakan mulai tanggal 23 November sampai tanggal 15 Desember 2023. C. Informan Penelitian Subyek penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan fakta tentang situasi dan kondisi dalam penelitian. Dalam penelitian ini akan ditentukan siapa yang menjadi sumber data untuk digunakan agar data yang diperoleh akurat dan hendaknya terwakilkan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. Penentuan subyek penelit ia n dilakukan dengan menentukan informan yang memiliki wawasan terkait dengan variabel yang akan di teliti, dan memungkin juga untuk informan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaa n terkait variabel yang diteliti, serta informan merupakan orang yang secara langsung memilik i peran penting mengenai keakuratan data pada variabel yang akan diteliti. Kelas VIII dipilih sebagai subyek penelitian karena kelas tersebut merupakan masa peralihan dari kelas VII sehingga mengalami perubahan karakter terutama karakter religius dari anak-anak menjadi remaja awal. Sehingga perlunya kelas VIII untuk mendapatkan pembinaan karakter religius yang khusus untuk memberikan penguatan dalam diri peserta didik. Maka dari hasil penjelasan mengenai pemilihan infroman di atas, secara keseluruha n subyek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, 2 Guru PAI, 2 Wali Kelas dan siswa 10 kelas VIII SMPN40. Survei atau observasi akan dilakukan kepada sejumlah siswa yang sudah ditentukan, guru dan pembina keagamaan yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang, dan wawancara akan dilakukan terhadap 10 siswa, 2 Guru PAI, 2 Guru Wali Kelas dan Kepala Sekolah. Anugerah Helen Suhasri 1, Karoma 2 et al., Karakteristik Pembinaan Karakter Religius Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang ## D. Jenis dan Sumber Data Sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan dalam penelit ia n karakteristik pembinaan karakter religius pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang dapat dilihat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang menjadi data primer penelitian. Dengan melihat data secara langsung diharapkan peneliti dapat mengumpulkan data dengan benar sesuai kegiatan yang ada dalam lapangan dan hasilnya dituangkan dalam bentuk susunan deskripsi serta diberikan kesimpulan. Dalam penelitian ini ada dua macam sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. ## E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah langkah yang utama dalam penelitian, hal ini bertujuan karena penelitian ini mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data agar memperoleh keterangan yang sesuai dengan penelitian. Adapun metode yang dipakai penulis di dalam melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentas i, wawancara dan observasi. ## HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Pembinaan Karakter Religius Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang Karakteristik merupakan ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaska n berbagai kunci karakteristik manusia. Manusia pada dasarnya memiliki dua potensi, yakni baik dan buruk. Di dalam Al Qur’an surah Asy-Syam (91): 8 dijelaskan dengan istilah Fujur (celaka/fasik) dan takwa (takut kepada Allah). Manusia memiliki dua kemungkinan jalan, yaitu menjadi makhluk beriman atau makhluk yang ingkar kepada Tuhannya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut: اَها َوْقَت َو اَه َروُجُف ا َهَم َهْلَ أَف Artinya: “ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.(Q.s Asy-Syam/91: 8). Dengan dua potensi diatas, manusia dapat membentuk dirinya untuk menjadi baik dan buruk. Sifat baik manusia digerakkan oleh hati yang baik pula ( qolbu salim ), jiwa yang tenang ( nafsul mutma’innah ), akal sehat ( aqlu salim ), dan pribadi yang sehat ( jismu salim ). Sebaliknya potensi menjadi buruk digerakkan oleh hati yang sakit ( qolbu marid ). Secara keseluruhan, pembinaan karakter religius di SMPN 40 Palembang melibatkan pendekatan holistik yang mencakup pendidikan, praktik, dan komunitas. Tujuannya adalah untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang agama mereka dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek penting dalam pembinaan karakter religius adalah pendidikan nilai- nila i agama. Ini melibatkan pengajaran tentang ajaran agama Islam, seperti nilai-nilai moral, etika, dan spiritual. Tujuannya adalah untuk membentuk karakter siswa yang baik dan berakhlak mulia. Pembinaan karakter religius di SMPN 40 Palembang memiliki ciri khas dalam upaya yang dilakukan untuk menjadikan peserta didik memiliki akhlak yang mulia. Sehingga pembinaan ini menjadi pembeda antara SMPN 40 dengan sekolah lain. Pembinaan kepada siswa dalam menguatkan karakter religius merujuk pada pengembangan keterampilan sosial, praktik keagamaan dan pembinaan sikap menjaga lingkungan sekolah. Karakterisik pembinaan untuk meningkatka n karakter religius siswa di sekolah yaitu dengan cara membentuk program-program kegiatan. Adapun program yang menjadi dasar pembinaan karakter religius di SMPN 40 Palembang yaitu Bina Pribadi Keterampilan Sosial Islami Forty. Program tersebut mencakup tiga aspek penting sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kisnanziar Putrin Arianti bahwa karakteristik pembinaan karakter religius harus melibatkan 6 aspek, dari 6 aspek tersebut terdapat 4 aspek yang mencakup bagian dari karakteristik pembinaan karakter religius di SMPN 40 Palembang yaitu Penerapan nilai akhlak dan budi pekerti, Praktik ibadah yang konsisten, Kesadaran spiritual dan Pengembangan hubungan positif. Aspek tersebut menjadi tujuan dibentuknya suatu pembinaan agar terwujudnya sebuah karakter religius disiplin, amanah, tanggung jawab, kepedulian dan ikhlas. Berikut paparan aspek pembinaan karakter religius SMPN 40 Palembang: a. Pengembangan keterampilan sosial. Pengembangan keterampilan sosial merupakan aspek penting dalam pembinaan karakter religius di SMPN 40 Palembang, ini melibatka n beberapa elemen seperti interaksi sosial, peserta didik dapat menyalurka n keterampilan kesenian Islami yang menjadi minatnya sekaligus dapat mengintegrasikan nilai-nilai religius. Peserta didik juga belajar bagaima na mendengarkan orang lain, berbicara dengan sopan pada guru dan teman, serta menunjukkan empati. Elemen kedua kerja sama, Siswa diajarkan nilai kerja sama dan bagaimana bekerja dalam tim ketika terlibat dalam suatu kegiatan dalam acara perayaan hari besar Islam. Elemen ke tiga yaitu resolusi konflik, siswa diajarkan bagaimana menyelesaikan konflik dengan cara yang damai dan konstruktif. Seperti mengurangi perselisihan yang biasanya sering terjadi sesama teman dengan masalah yang sederhana, dengan ini siswa dapat membiasakan berkomunikasi dengan baik tanpa melukai temannya. Terakhir penghargaan terhadap keragaman sebagaimana SMPN 40 adalah sekolah yang memiliki keragaman sehingga siswa diajarkan untuk menghargai keragaman tersebut dan menerima orang lain apa adanya. Ketika membantu orang lain tidak memandang budaya, suku mauoun agama temannya, itulah tujuan dari pembinaan yang menekankan pada keterampila n sosial. Semua elemen tersebut dibina dengan pendekatan khusus yang dapat membentuk karakter religius siswa SMPN 40 Palembang, pendekatan tersebut dengan cara mengajarkan siswa tentang kisah-kisah dan ajaran agama Islam dalam pembelajaran untuk memperkuat pemahaman dan aplikasi nilai- nilai kehidupan sehari-hari. b. Praktik keagamaan Praktik keagamaan membantu siswa mengembangkan pemahama n yang mendalam tentang agama mereka dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembinaan karakter religius melalui praktik keagamaan adalah proses yang melibatkan berbagai aktivitas dan pendekatan untuk membantu siswa memahami dan menerapkan ajaran agama mereka dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Menurut Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori yang membagi aspek religius salah satunya aspek peribadatan, yaitu aspek yang berkaitan tingkat keterikatan yang meliputi frekuensi dan intensitas sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapakan oleh agama seperti tata cara menjalankan ibadah dan aturan agama. Aspek pribadatan yang diungkapkan oleh Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori ini sama-sama memasukkan aspek tentang pentingnya praktik ibadah yang konsisten sebagai tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana dianjurkan oleh agamanya. Praktik keagamaan yang dilaksanakan di SMPN 40 Palembang ini mencakup, sholat dzuhur berjamaah, tahsin, sodaqoh infaq, khotmil, istighosah, dan menjaga kelestarian alam serta pondok ramadhan. SMPN 40 Menyediakan waktu dan ruang untuk ibadah dan pelaksanaan ritual keagamaan di sekolah dan mengajarkan siswa tentang arti dan tata cara pelaksanaan ibadah secara benar. Menyediakan program penyuluhan keagamaan yang melibatkan guru atau pembimbing keagamaan yang dapat memberikan dukungan dan bimbingan spiritual kepada siswa sebelum melaksanakan kegiatan yang diprogramkan. c. Menjaga lingkungan sekolah. Dalam perintah ajaran Islam Q.S Al-A’raf ayat 56 ُمْلٱ َن ِ م ٌبي ِرَق ِ َّللَّٱ َتَمْحَر َّنِإ ۚ اًعَمَطَو اًف ْوَخ ُهوُعْدٱ َو اَه ِحََٰلْصِإ َدْعَب ِض ْرَ ْلْٱ ىِف ۟اوُدِسْفُت َلَ َو َنيِنِسْح Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik . Alam dan lingkungan dianggap sebagai ciptaan Tuhan, dengan menjaga lingkungan sekolah, siswa belajar untuk menghargai dan merawat ciptaan ini. Menjaga lingkungan sekolah membutuhkan disiplin dan tanggung jawab. Siswa belajar untuk bertanggung jawab atas lingkungan mereka dan untuk melakukan tugas mereka dalam menjaga kebersihan dan keindahan sekolahnya. Karakteristik pembinaan yang ditekankan pada elemen ini guru dan bidang UKS memantau siswa di setiap kelas dalam mengecek sampah plastik yang masih digunakan dan tidak dibersihkan, pengadaan green house juga digunakan sebagai bentuk pengaplikasian dalam merawat tanaman dan mencoba menjaga pohon yang ada di lingkungan sekolah. 2. Implementasi pembinaan karakter religius pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut “Implementasi” adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan hanya sekedar aktivitas, melainkan suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Setiap lembaga sekolah, pasti mempunyai upaya tersendiri dalam membent uk pendidikan akhlak siswa, termasuk dengan SMPN 40 Palembang, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan karakter religius siswa. Dalam proses implementasi pendidikan akhlak untuk meningkatkan karakter religius siswa, terdapat metode yang harus dilakukan. Berikut adalah metode yang diterapkan: a. Metode pembiasaan Metode pembiasaan dilakukan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang secara berulang. Metode ini digunakan agar siswa dapat menerapkan kegiatan tersebut tanpa keberatan dan beban karena menyadari bahwa kegiatan tersebut memang perlu dilakukan untuk meningkatkan karakter religius. Metode pembiasaan ialah metode yang diterapkan berulang- ulang supaya suatu yang diharapakan menjadi kebiasaan. Heri Gunawan dalam jurnalnya yang berjudul pendidikan karakter konsep dan implementasi, menerangkan jika kebiasaan merupakan tindakan atau perbuatan moral yang menjadi hasil dari koponen karakter lainnya. Hal pertama yang dilakukan adalah siswa/i menerapkan budaya 5S, siswa harus membiasakan melaksanakan tata tertib sekolah dengan bersalaman ketika memasuki gerbang sekolah dengan sikap senyum dan sopan. Dilanjutkan melaksanakan tadarrus di pagi hari sebelum memulai aktivitas pembelajaran di kelas pada pukul 06.40 sampai 07.00 WIB. Selain tadarrus, kegiatan pembiasaan lainnya yaitu sodaqoh infaq yang dilaksanakan setiap hari jum’at, hal ini dilakukan agar siswa/i terbiasa berbagi dan tidak menghabiskan uang untuk hal yang tidak bermanfaat. Hasilnya pun dirasakan oleh Sekolah Negeri 40 Palembang bahwa anak-anak sudah membiasakan datang pagi dengan menerapkan budaya 5S, membaca Al- Qur’an, sebelum mulai belajar, tidak membawa makanan berbungkus plastik, melaksanakan sholat dzuhur berjamaah sesuai jadwal, membaca yasin setiap hari jum’at dan rutin menyisihkan uang jajan untuk sodaqoh infaq. Beberapa upaya pembinaan karakter religius yang tleah dijelaskan di atas sampai saat ini sudah dilaksanakan dengan baik. Pembinaan karakter religius untuk mendidik siswa/i nya dalam memahami dan terbiasa melakukan perintah Allah SWT serta memilik i akhlakul karimah kepada siapapun jadi harapan besar sekolah agar terbiasa dengan hal-hal baik tersebut yang bukan hanya di sekolah namun di rumah ataupun di ingkungan masyarakat. b. Metode keteladanan Metode keteladanan dilakukan dengan cara memberikan contoh. Dapat dimulai dari guru yang memberikan contoh ketaatan dan ketertiban mengik ut i kegiatan sehingga dapat diikuti oleh para siswa. Pendidik atau guru adalah sosok utama dalam memberi suri tauladan yang baik kepada siswa. Tanggung jawab seorang guru tidak terbatas hanya memberikan ilmu pengetahuan di kelas saja namun, bisa sebagai suri tauladan yang baik, sebab anak-anak bisa mencontoh apa yang dilakukan gurunya. Sebagaimana yang dijelaskan Abdullah Nashih Ulwan yang menyebutkan jika seorang pendidik ialah contoh yang paling baik dalam pandangan anak, ini akan menjadi panutannya dan akan mengikuti tindakan pendidik mereka. Tindakan, perkataan, emosi dan nilai mereka akan tertanam dalam jiwa dan emosinya. Kepala Sekolah Bapak Abdul Haris telah menghimbau bahwa Metode ini digunakan agar seluruh masyarakat sekolah dapat memberi contoh yang baik dalam kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan karakter religius siswa. Pada kegiata n keteladanan sisw/i diarahkan untuk membawa wadah makanan sendiri agar sekolah tersebut dapat mengurangi pencemaran lingkungan dari sampah plastik, sehingga peran guru di sini harus menjadi contoh utama bagi siswa agar siswa tidak lagi merusak tanaman dan keadaan lingkungan sekolahnya. Selain itu seiap harinya guru wali kelas akan mengecek setiap kelas untuk memastikan adanya galon minum yang tersedia agar siswa/i tidak perlu lagi membeli jajanan minuman yang berbungkus plastik, program ini merupakan bagian untuk menjaga kesehatan lingkungan sekolah dan kesehatan peserta didik itu sendiri. c. Metode pendisiplinan Metode pendisiplinan dilakukan dengan cara membuat sistem sehingga membuat anak patuh dan menghormati tata tertib baik dari aspek agama, sosial, pendidikan dan lain-lain. Metode ini digunakan agar para siswa patuh mengik ut i kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan karakter religius siswa. Hal pertama yang dilakukan dalam metode kedisiplinan adalah kewajiban sholat dzuhur yang tepat waktu, ketika masuknya waktu dzuhur maka siswa yang sudah terjadwalkan harus melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di Musholla tanpa harus digiring terlebih dahulu, sehingga siswa dapat disiplin dalam menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. Selain melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, dilanjutkan ketika pulang sekolah siswa yang punya jadwal piket kelas untuk membersihkan kelasnya sebelum pulang supaya kebersihan kelasnya tetap terjaga dan keesokan harinya tidak terburu- buru untuk datang lebih awal karena ada tugas piket. Pada metode pendisiplinan ini juga diberlakukan hukuman atau sanksi apabila ada siswa yang tidak melaksanaka n tugasnya dengan tepat waktu. Sanksi yang diberikan pun harus bersifat mendid ik dan memberi nilai manfaat bagi sekolah maupun siswa itu sendiri. Sanksi tersebut diantaranya mengikuti kelas tahsin ketika jam pulang sekolah sehingga siswa yang tidak melaksanakan kegiatan yang sudah di buat oleh pembina kegamaan harus siap menerima hukuman tersebut. Sanksi yang kedua ialah memenuhi setiap kotak sampah yang ada di depan kelas dengan sampah yang masih tersisa di lingkungan sekolah. Hukuman ini dilaksanakan ketika jam pulang sekolah. Hukuman yang ketiga membaca surah-surah pendek juz 30 di Musholla sekolah ketika jam istirahat sampai masuk pelajaran kembali. 3. Karakter Religius yang Dikembangkan Pada Siswa Pendidikan karakter religius merupakan pendidikan yang menekankan nilai-nila i religius, seperti nilai ibadah, nilai jihad, nilai amanah, nilai ikhlas, akhlak dan kedisiplinan serta keteladanan. Pendidikan karakter religius umumnya mencakup pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nila i- nilai ketuhanan atau ajaran agama. karakter religius memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku individu dalam konteks agama peserta didik. Pentingnya nilai- nilai karakter ini dalam konteks religius adalah memberika n panduan moral yang kuat membantu individu menjalani kehidupan yang bermakna sesuai dengan ajaran mereka. Tetapi pada dasarnya nilai tersebut sudah ada dalam diri peserta didik hanya saja belum ada kekuatan antara nilai yang mereka miliki dengan sikap yang mereka tunjukkan ke masyarakat. Maka dari itu karakter eligius menjadi pondasi penting untuk mewujudkan sebuah akhlakul karimas siswa, dari karakter religius terdapat nilai yang menjadi dasar untuk menghasilkan sebuah perilaku yang akan diimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk membentuk dan membina sebuah karakter religius, perlunya penguatan nilai yang terkandung dalam sebuah karakter religius. Berdasarkan hsil wawancara dan observasi yang sudah peneliti lakukan terdapat karakter religius yang menjadi dasar untuk membina dan mengembangkan sebuah karakter siswa di Sekolah Menengah Negeri 40 Palembang: a. Karakter religius yang menghasilkan nilai kasih sayang, nilai ini dapat tercermin dalam tindakan sehari-hari seperti membantu sesama, berbuat baik dan menghindari kekerasan yang umumnya dapat terjadi di sekolah. Sama halnya dengan keperdulian, nilai kasih sayang juga ini dapat menjadikan peserta didik memiliki keperdulian kepada teman dan juga lingkungan sekitar, karena tindakan terhadap alam juga bagian dari rasa sayang dan perduli kita karena saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga peserta didik dapat menjaga kelestarian alam dengan merawat dan menjaga lingkungan sekolahnya. b. Karakter religius disiplin, nilai disiplin sangat penting dalam sebuah ajaran agama Islam karena melibatkan ketaatan terhadap perintah dari Allah SWT, nilai ini juga dapat tercermin dalam tindakan sehari-hari yang terbiasa melakukan sesuatu dengan tepat waktu dan terhindar dari kebisaan menunda waktu sholat, dan kegiatan keagamaan lainnya. c. Karakter religius yang menghasilkan nilai amanah dan tanggung jawab, nilai ini dapat tercermin dalam tindakan sehari-hari seperti melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab tanpa melalaikan tugas dan kewajiban yang diberikan oleh guru kepada siswa. Kebiasaan pada siswa tingkan SMP ini belum memiliki sikap tanggung jawab yang besar sehingga mereka terbiasa mengabaikan tugas sekolah, perintah guru dan kegiatan-kegiatan lainnya yang penting untuk membentuk karakter religiusnya. Tidak hanya patuh terhadap ajaran agama tetapi juga memiliki pemahman mendalam tentang tanggung jawab sebagai konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan. Siswa yang memiliki karakter religius tanggung jawab akan berusaha menjaga integritas dan kehormatannya dalam memegang teguh nilai- nilai tersebut untuk menunjukkan kesadaran akan wujud tanggung jawab yang diamanahkan oleh ajaran agama. d. Karakter religius yang menghasilkan nilai ikhlas, nilai ini merupakan prinsip penting dalam kehidupan kita sebagai manusia yang terbiasa melakukan sesuatu harus ada imbalan dan balasan. Sehingga peserta didik sangat ditekankan untuk memahami nilai keikhlasan ini agar terimplementasikan dalam kehidupan sehari- harinya dapat berbuat baik dan mengerjakan segala sesuatu tanpa mengharapka n pengakuan atau imbalan materi. Karena semua yang kita lakukan melainka n semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah. 4. Dampak Karakteristik Pembinaan Karakter Religius Pada Siswa Peran agama dalam pengembangan karakter untuk menjadikan manusia memilik i karakter religius (berakhlak mulia), manusia berkewajiban menjaga dirinya denga n cara memelihara kesucian lahir dan batin, selalu menambah ilmu pengetahua n, membina disiplin diri, dan berusaha melakukan perbuatan-perbuatan terpuji serta menghindarkan perbuatan-perbuatan tercela. Salah satu tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT di Arab tidak lain adalah untuk membenahi akhlak masyarakat pada masa itu. Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik.” Maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan karakter religius adalah tujuan dari diutusnya Nabi Muhammad SAW. Pembinaan karakter religius dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan media massa. Karena pembinaan karakter religius berfungsi untuk mengembangka n potensi dasar agar berbuat baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Menurut Ibnu Maskawih yang dikutip oleh Betty Adinda mengenai karakter religius atau akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mencakup 2 hal, yakni pertama bersifat alamiyah serta bertolak dari watak. Kedua tercipta melalui pembinaan, pembiasaan dan latihan, namun kemudian menjadi karakter yang melekat dan menjadi biasa dilakukan tanpa pertimbangan lagi. Hasil Implementasi Pembinaan untuk Peningkatan Karakter Religius adalah perubahan perilaku atau sikap yang terjadi setelah mendapatkan pembinaan akhlak. Implementasi tersebut merupakan bentuk pembinaan yang dijadikan upaya khusus dalam meningkatkan karakter religius siswa di SMPN 40 Palembang. Karakter religius, memang tidak dapat diukur, melainkan hanya dapat diukur dari zahirnya saja. Maka untuk mengukur zahir dari karakter religius siswa, diperlukan indikator atau standar karakter. SMPN 40 Palembang telah memiliki standar karakter sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dari standar karakter nasional. Dari standar karakter tersebut, maka dapat diperkirakan secara zahir apakah siswa mengalami peningkatan karakter religius atau tidak. Selain itu, SMPN 40 Palembang juga membentuk kegiatan yang dapat meningka tka n karakter religius siswa. Kegiatan tersebut bermacam-macam. Dari kegiatan tersebut dapat dibuat ukuran hasil pembinaan untuk meningkatkan karakter religius siswa. Apabila kegiatan berjalan dengan lancar, banyak siswa yang mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan, berkurangnya siswa yang melakukan tindakan kriminal di sekolah dan terdapat perubahan meningkatnya karakter religius siswa maka kegiatan tersebut dapat dikatakan berdampak positif dan berhasil. Terdapatnya fasilitas- fasilitas yang disediakan oleh SMPN 40 Palembang juga berpengaruh terhadap pembinaan untuk peningkatan karakter religius siswa. Mulai dari musholla, alat shalat, alat Hadroh, dan Alquran. Fasilitas tersebut dapat menunja ng kegiatan siswa baik untuk menghafal surat atau bacaan-bacaan pada saat mengik ut i kegiatan dan untuk beribadah. Penentuan standar karakter, terbentuknya kegiatan- kegiatan dan terdapatnya fasilitas-fasilitas yang layak merupakan bagian dari karakteristik pembinaan yang dilaksanakan untuk implementasi peningkatan karakter religius siswa. Tidak lupa juga dengan kondisi lingkungan sekolah yang menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan karakter religius siswa. Karena lingkungan yang baik terhadap karakter religius anak akan menciptakan suasana yang religius pada anak, dan sebaliknya jika lingkungan sekolah tersebut buruk terhadap karakter religius anak maka akan tercipta suasana karakter religius yang buruk juga. Sebagaimana yang dikatakan Zubaedi bahwa lingkungan ialah sebuah faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter. Karena lingkungan sebuah unsur yang berpengaruh dalam terbentuknya prilaku dimana seseorang itu berada. Maka berdasarkan karakteristik pembinaan tersebut hingga berjalannya kegiatan dengan maksimal, maka dapat dikatakan bahwa dampaknya untuk peningkata n karakter religius siswa adalah positif memuaskan. Dilihat dari metode yang diterapkan yaitu metode pembiasaan, keteladanan dan pendisip linan dapat dinilai bahwa metode itu berhasil. Sudah sedikit siswa yang memberontak, terlambat bahkan pada beberapa kegiatan seluruh siswa hadir dalam kegiatan tersebut. Pada beberapa kegiatan, para siswa juga sudah terbiasa untuk langsung memulai kegiatan meskipun tidak dipantau oleh guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter religius siswa. Absensi siswa di setiap pertemuan juga semakin penuh. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter religius dari siswa yang biasanya tidak mengikuti kegiatan menjadi mengikuti kegiatan. Pada saat tes pengembanga n diri mengaji sudah semakin sedikit siswa yang mengaji iqro. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa terdapatnya peningkatan karakter religius. Pencemaran sampah plastik juga sudah mulai berkurang ini tanda sedikit kurangnya siswa sudah mematuhi dan menjalankan program yang dibuat oleh sekolah. Secara keseluruhan berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa dampak positif yang dirasakan oleh siswa/i Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang hasilnya sesuai dengan kajian teori dari Furaida dan Untari Octaviana yaitu adanya peningkatan kesadaran spiritual yang direalisasikan melalui praktik ibadah yang dilaksanakan, dari meningkatnya ketaatan terhadap perintah Allah SWT tersebut maka meningkat pula moral dan etikanya baik ketika berada dilingkunga n sekolah maupun di rumah, dan pada akhirnya akan menurun perilaku negatif dalam diri peserta didik sehingga masalah-masalah karakter di sekolah menjadi berkurang. Pembinaan karakter religius ini salah satu bentuk upaya yang dilaksanakan dengan tujuan agar meningkatkan ketakwaan peserta didik dalam menjalankan amal saleh dan mencintai agama Islam dengan iman yang kuat agar rintangan, ujian, masalah yang dihadapi disekolah dapat mereka kontrol dan bisa diselesaikan melalui bekal yang mereka dapatkan dari pembinaan keagamaan di sekolah. ## SIMPULAN DAN SARAN Anugerah Helen Suhasri 1, Karoma 2 et al., Karakteristik Pembinaan Karakter Religius Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang ## A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya terkait dengan Karakteristik Pembinaan Karakter Religius Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. SMPN 40 Palembang memiliki karakterisik pembinaan karakter religius yang merujuk pada empat aspek yaitu 1) Penerapan nilai akhlak dan budi pekerti, dengan menerapkan budaya 5S saat masuk ke lingkungan sekolah dan keluar dari lingkungan sekolah 2) Praktik ibadah yang konsisten yaitu melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, membaca Al-Qur’an dan yasinan bersama dengan pengawasan dan penyuluhan oleh guru dalam mempersiapkan praktik ibadah yang benar 3) Kesadaran spiritual dengan rasa keperdulian dan saling berbagi melalui kegiatan shodaqoh infaq untuk memperkuat solidaritas dan membantu meringa nka n penderitaan sesama manusia dan yang terakhir 4) menjaga lingkungan sehat dan bersih. Keempat aspek tersebut ada pada program pembinaan yang dinamakan Bina Pribadi Keterampilan Sosial Islami Forty. Adapun tujuan dari pemiliha n program tersebut sebagai karakterisik atau ciri khas pembinaan yang dilakukan di SMPN 40 Palembang untuk menghasilkan penekanan pada perilaku amanah, kasih sayang, perduli, ikhlas dan bertanggung jawab khususnya pada siswa kelas 8. 2. Implementasi pembinaan karakter religius pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu. 1) Metode Pembiasaan yang diterapkan berulang-ulang supaya suatu yang diharapakan menjadi kebiasaan. Kegiatan yang dilakukan menggunakan metode pembiasaan antara lain, budaya 5S, Tadarrus sebelum mulai belajar, mengura ngi makanan yang berbungkus plastik di lingkungan sekolah, dan sodaqoh infaq. 2) metode keteladanan yaitu memberikan contoh dalam Tindakan, perkataan, emosi kepada peserta didik sebagai cerminan diri untuk membentuk karakter religius siswa. Selain itu berpartisipasi aktif dalam melatih bakat kesenian Islami, agar siswa/i termotivasi dan banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan keagamaan. 3) metode pendisiplinan yaitu kewajiban sholat dzuhur yang tepat waktu, tiba di sekolah pada jam 06.40 dan membersihkan kelasnya sebelum pulang sekolah. Apabila ketiga hal tersebut tidak dilakukan oleh siswa/i khususnya kelas 8 maka terdapat sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah diantaranya, mengikuti kelas tahsin ketika jam pulang sekolah, memenuhi setiap kotak sampah yang ada di depan kelas dengan sampah yang masih tersisa di lingkungan sekolah dan ketiga membaca surah-surah pendek juz 30 di Musholla sekolah ketika jam istirahat sampai masuk pelajaran kembali. 3. karakter religius yang dikembangkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang yaitu karakter religius yang menghasilkan nilai kasih sayang, disiplin, amanah dan tanggung jawab serta ikhlas. 4. Dampak karakteristik pembinaan karakter religius pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang yaitu menghasilkan dampak yang positif dengan sedikit siswa yang memberontak, terlambat, bahkan pada beberapa kegiatan seluruh siswa hadir dalam kegiatan keagamaan terlihat Absensi siswa di setiap pertemuan juga semakin penuh. Artinya adanya peningkatan pada siswa mengenai kesadaran spiritual yang direalisasikan melalui praktik ibadah yang dilaksanakannya, dari meningkatnya ketaatan terhadap perintah Allah SWT tersebut maka meningkat pula moral dan etikanya baik ketika berada dilingkunga n sekolah maupun di rumah, dan pada akhirnya akan menurun perilaku negatif dalam diri peserta didik. B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, beberapa hal yang perlu diperhatika n dalam penggunaan masukan dan saran sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik Diharapkan peserta didik untuk terus meningkatkan kualitas beragama sesuai syari’at Islam dan standar yang sudah ditetapkan oleh SMPN 40 Palembang. 2. Bagi pendidik Diharapkan untuk terus meningkatkan upaya pembinaan melalui kegiatan-kegiata n keagamaan dalam menghasilkan karakter religius pada siswa. 3. Bagi peneliti Diharapkan dapat menambah wawasan terkait kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah selanjutnya dalam menerapkan nilai- nilai karakter religius serta dapat mengembangkan hasil dari upaya-upaya pembinaan keagamaan pada penelit ia n selanjutnya. ## DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Dan Implementasi Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) ———, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) Adam Saputra, ‘Karakteristik Pelaksanaan Pembinaan Santri Di Asrama Pondok Pesantren’, Jurnal Studia Manageria , 05.01 (2023), 4 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2018) Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika Di Sekolah (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2012) Ahmad Rifai, ‘Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Religius, Cinta Tanah Air Dan Disiplin) Di Slb Al Ishlaah’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus , 03.03 (2014), 74 Ahsanulkahq, Moh, ‘Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan’, Jurnal Prakarsa Paedagogia , 02.01 (2019), 21 Amril Badawi, ‘Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Akhlak Mulia Di Sekolah’, Jurnal UMJ , 02.03 (2019), 57 Anwar Hafid, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013) Arianti, Kisnanziar Putrin, ‘Strategi Pembinaan Karakter Religius Islami Di SMPN Surabaya’, Jurnal Manajemen Pendidikan , 01.01 (2018), 8 Betty Adinda, ‘Implementasi Pendidikan Akhlak Untuk Peningkatan Karakter Religius Siswa’, Jurnal Pendidikan Islam , 08.02 (2013), 331 Boeree, Metode Pembelajaran Dan Pengajaran (Bandung: Arr-ruzz Media Grup, 2009) Cahyono, ‘Pendidikan Karakter: Strategi Pendidikan Nilai Dalam Membentuk Karakter Religius’, Jurnal Sosial Dan Keagamaan , 01.02 (2016), 2010 Darmiyanti, Zuchdi, Endidikan Karakter: Konsep Dasar Dan Implementasi Di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: UNY Pres, 2016) Departemen Agama RI, Al Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung: Jumanatul ‘Ali-Art, 2015) Departemen Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2010) Deryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Surabaya: Apollo Lestari, 2010) Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori, Psikologi Islami Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) Ermis Suryana & Maryamah, ‘Pembinaan Keberagaman Siswa Melalui Pengembanga n Budaya Agama Di SMA Negeri 16 Palembang’, Jurnal Ta’dib , 18.02 (2013), 173 Euis Puspitasari, ‘Pendidikan Karakter’, Jurnal Eduakses , 03.02 (2014), 46 Anugerah Helen Suhasri 1, Karoma 2 et al., Karakteristik Pembinaan Karakter Religius Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Palembang Farida Yusuf Tayibnias, Evaluasi Program (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2017) Fathurrochman & Apriani, ‘Pendidikan Karakter Perspektif Pendidikan Islam Dalam Upaya Deradikalisasi Paham Radikal’, Jurnal Kependidikan Islam , 03.01 (2017), 122 Fazal Muttaqin, Pembinaan Karakter Religius Santri Di TPQ AL-ANSOR KelangDepok Pemalang (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2021) Furaidan dan Untari Octaviana, ‘Penanaman Pendidikan Karakter Nilai Religius Dalam Program Kegiatan Budaya Sekolah’, Jurnal Pendidikan , 04.11 (2019), 128 Ghony, M Djunaidi, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Arr-ruzz Media Grup, 2012) Gramedia, ‘Al-Qur’an Q.S Al Ahzab 33:21.’, 2022 Gunawan, Heri, ‘Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi’, Jurnal Pelitian Pendidikan Islam , 01.03 (2014), 193 H Ainissyifa, ‘Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Pendidikan Islam’, Jurnal Pendidikan UNIGA , 8.1 (2017), 26 Habib Ahmad Fauzan, Pendidikan Karakter Religius Bagi Siswa Berasrama Di SMK Negeri 1 Punggelan Banjarnegara (Purwokerto: IAIN PURWOKERTO, 2016) Hamid, Hamdani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013) Hamka Abdul Aziz, ‘Problematika Pembentukan Karakter Islami Peserta Didik Di SDN 2 Kepung Kediri’, Studi Pendidikan Islam , 02.03 (2018), 7 Haslan, Asmaun, Religius Perguran Tinggi (Potret Pengembangan Tradisi Keagamaan Di Perguran Tinggi Islam) (Malang: UIN Maliki Press, 2012) Imam Taulabi, ‘Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Aktivitas Keagamaan’, Journal Of Islamic Elementary Education , 02.01 (2020), 58 Indonesia, Kamus Besar Bahasa, No Title (Jakarta: Balai Pustaka, 2017) Kadri, Ridwan Abdullah dan Muhammad, Pendidikan Karakter (Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami) (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016) Lajnah Pentashih, Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur‟an Dan Terjemahnya , 2010 Lestari, Sri, Psikologi Penanaman Karakter (Jakarta: Kencana, 2013) M.S.P Hasibuan, Metode Penelitian Administrasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2017) Mangun Harjana, Pembinaan: Arti Dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, 2011) Maryamah, Karoma &, ‘Pembentukan Perilaku Keagamaan Peserta Didik Melalui Metode Mengajar Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran’, Jurnal Islamic Education , 05.02 (2022), 92 Meity Taqdir Qadratillah, Kamus Besar Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011) Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) Muhammad Hidayatullah, ‘Membentuk Karakter Disiplin Siswa Melalui Pembiasaan Budaya Sekolah’, Jurnal Kajian Moral Dan Kewarganegaraan , 03.04 (2016), 131 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2019) Muhammad Iwan Abdi, ‘Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PAI Pada Sekolah Berbasis Boarding School DI Indonesia’, Jurnal El-Buhuth , 03.02 (2021), 259 Muhammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014) Muhammad Nasrudin Aziz, Model Pembelajaran Afektif Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Karakter Di MI Pesantren Anak Sholeh (PAS) Baitul Qur’an Gontor Mlarak Ponorogo (Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 80AD) Mulyadi dan Arif Rahman, ‘Pelaksanaan Program Kegiatan Keagamaan Dalam Menumbuhka n Karakter Religius Siswa SMP Negeri 1 Jenangan’, Jurnal Studi Islam Dan Sosial , 03.03 (2022), 127 Musrifah, ‘Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam’, Jurnal Edukasi Islamika , 01.02 (2016), 122 Nasirudin, Pendidikan Tasawuf (Semarang: Rasail Media Grup, 2012) Oktari & Kosasih, ‘Pendidikan Karakter Religius Dan Mandiri Di Pesantren’, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , 09.02 (2019), 244 P.R Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. , 2003 Pratiwi dan Marzuki, ‘Penanaman Nilai-Nilai Karakter Dan Karakter Kebangsaan Di Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jatinangor Sumedang’, Jurnal Pendidikan Karakter , 03.01 (2019), 38 Putri Amilosa, Pembinaan Karakter Religius Santri Di Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2018) Ruslam Ahmadi, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Arr-ruzz Media Grup, 2014) Sihabudin, Pembinaan Karakter Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Purwokerto (Purwokerto: IAIN PURWOKERTO, 2019) Subekti Tjitro Soedibio, Kamus Hukum (Jakarta: Pradaya, 2010) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: PT Alfabet, 2016) Susilo, Sutarjo Adi, Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014) Syamsul Kurniawan, ‘Pendidikan Menurut Al Ghazali’, Jurnal At Turats , 03.01 (2008), 211 Usman, Nurdin, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) Uswan, Abdullah Nashih, ‘Tarbiyatul Aulad Pendidikan Anak Dalam Islam’, Jurnal Dinamika Pendidikan , 03.02 (2015), 36 Wiyani, Novan Ardy, Pendidikan Karakter Berbasis Imam Dan Taqwa (Yogyakarta: Teras, 2012) Yanuarto, ‘Penggalian Nilai Karakter Religiusitas Siswa Melalui Kontekstual Matematika’, Jurnal Pendidikan Matematika , 2016, 52 Yuli Aeni Hakimah, Pembentukan Karakter Siswa Melalui Sistem Pendidikan Boarding School Di SMP Boarding School Putra Harapan Purwokerto (Purwokerto: IAIN PURWOKERTO, 2015)
c3cc7b52-fd7c-40ec-83f8-553b9074d04a
https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ekbis/article/download/368/309
## ANALISIS PENGARUH PENGEMBALIAN INVESTASI DAN PENERIMAAN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA) ## Widyo Nugroho Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424 [email protected] ## Abstract This research is aimed to show the influence of return on investment and earning per share on share price empirically. However the study was limited to tobacco industries which are listed in Indonesian Stock Exchange (ISE) during the year of 2004 to 2009. Among tobacco industries, we analyzed only two industries i.e. Bentoel International and HM Sampoerna. This is due to prerequisite given such as that company issuing financial statement for the year 2004 to 2009 by posting it in ISE website. Analyzing was done using multiple regression in which return on investment and earning per share play as independent variables and share price as dependent variable. The result shows that return on investment and earning per share simultaneously influence the share price significantly at 5%, but partially not. Keywords : profitability ratio, return on investment, earning per share and share price ## Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk melihat secara empiris pengaruh rasio profitabilitas seperti rasio pengembalian investasi dan pendapatan per saham terhadap harga saham pada perusahan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) rentang waktu antara tahun 2004 – 2009. Sampel yang diambil menggunakan metode purposif, dimana kriteria yang diambil adalah perusahan yang menerbitkan laporan keuangan sejak tahun 2004 – 2009 dan diumumkan pada situs resmi BEI. Sampel yang dapat digunakan hanya dua perusahan dari empat perusahaan rokok yang terdaftar di BEI, yaitu Bentoel International dan HM Sampoerna, sementara Gudang Garam dan BAT Indonesia belum memunculkan laporan keuangan 2009 secara terhubung. Penelitian ini menggunakan regresi berganda dengan dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu pengembalian investasi dan penerimaan per saham serta harga Saham dengan menggunakan nilai signifikansi 5%. Secara simultan kedua variabel mempunyai pengaruh terhadap harga saham, namun jika secara parsial bahwa variabel pengembalian investasi dan penerimaan per saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Kata Kunci : rasio profitabilitas, pengembalian investasi, penerimaan per saham dan harga saham ## PENDAHULUAN Dalam suatu lingkungan bisnis yang kompetitif, mengetahui kinerja keuangan perusahaan adalah merupakan salah satu hal yang penting. Kinerja keuangan digunakan dalam menentukan keputusan untuk berinvestasi, sehingga diperlukan tata cara pengukuran tepat yang mampu memberikan penilaian yang cukup akurat agar investor dan kreditor tidak tersesat. Analisis kinerja keuangan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh terhadap pasar saham perusahaan. Para investor membutuhkan suatu metode pengukuran kinerja keuangan yang sesuai dengan kondisi nyata. Adapun tujuannya adalah untuk men- dorong aktivitas perusahaan yang cenderung mampu menambah nilai dan menghapuskan aktivitas perusahaan yang justru merusak nilai. Pengukuran kinerja keuangan selalu menggunakan rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan perusahaan, dimana analisis yang meng- gunakan rasio keuangan biasa disebut dengan faktor fundamental perusahaan (Arnott, Hsu, dan Moore, 2005). Selama ini laba akuntansi selalu menjadi fokus perhatian dalam menilai kinerja suatu perusahaan (di antaranya Gallizo dan Salvador, 2006; Beaver, 2002, 1968; Ball dan brown, 1968; Beaver, Clark, dan Wright, 1979; Bernard dan Stober’ 1989; Bowen, Burgstahler, dan Daley, 1987; Livnat dan Zarowin, 1990; Collins, Maydew, Weiss, 1977; Burgstahler dan Dichev, 1997; Bao dan Bao, 1998; Riahi-Belkaoui, 1999; Stewart, 1989). Laba akuntansi yang digunakan diantaranya variasi pene- rimaan dan variabel turunannya seperti aliran kas, (Beaver dkk, 1979; Brown, 1968), dasar akrual (Bernard dan Stober, 1989; Bowen dkk., 1987; Livnat dan Zarowin, 1990), ekuitas bersih seperti operasi yang menurunkan penerimaan bersih (Collins dkk., 1977; Burgstahler dan Dichev, 1997), dan pertambahan nilai bersih (Bao dan Bao, 1998: Riahi- Belkaoui, 1999), pertambahan nilai ekonomis (Stewart, 1989), dan keun- tungan residual yang didefinisikan sebagai penerimaan ditahan (Biddle, Bowen, dan Wallace., 1997). Kinerja keuangan perusahaan secara luas digunakan untuk menganalisis harga saham yang beredar di bursa saham (diantaranya di Indonesia Pranowo, 2009; Wicaksono, 2007; Ardiani, 2007, Yuliana dan Thio, 2003). Pranowo (2009) menggunakan pengungkit (DFL) , pene- rimaan per saham , penerimaan ditahan , rasio harga dan penerimaan, deviden dibayarkan, dan hasil deviden dalam mengukur kinerja keuangan. Wicaksono (2007) menggunakan penerimaan per saham, rasio pembayaran deviden dan pengembalian investasi, sementara Ardiani (2007) menggunakan rasio kecukupan modal, pengembalian aset berisiko, marjin keuntungan bersih, pengembalian aset, biaya operasional terhadap pendapatan operasional, dan rasio pinjaman terhadap simpanan dalam mengukur kinerja keuangan. Yuliana dan Thio (2003) menggunakan konsep konvensional dan berbasis nilai terhadap laju pengembalian dalam mengukur kinerja keuangan. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi kasus pada perusahaan rokok yang terdaftar di BEI. Ada sebanyak empat (4)perusahan yang terdaftar di BEI pada periode 2004-2009, yaitu PT. Gudang Garam, PT. BAT Indonesia, PT. HM Sampoerna dan PT. Bentoel International. Karena hanya dua perusahaan, yaitu PT. HM Sampoerna dan PT. Bentoel Inter- national yang mempublikasikan laporan keuangannya di BEI, maka hanya kedua perusahaan itu yang dianalisis selanjutnya kinerja keuangannya. Variabel penelitian adalah pengem- balian investasi, penerimaan per saham, dan harga saham. Karena pengaruh kinerja keuangan (pengembalian saham dan penerimaan per saham) yang ingin dievaluasi, maka model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hipotesis penelitian yang diuji adalah: H 1 : Ada pengaruh pengembalian investasi terhadap harga saham H 2 : Ada pengaruh penerimaan per saham terhadap harga saham H 3 : Ada pengaruh pengembalian saham dan penerimaan per saham secara simultan terhadap harga saham ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Deskripsi Perusahaan PT. HM Sampoerna mengalami kenaikan laba setiap tahun selama periode 2004-2009. Tahun 2005 kenaikan laba mencapai 20% dibandingkan dengan tahun 2004, kenaikan tahun 2006 mencapai 48% dibandingkan dengan tahun 2005, kenaikan tahun 2007 sebesar 3% dibandingkan dengan tahun 2006, pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 7% dibandingkan tahun 2007 dan pada tahun 2009 kenaikan laba PT. HM Sampoerna mencapai 31% bila diban- dingkan dengan tahun 2008. Pertum- buhan aktiva PT. HM Sampoerna dari tahun 2004 sampai tahun 2009 juga mengalami kenaikan. Tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 2%, tahun 2006 mengalami kenaikan 6%, tahun 2007 naik sampai 24%, tahun 2008 naik sebesar 3% dan tahun 2009 kenaikan aktiva sebesar 10%. Tahun 2005 laba PT. Bentoel International mengalami kenaikan sebesar 34% dibandingkan dengan tahun 2004, tahun 2006 mengalami kenaikan 35% dibanding tahun 2005, dan tahun 2007 mengalami kenaikan sampai mencapai 67% dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 2% dibandingkan dengan tahun 2007, dan pada tahun 2009 laba perusahaan mengalami penurunan yang sangat drastis, sampai mencapai 89%. Pertumbuhan aktiva tahun 2005 meng- alami penurunan sebesar 6% dari tahun 2004, tahun 2006 aktiva perusahaan tumbuh sebesar 27%, tahun 2007 tumbuh sebesar 64%, untuk tahun 2008 tumbuh sebesar 15% dan untuk tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 3% bila dibandingkan dengan tahun 2008. Laju pengembalian investasi PT. HM. Sampoerna selama tahun 2004-2009 secara berturut-turut adalah 0,17, 0,20, 0,28, 0,23, 0,24, dan 0,29. Laju pengembalian investasi memperlihatkan angka yang tidak stabil. Pada tahun 2004 sampai 2006 kenaikan cukup meya- kinkan, tetapi tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan dan naik lagi pada tahun 2009. tahun 2009 laju pengem- balian investasi mencapai 0,29 artinya bahwa dari laba yang diperoleh perusahan dapat mengembalikan investasi pada aktiva sebesar 29% dari totalnya Laju pengembalian investasi PT. Bentoel selama tahun 2004-2009 secara berturut-turut adalah 0,04, 0,06, 0,06, 0,06, 0,05, dan 0,01. Laju pengembalian investasi selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dapat dikatakan cukup stabil, namun pada tahun 2009 meng- alami penurunan sangat jauh bila dibandingkan dengan tahun 2008. Penurunan angka ini menjadi 0,01 menunjukkan bahwa nilai laba perusahan mengalami penurunan. Penerimaan per saham PT. HM Sampoerna selama tahun 2004 sampai 200 secara berturut-turut (dalam rupiah) adalah 454, 544, 805, 827, 889, dan 1,161. Angka ini menunjukkan penerimaan yang terus naik dari tahun ke tahun. Kenaikan yang sangat tinggi terjadi pada tahun 2009, mencapai 30,60% dibandingkan tahun 2008 Penerimaan per saham PT. Bentoel International dalam periode 2004-2009 secara berturut-turut (dalam rupiah) adalah 12,13, 17,13, 23,53, 390,00, 35,52, dan 3,74. Jelas terlihat bahwa nilai laba perusahaan di tahun 2009 sangat menurun sampai mencapai 89,47% bila diban- dingkan dengan tahun 2008. Perubahan laba per lembar saham perusahaan sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 memang tidak stabil. Angka tertinggi terjadi pada tahun 2007 sampai mencapai Rp 390,00 per lembar. Harga saham PT. HM. Sampoerna tahun 2004-2009 secara berturut-turut (dalam rupiah) adalah 6,650, 8,900, 9,700, 14,300, 8,100, dan 10,400. Harga saham sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 terus mengalami kenaikan, tetapi tahun 2008 mengalami penurunan cukup besar sampai mencapai 43,36% dan selanjutnya di tahun 2009 mengalami kenaikan lagi, namun tidak sebesar angka di tahun 2007. Meskipun penurunan terjadi tahun 2008, laju pengembalian investasi dan penerimaan per saham tidak mengalami penurunan. Di sisi lain, saham PT. Bentoel international memberikan gambaran berbeda. Harga saham PT. Bentoel International tahun 2004-2009 secara berturut-turut (dalam rupiah) adalah 110, 135, 310, 560, 520, dan 650. Harga saham perusahaan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 pada dasarnya mengalami kenaikan, kecuali di tahun 2008 terjadi penurunan sebesar Rp 40,00 dibandingkan dengan tahun 2007. Laju pengembalian investasi dan penerimaan per saham mengalami penurunan drastis pada tahun 2009 meskipun harga saham meningkat tahun tersebut dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Observasi lainnya yang bisa diutarakan adalah harga saham perusahaan ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga saham PT. HM. Sampoerna. Pengaruh Laju Pengembalian Investasi dan Penerimaan per Saham pada Harga Saham Pengujian model dan hipotesis di- lakukan menggunakan persamaan regresi berganda. Output pengujian untuk koefisien korelasi adalah 0,860 dan koefisien determinasi sebesar 0,739. Angka ini mencerminkan bahwa 73,9% perubahan pada harga saham ditentukan oleh perubahan laju pengembalian investasi dan penerimaan per saham. Dilihat dari nilai signifikan 0,002, maka dapat dikatakan bahwa variabel pengem- balian investasi dan penerimaan per saham secara simultan mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (2009) dan Wicaksono (2007) yang mengatakan bahwa secara simultan variabel kinerja keuangan mampu dijadikan alat analisis terhadap harga saham perusahaan; namun perlu digarisbawahi bahwa para peneliti terdahulu tidak memasukkan alat analisis pengembalian investasi dalam penelitian mereka, hanya penerimaan per saham yang diambil sebagai acuan analisis. Kinerja keuangan jika digunakan secara keseluruhan sebagai alat analisis mampu dijadikan alat untuk memprediksi perubahan harga saham. Pengujian se- cara simultan sejalan dengan prediksi dan teori yang telah dikemukakan bahwa rasio yang digunakan sebagai alat analisis fundamental perusahaan mampu dija- dikan alat sebagai pengambil keputusan dalam melakukan investasi saham di perusahaan rokok, yang artinya bahwa laba perusahaan sangat menentukan minat seorang investor untuk menempatkan dananya. Pengujian secara parsial meng- hasilkan bahwa pengembalian investasi tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham peru- sahaan rokok dimana nilai signifikan yang ada dalam tabel sebesar 0,903 lebih besar dari alpha yang telah ditentukan sebesar 0,05. Tingkat pengembalian yang tertera dalam laporan keuangan tidak dijadikan investor menjadi alat analisis dalam melakukan pembelian saham perusahaan. Variabel penerimaan per saham juga tidak memperlihat pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, nilai signifikansi yang ada pada tabel hitung sebesar 0,099 lebih besar dari alpha 0,05, berarti nilai laba perlembar saham juga tidak dijadikan alat analisa investor untuk melakukan pemnelian saham perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (2009) dan Wicaksono (2007) yang mana hasil penelitian mereka mengatakan bahwa nilai penerimaan per saham mempunyai pengaruh terhadap harga saham, begitu juga dengan pengem- balian investasi yang dalam teori dika- takan bahwa ketika tingkat pengembalian investasi cukup baik maka akan mem- pengaruhi investor untuk membeli saham, dan teori permintaan juga mengatakan bahwa semakin tinggi permintaan, maka semakin tinggi pula harga suatu barang. Data sudah mengindikasikan keti- daksignifikanan pengaruh parsial. Peru- bahan harga saham tidak dipengaruhi oleh laju pengembalian investasi dan penerimaan per saham perusahaan secara parsial. Jelas terlihat penurunan harga saham terjadi pada tahun 2008, sementara nilai pengembalian investasi dan pene- rimaan per saham perusahaan cukup sehat. Dapat dikatakan dengan demikian bahwa perubahan harga saham itu dikarenakan faktor lain selain dari laju pengembalian investasi dan per harga saham (laporan keuangan). Banyak faktor lain dari analisis fundamental yang kemungkinan mem- pengaruhi harga saham, di antaranya nilai buku, aliran kas, penerimaan (Mar, Bird, Casavecchia, dan Yeung,. 2009; Beaver dkk, 1979; Brown, 1968), laju pengem- balian aset (Gallizo dan Salvador, 2005), dasar akrual (Bernard dan Stober, 1989; Bowen dkk., 1987; Livnat dan Zarowin, 1990), ekuitas bersih seperti operasi yang menurunkan penerimaan bersih (Collins dkk., 1977; Burgstahler dan Dichev, 1997), dan pertambahan nilai bersih (Bao dan Bao, 1998: Riahi-Belkaoui, 1999), pertambahan nilai ekonomis (Stewart, 1989), dan keuntungan residual yang didefinisikan sebagai penerimaan ditahan (Biddle, Bowen, dan Wallace., 1997) Menurut Gallizo dan Salvador (2005) laju pengembalian aset mening- katkan pengaruh aliran kas terhadap harga saham, tapi di sisi lain menurunkan pengaruh nilai buku pada harga saham. Perusahaan dengan pengembalian aset sangat tinggi (atau sebaliknya sangat rendah) membutuhkan volume investasi yang rendah untuk mencapai level penerimaan tertentu. Harga saham juga tregantung dari siklus hidup perusahaan. Menurut teori siklus hidup perusahaan, tahap per- tumbuhan dari suatu perusahaan dicapai jika nilai ukuran kinerja keuangan ber- beda, dan reaksi pasar terhadap perbedaan ini tergantung dari nilai tersebut (Gallizo dan Salvador, 2005). Dilihat dari teori ini, kedua perusahaan, PT. HM Sampoerna dan Bentoel International tidak termasuk lagi dalam fase per- tumbuhan. Khusus untuk pasar Indonesia, hasil ini juga mungkin disebabkan oleh kondisi ekonomi yang belum stabil sampai saat ini. Sebagaimana diketahui pada tahun 2008 itu terjadi krisis ekonomi secara global, jadi efek krisis itulah yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. ## KESIMPULAN DAN SARAN ## Kesimpulan 1. Secara simultan variabel pengem- balian investasi dan penerimaan per saham mempunyai pengaruh signi- fikan terhadap harga saham peru- sahaan rokok yang yang ada di Bursa Efek Indonesia, terlihat pada angka signifikan pengujian sebesar 0,002 yang lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. 2. Pengujian secara parsial atau secara satu persatu variabel laju pengem- balian investasi dan penerimaan per saham tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saman. Nilai signifikan pada pengembalian investasi sebesar 0.903 lebih besar dari alpha sebesar 0,05. Begitu juga dengan nilai signifikan variabel penerimaan per saham memperlihatkan angka 0,099 lebih besar dari alpha yang telah ditetap- kan sebesar 0,05. 3. Perubahan harga saham pada perusahaan rokok di bursa efek tidak dipengaruhi oleh faktor fundamental perusahaan, melainkan faktor-faktor lain yang berkembang pada tahun dimana perubahan harga saham. ## Saran Untuk mendapatkan gambaran lengkap, perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan memasukkan semua faktor fundamental seperti nilai buku, aliran kas, penerimaan, laju pengembalian aset, dasar, ekuitas bersih seperti operasi yang menurunkan penerimaan bersih, dan pertambahan nilai, pertambahan nilai ekonomis, dan keuntungan residual yang didefinisikan sebagai penerimaan ditahan. Juga perlu memperhatikan faktor lain yang berkembang pada saat ini dalam pasar investasi BEI. ## DAFTAR PUSTAKA Arnott, R.D., Hsu, J.C. and Moore, P. 2005. “Financial Indexation”. Financial Analysts Journal , Vol. 61, no. 2, pp. 83-99. Beaver, W.H. 2002. “Perspectives on Recent Capital Market Research”. The Accounting Review , Vol. 77 No. 2, pp. 453-74. Gallizo, J.´ L. dan Salvador M. 2006. “Share Prices and Accounting Variables: A Hierarchical Bayesian Analysis”. Review of Accounting and Finance. Vol. 5 No. 3, pp. 268- 278 Ball, R. and Brown, P. 1968. “An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers”. Journal of Accounting Research , Vol. 6, pp. 159-78. Bao, B.-H. and Bao, D.-H. 1998. “Usefulness of Value Added and Abnormal Economic Earnings: An Empirical Examination”. Journal of Business Finance and Accounting , Vol. 25 No. 1/2, pp. 251-64. Beaver, W.H. 1968. “The information Content of Earnings”. Journal of Accounting Research , Vol. 6, Supplement, pp. 67-92. Beaver, W.H. 2002. “Perspectives on Recent Capital Market Research”. The Accounting Review , Vol. 77 No. 2, pp. 453-74. Beaver, W.H., Clarke, R. and Wright, W. 1979. “The association between Unsystematic Security Returns and the Magnitude of Earnings Forecast Errors”. Journal of Accounting Research , Vol. 17, pp. 316-40. Bernard, V.L. and Stober, T.L. 1989. “The nature and Amount of Information in Cash Flor and Accrual”. The Accounting Review , October, pp. 624-52. Biddle, G., Bowen, R. and Wallace, J. 1997. “Does EVA Beat Earnings? Evidence on Association with Stock Returns and Firms Value”. Journal of Accounting and Economics , Vol. 24, pp. 123-55. Bowen, R.M., Burgstahler, D. and Daley, L.A. 1987. “The Incremental Information Content of Accrual Versus Cash Flow”. The Accounting Review , October, pp. 723-47. Burgstahler, D. and Dichev. 1997. “Earnings, Adaptation and Equity Value”. The Accounting Review , April, pp. 187-215. Collins, D., Maydew, E. and Weiss, I. 1977. “Changes in The Value- Relevance of Earnings and Book Values Over The Past Forty Years”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 24, pp. 39-67. Livnat, J. and Zarowin, P. 1990. “The Incremental Information Content of Cash Flow Components”. Journal of Accounting and Economics , Vol. 13, pp. 25-46. Riahi-Belkaoui, A. 1999. “Net Value Added and Earnings Determination”. Review of Quantitative Finance and Accounting , Vol. 13, pp. 393-9. Stewart, G.B., Stern, J.M., Stewart, G.B., and Chow, D.H. Eds 1989. Performance Measurement and Management Incentive Compensation , Ballinger Publishing Company, Cambridge, MA, pp. 339-46. Ardiani Anita. 2007. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Univeritas Negeri Semarang, Semarang. Yuliana, Miranda dan Thio. 2003. Analisis pengaruh penilaian kinerja dengan konsep konvensional dan konsep value based terhadap rate of return:SNA IX,Q Pranowo Bambang. 2009. ”Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap harga Saham”. Jurnal Ekonomi Bisnis , Malang. Wicaksono, Ananto Sarono. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Mar, J.; Bird, R.; Casavecchia, L.; and Yeung, D. 2009. Australian Journal of Management, Vol 34, no 1; pp. 1- 20. ABI/INFORM Global.
039ee1b6-6c50-4dcb-8383-724d76874aef
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/chanos2/article/download/8977/7073
## PERAN UNIT PRAKTEK PEMASARAN “EDU MINAMART” DALAM MENINGKATKAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA TARUNA PRODI AGRIBISNIS PERIKANAN POLITEKNIK KP SIDOARJO ## THE ROLE OF MARKETING PRACTICE UNIT “EDU MINAMART” IN IMPROVING TARUNA’S ENTREPRENEURIAL INTEREST, FISHERIES AGRIBUSSINESS STUDY PROGRAM, ## MARINE AND FISHERIES POLYTECHNICS OF SIDOARJO Oleh: Prayoto 1* dan Jefri Putri Nugraha 1 1 Program Studi Agribisnis Perikanan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Sidoarjo * E-mail : [email protected] ## ABSTRACT This study aims to determine activities are carried out by Taruna in the "Edu Minamart" Marketing Practice Unit, and the role of the Unit is in increasing the interest in entrepreneurship. This research is a descriptive research. The subjects were Taruna, of Agribusiness Study Program for Academic Year 2019/2020, totaling 81 (entire population). The validity test of the questionnaire was done by Product Moment correlation. While the reliability test uses the Cronbach’s Alpha formula. After doing the data interpretation and making conclusions so that the description of the results of the research is obtained. The conclusions are: (1) Taruna’s activities in "Edu Minamart" not only maintains shops, arranges product displays, sells products and routine tasks maintain the cleanliness of the store, is also given the authority to plan the number and type of products that will be stocked at the store, take part in exhibitions and bazaars, serve fast food products, and visit services; (2) The activities carried out by Taruna in the "Edu Minamart" tend to play a role in increasing Taruna’s entrepreneurial interest, they feel that their confidence in starting a business increases, compelled to work actively to achieve optimal results, dare to take risks on business decisions done, easy to get along and open in exchanging ideas as a form of mature leadership attitude, little by little began to pour ideas, creativity, and innovation into business ideas, and have a view to the future related to the business that will be done after graduation, as well as trying and working hard to make it happen. Keywords: entrepreneurial interest, fisheries agribusiness, marketing practice unit ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan rutin yang dilakukan Taruna di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”, dan perananan Unit tersebut dalam meningkatkan minat berwirausaha Taruna Prodi Agribisnis Perikanan Politeknik KP Sidoarjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subyek penelitian adalah Taruna Prodi Agribisnis Perikanan Tahun Akademik 2019/2020 yang berjumlah 81 Taruna (seluruh populasi). Uji validitas butir angket dilakukan dengan korelasi Product Moment . Sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach’s . Kesimpulan dari penelitian ini: (1) Kegiatan Taruna di “Edu Minamart” tidak hanya menjaga toko, dan tugas rutin menjaga kebersihan toko, tapi juga diberikan kewenangan untuk merencanakan jumlah dan jenis produk yang akan di stock di toko, mengikuti kegiatan pameran dan bazar, melayani pemesanan produk siap saji, serta pelayanan kunjungan; (2) Kegiatan yang dilakukan “Edu Minamart” tersebut cenderung berperan meningkatkan minat berwirausaha pada Taruna, yakni Taruna merasa kepercayaan dirinya dalam memulai usaha meningkat, terdorong untuk berkerja giat untuk mencapai hasil optimal, berani mengambil resiko atas keputusan usaha, mudah bergaul dan terbuka dalam bertukar pikiran sebagai wujud sikap kepemimpinan yang matang, menuangkan ide, kreativitas, dan inovasinya ke dalam gagasan usaha, dan memiliki pandangan ke masa depan, serta berusaha dan bekerja keras untuk mewujudkannya. Kata kunci : minat berwirausaha, unit praktek pemasaran, agribisnis perikanan ISSN : 1693-6299 ## I. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya usaha sadar oleh peserta didik agar dapat menjadikan dirinya sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. Politeknik Kelautan dan Perikanan merupakan Perguruan Tinggi Vokasional di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia yang dipersiapkan untuk mencetak lulusan yang kompeten dalam bidangnya dan meningkatkan ketrampilan yang dimiliki Peserta Didik (Taruna). Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh Taruna Politeknik Kelautan dan Perikanan adalah ketrampilan berwirausaha. Politeknik Kelautan dan Perikanan sebagai Pendidikan Tinggi Diploma bertujuan agara Peserta Didik menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan). Menurut Menurut Wiliam D. Bygrave dalam (Suparyanto, 2012: 11), seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan memiliki karakter khusus yang membedakannya dengan orang lain. Dalam hal ini percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, kepemimpinan, kreativitas dan disiplin menentukan jiwa kewirausahaan. Minat berwirausaha adalah pemusatan perhatian, keinginan, ketertarikan, serta kesediaan individu pada bidang wirausaha untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan (Wulandari, 2013). Minat berwirausaha terdapat beberapa indikator yaitu percaya diri, berorientasi pada hasil dengan mengutamakan prestasi terlebih dahulu daripada prestise; berani mengambil risiko, mampu memotivasi sekelompok orang untuk melakukan sesuatu, mampu melakukan sesuatu dengan ide yang inovatif dan kreatif, dan berorientasi pada masa depan adalah mempunyai sikap dan pandangan untuk ke depan. Akan tetapi kondisi dunia kewirausahaan di Indonesia belum sesuai dengan harapan. Kenyataannya masih banyak Taruna Politeknik Kelautan dan Perikanan yang belum menggunakan keterampilan yang telah didapatkan di kampus untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu masih banyak lulusan Diploma Politeknik Kelautan dan Perikanan yang belum dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Hal ini dibuktikan masih banyaknya jumlah pengangguran yang berasal dari lulusan Diploma. Data Badan Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran pada tahun 2019 tingkat Pengangguran Terbuka pada Desember 2019, peringkat ke dua terbesar adalah lulusan Diploma, yaitu sebesar 6,89 %. Agar jumlah pengangguran dapat ditekan maka diperlukan sarana atau wadah yang dapat membuat peserta didik memiliki jiwa kewirausahaan. Salah satu program yang dimiliki Politeknik KP Sidoarjo adalah adanya Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” yang berguna sebagai wadah untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan. http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/chanos2 Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” merupakan sarana penunjang pendidikan di Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, yang dikembangkan untuk pelaksanaan pendidikan dan pengajaran yang berbasis Teaching Factory . Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” memiliki fungsi untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan taruna melalui kegiatan praktek secara langsung di lapangan. Pengelolaan kegiatan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dilakukan oleh Program Studi Agribisnis Perikanan (AGP)yang melibatkan seluruh Taruna Prodi Agribisnis Perikanan dengan dibimbing oleh dosen-dosen terkait dengan kegiatan praktek tersebut. Taruna Prodi Agribisnis Perikanan dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan kegiatan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”, sehingga konsep pembelajaran di kelas juga terintegrasi dengan teknik pembelajaran di lapangan dengan beberapa mata kuliah terkait. Cara kerja Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” ini sama dengan Business Center di sekolah ataupun perguruan tinggi pada umumnya. Menurut Pedoman Prani Business Center dalam (Ferlani, 2015: 25), business center sebagai tempat belajar sambil berbuat (learning by doing)” . Dengan demikian peserta didik dapat belajar untuk menjual jasa maupun merencanakan pekerjaan. Business Center merupakan pusat pelatihan dan pendidikan bagi peserta didik yang berfungsi sebagai sarana unit produksi sekolah dan sebagai laboratorium kewirausahaan bagi para peserta didik untuk melaksanakan praktik penjualan, perhitungan ataupun pembukuan. Adanya praktik ini maka dapat menumbuhkan kualitas dan motivasi peserta didik untuk meningkatkan nilai tambah yang diperoleh dari ketrampilan yang dimiliki dan mengembangkan kewirausahaan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti fenomena yang terjadi, serta menggali beberapa rumusan masalah, yakni: (1) kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Taruna Prodi Agribisnis Perikanan di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”?; (2) bagaimana peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha Taruna Prodi Agribisnis Perikanan di Politeknik KP Sidoarjo. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengambil kebijakan, dalam hal ini adalah unsur Pimpinan Politeknik KP Sidoarjo, Prodi Agribisnis Perikanan dan Pengelola Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan kualitas pengembangan sarana praktek pemasaran Taruna, sehingga minat kewirausahaan Taruna dapat dioptimalkan. ## II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif tentang peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minar berwirausaha pada Taruna. 2.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” Politeknik KP Sidoarjo pada Bulan Maret hingga April 2020. 2.3 Subyek Penelitian Penentuan subyek penelitian ditetapkan berdasarkan kesesuaian dengan tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan minat berwirausaha Taruna Prodi Agribisnis Perikanan, maka subyek dalam penelitian ini adalah seluruh Taruna Prodi Agribisnis Perikanan Tahun Akademik 2019/2020, yang berjumlah 81 Taruna (seluruh populasi), yang terdiri dari 29 Remaja, 25 Madya, dan 27 Perdana, yang akan diperoleh datanya melalui angket. 2.4 ## Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik wawancara meng-hendaki komunikasi langsung antara penulis dengan subyek penelitian (responden). ## b. Angket Angket diberikan kepada seluruh Taruna Prodi Agribisnis Perikanan yang ikut serta dalam kegiatan yang ada di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dan merasakan manfaat secara langsung ketika mengikuti kegiatan. Bentuk angket bersifat tertutup dengan 4 (empat) alternatif pilihan jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS – skor 4), Setuju (S – skor 3), Tidak Setuju (TS – skor 2), dan Sangat Tidak Setuju (STS – skor 1). c. Dokumentasi Teknik Dokumentasi pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang tersedia dalam bentuk arsip atau buku yang menunjang penelitian. Dokumen yang digunkan untuk menunjang penelitian ini adalah daftar nama Taruna, dan jadwal piket jaga Taruna setiap harinya. ## 2.5 Instrumen Penelitian Data peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha diperoleh melalui angket dengan 20 butir pernyataan dan jumlah responden 81 Taruna.Penulis meyebarkan angket kepada Taruna Prodi Agribisnis Perikanan melalui aplikasi Google Form . Tabel 1. Kisi-kisi Angket Tertutup Indikator Minat Berwirausaha Nomor Angket Percaya diri 1, 2, 3 Berorientasi Hasil 4, 5, 6, 7, 8 Pengambilan Resiko 9, 10, 11 Kepemimpinan 12, 13, 14 Keorisinilan 15, 16, 17 Berorientasi Masa Depan 18, 19, 20 Diadopsi dari Buchari Alma (2013) Sebelumnya angket penelitian diuji coba untuk mendapatkan instrument yang memiliki kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabitas) sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat digunakan untuk memperoleh data yang akurat. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen adalah korelasi Product Moment dari Pearson, perhitungan akan dilakukan dengan bantuan program SPSS Versi 21. Menguji reliabilitas instrumen, digunakan rumus koefisien alpha Cronbach. 2.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang berarti bahwa data yang diperoleh dari penelitian disajikan apa adanya kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran terhadap fakta yang terjadi. Pertama, reduksi data yaitu meng-golongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu serta mengorganisir sehingga dapat diambil kesimpulan terakhir. Kedua , penyajian data berupa teks naratif atau tabel. Ketiga penarikan kesimpulan yang merupakan hasil analisis yang dapat digunakan dalam mengambil tindakan. Setelah itu melakukan analisis data sebagai berikut: a. Mengelompokkan jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, yang di dapatkan dari hasil wawancara kepada narasumber yang telah di tetapkan sebelumnya. b. Kemudian menghitung angket yang diberikan kepada 81 orang Taruna Prodi Agribisnis mengenai minat berwirausaha yang meraka dapatkan setelah melakukan kegiatan di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” yaitu disajikan dengan persentase. Penghitungan angket dilakukan dengan rumus yaitu : 1) Identifikasi kecenderungan ubahan setiap sub variabel digunakan digunakan patokan nilai Mean (M) dan Standar Deviasi (SD). 2) Kemudian setiap sub variabel dikategorikan menjadi tiga kategori dengan mengunakan skala dari Saifudin Azwar (2009 : 149). Pedoman dalam menentukan kriteria atau klasifikasi yaitu: X ≥ M + SD = Tinggi M – SD ≤ X < M + SD = Sedang X < M – SD = Rendah Setelah melakukan intreprestasi data dan membuat kesimpulan sehingga di dapatkan deskripsi hasil penelitian. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kegiatan Taruna Prodi Agribisnis Perikanan di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” Politeknik KP Sidoarjo berbentuk seperti minimarket sederhana, tidak terlalu luas untuk ukuran sebuah tempat praktik pembelajaran bisnis Taruna. Unit ini menyediakan berbagai macam produk hasil perikanan, baik konsumsi (batari crispy, batari asap, bakso ikan, nugget ikan, otak-otak, abon ikan, kerupuk ikan, stik ikan, stik rumput laut, permen rumput laut, dodol rumput laut, jelly sari rumput laut, sirup mangrove, dan lainnya) maupun non konsumsi (produk kekerangan seperti gantungan kunci dan hiasan lampu, serta merchandise lainnya). Produk yang dijual di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” adalah produk hasil pengolahan Teaching Factory dari Prodi Teknik Pengolahan Produk Perikanan (TP3) maupun produk konsinyasi dengan UMKM Mitra. Kegiatan Taruna di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” memang sudah terbilang meningkat. Taruna tidak hanya diberikan kepercayaan menjaga toko, menata display produk, menjualkan produk yang ada, melakukan pencatatan penjualan, pengecekan stock opname harian, mempromosikan produk di media sosial Instragram untuk memperluas jaringan pemasaran, serta tugas rutin menjaga kebersihan dalam dan luar lingkungan toko. Namun, Taruna juga diberikan kewenangan untuk merencana-kan jumlah dan jenis produk yang akan di stock di toko. Akan tetapi dalam hal keuangan, Taruna tidak mengetahui sistem pembukuan arus laba rugi toko, karena mereka hanya bertugas mencatat penjualan harian sesuai jadwal piket dan menyetorkan hasil penjualan kepada pengelola unit setiap pergantian shift jaga. Selain menjual produknya di toko dan menunggu pelanggan datang, Taruna mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pameran produk yang secara insidental diselenggarakan oleh pihak- pihak di luar institusi Politeknik KP Sidoarjo, seperti Pasar Tani yang diselenggarakan oleh Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo setiap satu bulan sekali. Pameran UMKM yang diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Sidoarjo, serta pameran-pameran lain yang diselenggarakan oleh Pemprov Jawa Timur. Dengan mengikuti kegiatan seperti ini, Taruna secara otomatis mempraktekkan teknik penjualan secara direct selling diantara para kompetitor lainnya, hal ini melatih Taruna dalam mengelola rasa percaya diri dan daya saing nya. Kegiatan lain yang dilakukan Taruna di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” adalah menjual produk makanan siap saji yang secara bergiliran dilakukan per kelompok. Kegiatan ini merupakan wujud praktek pemasaran produk perikanan dengan mengoptimal- kan Food Court di halaman toko. Sistem produksi yang digunakan adalah made by order . Konsumen dari Dosen, pegawai dan Taruna. Menu yang ditawarkan pun berbeda setiap harinya, sesuai dengan menu unggulan per kelompok yang bertugas pada hari tersebut, antara lain sushi, nasi lele geprek, kebab ikan, tahu bakso ikan, teh susu rumput laut, kopi rumput laut, es kopyor sirup mangrove, dan lain-lain. Namun cuaca yang tidak menentu belum memungkinkan Edu Minamart untuk membuka Food Court dan menyajikan makanan yang bisa dinikmati di tempat. Hal ini karena halaman depan belum tertutup kanopi dengan rapat. Selain itu, kegiatan ini masih belum bisa dilaksanakan dengan optimal karena Taruna tetap harus memprioritaskan kuliah, sehingga produksi hanya bisa dilakukan setelah jam perkuliahan usai. Padahal konsumen minta bisa dilayani setiap waktu mereka memesan, sedangkan Taruna tidak bisa memenuhi orderan tepat waktu karena keterbatasan waktu dan tenaga. Sehingga masih banyak keluhan dari konsumen (pemesan) terkait hal tersebut. Kemudian, kegiatan Taruna Prodi Agribisnis yang lainnya adalah melayani kunjungan edutrip siswa dan siswi dari PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA dari dalam dan luar kota; bahkan kunjungan dari instansi lain yang melakukan studi banding ataupun kunjungan kedinasan dari Pejabat lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan P3M, Tefa VAP, Tefa Pengolahan Modern, dan Tefa Budidaya Air Tawar. Biasanya pengunjung berkeliling ke Unit-unit Tefa dan terakhir berbelanja di Edu Minamart. Kegiatan ini memberikan dapat positif untuk Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”, yakni peningkatan penjualan pada hari tersebut. Namun dari sekian hal yang menjadi program kegiatan Taruna Prodi Agribisnis di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”, permasalahan yang juga muncul adalah jadwal jaga Minamart oleh Taruna Prodi Agribisnis Perikanan yang masih bentrok dengan jadwal perkuliahan, sehingga timbul potensi ketidakhadiran Taruna dalam perkuliahan. Di dalam Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” sudah tersedia beberapa fasilitas yang memadai. Dalam kaitannya dengan fasilitas, di unit ini sudah tersedia beberapa rak display yang bisa digunakan untuk menata produk-produk yang ada, Freezer, Showcase , dan meja kasir manual, meskipun ruangannya kurang efektif untuk menempatkan fasilitas tersebut, karena kurang luas. Menurut penelitian yang dilakukan Utami (2015), menyatakan bahwa sarana prasana di unit praktek bisnis berpengaruh terhadap minat berwirausaha peserta didik. Jika ketersediaan sarana prasarana tidak lengkap serta variasi barang yang ada kurang, maka menjadi suatu kendala dalam melaksanakan kegiatan kewirausaahaan. 3.2 Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam Meningkatkan Minat Berwirausaha Taruna Prodi Agribisnis Perikanan Sebelum menganalisis data yang diperoleh terkait peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha Taruna, beriku disajikan hasil uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian. Pada pengujian validitas ini diperoleh nilai r-tabel sebesar 0,349 dengan df = n – 2 dan taraf signifikan (5%). Instrument dikatakan valid jika memenuhi syarat yaitu r-hitung lebih besar dari pada r- tabel, dengan N = 32 (jumlah responden untuk uji coba validitas dan reliabilitas instrument penelitian). http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/chanos2 Berdasarkan Tabel Uji Validitas dapat dijelaskan bahwa semua item pernyataan masing-masing memiliki nilai Corrected Item Total Correlation atau r- hitung lebih besar dari pada r-tabel. Sehingga dari hasil uji validitas tersebut dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan setiap variable adalah valid, sehingga dapat dilakukan uji selanjutnya yaitu Uji Reliabilitas. Tabel 2. Hasil Pengujian Validitas Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Uji reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan ketentuan bahwa nilai koefisien Alpha ( α) lebih besar atau sama dengan 0,6. Berdasarkan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa instrument yang memenuhi syarat tersebut adalah reliabel. Setelah dilakukan uji reliabilitas diperoleh hasil yang relative sama atau tidak mengalami perubahan saat dilakukan pengujian ulang, sehingga hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya. Berikut disajikan tabel pengujian reliabilitas instrument penelitian. Tabel 3. Hasil Pengujian Reliabilitas Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha Taruna Prodi Agribisnis ditandai dengan sikap Taruna selama ataupun setelah berkegiatan di Unit tersebut, yaitu percaya diri, berorientasi hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan. Data peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha diperoleh melalui angket dengan 20 butir pernyataan dan jumlah responden 81 Taruna. Kemudian data tersebut diolah menggunakan program SPSS 21.00 For Windows , maka diperoleh skor tertinggi sebesar 55.00 dan skor terendah sebesar 47.00. Hasil analisis mean (M) sebesar 47.28, median sebesar 40.00, modus sebesar 41.00 dan standar deviasi (SD) sebesar 3.807. Penentuan kecenderungan peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha Taruna dapat dikategorikan dalam tiga kategori sebagai berikut : X ≥ M + SD = Tinggi M – SD ≤ X < M + SD = Sedang X < M – SD = Rendah Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat dibuat distribusi frekuensi dan kecenderungan data peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha Taruna yang dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Kecenderungan Data Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam Meningkatkan Minat Berwirausaha Taruna Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan kecenderungan peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha Taruna pada kategori tinggi dengan jumlah 57 Taruna (70%), pada kategori sedang dengan jumlah 19 Taruna (24%) dan pada kategori rendah dengan jumlah 5 Taruna (6%). Kesimpulan dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar kecenderungan peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat ber- wirausaha Taruna dalam kategori tinggi. Business Center merupakan pusat pelatihan dan pendidikan bagi siswa yang berfungsi sebagai sarana unit produksi sekolah dan sebagai laboratorium kewirausahaan bagi para peserta didik untuk melaksanakan praktik penjualan, perhitungan ataupun pembukuan. Adanya praktik ini maka dapat menumbuhkan kualitas dan motivasi siswa untuk meningkatkan nilai tambah yang diperoleh dari ketrampilan yang dimiliki dan mengembangkan kewirausahaan secara kuantitas lebih tinggi (Ferlani, 2015). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Pengelola Unit Praktek Pemasaran bahwa minat berwirausaha Taruna selama ini tidak hanya sebatas tugas kuliah untuk mendapatkan nilai saja, namun jiwa dan semangat mereka memang sangat bisa dirasakan. Mereka berpendapat bahwa dengan keberadaan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” saat ini mendorong mereka untuk berusaha menginovasi produk-produk baru dengan mengkombinasikan produk lama atau bahkan berusaha membuat produk yang belum pernah ada, untuk bisa dipasarkan melalui Edu Minamart. Antusiasme mereka juga sangat terlihat ketika mereka dilibatkan pada kegiatan bazar/pameran, karena dengan kegiatan tersebut mereka dapat belajar banyak dari pesaing ataupun hal-hal yang mereka temui di lapangan. Gambar 1. Kecenderungan Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam Meningkatkan Minat Berwirausaha Taruna Selanjutnya peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan minat berwirausaha pada Taruna Prodi Agribisnis Perikanan akan dijabarkan dalam enam indikator sebagai berikut. a. Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan sikap Percaya Diri Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan minat berwirausaha dilihat dari sikap percaya diri, yakni sikap keberanian dan keyakinan Taruna untuk mampu berwirausaha dengan kegiatan yang dilakukan di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”. Data Indikator Percaya Diri diperoleh melalui angket dengan 3 butir pernyataan dan jumlah responden 81, diolah dengan program SPSS 21.00. Kemudian diperoleh skor tertinggi sebesar 9.00 dan skor terendah sebesar 5.00. Hasil analisis menunjukan Mean (M) sebesar 6.89, median sebesar 7.00, modus sebesar 6.00 dan standar deviasi (SD) sebesar 1.193. Berdasarkan perhitungan, maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Kecenderungan Data Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan sikap Percaya Diri Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Kesimpulan dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar kecenderungan peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan rasa percaya diri Taruna dalam kategori tinggi. Sistem pelaksanaan unit bisnis sebagai program ekstrakurikuler kewirausahaan di lembaga pendidikan dapat membentuk karakter percaya diri siswa yang ditandai oleh sikap percaya pada kemampuan yang dimiliki, optimis dan tanggung jawab yang terbentuk pada diri setiap siswa yang mengikuti kegiatan tersebut (Sarfilianty, 2018). Berdasarkan hasil wawancara, Taruna berpendapat bahwa dengan keberadaan dan mengikuti kegiatan yang ada di “Edu Minamart”, Taruna terdorong dan percaya diri untuk melakukan praktek usaha, memiliki usaha sendiri setelah lulus, bahkan ada yang akan segera merintis usaha sejak sekarang, dan mereka menjadi yakin dapat mengembangkan usaha dengan bekal pengetahuan berwirausaha di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”. Dalam pelaksanaannya, rasa percaya diri Taruna dapat ditingkatkan dengan melatih mereka dalam melayani konsumen dengan baik, ramah, dan tidak malu-malu. Kepercayaan diri mereka dapat diterapkan saat melayani konsumen. Seperti menyapa konsumen saat datang, melayani konsumen saat mencari produk, dan mengucapkan terimakasih saat pembeli selesai membayar. Meskipun masih terdapat beberapa siswa yang kurang percaya diri dalam melayani masyarakat masih malu-malu, tetapi lama-kelamaan dengan beberapa kali praktek siswa mampu percaya diri. Untuk lebih memantapkan rasa percaya diri Taruna, bisa dilakukan dengan mengundang narasumber dari wirausahawan sukses sebagai role model untuk memotivasi Taruna agar lebih percaya diri dalam memulai usaha. Selebihnya hasil kategorisasi data dapat dijelaskan dengan Gambar 2 berikut. Gambar 2. Kecenderungan Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam Meningkatkan Sikap Percaya Diri Taruna b. Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan sikap Berorientasi pada Hasil Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan minat berwirausaha dilihat dari sikap berorientasi pada hasil. Setelah mengikuti kegiatan di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”, Taruna diharapkan dapat berwirausaha dengan tekun, mempunyai target dan yang paling penting bekerja keras. Data indikator berorientasi pada hasil diperoleh melalui angket dengan 5 butir pernyataan dan jumlah responden 81. Data Indikator berorientasi pada hasil diolah menggunakan program SPSS 21.00 For Windows , maka diperoleh skor tertinggi sebesar 17.00 dan skor terendah sebesar 10.00. Hasil analisis menunjukan Mean (M) sebesar 12.58, median sebesar 12.00, modus sebesar 12.00 dan standar deviasi (SD) sebesar 1.513. Berdasarkan perhitungan, maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Kecenderungan Data Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan sikap Berorientasi pada Hasil Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Kesimpulan dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar kecenderungan peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan sikap berorientasi hasil pada Taruna dalam kategori tinggi. Sikap siswa yang berorientasi pada tugas dan hasil sangat penting untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Dimana di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” Taruna sudah mampu menyelesaikan tugasnya dengan maksimal, yakni dengan melaksanakan praktek dengan antusias, baik dalam pelayanan terhadap konsumen, dalam penataan display produk, tanngung jawab dalam perawatan peralatan yang ada, maupun dalam pemasaran di luar toko, seperti di kegiatan pameran/bazar. Namun masih terdapat beberapa siswa yang bosan dan kurang antusias sebelum di tegur pengelola Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”. Agar Taruna berorientasi pada tugas dan hasil harus ada bimbingan lebih maupun pendampingan dari pihak sekolah. Perlu dilakukan kerja sama antara Dosen dan pengelola Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”, dengan memberikan reward jika antusias dan semangat. Hal ini akan sangat efektif bagi Taruna yang memang mempunyai antusiasme ataupun keinginan berprestasi yang tinggi. http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/chanos2 Menurut Geoffrey (2002:5) “berorientasi pada hasil merupakan kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan yang kuat, energik, tekun dan tabah, tekad dan kerja keras serta inisiatif”. Selebihnya hasil kategorisasi data dapat dijelaskan dengan Gambar 3 berikut. Gambar 3. Kecenderungan Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam Meningkatkan Sikap Berorientasi Hasil pada Taruna c. Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan sikap Pengambilan Resiko Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan minat berwirausaha dilihat dari sikap Taruna dalam keberanian mengambil resiko, menyukai tantangan, tidak patah semangat dan tidak takut gagal. Data Indikator Pengambilan Resiko diperoleh melalui angket dengan 3 butir pernyataan dengan responden 81. Data indikator pengambilan resiko diolah menggunakan program SPSS 21.00 For Windows, maka diperoleh skor tertinggi sebesar 7.00 dan skor terendah sebesar 3.00. Hasil analisis menunjukan Mean (M) sebesar 4.59, median sebesar 5.00, modus sebesar 4.00 dan standar deviasi (SD) sebesar 0.947. Berdasarkan perhitungan, maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Kecenderungan Data Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan sikap Pengambilan Resiko Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Kesimpulan dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar kecenderungan peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan sikap pengambilan risiko pada Taruna dalam kategori tinggi. Berdasarkan data yang ada, memang masih ada beberapa Taruna yang masih rendah kebernian mengambil risikonya. Mereka masih merasa takut menanggung risiko kegagalan berdagang sendiri. Risiko merupakan salah satu hal wajar yang akan memberikan banyak pengalaman dan wawasan dalam membangun sebuah usaha. Sikap ini masih harus mendapat perhatian dari pengelola Unit dan Dosen agar keberanian berspekulasi Taruna meningkat. Menurut Angelita S. Bajaro dalam Suryana (2013: 40) “seorang wirausaha yang menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin menjadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik”. Untuk lebih memantapkan sikap berani mengambil risiko pada Taruna, bisa dilakukan dengan mengundang narasumber dari wirausahawan sukses dari DUDI ataupun alumni sebagai role model untuk memotivasi Taruna agar lebih berani dalam memulai usaha. Selebihnya hasil kategorisasi data dapat dijelaskan dengan Gambar 4 berikut. Gambar 4. Kecenderungan Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam Meningkatkan Sikap Keberanian Mengambil Risiko pada Taruna d. Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam me- ningkatkan sikap Kepemimpinan Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan minat berwirausaha dilihat dari sikap kepemimpinan Taruna. Setelah mengikuti beberapa kegiatan yang ada di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”, Taruna diharapkan mempunyai jiwa kepemimpinan, bertanggungjawab, mau menerima kritik dan saran serta tanggap pada permasalahan yang ada sebagai bekal dalam berwirausaha. Karena jika lulus, Taruna bisa menciptakan lapangan kerja untuk orang lain, dan harus mampu menjadi pemimpin usahanya kelak dengan jiwa kepemimpinan. Data indikator kepemimpinan diperoleh melalui angket dengan 3 butir pernyataan dan jumlah responden 81 Taruna. Data sikap kepemimpinan diolah menggunakan program SPSS 21.00 For Windows , maka diperoleh skor tertinggi sebesar 12.00 dan skor terendah sebesar 3.00. Hasil analisis menunjukan Mean (M) sebesar 7.54, median sebesar 7.00, modus sebesar 6.00 dan standar deviasi (SD) sebesar 1.522. Berdasarkan perhitungan, maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Kecenderungan Data Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan sikap Kepemimpinan Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Kesimpulan dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar kecenderungan peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan sikap kepemimpinan pada Taruna dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, kegiatan di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” mengajarkan Taruna untuk lebih bertanggung jawab terhadap usaha mereka, berlatih bernegosiasi, mudah bergaul, lebih terbuka dalam bertukar pikiran dengan teman satu kelompok ataupun kakak dan adik tingkat, serta mengajarkan pada mereka untuk responsif atau cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan yang ada. Menurut Geoffrey (2002:5) “berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran dan kritik”. Selebihnya hasil kategorisasi data dapat dijelaskan dengan Gambar 5 berikut. Gambar 5. Kecenderungan Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” Meningkatkan Sikap Kepemimpinan e. Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkat-kan sikap Keorisinalan Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan minat berwirausaha dilihat dari sikap keorisinalan, yakni kemampuan menggali ide-ide baru terkait produk yang dibutuhkan konsumen, kreatif dan inovatif dalam mengkombinasikan produk baru dengan produk lama, serta membuat produk yang benar-benar belum pernah ada di pasaran. Hal-hal tersebut merupakan bekal yang penting dalam berwirausaha. Data indikator keorisinilan diperoleh melalui angket dengan 3 butir pernyataan dan jumlah responden 81. Data Keorisinilan diolah menggunakan program SPSS 21.00 For Windows , maka diperoleh skor tertinggi sebesar 9.00 dan skor terendah sebesar 5.00. Hasil analisis menunjukan Mean (M) sebesar 7.35, median sebesar 7.00, modus sebesar 6.00 dan standar deviasi (SD) sebesar 1.176. Berdasarkan perhitungan, maka dapat dibuat Tabel 9, distribusi frekuensi sebagai berikut. Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Kecenderungan Data Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan Keorisinalan Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Kesimpulan dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar kecenderungan peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan sikap keorisinilan pada Taruna dalam kategori tinggi. Berdasarkan pengamatan dan hasil data dapat diketahui bahwa keorisinilan Taruna dalam pengembangan produk- produk baru masih harus mendapatkan perhatian. Karena, sikap kreatif dan inovatif ini masih belum sepenuhnya dimiliki oleh semua Taruna. Mereka masih sedikit kesulitan jika harus membuat sesuatu yang benar-benar baru. Menurut Hardvard”s Theodore Levit dalam Suryana (2013: 42) mengemukakan definisi “inovasi dan kreativitas lebih mengarah pada konsep berpikir dan bertindak yang baru”. Gambar 6. Kecenderungan Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” Meningkatkan Sikap Keorisinilan f. Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkat-kan sikap Berorientasi pada Masa Depan Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan minat berwirausaha dilihat dari sikap berorientasi pada masa depan. Taruna diharapkan mempunyai pandangan ke depan dan berprospektif terhadap ide usaha yang akan dikembangkan. Data indikator berorientasi pada masa depan diperoleh melalui angket dengan 3 butir pernyataan dan jumlah responden 81. Data indikator berorientasi pada masa depan diolah menggunakan program SPSS 21.00 For Windows , maka diperoleh skor tertinggi sebesar 12.00 dan skor terendah sebesar 6.00. Hasil analisis menunjukan Mean (M) sebesar 8,26, median sebesar 9.00, modus sebesar 9.00 dan standar deviasai (SD) sebesar 1.635. Berdasarkan perhitungan, maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Kecenderungan Data Peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam menumbuhkan sikap Orientasi Masa Depan Sumber: Data primer yang diolah, 2020 Kesimpulan dari data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar kecenderungan peranan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” dalam meningkatkan sikap orientasi masa depan pada Taruna dalam kategori tinggi. Orang yang berorientasi pada masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangn ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha dan berkarya. Menurut Menurut George, G. Meredith (2002: 6) “memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan merupakan watak dari wirausahawan”. Namun, masih ada Taruna yang dalam kategori rendah. Padahal untuk mempunyai usaha harus mempunyai prespektif ke depan tujuan usaha, pencapaian usaha dan strategi untuk memuaskan pelanggan. Sehingga Pengelola Unit bisa lebih berperan aktif dalam memberikan motivasi Taruna dengan memberikan reward dan punishment dalam kegiatan praktik penjualan. Hal tersebut dilakukan agar Taruna bisa mencari peluang strategi agar praktik penjualannya bisa sukses. Selebihnya hasil kategorisasi data dapat dijelaskan dengan Gambar 7 berikut Gambar 7. Kecenderungan Peran Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” Meningkatkan Orientasi Masa Depan ## IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa: a. Kegiatan rutin Taruna di Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” tidak hanya menjaga toko, menata display produk, menjualkan produk, melakukan pencatatan penjualan, pengecekan stock opname harian, mempromosikan produk di media sosial, serta tugas rutin menjaga kebersihan toko, juga diberikan kewenangan untuk merencanakan jumlah dan jenis produk yang akan di stock di toko, mengikuti kegiatan pameran dan bazar yang diselenggarakan pihak luar, melayani pemesanan produk siap saji dengan menu harian, serta pelayanan kunjungan edutrip dari sekolah, instansi maupun kunjungan dinas pejabat KKP. b. Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart” cenderung berperan meningkatkan minat berwirausaha pada Taruna, hal ini dapat dilihat berdasarkan data penelitian yang ditemukan bahwa selama dan setelah mengikuti kegiatan Unit Praktek Pemasaran “Edu Minamart”, Taruna merasa kepercayaan dirinya dalam memulai usaha meningkat, terdorong untuk berkerja giat untuk mencapai hasil optimal, berani mengambil resiko atas keputusan usaha yang dilakukan, mudah bergaul dan terbuka dalam bertukar pikiran sebagai wujud sikap kepemimpinan yang matang, sedikit demi sedikit mulai menuangkan ide, kreativitas, dan inovasinya ke dalam gagasan usaha, dan memiliki pandangan ke masa depan terkait usaha yang akan dilakukan setelah lulus, serta berusaha dan bekerja keras untuk mewujudkannya. ## DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya . Pustaka Pelajar. Yogyakarta Ferlanie, FN. 2015. Peranan Business Center dalam Menumbuhkan Minat Berwirausaha Siswa. Skripsi. UNY. Yogyakarta. Geoffrey,G. Meredith. 2002. Kewirausahaan : Teori dan Praktek . PPM. Jakarta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006. Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Suparyanto. 2012. Kewirausahaan Konsep dan Realita pada Usaha Kecil . Alfabeta. Bandung Suryana. 2013. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses . Salemba Empat. Jakarta. Utami, FN. 2015. Pengaruh Sarana Prasarana Business Center dan Lingkungan Keluarga melalui Proses Pembelajaran Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha Siswa. Skripsi . Unes. Semarang. Wulandari. 2013. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 Surabaya . Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN), Volume 1(1) Received : 08 Mei 2020 Reviewed : 26 Juni 2020 Accepted : 26 Juni 2020
15cf3d7d-e05e-41e7-bac2-0e34234e39e6
https://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/MADANI/article/download/6608/3054
## MADANI Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 16 No 1 (2024) : Februari 2024 (P-ISSN 2085 - 143X) (E-ISSN 2620 - 8857) ## DAMPAK MONEY POLITIC TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU DI DESA LAU CIMBA, KABUPATEN KARO Eka Mei Riska Br Sitepu 1 , Julia Ivanna 2 Universitas Negeri Medan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan e-mail: [email protected] 1 , [email protected] 2 Received: 04 Januari 2024; Revised: 30 Januari 2024; Accepted: 15 Februari 2024; Published: Februari 2024; Available online: Februari 2024 ## Abstract Elections are a democratic process in which citizens choose their leaders or representatives in a country. This process is carried out periodically in accordance with applicable laws and is the right of every citizen to participate in determining the direction of the country's leadership. The increase in community political participation in Lau Cimba village is indeed due to the community's high enthusiasm for political awareness, almost all people have understood the importance of elections and have begun to participate in general elections. One of the problems that always arises in the implementation of elections is money politics. The involvement of money to win political power in elections has many negative impacts. Money politics is not only given to those (people) who have voting rights, but also to the holders of people's power. This is what causes power to be not in the hands of the people but in the hands of “money”. The method used in this research is descriptive qualitative, namely the formulation of problems that guide research to explore or portray the social situation to be studied thoroughly, broadly and deeply. Where this research displays the data as it is without the process of manipulation or other treatments. The purpose of this research is to present a complete picture of an event or intended to expose and clarify a phenomenon that occurs. ## Keywords: Election, Money Politics, Public Awareness ## Pendahuluan Pemilihan Umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat (Solikhin, 2017). Pemerintah negara yang dibentuk melalui Pemilihan Umum itu adalah yang berasal dari rakyat, dijalankan sesuai dengan kehendak rakyat dan diabdikan untuk kesejahteraan rakyat. Pemilihan umum berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2017 Pasal 1 (Indonesia) merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden, Wakil Presiden dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang akan dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Mulai meningkatnya dan semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum dapat disimpulkan bahwa masyarakat mungkin semakin sadar akan pentingnya pemilu sebagai penerimaan masyarakat atas penerapan sistem demokrasi di Indonesia namun tingginya partisipasi masyarakat tidak terlepas dari peranan stick holder setempat, walaupun seorang kandidat atau calon legislatif sudah menunjukkan dedikasinya sebagai calon wakil rakyat dengan cara sosialisasi akan tetapi tanpa Money Politics masyarakat akan enggan untuk memilihnya. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu indikator penting bagi keberhasilan Pemilu. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat, maka legitimasi Pemilu secara otomatis juga semakin baik. Partisipasi merupakan respon atau ekspresi pengakuan masyarakat, baik terhadap penyelenggara Pemilu, maupun konstestan. Selain itu keterlibatan masyarakat dalam pengawasan Pemilu dapat memastikan terlindunginya hak politik warga masyarakat, memastikan terwujudnya pemilu bersih, transparan, dan berintegritas dari sisi penyelenggara dan penyelenggaraanya. Salah satu pelanggaran yang seringkali terjadi pada saat pelaksanaan Pemilu/Pemilihan diantaranya adalah maraknya politik uang. Politik uang adalah suatu praktek yang mencederai demokrasi. Mirisnya, bagi sebagian besar kontestan politik uang yang seakan menjadi syarat wajib untuk menang, dan bagi sebagian besar Pemilih, politik uang menjadi satu praktek yang wajar dan tidak bisa dihindari (Sholikin, 2018a). Padahal jika ini dibiarkan, akan menjadi budaya atau tradisi di dalam setiap kontestasi elektoral apapun, sehingga mencoreng ## Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 16 No 1 (2024) : Februari 2024 arti dan makna dari demokrasi yang sebenarnya. Kejadian yang paling umum dalam praktek politik uang adalah pemberian suara menjelang hari H pemilihan. Artinya, masing-masing calon mengadakan pendekatan kepada masyarakat. Pendekatan dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui perantara. Pada saat inilah transaksi dilakukan baik dengan pemberian uang kontan ataupun dengan suatu janji atau pemberian cheque. Hal ini di Desa Lau Cimba Kec. Kabanjahe Kab. Karo telah terjadi praktek uang dalam pemilihan umum dari tahun ke tahun yang di lakukan salah satu calon ataupun tim suksesnya untuk mendapatkan hak suaranya terhadap pemilih tersebut dengan berbagai macam cara yang mereka lakukan untuk mencuri perhatian masyarakat untuk dapat memilih calon yang di inginkan tersebut. Money Politic ini meruapakan tindakan yang saling menguntungkan antara penerima dan pemberi dengan memiliki tujuan tersendiri. Sedangkan pelaku money politik menurut Ismawan (1999: 5) adalah orang yang memberi uang, barang dan jasa baik kandidat, pendukung atau tim sukses dan penerima dalam bentuk apapun, Money politik dilakukan dengan sadar oleh pihak-pihak yang melakukan praktik money politik. ## METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang dimana menggunakan serangkaian kegiatan seperti mengumpulkan data melalui observasai dan wawancara langsung dengan masyarakat, pengumpulan data pustaka dari berbagai sumber seperti buku, jurnal ataupun artikel. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih komprehensif yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam kontak sosial secara alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang ingin dibahas. Wawancara mendalam dilakukan bersama masyarakat setempat di desa Lau Cimba , wawancara ini bertujuan untuk mencari tau lebih dalam apa penyebab dari politik uang yang semakin meningkat. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya politik uang dalam pemilihan umum di Desa Lau Cimba Ada beberapa hal yang memicu politik uang semakin meningkat ataupun terus berjalan di lingkup masyarakat. Yang pertama, Faktor Keterbatasan Ekonomi dimana penyebab terjadinya politik uang ini tidak terlepas dari faktor keterbatasan ekonomi yang hingga saat ini selalu memunculkan masalah- masalah baru, termasuk membuka peluang bagi terjadinya politik uang di masyarakat. Artinya bahwa kemiskinan selama ini membuat masyarakat berpikir secara rasional untuk mendapatkan sejumlah keuntungan, termasuk ketika menerima imbalan yang diberikan oleh calon atau kontestan politik dalam pemilu. Praktek politik uang ini sanagt sulit untuk dicegah ataupun diberhentikan jika keterbatasan ekonomi dan kemiskinan masih melanda masyarakat kita (Sholikin, 2019b). Selanjutnya, Faktor Rendahnya Pendidikan dimana penyebab dari rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat sudah pasti dikarenakan rendahnya faktor ekonomi yang membuat masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, sehingga permasalahan ini sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku seseorang ketika melakukan sesuatu. Rendahnya kualitas pendidikan pada akhirnya menyebabkan masyarakat menjadi seseorang yang memiliki pengetahuan yang rendah terhadap politik dan pelanggaran yang terjadi dalam pemilu. Ketidaktahuan masyarakat ini mempengaruhi perilaku mereka dalam menyikapi praktek politik uang yang terjadi, hal ini terlihat dari mudahnya masyarakat dalam menerima sejumlah imbalan yang diberikan, kemudian sangat mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu untuk memilih calon atau kontestan politik, hingga adanya sikap pragmatis dalam diri masyarakat membuat mereka semakin memiliki ketidakpedulian terhadap pelanggaran yang terjadi, dan akhirnya berdampak pada rendahnya kesadran politik hingga partisipasi politik yang masih sangat rendah. Ketiga, Faktor tradisi ataupun kebiasaan , Praktik politik uang yang sering terjadi di masyarakat akan menjadi kebiasaan jika terus dibiarkan. Disebabkan oleh kurangnya pengawasan dan ketidaktahuan masyarakat tentang praktik politik uang yang terjadi selama pemilu, dampak ini muncul Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 16 No 1 (2024) : Februari 2024 dikarenakan masyarakat tidak menyadari hal itu, praktik politik yang menggunakan uang ini berulang ulang, bahkan menjadi kebiasaan selama pemilu, dan membuat masyarakat menganggap ini adalah hal yang normal. Masyarakat berpikir itu pantas-pantas saja. Keempat, Faktor lemahnya pengawasan, Praktek politik uang juga akan sulit untuk dihentikan jika kerja sama antara masyarakat dengan pihak- pihak terkait masih kurang dalam melakukan pengawasan dari praktek politik uang, terutama mendekati hari pemilihan. Lemahnya pengawasan ini lebih menitikberatkan kepada adaptasi individu terhadap peraturan yang mengawasi praktek politik uang itu sedniri, dimana karena faktor rendahnya pendidikan juga berpengaruh kepada pola pikir masyarakat, sehingga belum mampu memahami dengan baik terkait peraturan pengawasan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya praktek politik uang di masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari politik uang ini, merupakan dampak yang terjadi jnagka panjang, artinya jika terus dibiarkan maka akan merugikan semua orang, Uang ini juga memiliki efek politik yang dapat merusak demokrasi negara, sehingga jika dibiarkan terus menerus akan menimbulkan masalah baru di masyarakat bahkan Negara dan merusak mental generasi penerus, yang akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, praktik politik uang ini harus segera dihentikan dengan menyelidiki berbagai faktor yang dapat menyebabkannya, kemudian mencari solusi bertahap untuk memberantas praktik itu sendiri (Sholikin, 2018b). ## Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu di Kabupatan Karo Salah satu cara yang paling efektif dalam mendudukkan demokrasi secara baik dan benar,yakni dengan menegakkan system hukum yang baik dan benar pula.Hukum dan demokrasi harus berjalan beriringan. Demokrasi tanpa diimbangi dengan penegakan hukum yang baik dan benar, akan berubah menjadi anarki. Selain penegakan hukum, yang tak kalah penting dalam menciptakan iklim demokrasi yang sehat adalah dengan memberikan pelajaran kepada masyarakat akan makna demokrsi itu sendiri. Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pemilu seretantak di Tahun 2024, dilaksanakannya kegiatan sosialisasi di Kabupaten Karo, terutama di desa Lau Cimba dengan mengusung tema yang berkaitan dengan Pemilu, seperti meningkatkan partisipasi masyarakat Karo untuk menyukseskan Pemilu di Tahun 2024. Dengan adanya sosialisasi tersebut agar bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya partisipasi dalam pemilu dan untuk menyiapkan mental masyarakat pada pemilu. Mengingat sudah menjadi rahasia umum bahwa yang paling sering terjadi pada saat pemilu adalah salah satunya isu money politic (Sholikin, 2019a) . Partisipasi masyarakat Karo dalam memberikan hak pilihnya pada Pemilihan umum (Pemilu) 2024 mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai 79%. Hal ini dibandingkan dari jumlah pemilih pada Pemilu 2019 silam yang hanya 68%. “Dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) 388.000 yang hadir ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya sebanyak 237.831 orang atau setara dengan 79 persen. Namun, meskipun demikian masih harus tetap ditingkatkan karena akan kembali menghadapi pemilihan yaitu saat Pilkada yang rencananya akan dilaksanakan pada bulan November mendatang. Seperti yang sudah dijelaskan, ke depan nantinya akan kembali menguatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk mau datang ke Tempat Pemilihan Suara (TPS) memberikan hak suaranya. Ketua KPU Kabupaten Karo optimis akan terjadinta peningkatan partisipasi pemilih di Karo pada Pemilu Februari 2024. Seementara itu, Bupati Karo juga menyebutkan sangat yakin partisipasi pada Pemilu 2024 memang akan lebih meningkat dari yang sebelumnya dikarenakan pemilu presiden dan pemilu anggota legislatif dilakukan secara serentak. Selain itu, banyak kerabat atau keluarga dari masyarakat pemilih yang menjadi calon anggota legislatif. Oleh karena itu, partisipasi pemilih di Karo semakin meningkat karena dengan mencalonkan nya saudara ataupun kerabat mereka sehingga harus ikut melaksanakan pemilu. Hak pilih yang meningkat itu didorong oleh tingkat pendidikan masyarakat yang makin tinggi, informasi yang banyak dan cepat pada era digital. Dengan menggunakan hak pilih, masyarakat berharap Indonesia, khususnya Sumatera Utara dan Kabupaten Karo, bisa lebih maju lagi kedepannya. Untuk meningkatkan ## Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 16 No 1 (2024) : Februari 2024 partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, selain mengajak organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan sosialiasi dan pendidikan pemilih, untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait pemilu, KPU juga telah menyebarluaskan informasi kepemiluan melalui sejumlah media luar ruang. ## Persepsi Masyarakat Karo Terhadap Politik Uang Dalam kompetisi politik yang ketat uang berperan hanya sebatas instrumen. Peran pentingnya adalah bagaimana uang digunakan orang-orang tertentu untuk mencoba mendapatkan pengaruh, ditukar atau dikombinasikan dengan bentuk sumber daya yang lain, guna meraih kekuasaan politik. Seseorang yang memanfaatkan Politik Uang sebagai cara untuk mencapai tujuannya sebenarnya sedang menyiapkan perangkap untuk menjebak rakyat. dalam hal ini rakyat tidak diajak untuk bersama-sama memperjuangkan agenda perubahan, tetapi diorientasikan hanya untuk memenangkan sang calon semata. Setelah calon terpilih maka tidak ada sesuatu yang akan diperjuangkan karena sang calon akan sibuk selama 5 tahun atau periode tertentu untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah guna mengembalikan semua kerugiannya yang telah digelontorkan untuk menyuap para pemilih. Istilah politik uang telah secara luas digunakan untuk menggambarkan praktik-praktik, seperti: para kandidat telah membagi-bagikan uang kepada pemilih, memberikan barang serta menyuap para pejabat penyelenggara pemilihan umum (pemilu), hal tersebut bermula sejak demokratisasi di Indonesia pada akhir tahun 1990-an sehingga istilah money politic bisa dikatakan hal yang tidak asing di khalayak umum ataupun kalangan masyarakat khususnya di Indonesia. Dan saat ini, orang menggunakan istilah politik uang untuk menggambarkanpraktik yang merujuk pada distribusi uang (uang tunai dan terkadang dalam bentuk barang) dari kandidat kepada pemilih saat pemilihan umum (pemilu). Hasil dari pengamatan secara langsung ke lokasi atau objek yang sudah diteliti serta wawancara singkat dengan warga desa Lau Cimba, yang sering terjadi menjelang pesta demokrasi, menunjukkan bahwa masyarakat desa percaya bahwa suara mereka sangat berharga, dan calon mana pun yang ingin mendapatkan suara yang paling banyak harus membayarnya dengan uang. Namun, mereka tidak menyadari bahwa praktik politik akan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan bagi setiap warga masyarakat Lau Cimba dikemudian hari. Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan dari beberapa informan di Desa Lau Cimba, terdapat berbagai macam persepsi yang diutarakan mengenai politik uang ini. Hasil wawancara mengatakan politik uang saat pemilu masih terjadi di desa Lau Cimba, bahkan hampir semua masyarakat menerima uang dari para caleg. Jenis politik uang yang di terima oleh Masyarakat desa Lau Cimba yaitu saat pemilu presiden, anggota legislatif, kepala daerah bahkan kepala desa. Masyarakat menganggap politik uang merupakan salah satu nentuk pendekatan calon pejabat kepada masyarakat agar ia memiliki citra baik dan murah hati. Masyarakat juga menganggap jika calon pejabat tidak ada upaya pendekatan terhadap masyarakat berarti calon tersebut tidak mampu mengambil hati masyarakat dan tidak ada usaha dalam berkompetisi. Beberapa orang mengatakan politik uang dianggap serbsgai bentuk aksi sosial ataupun kepedulian ekonomi yang bisa dibilang realistis dari calon pejabat terutama sangat bermafaat bagi kalangan menengah kebawah. Masyarakat merasa sangat terbantu dengan pemberian politik uang karena dapat memenuhi kebutuhan mereka. Mereka sangat antusias karena mereka menganggap itu sebagai bentuk rezeki tambahan. Peneliti melihat justru terdapat persepsi masyarakat yang tidak sejalan dengan hukum. Jika hukum menganggap bahwa calon pemimpin yang ideal adalah yang bersih dari politik uang, namun masyarakat menganggap bahwa calon pemimpin yang tidak memberikan manfaat langsung kepada masyarakat maka ia dianggap sebagai calon pemimpin (Sholikin, 2020) yang tidak peduli dan tidak sesuai dengan kriteria pemimpin ideal masyarakat di Desa Lau Cimba. Dari hasil wawancara selanjutnya, masyarakat Desa Lau Cimba memanfaatkan hasil politik uang ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. ## KESIMPULAN Menurut masyarakat, politik uang adalah cara untuk menunjukkan rasa terima kasih atas suara yang diberikan dan berinteraksi dengan masyarakat. Kebutuhan ekonomi, pendekatan emosional calon pemimpin, solidaritas yang terbangun, dan kebiasaan politik ## Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 16 No 1 (2024) : Februari 2024 uang yang mengakar selama kontestasi politik pemilu adalah semua alasan mengapa masyarakat menerima politik uang. Dapat disimpulkan juga bahwa Money Politic merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat di Indonesia dan praktik Money Politic dewasa ini sudah tertanam kuat pada opini masyarakat sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi politik masyarakat di Indonesia. Ada beberapa dampak negatif dari membudayakan Money Politic dalam sistem demokrasi di Indonesia : Politik Uang Merendahkan Martabat Rakyat, Politik Uang merupakan Jebakan buat Rakyat, Politik Uang Mematikan Kaderisasi Politik, Politik Uang akan Berujung pada Korupsi, Politik Uang Membunuh Transformasi Masyarakat. Artinya pengaruh money politic pada Pemilu di Desa Lau Cimba ini sangat besar terhadap partisipasi masyarakat ataupun pilihan masyarakat ketika menerima uang yang diberikan oleh calon legislatif tersebut maupun tim suksesnya, karena bisa kita simpulkan bahwa yang berubah pilihannya ketika menerima money sangat banyak . Dengan alasan berubah pilihan cenderung karena mendapatkan keuntungan pribadi. ## SARAN Agar tulisan ini dapat terealisasikan, maka penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat diterima oleh pihak terkait. Diharapkan adanya peningkatan pendidikan politik di kalangan masyarakat terutama saat diadakannya pemilihan umum di masa mendatang, agar dapat terhindar dari berbagai praktek politik uang, kecurangan maupun kejahatan dalam berpolitik sehingga hasil dari pemilihan umum kedepannya akan lebih baik. Diharapkan juga agar kedepannya tidak lagi menggunakan cara politik uang dalam upaya memenangkan pasangan calon yang didukungnya termasuk bagi para pasangan calon yang berkopetisi dalam pemilu. ## DAFTAR PUSTAKA Apriyani, M. (2022). PENGARUH MONEY POLITICS CULTURE TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM. MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi , 134-139. Arizka Warganegara, P. (2019). ## PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM DI PROVINSI LAMPUNG. Bandar Lampung: Pustaka Media. Fitriani, L. U. (2019). Fenomena Politik Uang (Money Politic) Pada Pemilihan Calon Anggota Legislatif di Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat. RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual , 53-61. Kazali, R. (2020). Pengaruh Money Politics Terhadap Pilihan Masyarakat Pada Pilkades Serentak di Kabupaten Muara Enim Tahun 2017 (Studi Kasus di Desa Teluk Limau KecamatanGelumbang). Ampera: A Research Journal on Politics and Islamic Civilization , 136-144. Nabila, N. (2020). PENGARUH MONEY ## POLITIC DALAM PEMILIHAN ANGGOTA LEGISLATIF TERHADAP KEBERLANGSUNGAN DEMOKRASI DI INDONESIA. NOTARIUS , 138-153. Nabilah, R. (2022). Persepsi Masyarakat Desa terhadap Fenomena Politik Uang Dalam Pemilihan Umum. Jurnal Publisitas , 163-175. Sholikin, A. (2018a). Otonomi Daerah dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (Minyak Bumi) di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi , 15 (1), 35–50. Sholikin, A. (2018b). Otonomi Daerah dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (Minyak Bumi) di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi , 15 (1), 35–50. Sholikin, A. (2019a). Mahalnya Ongkos Politik dalam Pemilu Serentak Tahun 2019. Jurnal Transformative , 5 (1), 87–108. Sholikin, A. (2019b). Petroleum Fund Pada Pemerintahan Lokal (Study Kasus Inovasi Kebijakan “Dana Abadi Migas” di Bojonegoro). Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi . https://doi.org/10.31113/jia.v16i1. Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 16 No 1 (2024) : Februari 2024 Sholikin, A. (2020). Strategi politik lurah incumbent dalam pilkades di desa tambang minyak:(Studi kasus di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro). Journal of Social Politics and Governance (JSPG) , 2 (1), 32–46. Solikhin, A. (2017). Menimbang Pentingnya Desentralisasi Partai Politik di Indonesia. Journal of Governance , 2 (1). Wou, A. (2018). PERSEPSI MASYARAKAT ## TERHADAP POLITIK UANG (MONEY POLITIC) DALAM SETIAP PESTA DEMOKRASI DI KAMPUNG SORYAR DISTRIK BIAK TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR. Jurnal “Gema Kampus , 8-14. Zaiton, M. (2019). PENGARUH MONEY POLITIC TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PEMULA PADA PILKADA 2018 KABUPATEN ACEH SELATAN. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah .
6b0afb2f-c5f6-4d9c-9bc6-8730fc158d24
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/revelatia/article/download/8713/3458
Rezeki dalam Al-Qur’an (Analisis Perbandingan Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ dan Tafsir Al-Azhar) Ika Febriyanti Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember, Email: [email protected] ## Putri Purnama Sari Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember, Email: [email protected] ## Talitha Rahma Yuniarti P Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember, Email: [email protected] ## Abstract This study aims to understand the concept of sustenance in the Islamic context, particularly through identifying similarities and differences in the Qur’anic interpretation of sustenance in the Surah as-Saba and al-Baqarah. The research method used is library research focusing on Hamka’s Tafsir Al-Azhar and Imam Al-Qur ṭ ubĭ’s exegetical work. The results of the research show that Allah Swt. is the provider of sustenance who determines the amount and method of obtaining it. Even though Allah determines sustenance, humans still need to try to get it. In addition, Islam teaches the importance of sharing sustenance with others and helping people in need. This study also emphasizes that Islam is not only related to material aspects, but also includes various other aspects of life. In creative synthesis, this study presents the results of the analysis of the two elaborational interpretation as a more comprehensive understanding of sustenance in the Islamic context. The results of this study can also provide deeper insight into how Muslims can be grateful, work hard, share, and support good deeds and obedience to Allah Swt. in seeking blessed sustenance. Keywords: Quranic interpretation, sustenance, Islam. ## Abstrak Penelitian ini bertujuan memahami konsep rezeki dalam konteks Islam, khususnya dengan membandingkan persamaan dan perbedaan pandangan dua tafsir terhadap ayat dalam Surah As-Saba’ dan Al-Baqarah. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan, dengan fokus pada Tafsir Al-Azhar karya Hamka dan tafsir Imam Al- Qur ṭ ubĭ. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Allah Swt. adalah penyedia rezeki ## Ika Febriyanti, Putri Purnama Sari, dan Talitha Rahma Yuniarti P REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 28 yang menentukan jumlah serta cara memperolehnya. Meskipun Allah menentukan rezeki, manusia tetap perlu berusaha untuk mendapatkannya. Selain itu, Islam mengajarkan pentingnya berbagi rezeki dengan sesama dan membantu orang yang membutuhkan. Penelitian ini juga menekankan bahwa Islam tidak hanya berkaitan dengan aspek materi, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan lainnya. Dalam sintesis kreatif, penelitian ini menyajikan hasil analisis dari kedua penjabaran tafsir kehidupan sebagai pemahaman yang lebih komprehensif tentang rezeki dalam konteks Islam. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana umat Islam dapat bersyukur, bekerja keras, berbagi, dan mendukung perbuatan baik serta ketaatan kepada Allah Swt. dalam mencari rezeki yang diberkati. Kata Kunci: Tafsir Al-Qur’an; Rezeki; Islam. ## PENDAHULUAN Mencari rezeki bukanlah tujuan akhir melainkan sarana beribadah kepada Allah Swt. agar menjadi hamba yang bersyukur, beramal dan mendekatkan diri kepada Allah. Demikian pula usaha dalam mencari nafkah yang bukan merupakan kecerobohan atau keegoisan, melainkan harus dijadikan sebagai sarana untuk mengoptimalkan ibadah kepada Allah Swt. 1 Tawaran Tuhan sangatlah indah dan tidak terbatas. Mencari nafkah bukan hanya tentang harta, materi, atau uang. Keyakinan, pengetahuan, perbuatan baik, usia, kekayaan, kesehatan, keluarga, teman, hubungan, dll harus dievaluasi dan ditafsirkan. Ini karena manusia akan kaya berkah untuk mencapai husnul khatimah dan bahagia dengan keikhlasan dan usaha hanya untuk Allah Swt. Mencari berkah, bukan kekayaan yang besar, dapat mendatangkan nilai positif dan niat baik, sehingga bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Keberkahan hidup tidak diperoleh secara langsung, tetapi harus diperoleh dengan memahami aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah dan Nabi. Menaati hukum Allah dan menjauhi larangan-Nya dapat menopang kehidupan dengan cara yang tidak terduga. Dengan kata lain, iman dan taqwa adalah harta yang paling utama dan kunci keberkahan hidup. Adanya keyakinan dan pemahaman yang benar bahwa Allah adalah pemilik rezeki merupakan sesuatu yang dapat membawa keberkahan dalam kelangsungan hidup. Rezeki yang diberikan Allah kepada setiap manusia bukanlah milik mereka seutuhnya, melainkan terdapat hak milik orang lain juga di dalamnya. Dengan begitu, akan diperoleh keyakinan bahwa Allah bersifat kaya sehingga amal tidak akan pernah menyebabkan kemiskinan dan justru akan mendatangkan berkah kelangsungan hidup. Setiap hari subuh selalu ada dua malaikat yang berdoa kepada Allah. Malaikat pertama berdoa: “Ya Allah, berilah pahala kepada pemberinya. Ketika malaikat kedua berdoa:"Ya Allah, hancurkan atau binasalah mereka yang tidak mau memberi sedekah.” (HR al- 1 Wahab, “Meraih Keberkahan Rezeki.” Bukhari). Jadi, sedekah, terutama sedekah pagi, merupakan ajakan dan awal berkah makanan. Al-Qur’an banyak mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, termasuk rezeki. Karena Al-Qur’an merupakan sumber utama yang digunakan umat Muslim untuk menghadapi segala persoalan kehidupan. 2 Al-Quran, kitab suci umat Islam, telah berkali-kali dikutip selama berabad-abad sebagai rujukan untuk menyelesaikan semua masalah. Masalah pemeliharaan tidak terkecuali. Ada surah tertentu dalam Al-Qur’an yang sangat sesuai dengan tema kehidupan, yaitu Surah as Saba dan Surah al-Baqarah. Pada tingkatan ini, penulis memilih QS. Saba’: 39 dan QS. Al-Baqarah: 245, di mana kedua surah tersebut sangat relevan dengan materi yang akan dibahas, yaitu tentang rezeki. Selain itu, penulis juga meneliti perbedaan tafsir di antara kedua surah, di mana keduanya surah memiliki perbedaan pandangan dalam menentukan bentuk rezeki. Seperti, QS. Al-Baqarah: 245 yang membahas rezeki dalam bentuk pinjaman yang baik kepada Allah. Sedangkan, QS. Saba’: 39 membahas rezeki dalam bentuk sedekah dan infak di jalan Allah. Penulis mengangkat tema Rezeki dalam Al-Qur’an dan melakukan perbandingan antara Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ dan Tafsir Al-Azhar terkait perbedaan penafsiran konsep rezeki, perspektif tentang amal perbuatan dan rezeki, pemahaman tentang tujuan berinfaq, serta relevansi pemahaman tentang rezeki dalam kehidupan masa kini. Penulis berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep rezeki dan menghubungkannya dengan isu-isu terkait rezeki dalam kehidupan manusia saat ini. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab suci Al-Qur’an khususnya Surah Saba dan Al-Baqarah serta Tafsir al-Qur ṭ ubĭ karya Imam Al-Qur ṭ ubĭ dan Tafsir Al-Azhar karya Prof. Dr. Hamka. Penulis melakukan studi komparasi terhadap kedua tafsir tersebut untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang konsep rezeki dalam Al-Qur’an. Proses analisis dilakukan dengan cara membaca dan memahami isi kedua tafsir kemudian mengekstraksi data yang relevan dengan konsep rezeki. Untuk mempelajari uraian lengkap Surah Saba’ dan Surah al-Baqarah tentang rezeki, penulis menggunakan survei literatur dengan metode penelitian komparatif. Selain menganalisis persamaan dan perbedaan, metode perbandingan dapat membantu menemukan sintesa kreatif dari hasil analisis intelektual tokoh, di mana Prof Hamka merupakan penulis dari Tafsir Al Azhar dan Al-Qur ṭ ubĭ merupakan penulis Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ. Langkah-langkah studi komparasi yang penulis lakukan yaitu menetapkan tujuan penelitian yang jelas dan spesifik terkait dengan pandangan tentang mencari rezeki sebagai sarana beribadah, memilih sumber dan tokoh mufassir sembari menentukan sumber-sumber yang relevan seperti Prof. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ, Surah as-Saba, dan Surah al-Baqarah dalam Al-Qur’an untuk dibandingkan. Penulis 2 Faris Maulana Akbar, “Ragam Ekspresi Dan Interaksi Manusia Dengan Al-Qur’an (Dari Tekstualis, Kontekstualis, Hingga Praktis).” ## Ika Febriyanti, Putri Purnama Sari, dan Talitha Rahma Yuniarti P REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 30 melakukan analisis persamaan dan perbedaan seperti menganalisis sumber-sumber yang dipilih untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam pandangan tentang mencari rezeki sebagai sarana beribadah. Selanjutnya, pembuatan sintesis kreatif dilakukan dengan mencari hasil analisis intelektual yang dijadikan referensi, dengan fokus pada pemahaman tentang tujuan akhir mencari rezeki, pengoptimalan ibadah melalui pencarian nafkah, pentingnya iman dan taqwa, serta kaitannya dengan keberkahan hidup. Adapun yang terakhir adalah menyusun artikel yang menggambarkan temuan, analisis, dan sintesis kreatif mengenai pandangan tentang mencari rezeki sebagai sarana beribadah. Artikel ini dengan demikian juga membahas pendapat tokoh intelektual yang dijadikan referensi, serta mengaitkannya dengan nilai- nilai agama dan keberkahan hidup. Selanjutnya, penulis melakukan triangulasi data dengan membandingkan dan melengkapi tafsir dari kedua tokoh tersebut. Data hasil analisis kemudian dianalisis secara tematik untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang konsep rezeki dalam Al-Qur’an. ## PEMBAHASAN Ayat Al-Qur’an Q.S. Saba’ (34): 39 ُْي َوُهَ ف ٍءْيَش ْنِم ْمُتْقَفْ نَأ اَمَو ُهَل ُرِدْقَ يَو ِهِداَبِع ْنِم ُءاَشَي ْنَمِل َقْزِِرلا ُطُسْبَ ي ِِبَّر َّنِإ ْلُق ## َيِقِزاَّرلا ُرْ يَخ َوُهَو ُهُفِل Katakanlah, “sesungguhnya, Tuhanku melapangkan rezeki kepada barang siapa yang ia kehendaki dari hamba-hambanya dan membatasi baginya. Dan yang mana saja pun yang kamu nafkahkan dari barang sesuatu, maka Dia akan menggantikannya. Dan Dia adalah sebaik-baiknya pemberi rezeki”. 3 Q.S. Al-Baqarah (2): 245 ## ضْرَ ق ََّللَّا ُضِرْقُ ي يِذَّلا اَذ ْنَم َنوُعَجْرُ ت ِهْيَلِإَو ُطُسْبَ يَو ُضِبْقَ ي َُّللَّاَو ةَيرِثَك ا فاَعْضَأ ُهَل ُهَفِعاَضُيَ ف ا نَسَح ا Barangsiapa yang ingin memberikan pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran untuknya. Dan Allah menyempitkan dan melebarkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu kembali. 4 ## Studi Perbandingan Qs. Saba’ (34): 39 Tafsir Al-Azhar Ayat ini merupakan ayat ke-39 dari surah Saba’ . Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah SWT.. merupakan pemberi rezeki tertinggi dan Dia akan memberikan rezeki kepada siapa pun yang Dia kehendaki. Allah SWT.. juga memberi kekuatan terhadap 3 Suparyanto dan Rosad (2015, “Tafsir Al-Azhar.” 4 Al-Qurthubi, “Al-Qurthubi, A. A. M. Bin A. Bin A. B. Bin F. Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi. (2018). Terjemah Tafsir Al-Qurthubi. Pustaka Azzam (p. 198).” hambaNya yang Dia berkati dengan rezeki pun juga balasan berupa pahala yang besar bagi setiap pengeluaran yang dikerjakan dalam jalan-Nya. Ayat tersebut mengatakan, “Sesungguhnya Tuhanku menyediakan rezeki kepada siapa pun yang dia kehendaki, dan atas hamba Ia membatasi kepadanya” (dasar ayat 39). Dasar itu bertujuan agar memberitahu Rasul-Nya untuk memperingatkan bagi mereka yang telah tertipu dengan harta yang berlimpah, termasuk juga dalam hal reproduksi anak atau keturunan. Sebab kekayaan yang banyak tidak selalu mendatangkan keamanan pribadi dan tidak serta merta yang berkembangbiak pada keturunan adalah kegemilangan. Terdapat orang yang berkecukupan dan terdapat pula orang dengan penghasilan sangat terbatas. "Dan Apapun yang kamu habiskan untuk menafkahkan sesuatu, Dia akan mengganti itu “. Ini adalah salah satu jaminan Allah agar kekayaan atau rezeki yang telah dikaruniakan Allah harus digunakan ke jalan yang baik dan benar karena ada banyak pintu kebaikan yang membutuhkan rezeki. Allah berjanji akan memberi ganti bagi siapa saja yang menafkahkan harta pada jalan kebaikan. Dalam penafsiran ayat ini, Allah SWT.. menegaskan bahwa Dia sendirilah yang memberikan Rezeki kepada manusia dan hendaknya manusia meyakini bahwa Rezeki itu berasal dari-Nya dan hanya Dia yang berkuasa menentukan Rezeki yang diberikan kepada setiap hamba-Nya. Oleh karena itu, seseorang harus berserah diri kepada-Nya dan percaya sepenuhnya kepada-Nya untuk mengatur hidup seseorang. Ayat ini juga mengingatkan manusia untuk tidak takut bersedekah di jalan Allah SWT.. karena Allah akan mengganti semua pengeluaran untuk-Nya dengan pahala yang besar. Allah SWT.. berbelas kasih dan menyediakan rezeki yang cukup untuk setiap hamba-Nya yang bersedia bersedekan dengan cara mereka. Oleh karena itu, manusia harus beriman kepada janji-janji Allah dan berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan apapun dari manusia, melainkan hanya mencari keridhaan Allah SWT... 5 Dengan demikian, menurut penulis, ayat ini mengandung nasehat untuk menginfakkan harta tidak hanya di antara orang-orang yang berpenghasilan cukup. Orang yang memiliki rezeki terbatas tidak lepas dari anjuran ini, sebab harta yang diberikan oleh Allah tidak hanya dalam bentuk benda. Pikiran yang cerdas, akal yang berkembang, banyak pengetahuan, dan seterusnya, semua juga merupakan rezeki. Dalam rencana membangun tempat beribadah bersama, misalnya, masing-masing orang memiliki kontribusi masing-masing. Orang kaya menyumbangkan harta mereka. Orang yang pandai membuat rancangan bangunan memberikan denah bangunan, para tukang memberikan keterampilan pertukangan; semua ini merupakan pembelanjaan rezeki yang disediakan Allah bagaimanapun itu. Dan Allah berjanji untuk menggantinya: "Dan dia adalah penyedia terbaik dalam memberikan rezeki” (akhir ayat 39). Perlu juga diketahui bahwa memberi infak sebenarnya adalah amalan pembuka pintu rezeki. Namun, amalan ini sifatnya lebih sebagai penunjang. Karena sudah melakukan infak, seseorang dianjurkan untuk tetap bekerja dan tidak hanya menjadi pemalas saja. Nabi Muhammad juga mengusulkan kepada umat Islam agar menjadi orang yang pekerja keras dan tidak malas. 5 Suparyanto dan Rosad (2015, “Tafsir Al-Azhar.” REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 32 Hannad memberi tahu kami Abu Al Ahwash dari Bayan bin Bisyr dari Qais bin Abu Hazim Abu Hurairah berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkata: “Kalau- kalau ada di antara kalian yang pergi di pagi hari hari untuk mencari kayu bakar dan membawanya di belakang punggung dan hal tersebut memungkinkannya untuk menyumbang amal dan memenuhi kebutuhan orang, itu lebih baik daripada meminta- minta kepada orang lain, karena tangan atas lebih baik daripada tangan bawah dan mulailah memberi kepada orang yang menjadi tanggung jawabmu." (Perawi) mengatakan, pada bagian ini (adalah kisah yang ditulis) oleh Hakim bin Hizam, Abu Sa'id, Zubair bin Awwam, 'Athiyyah Assa'di, Abdullah bin Mas'ud, Mas'ud bin Amru, Ibnu Abbas, Tsauban, Ziyad bin Harith Ash Shuda'i, Anas, Hubshy bin Junadah, Qabishah bin Mukhariq, Samrah dan Ibnu Umar. Abu 'Isa berkata: Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih gharib yang merupakan gharib dari sebuah hadits Bayan bin Qais. 6 Hadist di atas merupakan penyemangat supaya kita senantiasa bersungguh- sungguh dan aktif dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat menghasilkan rezeki. Pekerjaan diprioritaskan, kemalasan dalam bekerja tidak diperbolehkan. Karenanya relasi antara sedekah (infak) dan hari akhir sangat kompleks, sebab seperti yang kita tahu, seseorang tidak akan mendapat bantuan dari orang lain selain dari hasil amal perbuatannya sendiri ketika masih di dunia, termasuk amal perbuatannya seperti berinfak di jalan Allah. Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ mengatakan bahwa dalam ayat ini, Allah akan meluaskan dan menyempitkan rezeki bagi siapa pun yang Ia kehendaki. Oleh sebab itu, sebagai hamba- Nya, manusia dilarang untuk tertipu dengan banyaknya harta yang dimiliki. Allah juga memerintahkan manusia untuk menginfakkan dan menyedekahkan harta sebagai bentuk tawaduk kepada Allah karena setiap harta yang diinfakkan adalah bentuk ketakwaan kepada Allah. Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. “Pengganti” di sini dapat diberikan Allah ketika kita masih di dunia atau bisa juga ketika di akhirat kelak. Di dunia, Allah memberikan “pengganti” kepada orang yang bersedekah sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah dalam bentuk rezeki. Akan tetapi, ada kalanya “pengganti” ini tidak selalu diberikan saat masih di dunia. Hal ini dikarenakan harta yang kita sedekahkan pasti akan diganti, sebab harta tersebut senantiasa berdoa kepada siapa pun yang menyedekahkannya. Pernyataan tersebut selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya “Sesungguhnya Allah berfirman kepadaku, ‘bersedekahlah maka Aku akan bersedekah kepadamu”. Dalam tafsirnya, Al-Qur ṭ ubĭ juga berpendapat bahwa jumhur ulama sepakat bahwa harta yang digunakan untuk berbuat maksiat tidak akan mendapat pahala dan tidak akan diganti di kemudian hari. Lain halnya jika harta tersebut dikeluarkan untuk menegakkan bangunan yang hanya diciptakan untuk kebutuhan, yaitu agar aurat 6 Tamar, Rezeki Dalam Persfektif Al-Quran . keluarganya tertutup dan terjaga dari apapun, maka bangunan ini pasti akan diberi ganjaran yang baik serta diganti di kemudian hari. 7 QS. Al-Baqarah (2): 245 Tafsir Al-Azhar Menurut tafsir Al-Azhar, ayat ini mengajak kita untuk memberi dan meminjam dari orang lain. Namun menariknya, ayat ini juga mengklaim bahwa Allah SWT.. dapat membalas kebaikan seseorang dengan cara yang sangat mengejutkan. Jika seseorang memberi Allah SWT.. pinjaman yang baik dalam sedekah atau sebaliknya, Allah SWT.. akan melipatgandakan pahala. Dalam menafsirkan ayat ini, Hamka selaku penafsir kitab Al-Azhar juga menekankan pentingnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT... Orang yang bertawakal dan beriman kepada Allah SWT.. lalu memberikan pinjaman yang baik dianggap sebagai amal yang baik dan bentuk ibadah kepada Allah. Allah SWT.. sendiri menjamin akan membalas kebaikan yang dilakukan oleh hamba-hambanya. Selanjutnya, tafsir Al-Azhar juga menegaskan bahwa Allah SWT.. memiliki kekuasaan yang mutlak atas segala sesuatu termasuk harta benda. Allah SWT.. dapat menahan atau menambah kekayaannya dan dia akan mengembalikan semuanya kepadanya. Singkatnya, tafsir Al-Azhar mengajarkan untuk berbuat baik kepada Allah SWT.. dan sesama manusia agar mendapat balasan yang lebih baik dari-Nya, dan agar kita selalu mengandalkan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya dalam segala hal. 8 Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya, di mana pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk berperang demi jihad dan kebenaran. Kemudian dalam ayat ini Allah menganjurkan mengeluarkan uang untuk jihad. Oleh karena itu, Qs.Al-Baqarah ayat 245 mengulas orang yang membiayai militer di jalan Allah karena mengharapkan pahala seperti Utsman RA dalam perang Usra. 9 Ketika ayat ini diturunkan, beberapa kelompok di gereja terpecah menjadi tiga kubu. Golongan pertama adalah kelompok yang percaya bahwa Tuhan menginginkan manusia miskin (membutuhkan). Kemudian Allah dengan tegas mengingkari perkataan mereka dalam perkataan QS. Al-Imran ayat 181. Golongan kedua adalah orang-orang yang mendengar kata-kata dari golongan pertama lalu menjadi pelit dan tamak bahkan rakus akan harta, sehingga tidak pernah menafkahkan hartanya di jalan Allah dan tidak pernah membebaskan tawanan atau menolong siapapun. Mereka memiliki sifat malas dan taat serta lebih peduli pada makhluk fana di dunia ini. Adapun kelompok ketiga adalah mereka yang menerapkan anjuran bersedekah begitu mendengarnya. Beberapa 7 Los, “IbrahimAl-Hifnawi, & HamidUthman. (1384). Tafsir Al- Qurthubi Jilid 14.” 8 Mathematics, “A. Mathematics, Tafsir Al-Azhar, 583-588 (2016).” 9 Al-Qurtubi, “Tafsir Al-Qurtubi Jilid 3.” ## Ika Febriyanti, Putri Purnama Sari, dan Talitha Rahma Yuniarti P REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 34 dari mereka bahkan mewariskan hartanya secara langsung, seperti Abu Dahdah RA dan Zaid bin Aslam yang menyumbangkan kebun yang banyak pohon kurmanya. Ayat ini juga mengatakan bahwa Allah pasti akan mengembalikan kredit kepada orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah dengan pahala yang memuaskan. Premi kreditnya sangat tinggi karena menawarkan kenyamanan dan ruang gerak bagi umat Islam. Analoginya adalah pinjaman seseorang kepada orang lain di mana sang peminjam wajib mengembalikan apa yang dipinjamnya. Peminjam tidak boleh memberikan hadiah kepada pemberi pinjaman dan pemberi pinjaman tidak boleh menerima hadiah kecuali mereka memiliki kebiasaan saling memberi hadiah. “Pinjaman” dalam ayat ini bisa berarti kekayaan dan kehormatan. Pernyataan ini mengandung perbedaan pendapat di kalangan ulama. Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda bahwa boleh memberi kredit (sedekah) dengan hormat. Lain halnya dengan Abu Hanifah dan Malik yang melarang keras sedekah dengan kehormatan karena kehormatan adalah hak Allah SWT... Ibn al-Arabi dalam hal ini juga tidak setuju. Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits shahih: لاق صلى الله عليه وسلم بينلا ةجح قايس في رضي الله عنه رباج نع : « َبَطَخَف يِداَوْلا َنْطَب ىَتَأَف ،ُهَل ْتَلِحُرَ ف ِءاَوْصَقْلِبِ َرَمَأ ُسْمىشلا ِتَغاَز اَذِإ ىتََّح َلاَقَو َساىنلا : ،ْمُكْيَلَع ٌماَرَح ْمُكَلاَوْمَأَو ْمُكَءاَمِد ىنِإ اَذَه ْمُكِدَلَ ب ِفي ،اَذَه ْمُكِرْهَش ِفي اَذَه ْمُكِمْوَ ي ِةَمْرُحَك » … ثيدلحا . ملسم هاور . Dari Jabir radhiyallahu anhu di tengah haji bersama Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam : “… sehingga saat matahari tergelincir, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar unta Al-Qashwa’ dipersiapkan. Ia pun dipasangi pelana. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tengah lembah dan berkhutbah: “Sesungguhnya darah dan harta kalian, haram bagi sesama kalian sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini di negeri kalian ini…‘’“ (HR. Muslim). Hadits tersebut menunjukkan bahwa ketiga hal yang diharamkan adalah sama dalam hal penghormatan; ketiganya merupakan hak asasi manusia. Kalimat terakhir dari QS. Al-Baqarah: 245 berbunyi "Dan kepadanya kamu akan kembali", merupakan ungkapan yang mengancam. Allah membalas setiap orang sesuai dengan perbuatannya. ## BIOGRAFI MUFASSIR Hamka, merupakan singkatan dari nama Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ia lahir pada 16 Februari 1908 (1327 H) di Maninjau, Sumatera Barat. Ayahnya bernama Syekh Haji Abdul Karim Amrullah dikenal sebagai Haji Rasul, yaitu seorang ulama dan inovator yang luar biasa di Minangkabau. Hamka hanya mengenyam pendidikan formal hingga sekolah dasar sebab pendidikan dasar agama ia peroleh dari keluarganya. Hamka adalah sosok peneliti multidimensi sebagaimana tercermin dari gelar- gelarnya, yaitu Datuk Indomo Tradisi Minangkabau yang memiliki arti pejabat yang menjaga adat. Dalam peribahasa Minang, ketetapan adat harus dipatuhi dan diucapkan. Julukan tersebut merupakan julukan turun-temurun dari adat Minangkabau yang diwarisi dari garis keturunan kakeknya. Sedangkan dari garis keturunan ibunya, ia REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 disebut Engku Datuk Rajo Endah Nan Tuo atau kepala suku Tanjung. Hamka dianggap otodidak dalam belajar pada bidang agama. Kemampuanya dalam bidang Islam telah diakui secara Internasional. Pada 1955, ia menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Al Azhar. Setelah sebelas tahun, tepatnya pada 1976 dengan gelar yang sama, ia diterima di Universitas Nasional Malaysia. Ketika usianya remaja dia, melakukan perantauan ke Jawa. Di sini dia banyak belajar kepada H.O.S Cokroaminoto. Selain itu, ia juga aktif berorganisasi Muhammadiyah. Kemudian, pada 1927, ia pergi ke Mekkah guna menjalankan ibadah haji. Setelah kembalinya dari Mekkah, dia menetap di Medan, Sumatera Utara. 10 Karya Hamka sangat banyak, sehingga Hamka memiliki lebih dari seratus buku, di antaranya: Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936), Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1938), Filsafat Hidup (1994), Mengembangkan dan Memurnikan Sejarah Tasawuf Umat Islam (1993), Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial (1984), Hamka memaparkan tentang kepiawaian agama dan iman kepada Allah SWT... Dalam karyanya, ia yang merupakan penggerak insan untuk mencapai kemandirian jiwa yang sejati menerangkan bagaimana Islam bisa menjadi way of life bagi masyarakat dalam aktivitas kesehariannya. Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abubakar bin Farh al-Anshari al-Khizriji al-Andalusi al-Qurtuby atau yang seringkali disapa sebagai al-Qur ṭ ubĭ merupakan seorang ulama yang terkenal akan kezuhudannya serta senantiasa sibuk dengan urusan keagamaan. Beliau lahir di Cordova pada sekitar abad ke-6 hijriyah dan wafat pada Senin, 9 Syawal tahun 671 H di ota Manya. 11 Semasa hidupnya, al-Qur ṭ ubĭ banyak mempelajari Al-Quran, bahasa, dan syair. Ia secara pribadi memilih para guru yang sangat terampil di bidangnya, seperti Abu Ja’far Ahmad, seorang cendekiawan ahli Bahasa Arab dan ulumul qur’an di Kota Qurthubah; Rabi’ bin Abdurrahman bin Ahmad bin Rabi’, seorang cendekiawan dan hakim yang sangat terampil dalam ilmu hadis di Kota Qurthubah; dan Abu Muhammad Abdul Wahab bin Rawaj, seorang cendekiawan dalam bidang hadits. Dengan berguru kepada orang-orang hebat tersebut, beliau banyak melahirkan karya-karya yang hebat. Beberapa karya beliau yang fenomenal, antara lain: Pertama, Tafsir al-J āmi’ li A ḥ k ā m al- Qur’ā n merupakan sebuah karya tafsir global yang komprehensif, yang berisi kumpulan hukum Al-Qur’an dan penjelasan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan as-Sunnah. Kedua, kitab Syar ḥ Asm ā a l- Ḥ usna. Ketiga, kitab Ta ż k ĭ r f ĭ Af ḍ al al- Aż k ā r. Keempat, kitab ĭ Ṭ a ż kir bi Um ū r al- Ā khirah. Kelima, kitab Q am’ al-Khirsy bi az-zuhd wa al-Qan ā’ah . Ketujuh, kitab Radd Ż all as- Su ’ā l bi al-Kutub wa as-Shaf ā’ah . ## ANALISIS PERBANDINGAN SERTA PERSAMAAN TAFSIR QS. SABA (34): 39 HAMKA DAN AL-QUR Ṭ UBĬ Dalam menafsirkan QS. Saba’ (34): 39, Hamka dalam tafsirnya yaitu Tafsir Al- Azhar mengemukakan beberapa pendapat yang berbeda dengan Al-Qur ṭ ubĭ dalam tafsirnya, yaitu Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ. Hal ini dikarenakan kedua mufassir memiliki latar 10 Hamka, “Karakteristik Dakwah Buya Hamka.” 11 Abdullah, “Kajian Kitab Tafsir "al-Jami’li Ahkam Al-Quran "Karya Al-Qurtubi.” ## Ika Febriyanti, Putri Purnama Sari, dan Talitha Rahma Yuniarti P REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 36 belakang yang berbeda. Seperti Hamka yang hanya menempuh pendidikan sampai sekolah dasar saja dan beliau mempelajari agama secara otodidak. Lain halnya dengan al- Qur ṭ ubĭ yang memiliki latar belakang sebagai seseorang yang lahir dari keluarga ulama, sehingga beliau dikenal sebagai seorang ulama yang zuhud serta senantiasa sibuk dengan urusan keagamaan. Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan Tafsir al-Azhar dan Tafsir al- Qur ṭ ubĭ pada QS. Saba’ (34): 39 Aspek Tafsir Al-Azhar Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ Persamaan 1. Kedua tafsir sepakat bahwa Allah Swt. mengatur dan menyediakan bagi hamba-hamba-Nya. 2. Kedua tafsir sepakat bahwa manusia harus berserah diri kepada Allah Swt. dan beriman kepada janji-Nya untuk mengatur kehidupan dan penghidupan manusia. 3. Kedua tafsir sepakat bahwa sedekah atau infak di jalan Allah Swt. mendatangkan pahala yang besar di dunia atau di akhirat. Kedua rezeki ini sepakat bahwa harta yang digunakan untuk maksiat tidak diberi pahala atau ganti rugi, sedangkan harta yang digunakan untuk alasan yang baik seperti amal atau pembangunan gedung yang berguna kemudian diberi pahala dan ganti rugi. Perbedaan Fokus Tafsir 1. Tafsir Al-Azhar lebih fokus pada pemberian rezeki dan pentingnya berserah diri kepada Allah SWT.. 1. Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ lebih fokus pada pentingnya menginfakkan dan menyedekahkan harta sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Rezeki 2. Tafsir Al-Azhar menegaskan bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya pemberi rezeki dan hanya Dia yang berkuasa menentukan rezeki yang diberikan kepada setiap hamba-Nya. 2. Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan sustenance kepada siapa yang Dia kehendaki dan membatasi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki. Pengganti 3. Tafsir Al-Azhar mengatakan bahwa Allah Swt. mengganti semua 3. Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ menjelaskan bahwa Tiap kekayaan yang kita keluarkan Aspek Tafsir Al-Azhar Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ biaya yang dikeluarkan di jalan-Nya dengan pahala yang besar. dalam taat pada Allah akan digantikan dengan yang lebih utama baik di dunia maupun di akhirat. Maksiat 4. Tafsir Al-Azhar tidak berbicara tentang harta yang digunakan untuk maksiat 4. Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ percaya bahwa pengeluaran harta untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama tidak akan memberikan keuntungan atau pahala, dan tidak akan dapat digantikan. Dari perbandingan di atas bahwasannya kedua tafsir sepakat tentang pentingnya berserah diri kepada Allah, pentingnya menginfakkan harta dalam bentuk sedekah, dan bahwa Allah Swt. mengatur rezeki. Perbedaan terletak pada fokus tafsir, konsep penggantian, dan pembahasan mengenai harta yang digunakan untuk maksiat. Dimana pada Tafsir Al-Azhar tidak membahas secara eksplisit mengenai harta yang digunakan untuk maksiat, sehingga perbedaan ini menjadi ciri khas dari tafsir tersebut. Dengan demikian Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa Allah Swt. adalah pemberi rezeki yang tunggal, manusia harus berserah diri kepada-Nya, dan sedekah di jalan Allah Swt. mendatangkan pahala. Namun, pembahasan mengenai harta yang digunakan untuk maksiat tidak termasuk dalam fokus tafsir ini. Sedangkan pada Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ menjelaskan bahwa pentingnya menginfakkan dan menyedekahkan harta sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, keyakinan bahwa Allah Swt. mengatur rezeki, konsep penggantian dalam taat kepada Allah, dan bahaya dari menggunakan harta untuk tujuan yang tidak baik. ## ANALISIS PERBANDINGAN DAN PERSAMAAN TAFSIR QS. AL-BAQARAH (2): 245 OLEH HAMKA DAN AL-QUR Ṭ UBĬ Selain mengandung perbedaan pendapat dalam menafsirkan QS. Al-Baqarah: 245, Hamka dalam tafsirnya Tafsir Al-Azhar mengemukakan beberapa pendapat yang sama dengan Al-Qur ṭ ubĭ dalam tafsirnya. Hal ini dikarenakan kedua mufassir tersebut memiliki latar belakang agama yang kuat. Mereka merupakan ulama-ulama yang hebat, yang lahir dari keluarga agamis serta mereka juga dapat melahirkan karya-karya yang sangat banyak. Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan Tafsir al-Azhar dan Tafsir al- Qur ṭ ubĭ pada QS. Al-Baqarah: 245 Aspek Tafsir Al-Azhar Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ ## Ika Febriyanti, Putri Purnama Sari, dan Talitha Rahma Yuniarti P REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 38 Aspek Tafsir Al-Azhar Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ Persamaan 1. Keduanya sepakat bahwa ayat ini mengajarkan tentang pentingnya bersedekah dan memberikan pinjaman yang baik. 2. Keduanya sepakat bahwa Allah Swt. dapat membalas kebaikan seseorang dengan cara yang sangat luar biasa. 3. Keduanya setuju bahwa memberikan pinjaman yang baik dianggap sebagai amal yang baik dan dihitung sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt. bagi orang yang beriman dan bertakwa. 4. Keduanya sepakat bahwa Allah Swt. memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu termasuk harta. 5. Keduanya sepakat bahwa kebaikan yang dilakukan kepada Allah Swt. dan sesama manusia selalu mendapat balasan yang lebih baik dari-Nya. 6. Keduanya sepakat bahwa kebaikan yang dilakukan kepada Allah Swt. dan sesama manusia selalu mendapat balasan yang lebih baik dari-Nya. Perbedaan Sumber Rezeki Tafsir Al-Azhar mengajarkan bahwa Allah Swt. memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu termasuk harta Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ menyatakan bahwa Allah memberikan rezeki kepada manusia melalui usaha dan kerja keras Tujuan Berinfak Tafsir Al-Azhar menekankan pentingnya iman dan takwa kepada Allah Swt. dalam memberikan sedekah, dan bahwa sedekah adalah bentuk ibadah yang diperhitungkan oleh-Nya Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ menyarankan berinfak untuk jihad, yaitu untuk membiayai prajurit di jalan Allah Bentuk Infak Tafsir Al-Azhar mengajarkan bahwa memberikan pinjaman yang baik kepada Allah Swt. dalam bentuk sedekah atau lainnya, dapat membuat Allah melipat gandakan pahalanya Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ menyatakan bahwa berinfak dapat berupa harta atau kehormatan, tetapi, terdapat perbedaan pandangan di kalangan para ulama perihal apakah sedekah berarti menjaga kehormatan. Balasan atas Kebaikan Tafsir Al-Azhar menyatakan bahwa Allah Swt. membalas kebaikan dengan cara yang sangat luar biasa. Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ mengajarkan bahwa Allah pasti akan mengembalikan pinjaman untuk mereka yang memberikan REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 Aspek Tafsir Al-Azhar Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ sumbangan di jalan Allah berupa pahala dan ganjaran yang memuaskan. Sikap Terhadap Rezeki Tafsir Al-Azhar mengajarkan bahwa kita harus selalu mengandalkan kekuatan dan kebijaksanaan Allah Swt. dalam segala hal, termasuk dalam mengatur rezeki kita Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ menekankan pentingnya sikap rendah hati dan bersyukur dalam menerima dan menggunakan rezeki yang diberikan Allah Swt. Perbandingan antara Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ terkait ayat yang membahas tentang sedekah, memberikan pinjaman yang baik, dan pahala yang akan diperoleh menunjukkan bahwa bersedekah, memberikan pinjaman yang baik, dan menggunakan harta dengan cara yang benar adalah perintah Allah Swt. dalam agama Islam. Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ memiliki persamaan dalam beberapa hal meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam penekanan dan penjelasan rinci. Oleh karena itu, umat Islam dapat merujuk kepada kedua tafsir tersebut sebagai sumber pengetahuan dan panduan dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama terkait sedekah dan pahala yang diperoleh. Tafsir Al-Azhar menunjukkan pentingnya bersedekah, memberikan pinjaman yang baik, dan mengandalkan Allah Swt. dalam segala hal, termasuk dalam mengatur rezeki. Ia juga menekankan pada iman, takwa, dan pahala yang besar yang akan diperoleh sebagai hasil dari amal kebajikan tersebut. Sebagai umat Muslim, kita dapat mengambil pelajaran dan pedoman dari Tafsir Al-Azhar untuk meningkatkan kebaikan dan ibadah kita dalam rangka mendapatkan keridhaan Allah Swt. Sedangkan Tafsir Al- Qurtubi mencerminkan pandangan dan penekanan yang ada dalam Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ terkait bersedekah, pengaturan rezeki, dan sikap rendah hati. ## PENUTUP Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua surah, baik itu QS. Saba’: 39 maupun QS. Al-Baqarah: 245, memiliki kesamaan isi. Keduanya sama-sama membahas rezeki manusia yang diterima dari Allah. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan isi, seperti dalam menggolongkan bentuk rezeki. QS. Saba’: 39 menyajikan rezeki dalam bentuk sedekah dan berinfak di jalan Allah, sedangkan QS. Al-Baqarah: 245 menyajikan rezeki dalam bentuk pinjaman yang baik kepada Allah. Kemudian, Tafsir Al-Azhar karya Hamka memiliki persamaan dan perbedaan dalam mengemukakan pendapat dengan Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ karya Al-Qur ṭ ubĭ. Keduanya setuju bahwa dalam QS. Saba’: 39 membahas tentang rezeki yang diatur oleh Allah dan REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 4, No. 1, Mei 2023 40 bahwa manusia diharuskan bersedekah dan berinfak di jalan Allah karena hal tersebut dapat mendatangkan rezeki. Akan tetapi, kedua mufassir tersebut juga memiliki perbedaan pendapat dalam menyampaikan fokus surah, seperti Tafsir Al-Azhar karya Hamka yang lebih fokus pada pemberian rezeki dan pentingnya berserah diri kepada Allah SWT.., sedangkan Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ lebih fokus menafsirkan surah tersebut pada pentingnya menginfakkan dan menyedekahkan harta sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Lalu, dalam QS. Al-Baqarah: 245, kedua mufassir juga memiliki persamaan dan perbedaan pendapat dalam menuangkan gagasannya pada masing-masing tafsir. Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ sependapat bahwa dalam QS. Al-Baqarah: 245 mengajarkan tentang pentingnya bersedekah dan memberikan pinjaman yang baik. Sedangkan perbedaan pendapat mereka terletak pada tujuan berinfak. Tafsir Al-Azhar berpendapat bahwa tujuan berinfak adalah untuk ibadah kepada Allah, sedangkan Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ berpendapat bahwa tujuan berinfak adalah untuk jihad atau membiayai prajurit di jalan Allah. ## DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A. “Kajian Kitab Tafsir "al-Jami’li Ahkam Al-Quran "Karya Al-Qurtubi.” Al- I’Jaz: Jurnal Kewahyuan Islam , no. IV (n.d.). Al-Qur ṭ ubĭ, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al- Khazraji al-Andalusi. “Al-Qur ṭ ubĭ, A. A. M. Bin A. Bin A. B. Bin F. Al-Anshari Al- Khazraji Al-Andalusi. (2012). Terjemah Tafsir Al-Qur ṭ ubĭ. Pustaka Azzam (p. 198).,” 2012, 340. Al-Qurtubi, Syaikh Imam. “Tafsir Al-Qurtubi Jilid 3.” In Pustaka Azzam,2007 , Terj. Fath., 509. Jakarta, n.d. Faris Maulana Akbar. “Ragam Ekspresi Dan Interaksi Manusia Dengan Al-Qur’an (Dari Tekstualis, Kontekstualis, Hingga Praktis).” REVELATIA Jurnal Ilmu Al-Qur`an Dan Tafsir 3, no. 1 (2022): 47–65. https://doi.org/10.19105/revelatia.v3i1.5799. Hamka, Buya. “Karakteristik Dakwah Buya Hamka.” A. Biografi Buya Hamka , n.d. Los, Unidad Metodología D E Conocimiento D E. “IbrahimAl-Hifnawi, & HamidUthman. (1384). Tafsir Al- Qur ṭ ubĭ Jilid 14.,” n.d. Mathematics, Applied. “A. Mathematics, Tafsir Al-Azhar, 1–23 (2016).,” 2016, 1–23. Suparyanto dan Rosad (2015. “Tafsir Al-Azhar.” Suparyanto Dan Rosad (2015 5, no. 3 (2020): 248–53. Tamar, M. Rezeki Dalam Persfektif Al-Quran . Analisis Penafsiran Hamka Terhadap Ayat Tentang Rezeki , 2018. Wahab, Munir Abdul. “Meraih Keberkahan Rezeki.” UIN Syarif Hidayatullah, 2021. https://www.uinjkt.ac.id/meraih-keberkahan-rezeki/.
458ae2de-f9ad-43b8-822b-551bf8971807
https://jurnal-id.com/index.php/jupin/article/download/273/182
DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.273 Vol. 4, No. 1, Februari 2024, Hal. 121-128 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366 ## Analisis Indikator Pendidikan di Indonesia Periode 1994 – 2022 Faradiba Faradiba *1 , Marteda Veronika Nomleni 2 1,2 Prodi Pendidikan Fisika, Universitas Kristen Indonesia, Indonesia Email: 1 [email protected], 2 [email protected] ## Abstrak Pendidikan merupakan aspek mendapsar dalam membangun suatu negara. Melalui pendidikan masyarakat dapat terangkat harkat, martabat, serta kesejahterannya. Telah banyak program pendidikan yang sudah diterapkan pemerintah selama 3 dekade terakhir. Oleh sebab itu diperlukan kajian untuk mengetahui perkembangan pendidikan di Indonesia. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang Indikator Pendidikan di Indonesia periode 1994-2022 berdasarkan Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Buta Huruf, dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode 1994-2022. Data ini dihasilkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Angka partisipasi sekolah pada pendidikan dasar sebesar 85%. Untuk pendidikan menengah dan tinggi angka partisipasi berturut-turut mencapai 58% dan 16%. Partisipasi sekolah pada tingkat menengah masih rendah mesikupun telah adanya aturan tentang wajib belajar 15 tahun yang telah dikeluarkan pemerintah. Angka buta huruf di Indonesia selama periode 1994-2022 mengalami penurunan di semua kelompok umur. Hal ini mengindikasikan bahwa program pemerintah terkait pengentasan buta huruf berjalan dengan baik. Namun, perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat terkait pentingnya pendiidkan pada tingkat menengah dan tinggi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Upaya ini dapat dilakukan melalui peran serta pemerintah maupun pihak swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Kata kunci: Buta Huruf, Partisipasi Sekolah, Pendidikan Indonesia, Wajib Belajar ## Abstract Education is a fundamental aspect in developing a country. Through education, society can raise its dignity and prosperity. The government has implemented many educational programs over the last 3 decades. Therefore, studies are needed to determine the development of education in Indonesia. This research aims to examine education indicators in Indonesia for the period 1994-2022 based on School Enrollment Rates (APS), Gross Enrollment Rates (APK), Pure Enrollment Rates (APM) and Illiteracy Rates, using quantitative descriptive analysis methods. The data used in this research comes from secondary data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) during the 1994-2022 period. This data was generated from the National Socioeconomic Survey (Susenas). The school enrollment rate in basic education is 85%. For secondary and higher education, the participation rates reached 58% and 16%, respectively. School participation at the secondary level is still low even though the government has issued regulations regarding 15 years of compulsory education. The illiteracy rate in Indonesia during the 1994-2022 period has decreased in all age groups. This indicates that government programs related to illiteracy eradication are running well. However, it is necessary to approach the community regarding the importance of education at the middle and high levels to improve the quality of human resources in Indonesia. This effort can be carried out through the participation of the government and the private sector through the Corporate Social Responsibility (CSR) program. Keywords : Compulsory Education, Illiteracy, Indonesian Education, School Participation ## 1. PENDAHULUAN Bangsa Indonesia telah merayakan kemerdekaannya selama lebih dari 69 tahun. Cita-cita dan harapan yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa kini menjadi tanggung jawab kita semua untuk terus dijalankan demi meneruskan perjuangan nasional. Untuk memajukan kehidupan bangsa yang DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.273 Vol. 4, No. 1, Februari 2024, Hal. 121-128 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366 mencintai tanah air, kita sebagai warga negara harus terus berupaya untuk mengarahkan kehidupan menuju hal yang lebih baik. Pendidikan saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan juga bagi kemajuan suatu bangsa, karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan negara tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat 1 UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi diri mereka secara aktif. Tujuan utamanya adalah agar peserta didik memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk kepentingan diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003). Kondisi pendidikan di Indonesia masih belum sepenuhnya sesuai dengan harapan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai contoh, masih banyak anak di berbagai daerah yang belum mendapat akses pendidikan karena berbagai alasan (Hewi & Shaleh, 2020; Prasetya & Pribadi, 2021; Pratiwi, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum tercapai sepenuhnya. Tidak hanya di Indonesia, masalah pemerataan pendidikan juga menjadi isu yang belum sepenuhnya teratasi dengan baik di negara lain. Masalah-masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia cukup kompleks. Beberapa contohnya meliputi permasalahan terkait kurikulum, mutu pendidikan, serta ketersediaan sumber daya manusia yang memengaruhi kualitas peserta didik. Masalah-masalah ini merata dari pendidikan dasar hingga tingkat yang lebih tinggi (Fadil et al., 2023; Patandung & Panggua, 2022; Saadah et al., 2023). Banyaknya masalah yang muncul seringkali dipicu oleh ketidakpuasan dari para pelaku pendidikan, termasuk tenaga pengajar dan kepala sekolah. Keluhan yang paling umum adalah terkait sistem administrasi yang berantakan dan birokrasi yang rumit. Selain itu, masalah kepemimpinan di lingkungan sekolah juga menjadi hal serius yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan (Hariyanto & Wahyudi, 2018; Margana et al., 2014). Meskipun Indonesia telah merdeka cukup lama, masalah lain masih terus muncul. Masyarakat sering mengandalkan pemerintah untuk menjalankan semua sektor kehidupan dan berharap pemerintah menjadi arah dan pedoman bagi warga dalam menjalani kehidupan mereka. Namun, realitasnya tidak selalu berjalan mulus. Berbagai polemik muncul, bahkan di dalam pemerintah sendiri, yang semakin memperpanjang masalah di Indonesia, terutama di bidang pendidikan. Keadaan dinamis ini merupakan dilema yang ironis dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan. Kurangnya arah yang jelas dalam sistem pendidikan nasional menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia telah kehilangan unsur penting yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita bersama Indonesia Raya. Telah banyak penelitian yang mengkaji indikator pendidikan secara general (Herawati et al., 2020; Rizanti & Jufri, 2023; Tambunan et al., 2020), namun masih terbatas penelitian yang mengkaji terkait partisipasi sekolah dan buta huruf. Pendidikan merupakan aspek mendasar dalam membangun suatu negara. Melalui pendidikan masyarakat dapat terangkat harkat, martabat, serta kesejahterannya. Telah banyak program pendidikan yang sudah diterapkan pemerintah selama 3 dekade terakhir. Oleh sebab itu diperlukan kajian untuk mengetahui perkembangan pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang Indikator Pendidikan di Indonesia periode 1994-2022 berdasarkan Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Buta Huruf, dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. ## 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengadopsi pendekatan analisis deskriptif kuantitatif, sebuah metode yang digunakan untuk menjelaskan keadaan atau masalah secara objektif dengan menggunakan angka. Metode ini melibatkan pengumpulan data, interpretasi, dan analisis hasil masalah yang diteliti. Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menguji dan mengukur perhitungan matematis dan statistik. Dalam teknik deskripsi kuantitatif, data disajikan secara objektif dan terstruktur, meliputi grafik, tabel, matriks, laporan, dan angka terukur (Iskandar et al., 2023; Purba et al., 2021). Badan Pusat DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.273 Vol. 4, No. 1, Februari 2024, Hal. 121-128 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366 Statistik (BPS) menggunakan kuesioner pada kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) sebagai instrumen pengumpulan data untuk mengevaluasi Indikator Pendidikan di Indonesia periode 1994-2022, termasuk Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Buta Huruf dalam pendidikan formal. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas pendidikan di Indonesia dapat diukur secara kuantitatif melalui berbagai faktor. Beberapa indikator yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dalam pendidikan formal, serta tingkat buta huruf. Data rata-rata indikator pendidikan di Indonesia selama periode 1994-2022 dapat ditemukan dalam Tabel 1. Tabel 1. Rata rata Indikator Pendidikan Indonesia Tahun 1994-2022 Kelompok Umur (Tahun) Indikator Pendidikan (%) APS APK APM 7-12 97.22 107.64 94.24 13-15 85.87 82.03 67.74 16-18 58.37 61.56 47.45 19-24 16.24 16.51 12.48 Gambar 1. Angka Partisipasi Sekolah Tahun 1994-2022 Dalam Gambar 1, terlihat grafik angka partisipasi sekolah untuk pendidikan formal selama periode 1994-2022, yang dibagi berdasarkan kelompok umur. Terdapat tren peningkatan yang signifikan untuk setiap kelompok umur. Namun, persentase partisipasi lebih rendah terlihat pada tingkat pendidikan menengah dan tinggi. ## APS 7-12 tahun 100.00 99.00 98.00 97.00 96.00 95.00 94.00 93.00 1990 2000 2010 2020 2030 APS 13-15 tahun 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 1990 2000 2010 2020 2030 APS 16-18 tahun 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 1990 2000 2010 2020 2030 APS 19-24 tahun 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 1990 2000 2010 2020 2030 DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.273 Vol. 4, No. 1, Februari 2024, Hal. 121-128 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366 Indonesia, seperti kebanyakan negara lain, telah menerapkan kebijakan wajib belajar sembilan tahun sebagai bagian dari upaya merealisasikan amanat UUD 1945 Pasal 1, UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Undang-Undang Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003). Kebijakan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984 dan kemudian diperluas pada tahun 1994, yang menetapkan bahwa pendidikan wajib dilalui melalui sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Sejalan dengan perkembangan, pada tahun 2015, Indonesia memperluas kebijakan wajib belajar hingga mencakup sekolah menengah atas, sebagai tanggapan terhadap dampak positif yang dirasakan dari kebijakan sebelumnya. Namun, meskipun kebijakan wajib belajar sembilan tahun telah diterapkan sejak tahun 1994, dampaknya terhadap pencapaian pendidikan belum mencapai hasil yang diharapkan (Agustang & Mutiara, 2021; Marisa, 2021; Setiawati, 2022). Dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa terjadi penurunan persentase partisipasi sekolah secara bertahap hingga mencapai kelompok umur 19-24 tahun. Hal ini konsisten dengan ketentuan Pasal 7 ayat 2 RUU Sisdiknas versi Agustus 2022, yang menjelaskan bahwa warga negara Indonesia diwajibkan menjalani pendidikan dasar selama 10 tahun (dari prasekolah hingga kelas 9) dan pendidikan menengah selama tiga tahun (Alfulaila, 2022). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa warga negara Indonesia memiliki kewajiban untuk mengikuti pendidikan pada tingkat dasar dan menengah. Berdasarkan Gambar 1, masih terlihat bahwa pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi (umur 19- 24 tahun) belum dianggap sebagai kewajiban di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan aturan yang mewajibkan pendidikan pada jenjang ini, sehingga persentase partisipasi pada jenjang tersebut mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kemiskinan, kurangnya kesadaran akan pentingnya melanjutkan pendidikan setelah menyelesaikan pendidikan menengah, pengaruh lingkungan dan peran serta orang tua. Banyak di antara masyarakat, terutama yang berada dalam kelompok miskin, memilih untuk langsung bekerja setelah menamatkan pendidikan menengah (Farhani, 2024; Garnella, 2024; Rabiudin et al., 2022). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan September 2020, persentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 10,19% atau setara dengan 27,55 juta orang. Kondisi ekonomi yang sulit, biaya kuliah yang tinggi, dan kurangnya informasi atau sosialisasi mengenai manfaat pendidikan tinggi sebagai investasi untuk perbaikan kondisi ekonomi keluarga menjadi faktor lainnya. Penyediaan informasi yang cukup tentang pengembalian investasi ekonomi melalui pendidikan dapat memberikan dampak positif dalam membujuk orang tua mengenai manfaat substansial dari pendidikan tinggi. Tabel 2. Rata rata Angka Buta Huruf di Indonesia Tahun 1994-2022 Kelompok Umur (Tahun) Buta Huruf (Persen) 10+ 7.42 15+ 8.39 15-44 2.94 45+ 20.63 Berdasarkan data yang tertera dalam Tabel 2, terlihat rata-rata angka buta huruf selama periode 1994-2022 yang dibagi berdasarkan kelompok umur. Dapat dilihat bahwa tingkat angka buta huruf yang tinggi terjadi terutama pada kelompok umur 45 tahun ke atas. DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.273 Vol. 4, No. 1, Februari 2024, Hal. 121-128 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366 Gambar 2. Angka Buta Huruf Tahun 1994-2022 Gambar 2 menyajikan Angka Buta Huruf (ABH) setiap tahun secara lebih rinci. Berdasarkan grafik untuk keempat kelompok umur, terlihat tren penurunan sejak tahun 1994. Hal ini mengindikasikan perbaikan dalam masalah buta huruf di Indonesia dari waktu ke waktu. Penurunan angka buta huruf menunjukkan kemajuan dalam kualitas pendidikan dasar di Indonesia, sesuai dengan hasil sebelumnya mengenai Angka Partisipasi Sekolah pada tingkat dasar. Meningkatnya kemampuan membaca dan menulis di kalangan masyarakat menjadi salah satu indikator positif. Upaya pemerintah dalam mengatasi buta huruf, seperti program Kejar Paket A, B, dan C, telah memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan ini. Meskipun demikian, meski terjadi penurunan angka buta huruf, hal ini tidak berarti bahwa Indonesia telah sepenuhnya terbebas dari masalah buta huruf (Aufa, 2023; Fakhrizal, 2022; Sidabutar et al., 2020). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), terlihat bahwa pada tahun 2021, sebanyak 9,24% penduduk Indonesia yang berusia 45 tahun ke atas mengalami buta huruf. Persentase Angka Buta Huruf (ABH) ini mengalami penurunan sebesar 26,82% dibandingkan dengan tahun 1994, ketika angka buta huruf mencapai 36,06%. Tingkat buta huruf untuk kelompok usia 45 tahun ke atas mencapai puncak tertinggi pada tahun 1995, yaitu sebesar 37,8%. Sementara itu, untuk kelompok usia 15-45 tahun, angka buta huruf turun menjadi 0,73% pada tahun 2022, menurun sebesar 6,17% dari tahun 1994 yang sebesar 6,9%. Demikian pula, untuk kelompok usia 15 tahun ke atas, angka buta huruf mencapai 3,96% pada tahun 2021, turun sebesar 10,88% dari tahun 1994 yang mencapai 14,84%. Selama 10 tahun terakhir, terjadi penurunan angka buta huruf sebesar 8,9% untuk kelompok usia 45 tahun ke atas, 1,58% untuk kelompok usia 15-45 tahun, dan 3,6% untuk kelompok usia 15 tahun ke atas. ## 4. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa angka partisipasi sekolah pada pendidikan untuk pendidikan dasar melebihi 85% untuk rentang usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara itu, angka partisipasi sekolah untuk pendidikan menengah dan tinggi berturut-turut mencapai 58% dan 16%. Meskipun telah diberlakukan aturan wajib belajar 15 tahun oleh pemerintah, partisipasi sekolah pada tingkat menengah masih tergolong rendah. Namun, terdapat penurunan angka buta huruf di Indonesia selama 18 tahun terakhir di semua kelompok umur, menunjukkan bahwa program pemerintah terkait pengentasan buta huruf berjalan dengan baik. Diperlukan pendekatan kepada 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 Angka Buta Huruf10 th + Angka Buta Huruf15-44 th Angka Buta Huruf15 th + Angka Buta Huruf45 th + DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.273 Vol. 4, No. 1, Februari 2024, Hal. 121-128 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366 masyarakat untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi guna memperbaiki kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Upaya ini dapat dilakukan melalui peran serta pemerintah maupun pihak swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). ## DAFTAR PUSTAKA Agustang, A., & Mutiara, I. A. (2021). Masalah Pendidikan di Indonesia . Alfulaila, N. (2022). Pendidikan Multikultural di Sekolah Dasar (Teori dan Praktik) . Kanhaya Karya. Aufa, N. (2023). Pemberantasan buta aksara untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat di Desa Lae Ikan Kecamatan Penanggalan Kota Subulusalam Aceh. EJOIN: Jurnal Pengabdian Masyarakat , 1 (4), 319–328. Fadil, K., Amran, A., & Alfaien, N. I. (2023). Peningkatan Kualitas Pendidikan Dasar Melalui Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Dalam Mewujudkan Suistanable Developments Goal’s. Attadib: Journal of Elementary Education , 7 (1). Fakhrizal, Y. (2022). Peran Kepemimpinan Kepala Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Sumber Daya Manusia Di Kabupaten Nagan Raya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik , 7 (1). Farhani, A. (2024). Strategi Pemerintah Kabupaten Dalam Mengatasi Kemiskinan Ekstrem Di Kabupaten Bener Meriah . UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Garnella, R. (2024). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Aceh . UIN Ar-Raniry. Hariyanto, E., & Wahyudi, A. (2018). Penguatan Keluarga Sakinah Berbasis Gerakan Nasional revolusi Mental . Duta Media Publishing. Herawati, E. S. B., Suryadi, S., Warlizasusi, J., & Aliyyah, R. R. (2020). Kinerja Dewan Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Tadbir: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan , 4 (1), 87– 100. Hewi, L., & Shaleh, M. (2020). Refleksi hasil PISA (the programme for international student assesment): Upaya perbaikan bertumpu pada pendidikan anak usia dini. Jurnal Golden Age , 4 (01), 30–41. Iskandar, A., Fitriani, R., Ida, N., & Sitompul, P. H. S. (2023). Dasar Metode Penelitian . Yayasan Cendekiawan Inovasi Digital Indonesia. Margana, S., Semedi, P., Kartadinata, S., Suryawan, I. N., Ahimsa-Putra, H. S., Saifuddin, A. F., & Supriyoko, K. (2014). Bunga Rampai Seminar Nasional Kebudayaan 2014 . Marisa, M. (2021). Inovasi kurikulum “Merdeka Belajar” di era society 5.0. Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan, Dan Humaniora , 5 (1), 66–78. Patandung, Y., & Panggua, S. (2022). Analisis Masalah-Masalah Pendidikan dan Tantangan Pendidikan Nasional. Jurnal Sinestesia , 12 (2), 794–805. Prasetya, R. A., & Pribadi, F. (2021). Akses Pendidikan Masyarakat Urban Pasca Penerapan Sistem Zonasi di Surabaya. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , 31 (1), 32–42. Pratiwi, H. (2021). Permasalahan Belajar Dari Rumah Bagi Guru Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Di Daerah Terpencil. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan , 6 (2), 130–144. Purba, E., Purba, B., Khairad, F., Damanik, D., Siagian, V., Ginting, A. M., Silitonga, H. P., Fitrianna, N., SN, A., & Ernanda, R. (2021). Metode Penelitian Ekonomi . Yayasan Kita Menulis. Rabiudin, R., Sumarsi, S., Katmas, E., Karfin, K., & Ituga, A. S. (2022). Edukasi keberlanjutan studi guna ketuntasan pendidikan tinggi bagi siswa sekolah menengah atas di Papua Barat: Tinjauan Pendidikan, Karir dan Ekonomi. Indonesian Collaboration Journal of Community Services , 2 (2), 124–141. Rizanti, W. N., & Jufri, A. W. (2023). Peningkatan Pendidikan Karakter Peserta Didik Melalui Bahan Ajar IPA Berbantuan Media Game. Journal of Classroom Action Research , 5 (1), 114–120. DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.273 Vol. 4, No. 1, Februari 2024, Hal. 121-128 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366 Saadah, N., Wastri, L., & Trisoni, R. (2023). Analisis Kebijakan Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru Serta Implikasinya Terhadap Kualitas Pendidikan. Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam Dan Pendidikan , 15 (2), 227–238. Setiawati, F. (2022). Dampak kebijakan perubahan kurikulum terhadap pembelajaran di sekolah. NIẒĀMULILMI: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam , 7 (1), 1–17. Sidabutar, S., Purba, E., & Panjaitan, P. D. (2020). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Dan Kemiskinan Terhadap IPM Kabupaten Simalungun. Jurnal Ekuilnomi , 2 (2), 86– 101. Tambunan, P., Ardhiansyah, M. F., & Kurniawan, M. G. (2020). Pengaruh Suasana Lingkungan Belajar Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif. Jurnal Pensil: Pendidikan Teknik Sipil , 9 (3), 175–182. Undang-undang Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, (2003). DOI: https://doi.org/10.54082/jupin.273 Vol. 4, No. 1, Februari 2024, Hal. 121-128 p-ISSN: 2808-148X https://jurnal-id.com/index.php/jupin e-ISSN: 2808-1366 ## Halaman Ini Dikosongkan
207437af-9a6c-4d14-987c-ee3fcecefa7f
https://journal.stitaf.ac.id/index.php/cendekia/article/download/36/39
## CENDEKIA Media Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam p-ISSN: 2086-0641 (Print) Volume 08, No. 01, Maret 2016, Hal. 20- 25 e- ISSN: 2685-046X (Online) journal.stitaf.ac.id ## PENGEMBANGAN MODUL MATERI BILANGAN BULAT BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN GARIS BILANGAN Dwi Rosyidatul Kholidah STIT Al-Fattah Siman Lamongan, Pon. Pes Al-Fattah Siman Sekaran Lamongan, Pos-el : [email protected] ## Abstrak Modul termasuk dalam kelompok media bahan cetak yaitu media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Artikel ini ditujukan untuk pengaruh bagaimana efektivitas, efisiensi dan kemenarikan modul ajar Materi Bilangan Bulat Kelas IV Berbasis Pendidikan Matematika Realistik Berbantuan Garis Bilangan yang valid untuk siswa kelas IV. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Reseacrh and Development. Model yang digunakan dalam pengembangan modul ajar berbasis pembelajaran matematika ini adalah model pengembangan menurut model pengembangan menurut Walter Dick and Lou Carey. Pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika ini lebih menarik bagi siswa. Desain modul yang berbeda dengan modul-modul yang sudah ada membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pelajaran. Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan, siswa mampu menyelesaikan soal dan mampu memahami materi dengan cepat melalui pemanfaatan modul pembelajaran tersebut. Dari beberapa pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa bahan ajar matematika materi bilangan bulat berbasis PMR untuk siswa kelas IV SDN Blimbing IV efektif, efisien dan menarik untuk digunakan dalam pembelajaran matematika materi bilangan bulat. Kata kunci : Modul Pembelajaran. Prestasi belajar Matematika ## Abstract Modules are included in the printed material media group that is visual media that is made through a process of printing or offset. This printed material media presents its message through letters and pictures illustrated to further clarify the message or information presented. This article is aimed at influencing how the effectiveness, efficiency and attractiveness of teaching modules in Class IV Round Number Material Based on Realistic Mathematics Assisted by Number Lines is valid for grade IV students. The method used in this research is the research and development method or Research and Development. The model used in the development of teaching modules based on mathematics learning is the development model according to the development model according to Walter Dick and Lou Carey. Learning by using this mathematics learning module is more interesting for students. Different module designs with existing modules make students more eager to follow the lessons. Based on the learning that has been done, students are able to solve problems and are able to understand the material quickly through the use of the learning module. From some of the statements above it can be stated that mathematics teaching material for integer material based on PMR for grade IV students of SDN Blimbing IV is effective, efficient and interesting to use in mathematics learning of integer material. Keywords : Learning Module. Mathematics learning achievement. ## PENDAHULUAN Kebermaknaan ilmu pengetahuan menjadi aspek utama dalam proses belajar. Proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi pembelajar. Suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah realistik. salah satu pembelajaran yang menekankan pada kebermaknaan ilmu pengetahuan adalah pendidikan matematika realistik (Freudenthal dalam Wijaya).( Ariyadi Wijaya, 2012) dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan satu konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki (Adam dan Hamm dalam Wijaya). Hudoyo mengemukakan bahwa kondisi pembelajaran matematika di Indonesia sampai saat ini masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan masih banyak permasalahan yang muncul berkaitan dengan pembelajaran matematika diantaranya kurikulum, model pembelajaran, kualitas guru, Serta penggunaan sumber belajar yang memungkinkan guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Penggunaan bahan ajar yang tidak kontekstual mengakibatkan siswa tidak memahami konsep-konsep matematika dengan benar. Untuk itu, perlu dikembangkan bahan ajar yang mampu mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang baik dan benar, terutama bahan ajar yang berupa modul. Dengan modul siswa mampu belajar secara mandiri dan membangun pengetahuannya sendiri. Untuk menemukan konsep-konsep matematika dengan baik dan benar. 1. Hakikat Bahan Ajar Bahan ajar menurut Pannen adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Tian Belawati, 2003). Muhaimin dalam modul “ Wawasan Pengembangan Bahan Ajar ” mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahan ajar sebagai seperangkat materi atau substansi pelajaran ( teaching material ) yang disusun secara sistematis menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar jika dikelompokkan menurut jenisnya ada 4 jenis, yaitu bahan cetak (material printed ) seperti antara lain buku, handout , modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet , wallchart , foto/gambar, dan model. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio . Buku ajar pandang dengar seperti video compact disk dan film. Bahan ajar interaktif seperti compact disk interaktif (Muhaimin, 2008). 2. Hakikat Modul Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto, 2013). Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing. Penjelasan senada juga diungkapkan oleh Asyhar bahwa modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri. Oleh sebab itu modul memungkinkan siswa untuk mempelajari tiap materi dengan durasi waktu yang lebih lama sehingga siswa dapat menemukan pemahamannya sendiri meski tanpa pengawasan guru di kelas. Modul dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahaminya dengan cara mereka sendiri. Modul yang dikembangkan harus mampu meningkatkan motivasi siswa dan efektif dalam mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, maka pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik berikut. 1) Self Instructional , merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. 2) Self Contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh . 3) Stand Alone (berdiri sendiri), merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama- sama dengan bahan ajar/media lain. 4) Adaptive, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. 5) User Friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan . ## METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Reseacrh and Development. Pengembangan atau Reseacrh and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2014). R&D dapat didefinisikan juga sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efisien, produktif dan bermakna (Nusa Putra, 2012). Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal atau bertahap (Punaji Setyosari, 2010). Model yang digunakan dalam pengembangan modul ajar berbasis pembelajaran matematika ini adalah model pengembangan menurut model pengembangan menurut Walter Dick and Lou Carey. Pada model Dick and Carey terdapat 10 tahapan desain pembelajaran tetapi pada model pengembangan ini hanya digunakan 9 tahapan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pengembangan modul ajar yang dilakukan hanya sebatas uji coba prototipe produk. Tahapan kesepuluh (evaluasi sumatif) tidak dilakukan karena berada di luar sistem pembelajaran, sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengembangan bahan ajar ini berupa modul pembelajaran sebagai panduan siswa dan panduan guru dalam mengajar. Pengembangan modul pembelajaran matematika kelas IV SD dapat dilihat ciri khas bahan ajar dan pembelajarannya adalah berbasis PMR dengan berbantuan garis bilangan yang dilengkapi dengan media tersebut sebagai penunjang dalam proses pembelajarannya. Pengembangan modul pembelajaran materi bilangan bulat berbasis PMR dengan berbantuan garis bilangan ini telah divalidasi oleh ahli materi, ahli media pembelajaran, guru bidang studi matematika kelas IV dan digunakan dalam uji coba lapangan. Hasil validasi dari beberapa subjek validator dikonversikan pada skala persentase yang berdasarkan pada ketentuan tingkat kevaliditasan serta dasar pengambilan keputusan untuk merevisi modul pembelajaran digunakan kriteria kualifikasi penilaian sebagai berikut (Arikunto). Persentase (%) Tingkat Kevalidan Keterangan 80 – 100 Valid Tidak revisi 60 – 79 Cukup valid Tidak revisi 40 – 59 Kurang valid Revisi sebagian 0 – 39 Tidak valid Revisi total 1) Angket tanggapan yang diisi oleh dosen matematika sebagai ahli materi, dapat dihitung persentase tingkat kevalidan bahan ajar sebagi berikut: 𝑝 = 40 44 𝑥 100% = 90,9% Berdasarkan hasil di atas, maka diperoleh hasil persentase sebesar 90,9%. Sesuai dengan tabel konversi skala, persentase tingkat pencapaian 90,9 % berada pada kualifikasi valid sehingga bahan ajar tidak perlu dilakukan revisi. Hal ini menunjukkan bahwa modul pembelajaran materi bilangan bulat kelas IV berbasis PMR dengan berbantuan garis bilangan sudah baik dan layak untuk digunakan menurut ahli materi. 2) Angket tanggapan yang diisi oleh dosen Teknologi dan Informatika (TI) sebagai ahli media pembelajaran, dapat dihitung persentase tingkat kevalidan bahan ajar sebagi berikut: 𝑝 = 78 80 𝑥 100% = 97,5% Berdasarkan hasil di atas, maka diperoleh hasil persentase sebesar 97,5%. Sesuai dengan tabel konversi skala, persentase tingkat pencapaian 97,5 % berada pada kualifikasi valid sehingga bahan ajar tidak perlu dilakukan revisi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa modul pembelajaran materi bilangan bulat kelas IV berbasis PMR dengan berbantuan garis bilangan sudah baik dan layak untuk digunakan menurut ahli media pembelajaran. 3) Angket tanggapan yang diisi oleh guru bidang studi matematika kelas IV SDN Blimbing III sebagai ahli pembelajaran bidang studi matematika, dapat dihitung persentase tingkat kevalidan bahan ajar sebagi berikut: 𝑝 = 75 80 𝑥 100% = 93,75% Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh hasil persentase sebesar 93,75%. Sesuai dengan tabel konversi skala, persentase tingkat pencapaian 93,75 % berada pada kualifikasi valid sehingga bahan ajar tidak perlu dilakukan revisi. Hal ini menunjukkan bahwa modul pembelajaran materi bilangan bulat kelas IV berbasis PMR dengan berbantuan garis bilangan sudah baik dan layak untuk digunakan menurut guru bidang studi matematika kelas IV SD. 4) Analisis Data Validasi Uji Coba Lapangan menunjukkan Hasil validasi modul pembelajaran pada uji coba kelas IV B terhadap pengembangan modul pembelajaran materi bilangan bulat kelas IV berbasis PMR dengan berbantuan garis bilangan di SDN Blimbing III dinilai baik dengan prosentase 94,8% dari kriteria yang ditetapkan. ## KESIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika ini lebih menarik bagi siswa. Desain modul yang berbeda dengan modul-modul yang sudah ada membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pelajaran. Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan, siswa mampu menyelesaikan soal dan mampu memahami materi dengan cepat melalui pemanfaatan modul pembelajaran tersebut. Dari beberapa pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa bahan ajar matematika materi bilangan bulat berbasis PMR untuk siswa kelas IV SDN Blimbing IV efektif, efisien dan menarik untuk digunakan dalam pembelajaran matematika materi bilangan bulat. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan , Jakarta: Bumi Aksara Belawati, Tian. 2003. Materi Pokok Pengembangan Buku ajar Edisi ke Satu . Jakarta: universitas Terbuka. Daryanto, 2013. Menyusun Modul: Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Mengajar . Yogyakarta: Gava Media. Hariwijaya, Surya. 2008. Adventures in Math Tes IQ Matematika . Yogyakarta: Tugu Publisher. Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika . (IMSTED: JICA). Karel A. Streenbrink. Pesantren Madrasah dan Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern . (Jakarta: LP3ES. 1994). Muhaimin. 2008. Modul Wawasan tentang Pengembangan Buku ajar Bab V . Malang: LKP2I. Putra, Nusa, 2012. Research & Development: Suatu Pengantar . Jakarta: Rajawali Pers. Sriyanti. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika . Yogyakarta: Indonesia Cerdas. Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta.
639e6aab-54e5-4719-98d4-5c90b08d19af
http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/download/3832/2663
Jurnal Analis Laboratorium Medik Avalilable Online http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license ## ANALISIS LOGAM TIMBAL (Pb) LIPSTIK YANG BEREDAR DI PASAR GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA Bagus Rozaq Sembada 1 , Isnin Aulia Ulfah Mu‟awanah 2 , Arif Yusuf Wicaksana 3 Prodi Teknologi Laboratoriom Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Aisyiyah Yogyakarta [email protected] , [email protected] , [email protected] ## ABSTRAK Pada zaman modern seperti sekarang ini sangat banyak orang yang menggunakan produk kosmetik terkhusus di Indonesia, hal ini menyebabkan penggunaan kosmetik di Indonesia semakin meningkat dengan sangat pesat. Beberapa produk kosmetik yang sering digunakan oleh masyarakat adalah eye-liner, concealer, pensil alis bedak, lisptik dan lainnya. Lipstik merupakan produk kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam riasan wajah. Beberapa produk lipstik yang beredar di pasaran mengandung timbal, bahan dasar lipstik ini merupakan senyawa kimia yang berbahaya bagi manusia apabila digunakan dalam jangka waktu panjang. Sehingga untuk mengetahui adanya kadar timbal dalam lipstik, peneliti menganalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar timbal pada lipstik yang beredar di pasar Gamping Yogyakarta. Hasil analisa kadar logam berat Timbal dari 13 sampel lipstik pada penelitian ini didapatkan sampel lipstik dengan kadar logam timbal tertinggi adalah 10,896 µg/g. Sedangkan kadar timbal terendah pada penelitian ini adalah 0,471 µg/g. Sampel yang di uji mengandung timbal, kadar timbal pada lipstik berkisar antara 0,096- 10,896 µg/g dan semua sampel memenuhi syarat BPOM. Kaca Kunci : Logam Timbal (Pb), Lipstik, Spektrofotometri Serapan Atom ## ABSTRACT In modern era many people who use cosmetic product especially in Indonesia, this causes the use of cosmetics in Indonesia to increase very rapidly. Some cosmetics product that are often used by the public are eye-liner,concealer, powder, lisptick and others. Lipstick is a cosmetic used to color lips with an artistic touch so that it can improve aesthetics in makeup. Some lipstick products on the market use timbal as ingredients, this ingridents is harmful to the body when used for a long time. So to determine the presence of lead levels in lipstick, researchers analyzed using an atomic absorption spectrophotometer. This study aims to determine the level of lead in lipstick circulating in the Yogyakarta Gamping market. The results of the analysis of lead heavy metal levels from 13 lipstick samples in this study obtained lipstick samples with the highest lead metal content of 10.896 μg / g. While the lowest lead level in this study was 0.471 μg / g. The samples tested contained lead, lead levels in lipstick ranged from 0.096-10.896 μg/g and all samples met BPOM requirements. Keywords : Metal Lead (Pb), Lipstick, Atomic Absorption Spectrophotometry © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license ## PENDAHULUAN Produk perawatan kecantikan sendiri berasal dari kata kosmein (Yunani) dan itu berarti "rumit". Di Indonesia sampai sekarang penggunaan produk perawatan kecantikan berkembang di kalangan orang dewasa, tetapi juga remaja hingga anak-anak di bawah umur. Pemanfaatan produk perawatan kecantikan sendiri berarti untuk make up dan meningkatkan klien agar terlihat lebih memikat dan menutupi kekurangan pada wajah. Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa orang menggunakan produk kosmetik atau biasa disebut produk kecantikan untuk merias diri dan menutupi kekurangan wajah sesuai dengan yang penggunanya inginkan. Produk kosmetik seharusnya aman untuk digunakan jika bahan yang terkandung di dalamnya tidak melampaui ukuran tertinggi tingkat timbal sesuai standar dan persyaratan yang ada. Tingkat timbal lengkap yang paling ekstrim di negara-negara tertentu ditetapkan pada 20 ppm sementara pada beban logam lainnya tidak sepenuhnya diatur dalam batu . Hal ini juga didukung oleh pilihan kepala BPOM sehubungan dengan prasyarat pencemaran mikroba dan logam berbobot pada produk perawatan kecantikan, sejauh mungkin diperlukan pencemaran logam berbobot timbal (Pb) yang lebih dari 20 mg/kg (BPOM RI, 2014). Adanya dua teori yang kemukakan tersebut diketahui bahwa kadar timbal yang digunakan dalam produk kosmetik sudah ditentukan dan harus diikuti oleh produsen agar produk yang dibuat sesuai standar yang telah di tetapkan sehingga aman untuk diperjual belikan dan digunakan oleh manusia. Aturan ini sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan kosmetik di Indonesia namun ada juga beberapa yang belum menerapkan sesuai tauran yang telah ditetapkan oleh BPOM. Komponen yang tidak dimurnikan yang digunakan dalam produksi produk perawatan kecantikan, misalnya, lilin lebah biasanya mengandung Pb<10 ppm, bahan peneduh, misalnya, besi sementara oksida menggunakan kadmium <1 ppm dan timbal <10 ppm (Rowe, 2009). Pencemaran yang terkandung dalam timbal juga dapat diperoleh selama siklus produksi produk perawatan kecantikan atau peralatan yang digunakan. Maka diketahui bahwa timbal dapat terjadi karena beberapa faktor seperti bahan baku yang alami memliki kandungan timbal ataupun proses dan alat yang digunakan pada saat memproduksi kosmetik. Logam berat digunakan secara sengaja sebagai pewarna ke dalam lipstik (Khalid, 2013). Pewarna ini sendiri berfungsi sebagai bahan dasar lipstik untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Kandungan timbal dalam produk perawatan kecantikan dapat menyebabkan polusi bahan alami yang dimanfaatkan atau pemanfaatan corak yang mengandung timbal. Seperti yang sudah disebutkan timbal dapat mempengaruhi bahan baku lainnya. Dalam pendapat tersebut dapat diketahui bahwa beberapa produk lipstik yang beredar dipasaran memang dengan sengaja menggunakan bahan dasar timbal agar lipstik menjadi lebih kuat. Kandungan timbal dalam lipstik dapat terjadi karena sengaja © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license ataupun sebaliknya. Menurut Utomo (2005), penambahan timbal yang disengaja biasanya untuk menghasilkan lipstik yang tahan air, tahan terhadap oksidasi di udara, dan tahan lama. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa timbal digunakan dengan sengaja karena dapat mempengaruhi kualitas produk yang diinginkan, seperti sekarang yang banyak beredar dipasaran orang banyak menggunakan lipstik yang waterproof dan tahan lama agar lebih hemat untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama. Tetapi jika lipstik mengandung banyak timbal dan melampaui batas yang ditetapkan oleh aturan, produk tersebut bisa beracun atau memiliki efek toksik yang menyulitkan organ manusia untuk bekerja. Timbal itu sendiri dapat memasuki tubuh manusia melalui minuman dan makanan dari sisa lipstik yang bergabung dengan peralatan dan makanan yang dimakan oleh orang-orang yang kemudian, pada saat itu, memasuki tubuh manusia dan secara antagonis mempengaruhi organ-organ dalam tubuh dalam jangka panjang. Logam berat, misalnya, timbal memiliki sifat yang tidak dapat dilenyapkan dan dapat menumpuk di tubuh manusia (Effendi et al. 2014). Dapat diketahui bahwa timbal dapat masuk ketubuh manusia melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi yang mengakibatkan kerusakan fungsi organ internal manusia ataupun dari sisa produk kosmetik yang menepel dalam jangka waktu lama yang menjadi racun karena logam dalam jumlah yang tinggi seperti timbal tidak dapat dihancurkan oleh tubuh manusia bahkan menjadi racun yang membahayakan. Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2009 dan 2011 mempublikasikan penemuan merepa kandungan timbal dalam lipstik. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa beberapa produk lipstick menggunakan timbal ssebagai salah satu bahan yang digunakan. Dari penelitian yang telah mereka lakukan, dapat dilihat bahwa banyaknya penemuan logam dalam produk kecantikan bibir, seperti krom, tembaga, mangan, nikel, timbal, aluminium, kadmium, kobalt, dan titanium. Menggunakan instrumen dari spektrofotometri serapan atom (AAS), kontaminasi logam berat timbal (Pb) dapat dianalisis. Dari konsekuensi ulasan menunjukkan bahwa dalam beberapa item korektif menggunakan bahan yang mengandung logam secara alami dan tidak aman bagi tubuh manusia yang menggunakannya. Akan tetapi hal ini tidak akan terlalu beresiko jika produsen menggunakan bahan dasar tersebut sesuai takaran dan aturan maksimum yang telah ditetapkan oleh badan POM Spektrofotometri serapan atom adalah salah satu strategi untuk pemeriksaan uji jaminan mengingat standar retensi energi radiasi karena molekul yang berada dalam keadaan energi dasar (ground state), setelah asimilasi iota ini diberi energi, sehingga elektron yang terkandung dalam kulit © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license Molekul akan melompat ke keadaan energi yang lebih tinggi (invigorated state). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa electron yang terdapat pada kulit atom akan berpindah ke tingkatan energy yang lebih tinggi, dari jumlah energy yang terserap tersebut akan meghasilkan jumlah yang sama. METODE Eksperimen dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif kuasi eksperimental adalah pendekatan yang dilakukan dalam desain penelitian ini. Penelitian ini berarti untuk menentukan derajat logam timbal (Pb) dalam lipstik yang berputar- putar di pasar Gamping, Yogyakarta. Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel lipstik yang sering dibeli dan memiliki rentang harga <50 ribu. Di laboratorium, pengujian kandungan logam timbal dilakukan untuk mengetahui apakah lipstik di Pasar Batu Kapur Yogyakarta mengandung timbal atau mengandung timbal atau tidak. ## HASIL PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memastikan apakah kadar timbal ada, berapa banyak timbal yang ada, dan apakah kadar timbal dalam lipstik yang dijual di pasar Gamping sesuai dengan peraturan BPOM. 1. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada lipstik yang beredar di Pasar Gamping sudah memenuhi syarat BPOM Tabel 4.1 Kadar Timbal dalam Lipstik No. Kode Merek Lipstik Kadar Timbal (µg/g) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 L I L I L I L II L II L II L III L III L III L IV L IV L IV 0,096 7,047 9,919 0,471 0,096 10,896 2,177 0,096 0,096 0,096 0,096 0,096 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dinyatakan bahwa kandungan kadar timbal tertinggi terdapat pada sampel lipstik dengan kode L II yaitu 10,896 µg/g dan untuk kandungan kadar timbal terendah terdapat pada sampel lipstik dengan kode L II yaitu 0,471. Di mana dapat disimpulkan bahwa kadar logam tertinggi dan terendah didapatkan pada sampel dengan kode LII. 2. Jumlah Kadar Timbal (Pb) pada Lipstik yang Beredar di Pasar Gamping © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Mean SD Nilai sig. Merek Lipstik 3,10 1,197 0,691 Berdasarkan tabel 4.2 di atas didapatkan nilai probabilitas yaitu sig = 0,691 yang berarti p < 0,05 artinya bahwa data tersebut bersifat normal. Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Nilai sig. Jumlah Kadar 0,008 Tabel 4.3 menunjukkan distribusi data hasil uji homogenitas dengan mengggunakan lavene’s test pada jumlah kadar sampel lipstik didapatkan nilai probablitas yaitu p = 0,008 yang berarti p < 0,05 artinya data tersebut bersifat tidak homogen. Tabel 4.4 Hasil Uji T-test Kode Lipstik Nilai sig I1 dan I2 I1 dan I3 I1 dan I4 I2 dan I3 I2 dan I4 I3 dan I4 0,476 0,040 0,040 0,025 0,025 0,016 Berdasarkan tabel 4.4 di atas dinyatakan bahwa distribusi data hasil dari uji independent t-test terhadap jumlah kadar dari ke 4 sampel tersebut di dapatkan perbandingan L I dan L II sig 0,746, L I dan L III sig 0,040, L I dan L IV sig 0,040, L II dan L III sig 0,025, L II dan L IV sig 0,025, L III dan IV sig 0,016. ## PEMBAHASAN Penelitian eksperimen kadar timbal pada sampel lipstik yang beredar di pasar gamping dipilih karena pasar gamping merupakan salah satu pasar tradisional. Pasar tersebut banyak menawarkan kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan primer maupun skunder, termasuk produk kosmetik. Kosmetik yang dijual dipasaran memiliki harga yang bermacam-macam, mulai dariyang murah serta tertinggi dan dari yang memiliki merek serta tidak memiliki merek. Pengambilan sampel didasarkan pada data penjualan selama 3 bulan terakhir dengan merek tersebut. Berdasarkan analisis data penjualan tersebut di per oleh 4 merek yang memiliki peminat terbanyak. Sampel yang telah di pilih tersebut di analisis kadar logam timbal menggunakan metode spektrofometri serapan atom. Analisis suatu sampel yang sudah dipilih dilakukan preparasi terlebih dahulu dengan metode destruksi. Metode destruksi ini yang berfungsi untuk memutus ikatan diantara senyawa organik dengan logam yang akan di analisis, agar unsur-unsur tersebut tidak saling mengganggu satu dengan yang lainnya, maka salah satu unsurnya harus di hilangkan, dengan adanya © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license proses destruksi maka diharapkan yang tertinggal hanya logam. Pencernaan basah digunakan dalam penelitian ini karena dapat mengidentifikasi unsur-unsur dengan nilai konsentrasi rendah. Dengan bantuan asam pengoksidasi pekat dan panas, pencernaan basah itu sendiri dapat menguraikan bahan organik dalam sampel. Dalam hal ini diketahui bahwa penggunaan destruksi basah dapat melihat hasil konsentrasi yang rendah. Berdasarkan hasil penetapan kadar logam timbal yang telah dilakukan diketahui bahwa dari 12 sampel lipstik yang dianalisis semuanya mengandung logam timbal yang memenuhi batas yang di tetapkan oleh BPOM RI. Penggunakan terus-menerus atau dalam jangka panjang harus berhati- hati, karena mempertimbangkan konsep timbal yang dapat berkumpul dan mempercepat tubuh menyebabkan kerusakan pada kemampuan tubuh bagian dalam. Timbal yang masuk ke tubuh manusia akan digunakan dan akan menetap sekitar 90% di jaringan keras seperti gigi dan tulang, sementara 10% lainnya akan mendapatkan jaringan halus yang nyaman seperti otak besar, hati dan ginjal. Dari hasil pemeriksaan sampel yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai timbal tertinggi didapatkan pada sampel L II (10,896 µg/g). Timbal (Pb) pada produk lipstik sendiri dapat muncul dari polusi dari peralatan kreasi yang mengandung timbal dan terbuat dari cat atau kontaminasi yang terkandung di dalamnyakomponen yang digunakan untuk membuat lipstik Menurut Augustina (2017), lipstik sengaja dicampur dengan timbal agar menjadi kokoh. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa beberapa pembuatan lipstik dengan sengaja menggunakan timbal sebagai bahan dasar. Pencemaran tinggi mungkin akan diperoleh karena pilihan bahan mentah berkualitas rendah oleh produsen yang membuat produk. Kebalikannya mungkin adalah situasi dengan kode uji LII (0,471) yang menunjukkan kekotoran timbal yang paling berkurang di mana produsen memilih komponen berkualitas yang tidak dimurnikan sehingga lipstik rendah polusi. Penelitian Sihite et al. identik dengan yang satu ini. Pada tahun 2015, pasar tisah kota medan menemukan kadar timbal mulai dari 0,121 hingga 2,010 ppm pada lipstik. Dalam hal ini diketahui bahwa ada beberapa produsen yang dengan sengaja memilih bahan baku dengan kualitas rendah yang membuat cemaran timbal di dalamnya tinggi dan juga produsen yang menggunakan bahan dasar yang memiliki kualitas tinggi serta kandungan timbal yang rendah dan aman untuk digunakan. Selain karena bahan tidak dimurnikan berkualitas buruk, zat timbal dalam produk perawatan kecantikan juga dapat disebabkan oleh pencemaran yang disebabkan oleh penggunaan zat atau warna yang tidak dimurnikan yang mengandung timbal, seperti yang diungkapkan oleh BPOM RI. Hal inimenunjukkan bahwa kandungantimbal pada lipstik yang beredar di Pasar Gamping memenuhi standar dan dalam aturan yang sesuai dan telah ditetapkan oleh BPOM RI. © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license Kandungan timbal yang ditemukan dalam produk permukaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kekotoran dari bahan yang tidak dimurnikan yang digunakan atau klien dari nuansa dan warna yang mengandung timbal secara normal. Namun, timbal juga dapat terjadi ketika sampel mengandung ion lain yang tidak hilang atau terpisah selama penghancuran, sehingga hasil analisis rendah, dan jenis asam yang dipilih untuk merusak sampel. Dalam pernyataan tersebut diketahui bahwa kandungan timbal yang terdapat dalam kosmetik juga dapat disebabkan oleh kontaminasi atau penggunaan bahan baku kosmetik yang mengandung timbal secara alami, akan tetapi kandungan timbal dalam setiap produk dapat dikurangi dan tidak mebahayakan jika bahan baku yang digunakan oleh produsen adalah bahan yang berkualitass tinggi dan semua alat produksi telah dinyatakanaman untuk memproduksi kosmetik tersebut. Produsen dapat menghindari kadar timbal yang tinggi juga dengan cara memeriksa kembali hasil akhir produksi yang dilakukan sebelum produk tersebut dijual. Pencemaran timbal sendiri dapat terjadi secara alami yang telah terkandung dalam bahan baku tersebut. Timbal juga dapat terjadi karena bahan yang digunakan pada saat produksi kosmetik digunakan dalam pembuatan lipstik yang menggunakan pewarna yang mengandung timbal. Mengingat pedoman atau norma yang telah ditetapkan oleh BPOM RI nomor 17 tentang perubahan pedoman organisasi Nomor Kontrol Makanan dan Obat- obatan HK 03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 tentang prasyarat pencemaran logam mikroba dan berat dalam produk perawatan kecantikan menyatakan bahwa pembatasan pencemaran timbal dalam produk perawatan kecantikan adalah ≤ 20 μg/g. Konsekuensi uji zat logam berbobot timbal dengan memanfaatkan strategi spektrophometri asimilasi nuklir yang telah dilakukan menyatakan bahwa tidak ada contoh yang melampaui sejauh mungkin yang ditetapkan oleh BPOM RI. ## SIMPULAN Dapat diketahui berdasarkan hasil dan pembahasan cenderung beralasan bahwa contoh yang dicoba mengandung timbal, kadar timbal dalam lipstik berkisar antara 0,096- 10,896 μg / g dan semua contoh memenuhi prasyaratan BPOM. ## SARAN Untuk peneliti yang tertarik untuk mengarahkan eksplorasi pada masalah ini, adalah normal untuk memimpin pemeriksaan lebih lanjut dengan memasukkan berbagai faktor yang sangat kuat pada kandungan timbal dalam produk perawatan kecantikan yang berbeda, misalnya, pensil alis, bedak bayi dan lotion wajah untuk kemajuan eksplorasi di bidang toksikologi, terutama tentang tingkat logam dalam produk perawatan kecantikan. ## UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan Universitas Aisyiyah Yogyakarta dan manajemen Jurnal Sari Mutiara yang telah mengkaji dan menerbitkan artikel tersebut. © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license ## REFERENCES Agustina, K. (2017). Identifikasi penggunaan spektroskopi serapan atom, di identifikasi kandungan timbal lipstik yang dijual di Pasar Jombang Legi. Tesis. Jombang Aruan, D. G. R. (2020). Analisa Kadar Besi (Fe) Air Sumur Bor di Jalan Bakti Luhur Kelurahan Dwikora Medan. Jurnal Analis Laboratorium Medik, 5(2), 10–11. Effendi, N. d. (2014). Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb) pada Kosmetik Lipstik yang Beredar di Kota Makassar dengan Metode Serapan Atom. Jurnal AsSyifaa, 1, 84. Putri Dwi Miranti. 2015. Analisa Kadar Timbal (Pb) Pada Burung Ruak- Ruak Goreng yang Diperjual belikan Di Stasiun KeretaApi Tebing Tinggi Tahun 2015.Universitas Sari Mutiara Medan. Siahaan, M. A. (2019). Analisa Kadar Cemaran Logam Timbal (Pb) Metode SSA Pada Kerang Buluh Yang Diperjual belikan di Pasar Bengkok Pancing Medan. Jurnal Analis Laboratorium Medik , 4 (2). Sihite MH, Naria E, Nurmaini.(2015). Analisis kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan konsumen Dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di Pasar Petisah Kota Medan. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas SUMUT. © 2023 Jurnal Analis Laboratorium Medik. This is an open accessarticleunder the CC BY-SA license Tifanni, J. S (2019). Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Lipstik yang Diperjualbelikan di Pasar Sukaramai Kota Medan. Tesis. Medan: Politeknik Kesehatan RI Medan Jurusan Analis Kesehatan. Utomo, T. A. T. (2005). Health Quotient Cerdas Kesehatan Untuk Eksekutif. Jakarta: Grasindo.
2967f437-675d-494a-874c-a268807f5c4a
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/mediasi/article/download/11346/7115
## Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada UMKM Di Palembang Delfi Panjaitan 1 , Desy Lesmana 2 , Mutiara Maimunah 3 1 Universitas Katolik Musi Charitas, [email protected] 2 Universitas Katolik Musi Charitas, [email protected] 3 Universitas Katolik Musi Charitas, [email protected] ## ABSTRACT This study aims to determine the effect of promotion costs on company performance at MSMEs in Palembang City. The population of this research is all owners/managers of MSMEs in Palembang City. The sample in this study is the owner/manager of the food and/or beverage sector in the city of Palembang. The sample is set at 100 respondents. Data was collected by distributing questionnaires. The research analysis method used is simple linear regression. The results of the study indicate that promotion costs affect the company's performance on MSMEs in Palembang City. Keywords: promotion costs, company performance, sales volume . ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya promosi terhadap kinerja perusahaan pada UMKM di Kota Palembang. Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilik/pengelola UMKM di Kota Palembang. Sampel pada penelitian ini pemilik/pengelola UMKM sektor makanan dan atau minuman di Kota Palembang. Sampel ditetapkan sebanyak 100 responden. Data dikumpulkan dengan pembagian kuisoner. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya promosi mempengaruhi kinerja perusahaan pada UMKM di Kota Palembang. Kata Kunci : biaya promosi, kinerja perusahaan, volume penjualan. ## A. PENDAHULUAN Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini sangat berkembang pesat, terutama sektor makanan dan minuman. Akibatnya terjadi persaingan antara UMKM tersebut yang ketat. Masing-masing UMKM tentunya ingin menjadi yang terbaik dan menguasai pangsa pasar. Untuk itu diperlukan kegiatan yang akan mendukung UMKM untuk bertahan dalam persaingan bisnis. Kegiatan yang paling mendukung untuk menghadapi persaingan, yaitu pemasaran. Pemasaran merupakan kegiatan yang saling berkaitan. Kegiatan marketing mix terdiri dari produk, harga, saluran distribusi, dan promosi (Swastha, 2008 : 42). UMKM dalam mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba berusaha untuk meningkatkan laba penjualannya. Laba tercermin dari volume penjualan, sehingga harus selalu meningkatkan volume penjualan. Untuk meningkatkan volume penjualan dapat dilakukan dengan menentukan strategi pemasaran sesuai dengan keadaan perusahaan. Volume penjualan UMKM tergantung dari banyakanya konsumen yang membeli produknya. Untuk menarik minat konsumen dapat melakukan kegiatan promosi. Promosi merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya yang akan menarik minat konsumen untuk membeli. Dengan dilakukannya promosi diperkirakan akan semakin meningkatkan volume penjualan dan laba juga meningkat. Pandemi covid-19 menimbulkan krisis yang sangat besar untuk bisnis ISSN 2685-6530 E-ISSN 2722-5577 https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/mediasi palembang.ac.id/index.php/Ekonomika/index perhotelan dan industri makanan dan minuman seperti hotel, restoran, dan bar. Banyaknya restoran yang terpaksa tutup karena kebijakan lock down dan pembatasan interaksi sosial pada awal tahun 2020. Hal ini juga mempengaruhi kondisi konsumen yang cenderung menghindari interaksi dengan orang lain ditempat umum. Indonesia masih berada pada tahap penyesuaian terhadap pandemi covid- 19. Indonesia mengalami dampak akibat covid-19 salah satunya hampir seluruh sektor bisnis yang berkaitan dengan food and beverages. Bisnis seperti restoran menjadi sektor terparah pertama dan disusul oleh restoran cepat saji dan layanan pesan antar. Kebijakan pemerintah mengendalikan penyebaran Covid-19 sangat berpengaruh kepada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sektor ini terpukul di awal pandemi covid-19 dan bisa kembali bangkit di akhir 2020 karena ada pelonggaran. Namun kembali terpuruk akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Peralihan kebijakan PSBB transisi menuju era new normal membuka harapan pelaku usaha untuk bangkit. Berdasarkan temuan yang ada, sebanyak 78% responden mengaku mengalami penurunan omset dengan kategori yang terbesar terdapat pada penurunan lebih dari 20%. Penurunan yang terjadi hampir menimpa seluruh bidang usaha. Dalam data, terdapat tiga jenis usaha yang mengalami penurunan paling besar salah satunya adalah kuliner sebanyak 43,09%. Meski mayoritas melakukan pemasaran melalui online dan offline, hal ini tetap tidak dapat memperbaiki kegiatan usaha yang ada karena efek pandemi yang menyeluruh dan mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen. Pandemi telah merubah banyak hal, termasuk cara berbisnis. Agar bisa bertahan, bisnis perlu beradaptasi dan merubah strategi. Banyak bisnis mulai mengalami penurunan penjualan yang drastis bahkan tidak memiliki pelanggan sama sekali karena sudah mulai beraktivitas di rumah. Banyak pengusaha yang melakukan strategi penjualan seperti pemasaran untuk meningkatkan kembali bisnis. Perusahaan dapat mengembangkan strategi pemasaran produk dengan mulai menggunakan media digital saat melakukan promosi karena konsumen lebih banyak menghabiskan waktu dan beraktivitas di rumah. Berdasarkan fenomena ini, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Kinerja Perusahaan pada UMKM di Kota Palembang.“. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah biaya promosi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada UMKM di Kota Palembang. ## B. KAJIAN TEORI Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan telah diperhitungkan secara tepat. Menurut Mulyadi (2015:8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau kemungkinan akan terjadi tujuan tertentu. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomi yang telah terjadi atau potensial terjadi yang diukur dalam satuan uang untuk mencapai tujuan tertentu. Penggolongan adalah proses pengelompokkan secara sistematis asal keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan tertentu yang lebih ringkas untuk mendapatkan informasi. Menurut Mulyadi (2015:13) biaya digolongkan sebagai berikut: 1. Menurut objek pengeluaran Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai objek pengeluaran seperti pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut biaya telepon. 2. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan Biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. b. Biaya pemasaran, yaitu biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk seperti biaya iklan, biaya promosi, dan biaya sampel. c. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk seperti gaji bagian akuntansi dan gaji personalia. 3. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai ada dua golongan yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi dimana penyebabnya karena ada yang harus dibiayai berkaitan dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai dalam hubungannya dengan produk seperti biaya overhead pabrik. 4. Menurut perilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan biaya dibagi menjadi 4 yaitu biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel, dan biaya semi fixed. 5. Menurut jangka waktu dan manfaatnya dibagi menjadi dua yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang memberikan manfaat pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan memberikan manfaat ada periode akuntansi yang akan dating. Sedangkan pengeluaran pendapatan merupakan pengeluaran yang memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan memperoleh laba. Kegiatan pemasaran memiliki arti penting bagi suatu perusahaan. Jika kegiatan pemasaran gagal maka kegiatan pokok lainnya akan terganggu sehingga tujuan perusahaan sulit dicapai. Menurut Freddy Rangkutu (2009:205) biaya promosi adalah biaya pemasaran atau penjualan yang meliputi seluruh biaya yang diperoleh untuk menjamin pelayanan konsumen dan menyampaikan produk jadi atau jasa ke tangan konsumen. Menurut Freddy Rangkutu (2009:207) volume penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan perusahaan, semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan, semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan. ## Kegiatan Promosi ## 1. Periklanan Periklanan adalah penggunaan media untuk memberitahukan kepada konsumen tentang sesuatu dan mengajak mereka melakukan sesuatu. Komunikasi non individual dengan sejumlah biaya melalui berbagai media (Basu Swastha, 2009: 223) 2. Personal selling Personal selling merupakan cara berkomunikasi dengan orang secara individual yang lebih fleksibel . Di lain pihak kegiatan ini akan memberikan beban ongkos yang semakin besar jika penggunaannya sangat luas. 3. Publisitas Publisitas dapat didefinisikan sejumlah informasi tentang barang, seseorang yang disebar-luaskan ke masyarakat tanpa dipungut biaya (Basu Swastha, 2009: 229) Biaya pemasaran atau penjualan yang meliputi seluruh biaya yang diperoleh untuk menjamin pelayanan konsumen dan menyampaikan produk jadi dan jasa ke tangan konsumen (Freddy, 2009:205). Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan penjualan Henry Simamora (2004:762). Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa biaya promosi merupakan biaya yang akan mendukung perusahaan dalam meningkatkan pendapatan dari penjualan produk yang diproduksi perusahaan. Adapun jenis biaya promosi menurut Mulyadi (2015:530) adalah sebagai berikut : a. Biaya iklan Biaya iklan adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk iklan cetak, iklan radio/tv, kemasan, sistem pos, katalog, dll. Digunakan untuk membangun citra jangka panjang pada suatu produk. b. Biaya hubungan masyarakat Biaya hubungan masyarakat merupakan biaya yang dikeluarkan dalam bentuk konferensi pers, seminar, laporan tahunan, sponsor, dll. c. Biaya promosi penjualan Biaya promosi penjualan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendorong penjualan suatu produk atau jasa dalam bentuk sampling, pameran, dll. d. Biaya penjualan personal Biaya penjualan personal adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk presentasi penjualan, pameran perdagangan, dll. Bertujuan untuk melakukan penjualan dengan cara membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembelian. ## Anggaran Biaya Promosi Anggaran biaya promosi disusun tergantung besar kecilnya perusahaan. Jenis produk yang dihasilkan dan ragam kegiatan yang ada pada masing-masing perusahaan. Anggaran promosi yang disusun harus realistis berdasarkan analisis yang diteliti mengenai setiap tindakan yang akan dilakukan. Fungsi dari anggaran promosi adalah sebagai alat pedoman kerja, pengkoordinasian kerja, dan alat pengawas kerja. ## Perlakuan Akuntansi Untuk Biaya Promosi Pada umumnya biaya promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh badan/perorangan dalam rangka memperkenalkan pemakaian suatu produk baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mempertahankan atau meningkatkan penjualan, maka biaya promosi dibebankan langsung sebagai biaya. ## Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja perusahaan bisa dilihat dari kinerja penjualan. Anggit, et al (1990) memberikan suatu intrumen pengukuran kinerja penjualan secara objektif, yaitu dengan menggunakan pengukuran volume penjualan dan porsi pasar. Menurut Basu Swastha (2009:403) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka untuk menciptakan hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan diartikan juga sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang bagi mereka yang memerlukan uang menurut harga yang ditentukan atas penjualan bersama. ## Volume Penjualan Volume penjualan adalah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pembelian tertentu Basu Swastha (2008:414). Ada beberapa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan diantaranya adalah : 1. Menjajakan produk sedemikian rupa sehingga konsumen melihat. 2. Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk dapat menarik konsumen. 3. Mengadakan analisa pasar. 4. Menentukan pangsa pasar. 5. Mengadakan pameran. 6. Membuat potongan harga atau discount . Menurut Basu Swastha (2009:129) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan sebagai berikut : 1. Kemampuan penjualan Transaksi jual beli secara komersial atas barang dan jasa pada prinsipnya melibatkan dua pihak yaitu penjual dan pembeli. Peranan penjual adalah meyakinkan kepada pembeli agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan. 2. Kondisi pasar Pasar sebagai kelompok pembeli yang menjadi sasaran dalam penjualan dapat mempengaruhi kegiatan penjualan. 3. Modal Apabila lokasi pembelian jauh dari tempat penjualan, penjual harus memperhatikan barangnya ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya transportasi, tempat peragaan, dan usaha promosi yang mengarah pada pengadaan modal yang cukup. 4. Faktor lain Faktor lain seperti periklanan, peragaan, pemberian hadiah sering mempengaruhi tingkat pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Analisa volume penjualan adalah suatu studi yang mendalam tentang masalah penjualan bersih laporan laba rugi. Manajemen perlu menganalisa volume total dan volume penjualan itu sendiri yang didasarkan analisa line dan analisa segmen pasar seperti teritorial, kelompok pembeli, dan sebagainya Basu Swastha (2009: 141). ## Hubungan Promosi dan Penjualan Pengertian promosi penjualan berbeda dengan promosi, promosi merupakan istilah yang menggambarkan suatu bidang yang luas. Menurut Nickels promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran selain periklanan, personal selling , maupun publisitas yang mendorong efektivitas pembelian konsumen Basu Swastha (2009: 279). Biasanya kegiatan promosi penjualan dilakukan bersama dengan kegiatan promosi yang lain, dan biasanya relatif lebih murah dibandingkan periklanan dan personal selling . Promosi penjualan juga lebih fleksibel karena dapat dilakukan setiap saat. Pada umumnya perusahaan yang ingin mempercepat proses peningkatan volume penjualan akan melakukan kegiatan promosi melalui iklan, personal selling , pemasaran langsung, dll. Apabila volume penjualan dirasakan cukup besar sesuai dengan yang diinginkan serta cukup mantap, biasanya perusahaan menurunkan kegiatan promosi. Akan tetapi seringkali terjadi penurunan penjualan sewaktu perusahaan menghentikan atau mengurangi promosi. Hal ini disebabkan karena beberapa hal seperti konsumen kehilangan daya tarik, produk mulai terlupakan oleh produk pesaing. Salah satu diadakannya promosi adalah untuk meningkatkan volume penjualan. Promosi berpengaruh terhadap penjualan. Promosi penjualan perlu dilakukan meskipun secara berkala agar produk tetap dikenal masyarakat atau konsumen sehingga volume penjualan tetap terjaga (Swastha, 2008). ## Pengertian Laba Laba biasanya mengacu pada surplus atau kelebihan pendapatan atas biaya. Oleh karena itu, banyak teori mengenai laba yang dikembangkan para ahli sesuai dengan kondisi yang ada. Menurut Harnanto (2002) laba merupakan kenaikan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi dan kejadian yang terjadi pada suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi. Dalam definisi diatas, laba merupakan kenikmatan dari penggunaan modal, namun perusahaan ada bukanlah kenikmatan. Tujuannya adalah mendatangkan arus kekayaan demi keuntungan pemiliknya. Laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, oleh karena itu memperoleh laba merupakan suatu tujuan utama suatu usaha. ## Jenis-jenis Laba Didalam laporan laba/rugi terdapat berbagai jenis laba, menurut Smith dan Skhousen penerjemah Bob Sabran sebagai berikut : a. Laba kotor Merupakan selisih antara hasil penjualan bersih dengan harga pokok barang yang dijual. b. Laba operasi Adalah laba kotor setelah dikurangi dengan biaya komersil seperti biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum. c. Laba sebelum dikurang pajak Adalah jumlah laba yang diperoleh dengan menambahkan laba operasi dengan hasil lainnya yang dikurangi biaya yang terjadi diluar aktivitas normal perusahaan. ## d. Laba bersih Adalah sejumlah keuntungan bersih perusahaan setelah dikurangi semua biaya dan pajak. Bagian dari laba bersih inilah yang akan dibagikan sebagai deviden kepada para pemegang saham. ## Pengertian Laba Operasional Laba terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah laba operasional. Laba operasional adalah pendapatan dikurangi harga pokok yang dijual dan dikaitkan dengan beban operasi terhadap kegiatan bisnis dari kesatuan normal Soemarso (2005). Menurut Amir Abdi Jusuf (2004) laba operasional adalah selisih pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha perusahaan dikurangi dengan beban usaha langsung dari kegiatan operasional. Berdasarkan definis diatas, laba operasional hanya dihasilkan melalui kegiatan bisnis perusahaan dan tidak termasuk kegiatan diluar aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan. ## Pengembangan Hipotesis Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan Biaya promosi sangat berpengaruh dalam meningkatkan volume penjualan, hal ini diperkuat oleh pernyataan Buchari Alma (2007:157) bahwa pada umumnya apabila dana bertambah untuk kegiatan marketing maka jumlah penjualan meningkat. Menurut Eny Kustiyah (2009) bahwa salah satu jalan untuk menarik dan meningkatkan volume penjualan adalah promosi. Setelah masyarakat mengenal, mengetahui barang yang dipromosikan maka diharapkan mereka mau mencoba membelinya. Dengan demikian tujuan perusahaan untuk menaikkan jumlah penjualan kemungkinan besar akan tercapai. Menurut Basu Swastha (2009:345) promosi dapat dikatakan sebagai komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjualan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran. Sedangkan menurut Carter (2009:64) promosi adalah komunikasi informasi antara penjual dan calon pembeli dalam saluran untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Kegiatan promosi yang dilakukan suatu perusahaan, tentu saja memerlukan anggaran yang cukup mendanai agar tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan penjualan dapat tercapai. Sasaran promosi dapat tercapai apabila perusahaan menganggarkan biaya promosi yang memadai. Dengan adanya biaya promosi yang memadai diharapkan dapat membantu perusahaan dalam memasarkan produknya. Banyak hal dilakukan oleh perusahaan dilakukan oleh perusahaan didalam mendukung kegiatan promosi misalnya dengan: periklanan, personal selling , dan publisitas . Promosi penjualan untuk meningkatkan volume penjualan. Pada masa pandemi ini setiap perusahaan harus menyadari bahwa dunia usaha di Indonesia telah memasuki persaingan yang tajam. Dalam keadaan demikian sifat pasar berubah dari sales market menjadi buyer market , yaitu penjual menjadi pembeli. Sebab peranan dari market semakin kompleks dan dianggap penting. Disini timbul suatu masalah bagaimana usaha pemasaran harus dijalankan. Salah satunya cara untuk menarik konsumen dan memberi faktor apakah yang erat dalam mempengaruhi volume penjualan adalah promosi. Dengan demikian tujuan perusahaan menaikkan jumlah penjualan kemungkinan akan tercapai. Melihat pernyataan tersebut maka biaya promosi tentunya memberikan pengaruh terhadap volume penjualan. Dengan demikian perumusan hipotesis tersebut dapat ditulis sebagai berikut : H 1 = Biaya promosi berpengaruh terhadap volume penjualan. ## C. METODE PENELITIAN Berdasarkan fenomena yang diteliti, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2019), penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya promosi dan terhadap kinerja perusahaan pada UMKM di Kota Palembang. Data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisa, selanjutnya akan ditarik kesimpulan. Menurut Sugiyono (2017: 80) populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Yang menjadi populasi penelitian ini adalah laporan biaya promosi dan laporan volume penjualan UMKM di Kota Palembang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2019: 85). Teknik ini dilakukan atas dasar pertimbangan sendiri artinya bahwa dalam pengambilan sampel peneliti memilih langsung objek atau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sendiri. Oleh karena itu, yang menjadi sampel penelitian ini adalah UMKM sektor makanan dan minuman di Kota Palembang. ## Teknik Pengumpulan Data Pada tahap penelitian ini data primer dapat diperoleh dengan beberapa teknik: 1. Observasi lapangan, yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data yang berkenaan dengan struktur organisasi, dan aktivitas karyawan dalam menjalankan tugas dan wewenang tugas masing-masing. 2. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data melalui dokumen pada objek penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 3. Kuesioner, yaitu salah satu instrumen krusial dalam pengumpulan data penelitian, khususnya pengumpulan data primer. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti adalah teknik survei dengan menyebarkan kuesioner. Survei adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu. Menurut Sugiyono (2019) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. ## Metode Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan lainnya (Bogdan dalama Sugiyono, 2013: 244). Metode analisis data untuk mengukur variabel dalam penelitian ini menggunakan software SPSS dengan cara memasukkan hasil dalam variabel yang akan diuji. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ## 1. Analisis regresi linear sederhana Hal ini dikarenakan penulis akan melakukan suatu peramalan dimana dalam peramalan tersebut melibatkan dua variabel, yaitu variabel independen (biaya promosi terhadap perusahaan pada UMKM di kota Palembang) dan variabel dependen (volume penjualan pada perusahaan UMKM di kota Palembang). Variabel dependen disini diduga berdasarkan satu variabel independen. Dalam analisis regresi tersebut hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen merupakan hubungan yang linear dan hubungan ini merupakan hubungan statistikal, artinya tidak ada nilai variabel dependen yang pasti untuk setiap nilai variabel independen yang diketahui. Kegiatan perekonomian sangat kompleks sehingga harus dibuat gambaran yang sederhana mengenai hubungan suatu peristiwa dengan faktor yang mempengaruhinya. Volume penjualan dipengaruhi oleh empat faktor utama yang merupakan unsur marketing mix, yaitu produk, struktur harga, biaya saluran distribusi, dan biaya promosi. Dalam penelitian ini volume faktor lain seperti pendapatan konsumen, selera konsumen, retailer dianggap tetap. Ada beberapa asumsi yang mendasari analisis regresi linear sederhana yaitu: a) Variabel independen dan dependen mempunyai hubungan linear. Persamaan linear dinyatakan dengan : Yi = α + βXi + ei Keterangan : Yi = Nilai variabel dependen dalam observasi ke-i. α = Parameter pertama dari persamaan regresi yang menunjukkan nilai Y apabila X = 0. β = Parameter kedua dari persamaan regresi yang menunjukkan slope dari garis regret. ei = Random eror dalam observasi ke-i, berkaitan dengan proses sampling dan nilainya tetap. b) Variabel dependen adalah variabel random kontinyu, sedangkan variabel independen adalah serangkaian nilai yang ditentukan dan bukan random. Variabel independen X adalah variabel yang nilainya sudah dirancang, sedangkan variabel Y nilainya diperoleh melalui proses sampling. Nilai e merupakan sampling eror yang berhubungan dengan variabel random dependen. c) Distribusi kondisional variabel dependen, untuk berbagai nilai variabel independen tertentu semua berdistribusi normal. d) Varian dari distribusi kondisional variabel dependen untuk berbagai nilai variabel independen tertentu semuanya sama atau homogen. e) Nilai observasi yang satu dengan yang lain dari variabel random tidak berkorelasi. Persamaan regresi linear untuk menduga nilai variabel dependen Y (volume penjualan perusahaan UMKM di kota Palembang) berdasarkan nilai variabel independen X (biaya promosi pada perusahaan UMKM di kota Palembang) tertentu dinyatakan dengan: Y = α + Bx . Langkah dalam menganalisis data : 1. Mendeskripsikan data biaya promosi perusahaan. 2. Mendeskripsikan data volume penjualan perusahaan. 3. Melakukan uji normalitas data biaya promosi dan volume penjualan dengan aplikasi SPSS, yaitu uji one sample Kolmogorov-smirnov test yang hasilnya adalah : a. Descriptive statistics Pada bagian ini dilihat jumlah sampel, rata-rata, standar deviasi, nilai terkecil, dan nilai terbesar dari dua variabel yang akan diuji normalitas yakni variabel Y (volume penjualan) dan variabel X (biaya promosi). b. One sample Kolmogorov-smirnov test Pada tabel ini berisi hasil uji normalitas, pengujiannya sebagai berikut : 1. Hipotesis H0 = Data volume penjualan dan biaya promosi berdistribusi normal. Ha =Data volume penjualan dan biaya promosi tidak berdistribusi normal. 2. Ketentuan H0 = Ditolak, jika nilai signifikansi hasil analisis < level signifikansi α = 0,05. Ha = Tidak ditolak, jika nilai signifikansi hasil analisis > level signifikansi α = 0,05. 3. Kesimpulan Apabila nilai signifikansi hasil analisis lebih besar dari level signifikansi α = 0,05, maka H0 tidak ditolak dan kesimpulannya distribusi data volume penjualan dan biaya promosi normal. Setelah itu dapat dilakukan analisis regresi. 4. Menganalisis data biaya promosi dan data volume penjualan dengan SPSS yang hasil analisis regresinya adalah : a. Descriptive statistics Pada bagian ini diperlihatkan deskripsi dari kedua variabel yang akan diregresikan. Yakni variabel Y (Volume penjualan ) dengan X (biaya promosi). Isi deskripsi tersebut adalah rata-rata ( means) , standar deviasi dan jumlah kasus (N). b. Correlations Pada bagian ini ditunjukkan hasil koefisien korelasi. Sebab pada dasarnya dalam melakukan uji regresi perlu dicek terlebih dahulu tingkat korelasinya. c. Model summary Presentase kontribusi yang diberikan oleh X (biaya promosi) terhadap Y (volume penjualan) ditampilkan dalam output ini. ## d. Coefficients Pada tabel ini dikemukakan nilai koefisien a dan b serta harga t- hitung serta tingkat signifikansi. Nilai t adalah nilai yang berguna untuk pengujian, apakah biaya promosi berpengaruh terhadap volume penjualan atau tidak. Proses pengujiannya adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis Biaya promosi merupakan salah satu faktor dalam pemasaran yang dapat mempengaruhi volume penjualan selain penetapan harga, produk, dan distribusi (Swastha, 2009:27). Melihat pernyataan tersebut maka biaya promosi tentunya memberikan pengaruh terhadap volume penjualan. Dengan demikian perumusan hipotesis tersebut dapat ditulis sebagai berikut : H0 = Biaya promosi tidak berpengaruh terhadap volume penjualan. Ha = Biaya promosi berpengaruh terhadap volume penjualan. 2. Ketentuan Untuk menguji apakah H0 ditolak atau tidak ditolak maka dilakukan uji signifikansi dengan level signifikansi α = 0,05 yang berarti kemungkinan peneliti salah dalam menolak H0 sebesar 5%. H0 = Ditolak, jika nilai signifikansi hasil analisis < level signifikansi α = 0,05 dan t-hitung > t-tabel. H0 = Tidak ditolak, nilai signifikansi hasil analisis > level signifikansi α = 0,05 dan t-hitung < t-tabel. 3. Kesimpulan Dalam kesimpulan ini peneliti melakukan perbandingan antara probabilitas (signifikansi) hasil analisis dengan level signifikansi α = 0,05 dan juga perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel. Jika hasil perbandingan menunjukkan probabilitas hasil analisis lebih kecil dari 0,05 dan t-hitung lebih besar dari t-tabel maka H0 ditolak, dan kesimpulannya adalah biaya promosi pada Perusahaan UMKM di kota Palembang berpengaruh terhadap volume penjualan pada Perusahaan UMKM di kota Palembang. Jika hasil perbandingan menunjukkan bahwa probabilitas hasil analisis lebih dari atau sama dengan 0,05 dan t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka H0 tidak ditolak, dan kesimpulannya adalah biaya promosi pada Perusahaan UMKM di kota Palembang tidak berpengaruh terhadap volume penjualan. ## 2. Uji Instumen Penelitian Uji instrument penelitian adalah uji kualitas data. Uji kualitas data dilakukan dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas seperti dibawah ini : ## a. Uji Validitas Uji validitas untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dengan r software SPSS 25 dan hasilnya dibandingkan dengan r tabel dengan = 0,05, n = 107, dan degree of freedom (df) = 107-2 = 105, sedangkan r tabel = 0,1900. Berarti jika maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. b. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas dilakukan melalui koefisien reliabilitas dan apabila koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 maka secara keseluruhan pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliable). ## 3. Uji Normalitas Merupakan teknik membangun persamaan garis lurus untuk membuat penafsiran, agar penafsiran tersebut tepat maka persamaan yang digunakan untuk menafsirkan juga harus tepat. Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik. Berdasarkan definisi tersebut maka tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji normalitas P-P Plot of Regression Standardized Residual dan uji statistik non-parametrik. Yang dimana uji normalitas P-P Plot of Regression Standardized Residual digunakan untuk melihat model regresi normal atau tidaknya dengan syarat, data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila sebaran titik-titik berada di sekitar garis diagonal, maka nilai tersebut normal. Dan sebaliknya, apabila data menyebar jauh dari diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan, uji statistik non-parametrik dengan Kolmogrov Smirnov (K-S) memiliki kriteria dimana tingkat signifikan (α) = 5 %. Menurut Ghozali (2016) kriteria pengujian ini yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Apabila nilai sig > 0,05, maka data berdistribusi normal. 2. Apabila nilai sig < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. ## D. HASIL DAN PEMBAHASAN ## Profil Responden Dalam menggambarkan profil responden dalam penelitian ini, peneliti menguraikan menurut jenis kelamin, usia, melakukan promosi penjualan, dan jenis usaha. Responden dalam penelitian ini sebanyak 107 responden yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini: Tabel Profil Responden No. Profil Jumlah Responden Persentase 1. Berdasarkan Jenis Kelamin a. Laki-Laki 68 63,6% b. Perempuan 39 36,4% 2. Berdasarkan Usia a. Dibawah 18 Tahun 3 2,8% b. 19-25 Tahun 29 27,1% c. 26-35 Tahun 46 43,0% d. 36-45 Tahun 17 15,9% e. 46 Tahun Keatas 12 11,2% 3. Berdasarkan Melakukan Promosi Penjualan a. Ya 107 100% b. Tidak 0 0% 5. Berdasarkan Jenis Usaha a. Sektor Makanan 53 49,5% b. Sektor Minuman 9 8,4% c. Sektor Makanan dan Minuman 45 42,1% Sumber: Data Primer Diolah 2022 Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 68 responden atau sebesar 63,6%. Kemudian sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 responden atau sebesar 36,4%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar laki-laki lebih memiliki keahlian dalam berwirausaha dan lebih menyukai persaingan yang kompetitif dibandingkan perempuan serta laki-laki lebih kuat dalam menghadapi masalah yang terjadi dan suka mengambil resiko. Untuk profil responden berdasarkan usianya diketahui sebanyak 3 responden atau sebesar 2,8% berusia dibawah 18 tahun, sebanyak 29 responden atau sebesar 27,1% berusia 19-25 tahun, sebanyak 46 responden atau sebesar 43% berusia 26- 35 tahun, sebanyak 17 responden atau sebesar 15,9% berusia 36-45 tahun, sedangkan sisanya 8 responden atau sebesar % berusia 46 tahun keatas. Berdasarkan hasil usia di atas bahwa semua responden sangat bervariasi usianya. Berdasarkan hasil usia juga diketahui bahwa responden didominasi dengan usia 26- 35 tahun. Berdasarkan hasil usia dapat dikatakan bahwa usia belum tentu menentukan keberhasilan seseorang karena untuk menjalankan suatu usaha dibutuhkan keterampilan dan keahlian dalam berbisnis. Untuk profil responden berdasarkan melakukan promosi penjualan diketahui bahwa semua responden sebanyak 100 responden melakukan promosi penjualan dikarenakan saat menyerahkan kuesioner peneliti sudah menanyakan atas melakukan promosi penjualan. Untuk profil responden berdasarkan jenis usaha diketahui bahwa sebanyak 9 responden atau sebesar 8,4% bergerak di bidang minuman, sebanyak 45 responden atau sebesar 42,1% yang bergerak di bidang makanan dan minuman, dan sisanya sebanyak 53 responden atau sebesar 49,5% bergerak di bidang makanan. Berdasarkan hasil jenis usaha ini dapat diketahui bahwa tenant food court yang mendominasi berada di sektor makanan. Hal ini dikarenakan makanan ringan banyak diincar oleh para remaja bahkan orang dewasa dimana mereka akan duduk di tenant tersebut sambil berbincang-bincang dan menghabiskan waktu luangnya. Selain ini, makanan ringan atau snack pun bisa dibawa kemana-mana sehingga konsumen tidak hanya duduk di tenant untuk menghabiskannya melainkan bisa sambil berjalan. ## Tabel Analisis Deskriptif Variabel Biaya Promosi Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Biaya Promosi 107 14.000 25.000 20.57009 2.923916 Volume Penjualan 107 18.000 25.000 21.20561 1.658246 Valid N (listwise) 107 Sumber: Data Primer Diolah, 2022 Berdasarkan tabel diatas diperoleh N atau jumlah data setiap variabel yang valid berjumlah 107, dari 107 data sampel Biaya Promosi (X), nilai minimum sebesar 14, nilai maksimum 25, nilai mean sebesar 20,57, serta nilai standar deviasi sebesar 2,924 yang artinya nilai mean lebih besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah, maka penyebaran nilainya merata. Volume Penjualan (Y) dari 107 buah sampel diketahui bahwa nilai minimum sebesar 18, nilai maksimum 25, nilai mean sebesar 21,21, serta nilai standar deviasi sebesar 1,66 yang artinya nilai mean lebih besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah, maka penyebaran nilainya merata. ## Uji Validitas Uji validitas untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dengan r software SPSS 25 dan hasilnya dibandingkan dengan r tabel dengan α = 0,05, n = 107, dan degree of freedom (df) = 107-2 = 105, sedangkan r tabel = 0,1900. Berarti jika maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. ## Tabel Hasil Uji Validitas Data Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Y1 37.2710 16.879 .044 .785 Y2 37.3738 16.199 .187 .769 Y3 37.6636 14.867 .359 .751 Y4 37.5514 15.853 .204 .770 Y5 37.8131 14.682 .361 .751 X1 37.2617 14.931 .606 .728 X2 37.4766 14.082 .684 .713 X3 37.7664 13.011 .706 .699 X4 37.6075 13.637 .635 .713 X5 38.1963 11.650 .609 .713 Sumber: Output SPSS 25 Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan SPSS 25 maka didapat hasil bahwa semua pertanyaan dikategorikan valid. Hal ini dikarenakan . Nilai didapat dari output R atas uji validitas, sedangkan nilai didapat dari jumlah sampel 107 dan nilai taraf signifikan sebesar 5%. ## Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas dilakukan melalui koefisien reliabilitas dan apabila koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 maka secara keseluruhan pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliable). ## Tabel Hasil Uji Reliabilitas Data No Variabel Nilai Cronbach’s Alpha (α) Nilai R Tabel Hasil 1 Biaya Promosi 0,762 0,60 Reliabel 2 Volume Penjualan 0,662 0,60 Reliabel Sumber: Output SPSS 25 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai α untuk masing-masing variabel yaitu variabel Biaya Promosi (X) dan Volume Penjualan (Y) memiliki nilai lebih besar dari 0,60. Sehingga dapat dikategorikan bahwa semua variabel dalam penelitian ini adalah reliabel. ## Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Data yang berdistribusi normal dalam suatu model regresi dapat dilihat dari hasil uji. One Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan tin gkat signifikan (α) = 5% atau 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05. Hasil pengolahan data uji normalitas dapat dilihat tabel dibawah ini: ## Tabel Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 107 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.27002436 Most Extreme Differences Absolute .069 Positive .069 Negative -.054 Test Statistic .069 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Output SPSS 25 Berdasarkan hasil tabel pengujian normalitas di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,200, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Selain menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk menguji data berdistribusi normal atau tidak, peneliti juga mengguakan uji normalitas P-P Plot of Regression Standardlized Residual yang digunakan untuk melihat model regresi normal atau tidaknya dengan syarat, data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila sebaran titik-titik berada di sekitar garis diagonal, maka nilai tersebut normal. ## Gambar Hasil Uji Normalitas ## Sumber: Output SPSS 25 Berdasarkan hasil pengujian normalitas diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik mengikuti garis diagonalnya sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. ## Uji Hipotesis Uji Regresi Linear Sederhana Dalam penelitian ini variabel independennya, yaitu biaya promosi (X) sedangkan variabel dependennya adalah volume penjualan (Y). Hasil Uji Regresi Linear Sederhana dapat dilihat pada tabel di bawah ini: ## Tabel Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig, Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 13.705 .881 15.562 .000 Biaya Promosi .365 .042 .643 8.603 .000 a. Dependent Variable: Volume Penjualan Berdasarkan tabel diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 13,705+0,365X1+ e Berdasarkan persamaan diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut: a. Nilai Konstanta (a) sebesar 13,705 yang berarti bahwa biaya promosi (X) dianggap konstanta maka nilai rata-rata volume penjualan (Y) sebesar 13,705. b. Apabila nilai koefisien regresi variabel pola pikir (X) meningkat sebesar 1 tingkat maka akan meningkat nilai variabel volume penjualan sebesar 0,365 dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap atau konstan. ## Uji Signifikansi Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh biaya promosi (X) terhadap variabel volume penjualan (Y). Apabila nilai Sig < 0,05, maka hipotesis ditolak dan apabila nilai signifikansi > 0,05, maka hipotesis tersebut diterima. Uji T dilakukan dengan cara membandingkan t tabel dengan t hitung . Setiap nilai T hasil perhitungan, akan dibandingkan dengan T tabel yang didapatkan menggunakan taraf nyata (nilai Sig). jika nilai t hitung > t tabel maka ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y) atau hipotesis diterima dan jika nilai t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y) atau hipotesis ditolak. Hasil dari uji t dapat disajikan dalam tabel berikut: ## Tabel Uji t Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig, Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 13.705 .881 15.562 .000 Biaya Promosi .365 .042 .643 8.603 .000 a. Dependent Variable: Volume Penjualan ## Hasil Uji Statistik T Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan Berdasarkan tabel dapat diperoleh nilai t hitung sebesar 8,603 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel sebesar 1,983 dan nilai Sig lebih kecil daripada 0,05. Dengan demikian maka H1 diterima yang berarti ada pengaruh pada variabel biaya promosi (X) terhadap variabel volume penjualan (Y). ## Uji Determinasi Uji determinasi berfungsi untuk mengetahui persentase besarnya pengaruh variabel independen dan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan nilai R Square. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen, yaitu biaya promosi. Sedangkan variabel dependennya adalah volume penjualan. ## Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin- Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .643 a .413 .408 1.276058 .413 74.004 1 105 .000 1.678 a. Predictors: (Constant), Biaya Promosi b. Dependent Variable: Volume Penjualan Hasil perhitungan pada tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R Square) yang diperoleh sebesar 0,413 atau sama dengan 41,3% yang berarti variabel biaya promosi (X) berpengaruh terhadap variabel volume penjualan (Y) sebesar 41,3%, sedangkan 58,7% lainnya dipengaruhi oleh variabel- variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. ## E. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya promosi terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya promosi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dalam melakukan penelitian ini peneliti memberikan beberapa saran, antara lain :Intrumen dalam mengumpulkan data penelitian adalah kuesioner tertutup, dimana respon dari responden tidak dapat ditanggap penelitin seluruhnya. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya menggunakan instrument lain, yaitu Teknik wawancara, dan kuesioner terbuka.Nilai R Square yang bernilai 41,3% yang berarti variabel biaya promosi (X) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Y) sebesar 41,3%, sedangkan 58,7% lainnya dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan faktor-faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. ## DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. (2007). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa . Edisi Revisi, Bandung CV. Alfabeta Carter.K William. (2009). Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi Keempat Belas , Jakarta:Salemba Empat. Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Mulyadi. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Penerbit:Media, Bogor Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Simamora, Henry. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga . Yogyakarta: STIE YKPN. Swasta, Basu. (2008). Manajemen Pemasaran Modern , Yokyakarta, Liberty. Swasta, Basu. (2009). Manajemen Penjualan . Yokyakarta : BPFE-Yokyakarta. .
0fd10146-4c00-4951-9087-3d316f338536
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/download/487/406
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin ## Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin 1 Esti Yuandari, SE.,M.Kes, 2 Fakhruddin Razy, SH.,MH, 3 R. Topan Aditya Rahman, S.Kom.,M.Kes 1,2,3 Universitas Sari Mulia Email: [email protected] https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2.487 ## Abstrak Latar Belakang: Pernikahan dini atau usia remaja antara dibawah 20 tahun di Indonesia masih tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan masalah, tidak hanya bagi pasangan tetapi juga bagi pemerintah. Masalah bagi pasangan yang menikah adalah belum kuatnya mental untuk menjalani biduk rumah tangga serta bahaya bagi kesehatan reproduksi khususnya pada pasangan wanita karena belum sempurnanya organ reproduksi, yang dapat menyebabkan gangguna kesehatan baik kesehatan ibu maupun bayinya, karena kelompok usia yang dianggap matang untuk melahirkan adalah usia 21-25 tahun. Sedangkan bagi pemerintah adalah meningkatnya angka kelahiran pada usia dibawah 20 tahun, perceraian, serta kekerasan dalam rumah tangga. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyebab terjadinya pernikahan dini, dampak pernikahan dini serta mengetahui solusi atau program pemecahan masalah pernikahan dini. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sampel adalah pasangan yang menikah dini, sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian adalah dengan menggunakan purposive sampling . Hasil: pernikahan dini dikota Banjarmasin disebabkan oleh beberapa factor diantaranya factor pendidikan, ekonomi, pergaulan, keinginan sendiri, dan married by accident. Pernikahan dini juga berdampak pada fisik, psikologis, dan ekonomi. Oleh karena itu langkah strategis untuk pemecahan masalah adalah melalui kerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Simpulan: untuk menekan angka pernikahan dini perlu ada dukungan dari semua pihak serta peran aktif dari masyarakat terutama dari keluarga. KUA diharapkan mampu menjadi filterisasi agar pernikahan dini tidak terjadi. Kata Kunci: Problematika, Pernikahan Dini, Remaja, Kesehatan Reproduksi Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin ## Early Age Marriage Problematic in Banjarmasin ## Abstract Background: Early marriage or adolescence between under 20 years old in Indonesia is still high, so this will cause problems, not only for couples but also for the government. The problem for married couples is that they are not mentally strong enough to undergo household hygiene and the dangers to reproductive health, especially in female partners due to incomplete reproductive organs, which can cause health problems both for the health of the mother and baby, because the age group considered ripe for childbirth is the age 21-25 years old. As for the government is the increase in birth rates under the age of 20 years, divorce, and domestic violence. Many factors cause early marriage. Objective: This study aims to examine the causes of early marriage, the impact of early marriage and find out solutions or early marriage problem solving programs. Methods: This study used a qualitative method with the sample being a couple who married early, while the sampling technique in the study was to use purposive sampling Result: Early marriage in the city of Banjarmasin is caused by several factors including factors of education, economy, relationships, self-will, and married by accident. Early marriage also impacts on the physical, psychological, and economic. Therefore a strategic step for problem solving is through collaboration with the Office of Religious Affairs. Conclusion: to reduce the number of early marriages there needs to be support from all parties and the active role of the community, especially from the family. Office of Religious Affairs is expected to be able to filter so that early marriage does not occur. ## Keywords: Problems, Early Age Marriage, Teens, Reproduction Health ## LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak didunia sebanyak 261 juta jiwa. Jumlah penduduk yang sangat besar ini menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia (BPS, 2017) .Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk melalui strategi dan kebijakan. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan dibentuknya Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN). BKKBN berperan dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yang dilakukan melalui pembentukan berbagai institusi yang salah satunya adalah membentuk program Genre, yang merupakan pengembangan dari Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Salah satu turunan dari program Genre adalah Pendewasaan Usia Perkawinan. (BKKBN, 2017) Pernikahan adalah bentuk komitmen antara laki-laki dan perempuan yang Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin menghalalkan keduanya untuk mengarungi kehidupan bahtera rumah tangga (Megawati, 2014). Pernikahan merupakan salah satu jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinana merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara social. Batas usia dalam melangsungkan perkawinan adalah penting, hal ini disebabkan karena dalam perkawinana menghendaki kematangan psikologis. Usia perkawinana yang terlau muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggungjawab dalam menajlani kehidupan sebagai suami dan istri. Pernikahan usia dini merupakan salah satu fenomena social yang masih sering terjadi di Indoensia. Tingginya angka pernikahan dini pemberdayaan law enforcement dalam hukum perkawinan masih rendah, walaupun Undang- Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, menyebutkan ketentuan Batasan perkawinan untuk warga Negara bagi perempuan adalah 16 tahun, namun dari segi kesehatan organ reproduksi wanita pada usia tersebut masih belum matang untuk mengalami kehamilan (UUD RI No 1 Tahun 1974). Dalam pernikahan dini ini banyak sekali dampak yang dapat ditimbulkan baik secara social, psikologi, dan kesehatan. Namun yang kita bahas saat ini adalah dampak yang berimbas pada kesehatan yang lebih khususnya masalah kesehatan reproduksi. Hal ini sangat penting untuk diulas karena kesehatan reproduksi berpengaruh pada kualitas janin yang dihasilkan, dan juga mempengaruhi tingkat kesehatan ibu. Karena majunya suatu negara dapat diimplikasikan dengan angka kematian ibu. Perkawinana usia muda menjadi alasan untuk meminimalisir pergaulan bebas. Corak pergaulan remaja saat ini telah banyak menyimpang dari norma-norma yang ada, terutama norma agama. Perkawinana usia muda dianggap sebagai sebuah solusi atas apa yang sering ditimbulkannya. Seperti contoh adalah perzinahan, tanpa disadari perkawinan hanya sebagai alasan melegalkan dorongan Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin seksual, tanap memikirkan dampak yang ditimbulkan akibat dari pernikahan usia muda tersebut. Hasil penelitian UNICEF di Indonesia (2002), menemukan angka kejadian pernikahan anak berusia 15 tahun berkisar 11%, sedangkan yang menikah di usia tepat 18 tahun sekitar 35%. Dari hasil Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa 2,6% pernikahan pertama kali terjadi pada usia kurang dari 15- 19 tahun (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data BPS (2008) bahwa angka perkawinan pertama dilakukan dibawah usia 16 tahun sebesar 11,23%. Provinsi Kalimantan Selatan menduduki peringkat pertama, dengan kriteria usia 10-14 tahun sebanyak 5,7% dan usia 15- 19 tahun sekitar 46%. (Banjarmasin Post, 2018) Salah satu faktor terjadinya pernikahan dini ini adalah diakibatkan oleh maraknya kasus seks pranikah yang dilakukan oleh remaja dewasa ini ( Yuandari, dkk, 2017). Disamping itu juga banyak studi literatur yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini, namun fenomena ini masih saja mengalami kenaikan jumlah kasusnya, hal ini dikarenakan hukum perkawinan masih rendah, sehingga menyebabkan adanya peluang untuk melegalkan pernikahan dan juga sering dipengaruhi oleh tradisi lokal. Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga pengusul tertarik untuk melakukan suatu kajian mengenai Problematika Pernikahan Dini di Kota Banjarmasin serta melanjutkan dampak dari penelitian terdahulu yang mengangkat mengenai Fenomena Seks Pranikah pada Remaja di Kota Banjarmasin. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk membuat suatu kebijakan atau program dalam menekan angka pernikahan dini di Kota Banjarmasin, serta diharapkan penelitian ini dapat memberikan luaran yang bermanfaat untuk pengembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya di bidang kesehatan. ## METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi dan desain Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin alat yang digunakan adalah melalui wawancara (creswell, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasangan usia dini, sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian adalah dengan menggunakan Purposive sampling (Rahman, TA & Yuandari, Esti 2017) . ## HASIL A. Karakteristik Informan ## 1. Informan Utama Informan utama terdiri dari 3 (tiga) orang remaja putri yang melakukan pernikahan dini dengan usia pada saat menikah adalah 16 tahun, dengan pendidikan 2 orang SMP dan 1 orang SMA. ## 2. Informan Triangulasi Informan triangulasi berjumlah 2 orang dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dan BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan. ## B. Hasil Penelitian 1) Faktor Penyebab Pernikahan Dini Pernikahan dini yang terjadi di Kota Banjarmasin dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah: a. Faktor pendidikan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata pendidikan orang tua maupun informan itu sendiri masih tergolong rendah. Tidak ada informan yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh sekali terhadap pola pikirnya. b. Faktor ekonomi Berdasarkan hasil wawancara informan dan data dari BKKBN menyebutkan bahwa penyebab pernikahan dini yang paling sering adalah karena faktor ekonomi dan pendidikan. Orangtua mempunyai pemahaman dan pandangan sendiri, bahwa dengan menikahkan anaknya maka beban orang tua akan berkurang terlebih lagi jika calon laki-lainya itu mempunyai ekonomi yang mapan. Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. c. Faktor kemauan sendiri Seperti halnya yang disampaikan oleh salah satu informan utama mengenai alasan melakukan pernikahan dini, informan mengatakan bahwa dia menikah karena kemauan sendiri, dikarenakan dia memiliki pacar dan sering datang kerumah, sehingga untuk menghindari perbincangan warga, informan memilih untuk menikah muda walaupun pada saat itu statusnya masih sebagai pelajar sekolah menengah atas. d. Faktor pergaulan Dari semua informan utama mengatakan bahwa pergaulan mereka pada saat sebelum menikah sangat bebas. Monitoring dari orang tua yang dirasakan sangat kurang serta kebebasan yang orang tua berikan kepada anak-anaknya terkadang akan membuat remaja memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri mereka, bermain dan berkumpul bersama teman sebaya merupakan hal yang menarik bagi mereka tanpa memperhatikan nilai-nilai moral, social, dan dampak negative dari pergaulan yang tidak sehat. e. Faktor Married by Accident (MBA) Akibat dari pergaulan bebas serta kurangnya kontroling dari orang tua membuat pergaulan bebas yang mereka lakukan sudah melampaui batas kewajaran serta norma-norma yang ada sehingga menyebabkan terjadi pernikahan dikarenakan hamil terlebih dahulu. Hasil penelitian mendapatkan 2 dari 3 informan utama pada penelitian ini melakukan pernikahan dini dikarenakan hamil diluar nikah. ## 2) Dampak Pernikahan Dini Bila mengacu pada UU Republik Indonesia No.1 tahun 1974, seorang pria diizinkan menikah pada usia 19 tahun, sedang perempuan pada usia 16 Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin tahun. Walau demikian, pernikahan di usia kurang dari 19 tahun bukan tak mungkin terjadi. Selain menimbulkan kontroversi seputar kesehatan reproduksi seperti peningkatan risiko penyakit seksual atau kekerasan seksual, banyak juga yang beranggapan bahwa mereka yang menikah di usia muda belum siap menghadapi konflik dalam rumah tangga, dan hal ini akan berefek pada psikologisnya. Kematangan psikologis memang berkembang seiring dengan bertambahnya usia, namun seperti apa dan seberapa cepat perkembangannya, itulah yang tidak bisa dipastikan karena tergantung banyak faktor. Secara Fisik remaja wanita usia dibawah 20 tahun belum dapat dikatakan ideal untuk melangsungkan pernikahan. Seperti yang diungkapkan oleh informan triangulasi dari BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan yang mengatakan bahwa kondisi ideal untuk pernikahan adalah untuk wanita usia 21 tahun dan laki-laki usia 25 tahun. Menurut teori wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Seperti yang disampaikan oleh informan triangulasi pada penelitian ini dari Dinas Kesehatan Provinsi yang mengatakan bahwa pernikahan dini ini sangat berdampak pada psikologi pasangan, karena usia masih muda sehingga emosi masih labil, hal ini dikhwatirkan mengakibatkan perceraian, kemudian disamping itu juga yang perlu diketahui, dampak dari pernikahan dini di usia anak akan menyebabkan berbagai dampak. Di antaranya yaitu stunting, anak kurang gizi, alat reproduksinya belum matang sehingga menyebabkan angka kematian ibu melahirkan tinggi, anak yang lahir nutrisinya kurang, dan lainnya. Sejalan Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin dengan Dinas Kesehatan provinsi Kalimantan Selatan, hal sama diungkapkan juga dari BKKBN yang mengatakan bahwa dari segi kesehatan reproduksi sendiri, pernikahan dini itu sangat membahayakan, dimana system reproduksi mereka yang belum matang yang berkolerasi dengan angka kematian baik ibu maupun anaknya. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh salah satu informan utama pada penelitian ini dimana pada saat kehamilan pertama mengalami perdarahan hebat sehingga harus memerlukan penanganan medis. Secara psikologis, mental remaja juga belum siap untuk menghadapi berbagai masalah dalam pernikahan. Akibatnya, banyak terjadi perceraian di usia muda dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Menikah muda biasanya rawan akan cekcok dan perceraian. Sebab, perkembangan sosial dan emosional kaum muda masih fluktuatif sehingga akan menimbulkan banyak perselisihan. Egosentris para remaja juga seringkali menjadi pemicu perpecahan. Meski kedewasaan seseorang tidak dinilai dari usia, namun tetap saja usia muda menjadi masa "pemberontakan" terbesar dibanding masa-masa kehidupan lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh para informan yang mengatakan bahwa pertengkaran sering terjadi karena usia yang relative muda, sehingga terkadang terucap kata perceraian, namun kehadiran anak menjadi faktor utama mereka tetap bertahan sampai dengan sekarang. Hal ini tentu menjadi dasar bahwa pernikahan bukan hanya sekedar mempersatukan dua insan yang berbeda dalam satu ikatan perkawinan, namun perlu diperhatikan aspek lain yaitu kesiapan fisik dan psikis. Dampak lain yang diakibatkan karena menikah dini selain dapat dilihat dari fisik dan psikologi juga akan mempengaruhi perekonomian pada pasangan tersebut. Pasangan muda yang menikah dini tidak tahu bagaimana memikul tanggung jawab. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin Mereka masih muda dalam berpikir dan masih harus banyak belajar tentang pernikahan. Seperti yang disampaikan oleh informan pada penelitian ini mengenai kesulitan yang mereka hadapi setelah menjalani pernikahan. Problematika yang informan hadapi hampir sama jika dilihat dari segi ekonomi yang menjadi permasalahan mereka dalam menjalani rumah tangga, dengan jenjang pendidikan yang rendah membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan penghasilan yang layak, bantuan dari orang tua merupakan salah satu sumber untuk tambahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu juga pernikahan dini mempegaruhi pendidikan mereka. Saat remaja menikah dini pada usia belia, masa muda mereka terganggu. Hal ini dikarenakan mereka tidak dapat lagi menikmati kebebasan karena sudah terikat dalam pernikahan dan tanggung jawab baru. Seperti yang disampaikan oleh informan pada penelitian ini. Pada dasarnya mereka ingin melanjutkan sekolah baik ke jenjang SMA maupun Perguruan Tinggi, namun tidak dapat terealisasi karena mereka lebih mementingkan untuk mengurus suami dan anak, disamping itu juga dengan penghasilan yang kurang lebih mengutamakan untuk kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan. 3) Strategi Pemecahan Masalah Pernikahan Dini Pernikahan dini merupakan masalah yang harus menjadi perhatian penting bagi kita semua baik pemerintah, masyarakat, orang tua, dan remaja sendiri sebagai pelaku utama. Berbagai macam cara baik melalui program maupun kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah, Strategi pemecahan masalah untuk mengatasi pernikahan dini melalui berbagai macam program telah dilaksanakan, seperti yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan melalui program yang telah dilaksanakan sampai saat ini adalah Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin dengan memberikan wawasan kemasyarakat melalui penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas dan tema lainnya yang berkaitan dengan problematika remaja, disamping itu juga melalui pengkaderan tenaga kesehatan yang memberikan edukasi tentang kesehatan kepada lapisan masyarakat sampai ke pelosok desa, serta perlu adanya kerjasama dengan KUA, karena KUA sendiri merupakan pejabat yang terlibat langsung dalam proses pernikahan, sehingga dengan adanya kerjasama ini diharapkan KUA tidak hanya melihat dari sudut pandang perundang- undangan dan syarat pernikahan saja, namun diharapkan juga memahami dampak atau bahaya dari pernikahan dini. Program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan provinsi sejalan dengan program dari BKKBN melalui beberapa program yang lebih berfokus kepada penyiapan kehidupan bagi remaja Antara lain program Generasi Berencana (Genre), PIK Remaja, Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Program yang berjalan ini semuanya memberikan edukasi program kesehatan reproduksi pada remaja dimana inti dari program ini adalah untuk mencegah remaja dalam menghindari obat-obatan terlarang dan juga perilaku seks bebas yang mengakibatkan remaja melakukan pernikahan dini. Program yang telah berjalan saat ini merupakan upaya promotif dari pemerintah, namun kedepannya sebagai upaya preventif untuk pemecahan masalah pernikahan dini perlu kerjasama serta peran aktif dari semua lapisan masyarakat. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh informan triangulasi mengenai solusi atau program kedepan agar pernikahan dini dapat di minimalisir, serta masyarakat mengetahui dampak negative dari pernikahan dini tersebut perlu adanya perhatian dan kerjasama dari masyarakat sendiri. Seperti halnya Dinas Kesehatan Provinsi mengatakan Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin bahwa Dinas Kesehatan akan terus melakukan pelatihan kepada tenaga penyuluhan di Kabupaten atau Kota sebagai agent untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh masyarakat mengenai kesehatan pada umumnya, namun disamping itu juga perlu adanya program yang harus dikembangkan kedepannya yaitu intensitas pemberian edukasi kepada masyarakat tentang dampak dari pernikahan dini, mungkin dalam hal ini kita perlu juga berkoordinasi dan kerjasama dengan BKKBN, PKK, Dinas Sosial. Hal yang sama diungkapkan oleh BKKBN Provinsi yang mengatakan bahwa pada dasarnya mereka hanya sebagai pendaping saja, namun peran yang utama adalah dari masyarakat nya itu sendiri. Kedepannya sebagai langkah strategis pemecahan masalah pernikahan dini pemerintah akan selalu memberikan edukasi kepada masyarakat namun selain memberikan edukasi kepada remaja, BKKBN mempunyai program untuk orang tua melalui Program Bina Keluarga, program ini memberikan informasi tentang bahaya pernikahan muda, karena melihat dari factor penyebab pernikahan dini, orang tua maupun keluarga mempunyai andil terhadap permasalahan pernikahan dini. Disamping itu juga BKKBN mempunyai penyuluh KB yang akan turun ke lapangan untuk aktif memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan terus melatih para kader Bina Keluarga Remaja (BKR) untuk memberikan informasi edukatif sampai ke pelosok desa. Kemudian program yang akan dijalankan adalah dengan melakukan kerjasama dengan KUA. Kerjasama ini sebagai upaya agar filterisasi untuk mencegah terjadinya pernikahan dini. KUA sebagai pihak yang terlibat dalam hal pernikahan diharapkan memberikan masukan kepada pasangan muda maupun orang tua, agar petugas KUA pun memahami, jika ada yang mengajukan pernikahan namun usia pasangan masih dibawah Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 2 Desember 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2 Problematika Pernikahan Dini Di Kota Banjarmasin 20 tahun, KUA menjadi salah satu garden utama untuk mencegah terjadinya pernikahan dini. ## TERIMA KASIH Terima kasih peneliti ucapkan untuk Kemenristekdikti yang telah membiayai kegiatan penelitian ini melalui hibah PDP tahun anggaran 2019. Kepada seluruh sivitas akademika Universitas Sari Mulia yang senantiasa mendukung kami hingga terselesaikannya penelitian ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dinas kesehatan Provinsi dan BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan yang telah bersedia memberikan data untuk penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (2017). Gencar Kampanye Pendewasaan Usia Perkawinan . https://www.bkkbn.go.id/detailpost/ge ncar-kampanye-pendewasaan-usia- perkawinan-kepala-bkkbn-resmikan- tugu-generasi-berencana-di-tapin . Diakses pada tanggal 15 Februari 2018 Badan Pusat Statistik (BPS). (2017). Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2017 . https://www.bps.go.id/ diakses pada tanggal 15 Februari 2018. Banjarmasin. Post (2018). Pernikahan Dini di Kalimantan Selatan . http://banjarmasin.tribunnews.com/20 17/06/27/pernikahan-dini-di-kalsel- tertinggi-se-indonesia-paling-banyak- usia-15-19-tahun . diakses pada tanggal 13 Februari 2018. Creswell, John W. (2010). Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. California: Sage Publications, Inc Kemenkes. RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; Riskesdas . Balitbang Kemenkes RI. Jakarta Megawati, D. Iriani (2014). Real Married (catatan hati calon pengantin) . Surakarta. Rahman, Topan. A & Yuandari, Esti (2017). Metodologi Penelitian dan Statistika . In Media. Bogor Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan . Jakarta Yuandari, dkk. (2017). Teenagers Premarital Sex Phenomenon In Banjarmasin . Atlantis Press Advances in Health Sciences Research https://www.atlantis- press.com/proceedings/smichs- 17/25886791
400be2c7-2731-4167-8842-c0f3a02233c4
https://ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/gikes/article/download/1517/575
Perkembangan kondisi pasien sindrom nefrotik anak setelah pemberian asuhan gizi di Rumah Sakit Umum Dr. Moch. Shaleh Probolinggo Development of the condition of pediatric nefrotik syndrome patients after providing nutritional care at Dr. General Hospital Moch. Shaleh Probolinggo Razita Lauzah Diningrum 1 , Dhuha Itsnanisa Adi 2* , Globila Nurika 3 , Reny Indrayani 4 , Ana Islamiyah Syamila 5 ## Abstract Background: Nefrotik syndrome (NS) is the most common kidney disorder found in children with an incidence rate of up to 15 times more than in adults. Clinical conditions due to disease progression and the effects of NS treatment require adjustments in terms of diet, so it requires a proper diet to suppress disease progression and improve the quality of life of patients. Objectives: The aim of this study is to determine the effect of nutritional care on the development of the condition of pediatric NS patients. Methods: This study is a case report of nutritional care of NS patients for 3 days. The study was conducted at Dr. Mohamad Saleh Probolinggo Regional Public Hospital. The subjects in this study was adolescents aged 17 years and 10 months with NS. The data obtained are tabulated and analyzed descriptively. Results: After providing nutritional care for 3 days, it was seen that the nutritional status of patients before and after the intervention was classified as good nutritional status, the patient's albumin levels increased from 2,2 mg/dL to 3,3 mg/dL. The patient's physical condition showed a reduction in edema in the feet and hands. The average energy intake has met the adequacy of intake which is 82,5%, 85,7% and 92,57 % . Conclusion: Nutritional care produces a positive influence on NS patients at Dr. Moch Shaleh Probolinggo Regional Public Hospital. Providing education to patients and patients' families by nutritionists needs to be done regularly so that patients have the motivation to run a given diet properly. ## Keywords Nefrotik Syndrome, nutritional status, nutritional care, disease progression ## Abstrak Latar Belakang: Sindrom nefrotik (NS) merupakan kelainan ginjal yang paling banyak ditemukan pada anak-anak dengan angka kejadian hingga 15 kali lebih banyak dibandingkan pada orang dewasa. Kondisi klinis akibat perkembangan penyakit dan efek pengobatan NS memerlukan penyesuaian pola makan, sehingga diperlukan pola makan yang tepat untuk menekan perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh asuhan gizi terhadap perkembangan kondisi pasien NS anak. Metode: Penelitian ini merupakan laporan kasus pelayanan gizi pasien NS selama 3 hari. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Mohamad Saleh Probolinggo mulai tanggal 31 Oktober - 4 November 2023. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang remaja berusia 17 tahun 10 bulan dengan NS. Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dan observasi untuk melakukan monitoring dan evaluasi kemudian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. 1 Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Indonesia. E-mail: [email protected] 2 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Indonesia. E-mail: [email protected] 3 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Indonesia. Email: [email protected] 4 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Indonesia. Email: [email protected] 5 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Indonesia. Email: [email protected] Penulis Koresponding: Dhuha Itsnanisa Adi: Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember. Jl. Kalimantan Kampus Bumi Tegal No.I / 93, Krajan Timur, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121, Indonesia. E-mail: [email protected] ## Original Research SAGO: Gizi dan Kesehatan 2024, Vol. 5(2) 352-359 © The Author(s) 2024 DOI: http://dx.doi.org/10.30867/sago.v5i2.1517 https://ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/ gikes Poltekkes Kemenkes Aceh Perkembangan kondisi pasien sindrom nefrotik.... Hasil: Setelah diberikan asuhan gizi selama 3 hari terlihat status gizi pasien sebelum dan sesudah intervensi tergolong status gizi baik, kadar albumin pasien meningkat dari 2,2 mg/dL menjadi 3,3 mg/dL. Kondisi fisik pasien menunjukkan adanya penurunan edema pada kaki dan tangan. Rata-rata asupan energi sudah memenuhi kebutuhan asupan gizi pasien yaitu 82,5%, 85,7% dan 92,57%. Kesimpulan: Pelayanan gizi memberikan pengaruh positif terhadap pasien NS di RSUD Dr. Moch Shaleh Probolinggo. ## Kata Kunci Sindrom Nefrotik, status gizi, asuhan gizi, perkembangan penyakit ## Pendahuluan indrom nefrotik (SN) merupakan penyakit pada glomerulus ginjal yang ditandai dengan gejala yaitu proteinuria, hypoalbuminemia, edema dan hiperkolesterolemia (Kodner, 2016). Sindrom nefrotik merupakan kelainan ginjal yang paling banyak didapati pada anak yaitu mencapai 15 kali lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Insiden SN ditemukan kurang lebih 2 sampai 3 kasus per tahun tiap 100.000 anak yang berumur dibawah 16 tahun, terutama pada anak berumur antara 3 sampai 4 tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 2:1 (Sambas et al., 2009), tetapi dominasi ini gagal bertahan pada masa remaja (Andolino & Reidadam, 2015). Dampak penyakit sindrom nefrotik pada anak dapat menimbulkan berbagai komplikasi sehingga dapat mengganggu pertumbuhan anak. Selain itu, juga dapat memperberat kerja ginjal yang dapat berakhir pada keadaan gagal ginjal karena edema interstitial akan meningkatkan tekanan tubulus proksimal sehingga menyebabkan laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun. Selain itu, anak-anak dengan sindrom nefrotik dapat mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan cairan. Hal ini dapat menyebabkan retensi cairan (Amalia, 2018). Kondisi klinis akibat perkembangan penyakit dan efek pengobatan SN membutuhkan penyesuaian dalam hal pola makan, sehingga membutuhkan diet yang tepat untuk menekan perkembangan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi (Lella et al., 2023) dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Diet untuk anak dengan sindrom nefrotik yaitu pembatasan garam (natrium) dan pembatasan cairan. Pembatasan dalam diet ini dapat membantu mengatur keseimbangan cairan (Trihono et al., 2012). Pembatasan asupan protein juga disarankan untuk penderita sindrom nefrotik, karena asupan protein yang tinggi dapat memperberat kerja ginjal (Kaysen, 1992). Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pembatasan protein dapat mengurangi proteinuria dan hiperkolesterolemia (Giordano et al., 2001). Penurunan fungsi ginjal pada sindrom nefrotik menyebabkan pasien sulit mengendalikan keseimbangan elektrolit (cairan) dalam tubuh sehingga berisiko menyebabkan masalah-masalah serius jika tidak diatasi dengan baik (Polderman et al., 2021). Efek pengobatan juga berdampak pada kondisi klinis pasien yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan (Kodner, 2016). Kondisi klinis akibat perkembanganpenyakit dan efek pengobatan memerlukan penyesuaian pola makan, sehingga diperlukan pola makan yang tepat untuk menekan perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien, melalui asuhan gizi. Oleh karena itu, tujuan studi ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian asuhan gizi terhadap perkembangan kondisi pasien SN anak. ## Metode Studi ini merupakan laporan kasus. Studi dilakukan di RSUD Dr. Moch Shaleh Probolinggo. Subjek dalam studi ini adalah anak remaja berusia 17 tahun 10 bulan saat masuk rumah sakit dengan diagnose medis Sindrom nefrotik. Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh asuhan gizi terhadap perkembangan kondisi pasien. pasien selama 3 hari secara berturut (1 November 2022 s/d 4 November 2022). Asuhan gizi yang diberikan terdiri dari pemberian diet sesuai dengan diagnosa gizi pasien, edukasi gizi, konseling gizi, serta melakukan monitoring dan evaluasi gizi untuk melihat perkembangan Aspek yang dimonitoring meliputi asupan pasien, kondisi fisik/klinis, dan indikator biokimia. Data yang dikumpulkan dalam studi ini terdiri atas identitas pasien, data antropometri (tinggi badan, berat badan), kondisi fisik/klinis yang diperoleh melalui rekam medis pasien, data riwayat gizi (kebiasaan makan pasien, asupan makanan saat masuk RS) yang diperoleh melalui wawancara. Data asupan makanan pasien dikumpulkan dengan menggunakan metode food S Januari – April 2024 recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 3 kali. Data-data yang dikumpulkan tersebut menjadi dasar untuk melihat apakah tujuan asuhan gizi tercapai atau tidak. Tahapan asuhan gizi yang dilakukan pada penelitia ini yaitu sebagai berikut: Gambar 1. Alur Proses Asuhan gizi Terstandar Data yang diperoleh dari hasil skrining dan pengkajian gizi ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Status gizi pasien ditentukan berdasarkan tinggi badan dan berat badan pasien. Status gizi pasien ditentukan berdasarkan grafik CDC. Data fisik/klinis, data asupan gizi, perilaku dan data biokimia digunakan untuk pengkajian gizi yang mengacu pada International Dietetic and Nutrition Terminology (IDNT) untuk enyusun intervensi gizi yang tepat. ## Hasil Karakteristik Pasien Anak dengan Sindrom Nefrotik Pengukuran antropometri dilakukan pada hari pertama intervensi dan hari ke-3 intervensi. Indeks yang digunakan untuk menentukan status gizi pasien adalah berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB). Terdapat hubungan yang linear antara berat badan dengan tinggi badan. Perkembangan berat badan akan berbanding lurus dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu, pada kondisi normal. Indeks BB/TB adalah indikator yang baik digunakan untuk menentukan status gizi saat ini (Supariasa et al., 2016). Data antropometri pasien ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Monitoring dan evaluasi pemeriksaan antropometri pasien 1 November 2022 4 November 2022 BB: 51,8 kg TB: 167 cm Status Gizi : normal BB: 48,9 kg TB: 167 cm Status Gizi: normal Hasil monitoring dan evaluasi dari data antropometri pasien menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat badan pada pasien di hari ke-3 namun status gizi pasien masih tergolong status gizi baik berdasarkan grafik CDC (BB/TB). ## Tabel 2. Data hasil pemeriksaan laboratorium Indikator Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi 1 November 2022 Albumin 2,4 mg/dL 3,5-5,2 mg/dL Rendah BUN 27,4 mg/dl 10-20 mg/dl Tinggi Kolesterol 444 mg/dL <200 mg/dl Tinggi Kalium 3,3 mmol/L 3,6-5,3 mmol/L Rendah Natrium 131,6 mmol/L 135-155 mmol/L Rendah 2 November 2022 Albumin 3,3 mg/dL (+2)* 3,5-5,2 mg/dL Rendah Kalium 3,4 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L Rendah Natrium 131,6 mmol/ 135-155 mmol/L Rendah Data hasil laboratorium pasien menunjukkan bahwa pasien mengalami proteinuria yang dapat dilihat dari kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) pasien yang tinggi (27,4 mg/dL, normal 10-20 mg/dL). Selain itu, pasien juga mengalami hypoalbuminemia dan hiperkolesterolemia yang dapat dilihat dari hasil laboratorium data albumin yaitu 2,0 mg/dL (normal 3,5-5,2 mg/dL) dan data kolesterol yaitu 444 mg/dL (normal <200 mg/dL). Sedangkan monitoring kondisi klinis pasien dilakukan pada 3 hari pertama masa intervensi sesuai dengan data sekunder yang tersedia, sedangkan kondisi fisik dilakukan selama intervensi berlangsung dan dapat diketahui bahwa edema An. GR berangsur-angsur membaik, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3 sebagai berikut ini: Assessment Gizi Diagnosis Gizi Monitoring dan Evaluasi Gizi Intervensi Gizi Tidak Tercapai Tidak Tercapai Perkembangan kondisi pasien sindrom nefrotik.... Tabel 3 . Kondisi fisik/klinik pasien 1 November 2022 2 November 2022 3 November 2022 4 November 2022 Fisik: Kedua kaki dan tangan mengalami edema, sulit BAB Fisik: Kedua kaki dan tangan mengalami edema, sulit BAB Fisik: Edema berkurang, sulit BAB Fisik: Tidak ada edema di kaki, terdapat edema ringan di wajah Klinis: TD: 110/70 mmHg Nadi: 120x/menit Suhu: 36,8°C RR: 18x/menit SPO2: 99% Klinis: TD: 110/70 mmHg Nadi: 110x/menit Suhu: 36,8°C RR: 20x/menit SPO2: 99% Klinis: TD: 110/60 mmHg Nadi: 98x/menit Suhu: 36,5°C RR: 20x/menit SPO2: 99% Klinis: - ## Data Asupan Gizi Pasien Hasil monitoring rata-rata % pemenuhan asupan energi dan zat gizi makro pasien dengan metode food recall 24 jam terlihat pada gambar berikut (Gambar 2). Gambar 2 . Persentase pemenuhan asupan energi dan zat gizi pasien Hasil monitoring terhadap kecukupan asupan zat gizi (gambar 2) menunjukkan bahwa asupan energi, karbohidrat dan lemak belum memenuhi kebutuhan energi dari diet sindrom nefrotik, namun secara konsisten mengalami peningkatan selama intervensi. Asupan protein pasien telah memenuhi kebutuhan sesuai dengan diet sindrom nefrotik. Monitoring juga dilakukan untuk asupan natrium, kalium dan kolesterol. Hasil monitoring asupan natrium dan kalium menggunakan food recall 24 jam, diketahui bahwa asupan natrium selama intervensi secara berurutan adalah 417,2 mg, 630 mg, dan 382,5 mg. Hal tersebut sudah sesuai dengan prinsip diet yaitu asupan natrium tidak lebih dari 2000 mg. Sedangkan asupan kalium selama intervensi secara berurutan adalah 1,501,5; mg, 1,753,3 mg dan 1,906,2 mg. Asupan tersebut belum mencapai kebutuhan yang seharusnya (2000 mg-4000 mg), akan tetapi asupan kalium mengalami peningkatan dari intervensi I hingga akhir. ## Pembahasan Pelayanan gizi di rumah sakit berdasarkan PGRS (2013) didefinisikan sebagai pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan keadaan klinis, status gizi, serta kondisi metabolisme tubuh pasien. Status gizi dan penyakit pada pasien saling berkaitan karena tubuh memerlukan asupan gizi yang cukup dalam proses penyembuhan. Terapi gizi merupakan salah satu bagian dari perawatan penyakit yang perlu mendapat perhatian agar sesuai dengan fungsi metabolism dan perubahan fungsi organ pasien. Diet yang diberikan harus sesuai dengan keadaan klinis pasien dan dilakukan evaluasi serta perbaikan jika kondisi klinis pasien berubah (Kemenkes, 2013). Status gizi merupakan penentu utama pertumbuhan dan penilaiannya sangat penting pada anak-anak dengan sindrom nefrotik (Solarin et al., 2018). Salah satu parameter yang dipakai untuk evaluasi status gizi adalah melalui pengukuran antropometri . Kelebihan penilaian status gizi dengan antropometri yaitu: prosedur pengukuran antropometri lebih sederhana, aman, dapat dilakukan dengan jumlah sampel besar dan relatif tidak membutuhkan tenaga ahli. Selain itu, alat relatif murah dan mudah dijangkau, lebih mudah dibawa dan awet. Kelemahan penilaian status gizi dengan antropometri ialah tidak sensitive atau tidak dapat menilai status gizi dalam waktu singkat (Aari Istiyani & Ruslianti, 2013). Parameter yang digunakan dalam pengukuran antropometri pada kasus ini adalah berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) pasien. 5 9 ,6 4 3 ,2 7 6 ,4 1 0 8 ,3 8 2 ,5 7 8 ,2 8 8 ,8 9 2 ,5 8 5 ,7 8 0 ,5 9 4 ,6 1 0 3 ,8 9 2 ,7 9 1 ,4 8 9 ,6 1 0 6 ,9 E N E R G I K A R B O H I D R A T L E M A K P R O T E I N % P EMENU ## HAN AS UP AN GI ZI Sebelum Intervensi Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Berdasarkan hasil monitoring evaluasi antropometri milik An. GR diketahui bahwa terjadi penurunan BB sebanyak 2,9 kg yang dapat dikaitkan dengan kondisi edema pasien yang berkurang. Meskipun terjadi penurunan berat badan, namun status gizi pasien masih termasuk status gizi baik. Sebelum pemberian intervensi, pasien mengalami hypoalbuminemia (rendahnya kadar albumin). Semakin rendah kadar albumin maka semakin besar persentase edema pada pasien SN anak (Novina et al., 2015). Berkurangnya edema pada pasien sindrom nefrotik pada penelitian ini menunjukkan adanya perkembangan yang baik. Berkurangnya edema ini disebabkan oleh meningkatkannya kadar albumin akibat dari transfusi albumin dan juga terapi diet yang diberikan yaitu pemberian putih telur. Putih telur merupakan bahan makanan yang baik dalam meningkatkan kadar albumin (Tallman et al., 2018). Hal ini sejalan dengan penelitian klinis yang dilakukan oleh (Syamsiatun & Siswati, 2015) di RSUD Bantul yang menunjukkan hasil adanya peningkatan rerata kadar albumin pada penderita hipoalbuminemia (Syamsiatun & Siswati, 2015). Putih telur memiliki kandungan protein mayor yaitu ovalbumin (54%); Ovo transferrin (12%), ovomucoid (11%), lysozyme (3,5%), dan ovomucin (3,5%) dan kandungan protein minor totalnya tidak lebih dari 3%) yaitu avidin, cystatin, ovomacroglobulin, Ovo flavoprotein, ovoglycoprotein, dan ovoinhibitor (Réhault- Godbert et al., 2019). Selain itu juga memilki kandungan lebih dari 40% asam amino esensial dan memiliki nilai Digestible Indispensable Amino Acid Score (DIAAS) yang tinggi(Matsuoka et al., 2019). Data biokimia ialah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium. Indikator biokimia yang diperiksa adalah indicator biokimia yang berkaitan dengan status gizi, keadaan metabolik, serta deskripsi fungsi orang yang berkaitan dengan masalah gizi (Kemenkes, 2013). Berdasarkan data biokimia An. GR sebelum dilakukan intervensi diketahui bahwa kadar BUN mencapai 27,4 mg/dL (normal 10-20 mg/dL). Tingginya kadar BUN disebabkan oleh kondisi klinis pasien yang sedang mengalami gangguan fungsi ginjal (sindrom nefrotik) sehingga terjadi proteinuria yang sebagian besarnya berupa albumin. Sedangkan kadar albumin mengalami peningkatan dari hari sebelum dilakukan intervensi hingga intervensi II yaitu 2 mg/dL, 2,4 mg/dL, serta 3,3 mg/dL. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perawatan medis khususnya transfusi albumin (tanggal 27 Okroberr 2022 dan 29-31 Oktober 2022) serta terapi diet yang diberikan (penambahan putih telur pada setiap kali pasien makan). Akan tetapi kenaikan tersebut masih belum mencapai kadar albumin normal (3,5-5,2 mg/dL) dan juga ditandai dengan albumin positif 2 pada pemeriksaan urine (kekeruhan mudah dilihat dan terdapat endapan). Sebagaimana telah diuraikan, pasien juga mengalami hiperkolesterolemia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada pasien sindrom nefrotik berusia 1 tahun sampai kurang dari 18 tahun di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang menunjukkan bahwa hypoalbuminemia memiliki korelasi yang bermakna dengan tingginya kadar kolesterol/hiperkolesterolemia (Juliantika et al., 2017). Tingginya kadar kolesterol disebabkan oleh rendahnya albumin yang dapat memicu sintesis lipoprotein tubuh. Kondisi hypoalbuminemia memicu sel-sel hepar untuk mensitesa albumin bersamaan dengan sintesis lipoprotein. Peningkatan sintesis lipoprotein dan menurunnya degradasi lemak menyebabkan hyperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia (Dadiyanto et al., 2011). Pasien sindrom nefrotik sering kali mengalami kehilangan activator lipoprotein lipase, kerusakan jangkar, dan penurunan aktivitas lipase hati. Secara keseluruhan, ini proses menyebabkan peningkatan produksi kolesterol lipoprotein densitas rendah dan penurunan pemecahan kolesterol lipoprotein densitas rendah dan trigliserida. Ekspresi berlebih dari proprotein convertase subtilisin/ kexin tipe 9, yang mengakibatkan lebih banyak kolesterol lipoprotein densitas rendah yang tersisa dalam sirkulasi. Hal ini dapat mengakibatkan lipid tidak hanya meningkatkan risiko komplikasi cardiovascular, tetapi juga dapat memperburuk fungsi ginjal (Agrawal et al., 2017). Monitoring juga dilakukan pada kondisi fisik/klinis yang bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi pada pasien. Pemeriksaan fisik diperoleh dari tanda- tanda vital dan data antropometri yang tercatat dalam catatan medik ataupun hasil observasi dan wawancara langsung (Kemenkes, 2013). Monitoring kondisi klinis pasien dilakukan pada 3 hari pertama Perkembangan kondisi pasien sindrom nefrotik.... masa intervensi sesuai dengan data sekunder yang tersedia, sedangkan kondisi fisik dilakukan selama intervensi berlangsung. Kondisi fisik pasien dalam kesadaran penuh, nafsu makan menurun pada awal intervensi namun berangsur-angsur membaik, Kesehatan oral baik, namun terdapat edema pada kedua kaki dan tangan pasien dan terasa linu saat intervensi I. Edema yang terdapat pada kedua kaki dan tangan pasien disebabkan oleh penumpukan cairan dalam tubuh. Edema pada SN terjadi akibat protein yang hilang melalui urine sehingga menyebabkan hypoalbuminemia (Nilawati, 2016). Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa sebanyak 98,2% dari 56 pasien sindrom nefrotik mengalami hypoalbuminemia . Kondisi klinis pasien juga menunjukkan perkembangan yang baik, ditunjukkan dari perubahan denyut nadi yang awalnya tinggi menjadi normal pada intervensi di hari ke-3 (Pramana et al., 2013). Kebutuhan energi dan zat gizi pasien disesuaikan dengan kondisi klinis sehingga perhitungannya menggunakan prinsip diet sindrom nefrotik. Diet yang diberikan pada pasien sindrom nefrotikdalam penelitian ini yaitu rendah garam rendah kolesterol sesuai dengan prinsip diet sindrom nefrotik. Kebutuhan gizi pasien berdasarkan perhitungan diet sindrom nefrotik yaitu energi sebanyak 1800 kkal, karbohidrat sebanyak 285,5 gr, lemak sebanyak 50 gr dan protein sebanyak 52 gr. Tujuan utama modifikasi pola makan pada sindrom nefrotik adalah untuk mengurangi tanda dan gejala seperti edema dan hyperlipidemia, serta menggantikan zat yang dikeluarkan melalui urine (Eskandarifar et al., 2017) . Diet sindrom nefrotik meliputi kalori adekuat sesuai umur, protein cukup, rendah lemak, serta rendah garam. Komposisi zat gizi yang dianjurkan berupa: 10-14% protein, 20-30% lemak polyunsaturated dan monounsaturated , 40- 50% karbohidrat. Pada pasien dengan proteinuria persisten atau berulang perlu meningkatkan asupan protein harian menjadi 2-2,5 g/kg BB/hari. Karbohidrat kompleks lebih dianjurkan seperti starch atau dekstrin-maltosa dan hindari pemberian sukrosa yang dapat meningkatkan gangguan lemak (Pardede, 2017). Karbohidrat kompleks juga bermanfaat dalam memaksimalkan pemanfaatan protein bagi tubuh (Lella et al., 2023). Kepatuhan pasien terhadap diet yang diberikan merupakan capaian yang diukur dari pemberian edukasi gizi sehingga dapat membantu proses pemulihan penyakit pasien. Hasil monitoring menunjukkan bahwa asupan gizi pasien menunjukkan perubahan yang positif (mengikuti diet yang dianjurkan), seperti yang disampaikan dalam edukasi. Materi edukasi yang diberikan terdiri atas prinsip, syarat, tujuan, makanan yang dianjurkan, makanan yang tidak dianjurkan, serta pembatasan cairan bagi pasien sindrom nefrotik dengan edema pada dua hari pertama dilakukannya intervensi (Lella et al., 2023). Dua hari berikutnya dilakukan pembahasan ulang terkait materi yang sebelumnya sudah didiskusikan bersama. Konsultasi dilakukan dengan metode ceramah dan dilakukan selama 10- 15 menit di ruang rawat inap pasien. Durasi pemberian konsultasi kepada pasien SN mempertimbangkan kondisi pasien sehingga pasien dan keluarga pasien tidak merasa terganggu. Selama edukasi, sasaran aktif bertanya dan menjawab terkait diet untuk penyakit yang sedang dialami pasien. Pembahasan ulang terkait diet sindrom nefrotik perlu diberikan pada 2 hari terakhir intervensi mengingat pola makan pasien terdahulu yang suka jajanan kemasan (tinggi natrium) dan dihubungkan dengan kondisi pasien yang sudah membaik sehingga perlu tetap dijaga agar kondisi pasien tidak kembali turun. Penelitian yang dilakukan oleh (Widiany, 2017), menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pasien yaitu pengetahuan, dukungan keluarga, sikap, dan perilaku. Keluarga dapat memberikan dukungan melalui pemberian perhatian sehingga pasien merasa dicintai dan dihargai. Hal tersebut dapat mendukung kepatuhan pasien dalam menjalankan diet. ## Kesimpulan Pemberian asuhan gizi berpengaruh positif terhadap perkembangan kondisi pasien, terutama dalam hal asupan gizi, yang ditunjukkan dengan peningkatan asupan sebelum dan setelah pemberian asuhan gizi dan telah memenuhi kebutuhan gizi pasien. Saran, untuk pemberian asuhan gizi pada pasien sindrom nefrotik memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan tim dokter dan perawat, ahli gizi, dan orang tua. ## Deklarasi Konflik Kepentingan Penelitian ini tidak memiliki konflik kepentingan apapun dikarenakan murni dilakukan untuk kebermanfaatan pasien dan kemajuan ilmu di bidang gizi dan kesehatan . ## Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada pihak Rumah Sakit Dr. Moch Shaleh Kota Probolinggo yang telah memberikan izin pelaksanaan studi ini. ## Daftar Rujukan Agrawal, S., Zaritsky, J. J., Fornoni, A., & Smoyer, W. E. (2017). Dyslipidaemia in nefrotik syndrome: Mechanisms and treatment. In Nature Reviews Nephrology (Vol. 14, Issue 1, pp. 57 – 70). https://doi.org/10.1038/nrneph.2017.155 Amalia, T. Q. (2018). Aspek klinis, diagnosis dan tatalaksana sindroma nefrotik pada anak. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika , 1 (2), 81 – 88. Andolino, T. P., & Reidadam, J. (2015). Nefrotik syndrome. The Indian Journal of Pediatrics , 25 (13), 117 – 125. https://doi.org/10.1007/BF02753113 Solarin, A. U., Adekunle, M. O., Olutekunbi, O. A., Lamina, O. M., Aremu, O. E., Animasahun, A. B., & Njokanma, F. O. (2018). Nutritional assessment of children with nephrotic syndrome in a tertiary institution: A case controlled study. Tropical Journal of Nephrology, 13(2), 97 – 103. https://tjn- online.com/index.php/tjn/article/view/161 Brown, W. W., & Wolfson, M. (1993). Diet as culprit or therapy: Stone disease, chronic renal failure, and nefrotik syndrome. Medical Clinics of North America , 77 (4), 783 – 794. https://doi.org/10.1016/S0025- 7125(16)30224-3 Dwi Wastoro Dadiyanto, M. Heru Muryawan, & Anindita S. (2011). Buku ajar ilmu kesehatan anak. Badan Penerbit Universitas Diponegoro . Eskandarifar, A., Fotoohi, A., Yousef Mojtahedi, S., & Author Alireza Eskandarifar, C. (2017). Nutrition in pediatric nefrotik syndrome. Journal of Pediatric Nephrology , 5 (3), 1 – 3. http://journals.sbmu.ac.ir/jpn Juliantika, R., Indah Lestari, H., & Riani Kadir, M. (2017). Korelasi antara hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia pada anak dengan sindrom nefrotik. Majalah Kedokteran Sriwijaya , 49 (2), 87 – 92. Kaysen, G. A. (1992). Nutritional management of nefrotik syndrome. Journal of Renal Nutrition , 2 (2), 50 – 58. https://doi.org/10.1016/S1051- 2276(12)80212-3 Kemenkes. (2013). Pedoman pelayanan gizi rumah sakit (PGRS). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kodner, C. (2016). Diagnosis and management of nefrotik syndrome in adults. American Family Physician , 93 (6), 479 – 485. Lella, G., Pecoraro, L., Benetti, E., Arnone, O. C., Piacentini, G., Brugnara, M., & Pietrobelli, A. (2023). Nutritional management of idiopathic nefrotik syndrome in pediatric age. In Medical sciences (Basel, Switzerland) (Vol. 11, Issue 3). NLM (Medline). https://doi.org/10.3390/medsci11030047 Matsuoka, R., Kurihara, H., Nishijima, N., Oda, Y., & Handa, A. (2019). Egg white hydrolysate retains the nutritional value of proteins and is quickly absorbed in rats. Scientific World Journal , 10 (1155), 1 – 7. https://doi.org/10.1155/2019/5475302 Nilawati, G. (2016). Profil sindrom nefrotik pada Ruang Perawatan Anak RSUP Sanglah Denpasar. Sari Pediatri , 14 (4), 269 – 272. https://doi.org/10.14238/14.4.2012.269-72 Novina, Gurnida, D. A., & Sekarwana, N. (2015). Korelasi kadar albumin serum dengan persentase edema pada anak penderita sindrom nefrotik dalam serangan. Majalah Kedokteran Bandung , 47 (1), 55 – 59. https://doi.org/10.15395/mkb.v47n1.408 Pardede, S. O. (2017). Tata laksana non imunosupresan sindrom nefrotik pada anak. Sari Pediatri , 19 (1), 53 – 62. https://doi.org/10.14238/19.1.2017.53-62 Polderman, N., Cushing, M., Mcfadyen, K., Catapang, M., Humphreys, R., Mammen, C., & Matsell, D. G. (2021). Dietary intakes of children with nefrotik syndrome on behalf of the pediatric nephrology clinical pathway development team. Pediatric Nephrology , 36 (9), 2819 – 2826. https://doi.org/10.1007/s00467-021-05055- 2/Published Pramana, P. D., Mayetti, M., & Kadri, H. (2013). Hubungan antara proteinuria dan hipoalbuminemia pada anak dengan sindrom nefrotik yang dirawat di RSUP Dr. Perkembangan kondisi pasien sindrom nefrotik.... M. Djamil Padang periode 2009-2012. Jurnal Kesehatan Andalas , 2 (2), 90 – 93. https://doi.org/10.25077/jka.v2i2.127 Réhault-Godbert, S., Guyot, N., & Nys, Y. (2019). The golden egg: nutritional value, bioactivities, and emerging benefits for human health. Nutrients , 11 (684), 1 – 26. https://doi.org/10.3390/nu11030684 Sambas, D. R., Sekarwana, N., Hilmanto, D., & Garna, H. (2009). Buku ajar nefrologi anak . Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC . Syamsiatun, N. H., & Siswati, T. (2015). Pemberian ekstra jus putih telur terhadap kadar albumin dan Hb pada penderita hipoalbuminemia. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 12(2), 54 – 61. Tallman, D. A., Sahathevan, S., Karupaiah, T., & Khosla, P. (2018). Egg Intake in Chronic Kidney Disease. Nutrients , 10 (1945), 1 – 13. https://doi.org/10.3390/nu10121945 Trihono, P. P., Alatas, H., Tambunan, T., & Pardede, S. O. (2012). Tata laksana sindrom nefrotik idiopatik pada anak. Cetakan Edisi Kedua., Unit Kerja Koordinasi Nefrologi., Ikatan Dokter Anak Indonesia. Widiany, F. L. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet Pasien Hemodialisis. Jurnal Gizi Klinik Indonesia , 14 (2), 72 – 79. https://doi.org/10.22146/ijcn.22015
42c874d5-2eb2-4dd7-ab8e-fa006d590b5c
https://jurnal.uns.ac.id/jdk/article/download/14762/21916
## OPEN ACCESS ## FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PARIWISATA PANTAI DI KABUPATEN PURWOREJO Sri Rahayu Febrianingrum 1 , Nur Miladan 1 , Hakimatul Mukaromah 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta ## Abstrak Kabupaten Purworejo memiliki pantai yang dijadikan sebagai destinasi wisata yaitu Pantai Jatimalang, Pantai Keburuhan dan Pantai Ketawang Indah yang ditetapkan sebagai desa wisata. Pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo telah dibuka dan dikelola sejak tahun 2006. Pendapatan daerah Kabupaten Purworejo pada sektor pariwisata sebagian besar berasal dari pariwisata pantai namun hingga saat ini belum terlihat peningkatan dalam pemenuhan infrastruktur pendukung pariwisata dan elemen-elemen pariwisata yang lain di setiap pariwisata pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, random sampling untuk kuesioner, wawancara dengan purposive sampling dan studi dokumen. Untuk mengetahui tingkat kepentingan aspek dan faktor apa saja yang berpengaruh maka digunakan teknik analisis skoring. Hasil dari penelitian ini terkait dengan faktor pendorong dalam perkembangan pariwisata pantai adalah ketersediaan jaringan jalan yang memadai, kedekatan destinasi wisata terhadap asal wisatawan, peran aktif masyarakat dan keamanan pada destinasi wisata. Faktor yang menghambat dalam perkembangan pariwisata pantai meliputi, keterbatasan pemenuhan sarana dan prasarana, ketidaklengkapan sarana pelabuhan perikanan, ketidakintegrasian moda transportasi umum antar pariwisata pantai, ketidakoptimalan peran lembaga pengelola pariwisata dan ketidakoptimalan pemanfaatan media untuk promosi wisata. Untuk faktor moderat yaitu adanya variasi atraksi wisata, keanekaragaman hayati sebagai daya tarik wisata, pelayanan baik pelaku usaha terhadap wisatawan, ketersediaan fasilitas kebencanaan pesisir dan tindakan mitigasi bencana pesisir pantai. Kata kunci: faktor perkembangan pariwisata pantai; pariwisata pantai; perkembangan pariwisata ## Abstract Purworejo Regency had some beaches that served as a tourist destination. Those beaches were Jatimalang Beach, Keburuhan Beach and Ketawang Indah Beach and designated as a tourist village. Beach tourism in Purworejo Regency has been opened and managed since 2006 . The revenue of Purworejo Regency in the tourism sector mostly comes from coastal tourism but until now there isn’t any improvement in the fulfillment of tourism infrastructure supporting and othertourism elements in every beach tourism . This study aims to determine what factors affect the development of beach tourism in Purworejo Regency. This study used deductive approach. Data collection methods using observation, random sampling for questionnaires, interviews with purposive sampling and document studies. To know the level of importance of any aspect and factors that influenced it, scoring analysis technique was used. The results of this study related to the driving factors in the development of beach tourism was the availability of adequate road network, the proximity of tourist destinations to the origin of tourists, the active role of the community and security in tourist destinations. Factors that hinder the development of beach tourism were limited fulfillment of facilities and infrastructure, incomple fishing port facilities, public transportation modes between beach tourism wasn’t integrated, unoptimal role of tourism management institutions and lack of media utilization for tourism promotion. As for the moderate factor was variation of tourist attractions, natural biodiversity as a tourist attraction, good service of business actors to tourists, availability of beach disaster facilities and beach disaster mitigation action. Keywords: beach tourism; beach tourism development factors; tourism development ## 1. PENDAHULUAN Pada saat ini kegiatan pariwisata menjadi kebutuhan masyarakat karena merupakan kegiatan untuk berekreasi dan menenangkan diri. Terdapat elemen-elemen yang harus dipenuhi oleh suatu destinasi wisata, yaitu atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan keramahtamahan (Spillane dalam Tahir 2005). Salah satu jenis wisata merupakan wisata alam. Wisata alam yang berupa wisata pantai merupakan wisata yang diminati oleh masyarakat karena biasanya relatif masih alami dan jauh dari kebisingan perkotaan sehingga memberikan rasa nyaman pada wisatawan. ## Desa-Kota , Vol. 1, No. 2, 2019, 130-142 Kabupaten Purworejo yang terletak di selatan Provinsi Jawa Tengah memiliki pantai-pantai yang dijadikan sebagai destinasi wisata yang ditetapkan sebagai desa wisata dan dikelola sejak tahun 2006 yaitu Pantai Jatimalang, Pantai Keburuhan dan Pantai Ketawang Indah. Sebagai destinasi wisata seharusnya elemen-elemen pariwisata sudah terpenuhi mengingat destinasi wisata ini sudah lama dibuka dan dikelola. Berdasarkan Renstra Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pariwisata Kabupaten Purworejo tahun 2010-2014, Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata sebesar 40% berasal dari pariwisata pantai. Namun pada ketiga pantai ini belum terlihat adanya pemenuhan elemen-elemen pariwisata yang mendorong perkembangan pariwisata pantai. Berdasarkan hal tersebut maka diajukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pariwisata Pantai di Kabupaten Purworejo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo, meliputi faktor pendorong, faktor penghambat dan faktor moderat. ## 2. KAJIAN LITERATUR Faktor merupakan suatu hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (KBBI Daring Edisi III). Perkembangan merupakan perubahan yang tidak hanya bersifat kuantitatif namun juga kualitatif, selain itu perkembangan adalah perubahan yang progresif dan koheren. Progresif adalah perubahan yang terarah dan koheren menunjukkan adanya perubahan yang nyata antara sebelum atau sesudahnya (Perdana, 2015). Disimpulkan faktor perkembangan pariwisata pantai merupakan hal atau kondisi yang berpengaruh dalam perkembangan pariwisata pantai dimana perkembangan tersebut terarah dan dapat lihat perubahan antara sebelum perkembangan dan sesudah perkembangan. Dalam faktor yang mempengaruhi perkembangan pariwisata pantai terdapat faktor yang mendorong perkembangan pariwisata pantai dan faktor yang menjadi penghambat dalam perkembangan pariwisata pantai. Berikut merupakan penjelasan mengenai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan pariwisata pantai. Tabel 1. Variabel Penelitian Aspek Variabel Penjelasan Sumber Atraksi Wisata Jenis aktivitas Wisata pantai merupakan wisata yang menempatkan pantai dan lingkungannya sebagai daya tarik, beberapa atraksi wisata yang terdapat dipantai yaitu olahraga pantai, konservasi, kualitas pemandangan dan spot fotografi yang menarik Fandeli dalam Latupapua, 2011 Keaneka- ragaman hayati di pantai Pantai adalah tempat yang unik karena merupakan pertemuan daratan dan lautan sehingga memiliki keanekaragaman hayati di darat dan laut yang beragam. Fandeli dalam Latupapua, 2011 Infrastruktur Sarana dasar pariwisata Wisatawan memerlukan fasilitas wisata (sarana dan prasarana) untuk memenuhi kebutahannya selama berada di destinasi wisata sehingga kelengkapan fasilitas wisata dan kualitas pelayanan dalam fasilitas tersebut diperlukan untuk mendorong perkembangan pariwisata. Yoeti, 1996 Prasarana dasar pariwisata Fasilitas terkait kebencanaan pada kawasan pantai Di daerah pantai, pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan daerah yang rawan bencana alam seperti gempa, banjir pasang dan angin besar sehingga diperlukan fasilitas kebencanaan untuk meminimalisir adanya korban. Ongkosongo, 2004 Fasilitas pelabuhan perikanan pantai Jenis penggunaan lahan yang ada dipantai biasanya berupa infrastruktur, wisataserta konservasi. Salah satu sumber daya yang ada yaitu sumber daya perikanan. Hal ini dikarenakan pantai berbatasan langsung dengan laut sehingga dijadikan tempat dalam pendaratan ikan. Kay dalam Sugandi, 2011 Aksesibilitas Jaringan Jalan Prasarana transportasi yang utama yang digunakan wisatawan untuk mencapai destinasi wisata adalah jaringan jalan yang menghubungkan antar obyek dan atraksi wisata. Apabila kondisi jaringan jalan yang baik yang disertai dengan rambu penunjuk arah yang baik maka semakin mempermudah wisatawan untuk menuju ke destinasi wisata. French dalam Sunaryo, 2013 Posisi Geografis / Lokasi Aksesibilitas dipengaruhi oleh posisi geografis destinasi wisata mengenai hubungan antara segmen pasar dan destinasi pariwisata menurut fungsi jarak dan waktu. Rai dan Mahadewi, 2012 Desa-Kota , Vol. 1, No. 2, 2019, 130-142 Aspek Variabel Penjelasan Sumber Moda Transportasi Umum Kemajuan bidang transportasi atau pengangkutan sangat dibutuhkan karena hal ini menyangkut jarak dan waktu tempuh dalam perjalanan wisata. Spillane dalam Tahir, 2005 Kelembagaan Lembaga pengelola Kelembagaan pariwisata merupakan kesatuan unsur dan jaringan yang dikembangkan secara terorganisir meliputi pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat secara berkesinambungan agar mencapai tujuan pariwisata. PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025 Promosi Destinasi wisata membutuhkan agen perjalanan wisata serta promosi untuk menarik pengunjung. Gunn dan Turgut dalam Aristrawati, 2015 Partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat Masyarakat memiliki peran penting dalam pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata sulit diwujudkan apabila masyarakat lokal merasa diabaikan serta merasa terancam oleh kegiatan pariwisata tersebut Sugiarti dalam Mahagangga, 2015 Keramah- tamahan Pelayanan pelaku usaha Bagaimana pelaku usaha menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan kualitas pelayanan yang baik kepada wisatawan. Prawinata, 2016 Keamanan sosial wisatawan Seberapa sering terjadi tindak kejahatan di kawasan pariwisata Susanti, 2010 Keamanan terhadap bencana / Mitigasi bencana Tingkat kerawanan bencana pada suatu kawasan wisata mempengaruhi perkembangan pariwisata karena apabila terjadi bencana dapat menimbulkan kerugian. Rosyidie, 2004 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana tersebut Bappenas, 2006 ## 3. METODOLOGI PENELITIAN ## 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian secara deduktif yang diawali dengan teori terkait perkembangan pariwisata pantai kemudian teori tersebut dibuktikan dengan fenomena di lapangan. Pendekatan penelitian ini didasarkan dari adanya fenomena pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo yang berpotensi sebagai pariwisata pantai namun hingga saat ini belum terlihat pemenuhan elemen pariwisata untuk mendorong perkembangan pariwisata pantai. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang proses menemukan kebenarannya menggunakan variabel yang dapat diukur sehingga dapat dioperasionalkan dan data tersebut dianalisis dengan teknik analisis statistik. ## 3.2 Variabel Penelitian Tabel 2. Variabel Operasional Penelitian Variabel Indikator Sumber Atraksi Wisata Jenis aktivitas Semakin banyak jenis aktivitas yang ada di kawasan pariwisata dapat menambah daya tarik. - Olahraga pantai - Kualitas pemandangan - Konservasi - Ada spot fotografi yang menarik Fandeli dalam Latupapua, 2011 Keanekaragaman hayati di pantai Semakin banyak flora dan fauna (darat maupun air) yang beragam maka akan menambah daya tarik dan mengindikasikan pantai masih belum tercemar. Fandeli dalam Latupapua, 2011 ## Desa-Kota , Vol. 1, No. 2, 2019, 130-142 Variabel Indikator Sumber Infrastruktur Sarana dasar pariwisata Sarana rumah makan, penginapan, toilet, mushola, sarana kesehatan, bank/atm, area parkir, keamanan dan loket diukur secara kuantitas dan kualitas. - Kuantitas yaitu jumlah sarana yang tersedia - Kualitas dilihat dari kondisi, mutu pelayanan dan kepuasan wisatawan dalam memperoleh pelayanan Yoeti, 1996 Sunaryo, 2013 Prasarana dasar pariwisata Jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan drainase, jaringan persampahan dan jaringan telekomunikasi diukur secara kuantitas dan kualitas. - Kuantitas yaitu prasarana yang tersedia - Kualitas dilihat dari kondisi, mutu pelayanan dan kepuasan wisatawan dalam memperoleh pelayanan Yoeti, 1996 Fasilitas terkait kebencanaan pada kawasan pantai Terdapat peringatan dini berupa fasilitas peringatan waspada gempa tsunami dengan kondisi fasilitas yang baik, jalur evakuasi bencana, titik kumpul evakuasi bencana dan fasilitas peringatan waspada gempa tsunami dengan kondisi fasilitas yang baik Permen PU Nomor 06/PRT/M/2009 Fasilitas pelabuhan perikanan pantai Terdapat breakwater , dermaga, pelabuhan perikanan, tempat pelelangan ikan, pengolahan limbah (IPAL), Kantor Administrasi Pelabuhan, Balai Pertemuan Nelayan dan menara pengawas dengan kondisi yang baik Kep.10/Men/2004 tentang Pelabuhan Perikanan Pantai Aksesibilitas Jaringan jalan - Jalan lokal dengan lebar jalan 3m-7m, jalan diaspal dengan kondisi baik - Jalan lingkungan/jalan lain dengan lebar jalan 2m -5 m, jalan diaspal dan kondisi baik - Jalan setapak dengan lebar jalan 0,8 m – 2 m, berupa paving dan kondisi baik PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Terdapat rambu penunjuk arah dengan kondisi yang baik dan dapat terbaca secara jelas Posisi geografis / lokasi Wisatawan menuju destinasi wisata dengan jarak dan waktu tempuh yang normal - 24 km - 80 dengan waktu tempuh maksimal 2 jam - 80 km – 160 km dengan waktu tempuh maksimal 4 jam - >160 km Rai dan Mahadewi, 2012 Moda transportasi umum - Dilalui moda transportasi umum - Rute angkutan sudah dapat mengintegrasi objek-objek pariwisata - Jadwalnya tepat - Tarifnya relatif, tidak terlalu mahal Spillane dalam Tahir, 2005 Kelembagaan Lembaga pengelola Objek pariwisata dikelola oleh - Lembaga Pemerintah - Swasta - Organisasi masyarakat PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025 Promosi - Promosi dilakukan di semua media, baik cetak atau media sosial - Terdapat agen perjalanan wisata Yoeti, 1996 Partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat Peran masyarakat dalam mendukung kawasan wisata pantai, meliputi - Partisipasi dalam perencanaan - Partisipasi dalam pengelolaan - Partisipasi dalam evaluasi Artiningsih, 2008 Keramah- tamahan Pelayanan pelaku usaha Adanya perilaku yang ramah (baik, sopan) dari para pelaku usaha kepada wisatawan. Prawinata, 2016 Keamanan sosial wisatawan Semakin sering terjadi tindak kriminal maka destinasi wisata tersebut tidak aman - Sering terjadi tindak kejahatan di destinasi pariwisata (hampir setiap hari) Susanti, 2010 ## Desa-Kota , Vol. 1, No. 2, 2019, 130-142 Variabel Indikator Sumber - Pernah terjadi tindak kejahatan di destinasi pariwisata (terjadi pada waktu-waktu tertentu) - Tidak pernah terjadi tindak kejahatan di kawasan pariwisata Keamanan terhadap bencana / Mitigasi bencana Semakin tinggi tingkat kerawanan bencana alam tsunami maka semakin rendah nilainya - Tingkat kerawanan bencana tinggi - Tingkat kerawanan bencana sedang - Tingkat kerawanan bencana rendah Rosyidie, 2004 Mitigasi bencana secara non fisik dapat dilakukan dengan pembuatan peraturan perundangan berupa norma standar prosedur manual, sosialisasi upaya mitigasi bencana, menyusun SOP untuk penyelamatan diri ataupun massal Bappenas, 2006 ## 3.3 Populasi dan Sampel a. Pengunjung Pengunjung merupakan wisatawan yang datang ke objek wisata. Sampel untuk pengunjung menggunakan rumus Slovin, yaitu : 𝑛 = 𝑁 𝑁 (𝑑) 2 + 1 Keterangan n : Jumlah sampel yang dicari N : Jumlah populasi d : Tingkat akurasi (dalam penelitian ini sebesar 90% atau α = 0,1 Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian Objek Pariwisata Pantai Populasi (Jumlah pengunjung per hari) Sampel Pantai Jatimalang 429 81 Pantai Keburuhan 65 39 Pantai Ketawang 234 70 Sumber : Data Pengunjung Wisata Kabupaten Purworejo, 2016 ## b. Masyarakat Masyarakat yang dimaksud pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan pariwisata pantai. Masyarakat pada tiap objek pariwisata pantai diambil secara purposive sampling . Responden dalam purposive sampling tidak ditentukan berupa jumlahnya namun pada pelaksanaan di lapangan, sampling dihentikan ketika informasi sudah jenuh atau terjadi pengulangan . Masyarakat yang dijadikan narasumber adalah tokoh masyarakat setempat seperti ketua RT, ketua RW, ketua paguyuban ataupun tokoh yang dituakan. c. Pemerintah Untuk pengambilan sampel pada pemerintah menggunakan purposive sampling . Purposive sampling lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi. Pada penelitian bagian pemerintah terkait yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan; dan Kantor Desa. ## 3.4 Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan adalah pembobotan dan skoring. Pembobotan ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh kepentingan variabel terhadap perkembangan pariwisata pantai. Pada pembobotan menggunakan metode ranking . Penentuan ranking dapat dilakukan secara langsung, misalnya aspek/variabel yang paling penting diberi nilai 1, kemudian aspek/variabel yang penting diberi nilai 2, dan begitu seterusnya. Penentuan bobot dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Selamat, 2015). 𝑊𝑗 = (𝑛 − 𝑟𝑗 + 1) ∑(𝑛 − 𝑟𝑝 + 1) … … … … . (𝑝𝑒𝑟𝑠 1) Keterangan : Wj : bobot normal untuk variabel ke j (j = 1, 2,….n) n : banyaknya variabel yang dikaji p : variabel (p = 1, 2,….n) rj : posisi ranking suatu variabel *) Setiap variabel diberi bobot senilai (𝑛 − 𝑟𝑗 + 1) kemudian dinormalisasi dengan ∑(𝑛 − 𝑟𝑝 + 1) Penentuan ranking aspek berdasarkan dengan banyaknya ahli yang menyatakan bahwa aspek tersebut penting dalam perkembangan pariwisata pantai. Semakin banyak ahli yang menyatakan bahwa aspek tersebut penting maka bobot aspek tersebut semakin besar. Selain itu, dalam menentukan ranking aspek berdasarkan dengan urgensi dalam aspek pariwisata. Tabel 4. Pembobotan Aspek Rangking Aspek Bobot Aspek Atraksi wisata 1 0,25 Infrastruktur Wisata 2 0,21 Ketersediaan pelabuhan perikanan pantai 7 0,03 Infrastruktur kebencanaan 6 0,07 Aksesibilitas 3 0,18 Kelembagaan 4 0,14 Hospitality 5 0,11 Sumber : Febrianingrum, Sri Rahayu, dkk., 2017 Sedangkan untuk menentukan mana faktor yang mendorong, faktor yang menghambat, dan faktor moderat dalam perkembangan pariwisata pantai dengan menggunakan skoring terhadap setiap variabel berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Untuk mengklasifikasikan setiap variabel termasuk faktor pendorong, faktor penghambat dan faktor moderat maka ditentukan rumus sebagai berikut. ## 𝑀 = (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙) − (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 Setiap aspek/variabel memiliki interval yang berbeda-beda dalam pengelompokkan faktor pendorong dan faktor penghambat dalam perkembangan pariwisata pantai. Tabel 5. Klasifikasi Faktor Pendorong dan Penghambat No Nama Aspek Bobot Rumus Interval Klasifikasi faktor Faktor Penghambat Faktor Moderat Faktor Pendorong 1 Atraksi wisata 0,25 𝑀 = 0,75 − 0,25 3 M = 0,167 0,25 ≤ nilai ≤ 0,417 0,417 < nilai ≤ 0,584 0,584 < nilai ≤ 0,75 2 Infrastruktur wisata 0,21 𝑀 = 0,63 − 0,21 3 M = 0,14 0,21 ≤ nilai ≤ 0,35 0,35 < nilai ≤ 0,49 0,49 < nilai ≤ 0,63 3 Fasilitas kebencanaan 0,07 𝑀 = 0,21 − 0,07 3 M = 0,047 0,07 ≤ nilai ≤ 0,117 0,117 < nilai ≤ 0,164 0,164 < nilai ≤ 0,21 4 Fasilitas perikanan 0,03 𝑀 = 0,09 − 0,03 3 M = 0,02 0,03 ≤ nilai ≤ 0,05 0,05 < nilai ≤ 0,07 0,07 < nilai ≤ 0,09 5 Aksesibilitas 0,18 𝑀 = 0,54 − 0,18 3 M = 0,12 0,18 ≤ nilai ≤ 0,3 0,3 < nilai ≤ 0,42 0,42 < nilai ≤ 0,54 Desa-Kota , Vol. 1, No. 2, 2019, 130-142 No Nama Aspek Bobot Rumus Interval Klasifikasi faktor Faktor Penghambat Faktor Moderat Faktor Pendorong 6 Kelembagaan 0,14 𝑀 = 0,42 − 0,14 3 M = 0,093 0,14 ≤ nilai ≤ 0,23 0,23 < nilai ≤ 0,33 0,33 < nilai ≤ 0,42 7 Hospitality 0,11 𝑀 = 0,33 − 0,11 3 M = 0,073 0,11 ≤ nilai ≤ 0,18 0,18 < nilai ≤ 0,26 0,26 < nilai ≤ 0,33 Sumber : Febrianingrum, Sri Rahayu, dkk., 2017 Penjelasan: 1. Faktor penghambat merupakan faktor yang menjadi kelemahan dalam perkembangan pariwisata pantai karena kondisi elemen pariwisata yang kurang atau bahkan tidak ada sehingga memiliki nilai paling rendah. 2. Faktor moderat merupakan faktor dengan nilai yang sedang (berada di tengah, bukan faktor penghambat atau pendorong). Pada faktor moderat sudah terdapat elemen pariwisata namun masih ada yang diperbaiki agar dapat menjadi potensial untuk dikembangkan. 3. Faktor pendorong merupakan faktor yang potensial dalam mendukung perkembangan pariwisata pantai karena sudah terdapat elemen pariwisata dengan kondisi yang baik sehingga memiliki nilai tertinggi dalam penilaian. Pada faktor pendorong pun perlu ditingkatkan khususnya dalam segi kualitas agar semakin baik. ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pantai Jatimalang, Pantai Keburuhan dan Pantai Katawang Indah merupakan pantai yang diarahkan sebagai pengembangan kawasan pariwisata Kabupaten Purworejo. Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Purworejo tahun 2013-2028, pengembangan pariwisata di bagian pesisir selatan diarahkan untuk pengembangan wisata alam dimana masing-masing pantai memiliki tema yang diunggulkan seperti Pantai Jatimalang dengan tema wisata kuliner, Pantai Keburuhan dengan tema wisata bahari dan Pantai Ketawang Indah dengan tema wisata edukasi. Berikut merupakan penjelasan masing-masing variabel terhadap perkembangan pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo. ## 4.1 Atraksi Wisata Pariwisata pantai didasarkan pada kombinasi sumber daya yang unik dimana pertemuan daratan dan lautan yang menjadikannya atraksi berupa pesisir, pemandangan yang indah, keanekaragaman hayati di darat dan laut, kebudayaan dan adat istiadat, makanan sehat serta infrastruktur yang baik (Sara, 2014). ## a. Jenis aktivitas Di Kabupaten Purworejo sendiri setiap desa wisata yang memiliki pantai tidak hanya mengandalkan pantai saja dalam daya tariknya namun juga aktivitas-aktivitas lain yang berada di kawasan pantainya berupa hutan cemara yang terletak di ketiga pantai dan kebun buah naga di Pantai Jatimalang. Selain itu, ada aktivitas olahraga yang dilakukan pada tepi pantai yang berupa senam bersama atau sekedar bermain bola pantai. Pada Pantai Ketawang Indah memiliki area outbond dan kebun binatang mini yang terdapat beberapa hewan yang didatangkan dari luar kawasan. Begitupun di Pantai Keburuhan terdapat kegiatan susur pantai yang dipandu oleh Kelompok Sadar Wisata setempat. Berbagai jenis aktivitas wisata terdapat pada pantai-pantai di Kabupaten Purworejo. Adanya berbagai jenis aktivitas lain untuk menambah daya tarik wisata pantai agar dapat lebih berkembang lagi dan agar semakin banyak wisatawan yang datang. Variabel jenis aktivitas termasuk dalam kategori faktor moderat karena sebenarnya pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo memiliki berbagai aktivitas sebagai atraksi wisata. Namun sayangnya sebagian pengunjung pantai didominasi oleh kalangan muda/remaja yang mana memanfaatkan pariwisata pantai hanya sekedar sebagai tempat refreshing menikmati pemandangan alam dan mencari spot foto yang menarik. Kurangnya promosi serta informasi membuat sebagian pengunjung tidak mengetahui bahwa ada jenis aktivitas lain yang tersedia di pantai tersebut sehingga menganggap bahwa hiburan di pantai hanya sebatas menikmati pemandangan. ## b. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati pantai ini termasuk flora dan fauna merupakan salah satu daya tarik wisata yang potensial. Apabila jenis dan jumlah flora fauna sedikit maka dapat mengindikasikan bahwa pantai tersebut sudah mengalami kerusakan sehingga dapat mengurangi daya tarik (Fandeli dalam Latupapua, 2011). Flora dan fauna yang ada di pantai-pantai Kabupaten Purworejo rata-rata memiliki kesamaan. Pada ketiga pantai memiliki flora yang sama yaitu taman cemara. Taman cemara digunakan sebagai peneduh kawasan pantai. Kemudian di Pantai Ketawang Indah terdapat hutan nyamplung dan hutan minyak kayu putih yang berfungsi sebagai greenbelt . Untuk faunanya bermacam-macam yaitu burung, udang, kepiting air tawar, kerang dan ikan laut lainnya. Namun setiap pantai memiliki fauna dominan yang berbeda. Berdasarkan pada analisis keanekaragaman hayati, pada pantai-pantai di Kabupaten Purworejo memiliki flora dan fauna dengan jenis yang beragam dan bermacam-macam namun hanya terdapat satu atau dua flora fauna yang paling dominan. Hal ini menunjukkan bahwa pantai di Kabupaten Purworejo masih cenderung alami karena masih banyak ditemukan flora fauna sehingga termasuk dalam kategori faktor moderat. ## 4.2 Infrastruktur Wisata Wisatawan memerlukan infrastruktur/fasilitas wisata untuk memenuhi kebutuhannya selama berada di destinasi wisata sehingga kelengkapan fasilitas wisata dan kualitas pelayanan dalam fasilitas tersebut diperlukan untuk mendorong perkembangan pariwisata (Yoeti, 1996). ## a. Sarana Dasar Pariwisata Sarana dasar pariwisata berbagai macam sarana yang dibutuhkan selama berada di destinasi wisata. Sarana wisata disediakan oleh pengelola destinasi wisata tersebut. Pada sarana dasar wisata tidak hanya dinilai dari ketersediaan namun juga kualitas pelayanannya. Namun untuk kualitas pelayanan dinilai dari prespektif pengunjung. Berikut merupakan tabel ketersediaan sarana di pantai-pantai Kabupaten Purworejo. Tabel 6. Sarana Dasar Pariwisata pada Pantai di Kabupaten Purworejo No Nama Sarana Pantai Ketawang Indah Pantai Jatimalang Pantai Keburuhan 1 Warung makan √ √ √ 2 Loket - √ - 3 Toilet √ √ √ 4 Mushola √ √ √ 5 Homestay /penginapan √ - - 6 Pos keamanan √ √ 7 Pos kesehatan/klinik - - - 8 ATM center - - - 9 Area parkir √ √ √ 10 Toko souvenir √ - - Sumber : Febrianingrum, Sri Rahayu, dkk., 2017 Dari hasil analisis karakteristik fisik, sarana pariwisata termasuk dalam faktor yang menghambat perkembangan pariwisata pantai. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa sarana pariwisata yang belum terpenuhi, selain itu dalam hal kualitas sarana masih kurang. Walaupun dari segi fisik tersedia minimal 5 fasilitas namun kondisinya tidak terawat dan pelayanannya membutuhkan waktu yang lama. ## b. Prasarana Dasar Pariwisata Prasarana penunjang pariwisata juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di destinasi pariwisata. Prasarana dasar pendukung wisata terdiri atas: penyediaan air bersih, jaringan listrik, jaringan drainase, saluran persampahan, telekomunikasi (telepon umum). Untuk prasarana minimal yang tersedia di destinasi wisata yaitu dua prasarana meliputi jaringan air bersih dan jaringan listrik (Yoeti, 1996). Desa-Kota , Vol. 1, No. 2, 2019, 130-142 Tabel 7. Prasarana Dasar Pariwisata Pada Pantai di Kabupaten Purworejo No Nama Prasarana Pantai Ketawang Indah Pantai Jatimalang Pantai Keburuhan 1 Jaringan air bersih √ √ √ 2 Jaringan persampahan √ √ √ 3 Jaringan listrik √ √ √ 4 Jaringan drainase - - - 5 Jaringan telekomunikasi √ √ √ Sumber: Febrianingrum, Sri Rahayu, dkk., 2017 Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa ketersediaan prasarana penunjang pariwisata di masing-masing pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo sama, namun dari segi kualitas dinilai berdasarkan prespektif pengunjung. Dari analisis karakteristik fisik khususnya prasarana pariwisata, dalam hal kualitas prasarana masih kurang. Misalnya untuk jaringan persampahan, walaupun di setiap pantai sudah memiliki tempat sampah namun masih terdapat sampah- sampah yang berserakan sehingga menganggu pemandangan pantai. Begitu pun dengan jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi, walaupun sudah tersedia di masing-masing pantai namun belum semua dapat menikmati pelayanan dari jaringan tersebut. ## 4.3 Fasilitas Kebencanaan Menurut Ongkosongo, 2004 di daerah pantai, pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan daerah yang rawan bencana alam seperti gempa, banjir pasang dan angin besar sehingga dibutuhkan fasilitas mitigasi bencana. Bencana yang mengancam kawasan pesisir pantai selatan tidak hanya gelombang tinggi, namun juga tsunami. Tingkat kerawanan yang berbeda-beda pada masing-masing pantai berpengaruh pada tingkat mitigasi bencana yang ada di pantai tersebut. Semakin tinggi tingkat kerawanan bencana tsunami maka seharusnya semakin lengkap pula fasilitas terkait dengan mitigasi bencana. Faktor terkait fasilitas kebencanaan pada pantai di Kabupaten Purworejo termasuk dalam kategori faktor moderat. Walaupun tidak memiliki tingkat kerawanan bencana tsunami yang tinggi namun perlu diperhatikan fasilitas kebencanaannya karena pesisir selatan Pulau Jawa juga rawan akan gelombang tinggi. Setiap tahunnya terjadi gelombang tinggi yang tidak dapat diprediksi kapan waktu terjadinya dan dapat merusak infrastruktur yang ada di pantai. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya kerugian yang berupa kerugian fisik karena infrastrukur yang rusak ataupun kerugian berupa adanya korban jiwa. ## 4.4 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Sarana pelabuhan perikanan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata pantai karena merupakan sarana dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut yang berupa hasil perikanan tangkap. Pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut ini menjadi penting karena berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan kawasan sekitarnya (Stepantoro, 2000). Variabel terkait fasilitas perikanan termasuk dalam kategori faktor penghambat karena tidak semua pantai memiliki sarana pelabuhan perikanan untuk mendukung aktivitas nelayan, hanya di Pantai Jatimalang dan di Pantai Keburuhan yang terdapat sarana pelabuhan perikanannya. Sedangkan untuk Pantai Ketawang Indah sendiri belum terdapat sarana pelabuhan perikanan. Padahal di pesisir selatan Kabupaten Purworejo, laut dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Sebagian pekerjaan masyarakat yang tinggal di pesisir selatan adalah sebagai nelayan. Selain itu, pelabuhan perikanan juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan karena wisatawan dapat melihat aktivitas nelayan saat kembali dari laut dan melihat atau bahkan membeli ikan-ikan hasil tangkapan laut. ## 4.5 Aksesibilitas a. Jaringan Jalan Salah satu faktor yang mendorong perkembangan pariwisata adalah jaringan jalan yang mana merupakan sirkulasi utama yang menghubungkan antar objek wisata sehingga memudahkan wisatawan menuju objek wisata tersebut (Wardhono, 2014). Jaringan jalan untuk pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo meliputi kondisi jalan dan rambu penunjuk arah wisata. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa jaringan jalan menjadi faktor pendorong untuk pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo dalam kondisi baik dan didukung dengan rambu penunjuk arah yang baik, namun masih ada pantai yang belum memiliki akses yang baik untuk kendaraan roda 4 yaitu Pantai Keburuhan yang mana pada Pantai Keburuhan belum bisa dimasuki oleh kendaraan roda 4 sehingga apabila membawa kendaraan roda 4 diparkir jauh dari kawasan pantainya. Selain itu masih ada jalan yang berupa tanah pada Pantai Ketawang Indah. ## b. Posisi Geografis/Lokasi Posisi geografis destinasi wisata menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan pariwisata karena hal ini menjelaskan mengenai hubungan antara segmen pasar dan destinasi pariwisata. Semakin dekat jarak asal wisatawan dengan destinasi wisata maka mobilitasnya semakin tinggi karena mudah di jangkau ( Rai dan Mahadewi, 2012 ). Untuk jarak dan waktu tempuh dari asal wisatawan menuju destinasi wisata berdasarkan pengunjung. Asal lokasi wisatawan pun masih di sekitar Kabupaten Purworejo seperti dari Kabupaten Kebumen, Kabupaten Magelang, Kota Magelang dan Kabupaten Wonosobo. Walaupun dari luar kabupaten namun jaraknya yang tidak lebih dari 160 km dan waktu tempuhnya pun kurang dari 4 jam sehingga untuk lokasi wisata terhadap asal wisatawan masih dalam jangkauan sehinga pantai-pantai di Purworejo ini memiliki lokasi yang ideal berdasarkan jarak dan waktu tempuh wisatawan untuk dijadikan sebagai destinasi wisata . c. Moda Transportasi Transportasi umum mempengaruhi perkembangan dalam pariwisata karena merupakan ketersediaan jasa pelayanan transportasi untuk wisatawan menuju destinasi wisata. Suatu objek pariwisata kurang menarik apabila tidak ditunjang oleh transportasi untuk mencapainya. Unsur yang perlu terpenuhi dalam bidang tranportasi khususnya transportasi umum untuk menuju destinasi wisata (Spillane dalam Tahir, 2005) yaitu dilalui moda transportasi umum, rute angkutan sudah dapat mengintegrasi objek-objek pariwisata, jadwalnya tepat, tarifnya relatif, dan tidak terlalu mahal. Di Kabupaten Purworejo sendiri belum terdapat transportasi umum yang menjangkau hingga ke destinasi wisata pantainya. Apabila menggunakan transportasi umum maka hanya dapat sampai di desa yang letaknya berada di sebelah utara dari ketiga desa wisata pantai. Hal ini cukup menyulitkan wisatawan yang tidak menggunakan kendaraan pribadi untuk dapat mencapai ke destinasi wisata pantai tersebut. Inilah mengapa moda transportasi merupakan salah satu faktor yang menjadi penghambat perkembangan pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo . ## 4.6 Kelembagaan a. Lembaga Pengelola Pariwisata Pada pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo seluruh pariwisata pantai yang juga termasuk dalam desa wisata ini dikelola oleh masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) . Secara umum, peran lembaga pengelola khususnya swasta belum terlihat. Selain itu, peran lembaga pemerintah sendiri juga masih kurang karena belum semua destinasi wisata pantai dikelola pemerintah. Hal ini menjadikan variabel terkait lembaga pengelola pariwisata menjadi faktor penghambat karena dalam pengelolaan belum melibatkan elemen pemerintah daerah dan lembaga swasta . b. Promosi Wisata Promosi wisata penting untuk menawarkan destinasi wisata kepada masyarakat umum agar mereka tertarik untuk mengunjungi destinasi wisata tersebut. Pariwisata di Kabupaten Purworejo dipromosikan dengan media sosial karena media sosial digunakan hampir oleh semua kalangan. Variabel promosi wisata termasuk dalam kategori menghambat karena belum terlihat adanya bentuk promosi lain selain dari media sosial. Padahal apabila ingin semakin berkembang, harus bisa memanfaatkan semua jenis media untuk melakukan promosi wisata. Untuk kedepannya diharapkan para pengelola dapat mengoptimalkan media promosi yang ada dan juga dapat menciptakan agen perjalanan sendiri. Hal itu bertujuan agar pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo dapat lebih berkembang dan diketahui oleh banyak kalangan masyarakat. Apalagi jika memiliki agen perjalanan sendiri maka dapat mengenalkan destinasi wisata lainnya yang ada di Kabupaten Purworejo. ## c. Partisipasi Masyarakat Seluruh pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pok Darwis) yang merupakan organisasi masyarakat yang peduli akan potensi wisata di daerahnya. Pok Darwis ini memiliki peranan penting dalam perkembangan pariwisata pantai selama ini karena mereka yang mengelola pariwisata pantai itu sendiri, mulai dari memunculkan ide untuk menambah atraksi wisata hingga ke upaya usulan penambahan fasilitas yang diajukan ke pemerintah daerah . ## 4.7 Keramahtamahan a. Pelayanan Pelaku Usaha Sikap keramahan pelayanan pelaku usaha pada desa wisata pantai di Kabupaten Purworejo dilihat dari ketersediaan rumah makan karena rumah makan merupakan bentuk fasilitas yang disediakan untuk wisatawan dan dilayani langsung oleh masyarakat. Berdasarkan pendapat wisatawan, pelayanan yang diberikan sudah baik dan masyarakat lokal pun ramah dalam memberikan pelayanan serta kondisi tempat bersih. Namun beberapa pengunjung menilai dalam memberikan pelayanan, pengunjung memerlukan waktu yang cukup lama dalam menerima pelayanan tersebut karena jumlah wisatawan yang datang tidak sebanding dengan masyarakat sebagai pelaku usaha. ## b. Keamanan Sosial Wisatawan Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo aman dari tindak kejahatan. Aman yang dimaksud yaitu tidak adanya tindak kejahatan yang terjadi seperti pencurian atau pemalakan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keamanan wisatawan dari segi sosial baik sehingga menjadi faktor pendorong dalam perkembangan pariwisata pantai karena apabila destinasi wisata aman maka pengunjung merasa aman dan nyaman selama berwisa ta. ## c. Keamanan dari Segi Bencana Alam Pada desa wisata pantai di Kabupaten Purworejo sudah terdapat upaya mitigasi bencana berupa sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan cara menyikapi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berupa bencana alam. Namun sayangnya masih sebatas sosialisasi belum ada tindakan palatihan. Sudah ada upaya dalam mitigasi bencana namun tidak diikuti pelatihan tanggap bencana itu menjadikannya sebagai faktor moderat karena belum optimal dalam segi mitigasi bencana. Padahal upaya mitigasi bencana alam ditentukan oleh kemampuan petugas serta masyarakat setempat, teknologi, sarana prasarana, biaya serta kerjasama instansi terkait. ## 4.8 Faktor Perkembangan Pariwisata Pantai di Kabupaten Purworejo Penentuan faktor yang menjadi pendorong, faktor yang menjadi penghambat dan faktor moderat pada pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo diberi skor berdasarkan penilaian per variabel pada setiap aspek. Kemudian skor tersebut dikalikan dengan bobot sehingga menghasilkan nilai setiap variabel. Berikut merupakan tabel penilaian setiap variabel dalam perkembangan pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo. Tabel 8. Penilaian Tiap Variabel dalam Perkembangan Pariwisata Pantai di Kabupaten Purworejo Aspek Variabel Skor Bobot Nilai Interval Keterangan Atraksi wisata Jenis aktivitas 1,81 0,25 0,45 0,417 < nilai ≤ 0,584 Faktor Moderat Keanekaragaman hayati 2,16 0,25 0,54 0,417 < nilai ≤ 0,584 Faktor Moderat Aspek Variabel Skor Bobot Nilai Interval Keterangan Infrastruktur Wisata Sarana dasar pariwisata 1,2 0,21 0,25 0,21 ≤ nilai ≤ 0,35 Faktor Penghambat Prasarana pendukung pariwisata 1 0,21 0,21 0,21 ≤ nilai ≤ 0,35 Faktor Penghambat Fasilitas Kebencanaan Fasilitas terkait kebencanaan pada kawasan pantai 2 0,07 0,14 0,117 < nilai ≤ 0,164 Faktor Moderat Fasilitas Perikanan Fasilitas pelabuhan perikanan pantai 1,67 0,03 0,05 0,03 ≤ nilai ≤ 0,05 Faktor Penghambat Aksesibilitas Jaringan jalan 2,72 0,18 0,49 0,42 < nilai ≤ 0,54 Faktor Pendorong Posisi geografis / lokasi 2,74 0,18 0,49 0,42 < nilai ≤ 0,54 Faktor Pendorong Moda transportasi 1,33 0,18 0,24 0,18 ≤ nilai ≤ 0,3 Faktor Penghambat Kelembagaan Lembaga pengelola 1,33 0,14 0,19 0,14 ≤ nilai ≤ 0,23 Faktor Penghambat Promosi 1,44 0,14 0,2 0,14 ≤ nilai ≤ 0,23 Faktor Penghambat Partisipasi masyarakat 2,67 0,14 0,37 0,33 < nilai ≤ 0,42 Faktor Pendorong Keramahtamahan Pelayanan pelaku usaha 2,2 0,11 0,24 0,18 < nilai ≤ 0,26 Faktor Moderat Keamanan wisatawan dari segi sosial 2,67 0,11 0,29 0,26 < nilai ≤ 0,33 Faktor Pendorong Keamanan terhadap bencana alam 2 0,11 0,22 0,18 < nilai ≤ 0,26 Faktor Moderat Sumber: Febrianingrum, Sri Rahayu, dkk., 2017 Berdasarkan tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa faktor pendorong meliputi variabel jaringan jalan, kedekatan lokasi destinasi wisata terhadap asal wisatawan, partisipasi masyarakat dan keamanan sosial wisatawan. Untuk faktor yang menghambat perkembangan pariwisata pantai yaitu terkait dengan sarana dan prasarana pariwisata, fasilitas pelabuhan perikanan, moda transportasi pada kawasan wisata, peran lembaga pengelola pariwisata dan pemanfaatan media promosi. Sedangkan untuk faktor moderat meliputi adanya variasi dalam atraksi wisata, keanekaragaman hayati sebagai daya tarik wisata, pelayanan pelaku usaha, ketersediaan fasilitas kebencanaan pesisir dan tindakan mitigasi bencana pesisir pantai. ## 5. KESIMPULAN Pantai-pantai di Kabupaten Purworejo memiliki potensi yang dapat dikembangkan sehingga pada masa yang akan datang diharapkan menjadi pariwisata andalan di Kabupaten Purworejo. Potensi yang dimiliki meliputi ketersediaan jaringan jalan yang baik sebagai kemudahan akses wisatawan mencapai destinasi wisata, kedekatan lokasi destinasi wisata terhadap asal wisatawan, peran masyarakat yang aktif untuk mendukung perkembangan pariwisata pantai, tingginya tingkat keamanan pada destinasi wisata sebagai bentuk perlakuan baik masyarakat lokal terhadap wisatawan. Namun masih terdapat beberapa faktor kelemahan yang menjadi penghambat dalam mengembangkan pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo. Faktor-faktor tersebut meliputi, keterbatasan pemenuhan sarana dasar pariwisata beserta pelayanannya, keterbatasan penyediaan prasarana penunjang pariwisata, ketidaklengkapan sarana pelabuhan perikanan untuk menunjang aktivitas masyarakat setempat, ketidakintegrasian moda transportasi umum antar pariwisata pantai, ketidakoptimalan peran lembaga pengelola pariwisata, ketidakoptimalan pemanfaatan media dalam promosi wisata. Selain faktor pendorong dan faktor penghambat, terdapat pula faktor moderat. Faktor moderat ini juga harus diperhatikan karena apabila dibiarkan tanpa dikembangkan dapat menjadi masalah dan menghambat perkembangan pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo. Faktor moderat ini meliputi adanya variasi atraksi wisata, keanekaragaman hayati sebagai daya tarik wisata, pelayanan baik pelaku usaha terhadap wisatawan, ketersediaan fasilitas kebencanaan pesisir dan tindakan mitigasi bencana pesisir pantai. ## DAFTAR PUSTAKA Aristrawati, Ni Luh Putu. 2015. Tesis: Evaluasi Parade Ogoh-Ogoh Sebagai Pendukung Pengembangan Pariwisata Budaya di Kota Denpasar. Universitas Udayana. Artiningsih, dkk. (2008). Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang). Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang . Bappenas. (2006). Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana 2006-2009 . Jakarta: Perum Percetakan Negara Republik Indonesia KBBI Online Daring Edisi III. 2016. Website http://kbbi.web.id Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep.10/MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Permukiman dan Pekerjaan Umum Latupapua, Yosevita Th. (2011). Persepsi Masyarakat terhadap Potensi Objek Daya Tarik Wisata Pantai di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Agroforesty ISSN, 1907-7556. Mahagangga, N. L. 2015. Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pariwisata (Studi Kasus di Desa Wisata Belimbing, Tabanan, Bali). Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 3 Nomor 1. Prawinata, Adi. 2016. Pengaruh Keramahtamahan dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 32 No. 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 40/PRT/M/2007 tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai. Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pariwisata Nasional Tahun 2011-2025 Perdana, Andrean. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Serta Faktor yang Mempengaruh i website http://www.kompasiana.com/andre_manutd/pertumbuhan-dan-perkembangan-serta-faktor-yang- mempengaruhinya-kd-2_550042d8a33311d372510659 Ongkosongo, O. S. R. 2004. Laporan Akhir Dinamika Dataran Pesisir Sayap Timur Teluk Jakarta: kaitannya dengan potensi pengembangan ekosistem wilayah pesisir. P2O-LIPI. Jakarta. Rai, I.G. dan Mahadewi. (2012). Metodologi Penelitian Pariwisata dan Perhotelan . Yogyakarta: ANDI. Rosyidie, Arief. 2004. Aspek Kebencanaan pada Kawasan Wisata. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 15(2). Sara, L. (2014). Pengelolaan Wilayah Pesisir : Gagasan Memelihara Aset Wilayah Pesisir dan Solusi Pembangunan Bangsa. Bandung: Alfabeta. Selamat, Muhammad Banda. 2015. Modul Praktikum Sistem Informasi Geografis Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanudin. Diakses 22 Agustus 2017 http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/7799/Pages%20from%20Pra ktik%20SIG%202002%20modul%204.pdf;sequence=1) Sugandi, D. 2011. Pengelolaan Sumberdaya Pantai. Gea. Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia . Yogyakarta: Gava Media. Susanti, S. 2010. Mahasiswa Sebagai Duta Promosi Pariwisata Indonesia di Luar Negeri. Jurnal Pariwisata , 33. Stepantoro, H.D. 2000. Penataan Ruang Kawasan Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil, serta Hubungan dengan Penataan Ruang Wilayah. Perencanaan Pembangunan. Tahir, M. (2005). Pemanfaatan Ruang Kawasan Tepi Pantai Untuk Rekreasi Dalam Mendukung Kota Tanjung Pinang Sebagai Waterfront City . Tesis. Wardhono, Fitria Indra. 2014. Pengembangan Pariwisata Bahari. Diakses 20 Oktober 2016 (http://www.slideshare.net/fitriwardhono/pengembangan-pariwisata-bahari) Yoeti, Oka A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata . Bandung: Angkasa.
7825cb00-412f-481b-a715-63f77cc2a615
https://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta/article/download/3351/1042
## PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat http://journal.undiknas.ac.id/index.php/parta. Volume 2 | Nomor 2 | Desember | 2021 PENGEMBANGAN MODUL SUMBER DAYA MANUSIA DI KUSAMBA ## Ni Kadek Sukma Juninten Universitas Pendidikan Nasional Keywords : Kusamba, Strategi, Pengelolaan Sumber Daya Manusia ## Corespondensi Author Universitas Pendidikan Nasional Email: [email protected] Abstract: Kusamba Village is a village of 12 villages in Dawan Subdistrict with 16 Banjars and 5 Banjar Offices, which in the Klungkung kingdom were the fortresses of the Klungkung Kingdom in the East. Kusamba Village, a distance of 7 Km from the city of Klungkung Regency and 3 Km from the City of Dawan District. Kusamba Village also has economic potential, namely the existence of Gram, Fish Management and KUB Abon Ikan, not only that Kusamba Village also has a Crossing Port to Nusa Penida which is located in Tri Bhuwana and of course the beauty of the beach in the afternoon. Seeing the natural resources that are very supportive, the obstacle that occurs in the Kusamba Village community is the lack of human resources and to continue the management of these natural resources is very little because seeing the current generation has been affected by today's technology. This is unfortunate because the identity and characteristics of the Kusamba Village have not bequeathed to preserve these natural resources. Abstrak : Desa Kusamba adalah satu Desa dari 12 Desa yang ada di Kecamatan Dawan dengan memiliki 16 Banjar dan 5 Dinas Banjar yang pada jaman kerajaan Klungkung merupakan benteng pertahanan kota Kerajaan Klungkung yang berada di wilayah Timur. Desa Kusamba yang jaraknya 7 Km dari kota Kabupaten Klungkung dan 3 Km dari Kota Kecamatan Dawan. Desa Kusamba juga memiliki potensi perekonomian yaitu adanya Gram, Pemindangan Ikan dan KUB Abon Ikan, tidak hanya itu Desa Kusamba juga memiliki Pelabuhan Penyeberangan menuju Nusa Penida yang bertempat di Tri Bhuwana dna tentunya keindahan pantai pada sore hari. Melihat sumber daya alam yang sangat mendukung, kendala yang terjadi pada masyarakat Desa Kusamba adalah sumber daya manusia yang kurang dan untuk meneruskan pengelolaan sumber alam ini sedikit sekali karena melihat generasi saat ini sudah terpengaruh oleh teknologi jaman sekarang. Hal ini sangat disayangkan karena jati diri dan ciri khas Desa Kusamba tidak ada yang mewariskan untuk menjaga sumber alam tersebut. ## Pendahuluan Desa Kusamba adalah desa yang memiliki potensi perekonomian yang sangat beragam dan tentunya menjadi pusat distributor Ikan Pemindangan dan Garam. Hal ini Desa Kusamba menjadi identik dengan mendatangkan Ikan serta pembuatan Garam yang sama – sama langsung diambil dari laut. Dalam hal ini juga menyangkut dengan sumber daya manusia yaitu banyak masyarakat desa Kusamba memiliki usaha yang sudah ## PARTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 2, Desember 2021 lama didirikan. Adanya sebuah usaha perdagangan ikan dan garam tentunya ada sebuah organisasi yang menaungi usaha – usaha tersebut agar dapat dipasarkan ke market place lainnya, sehingga masyarakat bisa meneruskan usaha tersebut. Namun kendala yang dialami oleh masyarakat Desa Kusamba adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam melakukan perubahan dan pembenahan pada sektor sumber daya manusia (SDM) hendaknya dilaksanakan secara teliti dan hati-hati, karena sumber daya manusia (SDM) merupakan akses terpenting dalam suatu organisasi, yang mempunyai rasa dan akal. Langkah yang diambil tetap harus memperhatikan aspek “ the right man and the right place ” yang berbasis “karakter” Menurut Werther dan Davis (dalam Sutrisno 2013) Sumber Daya Manusia adalah pegawai yang siap, mampu dan siaga dalam mencapai tujuan organisasi. Paulus dan Anantharaman (2003) menegaskan bahwa pengembangan sumber daya manusia memiliki hubungan langsung dengan profitabilitas organisasi. Sebagaimana dikemukakan bahwa dimensi pokok sisi sumber daya adalah kontribusinya terhadap organisasi, sedangkan dimensi pokok manusia adalah perlakuan kontribusi terhadapnya yang pada gilirannya akan menentukan kualitas dan kapabilitas hidupnya. Sumber daya manusia menjadi aset terpenting dalam suatu organisasi dan pengelolaan usaha agar sama – sama mencapai tujuan yang diharapkan oleh masyarakat desa dan tentunya juga untuk melangsungkan kehidupan pada perekonomian. Jika kita lihat bahwa, banyak sekali sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan untuk dijadikan sebagai peluang usaha. Kesediaan sumber daya alam sudah mendukung namun sumber daya manusia kurang mendukung dalam artian kurang adanya kontribusi dari masyarakat desa Kusamba, sehingga para petani yang mengelola usaha tersebut sudah cukup umur atau sudah tua yang harusnya orang tua kita menikmati masa tuanya namun masih bekerja agar bisa melangsungkan kehidupannya. Namun hanya segelintir orang saja yang mau mengelola usaha Pemindangan Ikan dan Garam, tetapi tak ada generasi yang mau meneruskan pengelolaan tersebut karena mengingat kita sudah berada dijaman era globalisasi, jaman yang sangat modern dan semua serba cepat. Hal ini membuat masyarakat menjadi gengsi mengambil pekerjaan tersebut, seharusnya mereka bisa melakukan inovasi baru, agar generais penerus bisa mengelola usaha itu. Dalam rangka untuk mencapai suatu kemajuan, maka potensi - potensi yang ada di dalam diri seseorang haruslah dikembangkan. Bila dikembangkan secara teratur, terencana akan dapat membawa pada suatu tingkat sosial tertentu. Oleh karena itu permasalahan yang terjadi di masyarakat Desa Kusamba harus digali agar kendala yang dipermasalahkan dapat memberikan solusi. Rachmawati (2008 : 3), manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan kegiatan pengadaan, pengembang- an, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Dengan terbatasnya sumber daya manusia yang ada, organisasi diharapkan dapat mengoptimalkannya sehingga tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini dimana teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut Sumber Daya Manusia yang kompeten yang memiliki semangat dan kedisiplinan yang tinggi dalam menjalankan peran dan fungsinya baik untuk individual maupun tujuan organisasional. . ## Metode Lokasi pemaparan materi adalah langsung di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Prov. Bali. Penentuan solusi yang dipilih menggunakan metode observasi. a) Metode observasi bertujuan untuk mengetahui secara mendalam dengan melihat kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terjadi di Desa Kusamba pada pengelolaan usaha Garam dan Ikan Pemindangan. Melalui proses penjajakan serta terjun ke lapangan kemudian mengamati fenomena yang ada. Adapun beberapa tahapan dalam menentukan solusi adalah sebagai berikut. a) Mengamati permasalahan. Melakukan penjajakan merupakan cara mengamati permasalahan dengan baik. Awal ditemukannya permasalahan kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi salah satu terhambatnya dalam proses berjalannya pengelolaan usaha Garam dan Ikan Pemindangan menjadi awal pula dari permasalahan itu muncul. b) Mengidentifikasi masalah - masalah berdasarkan observasi ke lapangan yang disampaikan oleh salah satu pengurus Garam dan Ikan Pemindangan. c) Merancang dan menentukan solusi yang tepat untuk permasalahan. Setelah menentukan solusi, tahapan selanjutnya adalah realisasi. Dalam tahapan realisasi ini terdapat beberapa program kerja yang dilakukan, diantaranya : 1. Memberikan pemaparan materi tentang berwirausaha, organisasi, pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui Seminar. 2. Memberikan pemaparan materi bagaimana mengelola masyarakat serta membangun rasa kontribusi kepada masyarakat agar bersama – sama menjaga warisan alam yang dimiliki oleh Desa Kusamba Pelaksanaan kegiatan ini tentu tidak terlepas dari adanya peran mitra yang mendukung. Adapun beberapa mitra yang terlibat dalam realisasi kegiatan diantaranya: a) Para kelompok pengelola Garam dan Ikan Pemindangan Desa Kusamba. ## Hasil Dan Pembahasan Program kerja kelompok Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu melaksanakan Seminar dan Workshop gunanya dapat menjadi gambaran bagi masyarakat bagaimana bersama – sama mengajak para masyarakat desa untuk berkontribusi dalam pengelolaan usaha pemindangan ikan dan garam, sehingga aset yang dimiliki oleh Desa Kusamba tidak diambil alih oleh orang luar dari Desa Kusamba. Karena potensi alam tersebut harus dilakukan oleh ruang lingkup internal dari masyarakat Desa Kusamba dan tidak punah serta kehilangan jati diri dari Desa Kusamba. Program kerja yang kami laksanakan selama KKN di Desa Kusamba adalah Seminar Pemberdayaan Wanita dengan tema “ The Womenpreneur : Perempuan Cerdas Pilih Berwirausaha”. Seminar ini ditujukan kepada Ibu – Ibu PKK, walaupun sebagai ibu rumah tangga namun mereka bisa melakukan berwirausaha dari rumah, karena setelah kelompok kami melaksanakan observasi ke rumah warga banyak masyarakat melakukan usaha pembuatan jajan bali (Renggina) karena agama Hindu selalu membutuhkan jajan tersebut dan hampir setiap harinya ada upacara agama. Tentunya ini akan menjadi peluang besar bagi ibu rumah tangga, karena melihat jarang sekali warga desa membuat usaha pembuatan jajan bali renggina. Dari segi proses pembuatan jajan memang sangat panjang. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Workshop yang berjudul “Jati Diri” yaitu bagaimana cara kita membangun bersama – sama masyarakat Desa Kusamba untuk saling berkontribusi pada pengelolaan ikan, garam dan abon, karena melihat generasi penerus belum ada bahkan tidak ada yang berminat. Disinilah kami kelompok SDM menjelaskan bagaimana kita merekrut karyawan agar dapat meneruskan pengelolaan garam dan ikan ini agar tetap terjaga dan terus berjalan. ## Simpulan Berdasarkan atas hasil analisis data yang diperoleh setelah observasi ke lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa realisasi kegiatan pemberian Seminar dan Workshop yang membahas tentang pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), pemahaman tentang organisasi, dan pemahaman berwirausaha berpengaruh signifikan pada peningkatan ilmu pengetahuan. Tujuan dari pemberian Seminar dan Workshop agar kedepannya masyarakat mendapat gambaran apa itu organisasi, bagaimana cara mengelola Sumber Daya Manusianya dan tentunya bagaimana agar warisan alam Desa Kusamba tetap terjaga dan lestari. Kerjasama antar Aparatur Desa dan Masyarakat menjadi kunci utama dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia ini untuk kedepannya nanti. ## Daftar Pustaka Prihantoro, Agung. 2012. “ Peningkatan Kinerja Sumber Daya Mnausia Melalui Motivasi, Disiplin, Lingkungan Kerja, Dan Komitmen ” Value Added. Universitas Muhammadiyah Semarang 78-98 Kristianto Wibowo, Bambang. 2015. Peranan Manajer Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Penarikan (Rekruitmen) di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) . Jurnal STIE Semarang, Vol 7, No 3: 13-30 Kalangi, Roosje. 2015. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dan Kinerja Aparat Sipil Negara di Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara . Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum, Vol 2, No 1: 1- 18 Malayu S. P Hasibuan. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung. Penerbit: Remaja Rosda Karya. Hani, Handoko. 2003 . Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, BPFE .
0659e59d-3c13-49f1-a638-a090cc27adb9
https://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/article/download/386/285
## EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Available online at:https://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi Hal| 45 KEKOMPAKAN DAN KEBERSAMAAN ANTAR SISWA YANG DIBANGUN MELALUI LAGU-LAGU DALAM BINSIK SIANG ## Amor Seta Gilang Pratama Fakultas Ilmu Budaya -Universitas Negeri Jambi Jl. Lintas Jambi - Muara Bulian Muaro Jambi, Jambi, Indonesia [email protected] ## ABSTRAK Kekompakan dan kebersamaan merupakan hal yang penting di dalam lingkungan militer. Lagu-lagu yang hadir dalam kegiatan Binsik Siang merupakan media yang dapat membangun kekompakan dan kebersamaan antar sesama siswa militer di Skadik 405. Berlari dan bernyanyi dalam kegiatan Binsik Siangdapat membangun kekompakan derap langkah kaki antar sesama siswa, dan juga membangun kebersamaan dengan bernyanyi secara bersama- sama. Proses terjadinya kekompakan dan kebersamaan ketika berlari dan bernyanyi, terlebih dahulu melalui proses penyesuaian dan rutinitas. Kekompakan dan kebersamaan yang dibangun melalui lagu-lagu Binsik Siang, seperti yang dinyatakan Blacking merupakan cermin dari budaya masyarakatnya, yang dalam hal ini merupakan budaya militer. Oleh sebab itu hal tersebut harus dibangun, dan lagu-lagu dalam kegiatan Binsik Siang memfasilitasi hal tersebut.Kajian ini dibahas menggunakan ilmu Antropologi dan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Etnografi. Kata Kunci: Kekompakan, Kebersamaan, Lagu, Proses ## ABSTRACT Compactness and togetherness are important things in military environment. Songs that are present in the activity of Binsik Siang are media that are able to build compactness and togetherness among military students in Skadik 405. Running and singing in the activity of Binsik Siang can build the compactness of footsteps among students, and also build togetherness particularly through singing together. The occurrence of compactness and togetherness as running and singing, it is previously started by the process of adjustment and routine. Compactness and togetherness built through Binsik Siang songs, like what’s stated by Blacking, is the reflection of its people culture that in this context is military culture. Therefore, those things must be built, and songs in the activity of Binsik Siang facilitate those things. This study was discussed by using anthropology and qualitative research method with ethnography approach. Keywords : Compactness, togetherness, song, process ## Amor Seta Gilang Pratama Hal| 46 Binsik Siang merupakan kegiatan pembinaan fisik, yang dilakukan pada siang hari. Binsik merupakan singkatan dari pembinaan fisik. Binsik Siang dilakukan oleh seluruh siswa militer yang berada di Skadik 1 (Skadron Pendidikan) 405, Pangkalan TNI Angkatan Udara Adi Soemarmo di Surakarta. Sudah semestinya jika para militer terutama siswa militer, berlatih dan membina fisik mereka. Hal tersebut dilakukan untuk menunjang fungsi mereka sebagai penjaga kedaulatan negara. Dengan memiliki fisik yang prima, maka setiap militer akan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Kegiatan Binsik Siang, bermacam- macam jenisnya. Namun dalam penelitian ini akan berfokus pada jenis kegiatan fisik berupa lari. Binsik Siang berfungsi untuk meningkatkan dan menjaga ketahanan fisik para siswa militer. Oleh karena itu dilakukan pada siang hari, tepatnya pukul 12.30 WIB, setelah melakukan ibadah sholat dzuhur. Dengan keadaan cuaca yang 1 Skadik 405 merupakan salah satu Skadron pendidikan yang berada di bawah komando dari Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo, Surakarta. Skadik merupakan semacam sekolah kemiliteran angkatan udara, dimana setiap Skadik memiliki jenis pendidikan yang berbeda-beda. Di Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo, ada 5 Skadik, di antaranya Skadik 401 yang melaksanakan pendidikan perwira, Skadik 402 yang melaksanakan pendidikan kejuruan radar, Skadik 403 yang melaksanakan pendidikan calon bintara, Skadik 404 yang melaksanakan pendidikan calon tamtama, dan Skadik 405 yang melaksanakan pendidikan kejuruan Polisi Militer atau POM AU, serta pendidikan kejuruan Jasmani Militer yang dicetak menjadi pelatih militer. relatif panas, para siswa dituntut oleh pelatih untuk berlari dengan rute dan beban yang sudah ditentukan. Rutenya bermacam- macam, rute jarak pendek, jarak menengah, dan jarak jauh. Beban yang diberikan oleh pelatih kepada siswa biasanya berupa ransel berisi pasir dengan berat sekitar 15 kilogram, senapan laras panjang, dan helm. Selain untuk menjaga serta meningkatkan fisik para siswa, sisi lain dari kegiatan Binsik Siang adalah untuk membangun kekompakan dan kebersamaan antar sesama siswa. Media yang digunakan untuk membangun hal tersebut adalah lagu. Hal ini yang menjadi ketertarikan peneliti untuk melihat lebih jauh tentang hubungan lagu-lagu dalam Binsik Siang, dengan kekompakan dan kebersamaan yang dibangun melalui lagu-lagu tersebut. Oleh sebab itu mucul beberapa pertanyaan penelitian yaitu: kekompakan dan kebersamaan seperti apa yang dibangun melaui lagu-lagu dalam Binsik Siang?;bagaimana proses terbentuknya kekompakan dan kebersamaan antar sesama siswa yang dibangun melaui lagu-lagu dalam Binsik Siang? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui bentuk kekompakan dan kebersaman yang dibangun melalui lagu-lagu dalam Binsik Siang; (2) mengetahui proses terbentuknya kekompakan dan kebersamaan antar sesama siswa yang dibangun melaui lagu-lagu dalam Binsik Siang. ## Amor Seta Gilang Pratama Hal| 47 Untuk membahas penelitian ini,peneliti mengacu pada konsep yang dipaparkan oleh John Blacking mengenai musik dalam sebuah budaya. Pada bukunya How Musical Is Man? Blacking mencoba melihat hubungan antara musik dan manusia dalam sebuah budaya. Menurut Blacking, musik dalam sebuah budaya merupakan hasil dari pengalaman obyektif masyarakatnya. Pengalaman obyektif didasarkan atas persamaan pengalaman antar sesama manusia dalam sebuah budaya (Blacking, 1974: 10). Pemilihan unsur- unsur musik dalam suatu budaya, merupakan refleksi atas lingkungan kulturnya. Sehingga, musik merupakan sebuah ekspresi sosial masyarakatnya (Blacking, 1974: 26-27). Pada penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data-data yang didapatkan berdasarkan atas pengamatan di lapangan penelitian, participant observer , wawancara, serta dokumentasi audio, visual, dan video. ## PEMBAHASAN 1. Kekompakan dan Kebersamaan Hubungan antara militer dan musik, bukan merupakan sebuah hubungan yang baru pada masa sekarang. Sejak dari zaman Plato, hubungan antara militer dan musik sudah terjalin. Pada zaman Plato tersebut, militer atau prajurit diwajibkan untuk dapat bermain musik, karena menurut Plato, musik dipercaya mampu menimbulkan sikap kemanusiaan pada diri para militer. Plato beranggapan, jika militer tidak memiliki sikap kemanusiaan, maka seorang militer akan bertindak diluar sifat-sifat kemanusiaan (Saidiman Ahmad. “Musik”. Dalam Opini Kompas, Sabtu 12 Mei 2012). Di Indonesia, hubungan antara militer dan musik, masih terlihat sampai saat ini. Dalam beberapa agenda kegiatan di kemiliteran, musik menjadi bagian di dalamnya. Para siswa Skadik 405 memiliki kedekatan dengan musik, khususnya lagu. Pada kegiatan Binsik Siang, para siswa Skadik 405 berlari sembari bernyanyi secara bersama-sama. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan ketika berlari cukup banyak, dan lagu-lagu tersebut dinyanyikan dengan cara disambung, dari satu lagu ke lagu selanjutnya begitu seterusnya hingga kegiatan berakhir. Selain berfungsi untuk memberikan semangat pada saat kegiatan, lagu-lagu yang dinyanyikan tersebut juga sebagai media untuk membangun kekompakan dan kebersamaan para siswa. Kekompakan tersebut dapat dilihat melalui derap langkah kaki para siswa ketika berlari . Ketika berlari dalam kegiatan Binsik Siang, derap langkah kaki antar sesama siswa terlihat kompak antara kaki kiri dan kanan. Dari barisan depan hingga ## Amor Seta Gilang Pratama Hal| 48 barisan belakang, ayunan kaki para siswa terlihat kompak, ‘seirama’ dengan lagu yang mereka nyanyikan (Wawancara Lettu Dedi Setiawan, 10 April 2013). Bagi sebagian siswa, derap langkah kaki yang beritmis konstan tersebut, dijadikan atau dianalogikan sebagai tempo pada setiap lagu yang dinyanyikan. Lebih jauh lagi, suara dari derap langkah kaki para siswa yang kompak dan padu, mempengaruhi psikologis para siswa. Maksudnya, semakin kompak derap langkah kaki mereka, maka semakin semangat pula menjalani kegiatan Binsik Siang, begitu pula sebaliknya. Karena bagi mereka, derap langkah kaki yang tidak kompak dan padu,tidak nyaman untuk dilihat dan didengar, serta mempengaruhi semangat dalam menjalani kegiatan.(wawancara siswa Skadik 405 Dedi Surya Putra Siahaan, 6 Desember 2011). Kekompakan dalam lingkungan militer memang diperlukan. Kepaduan derap langkah kaki ketika Binsik Siang merupakan satu contoh kecil yang menggambarkan kekompakan dalam lingkungan militer. Banyak hal yang dapat kita lihat ketika berbicara mengenai kekompakan dalam lingkungan militer. Hal ini dikarenakan militer bekerja secara bersama-sama, dan melaksanakan tugas secara bersama-sama. Jika kekompakan dalam lingkungan militer tidak dibangun, maka dalam menjalankan fungsinya akan berhadapan dengan kendala-kendala yang menghambat kerja militer itu sendiri. Oleh sebab itu perlu dibangun kekompakan antar sesama militer untuk menunjang tanggung jawabnya (Indonews.id, 20 Mei 2016). Lagu-lagu dalam kegiatan Binsik Siang merupakan media untuk membangun kekompakan tersebut. Untuk melihat lebih jauh tentang derap langkah kaki para siswa yang ‘seirama’ dengan lagu-lagu yang dinyanyikan, berikut gambarannya: ## Gambar 1. Terlihat derap langkah kaki antar sesama siswa yang kompak ( Foto: Agus Eko Triyono, 6 Juni 2012) ## Amor Seta Gilang Pratama Hal| 49 Gambar 2. Keterangan gambar 2: - Notasi di atas merupakan penggalan transkripsi salah satu lagu dalam Binsik Siang. - Pada garis para nada ritmis derap langkah, Ka merupakan derap langkah kaki kanan, dan Ki merupakan derap langkah kaki kiri. - Tidak harus derap langkah kaki pada lagu tersebut diawali dengan langkah kaki kanan, namun tergantung dari rangkaian lagu-lagu yang dinyanyikan. ## Gambar 3. Para siswa Skadik 405 melakukan kegiatan Binsik Siang dengan bernyanyi bersama-sama ( Foto: Agus Eko Triyono, 6 Juni 2012) ## Amor Seta Gilang Pratama Hal| 50 Bernyanyi bersama-sama dalam kegiatan Binsik Siang merupakan wujud dari kebersamaan antar siswa. Dikatakan demikian karena dalam praktiknya, seluruh siswa yang melakukan kegiatan bernyanyi secara bersama-sama.Tidak ada sistem hirarkis, setiap siswa baik yang berpangkat lebih tinggi atau lebih rendah, bersama- sama dalam satu suara (Wawancara Serma Riptohadi, 8 Desember 2011). Dalam aktivitas kegiatan yang lain, seperti latihan taktis, latihan operasi, dan sebagainya, kebersamaan antar sesama siswa pun sudah dibangun oleh para pelatih-pelatih militer. Namun, dalam hal ini lagu-lagu dalam kegiatan Binsik Siang turut membantu membangun rasa kebersamaan antar sesama siswa. Dalam lingkungan kemiliteran, kebersamaan merupakan suatu keharusan. Kebersamaan militer sangat dibutuhkan. Karena dengan kebersamaan tersebut, para militer mampu bersinergi menjaga kedaulatan negara (Jagratara.com, 18 Maret 2016). Kebersamaan militer bukan hanya dibutuhkan di dalam kesatuan-kesatuan kecil saja, namun kebersamaan antar kesatuan besar (darat, laut, dan udara) juga dibutuhakan. Kebersamaan ini semata-mata untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai tentara, pelindung kedaulatan bangsa (Hardjana, 2004: 69).Bahkan hingga akhir pengabdiannya sebagai prajurit TNI, seorang prajurit akan selalu merindukan kebersamaan yang tercipta di lingkungan kemiliteran (Syahnakri, 2009: 4). Blacking menyatakan bahwa musik dalam sebuah budaya merupakan refleksi sosial dari masyarakatnya (Blacking, 1974: 26-27). Lagu-lagu dalam Binsik Siang, juga merupakan refleksi dari budaya militer. Hal tersebut dapat dilihat melalui jenis lagu- lagu dalam Binsik Siang. Lagu-lagu dalam Binsik Siang berjenis mars. Menurut Mintargo, musik mars merupakan musik- musik yang memiliki ritmis cepat, bersemangat, membangun rasa kesatuan dan kebersamaan,serta dapat mengontrol ritmis gerak tubuh. (Wawancara tanggal 15 April 2013). Hal tersebut terlihat pada kegiatan Binsik Siang, dimana kekompakan dan kebersamaan timbul dikarenakan lagu yang hadir pada kegiatan tersebut. Oleh sebab itu, hadirnya lagu-lagu dalam kegiatanBinsik Siang merupakan cerminan dari budaya kemiliteran. Kekompakan dan kebersamaan yang dibangun melalui lagu- lagu tersebut merupakan sikap-sikap yang mencerminkan militer dan budayanya. ## Amor Seta Gilang Pratama Hal| 51 ## 2. Proses Terbentuknya Kekompakan dan Kebersamaan Sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa lagu-lagu dalam Binsik Siang dapat membangun kekompakan dan kebersamaan. Kekompakan derap langkah kaki antar sesama siswa, dan juga kebersamaan dalam satu suara menyanyikan lagu-lagu tersebut. Bernyanyi sembari berlari, tidak semudah yang terlihat. Para siswa militer perlu melakukan penyesuaian agar terbiasa melakukan hal tersebut. Berlari sembari bernyanyi, sudah dilakukan oleh para siswa sejak melaksanakan pendidikan pertama militer. Sejak awal itulah para siswa diberikan atau dikenalkan lagu-lagu untuk aktivitas berlari. Para pelatih militer yang mengenalkan dan mengajarkan lagu-lagu tersebut kepada siswa. Salah satu caranya adalah dengan mengumpulkan para siswa baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan, lalu pelatih mengajarkan satu persatu lagu-lagu yang digunakan ketika aktivitas lari (Wawancara Praka Agus Sulistyo, 5 Maret 2015). Pada awal melaksanakan aktivitas berlari sambil bernyanyi, para siswa merasakan kesulitan, disebabkan sulit untuk mengintegrasikan derap langkah kaki baik antar sesama siswa maupun dengan lagu- lagu yang dinyanyikan, serta belum menguasai repertoar lagu-lagu tersebut (Wawancara Mayor Istiawan, 4 Desember 2011). Dengan melakukan aktivitas berlari dan bernyanyi secara rutinsetiap hari, maka para siswa terbiasa dan dapat menyesuaikan (Wawancara Praka Agus Sulistyo, 5 Maret 2015). Jika para siswa sudah terbiasa dan dapat menyesuaikan, maka berlari sambil bernyanyi sudah menjadi hal yang otomatis. Maksudnya, hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas dansesuatu yang internal di dalam benak mereka. Hal yang internal tersebut, menurut Sacks dapat dibentuk melalui pengalaman musikal (Sacks, 2013: 231). Pengalaman dalam hal ini karena faktor kebiasaan dan rutinitas berlari sambil bernyanyi. Kekompakan dan kebersamaan akan timbul jika para siswa telah melalui proses- proses tersebut. Jika para siswa telah dapat menguasai dan menyesuaikan antara lagu dan lari, maka dalam praktiknya kekompakan dan kebersamaan akan terwujud. Siswa-siswa Skadik 405, telah terbiasa melakukan kegiatan berlari sambil bernyanyi,sebab Skadik 405 merupakan sekolah atau lembaga yang melaksanakan pendidikan lanjutan, bukan melaksanakan pendidikan pertama atau pendidikan dasar militer. Dengan demikian, siswa-siswa yang berada di Skadik 405 telah terlebih dahulu melalui pendidikan pertama atau pendidikan dasar, dimana mereka telah kenal dan biasa melakukan aktivitas berlari ## Amor Seta Gilang Pratama Hal| 52 sambil bernyanyi. Ketika mereka melanjutkan pendidikan di Skadik 405, aktivitas tersebut tidak asing bagi mereka. Secara historis, banyak lagu-lagu dalam kegiatan Binsik Siang yang tidak berjudul dan tidak diketahui penciptanya (Wawancara Serma Riptohadi, 8 Desember 2011). Namun, jika melihat dari teks-teks lagu yang dinyanyikan, rata-rata menceritakan tentang lingkungan kemiliteran, yaitu tentang aktivitas dan suasana latihan, nasionalisme, patriotisme, kesatuan, dan sebagainya. Blacking menyatakan bahwa musik dalam suatu budaya merupakan hasil dari pengalaman atau persamaan pengalaman masyarakatnya (Blacking, 1974: 10). Lagu-lagu dalam Binsik Siang, merupakan hasil dari pengalaman para militer di dalam lingkungannya. Hal tersebut dapat dilihat melalui teks-teks lagunya yang menggambarkan aktivitas serta sifat-sifat militer. Berikut beberapa lagu-lagu dalam kegiatan Binsik Siang: Copyright © 2018, Jurnal Ekspresi Seni, ISSN 1412-1662 (print), ISSN 2580-2208 (online) Hal| 53 Gambar 5. ## Amor Seta Gilang Pratama Hal| 54 Notasi pada gambar 4,5, dan 6, merupakan trasnkripsi dari beberapa lagu-lagu yang dinyanyikan dalam kegiatan Binsik Siang. Teks lagu dari ketiga lagu tersebut menggambarkan tentang lingkungan kemiliteran yaitu tentang aktivitas latihan, keberanian sebagai seorang prajutit, nasionalisme, kebanggan terhadap kesatuan, dan lain-lain. Lagu-lagu dalam Binsik Siang, terinspirasi dari dalam lingkungannya. Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh para militer baik pengalaman disaat menjalani latihan, pengalaman bela negara, pengalaman mendapatkandoktrin-doktrin yang ditanamkan di dalam diri prajurit, dan sebagainya, maka hal tersebut dimanifestasikan ke dalam lagu-lagu Binsik Siang. ## PENUTUP Lagu-lagu dalam Binsik Siang merupakan sebuah media untuk membangun kekompakan dan kebersamaan antar sesama siswa Skadik 405. Walaupun kekompakan dan kebersamaan dalam hal ini hanya sebatas kekompakan derap langkah kaki antar sesama siswa, dan kebersamaan menyanyikan lagu-lagu ketika melaksanakan Binsik Siang, namun hal tersebut merupakan sesuatu yang dapat membangunserta menumbuhkan kekompakan dan kebersamaan pada diri para siswa. Kekompakan dan kebersamaan antar sesama siswa, tidak muncul begitu saja dalam kegiatan Binsik Siang. Namun sudah ditanamkan dan diajarkan oleh para pelatih di saat melaksanakan pendidikan pada jenjang-jenjang karir tertentu. Hal tersebut dikarenakan kekompakan dan kebersamaan merupakan hal yang penting di dalam lingkungan kemiliteran. Dengan demikian, kekompakan dan kebersamaan antar sesama prajurit khususnya siswa, harus tetap dijaga dan dibangun demi terwujudnya keharmonisan dalam lingkungan kemiliteran. Lagu-lagu dalam Binsik Siang, merupakan sebuah media yang dapat membantu membangun dan mewujudkan hal tersebut. ## KEPUSTAKAAN Hardjana, Suka. 2004. Esai dan Kritik Musik. Yogyakarta: Galang Press, cetakan pertama. Sachs, Oliver. 2013. Musikofilia: Kisah- kisah Tentang Musik dan Otak . Jakarta Utara: PT Indeks, cetakan pertama. Saidiman Ahmad. “Musik”. Dalam Opini Kompas, Sabtu 12 Mei 2012. Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarya: PT Tiara Wacana. Syahnakri, Kiki. 2008. Aku Hanya Tentara. Jakarta: Kompas. Hal| 55 Blacking, John. 1974. How Musical Is Man?. United States Of America: University of Washington Press. Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius. ## Webtografi Indonews.id: Diakses pada tanggal 25 Juli 2016, pukul 03.00 WIB Jagratara.com: Diakses pada tanggal 25 Juli 2016, pukul 03.25 WIB Daftar Narasumber Nama : Edy Kristanto NRP : 528657 Pangkat : Mayor POM Jabatan : Kasiops Skadik 405 Nama : Dedy Setyawan NRP : 538685 Pangkat : Lettu Sus Jabatan : Komandan Satuan Musik Lanud Adi Soemarmo Nama : Riptohadi Sumargono NRP : 510214 Pangkat : Serma Jabatan : Baopsdik Skadik 405 Nama : Agus Sulistiyono NRP : 531354 Pangkat : Praka Status : Siswa Susjurlata ke-30 Skadik 405 Nama : Dedy Surya Putra Siahaan Usia : 23 Tahun Status : Siswa Sesarcab POM ke-17 Skadik 405 Nama : Drs. Wisnu Mintargo, M. Hum Profesi : Penulis dan Dosen Musik Barat di Jurusan Etnomusikologi ISI Surakarta Nama : Istiawan Pangkat : Mayor POM Jabatan : mantan Kasiops Skadik 405 tahun 2011 Nama : Teguh Amdhi S Pangkat : Mayor POM NRP : 526320 Jabatan : mantan Kasiops Skadik 405 tahun 2012
d71082d1-0ff2-4eaa-88d9-9624cd4b92c0
https://ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs32/index.php/JOISIE/article/download/3882/1564
## PENERAPAN ALGORITMA BACKPROPAGATION DALAM MEMPREDIKSI JUMLAH JAMAAH HAJI PEMATANG SIANTAR Humaidi Hambali 1 , M. Safii 2 1,2 Ilmu Komputer, STIKOM Tunas Bangsa, Pematang Siantar, Jl. Kartini, Proklamasi, Kec. Siantar Bar., Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara email: [email protected] 1 , [email protected] 2 ## Abstract One of the main pilar of Islam is performing the Hajj pilgrimage for those who are able. Every year, the number of Hajj registrant in Pematang Siantar experiences significant fluctuatuions, making it challenging to plan and allocate resources, including accommodation, transportation, and other support services, more effectively. To solve the proble above, A method is required to analyze the number of Hajj registrants in Pematang Siantar. The Backpropagation method can be utilized, employing training data from 2018 to 2021 and test data from 2019 to 2022.The results obtained using Matlab R2011a Application show 3-11-1 as the best architecture with an accuracy rate of 100%. This research indicates that there will be 33 Hajj registrants in Pematang Siantar in the following yearIt can be concluded that the backpropagation algorithm is an effective method for facilitating prediction searches, with its accuracy being dependent on the architecture employed. ## Keywords: ANN, Backpropagation, Hajj Registrant, Pematang Siantar, Prediction ## Abstrak Salah satu pilar utama agama Islam adalah melaksanakan ibadah haji bagi mereka yang mampu. Setiap tahun, jumlah jamaah pendaftar haji di Pematang Siantar mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan sehingga cukup kesulitan untuk merencanakan dan mengalokasikan sumber daya, akomodasi, transportasi, dan layanan pendukung lainnya dengan lebih efektif. Untuk menyelesaikan masalah diatas, diperlukan suatu cara untuk menganalisis jumlah jamaah pendaftar haji di Pematang Siantar. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Backpropagation dengan data pelatihan dari tahun 2018 hingga 2021 dan data pengujian dari tahun 2019 hingga 2022. Hasil yang dihasilkan menggunakan Aplikasi Matlab R2011a menunjukkan 3-11-1 sebagai arsitektur terbaik dengan tingkat akurasi 100%. Penelitian ini menunjukan bahwa pada tahun berikutnya akan ada 33 jamaah pendaftar haji di Pematang Siantar. Dapat disimpulkan bahwa algoritma backpropagation dapat digunakan sebagai metode yang mempermudah pencarian prediksi, dan tingkat akurasi yang diperoleh bergantung pada arsitektur yang digunakan. Kata Kunci: JST, Backpropagation, Pendaftaran Haji, Pematang Siantar, Prediksi ## 1. PENDAHULUAN Di Indonesia, negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia, sekitar 87,2% dari total penduduk, atau sekitar 229 juta jiwa, menganut Islam. Agama ini didasarkan pada lima prinsip utama yang dikenal sebagai Rukun Islam, yaitu mengucapkan syahadat, shalat, puasa Ramadhan, membayar zakat, dan menunaikan haji. Bagi mereka yang mampu secara jasmani dan rohani serta siap menyambut Tamu Allah, menunaikan ibadah haji adalah salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan.(Harahap et al., 2021). Ibadah haji dan umrah merupakan dambaan setiap umat islam untuk dapat menunaikan apa yang diperintahkan agamanya. Haji merupakan bagian dari rukun iman yang kelima setelah beriman, shalat, puasa dan zakat. Haji dan Umroh wajib hukumnya bagi yang mampu setiap laki-laki atau perempuan satu kali seumur hidupnya (Nazaruddin et al., 2020) . Haji adalah kunjungan ke Baitullah (Ka'bah) di Mekkah untuk melakukan ibadah tertentu dalam kondisi tertentu. Ibadah haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, yang mampu dan memenuhi syarat-syaratnya. Jamaah haji adalah semua orang Islam yang terdaftar untuk menunaikan ibadah haji, dengan pengelolaan, pembiayaan dan persyaratan yang ditentukan. Ibadah haji adalah ibadah haji yang mengunjungi Ka'bah pada waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu atau ditentukan (Reza et al., 2020). Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan ketepatan dalam perencanaan pendaftaran haji, penerapan teknologi dan metode analisis data menjadi suatu keharusan. Salah satu metode yang cukup efektif untuk memprediksi jumlah pendaftar haji adalah menggunakan Jaringan Saraf Tiruan dengan Algoritma Backpropagation. Jaringan saraf tiruan mampu menyelesaikan masalah kompleks terkait deteksi, prediksi, dan pengenalan pola. Teknologi jaringan syaraf tiruan (JST) telah berkembang pesat dalam bidang peramalan. ANN dapat membuat prediksi berdasarkan data kejadian masa lalu dan faktor terkait. Proses peramalam/forecasting dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode termasuk metode backpropagation. Salah satu struktur jaringan saraf tiruan yang dapat dipakai untuk belajar dan menganalisis pola dalam data sebelumnya dengan lebih cermat guna menghasilkan hasil yang lebih unggul adalah metode propagasi mundur. Teknik jaringan saraf tiruan backpropagation banyak digunakan untuk menyelesaikan permasalahan peramalan. Teknologi ini dapat menyelesaikan masalah yang kompleks dan mencakup proses identifikasi, prediksi, dan pengenalan pola. Selain itu, propagasi mundur yang cepat, sederhana, dan mudah diprogram tidak memerlukan parameter optimasi selain jumlah input yang fleksibel. Dengan demikian, teknologi ini tidak memerlukan pengetahuan jaringan sebelumnya atau fitur khusus dari fungsi yang diteliti (Thoriq, 2022). Dalam menentukan arsitektur terbaik, perlu untuk mengimplementasikan data dasar kedalam aplikasi Matlab sebelum menemukan arsitektur terbaik. Penelitian ini akan melakukan proses pengolahan data menggunakan data latih dari tahun 2018 sampai 2021 dan data uji dari tahun 2019-2022. Penelitian ini memperkirakan jumlah jamaah pendaftar haji Kota Pematang Siantar untuk membantu Kementerian Agama Kota Pematang Siantar dalam merencanakan dan mengalokasikan sumber daya, akomodasi, transportasi, dan layanan pendukung lainnya dengan lebih efektif. Penelitian sebelumnya mengenai prediksi, seperti penelitian (Harahap et al., 2021) yang memprediksi jumlah jamaah haji di provinsi riau dengan menggunakan metode Backpropagation, hasil penelitian menunjukan jumlah jamaah pendaftar haji di provinsi riau mengalami kenaikan di beberapa kabupaten/kota. Sebagai contoh, di Kabupaten Pelalawan, jumlah pendaftar sebelumnya adalah 11 orang, namun diperkirakan akan meningkat menjadi 62 orang pada periode berikutnya. Begitu pula di Kabupaten Rokan Hilir, jumlah pendaftar sebelumnya sebanyak 14 orang dan diprediksi akan meningkat menjadi 50 orang pada periode selanjutnya. Perbedaan yang paling utama dari penelitian terdahulu dan penelitian ini adalah lokasi penelitian sebelumnya terletak di Provinsi Riau dan tahun prediksi adalah tahun 2022, selain itu juga terdapat perbedaan pada hasil akhir penelitian yang mempunyai arsitektur terbaik 12-12-1 dengan nilai MSE sebesar 0,03264, Penelitian (Agustina et al., 2023) dalam memprediksi distribusi air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma menggunakan metode Backpropagation, hasil prediksi menunjuk 4-2-1 sebagai arsitektur terbaik. Prediksi distribusi air pada tahun 2022 diperoleh sebanyak 6.829.056, 2023 sebanyak 6.865.358, 2024 sebanyak 6.867.817 dan sebanyak 6.868.785 pada tahun 2025. Terakhir penelitian (Rahmat et al., 2023) membahas prediksi mengenai penjualan ponsel pintar dengan metode backpropagation kombinasi Particle Swarm Optimization. Metode BP-PSO dapat digunakan untuk meramalkan penjualan ponsel Manfaat Cell dengan hasil yang baik. Hal ini terbukti dari nilai MAPE yang diperoleh menggunakan metode tersebut, yang relatif kecil, yaitu sebesar 3,45325%. ## 2. METODE PENELITIAN ## 2.1 KERANGKA KERJA PENELITIAN Dalam penelitian ini data pendaftar haji dikumpulkan dari Kantor Kementerian Agama Kota Pematang Siantar. Penelitian ini menggunakan data pelatihan tahun 2018 sampai 2021, data uji tahun 2019 sampai 2022, dan melakukan prediksi untuk tahun 2023. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelayanan registrasi dilakukan identifikasi masalah dan pengambilan keputusan serta output dan input yang dilakukan agar dapat untuk menguji aplikasi Matlab untuk mendapatkan arsitektur yang optimal. Prediksi kemudian dibuat berdasarkan data yang diperoleh sebelumnya berdasarkan arsitektur terbaik matlab. ## Gambar 1. Kerangka kerja penelitian Berikut adalah penjelasan mengenai kerangka kerja penelitian backpropagation dengan langkah- langkah yang disebutkan: 1. Pengumpulan Data Langkah pertama dalam penelitian adalah mengumpulkan data yang relevan. Data ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti data historis, eksperimen, survei, atau basis data yang sudah ada. 2. Mengidentifikasi masalah Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi masalah yang ingin dipecahkan. 3. Penetapan Input & Output Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, tentukan variabel-variabel input dan output. Input adalah data yang akan digunakan untuk melatih model, sedangkan output adalah hasil yang diharapkan dari model. 4. Pengujian Matlab Setelah menetapkan input dan output, langkah selanjutnya adalah menguji model menggunakan perangkat lunak Matlab. Matlab menyediakan berbagai tool untuk implementasi algoritma backpropagation. 5. Penentuan Arsitektur Terbaik Setelah model diuji, selanjutnya adalah menentukan arsitektur terbaik untuk jaringan saraf tiruan. Ini mencakup pemilihan jumlah lapisan tersembunyi, jumlah neuron dalam setiap lapisan, dan fungsi aktivasi yang digunakan. 6. Memprediksi Setelah arsitektur terbaik ditentukan dan model telah dilatih, langkah terakhir adalah menggunakan model untuk melakukan prediksi. Pada tahap ini, model diaplikasikan pada data baru untuk melihat seberapa baik model tersebut dapat memprediksi hasil yang diinginkan. Hasil prediksi kemudian dievaluasi untuk menilai kinerja model. ## 2.2 PENGERTIAN HAJI Secara etimologis, kata "haji" berasal dari akar kata ح اج - يَ ُح ج – َح َّج yang berarti melakukan perjalanan yang direncanakan atau disengaja. Namun, dalam pengertian istilah, haji merujuk pada perjalanan ke Baitullah (Ka'bah) untuk menjalankan ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Menurut ulama fiqih seperti Abi al-Syuja, haji adalah perjalanan ke Baitullah di Tanah Haram Makkah untuk beribadah. Ini berarti mengunjungi Ka'bah untuk beribadah kepada Allah dengan melaksanakan rukun-rukun tertentu dan kewajiban-kewajiban lainnya pada waktu-waktu yang telah ditentukan (Hakim Hanafi, 2021). ## 2.3 PENGERTIAN KECERDASAN BUATAN Kecerdasan buatan (AI) adalah istilah umum yang mengacu pada teknologi yang dapat membuat mesin menjadi “cerdas”. Perusahaan berinvestasi dalam penelitian dan penerapan AI untuk mengotomatisasi, meningkatkan, atau mereplikasi kecerdasan manusia, analisis, dan pengambilan keputusan, dan profesi audit internal harus siap untuk berpartisipasi penuh dalam inisiatif organisasi untuk menerapkan AI (Sari et al., 2022). Pemanfaatan kecerdasan buatan dalam industri tidak hanya terbatas pada industri telekomunikasi saja, namun juga pada sektor perbankan, manufaktur, jasa, bahkan administrasi public (Ririh et al., 2020). Penggunaan kecerdasan buatan juga meluas ke berbagai bidang, termasuk sektor hukum. Berbasis di Hangzhou, Tiongkok, AI Judge telah ada sejak tahun 2017, namun masih sebatas menangani litigasi yang melibatkan aspek digital, termasuk masalah belanja dan penjualan online, masalah hak cipta, dan tanggung jawab produk e-commerce (Sihombing et al, 2020). Jaringan Saraf Tiruan (JST) adalah sistem komputasi yang menunjukkan karakteristik serupa dengan jaringan saraf biologis saat menangkap informasi dari lingkungan eksternal. Tujuan utama dari JST adalah menciptakan model sistem komputasi yang dapat meniru perilaku jaringan saraf biologis.(Lestari & Sinaga, 2021). Jaringan saraf tiruan mampu memprediksi situasi atau peristiwa di masa depan berdasarkan data historis. Mereka juga dapat menangani data yang berisi noise dengan baik dan menemukan keterkaitan yang kompleks antara variabel input dan output. (Asrianto & Herwinanda, 2022). Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation (BPNN) pertama kali dikembangkan oleh Paul Werbos pada tahun 1974. Kemudian, metode ini diperkenalkan kembali oleh David Parker pada tahun 1982, dan akhirnya dipopulerkan oleh Rumelhart dan McCelland pada tahun 1986.(Simanungkalit et al., 2020). Backpropagation adalah salah satu algoritma yang paling populer dan efektif untuk meningkatkan pelatihan jaringan syaraf tiruan pada jaringan multi-layer yang kompleks. Algoritma ini membantu membuat pelatihan jaringan lebih efisien dan sederhana. (Putra & Ulfa Walmi, 2020). ## 2.4 MATLAB The MathWorks Inc. telah menciptakan perangkat lunak bernama MATLAB yang sangat berguna untuk menyelesaikan berbagai permasalahan numerik (Fatwa et al., 2022). Software ini menyediakan kemudahan dan kesederhanaan dalam menangani masalah yang melibatkan operasi vektor dan matriks. Cari matriks inversnya dan selesaikan persamaan linear yang terkait. (Utari et al., 2021). Dalam melakukan pengolahan data untuk mendapatkan nilai keluaran menggunakan aplikasi Matlab dengan rumus sebagai berikut (Budi et al, 2023): % Membuat Multi Layer Neural Network (2,3,4,5(Bebas)) net = newff(minmax(p),[hidden layer,1],{'tansig','logsig'},'traingd'); % Membangkitkan bobot dan bias net.IW{1,1} net.LW{2,1} net.b{1} net.b{2} % Nilai parameter default Fletcher-Reeves (trainrp) net.trainParam.epochs = 2500000; net.trainParam.show = 1000; net.trainParam.showCommandLine = false; net.trainParam.showWindow = true; net.trainParam.goal = 0.0001; net.trainParam.time = inf; net.trainParam.min_grad = 1e-05; net.trainParam.max_fail = 6; net.trainParam.searchFcn = 'srchcha' % Melakukan Testing net = train(net,p,t) % Melihat hasil pada saat performance ditemukan [a,Pf,Af,e,perf] = sim(net,p,[],[],t) %melakukan simulasi menggunakan data uji berdasarkan hasil Training [a,Pf,Af,e,perf] = sim(net,p1,[],[],t1) ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses identifikasi yang sesuai diperlukan sebelum memulai aplikasi Matlab untuk memilih arsitektur terbaik untuk analisis keseluruhan. Mengidentifikasi masalah penelitian melibatkan mengidentifikasi sumbernya, mengembangkan rumusan masalah secara menyeluruh, dan menentukan konsekuensi dari masalah tersebut. Dalam penelitian ini data pendaftar haji dikumpulkan dari Kantor Kementerian Agama. Kota Pematang Siantar Hasil penelitian dapat salah jika tidak didefinisikan secara akurat. Untuk mencapai solusi yang tepat dalam menyelesaikan suatu masalah, penting untuk mengidentifikasi masalah dan memiliki pemahaman menyeluruh tentang karakteristiknya. ## 3.1 PENETAPAN INPUT Algoritma backpropagation untuk melakukan proses prediksi Jumlah Pendaftar Haji, diperlukan data sebagai berikut. Hasil pengumpulan data jumlah pendaftar haji diperoleh data dengan 8 penetapan input. Dapat dilhat pada table 1 bahwasannya pada penelitian ini terdapat 8 penetapan input dengan 8 variable yaitu X1-X8. Tabel 1. Variabel Input no variabel nama kriteria 1 X1 Siantar Sitalasari 2 X2 Siantar Martoba 3 X3 Siantar Barat 4 X4 Siantar Timur 5 X5 Siantar Utara 6 X6 Siantar Marimbun 7 X7 Siantar Selatan 8 X8 Siantar Marihat ## 3.2 PENETAPAN OUTPUT Algoritma backpropagation memerlukan arsitektur yang optimal pada saat melakukan pemrosesan prediksi, memperhatikan nilai error yang minimal dan memperhatikan akurasi yang paling tinggi. Penelitian ini menggunakan nilai kesalahan minimum 0,02 atau lebih kecil untuk nilai benar (1) dan 0,02 atau lebih tinggi untuk nilai salah (0). Semakin kecil nilai kesalahan minimum yang diperoleh, semakin baik hasil penelitian tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dibangun mampu menghasilkan prediksi atau solusi yang lebih akurat dan mendekati data yang sebenarnya. ## 3.3 PENGOLAHAN DATA Langkah pertama sebelum memasukkan data ke Matlab adalah menormalkan data menggunakan fungsi sigmoid Excel, yang menghasilkan nilai antara 0 dan 1. Dalam laporan ini, fungsi sigmoid digunakan untuk memisahkan data yang telah dinormalisasi menjadi dua bagian: data pelatihan dan data pengujian. Data pelatihan berkisar dari tahun 2018 hingga 2021, sementara data pengujian berkisar dari tahun 2019 hingga 2022. Sebelum memisahkan data pelatihan dan data pengujian, keduanya harus dinormalisasi terlebih dahulu. Oleh karena itu, normalisasi dilakukan sebagai langkah awal sebelum analisis lebih lanjut dalam Matlab.Oleh karena itu, normalisasi data dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: x1= 0.8(𝑋−𝑎) 𝑏−𝑎 +0.1 (1) Keterangan : x 1 : data yang telah ditransformasi x : data yang akan dinormalisasi 𝑎 : data minimum b : data maksimum Tabel 2. Data Pelatihan Setelah Normalisasi Nama Kecamatan 2018 2019 2020 2021 S. Sitalasari 0.570922 0.610638 0.332624 0.287234 S. Martoba 0.412057 0.349645 0.241844 0.168085 S. Barat 0.837589 0.9 0.508511 0.298582 S. Timur 0.253191 0.389362 0.19078 0.185106 S. Utara 0.412057 0.406383 0.315603 0.202128 S. Marimbun 0.139716 0.122695 0.122695 0.117021 S. Selatan 0.111348 0.122695 0.105674 0.105674 S. Marihat 0.105674 0.128369 0.111348 0.1 Dalam Jaringan Saraf Tiruan (JST), normalisasi data adalah proses mengubah nilai data (data latih dan data uji) menjadi rentang nilai yang dapat diproses oleh JST, yang biasanya diinginkan dalam rentang -1 hingga 1. Pada tahap ini, normalisasi dilakukan untuk menghasilkan data dalam rentang antara 0 hingga 1 karena penggunaan fungsi aktivasi sigmoid biner dengan nilai output yang berada dalam rentang tersebut. Metode normalisasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode minimum-maksimum, di mana nilai data diubah agar berada dalam rentang yang ditentukan berdasarkan nilai minimum dan maksimum dari setiap atribut. Tabel 3. Data Pengujian Setelah Normalisasi Nama Kecamatan 2019 2020 2021 2022 S. Sitalasari 0.610638 0.332624 0.287234 0.117021 S. Martoba 0.349645 0.241844 0.168085 0.122695 S. Barat 0.9 0.508511 0.298582 0.105674 S. Timur 0.389362 0.19078 0.185106 0.253191 S. Utara 0.406383 0.315603 0.202128 0.287234 S. Marimbun 0.122695 0.122695 0.117021 0.111348 S. Selatan 0.122695 0.105674 0.105674 0.111348 S. Marihat 0.128369 0.111348 0.1 0.105674 ## 3.4 ARSITEKTUR TERBAIK Dalam penelitian ini, arsitektur 3-11-1 menghasilkan data pelatihan dengan tingkat akurasi terbaik yaitu sebesar 100% dan MSE (Mean Squared Error) sebesar 0.00009994, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4. ## Tabel 4. Data Pelatihan Arsitektur 3-11-1 Nama Kecamatan Output Error SSE Hasil S. Sitalasari 0.2882 -0.001 0.00000100 1 S. Martoba 0.1816 -0.0135 0.00018225 1 S. Barat 0.2987 -0.0002 0.00000004 1 S. Timur 0.1892 -0.0041 0.00001681 1 S. Utara 0.1837 0.0185 0.00034225 1 S. Marimbun 0.1044 0.0126 0.00015876 1 S. Selatan 0.1082 -0.0025 0.00000625 1 S. Marihat 0.1096 -0.0096 0.00009216 1 Jlh SSE 0.00079952 100% MSE 0.00009994 Dalam Tabel 5 dapat dilihat bahwa arsitektur 3-11-1 menghasilkan data pengujian dengan tingkat akurasi sebesar 100% dan MSE ( Mean Squared Error ) sebesar 0.00009995. Tabel 5. Data Pengujian Arsitektur 3-11-1 Nama Kecamatan Output Error SSE Hasil S. Sitalasari 0.1215 -0.0045 0.00002025 1 S. Martoba 0.1415 -0.0188 0.00035344 1 S. Barat 0.1033 0.0024 0.00000576 1 S. Timur 0.2442 0.0090 0.00008100 1 S. Utara 0.2837 0.0035 0.00001225 1 S. Marimbun 0.1117 -0.0004 0.00000016 1 S. Selatan 0.1207 -0.0093 0.00008649 1 S. Marihat 0.0902 0.0155 0.00024025 1 Jlh SSE 0.00079960 100% MSE 0.00009995 Arsitektur 3-11-1 memperoleh nilai performance 0.0000100 dan melakukan proses train dengan waktu yang cukup lama yaitu 10 menit 26 detik. Gambar 2. Hasil Penggunaan Arsitektur 3-11-1 ## 3.5 REKAPITULASI ARSITEKTUR Hasil keseluruhan untuk setiap arsitektur ditunjukkan pada tabel di bawah. Tabel dibawah menunjukkan bahwa arsitektur 3-11-1 memberikan akurasi 100%. Penelitian ini menggunakan lima arsitektur yang diuji dengan Matlab R2011a. Dari kelima arsitektur yang diuji, arsitektur 3-11-1 keluar sebagai arsitektur terbaik dengan nilai MSE pengujian sebesar 0.00009995, nilai epoch sebesar 76758 dan membutuhkan waktu proses cukup lama yaitu 10 menit 26 detik. ## Tabel 6. Rekapitulasi Arsitektur Model Arsitektur Epoch Waktu Latih MSE Latih Akurasi MSE Uji Akurasi 3-11-1 76758 10:26 0.00009994 100% 0.00009995 100% 3-36-1 20213 03:03 0.00009999 100% 0.000467636 87% 3-65-1 3436 00:23 0.00009997 87% 0.000546055 87% 3-57-1 22441 02:43 0.00010007 87% 0.000178826 87% 3-53-1 14539 01:48 0.00009991 100% 0.000246936 75% ## 3.6 HASIL PREDIKSI Hasil perancangan menghasilkan model terbaik dengan arsitektur 3-11-1. Model ini akan dipakai untuk memprediksi jumlah pendaftar haji di Kementerian Agama Kota Pematang Siantar. Rumus yang digunakan untuk prediksi jumlah pendaftar haji di Kementerian Agama Kota Pematang Siantar dengan model arsitektur 3-11-1 adalah : x =((x’ – 0,1)(x.max-x.min)/0,8)) + min (2) Keterangan : x’ : Data normalisasi x.max : Data maksimal asli x.min : Data minimal asli Berikut ini hasil prediksi dengan menggunakan model arsitektur terbaik seperti yang ditunjukan pada table berikut: Tabel 7. Hasil Prediksi Nama Kecamatan Data Real Target Target Prediksi Prediksi S. Sitalasari 4 0.117021 0.1215 3 S. Martoba 5 0.122695 0.1415 4 S. Barat 2 0.105674 0.1033 2 S. Timur 28 0.253191 0.2442 8 S. Utara 34 0.287234 0.2837 9 S. Marimbun 3 0.111348 0.1117 2 S. Selatan 3 0.111348 0.1207 3 S. Marihat 2 0.105674 0.0902 2 Jumlah 33 ## 4. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari yaitu penerapan metode backpropagation dapat digunakan untuk memprediksi jumlah jamaah yang akan mendaftar haji di kota Pematang Siantar. Hasil yang dilakukan pada software MATLAB R2011a menunjukkan bahwa model arsitektur terbaik adalah arsitektur 3-11-1 dengan tingkat presisi 100, angka MSE 0,00009995, dan nilai epoch 76758.Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa jumlah jamaah yang mendaftar haji pada periode berikutnya sebanyak 33 orang.Dapat disimpulkan bahwa jumlah jamaah yang mendaftar haji pada periode berikutnya mengalami penurunan. Hal ini akan memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk merencanakan alokasi sumber daya, akomodasi, transportasi dan layanan pendukung lainnya secara lebih efisien, mengurangi limbah dan memastikan tersedianya sumber daya yang terbatas. ## DAFTAR PUSTAKA Agustina, D., Hafiyusholeh, M., Fanani, A., & Prasetijo, D. (2023). Prediksi Distribusi Air Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirta Dharma Kota Pasuruan Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation. Jurnal Processor , 18 (1), 8–16. Https://Doi.Org/10.33998/Processor.2023.18.1.697 Asrianto, R., & Herwinanda, M. (2022). Jurnal Computer Science And Information Technology ( Coscitech ) Algoritma Support Vector Machine . 3 (3), 431–440. Budi Mulyono, & Nursalim. (2023). Prediksi Rentet Waktu Penjualan Barang Menggunakan Algoritma Backpropagation. Jurnal Kolaboratif Sains , 6 (2), 131–139. Https://Doi.Org/10.56338/Jks.V6i2.3300 Fatwa, M., Rizki, R., Sriwinarty, P., & Supriyadi, E. (2022). Pengaplikasian Matlab Pada Perhitungan Matriks. Papanda Journal Of Mathematics And Science Research , 1 (2), 81–93. Https://Doi.Org/10.56916/Pjmsr.V1i2.260 Hakim Hanafi, L. (2021). The Obligation Of Hajj During Covid-19 Pandemic: Analysis Of Law In Islamic Jurisprudence (Fiqh) . 2 (1), 56–65. Https://Almaqasid.My Harahap, I. H., Budianita, E., & Afrianty, I. (2021). Penerapan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Untuk Prediksi Jumlah Jamaah Pendaftar Haji Provinsi Riau. Seminar Nasional Teknologi … , November , 32–42. Http://Ejournal.Uin- Suska.Ac.Id/Index.Php/Sntiki/Article/View/14378 Lestari, A., & Sinaga, B. (2021). Implementasi Metode Backpropagation Memprediksi Tingkat Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Mts.S Ummi Lubuk Pakam. Jikomsi (Jurnal Ilmu Komputer Dan Sistem Informasi) , 3 (3), 251–276. Nazaruddin, N., Hidayat, R., & Andreas, R. (2020). Analisis Strategi Pemasaran Dan Pelayanan Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Daya Saing Biro Perjalanan Haji Dan Umroh Prospektif Ekonomi Syari’ah (Studi Pada Pt. Makkah Multazam Safir Dan Al Madinah). Nizham Journal Of Islamic Studies , 8 (01), 1. Https://Doi.Org/10.32332/Nizham.V8i01.2090 Putra, H., & Ulfa Walmi, N. (2020). Penerapan Prediksi Produksi Padi Menggunakan Artificial Neural Network Algoritma Backpropagation. Jurnal Nasional Teknologi Dan Sistem Informasi , 6 (2), 100–107. Https://Doi.Org/10.25077/Teknosi.V6i2.2020.100-107 Rahmat, W. M., Hidayat, N., & Soebroto, A. A. (2023). Prediksi Penjualan Ponsel Pintar Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Kombinasi Particle Swarm Optimization. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer , 7 (1), 439–445. Http://J-Ptiik.Ub.Ac.Id Reza, V., Snapp, P., Dalam, E., Di, I. M. A., Socialization, A., Cadger, O. F., To, M., Cadger, S., Programpadang, R., Hukum, F., Hatta, U. B. U. B., Sipil, F. T., Hatta, U. B. U. B., Danilo Gomes De Arruda, Bustamam, N., Suryani, S., Nasution, M. S., Prayitno, B., Rois, I., … Rezekiana, L. (2020). Analisis Struktur Kovarian Indikator Terkait Kesehatan pada Lansia yang Tinggal di Rumah dengan Fokus pada Persepsi Kesehatan Subyektif . Bussiness Law Binus , 7 (2), 33–48. Http://Repository.Radenintan.Ac.Id/11375/1/Perpus Pusat.Pdf%0ahttp://Business- Law.Binus.Ac.Id/2015/10/08/Pariwisata- Syariah/%0ahttps://Www.Ptonline.Com/Articles/How-To-Get-Better-Mfi- Results%0ahttps://Journal.Uir.Ac.Id/Index.Php/Kiat/Article/View/8839 Ririh, K. R., Laili, N., Wicaksono, A., & Tsurayya, S. (2020). Studi Komparasi Dan Analisis Swot Pada Implementasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Di Indonesia. Jurnal Teknik Industri , 15 (2), 122–133. Https://Ejournal.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jgti/Article/View/29183 Sari, H. U., Windarto, A. P., & Damanik, I. S. (2022). Analisis Jaringan Saraf Tiruan Dengan Backpropagation Pada Korelasi Matakuliah Pratikum Terhadap Tugas Akhir. Jurikom (Jurnal Riset Komputer) , 9 (1), 115. Https://Doi.Org/10.30865/Jurikom.V9i1.3835 Sihombing, E. N., & Adi Syaputra, M. Y. (2020). Implementasi Penggunaan Kecerdasan Buatan Dalam Pembentukan Peraturan Daerah. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum , 14 (3), 419. Https://Doi.Org/10.30641/Kebijakan.2020.V14.419-434 Simanungkalit, J. R., Haviluddin, H., Pakpahan, H. S., Puspitasari, N., & Wati, M. (2020). Algoritma Backpropagation Neural Network Dalam Memprediksi Harga Komoditi Tanaman Karet. Ilkom Jurnal Ilmiah , 12 (1), 32–38. Https://Doi.Org/10.33096/Ilkom.V12i1.521.32-38 Thoriq, M. (2022). Peramalan Jumlah Permintaan Produksi Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Algoritma Backpropagation. Jurnal Informasi Dan Teknologi , 4 , 27–32. Https://Doi.Org/10.37034/Jidt.V4i1.178 Utari, V. V., Wanto, A., Gunawan, I., & Nasution, Z. M. (2021). Prediksi Hasil Produksi Kelapa Sawit Ptpn Iv Bahjambi Menggunakan Algoritma Backpropagation. Journal Of Computer System And Informatics (Josyc , 2 (3), 271–279.
20f2a409-44da-47fe-b14a-3ad748723f94
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt/article/download/35315/25210
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt e-ISSN : 2620-309X ## KLASIFIKASI HABITAT BENTIK ATOL KALEDUPA TAMAN NASIONAL WAKATOBI DENGAN ALGORITMA SUPPORT VECTOR MACHINE ## BENTHIC HABITAT CLASSIFICATION OF ATOL KELEDUPA WAKATOBI NATIONAL PARK USING SUPPORT VECTOR MACHINE ALGORITHM Alim Setiawan 1,4* , Vincentius P. Siregar 2 , Setyo B. Susilo 2 , Ani Mardiastuti 3 & Syamsul B. Agus 2 1 Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor, 16680, Indonesia 2 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University, Bogor, 16680, Indonesia 3 Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University, Bogor, 16680, Indonesia 4 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Dayanu Ikhsanuddin, Baubau, 93711, Indonesia *E-mail: [email protected] ## ABSTRACT Kaledupa Atoll is one of the areas designated as a marine protection zone and local use zone in Wakatobi National Park. Spatial information on the benthic habitat of Kaledupa Atoll is very limited so that this information is expected to be a support in strategies and efforts to conserve marine biodiversity. This study aims to map the benthic habitat of Kaledupa Atoll using a pixel-based and object-based guided classification method/OBIA with a support vector machine (SVM) algorithm. The data used is the Sentinel-2 satellite image with a spatial resolution of 10 x10 m which was acquired on November 4, 2019. Observations of benthic habitats were carried out directly at the study site by placing quadrant transects and taking points on the dominant or homogeneous habitat area. The transect used is 100 x 100 cm2. Image classification uses thematic layer input from field data. The results of the classification of benthic habitats are grouped into six classes. Based on the OBIA method, benthic habitats can be mapped with an accuracy rate of 78.1%, while the pixel-based classification has an overall accuracy of 61.8%. Classification of benthic habitats with the SVM algorithm using the OBIA method provides better information than the pixel-based method. Keywords: benthic habitat, Kaledupa Atoll, sentinel-2 satellite, Wakatobi ## ABSTRAK Atol Kaledupa merupakan salah satu kawasan yang dijadikan sebagai zona perlindungan bahari dan zona pemanfaatan lokal di Taman Nasional Wakatobi. Informasi spasial habitat bentik sangat terbatas sehingga penelitian ini diharapkan menjadi pendukung dalam strategi dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati laut Atol Kaledupa. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan habitat bentik Atol Kaledupa dengan menggunakan metode klasifikasi terbimbing berbasis piksel dan objek/OBIA dengan algoritma support vector machine (SVM). Data yang digunakan adalah citra satelit Sentinel-2 dengan resolusi spasial 10 x10 m yang diakuisisi pada tanggal 4 Nopember 2019. Pengamatan habitat bentik dilakukan secara langsung di lokasi penelitian dengan meletakkan transek kuadran dan mengambil titik pada area habitat yang dominan atau homogen. Transek yang digunakan berukuran 100 x 100 cm 2 . Klasifikasi citra menggunakan input themathic layer dari data lapangan. Hasil klasifikasi habitat bentik dikelompokan menjadi 6 kelas. Habitat bentik dapat dipetakan menggunakan metode OBIA dengan tingkat akurasi sebesar 78,1% sedangkan klasifikasi berbasis piksel memiliki akurasi keseluruhan 61,8%. Klasifikasi habitat bentik dengan algoritma SVM menggunakan metode OBIA memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode berbasis piksel. Kata Kunci: Atol Kaledupa, habitat bentik, satelit sentinel-2, Wakatobi ## I. PENDAHULUAN Pemanfaatan ekosistem pesisir yang berlebihan serta perubahan iklim dapat memicu terjadinya degradasi pada sumberdaya terumbu karang (Mora et al. , 2008; Hoegh & Guldberg, 2011; Bruno & Valdivia, 2016; Hoegh-Guldberg et al ., 2017; Roth et al., 2018; Bruno et al ., 2019; Abelson, 2020). Kondisi ini dapat menurunkan kelimpahan dan keanekaragaman ikan di habitat bentik seperti perkembangan hidup dan migrasi ikan ke tempat lain (Wilson et al ., 2010; Brandl et al ., 2016; Mellin et al ., 2016; McCormick et al ., 2017; Rogers et al ., 2018). Terumbu karang Atol Kaledupa merupakan salah satu lokasi terumbu karang yang mendapatkan tekanan. Penetapan Atol Kaledupa sebagai Zona Perlindungan Bahari melalui Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Konservasi Alam (PHKA) No. SK. 149/IV-KK/2007 tanggal 23 Juli 2007 merupakan salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan ancaman terhadap habitat bentik di atol tersebut. Habitat bentik berperan penting sebagai tempat tinggal maupun tempat berlindung bagi organisme laut dan berfungsi sebagai penangkap sedimen, pendaur zat hara, serta pelindung bagi ekosistem laut (Galparsoro & Uyarra, 2014). Fungsi yang disediakan oleh habitat bentik jika dikonversikan dalam bentuk nominal uang dapat mencapai 25.079 USD/ha (Fourqurea et al ., 2014). Informasi spasial (peta) bentik habitat sangat diperlukan untuk mendukung strategi dan upaya dalam pelestarian keanekaragaman hayati laut di Atol Kaledupa. Pemetaan habitat bentik yang akurat merupakan salah satu upaya pengelolaan yang efektif terhadap ekosistem pesisir. Pendekatan terbaik dalam mendapatkan informasi tersebut adalah dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh (Kachelriess et al., 2014; Ouellette & Getinet, 2016; Bauer, 2020; Randin et al., 2020). Penginderaan jauh dapat merekam permukaan bumi pada wilayah yang luas serta sulit dijangkau dan juga menyediakan data citra terbaru dengan waktu perekaman yang berbeda sehingga memungkinkan analisi secaara multi-waktu (Lillesand & Kiefer, 1999). Pemetaan habitat bentik memiliki beberapa keterbatasan dalam penerapannya, diantaranya adalah pengaruh kedalaman dan kekeruhan perairan (Gao, 2009; Green et al ., 2000; Zheng et al. , 2016; McCarthy et al., 2017; Kuhn et al. , 2019). Gangguan sun- glint dan pengaruh kedalaman pada reflektan dasar perairan sangat berpengaruh terhadap interpretasi citra, seperti pada pemetaan kualitas air, batimetri dan dasar laut pada perairan dangkal (Mumby et al ., 1997, 1978; Hedley et al ., 2005; Zoffoli et al ., 2014; Anggoro et al ., 2016; Hafizt et al ., 2017; Harmel et al ., 2018; Wicaksono et al., 2019; Vahtmäe et al ., 2020). Permasalahan lain adalah penentuan metode klasifikasi citra dengan berbagai algoritma memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dari peta yang akan dihasilkan (Li & Guo, 2013; Brovelli et al., 2015). Penelitian pemetaan habitat bentik perairan dangkal akan lebih baik jika dilakukan pada lingkungan yang memiliki kecerahan dan kejernihan suatu perairan dan menerapkan metode klasifikasi citra satelit dengan tingkat akurasi yang lebih baik. Oleh karenanya, pada penelitian ini melakukan perbandingan penerapan metode klasifikasi dengan algoritma yang sama untuk memberikan informasi habitat perairan dangkal Klasifikasi citra satelit secara umum dapat dilakukan dengan dua metode atau pendekatan yaitu metode berbasis piksel dan berbasis objek. Teknik klasifikasi berbasis piksel merupakan teknik klasifikasi yang telah lama digunakan dan dianggap paling mapan, akan tetapi untuk menemukan kelas yang terdistribusi secara normal masih sulit. Sementara klasifikasi digital berbasis objek adalah metode dengan paradigma baru yang telah memperlihatkan akurasi yang lebih baik dalam mengklasifikasi habitat perairan dangkal (Zhang et al., 2013; Pragunanti et al., 2020). Terdapat beberapa algoritma yang dapat digunakan antara lain adalah Support Vector Machine (SVM), k-Nearest Neighbors (kNN), Decision Trees (DT) dan Random Forest (RF). Algoritma SVM dinilai dapat memberikan hasil yang cukup baik dalam pemetaan ekosistem pesisir (Vidya et al ., 2014; Madanguit et al ., 2017; Mastu et al ., 2018). Tujuan penelitian ini adalah memetakan habitat bentik Atol Kaledupa dengan membandingkan metode klasifikasi berbasis piksel dan berbasis objek menggunakan algoritma SVM. ## II. METODE PENELITIAN ## 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada musim peralihan antara barat – timur (bulan Maret – Mei tahun 2019). Hal ini dikarenakan pada musim ini kondisi perairan cukup tenang, jernih dan teduh sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan penelitian. Lokasi penelitian ini adalah di Atol Kaledupa Taman Nasional Wakatobi. Atol Kaledupa merupakan salah satu atol di sebelah selatan Pulau Kaledupa. Secara geografis Atol Kaledupa terletak di 05.7481°S dan 123.6959° E (Gambar 1). ## 2.2. Bahan dan Data Citra Satelit yang digunakan adalah citra satelit multispektral Sentinel-2A. Citra satelit ini diperoleh secara gratis dan diunduh dari website ESA Copernicus (https://scihub.copernicus.eu/dhus/#/home) yang diakuisisi pada tanggal 4 Nopember 2019. Citra Sentinel-2A terdiri dari 13 band spektral dengan resolusi spasial 10 m sebanyak 4 band (B2, B3, B4, B8); 20 m sebanyak 6 band (B5, B6, B7, B8A, B11, B12); dan 60 m sebanyak 3 band (B1, B9, B10). Gambar 1. Peta lokasi penelitian; titik merah lokasi sampling habitat bentik. Titik pengamatan Habitat bentik Pengamatan habitat bentik dilakukan secara langsung di lokasi penelitian dengan meletakkan transek kuadran dan memgambil titik pada area habitat yang dominan atau homogen. Transek yang digunakan berukuran 100 x 100 cm 2 . Data dari lokasi pengamatan terdiri dari 430 stasiun yang dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai acuan pada proses klasifikasi citra dan sebagai masukan untuk uji akurasi. Penentuan titik pengamatan didasarkan pada metode random sampling. Lokasi yang direncanakan menyebar di beberapa sisi Atol, namun pada kenyataannya terdapat beberapa lokasi yang sulit untuk dijangkau. Keterbatasan waktu dan juga kondisi perairan sangat berpengaruh dalam kegiatan lapangan seperti gelombang dan arus yang cukup kuat merupakan penghambat terbesar dalam mengambil sampel terutama pada titik yang berdekatan dengan laut lepas. ## 2.3. Analisis Data 2.3.1. Skema Klasfikasi Pemetaan habitat bentik membutuhkan skema klasifikasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Skema klasifikasi merupakan kategori-kategori untuk mengelompokkan nilai piksel ke dalam kelas-kelas tertentu. Pembuatan skema klasifikasi dilakukan dengan mengacu pada prinsip tutupan habitat bentik dominan (Green et al., 2000). Penentuan skema klasifikasi habitat bentik sampai saat ini belum memiliki ketentuan atau standarisasi yang baku, sehingga penamaan kelas habitat bentik disesuaikan dengan komposisi penyusun habitat bentik dominan yang teramati di lapangan. ## 2.3.2. Pra Pengolahan dan Klasifikasi Citra Pra pengolahan citra meliputi pemotongan citra, koreksi sun-glint dan koreksi kolom air. Citra Sentinel-2A level- 1C yang digunakan sudah terkoreksi atmosferik dan geometrik. Gangguan sun- glint diperbaiki dengan mengacu pada (Mobley, 1994). Penghapusan gangguan kolom air dilakukan dengan menggunakan Algoritma Depth Invariant Index (DII) (Lyzenga, 1978; Lyzenga, 1981). Proses pra pengolahan citra menggunakan perangkat ENVI 5.2. Klasifikasi dalam pendekatan berbasis piksel dan berbasis objek dilakukan menggunakan algoritma SVM. Algoritma klasifikasi ini berdasarkan prinsip linear classfier yang tergolong klasifikasi machine learning. Fungsi kernel rbf SVM dilakukan menggunakan persamaan (Vapnik, 1982): ) ................................ (1) Keterangan: x merepresentasikan vektor dari setiap data, σ merepresentasikan jumlah derajat dari fungsi polynomial Klasifikasi berbasis piksel dilakukan dengan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Perangkat lunak yang digunakan adalah QGIS 3.2.3 dengan Plugin Dzetsaka Tools. Klasifikasi berbasis objek dilakukan dengan tahapan yaitu segmentasi citra satelit menggunakan algoritma segmentasi multi-resolution segmentation (MRS). Proses segmentasi objek didasarkan pada parameter ukuran atau skala (scale), bentuk (shape), dan kekompakan atau compactness (Navulur, 2007). Selanjutnya adalah tahap klasifikasi yang digunakan untuk menetapkan kategori objek setiap segmen menggunakan algoritma machine learning SVM berdasarkan atribut kelas skema klasifikasi yang dikembangkan dari data lapangan dengan menerapkan teknik klasifikasi terbimbing. Klasifikasi terbimbing merupakan proses pengelompokkan piksel pada citra menjadi beberapa kelas tertentu dengan berdasarkan pada statistik sampel piksel (training) atau region of interrest (daerah uji) yang ditentukan oleh pengguna sebagai acuan. ## 2.4. Uji Akurasi Uji akurasi dilakukan terhadap hasil klasifikasi habitat bentik untuk mengetahui tingkat akurasi dari kedua teknik klasifikasi yang diterapkan. Uji akurasi yang umum dilakukan pada data hasil klasifikasi penginderaan jauh adalah matriks kesalahan/confusion matrix. Hal ini dilakukan dengan membandingkan hasil klasifikasi terhadap kelas atau objek sebenarnya yang diperoleh berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan (Wahidin et al., 2015). Uji akurasi yang digunakan mengacu pada metode (Congalton & Green, 2009) yang komponennya terdiri dari Overall Accuracy (OA), Producer Accuracy (PA), User Accuracy (UA). Adapun perhitungan akurasi dilakukan dengan persamaan sebagai berikut: ................... (2) ................... (3) ............................ (4) Akurasi kedua metode klasifikasi yang digunakaan dinilai dari matriks kesalahan dengan menggunakaan uji-Z berbasis KHAT atau uji statistic K (Kappa). Uji Z statistik untuk menguji jika dua error matrix independen berbeda secara signifikan. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 3.1. Skema Klasifikasi Skema klasifikasi menghasilkan kelompok kelas habitat bentik dengan frekuensi kehadiran minimal 4% (Green et al., 2000). Kelas dari skema klasifikasi yang tidak memenuhi nilai frekuensi kehadiran minimal dari data input, selanjutnya dikelompokkan pada kelas yang hampir sama dengan kelas yang telah dibentuk. Sampai saat ini penamaan kelas habitat bentik belum memiliki standardisasi yang baku, sehingga disesuaikan dengan komposisi penyusun habitat bentik dominan yang teramati di lapangan. Beberapa penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan dan menghasilkan skema klasifikasi atau jumlah kelas yang berbeda- beda (Phinn et al., 2011; Zhang et al ., 2013; Wahidin et al., 2015; Sugara et al ., 2020; Siregar et al ., 2020). Persentase nilai frekuensi kehadiran komponen bentik berkisar antara 1 - 30% (Gambar 2). Habitat bentik kelas Lamun merupakan komponen habitat dengan persentase tertinggi yaitu 30%. Komponen habitat bentik dengan persentase terendah adalah kelas Rubble Karang Hidup yaitu 1%. Komponen habitat bentik lainnya secara berturut-turut adalah Pasir (29%), Karang Hidup (17%), Pasir Rubble (9%), Lamun Karang Hidup (6,0%), Pasir Karang Hidup (5%), Rubble (3%), Rubble Karang Hidup (1%). Komponen bentik Rubble dan Rubble Karang Hidup dengan persentase kehadiran masing-masing 3% dan 1% tidak disertakan dalam analisis pengelompokan untuk pengembangan skema klasifikasi. Komponen habitat bentik di Atol Kaledupa dikelompokkan menjadi 6 kelas. Distribusi habitat bentik yang ditemukan terdiri dari Karang Hidup (KH), Pasir (P), Lamun (L), Pasir Karang Hidup (PKH), Lamun Karang Hidup (LKH), dan Pasir Rubble (PR). Kelas- kelas ini merupakan komponen kelas habitat bentik yang memiliki frekuensi kehadiran lebih dari 4%. Kelas Rubble dan Rubble Karang Hidup tidak digunakan dalam proses klasifikasi karena memiliki frekuensi kehadiran kurang dari 4%. Pengelompokan kurang dari 4% sebaiknya dihilangkan dan tidak digunakan dalam penentuan jumlah kelas habitat pada proses klasifikasi dan validasi objek (Green et al., 2000). ## 3.2. Klasifikasi Berbasis Piksel dan Objek Citra Satelit Sentinel 2 yang telah terkoreksi kolom air digunakan dalam proses klasifikasi. Klasifikasi berbasis piksel menggunakan metode klasifikasi terbimbing dengan algoritma SVM menunjukkan habitat bentik kelas Pasir (P) merupakan yang paling Gambar 2. Persentase frekuensi kehadiran komponen habitat bentik. mendominasi di sepanjang Atol Kaledupa dengan luas sebesar 5064,8 ha. Kelas Pasir Rubble (PR) merupakan kelas dengan luasan area paling kecil 368,69 ha. Kelas lain mempunyai luas berturut-turut Karang Hidup (H) 4742,16 ha; Lamun Karang Hidup (LKH) 4693,59 ha; Lamun (L) 3953,81 ha; dan Pasir Karang Hidup (PKH) 3152,05 ha (Gambar 3A). Klasifikasi berbasis objek dilakukan dengan menggunakan metode multiresolution segmentation (MRS) scale parameter 10, shape 0,02 dan compactness 0,98 . Sampai saat ini belum ada framework teoritis tentang parameter segmentasi sehingga parameter-parameter segmentasi tiap level melalui metode try and error. Keseluruhan objek segmentasi kelas habitat bentik menghasilkan 547004 objek. Objek yang dihasilkan tersebut selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan data skema klasifikasi yang telah dibuat pada penelitian ini dengan menggunakan algoritma SVM. Klasifikasi berbasis objek menghasilkan kelas Lamun (L) mendominasi di Atol Kaledupa dengan luas sebesar 4468,86 ha. Kelas habitat dengan luas terkecil adalah Pasir Rubble (PR) sebesar 2414,61 ha. Kelas Pasir (P) 4300,42 ha; Karang Hidup (KH) 4385,9 ha; Pasir Karang Hidup (PKH) 3925,81 ha; Lamun Karang Hidup 2608 ha dan Pasir Rubble (PR) 2414,61 ha (Gambar 3B). Klasifikasi berbasis objek memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan klasifikasi berbasis piksel. Keunggulan klasifikasi berbasis objek adalah menggunakan tiga parameter utama sebagai pemisah objek, yaitu scale, shape, compactness sehingga dalam mengekstraksi tutupan habitat bentik dari citra satelit pada pemisahan antar objek menjadi sangat akurat dan presisi. Selain itu klasifikasi objek memiliki kelebihan dalam efisiensi waktu pengerjaan. Klasifikasi berbasis piksel kelas Lamun Karang Hidup (LKH) merupakan kelas yang mengandung banyak kesalahan klasifikasi, karena setelah dilakukan klasifikasi berbasis objek terdapat kelas lamun yang juga berada pada kelas tersebut. Beberapa kelas lain seperti kelas pasir karang hidup dan kelas lamun terdapat pada kelas pasir. Klasifikasi berbasis piksel memiliki kelemahan dalam pemisahan kelas pada citra resolusi tinggi. Kelemahan klasifikasi berbasis piksel untuk pengolahan citra resolusi tinggi dapat diantisipasi dengan memanfaatkan klasifikasi berorientasi objek (Kux & Pinho, 2006). ## 3.3. Uji Akurasi Hasil uji akurasi dari klasifikasi berbasis piksel dan objek memiliki perbedaan nilai Overall Accuracy (OA). Metode klasifikasi berbasis objek menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik Gambar 3. Hasil klasifikasi habitat bentik; (A) Berbasis piksel dan (B) Berbasis objek. dibandingkan dengan klasifikasi berbasis piksel dengan nilai OA masing-masing klasifikasi 78,1% berbanding 61,8 %. Nilai akurasi klasifikasi dengan metode confusion matriks disajikan pada Tabel 1. Klasifikasi berbasis piksel menghasilkan 4 kelas habitat yang bercampur pada kelas lain yaitu kelas Pasir Rubble yang masuk pada kelas Lamun dan kelas Pasir Karang Hidup dan Lamun Karang Hidup atau sebaliknya yang menyebabkan pada 4 kelas ini diperoleh akurasi UA dan PA menjadi rendah dari 48%-76%. Akurasi tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kemiripan nilai spektral pada kelas tersebut sehingga menyebabkan terjadi kesalahan klasifikasi. Klasifikasi berbasis objek menghasilkan 3 kelas yang bercampur diantaranya adalah kelas Pasir Rubble yang masuk pada kelas Lamun dan Karang Hidup atau sebaliknya diperoleh akurasi UA dan PA menjadi rendah dari 54%-72%. Klasifikasi berbasis obyek mempunyai kelebihan dengan homogenitas obyek yang tinggi, batas antara kelas yang jelas dan tegas, serta akurasi yang tinggi walau masih ada kesalahan pada beberapa kelas penutupan (Manula et al., 2016). Perbandingan antara dua atau lebih akurasi pemetaan pada klasifikasi citra diketahui melalui analisis Kappa dan Z- test. Nilai varian Kappa yang tertinggi yaitu Tabel 1. Hasil penilaian uji akurasi klasifikasi berbasis piksel dan objek berdasarkan nilai Producer Accuracy (PA) dan User Accuracy (UA). Kelas Habitat Bentik Klasifikasi Berbasis Piksel Klasifikasi Berbasis Objek PA (%) UA (%) PA (%) UA (%) Karang Hidup (KH) 51,4 51,4 70,2 74,2 Pasir Rubble (PR) 85 48,5 86,3 54,2 Lamun (L) 44,4 91,4 72,5 82,8 Pasir Karang Hidup (PKH) 76,9 57,1 87,8 82,8 Lamun Karang Hidup (LKH) 76,6 65,7 85,3 1,00 Pasir (P) 84,3 67,5 80,9 85,0 Overal Accuracy (%) 61,8 78,1 0,001721 pada klasifikasi berbasis objek dan yang terendah adalah 0,00028 pada klasifikasi berbasis piksel. Matriks kesalahan klasifikasi berbasis piksel dan objek dengan algoritma SVM diperoleh nilai Z 4,357, kedua klasifikasi tersebut dapat dikatakan berbeda signifikan. Nilai Z statistik dikatakan berbeda signifikan jika hasil Z statistik lebih besar dari 1,96 (Congalton & Green, 2009). ## IV. KESIMPULAN Klasifikasi habitat bentik dengan algoritma Support Vector Machine (SVM) dengan menggunakan metode berbasis objek mampu memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode berbasis piksel. Habitat bentik Atol Kaledupa dapat dipetakan dengan baik menggunakan data Sentinel-2 untuk 6 kelas habitat. Overall Accuracy dari kedua metode, klasifikasi berbasis objek memiliki akurasi lebih tinggi (78,1%) dibandingkan dengan klasifikasi berbasis piksel (61,8%). Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedua metode klasifikasi berbeda signifikan. ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi melalui program bantuan penelitan pascasarajana mahasiswa Wakatobi, Balai Taman Nasional Wakatobi atas bantuan peralatan dan fasilitas selama proses pengambilan data lapangan, serta teman- teman yang telah ikut membantu dalam pengambilan data lapangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada reviewer yang telah memberikan masukan untuk kesempurnaan paper ini. ## DAFTAR PUSTAKA Abelson, A. 2020. Are we sacrificing the future of coral reefs on the altar of the “climate change” narrative?. ICES J. of Marine Science , 77(1): 40-45. https://doi.org/10.1093/icesjms/fsz226 Anggoro, A., V.P. Siregar, & S.B. Agus. 2016. The effect of sunglint on benthic habitats mapping in Pari Island using worldview-2 imagery. Procedia Environmental Sciences, 33: 487-495. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2016.0 3.101 Bauer, M.E. 2020. Remote sensing of environment: history, philosophy, approach and contributions, 1969– 2019. Remote Sensing of Environment , 237: 111522. https://doi.org/10.1016/j.rse.2019.1115 22 Brandl, S.J., M.J. Emslie, D.M. Ceccarelli, & T.Z. Richards. 2016. Habitat degradation increases functional originality in highly diverse coral reef fish assemblages. Ecosphere, 7(11): e01557. https://doi.org/10.1002/ecs2.1557 Bruno, J.F. & A. Valdivia. 2016. Coral reef degradation is not correlated with local human population density. Scientific Reports, 6(1): 1-8. https://doi.org/10.1038/srep29778 Bruno, J.F., I.M. Côté & L.T. Toth. 2019. Climate change, coral loss, and the curious case of the parrotfish paradigm: Why don't marine protected areas improve reef resilience?. Annual review of marine science , 11: 307-334. https://doi.org/10.1146/annurev- marine-010318-095300 Brovelli, M.A., M.E. Molinari, E. Hussein, J. Chen & R. Li. 2015. The first comprehensive accuracy assessment of GlobeLand30 at a national level: Methodology and results. Remote Sensing , 7(4): 4191-4212. https://doi.org/10.3390/rs70404191 Congalton, R.G. & K. Green. 2008. Assessing the accuracy of remotely sensed data: principles and practices. CRC Taylor & Francis Group. 183 p. Fourqurean, J.W., C.M. Duarte, H. Kennedy, N. Marbà, M. Holmer, M.A. Mateo, E.T. Apostolaki, G.A. Kendrick, D. Krause-Jensen & K.J. Mcglathery. 2012. Seagrass ecosystems as a globally significant carbon stock. Nature Geoscience, 5: 505-509. https://doi.org/10.1038/ngeo1477 Galparsoro, I., A. Borja, & M.C. Uyarra. 2014. Mapping ecosystem services provided by benthic habitats in the European North Atlantic Ocean. Frontiers in Marine Science , 1: 1-14. https://doi.org/10.3389/fmars.2014.000 23 Gao, J. 2009. Bathymetric mapping by means of remote sensing: methods, accuracy and limitations. Progress in Physical Geography, 33(1): 103-116. https://doi.org/10.1177/030913330910 5657 Green, E., P. Mumby, A. Edwards, & C. Clark. 2000. Remote sensing: handbook for tropical coastal management. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Hafizt, M., M.D.M. Manessa, N.S. Adi, & B. Prayudha. 2017. Benthic habitat mapping by combining lyzenga’s optical model and relative water depth model in Lintea Island, Southeast Sulawesi. Earth and Environmental Sciences , (98): 012037. https://doi.org/10.1088/1755- 1315/98/1/012037 Harmel, T., M. Chami, T. Tormos, N. Reynaud, & P.A. Danis. 2018. Sunglint correction of the Multi-Spectral Instrument (MSI)-SENTINEL-2 imagery over inland and sea waters from SWIR bands. Remote Sensing of Environment , 204: 308-321. https://doi.org/10.1016/j.rse.2017.10.0 22 Hedley, J.D., A.R. Harborne, & P.J. Mumby. 2005. Simple and robust removal of sun glint for mapping shallow‐water benthos. International Journal of Remote Sensing , 26(10): 2107-2112. https://doi.org/10.1080/014311605000 34086 Hoegh-Guldberg, O. 2011. Coral reef ecosystems and anthropogenic climate change. Regional Environmental Change , 11(1): 215-227. https://doi.org/10.1007/s10113-010- 0189-2 Hoegh-Guldberg, O., E.S. Poloczanska, W. Skirving, & S. Dove. 2017. Coral reef ecosystems under climate change and ocean acidification. Frontiers in Marine Science, 4(158): 1-20. https://doi.org/10.3389/fmars.2017.001 58 Kachelriess, D., M. Wegmann, M. Gollock, & N. Pettorelli. 2014. The application of remote sensing for marine protected area management. Ecological Indicators, 36: 169-177 https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2013. 07.003 Kuhn, C., A. de Matos Valerio, N. Ward, L. Loken, H.O. Sawakuchi, M. Kampel, ... & E. Vermote. 2019. Performance of Landsat-8 and Sentinel-2 surface reflectance products for river remote sensing retrievals of chlorophyll-a and turbidity. Remote Sensing of Environment , 224: 104-118. https://doi.org/10.1016/j.rse.2019.01.0 23 Kux, H.J.H. & C.M.D. Pinho, 2006. Objek- oriented analysis of high-resolution satellite image for intra-urban land cover classification: case study in São José Dos Campos, São Paulo State, Brazil. Brazil: Instituto Nacional de Pesquisas Espaciais. Li, W. & Q. Guo. 2013. A new accuracy assessment method for one-class remote sensing classification. IEEE transactions on geoscience and remote sensing, 52(8): 4621-4632. https://doi.org/10.1109/TGRS.2013.22 83082 Lillesand, T., R.W. Kiefer, & J. Chipman, 2015. Remote sensing and image interpretation. John Wiley & Sons. Lyzenga, D.R. 1978. Passive remote sensing techniques for mapping water depth and bottom features. Applied optics, 17(3): 379-383. https://doi.org/10.1364/AO.17.000379 Lyzenga, D.R. 1981. Remote sensing of bottom reflectance and water attenuation parameters in shallow water using aircraft and landsat data. International Journal of Remote Sensing, 2(1): 71–82. http://doi.org/10.1080/0143116810894 8342 Madanguit, C.J.G., J.P.L. Oñez, H.G. Tan, M.D. Villanueva, J.E. Ordaneza, & A.U. Novero. 2017. Application of support vector machine (SVM) and quick unbiased efficient statistical tree (QUEST) algorithms on mangrove and agricultural resource mapping using lidar data sets. International Journal of Applied Environmental Sciences , 12(10): 1821-1830. Manalu, R.J., Sutanto, A. & Trisakti, B. 2016. Perbandingan metode klasifikasi penutup lahan berbasis piksel dan berbasis obyek menggunakan data pisar-L2. Jurnal Penginderaan Jauh Dan Pengolahan Data Citra Digital , 13(1): 49-60. https://doi.org/10.30536/j.pjpdcd.2016. v13.a2936 Mastu, L.O.K., B. Nababan, & J.P. Panjaitan. 2018. Pemetaan habitat bentik berbasis objek menggunakan citra unmanned aerial vehicle (UAV) dan satelit sentinel-2 di perairan Pulau Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi. J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis , 10(2): 381-396. https://doi.org/10.29244/jitkt.v10i2.210 39 McCarthy, M.J., K.E. Colna, M.M. El- Mezayen, A.E. Laureano-Rosario, P. Méndez-Lázaro, D.B. Otis, ... & F.E. Muller-Karger. 2017. Satellite remote sensing for coastal management: A review of successful applications. Environmental Management, 60(2): 323-339. https://doi.org/10.1007/s00267-017- 0880-x McCormick, M.I., D.P. Chivers, B.J. Allan, & M.C. Ferrari. 2017. Habitat degradation disrupts neophobia in juvenile coral reef fish. Global change biology, 23(2): 719-72. https://doi.org/10.1111/gcb.13393 Mellin, C., D. Mouillot, M. Kulbicki, T.R. Mcclanahan, L. Vigliola, C.J.A. Bradshaw,... & M.J. Caley. 2016. Humans and seasonal climate variability threaten large-bodied coral reef fish with small ranges. Nature Communications, 7(1): 1-9. https://doi.org/10.1038/ncomms10491 Mobley, C.D. 1994. Light and water radiative transfer in natural waters . California: Academic Press, lnc. 579p. Mora, C. 2008. A clear human footprint in the coral reefs of the Caribbean. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences , 275(1636): 767- 773. https://doi.org/10.1098/rspb.2007.1472 Mumby, P.J., E.P. Green, A.J. Edwards, & C.D. Clark. 1997. Coral reef habitat mapping: how much detail can remote sensing provide?. Marine Biology, 130(2): 193-202. https://doi.org/10.1007/s002270050238 Mumby, P.J., C.D. Clark, E.P. Green, & A.J. Edwards. 1998. Benefits of water column correction and contextual editing for mapping coral reefs. International Journal of Remote Sensing, 19(1): 203-210. https://doi.org/10.1080/014311698216 521 Navulur, K. 2007. Multispektral image analysis using the object-oriented paradigm Taylor & Francis Group . LLC. 171 p. Ouellette, W. & W. Getinet. 2016. Remote sensing for marine spatial planning and integrated coastal areas management: achievements, challenges, opportunities and future prospects. Remote Sensing Applications: Society and Environment , 4: 138-157. https://doi.org/10.1016/j.rsase.2016.07. 003 Phinn, S.R., C.M. Roelfsema, & P.J. Mumby. 2012. Multi-scale, object- based image analysis for mapping geomorphic and ecological zones on coral reefs. International Journal of Remote Sensing, 33(12): 3768-3797. https://doi.org/10.1080/01431161.2011 .633122 Pragunanti, T., B. Nababan, H. Madduppa, & D. Kushardono. 2020. Accuracy assessment of several classification algorithms with and without hue saturation intensity input features on object analyses on benthic habitat mapping in the Pajenekang Island Waters, South Sulawesi. In IOP conference series: Earth and environmental science. IOP Publishing. 429: 012044. https://doi.org/10.1088/1755- 1315/429/1/012044 Randin, C.F., M.B. Ashcroft, J. Bolliger, J. Cavender-Bares, N.C. Coops, S. Dullinger,... & G. Giuliani. 2020. Monitoring biodiversity in the Anthropocene using remote sensing in species distribution models. Remote sensing of environment, 239: 111626. https://doi.org/10.1016/j.rse.2019.1116 26 Rogers, A., J.L. Blanchard, & P.J. Mumby. 2018. Fisheries productivity under progressive coral reef degradation. Journal of applied ecology, 55(3): 1041-1049. https://doi.org/10.1111/1365- 2664.13051 Roth, F., F. Saalmann, T. Thomson, D.J. Coker, R. Villalobos, B.H. Jones,… & S. Carvalho. 2018. Coral reef degradation affects the potential for reef recovery after disturbance. Marine Environmental Research, 142: 48-58. https://doi.org/10.1016/j.marenvres.20 18.09.022 Siregar, V.P., M.S. Sangadji, S.B. Agus, A. Sunuddin, R.A. Pasaribu, & E. Kurniawati. 2020. Klasifikasi habitat perairan dangkal dari citra multispasial di Perairan Pulau Kapota dan Pulau Kompoone, Kepulauan Wakatobi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis , 12(3): 791-803. https://doi.org/10.29244/jitkt.v12i3.320 13 Sugara, A., V.P. Siregar, & S.B. Agus. 2020. Klasifikasi habitat bentik perairan dangkal dari citra worldview-2 menggunakan data in-situ dan drone. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(1): 135-150. https://doi.org/10.29244/jitkt.v12i1.264 48 Vahtmäe, E., T. Kutser, & B. Paavel. 2020. Performance and applicability of water column correction models in optically complex coastal waters. Remote Sensing, 12(11): 1861. https://doi.org/10.3390/rs12111861 Vapnik, V. 1982. Estimation of Dependences Based on Empirical Data [in Russian]. Nauka, Moscow. English translation, Springer Verlag, New York. 211-222. Vidya, N.A., M.I. Fanany, & I. Budi. 2015. Twitter sentiment to analyze net brand reputation of mobile phone providers. Procedia Computer Science, 72: 519- 526. https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.12 .159 Wahidin, N., V.P. Siregar, B. Nababan, I. Jaya, & S. Wouthuyzen. 2015. Object- based image analysis for coral reef benthic habitat mapping with several classification algorithms. Procedia Environmental Sciences, 24: 222-227. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.0 3.029 Wicaksono, P., P.A. Aryaguna, & W. Lazuardi. 2019. Benthic habitat mapping model and cross validation using machine-learning classification algorithms. Remote Sensing , 11(11): 1279. https://doi.org/10.3390/rs11111279 Wilson, S.K., R. Fisher, M.S. Pratchett, N.A.J. Graham, N.K. Dulvy, R.A. Turner,... & S.P. Rushton. 2010. Exploitation and habitat degradation as agents of change within coral reef fish communities. Global Change Biology , 14(12): 2796-2809. https://doi.org/10.1111/j.1365- 2486.2008.01696.x Zhang, C., D., Selch, Z., Xie, C., Roberts, H., Cooper, & G. Chen. 2013. Object- based benthic habitat mapping in the Florida Keys from hyperspectral imagery. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 134: 88-97. https://doi.org/10.1016/j.ecss.2013.09. 018 Zheng, Z., J. Ren, Y. Li, C. Huang, G. Liu, C. Du, & H. Lyu. 2016. Remote sensing of diffuse attenuation coefficient patterns from Landsat 8 OLI imagery of turbid inland waters: A case study of Dongting Lake. Science of the Total Environment, 573: 39-54. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2016 .08.019 Zoffoli, M.L., R. Frouin, & M. Kampel. 2014. Water column correction for coral reef studies by remote sensing. Sensors, 14(9): 16881-16931. https://doi.org/10.3390/s140916881 Submitted : 16 April 2021 Reviewed : 30 June 2022 Accepted : 17 December 2022 ## FIGURE AND TABEL TITLES Figure 1. Map of research locations; red dot sampling location benthic habitat. Figure 2. Percentage of frequency of presence of benthic habitat components. Figure 3. Benthic habitat classification results; (A) Pixel-based and (B) Object-based. Table 1. The results of the assessment of the pixel-based and object-based classification accuracy tests based on the Producer Accuracy (PA) and User Accuracy (UA) values.
49d59b24-c66e-44eb-83b9-642fbe3b5a1a
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/literatify/article/download/28025/14673
PERENCANAAN STRATEGIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SAWERIGADING MAKASSAR Andi Khaerun Nisa 1 & Ayu Trysnawati 2 1 Institut Agama Islam Negeri Parepare 2 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Correspondence email: [email protected] ## Abstract The Library of Sawerigading University Makassar has attempted to implement ICT to improve the services and functions, but the implementation is not optimal. In addition to the lack of human resources, libraries have to pioneer their own ICT system, so the implementation of ICT in the library is very slowly. This research uses qualitative approach. Primary data was collected through interview to the librarians, the secondary data was taken from several document sources required. Data analysis is carried out by describing and evaluating data originating from internal and external environmental factors of the library. Based on SWOT analysis results, ICT strategic planning in The Library of Sawerigading University Makassar can be divided into short and long-term strategic planning. Short-term strategic planning, i.e.: recruitment of library staff with computer science education background, improve the competence of library staff, and increase the number of ICT facilities. The long-term strategic planning, i.e.: the procurement of software and vendors, subscribe to online databases, collaboration with several libraries integrated ICT systems. Keywords : Strategic Planning; ICT; SWOT Analysis; Academic Library ## Abstrak Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar telah berupaya menerapkan TIK untuk memperbaiki layanan dan fungsinya, namun pelaksanaannya belum berjalan secara maksimal. Selain karena kurangnya sumber daya manusia, perpustakaan harus merintis sendiri sistem TIK, sehingga penerapan TIK di perpustakaan berjalan sangat lambat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data primer dikumpulkan melalui proses wawancara kepada pustakawan, data sekunder diambil dari hasil studi dokumen dari beberapa sumber dokumen yang diperlukan. Analisis data dilakukan dengan menggambarkan dan mengevaluasi data yang berasal dari faktor lingkungan internal dan eksternal perpustakaan. Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka perencanaan strategis TIK Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar dapat dibagi dalam perencanaan strategis jangka pendek dan jangka panjang. Perencanaan strategis jangka pendek, yaitu: melakukan rekrutmen staf perpustakaan dengan latar belakang pendidikan Ilmu Komputer, meningkatkan kompetensi staf perpustakaan, dan meningkatkan jumlah sarana TIK. Perencanaan strategis jangka panjang, yaitu: pengadaan software beserta vendornya, melanggan database online, menjalin kerjasama dengan beberapa perpustakaan yang terintegrasi sistem TIK. Kata Kunci: Perencanaan Strategis; TIK; Analisis SWOT; Perpustakaan Akademik ## A. Pendahuluan Perencanaan strategis merupakan suatu metode sistematis yang digunakan oleh organisasi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang diharapkan (Moran, Stueart, & Morner, 2013). Perencanaan strategis menggambarkan sebuah proses manajemen organisasi dalam membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dalam upaya menghadapi perubahan di masa depan, diperlukan perencanaan strategis guna mencapai tujuan organisasi. Perpustakaan dapat bertindak secara strategis untuk terus bergerak dari kondisi saat ini hingga mencapai kondisi yang diinginkan (Moran, Stueart, & Morner, 2013). Di era digital seperti saat ini, perpustakaan perguruan tinggi dihadapkan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat. Perpustakaan, terutama perpustakaan perguruan tinggi dituntut untuk mengubah konsep perpustakaan konvensional menjadi perpustakaan yang berbasis TIK. TIK mengacu pada berbagai teknologi yang meningkatkan penciptaan, penyimpanan, pemrosesan, komunikasi dan penyebaran informasi (Kelvin, Oghenetega, & Jackson, 2012). Oleh karena itu, perpustakaan harus dapat mengintegrasikan sistem temu kembali informasinya dalam sebuah pintu yang akan menjadi pintu masuk pada koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan, tersedia secara bebas di internet maupun koleksi yang dilanggan oleh perpustakaan seperti database jurnal dan database ebooks (Wulandari, 2014). Dengan adanya TIK di perpustakaan, berbagai manfaat dapat dirasakan khususnya dalam pencarian informasi. TIK di perpustakaan terdiri dari semua infrastruktur elektronik dan fasilitas yang digunakan oleh perpustakaan untuk memberikan pelayanan yang efisien. Secara umum, TIK yang diterapkan pada layanan perpustakaan adalah pada layanan akuisisi, sirkulasi, katalogisasi, dan layanan pemustaka. Otomasi atau komputerisasi merupakan aplikasi penting TIK di perpustakaan dalam memfasilitasi operasi, layanan, dan akses perpustakaan yang cepat, dan akses terhadap informasi (Mairaj & El-Hadi, 2012). Selain itu, Lombardi (Kelvin et al., 2012) mengatakan bahwa, pengguna akan lebih menyukai konten komputer, indeks komputer yang lebih banyak, bantuan data digital, penyimpanan artikel digital, dan akses online ke surat kabar. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan strategis TIK sebagai langkah awal dalam upaya pengembangan perpustakaan secara efektif di masa depan. Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar telah berupaya menerapkan TIK untuk memperbaiki layanan dan fungsinya, namun sampai saat ini pelaksanaannya belum berjalan secara maksimal. Selain karena kurangnya sumber daya manusia, perpustakaan harus merintis sendiri sistem TIK dengan alasan memerlukan biaya yang sangat besar untuk pengadaan software beserta vendornya, sehingga penerapan TIK di perpustakaan berjalan sangat lambat. Hal ini mungkin disebabkan karena perencanaan strategis yang memunculkan kerangka kebijakan dalam upaya penerapan TIK untuk mewujudkan potensi dan manfaat sepenuhnya belum benar-benar diterapkan. Oleh karena permasalahan yang dihadapi Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar, sehingga perpustakaan perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan TIK di era digital seperti saat ini dengan merancang kembali perencanaan strategis TIK untuk menganalisis dan mengevaluasi potensi dan manfaat yang dimiliki dalam rangka memaksimalkan penerapannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Sebelum membuat perencanaan strategis TIK, perlu diidentifikasi terlebih dahulu faktor lingkungan di perpustakaan dengan cara menganalisis faktor internal dan eksternalnya dan selanjutnya dianalisis dengan analisis SWOT ( Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats ). Analisis SWOT pada dasarnya merupakan pemindaian lingkungan yang melibatkan pengujian formal terhadap kekuatan dan kelemahan yang melekat pada organisasi dan juga peluang serta ancaman yang merupakan faktor yang tidak secara khusus berada di bawah kendali dari organisasi, tetapi penting bagi masa depan layanan informasi dan pengetahuan (Moran, Stueart, & Morner, 2013). Dengan melakukan analisis SWOT, diharapkan dapat menghasilkan ide kreatif dalam membuat perencanaan strategis TIK di perpustakaan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perpustakaan pada perencanaan strategis TIK di Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar. ## B. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan yang menarik data dari konteks di mana peristiwa terjadi, dalam upaya untuk menggambarkan kejadian ini, sebagai alat untuk menentukan proses di mana peristiwa disematkan dan perspektif mereka yang berpartisipasi dalam kejadian tersebut, dengan menggunakan induksi untuk mendapatkan penjelasan yang mungkin berdasarkan fenomena yang diamati (Gorman & Clayton, 2005). Untuk memperoleh data tersebut, bidang pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tipe dasar: observasi, wawancara dan dokumentasi (Creswell, 2014). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses wawancara untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui proses wawancara kepada pustakawan di Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar, sedangkan data sekunder diambil berdasarkan hasil studi dokumen dari beberapa sumber dokumen yang diperlukan. Selanjutnya, analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggambarkan dan mengevaluasi data yang berasal dari faktor lingkungan internal dan eksternal perpustakaan. ## C. Hasil Penelitian Universitas Sawerigading Makassar adalah salah satu universitas swasta yang ada di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kota Makassar. Adapun visi dari Universitas Sawerigading Makassar adalah menjadi perguruan tinggi yang terdepan, mandiri dan berkarakter. Sedangkan misinya adalah mengembangkan IPTEK yang bermanfaat bagi masyarakat, menyediakan akses bagi pengembangan IPTEK, serta membentuk manusia yang berkarakter, berintelektual, berbudi luhur dan berdaya saing. Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar berdiri sejak didirikannya Universitas Sawerigading yang merupakan satu-satunya perguruan tinggi swasta tertua di Indonesia Timur tepatnya tanggal 19 September 1993. Berlokasi di kampus Universitas Sawerigading Makassar Jl. Kandea No. 17, Makassar. Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari organisasi Universitas Sawerigading Makassar. Selain itu, Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar juga berperan sebagai perangkat kerja yang memberikan pelayanan, melestarikan serta menyebarkan ilmu pengetahuan yang ada dalam koleksi perpustakaan kepada seluruh anggota civitas akademika. Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar memiliki 4078 judul koleksi yang terdiri dari koleksi tercetak seperti buku teks, buku fiksi dan buku non fiksi maupun koleksi digital seperti CD-ROM, CD, VCD dan DVD. Selain itu, juga terdapat publikasi serial harian seperti surat kabar dan juga serial bulanan seperti artikel dan majalah. Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar terdiri dari lingkungan internal dan ekternal. Adapun lingkungan internalnya, yaitu: sarana, struktur organisasi, sumber daya personalia, dan keuangan yang tersedia. Sedangkan lingkungan eksternalnya, yaitu: pemustaka dan kebutuhannya. ## D. Pembahasan ## Lingkungan Internal Lingkungan internal yang pertama yaitu identifikasi pada sarana TIK. Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar mulai merencanakan pengadaan sistem TIK di perpustakaan pada tahun 2012, namun baru terealisasi pada tahun 2019. Sebagai langkah awal direalisasikannya sistem TIK di perpustakaan, yaitu diwujudkan dengan pengadaan 1 unit komputer yang ditempatkan pada bagian pengolahan dan sirkulasi yang sekaligus difungsikan sebagai OPAC. Jika pemustaka ingin mencari koleksi yang diinginkan melalui OPAC, maka harus dengan bantuan pustakawan. Saat ini, perpustakaan sudah menggunakan SLiMS sebagai sistem automasinya walaupun masih terbatas jaringan lokal atau LAN. Penginstalannya pun dilakukan sendiri tanpa menggunakan jasa vendor dan untuk input data perpustakaan juga dilakukan secara mandiri oleh pustakawan. UPT Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar berada di bawah tanggung jawab Wakil Rektor I. Adapun struktur organisasi perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar terdiri dari kepala perpustakaan serta bidang layanan layanan teknis dan administrasi yang bertanggung jawab pada pengadaan dan pengolahan bahan pustaka, serta layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Sumber daya personalia atau SDM di Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar hanya terdiri dari 2 orang pengelola perpustakaan, yaitu: kepala perpustakaan memiliki latar belakang pendidikan S1 Ilmu Perpustakaan, dan 1 orang staf layanan teknis dan administrasi dengan latar belakang pendidikan S1 Sastra Inggris. Kondisi tersebut tidak sebanding dengan beban kerja di perpustakaan. Staf perpustakaan harus mengerjakan semua pekerjaan di perpustakaan sendirian bahkan kepala perpustakaan akhirnya harus ikut turun tangan membantu pekerjaan teknis di perpustakaan. Kondisi tersebut semakin rumit dengan jumlah komputer di perpustakaan yang hanya ada 1 unit, sehingga staf perpustakaan harus menggunakan laptop pribadi untuk membantu efisiensi layanan di perpustakaan. Staf di Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar mampu mengoperasikan komputer, namun untuk sistem otomasi SLiMS hanya kepala perpustakaan yang memahami penggunaannya yaitu kepala perpustakaan itu sendiri, sehingga staf perpustakaan terkadang merasa kewalahan dalam pekerjaannya. Apalagi dengan kondisi perpustakaan yang baru mulai menerapkan sistem TIK, staf perpustakaan harus menginput satu per satu data bahan pustaka yang jumlahnya sangat banyak. Sehingga dalam proses transisi dari katalog konvensional ke katalog online (OPAC) perpustakaan memprioritaskan pengolahan pada koleksi buku yang akan dipinjamkan kepada para pemustaka, mengingat keterbatasan jumlah staf di perpustakaan. Keuangan yang tersedia di perpustakaan khususnya untuk penerapan sistem TIK dapat dikatakan sangat minim. Kepala perpustakaan telah mengajukan proposal terkait perencanaan TIK di perpustakaan, namun prosesnya membutuhkan waktu yang sangat lama karena pertimbangan masih banyak keperluan lain universitas yang harus didahulukan. Dana yang diterima perpustakaan untuk perencanaan TIK hanya cukup untuk membeli 1 unit komputer. Padahal perpustakaan masih membutuhkan beberapa alat kelengkapan sistem otomasi lainnya misalnya printer , barcode printer , dan barcode scanner . Selain itu, perpustakaan juga belum menyediakan akses e-journal selain koleksi yang dimiliki perpustakaan itu sendiri karena biaya untuk berlangganan database online sangat mahal. Untuk memenuhi keperluan informasi pemustaka, pustakawan dapat membantu pemustaka dengan mengakses e-journal yang tidak berbayar. Sumber pendanaan yang dimiliki Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar selain anggaran dana yang diberikan oleh universitas, perpustakaan juga memiliki sumber dana internal yang dikumpulkan melalui uang pembayaran denda pemustaka dari keterlambatan pengembalian buku. Dengan adanya pendapatan internal tersebut, diharapkan dapat menjadi sumber dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan di perpustakaan. Setelah menganalisis lingkungan internal Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar, maka dapat diidentifikasi mengenai kekuatan ( Strenghts ) dan kelemahan ( Weaknesses ) perencanaan strategis TIK di perpustakaan, yaitu:  Kekuatan ( Strengths ) a. Layanan perpustakaan ter-otomasi. b. Perpustakaan memiliki sarana temu kembali katalog online (OPAC). c. Adanya upaya untuk melakukan perubahan dari perpustakaan konvensional menjadi perpustakaan ter-otomasi. d. Selain anggaran dana yang telah disediakan oleh universitas, perpustakaan memiliki sumber keuangan internal.  Kelemahan ( Weaknesses ) a. Fasilitas TIK kurang memadai. b. Kurangnya SDM di perpustakaan. c. Rendahnya tingkat keterampilan TIK di antara staf perpustakaan. d. Kurangnya motivasi staf. e. Semangat staf rendah. f. Kebijakan anggaran yang tidak jelas. g. Minimnya anggaran untuk penerapan TIK. h. Kurangnya pemahaman dari petinggi universitas terhadap pentingnya penerapan TIK di perpustakaan. i. Jumlah keuangan internal sangat terbatas. j. Penerapan TIK belum berjalan dengan baik. k. Sarana temu kembali pada katalog online (OPAC) belum memadai. l. Sistem otomasi belum berjalan dengan maksimal. ## Lingkungan Eksternal Lingkungan internal yang pertama yaitu identifikasi pada pemustaka. Dalam beberapa tahun terakhir, Universitas Sawerigading Makassar mengalami peningkatan pada jumlah mahasiswanya, dan tentu hal itu akan berpengaruh pada peningkatan jumlah pemustaka yang berkunjung di perpustakaan. Dimana mahasiswa berperan sebagai kelompok civitas akademika paling besar dibandingkan dengan jumlah dosen dan staf universitas. Peningkatan jumlah pemustaka yang berkunjung di perpustakaan dapat dilihat peningkatannya dalam kurun waktu empat tahun terakhir pada tabel berikut: Tahun Jumlah pemustaka yang berkunjung di Perpustakaan 2018 1.618 2019 1.643 2020 856 2021 1.891 Total 6.008 ## Tabel 1. Jumlah pemustaka yang berkunjung di perpustakaan tahun 2018-2021 Meskipun jumlah pemustaka sempat mengalami penurunan secara drastis yaitu awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020, namun hal itu tidak berlangsung lama. Jumlah pemustaka kembali meningkat pada tahun 2021 dengan adanya kebijakan pemerintah di era new normal yaitu kembali melaksanakan rutinitas sehari-hari dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Peningkatan jumlah pemustaka di perpusakaan mampu meningkatkan citra perpustakaan sebagai penunjang dalam proses pembelajaran dan penelitian bagi seluruh civitas akademika Universitas Sawerigading Makassar atau dengan kata lain tercapainya tujuan perpustakaan sebagai tri dharma perguruan tinggi. Namun jika peningkatan jumlah pemustaka tidak seimbang dengan sarana dan prasarana TIK di perpustakaan, maka perpustakaan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya dengan maksimal. Faktor eksternal selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah identifikasi kebutuhan pemustaka. Di era digital seperti saat ini, kebutuhan informasi semakin meningkat. Ditambah lagi, teknologi informasi dan komunikasi semakin canggih serta kehadiran internet yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi dimana saja dan bahkan tidak perlu ke perpustakaan. Untuk mempertahankan peran perpustakaan sebagai penyedia informasi yang relevan dan up-to-date , perpustakaan harus mampu mengidentifikasi kebutuhan pemustaka. Untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka di era digital, Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar selain menyediakan koleksi tercetak harus menyediakan koleksi elektronik dan melanggan database online yang akan menunjang pembelajaran dan penelitian civitas akademika. Hal itu dapat diwujudkan yaitu dengan menerapkan sistem TIK di perpustakaan. Selain berfungsi sebagai sistem temu kembali ke katalog online (OPAC) perpustakaan, sistem TIK dapat menjadi pintu utama yang akan menjadi pintu masuk pada koleksi yang dilanggan oleh perpustakaan maupun koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan itu sendiri. Setelah menganalisis lingkungan eksternal Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar, maka dapat diidentifikasi mengenai peluang ( Opportunities ) dan ancaman ( Threats ) perencanaan strategis TIK di perpustakaan, yaitu:  Peluang ( Opportunities ) a. Perkembangan sistem TIK di perpustakaan. b. Staf perpustakaan meningkatkan kompetensi TIK. c. Meningkatnya permintaan akan program pelatihan profesional. d. Peningkatan jumlah pemustaka yang berkunjung di perpustakaan. e. Meningkatkan citra perpustakaan. f. Kebutuhan informasi pemustaka terpenuhi. g. Memudahkan sarana temu kembali di perpustakaan.  Ancaman ( Threats ) a. Kurangnya penghargaan bagi staf perpustakaan. b. Kurangnya pengakuan dari petinggi universitas terhadap peran perpustakaan. c. Keberadaan perpustakaan dianggap tidak penting dan hanya sebagai pelengkap untuk akreditasi. d. Anggaran dana yang dibutuhkan semakin banyak. e. Pemanfaatan koleksi tercetak semakin berkurang dengan hadirnya koleksi elektronik. f. Sistem TIK harus selalu diupdate mengikuti perkembangan zaman. g. Gangguan jaringan internet menghambat sistem temu kembali informasi. ## Analisis SWOT Setelah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar, selanjutnya dilakukan analisis dengan matriks SWOT, yaitu SO ( Strengths-Opportunities ), ST ( Strengths-Threats ), WO ( Weaknesses-Opportunities ), WT ( Weaknesses-Threats ), yang secara lebih lanjut akan dijabarkan sebagai berikut:  SO ( Strengths-Opportunities ), yaitu dengan melihat kekuatan untuk memanfaatkan peluang. a. Memaksimalkan layanan otomasi perpustakaan sehingga memudahkan sistem temu kembali informasi di perpustakaan. b. Staf perpustakaan mengikuti berbagai pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kompetensi di bidang TIK. c. Meningkatkan jumlah sarana TIK di perpustakaan, terutama pengadaan komputer untuk keperluan akses katalog online (OPAC) di perpustakaan.  WO ( Weaknesses-Opportunities ), yaitu dengan melihat peluang untuk mengatasi kelemahan. a. Melakukan perekrutan staf baru perpustakaan untuk meningkatkan layanan TIK di perpustakaan. b. Meningkatkan komunikasi antara kepala perpustakaan dengan petinggi kampus terkait pentingnya pengembangan sistem TIK di perpustakaan. c. Melanggan database online yang akan sangat membantu pemustaka dalam pencarian informasi yang relevan.  ST ( Strengths-Threats ), yaitu dengan melihat kekuatan untuk mengatasi segala ancaman. a. Mengikuti lomba pustakawan berprestasi yang tidak hanya akan menaikkan citra perpustakaan tetapi juga universitas. b. Menggunakan anggaran dana secara bijak sehingga segala kebutuhan yang menunjang sistem TIK dapat terpenuhi. c. Meningkatkan mutu dan layanan TIK, agar perpustakaan selalu menjadi pilihan utama dalam pencarian informasi pemustaka.  WT ( Weaknesses-Threats ), yaitu untuk memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman. a. Membuat perencanaan strategis TIK Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar. b. Mengikuti bimtek (bimbingan teknologi) yang akan membantu dalam peningkatan kompetensi staf perpustakaan di bidang TIK. c. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain yang akan meningkatkan pelayanan pada pemustaka melalui kegiatan resource sharing . Dengan melakukan analisis SWOT dan dari penjelasan matriks SWOT di atas kemudian diperoleh strategi perencanaan TIK yang akan digunakan oleh Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar dalam upaya memperbaharui dan mengembangkan layanan perpustakaan demi mewujudkan tujuan organisasi di masa depan. Setelah melakukan analisis SWOT, maka perencanaan strategis TIK Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar dapat dibagi dalam perencanaan strategis jangka pendek dan jangka panjang. Untuk perencanaan strategis jangka pendek, yaitu: (1) Melakukan rekrutmen staf perpustakaan dengan latar belakang pendidikan Ilmu Komputer. Hal itu dilakukan mengingat bahwa Perpustakaan Universitas Islam Lamongan memang belum memiliki staf ahli bidang TIK. (2) Meningkatkan kompetensi SDM perpustakaan melalui pelatihan dan seminar TIK. (3) Meningkatkan jumlah sarana TIK di perpustakaan dengan pengadaan 3 unit komputer untuk keperluan akses ke katalog online (OPAC) dan layanan teknis lainnya di perpustakaan. Adapun perencanaan strategis jangka panjang yang dapat diusulkan, yaitu: (1) Mendukung layanan perpustakaan digital dengan cara pengadaan software beserta vendornya yang akan memudahkan layanan dan pelayanan di perpustakaan. Selama ini, penerapan TIK di perpustakaan cenderung lambat karena harus merintis sendiri sistem TIK. (2) Melanggan database online sesuai dengan program studi yang ada di Universitas Sawerigading Makassar yang akan membantu civitas akademika dalam kegiatan penelitian dan pencarian informasi yang relevan. (3) Menjalin kerjasama dengan beberapa perpustakaan yang terintegrasi sistem TIK yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada pemustaka, khususnya dalam hal kebutuhan informasi melalui kegiatan resource sharing . Perencanaan strategis TIK, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang dalam pengusulannya melibatkan kepala perpustakaan dan staf perpustakaan dengan melihat kebutuhan pemustaka akan informasi yang cepat dan relevan. Selain itu, demi kelancaran perencanaan strategis, yang terpenting adalah perlunya komunikasi dengan pemangku kepentingan di Universitas Sawerigading Makassar dalam rangka mencapai tujuan organisasi dan masa depan yang diimpikan. ## E. Kesimpulan Perencanaan strategis membantu untuk menguraikan langkah dan strategi yang harus diambil untuk menerapkan TIK di Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar, meskipun kenyataan dalam penerapannya belum berjalan sebagaimana mestinya dan belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam menghadapi tantangan dan perkembangan TIK di perpustakaan kedepannya, Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar harus mengembangkan rencana strategis TIK. Untuk perencanaan strategis TIK Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar kedepannya dapat melibatkan kepala perpustakaan, staf perpustakaan, petinggi universitas dan juga pemustaka agar dapat diterima oleh semua sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran perpustakaan dan universitas dalam kaitannya dengan penyediaan informasi yang berkualitas dan relevan bagi seluruh civitas akademika Universitas Sawerigading Makassar. Rencana strategis ini juga harus terus ditinjau, dipantau, dan disesuaikan dengan perubahan lingkungan. ## F. Saran Berikut beberapa saran untuk Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar terkait perencanaan strategis TIK di perpustakaan: 1. Perpustakaan Universitas Sawerigading Makassar diharapkan agar membuat kebijakan dan perencanaan strategis TIK agar mampu meningkatkan layanan terhadap pemustaka. 2. Para petinggi atau pemangku kepentingan di Universitas Sawerigading Makassar diharapkan agar lebih memperhatikan perpustakaan sebagai penunjang pembelajaran dan penelitian civitas akademika khususnya pada penerapan sistem TIK di perpustakaan. ## G. Daftar Pustaka Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approache . California: Sage Publication. Gorman, G.E., & Clayton, P. (2005). Qualitative Research for the Information Professional (2nd ed.). London: Facet Publishing. Kelvin, O. O., Oghenetega, I., & Jackson, A. (2012). A review of issues in information and communication technology (ICT) planning and implementation in academic libraries in Nigeria. Library Hi Tech News , 29 (8), 11–17. https://doi.org/10.1108/07419051211287624 Mairaj, M. I., & El-Hadi, W. M. (2012). Applications of information and communication technologies in libraries in Pakistan. Journal of the Medical Library Association , 100 (3), 218–222. https://doi.org/10.3163/1536- 5050.100.3.013 Moran, B. B., Stueart, R. D., & Morner, C. J. (2013). Library and Information Center Management (8th ed.). California: Libraries Unlimited. Wulandari, D. (2014). Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan Kebutuhan Net Generation. 2014 , 1–15.
1ed05dc1-7a83-4d02-be62-8a671c60401f
https://ejournal.jatengprov.go.id/index.php/jurnaljateng/article/download/762/615
## PEMBERDAYAAN LITERASI MEDIA DAN INFORMASI (LMI) UNESCO SEBAGAI SARANA PENCEGAHAN PENYEBARAN HOAKS ## DISSEMINATION OF UNESCO MEDIA AND INFORMATION LITERATION (LMI) TO PREVENT THE SPREAD OF HOAX Shary Charlotte Henriette, S.I.P, M.A. dan Dr. Reni Windiani, MS Departemen Hubungan Internasional Universitas Diponegoro Email: [email protected] Diterima: 17 Mei 2018, Direvisi: 28 Mei 2018, Disetujui: 1 Juni 2018 ## ABSTRAK Artikel ini merupakan hasil dari pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Departemen Hubungan Interansional FISIP Universitas Diponegoro kepada enam Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Semarang. Tingginya akses informasi melalui sosial media di kalangan remaja SMA menyebabkan mereka rentan terdampak berbagai macam “penyimpangan informasi”. Oleh karena itu, penyuluhan untuk meningkatkan Literasi Media dan Informasi (LMI) dirasa sangat dibutuhkan. Mekanisme LMI yang dikeluarkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) digunakan dalam penyuluhan ini sebagai sarana untuk mewujudkan literasi informasi dalam sistem demokrasi. Materi penyuluhan inimenyangkut (1) Pemahaman Hoaks sebagai penyimpangan informasi Mis-informasi; Dis-informs;i dan Mal-informasi, (2) Melawan Disinformasi dan Misinformasi melalui LMI, serta (3) Ex-Post Fact Checking / Memeriksa Fakta setelah Dipublikasikan. Kata kunci : literasi media dan informasi, LMI, UNESCO, hoaks, ex-post fact checking ## ABSTRACT This article is part of community service of International Relations Department, Universitas Diponegoro to six targetted high schools in Semarang. Elevated access ofinformation through social medias among high school adolescents makes them vulnerable to “information disorder”. Therefore, counseling for Media and Information Literacy (LMI) is highly necessary. The LMI mechanism issued by the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) is used to educate high school students for better information literacy in democracy. The counseling materials included (1) Understanding Hoaks as a deviation of information:Mis-information; Dis-information;and Mal-information, (2) Fighting Disinformation and Misinformation through LMI, and (3) Ex-Post Facts to Check. Keywords :media and information literacy, MIL, UNESCO, hoax, ex-post fact checking ## PENDAHULUAN Perkembangan internet dan media sosial dalam kehidupan masyarakat di dunia sudah tidak dapat diragukan lagi. Penelitian Digital in 2018 yang dikeluarkan oleh perusahaan media Inggris bernama We Are Social menyebutkan bahwa dari total 7,5 miliar penduduk dunia, sekitar 4 miliar penduduk sudah mengunakan internet, dan 3 miliarnya sudah menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi. Ini berarti internet sudah dapat diakses dan digunakan oleh setengah dari penduduk dunia. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa dari sepuluh media sosial yang diteliti (Whatsapp, Facebook Messenger, Viber, Wechat, Line, Telegram, IMO, Kakaotalk, Hangouts, dan Android Messenger), Aplikasi Whatssapp dan Facebook Messenger merupakan aplikasi yang paling sering digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Laporan Digital in 2018 juga menampilkan data bahwa Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara dengan masyarakat yang paling sering mengakses internet. Dalam satu hari, rata- rata masyarakat Indonesia mengakses internet selama 8 jam 51 menit. Indonesia juga menempati posisi ketiga sebagai negara dengan perkembangan media sosial tercepat di dunia (dengan rata-rata pertumbuhan 23% per tahun). Tingginya pertumbuhan media sosial di Indonesia, ternyata didorong oleh peningkatan jumlah remaja umur 13-19 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengakses media sosial setiap harinya. Tanpa adanya kemampuan untuk memilah informasi yang tersedia dalam media sosial dan media lainnya, maka masyarakat akan mudah termakan isu hoaks, yang akan merugikan dirinya dan orang lain. Selain itu, informasi hoaks juga menciptakan prasangka buruk terhadap individu atau kelompok tertentu yang akan mengganggu keamanan dan perdamaian di negara ini. Mengingat pentingnya literasi media dan informasi, maka The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) berkomitmen untuk mewujudkannya melalui kerangka kerja global Media and Information Literacy (Literasi Media dan Informasi / LMI). Literasi informasi berkaitan dengan pengelolaan data dan informasi yang diterima oleh masyarakat, sedangkan literasi media berfokus pada penggunaan media bagi pembangunan dan demokrasi yang lebih baik (UNESCO, 2013, p. 30). Inilah sebabnya LMI semakin dibutuhkan menjelang dan saat pemilihan umum baik di tingkat legislatif maupun eksekutif, untuk menjamin informasi yang tersebar selama masa kampanye merupakan informasi yang benar dan tidak menyesatkan masyarakat. Perkembangan pemikiran tentang LMI bergulir Sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia tentang Masyarakat Informasi / World Summit on the Information Society (WSIS) pada tahun 2003 dan 2005. Selanjutnya, pada tahun 2016 UNESCO memperkenalkan lima hukum literasi media dan informasi yang dapat dilihat pada tabel 1. Hukum pertama menyebutkan seluruh media dan informasi seluruhnya memang diperlukan untuk menjamin keterlibatan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Seluruh sumber informasi tersebut memiliki posisi yang setara. Hukum kedua, ketiga, dan keempat secara garis besar menyebutkan bahwa LMI merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia, baik pria maupun wanita, agar mereka dapat mengakses informasi / pengetahuan baru, serta mampu mengekspresikan diri melalui media yang ada. Pada hukum kelima disebutkan bahwa LMI merupakan sebuah proses yang panjang dan kompleks, sehingga dibutuhkan keberlanjutan dalam mekanisme pelaksanaannya (Singh, Kerr, dan Hamburger, 2016). Tabel 1 ## Lima Hukum Literasi Media dan Informasi UNESCO Law one Information, communication, libraries, media, technology, the Internet as well as other forms of information providers are for use in critical civic engagement and sustainable development. They are equal in stature and none is more relevant than the other or should be ever treated as such Law two Information, knowledge, and messages are not always value neutral, or always independent of biases. Any conceptualization, use and application of MIL should make this truth transparent and understandable to all citizens. Law three Information, knowledge, and messages are not always value neutral, or always independent of biases. Any conceptualization, use and application of MIL should make this truth transparent and understandable to all citizens. Law four Every citizen wants to know and understand new information, knowledge and messages as well as to communicate, even if she/he is not aware, admits or expresses that he/she does. Her/his rights must however never be compromised. Law five Media and information literacy is not acquired at once. It is a lived and dynamic experience and process. It is complete when it includes knowledge, skills and attitudes, when it covers access, evaluation/assessment, use, production and communication of information, media and technology content. Sumber : Singh, Kerr, dan Hamburger, 2016, p. 35 Di era digital seperti saat ini semua calon peserta pemilu, baik legislatif ataupun eksekutif, mengunakan sosial media sebagai sarana kampanye untuk meraih simpati para pemilih pemula. Maraknya hoaks atau hoaks dan ujaran kebencian yang digulirkan oleh para pendukung calon presiden dan legislatif menyebabkan iklim politik saat ini menjadi sangat tidak sehat. Padahal, para remaja yang sekaligus pemilih pemula menggunakan sosial media tidak hanya sebagai sarana untuk berkomunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai peserta pemilu. Disinilah pentingnya literasi media bagi para pemilih baru agar mampu memilih kandidat eksekutif dan legislatif dengan lebih bijaksana. Berdasarkan hal ini, maka Tim pengabdian masyarakat HI Undip kemudian melakukan penyuluhan terhadap lima SMA di kota Semarang pada 27 September 2018 yakni SMA Islam Hidayatullah, SMA Muhammadiyah 1, SMA Bina Bangsa, SMAN 4 Semarang, dan SMAN 5 Semarang. Penyuluhan yang dimaksud disini dilakukan untuk menciptakan perubahan yang baik dalam masyarakat dan dilakukan diluar pendidikan formal. Penyuluhan juga merupakan penghubung dua arah atau two way traffic antara pengalaman yang biasa dilakukan oleh seseorang, dan pengalaman baru yang dialami oleh seseorang (Setiana, 2005, p.2-3). Penyuluhan ini berusaha memberikan perubahan kebiasaan pelajar SMA dalam memahami informasi agar tidak terjebak dalam informasi palsu atau hoaks, melalui pengenalan filter informasi dan media. Instrumen yang digunakan dalam penyuluhan ini berupa informasi grafis, audio, dan video mengenai penyimpangan informasi, serta langkah- langkah untuk mengatasi penyimpangan informasi ## HASIL DAN PEMBAHASAN Akses terhadap informasi yang efektif dan efisien sangat penting agar para remaja yang juga pemilih pemula dapat menyaring informasi yang benar dan kredibel, dan pada akhirnya dapat memilih pemimpin secara objektif. Oleh karena itu, pembahasan penyuluhan ini berdasarkan modul pembelajaran LMI yang dikeluarkan UNESCO tahun 2018, yang menyangkut (1) Pemahaman Hoaks sebagai penyimpangan informasi, baik itu Mis-informasi, Dis-informsi maupun Mal- informasi; (2) Melawan Disinformasi dan Misinformasi melalui LMI; serta (3) Ex- Post Fact Checking / Memeriksa Fakta setelah Dipublikasikan. 1. Memahami Hoaks dan Penyimpangan Informasi : Mis- informasi, Dis-informsi dan Mal- informasi Sebelum memahami tentang hoaks, masyarakat harus terlebih dahulu memahami tentang penyimpangan informasi, dan perbedaan konsep-konsep di dalamnya. Mis-informasi adalah informasi yang salah, tapi orang yang menyebarkannya percaya bahwa itu benar. Sedangkan Dis-informasi adalah informasi yang salah, dan orang yang menyebarkannya mengetahui bahwa itu salah. Konsep ketiga yang perlu dibedakan disini adalah Mal-informasi , yakni informasi yang didasarkan pada kenyataan, tetapi digunakan untuk mencelakakan seseorang, organisasi, atau negara (UNESCO, 2018, p.44-52). Ketiganya sama-sama berbahaya dan harus disikapi dengan sangat bijaksana, terutama ketika penyimpangan informasi semacam ini menjadi kendaraan politik selama masa kampanye. Pada tahun 2018 saja, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendata sekitar 1.000 penyimpangan informasi yang terjadi selama masa kampanye. Contoh kasus penyimpangan informasi adalah kasus pemukulan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet yang terjadi pada tahun 2018. Informasi yang salah (Dis-informasi) diberikan oleh Ratna Sarumpaet kepada sejumlah tokoh politik seperti Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang percaya akan kebenaran informasi tersebut dan menyebarkannya (Mis-informasi). Selanjutnya, informasi ini dihubungkan dengan kampanye hitam dari pihak lawan (Mal-informasi) yang dianggap hendak menyerang simpatisan para tokoh politik tersebut. Penyimpangan informasi ini dapat hadir dalam beberapa jenis narasi. Pertama, Satire dan Parodi, yakni gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Kedua , False Connection , ketika judul berita dan konten berita sangat berlawanan, sehingga pembaca berita tersebut merasa tertipu. Hal ini seringkali dilakukan oleh pelaku bisnis berita online untuk meningkatkan jumlah audiens yang berkunjung ke situs mereka. Ketiga, Konten yang Menyesatkan. Cara ini bertujuan untuk membingkai atau framing informasi dengab cara memangkas foto, kutipan, atau data secara sangat selektif. Pembaca berita akhirnya tidak mendapatkan informasi yang menyeluruh, serta dapat menyebarkan informasi yang sesat. Keempat , konten palsu. Konten palsu biasanya ditegaskan dengan gambar yang diedit dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Kelima , Konten yang dimanipulasi, yakni ketika konten asli dimanipulasi untuk menipu pembaca (UNESCO, 2018, pp 48-50). 2. Melawan Disinformasi dan ## Misinformasi melalui LMI LMI memiliki tiga indikator utama yang harus dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan baik di tingkat makro, meso, maupun mikro. Ketiga indikator literasi tersebut adalah Akses, Evaluasi, dan Kreasi (Lee et. al., 2013). Komponen pertama literasi menyangkut kemampuan individu untuk mengakses, mencari, menemukan, serta menerima informasi dan konten media. Individu dapat dikatakan melek informasi dan media jika memiliki akses terhadap berbagai sumber informasi dan media. Hal ini penting untuk dilakukan terutama karena tidak ada media dan informasi yang netral, sebagaimana hukum kedua LMI. Komponen kedua literasi media dan informasi adalah kemampuan individu untuk mengevaluasi informasi dan konten media yang diakses. Sedangkan komponen terakhir menyangkut pembuatan, penggunaan, dan monitoring informasi dan konten media. Pada tahap ini, individu mampu membuat atau menghasilkan informasi baru yang yang inovatif dan kreatif, namun tetap etis dan sesuai hukum yang berlaku (Lee et. al., 2013, p.59). 3. Ex-Post Fact Checking/ Memeriksa Fakta setelah Dipublikasikan The International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA)menyebutkan setidaknya ada delapan langkah yang dapat dilakukan untuk mengetahui palsu atau tidaknya sebuah informasi, dan menghindari penyebaran informasi tersebut (lihat gambar 1). Gambar 1 Panduan Mengenali Informasi Palsu IFLA Sumber : “How to Spot Fake News”, 2018 Pertama , memeriksa sumber informasi. Sumber yang akurat sangat dibutuhkan untuk mengetahui kebenaran suatu informasi. Tentunya, informasi yang benar akan berasal dari situs-situs yang resmi dan kredibel, semisal situs resmi pemerintah, atau situs resmi organisasi internasional yang memiliki track record yang baik. Situs-situs dengan domain .gov atau .go.id (misalnya www.kemlu.go.id) merupakan situs resmi pemerintah yang tentunya akan memberikan informasi yang akurat bagi para pembaca. Organisasi nasional atau internasional yang memiliki laporan tahunan terkait kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan juga dapat dipercaya kebenarannya. Situs ini memiliki nama domain .org (misalnya www.greenpeace. org) Kedua, memahami isi bacaan. Persaingan bisnis media daring sudah tidak dapat diragukan lagi. Semakin banyak situs berita yang membutuhkan lebih banyak clickbot dari pengguna internet untuk menambah pundi-pundi keuntungan mereka. Dengan kata lain, semakin banyak klik yang mereka dapatkan pada situs mereka, maka semakin banyak keuntungan materi yang dapat diraih (Miller et. al., n.d). Situs-situs tersebut kemudian menggunakan strategi bisnis yang curang dengan membuat judul yang terkesan bombastis untuk menarik pembaca dengan meng-klik judul tersebut, padahal mungkin isinya tidak selaras dengan judul berita. Seringkali, pembaca hanya melihat judul berita tanpa membacanya secara menyeluruh, sehingga terjadi mis-informasi. Ketiga, menelusuri sumber pendukung. Setiap informasi yang beredar di media sosial haruslah memiliki sumber pendukung, yakni dari mana informasi- informasi dalam berita tersebut diperoleh. Jika informasi tersebut ternyata tanpa sumber pendukung sama sekali, maka berita tersebut harus diragukan kebenarannya. Namun tidak jarang pula hoaks memiliki sumber pendukung yang terlihat kredibel. Pembaca tentunya harus lebih cermat dan teliti dalam melihat dan mencari kebenaran sumber pendukung tersebut. Pada gambar 2, penyebar berita melakukan dis-informasi dengan meng- ganti judul berita kemudian menggunakan sumber pendukung yang dipercaya oleh masyarakat. Padahal setelah ditelusuri, sumber pendukung tidak sesuai dengan informasi tersebut. Gambar 2 Pemeriksaan Hoaks melalui Sumber Pendukung Sumber: Antoni, 2018 Keempat, menelusuri penulis berita. Setiap informasi yang kredibel tentu mencantumkan nama penulis dalam informasi tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis terhadap isi bacaan. Pembaca harus mampu menelusuri track record sang penulis melalui mesin pencarian daring. Kelima,memeriksa tanggal penulisan artikel. Sejumlah hoaks menggunakan berita asli yang sudah usang, sehingga para pembaca tertipu dengan merasa bahwa informasi tersebut terjadi di masa kini. Padahal konteks informasi tersebut sudah jauh berbeda. Keenam adalah memeriksa apakah informasi tersebut merupakan satir atau bahkan lelucon. Para penulis satir dan lelucon tentu tidak bermaksud menyebarkan hoaks. Meskipun demikian, satir dan lelucon yang tidak dapat dipahami oleh pembaca, justru akan berakibat pada penyebaran hoaks. Di Amerika Serikat situs berita seperti The Onion menerbitkan artikel-artikel berita satir yang meniru media besar dan peristiwa yang sedang hangat. Namun tidak banyak pengguna media sosial yang memahami sindiran yang dituliskan oleh The Onion dalam situsnya. Kejelian dan kecerdasan pembaca untuk membedakan informasi semacam ini. Beberapa sosial media seperti Facebook juga telah melakukan upaya untuk “menandai” situs dan artikel berita satir untuk menghindari penyebaran mis-informasi. Ketujuh, menghindari prasangka. Prasangka sosial adalah pendapat negatif terhadap seseorang yang dilandaskan pada keanggotaan orang tersebut dalam kelompok tertentu (Brehm dan Kassin, 1993). Prasangka bukanlah sesuatu yang inheren dalam diri manusia, melainkan melalui proses pembelajaran. Seseorang cenderung memilih informasi yang mendukung prasangka yang ada dalam pikirannya. Itulah sebabnya artikel berita yang mengandung prasangka negatif terhadap seseorang atau kelompok tertentu memiliki banyak pengunjung. Kedewasaan pembaca dan pengguna media sosial sangat dibutuhkan untuk membedakan fakta dan prasangka. Kedelapan, memeriksa fakta kepada pakar. Cara termudah untuk memeriksa fakta adalah melalui aplikasi pendeteksi hoaks yang dapat diunduh melalui telepon pintar, seperti Hoaks Analyzer atau Hoaks Buster Tools (HBT)yang juga merupakan karya anak bangsa. HBT misalnya, aplikasi ini memungkinkan pengguna media digital untuk melaporkan hoaks, mencari kebenaran narasi, gambar, serta video yang didapatkan secara daring. Di tingkat internasional, terdapat situs-situs yang juga mampu membantu pembaca untuk mengecek kebenaran hoaks, yakni FactCheck.org, Snopes.com, the Washington Post Fact Checker dan PolitiFact.com. ## KESIMPULAN Tingginya tingkat penggunaan sosial media sebagai sarana untuk mendapatkan informasi di kalangan remaja SMA menyebabkan mereka rentan termakan informasi yang keliru atau hoaks. Dalam pesta demokrasi 2018-2019, hal ini tentunya akan mengancam objektivitas pelajar SMA sebagai pemilih pemula. Gerakan Literasi Media dan Informasi atau LMI yang diusung oleh UNESCO menjadi sangat dibutuhkan agar mereka mampu menjadi pengguna sosial media yang bijak dalam sistem demokrasi. Materi penyuluhan ini menyangkut (1) Pemahaman Hoaks sebagai penyimpangan informasi : Mis-informasi; Dis-informs;i dan Mal-informasi, (2) Melawan Disinformasi dan Misinformasi melalui LMI, serta (3) Ex-Post Fact Checking / Memeriksa Fakta setelah Dipublikasikan. Penyuluhan ini ditekankan pada metode pemeriksaan fakta yang terdiri dari pengecekan sumber, isi bacaan, penulis artikel, sumber pendukung, hingga pengecekan melalui aplikasi dan situs internet, agar para peserta penyuluhan dapat menyaring informasi dengan lebih akurat. ## DAFTAR PUSTAKA Antoni, A. (2018, August 30). Pemilih Pemilu 2019 di Jateng Ditetapkan 27.430.269 Orang. Sindonews.com , dapat diakses di : https://daerah.sindonews.com/read/13 34359/22/ Brehm, S. S., & Kassin, S. M. (1993). Social psychology (2nd ed.). Boston: Houghton Mifflin Company. Horton, F. W. (2008). Understanding Information Literacy: A Primer . Paris : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). How To Spot Fake News. (2018, July 17). dapat diakses di https://www.ifla.org/publications/nod e/11174 Lee, Alice Y.L. et. al. (2013). Conceptual Relationship of Information Literacy and Media Literacy in Knowledge Societies . Paris : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Miller B., Pearce P., Grier C., Kreibich C., Paxson V. (2011) What’s Clicking What? Techniques and Innovations of Today’s Clickbots. Dalam : Holz T., Bos H. (eds) Detection of Intrusions and Malware, and Vulnerability Assessment. DIMVA 2011. Lecture Notes in Computer Science, vol 6739. Springer, Berlin, Heidelberg Setiana. L. (2005). Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat . Jakarta : Ghalia Indonesia Singh, J., Kerr, P., and Hamburger, E. (eds.) (2016). Media and Information Literacy: Reinforcing Human Rights, Countering Radicalization and Extremism . Paris : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Sufyan, M. (2017, January 19). 2017, Momentum Menegakkan Kehormatan Pers. Kompas , dapat diakses di : https://nasional.kompas.com/read/201 7/01/19/08212711/2017 UNESCO (2013). Global Media and Information Literacy Assessment Framework: Country Readiness and Competencies . Paris : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). UNESCO (2018). Journalism, ‘Fake News’ &Disinformation : Handbook for Journalism Education and Training . Paris : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). We are Social. 2018. Digital in 2018 , dapat diakses di : https://wearesocial.com/blog/2018/01/ global-digital-report-2018
55f28ddd-323f-4415-b2ee-5ca4b1db826b
https://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/download/374/246
Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square untuk ## Peningkatan Kemampuan Kognitif C2 pada Pembelajaran Fisika di SMP Negeri 10 Purworejo Kelas VIII ## Pandu Abdul Fattaah Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan K.H. Ahmad Dahlan 3 Purworejo [email protected] Abstrak – Telah dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) guna mengetahui peningkatan kemampuan kognitif C2 siswa pada pembelajaran fisika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 10 Purworejo yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, metode tes siklus, dan metode angket. Pengolahan data dilakukan dengan teknik persentase. Hasil dari penelitian ini dapat menunjukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan kemampuan kognitif C2 siswa SMP Negeri 10 Purworejo kelas VIII. Pemahaman konsep fisika siswa pada tahap pra siklus adalah 39,687%, meningkat menjadi 68,125% setelah diberi tindakan pada siklus I, dan meningkat menjadi 74,062% setelah diberi tindakan pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif C2 siswa dalam pembelajaran fisika. Kata kunci: Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square, Kemampuan Kognitif C2 ## I. PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan kurang bersemangatnya siswa dalam belajar, meskipun sarana belajar di sekolah sudah cukup lengkap. Siswa kurang aktif beinteraksi didalam kelas, baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lain. Kebanyakan siswa SMP Negeri 10 Purworejo kelas VIII merasa bahwa dirinya masih kurang dalam kemampuan kognitifnya, khususnya kemampuan kognitif C2 siswa pada pembelajaran fisika. Selain itu Guru merasa kesulitan untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter siswa dan materi pembelajaran, meskipun guru telah mencoba memakai beberapa metode pembelajaran. Proses pembelajaran dibatasi pada bab optik geometri dengan pokok bahasan pemantulan dan pembiasan cahaya. Peningkatan kemampuan kognitif C2 pada pembelajaran fisika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square ditinjau dari data awal yaitu nilai tes kemampuan kognitif C2 siswa pada materi pembelajaran fisika sebelum penelitian dimulai. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif C2 pada pembelajaran fisika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square. ## II. LANDASAN TEORI ## A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses atau kegiatan pembelajaran, dan bukan merupakan hasil tujuan dari pembelajaran. Dilihat dari kesemuannya maka sudah jelas tentang tujuan belajar, yaitu perubahan tingkah laku individu, hanya perbedaannya terletak pada cara atau proses pencapaiannya yang mentitikberatkan pada interaksi individu dengan lingkungannya [1]. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses, cara, ataupun perbuatan mempelajari. Pada proses pembelajaran di kelas, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan pembelajaran di dalam kelas. Guru berperan dalam menyediakan fasilitas-fasilitas belajar agar siswa dapat mempelajarinya. Sedangkan siswa berperan sebagai subjek pembelajaran yang akan diberikan materi pembelajaran oleh guru. Proses pembelajaran adalah dialog interaktif yang terpusat pada siswa, artinya semua kegiatan pembelajaran di dalam kelas sepenuhnya dilakukan oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator saja [2]. ## B. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok satu tim. Sedangkan learning dapat diartikan sebagai pembelajaran, yaitu suatu proses perbuatan mempelajari. Istilah cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative learning adalah suatu metode pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar- mengajar yang berpusat pada siswa ( student oriented ), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli orang lain [2]. Salah satu teknik pembelajaran kooperatif adalah think pair square . Teknik ini dikembangkan oleh Specer Kangan. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa [3]. Proses jalannya pembelajaran kooperatif tipe think pair square , pertama-tama guru membagi siswa dalam kelompok berempat (pembagian kelompok secara heterogen) dan menentukan pasangan diskusi bagi siswa. Kemudian guru memberikan tugas yang sama kepada semua kelompok. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas terebut secara individual. Kemudian siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. Setiap pasangan berdiskusi lagi dengan pasangan lain dalam kelompoknya dan setiap kelompok harus mempertanggungjawabkan hasil kerja mereka pada kelompok lain [3]. Metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square memiliki langkah-langkah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman kepada siswa secara langsung. Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square , siswa diarahkan untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri secara berkelompok dan bekerjasama. Jadi guru disini hanya bersifat sebagai fasilitator saja [3]. ## C. Domain Kognitif Domain kognitif adalah suatu kawasan yang membahas tentang tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Domain kognitif ini terdiri atas 6 tingkatan yang secara hirarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi), adapun urutannya adalah: 1) Pengetahuan (C1), 2) Pemahaman (C2), 3) Penerapan (C3), 4) Analisis (C4), 5) Sintesis (C5), dan 6) Evaluasi (C6) [4]. ## D. Kemampuan Kognitif C2 Kemampuan kognitif C2 dijabarkan menjadi tiga bagian, yaitu: menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Tingkat terendah merupakan terjemahan, di mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya. Contohnya menterjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, mengartikan merah putih. Tingkat kedua merupakan pemahaman penafsiran atau interpretasi, yakni menghubungkan bagian-bagian dengan yang diketahui berikutnya. Tingkat ketiga merupakan pemahaman ekstrapolasi yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang dikatakan berikutnya. Dengan ekstrapolasi ini siswa diharapkan mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalah-masalahnya [5]. ## E. Pembelajaran Fisika Pembelajaran fisika dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang mengkhususkan pada fakta atau prinsip yang diperoleh melalui kajian sistematik. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu sains yang dapat diartikan sebagai kumpulan fakta, hukum, prinsip, dan teori yang didapatkan dari pengalaman [7]. ## III. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 10 Purworejo yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, metode tes siklus, dan metode angket. Pengolahan data dilakukan dengan teknik persentase [6]. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila tingkat kemampuan kognitif C2 pada tiap-tiap siswa minimal meningkat 10 % dari nilai awal siswa pada ulangan sebelumnya, ditinjau berdasarkan nilai evaluasi pada akhir pembelajaran ataupun akhir tiap-tiap siklus. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan kognitif C2 siswa pada pembelajaran fisika meningkat setelah diberi tindakan pada siklus II. Persentase observasi kemampuan kognitif C2 siswa pada pembelajaran fisika meningkat dari 39,687% pada tahap pra siklus menjadi 68,125% pada siklus I, dan meningkat kembali menjadi 74,062% pada siklus II. Persentase observasi yang tinggi menunjukkan siswa telah terbiasa dan merasa lebih mudah dalam menerima pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe think pair square yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, berdasarkan indikator keberhasilan dalam penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square untuk meningkatkan kemampuan kognitif C2 siswa pada pembelajaran fisika minimal naik 10% sudah tuntas. Hasil belajar yang dicapai siswa juga menunjukkan peningkatan, yaitu meningkatnya rata-rata nilai siswa dari 68,281 dengan ketuntasan 53,125% pada siklus I menjadi 82,500 dengan ketuntasan 90,625% pada siklus II. Hal ini dapat terjadi karena siswa telah terbiasa mengerjakan suatu latihan soal maupun tugas secara berulang-ulang dari guru, sehingga saat mengerjakan soal tes akhir siklus siswa akan merasa mudah mengingat cara penyelesaian dari soal tes tersebut. Dari hasil ini, masih terdapat 3 siswa yang belum tuntas dari nilai ketuntasan 70,000 yang ditetapkan oleh kepala sekolah SMP Negeri 10 Purworejo. Penelitian tetap dikatakan berhasil karena nilai dari 3 siswa tersebut telah mengalami kenaikan minimal sebesar 10% ditinjau dari nilai awal pra siklus. Ketertarikan siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square meningkat dari 58,125% pada siklus I dan meningkat menjadi 58,750% pada siklus II. Terlihat hampir tidak ada perbedaan yang besar antara hasil angket siswa pada siklus I dan hasil angket siswa pada siklus II , hal ini terjadi karena metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square terlalu menekankan pada kegiatan mengulang-ulang pengerjaan latihan soal baik pada tahap individu ( think ), pasangan ( pair ), maupun berkelompok ( square ) sehingga pembelajaran terasa selelu sama, selain itu terbatasnya waktu juga menghambat proses pembelajaran ini. Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square inilah yang seringkali menjadi penyebab tidak bertambahnya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square dapat diterima oleh siswa. ## V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square dapat meningkatkan kemampuan kognitif C2 minimal 10% pada pembelajaran fisika di SMP Negeri 10 Purworejo kelas VIII B tahun pelajaran 2011/2012. Kemampuan kognitif C2 siswa pada pembelajaran fisika meningkat dari 39,69% pada tahap pra siklus, meningkat menjadi 68,12% setelah diberikan tindakan pada siklus I, dan meningkat kembali menjadi 74,06% setelah diberikan tindakan pada siklus II. Peningkatan kemampuan kognitif C2 siswa pada pembelajaran fisika ini berpengaruh besar terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa. Rata-rata nilai siswa meningkat dari 34,69 dengan ketuntasan 6,25% pada tahap pra siklus, menjadi 68,28 dengan ketuntasan 53,125% setelah diberikan tindakan pada siklus I, dan meningkat kembali menjadi 82,50 dengan ketuntasan 90,625% setelah diberikan tindakan pada siklus II. ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan kerjasama berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. H. Supriyono, M.Pd., selaku rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo beserta staf yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian. 2. Drs. H. Hartono, M.M., selaku dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo beserta staf yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah banyak memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Nur Ngazizah, S.Si.,M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi. 5. Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd.Si., selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi. 6. Sujoko, S.Pd.,MM.Pd., selaku Kepala sekolah SMP Negeri 10 Purworejo beserta staf guru dan karyawan atas bantuan dan kerjasamanya; 7. Kuni Wasingah, S.Si., selaku guru mata pelajaran Fisika di SMP Negeri 10 Purworejo yang telah memberikan bimbingan selama proses penelitian berlangsung; 8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu kelancaran penyusunan skripsi. Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Segala yang baik dan benar dalam skripsi ini sesungguhnya berasal dari Allah semata. Adapun hal-hal yang keliru adalah berasal dari diri penulis pribadi. Karena itu, penulis memohon ampun kepada Allah dan memohon maaf kepada semua yang membaca skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. ## PUSTAKA Buku: [1] Hamalik Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar . Jakarta. Bumi Aksara. [2] Suprijono Agus. 2012. Cooperative Learning . Yogyakarta. Pustaka Pelajar. [3] Anita Lie. 2007. Cooperative Learning . Jakarta. Grasindo. [4] Hamzah, B. Herminanto, S. & I Made, C. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta. Delima Press. [5] Sudjana Nana. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung. PT Remaja Rosadakarya. [6] Purwanto Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran . Bandung. Remaja Rosdakarya. Internet: [7] Pembelajaran fisika. http://www.wikipedia. org, diakses tanggal 15 April 2012.
6947075b-f49b-4686-b1c1-20e04a204335
https://ejournal.b4t.go.id/index.php/JTBBT/article/download/86/74
## PENGARUH KONSENTRASI HIPOFOSFIT DAN WAKTU PELAPISAN TERHADAP KARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR LAPISAN ELECTROLESS Ni-P ## EFFECT OF HYPOPHOSPHITE CONCENTRATION AND PLATING TIME ON MICROSTRUCTURE CHARACTERISTICS Ni-P ELECTROLESS COATING Arini Nikitasari (1) dan Efendi Mabruri (2) Pusat Penelitian Metalurgi dan Material – LIPI (2) Kawasan Puspiptek Gedung 470, Serpong E-mail: (1) [email protected], (2) [email protected] Diterima : 10 Januari 2017 Direvisi : 20 Februari 2017 Disetujui : 6 Maret 2017 ## ABSTRAK Pengaruh variasi konsentrasi hipofosfit dan waktu pelapisan terhadap karakteristik mikrostrukur lapisan electroless Ni-P disajikan dalam artikel ini. Material yang digunakan pada penelitian ini adalah martensit stainless steel 420. Karakteristik mikrostruktur yang diteliti untuk konsentrasi hipofosfit (10 g/L; 20 g/L; 30 g/L) dan waktu pelapisan (30 min, 60 min, 120 min, 180 min) menggunakan scanning electron microscope (SEM). Diperoleh hasil bahwa morfologi lapisan electroless Ni-P yang terbentuk berbentuk bulat. Ukuran butir dan kerapatan struktur bertambah seiring dengan peningkatan waktu pelapisan. Kadar fosfor dalam lapisan meningkat dengan kenaikan kandungan hipofosfit dan waktu pelapisan. Kadar nikel dalam lapisan yang paling optimal adalah hipofosfit dengan konsentrasi 20 g/L. Ketebalan lapisan berbanding lurus dengan waktu pelapisan. Konsentrasi hipofosfit 20 g/L dan waktu pelapisan 120 menit adalah kondisi optimum untuk pelapisan karena menghasilkan lapisan dengan mikrostruktur dan distribusi komponen yang seragam. Kata Kunci : martensit, stainless steel 420, morfologi, scanning electron microscope (SEM), electroless Ni-P ## ABSTRACT The effect of various hypophosphite concentration and plating time on the microstructure characteristics of Ni-P electroless deposited coating is presented. The substrate used in this research was martensitic stainless steel. The microstructure characteristics were investigated for hypophosphite concentration (10 g/L ; 20 g/L ; 30 g/L ) and plating time (30 min, 60 min, 120 min, 180 min) using scanning electron microscope (SEM). It was evaluated that morphology of Ni-P electroless coating is spheroidal. Grain size and structure density increased with plating time. Phosphor content of coating increased with hypophosphite concentration and plating time. The optimum nickel content is hypophosphite with concentration of 20 g/L . Layer thickness was proportional to the plating time. Hypophosphite concentration of 20 g/L and plating time of 120 min were the optimum condition for coating due to the uniformity of microstructure and component distribution. Keywords : martensitic, stainless steel 420, morpholology, scanning electron microscope (SEM), electroless Ni-P ## PENDAHULUAN Proses pelapisan adalah metode paling populer untuk melindungi material dari keausan dan korosi. Deposisi pelapisan pada umumnya dilakukan dalam media larutan menggunakan arus listrik atau tanpa arus listrik ( electroless ) [1]. Electroless ditemukan oleh Brenner and Riddle untuk melapisi bagian dalam pipa pada tahun 1946. Setelah itu penggunaan electroless diperluas pada material lain seperti kayu, fiber, plastik, kertas, kaca, dan keramik pada tahun 1960-an [2]. Deposisi electroless seperti Ag, Au, Cu, Pt, dan electroless nikel fosfor (ENP), banyak digunakan dalam dunia industri karena dapat menghasilkan lapisan yang seragam pada komponen seberapapun rumit bentuk komponennya. Dari berbagai variasi metode electroless , ENP adalah yang paling banyak digunakan karena dapat melapisi semua jenis substrat seperti logam, kaca, dan polimer [3]; selain itu hasil lapisan yang dihasilkan memiliki sifat yang unggul seperti kekerasannya tinggi, bagus dalam mengatasi keausan, dan tahanan korosinya tinggi [4-8]. Pelapisan electroless nikel fosfor (ENP) adalah deposisi autokatalitik paduan Ni-P dari larutan ke permukaan substrat tanpa aplikasi arus listrik. Oleh karenanya, ENP sangat berbeda dengan elektroplating konvensional yang tergantung pada sumber eksternal arus listrik (DC) untuk mereduksi ion nikel pada elektrolit menjadi logam nikel pada substrat [9]. Nikel sulfat (NiSO 4 ) dan sodium hipofosfit (NaH 2 PO 2 ) sebagai agen pereduksi adalah komposisi utama pada pelapisan electroless Ni-P [10]. Mekanisme pelapisan electroless Ni-P adalah sebagai berikut : Ni 2+ + H 2 PO 2 - + H 2 O  Ni 0 + H 2 PO 3 - + 2H + (1) H 2 PO 2 - + H 2 O  H 2 + H 2 PO 3 - (2) Ketika Ni 2+ , H 2 PO 2 - , dan H + terabsorbsi pada permukaan material, terjadi perbedaan potensial pada ion yang terabsorbsi sehingga reaksi berlangsung [2]. Sifat dan mikrostruktur lapisan ENP tergantung pada kandungan fosfor (P) dalam paduan. Umumnya, fosfor rendah memiliki struktur mikrokristal dan memiliki tahan aus yang bagus tetapi cenderung kurang bagus dalam ketahanan korosinya pada lingkungan klorida. Medium fosfor (4 hingga 10% P) memiliki ukuran kristal yang lebih kecil dan cenderung semi-amorphous, sedangkan fosfor tinggi (lebih dari 10% P) berbentuk amorf dan memiliki ketahanan korosi terbaik [4, 9]. Tujuan dari studi ini adalah menganalisa pengaruh konsentrasi hipofosfit dan waktu pelapisan terhadap karakteristik mikrostruktur dari lapisan electroless nikel fosfor. ## BAHAN DAN METODE ## Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah martensitik stainless steel 420. Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia dari bahan yang digunakan. Penggunaan baja tahan karat martensitik SS 420 pada penelitian ini karena SS 420 banyak digunakan sebagai bahan pada sudu turbin uap. Bahan sudu turbin uap harus tahan korosi sehingga dengan adanya pelapisan electroless Ni-P pada SS 420 diharapkan akan menambah ketahanannya terhadap korosi. Sampel pada penelitian ini dibuat dengan memotong SS 420 yang berbentuk silinder menjadi bentuk kotak berukuran 2 cm x 2 cm. Selanjutnya sampel dilubangi dan dipoles. Tabel 1. Komposisi kimia martensitik SS 420 C Si S P Mn Ni Cr Fe 0,4 0,3 0,02 0,02 0,4 0,15 12,41 Bal ## Metode Sebelum melakukan pelapisan electroless , sampel dibersihkan terlebih dahulu. Pertama- tama permukaan sampel dibersihkan secara manual dari produk korosi dan dicuci menggunakan deterjen lalu dibilas menggunakan aquadest , dan direndam dalam 10 mL HNO 3 , 20 mL HCl, dan 30 mL H 2 O pada suhu ruang selama 2 menit. Setelah itu, sampel dibilas dengan menggunakan aquadest . Selanjutnya, sampel diaktivasi menggunakan 0,6 g/L PdCl 2 + 5 mL HCl pada suhu ruang selama 10 menit lalu direndam dalam aquadest selama 1 menit. Terakhir sampel direndam dalam 50 g/L NaH 2 PO 2 selama 10 menit dan dibilas menggunakan aquadest lalu sampel dimasukkan ke dalam larutan electroless Ni-P [4]. Pelapisan electroless dilakukan dengan merendam sampel ke dalam 250 mL larutan electroless Ni-P selama 30 menit, 60 menit, 120 menit, dan 180 menit. Komposisi kimia dari larutan electroless Ni-P disajikan dalam Tabel 2. Temperatur pelapisan dijaga pada suhu 80 ° C. Setelah proses pelapisan electroless tersebut setiap sampel dikeringkan dan disiapkan untuk analisa komposisi. Alat yang digunakan untuk observasi lapisan Ni-P yaitu scanning electron microscope (SEM, JEOL Model JSM-5400) yang dilengkapi dengan EDAX yang dapat digunakan untuk analisa komposisi kimia lapisan. Tabel 2. Komposisi Kimia Electroless Ni-P Komposisi Konsentrasi (g/L) Nikel Sulfat (NiSO 4 .6H 2 O) 35 Sodium Sitrat (Na 3 C 6 H 5 O 7 ) 15 Sodium Hipofosfit (NaH 2 PO 2 .H 2 O) 10; 20; 30 Sodium Asetat (NaOOCCH 3 .3H 2 O) 5 ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Struktur Morfologi Struktur morfologi dari electroless Ni-P dianalisa menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM). Gambar 1 menampilkan hasil analisa SEM terhadap semua sampel electroless Ni-P dengan berbagai variasi konsentrasi hipofosfit (sumbu-y) dan waktu pelapisan (sumbu-x). Morfologi permukaan semua lapisan electroless Ni-P menunjukkan struktur bulat. Hasil morfologi ini sesuai dengan hasil penelitian I. E. Ayoub [4]. Pada Gambar.1 dapat dilihat bahwa ukuran butir dan kerapatan struktur bertambah seiring meningkatnya waktu pelapisan. Area lubang hitam pada waktu pelapisan 30 menit dengan konsentrasi hipofosfit 10 g/L dan 30 g/L mengindikasikan lapisan electroless Ni-P tidak melapisi permukaan substrat secara seragam. Lapisan electroless Ni-P dengan konsentrasi hipofosfit 20 g/L menunjukkan struktur terbaik karena lapisan yang terbentuk seragam dan dapat menutupi permukaan substrat dengan lebih sempurna dan rapat. Waktu pelapisan 120 menit adalah waktu yang paling optimal, karena celah atau lubang hitam yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan waktu pelapisan lainnya. Gambar 1. Hasil SEM electroless Ni-P Analisa EDS Analisa EDS ( Energy Dispersive Spectroscopy ) digunakan untuk melihat komposisi kimia dari lapisan Ni-P yang terbentuk. Hasilnya ditampilkan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, kandungan fosfor meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi hipofosfit dan waktu pelapisan. Hasil analisa EDS menunjukkan bahwa kandungan fosfor pada lapisan electroless Ni-P yang terbentuk sekitar 4- 10% berat. Dengan demikian, lapisan Ni-P yang dihasilkan dapat diklasifikasikan sebagai medium fosfor. Klasifikasi ini mempunyai ukuran kristal yang lebih kecil dan cenderung memiliki mikrostrutur semi-amorf. Industri menyebutkan jumlah fosfor pada Ni-P berada pada range 6-9 persen berat [6]. Berdasarkan Tabel 3, beberapa sampel memenuhi range industri. Kadar nikel terbaik adalah sampel dengan konsentrasi hipofosfit 20 g/L (lebih dari 90 persen berat). Electroless Ni-P dengan hipofosfit 10 g/L dan 30 g/L memiliki kadar nikel kurang dari 90% berat karena adanya pengotor seperti unsur C, Cr, O, Na, dan S. Tabel 3. Hasil Analisa EDS Lapisan Electroless Ni-P. No Hipofosfit (g/L) Waktu (menit) Ni (%) P (%) Fe (%) C (%) Cr (%) O (%) Na (%) S (%) 1 10 30 83 5 4 7 1 - - - 2 10 60 71 5 2 7 0 8 6 - 3 10 120 84 6 1 5 - 4 - - 4 10 180 69 6 - 7 - 12 5 1 5 20 30 93 4 3 - - - - - 6 20 60 90 6 3 - - 1 - - 7 20 120 91 6 1 - - 2 - - 8 20 180 94 6 - - - - - - 9 30 30 89 6 5 - 1 - - - 10 30 60 89 6 4 - - - - - 11 30 120 82 8 2 6 1 2 - - 12 30 180 60 10 2 8 - 15 6 7 ## Ketebalan Lapisan Gambar 2 menunjukkan ketebalan lapisan rata-rata dari berbagai waktu pelapisan. Ketebalan pelapisan meningkat seiring meningkatnya waktu pelapisan ketika konsentrasi hipofosfit 20 g/L, sementara konsentrasi lainnya mempunyai ketebalan yang fluktuatif terhadap waktu pelapisan. Gambar 2. Ketebalan Lapisan Rata-rata pada Berbagai Konsentrasi Hipofosfit dan Waktu Pelapisan Gambar 3. Pengukuran Ketebalan Lapisan Electroless Ni-P dengan Konsentrasi Hipofosfit 20 g/L dan Waktu Pelapisan 120 menit. Konsentrasi hipofosfit 20 g/L menghasilkan lapisan Ni-P yang paling tebal dan konsentrasi hipofosfit menghasilkan lapisan dengan ketebalan paling tipis. Garis-garis berwarna hitam pada Gambar 3 menunjukkan pengukuran ketebalan lapisan untuk sampel dengan konsentrasi hipofosfit 20 g/L dan waktu pelapisan 120 menit. ## KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi hipofosfit dan waktu pelapisan memiliki pengaruh terhadap karakteristik morfologi dari lapisan electroless Ni-P. Ukuran partikel lebih besar dan lebih rapat dengan bertambahnya waktu pelapisan. Struktur morfologi permukaan yang paling bagus dihasilkan pada konsentrasi hipofosfit 20 g/L dan waktu pelapisan 120 menit karena lapisan yang terbentuk seragam dan tidak ada celah atau kerusakan yang parah pada permukaan lapisan yang terbentuk. Kadar fosfor meningkat seiring bertambahnya konsentrasi hipofosfit dan waktu pelapisan. Lapisan yang terbentuk diklasifikasikan sebagai medium fosfor electroless nikel. Klasifikasi ini mempunyai ukuran kristal yang lebih kecil dan cenderung memiliki mikrostruktur semi-amorf. Konsentrasi sodium hipofosfit 20 g/L menghasilkan kadar nikel terbesar (lebih dari 90% berat) dan ketebalan lapisan yang paling tinggi. 14µm 18,5µm 12,6µm 22,1µm ## UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada Pusat Penelitian Metalurgi dan Material-LIPI yang telah membiayai penelitian ini melalui mekanisme Tematik 2016. ## DAFTAR PUSTAKA [1] B. Panja and P. Sahoo, “Wear behaviour of electroless Ni-P coatings in brine solution and optimization of coating parameters,” Procedia Technol. , vol. 14, pp. 173–180, 2014. [2] I. Kwon, H. Kim, and S. Bum, “Journal of Industrial and Engineering Chemistry Optimization of barrel plating process for electroless Ni - P plating,” J. Ind. Eng. Chem. , vol. 20, no. 5, pp. 3767–3774, 2014. [3] M. Zhang, S. Mu, Q. Guan, W. Li, and J. Du, “Applied Surface Science A high anticorrosive chromium-free conversion coating prepared with an alkaline conversion bath on electroless Ni - P coating” Appl. Surf. Sci. , vol. 349, no. 2015, pp. 108–115, 2017. [4] I. E. Ayoub, “Study of Electroless Ni-P Plating on Stainless Steel,” Vol.1 no.1, pp. 13–16, 2009. [5] J. N. Balaraju, S. K. Seshadri, M. S. Division, N. A. Laboratories, and M. Centre, “Electroless Ni - P composite coatings,” pp. 807–816, 2003. [6] J. Wojewoda-budka, A. Wierzbicka- miernik, L. Litynska-dobrzynska, and M. J. Szczerba, “Electrochimica Acta Microstructure characteristics and phase transformations of the Ni-P and Ni-P-Re electroless deposited coatings after heat treatment,” vol. 209, pp. 183–191, 2016. [7] Z. Sharifalhoseini and M. H. Entezari, “Applied Surface Science Enhancement of the corrosion protection of electroless Ni - P coating by deposition of sonosynthesized ZnO nanoparticles,” Appl. Surf. Sci. , vol. 351, pp. 1060–1068, 2015. [8] V. K. Bulasara, H. Thakuria, R. Uppaluri, and M. K. Purkait, “Journal of Materials Processing Technology Combinatorial performance characteristics of agitated nickel hypophosphite electroless plating baths,” J. Mater. Process. Tech. , vol. 211, no. 9, pp. 1488–1499, 2011. [9] R. Taheri, I. N. A. Oguocha, and S. Yannacopoulos, “The tribological characteristics of electroless NiP coatings,” vol. 249, January, pp. 389–396, 2001. [10] A.L. Koswara, “Teknik pelapisan pada paduan Al-2024 dengan metode electroless nickel,” no. 20, pp. 36–41, 2006.
c9828b89-e928-4f8d-b76e-93a25136488e
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/Bahastra/article/download/725/634
ISSN: 2550-0848 Vol. 1, No. 2, Maret 2017 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA PRAYATNA MEDAN ## Nila Safina Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UISU Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran “ Creative Problem Solving ” dalam menulis karangan narasi siswa kelas X yang berjumlah 80 orang. Sampel yang berjumlah 80 orang dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Two Group Design Post-test . Instrumen yang digunakan adalah Essay Test atau tes tertulis, yaitu menulis karangan narasi dengan memberikan satu permasalahan. Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata nilai kelas eksperimen adalah 75,5 dengan standar deviasi 8,78. Sedangkan rata-rata nilai kelas control adalah 69,5 dengan standar deviasi 8,5. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji “t”.Setelah dilakukan pengujian hipotesis diperoleh t hitung = 3,125 selanjutnya disesuaikan dengan t tabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = (n 1 +n 2 ) – 2 = (40+40) – 2 = 78, maka diperoleh taraf signifikan 5% = 1,982 (dengan interpolasi). Kemudian dibandingkan antara t hitung dengan t tabel diperoleh t hitung > t tabel 3,125 > 1, 982 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu menyatakan bahwa model Creative Problem Solving mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi dibandingkan dengan model Enquiry-Discovery Learning pada siswa kelas X SMA Prayatna Medan. Kata Kunci: Model Pembelajaran Creative Problem Solving , Kemampuan Menulis Karangan Narasi Abstract. This study aims to determine whether there is influence of learning model "Creative Problem Solving" in writing essay of class X students who numbered 80 people. The sample of 80 people is divided into two groups, namely the experimental class group and the control class group. The method used in this research is Two Group Design Post- test method. The instrument used is Essay Test or written test, which is writing narrative essay by giving one problem. From the data processing, the average value of the experimental class is 75,5 with standard deviation of 8.78. While the average value of the control class is 69.5 with the standard deviation of 8.5. Thus it can be said that the average value of the experimental class is higher than that of the control class. Hypothesis testing is done by using "t" test. After hypothesis testing is obtained t count = 3.125 then adjusted to ttable at 5% significant level with dk = (n1 + n2) - 2 = (40 + 40) - 2 = 78, hence obtained significant level 5% = 1,982 (with interpolation). Then compared between t count with ttable obtained t count > t table 3,125> 1, 982 so it can be concluded that Ha accepted that stated that Creative Problem Solving model have influence in improving student ability in writing essay compared with Inquiry-Discovery Learning model in student of class X SMA Prayatna Medan. Keywords: Creative Problem Solving Learning Model, Writing Capability of Narrative Writing ## PENDAHULUAN Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dasar bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Keempat keterampilan ini menjadi faktor Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan ## Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Prayatna Medan pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan dan pendapat baik secara lisan maupun secara tertulis, sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa. Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menulis adalah kemampuan yang sulit dikuasai oleh siswa bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Namun, dalam menghadapi tugas menulis banyak siswa yang menganggapnya sebagai beban berat. Anggapan tersebut timbul karena kegiatan menulis memang meminta banyak tenaga, waktu, dan perhatian yang sungguh-sungguh. Di samping itu, kegiatan menulis menuntut keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Siswa diharapkan dapat mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi. Menurut Dalman (2014:3), “Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya”. Menulis juga merupakan sebagai proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dengan tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari tulisan kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Kemampuan menulis, khususnya menulis karangan narasi yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan salah satu standar kompetensi dasar yang harus dicapai siswa.Namun dalam kenyataannya, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan saat menulis karangan narasi. Pembelajaran mengarang dapat lebih menarik dan lebih mudah dipahami apabila strategi yang digunakan mampu memotivasi siswa.Finoza (2009:244), “Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu”. Keraf (2005:135) “Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau perisyiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu”. Menyadari hal tersebut, sudah saatnya para siswa mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah diberi informasi, motivasi dan dibekali latihan menulis. Guru sangat dituntut untuk menciptakan strategi yang bervariasi dalam pembelajaran menulis. Tanpa strategi yang jelas, proses belajar mengajar tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran menulis yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain proses pembelajaran menulis tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sebab keterampilan dan kemampuan menulis bukanlah sesuatu yang diwariskan, tetapi merupakan hasil proses kegiatan belajar dan berlatih. Masalah di atas membutuhkan solusi yang tepat guna meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Untuk menyajikan seperangkat kegiatan pembelajaran dibutuhkan cara yang baik dan tepat. Dalam penyajian materi pelajaran dapat digunakan dengan metode pembelajaran yang tepat. Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan ## Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Prayatna Medan Menanggapi masalah yang terjadi, perlu dicari suatu model pembelajaran yang menjadi solusi dari keadaan ini.Khairani (2010:109) model pembelajaran dimaksudkan sebagai gambaran/ konsepsi bagaimana pembelajaran dilakukan, yang mencakup: 1) rasional atau teori yang melandasi model, 2) tujuan/ kemampuan yang dapat dicapai dengan model tersebut, 3) pola urutan langkah-langkah (sintak) pembelajaran, 4) lingkungan belajar dan system pengelolaan yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai. Lenih lanjut menurut Aunurrahman (2012:140), “Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal”. Dalam penelitian ini penulis menawarkan strategi/model yang digunakan yakni model pembelajaran Creative Problem Solving (pemecahan masalah secara kreatif) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model yang menuntut tingkat kreativitas siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui proses berpikir, berkomunikasi, bekerjasama, mengolah data dan menciptakan sebuah solusi. Dengan kata lain, siswa diarahkan untuk berpikir kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan pada situasi pembelajaran. Shoimin (2014:56) menyebutkan pengertian sebagai berikut: Creative Problem Solving adalah suatu metode pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan.Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa berpikir, keterampilan memecahkan masalah juga memperluas proses berpikir. Ngalimun (Istarani dan Ridwan, 2014:170) pembelajaran tipe Creative Problem Solving (CPS) merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dari pengertian-pengertian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa model Creative Problem Solving merupakan suatu kegiatan yang didesain guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan. Fungsi guru adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah di luar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving diharapkan siswa mampu berpikir kreatif dalam menulis sebuah karangan narasi. Melalui proses berpikir secara kreatif, siswa mampu menulis sebuah karangan narasi dengan baik dan memecahkan suatu permasalahan dengan baik pula. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Two Group Design Post-Test , dengan desain eksperimen dan kontrol Post-test dengan pola sebagai berikut: Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan ## Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Prayatna Medan Tabel 1. Desain Penelitian Kelas Perlakuan Tes Akhir (Post-Test) Eksperimen X T 1 Kontrol O T 1 Keterangan: T 1 = Tes Akhir ( Post-Test ) X = Pembelajaran menggunakan model Creative Problem Solving O = Pembelajaran menggunakan model Inquiry-Discovery Learning Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah tes mengarang narasi dalam bentuk tulisan yakni kepada siswa ditugaskan menciptakan (menulis) sebuah narasi dengan kriteria penilaian. Keraf (2005:136) memaparkan kriteria penialaian: Tabel 2. Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Karangan Variabel Kriteria Indikator Skor Menulis karangan narasi menggunakan model Creative Problem Solving Berbentuk narasi beserta prinsipnya Memiliki tema 20 Memiliki tokoh 20 Memiliki kronologis penceritaan/alur 20 Memiliki latar 20 Memiliki sudut pandang 20 Jumlah 100 Berdasarkan tabel kriteria penilaian, maka terdapat kisi-kisi penilaian tes sebagai berikut: Tabel 3. Kisi-kisi Penilaian Tes Kemampuan Menulis Karangan No. Indikator Prediktor skor Skor Maksimum 1. Memiliki tema 1. Tema sudah tepat dengan isi cerita 2. Tema kurang tepat dengan isi cerita 3. Tema sama sekali tidak tepat dengan isi cerita 20 10 5 20 2. Memiliki tokoh 1. Penceritaan tokoh sudah tepat 2. Penceritaan tokoh kurang tepat 3. Penceritaan tokoh sama sekali tidak tepat 20 10 5 20 3. Memiliki kronologis penceritaan/alur 1. Alur yang digunakan sudah tepat 2. Alur yang digunakan kurang tepat 20 10 5 20 Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Prayatna Medan 3. Alur yang digunakan sama sekali tidak tidak tepat 4. Memiliki latar 1. Latar yang digunakan sudah tepat 2. Latar yang digunakan kurang tepat 3. Latar yang digunakan sama sekali tidak tepat 20 10 5 20 5. Memiliki sudut pandang 1. Sudut pandangyang digunakan sudah tepat 2. Sudut pandangyang digunakan kurang tepat 3. Sudut pandangyang digunakan sama sekali tidak tepat 20 10 5 20 Jumlah Nilai 100 Tabel 4. Kategori dan Persentase Nilai Kategori Persentase Sangat Baik 85-100 Baik 70-84 Cukup 60-69 Kurang 55-59 Sangat Kurang 0-54 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah Two Group Design Post-test . Desain Two Group Design Post-test adalah desain eksperimen yang dilaksanakan pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pembelajaran dimulai dengan menentukan sampel, setelah itu diberikan perlakuan dan tahap akhir dilakukan Post-test untuk mengetahui kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan model Creative Problem Solving di kelas eksperimen. Pada kelas kontrol tahap awal yang dilakukan ialah menentukan sampel, setelah itu diberi perlakuan dan tahap akhir mengadakan Post-test untuk mengetahui kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan model Enquiry-Discovery Learning. Dengan melakukan hal tersebut, maka dapat diketahui pengaruh kedua model pembelajaran dalam kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen terdapat sampel sebanyak 40 orang dan kelas kontrol sebanyak 40 orang. Dalam penelitian kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving , sedangkan penelitian kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Enquiry-Discovery Learning . Dalam penelitian ini mengguanakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen (X-1) dan kelas kontrol (X-2). Hasil data dari kedua kelas tersebut akan diolah dengan mencari mean, standar deviasi, standar error dan standar error pembeda mean hasil kedua kelas. Selain itu, data tersebut juga akan diolah dalam uji pesyaratan normalitas dan homogenitas. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis. Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan ## Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Prayatna Medan Berdasarkan perlakuan yang telah diberikan kepada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah. Pada kelas eksperimen, diperoleh nilai tertinggi 90, nilai terendah 60 dan rata- rata 75,5 dengan standar deviasi 8,78. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 85, nilai terendah 55 dan rata-rata 69,5 dengan standar deviasi 8,5. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, data hasil penelitian harus memenuhi persyaratan pengujian. Ada dua syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian hipotesis, yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Liliefors, sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan F. a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan dengan uji liliefors.Dari hasil perhitungan maka diperoleh harga L hitung untuk masing-masing kelas, kemudian disesuaikan dengan L tabel pada lampiranterlihat L hitung < L tabel yang berarti sampel kedua kelas berdistribusi normal. Tabel 5. Uji Normalitas Data Kelas No. Data Kelas L hitung L tabel Hasil 1. Post-test Eksperimen -0,1324 0,140 Normal 2. Post-test Kontrol -0,1801 0,140 Normal b. Uji Homogenitas Data Untuk mengetahui homogen atau tidaknya populasi penelitian, dapat dilakukan dengan menggunakan uji “F”. Hasil perhitungan uji homogenitas kemudian disesuaikan dengan F tabel pada lampiran, maka dapat disimpulkan bahwa F hitung < F tabel yang berarti bahwa populasi berdistribusi homogen. Tabel 6. Uji Homogenitas Data No. Kelas Varians F hitung F tabel Hasil 1. Eksperimen 8,78 1,06 1,71 Homogen 2. Kontrol 8,5 ## c. Uji Hipotesis Berdasarkan tabel yang tersedia, maka penelitian ini telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah “Model Creative Problem Solving lebih berpengaruh dari model Enquiry-Discovery Learning dalam pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas X SMA Prayatna Medan”. Selanjutnya akan dilakukan hipotesis uji “t” dengan rumus Sugiyono (2010:128). Tabel 7. Uji Hipotesis No. kelas Nilai Rata-rata T hitung T tabel Hasil 1. Eksperimen 75,5 3,125 1,982 Ha diterima 2. Kontrol 69,5 Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh t hitung = 3,125 selanjutnya disesuaikan dengan t tabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = (n 1 +n 2 -2) = (40+40-2) = 78, maka diperoleh taraf signifikan 5% = 1,982 (dengan interpolasi). Kemudian dibandingkan antara t hitung dengan t tabel diperoleh t hitung 3, Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan ## Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Prayatna Medan 125 > t tabel 1,982, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model Creative Problem Solving lebih berpengaruh daripada model pembelajaran Enquiry-Discovery Learning dalam menulis karangan narasi. Dengan kata lain terdapat pengaruh model Creative Problem Solving terhadap kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas X SMA Prayatna Medan. Pembahasan Setelah melakukan prosedur penelitian seperti uji normalitas, uji homogenitas dan pengujian hipotesis, akhirnya dapat ditemukan hasil penelitian. Pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model Creative Problem Solving , ternyata berpengaruh positif dan lebih baik daripada pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model Enquiry- Discovery Learning . Hal ini dapat dibuktikan pada hasil penelitian, bahwa nilai rata-rata kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan model Creative Problem Solving lebih tinggi, yakni sebesar 75,5 daripada nilai rata-rata kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan model Enquiry- Discovery Learning , yaitu sebesar 69,5. Berdasarkan pengujian normalitas dan pengujian homogenitas, bahwa diketahui data pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan hasil nalisis data dengan menggunakan uji “t” diperoleh t hitung = 3,125 selanjutnya disesuaikan dengan t tabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = (n 1 +n 2 ) - 2 = (40+40-2) = 78, maka diperoleh taraf signifikan 5% = 1,982 (dengan interpolasi). Kemudian dibandingkan antara t hitung dengan t tabel diperoleh t hitung 3,125 > t tabel 1,982 sehingga diperoleh Ho (Hipotesis Nihil) ditolak dan Ha (Hipotesis Alternatif) diterima. Dapat disimpulkan bahwa model Creative Problem Solving berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi. Setelah diperoleh hasil dari penelitian ini, selanjutnya akan dibahas mengenai model Creative Problem Solving lebih berhasil atau lebih baik bila dibandingkan dengan model Enquiry- Discovery Learning . Hal ini dapat dijelaskan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model CreativeProblem Solving adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pembelajaran pada penciptaan ide kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan atau persoalan yang sedang terjadi. Dengan berpikir, berkomunikasi, bekerjasama, mengolah data dan menciptakan ide kreatif, siswa diarahkan untuk berpikir kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan pada situasi pembelajaran. Dengan menerapkan model Creative Problem Solving , siswa mampu berpikir secara kreatif dalam menulis sebuah karangan narasi yang di dalamnya terdapat unsur pembangun yang terdiri dari tema, tokoh, alur, latar dan titik pandang/sudut pandang. Kemampuan menulis, khususnya menulis karangan narasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menciptakan sebuah karangan dengan suatu permasalahan serta memperhatikan hal-hal dalam menulis karangan narasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat perbedaan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan model Creative Problem Solving dengan siswa yang diajarkan dengan model Enquiry- DiscoveryLearning . Dari perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas yang diajarkan dengan model Creative Problem Solving lebih berpengaruh Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan ## Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Prayatna Medan digunakan dalam proses pembelajaran menulis karangan narasi dibandingkan dengan model Enquiry-Discovery Learning pada siswa kelas X SMA Prayatna Medan. ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan: 1. Hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model Creative Problem Solving lebih efektif dibandingkan dengan hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model Enquiry- Discovery Learning . 2. Dari hasil pengolahan data, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 75,5 sedangkan kelas kontrol 69,5. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil pembelajaran menulis karangan narasi di kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diperoleh nilai t hitung = 3,125 selanjutnya disesuaikan dengan t tabel pada taraf signifik an α = 5% dengan dk = (n 1 +n 2 ) – 2 = (40+40 – 2) =78, maka diperoleh taraf signifikan 5% = 1,982 (dengan interpolasi). Kemudian dibandingkan antara t hitung dengan t tabel diperoleh t hitung 3,125 > t tabel 1,982 sehingga diperoleh Ho (Hipotesis Nihil) ditolak dan Ha (Hipotesis Alternatif) diterima. 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan model Creative Problem Solving dengan hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model Enquiry-Discovery Learning . Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru bahasa Indonesia hendaknya sering menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif dan kreatif agar siswa dapat dengan mudah menyerap materi yang diajarkan. 2. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam kegiatan menulis karangan narasi adalah model Creative Problem Solving . Hal ini sesuai dengan hasil pembahasan hasil penelitian, terlihat bahwa model Creative Problem Solving dapat meningkatkan motivasi dan menciptakan siswa berpikir kreatif dalam memecahkan suatu permasalah yang dituangkan ke dalam tulisan yaitu berupa karangan narasi. 3. Lembaga pendidikan atau sekolah hendaknya melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh siswa, agar memperoleh suasana belajar yang dapat menumbuhkan kreativitas dan minat siswa dalam meningkatkan pembelajaran. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjut oleh peneliti lain guna memberi masukan yang konstruktif bagi dunia pendidikan khususnya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. ## DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Bandung: Rajawali Pers. Finoza, L. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Istarani dan Ridwan, M. 2014. 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif. Medan: Media Persada. Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Prayatna Medan Keraf, G. 2005. Argumentasi danNarasi . Jakarta: Gramedia. Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 . Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
398e5059-26a3-4984-8c3e-718dfce6614b
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/jati/article/download/10270/5956
## RANCANG BANGUN APLIKASI AUGMENTED REALITY HASIL KEBUDAYAAN MASA PRAAKSARA Winda Puspita, Nur Ariesanto Ramdhan, Puji Wahyuningsih Teknik Informatika, Universitas Muhadi Setiabudi Jalan Pangeran Diponegoro No. KM2, Pesantunan, Kec. Wanasari, Kab. Brebes, Jawa Tengah [email protected] ## ABSTRAK Kemajuan teknologi di era digital saat ini telah memberikan dampak positif di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Penggunaan teknologi pada bidang pendidikan paling banyak digunakan sebagai media pembelajaran. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) salah satu submateri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu aktivitas manusia pada masa praaksara. Pembelajaran aktivitas masa praaksara ini sangat penting untuk membantu siswa memahami perkembanngan teknologi yang sudah ada sejak masa praaksara dengan hasil kebudayaan berupa teknologi sederhana yang terbuat dari batu dan tulang yang digunakan untuk membantu aktivitas manusia pada masa itu sampai teknologi yang berkembang di zaman sekarang. Terbatasnya jumlah hasil kebudayaan masa praaksara di Indonesia, membuat siswa kesulitan mempelajari lebih dalam benda- benda hasil kebudayaan tersebut. Augmented Reality yaitu salah satu teknologi yang dianggap efektif sebagai metode pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran hasil kebudayaan masa praaksara. AR memungkinkan siswa untuk mempelajari benda praaksara dalam bentuk 3D yang informatif dan menarik, serta membantu mereka untuk memahami materi secara lebih mendalam. Aplikasi ini dibuat berbasis android dengan metode yang digunakan yaitu metode Waterfall . Berdasarkan hasil pengujian blackbox , dapat disimpulkan bahwa fitur - fitur pada aplikasi ini beroperasi dengan baik dan aplikasi augmented reality hasil kebudayaan ini layak digunakan untuk menambah media pembelajaran. Kata kunci : Augmented Reality, Media Pembelajaran, Masa Praaksara, Waterfall ## 1. PENDAHULUAN Masa praaksara atau juga dikenal dengan jaman prasejarah, adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Meskipun belum mengnal tulisan, bukti awal teknologi sudah tampak pada masa tersebut. Pembuatan alat-alat seperti kapak batu dan senjata dari berbagai jenis batu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka[1]. Pembelajaran mengenai hasil kebudahayaan ini penting dilakukan, karena memiliki berbagai manfaat termasuk untuk mengetahui perkembangan teknologi sejak hadirnya manusia sampai sekarang. Pembelajaran hasil kebudayaan masa praaksara di SMPN 3 Losari mengalami beberaa hambatan, seperti terbatasnya jumlah benda-benda hasil kebudayaan masa praaksara, membuat proses pembelajaran siswa hanya menggunakan media teks dan gambar. Buku teks hanya memberikan informasi dalam bentuk verbal dan gambar yang dipakai seringkali kurang jelas. Salah satu opsi lain dalam pembelajaran hasil kebudayaan masa praaksara ini yaitu melalui museum atau situs. Namun pembelajaran melalui museum juga memiliki kendala, seperti jarak sekolah yang jauh dari museum terdekat sekitar 74 km, serta biaya dan proses perizinan yang sulit untuk mengunjungi museum. Oleh karena itu, diperlukan alternatif media pembelajaran lain yang dapat membuat proses pembelajaran lebih interaktif, salah satunya yaitu menggunakan teknologi augmented reality . Augmented Reality (AR) yaitu sebuah teknologi yang menggabungkan dunia nyata dengan elemen- elemen digital. Dengan kata lain, AR memasukan objek dalam bentuk gambar atau video ke dalam lingkungan nyata dalam bentuk 3 dimensi. Kelebihan dari teknologi ini yaitu teknologi ini mampu memvisualisasikan konsep abstrak, yang membantu dalam meningkatkan pemahaman tentang struktur suatu objek [2]. Penggunaan teknologi Augmented Reality dalam proses pembelajaran dianggap efektif karena kemampuannya untuk meningkatkan realisme dan interaktivitas objek [3]. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ade Budhi, dkk pada beberapa sekolah menengah pertama, menjelaskan bahwa teknologi augmented reality efektif untuk membantu proses belajar mengajar terutama dalam pembelajaran IPS [4]. Melalui teknologi AR, dalam proses pembelajaran hasil kebudayaan masa praaksara memungkinkan siswa untuk mengamati benda praaksara dalam bentuk 3 dimensi yang menarik dan edukatif. Siswa juga dapat mengidentifikasi benda peninggalan dari berbagai periodisasi zaman, melalui informasi tambahan berupa penjelasan bahan dan asal dari benda hasil kebudayaan tersebut. Dengan hanya memanfaatkan aplikasi AR dan mengarahkan kamera ke marker yang tepat, siswa dapat mengeksplorasi benda praaksara dengan detail. ## 2. TINJAUAN PUSTAKA Guna memperdalam pemahaman dalam melakukan penelitian, penulis mengutip beberapa referensi penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, yaitu sebagai berikut: Penelitian dari Ajei Ibnu Rahmat, dkk (2021) dengan judul perancangan aplikasi Augmented Reality buku koleksi benda bersejarah sebagai media informasi interaktif dan media promosi. Penelitian ini menghasilkan sebuah aplikasi yang digunakan sebagai media promosi benda peninggalan sejak masa praaksara sampai masuknya pengaruh barat (kolonial) yang terdapat di Museum Negeri Bengkulu [5]. Penelitian dari Much. Rifqi Maulana, dkk (2019) dengan judul Visualisasi benda purba berbasis Augmented Reality di SMP N 1 Buaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Multimedia Development Life Cycle (MLDC). Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa teknologi augmented reality layak digunakan untuk media pembelajaran dan membantu guru dalam menyampaikan materi praaksara [6]. Penelitian dari Alvebi Hopaliki, dkk (2020) dengan judul Augmented Reality pengenalan hewan purbakala animasi 3 dimensi dengan pattern recognition berbasis android. Penelitian ini menggunakan metode pattern recognition yang berfungsi untuk mengklasifikasi citra yang telah diproses sebelumnya berdasarkan kesamaan dan kemiripan ciri-ciri yang dimilikinya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa aplikasi augmented reality dapat membantu guru dalam menjelaskan dan menggambarkan kehidupan hewan purbakala [7]. ## 2.1. Kebudayaan Masa Praaksara Praaksara merupakan masa dimana manusia manusia belum mengenal tulisan. Salah satu ciri dari masa ini yaitu manusia yang hidup dalam keadaan nomaden. Meskipun belum mengenal tulisan dan kebudayaannya masih primitive, manusia pada masa itu sudah mulai mengembangkan alat-alat sederhana dari batu, kayu, dan tulang dengan menggunakan akal dan memanfaatkan panca indera mereka. Seiring berjalannya waktu, alat-alat ini terus mengalami perkembangan, dan peningkatan yang sesuai dengan kebutuhan zaman [1]. Para peneliti mengkaji sisa-sisa artefak dari masa lampau untuk memahami kehidupan manusia pada masa praaksara, suatu disiplin ilmu yang disebut dengan arkeologi. Arkeologi merupakan suatu studi tentang kebudayaan manusia pada masa lampau melalui bukti fisik yang ditinggalkan, baik pada masa praaksara maupun setelahnya. Berdasarkan temuan hasil kebudayaannya, masa praaksara secara umum dibadi menjadi zaman batu dan zaman logam [8]. ## 2.2. Media Pembelajaran Media pembelajaran yaitu segala yang digunakan untuk menghubungkan pengajar dan murid dalam aktivitas belajar mengajar, dan memiliki tujuan untuk menumbuhkan motivasi murid sehingga dapat mengikuti pembelajaran secara menyeluruh dan interaktif [9]. Media pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu bagi guru atau pengajar untuk menyampaikan informasi, membangkitkan minat, dan memfasilitasi proses pembelajaran. Pada awalnya media pembelajaran hanya berupa metode berbasis manusia, dimana materi disampaikan secara lisan. Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, media pembelajaran telah mencakup berbagai jenis seperti media berbasis manusia, media visual, media cetak, media audio visual, dan media berbasis komputer [10]. ## 2.3. Augmented Reality Augmented reality yaitu sebuah teknologi yang menggabungkan elemen-elemen digital dengan dunia asli. Dalam maksud lain, AR memasukkan objek gambar atau video ke dalam lingkungan nyat adalam bentuk 3 dimensi [2]. Tujuan dari augmented reality (AR) yaitu menggunakan lingkungan nyata sebagai landasan dengan mengintegrasikan berbagai teknologi virtual dan menambahkan data-data konstektual agar pengalaman pengguna lebih jelas. Data konstektual ini bisa berupa gambar, informasi Lokasi, audio, dan format lainnya [11]. Dalam pembuatan augmented reality terdapat dua metode yakni marker based tracking dan markerless based tracking . ## 2.4. Marker Based Tracking Marker based tracking merupakan metode penanda dengan pola tertentu yang biasanya berwarna hitam putih dengan batas hitam tebal dan latar belakang berwarna putih. Sistem mengenali posisi dan orientasi marker ini, kemudian membangun dunia virtual 3 dimensi dengan titik pusat (0,0,0) dan tiga sumbu X, Y, Z. Metode ini bekerja dengan mengidentifikasi pola marker yang digunakan menggunakan kamera yang telah dikalibrasi. Kamera ini selanjutnya membandingkan marker yang telah terdeteksi dengan marker yang terdapat dalam database untuk menetukan posisi dan orientasi yang tepat [12]. 2.5. Unity Unity merupakan sebuah game engine yang umumnya digunakan dalam proses pembuatan aplikasi tampilan 3D maupun aplikasi permainan. Unity dirancang khusus memfasilitasi pengembangan game yang bisa dijalankan di berbagai platform [13]. Unity menjadi salah satu game engine terbaik saat ini, karena unity tidak hanya mendukung di berbagai platform , tetapi juga mampu mengelola objek baik 2 dimensi maupun 3 dimensi. Selain itu, unity juga terkenal dengan kemudahannya dalam penggunaan. Unity dapat digunakan pada berbagai platform seperti Mac OS X, Windows , Iphone , Kbox , Ipad , dan Android [14]. ## 2.6. Vuforia Vuforia yaitu sebuah augmented reality software development kid (SDK) yang dikembangkan oleh Qualcomm. Vuforia digunakan untuk menunjang kebutuhan pengembang dalam mengembangkan aplikasi augmented reality untuk perangkat mobile seperti android . Selain hal itu, Vuforia juga bisa dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi mobile lainnya [13]. Vuforia merupakan sebuah library yang digunakan dalam proses pengembangan augmented reality untuk platform android di Unity. Fungsinya berupa penyediaan database untuk menyimpan objek dan marker yang telah dibuat dalam kontek saugmented reality. Melalui kemampuan marker, Vuforia dapat mengenali berbagai jenis target termasuk gambar dan QRCode. Selain itu, terdapat fitur Target Management System (TMS) yang menyediakan evaluasi terhadap kualitas gambar marker dengan memberi penilaian menurut jumlah bintang yang diberikan [15]. 2.7. Android Android yaitu sebuah sistem operasi yang berasal dari Linux untuk ponsel pintar dan telah mengalami perkembangan sejak tahun 2008. Android menyediakan platform terbuka yang membuat pengembang dapat membuat aplikasi melalui sumber terbuka yang tersedia. Android secara rutin terus melakukan pembaruan sistem operasi dengan menambahkan fitur baru dan memperbaiki bug dari versi sebelumnya [16]. ## 2.8. UML Unified Modeling Language (UML) yaitu sebuah Bahasa visual yang biasa digunakan untuk mengilustrasikan, membangu, menjelaskan, serta mendokumentasikan sistem secara komprehensif. UML memiliki peran penting dalam membantu pemahaman, perancangan, konfigurasi, pemeliharaan, dan pengendalian informasi terkait sistem. Tujuan diagram tersebut yaitu untuk menggambarkan sistem dari sudut pandang yang berbeda [17]. ## 3. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan untuk membangun aplikasi Augmented Reality hasil kebudayaan masa praaksara dalam penelitian ini yaitu metode waterfall . Adapun tahapan dalam metode waterfall meliputi analisis, perancangan, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan. Gambar 1. Metode waterfall ## 3.1. Analisis Pada tahap ini penulis melakukan analisis kebutuhan untuk aplikasi, baik kebutuhan fungsional sistem maupun kebutuhan non-fungsional. Penulis melakukan wawancara dengan guru IPS guna mendapatkan informasi kebutuhan yang harus disiapkan terkait materi yang diajarkan dalam pembelajaran masa praaksara. ## 3.2. Perancangan Pada tahap ini, dilakukan proses perancangan sistem berupa merancang arsitektur sistem, antarmuka sistem, dan modul atau materi dalam sistem sesuai denngan kebutuhan pengguna yang telah dianalisis sebelumnya. ## 3.3. Implementasi Pada tahap ini, rancangan yang telah disusun selanjutnya diubah menjadi format atau Bahasa yang mudah dipahami dan dieksekusi oleh komputer. Proses ini dikenal dengan tahap pengkodean program, dimana hasil desain sebelumnya dikonversi ke dalam bahasa pemrograman komputer. ## 3.4. Pengujian Pada tahap pengujian, aplikasi yang telah dibuat akan melalui proses pengujian untuk memastikan aplikasi tersebut layak digunakan. Pengujian aplikasi ini menggunakan metode blackbox testing yang berfokus pada fungsionalitas perangkat lunak. ## 3.5. Pemeliharaan Pada tahap pemeliharaan, aplikasi yang telah dibuat dan telah melalui pengujian akan diserahkan pada pengguna, pemeliharaan rutin untuk pengguna, perbaikan skala kecil maupun besar aplikasi, evaluasi, dan pengembangan aplikasi berdasarkan masukan dari pengguna. ## 3.6. Use Case Diagram Gambar 2. Use Case Diagram Pada aplikasi ini terdapat satu aktor yaitu “ user /pengguna”. User dapat berinteraksi dengan menu-menu yang terdapat di aplikasi seperti menu mulai yang menuju ke kamera AR, menu marker untuk mendownload marker , menu materi berisi materi masa praaksara, menu panduan berisi petunjuk penggunaan aplikasi, dan menu keluar untuk menutup aplikasi. 3.7. Activity Diagram Activity diagram merupakan salah satu jenis diagram dalam UML yang bertujuan untuk mengilustrasikan proses atau alur kerja dalam sebuah sistem. Diagram ini menjelaskan urutan langkah- langkah yang dilakukan dalam aktivitas tersebut serta hubungan antara langkah-langkah tersebut. Pada aplikasi AR, dijelaskan aktivitas atau alur kerja dalam menjalankan aplikasi untuk menampilkan objek 3D. User memilih menu Mulai, kemudian sistem akan menuju ke halaman kamera AR, selanjutnya user mengarahkan kamera ke gambar marker yang telah diunduh dari aplikasi, maka objek 3D akan keluar berdasarkan gambar marker yang dipilih. ## Gambar 3. Activity diagram 3.8. Sequence Diagram Sequence diagram merupakan salah satu jenis diagram dalam UML yang bertujuan untuk menggambarkan interaksi antara objek-objek dalam sistem pada titik waktu tertentu. Diagram ini menjelaskan urutan pesan yang dikirim antara objek- objek tersebut, dimana setiap objek direpresentasikan oleh kotak dengan nama objek dan pesan ditunjukan dengan yang menggambarkan aliran pesan dari pengirim sebelumnya. Dalam aplikasi AR ini, untuk menuju ke halaman kamera AR melalui menu Mulai, sequence diagram menu Mulai menjelaskan prosedur urutan atau langkah-lagkah yang dilakukan user untuk memilih dan menggunakan menu Mulai. Proses tersebut diawali dengan user memilih menu Mulai pada halaman utama, dan berlanjut hingga sistem menampilkan objek 3D beserta deskripsinya. Gambar 4. Sequence diagram ## 3.9. Desain Marker Marker yang digunakan yaitu berupa QR code dengan gambar objek pada bagian Tengah. Pada aplikasi augmented reality hasil kebudayaan masa praaksara menggunakan 10 marker yang digunaka tiap satu objek 3D. Berikut merupakan salah satu marker dalam aplikasi AR. Gambar 5. Desain marker ## 3.10. Objek 3D Objek 3D dalam aplikasi ini yaitu berupa benda hasil kebudayaan masa praaksara. Objek yang dibuat yaitu berjumlah 10, dan proses pembuatan objek 3D menggunakan aplikasi Blender . ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa pembelajaran materi kebudayaan masa praaksara di SMP N 3 Losari masih dilakukan dengan bermodalkan media teks dan gambar saja. Hal ini menyulitkan siswa mempelajari lebih dalam mengenai benda hasil kebudayaan masa praaksara. Oleh karena itu, dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami lebih dalam benda hasil kebudayaan masa praaksara. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu pengembangan aplikasi Augmented Reality hasil kebudayaan masa praaksara. Aplikasi ini berisi kumpulan benda hasil kebudayaan masa praaksara dalam bentuk 3D beserta penjelasan dari objek tersebut. Dengan adanya aplikasi ini, siswa SMP N 3 Losari mempelajari materi hasil kebudayaan masa praaksara lebih interaktif dan menarik. ## 4.1. Database Marker Berikut merupakan database marker menggunakan fuvoria yang kemudian digunakan untuk membangun aplikasi AR di Unity . Gambar 7 . Database marker ## 4.2. Halaman Utama Halaman utama merupakan tampilan pertama yang muncul ketika membuka aplikasi. Pada halaman ini terdapat menu-menu aplikasi meliputi menu mulai, marker, materi, panduan, dan keluar. Gambar 8. Halaman utama aplikasi ## 4.3. Halaman Menu Mulai Pada halaman menu mulai akan, sistem akan mengakses kamera user untuk melakukan tracking objek berdasarkan marker yang dipilih, dan kemudian menampilkan objek 3D beserta deskripsi objek sesuai marker . Pada halaman menu ini juga terdapat button kembali untuk kembali ke halaman utama. Gambar 9. Halaman menu mulai 4.4. Halaman Menu Marker Pada halaman marker mencakup file marker yang akan digunakan untuk mendeteksi objek. Setiap objek dalam aplikasi ini membutuhkan satu gambar marker sebagai penanda, button download yang akan menuju google drive untuk mendownload marker , dan button kembali untuk kembali ke halaman utama. Gambar 10. Halaman menu marker ## 4.5. Halaman Menu Materi Pada halaman menu materi berisi daftar menu materi periodisasi masa praaksara berdasarkan arkeologis, dan button kembali yang mengarah ke halaman utama aplikasi. Gambar 11. Halaman daftar pilihan materi Ketika salah satu submenu materi maka sistem akan menuju ke halaman penjelasan materi yang dipilih. Berikut merupakan halaman penjelasan materi pada aplikasi AR. ## 4.6. Halaman Menu Panduan Pada halaman menu panduan berisi informasi cara menggunakan aplikasi AR hasil kebudayaan masa praaksara, dan button kembali yang berfungsi untuk kembali ke halaman utama. Gambar 13. Halaman menu panduan ## 4.7. Pengujian Aplikasi Pengujian aplikasi dilakukan dengan tujuan untuk memastikan apakah aplikasi berjalan dengan baik atau tidak. Pada penelitian ini aplikasi diuji dengan menggunakan metode blackbox testing , yang berfungsi untuk menemukan kesalahan antarmuka, kecacatan fungsi, dan masalah performa. Pengujian dilakukan terhadap berbagai menu dalam aplikasi seperti menu mulai, marker, daftar pilihan materi, panduan, halaman materi, serta tombol-tombol seperti tombol keluar, download , dan kembali. Tabel 1. Black box testing Item Uji Bentuk Pengujian Hasil Yang Diharapkan Hasil Menjalankan aplikasi Klik tombol Mulai Menampilkan halaman kamera AR Berhasil Klik tombol Marker Menampilkan halaman marker Berhasil Klik tombol download marker Sistem menuju ke halaman google drive dan menampilkan file marker Berhasil Klik tombol Materi Menampilkan daftar pilihan materi Berhasil Klik tombol daftar pilihan Materi Menampilkan halaman penjelasan Materi sesuai yang dipilih Berhasil Klik tombol Panduan Menampilkan halaman Panduan Berhasil Klik tombol Keluar Sistem keluar aplikasi Berhasil Objek 3D Hasil Kebudayaan Mengarahkan kamera ke marker Menampilkan objek 3D dan deskripsinya Berhasil Mengarahkan kamera ke selain marker Tidak menampilkan objek 3D Berhasil Berdasarkan tabel pengujian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi augmented reality hasil kebudayaan masa praaksara layak digunakan, dan fitur maupun objek 3D beroperasi dengan lancar. ## 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa telah dirancang sebuah aplikasi augmented reality hasil kebudayaan masa praaksara untuk meningkatkan interaktivitas pembelajaran di SMPN 3 Losari. Aplikasi augmented reality ini dibangun dengan metode marker based tracking dan menggunakan metode pengembangan aplikasi yaitu metode waterfall . Berdasarkan hasil pengujian blackbox, dapat disimpulkan bahwa aplikasi augmented reality hasil kebudayaan masa praaksaa layak digunakan, fitur-fitur yang terdapat pada aplikasi dapat beroperasi dengan baik. Sebagai saran, aplikasi ini bisa menambahkan menu lain seperti menu quiz agar siswa bisa menerapkan hasil belajar yang didapat dari aplikasi, menambahkan objek 3D, dan menambahkan fitur audio. ## DAFTAR PUSTAKA [1] V. Rosfenti, “Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia Sejarah Indonesia Kelas X,” Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN , hal. 23–30, 2020. [2] N. Alfitriani, W. A. Maula, dan A. Hadiapurwa, “Penggunaan Media Augmented Reality dalam Pembelajaran Mengenal Bentuk Rupa Bumi,” J. Penelit. Pendidik. , vol. 38, no. 1, hal. 30–38, 2021, doi: 10.15294/jpp.v38i1.30698. [3] Irsan Pueng, Virginia Tulenan, dan Xaverius B. N. Najoan, “Penerapan Teknologi Augmented Reality Untuk Pengenalan Rumah Adat Bolaang Mongondow,” J. Tek. Inform. , vol. 15, no. 4, hal. 1–12, 2020, [Daring]. Tersedia pada: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/informati ka/article/view/30413 [4] D. S. Logayah, “Persepsi Peserta Didik Smp Kelas Vii Terhadap Penggunaan Augmented Reality Sebagai Media Pembelajaran Ips,” J. Ilm. WUNY , vol. 7, hal. 1–12, 2023, [Daring]. Tersedia pada: https://journal.uny.ac.id/index.php/wuny/article/ view/64955 [5] A. I. Rahmat, D. Andreswari, dan Y. Setiawan, “Perancangan Aplikasi Augmented Reality Buku Koleksi Benda Bersejarah Sebagai Media Informasi Interaktif dan Media Promosi (Studi Kasus: Museum Negeri Bengkulu),” Rekursif J. Inform. , vol. 9, no. 2, hal. 153–164, 2021, doi: 10.33369/rekursif.v9i2.17239. [6] M. R. Maulana dan A. E. H. Setiadi, “Visualisasi Benda Purba Berbasis Augmented Reality Di Smp Negeri 1 Buaran,” IC-Tech , 2019, [Daring]. Tersedia pada: https://ejournal.stmik- wp.ac.id/index.php/ictech/article/view/186%0A https://ejournal.stmik- wp.ac.id/index.php/ictech/article/download/186/ 136 [7] A. Hopaliki, Y. Yupianti, dan J. Jumadi, “Augmanted Reality Pengenalan Hewan Purbakala Animasi 3 Dimensi Dengan Pattern Recognition Berbasis Android,” GATOTKACA J. (Teknik Sipil, Inform. Mesin dan Arsitektur) , vol. 1, no. 1, hal. 71–82, 2020, doi: 10.37638/gatotkaca.v1i1.79. [8] M. Nursa’ban, Supardi, M. R. Satria, dan S. Oktafiana, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP Kelas VII , vol. 1. 2021. [9] M. Hasan, Milawati, Darodjat, H. Khairani, dan T. Tahrim, Media Pembelajaran . 2021. [10] P. Purnamawati, S. SUPRIADI, A. Arfandi, T. Ponta, dan Mukhlisin, “Panduan Penggunaan Media Pembelajaran Augmented Reality (AR),” hal. i–22, 2021, [Daring]. Tersedia pada: http://eprints.unm.ac.id/21721/2/Buku Panduan Penggunaan Media.pdf [11] Y. Suciliyana dan L. O. A. Rahman, “Augmented Reality Sebagai Media Pendidikan Kesehatan Untuk Anak Usia Sekolah,” J. Surya Muda , vol. 2, no. 1, hal. 39–53, 2020, doi: 10.38102/jsm.v2i1.51. [12] M. Alfiani, Djamaludin, dan Mahmudin, “Penerapan Metode Marker Based Tracking Augmented Reality Sebagai Media Pembelajaran Pengenalan Tokoh Pahlawan,” JIMTEK J. Ilm. Fak. Tek. , vol. 2, no. 2, hal. 130–137, 2021. [13] P. I. Azhari, H. Fibriasari, dan dkk, Pengembangan Museum Virtual Sebagi Media Pembelajaran Sejarah Di Sumatera Utara . 2021. [14] F. F. Nugroho, “Pembelajaran rumah adat menggunakan teknologi,” 2020. [15] J. Pratama dan S. Kom, “Perancangan Augmented Reality Dalam Media Pembelajaran Sistem Anatomi Tumbuhan Sekolah Dasar Berbasis Android,” J. Inf. Syst. Technol. , vol. 02, no. 03, hal. 38–49, 2021. [16] Setiyo Prihatmoko, Sumaryanto, dan Daniel Novianto, “MEDIA BANTU PEMBELAJARAN BUDIDAYA TANAMAN SECARA HIDROPONIK DENGAN METODE DEMON-DISCO LEARNING BERBASIS ANDROID (studi kasus : SMK Kristen Terang Bangsa),” Pixel J. Ilm. Komput. Graf. , vol. 14, no. 1, hal. 14–24, 2021, doi: 10.51903/pixel.v14i1.335. [17] Z. A. Yoraeni, “Perancangan Sistem Berorientasi Objek”, STMIK NUSA MANDIRI . 2019 A.
767965bb-d916-4145-bcef-a04a7a634061
https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/JAIM/article/download/3176/2172
## OPTIMALISASI PERAN GURU DAN ORANG TUA DI DESA TANGGUL KULON- JEMBER DALAM PENGGUNAAN MEDIA ONLINE PENUNJANG PEMBELAJARAN SISWA Ziana Alviani, Agus Supriono Universitas Jember ( http://unej.ac.id ) e-mail: [email protected] e-mail: [email protected] ## Abstract The Covid-19 pandemic has had a major impact on the weakening of the Indonesian education sector, including the community such as school teachers and parents. Teachers and parents play an important role in contributing to Indonesian education. Educational problems such as student learning during this pandemic are less effective and less than optimal. Less effective learning is caused by constraints from school teachers and parents. School teachers during the pandemic only do learning using whatsapp and google classroom media. The obstacle from parents is that they cannot control their children in playing cellphones during a pandemic, as a result, children's interest in learning is decreasing. A lack of understanding of online media that can support student learning is also one of the causes of teachers and parents of students having difficulty dealing with the impact of the Covid-19 pandemic. Seeing these conditions, it is necessary to carry out a coaching and training activity to optimize the use of online media in supporting an effective and optimal student learning process during the current Covid-19 pandemic. Keywords: learning, online media, covid-19. ## Abstrak Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar terhadap melemahnya sektor pendidikan Indonesia, tidak terkecuali pada masyarakat seperti guru sekolah dan orang tua siswa. Guru dan orang tua siswa sangat berperan penting dalam kontribusi terhadap pendidikan Indoneisa. Permasalahan pendidikan seperti pembelajaran siswa di masa pandemi ini kurang efektif dan kurang optimal. Pembelajaran yang kurang efektif tersebut diakibatkan karena kendala dari guru sekolah dan orang tua siswa. Guru sekolah saat pandemi hanya melakukan pembelajaran menggunakan media whatsapp dan google classroom. Kendala dari orang tua siswa yaitu tidak bisa mengontrol anaknya dalam bermain handphone, akibatnya minat anak untuk belajar semakin berkurang. Pemahaman yang kurang mengenai media online yang dapat menunjang pembelajaran siswa juga menjadi salah satu penyebab guru dan orang tua siswa cukup kesulitan menghadapi dampak dari pandemi Covid-19. Melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan kegiatan pembinaan dan pelatihan penggunaan media online dalam mendukung proses pembelajaran siswa saat pandemi Covid-19. Kata kunci: pembelajaran, media online, covid-19 ## 1. PEDAHULUAN ## 1.1 Latar Belakang Desa Tanggul Kulon merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Luas wilayahnya mencapai 6,92 km². Jumlah penduduknya sebanyak 12.469 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-lai sebanyak 6.120 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 6.349 jiwa. Desa Tanggul Kulon berbatasan dengan Desa Curah Putih pada bagian utara, berbatasan dengan Desa Tanggul Wetan pada bagian timur. Perbatasan Desa Tanggul Kulon di bagian selatan yaitu dengan Desa Pucuan dan Desa Pondok Joyo. Desa Tanggul Kulon juga berbatasan dengan Desa Pondok Dalem pada bagian barat. Desa Tanggul Kulon terbagi menjadi 2 dusun yaitu : 1) Dusun Tekoan dan 2) Dusun Kauman. Penduduk yang berada di Desa Tanggul Kulon sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Penduduk lainnya bekerja dengan mengembangkan usaha dibidang perdagangan dan/atau jasa sebagai sumber penghidupan keluarganya. Pekerjaan yang dilakukan tersebut diantaranya adalah profesi guru, tenaga kesehatan, pedagang sembako, pedagang bahan bangunan, dan lain sebagainya. Pekerjaan tersebut mengalami perubahan semenjak adanya pandemi Covid-19. Pekerja yang sangat terdampak salah satunya adalah guru. Tenaga pendidik seperti guru sebagian besar mengalami kendala karena proses pembelajaran yang harus dilakukan secara online . Gambar 1. Salah Satu Potensi Desa Tanggul Kulon Gambar 2. Salah Satu Guru di Desa Tanggul Kulon ## 1.2 Identifikasi Permasalahan Pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia menyebabkan hampir seluruh kalangan mendapatkan dampak yang signifikan, termasuk tenaga pengajar seperti guru. Guru sekolah yang awalnya mengajar seperti biasa di sekolah harus mengubah cara pembelajarannya menjadi pembelajaran secara daring atau online . Hal tersebut yang menjadi permasalahan atau kendala dari sebagian besar guru sekolah. Guru-guru tersebut dalam mengajar secara online hanya mengandalkan media whatsapp dan google classroom saja, karena kurangnya pengetahuan tentang media online yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran. Guru di Desa Tanggul Kulon ini juga ada yang mengharuskan orang tua siswa agar datang ke sekolah untuk mengambil lembar tugas ataupun soal ujian. Mencermati akan hal tersebut, maka dalam rangka melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village Unversitas Jember ( http://unej.ac.id ) di Desa Tanggul Kulon ini, tertarik untuk membantu beberapa guru dan orang tua siswa di desa ini agar dapat mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu dalam rangka kegiatan KKN Back to Village di desa ini ditetapkan program “Optimalisasi Peran Guru dan Orang Tua dalam Penggunaan Media Online ( website rumah belajar, zoom , google form , dan google family link) untuk pembelajaran siswa di masa pandemi covid-19”. ## 2. METODOLOGI PENGABDIAN ## 2.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan kuliah yang berupa pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village 3 Universitas Jember ( http://unej.ac.id ) saat ini dilakukan di desa masing-masing, yaitu di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Kegiatan KKN ini dilaksanakan selama 30 hari, yakni pada tanggal 11 Agustus – 9 September 2021. Topik program kerja KKN yang akan saya lakukan adalah program literasi masyarakat pada masa pandemi Covid-19. Judul dari program kerja ini adalah “Optimalisasi Peran Guru dan Orang Tua Siswa dalam Penggunaan Media Online (website rumah belajar, zoom , google form , dan google family link) untuk pembelajaran siswa di masa pandemi covid-19”. Kegiatan awal dari pelaksanaan KKN ini adalah proses perencanaan. Proses ini diawali dengan komunikasi dengan Kepala Desa Tanggul Kulon untuk meminta izin dan dukungan dalam berlangsungnya program KKN Back to Village . Metode pelaksanaan program kerja KKN yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan terbagi menjadi empat kegiatan. Kegiatan awal adalah pengenalan dengan sasaran dan identifikasi serta diskusi permasalahan yang dilakukan pada minggu pertama. Kegiatan selanjutnya yaitu proses pelatihan yang berupa pengenalan media online untuk pembelajaran dan pengawasan siswa. Pelatihan ini dilaksanakan dengan penyampaian materi terkait website rumah belajar, zoom, google form dan aplikasi google family link dengan menggunakan media Power Point (PPT).Kegiatan berikutnya yaitu pendampingan sasaran untuk memperdalam dan menerapkan media online tersebut dalam proses pembelajaran dengan siswa. Kegiatan terakhir adalah proses evaluasi dan pemantauan penggunaan media online yang telah diterapkan pada pembelajaran siswa. 2.2 Pendekatan Model Canvas dan Model Impact Kegiatan Pengabdian Program kerja (Proker) pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember dapat dicermati pada: (1) Model Canvas Pelaksanaan KKN Back to Village di Desa Tanggul Kulon dan (2) Model Dampak (Impact) Pelaksanaan KKN Back to Village di Desa Tanggul Kulon. Model Canvas Pelaksanaan KKN Back to Village di Desa Tanggul Kulon Model Dampak (Impact) KKN Back to Village di Desa Tanggul Kulon ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 3.1 Pembuatan Program Kerja Kegiatan awal dari pelaksanaan KKN ini adalah proses perencanaan. Proses ini diawali dengan komunikasi dengan Kepala Desa Tanggul Kulon untuk meminta izin dan dukungan dalam berlangsungnya program KKN Back to Village . Metode pelaksanaan program kerja KKN yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan terbagi menjadi empat kegiatan. Kegiatan awal adalah pengenalan dengan sasaran dan identifikasi serta diskusi permasalahan yang dilakukan pada minggu pertama. Kegiatan selanjutnya yaitu proses pelatihan yang berupa pengenalan media online untuk pembelajaran dan pengawasan siswa. Pelatihan ini dilaksanakan dengan penyampaian materi terkait website rumah belajar, zoom, google form dan aplikasi google family link dengan menggunakan media Power Point (PPT).Kegiatan berikutnya yaitu pendampingan sasaran untuk memperdalam dan menerapkan media online tersebut dalam proses pembelajaran dengan siswa. Kegiatan terakhir adalah proses evaluasi dan pemantauan penggunaan media online yang telah diterapkan pada pembelajaran siswa. Pembuatan program kerja diawali dengan pengenalan kepada sasaran dan identifikasi serta diskusi permasalahan yang dilakukan pada minggu pertama. Sasaran dari program kerja KKN yang saya lakukan adalah 2 orang guru sekolah dan 4 orang tua siswa yang berada di Desa Tanggul Kulon. Menurut guru yang menjadi sasaran saya, kendala utama yang sering dialami oleh sebagian besar tenaga pengajar adalah tidak bisa mengajar secara langsung dengan murid- muridnya. Kondisi pandemi ini sangat menyulitkan Beliau, karena Beliau harus sering ke sekolah untuk menyiapkan lembar tugas ataupun ujian siswa. Permasalahan yang dialami oleh orang tua siswa yaitu sulitnya mengontrol anak dalam bermain hp yang terlalu lama, sehingga waktu belajar anak menjadi berkurang. Hal tersebut sangat kurang efektif jika terus dilakukan di masa pandemi ini. Gambar 3. Diskusi dengan Guru Terkait Permasalahan Pembelajaran di Masa Pademi Covid-19 ## Gambar 4. Identifikasi dan Diskusi dengan Orang Tua Siswa Terkait Permasalahan Pembelajaran di Masa Pademi Covid-19 ## 3.2 Kegiatan Pelatihan Kepada Sasaran Kegiatan pelatihan kepada sasaran ini dilakukan pada minggu ke-2 dalam pelaksanaan KKN. Berdasarkan hasil data saat dilakukannya identifikasi dan diskusi permaslaahan pada minggu ke-1 terhadap sasaran, dimana sasaran (guru sekolah) kesulitan mengoptimalkan pembelajaran secara online dan masih harus pergi ke sekolah setiap harinya untuk membagikan serta mengumpulkan tugas siswa, dan permasalahan orang tua siswa yang tidak dapat mengontrol anaknya dalam menggunakan handphone nya, maka diadakanlah pelatihan ini sebagai upaya untuk mengenalkan media online untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode pelatihan dilakukan dengan dua pelaksanaan dalam hari yang berbeda. Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan terkait dengan optimalisasi penggunaan media online sebagai penunjang pembelajaran siswa di masa pandemi covid-19 ini. Pelatihan yang pertama adalah pelatihan media online ( google form, zoom , dan rumah belajar). Pelatihan pertama dilakukan pada hari kamis, 19 Agustus 2021 pukul 10.00 WIB yang bertempat di rumah sasaran yakni di Desa Tanggul Kulon. Pelatihan pertama ini ditujukan untuk sasaran guru sekolah. Pelatihan ini menjelaskan tentang definisi, manfaat/kegunaan, kelebihan dan kekurangan, cara mengakses dan bagaimana cara menggunakan media google form, zoom , dan website rumah belajar untuk mengoptimalkan proses pembelajaran siswa. Tujuan diberikannya pelatihan ini adalah untuk mengoptimalkan peran guru sekolah dalam proses pembelajaran siswa yang efektif di masa pandemi covid-19. ## Gambar 5. Kegiatan Pelatihan Ke-1 untuk Guru Sekolah Pelatihan yang kedua adalah pelatihan media online (aplikasi google family link ). Pelatihan kedua ini dilaksanakan pada hari jumat, 20 Agustus 2021 pukul 10.00 WIB yang bertempat di rumah sasaran yakni di rumah salah satu orang tua siswa di Desa Tanggul Kulon. Sasaran dari pelatihan kedua ini adalah empat orang tua siswa. Pelatihan ini menjelaskan tentang apa itu aplikasi google family link , kegunaan/manfaat, fitur-fitur yang berada dalam aplikasi tersebut, serta cara menggunakan aplikasi google family link . Tujuan diberikannya pelatihan ini agar orang tua siswa dapat dengan mudah mengontrol dan memantau anak-anak (siswa) dalam menggunakan HandPhone . Pemantauan dengan aplikasi google family link termasuk salah satu cara dalam pengoptimalan peran orang tua untuk mendukung proses pembelajaran siswa di masa pandemi covid-19. ## Gambar 6. Kegiatan Pelatihan Ke-2 untuk Orang Tua Siswa Kegiatan pelatihan yang dilakukan mengalami beberapa kendala, baik pada pelatihan pertama ataupun pada pelatihan kedua. Kendala yang dialami sasaran saat pelatihan ke-1 adalah kurangnya pemahaman sasaran mengenai beberapa fitur-fitur dari media yang digunakan yang menggunakan bahasa asing (bahasa inggris). Kendala yang terjadi saat kegiatan pelatihan ke-2 yaitu tidak semua orang tua siswa terbiasa menggunakan smartphone . Kendala tersebut dapat diselesaikan dengan cara pendampingan lebih lanjut kepada sasaran yang akan dilaksanakan pada minggu ke-3. Indikator keberhasilan dari kegiatan pelatihan ini dapat dilihat pada penerapan penggunaan media online yang telah diberikan saat pelatihan untuk menunjang pembelajaran siswa ## 3.3 Kegiatan Pendampingan Kepada Sasaran Kegiatan pendampingan kepada sasaran dilakukan pada minggu ke-3 dalam pelaksanaan KKN. Berdasarkan permasalahan dari sasaran (guru sekolah) yang kesulitan mengoptimalkan pembelajaran secara online dan masih harus pergi ke sekolah setiap harinya untuk membagikan serta mengumpulkan tugas siswa, dan permasalahan orang tua siswa yang tidak dapat mengontrol anaknya dalam menggunakan handphone nya, serta sebagai penerapan langsung dari pelatihan yang telah dilakukan, maka kegiatan pendampingan ini dilakukan untuk mendampingi langsung kepada sasaran dalam menggunakan media online . Metode pendampingan dilakukan dalam 4 hari yang berbeda, dimana 2 hari pendampingan awal dilakukan untuk mendampingi sasaran guru sekolah dan 2 hari berikutnya untuk mendampingi orang tua siswa. Kegiatan yang dilakukan pada hari pertama pada minggu ke-3 yakni pendampingan penggunaan zoom dan website rumah belajar untuk sasaran guru sekolah. Pendampingan ini diawali dengan mendampingi guru sekolah dalam menggunakan zoom secara langsung, dari mengatur jadwal pertemuan di zoom dengan murid-muridnya hingga saat mengajar menggunakan media zoom . Sasaran guru sekolah ini juga didampingi dalam menggunakan zoom untuk membagikan materi pelajaran baik dalam bentuk power point (PPT), video, atapun menjelaskan secara langsung menggunakan fitur white board . ## Gambar 7. Pendampingan Penggunaan Media Zoom untuk Guru Pendampingan selanjutnya yang dilakukan pada hari pertama adalah pendampingan penggunaan website rumah belajar sebagai media untuk proses pembelajaran siswa. Kegiatan pendampingan dilakukan dengan mendampingi guru sekolah dalam menggunakan rumah belajar. Hal pertama yang dilakukan adalah membuat akun untuk guru sekolah dalam portal rumah belajar. Kegiatan selanjutnya adalah mendampingi sasaran menggunakan setiap fitur yang ada dalam rumah belajar. Pendampingan pertama adalah penggunaan fitur sumber belajar, dimana sasaran dapat memilih video pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan kelas dari siwanya kemudian mengunduh video tersebut sebagai bahan pembelajaran. Fitur yang digunakan berikutnya yaitu fitur bank soal, dimana sasaran guru sekolah dapat dengan mudah mencari kumpulan soal yang dapat digunakan sebagai tugas/latihan serta untuk ujian siswa. Sasaran juga mencoba menggunakan fitur kelas maya yang memiliki fungsi sama dengan media zoom , sehingga sasaran memiliki perbandingan mana media yang lebih cocok ketika digunakan saat proses pembelajaran. Pendampingan penggunaan fitur rumah belajar yang terakhir adalah penggunaan laboratorium maya, disini sasaran didampingi melakukan beberapa percobaan virtual yang sesuai dengan materi pelajaran siswa. Setelah kegiatan pendampingan untuk menggunakan fitur-fitur dari rumah belajar, sasaran selanjutnya didampingi untuk melakukan praktek secara langsung menggunakan rumah belajar dengan siswanya. Gambar 8. Pembuatan Akun Guru Pada Portal Rumah Belajar Kegiatan pendampingan yang dilakukan pada hari kedua saat minggu ketiga ini adalah pendampingan penggunaan google form sebagai media pengerjaan tugas atau ujian siswa. Pendampingan ini masih ditujukan untuk sasaran guru sekolah agar beliau dapat mengefektifkan mobilitasnya dengan mengurangi aktivitas datang ke sekolah hanya untuk membagikan dan mengumpulkan lembar tugas dan ujian siswa. Pendampingan google form diawali dengan mendampingi sasaran dalam membuat soal sebagai tugas siswa. Sasaran membuat 2 macam soal yakni soal pilihan ganda dan soal isian singkat sebagai tugas siswa. Soal yang digunakan oleh sasaran merupakan soal yang diambil dari fitur bank soal pada website rumah belajar yang dilakukan pada pendampingan hari sebelumnya. Tugas yang telah dibuat kemudian dibagikan kepada siswa untuk percobaan penerapan media google form sebagai media tugas siswa. Pendampingan berikutnya yaitu pada hari ketiga dan keempat dalam minggu ketiga adalah pendampingan mengenai penggunaan aplikasi google family link yang ditujukan untuk orang tua siswa. Orang tua siswa sebagai sasaran dalam pendampingan ini didampingi mulai dari menginstall aplikasi google family link hingga cara penggunaannya. Hal yang pertama dilakukan oleh sasaran orang tua siswa yaitu menginstall aplikasi, setelah aplikasi terpasang kegiatan berikutnya adalah menyiapkan dan menghubungkan perangkat orang tua dengan perangkat anak. Orang tua siswa dapat mengatur jadwal anak, aplikasi yang diperbolehkan untuk dimainkan oleh anak, dan penaturan lain yang diinginkan oleh orang tua siswa. ## Gambar 9. Pendampingan Penggunaan Aplikasi Google Family Link Kendala yang dialami sasaran guru sekolah saat pendampingan hari pertama dan kedua yakni sasaran memiliki anak balita, sehingga ketika dilakukan pendampingan agak sedikit terganggu, tetapi pendampingan masih dapat berjalan dengan baik. Kendala yang terjadi saat pendampingan hari ketiga dan keempat yang ditujukan untuk orang tua siswa adalah ada beberapa orang tua siswa yang belum terbiasa menggunakan smartphone, sehingga saat pendampingan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mendampingi penggunaan aplikasi google family link . Kendala lainnya yaitu berkaitan dengan jaringan internet yang kurang stabil saat pendampingan berlangsung baik pada sasaran guru sekolah ataupun orang tua siswa, karena pendampingan yang dilakukan adalah pendampingan media online sehingga membutuhkan internet dalam pelaksanaannya. ## 3.4 Capaian Hasil Pengabdian KKN dan Peluang Impact -nya Kegiatan yang dilakukan pada minggu keempat adalah monitoring dan evaluasi pada kegiatan program kerja yang telag dilakukan selama 3 minggu. Kegiatan monitoring ini dilakukan dengan pemantauan pelaksanaan proses pembelajaran secara online yang sudah diterapkan oleh sasaran guru sekolah dan pemantauan akun handphone anak oleh orang tua. Sasaran guru sekolah sudah mampu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring dengan mudah menggunakan media online yang sudah dikenalkan pada kegiatan sebelumnya. Sasaran guru sekolah sudah mulai menggunakan media zoom untuk kegiatan tatap muka secara langsung, menggunakan media google form sebagai fasilitas pengerjaan tugas dan ujian siswa, serta telah mengaplikasikan rumah belajar sebagai fasilitas untuk mencari bahan pembelajaran dan mencari soal-soal dalam fitur rumah belajar. Kegiatan evaluasi dilakukan pada beberapa hal yang kurang optimal dalam pelaksaan penggunaan media online tersebut. Salah satu hal yang dievaluasi pada sasaran guru sekolah yaitu pada penggunaan zoom , ketika proses pembelajaran sudah lancar dalam menggunakan zoom tetapi situasi dan kondisi saat pembelajaran kurang kondusif. Solusi dari evaluasi tersebut yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan fitur-fitur zoom . Kegiatan evaluasi juga dilakukan pada sasaran orang tua siswa terutama pada penggunaan aplikasi google family link yang belum optimal. Solusi dari evaluasi untuk orang tua siswa tersebut yakni mereka harus sering-sering mengecek aplikasi anak-anak yang digunakan serta mengecek lokasi dan game anak secara teratur. Gambar 10. Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Media Online Kegiatan evaluasi dan monitoring yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dari program kerja KKN Back to Village untuk mengoptimalkan peran guru dan orang tua siswa dalam penggunaan media onlie untuk pembelajaran siswa di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Hasil dari program kerja ini sebagian besar telah berhasil untuk mengoptimalkan pembelajaran siswa di masa pandemi covid-19. Sasaran guru sekolah sudah bisa mengatasi permasalahannya dalam proses mengajar siswa secara efektif menggunakan media online, begitu pula orang tua siswa yang telah bisa memantau kegiatan anak-anak mereka menggunakan aplikasi online . Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program kerja optimalisasi peran guru dan orang tua dalam penggunaan media online untuk pembelajaran efektif siswa di masa pandemi ini sebagian besar dapat dikatakan telah berhasil. Tingkat keberhasilan dari program ini telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang tertera pada model canvas program kerja KKN. Berdasarkan model canvas yang telah dibuat, indikator keberhasilan program kerja yakni dilihat dari diterapkannya penggunaan zoom, google form dan rumah belajar yang digunakan oleh sasaran guru sekolah minimal satu kali pelaksanaan dalam proses pembelajaran pada setiap minggunya. Indikator keberhasilan lainnya yaitu diterapkannya penggunaan aplikasi google family link oleh orang tua siswa. Capaian hasil dari program kerja KKN juga dapat dilihat dari perkembangan yang signifikan dari sasaran guru sekolah dan orang tua siswa dalam menerapkan penggunaan media online . Sasaran guru sekolah sudah bisa mengatasi permasalahannya dalam proses mengajar siswa secara efektif menggunakan media online, begitu pula orang tua siswa yang telah bisa memantau kegiatan anak-anak mereka menggunakan aplikasi online . Sasaran guru sekolah mampu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring dengan mudah menggunakan media online yang sudah dikenalkan pada kegiatan sebelumnya. Sasaran guru sekolah mulai menggunakan media zoom untuk kegiatan tatap muka secara langsung, menggunakan media google form sebagai fasilitas pengerjaan tugas dan ujian siswa, serta telah mengaplikasikan rumah belajar sebagai fasilitas untuk mencari bahan pembelajaran dan mencari soal-soal dalam fitur rumah belajar. Sasaran orang tua siswa juga telah menggunakan aplikasi google family link dalam kehidupan sehari-hari untuk memantau dan mengontrol kegiatan anaknya. Peluang impact yang diperoleh dari program kerja KKN ini yang sangat terlihat yakni telah terlaksananya kegiatan pembelajaran tatap muka antara siswa dan guru menggunakan media online . Siswa di masa pandemi juga bisa memahami materi dan pelajaran yang diajarkan oleh guru melalui model pembelajaran yang sangat bervariasi dan tentunya tidak membosankan. Impact yang diperoleh dari program pengoptimalan peran orang tua yaitu anak-anak sudah bisa mengurangi bermain handphone , khususnya bermain game . Impact lainnya anak-anak sudah bisa meningkatkan waktu belajarnya serta sudah bisa mengatur jadwal kegiatannya dengan baik. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesadaran dan kecerdasan siswa. ## 3.5 Testimoni dari Sasaran KKN Back to Village Testimoni dari sasaran guru sekolah terhadap program kerja KKN yang dilakukan adalah guru sekolah tersebut sangat terbantu dengan adanya program kerja ini, karena kendala dan permasalahan yang dialami guru dapat teratasi dan terselesaikan. Program kerja ini membuat guru sekolah bisa mengadakan pembelajaran yang efektif untuk siswanya. Testimoni dari sasaran orang tua siswa terkait dengan program kerja KKN yang telah dilakukan adalah mereka juga terbantu karena program pengenalan, pelatihan hingga pendampingan aplikasi google family link . Berkat program kerja ini orang tua siswa bisa mengatasi permasalahan anak yang suka bermain hp dan game , serta dapat melakukan pemantauan terkait kegiatan anak dengan handphone -nya. ## Gambar 11. Testimoni dari Sasaran Dengan mendasarkan kepada hasil testimoni yang dilakukan kepada sasaran, dapat diketahui setelah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village, bahwa: (a) guru sekolah yang menjadi sasaran KKN di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember, menjadi lebih terampil dalam menggunakan media online baik itu zoom, google form , dan rumah belajar untuk proses pembelajaran, dan (b) Orang tua siswa sebagai sasaran KKN di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember lebih mudah memantau dan mengontrol anak-anaknya melalui aplikasi google family link. Program kerja yang telah dilaksanakan yang meliputi kegiatan diskusi, pelatihan dan pendampingan tersebut masih perlu dikembangkan lebih lanjut oleh sasaran, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan terkait penggunaan media online untuk pembelajaran siswa, yaitu : (a) Guna dapat mengembangkan secara berkelanjutan penggunaan model pembelajaran berbasiskan media online , seyogyanya guru sekolah di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember harus terus menerus mempelajari dan menggunakan media online guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan cakap akan teknologi untuk mengoptimalisasi pendidikan dimasa pandemi covid-19, (b) Guna dapat mengembangkan secara berkelanjutan penggunaan aplikasi pemantau kegiatan anak berbasiskan media online , seyogyanya orang tua siswa di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember harus terus memanfaatkan fitur yang ada pada aplikasi google family link sebagai sarana penunjang pembelajaran dimasa pandemi covid-19 ## 4. KESIMPULAN DAN SARAN ## 4.1 Kesimpulan Mendasarkan pada hasil dan pembahasan tersebut, dapat diambil poin-poin penting sebagai kesimpulan, diantaranya sebagai berikut: 1. Setelah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village , Guru sekolah yang menjadi sasaran KKN di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember, menjadi lebih terampil dalam menggunakan media online baik itu zoom, google form , dan rumah belajar untuk proses pembelajaran efektif siswa 2. Setelah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village , Orang tua siswa sebagai sasaran KKN di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember menjadi lebih mudah dalam memantau dan mengontrol anak-anaknya melalui aplikasi google family link ## 4.2. Saran Adapun beberapa hal yang dapat disarankan kepada guru sekolah dan orang tua siswa di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember, adalah sebagai berikut: 1. Guna dapat mengembangkan secara berkelanjutan penggunaan model pembelajaran berbasiskan media online , seyogyanya guru sekolah di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember harus terus menerus mempelajari dan menggunakan media online guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan cakap akan teknologi untuk mengoptimalisasi pendidikan dimasa pandemi covid-19. 2. Guna dapat mengembangkan secara berkelanjutan penggunaan aplikasi pemantau kegiatan anak berbasiskan media online , seyogyanya orang tua siswa di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember harus terus memanfaatkan fitur yang ada pada aplikasi google family link sebagai sarana penunjang pembelajaran dimasa pandemi covid- 19. ## DAFTAR PUSTAKA Fahrina, A., Amelia, K., dan Zahara, C.R. 2020. Peran Guru dan Keberlangsungan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Aceh : Syah Kuala University Press Mar’ah, N.K., Ani, R., dan Woro, S. 2020. Perubahan Proses Pembelajaran Daring Pada Siswa Sekolah Dasar di Tengah Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES . 3 (1) : 444-452 Mufida, E., Martini., dan Adi, H. 2018. Perancangan Aplikasi Parenting Penguatan Perilaku Positif Anak Oleh Orang Tua Berbasis Android. Jurnal Matrik . 17 (2) : 1-12 Ngabidin, M. 2021. Pembelajaran di Masa Pandemi, Inovasi Tiada Henti . Yogyakarta : Dee Publish Nurhasanah, R. 2020. Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid- 19. Jurnal Educhild . 2 (2) : 1-10 Shihab, N. 2020. Semua Murid, Semua Guru . Tangerang : Literati
77bdfc4e-cbff-4081-8327-fde38b72720a
http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/alfalah/article/download/192/142
Al Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 STAIN Curup|E-ISSN: 2548-3102, P-ISSN: 2548-2343 Available online: http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alfalah ## Pengaruh Kualitas Aset Terhadap Profitabilitas Pada Perbankan Syariah Di Indonesia ## Sineba Arli Silvia, S.E.I., M.E. Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Curup Email: [email protected] ## Abstract Healthy bank is very important because they manage public’s funds that entrusted to them by measuring the asset quality of the bank. Asset quality is a very important component, due to poor asset quality has proven to be the cause of failure of the bank, despite the obvious cause not only liquidity or stock. This research aimed to analyze the effect of asset quality toward the profitability of Islamic Banking in Indonesia. This research examines the effect of the variable of quality of productive assets (KAP) and Non-Performing Financing (NPF) toward the Return on Assets (ROA). The population of this research is the general Islamic Banks (BUS ) from 2010 to 2015. This research uses purposive sampling to determining the sample. The sample used in this research is the general Islamic banks that publish annual reports on the period 2010-2015. With certain criteria, there are 8 BUS sample. The data research is secondary data obtained from the website of each bank . While the method of data analysis uses multiple linear regression analysis. The results of this research showed that the variables of KAP and NPF had the effect toward ROA amounted 18.1 percent, with the significance level of 0.050. KAP varabel partially had positive and significant impact toward ROA of Islamic Banking in Indonesia (0.034 <0.050) and variable of NPF had negative and significant effect toward ROA of Islamic Banking in Indonesia (0,003 <0,050) Keywords: Productive Assets Quality (KAP), Non-Performing Financing (NPF), and Return On Assets (ROA) ## Abstract Kesehatan bank sangat penting karena bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Salah satunya dengan mengukur kualitas aset bank. Kualitas aset merupakan komponen yang ## Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |54 sangat penting, karena kualitas aset yang buruk telah terbukti menjadi akar penyebab kegagalan bank, meskipun sebab yang jelas mungkin tidak cukup likuiditas atau modal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas aset terhadap profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia. Penelitian ini mengkaji pengaruh variabel kualitas aktiva produktif (KAP) dan non performing financing (NPF) terhadap return on asset (ROA). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS) periode 2010-2015. Adapun metode yang digunakan dalam penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BUS yang lengkap mempublikasikan anual report pada periode 2010-2015. Dengan kriteria tertentu didapat 8 BUS sampel. Data penelitian ini merupakan data sekunder, yang diperoleh dari website masing-masing perbankan yang menjadi sampel penelitian. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel KAP dan NPF memiliki pengaruh terhadap ROA sebesar 18,1% dengan tingkat signifikansi 0,050. Secara parsial variabel KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia (0,034 < 0,050) dan variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia (0,003 < 0,050). Kata Kunci : Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Non Performing Financing (NPF), dan Return On Asset (ROA). ## PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian di bidang industri perbankan semakin mengalami kemajuan dan persaingan ketat. Perkembangan tersebut tidak hanya secara nasional tetapi juga secara internasional. Hal ini membawa pengaruh bagi industri perbankan di Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain adalah penyesesuaian dan penggunaan berbagai aturan ataupun standar di industri perbankan dunia sehingga akan melahirkan sistem perbankan yang kokoh, daya saing, dan sesuai standar internasional. 1 Lembaga perbankan syariah merupakan salah satu lembaga keuangan di Indonesia. Landasan hukum pendirian perbankan syariah di Indonesia adalah undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah: 2 1 Faisal, “Metode Anuitas dan Proporsional Murabahah sebagai Bentuk Transparansi dan Publikasi Laporan Bank”, Mimbar Hukum, Vol. 26, No. 3, (2014), 383. 2 Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, 2. 55| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 “Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. Pertumbuhan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia menunjukkan perkembangannya dari tahun ke tahun. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini: ## Tabel 1 Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2009-2015 Tahun Jumlah BUS Jumlah Kantor BUS Total Aset (dalam Milyar) 2009 6 711 47.757 2010 11 1.215 78.969 2011 11 1.401 116.526 2012 11 1.745 146.609 2013 11 1.998 178.641 2014 12 2.151 204.352 2015 12 2.301 212.407 Sumber : Laporan Keuangan 12 Bank Umum Syariah (diolah) Tabel di atas menunjukkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan dalam jumlah bank, jumlah kantor, dan peningkatan total asetnya. Tahun 2015 total aset perbankan syariah mencapai Rp. 212.407 milyar, jika dibandingkan pada tahun 2014 mencapai Rp. 204.352 milyar. Begitu juga dengan perkembangan jumlah bank syariah dan bertambahnya kantor bank syariah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah di Indonesia khususnya pada Bank Umum Syariah (BUS) memperlihatkan perkembangannya dari tahun ketahun. Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang sangat bergantung pada kepercayaan dari masyarakat. Sehingga semakin banyak dana pihak ketiga yang ditempatkan di perbankan syariah maka menunjukkan kepercayaan masyarakat tersebut tinggi. Dana pihak ketiga dari masyarakat tersebut disalurkan oleh bank syariah dalam bentuk pembiayaan dan investasi. Kinerja perbankan syariah dalam menghimpun dan menyalurkan dana tersebut ## Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |56 mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Kesehatan bank dapat dinilai dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas. Salah satu kriteria penilaian kesehatan bank adalah kualitas aset. Kualitas aset merupakan upaya yang dilakukan untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian kualitas aset berdasarkan peraturan otoritas jasa keuangan, adalah aset produktif dan aset non produktif. 3 “Aset produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah, penempatan pada Bank Indonesia dan pemerintah, tagihan atas surat berharga syariah yang dibeli dengan janji dijual kembali ( reverse repurchase agreement ), tagihan akseptasi, tagihan derivatif, penyertaan, penempatan pada bank lain, transaksi rekening administratif, dan bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Dan aset non produktif adalah aset bank selain aset produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, serta rekening antar kantor dan rekening tunda ( suspense account )”. 4 Bank syariah harus menjaga kualitas asetnya untuk mencapai penghasilan (laba) yang diharapkan. Dengan meningkatnya kualitas aset yang diharapkan, kinerja bank juga akan meningkat terutama dalam pencapaian laba. Penurunan kualitas dan nilai aset merupakan sumber kerugian terbesar bagi bank. 5 Kualitas aset merupakan komponen yang sangat penting dari profil kredit bank. Beberapa berpendapat ini merupakan yang paling penting, karena kualitas aset yang buruk telah terbukti menjadi akar penyebab kegagalan bank, meskipun sebab yang jelas mungkin tidak cukup likuiditas atau modal. 6 3 Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, 2. 4 Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ..., 4. 5 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 713. 6 Jonathan Golin and Philippe Delhaise, The Bank Credit Analysis Handbook A Guide For Analysts, Bankers and Investors Second Edition, (London: Wiley Finence Series, 2012), 339. 57| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 Salah satu cara pengukuran kinerja keuangan bank adalah dengan analisis profitabilitas. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. 7 Salah satu rasio yang dipergunakan oleh bank untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah ROA ( Return On Assets ). ROA mencerminkan kemampuan manajemen bank dalam seberapa efektif suatu bank dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan suatu keuntungan. 8 Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. 9 Khalid Ashraf Chisti 10 menguji kualitas aset dan profitabilitas bank swasta di India. Penelitian ini menggunakan model regresi. Analisis model regresi menunjukan ketika kualitas aset memburuk dibutuhkan sumber daya bagi bank untuk melakukan nilai tambah pada kegiatan penyaluran kredit. Hasil regresi memperlihatkan kualitas aset dan profitabilitas berkorelasi negatif dalam industri perbankan di India. Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah dari bank-bank di India terlalu banyak sehingga menyebabkan tingginya kompetisi. Tingginya kompetensi antar bank swasta di India menyebabkan penurunan laba, peningkatan risiko, dan kemerosotan kualitas aset. Sumber utama pendapatan bank berasal dari aktiva produktif. 11 Kualitas aktiva produktif (KAP) merupakan tolak ukur untuk menilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif berdasarkan kriteria tertentu. Di Indonesia KAP dinilai berdasarkan tingkat 7 Sugiarto, Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan Keagenan Informasi Asimetri, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 127. 8 A. A. Yogi Prasanjaya dan I Wayan Ramantha , Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank Yang Terdaftar di BEI, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1, (2013), 233. 9 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 196. 10 Khalid Ashraf Chisti, “The impact of Asset Quality on Profitability of Private Banks in India: A Case Study of JK, ICICI, HDFC & YES Banks”, Journal of African MacroeconomicReview, Vo. 2, No.1 (2012), 137-138. 11 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP MPYKPN, 2005), 46. Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |58 ketertagihannya, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, atau macet ( earning asset quality). 12 R. Adri Satriawan dan Nur Azlina 13 menganalisis pengaruh kualitas aktiva produktif (KAP) dan kredit bermasalah terhadap profitabilitas. Dengan menggunakan analisis regresi linear berganda hasil penelitian membuktikan bahwa KAP berpengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas BPR se Provinsi Riau, artinya naik turunnya profitabilitas dipengaruhi oleh rasio KAP dari masing-masing BPR seprovinsi Riau. Dan hasil penelitian kredit bermasalah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas BPR seprovinsi Riau. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alvita Chatarine dan Putu Vivi Lestari 14 berdasarkan hasil analisis KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. KAP menunjukkan kualitas aset sehubungan dengan risiko pembiayaan yang dihadapi bank sebagai akibat pemberian pembiayaan dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aset produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitas. 15 Pembiayaan sangat berpengaruh besar terhadap kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba. Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank. Mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah, semua pembiayaan yang tersalurkan oleh BUS kepada nasabah selain menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan 12 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), 436. 13 R. Adri Satriawan dan Nur Azlina, “Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Dan Kredit Bermasalah Terhadap Profitabilitas Pada Bank BPR ( Studi kasus pada PT. BPR dan PD. BPR di Propinsi Riau)”, Laporan Penelitian Tahun Anggaran 2012, Universitas Riau, (2012), 39-40. 14 Alvita Chatarine dan Putu Vivi Lestari, “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif, BOPO terhadap ROA dan CAR pada BPR Kabupaten Bandung”, E-Journal Manajemen Universitas Udayana, Vol. 3, No. 3, (2014), 561-575. 15 Nur Aini, “Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI)”, Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 2, No.1, (2013), 19-20. 59| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 resiko. 16 Risiko tersebut berupa pembiayaan bermasalah atau Non Perfoming Financing (NPF) pada perbankan syariah. NPF adalah rasio yang menunjukkan potensi kerugian yang dihadapi oleh bank syariah saat pembiayaan yang diberikan kepada debitur bermasalah atau macet. 17 Pada perbankan konvensional pembiayaan bermasalah dikenal dengan istilah Non Performing Loan (NPL). 18 Abel E. Ezeoha 19 mengidentifikasi faktor penentu utama kualitas aset dalam konsolidasi industri. Penelitian ini mengambil studi kasus pada bank-bank di Nigeria. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsolidasi dapat meningkatkan Non Performing Loan (NPL) dalam lingkungan perbankan. Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa penurunan kualitas aset dan peningkatan NPL pada industri perbankan di Nigeria telah diperburuk oleh ketidak-mampuan bank dalam memanfaatkan kapasitas aset secara optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tingkat kredit tanpa jaminan dalam portofolio bank memiliki pengaruh terhadap NPL dalam periode yang diteliti. Deger Alper dan Adem Anbar 20 menguji penentu spesifik bank dan makroekonomi terhadap profitabilitas bank di Turki. Hasil pengujian menemukan variabel ukuran aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan variabel kredit pinjaman berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Ini mengindikasikan bahwa volume portofolio yang lemah berdampak terhadap profitabilitas. Kredit pinjaman bank merupakan sumber utama pendapatan, sehingga diharapkan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja bank. Dan variabel likuiditas, deposito, kecukupan 16 Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004), 77. 17 Marlina Widiyanti and Rini Wulansari,”Analysis of Capital, Asset Quality, Rentability and Liquidity for Health Reseacrh of PT. General Sharia-Based Bank in Indonesia”, Kekayaan Terangkum Teras Pembangunan Lestari, Prosiding Perkem 10, ISSN: 2231-962X, (2015), 594. 18 Zakiyah Dwi Poertry dan Yulizar D. Sanrego, “Pengaruh Variable Makro dan Mikro Terhadap NPL Perbankan Konvensional dan NPF Perbankan Syariah”, TAZKIA Islamic Finance & Business Review, Vol. 6, No. 2, (2011), 82. 19 Abel E. Ezeoha,"Banking consolidation, credit crisis and asset quality in a fragile banking system", Journal of Financial Regulation and Compliance, Vol. 19 Iss 1 pp. 33 - 44 (2011), 10. 20 Deger Alper and Adem Anbar,”Bank Specifik and Macroeconomic Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence from Turkey”, Business and Economics Research Journal, Vol. 2, No. 2, (2011), 147-149. Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |60 modal, dan net interest margin tidak berdampak pada profitabilitas. Pada variabel makro ekonomi tidak ditemukan dampak yang signifikan terhadap profitabilitas. Berbeda dengan hasil penelitian Ubaidillah 21 dan Shulhah Nurullaily 22 dimana hasil penelitiannya NPF tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Mengingat kualitas aset merupakan masalah penting bagi bank untuk mencegah bank dari kebangkrutan. Dan risiko bank umumnya berasal dari lemah aktiva. Kualitas aset suatu bank menunjukan tingkat kesehatan bank sebagai pihak intermediasi dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank dalam mengelolah dana masyarakat. Penelitian sebelumnya masih menunjukkan hasil penelitian yang berbeda mengenai pengaruh KAP dan NPF terhadap profitabilitas perbankan. Penelitian ini ingin mengkaji lebih lanjut mengenai penilaian tingkat kesehatan perbankan syariah dengan menggunakan rasio KAP dan NPF. Dan tingkat kinerja keuangan perbankan syariah dengan menggunakan rasio ROA. Penelitian ini merupakan penelitian terapan. Jenis penelitian ini berusaha untuk menerapkan semua teori yang ilmiah atas keadaan pada saat itu. 23 Jenis data yang akan digunakan adalah jenis data sekunder. Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laporan tahunan BUS di Indonesia periode 2010-2015 yang telah dipublikasikan di website resmi masing-masing BUS. Sedangkan laporan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup laporan keuangan kualitas aset dan profitabilitas baik yang menjadi satu kesatuan dalam sebuah laporan atau yang berdiri sendiri. Data penelitian yang mencakup periode 2010-2015 dipilih karena dapat menggambarkan kondisi yang relatif baru. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BUS di Indonesia yang mencakup periode 2010-2015. Sedangkan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitan ini adalah perusahaan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling . Dengan menggunakan sampel yang 21 Ubaidillah, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, Tesis, Uin Sunan Kali Jaga Yogyakarta, (2013), 95-98. 22 Shulhah Nurullaily, “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia ( Studi Empiris pada BMI, BSM dan Bank Mega Syariah)”, Tesis, Uin Sunan Kali Jaga Yogyakarta, (2012), 88. 23 Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan, (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), 26. 61| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 relatif baru diharapkan penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi aktual perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan pemilihan laporan tahunan sebagai objek data yang dianalisis karena laporan tahunan merupakan sumber utama komunikasi perusahaan kepada para stakeholder . Dan variabel dan definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Ringkasan Definisi Operasional Variabel No Variabel Definisi Variabel Pengukuran 1. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan (dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap aktiva produktif. ( ) 2. Non Performing Financing (NPF) Rasio pembiayaan (kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total pembiayaan. ( ) 3. Return On Asset (ROA) Rasio laba sebelum pajak terhadap total aktiva. Metode analisis data yang digunakan adalah menggunakan perhitungan rasio kualitas aset produktif dan profitabilitas pada bank umum syariah di Indonesia. Pada perhitungan kualitas aset dan profitabilitas digunakan bantuan microsoft excel dan program IBM SPSS 22. Penelitian ini akan diuji menggunakan model regresi linier berganda untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Analisis regresi linear berganda merupakan pengujian statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dua variabel independen atau lebih terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan uji model regresi, ## Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |62 terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik agar mendapatkan hasil regresi yang baik. Penelitian ini akan menguji pengaruh kualitas aset perbankan syariah dengan menggunakan rasio kualitas aktiva produktif (KAP), dan rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap profitabilitas menggunakan rasio Return On Asset (ROA). ## Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Profitabilitas (ROA) Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah, sertifikat Bank Indonesia syariah, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, penempatan pada bank lain, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif, dan bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. 24 Aktiva yang produktif sering juga disebut dengan earning assets atau aktiva yang menghasilkan, karena penanaman dana tersebut adalah untuk mencapai tingkat penghasilan (laba) yang diharapkan. 25 R. Adri Satriawan dan Nur Azlina menemukan bahwa KAP berpengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas. Jika kualitas aktiva produktif meningkat maka profitabilitas bank akan meningkat. 26 Berdasarkan kajian KAP di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Kualitas aktiva produktif (KAP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas (ROA) Non performing financing (NPF) adalah rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola masalah pembiayaan yang diberikan oleh 24 Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank , (Jakarta: Bank Indonesia, 2012), 57. 25 Syahyunan, “Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat Ukur Kesehatan Bank”, digitized by USU digital library, (2002), 2. 26 R. Adri Satriawan dan Nur Azlina, “Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Dan Kredit Bermasalah Terhadap Profitabilitas Pada Bank BPR ( Studi kasus pada PT. BPR dan PD. BPR di Propinsi Riau)”, Laporan Penelitian Tahun Anggaran 2012, Universitas Riau, (2012), 26. 63| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 bank. Semakin tinggi rasio, semakin buruk kualitas NPF dari pembiayaan bank. Pembiayaan merupakan sektor terbesar dalam menyumbang pendapatan bank. 27 Aluisius Wishnu Nugroho menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada perbankan syariah. 28 Pembiayaan bermasalah yang tercermin dalam NPF dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA, dengan demikian semakin besar NPF akan mengakibatkan menurunnya ROA. 29 Berdasarkan kajian NPF di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). ## Hasil Dan Pembahasan ## Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif menggambarkan bagaimana mengumpulkan data, menyajikan dalam bentuk yang lebih muda dan lebih cepat dipahami dan dimengerti. 30 Analisis statistik deksriptif dapat dilakukan pada populasi yang digunakan di dalam penelitian ini, yaitu seluruh BUS di Indonesia yang mencakup periode 2010-2015. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, maka pengambilan sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 (delapan) BUS di Indonesia. Variabel dependen yang digunakan di dalam penelitian ini adalah variabel Return On Asset (ROA), sedangkan variabel independen di dalam penelitian ini 27 Rr. Yoppy Palupi Purbaningsih, “The Effect of Liquidity Risk and Non Performing Financing (NPF) Ratio to Commercial Sharia Bank Profitability in Indonesia”, DOI: 10. 7763/IPEDR, V73, dalam http://www.ipedr.com/vol73/012- ICWIS2014_A10020.pdf diakses tanggal 02 April 2016. 28 Aluisius Wishnu Nugroho, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO Terhadap Return On Asset”, Tesis, Universitas Diponegoro Semarang, (2011), 11. 29 Fitri Zulfiah dan Joni Susilowibowo,” Pengaruh Inflansi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoeming Finance (NPF), Biaya Operasional dan Pendapata Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2, No. 3, (2014), 763. 30 Pangestu Subagyo dan Djarwanto, Statistika Induktif, Edisi Kelima, (Yogyakarta: BPFE, 2013), 1. Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |64 meliputi dua variabel yakni variabel kualitas aktiva produktif (KAP) dan variabel Non Performing Financing (NPF). Analisis data asli laporan keuangan BUS di Indonesia. ## Tabel 3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif (Jumlah Sampel, Minimum dan Maksimum) Variabel Jumlah Data Nilai Minimum Nilai Maximum ROA 48 0,000 0,030 KAP 48 0,703 1,000 NPF 48 0,000 0,086 Tabel 4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ( Mean dan Standar Deviasi) Variabel Jumlah Data Mean Std. Deviasi ROA 48 0,0094 0,0065 KAP 48 0,9624 0,0433 NPF 48 0,0218 0,0182 Sumber : Data diolah 2016 Perhitungan yang ditunjukkan di dalam tabel analisa statistik deskriptif 3 dan 4 menunjukan bahwa terdapat 48 jumlah sampel, dengan analisa sebagai berikut: a. Nilai rata-rata variabel Return On Asset (ROA) perbankan syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebesar 0,0094 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,0065. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah yang menjadi sampel dalam penelitian rata-rata memiliki ROA sebesar 0,0094. Nilai standar deviasi yang lebih tinggi dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang tinggi anatara nilai tertinggi ( maksimum ) dan terendah ( minimum ). Dari tabel 4 tersebut, variabel ROA menunjukan nilai terendah ( minimum ) sebesar 0,000, dimana nilai ROA tersebut dimiliki oleh Bank Mega Syariah pada tahun 2014. Sedangkan nilai tertinggi ( maksimum ) sebesar 0,030 dimiliki oleh Bank Mega Syariah pada tahun 2012. b. Tabel hasil analisis statistik deskriptif juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari variabel kualitas aktiva produktif (KAP) perbankan syariah yang 65| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini menunjukkan nilai sebesar 0,9629 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,0433. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah yang menjadi sampel didalam penelitian ini rata-rata memiliki KAP sebesar 0,9629. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari rata-rata menunjukkan variasi yang rendah antara nilai tertinggi ( maksimum ) dengan nilai terendah ( minimum ). Berdasarkan tabel 4 untuk variabel KAP menunjukkan nilai terendah sebesar 0,703 yang dimiliki oleh Bank Mega Syariah pada tahun 2011, dan nilai tertinggi 1,000 dimiliki oleh Bank Panin Syariah pada tahun 2010. c. Rata-rata Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini menunjukkan nilai sebesar 0,0218 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,0182. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah yang menjadi sampel didalam penelitian ini rata-rata memiliki NPF sebesar 0,0218. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari rata-rata menunjukkan variasi yang rendah antara nilai tertinggi ( maksimum ) dengan nilai terendah ( minimum ). Berdasarkan tabel 4 untuk variabel NPF menunjukkan nilai terendah sebesar 0,000 yang dimiliki oleh Bank Panin Syariah pada tahun 2010 dan Bank Central Asia Syariah pada tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013, dan nilai tertinggi 0,086 dimiliki oleh Bank Mega Syariah pada tahun 2011. ## Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen untuk kinerja pada masing-masing perusahaan baik secara parsial maupun secara simultan. Sebelum melakukan uji linier berganda, metode mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil yang terbaik. Tujuan pemenuhan asumsi klasik ini dimaksudkan agar variabel bebas sebagai estimator atas variabel terikat tidak biasa. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Salah satu cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |66 statistik non-parametrik kolmogorov-smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: 31 H 0 : data residual berdistribusi normal H a : data residual tidak berdistribusi normal. Untuk menerima atau menolak H 0 di atas dapat menggunakan dasar pengambilan kesimpulan yaitu dengan membandingkan antara nilai Asymp . Sig . (2- tailed ) dengan tingkat alpha yang ditetapkan (5%). Kriteria yang digunakan yaitu H 0 diterima apabila nilai Asymp.Sig . (2- tailed ) > tingkat alpha yang ditetapkan (5%). Hasil uji normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov ) dapat dilihat pada tabel 6 bawah ini: Tabel. 5 Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmorogorov-Smirnov) Sampel K-S Z Signifikansi Simpulan 48 0,128 0,046 H a diterima Sumber : Data diolah 2016 Hasil uji normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov) pada tabel 5 di atas menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig sebesar 0,046. dimana hasil tersebut menunjukan bahwa nilai signifikansi lebih kecil daripada tingkat kepercayaan (α=0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 yang menduga data berdistribusi normal ditolak dan Ha yang menduga data tidak berdistribusi normal diterima. 2. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogontal. Variabel ortogontal adalah variabel indevenden yang nilai korelasi 31 Pangestu Subagyo dan Djarwanto ..., hlm. 164. 67| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 32 a. Nilai R 2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel indevenden. c. Melihat nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel indevenden lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainya. Multikolonieritas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Hasil uji multikolonieritas (uji VIF) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini: Tabel 6 Hasil Uji Multikolonieritas (Uji VIF) Variabel Independen Tolerance VIF KAP 0,341 2,930 NPF 0,341 2,930 ## Sumber : Data diolah 2016 Dari uji multikolonieritas (uji VIF) pada tabel 6 menunjukkan bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel independen sebesar 2,930 lebih dari 10. Dan hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada kolerasi antar variabel indevenden yang nilainya lebih dari 95%. Jadi dapat 32 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS , cetakan ke- 5, (Semarang: Badan Penerbit Diponegoro, 2011), 105. ## Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |68 disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen, sehingga model regresi ini dapat digunakan. ## 3. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Salah satu cara untuk medeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah melakukan uji gleser. Uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel indevenden. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika sebaliknya apabila hasil statistik menunjukkan variabel independen secara tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, dapat disimpulkan homokedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak. 33 Tabel 7 Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser) Vaiabel t hitung Signifikansi Simpulan KAP 0,149 0,882 Non Heterokedastisitas NPF -1,123 0,268 Non Heterokedastisitas Sumber : Data diolah 2016 Tabel 7 uji heterokedastisitas dengan uji glejser, hasil uji variabel variabel KAP memiliki tingkat signifikansi 0,882 dengan t hitung 0,149 disimpulkan tidak mengandung heterokedastisitas. Sedangkan NPF dengan signifikansi sebesar 0,268 dengan t hitung -1,123 disimpulkan tidak mengandung heterokedastisitas. ## 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau 33 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS ..., 139-143. 69| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 tidaknya autokorelasi dengan run test . Run test sebagai bagian dari statistik non- parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). 34 H 0 : residual (res_1) random (acak) H a : residual (res_1) tidak random Hasil uji autokorelasi ( run test ) dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini: Tabel 8 Uji Autokorelasi ( Run Test ) Sampel Test Value (a) Asymp. Sig Simpulan 40 -0,00005 0,189 Tidak terjadi autokorelasi Sumber : Data diolah 2016 Hasil dari uji autokorelasi pada tabel 8 menunjukkan nilai test value sebesar -0,00005 dengan probabilitas 0,189 tidak signifikan pada 0,05 (5%). Yang berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. ## Analisis Regresi Berganda Pengujian hipotesis pertama dan kedua dilakukan dengan memperhatikan tingkat signifikansi koefisien regresi dan arah hubungan masing- masing variabel. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh kualitas aktiva produktif (KAP) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada perbankan syariah di Indonesia. Hasil analisis regresi linier berganda dapat ditunjukkan seperti pada tabel 9 sebagai berikut: 34 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS ..., 110-120. ## Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |70 Tabel 9 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda Keterangan Prediksi Koefisien T Hitung Sig. Simpulan (Constant) 0,089 2,524 0,015 KAP + -0,076 -2,188 0,034 Diterima NPF - -0,258 -3,099 0,003 Diterima Variabel Dependen : ROA *Signifikansi pada α = 0,05 F Hitung : 4,960 Signifikansi F: 0,11 b Adjusted R Square : 0,181 Sumber : Data diolah 2016 Tabel 9 merupakan hasil perhitungan regresi linier berganda, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: ROA = 0,089 + -0,076 KAP + -0,258 NPF + e Berdasarkan model regresi tersebut di atas dapat diperoleh penjelasan sebagi berikut: 1. α = 0,089 merupakan besarnya konstanta dari return on asset (ROA) perbankan syariah. Hal tersebut dapat diasumsikan apabila besaran variabel KAP dan NPF sama dengan nol, maka nilai ROA akan menjadi 0,089. 2. b 1 = -0,076 merupakan besarnya konstanta dari variabel kualitas aktiva produktif (KAP), dimana hal tersebut menunjukkan apabila terjadi kenaikan variabel KAP sebesar 1% akan meningkatkan nilai ROA perbankan syariah sebesar -0,076 kali. Namun hal tersebut berlaku apabila faktor lain yang mempengaruhi ROA perbankan syariah dianggap tetap. 3. b 2 = -0,258 merupakan besarnya konstanta dari variabel non performing financing (NPF), dimana hal tersebut menunjukkan apabila terjadi kenaikan variabel NPF sebesar 1% akan meningkatkan variabel ROA perbankan syariah sebesar -0,258 kali. Namun hal tersebut berlaku apabila faktor lain yang mempengaruhi variabel ROA perbankan dianggap tetap. 71| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 ## Uji Persamaan Regresi 1. Uji Determinasi Uji determinasi (R 2 ) pada intinya menukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan nilai adjusted R 2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R 2 , nilai adjusted R 2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model. 35 Berdasarkan tabel 10 hasil perhitungan uji determinasi pada tabel diatas, besarnya koefisien determinasi atau adjusted R 2 adalah 0,181 hal ini berarti 18,1% variasi ROA perbankan syariah dapat dijelaskan oleh variabel independen KAP dan NPF yang berpengaruh terhadap ROA. Adapun sisanya (100% - 18,1% = 81,9%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan tersebut. 2. Uji Hipotesis secara Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji ini dilakukan untuk membandingkan pada tingkat nilai sig dengan nilai α (5%) pada tingkat derajat 5%. Pengambilan kesimpulan dengan melihat nilai sig α (5%) dengan ketentuan sebagai berikut: 36 a. Jika nilai Sig < α maka H 0 ditolak b. Jika nilai Sig > α maka H 0 diterima 35 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS ..., hlm. 97. 36 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS ..., hlm. 98. Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |72 Hasil pengujian dari tabel 10 diperoleh F hitung = 4,960 dengan nilai signifikansi 0,11 > 0,050. Berdasarkan hasil demikian disimpulkan bahwa H 0 diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel KAP dan variabel NPF terhadap ROA. 3. Uji Statistik t Uji signifikansi ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik t. Pengujian ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dengan derajat keabsahan 5%. Kesimpulan dengan melihat nilai sig yang dibandingkan dengan nilai α (5%) dengan ketentuan sebagai berikut: 37 a. Jika nilai Sig < α maka H 0 ditolak b. Jika nilai Sig > α maka H 0 diterima 1. Pengaruh kualitas aktiva produktif (KAP) terhadap return on asset (ROA). Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh KAP terhadap ROA dengan menggunakan program IBM SPSS 22 diperoleh t hitung sebesar - 2,546 dengan signifikansi = 0,034 dimana secara statistik signifikan dengan taraf signifikansi 5% (0,034 < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa KAP berpengaruh terhadap ROA perbankan syariah. Dengan demikian, H 1 yang menyatakan bahwa kualitas aktiva produktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya KAP berpengaruh terhadap tinggi rendahnya ROA perbankan syariah di Indonesia periode 2010-2015. 2. Pengaruh non performing financing (NPF) terhadap return on asset (ROA). Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh NPF terhadap ROA dengan menggunakan program IBM SPSS 22 diperoleh t hitung sebesar - 3,099 dengan signifikansi = 0,003. Dimana secara statistik signifikan dengan taraf signifikansi 5% (0,003 < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa NPF memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Dengan demikian, H 2 yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan dapat diterima. Hal ini menunjukkan tinggi rendahnya NPF berpengaruh terhadap tinggi rendahnya ROA perbankan syariah di Indonesia periode 2010-2015. 37 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS ..., hlm. 98- 99. 73| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 ## Pembahasan Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dua variabel yaitu kualitas aktiva produktif (KAP) dan non performing financing (NPF) pada hasil uji F di peroleh F hitung 4,960 dengan nilai signifikansi = 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima, yang berarti tidak ada pengaruh secara simultan variabel kualitas aktiva produktif (KAP) dan non performing financing (NPF) terhadap return on asset (ROA). Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh adjusted R square sebesar 0,181 yang berarti bahwa kontribusi KAP dan NPF secara simultan berpengaruh terhadap ROA pada perbankan syraiah di Indonesia sebesar 18,1%. Secara parsial dari hasil uji t diperoleh nilai signifikansi untuk KAP sebesar 0,034. Nilai tersebut tidak melebihi level signifikansi 0,05, yang berarti variabel KAP berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan variabel NPF memiliki koefisien negatif sebesar -0,258 dan nilai signifikansi sebesar 0,003. Dengan demikian variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada perbankan syariah di Indonesia. Adapun secara parsial analisisi pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Return On Asset (ROA) pada Perbankan Syariah di Indonesia. Aktiva yang produktif atau aktiva yang menghasilkan karena penempatan dana bank untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. 38 Penempatan aktiva tersebut sebagian besar adalah dalam bentuk penyaluran pembiayaan dengan pengelolaan resiko yang baik dan maksimal, sehingga mampu memperoleh peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba. Aktiva produktif pada perbankan syariah terdiri dari piutang murabahah, pembiayaan mudharabah, pembiayaaan musyarakah dan pinjaman qard. Piutang adalah tagihan yang timbul dari transaksi jual beli berdasarkan akad murabahah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau 38 Nur Aini, “Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI)”, Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 2, No.1, (2013), 23. ## Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |74 tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Pada saat akad murabahah disetujui, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yakni saldo piutang dikurangi penyisihan penghapusan. Margin murabahah yang ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah. 39 Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana ( shahibul maal ) dan nasabah sebagai pengelola dana ( mudharib ) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan di muka. 40 Pembiayaan musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal. 41 Pinjaman qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan bank yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu. Bank dapat menerima imbalan namun tidak boleh mensyaratkan adanya imbalan tersebut dalam perjanjian. Imbalan, jika diberikan diakui sebagai pendapatan pada saat diterima. 42 Hasil penemuan dalam penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu kualitas aktiva produktif (KAP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Berdasarkan uji statistik t diketahui bahwa tingkat signifikansi variabel ini sebesar (0,034 < 0,05). Hubungan yang positif tersebut menunjukkan apabila KAP suatu bank semakin besar, maka perubahan tingkat ROA pada suatu bank tersebut akan semakin besar juga dan akan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi perusahaan aset. Karena aktiva produktif merupakan komponen aset yang ditanamkan atau diinvestasikan untuk 39 Bank Muamalat, Annual Report, (2011), 315. 40 Bank Muamalat, Annual Report . ..., 316. 41 Bank Muamalat, Annual Report . ..., 317. 42 Bank Muamalat, Annual Report . ..., 316. 75| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 menghasilkan pendapatan bank. Semakin berkualitas suatu aset maka semakin besar kemungkinan profit yang akan diterima oleh suatu bank. Dengan hasil pengujian ini H 1 yang diajukan diterima. Seperti halnya dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ternyata di dalam penelitian ini ditemukan pula jika variabel KAP berpengaruh terhadap ROA perbankan syariah. Temuan ini konsisten terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh R. Adri Satriawan dan Nur Azlina. 2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada Perbankan Syariah di Indonesia. Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah Non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Tingkat signifikansi variabel ini sebesar (0,003 < 0,05), sehingga dapat dikatakan variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Nilai koefisien dari variabel ini menunjukkan bahwa NPF berpengaruh terhadap ROA. Oleh karena itu, H 2 yang diajukan dapat diterima. Hasil pengujian ini sesuai dengan temuan penelitian yang telah dilakukan oleh Shulhan yang menyatakan bahwa non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) perbankan syariah. 43 Pengaruh negatif NPF terhadap ROA disebabkan besarnya rata-rata NPF pada BUS yang menjadi sampel dalam penelitian ini masih berada dibawah 5%. Berdasarkan kriteria peringkat yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk rasio NPF BUS di Indonesia berada pada peringkat satu ditunjukkan dengan NPF kurang dari 2%. 44 Temuan ini memberikan bukti bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perbankan syariah di Indonesia dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pihak perbankan dalam pengelolaan aset yang lebih baik dalam bentuk penanan dana. Pemahaman yang baik atas faktor-faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya NPF akan menjadi modal yang sangat 43 Lukito Pamungkas, “Pengaruh Permodalan, Likuiditas, Kualitas Aset, Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Yang Terdaftar di Bank Indonesia (Periode 2010-2014)”, dalam ejournal.unesa.ac.id/artickel/18146/57/article.pdf, diakses pada 02 April 2016. 44 Lampiran Surat Edaran No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, (2007), 17. ## Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |76 berharga bagi bank yang bersangkutan untuk membangun kebijakan analisis penanaman dana yang komprehensif, prudensial serta memperhatikan berbagai risiko yang inheren atas setiap keputusan penanaman dana. ## Penutup ## Kesimpulan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas aset terhadap profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia periode penelitian 2010-2015. Variabel independen kualitas aset adalah kualitas aktiva produktif (KAP) dan Non performing financing (NPF). Dan variabel dependen profitabilitas menggunakan return on asset (ROA). Pengujian ini dilakukan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan tiga variabel tersebut. Penelitian melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan yang terakhir interpretasi hasil analisis mengenai pengaruh KAP dan NPF terhadap ROA. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Berdasarkan koefisien regresi KAP secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Perbankan Syariah di Indonesia. KAP memberikan pengaruh sebesar 0,034 terhadap ROA, dimana peningkatan KAP menyebabkan ROA pada perbankan syariah di Indonesia meningkat. Oleh karena itu H 1 yang menyatakan KAP berpengaruh positif dan signifikan diterima. Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan R. Adri Satriawan dan Nur Azlina pada tahun 2012. 2. NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Berdasarkan koefisien regresi NPF secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Perbankan Syariah di Indonesia. Dengan nilai signifikansi uji variabel NPF terhadap ROA sebesar 0,003 < 0,050. Oleh karena itu H 2 yang menyatakan NPF berpengaruh negatif dan signifikan dapat diterima. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Shulhan yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perbankan syariah tahun 2012. 77| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 ## Keterbatasan dan Saran Penelitian yang telah dilakukan, kedua variabel independen KAP dan NPF hanya mampu menjelaskan ROA sebesar 18,1% yang ditunjukkan nilai adjusted R square sedangkan 81,9% dijelaskan oleh variabel lain. Disarankan untuk menambah variabel independen yang mempengaruhi return on asset (ROA) dan menambah range tahun penelitian supaya dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas kinerja perbankan syariah di Indonesia dalam mengelolah kualitas aset dengan optimal. ■ Daftar Pustaka ## Buku Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank , Jakarta: Bank Indonesia, 2012. Ghazali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS , cetakan ke-5, Semarang: Badan Penerbit Diponegoro, 2011. Golin, Jonathan and Philippe Delhaise, The Bank Credit Analysis Handbook A Guide For Analysts, Bankers and Investors Second Edition, London: Wiley Finence Series, 2012. Hadi, Syamsul, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan, Yogyakarta: Ekonisia, 2006. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yokyakarta: UPP MPYKPN, 2005. Rivai, Veithzal, et.al, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Sholihin, Ahmad Ifham, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010. Subagyo, Pangestu dan Djarwanto, Statistika Induktif, Edisi Kelima,Yogyakarta: BPFE, 2013. Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |78 Sugiarto, Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan Keagenan Informasi Asimetri, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. ## Jurnal Aini, Nur, “Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI)”, Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan , Vol. 2, No.1, 2013. Alper, Deger and Adem Anbar,”Bank Specifik and Macroeconomic Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence from Turkey”, Business and Economics Research Journal, Vol. 2, No. 2, 2011. Chatarine, Alvita dan Putu Vivi Lestari, “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif, BOPO terhadap ROA dan CAR pada BPR Kabupaten Bandung”, E- Journal Manajemen Universitas Udayana, Vol. 3, No. 3, 2014. Chisti, Khalid Ashraf, “The impact of Asset Quality on Profitability of Private Banks in India: A Case Study of JK, ICICI, HDFC & YES Banks”, Journal of African MacroeconomicReview, Vo. 2, No.1, 2012. Ezeoha, Abel E,"Banking consolidation, credit crisis and asset quality in a fragile banking system", Journal of Financial Regulation and Compliance, Vol. 19 Iss 1 pp. 33-44, 2011. Faisal, “Metode Anuitas dan Proporsional Murabahah sebagai Bentuk Transparansi dan Publikasi Laporan Bank”, Mimbar Hukum, Vol. 26, No. 3, 2014. Nugroho, Aluisius Wishnu, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO Terhadap Return On Asset”, Tesis, Universitas Diponegoro Semarang, 2011. Poertry, Zakiyah Dwi dan Yulizar D. Sanrego, Pengaruh Variable Makro dan Mikro Terhadap NPL Perbankan Konvensional dan NPF Perbankan Syariah, TAZKIA Islamic Finance & Business Review, Vol. 6, No. 2, 2011. Prasanjaya, A. A. Yogi dan I Wayan Ramantha , “Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank Yang Terdaftar di BEI”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1, 2013. 79| Al-Falah: Journal of Islamic Economics , Vol. 2, No. 1, 2017 ## Tesis Nurullaily, Shulhah, “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia ( Studi Empiris pada BMI, BSM dan Bank Mega Syariah)”, Tesis, Uin Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2012. Satriawan, R. Adri dan Nur Azlina, “Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Dan Kredit Bermasalah Terhadap Profitabilitas Pada Bank BPR ( Studi kasus pada PT. BPR dan PD. BPR di Propinsi Riau)”, Laporan Penelitian Tahun Anggaran 2012, Universitas Riau, 2012. Syahyunan, “Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat Ukur Kesehatan Bank”, digitized by USU digital library, 2002. Ubaidillah, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, Tesis, Uin Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2013. Widiyanti, Marlina and Rini Wulansari,”Analysis of Capital, Asset Quality, Rentability and Liquidity for Health Reseacrh of PT. General Sharia- Based Bank in Indonesia”, Kekayaan Terangkum Teras Pembangunan Lestari, Prosiding Perkem 10, ISSN: 2231-962X, 2015. Zulfiah, Fitri dan Joni Susilowibowo,” Pengaruh Inflansi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional dan Pendapata Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2, No. 3, 2014. ## Rujukan WEB Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pamungkas, Lukito, “Pengaruh Permodalan, Likuiditas, Kualitas Aset, Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Yang Terdaftar di Bank Indonesia (Periode 2010-2014)”, dalam ejournal.unesa.ac.id/artickel/18146/57/article.pdf, diakses pada 02 April 2016. ## Sineba Arli Silvia— Pengaruh Kualitas Aset |80 Purbaningsih, Rr. Yoppy Palupi, “The Effect of Liquidity Risk and Non Performing Financing (NPF) Ratio to Commercial Sharia Bank Profitability in Indonesia”, DOI: 10. 7763/IPEDR, V73, dalam http://www.ipedr.com/vol73/012-ICWIS2014_A10020.pdf diakses tanggal 02 April 2016. Surat Edaran No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, 2007. ## Undang-Undang Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
ecdf8295-9261-4552-a1d9-9f2d691e7d33
https://jurnal.uns.ac.id/jdk/article/download/12004/19400
## KESIAPAN ASPEK SPASIAL PADA PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA BERBASIS INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DI KELURAHAN MOJOSONGO, KOTA SURAKARTA Dewa Putu Aris Sadana 1 , Nur Miladan 1 , Hakimatul Mukaromah 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta ## Abstrak Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, memiliki potensi industri kerajinan sangkar burung berdasarkan RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031 dan diarahkan sebagai pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung oleh RIPKA Kota Surakarta. Artikel ini membahas tentang kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan di wilayah penelitian. Komponen dari kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan meliputi infrastruktur penunjang, akaksesibilitas, ketersediaan lahan, dan pola persebaran industri kerajinan sangkar burung. Penelitian pada artikel ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data berupa kuisioner, observasi lapangan, survei data sekunder, dan wawancara. Adapun teknik analisis pada penelitian ini, yaitu AHP dan skoring. Pada wilayah penelitian infrastruktur penunjang dibagi menjadi sarana penunjang dan prasarana penunjang. Sarana penunjang pada kawasan berupa showroom tidak tersedia pada kawasan. Prasarana pada kawasan meliputi prasarana persampahan, air bersih, listrik, dan telekomunikasi sudah memadai. Selanjutnya, aksesibilitas kawasan sudah siap untuk menunjang mobilisasi bagi pengunjung, karena sudah tersedianya akses jaringan jalan yang baik pada kawasan dan sudah tersedia rute angkutan umum yang melalui kawasan. Ketersediaan lahan dilihat dari ketersediaan lahan untuk showroom dan prasarana persampahan sudah tersedia, namun ketersediaan lahan untuk showroom masih kurang dibandingkan kebutuhan lahannya. Terakhir, pola persebaran industri kerajinan sangkar burung pada wilayah penelitian memiliki pola persebaran klaster, sehingga dapat menunjang terwujudnya lingkungan kreatif dan efisiensi dalam pengelolaan kawasannya. Jadi, berdasarkan hal-hal di atas, maka kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo masuk kedalam kategori tingkat kesiapan tinggi. Kata kunci: Kesiapan; Aspek Spasial, Pengembangan Kawasan; Pariwisata; Industri Kerajinan Sangkar Burung; Industri Kreatif. ## Abstract Mojosongo, Jebres District, Surakarta City, has a bird handicraft industry potential based on RTRW Surakarta City at 2011- 2031 and directed as tourism areas development based on the bird cage handicraft industry based on RIPKA Surakarta City. This article discusses about the readiness of spatial aspects in the development area of this research. This article was conducted by questionnaire data collection technique, field observation, secondary data survey, and interview. The analytical techniques of this article such as AHP and scoring. Components of the spatial aspect readiness on regional development include supporting infrastructure, accessibility, availability of land, and spatial dispersion patterns of the bird cage industry. In the research area the infrastructure is divided into supporting facilities and supporting infrastructure. Area supporting facilities of the showroom is not available in the reasearch area. Area suporting infrastructure includes waste system, clean water, electricity, and telecommunication. Furthermore, the accessibility of the area is good, because the availability of access road network is good in the area and already available public transportation routes through the reasearch area. The availability of land seen from the availability of land for showroom and waste system, but the availability of land for the showroom is still less than the needs of the land. Finally, the spatial dispersion pattern area of the bird cage industry in the research area has a pattern of cluster dispersion, so that it can support the realization of creative environment and efficiency in the management of the area. Thus, based on the above matters, the readiness of the spatial aspect in the tourism area development based on the bird cage industry in Mojosongo is included to high preparedness level category. Keywords: Readiness; Spatial Aspects, Regional Development; Tourism; Bird Cage Handicraft Industry; Creative Industry. ## 1. PENDAHULUAN Surakarta merupakan kota yang memiliki potensi di bidang ekonomi kreatif. Menurut Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RipKa) Kota Surakarta, beberapa tahun ini muncul arahan terkait pengembangan kawasan pariwisata ke arah wilayah Surakarta bagian utara, memanfaatkan industri kreatif kerajinan sangkar burung sebagai daya tarik wisata. Selanjutnya, menurut profil ekonomi kreatif Kota Surakarta tahun 2013, sentra industri sangkar burung yang berada di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, mampu menciptakan produk yang kreatif dari segi desain dan bentuk. Selain itu pula pada Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031, Pasal 41 ayat (2), bahwa Kelurahan Mojosongo diarahkan menjadi kawasan industri rumah tangga sangkar burung. Berdasarkan hal- hal di atas, pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri rumah tangga kreatif kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo merupakan sebuah inovasi konsep yang menggabungkan antara kawasan pariwisata dengan industri kreatif. Menurut Pendit (1999), bahwa hal-hal yag dapat menjadi daya tarik untuk suatu objek wisata yaitu natural amenities (benda-benda yang telah ada di alam), man made supply (hasil karya manusia), dan way of life (adat istiadat). Pada artikel ini, industri kerajinan sangkar burung dapat diklasifikasikan kedalam daya tarik wisata yang berasal dari hasil karya manusia. Selanjutnya, jika dilihat dari jenis industri kerajinan sangkar burung pada wilayah penelitian masuk kedalam jenis industri rumah tangga karena industrinya menyatu dengan kawasan permukiman. Selain itu, menurut Arbianto dalam Mawaddah (2013), menjelaskan mengenai kriteria industri rumah tangga mengatakan bahwa industri rumah tangga merupakan suatu kegiatan industri yang dilakukan pada rumah tangga/keluarga yang memiliki tenaga kerja tidak lebih dari 5 (lima) orang. Industri kerajinan sangkar burung pada wilayah penelitian memiliki tenaga kerja yang tidak lebih dari 5 (lima) orang. Dalam pengembangan suatu kawasan, aspek lingkungan (fisik ruang kawasan) perlu diperhatikan kesiapannya, karena aspek fisik merupakan salah satu pilar dari pembangunan pariwisata yang berkelanjutan . Dengan demikian pada artikel ini, penulis ingin mengetahui kesiapan aspek spasial (fisik ruang) pada pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kreatif kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo, Kota Surakarta. Aspek spasial yang diteliti pada artikel ini, yaitu terkait pola persebaran indusri kerajinan sangkar burung, infrastruktur penunjang kawasan, aksesibilitas, dan ketersediaan lahan untuk pengembangan kawasan. ## 2. KAJIAN TEORI Menurut Zakaria (2014), konsep pembangunan kawasan pariwisata berkelanjutan, terdiri dari tiga pilar utama yaitu aspek sosial (pengelolaan/manajemen), ekonomi (Produktivitas), dan lingkungan (fisik ruang). Artikel ini akan menjelaskan tentang kesiapan pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung pada aspek spasial (fisik ruang) kawasan, maka pada pemilihan variabel dari hasil kajian literatur artikel ini, memilih variabel yang masuk kedalam aspek spasial (fisik ruang). Aspek spasial yang dimaksud adalah hal-hal yang dapat diruangkan dan memiliki unsur fisik. Menurut Redlener, dkk (2006), mengartikan kesiapan dalam hal rencana pengurangan risiko bencana meliputi tiga hal, yaitu (1) Ketersediaan dan kondisi sumber daya, (2) Bentuk perencanaan pencegahan bencana, dan (3) Kapasitas sumber daya manusia (wawasan atau pengetahuan) tentang pencegahan risiko bencana. Menurut Hamalik (2006), menyebutkan bahwa kesiapan merupakan suatu keadaan kapasitas sesuatu untuk tujuan tertentu. Jamis Drever dalam Slameto (2010), mengatakan bahwa kesiapan merupakan suatu ketersediaan untuk suatu hal. Menurut Slameto (2010), mengatakan bahwa kesiapan merupakan keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk suatu hal. Selanjutnya kajian literatur terkait pengembangan kawasan akan dijelaskan melalui beberapa sumber. Menurut Adisasmita (2014), kawasan merupakan sebuah wilayah yang memiliki fungsi tertentu. Selanjutnya, menurut Adisasmita (2010), bahwa dalam mengembangankan suatu kawasan menjadi fungsi tertentu harus mempertimbangkan kondisi kawasan, kapabilitas kawasan, kesesuaian lahan, dan efektifitas dan efesiensi pembangunan kawasan. Seletah mengetahui pemahaman tentang pengembangan kawasan, selanjutnya akan dijabarkan literatur tentang pariwisata. Menurut Pendit (1999), bahwa jenis-jenis daya tarik wisata terdiri dari natural amenities (benda-benda yang ada di alam), man made supply (hasil karya manusia), way of life (adat istiadat), culture (kebudayaan setempat). Berikutnya, menurut Spillane (1987), bahwa unsur-unsur pariwisata yaitu atraksi wisata, fasilitas penunjang, infrastruktur, transportasi, keramahtamahan. Selanjutnya menurut Pendit (1999), bahwa unsur-unsur pokok pariwisata yaitu politik pemerintah, perasaan ingin tahu, keramahtamahan, jarak dan waktu, atraksi wisata, akomodasi, pengangkutan, promosi, sarana perbelanjaan. Sedangkan menurut Cooper (1998), komponen pembentuk kawasan pariwisata yaitu atraksi wisata, amenities (fasilitas penunjang), aksesibilitas, dan kelembagaan pengelola wisata. Pada artikel ini, Industri rumah tangga kreatif kerajinan sangkar burung menjadi basis dari pengembangan kawasan pariwisata, maka berikut akan dijabarkan kajian literatur tentang industri rumah tangga kreatif kerajinan sangkar burung. Menurut Arbianto dalam Mawaddah (2013), kriteria industri rumah tangga yaitu kegiatan industri dilakukan di rumah, tenaga kerja tidak lebih dari 5 orang, dan alat yang digunakan adalah alat manual dan semi otomatis (bukan manufaktur). Selanjutnya, menurut Philipps (1990), faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pengembangan industri yaitu pasar, sumber bahan baku, tenaga kerja, utilitas, transportasi, peraturan lingkungan, dan infrastruktur penunjang. Berikutnya, menurut UNCTAD dalam Pujihartati (2014), mengatakan bahwa sektor-sektor dalam industri kreatif meliputi periklanan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, fasyen, film, software , musik, seni pertunjukan, publikasi, dan televisi/radio. Menurut Departemen Perdagangan RI (2008), bahwa pilar dari industri kreatif yaitu people (tenaga kerja kreatif), rantai produksi industri, teknologi, sumber daya, dan lembaga. Dalam hal ini, industri kerajinan sangkar burung masuk kedalam sektor industri kreaif kerajinan. Selanjutnya, Menurut UNINDO (2007), komponen utama dari industri kreatif sektor kerajinan yaitu kreativitas pengerajin, bahan baku alam, infrastruktur, teknologi, dan ktersediaan pasar. Kerajinan sangkar burung merupakan kerajinan dari hasil karya manusia yang berbahan baku utama bambu dan kayu yang memiliki ragam bentuk maupun ukir-ukiran agar menarik konsumen (Munawir, dkk: 2015). Menurut Ardahla, dkk (2015) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kreatif yaitu, (1) kebutuhan dasar industri kreatif (tenaga kerja kreatif, keahlian, modal, teknologi, kebijakan pemerintah, pelatihan, dan jaringan telekomunikasi); (2) artaksi wisata (kunjungan wisata kreatif, ekplorasi kreatif, tersedianya ruang workshop , dan partisipasi masyarakat); (3) aksesibilitas dan mobilisasi (jaringan jalan, rute transport, kondisi jalan); (4) pengembangan produk (produk baru dan kualitas produk). Selanjutnya, menurut Richards (2011) pendekatan konsep kreatif dalam sebuah pariwisata yaitu konsep “4P” meliputi, (1) manusia kreatif (pengerajin sangkar burung) (2) proses kreatif (workshop dan kegiatan kreatif lainnya) (3) produk kreatif (4) lingkungan kreatif (klaster industri kreatif). Berdasarkan hasil sintesa komponen kesiapan kawasan pengembangan pada artikel ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pada artikel ini yaitu: (1) Atraksi wisata (lingkungan kreatif / klaster industri) ; (2) Infrastruktur penunjang; (3) Aksesibilitas; dan (4) Ketersediaan lahan. ## 3. METODE PENELITIAN Pendekatan metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dimana pada proses analisis hingga penarikan kesimpulan akan menggunakan perhitungan statistik maupun angka. Berikut merupakan variabel dari artikel ini yaitu: (1) Atraksi wisata (lingkungan kreatif) Lingkungan kreatif dapat dilihat dari pola persebaran industri kerajinan sangkar burung. Pola persebaran Industri kreatif dapat diukur melalui analisis tetangga terdekat. Analisis Tetangga Terdekat merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan pola sebaran suatu benda yang ditunjukan dari besarnya nilai T. Perhitungan analisis tetangga terdekat menggunakan formula sebagai berikut: = Dengan ketentuan: T= indeks penyebaran tetangga terdekat, = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat, = jarak rata-rata yang diperoleh andai kata semua titik mempunyai pola random = √ , p = ( ) ! (") Tabel 1. Hasil Perhitungan Analisis Tetangga Terdekat Rentang Nilai Jenis Pola Penyebaran 0,00 – 0,70 Pola mengelompok ( clustered ) 0,71 – 1,40 Pola acak ( random ) 1,41 – 2,1491 Pola seragam ( reguler ) Sumber: Hugget dalam Bintarto, 1982 (2) Infrastruktur penunjang kawasan yang dapat dibagi menjadi sarana penunjang kawasan dan prasarana penunjang kawasan. Sarana: Tersedia showroom yaitu terdapat showroom di wilayah penelitian dan terdapat juga showroom yang difasilitasi pemerintah maupun yang dibuat secara swadaya. Prasarana penunjang: - Parasarana persampahan pada penyediaan bak sampah setiap RW dan adanya sistem pengangkutan secara berkala ke TPS/TPA. - Tersedia dan mencukupinya air bersih yaitu dapat melayani kegiatan industri dan permukiman. - Tersedia dan mencukupinya energi listrik yaitu dapat melayani kegiatan industri dan permukiman. - Tersedia dan mencukupinya kebutuhan jaringan komunikasi yaitu dalam bentuk, jaringan telepon kabel, terlayani sinyal seluler, jaringan internet dan terdapat internet portab le (wi-fi). (3) Asksesibiltas dapat dilihat dari ketersediaan akses jaringan jalan yang baik dan rute moda angkutan umum yang melalui wilayah penelitian. (4) Ketersediaan lahan (DDi) yang dilihat dari selisih antara peruntukan lahan pada arahan RDTR Kota Surakarta dan peruntukan lahan exsisting pada kawasan (SLi) yang selanjutnya dibandingkan dengan kebutuhan lahannya (DLi) (Muta’ali:2015). Variabel operasional di atas diukur dengan teknik pengumpulan data observasi lapangan dan kuisioner. Selanjutnya, teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik analisis Analytical Hierarky Proccess (AHP) dan Skoring. Maka, teknik pengumpulan data dengan kuisioner dibagi menjadi dua yaitu kuisioner untuk pelaku usaha industri/ tenaga kerja industri dengan jumlah sampel 56 (lima puluh enam) responden dan kuisioner untuk para ahli (AHP) dengan jumlah sampel 30 (tiga puluh) ahli/pakar (saaty: 2008) yang berasal dari pemerintahan, akademisi, dan organisasi masyarakat/pelaku usaha industri kerajinan sangkar burung. Berikut merupakan tahapan dari masing-masing teknik analisis di atas: (1) Teknik Analisis AHP Teknik analisis AHP digunakan untuk menentukan bobot atau prioritas dari setiap variabel peneltian berdasarkan pendapat para ahli. Prioritas atau bobot dari setiap variabel penelitian akan digunakan sebagai salah satu input dari teknik analisis skoring. Pada teknik analisis ini, jawaban para ahli disintesis dan dihitung consistency ratio (CR), dapat diterima jika CR< 0,1 (saaty, 2008). Jika diterima, maka dapat dilanjutkan untuk menghitung prioritas tiap variabel. (2) Teknik Analisis Skoring Teknik analisis skoring digunakan untuk menarik kesimpulan dari tingkat kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan penelitian ini. Berikut merupakan tahapan dari teknik analisis skoring pada artikel ini: Menentukan skor indikator dari masing-masing variabel yaitu, skor 1 (sangat tidak siap), skor 2 (tidak siap), skor 3 (agak siap), skor 4 (siap), dan skor 5 (sangat siap). Skor dibagi menjadi 5 (lima) kategori sesuai dengan tingkat kesiapannya. Menentukan skor setiap variabel dengan mencari rata-rata skor setiap variabel penelitian berdasarkan data dan analisis setiap variabel penelitian. #$%$ − '$%$ (()$*) = ∑(,- - ) . - Mengkalikan antara skor setiap variabel penelitian dengan bobot/prioritas dari hasil analisis AHP Menentukan interval kesiapan dengan rumus: Interval = 789:8 ;:<=8;:9>?89:8 ;8?8;:9 @A;9:B CD9:= = E> E = 0,80 Tabel 2. Ketentuan Skor Komponen Kesiapan Pengembangan Kawasan Skor Keterangan 5,00 – 4,20 Sangat Siap 4,19 – 3,40 Siap 3,39 – 2,60 Agak Siap 2,59 – 1,80 Tidak Siap 1,79 – 1,00 Sangat Tidak Siap ## Sumber: Peneliti, 2017 Menentukan nilai kesiapan dari pengembangan kawasan berdasarkan kategori dari interval yang telah ditentukan. ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data sesuai dengan metode penelitian pada pembahasan sebelumnya, maka akan dijabarkan hasil dan pembahasan artikel ini. Adapun dua hal yang akan disampaikan, yaitu pembahasan hasil dari analisis AHP, dan analisis skoring (penentuan tingkat kesiapan aspek spasial kawasan secara keseluruhan). Berikut merupakan penjabaran dari hal-hal di atas: (1) Prioritas/bobot setiap variabel Berdasarkan hasil kuisioner kepada 30 pakar/ahli, maka dapat disintesa kedalam matrik perbandingan berpasangan dengan rata-rata geometri (GM). Selanjutya, diuji nilai consistency ratio (CR) dengan rumus CR = CI/RI maka, CR = 0,0023/1,45 = 0,0016. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jawaban dari para ahli adalah konsisten dan dapat diterima karena nilai CR < 0,1. Setelah mengetahui nilai rasio konsistensi, maka matrik perbandingan berpasangan degan rata-rata geometri di atas dapat dimasukkan ke dalam software expert choice 11 untuk dicari prioritas/bobot dari masing-masing variabel. Berikut merupakan hasil dari analisis prioritas/bobot dari setiap variabel: Tabel 3. Hasil Analisis Prioritas/Bobot setiap Variabel Variabel Prioritas/bobot Lingkungan Kreatif 27,77% Infrastruktur Penunjang 25,71% Aksesibilitas 25,13% Ketersediaan Lahan 21,39% Sumber: Analisis Peneliti, 2017 (2) Kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan Kesiapan aspek spasial akan diukur dengan teknik analisis skoring dengan mencari skor kesiapan setiap variabel. Selanjutnya, dari skor-skor kesiapan setiap variabel dikalikan dengan prioritas/bobot variabelnya, sehingga dapat dihitung skor kesiapan akhir penelitian ini. Berikut merupakan pembahasan dari kesiapan setiap variabel penelitian ini: ## Lingkungan kreatif (Klaster industri) Semakin meklaster pola persebaran dari industri kerajinan sangkar burung di wilayah penelitian maka semakin mudah terwujudnya lingkungan kreatif pada kawasan (Richards, 2011). Dari hasil analisis pola persebaran industri kerajinan sangkar burung di wilayah penelitian maka didapatkan hasil T=0,35 (memiliki pola persebaran mengelompok/klaster). Dengan demikian pada wilayah penelitian sangat berpotensi untuk diwujudkan lingkungan kreatif yang memanfaatkan klaster industri kreatif kerajinan sangkar burung. Hal tersebut juga dapat menjadi daya tarik wisata dari wilayah penelitian. Selain itu, dengan pola persebaran industri kerajinan yang mengelompok/klaster maka kawasan memiliki efisiensi dan efektifitas yang tinggi dalam pengelolaan/manajemen pada kawasan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesiapan dari variabel lingkungan kreatif masuk kedalam katagori tingkat kesiapan sangat tinggi (sangat siap). ## Infrastruktur Penunjang Infrastruktur penunjang pada wilayah penelitian dibagi menjadi dua sub-variabel yaitu, sarana penunjang dan prasarana penunjang. Berikut merupakan pembahasan dari masing-masing hal tersebut: o Ketersediaan Sarana penunjang ( Showroom ) Pada sub-variabel sarana penunjang, akan ditinjau dari beberapa tiga parameter yaitu, (1) tersedianya showroom di wilayah penelitian; (2) showroom disediakan untuk kepentingan bersama-sama bukan pribadi; (3) showroom yang ada merupakan fasilitasi pihak pemerintah. Parameter di atas akan diukur dengan indikator yang telah ditentukan pada bab sebelumnya. Adapun instrument survey yang digunakan yaitu kuisioner dan observasi lapangan. Berdasarkan data hasil kuisioner menunjukkan bahwa 94,64% menjawab bahwa tidak ada showroom di wilayahnya. Selanjutnya, hanya 5,36% yang menjawab bahwa ada showroom yang telah disediakan oleh pemerintah dan digunakan untuk bersama-sama yaitu showroom dari dinas koperasi dan UKM yang terletak dibelakang kampus UNS. Dengan demikian skor rata-rata dari sub-variabel sarana penunjang sebesar 1,21. Jadi, dapat disimpulkan sub-variabel sarana penunjang pada kawasan memiliki tingkat kesiapan sangat rendah (sangat tidak siap). ## Sumber: Peneliti, 2017 Gambar 1. Peta Persebaran Industri Kerajinan Sangkar Burung di Kelurahan Mojosongo Tabel 4. Hasil Perhitungan Pola Persebaran Industri Kerajinan Sangkar Burung di Kelurahan Mojosongo Indikator Skor Indikator Hasil Penelitian Skor Pola penyebaran industri reguler (1,41 – >2,1491) 1 T = 0,35 maka dapat disimpulkan persebaran industri kerajinan sangkar burung di wilayah penelitian (Kelurahan Mojosongo) memiliki pola persebaran mengelompok (klaster) 5,00 Pola penyebaran industri reguler (1,41 – 2,1491) 2 Pola penyebaran industri random (0,71 – 1,40) 3 Pola penyebaran industri clustered 0.70 4 Pola penyebaran industri clustered (0,00 - < 0.70) 5 Sumber: Analisis Peneliti, 2017 o Prasarana penunjang - Ketersediaan dan kapasitas prasarana persampahan Parameter pada prasarana persampahan, yaitu (1) ketersediaan sistem pengangkutan sampah; (2) sampah/limbah sisa kerajinan harus dibuang ke tempat sampah/bak sampah; (3) ketersediaan bak sampah tiap RW dengan ukuran minimal 15m 2 ; (4) ketersediaan dan kondisi TPS atau TPA; (5) jarak TPS atau TPA ke kawasan industri kerajinan sangkar burung maksimal 1 km (Permen PU RI No.03/PRT/M/2013 dan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan). Berdasarkan dari data dan analisis pada parameter prasarana persampahan di atas, makan dapat kita sintesis untuk mendapatkan skor dari parameter ini dengan membandingkannya dengan ketentuan skor indikator yang ada. Berdasarkan hal di atas dapat disimpukan bahwa tingkat kesiapan prasarana persampahan pada wilayah penelitian masuk kedalam kategori tingkat kesiapan sedang (agak siap). Pengembangan prasarana persampahan pada wilayah penelitian masih memerlukan cadangan lahan untuk dialokasikan sebagai peruntukan prasarana persampahan. Sehingga, perlu diketahui terlebih dahulu ketersediaan lahan dari wilayah penelitian. Tabel 5. Hasil Penelitian Tentang Prasarana Persampahan Parameter Hasil Penelitian Skor Memenuhi Tidak memenuhi Tersedianya bak 10-15 meter kubik di setiap RW v 3 Sampah dibuang ketempat sampah v Tersedianya sistem pengakutan sampah secara berkala v Tersedianya TPS dengan luas minimal 200m 2 atau TPA v Jarak TPS/TPAmaksimal 1 km dari kawasan industri kerajinan v Sumber: Analisis Peneliti, 2017 Sumber: Peneliti, 2017 Gambar 2. Peta Prasarana Persampahan di Kelurahan Mojosongo - Ketersediaan dan kapasitas prasarana air bersih Parameter prasarana air bersih adalah tersedianya kebutuhan air bersih bagi pelaku usaha kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo. Prasarana air bersih digunakan untuk kebutuhan panunjang kegiatan industri kerajinan sangkar burung. Industri kerajinan sangkar burung termasuk kedalam jenis industri kecil atau industri rumah tangga. Karena jumlah tenaga kerjanya tidak lebih dari 5 orang dan kawasan industrinya menyatu dengan permukiman (Kuncoro dalam Mawaddah, 2003). Maka dari itu kebutuhan air bersih sangat diperlukan pada industri yang memiliki jenis industri rumah tangga ini. Air bersih digunakan untuk proses pelengkungan bambu dan tahap finishing . Pada wilayah penelitian prasarana air bersih mayoritas menggunakan PDAM dan sudah mampu mencukupi > 30 liter/hari untuk keperluan industri rumah tangga kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo (SNI 03-1733-2004). Jaringan PDAM sudah sampai ke masing-masing rumah tangga di wilayah penelitian termasuk industri rumah tangga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan dari prasarana air bersih pada wilayah penelitian masuk kedalam kategori kesiapan sangat tinggi (sangat siap) dengan skor rata- rata sebesar 4,92. - Ketersediaan dan kapasitas prasarana listrik Parameter prasarana listrik adalah tersedianya kebutuhan listrik bagi pelaku usaha kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo. Prasarana listrik pada penelitian ini dapat menunjang kegiatan produksi industri kerajinan sangkar burung pada kawasan. Listrik sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penggunaan alat-alat produksi berteknologi yang membutuhkan tenaga listrik sebagai pembangkitnya seperti bor elektrik, pelengkung bambu, pemotong elektrik, penghalus elektrik, pengcatan semprot dan alat elektrik lainnya (Munawir, dkk, 2015). Pada wilayah penelitian prasarana listrik mayoritas pelaku usaha kerajinan sangkar burung menggunakan PLN dengan besaran daya rata-rata 450-900 VA di setiap industri kerajinan sangkar burung. Berdasarkan SNI 03-1733-2004 terkait prasarana permukiman, menunjukkan bahwa dengan kondisi tersebut maka kebutuhan listrik pada wilayah penelitian sudah mencukupi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan prasarana listrik pada wilayah penelitian masuk kedalam kategori tingkat kesiapan tinggi (siap) dengan skor rata-rata sebesar 4,11. - Ketersediaan dan kapasitas prasarana telekomunikasi Parameter prasarana komunikasi adalah tersedianya kebutuhan jaringan komunikasi bagi pelaku usaha kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo. Parameter ini diukur dengan indikator yang telah ditetukan. Prasarana komunikasi pada artikel ini diguakan untuk menunjang kegiatan produksi maupun pemasaran dari industri kerajinan sangkar burung. Prasarana komunikasi ini berupa saluran telekomunikasi yang dimiliki oleh pelaku usaha industri kerajinan sangkar burung di wilayah penelitian adalah saluran telepon rumah. Dengan adanya prasarana komunikasi yang memadai maka segala sesuatu dapat diakses dengan cepat tanpa berpindah tempat. Pada wilayah penelitian mayoritas pelaku usaha industri kerajinan sangkar burung hanya memiliki satu saluran telekomunikasi yaitu hanphone . Hal ini masih tergolong kurang, karena pada SNI 03-1733-2004, mengatakan bahwa minimal setiap rumah tangga memiliki 1-2 saluran telekomunikasi. Maka dari itu dapat disimpulkan tingkat kesiapan prasarana komunikasi pada wilayah penelitian masuk kedalam kategori tingkat kesiapan sedang (agak siap) dengan skor rata-rata sebesar 2,93. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan prasarana komunikasi pada wilayah penelitian seperti saluran telepon rumah agar dapat memenuhi kebutuhan komunikasi dalam menunjang pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo. Prasarana telekomunikasi ini dapat menunjang pemasaran dan prosmosi produk kerajinan sangkar burung. Tabel 6. Hasil Kuisioner Tentang Prasarana Kawasan Sumber: Analisis Peneliti, 2017 ## Aksesibilitas Asksesibilitas pada artikel ini dilihat dari dua parameter yaitu akses jaringan jalan dan rute moda transportasi. Berikut merupakan pembahasan terkait kesiapan dari masing-masing komponen terhadap pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo. o Ketersediaan dan kondisi akses jaringan jalan Ketersediaan akses jaringan jalan pada artikel ini dilihat dari kondisi dan kapasitas jaringan jalan yang ada pada wilayah penelitian. Dengan adanya akses jaringan jalan yang baik akan memudahkan Sarana Showroom Indikator Persentase Skor Tidak tersedia showroom 95% Tersedia dan memenuhi ke 2 (dua) kriteria lainnya pada parameter dan ada disetiap showroom di wilayah penelitian 5% 1,21 Prasarana Air Bersih Bukan PDAM dengan mencukupi kebutuhan air bersih 30 liter/hari 4% 4,92 PDAM dan jaringan sampai dengan sambungan rumah dengan mencukupi kebutuhan >30 liter/hari 96% Prasarana Listrik Setiap unit rumah tangga dilayani PLN dengan daya listrik 450 VA 11% 4,11 setiap unit rumah tangga dilayani PLN dengan daya listrik 450-900 VA 68% setiap unit rumah tangga dilayani PLN dengan daya listrik >900 VA 21% Prasarana Telekomunikasi Belum tersedia, namun akan diadakan 7% 2,93 Memiliki 1 sambungan/rumah 93% pengunjung untuk mengakses destinasi wisata dan bermobilisasi pada wilayah penelitian (Cooper dalam Adiati, 2014). Ketersediaan dan kecukupan akses jaringan jalan dapat diukur dengan adanya akses jalan yang memiliki kriteria sesuai dengan jenis jalannya. Sintesa skor untuk parameter ini dapat dilakukan dengan membandingkannya dengan indikator yang telah di tentukan. Berikut merupakan tabel sintesa skor ketersediaan akses jaringan jalan. Tabel 7. Skor Ketersediaan Akses Jaringan Jalan Indikator Skor Indikator Hasil Penelitian Sko r - Jalan Arteri dengan lebar < 7 meter dan kondisi berlubang atau bergelombang (bukan aspal) - Jalan Kolektor dengan lebar <6 meter dan kondisi berlubang atau bergelombang (aspal) - Jalan lokal: lebar jalan <2 m (bukan aspal) kondisi tidak berlubang - Jalan lingkungan: <1m (bukan aspal) kondisi buruk 1 - Jalan Arteri, lebar 16m, kondisi bergelombang, perkerasan aspal - Jalan Kolektor, lebar 6-8m, kondisi baik, perkerasan aspal - Jalan Lokal, lebar 4-10m, kondisi baik, perkerasan aspal - Jalan Lingkungan, lebar 2-4 meter, kondisi baik, perkerasan aspal 5,00 - Jalan Arteri dengan lebar < 7 meter dan kondisi baik (aspal) - Jalan Kolektor dengan lebar <6 meter dan kondisi baik (aspal) - Jalan lokal: lebar jalan 2m > x < 5 m (bukan aspal) kondisi tidak berlubang - Jalan lingkungan: 1m > x < 2m (bukan aspal) kondisi tidak berlubang 2 - Jalan Arteri dengan lebar =7 meter dan kondisi baik (aspal) - Jalan Kolektor dengan lebar =6 meter dan kondisi baik (aspal) - Jalan lokal: lebar jalan 2m > x < 5 m (bukan aspal) kondisi tidak berlubang - Jalan lingkungsn: 2m> x < 3m (aspal) kondisi tidak berlubang 3 - Jalan Arteri dengan lebar Primer = 8 meter dan kondisi baik (aspal) - Jalan Kolektor dengan lebar = 7 meter dan kondisi baik (aspal) - Jalan lokal: lebar jalan 2m > x < 5 m (aspal) kondisi tidak berlubang - Jalan lingkungan: 3m > x < 4m (aspal) kondisi tidak berlubang 4 - Jalan Arteri Primer >8 meter dan kondisi baik (aspal) - Jalan Kolektor dengan lebar >7 meter dan kondisi baik (aspal) - Jalan lokal: lebar jalan >5 m (aspal) kondisi tidak berlubang - Jalan lingkungsn: = 4m (aspal) kondisi tidak berlubang 5 Sumber: Analisis Peneliti, 2017 ## Sumber: Peneliti, 2017 Gambar 3. Peta Jaringan Jalan di Kelurahan Mojosongo Sumber: Peneliti, 2017 Gambar 4. Peta Lebar Jalan di Kelurahan Mojosongo Pada wilayah penelitian kondisi dari jaringan jalan sudah tergolong kedalam kategori yang sangat baik, karena perkerasan jalan pada wilayah penelitian sudah menggunakan perkerasan aspal dengan kondisi rata-rata baik walaupun masih terdapat satu ruas jalan dengan kondisi jalan yang bergelombang yaitu pada jalan asteri primer pada wilayah penelitian, namun hal tersebut wajar karena jalan sering dialui oleh moda angkutan berat seperti truk, bus, dan moda angkutan berat lainnya. Selanjutnya, lebar jalan sudah sesuai dengan lebar dari jenis jalan yang seharusnya yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/Kpts/M/2001 dan SNI 03-6967-2003. Dapat dikatakan bahwa kesiapan dari akses jaringan jalan pada wilayah penelitian masuk kedalam kategori tingkat kesiapan sangat tinggi (sangat siap). Hal tersebut dapat menjadi potensi kawasan jika dikembangkan sebagai kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung, karena kondisi akses jaringan jalannya baik dan dapat memudahkan mobilisasi wisatawan pada wilayah penelitian. Sumber: Peneliti, 2017 Gambar 5. Peta Kondisi Jalan di Kelurahan Mojosongo o Ketersediaan rute moda transportasi umum Ketersediaan rute moda transportasi umum pada kawasan pariwisata sangat berpengaruh terhadap aksesibilitas kawasan, karena dapat memudahkan wisatawan untuk dapat menuju atau mengakses destinasi wisata yang dituju (Gunn & Turgut, 2002). Pada wilayah penelitian terdapat rute moda angkutan umum berupa angkot sebanyak dua rute). Instrument survei yang digunakan untuk mengukur indikator pada parameter ini yaitu menggunakan observasi lapangan dan survei data sekunder. Berdasarkan hasil survei, pada kawasan penelitian, terdpat 2 (dua) jalur (koridor) angkutan umum yang melintas melaui kawasan yaitu, koridor 8 (delapan) dan koridor 9 (sembilan). Jenis angkutan umum yang melewati kawasan penelitian adalah jenis moda angkutan kota (Angkot). Agar dapat mengakses koridor 8 dan 9 pada moda angkot yang melintasi kawasan, sebelumnya pengunjung harus menggunakan bus kota (BST). Selain itu, setelah pengunjung turun di kawasan penelitian, untuk mencapai kawasan industri kerajinan sangkar burung dapat ditempuh dengan berjalan kaki dengan jarak <800m. Seharusnya pemerintah dapat mengadakan rute moda transportasi berupa bus yang melalui wilayah penelitian, sehingga dapat lebih meningkatkan aksesibilitas kawasan bagi pengunjung yang datang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesiapan pada rute moda angkutan umum masuk kedalam kategori tingkat kesiapan sedang (agak siap). ## Sumber: Peneliti, 2017 Gambar 6. Peta Rute Moda Angkutan Umum di Kelurahan Mojosongo ## Ketersediaan lahan Variabel ketersediaan lahan akan diukur dengan 2 (dua) parameter yaitu: (1) Ketersediaan lahan dilihat dari ada atau tidaknya arahan RDTRK Surakarta tahun 2011-2013 terkait penggunaan lahan yang dapat dijadikan pengembangan infrastruktur kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung; dan (2) Ketersediaan lahan dilihat dari perbandingan luasan antara kebutuhan ruang untuk pengembangan infrastruktur kawasan dengan ketersediaan lahan pada kawasan yang ada pada arahan RDTRK Surakarta tahun 2011-2013. Berdasarkan data hasil survey observasi lapangan bahwa terdapat 125 (seratus duapuluh lima) titik industri kerajinan sangkar burung di wilayah penelitian (Kelurahan Mojosongo) yang tersebar di beberapa RW yaitu di RW 2, RW 3, RW 4, RW 7, RW 9, RW 11, dan RW 34. Selanjutnya, berdasarkan hasil kuisioner menunjukkan bahwa 96,43% mengatakan bahwa showroom dibutuhkan pada wilayah penelitian jika dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Selanjutnya, sebanyak 60,71% dari responden mengatakan bahwa sarana persampahan dibutuhkan jika kawasan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Sedangkan, infrastruktur lainnya hanya memiliki persentase sangat kecil yaitu sarana peribadatan (5,36%), sarana penginapan (3,57%), dan WC/Toilet Umum (3,57%). Jadi, dapat disimpulkan yang memiliki total persentase yang terbesar merupakan infrastruktur yang dibutuhkan pada kawasan, jika suatu saat akan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung. Infrastruktur itu adalah Showroom dan Sarana Persampahan. Selanjutnya, berikut merupakan data hasil survey data sekunder yaitu melihat ketersediaan lahan dilihat dari arahan pola ruang pada RDTR Kota Surakarta tahun 2011-2031 dan peruntukan lahan eksisting pada wilayah penelitian. Dari hasil survey tersebut didapatkan data sebagai berikut. Tabel 8. Perbandingan Antara Luasan Arahan Peruntukan Lahan RDTR Kota Surakarta tahun 2011-2031 dengan Peruntukan Lahan Eksisting pada Wilayah Penelitian Arahan Peruntukan Lahan RDTR Kota Surakarta tahun 2011-2031 pada Wilayah Penelitian Peruntukan Lahan Eksisting pada Wilayah Penelitian Selisih (m 2 ) Peruntukan Lahan Luas (m 2 ) Peruntukan Lahan Luas (m 2 ) Pengolahan Sampah 4.159,933 Pengolahan Sampah 2.730,452 1.429,48 Perdagangan Jasa 143.121,1 Perdagangan 139.497 3.624,08 Arahan Peruntukan Lahan RDTR Kota Surakarta tahun 2011-2031 pada Wilayah Penelitian Peruntukan Lahan Eksisting pada Wilayah Penelitian Selisih (m 2 ) Peruntukan Lahan Luas (m 2 ) Peruntukan Lahan Luas (m 2 ) Jasa Sumber: Analisis Peneliti, 2017 Berdasarkan hal di atas dapat dihitung perbandingan antara kebutuhan lahan dari sarana showroom dan prasarana persampahan (berupa bak berukuran 10 m 2 / RW yang terdapat industri sangkar burung). Berikut merupakan tabel hasil analisis variabel ketersediaan lahan pada wilayah penelitian. Tabel 9. Analisis Ketersediaan Lahan pada Wilayah Penelitian Jenis Sarana Kebutuhan Lahan (DLi) Lahan yang Tersedia (SLi) Ketersediaan lahan (DDi) Skor Showroom Jumlah titik industri kerajinan sangkar burung = 125 titik, dikalikan dengan satandar luasan showroom = 100m 2 = 12500m 2 Showroom dapat dikatagorikan sebagai peruntukan lahan perdagangan dan jasa maka dari itu lahan yang tersedia berdasarkan arahan RDTR Kota Surakarta dikurang dengan peruntukan lahan eksistingnya pada wilayah penelitian yaitu seluas 3624,08 m 2 DDi = 0,3 2 Sarana Persampahan Jumlah RW yang terdapat industri kerajinan sangkar burung = 7 RW, di kalikan dengan standar ukuran bak sampah setiap RW = 10m 2 = 70 m 2 Sarana bak sampah setiap RW dapat dikatagorikan sebagai peruntukan lahan pengelolaan sampah pada arahan RDTR Kota Surakarta yang dikurangi dengan luasan eksistingnya pada wilayah penelitian yaitu seluas 1429,48 m 2 DDi = 20,4 5 ## Sumber: Analisis Peneliti, 2017 Ketersediaan lahan untuk sarana showroom pada wilayah penelitian dapat dikatakan rendah karena nilai DDi (keterediaan lahan) adalah 0,3 yang seharusnya bernilai 1 (kebutuhan lahan dan supply lahannya sama luas). Selanjutnya, untuk ketersediaan untuk pengembangan prasarana persampahan dapat dikatakan memiliki ketersediaan lahan yang sangat tinggi, karena memiliki DDi (ketersediaan lahan) adalah 20,4 (Muta’ali, 2015). Hal itu menunjukkan ketersediaan lahan untuk prasarana persampahan masih banyak tersedia pada wilayah penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan pada wilayah penelitian masuk kedalam kategori tingkat kesiapan sedang (agak siap). Hal tersebut karena masih perlu adanya penambahan peruntukan lahan untuk sarana showroom dengan menambah luasan lahan yang diperuntukkan sebagai perdagangan dan jasa pada arahan pola ruang kawasan. Hal tersebut tentunya hanya dapat dilakukan oleh pihak yang memiliki wewenang dalam pembuatan kebijakan terkait peraturan peruntukan lahan pada kawasan yaitu pemerintah. Berdasarkan kesiapan setiap variabel yang telah dibahas di atas, maka kesiapan pengembangan kawasan didapat dari akumulasi skor dari masing-masing komponen pengembangan kawasan yang dikalikan dengan bobotnya. Berikut merupakan sintesa kesiapan pengembangan kawasan pada wilayah penelitian. Tabel 10. Hasil Skoring Kesiapan Aspek Spasial pada Pengembangan Kawasan Variabel Sub Variabel Rata-Rata Skor Varibel Tingkat Kesiapan Bobot (%) Skor variabel x Bobotnya Sangat tidak siap Tidak siap Agak siap Siap Sangat siap Lingkungan kreatif - 5, 00 v 27,77% 1,39 Infrastruktur Sarana 2,42 v 25,71% 0,62 Prasarana v Aksesibilitas - 4, 00 v 25,13% 1, 01 Ketersediaan Lahan - 3,50 v 21,39% 0,75 Variabel Sub Variabel Rata-Rata Skor Varibel Tingkat Kesiapan Bobot (%) Skor variabel x Bobotnya Sangat tidak siap Tidak siap Agak siap Siap Sangat siap Lingkungan kreatif - 5, 00 v 27,77% 1,39 Tingkat Kesiapan Pengembangan Kawasan Siap 3,77 ## Sumber: Analisis Peneliti, 2017 Dari kategori di atas, skor kesiapan (3,77) berdasarkan hasil analisis pada artikel ini berada pada katagori siap atau dapat dikatakan sebagai kawasan yang memiliki kesiapan aspek spasial yang tinggi jika dikembangkan sebagai kawasan pariwisata berbasis industri rumah tangga kreatif kerajinan sangkar burung. ## 5. KESIMPULAN Kelurahan Mojosongo berpotensi dan diarahkan sebagai kawasan pengembangan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung. Dalam pengembangan kawasan tentunya harus memperhatikan kesiapan kawasanya. Artikel ini membahas terkait kesiapan pengembangan kawasan pada aspek spasial (fisik ruang). Pola persebaran industri pada wilayah penelitian memiliki pola persebaran mengelompok (klaster), hal tersebut sangat berpeluang untuk diwijudkan sebagai lingkungan kreatif industri kerajinan sangkar burung. Selain itu, kawasan akan mudah untuk dikelola karena dengan pola persebaran mengelompok (klater) akan memiliki efisiensi dan efektifitas secara spasial. Selanjutnya, prasarana penunjang pada kawasan sudah cukup memadai mulai dari pasarana persampahan, prasarana air bersih, prasarana listrik, dan prasarana telekomunikasi. Namun, untuk sarana penunjang kawasan berupa showroom, masih belum tersedia pada kawasan. Seharusnya, pemerintah dapat bekerja sama dengan masyarakat pelaku usaha untuk mengadakan sarana showroom tersebut. Jika dilihat dari ketersediaan lahannya, pada wilayah penelitian, sudah tersedia lahan untuk pengembangan sarana showroom, namun secara luasan masih agak kurang. Ketersediaan lahan untuk pengembangan prasarana persampahan berupa bak setiap RW sudah tersedia dan secara luasan sudah mencukupi. Berikutnya, aksesibilitas pada kawasan sudah baik, karena kondisi dan kapasitas dari akses jaringan jalan ada wilayah penelitian sudah memenuhi standar. Selain itu, ketersediaan rute moda agkutan umum yang melalui kawasan sudah tersedia, namun jenis moda trasportasi umum yang melalui wilayah penelitian berupa angkot. Perlu penambahan terkait jalur rute angkutan umum berupa bus di Kota Surakarta, agar dapat melintasi wilayah penelitian, sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas kawasan jika dikembangkan sebagai kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung. Jadi, dapat disimpulkan kesiapan kawasan pada aspek spasial pada wilayah penelitian secara keseluruhan masuk kedalam kategori tingkat kesiapan tinggi (Siap). Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rekomendasi yang diajukan kepada pemerintah dan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut. 1. Untuk pemerintah setempat: • Instansi terkait pengembangan kawasan perlu bekerja sama dengan kelompok masyarakat maupun kelembagaan swasta terkait pengadaan sarana showroom untuk memamerkan dan menjual produk kerajinan sangkar burung bagi pelaku usaha pada wilayah penelitian. • Penyediaan lahan untuk sarana dan prasarana dalam pengemangan kawasan perlu diperhatikan oleh stakeholder terkait. • Dinas Pariwisata, BAPPPEDA, dan Dinas Perhubungan Kota Surakarta seharusnya bekerjasama terkait pengitegrasian wilayah penelitian dengan objek-objek wisata di Kota Surakarta melalui pengadaan paket wisata dan pengembangan rute moda angkutan uum berupa bus yang melaui wilayah penelitian. 2. Untuk penelitian selanjutnya: • Perlu penelitian yang lebih spesifik untuk membahas masing-masing komponen kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung secara lebih mendalam dan mendetail. • Penelitian ini belum membahas terkait aspek sosial secara spesifik, seperti partisipasi masyarakat, sosial budaya, dan komponen aspek sosial lainnya yang sekiranya dapat berpengaruh pada pengembangan kawasan kedepannya. ## DAFTAR PUSTAKA ## Buku Adisasmita, Rahardjo. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang . Yogyakarta: Graha Ilmu. Adisasmita, Rahardjo. 2014. Ekonomi Tata Ruang Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bintarto, R., Hadisumarno S. 1982. Metode Analisa Geografi . Jakarta: LP3ES. Departemen Perdagangan RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 : Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 – 2015. Gunn, Clare A with Turgut Var. 2002. Tourism Planning Basic, Concepts, Cases . New York: Routledge. Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar . Bandung: Bumi Aksara. Muta’ali, Luthfi. 2015. Teknik Analisis Regional . Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) UGM. Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata-Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta: Rineka Cipta. ## Jurnal Adiati, Maria P dan Basalamah, A. 2014. Kondisi Pariwisata Berkelanjutan Di Bidang Sosial Budaya Berdasar Pengalaman Dan Harapan Pengunjung Di Pantai Tanjung Papuma, Jember . Jakarta Barat: Binus Business Review Vol. 5 No. 1. Mawaddah, Alina Masda. 2013. Distribusi dan Karakteristik Industri Rumah Tangga Pangan di Kecamatan Ungaran Barat. Semarang: Skripsi Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial. Munawir, H dkk. 2015. Analisis Supply Chain Management Industri Kerajinan Sangkar Burung Di Surakarta . Surakarta: Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 3. Redlener, Irwin, dkk. 2006. National Preperedness Planning: The Historical Context and Current State of The U.S. Public’s Readiness, 1940-2005 . The Trustees of Coloumbia University in te City of New York: Journal of International Affairs, Spring/Summer 2006, Vol. 59, No.2. Richards, Greg. 2011. Creativity and Tourism The State of Arts . Netherlands: Annals of Tourism Reaseacrh Vol. 38 No. 4. Saaty, T.L. 2008. Decision making with the analytic hierarchy process, Int. J.Services Sciences, Vol. 1, No. 1. Suyatmi, Pujihartati, Sri Hilmi., Bambang. 2014. Seni, Budaya dan Industri Kreatif Masyarakat Pedesaan Untuk Pariwisata. Surakarta: Laporan Penelitian Hibah Unggulan Fakultas. UNIDO. 2007. Creative Industries and Micro & Small Scale Enterprise Development . Zakaria, Faris, dkk. 2014. Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan . Institute Teknologi Bandung: Jurnal Teknik POMITS Vol.3, No.2. ## Dokumen Pemerintah Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 534/Kpts/M/2001 tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No.03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan Rumah Tangga dan Sejenisnya. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta tahun 2011-2031. Rencana Detail Tata Ruang Kota Surakarta tahun 2011-2031. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan. SNI 03-6967-2003 tentang Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan Perumahan.
e57e6667-3bea-44b4-96be-7f010a811012
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/article/download/23864/18717
## INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF BENTUK KERJA SAMA KELOMPOK PRIMER PARA SISWA ## MA NURUL FALAH Oleh: Surahman Ardiansyah (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk interaksi sosial asosiatif kerja sama kelompok primer para siswa di MA Nurul Falah Desa Teluk Pakedai II Kecamatan Teluk Pakedai Kebupaten Kubu Raya. Menggunakan pendekatan kualitatif metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Alat pengumpul data yaitu panduan observasi, panduan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan interaksi sosial asosiatif terlaksana dengan baik. Dibuktikan dengan gotong-royong membersihkan lingkungan sekolah, membersihkan masjid, kegiatan pemasangan kipas angin dan membersihkan sampah. Kata Kunci: Interaksi Sosial Asosiatif, Kelompok Primer. Abstract: This study was interseted to determine the form of social interactions associative cooperation of primary groups of students in MA Nurul Falah Village Teluk Pakedai sub District Teluk Pakedai Kubu Raya District. Using a qualitative approach descriptive method. Data collection techniques are observation, interview, and documentation study. Data collection tools are observation guides, interview guides and documentation. The results of this study showed that associative social interaction performed well. Proven with mutual assistance to clean up the school environment, clean the mosque, fan installation activities and clean up the garbage. Keywords: Learning Activities, Smokers Student, Senior High School . ## Pendahuluan Manusia disamping sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk sosial, maka semenjak saling berinteraksi dengan sesamanya, telah ada usaha-usaha dari orang yang telah mampu dalam hal-hal tertentu untuk mempengaruhi pihak-pihak lain dalam lingkungan teman bergaul mereka untuk kemajuan dan kepentingan yang bersangkutan melalui interaksi sosial di dalam masyarakat. Selanjutnya menurut Elly dan Kolip (2013:77) di dalam interaksi sosial terdapat yang namanya proses sosial asosiatif, yakni “proses sosial di dalam realitas sosial anggota-anggota Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 8. No. 2. Oktober 2017 76 masyarakatnya dalam keadaan harmoni yang mengarah kepada kerja sama”. Kemudian menurut James D. Thompson (dalam Soekanto dan Sulistyowati, 2015:67) ada lima bentuk kerja sama yaitu, “kerja sama dalam bentuk kerukunan gotong royong dan tolong menolong, bargaining , kooptasi (cooptation) , koalisi (coalition) dan joint venture” . Kemudian dalam bargaining menurut Stephen P. Robbin (2002:209-211) ada pendekatan umum dalam bargaining (tawar-menawar), yakni “ tawar menawar distributif yakni tawar menawar yang berlangsung pada kondisi kalah menang dalam artian keuntungan yang didapat dari suatu pihak merupakan kerugian dari pihak lain dan tawar-menawar integratif yakni proses yang berlangsung dengan asumsi bahwa suatu atau lebih penyelesaian muncul dengan win-win solution ”. Selanjutnya menurut Homans (dalam Zulkarnain, 2013:18) mengungkapkan pendapat ahlinya mengenai interaksi sosial yang ada di dalam masyarakat yang disebut dengan „pendapat ahli AIS (activity interaction sentiment) , dengan konsepsi dasar yang berpijak pada dasar Semakin banyak seseorang melakukan kegiatan bersama orang lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kemudian semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin sering orang tersebut membagikan perasaan dengan orang lain, dan semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka akan semakin tinggi frekuensi interaksi dilakukan, berarti juga semakin sering aktivitas dilakukan. Sekolah MA Nurul Falah Teluk Pakedai yang berlokasi di Jln Parit Wa‟siakop Desa Teluk Pakedai II Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya yang memiliki siswa sebanyak 193 orang yang terdiri dari siswa kelas X sebanyak 93 siswa, kemudian kelas XI sebanyak 50 siswa dan kelas XII sebanyak 50 siswa, namun kelas X dan kelas XI masih di pisah menjadi dua kelas yakni kelas 10 A sebanyak 47 siswa, kemudian 10 B sebanyak 46 siswa, kemudian kelas XI A sebanyak 25 siswa dan kelas XI B sebanyak 25 siswa. Sedangkan kelas XII tidak ada pemisahan mereka dalam satu kelas berjumlah 50 orang siswa. Berdasarkan keterangan Kepala Sekolah pada saat wawancara pra riset pertama kepada bapak Akhmad Khairi pada hari Selasa tanggal 8 Maret pada jam 10.00 wib yang mengatakan bahwa di sekolah Aliyah Nurul Falah Teluk Pakedai ini hanya terdapat di kelas XII peserta didik yang mengalami putus/berhenti sekolah sebanyak 6 orang yang dikarenakan orang tua para siswa dirata-ratakan berpendidikan SD/MI/Paket A dan juga dalam hal pekerjaan dirata-ratakan sama sebagai petani yang melatarbelakangi hal tersebut tutur beliau. Kemudian Berdasarkan wawancara pra riset kedua dengan wali kelas XII bapak Mahfud yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2016 jam 11.00 wib melalui penuturan beliau mengenai siswa-siswi yang berkelompok pada kelas yang beliau pimpin memang ada dan dapat terlihat. Kemudian berdasarkan wawancara pra riset yang ketiga yang dilakukan hari Jum‟at pada tanggal 11 Maret pada jam 16.00 wib dirumah kediaman siswa yang merupakan salah satu para siswa yang berinisial IM yang mengatakan bahwa lebih merasa senang apabila menghabiskan waktu belajar pada saat di sekolah bersama-sama teman- teman dekatnya. Dalam hal ini peneliti menggali lebih dalam fenomena interaksi sosial asosiatif dalam bentuk kerja sama tersebut seperti pada proses observasi pra riset terlihat bentuk kerja sama pada aspek kerukunan terdapat gotong royong yang mana siswa-siswa di MA Nurul Falah secara berkelompok selalu membersihkan lingkungan sekolah, rumah ibadah milik warga yang berdekatan dengan bangunan sekolah. Kemudian aspek tolong menolong pada saat siswa kesulitan untuk sampai ke sekolah karena kendaraanya rusak maka teman- teman dekatnya akan berusaha tolong menolong temanya dengan memberikan tumpangan agar dapat pergi bersekolah bersama-sama karena berdasarkan observasi yang dilakukan jarak dari rumah siswa- siswa tersebut menuju ke sekolah berkisar paling dekat berjarak empat kilometer, atau ketika ada temanya sakit maka mereka akan berbondong untuk datang menjenguk dan membantu mengantarkan surat untuk temanya. Selanjutnya pada proses bargaining bagaimana siswa-para siswa berusaha melakukan interaksi yang dapat membuat berhasilnya proses bargaining yang mereka lakukan baik itu bargaining distributif maupun yang integratif agar memperoleh keuntungan untuk kelompok mereka bersama-sama untuk melihat bagaimana proses kerja sama yang mereka lakukan secara berkelompok dengan menghabiskan waktu bersama-sama untuk menciptakan suasana keharmonisan, nyaman dan membuat lingkungan pertemanan yang baik sehingga menciptakan kerja sama yang dapat membantu masing-masing dari mereka untuk tetap bertahan dan bisa menyelesaikan pendidikan sekolah menengah mereka. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan pengamatan lebih jauh tentang interaksi sosial asosiatif yang dilakukan kelompok primer para siswa di MA Nurul Falah Teluk Pakedai dalam bentuk kerukunan yakni pada aspek kegiatan gotong- royong dan tolong menolong kemudian pada aspek kegiatan bargaining (tawar-menawar) yang Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 8. No. 2. Oktober 2017 78 terdiri dari bargaining distributif dan integratif yang terlaksana dengan cukup baik sesuai dengan yang diharapkan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Sehingga dalam hal ini pendekatan tersebut digunakan untuk mendiskripsikan mengenai interaksi sosial asosiatif dalam bentuk kerja sama kelompok primer para siswa IPS di MA Nurul Falah pada siswa keluarga petani untuk menggambarkan bentuk kerja sama yang dilakukan siswa-siswa tersebut agar membantu mereka dalam mewujudkan tujuan kelompok mereka tersebut untuk tetap bersekolah dan menyelesaikan pendidikan menengah di sekolah MA Nurul Falah tersebut. Lokasi pada penelitian ini di lakukan di MA Nurul Falah, tepatnya di jalan Parit Wak Siakop RT. 4/RW. 1 Desa Teluk Pakedai II Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai alat utama dalam penelitian sehingga peneliti menentukan subjek dan objek dalam penelitian yang dilakukan dengan melakukan pemahaman, menghayati, dan bereaksi terhadap stimulasi yang terjadi di lapangan. Sesuai dengan fokus penelitian maka peneliti menggunakan dua sumber data penelitian yakni sumber data primer dan sekunder. Untuk dapat memperoleh data yang diinginkan maka peneliti menggunkan teknik pengumpulan data yakni teknik observasi terbuka, dalam hal ini menurut Poerwandi (dalam Imam Gunawan, 2015:143) observasi “merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita terlibat dalam proses mengamati”. Kemudian peneliti menggunakan teknik wawancara sejalan dengan pendapat W. Gulo (2010:119) menyatakan wawancara adalah “bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal”. Kemudian peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi dengan mengambil foto-foto dan mengumpulkan foto-foto tersebut dalam media penyimpanan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan panduan observasi, kemudian menggunakan panduan wawancara, alat dokumentasi. Selanjutnya pada teknik analisa data deskriptif peneliti menguraikan serta menghubungkan antara hasil wawancara mendalam dengan catatan lapangan sebagai hasil observasi, antara apa yang didengar dan apa yang dilihat secara cermat dalam kata-kata sehingga dapat membangun konsep yang lebih bermakna dalam mengkaji permasalahan penelitian. Kemudian pada pengujian keabsahan data dilakukan menurut Sugiyono (2016:366) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interval), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas). Pada uji credibility peneliti melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi yakni didalamnya menggunakan triangulasi sumber, kemudian menggunakan bahan referensi dan member check dalam artian mengecek kembali data di lapangan. Hasil Penelitian a. Interaksi Sosial Asosiatif Dalam Bentuk Kerukunan Pada Kegiatan Gotong-Royong Dan Tolong-Menolong 1. Hasil Observasi Dalam hal ini kegiatan gotong-royong yang diadakan biasanya terjadi pada saat-saat tertentu seperti mengadakan suatu acara di sekolah. Temuan observasi menunjukkan di MA Nurul Falah mengadakan kegiatan gotong-royong membersihkan lingkungan sebagai wujud rasa syukur untuk menyambut Hari Raya Idul Adha. Para siswa yang melaksanakan kegiatan gotong- royong di lapangan belakang sekolah dengan menggunakan parang dalam artian siswa tersebut mulai membagi beberapa kelompok siswa untuk membersihkan daerah belakang yang dimulai dari tepi dan berakhir ditengah lapangan kemudian menumpukan rumput di tengah kemudian di bakar. Dalam hal ini peneliti mengamati siswa-siswa tersebut tetap bersemangat dalam membersihkan belakang sekolah dan sesekali berhenti sejenak untuk berteduh dikarenakan pada hari tersebut cuaca sedang cerah. Pada saat mereka membersihkan rumput maupun pada saat mereka berteduh siswa-siswa tersebut selalu berbicara satu sama lain tentang keseruan yang mereka alami di sekolah yang terjadi pada saat mereka melaksanakan kegiatan royong baik yang mereka alami maupun kelompok-kelompok lainya dan sesekali melakukan candaan dengan teman-temanya. Selanjutnya pada hasil pengamatan dilapangan berikutnya menunjukkan bentuk gotong-royong dalam membersihkan Masjid Nurul Islam secara berkelompok sesuai jadwal perminggunya para siswa sebanyak 6 orang yang di bertugas, adapun pembagian kerja gotong- royong dalam membersihkan masjid. Terlihat kekompakan dan semangat untuk membersihkan masjid tersebut, terkadang mereka berhenti sebentar untuk duduk-duduk menikmati angin apabila mereka mulai berkeringat Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 8. No. 2. Oktober 2017 80 sambil melihat ke dalam masjid melihat teman-teman lainnya yang membersihkan bagian dalam masjid. Kemudian pada hasil pengamatan di lapangan selanjutnya di ruangan kelas terlihat beberapa para siswa yang sedang sibuk mempersiapkan alat-alat dan apa-apa yang dibutuhkan untuk melakukan gotong-royong untuk memasang kipas angin di kelas mereka dan juga untuk kelas lainya. Terlihat siswa- siswa tersebut kompak dalam kegiatan tersebut mengerjakan masing-masing hal-hal yang perlu untuk proses pemasangan kipas angin tersebut. Terlihat usaha yang mereka kerjakan bersama berbuah hasil, kipas angin tersebut menghembuskan angin keseluruh ruangan dan posisi kipas juga sudah ideal untuk memberikan kesejukan di ruangan kelas tersebut. Mereka terlihat sangat senang dan bangga akan hasil yang mereka kerjakan bersama. Selanjutnya pada hasil pengamatan lapangan berikutnya peneliti melihat kegiatan yang dilakukan beberapa para siswa tersebut serta dapat mengamati kerukunan kelompok primer kelas XII dalam bentuk gotong-royong dalam membersihkan sampah dari kertas-kertas yang menumpuk yang sudah tidak digunakan lagi dengan cara di bakar di lokasi pembakaran yang biasa digunakan untuk membakar barang yang sudah tidak berguna yang terletak disamping ruang yang biasanya tempat siswa bermain tenis meja maupun kegiatan lainya yang biasa dilakukan. Dalam proses pembakaran kertas-kertas dan barang-barang yang tidak digunakan tersebut siswa-para siswa yang bertugas berada di dekat pembakaran terlihat menikmati pada saat melakukan pembakaran sampah tersebut, mereka terlihat kompak dalam mengatur dan menjaga tempat pembakaran tersebut. Terlihat suasana keakraban diantara siswa- para siswa tersebut sama lain dalam kegiatan tersebut meskipun jam sekolah sudah lama selesai tetapi mereka tetap berada di sekolah ikut andil dalam kegiatan tersebut sampai proses tersebut selesai secara bersama-sama. Pada aktivitas tolong- menolong berdasarkan pengamatan lapangan menunjukkan bentuk kerukunan yang terjadi pada aktivitas tolong-menolong yang dilakukan kelompok primer para siswa pada kegiatan upacara bendera pada hari senin. Proses upacara tersebut terlihat berlangsung lancar dikeranakan pada saat proses-proses bertugas para siswa terlihat kompak secara bersama-sama mempersiapkan untuk kelancaran acara tersebut terlihat kekompakan dan kerja sama yang tentunya sudah baik dibangun siswa- siswa tersebut secara bersama-sama, terlihat siswa-siswa tersebut bersemangat dalam menjalankan tugasnya dan juga terlihat raut wajah yang gembira dengan ekspresi tersenyum-senyum ketika mereka mendapat pujian dari apa yang disampaikan oleh Pembina Upacara pada saat melakukan amanat Pembina Upacara. Pada hasil pengamatan langsung di lapangan menunjukan aktivitas tolong-menolong yang dilakukan oleh kelompok primer para siswa pada saat akan berangkat sekolah dan pada saat pulang sekolah waktu jam pulang sekolah terlihat siswa-siswa MA Nurul Falah bergegas menuju keluar gerbang sekolah untuk pulang, ada yang segera langsung pulang dengan mengendarai kendaraan, ada juga yang berusaha mencari tumpangan dengan berhenti di warung dekat sekolah untuk duduk sambil melihat orang-orang yang dapat memberikan tumpangan. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan siswa-siswa tersebut berusaha untuk memberikan tumpangan kepada temannya yang mencari tumpangan untuk pulang ke rumah asal mereka searah pulangnya sehingga siswa-siswa tersebut dapat mengantar temannya pulang sekaligus pulang ke rumah. Selanjutya pada hasil pengamatan langsung di lapangan peneliti mengamati kerukunan yang terjadi pada para siswa dalam aktivitas tolong-menolong untuk membantu teman-teman kelas apabila berhalangan hadir ke sekolah dengan alasan tertentu. Terlihat siswa-siswa di kelas XII memiliki kepedulian yang tinggi terhadap temannya. Dalam pengamatan peneliti, secara tidak sengaja melihat aktivitas siswa pada saat berada diluar kelas yang tepatnya berada di teras depan kelas mereka untuk bersama-sama mengahadap guru untuk membantu proses izin temannya yang berhalangan hadir kemudian bersama-sama menuju kearah masjid untuk beribadah shalat dzuhur. Selanjutnya pada hasil pengamatan di lapangan peneliti mengamati kerukunan yang terjadi dalam kelompok primer para siswa pada aktivitas tolong-menolong teman dalam mencari buku tugas yang dinyatakan hilang sehingga siswa-siswa tersebut belum bisa mendapat nilai dari tugas yang dikerjakan. Setelah siswa-siswa tersebut mendapatkan izin dari guru yang bersangkutan, mereka secara bersama-sama melakukan pencarian pada posisi awal buku-buku tersebut diletakkan oleh siswa-siswa tersebut pada saat mereka membantu dalam proses membawa buku-buku tugas temanya ke ruangan guru. Terlihat kekompakan yang mereka bangun dalam aktivitas tersebut, siswa-siswa tersebut juga melakukan penyusunan dan merapikan tumpukan buku, serta memberikan jarak pada saat meletakkan tumpukan buku-buku tersebut agar tidak terjadi kasus buku-buku tugas kelas mereka yang hilang karena terselip diantara buku- buku tugas kelas lain. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 8. No. 2. Oktober 2017 82 ## 2. Hasil Wawancara Adapun wawancara kegiatan gotong-royong tersebut dilakukan kepada informan yang berasal dari siswa kelas XII di MA Nurul Falah yakni kepada Irfan Maulana, Reo Irawan, M. Basri, dan Wahyuda Juniardi. Apabila dilihat dari pertanyaan yang diajukan peneliti kepada informan tentang apakah yang akan anda lakukan ketika di sekolah sedang berlangsung kegiatan gotong royong, kemudian informan yang bernama Irfan Maulana mengatakan “ikut serta dalam melaksanakan kegiatan tersebut karna sudah menjadi kewajiban”. (wawancara pada hari rabu tanggal 19 Oktober 2016 pada jam 14:00-14:30 wib). Selanjutnya informan yang bernama Reo Irawan mengatakan “ikut serta dalam gotong- royong” kemudian Reo Irawan menambahkan “karna apabila ikut kegiatan gotong-royong bisa kumpul- kumpul sambil bersenda gurau bersama teman-teman laki- laki”.(wawancara pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016 pada jam 14:35-15:10 wib) Selanjutnya informan yang bernama Muhammad Basri mengatakan “ikut serta jika melihat teman-teman mulai bersiap- siap untuk ikut serta dan melangkah menuju keluar kelas dan mengatakan sudah melihat ada guru yang turun ke lapangan memberikan pengarahan”, wawancara pada hari Jum‟at tanggal 21 Oktober 2016 pada jam 09:32- 10:05 wib) kemudian informan yang bernama Wahyuda Juniardi mengatakan “apabila teman-teman kelas ikut melaksanakan kegiatan gotong-royong maka saya juga akan bersedia ikut yang terpenting harus sama-sama ikut”, (wawancara pada hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2016 pada jam 11:00-11:30 wib). Selanjutnya pertanyaan mengenai mengapa anda mau melaksanakan kegiatan gotong- royong yang ada di sekolah anda. Informan yang bernama Irfan Maulana “karena dengan kita mengikuti kegiatan gotong-royong bisa membuat lingkungan sekolah menjadi bersih”, kemudian Reo Irawan mengatakan “karena kegiatan gotong-royong bisa membuat teman- teman jadi berkumpul untuk membersihkan rumput bersama-sama, bersenda-gurau bersama-sama dan mendapat lelahnya bersama-sama”. Selanjutnya informan yang bernama Muhmmad Basri mengatakan “karena sudah menjadi kewajiban bersama sebagai siswa terhadap sekolah secara bersama-sama untuk menjaga kebersihan sekolah”. kemudian informan yang bernama wahyuda juniardi mengatakan “kalau sekolah sudah bersih rasanya enak di pandang, orang lain pun akan senang memandang sekolah kita ini”. Adapun wawanacara juga dilakukan kepada guru-guru di MA Nurul Falah yang menjadi informan bapak Akhmad Khairi, kemudian kepada bapak Dedi Irawan, dan selanjutnya wawancara dilakukan kepada bapak Mahfud. Apabila dilihat dari pertanyaan yang diajukan peneliti kepada informan tentang apakah ada wujud gotong-royong yang terjadi diantara siswa di MA Nurul Falah, kemudian informan yang bernama bapak Akhmad Khairi mengatakan “iya ada, dalam hal ini diwujudkan ketika sekolah terlihat semak, atau ketika ada barang-barang yang ingin dibersihkan maupun hal- hal lain biasanya dilakukan satu bulan sekali” (wawancara pada hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2016), selanjutnya informan yang bernama bapak Dedi Irawan mengatakan “tentunya ada karena kami sebagai guru selalu menanamkan kepribadian untuk saling bahu-membahu dalam beramal, jadi siswa di sekolahan kami ini biasanya bersama-sama mengerjakan pekerjaan yang dirasakan mereka berat seperti membersihkan sampah di ruangan guru biasanya mereka akan memanggil teman-temannya yang lain untuk membantu” (wawancara pada hari Sabtu tanggal 30 Maret 2017). Kemudian informan yang bernama bapak Mahfud mengatakan “ada, biasanya mereka melakukan bersih-bersih di lingkungan sekolah, biasanya para siswa tersebut disuruh membawa alat untuk membersihkan lingkungan sekolah secara bersama- sama” (wawancara pada hari Kamis tanggal 30 Maret 2017). Selanjutnya pertanyaan yang diajukan menurut pandangan bapak apakah dengan kegiatan gotong- royong dalam membersihkan sekolah dapat menjalin interaksi dan suasana keakraban siswa dan guru. Informan yang bernama bapak Akhmad Khairi mengatakan “ada, biasanya mereka melakukan bersih-bersih di lingkungan sekolah, biasanya para siswa tersebut disuruh membawa alat untuk membersihkan lingkungan sekolah secara bersama-sama”. Selanjutnya informan yang bernama bapak Dedi Irawan mengatakan “saya rasa dengan kegiatan gotong-royong dapat menciptakan suasana keakraban antara siswa dan guru karena dalam keadaan formal sekalipun seperti pada proses belajar mengajar berlangsung”. Kemudian informan yang bernama Mahfud mengatakan “dengan adanya kegiatan gotong-royong yang diadakan itu membuat siswa sadar akan kewajibannya mereka sebagai siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama”. Adapun wawancara kegiatan tolong-menolong tersebut dilakukan satu kali kepada para siswa IPS. Apabila ditinjau dari pertanyaan tentang apakah ada kendala yang anda hadapi untuk berangkat sekolah saat ini, informan yang bernama Irfan Maulana “ketika kendaraan milik orang tua tidak dapat digunakan untuk berangkat kesekolah, jadi harus berusaha untuk berjalan kaki menuju jalan yang ramai orang-orang lewat menuju kesekolah yang berjarak dua kilo meter”. Selanjutnya informan yang bernama Reo Irawan mengatakan “ketika tidak mendapat tumpangan menuju kesekolah karna Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 8. No. 2. Oktober 2017 84 keadaan jalanan sepi maupun ketika teman yang biasanya memberikan tumpangan untuk kesekolah tidak dapat menggunakan kendaraanya tersebut untuk berangkat kesekolah”, kemudian informan yang bernama Muhammad Basri mengatakan “ketika orang tua memerlukan bantuan tenaga sampai sore hari dikarenakan orang tua masih sakit untuk bekerja di kebun sendirian jadi butuh yang membantu agar pekerjaan tersebut dapat terselesaikan”. Selanjutnya informan yang bernama Wahyuda Juniardi mengatakan “pada saat hari hujan, dikarenakan jalanan yang dilalui sekitar dua kilometer licin karna masih tanah bekas galian jadi apabila hujan sangat menghambat untuk sampai ke sekolah”. Selanjutnya pertanyaan mengenai bagaimana anda mengambil tindakan ketika ada teman anda yang membutuhkan pertolongan, informan yang bernama Irfan Maulana mengatakan “berusaha membantu sebisa mungkin dan semampunya, contohnya kalau ada teman yang tidak dapat tumpangan, dan apabila saya kebetulan dapat menggunakan kendaraan ke sekolah maka saya akan memberikan tumpangan bersama-sama berangkat ke sekolah”. Kemudian informan yang bernama Reo Irawan mengatakan berusaha membantu dengan apa yang dapat dilakukan, misalnya seperti pada saat menghadap guru bersama-sama, minta izin keluar pagar sekolah ataupun kalau teman ada kehilangan barang maka pasti dibantu mencari bersama-sama”. Selanjutnya informan yang bernama Muhammad Basri mengatakan “berusaha membantu karena sesama manusia yang baik harus saling membantu misalnya ketika teman sedang sakit dan meminta bantuan untuk mengantarnya pulang untuk beristirahat dan juga membantu proses perizinan temannya tersebut dengan menghadap guru di ruang guru”. Kemudian informan yang bernama Wahyuda Juniardi mengatakan “membantu semampunya apabila teman meminta pertolongan seperti pada saat teman sakit, jadi saya bisa membantu dengan pergi ke kantor untuk memberikan informasi bahwa teman saya sedang sakit untuk meminta izin dan juga meminta bantuan teman-teman untuk mengantarkannya pulang, kemudian memberitahukan apabila ada tugas dari sekolah ketika teman saya tersebut tidak masuk ke sekolah”. Adapun wawancara juga dilakukan kepada guru-guru di MA Nurul Falah yang menjadi informan yakni bapak Akhmad Khairi, kemudian ada bapak Dedi Irawan dan terakhir bersama bapak Mahfud. Apabila ditinjau dari pertanyaan yang diajukan mengenai apakah ada wujud tolong-menolong yang terjadi diantara siswa MA Nurul Falah. Informan yang bernama bapak Akhmad Khairi mengatakan “dalam kehidupan bermasyarakat termasuklah lingkungan sekolah ini, siswa-siswa disini selalu diajarkan untuk saling memahami, menghargai, dan saling menghormati, hal tersebut selalu kami para guru tanamkan dalam setiap kesempatan, dengan apa yang kami lakukan terbukti siswa- siswa di sekolah ini memiliki kepedulian yang besar terhadap teman-temanya termasuklah wujud tolong-menolong antar sesama tersebut dapat dengan jelas terlihat pada kesempatan-kesempatan tertentu”. Selanjutnya informan yang bernama bapak Dedi Irawan mengatakan “jelas ada, karena saya biasanya menemukan para siswa melakukan tolong-menolong seperti pada saat di masjid, apabila siswa tidak memiliki sandal maka temannya yang lain akan membantu menggendong agar tidak kotor menginjak tanah”. Kemudian informan yang bernama bapak Mahfud mengatakan “menurut saya, ada siswa biasanya akan saling membantu temannya apabila hendak berangkat sekolah seperti memberikan tumpangan, hal tersebut terlihat ketika saya juga berangkat ke sekolah dan di sekolah biasanya juga mereka bahu-membahu membantu temannya ketika ada guru yang minta bantuan membuang sampah dari ruangan guru”. Kemudian pertanyaan berikutnya mengenai bagaimana pihak sekolah mengambil tindakan jika ada siswa yang berpotensi putus sekolah karena permasalahan biaya di sekolah tempat anda mengabdi. Selanjutnya informan yang bernama bapak Akhmad Khairi mengatakan “bahwa di MA Nurul Falah ini memiliki komitmen untuk iklhas dalam menyelenggarakan pendidikan untuk memajukan generasi muda yang agamis, beliau menambahkan apabila masalah keuangan itu bersifat sunnah, yang terpenting siswa tersebut memiliki niat untuk tetap bersekolah maka sekolah akan membantu apabila terjadi kasus yang demikian”. Selanjutnya informan yang bernama bapak Dedi Irawan mengatakan” biasanya saya panggil siswa-siswa tersebut untuk diajak biacara secara pribadi tentang masalah yang di hadapi siswa, berusaha memberikan dorongan semangat agar siswa-siswa tersebut tidak putus harapan dan tetap bersemangat”. Kemudian informan yang bernama bapak Mahfud mengatakan “Kami sebagai guru akan melakukan tindakkan pemanggilan kepada siswa tersebut untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu agar dapat mendengarkan permasalahan yang dihadapi dan mencarikan solusi yang tepat agar dapat tetap mempertahankan siswa tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya di sekolah MA Nurul Falah ini”. 3. Pembahasan Hasil Penelitian Dalam kehidupan yang berdampingan pencapaian tujuan bersama seperti menciptakan Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 8. No. 2. Oktober 2017 86 keharmonisan, kelancaran, keteraturan, ketentraman, keberlangsungan hidup dan lain-lain. Oleh sebab itu didalamnya interaksi sosial asosiatif diperlukan dalam mencapai tujuan bersama. Hal tersebut sejalan dengan Elly dan Kolip (2013:78). Proses sosial yang asosiatif adalah Proses sosial yang di dalamnya realitas sosial anggota- anggota masyarakatnya dalam keadaan harmoni yang mengarah kepada kerja sama. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan proses sosial pada aktivitas para siswa yang mengarah pada kerja sama agar mereka tetap bersekolah bersama-sama. Sejalan dengan James D. Thompson (dalam Soekanto dan Sulistyowati, 2016:68), “bentuk kerja sama dibagi ke dalam lima bentuk salah satunya adalah kerukunan yang merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan secara sukarela untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang berkaitan langsung dengan orang-orang yang terlibat di dalam pekerjaan tersebut seperti gotong-royong”. Kerukunan dalam bentuk gotong-royong dan tolong-menolong yang terjadi pada aktivitas para siswa di sekolah MA Nurul Falah merupakan sarana dalam menciptakan suasana harmonis dalam kelompok tersebut, dimana siswa- siswa tersebut merupakan kekuatan yang paling besar untuk terwujudnya kerja sama untuk meningkatkan solidaritas anggota kelompok untuk menjaga dan mencapai kesatuan yang utuh pada masa mereka bersekolah sampai mereka dapat menyelesaikan pendidikan bersama-sama. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan tentang interaksi sosial asosiatif pada bentuk kerja sama dalam kerukunan yang terjadi melalui aktivitas gotong- royong yang dilaksanakan siswa para siswa secara berkelompok. Pada pengamatan langsung yang peneliti temukan di lapangan dalam rangka menyambut hari Raya Idul Adha seluruh siswa dan guru melaksanakan kegiatan gotong-royong membersihkan sekolah terlihat siswa- siswa tersebut dapat memahami satus ama lain karena telah memiliki kesadaran bersama untuk memperkuat solidaritas. Kemudian apabila dipahami dari hasil wawancara bersama informan yakni Irfan Maulana yang mengatakan bahwa siswa tersebut selalu berusaha ikut andil dalam kegiatan gotong- royong untuk menjaga lingkungan bersama-sama meskipun dalam pelaksanaanya banyak rintangan yang dihadapi namun hal tersebut dapat diselesaikan secara bersama-sama hal tersebut dilakukan agar merasa betah di sekolah. Ditambah dengan penuturan informan lainnya dari bapak Akhmad Khairi yang mengatakan bahwa kegiatan tersebut sering dilakukan guru dan siswa di hari sabtu. Dalam hal ini kegiatan tersebut dirasakan tutur bapak Akhmad Khairi dapat membuat siswa-siswa saling membaur dalam keberagaman etnis yang ada. Kemudian selanjutnya berdasarkan hasil observasi tentang interaksi sosial asosiatif pada bentuk kerja sama dalam kerukunan yang terjadi melalui aktivitas tolong- menolong yang dilaksanakan siswa- para siswa secara berkelompok. Pada hasil pengamatan langsung yang peneliti lakukan pada aktivitas siswa berangkat sekolah dan juga pada aktivitas pulang sekolah peneliti menemukan aktivitas tolong menolong yang dilakukan siswa-para siswa kepada temanya yang berjalan kaki apabila siswa-siswa tesebut bisa membawa kendaraan ke sekolah, siswa-siswa tersebut juga secara sukarela menjemput temannya di rumah dan mengantarkan temanya sampai ke rumahnya setelah pulang sekolah secara bersama-sama. Peneliti menemukan kepedulian siswa-siswa tersebut untuk memberikan pertolongan kepada teman-teman mereka untuk tetap mempertahankan teman- temanya agar tetap bersekolah secara bersama-sama dalam lingkungan pertemanan siswa-siswa tersebut. Ditambah dengan hasil wawancara kepada informan yang bernama Reo Irawan yang mengatakan apabila ada teman yang membutuhkan pertolongan maka siswa tersebut akan segera membantunya karena sesama teman harus saling membantu, siswa itu percaya bahwa dengan membantu teman maka teman akan membantunya juga suatu saat nanti. Kemudian diperkuat dengan penuturan informan lainnya kepada Bapak Dedi Irawan yang mengatakan wujud tolong menolong antar siswa dapat dilihat pada saat mereka berada di masjid, apabila siswa tidak memiliki sandal maka temannya yang lain akan membantu menggendong agar tidak kotor menginjak tanah”. b. Interaksi Sosial Asosiatif Dalam Bentuk Bargaining Pada Bargaining Distributif Dan Integratif 1. Hasil Observasi Dalam pengamatan langsung yang peneliti lakukan untuk mengamati interaksi sosial kelompok primer kelas XII yang terjadi pada aktivitas tes lisan yang dilakukan siswa-siswa tersebut kepada guru mata pelajaran PKN kepada bapak Mahfud pada saat jam istirahat di ruangan guru. Dalam proses pengambilan nilai tes lisan tersebut, terlihat siswa-siswa tersebut melakukan koordinasi yang baik dengan teman-temannya tersebut. Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti, suasana keakraban dan interaksi sosial yang baik di tunjukan siswa-siswa tersbut untuk saling mendukung dan membantu teman- temanya pada saat melakukan tes lisan hingga proses tersebut selesai. Kemudian dalam pengamatan langsung di lapangan berikutnya, peneliti melakukan pengamatan bargaining distributif yang dilakukan siswa-para siswa dalam melakukan penawaran kepada guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi kepada Bapak Mahfud untuk melakukan penundaan ulangan harian pada hari Kamis tanggal 22 September 2016. Dalam pengamatan peneliti terlihat suasana yang akrab diantara siswa-siswa tersebut, mereka kompak untuk saling membantu dalam meraih keberhasilan pada proses tawar-menawar tersebut demi kepentingan mereka bersama-sama. Terlihat secara kompak siswa-siswa tersebut mengatakan bahwa guru yang mengajar mata pelajaran sosiologi sudah pasti tidak masuk mengajar pada hari tersebut, karena guru yang mengajar pelajaran sosiologi telah mengatakannya dengan disaksikan seluruh para siswa di kelas. Selanjutnya dalam pengamatan langsung di lapangan peneliti menemukan kegiatan bargaining distributif yang dilakukan siswa-para siswa pada aktivitas kerja kelompok pada pembelajaran sosiologi yang dilakukan di teras depan kelas XII. Peneliti mengamati siswa-siswa tersebut sedang melakukan diskusi bersama teman- teman kelompoknya pada saat guru sedang tidak bisa hadir di kelas mereka untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan siswa-siswa tersebut melakukan pembicaraan kepada teman-temanya, dalam pembicaraan tersebut diketahui bahwa mereka sedang melakukan diskusi kelompok dalam persiapan untuk melakukan presentasi kelompok di depan kelas pada pembelajaran sosiologi. Terlihat siswa-siswa tersebut saling melakukan penawaran tentang siapa yang akan maju menjadi moderator, notulis dan hal-hal lainnya yang dibutuhkan pada saat memulai diskusi kelas. Kemudian pada pengamatan langsung di lapangan berikutnya peneliti mengamati kegiatan b argaining distributif yang dilakukan para siswa pada saat jam pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga sedang berlangsung. Terlihat siswa-para siswa pada jam 07:10 wib mulai keluar meninggalkan kelas mereka dengan mengenakan seragam olahraga masing-masing. Dalam pengamatan peneliti terlihat suasana keakraban yang dijalin siswa-siswa tersebut saat mereka berkumpul untuk mendengarkan pengarahan dari guru yang bersangkutan. Setelah permanasan selesai dilakukan siswa tersebut kemudian berkumpul kembali di lapangan sekolah depan ruang guru, bapak Ali selaku guru pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga menjelaskan kepada siswa-siswa tersebut untuk memberikan tawaran kepada siswa- para siswa tersebut untuk mengambil nilai praktik melempar lembing atau bermain voli maupun olahraga lainya. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan terlihat siswa-siswa tersebut saling mendiskusikan dengan teman- teman yang berada didekatnya kemudian mulai menyatukan pendapat mereka untuk menunda pengambilan nilai praktek tersebut dengan melakukan penawaran terhadap guru yang bersangkutan. Pada pengamatan langsung di lapangan peneliti menemukan kegiatan bargaining integratif yang dilakukan siswa-para siswa di jam istirahat untuk persiapan siswa-siswa pergi untuk melakukan pembuatan E- KTP di Kecamatan Rasau Jaya besok harinya pada tanggal 22 September 2016 setelah mendapat izin dari sekolah. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan terlihat suasana keakraban yang mereka jalin bersama-sama untuk saling mendukung satu sama lain dalam berbagai hal agar dapat tetap bersama-sama di masa-masa sekolah. Terlihat saat istirahat telah habis, kemudian mereka terlihat bersama- sama bergegas menuju ke kelas untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Selanjutnya pada pengamatan langsung di lapangan berikutnya peneliti menemukan kegiatan Bargaining Integratif yang dilakukan para siswa di sela-sela istirahat kedua untuk beribadah shalat dzuhur. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan secara tidak sengaja melihat siswa-siswa tersebut berkumpul bersama-sama di bangunan samping masjid pada saat peneliti berencana melaksanakan ibadah shalat dzuhur dalam kesempatan tersebut. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan siswa tersebut berkumpul untuk berbincang-bincang sejenak sambil melakukan penawaran untuk mengisi kegiatan pada sore hari sembari menunggu adzan untuk beribadah shalat dzuhur, dikarenakan mereka kehabisan uang jajan untuk ke kantin, jadi mereka sambil menunggu adzan merekapun berkumpul bersama-sama untuk membicarakan berbagai hal. Dalam hal ini pengamatan yang peneliti lakukan terlihat suasana saling menjaga kepercayaan, saling mengerti maksut dan tujuan teman dan bersama-sama untuk mewujudkan tujuan yang mereka ingin wujudkan. Kemudia pada pengamatan langsung di lapangan peneliti menemukan kegiatan bargaining integratif yang dilakukan siswa para siswa pada saat jam istirahat ketika mereka tidak membawa uang jajan sehingga mereka malas untuk pergi ke kantin dan mengisi kegiatan dengan bermain tenis meja. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan terlihat siswa-siswa tersebut melakukan penawaran tentang siapa yang bermain terlebih dahulu dan bagaimana menentukannya kemudian mereka juga mengatur bagaimana cara mereka bergantian dalam bermain tenis meja agar mereka dapat bermain bersama-sama dan mendapat kesenangan bersama-sama. Dalam hal ini terlihat siswa-siswa tersebut menjaga keharmonisan hubungan pertemanan mereka dengan saling menghargai dan menghormati, bertanggungjawab dan saling membantu secara bersama-sama mengisi saat mereka di sekolah tersebut agar tidak terjadi kebosanan. Selanjutnya pada pengamatan langsung di lapangan peneliti menemukan kegiatan bargaining integratif yang dilakukan para siswa pada saat bermain voli selepas siswa- siswa tersebut melaksanakan kegiatan gotong-royong membersihkan sekolah secara bersama-sama. Terlihat siswa-siswa tersebut melakukan penawaran tentang kelas mana yang terlebih dahulu memulai permainan dan bertugas menjaga jalannya pertandingan. Dalam hal ini, terlihat siswa-siswa tersebut dapat saling memahami untuk berbagi dan menikmati kebersamaan bersama- sama meskipun hanya bermain voli bersama-sama. Kemudian siswa- siswa tersebut juga terlihat kompak dalam mendukung teman yang belum terlalu pandai bermain voli tanpa menyalahkan temanya yang baru belajar tersebut. ## 2. Hasil Wawancara Adapun wawancara kegiatan bargaining distributif tersebut dilakukan kepada siswa-siswa kelas XII. Apabila ditinjau dari pertanyaan yang diajukan mengenai apakah anda pernah melaksanakan proses tawar- menawar kepada guru di sekolah. Kemudian informan yang bernama Irfan Maulana mengatakan “pernah kalau tidak salah, pada saat tes lisan kepada guru biasanya guru menawarkan kepada guru mana yang siswa pilih untuk mengujinya tes lisan”, kemudian informan yang bernama Reo Irawan mengatakan “pernah, permasalahan jadwal pelajaran yang dimajukan kalau ada jam pelajaran gurunya yang tidak masuk”. Selanjutnya informan yang bernama Muhammad Basri mengatakan “kalau sama guru biasanya pernah pada saat jam olahraga masalah pakaian yang tidak lengkap atau masalah pengambilan nilai”. Kemudian informan yang bernama Wahyuda Juniardi mengatakan “pernah, biasanya kalau diskusi kelompok masalah presentasi di depan kelas kalau belum bisa siap”. Selanjutnya pertanyaan mengenai apakah anda pernah merasa dirugikan meskipun sedikit ketika anda melaksanakan proses tawar- menawar tersebut. Informan yang bernama Irfan Maulana mengatakan “pernah, seperti yang saya katakan tadi kalau dalam penawaran dengan guru yang garang, hal tersebut membuat kita tegang dan bisa membuat hasil tes lisan jadi tidak bagus”. Kemudian informan yang bernama Reo Irawan mengatakan “terkadang merasa, kalau tidak sesuai harapan seperti pada saat penawaran ada syarat dari guru yang merasa keberatan untuk dilakukan”. Selanjutnya informan yang bernama Muhammad Basri mengatakan “kalau gagal melakukan penawaran dengan guru, contohnya pada saat jam olahraga akan menjadi kurang puas bersama teman-teman”. Selanjutnya informan yang bernama Wahyuda Juniardi mengatakan” kalau gagal penawaran pada saat presentasi kelompok, giliran presentasi awal biasanya belum siap jadi nilai kelompok kurang”. Adapun wawancar tersebut juga dilakukan kepada guru-guru di MA Nurul Falah sebanyak satu kali. Adapun pertanyaan mengenai adakah bentuk penawaran yang terjadi antara siswa dan guru di MA Nurul Falah ini. Informan yang bernama bapak Akhmad Khairi mengatakan “iya pernah, siswa terkadang yang menawarkan sesuatu hal seperti pada masalah jam pelajaran, memberikan bantuan maupun hal-hal lain, begitu pula dengan guru yang memberikan penawaran kepada siswanya kala ada pekerjaan yang bisa membantunya apabila dikerjakan oleh siswa”. Selanjutnya informan yang bernama bapak Dedi Irawan mengatakan “iya menurut saya ada, karena biasanya siswa akan meminta keringanan apabila tidak mampu melaksanakan tugas yang diberikan dengan melakukan tawar-menawar masalah saat pengerjaanya agar dapat terselesaikan maupun saat mengumpulkannya”. Kemudian informan yang bernama bapak Mahfud mengatakan “iya menurut saya ada, karena saya sendiri biasanya mengalami tawar-menawar dengan para siswa saya, biasanya anak kelas XII yang ingin melakukan penawaran dari masalah jam pelajaran sampai hal-hal lainnya mereka utarakan kepada saya”. Kemudian pertanyaan mengenai adakah kendala yang anda hadapi apabila ada proses tawar- menawar kepada siswa. Informan yang bernama bapak Akhmad Khairi mengatakan “kendalanya pernah ada, ketika siswa tidak bisa mentaati peraturan, dari pihak sekolah telah memberikan penawaran yang membuat siswa nyaman dan tidak memberatkan siswa tetapi masih saja ada yang melanggarnya”. Kemudian informan yang bernama bapak Dedi Irawan mengatakan “permintaan siswa biasanya tidak dapat diterima dikarenakan keadaan saya juga tidak memungkinkan untuk menerima penawaran tersebut”. Selanjutnya informan yang bernama bapak Mahfud mengatakan “siswa harus berterus terang tentang penawaran yang dilakukan apabila tidak sesuai dan berlebihan maka kami para guru tidak bisa melanjutkan proses tawar- menawar yang terjadi”. Adapun wawancara kegiatan bargaining integratif tersebut dilakukan kepada siswa kelas XII. Apabila ditinjau dari pertanyaan yang diajukan mengenai apakah anda pernah melaksanakan proses tawar- menawar kepada teman-teman anda di sekolah, informan yang bernama Irfan Maulana mengatakan “sering, tawar-menawar saat olahraga, Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 8. No. 2. Oktober 2017 92 masalah kalau numpang dengan kawan isi bensin dan kalau ada acara yang harus pergi bersama teman- teman”. Kemudian informan yang bernama Reo Irawan mengatakan “nampaknya pernah, seperti pada saat bermain tenis meja, tawar- menawarnya siapa yang kalah ganti yang mau bermain harus menghitung skor yang sedang bermain terlebih dahulu. Selanjutnya informan yang bernama Muhammad Basri mengatakan “iya pernah, sesaat lagi berkumpul-kumpul bersama sebelum shalat dzuhur karena punya rencana bermain voli di lapangan sekolah pada sore hari”. Kemudian selanjutnya informan yang bernama Wahyuda Juniardi mengatakan “pernah, saat bermain voli dengan teman-teman, yang kalah bergantian setelah melaksanakan kerja bakti bersama- sama”. Kemudian pertanyaan mengenai apakah hasil yang didapat dalam proses tawar-menawar yang anda lakukan mendapat keuntungan yang sama antara anda dan teman anda. Informan yang bernama Irfan Maulana mengatakan “saya rasa ada, seperti pada saat tawar-menawar untuk pergi untuk melakukan pembuatan E- KTP, teman-teman yang ada bawa kendaraan bisa dibantu isi bensin dan yang numpang bisa sampai ke rasau bersama-sama”. Selanjutnya informan yang bernama Reo Irawan mengatakan “sama-sama untung karena kalau seperti pada saat bermain tenis meja ganti-gantian menghitungnya dengan mainnya jadi tidak ada masalah”. Kemudian informan yang bernama Muhammad Basri mengatakan “ada, kalau pada saat tawar-menawar bermain voli pada sore hari bersama teman-teman yang latihan drum band juga suka bermain voli, jadi biasanya dibantu berkemas-kemas dahulu sebagai penawaran”. Kemudian informan yang bernama Wahyuda Juniardi mengatakan “saya rasa ada, kalau tawar-menawar pada saat bermain tenis meja mainnya jadi bergantian membuat seru dan ada yang menghitung dan menjaga bola. Adapun wawanacara juga dilakukan kepada guru-guru di MA Nurul Falah seperti kepada bapak Akhmad Khairi, kepada bapak Dedi Irawan dan kepada bapak Mahfud. Apabila ditinjau dari pertanyaan yang diajukan kepada informan mengenai apakah ada kegiatan yang dilakukan siswa di MA Nurul Falah pada saat sore hari. Informan yang bernama Bapak Akhmad Khairi mengatakan “ada, yakni kegiatan yang ditentukan oleh sekolah seperti halnya kegiatan pramuka, ekstra kulikuler drum band , dan juga karate”. Selanjutnya informan yang bernama bapak Dedi Irawan mengatakan “ada, karena biasanya siswa meminta izin untuk tidak mengunci ruangan terlebih dahulu karena akan mengadakan kegiatan pada sore hari apabila saya yang terakhir berada di ruangan guru”. Kemudian informan yang bernama Bapak Mahfud mengatakan “ada, biasanya kegiatan yang berhubungan dengan ektrakulikuler sekolah, ketika saya pergi ke sekolah untuk mengambil barang yang tertinggal pernah saya jumpai siswa- siswa tersebut mengadakan kegiatan di sekolah pada sore hari tentunya diawasi dengan pembinaannya masing-masing”. 3. Pembahasan Penelitian Menurut Stephen P. Robbin (2002:211) ada pendekatan umum dalam bargaining (tawar menawar), yakni “tawar menawar disributif adalah tawar menawar yang berlangsung pada kondisi kalah- menang. Dalam artian disini keuntungan yang saya dapatkan merupakan kerugian anda, dan sebaliknya yang bersifat integratif adalah tawar menawar yang berlangsung dengan asumsi bahwa suatu atau lebih penyelesaian muncul dengan menciptakan win-win solution . Tawar menawar integratif dapat mengikat para negosiator yang nantinya akan menyebabkan masing- masing meninggalkan meja tawar- menawar dengan perasaan bahwa mereka telah meraih kemenangan. Pada pengamatan langsung di lapangan peneliti menemukan kegiatan bargaining distributif yang dilakukan siswa dalam melakukan tes lisan mata pelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraan), terlihat siswa-siswa tersebut dapat saling memahami antara satu sama lain, ada siswa yang suka rela berinisiatif, kemudian ditambah dengan hasil wawancara kepada informan yang bernama Irfan Maulana yang bahwa siswa tersebut pernah melakukan tawar-menawar. Selanjutnya pada pengamatan langsung di lapangan pada kegiatan bargaining distributif yang dilakukan siswa untuk memperlancar tujuan bersama siswa-siswa tersebut dalam proses pergi melakukan pembuatan E-KTP, peneliti menemukan kekompakan diantara siswa-siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan dalam tawar-menawar terhadap guru, ditambah dengan hasil wawancara dengan informan yang bernama Bapak Akhmad Khairi yang mengatakan apabila ada siswa yang melakukan penawaran maka pihak sekolah selalu memberikan kesempatan siswa untuk bermusyawarah dengan sebebas- bebasnya selama itu tidak menyalahi kode etik. Kemudian pada pengamatan langsung di lapangan pada kegiatan bargaining disributif yang dilakukan siswa-siswa dalam melakukan kerja kelompok bersama- sama, dalam hal ini peneliti menemukan siswa-siswa tersebut telah dapat memahami satu sama lain, memiliki inisiatif untuk mempertahankan keutuhan kelompok mereka untuk mencapai suatu tujuan bersama, memiliki toleransi yang tinggi, memberikan jalan keluar agar teman-temanya dapat mencapai Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 8. No. 2. Oktober 2017 94 tujuan mereka secara bersama-sama, Kemudian ditambah dengan hasil wawancara kepada informan yang bernama Wahyuda Juniardi yang menyatakan pernah melakukan tawar- menawar masalah diskusi kelompok. Selanjutnya diperkuat dengan hasil wawancara dengan informan lainnya yang bernama Bapak Dedi Irawan mengatakan siswa dapat terlihat berkumpul dan melakukan diskusi, baik itu tentang pembelajaran maupun hal lain”, biasanya saya temukan pada saat istirahat, kemudian pada saat sebelum dzuhur siswa-siswa tersebut biasanya berkumpul di teras samping masjid”. Pada pengamatan langsung di lapangan pada kegiatan bargaining distributif yang dilakukan para siswa pada pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga, peneliti menemukan kekompakan untuk segera mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran tersebut, terlihat suasana keakraban dalam proses pembelajaran tersebut yang mereka tunjukan, kemudian terlihat perbedaan tidak membuat mereka menjadi terpecah justru mereka terlihat mempererat kelompok mereka tersebut. Kemudian ditambah dengan hasil wawancara dengan informan yang bernama Muhammmad Basri yang mengatakan pernah melakukan tawar-menawar dengan guru masalah pakaian olahraga ketika ketinggalan celananya di rumah. Selanjutnya diperkuat dengan Informan lainnya yang bernama Bapak Mahfud yang mengatakan apabila siswa melakukan penawaran kami sebagai guru akan mendengarkan penawaran yang diajukan siswa. ## Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan mengenai “Interaksi Sosial Asosiatif Dalam Bentuk Kerja Sama Kelompok Primer Kelas XII IPS MA. Nurul Falah Teluk Pakedai Pada Siswa Keluarga Petani”, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial asosiatif dalam bentuk kerja sama kelompok primer kelas XII di MA Nurul Falah pada siswa keluarga petani sangat baik untuk menjaga keutuhan kelompok mereka agar tetap bersekolah bersama-sama. Bentuk interaksi sosial asosiatif dalam bentuk kerukunan gotong royong dan tolong menolong di dalam kelompok primer kelas XII di MA Nurul Falah ditandai dengan kegiatan gotong-royong yang dilaksanakan untuk membersihkan lingkungan belakang sekolah dan pada aktivitas tolong-menolong untuk mempersiapkan dan memperlancar jalannya upacara bendera. Kemudian pada kegiatan gotong-royong dalam membersihkan Masjid Nurul Islam yang berdekatan dengan sekolahdan aktivitas tolong-menolong menjemput, memberikan tumpangan dan menghantar pulang temanya apabila ada siswa yang dapat meminjam kendaraan untuk digunakan kesekolah. Selanjutnya gotong-royong pada kegiatan pemasangan kipas di ruangan kelas dan tolong-menolong meminta izin bagi teman yang berhalangan hadir ke sekolah, kemudian gotong-royong dalam kegiatan membersihkan gudang kertas dan membakar barang-barang yang tidak terpakai dan tolong- menolong pada aktivitas mencari tugas teman yang dinyatakan hilang oleh pihak guru. Selanjutnya pada bargaining terdapat dua bentuk, yakni bargaining distributif dan integratif. Bentuk bargaining distributif dapat dilihat melalui kegiatan tes lisan para siswa, kemudian permohonan izin penundaan ulangan harian dengan mengganti jadwal ulangan, kerja kelompok pembelajaran sosiologi, pada jam pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olah raga. Kemudian pada bentuk bargaining integratif terlihat pada kegiatan diskusi untuk rencana pembuatan E- KTP, diskusi untuk melaksanakan latihan voli di sekolah pada sore hari, kemudian bermain tenis meja dan bermain voli di sekolah dalam waktu jam sekolah masih berlangsung. ## Saran Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan, maka dikemukakan saran sebagai berikut untuk guru-guru di MA Nurul Falah untuk mendedikasikan ilmu dan tenaganya untuk kemajuan sekolah MA Nurul Falah lebih baik lagi, tetap terus berdoa, berikhtiar, menjaga semangat untuk tetap memiliki kepedulian yang mendalam, kasih sayang yang besar, jiwa mendidik dengan iklhas dan sabar sebagai ladang pahala serta sikap toleransi yang tinggi kepada siswa-siswa. Kemudian bagi siswa- para siswa dapat menjaga keutuhan kelompoknya, menjauhkan kelompok dari permasalahan yang dapat membuat perpecahan, disintegrasi, dan pengasingan. ## Daftar Pustaka Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. (2013). Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya). Jakarta: Kencana. Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Anal Grasindo. Gunawan, Imam. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek . Jakarta: Bumi Aksara. Soekanto, Soerjono dan Sulistyowati, Budi. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Stephen P. Robbins. (2002). Perilaku Organisasi . Jakarta: Erlangga. Zulkarnain, Wildan. (2013). Dinamika Kelompok Latihan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
bd894427-caef-4eed-afcf-3a3753b380c0
https://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/seling/article/download/735/559
## SELING ## Jurnal Program Studi PGRA ISSN (Print): 2540-8801; ISSN (Online):2528-083X Volume 7 Nomor 1 Januari 2021 P. 82-90 82 ## IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER ISLAM AHLUSSUNAH WALJAMA’AH (ASWAJA ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD) IAIMNU METRO LAMPUNG Muhyidin Thohir 1) , Dedi Setiawan 2) , Muhammad Zaini 3) , Leli Fertiliana Dea 4) I nstitut Agama Islam Ma’arif NU (IAIM-NU) Metro Lampung 1234 [email protected] Abstrak : Pendidikan karakter merupakan kebutuhan mendesak bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia saat ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi dari pendidikan karakter Aswaja di lingkungan Perguruan Tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) IAMNU Metro Lampung. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Implementasi pendidikan karakter Aswaja pada penelitian ini yaitu 1) Penanaman pendidikan karakter Aswaja dapat dilakukan pada proses perencanaan, implementasi dan evaluasi, 2) Perencanaan pendidikan karakter Aswaja pada Prodi PIAUD dilakukan ketika penyusunan rencana pembelajaran, 3) Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui proses belajar mengajar tatap muka di dalam kelas dan kegiatan-kegiatan lain diluar kelas dan 4) Evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter Aswaja dilaksanakan dengan cara menilai secara langsung dan pengamatan. Kata Kunci : Pendidikan, Karakter, Aswaja Volume 7, Nomor 1, Januari 2021 || SELING: Jurnal Program Studi PGRA | 83 ## LATAR BELAKANG Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok (mainstreaming) implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, sertabentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama dikota-kota besar, pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap junior, penggunaan narkoba, dan lain-lain (Samani & Hariyanto, 2013). Masalah pendidikan di Indonesia sangatlah kompleks karena disemua aspeknya terdapat persoalan yang perlu diselesaikan. Dekadensi moral telah merajalela dalam dunia pendidikan sehingga menjadi potret buram dalam dunia pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari kasus-kasus berikut ini: 1) Guru SD di Sulawesi Selatan yang dikeroyok wali murid viral di media sosial (2019); 2) Seorang siswa SMP yang nekat mengancam guru dengan menggunakan celurit karena sang guru menyita ponselnya. Kejadian ini terjadi di SMP Negeri 5 Ngawen (2019); 3) Seorang siswa di SMP PGRI Gresik berinisial AA yang berusia 15 tahun, berani mengancam gurunya dan mencengkram bagian kerah baju gurunya yang bernama Nurkhalim karena ditegur merokok dalam kelas; 4) Seorang guru kesenian di SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur meninggal dunia akibat dianiaya oleh siswanya sendiri. Kasus- kasus lain seperti maraknya peredaran video porno yang diperankan oleh para pelajar/mahasiswa, demo-demo anarkis, maraknya perkelahian antar pelajar, adanya kecurangan dalam ujian nasional, kecurangan tugas akhir mahasiswa banyaknya kasus narkoba yang menjerat siswa dan mahasiswa, banyaknya begal motor yang diperankan oleh siswa, cabe-cabean, perpisahan sekolah dengan baju bikini, dan berbagai peran negatif lainnya. Kompleksitas permasalahan seputar karakter atau moralitas telah menjadi pemikiran sekaligus keperihatinan bersama. Adapun krisis moral lainnya yang sungguh nyata telah terjadi ialah perilaku korup yang telah mentradisi di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, krisis kepercayaan pun terjadi pada kelompok elit masyarakat, yakni perilaku korup yang semakin mengkhawatirkan. Demoralisasi ini karena proses pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas tekstual semata dan kurang mempersiapkan pembelajar/mahasiswa untuk menyikapi kehidupan yang kontradiktif tersebut (Zubaedi, 2011). Pengembangan pendidikan karakter merupakan hal yang melekat dan tidak dipisah dalam pokok bahasan tersendiri, tetapi harus melalui proses integrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah maupun perguruan tinggi (Setiawan & Sulistiani, 2019). Menangani persoalan tersebut, maka implementasi pendidikan karakter menjadi suatu keniscayaan. Pendidikan karakter bukanlah suatu topik yang baru dalam pendidikan. Pada kenyataannya, pendidikan karakter ternyata sudah seumur dengan pendidikan itu sendiri. Berdasarkan penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di dunia ini, pada dasarnya pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para pembelajar untuk menjadi cerdas dan memiliki perilaku berbudi (Lickona, 2013: 7). Hasil penelitian Setiawan (2019) menyimpulkan bahwa pembelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai karakter keislaman dapat meningkatkan sikap religiusitas peserta didik. Pendidikan karakter di Universitas, harus mendapatkan perhatian yang lebih untuk membentuk pondasi akhlak mulia peserta didik yang kuat. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa memiliki kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai kebaikan dan memiliki komitmen untuk selalu melakukan kebaikan pada lingkungan kampus, tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik terutama mahasiswa menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika peserta didik sudah masuk dalam bangku kuliah Volume 7, Nomor 1, Januari 2021 || SELING: Jurnal Program Studi PGRA | 85 karena mereka akan menjadi calon pendidik yang harus memberikan contoh karakter akhlak dan prilaku yang baik. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah rangkaian penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata atau kalimat tertulis atau informasi lisan dari individu-individu dan gejala perilaku yang dapat diteliti. Pendekatan ini diarahkan pada beground dari individu tersebut secara menyeluruh (Moleong, 2013). Nawawi menyatakan bahwa pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian atau proses mencari data dan informasi kemudian dilihat dari aspek kesesuaian teoritis maupun praktis. Subjek dalam penelitian yaitu Dekan Fakultas Tarbiyah, Kaprodi dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) IAMNU Metro Lampung. Model analisis yang digunakan dalam pembahasan topik utama dalam penelitian ini menggunakan model analisis kausal efektual dengan menggunakan pendekatan rasional yang dirangkai berdasarkan hasil kajian pustaka ( literature review ). Untuk menguji kebenaran data setelah dianalisis dalam penelitian menggunakan Triangulasi Metode yaitu data yang diperoleh dari wawancara perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode lain seperti observasi dan dokumentasi. Triangulasi Sumber yaitu data yang diperoleh dari salah satu informan perlu dilakukan perbandingan data dengan informan yang lain. ## LANDASAN TEORI Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebaikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertingkah laku (Kemendiknas, 2010). Pendidikan karakter aswaja dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai aswaja pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter aswaja sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Ada tiga hal utama dalam ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya (Abdusshomad, 2009): 1. At-tawassuth atau sikap berada di tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri maupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT: َو ۗا ٗديِهَش ۡمُكۡيَلَع ُلوُس َّرلٱ َنوُكَي َو ِساَّنلٱ ىَلَع َءٓاَدَهُش ْاوُنوُكَتِ ل ا ٗطَس َو ٗةَّمُأ ۡمُكََٰنۡلَعَج َكِلََٰذَك َو اَن ۡلَعَج اَم ِِۚهۡيَبِقَع َٰىَلَع ُبِلَقنَي نَّمِم َلوُس َّرلٱ ُعِبَّتَي نَم َمَلۡعَنِل َّلَِّإ ٓاَهۡيَلَع َتنُك يِتَّلٱ َةَلۡبِقۡلٱ َّلَِّإ ًة َريِبَكَل ۡتَناَك نِإ َو ٞمي ِح َّر ٞفوُء َرَل ِساَّنلٱِب َ َّللّٱ َّنِإ ِۚۡمُكَن ََٰميِإ َعي ِضُيِل ُ َّللّٱ َناَك اَم َو ُۗ َّللّٱ ىَدَه َنيِذَّلٱ ىَلَع (143). Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. 2. At-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al- Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT: َعَم اَنۡل َزنَأ َو ِتََٰنِ يَبۡلٱِب اَنَلُس ُر اَنۡلَس ۡرَأ ۡدَقَل ِهيِف َديِدَحۡلٱ اَنۡل َزنَأ َو ِِۖط ۡسِقۡلٱِب ُساَّنلٱ َموُقَيِل َنا َزيِمۡلٱ َو َبََٰتِكۡلٱ ُمُه ي ِزَع ٌّيِوَق َ َّللّٱ َّنِإ ِِۚبۡيَغۡلٱِب ۥُهَلُس ُر َو ۥُه ُرُصنَي نَم ُ َّللّٱ َمَلۡعَيِل َو ِساَّنلِل ُعِفََٰنَم َو ٞديِدَش ٞسۡأَب ٞز (25). Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti- bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Volume 7, Nomor 1, Januari 2021 || SELING: Jurnal Program Studi PGRA | 87 3. Al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman: َنَش ۡمُكَّنَم ِر ۡجَي َلَّ َو ِِۖط ۡسِقۡلٱِب َءٓاَدَهُش ِ َّ ِللّ َنيِم ََّٰوَق ْاوُنوُك ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأََٰٓي ِْۚاوُلِد ۡعَت َّلََّأ َٰٓىَلَع ٍم ۡوَق ُنا َٔ ٔ ََّللّٱ َّنِإ ََِّۚللّٱ ْاوُقَّتٱ َو َِٰۖى َوۡقَّتلِل ُب َرۡقَأ َوُه ْاوُلِد ۡعٱ ## َنوُلَمۡعَت اَمِب ُُۢريِبَخ (8). Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Selain ketiga amalan di atas Aswaja juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yaitu menghargai perbedaan serta menghormati keprcayaan orang lain. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang dianut orang tersebut. Firman Allah SWT: َٰىَش ۡخَي ۡوَأ ُرَّكَذَتَي ۥُهَّلَعَّل اٗنِ يَّل ٗلَّ ۡوَق ۥُهَل َلَّوُقَف (44). maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berdasarkan ke-empat nilai karakter Aswaja di atas, dalam pembelajaran di kelas nilai-nilai karakter Aswaja tersebut dapat di identifikasi menjadi beberapa nilai-nilai seperti: 1) nilai karakter religius; 2) nilai karakter demokratis; 3) nilai karakter cinta tanah air; 4)nilai karakter adil; 5) nilai karakter disiplin; 6) nilai karakter mandiri; dan 7) nilai karakter toleransi. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk penanaman pendidikan karakter Aswaja di Prodi PIAUD terintegrasi ke dalam visi dan misi Prodi yang diimplementasikan melalui pembelajaran di semua bidang mata kuliah dan melalui kerja sama dengan mahasiswa dan seluruh civitas akademika. Pendidikan karakter Aswaja di Prodi PIAUD tersebut dimaknai dengan suatu sistem penanaman nilai- nilai karakter nilai-nilai Ahlussunah waljamaah an-nahdliyah kepada mahasiswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia. Adapun pelaksanaan Pendidikan Karakter Aswaja di Prodi PIAUD adalah dengan memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter Aswaja. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Aswaja di Prodi PIAUD telah dilaksanakan dengan baik, melalui kegiatan perkuliahan maupun kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan karakter dalam lingkup kegiatan perkuliahan diimplementasikan melalui perangkat pembelajaran RPS yang terintegrasi pada semua bidang mata kuliah. Pengelolaan tersebut dilaksanakan secara intensif melalui tiga tahap yaitu 1) perencanaan; 2) pelaksanaan dan 3) evaluasi. 1) Tahap perencanaan Perencanaan pendidikan karakter Aswaja pada Prodi PIAUD dilakukan ketika penyusunan rencana pembelajaran, yakni Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Seluruh RPS dipastikan telah memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter aswaja. 2) Tahap pelaksanaan Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui proses belajar mengajar tatap muka di dalam kelas dan kegiatan-kegiatan lain diluar kelas. a. Implementasi nilai-nilai religius dengan cara pembiasaan do’ a sebelum perkuliahan dimulai seperti: hari senin membaca Asmaul Husna; hari selasa membaca Sholawat Badar/Nariyah, hari rabo membaca Syair Abu Nawas, hari kamis membaca mars subanul wathon, hari sabtu melaksanakan Istigotsah secara berjamaah dan hari minggu membaca surah Yasin & Tahlil/Al-barjanji/Sholawatan, shalat Duha, shalat Zuhur, dan Ashar secara berjamaah di Masjid kampus. b. Implementasi nilai nasionalisme/cinta tanah air dengan cara menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya dan Mars Subanul Wathon di setiap acara-acara maupun kegiatan yang dilaksanakan di kampus. Memasang lambang Garuda, foto Presiden dan Wakil presiden disetiap ruang-ruang perkuliahan. c. Implementasi nilai karakter demokratis dengan cara melatih mahasiswa bermusyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan, kegiatan pemilihan ketua kelas, pemilihan ketua DEMA Prodi dan DEMA Institut. d. Implementasi nilai karakter jujur dan adil dengan cara pada saat pelaksanaan UTS dan UAS mengerjakan dengan jujur, tidak boleh mencontek. e. Implementasi nilai karakter disiplin dengan cara masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu. f. Implementasi nilai karakter mandiri denga cara mencari sumber-sumber belajar secara mandiri baik di perpustakaan maupun melalui internet, mengerjakan tugas individu secara mandiri. g. Implementasi nilai karakter toleransi dengan cara menghargai pendapat orang lain, menghormati orang lain yang berbeda agama. 3) Tahap evaluasi Evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter Aswaja dilaksanakan dengan cara menilai secara langsung dan pengamatan. Penilaian secara langsung dilakukan dengan cara memasukkan unsur pendidikan karakter Aswaja dalam kuis, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Setiap akhir semester mahasiswa juga diwajibkan setoran hafalan Al- Qur’an melalui Unit Pengembangan T ahsin dan Tahfidz Al- Qur’an (UPTTQ) IAIMNU Metro Lampung. Selain itu, penilaian pendidikan karakter juga dilakukan dengan cara pengamatan terhadap sikap mahasiswa selama mengikuti perkuliahan. Sikap siswa yang dinilai meliputi: 1) kedisiplinan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan; 2) sikap mahasiswa pada saat mengikuti perkuliahan seperti sopan santun, menyimak penjelasan dosen dengan baik; 3) tidak ribut dikelas, dll. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter aswaja dapat menjadi visi misi utama Program Studi, Fakultas maupun Perguruan Tinggi. Pendidikan karakter Aswaja dapat dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu 1) Tahap perencanaan: perencanaan pendidikan karakter Aswaja pada Prodi PIAUD dilakukan ketika penyusunan rencana pembelajaran, yakni Rencana Pembelajaran Semester (RPS). 2) Tahap implementasi; Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui proses belajar mengajar tatap muka di dalam kelas dan kegiatan-kegiatan lain diluar kelas. Nilai-nilai yang dapat di implementasikan seperti, religious, nasionalisme, demokrasi, jujur, adil, disiplin, mandiri, dan toleransi. 3) Tahap evaluasi; Evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter Aswaja dilaksanakan dengan cara menilai secara langsung dan pengamatan. ## Muhyidin Thohir ## DAFTAR PUSTAKA Abdusshomad, M. (2009). Karakter Tawassuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh dalam Aswaja . https://islam.nu.or.id/post/read/16551/karakter-tawassuth-tawazun-i039tidal-dan- tasamuh-dalam-aswaja Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah . Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books. Moleong ,L.J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja Rosdakarya. Samani, M dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Setiawan, A. (2019, July 11). Pembelajaran Matematika Dasar Berintegrasi Keislaman Untuk Meningkatkan Sikap Religiusitas Siswa. https://doi.org/10.31219/osf.io/yshke Setiawan, A., & Sulistiani, I. (2019). Pendidikan Nilai, Budaya Dan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika Dasar Pada SD/MI. ElementerIs: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam , 1 (1), 33 – 40. Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan . Jakarta: Prenada Media Group.
0b8f9530-86b7-47b5-b207-586d5027078d
http://www.ejournal.stmikdumai.ac.id/index.php/path/article/download/348/181
## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 ## PENERAPAN METODE ROUGH SET MENGANALISIS PENYAKIT YANG SERING DIKELUHKAN PASIEN (STUDI KASUS PUSKESMAS JAYA MUKTI DUMAI) Amat Sofiyan 1 , Ahmedika Azkiya 2 1, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Dumai 2, Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Dumai Jl. Utama Karya Bukit Batrem Dumai-Riau Kode Pos 28811 e-mail : [email protected] 1 , [email protected] 2 ## ABSTRAK Data Mining merupakan proses penemuan pola-pola tertentu yang terdapat dari sebuah data atau basis data yang sangat besar yang bisa di peroleh informasi yang sangat berguna. Secara umum, teori rough set telah digunakan dalam banyak aplikasi seperti medicine, pharmacology, business, banking, engineering design, image processing dan decision analysis. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Rough Set karena terdapat beberapa kriteria yang menjadi tahapan dalam rough set : Decision System, Equivalence Class, Discernibility Matrix, Discernibility Matrix Modulo D, Reduct kemudian terakhir General Rules dan menggunakan Perangkat Lunak Rosetta 1.4.41 . dari penerapan metode Rough Set tersebut diperoleh sebuah pengetahuan (knowledge) yang baru yaitu penyakit –penyakit yang sering dikeluhkan sehingga penelitian ini dapat membantu puskesmas khususnya di Kota Dumai dalam menentukan keluhan yang sering di keluhkan pasien . Kata Kunci : Data Mining, Rough Set, Knowledge, Pasien, Perangkat Lunak Rosetta 1.4.41. ## ABSTRACT Data Mining is the process of discovery of certain patterns that are from a data or very large databases that can be obtained very useful information . In general, rough set theory has been used in many applications such as medicine, pharmacology, business, banking, engineering design, image processing dan decision analysis. In this study the method of Rough Set is used because there are some criteria of being : Decision Systems, Equivalence Class, Discernibility Matrix, Discernibility Matrix Modulo D then the last General Ruler and using Rosetta Software 4.1.41. from the application of Rough Set method obtained a knowledge (knowledge) is a new disease - a disease that is often complained that this study can help health centers, especially in Dumai City in determining a common complaint in patients complaining. Keyword : Data Mining, Rough Sets, Patients, Software Rosetta 1.4.41 ## 1. PENDAHULUAN Data mining adalah ekstraksi informasi atau pola penting atau menarik dari data yang ada di database yang besar. Awalnya data mining juga dikenal dengan nama Knowledge Discovery in Database ( KDD). Teori satuan kasar ( Rough Set) adalah sebuah teknik yang efisien bagi proses Knowledge Discovery in Database ( KDD). Keuntungan utama menggunakan roughset adalah bahwa roughset tidak membutuhkan data awal atau data tambahan seperti probabilitas pada teori probabilitas, tingkat keanggotaan pada teori fuzzy. Algoritma Rough Set pada saat ini telah diimplementasikan keberbagai bidang salah satunya adalah bidang peternakan misalnya penerapan algoritma Rough Set untuk mendeteksi dan penanganan dini penyakit sapi dengan ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 algoritma Rough Set tujuannya untuk menentukan para peternak mampu dapat melakukan penganganan dini dari penyakit yang diderita tanpa bantuan langsung dari pakar atau dokter hewan, pada bidang perbankan misalnya perbandingan manajemen laba terhadap persistensi laba pada perusahaan perbankan dengan tujuan dapat memberikan informasi untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Program kerja Puskesmas Jaya Mukti Dumai atau kegiatan yang dilakukan Puskesmas Jaya Mukti Dumai didasarkan atas kemampuan atau kualitas dan kuantitas dari pelaku pelayanan, semakin banyak jumlah pasiennya maka akan semakin banyak pasien yang dapat ditolong dalam proses pengobatan. Banyaknya obat- obatan yang tidak terkendali, jumlah tenaga medis yang kurang membuat kinerja dari puskesmas tidak efisien. Oleh karena itu dilakukan suatu cara untuk melakukan perhitungan yang ada dalam penelitian ini maka digunakan metode Rought Set, yaitu dengan mengelompokan data-data keluhan pasien dalam satu bulan sehingga dapat diketahui penyakit yang paling banyak dikeluhkan pada waktu yang telah ditentukan agar dapat meningkatkan kualitas dari puskesmas tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana melakukan pengolahan data keluhan penyakit pasien dengan menggunakan metode rough set , Bagaimana menentukan penyakit yang sering dikeluhkan pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas dari puskesmas dan Bagaimana mengelompokkan data penyakit yang sering dikeluhkan pasien. Ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas yaitu, Melakukan analisis data yang ada menggunakan Tool Rosetta, Mengelompokkan data keluhan Pasien yang ada pada data pasien, Merancang data keluhan pasien yang banyak dikeluhkan pasien dan Mengimplementasikan konsep data mining dengan metode Rough Se t membantu pengambilan keputusan yang efektif dalam menentukan penyakit yang menjadi prioritas paling banyak dikeluhkan pasien. manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Dengan melakukan perhitungan pada data keluhan pasien menggunakan metode Rough Set maka dapat menghasilkan pengetahuan untuk membantu puskesmas dalam mengambil keputusan, dengan adanya analisis data pasien maka pihak puskesmas dapat mengetahui keluhan pasien yang paling menjadi prioritas sehingga dapat meningkatkan kualitas dari puskesmas tersebut dan dengan menggunakan Tool Rosetta dapat menghasilkan pengetahuan secara tepat, cepat dan relevan a. Knowledge Discovery in Database (KDD) Menurut Sumanthi dan Sivandham (2009) di dalam jurnalnya Kristanto dan Arief (2013) data mining juga didefinisikan sebagai bagian dari proses penggalian pengetahuan dalam database yang dikenal dengan istilah Knowledge Discovery in Database (KDD). Menurut Widodo (2008) di dalam jurnalnya data mining merupakan proses penemuan pola yang merupakan salah satu tahap dalam Knowledge Discovery in Database (KDD). Dalam KDD tersebut secara garis besar terdapat tiga tahap yaitu pre processing, process ( data mining ), post processing . Jadi data mining sebenarnya merupakan proses utama dalam KDD. Menurut Tachir Hendro Pudjianto (2011) di dalam jurnalnya data mining juga sering disebut Knowledge Discovery in Database (KDD), yang semua prosesnya adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, pemakaian data historis untuk menemukan keteraturan, pola atau hubungan dengan set data yang berukuran besar. Menurut Sunjana (2010) data mining sering dianggap sebagai bagian dari knowledg e Discovery in Database (KDD) yaitu sebuah proses mencari pengetahuan yang bermanfaat dari data, proses KDD secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Data Selection Pemilihan (seleksi) data dari sekumpulan data operasional perlu dilakukan sebelum tahap penggalian informasi dalam KDD dimulai. Data hasil seleksi yang akan digunakan untuk proses data mining , disimpan dalam suatu berkas, terpisah dari basis data operasional. 2. Pre-processing/ Cleaning Sebelum proses data mining dapat dilaksanakan, perlu dilakukan proses cleaning pada data yang menjadi fokus KDD. Proses cleaning mencakup antara lain membuang duplikasi data, memeriksa data yang inkonsisten dan memperbaiki kesalahan pada data, seperti kesalahan cetak (tipografi). Selain itu dilakukan proses enrichment , yaitu proses “memperkaya” data yang sudah ada dengan data atau informasi lain yang relevan ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 dan diperlukan untuk KDD, seperti data atau informasi eksternal. 3. Transformation Coding adalah proses transformasi pada data yang telah dipilih, sehingga data tersebut sesuai untuk proses Data mining . Proses coding dalam KDD merupakan proses kreatif dan sangat tergantung pada jenis atau pola informasi yang akan dicari dalam basis data. 4. Interpretation/ Evaluation Pola informasi yang dihasilkan dari proses data mining perlu ditampilkan dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pihak yang berkepentingan. Tahap ini merupakan bagian dari proses KDD yang disebut dengan interpretation . Tahap ini mencakup pemeriksaan apakah pola atau informasi yang ditemukan bertentangan dengan fakta atau hipotesa yang ada sebelumnya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa data mining merupakan bagian dari Knowledge Discovery in Database (KDD) sebuah proses mencari pengetahuan yang bermanfaat dari data untuk mencari pengetahuan menggunakan metode tertentu. b. Data Mining Menurut Kristanto dan Arief (2013) Data mining merupakan proses pencarian pola-pola yang menarik dan tersembunyi ( hidden pattern ) dari suatu kumpulan data yang berukuran besar yang tersimpan dalam suatu basis data, data warehouse, atau tempat penyimpanan data lainnya. Menurut Sunjana (2010) data mining adalah sebuah proses untuk menentukan pola atau pengetahuan yang bermanfaat secara otomatis dari sekumpulan data yang berjumlah banyak. Menurut Mujid Ridwan, et al (2013) data mining adalah proses yang menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, dan machine learning untuk mengekstrasi dan mengidentifikasi informasi yang bermanfaat dan pengetahuan yang terkait dalam berbagai basis data besar . Menurut Widodo (2008) data mining merupakan proses penemuan pola-pola tertentu yang terdapat dari sebuah data atau basis data yang sangat yang bisa diperoleh informasi yang sangat berguna. Menurut Eko Nur Wahyudi, et al (2011) di dalam jurnalnya data mining adalah bagian integral dari penemuan pengetahuan dalam database (KDD), yang merupakan proses keseluruhan mengubah data mentah menjadi informasi yang bermanfaat. Menurut Beta Noranita dan Nurdin Bahtiar (2010) di dalam jurnalnya data mining adalah penambangan atau penemuan informasi baru dengan mencari pola atau aturan tertentu dari sejumlah data yang besar. c. Tahap-tahap Data Mining Menurut Mujid Ridwan, et al (2013) didalam jurnalnya data mining dapat dibagi menjadi beberapa tahap proses yang diilustrasikan pada Gambar 1. Tahap-tahap tersebut bersifat interaktif, pemakai terlibat langsung atau dengan perantaraan knowledge base . Tahap-tahap data mining adalah sebagai berikut: 1. Pembersihan data (data cleaning) Pembersihan data merupakan proses menghilang-kan noise dan data yang tidak konsisten atau data tidak relevan. 2. Integrasi data (data integration) Integrasi data merupakan penggabungan data dari berbagai database ke dalam satu database baru. 3. Seleksi data (data selection) Data yang ada pada database sering kali tidak semuanya dipakai, oleh karena itu hanya data yang sesuai untuk dianalisis yang akan diambil dari database . 4. Transformasi data (data transformation) Data diubah atau digabung ke dalam format yang sesuai untuk diproses dalam data mining. 5. Proses Mining Merupakan suatu proses utama saat metode diterapkan untuk menemukan pengetahuan berharga dan tersembunyi dari data. 6. Evaluasi pola (pattern evaluation) Untuk mengidentifikasi pola-pola menarik ke dalam knowledge based yang ditemukan. 7. Presentasi pengetahuan (knowledge presentation) Merupakan visualisasi dan penyajian pengetahuan mengenai metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang diperoleh pengguna. ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 Gambar 1. Tahap-tahap Data Mining d. Metode Rough Set Menurut Obadi, et al. ( 2010) di dalam jurnalnya nurhayati mengatakan bahwa Rough set dikembangkan oleh Zdizslaw Pawlak yang dapat digunakan sebagai alat matematikal untuk menangani ketidakjelasan dan ketidakpastian. Dan telah berhasil diterapkan dalam berbagai tugas, seperti fitur seleksi / ekstraksi , sintesis aturan dan klasifikasi , penemuan pengetahuan dan lain-lain. Toleransi Model Rough set mempekerjakan relation toleransi bukan sebuah eqivalence hubungan dalam model Rough set original . Menurut Andika Prajana, (2011) Teori Rough Set merupakan salah satu teknik yang dirasa cukup efisien untuk Knowledge Discovery in Database (KDD) Proses dan Data Mining . Teori Rough Set dikembangkan oleh Zdzislaw Pawlak pada tahun 1980-an dan digunakan untuk analisis klasifikasi data dalam bentuk table. Tujuan dari analisis Rough Set adalah untuk mendapatkan perkiraan rule yang singkat dari suatu tabel. Hasil dari analisis Rough Set dapat digunakan dalam proses data mining dan knowledge discovery. Tujuan dari teori Rough set adalah untuk mengenali ketidakpastian dalam klasifikasi dari suatu obyek. Vitoria, Dam’asio dan Maluszy’nski (2004) mengembangkan bahasa untuk meng- ekspresikan data Rough dan dilengkapi dengan fitur quantitative measure seperti support, strength dan accuracy (Rully Soelaiman, 2008). Dari definisi Rough Set di atas dapat ditarik kesimpulan Rough Set adalah alat matematikal untuk mendapatkan perkiraan rule yang singkat dari suatu tabel. e. Representasi Data dalam Rough Set Secara umum, teori Rough Set telah digunakan dalam banyak aplikasi seperti medicine, pharmacology, business, banking, engineering design, image processing dan decision analysis . Metode Rough Set menawarkan dua bentuk representasi data yaitu Information Systems (IS) dan Decision Systems (DS). ## 2. METODOLOGI PENELITIAN Salah satu unsur terpenting dalam metodologi penelitian adalah penggunaan metode ilmiah tertentu yang digunakan sebagai sarana yang bertujuan untuk mengidentifikasi besar kecilnya objek atau gejala dan mencari pemecahan masalah yang sedang diteliti, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Kerangka kerja atau framework adalah suatu struktur konseptual dasar yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah kompleks. Adapun kerangka kerja penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2 berikut: ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 ## Gambar 2 Kerangka Kerja Berdasarkan gambar 2 diatas akan dijelaskan kerangka kerja penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi Masalah Masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah masih belum adanya jumlah pasti mengenai penyakit pasien yang sering dikeluhkan sehingga berpengaruh dalam hal pengambilan keputusan yang akan diambil. 2. Menganalisa Masalah Bagaimana data pasien dapat diolah menggunakan metode Rough Set. Sehingga dapat diperoleh pengetahuan baru untuk mendukung keputusan pada Puskesmas. 3. Mempelajari Literatur Literatur-literatur yang dipakai sebagai bahan referensi dalam penelitian ini adalah dari jurnal-jurnal ilmiahyang membahas tentang data mining khususnya tentang metode Rought Set .Literatur-literatur ini akan menjadi pedoman untuk melakukan penelitian agar mempermudah dalam proses penelitian. 4. Mengumpulkan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke Puskesmas, selain pengamatan, juga dilakukan wawancara kepada pihak-pihak yangterkait dengan penelitian ini. Melakukan pengambilan sampel database pasien untuk menunjang penelitian ini. 5. Menganalisa Data dengan Data Mining Setelah pengumpulan data selanjutnya dilakukan tahapan data mining , sehingga akan memudahkan dalam menganalisa data dengan metode Rough Set. akan dilakukan beberapa langkah dalam proses data mining yaitu Data Selection, Data Cleaning, Data Tranformasi. 6. Menganalisa Data dengan Metode Rough Set Setelah menganalisa dengan tahapan data mining . Selanjutnya melakukan analisis terhadap data tersebut dengan metode Rough Set. Pada metode RoughSet akan dilakukan beberapa langkah yaitu information system , decision system, equivalence class, discerniblity matrix atau discernibility matrix modulo D, reduct dan generate rule . 7. Malakukan pengujian dangan Aplikasi Software Rosetta 1.4.41 Pada tahap ini, merupakan tahap terakhir sebelum mendapatkan pengetahuan yang baru. hasil dari analisis dites kembali atau diuji lagi menggunakan sistem data mining yang sudah ada. Sistem yang dipakai adalah softwarerosetta 1.4.41 . 8. Menentukan Keputusan Setelah diuji hasil analisis dengan sistem untuk melihat perbandingannya, langkah berikutnya adalah penentuan / pengambilan keputusan terhadap knowledge yang baru didapat yaitu penyakit yang menjadi prioritas atau tidak prioritas penyakit yang dikeluhkan pasien. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa konsep dasar yang harus dilakukan untuk melakukan knowledge discovery in database (KDD) dengan teknik rough set , antara lain: 1. Decision system , representasikan data atau objek. 2. Equivalence Class, mengelompokkan objek- objek yang memiliki atribut kondisi yang sama. 3. Discernibility Matrix / Discernibility Matrix Modulo D, sekumpulan atribut (atribut kondisi dan keputusan) yang berbeda antara objek. Mengidentifikasi Masalah Menganalisa Masalah Mengumpulkan Data Mempelajari Literatur Melakukan Pengujian dengan Software Rosetta Menganalisisa Data dengan Tahapan Data Mining Menganalisisa Data dengan Metode Rough Set Pengambilan Keputusan yang telah didapat ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 4. Reduction, penyelesaian atribut minimal dari sekumpulan atribut kondisi dengan menggunakan prime implicant fungsi boolean . 5. Generating Rules , membangkitkan aturan- aturan ( rules ) dari pengetahuan yang didapat dalam proses ekstrak data. a. Decision Systems Rough Set memiliki dua bentuk representasi data yaitu 1. Information Systems (IS) Dimana pasangan IS={U,A} U= Object {e1,e2,...,en} A= Conditional attibut {a1,a2,...,an} 2. Decision Systems (DS) Pasangan DS={U,(A,C)} U= Object A= Conditional attibut C= Decission attribut Berikut ini adalah tabel Decision Systems dari data pasien pada puskesmas yang menjadi objek penelitian. Nilai dari setiap atribut kondisi dibawah ini berasal dari pembersihan data dan transformasi data, sehingga menjadi decision System yang terdapat pada tabel 1 b. Equivalence Class Equivalence Class adalah pengelompokan objek-objek yang sama untuk atribut A = (A, U) Pada tabel 4. Decision System tidak ada objek yang sama , maka akan diperoleh equivalence class (E1-E59) seperti tabel 2. Class Kelompok Penyakit (A) Kelompok Umur (B) Hasil (C) E1 Penyakit Infeksi dan Parasit 29 Hr - < 1 Thn Tidak Prioritas E2 Penyakit Infeksi dan Parasit 1 - 4 Thn Tidak Prioritas E3 Penyakit Infeksi dan Parasit 5 - 14 Thn Tidak Prioritas E4 Penyakit Infeksi dan Parasit 15 - 24 Thn Tidak Prioritas E5 Penyakit Infeksi dan Parasit 25 - 44 Thn Tidak Prioritas E6 Penyakit Infeksi dan Parasit 45 - 64 Thn Tidak Prioritas E7 Penyakit Infeksi dan Parasit 65 + Thn Tidak Prioritas E8 Penyakit Cacingan 1 - 4 Thn Tidak Prioritas E9 Penyakit Cacingan 5 - 14 Thn Tidak Prioritas E10 Penyakit Cacingan 25 - 44 Thn Tidak Prioritas E11 Penyakit Kanker / Neoplasma 25 - 44 Thn Tidak Prioritas c. Discernibility Matrix atau Discernibility Matrix Module D Untuk menghitung Discernibility Matrix atau Discernibility Matrix Module D, maka klasifikasi attribute kondisi = kelompok penyakit sebagai A kelompok umur sebagai B , attribute hasil = Hasil Sebagai C . Untuk mendapatkan Discernibility Matrix yaitu dengan mengklasifikasikan atribut yang berbeda antara objek xi dan objek xj yang dilihat hanya atribut hasil saja. Berikut merupakan langkah-langlah dalam menyelesaikan Discernibility Matrix : a. Lihat perbandingan attribute kondisi yaitu A dan B dengan mengabaikan attribute Hasil yaitu C . b. Jika ada perbedaan nilai yang ada pada A dan B maka di tulis didalam olom/baris. c. Jika nilai attribute A dan B sama maka di tulis dengan simbol ( X ) pada kolom/baris yang menyatakan tidak ada nilai. Adapun hasil Discernibility Matrix dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Tabel Hasil Discernibility Matrix Obje ct E 1 E 2 E 3 E 4 E 5 E 6 E 7 E 8 . E58 E59 E1 X B B B B B B A B . AB AB E2 B X B B B B B A B . AB AB E3 B B X B B B B B . AB AB E4 B B B X B B B B . AB AB E5 B B B B X B B B . AB AB E6 B B B B B X B B . AB AB E7 B B B B B B X B . AB AB E8 A B A B A B A B A B A B A B X . AB AB . . . . . . . . . X .... .... E58 A B A B A B A B A B A B A B A B . X A E59 A B A B A B A B A B A B A B A B . A X Untuk mencari Discernibility Matrix Module D adalah dengan melakukan ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 perbandingan objek atau baris berdasarkan atribut keputusan. Jika atribut keputusannya sama maka atribut kondisi tidak diambil/ditulis dan jika atribut keputusannya tidak sama maka atribut kondisi diambil/ditulis. Untuk klasifikasi data menggunakan Discernibility Matrix Module D , atribut yang digunakan adalah atribut kondisi dan atribut keputusan yaitu: kelompok penyakit, kelompok umur dan hasil. Misalnya, objek E17 dengan objek E19 atribut keputusannya tidak sama maka atribut kondisi yang tidak sama adalah kelomok penyakit dan kelompok umur (AB). Hasil data menggunakan Discernibility Matrix Module D dapat dilihat pada tabel 4.. Tabel 4 Tabel Hasil Discernibility Matrix Module D Obje ct E 1 E 2 E 3 E 4 E 5 E 6 E 7 E 8 . E58 E59 E1 X AB AB E2 X AB AB E3 X AB AB E4 X AB AB E5 X AB AB E6 X AB AB E7 X AB AB E8 X AB AB . . . . . . . . . X .... .... E58 A B A B A B A B A B A B A B A B . X A E59 A B A B A B A B A B A B A B A B . A X d. Reduct Reduct adalah penyeleksian attribut minimal (interesting attribute) dari sekumpulan attribut kondisi dengan menggunakan prime implicant fungsi boolean untuk data yang jumlah variabel yang sangat besar sangat tidak mungkin mencari kombinasi variabel yang ada. Karena itu dibuat satu teknik pencarian kombinasi atribut yang mungkin dikenal dengan reduct, yaitu dengan cara : a) Buat persamaan aljabar boolean berdasarkan discernibility matrix atau modulo D . b) Sederhanakan persamaan tersebut dengan prinsip atau konsep aljabar boolean . c) Jadikan hasil persamaan sebagai reduct . Karena hasilnya mempunyai banyak kesamaan misalnya E1=E2=E3 sampai E7, dan E50=E51 maka proses reduction cukup dilakukan sekali saja. Berikut ini adalah reduct yang di dapat “kelompok penyakit dan kelompok umur“ berdasarkan discernibility matrix modulo D : Berdasarkan perhitungan reduct maka akan diambil salah satu hasilnya jika terdapat hasil reduct yang sama, berikut adalah tabel reduct yang telah dihasilkan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Tabel Reduct Yang Dihasilkan Reduct Yang Dihasilkan Objek {A}{B} Penyakit dan Umur e. Generate Rule s Setelah didapat hasil dari reduction , maka langkah terakhir untuk mendapatkan Generate rules -nya. Adapun Generate rules dari hasil reduction- nya adalah sebagai berikut : 1. A = Penyakit / Diagnosa If Penyakit / Diagnosa = Commond Cold then Hasil = Prioritas If Penyakit / Diagnosa = Infeksi Saluran Nafas Bagian Atas Akut Lainnya then Hasil = Prioritas If Penyakit / Diagnosa = Hipertensi Esensial (Primer) then Hasil = Prioritas If Penyakit / Diagnosa = Penyakit pulpa 7 Periapikal then Hasil = Prioritas If Penyakit / Diagnosa = Dermatitis dan Eksim then Hasil = Prioritas If Penyakit / Diagnosa = DM tidak bergantung dengan insulin then Hasil = Prioritas Jadi jumlah Generate Rules keseluruhan yang telah diproses adalah 59 keputusan atau pengetahuan baru. Setelah didapat Generate Rules berarti telah selesai proses dari pengolahan data mining untuk mendapat keputusan dalam mengklasifikasi penyakit pasien. Berdasarkan hasil dari Generate Rules dapat dilihat Penyakit yang sering dikeluhkan adalah Penyakit Endokrin Nutrisi dan Metabolik dengan kelompok umur (45 -64) Tahun, Gangguan Mental dan Perilaku dengan kelompok umur (25 – 44) dan (45 - 64) Tahun, sistem sirkulasi dengan kelompok umur (25 - 44) dan (45 – 64) Tahun, sistem pernafasan dengan kelompok umur (29 Hr - < 1), (1 - 4), (5 – 14), (15 – 25), (25 – 44), (45 – 64), dan (65 +) Tahun, Kulit dan jaringan subkutan dengan kelompok Umur (5 -14), (25 – 44), (45 – 64) Tahun yang menjadi prioritas. General rules ini menjadi tolak ukur atau acuan dalam pengambilan keputusan. ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 ## f. Implementasi dan Pengujian Bab ini akan membahas tentang proses pengujian metode Rough Set dengan menggunakan tools Rosetta 1.4.41. Dan diselaraskan dengan pembuktian dari analisa metode terhadap permasalahan yang ada pada bab sebelumnya Gambar 3 Form Open Database Gambar 3 menggambarkan tentang pilihan buka File Rosetta. Langkah selanjutnya adalah menentukan Decision System yaitu di mana data yang telah dibuat lalu ditampilkan. Dimulai dengan meng- klik tanda positif pada menu project Structures akan menampilkan menu Sheet1$ lalu klik double pada menu Sheet1$ maka akan muncul hasilnya yang dapat dilihat pada gambar 4 Gambar 4. Form Decision System Langkah selanjutnya adalah proses Reduct, dimulai dengan meng- klik kanan menu project Sheet1$ lalu pilih Reduce > Dynamic Reducts Seperti gambar 5 Gambar 5 Dynamic Reduct Sehingga akan muncul , langkah selanjutnya adalah membuka form reduct , di mulai dengan meng klik tanda positif yang ada di sebelah kiri Sheet1$ Setelah di klik akan menampilkan Selanjutnya double click atau klik kanan > View pada gambar lalu akan muncul hasilnya yang dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6 Form Reduct Langkah selanjutnya adalah General Rules, dimulai dengan mengklik kanan pada menu ini kemudian pilih generate rules. kemudian OK seperti gambar 7 dibawah ini. ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 Gambar 7 Langkah Generale Rules Sehingga akan muncul , langkah selanjutnya adalah membuka form general rule , di mulai dengan meng klik tanda positif yang ada di sebelah kiri Setelah di klik akan menampilkan 1. Selanjutnya double click atau klik kanan > View pada menu lalu akan muncul hasilnya yang dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8 Form General Rules. ## 4. KESIMPULAN Setelah mengimplementasikan penerapan data mining menggunakan metode rough set pada penelitian ini dapat memberikan kesimpulan antara lain: Penelitian ini dibangun dengan 10 tahapan, yang pertama proses pengumpulan data selanjutnya tahapan data mining adalah pembersihan data ( data cleaning), integrasi data (data Integration), dan tranformasi data (data tranformation) , dan tahapan di metode Rough Set adalah Decision System, Equivalence Class, Discenibility Matrix/ Discenibility Matrix Module D, Reduct dan Generate Rules di mana masing masing tahapan memiliki aturan sesuai yang berlaku yang dapat mencari data keluhan penyakit pasien. Dengan metode rough set dapat dilakukan analisis untuk menentukan penyakit yang paling sering dikeluhkan pasien dalam menggali informasi tentang penyakit yang dikeluhkan pasien. Dengan hasil dari metode Rough Set berupa rule atau knowledge base dapat ditentukan prioritas penyakit yang sering dikeluhkan pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas dari puskesmas. Jumlah Generate Rules keseluruhan yang telah diproses adalah 59 keputusan atau pengetahuan baru. Setelah didapat Generate Rules berarti telah selesai proses dari pengolahan data mining untuk mendapat keputusan dalam mengklasifikasi penyakit pasien. Berdasarkan hasil dari Generate Rules dapat dilihat Penyakit yang sering dikeluhkan adalah Penyakit Endokrin Nutrisi dan Metabolik dengan kelompok umur (45 -64) Tahun, Gangguan Mental dan Perilaku dengan kelompok umur (25 – 44) dan (45 - 64) Tahun, sistem sirkulasi dengan kelompok umur (25 - 44) dan (45 – 64) Tahun, sistem pernafasan dengan kelompok umur (29 Hr - < 1), (1 - 4), (5 – 14), (15 – 25), (25 – 44), (45 – 64), dan (65 +) Tahun, Kulit dan jaringan subkutan dengan kelompok Umur (5 -14), (25 – 44), (45 – 64) Tahun yang menjadi prioritas. General rules ini menjadi tolak ukur atau acuan dalam pengambilan keputusan. ## 5. REFERENSI Andika Prajana (2011). “Aplikasi Data Mining untuk Perbandingan Manajemen Laba terhadap Persistensi Laba pada Perusahaan Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.” LPPM UMSB . Volume 5 No 25. 1. ## I N F O R M A T I K A Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, Vol. 14 No. 1 , Mei 2022 eISSN : 2580-3042 pISSN : 1979-0694 Beta Noranita dan Nurdin Bahtiar (2010). “Implementasi Data Mining untuk Menemukan Pola Hubungan Tingkat Kelulusan Mahasiswa dengan Data Induk Mahasiswa.” Seminar dan Call for Paper Munas Aptikom. 156. Dr. H. Sarjon Defit, S.Kom, MSc. (2013). “ Rough Set Theory And Data Mining .” Modul . Eko Nur Wahyudi, Arief Jananto dan Narwati (2011). “Analisa Profil Data Mahasiswa Baru terhadap Program Studi yang dipilih di Perguruan Tinggi Swasta Jawa Tengah dengan Menggunakan Teknik Data Mining.” Jurnal Teknologi Informasi Dinamik . Volume 16 No 1. 29. Mujib Ridwan, Hadi Suyono, dan M. Sarosa (2013). “Penerapan Data Mining Untuk Evaluasi Kinerja Akademik Mahasiswa Menggunakan Algoritma Naive Bayes Classifier .” Jurnal EECCIS Vol.7, No. 1, Juni 2013 . 59. Nurhayati (2014). “Metode Rough Set untuk Melihat Prilaku Suami Menjadi Akseptor KB Vasektoni.” Makalah Ilmiah Informasi dan Teknologi Ilmiah. Volume 3, No.2. 94. Rully Soelaiman, Wiwik Anggraeni, dan Eko Setiawan (2008). “Penerapan Rough Set Quantitative Measure Pada Aplikasi Pendukung Keputusan.” Prosiding Seminar Nasional Teknoin . 113. Sunjana (2010). “Aplikasi Mining Data Mahasiswa dengan Metode Klasifikasi Decision Tree.” Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informatika . 24. Tacbir Hendro Pudjiantoro, Faiza Renaldi, dan Age Teogunadi (2011). “ Penerapan Data Mining untuk menganalisa kemungkinan Pengunduran Diri Calon Mahasiswa Baru.” Konferensi Nasional Sistem dan Informatika . 51. Titus Kristanto, Rachman Arief (2013). “ Analisa Data Mining metode Fuzzy untuk Customer Relationship Management pada Perusahaan Tour & Travel .” Seminar Nasional Sistem Indonesia . 529. Widodo (2008). “Prediksi Mata Kuliah Pilihan dengan Aturan Asosiasi.” Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia . 1
8cc716dd-d42c-43e8-a960-5033362901c0
http://ekonomis.unbari.ac.id/index.php/ojsekonomis/article/download/206/165
## Ekonomis: Journal of Economics and Business, 5(1), Maret 2021, 158-167 Publisher: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Batanghari Jambi Address: Jl. Slamet Ryadi, Broni-Jambi Kodepos: 36122 Website: http://ekonomis.unbari.ac.id, email: [email protected] ISSN 2597-8829 (Online), DOI 10.33087/ekonomis.v5i1.206 Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance Erika Rahmawati * , Siti Nurlaela, Yuli Chomsatu Samrotun Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Batik Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia * Correspondence email: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak. Penghindaran pajak bukanlah gagasan yang sederhana melainkan gagasan yang umumnya adalah kurangnya sumber daya dan keahlian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal dan umur perusahaan terhadap tax avoidance. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan penyempelan berdasarkan kriteria tertentu. Sehingga diperoleh sebanyak 13 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Populasi dalam penelitian ini yaitu Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Sedangkan variabel leverage, intensitas modal dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance . Kata kunci : tax avoidance ; profitabilitas; leverage; ukuran perusahaan; intensitas modal; umur perusahaan Abstract. Tax avoidance is not a simple idea, but a general idea is a lack of resources and expertise. This study aims to examine and analyze profitability, leverage, company size, capital intensity, and company age against tax avoidance. This type of research is quantitative research. The sampling method used was purposive sampling method with a sampling based on certain criteria. So that there are 13 companies that meet the sample criteria. The population in this study is the Manufacturing Companies in the Consumer Goods Industry Sector, the food and beverage sub-sector which are listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) 2014-2019. The data used in this study are secondary data in the form of financial statements. The analysis method used is multiple regression analysis. The results of this study indicate that the variable profitability and firm size have an effect on tax avoidance. Meanwhile, leverage, capital intensity and company age have no effect on tax avoidance. ## Keywords: tax avoidance; profitability; leverage; company size; capital intensity; company age ## PENDAHULUAN Negara berkembang khususnya Indonesia, pajak sangatlah berperan penting bahkan bagi negara maju di dunia, karena menjadi sumber pemasukan utama dalam pendapatan atau penerimaan negara. Negara berkembang memungkinkan dapat menyumbangkan dua kali lipat lebih besar daripada negara maju (Payne & Raiborn, 2018). Ini karena tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka pemerintah melakukan kebijakan fiskal yang mendorong pertumbuhan ekonomi dengan instrumen pajak. Dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa pendapatan negara adalah semua penerimaan yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak serta penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri. Namun, pada kenyataanya dalam sektor pajak, perkembangan tax avoidance sudah semakin canggih dan sangat agresif sehingga hal ini mengakibatkan pengurangan pendapatan negara semakin tinggi tingkat penghindaran pajak sebagai sebuah kebiasaan yang mendasar dalam penghindaran pajak dengan sedini mungkin untuk melanggar hukum perpajakan (Anouar, 2017). Ienaco et al, (2016) penghindaran pajak sebagai salah satu cara untuk menghindari pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Hal ini dikarenakan tidak adanya pelanggaran hukum, sehingga perusahaan tidak seharusnya melanggar tindakan penghindaran pajak. Beberapa praktik penghindaran pajak biasanya dilakukan perusahaan melalui transaksi yang kompleks dan diam-diam untuk mengurangi kemungkinan terdeteksi oleh pihak berwenang pajak. Sehingga perusahaan kedepannya ada ketidakpastian yang besar terkait kinerja perusahaan (Katz et al. 2015). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tindakan tax avoidance diantaranya profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal dan umur perusahaan yang akan diuji di penelitian ini. Profitabilitas merupakan sebuah kesanggupan yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, pengukuran profitabilitas dengan besarnya laba yang diperoleh dari hasil aset, maka laba bersih diskalakan dengan nilai buku aset yang dimilikinya Lim (2020). Penelitian yang dilakukan oleh (Kimsen et al. 2019) menunjukan berpengaruh positif terhadap tax avoidance . Berbeda dengan penelitian yang dikemukakan oleh (Triyanti et al. 2020) menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tax avoidance . Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, ## Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance Leverage adalah jumlah dari nilai total aset yang diperuntukan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi. Perusahaan yang tergolong besar dengan rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi cenderung membayar pajak lebih sedikit daripada perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas rendah (Bernard & Jensen, 2006). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan (Kasim & Saad, 2019) menunjukan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance . Berbeda dengan penelitian yang dikemukakan oleh (Jamaludin, 2020) yang telah menyimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance . Ukuran perusahaan yang merupakan variabel lain dari tax avoidance . Perusahaan yang dinilai sebagai wajib pajak badan, dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total aset perusahaan yang dapat mempengaruhi serta mengaplikasikan skala perusahaan Lim (2020). Penelitian yang dilakukan oleh (Moradi & Sedaghat, 2017) menunjukan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance . Hasil ini berbeda dengan (Kalil, 2019) yang menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak signifikan terhadap tax avoidance . Intensitas modal menandakan seberapa besar perusahaan dapat menginvestasikan aset sehubungan dengan peningkatan kapasitas dan persediaan Suciarti et al. (2020). Hal ini menunjukan bahwa perusahaan memiliki padat modal untuk memiliki persediaan yang besar pula. (Kasim & Saad, 2019) menunjukan bahwa intensitas modal memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance . Sedangkan penelitian lain menunjukan bahwa (Irianto et al. 2017) intensitas modal tidak berpengaruh terhadap tax avoidance . Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi tax avoidance adalah umur perusahaan. Umur perusahaan merupakan kondisi yang menunjukan berapa lama perusahaan dapat mengoptimalkan kegiatan perusahaan untuk tetap bisa maju dan berkembang sehingga dapat bersaing didunia bisnis Triyanti et al. (2020). Penelitian yang dilakukan oleh (Moradi & Sedaghat, 2017) menunjukan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance . Hasil ini berlawanan dengan yang dilakukan oleh (Permata et al. 2018) telah menemukan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance . Berdasarkan fakta diatas, maka penulis ingin meneliti dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal dan umur perusahaan terhadap tax avoidance . Tetapi terdapat banyak hasil memiliki ketidakkonsistenan. Penelitian ini dimaksud untuk menguji kembali variabel-variabel yang mempengaruhi tax avoidance pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2019. ## METODE Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam meneliti menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dan data yang digunakan berupa angka-angka (Ghozali, 2018). ## Variabel Penelitian dan Pengukuran ## Variabel Dependen Tax avoidance sebagai upaya untuk mematuhi dan menghindari hukum sekaligus, karena terkait dengan pernyataan palsu dan menyembunyikan status keuangan perusahaan yang dapat mengurangi kewajiban pajak berakibat baik hukuman maupun pidana (Payne & Raiborn, 2018).Sehingga tax avoidance diukur dengan menggunakan Effective Tax Rate (ETR ) yaitu dengan cara menghitung beban pajak penghasilan dibagi dengan keuntungan pendapatan sebelum pajak yang diperoleh perusahaan (Dunbar et al. 2010). Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan: ## Variabel Independen Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola perseroan untuk memperoleh laba, laba atas aset (ROA), yang termasuk pengendalian profitabilitas, diukur sebagai rasio laba bersih terhadap total aset (Jusman & Nosita, 2020). Rumus profitabilitas dirumuskan sebagai berikut: Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, ## Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance ## Leverage Perusahaan memiliki tiga cara untuk membiayai aktivitasnya melalui pembiayaan ekuitas dengan memperoleh pendapatan untuk menerbitkan saham, pembiayaan hutang memperoleh pendapatan melalui pinjaman dan pembiayaan kombinasi dari kedua jenis pembiayaan (Stamatopoulos et al. 2019). Leverage diukur menggunakan perumusan sebagai berikut: ## Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah seberapa besar ataupun kecil yang dapat menggolongkan suatu perusahaan ke dalam kelompok baik besar maupun kecil bersumber pada pengukurannya menggunakan total aset. Ukuran perusahaan yang lebih besar tunduk pada peraturan pemerintah yang lebih, sehingga diharapkan dalam perilakunya perusahaan dapat bertindak sesuai dengan lingkungan sosialnya (Belz et al. 2019). Sehingga ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut: ## Intensitas Modal Intensitas modal mencerminkan sebuah perusahaan dapat menginvestasikan aset tetapnya, aset tetap adalah aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa (Stamatopoulos et al. 2019). Intensitas modal diukur menggunakan rumus sebagai berikut: ## Umur Perusahaan Umur perusahaan menandakan bahwa seberapa maksimal sebuah perusahaan dapat mengoptimalkan operasi perusahaan dan dapat bertahan dalam persaingan pasar bisnis (Permata et al. 2018). Adapun rumus umur perusahaan sebagai berikut: ## Metode dan Analisis Data Uji Asumsi Klasik 1. Statistik Deskriptif Menurut (Ghozali, 2018:19) statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). 2. Uji Normalitas Menurut (Ghozali 2018:161) pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. 3. Uji Multikolinieritas Menurut (Ghozali 2018:107) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). 4. Uji Autokorelasi Menurut (Ghozali 2018:111) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). 5. Uji Heteroskedastisitas Menurut (Ghozali 2018:137) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. ## Model Analisis Data Penelitian 1. Analisis Linier Berganda Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan pengaruh antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan random atau stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilitas. Variabel independen atau variabel bebas diasumsikan memiliki nilai tetap (Ghozali 2018:96). Adapun persamaan untuk menguji secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah: Y = α + β 1 ROA + β 2 DER + β 3 SIZE + β 4 CI + β 5 AGE + e Keterangan: Y : Tax avoidance α : Konstanta β : Koefisien Regresi ROA : Profitabilitas DER : Leverage SIZE : Ukuran Perusahaan CI : Intensitas Modal AGE : Umur Perusahaan e : error 2. Uji Kelayakan Model (Uji F) Uji Kelayakan model atau biasa dikenal dengan uji F digunakan untuk menguji model regresi secara bersama-sama mempunyai besarnya pengaruh terhadap variabel terkait, atau dengan kata lain model fit atau tidak. Cara melakukan Uji F adalah dengan melihat tingkat signifikansi yaitu 0,05. 3. Uji Hipotesis (Uji t) Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagaimana yang diformulasikan dalam suatu model. 4. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Menurut (Ghozali 2018:97) koefisien determinasi (R2) yang menunjukan seberapa jauh kemampuan model regresi yang mampu menjelaskan variasi variabel independen. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode data sekunder, yaitu data yang diperoleh penelitian secara tidak langsung dari perusahaan yang berupa laporan keuangan dan laporan tahunan dari perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2019. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling yaitu dengan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang diperoleh dari BEI kemudian diseleksi berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Berikut adalah rincian dalam kriteria pengambilan sampel sebagai berikut: Tabel 1 Pemilihan Sampel No Keterangan Jumlah 1. Perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI ) selama periode tahun 2015-2019 28 2. Perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang tidak terdaftar berturut-turut selama tahun 2015-2019 (8) 3. Perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang mengalami rugi selama 5 tahun (7) 4. Perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang rupiah 13 5. Perusahaan Manufaktur yang memenuhi syarat dan dijadikan sampel penelitian 13 6. Tahun pengamatan penelitian (2015-2019) 5 Jumlah sampel sebelum di outlier 65 Data Outlier (7) Jumlah Sampel Penelitian Setelah di Outlier 58 Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance Tabel 2 Hasil Uji Deskriptif N Min Max Mean Std. Deviation PROFITABILITAS 58 0,00524 0,23653 0,09582 0,05926025 LEVERAGE 58 0,16354 2,50617 0,87245 0,59183851 UKURAN PERUSAHAAN 58 26,66 32,2 29,1572 1,50289 INTENSITAS MODAL 58 0,0592 3,78345 0,41173 0,4776596 UMUR PERUSAHAAN 58 5 35 21,09 7,612 TAX AVOIDANCE 58 0,12641 0,36274 0,26323 0,04411405 Valid N (listwise) 58 Sumber: Olah Data SPSS 25 Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel menunjukan bahwa variabel profitabilitas dengan nilai terkecil yaitu sebesar 0,00524 sedangkan nilai profitabilitas terbesar adalah sebesar 0,23635 dengan nilai mean 0,09582 dan standar deviasi sebesar 0,05926025. Variabel leverage untuk nilai terkecil sebesar 0,16354 sedangkan nilai terbesar sebesar 2,50617 dengan nilai mean 0,87245 dan standar deviasi sebesar 0,59183851. Variabel ukuran perusahaan untuk nilai terkecil sebesar 26,66 sedangkan nilai terbesar 32,2 dengan nilai mean 29,1572 dan standar deviasi sebesar 1,50289. Variabel intensitas modal untuk nilai terkecil sebesar 0,0592 sedangkan nilai terbesar sebesar 3,78345 dengan nilai mean 0,41173 dan standar deviasi 0,4776596. Variabel umur perusahaan untuk nilai terkecil 5 sedangkan nilai terbesar sebesar 35 dengan nilai mean 21,09 dan standar deviasi 7,612. Variabel tax avoidance untuk nilai terkecil 0,12641 sedangkan nilai terbesar 0,36274 dengan nilai mean 0,26323 dan standar deviasi 0,04411405. ## Hasil Uji Asumsi Klasik ## Uji Normalitas Tabel 3 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov Smirnov N Sig Std Keterangan Asymp. Sig (2-Tailed) 58 0,060 0,05 Data Terdistribusi Normal Sumber: Olah Data SPSS 25 Pada uji normalitas menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test diatas menunjukan hasil Asymp. Sig (2- Tailed) sebesar 0,060 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. ## Uji Multkolinearitas Tabel 4 Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance Std VIF Std. Keterangan ROA 0,615 >0.10 1,626 < 10 Tidak Terjadi Multikolinearitas DER 0,684 >0.10 1,462 < 10 Tidak Terjadi Multikolinearitas SIZE 0,859 >0.10 1,164 < 10 Tidak Terjadi Multikolinearitas CI 0,867 >0.10 1,154 < 10 Tidak Terjadi Multikolinearitas AGE 0,831 >0.10 1,204 < 10 Tidak Terjadi Multikolinearitas Sumber: Olah Data SPSS 25 Dari tabel uji multikolinearitas dapat diketahui bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai Variance Inflaction Factor (VIF) > 10 jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel pada penelitian ini bebas dari uji multikolinieritas. ## Uji Autokorelasi Tabel 5 Uji Autokorelasi DU < DW < 4-DU Keterangan 1,3953 2,160 2,2327 Tidak Terjadi Autokorelasi Sumber: Olah Data SPSS 25 Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance Dari hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson dari uji tersebut menunjukan nilai DW terletak antara DU < DW < 4-DU (1,3953 < 2,160 < 2,2327), maka H o diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya autokorelasi. ## Uji Heteroskedastisitas Tabel 6 Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Syarat Kesimpulan ROA 0,760 >0,05 Bebas dari Heteroskedastisitas DER 0,527 >0,05 Bebas dari Heteroskedastisitas SIZE 0,922 >0,05 Bebas dari Heteroskedastisitas CI 0,955 >0,05 Bebas dari Heteroskedastisitas AGE 0,603 >0,05 Bebas dari Heteroskedastisitas Sumber: Olah Data SPSS 25 Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan metode Spearman’s Rho menunjukan bebas dari heterokesdastisitas pada penelitian ini. Pengujian menggunakan jika tingkat signifikansi antar variabel independen dengan absolute residual lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bebas dari heteroskedastisitas. ## Uji Regresi Linier Berganda Uji Regresi Tabel 7 Uji Regresi Variabel B (Constant) 0,006 ROA -0,341 DER -0,014 SIZE 0,010 CI -0,001 AGE 1,194E-5 Sumber: Olah Data SPSS 25 Dari hasil analisis linier berganda diatas, maka model persamaan regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 0,006 – 0,341ROA – 0,014DER + 0,010SIZE – 0,001CI + 1,194AGE Berdasarkan hasil model persamaan regresi diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Nilai konstanta sebesar 0,006 dimana nilai tersebut menunjukan apabila besarnya nilai seluruh variabel independen adalah 0, maka besarnya tindakan penghindaran pajak akan sebesar 0,006. 2. Nilai koefisien regresi variabel profitabilitas adalah sebesar -0,341. Hasil ini dapat diartikan bahwa variabel profitabilitas naik satu satuan, maka tindakan pajak akan menurun sebesar 0,341 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 3. Nilai koefisien regresi variabel leverage adalah sebesar -0,014. Hasil ini dapat diartikan bahwa variabel leverage naik satu satuan, maka tindakan pajak akan menurun sebesar 0,014 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 4. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 0,010. Hasil ini dapat diartikan bahwa variabel ukuran perusahaan naik satu satuan, maka tindakan pajak akan meningkat sebesar 0,010 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 5. Nilai koefisien regresi variabel intensitas modal adalah sebesar -0,001. Hasil ini dapat diartikan bahwa variabel intensitas modal naik satu satuan, maka tindakan pajak akan menurun sebesar 0,001 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 6. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 1,194. Hasil ini dapat diartikan bahwa variabel umur perusahaan naik satu satuan, maka tindakan pajak akan meningkat sebesar 1,194 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance ## Uji Kelayakan Model (Uji F) ## Tabel 8 Uji Kelayakan Model F hitung F tabel Sig Std Keterangan 4,260 >2,550 0,003 < 0,05 Model Layak Sumber: Olah Data SPSS 25 Berdasarkan hasil uji kelayakan model, diketahui F hitung sebesar 4,260. Dan F tabel dapat dilihat dari F pada tingkat sig 0,003 < 0,05 dengan df1 (jumlah variabel-1) = 5-1=4. Rumus df2 adalah n-k-2 dimana n merupakan jumlah data, k adalah jumlah variabel dependen. Df2 = 58-5-1 = 52. Hasil yang diperoleh untuk F tabel df1= 4 dan df2= 52 adalah 2,550. Maka hasil pengujian menunjukan bahwa nilai F hitung > F tabel (4,260 > 2,550) sehingga dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini telah memenuhi uji kelayakan model. ## Uji Hipotesis (Uji t) Tabel 9 Uji t Hipotesis t hitung t tabel Sig Syarat Kesimpulan H1 (ROA) -3,072 -2,007 0,003 <0,05 Diterima H2 (DER) -1,337 -2,007 0,187 <0,05 Ditolak H3 (SIZE) 2,800 2,007 0,007 <0,05 Diterima H4 (CI) -0,055 -2,007 0,957 <0,05 Ditolak H5 (AGE) 0,016 2,007 0,987 <0,05 Ditolak Sumber: Olah Data SPSS 25 Berdasarkan hasil uji t menunjukan bahwa variabel profitabilitas memiliki nilai t hitung sebesar -3,072 lebih besar dari t tabel sebesar -2,007 dan diperoleh nilai sig t sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05) H 0 ditolak dan H 1 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ukuran profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance dengan demikian H 1 diterima . Berdasarkan hasil perhitungan yang dijelaskan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa leverage terbukti nilai t hitung sebesar -1,337 lebih kecil dari t tabel sebesar -2,007 dan diperoleh nilai sig t sebesar 0,187 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (0,187 > 0,05) H 0 diterima dan H 2 ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ukuran leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dengan demikian H 2 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan yang dijelaskan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan terbukti nilai t hitung sebesar 2.800 lebih besar dari t tabel sebesar 2,007 dan diperoleh nilai sig t 0,007 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (0,007 < 0,05) maka H 0 ditolak dan H 3 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance dengan demikian H 3 diterima. Berdasarkan hasil perhitungan yang dijelaskan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa intensitas modal terbukti nilai t hitung sebesar -0,055 lebih kecil dari t tabel sebesar -2,007 dan diperoleh nilai sig t sebesar 0,957 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (0,957 > 0,05) H 0 diterima dan H 4 ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa intensitas modal tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dengan demikian H 4 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan yang dijelaskan pada tabel diatas diketahui bahwa umur perusahaan terbukti nilai t hitung sebesar 0,016 lebih besar dari t tabel sebesar 2,007 dan diperoleh nilai sig t sebesar 0,987 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (0,987 > 0,05) H 0 ditolak dan H 5 ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dengan demikian H 5 ditolak. ## Koefisien Determinasi Tabel 10 Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,539 0,291 0,222 0,03890151 Sumber: Olah Data SPSS 25 Dari hasil penelitian ini besarnya Adjusted R Square adalah 0,222 hal ini berarti 22,2% variasi tax avoidance dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yaitu variabel independen profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, ## Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance intensitas modal, dan umur perusahaan. Selebihnya (100% - 22,2% = 77,8%), yang dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. ## Pembahasan ## Pengaruh profitabilitas terhadap tax avoidance Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) adalah sebesar (0,003 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini membuktikan bahwa H 1 diterima. Artinya dengan semakin tinggi laba sebuah perusahaan maka cenderung melakukan tindakan tax avoidance. Hal ini dikarenakan semakin besarnya perusahaan dengan laba yang tinggi maka akan meningkat pula tingkat beban pajak yang akan dibayarkan. Dalam teori agensi, agen akan mencoba untuk mengoptimalkan kinerjanya dengan mengelola beban pajak untuk tidak mengurangi kompensasi kinerja agen sebagai pengurang laba perusahaan. Selain itu agen berupaya untuk melakukan perencanaan pajak dengan kewaspadaan dalam menentukan keputusan dalam hal pajak. Perusahaan dengan laba yang tinggi akan meningkatkan tingkat pemeriksaan pemerintah dalam hal pajak inilah yang menyebabkan tarif pembayaran pajaknya tetap tinggi saat Return On Asset (ROA) perusahaan tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh Kasim & Saad (2019) dan Kimsen et al. (2019) penelitian menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun, hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Anouar (2017) dan Permata et al. (2018) yang memberikan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. ## Pengaruh leverage terhadap tax avoidance Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi variabel leverage yang diproksikan dengan Debt Equity Ratio (DER) adalah sebesar (0,187 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan variabel leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini membuktikan bahwa H 2 ditolak. Dalam teori keagenan semakin tinggi leverage maka semakin baik perusahaan untuk memutuskan pendanaan yang memungkinkan untuk mendapatkan kepercayaan investor. Apabila perusahaan memiliki hutang jangka panjang yang relatif besar seperti pada PT Tunas Baru Lampung Tbk dengan nilai DER 2,50 atau sebesar 250%. Dari utang jangka yang relatif besar maka beban bunga dari hutang jangka panjang semakin tinggi pula, sehingga berdampak pada berkurangnya beban pajak perusahaan yang akan dibayarkan perusahaan untuk tidak memiliki tindakan yang memanfaatkan celah-celah yaitu melakukan tindakan praktik tax avoidance Kimsen et al. (2019) . Maka perusahaan lebih mematuhi semua aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irianto et al. (2017) dan Permata et al. (2018) menunjukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun hasil penelitian lain bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Moradi & Sedaghat (2017) dan Kasim & Saad (2019) bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. ## Pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset (LN) adalah sebesar (0,007 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini membuktikan bahwa H 3 diterima. Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan mempunyai sumber daya substansial yang tersedia dapat digunakan untuk keuntungan perusahaan. Dalam teori agensi, sumber daya substansial yang dimiliki perusahaan besar kemungkinan persediaan skala besar pula. Maka agen akan memaksimalkan kinerja perusahaan yaitu dengan cara menekankan beban pajak perusahaan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan. Dalam hal ini perusahaan memiliki tingkat agresif yang tinggi untuk melakukan tindakan tax avoidance. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moradi & Sedaghat (2017) dan Irianto et al. (2017) dengan memberikan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Kimsen et al. (2019) dan Kalil (2019) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. ## Pengaruh intensitas modal terhadap tax avoidance Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi variabel intensitas modal yang diukur dengan total aset dibagi aset tetap adalah sebesar (0,957 > 0,05) sehingga hasil tersebut menunjukan bahwa variabel intensitas modal tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini membuktikan bahwa H 4 ditolak. Intensitas modal adalah besarnya perusahaan untuk dapat menginvestasikan hasil kekayaan terhadap aset tetap. Selain itu, aset merupakan komponen terpenting dalam perusahaan. Besarnya investasi yang dikeluarkan perusahaan terhadap aset tetap belum tentu berpengaruh terhadap tax avoidance. Melihat kenyataan tersebut perusahaan lebih memfokuskan untuk menunjang kegiatan perusahaan agar tercapainya tujuan perusahaan yang dapat memaksimalkan laba. Hasil tersebut mendukung temuan oleh Irianto et al. (2017) dan Stamatopoulos et al. (2019) yang menyatakan bahwa intensitas Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance modal tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Kasim & Saad (2019) dan Suciarti et al. (2020) yang menunjukan bahwa intensitas modal berpengaruh terhadap tax avoidance. ## Pengaruh umur perusahaan terhadap tax avoidance Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi variabel umur perusahaan yang diukur dengan tahun penelitian dikurangi ketika perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar (0,987 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan variabel umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini membuktikan bahwa H 5 ditolak. Dalam teori agensi, agen bertindak untuk selalu menyelesaikan laporan tepat waktu agar perusahaan dapat go public sehingga perusahaan yang awalnya tertutup dapat transparan mengenai laporan keuangan perusahaannya tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan yang lama lebih berpengalaman sehingga perusahaan dapat mempercepat pempublikasian laporan keuangan dan taat terhadap peraturan pemerintah sehingga sulit untuk melakukan tindakan tax avoidance . Hasil penelitian ini sejalan dengan Permata et al. (2018) yang menunjukan hasil kesimpulan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun hasil bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Moradi & Sedaghat (2017) dan Triyanti et al. (2020) yang menunjukan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. ## SIMPULAN Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menelaah pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan intensitas modal dan umur perusahaan terhadap tax avoidance . Dengan menggunakan data 13 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sesuai kriteria selama kurun waktu 5 tahun penelitian dari tahun 2015-2019 dan pengurangan terhadap 7 data outlier maka diperoleh data sebanyak 58 data yang diolah menggunakan SPSS 25. Dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda diperoleh hasil yang menyatakan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan leverage, intensitas modal dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance . ## DAFTAR PUSTAKA Anouar, D. (2017). The Determinants of Tax Avoidance within Corporate Groups: Evidence from Moroccan Groups. International Journal of Economics, Finance and Management Sciences , 5 (1), 57. https://doi.org/10.11648/j.ijefm.20170501.15 Belz, T., von Hagen, D., & Steffens, C. (2019). Taxes and firm size: Political cost or political power? Journal of Accounting Literature . https://doi.org/10.1016/j.acclit.2018.12.001 Bernard, A. B., & Jensen, J. B. (2006). Transfer Pricing by U . S . -Based Multinational Firms ∗ . 5 . Dunbar, A., Higgins, D., Phillips, J., … G. P.-N. T. A. A., & 2010, U. (n.d.). WHAT DO MEASURES OF TAX AGGRESSIVENESS MEASURE? In JSTOR . Ienaco, S. N., Tujuan, A., Perusahaan, K., Governance, G. C., Responsibility, C. S., Responsibility, C. S., & Responsibility, C. S. (2016). Seminar Nasional IENACO – 2016 ISSN: 2337 – 4349 . 541–548. Irianto, B. S., Sudibyo, Y. A., & Ak, A. W. S. (2017). The Influence of Profitability , Leverage , Firm Size and Capital Intensity Towards Tax Avoidance . 5 (2), 33–41. https://doi.org/10.15640/ijat.v5n2a3 Jamaludin, A. (2020). Pengaruh Profitabilitas (Roa), Leverage (Ltder) Dan Intensitas Aktiva Tetap Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bei Periode 2015-2017. Eqien: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis , 7 (1), 85–92. https://doi.org/10.34308/eqien.v7i1.120 Jusman, J., & Nosita, F. (2020). Pengaruh Corporate Governance, Capital Intensity dan Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance pada Sektor Pertambangan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi , 20 (2), 697. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.997 Kalil, N. (2019). Prediction of Tax Avoidance Behavior Among Transportation and Logistic Sector Firms in Brazil. International Journal of Advanced Economics , 1 (2), 55–60. Kasim, F. M., & Saad, N. (2019). Determinants of Corporate Tax Avoidance Strategies among Multinational Corporations in Malaysia. International Journal of Public Policy and Administration Research , 6 (2), 74–81. https://doi.org/10.18488/journal.74.2019.62.74.81 Katz, S. P., Khan, U., & Schmidt, A. (2015). Tax Avoidance and Dupont Measures of Future Performance. SSRN Electronic Journal . https://doi.org/10.2139/ssrn.2581577 Kimsen, K., Kismanah, I., & Masitoh, S. (2019). Profitability, Leverage, Size of Company Towards Tax Avoidance. JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) , 4 (1), 29–36. https://doi.org/10.34204/jiafe.v4i1.1075 Lim, J. (2020). Tax Avoidance and M&A. Research in Economics and Management , 5 (3), p142. Erika Rahmawati, Siti Nurlaela dan Yuli Chomsatu Samrotun, Determinasi Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, ## Intensitas Modal dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance https://doi.org/10.22158/rem.v5n3p142 Moradi, M., & Sedaghat, P. (2017). Investigating the effective factors on role of Internal Auditing in Accepted Corporations in Tehran Stock Exchange . 5 (3), 304–309. Payne, D. M., & Raiborn, C. A. (2018). Aggressive Tax Avoidance: A Conundrum for Stakeholders, Governments, and Morality. Journal of Business Ethics . https://doi.org/10.1007/s10551-015-2978-5 Permata, A. D., Nurlaela, S., & Masitoh, E. (2018). Pengaruh Size, Age, Profitability, Leverage dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI. Jurnal Akuntansi Dan Pajak , 19 (01), 10–20. Prof.H.Imam Ghozali, M.Com, Ph.D, C. (2018). APLIKASI ANALISIS MULTIVARIATE Dengan Program IBM SPSS Edisi 9 . Maret 2018. www.imamghozali.com Stamatopoulos, I., Hadjidema, S., & Eleftheriou, K. (2019). Explaining corporate effective tax rates: Evidence from Greece. Economic Analysis and Policy . https://doi.org/10.1016/j.eap.2019.03.004 Suciarti, C., Suryani, E., Auditing, K. K.-J. of A., & 2020, U. (2020). The Effect of Leverage, Capital Intensity and Deferred Tax Expense on Tax Avoidance. Journal.Unpad.Ac.Id , 3 (2), 76–83. Triyanti, N. W., Titisari, K. H., & Dewi, R. R. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Size, Leverage, Komite Audit, Komisaris Independen dan Umur Perusahaan terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi , 20 (1), 113. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i1.850
b0030b73-ea74-4b8a-8a02-1b1fbcf07c77
http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jom/article/download/54/43
## ENAM KEKUATAN LAYANAN JASA INTERNET BANKING : ## TINJAUAN DARI PERSEPSI NASABAH Ronny STIE Perbanas Surabaya, Surabaya, Indonesia e-mail: [email protected] ## ABSTRACT The banking problem studied is the kind of strength which is become the base of services in the field of internet banking. The study was conducted by analyzing the consumers perception in the 5 variables of service quality consist of security, reliability, responsiveness, physical ability, and collateral. As much as 10 informants who are users of internet banking of bank in Indonesia has been interviewed about their perceptions of the quality of internet banking services. This study uses qualitative approach. The analysis showed that there are 6 strength that underlies the quality of internet banking services namely communication, channel of customer participation, service facilities, human resources, technology infrastructure and norms. The sixth strength of the internet banking service is a dimension of strength to compete in the banking industry. Keywords: customer perception, internet banking,service quality ## ABSTRAK Masalah bank yang diteliti adalah kekuatan apa yang menjadi landasan layanan jasa di bidang internet banking. Penelitian dilakukan dengan menganalisis persepsi nasabah pada 5 variabel kualitas layanan yakni keamanan, keandalan, responsif, kemampuan fisik, dan jaminan. Sebanyak 10 informan yang merupakan pengguna internet banking dari bank di Indonesia telah diwawancarai mengenai persepsi mereka terhadap kualitas layanan internet banking . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 6 kekuatan yang melandasi kualitas layanan jasa internet banking yakni komunikasi, saluran partisipasi nasabah, fasilitas layanan, sumber daya manusia, infrastruktur teknologi dan norma. Keenam kekuatan layanan internet banking tersebut merupakan dimensi kekuatan bersaing dalam industri perbankan. Kata kunci: internet banking , kualitas layanan, persepsi nasabah Perkembangan Teknologi Informasi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia, kemudahan dalam mengolah dan mendistribusikan data, serta berkomunikasi. Berbagai industri menempatkan teknologi informasi sebagai alat bantu yang menghasilkan sumber daya penting dalam perusahaan yakni Informasi. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam industri mengubah fungsi bisnis terutama dalam mendukung pengambilan keputusan yang didasarkan pada informasi yang akurat yang dihasilkan dari teknologi informasi, mendukung efesiensi (Gupta dan Bansal, 2012), mampu meningkatkan kinerja, dan mendukung inovasi (Rod et al , 2009; Nimako et al , 2013; Zarei, 2010). Sebagai contoh keberhasilan perusahaan menggunakan teknologi informasi adalah sukses untuk mempromosikan dalam bentuk iklan secara online (Alnsour dan Al-hyari, 2011). Salah satu industri yang melandasi layanan pelanggan dengan teknologi informasi adalah industri perbankan. Manfaat yang dirasakan perbankan dengan pemanfaatan teknologi informasi adalah penyediaan transaksi online, mampu memperluas hubungan pelanggan dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Contoh pemanfaatan teknologi informasi pada industri perbankan seperti ATM, Internet / Telepon / Mobile banking (Punyani et al , 2015). Bank semakin kuat mengembangkan layanan internet banking karena kemajuan internet dan manfaatnya (Gupta dan Bansal, 2012), serta semakin banyak pengguna internet di dunia. Oleh karenanya, potensi yang bagus bagi perbankan untuk mengembangkan layanan berbasis internet. Kondisi ini menciptakan daya tarik sektor perbankan yang mengundang munculnya pendatang baru (Sohail dan Shaikh, 2008). Akibatnya, persaingan antar bank semakin kompetitif dalam memberikan layanan yang terbaik (Sohail dan Shaikh, 2008), layanan 24 jam setiap harinya, akses yang mudah dan murah dengan berbagai macam jenis transaksi (Al-Ajam dan Nor, 2013). , Orientasi layanan dalam dunia bisnis seharusnya mengarah pada orientasi pelanggan. Banyak jasa keuangan lebih fokus kepada nasabah (Safeena et al , 2010), termasuk pemenuhan harapan dan persepsi nasabah agar layanan internet banking terus berubah dengan mengedepankan kualitas layanan (Gupta dan Bansal, 2012). Bank yang tidak dapat melayani nasabah dengan baik mungkin ditinggalkan oleh nasabahnya. Nasabah yang tidak puas dengan proses penanganan masalah internet banking mungkin tidak mengeluh tetapi memilih untuk menggunakan internet banking dari bank lain (Roche, 2014). Oleh karena itu, kualitas layanan menjadi isu penting untuk diperhatikan. Kualitas layanan telah dilihat sebagai elemen penting dari kepuasan pelanggan (Roche, 2014). Beberapa penelitian kualitas layanan khusus e-banking dan i-banking diantaranya: Nimako et al (2013), Gupta dan Bansal (2012), Zarei (2010), Rod et al (2009) menggunakan variabel privacy, ease of use, realibility, security, responsiveness, effeciency, assuranse, tangible . Penelitian tersebut menekankan pada pengujian dimensi kualitas layanan terhadap adopsi internet banking dan kepuasan nasabah. Penelitian tentang kualitas layanan internet banking kebanyakan menggunakan analisis data kuantitatif untuk menguji signifikansi pengaruh dimensi kualitas layanan terhadap variabel kepuasan dan adopsi internet banking , masih kurang penelitian yang menggunakan analisis data kualitatif. Posisi penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif untuk menganalisis persepsi nasabah mengenai kualitas layanan internet banking . Kontribusi penelitian ini penting dalam pengelolaan internet banking di bank demi meningkatkan layanan dan kepuasan nasabah. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan objek penelitian adalah persepsi informan nasabah mengenai aspek penggunaan internet banking yang berkaitan tentang keamanan, keandalan, responsif, kemampuan fisik, dan jaminan layanan. Data dikumpulkan melalui wawancara 10 Informan dari unit analisis nasabah yang menggunakan internet banking bank Mandiri, BCA, Bank Jatim, CIMB Niaga. ## Tabel 1. Karakteristik Informan Informan ke- Status Jenis Kelamin Lama penggunaan Internet Banking 1 Ibu rumah tangga, Pebisnis Online Wanita 6 tahun 2 Pegawai swasta Lak-laki 5 bulan 3 Pegawai swasta, agen asuransi Wanita 4 tahun 4 Dosen Wanita 3 tahun 5 Dosen Lak-laki 7 tahun 6 Pegawai swasta Wanita 2 tahun 7 Pegawai swasta Lak-laki 6 tahun 8 Pegawai swasta Wanita 3,5 tahun 9 Pengusaha Lak-laki 5 tahun 10 Ibu rumah tangga, agen asuransi Wanita 6 tahun Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam untuk mendapatkan deskripsi mengenai kualitas layanan internet banking yang dirasakan informan nasabah. Wawancara menggunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan saat wawacara berlangsung dimunculkan pertanyaan lain untuk memperdalam jawaban informan. Data yang telah dikumpulkan melalui wawancara kemudian dilakukan reduksi data dengan cara memilih hasil wawancara yang sesuai dengan tujuan pokok penelitian, setelah reduksi data kemudian display data yakni mengelompokkan hasil wawancara berdasarkan variabel yang diteliti, lalu penarikan kesimpulan dengan menggunakan metodologi komparatif konstan (Offstein et al , 2004). Penarikan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah mendalami persepsi nasabah mengenai kualitas layanan internet banking dan faktor yang mendasarinya. Metodologi komparatif konstan menerapkan logika induktif, intuitif, dan interpretasi. Tujuan komparatif konstan untuk membandingkan dan menemukan hubungan antar kejadian sepanjang penelitian (Offstein et a l, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada nasabah sebagai pengguna internet banking bank di Indonesia. Intervensi peneliti terhadap jawaban informan dihindari sehingga diperoleh pendapat yang asli. Sebanyak 10 informan yang diwawancarai mengenai persepsi mereka tentang kualitas layanan internet banking yang digunakan atau diamati selama ini. Rangkuman jawaban informan dikelompokkan menjadi 5 dimensi kualitas layanan, yakni keamanan, kemampuan fisik, responsif, keandalan, dan jaminan. ## Keamanan Hasil wawancara dengan informan menunjukkan bahwa kekuatiran tentang keamanan disebabkan oleh informan tidak bertatap muka langsung dengan staf bank, tapi hanya melalui teknologi sehingga memerlukan jaminan keamanan bahwa transaksi yang terjadi dapat dicegah dari aksi kejahatan (informan ke-3). Informan ke-10 menerangkan bahwa nasabah membutuhkan keamanan internet banking karena layanan online ( internet ) pasti bersentuhan dengan teknologi yang memungkinkan pelaku kejahatan melakukan upaya untuk berbuat jahat yang merugikan nasabah seperti mencuri atau memodifikasi data transaksi. Keamanan yang baik dipersepsikan jika tidak ada keluhan atau pengaduan terhadap gangguan keamanan yang mengakibatkan kegagalan transaksi (informan ke-8). Persoalan keamanan yang baik menjadi tantangan prosedur keamanan yang tidak rumit. Informan ke-2 menerangkan bahwa keamanan internet banking terus ditingkatkan, namun jangan sampai penggunaannya menjadi sulit, melainkan sederhana, nyaman dan aman. Aman menurut informan ke-4 jika transaksi dilakukan melalui verifikasi nasabah untuk mengkonfirmasi setiap transaksi yang dilakukan. Verifikasi nasabah menurut informan ke-6 melalui penggunaan perangkat token untuk lakukan transaksi supaya lebih aman terhindar dari serangan hacker yang jahat, nasabah ikut bertanggungjawab menjaga keamanan. Kemampuan Fisik Hasil wawancara mengenai kemampuan fisik, beberapa informan memberikan penjelasan yang singkat mengenai fasilitas layanan dan daya tarik desain website. Dua informan berpendapat bahwa website bank memiliki informasi yang jelas, dapat dipahami dengan mudah (informan ke-3) memiliki tampilan website yang menarik dengan fitur yang sederhana prosedur penggunaannya (informan ke-6). Fasilitas layanan internet banking dengan fitur yang diharapkan informan adalah fitur internet banking yang sesuai kebutuhan, fiturnya mudah dan aman digunakan (informan ke-7, informan ke-3). Ada fasilitas online messanger agar dapat berkomunikasi dengan staf bank jika ada masalah (informan ke-4). Fasilitas yang dapat diakses dengan cepat, dan terdapat informasi yang menarik perhatian nasabah berupa promosi produk bank (informan ke-9). Responsif Hasil wawancara dengan informan menunjukkan beberapa aspek responsif yang diharapkan dalam layanan internet banking , diantaranya kebutuhan nasabah dapat direspon dengan baik melalui penyediaan fitur website bank (informan ke-1). Respon yang cepat ketika mengakses internet banking, jarang putus (informan ke-2). Bank melakukan sosialisasi dan edukasi nasabah dalam menggunakan internet banking, dan diikuti dengan informasi yang jelas pada website bank (informan ke-4). Jika nasabah menemui masalah dan menghubungi call center , ada kepastian waktu berapa lama sebuah masalah diberikan solusi oleh bank, misalnya masalah gagal transaksi (informan ke-5). Kegiatan menghubungi call center dimudahkan, tidak lama tunggu, tidak lama antri (informan ke-7). Sebagai respon yang baik, nasabah dapat melakukan chat online dengan staf bank yang dapat dihubungi langsung untuk berkomunikasi mengenai kendala dalam menggunakan i- banking (Informan ke-6). Website bank dengan tampilan yang bagus, lebih komunikatif agar dapat dipahami, terdapat konten bantuan yang dapat menolong nasabah (informan ke-10). ## Keandalan Hasil wawancara dengan informan diperoleh deskripsi tentang faktor keandalan yang diharapkan dalam layanan internet banking, diantaranya layanan bank yang dapat diakses dari beberapa jenis perangkat yang berbeda, apalagi mengingat seorang nasabah mungkin memiliki dan menggunakan beberapa perangkat seperti laptop, komputer, iphone. (Informan ke-1). Dalam kondisi banyak orang menggunakan internet, akses internet banking tetap baik (informan ke-2), akses yang tidak putus (Informan ke-3, informan ke-8, informan ke-10). Layanan bank sesuai dengan standart operational procedure (sop), demikian juga tentang pengamanan, bank sudah menggunakan sop pengamanan yang baik dan telah teruji (informan ke-5). Keandalan bank menjadi kepercayaan nasabah karena pasti bank terus meningkatkan layanannya, termasuk keamanan (informan ke-6) Jaminan Hasil wawancara dengan informan menunjukkan Jaminan diantaranya jaminan sumber daya manusia bank yang kualitasnya mampu memberi solusi dan berkomunikasi dengan bahasa yang baik (Informan ke-1). Jika nasabah menghadapi masalah dalam pemakaian internet banking maka staf bank dapat menyampaikan jaminan kepastian waktu berapa lama masalah dapat diselesaikan misalnya masalah gagal transaksi (Informan ke-5). Pelaksanaan prosedur layanan yang mudah dipahami dan terlaksana dengan baik, merupakan jaminan bank atas layanan yang terselenggara (informan ke-9). ## PEMBAHASAN 1. Kualitas Layanan Internet Banking Keamanan Salah satu keunggulan layanan internet banking adalah layanan bank yang dapat dikendalikan sendiri oleh nasabah tanpa perlu berinteraksi langsung dengan staf bank, diistilahkan Online. Ancaman keamanan adalah potensi terjadinya kerugian akibat penipuan atau serangan hacker pada sistem keamanan online (Lee, 2009). Nasri (2011) berpendapat bahwa pelanggan dapat mengelola urusan perbankan mereka, jika mereka menikmati privasi ketika berinteraksi dengan bank. Keamanan yang dikeluhkan oleh informan ke-2 berkaitan dengan faktor norma yaitu prosedur untuk mengakses internet banking yang dianggap rumit, sehingga prosedur yang sederhana dipandang memberi kemudahan bagi nasabah. Informan ke-4 menekankan pada aspek peran atau partisipasi nasabah dalam ikut mengamankan penggunaan internet banking dengan cara nasabah diberi kesempatan untuk melakukan verifikasi atas setiap transaksi yang akan terjadi. Informan ke-6 menekankan hal yang sama pentingnya partisipasi nasabah dalam pengamanan melalui sistem penggunaan token oleh nasabah atas setiap transaksi yang akan terjadi. Nasabah punya peran penting menjaga keamanan internet banking . Ada dua alasan sehingga informan merasakan kekuatiran atas sistem online . Pertama, informan tidak terhubung langsung dengan staf bank hanya melalui aplikasi teknologi. Kedua, aksi kejahatan yang dapat mengancam layanan internet banking . Informan tidak paham secara teknis bagaimana bank mengamankan layanan internet banking . Oleh karena itu, derajat keluhan nasabah atas gangguan keamanan yang dialami merupakan indikator penting untuk mengenali seberapa jauh gangguan keamanan dirasakan nasabah. Sistem keamanan penting melibatkan nasabah dalam konfirmasi transaksi misalnya melalui password dan kode token. Sistem keamanan yang menekankan peran tanggungjawab nasabah untuk turut menjaga keamanan internet banking. Bank seharusnya meningkatkan terus keamanan layanan internet banking, karena aman merupakan manfaat. Keamanan merupakan faktor penting dalam layanan internet banking yang dapat meningkatkan kepercayaan diri nasabah untuk terus menggunakannya (Lee, 2009). Konsekuensi ini memerlukan pemikiran dan solusi yang tepat bagaimana bank meningkatkan keamanan tetapi tidak menimbulkan peningkatan kompleksitas prosedur penggunaan internet banking yang dapat mengakibatkan lambatnya proses layanan dan berkurangnya kenyamanan nasabah. Kesimpulan: Keamanan layanan internet banking perlu melibatkan partisipasi nasabah untuk ikut menjaga keamanan dengan norma pengamanan yang sederhana. ## Kemampuan Fisik Beberapa informan menekankan pentingnya faktor komunikasi pada website bank: informasi yang jelas (informan ke-3); fasilitas komunikasi seperti online messanger (informan ke-4); desain website yang lebih menarik (informan ke-3); promosi produk (informan ke-9). Informasi yang jelas dan desain website yang menarik akan memudahkan komunikasi dan menarik perhatian nasabah. Selain faktor komunikasi, informan juga mengarahkan perhatian mengenai faktor infrastruktur teknologi, informan ke-7 dan informan ke-3 mengharapkan tersedia fitur yang aman dan mudah digunakan, sedangkan informan ke-9 menekankan akses website bank yang cepat. Kemampuan Fisik dalam layanan internet banking merupakan segala kelebihan yang diperoleh nasabah dari website perbankan meliputi fasilitas layanan dan desain website. Fitur layanan penting karena merupakan fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan nasabah seperti melakukan transaksi melalui fitur transfer uang. Tersedianya fitur layanan yang sesuai kebutuhan nasabah dengan melakukan " update layanan" didukung dengan kemudahan fitur dipelajari dan digunakan, didukung dengan daya tarik desain website dan keberadaan informasi promosi menciptakan kenyamanan nasabah yang memungkinkan nasabah lebih lama untuk berinteraksi dengan website bank. Kesimpulan: Kemampuan fisik dalam penyelengaraan internet banking seharusnya memperhatikan komunikasi yang baik dan penyediaan infrastruktur teknologi yang aman, mudah digunakan dan akses yang cepat. Responsif Informan menekankan pentingnya responsif pada layanan internet banking didasari pada fasilitas layanan, infrastruktur teknologi, dan komunikasi yang baik. Fasilitas layanan pada website bank maupun di luar website bank, infrastruktur teknologi yang mampu menunjang komunikasi yang mudah dan cepat. Fasilitas layanan pada website bank dengan berbagai fitur (informan ke-1) yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah, di luar website bank tersedia fasilitas layanan call center dengan layanan yang cepat, waktu tunggu yang singkat saat menghubungi call center (informan ke-5 dan informan ke-7), tersedia pula fasilitas layanan chat online (informan ke-6). Sedangkan, infrastruktur teknologi harus mampu mendukung kecepatan akses dan respon komunikasi yang baik pada website bank (informan ke-2). Komunikasi yang diharapkan informan adalah kemampuan bank melakukan komunikasi melalui sosialisasi dan edukasi nasabah (informan ke-4); website bank yang lebih komunikatif yang mudah dipahami dan terdapat konten bantuan yang dapat menolong nasabah jika mengalami kesulitan menggunakan internet banking (informan ke-10) . Responsif merupakan persepsi nasabah mengenai kemudahan dan respon yang diperoleh nasabah selama menggunakan internet banking . Pentingnya respon website bank untuk menyediakan fitur yang sesuai kebutuhan nasabah. Jika nasabah merasa rumit atau menemui masalah dalam penggunaan internet banking, maka mereka dapat menghubungi staf bank misalnya melalui call center dengan solusi dan jangka waktu penyelesaian masalah yang jelas. Sosialisasi dan edukasi internet banking pada nasabah merupakan wujud respon bank dalam meningkatkan pemahaman atau pengetahuan nasabah. Pada kondisi akses internet banking yang cepat maka nasabah merasakan kemudahan menggunakannya, karena konsumen dapat menghemat waktunya (Lee, 2009). Bank merespon kebutuhan nasabah dengan menyediakan fitur yang memadai dalam website bank. Salah satu pemenuhan kebutuhan nasabah menurut Lee (2009) adalah nasabah dapat memonitor histori transaksinya. Aspek bantuan berupa informasi bantuan atau chat online dengan staf bank merupakan harapan nasabah yang berkaitan dengan kecepatan bank merespon dan melayani nasabah. Untuk itu, kualitas komunikasi bank pada nasabah menjadi penting. Menu bantuan yang sederhana dan jelas pada website bank memungkinkan nasabah untuk mudah melakukan transaksi internet banking dan meningkatkan kepuasan nasabah jangka panjang (Waithaka dan Nzeveka, 2015) Kesimpulan: penyelengaraan internet banking perlu peningkatan fasilitas layanan, infrastruktur teknologi, dan komunikasi. ## Keandalan Keandalan dalam layanan internet banking terletak pada seberapa jauh infrastruktur teknologi yang tersedia mampu digunakan dan tersedia dalam berbagai keadaan. Informan ke-1 mengharapkan layanan internet banking dapat diakses melalui berbagai jenis perangkat teknologi seperti laptop, komputer, iphone. Dalam keadaan pada jam tertentu banyak orang mengakses internet banking , nasabah tetap dapat mengakses internet banking dalam keadaan baik (informan ke-2), akses yang tidak putus (Informan ke-3, informan ke-8, informan ke-10). Keandalan juga berkaitan dengan norma berupa standart operational procedure (sop) misalnya sop pengamanan yang baik dan telah teruji (informan ke-5). Keandalan merupakan ketahanan layanan internet banking untuk dapat tersedia dan diakses dengan baik, dapat pulih dari gangguan sehingga tersedia kembali. Pentingnya aksesbilitas website bank tersedia dan mampu diakses dengan baik menggunakan berbagai perangkat teknologi, didukung dengan aturan atau norma yang jelas mengenai prosedur dan tanggungjawab para pihak yang berkepentingan dalam layanan internet banking . Konsisten bank untuk terus memperbaiki dan meningkatkan layanannya merupakan harapan nasabah yang logis untuk meningkatkan keandalan layanan. Kesimpulan: Keandalan layanan internet banking terletak pada penyelenggaraan internet banking dengan infrastruktur teknologi yang andal dan norma yang baik dan teruji. Jaminan Jaminan dalam penyelenggaraan internet banking bergantung pada 2 faktor yakni sumber daya manusia, dan norma. Sumber daya manusia bank yang diharapkan informan adalah jaminan sumber daya manusia bank yang kualitasnya mampu memberi solusi dan berkomunikasi dengan bahasa yang baik (Informan ke-1), sumber daya manusia bank yang mampu melayani dengan kepastian waktu dalam menyelesaikan masalah nasabah (Informan ke-5). Jaminan layanan internet banking juga didasarkan pada tersedianya norma berupa prosedur layanan yang mudah dipahami dan norma itu mampu menjamin layanan bank (informan ke-9). Jaminan keamanan menciptakan kepercayaan diri konsumen (Al-Fahim, 2013). Garansi atau jaminan merupakan tuntutan nasabah terhadap layanan internet banking dengan memperhitungkan faktor resiko. Konsumen menekankan adopsi internet banking jika ada jaminan uang kembali sebab mereka tidak menginginkan kehilangan dana akibat hacker (Folake, 2013). Bank dapat meningkatkan kepercayaan nasabah dengan menarik perhatian konsumen, diantaranya memberikan pernyataan jaminan layanan terhadap setiap transaksi sehingga timbul kepercayaan diri konsumen (Lee, 2009). Jaminan layanan internet banking terletak pada kejelasan pada tatakelola internet banking seperti terdapat aturan yang jelas yang diketahui nasabah. Jaminan layanan juga terletak pada kualitas sumber daya manusia bank yang seharusnya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang layanan internet banking . Bank seharusnya menjamin agar layanan internet banking berjalan dengan aman dan andal, melayani nasabah dengan baik. Kesimpulannya, jaminan layanan internet banking terletak pada faktor kualitas sumber daya manusia dan terdapat norma yang mudah dipahami dan menjamin keberlansungan layanan internet banking . 2. Kekuatan yang melandasi Layanan Internet Banking Dari analisis dan pembahasan lima variabel yang diteliti menunjukkan bahwa kualitas layanan internet banking dari persepsi nasabah terletak pada 6 kekuatan atau fondasi dasar yakni: sumber daya manusia, komunikasi, saluran partisipasi nasabah, infrastruktur teknologi, norma, dan fasilitas layanan. Gambar 1. Kekuatan layanan internet banking Komunikasi Bank mengetahui kebutuhan, kritik, dan pengaduan nasabah melalui interaksi komunikasi yang terjalin dari berbagai jalur komunikasi. Kritik dan pengaduan nasabah merupakan informasi mengenai adanya kekurangan pada layanan, mungkin nasabah membandingkan dengan website bank yang lain dan menemukan kelemahan layanan sehingga kritik dan keluhan nasabah perlu menjadi pertimbangan Bank untuk meningkatkan penyelenggaraan layanan internet banking . Komunikasi merupakan penyampaian dan penerimaan pesan/informasi. Kemampuan komunikasi terdiri atas 3 (tiga) bagian, yakni manfaat informasi, kualitas informasi, dan kualitas interaksi. Manfaat informasi berkaitan dengan kegunaan informasi dalam website perbankan, seperti informasi yang menjelaskan tentang tujuan fitur, cara menggunakan fitur, informasi promosi, penjelasan keamanan, informasi bantuan, kritik dan saran. Informasi yang bermanfaat harus mampu mengedukasi nasabah. Eze et al (2011) menerangkan bahwa edukasi konsumen merupakan keuntungan konsumen karena mengetahui bagaimana menggunakan internet banking , memproteksi dan mengamankan data privasi. Kualitas Informasi berkaitan dengan kecepatan, relevansi dan keakuratan informasi dalam merespon permintaan nasabah. Informasi yang cepat diperoleh, relevan dengan kebutuhan nasabah, dan akurat atau terhindar dari kesalahan merupakan informasi yang berkualitas tinggi yang Kamunikasi Sumber Daya Manusia Saluran Partisipasi Nasabah Kekuatan Layanan Internet Banking Infrastruktur Teknologi Fasilitas Layanan Norma mendukung pengambilan keputusan. Sebaliknya, informasi yang berkualitas rendah mengakibatkan pengambilan keputusan menjadi bias. Bank seharusnya meningkatkan terus upaya meningkatkan kualitas informasi karena menentukan kesuksesan internet banking (Namahoot dan Laohavichien, 2015) Kualitas interaksi adalah kualitas hubungan antara nasabah dengan front line bank , baik melalui call center, customer service, online messanger , juga hubungan antara nasabah dengan website bank. Kualitas interaksi seperti nasabah tidak menunggu lama saat menghubungi call center , staf bank dapat menanggapi keluhan atau pertanyaan pelanggan dengan tepat, respon staf bank yang cepat. Nasri (2011) berpendapat bahwa kenyamanan diperoleh konsumen jika mengeksekusi transaksi bank atau mengontak bank dengan cepat. ## Saluran Partisipasi Nasabah Saluran partisipasi nasabah penting agar nasabah dapat ikut berperan aktif dalam layanan internet banking , tidak hanya melakukan transaksi. Bank seharusnya memberikan peluang pada nasabah untuk dapat memberikan saran atau kritik, menyediakan sarana dan prasarana yang memungkinkan nasabah turut mengamankan layanan internet banking dengan prosedur yang jelas, serta Bank ikut berperan mengembangkan literasi teknologi nasabah melalui edukasi. Partisipasi nasabah berupa penyampaian kritik dan saran diperlukan untuk peningkatan kualitas layanan internet banking , mungkin terdapat kritik nasabah yang kurang konstruktif sehingga dapat diabaikan, tetapi saran yang konstruktif menjadi masukan penting untuk perbaikan layanan. Saluran penyampaian kritik dan saran seharusnya bersifat multi channel dengan banyak saluran komunikasi seperti email, sms, telepon, bertemu dengan customer service bank , dan saluran lainnya. Partisipasi nasabah yang lain adalah nasabah terlibat dalam mengamankan sumber daya internet banking seperti password dan user id , melakukan verifikasi setiap transaksi seperti menerima kode token dan memasukkan kode token ke dalam website bank. Keamanan internet banking tidak hanya menjadi tanggungjawab bank sebagai penyelenggara layanan tetapi juga nasabah ikut bertanggungjawab menjaga kode rahasia yang dimilikinya. Bank harus menyediakan prosedur pengamanan internet banking yang melibatkan peran nasabah dengan mekanisme yang jelas. Bank harus menyediakan saluran komunikasi seperti call center yang dapat digunakan nasabah untuk menyampaikan pengaduan jika ada gangguan keamanan internet banking agar bank segera memberikan bantuan. Literasi teknologi oleh nasabah diperlukan karena kemampuan penguasaan teknologi informasi, internet, dan internet banking yang rendah dapat berakibat rendahya penggunaan internet banking , sehingga kualitas layanan internet banking memerlukan peranan pengetahuan dan keterampilan nasabah dalam penguasaan teknologi. Pentingnya literasi teknologi ini diterangkan pada beberapa penelitian. Pengetahuan konsumen untuk menguasai penggunaan teknologi informasi seperti internet berpengaruh pada niat menggunakan internet banking (Nasri, 2011). Saeidipour et al (2013) berpendapat bahwa pengalaman konsumen mengenai internet adalah faktor penting konsumen mengadopsi internet banking . Kedalaman pengetahuan merupakan faktor yang memfasilitasi atau membatasi kemampuan nasabah untuk beralih ke layanan bank secara elektronik (Al-Smadi, 2012). Bank seharusnya menyediakan berbagai program edukasi yang mampu untuk meningkatkan literasi teknologi nasabah khususnya kemampuan menggunakan internet banking . Dukungan bank dalam meningkatkan literasi teknologi misalnya melalui penyediaan petunjuk manual penggunaan internet banking , petunjuk pengamanan internet banking dan antisipasi kejahatan. ## Fasilitas Layanan Fasilitas layanan internet banking merupakan ujung tombak interaksi nasabah dan bank melalui online atau jalur internet untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Internet banking memiliki kualitas yang baik jika mampu mendefinisikan kebutuhan nasabah (Mahfooz et al, 2013). Website bank seharusnya mengandung informasi yang berkualitas tinggi yakni lengkap, mudah diakses, ter- update, akurat, dan aman. Strategi bank dalam layanan internet banking termasuk pengembangan layanan terletak pada keamanan, proteksi informasi personal, jaminan, menurunkan lama tunggu aksesbilitas, semua faktor ini dapat meningkatkan kepercayaan diri nasabah (Al-Smadi, 2012). Fasilitas layanan yang dipersepsikan nasabah mengandung unsur kualitas layanan yakni andal, aman, responsif, kemampuan fisik yang baik, dan adanya jaminan. Keandalan web menjadi penting, sebab jika internet banking sering mengalami kegagalan transaksi maka penggunaan web perbankan bersifat rumit, menghabiskan waktu, dan menimbulkan ketidakpuasan nasabah. Kemampuan website bank dapat diakses menggunakan berbagai jenis perangkat teknologi informasi dan komunikasi, dapat diakses dalam kondisi bandwidth internet yang rendah merupakan nilai keandalan yang juga dipersepsikan nasabah. Faktor responsif adalah kemudahan dan respon layanan internet banking sebagai akibat permintaan nasabah. Responsif berkaitan dengan kecepatan akses website bank; kualitas informasi dalam website bank; kesesuaian fitur internet banking dengan kebutuhan nasabah; ragam saluran komunikasi untuk menerima kritik, masukan, dan keluhan nasabah. Responsif juga berkaitan dengan tingkat kemudahan mempelajari dan menggunakan fitur internet banking , semakin mudah menggunakan internet banking akan memberikan kenyamanan pada nasabah. Faktor keamanan penting dalam internet banking (Nasri, 2011; Perkins dan Annan, 2013). Keamanan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yakni sistem pengamanan dan perlindungan data. Sistem pengamanan adalah web perbankan dapat melayani nasabah dengan fungsi pengamanan yang baik, seperti pengamanan ganda, fasilitas perubahan password , melakukan blokir informasi atau rekening jika terjadi serangan gangguan keamanan. Perlindungan data yakni menjaga kerahasiaan data nasabah yang bersifat privasi, mencegah data error atau data yang tidak akurat. Kemampuan fisik juga berkaitan dengan jaminan layanan. Fasilitas layanan yang didasari pada aturan diikuti dengan konsistensi pelaksanaannya menjadikan layanan yang terjamin, diikuti dengan prosedur layanan yang tidak rumit, mudah dipelajari, mudah digunakan. Disamping itu, adanya aturan atau norma yang mengatur tentang tanggungjawab masing-masing pihak yakni nasabah dan bank. ## Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia memiliki peran penting dalam layanan internet banking karena kemampuan nasabah menggunakan internet banking dapat berbeda. Aspek sumber daya manusia meliputi kuantitas staf bank, pengetahuan staf bank, dan kecakapan staf bank. Kuantitas staf bank berdampak pada waktu tunggu layanan, misalnya ketika nasabah menghubungi call center maka waktu tunggu antrian menjadi singkat apabila jumlah staf call center mencukupi. Kualitas staf bank yakni pengetahuan dan kecakapan berdampak pada kemampuan staf bank menerima, memproses, dan memberikan solusi atas pengaduan, masukan, dan kritik nasabah atas penggunaan internet banking. ## Infrastruktur Teknologi Aspek Infrastruktur Teknologi meliputi aksesbilitas teknologi, ketersediaan fitur, sistem pengamanan, dan perlindungan data: Aksesbilitas teknologi adalah kemampuan teknologi yang mudah digunakan, mudah dipelajari, akses yang cepat, dan fleksibilitas teknologi website bank dapat beroperasi pada berbagai macam perangkat teknologi informasi dan komunikasi; Ketersediaan fitur yang sesuai kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi keuangan; Sistem pengamanan yang baik yang mampu melindungi sistem layanan bank dan perangkat elektronik; Perlindungan data bertujuan melindungi nasabah dari kebocoran dan gangguan data pribadi nasabah. Kegagalan bank dalam melindungi keamanan dan privasi data dapat membuat reputasi bank menjadi buruk (Folake, 2013) Norma Norma merupakan aturan yang diberlakukan dalam layanan jasa internet banking . Norma meliputi Prosedur dan Tanggungjawab yang melibatkan semua proses yang diperlukan atas interaksi nasabah dengan web perbankan dan staf bank yang didukung dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, seperti prosedur pengamanan, prosedur menerima pengaduan, prosedur registrasi, prosedur reset password . Tanggungjawab merupakan kewajiban yang harus dijalankan dengan baik pihak nasabah maupun pihak bank. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 6 kekuatan atau faktor penting yang melandasi layanan jasa internet banking . Keenam kekuatan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yakni komunikasi, saluran partisipasi nasabah, fasilitas layanan, sumber daya manusia, infrastruktur teknologi, dan norma. Terdapat 21 indikator dari 6 kekuatan yang melandasai jasa internet banking merupakan bahan evaluasi layanan internet banking yakni Kekuatan Komunikasi terdiri 3 indikator yakni manfaat informasi, kualitas informasi, dan kualitas interaksi. Kekuatan Saluran Partisipasi Nasabah meliputi 3 indikator yakni prosedur pengamanan internet banking , edukasi untuk literasi teknologi, saluran komunikasi kritik dan saran. Kekuatan Fasilitas Layanan meliputi 5 indikator yakni aman, andal, responsif, jaminan, kemampuan fisik. Kekuatan Sumber Daya Manusia meliputi 3 indikator yakni kuantitas, pengetahuan, dan kecakapan. Kekuatan Infrastruktur Teknologi meliputi 4 indikator yakni aksesbilitas teknologi, ketersediaan fitur, sistem pengamanan, dan perlindungan data. Kekuatan Norma meliputi 3 indikator yakni prosedur pengamanan, prosedur menerima pengaduan, prosedur penggunaan internet banking. ## REFERENSI Al-Ajam, A.S. & K.M. Nor. (2013). Customer's Adoption of Internet Banking Service: An Empirical Examination of the Theory of Planned Behavior in Yemen. International Journal of Business and Commerce , 2(5), 44-58. Al-Fahim, N.H. (2013). An Exploratory Study of Factors Affecting the Internet Banking Adoption. Global Journal of Management and Business Research , 13(8), 22-32. Alnsour, M.S., K. Al-hyari. (2011). Internet Banking and Jordanian Corporate Customers: Issues of Security and Trust. Journal of Internet Banking and Commerce , 16(1), 1-14. Al-Smadi, M.O. (2012). Factors Affecting Adoption of Electronic Banking: An Analysis of the Perspectives of Banks' Customers. International Journal of Business and Social Science , 3(17), 294-309. Eze, U.C., L.H. Yaw, & J. K. Manyeki, L.C. Har. (2011). Factors Affecting Internet Banking Adoption among Young Adults: Evidence from Malaysia. International Conference on Social Science and Humanity IPEDR , 5, 377-381. Folake, N.P. (2013). The Impact of Trust Antecedents of Internet Banking in Nigeria. International Journal of Economic and Business Management , 2(2), 19-24. Gupta, K.K. & I. Bansal. (2012). Development of an instrument to measure internet banking service quality in India. Journal of Arts, Science & Commerce , 3(2), 11-25. Lee, M. (2009). Factor Influencing the adoption of internet banking: An Integration of TAM dan TPB with perceived risk and perceived benefit. Electronic Commerce Research and Applications , 8(3),130-141. Mahfooz, Y., M. Al-Motairi, & F. Ahmad, A. Khan. (2013). A Study of the Service Quality Issues of Internet Banking in Non-Metro Cities of India. Journal of Advanced Management Science , 1(1), 75-79. Namahoot, K.S. & T. Laohavichien. (2015). Quality Management And Trust Of Internet Banking In Thailand. International Journal of Scientific and Technology Research , 4(9), 257-262 Nasri, W. (2011). Factors Influencing the Adoption of Internet Banking in Tunisia. International Journal of Business and Management , 6(8), 143-160. Nimako, S.G., N. K. Gyamfi, & A.M.M. Wandaogou. (2013). Customer Satisfaction With Internet Banking Service Quality In The Ghanaian Banking Industry. International Journal of Scientific & Technology Research , 2(7), 165-175. Offstein E.H., M.B Larson, A.L McNeil, & H.M Mwale. (2004). Are We Doing Enough for Today ‟ s Graduate Students?. The International Journal of Educational Management , 18(7), 396-407. Perkins, E.D., & J. Annan. (2013). Factors affecting the Adoption of Online Banking in Ghana: Implications for Bank Managers. International Journal of Business and Social Research (IJBSR) , 3(6), 94-108. Punyani, G., G. Dash, & S. Sharma. (2015). An Assessment of Customers' e-service Quality Perception Through Webqual Scale: A Study on Online banking Services. International Refereed Research Journal , 6(3), 106-118. Roche, I.D. (2014). An Empirical Investigation of Internet Banking Service Quality, Corporate Image and the Impact on Customer Satisfaction; With Special Reference to Sri Lankan Banking Sector. Journal of Internet Banking and Commerce , 19(2), 1-18. Rod, M., N.J. Ashill, J. Shao, & J. Carruthers. (2009). An examination of the relationship between service quality dimensions, overall internet banking service quality and customer satisfaction. Journal Marketing Intelligence & Planning , 27(1), 103-126. Saeidipour, B., H. Ranjbar, & S. Ranjbar. (2013). Adoption of Internet banking. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) , 11(2), 46-51. Safeena, R., Abdullah, & H. Date. (2010). Customer Perspectives on E-business Value: Case Study on Internet Banking. Journal of Internet Banking and Commerce , 15(1), 1-13. Sohail, M.S. & N.M Shaikh. (2008). Internet banking and quality of service Perspectives from a developing nation in the Middle East. Online Information Review , 32(1), 58-72. Waithaka, S.T. & K.M.J Nzeveka. (2015). Customers Perception on Ease of Use of Internet Banking in Commercial Banks in Kenya. International Journal of Novel Research in Marketing Management and Economics , 2(2), 66-74. Zarei, S. (2010). Electronic Service Quality Evaluation Methods for Online-Banking System. International Journal of Computer Science and Technology IJCST , 1(2), 6-13.
b4d2b41a-a9c4-4bdd-b574-d1a88256c09b
https://jurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/sus/article/download/3723/1475
## Kemampuan Literasi Numerasi Siswa melalui Outdoor Learning Berbantu Klinometer Sederhana Sri Apriatni 1* , Khaeroni 2 ## Abstrak Dalam era globalisasi dan transformasi, siswa perlu memiliki kemampuan memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks keseharian. Kemampuan ini dikenal sebagai literasi numerasi. Rendahnya kemampuan literasi numerasi siswa, mendorong guru untuk kreatif dan melakukan inovasi dalam pembelajaran. Salah satu kegiatan yang diduga memberikan pengaruh adalah outdoor learning. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh outdoor learning berbantuan klinometer sederhana terhadap kemampuan literasi numerasi siswa. Dua kelompok siswa yang berasal dari kelas yang berbeda dipilih secara tidak acak sebagai sampel, sehingga penelitian merupakan kuasi eksperimen dengan desain non-equivalent control group. Kemampuan literasi numerasi kedua kelompok diukur menggunakan instrumen tes literasi numerasi yang dimodifikasi dari Yustinaningrum. Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji komparatif non paramterik Mann Whitney U menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara dua kelompok yang dibandingkan. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran outdoor learning berbantuan klinometer sederhana terhadap kemampuan literasi numerasi siswa. Kata kunci: literasi numerasi, outdoor learning , klinometer History: Received : 15 Mei 2023 Revised : 04 Juni 2023 Accepted : 27 Juni 2023 Published : 30 Juni 2023 1 MAN 2 Kota Serang 2 UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten *Koresponden Penulis : [email protected] Publishers: LPM IAIN Shaykh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Indonesia Licensed: This work is licensed under aCreative Commons Attribution 4.0 International License. ## Pendahuluan Pada era globalisasi dan transformasi dewasa ini, siswa dituntut memiliki berbagai kemampuan dasar. Satu di antara beberapa kemampuan yang perlu dikembangkan adalah kemampuan literasi (Takaria et al., 2022). Ginting menyebutkan literasi sebagai kemampuan seseorang untuk melibatkan keterampilan dan potensinya saat mengelola dan memahami informasi yang ditemukan dalam aktivitas rutin sehari-hari seperti membaca, menulis, berhitung dan memecahkan masalah (Ginting, 2020). World Economic Forum 2015 mengidentifikasi beberapa kemampuan literasi pokok sebagaimana yang disebutkan oleh Kemendikbud (2017), yaitu: literasi membaca, literasi numerasi; literasi sains, literasi digital, literasi keuangan; dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Literasi numerasi merupakan salah satu kemampuan yang berhubungan erat dengan kemampuan berpikir dan berargumentasi (Ate & Lede, 2022). Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi numerasi apabila mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dan terampil menyelesaikan masalah keseharian dalam berbagai situasi nyata dengan menggunakan konsep-konsep tersebut. Selain itu, dia juga mampu menafsirkan data berupa angka yang ditemui di lingkungan sekitar ke dalam konteks yang lebih umum. Kemendikbudristek menambahkan bahwa literasi numerasi juga menunjuk pada kemampuan menghayati dan memahami data yang direpresentasikan secara matematis seperti grafik, bagan, dan tabel (Kemendikbudristek, 2021). Secara spesifik Patriana mendefinisikan literasi numerasi berupa kemampuan menggunakan teori-teori bilangan dan kecakapan operasi matematika dalam aktivitas sehari-hari, dan menerjemahkan informasi kuantitatif yang ditemuinya (Patriana et al., 2021). Salsabilah & Kurniasih (2022) mempertegas definisi-definisi di atas dengan menyebutkan literasi numerasi sebagai kemampuan mengidentifikasi dan mengelola informasi dengan cara membaca dan menulis, dihubungkan dengan konsep-konsep dan keterampilan matematika dasar. Konsep matematika digunakan oleh masyarakat dalam konteks perdagangan, bisnis, pertukangan, manajemen waktu dan sebagainya (Siregar & Dewi, 2022). Secara personal, matematika dapat digunakan seseorang dalam mengatur keuangan, penjadwalan, perjalanan, makanan, olahraga dan sebagainya (Hidayatullah et al., 2020). Manfaat tersebut dapat membantu siswa dalam menghadapi permasalahan hidup dan sangat diperlukan dalam beragam dimensi kehidupan (Ratnasari, 2020). Literasi numerasi menjadi kunci bagi siswa untuk memasuki dan memahami dunia, sehingga siswa dapat memahami sepenuhnya peran penting matematika dalam dunia modern (Kemendikbudristek, 2021). Langkah pertama dalam upaya peningkatan kemampuan literasi numerasi adalah dengan melakukan asesmen atau pengukuran. PISA atau Program for International Student Assessment merupakan program di level internasional yang dilakukan dengan tujuan dimaksud (Habibi & Suparman, 2020), yaitu untuk mengukur kemampuan membaca, matematika, serta sains pelajar sekolah tingkat menengah pertama (Umami et al., 2021). Berdasarkan hasil survei PISA 2018, dari tujuh puluh sembilan negara yang berpartisipasi dalam survei, Indonesia menduduki urutan ke tujuh dari bawah (OECD, 2019). Dengan demikian, berdasarkan peringkat rata-rata skor PISA, di antara negara-negara lainnya kemampuan siswa Indonesia masih berada pada urutan terbawah (Umami et al., 2021). Di tingkat nasional, pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud, menggunakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai instrumen pemetaan kemampuan literasi dan numerasi pelajar (Kemendikbud, 2020). Dengan menggunakan instrumen tersebut, pada tahun 2022 Rapor Pendidikan Publik mencatat pengukuran yang menggambarkan kemampuan literasi numerasi siswa. Salah satu poin pada laporan tersebut menyebutkan bahwa kemampuan siswa tingkat menengah atas masih tergolong rendah atau masih belum mencapai standar minimal. Lebih detail, disebutkan juga bahwa siswa yang telah melampaui standar minimal kemampuan numerasi kurang dari separuhnya (Kemendikbudristek, 2022). Selain AKM, Kementerian Agama juga menyelenggarakan program sejenis dengan nama AKMI atau Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia. Program ini ditujukan untuk mengukur dan mendiagnosis berbagai macam kemampuan literasi termasuk literasi numerasi pelajar khususnya madrasah (Susanti et al., 2021). Untuk mengetahui lebih detail kemampuan literasi numerasi siswa di tingkat Madrasah Aliyah (MA), dilakukan studi pendahuluan oleh Apriatni et al (2022) di MA Negeri 2 Kota Serang. Studi dilakukan dengan memberikan tes literasi numerasi menggunakan asesmen literasi numerasi pada materi trigonometri. Hasilnya, siswa madrasah memiliki kemampuan literasi numerasi yang tergolong rendah mencapai hampir 80% dari total keseluruhan siswa. Asesmen literasi numerasi dalam AKM terdiri atas muatan geometri dan pengukuran, aljabar, statistik dan peluang, dan pola bilangan (Kemendikbud, 2020). Pada muatan geometri dan pengukuran, terdapat sub materi trigonometri. Secara praktis, konsep-konsep dalam trigonometri memberikan beberapa manfaat dalam kehidupan nyata seperti untuk memperkirakan tinggi suatu benda (Hidayat & Aripin, 2020) yang tidak memungkinkan apabila diukur secara langsung menggunakan perangkat yang sederhana. Namun sebagian besar siswa menganggap konsep- konsep pada trigonometri sangat sulit dipahami, akibatnya siswa mengalami kebingungan ketika memecahkan masalah sederhana atau bahkan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Fitriani et al., 2020). Dalam konteks ini, siswa belum menunjukkan kemampuan menemukan hubungan antara konsep matematika dengan penerapannya dalam kehidupan sehingga siswa tidak merasakan manfaat konsep matematika di dalam kehidupannya. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang tercapai tujuan pembelajarannya. Oleh karena itu, guru perlu melakukan berbagai inovasi untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah menggunakan bermacam model/metode pembelajaran ketika menyampaikan materi atau konsep. Terdapat banyak metode pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dan melibatkan lingkungan disekitarnya sebagai sumber belajar (kontekstual). Outdoor learning merupakan contoh metode pembelajaran yang memprioritaskan pelibatan siswa dalam menemukan jejaring konsep-konsep yang sedang dipelajari dengan pengalaman belajar yang ditemui di luar ruangan . Waite (2020) menyatakan bahwa outdoor learning berbasis sekolah adalah kegiatan bermain, pengajaran, dan pembelajaran yang dilakukan di lingkungan alami pelajar dalam pendidikan formal. Faktanya, pembelajaran tidak melulu berada di dalam kelas. Guru juga sesekali bisa melakukannya di tempat di mana kehidupan sosial berlangsung (Tanik Onal & Ezberci Cevik, 2022). Outdoor learning melibatkan anak-anak dalam berbagai cara dengan menggunakan beberapa indra dan pengalaman, guru sering berperan sebagai fasilitator (Alba, 2011). Dengan demikian diharapkan Outdoor learning memfasilitasi pengembangan keterampilan ilmiah seperti observasi, pengumpulan data, analisis, dan interpretasi data; dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam memperoleh pengetahuan langsung serta berkontribusi terhadap interaksi sosial (Tanik Onal & Ezberci Cevik, 2022). Fasilitasi tersebut dapat memanfaatkan alam dan media pembelajaran atau alat peraga yang memungkinkan untuk digunakan di lapangan terbuka. Berkaitan dengan pembelajaran trigonometri, guru dan siswa dapat memanfaatkan klinometer dalam outdoor learning . Klinometer dapat digunakan untuk mengukur tinggi suatu objek secara tidak langsung (Amalia & Nurwiani, 2020) dengan menerapkan konsep-konsep pada trigonometri. Studi mengenai penerapan outdoor learning dan pengaruhnya terhadap pembelajaran telah banyak dilakukan (Amalia & Nurwiani, 2020; Ratnasari, 2020; Syawardhan & Noer, 2022; Taqwan, 2019) . Pertama adalah penelitian yang dilakukan Amalia & Nurwiani (2020). Mereka menyimpulkan respons siswa yang menerapkan model pembelajaran outdoor learning berbantuan alat peraga klinometer memiliki hubungan dengan hasil belajar siswa. Lebih lanjut, Taqwan (2019) melakukan penelitian untuk menganalisis apakah kemampuan pemecahan masalah dipengaruhi oleh penerapan outdoor learning . Hasilnya, kemampuan pemecahan masalah dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh penerapan outdoor learning . Berkaitan dengan kemampuan literasi numerasi, Ratnasari (2020) menyimpulkan bahwa outdoor learning memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemampuan literasi numerasi pada anak usia dini. Hasil serupa juga dinyatakan oleh Syawardhan & Noer (2022) bahwa outdoor learning dengan klinometer berpengaruh terhadap peningkatan literasi matematis siswa SMK Bandar Lampung. Berdasarkan uraian di atas serta penelusuran penelitian-penelitian serupa, tidak ditemukan studi mendeskripsikan bagaimana pengaruh pembelajaran trigonometri dilakukan dengan menggunakan metode outdoor learning berbantuan klinometer sederhana ditinjau dari kemampuan literasi numerasi siswa MA. Untuk itu studi ini memiliki tujuan mendapatkan deskripsi pengaruh pembelajaran outdoor learning berbantuan klinometer sederhana terhadap kemampuan literasi numerasi siswa MA. ## Metode Penelitian dilakukan di MA Negeri 2 Kota Serang pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023. Data mengenai kemampuan literasi numerasi didekati secara kuantitatif yang diperoleh menggunakan instrumen tes kemampuan literasi numerasi pada materi trigonometri. Instrumen tersebut dikembangkan oleh Apriatni et al. (2022). Hasil tes literasi numerasi yang diperoleh terlebih dahulu diberikan skor menggunakan rubrik yang dimodifikasi dari Yustinaningrum (2021). Perolehan skor tes literasi numerasi dikonversi untuk memperoleh nilai tes literasi numerasi, dengan rumus : Data diperoleh dari dua kelas siswa yang berbeda, yaitu kelas X-A yang terdiri atas 30 siswa dan X -B yang terdiri atas 30 siswa juga. Akan tetapi pemilihan sampel tidak dilakukan secara acak sehingga kedua kelompok siswa tersebut ditetapkan sebagai sampel. Langkah pertama pengujian adalah melakukan tes awal terhadap kedua kelompok. Tes awal dilakukan untuk menganalisis kemampuan literasi numerasi awal. Apabila kemampuan awal kedua kelompok dalam kategori sama/tidak berbeda, maka kedua kelompok dapat digunakan dalam pengujian selanjutnya. Sebaliknya, hanya akan melibatkan satu kelompok saja yang dipilih secara acak. Untuk mendeskripsikan ada atau tidaknya pengaruh terhadap kemampuan literasi numerasi, dilakukan dengan melakukan pengujian komparatif. Pengujian komparatif dilakukan terhadap dua kelompok, yakni kelompok yang diberikan perlakuan dan yang tidak diberikan perlakukan. Penentuan kedua kelompok ini dilakukan secara acak melalui pengundian. Dari hasil pengundian, terpilih siswa kelas X-A sebagai kelompok eksperimen dan kelas X-B sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelas yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan outdoor learning berbantuan klinometer sederhana, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang melaksanakan pembelajaran biasa. Dengan demikian, penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan nonequivalent control grup desain sesuai dengan pendapat (Alpansyah & Hashim, 2021). Desain penelitian disajikan dalam diagram berikut. Gambar 1 Desain Penelitian Keterangan : O 1 : Nilai rata-rata tes kemampuan literasi numerasi awal kelompok eksperimen O 2 : Nilai rata-rata tes kemampuan literasi numerasi akhir kelompok eksperimen O 3 : Nilai rata-rata tes kemampuan literasi numerasi awal kelompok kontrol O 4 : Nilai rata-rata tes kemampuan literasi numerasi akhir kelompok kontrol X : Penerapan pembelajaran outdoor learning berbantuan klinometer sederhana Untuk kebutuhan pengujian secara statistik, peneliti perlu menentukan hipotesis. Uji hipotesis diawali dengan pengujian normalitas dan homogenitas untuk menentukan teknik uji hipotesis yang sesuai. Teknik pengujian hipotesis menggunakan uji komparasi dua sampel independen untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata kemampuan literasi numerasi antara kedua kelas. Teknik pengujian menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS. ## Hasil dan Diskusi Penerapan outdoor learning berbantuan klinometer sederhana melalui beberapa langkah, yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Pada pertemuan pertama, sebelum melakukan kegiatan pembelajaran guru terlebih dahulu memberikan tes kemampuan literasi dari kedua kelompok. Tes ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kemampuan kedua kelompok literasi numerasi siswa di kedua kelompok. Ringkasan hasil tes kemampuan literasi numerasi awal kedua kelompok sebagai berikut. ## Tabel 1 Statistik Deskriptif Tes Awal Statistik Kelompok Eksperimen Kontrol Ukuran sampel 30 30 Rata-rata 23.57 24.07 Simpangan Baku 15.493 13.432 Ragam 240.047 180.409 Pada tabel di atas, kelompok eksperimen memiliki rata-rata kemampuan literasi numerasi sebesar 23.57 dan kelompok kontrol sebesar 24.07. Secara deskriptif dapat dilihat bahwa kedua kelompok memiliki tingkat kemampuan literasi numerasi yang tidak jauh berbeda atau bahkan dapat dikatakan sama. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian secara inferensial untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat mengenai kondisi kedua kelompok. Langkah pertama adalah melakukan uji pra-syarat analisis untuk menentukan statistik uji yang sesuai. Uji pra-syarat pertama adalah uji normalitas. Karena ukuran sampel kurang dari lima puluh, maka statistik uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk . Statistik uji normalitas kedua kelompok adalah sebagai berikut. Tabel 2 Statistik Uji Normalitas pada Tes Awal Kelompok Shapiro-Wilk Statictic df Sig. Eksperimen 0.935 30 0.67 Kontrol 0.960 30 0.313 Ketentuan yang digunakan pada pengujian ini adalah apabila nilai signifikansi lebih dari alfa, maka data berasal dari sampel yang terdistribusi normal dan sebaliknya. Pada tabel terlihat bahwa baik nilai signifikasi kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, keduanya lebih dari alfa, yakni 0.05. Dengan demikian disimpulkan bahwa kedua data berasal dari sampel terdistribusi normal. Selanjutnya uji pra-syarat kedua adalah uji homogenitas. Uji homogenitas menggunakan teknik pengujian Levene’s test . Hasilnya sebagai berikut. ## Tabel 3 Statistik Uji Homogenitas pada Tes Awal Levene Statistic df1 df2 Sig. .911 1 58 .344 Ketentuan yang digunakan pada pengujian ini adalah apabila nilai signifikansi lebih dari alfa, maka kedua sampel adalah homogen dan sebaliknya. Tabel tersebut menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.344. Nilai nilai ini lebih tinggi dari 0.05, maka kita dapat menyimpulkan bahwa varians kedua kelas berasal dari sampel yang homogen. Berdasarkan dua pengujian pra-syarat di atas, maka statistik uji komparatif hasil tes awal menggunakan uji-t. Pada pengujian ini, hipotesis statistik yang diajukan adalah H0: μ 1 = μ 2 , dan Ha: μ 1 ≠ μ 2 . Kriteria penolakan H0 adalah apabila nilai signifikansi kurang dari alfa dan sebaliknya. Berikut ditampilkan hasil pengujian data hasil tes awal dengan uji-t menggunakan SPSS. ## Tabel 4 Statistik Uji Komparatif Hasil Tes Awal dengan Uji-t t-test for Equality of Means t df Sig. (2- tailed) Mean Dif- ference Std. Error Difference 95% Confidence In- terval of the Differ- ence Lower Upper NILAI Equal variances assumed -.134 58 .894 -.500 3.744 -7.994 6.994 Equal variances not assumed -.134 56.856 .894 -.500 3.744 -7.997 6.997 Dengan menggunakan hasil sebelumnya, nilai statistik uji yang digunakan pada tabel di atas adalah pada baris pertama. Pada baris terbut, menunjukkan nilai signifikansi 0.894. Sesuai dengan kriteria disimpulkan bahwa = H0 diterima, yaitu μ 1 = μ 2 . Artinya, kemampuan awal literasi numerasi siswa di kedua kelas tidak berbeda. Sehingga kedua kelas dapat digunakan dalam eksperimen. Di akhir pertemuan di kelas eksperimen, guru meminta siswa membuat kelompok serta setiap kelompok menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat klinometer sederhana. Sementara di kelas kontrol, guru tidak melakukan pengelompokan. Pada tahap pelaksanaan, siswa di kelompok eksperimen diminta untuk membuat sendiri alat peraga klinometer sederhana menggunakan alat dan bahan yang disiapkan. ## Gambar 2 Siswa Membuat Klinometer Sederhana Selanjutnya, siswa di kelompok eksperimen secara diajak keluar kelas di lingkungan sekolah untuk mencari dan menentukan beberapa objek yang akan diukur tingginya. Setiap kelompok dibekali Lembar Kerja (LK) sebagai panduan pengukuran ketinggian objek yang ditentukan. Berbekal LK tersebut, siswa mencari dan mencatat data yang diperlukan. Pembelajaran di kelas kontrol berlangsung seperti biasa menggunakan metode ekspositori. Gambar 3 Outdoor learning berbantuan klinometer sederhana Pada pertemuan selanjutnya, siswa di kelas eksperimen diminta menghitung tinggi objek dengan menerapkan konsep trigonometri, membuat laporan hasil pengukuran ketinggian objek, dan mempresentasikan temuannya ke depan kelas. Sementara siswa di kelas kontrol melanjutkan pembelajaran seperti biasa. Tahap terakhir adalah tindak lanjut, yaitu memberikan tes akhir di kedua kelompok. Selanjutnya data hasil tes akhir dianalisis menggunakan uji komparatif untuk menjawab rumusan hipotesis yang diajukan. Untuk menjawab rumusan hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis hasil tes kemampuan literasi numerasi melalui uji komparatif. Uji komparatif digunakan untuk membandingkan dua kelompok atau lebih sehingga diketahui apakah kedua kelompok berbeda secara signifikan atau tidak. Adanya perbedaan kemampuan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol mengindikasikan adanya pengaruh perlakukan yang diberikan pada kelas eksperimen. Sebelum melakukan uji komparatif, terlebih dahulu dilakukan uji pra-syarat untuk menentukan statistik uji yang sesuai. Uji pra-syarat pertama adalah uji normalitas. Karena ukuran sampel kurang dari lima puluh, maka statistik uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk . Hasilnya sebagai berikut. ## Tabel 5 Statistik Uji Normalitas pada Tes Akhir Kelompok Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Eksperimen .854 30 .001 Kontrol .953 30 .204 Ketentuan yang digunakan pada pengujian ini adalah apabila nilai signifikansi lebih dari alfa, maka data berasal dari sampel yang terdistribusi normal dan sebaliknya. Pada tabel terlihat bahwa nilai signifikasi kelompok eksperimen tidak lebih dari alfa, yakni 0.05. Dengan demikian disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Untuk itu, tidak perlu dilakukan pengujian pra-syarat lainnya karena asumsi parametris tidak terpenuhi. Dengan demikian, pengujian dapat dilanjutkan ke tahap uji komparatif non-parametris menggunakan Mann Whitney U test . Pada pengujian ini, hipotesis statistik yang diajukan adalah H0: μ 1 = μ 2 , dan Ha: μ 1 ≠ μ 2 . Kriteria penolakan H0 adalah apabila nilai signifikansi kurang dari alfa dan sebaliknya. Berikut ditampilkan hasil pengujian data hasil tes awal dengan Mann Whitney U test menggunakan SPSS. ## Tabel 6 Hasil Uji Komparatif pada Tes Akhir dengan Mann Whitney U Test Null Hypothesis Test Sig. Decision The distribution of NILAI is the same across categories of GRUP. Independent-Sample Mann-Whitney U Test 0.004 Reject the null hypothesis Terlihat pada tabel bahwa H0 ditolak, sehingga Ha diterima yaitu μ 1 ≠ μ 2 . Artinya, terdapat perbedaan rata-rata kemampuan literasi numerasi siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel berikut menampilkan statistik deskriptif rata-rata kemampuan literasi numerasi siswa di kedua kelompok. ## Tabel 7 Statistik Deskriptif pada Hasil Tes Akhir Statistik Kelompok Eksperimen Kontrol Ukuran sampel 30 30 Rata-rata 76.57 60.30 Standar Deviasi 24.180 21.506 Varians 580.668 462.493 Berdasarkan data pada tabel di atas, kemampuan literasi numerasi siswa di kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 dapat diungkapkan bahwa penerapan pembelajaran dengan outdoor learning berbantuan klinometer sederhana berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan literasi numerasi siswa MA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan outdoor learning berbantuan klinometer sederhana berpengaruh signifikan terhadap kemampuan literasi numerasi siswa MA. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis sebelumnya. Selian itu, dapat dikatakan juga bahwa nilai rata-rata nilai tes akhir siswa yang mendapat pembelajaran dengan outdoor learning berbantuan klinometer lebih tinggi dibanding siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa. Hasil di atas senada dengan studi yang dilakukan oleh Syawardhan & Noer (2022). Mereka menyimpulkan bahwa siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode outdoor learning berbantuan klinometer menunjukkan beberapa peningkatan kemampuan literasi numerasi. Hal ini terlihat dari keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal secara prosedural dan konkret, baik di dalam maupun di luar kelas. Asmara & Zachriwan (2021) juga melakukan studi mengenai penggunaan klinometer pada pembelajaran di perguruan tinggi. Mereka menyimpulkan bahwa kemampuan literasi numerasi mahasiswa yang belajar menggunakan klinometer lebih tinggi dibanding kemampuan literasi matematis mahasiswa yang belajar tidak menggunakan klinometer. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari. Dia menyimpulkan bahwa kegiatan outdoor learning memberikan pengaruh yang berarti terhadap literasi numerasi anak (Ratnasari, 2020) . Seorang guru memiliki peran sentral untuk memilih metode dan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode dan penggunaan media itu pun pada dasarnya berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dirancang. Untuk itu, selain memilih metode dan media pembelajaran dengan tepat, guru juga perlu berpikir dan bertindak inovatif dan memfasilitasi aktivitas siswa dalam pembelajaran (Kurniawati et al., 2021). Outdoor learning memberikan pengalaman baru dan bermakna bagi siswa dalam menemukan masalah nyata di lingkungan dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Ratnasari menambahkan, outdoor learning memungkinkan guru untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam belajar dalam berbagai bentuk keterlibatan. Pengalaman belajar di luar ruangan dapat dikenang seumur hidup. Pembelajaran yang dilakukan di luar ruangan bagi sebagian besar siswa merupakan kegiatan yang disukai, mendorong kreativitas, memberikan tantangan dan membentuk kemandirian belajar berdasarkan pengalaman. Tahapan-tahapan pembelajaran dalam outdoor learning , mendorong siswa untuk memiliki keterampilan membaca dan mencari informasi serta menginterpretasikan informasi yang diperolehnya ke dalam bentuk dan simbol matematis untuk menyusun strategi pemecahan masalah dan menggunakannya dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah. Yusup et al (2021) menyebutkan penerapan outdoor learning dalam pembelajaran memberikan peningkatan kemampuan menyelesaikan masalah siswa. Selain itu, ditemukan pula bahwa outdoor learning cukup efektif bagi siswa dalam memahami masalah dan memanfaatkannya untuk melakukan langkah selanjutnya dalam menyelesaikan masalah. Penerapan outdoor learning dalam pembelajaran akan memberikan hasil lebih efektif apabila dikombinasikan dengan pemanfaatan benda-benda konkret yang berkaitan dengan pokok bahasan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Amalia & Nurwiani bahwa penggunaan benda-benda konkret dalam pembelajaran menunjukkan respons positif dari siswa dan berkaitan dengan hasil belajar (Amalia & Nurwiani, 2020). Benda konkret dapat dipandang sebagai benda-benda nyata atau tiruan seperti aslinya yang memiliki kegunaan baik sebagai sumber maupun media pembelajaran. Pemilihan media yang tepat akan memberikan hasil belajar secara efektif (Kurniawati et al., 2021). Salah satu media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam outdoor learning adalah klinometer. Klinometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi suatu objek. Dipertegas pula oleh Syawardhan & Noer (2022) bahwa terdapat peningkatan kemampuan literasi matematis siswa melalui penerapan outdoor learning dengan media klinometer. Salah satu poin yang menjadi fokus perhatian pemerintah dalam dunia pendidikan adalah kemampuan literasi numerasi. Untuk itu, guru perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa terutama siswa MA yang berada di bawah Kementerian Agama. Selain AKM, siswa madrasah juga mengikuti AKMI yang bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan literasi siswa madrasah (Susanti et al., 2021). Hasil penelitian ini memiliki kontribusi bagi guru dalam menentukan model/strategi pembelajaran dan media belajar yang tepat. Penerapan outdoor learning berbantuan klinometer sederhana dapat merupakan salah satu alternatif pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kemampuan literasi numerasi. Selain temuan dia tas, penelitian ini juga memiliki keterbatasan yaitu: bahwa ini hanya berfokus pada ranah kognitif saja, serta kurangnya manajemen waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat membahas ranah afektif dan psikomotor, serta dapat berinovasi agar dapat mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia. ## Kesimpulan Pengujian komparasi dua nilai rata-rata tes akhir menunjukkan bahwa kemampuan literasi numerasi siswa yang mendapatkan pembelajaran outdoor learning berbantuan klinometer sederhana lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan outdoor learning berbantuan klinometer sederhana memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan literasi numerasi siswa MA. ## Referensi Alba, F. (2011). Outdoor Learning Practical Guidance, Idea and Support for Teacher and Practitioners in Scotland. In Education Scotland . http://search.mandumah.com/Record/1010882 Alpansyah, & Hashim, A. T. (2021). Kuasi Ekperimen Teori dan Penerapan dalam Penelitian Desain Pembelajaran . Guepedia. Amalia, V. A., & Nurwiani. (2020). Hubungan Respon Siswa Dengan Hasil Belajar Pada Metode Pembelajaran Outdoor Learning Berbantu Alat Peraga Klinometer. Prosiding Conference on Research and Community Services , Bangkit dari Pandemi Menuju Hasil Penelitian dan Pengabdian yang Berdampak , 56–64. https://ejournal.stkipjb.ac.id/index.php/CORCYS/article/view/1586 Apriatni, S., Yuhana, Y., & Sukirwan, S. (2022). Pengembangan Instrumen Literasi Numerasi Materi Trigonometri Kelas X SMA. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika , 10 (2), 185. https://doi.org/10.20527/edumat.v10i2.13720 Asmara, A., & Zachriwan. (2021). Kemampuan Literasi Matematis Mahasiswa Melalui Model Problem- Based Learning Menggunakan Klinometer. Arithmetic : Acadeemic Journal of Mathemic Journal of Math , 03 (01), 77–84. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29240/ja.v3i1.3100 Ate, D., & Lede, Y. K. (2022). Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Literasi Numerasi. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika , 6 (1), 472–483. https://doi.org/10.31004/cendekia.v6i1.1041 Fitriani, E., Asna, K. N., Rahayu, D. D., Farichah, D., & Nabila, J. N. (2020). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Trigonometri Berdasarkan Teori Newman. ProSandika (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika) , 1 (1), 163–168. https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/sandika/article/view/405 Ginting, E. S. (2020). Penguatan Literasi di Era Digital. Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020 , 35–38. https://www.nfra.ac.uk/publication/FUTL06/FUTI.06.pdf Habibi, H., & Suparman, S. (2020). Literasi Matematika dalam Menyambut PISA 2021 Berdasarkan Kecakapan Abad 21. JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan Matematika) , 6 (1), 57. https://doi.org/10.30998/jkpm.v6i1.8177 Hidayat, W., & Aripin, U. (2020). Identifikasi Kesalahan Jawaban Mahasiswa Pada Mata Kuliah Trigonometri Berdasarkan Dimensi Pengetahuan Krathwohl. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) , 4 (1), 142. https://doi.org/10.33603/jnpm.v4i1.3316 Hidayatullah, A. M., Satiti, W. S., & ... (2020). Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Discovery Learning pada Materi Transformasi Geometri Kelas XI MA/SMA. JoEMS (Journal of … . http://ojs.unwaha.ac.id/index.php/joems/article/view/298 Kemendikbud. (2017). Materi Pendukung Literasi Numerasi . Kemendikbud. Kemendikbud. (2020). Desain Pengembangan Soal Asesmen Kompetensi Minimum . Kemendikbud. Kemendikbudristek. (2021). Inspirasi Pembelajaran yang Menguatkan Numerasi . Kemendikbudristek. Kemendikbudristek. (2022). Rapor Pendidikan Publik 2022 . https://pusmendik.kemdikbud.go.id/profil_pendidikan/profil-wilayah.php Kurniawati, I., Purwati, & Mardiana, T. (2021). Pengaruh Metode Outdoor Learning Berbantuan Media Benda Konkret Terhadap Hasil Belajar Matematika. Borobudur Educational Review , 1 (1), 30–41. https://doi.org/10.31603/bedr.4792 OECD. (2019). PISA 2018 Results: What Student Know And Can Do (Volume I): Vol. I . OECD Publishing. https://doi.org/https://doi.org/10.1787/5f07c754-en Patriana, W. D., Sutama, & Wulandari, M. D. (2021). Pembudayaan Literasi Numerasi untuk Asesmen Kompetensi Minimum dalam Kegiatan Kurikuler pada Sekolah Dasar Muhammadiyah. Jurnal Basicedu , 5 (5), 3413–3429. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1302 Ratnasari, E. M. (2020). Outdoor Learning Terhadap Literasi Numerasi Anak Usia Dini. ThufuLa: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal , 8 (2), 182. https://doi.org/10.21043/thufula.v8i2.8003 Salsabilah, A. P., & Kurniasih, M. D. (2022). Analisis kemampuan literasi numerasi ditinjau dari efikasi diri pada peserta didik SMP. Edumatica : Jurnal Pendidikan Matematika , 12 (2), 138–149. https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2975996 Siregar, R. M. R., & Dewi, I. (2022). Peran Matematika Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat. Scaffolding : Jurnal Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme , 4 (3), 77–89. https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/scaffolding/article/view/1888 Susanti, L. D., Pahrudin, A., & Yetri. (2021). Analisis Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI). Journal of Interdisciplinary Science and Education , 1 (2), 17–24. https://journal.sties-alifa.ac.id/index.php/jise/article/view/23 Syawardhan, E., & Noer, S. H. (2022). Peningkatan Literasi Matematis Siswa SMKN 7 Bandar Lampung dengan Menerapkan Outdoor Learning dengan Media Klinometer. JEMS: Jurnal Edukasi Matematika … , 10 (2), 305–312. https://doi.org/10.25273/jems.v10i2.12706 Takaria, J., Pattimukay, N., & Kaary, K. M. (2022). Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematis (KAM). Pedagogika: Jurnal Pedagogik Dan Dinamika Pendidikan , 10 (2), 318–327. https://doi.org/10.30598/pedagogikavol10issue2page318-327 Tanik Onal, N., & Ezberci Cevik, E. (2022). Science Education in Outdoor Learning Environments from the Perspective of Preschool Teachers: Definitions, Opportunities, Obstacles, and Possible Solutions. Malaysian Online Journal of Educational Sciences , 10 (1), 37–51. Taqwan, B. (2019). Pengaruh Pembelajaran Luar Kelas (Outdoor Learning) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMP Negeri 05 Seluma. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia , 4 (1), 10–18. https://doi.org/10.33449/jpmr.v4i1.7524 Umami, R., Rusdi, M., & Kamid, K. (2021). Pengembangan instrumen tes untuk mengukur higher order thinking skills (HOTS) berorientasi programme for international student asessment (PISA) pada peserta didik. JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pengajaran Matematika) , 7 (1), 57–68. https://doi.org/10.37058/jp3m.v7i1.2069 Waite, S. (2020). Where are we going? International Views on Purposes, Practices and Barriers in School-Based outdoor learning. Education Sciences , 10 (11), 1–33. https://doi.org/10.3390/educsci10110311 Yustinaningrum, B. (2021). Deskripsi Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Menggunakan Polya Ditinjau Dari Gender. Jurnal Sinektik , 4 (2), 129–140. https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/sin/article/download/6174/4337/20224 Yusup, A. F. D. J., Fauziah, H. N., Anwar, M. K., & Sayekti, T. (2021). Efektivitas Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Outdoor Learning terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah Peserta Didik. Jurnal Tadris IPA Indonesia , 1 (3), 305–313. https://doi.org/https://doi.org/10.21154/jtii.v1i3.191
91642de3-5a3b-4f83-a8cf-09e521a45d77
http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/download/88/43
NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM PERIBAHASA SUNDA: KAJIAN SEMIOTIKA LOCAL WISDOM VALUES ## IN SUNDANESE PROVERB: A SEMIOTICS STUDY Siti Kodariah Gugun Gunardi Universitas Padjadjaran Jalan Raya Jatinangor km 21 Bandung Jatinangor 45363 e-mail: [email protected] [email protected] Naskah Diterima: 14 Januari 2015 Naskah Direvisi:13 Februari 2015 Naskah Disetujui:24 Februari 2015 ## Abstrak Penelitian ini menganalisis nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam peribahasa Sunda. Penelitian dilakukan untuk menginventarisasi karakter dan falsafah masyarakat Sunda yang termuat dalam peribahasa Sunda agar nilai-nilai luhur yang terdapat dalam peribahasa Sunda tidak dilupakan dan tetap diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari buku kumpulan Babasan jeung Paribasa Sunda . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kearifan apa saja yang terdapat dalam peribahasa Sunda. Penganalisasan dilakukan dengan cara pembagian nilai peribahasa berdasarkan nilai kearifan universal. Hasil analisis menunjukkan bahwa peribahasa Sunda mengandung unsur-unsur kearifan universal. Nilai-nilai tersebut meliputi: (1) berhubungan dengan Tuhan; (2) tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian; (3) kejujuran; (4) hemat dan sopan santun; (5) kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; (6) percaya diri, kerja keras, kreatif, dan pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan. Kata kunci : kearifan lokal, peribahasa Sunda. ## Abstract This study analyzed the wisdom values contained in the Sundanese proverb. The study was conducted to inventory the character and philosophy of sundanese community which contained in the Sundanese proverb, in order to be not forgotten and still applied in everyday life. The source of the data that collected in this study is derived from a book of Babasan Jeung Paribasa Sunda. The method used in this study is a qualitative method with semiotic analysis approach of Roland Barthes. The purpose of this study is to determine the values of any wisdom contained in the Sundanese proverbs. Analyzing the data by the division of the proverbs value based on universal moral values. The analysis showed that the proverb Sundamese contains elements of universal wisdom. Those values are: (1) relates to the God; (2) responsibility, discipline and self-reliance; (3) honesty; (4) saving and manners; (5) compassion, concern, and cooperation; (6) confident, hard working, creative, and never give up; (7) fairness and leadership; (8) good and humble; (9) tolerance, love peace, and unity. Keywords: local wisdom, proverbs Sundanese, semiotic, Roland Barthes. Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 114 ## A. PENDAHULUAN Masyarakat Sunda sebagaimana etnik lainnya di Indonesia memiliki sejumlah sistem nilai moral dan pandangan luhur yang terdapat dalam wujud kebudayaan Sunda. Ekadjati (1995: 62) mengatakan bahwa nilai moral budaya Sunda merupakan jati diri etnik Sunda yang bersumber pada nilai, kepercayaan, dan peninggalan budaya Sunda yang dijadikan acuan dalam bertingkah laku. Bahasa dalam pewarisan nilai-nilai kebudayaan memiliki peran yang sangat penting, karena bahasa merupakan salah satu alat utama yang dipergunakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya dalam suatu kelompok masyarakat. Bahasa Sunda digunakan oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu unsur bahasa yang baku dan beku, baik dari segi struktur maupun makna (maksud) salah satunya adalah peribahasa. Peribahasa secara universal dimiliki oleh bahasa-bahasa yang ada di dunia dengan bentuk-bentuk baku dan baku, yang sering disebut pula idiom. Peribahasa sebagai ungkapan tradisional dibuat sebagai petuah, nasihat yang disampaikan secara tersirat dengan memperhatikan estetika bahasa yang tinggi (Widyastuti, 2012:133 dalam Abbas, 2014:16). Unsur tersebut diwariskan secara turun-temurun dengan struktur dan makna yang sama. Hal ini berdasarkan bahwa peribahasa memiliki aturan tetap, dengan maksud agar nilai-nilai budaya dari peribahasa tersebut tetap terjaga (Djajasudarma, 1997:1). Di dalam penelitian ini, peribahasa Sunda digunakan untuk menyatakan suatu maksud (informasi) dan hasil aktivitas manusia dengan nilai yang baik atau tidak baik (buruk) yang menunjukkan kearifan lokal. Nilai budaya baik cenderung dijadikan contoh untuk tindakan yang harus dilakukan, sedangkan yang buruk cenderung dijadikan contoh untuk tidak diikuti dan berjaga-jaga jangan sampai terjerumus dalam aktivitas yang buruk tersebut. Menurut penulis jika nilai-nilai budaya yang terdapat dalam peribahasa tersebut ditinggalkan, maka akan makin banyak pula ketidakarifan yang muncul. Sehingga penulis ingin melihat kembali bagaimana nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam peribahasa Sunda. Hal tersebut bagi penulis merupakan suatu hal yang penting guna mendokumentasikan dan menginventarisasi kearifan lokal yang terdapat pada kebudayaan Sunda khususunya pada peribahasa Sunda. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah dalam penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah peribahasa Sunda mengandung nilai-nilai kearifan yang universal? 2. Peribahasa mana saja yang menunjukkan nilai kearifan lokal universal? 3. Makna apa saja yang terkandung dalam peribahasa yang menunjukkan kearifan lokal? ## B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini didasarkan pada permasalahan yang telah peneliti rumuskan pada bagian sebelumnya. Penelitian kualitatif ( qualitative research) adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Moleong, 2007: 7). Analisis kualitatif- deskriptif dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan kerangka teori semiotika model Roland Barthes (1915- 1980). 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh bahan kajian, penulis melakukan pengumpulan data melalui studi pustaka dari buku-buku dan kajian-kajian terdahulu yang berhubungan dengan kearifan lokal dalam ungkapan tradisional. Kemudian penulis melakukan pencatatan terhadap hasil pengumpulan data awal, dan selanjutnya hasil dari pencatatan akan diklasifikasi menurut jenis yang telah ditentukan. Pada bagian akhir, penulis selanjutnya melakukan kajian terhadap hasil data klasifikasi yang telah ada untuk kemudian dibuat simpulan akhir sebagai hasil dari penelitian. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Berikut ini adalah tahapan-tahapan tersebut: a. Tahap Pengumpulan Sumber Data Pada tahap ini, penulis mengumpulkan buku-buku mana saja yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian. b. Tahap Pengklasifikasian Data Pengklasifikasian adalah mengkategorisasi data yang telah dicatat sebelumnya. Berdasarkan parameter tertentu, yaitu pengelompokan peribahasa menurut nilai universal kearifan. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah membandingkan 4 buku yang dijadikan acuan. Kemudian memilah peribahasa mana saja yang terdapat di minimal buku-buku yang dijadikan sumber di atas. Hal ini dapat menunjukkan bahwa peribahasa tersebut masih digunakan oleh beberapa penulis . c. Interpretasi data, yaitu membuat analisis secara deskriptif dan mengkaji data; d. Simpulan dan penulisan laporan, yaitu penyimpulan hasil interpretasi terhadap data-data yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Konsep dan Teori a. Kearifan Lokal Secara leksikal kearifan berasal dari kata “arif”, seperti yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), arti kata “arif” adalah “bijaksana”, “cerdik dan pandai”, “berilmu”, “paham”, “memahami”, “mengerti”. Kearifan berarti (1) “kebijaksanaan” dan (2) “kecendekiaan”. Berdasarkan pengertian makna dalam kamus tersebut makna kata “arif” berkenaan dengan dua hal, yakni (1) karakter atau kepribadian (emosi) dan (2) kecerdasan (kognisi) (Rahyono, 2009: 3). Wales dalam memberikan makna kepada local genius menunjuk ke sejumlah ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat sebagai akibat pengalamannya pada masa lalu (Soejono, 1983:23). Selain itu, pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam definisi Wales tersebut adalah (1) ciri-ciri budaya, (2) sekelompok manusia sebagai pemilik budaya, serta (3) pengalaman hidup yang menghasilkan ciri-ciri budaya tertentu. Pokok-pokok pikiran tersebut kemudian dirumuskan menjadi definisi kearifan lokal, yaitu “kecerdasan yang dimiliki oleh sekelompok etnis manusia yang diperoleh melalui pengalaman hidupnya serta terwujud dalam ciri-ciri budaya yang dimilikinya” (Rahyono, 2009: 8). Nilai-nilai kearifan lokal mengandung nilai-nilai luhur universal, meliputi: (1) cinta kepada Tuhan dan alam semesta beserta isinya. (2) tanggung jawab, kedisiplinan, kemandirian, (3) kejujuran, (4) hemat dan sopan santun, (5) kasih sayang, kepedulian dan kerja sama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan (Nugrahani, 2012: 139). ## b. Peribahasa Sunda Menurut Satjadibrata (1945) dalam Rosidi (2005:5) paribasa (paripaos) merupakan kata-kata yang disusun menjadi ungkapan ucapan yang memiliki arti pengalaman hidup atau menjadi petuah. Selanjutnya Gandasudirdja (1977: 80) menjelaskan bahwa paribasa merupakan ungkapan yang sudah tetap susunannya dan mengandung arti pengalaman hidup atau menjadi petuah yang susunannya sudah ditetapkan oleh nenek moyang, jika diubah susunannya tentu saja artinya pun akan berubah. Ditinjau dari ilmu bahasa, Prawirasumantri (1973: 39) menjelaskan bahwa paribasa dalam ilmu bahasa Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 116 merupakan perbandingan yang sudah menjadi perlambang tindakan dalam membentuk satu ungkapan (susunan kata yang sudah jelas polanya, sudah jelas bunyinya, dan sudah tentu bagaimana cara mengukapkannya). Begitu juga menurut Sudrayat (2003: 99) paribasa merupakan ungkapan dalam bentuk kalimat (klausa) yang kata-katanya sudah tentu, dan maksudnya sudah jelas, biasanya mengandung arti perbandingan atau siloka tindakan hidup manusia. Menurut Tamsyah (1994: 9-10) ada beberapa ciri utama yang bisa membatasi antara paribasa dan kalimat lain, di antaranya: 1. Paribasa sifatnya membandingkan, mengumpamakan; 2. Paribasa merupakan ungkapan yang tidak memiliki arti yang sebenarnya 3. Paribasa merupakan bentuk kalimat (klausa) yang sangat dekat pada hati yang mengungkapkannya, dan; 4. Paribasa tidak bisa diubah, dikurangi, dilebihkan, atau diperhalus kata-katanya, karena sudah berupa pakeman. c. Semiotika Semiotika adalah ilmu tanda, istilah ini berasal dari kata Yunani ‘ semeion’ yang berarti tanda atau “seme” yang berarti “penafsiran tanda”. Ahli filsafat dari Amerika, Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan sarana tanda, tanpa tanda komunikasi tidak dapat dilakukan (Zoest, 1992: vii). Semiotika atau dalam istilah Barthes semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan ( humanity ) memaknai hal-hal ( things ). Memaknai ( to signify ) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan ( to communicate ). Memaknai bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Kemudian semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika strukturalis dari Roland Barthes. Ia mengemukakan elemen-elemen semiologi yang dijadikan untuk mengkaji fenomena kebudayaan, yaitu konotasi dan denotasi. Konotasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari penanda, petanda, dan proses yang menyatakan penanda dan petanda, penanda dari konotasi adalah “konotator”. Dengan demikian, jika dilihat dengan sudut pandang kajian kebudayaan maka ideologi merupakan bentuk konotasi dan retorika merupakan bentuk konotatornya. Konotasi ( connotation ) adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan tafsiran). Selanjutnya, denotasi dalam elemen semiologi disebut dengan “metabahasa”. Metabahasa merupakan proses dari sebuah rangkaian kompleks. Makna denotasi ( denotation ) adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas yang mehasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti (Barthes dalam Sobur 200: viii). Jika denotasi sebuah kata adalah definisi objektif kata tersebut, maka konotasi sebuah kata adalah makna subjektif atau emosionalnya. Dikatakan objektif sebab makna denotatif ini berlaku umum. Sebaliknya, makna konotatif bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai tersebut (Sobur, 2006: 264). ## C. HASIL DAN BAHASAN 1. Nilai Kearifan yang Berhubungan dengan Tuhan Nilai kearifan yang berhubungan dengan Tuhan diartikan sebagai nilai-nilai yang terdapat dalam peribahasa Sunda yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap penciptanya juga terhadap kehidupan yang sedang dijalankannya. Dari data peribahasa ditemukan nilai kearifan yang berhubungan dengan Tuhan. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) Pangéran mah tara nanggeuy ti bongkokna Pangéran merupakan salah satu istilah yang digunakan masyarakat Sunda untuk menyebut Tuhannya atau Gusti Allah . Nanggeuy berasal dari kata tanggeuy yang berarti membawa sesuatu di telapak tangan dengan posisi tangan yang ditadahkan ke atas. Kata bongkokna berasal dari kata bongkok yang berarti bagian tulang punggung manusia dalam posisi membungkuk kemudian diberi akhiran –na yang berarti tulang punggung yang membungkuk kepunyaan seseorang. Peribahasa pangéran mah tara naggeuy ti bongkokna memiliki makna denotasi yaitu Tuhan tidak akan membawa tulang punggung manusia yang membungkuk di bagian telapak tangannya, kemudian makna konotasinya adalah Tuhan tidak akan mengangkat derajat seseorang yang tidak bersujud (membungkuk) kepada-Nya. Oleh karena itu, makna pangéran mah tara naggeuy ti bongkokna menjelaskan bahwa Tuhan tidak akan pernah mengangkat derajat seseorang yang tidak taat beribadah (bersujud) atau memiliki banyak dosa, Tuhan juga tidak akan pernah memihak atau membela seseorang yang berbuat salah. Dari penjelasan di atas tercermin nilai kearifan masyarakat Sunda yang mempercayai bahwa Tuhan memang memiliki sifat adil, karena Tuhan hanya akan mengangkat derajat seseorang yang selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larang-Nya, sehingga dalam peribahasa ini pun tercermin himbauan bagi masyarakat Sunda untuk taat beribadah, selalu menjalankan perintah- Nya dan menjauhi larangan-Nya, juga menerapkan sikap adil dalam kehidupan sehari-hari. Dalam peribahasa ini secara tidak langsung sudah menunjukkan tiga unsur penting, yang pertama adalah unsur kepercayaan masyarakat Sunda bahwa Tuhan bersifat adil, kedua unsur sikap atau tindakan. yaitu imbauan untuk selalu bersikap baik (menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larang-Nya), dan yang ketiga adalah secara lisan diucapkan melalui peribahasa pangéran mah tara naggeuy ti bongkokna. 2. Nilai Kearifan yang Mencerminkan Nilai Tanggung Jawab, Kedisiplinan, dan Kemandirian ## a. Tanggung Jawab Melaksanakan tugas dan kewajiban adalah perwujudan dari tanggung jawab yang harus dilakukan, baik pada dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Tanggung jawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya) (KBBI, 2002: 1138). Sehingga bertanggung jawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Pentingnya sikap tanggung jawab telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 118 (1) cul dogdog tinggal igel Kata cul disebutkan pada pekerjaan yang belum selesai lalu ditinggalkan, dogdog merupakan alat musik yang biasanya berbunyi dog dog biasa digunakan untuk mengiringi tarian, dan igel berarti tari. Makna denotasi dari peribahasa di atas adalah meninggalkan alat musik, tinggal menari. Sedangkan makna konotasi cul dogdog dimaknai sebagai pekerjaan yang ditinggalkan begitu saja kemudian orang yang seharusnya memukul dogdog (mengerjakan pekerjaan) tersebut malah ikut menari, menari di sini dimaknai sebagai pekerjaan lain yang tidak bermanfaat baginya. Melihat kata-kata yang dipergunakan dalam ungkapan di atas, yaitu kata dogdog dan igel bisa saja ungkapan ini tersebar dari orang-orang yang suka akan seni tari. Dari peribahasa cul dogdog tinggal igel dapat diketahui nilai kearifan budayanya yaitu dipandang rendah orang yang bersifat tamak, yang selalu mengejar keuntungan yang lebih besar dengan melupakan janji-janji semula yang seolah-olah menunjukkan orang tersebut baik dan bisa dipercaya. Orang tamak tidak akan merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya. Padahal orang yang selalu mengejar keuntungan karena tidak merasa puas dengan penghasilan yang diterimanya akan menjadi orang yang lupa diri. Sebaiknya seseorang harus selalu ingat akan tanggung jawab yang harus dia selesaikan. Nilai etik dan moral yang terkandung dalam ungkapan tersebut adalah orang yang serakah dan lupa diri akan tercela di masyarakat dan dianggap orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu setiap warga masyarakat harus berusaha mencapai kemajuan, tetapi jangan serakah dan lupa akan janji juga tanggung jawab yang harus ia selesaikan. b. Kedisiplinan Kedisiplinan hakikatnya adalah suatu sikap yang menunjukkan sikap taat dan patuh yang didasarkan atas kesadaran untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Pentingnya sikap disiplin telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda. Hal ini terdapat dalam peribahasa Sunda di bawah ini: (1) nété tarajé nincak hambala Makna denotasi dari peribahasa di atas adalah meniti tangga bambu menginjak tingkatan. Makna konotasi dari peribahasa di atas adalah bertahap dan tertib dalam menjalankan sesuatu. Oleh karena itu, peribahasa nété tarajé nincak hambalan mencerminkan nilai kearifan masyarakat Sunda mengenai ketertiban dan kedisiplinan dalam mencapai suatu maksud yang diinginkan. Makna denotasi dari peribahasa di atas adalah meniti tangga bambu menginjak tingkatan. Makna konotasi dari peribahasa di atas adalah bertahap dan tertib dalam menjalankan sesuatu. Oleh karena itu, peribahasa nété tarajé nincak hambalan mencerminkan nilai kearifan masyarakat Sunda mengenai ketertiban dan kedisiplinan dalam mencapai suatu maksud yang diinginkan. c. Kemandirian Kehidupan manusia saat ini semakin dihadapkan dengan permasalahan kompleks. Keadaan ini menuntut setiap individu untuk mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi tanpa harus tergantung pada orang lain dan berani menentukan sikap yang tepat. Salah satu aspek penting yang diperlukan adalah mandiri dalam bersikap dan bertindak. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas. Sikap kemandirian ini sangat ditekankan dalam kehidupan masyarakat Sunda. Hal ini terdapat dalam peribahasa Sunda di bawah ini: (1) bentik curuk balas nunjuk, capétang balas miwarang Makna denotasi dari peribahasa di atas adalah telunjuk lentik karena menunjuk, pandai berbicara karena menyuruh. Ketika telunjuk menunjuk berarti dapat dikonotasikan sebagai suatu perintah, misalnya saja jika seseorang menunjuk pada satu arah, maka orang tersebut secara tidak langsung memberi perintah untuk setidaknya menengok atau melihat pada arah yang ditunjuknya. Oleh karena itu, makna konotasi dari peribahasa di atas adalah pandai karena suka memerintah (tidak mengerjakan sendiri). Dari peribahasa di atas diketahui nilai budaya masyarakat yaitu dinilai rendah sekali seseorang yang hanya pandai menyuruh dan menunjuk-nunjuk suatu pekerjaan, padahal dia sendiri tidak mau mengerjakannya atau tidak tahu bagaimana caranya melakukan pekerjaan itu. Padahal sebaik-baiknya pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh diri sendiri. Nilai kearifan dari peribahasa bentik curuk balas nunjuk, capétang balas miwarang adalah nilai kemandirian, yaitu seseorang harus dapat mengerjakan dan menyelesaikan sendiri apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya tanpa hanya memerintah untuk menyelesaikannya pada orang lain. Peribahasa ini bernilai tidak baik, harus dihindari dan dijadikan peringatan agar seseorang tidak melakukan atau mengalami hal yang terkandung dalam peribahasa. 3. Kejujuran Nilai-nilai kejujuran pada masyarakat Sunda sangat dijunjung tinggi sejak dahulu. Kejujuran adalah hal yang paling mendasar dalam kepribadian seorang anak manusia. Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 479), maka istilah jujur dalam kamus tersebut berarti lurus hati, tidak curang, culas, tulus. Nilai kejujuran dalam peribahasa Sunda dapat diketahui berdasarkan kearifan yang terekam dari peribahasa di bawah ini: (1) ngadék sacékna, nilas saplasna Kata ngadék memiliki makna denotasi memotong, kata nilas berarti memberi bekas, sedangkan ‘ cék’ yang merupakan KA ( kecap anteuran) dari kata ‘ kadék’ (memotong dengan menggunakan golok) dan kata ‘ plas’ yang merupakan KA ( kecap anteuran) dari kata ‘ nilas’ (memberi bekas). Makna konotasi dari peribahasa ngadék sacékna nilas saplasna adalah ketepatan dan kesesuaian. Memotong sesuai dengan potongannya, membekas sesuai dengan bekasnya. Oleh karena itu, nilai kearifan yang dapat diambil dari peribahasa di atas adalah nilai Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 120 kejujuran yaitu menyatakan segala sesuatunya sesuai dengan keadaan, tidak dikurangi dan tidak ditambahkan. Perilaku kejujuran ini didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya, baik dalam perkataan maupun perbuatan; baik terhadap dirinya sendiri, maupun orang lain . 4. Hemat dan Sopan Santun a. Hemat Hemat adalah sikap berhati-hati dalam menggunakan harta, khususnya dalam membelanjakan uang. Hemat merupakan pola hidup mengatur pengeluaran seefisien mungkin guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sikap hemat ini sudah ditekankan oleh leluhur masyarakat Sunda sejak dahulu. Data yang mendukung hal tersebut antara lain: (1) mébér-mébér totopong heureut Méber-méber berasal dari kata bébér yang berarti mengembangkan sesuatu yang tergulung, totopong adalah ikat kepala khas Sunda yang biasa dipakai oleh laki-laki, sedangkan kata heureut berarti sempit, maka makna denotasi dari peribahasa mébér-mébér totopong heureut adalah mengembangkan ikat kepala sempit. Sedangkan makna konotasinya adalah membagi-bagi rezeki sedikit, sehingga jika ditafsirkan peribahasa ini mengungkapkan bagaimana rezeki yang sedikit itu kemudian dibagi-bagi agar dapat memenuhi semua kebutuhan. Dari penjelasan di atas tercermin nilai kearifan masyarakat Sunda mengenai sikap hemat. (2) ulah muragkeun duwegan ti luhur Makna denotasi dari peribahasa ulah muragkeun duwegan ti luhur adalah jangan menjatuhkan kelapa muda dari atas, sedangkan makna konotasinya adalah jangan menjatuhkan rezeki dari atas. Jika ditafsirkan, buah kelapa muda adalah buah yang dikonotasikan sebagai rezeki yang cara mendapatkannya pun harus dengan susah payah menaiki pohon kelapa yang cukup tinggi. Oleh karena itu peribahasa ini menghimbau seseorang untuk tidak membuang-buang atau menghambur- hamburkan rezeki yang sudah didapatkan dengan susah payah. Nilai hemat tercermin dari peribahasa ulah muragkeun duwegan ti luhur dilihat dari ungkapan jangan menghambur-hamburkan rezeki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua peribahasa yang telah dijelaskan di atas mengandung nilai kearifan masyarakat Sunda mengenai sikap hemat. Sikap hemat adalah sikap baik yang harus dipedomani. b. Sopan Santun Sopan santun berasal dari dua kata, yaitu kata sopan dan santun. Keduanya telah digabung menjadi sebuah kata majemuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1084), kata sopan berarti hormat dengan takzim menurut adab yang baik. Santun berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sopan, sabar, tenang. Jika digabungkan kedua kalimat tersebut, sopan santun dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, dan berakhlak mulia. Sopan santun bisa dianggap sebagai norma tidak tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya kita bersikap atau berperilaku. Pentingnya sikap sopan santun, telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda. Hal ini terdapat dalam peribahasa Sunda di bawah ini: (1) ulah nyeungseurikeun upih ragrag Kata ulah dalam peribahasa di atas berarti jangan, kata nyeungseurikeun berarti menertawakan, kata upih berarti batang daun palem, dan kata ragrag berarti jatuh. Makna denotatif dari peribahasa di atas adalah jangan menertawakan batang palem jatuh, sedangkan makna konotasinya adalah jangan menertawakan sesuatu yang akan terjadi. Hal ini tercermin dari penggalan upih ragrag atau dahan pohon palem yang jatuh, karena setiap dahan pohon jika memang sudah tua pasti akan jatuh. Oleh karena itu, peribahasa ulah nyeungseurikeun upih ragrag adalah peribahasa yang mengungkapkan jangan menertawakan orang tua karena kelak kita pun akan mengalaminya. Menertawakan orang tua adalah sikap yang tidak sopan, sehingga dalam peribahasa ini ditambahkan kata ulah di awal kalimat untuk membuat peribahasa menjadi dipedomani. Nilai kearifan dalam peribahasa ini adalah sikap hormat dan sopan santun terhadap seseorang yang lebih tua. Hal ini penting untuk dilakukan karena merupakan sikap yang terpuji dan setiap orang pasti kelak akan merasakan menjadi orang tua. ## 5. Kasih Sayang, Kepedulian, dan Kerja Sama a. Kasih Sayang Kasih sayang adalah rasa yang timbul dalam hati yang tulus untuk menyayangi serta memberikan kebahagiaan kepada orang lain, atau siapa pun yang dicintai. Kasih sayang dapat diungkapkan kepada Tuhan, orang tua, keluarga, sahabat, pasangan, serta makhluk lain yang hidup di dunia. Pentingnya sikap kasih sayang ini telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda. Hal ini terdapat dalam peribahasa Sunda di bawah ini: (1) ulah cara ka kembang malati, kudu cara ka picung Makna denotasi dari peribahasa ulah cara ka kembang malati, kudu cara ka picung adalah jangan seperti ke kembang melati, harus seperti pada keluak. Bunga melati adalah bunga kecil berwarna putih yang bila masih segar akan mengeluarkan aroma harum, namun ketika sudah layu kelopak bunga tersebut akan berubah warna menjadi kecoklatan dan biasanya dibuang. Bunga melati dapat dikonotasikan menjadi ketika masih muda disayang- sayang, tapi ketika sudah tua kemudian dibuang. Lain halnya dengan keluwak. Keluwak adalah biji buah pucung yang biasa digunakan sebagai bumbu masak dan bisa juga dimakan sebagai teman nasi. Semakin tua keluwak maka rasa keluwak itu akan semakin enak. Keluwak ini dapat dikonotasikan menjadi dari muda sampai tua tetap sayang, bahkan semakin sayang. Oleh karena itu, peribahasa ulah cara ka kembang malati, kudu cara ka picung sering diucapkan oleh orang tua kepada anaknya agar tidak lekas jemu atau bosan dalam menjalin sebuah hubungan. Terlebih jika hubungan tersebut sudah masuk ke jenjang pernikahan. Peribahasa di atas menunjukkan nilai kearifan mengenai kasih sayang sepasang manusia yang harus tetap dipelihara walaupun usia semakin senja. Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 122 b. Kepedulian Peduli atau kepedulian adalah suatu bentuk keterlibatan antara satu pihak dengan pihak lainnya dalam merasakan apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh orang lain, baik suka maupun duka. Menurut Baswardono (2010) kepedulian adalah perasaan mendalam berbagi penderitaan orang lain, bersama-sama dengan kebutuhan untuk memberi bantuan dan dukungan. Selain definisi tersebut, Schiller dkk. (2002) mengatakan bahwa kepedulian merupakan suatu tindakan atau upaya untuk mengenali pribadi orang lain dan keinginan untuk membantu orang lain yang sedang dalam keadaan susah. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa definisi umum dari kepedulian adalah bagaimana individu mau tahu akan kesulitan yang dialami orang lain dan kemudian disertai tindakan untuk membantu. Pentingnya sikap peduli ini telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda melalui peribahasa. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) meungpeun carang ku ayakan Meungpeun berasal dari kata peungpeun yang diberi imbuhan me- berarti menutup wajah dengan menggunakan telapak tangan yang dilakukan dengan sengaja. Ayakan adalah sebuah alat yang terbuat dari bambu dan berfungsi untuk mengayak sesuatu (tepung, pasir). Makna denotasi dari peribahasa meungpeun carang ku ayakan adalah menutup wajah menggunakan alat untuk mengayak. Jika dilihat dari maksud kata meungpeun dapat dikonotasikan bahwa peribahasa ini mengungkapkan sikap sengaja untuk pura-pura tidak melihat (tidak peduli). Ungkapan meungpeun carang ku ayakan biasa diterapkan kepada seseorang yang berpura-pura tidak tahu dan membiarkan orang lain melakukan hal yang dilarang. Peribahasa ini termasuk peribahasa yang tidak dipedomani karena menunjukkan sikap tidak peduli terhadap orang lain. Dari peribahasa di atas tercermin nilai kearifan masyarakat Sunda yang mengajarkan untuk selalu peduli dan saling mengingatkan satu sama lain jika seseorang berbuat salah, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan c. Kerja Sama Kerja sama adalah suatu usaha antara orang perorangan atau kelompok manusia di antara kedua belah pihak untuk tujuan bersama sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Kerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama (Soekanto, 1990). Pentingnya nilai kerja sama telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) paheuyeuk-heuyeuk leungeun Heuyeuk adalah seikat padi yang siap untuk dipisahkan antara butir padi dari tangkainya. Paheuyeuk-heuyeuk berasal dari kata heuyeuk yang diberi awalan pa- dan mengalami pengulangan, sehingga paheuyeuk-heuyeuk dapat diartikan menjadi saling berpegangan tangan untuk memegang seikat heuyeuk saat tenaga yang digunakan saat memisahkan butir padi dari tangkainya. Selanjutnya paheuyeuk- heuyeuk leungeun diartikan sebagai sikap saling menolong, saling membantu. Oleh karena itu, peribahasa di atas mengekspresikan kearifan masyarakat Sunda mengenai nilai kerja sama. Kerja sama ini penting dalam kehidupan karena kerja sama merupakan suatu usaha bersama yang membuat pekerjaan akan terasa ringan dan cepat selesai karena dikerjakan bersama-sama. 6. Percaya Diri, Kerja Keras, Kreatif, dan Pantang Menyerah a. Percaya Diri Percaya diri adalah merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Percaya Diri ( Self Confidence ) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian ( judgement ) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Pentingnya sikap percaya diri ini telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda melalui peribahasa di bawah ini: (1) adéan ku kuda beureum Kata adéan berkaitan dengan kuda, yaitu berarti menaiki kuda dan membuat kuda agar bertingkah. Makna dari peribahasa ini adalah sombong dengan barang (pakaian) pinjaman atau milik orang lain (meminjam). Antara peribahasa dengan makna memang tidak ada kaitannya, karena besar kemungkinan peribahasa ini berasal dari sisindiran (bentuk puisi Sunda, sejenis talibun): ## adéan ku kuda beureum hadé ku banda deungeun Sikap sombong dengan meng- gunakan barang pinjaman (milik orang lain) merupakan contoh sikap tidak percaya diri akan apa yang dimilikinya. Sikap ini merupakan sikap yang tidak baik dan tidak dipedomani, namun sesungguhnya peribahasa ini memberi pandangan nilai kearifan masyarakat Sunda mengenai kepercayadirian. Peribahasa di atas semata-mata diungkapkan agar sikap tersebut dihindari dan tidak melakukan hal yang terkandung dalam peribahasa di atas. b. Kerja Keras Kerja keras adalah perbuatan melakukan sesuatu dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain, kerja keras adalah mengerjakan sesuatu dengan kesadaran dan kemampuan yang tinggi, sehingga mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Sikap kerja keras ini sangat ditekankan dalam kehidupan masyarakat Sunda. Data yang mendukung hal tersebut antara lain: (1) mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih, mun teu ngoprék moal nyapék Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 124 Unsur puitis dan kekuatan bunyi pada peribahasa di atas terletak pada kata akal – akeul , ngarah – ngarih, dan ngoprék – nyapék , yaitu purwakanti sora . Dengan demikian, peribahasa ini mudah diingat. Makna denotasi dari peribahasa di atas adalah jika tidak menggunakan akal tidak akan membolak-balik nasi, jika tidak mencari tidak akan mengaduk nasi rebusan, jika tidak melakukan pekerjaan tidak akan mengunyah. Menggunakan akal, mencari, dan melakukan pekerjaan merupakan cerminan usaha seseorang untuk mendapatkan rezeki. Rezeki yang ditampilkan dalam peribahasa ini adalah rezeki berupa pangan. Hal ini tercermin dari kegiatan proses pengolahan pangan dalam peribahasa. Kemudian pada akhir peribahasa ditampilkan kata nyapék yang berarti mengunyah dan dapat dikonotasikan menjadi akitivitas makan. Oleh karena itu, peribahasa ini mengungkapkan bahwa jika seseorang tidak mau berusaha maka dia tidak akan dapat makan (memenuhi kebutuhannya). Peribahasa ini mengekspresikan nilai budaya baik karena secara tidak langsung meimbau seseorang untuk bekerja keras guna memenuhi semua kebutuhannya. d. Kreatif Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki. Sikap kreatif dapat mewujudkan dirinya, perwujudan dirinya. Perwujudan diri tersebut termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut KBBI (2002: 465), kreatif adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan. Orang yang kreatif adalah mereka yang bisa memanfaatkan apa pun yang ada dalam dirinya, dan lingkungan sekitarnya menjadi sesuatu yang berharga (Aziz, 2011: 86). Melakukan aksi kreatif sudah ditekankan pada masyarakat Sunda, hal ini tercermin dalam peribahasa bernilai netral di bawah ini: (1) leutik-leutik ngagalatik Kata leutik-leutik dari peribahasa di atas berarti kecil-kecil, sedangkan kata ngagalatik berasal dari kata galatik diberi awalan nga - yang berarti seperti burung gelatik. Jika dilihat dari sifat burung gelatik, burung yang satu ini adalah burung yang biasa dijadikan peliharaan karena burung ini termasuk burung yang mudah dipelihara dan tidak mudah stres. Burung gelatik merupakan burung yang sangat indah dan memiliki kicauan yang merdu, burung ini memiliki sifat yang energik dan sangat lincah. Di alam bebas burung ini termasuk burung yang aktif bergerak naik turun di pucuk pohon atau areal tanah. Namun burung gelatik ini tidak begitu pintar menirukan suara burung lain, tapi dari sinilah kemudian gelatik memiliki karakter suaranya sendiri. Jika dihubungkan dengan peribahasa leutik-leutik ngagalatik dapat dipahami bahwa sebenarnya peribahasa ini berupa perumpamaan melalui tingkah laku binatang. Makna yang terkandung di dalamnya bisa diterapkan kepada seseorang yang berbadan kecil tapi memiliki sifat seperti burung gelatik yang lincah, energik, dan kreatif. Sifat kreatif ini dapat dilihat dari sifat burung gelatik yang kurang pintar meniru suara burung lain, sehingga menunjukkan kreativitas dengan mendayagunakan apa yang ada di dalam dirinya sendiri untuk menghasilkan karakter sendiri e. Pantang Menyerah Pantang menyerah adalah daya tahan seseorang yang bekerja sampai sesuatu yang diinginkannya tercapai. Pantang menyerah adalah kombinasi antara bekerja keras dengan motivasi yang kuat untuk sukses. Orang yang pantang menyerah selalu bekerja keras dan motivasi kerjanya juga tak pernah pudar. Setiap orang perlu memiliki sifat pantang menyerah agar tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan permasalahan, menghadapi tantangan dan kendala yang ada. Sikap pantang menyerah ini ditekankan dalam kehidupan Masyarakat Sunda, sebagaimana nilai pantang menyerah yang terkandung dalam peribahasa. Hal ini terdapat dalam peribahasa Sunda di bawah ini: (1) cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok Cikaracak berasal dari kata keclak yang diberi sisipan - ar - kemudian diberi tambahan kata ci ( cai : air) yang bila digabungkan memiliki arti air yang berjatuhan biasanya di dalam gua atau tebing. Sedangkan kata legok biasanya digunakan menyebut lekukan (bagian yang agak ke dalam) yang terdapat pada tanah atau batu. Makna denotatif dari cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok adalah air yang berjatuhan sedikit-sedikit menimpa batu dan perlahan-lahan batu tersebut akan menjadi cekung akibat air menetes terus-menerus. Makna konotatif dari cikaracak dapat dimaknakan sebagai usaha yang terus-menerus atau ikhtiar yang tak kunjung berhenti, dan batu menunjukkan sesuatu sulit untuk dilaksanakan, namun pada akhirnya batu yang keras pun dapat berlekuk juga berkat usaha yang tekun. Makna keseluruhan dari paribasa di atas adalah jika kita berusaha dengan tekun dan teliti sesulit apa pun itu pasti akan membuahkan hasil. Peribahasa di atas biasa dikatakan oleh orang tua sebagai nasihat kepada anak muda dalam mencapai cita-cita. Melalui peribahasa tersebut dapat diketahui nilai kearifan masyarakat Sunda mengenai sikap pantang menyerah. Jika seseorang memiliki kemauan pasti akan ada jalan asalkan percaya dan bekerja dengan tekun niscaya lama-lama akan tercapai apa yang diinginkan. Dalam kehidupan ini setiap orang harus pantang menyerah, harus berani menempuh kesulitan untuk mencapai kebahagiaan. Peribahasa cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok termasuk peribahasa dengan nilai yang terpuji karena mencerminkan sikap giat, tekun dan tidak berputus asa dalam mencapai cita-cita. Oleh karena itu, setiap warga masyarakat haruslah berusaha dengan sekuat tenaga dalam mencapai apa yang dicita-citakan dan janganlah lekas berputus asa. 7. Keadilan dan Kepemimpinan a. Keadilan Kata keadilan dalam bahasa Inggris adalah “ justice ” yang berasal dari bahasa Latin “ iustitia ”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, keadilan berasal dari kata "adil" yang berarti: tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, sepatutnya, tidak sewenang- wenang. Pentingnya nilai keadilan telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda melalui peribahasa yang Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 126 diungkapkannya. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) landung kandungan laér aisan Kata landung memiliki arti panjang ke bawah (potongan baju). Laér memiliki arti memakai kain samping (sarung) yang terlalu ke bawah hingga menyentuh lantai. Kata kandungan berarti kandungan, sedangkan aisan berarti gendongan. Oleh karena itu, makna denotasi dari peribahasa di atas adalah panjang ke bawah kandungan, panjang ke bawah gendongan. Kata landung kandung dan laér aisan sama-sama memiliki pengertian panjang ke bawah atau terlalu bawah yang dapat dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak kencang. Dari hal tersebutlah dapat ditafsirkan mengapa peribahasa ini diterapkan kepada seseorang yang besar pertimbangan, sangat bijaksana, dan adil. Peribahasa landung kandungan laér aisan mengekspresikan nilai keadilan yang dipedomani. Sehingga dalam penggunaan sehari-hari biasanya diungkapkan dengan diawali kata kudu (harus). b. Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk memengaruhi perilaku, pikiran, dan sikap kelompok orang, baik secara langsung atau pun tidak langsung tanpa adanya paksaan dari pemimpin mereka tetapi karena mau melakukan dengan sukarela. Sikap-sikap yang mencerminkan nilai kepemimpinan sudah ditekankan dalam kehidupan masyakarat Sunda. Selain itu, sikap kepemimpinan juga dapat ditemukan dalam peribahasa Sunda. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) leuleus jeujeur liat tali Jeujeur adalah joran atau gagang dari alat penangkap ikan. Gagang penangkap ikan yang baik adalah gagang yang bersifat lentur, tidak mudah patah, dan dapat mengangkat beban ikan yang berat. Tali adalah barang yang berutas-utas panjang yang biasanya digunakan untuk mengikat. Jika diperhatikan dari sifat joran yang lentur namun kuat, juga tali yang mengikat hal ini dapat ditafsirkan mengapa peribahasa ini disebutkan kepada seseorang yang mempunyai sifat besar pertimbangan, sabar tidak mudah marah. Sifat ini termasuk ke dalam sifat yang harus dimiliki oleh para pemimpin “lentur” atau dapat mengikuti arah dan maksud dari anggota yang dipimpinnya, lalu “mengikat” anggota agar tetap bersama- sama. ## 8. Baik dan Rendah Hati Dalam kamus bahasa Indonesia kata baik artinya elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dsb), baik hati artinya berbudi baik. Rendah hati artinya (sifat) tidak sombong atau tidak angkuh. Baik dan rendah hati sama-sama menunjukkan sikap positif berbudi baik, tidak angkuh, dan tidak sombong. Sikap- sikap yang mencerminkan baik dan rendah hati sudah ditekankan dalam kehidupan masyakarat Sunda. Selain itu sikap kepemimpinan juga dapat ditemukan dalam peribahasa Sunda. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) ati putih badan bodas Kata putih selalu dikonotasikan sebagai sesuatu yang bersih dan suci. Jika kata putih disandingkan dengan kata hati maka dapat dikonotasikan sebagai hati yang bersih dan tidak memiliki prasangka buruk. Badan bodas atau badan putih dapat dikonotasikan sebagai badan yang tidak terkena luka atau memar sehingga bersih. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kearifan dari peribahasa ati putih badan bodas menunjukkan seseorang yang tidak memiliki pemikiran buruk (niat jahat). 9. Toleransi, Cinta Damai, dan Persatuan a. Toleransi Dalam bahasa Inggris toleransi berasal dari kata tolerance/toleration yaitu suatu sikap membiarkan, mengakui, dan menghormati terhadap perbedaan orang lain, baik pada masalah pendapat ( opinion ), agama/kepercayaan, maupun dalam segi ekonomi, sosial dan politik. Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia toleransi adalah sikap/sifat menenggang berupa menghargai serta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah suatu sikap atau tingkah laku dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang lain dan memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak- hak asasi manusia. Pentingnya sikap toleransi telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) nangtung di kariungan, ngadeg di karageman Makna denotasi dari peribahasa nangtung di kariungan, ngadeg di karageman adalah berdiri di perkumpulan, berdiri di kekompakan. Kata kariungan dapat dikonotasikan sebagai musyawarah. Musyawarah adalah kegiatan berunding atau berembuk untuk mengambil keputusan bersama. Kata karageman dapat dikonotasikan sebagai istilah mufakat dalam sebuah musyawarah. Musyawarah yang mufakat merupakan cerminan nilai kearifan masyarakat Sunda yang terdapat dari peribahasa di atas. b. Cinta Damai Cinta damai adalah sebuah tindakan yang bertujuan untuk mensejahterakan orang lain dengan memerhatikan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat. Cinta damai juga termasuk sikap menghindari konflik agar situasi damai tetap terjaga. Pentingnya cinta damai telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) hérang caina beunang laukna Makna denotatif dari paribasa di atas adalah jernih airnya dapat ikannya. Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 128 Maksud dari pengertian di atas adalah menangkap ikan di kolam atau di sawah tanpa mengeruhkan airnya. Sedangkan menangkap ikan tanpa mengeruhkan airnya merupakan suatu perbuatan yang sulit, yang dimaksud dengan beunang laukna dikonotasikan sebagai mendapat keberhasilan, kemudian hérang caina dikonotasikan sebagai keadaan yang aman dan tentram tanpa keributan atau percekcokan atas keberhasilan yang didapatkan. Untuk itu dilakukanlah cara yang baik untuk mendapatkan keberhasilan tanpa menimbulkan keributan atau bisa jadi dengan cara musyawarah. Paribasa di atas mencerminkan nilai kearifan mengenai cinta damai. Sangat terpuji orang yang bijaksana dan adil, yang dalam mencapai suatu maksud atau dalam menyelesaikan perselisihan antara dua orang atau dua golongan, atau dua pihak tanpa merugikan salah seorang atau salah satu pihak. Oleh karena itu, setiap warga masyarakat harus bijaksana dan bersikap adil dalam mencapai suatu maksud atau dalam menyelesaikan suatu perselisihan. c. Persatuan Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.” Sedangkan kesatuan memiliki arti berkumpulnya orang atau kelompok yang memiliki persamaan. Pentingnya persatuan telah ditekankan sejak dahulu oleh leluhur masyarakat Sunda. Data yang mendukung hal tersebut, antara lain: (1) bengkung ngariung bongkok ngaronyok Makna denotasi dari peribahasa bengkung ngariung bongkok ngaronyok adalah melengkung berkumpul bungkuk berkumpul. Makna konotasi dari peribahasa tersebut adalah hidup bersama atau berkumpul. Namun seiring berjalannya waktu peribahasa ini berubah arti menjadi biar hidup susah asal tidak berjauhan dengan anak-cucu. Oleh karena itu, peribahasa ini memiliki arti yang sama dengan peribahasa Jawa ‘ mangan ora mangan asal kumpul’ . Dalam zaman yang penuh persaingan di tengah tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi, peribahasa ini sulit untuk diterapkan. Orang cenderung malu untuk tetap berkumpul bersama keluarganya, sementara mereka menganggur atau mengalami kesulitan hidup. Konsep kebersamaan tidak lagi harus diwujudkan dengan “berkumpul”. Sekarang ini, banyak generasi muda yang pergi meninggalkan keluarga baru. Media telekomunikasi turut memberi andil, artinya komunikasi antarkeluarga tidak harus dilakukan dengan jarak dekat, namun bisa dilakukan dengan menggunakan telepon atau e-mail . Sehingga dapat disimpulkan bahwa peribahasa bengkung ngariung bongkok ngaronyok sudah tidak relevan lagi jika diterapkan dalam konteks kehidupan masyarakat masa kini. ## D. PENUTUP Simpulan dari hasil penelitian ini adalah masyarakat Sunda seperti masyarakat etnik yang lain memiliki kekayaan nilai budaya yang terdapat pada kearifan lokal yang tertuang dalam peribahasa Sunda Berdasarkan hasil analisis semiotika dari Roland Barthes melalui tahap denotasi – konotasi dapat disimpulkan bahwa peribahasa Sunda menunjukkan nilai kearifan lokal yang berhubungan dengan diri sendiri. Nilai tersebut di antaranya: nilai yang: (1) berhubungan dengan Tuhan; (2) tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian; (3) kejujuran; (4) hemat dan sopan santun; (5) kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; (6) percaya diri, kerja keras, kreatif, dan pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan. Penelitian ini hanya menganalisis peribahasa yang terdapat dalam buku kumpulan peribahasa Sunda, tidak menganalisis peribahasa yang terdapat pada masyarakat Sunda secara keseluruhan. Perlu pengkajian lebih lanjut dari penelitian ini dengan memanfaatkan lebih banyak data peribahasa dan studi pustaka yang lebih lengkap sehingga akan didapat temuan-temuan baru mengenai nilai-nilai kearifan lokal dalam peribahasa Sunda. ## UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Gugun Gunardi M.Hum, dan Dr. Mumuh Muhsin Z. M.Hum, sebagai pembimbing utama dalam penulisan penelitian ini, juga kepada Ibunda Suryati dan Ayahanda Yoyo Jakaria beserta keluarga dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu. ## DAFTAR SUMBER 1. Jurnal dan D i sertasi Abbas, Irwan. 2014. Etnopendagogi Etnik Bugis Makassar: Studi Penelusuran Nilai-nilai Pedagogik pada Naskah Lontaraq sebagai Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan IPS di Sekolah. Desertasi (Tidak Diterbitkan). Bandung: FPIPS SPs UPI Bandung. Nugrahaini, F. 2012. “ Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa dalam Rangka Pendidikan Karakter Bangsa” dalam Suardiana, I.W., & Astawan, N. Kearifan Lokal dan Pendidikan Karakter Prosiding Konferensi Internasional Budaya Daerah ke-2 (KIBD II) . Bali: Dempasar, 22-23 Februari. ## 2. Buku Djajasudarma et al . 1997. Nilai Budaya dalam Ungkapan dan Peribahasa Sunda. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ekadjati, Edi S. 1995. Kebudayaan Sunda . Jakarta: Pustaka Jaya. Gandasudirdja, R.M. 1977. 700 Paribasa Sunda . Bandung: Firma Ekonomi. Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT Remaja Rosada Karya. Prawirasumantri, Abud et al . 1973. Idiomatik Sunda. Bandung: FKSS. Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata . Jakarta: Wedatamawidyasastra. Rosidi, Ajip . 2011. Babasan & Paribasa: Kabeungharan Basa Sunda I . Bandung: Kiblat Utama. ______.2011 Babasan&Paribasa: Kabeunghara Basa Sunda II . Bandung: Kiblat Utama. Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi . Bandung: Pustaka Setia. Soejono, RP. 1983. Local Genius dalam Sistem Teknologi Prasejarah, Analisis Kebudayaan Th. IV No.2 . Jakarta: Depdikbud. Sudrayat. 2003. Élmuning Basa. Bandung: Wahana Luang. Tamsyah, Budi Rahayu. 1994. 1000 Babasan jeung Paribasa Sunda ,.Bandung: Pustaka Setia. Van Zoest, Aart. 1992. Serba-serbi Semiotika . Terjemahan P. Sujiman. Jakarta: Gramedia. Patanjala Vol. 7 No. 1 Maret 2015: 113 - 130 130 3. Kamus Alwi, Hasan et al . 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga . Balai Pustaka, Jakarta. Gramedia. Danadibrata, R.A. 2008. Kamus Basa Sunda . Bandung: Kiblat Buku Utama. LBBS. 2007. Kamus Umum Basa Sunda . Bandung: Tarate
d82f387d-5b97-4e35-ac31-98edd45b756d
https://journal2.um.ac.id/index.php/JPN/article/download/3598/2069
## PARENTING DAY SEBAGAI AKTIVITAS PENINGKATAN HUBUNGAN ORANGTUA DAN ANAK Dwi Wahyu Nurpitasari, Sri Wahyuni, Edi Widianto Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UM Jl. Semarang no. 5 Malang email: [email protected] Abstract: Parenting Day Activities to increase Parents and Kid Relationship. The purposes of the research are to find; (a) how many varieties of parenting day programs?; (b) How are parents involvement in the programs?; (c) How are the benefits of parenting day programs relationship between parents and kid ? . The approach of the research used qualitative approach using case study. The results of the research show; (a) parenting day has various kinds of programs, which are parenting day by design and incidental program; (b) there are 2 types of parents in involving in the programs. The second is parents who incidental involve; (c) parenting days activities can give benefits to increase parents’ knowledge in taking care of kid , increase kid development in being confident, improve kid achievement in the school. Abstrak : Parenting Day sebagai Aktivitas Peningkatan Hubungan Orangtua dan Anak. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menemukenali tentang (a) bagaimana ragam kegiatan parenting day ?; (b) bagaimana keterlibatan orangtua pada kegiatan parenting day ?; (c) dan bagaimana manfaat kegiatan parenting day terhadap upaya peningkatan hubungan orangtua dan anak? Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) kegiatan parenting day memiliki jenis yang beragam yaitu kegiatan parenting day yang dirancang ( by design ) dan kegiatan yang bersifat insidental ( incidental ); (b) keterlibatan orangtua dalam kegiatan parenting day ada dua tipe, pertama orangtua yang terlibat penuh. Kedua adalah orangtua yang terlibat secara insidental; (c) kegiatan parenting dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan orangtua dalam mengasuh anak, meningkatkan perkembangan anak yaitu anak lebih percaya diri, dan prestasi dari sekolah. Kata kunci: Parenting day , hubungan, orangtua dan anak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, moral spiritual, fisik (motorik), dan sosial emosional. Kondisi ideal penyelenggaraan PAUD diatur melalui keputusan menteri atau edaran Direktur Jenderal Pendidikan Dasar. Pelaksanaan kegiatan pada tingkat TK/RA, diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 0518/Kep-Dikbud/97. Sedangkan pelaksanaan pendidikan KB maupun TPA diatur dalam keputusan menteri pendidikan nomor 0571/Kep-Dikbud/97. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 menyatakan, sebagai berikut “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Salah satu hal yang dapat meningkatkan perkembangan anak yaitu dengan kegiatan parenting education. Oleh karena itu, dalam kegiatan pendidikan baik Taman Kanak-kanak, Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain, orangtua sangat berperan dan terlibat di dalamnya. Peran dasar orangtua ialah bertanggungjawab atas pemeliharaan. Jadi, tujuan dari kegiatan parenting day adalah anak dapat berkumpul dan menghabiskan waktunya dengan orangtua mereka. Selain itu diharapkan anak dapat bekerjasama dengan orangtua dalam melakukan suatu kegiatan. Peran dasar orangtua ialah bertanggungjawab atas pemeliharaan. Masyarakat memberikan kewenangan utama pada orangtua untuk memenuhi kebutuhan anak karena orangtua dianggap mengetahui hal-hal terbaik bagi anaknya (Brooks, 2011: 13). Sedangkan Prabhawani, (2016: 215) menjelaskan bahwa keterlibatan orangtua pada lembaga PAUD bermanfaat sebagai berikut: 1) strategi pemasaran sekolah; 2) memperlancar program; 3) meningkatkan motivasi dan prestasi anak; 4) mengetahui perkembangan anak serta; 5) bertukar informasi dan silaturahim. Manfaat yang didapatkan dalam pelibatan orangtua dirasakan oleh orangtua, sekolah dan juga anak. Manfaat yang didapatkan oleh sekolah dapat dilihat dari pihak kepala sekolah dan juga guru. Manfaat lain yang dirasakan orangtua dan guru yang berdampak pada anak adalah meningkatnya motivasi dan prestasi belajar anak. Penanganan kedua belah pihak antara sekolah dan orangtua memaksimalkan perkembangan anak sehingga meningkatkan motivasi dan prestasi belajarnya. KB Al-Ghoniya adalah salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang ada di Kota Malang. Kegiatan parenting day di KB Al-Ghoniya beragam jenisnya. KB Al-Ghoniya menekankan prinsip bahwa pembelajaran yang diberikan untuk anak juga harus diikuti dan setiap kegiatan apapun yang melibatkan orangtua harus dikoordinasikan melalui rapat komite. Sehingga orangtua tahu bagaimana kegiatan anak di sekolah dan anak dapat termotivasi untuk belajar. KB Al-Ghoniya juga mempunyai paguyuban khusus untuk orangtua, yang berperan penting dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, misalnya kegiatan yang melibatkan orangtua dengan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam kegiatan parenting day ; (2) mengetahui keterlibatan orangtua pada kegiatan parenting day ; (3) dan manfaat kegiatan parenting day terhadap upaya peningkatan hubungan orangtua dan anak di KB Al-Ghoniya. ## METODE Penelitian ini dilaksanakan di KB/TK Al-Ghoniya, Kelurahan Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Peneliti sebagai instrumen utama sehingga peneliti harus hadir secara langsung dalam proses pengumpulan data. Sumber data yang digunakan, meliputi: (1) Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari 1 kepala sekolah, 3 pendidik dan 3 orangtua. Ada lima persyaratan minimal untuk memilih informan yang baik, yakni: (a) enkulturasi penuh; (b) keterlibatan langsung; (c) suasana budaya yang tidak dikenal; (d) waktu yang cukup; (e) non-analitis (Spradley, 2006); (2) Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari dokumen, berupa tulisan atau catatan yang berhubungan dengan masalah- masalah yang dibahas dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan Components of Analysis: Interactive Model , “ In this view the three types of analysis activity and the activity of data collection it self form an interactive, cyclical process. the researcher steadily moves among these four “nodes” during data collection and then shuttles among reduction, display, and conclusion drawing/verivication for the remainder of the study” (Miles & Huberman, 1994) . Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu: derajat kepercayaan ( credibility ), keteralihan ( transferability ), kebergantungan ( dependability ), dan kepastian ( confirmability ). Kredibilitas dan validitas merupakan hal yang paling penting dalam menjaga keabsahan data penelitian. Dalam rangka mengurangi permasalahan dalam penelitian ini dilakukan teknik pengecekan data dengan teknik pemeriksaan triangulasi, (Moleong, 2012). Demi memperlancar jalannya penelitian telah dilakukan tiga tahap penelitian. Dalam tahap-tahap penelitian tersebut diperoleh beberapa kendala. Adapun tahap-tahap tersebut diantaranya, (a) tahap pra penelitian; (b) tahap pelaksanaan penelitian; dan (c) tahap pasca penelitian. ## HASIL Ragam Kegiatan Parenting Day di KB Al-Ghoniya Hasil penelitian berkaitan dengan fokus pertama yaitu ragam kegiatan parenting day di KB Al-Ghoniya dari paparan data bahwa jenis kegiatan parenting day di KB Al-Ghoniya beragam, seperti parenting class dengan tema kesehatan, kepribadian, persiapan memasuki TK, pembelajaran calistung selain itu ada activity book , PR orangtua, pengambilan rapor, mengantar dan menjemput anak. Kegiatan parenting yang melibatkan orangtua dan anak yaitu peringatan hari nasional seperti fathers day, mothers day , peringatan 17 Agustus, Maulid Nabi Muhammad SAW, ada beberapa kegiatan lain seperti cooking class , rekreasi dengan keluarga, pergi ke time zone, finger painting, bazar day dan lomba menghias kelas. Mengetahui kesimpulan dari paparan data tentang ragam kegiatan parenting day dapat dimaknai bahwa di KB Al-Ghoniya ada dua bentuk kegiatan parenting day. Pertama kegiatan parenting day yang dirancang ( by design ), yaitu seperti kegiatan parenting class, cooking class, rekreasi , bazar day, PR orangtua , workshop, lomba menghias kelas , activity book, finger painting, rapat komite , pengambilan rapor , konsultasi ke guru, mengantar dan menjemput anak. Kedua, kegiatan parenting day yang insidental ( incidental ) yaitu seperti peringatan hari nasional ada peringatan 17 Agustus, peringatan Maulid nabi Muhammad SAW, fathers day, dan mothers day. Temuan penelitian yaitu ragam kegiatan parenting day di KB Al-Ghoniya dapat disederhanakan melalui tabel berikut. Ragam Kegiatan parenting day di KB Al- Ghoniya Dirancang ( by design ) Insidental ( Incidental ) - P parenting class - C cooking class - R rekreasi - B bazar day - P PR orangtua - W workshop - L lomba menghias kelas - A activity book - a - F athers day - M others day - P Peringatan 17 Agustus - e Peringatan Maulid nabi Muhammad SAW Finger painting - R rapat komite - P pengambilan rapor - K konsultasi ke guru - M mengantar dan menjemput anak ## Keterlibatan Orangtua dalam Kegiatan Parenting Day di KB Al-Ghoniya Terjadi sinergi yang baik antara sekolah dan orangtua dalam pelaksanaan parenting day sejak perencanaan sampai pelaksanaan. Sinergi tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan komite sekolah. Semua aktivitas parenting day dikomunikasikan kepada orangtua melalui activity book. Keterlibatan orangtua pada perencanaan kegiatan parenting day dapat diketahui dari rapat komite. Sedangkan pada pelaksanaan kegiatan parenting day orangtua ikut terlibat dalam mendampingi anak. Meskipun begitu masih ada beberapa orangtua yang mengetahui kegiatan parenting day tetapi tidak mengikuti pada saat pelaksanaan, orangtua yang demikian tetap mencari informasi di group whatshapp orangtua. Jika dimaknai, maka kesimpulan dari paparan data tersebut diperoleh makna bahwa keterlibatan orangtua dalam kegiatan parenting day ada dua tipe orangtua. Pertama orangtua yang terlibat penuh, yaitu orangtua yang terlibat pada saat perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan parenting day . Tipe kedua, yaitu orangtua yang terlibat sebagian, dimana orangtua hanya terlibat pada saat perencanaan kegiatan atau pada saat pelaksanaan kegiatan parenting day saja. Manfaat Kegiatan Parenting Day terhadap Upaya Peningkatan Hubungan Orangtua dan Anak di KB Al-Ghoniya Kegiatan parenting day mempunyai manfaat untuk peningkatan hubungan orangtua dan anak. Mislanya, manfaat kegiatan parenting class adalah dapat menambah pengetahuan untuk orangtua tentang cara menangani permasalahan yang terjadi pada diri anak. Sedangkan kegiatan parenting day yang melibatkan orangtua dan anak bermanfaat untuk anak yaitu anak menjadi lebih semangat, lebih berani, sosialisasinya bertambah, mengoptimalkan perkembangan anak, membantu menstimulasi perkembangan anak dan yang paling penting yaitu meningkatkan hubungan orangtua dan anak. Selain itu, pendapat orangtua tentang kegiatan parenting yang dilaksanakan di KB Al- Ghoniya sudah cukup bagus bahkan berbeda dengan sekolah lain, ragamnya banyak, itulah salah satu alasan orangtua menyekolahkan anaknya di KB Al- Ghoniya. Kesimpulan paparan data tersebut dapat dimaknai bahwa kegiatan parenting day di KB Al-Ghoniya memberikan manfaat untuk orangtua, perkembangan anak, dan prestasi sekolah itu sendiri. Manfaat untuk orangtua adalah menambah pengetahuan orangtua dalam mengasuh anak. Manfaat untuk anak yaitu perkembangan anak semakin baik misalnya anak lebih percaya diri lebih semangat, lebih berani, sosialisasinya bertambah, membantu menstimulasi perkembangan anak dan yang paling penting yaitu meningkatkan hubungan orangtua dan anak. Selain itu, kegiatan parenting day juga bermanfaat untuk sekolah, dimana KB Al-Ghoniya menjukkan prestasinya melalui kegiatan parenting day yang beragam sehingga memunculkan minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya di KB Al- Ghoniya. ## PEMBAHASAN Ragam Kegiatan Parenting Day di KB Al-Ghoniya KB Al-Ghoniya mempunyai beberapa kegiatan parenting day yang beragam baik yang dirancang maupun bersifat insidental. Sebagaimana pernyataan dalam Kemendiknas (2012: 5) memaparkan bahwa ada berbagai macam program PAUD yang melibatkan orangtua atau keluarga yang dapat digunakan sebagai bahan acuan lembaga PAUD untuk membuat sebuah kegiatan parenting. Program PAUD Berbasis Keluarga dapat dilakukan dalam bentuk: (1) Kegiatan Pertemuan Orangtua (Kelas Orangtua); (2) Keterlibatan orangtua di kelompok/kelas anak; (3) Keterlibatan orangtua dalam acara bersama; (4) Hari konsultasi orangtua; (5) Kunjungan rumah; dan (6) Bentuk-bentuk kegiatan lain yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan bentuk program penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga sepenuhnya diserahkan atas kesepakatan pengurus dan kesiapan lembaga dalam memfasilitasinya. Lebih lanjut dalam Kemendiknas (2012: 16) memberikan sebuah contoh kegiatan yang melibatkan orangtua, misalnya keterlibatan orangtua dalam acara bersama terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya adalah “rekreasi, bermain di alam, perayaan hari besar nasional, atau kunjungan edukasi, berkebun, memasak bersama, bazzar , outbound, dan kegiatan lainnya berada di luar lingkungan kelas/sekolah”. Selain itu, jika peran komunikasi antara pendidikan PAUD dengan orangtua telah terbuka, sangat mudah bagi pendidik PAUD untuk melibatkan orangtua ke dalam berbagai kegiatan yang mendukung pengembangan aspek sosial dan emosi anak usia dini. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti berikut: (1) Program Halaqah ; (2) Program Parenting Day ; (3) Program Happy Family ; (4) Parent’s Job Description ; (5) Buku Penghubung (Wiyani, 2014: 174-177). Seperti pada kutipan tersebut bahwa ada berbagai macam program di PAUD yang melibatkan orangtua, salah satunya yaitu program parenting day yang sudah diterapkan di KB Al-Ghoniya dengan berbagai macam kegiatan . Lebih lanjut, Wiyani (2014: 175) memaparkan bahwa “program parenting day dapat diselenggarakan oleh pendidik PAUD minimal dua bulan sekali, dan orang tua sebagai peserta.. Beberapa program parenting day yang di maksud yaitu: (1) Pelatihan pengisian buku penghubung; (2) Pelatihan ESQ ( Emotional and Spiritual Quotient ); (3) Pelatihan bercerita; (4) Pelatihan pemberian hadiah dan hukuman yang edukaif bagi anak; (5) Pelatihan pembuatan tata tertib bagi anak di rumah; (6) Pelatihan konseling keluarga”. Sebagaimana di KB Al-Ghoniya sendiri pelaksanaan program parenting day dilaksanakan hampir satu bulan sekali, hal tersebut membuktikan bahwa sudah lebih dari minimal pelaksanaan yang diinginkan. Sedangkan hasil penelitian dalam jurnal milik Chang, dkk (2009: 170) mengemukakan bahwa bentuk keterlibatan orangtua yaitu seperti relawan kelas, pertemuan dewan, konferensi staf orangtua, dan kelas pengasuhan, pada penelitian tersebut dianggap keterlibatan orangtua sebagai penentu untuk mengubah perilaku orangtua dan pada gilirannya dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak dari keluarga yang status sosial ekonominya rendah. Seperti pada kutipan hasil penelitian berikut “ As Early Head Start has mandated multi- dimensional parental involvement, such as class volunteering, council meetings, staff- parent conferences, and parenting classes, the study considered parental involvement as an important determinant to change parental behavior and, in turn, to boost the cognitive development of children from low SES families”. Seperti yang sudah dijelaskan pada pemabahasan sebelumnya bahwa KB Al-Ghoniya sendiri memliki kegiatan parenting day seperti PR orangtua workshop, rapat komite, pengambilan rapor, konsultasi ke guru, dan mengantar dan menjemput anak. Keterlibatan Orangtua dalam Kegiatan Parenting Day di KB Al-Ghoniya Bentuk keterlibatan orangtua dalam kegiatan parenting day di KB Al- Ghoniya ada dua tipe keterlibatan. Pertama orangtua yang terlibat penuh, yaitu orangtua yang terlibat pada saat perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan parenting day . Tipe kedua, yaitu orangtua yang terlibat sebagian, dimana orangtua hanya terlibat pada saat perencanaan kegiatan atau pada saat pelaksanaan kegiatan parenting day saja. Pada dasarnya hampir semua orangtua berupaya melakukan yang terbaik untuk anak- anaknya, walaupun seringkali orangtua tidak tahu persis baik buruknya bagi perekembangan anak mereka. Oleh karena itu, guru di lembaga PAUD harus menjalin hubungan kerjasama dengan orangtua anak secara baik. Kebersamaan tujuan guru dan orangtua yang sangat penting adalah guru memperhatikan keinginan orang tua untuk anaknya dan ini dapat digunakan sebagai basis bagi kebersamaan dalam melayani anak-anak mereka. Kerjasama tersebut perlu dilakukan karena ada beberapa jenis orangtua yaitu ada orangtua yang ingin berusaha memperluas pengalaman anaknya, orangtua yang bekerjasama dengan guru, orangtua yang hadir setiap hari tetapi tidak aktif di kelas, orangtua yang berhubungan dengan sekolah dan selalu menghadiri kegiatan yang melibatkan orangtua, serta orangtua yang tidak sama sekali terlibat dalam kegiatan sekolah bahkan tidak mengantar dan menjemput anaknya di sekolah (Suyadi & Ulfah, 2013: 157). Dapat diketahui bahwa ada sebagian orangtua yang terlibat pada saat perencanaan atau pada pelaksanaan kegiatan parenting day saja karena pada kenyataannya tidak mudah untuk meminta orangtua terlibat dalam pendidikan anak mereka. Para orangtua umumnya telah tersita waktunya karena orangtua bekerja di luar rumah. Seakan-akan orangtua tidak ada waktu lagi untuk melakukan kegiatan lain meskipun kegiatan tersebut menimbulkan kepuasan bagi anak maupun orangtua itu sendiri. Oleh karena itu disini guru harus bekerjasama dan sering-sering berkomunikasi dengan orangtua dalam melaksanakan sebuah program. Ada baiknya, guru mengajak atau melibatkan orangtua dalam pendidikan anak termasuk yang dilaksanakan di sekolah. Keterlibatan orangtua ini perlu didorong karena dapat membantu guru membangun harga diri guru di hadapan anak dalam menanamkan kedisiplinan dan mengurangi problem kehidupan serta meningkatkan kesadaran untuk belajar. Hasil-hasil riset menunjukkan bahwa pencapaian anak meningkat dengan adanya program keikutsertaan orangtua di dalam sekolah (Suyadi & Ulfah, 2013: 159). Melihat dari kutipan pernyataan yang dikemukakan oleh Suyadi dan Ulfah pada pemaparan sebelumnya maka guru dalam membuat suatu kegiatan pembelajaran harus banyak-banyak berkomunikasi dengan orangtua karena bagaimanapun juga orangtualah yang tahu kegiatan anak di rumah begitupun sebaliknya gurulah yang tahu kegiatan saat anak di sekolah. Dengan adanya komunikasi yang baik dengan orangtua maka dapat menyelesaikan masalah yang ada pada diri anak selain itu memberikan manfaat terhadap peningkatan hubungan orangtua dan anak dengan seiring berjalannya waktu. Patmonodewo, (2008: 124-127) menarik kesimpulan sebagai berikut “partisipasi orangtua di sekolah pada umumnya guna meningkatkan prestasi anak di sekolah. Apabila memiliki program sekolah yang baik dan orangtua mau membantu, umumnya prestasi dan keterampilan anak meningkat. Selain itu apabila orangtua selalu peduli terhadap pendidikan anak di sekolah, umumnya pengaruhnya selalu positif terhadap perkembangan dan prestasi anak… keterlibatan orangtua memiliki rentang kegiatan yang luas yaitu, mulai dari membuat suatu media belajar, di rumah sampai membantu guru di dalam kelas. Masing-masing orangtua berbeda beda sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Maka, perlu dipikirkan dalam hal apa saja orangtua dapat dilibatkan atau bagaimana kesediaan mereka dalam hal memberi bantuan. Manfaat Kegiatan Parenting Day terhadap Upaya Peningkatan Hubungan Orangtua dan Anak di KB Al-Ghoniya Kegiatan parenting day di KB Al- Ghoniya memberikan manfaat untuk orangtua, perkembangan anak, dan prestasi sekolah itu sendiri. Pada dasarnya orangtua adalah orang yang merawat anaknya dari sejak lahir sampai dewasa, jadi orangtua harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana merawat anak yang baik. Sebagaimana pendapat Brooks (2011: 10) mendefinisikan “Orangtua sebagai individu-individu yang mengasuh, melindungi dan membimbing dari bayi hingga tahap dewasa. Orangtua melakukan investasi dan komitmen abadi pada seluruh periode perkembangan yang panjang dalam kehidupan anak”. Orangtua atau keluarga merupakan pusat pendidikan pertama dan terpenting bagi anak. Sedangkan kegiatan parenting tidak lepas dari peran serta orangtua. Parenting adalah sebagai bentuk kemitraan bersama antara orangtua dan anak, untuk memberdayakan potensi anak dengan menyediakan alat-alat yang diperlukan agar masa depannya menjadi lebih baik. Jadi dalam aktivitas kegiatan parenting orangtua dan anak saling meningkatkan sebuah hubungan. Pramudianto (2015: 11-12) menjelaskan sebagai berikut “makna kegiatan parenting untuk membangun hubungan orangtua dan anak yaitu ada tiga hal; 1) kemitraan, yaitu berdasarkan kesetaraan antara orangtua dan anak, dimana orangtua berfokus pada tujuan dan mendukung anaknya agar dapat mencapai hasil yang lebih baik dengan menyediakan berbagai alat yang dibutuhkan; 2) memberdayakan pikiran, biasanya dalam bentuk dialog, diskusi, atau tanya jawab antara orangtua dan anak yang merangsang proses berfikir mendalam bersama anak; 3) kreatif, dimana orangtua mampu memenuhi kebutuhan anak secara kreatif dan memastikan anak melakukan berbagai bentuk tindakan nyata yang mampu mengoptimalkan potensinya. Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa upaya peningkatan hubungan orangtua dan anak membutuhkan suatu kegiatan diamana orangtua ikut berperan dalam kegiatan tersebut khususnya yang berhubungan dengan pendidikan anak. Salah satu kegiatan tersebut yaitu kegiatan parenting day . Peranan orangtua terhadap pendidikan anak memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan- kebiasaan. Pentingnya peranan orangtua dalam pendidikan anak telah didasari oleh banyak pihak. Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam reformasi pendidikan pun menempatkan peranan orangtua sebagai salah satu dari tiga pilar keberhasilannya. Orangtua yang berperan dalam pendidikan anaknya, maka berpeluang untuk menunjukkan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosial emosional, kedisiplinan, serta aspirasi anak untuk belajar (Mursid, 2016: 9). Pada dasarnya KB Al-Ghoniya memiliki beberapa program parenting day yang bentuk dan jenisnya beragam. Adanya kegiatan parenting day yang beragam sehingga bermanfaat untuk prestasi KB Al-Ghoniya sendiri, dapat membuat minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya di KB Al- Ghoniya bahkan orangtua berpendapat kegiatan parenting di sekolah lain belum tentu sebaik di KB Al-Ghoniya. Menurut hasil pembahasan dalam jurnal Prabhawani, (2016: 215), “manfaat terlibatnya orangtua di sekolah adalah dapat memperlancar program sekolah dan menjadi strategi pemasaran bagi sekolah. Orangtua dapat menjadi agen promosi sekolah melalui informasi yang disampaikan orangtua ke orang lain maupun kerabat secara langsung dan tak langsung. Pihak sekolah juga dapat memberikan pelayanan terbaik untuk anak dengan terlibatnya orangtua di sekolah. Melalui orangtualah sekolah mendapatkan perkembangan terkini mengenai anak, sehingga dapat menyesuaikan”. ## PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang diambil dari temuan penelitian dan pembahasan, adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut. Kegiatan parenting day memiliki jenis yang beragam yaitu kegiatan parenting day yang dirancang ( by design ) seperti parenting class, cooking class, activity book dan kegiatan yang bersifat insidental ( incidental ) seperti peringatan 17 Agustus, fathers day, mothers day . Keterlibatan orangtua dalam kegiatan parenting day ada dua tipe, pertama orangtua yang terlibat penuh atau orangtua yang selalu aktif bersinergi dan melibatkan diri dalam kegiatan sekolah. Kedua adalah orangtua yang terlibat secara insidental yaitu orangtua yang pasif atau jarang terlibat dalam kegiatan parenting day. Kegiatan parenting di KB Al- Ghoniya dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan orangtua dalam mengasuh anak, meningkatkan perkembangan anak yaitu anak lebih percaya diri, dan prestasi dari sekolah yaitu memunculkan minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya di KB Al- Ghoniya. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Bagi orangtua KB Al- Ghoniya, diharapkan selalu berpartisipasi dan meluangkan waktu bersama anak dalam kegiatan parenting day , sehingga hubungan orangtua dan anak terjalin semakin baik. Kepada seluruh pengelola KB Al-Ghoniya, diharapkan dapat membuat strategi agar orangtua yang tidak hadir dalam kegiatan parenting day secara sukarela menghadiri dan terlibat dalam kegiatan parenting day di KB Al-Ghoniya. Bagi peneliti lain, untuk penelitian yang selanjutnya sebaiknya penelitian dilakukan dengan metode penelitian yang lain misalnya dengan metode penelitian kuantitatif. ## DAFTAR RUJUKAN Brooks, J. 2011. The Process of Parenting . Terjemahan Fajar, R. 2011. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Chang, M. Park, B. & Kim, S. 2009. Parenting Classes, Parenting Behavior, and Child Cognitive Development in Early Head Start: A Longitudinal Model. The School Community Journal , (Online), 19 (1): 155-174, (http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ 847434.pdf ), diakses 1 Maret 2017. Kemendiknas , 2012. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Keluarga. (Online), (http://paudjateng.xahzgs.com/20 15/03/cara-menyelenggarakan- parenting-education-paud.html), diakses 24 Februari 2017. Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1994. Qualitative Data Analysis . United States of America: Sage Publication. Moleong, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mursid. 2016. Pengembangan Pembelajaran PAUD . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Patmonodewo, S. 2008. Pendidikan Anak Prasekolah . Jakarta: Rineka Cipta. Prabhawani, S. W. 2016. Pelibatan Orangtua dalam Program Sekolah di TK Khalifah Wirobrajan Yogyakarta . Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 , ( Online ), 5 (2): 205-218, (http://journal.student.uny.ac.id/oj s/index.php/pgpaud/article/view/1 217/1089), diakses 22 September 2016. Pramudianto. 2015. Mom & Dad As Super Coaches (Metode Coaching dalam Dunia Parenting & Pendidikan) . Yogyakarta: CV Andi Offset. Suyadi & Ulfah, M. 2013. Konsep Dasar PAUD . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Spradley, J, P. 1979. Metode Etnografi . Terjemahan Elizabeth, M, Z. 2006. Yogyakarta: Tiara Wacana. ## Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2013. Bandung: Citra Umbara. Wiyani, N. A. 2014. Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
e491a271-8b1b-4391-9bfe-164ec27b2f30
https://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/jumkep/article/download/3251/2156
PENGARUH PIJAT OKSITOKSIN TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU POSTPARTUM DI KLINIK DITA HUSADA TANJUNG MORAWA TAHUN 2022 Rismaida Saragih 1 , Farah Dhiba 2 , Fatwiany 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sehat Medan Email: [email protected], [email protected], [email protected] ## ABSTRACT The benefits of exclusive breastfeeding for babies include complete nutrition, increasing body power, increasing mental and emotional intelligence that is stable and spiritually mature followed by good social development, easily digested and absorbed, has a composition of fat, carbohydrates, calories, protein and vitamins, protection against infectious diseases, allergy protection because breast milk contains antibodies, stimulates intelligence and nerves, improves health and intelligence optimally. The aim of this study was to determine the effect of oxytocin massage on the smoothness of breastfeeding in postpartum mothers at the Dita Husada Tanjung Morawa Clinic in 2022. The research method used is descriptive analytic with a cross-sectional approach. The population is all Postpartum Mothers as many as 31 respondents. The sampling technique is a total sampling technique for collecting questionnaire data. Data analysis uses the chi square distribution. Characteristics of Respondents Based on Oxytocin Massage That of the 31 respondents, the majority of respondents, 16 respondents (51.6%), and a minority of 15 respondents (48.4%) did not massage. The majority of respondents felt Smooth as many as 12 respondents (38.7%) and a minority of 9 respondents (29.0%) felt Smooth. Effect of Oxytocin Massage on the Flow of Breastfeeding in Postpartum Mothers That the majority of mothers had oxytocin massage, namely 16 respondents (51.6%) with Current as many as 9 respondents (56.2%) and. The minority of respondents who did not massage were 15 respondents (48.4%) and substandard were 8 respondents (53.3%). Based on statistical tests, it can be seen that there is a relationship between oxytocin massage and smooth breastfeeding with p = 0.035 (p <0.05). Keywords: Oxytocin massage, felt smooth, postpartum mothers ## PENDAHULUAN Kematian bayi di Indonesia sebagian besar terjadi pada saat bayi baru lahir ( neonatal) . Bayi meninggal pada usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama masa neonatal. Salah satu penyebab dari kematian pada masa neonatal adalah karena ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI. (Ardianto, 2019) Manfaat ASI eksklusif bagi bayi antara lain sebagai nutrisi lengkap, meningkatkan daya tubuh, meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang stabil serta spiritual yang matang diikuti perkembangan sosial yang baik, mudah dicerna dan diserap, memiliki komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein, dan vitamin, perlindungan penyakit infeksi, perlindungan alergi karna didalam ASI mengandung antibodi, memberikan rangsang intelegensi dan saraf, meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal (Mufdillah, 2017) WHO dan UNICE merekomendasikan nutrisi optimal untuk bayi baru lahir melalui strategi global yang mencakup pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif kepada bayi minimal selama 6 bulan dan dapat berlanjut hingga minimal 12 bulan dan cakupan ASI eksklusif pada bayi di bawah 6 bulan adalah 41% dan ditargetkan mencapai 70% pada tahun 2030. Standar pertumbuhan anak yang diterapkan di seluruh dunia menekankan pemberian ASI sejak lahir hingga 6 bulan. Setelah itu, anak mendapat makanan pendamping ASI hingga usia 2 tahun dan terus menyusu (Wulandari & Iriana, 2018) Cakupan Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dapat mencegah sekitar 1,3 juta kematian bayi di seluruh dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2016, angka pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia sebesar 52,3%. Tentunya berdasarkan target 80% program pemerintah tahun 2016 masih jauh dari target, dan proporsi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 sebesar 37,6% secara nasional menyusui tidak mencapai tujuan (SDKI, 2016). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Sumut tahun 2016, diperoleh hasil bahwa antara tahun 2011 dan 2015 cakupan pemberian ASI eksklusif meningkat, dan pada tahun 2015 cakupannya meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10% dan mencapai tingkat nasional yang targetnya 0 persen. Namun, pada tahun 2016 terjadi penurunan tajam dibandingkan tahun 2015 dan tidak mencapai target nasional yaitu Labuhan Batu Utara (97,90%), Samosir (9,8%), Humbang Hasundutan (8,0%), Simalungun (60,6%), Dairi (55,7%), Pak-pak Bharat (50,5%), Deli Serdang ( 7,1%), Asahan ( 3,6%), Labuhan Batu ( 0,9%) dan Gunung Sitoli (8,5%), Sibolga (6,7%). Area jangkauan dan; 10% atau Kota Medan (6,7%), Tebing Tinggi (7.4%) (Dinas Kesehatan Sumatera Utara 2016). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Medan diperoleh pada tahun 2016 dari 39 Puskesmas yang ada di Medan terdapat 743(32.1%) bayi laki-laki yang di berikan ASI eksklusif dan terdapat 846 (30.0%) bayi perempuan yang diberikan ASI eksklusif, jumlah bayi laki-laki dan perempuan yang mendapatkan ASI eksklusif 1,589 (30.9).(Dinas Kesehatan Medan 2016) Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan di Indonesia menunjukkan cakupan status gizi balita dapat diukur dengan indeks berat badan per umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U) dan berat badan per tinggi badan ( BB/TB). Hasil pengukuran status gizi PSG tahun 2016 dengan indeks BB/U pada balita 0-59 bulan, mendapatkan persentase gizi buruk sebesar 3,4%, gizi kurang sebesar 14,4% dan gizi lebih sebesar 1,5%. Angka tersebut tidakjauh berbeda dengan hasil PSG 2015, yaitu gizi buruk sebesar 3,9%, gizi kurang sebesar 14,9% dan gizi lebih sebesar 1,6%. Provinsi dengan gizi buruk dan kurang tertinggi tahun 2016 adalah Nusa Tenggara Timur (28,2%) dan terendah Sulawesi Utara (7,2%). Untuk di Sumatra Utara (10,1%) menurut hasil profil kesehatan tahun 2016. Secara nasional, cakupan bayi mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 61,33%. Namun angka ini belum mencapai dari target cakupan ASI eksklusif yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 80% (Kemenkes,2018) Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi produksi ASI yang tidak merata (Maita, 2016). Pijat oksitosin dilakukan di sepanjang tulang belakang (vertebra) hingga vertebra kelima-keenam. Ibu merasa tenang, rileks, bertambah sakit dan menyayangi bayinya, sehingga hormon oksitosin keluar dan ASI keluar dengan cepat (Asih, 2018). Fungsi pijat oksitosin ini memberikan ibu perasaan rileks dan memperlancar aliran saraf dan saluran susu di kedua payudara (Fuadah & Tristanti, 2017). Pemijatan oksitoksin dilakukan untuk merangsang refleks oksitoksin atau refleks let me down. Dengan melakukan pemijatan ini ibu akan merasakan rileks, kelelahan setelah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu hormone oksitoksin keluar dan ASI pun cepat keluar. Pijat oksitosin merupakan salah satu tugas bidan yang memberikan dukungan dan kenyamanan pada ibu dengan pijat oksitosin setelah melahirkan untuk membangun rasa percaya diri dan mengurangi kecemasan untuk meningkatkan produksi ASI. Selain itu bidan juga dapat menambah pengetahuan ibu dan keluarga tentang peningkatan produksi ASI. Bidan memberikan informasi dan mengajarkan pasangan atau keluarga bagaimana melakukan pijat oksitosin sesuai prosedur standar (Mera dkk, 2016) . ## METODE Penelitian ini merupakan Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cros sectional. Penelitian ini dilakukan di Klink Dita Husada. Populasi adalah semua ibu postpartum yang sejumlah 31 orang. Teknik sampling menggunakan total sampling sebanyak 31 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden, sedangkan data sekunder yaitu catatan rekam medik ibu yaitu sebanyak 31 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan lembar kuesioner tentang kelancaran ASI. Setelah data terkumpul, data diolah dengan menggunakan program statistik dengan menggunakan analisis univariat (analisis deskriptif) dan analisis bivariat dengan menggunakan chi-square ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil A. Analisis Univariat 1. Pijat Oksitosin Berdasarkan hasil penelitian, pijat oksitosin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pijat Oksitosin di Klinik Dita Husada Tanjung Morawa Tahun 2022 Pijat Oksitoksin Frekuensi % Pijat 16 51,6 Tidak pijat 15 48,4 Total 31 100 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa diperoleh data bahwa dari 31 orang responden sebagian besar mayoritas responden pijat sebanyak 16 responden (51.6%) dan minoritas sebanyak 15 responden (48.4%) tidak pijat 2. Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum Berdasarkan hasil penelitian, kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum di Klinik Dita Husada Tanjung Morawa Tahun 2022 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 31 orang responden sebagian besar mayoritas responden merasakan Lancar sebanyak 12 responden (38,7%) dan minoritas sebanyak 9 responden (29,0 %) merasakan Lancar. B. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Postpartum Di Klinik Dita Husada Tanjung Morawa Tahun 2022, dapat dilihat sebagai berikut 1. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Oral Hygiene (Kebersihan Mulut) dengan Tindakan Penanganan Stomatitis pada Bayi Berdasarkan hasil penelitian, hubungan pengetahuan ibu tentang oral hygiene (kebersihan mulut) dengan tindakan penanganan stomatitis pada bayi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Postpartum Di Klinik Dita Husada Tanjung Morawa Tahun 2022 No Pengetahuan Tindakan Penanganan Stomatitis Jumlah p-value Baik Kurang Jlh % Jlh % Jlh % 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 8 8 3 80,0 57,1 25,0 2 6 9 20,0 42,9 75,0 10 14 12 100,0 100,0 100,0 0,033 Kelancaran pengeluaran ASI Frekuensi % Lancar 12 38,7 Cukup lancar 9 29,0 Kurang lancar 10 32,3 Total 31 100 13 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang Pijat oksitosin yaitu 16 responden (51.6%) dengan Lancar sebanyak 9 responden (56.2%) dan. Minoritas Responden yang Tidak Pijat sebanyak 15 reponden (48.4%) dengan Kurang Lancar sebanyak 8 responden (53.3%). Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan Kelancaran Asi dengan p= 0,035 (p<0,05). Disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterim yang artinya ada Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Postpartum Di Klinik Dita Husada Tanjung Morawa Tahun 2022 ## Pembahasan 1. Pijat Oksitoksin Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 orang responden sebagian besar mayoritas responden pijat sebanyak 16 responden (51.6%) dan minoritas sebanyak 15 responden (48.4%) Tidak Pijat. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2019). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. Memijat daerah tulang belakang juga melemaskan ketegangan dan meredakan stres dengan memicu pelepasan hormon oksitosin dan membantu mengeluarkan ASI, yang membantu bayi menyusu segera setelah bayi lahir dalam posisi bayi normal, dengan aliran kolostrum yang keluar ini adalah tanda refleks oksitosin aktif (Perinasia, 2017). Hal ini dibuktikan oleh penelitian Eko (2016) yang menunjukkan bahwa kombinasi teknik tongkol dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitosin dapat dilakukan kapanpun ibu mau selama 3-5 menit, sebaiknya sebelum menyusui atau memerah ASI. Jadi untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik, pijat oksitosin sebaiknya dilakukan setiap hari selama 3-5 menit. Menurut peneliti hasil penelitian dengan pijat oksitosin sebagian besar responden menyatakan ASI lancar, berbeda dengan responden yang tidak melakukan pijat oksitosin ASI lebih sedikit dan tidak dapat mengalir dari puting susu ibu, karena ibu jarang menyusui anaknya dan daya serap anak menurun sehingga produksi ASI berkurang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro, (2019) hisapan bayi mempengaruhi produksi ASI, karena pada saat bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan hormonal baru pada puting dan areola ibu. Stimulus ini ditransmisikan oleh saraf vagus ke kelenjar hipofisis, kemudian ke korteks cingulate anterior. Hormon prolaktin disekresikan oleh lobus ini, yang masuk ke aliran darah dan mencapai kelenjar yang memproduksi ASI. Kelenjar ini dirangsang untuk menghasilkan susu. Hormon prolaktin, yang terlibat dalam produksi ASI. 2. Kelancaran Asi Pada Ibu Postpartum Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 31 orang responden sebagian besar mayoritas responden merasakan Lancar sebanyak 12 responden (38,7%) dan minoritas sebanyak 9 responden (29%) merasakan lancar. Menurut peneliti, kemungkinan ada beberapa faktor dibalik fluiditas yang diduga menjadi penyebab bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik, salah satunya adalah faktor pengetahuan ibu. Keengganan Ibu Menyusui Kekhawatiran ibu tentang perubahan payudara setelah menyusui, nyeri saat menyusui, kelelahan saat menyusui dan merasa ASInya tidak cukup menyebabkan penurunan produksi ASI. Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan biaya. Produksi susu dipengaruhi oleh hormon prolaktin, sedangkan konsumsinya dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin dikeluarkan dengan cara merangsang puting susu, menghisap mulut bayi atau memijat tulang belakang ibu bayi, dengan memijat tulang belakang, ibu merasa tenang, rileks, menaikkan ambang nyeri dan menyayangi bayinya, oleh karena itu hormon oksitosin dilepaskan. dan ASI ibu keluar dengan cepat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Mukhodim Faridah Hanum, dkk (2016) dengan judul “efektifitas pijat oksitosin terhadap produksi ASI” yang menyatakan bahwa efek terhadap produksi ASI, produksi ASI lebih banyak dan ASI keluar lancar lebih awal yaitu pada hari ke-2. Sedangakan responden yang tanpa dilakukan pijat oksitosin memiliki produksi ASI yang sedikit, meskipun ASI keluar namun ASI keluar lebih lama yaitu pada hari 3-4. Menurut Biancuzzo, dkk (2016) pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidak cukupnya ASI. 3. Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Postpartum Hasil penelitian menunjukkan b ahwa mayoritas Ibu yang Pijat oksitosin yaitu 16 responden (51.6%) dengan Lancar sebanyak 9 responden (56.2%) dan. Minoritas Responden yang Tidak Pijat sebanyak 15 reponden (48.4%) dengan Kurang Lancar ebanyak 8 responden (53.3%). Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara pijat oksitosin dengan Kelancaran Asi dengan p= 0,035 (p<0,05). Berdasarkan kelancaran menyusui setelah dilakukan pijat oksitosin diketahui bahwa mayoritas responden menyusui dengan lancar, sehingga dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin berpengaruh terhadap kelancaran menyusui pada ibu nifas Menurut peneliti, kemungkinan ada beberapa faktor dibalik fluiditas yang diduga menjadi penyebab bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik, salah satunya adalah faktor pengetahuan ibu. Keengganan Ibu Menyusui Kecemasan ibu terhadap perubahan payudara setelah menyusui, nyeri saat menyusui, kelelahan saat menyusui dan merasa ASInya tidak cukup menyebabkan penurunan produksi ASI. Konsumsi ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan biaya. Produksi susu dipengaruhi oleh hormon prolaktin, sedangkan konsumsinya dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin dikeluarkan dengan cara merangsang puting susu, menghisap mulut bayi atau memijat tulang belakang ibu bayi, dengan memijat tulang belakang, ibu merasa tenang, rileks, menaikkan ambang nyeri dan menyayangi bayinya, oleh karena itu hormon oksitosin dilepaskan. dan ASI ibu keluar dengan cepat. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi produksi ASI yang tidak merata. Pijatan adalah pijatan sepanjang tulang punggung (vertebra) sampai tulang rusuk kelima sampai keenam dan merupakan upaya untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi dan Roesli, 2019). Pijatan ini meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu sehingga ASI keluar dengan sendirinya. Dengan memijat daerah tulang belakang, juga melegakan ketegangan dan menghilangkan stres, menyebabkan pelepasan hormon oksitosin dan membantu keluarnya ASI, yang membantu bayi menyusu dari puting segera setelah lahir dalam kondisi bayi normal dan kolostrum atau keluar cairan. merupakan tanda refleks oksitosin yang aktif (Perinasia, 2017 ). Hal ini sesuai dengan penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2016) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitosin dapat dilakukan kapanpun ibu mau selama 3-5 menit, sebaiknya sebelum menyusui atau memerah ASI. Jadi untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik, pijat oksitosin sebaiknya dilakukan setiap hari selama 3-5 menit. ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan Pijat Oksitoksin Bahwa dari 31 orang responden sebagian besar mayoritas responden pijat sebanyak 16 responden (51.6%) dan minoritas sebanyak 15 responden (48.4%) Tidak Pijat 2. Berdasarkan Kelancaran Asi Pada Ibu Postpartum bahwa dari 31 orang responden sebagian besar mayoritas responden merasakan Lancar sebanyak 12 responden (38.7%) dan minoritas sebanyak 9 responden (29.0 %) merasakan Lancar. 3. Terdapat pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Postpartum dengan nilai p= 0,035 (p<0,05). ## Saran Diharapkan lebih meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, khususnya ibu-ibu yang lebih mengetahui manfaat pijat oksitosin untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif. ## DAFTAR PUSTAKA Azizah&Yulinda (2016). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum di BPM Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun 2016. Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 Alimul Hidayat, A, Aziz, (2008), Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah , Salemba Medika, Jakarta Arikunto. S. (2010). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan ilmiah. Jakarta : Penerbit Salemba Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan Laktasi . Jakarta: Salemba Medika Budiarti, T. (2019). Efektifitas pemberian paket sukses ASI terhadap produksi ASI ibu menyusui dengan seksio sesarea di wilayah Depok Jawa Budiharjo Darul Azhar Vol 3, No. 1, 2017. Hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum. Journal Depkes R.I ., (2016) . Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Dinas kesehatan Kota Medan (2016) . Profil Kesehatan Indonesia. Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Hamilton, Persis Mry, (1995), Dasar- dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC Lowdermilk, Bobak, dan Jensen, (2006), Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). EGC. Jakarta Notoatmodjo, S. 2012 . Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Citra Roesli, U, (2009). Mengenal ASI Eksklusif. Jakrta : PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Rusdiarti. (2014). Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran ASI di Kabupaten Jember . Akademi Kebidanan Jember Sugiyono. (2010) Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Eko Mardiyaningsih. (2011). Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet Dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu Post Seksio Di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah Risani Siska Edy Perdana. (2013). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran Air Susu Ibu Pada Ibu Nifas Primipara Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Kabupaten Semarang Widya Juliarti, Een Husana, 2017. Hubungan Pijat Oksitosin dengan pengeluaran ASI pada ibu nifas BPM Yuni Fatimah, Amd.Keb Pekanbaru tahun 2017
e96135d9-5e3a-4213-bbb9-aaa8d0fde5ed
https://jurnalbhumi.stpn.ac.id/index.php/JB/article/download/193/172
## MASALAH PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN PLTU DI BATANG Achmad Taqwa Aziz* Abstract Abstract Abstract Abstract Abstract: The availability of land is important element in development activitiesespecially for public interest. This study aims to determine the mechanisms applied in land acquisition for Batang Power Plant, in Batang, Central Java; and to explore the supporting and inhibiting supports in the implementation of the land acquisition and settlement efforts. This study explains development of Batang Power Plant as infrastructure projects use the mechanism of Public Private Partnerships (PPP), according to The Law No. 30 of 2009 on Electricity and Presidential Decree No. 13 of 2010. The supporting factors of the implementation of land acquisition are existence of a positive perspective of residents, the price of the deal, the full support of government and large investment funds. The inhibiting factors of the implementation of the land acquisition are the attitude of the citizens of rejection, the price disagreement, the issue of environmental pollution and the emergence of land speculators. For resolving obstacles and constraints in land acquisition created the establishment of a forum of communication together, increasing participation of citizens, transpar- ency and accountability, creating guarantees the survival of the farm laborers and tenants, and enhancing community empowerment through CSR programs. Keywords Keywords Keywords Keywords Keywords: Acquisition of land, the power plant. Intisari Intisari Intisari Intisari Intisari: Ketersediaan lahan merupakan unsur penting dalam kegiatan pembangunan terutama untuk kepentingan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme yang diterapkan dalam pembebasan lahan untuk PLTU Batang, di Batang, Jawa Tengah; dan untuk mengeksplorasi para pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembebasan lahan dan upaya penyelesaian. Penelitian ini menjelaskan pengembangan Pembangkit Listik Batang sebagai proyek infrastruktur yang menggunakan mekanisme Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) menurut UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan Keputusan Presiden Nomor 13 tahun 2010. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan akuisis tanah adalah adanya perspektif positif dari warga, harga kesepakatan, dan dukungan penuh dari pemerintah dan investasi yang besar. Faktor penghambat pelaksanaan pembebasan lahan adalah sikap penolakan warga, perselisihan harga, isu pencemaran lingkungan dan munculnya spekulan tanah. Untuk menyelesaikan hambatan dan kendala dalam pembebasan lahan dibentuk forum forum komunikasi bersama, untuk meningkatkan partisipasi warga, transparansi, dan akuntabilitas, jaminan kelangsungan hidup buruh tani dan penyewa, dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR. Kata kunci Kata kunci Kata kunci Kata kunci Kata kunci: Akuisisi lahan, pembangkit listrik. ## A. Pengantar Setiap kegiatan pembangunan tidak lepas dari tanah sebagai ruang untuk penyelenggaraannya. Kegiatan pembangunan tersebut diselenggarakan oleh negara dalam rangka peningkatan kesejah- teraan rakyat. Oleh karena itu ketersediaan tanah bagi kegiatan pembangunan adalah suatu hal yang penting untuk diupayakan oleh negara. Dewasa ini ketersediaan tanah-tanah negara yang “bebas” yaitu tanah yang sama sekali tidak dihaki atau diduduki orang atau pihak-pihak berkepen- tingan lainnya adalah sangat terbatas (Oloan Sitorus 2004:1). Keterbatasan tanah negara bebas ini mengharuskan pemerintah sebagai penye- lenggara negara berhadapan dengan para pemilik tanah dalam upaya menyediakan tanah untuk kegiatan pembangunan. Negara melalui pemerintah menyelengga- rakan kegiatan pembangunan untuk kepentingan * Stanf Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Papua. ## Bhumi No. 40 Tahun 13, Oktober 2014 umum. Demi kepentingan umum, pemerintah mempunyai wewenang untuk memperoleh tanah dari pemiliknya. Berdasarkan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945 serta Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria, Negara menguasai bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Oleh karena itu Pemerintah dapat mengambilalih, memperoleh, atau melakukan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk ke- pentingan umum. I. Soegiarto (1994, dalam Sitorus, 2004:14) menyatakan bahwa macam cara pengadaan tanah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara kita adalah sebagai berikut: a) pelepasan atau penyerahan hak; b) jual beli, tukar menukar, cara lain yang disepakati secara sukarela; dan c) pencabutan hak atas tanah. Dari ketiga cara pengadaan tanah tersebut, penca- butan tanah dianggap sebagai cara yang kurang memperhatikan hak asasi manusia. Pencabutan tanah tidak lagi sesuai dengan prinsip-prinsip peng- homatan hak asasi manusia untuk mendapatkan kehidupan yang layak berkaitan dengan tanah. Muhammad Yamin Lubis, (2011:1) menyatakan bahwa pencabutan hak, pembebasan atau penga- daan tanah berarti mengupas salah satu hal yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan hukum antara subyek hak dengan obyek tanah- nya. Pemutusan hubungan hukum antara subyek hak dengan obyek tanahnya tersebut berakibat hapusnya hak-hak keperdataan atau hak kepe- milikan atau hak prioritas pemilik bidang tanah terhadap tanahnya. Sedangkan berdasarkan peraturan perun- dang-undangan terbaru yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pasal 1 angka 2, pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Dengan demikian menurut peraturan tentang pengadaan tanah tersebut saat ini ada salah satu cara perolehan tanah bagi pem- bangunan untuk kepentingan umum, yaitu pemberian ganti kerugian yang layak dan adil. Ganti kerugian dalam kegiatan pengadaan tanah ditetapkan melalui musyawarah penetapan ganti kerugian yang melibatkan pihak yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak. Dengan proses musyawarah penetapan ganti kerugian tersebut diharapkan dapat menghasilkan ganti kerugian yang layak dan adil sesuai amanat undang-undang. Dengan demikian pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dapat diselenggarakan dengan lebih demokratis dan menghomati hak asasi manusia yang berkaitan dengan tanah. Namun kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini kegiatan pengadaan tanah tersebut seringkali menimbulkan permasalahan. Hal tersebut dise- babkan karena sulitnya mencapai kesepakatan dalam penetapan ganti kerugian. Seperti halnya yang terjadi pada kasus yang diteliti oleh peneliti, yaitu pengadaan tanah untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Kabu- paten Batang, Provinsi Jawa Tengah. PLTU Batang adalah sebuah megaproyek pembangkit listrik berkapasitas 2×1.000 megawatt (MW) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dengan kapasitas sebesar itu maka PLTU ini akan menjadi PLTU terbesar Indonesia. Pendanaan proyek ini diperoleh dari konsorsium tiga peru- sahaan Jepang dan Indonesia yaitu J-Power, Itochu dan Adaro yang bergabung menjadi PT. Bhimasena Power Indonesia dengan nilai investasi mencapai Rp. 30 Triliun. 1 Pembangunan PLTU tersebut masih menyi- sakan persoalan pro-kontra pada masyarakat 1 www.merdeka.com/uang/pm-jepang-tegaskan- dukungannya-terhadap-pltu-batang.html diakses pada 20 November 2013 pukul 14.03 WIB). Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 setempat. Pemerintah bersama investor PT. BPI sebagai pemrakarsa PLTU telah melakukan nego- siasi dan musyawarah dengan warga masyarakat di beberapa desa yang menjadi lokasi PLTU untuk menentukan bentuk ganti rugi atau besar nilai harga atas tanah, tanaman dan bangunan di atas- nya. Pembangunan proyek PLTU Batang saat ini masih mengalami hambatan karena kurangnya lahan yang dibebaskan sekitar 15-20 persen. Hambatan dalam pembebasan lahan tersebut menyebabkan pembangunan PLTU tersebut harus tertunda satu tahun dari tenggat waktu semula 6 Oktober 2013 menjadi 6 Oktober 2014. Hal ini disebabkan karena masih terdapat bebe- rapa pemilik tanah di lokasi proyek belum sepakat dengan bentuk ganti kerugian atau besarnya har- ga tanah yang ditetapkan oleh pemrakarsa PLTU. 2 Tulisan ini bersifat kajian administratif mengenai pengadaan tanah. Aspek-aspek menge- nai kekuatan perlawanan terhadap proyek penga- daan tanah, argumen dan strategi perlawanan serta dampaknya yang merupakan kajian social- politik mengenai pengadaan tanah, berada di luar jangkauan tulisan ini. Tulisan ini menyoroti dua hal, pertama, mengenai mekanisme yang digunakan dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang. Kedua , faktor-faktor yang mendu- kung dan menghambat pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang serta upaya penyelesaiannya. Regulasi mengenai pengadaan tanah telah dila- kukan secara sah menurut hukum sejak diterbit- kannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya. Dalam un- dang-undang tersebut dalam keadaan memaksa Presiden dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya untuk kepen- tingan umum dan kepentingan pembangunan. Istilah “Pengadaan Tanah” mulai populer sejak tahun 1993 ketika Pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tanggal 17 Juni 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Kemudian istilah tersebut berlanjut pema- kaiannya pada Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 serta yang terakhir adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Maria S.W. Sumardjono, (2001, dalam Lubis, 2011:53) menyatakan bahwa istilah pengadaan tanah ini menjadi pengganti dari istilah “pem- bebasan tanah” yang mendapat respons kurang positif di tengah-tengah masyarakat sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang ditimbul- kan dalam pelaksanaannya di lapangan Secara prinsip, terdapat perbedaan antara istilah pembe- basan tanah dengan pengadaan tanah. Pembe- basan tanah mengandung makna khusus yaitu penyediaan tanah dengan cara pelepasan hak, sedangkan pengadaan tanah memiliki makna umum yaitu penyediaan tanah baik dengan cara pemindahan hak, pelepasan hak maupun pen- cabutan hak. Sedangkan berdasarkan peraturan perun- dang-undangan terakhir yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pasal 1 angka 2, pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Dengan pemberian ganti kerugian yang layak dan adil diharapkan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dapat diselenggarakan dengan lebih demokratis dan menghomati hak asasi manusia yang berkaitan dengan tanah. Soegiarto (1994, dalam Sitorus, 2004:5) ber- pendapat bahwa pada garis besarnya dikenal 2 2 www.suaramerdeka.com/index.php/read/news/ 2013/10/11/175403 diakses pada 20 Desember 2013, pukul 20:05). (dua) jenis pengadaan tanah, yaitu: pengadaan tanah untuk keperluan pemerintah dan penga- daan tanah untuk kepentingan swasta. Penga- daan tanah yang dilakukan oleh pemerintah dibagi atas pengadaan tanah bagi kepentingan umum dan bukan kepentingan umum (misalnya: kepentingan komersial). Selanjutnya pengadaan tanah bagi kepentingan swasta bisa pula digo- longkan atas kepentingan komersial dan bukan komersial, yakni yang bersifat menunjang kepen- tingan umum atau termasuk dalam pem- bangunan sarana umum dan fasilitas sosial. Boedi Harsono, (1994, dalam Sitorus,dkk, 1995:7) menyatakan bahwa pranata hukum pengadaan tanah akan lebih utuh dipahami bila tetap berpegang pada konsepsi hukum tanah nasional. Konsepsi hukum tanah nasional diambil dari hukum adat, yakni berupa konsepsi yang: komunalistik religius yang memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak- hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur kebersamaan. Selanjutnya mengenai cara pengadaan tanah, menurut Boedi Harsono dan I. Soegiarto tergan- tung pada 4 (empat) faktor yaitu: a. tanah yang diperlukan; b. status hukum pihak yang memerlukan tanah; c. peruntukan tanah yang diperlukan; d. ada atau tidaknya kesediaan pemilik tanah untuk menyerahkan tanah yang bersangkutan. Adapun pengadaan tanah yang terjadi dapat berproses seperti contoh dalam kajian berikit. Pengadaan tanah untuk proyek Merauke Inte- grated Food and Energy Estate (MIFEE) di Merauke Papua sejak tahun 2008 dilakukan terhadap tanah ulayat Masyarakat Adat Marind dengan mengadopsi budaya masyarakat setem- pat. Perusahaan yang tergabung dalam proyek tersebut memberikan makna pemberian uang ganti kerugian atas tanah sebagai uang pinangan kepada “Mama” atau ibu yang merupakan perso- nif ikasi dari tanah menurut masyarakat Papua. Ketika pinangan tersebut diterima, uang yang diterima masyarakat Marind dibalas dengan penyerahan tanah kepada perusahaan. Penung- gangan makna-makna budaya tersebut melancar- kan perolehan tanah bagi beberapa perusahaan besar yang sudah beroperasi atau sedang memu- lai operasinya dalam naungan proyek MIFEE. (Laksmi A. Savitri, 2013:61-62). Kepentingan umum memiliki beberapa pengertian yang bermacam-macam. John Salin- deho, (1988, dalam Sitorus, 1995:13) menyatakan bahwa secara sederhana dapat diartikan bahwa kepentingan umum dapat saja dikatakan untuk keperluan, kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan sosial yang luas. Namun rumusan semacam ini terlalu umum, tidak ada batasnya. Selanjutnya John Salindeho membuat rumusannya sendiri mengenai kepentingan umum, dengan menyatakan bahwa kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, dengan memperhatikan segi-segi sosial, politik, psikologis dan pertahanan dan keamanan nasional (han- kamnas) atas dasar asas-asas Pembangunan Nasional dengan mengindahkan Ketahanan Nasional serta Wawasan Nusantara (Oloan Sitorus, dkk., 1995:14). Salah satu fasilitas yang termasuk kategori kepentingan umum dalam peraturan perundang- undangan tersebut di atas adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga thermal yang banyak digunakan, karena ef isiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU merupakan mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. Tanah tidak hanya bersifat statis terhadap perkembangan perubahan penggunaan tanah, penguasaan dan pemilikan tanah. Bambang Suyudi, (2002:7) menyatakan bahwa sifat kedi- namisan tanah menjadikan tanah bersifat stra- Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 tegis, karena tidak hanya aspek fisik dan legal saja yang terkandung tetapi juga aspek sosial, eko- nomi, budaya politik serta pertahanan dan keamanan. Kondisi demikian menyebabkan nilai tanah ( land value ) selalu berubah menyesuaikan dengan keadaan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Nilai tanah dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait dengan kondisi tanah itu sendiri. Menurut Eckert dalam Walijanto (1994), faktor- faktor yang mempengaruhi nilai tanah dibedakan menjadi 4 (empat) faktor, yaitu factor ekonomi, social, politik, dan fisik. Menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, nilai yang diperhitungkan dalam proses penilaian besarnya ganti kerugian dalam pengadaan tanah meliputi beberapa hal yaitu, (a) Tanah, (b) Ruang atas tanah dan bawah tanah, (c) Bangunan, (d) Tanaman, (e) Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau, (f) Kerugian lain yang dapat dinilai. Menurut Sudjito, dkk., (2012:11) dalam kon- teks pengadaan tanah, yang dimaksud musya- warah adalah proses kegiatan saling berbagi dan memberi pendapat atas dasar persamaan sebagai subyek, tanpa ada tekanan atau paksaan, antar semua pihak yang terkait dengan pegadaan tanah, agar dicapai kesepakatan. Sehingga kedudukan para pihak yang bermusyawarah adalah setara, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Jika hendak diperjelas dapat dikatakan bahwa ganti kerugian adalah imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah sebagai pengganti dari nilai tanah, termasuk yang ada di atasnya, yang telah dilepaskan atau diserahkan (Oloan Sitorus dan Carolina Sitepu, dalam SKH Sinar Indonesia Baru, 5 November 1994). Pendapat ini telah mem- perjelas bahwa yang berhak menerima ganti keru- gian adalah pemegang hak atas tanah. Selanjutnya, pemberian ganti kerugian harus berdasar pada prinsip keseimbangan. Oloan Sitorus dkk., (1995:31) menyatakan bahwa sebagai imbalan, maka prinsip pemberian ganti kerugian harus seimbang dengan nilai tanah, termasuk segala benda di atasnya, yang telah dilepaskan atau diserahkan itu. Jadi idealnya, jumlah ganti kerugian yang diterima pemegang hak atas tanah harus sama dengan nilai tanah, termasuk benda- benda yang terdapat di atasnya itu, pada saat terja- dinya pembayaran ganti kerugian. Hal ini dise- babkan karena nilai harga tanah setiap saat selalu berubah dengan kecenderungan meningkat. Pembangunan untuk kepentingan umum adalah suatu kegiatan penting yang harus dilak- sanakan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan untuk kepentingan umum tersebut tentu saja memer- lukan tanah sebagai ruang untuk mewujud- kannya. Atas dasar itulah dibentuk suatu pera- turan perundang-undangan untuk mengatur mengenai proses penyediaan tanah bagi pem- bangunan untuk kepentingan umum yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Salah satu contoh kasus pelaksanaan penga- daan tanah bagi pembangunan untuk kepen- tingan umum adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Gambar 1. Peta Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Lokasi PLTU Proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang dimulai pada tahun 2012 hingga saat ini belum rampung karena mengalami hambatan dalam proses pembebasan tanahnya. Hingga Oktober 2013, proses pembebasan tanah untuk PLTU Batang baru selesai sekitar 80-85% dari to- tal luas tanah yang akan dibebaskan. Menurut berbagai sumber, ketidaklancaran proses pembebasan tanah tersebut disebabkan oleh belum dicapainya kesepakatan dalam musyawa- rah penetapan ganti kerugian. Tulisan ini menitikberatkan pada proses mu- syawarah penetapan ganti kerugian, proses pengambilan keputusan ganti kerugian, persepsi masyarakat mengenai tanah di lokasi PLTU, karak- ter PLTU, aspek-aspek kerugian yang ditimbulkan oleh PLTU, hambatan atau kendala yang dihadapi serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan musyawarah penetapan ganti kerugian dalam kegiatan penga- daan tanah untuk pembangunan PLTU Batang. ## B. Pengadaan Tanah PLTU Batang PLTU Batang 2 x 1.000 MW terletak di Desa Ujungnegoro dan Desa Karangggeneng Keca- matan Kandeman dan sebagian lagi terletak di Desa Ponowareng Kecamatan Tulis. Sedangkan untuk jalur transmisi akan melewati Desa Karang- geneng dan Desa Kenconorejo, Desa Simbangjati, Desa Beji, Desa Tulis, dan Desa Wringin Gintung di Kecamatan Tulis. Kegiatan pembangunan PLTU Batang terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut : a. Bangunan Utama (Power Block) PLTU b. Terminal Khusus ( Jetty ) c. Pengerukan ( Dredging ) di Laut dan Pembu- angan Hasil Pengerukan ( Dumping ) di Laut d. Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk. Kabupaten Batang memilki luas sebesar 78.864,16 ha dengan luas wilayah lautnya men- capai ± 287.060 km2, memiliki ketinggian lahan yang bervariasi. Penggunaan lahan di sekitar rencana PLTU sebagian besar merupakan daerah pertanian yang terdiri dari area hilir dan dataran. Pada lahan yang relatif datar sebagian besar merupakan sawah irigasi dan sawah tadah hu- jan, dan kebun melati. Siklus tanaman padi sawah adalah dua kali setahun, tetapi di musim penghujan padi sawah dikombinasi dengan tanaman palawija (jagung), sayuran, dan ka- cang-kacangan. Area hilir digunakan untuk ke- bun campuran seperti buah cokelat, singkong, dan kelapa dengan pohon lain di antaranya pohon pohon sengon (Albazia falcataria) , ram- butan (Nephelium lappaceum) , dan mangga (Mangifera indica). Jumlah penduduk Kabupaten Batang berda- sarkan hasil registrasi akhir tahun 2012 tercatat sejumlah 715.115 jiwa. Lokasi rencana pem- bangunan PLTU di Kabupaten Batang terletak di 2 kecamatan yakni Kecamatan Kandeman dan Kecamatan Tulis. Dikaji dari jumlah penduduk, Kecamatan Kandeman pada akhir tahun 2011 tercatat mempunyai jumlah penduduk 30.951 jiwa sedangkan penduduk Kecamatan Tulis ter- catat 35.417 jiwa. Sektor-sektor yang ditekuni oleh penduduk meliputi pertanian, industri, perdagangan, perke- bunan, peternakan, perikanan, angkutan, dan jasa. Sektor pertanian masih menjadi tumpuan utama penduduk desa-desa yang diteliti, kecuali untuk Desa Bakalan dan Sembojo. Kabupaten Batang memiliki luas wilayah 85.644,65 Ha (data luas berdasarkan digitasi peta oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Batang, 2009). Sebagian besar wilayah Kabupaten Batang telah dibudidayakan, baik untuk budidaya perta- nian maupun budidaya non pertanian. Penggunaan tanah berupa budidaya pertanian di Kabupaten Batang seluas 56.104,20 Ha atau 65,51 % dari luas wilayah Kabupaten Batang’ Sementara itu penggunaan tanah untuk budidaya non pertanian di Kabupaten Batang pada tahun Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 2009 yang paling dominan adalah untuk kawasan pemukiman yakni seluas 10.448,44 Ha atau 12,20 % dari luas keseluruhan Kabupaten Batang. Kemudian untuk emplasemen seluas 36,37 Ha (0,04 %), industri pengolahan hasil pertanian seluas 69,96 Ha (0,08 %), Lapangan Olah Raga seluas 6,43 Ha (0,01) dan makam/kuburan seluas 5,39 Ha (0,01 %). ## 1. Mekanisme Pengadaan Tanah untuk Pembangunan PLTU Batang ## a) Kerjasama Pemerintah Swasta dalam Pembangunan PLTU Batang PT. Bhimasena Power Indonesia (PT. BPI) ada- lah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang energi yang didirikan oleh konsorsium (peru- sahaan gabungan) tiga perusahaan multinasional, yaitu J-Power, Itochu, dan PT. Adaro Energy, Tbk. Pada bulan Juli 2011, konsorsium tiga perusahaan tersebut menyepakati berdirinya PT. BPI, yang memiliki misi: membangun dan mengoperasikan PLTU berbahan bakar batubara, yang akan menjadi PLTU yang terbesar di Asia. Pada tanggal 17 Juni 2011, konsorsium tiga perusahaan ini menerima Letter of Intent (LoI), setelah memenangkan proses tender internasional yang kompetitif. Proyek ini akan menjadi pem- bangkit listrik pertama di Indonesia yang meng- gunakan teknologi canggih Ultra Super Critical (USC), sebuah teknologi yang ramah lingkungan dan akan berfungsi sebagai model pembangkit listrik yang beref isien tinggi. Yang menarik lagi dari proyek ini adalah pembangkit listrik tersebut menggunakan batubara sub-bituminous Indone- sia sebagai bahan bakar. Pada bulan Oktober 2011, di Jakarta telah diadakan proses penandatanganan perjanjian pembelian daya listrik ( Power Puchase Agree- ment/PPA ) jangka panjang untuk PLTU dengan kapasitas 2 x 1000 MW. Selain itu telah dibuat per- janjian penjaminan berdasarkan 1st Public Private Partnership (PPP), yaitu kerjasama pemerintah- swasta yang pertama antara PT. Bhimasena Power Indonesia dan PT. PLN (Persero). PPA meliputi pembangunan PLTU dengan kapasitas total 2.000 MW Provinsi Jawa Tengah ( Central Java Power Plant /CJPP) atau PLTU Batang dan menyuplai listrik selama 25 tahun kepada PLN. Total biaya proyek tersebut sekitar 40 triliun rupiah. Selain PPA, Guarantee Agreement (GA) atau Perjanjian Penjaminan juga ditandatangani oleh dan antara Pemerintah Republik Indonesia (di- wakili oleh Kementerian Keuangan), PT Penja- minan Infrastruktur Indonesia (Persero) (PII) atau dikenal sebagai Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF), dan PT. BPI. IIGF didi- rikan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk memberikan jaminan bagi investor swasta agar kewajiban yang tertera dalam perjanjian kerja- sama antara Pemerintah dan sektor swasta terlak- sana, dalam hal ini, jaminan mengenai kewajiban pembayaran PLN untuk proyek CJPP atau PLTU Batang sesuai PPA. Hal ini adalah aktualisasi kerjasama pemerintah-swasta yang pertama (PPP) di Indonesia dan dilakukan di bawah pengawasan IIGF. Inisiatif ini juga merupakan bagian dari Master Plan for Acceleration and Ex- pansion of Indonesian Economic Development atau Masterplan Percepatan dan Perluasan Pem- bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). b) Proses Musyawarah Penetapan Harga dalam Pengadaan Tanah Pembangunan PLTU Batang dilakukan oleh swasta yaitu PT. BPI. Demikian pula dalam hal pengadaan tanahnya seluruhnya dibiayai oleh PT. BPI. Dengan demikian jenis pengadaan tanahnya tergolong pengadaan tanah untuk kepentingan swasta dalam rangka menunjang kepentingan umum, yaitu penyediaan infrastruktur pembang- kit listrik. Oleh karena itulah peraturan perun- dang-undangan yang digunakan dalam penga- daan tanahnya tidak mengacu kepada peraturan mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, namun mengacu ## Bhumi No. 40 Tahun 13, Oktober 2014 kepada UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenaga- listrikan serta Perpres No. 67 Tahun 2005 yang telah diubah dengan Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sehingga pengadaan tanah untuk pem- bangunan PLTU Batang tidak dilakukan oleh suatu panitia khusus berupa Panitia Pelaksana Pengadaan Tanah seperti halnya dalam penga- daan tanah untuk kepentingan umum, namun dilakukan langsung oleh pihak yang memerlukan tanah yaitu perusahaan PT. BPI. Proses penetapan harga/ganti rugi atas tanah untuk pembangunan PLTU tersebut dilakukan melalui suatu kegiatan musyawarah antara perusahaan dengan para pemilik tanah di lokasi pembangunan PLTU. Pelaksanaan penetapan harga dalam penga- daan tanah untuk pembangunan PLTU Batang melibatkan beberapa pihak yaitu pemerintah daerah yaitu Pemerintah Kabupaten Batang dan pemerintah desa, pihak PT. BPI, tim penilai tanah independen, tokoh masyarakat, warga pemilik tanah serta warga masyarakat di sekitar lokasi rencana PLTU. Pemerintah Kabupaten Batang berperan sebagai regulator dan fasilitator dalam pelaksanaan musyawarah antara perusahaan PT. BPI dengan warga pemilik tanah di lokasi pem- bangunan PLTU. Sebagai regulator, Pemerintah Kabupaten Batang berwenang mengatur dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan PLTU Batang misalnya menetapkan peraturan daerah mengenai RTRW, menetapkan kawasan konservasi laut daerah, memberikan izin lokasi, menetapkan harga tanah dalam rangka pembebasan tanah untuk PLTU dan sebagainya. Sedangkan sebagai fasilitator, Pemerintah Kabupaten Batang menye- diakan ruang dan fasilitas bagi pelaksanaan musyawarah penetapan harga dalam rangka pem- bebasan lahan untuk pembangunan PLTU Batang. Adapun tahapan dalam musyawarah pene- tapan harga dalam pengadaan tanah untuk pem- bangunan PLTU Batang adalah sebagai berikut: 1) Tahap Sosialisasi Kegiatan sosialisasi ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2012. Kegiatan sosialisasi tersebut dilakukan di Kantor Bupati Batang dan di balai-balai desa yang menjadi lokasi pem- bangunan PLTU terutama di tiga desa yang menjadi lokasi Power Block yaitu Desa Ujung- negoro dan Desa Karanggeneng di Kecamatan Kandeman serta Desa Ponowareng di Kecamatan Tulis. Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan sosialisasi ini diwarnai penolakan terhadap ren- cana pembangunan PLTU tersebut. Sehingga warga di dalam dan sekitar lokasi pembangunan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang pro pembangunan PLTU dan kelompok yang kontra pembangunan PLTU. Meskipun dalam kegiatan sosialisasi terdapat warga yang menolak pembangunan PLTU, namun sebagian besar warga khususnya warga Desa Ujungnegoro hampir seluruhnya mendu- kung rencana pembangunan PLTU. Sdangkan sebagian kecil warga lainnya yang menolak ren- cana pembangunan PLTU umumnya berasal dari Desa Karanggeneng dan Ponowareng. 2) Tahap Penilaian Tanah Kegiatan penilaian tanah ini dilakukan oleh tim appraisal independen yang ditunjuk oleh PT. BPI. Tim appraisal tersebut melakukan penilaian tanah dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain nilai jual obyek pajak (NJOP) tanah di lokasi pembangunan PLTU, jenis tanah dan penggunaannya, serta nilai pasar tanah di lokasi pembangunan PLTU. Diharapkan dengan adanya penilaian tanah tersebut akan dihasilkan nilai tanah serta nilai ganti kerugian yang lebih layak dan adil kepada warga pemilik tanah yang terkena proyek pembangunan PLTU. Kegiatan penilaian tanah yang dilakukan oleh tim appraisal terhadap tanah di lokasi PLTU Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 khususnya lokasi Power Block menghasilkan nilai sebesar Rp. 35.000,00 per meter persegi. Nilai tersebut sudah melebihi nilai NJOP serta nilai pasar tanah yang ada di lokasi tersebut. Nilai tanah tersebut kemudian ditawarkan kepada warga pemilik tanah. Dengan tawaran nilai tanah sebesar itu, beberapa warga menyatakan sepakat dan bersedia menjual tanahnya kepada PT. BPI. Dalam proses penilaian tanah tersebut pihak appraisal kurang mempertimbangkan nilai-nilai non-ekonomi tanah. Appraisal hanya menguta- makan penilaian tanah dengan mempertim- bangkan nilai ekonomi tanah. Nilai-nilai non- ekonomi tanah seperti nilai kultural, nilai historis, nilai identitas dan nilai magis dari masyarakat sekitar terhadap tanah kurang bahkan tidak mendapat bagian dalam penentuan nilai tanah warga di lokasi pembangunan PLTU. 3) Tahap Negosiasi Harga Meskipun beberapa warga telah sepakat dan menjual tanahnya kepada PT. BPI, sebagian besar warga lainnya masih belum menyepakati harga tanah yang ditawarkan oleh PT. BPI. Sebagian warga pemilik tanah tersebut menuntut kenaikan harga tanah yang sebelumnya ditentukan Rp. 35.000,00 per meter persegi kepada pihak PT. BPI. Menghadapi tuntutan warga tersebut PT. BPI dengan berbagai pertimbangan akhirnya bersedia menaikkan harga beli tanah menjadi Rp. 50.000,00 per meter persegi. Dengan kenaikan harga beli tanah tersebut, beberapa warga sepakat dan bersedia menjual tanahnya kepada perusahaan. Mereka berpen- dapat nilai sebesar itu sangat menguntungkan mereka. Menariknya, harga baru tersebut tidak hanya berlaku bagi warga yang belum menjual tanahnya tetapi berlaku juga terhadap tanah-tanah warga yang telah terjual sebelumnya. Sehingga warga yang dahulu telah menjual tanahnya dengan harga lama mendapatkan tambahan pem- bayaran sesuai dengan harga baru. Meskipun demikian, sebagian besar warga lainnya masih belum sepakat dengan harga baru yang ditawar- kan oleh perusahaan. Mereka masih kurang puas dengan dengan harga Rp. 50.000,00 per meter persegi tersebut. Dengan belum tuntasnya kegiatan pembe- basan tanah untuk pembangunan PLTU ini maka tenggat waktu penyelesaian pembayaran ( f inan- cial closing ) yang semula ditetapkan bulan Oktober 2012 tidak terpenuhi karena lahan yang telah dibebaskan baru sekitar 30-35 persen. Oleh karena itu tenggat waktu tersebut akhirnya diun- dur satu tahun menjadi bulan Oktober 2013. 4) Tahap Penetapan Harga Oleh karena sebagian besar warga pemilik tanah di lokasi pembangunan PLTU masih belum sepakat dengan harga baru yang ditawarkan oleh PT. BPI, maka perusahaan meminta bantuan kepada pemerintah daerah baik Kabupaten Batang maupun Provinsi Jawa Tengah dan Peme- rintah Pusat untuk memfasilitasi proses musya- warah atau negosisasi harga dengan warga di lokasi pembangunan PLTU. Dengan bantuan dari pemerintah daerah dan pusat tersebut akhirnya dilakukan pertemuan-pertemuan antara PT. BPI, pemerintah dan warga yang belum sepakat untuk menjual tanah untuk berdialog dan bermusya- warah agar mencapai titik temu. Setelah proses negosiasi yang cukup lama antara pihak perusahaan, pemerintah, dan warga maka Pemerintah melalui Bupati Batang mene- tapkan harga baru terhadap tanah di lokasi pembangunan PLTU. Harga baru tersebut sebesar Rp. 100.000,00 per meter persegi. Pemerintah melalui Bupati Batang menyatakan bahwa harga tersebut sudah final dan tidak akan ada lagi ke- naikan harga. Selain itu warga yang telah menjual tanah sebelumnya juga akan mendapatkan tambahan pembayaran sesuai harga baru. Dengan penetapan harga baru yang sudah final tersebut sebagian besar warga pemilik tanah akhirnya sepakat dan menjual tanahnya kepada perusa- haan. 5) Tahap Transaksi Setelah harga tanah yang baru sebesar Rp. 100.000,00 per meter persegi telah ditetapkan secara final, maka sebagian besar warga bersedia melakukan transaksi jual beli kepada PT. BPI. Transaksi jual beli tanah dilakukan pos-pos pem- bayaran yang telah disediakan oleh perusahaan di desa lokasi pembangunan PLTU, melalui bank- bank pemerintah yang ditunjuk oleh perusahaan untuk melakukan pembayaran kepada warga pemilik tanah yang telah menjual tanahnya. Transaksi jual beli tanah untuk pembangunan PLTU berlangsung dengan lancar, aman dan transparan. Hingga bulan September 2013 jumlah lahan yang sudah dibebaskan telah mencapai sekitar 85 persen atau 192 hektar dari total luas lahan yang dibutuhkan yaitu 226 hektar. Namun, hingga batas akhir pembayaran bulan Oktober 2013, proses pembebasan lahan tidak dapat memenuhi target 100 persen. ## c) Peran BPN dalam Proses Legalisasi Aset PLTU Batang Dalam rangka menjamin kepastian hukum dan mendukung iklim investasi yang baik, maka perlu dilakukan kegiatan legalisasi aset PLTU Batang. Legalisasi aset tersebut adalah kegiatan pendaftaran terhadap bidang-bidang tanah yang telah dibebaskan untuk pembangunan PLTU Batang. Kegiatan tersebut melibatkan Pemerintah Kabupaten Batang, Pejabat Notaris/Pejabat Pem- buat Akta Tanah (PPAT) serta Badan Pertanahan Nasional (BPN). Peran Pemerintah Kabupaten Batang dalam proses legalisasi aset tersebut antara lain dengan menerbitkan berbagai perizinan yang diperlukan dalam rangka mendorong penanaman investasi di Kabupaten Batang, khususnya dalam pembangunan PLTU Batang. Adapun Pejabat Notaris/PPAT berperan dalam proses peralihan dan pelepasan hak atas tanah kepada negara. Sedangkan BPN berperan dalam proses pengu- kuran dan penetapan batas bidang tanah, pembe- rian hak, pendaftaran, serta penerbitan surat tanda bukti pemilikan tanah (sertipikat) kepada perusahaan PT. BPI. Adapun tahapan dalam proses legalisasi aset PLTU Batang terdiri dari lima tahap yaitu: 1) Tahap Perizinan Sebelum pembangunan PLTU Batang dila- kukan, PT. BPI mengupayakan berbagai perizinan yang harus dimiliki oleh perusahaan yang akan menanamkan modalnya di suatu daerah. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka kegiatan penanaman modal yang ber- kaitan dengan lokasi pembangunan PLTU adalah izin lokasi. Pemberian izin lokasi untuk pem- bangunan PLTU Batang menjadi kewenangan dari Bupati Batang. Untuk mengeluarkan izin lokasi untuk pem- bangunan PLTU Batang, Bupati Batang berkoor- dinasi dengan instansi-instansi terkait antara lain Bappeda, Dinas Tata Ruang, Badan Lingkungan Hidup, Kantor Pertanahan, Dinas Pertanian guna mempertimbangkan apakah lokasi yang direnca- nakan tersebut layak untuk dibangun PLTU. Salah satu perizinan yang menjadi dasar pemberian izin lokasi adalah izin lingkungan yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah. Kantor Pertanahan Kabupaten Batang ber- peran dalam melakukan kegiatan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka pemberian izin lokasi bagi pembangunan PLTU Batang. Setelah melalui koordinasi dan pertimbangan akhirnya Bupati Batang menerbitkan izin lokasi untuk pembangunan PLTU Batang. Izin lokasi untuk pembangunan PLTU Batang tersebut menjadi dasar hukum bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan pengadaan lahan atau pembebasan tanah di lokasi pembangunan. Selain itu dengan adanya izin lokasi ini maka seluruh kegiatan yang berkaitan dengan persiapan pem- bangunan di lokasi telah menjadi legal dan dijamin oleh pemerintah. Dengan adanya izin lokasi tersebut, semakin jelas bahwa pengadaan Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 tanah untuk pembangunan PLTU Batang meru- pakan kegiatan pengadaan tanah untuk kepen- tingan swasta dalam rangka menunjang kepen- tingan umum yaitu penyediaan infrastruktur pembangkit listrik. 2) Tahap Pelepasan Hak Setelah pemilik tanah menjual tanahnya kepa- da perusahaan, maka proses selanjutnya adalah pelepasan hak oleh pemilik tanah kepada negara. Pelepasan hak ini dilakukan karena jenis hak yang dialihkan adalah hak milik, yang tidak dapat diperoleh oleh perusahaan yang merupakan suatu badan hukum. Pelepasan hak dari pemilik tanah kepada negara tersebut dilakukan di hadapan seo- rang pejabat notaris/PPAT yang ditunjuk dan berkedudukan di wilayah Kabupaten Batang. Dengan demikian tanah-tanah yang telah dilepaskan haknya oleh pemiliknya tersebut statusnya menjadi tanah negara. Tanah negara tersebut kemudian diajukan permohonan haknya oleh perusahaan untuk diberikan hak yang sesuai yaitu hak guna bangunan melalui Kantor Perta- nahan Kabupaten dan atau Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Tengah. 3) Tahap Permohonan Hak Tahapan selanjutnya adalah permohonan hak atas tanah negara oleh perusahaan yaitu PT. BPI. Pada tahap inilah BPN melalui Kantor Pertanahan Kabupaten, Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Tengah, serta BPN Pusat menjalankan peran uta- manya dalam proses legalisasi aset PLTU Batang. PT. BPI mengajukan permohonan hak atas tanah negara di lokasi pembangunan PLTU kepada Kan- tor Pertanahan Kabupaten Batang untuk diberi- kan Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama PT. BPI. Hingga akhir bulan Februari 2014, jumlah luas tanah negara yang dimohonkan haknya men- capai 1.385.546 meter persegi atau 138,5546 hektar. Ini berarti tanah yang telah dimohonkan untuk diberikan hak guna bangunan baru mencapai 61,3 persen dari total luas tanah yang dibutuhkan. Namun jumlah ini dipastikan akan bertambah mengingat persentase luas tanah yang telah dibe- baskan mencapai angka 85 persen. 4) Tahap Survei dan Pengukuran Tahap selanjutnya setelah permohonan hak adalah survei dan pengukuran bidang-bidang tanah yang dimohonkan haknya tersebut. Ke- giatan ini dilakukan oleh petugas ukur dari Kantor Pertanahan untuk memastikan letak, batas dan luas obyek permohonan hak secara akurat dan pasti. Dengan demikian obyek permohonan hak tersebut memiliki kepastian hukum yang kuat. Bidang-bidang tanah yang dimohonkan haknya oleh PT. BPI tersebut belum semua mengelompok menjadi satu blok, akan tetapi letaknya terpencar dan terpisah menjadi blok-blok kecil mengingat belum semua pemilik tanah sepakat untuk menjual tanahnya. Sehingga per- mohonan haknya pun terbagi menjadi beberapa tahap sesuai dengan jumlah blok-blok tanah yang telah dilepaskan haknya. Setelah blok bidang-bidang tanah tersebut diukur, selanjutnya bidang-bidang tanah yang dimohonkan haknya tersebut dipetakan ke dalam peta pendaftaran. 5) Tahap Pemberian Hak dan Penerbitan Serti- pikat Hak Atas Tanah Setelah bidang-bidang tanah yang dimohon- kan haknya diukur dan dipetakan, maka tahap selanjutnya adalah proses pemberian hak. Sebe- lum pemberian hak diproses, maka dilakukan sidang panitia A untuk mempertimbangkan pemberian hak guna bangunan atas tanah di lokasi pembangunan PLTU Batang. Sedangkan keputusan pemberian hak guna bangunan kepada badan hukum menurut Peraturan Kepala BPN RI Nomor 1 Tahun 2011 ada- lah menjadi kewenangan Kepala Kantor Perta- nahan Kabupaten apabila luas tanahnya tidak lebih dari 5.000 meter persegi, kemudian menjadi ke- wenangan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi apabila luasnya antara 5.000 meter persegi sampai dengan 75.000 meter persegi, serta menjadi ## Bhumi No. 40 Tahun 13, Oktober 2014 kewenangan Kepala BPN RI apabila luasnya lebih dari 75.000 meter persegi. Melihat luas blok-blok bidang tanah yang dimohonkan oleh PT. BPI yang berkisar antara 69.000 meter persegi hingga 507.000 meter persegi maka kewenangan pemberian hak guna bangunannya sebagian berada di tangan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Tengah dan sebagian lagi berada di tangan Kepala BPN RI. Setelah Surat Keputusan Pemberian Hak diterbitkan maka proses selanjutnya adalah penerbitan sertipikat HGB tanah aset PLTU atas nama PT. BPI. ## 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang dan Upaya Penyelesaiannya a) Faktor Pendukung Pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang telah mencapai kurang lebih 85% atau sekitar 192 hektar dari total 226 hektar luas tanah yang dibutuhkan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari adanya faktor pendukung dalam proses pengadaan tanah. Beberapa faktor pendukung keberhasilan proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU dapat penulis kelompokkan dalam dua jenis, yaitu: Pertama, faktor internal yaitu faktor pendu- kung yang berasal dari dalam warga masyarakat di lokasi pembangunan PLTU, antara lain: 1) Sikap dan Persepsi Positif Warga Ada 4 (empat) rencana kegiatan yang dikaji, yakni (1) pembangunan power block; (2) pem- bangunan jetty ; (3) kegiatan dredging dan dump- ing; dan (4) pembangunan transmisi dan gardu induk. Namun bagi para informan rencana ke- giatan yang dipahami adalah pembangunan PLTU, pembangunan gardu induk dan transmisi. Jumlah informan dari warga masyarakat yang dimintai keterangan dalam penelitian ini berjumlah sepuluh orang, terdiri dari warga dan tokoh masyarakat di Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng. Sebagian besar informan memperoleh infor- masi pertama dari teman dan tetangga, selanjut- nya sebagian lagi dari pemrakarsa dalam kon- sultasi publik, sebagian lagi dari perangkat desa atau staf kecamatan; sebagian kecil dari anggota keluarga, dan dari berita di koran. Menurut se- bagian besar warga, informasi tentang rencana pembangunan PLTU yang tidak langsung dari pemrakarsa menyebabkan informasi yang dite- rima kurang akurat. Akibatnya informasi yang berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar; seperti informasi tentang luas kebutuhan lahan dan kejelasan lokasi rencana proyek, isu penggusuran rumah dan sebagainya. Menurut sebagian besar warga di lokasi pembangunan PLTU Batang, jaringan transmisi 500 kV, dan gardu induk bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Berdasarkan data dokumen perusahaan dari PT. BPI, 51,60% responden menyatakan pem- bangunan PLTU bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya (6,67% di antaranya menyatakan sangat bermanfaat). Sebesar 38,12% responden menyatakan bisa bermanfaat namun bisa juga tidak, sebesar 7,39% menyatakan merugikan, dan 2,90% menyatakan sangat merugikan. Alasan yang dikemukakan oleh salah satu informan (Basir, warga dan tokoh masyarakat Desa Ujungnegoro) yang menyatakan proyek bermanfaat adalah: i) Kebutuhan tenaga kerja yang besar dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar lokasi pembangunan PLTU. ii) Tidak akan merugikan masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena pemrakarsa akan memikirkan pekerjaan yang dapat menggantikan sumber nafkah selama ini. iii) Membuka peluang usaha bagi masyarakat di sekitar lokasi pembangunan PLTU. iv) Bisa membantu pembangunan desa di sekitar lokasi pembangunan PLTU. v) Ada program Corporate Social Responsibility (CSR) dari pemrakarsa yang jika direncana- Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 kan dengan baik dan tepat sasaran akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pembangunan PLTU. vi) Membantu pemenuhan kebutuhan listrik daerah. Dukungan pada proyek diberikan dengan alasan banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh masyarakat sekitarnya, utamanya adalah kesem- patan kerja dan peluang usaha; membantu pem- bangunan desa, serta memikirkan warga yang kehilangan pekerjaan. Sebaliknya yang tidak mendukung menyatakan proyek akan merugi- kan warga utamanya buruh tani yang kehilangan matapencaharian, kekhawatiran munculnya pencemaran yang bisa mengganggu warga. Bagi informan yang bersikap netral menyampaikan bahwa pemerintah tentunya sudah memikirkan baik-buruknya rencana pembangunan PLTU dan tidak akan merugikan masyarakat. 2) Nilai Harga Beli Tanah yang Tinggi Nilai harga beli tanah yang telah ditetapkan pada awal tahun 2013 sebesar Rp. 100.000,00 per meter persegi merupakan faktor utama yang mendukung proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang. Nilai tersebut sudah berada jauh di atas NJOP maupun harga pasar tanah yang terjadi pada waktu tersebut yang hanya mencapai kisaran Rp. 20.000 per meter persegi. Dengan begitu tingginya nilai beli tanah yang ditawarkan oleh perusahaan, maka warga pemilik tanah yang awalnya belum bersedia menjual ta- nahnya kemudian beramai-ramai menjual tanah- nya kepada perusahaan. Mereka menilai, harga beli tersebut sangat menguntungkan mereka karena mencapai lima kali lipat dari harga pasar tanah di lokasi pembangunan PLTU pada saat itu. Kedua, faktor eksternal, yaitu faktor pendu- kung yang berasal dari luar warga masyarakat di lokasi pembangunan PLTU, antara lain: 1) Dukungan Penuh Pemerintah Pusat dan Daerah Proyek PLTU Batang mendapat dukungan yang besar baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal tersebut didasari fakta bahwa kebutuhan listrik nasional terutama Pulau Jawa dan Bali meningkat pesat, sementara pasokan listrik yang ada tidak seimbang. Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak pembangunan baru yang mengonsumsi banyak energi, dan hal tersebut belum pernah terjadi di masa sebelumnya. Bersamaan dengan itu cadangan minyak Indonesia pun mengalami penurunan sangat tajam, sehingga negara ini menjadi salah satu pengimpor minyak. Di sisi lain permintaan permintaan kebutuhan energi dari industri dan perumahan terus meningkat, melampaui pasokan baru yang tersedia. Ini bukan suatu hal yang abstrak, melainkan salah satu kebutuhan yang sangat mendesak. In- donesia adalah negara urban yang mengalami modernisasi dan perkembangan industri, di mana konsumen membutuhkan lebih banyak peralatan elektronik, sehingga kebutuhan listri semakin meningkat. Daerah Jawa dan Bali yang sangat padat penduduknya diperkirakan membutuhkan tambahan daya sebesar 3.600 MW per tahun dengan total kebutuhan hingga 43.000 MW pada 2019. Dengan latar belakang itulah pemerintah sangat mendukung penuh terwujudnya pem- bangunan PLTU Batang demi memenuhi kebu- tuhan listrik Jawa dan Bali yang meningkat rata- rata sekitar 6 persen per tahun. Selain itu pem- bangunan PLTU ini bertujuan untuk menghin- dari defisit listrik yang akan terjadi dalam waktu 3-4 tahun lagi apabila tidak tersedia pembangkit listrik baru dengan kapasitas yang besar. Komitmen penuh pemerintah tersebut terbuk- ti dengan ditandatanganinya perjanjian pembe- lian listrik antara PLN dengan PT. Bhimasena Power Indonesia selaku pelaksana proyek PLTU pada tahun 2011. Dalam perjanjian tersebut, pemerintah melalui PLN akan membeli listrik dari PT. BPI selama 25 tahun. Setelah masa perjanjian tersebut selesai, maka pengopersian PLTU Batang akan diserahkan kepada pemerintah. Oleh karena itulah pemerintah pusat maupupun daerah begi- tu mendorong suksesnya pembangunan PLTU Batang. a) Nilai Investasi yang Sangat Besar Total biaya proyek PLTU Batang yang mencapai 40 triliun rupiah merupakan suatu nilai investasi yang sangat besar dalam sejarah pembangunan infrastruktur nasional. Investasi besar tersebut diperoleh dari pinjaman dari Japan Bank for In- ternational Cooperation (JBIC) serta beberapa pemberi pinjaman lainnya yang ditanggung oleh JBIC. Sedangkan porsi kepemilikan saham dalam PT. BPI terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 34 persen oleh J-Power, 34 persen Adaro, dan 32 persen oleh Itochu. Dengan nilai investasi yang sangat besar itulah maka PLTU Batang didorong untuk dapat terea- lisasi sesuai dengan waktu yang telah direnca- nakan. Apabila proyek PLTU ini tertunda atau bahkan dibatalkan, maka kerugian yang akan dialami juga akan sangat besar, baik oleh pelak- sana proyek, pemerintah, maupun konsumen listrik. Dengan dukungan dana yang besar itu pulalah yang menjadikan pelaksana proyek yaitu PT. BPI sanggup membeli tanah para pemilik di lokasi PLTU dengan harga yang tinggi. Dengan harga beli yang berlipat-lipat dari harga pasar tanah tersebut maka sebagian besar pemilik tanah bersedia penjual tanahnya kepada perusahaan. b. Faktor Penghambat Pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang masih belum tuntas hingga saat dilakukan penelitian ini. Menurut penulis hal tersebut dise- babkan oleh beberapa faktor penghambat yang penulis kelompokkan dalam dua jenis, yaitu: Pertama, faktor internal yaitu faktor yang ber- asal dari dalam masyarakat di lokasi pem- bangunan PLTU, antara lain: 1) Sikap Penolakan Warga Meskipun sebagian besar warga di lokasi pembangunan PLTU Batang, jaringan transmisi 500 kV, dan gardu induk terutama di Desa Ujungnegoro berpendapat PLTU bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sebagian warga lainnya menyatakan bisa bermanfaat namun bisa juga tidak, dan sebagian lainnya terutama di Desa Karanggeneng menyatakan merugikan. Informan yang menyatakan sangat setuju terhadap rencana pembangunan PLTU umumnya terdiri dari warga pemilik tanah yang telah men- jual tanahnya kepada perusahaan. Warga tersebut menyatakan sepakat dan sangat puas dengan harga beli yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp. 100.000,00 per meter persegi. Sedang- kan informan yang menyatakan setuju terhadap rencana pembangunan PLTU adalah warga di Desa sekitar lokasi proyek PLTU yang berharap dengan adanya PLTU akan meningkatkan taraf hidupnya. Adapun informan yang menyatakan sikap netral yaitu warga yang menyatakan proyek bisa saja bermanfaat bisa tidak bermanfaat dan menyatakan kalau hal-hal yang merugikan war- ga, seperti buruh tani yang kehilangan pekerja- annya, dan pencemaran yang mungkin bisa muncul tidak ditangani dengan baik, maka pro- yek akan merugikan warga. Namun kedua hal tersebut dan semua janji pemrakarsa benar- benar diwujudkan, maka proyek akan berman- faat. Informan yang menyatakan tidak setuju ter- hadap rencana pembangunan proyek PLTU ada- lah sebagian warga yang beralasan tidak sepakat dan tidak puas dengan harga beli yang ditetapkan perusahaan. Adapun informan yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebagian kecil warga yang sama sekali menolak pembangunan PLTU dengan berbagai alasan di antaranya pem- bangunan PLTU tidak membawa dampak positif terhadap kehidupan warga bahkan menghi- langkan sumber mata pencaharian mereka serta anak cucu mereka kelak. Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 Proyek pembangunan PLTU Batang yang dilakukan oleh pihak swasta juga menimbulkan persepsi negatif dari warga. Warga menganggap proyek tersebut bukan proyek negara sehingga hanya akan menguntungkan perusahaan swasta dan merugikan rakyat kecil. Warga kurang mema- hami bahwa proyek PLTU tersebut akan menun- jang kepentingan umum yaitu penyediaan kebu- tuhan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. Berba- gai sikap dan persepsi negatif warga terhadap rencana proyek tersebut juga disebabkan adanya beberapa gerakan-gerakan organisasi swadaya masyarakat bidang agraria yang sangat intensif mengkampanyekan keadilan untuk rakyat di bidang agraria. Salah satu gerakan swadaya masyarakat yang cukup terkenal menyuarakan keadilan di bidang agraria di Kabupaten Batang adalan organisasi Omah Tani. Alasan yang dikemukakan oleh salah satu informan (Roidi, warga Desa Karanggeneng) yang menyatakan proyek merugikan adalah: i) Lahan untuk proyek berupa sawah produktif yang akan mengurangi sumber mata penca- harian banyak warga. ii) Banyak buruh tani dan pemilik lahan yang akan kehilangan matapencaharian. iii) Akan timbul pencemaran pada lingkungan sekitarnya yang akan merugikan warga. iv) Proyek tersebut mengancam kehidupan masyarakat yang selama ini sudah hidup tentram dan sejahtera. 2) Ketidaksepakatan Harga Meskipun sebagian besar pemilik tanah di lokasi pembangunan PLTU telah sepakat dan menjual tanahnya kepada PT. BPI, masih ada beberapa warga pemilik tanah yang tidak sepakat dengan harga baru yang ditetapkan oleh peru- sahaan. Mereka menilai harga yang ditetapkan tersebut kurang memperhatikan nilai-nilai non- ekonomi tanah menurut pemiliknya. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai sejarah, nilai tradisi dan nilai sentimental yang terdapat pada tanah terhadap pemiliknya. Selain itu, pemilik tanah yang tidak sepakat berpendapat bahwa harga beli yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut tidak menjamin kelang- sungan hidup mereka setelah mereka tidak mem- punyai tanah. Mereka menilai harga beli yang ditetapkan masih terlalu rendah bila diban- dingkan dengan kelangsungan masa depan mereka dan anak cucu mereka jika mereka men- jual tanahnya. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang ber- asal dari luar masyarakat di lokasi pembangunan PLTU, antara lain: 1) Isu Pencemaran Lingkungan Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan hidup di antaranya Greenpeace, Go Green telah mengkam- panyekan isu pencemaran lingkungan yang diaki- batkan pembangunan PLTU Batang. LSM-LSM tersebut dengan begitu intensif melakukan so- sialisasi untuk memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat Indonesia pada umumnya dan terutama warga masyarakat di lokasi rencana pembangunan PLTU Batang ten- tang dampak-dampak negatif yang akan ditim- bulkan apabila PLTU tersebut jadi dibangun. Menurut pernyataan LSM Greenpeace, berda- sarkan pada pembangkit-pembangkit yang ada sebelumnya, tampak bahwa PLTU Batang akan melepaskan 226 kilogram merkuri per tahun ke sekitar kawasan konservasi laut daerah Ujung- negoro-Roban. Sebuah debit tahunan yang bisa menjadi bencana bagi perikanan setempat, meng- ingat bahwa 0,907 gram merkuri dalam sebuah danau dapat membuat ikan-ikan dalam sebuah luasan 100 meter persegi wilayah tersebut tidak layak untuk dimakan. Lebih jauh lagi PLTU Batang diperkirakan akan melepaskan sekitar 10,8 juta ton karbon ke atmosfer. Masalah dari PLTU berbahan bakar batubara adalah emisi CO2 (karbondioksida) dalm jumlah ## Bhumi No. 40 Tahun 13, Oktober 2014 yang besar bila dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar minyak. Dengan mening- katnya kandungan gas rumah kaca ( Green House Gases /GHGs) termasuk CO2 dalam atmosfer, maka panas yang tersimpan dalam atmosfer juga meningkat dan menyebabkan suhu global naik. Saat ini pemanasan global dan perubahan iklim menjadi suatu permasalahan yang serius dan IPCC ( Intergovernmental Panel on Climate Change ) menyimpulkan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca antropogenik menjadi penyebabnya. Adanya isu pencemaran lingkungan yang cukup intensif dikampanyekan oleh beberapa LSM lingkungan tersebut telah membuat bebe- rapa warga masyarakat di sekitar lokasi pem- bangunan PLTU menjadi sadar dan memahami dampak negatif yang mungkin timbul akibat pembangunan PLTU. Dengan kesadaran yang tumbuh tersebut beberapa kelompok masyarakat telah melakukan beberapa kali aksi unjuk rasa untuk menentang pembangunan PLTU baik kepada pemerintah daerah setempat maupun kepada pemerintah pusat. Tercatat telah ada 22 kali aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh warga di Batang, Semarang, dan Jakarta dari tahun 2011 hingga waktu penelitian ini. 2) Munculnya Spekulan Tanah Rencana pembebasan tanah menjadi isu yang besar karena lahan tapak Blok PLTU (terletak di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng) sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik penduduk yang umumnya menjadi mata pencaharian utama. Rencana kebutuhan lahan dengan ukuran luas mencapai 226,4 Ha menarik para spekulan tanah untuk mencoba mencari keuntungan dari tahap pengadaan lahan untuk power block PLTU tersebut. Rencana pembangunan PLTU telah menimbulkan perbedaan sikap pada masyarakat, dimana terdapat masyarakat yang bersikap menerima rencana pembangunan PLTU tersebut namun juga ada sikap belum menerima rencana tersebut. Meskipun demikian, munculnya sikap warga yang menerima dan yang belum menerima kehadiran PLTU membuat situasi lingkungan tidak kondusif bagi para pihak untuk memper- bincangkan rencana kegiatan, serta ada peno- lakan yang kuat terhadap kehadiran orang luar yang akan mengusik lahan pertaniannya. Hal tersebut diprediksikan akan menghambat mun- culnya spekulan tanah, yakni orang yang ingin mencari keuntungan dengan cara berupaya membeli lahan milik warga dengan tujuan untuk dijual kepada pemrakarsa dengan harga yang lebih tinggi ataupun menjadi perantara dalam jual beli lahan dengan pihak pemrakarsa. Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut di atas sekitar 9 orang atau 1,8% dari to- tal pemilik lahan yang terkena dampak untuk power block PLTU. Pada saat penulis melakukan penelitian pada akhir bulan Maret 2014, beredar isu yang cukup menggemparkan di masyarakat, bahwa telah terjadi transaksi pembelian tanah di lokasi PLTU dengan harga Rp. 400.000,00 per meter persegi. Isu tersebut semakin diperkuat dengan beredar- nya salinan kuitansi pembelian tanah warga di lokasi rencana PLTU tersebut. Namun ketika isu tersebut penulis konf irmasi kepada pihak peru- sahaan, perusahaan menyatakan tidak menge- tahui dan tidak pernah melakukan transaksi pembelian tanah dengan harga tersebut di atas. Berbagai faktor penghambat yang telah diurai- kan tersebut menurut pendapat penulis menye- babkan adanya sikap ketidakberanian pihak perusahaan untuk melanjutkan proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang. Oleh karena itulah saat ini perusahaan PT. BPI menye- rahkan proses pengadaan tanah tersebut kepada pemerintah pusat dan bersikap menunggu kepas- tian keputusan dari pemerintah pusat mengenai kelanjutan pembangunan PLTU Batang. Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 ## c. Upaya Penyelesaian Untuk menyelesaikan berbagai masalah dan kendala dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang, PT. BPI selaku pemrakarsa bersama pemerintah pusat dan daerah melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan. Upaya tersebut bertujuan untuk meminimalisir bahkan mengeliminir dampak yang bersifat negatif serta untuk memaksimalkan dampak positif dari pembangunan PLTU. Pelak- sanaan pengelolaan lingkungan dalam pem- bangunan PLTU Batang adalah merupakan kepe- dulian dari pihak pemrakarsa dalam mewujudkan program pembangunan yang berwawasan lingkungan, ramah lingkungan dan berkelan- jutan untuk jangka panjang. Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh pemrakarsa dalam rangka mencegah maupun menyelesaikan masalah dan kendala dalam kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang antara lain: 1) Untuk membangun pola interaksi harmonis antara masyarakat, pemrakarsa dan peme- rintah atau para pemangku kepentingan ,maka pemrakarsa membentuk forum komunikasi bersama. Forum komunikasi ini diadakan seku- rang-sekurangnya 1 (satu) bulan sekali. Peren- canaan dan pelaksanan forum ini disusun atas kesepakatan bersama. 2) Untuk menghilangkan timbulnya kecurigaan atau persepsi negatif dari masyarakat, pem- rakarsa menempuh cara melalui keterbukaan informasi tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pelaksanaannya dengan cara melakukan koordinasi untuk sosialisasi yang intensif dengan elemen masyarakat setempat melalui media komunikasi antara lain melalui buletin, papan pengumuman di balai desa dan sebagainya. 3) Untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan masyarakat , pemrakarsa berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan melalui lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan setempat. 4) Untuk menghilangkan kekhawatiran masya- rakat akan kehilangan lahan dan pekerjaan, pemrakarsa melakukan penjelasan langsung kepada warga masyarakat tentang rencana kegiatan, prosedur dan proses pengadaan lahan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan pertemuan dan dialog bersama masyarakat di balai-balai desa yang menjadi lokasi pembangunan serta Kantor Bupati Batang. 5) Untuk menghindari terjadinya perselisihan dan ketidaksepakatan, proses penentuan harga tanah dilakukan secara musyawarah dan mufakat. Para pemilik bidang tanah diajak duduk bersama dan bermusyawarah dengan pemrakarsa dan pemangku kepentingan untuk menentukan harga tanah yang dise- pakati bersama. 6) Untuk menghindari terjadinya sengketa dan konflik antar pemilik tanah, maka pengukuran dan penetapan batas-batas kepemilikan dila- kukan secara bersama antar pemilik tanah (kontradiktur delimitasi). 7) Untuk mewujudkan transparansi dan akun- tabilitas, pembayaran harga tanah dilakukan secara langsung kepada pemilik tanah melalui bank. Adapun untuk menjamin kelangsungan hidup para petani penggarap maupun buruh tani yang kehilangan matapencaharian, pemrakarsa melakukan upaya-upaya penyelesaian jangka panjang. Upaya tersebut dilakukan dalam bentuk tiga formula sumber nafkah pengganti yang diku- kuhkan melalui penetapan pemerintah daerah, meliputi: 1) Penyediaan lahan garapan pengganti yang luasannya setara atau seimbang dengan kebu- tuhan bagi buruh tani dan petani penggarap yang terkena dampak, berdasarkan kesepa- katan dengan buruh tani dan petani penggarap yang terkena dampak. 2) Pemberian kompensasi sosial sesuai dengan kebutuhan buruh tani dan petani penggarap terdampak. Dalam implementasinya program ini akan melibatkan pemrakarsa, dinas peme- rintah terkait dan perwakilan masyarakat. 3) Penciptaan wirausaha baru perdesaan dari ke- lompok buruh tani dan petani penggarap yang terkena dampak sesuai dengan minat dan peluang yang tersedia, dengan menyediakan bantuan teknis. Selain upaya-upaya yang telah disebutkan sebelumnya, pemrakarsa juga mempunyai pro- gram-program pemberdayaan masyarakat yang termasuk dalam kegiatan Corporate Social Re- sponsibility (CSR). Program CSR tersbut bertu- juan untuk membina kemitraan yang berkelan- jutan dengan masyarakat di sekitar lokasi pem- bangunan PLTU serta mewujudkan masyarakat yang mandiri. Bentuk program CSR tersebut yaitu: 1) Program dukungan pendidikan untuk masya- rakat, misalnya dengan pemberian beasiswa pendidikan, peningkatan kualitas fasilitas pen- didikan dan sebagainya. 2) Program bantuan kesehatan masyarakat, anta- ralain mengadakan program perawatan kese- hatan secara gratis, pembangunan fasilitas kesehatan, dan sebagainya. 3) Program peningkatan kesejahteraan masyara- kat dengan cara memfasilitasi pelatihan wi- rausaha, bantuan permodalan dan sebagainya. 4) Program peningkatan dan/atau konservasi lingkungan melalui kegiatan penanaman dan pengayaan vegetasi pantai dan kebun di lokasi proyek, pelestarian dan penyediaan ruang ter- buka hijau dan sebagainya. 5) Program kesadaran budaya, masyarakat dan/ atau pembinaan olahraga. Sedangkan untuk menjawab isu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengoperasian PLTU, pemrakarsa berkomitmen untuk melaku- kan sosialisasi kepada masyarakat yang terkena dampak mengenai langkah-langkah untuk mengurangi dampak lingkungan terhadap udara dan air dari emisi lainnya. Langkah-langkah terse- but antara lain: 1. Melakukan upaya yang terus menerus untuk mengurangi emisi, yaitu: a) Menggunakan teknologi ultra super criti- cal , yaitu teknologi terbaik saat ini dalam mengontrol polusi, dengan meminimalkan polusi melalui pembakaran batubara per megawatt waktu produksi, menangkap se- bagian besar polutan dan juga meningkat- kan kapasitas produksi berdasarkan waktu yang telah ditetapkan. b) Mengelola dengan benar fasilitas pengo- lahan air limbah untuk mengendalikan pembuangan zat penyebab polusi air. c) Mencegah kebisingan, getaran dan bau. d) Mencegah pencenaran tanah dan air tanah. 2. Mencegah tumpahan minyak dari peralatan dan mempersiapkan keadaan darurat yang dapat ditangani dengan cara yang sesuai dan tepat waktu. 3. Melindungi keanekaragaman hayati di lokasi pembangunan PLTU. 4. Mengurangi volume bahan kimia berbahaya. ## C. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai mekanisme dan proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang di atas, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal. PLTU Batang merupakan suatu proyek pertama bidang ketena- galistrikan di Indonesia yang dilaksanakan dengan model Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS/PPP) yang melibatkan Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Perekonomian, Menteri BUMN, serta PT. PLN dengan pihak Konsorsium PT. Bhimasena Power Indonesia (BPI). Jenis pengadaan tanahnya termasuk pengadaan tanah untuk kepentingan swasta untuk menunjang ke- pentingan umum. Dengan demikian pengadaan Achmad Taqwa A.: Masalah Pengadaan Tanah untuk PLTU Batang : 601-620 tanah untuk pembangunannya tidak mengacu kepada peraturan mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum melainkan mengacu pada UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan serta Perpres No. 67 Tahun 2005 yang telah diubah dengan Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infra- struktur. Mekanisme pengadaan tanah untuk pem- bangunan PLTU Batang menggunakan mekanis- me jual beli, ganti rugi serta kompensasi. Meka- nisme jual beli dilakukan pada lokasi pembebasan tanah untuk power block / bangunan utama PLTU, mekanisme ganti rugi diterapkan pada pembe- basan tanah untuk tapak tower, dan mekanisme pemberian kompensasi dilakukan terhadap tanah- tanah yang dilalui oleh jalur transmisi listrik. Setiap mekanisme tersebut dilakukan dengan proses musyawarah bersama antara PT. BPI selaku pemrakarsa, pemerintah dan warga masyarakat yang terkena dampak pembangunan PLTU. Keberhasilan proses pengadaan tanah PLTU Batang yang telah mencapai 85 persen atau sekitar 192 hektar didukung oleh beberapa faktor yaitu adanya persepsi positif warga terhadap pem- bangunan PLTU, adanya kesepakatan harga, adanya dukungan penuh dari pemerintah pusat maupun daerah, serta adanya dukungan dana investasi yang besar. Tersendatnya proses pengadaan tanah PLTU Batang yang hingga saat penulisan ini belum tuntas disebabkan beberapa faktor penghambat, yaitu masalah dan kendala yang terjadi dalam kegiatan pengadaan tanah tersebut antara lain adanya sikap penolakan dari warga di lokasi pem- bangunan, adanya ketidaksepakatan harga tanah, adanya isu pencemaran lingkungan, serta mun- culnya spekulan tanah. Untuk mengatasi masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang, pemrakarsa bersama pemangku kepentingan melakukan upaya-upaya penyelesaian antara lain: pembentukan forum komunikasi bersama, peningkatan keterbukaan informasi, peningkatan peran serta dalam ke- giatan masyarakat, pelibatan aktif masyarakat dalam proses musyawarah penentuan harga, penerapan asas kontradiktur delimitasi, dan penerapan transparansi dan akuntabilitas dengan melibatkan instansi perbankan. Selain itu terdapat program penjaminan kelangsungan hidup untuk para buruh tani dan petani penggarap, program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan CSR, serta pengelolaan dampak negatif pembangunan PLTU terhadap lingkungan hidup. Proses pengadaan tanah untuk pembangunan PLTU Batang hingga saat penulisan ini masih tersendat dan belum menemukan titik cerah kare- na beberapa persoalan. Oleh sebab itu, menurut penulis, perlu pendekatan baru dalam upaya mengubah persepsi negatif dan sikap penolakan warga terhadap PLTU Batang dengan lebih mengutamakan pendekatan sosial dan budaya daripada pendekatan ekonomi dan pendekatan represif. Komunikasi dan dialog yang lebih inten- sif antara warga masyarakat di lokasi pem- bangunan PLTU dengan pemrakarsa dan pe- mangku kepentingan yaitu pemerintah pusat dan daerah untuk mencari jalan keluar dengan win- win solution , dimana akhir-akhir ini sudah tidak ada lagi komunikasi dan dialog tersebut. Dianggap penting mengupayakan penyelesai- an sengketa alternatif untuk menengahi konflik yang terjadi antara pihak pemrakarsa PLTU Ba- tang dengan warga masyarakat yang menentang pembangunan PLTU tersebut, antara lain dengan suatu upaya mediasi, negosiasi maupun rekon- siliasi. Penjajakan untuk pemilihan sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan, misalnya tenaga panas bumi, tenaga angin dan tenaga surya sehingga dampak negatif yang ditimbulkan lebih kecil dan lebih bisa diterima oleh masyarakat sekitar. ## Daftar Pustaka Lubis, Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubis. (2011). Pencabutan Hak, Pembebasan, dan Pengadaan Tanah . Mandar Maju, Bandung. Moleong, Lexy J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya, Bandung. Rahman, Noer Fauzi. 2013. Rantai Penjelas Konflik-konflik Agraria yang Kronis, Siste- mik, dan Meluas . Jurnal Ilmiah PPPM-STPN, Yogyakarta. Savitri, Laksmi A. 2013. Korporasi dan Politik Perampasan Tanah . Insist Press, Yogyakarta. Singarimbun, Masri dan Sof ian Effendi. (1987). Metode Penelitian Survai. Pustaka LP3ES, Jakarta. Sitorus, MT Felix. (1998). Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan . Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Sitorus, Oloan dan Dayat Limbong. (2004). Penga- daan Tanah Untuk Kepentingan Umum . Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta. Sitorus, Oloan dkk. (1995). Pelepasan atau Penyerahan Hak Sebagai Cara Pengadaan Tanah . Dasamedia Utama, Jakarta. Sudjito, dkk. (2012). Restorasi Kebijakan Penga- daan, Perolehan, Pelepasan dan Pendaya- gunaan Tanah, serta Kepastian Hukum di Bidang Investasi . Tugu Jogja Pustaka, Yogya- karta. Sufrianto, Yanto. (2011). Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum ( Studi Kasus Sengketa Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum di Bengkulu ) . Jurnal Hukum FH UII, Yogyakarta. Sumardjono, Maria S.W. dkk. 2008. Mediasi Sengketa Tanah. Kompas, Jakarta. Wiradi, Gunawan. 2009. Seluk Beluk Masalah Agraria, Reforma Agraria dan Penelitian Agraria. STPN Press, Yogyakarta. Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Aman- demennya. ____, Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960, LN No. 104 Tahun 1960, TLN Nomor 2043. ____, Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah, UU No. 20 Tahun 1961. ____, Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pem- bangunan Untuk Kepentingan Umum, UU No. 2 Tahun 2012. ____, Undang-Undang Republik Indonesia Ten- tang Ketenagalistrikan, UU No. 30 Tahun 2009. Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Perpres Nomor 55 Tahun 1993. Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Perpres No. 36 Tahun 2005. Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, Perpres No. 65 Tahun 2006. Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Perpres No. 71 Tahun 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012, Perpres Nomor 40 Tahun 2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, Perpres Nomor 67 Tahun 2005. Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005, Perpres Nomor 10 Tahun 2010. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Perka BPN No. 3 Tahun 2007. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah, Perka BPN No. 5 Tahun 2012.
99a0de7d-80ff-48c9-85f1-f92751d21571
http://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/download/477/190
DOI : 10.35311/jmpi.v10i1.477 Efektivitas Biaya Obat Kombinasi ACEI-CCB dan ARB-CCB pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit X Yulinda Pristi Dwi Hapysari, Ika Purwidyaningrum * , Samuel Budi Harsono Program Studi S2 Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Sitasi: Hapysari, Y. P. D., Purwidyaningrum, I., & Harsono, S. B. (2024). Efektivitas Biaya Obat Kombinasi ACEI-CCB dan ARB-CCB pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit X. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, 10(1), 77-88. https://doi.org/10.35311/jmpi .v10i1.477 Submitted: 22 Februari 2024 Accepted: 09 Mei 2024 Published: 23 Juni 2024 *Penulis Korespondensi: Ika Purwidyaningrum Email: [email protected] Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License ## ABSTRAK Komplikasi hipertensi sering terjadi salah satunya pada DM tipe 2. Dalam mencapai penurunan tekanan darah diperlukan terapi obat kombinasi dengan menggunakan ACEI-CCB dan ARB-CCB. Terapi obat kombinasi efektif dalam mengontrol tekanan darah, namun mampu membuat beban biaya pengobatan meningkat. Penelitian ini bertujuan yakni mencari tahu gambaran obat kombinasi ACEI-CCB dan ARB-CCB pada pasien hipertensi dengan DM tipe 2, dalam rangka mengetahui keefektifan biaya, serta untuk mengetahui rencana perbaikan masalah cost-effectiveness pada lingkup rumah sakit. Jenis penelitian observasional dengan pengambilan secara retrospektif . Biaya yang dianalisis yaitu mencakup biaya terapi obat, biaya penunjang, biaya obat tambahan, dan biaya laboratorium, kemudian melakukan rencana perbaikan untuk cost-effectivenes dengan menggunakan metode analisis SWOT. Sampel penelitian sebanyak 90 pasien, pengguna kelompok terapi ACEI-CCB sebanyak 38 pasien dan kelompok terapi ARB-CCB sebanyak 52 pasien. Hasil penelitian menunjukkan analisis rata-rata biaya pengobatan kombinasi antihipertensi pasien komplikasi DM Tipe 2 didapatkan pada kombinasi ACEI-CCB sebesar Rp. 635.663, sedangkan pada kombinasi ARB-CCB sebesar Rp. 570.314. Biaya penggunaan obat kombinasi yang paling efektif adalah kombinasi ACEI-CCB dengan nilai efektivitas 44,74% dan dengan nilai ACER sebesar Rp. 14.209 dan ICER yaitu Rp. 7.970,96. Hasil analisis SWOT dengan matriks IE ini berada pada sel I sehingga dapat diindikasikan rumah sakit yang peneliti jadikan lokasi penelitian ada pada posisi grow and build atau tumbuh dan membangun, sehingga strategi yang dapat diterapkan yaitu meliputi penetrasi, pengembangan dan integrase. Kata Kunci: ACEI-CCB, ARB-CCB, Hipertensi, Diabetes Melitus Tipe 2 ## ABSTRACT Complications of hypertension often occur, one of which is in type 2 DM. In achieving to decrease in blood pressure, combined drug therapy using ACEI-CCB and ARB-CCB is required. Combination drug therapy is effective in controlling blood pressure, but can make the burden of medical costs increase. This study aims is to find out the description of the combination of ACEI-CCB and ARB-CCB drugs in hypertensive patients with type 2 DM, in order to determine cost-effectiveness, and to find out plans to improve cost- effectiveness problems at the hospital scope. The of observational research with retrospective retrieval. The analyzed cost include drug therapy costs, supporting costs, additional drug costs, and laboratory costs, then make an improvement plan for cost- effectivenes using the SWOT analysis method. The study sample was 90 patients, users of ACEI-CCB therapy group were 38 patients and ARB- CCB therapy group were 52 patients. The results showed an analysis of the average cost of combined antihypertensive treatment for patients with Type 2 DM complications obtained in the ACEI-CCB combination of Rp. 635,663, while the ARB- CCB combination amounted to Rp. 570,314. The most effective cost of using combined drugs is the ACEI- CCB combination with an effectiveness value of 44.74% and with an ACER value of Rp. 14,209 and an ICER of Rp. 7,970.96. The results of the SWOT analysis with the IE matrix are in cell I so that it can be indicated that Hospital that the researcher makes the research location is in a grow and build position or grow and build, so that strategies that can be applied include penetration, development and integration. Keywords: ACEI-CCB, ARB-CCB, Hypertension, Type 2 DM ## PENDAHULUAN Hipertensi atau disebut juga sebagai penyakit kardiovaskuler dengan gejala adanya peningkatan tekanan darah di atas batasan normal yakni 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab kematian di urutan tiga (3) dari stroke serta tuberculosis yang mencapai angka 6,7% (Mila, dkk, 2021). Sedangkan DM adalah peningkatan pada gula darah ataupun disebut hiperglikemi karena penurunan jumlah insulin pada pankreas (Lestari, dkk, 2021). Pada pengelolaan tekanan darah dan kadar gula darah merupakan perihal yang amat diperlukan terkait pencegahan terjadinya hipertensi pada pasien komplikasi DM tipe 2. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, adanya peningkatan kasus hipertensi sejak tahun 2013, yaitu dari angka 25,8% menjadi 34,1%, dan juga kasus DM yang meningkat dari angka 6,9% menjadi 8,5%. Di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 33,8% penduduknya merupakan penderita hipertensi. Untuk negara berkembang termasuk Indonesia, perkiraan penderita hipertensi, berdasarkan Kementrian Kesehatan tahun 2021 yakni sebesar 80% dengan bertambahnya pada usia >60 tahun terdapat peningkatan prevalensi 60%. Menurut WHO ( World Health Rankings) pada tahun 2019, penyakit DM menyebabkan 1,5 juta angka kematian dan 48% terjadi pada usia kurang dari 70 tahun. Peningkatan glukosa darah dan kardiovaskular menyebabkan sekitar 20% angka kematian. Hipertensi dikelompokkan atas hipertensi primer serta sekunder. Hipertensi primer sebesar 95% penyebabnya tak diketahui secara pasti serta tidak mampu disembuhkan melainkan dapat dikontrol, sedangkan hipertensi sekunder sebesar 5% merupakan penderita dengan penyakit komplikasi (Sumaryati, 2018). Berdasarkan penyebabnya, penyakit DM dapat diklasifikasi menjadi empat (4) kelompok, yakni DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, serta DM tipe lainnya. Pada DM tipe 2 dikarenakan adanya resistensi insulin dan terjadinya kegagalan sel beta pankreas (PERKENI, 2019). Penyakit komplikasi hipertensi yang paling umum terjadi yaitu DM tipe 2, dimana komplikasi tersebut merupakan salah satu penyakit yang mempunyai tingkat mortilitas tinggi serta dapat mempengaruhi kualitas hidup setiap individu. Meningkatnya resistensi perifer karena adanya perubahan pembuluh darah, selain terjadinya hiperglikemia dapat mengakibatkan kenaikan volume darah, sehingga terjadinya tekanan darah menjadi naik (Nova dan Hasni, 2022). Analisis efektivitas biaya merupakan perbandingan analisis antara efektifitas terapi dengan biaya yang dikeluarkan. Adapun empat jenis analisis efektivitas biaya, terdiri dari: CMA ( Cost Minimization Analysis) merupakan analisis yang sederhana tetapi memiliki kekurangan yaitu semua obat dilihat memiliki efek terapi yang sama , CEA (Cost Effectiveness Analysis) merupakan analisis dalam unit indikator kesehatan (tekanan darah, kadar kolesterol, kadar gula darah), CUA ( Cost Utility Analysis ) merupakan analisis yang dilakukan dalam pengukuran lamanya hidup yang dilihat dengan adanya kualitas yang diukur dengan menggunakan QALY ( Quality Adjusted Life Years) seperti penyakit kanker, sedangkan CBA (Cost Benefit Analysis ) merupakan pengobatan atau program kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan atau program lainnya (Khoiriyah, dkk, 2018). Kombinasi obat ACEI-CCB dan ARB- CCB dapat menurunkan angka kematian akibat hipertensi jika dibandingkan dengan menggunakan obat kombinasi lainnya, meski sama dalam pencapaian target atau penurunan tekanan darah pasien hipertensi dengan komplikasi DM tipe 2 (Stiadi, dkk, 2020). Terapi obat kombinasi terbukti efektif dalam mengendalikan tekanan darah, namun mampu membuat beban biaya pengobatan meningkat. Dalam pengobatan hipertensi dengan komplikasi DM tipe 2 ini belum diketahui terapi mana yang lebih cost-effective dikarenakan saat penentuan obatnya di samping harus tepat serta rasional perlu pula dilakukan pertimbangan berdasarkan segi cost- effective dan juga dalam penentuannya harus dilaksanakan Cost Effectiveness Analysis (CEA) melalui penghitungan Average Cost- Effectiveness Ratio (ACER) serta Incremental Cost – Effectiveness Ratio (ICER). Cara ini dilaksanakan dalam rangka mencari tahu pengobatan mana yang lebih cost-effective dari masing-masing alternatif pengobatan yang peneliti pilih (Nurhikmah, dkk, 2019). Pemberian obat di Rumah Sakit X pada pasien hipertensi komplikasi DM tipe 2 paling banyak menggunakan kelompok terapi ARB- CCB. Perbandingan biaya pada kombinasi obat ARB-CCB sebesar Rp. 634, sedangkan pada kombinasi obat ACEI-CCB sebesar Rp. 307. Pengambilan data rekam medik periode tahun 2022, dimana terdapat beberapa pasien terdiagnosis Covid-19 sehingga alternatif obat yang diberikn kepada pasien adalah golongan obat ARB karena pada golongan ACEI menyebabkan efek samping batuk. Pada pengobatan pasien hipertensi komplikasi DM tipe 2 di Rumah Sakit X yaitu dengan memberikan kombinasi obat, salah satunya yaitu kombinasi obat ARB-CCB dan ACEI- CCB. Dari kombinasi obat ARB-CCB dan ACEI- CCB diperlukan cost-effectiveness yang memberikan outcome baik untuk pasien. Penelitian ini diharapkan mampu membuat biaya dan outcome seimbang sehingga baik pasien ataupun health care system merasa diuntungkan. Besarnya keefektifan dalam penelitian cost-effectiveness bisa diketahui dengan didasarkan pada biaya terapi rawat inap. Diperlukan strategi dan memperkirakan peluang terbaik dalam perkembangan Rumah Sakit X, yaitu dengan menggunakan analisis SWOT. Pada analisis SWOT dapat melakukan rencana strategi dalam perbaikan cost- effectiveness di Rumah Sakit X, sehingga dapat memberikan outcome yang baik untuk pasien terutama dari segi biaya, lama rawat inap, dan pencapaian target tekanan darah. Peneliti memilih Rumah Sakit X karena peneliti mengetahui bahwa tidak ada penelitian tentang cost-effectiveness , sehingga menjadikan peluang bagi peneliti dalam melakukan penelitian mengenai apa yang dibutuhkan dalam pemberian obat yang tepat dan rasional untuk pasien di Rumah Sakit X. Rumah Sakit X merupakan rumah sakit kelas C dengan total kamar kurang lebih 100 unit, serta mendapatkan akreditasi paripurna. Peneliti mengambil data rekam medik pasien hipertensi komplikasi DM tipe 2 karena penyakit tersebut sering terjadi pada masyarakat, dimana faktor umumnya karena pola gaya hidup. Pemilihan peneliti menggunakan Cost Effectiveness Analysis (CEA) dalam penelitian ini karena alat pengukur outcome dalam unit indikator kesehatan yaitu tekanan darah. Selain itu peneliti memilih pasien rawat inap di Rumah Sakit X karena lebih mudah dalam mengontrol tekanan darah pasien mulai dari awal masuk rumah sakit sampai dengan pasien keluar dari rumah sakit dalam kondisi baik, serta terkontrol dalam pemberian obat sepanjang dirawatnya pasien di rumah sakit, sehingga dapat melihat data obat tambahan, obat penunjang, dan pemeriksaan laboratorium. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan observasional yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas biaya obat kombinasi ACEI-CCB dan ARB- CCB kepada pasien rawat inap hipertensi dengan DM tipe 2 di Rumah Sakit X. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yakni dari catatan rekam medik pasien dan data biaya pengobatan antihipertensi komplikasi DM tipe 2 sejumlah 90 pasien dimana 38 pasien menggunakan terapi ACEI-CCB dan 52 pasien menggunakan terapi ARB-CCB. ## Alat Alat Penelitian berupa Lembar kerja pencatatan rekam medik pasien Rumah Sakit X, lembar kerja evaluasi dan perhitungan efektivitas terapi (%) dan efektivitas biaya terapi dengan menggunakan perhitungan ACER dan ICER, lembar wawancara untuk analisis SWOT, lembar perhitungan matriks EFAS ( Eksternal Factors Analysis Summary ) dan IFAS ( Internal Factors Analysis Summary ), lembar matriks IE ( Internal-Eksternal ), alat tulis, alat hitung, dan komputer ( Microsoft word, Microsoft excel ). ## Bahan Bahan penelitian berupa data primer Karakteristik yang diamati ialah jenis kelamin, kelompok usia, hasil pengukuran serta sekunder. Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara kepada kepala IFRS, sedangkan data sekunder yakni data yang diperoleh dari data rekam medik dan data biaya pengobatan antihipertensi komplikasi DM tipe 2 pada pasien rawat inap di Rumah Sakit X. ## Alur penelitian 1. Tahap Persiapan Peneliti meminta surat izin penelitian di Universitas Setia Budi yang ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit X. 2. Tahap pelaksanaan Pengumpulan data primer melalui wawancara dengan kepala IFRS dan faktor yang didapat adalah kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) dalam rangka memudahkan perencanaan strategi perbaikan cost-effectivenes . Kemudian untuk pengumpulan data tekanan darah, lama dirawat, keterangan keadaan pulang pasien, deskripsi gambaran penggunaan kombinasi obat-obat antihipertensi, analisis biaya pengobatan hipertensi dengan DM tipe 2 2. Penghitungan efektivitas terapi Berikut ialah rumus pengukuran efektivitas terapinya: Efektivitas (%) = To tal pasien tekan an dar ah yan g m en c apai tar get x100% Total Pasien 3. Perhitungan Keefektifan Biaya Terapi Keefektifan biaya dilihat dari Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) serta Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER). Berikut ialah rumus Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER): ACER = Rata-r ata biaya ter api o bat Efektivitas (%) Hasil ACER bisa diketahui melalui penggunaan Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER). Berikut rumus perhitungan ICER: Biaya Obat A – Biaya Obat B sekunder, peneliti menelusuri serta ICER = Efektivitas Obat A – Efektivitas Obat B mengumpulkan data dengan mencari semua status pasien hipertensi dengan komplikasi DM tipe 2 yang didapat dari rekam medik serta data biaya di instalasi rawat inap Rumah Sakit X. Perhitungan efektivitas terapi dihitung dalam pencapaian target penurunan tekanan darah dan biaya yang dinyatakan sebagai Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) serta Incremental Cost – Effectiveness Ratio (ICER). 3. Tahap pengolahan data Pengolahan data berdasarkan rekam medik beserta data penghitungan biaya kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui karakteristik pasien, gambaran penggunaan obat kombinasi, gambaran biaya pengobatan antihipertensi dengan DM tipe 2, keefektifan biaya obat antihipertensi komplikasi DM tipe 2, dan analisis SWOT dengan perhitungan matriks EFAS, IFAS, serta matriks IE. ## Analisis Data 1. Karakteristik pasien 4. Tahap Analisis SWOT Pertama dilakukan uji komparatif dengan melakukan pembandingan 2 faktor yang berbeda pada 1 kategori yang sama menurut tingkat utama untuk pengembangan Rumah Sakit X. Setelah itu mengidentifikasi tabel EFAS dan IFAS. Selanjutnya dilakukan perumusan Analisa SWOT berdasarkan wawancara dengan kepala IFRS. 5. Analisis statistik Setelah analisis SWOT selesai, dilakukan analisis statistik menggunakan uji Kolmogorov smirnov untuk menentukan normalitas datanya, uji Independent sample t test dalam rangka mencari perbedaan bermakna antar variabel independent dengan dependen, dan uji Kruskal-Wallis untuk memperoleh distribusi data yang tidak normal pada analisis uji Kolmogorov-Smirnov. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Hasil karakteristik responden bisa diamati di Tabel 1. ## Tabel 1. Karakteristik Responden ACEI + CCB ARB + CCB No. Kategori Jumlah (n) Persentase Jumlah (n) Persentase P-value 1 Jenis Kelamin (%) (%) Laki-Laki 26 68,42 37 71,15 0,780 Perempuan 12 31,58 15 28,85 Total 38 100,0 52 100,0 2 Usia 18-65 Tahun 30 78,95 37 71,15 66-79 Tahun 6 15,79 14 26,93 0,343 ≥80 Ta hun 2 5,26 1 1,92 Total 38 100,0 52 100,0 3 Pengukuran Tekanan Darah ≤140/90 17 44,74 19 36,54 mmHg 0,433 ≥140/90 21 55,26 33 63,46 ## mmHg Total 38 100,0 52 100,0 4 Lama Rawat Inap 2 - - 7 13,46 3 4 10,53 9 17,31 4 23 60,52 16 30,77 5 4 10,53 6 11,54 6 4 10,53 9 17,30 7 3 7,89 3 5,77 0,049 8 - - 2 3,85 Total 38 100,0 52 100,0 Berdasarkan Tabel 1, pada karakteristik responden diperoleh jenis kelamin laki-laki cenderung melebihi jumlah responden perempuan, dengan laki-laki berjumlah 63 responden yang terbagi menjadi 26 (68,42%) responden menggunakan obat antihipertensi kombinasi ACEI-CCB dan 37 (71,15%) responden menggunakan obat antihipertensi kombinasi ARB-CCB. Perihal tersebut sesuai dengan penelitian Helmidanora dan Sentat (2017), distribusi pasien menurut jenis kelamin ialah (57%) untuk pasien laki laki serta (43%) untuk wanita. Jenis kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan karena dipengaruhi faktor usia prevalensi hipertensi DM tipe 2 berusia >55 tahun. Prevalensi hipertensi untuk laki-laki lebih besar dikarenakan merekan mempunyai kebiasaan merokok serta meminum alkohol (Helmidanora dan Sentat, 2017). Pria beresiko 2,3 kali lebih banyak untuk terjadi tekanan darah sistolik daripada wanita (Kementrian Kesehatan, 2019). Perihal tersebut sesuai penelitian (Hakim, dkk, 2015) yang menyebutkan laki-laki secara umum beresiko yang lebih besar untuk terkena penyakit kardiovaskular. Wanita memiliki hormon estrogen yang mampu melindungi dari hipertensi. Dalam penelitian ini tidak terdapat korelasi signifikan dari jenis kelamin dengan kejadian hipertensi sebagai komplikasi DM Tipe 2 dengan menggunakan uji Chi-Square dimana nilai p value 0,780 > 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian (Hakim, dkk, 2015) bahwa tidak ditemukan korelasi signifikan jenis kelamin responden dengan hipertensi. Susilawati dan Rahmawati (2021) juga menyimpulkan tidak adanya korelasi jenis kelamin dengan kejadian penyakit DM tipe 2. Pada kategori karakteristik usia responden didominasi usia 18-65 tahun yang terbagi atas penggunaan obat antihipertensi kombinasi ACEI-CCB sebesar 78,95% dan pengguna obat antihipertensi kombinasi ARB- CCB sebesar 71,15%. Hal ini didukung oleh penelitian (Husni, dkk, 2022), yang mana pasien hipertensi serta diabetes mellitus paling banyak ada pada rentang umur 46-65 tahun (53,6%). Selanjutnya penelitian Rory Oriza (2017) mendapatkan hasil yang sama yakni usia terbanyak penderita diabetes mellitus dan hipertensi ialah di usia 46-65 (72%). Usia menjadi sebuah faktor resiko yang tak mampu dikontrol. Dengan usia yang kian bertambah, kadar gula, serta tekanan darah mengalami peningkatan dan dengan demikian gangguan toleransi glukosa dan hipertensi sering dijumpai di usia lanjut karena kemampuan sel beta pankreas berkurang (Astuning dan Mutmainah, 2016). Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai signifikansi 0,343 > 0,05 yang berarti tidak ada korelasi signifikan dari usia dengan kejadian hipertensi pada kasus komplikasi DM Tipe 2. Hasil tersebut didukung oleh penelitian (Djamil, dkk, 2021) yang menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi umur dengan tekanan darah penderita DM tipe 2. Karakteristik responden selanjutnya adalah penurunan kadar tekanan darah yang sesuai dengan target, dimana pada penelitian ini didominasi pada pengukuran darah masih ≥140/90 mmHg sebanyak 54 responden yang terbagi menjadi 21 responden (55,26%) yang menggunakan kombinasi obat ACEI-CCB dan sebanyak 33 responden (63,46%) menggunakan kombinasi obat antihipertensi ARB-CCB. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian (Husni, Wahyudin dan Kasim, 2022). Peningkatan tekanan darah saat kondisi hiperglikemi menjadi sebuah proses yang kompleks, hormon insulin memiliki peran besar pada perkembangan hipertensi, peningkatan insulin karena gangguan transport glukosa berkontribusi terhadap hipertensi melalui stimulasi hipertrofi sel otot polos vaskular yang membuat resistensi pembuluh darah meningkat (Setiyorini, dkk, 2018). Lama rawat inap pada pasien hipertensi komplikasi dengan DM Tipe 2 di Rumah Sakit X tahun 2022 sebagian besar 4 hari. Pada terapi kombinasi ACEI-CCB sebanyak 23 pasien dengan presentase 60,52%, sedangkan terapi kombinasi ARB-CCB yaitu sebanyak 16 dengan persentase 30,77%. Gambaran Obat Antihipertensi pada Pasien Komplikasi DM Tipe 2 Berdasarkan Tabel 2, didapatkan hasil bahwa penggunaan ARB-CCB sebagai kombinasi terapi antihipertensi pada pasien komplikasi DM tipe 2 paling banyak dengan jumlah responden 52 responden (57,78%). Tatalaksana terapi pada pasien tersebut dapat menggunakan beberapa pilihan, yaitu Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB) dan diuretik. Lini pertama terapi pada kasus hipertensi disertai DM tipe 2 adalah golongan thiazide (diuretik), golongan ACEI, ARB, atau CCB. Kombinasi pengobatan antihipertensi umumnya dibutuhkan dalam mencapai target tekanan darah. Lini pertama terapinya ialah penggunaan kombinasi penghambat sistem renin-angiotensin (seperti ACEI atau ARB) dengan CCB (PERHI, 2019). Kombinasi tersebut dapat menurunkan angka mortalitas pada pasien hipertensi dengan penyerta DM tipe 2 akibat kejadian kardiovaskuler lebih baik dibandingkan dengan kombinasi lain (Stiadi, Andrajati dan Trisna, 2020). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Heroweti dan Rokhmawati, 2023), pola terapi yang sering digunakan pada sebagian besar pasien hipertensi disertai DM tipe 2 ialah kombinasi golongan Calcium Chanel Blocker (CCB) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB). Terapi kombinasi ARB-CCB mengakibatkan efek potensial dalam menurunkan tekanan darah sehingga diharapkan dapat mereduksi angka mortalitas dan morbiditas karena adanya komplikasi kardiovaskular. Penurunan tekanan darah dapat dikarenakan adanya kondisi edema perifer yang berakibatkan adanya penggunaan obat golongan CCB. Efek tersebut terjadi karena adanya dilatasi arteriolar yang lebih besar dari sirkulasi vena sehingga dapat terjadi peningkatan transkapiler gradient atau terjadinya kebocoran kapiler yang dapat diatasi menggunakan ARB (Amal, et al. , 2021). Penggunaan kombinasi ARB-CCB juga dapat memberikan kondisi stabil pada tekanan darah pasien hipertensi yang disertai dengan DM tipe 2 (Pratidina, dkk, 2021). Terapi kedua yang digunakan pada penelitian ini adalah kombinasi ACEI-CCB sejumlah 38 responden (42,22%), hal ini sejalan dengan penelitian (Heroweti dan Rokhmawati, 2023), dimana kombinasi ACEI-CCB digunakan lebih sedikit daripada penggunaan terapi kombinasi ARB-CCB yaitu sebesar 4 pasien. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa pasien mengalami efek samping berupa batuk kering, sehingga dilakukan penggantian terapi menggunakan kombinasi ARB-CCB dengan efek samping minimal (Tyas, dkk, 2021). ## Tabel 2. Gambaran Obat Antihipertensi pada Pasien Komplikasi DM Tipe 2 Terapi Obat Antihipertensi No. Komplikasi DM 2 Jumlah (n) Persentase (%) 1 ACEi+CCB 38 42,22 2 ARB+CCB 52 57,78 Total 90 100 Nilai Efektivitas Terapi Antihipertensi pada Pasien Komplikasi DM tipe 2 Berdasarkan Tabel 3, didapatkan hasil bahwa penggunaan terapi kombinasi Kelompok A yaitu ACEI-CCB dinilai lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah sebesar 44,74%. Antihipertensi kombinasi ACEI-CCB menghasilkan pengontrolan tekanan darah yang efektif karena memakai dua mekanisme kerja yang berbeda dan saling melengkapi, begitu juga dengan antihipertensi kombinasi ARB-CCB. Salah satu faktor kombinasi ACEI-CCB lebih efektif karena pada beberapa obat DM yang digunakan memiliki mekanisme kerja yang dapat berinteraksi dengan baik terhadap antihipertensi kombinasi ACEI-CCB, seperti obat DM golongan sulfonilurea dengan antihipertensi golongan ACEI memberikan efek penurunan kadar gula darah, sedangkan antihipertensi golongan CCB tidak mempengaruhi sensitivitas insulin atau metabolisme glukosa dan menjadi obat antihipertensi yang ideal untuk pasien DM tipe 2 komplikasi hipertensi (Tyas, dkk, 2021). Tabel 3. Efektivitas Terapi Antihipertensi Pasien Komplikasi DM Tipe 2 Kategori Terapi Total Pasien Mencapai Persentase Pasien Target Kelompok A Efektivitas 38 17 44,74% (ACEI + CCB) Kelompok B 52 19 36,54% (ARB + CCB) ## Hasil Analisis ACER dan ICER Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa kelompok obat yang memiliki efektivitas terapi tinggi dengan biaya mahal adalah kelompok kombinasi antihipertensi ACEI-CCB yaitu dengan efektivitas terapi 44,74% dengan rata-rata biaya pengobatan Rp. 635.663. Sedangkan pada kombinasi antihipertensi ARB-CCB memiliki efektivitas 36,54% dengan rata-rata biaya pengobatan Rp. 570.314. Terlihat dari tabel 4, bahwa nilai ACER pada kelompok terapi ACE-CCB lebih rendah dibandingkan dengan kelompok ARB- CCB yaitu sebesar Rp. 15.609, dimana kelompok terapi ACEI-CCB lebih cost-effective dibandingkan kelompok terapi ARB-CCB. Dikarenakan adanya biaya setiap intervensi lebih mahal dengan efektivitas yang tinggi atau biaya lebih murah dengan efektivitas yang rendah maka perhitungan ICER harus dilakukan. Adapun hasil perhitungan ICER dapat dilihat pula pada Tabel 4, yaitu No. ACEI + CCB ARB +CCB ICER (Rp) 1 Rata-Rata Total Biaya (Rp) 635.663 570.314 diperlukan senilai Rp. 7.970,96 yang dikeluarkan dalam mencapai peningkatan per unit outcome relatif terhadap pembandingnya. Setelah dilakukan analisis dari aspek efektivitas harga, peneliti melakukan analisis SWOT berdasarkan hasil wawancara bersama kepala IFRS, berikut ialah tabel 5 rekap hasil Analisis SWOT yang peneliti peroleh. Tabel 4. Gambaran Perhitungan ACER dan ICER Obat Antihipertensi pada Pasien Komplikasi DM Tipe 2 7.970,96 2 Efektivitas Terapi (%) 44,74% 36,54% 3 ACER (Rp) 14.209 15.609 ## Ananlisis SWOT Dari analisis SWOT yang bersifat internal terbagi menjadi dua yaitu kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan dari Rumah Sakit X adalah ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusia) di IFRS sudah mencukupi untuk menyelesaikan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit X. Selanjutnya informasi layanan kefarmasian dapat diperoleh dengan brosur dan media elektronik yang berada di sarana IFRS, melayani pasien rujukan dari BPJS maupun asuransi lainnya, adanya pelatihan dan pendidikan bagi staf IFRS secara rutin dan berkala, adanya SIM yang terkoneksi dengan unit-unit lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian (Advistasari, et al ., 2015) bahwa dengan penerapan SIM yang saling terkoneksi di bagian instalasi farmasi dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat, tepat dan berkualitas seperti pelaporan stok obat, pengiriman obat ke ruangan atau gudang, daftar obat kadaluarsa dan lain sebagainya. Kelemahan dari Rumah Sakit X yaitu belum menggunakan terapi obat yang cost- effectiveness , dimana manfaat dari dilakukannya terapi obat yang cost-effectiveness ialah dapat menyeimbangkan biaya dan outcome pasien dengan menentukan alternatif pengobatan yang mewakili hasil kesehatan yang terbaik per biaya yang dikeluarkan sehingga akan memberikan data untuk mendukung kebijakan obat, manajemen formularium dan keputusan pengobatan individu dari pasien. Adapun kelemahan lain yaitu mayoritas staff di Rumah Sakit X memasuki usia yang tidak produktif sehingga waktu pelayanan akan sedikit terhambat. Hubungan antara apoteker dan pasien yang belum terbentuk dikarenakan minimnya konsultasi yang dilakukan oleh pasien dengan Apoteker. Kelemahan lainnya adalah kurang optimalnya sarana dan prasarana dari Rumah Sakit pendukung kefarmasian. Peluang bagi Rumah Sakit X adalah jumlah penduduk yang cukup banyak, peningkatan jumlah dokter spesialis dengan didukung pula peningkatan jumlah pelayanan poli spesialis. Selanjutnya perkembangan pelayanan kefarmasian melalui telemedicine atau bisa juga melalui Pharma Edu dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Riyanto (2021) pada masa pandemi Covid-19 ada peralihan metode pengobatan kepada metode telemedicine oleh penyelenggara pelayanan kesehatan yang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan pengobatan. Telemedicine sebagai salah satu media konsultasi kesehatan untuk memudahkan pasien dalam berkonsultasi (Agustina, et al. , 2023). Faktor-faktor ancaman di Rumah Sakit X dari hasil observasi yaitu adanya rumah sakit dan pelayanan kesehatan pesaing, perkembangan IPTEK di era globalisasi sehingga diperlukan untuk mengupgrade perkembangan IPTEK, perlunya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di persaingan era global berdasarkan sistem kompetisi, dan juga tuntutan biaya yang murah dari pasien maupun masyarakat pengguna layanan kesehatan di Rumah Sakit X. Tabel 5. Matriks SWOT di Rumah Sakit X Strengths (S) Weaknesses (W) EFAS IFAS . Sumber Daya Manusia di IFRS yang mencukupi . Brosur dan media elektronik sarana di IFRS . Melayani pasien rujukan BPJS dan asuransi lainnya . Pelatihan dan pendidikan staff IFRS secara rutin . SIM terkoneksi dengan unit-unit lainnya Kepuasan pasien dalam pelayanan . Staff farmasi yang ramah dalam pelayanan informasi obat . Usaha IFRS untuk meningkatkan efisiensi keuangan Rumah Sakit Pasien hiperteni komplikasi DM tipe 2 menggunakan kombinasi obat ACEI-CCB dan ARB-CCB Pasien dengan riwayat batuk . Belum menggunakan terapi obat yang cost-effectiveness . Mayoritas staff di Rumah Sakit X mamasuki usia yang tidak produktif . Hubungan apoteker dengan pasien . Sarana dan prasarana belum optimal . Tekanan darah belum mencapai target diberikan golongan obat ARB Opportunities (O) Jumlah penduduk yang cukup banyak Meningkatkan jumlah dokter Spesialis Meningkatkan jumlah pelayanan Poli Spesialis Pelayanan dengan Telemedicine Menggunakan terapi obat yang cost- effectiveness S-O Meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit Meningkatkan fasilitas sarana dan prsarana di IFRS Meningkatkan pelatihan dan pendidikan untuk staff IFRS secara rutin . Mengembangkan pelayanan dengan Telemedicine Menggunakan terapi obat yang cost- effectiveness untuk mendapatkan outcome yang baik Mengupgrade SIM dan IPTEK untuk meningkatkan kepuasaan pasien Meningkatkan manajemen keuangan yang baik Meningkatkan pemberian obat sesuai W-O . Perlunya memberikan terapi obat yang cost-effectiveness untuk kepuasan pasien . Meningkatkan kualitas SDM di Rumah Sakit X terutama pada usia yang produktif . Meningkatkan hubungan antara apoteker dengan pasien sehingga PIO menjadi efektif dan efisien . Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana melalui media elektronik . Meningkatkan pencapaian target pada tekanan darah pasien dengan riwayat penyakit pasien Threats (T) Banyak Rumah Sakit pesaing Mengupgrade perkembangan IPTEK Mengupgrade kualitas SDM di era global berdasarkan kompetisi Banyaknya pesaing dalam pelayanan kesehatan Tuntutan biaya yang murah S-T Melakukan perbaikan fasilitas di Rumah Sakit secara konsisten Mengupgrade perkembangan IPTEK dan kualitas SDM untuk mendukung persaingan dengan Rumah Sakit lain Meningkatkan pelayanan kesehatan agar mampu untuk bersaing . Melakukan transparansi biaya berobat untuk menjaga kepercayaan pasien Melakukan peningkatan dalam pelayanan klinis W-T . Perlunya mengupgrade perkembangan IPTEK untuk menunjang fasilitas pelayanan guna mendukung persaingan dengan Rumah Sakit lain . Diperlukan evaluasi untuk staff kefarmasian dalam era global agar pelayanan Rumah Sakit semakin maksimal . Diperlukan peningkatan pelayanan klinis untuk memberikan outcome yang baik untuk pasien Sumber: IFRS Rumah Sakit X Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Dengan ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada analisis biaya obat antihipertensi pada pasien komplikasi DM tipe 2, maka dapat disimpulkan biaya penggunaan obat kombinasi pasien rawat inap hipertensi dengan DM tipe 2 di Rumah Sakit X yang paling efektif adalah penggunaan kombinasi ACEI- CCB dengan nilai efektivitas sebesar 44,74% dengan nilai ACER sebesar Rp. 14.209 dan ICER yaitu Rp. 7.970,96. Analisis SWOT di Rumah Sakit X didapatkan hasil IFAS dan EFAS, matriks IFAS memiliki nilai total 3,05 sementara matriks EFAS memiliki nilai total 3,00. Posisi dalam matriks IE ditentukan dari nilai total matriks IFAS sebagai sumbu X dan nilai total matriks EFAS sebagai sumbu Y. Hasil analisis ini berada pada sel I sehingga dapat diindikasikan Rumah Sakit X berada pada posisi grow and build atau tumbuh dan membangun. ## DAFTAR PUSTAKA Advistasari, Y. D., Lutfan, & Pudjaningsih, D. (2015). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Farmasi Menggunakan D & M Is Success Model Untuk Mendukung Pengelolaan Obat Di RSUD Kota Semarang. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi , 5 (4), 219 – 224. Agustina, D., Sufia, A., SHofia, H., Cahyani, I., Ralya, J. P., & Mariani, T. (2023). Review Article: Efektivitas Penggunaan Telemedicine Pada Masa Pandemi Sebagai Sarana Konsultasi Kesehatan. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus , 12 (3). Ainurrafiq, A., Risnah, R., & Ulfa Azhar, M. (2019). Terapi Non Farmakologi dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi: Systematic Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) , 2 (3), 192 – 199. https://doi.org/10.56338/mppki.v2i3.806 Amal, S., Karlina, L., Astuti, D., & Hidayah, H. (2021). Analisis Efektivitas Biaya (Cost Effectivenes Analysis) Penggunaan Kombinasi Dua Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rsud Karawang. Pharma Xplore: Jurnal Sains Dan Ilmu Farmasi , 6 (2), 13 – 26. Astuning, A. P., & Mutmainah, N. (2016). Hipertensi Komplikasi Di Rumah Sakit X Surakarta Tahun 2014. The 3rd Universty Research Colloquium . Djamil, A., Mappanganro, A., & Asnaniar, W. O. S. (2021). Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Kampung Baru Kab. Banggai. Window of Nursing Journal , 02 (01), 1 – 12. Hakim, A., Ali, Z., & R.M. Suryadi Tjekyan. (2015). Prevalensi dan Faktor Risiko Hipertensi di Kecamatan Ilir Timur II Palembang Tahun 2012. MKS , 47 (1). Helmidanora, R., & Sentat, T. (2017). Efek Hipotensif Dari Acei Dan Arb Pada Pasien Diabetes Mellitus Dan Hipertensi Di Rsud. Abdul Wahab Syahranie Samarinda. Jurnal Ilmiah Manuntung , 3 (2), 186 – 191. Heroweti, J., & Rokhmawati, I. (2023). Analisis Efektivitas Biaya Kombinasi CCB-ACEI dan CCB-ARB pada Pasien Hipertensi dengan Penyerta DM Tipe II. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia , 9 (1), 94 – 99. https://doi.org/10.35311/jmpi.v9i1.311 Husni, H., Wahyudin, E., & Kasim, H. (2022). Hba1c Pada Pasien Hipertensi Dan Diabetes Mellitus Type 2 Di Rs Unhas Makassar. Majalah Farmasi Dan Farmakologi , 26 (2), 84 – 87. https://doi.org/10.20956/mff.v26i2.20482 Kemenkes RI. (2018), Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 ‟ , Kementrian Kesehatan RI , 53(9), pp. 1689 – 1699. Kementrian Kesehatan. (2019). Faktor risiko penyebab Hipertensi . Kemenkes. (2021). Pedomanan Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Hipertensi Dewasa. Kementerian Kesehatan RI , 1 – 85. Khoiriyah, S, D., Lestari, K. (2018). Review Artikel : Kajian Farmakoekonomi yang Mendasari Pemilihan Pengobatan di Indonesia. Farmaka, 16(3). Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi, Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan. UIN Alauddin Makassar , November , 237 – 241. Mila, M., Irawan, Y., & Fakhruddin, F. (2021). Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap Rsud Sultan Imanuddin Pangkalan Bun 2018. Jurnal Borneo Cendekia , 5 (1), 105 – 117. https://doi.org/10.54411/jbc.v5i1.230 Nova, R., & Hasni, D. (2022). Edukasi Komplikasi Terjadinya Hipertensi Dan Peranan Konsumsi Obat Hipertensi Pada Penderita Diabetes Melitus Usia Lansia Di Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2021. Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat , 5 (3), 545. https://doi.org/10.24198/kumawula.v5i3.3 7661 Nurhikma, E., Wulaisfan, R. and Musdalipah, M. (2019 ) „C ost Effectiveness Kombinasi Antihipertensi Candesartan-Bisoprolol dan Candesartan-Amlodipin Pada Pasien Rawat Jalan Penderita Hipertensi ‟ , Jurnal Profesi Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan , 13(2), pp. 54 – 61. Available at: https://doi.org/10.33533/jpm.v13i2.1284. PERHI. (2019). Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019 . Pratidina, D. B., Suryanegara, F. D. A., & Nugraheni, D. A. (2021). Cost consequences analysis of hypertensive outpatients: a study in a private hospital in Yogyakarta special province. Jurnal Ilmiah Farmasi , 17 (2), 116 – 126. https://doi.org/10.20885/jif.vol17.iss2.art Riyanto, A. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Telemedicine (Systematic Review). Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia , 9 (2), 174. https://doi.org/10.33560/jmiki.v9i2.337 Setiyorini, E., Wulandari, N. A., & Efyuwinta, A. (2018). Hubungan kadar gula darah dengan tekanan darah pada lansia penderita Diabetes Tipe 2. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery) , 5 (2), 163 – 171. https://doi.org/10.26699/jnk.v5i2.ART.p16 3-171 Stiadi, D. R., Andrajati, R., & Trisna, Y. (2020). Analisis Efektivitas Biaya Terapi Kombinasi Amlodipin-Kandesartan dan Amlodipin-Ramipril pada Pasien Hipertensi dengan Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy , 9 (4), 271. https://doi.org/10.15416/ijcp.2020.9.4.271 Susilawati, & Rahmawati, R. (2021). Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. ARKESMAS (Arsip Kesehatan Masyarakat) , 6 (1), 15 – 22. Tyas, A. S., Raising, R., & Ratnawati, R. (2021). Analisis Efektivitas Biaya Terapi Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap Di Rsud Kota Madiun. Duta Pharma Journal , 1 (1), 40 – 47. https://doi.org/10.47701/djp.v1i1.1191
866a40c4-30c5-485f-ac21-8b4c1aa9f739
https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura/article/download/48236/31496
Volume 19 Issue 1 April 2021, pages:127-136 Desain Lanskap Jalan Gajah Mada Kota Pekalongan untuk Mendukung Program Pariwisata Batik Landscape Design for Pekalongan Gajah Mada Street to support Tourism Program of Batik Resdo Hafizh Rizqi Amanulloh 1 , Akhmad Arifin Hadi 2 Depa rtment of Landscape Architecture, Faculty of Agriculture, IPB University 1, 2 [email protected] DOI: https://doi.org/10.20961/arst.v19i1.48236 Received: February 1,2021 Revised: March 18,2021 Accepted: March 28,2021 Available online: April 30,2021 ## Abstract Pekalongan City is known as the city of batik and batik accessed by the "Pantura" Highway. The Gajah Mada Street is the main road of Pekalongan city and has become a segment of "Pantura" Highway that important for tourism activities. Gajah Mada Street's landscape design is needed to improve the street corridor's landscape quality and attractiveness for tourism. On the other hand, Pekalongan has a vital characteristic of Batik culture. This study aims to create the landscape design of Gajah Mada Street to Support the Tourism Program of Batik, accompanied by identifying and analyzing the existing site condition of the Gajah Mada Street in Pekalongan City. The design concept applied in this research is Jlamprang batik and parang batik, two of Pekalongan's distinctive geometric-shaped batik pattern. This study's final results are the concept plan, site plan, detailed engineering design, and perspective drawings. Keywords: landscape design, streetscape, road, tourism, Pekalongan, batik ## 1. PENDAHULUAN Kota Pekalongan merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara. Kota ini berada di tengah Jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta – Semarang – Surabaya, yang sangat strategis bagi kegiatan perekonomian dan jasa. Salah satu komoditas dari Kota Pekalongan batik Pekalongan yang memiliki corak yang khas dan variatif. Oleh sebab itu Kota Pekalongan dijuluki sebagai “Kota Batik” yang masuk jaringan kota kreatif UNESCO dalam kategori crafts & folk art pada Desember 2014 dengan mengusung city branding yaitu “World's city of Batik”. Menurut Hayati (2012), batik telah menjadi aset ekonomi dan aset budaya bagi masyarakat Kota Pekalongan. Sebagian besar masyarakat Kota Pekalongan menjadikan batik sebagai mata pencaharian. Kota Pekalongan hingga kini menjadi penghasil batik terbesar di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Kota Pekalongan (2011), mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Kota Pekalongan merencanakan pembangunan di berbagai sektor, terutama di sektor pariwisata dan infrastruktur. RTRW Kota Pekalongan menyebutkan tujuan penataan ruang wilayah Kota Pekalongan adalah terwujudnya kota jasa, industri dan perdagangan batik, serta minapolitan (kawasan perdagangan berbasis perikanan), yang maju, mandiri dan sejahtera. Untuk mendukung rencana tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kota Pekalongan. Dalam RTBL tersebut, Pemkot Pekalongan merencanakan pembangunan beberapa atraksi wisata kota seiring pengoperasian Jalan Tol Trans Jawa. Salah satu kawasan yang akan dikembangkan pada RTBL Kota Pekalongan adalah Jalan Gajah Mada. Penelitian ini dilaksanakan di segmen Jalan Gajah Mada Barat, Jalan Gajah Mada Timur, Jalan Merdeka, dan Jalan Pemuda. Segmen tersebut merupakan pintu masuk wisatawan baik yang menggunakan kereta api ke Stasiun Pekalongan. Desain lanskap untuk mendukung program pariwisata batik pada kawasan tersebut diharapkan dapat bermanfaat untuk mempromosikan batik dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Pekalongan. ## 2. METODE Lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Berdasarkan letak geografisnya, lokasi penelitian terletak pada 6°53’21.95” LS dan 109°39’55.85” BT. Tapak ini memiliki luas 11,6 H. Jalan pada tapak penelitian ini mencakup Jalan Gajah Mada Barat sepanjang 1,08 km, Jalan Gajah Mada Timur sepanjang 1,24 km, Jalan Merdeka sepanjang 500 meter, Jalan Pemuda sepanjang 350 meter, dan Jalan Resimen sepanjang 120 meter. Secara administratif, tapak penelitian ini berlokasi di Kecamatan Pekalongan Barat, tepatnya mencakup Kelurahan Tirto, Kelurahan Bendan, Kelurahan Pasirsari, Kelurahan Kramatsari, Kelurahan Kraton Lor, dan Kelurahan Kraton Kidul. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Metode penelitian yang digunakan mengacu pada pada proses desain Booth (1983) yaitu project acceptance, research and analysis , dan concept . Pada tahap research and analysis , dilakukan pengumpulan data penting yang berada di dalam tapak (inventarisasi). Data yang diambil dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari pengamatan dan wawancara langsung di lokasi penelitian meliputi aspek fisik, biofisik, dan sosial, sementara data sekunder meliputi data yang diperoleh dari studi pustaka terdiri atas data demografi, data iklim, dan peta Kota Pekalongan. Penelitian ini menggunakan tahapan analisis berdasarkan data hasil inventarisasi untuk mendapatkan potensi, kendala, amenity , dan danger signal pada tapak. Analisis dilakukan pada semua aspek, baik aspek fisik dan biofisik, sosial-budaya, serta aspek legal pada tapak. Analisis dilakukan baik secara kualitatif berupa deskriptif dan spasial maupun kuantitatif skala likert . Untuk mempermudah interpretasi, tapak penelitian dibagi menjadi lima segmen. Metode yang digunakan untuk menganalisis yaitu proportional sampling , yaitu pengambilan sampel yang memperhatikan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian. Unsur-unsur atau kategori yang dimaksud adalah responden yang pernah melewati atau berkunjung ke Jalan Gajah Mada Kota Pekalongan. Peneliti melakukan wawancara baik secara daring menggunakan kuesioner maupun wawancara tatap muka kepada pengguna tapak. Isi dari wawancara tersebut adalah mengenai persepsi dan preferensi pengguna kepada Jalan Gajah Mada Kota Pekalongan. Wawancara daring dilakukan dalam bentuk kuesioner tertutup ( purposive sampling ) kepada 30 responden yang pernah mengunjungi atau melewati Jalan Gajah Mada Kota Pekalongan. Wawancara tatap muka juga dilakukan dalam bentuk kuesioner terbuka ( interview ) diajukan kepada pegawai Dinas PUPR Kota Pekalongan (1 responden) dan (30 responden) pengguna tapak Jalan Gajah Mada. Gambar 1 . Peta Lokasi Penelitian Total jumlah responden pada penelitian ini adalah 61 orang. Skala penilaian persepsi dan preferensi menggunakan skala likert yang mengonversi penilaian kualitatif user menjadi kuantitatif. Responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju. Hasil analisis data akan menjadi dasar pengembangan. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tata guna lahan di sepanjang jalan-jalan tersebut cukup beragam. Jalan Gajah Mada Barat didominasi tata guna lahan perdagangan barang jasa dan pelayanan umum, Jalan Gajah Mada Timur didominasi perhotelan dan pertokoan, Jalan Merdeka didominasi pertokoan dan perkantoran, Jalan Pemuda didominasi perkantoran, dan Jalan Resimen merupakan jalan kecil yang menghubungkan Jalan Merdeka dengan Jalan Gajah Mada Timur. Foto kondisi umum tapak dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. ## Sirkulasi dan Aksesibilitas Existing Akses menuju Jalan Gadjah Mada adalah melalui jalan arteri yakni Jalan KH Samanhudi, Jalan KH Ahmad Dahlan, Jalan Sutan Syahrir, Jalan Teuku Umar, Jalan Slamet, Jalan KH Mas Mansyur, Jalan Imam Bonjol, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Angkatan 45, dan Jalan Mulia. Akses menuju jalan Gadjah Mada juga melalui Stasiun KA Pekalongan. Hal ini menjadi potensi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dari daerah lain. Saat ini, pengguna tapak didominasi kendaraan pribadi roda dua, kendaraan pribadi roda empat, kendaraan angkutan barang, serta kendaraan umum. Kendaraan umum yang melewati tapak antara lain angkutan kota (angkot), bus antar kota dalam provinsi (AKDP), dan beberapa bus antar kota antar provinsi (AKAP) dengan tujuan Terminal Pekalongan. Jalur pejalan kaki pada tapak tersedia di ruang milik jalan. Kondisi jalur pejalan kaki kurang teratur karena sering kali digunakan untuk parkir liar maupun berjualan. Pejalan kaki yang ingin menyeberang jalan menyeberang di sembarang tempat karena tidak ada fasilitas jembatan penyeberangan. Selain itu tidak tersedia fasilitas bagi kaum difabel dan pada beberapa titik perkerasan jalur pedestrian hancur sehingga menimbulkan bahaya bagi pengguna tapak. ## Fasilitas dan Utilitas Fasilitas-fasilitas yang tersedia pada tapak terdiri dari fasilitas umum, fasilitas pelayanan, fasilitas pendidikan, hingga fasilitas ruang terbuka hijau. Fasilitas umum yang tersedia di dalam tapak antara lain SPBU, rumah sakit, halte bus, area parkir dan masjid. Fasilitas pelayanan umum yang tersedia pada tapak terdiri dari kantor sistem administrasi satu atap (SAMSAT) dan kantor kepolisian sektor (Polsek) Tirto. Warga Kota Pekalongan yang ingin melakukan urusan pada kantor-kantor tersebut akan melewati Jalan Gajah Mada Barat. Fasilitas Pendidikan yang terdapat pada tapak yaitu SDN 01 Tirto di Jalan Gajah Mada Barat dan STIE Muhammadiyah di Jalan Pemuda. Fasilitas ruang terbuka hijau (RTH) publik berupa Taman Monumen Djoeang 45 terdapat di dalam tapak. Taman berbentuk segitiga ini terletak di antara Jalan Merdeka, Jalan Pemuda, dan Jalan Resimen. Taman ini memiliki luas 0,77 Ha dan berpotensi dikembangkan menjadi sarana rekreasi dan olahraga. Gambar 2 . Kondisi Ja lan Ga jah Mada Barat Gambar 3 . Kondisi Ja lan Ga jah Mada Timur Utilitas yang terdapat pada tapak yaitu jaringan listrik, jaringan telepon, hydrant, dan kamera CCTV. Jaringan listrik dan jaringan telepon yang berada di dalam tapak terhubung dengan kabel-kabel yang disangga oleh tiang. Tiang- tiang utilitas tersebut berada di ruang milik jalan dan beberapa tiang berada di ruang manfaat jalan khususnya trotoar dan area parkir. Hal ini menimbulkan bahaya bagi pengguna tapak sehingga harus ditata kembali . ## Vegetasi dan Satwa Vegetasi pada sisi Jalan Gajah Mada, Jalan Merdeka, dan Jalan Pemuda didominasi oleh pohon-pohon yang berfungsi sebagai pengarah sekaligus penaung seperti glodokan ( Polyathia longifolia ), angsana ( Pterocarpus indicus ), dan tanjung ( Mimusops elengi ). Pada separator Jalan Gajah Mada Barat ditanami pohon palem ekor tupai (palem ekor tupai ( Wodyetia bifurcata ), sedangkan pada separator Jalan Gajah Mada Timur ditanami tanaman perdu dan semak seperti pucuk merah ( Syzigium oleana ), teh-tehan ( Acalypha macrophylla ), bunga kertas ( Bougenvillea sp.). Pada Taman Monumen Djoeang 45, jenis vegetasi lebih beragam. Terdapat vegetasi pengarah, vegetasi penaung, vegetasi hias, dan vegetasi penutup tanah. Jenis pohon yang ditanam pada taman ini antara lain beringin ( Ficus benjamina ), tanjung, glodokan tiang, tabebuya kuning ( Tabebuia chrysanta ), ketapang ( Terminalia catappa ), palem raja ( Roystonea regia ), palem jepang ( Ptychosperma macarthurii ), dan sebuah focal point berupa bambu kuning ( Bambusa vulgaris ). Rumput yang digunakan pada Taman Monumen Djoeang 45 adalah rumput manila ( Zoysia matrella ). Untuk aksentuasi pada taman tersebut, terdapat tanaman kacang-kacangan ( Arachis pintoii ) yang ditanam dengan bentuk gundukan serta tanaman bayam merah hias ( Aerva sanguinolenta ) untuk memberikan efek warna merah. Kondisi tanaman-tanaman pada tapak umumnya cukup terawat. Namun beberapa pohon perakarannya merusak jalur pedestrian dan beberapa pohon pada median jalan tajuknya melebar ke badan jalan sehingga menimbukan bahaya. Satwa yang ditemukan pada tapak penelitian hanya sedikit. Hanya terdapat kucing ( Felis domestica ) dan burung gereja ( Passer sp). Kucing memiliki home range di area parkir Jalan Gajah Mada Timur, sedangkan burung gereja sering terbang dan hinggap di pepohonan serta jaringan kabel. ## Hidrologi Saluran drainase pada Jalan Gajah Mada, Jalan Merdeka, dan Jalan Pemuda sebagian besar menggunakan sistem drainase tertutup. Air limpasan pada permukaan jalan dialirkan menuju lubang yang berada di kanstin trotoar. Saluran drainase bermuara pada Kali Pekalongan (di luar sisi timur tapak), Kali Asem Binatul (perbatasan Jalan Gajah Mada Barat dan Jalan Gajah Mada Timur), dan Kali Widuri (ujung barat tapak). Pada beberapa titik di perkerasan, terdapat lubang yang dilengkapi gutter grill untuk masuknya air limpasan. Namun, jumlah lubang drainase yang terbatas dan tersumbat menyebabkan sering terjadi genangan saat hujan lebat. ## Iklim Tapak ini berlokasi di Kota Pekalongan dengan klasifikasi iklim Koppen Af (tropis). Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Pekalongan, curah hujan rata-rata di Kota Pekalongan tahun 2018 adalah 1.710 mm dengan 93 hari hujan. Suhu Kota Pekalongan rata-rata per tahun berkisar antara 23-35°C dengan kelembaban rata-rata 76-89%. Wawancara kepada 30 pengguna tapak dilakukan untuk menganalisis persepsi pengguna terhadap iklim dan cuaca. Cuaca saat wawancara adalah cerah berawan dengan suhu berkisar antara 28-31 o C. Berdasarkan analisis word cloud di JMP SAS dari hasil wawancara, pengguna tapak merasa sejuk, panas dan biasa pada kondisi iklim mikro tersebut (Gambar 4). Gambar 4. Word Cloud kata-kata yang sering muncul pa da ha sil wa wa ncara persepsi pengguna terhadap cuaca ## Tanah dan Topografi Tanah alluvial kelabu tua dan tanah alluvial hidromorf merupakan jenis tanah yang terdapat pada Jalan Gajah Mada. Jenis tanah tersebut cocok untuk menjadi lahan pertanian ataupun lahan terbangun. Menurut BAPPEDA Kota Pekalongan tahun 2009, tanah alluvial kelabu tua tersebar di Kelurahan Tirto, Kelurahan Pasirsari, Kelurahan Kramatsari, dan Kelurahan Bendan, sedangkan tanah alluvial hidromorf dapat ditemukan di Kelurahan Kraton Lor dan Kelurahan Kraton Kidul. Kota Pekalongan memiliki ketinggian antara 0 mdpl di bagian utara dan 6 mdpl di bagian selatan. Kemiringan lahan di Kota Pekalongan yaitu 0-5%, termasuk dalam kelas kelerengan datar. Lokasi tapak penelitian berada di Kecamatan Pekalongan Barat yang memiliki ketinggian 3 hingga 4 mdpl. ## Visual Elemen-elemen lanskap yang berada di Jalan Gajah Mada membentuk suatu koridor yang memanjang dari barat ke timur dengan terminus sebuah fountain di ujung timur (simpang Jl. Pemuda) dan gapura batas kota di ujung barat (Jembatan Kali Widuri). Tanaman pepohonan ditanam di sepanjang sisi dan median jalan memberi kesan asri. Terdapat dua buah papan reklame berbentuk gantry di Jalan Gajah Mada Timur, dan hampir setiap toko yang berada di Jalan Gajah Mada, Jalan Merdeka, dan Jalan Pemuda memiliki papan reklame berukuran kecil. Keberadaan papan-papan reklame yang tidak beraturan menjadi bad view . Taman Monumen Djoeang 45 memiliki vegetasi yang lebih beragam dibandingkan Jalan Gajah Mada, Jalan Merdeka, dan Jalan Pemuda. Elemen- elemen hardscape Taman Minumen Djoeang 45 seperti paving memiliki komposisi warna analog merah, kuning, dan abu-abu. Analisis skala likert dilakukan untuk menganalisis aspek visual. Sebanyak 44 orang responden menjawab pertanyaan mengenai aspek visual pada kuesioner daring. Spot-spot yang ditanyakan kepada kuesioner mencakup 5 titik di Jalan Gajah Mada, 3 titik di Taman Monumen Djoeang 45, dan 2 titik di Jalan Merdeka (Gambar 5). Dari hasil analisis tersebut diidentifikasi bahwa sebagian besar pengguna tapak merasa visual pada Taman Monumen Djoeang 45 lebih indah dibandingkan dengan visual pada lanskap Jalan Gajah Mada dan Jalan Merdeka. ## Vegetasi Vegetasi pada sisi Jalan Gajah Mada, Jalan Merdeka, dan Jalan Pemuda didominasi oleh pohon-pohon yang berfungsi sebagai pengarah sekaligus penaung seperti glodokan ( Polyathia longifolia ), angsana ( Pterocarpus indicus ), dan tanjung ( Mimusops elengi ). Pada separator Jalan Gajah Mada Barat ditanami pohon palem ekor tupai (palem ekor tupai ( Wodyetia bifurcata ), sedangkan pada separator Jalan Gajah Mada Timur ditanami tanaman perdu dan semak seperti pucuk merah ( Syzigium oleana ), teh-tehan ( Acalypha macrophylla ), bunga kertas ( Bougenvillea sp.). Pada Taman Monumen Djoeang 45, jenis vegetasi lebih beragam. Terdapat vegetasi pengarah, vegetasi penaung, vegetasi hias, dan vegetasi penutup tanah. Jenis pohon yang ditanam pada taman ini antara lain beringin ( Ficus benjamina ), tanjung, glodokan tiang, tabebuya kuning ( Tabebuia chrysanta ), ketapang ( Terminalia catappa ), palem raja Gambar 5. Ha sil a nalisis ska la likert pada a spek visual ( Roystonea regia ), palem jepang ( Ptychosperma macarthurii ), dan sebuah focal point berupa bambu kuning ( Bambusa vulgaris ). Rumput yang digunakan pada Taman Monumen Djoeang 45 adalah rumput manila ( Zoysia matrella ). Pada taman tersebut terdapat tanaman kacang-kacangan ( Arachis pintoii ) yang ditanam dengan bentuk gundukan serta tanaman bayam merah hias ( Aerva sanguinolenta ). Kondisi tanaman-tanaman pada tapak umumnya cukup terawat. Namun beberapa pohon perakarannya merusak jalur pedestrian dan beberapa pohon pada median jalan tajuknya melebar ke badan jalan sehingga menimbulkan bahaya. ## Hidrologi Saluran drainase pada Jalan Gajah Mada, Jalan Merdeka, dan Jalan Pemuda sebagian besar menggunakan sistem drainase tertutup. Air limpasan pada permukaan jalan dialirkan menuju lubang yang berada di kanstin trotoar. Saluran drainase bermuara pada Kali Pekalongan (di luar sisi timur tapak), Kali Asem Binatul (perbatasan Jalan Gajah Mada Barat dan Jalan Gajah Mada Timur), dan Kali Widuri (ujung barat tapak). Pada beberapa titik di perkerasan, terdapat lubang yang dilengkapi gutter grill untuk masuknya air limpasan. Namun, jumlah lubang drainase yang terbatas dan tersumbat menyebabkan sering terjadi genangan saat hujan lebat. ## Sosial Data aspek sosial berfungsi untuk mengetahui persepsi dan persepsi pengunjung atau pengguna tapak. Pengambilan data aspek sosial dilakukan secara wawancara langsung kepada responden serta menggunakan kuesioner online . Terdapat 30 pengguna tapak yang diwawancara, sebagian besar merupakan pedagang dan pekerja yang sehari-hari beraktivitas di dalam atau di bangunan sekitar tapak. Untuk kuesioner online , Terdapat 44 responden dengan rincian 31 orang (70,5%) pernah mengunjungi tapak dan 13 orang (29,5%) belum pernah mengunjungi tapak. Aspek-aspek yang dicari persepsi atau preferensinya antara lain fasilitas yang perlu dibenahi, elemen lanskap yang perlu ditambahkan, representasi Pekalongan Kota Batik pada Jalan Gajah Mada, motif batik yang disukai, dan alat transportasi yang digunakan saat mengunjungi tapak. Hasil kuesioner dan wawancara menjelaskan bahwa pengguna mengunjungi Jalan Gajah Mada untuk berbagai tujuan (Gambar 6). Dari hasil analisis word cloud tersebut diidentifikasi bahwa sebagian besar responden adalah pekerja dan pedagang yang sehari-hari beraktivitas di Jalan Gajah Mada. Kondisi eksisting tapak saat ini masih belum memfasilitasi pedagang khususnya pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk berjualan, sehingga banyak pedagang yang berjualan di trotoar maupun area parkir kendaraan. Oleh sebab itu, perlu disediakan tempat untuk pedagang berjualan pada Jalan Gajah Mada. Data persepsi dan preferensi pengguna Jalan Gajah Mada yang diperoleh pada kuesioner meliputi fasilitas yang ingin dibenahi, elemen lanskap yang ingin ditambahkan, dan pendapat mengenai Jalan Gajah Mada Pekalongan apakah sudah menunjukkan ciri khas Kota Batik. Dari hasil analisis diketahui bahwa sebagian besar pengunjung berpendapat bahwa Jalan Gajah Mada belum menunjukkan ciri khas kota Batik. Sedangkan untuk jenis elemen Gambar 6. Word cloud tujuan responden mengunjungi Ja la n Gajah Mada Gambar 7. Preferensi pengunjung mengenai elemen la nskap yang ingin ditambahkan pada ta pak lanskap yang diharapkan pengunjung untuk ditambahkan pada tapak adalah elemen tanaman peneduh (Gambar 7) ## Pariwisata Batik di Kota Pekalongan Pekalongan dikenal dengan julukan kota batik karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Kota Pekalongan masuk jaringan kota kreatif UNESCO dalam kategori crafts & folk art pada Desember 2014 dan memiliki city branding World's city of Batik . Identitas Kota Pekalongan sebagai kota batik, selain dilambangkan dalam logo kota Pekalongan, juga terdapat pada slogan kota Pekalongan, yaitu BATIK yang artinya Bersih, Aman, Tertib, Indah, dan Komunikatif. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan adalah pengembangan Kampung Batik Kauman, Kampung Batik Pesindon, dan Museum Batik yang tidak hanya menjual produk batik, tetapi juga memberikan edukasi mengenai batik pekalongan (Damayanti dan Latifah 2015). Sebagai Kota Batik, Pekalongan memiliki ragam motif batik tersendiri. Batik pekalongan memiliki 6 buah ragam motif, yaitu jlamprang, semen, lunglungan, buket, terang bulan, dan rifaiyah. Koleksi motif batik pekalongan dapat dilihat pada Museum Batik yang berada di Jl. Jetayu. Museum ini menyimpan koleksi batik dari beberapa daerah seperti Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Banten. Kota Pekalongan memiliki tempat-tempat wisata yang berhubungan dengan batik. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yaitu pengembangan Kampung Batik Kauman, Kampung Batik Pesindon, dan Museum Batik yang tidak hanya menjual produk batik, tetapi juga memberikan edukasi mengenai batik pekalongan (Hayati 2012). ## KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar pada penelitian ini adalah lanskap jalan yang fungsional dan berestetika, yang menonjolkan ciri khas Kota Pekalongan sebagai Kota Batik. Konsep dasar desain lanskap jalan ini akan mengimplementasikan dua konsep program pariwisata batik menurut Damayanti dan Latifah (2015), yaitu penataan lingkungan bertema batik dan integrasi berbagai pelaku pariwisata pada lanskap jalan serta tetap mengacu pada regulasi pemerintah. Selain lanskap jalannya, penelitian ini akan mendesain ruang terbuka hijau pada Jalan Gajah Mada, Jalan Merdeka, dan Jalan Pemuda. Ruang terbuka hijau tersebut dirancang sebagai pendukung aktivitas pengguna dan menambah daya tarik tapak. Desain lanskap Jalan Gajah Mada yang diajukan akan mengutamakan pengguna terutama wisatawan dan pejalan kaki serta memfasilitasi kaum difabel dan pelaku UMKM pada tapak berdasarkan hasil analisis. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, serta daya tarik bagi wisatawan. Selain itu, desain yang diajukan diharapkan dapat berdampak positif bagi perekonomian masyarakat Kota Pekalongan, khususnya yang menggunakan Jalan Gajah Mada. ## Konsep Desain Konsep desain pada rancangan ini mengambil pola motif batik parang dan motif batik jlamprang yang merupakan motif batik asli Kota Pekalongan. Pola tersebut dipilih berdasarkan hasil analisis preferensi pengguna mengenai motif baik pekalongan yang disukai. Bentukan batik jlamprang yang berupa grid dan repetitif cocok diterapkan pada pola perkerasan, ornamen dekoratif pada signage , dan sculpture pada median jalan. Konsep pada bentukan batik parang yang berupa repetitif linear akan diimplementasikan pada bentukan pola perkerasan di taman dan plaza serta ornamen dekoratif pada jembatan penyeberangan orang (JPO). Penerapan konsep bentukan batik pada elemen lanskap di Jalan Gajah Mada bertujuan menonjolkan ciri khas Kota Pekalongan sebagai Kota Batik dan diharapkan dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi Kota Pekalongan. Transformasi konsep desain pola batik kepada tapak dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. ## Konsep Ruang Penataan ruang pada Jalan Gajah Mada ditentukan berdasarkan hasil analisis, landuse eksisting dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Pembagian ruang juga mempertimbangkan konsep program pariwisata batik menurut Damayanti dan Latifah (2015), yaitu penataan lingkungan bertema batik dan integrasi berbagai pelaku pariwisata seperti pedagang, penyedia akomodasi, dan transportasi. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi menyesuaikan kondisi eksisting, rencana pada RTBL, dan rencana sirkulasi yang akan didesain. Pada RTBL, terdapat tambahan infrastruktur berupa dua buah flyover yang menambah sirkulasi kendaraan ke dan dari tapak. Jalur sirkulasi tambahan lainnya yaitu sky bridge yang menghubungkan Stasiun KA dengan shopping mall . Sky bridge berfungsi meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Desain jalur sirkulasi mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. ## Konsep Vegetasi Vegetasi pada desain lanskap Jalan Gajah Mada meliputi tanaman eksisting, tanaman penaung, tanaman pengarah, dan tanaman hias. Keberadaan tanaman eksisting pada tapak sebagian besar akan dipertahankan, terutama pohon-pohon pada Taman Monumen Djoeang 45. Pohon-pohon eksisting pada ruang milik jalan, seperti angsana ( Pterocarpus indicus ), palem raja ( Roystonea regia ), glodokan ( Polyathia longifolia ), tanjung ( Mimusops elengi ), dan sebuah pohon kapuk randu berukuran besar ( Ceiba pentandra ) sudah memberikan fungsi naungan sekaligus pengarah bagi pengguna jalan. Penataan pada perkerasan perlu dilakukan agar tetap nyaman dan aman dilalui pejalan kaki. Penelitian menata vegetasi dilakukan pada median Jalan Gajah Mada. Jenis tanaman yang akan digunakan pada median adalah tanaman perdu pucuk merah ( Syzygium oleana ) serta tanaman semak seperti Aerva sanguinolenta, Portulaca grandiflora, dan Ruellia tuberosa. Tanaman jenis semak dipilih karena median Jalan Gajah Mada lebarnya kurang dari 1,5 meter dan menurut regulasi, median dengan lebar tersebut hanya boleh ditanami tanaman setinggi kurang dari 1 meter. Penanaman pada jalur hijau jalan yang belum ada pohon eksisting adalah menggunakan pohon palem sadeng ( Livistona rotundifolia ) dengan diselingi pohon tanjung ( Mimusops elengi ) yang berbentuk tajuk bulat sehingga dapat memberikan naungan bagi pejalan kaki. Penanaman pada jalur pedestrian yang tidak memiliki jalur hijau, menggunakan tanaman Bougainvillea spectabillis yang ditanam di dalam pot untuk keindahan. Konsep vegetasi ruang terbuka publik pada tapak, seperti plaza stasiun, pocket park , roof garden gedung parkir, dan Taman Monumen Djoeang 45 memiliki jenis tanaman yang lebih beragam dibandingkan dengan ruang milik jalan. Fungsi tanaman yang digunakan pada ruang terbuka publik meliputi penaung, pengarah, pembatas, dan penghias. Selain itu, Gambar 8. Tra nsformasi konsep desain Batik Jla mprang Gambar 9. Tra nsformasi konsep desain Batik Jla mprang. spesies tanaman berbunga, seperti tabebuya ( Tabebuia chrysantha ), pisang hias ( Heliconia psittacorum ), kencana ungu ( Ruellia tuberosa ), dan kamboja ( Plumeria alba ) akan digunakan pada taman-taman tersebut. Penggunaan tanaman berbunga bertujuan merepresentasikan motif batik buket dan lunglungan yang merupakan motif batik asli Kota Pekalongan. Tanaman yang menjadi flora lokal Kota Pekalongan, yaitu bambu wuluh atau Gigantochloa atroviolacea (Widjaja et al. 2010) ditanam sebagai focal point pada Taman Monumen Djoeang 45. ## DESAIN LANSKAP Siteplan Site plan atau rencana tapak mengacu pada konsep skematis yang sudah dibuat. Perancangan berfokus pada penyediaan jalur pedestrian, plaza, tempat parkir, dan penambahan fasilitas pada taman publik. Vegetasi khususnya pohon besar eksisting pada tapak dipertahankan, dengan menambahkan pohon yang lebih kecil untuk pengarah, peneduh, dan meningkatkan kenyamanan iklim mikro. Untuk memudahkan aksesibilitas pengguna tapak yang ingin menuju atau dari Stasiun KA, disediakan fasilitas sky bridge yang menghubungkan Stasiun KA, zona perhotelan, zona perdagangan, dan shopping mall . Site plan pada segmen 5 dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar Potongan Perspektif dapat dilihat pada gambar 11. Gambar 10. Siteplan Segmen 5 Gambar 11. Potongan dan Perspektif Segmen 5 ## Ilustrasi Desain Ilustrasi desain menampilkan titik-titik penting yang didesain, di antaranya Plaza Stasiun Pekalongan, fasilitas pejalan kaki, sculpture pada traffic island , pocket park , roof garden , dan Taman Monumen Djoeang 45. Gambar 12. Pla za Stasiun Pekalongan Gambar 13. Jalur Pedestrian pada Ja lan Ga jah Ma da Timur Gambar 14. Skybridge dan sculpture pada Simpa ng Ja lan Merdeka dan Ja lan Gajah Mada ## 4. KESIMPULAN Jalan Gajah Mada merupakan salah satu jalan arteri utama di Kota Pekalongan yang sering dilalui oleh pengunjung dari kota lain. Desain lanskap jalan arteri suatu kota hendaknya menonjolkan ciri khas kota tersebut untuk meningkatkan daya tarik wisatawan, dalam hal ini Kota Pekalongan sebagai Kota Batik. Desain lanskap jalan harus fungsional dan mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, baik pengendara maupun pejalan kaki. Konsep dasar pada penelitian ini, yaitu lanskap jalan yang fungsional, sesuai dengan RTBL, serta mendukung program pariwisata di Kota Pekalongan dalam bentuk penataan lingkungan dan integrasi. Konsep desain tapak mengacu pada motif batik pekalongan, seperti batik parang, batik jlamprang, dan batik semen. Desain ini memiliki beragam elemen, yaitu ruang manfaat jalan, gapura, plaza, pocket park , taman publik, skybridge , dan tempat parkir. ## REFERENSI [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan. Pekalongan (ID): BAPPEDA [BPS] Badan Pusat Statitiska Kota Pekalongan. 2019 . Kota Pekalongan dalam Angka. Pekalongan (ID): Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan. Booth N K. 1983 . Basic Elements of Landscape Architectural Design . Illinois (US): Waveland Press. Bell S. 2008. Design for Outdoor Recreation . New York (US): Taylor & Francis. Damayanti M, Latifah. 2015. Strategi Kota Pekalongan dalam Pengembangan Wisata Kreatif Berbasis Industri Batik. Jurnal Pengembangan Kota. 3(2): 100- 111. Hayati C. 2012. Pekalongan Sebagai Kota Batik 1950-2007. Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya. 2(1): 1-19. Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang- undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. [Permen PU] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Jakarta (ID): Kemen PU Widjaja EA, Mogea JP, Atikah TD, Hidayat A, Kertonegoro A, dan Santoso W. 2010. Pengukuran Hilangnya Keanekaragaman Flora di Pulau Jawa [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): Pusat Biologi LIPI. 29 hlm. Yusiana LS, Nurisjah S, Soedharma D. 2011. Perencanaan Lanskap Wisata Pesisir Berkelanjutan Di Teluk Konga, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Lanskap Indonesia. 3(2): 66-72.
7ff53bf7-0194-4956-840f-7e327cd91a1c
https://jurnal.unigal.ac.id/jwp/article/download/9649/6923
https://doi.org/ 10.25157/jwp.v%vi%i.9649 ## PEMANFAATAN MUSEUM PATIAYAM SEBAGAI WISATA EDUKASI DI KUDUS Laila Gusnatul Istiqomah 1 , Atiqa Sabardila 2 1,2) Universitas Muhammadiyah Surakarta, JL. A Yani Tromol, Pos 1, Pabelan Surakarta 57162, +62 271-717417/+62 271-715448 Email: [email protected] ## Abstract The aim of this research is to describe the use of the Patiayam Museum in Kudus for learning history. The research method used is a qualitative method. Data collection techniques are carried out through interviews, observation and documentation. Interviews were conducted with museum directors and visitors. The next data collection is in the form of museum fossil documentation. This research was conducted at the Patiayam Museum, Terban Village, District. Jekulo, Kudus Regency. The research results show that the Patiyam Museum in Kudus provides information about the history of life and we can see fossils and historical artifacts directly. Elementary, middle school, high school and college students really need this material. A student's visit to the Patiyam Museum is a masterful version of external elegance. Learning outside the study room can make the learning system more fun and increase student creativity . Keywords: Museum, History, Learning ## Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemanfaatan Museum Patiayam di Kudus untuk pembelajaran sejarah Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan direktur museum dan pengunjung. Pengumpulan data selanjutnya berupa dokumentasi fosil museum. Penelitian ini dilakukan di Museum Patiayam, Desa Terban, Kec. Jekulo, Kab.Kudus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Museum Patiyam di Kudus memberikan informasi tentang sejarah kehidupan dan kita dapat melihat langsung fosil dan artefak sejarah. Siswa SD, SMP, SMA, dan mahasiswa sangat membutuhkan materi ini. Kunjungan siswa ke Museum Patiyam adalah versi penguasaan keanggunan luar. Pembelajaran di luar ruang belajar dapat membuat sistem pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan meningkatkan kreativitas siswa. Kata Kunci: Museum, Sejarah, Pembelajaran ## Cara sitasi: Istiqomah, GL & Sabardila, Atiqa. (2023). Pemanfaatan Museum Patiayam Sebagai Wisata Edukasi Di Kudus. Jurnal Wahana Pendidikan, 10 (2), 327-338 Sejarah Artikel: Dikirim 02-01-2023, Direvisi 20-08-2023, Diterima 31-08-2023. ## PENDAHULUAN Museum utamanya ada di setiap kota, tetapi paling efektif di sebagian wilayah saja yang terdapat banyak museum. Akibatnya, hampir setiap ibu kota provinsi di Indonesia memiliki minimal satu museum. Secara modis, museum mengabadikan barang-barang yang menyatakan kebenaran bahwa suatu peristiwa kuno atau lampau telah terjadi, benda tersebut juga dapat menjadi ciri khas dari tempat tersebut. Museum bukanlah tempat yang paling efektif untuk menyimpan dan memperhatikan barang-barang kuno. Namun museum juga dapat dipasang dalam rangka memelihara dan mengembangkan sejarah budaya masa lalu sehingga semangat kerukunan dan keutuhan nusantara dapat terpelihara sepenuhnya. Museum merupakan salah satu wahana akademik dan tempat wisata yang bermanfaat untuk menambah wawasan, permasalahan, dan melestarikan latar belakang budaya. Bagi dunia edukasi dan pariwisata, gaya hidup museum digunakan sebagai sesuatu yang tidak dapat disingkirkan karena kehidupan museum erat berkaitan dengan perkembangan dari masa lampau, budaya, dan sekitarnya. Museum tidak hanya berfungsi suatu wadah yang memiliki proyek untuk melaksanakan pendidikan dan menjaga nilai-nilai budaya dengan tujuan untuk mendukung identifikasi di seluruh negeri. Pendekatan wisata akademik atau wisata pendidikan merupakan suatu aplikasi dimana wisatawan mengunjungi suatu kawasan wisata dengan tujuan utama memperoleh kesenangan belajar yang pasti. Dalam Pasal 1 (1) Permendiknas Nomor 66 Tahun 2015 yang membahas hubungan dengan museum, menyebutkan bahwa museum adalah tempat perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan mediasi koleksi masyarakat. Museum adalah tempat yang menyimpan kenangan tentang peristiwa masa lalu. Menjelajahi museum tampaknya memasuki dunia dan waktu lain, namun Anda dapat merasakan skenario yang terjadi di luar. Foto museum perlu diubah, museum bukanlah tempat menyimpan barang-barang antik, tetapi sebuah kelompok yang menyediakan jaringan pendidikan, penelitian, dan hiburan (Permendiknas, 2015). Pemerintah Republik Indonesia, melalui Keputusan No. 19 Tahun 1995, menetapkan museum ini sebagai kesaksian penting tentang budaya manusia, alam dan lingkungan, mendukung upaya untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya negara. sedang mengerjakan. dan daur ulang. Museum adalah bangunan yang melestarikan dan mengelola benda-benda yang diyakini sebagai hasil subkultur manusia di masa lalu, ditemukan dengan bantuan para arkeolog, dan dapat digunakan sebagai daya tarik wisata. Dilihat dari catatan dan rangkaian benda cagar budaya, museum pasti memiliki merchandise pariwisata yang sangat baik untuk wisata akademik dan sejarah dibandingkan dengan gadget traveler lainnya. Namun citra museum yang antik, membosankan, dan kurang menarik membuat wisatawan enggan untuk mengunjunginya. Beberapa aspek lain mungkin berasal dari aspek pengendalian yang kurang tertata, atau pendekatan perbaikan sebagian besar museum di Indonesia yang tidak selalu memperhatikan perkembangan zaman, sehingga museum tambahan di Indonesia diatur oleh cara stagnasi dalam jumlah lalu lintas atau bahkan penurunan. Memang, kebanyakan museum di Indonesia kurang menarik, namun bukan berarti tidak ada museum menarik di Indonesia. Selain peristiwa-peristiwa kuno yang dapat dipelajari menurut asal-usulnya, terdapat informasi terdokumentasi yang tidak dibuat dengan bantuan sejarawan melainkan oleh orang lain dan dapat dipelajari oleh sejarawan dan direkonstruksi menjadi narasi sejarah. Studi arsip setidaknya harus mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan secara individu. Sebuah cara untuk mendorong siswa untuk mengunjungi museum di daerah tersebut. Untuk pengajaran dan pembelajaran internasional, gaya hidup museum mendekati beberapa hal yang tidak dapat dipisahkan dari bagaimana kita belajar tentang pembangunan manusia, tradisi dan isu-isu lingkungan. Museum merupakan sarana untuk melanjutkan dan mendokumentasikan peristiwa sejarah dan kegiatan non fisik. Dalam pembelajaran sejarah, pendidik harus menggunakan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang terdapat dalam kurikulum dan sangat penting agar seseorang mampu menggunakan berbagai sumber ilmu yang ada. Salah satu alat peraga yang digunakan guru adalah buku metode. Alasannya, bagaimanapun, sumber informasi tidak lagi hanya berasal dari buku, tetapi bisa berasal dari apa saja yang berkaitan dengan penggunaan bahan pembelajaran. Di sekolah formal, mata pelajaran yang mengajarkan tentang pembelajaran di alam luar adalah topik rekaman. Penguasaan catatan selalu menjadi bagian dari elemen yang terkait secara koheren untuk mencapai tujuan pendidikan di seluruh negeri. Begitu pentingnya kedudukan mata pelajaran sejarah sehingga masalah ini harus dilatih seefektif dan seefisien mungkin untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan semangat nasionalisme. Pencatatan secara akurat berdasarkan metode ilmiah dan metodologi ilmiah; menumbuhkan ulasan siswa terhadap sejarah sejarah masa lalu sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa yang dahulu; menambah pengetahuan mahasiswa tentang sistem pertumbuhan negara Indonesia melalui catatan panjang; dan mengangkat kesadaran pada diri siswa untuk menjadi bagian dari tempat awal negara Indonesia yang memiliki pengalaman kesenangan dan kecintaan terhadap tempat kelahiran yang dapat dilaksanakan di berbagai kehidupan nusantara dan internasional. Pembelajaran yang bagus dan ideal adalah pembelajaran dengan menggunakan media asal dan aplikatif serta dapat mempermudah anak-anak kuliah dalam mengenal suatu materi dalam penguasaannya. Awal penguasaan adalah semua aset (statistik, manusia, atau item) yang memungkinkan untuk digunakan dalam lingkup kecil atau campuran pembelajaran. Memperoleh pengetahuan tentang sumber dapat berupa pesan, orang, alat, teknik, dan wilayah tempat tinggal. Manfaat dari setiap persediaan mengenal tergantung pada iktikad dan kesanggupan guru dan mahasiswa untuk berkomunikasi dan terlibat dalam penggunaan pesan-pesan yang terkandung di dalam aset pembelajaran yang dapat digunakan. Di era teknologi dan komunikasi, dimana sumber belajar sejarah berlimpah, guru dan siswa memiliki kesempatan untuk mengajar dan belajar sejarah secara kreatif. Tendik tahu bagaimana menggunakan cara-cara tradisional melalui cerita dan mengajak siswa berimajinasi saat belajar. Guru dapat membantu siswa “melakukan perjalanan” kembali ke masa lalu untuk melakukan perubahan dan melakukan tindakan sejarah (Supriatna, 2019). Menggunakan teknik tradisional dengan segera mengundang siswa ke museum bisa lebih mendasar. Siswa dapat melihat dan mempelajari semua latar belakang kuno yang disimpan di museum. Pembelajaran sejarah situasional benar-benar dapat membawa kegembiraan bagi siswa untuk merekonstruksi informasi sejarah. Museum selama ini memiliki gambaran yang kurang asyik, kegiatan wisata kurang yang menyenangkan, kurang menarik, gedung antik, kotor, tidak terawat, gelap, serta terkesan angker yang membuat kurang diminati oleh anak-anak ( Wijayanti, 2017). Melalui artikel ini, penulis ingin membahas tentang manfaat museum sebagai wisata pendidikan sebagai langkah akademik untuk meningkatkan pemahaman tentang manfaat museum sebagai sarana wisata pendidikan yaitu wisata dengan pemahaman, pengetahuan, pemahaman dan keahlian sejarah. Bagi penulis hal itu sangat urgen dan penting untuk usia bangsa. Oleh karena itu, penulis menekankan pemanfaatan museum sebagai wisata akademik dalam dunia pendidikan internasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemanfaatan museum Patiayam di Kudus. Dengan harapan dapat memberikan edukasi pada wisatawan khususnya pengunjung museum supaya mengetahui seberapa besar pentingnya wisata edukasi dan pelestarian fosil-fosil di Museum. Museum Patiayam di Kudus memberikan informasi tentang sejarah kehidupan pada masa lampau dan kita dapat melihat secara langsung fosil-fosil serta benda-benda bersejarah. Terakhir, museum sangat mendukung untuk digunakan sebagai tempat belajar, menumbuhkan rasa nasionalisme & menyayangi sejarah masa lalu, alam serta latar belakang budaya di Indonesia. ## METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan pengumpulan data merupakan langkah penting karena prinsip penyebab penelitian adalah memperoleh informasi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti (Sugiyono, 2010). Pengumpulan arsip dilakukan melalui studi kepustakaan dengan bantuan pencarian sumber-sumber yang berhubungan dengan museum dan latar belakang budaya yang ada di kota Kudus. informasi biasanya berupa dokumen, rekaman, gambar, kumpulan fakta, dan lain- lain. Teknik pengumpulan data telah dilakukan dengan menggunakan pernyataan, wawancara, dan dokumentasi. Dalam keterangannya, peneliti datang ke kawasan hiburan yang akan dilokasi, khususnya di kawasan museum Purbakala Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Peneliti menggunakan saran pernyataan untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungan fisik, sarana dan prasarana di Museum Pati Ayam. Selanjutnya penulis menggunakan strategi wawancara. Topik pembahasan kali ini meliputi pengurus Patiayam, bapak Jm selaku petugas pengelola museum, bapak Ys selaku Unit Pelaksana Teknis (UPT) museum, dan beberapa pengunjung Museum Pati Ayam (Jm, 8/10/22022) Wawancara menunjukkan bahwa museum Patiayam dimanfaatkan oleh pengunjung museum sebagai tempat wisata akademik. Jadi, setelah semua data terkumpul, peneliti membuat hasil dan ulasan, untuk mendapatakan konsekuensi yang valid, teknik pengumpulan catatan dalam hal ini meliputi pernyataan, wawancara, dan dokumentasi. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Perananan Museum Patiayam dan Cagar Budayanya pada dunia Pendidikan Gaya hidup merintis museum di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial dan diwariskan melalui mahasiswa Belanda. Pada tanggal 24 April 1778, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenchappe atau Forum Seni dan Sains Batavia didirikan di Batavia dengan bantuan Jacobus Cornelis Mattheus Rademacher. Forum ini disetujui dengan bantuan Gubernur VOC saat itu, Reinier de Klerk. Setelah 86 tahun beroperasi, Forum cepat atau lambat membuka museum pertamanya sebagai Museum Van Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten di Wetenchppen pada tahun 1862. Museum ini, dengan koleksi asli alat-alat arkeologi dan etnografinya, merupakan pelopor dalam tatanan mapan lainnya. museum di wilayah Hindia Belanda. Ketika Indonesia merdeka dan mendapatkan stabilitas keamanan dan politik yang baik, kelompok museum menjadi salah satu usulan penguasa untuk memajukan sektor pendidikan. Museum berkembang sangat pesat sehingga menjadi tempat yang penting bagi masyarakat. Museum sungguhan juga berfungsi sebagai tempat wisata. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 mengatur tentang wacana kepariwisataan, dengan menggunakan kepariwisataan sebagai pemenuhan intelektual dalam arti mempelajari sejarah, selain untuk pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani. Terkadang ada kesejajaran antara pentingnya museum dan warisan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Warisan budaya dalam arti yang lebih dewasa tidak hanya mencakup bangunan klasik, tetapi juga bangunan bersejarah yang digunakan orang di masa lalu. Dahulu kala banyak yang menggunakan benda-benda bersejarah oleh sebab itu muncullah kata benda cagar budaya. Kadang-kadang ada beberapa pertanyaan tentang museum seperti, apakah mengunjungi museum itu ampuh? Apakah paling efektif dengan menyimak dan mencatat hal yang penting agar informasi yang disampaikan dapat dicerna dan diingat oleh anak-anak? Selanjutnya, dapatkah sebuah museum pergi untuk membangkitkan kecintaan pada rekaman dan subkultur Indonesia? Idenya adalah bahwa museum harus memainkan fungsi kritis di sekolah, tetapi dengan cara pasif kunjungan instansi ke museum yang biasa dicapai di museum Indonesia, apakah keinginan sekolah sudah selesai? dalam tulisan ini penulis mencoba untuk berbicara tentang fungsi museum dalam pendidikan dari sudut pandang kunjungan sekolah ke museum. Pada dasarnya memang benar museum itu sendiri adalah tempat untuk melestarikan dan melindungi benda-benda yang berlatar belakang budaya, dan kini banyak yang memiliki reputasi dengan latar belakang budaya dari bangunan itu sendiri. Mengunjungi situs-situs tentang sejarah budaya masa lalu atau berisi koleksi budaya-sejarah secara tidak langsung menarik perhatian pada latar belakang benda-benda purbakala.Dengan begitu, semangat menjaga dan melestarikan akan muncul pada diri siswa.Di konten pembelajaran sejarah yang sudah dilaksanakan oleh pengajar dengam memanfaatkan peninggalan sejarah menjadi sumber belajar, sudah dilakukan secara aporisma. Sebab guru telah tahu perihal kurikulum yang dipergunakan dan menjadi acuan dalam merancang serta mendesain perangkat pembelajaran mirip, Silabus dan RPP (Yusuf, 2018). Museum juga mempunyai beberapa fungsi bagi global pendidikan (1) museum mempunyai fungsi pendidikan yang wajib dielaborasi serta digunakan menjadi asal, media, dan daerah pembelajaran menjadi bagian dari acara intrakurikuler pendidikan. Museum menyediakan kawasan terbuka komunikasi perihal ilham, konsep, informasi yang melibatkan eksplorasi dan penemuan. Museum adalah tempat belajar 3A (orisinil, estetis, dan aksesibel). (dua) perlu peningkatan peran, kualitas serta profesionalisme energi pengajar agar museum dapat berfungsi secara efektif serta menaikkan kualitas pendidikan. (tiga) itu adalah perlu adanya kiprah pengelola museum serta pengambil kebijakan terkait buat mengoptimalkan kualitas serta aksesibilitas sehingga museum simpel diakses oleh wisatawan serta bersifat terbuka sampai program pendidikan (Prasetyo, 2021). Museum Patiayam yg terletak di Kabupaten Kudus adalah satu-satunya museum yg ada di antara perbatasan Kabupaten Pati serta Kudus. eksistensi Museum Patiayam menjadi sesuatu hal yg menukau untuk dikaji pada tinjauan perjalanan wisata peserta didik. Layanan pendidikan pariwisata meliputi peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata edukasi berbasis benda- benda klasik sejarah. Dalam hal ini museum dipergunakan menjadi sumber pembelajaran siswa memperoleh isu dan pengetahuan mengenai situs purbakala. Hal itu jua memberikan potensi buat mengakibatkan warga mempunyai kesadaran buat mengidentifikasikan, memelihara serta melindungi situs purbakala Situs Patiayam yang mempunyai banyak sekali macam pengetahuan. Kemunculan kawasan ini terjadi akibat ditemukannya beberapa fosil penduduk setempat, seperti kerbau purba, gajah dan lain-lain yang hanya terawetkan di rumahnya sendiri saat itu. Meskipun fosil tersebut membutuhkan perawatan yang tepat untuk mencegahnya menjadi fosil, situs arkeologi Patiam Kudus ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya (ISK) oleh Badan Perlindungan Peninggalan Purbakala Jawa Tengah pada 22/9/2005. Berita, 2019). Berbeda dengan pendidikan pariwisata. Dari perspektif ini, museum adalah alternatif atau kegiatan untuk menggunakan museum sebagai lingkungan belajar bagi pengunjung atau komunitas informal (Junaid, 2017). Dari sekian banyak destinasi wisata edukasi, sebagian besar dikelola oleh museum. Hal ini dikarenakan museum berfungsi sebagai tempat pengumpulan, pengolahan, pameran dan pelestarian warisan budaya suatu masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan (Adit, 2019). Tendik juga harus menyadari bahwa kunjungan siswa ke museum harus didasarkan pada topik yang luar biasa, daripada berkeliling satu museum (bahkan banyak museum) secara holistik pada suatu hari nanti. Namun, berkunjung ke museum bukan hanya sekedar minat wisatawan. Guru juga dapat sedikit berkreasi dan merancang kreativitas dalam kunjungan museum mereka sendiri jika museum yang mereka kunjungi tidak memiliki perangkat lunak sains yang mereka harapkan atau inginkan. Salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan disini adalah kerjasama antara guru dan pengelola museum untuk secara efektif melaksanakan kegiatan edukasi museum, pembinaan pra-kunjungan, wisata museum, dan kegiatan kunjungan kehumasan. Dengan cara ini, museum dapat berperan langsung dan berfungsi menjadi media pendidikan. Bahkan, museum juga bisa dijadikan menjadi loka belajar, menumbuhkan rasa nasionalisme & menyayangi sejarah masa lalu, alam & latar belakang budaya Indonesia. Museum Patiayam adalah salah satu tempat paling sempurna. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya manusia purba (Homo erectus), fauna vertebrata dan invertebrata. Perkakas batu dari budaya manusia purba yang berusia setidaknya satu juta tahun juga ditemukan di area lantai dasar yang masih utuh. Museum Patiayam sebagai situs cagar budaya dengan 17 fosil fauna yang dipilih khusus karena kelangkaannya dan sangat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain: Dubois Santeng, Maxilia Monkey, Metatarsal Hexaprotodon, Dentary Isurus sp., Dentary Notorynchus sp., Ivory Stegodon sp., Bosbubalus Palaeokarabau, Mandibula Rhinoceros, Molar Hystricidae, Dentary Crocodylidae, Cranium Cernidae dan Cranium. Sebagian besar fosil ini disusun dan dipamerkan dalam pameran Museum Patiayam agar masyarakat mengetahui nilai penting dari Museum Patiayam. ## 2. Pemanfaatan Museum Patiayam menjadi sumber Belajar Sejarah Asal muasal berarti bahwa segala asal yang terdiri dari pesan-pesan dari manusia, bahan, indera dan latar belakang yang dimanfaatkan oleh siswa muncul sebagai bekal bagi kegiatan penguasaannya untuk meningkatkan kehebatan dalam menimba ilmu (Sustianingsih, 2020). Bisa juga diartikan bahwa tempat awal menimba ilmu tentang pendekatan semua gaya gadget dan orang- orang yang bisa membimbing mengenal, akibatnya terdiri dari semua aset yang listrik instruktur dapat digunakan agar perilaku penguasaan berlangsung (Dedeng, 2015: 129). aset belajar untuk anak kuliah bukan hanya buku pelajaran yang diberikan oleh fakultas. media mengenal adalah beberapa sumber penguasaan lain yang memiliki fungsi dan berkah penting dalam membantu prosedur penguasaan. Dalam penerapannya, bentuk pengenalan yang terletak pada media pembelajaran yang digunakan. Museum yang digunakan sebagai media dalam penelitian ini, dapat dikatakan dapat dilakukan untuk mengenal prosedur dalam segala strata pendidikan yang ada. Peristiwa sejarah yang dikaji didasarkan pada sumber informasi yang dibuat, didokumentasikan, dan tersedia bagi sejarawan untuk dipelajari dan direkonstruksi sebagai narasi sejarah, bukan oleh sejarawan tetapi oleh orang lain (Hasan, 2019). Dewan Museum Dunia adalah organisasi nirlaba abadi yang terbuka untuk umum dengan misi mengumpulkan, memelihara, meneliti, dan berbicara. dan menyajikan objek berwujud dan tidak berwujud. Untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan rekreasi (Prasetyo et al., 2021). Dari sudut pandang komunitas pendidikan, museum gaya hidup tidak terlepas dari proses pembelajaran yang membahas topik-topik yang berkaitan dengan sejarah, tradisi, dan lingkungan evolusi manusia. Dalam strategi pengembangan media pembelajaran, museum dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran sejarah interaktif lingkungan ( Birsyada dkk.,2022) Museum mempunyai beberapa tujuan yaitu,1) Mengetahui pentingnya koleksi Museum Kebangkitan sebagai sumber belajar sejarah di kelas. (2) Cari tahu bagaimana guru sejarah merencanakan dan melaksanakan kelas sejarah dengan bantuan Museum Nasional. (3) Mengetahui keterbatasan Museum Kebangkitan Nasional dalam mengoptimalkan perannya sebagai sumber belajar sejarah. (4) Mempelajari upaya pengelola Museum Kebangkitan Nasional untuk memperkuat perannya sebagai sumber pembelajaran sejarah (Evitasari dkk.,2020) Museum juga digunakan sebagai sarana mengabadikan dan mendokumentasikan peristiwa, klasik dan antik. Upaya pemanfaatan media museum sebagai sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk memahami materi sejarah tidaklah asal-asalan. Dalam praktiknya, hal ini membutuhkan kematangan dalam perencanaannya dan pendekatan yang baik tentang bagaimana museum dapat digunakan sebagai cara yang baik untuk memahami efektivitas pembelajaran. Dengan mengunjungi museum dan situs cagar budaya, siswa mencoba menggunakan sisa- sisa sejarah dari masa lalu sebagai proses yang mendalam untuk belajar sejarah di dalam dan di luar kelas (Apriyanthy, 2019). Koleksi artefak di museum yang dapat dijadikan sarana pembelajaran sejarah adalah koleksi yang lebih bersifat visual daripada membosankan (Nuryanti et.al., 2018). Pemanfaatan museum sebagai wisata edukasi mungkin belum banyak diketahui. Untuk saat ini, museum dipahami atau digunakan untuk kegiatan wisata. Dalam hal ini, museum tetap dianggap sebagai permata kota. Sehingga tidak perlu menyediakan alat khusus terutama untuk mengunjungi museum (Syaharuddin et al., 2020). Yang lebih penting adalah menggunakan cara tradisional dengan mengundang siswa langsung ke museum. Ini memungkinkan siswa untuk mengamati dan menganalisis semua peninggalan sejarah yang disimpan di museum. Pembelajaran sejarah kontekstual dapat memberikan siswa pengalaman dunia nyata dalam merekonstruksi pengetahuan sejarah. Pembelajaran sejarah harus ditemukan ketika mencari makna dalam suatu peristiwa sejarah yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan (Sardiman, 2017). Menurut penulis, ada beberapa peringatan mengenai penggunaan media museum sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini karena museum adalah media atau wawasan terbaik, dan media memiliki kelemahan dalam hal (a) pendidikan, (b) peluang, (c) keterjangkauan, dan (d) pemanfaatan. Kedua, penting untuk memberikan pakaian tambahan kepada siswa sebelum melakukan observasi di museum. Saat mengunjungi museum, kami berharap Rencana Proses Pembelajaran (RPP) memberikan informasi yang lebih realistis yang mungkin relevan dengan materi pelajaran yang mempengaruhi proses pendidikan - Peningkatan media di kelas, bahkan jika tidak di sekolah: Dengan media yang tepat untuk membantu mahasiswa memahami materi sejarah, museum dapat mengembangkan pengetahuan tentang struktur sejarah, dapat dijadikan sebagai media yang dapat diwujudkan. Yang mampu mewujudkan pengetahuan tentang jalinan sejarah. Beberapa keterbatasan teridentifikasi dalam penggunaan media museum Patiayam, yang dibagi menjadi tiga (3) uji coba. Batasan mahasiswa terdiri dari: 1) Hilangnya penjelasan tentang pemanfaatan museum sebagai instrumen pembelajaran sejarah, karena dosen seringkali hanya menyajikan argumentasi yang elegan dan mahasiswa didampingi oleh pemandu atau mata kuliah ekskursi yang mentok; 2) museum yang terlalu jauh dari kampus mahal dan memakan waktu; 3) Keanekaragaman koleksi museum terkadang tidak sesuai atau tidak lengkap dengan kebutuhan materi yang berkaitan dengan pengelolaan arsip, dalam hal ini guru kurang memanfaatkan museum sebagai sumber informasi sejarah yang lengkap. Batasan guru meliputi:1) Daerah: karena tidak semua perguruan tinggi terletak di dekat museum, membutuhkan staf dan biaya yang cukup; 2) ketika tugas atau mata pelajaran di kelas setidaknya berdurasi 90 atau 100 menit, sehingga sulit untuk mengubahnya tanpa mengganggu pengajaran di kelas lain; dan 3) Lisensi: Proses clearance dari tempat pengajaran ke museum yang dituju membutuhkan waktu yang tidak terbatas dan membutuhkan koordinasi yang cermat antara perguruan tinggi dan pengguna museum. Museum ini juga memudahkan peserta didik dari jenjang SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi untuk mendapatkan pengetahuan mengenai benda bersejarah yang digunakan untuk belajar dengan guru atau tendik. Pengunjung atau mahasiswa yang datang disusul menyebutkan kumpulan benda-benda di dalamnya, sehingga wisatawan yang datang akan memiliki persepsi baru dalam sejarah yang ada di Indonesia pada beberapa titik revolusi pada tahun 1947-1949, khususnya di Kota Kudus. Museum tidak hanya menjadi sumber belajar bagi pelajar, tetapi juga tujuan wisata yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Karena dapat meningkatkan perspektif masyarakat terhadap cagar budaya dan museum juga dijadikan sebagai tempat wisata sejarah pendidikan (Febrianti et al., 2021). Dalam ruang arkeologi Patiayam terdapat banyak fosil yang dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan siswa. Pada awalnya museum ini berubah bentuk menjadi sebuah rumah fosil yang dilindungi oleh otoritas yang berisi fosil dan alat arkeologi dan hingga saat ini telah ditemukan kurang lebih 1500 fosil di dalam kawasan Pegunungan Patiayam (Widiyati Wasino). Wisatawan yang berkunjung dapat menemukan beragam peninggalan bersejarah beserta fosil-fosil hewan invertebrata selain vertebrata dan manusia bersejarah (Homo erectus) yang dapat digunakan sebagai pendidikan untuk memperoleh pengetahuan tentang sejarah. Ada juga indera batu manusia dari gaya hidup manusia bersejarah yang ditemukan di lapisan tanah tak terputus yang kembali ke - + 1.000.000 tahun yang lalu. Berikut gambar mengenai fossil yang ada di museum Patiayam. Gambar 1. Fossil tanduk purba Berdasarkan wawancara dengan pengelola website Patiayam Archaeological, kunjungan wisatawan ke website Patiayam Archaeological sangat besar, tercatat rata-rata trafik perbulan mencapai +2000. dalam hobi edukasi ini, museum edutourism dapat menginspirasi wisatawan untuk melakukan konservasi situs purbakala sekaligus mengunggah wawasan. Secara morfologi daerah sekitar Patiayam berarti kubah dengan ketinggian maksimum (Bukit Patiayam) 350 meter di atas permukaan laut. Berikut gambar mengenai fossil hewan purba yang ada di museum Patiayam. Gambar 2. Fossil gajah purba Dalam berkunjung ke museum tidak ada batasan usia, karena pada dasarnya Museum Patiayam dibuka untuk semua kalangan usia untuk berkunjung ke Museum Patiayam, mulai dari anak TK hingga mahasiswa. Pengkajian atau pembelajaran tidak selalu wajib di dalam ruang sekolah, mahasiswa sangat puas jika mereka bisa meneliti di luar ruang kuliah atau di luar kelas pemerolehan ilmu dengan cara langsung pergi ke museum sebagai bekal pembelajaran. Tentu saja, banyak mahasiswa yang suka menimba ilmu di luar ruang belajar atau di luar institusi, karena dapat memperbaharui persepsi mahasiswa tentang monoton mengenal keanggunan dan dapat mengunggah persepsi kepada siswa tentang gambaran konkrit tentang fosil dan manusia bersejarah ## 3. Upaya yg bisa Dilakukan untuk mengembangkan Museum Patiayam Upaya atau solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan melalui rehabilitasi wahana dan infrastruktur. Kurangnya pengamanan pada koleksi di Museum Patiayam membuat koleksi tersebut bisa dibilang rusak atau rapuh. Oleh karena itu, pengelola perlu lebih giat lagi dalam mempertahankan setiap rangkaian agar tidak ada pengunjung situs yang ingin menghalangi koleksi di Museum Pati Ayam. dan pengendalian juga dapat meningkatkan media merchandise museum tepung burung, keberadaan manusia tidak diketahui karena museum patiayam ini memiliki daya tarik wisata yang mengagumkan, menjadi museum paling sederhana yang terletak di dalam keramat. Museum Patiayam bisa menjadi kawasan yang mendebarkan dan ramai dikunjungi jika pengelola Museum Patiayam bisa menjaga dan melestarikan koleksi fosilnya secara permanen. Namun, ada beberapa olahraga promosi yang ingin ditingkatkan atau ditingkatkan. seperti internet atau media sosial, karena di era globalisasi saat ini, manusia sangat canggih dalam mencari tempat wisata terkenal melalui media sosial, oleh karena itu pihak manajemen ataupun pengelola perlu lebih aktif melakukan promosi di media sosial atau internet, sehingga banyak wisatawan yang pergi berkunjung ke museum. Menurut Siswanto, Ketua Balai Arkeologi Yogyakarta, dia memperkirakan pendidikan atau latihan di Patiam sangat tinggi dan sekarang tidak kalah dengan di Sragen di Sangiran. Banyak fosil hewan bersejarah baik darat maupun laut ditemukan di tempat itu, memberikan latar belakang asal muasal Museum Patiayam. Lokasinya yang berada di dekat jalan pantura Kudus-Pati juga strategis sehingga mampu menarik pengunjung. Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud, Fitra Arda menjelaskan, selain terus berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan forum yang berbeda, mengubah mindset pengelola museum berarti penting sebagai tujuan akhir. Sehingga museum dapat terus mengamati ciri-ciri di era digital sehingga mampu menarik minat kaum milenial. Salah satunya adalah kami melibatkan jaringan dan spesialis untuk mengendalikan semua aktivitas museum sehingga program-program yang dibuat sesuai dengan perkembangan zaman yang saat ini kami arahkan kepada generasi milenial. Kunjungan ke museum patut dijadikan fashion traveler era milenial yang beragam. Pertanyaannya adalah "Bagaimana?" terutama ketika era milenial kunjungan ke fasilitas pembelian lebih tinggi daripada ke museum. Dalam menerapkan metode ini pengelola museum harus up to date terutama dalam hal keterbukaan informasi dan pemanfaatan generasi digital dan media sosial untuk menarik minat kaum milenial ke museum. Dalam rapat koordinasi dengan Indroyono Soesilo tentang koordinasi pengawasan Museum Generasi Milenium di Jakarta, ia menyatakan bahwa sikap menyatakan museum sebagai lembaga nirlaba harus diubah, agar tidak mencari keuntungan. Museum saat ini dituntut untuk menghasilkan pendapatan guna membiayai kegiatan olahraganya agar berkembang sesuai dengan karakteristik zaman maya saat ini. Museum di Indonesia saat ini perlu mewaspadai teknologi milenium oleh Indroyono yang saat ini menjadi salah satu pasar keahlian pariwisata daerah. Milenial ini memiliki minat untuk menjelajah dan bepergian, dan mereka juga bisa lebih pintar, lebih terhubung, dan lebih energik dalam penggunaan media sosial mereka. ## KESIMPULAN Museum Patiayam memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa Museum Patiayam sangat bermanfaat sebagai sumber penguasaan siswa di jenjang pendidikan dasar dan perguruan tinggi. Museum Patiayam di Kudus menawarkan informasi tentang sejarah kehidupan dan kita dapat melihat fosil dan artefak sejarah dengan mata kepala sendiri. Kunjungan siswa ke Museum Patiayam adalah versi penguasaan keanggunan luar. Pembelajaran di luar ruang belajar dapat membuat sistem pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan meningkatkan kreativitas siswa. Begitu pula Museum Patiayam juga bermanfaat sebagai tempat wisata bagi warga. karena kehidupan museum ini dapat memperluas pengetahuan budaya-sejarah masyarakat. Bahkan, museum juga bisa dijadikan tempat menimba ilmu yang mendorong rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap warisan budaya, alam, dan sejarah Indonesia. ## DAFTAR PUSTAKA Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015. Jakarta: Kemendikbud RI. Dipetik 2023, dari https://inspirasidikti.kemdikbud.go.id/peraturan/3-yuvh6-peraturan- menteri-pendidikan-dan-kebudayaan-nomor-66-tahun-2015 19. 7 Tempat Wisata Edukasi di Yogya Menarik saat Liburan Sekolah. kompas.com. https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/22/11193341/7-tempatwisata-edukasi-di-yogya- menariksaat-liburan-sekolah?page=all Apriyanthy, E. C. (2019). “Pemanfaatan Museum Kapuas Raya sebagai Media dan Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 01 Sintang”. Yogyakarta: Thesis Universitas NegeriYogyakarta. Birsyada, M. I., Gularso, D., & Fairuzabadi, M. 2022. “Strategi Pengembangan Pembelajaran Sejarah Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Berbasis Diorama Museum di Sekolah”. Diakronika , 22(1): 76-95. http://diakronika.ppj.unp.ac.id/index.php/diakronika/article/view/272 Evitasari, Okta; Lelly Qodariah; & Rudy Gunawan. 2020. “Pemanfaatan Fungsi Museum sebagai Sumber Belajar Sejarah dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis”. Estoria: Journal of Social Science and Humanities ,1(1): 43-56. https://journal.unindra.ac.id/index.php/estoria/article/view/462/412 Febrianti, Aurora Nandia; & Wawat Suryati. 2021. “Pemanfaatan Museum Lampung sebagai Sumber Belajar dan Tempat Destinasi Wisata di Lampung”. Jurnal Istoria , 5(2): 107-115. http://istoria.unbari.ac.id/index.php/OJSISTORIA/article/view/132 Hasan, S. H. 2019. “Pendidikan Sejarah untuk Kehidupan Abad ke 21”. HISTORIA: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah , II (2): 61–72. ISK News. 2019. “Saatnya Situs Patiayam Naik Kelas Jadi Cagar Budaya Nasional”. https://isknews.com/saatnya-situs-patiayam-naik-kelas-jadi-cagar-budaya-nasional/ Junaid, I. 2017. Pengembangan museum dalam perspektif pariwisata (Issue November). Nuryanti at.al. 2018. “Museum sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah: Studi Situs Pada Museum Jawa Tengah Ranggawarsito Semarang”. Pawiyatan , XXI(2): 91–99. http://ejournal.ivet.ac.id/index.php/pawiyatan/article/view/737/664 . Prasetyo, D.; Toba Sastrawan Manik; & Dwi Riyanti. 2021. “Pemanfaatan Museum sebagai Objek Wisata Edukasi”. Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah , 15(1): 1-11. http://ejournal.stipram.ac.id/index.php/kepariwisataan/article/view/20 Sardiman, A. 2017. Reformulasi Pembelajaran Sejarah: Sebuah Tantangan. Istoria: Jurnal Pendidikan Dan Sejarah , 12 (2): 12–20. https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria/article/view/17610 Supriatna, N. 2019. “Pengembangan Kreativitas Imajinatif Abad Ke-21 dalam Pembelajaran Sejarah”. Historia:Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, II(2): 73–82. https://ejournal.upi.edu/index.php/historia/article/view/16629 Sustianingsih, Ira Miryani. 2020. “Pemanfaatan Museum SUBKOSS sebagai Sumber Belajar Sejarah di Lubuklinggau”. Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah , 9(1): 1-14. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/criksetra/article/view/10260 Syaharuddin, Arbaniah, & Mutiani. 2020. “Utilization of Wasaka Museum as a Learning Resource on Social Studies”. The Kalimantan Social Studies Journal , 1(2): 121. https://doi.org/10.20527/kss.v1i2.2027 Wijayanti, A., Damanik, J., Fandeli, C., & Sudarmadji. 2017. “Upaya Mewujudkan Peran Edukasi melalui Budaya Berfikir di Museum Biologi Yogyakarta”. Jurnal Khasanah Ilmu , 8(2): 81–89 http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/2823 Yusuf, Maulana; Nurzengky Ibrahim; & Kurniawati. 2018. “Pemanfaatan Museum sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah”. Visipena , 9(2): 215-235. https://ejournal.bbg.ac.id/visipena/article/view/455
4240a5d3-0513-4ad1-95be-632e3a66d6d8
https://owner.polgan.ac.id/index.php/owner/article/download/487/203
Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 5 Nomor 2, Agustus 2021 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v5i2.487 ## Pengaruh Tingkat Pendapatan, Penurunan Tarif, Dan Perubahan Cara Pembayaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Masa Pandemi Covid-19 Lutfah Fadilah 1 , Asrofi Langgeng Noermansyah 2 , Krisdiyawati 3 , 1,2.3) Politeknik Harapan Bersama 1 [email protected] , 2 [email protected] , 3 [email protected] *Penulis Korespondensi Diajukan : 30 Juni 2021 Disetujui : 26 Juli 2021 Dipublikasikan : 1 Agustus 2021 ## ABSTRACT This study aims to determine the effect of income levels, tariff reductions and changes in payment methods on MSME taxpayer compliance during the COVID-19 pandemic. Data collection techniques used questionnaires, observations, interviews, documentation and literature studies. The population in this study were all MSME taxpayers registered at KPP Pratama Tegal. The number of samples used as many as 50 respondents with the sampling method using purposive sampling method. The data analysis method used multiple linear regression analysis. The results of testing the first hypothesis show that the income level variable has an effect on MSME taxpayer compliance during the covid-19 pandemic. This shows that the higher the level of income received, the greater the compliance of MSME taxpayers. The results of testing the second hypothesis show that the rate reduction variable has no effect on MSME taxpayer compliance during the covid-19 pandemic. This shows that someone who does not comply with his obligations as a taxpayer, then even a low tax rate does not affect the level of compliance. The results of testing the third hypothesis show that the variable changes in payment methods affect MSME taxpayer compliance during the covid-19 pandemic. This means that changes in the method of paying taxes can improve MSME taxpayer compliance so that the easier the tax payment method used, the MSME taxpayer compliance will increase. ## Keywords : Income Level, Decrease Rate, Changes In Payment Methods, Taxpayer Compliance ## PENDAHULUAN Pajak merupakan unsur penting di Negara Indonesia karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang terbesar. Tanpa adanya pajak maka Negara Indonesia akan mengalami permasalahan dalam pembangunan dan dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, digunakan untuk membayar pengeluaran umum Negara ( Sukrisno & Estralita, 2012 ). Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya meningkat penerimaan negara dari pajak melalui beberapa sektor ekonomi masyarakat, salah satunya sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pemerintah telah memulai upaya intensif menyadarkan pelaku UMKM untuk membayar pajak karena sebelumnya fokus penagihan pajak hanya pada pelaku usaha besar. Kebijakan ini diharapkan akan menaikkan penerimaan pajak sekaligus memperluas basis penagihannya. Hal ini karena usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran cukup besar dalam perekonomian nasional. UMKM memiliki omset dan laba yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan pelaku usaha besar tetapi keberadaan usaha ini banyak dijumpai di seluruh sudut wilayah Indonesia sehingga mampu memberikan sumbangsih yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, keberadaan jumlah UMKM yang banyak ternyata belum sebanding dengan kontribusi penerimaan pajak yang diberikan oleh pelaku UMKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pelaku UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah (Direktorat Jenderal Pajak). Kepatuhan pelaku UMKM yang sangat rendah adalah masalah pemerintah yang harus ditanggapi dengan serius. Sekarang ini, pelaku UMKM sedang dihadapkan dengan masa pandemi covid-19 . Jika kepatuhan pelaku UMKM yang sebelumnya saja sudah sangat rendah maka adanya masa pandemi covid-19 ini akan mengakibatkan tingkat kepatuhan pelaku UMKM semakin lebih rendah lagi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah harus berupaya agar kepatuhan pelaku UMKM tidak semakin lebih rendah. Upaya pemerintah tersebut yaitu dengan menerbitkan PMK No.44 tahun 2020. Dimana peraturan tersebut menjadi solusi terbaik pada masa pandemi covid-19 yang diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan para pelaku UMKM dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Kepatuhan pelaku UMKM dalam memenuhi kewajibannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu tingkat pendapatan. Pedapatan Pelaku UMKM merupakan objek pajak dalam pajak penghasilan saling terkait dengan besarnya pajak terutang yang akan dibayarkan. Pada masa pandemi covid-19 tingkat pendapatan pelaku UMKM akan mengalami penurunan dan akan menemukan kesulitan untuk membayar pajaknya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pelaku UMKM dalam memenuhi kewajibannya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan pelaku UMKM adalah penurunan tarif pajak. Terkait tarif pajak, pemerintah memberlakukan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yakni penghasilan yang belum dikurangkan dengan biaya-biaya berjumlah tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun dikenai tarif 1% (satu persen). Pemerintah pula merevisi dan mengganti peraturan tersebut dengan peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018 yaitu tentang penurunan tarif PPh final yang semula 1% dan kini diturunkan menjadi 0,5%. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pelaku UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain beberapa faktor diatas, pemerintah juga memanfaatkan adanya perkembangan teknologi yaitu dengan cara melakukan pembaruan mengenai pembayaran pajak yang bisa di lakukan secara online . Cara pembayaran yang awalnya secara manual harus ke kantor pajak sekarang bisa dilakukan dimana saja dengan menggunakan e-billing. Perubahan cara pembayaran ini diharapkan lebih memudahkan para pelaku UMKM yang sibuk dengan kegiatan usahanya agar memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan adanya kemudahan tersebut, di harapkan tingkat kepatuhan pelaku UMKM dalam membayar pajak akan meningkat. Kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Tegal dalam memenuhi kewajibannya masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara kepada wajib pajak UMKM diketahui bahwa sebelum masa pandemi covid-19, masih banyak Wajib Pajak UMKM yang tidak mengetahui perubahan tarif PPh UMKM yang turun menjadi 0,5% dari sebelumnya 1%. Hal itu disampaikan langsung oleh Wajib Pajak UMKM pada saat melakukan pelaporan SPT Tahunan. Selain itu, Pada masa pandemi covid-19 pemerintah membuat kebijakan agar wajib pajak melakukan pelaporan SPT Tahunan dan pembayaran pajak melalui online. Pada kenyataannya banyak wajib pajak yang kesulitan atas kebijakan pemerintah tersebut. Pada masa pandemi covid-19 juga banyak Wajib Pajak UMKM yang mengeluhkan terkait pendapatannya yang menurun dan kesulitan dalam membayar pajak. Hal-hal tersebut akan sangat berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Ernawati (2014) menyatakan bahwa variabel tingkat pendapatan berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan wajib pajak KPP pratama Bulukumba, sedangkan penelitian Isawati (2016) menunjukan bahwa variabel pendapatan berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Hasil penelitian dari Nadhor (2019) menyatakan bahwa penurunan tarif pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Semarang Barat, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yusro dan Kiswanto (2014) bahwa tarif pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Di Kabupaten Jepara. Hasil penelitian dari Wahyuningsih (2016) diketahui bahwa mekanisme pembayaran pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM bidang mebel di Surakarta. Berdasarkan permasalahan dan hasil penelitian terdahulu maka penelitian ini akan mengkaji kembali pengaruh tingkat pendapatan, penurunan tarif dan perubahan cara pembayaran terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM, dimana penelitian ini sejenis dengan penelitian Nadhor (2019) dan penelitian Wahyuningsih (2016) . Akan tetapi penelitian ini mengembangkan dari penelitian sebelumnya dengan beberapa perbedaan yaitu menambahkan variable independen berupa tingkat pendapatan dan objek yang diteliti pada wajib pajak UMKM di wilayah KPP Pratama Tegal yang terkena dampak pandemi covid-19. ## STUDI LITERATUR ## Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 menyatakan bahwa kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku di suatu negara (Syah & Krisdiyawati, 2017) . Kepatuhan wajib pajak dibagi menjadi dua, yaitu kepatuhan pajak formal dan kepatuhan pajak material. Kepatuhan pajak formal adalah kepatuhan yang diatur sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan pajak material adalah suatu keadaan saat wajib pajak secara substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan (Ramdan, 2017) ## Tingkat Pendapatan Pendapatan adalah tanggung jumlah uang atau nilai yang selama tahun takwim diperoleh seseorang dari usaha dan tenaga, barang tak bergerak, harta bergerak, hak atas pembayaran berkala, dan tambahan harta yang ternyata dalam tahun takwim kecuali jika hal sebaliknya dibuktikan oleh wajib pajak (Haswidar, 2016 ). ## Penurunan Tarif Tarif merupakan suatu pedoman dasar dalam menetapkan berapa besarnya utang pajak orang pribadi maupun badan, selain sebagai sarana keadilan dalam penetapan utang pajak. Berdasarkan PP No.46 Tahun 2013, UMKM di Indonesia yang memiliki omset kurang dari 4,8 Milyar dalam satu tahun dikenakan PPh final sebesar 1%. Pada bulan Juli 2018 pemerintah kembali menerbitkan PP No.23 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Dalam peraturan ini pemerintah menurunkan tarif PPh final dari 1% menjadi 0,5% (Marasabessy, 2020) . ## Sistem Pembayaran Pajak Perubahan cara pembayaran dari sistem manual ke online adalah penerapan e-billing yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 32/PMK.05/2014, dimana mulai tanggal 1 juli 2016 wajib pajak dapat menggunakan mekanisme e-billing direktorat jenderal pajak untuk membayar pajak yang terutang. E-Billing adalah metode pembayaran pajak secara elektronik menggunakan kode billing . Kode billing sendiri adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui sistem billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran pajak yang akan dilakukan Wajib Pajak. Sementara billing system adalah sistem yang menerbitkan kode billing untuk pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik, tanpa perlu membuat Surat Setoran (SSP, SSBP, SSPB) manual (E. Handayani, 2018) . ## Hipotesis Penelitian Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya tingkat pendapatan seseorang dapat memengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya. Selain itu dalam teori ekonomi dikatakan bahwa I atau Income = C atau Consumtion , dimana besarnya penghasilan akan sama dengan besarnya konsumsi. Konsumsi disini termasuk juga pengeluaran untuk membayar pajak karena wajib pajak dianggap melakukan tindakan konsumsi yaitu menghabiskan nilai guna dari suatu barang, dalam hal ini yang dimaksud adalah nilai guna atas tanah dan bangunan (Haswidar, 2016) . Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ernawati (2014) terkait identifikasi kemampuan dan kemauan membayar masyarakat berpenghasilan menengah rendah menunjukan bahwa variabel pendapatan memiliki pengaruh terhadap kesediaan membayar pajak. (Ernawati, 2014) Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H 1 : Tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi Covid-19 pada KPP Pratama Tegal. ## Pengaruh Penurunan Tarif terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM Tarif pajak merupakan suatu pedoman dasar dalam menetapkan berapa besarnya utang pajak orang pribadi maupun badan, selain sebagai sarana keadilan dalam penetapan utang pajak. Pemerintah menurunkan pajak penghasilan (PPh) Final bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang semula 1% menjadi 0,5% mulai 1 Juli 2018. Tarif pajak yang rendah akan meningkatkan utility wajib pajak sehingga memberikan inisiatif dalam melaporkan penghasilan kepada administrasi pajak, Penurunan pajak UMKM ini nantinya akan mengurangi biaya bagi pelaku usaha UMKM, sehingga kemungkinan mereka akan mengembangkan usaha kecilnya menjadi usaha menengah, lalu usaha menengah mengembangkannya menjadi usaha besar. Dampak dari penurunan tarif pajak UMKM ini diharapkan akan meningkatkan kesadaran wajib pajak UMKM dalam membayar pajak. Sehingga dengan hal ini akan meningkatkan pendapatan penerimaan pajak untuk Negara. Mengingat kepatuhan pajak pelaku usaha mikro kecil dan menengah dinilai masih minim. Jadi dengan diturunkannya tarif pajak UMKM diharapkan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nadhor (2019) menyimpulkan bahwa penurunan tarif pajak berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak mengenai kepatuhan wajib pajak UMKM (Nadhor, 2019) . Menurut Ramdan (2017) menyimpulkan bahwa perubahan tarif pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM (Ramdan, 2017) . Hal ini berarti bahwa adanya perubahan tarif pajak yang semakin menurun maka kepatuhan wajib pajak akan semakin baik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H 2 : Penurunan Tarif berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi Covid- 19 pada KPP Pratama Tegal. ## Pengaruh Perubahan Cara Pembayaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM Sejalan dengan pengenaan pajak bagi UMKM dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013, Direktorat Jenderal Pajak juga memberlakukan pembayaran pajak secara elektronik yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-05/PJ/2017 tanggal 4 April 2017. Pada dasarnya Peraturan ini menekankan perubahan cara pembayaran pajak yang tadinya menggunakan Surat Setoran Pajak (manual) menjadi Surat Setoran Elektronik (SSE) yang dikelola oleh Sistem Elektronik Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang terhubung dengan Modul Penerimaan Negara. Perubahan cara pembayaran pajak secara elektronik membuat wajib pajak lebih mudah dan lebih cepat dalam membayar pajak karena bisa kapan saja dan dimana saja menunaikan kewajiban tersebut. Hal ini dapat menjadikan wajib pajak lebih patuh dalam membayar pajak. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusnandar (2019) menyimpulkan bahwa perubahan cara pembayaran pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Hal ini berarti perubahan cara pembayaran pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM sehingga semakin baik sistem Pembayaran pajak yang digunakan oleh Wajib Pajak UMKM maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan semakin baik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H 3 : Perubahan Cara Pembayaran berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM masa pandemi Covid-19 pada KPP Pratama Tegal. ## METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana penelitian ini terdapat satu variable dependen dan tiga variable independen. Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif (Sangadji, 2010) . Data kualitatif berupa data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden. Data kuantitatif berupa hasil perhitungan kuesioner. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang berupa persepsi responden atas kuisioner yang diberikan. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Tegal hingga tahun 2019 yang berjumlah sebanyak 15.211 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis Non probability sampling yaitu dengan metode purposive sampling (Sugiyono, 2016) . Adapun kriteria sampel adalah UMKM perseorangan yang memiliki omset kurang dari Rp 4,8 Miliar per tahun, wajib pajak UMKM yang masih aktif dan berlokasi di kabupaten Brebes serta wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha. Berdasarkan kriteria tersebut maka didapatkan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 50 responden sehingga total kuisioner yang diolah sebanyak 50 (lima puluh). Instrumen penelitian diukur menggunakan model skala likert 5 poin. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda menggunakan program SPSS versi 22 (Ghozali, 2016) . Adapun persamaan regresi linier berganda digambarkan dalam bentuk sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e ## HASIL Hasil uji validitas untuk masing-masing pertanyaan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1 Hasil Uji Validitas Variabel pertanyaan Person Corelation Sig. (2-tailed) Keterangan Tingkat Pendapatan (X1) 1 0,866 0,000 VALID 2 0,886 0,000 VALID 3 0,383 0,006 VALID 5 0,389 0,005 VALID Penurunan Tarif (X2) 1 0,548 0,000 VALID 2 0,689 0,000 VALID 3 0,677 0,000 VALID 4 0,431 0,000 VALID 5 0,775 0,000 VALID 6 0,708 0,000 VALID Perubahan Cara Pembayaran (X3) 1 0,624 0,000 VALID 2 0,547 0,000 VALID 3 0,519 0,000 VALID 4 0,532 0,000 VALID 5 0,727 0,000 VALID 6 0,475 0,000 VALID Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 1 0,524 0,000 VALID 2 0,722 0,000 VALID 3 0,776 0,000 VALID 4 0,588 0,000 VALID 5 0,721 0,000 VALID 6 0,728 0,000 VALID Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa hasil uji validitas menggunakan Pearson Correlation menunjukkan bahwa setiap pertanyaan dari seluruh variabel memiliki nilai signifikansi < 0,05 yang artinya seluruh pertanyaan dalam variabel dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing pertanyaan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : ## Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha pada keseluruhan variabel dalam penelitian ini lebih dari 0,60 yang artinya keseluruhan variabel adalah reliabel. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N 50 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation .96890428 Most Extreme Differences Absolute .084 Positive .084 Negative -.074 Test Statistic .084 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 c,d Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa hasil uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,200 > alpha 0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .708 2.722 .260 .796 Tingkat_Pendapatan -.109 .108 -.162 - 1.008 .319 Penurunan_Tarif .067 .108 .100 .621 .538 Perubahan_Cara_Pembayaran .042 .083 .078 .510 .613 Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel tingkat pendapatan sebesar 0,319 > 0,05, variabel penurunan tarif sebesar 0,538 > 0,05 dan variabel perubahan cara Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan Tingkat Pendapatan (X 1 ) 0,775 Reliabel Penurunan Tarif (X 2 ) 0,776 Reliabel Perubahan Cara Pembayaran (X 3 ) 0,727 Reliabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0,769 Reliabel pembayaran sebesar 0,613 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel tidak terkena gejala heterokedastisitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Tingkat_Pendapatan .821 1.217 Penurunan_Tarif .813 1.229 Perubahan_Cara_Pembayaran .902 1.109 Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa nilai tolerance dari semua variabel menunjukkan angka > 0,10 dan nilai VIF dari semua variabel menunjukkan angka kurang dari < 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini model regresi tidak terkena gejala multikolinearitas. Hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Hasil Persamaan Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.708 4.269 .400 .691 Tingkat_Pendapatan .658 .169 .462 3.886 .000 Penurunan_Tarif .068 .170 .048 .401 .691 Perubahan_Cara_Pembayaran .424 .130 .370 3.256 .002 Berdasarkan tabel 6 diatas maka dapat ditulis persamaan regresi sebagai berikut : Y= 1.708 + 0, 658 X 1 + 0.068 X 2 + 0.424 X 3 Hasil uji parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Hasil Uji T Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.708 4.269 .400 .691 Tingkat_Pendapatan .658 .169 .462 3.886 .000 Penurunan_Tarif .068 .170 .048 .401 .691 Perubahan_Cara_Pembayaran .424 .130 .370 3.256 .002 Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa variabel tingkat pendapatan (X1) memiliki nilai signifikansi 0,000 < 0,005 sehingga H 1 diterima, yang berarti tingkat pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 . Sedangkan variabel penurunan tarif (X2) memiliki nilai signifikansi 0,691 > 0.05 sehingga H 2 ditolak, yang berarti penurunan tarif tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 . Adapun variabel perubahan cara pembayaran (X3) memiliki nilai sigifikansi 0,002 < 0,05 sehingga H 3 diterima, yang berarti perubahan cara pembayaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 . Hasil uji simultan (uji F) dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini : Tabel 8. Hasil Uji F Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada uji F yaitu sebesar 0,000 < alpha 0,05 sehingga variable tingkat pendapatan, penurunan tarif dan perubahan cara pembayaran berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini : Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .682 a .466 .431 2.407 Berdasarkan tabel 9 di atas menunjukkan bahwa kontribusi pengaruh tingkat pendapatan, penurunan tarif, dan perubahan cara pembayaran secara bersama-sama terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 0,431 atau 43,1%, sedangkan sisanya 56,9% dijelaskan oleh variabel lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa ketiga variable tersebut cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di masa pandemi covid-19. ## PEMBAHASAN ## Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel tingkat pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 pada KPP Pratama Tegal . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan seseorang sangat mempengaruhi kepatuhan dalam memenuhi kewajibannya. Berdasarkan hasil observasi sebagian besar wajib pajak UMKM merasa lebih patuh ketika mereka memperoleh pendapatan yang tinggi. Pada masa pandemi covid-19 banyak wajib pajak UMKM yang merasa keberatan ketika membayar pajaknya karena memperoleh pendapatan yang rendah. Mereka cenderung menolak atau tidak mau membayar pajaknya karena kebanyakan dari mereka lebih mementingkan kebutuhan pokoknya dibandingkan untuk membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima maka semakin meningkat kepatuhan wajib pajak UMKM. Sebaliknya semakin rendah pendapatan yang diterima maka semakin menurunnya tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian dari Ernawati (2014) menyatakan bahwa variabel tingkat pendapatan berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan wajib pajak KPP pratama Bulukumba (Ernawati, 2014) . Selain itu hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Megantara (2017) yang hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel penghasilan wajib pajak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak usahawan atas penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 (Megantara et al., 2017) . Hasil penelitian yang sama juga oleh Yuliyanah et. al (2018) yang menyatakan bahwa omzet penghasilan berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di Kota Tegal (Yuliyanah et al., 2019) . ## Pengaruh Penurunan Tarif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel penurunan tarif tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 pada KPP Pratama Tegal. Tarif pajak dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan karena pada masa pandemi covid-19 wajib pajak cenderung mengabaikan besarnya tarif pajak. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan masih terdapat wajib pajak yang tidak mengetahui adanya penurunan tarif pajak UMKM dari 1% menjadi 0,5% dan wajib pajak ## ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 232.286 3 77.429 13.363 .000 b Residual 266.534 46 5.794 Total 498.820 49 Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 5 Nomor 2, Agustus 2021 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.xxx.xxx masih tetap membayar pajak dengan tarif berapapun. Pada dasarnya jika wajib pajak adalah seseorang yang patuh dan mengerti akan kewajibannya sebagai wajib pajak, maka mereka akan membayar pajak dengan tingkatan tarif pajak berapapun sesuai dengan penghasilannya. Jika wajib pajak adalah seseorang yang tidak patuh terhadap kewajibannya sebagai wajib pajak, maka tarif pajak yang rendah pun tidak mempengaruhi tingkat kepatuhannya. Dapat diartikan bahwa naik atau turunnya tarif Pajak masih belum bisa mempengaruhi peningkatan ataupun penurunan kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusro dan Kiswanto (2014) yang menyatakan bahwa tarif pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM Di Kabupaten Jepara (Yusro, 2014) . Selain itu juga hasil penelitian Mir’atusholihah (2014) menyatakan bahwa tarif pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di KPP Pratama Malang Utara ( Mir’atusholihah et al., 2014 ). ## Pengaruh Perubahan Cara Pembayaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel perubahan cara pembayaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 pada KPP Pratama Tegal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan cara pembayaran dari manual ke online mempermudah wajib pajak UMKM dalam membayar pajak yang akan berdampak pada kepatuhan wajib pajak. Pada masa pandemi covid-19 keharusan untuk membayar pajak secara online menjadi pilihan yang tepat bagi wajib pajak. Dimana direktorat jendral pajak membuat kebijakan untuk membatasi pelayanan tatap muka kepada wajib pajak. Perubahan cara pembayaran yang bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja bahkan lebih mudah dan lebih cepat dengan menggunakan website www.pajak.go.id sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM dalam memenuhi kewajibannya. Hal ini berarti perubahan cara pembayaran pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM sehingga semakin baik Cara Pembayaran pajak yang digunakan oleh Wajib Pajak UMKM maka Kepatuhan Wajib Pajak UMKM akan semakin baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Wahyuningsih (2016) yang menyatakan bahwa mekanisme pembayaran pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM bidang mebel di Surakarta (Wahyuningsih, 2016) . ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel tingkat pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehingga H 1 diterima. Hal ini berarti tingkat pendapatan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 . Selanjutnya, hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel penurunan tarif memiliki nilai signifikansi sebesar 0,691 > 0,05 sehingga H 2 ditolak. Hal ini berarti penurunan tarif wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 . Sedangkan, hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel perubahan cara pembayaran memiliki nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 sehingga H 3 diterima. Hal ini berarti perubahan cara pembayaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM masa pandemi covid-19 . ## SARAN Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas objek penelitian, menambah jumlah sampel yang diteliti, dan meneliti variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM pada masa pandemi covid-19. REFERENSI E. Handayani. (2018). Analisis Perilaku Wajib Pajak Terhadap Penerapan Sistem E-Billing Direktorat Jenderal Pajak [Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah]. In Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah (Vol. 1, Issue 1). Ernawati. (2014). Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi , 1–24. Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 22 (Edisi 5). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Haswidar, H. (2016). Pengaruh Tingkat Pendapatan, Pengetahuan, Dan Kesadaran Wajib Pajak Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 5 Nomor 2, Agustus 2021 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.xxx.xxx Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. In Skripsi . Marasabessy, I. L. (2020). Pengaruh Penurunan Tarif Pajak UMKM Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi Kasus Pada KPP Pratama Pondok Aren). Skripsi . Megantara, K., Purnamawati, I. G. A., & Sinarwati, N. K. (2017). Pengaruh Penghasilan Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, dan Kemauan Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usahawan atas Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013. E-Journal S1 Ak , 7 (1), 1– 10. Mir’atusholihah, Kumadji, S., & Ismono, B. (2014). Pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan tarif pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (studi pada wajib pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara). Jurnal Mahasiswa Perpajakan , 3 (1), 1–10. Nadhor, K. (2019). Pengaruh Penurunan Tarif Pajak Umkm Dan Pelayanan Online Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak Umkm Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat (Vol. 1, Issue 1) [UIN Walisongo Semarang]. Ramdan, A. N. (2017). Pengaruh Perubahan Tarif,Metode Penghitungan dan Modernisasi Sistem Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Dengan Keadilan Pajak Sebagai Variabel Moderasi Pada UMKM Di Kota Makasar. In Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar (Vol. 53, Issue 9). Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar. Sangadji, E. M. A. S. (2010). Metodologi Penelitian - Pendekatan . CV. Andi Offset. Sugiyono, S. (2016). Statistika Untuk Penelitian . Alfabeta. Sukrisno & Estralita. (2012). Akuntansi Perpajakan (2nd ed.). Salemba Empat. Syah, A. langgeng N., & Krisdiyawati. (2017). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Empiris Pada Kantor UPPD/Samsat Brebes). Jurnal AKSI (Akuntansi Dan Sistem Informasi) , 2 , 65–77. Wahyuningsih, T. (2016). Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Tarif Pajak, Mekanisme Pembayaran Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Bidang Mebel Di Surakarta. In Institut Agama Islam Negeri Surakarta (Vol. 147). Yuliyanah, P. R., R, D. N., & Fanani, B. (2019). Pengaruh Omzet Penghasilan, Tarif Pajak, Serta Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Kota Tegal. Multiplier: Jurnal Magister Manajemen , 3 (1). https://doi.org/10.24905/mlt.v3i1.1286 Yusro, H. W. & K. (2014). Pengaruh Tarif Pajak, Mekanisme Pembayaran Pajak Dan Kesadaran Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Umkm Di Kabupaten Jepara. Accounting Analysis Journal , 3 (4), 429–436. https://doi.org/10.15294/aaj.v3i4.4201
81a20351-8389-464c-9786-755c8d89a5ea
https://journal.poltekpar-nhi.ac.id/index.php/barista/article/download/148/74
## MODEL EXPERIENTIAL LEARNING BERBASIS BERPIKIR KREATIF PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NARASI Isah Cahyani, Resi Amalia, & Andoyo Sastromiharjo Universitas Pendidikan Indonesia Email: [email protected] Abstrak: Fokus permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi peserta didik kelas eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan menulis peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan model experiential learning berbasis berpikir kreatif . Tujuan lain penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran menulis teks narasi dengan menggunakan model experiential learning. Metode penelitian yang digunakan dengan bentuk The matching-only-pretes-postes control group design . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada rata-rata hasil menulis teks narasi yang diperoleh di kelas eksperimen yang menggunakan model experiential learning dengan rata-rata nilai prates yang diperoleh sebesar 61,96, Adapun rata-rata nilai pascates sebesar 85,16. Hal tersebut membuktikan bahwa model experiential learning berbasis berpikir kreatif dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narasi siswa. Kata kunci: model experiential learning; berpikir kreatif; teks narasi. ## EXPERIENTIAL LEARNING MODEL BASED ON CREATIVE THINKING IN LEARNING WRITING TEXT NARRATION Abstract: The focus of the problem studied in this research is the ability to write the narrative of the experimental class students. The purpose of this research is to know the ability of writing learners in experimental class using experiential learning model based on creative thinking. Another purpose of this research is to describe the process of learning to write narrative text by using experiential learning model. The research method used in the form of The matching-only-pretes-postes control group design. The results showed that there was an increase in the average of the results of writing narrative text obtained in the experimental class using experiential learning model with the average value of prates obtained at 61.96, while the average value of pascates of 85.16. It proves that experiential learning model based on creative thinking can improve the ability to write narrative text of students. Keywords: experiential learning model; creative thinking; narrative text. ## PENDAHULUAN Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter diharapkan dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan sesuai dengan tuntutan zaman serta perkembangan teknologi dan seni, guna menjawab tantangan arus globalisasi. Untuk menyambut tantangan tersebut peserta didik harus disiapkan agar mempunyai keterampilan. Keterampilan yang dimiliki tersebut tidak hanya pada satu mata pelajaran saja namun pada seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah yang nantinya berguna untuk dirinya maupun orang lain. Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah juga mengharapkan peserta didik mempunyai keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut antara lain adalah keterampilan mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut semestinya harus dikuasai oleh peserta didik. Dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan menulislah yang Model Experiential Learning Berbasis Berpikir Kreatif Pada Pembelajaran Menulis Teks Narasi dipandang sulit dan kompleks oleh sebagian besar peserta didik, karena dalam ketarampilan menulis dibutuhkan kemampuan berfikir dan bernalar. Menulis merupakan proses kreatif. Dibutuhkan pengetahuan, keterampilan, teknik dan latihan yang terus menerus. Menulis adalah merangkai kata-kata menjadi kalimat dan membentuk paragraf- paragraf yang bermakna. Untuk itu dibutuhkan penguasaan kosa kata, pilihan kata dan struktur kalimat yang tepat. Menurut Tarigan (2008:3) menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Peserta didik tidak akan menghasilkan suatu tulisan yang bagus jika tidak melalui latihan dan praktik. Sekolah merupakan tempat yang paling tepat untuk melakukan hal tersebut. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan menulis sangat penting, karena mampu menulis berarti mampu menghasilkan suatu tulisan atau karya yang dapat bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Abidin (2012:188) mengungkapkan bahwa dalam pandangan ekonomis, menulis memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan berbagai keuntungan. Peserta didik bisa menghasilkan suatu karya berupa tulisan jika keterampilan menulis dimiliki oleh peserta didik. Karya tersebut bisa berupa karya ilmah populer dan karya nonilmiah. Jika karya tersebut dipublikasikan sudah pasti jadi penghasilan bagi peserta didik. Namun dalam kenyataannya, kegiatan menulis merupakan suatu hal yang sulit dilakukan oleh peserta didik terutama peserta didik yang masih duduk Sekolah menengah. Dari wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa Indonesia di SMP, ternyata peserta didik masih kesulitan dalam mengungkapkan ide dan gagasan. Peserta didik tidak mampu mengembangkan ide dan gagasan ke dalam bentuk paragraf-paragraf. Hal ini membuktikan bahwa masih rendahnya keterampilan menulis peserta didik yang masih duduk di sekolah Menengah. Selain itu, beberapa penelitian juga memperlihatkan bukti bahwa masih banyak peserta didik di Indonesia yang mengalami kesulitan mengutarakan gagasannya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Jubaedah (2013) bahwa rendahnya kemampuan menulis di kalangan siswa disebabkan siswa masih kesulitan dalam mengungkapkan gagasannya. Pembelajaran menulis yang merupakan salah satu bagian dari pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah belum mampu menghasilkan peserta didik yang terampil menulis. Alasan mereka menulis dilakukan karena keterpaksaan. Hal senanda juga diungkapkan Evayanti (2015: 2) dalam penelitiannya bahwa rendahnya kemampuan menulis menimpa hampir seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Kualitas kompetensi menulis seperti tidak beranjak membaik, bahkan kecendrungan semakin menurun. Sementara itu Yudawati (2014:3) mengungkapkan permasalahan yang sama dalam penelitiannya bahwa dalam pembelajaran menulis khususnya menulis puisi, banyak peserta didik yang merasa kesulitan untuk menuangkan ide, gagasan atau perasaannya. Hal ini terjadi karena masih rendahnya kemampuan menulis peserta didik. Selain alasan di atas, peserta didik juga tidak punya motivasi untuk menulis. Anggapan yang sering muncul dalam diri peserta didik adalah menulis sesuatu yang sulit dan membosankan. Peserta didik selalu dibuat bingung karena tidak tahu apa yang mesti ditulis, dan bagaimana menuangkan ide dan merangkainya ke dalam paragraf- paragraf. Jika sudah berhubungan dengan menulis, peserta didik cenderung malas- malasan, tidak mau berpikir akhirnya ketika peserta didik dihadapkan pada kegiatan menulis, nilai peserta didik rendah. Ini juga membuktikan rendahnya kemampuan menulis peserta didik. Menurut Abidin (2012: 190) rendahnya kemampuan menulis peserta didik disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dominan adalah rendahnya peran pendidik dalam membina peserta didik selama peserta didik menulis . Dengan demikian ketidak kemampuan peserta didik dalam menulis itu penyebabnya tidak hanya dari diri peserta didik namun juga dari pendidik yang tidak mampu memberi bimbingan dan dorongan kepada peserta didik dalam menulis. Pendidik juga tidak mampu memotivasi peserta didik bagaimana pentingnya memiliki kemampuan menulis. Selain itu Pembelajaran yang dilakukan pendidik masih menggunakan metodologi mengajar cara tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat pada pendidik. Pendidik memberikan ceramah-ceramah kepada peserta didik sementara peserta didik hanya mendengarkan. Hal ini sependapat dengan Ruganda (2009:159) bahwa pembelajaran menulis sekarang ini masih dilakukan dengan pola-pola tradisional, pendidik menerangkan teori tentang menulis lalu menugasi peserta didik untuk menulis atau mengarang sesuai dengan teori. Komunikasi yang terjadi hanya satu arah, yaitu pendidik ke peserta didik sehingga peserta didik tidak punya kesempatan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Sejak diberlakukannya Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah diarahkan pada teks. Ada beberapa jenis teks yang dipelajari, di antaranya adalah teks hasil observasi, teks tanggapan deskripsi, teks eksposisi, teks narasi, dan teks eksplanasi. Di antara kelima teks tersebut, teks narasilah yang dianggap paling mudah karena teks narasi merupakan teks yang hanya menyampaikan suatu kejadian atau peristiwa. Hal itu diungkapkan oleh Keraf (1981:136) bahwa, narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa. Berdasarkan permasalahan- permasalahan di atas maka perlu adanya inovasi-inovasi dalam pembelajaran. inovasi-inovasi itu bisa saja menggunakan teknik mengajar yang lebih menarik, metode mengajar yang kreatif, model pembelajaran yang inovatif atau media yang digunakan sudah memanfaatkan tekhnologi. Namun untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran menulis, akan lebih baik jika diterapkan suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap pembelajaran menulis terutama menulis teks narasi. Model tersebut adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Model tersebut dikenal dengan model experiential learning. Model ini menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong peserta didik mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran, Majid (2015:93). Jadi, pengalaman dijadikan sandaran bagi peserta didik ketika mengasah kemampuannya dalam menulis. Berbagai penelitian menggunakan model experiential learning telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut memberikan gambaran tentang pengaruh model experietial Learning terhadap pembelajaran. Payana (2012) mengungkapkan dalam jurnalnya “Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning Terhadap Kemampuan Menulis karangan Narasi Siswa Kelas XI SMK. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa belajar dengan pembelajaran experiential learning dapat memicu adanya peningkatan perilaku positif siswa dan dapat mengurangi perilaku negatif siswa ke arah yang lebih baik. Selain itu Josua Siburian juga melakukan penelitian dengan judul pengaruh model experiential learning terhadap kemampuan menulis proposal bagi siswa SMA kelas XII Mulia Tempeh . Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitiannya adalah bahwa model experiential learning sangat berpengaruh terhadap kemampuan menulis proposal. Sunarti (2010:3) juga melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Model Experiential Learning Berbasis Berpikir Kreatif Pada Pembelajaran Menulis Teks Narasi peningkatan keterampilan menulis teks pidato melalui experiential learning . Dalam penelitiannya dapat disimpulkan bahwa setelah penerapan pembelajaran melalui pengalaman (e xperiential learning ) kegiatan pembelajaran siswa mengalami peningkatan. Menurut Cahyani (2014:165) jika model pembelajaran yang menggunakan pengalaman dilakukan dengan baik dan benar maka akan ada beberapa keuntungan yang akan didapat. Keuntungan itu antara lain, (1) meningkatkan semangat dan gairah pembelajaran; (2) membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif; (3) memunculkan kegembiraan dalam proses belajar; (4) mendorong mengembangkan proses berpikir kreatif; (5) menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda, (6) memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah; dan (7) memperkuat kesadaran diri. Berdasarkan keuntungan yang diungkapkan oleh Cahyani di atas maka model ini diharapkan mampu mengembangkan proses berpikir kreatif peserta didik. Torrance (dalam Filsaime:2008) mengungkapkan bahwa berpikir kreatif sebagai sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibel, dan elaborasi. Sedangkan menurut pandangan Razik (dalam Filsaime:2008) bahwa berpikir kreatif melibatkan kemampuan untuk memproduksi ide-ide orisinal, merasakan hubungan-hubungan baru dan tidak dicurigai atau membangun sebuah rangkaian unik dan baik diantara faktor-faktor yang nampaknya tidak saling berkaitan, karena kreatifitas lahir dari minat yang besar, diiringi dengan kemauan berlatih secara terus menerus. Dengan demikian, seringnya latihan menulis yang dilakukan peserta didik akan terus mengasah dan menjaga kemampuan berpikir kreatifnya. Alwasilah (2013:12) mengungkap- kan hal senada bahwa kreativitas melibatkan pemikiran dan tindakan imajinatif yang mencakup penyerapan inderawi (sensing), serta pencarian dan penerapan kebenaran. Dengan demikian berpikir kreatif dituntut dalam keterampilan menulis teks narasi karena dalam menulis teks narasi dibutuhkan imajinasi peserta didik, sehingga tulisan yang akan dihasilkan itu terlihat keasliannya. Kreativitas atau kemampuan berimajinasi akan muncul jika peserta didik dalam pembelajaran teks narasi menggunakan pengalaman sebagai dasar cerita. Jadi kesulitan-kesulitan peserta didik dalam menemukan, mengungkapkan dan mengembangkan ide akan teratasi begitu juga dalam hal memilih dan menggunaan diksi yang tepat. Dengan pemilihan model tersebut diharapkan dapat menumbuhkan cara berpikir kreatif peserta didik dan sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran menulis teks narasi. Teks narasi itu adalah teks yang menceritakan suatu peristiwa, maka model ini erat sekali kaitannya dengan teks narasi. Untuk lebih memahami peserta didik tentang teks tersebut, maka peserta didik diarahkan menulis suatu peristiwa menggunakan pengalaman peserta didik itu sendiri. Hal ini dilakukan agar peserta didik nantinya lebih mudah menuangkan ide ke dalam tulisan yang berbentuk narasi. Teks narasi ini dipilih sebagai salah satu teks yang mengharapkan siswa terampil menulis. Keraf (1981:136) mengungkapkan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas- jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Jadi dalam teks narasi terdapat urutan peristiwa atau kejadian yang disusun berdasarkan kejadian nyata dan imajinasi. Pendapat Keraf tersebut membuktikan peserta didik harus terampil menulis teks narasi karena suatu peristiwa baik yang dialami maupun tidak bisa diungkapkan dengan menulis teks narasi. Kreativitas dan imajinasi yang muncul dalam pikiran peserta didik bisa dikembangkan dengan menulis teks narasi. Dengan demikian keterampilan menulis teks narasi itu sangat penting dalam pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut persoalan keterampilan manulis teks narasi dan kaitannya dengan model pembelajaran menggunakan pengalaman dengan berpikir secara kreatif. Pada penelitian ini diharapkan peserta didik punya motivasi untuk menulis dan lebih mudah menemukan ide dan gagasan, mampu mengungkapkan, dan mengembangkan ide dan gagasan ke dalam paragraf. Jadi model pembelajaran berdasarkan pengalaman ini ( Experiential Learning ), ide dan gagasan digali dari pengalaman yang dialami oleh peserta didik, kemudian pengalaman itu dituangkan dalam bentuk teks cerita dengan berpikir secara kreatif. Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) bagaimana profil pembelajaran menulis teks narasi peserta didik di kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Aur?; (2) bagaimana kemampuan menulis teks narasi peserta didik di kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Aur sebelum menggunakan model pembelajaran experiential learning berbasis berpikir kreatif?; (3) Apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan menulis narasi peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan model experiential learning dengan peserta didik di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran terlangsung. Setelah dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui keefektifan model experiential learning untuk meningkatkan kemampuan menulis teks narasi. Sementara itu manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran menulis teks narasi, dan untuk kepentingan pengajaran, terutama pengajar bahasa Indonesia dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis narasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan motivasi belajar peserta didik untuk senantiasa mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam sebuah tulisan. ## METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sungai Aur pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Aur Tahun Pelajaran 2016/2017. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik sampling purposive dengan pertimbangan bahwa teknik ini mampu menjaga kehomogenitasan sampel dengan baik karena penentuan sampelnya didasarkan pada pertimbangan tertentu. Teknik ini dipilih untuk menentukan dua kelas sampel penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari tujuh kelas yang ada di kelas VII. Kelas yang dijadikan kelas kontrol adalah kelas VII.5 dan kelas eksperimen adalah kelas VII.7. Pertimbangan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah bahwa kemampuan semua peserta didik di kelas VII rata-rata hampir sama. Di kelas VII tidak ada kelas unggul. Selaian itu faktor homogenitas dan normalitas data awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol juga merupakan pertimbangan penting dalam penetapan sampel penelitian. Metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan bentuk desain The matching-only-pretes-postes control group design . Penggunaan desain penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur dan membandingkan perbedaan hasil implementasi antara pembelajaran menulis teks narasi menerapkan model experiential learning berbasis berpikir kreatif dengan pembelajaran tanpa menerapkan model experiential learning . Bentuk desain itu tergambar sebagai berikut. Tabel 1. Quasi experimental design the matching-only-pretes-postes control group design. Treatment Group M O X O Control Group M O C O Fraenkel, Walen, Hyun (2007:275) Data diperoleh melalui prates dan pascates di kelas eksperimen dan kelask kontrol. Tes yang diberikan adalah tes menulis teks narasi. Perlakuan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional, dan di kelas eksperimen menggunakan model experiential learning berbasis berpikir kreatif. Selanjutnya, tes yang dilakukan baik prates maupun pascates, dinilai berdasarkan pedoman penilaian. ## HASIL PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol serta menerapkan tahap-tahap pelaksanaannya sesuai dengan tahap model experiential learning, berbasis berpikir kreatif yang telah dirancang dalam RPP maka diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 2. Hasil nilai prates dan pascates No Subjek Kelas Eksperimen Prates Pascates Gain 1 51 73 22 2 44 86 42 3 52 90 38 4 81 87 6 5 53 78 25 6 65 89 24 7 66 88 22 8 49 83 34 9 67 90 23 10 62 88 26 11 72 86 14 12 67 80 13 13 62 88 26 14 52 89 37 15 74 90 16 16 54 75 21 17 60 89 29 18 57 89 32 19 60 81 21 20 61 81 20 21 60 82 22 22 60 79 19 23 74 90 16 24 78 94 16 25 68 84 16 Jumlah 1549 2129 580 Rata-Rata 61,96 85,24 23,20 Kemampuan peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Aur dalam menulis teks narasi sebelum dan sesudah perlakuan, yaitu dengan menggunakan model experiential learning, terdapat perbedaan. Sebelum diberlakukannya model experiential learning berbasis berpikir kreatif, peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Aur mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tradisional, seperti ceramah tanpa adanya bimbingan yang intensif. Hal ini berdampak kepada peserta didik yang menyebabkan peserta didik kurang termotivasi untuk meningkatkan pembelajaran menulis teks narasi. Setelah diberikannya perlakuan dengan menggunakan model experiential learning berbasis berpikir kreatif, kemampuan menulis teks narasi peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata prates kelas eksperimen sebesar 61,96 dan pascates sebesar 85,16. Selain itu secara teoretis, hubungan antara hasil prates dan pascates menunjukkan tingkat signifikan yang tinggi karena kegiatan pembelajaran menulis teks narasi dengan model experiential learning memberikan dampak positif. Untuk lebih jelasnya tergambarkan pada grafik di bawah ini. Grafik 1. Nilai rata-rata prates dan pascates Selanjutnya pengujian hipotesis yang dilakukan terhadap nilai prates dan pascates kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai prates dan pascates berdistribusi normal, dengan demikian Hο diterima sebab Sig P- value ≥ 0,05, yaitu 0,89 ˃ 0,05, Sedangkan hasil pengujian nilai pascates Hο diterima sebab Sig P-value ≥ 0,05, yaitu 0,120 ˃ 0,05. Hal ini menunjukkan penerapam model experiential learning berbasis berpikir kreatif dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Aur. Model Experiential Learning Berbasis Berpikir Kreatif Experiential Learning merupakan suatu pembelajaran sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui tranformasi pengalaman dengan pengetahuan yang dihasilkan dari kombinasi upaya menangkap dan mentransformasikan pengalaman Kolb dalam Silberman (2014, hlm. 43). Dalam experiential learning, pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan experiential learning dari teori-teori belajar lainnya. Experiential learning di sini adalah 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Prates Pascates Model Experiential Learning Berbasis Berpikir Kreatif Pada Pembelajaran Menulis Teks Narasi untuk membedakan antara teori belajar kognitif yang cenderung lebih menekankan sisi kognisi dari pada afektif, dan teori belajar behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar. Model experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran, Majid (2015, hlm. 93). Dengan demikain model experiential learning adalah model pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik untuk membangun pengetahuan dan keterampilannya dengan melibatkan pengalaman nyata yang dialami untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Model ini bertujuan untuk membangun pengetahuan peserta didik dengan melibatkan pengalaman yang dialami dalam dunia nyata sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, ternyata model experiential learning berbasis berpikir kreatif mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis teks narasi. Hal ini dikarenakan dilibatkannya pengalaman yang dialami peserta didik dalam menulis mempermudah peserta didik mengembangkan ide-ide dan gagasan kreatif yang dimilikinya sehingga mampu menghasilkan tulisan yang mengandung imajinasi. Dalam proses pembelajaran dengan model experiential learning berbasis berpikir kreatif, peserta didik diajak dan diarahkan serta dibimbing untuk menggali dan mengingat kembali pengalamannya, melibatkan pengalaman dalam proses pembelajaran, dan memanfaatkan kreativitas yang ada pada dirinya sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif peserta didik ditunjukkan saat proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik sanggup menghasilkan ide-ide yang baru, unik dan imajintif. Pemaparan cerita yang diawali dengan pengalaman yang dialami peserta didik kemudian memadukannya dengan imajinasi dan fantasi. Menghadirkan tokoh-tokoh imajinasi, memberikan alur- alur yang unik. Dalam kegaiatan ini peserta didik mampu mengasilkan cerita yang menarik, mengandung kreativitas yang tinggi. Peserta didik mampu menggali potensinya dalam berdaya cipta, menemukan gagasan-gagasan yang imajinatif dan menyelaraskannya dengan alur cerita. Disinilah terlibatnya proses berpikir, saat peserta didik menuangkan segala ide yang muncul dalam pikirannya. Kreativitas atau kemampuan berpikir yang dimiliki peserta didik kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan penggalian kemampuan tersebut dilakukan dengan model pembelajaran yang berbeda sehingga kreativitas dan kemampuan berpikir tergali dengan maksimal dari pada kelas kontrol. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran dan dari nilai pascates yang diperoleh peserta didik. peserta didik kelas eksperimen lebih mudah menuangkan ide-ide kreatifnya karena melibatkan pengalaman secara langsung. Peserta didik juga memunculkan imajinasi dan fantasinya dengan menghadirkan tokoh-tokoh khayalan namun tetap dipaparkan secara logis. Cerita yang dihadirkan juga menarik dan unik dengan memberikan alur yang menumbuhkan rasa keingintahuan pembaca akan isi cerita. Pada sesi diskusi peserta didik pun lebih aktif bertanya karena besarnya keingintahuan peserta didik akan pembelajaran yang berlangsung. Sintaks Model Experiential Learning Berbasis Berpikir Kreatif Model experiential learning berbasis berpikir kreatif adalah model pembelajaran yang memadukan teori experiential dengan teori berpikir kreatif. Oleh karena itu, model experiential learning berbasis berpikir kreatif yang dimaksud merupakan model yang mengacu pada langkah-langkah experiential learning akan terlihat pada setiap tahap yang dilalui peserta didik untuk menghasilkan teks narasi. Oleh karena itu, model experiential learning berbasis berpikir kreatif akan terlihat pada setiap tahapan yang berdampak pada tulisan teks narasi yang kreatif. Langkah-langkah (sintaks) model experiential learning berbasis berpikir kreatif saat proses penulisan teks narasi, di antaranya: (1) concrete experience atau pengalaman konkret merupakan tahap menggali pengalaman peserta didik; (2) reflection observation atau refleksi observasi, merupakan tahap mendeskripsikan pengalaman; (3) abstract conceptualization atau Penyusunan konsep abstrak, merupakan tahap memilih pengalaman; (4) active experimentation atau aplikasi, merupakan tahap menuliskan pengalaman. Pembelajaran Menulis Teks Narasi Keraf (1981: 136) mendefenisikan narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindakan-tindakan yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu, atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain, yaitu narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Sejalan dengan pendapat Marahimin (2010: 96) narasi adalah cerita yang didasarkan pada urutan-urutan suatu atau serangkaian kejadian atau peristiwa dimana ada tokoh atau beberapa tokoh yang mengalami atau menghadapi suatu konflik atau tikaian. Kejadian tokoh dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi dan ketiganya secara kesatuan biasa disebut plot atau alur. Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan para ahli, maka menulis teks narasi dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannnya melalui bahasa tulis dalam bentuk wacana cerita dimana terdapat tokoh, latar, konflik yang dirangkai sehingga membentuk suatu cerita berdasarkan kejadian nyata dan imajinasi. Sementara itu, secara keseluruhan hasil menulis teks narasi peserta didik kelas eksperimen pada tes awal masih banyak yang tidak memenuhi syarat, baik unsur, struktur, maupun bahasanya. Hal ini terlihat dari tulisan peserta didik yang masih terlihat belum mencantumkan dialog, memiliki alur yang tidak jelas, dan tidak terdapat amanat atau pesan moral. Demikian juga dengan struktur yang dimilikinya masih banyak yang belum mengandung evaluasi, resolusi, dan koda. Oleh karena itu, nilai rata-rata tes awal peserta didik kelas eksperimen, yaitu 61,96. Jika dilihat dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yaitu 75, maka KD tersebut belum terpenuhi. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen, yaitu 85,16, sudah memenuhi nilai KKM, yaitu 75. Dari rata-rata perolehan tes akhir tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis teks narasi peserta didik setelah digunakannya model experiential learning berbasis berpikir kreatif. ## SIMPULAN Pembelajaran menulis teks narasi di SMP Negeri 1 Sungai Aur belum dilakukan secara maksimal sesuai kurikulum 2013. Pendidik masih cenderung menerapkan pembelajaran tradisional berupa ceramah di dalam kelas, dan peserta didik tidak dilibatkan langsung dalam pembelajaran. Pendidik menjelaskan pembelajaran mengenai teks narasi, setelah selesai pembelajaran pendidik meminta peserta didik menulis teks narasi dengan memperhatikan contoh yang diberikan. Dalam hal ini, peserta didik cenderung menulis teks narasi yang menyerupai contoh teks yang diberikan. Pendidik tidak dibimbing untuk memperoleh pengetahuan Model Experiential Learning Berbasis Berpikir Kreatif Pada Pembelajaran Menulis Teks Narasi yang baru dari pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil temuan peneliti pada saat proses belajar mengajar yang tidak sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Selanjutnya, perencanaan model experiential learning berbasis berpikir kreatif dilaksanakan berdasarkan sintaks atau tahap-tahap yang terdiri dari; (1) concrete experience atau pengalaman konkret, yaitu menggali pengalaman peserta didik terdahulu dengan kegiatan diskusi dan tanya jawab, menggunakan video untuk memotivasi peserta didik; (2) reflection observation atau refleksi Observasi, yaitu mengarahkan peserta didik untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman terdahulu, dan berbagi pengalaman dengan peserta didik lain; (3) abstract conceptualization atau Penyusunan konsep abstrak, yaitu membimbing peserta didik menuliskan pengalaman yang dialami dalam bentuk teks narasi; (4) active experimentation atau aplikasi, mengungkapkan kembali pengalaman. Perencanaan ini dilaksanakan setelah diketahui gambaran pembelajaran menulis teks narasi di SMP Negeri 1 Sungai Aur. Proses pembelajaran terlaksana dengan baik, mulai dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keenam. Hal ini terbukti dari hasil penilain observasi yang diberikan para observer sehingga setiap pertemuan masuk dalam kategori baik dan sangat baik. Peningkatan juga terlihat pada rata- rata hasil menulis teks narasi yang diperoleh di kelas eksperimen yang menggunakan model experiential learning menunjukkan bahwa rata-rata nilai prates yang diperoleh sebesar 61,96, sedangkan rata-rata nilai pascates sebesar 85,16. Hal tersebut membuktikan bahwa model experiential learning berbasis berpikir kreatif meningkatkan kemampuan menulis teks narasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Aur. ## DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter . Bandung: Refika Aditama. Alwasilah, A.C., & Senny, S. A. (2013). Pokoknya menulis. Bandung: Kiblat. Cahyani, I. (2014). Pembelajaran Menulis Berbasis Karakter dengan Pendekatan Experiential Learning. Bandung: Program Studi Pendidikan Dasar SPSS UPI. Evayanti, S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Narasi dan Berpikir Kreatif. UPI. Bandung. Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif . Jakarta: Prestasi Pustaka. Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evoluate Research in Education . New York: McGraw-Hill Inc. Jubaedah. (2013). Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Bermuatan Karakter dengan Menggunakan Metode Inkuiri dan Media Video Klip. UPI. Bandung. Keraf, G. (1981). Argumentasi dan Narasi . Jakarta: Pt. Gramedia. Majid, A. (2015). Strategi Pembelajaran. Bandung: Pemuda Rosda Karya. Marahimin, I. (2010). Menulis Cara Populer . Jakarta: Pustaka Jaya. Payana, W.D. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Experential Learning Terhadap Kemampuan Menulis karangan Narasi Siswa Kelas XI SMK. Jurnal. Unimed. Ac. Id. Ruganda. (2009). Peningkatan Hasil Pembelajaran Menulsi Deskripsi Melalui Model Delikan di Kelas V SD Kalikoa, Kecamatan Kadaung . Kabupaten Cirebon. Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa, 10 (1), hlm. 159. Sunarti. (2010). Peningkatan keterampilan menulis teks pidato melalui Volume 4, Nomor 2, Desember 2017 experiential learning. Laporan penelitian tindakan kelas. Diakses dari: http//core.ac.uk/download/files/478 /16508479.pdf. Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa. Yudawati. (2014). Model pembelajaran pengalaman di luar kelas ( outdoor experiential learning ) yang berorientasi kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran menulis puisi . Skripsi . Bandung: Tidak diterbitkan
ad2708fc-c736-4158-9d31-f3d870957b86
https://journal.bio.unsoed.ac.id/index.php/biosfera/article/download/158/118
Konstruksi Mutan Pseudomonas sp. untuk Meningkatkan Produksi Indole Acetic Acid (IAA) melalui Mutagenesis dengan Transposon ## Aris Tri Wahyudi, Mutiha Panjaitan, dan Nisa Rachmania Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor ## Abstract Pseudomonas sp. is one of bacterial groups having ability to promote plant growth and health. Of a hundred successfully isolated Pseudomonas sp. from soybean rhyzosphere, 98 were found to produce indole acetic acid (IAA) ranging from 0.33 to 16.02 ppm. These isolates are bacilli, motile, Gram negative, and showing positive oxidase assay. One of them, i.e. Pseudomonas sp. CRB17, can promote plant growth by means of significant stimulation of primary root length and lateral root number. This isolate was then subject to mutagenesis using transposon Mini-Tn5Km1 to increase IAA production. Mutagenesis was done by conjugation between E coli S17-1 (  pir) carrying transposon mini-Tn5Km1 (donor) and Pseudomonas sp. (recipient), resulting in conjugation frequency of approximately 3.1 x 10 -5 cell per recipient. The resulted CRB17 mutants were then tested for their ability to produce IAA, one of which showed an increment of IAA production up to 77.5%, while some others showed no significant change or even had a reduction to 55.3%. Sequence analyisis of 16S rRNA gene of Pseudomonas sp. CRB17 indicated that it has a high homology with that of Pseudomonas plecoglossicida (identical value of 99%). The results recommends that mutagenesis using transposon can be applied to increase IAA production, especially in Pseudomonas sp. CRB17. Key words : Pseudomonas sp., transposon mutagenesis, IAA, plant growth stimulation ## Pendahuluan Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian yang kian digalakkan untuk mencapai swasembada pangan berimplikasi terhadap penggunaan pupuk kimia yang terus meningkat. Residu pupuk kimia diketahui dapat mencemari perairan dan menimbulkan eutrofikasi. Teknologi berwawasan lingkungan yang dapat meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk kimia menjadi penting untuk dikembangkan. Salah satu produk teknologi alternatif yang ramah lingkungan ialah dengan menggunakan mikroba sebagai pupuk hayati. Bakteri tanah dapat hidup bebas di daerah rizosfer yang menguntungkan dan telah menunjukkan kemampuan untuk memperbaiki kesehatan atau meningkatkan hasil tanaman. Kelompok bakteri ini disebut plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) (Dey et al. , 2004). Mekanisme pemacuan pertumbuhan tanaman yang dilakukan oleh PGPR ialah melalui penambatan nitrogen, produksi antibiotik, produksi siderofor, pelarutan fosfat, dan produksi zat pengatur tumbuh tanaman (Kapulnik dan Okon, 2002). Beberapa PGPR mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti auksin, giberelin, dan sitokinin (Dey et al. , 2004). Salah satu genus PGPR yang banyak diteliti karena kemampuannya dalam menghasilkan auksin ialah Pseudomonas . Sebagai contoh, Pseudomonas putida telah diketahui mampu menghasilkan berbagai zat pemacu tumbuh, termasuk auksin dan giberelin, siderofor, asam organik dan antibiotik (Premono dan Widyastuti, 1996, Patten dan Glick, 2002). Asam indol asetat ( indole acetic acid , IAA) adalah auksin yang paling aktif pada berbagai tanaman dan berperan penting dalam pemacuan pertumbuhan, seperti inisiasi akar, pembesaran sel, diferensiasi pembuluh, dan pemacuan pembungaan. Tanaman kurang mampu menghasilkan IAA yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal. Sementara itu, sejumlah bakteri telah diidentifikasi mampu menyintesis IAA pada biakan murni dan di tanah (Husen dan Saraswati, 2003). Pseudomonas putida GR12-2 penghasil auksin berupa asam indol asetat telah diketahui mampu memacu perpanjangan akar primer dan pembentukan akar lateral (Patten dan Glick, 2002). Berbagai jalur sintesis IAA digunakan oleh prokariot. Suatu galur bakteri dapat menggunakan lebih dari satu jalur dalam biosintesis IAA. Jalur-jalur ini dikelompokkan berdasarkan jenis intermediatnya, yaitu jalur indol asetamida (IAM), asam indol-3-piruvat (IPA), triptamin, dan indol-3-asetonitril (Manulis et al. , 1998). Jalur yang menguntungkan bagi bakteri adalah jalur IPA sebagai jalur utama untuk menyintesis IAA (Patten dan Glick, 2002). Mutagenesis dengan transposon merupakan salah satu metode untuk membuat mutan dengan cara menyisipkan segmen DNA (transposon) ke dalam genom bakteri yang digunakan (Wahyudi, 2001). Secara umum metode ini digunakan untuk isolasi dan lokalisasi gen. Transposon merupakan suatu fragmen DNA yang dapat meloncat dan menyisip pada genom organisme (Wahyudi, 2000). Transposon ini akan menyisip pada DNA secara random. Dengan adanya penyisipan transposon ini dapat menyebabkan perubahan genetik yang memiliki kontribusi penting dalam evolusi genom karena selain dapat menyisip ke dalam genom, penyisipan juga dapat terjadi pada sekuens DNA yang berperan untuk regulasi proses fisiologi tertentu sehingga dapat menyebabkan modifikasi ekspresi gen dan menyebabkan mutasi kromosom. Transposon Tn 5 sering digunakan untuk kegiatan mutagenesis dengan transposon seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Harayama et al. (1984) untuk menganalisis operon gen jalur pemotongan meta dari plasmid TOL Pseudomonas putida mt-2. Selain itu, Wahyudi (2005) juga melakukan mutagenesis dengan transposon dalam penelitiannya untuk melaporkan konstruksi pustaka genom Magnetospirillum magneticum AMB-1 dan penapisan pustaka yang membawa gen yang terlibat dalam biosintesis magnetosom. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengarakterisasi Pseudomonas sp. asal rizosfer tanaman kedelai yang berpotensi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman, serta mengonstruksi mutan Pseudomonas sp. CRB17 untuk meningkatkan produksi IAA melalui mutagenesis dengan transposon. ## Materi dan Metode Pseudomonas sp. diisolasi dari tanah rizosfer kedelai daerah Cirebon. Isolasi dilakukan dengan pengenceran serial menggunakan garam fisiologis 0.85 % hingga 10 -4 . Tiga pengenceran terakhir disebar pada media agar King’s B (20 g pepton, 15 mL gliserol, 1,5 g K 2 HPO 4, 1,5 g MgSO 4. 7H 2 O, 15 g agar, 1 L akuades) dan diinkubasi selama 24 jam. Koloni-koloni yang tumbuh kemudian diamati morfologinya dan diuji fisiologinya yang meliputi pewarnaan Gram, bentuk sel, motilitas, dan reaksi uji oksidase. Uji produksi IAA dilakukan sesuai dengan metode Patten dan Glick (2002). Isolat- isolat Pseudomonas sp. diinokulasikan ke dalam 5 ml media cair King’s B dengan penambahan triptofan 0,5 mM. Selanjutnya, dilakukan inkubasi selama 48 jam dan pengocokan dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang. Triptofan digunakan sebagai prekursor terbentuknya IAA (Vande Broek et al. , 2005). Sebanyak 1,5 mL kultur disentrifugasi selama 15 menit pada 10000 rpm. Selanjutnya, 1 mL supernatan yang diperoleh dicampur dengan reagen Salkowski (150 ml H 2 SO 4 pekat, 250 mL H 2 O destilata, 7,5 mL 0,5 M FeCl 3 ·6H 2 O) dan diinkubasi pada suhu ruang selama 20 menit untuk kemudian diukur absorbansinya pada 520 nm (Spectronic 20, Bausch & Lomb, US). Konsentrasi IAA ditentukan dengan membandingkannya terhadap kurva standar IAA dengan kisaran konsentrasi 0–30 ppm. Esai pemacuan pertumbuhan dilakukan menurut metode Dey et al. (2004). Isolat Pseudomonas sp. CRB 17 yang memproduksi IAA tinggi digoreskan secara penuh pada media agar King’s B, diinkubasi selama 24 jam, dan selanjutnya disuspensikan dengan kaldu nutrien steril. Sebanyak 100 µL kultur dengan konsentrasi 10 10 sel per mL dipipet dan diinokulasikan pada tiap kecambah kedelai varietas Slamet berumur 24 jam pada media agar semisolid dalam cawan petri. Kecambah diinkubasi selama 7 hari. Uji ini dilakukan dengan tiga ulangan. Sebanyak 9 kecambah digunakan untuk tiap ulangan. Parameter yang diamati meliputi panjang akar primer dan jumlah akar lateral. Analisis data dilakukan menggunakan uji Anova SPSS ( Statistical Package for the Social Sciences) 12.0 for Windows . Genom DNA Pseudomonas sp. CRB17 diekstrak menggunakan metode CTAB (Sambrook et al ., 2001). Amplifikasi gen 16S rRNA dilakukan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer 63f (5’-CAG GCC TAA CAC ATG CAA GTC-3’) dan 1387f (5’-GGG CGG WGT GTA CAA GGC-3’) (Marchesi et al ., 1998). PCR dilakukan sebanyak 30 siklus yang meliputi pradenaturasi pada 94 o C selama 2 menit, denaturasi selama 30 detik pada suhu 92 o C, penempelan primer selama 30 detik pada suhu 55 o C, pemanjangan DNA selama 60 detik pada suhu 75 o C. Pemanjangan DNA terakhir dilakukan selama 7 menit pada suhu 75 o C. Fragmen DNA produk PCR selanjutnya dimurnikan dan disekuens serta dianalisis bioinformatikanya menggunakan Program BLAST yang ada di pangkalan data (NCBI). Uji resistensi antibiotik dilakukan terhadap Escherichia coli S-17  pir (donor) dan isolat Pseudomonas sp. CRB 17. Jenis antibiotik yang digunakan dalam pengujian ini adalah kanamisin, kloramfenikol, rifampisin, dan ampisilin pada konsentrasi 50 µg/mL. Masing-masing jenis antibiotik ditambahkan pada media agar Luria (10 g tripton, 5 g ekstrak khamir, 10 g NaCl, 15 g agar, dan akuades 1 L). Baik E. coli S17-1  pir maupun CRB17 ditumbuhkan pada media tersebut dengan cara digores dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang untuk CRB17 dan pada suhu 37 o C untuk E. coli . Konstruksi mutan dilakukan dengan menyisipkan gen kanamisin resisten (Km1) yang dibawa oleh transposon mini-Tn5Km1 pada plasmid pUTmini-Tn 5 Km1 di dalam E. coli S17-1  pir (donor) ke dalam genom Pseudomonas sp. CRB17 (resipien) secara konjugasi diparental mating (Wahyudi et al . 2001) . Biakan resipien CRB17 ditumbuhkan pada 50 mL King’s B cair + kloramfenikol (Kl) 50  g/mL dalam erlenmeyer 250 mL. Selanjutnya, kultur diinkubasi pada mesin bergoyang dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang selama 24 jam. Sementara itu, biakan donor E. coli S17-1 (  pir) ditumbuhkan pada media 50 mL Luria Broth (LB) + kanamisin (Km) 50  g/mL dalam erlenmeyer 250 mL dan dinkubasi pada inkubator bergoyang (120 rpm) pada suhu 37 0 C selama 20 jam. Perbandingan jumlah sel donor dan resipien yang digunakan ialah 1:1 (kisaran konsentrasi 10 8 :10 8 sel). Kultur sel donor dan resipien disentrifugasi, dan pelet yang terbentuk dicuci sebanyak 3 kali dengan garam fisiologis steril. Pelet sel resipien yang telah dipanen ditambah LB sebanyak 40 µL. Suspensi sel resipien kemudian dipindahkan ke dalam tabung mikro yang berisi pelet sel donor. Suspensi campuran sel donor dan resipien diresuspensi dan dipindahkan dan diletakkan di atas membran filter milipore steril dan diletakan di atas media Luria Agar (LA). Begitu pula, pelet sel donor dan pelet sel resipien sebagai kontrol negatif. Inkubasi dilakukan selama 24 jam. Masing-masing membran milipore selanjutnya diangkat dan dimasukkan ke dalam tabung mikro berisi 1 mL garam fisiologis. Setelah divorteks hingga sel terlepas dari membran milipore , sebanyak 100 µL suspensi sel disebarkan pada agar cawan King’s B + Km 50 µg/mL + Kl 50 µg/mL dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Koloni yang muncul pada media tersebut menunjukkan Pseudomonas sp. CRB17 mutan yang telah tersisipi genomnya oleh gen Km1 dari transposon Mini-Tn5Km1 sehingga selain resisten terhadap kloramfenikol juga resisten terhadap kanamisin. Seleksi dilakukan terhadap 49 mutan Pseudomonas sp. CRB17 yang ditentukan secara acak. Tiap mutan ditumbuhkan dalam 5 mL media King’s B cair + 50 µg/mL Kl dan diinkubasi pada inkubator bergoyang (120 rpm, suhu ruang) selama 24 jam sebagai prakultur. Sebanyak 100 µL biakan prakultur kemudian diinokulasikan ke dalam 5 mL media King’s B cair + Kl 50 µg/mL yang disuplementasi dengan 0,5 mM L-triptofan dan dinkubasi pada suhu ruang serta digoyang pada 100 rpm selama 48 jam. Sebanyak 1,5 mL kultur disentrifugasi selama 15 menit pada 10000 rpm, kemudian sebanyak 1 mL supernatan dicampur rata dengan 4 ml reagen Salkowski dan dibiarkan pada suhu ruang selama 20 menit dalam keadaan gelap, dan selanjutnya diukur absorbansinya pada 520 nm (Spectronic 20, Bausch dan Lomb, US). Konsentrasi IAA ditentukan dengan membandingkannya terhadap kurva standar IAA dengan kisaran konsentrasi 0–30 ppm. Konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh mutan Pseudomonas sp. CRB17 dibandingkan dengan konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh Pseudomonas sp. CRB17 tipe liarnya. ## Hasil dan Pembahasan Seratus isolat yang dikategorikan sebagai Pseudomonas sp. telah berhasil diisolasi dari tanah rizosfer kedelai daerah Cirebon, Jawa Barat setelah melalui uji biokimia/fisiologi secara parsial. Isolat-isolat tersebut memiliki karakter mampu tumbuh pada media agar King’s B, berbentuk batang, motil, Gram negatif, dan uji oksidasenya positif (Gambar 1). ## a b Gambar 1. a. Penampilan sel Pseudomonas sp. CRB 17 hasil pewarnaan Gram b. Penampilan koloni Pseudomonas sp. CRB 17 berfloresens pada agar King’s B berumur 48 jam Figure 1. a. Performance of Pseudomonas sp. CRB 17 cells after Gram staining b. Performance of fluorescence Pseudomonas sp. CRB 17colonies on agar King’s B of 48 hours Pseudomonas sp. yang berpotensi dalam penghasilan IAA yang mampu memacu pertumbuhan banyak terdapat di rizosfer suatu tanaman (Dey et al. , 2004). Oleh karenanya, dalam penelitian ini untuk mendapatkan isolat Pseudomonas sp. penghasil IAA dilakukan isolasi Pseudomonas sp. dari rizosfer tanaman kedelai. Sebanyak 100 isolat dikategorikan sebagai Pseudomonas sp. Karakter-karakter umum yang dimiliki oleh Pseudomonas sp. tersebut adalah berbentuk batang, motil, Gram negatif, memiliki oksidase positif dan mampu tumbuh pada media semiselektif King’s B (Holt et al. , 1994). Berdasarkan hasil uji produksi IAA oleh Pseudomonas sp. diperoleh 98 isolat yang menghasilkan IAA dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Salah satu isolat, yaitu Pseudomonas sp. CRB17, diketahui sebagai isolat penghasil IAA tertinggi, yakni sebesar 16,02 ppm. Isolat tersebut diketahui memiliki koloni yang mampu menghasilkan pigmen floresens pada media agar King’s B sehingga dapat dikatakan bahwa Pseudomonas sp. CRB17 termasuk dalam kelompok Pseudomonas yang berfloresens. Isolat CRB17 ini selanjutnya digunakan untuk telaah pemacuan pertumbuhan dan mutagenesis dengan transposon. Hasil uji pemacuan pertumbuhan terhadap kecambah kedelai menunjukkan bahwa isolat Pseudomonas sp. CRB17 ternyata mampu memacu pertumbuhan secara signifikan dengan cara memperpanjang akar primer dan memperbanyak jumlah akar lateral. Hal ini dibuktikan dari nilai parameter bioasai pemacuan pertumbuhan kecambah kedelai yang diinokulasi dengan CRB 17, yang secara signifikan berbeda nyata dengan kontrol pada taraf 5% (Tabel 1). Tabel 1. Hasil uji pemacuan pertumbuhan kecambah kedelai oleh Pseudomonas sp CRB17 Table 1. Analysis of Pseudomonas sp CRB17 growth stimulation on soybean sprout * berbeda nyata secara stastistik pada taraf 5%; percobaan dilakukan dengan tiga ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas 9 kecambah kedelai. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa panjang akar primer kecambah yang diinokulasi dengan CRB17 memiliki rataan sebesar 21,4 cm dan jumlah akarnya sebanyak 75 buah. Sementara itu, panjang akar primer kontrol sebesar 11,4 cm dan jumlah akarnya sebanyak 32 buah. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa isolat Pseudomonas sp. CRB17 dengan konsentrasi IAA yang dihasilkannya dapat berperan sebagai rizobakteria pemacu pertumbuhan tanaman, khususnya kedelai. IAA yang disekresikan oleh suatu bakteri diduga dapat memacu pertumbuhan, baik secara langsung dengan merangsang pemanjangan atau pembelahan sel maupun secara tidak langsung dengan mempengaruhi aktivitas asam 1-aminosiklopropana-1- karboksilat (ACC) deaminase. Enzim ini menghidrolisis ACC tanaman, prekursor fitohormon etilen, sehingga mencegah produksi etilen yang berlebihan dengan konsentrasi yang menghambat pertumbuhan. IAA eksogenus dapat meningkatkan transkripsi dan aktivitas sintesis ACC pada tanaman. ACC ini memacu aktivitas ACC deaminase bakteri (Patten dan Glick, 2002). Isolat CRB17 ini selanjutnya dipilih untuk dikonstruksi sebagai mutan yang menghasilkan IAA lebih tinggi. Karakter lain yang dimiliki oleh CRB17 ialah menghasilkan pigmen floresens pada media King’s B. Banyak spesies Pseudomonas sp. yang mampu menghasilkan pigmen yang berfloresens, terutama pada kondisi pertumbuhan miskin besi, misalnya jika ditumbuhkan pada media King’s B yang tidak ditambah dengan zat besi. Beberapa pigmen ini dan turunannya berperan sebagai siderofor (zat pengkhelat besi) yang berpotensi menghambat pertumbuhan patogen (Garibaldi, 1967). Amplifikasi gen 16S rRNA dengan PCR menghasilkan pita DNA berukuran sekitar 1.300 pasang basa (pb). Analisis sekuens DNA/gen 16S rRNA tersebut dilakukan menggunakan Program BLASTN. Ternyata gen 16S rRNA CRB17 memiliki homologi sangat tinggi dengan gen 16S rRNA Pseudomonas plecoglossicida strain NyZ12 dengan nilai kesamaan hingga 99%. Hal ini menunjukkan bahwa isolat CRB17 memang benar- benar termasuk dalam kelompok Pseudomonas yang mempunyai sifat berfloresens. Berdasarkan hasil uji resistensi diketahui bahwa E. coli S17-1  pir (donor) sensitif terhadap kloramfenikol 50 µg/ml tetapi resisten terhadap kanamisin 50 µg/ml. Sementara itu, Pseudomonas sp. CRB17 diketahui sensitif terhadap kanamisin 50 µg/ml tetapi resisten terhadap kloramfenikol 50 µg/ml. Dengan demikian, antibiotik kanamisin dan kloramfenikol dapat digunakan sebagai marker seleksi transkonjugan/ mutan Pseudomonas sp. CRB17 hasil mutagenesis dengan transposon. Hasil mutagenesis dengan transposon menunjukkan bahwa gen kanamisin resisten (Km1) telah berhasil diintegrasikan ke dalam genom Pseudomonas sp. CRB17 melalui konjugasi diparental mating . Hal ini diketahui melalui kemampuan mutan Pseudomonas Perlakuan Rata-rata Panjang akar primer (cm) Rata-rata Jumlah akar Lateral Kecambah diinokulasi dengan Pseudomonas sp. CRB 17 21,4* 75* Kontrol (tanpa inokulasi dengan Pseudomonas sp CRB17) 11,4 32 sp CRB17 untuk tumbuh pada media King’S B yang ditambah dengan kloramfenikol dan kanamisin. Frekuensi transkonjugasi hasil transposon mutagenesis tersebut yang didapat dengan waktu inkubasi konjugasi selama 24 jam adalah sekitar 3,1 x 10 -5 sel per resipien. Frekuensi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Rukayadi (1998), yang mendapatkan frekuensi transkonjugasi pada Xanthomonas campestris sebesar 8,3 x 10 -6 menggunakan galur E. coli yang sama. Seleksi mutan Pseudomonas sp. CRB17 terhadap produksi IAA dilakukan terhadap 49 mutan hasil mutagenesis dengan transposon. Dari hasil seleksi diperoleh 21 transkonjugan yang menghasilkan IAA lebih tinggi daripada tipe liarnya, yaitu mengalami kenaikan produksi IAA hingga 77,52 % (Tabel 2). Hal ini diduga karena adanya penyisipan transposon di daerah represor dan mengakibatkan terjadinya perubahan pada gen-gen yang terlibat dalam regulasi biosintesis IAA sehingga produksi IAA menjadi meningkat (Pratiwi et al. , 2001). Transkonjugan I 3 diketahui merupakan mutan yang menghasilkan IAA paling tinggi dengan kenaikan produksi IAA hingga 77,52 % bila dibandingkan dengan tipe liarnya. Sementara itu, sebanyak 28 mutan menghasilkan IAA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tipe liarnya, yaitu dengan persentase penurunan hingga 55,31%. Salah satu transkonjugan, yaitu II 73 mengalami penurunan ( downregulated) sebanyak 55,31% (Tabel 3). Penurunan produksi IAA ini mungkin disebabkan oleh adanya penghambatan salah satu gen dalam produksi IAA. Tabel 2. Persentasi kenaikan IAA yang dihasilkan oleh mutan Pseudomonas sp CRB17 hasil mutagenesis dengan transposon Table 2. Percentage of IAA increase produced by transposon mutagenic Pseudomonas sp CRB17 Melalui mutagenesis dengan transposon ini tidak didapatkan mutan yang tidak menghasilkan IAA. Hal ini diduga karena banyaknya jalur sintesis yang digunakan dalam produksi IAA yang mungkin dimiliki oleh genus Pseudomonas. Jika salah satu jalur saja terhambat karena salah satu gen yang berperan dalam jalur tersebut tidak dapat diekspresikan akibat penyisipan transposon, maka bakteri penghasil IAA dapat mengambil jalur sintesis alternatif. Hal serupa juga ditemui dalam penelitian Pratiwi et al . (2001), yang mendapatkan mutan-mutan Azospirillum braziliense dengan produksi IAA lebih tinggi dan lebih rendah melalui mutagenesis dengan transposon. Kode Mutan Kenaikan produksi IAA (%) Kode Mutan Kenaikan produksi IAA (%) III 73 1,80 I 22 22,99 II 20 2,93 II 99 30,41 I 25 5,12 V 20 32,67 I 33 8,13 I 23 37,94 III 41 8,33 I 8 48,43 III 14 9,53 II 11 49,58 II 30 9,83 I 2 51,48 V 11 10,29 I 1 65,59 II 7 10,62 I 11 70,54 I 31 14,76 I 3 77,52 I 32 17,81 Tabel 3. Persentasi penurunan IAA yang dihasilkan oleh mutan Pseudomonas sp CRB17 hasil mutagenesis dengan transposon Table 3. Percentage of IAA decrease produced by transposon mutagenic Pseudomonas sp CRB17 ## Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui mutagenesis dengan transposon dapat dikonstruksi mutan Pseudomonas sp. CRB 17 penghasil IAA yang lebih tinggi daripada tipe liarnya. ## Ucapan Terima Kasih Penelitian ini didanai oleh Program Insentif Penelitian Dasar dari Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) Indonesia. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dan kepercayaan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini. ## Daftar Pustaka Dey R., Pal, K.K., Bhatt, D.M., and Chauhan, S.M. 2004. Growth promotion and yield enhancement of peanut ( Arachis hypogaea L.) by application of plant growth- promoting rhizobacteria. Microbiol. Res. , 159, 371-394. Garibaldi, A. 1967. Media for the enhancement of fluorescent pigment production by Pseudomonas species. J. Bacteriol. , 94, 1296-1299. Harayama, S., Lehrbach, P.R., and Timmis K.N. 1984. Transposon mutagenesis analysis of meta-cleavage pathway operon genes of the TOL plasmid of Pseudomonas putida mt-2. J. Bacteriol , 160, 251-255. Holt J.G. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 9 th Ed. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins. Kode Mutan Penurunan produksi IAA (%) Kode Mutan Penurunan Produksi IAA (%) I 18 2,66 III 52 22,79 II 41 4,39 III 2 30,12 II 4 7,68 I 26 31,47 III 20 8,64 III 11 32,94 I 16 10,39 II 83 33,71 II 23 11,37 V14 34,56 II 52 11,49 II 92 39,68 II 33 14,37 V 7 39,96 I 30 14,63 III 23 40,61 I 27 14,76 III 83 47,31 III 4 17,90 V 23 47,68 I 29 19,58 I 28 54,61 III 63 20,04 III 30 54,73 II 63 21,62 II 73 55,31 Holtwick, R., Meinhard, F., and Keweloh, H. 1997. Cis-trans isomerization of unsatturated fatty acids: cloning and sequencing of the cti gene from Pseudomonas putida P8. Appl. Environ. Microbiol . , 63, 4292-4297. Husen, E., dan Saraswati, R. 2003. Effect of IAA-producing bacteria on the growth of hot pepper. J. Mikrobiol. Indones. , 8, 22-26. Kapulnik, Y., Okon, Y. 2002. Plant growth promotion by rhizosphere bacteria. In Warsel Y, Eshel A, Kafkafi U (editor). Plant Roots: The Hidden Half . 3 rd Ed. New York: Marcel Dekker. hlm. 869-885. Manulis, S., Haviv-Chesner, A., Brandl, M.T., Lindow, S.E., and Barash, I. 1998. Differential involvement of Indole-3-Acetic Acid biosynthetic pathways in pathogenicity and epiphytic fitness of Erwinia herbicola pv. gypsophilae. Mol. Plant. Microbe. Interact. , 11, 634–642. Patten, C.L. and Glick, B.R. 2002. Role of Pseudomonas putida indoleacetic acid in development of the host plant root system. Appl. Environ. Microbiol , 68, 3795-3801. Pratiwi, E., Suwanto, A., Gunarto, L., and Adijuwana, H. 2001. Karakterisasi mutan biosintesis asam indol asetat pada Azospirillum lipoferum J21.4 yang dihasilkan dari mutagnesis transposon. Hayati , 8, 18-22. Premono, M.E. dan Widyastuti R. 1996. Status hara tanaman jagung yang diinokulasi dengan Pseudomonas putida L27A4A1. Hayati , 3, 55-60. Rukayadi, Y., Suwanto, A. dan Tjahjono B. 1998. Konstruksi plasmid yang mengandung situs Pac I dan Pme I untuk transposon mutagenesis pada Xanthomonas campestris . Hayati , 5, 79-85. Vande Broek, A., P. Gysegom, O. Ona, N. Hendrickx, E. Prinsen, J. Van Impe and J. Vanderleyden. 2005. Transcriptional analysis of the Azospirillum brasilense Indole-3- Pyruvate decarboxylase gene and identification of a cis-Acting sequence involved in auxin responsive expression. Mol. Plant. Mirobe. Interac , 18, 311–323. Wahyudi, A.T. 2000. Inverse polymerase chain reaction. Hayati , 7, 121-123. Wahyudi, A.T. 2001. Perpustakaan gen: bagaimana mengkonstruksinya. Hayati , 8, 27-30. Wahyudi, A.T. 2005. Konstruksi pustaka genom Magnetospirillum magneticum AMB-1 dan penapisan gen yang terlibat dalam sintesis magnetosom. Hayati , 10, 91-95.
50975e12-df06-4d9c-83de-e4f88601a560
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/download/5076/4238
Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2023 e-ISSN: 2684-8988 p-ISSN: 2684-8996 DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v5i1.5076 ## PEMANFAATAN TEKNOLOGI ROBOT DALAM PENINGKATAN KUALITAS TIDUR DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA Ida Faridah¹, Rr. Tutik Sri Hariyati², Etty Rekawaty 3 Universitas Indonesia 1,2,3 [email protected] 1 ## ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk menjawab apakah perkembangan teknologi robotik dapat mengatasi masalah gangguan tidur dan menurunkan risiko jatuh pada lansia. Metode penelitian yang digunakan adalah literatur review non systemic yang membahas teknologi robotik dalam pelayanan lansia. Hasil penlitian menunjukkan dari review 7 jurnal, penggunaan teknologi robotik dalam pemberian asuhan pada lansia sangat bermanfaat. Teknologi ini juga mampu mengurangi masalah pada lansia salah satunya gangguan tidur dan risiko jatuh. Pemanfaatan teknologi ini bukan hanya bermanfaat bagi lansia saja namun juga bermanfaat bagi care giver/ pemberi asuhan . Simpulan , pemanfaatan teknologi robotik pada area pelayanan geriatri baik di lingkungan rumah maupun rumah sakit atau panti jompo dapat mengurangi risiko kesehatan yang terjadi pada lansia. Kata Kunci : Older Adult, Robots ## ABSTRACT This research aims to answer whether the development of robotic technology can overcome the problem of sleep disorders and reduce the risk of falls in the elderly. The research method used is a non-systemic literature review that discusses robotic technology in elderly care. The research results show that from a study of 7 journals, the use of automated technology in providing care for older adults is beneficial. This technology is also able to reduce problems in older adults, one of which is sleep disturbance and the risk of falling. The use of this technology is not only beneficial for older adults but also beneficial for caregivers. In conclusion, using robotic technology in the senior service area, both at home and in hospitals or nursing homes, can reduce health risks in the elderly. ## Keywords: Older Adult, Robots ## PENDAHULUAN Pada abad 21 pemanfaatan teknologi tidak dapat dipisahkan dari seluruh sendi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang sangat pesat memungkinkan manusia mengembangkan beberapa fungsi lain dari teknologi diantaranya adalah perkembangan teknologi dibidang kesehatan. Teknologi diharapkan membantu memecahkan masalah kesehatan dan memprediksi kemungkinan adanya gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Pemanfaatan teknologi robotik pada pelayanan keperawatan geriatri semakin berkembang seiring meningkatnya jumlah lansia di dunia. Hasil penelitian Pu et al., (2019) menunjukkan bahwa robot sosial tampaknya memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lanjut usia. Hasil yang dikumpulkan menunjukkan bahwa robot sosial mungkin memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas hidup orang lanjut usia yang dilaporkan secara mandiri dan dilaporkan oleh staf, namun hasilnya tidak signifikan secara statistik. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa intervensi robot sosial memberikan efek positif terhadap kualitas hidup (Bemelmans et al., 2015). Selain itu, dibandingkan dengan kondisi kontrol, tingkat kualitas hidup yang dinilai lebih tinggi diamati pada penderita demensia setelah berinteraksi dengan robot sosial, namun efek ini terbatas pada mereka yang menderita demensia lanjut (Jøranson et al., 2016; Soler et al., 2015). Tinjauan ini menunjukkan bahwa robot sosial meningkatkan kegelisahan dan kecemasan, namun hasilnya tidak signifikan secara statistik. Meskipun tidak ada efek nyata yang ditemukan pada gejala neuropsikiatri, sikap apatis, dan depresi, wawancara sebelumnya dengan orang lanjut usia menyebutkan bahwa robot sosial dapat membantu mereka melewati “hari-hari suram” (Šabanović et al., 2015). Berdasarkan perkiraan WHO mengenai tren peningkatan jumlah lansia di banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara yang menghadapi tren tersebut. Badan Pusat Statistik merilis data jumlah penduduk lanjut usia berdasarkan sensus penduduk pertengahan tahun 2016, memperkirakan jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) di Indonesia berjumlah 22.630.882 jiwa. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 31.320.066 pada tahun 2022 (Kemenkes RI, 2022). CDC (2021) mengumumkan inisiatif baru yang penting untuk mencegah jatuh dan cedera jatuh pada lansia. Setiap tahun lebih dari satu dari empat orang lansia (usia 65 tahun ke atas) mengalami jatuh, mengakibatkan 3 juta kunjungan ke unit gawat darurat, 950.000 orang dilakukan rawat inap, dan 32.000 kematian. Banyak dari insiden jatuh sebenarnya dapat dicegah. Bersama-sama, Amgen dan CDC Foundation, dengan sumber daya teknis yang dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), akan mengembangkan proyek pencegahan jatuh yang mudah digunakan untuk lansia dan pengasuh mereka. Seperti diketahui lansia memiliki beberapa penurunan fungsi tubuh hingga multikomorbid. Hal ini membutuhkan perhatian dan penanganan khusus. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi adalah gangguan tidur dan risiko jatuh baik di rs maupun di rumah. Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya untuk mengembangkan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dalam mengatasi gangguan tidur dan menurunkan risiko. Studi literatur ini dilakukan untuk menjawab apakah perkembangan teknologi robotik dapat mengatasi masalah gangguan tidur dan menurunkan risiko jatuh pada lansia. ## METODE PENELITIAN Studi ini menggunakan metode Literatur review non systemic yang membahas topik dengan 2 (dua) kategori kata kunci yaitu : 1. Robots; 2. Older adults. Jurnal akademik ditelusuri menggunakan online database yaitu Scopus, ProQuest pada rentang tahun 2018-2022. ## HASIL PENELITIAN Tabel. 1 Rincian Jurnal untuk Literatur Review Identitas Jurnal Metode Penelitian Hasil Penelitian Park, S., & Kim, B. (2022). The Impact of Everyday Ai- Based Smart Speaker Use on the Well-Being of Older Adults Living Alone Single grup Longitudinal Study Studi ini tidak menemukan perubahan tingkat depresi yang signifikan pada lansia yang lebih sering menggunakan AI Speaker daripada yang kadang-kadang menggunakan. Namun ditemukan penggunaan AI Speaker tinggi pada lansia dengan tingkat kesepian yang tinggi Chen, S. C., Davis, B. H., Kuo, C. Y., Maclagan, M., Chien, C. O., & Lin, M. F. (2022). Can the Paro be my Buddy? Meaningful Experiences from the Perspectives of Older Adults Riset kualitatif dengan Metode Quasi Eksperimen Pada studi ini menemukan adanya interaksi positif dengan Paro yang mengakibatkan rasa kesepian dan kebosanan pada lansia berkurang. Lansia didapatkan mampu mengembangkan hubungan interaksi positif dengan Paro Liu, S. X., Shen, Q., & Hancock, J. (2021). Can a Social Robot be Too Warm or Too Competent? Older Chinese Adults Perceptions of Social Robots and Vulnerabilities Metode Kuesioner dan Metode Pengambilan Sampel Probabilitas Bertingkat. Desain robot yang menunjukkan kompetensi yang lebih rendah (seperti tampilan seperti mesin dan tampilan android yang lebih sedikit), lebih dihargai daripada desain yang menunjukkan kompetensi lebih. Kekhawatiran dan kecemasan masyarakat umum tentang robot sosial dan AI telah tercermin dalam wacana media arus utama. Temuan penelitian memberikan gambaran antusiasme dan harapan lansia. Namun semakin baik teknologinya, semakin rentan orang secara sosial dan psikologis. Søraa, R. A., Nyvoll, P., Tøndel, G., Fosch- Villaronga, E., Serrano, J. A. (2021). The Social Dimension of Domesticating Technology: Interactions between Older Adults, Caregivers, and Robots in the Home Metode Wawancara Komprehensif Penelitian menunjukkan bahwa teknologi robot memiliki potensi untuk membawa manusia berinteraksi lebih dekat. Memfasilitasi akses ke teknologi yang membantu mengurangi kesepian dan menjembatani kesenjangan antara kerabat sehingga dapat memberikan rasa aman ekstra bagi anggota keluarga dan staf layanan kesehatan, Obayashi, K., Kodate, N., & Masuyama, S. (2022). Can Connected Technologies Improve Sleep Quality and Safety of Older Adults and Care-Givers? An Evaluation Study of Sleep Monitors and Communicative Robots at a Residential Care Home in Japan Penelitian Kualitatif dengan Metoda Wawancara Semi Terstruktur Berdasarkan temuan, SBV memungkinkan kondisi lansia saat tidur dapat termonitor, terekam dan dapat dinilai secara terus menerus terutama di malam hari. Hal ini memudahkan pemberi asuhan untuk memprioritaskan kunjungan pada lansia yang lebih membutuhkan, dan ini menghasilkan pengurangan tingkat stress terkait shift malam Schweinberger, S. R., Pohl, M., & Winkler, P. (2020). Autistic Traits, Personality, and Evaluations of Humanoid Robots by Young and Older Adults Penelitian dengan Kuesioner Adanya korelasi positif antara rentang dari AQ dan sifat autistik. Korelasi sangat menonjol pada lansia dibandingkan dengan orang dewasa muda, korelasi positif antara rentang dari AQ dan sifat autistik signifikan pada lansia, dan korelasi ini juga secara signifikan lebih besar jika dibandingkan langsung dengan orang dewasa muda. Secara keseluruhan, temuan ini memberikan beberapa bukti awal untuk pola hubungan yang berbeda antara ciri-ciri autis dan faktor kepribadian Big-Five pada lansia. Deutsch, I., Erel, H., Paz, M., Hoffman, G., & Zuckerman, O. (2019). Home robotic Devices for Older Adults: Opportunities and Concerns Riset Kualitatif dengan Teknik Wawancara Pada studi ini didapatkan penerimaan lansia sehat terhadap berbagai jenis desain robot rumahan tergantung dari aspek bentuk robot dan kemampuan fungsi robot memenuhi kebutuhan fungsional lansia. Berdasarkan review 7 jurnal, Penggunaan teknologi Robotik dalam pemberian asuhan pada lansia sangat bermanfaat. Teknologi ini juga mampu mengurangi masalah pada lansia salah satunya gangguan tidur dan risiko jatuh. Pemanfaatan teknologi ini bukan hanya bermanfaat bagi lansia saja namun juga bermanfaat bagi care giver/ pemberi asuhan. ## PEMBAHASAN Lansia mengalami perubahan fisiologi yang khas termasuk penurunan fungsi ginjal dan aliran darah hepatic, penurunan massa otot tubuh, bersamaan dengan penurunan cairan total tubuh dan peningkatan jaringan adiposa, kesemuanya berpotensi mengubah kemampuan tubuh berespon terhadap kemungkinan jatuh. Studi Literatur review ini menguji kegunaan sistem terhubung Sheet Shape Body Vibrometer / SBV dengan menguji efektivitasnya di antara dua jenis pengguna (lansia dan pemberi asuhan profesional) di panti jompo di Jepang. Untuk parameter tidur diselidiki untuk melihat apakah ada perubahan dari waktu ke waktu dan berdampak pada kualitas hidup lansia. Sebagai pengukuran kualitas hidup, metode The International Resident Assessment Instrument for Long Term Care Facilities/ interRAI digunakan sebagai alat penilaian yang komprehensif, rencana perawatan yang juga dibuat untuk semua lansia. Dan studi juga menguji tingkat kelelahan di antara para profesional perawatan selama shift malam sebelum dan setelah intervensi (Liu et al., 2021; Obayashi et al., 2020). Penggunaan teknologi yang lain pada Gerontechnology adalah penggunaan speaker pintar berbasis Artificial Intelegence/ Al yang dikaitkan dengan penurunan depresi dan kesepian pada lansia. Perubahan depresi dari waktu ke waktu signifikan baik pada pengguna speaker AI yang sering maupun yang jarang. Kesepian meningkat pada tindak lanjut pada pengguna yang sering. frekuensi penggunaan Al pembicara dan efeknya pada depresi dan kesepian pada lansia yang hidup sendiri harus dipertimbangkan dalam intervensi psikologis di masa depan (Park & Kim, 2022; Deutsch et al., 2019). Terapi dengan bantuan robot merupakan pengobatan yang berpotensi berguna untuk demensia karena memiliki keuntungan dalam meningkatkan suasana hati, mendorong interaksi sosial dan komunikasi (Bevilacqua et al., 2023). Penggunaan teknologi robotik untuk menghilangkan tekanan emosional yang dapat mengganggu pola tidur adalah robot sosial. Paro sebuah robot sosial meskipun fungsi Paro memiliki beberapa batasan, seperti kurang berbicara, sebagian besar peserta menyatakan bahwa pengalaman itu positif. Temuan ini mengungkapkan bahwa pengalaman bermakna yang diungkapkan oleh peserta pada akhir intervensi dengan Paro mungkin memberikan nilai persahabatan dan meningkatkan hubungan interpersonal untuk lansia dalam keperawatan geriatri (Chen et al., 2022; Søraa et al., 2021). Robot sosial dapat membantu meningkatkan interaksi sosial, yang selanjutnya dapat merangsang keterlibatan antar anggota kelompok dan oleh karena itu mengurangi interaksi sosial. kesepian (Chu et al., 2017; Moyle et al., 2017). Jenis teknologi yang dirasakan nyaman oleh para lansia terkait ketika robot sosial memenuhi kebutuhan lansia untuk mengurangi risiko kesehatan lansia. Ditemukan bahwa bahwa ikatan sosial dan cara yang berbeda dalam menggunakan ekosistem teknologi yang sama sangat penting, jadi teknologi robot dibuat menjadi lebih friendly dalam bentuk dan juga kemampuan nya dan lansia menilai robot lebih disukai. Dibandingkan dengan orang dewasa muda, lansia juga menunjukkan tingkat sifat autis yang jauh lebih tinggi (khususnya dalam subskala interaksi sosial AQ), tingkat kesadaran yang lebih tinggi, dan tingkat keterbukaan yang lebih rendah. Dan adanya korelasi positif yang kuat antara peringkat kesukaan dan kemiripan robot dengan manusia di seluruh kelompok, dan khususnya pada peserta dengan sifat autistik tingkat tinggi. Evaluasi terhadap seluruh robot yang baik oleh lansia menunjukkan potensi lansia untuk mendapatkan keuntungan dari robot sosial (Schweinberger et al., 2019). ## SIMPULAN Pemanfaatan teknologi robotik pada area pelayanan geriatri baik di lingkungan rumah maupun rumah sakit atau panti jompo dapat mengurangi risiko kesehatan yang terjadi pada lansia. Terutama pada lansia yang memiliki risiko jatuh tinggi dan yang mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh penyakit komorbid atau gangguan psikologis seperti depresi. Teknologi ini juga sangat bermanfaat bagi para pemberi asuhan informal/ keluarga dan pemberi asuhan formal/ tenaga profesional karena mampu mengurangi tingkat stress saat memberikan asuhan. ## SARAN Diharapkan teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh setiap lansia khususnya dalam pemanfaatan robot dalam meningkatkan kualitas tidur dan pencegahan jatuh pada lansia. ## DAFTAR PUSTAKA Bemelmans, R., Gelderblom, G. J., Jonker, P., & de Witte, L. (2015). Effectiveness of Robot Paro in Intramural Psychogeriatric Care: A Multicenter Quasi-Experimental Study. Journal of the American Medical Directors Association , 16 (11), 946–950. https://doi.org/10.1016/j.jamda.2015.05.007 Bevilacqua, R., Maranesi, E., Felici, E., Margaritini, A., Amabili, G., Barbarossa, F., Bonfigli, A. R., Pelliccioni, G., & Paciaroni, L. (2023). Social Robotics to Support Older People with Dementia: A Study Protocol with Paro Seal Robot in an Italian Alzheimer's Day Center. Frontiers in Public Health , 11 , 1141460. https://doi.org/10.3389/fpubh.2023.1141460 CDC. (2020). Foundation Launches National Program to Educate Older Adults and Caregivers about Preventing Falls and Fall Injuries. https://www.cdcfoundation.org/supporting- cdc?gclid=Cj0KCQjwi7GnBhDXARIsAFLvH4kP6H-6O--OsUpt04NC- r8ioVLTNwwE7nAP37PtfW75_eD7pEQDQhEaAgxYEALw_wcB Chen, S. C., Davis, B. H., Kuo, C. Y., Maclagan, M., Chien, C. O., & Lin, M. F. (2022). Can the Paro be my Buddy? Meaningful Experiences from the Perspectives of Older Adults. Geriatric Nursing (New York, N.Y.) , 43 , 130–137. https://doi.org/10.1016/j.gerinurse.2021.11.011 Chu, M. T., Khosla, R., Khaksar, S. M., & Nguyen, K. (2017). Service Innovation Through Social Robot Engagement to Improve Dementia Care Quality. Assistive Technology : The Official Journal of RESNA , 29 (1), 8–18. https://doi.org/10.1080/10400435.2016.1171807 Deutsch, I., Erel, H., Paz, M., Hoffman, G., & Zuckerman, O. (2019). Home robotic Devices for Older Adults: Opportunities and Concerns. Computers in Human Behavior, 98, 122-133. https://doi.org/10.1016/j.chb.2019.04.002 Jøranson, N., Pedersen, I., Rokstad, A. M., & Ihlebaek, C. (2016). Change in Quality of Life in Older People with Dementia Participating in Paro-Activity: A Cluster- Randomized Controlled tRial. Journal of Advanced Nursing , 72 (12), 3020–3033. https://doi.org/10.1111/jan.13076 Kemenkes RI. (2022). Lansia Berdaya, Bangsa Sejahtera. https://www.kemkes.go.id/article/print/22111500004/2022-lansia-berdaya-bangsa- sejahtera.html#:~:text=Badan%20Pusat%20Statistik%20merilis%20data,066%20ji wa%20pada%20tahun%202022 Liu, S. X., Shen, Q., & Hancock, J. (2021). Can a Social Robot be Too Warm or Too Competent? Older Chinese Adults’ Perceptions of Social Robots and Vulnerabilities. Computers in Human Behavior, 125, 106942. https://doi.org/10.1016/j.chb.2021.106942 Moyle, W., Bramble, M., Jones, C. J., & Murfield, J. E. (2019). "She Had a Smile on Her Face as Wide as the Great Australian Bite": A Qualitative Examination of Family Perceptions of a Therapeutic Robot and a Plush Toy. The Gerontologist , 59 (1), 177– 185. https://doi.org/10.1093/geront/gnx180 Obayashi, K., Kodate, N., & Masuyama, S. (2022). Can Connected Technologies Improve Sleep Quality and Safety of Older Adults and Care-Givers? An Evaluation Study of Sleep Monitors and Communicative Robots at a Residential Care Home in Japan. Technology in Society, 62 (3), 645-656. https://doi.org/10.1007%2Fs12369-021- 00815-4 Park, S., & Kim, B. (2022). The Impact of Everyday Ai-Based Smart Speaker Use on the Well-Being of Older Adults Living Alone. Technology in Society, 71, 102133. https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2022.102133 Pu, L., Moyle, W., Jones, C., & Todorovic, M. (2019). The Effectiveness of Social Robots for Older Adults: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Studies. The Gerontologist , 59 (1), e37–e51. https://doi.org/10.1093/geront/gny046 Šabanović, S., Chang, W. L., Bennett, C. C., Piatt, J. A., & Hakken, D. (2015). A Robot of My Own: Participatory Design of Socially Assistive Robots for Independently Living Older Adults Diagnosed with Depression. Paper Presented at the Human Aspects of IT for the Aged Population. Design for Aging: First International Conference, ITAP 2015, Held as Part of HCI International 2015, 104-114. doi:10.1007/978-3-319- 20892-3_11 Schweinberger, S. R., Pohl, M., & Winkler, P. (2020). Autistic Traits, Personality, and Evaluations of Humanoid Robots by Young and Older Adults. Computers in Human Behavior, 106, 106256. https://doi.org/10.1016/j.chb.2020.106256 Soler, M. V., Agüera-Ortiz, L., Rodríguez, J. O., Rebolledo, C. M., Muñoz, A. P., Pérez, I. R., Ruiz, E. O., Sánchez, A. B., Cano, V. H., Chillón, L. C., Ruiz, S. F., Alvarez, J. L., Salas, B. L., Plaza, J. M. C., Rico, F. M., Dago, G. A., & Martín, P. M. (2015). Social Robots in Advanced Dementia. Frontiers in Aging Neuroscience , 7 , 133. https://doi.org/10.3389/fnagi.2015.00133 Søraa, R. A., Nyvoll, P., Tøndel, G., Fosch-Villaronga, E., Serrano, J. A. (2021). The Social Dimension of Domesticating Technology: Interactions between Older Adults, Caregivers, and Robots in the Home. Technological Forecasting and Social Change, 167, 120678. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2021.120678
5870040d-4ee2-48f1-b78a-0c3b96b50a4b
http://jurnal.pnk.ac.id/index.php/flash/article/download/207/130
## JURNAL ILMIAH FLASH Vol. 4 No. 1, Halaman: 24 - 36 Juni 2018 ## E-HEALTH (ELECTRONIC HEALTH) SOLUTION PUSKESMAS UNTUK MENENTUKAN STATUS KESEHATAN IBU DAN ANAK Petrisia Widyasari Sudarmadji 1 , Yohanes Suban Peli 2 , dan Lita Alfriany Ndoloe 3 1,2,3 Politeknik Negeri Kupang Jl. Adisucipto – Penfui Kupang NTT E-mail: [email protected] ## Abstrak Hasil evaluasi kesehatan dalam menentukan status kesehatan ibu dan anak pada puskesmas-puskesmas mengalami masalah yang sangat berpengaruh signifikan, berupa masukan ( input ) melalui kegiatan pengumpulan data yang di catat dalam lebih dari satu register dan pada ( proses) belum menggunakan manajemen basis data serta luaran ( output ) berupa informasi laporan bulanan yang dilaporkan tidak tepat waktu. Penelitian ini bertujuan menghasilkan Rancang Bangun Aplikasi E-Health Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu Dan Anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : metode kualitatif untuk membantu proses identifikasi pada setiap tahapan dalam metodologi dan pengembangan aplikasi perangkat lunak ; serta menggunakan metode perancangan analisis terstruktur yaitu ERD ( Entity Relationship Diagram ) dalam menggambarkan model data hingga mengimplementasikannya berupa source code dalam bentuk aplikasi perangkat lunak, dan metode sistem development life cycle dalam perancangan basisdata . Dengan ini peneliti tertarik mengajukan judul penelitian : “Rancang Bangun Aplikasi E-Health Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu Dan Ana k”. Kata kunci : e-health solution , perangkat lunak, puskesmas ## PENDAHULUAN Istilah E-health terdiri dari “E ( electronic )” yang berarti elektronik dan “ health ” yang berarti kesehatan masyarakat secara umum. Secara umum, pengertian e- health adalah suatu layanan masyarakat dalam bentuk aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terhubung dengan keseluruhan elemen fungsional pendukung sektor kesehatan sebagai basis pengetahuannya. Dalam bidang medis, teknologi telekomunikasi pada mulanya adalah teknologi analog yang digunakan untuk komunikasi antara pasien dan dokter, layanan rumah sakit dan pertukaran data electrodiagrams . Pada masa ini, teknologi tersebut kemudian dikenal dengan istilah telemedicine . Penerapan teknologi masih terkendala pada keterbatasan lebar pita ( bandwith ) jalur komunikasi, sehingga masih banyak diperlukan penyempurnaan dari berbagai macam aspek. Di- Indonesia penggunaan teknologi informasi untuk bidang kesehatan diatur dalam UU no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dimana untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor. Penerapan e-health di asumsikan dalam beberapa bidang prioritas diantaranya rumahsakit, puskesmas, layanan kesehatan pemerintahan dan layanan kesehatan swasta. Penerapan e-health bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan manajemen kesehatan, pelayanan kesehatan, identifikasi kesehatan serta efisiensi peningkatan derajat kesehatan. Dalam kaitannya dengan penerapan e-health maka peneliti memprioritaskan masalah pada layanan kesehatan puskesmas dengan memformulasikan e-health sebagai solution dalam menentukan status kesehatan ibu dan anak. Puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat memiliki visi yang harus di wujudkan yaitu visi pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat terdapat empat (4) indikator utama yaitu Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat, Cakupan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, dan Derajat kesehatan penduduk kecamatan. Dalam upaya mencapai visi puskesmas tersebut maka puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki tiga(3) fungsi yaitu : sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, dan sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya puskesmas merupakan wujud dari pelaksanaan ketiga fungsi puskesmas diatas, dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1). Upaya kesehatan wajib meliputi promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan; 2).Upaya kesehatan pengembangan yang merupakan upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang di sesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Segala upaya yang dilaksanakan tentunya harus memiliki indikator untuk mengukur keberhasilan berupa evaluasi. Salah satu bidang fokus yang di teliti adalah evaluasi kesehatan ibu dan anak, yakni pemantauan perkembangan pelayanan KIA di tempat pelayanan. Evaluasi hasil KIA dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA, kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0-7) hari, rekapitulasi pelacakan kematian neonatal, pemantauan wilayah setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA indikator anak serta laporan bulanan standar pelayanan minimal (SPM) KIA. Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa yang menjadi permasalahan utama dalam menentukan status kesehatan ibu dan anak (KIA) periode bulanan adalah : data dan informasi yang dihimpun dan dicatat oleh bidan secara manual yang berakibat laporan yang dibuat terlambat dan tidak akurat serta belum adanya basisdata mengakibatkan sulitnya mencari data yang dibutuhkan terutama untuk kebutuhan evaluasi kegiatan program di puskesmas seperti ketersediaan data dan informasi yang relevan sesuai kebutuhan organisasi. Hal-hal tersebut menyebabkan penentuan status kesehatan ibu dan anak menjadi tidak akurat sehingga di asumsikan bahwa tindakan yang harus diterapkan juga akan menjadi masalah lanjutan sehingga upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak tidak tercapai secara optimal. Dengan demikian, rancang bangun aplikasi e-health solution akan menjadi aplikasi teknologi yang memperbaiki sistem pelayanan dan evaluasi status kesehatan ibu dan anak dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. E-health solution akan memperbaiki sistem pengelolaan data kegiatan KIA (kesehatan ibu dan anak) yang meliputi pengumpulan ( input ), pengolahan ( proces ), dan penyajian ( output ). “ Rancang Bangun Aplikasi E-Health (electronic health) Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu Dan Anak” menemukan beberapa permasalahan yakni : ( input ) didalam pengumpulan data di identifikasi bahwa pengumpulan data KIA dicatat lebih dari satu register serta pengumpulan data dilakukan secara manual dan belum menggunakan basisdata; pada bagian ( process) masih menggunakan “ paper base ” mengakibatkan pencarian kembali data yang dibutuhkan memerlukan waktu yang lama dan terjadi penumpukan arsip dari tahun sebelumnya; pada bagian (output) diketahui bahwa informasi dan data yang diperoleh dan menghasilkan sebuah laporan bulanan dilaporkan tidak tepat waktu sehingga kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan KIA dalam peranan menentukan status kesehatan ibu dan anak mengalami hambatan. Temuan yang ditargetkan pada penelitian ini adalah menemukan suatu inovasi informasi teknologi (IT) yang dapat menjadi parameter pada evaluasi kesehatan secara berkala di PUSKESMAS yang dirancang dan di implementasikan berupa aplikasi elektronik kesehatan sebagai solusi dalam menentukan status kesehatan ibu dan anak (KIA). Aplikasi e-health solution ini diharapkan dapat membantu praktisi medis dalam mengevaluasi kesehatan karena memenuhi kriteria efisien, efektif, akurat serta mudah digunakan ( user friendly ). ## METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode kualitatif : untuk membantu proses identifikasi pada setiap tahapan dalam metodologi dan pengembangan aplikasi perangkat lunak. 2. Metode perancangan analisis terstruktur yaitu ERD ( Entity Relationship Diagram ) dalam menggambarkan model data hingga mengimplementasikannya berupa source code dalam bentuk aplikasi perangkat lunak. 3. Metode sistem development life cycle , metode ini biasanya disebut dengan macro life cycle , untuk perancangan basisdata. Adapun studi pendahuluan yang telah dilaksanakan berupa survey awal, pada kegiatan penelitian ini dan telah di deskripsikan dalam fishbone diagram berikut ini : E-Health (Electronic health) Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu dan Anak Sudarmadji 1 , Peli 2 , dan Ndoloe 3 2 6 ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## HASIL Hasil perancangan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan langkah – langkah berikut : 1. Diagram Konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Ia akan memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem di batasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses, tidak boleh ada store dalam diagram konteks. Tahapan – tahapan proses melalui penggambaran diagram konteks yaitu : 2. Daftar Kejadian Daftar kejadian menunjukkan interaksi input, output, proses dan data store untuk kejadian tersebut. Dengan adanya penggambaran daftar kejadian untuk tiap proses, pengguna tidak akan kesulitan dengan ukuran keseluruhan sistem. Kejadian – kejadian pada aplikasi e- health solution puskesmas adalah :  Pendataan data master ( data yang cenderung tidak berubah ) seperti data kecamatan, data puskesmas, data desa, data proyeksi penduduk, data petugas, data vitamin, data imunisasi, data tempat pelayanan, data calon ibu atau ibu.  Transaksi adalah pencatatan data dari pengelola data KIA dan penanggung jawab program KIA.  Pelaporan meliputi laporan bulanan KIA, laporan bulanan PWS KIA anak, laporan bulanan PWS ibu, laporan bulanan SPM KIA, laporan bulanan kelahiran dan kematian, laporan bulanan penemuan kasus BBLR, laporan bulanan penemuan kasus tetanus neonatorum, laporan bulanan kematian ibu, laporan bulanan register perinatal 0-7 hr, laporan bulanan pelacakan kematian neonatal. 3. DFD (Diagram Flow Data) Setelah diagram konteks di gambarkan, maka diagram konteks di turunkan dalam bentuk yang lebih rinci dengan mendefinisikan proses apa saja yang terdapat dalam sistem yaitu DAD level 0. DAD level 0 merupakan perluasan dari diagram konteks, sehingga hanya menggambarkan antar mula, antar organisasi atau unit. Gambar. Diagram Flow Data Level 0 Berdasarkan hasil analisa diagram level 0 maka di sajikan 3 proses untuk mendukung evaluasi program KIA yaitu : 1) Proses pendataan Pada proses pendataan, petugas pendaftaran mengisi master berupa data calon ibu atau ibu dan di teruskan kepada petugas pengelola data KIA mengisi master kecamatan, proyeksi penduduk, petugas, vitamin, imunisasi dan tempat pelayanan. 2) Proses transaksi Pada proses ini, di lakukan pendataan di bagian pengelola data KIA dan penanggung jawab KIA berupa daftar hasil pemeriksaan pelayanan kesehatan ibu dan anak untuk menentukan status kesehatan ibu dan anak. 3) Proses pelaporan Pembuatan laporan bulanan yang berisi laporan-laporan untuk evaluasi program KIA dan masing-masing proses akan di turunkan ke level 1. Rancangan Input dan Output Masukan atau input merupakan langkah awal di mulainya proses informasi. Rancangan input bertujuan untuk memberikan bentuk- bentuk masukan di dokumen dan di layer ke sistem informasi. Bahan mentah dari informasi adalah data yang terjadi pada transaksi- transaksi yang di lakukan oleh organisasi. Dari hasil transaksi merupakan masukan untuk sistem informasi. Hasil rancangan input pada aplikasi e-health solution puskesmas meliputi rancangan input bagian pendaftaran, bagian pengelola data KIA dan penanggung jawab program KIA yaitu : data ibu atau calon ibu, data kecamatan, data desa,data puskesmas, data proyeksi penduduk, data petuhas, data vitamin, data imunisasi, data tempat pelayanan, data PWS KIA anak, data PWS KIA ibu, data SPM KIA, data kelahiran kematian, data kasus BBLR, data penemuan kasus tetanus neonatarum. Di bawah ini adalah tabel rancangan input untuk aplikasi e- health solution puskesmas dalam menentukan status kesehatan ibu dan anak. Gambar. Rancangan Input Formulir Pendaftaran Gambar . Rancangan Output Laporan Bulanan Penentuan Status Kesehatan Ibu dan Anak E-Health (Electronic health) Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu dan Anak Sudarmadji 1 , Peli 2 , dan Ndoloe 3 2 8 Rancangan Output Laporan Bulanan PWS KIA Indikator Anak Rancangan Output Laporan Bulanan PWS KIA Indikator Ibu ## Rancangan Dialog Antar Muka Rancangan dialog antar muka ( interface ), merupakan rancang bangun dari dialog antara user dengan komputer. Dialog ini terdiri dari proses masukan data ke dalamnya ( input ), menampilkan keluaran ( output ) informasi, atau dapat keduanya. Adapun rancangan antar muka tersebut adalah : Gambar Rancangan Dialog Antar Muka ## Rancangan Basis Data Suatu basis data yang dibangun seharusnya bisa reliabel dengan penyimpanan data yang mempunyai integrasi tinggi untuk meningkatkan kepercayaan dari pengguna data serta bisa adaptasi dan di tingkatkan untuk suatu permintaan atau aplikasi yang baru dan tidak terduga. Untuk merancang basis data, analis perlu mendefinisikan terlebih dahulu file-file yang di perlukan oleh sistem. Tahapan proses perancangan basis data untuk aplikasi e-health solution adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan Model Data E-R (Entity- Relationship) - Mengidentifikasi dan menetapkan seluruh himpunan entitas yang akan terlibat serta menentukan atribut-atribut key dari masing-masing himpunan entitas. Entitas- entitas yang di himpun masih dalam tahap identifikasi sehingga perlu di analisis lebih lanjut sampai implementasi tabel yang sebenarnya. Tabel 4.1 Himpunan Entitas Aplikasi E-Health Solution - Menentukan atribut-atribut key dari masing-masing himpunan entitas. Tabel 4.2 Himpunan Primary Key Masing – masing Entitas Entitas pada tabel 4.2 terdapat atribut- atribut key yang sudah termasuk superkey tetapi masih bersifat sementara karena untuk menentukan apakah atribut benar-benar bisa dijadikan key atau tidak di perlukan tahap uji yaitu dengan menggunakan ketergantungan fungsional. - Mengidentifikasikan dan menetapkan seluruh himpunan relasi di antara himpunan entitas yang ada, serta menentukan derajat atau kardinalitas relasi untuk setiap himpunan relasi. Relasi – relasi yang terjadi antar entitas antara lain : 1. Relasi antara kecamatan, puskesmas E-Health (Electronic health) Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu dan Anak Sudarmadji 1 , Peli 2 , dan Ndoloe 3 30 Gambar 4.15 Relasi Antara Kecamatan, Puskesmas Pada proses pendaftaran pasien, kunjungan awal ke puskesmas akan menyebutkan tempat tinggal dengan lengkap yaitu nama jalan, RT, RW, nama desa dan kecamatan dan puskesmas yang menjadi wilayahnya. Satu kecamatan ada yang memiliki lebih dari satu puskesmas sehingga kardinalitasnya adalah one to many . 2. Relasi Desa (R2) Gambar 4.16 Relasi Desa Pada proses pendaftaran pasien, kunjungan awal ke puskesmas akan menyebutkan tempat tinggal dengan lengkap yaitu nama jalan, RT, RW, nama desa dan kecamatan dan puskesmas yang menjadi wilayahnya dan ada ketergantungan kecamatan, puskesmas dan desa sehingga kardinalitasnya adalah one to many . 3. Relasi Ibu Hamil (R3) Gambar 4.17 Relasi Ibu Hamil Pada proses pendataan calon ibu, di identifikasi bahwa setiap calon ibu dalam satu periode akan hamil satu periode sehingga kardinalitasnya adalah many to one . 4. Relasi Persalinan (R4) Gambar 4.18 Relasi Ibu Persalinan Pada proses pendataan waktu kunjungan, calon ibu atau ibu di tangani oleh petugas untuk dilakukan pelayanan persalinan dan ketiga entitas membentuk relasi persalinan yaitu relasi antara calon ibu, petugas dan tempat pelayanan. Calon ibu atau ibu dapat dilayani banyak petugas dan tempat pelayanan sehingga kardinalitasnya adalah many to many . 5. Relasi Bayi (R5) Gambar 4.19 Relasi Ibu Bayi Pada relasi bayi, proses persalinan oleh seorang ibu bisa di tangani oleh banyak petugas dan banyak tempat sehingga kardinalitasnya adalah many to many. 6. Relasi Kunjungan Ibu (R6) Gambar 4.20 Relasi Kunjungan Ibu Pada proses pendataan kunjungan ibu : seorang calon ibu mendapat imunisasi dan vitamin yang dapat di layani oleh banyak petugas, sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 7. Relasi Kunjungan Bayi (R7) Gambar 4.21 Relasi Kunjungan Bayi Pada proses pendataan ini : kunjungan bayi dilakukan calon ibu ketika bersalin dan dapat di layani oleh banyak petugas sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 8. Relasi PWS KIA Anak (R8) Gambar 4.22 Relasi PWS KIA Anak Pada proses pendataan PWS KIA Anak : kunjungan bayi dilakukan oleh calon ibu ketika bersalin dan di lakukan pemantauan bayinya dalam periode tertentu sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 9. Relasi PWS KIA Ibu ( R9) Gambar 4.23 Relasi PWS KIA Ibu Pada proses pendataan PWS KIA Ibu : kunjungan ibu dilakukan calon ibu ketika bersalin dan dilakukan pemantauan ibunya dalam periode tertentu sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 10. Relasi Kelahiran dan Kematian Bayi (R10) Gambar 4.24 Relasi Kelahiran dan Kematian Bayi Pada proses pendataan ini : kunjungan bayi lahir dan bayi mati dilakukan calon ibu ketika bersalin, sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 11. Relasi Penanganan Kasus BBLR (R11) Gambar 4.25 Relasi Penanganan Kasus BBLR Pada proses pendataan ini, kunjungan bayi dengan BBLR dilakukan oleh calon ibu ketika bersalin sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 12. Relasi Tetanus Neonatorum (R12) Gambar 4.26 Relasi Tetanus Neonatorum Pada proses pendataan tetanus neonatorum ini : kunjungan ibu bersalin dilakukan calon ibu ketika bersalin dan dapat di layani oleh banyak petugas sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 13. Relasi Kematian Ibu (R13) E-Health (Electronic health) Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu dan Anak Sudarmadji 1 , Peli 2 , dan Ndoloe 3 32 Gambar 4.27 Relasi Kematian Ibu Pada proses pendataan kematian ibu : kunjungan ibu dilakukan calon ibu ketika bersalin dan dalam kondisi mati sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 14. Relasi Register Perinatal 0-7 Hari (R14) Gambar 4.28 Relasi Register Perinatal 0-7 Hari Pada proses pendataan register perinatal 0-7 hari : kunjungan bersalin dilakukan calon ibu ketika bersalin dan dilakukan registrasi pada umur 0-7 hari sehingga kardinalitasnya adalah one to many. 15. Relasi Pelacakan Kematian Neonatal (R15) Gambar 4.29 Relasi Pelacakan Kematian Neonatal Pada proses pendataan pelacakan kematian neonatal : kunjungan bersalin dilakukan oleh calon ibu ketika bersalin dan dilakukan pelacakan kematian lebih dari 7 hari sehingga kardinalitasnya adalah one to many. ## 2. Rancangan ERD Akhir Dari pengujian dengan dependency functional pada proses normalisasi, maka dapat digambarkan relasi antar entitas final dengan diagram E-R. Gambaran rancangan ERD selengkapnya dapat di lihat pada gambar 4.30 Gambar 4.30 Proses Akhir ERD Rancang Bangun Aplikasi E-Health Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu dan Anak ## 3. Perancangan Struktur File Basis Data Hasil dari tabel yang berupa file – file data pada perancangan, selanjutnya di rancang struktur file basis data yang menjelaskan field- field yang ada pada file data di sertai tipe data dan keterangan yang memperjelas. File-file data yang akan di uraikan struktur file basis datanya adalah : Tabel 4.3 Struktur File Basis Data ## PEMBAHASAN Tahap implementasi sistem merupakan bagian dari pengembangan sistem informasi dan merupakan kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumberdaya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Tahap implementasi sistem juga merupakan tahap meletakkan sistem untuk siap di operasikan. Penerapan rancang bangun aplikasi e-health solution puskesmas untuk menentukan status kesehatan ibu dan anak menggunakan pendekatan paralel yaitu pendekatan yang di lakukan dengan mengoperasikan sistem yang baru bersama- sama dengan sistem yang lama selama satu periode waktu tertentu. Kedua sistem ini di operasikan bersama-sama untuk meyakinkan bahwa sistem yang baru, telah benar-benar beroperasi dengan sukses sebelum sistem lama di hentikan. Adapun aplikasi e-health solution ini di jalankan sesuai dengan rancangan multiuser. Adapun prosedurnya sebagai berikut : a. Pasien mendaftarkan diri ke bagian pendaftaran, kemudian meneruskan pencatatan status pasien kepada bagian pengelola data KIA. b. Tahap selanjutnya pasien menuju bagian pengelola data KIA dan dilakukan pengisian data pasien sesuai kebutuhan melalui input data master ibu, kecamatan, petugas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan, data ibu hamil, data persalinan, data bayi, data kunjungan ibu dan data kunjungan bayi. c. Penanggungjawab program KIA dapat melakukan pengisian data sesuai dengan pelayanan yang di berikan baik kepada ibu maupun kepada bayi. d. Data yang telah di input akan menghasilkan isian laporan bulanan kegiatan KIA di puskesmas dalam periode waktu tertentu. Adapun tampilan hasil rancang bangun aplikasi e-health solution puskesmas untuk menentukan status kesehatan ibu dan anak di bawah ini : 1. Tampilan Menu Awal Gambar 4.31 Tampilan Menu Awal 2. Tampilan Menu Master Provinsi E-Health (Electronic health) Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu dan Anak Sudarmadji 1 , Peli 2 , dan Ndoloe 3 34 Gambar 4.32 Tampilan Menu Master Provinsi 3. Tampilan Menu Laporan Daftar Calon Ibu dan Ibu Gambar 4.33 Tampilan Menu Laporan Daftar Calon Ibu dan Ibu 4. Tampilan Menu Imunisasi Gambar 4.34 Tampilan Menu Imunisasi 5. Tampilan Menu Daftar Imunisasi Gambar 4.35 Tampilan Menu Daftar Imunisasi 6. Tampilan Menu Tambah Vitamin Gambar 4.36 Tampilan Menu Tambah Vitamin 7. Tampilan Menu Laporan Vitamin Gambar 4.37 Tampilan Menu Laporan Vitamin 8. Tampilan Tempat Pelayanan ## Gambar 4.38 Tampilan Menu Tempat Pelayanan 9. Tampilan Menu Laporan Tempat Pelayanan Gambar 4.39 Tampilan Menu Tempat Pelayanan 10. Tampilan Menu User Gambar 4.40 Tampilan Menu User 11. Tampilan Menu Laporan User Gambar 4.41 Tampilan Menu Laporan User ## PENUTUP 1.1 KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat di simpulkan sebagai berikut : 1) Implementasi rancang bangun aplikasi e-health solution puskesmas untuk menentukan kesehatan ibu dan anak, mampu mendukung evaluasi puskesmas dan menjadi parameter evaluasi secara berkala. 2) Aplikasi e-health solution ini mampu membantu praktisi medis dalam mengevaluasi kesehatan karena memenuhi kriteria efisien dalam pengumpulan data, pengolahan data serta evaluasi laporan KIA sehingga mendukung keberhasilan visi puskesmas Indonesia dalam peranan menentukan status kesehatan Ibu dan Anak. 1.2 SARAN Agar aplikasi e-health solution puskesmas ini dapat bermanfaat, baik untuk sekarang maupun akan datang, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1) Aplikasi e-health solution puskesmas ini dapat di implementasi secara total untuk puskesmas supaya dapat di analisa lebih lanjut tentang kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan sistem. 2) Aplikasi e-health solution puskesmas ini, hendaknya bukan hanya fokus pada kegiatan puskesmas saja tetapi dapat di integrasikan dengan sistem lainnya misalkan sistem apotek, sistem logistik puskesmas dan hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan sistem puskesmas. E-Health (Electronic health) Solution Puskesmas Untuk Menentukan Status Kesehatan Ibu dan Anak Sudarmadji 1 , Peli 2 , dan Ndoloe 3 36 ## DAFTAR PUSTAKA Al-Bahra Bin Ladjamudin.2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi . Graha Ilmu. Yogyakarta Indrajit . 2004. Pengantar Sistem Informasi . Salemba. Jakarta Jogiyanto, HM . 2009. Analisis Dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur . Edisi Kedua.Cetakan Pertama. PT Andi. Yogyakarta Jogiyanto, HM . 2005. Sistem Teknologi Informasi . Edisi Kedua. PT Andi. Yogyakarta Undang-undang Tentang Kesehatan No.144 Tahun 2009. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5063. Indonesia
0cf28d4a-5232-4879-90f2-4eb4882838de
https://hostjournals.com/bulletincsr/article/download/223/141
ISSN 2774-3659 (Media Online) Vol 3, No 1, Desember 2022 DOI 10.47065/bulletincsr.v3i1.223 | Hal 170 − 176 https://hostjournals.com/bulletincsr ## Perancangan Aplikasi Edukasi Pembelajaran Alfabet dan Angka Berbasis Android dengan Metode Linear Congruential Generator (LCG) Agus Maringan Siahaan 1,* , Jackri Hendrik 2 1 Program Studi Sistem Informasi, STMIK TIME, Medan, Indonesia 2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK TIME, Medan, Indonesia Email: 1,* [email protected], 2 [email protected] Email Penulis Korespondensi: [email protected] Abstrak− Ponsel pintar (smartphone) dengan cepat memberikan perubahan dan dampak yang besar terhadap gaya hidup manusia saat ini, salah satunya adalah penggunaan ponsel pintar (smartphone) android. Perkembangan juga disertai dengan naiknya kebutuhan masyarakat dimasa pandemi ini terhadap teknologi dan informasi yang dikarenakan membatasi mobilitas diluar rumah. Anak usia dini antara umur 3 – 6 tahun berada dalam masa Golden Periode (Periode Keemasan) perkembangan otak mereka. Dalam usia ini, mereka berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat baik fisik maupun mental. Makanya itu sangat membutuhkan pelajaran mengenai cara mengeja alfabet dan juga angka dikarenakan kedua hal itu adalah hal yang paling dasar untuk pertumbuh an pembelajaran anak. Media pembelajaran yang biasa digunakan oleh orangtua untuk anaknya adalah media cetak atau kertas yang berupa gambar, grafik, maupun buku. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah aplikasi edukasi pembelajaran dengan metode Linear Congrent Generator untuk mengacak huruf dan angka dengan objek yang telah ditentukan dan mencocokkan kembali dengan objek yang lain. Aplikasi ini untuk anak – anak yang belajar alfabet dan angka, dan memudahkan pembelajaran pada anak usia dini khususnya untuk pengenalan huruf, maka diperlukan aplikasi yang mampu menarik perhatian anak dan mempermudah pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Tentunya aplikasi ini dapat diakses hanya dengan smartphone saja. Selain itu aplikasi ini juga menyediakan kuis sehingga anak – anak dapat belajar sambil bermain dan tentunya dapat menarik minat mereka untuk belajar dan tidak cepat bosan. Kata Kunci: Smartphone; Media Edukasi; Metode Linear Congrent Generator; Alfabet; Angka; Anak-Anak Abstract− Smartphones quickly provide changes and have a major impact on the current human lifestyle, one of which is the use of Android smartphones. This development is also accompanied by the increasing need for people during this pandemic for technology and information due to limiting mobility outside the home. Early childhood between the ages of 3-6 years is in the Golden Period of their brain development. At this age, they are at a time of the most rapid growth and development both physically and mentally. That's why it really needs lessons on how to spell the alphabet and also numbers because these two things are the most basic things for children's learning growth. The learning media commonly used by parents for their children are printed media or paper in the form of pictures, graphics, or books. The result of this research is a learning educational application with the Linear Congrent Generator method to randomize letters and numbers with predetermined objects and match them back with other objects. This application is for children who learn the alphabet and numbers, and facilitate learning in early childhood, especially for letter recognition, it is necessary an application that is able to attract children's attention and make learning easier. Of course, this application can be accessed only with smartphones. In addition, this application also provides quizzes so that children can learn while playing and of course it can attract their interest to learn and not get bored quickly. Keywords : Smartphone; Educational Media; Linear Congrent Generator Method; Alphabet; Numbers; Children ## 1. PENDAHULUAN Para pengguna ponsel pintar (smartphone) sekarang berasal dari berbagai kalangan dan umur, Tidak heran bahkan sekarang ini anak kecil pun banyak menggunakan ponsel pintar (smartphone) baik untuk belajar ataupun untuk bermain game dikarenakan pada ponsel pintar (smartphone) juga terdapat aplikasi – aplikasi untuk pembelajaran dan edukasi. Dengan pengunaan gadget banyak dampak yang di timbul, mulai dari dampak positif yang dapat mempermudah mobilitas dimasa pandemi. Ponsel pintar (smartphone) dengan cepat memberikan perubahan dan dampak yang besar terhadap gaya hidup manusia saat ini, salah satunya adalah penggunaan ponsel pintar (smartphone) android [13]. Perkembangan juga disertai dengan naiknya kebutuhan masyarakat dimasa pandemi ini terhadap teknologi dan informasi yang dikarenakan membatasi mobilitas diluar rumah. Anak usia dini antara umur 3 – 6 tahun berada dalam masa Golden Periode (Periode Keemasan) perkembangan otak mereka. Dalam usia ini, mereka berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat baik fisik maupun mental [1] [12]. Makanya itu sangat membutuhkan pelajaran mengenai cara mengeja alfabet dan juga angka dikarenakan kedua hal itu adalah hal yang paling dasar untuk pertumbuhan pembelajaran anak. Media pembelajaran yang biasa digunakan oleh orangtua untuk anaknya adalah media cetak atau kertas yang berupa gambar, grafik, maupun buku. Sedangkan teknologi terus mengalami kemajuan terutama media elektronik yang dapat mengolah dan menampilkan gambar, suara, animasi, maupun video [2] [10] [11]. Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah disaat situasi pandemi ini terlalu singkat dan juga terbilang membosankan apabila guru yang mengajar terlalu kaku yang dimana tidak memanfaatan teknologi yang ada saat ini. Proses pembelajaran dengan konsep bermain atau kuis tentunya lebih menarik minat belajar anak – anak khususnya anak kecil yang baru bersekolah. Berdasarkan hal tersebut, penulis merancang sebuah aplikasi edukasi pembelajaran dengan metode Linear Congrent Generator untuk mengacak huruf dan angka dengan objek yang telah ditentukan dan mencocokkan kembali dengan objek yang lain. Untuk menambah kepekaan apikasi ini, juga ada opsi menulis huruf dan angka dengan mengikuti pola yang ada sesuai dengan pengacakan. Aplikasi ini untuk anak – anak yang belajar alfabet dan angka, dan memudahkan pembelajaran pada anak usia dini khususnya untuk pengenalan huruf, maka diperlukan aplikasi yang mampu menarik ISSN 2774-3659 (Media Online) Vol 3, No 1, Desember 2022 DOI 10.47065/bulletincsr.v3i1.223 | Hal 170 − 176 https://hostjournals.com/bulletincsr perhatian anak dan mempermudah pembelajaran menjadi lebih menyenangkan [3]. Tentunya aplikasi ini dapat diakses hanya dengan smartphone saja. Selain itu aplikasi ini juga menyediakan kuis sehingga anak – anak dapat belajar sambil bermain dan tentunya dapat menarik minat mereka untuk belajar dan tidak cepat bosan. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibangun sebuah aplikasi dengan judul Perancangan Aplikasi Edukasi Pembelajaran Alfabet Dan Angka Berbasis Android Dengan Menggunakan Metode Linear Congruential Generator (LCG). Dengan mengimplementasikan metode Linear Congruential Generator yang dimana seperti di jurnal JIP (Jurnal Informasi Polinema) yaitu metode pengacakan LGC berfungsi mampu menunjukkan nilai yaitu dengan nilai keakuratan 100% pada pengacakannya [4]. Dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Android yang diharapkan memunculkan dampak positif pada anak - anak yang suka menggunakan smartphone untuk belajar sembari bermain dan mengurangi rasa bosan dan jenuh untuk mengingat dan mengenal huruf alfabet dan angka. [5] ## 2. METODOLOGI PENELITIAN ## 2.1 Metode LCG (Linear Congurential Generator) Linear Congruential Generator (LCG) adalah salah satu generator bilangan acak tertua, sangat terkenal. LCG adalah algoritma yang sering diimplementasikan dalam berbagai bahasa Secara terprogram menghasilkan angka acak. LCG didefinisikan dalam relasi rekursif. [6] [9]. ## Gambar 1 . Flowchart LCG Kunci generator adalah X0, yang disebut benih rahasia. Periode LCG tidak lebih besar dari m, jika periodenya kurang dari m. Sebuah LCG memiliki periode lengkap (m-1) jika memenuhi kondisi berikut: 1) b relative prima terhadap m 2) a-1 dapat dibagi dengan semua faktor prima dari m 3) m > maks (a, b, x0) 4. a > 0, b > 0 Sementara LCG secara teoritis mampu menghasilkan angka acak yang layak, sangat sensitif untuk memilih nilai yang tidak tepat dan dapat mempengaruhi implementasi LCG. LCG tidak dapat digunakan dalam kriptografi karena angka acak dapat diprediksi sesuai urutan kemunculannya. Oleh karena itu, LCG tidak dapat digunakan secara aman untuk kriptografi. Namun, LCG masih cocok untuk aplikasi non-encrypted seperti simulasi karena LCG menunjukkan sifat statistik yang baik dan sangat akurat. ## 2.2 Edukasi Edukasi adalah suatu proses belajar yang memiliki tujuan sebagai pengembang potensi diri pada murid dan proses belajar yang baik [7] . Edukasi Merupakan proses menambah pengetahuan. Edukasi juga bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kecerdasan. Edukasi lebih banyak dikenal dengan pendidikan karena memiliki tujuan untuk memberikan pengajaran kepada pengguna [8] . ## 2.3 Alphabet dan Angka Alphabet merupakan sebuah sistem tulisan yang berdasarkan lambang fonem vokal dan konsonan. Kata alphabet diambil dari bahasa Yunani, dari dua huruf pertama tulisan mereka yaitu alfa dan beta. Alphabet berbeda dengan abjad, yang biasanya tidak memiliki lambang vokal, dan berbeda dengan abugida dan aksara silabis, yang setiap hurufnya melambangkan fonem namun dalam bentuk suku kata. Angka atau bilangan adalah lambing atau simbol yang merupakan suatu objek dari angka – angka. Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan dua buah angka (double digits) yaitu angka 1 dan angka 10. Bilangan banyak ditemui dalam kehidupan sehari – hari namun bilangan yang ditemui anak – anak sebenarnya memiliki arti yang berbeda – beda. ISSN 2774-3659 (Media Online) Vol 3, No 1, Desember 2022 DOI 10.47065/bulletincsr.v3i1.223 | Hal 170 − 176 https://hostjournals.com/bulletincsr Ya Belajar Alfabet Belajar Angka Lihat Daftar Nilai Bermain Kuis << include >> Pengaturan Permainan Input Nama User ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses kerja dari metode Linear Congruential Generator dalam menentukan soal secara acak dapat digambarkan dalam bentuk flowchart seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Flowchart dari Metode Linear Congruential Generator (LCG) Use case diagram menggambarkan tentang interaksi yang terjadi pada sistem dilakukan oleh seorang user dimana user tersebut dapat memilih beberapa menu pilihan yang tersedia pada aplikasi edukasi pembelajaran alfabet dan angka berbasis android. Permainan yang dirancang dapat dimodelkan dengan menggunakan use case diagram yang terlihat pada gambar berikut: Gambar 3. Use Case Diagram Permainan Edukasi Pembelajaran Alfabet dan Angka Berbasis Android Aplikasi edukasi pembelajaran alfabet dan angka berbasis android dengan metode Linear Congruential Generator (LCG) ini dapat dijalankan dengan mengakses aplikasi Belajar Angka yang telah di- download ke perangkat mobile berbasis android. Tampilan pertama yang muncul pada saat menjalankan perangkat lunak adalah form Main seperti terlihat pada gambar 4. berikut. i < jumlah soal End Start Tentukan nilai awal X(0), faktor pengali a, increment c, nilai modulus m i = i + 1 Hitung nilai X(i) Set nilai i = 1 ISSN 2774-3659 (Media Online) Vol 3, No 1, Desember 2022 DOI 10.47065/bulletincsr.v3i1.223 | Hal 170 − 176 https://hostjournals.com/bulletincsr Gambar 4. Tampilan Form Main Untuk belajar mengenai alfabet dan angka, maka user dapat mengklik tombol Belajar, maka aplikasi akan menampilkan form Belajar seperti terlihat pada gambar 5 berikut: Gambar 5 . Tampilan Form Belajar Untuk bermain aplikasi edukasi pembelajaran alfabet dan angka, maka user dapat mengklik tombol Bermain, maka aplikasi akan menampilkan form Pengaturan Permainan seperti terlihat pada gambar 6 berikut. ISSN 2774-3659 (Media Online) Vol 3, No 1, Desember 2022 DOI 10.47065/bulletincsr.v3i1.223 | Hal 170 − 176 https://hostjournals.com/bulletincsr User dapat memasukkan nama user dan melakukan pengontrolan jenis permainan yang diinginkan. Setelah itu, maka user dapat mengklik tombol Bermain untuk mulai bermain kuis edukasi huruf dan angka. Tampilan form Permainan dapat dilihat pada gambar berikut: ## Gambar 7. Tampilan Form Bermain Tugas pemain (user) adalah memilih gambar yang merupakan jawaban yang benar. Jika user dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka nilai user akan bertambah 100. Sedangkan, apabila jawaban yang diberikan salah, maka nilai user akan berkurang 100. Apabila nilai user telah sama dengan nol, maka permainan berakhir. Hal yang sama juga terjadi apabila waktu permainan telah habis, maka permainan akan berakhir. Sementara itu, untuk menampilkan daftar 10 nilai tertinggi, maka dapat mengklik tombol ‘Nilai Tertinggi’ sehingga aplikasi akan menampilkan form pada gambar 8 berikut. Gambar 8. Tampilan Form Nilai Tertinggi Untuk menampilkan data pribadi dari pembuat perangkat lunak, maka dapat mengklik tombol ‘Mengenai’ sehingga aplikasi akan menampilkan form Mengenai seperti terlihat pada gambar 9 berikut. ISSN 2774-3659 (Media Online) Vol 3, No 1, Desember 2022 DOI 10.47065/bulletincsr.v3i1.223 | Hal 170 − 176 https://hostjournals.com/bulletincsr Gambar 9. Tampilan Form Mengenai ## 4. KESIMPULAN Setelah selesai mengkonstruksi perangkat lunak, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Aplikasi edukasi pembelajaran alfabet dan angka berbasis android dengan metode Linear Congruential Generator (LCG) dapat digunakan untuk membantu anak-anak dalam mempelajari alfabet dan angka, karena user harus menjawab soal dengan benar untuk dapat memenangkan permainan. Metode Linear Congruential Generator (LCG) dapat digunakan untuk menghasilkan soal secara acak. Aplikasi edukasi pembelajaran alfabet dan angka ini dapat dimainkan pada perangkat mobile berbasis android. Aplikasi edukasi pembelajaran alfabet dan angka ini menyediakan fasilitas pengaturan permainan sehingga user dapat mengatur pemakaian batasan waktu dalam permainan. ## REFERENCES [1] I. S. Sakkinah, M. Mushawwir, N. E. Wardani dan D. D. Prasetya, “ADVENTURE ALPHABET GAME : GAME PENGENALAN HURUF,” Prosiding SENTIA, vol. 08, pp. A164-A167, 2016. [2] D. L. Fithri and D. A. Setiawan, "ANALISA DAN PERANCANGAN GAME EDUKASI SEBAGAI MOTIVASI BELAJAR UNTUK ANAK USIA DINI," SIMETRIS, vol. 08, pp. 225-230, 2017. [3] T. H. I. Alam, R. Soekarta dan Mulyaddin, “Rancang Bangun Game Edukasi Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini ( 2 – 6 Tahun ) Berbasis Android,” INSECT, vol. 05, p. 35, 2020. [4] R. S. A. Zarkasi, D. S. Hormansyah dan D. W. Wibowo, “Implementasi Motode Fuzzy Mamdani Dan Linear Congruental Generator (LGC) Pada Game Hidden Object,” Informatika Polinema, vol. 04, pp. 23- 30, 2020. [5] D. W. Putra, A. P. Nugroho dan E. W. Puspitarini, “GAME EDUKASI ANDROID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI,” Merdeka Pasuruan, vol. 1, pp. 46-56, 2016. [6] K. A. Stroud, The program and the questions Mathematics To techniques, Jakarta: Erlangga, 1996. [7] D. A. Nugroho, Harmastut dan Uminingsih, “MEMBANGUN GAME EDUKASI “MATHEMATIC MAZE” BERBASIS ANDROID UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK SEKOLAH DASAR,” Jurnal Statistika Industri dan Komputasi, vol. 2, no. 1, pp. 67-77, 2017. [8] S. R. Damanik dan Nopriadi, “GAME EDUKASI POLA HIDUP SEHAT BERBASIS ANDROID DALAM MENCEGAH PENYEBARAN COVID-19,” JURNAL COMASIE, vol. 5, no. 6, pp. 36-42, 2021. [9] Dora et.al, “Perancangan Aplikasi Game Edukasi Pembelajaran Anak Usia Dini Menggunakan Linear Congruent Method ( Lcm ) Berbasis Android,” J. Inform. Glob., vol. 6, no. 1, pp. 7–14, 2015. [10] S. Edriati, L. Husnita, E. Amri, A. A. Samudra, and N. Kamil, “Penggunaan Mit App Inventor untuk Merancang Aplikasi Pembelajaran Berbasis Android,” E-Dimas J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 12, no. 4, pp. 652–657, 2021, doi: 10.26877/e- dimas.v12i4.6648. [11] F. Tahel, “Perancangan aplikasi media pembelajaran pengenalan pahlawan nasional untuk meningkatkan rasa nasionalis berbasis android,” Teknomatika, vol. 09, no. 02, pp. 113–120, 2019, [Online]. Available: http://ojs.palcomtech.com/index.php/teknomatika/article/view/467. [12] W. Eka Jayanti, M. Eva, and N. Fahriza, “Game Edukasi ‘Kids Learning’ Sebagai Media Pembelajaran Dasar Untuk Anak Usia Dini Berbasis Android,” KOPERTIP J. Ilm. Manaj. Inform. dan Komput., vol. 2, no. 2, pp. 98–104, 2018, doi: 10.32485/kopertip.v2i2.56. ISSN 2774-3659 (Media Online) Vol 3, No 1, Desember 2022 DOI 10.47065/bulletincsr.v3i1.223 | Hal 170 − 176 https://hostjournals.com/bulletincsr [13] F. Firdaus, S. Suherman, and F. Fadlullah, “Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Berbasis Android dalam Pembelajaran Kontekstual Materi Kegiatan Ekonomi di Sekolah Dasar,” Edukatif J. Ilmu Pendidik., vol. 4, no. 4, pp. 5176–5185, 2022, doi: 10.31004/edukatif.v4i4.3160.
747b1d0d-c9bf-47f1-bd98-628b03fb0480
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/ittishol/article/download/993/428
P-ISSN: 2721-964X / E-ISSN: 2721-9631 Volume 4 Nomor 2 Juli 2023 ## Retorika Dakwah Husain Basyaiban Dalam Pemanfaatan Media Sosial Tiktok ## Unsiyatul Uyun Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] Abstrak. Dimulai dengan ilmu tekhnologi yang semakin pesat dalam menciptakan beberapa fitur canggih yang menawarkan kemudahan. Beberapa aktivitas manusia bisa dipersingkat seperkian detik pada era digitalisasi kali ini. Begitu pula dengan aktivitas dakwah Islam, islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin tentu harus memiliki sifat fleksibel serta berimplikasi inklufisitas dalam menghadapi dinamika globalisasi. Beberapa media baru diciptakan baik membawa dampak positif maupun negatif ditelan secara gegabah oleh masyarakat Indonesia, salah satunya adalah aplikasi Tiktok. Tiktok sebagai platform media baru berisi hiburan, edukasi serta informasi mulai menciptakan banyak dampak buruk bagi generasi millenial yang mudah tersulut keseragaman modernisasi. Namun Husain Basyaiban sebagai salah satu da’i generasi millenial mulai menciptakan definisi baru terhadap makna aplikasi tersebut. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian content analysis, penelitian ini difokuskan bagaimana Husain Basyaiban sebagai da’i muda menerapkan retorika dakwah sebagai point utama dalam menyampaikan pesan dakwahnya dalam medis sosial Tiktok, serta bagaimana Husain Basyaiban mengatur strategi dakwahnya dalam media sosial Tiktok. Penelitian ini menggunakan teori retorika oleh Aristoteles dengan hasil penelitian bahwa bahwa retorika dakwah Husain Basyaiban dalam seluruh konten video dakwah yang diproduksinya dalam media tiktok menjadi salah satu stimulus terbesar dalam membentuk karakter perilaku manusia sesuai ajaran islam melalui media sosial. Kata Kunci : Retorika Dakwah, Media Sosial Tiktok, Husain Basyaiban Abstract. Starting with the science of technology which is growing rapidly in creating some sophisticated features that offer convenience. Some human activities can be shortened by a fraction of a second in this digitalization era. Likewise with Islamic da'wah activities, Islam as the religion of Rahmatan Lil Alamin certainly must have a flexible nature and have inclusive implications in facing the dynamics of globalization. Several new media created, both positive and negative, were swallowed up recklessly by the Indonesian people, one of which is the Tiktok application. Tiktok as a new media platform containing entertainment, education and information has begun to create many bad impacts for the millennial generation, which is easily ignited by modernization uniformities. However, Husain Basyaiban as one of the millennial generation preachers began to create a new definition of the meaning of this application. Using qualitative research methods with the type of literature study research, this research is focused on how the application of tiktok as an entertainment application can become a media for preaching to the millennial generation this time, as well as how Husain Basyaiban manages his da'wah strategy for users of the application, and how Husain basyaiban as a preacher i Young applies da'wah rhetoric as the main point in conveying the contents of his da'wah message. This study uses the hypodermic needle theory with the results of the study that Husain Basyaiban's da'wah rhetoric in all the da'wah video content he produces on Tiktok media is one of the biggest stimuli in shaping the character of human behavior according to Islamic teachings through social media. Keywords: Da’wah Rethoric , Social Media Tiktok, Husain Basyaiban ## PENDAHULUAN Pada proses perjalanan abad ke 21 menjadikan dunia sering terbentur oleh sindrom globalisasi. Dimana dunia seperti menciptakan inovasi kemudian memberikan tuntutan baru kepada agama agar mampu beradaptasi dengan globalisasi. Hal tersebut bermakna munculnnya kepentingan agama dalam perjalanan reaktualisasi (reindentifikasi) firman- firman Allah SWT dalam Al – Quran. Jika tidak demikian, maka syi’ar agama Islam akan sulit dilibatkan untuk menjabarkan dinamika global dalam seluruh dimensi kehidupan ummat. 1 Islam sebagai agama senantiasa memberikan dorongan kepada pemeluknya agar selalu berperan dalam syi’ar dakwah. Dimana perkembangan serta kemerosotan agama Islam begitu bergantung pada penyampaian dakwah yang telah dilaksanakannya. Dakwah adalah aktivitas yang dilaksanakan ummat Islam untuk memberi ajakan kepada ummat manusia kedalam jalan Allah dalam semua aspek kehidupan, kemudian akan tercipta dalam kehidupan yang usrah jam’ah dan ummah hingga tercapai khairu ummah 2 . Sesuai dengan misi dakwah sebagai Rahmatan lil Alamin , menjadikan agama islam harus disajikan dalam bentuk wajah yang menarik agar ummat lain memiliki pengamatan serta pengetahuan bahwa keberadaan agama Islam bukanlah sebagai intimidasi seperti persepsi yang mereka pahami selama ini, namun sebagai agama yang membawa kedamaian sekaligus penga ntar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Berhubungan dengan hal tersebut masyarakat millennial tentu membutuhkan dakwah yang berbeda. Dimana dalam penyampaian dakwah tersebut di anggap penting untuk menciptakan strategi sehingga dakwah yang di syiarkan akan sampai terhadap masyarakat yang dituju. Pada era millennial seorang pendakwah perlu berkontribusi dalam memanfaatkan media sosial sebaik- baiknya, utamanya dalam media baru. Faktor pesatnya kemajuan pada era digitalisasi telah menjadi tuntutan kepada setiap pendakwah untuk melakukan pendekatan millennial guna menyajikan pemahaman dakwah dengan sangat mudah. Karena dengan kemajuan ilmu tekhnologi yang menghasilkan dampak positif seperti contoh sederhananya 1 Ahmad Muis, Komunikasi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001). 2 A. Basit, Filsafat Dakwah (Jakarta: Rajawali Press, 2013). adalah dengan kemajuan ilmu tekhnologi informasi akan lebih sampai kepada objek yang dituju tentu dengan sangat afektif. Media online sebagai alternated media yang paling sederhana dalam memperoleh akses berita informasi maupun edukasi, dikarenakan media online sebagai fasilitas paling efektif yang tercipta pada era digitalisasi kali ini. Semakin bertambahnya tahun maka bertambah pula aplikasi yang diciptakan dengan fitur canggih yang tersedia. Media sosial kemudian dipilih oleh pendakwah dalam menyebarkan agama islam dengan target audiens yang beragam dan tentu saja dengan waktu yang terbilang cepat. Hal tersebut menjadikan dakwah lebih mudah karena media sosial telah digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti salah satu aplikasi media sosial yang mulai banyak digunakan pada tahun 2023 adalah Tiktok. Media sosial Tiktok merupakan suatu jejaring sosial dan platform music video yang diluncurkan oleh negara Tiongkok pada tahun 2016 lalu. Aplikasi tersebut tercipta agar para penggunanya menggunakan fitur yang tersedia sekreatif mungkin. Tidak hanya digemari oleh kaum millennial, namun aplikasi ini juga digemari oleh kaum dewasa yang memerlukan hiburan 3 . Tiktok sendiri telah menjadi platform yang dapat dikaitkan dengan berbagai macam hal di masyarakat seperti menyajikan informasi berita terkini, membagikan resep makanan terbaru, edukasi beberapa pembelajaran, sebagai ladang binis, serta konten dakwah seperti yang tengah di lakukan oleh Husain Basyaiban dan content creator dakwah yang lain. Dakwah konvensional atau dakwah klasik yang mana dilaksanakan secara face to face tentu hanya bisa menjangkau mad’u pada dalam satu wilayah saja. Namun dengan perkembangan tekhnologi digitalisasi, da’i memiliki upaya menjangkau khalayak lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa dakwah pada media sosial jauh lebih mudah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan hal tersebut diharapkan da’i dapat mengasosiasikan dakwah menggunakan retorika dakwah yang benar. Proses mensyiarkan dakwah dalam melibatkan media sosial yang kini tersedia cenderung menciptakan peluang diterima dengan lebih mudah. Seseorang dapat menunjukkan kemudahan dalam proses mencapai tujuan dakwah dengan menerapkan 3 Hariansyah, Millenials Bukan Generasi Micin (Bandung: Geupedia Publisher, 2018). prinsip retorika pada paham positivisme dalam dakwahnya, hal tersebut dirasa cukup membantu supaya dakwah memiliki daya tarik tersendiri bagi penerima pesan 4 . Salah satu da’i muda terkenal dalam pemanfaatan media Tiktoknya adalah Husain Basyaiban. Menjadi salah satu da’i muda pada aplikasi Tiktok, Husain Basyaiban dinobatkan se bagai pendakwah millennial pada era digital. Husain adalah seorang da’i muda yang sebelumnya hanya dikenal oleh teman sejawat dan para santrinya, namun dengan keistiqomahannya dalam mensyiarkan dakwah melalui konten dakwah yang ia produksi, Husain kemudian mendapatkan kepercayaan dari followers Tiktoknya sebagai penda’i muda yang memiliki pengaruh besar untuk saat ini. Atas kepercayaan netizen yang ia dapatkan, kini Husain telah mencapai 5,9 M pengikut pada akun Tiktoknya yaitu @kadamsidik00 serta mendapatkan 313,1 M like pada awal bulan Juni 2023. Tidak hanya sebagai seorang pendakwah, Husain telah sering menjadi seorang penengah apabila terjadi kericuhan atau kontroversial yang berkaitan dengan ajaram agama Islam pada aplikasi Tiktok. Maka pada kasus tersebut dirasa urgent agar terhindar dari beberapa kesalahan fatal dalam proses penyampaian dakwah, pendakwah di upayakan harus menyampaikan sesuatu yang aktual, menggunakan metode yang benar serta tepat dan memiliki kreativitas di era modern dalam penyampaian dakwahnya di media 5 . Dengan begitu dalam menyaimpaikan dakwahnya Husain Basyaiban selalu dibungkus secara singkat namun jelas, unik dan menarik viewers serta jelas menggunakan gaya modern khas millennial disertai refrensi yang tepat yakni dalil Al Quran dan hadits sebagai refrensi yang relavan sehingga memberikan kemudahan pada generasi millennial untuk mempelajari ajaran agama islam melalui via online. Husain Basyaiban mencoba mengunggah produksi konten dakwahnya semenjak tahun 2018 melalui postingan Instagramnya. Kemudian Husain mengungkapkan alasan dibalik dakwahnya di media sosial adalah karena ia sangat menyukai public speaking . Setelah itu Husain berfikir untuk menyampaikan ilmu yang telah dipelajarinya selama ini agar bermanfaat bagi orang lain. Kemudian ia mulai eksis dalam memanfaatkan akun Tiktoknya dan tidak menyangka bahwa konten dakwah nya disambut positive oleh pengguna media sosial Tiktok. 4 Bobby H. Trilaksono.dkk, “Media Retorika Dakwah Pada Era Millennial,” jurnal kajian komunikasi dan budaya islam 01, no. 01 (2021): 10. 5 Puput Puji Lestari, “Dakwah Digital Untuk Generasi Millennial,” Jurnal dakwah: media komunikasi dan dakwah 21, no. 01 (2020): 41. Namun ditengah maraknya dakwah menggunakan media sosial tidak berarti da’i tidak memiliki terpaan dalam proses dakwahnya. Dakwah dalam media sosial justru memiliki tantangan yang lebih kompleks. Hal tersebut akibat realitas sosial yang terjadi justru semakin beragam, dan kesenjangan yang tidak sengaja terjadi pada masyarakat menjadi masalah yang tidak bisa dihindarkan. Tugas da’i dalam media sosial tidak hanya menyampaikan materi dakwah, namun mereka masih harus menghadapi masyarakat media sosial dengan beragam permasalahannnya, seperti terbentuknya budaya dan gaya hidup yang seragam. Hal tersebut menjadi cikal bakal tersebarnya sifat hedonisme serta intens dan masifnya infiltrasi budaya asing yang bertolak belakang dengan moral agama dan identitas kepribadian bangsa. Dakwah pada era digitalisai memang bukanlah kegiatan yang mudah namun juga tidak menjadi hal yang sulit. Karena hal itu da’i di tuntut untuk selalu inofatif dan peka terhadap pesatnya perkembangan zaman yang ada. Salah satu proses dakwah yang sulit adalah karena sang da’i harus menerima kenyataan bahwa dakw ahnya diterima atau tidak disukai adalah dengan membaca kolom komentar videonya. Dari kolom komentar videonya da’i akan mengetahui tentang pro atau kontra netizen Indonesia atas pemikiran serta dakwahnya. Maka dakwah dalam media sosial tidak hanya memiliki kepiawayan dalam ber media sosial tapi harus memiliki pengetahuan yang banyak serta wawasan yang luas agar mampu menyampaikan materi dengan baik dan jelas, serta ketika mad’u menonton konten dakwahnya yang tercipta adalah pemahaman agama bukan pemantik kebencian atau bahkan perpecahan. Penelitian ini menjadi penting dilakukan agar kita mengetahui bahwa sejatinya dakwah adalah mengajak, maka menjadi seorang da’i harus melakukan riset terlebih dahulu tentang subjek yang akan ia ajak. Juga mengetahui bagaimana retorika dakwah Husain Basyaiban dalam memanfatkan media tiktonya sebagai content creator dakwah yang telah memiliki 5,9 M pengikut aktif serta menjadi da’i ideal generasi millenial pada era digitalisasi ini. Dalam penulisan ini penulis menggunakan teori retorika oleh Aristoteles dimana Aristoteles memandang retorika sebagai “the facult of seeing in any situation the available means of persuasion” yang memiliki makna bahwa retorika merupakan kemampuan memilih menggunakan Bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain dalam hal mengetahui, memahami, dan menerima maksud dari pesan yang disampaikan pembicara). ## METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian content analysis. Penelitian kualititaf digunakan untuk memberikan gambaran suatu fakta nyata atau untuk mengatahui topik yang tengah dilakukan riset oleh peneliti. Hal tersebut dapat diketahui bahwasanya penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat alami dengan hasil data berupa deskripsi tanpa menggunakan hitungan matematik atau sesuatu yang dapat di ukur. Dengan kajian content analysis atau analisis isi yaitu mendeskripsikan serta menganalisi mengenai penerapan retorika dakwah Husain Basyaiban dalam media sosial Tiktok. Data yang diperoleh oleh peneliti berasal dari dokumentasi video Tiktok. Untuk menganalisis data, mengidentifikasi objek yang diteliti, memberikan pemaparan dan penafsiran pesan yang terkandung didalamnya. Menggunakan teori retorika oleh Aristoteles yang mana ia kenalkan pertama kali pada 384- 322 SM sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri, yang kemudian semakin menyebar luas, berkembang dan banyak digunakan di berbagai bidang hingga saat ini. 6 Dalam teori retorika ini, Aristoteles memberikan dua asumsi, yaitu: 1). Seorang pembicara yang efektif harus mempertimbangkan audiens, karena audiens menjadi salah satu pengaruh besar efektivitas seorang pembicara sebagai penentu keberhasilan dalam penyampaian pesan. 2) Pembicara yang efektif menggunakaan beberapa bukti nyata dalam presentasi mereka yang meliputi tiga hal yakni ethos (kredibilitas atau dapat dipercaya), pathos (perasaan atau emosinal), dan logos (bukti nyata) 7 . ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Profil Singkat Husain Basyaiban Husain Basyaiban merupakan seorang intelektual muslim yang menjadi salah satu content creator dakwah Islam pada aplikasi Tiktok. Husain Basyaiban merupakan putra Kiyai Sufyan menjadi anak bungsu dari lima bersaudara, dan tercatat sebagai warga Madura yang lahir di Mekkah pada 12 Agustus 2002 dan menghabiskan masa kecilnya di Mekkah selama lima tahun. Abdullah Nasih ‘Ulwan berpendapat bahwa dalam diri seorang da’i harus terdapat beberapa komponen dan peran, tidak hanya tercipta sebagai muballigh atau seorang 6 Dhanik Sulistyarini, Anna Gustina Zainal, Buku Ajar Retorika (Banten: CV. AA RIZKY, 2020).02 7 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998). P-ISSN: 2721-964X / E-ISSN: 2721-9631 Volume 4 Nomor 2 Juli 2023 penceramah, ia juga harus mampu sebagai pendidik masyarakat atau roll model masyarakat kini. Dengan peran dan komponen tersebut da’i harus memiliki bekal pengetahuan untuk disampaikan, dan komponen tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun non formal, baik latihan maupun juga pengalaman. Karena salah satu sumber ethos adalah otoritas ilmu serta pengalaman. 8 Maka dari itu Husain menempuh pendidikan nya dimulai dari Sekolah Dasar Jaddih 01 Bangkalan pada tahun 2008- 2014, setelah itu ia melanjutkan Pendidikan nya di di MtsN Bangkalan, tahun 2014- 2017 dan MAN Bangkalan pada tahun 2017- 2020, setelahnya ia memilih UIN Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur sebagai Pendidikan tingginya 9 . Husain merupakan seorang content creator dakwah yang banyak digemari oleh kaum millennial dengan dakwahnya yang menarik dan unik, Husain berhasil menarik perhatian pengguna media Tiktok. Metode dakwah Husain dikenal dengan serius dan tegas namun tetap santai serta berdalilkan Al- quran dan Hadits dalam setiap konten yang ia produksi. Ilmu agama yang dimilikinya menjadikan Husain Basyaiban mendapat berbagai prestasi dalam bidang agama. Ia menjadi public speaker dalam berbagai acara talkshow di berbagai kota. Melihat peluang dakwah pada media sosial Tiktok, Husain memanfaatkan kepopulerannya dalam berdakwah. Husain Basyaiban aktif berdakwah sejak tahun 2018 pada akun Instagramnya, karena menyukai public speaking kemudian Husain berpikir bahwa ia harus menyampaikan apa yang telah ia pelajari agar bermanfaat bagi orang lain, kemudian ia mulai terjun pada aplikasi tiktok sejak maret tahun 2020 hingga pada tahun 2023 Februari followersnya tengah mencapai 5,7 M pengikut dengan 298,3 M jumlah like yang ia dapat dari seluruh konten videonya. Sebagai salah satu pertanda bahwa telah banyak impact yang diletuskan oleh generasi muda untuk dunia dakwah. Husain membuat akun pada platform Tiktok tidak berniat menjadikan sebagai wadah berkreasi untuk mengunggah video joget atau hiburan lain nya. Ia bertujuan menjadikan akun tikoknya sebagai wadah untuk menyebarkan kebaikan mengenai kajian islami. Di umurnya yang menginjak 20 tahun Husain mampu menjawab pertanyaan – pertanyaan netizen 8 A.N. Ulwan., Silsilah Madrasah Ad- Duat: Fusul Al- Hadifah Fi Fiqh Al- Dakwah Wa Al- Daiyah (kairo: Dar al Islam, 2002). 9 Riska Amelia, “Pesan Dakwah Husain Basyaiban Dalam Konten Tik Tok” (UIN Sulthan Thaha S aifuddin Jambi, 2021). P-ISSN: 2721-964X / E-ISSN: 2721-9631 Volume 4 Nomor 2 Juli 2023 mengenai permasalahan tentang agama dengan retorika dakwah yang dimilikinya sehingga menjadi mudah diterima oleh penonton 10 . Selain menjadi content creator dakwah Husain Basyaiban aktif di berbagai acara keagamaan diluar. Seperti kerap kali di undang untuk mengisi kajian, majelis, baik secara online melalui zoom atau bahkan ofline keluar kota. ## 2. Retorika Dakwah Husain Basyaiban Dalam proses penyampaian sesuatu seseorang tentu perlu memahami maksud serta tujuan materi yang akan disampaikannya. Dengan begitu pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak akan lebih mudah diterima nantinya. Dalam setiap penerapannya retorika kerap digunakan pada aktivitas dakwah untuk menarik perhatian sasaran yang ingin di tuju. Terciptanya retorika yang baik tentu dapat mempengaruhi pada penerimaan isi pesan yang didapatkan oleh khalayak Esensi retorika sendiri adalah sebuah aktivitas yang dilakukan untuk menarik perhatian orang banyak menggunakan kepandaian berbicara, khususnya di depan khalayak ramai. Retorika juga memiliki arti sebagai seni berkomunikasi baik secara lisan ataupun tulisan yang dilakukan secara individual maupun berkelompok secara tidak langsung ataupun secara bertatap muka 11 . Dilihat secara general retorika bisa disebut sebagai seni berbicara untuk mempengaruhi masyarakat baik melalui media oral atau tertulis dalam pemaknaannya, retorika sendiri berasal dalam istilah bahasa Inggris, yaitu rhetoric yang sumbernya dari kata rhetorica yang memiliki arti ilmu dalam berbicara 12 . Secara subtantif dalam retorika dakwah, pendakwah hanya menunjukkan jalan menuju cahaya kebenaran melalui pesan dakwah yang mereka sampaikan kepada manusia agar di ikuti. Meski demikan otoritas menanamkan keimanan dihati manusia menjadi hak atau wewenang penuh Allah SWT. Dalam urusan mengajak dan mempengaruhi, pendakwah tentu memiliki potensi untuk mempengaruhi dan dipengaruhi, salah satu caranya dengan melalui kualitas diri pendakwah, disamping ilmu yang dimiliki juga kemampuan haruslah digerakkan. 10 Lutfi Ulfa Ni’ Amah Anggita Falestyana, “Tiktok Sebagai Media Dakwah (Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Akun Tiktok @basyasman00),” Al- Idarah: Jurnal Manajemen Dakwah 02, no. 01 (2022): 09. 11 S.H Hidayatullah, “Perilaku Generasi Millennial Dalam Menggunakan Aplikasi Go Food,” Jurnal Manajemen & Kewirausahaan 02, no. 02 (2018): 06. 12 Fitriani Utami Dewi, Public Speaking Kunci Sukses Bicara Di Depan Publik (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013). Kekuatan tersebut juga bisa dikenal dengan kata “kharismatik” baik karena kepemimpinannya atau bahkan otoritas ilmu dan pengaruh 13 . Wahidin Saputra dalam tulisan nya mengatakan bahwa retorika merupakan suatu ilmu untuk mempelajari bagaimana cara bertutur kata dihadapan masyarakat dengan baik dan sistematis, logis dan memberikan pemahaman serta keyakinan kepada orang lain terhadap apa yang tengah disampaikan 14 . Terdapat lima hal dalam retorika, yaitu inventation (penciptaan), style (gaya), arrangement (pengaturan), memori (ingatan) dan delivery (penyampaian). Seseorang yang melakukan retorika harus melakukan dua spek yaitu bahasa dan pengunaan atas bahasa tersebut sebab keduanya adalah hal urgent dalam efektivitas keberhasilan atas pesan- pesan yang disampaikan. Sebab tujuan dari retorika adalah to inform (memberikan keterangan), to convince (meyakinkan dan menginsafkan), to inspire (memunculkan inspirasi), to entertain (menghibur), dan to actuate (menggerakkan) 15 . Dalam perkembangan selanjutnya retorika sering di identikkan dengan public speaking (kemampuan berbicara di depan umum). Banyak pendapat mengatakan bahwa retorika tidak hanya kemampuan berbicara di depan umum, tetapi juga mencakup seni menulis. Hal tersebut menjadi sebab para ahli komunikasi cenderung lebih menempatkan retorika sebagai gabungan seni berbicara dihadapan banyak orang serta memiliki pengetahuan untuk meyakinkan orang lain terhadap suatu masalah menggunakan pendekatan persuasi 16 . Dalam retorika terdapat beberapa istilah: 1) Gaya bahasa: gaya Bahasa merupakan suatu cara menggunakan bahasa atau style, gaya bahasa kerap kali mendapatkan masalah dari bagian diksi atau pemilihan kata antara cocok atau tidaknya dalam menghadapi situasi tertentu, dengan begitu gaya bahasa yang baik harus mengandung unsur kesopanan, kejujuran serta menarik 17 . Dalam gaya bahasa Husain Basyaiban ia menggunakan gaya bahasa percakapan, yakni pilihan kata yang disampaikan terlihat seperti sebuah ajakan percakapan 13 Ahmad Murtadho, “Charisma Of The Preacher as a Communicator,” Jurnal spektrum komunikasi 07, no. 01 (2019): 17. 14 Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan (Buku Ajar Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) (Jakarta: Dakwah Press, 2006). 15 Toto tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: gaya media pratama, 1997). 16 Mohd. Rafiq, “Urgensi Retorika Dalam Aktivitas Dakwah,” Fitrah Jurnal Ilmu Ilmu Keislaman 01, no. 01 (2015): 02. 17 Mochammad Syahrul Gunawan, “Retorika Dakwah K.H Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) Di Masjid Sirotol Mustaqim Ansan Korea Selatan Dalam Youtube,” Skripsi (INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA, 2020). menggunakan kata- kata populer. Hal tersebut menjadikan dapat menepis anggapan masyarakat bahwa dakwah merupakan kegiatan keagamaan yang mengandung unsur kekerasan atau disampaikan secara kaku hingga membosankan itu tidaklah benar. 2) Gaya suara: gaya suara merupakan seni berkomunikasi untuk menikmati perhatian dibawakan dengan gaya irama yang berubah- ubah sambil memberikan penekanan atas apa yang tengah menjadi perhatian. Berdasarkan gaya suara Husain kerap menggunakan gaya sederhana saat tengah memberi intruksi, perintah, pelajaran dan sejenisnya. Husain juga menggunakan gaya mulia dan bertenaga, dimana gaya tersebut digunakan untuk menggerakkan sesuatu menggunakan kekuatan dan vitalitas nada ke agungan, gaya tersebut mampu menggerakkan kemudian menggertakan emosi pendengar. Terakhir Husain Basyaiban juga tidak lupa untuk menggunakan gaya menengah yaitu dengan menggunakan suara yang lemah lembut untuk menciptakan suasana yang damai dan tenang serta sedikit menyelipkan humor yang sehat. 3) Gaya gerak tubuh: merupakan gerakan fisik yang digunakan untuk menyampaikan makna, menarik perhatian, serta menumbuhkan kepercayaan diri dan semangat. Gaya gerak tubuh digunakan seperti berjalan dari satu tempat ketempat lain, atau bahkan menggerakan sebagian postur tubuh sesuai dengan ekpresi yang ingin disampaikan. Dalam penampilan dakwahnya, Husain Basyaiban juga memiliki style keunikan tersendiri dalam setiap penampilannya, ia bahkan mengakui bahwa penampilan dakwahnya di tiktok dengan penampilan dakwahnya secara langsung pada majelis ilmu itu sangatlah berbeda. Dalam kegiatan dakwah yang dilaksanakan secara konvensional Husain memilih mengenakan pakaian muslim seperti gamis dan kopyah, namun dalam penyampaiannya melalui tiktok husain memilih mengenakan pakaian santai seperti kaos, hoodie, tanpa kopyah serta menggunakan bahasa gaul sesuai dengan perkembangan media untuk menarik perhatian target utama dakwahnya yakni anak muda generasi millenial 18 18 Agus triyono Lutfiana Allisa, “Pengaruh Dakwah Di Media Sosial Tiktok Terhadap Tingkat Religiusitas Remaja Di Demak,” Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi 07, no. 01 (2023): 29. Jenis retorika yang digunakan oleh Husain Basyaiban termasuk dalam jenis monologika karena termasuk dalam pidato atau ceramah yang bersifat satu arah, hanya seseorang yang berbicara dan yang lain mendengarkannya. Serta bersifat informatid karena dibawakan dengan bersungguh- sungguh, ilmiah, objektif serta rasional. Sedangkan dakwah dapat di artikan sebagai upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk membentuk perubahan pada pikiran manusia (fikrah) , perasaan (syu’ur) dan tingkah laku (suluk) yang membawa mereka kepada jalan Allah sehingga tercipta masyarakat yang Islami (Al Mujtama’ Al Islami) 19 . Syekh Ali mahfud dalam kitab hidayatul mursyidin mendefinisikan dakwah adalah sebuah dorongan terhadap manusia agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk atas apa yang telah Allah ciptakan, menyeru ummat agar berbuat baik dan menghindari dari kemungkaran demi mendapatkannya kebahagiaan dunia dan akhirat. Pada dimensi yang luas dakwah memiliki empat aktivitas utama, (1) memberikan peringatan masyarakat terhadap makna kebenaran dan keadilan menggunakan lisan, (2) menciptakan komunikasi islam yang baik melalui karya tulisnya, (3) memberikan contoh teladan atas berakhlak atau ber prilaku yang baik, dan (4) memberikan tindakan tegas terhadap kemampuan fisik, harta dan jiwanya dalam prinsip- prinsip ilahi 20 . Sesuai dengan disiplin ilmu dan dan sasaran dakwah, terdapat lima hal yang menjadi point penting dalam tujuan dakwah di antaranya adalah : 1) Dakwah merupakan sebuah solutif untuk mengatasi problematika ummat 2) Dakwah untuk membentuk masyarakat agar sesuai dengan ajaran agama Islam 3) Menyeru serta mengajak manusia agar berjalan ke arah yang benar, dengan mengingatkan apa saja larangan yang telah di syiarkan oleh agama, yang mana hal tersebut dapat membahayakan diri sendiri maupun masyarakat sekitar 4) Mengenalkan materi serta memberikan penjelasan atas apa yang terkait didalamnya 5) Menjaga manusia agar tetap pada fitrahnya serta berpegang teguh terhadap Al- Quran dan hadits 21 Sedangkan fungsi dari dakwah adalah untuk menjaga orisinalitas pesan dakwah, serta mencegah datangnya murka dan laknat Allah SWT. Dakwah juga berfungsi sebagai penanaman 19 Asep Syamsul Muhammad Romli, Jurnalistik Dakwah, Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam (Bandung: remaja rosdakarya, 2003). 20 Hendi Suhendi Salma Humaira Supratman, “Efektivitas Dakwah Melalui Media Sosial Tiktok Dalam Meningkatkan Nilai- Nilai Keberagamaan,” Jurnal Riset Komunikasi Penyiaran Islam 02, no. 02 (2022): 02. 21 Abdul Wahid, Gagasan Dakwah: Pendekatan Komunikasi Antarbudaya , ed. kencana (Jakarta, 2019). nilai- nilai keislaman seperti rasa nyaman, aman dan menyejukkan. Disamping itu dakwah haruslah mampu mempengaruhi dan mengendalikan berbagai perubahan perilaku manusia yang terdampak oleh dinamika globalisasi 22 . Retorika dan dakwah merupakan sesuatu yang berkesinambungan, sebab makna dari retorika itu sendiri adalah sebuah kemahiran dan kepandaian dalam menggunakan bahasa untuk menciptakan sebuah pikiran dan perasaan. Sedangkan dalam dakwah, sebuah kemahiran seni dalam penggunaan bahasa menjadi sebuah persoalan dasar dalam proses tersampainya dakwah, sehingga kedua hal tersebut menjadi saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Retorika dakwah adalah sebuah keterampilan menyampaikan pesan yang mengandung unsur ajaran Islam secara lisan yang bertujuan untuk menciptakan sebuah kondisi dan situasi yang Islami. Retorika dakwah sebagai cabang dari ilmu komunikasi yang memberikan pembahasan mengenai bagaimana tata cara untuk menyampaikan pesan kepada orang lain melalui seni berbicara atau bisa disamakan dengan public speaking . Dalam Bahasa Arab retorika biasa disebut dengan Fannul Khitabah atau Muhadharah , sedangkan dalam istilah Bahasa Indonesia retorika lebih dikenal dengan sebutan pidato atau ceramah. Maka retorika dakwah adalah suatu kemahiran seni terampil dalam membawakan atau menyampaikan pesan-pesan ajaran agama Islam melalui lisan. Pesan yang akan disampaikan adalah ajaran Islam yang akan memberikan sebuah pemahaman dan menambah wawasan serta pengetahuan kepada masyarakat luas dan dapat dipahami dengan baik. Menggunakan teori jarum hypodermic Husain telah berhasil melakukan retorika dakwah dalam setiap penyampaian materinya, hingga dengan mudah pesan yang disampaikan menuju bahkan mempengaruhi obyek dakwahnya. Pada akun tiktoknya @kadamsidik00 Husain mulai menyebar luaskan konten terkait dakwah Islam dengan pola penyampaian yang singkat dan lugas, materi yang ia sampaikan tentunya menggunakan dalil yang jelas sebagai penguat materi, sehingga hal tersebut memberikan daya tarik sendiri bagi para pengguna Tiktok. Husain juga sering melakukan stitch video yang tengah viral atau tengah dibicarakan oleh pengguna Tiktok lain nya lalu dikaitkan dengan sudut pandang Islam. 22 Eko Sumadi, “Dakwah Dan Media Sosial: Menebar Kebaikan Tanpa Diskriminasi,” Jurnal at-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam 04, no. 01 (2016): 180. Salah satu ciri retorika dakwah Husain Basyaiban adalah Husain selalu memilih kalimat yang akan di ungkapkan dengan berhati- hati, yang di anggap paling sesuai atau cocok kemudian disampaikannya secara persuasif sehingga tujuan nya sebagai komunikator dapat tersampaikan, diketahui, dipahami serta diterima dengan baik dan tercapai. Juga telah banyak sekali pertanyaan yang di ajukan netizen melalui kolom komentar video Tiktoknya ataupun lewat direct message yang ia terima di instagram nya. Husain kemudian mengangkat beberapa masalah lalu membahasnya dalam konten video Tiktoknya dengan penjabaran yang lugas dan detail. Husain juga kerap menjawab pertanyaan netizen dengan menampilkan video permasalahan yang men tag akun Tiktoknya kemudian menanggapi video tersebut dengan menyertakan penjelasan sesuai Hadits dan Al- Quran. Konten dakwah Husain Basyaiban yang ia unggah pada akun Tiktoknya @kadamsidik00 tentu memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan pendakwah lainnya. Penyampaian dakwah yang ia sampaikan terdiri dari beberapa bidang termasuk bidang fiqih dan akhlak. Sasaran utama dakwahnya adalah remaja, namun tidak menutup kemungkinan bahwa dakwahnya tengah diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun dilihat dari banyak komentar yang ada pada akun @kadamsidik00 dapat dikatakan bahwa konten dakwahnya di dominasi oleh kalangan remaja yang antusias dengan isi dakwahnya, berbagai komentar yang berisi pujian membanjiri kolom komentar videonya. Konten video yang ia unggah kerap mendapatkan jumlah like hingga ratusan juta dan pengikut yang menjadi jutaan hingga menjadikan akun @kadamsidik00 cukup sering FYP menandakan bahwa akun ini mendapatkan perhatian lebih dari platform Tiktok 23 . Husain telah menerapkan retorika dalam setiap dakwahnya, dimana hal tersebut menjadi point penting sebagai pendukung dalam tercapainya keberhasilan tujuan dakwah. Husain menggunakan retorika dakwahnya dengan tepat, hingga ia dapat mempersuasi para pengguna media sosial Tiktok yang menonton videonya. Setiap penonton video dakwahnya akan merima pesan dakwah yang kemudian mereka mengaplikasikannya pada tindakan dan juga perilaku sehari- hari. Dalam menyampaikan dakwahnya Husain tidak pernah menggunakan teks atau seperti membaca, Husain terlihat sangat hafal dan fasih atas apa yang akan disampaikannya. Suara Husain Basyaiban juga sangat merdu saat membaca ayat- ayat Al Quran sebagai penguat 23 Dian Nur Utami, “Metode Dakwah Husain Basyaiban Melalui Tiktok,” (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022). penyampaiannya, tidak seikit penonton yang merasa terpukau dengan lantunan ayat sucinya yang merdu serta pelafalan makhorijul hurufnya yang benar. Dalam konsep good competence , sebagai seorang da’i seseorang seharusnya memiliki kredibel pemahaman dan penguasaan yang baik atas pesan – pesan yang disampaikan. Luasnya ilmu pengetahuan, wawasan serta pengalaman, sehingga ia tidak akan kehabisan materi yang akan disampaikan daupun di ajarkan kepada orang lain. Bagi seorang da’i kualifikasi pengeuasaan pengetahuan agama (tafaqquh fiddin) sebagai salah satu syarat bagi seorang da’i. Disamping itu di antara prasyarat lain nya adalah ia harus paham akan manusia (tafaqquh finnas) meliputi keberadaan manusia serta bahasa yangt digunakannya. Juga memahami perkembangan dunia yang terus berjalan (tafaqquh fiddunya al- mutathawwir) agar ia tidak jauh panggang dari api. Pendakwah juga harus mempu memahami dinamika globalisasi, situasi bahkan kondisi 24 Dalam menyampaikan dakwahnya Husain juga menggunakan bahasa tubuh dengan gestur tegas dan tenang, sesekali menggerakkan tangan nya ke atas, depan atau bahkan samping. Husain juga mengatur mimik wajahnya seperti mengkerutkan alis seakan tengah berpikir, menggelengkan kepala, dan ekspresi lainnya yang mampu menarik perhatian audiens kemudian tersenyum setelah dakwahnya selesai disampaikan. Dengan begitu tujuan dakwah dapat dicapai lebih mudah dengan retorika dakwah itu sendiri. Dakwah akan dikatakan berhasil apabila dengan pesan dakwah tersebut dapat mempengaruhi dan mengajak orang lain kepada Allah SWT, sehingga dengan hal tersebut menunjukkan bahwa retorika telah bekerja secara maksimal dan memberikan hasil optimal yang sesuai dengan tujuan agama Islam. ## 3. Strategi Dakwah Husain Basyaiban Dalam Media Tiktok Lalu dalam menyampaikan dakwahnya melalui media sosial Tiktok, sebagai media hiburan dan ditengah gempuran konten tidak bermanfaat namun digandrungi masyarakat Husain sebagai intelektual muslim muda telah memiliki strateginya sendiri dalam memproduksi konten video dakwahnya, di antaranya adalah: a. Karena mengetahui bahwa targetnya adalah anak muda atau generasi millennial, dalam dakwahnya Husain memberikan penyampaian yang terkesan merangkul. Menggunakan bahasa yang santai dan menyesuaikan dengan karakteristik anak muda 24 Umdatul Hasanah, “Kualifikasi Da’i: Komparasi Konseptual Retorika Dakwah Dan Retorika Aristoteles,” Jurnal Komunikasi Islam 10, no. 02 (2020): 06. sehingga membuat pengguna media sosial Tiktok nyaman untuk menonton dan mendengarkan dakwahnya. b. Tiktok sebagai aplikasi video dengan rentang waktu yang sedikit, maka Husain Basyaiban menciptakan video berdurasi pendek dan tidak bertele- tele. Husain telah menyiapkan subtansi dakwah yang efektif dan jelas, kemudian dikemas dengan cara sederhana atau simple namun begitu detail dan mudah dipahami. c. Memproduksi konten yang berkenaan dengan apa yang tengah dirasakan oleh anak muda zaman sekarang atau yang berkaitan dengan fenomena terkini. Husain mengunggah konten yang mana membuat anak muda sadar bahwa mereka juga harus tau dan aware terhadap agama sendiri. Sehingga mereka memahami isi pesan serta memberikan implementasi dalam menyampaikan isi pesan dakwah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi atau bahkan fenomena viral yang terjadi pada masyarakat itu sendiri. d. Seseorang yang ingin menyampaikan pesan dakwah yang baik tapi disampaikan dengan cara yang salah maka persepsi orang akan salah. Sehingga Husain selalu menata bahasa yang akan disampaikannya agar tidak menimbulkan persepsi yang buruk hingga terjadi sebuah kesalah pahaman atau perpecahan, tapi menciptakan pemahaman agama yang baik bagi setiap orang. e. Pada setiap dakwahnya Husain selalu menjelaskan nya dengan hati- hati tanpa menyenggol atau memojokkan pihak manapun sehingga penonton merasa nyaman saat menonton videonya. f. Pada era millennial sangat penting seorang pendakwah dapat menyampaikan pesan menggunakan fakta atau refrensi yang relavan. Sehingga dalam penyampaian dakwahnya Husain kerap memberikan kisah- kisah nabi ataupun sahabat sehingga kita bisa mencontoh atau bahkan meniru perilaku beliau. Dalam keilmuannya Husain juga termasuk seorang penda’i yang memiliki pemikiran kritis dengan terus belajar dan meng upgrade ilmu agama sesuai dengan kebutuhan pengetahuan modern. g. Tidak hanya memproduksi konten yang dikhususkan kepada generasi muda, Husain juga memproduksi konten dengan apa yang tengah dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti apabila hendak memasuki bulan Ramadhan, maka Husain akan memberikan materi seperti amalan- amalan yang di anjurkan, fadhilah sholat tarawih, hal- hal yang dapat membatalkan puasa, serta materi lain yang memiliki relevansi dengan momentun Ramadhan. h. Dalam penyampaian dakwahnya, husain telah memilih kata perkata dalam setiap penyampaian nya, kepada yang lebih tua baik kepada yang lebih muda ia menyampaikan dakwahnya dengan penuh kesopanan dan lemah lembut agar tidak terkesan menggurui. i. Husain sebagai masyarakat Madura tidak menjadikan dia kaku menggunakan Bahasa Indonesia dalam setiap penyampaian dakwahnya. Husan bahkan kerap menggunakan bahasa arab yang telah fasih ia kuasai berikut terjemahnya agar mudah dipahami, serta menggunakan dalil Al- Quran dan Hadits sehingga penonton videonya tidak berfikir bahwa yang Husain sampaikan tidak hanya tentang pemikirannya sendiri. Namun apabila dakwah dilaksanakan menggunakan metode yang tidak sesuai serta ambigunya isi pesan dakwah yang disampaikan, maka hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman atau pespektif yang dapat merujuk langsung pada pemaksaan, kekerasan, atau bahkan melanggar etika kemanusiaan, maka menjadi tidak berarti suatu kemuliaan dakwah itu sendiri. Sehingga akan memberikan imbas pada generasi muda sebagai generasi millennial sebagai penerus bangsa yang tumbuh mengikuti arus dominasi budaya digital yang erat hubungannya dengan penyebaran pola konsumsi dan gaya hidup yang instant 25 . Melakukan pengoptimalan terhadap media komunikasi dalam berdakwah, menjadikan pesan yang disampaikan akan lebih cepat sampai diterima oleh banyak orang. Tidak hanya itu, dakwah dalam media sosial akan menjadi lebih menarik karena kecenderungan masyarakat terhadap perangkat handphone sebagai tekhnologi informasi. Maka dengan alasan tersebut perna media sosial menjadi begitu urgent dalam kegiatan menyampaikan komunikasi dakwah. Dengan mengoptimalkan penggunaannya maka akan memaksimalkan kegiatan dakwah yang ada, apalagi jika ditinjau dengan teori media influence, bahwa media dapat memberikan pengaruh baik negative ataupun positif kepada induvidu secara langsung ataupun tidak langsung. ## KESIMPULAN ## Kesimpulan 25 Usfiyatul Marfu’ah, “Strategi Komunikasi Dakwah Berbasis Multikultural,” Islamic Comunication Journal 02, no. 02 (2017): 147 – 161. Husain Basyaiban sebagai influencer dakwah pada media sosial Tiktok dengan retorika dakwahnya dalam setiap penyampaian pesan dakwahnya, menjadi salah satu content creator dakwah paling berpengaruh dalam memperbaiki akhlak serta menambah pengetahuan keagamaan generasi millenial kali ini. Dalam menghadapi problematika dan tantangan dakwah pada era digital yang lebih kompleks, Husain bahkan telah mengatur sedemikian rupa baik dari penerapan retorika dakwahnya, strategi dakwahnya dalam media sosial tersebut dengan mengangkat tema yang tengah fenomenal agar menarik dan tidak membosankan, serta mengatur bagaimana konten yang ia produksi mampu diterima dan di amalkan dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat yang menonton videonya. ## Saran Dakwah Islam dalam menghadapi globalisasi modernisasi tentu dirasa tidak cukup apabila hanya mengandalkan pendekatan konvensional pada era digital. Dakwah islam tentu haruslah di optimalkan melewati media sosial sebagai aplikasi yang memiliki sifat interaktif yang menciptakan k emudahan bagi da’i untuk menyampaikan dakwahnya lebih luas menjangkau lapisan masyarakat salah satunya dengan aplikasi Tiktok. Maka menjadi seorang da’i diharapkan untuk terus aktif dan selalu upgrade dalam penyampaian dakwahnya dalam menghadapi tantangan dinamika global modern. ## DAFTAR PUSTAKA A. Basit. Filsafat Dakwah . Jakarta: Rajawali Press, 2013. P-ISSN: 2721-964X / E-ISSN: 2721-9631 Volume 4 Nomor 2 Juli 2023 Abdul Wahid. Gagasan Dakwah: Pendekatan Komunikasi Antarbudaya . Edited by kencana. Jakarta, 2019. Ahmad Murtadho. “Charisma Of The Preacher as a Communicator.” Jurnal spektrum komunikasi 07, no. 01 (2019): 17. Amelia, Riska. “Pesan Dakwah Husain Basyaiban Dalam Konten Tik Tok.” UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2021. Anggita Falestyana, Lutfi Ul fa Ni’ Amah. “Tiktok Sebagai Media Dakwah (Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Akun Tiktok @basyasman00).” Al- Idarah: Jurnal Manajemen Dakwah 02, no. 01 (2022): 09. Asep Syamsul Muhammad Romli. Jurnalistik Dakwah, Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam . Bandung: remaja rosdakarya, 2003. Dhanik Sulistyarini, Anna Gustina Zainal. Buku Ajar Retorika . Banten: CV. AA RIZKY, 2020. Dian Nur Utami. “Metode Dakwah Husain Basyaiban Melalui Tiktok,.” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022. Eko Sumadi. “Dakwah Dan Media Sosial: Menebar Kebaikan Tanpa Diskriminasi.” Jurnal at- Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam 04, no. 01 (2016): 180. Fitriani Utami Dewi. Public Speaking Kunci Sukses Bicara Di Depan Publik . Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013. Gunawan, Mocha mmad Syahrul. “Retorika Dakwah K.H Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) Di Masjid Sirotol Mustaqim Ansan Korea Selatan Dalam Youtube.” Skripsi . INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA, 2020. Hariansyah. Millenials Bukan Generasi Micin . Bandung: Geupedia Publisher, 2018. Hidayatullah, S.H. “Perilaku Generasi Millennial Dalam Menggunakan Aplikasi Go Food.” Jurnal Manajemen & Kewirausahaan 02, no. 02 (2018): 06. Jalaludin Rakhmat. Retorika Modern: Pendekatan Praktis . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998. Lestari, Puput Puji. “Dakwah Digital Untuk Generasi Millennial.” Jurnal dakwah: media komunikasi dan dakwah 21, no. 01 (2020): 41. Lutfiana Allisa, Agus triyono. “Pengaruh Dakwah Di Media Sosial Tiktok Terhadap Tingkat Religiusitas Remaja Di Demak.” Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi 07, no. 01 (2023): 29. Mohd. Rafiq. “Urgensi Retorika Dalam Aktivitas Dakwah,.” Fitrah Jurnal Ilmu Ilmu Keislaman 01, no. 01 (2015): 02. Muis, Ahmad. Komunikasi Islam . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Salma Hum aira Supratman, Hendi Suhendi. “Efektivitas Dakwah Melalui Media Sosial Tiktok Dalam Meningkatkan Nilai- Nilai Keberagamaan.” Jurnal Riset Komunikasi Penyiaran Islam 02, no. 02 (2022): 02. Toto tasmara. Komunikasi Dakwah . Jakarta: gaya media pratama, 1997. Trilaksono.dkk, Bobby H. “Media Retorika Dakwah Pada Era Millennial.” jurnal kajian komunikasi dan budaya islam 01, no. 01 (2021): 10. Ulwan., A.N. Silsilah Madrasah Ad- Duat: Fusul Al- Hadifah Fi Fiqh Al- Dakwah Wa Al- Daiyah . kairo: Dar al Islam, 2002. Umdatul Hasanah. “Kualifikasi Da’i: Komparasi Konseptual Retorika Dakwah Dan Retorika Aristoteles.” Jurnal Komunikasi Islam 10, no. 02 (2020): 06. Usfiyatul Marfu’ah. “Strategi Komunikasi Dakwah Berbasis Multikultural.” Islamic Comunication Journal 02, no. 02 (2017): 147 – 161. Wahidin Saputra. Retorika Dakwah Lisan (Buku Ajar Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) . Jakarta: Dakwah Press, 2006.
507667dd-5278-463f-9999-8fa127129fb5
https://e-abdimas.unw.ac.id/index.php/jhhs/article/download/256/135
Hubungan Rheumatoid Arthritis dengan Kejadian Insomnia pada Usia Lanjut Sri Wulandari 1 , Warda Anil Masyayih 2 , Rista Dian Anggraini 3 , Hany Puspita Aryani 4 1,2,3,4 STIKes Husada Jombang, Indonesia Email Korespondensi: [email protected] ## ABSTRAK Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia adalah rheumatoid arthritis . Gangguan sendi yang dialami penderita rheumatoid arthritis akan berdampak pada masalah fisik seperti insomnia dan nantinya akan berpengaruh pada kualitas tidur. Rancangan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampelnya semua lansia penderita penyakit rheumatoid arthritis sebanyak 30 responden dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling . Pengumpulan data menggunakan kuesioner KSPBJ insomnia rating scale . Analisa data dengan uji Spearman’s Rho dengan signifikasi 0,05. Hasil Penelitian diketahui bahwa pada responden yang mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri berat seluruhnya mengalami insomnia berat yaitu sebanyak 13,3%. Sedangkan pada responden yang mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri ringan seluruhnya mengalami insomnia ringan yaitu sebanyak 36,7%. Hasil analisa data dengan uji Spearman Rho didapatkan ada hubungan rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ( ρ =0,000, α=0,05, r=0,699). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan dalam kategori kuat antara rheumathoid Arthritis dengan kejadian insomnia. Kata kunci : Lansia, Rheumatoid Arthritis , Insomnia ## ABSTRACT ## Relationship between Rheumatoid Arthritis and Insomnia in Old Age One of the health problems often experienced by the elderly is rheumatoid arthritis. Joint disorders experienced by people with rheumatoid arthritis will have an impact on physical problems such as insomnia and will later affect sleep quality. Design correlational analytical research with a cross-sectional approach. The sample was all elderly people with rheumatoid arthritis as many as 30 respondents using the smapling purposive sampling technique. Data collection using KSPBJ insomnia rating scale questionnaires. Analyse data with Spearman’s Rho test with 0.05 significance. The results of the study were known that in respondents who experienced rheumatoid arthritis with severe pain all experienced severe insomnia, which was 13.3%. Meanwhile, in respondents who experienced rheumatoid arthritis with mild pain, all experienced mild insomnia, which was 36.7%. The results of the data analysis with the Spearman Rho test found that there was a relationship between rheumatoid arthritis and insomnia in old age in Kreteranggon Village, Sambeng District, Lamongan Regency (ρ =0,000, α=0.05, r=0.699). Based on the description above, it can be concluded that there is a relationship in the strong category between rheumathoid arthritis and the incidence of insomnia. Hubungan Rheumatoid Arthritis … Sri Wulandari, Warda Anil Masyayih, Rista Dian Anggraini, Hany Puspita Aryani Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 5, No. 1 Maret 2023 ## Keywords: Elderly, Rheumatoid arthritis, Insomnia ## PENDAHULUAN Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih buruk(Nugroho, 2015). Pada kasus yang serius, akan muncul gejala Insomnia. Insomnia merupakan kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas(Lyndon Saputra, 2013). Menurut World Health Organization (WHO, 2017) terdapat 335 juta penduduk dunia mengalami rheumatoid arthritis . Prevalensi arthritis di dunia paling tinggi yaitu terjadi di bagian Eropa dan Asia. Di Indonesia prevalensi arthritis sebesar 23,3% - 31,6% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2017 lalu, jumlah pasien ini mencapai 18,96 juta orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan pada tahun 2018, didapatkan bahwa jumlah lansia dengan rheumatoid arthritis sebanyak 86.434 orang(Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, 2021), sedangkan jumlah lansia yang mengalami insomnia sejumlah 12.324 orang. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan data lansia yang mengalami insomnia di Posyandu Lansia di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan sebanyak 30 orang. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit kronis yang menyebabkan nyeri sendi, kekakuan sendi, pembengkakan, keterbatasan gerak pada sendi, kelelahan fisik dan dapat menyebabkan kecacatan pada penderitanya. Gangguan sendi yang dialami penderita rheumatoid arthritis akan berdampak pada masalah fisik seperti insomnia dan nantinya akan berpengaruh pada kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk akan berdampak terhadap kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit, seperti gangguan mood, konfusi, kurang fresh, stress, serta menurunya kemampuan berkonsentrasi pada lansia(Vilasinee Ari Hara Kumar; Nyoman Ratep, 2017). Penanganan penderita rheumatoid arthritis difokuskan pada cara mengontrol rasa sakit, mengurangi kerusakan sendi, dan meningkatkan rentang gerak atau mempertahankan fungsi dan kualitas hidup. Menurut American College Rheumatology , penanganan untuk rheumatoid arthritis dapat meliputi terapi farmakologis (obat-obatan), nonfarmakologis dan tindakan operasi(Th. Endang Purwoastuti, 2015). Secara non-farmakologi, tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengurangi beban pada sendi, memperbaiki postur tubuh yang salah, beban berlebihan pada sendi yang terlibat harus dihindarkan, pasien rheumatoid arthritis , pinggul atau lutut harus menghindari berdiri lama, berlutut, berjongkok dan istirahat secukupnya tanpa immobilisasi total. Penderita juga di minta untuk berolahraga. Selanjutnya diberikan edukasi pada pasien (edukasi tentang manajemen diri, motivasi, nasihat tentang olahraga, rekomendasi untuk mengurangkan beban pada sendi yang terlibat) (A.Langford, 2016). Sedangkan terapi farmakologis digunakan merupakan pengobatan utama dalam penanganan gejala Insomnia. Setelah faktor penyebab teridentifikasi maka penting untuk mengontrol dan mengelola masalah yang mendasarinya, karena hanya dengan mengobati insomnia saja tanpa menangani penyebab utamanya jarang memberikan hasil. Hubungan Rheumatoid Arthritis … Sri Wulandari, Warda Anil Masyayih, Rista Dian Anggraini, Hany Puspita Aryani Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 5, No. 1 Maret 2023 Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?” ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua penderita penyakit rheumatoid arthritis di desa kreteranggon kecamatan sambeng kabupaten Lamongan. Sampling menggunakan purposive sampling . Pengumpulan data menggunakan kuesioner KSPBJ insomnia rating scale . Analisa data dengan uji Spearman’s Rho dengan signifikasi 0,05. ## HASIL PENELITIAN Data Umum Data umum ini mencakup Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Lama menderita rheumatoid arthritis . Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 1. Karateristik Penderita Rheumatoid Arthritis Karateristik Frekuensi (ƒ) Prosentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 13 17 43,3 56,7 Usia 60-64 tahun 65-68 tahun 69-74 tahun 7 18 5 23,3 60 16,7 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 19 8 3 0 0 63,3 26,7 10 0 0 Pekerjaan Tidak bekerja/IRT Petani Wiraswasta Pekerja Pabrik PNS / Guru 2 23 5 0 0 6,7 76,7 16,7 0 0 Lama Menderita rheumatoid arthritis <1 tahun 1-2 tahun 3-4 tahun >4 tahun 4 2 6 18 13,3 6,7 20 60 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar yaitu sebanyak 17 responden (56,7%) dengan jenis kelamin perempuan dan hampir setengahnya yaitu sebanyak 13 responden (43,3%) dengan jenis kelamin laki-laki. Dapat diketahui pula bahwa dari 30 responden, sebagian besar yaitu sebanyak 18 responden (60%) berusia 65-68 tahun dan sebagian kecil yaitu sebanyak 5 responden (16,7%) berusia 69-74 tahun. Pada kategori pekerjaan diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) tidak sekolah dan hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 3 responden (10%) berpendidikan SMP. Pada Kategori pekerjaan sendiri dapat dilihat bahwa hampir Hubungan Rheumatoid Arthritis … Sri Wulandari, Warda Anil Masyayih, Rista Dian Anggraini, Hany Puspita Aryani Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 5, No. 1 Maret 2023 seluruhnya yaitu sebanyak 23 responden (76,7%) bekerja petani, dan hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 2 responden (6,7%) tidak bekerja/ibu rumah tangga. Penderita rheumatoid arthritis mayoritas sudah menderita penyakit tersebut sebanyak 18 responden (60%) menderita rheumatoid arthritis > 4 tahun, dan hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 2 responden (6,7%) menderita rheumatoid arthritis 1-2 tahun. ## Univariant Kejadian rheumatoid arthritis pada usia lanjut Tabel 2. Distribusi kejadian rheumatoid arthritis pada usia lanjut di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan tahun 2020. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden, setengahnya yaitu sebanyak 15 responden (50%) mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri sedang, dan hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 4 responden (13,3%) mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri berat. Kejadian insomnia pada usia lanjut di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Tabel 3. Distribusi kejadian insomnia pada usia lanjut di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan tahun 2020 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) mengalami insomnia ringan. Hanya sebagian kecil yaitu masing-masing sebanyak 5 responden (16,7%) mengalami insomnia sedang dan insomnia berat. Hubungan rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan No. Kejadian rheumatoid arthritis Frekuensi Prosentase (%) 1. 2. 3. Nyeri Berat Nyeri Sedang Nyeri Ringan 4 15 11 13,3 50 36,7 Jumlah 30 100 No. Kejadian insomnia Frekuensi Prosentase (%) 1. 2. 3. Insomnia Berat Insomnia Sedang Insomnia Ringan 5 5 20 16,7 16,7 66,7 Jumlah 30 100 Hubungan Rheumatoid Arthritis … Sri Wulandari, Warda Anil Masyayih, Rista Dian Anggraini, Hany Puspita Aryani Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 5, No. 1 Maret 2023 Tabel 4. Tabel silang antara rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan tahun 2020 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pada responden yang mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri berat seluruhnya mengalami insomnia berat yaitu sebanyak 4 responden (13,3%). Sedangkan pada responden yang mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri ringan seluruhnya mengalami insomnia ringan yaitu sebanyak 11 responden (100%). ## PEMBAHASAN Kejadian rheumatoid arthritis pada usia lanjut Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden, setengahnya yaitu sebanyak 15 responden (50%) mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri sedang, dan hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 4 responden (13,3%) mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri berat. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit kronis yang menyebabkan nyeri sendi, kekakuan sendi, pembengkakan, keterbatasan gerak pada sendi, kelelahan fisik dan dapat menyebabkan kecacatan pada penderitanya. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi-sendi kecil ditangan dan sendi kaki, yang cenderung paling sering terkena adalah sendi kaki. Pada rheumatoid arthritis kekakuan paling sering terjadi yaitu dipagi dan malam hari, hal ini dapat berlangsung selama satu hingga dua jam(de Ridder et al., 2012). Etiologi rheumatoid arthritis untuk saat ini belum diketahui pasti. Namun, kejadianya dikolerasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan rheumatoid arthritis . Selain itu ada kaitannya juga antara riwayat dalam keluarga dengan kejadian rheumatoid arthritis pada keturunan selanjutnya. Terjadinya rheumatoid arthritis diakibatkan oleh faktor usia, dan jenis kelamin. Pada faktor usia, rheumatoid arthritis biasanya timbul antara usia 40 tahun sampai 60 tahun. Dari semua faktor risiko untuk timbulnya rheumatoid arthritis , faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya rheumatoid arthritis semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Rheumatoid arthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada usia dibawah 40 tahun dan sering pada usia diatas 60 tahun. Pada faktor jenis kelamin, rheumatoid arthritis jauh lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 3:1. Meskipun mekanisme yang terkait jenis kelamin masih belum jelas. Perbedaan pada hormon seks kemungkinan memiliki pengaruh. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit Rheumatoid arthritis Insomnia Total Berat Sedang Ringan f % f % f % f % Nyeri Berat Nyeri Sedang Nyeri Ringan 4 1 0 100 6,7 0 0 5 0 0 33,3 0 0 9 11 0 60 100 4 15 11 100 100 100 Jumlah 5 16,7 5 16,7 20 66,7 30 100 Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 5, No. 1 Maret 2023 menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik(Surjana, 2015). Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa rheumatoid arthritis dengan nyeri sedang dialami oleh setengah dari jumlah responden. Terjadinya rheumatoid arthritis diakibatkan oleh faktor usia, dan jenis kelamin. Dimana pada sebagian besar responden berusia 65-68 tahun, sehingga pada usia tersebut seseorang berisiko tinggi mengalami rheumatoid arthritis . Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan rheumatoid arthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada usia dibawah 40 tahun dan sering pada usia diatas 60 tahun. Pada lansia berisiko tinggi terjadi rheumatoid arthritis karena lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses menua ( Aging ) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi. Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih buruk. Rheumatoid arthritis adalah salah satu jenis penyakit yang bisa dipicu oleh faktor pertambahan usia. Setiap persendian memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi terjadinya gesekan antara tulang dan di dalam sendi terdapat cairan yang berfrungsi sebagai pelumas sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah berusia lanjut lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan hilang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat digerakkan. Kemudian terjadinya rheumatoid arthritis juga diakibatkan faktor gender karena pada penelitian ini sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan rheumatoid arthritis jauh lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki. Secara keseluruhan pada usia dibawah 45 tahun frekuensi terjadinya rheumatoid arthritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun risiko rheumatoid arthritis lebih banyak pada wanita daripada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis rheumatoid arthritis . Mengapa perempuan lebih banyak terkena rheumatoid arthritis , disebutkan belum diketahui secara pasti, namun diduga karena adanya kaitannya dengan faktor genetik. Rheumatoid arthritis pada lansia apabila tidak segera ditangani atau tanpa pengobatan yang benar maka bisa berdampak terjadinya nyeri kronis, disabilitas, dan peningkatan risiko kematian. Rheumatoid arthritis menyebabkan kerusakan sendi sekitar 80-85% pasien, dimana kerusakan dimulai pada dua tahun pertama. Penderita penyakit rematik hidup 3-12 tahun lebih sebentar dibandingkan dengan populasi pada umumnya. Peningkatan mortalitas ini sebagian besar disebabkan oleh komplikasi terhadap jantung. Sekitar 1/3 penderita rematik yang tidak ditangani dengan benar, mengalami gangguan jantung. Rematik juga dapat mengurangi sel darah putih. Artinya, daya tahan tubuh menurun dan menjadi rentan terhadap infeksi. Sekitar 1/4 kasus kematian pada penderita rematik adalah akibat dari infeksi. Selain komplikasi terhadap jantung dan daya tahan tubuh, penyakit rematik Hubungan Rheumatoid Arthritis … Sri Wulandari, Warda Anil Masyayih, Rista Dian Anggraini, Hany Puspita Aryani Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 5, No. 1 Maret 2023 dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi dan jenis kanker tertentu. ## Kejadian insomnia pada usia lanjut Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) mengalami insomnia ringan. Hanya sebagian kecil yaitu masing-masing sebanyak 5 responden (16,7%) mengalami insomnia sedang dan insomnia berat. Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur, dan rasa tidak puas dengan tidurnya (Kozier, 2016). Salah satu faktor yang menyebabkan insomnia pada lansia yaitu faktor ketidaknyamanan fisik, penurunan fisik dan penyakit yang menghampiri lansia menyebabkan pola tidur terganggu. Misalnya nyeri, batuk, mual, penyakit degeneratif dan nyeri sindrom(Sumitra & Laraswati, 2015)Proses penuaan membuat lansia lebih mudah mengalami gangguan tidur, selain mengakibatkan perubahan normal pada pola tidur dan istirahat lansia(Raymann et al., 2008). Keluhan-keluhan seputar masalah tidur merupakan masalah umum yang terjadi di masyarakat luas, khususnya pada lansia. Penelitian lain menyatakan bahwa prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Lansia seringkali melaporkan mengalami kesulitan untuk dapat tertidur saat berada di tempat tidur. Penundaan waktu tertidur terjadi pada satu dari tiga lansia wanita dan satu dari lima lansia pria. National Institute of Health Consensus Development Conference pada tahun 1990 menyatakan gangguan tidur menyerang 50% lansia awal atau yang berusia 60 - 65 tahun yang tinggal di rumah(Raymann et al., 2008). Pada responden di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan, sebagian besar mengalami insomnia ringan. Terjadinya insomnia ringan diketahui berdasarkan hasil kuesioner KSPBJ insomnia rating scale , dimana terjadinya insomnia dikatakan ringan jika dengan nilai skala 11-17. Terjadinya insomnia pada responden adalah dikarenakan faktor ketidaknyamanan fisik, dimana pada penelitian ini respondennya adalah lansia. Pada seseorang yang berusia lanjut terjadi penurunan fisik dan penyakit yang menghampiri lansia menyebabkan pola tidur terganggu misalnya nyeri, batuk, mual, penyakit degeneratife dan nyeri sindrom. Hal ini seuai dengan teori yang menyakatakn bahwa insomnia berisiko terjadi pada seseorang yang berusia lanjut akibat penurunan fisik dan penyakit yang menghampiri lansia menyebabkan pola tidur terganggu. Hubungan rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada responden yang mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri berat seluruhnya mengalami insomnia berat yaitu sebanyak 4 responden (13,3%). Sedangkan pada responden yang mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri ringan seluruhnya mengalami insomnia ringan yaitu sebanyak 11 responden (36,7%). Kemudian dari hasil uji statistik Spearman’s Rho diperoleh nilai signifikan ρ (0,000) < α (0,05) yang berarti H 1 diterima, yang artinya ada hubungan rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut. Dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,699 yang bermakna bahwa hubungan rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut mempunyai keeratan hubungan yang kuat. Hubungan Rheumatoid Arthritis … Sri Wulandari, Warda Anil Masyayih, Rista Dian Anggraini, Hany Puspita Aryani Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 5, No. 1 Maret 2023 Faktor penyebab insomnia faktor biologis, Psikologis, dan nutrisi, dari faktor biologis terdapat faktor genetik, penuaan, penyakit fisik, lalu pada faktor penuaan menyebabkan Neurontransmeter tidak seimbang, penyakit fisik menyebabkan faktor resiko terjadinya rheumatoid arthritis . Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer and Bare, 2014). Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis(Potter, Patricia A; Perry, 2016). Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Sehingga pada rheumatoid arthritis mengakibatkan hormone serotonin meningkat lalu menyebabkan gangguan tidur(Ong & Sholtes, 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut dengan keeratan hubungan yang kuat. Nyeri kronik merupakan keluhan yang cukup sering ditemukan pada pasien insomnia dan berhubungan dengan kondisi yang tidak nyaman akibat nyeri. Pada sebuah penelitian, setelah dilakukan penilaian pada semua faktor, insomnia dan nyeri kronik dianggap memiliki hubungan timbal balik. Data yang dikeluarkan oleh Israel National Health Survey (INHS) yang dilakukan pada 2003-2004 dengan jumlah sampel sebanyak 4,859 pada populasi dewasa di Israel mendapatkan bahwa nyeri kronik berhubungan dengan gangguan tidur dan peningkatan penggunaan sarana kesehatan. Sekitar 88% pasien dengan nyeri kronik mengalami insomnia, walaupun severitas nyeri tidak berbanding lurus dengan beratnya gangguan tidur yang dialami(Ratu Ita Sari T; Franly Onibala; Lando Sumarauw, 2017). Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara insomnia dengan nyeri kronik dengan p=0,031 dan OR: 4,235 (CI 95% : 1.138-15.893). Secara umum dinyatakan bahwa rasa tidak nyaman yang dialami lansia akibat adanya rasa nyeri akibat rheumatoid arthritis yang diderita merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya insomnia pada lansia. Faktor-faktor yang dapat menurunkan pengaruh rasa tidak nyaman terhadap gangguan tidur dan kualitas tidur lansia adalah interaksi lansia dengan pasangan, perasaan atau mood lansia, serta sikap penerimaan lansia seiring dengan pertambahan usia lansia(Ong & Sholtes, 2010) . Pada lansia yang mampu menekan timbulnya gangguan ketidaknyamanan Hubungan Rheumatoid Arthritis … Sri Wulandari, Warda Anil Masyayih, Rista Dian Anggraini, Hany Puspita Aryani Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 5, No. 1 Maret 2023 akibat adanya rasa nyeri penyakit rheumatoid arthritis yang mereka alami dapat menjadikan kualitas tidur lansia meningkat. ## KESIMPULAN Penelitian ini memiliki kesimpulan sebagai berikut, setengah dari jumlah lansia di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Tahun 2020 mengalami rheumatoid arthritis dengan nyeri sedang yaitu sebanyak 15 responden (50%). Pada sebagian besar lansia di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Tahun 2020 mengalami insomnia ringan yaitu sebanyak 20 responden (66,7%). Ada hubungan rheumatoid arthritis dengan kejadian insomnia pada usia lanjut di Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan tahun 2020 yaitu dengan nilai ρ (0,000) dan nilai r (0,699). ## SARAN Saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi lansia Lansia hendaknya berusaha mendatangi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan menjaga kualitas hidup lansia salah satunya dengan mengikuti posyandu lansia. Keaktifan lansia tersebut diharapkan berkaitan dengan terkontrolnya kondisi kesehatan lansia, selain itu juga bentuk sarana rekreasi lansia dengan keluar rumah dan berinteraksi dengan masyarakat sehingga stressor yang disebabkan kesendirian dan kesepian yang dialami lansia dapat ditekan. Bagi keluarga lansia Bagi keluarga yang senantiasa berhubungan dengan lansia penderita harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang rheumatoid arthritis dan upaya pencegahan serta perawatan yang perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi yang mungkin muncul akibat rheumatoid arthritis . Bagi petugas kesehatan Petugas kesehatan diharapkan menjaga pelayanan yang telah diberikan pada lansia khususnya pada posyandu lansia, serta diharapkan melakukan usaha-usaha inovatif dalam mengontrol kesehatan lansia serta menurunkan tingkat kejenuhan lansia pada kegiatan pada posyandu lansia. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan masalah penyakit insomnia pada usia lanjut. Diharapkan pada peneliti berikutnya dapat mengembangkan penelitian dengan mencari faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian insomnia pada usia lanjut misalnya faktor lingkungan dan keberadaan pasangan sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. ## DAFTAR PUSTAKA A.Langford, A. S. F. C. (2016). Harrison’s Rheumatology (4th ed.). Medical Publishing Division. de Ridder, D. T. D., Lensvelt-Mulders, G., Finkenauer, C., Stok, F. M., & Baumeister, R. F. (2012). Taking stock of self-control: A meta-analysis of how trait self-control relates to a wide range of behaviors. In Personality and Social Psychology Review (Vol. 16, Issue 1, pp. 76–99). https://doi.org/10.1177/1088868311418749 Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan .https://lamongankab.go.id/beranda/documents/dinkes/profilkes _lamongan_2020.pdf Kozier, A. B. D. S. B. (2016). Fundamentals Of Nursing: concepts, process, dan practice . Pearson. Lyndon Saputra. (2013). Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia . Binarupa Aksara. Nugroho. (2015). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik . EGC. Ong, J., & Sholtes, D. (2010). A Mindfulness-Based Approach to the Treatment of Insomnia . https://doi.org/10.1002/jclp.20736 Potter, Patricia A; Perry, A. G. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Y. A. et Al (ed.)). EGC. Ratu Ita Sari T; Franly Onibala; Lando Sumarauw. (2017). Hubungan Kualitas Tidur Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di BPLU Senja Cerah Provinsi SuLawesi Utara. E-Journal Keperawatan , 5 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.35790/jkp.v5i1.14719 Raymann, R. J. E. M., Eus, ;, & Van Someren, J. W. (2008). Both Skin Temperature And Core Body Tem-Perature (CBT) Show A Day-Night Rhythm That Is Functionally Linked To Sleep in the elderly Diminished Capability to Recognize the Optimal Temperature for Sleep Initiation May Contribute to Poor Sleep in Elderly Peop. SLEEP , 31 (9). Sumitra, I. N., & Laraswati, A. I. (2015). Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia I Nengah Sumirta AA Istri Laraswati. Jurnal Gema Keperawatan . Surjana. (2015). Artritis Reumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (A. . Sudoyo, B. Setiyohadi, & I. Alwi (eds.); 5th ed.). Interna Publishing. Th. Endang Purwoastuti. (2015). Waspadai Gangguan Rematik (I. S.U. (ed.)). Kanisius. Vilasinee Ari Hara Kumar; Nyoman Ratep. (2017). Kualitas Tidur pada Geriatri di Panti Jompo Tresna Wana Seraya Denpasar Bali. Directory Of Open Access Journals , 8 (2), 151–154. https://doi.org/https://doi.org/10.15562/ism.v8i2.132 WHO. (2017). Definition Elderly People .
64b7a4ba-b8d0-44f3-be22-5d0d205ee0b1
http://ojs.uho.ac.id/index.php/ppw/article/download/15200/10354
## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH e-ISSN: 2502 – 4205 Vol.IV., No.2, Oktober 20 20 http://ojs.uho.ac.id/index.php/ppw PENGARUH AKTIVITAS PERTAMBANGAN TERHADAP TATA GUNA LAHAN DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PALANGGA SELATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Kardin 1) ,La Ode Muh. Harafah 2) , Lukman Yunus 3) 1) Mahasiswa Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Pascasarjana UHO, 2018 2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Pascasarjana UHO 3) Dosen Fakultas Pertanian dan Pascasarjana UHO ## Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis perubahan tutupan/penggunaan lahan akibat aktivitas pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan, (2)Menganalisis pengaruh aktivitas pertambangan tehadap perekonomian masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan; (3) Menganalisis strategi pengembangan kawasan pertambangan di di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Sampel ditetapkan secara random sampling dengan sampel 100 responden. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan lapangan, pembuatan dan pengisian kuisioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis perubahan tutupan/penggunaan lahan, analisis uji beda/tabulasi silang, dan analisis Swot. Hasil peneltiian menunjukan (1) Perubahan tutupan/penggunaan lahan akibat aktivitas pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan sejak adanya aktivitas pertambangan sampai tahun 2019 di Kecamatan Palangga Selatan mencapai luasan sebesar 503,33 Ha yang terdiri dari 421,96 Ha bukan tambang dalam IUP sedangkan 81,37 bukan tambang di luar IUP. Perubahan penggunaan lahan akibat aktivitas pertambangan terdiri dari semak belukar seluas 374,43 Ha, pertanian lahan kering campur seluas 80,24 Ha, hutan lahan kering sekunder seluas 43,18 Ha, mangrove sekunder seluas 5,21 Ha, dan tambak seluas 0,27 Ha; (2) Aktivitas pertambangan berpengaruh positif tehadap pendapatan masyarakat dan mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Pendapatan masyarakat yang berpengaruh akibat aktivitas pertambangan sebanyak 62 responden yang terdiri dari 43 responden dengan pendapatan yang meningkat dan 19 responden mengalami pendapatan menurun. Perubahan mata pencaharian terhadap 35 jiwa dengan berbagai mata Pencaharian yang terdiri dari 31 responden yang berpengaruh dan 4 responden yang tidak berpengaruh pada aktivitas pertambangan; dan (3) Strategi pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan adalah (1) Pengembangan kegiatan pertambangan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja lokal baru; (2) Penguatan regulasi terkait pembukaan lahan diluar IUP untuk mencegah kerusakan lingkungan; dan (3) Peningkatan teknologi baru untuk meningkatkan penyerapan tenaga lokal baru. Kata Kunci : Aktivitas Pertambangan, Penggunaan/Tutupan Lahan, Perekonomian Masyarakat ## PENGARUH AKTIVITAS PERTAMBANGAN TERHADAP TATA GUNA LAHAN DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PALANGGA SELATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Kardin 1) ,La Ode Muh. Harafah 2) , Lukman Yunus 3) 1) Mahasiswa Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Pascasarjana UHO, 2018 2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Pascasarjana UHO 3) Dosen Fakultas Pertanian dan Pascasarjana UHO ## ABSTRACT This study aims (1) to analyze changes in land cover/use due to mining activities in South Palangga Sub-District, South Konawe District, (2) to analyze the effect of mining activities on the community's economy in South Palangga Sub-District, South Konawe District; (3) Analyze the mining area development strategy in South Palangga Sub-District, South Konawe District. The sample was determined by random sampling with a sample of 99 respondents. Data collection methods in this study were field observations, making and filling out questionnaires. The data analysis in this study used the analysis of changes in land cover/use, analysis of difference test/cross-tabulation, and analysis of Swot. The results of this study show (1) Changes in land cover/use due to mining activities in Palangga Selatan District, South Konawe Regency since mining activities until 2019 in Palangga Selatan District reached an area of 503.33 Ha consisting of 421.96 Ha non-mining in IUP while 81.37 is not mining outside IUP. Changes in land use due to mining activities consisted of thickets covering 374.43 hectares, mixed dry land farming of 80.24 hectares, secondary dry land forests of 43.18 hectares, secondary mangroves of 5.21 hectares, and ponds of 0.27. Ha; (2) Mining activities have a positive effect on people's income and livelihoods in Palangga Selatan District, Konawe Selatan Regency. Community income that has an influence due to mining activities is 62 respondents consisting of 43 respondents with increased income and 19 respondents experiencing decreased income. Livelihood changes for 35 people with various livelihoods consisting of 31 influential respondents and 4 respondents who did not affect mining activities; and (3) the development strategy of mining areas in Palangga Selatan District, Konawe Selatan Regency is (1) Development of mining activities to increase community income and absorb new local workers; (2) Strengthening regulations related to land clearing outside IUP to prevent environmental damage; and (3) Increasing new technology to increase the absorption of new local workers. Keywords: Mining Activities, Land Use/Cover, Community Economy ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO ## PENDAHULUAN Keberadaan tambang di suatu wilayah, secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak bagi pengembangan wilayah. Menurut Tuni (2013) bahwa aktivitas pertambangan dapat menimbulkan dampak terjadinya perubahan tutupan/penggunaan lahan. Perubahan tersebut berimplikasi pada peningkatan luas tutupan/penggunaan lahan tertentu atau beberapa kategori tutupan/penggunaan lahan, diikuti penurunan luas kategori lainnya pada suatu periode tertentu. Pemberian izin wilayah konsesi pertambangan seringkali tidak mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) (Hamzah, 2005). Kemunculan perusahaan tambang di suatu wilayah menjadi fenomena baru berkaitan dengan pemanfaatan ruang. Menurut Kusuma (2010) bahwa dalam rangka harmonisasi pemanfaatan ruang, penetapan kawasan tambang harus berdasarkan peraturan perundang-undangan tata ruang. RTRW merupakan produk pemerintah yang memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai landasan untuk pengendali perubahan penggunaan lahan (Pribadi et al. 2006) dan mengatasi masalah lingkungan suatu wilayah (Albrechts, 2006). Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam berupa bahan tambang. Salah satu jenis produksi pertambangan yang menonjol adalah pertambangan nikel. Kegiatan penambangan nikel di Sulawesi Tenggara telah menjamur sejak tahun 2008. Saat itu, izin usaha pertambangan (IUP) yang kewenangannya masih berada di tingkat kabupaten/kota banyak diterbitkan. Hingga kini, sesuai data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulawesi Tenggara, dari total 389 IUP, 196 merupakan IUP nikel yang terdiri dari 188 IUP operasi produksi dan 8 IUP eksplorasi. Izin Usaha Pertambangan tersebut tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara yang salah satunya adalah Kabupaten Konawe Selatan. Kecamatan Palangga Selatan merupakan salah satu wilayah yang berada di Kabupaten Konawe Selatan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Konawe Selatan tahun 2013-2033 Kecamatan Palangga Selatan ditetapkan sebagai salah satu wilayah pertambangan nikel. Kegiatan penambangan di wilayah ini telah dimulai sejak tahun 2010, tercatat sebanyak 14 perusahaan yang melakukan aktivitas penambangan nikel dengan luas IUP secara keseluruhan mencapai 5.664,97 Ha atau 46,88 persen dari total luas wilayah sebesar 12.085 Ha (Inventarisasi GIS, 2019). Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa pemanfaatan ruang di Kecamatan Palangga Selatan untuk kawasan pertambangan cukup besar, sehinggamemberikan pengaruh pada perubahan luasan penutupan lahan/penggunaan lahan yang ada di wilayah ini. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan instrumen yang sangat baik untuk mengendalikan perubahan tata guna lahan (Pribadi et al. 2006). Oleh karenanya perusahaan-perusahaan tambang di Kecamatan Palangga Selatam harus diakomodir dengan baik ke dalam RTRW Kabupaten Konawe Selatan karena secara keruangan aktivitas- aktivitas tambang yang terbuka seringkali menyebabkan terjadinya perubahan tutupan/penggunaan lahan (Tuni, 2013). Keberadaan izin pertambangan akan berimplikasi terhadap perubahan tutupan/penggunaan lahan, karena pertambangan pada umumnya dilakukan dengan metode pertambangan terbuka ( open pit ) yang selalu merubah bentuk bentang alam, karena melakukan pembersihan lahan dan pengalian tanah penutup untuk mengambil bahan tambang. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan dan pengendalian terhadap aktivitas pertambangan. Pada posisi ini, pelaksanaan dan penegakan RTRW menjadi sangat penting. ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO Lokasi pertambangan yang relatif menyebar di Kecamatan Palangga Selatan menyebabkan terjadi pergeseran fungsi kawasan dari peruntukannya di sebagian wilayah Kecamatan Palangga Selatan. Untuk mengantisipasi dampak dari inkonsistensi pemanfaatan ruang di Kecamatan Palangga Selatan, maka perlu adanya pemantauan perubahaan tutupan/penggunaan lahan. Hasil dari pemantauan ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak-pihak terkait khususnya pemerintah daerah untuk menilai kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Palangga Selatan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Konawe Selatan. Aktivitas pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan juga memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat, baik yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif. Pada satu sisi, adanya pertambangan telah memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal sehingga mengurangi jumlah pengangguran, namun pada sisi yang lain aktivitas pertambangan memberi dampak negatif terhadap sebagian masyarakat petani. Semenjak adanya aktivitas pertambangan di wilayah ini telah terjadi penurunan penggunaanlahan persawahan selama kurun waktu 2010-2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 penggunaanlahan persawahan tercatat sebesar 488 hektar, angka ini menurun menjadi 196,92 hektar pada tahun 2018 atau terjadi penurunan sebesar 40,35 %. Penurunan ini diindikasikan akibat dari aktivitas penggalian tambang yang mencemari air sungai dan saluran irigasi yang mengairi persawahan masyarakat. Menurunnya penggunaan lahan persawahan masyarakat berimplikasi pada menurunnya jumlah produksi pertanian sehingga berdampak pada menurunnya jumlah pendapatan masyarakat petani. Dampak lain yang dirasakan masyarakat akibat adanya aktivitas pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan adalah punahnya habitat rumput laut sebagai dampak dari pencemaran oleh aktivitas kapal-kapal pengangkut bahan tambang di wilayah ini. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat yang semula berprofesi sebagai petani rumput laut beralih menjadi pekerja tambang atau mencari pekerjaan lain. ## METODE PENELITIAN ## Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan yang memiliki luas wilayah seluas 12.085 Ha terbagi dalam 10 (sepuluh) desa/kelurahan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus Tahun 2020. ## Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif atau penelitian terapan yang di dalamnya mencakup penelitian survey/ ground check , yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan/fakta serta fenomena bagaimana pengaruh aktivitas pertambangan terhadap tata guna lahan dan mata pencaharian di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan dan bagaimana arahan strategis dalam mewujudkan pengembangan wilayah berkelanjutan dengan pendekatan kuantitatif yaitu melalui perhitungan tabulatif. ## Populasi dan Sampel Populasi yang akan digunakan dalam penelitain ini adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Palangga Selatandengan jumlah 7.176 jiwa berdasarkan data BPS. Dengan menggunakan rumus Slovin dan tingkat kesalahan 10 % maka dari jumlah populasi tersebut jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 100 sampel. Responden kunci diambil dari unsur pemerintahan daerah sebagai pembuat kebijakan, program dan kegiatan, Kepala Desa, dan pemilik tambangsebagai responden pendukung. ## Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara, ground chek dan observasi langsung di lapangan. Data Primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain : ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 2) Data Sekunder merupakan data dokumentasi yang diperoleh dari berbagai sumber laporan tertulis, pustaka dan dokumen-dokumen lainnya dari instansi terkait . ## Analisis Data ## Analisis Perubahan Tutupan/Penggunaan Lahan Analisis perubahan tutupan/penggunaan lahan yaitu menganalisis perubahan penutupan lahan akibat aktivitas pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Perubahan tutupan/ penggunaan lahan dianalisis dengan pendekatan terpadu yakni: metode klasifikasi terbimbing dan pengecekan lapangan (groundcheck) . Data citra landsat 5 liputan tahun 2009 dan citra landsat 8 liputan tahun 2019 digunakan mendapatkan informasi tentang tutupan/penggunaan lahan tahun 2009 dan tahun 2019. Tumpang susun data keruangan atau Overlay adalah salah satu prosedur analisis data spasial, dimana pada proses ini layer dimodifikasi sesuai dengan yang diperlukan. Metode yang digunakan dalam proses overlay adalah intersect dan union . Software yang digunakan dalam teknik penggambaran serta simulasi penelitian ini yaitu menggunakan software ArcGIS ( ArcMap10.3 ) untuk pengolahan data vector di combine dengan Global Mapper 17 untuk pengolahan data Raster. Sedangkan untuk memperoleh data citra satelit didownload melalui situs https://earthexplorer.usgs.gov/. Dengan overlay peta maka diharapkan akan menghasilkan suatu pola perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan. Gambar 1. Ilustrasi Analisis Overlay menggunakan Arcgis Analisis Uji Beda/Tabulasi Silang Analisis uji beda t-test ( paired samples T test ) atau metode tabulasi silang digunakan untuk menganalisis pengaruh aktivitas pertambangan tehadap perekonomian masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Analisis uji beda berupa uji statistik untuk menganalisis perubahan mata pencaharian dan perubahan pendapatan sebelum dan sesudah adanya Metode tabulasi silang ( crosstabulation ) dilanjutkan dengan analisis Skala Likert yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat masyarakat Kecamatan Palangga Selatantentang pengaruh perubahan penggunaan lahan terkait aktivitas pertambangan terhadap pendapatan masyarakat dan mata pencaharian masyarakat. Tabel 1. Interpretasi Skor Berdasarkan Interval No Interval Nilai Pengaruh 1 0% – 25,9 % Tidak Berpengaruh 2 26% – 50,9 % Cukup Berpengaruh 3 51% – 75,9 % Berpengaruh 4 76% – 100% Sangat Berpengaruh Peta penggunaan lahan tahun 2009 Peta penggunaan lahan tahun 2019 Overlay Peta pola perubahan penggunaan lahan ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO ## Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Pertambangan Analisis yang dipakai adalah analisis SWOT. Metode analisis SWOT ( Strength, Weakness, Oportunity dan Treaths ) yaitu metode analisis yang digunakan dalam mengkaji dan menentukan strategi pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan sebagai upaya peningkatan kualitas hunian di lokasi tersebut, dimana penekanan bertumpu pada aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Berikut ini penjelasan mengenai proses analisis SWOT : a. Faktor-faktor dari keempat variabel (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) ditentukan berdasarkan hasil analisis sebelumnya pengamatan/survei langsung dilapangan dan hasil wawancara dengan responden. Kemudian berikan nilai bobot untuk masing-masing variabel yang berjumlah total 1,00. Pemberian bobot tersebut berdasarkan tingkat pengaruh (faktor strategis yang penting sampai tidak penting), sehingga besarnya rata-rata nilai bobot tergantung pada jumlah faktor strategis masing-masing aspek/variabel. b. Untuk mendapatkan nilai skor yang akan digunakan maka terlebih dahulu masing- masing faktor strategis diberikan ranking / nilai dengan pertimbangan ## HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perubahan Tutupan/Penggunaan Lahan pada Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa komposisi penggunaan lahan dalam wilayah IUP tahun 2009 didominasi oleh penggunaan pertanian lahan kering campur seluas 2.800,50 Ha atau 49,44% dari luas wilayah IUP. Selanjutnya berturut-turut: Selanjutnya berturut- turut: hutan lahan kering sekunder dengan luas 1.885,85 Ha atau 33,29%, semak belukar dengan luas 704,89 Ha atau 12,44%, mangrove sekunder dengan luas 166,27 Ha atau 2,94%, sawah dengan luas 76,86 Ha atau 1,36%, tambak dengan luas 13,68 Ha atau 0,24%, dan permukiman dengan luas 16,92 Ha atau 0,30%.. Penggunaan lahan pada tahun 2009 masih terdiri dari 7 (tujuh) kelas lahan dan belum ada aktivitas Izin Usaha Pertambangan (IUP). Penggunaan lahan dalam wilayah IUP di Kecamatan Palangga Selatan tahun 2009 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Penggunaan Lahan dalam wilayah IUP di Kecamatan Palangga Selatan Tahun 2009 Sumber: Hasil Analisis, 2020 Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur Semak Belukar Mangrove Sekunder Sawah Tambak Permukiman 1 PT. Avry Raya 54,78 321,58 - 9,10 - - 6,73 392,20 2 PT. Jagad Rayatama 693,27 154,07 186,34 78,26 - - - 1111,94 3 PT. Macika Mada Madana 241,93 142,09 - - - - - 384,02 4 PT. Kembar Emas Sultra 38,44 182,97 6,97 - 2,36 - - 230,74 5 PT. Triple Eight Energy - 7,34 45,65 5,83 0,15 - 58,97 6 PT. Putra Inti Sultra Perkasa 112,28 430,28 40,55 - 7,48 - 0,24 590,84 7 PT. Usaha Bangun Nusantara 255,94 293,73 44,46 69,76 13,88 13,53 691,31 8 PT. Wijaya Inti Nusantara 92,82 758,88 317,05 3,32 - - 9,94 1182,01 9 PT. Generasi Agung Perkasa 209,87 281,47 39,89 - 53,14 - - 584,37 10 PT. Mega Tambang Nikel 46,45 185,86 - - 232,31 11 PT. Sambas Mineral Mining 82,38 21,82 20,04 - - - - 124,24 12 CV. Batu Perkasa 0,75 17,34 3,93 - - - - 22,02 13 PT. Anugrah Nuansa Persada - 3,07 - - - - - 3,07 14 PT. Margo Karya Mandiri 56,93 - - - - - - 56,93 1885,85 2800,50 704,89 166,27 76,86 13,68 16,92 5664,97 No Nama Perusahaan Penggunaan Lahan Total Jumlah ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO Gambar 2. Penggunaan Lahan dalam Wilayah IUP di Kecamatan Palangga Selatan tahun 2009 Terjadi perubahan lahan dalam wilayah IUP dari tahun 2009 sampai dengan 2019 diantaranya adanya pertambahan perkebunan dan aktivitas bukaan pertambangan. Selain itu, terjadi pengurangan luas lahan hutan sekunder yang beralih fungsi menjadi pertambangan, perkebunan, semak belukar dan lain-lain. Oleh karena itu, apabila suatu penggunaan lahan bertambah, maka akan mengecil atau berkurang penggunaan lahan yang lain. Penggunaan lahan di Kecamatan Palangga Selatan tahun 2019 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Penggunaan Lahan dalam Wilayah IUP di Kecamatan Palangga Selatan Tahun 2019 Sumber: Hasil Analisis, 2020 Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur Semak Belukar Mangrove Sekunder Sawah Tambak Permukiman Bukaan Pertambangan Perkebunan 1 PT. Avry Raya 62,21 313,00 - 0,03 - 7,43 9,53 - - 392,20 2 PT. Jagad Rayatama 558,99 235,80 60,89 62,09 - 21,49 - 172,59 0,08 1111,94 3 PT. Macika Mada Madana 121,64 262,38 - - - - - - 384,02 4 PT. Kembar Emas Sultra - 210,26 - - 14,31 - - 6,17 - 230,74 5 PT. Triple Eight Energy - 2,26 - 2,66 - 3,81 - 50,24 - 58,97 6 PT. Putra Inti Sultra Perkasa - 564,44 1,62 - 17,40 - 0,24 7,13 - 590,84 7 PT. Usaha Bangun Nusantara 41,75 486,65 41,41 28,71 19,57 59,65 13,57 - - 691,31 8 PT. Wijaya Inti Nusantara 6,92 788,11 198,77 - 9,88 2,90 15,01 160,42 - 1182,01 9 PT. Generasi Agung Perkasa 172,31 312,68 - - 76,56 - - 22,83 - 584,37 10 PT. Mega Tambang Nikel 20,43 175,40 33,32 - 3,16 - - - - 232,31 11 PT. Sambas Mineral Mining 3,89 98,35 22,00 - - - - - - 124,24 12 CV. Batu Perkasa - 19,45 - - - - - 2,58 - 22,02 13 PT. Anugrah Nuansa Persada - 3,07 - - - - - - - 3,07 14 PT. Margo Karya Mandiri - 0,00 - - - - - - 56,93 56,93 988,14 3471,83 358,03 93,49 140,88 95,28 38,35 421,96 57,01 5664,97 No Nama Perusahaan Penggunaan Lahan Total Jumlah ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa penggunaan lahan dalam wilayah IUP pada tahun 2019, penggunaan lahan pertanian lahan kering campuran masih tetap mendominasi yaitu seluas 3.471,83 atau 61,29% dari luas wilayah IUP. Selanjutnya berturut-turut: hutan lahan kering sekunder dengan luas 988,14 atau 17,44%, bukaan pertambangan dengan luas 421,96 Ha atau 7,45%, semak belukar dengan luas 358,03 Ha atau 6,32%, sawah dengan luas 140,88 Ha atau 2,49%, tambak dengan luas 95,28 Ha atau 1,68%, mangrove sekunder dengan luas 93,49 Ha atau 1,65%, perkebunan dengan luas 57,01 Ha atau 1,01%, dan permukiman dengan luas 38,35 Ha atau 0,68%. Terjadinya alih fungsi lahan disebabkan oleh dua faktor, pertama, karena kegiatan pertambangan di suatu lokasi yang mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor, dan kedua, kegiatan lain diluar kegiatan pertambangan diantaranya perkebunan, permukiman, pertanian, persawahan, dan lain- lain. Penggunaan Lahan di Kecamatan Palangga Selatan tahun 2019 disajikan Gambar 3.. Gambar 3. Penggunaan Lahan dalam Wilayah IUP di Kecamatan Palangga Selatan tahun 2019 Perubahan penggunaan lahan ( land use ) yang cepat merupakan kenyataan di banyak tempat khusunya di Kecamatan Palangga Selatan. Sebagian lainnya merupakan perubahan atau penurunan lahan yang tidak terkendali dan mengarah pada kerusakan lahan. Jika di Kecamatan Palangga Selatan terjadi perubahan penggunaan lahan, dari lahan lain menjadi bukaan pertambangan, maka luas lahan lainnya akan menyempit, dan sebaliknya luas lahan bukaan pertambangan akan mengalami peningkatan. Perubahan penggunaan lahan dalam wilayah IUP Kecamatan Palangga Selatan tahun 2009 - 2019 dapat dilihat pada Tabel 4. ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO Tabel 4. Perubahan Penggunaan Lahan pada Wilayah IUP Kecamatan Palangga Selatan No. Kelas Lahan Tahun 2009 Tahun 2019 Deviasi Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % 1 Hutan sekunder 1885,85 33,29 988,14 17,44 -897,71 -15,85 2 Mangrove Sekunder 166,27 2,94 93,49 1,65 -72,78 -1,29 3 Permukiman 16,92 0,30 38,35 0,68 21,43 0,38 4 Pertanian Lahan Kering Campuran 2800,50 49,44 3.471,83 61,29 671,33 11,85 5 Semak Belukar 704,89 12,44 358,03 6,32 -346,86 -6,12 6 Tambak 13,68 0,24 95,28 1,68 81,60 1,44 7 Sawah 76,86 1,36 140,88 2,49 64,02 1,13 8 Perkebunan 0 0 57,01 1,01 57,01 1,01 9 Pertambangan 0 0 421,96 7,45 421,96 7,45 Total 5.664,97 100 5.664,97 100 Sumber: Hasil Analalisis, 2020 Hasil dari analisis tersebut juga selain mengetahui sebaran lokasi aktivitas penambangan batu hal ini pula dapat diketahui seberapa luas lahan yang sudah mengalami perubahan baik perubahan bentuk maupun perubahan luas yang diakibatkan adanya kegiatan eksploitasi terhadap bahan galian tersebut. Luasan lahan yang tereksploiatasi dapat disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Luasan Bukaan Tambang Tahun 2019 di Kecamatan Palangga Selatan No. Desa IUP Tutupan Lahan 2009 Luas (Ha) Tutupan Lahan 2019 Luas (Ha) Hutan Lahan Kering Sekunder 0,85 Semak Belukar 0,97 PT. Jagad Rayatama Semak Belukar 24,40 Pertambangan 24,40 Semak Belukar 35,75 Tambak 0,04 Pertanian Lahan Kering Campur 4,42 Semak Belukar 11,37 Tambak 0,23 Mangrove Sekunder 3,72 Semak Belukar 100,08 Hutan Lahan Kering Sekunder 0,63 Pertanian Lahan Kering Campur 3,62 Semak Belukar 1,92 Pertanian Lahan Kering Campur 6,37 Semak Belukar 8,08 Mangrove Sekunder 1,49 Pertanian Lahan Kering Campur 36,36 Semak Belukar 27,48 Pertanian Lahan Kering Campur 25,34 Semak Belukar 95,52 Hutan Lahan Kering Sekunder 6,75 Semak Belukar 2,21 Hutan Lahan Kering Sekunder 8,47 Semak Belukar 5,40 Hutan Lahan Kering Sekunder 26,48 Semak Belukar 16,09 Pertanian Lahan Kering Campur 0,32 Semak Belukar 2,25 Pertanian Lahan Kering Campur 0,33 Semak Belukar 6,80 Pertanian Lahan Kering Campur 3,47 Semak Belukar 36,09 Luar IUP Semak Belukar 0,01 Pertambangan 0,01 503,33 503,33 Amondo PT. Jagad Rayatama Pertambangan 1,81 Koeono PT. Triple Eight Energy Pertambangan 35,80 Luar IUP Pertambangan 16,03 Lalowua PT. Jagad Rayatama Pertambangan 103,81 PT. Kembar Emas Sultra Pertambangan 6,17 PT. Triple Eight Energy Pertambangan 14,44 Luar IUP Pertambangan 65,33 Parasi PT. Generasi Agung Perkasa Pertambangan 8,96 Mondoe PT. Wijaya Inti Nusantara Pertambangan 120,86 Watumbohoti PT. Generasi Agung Perkasa Pertambangan 13,87 PT. Jagad Rayatama Pertambangan CV. Batu Perkasa Pertambangan 2,58 PT. Putra Inti Sultra Perkasa Pertambangan 7,13 Total 6 7 8 1 2 3 4 5 Wawo Wonua PT. Wijaya Inti Nusantara Pertambangan 39,56 42,57 Waturapa ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO Berdasarkan Tabel 5. menunjukan bahwa luas bukaan tambang pada tahun 2019 seluas 503,33 Ha yang terdiri dari 421,96 Ha bukan tambang dalam IUP sedangkan 81,37 bukan tambang di luar IUP. Perubahan penggunaan lahan pada setiap kelas lahan menjadi lahan pertambangan sejak adanya aktivitas pertambangan sampai tahun 2019 di Kecamatan Palangga Selatan terdiri dari semak belukar seluas 374,43 Ha, pertanian lahan kering campur seluas 80,24 Ha, hutan lahan kering sekunder seluas 43,18 Ha, mangrove sekunder seluas 5,21 Ha, dan tambak seluas 0,27 Ha. Bukaan tambang di luar IUP terdapat di Desa Koeno, Desa Lalowua, dan Desa Wawo Wonua. Bukaan tambang di luar IUP dilakukan untuk kegiatan jalan hauling pertambangan dan pembangunan pelabuhan khusus. Bukaan lahan tambang yangterluas terdapat di Desa Lalowua dengan total luas bukaan lahan adalah 189,75 Ha yang terdiri dari 124,42 Ha dalam wilayah IUP dan 65,33 Ha di luar wilayah IUP. Bukaan lahan di Desa Lalowua yang terluas dilakukan oleh PT. Jagad Rayatama dengan luas 103,81 Ha, dengan perubahan lahan yang diakibatkan aktivitas pertambangan adalah mangrove sekunder seluas 3,72 Ha dan semak belukar seluas 100,08 Ha.. Pengaruh Aktivitas Pertambangan tehadap Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan 1) Pengaruh Aktivitas Pertambangan tehadap Pendapatan Masyarakat Pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya aktivitas penambangan nikel dan batuan di Kecamatan Palangga Selatan bervariasi yaitu naik, tetap, dan turun. Pendapatan masyarakat yang berpengaruh akibat aktivitas pertambangan sebanyak 62 responden yang terdiri dari 43 responden dengan pendapatan yang meningkat dan 19 responden mengalami pendapatan menurun. Penurunan pendapatan masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan akibat adanya pertambangan sebanyak 19 responden. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya menurunnya hasil produksi pertanian, hilangnya penghasilan dari usaha rumput laut, kurangnya hasil produksi padi, dan lain-lain. Sebelum adanya aktivitas pertambangan penghasilan per bulan petani sawah rata-rata berkisar Rp. 3.500.000 – Rp. 5.000.000 bahkan lebih dari Rp. 5.000.000 perbulan namun setelah adanya usaha pertambangan terjadi penurunan penghasilan per bulan menjadi Rp 2.500.000-3.500.000 per bulannya hingga kurang dari Rp 1.500.000. Selain petani sawah, setelah adanya aktivitas pertambangan penghasilan nelayan juga menurun perbulan yaitu berkisar Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000 hingga Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 perbulan dari sebelum usaha pertambangan penghasilan nelayan perbulan mencapai Rp 3.500.000 – 4.500.000 per bulannya hingga Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000.Perubahan pendapatan masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan berdasarkan distribusi responden tahun 2020 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Perubahan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan berdasarkan distribusi responden tahun 2020 No Pengaruh Aktivitas Tambang Pendapatan Masyarakat Total Naik Tetap Turun 1 Berpengaruh 43 0 19 62 2 Tidak Berpengaruh 3 35 0 38 Jumlah 46 35 19 100 Sumber: Hasil Analisa, 2020 2) Pengaruh Aktivitas Pertambangan Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat Kegiatan penambangan nikel dan batuan yang dilakukan di Kecamatan Palangga Selatan menyebabkan perubahan mata pencaharian terhadap 35 jiwa dengan berbagai mata Pencaharian yang terdiri dari 31 responden yang berpengaruh dan 4 responden yang tidak berpengaruh pada aktivitas pertambangan. Menurut Sztompka (2006) perubahan yang terjadi berdasarkan perubahan dalam segi “mata pencaharian” yang artinya perubahan pekerjaan ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO oleh masyarakat yang tadinya sebagai petani budi daya rumput laut dan jual ikan kemudian beralih menjadi jual ikan, disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang menjadi tempat mata pencaharian masyarakat. Perubahan mata pencaharian yang lain adalah sebelumnya masyarakat Kecamatan Palangga Selatan bermata pencaharian petani dan wiraswasta (usaha kecil) kemudian beralih menjadi karyawan tambang.Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan berdasarkan distribusi responden tahun 2020 disajikan pada Tabel 6. Tabel 7. Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan berdasarkan distribusi responden tahun 2020 No Pengaruh Aktivitas Tambang Mata Pencaharian Masyarakat Total Berubah Tidak Berubah 1 Berpengaruh 31 4 62 2 Tidak Berpengaruh 4 61 38 Jumlah 35 65 100 Sumber: Hasil Analisa, 2020 3) Pengaruh Aktivitas Pertambangan Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan dua faktor yang sangat berpengaruh akibat perubahan penggunaan lahan terkait adanya pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan yakni pendapatan masyarakat dan mata pencaharian masyarakat. Tingkat pengaruh beberapa hipotesa variabel terikat didasarkan pada hasil tabulasi silang ( crosstab ) yang telah didapatkan. Berdasarkan nilai Asymp. Sig. (tingkat signifikansi) adalah 0,000. Karena nilai Asymp. Sig. 0,000<0,05 maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara aktivitas pertambangan dengan pendapatan masyarakat dan mata pencaharian masyarakat. Hal ini diartikan bahwa semakin banyak aktivitas pertambangan maka akan semakin berpengaruh pada pendapatan masyarakat dan mata pencaharian masyarakat. Adapun hasil tabulasi silang ( crosstab ) variabel bebas dengan menggunakan bobot skala likert yang dipadupadankan dengan standar nilai pengaruh yakni dapat disajikan pada Tabel 7. Tabel 8. Nilai bobot dan nilai pengaruh faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan terkait adanya pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan Variabel Bebas (x) Hipotesa Variabel Terikat (y) Nilai hasil Crosstab (%) Standar Nilai Pengaruh Kesimpulan Perubahan Penggunaan Lahan Terkait Adanya Pertambangan Pendapatan masyarakat 88.097 76 – 100% Sangat Berpengaruh Mata pencaharian masyarakat 95,31 51 – 75,9% Berpengaruh Sumber: Hasil Analisis, 2020 Strategi Pengembangan Kawasan Pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan Faktor-faktor lingkungan internal kekuatan dan kelemahan dianalisis dengan menggunakan matrik IFE ( Internal Factor Evaluation ), sehingga diperoleh bobot, peringkat (rating) dan nilai terbobot (Perhitungan nilai bobot dan nilai rating/peringkat masing-masing faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada Lampiran analisis IFE-EFE). Bobot yang diperoleh dalam matrik IFE kemudian dipergunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan faktor strategis tersebut yang menunjang keberhasilan dalam pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan. Total nilai terbobot yang diperoleh dari matriks IFE kemudian menjadi dasar untuk mengetahui respon dari pihak yang menjadi responden yang merupakan stakeholders (pihak pemerintah daerah dan nelayan) dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang ada. Tabel 9. Matriks IFE ( Internal Factor Evaluation ) pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan No Faktor Internal Nilai Faktor Bobot Rating Score Kekuatan 1 Adanya potensi tambang yang besar 3,47 0,20 4,00 0,80 2 Kegiatan pertambangan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 3,26 0,19 3,00 0,56 3 Ketersediaan lahan yang masih luas untuk pengembangan pertambangan 3,42 0,20 4,00 0,59 10,16 0,58 Kelemahan 1 Aktivitas pertambangan tidak memperhatikan lingkungan 2,53 0,14 3,00 0,29 2 Ketersediaan teknologi pertambangan yang masih minim 2,42 0,14 2,00 0,42 3 Belum inovatif dalam mengolah bahan tambang 2,37 0,14 2,00 0,27 7,32 0,42 Hasil perhitungan dan analisis matriks IFE ( Internal Factor Evaluation ) untuk elemen kekuatan dan kelemahan diperoleh dari indeks akumulatif skor kekuatan sebesar 3,47, sedangkan nilai akhir bobot skor elemen kelemahan sebesar 2,53. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden sudah memberikan pandangan dan respon yang cukup tinggi pada faktor kekuatan dan faktor kelemahan. Total nilai bobot skor (skor terbobot) faktor internal sebesar 2,91 nilai ini melebihi lebih besar dari 2,5 (Rangkuti, 2009). Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan mengevaluasi beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan. Dalam pendekatan ini dipertimbangkan aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Faktor- faktor lingkungan eksternal ini diklasifikasikan menjadi peluang dan ancaman sebagaimana Tabel 10. Faktor-faktor lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan. Faktor-faktor tersebut dievaluasi dengan menggunakan matrik EFE ( Eksternal Factor Evaluation ), diperoleh bobot peringkat dan nilai terbobot. Hasil dari penghitungan bobot dalam matrik EFE dipergunakan untuk mengetahui kepentingan faktor penentu yang menunjang keberhasilan dalam pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan. Nilai total terbobot yang diperoleh dari matrik EFE menjadi tolak ukur untuk mengetahui respon dari pihak- pihak yang terlibat dalam pembangunan minapolitan. Hasil evaluasi faktor eksternal di Kecamatan Palangga Selatan disajikan pada Tabel 10. ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO Tabel 10. Matriks EFE ( Eksternal Factor Evaluation ) pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan No Faktor Eksternal Nilai Faktor Bobot Rating Score Peluang 1 Permintaan pasar yang terus meningkat akan bahan nikel dan batuan sehingga kegiatan ini akan terus melakukan ekspansi 3,68 0,21 4,00 0,83 2 Mampu menyerap tenaga kerja dan membuka pusat pertumbuhan baru 3,32 0,19 3,00 0,56 3 Terbukanya kesempatan bagi tenaga kerja lokal dalam menyerap tenaga kerja 3,37 0,19 4,00 0,76 10,37 0,59 Ancaman 1 Kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan 2,53 0,14 3,00 0,42 2 Pembukaan lahan diluar IUP dapat mengancam kerusakan mangrove dan wilayah laut 2,37 0,13 2,00 0,27 3 Penyerapan tenaga kerja dari luar daerah yang tinggi daripada tenaga kerja lokal 2,58 0,14 2,00 0,29 7,47 0,41 Hasil perhitungan dan evaluasi faktor- faktor eksternal dengan mempergunakan matriks EFE, diperoleh total skor terbobot 2,97. Hal ini menunjukkan bahwa responden (pihak- pihak yang terlibat dalam pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan dapat menerapkan/menjalankan strategi dengan memanfaatkan peluang dan mengantisipasi ancaman yang ada. Bila berpedoman kepada (Rangkuti, 2009), maka nilai terbobot diatas 2,5 menunjukkan bahwa pihak-pihak (responden) tersebut dapat menjalankan strategi secara efektif dengan memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Analisis matrik IE digunakan untuk mencari strategi umum atau strategi apa yang sebaiknya digunakan. Penentuan strategi ini diperoleh dari hasil perhitungan matriks IFE dan EFE, dimana total nilai matriks IFE sejumlah 2,91 ini menunjukkan besarnya pengaruh internal bagi usaha pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan, sedangkan hasil perhitungan matriks EFE dengan total nilai sebesar 2,97 ini juga menunjukkan besarnya pengaruh ekternal. Artinya faktor internal lebih besar pengaruhnya dibandingkan faktor eksternal dalam pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan. Dari pengabungan dua matrik IFE dan EFE diperoleh matriks IE (internal eksternal) sebagaimana Tabel 11. Tabel 11. Matrik Internal – Eksternal (IE) ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO Hasil matriks IE menggambarkan bahwa pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan berada pada kuadran atau sel V, berarti program ini berada pada posisi pertumbuhan, yakni dapat tumbuh melalui integrasi horizontal maupun vertikal, baik secara internal dengan menggunakan sumberdaya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumberdaya dari luar. Berdasarkan hasil identifikasi, perhitungan dan analisis terhadap faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman melalui analisis matriks IFE dan EFE, maka dapat disusun atau dibuat analisis dengan menggunakan metode SWOT sehingga menghasilkan alternatif strategi. Strategi yang bisa dikembangkan terkait dengan pengembangan pertambangan antara lain sebagai berikut : 1. Pengembangan kegiatan pertambangan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja lokal baru. 2. Penguatan regulasi terkait pembukaan lahan diluar IUP untuk mencegah kerusakan lingkungan. 3. Peningkatan teknologi baru untuk meningkatkan penyerapan tenaga lokal baru. ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Perubahan tutupan/penggunaan lahan akibat aktivitas pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan sejak adanya aktivitas pertambangan sampai tahun 2019 di Kecamatan Palangga Selatan mencapai luasan sebesar 503,33 Ha yang terdiri dari 421,96 Ha bukan tambang dalam IUP sedangkan 81,37 bukan tambang di luar IUP. Perubahan penggunaan lahan akibat aktivitas pertambangan terdiri dari semak belukar seluas 374,43 Ha, pertanian lahan kering campur seluas 80,24 Ha, hutan lahan kering sekunder seluas 43,18 Ha, mangrove sekunder seluas 5,21 Ha, dan tambak seluas 0,27 Ha. b. Aktivitas pertambangan berpengaruh positif tehadap pendapatan masyarakat dan mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Pendapatan masyarakat yang berpengaruh akibat aktivitas pertambangan sebanyak 62 responden yang terdiri dari 43 responden dengan pendapatan yang meningkat dan 19 responden mengalami pendapatan menurun. Perubahan mata pencaharian terhadap 35 jiwa dengan berbagai mata Pencaharian yang terdiri dari 31 responden yang berpengaruh dan 4 responden yang tidak berpengaruh pada aktivitas pertambangan. c. Strategi pengembangan kawasan pertambangan di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan adalah (1) Pengembangan kegiatan pertambangan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja lokal baru; (2) Penguatan regulasi terkait pembukaan lahan diluar IUP untuk mencegah kerusakan lingkungan; dan (3) Peningkatan teknologi baru untuk meningkatkan penyerapan tenaga lokal baru. ## Saran Adapun saran dalam penelitian ini adalah a. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, pengusaha pertambangan perlu meningkatan pembukaan lahan pertambangan yang baru. b. Untuk penelitian selanjutnya, perlu melalukan penelitiaan tentang pengaruh aktivitas pertambangan terhadap lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. c. Pembukaan lahan di luar IUP perlu memperhatikan kondisi lingkungan yang baik. ## DAFTAR PUSTAKA Albrechts L. 2006. Shifts in Strategic Spatial Planning? Some Evidence from Europe and Australia. Environment and Planning, 38(6):1149-1170. DOI:10.1068/a37304. ## JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO Badan Pusat Statistik, 2019. Kecamatan Palangga Selatan Dalam Angka 2019. Andoolo, Konawe Selatan Hamzah H. 2005. Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Pengembangan Wilayah Kasus Di Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Inventarisasi GIS, 2019. Hasil Analisis Citra di Wilayah Kecamatan Palangga Selatan. Irfan Ido, 2019. Dampak Usaha Kegiatan Penambangan Pasir Terhadap Perubahan Mata Pencaharian di Kabupaten Muna Barat. PUBLICUHO Faculty of Socialand Political Sciences Halu Oleo University. Vol 1. No.1, April 2019: pp. 30-37 Kusuma AP. 2010. Menambang tanpa merusak lingkungan. Bogor. Jakarta (ID): Kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Nutiara, Kirana, 2016. Kajian Dampak Penambangan Batuan terhadap Aktivitas Permukiman (Studi Kasus: Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang). Undergraduate thesis, Fakultas Teknik UNISSULA Pribadi DO, Shiddiq D, Ermyanila M. 2006. Model perubahan tutupan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT. 7(1):35-51. Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Semuel Risal, DB. Paranoan, Suarta Djaja, 2013. Analisis Dampak Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Makroman. Jurnal Administrative Reform, Vol.1 No.3 Sztompka, Piotr, 2006. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Tuni MZ. 2013. Perencanaan penggunaan lahan pascatambang nikel untuk mendukung pengembangan wilayah di Kabupaten Halmahera Timur [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wahyu Hidayat, Ernan Rustiadi, Hariadi Kartodiharjo, 2015. Dampak Pertambangan Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaian Peruntukan Ruang (Studi Kasus Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota vol.26, no.2, hlm. 130- 146 Yulita, 2011. Perubahan penggunaan lahan dalam hubungannya dengan aktivitas pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah. Tesis Program Magister Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
b63db70f-cc51-44c3-9c00-2049843e2663
https://ejournal.upi.edu/index.php/edutech/article/download/3088/2109
## IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI BANDUNG Abstract. 2013 Curriculum is the result of 2007 KTSP Curriculum revision which was shortly performed. The implementation of 2013 Curriculum (Kurtilas) faced several obstacles. This study aimed to find out how 2013 Curriculum was implemented. This study was conducted at secondary level of a senior high vocational school concentrated in the field of aviation. In the implementation of the 2013 curriculum, there were many obstacles faced by both teachers and students. The school has held in house training to make all teachers understands about the curriculum and thus could apply it in the classroom. Yet in reality teachers sometimes misunderstood the practice of the curriculum. The 2013 Curriculum is ideal for use in today’s school learning system because the indicators in the curriculum are able to provide positive habituation for students. Keywords : 2013 Curriculum, curriculum implementation, curriculum change Abtrak, kurikulum 2013 merupakan hasil dari revisi kurikulum KTSP tahun 2007 yang dilakukan dengan singkat. Pada pelaksanaan kurikulum 213 (Kurtilas) terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari Kurtilas ini. Penelitian dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah Atas yaitu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang berkonsentasi pada bidang penerbangan. Pada pelaksanaan kurtilas ini berbagai kendala dihadapi baik oleh siswa ataupun guru. Pihak sekolah sudah mengadakan acara “ In House Training ” yang mengupayakan agar semua pendidik yang ada paham akan Kurikulum 2013 dan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Tapi pada kenyataannya guru terkadang salah paham akan dalam pelaksanaannya. Kurikulum 2013 sangat tepat untuk digunakan dalam sistem pembelajaran sekarang di persekolahan , karena dengan indikator-indikator yang ada dalam kurikulum 2013 dapat memberikan pembiasaan – pembiasaan yang positif bagi siswa. Kata kunci : Kurikulum 2013, implementasi, perubahan kurikulum ## A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia dalam pelaksanaannya tidak lepas dari pandangan hidup suatu bangsa di mana pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia harus berlandaskan kepada pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Pancasila yang termasuk didalamnya dalam menata pendidikan. Secara yuridis Pancasila merupakan dasar pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sadulloh, 2007: hlm.169). Pendidikan merupakan hal paling mutlak untuk era sekarang ini. Di Indonesia pendidikan merupakan hak setiap warga sesuai dengan pasal 30 UUD 1945. Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat Oleh : Muthia Alinawati Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Email : [email protected] manusia. Rumusan pendidikan yang baik mencakup berbagai aspek, suatu pendidikan nasional yang baik akan dilandasi dengan falsafah atau pandangan yang dianut oleh sebuah negara.Filsafat pendidikan nasional yang dikembangkan dari asas pancasila, beracuan dari tujuan pendidikan nasional, serta proses pelaksanaan pendidikan. Kurikulum adalah acuan yang dipakai dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Sekolah menengah kejuruan merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan yang menerapkan kurikulum 2013. Pada pelaksanaannya kurikulum 2013 mengalami berbagai macam kendala. Baik ditingkat pusat sampai ke tingkat sekolah-sekolah. Berdasarkan masalah tersebut dalam tulisan ini akan memberikan gambaran mengenai implementasi dari kurikulum 2013. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 12 (SMKN 12) Bandung adalah sekolah tingkat menengah yang mendidik siswanya untuk memiliki kompetensi dibidang manufaktur pesawat udara dengan lama pendidikan tiga tahun. SMKN 12 Bandung awalnya bernama STM Penerbangan Negeri Bandung yang beroperasi pada Juli tahun 1985 didirikan atas kerjasama tiga lembaga yaitu : 1. Departemen Pendidikan dan Kebdayaan (DEPDIKBUD) / Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) 2. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 3. PT Industri Pesawat Terbang Nusantara / PT Dirgantara Indonesia Sebagaimana yang tertuang pada naskah perjanjian No. 2077/C/T/85; 66/D.IN/BPPT/II/85; dan 10/DP/J/II/1985. Secara resmi pembukaan STM Penerbangan Negeri Bandung ditetapkan pada tanggal 22 Desember 1986 dengan ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0890/O/1986. Pada awal berdirinya sekolah ini di dukung oleh Pemerintah Republik Indonesia bekerja sama dengan FIAS ( Formation Internationale Aeronatique et Spatiale ) Perancis. Bantuan yang diberikan oleh pihak FIAS meliputi : 1. Pendampingan program kurikulum 2. Bantuan peralatan 3. Tenaga Ahli di Bidang Penerbangan 4. Pelatihan guru baik dalam negeri dan luar negeri khususnya Perancis a. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah ”Bagaimana implementasi kurikulum 2013 di tingkat sekolah menengah kejuruan? b. Tujuan Penelitian Tujuan peneltian ini adalah untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kurikulum di SMKN 12 Bandung. c. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pelaksanaan kurikulum 2013. ## 1. Kajian Teori a. Konsep Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1) Pengertian KTSP KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikumum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurukulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertugas di bidang pendidikan. KTSP merupakan upaya untuk menempurnakan kuriklum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diarapkan memiliki tanggungjawab yang memadai. Penyempurnaan kurilulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistam pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal itu juga sejalan dengan Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2) Konsep Dasar KTSP Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP PAsal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut. 1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional 2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigm baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan potensi belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalolasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Dalam KTSP pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daereah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orangtua peserta didik dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan- ketentuan tentang pendidikan yan berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah. 3) Tujuan KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk mendirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberikan kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk: 1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia 2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama 3) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu dterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuan hal sebagai berikut: 1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelamahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya 2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yagn terbaik bagi sekolahnya 4) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparasi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat 5) Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing- masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP 6) Sekolah dapat melakukan persaingan yagn sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat. 7) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP. 4) Landasan Pengembangan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang- undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut 1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas 2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 3) Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 5) Karakteristik KTSP KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap system yang sedang berjalan salama ini. Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut: 1) Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan 2) Partisipasi Masyarakat dan Orangtua yang Tunggi 3) Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional 4) Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan Disamping beberapa karakteristik di atas, terdapat beberapa factor penting yang perlu diperhatikan dala pengembangan KTSP, terutama berkaitan dengan system informasi serta system penghargaan dan hukuman. 2. Konsep Dasar Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru, hasil penyempurnaan kurikulum sebelumnya, Kurukum KTSP atau Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Perubahan mendasar adalah dikuruanginya beberapa mata pelajaran di tingkat satuan pendidikan SD dan SMP, serta dihilangkannya sistem penjurusan pada jejang atau tingkat satuan pendidikan SMA, jadi nanti tidak akan adalah lagi kasta terbaik dan kasta nomor 2 (pembuangan) seperti yang terjadi pada saat ini, yang katanya jurusan IPA itu favorit, anaknya pintar-pintar, sedangkan jurusan IPS dan bahasa itu nomor dua, jurusan “pembuangan” anaknya pada bandel-bandel. Kurikul 2013 sendiri akan mulai diterapkan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013 – 2014. b. Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Kurikulum 2013 Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Pada umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembnagn kurikulum sebagai suatu proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah- kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip- prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 1) Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen- komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis). 2) Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. 3) Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman- pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. 4) Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber- sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. 5) Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Terkait dengan pengembangan kurikulum 2013, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu: 1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat. 2) Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing- masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan. 3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran. 4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi. 5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik. 6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar. 7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat. 9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar. 10) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus. Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. 11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik. c. Komponen-komponen Kurikulum 2013 Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen- komponen. Adapun komponen-komponen pengembangan kurikulum, yaitu: a. Komponen Tujuan Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat tujuan yang pasti, hal tersebut akan membantu dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: 1) Tujuan Pendidikan Nasional Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 2) Tujuan Institusional Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut: a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. 3) Tujuan Kurikuler Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. 4) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. b. Komponen Isi Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program dari masing- masing bidang studi tersebut. c. Komponen Metode Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Dalam prakteknya, seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai. d. Komponen Evaluasi Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil. ## 2. Metodologi Penelitian Penelitian kualitatif adalah “Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku dan objek yang diamati”. Selanjutnya Arikunto (dalam Mulyani, 2004: hlm.30) menambahkan “penelitian dengan sifat deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena”. Karakteristik pendekatan kualitatif deskriptif dianggap relevan dengan pertim- bangan beberapa hal berikut. Pertama , bersifat alamiah, data dikumpulkan secara langsung dari situasi sebagaimana adanya. Peneliti tidak memberi perlakuan dan reka- yasa tertentu terhadap data dan sumber data yang ada dalam di lapangan. Kedua , menggunakan peneliti sebagai pengumpul data. Peneliti merupakan instrumen kunci baik dalam pengumpulan maupun analisis data. Teori yang dipahami digunakan untuk titik berangkat dan panduan awal dalam memahami realitas yang ditemukan dari data. Pemahaman data dimulai dari realitas sehingga teori tidak dijadikan seba- gai satu-satunya alat untuk analisis data. Keempat , bersifat deskriptif. Data yang diperoleh berupa uraian verbal dan pe- nyajian atau pelaporannya bersifat deskriptif. ## B. HASIL DAN PEMBAHASAN Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 12 melaksanakan penerapan kurikulum 2013 sesuai yang diinstruksikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum tersebut langsung diterapkan pada awal tahun 2013 sebagai bentuk kepekaan lembaga terhadap kurikulum baru yang di kembangkan dalam sistem pendidikan. Kurikulum 2013 ini disosialisasikan oleh pemerintah melalui pelatihan khusus, dalam hal ini baru ada 3 orang guru saja perwakilan dari SMKN 12 Bandung yang mengikuti pelatihan tersebut, sehingga masih sangat terbatas sekali pemahaman dari penerapan kurikulum 2013 bagi seluruh tenaga pengajar di SMKN 12 Bandung ini. sebagai bentuk solusi agar kurikulum 2013 tersebut dapat diketahui dan dipahami oleh seluruh guru, maka pihak sekolah SMKN 12 Bandung melakukan sebuah sosialisasi bernama “ In House Training ” untuk memberikan pelatihan yang sama kepada seluruh tenaga pengajar di SMKN 12 bandung, sehingga dalam penerapannya tidak ada kekeliruan yang dapat berdampak langsung maupun tidak langsung bagi peserta didik. Menurut hasil wawancara dengan wakasek bagian kurikulum SMKN 12 Bandung mengungkapkan bahwa sejauh ini kurikulum 2013 dinilai lebih baik dari pada kurikulum sebelumnya yaitu KTSP, karena kurikulum 2013 merupakan hasil evaluasi dari kurikulum KTSP dengan tujuannya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar lebih aktif dan kreatif. Dalam pelaksanaannya, masih banyak juga kendala atau hambatan yang dirasakan dalam penerapan kurikulum yang baru ini, salah satunya adalah penyesuaian kurikulum yang diterapkan di SMK terhadap peserta didik baru yang baru lulus SMP, sedangkan tahun sebelumnya di beberapa SMP belum menerapkan kurikulum 2013. Hal tersebut berdampak pada kinerja tenaga pengajar yang harus bekerja ekstra lebih untuk mencapai tujuan dari penerapan kurikulum 2013. Namun, beberapa kendala yang dihadapi bukan berarti kurikulum 2013 tersebut tidak bisa diterapkan. Bahkan menurut nara sumber (bidang kurikulum SMKN 2013 Bandung) mengungkapkan bahwa memang seharusnya diterapkan sebuah cara yang baru untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik selain dari kemampuan intelektualnya. Walaupun memang masih memerlukan penyempurnaan dalam beberapa hal seperti RPP dan penilaian. Harapan dari diterapkan kurikulum tersebut adalah perkembangan yang diperlihatkan peserta didik akan lebih baik dan menonjol dalam semua aspek sebagai bentuk keberhasilan dari kurikulum 2013 tersebut. Selain merujuk pada pendapat tenaga pengajar mengenai penerapan kurikulum 2013, kami juga mewawancarai beberapa peserta didik sebagai sampel mengenai pendapat mereka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SMKN 12 Bandung. Ada beberapa dampak positif dan negatif menurut mereka dalam penerapan kurikulum 2013. Beberapa hal negatif yang dirasakan diantaranya ketidakjelasan dalam sistem penilaian bagi peserta didik, Waktu belajar di sekolah menjadi lebih lama dibandingkan sebelumnya sedangkan waktu tersebut dirasa tidak begitu efektif karena banyak guru terkesan membiarkan peserta didik. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa beberapa guru terlihat belum menguasai tentang pelaksanaan kurikulum 2013 dengan seutuhnya. Dalam hal ini, biasanya beberapa guru hanya memberikan materi saja setelah itu membiarkan dan menyerahkan selanjutnya pada peserta didik . Adapun nilai positif dari penerapan kurikulum 2013 ini, yaitu waktu istirahat lebih lama, dan peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan kreatif sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensinya dengan bebas. Dalam hal ini, peserta didik tidak hanya diasah dalam aspek intelektualnya, namun seluruh aspek yang dapat dikembangkan oleh peserta didik. ## C. SIMPULAN 1. Kesimpulan Kurikulum 2013 sudah berjalan hampir dua tahun di SMKN 12 Bandung, sudah ada dua angkatan yang menggunakan sistem kurikulum 2013. Guru-guru di SMKN 12 Bandung belum semua memahami konsep pembelajaran Kurikulum 2013. Walaupun pihak sekolah sudah mengadakan acara “ In House Training ” yang mengupayakan agar semua pendidik yang ada paham akan Kurikulum 2013 dan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Tapi pada kenyataannya guru terkadang salah paham akan kurikulum 2013, sehingga siswapun menjadi bingung ketika dalam proses pembelajaran. Kurikulum 2013 sangat tepat untuk digunakan dalam sistem pembelajaran sekarang di persekolahan , karena dengan indikator-indikator yang ada dalam kurikulum 2013 itu dapat membiasakan mereka ketika peserta didik lulus sekolah kelak. 2. Saran Pelatihan atau pendidikan secara khusus tentang kurikulum 2013 masih perlu dilakukan agar lebih efektif dalam penerapan dan pemahaman kurikulum 2013. Pada saat pelaksanaan kurikulum di sekolah guru-guru sudah dapat memahami dan melaksanakan sesuai dengan konsep kurikulum 2013. Siswa sebaiknya diberikan pengarahan yang baik dari guru yang sudah paham benar akan kurikulum tersebut sehingga tujuan dari kurikulum dapat diwujudkan secara nyata. D. DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: BNSP. Mulyasana D. (2011), Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing , Bandung; PT Remaja Rosdakaraya. Nasution. 1983. Asas- Asas Kurikulum . Bandung: Jemmars Sadullah, Uyoh. (2011). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta. Sadullah, Uyoh. (2009). Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
c809b955-2c21-42a7-9283-3a9fdeee64e6
https://jpk.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/jpk/article/download/134/84
Jurnal Pengabdian Kesehatan STIKES Cendekia Utama Kudus P-ISSN 2614-3593 E-ISSN 2614-3607 Vol. 4, No. 2, Juli 2021 http://jpk.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id ## PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN DAN PENGONTROLAN PENYAKIT TIDAK MENULAR : POSBINDU PTM DI DUSUN GUNUNG CILIK DESA WATU GAJAH GEDANGSARI GUNUNG KIDUL Istianna Nurhidayati 1 , Sri Handayani 2 , Ratna Agustiningrum 3 1-2 Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten 3 Program Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten Email: [email protected] ## ABSTRAK Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian utama di dunia. WHO memaparkan 29 juta (80%) kematian karena penyakit tidak menular terjadi di negara berkembang. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang. Pada awal perjalanan Penyakit tidak menular seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Tujuan kegiatan ini adalah untukmeningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian dan mengontrol penyakit tidak menular di dusun gunung cilik Watu gajah gunung kidul. Kegiatan melibatkan tokoh masyarakat, kader kesehatan dan para penderita penyakit tidak menular di dusun Gunung cilik. Kegiatan dilakukan dengan tiga tahap yaitu sosialisasi, pengorganisasian dan pelatihan kader. Sosialisasi dilakukan untuk mengedukasi masyarakat tentang penyakit tidak menular dan pentingnya Posbindu PTM, pengorganisasian Posbindu untuk membentuk kepengurusan dan pelatihan kader untuk membekali kader dalam pelayanan posbindu. Kegiatan dilaksankan dengan baik dan mendapat respon kooperatif , antusias dan aktif setiap kegiatan dilakukan . pemerintah desa Watu gajah dan Puskesmas Gedangsari mendukung keberadaan posbindu PTM di dusun Gunung cilik untuk mengendalikan dan mengontrol penyakit tidak menular. Kata Kunci : Pemberdayaan masyarakat,kontrol, penyakit tidak menular. ## ABSTRACT Non-communicable diseases are the leading cause of death in the world. WHO explained that 29 million (80%) deaths due to non-communicable diseases occurred in developing countries. This condition arises due to changes in human behavior and the environment which tends to be unhealthy, especially in developing countries. At the beginning of the course of non-communicable diseases are often asymptomatic and do not show specific clinical signs so that they arrive too late or at an advanced stage due to not knowing and realizing the condition of the disorder that occurs in them. The purpose of this activity is to increase community participation in controlling and controlling non-communicable diseases in the hamlet of Gunung Cilik Watu Gajah Gunung Kidul. The activity involved community leaders, health cadres and non-communicable disease sufferers in Gunung Cilik hamlet. The activity was carried out in three stages, namely socialization, organization and training of cadres. The socialization was carried out to educate the public about non-communicable diseases and the importance of Posbindu PTM, organizing Posbindu to form management and training cadres to equip cadres in posbindu services. The activities were carried out well and received a cooperative, enthusiastic and active response for every activity carried out. Watu Gajah village government and Gedangsari Health Center support the existence of PTM Posbindu in Gunung Cilik hamlet to control and control non-communicable diseases Keywords: Community empowerment, control, non-communicable diseases ## PENDAHULUAN Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit ini dipengaruhi adanya perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Peningkatan beban penyakit tidak menular (PTM) sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang ada di masyarakat seperti meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks masa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang beraktifitas dan merokok. Penyakit Tidak Menular (PTM) sekarang telah menjadi penyebab kematian utama. Data World Health Organization (WHO) menunjukan bahwa dari 56 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2012, sebanyak 38 juta atau hampir tiga perempatnya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun. Proporsi penyebab kematian PTM pada tahun 2012 adalah penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar yaitu 46,2% (17,5 juta kematian), diikuti kanker 21,7%, (8,2 juta kematian), sedangkan penyakit pernafasan kronis, termasuk asma dan penyakit paru obstruktif kronik dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 10,7% kematian (4,0 juta kematian), serta 4% kematian disebabkan diabetes (1,5 juta kematian)(1). Data di riskesdas (2018) menunjukkan prevalenssi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas meningkat 25,8% menjadi 34,1%. Prevalensi obesitas penduduk usia 18 tahun keatas meningkat dari 14,8% menjadi 21,8%. Prevalensi perokok usia < 18 tahun meningkat dari 7,2% menjadi 9,1%. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang. Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya(2). Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup. Dusun Gunung Cilik terdiri dari RW 04, RW 05, dan RW 06 sama sekali belum dibentuk Posbindu PTM. Hasil survei pendahuluan menunjukkan data yang diperoleh dari angket PIS-PK menunjukkan 88.8% lansia mengalami hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, sedangkan 84.58% keluarga yang terkena hipertensi tidak berobat secara teratur. Alasan mereka tidak berobat secara teratur karena menganggap biasa terhadap penyakitnya dan fasilitas kesehatan yang jauh dari rumah membuat warga malas untuk datang berobat. Hasil wawancara Warga mengatakan tidak mengetahui bahwa dirinya terkena hipertensi. Sedangkan salah satu warga yang m engalami hipertensi mengatakan “tensi saya memang tinggi mbak, tetapi saya hanya priksa jika merasakan sakit atau jarang memeriksakan kesehatan secara berkala”. Hasil wawancara dengan bidan desa mengatakan jarang ada warga yang datang ke polindes untuk memeriksakan kondisi kesehatannya. Hasil wawancara dengan beberapa warga mengenai kebiasaan olahraga, warga menyatakan tidak biasa melakukan olahraga. Keluarga responden dengan HT tidak mengetahui komplikasi yang dapat di timbulkan apabila tekanan darah tidak di kontrol dan minum obat secara rutin. Sebagian besar warga yang menderita hipertensi mengungkapkan bahwa tidak merasakan gejala hipertensi yang mengganggu aktifitasnya dan mendorong untuk datang ke pelayanan kesehatan terdekat. Kondisi PTM di dusun gunung cilik perlu dilakukan pengendalian dan pengontrolan. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat dalam upaya penguatan jejaring dan kemitraan melalui pemberdayaan masyarakat, perguruan tinggi Stikes Muhammadiyah klaten melakukan pengabdian masyarakat dengan melibatkan tokoh masyarakat dan kelompok kader di desa watu gajah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap P2PTM terrutama pencegahan faktor risiko. ## METODE Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan selama 2 bulan (September – oktober 2019) di Dusun Gunung Cilik Desa Watu gajah Gedangsari Gunung Kidul, Wilayah kadus II yang mencakup 7 RT dan 3 RW belum memiliki wadah untuk kegiatan pemantauan kesehatan di . Untuk itu akan dibentuk kegiatan Posbindu PTM dan kader Posbindu PTM dikadus II yang dipusatkan di RW 04. Jabaran metode pelaksanaan pengabdian masyarakat sebagai berikut : A. Perencanaan Rencana kegiatan telah disusun sejak bulan Agustus 2019. Rencana kegiatan diimplementasikan September – oktober 2019 di Dusun Gunung Cilik Desa Watu gajah Gedangsari Gunung Kidul. Pada Perencanaan tim melakukan observasi masalah dengan wawancara pada beberapa kader kesehatan dan pembina kesehatan di Dusun Gunung Cilik Desa Watu gajah Gedangsari Gunung Kidul. Selanjutnya diputuska n tema kegiatan “Posbindu PTM sebagai aktifitas masyarakat lebih mengenal risiko PTM” dan bermitra dengan ibu – ibu PKK Dusun Gunung Cilik Desa Watu gajah Gedangsari Gunung Kidul. Tim berkoordinasi dengan perangkat desa dan pengurus PKK serta pemegang program penyakit tidak menular di Puskesmas GedangsariII. Mitra setuju dengan kegiatan yang direncanakan. B. Persiapan Kegiatan pengabdian masyarakat dilanjutkan dengan penyusunan proposal, untuk diajukan ke Desa Watu Gajah, Puskesmas Gedangsari II dan LPPM Stikes Muhammadiyah Klaten. Selanjutnya tanggal 3 September 2019 jam 15.00 di balai desa Watu Gajah, Tim melakukan koordinasi dengan pemegang program PTM, pembina kesehatan desa, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan pengurus PKK dan calon kader untuk menyepakati rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan di Dusun Gunung Cilik Desa Watu gajah Gedangsari Gunung Kidul. Hasil Koordinasi tersebut disepakati kegiatan Sosialisasi Posbindu PTM dilaksanakan pada tanggal 15 September 2019 jam 15.00. Selanjutnya pengorganisasian posbindu PTM pada tanggal 30 September 2019 jam 15.00. Pelatihan kader posbindu PTM tanggal 2 Oktober 2019. Rapat kerja pengurus Posbindu PTM 5 Oktober 2019 dan Lounching posbindu PTM 10 Oktober 2019, evaluasi pelaksanaan posbindu PTM 10 Desember 2019. C. Pelaksanaan Tim pengabdian melaksanakan kegiatan sesuai dengan kesepakatan saat koordinasi, dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut : 1. Sosialisasi Posbindu PTM Sosialisasi Posbindu PTM dilaksanakan pada tanggal 15 September 2019. Sosialisasi ini bertujuan menjelaskan masalah kesehatan yang lazim terjadi pada usia dewasa, faktor risiko PTM, pentingnya Posbindu PTM. Kegiatan ini mengundang tokoh masyaraakat, beberapa perangkat desa dan Pengurus PKK di Dusun Gunung Cilik Desa Watu gajah Gedangsari Gunung Kidul. 2. Pengorganisasian Posbindu PTM Pengorganisasian Posbindu PTM dilaksanakan 30 September 2019. Pengorganisasian ini bertujuan membentuk organisasi Posbindu PTM dan menjelaskan job diskription masing-masing pengurus. Hasil kegiatan ini terbentuk struktur organisasi Posbindu PTM dengan nama “ Posbindu PTM Sumber Waras.” Struktur ketua, sekretaris dan bendahara serta kader kesehatan. 3. Pelatihan kader Pelatihan kader Posbindu PTM akan dilaksanakan pada 8 Oktober 2019 dengan materi karakteristik perkembangan usia Dewasa, masalah kesehatan Usia dewasa PTM, faktor risiko PTM, Cara mencegah PTM, Manajemen Posbindu PTM dan Role play Posbindu PTM. 4. Rapat kerja Pengurus dan kader Posbindu PTM Rapat kader Posbindu PTM akan dilaksanakan pada 5 Oktober 2019. 5. Lounching Posbindu PTM Launching Posbindu PTM pertama kali dilaksanakan pada 10 Oktober 2019. Loncing bertujuan untuk mekukan pendampingan dengan kader pelaksanaan pelayanan posbindu PTM, sekaligus mengenalkan pada masyarakat manfaat posbindu PTM. 6. Evaluasi Posbindu PTM Kegiatan Evaluasi dilaksanakan bersamaan dengan pelayanan posbindu pada bulan ke-2. Evaluasi dilihat dari kehadiran sasaran, pelaksanaan manajemen posbindu, penggunaan alat-alat pemerikasaan oleh kader, pencatatan dan pelaporan kegiatan yang dilakukan oleh kader . ## HASIL DAN PEMBAHASAN Tim pengabdian melaksanakan kegiatan sesuai dengan kesepakatan saat koordinasi, dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut : Sosialisasi Posbindu PTM dilaksanakan pada tanggal 26 September 2019. Sosialisasi ini bertujuan menjelaskan masalah kesehatan yang lazim terjadi pada usia dewasa khususnya penyakit tidak menular, Faktor risiko penyakit tidak menular, cara mengatasi masalah PTM, pentingnya Posbindu PTM. Kegiatan ini dihadiri oleh tokoh masyarakat Kadus II, beberapa perangkat desa, pengurus PKK dan warga di Gunung Cilik Desa Watu gajah Gedangsari Gunung Kidul. Kegiatan sosialisasi kepada tokoh masyarakat dan keluarga yang memiliki anggota dengan penyakit tidak menular sebagai cara meningkatkan dukungan keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini sejalan dengan temuan penelitian (3) yang menyimpulkan ada hubungan dukungan keluarga dan tokoh masyarakat dengan keaktifan penduduk ke kegiatan posbindu PTM. Pengorganisasian Posbindu PTM dilaksanakan 8 Oktober 2019. Pengorganisasian ini bertujuan membentuk organisasi Posbindu PTM dan menjelaskan job diskription masing-masing pengurus. Hasil kegiatan ini terbentuk struktur organisasi Posbindu PTM dengan nama “ Posbindu PTM Sumber Waras.” Struktur ketua, sekretaris dan bendahara serta kader. Selengkapnya terlampir dalam SK kepala Desa watu Gajah. Pelatihan kader Posbindu PTM dilaksanakan pada 8 Oktober 2019 dengan materi perkembangan usia dewasa, Risiko masalah kesehatan uasia dewasa, Posbindu PTM, demontrasi penggunaan alat body fat dan Role play Posbindu PTM. Kegiatan pelatihan dihadiri oleh seluruh pengurus dan kader kesehatan posbindu PTM. Rapat kader Posbindu PTM dilaksanakan pada 8 Oktober 2019 dilaksanakan di balai dusun Gunung Cilik. Kegiatan ini dilaksanakan pada sore hari dengan agenda sosialisasi Posbindu PTM, dan rapat kerja penyusunan program kerja posyandu untuk tahun kerja 2019-2020. Selengkapnya terlampir program kerja Posbindu PTM “ Sumber waras”. Launching Posbindu PTM pertama kali dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2019. Kegiatan ini dhadiri oleh Kepala Puskesmas, Pembina Kesehatan desa Watu Gajah, Kepala desa dan perangkat desa Watu Gajah serta warga usia dewasa. Kegiatan diawali dengan pembukaan dan sambutan dari Ka. puskesmas Gedang sari II yang menyampaikan bahwa Posbindu PTM merupakan pemberdayaan bidang kesehatan untuk mengidentifikasi faktor risiko masalah kesehatan. Dilanjutan sambutan dari kepala desa watu gajah yang menyambut baik adanya kegiatan yang positif di daerahnya semoga bisa berkembang dan bartambah di dusun yang lain. Selanjutnya pelaksanaan pelayanan Posbindu PTM dengan melakukan penilaian pemeriksaan kesehatan warga masyarakat usia dewasa di Gunung cilik. Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas (4). Penguatan pelaksanaan program penanggulangan penyakit tidak menular, Kementerian Kesehatan telah menuangkan dalam Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam SPM, Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada usia produktif 15-59 tahun di wilayah kabupaten/ kotatersebut dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan yang dimaksud disini dapat dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan di posbindu PTM. Penguatan pelaksanaan posbindu PTM ini perlu adanya dukungan aktif dari kader kesehatan. Penelitian Saputra et al (2017) berdasarkan kuantitasnya, jumlah SDM yang dibutuhkan untuk memaksimalkan pelaksanaan SPM dibutuhkan 4-6 orang kader, dan kader tersebut sebaiknya berasal dari masyarakat daerah itu sendiri, dan secara kualitas keberhasilan pelaksanaan posbindu didukung oleh kaderyang telah mendapat pelatihan(5). Gambar 1. Kegiatan Pemberdayaan Posbindu PTM ## SIMPULAN DAN SARAN ## Simpulan Kegiatan pengabdian masyarakat pendampingan pembentukan Posbindu PTM “ Sumber Waras” dengan pendekatan pemberdayaan pada masyarakat untuk menjaga kesehatan pada kelompok dewasa, mengurangi risiko penyakit tidak menular bermanfaat untuk masyarakat di dusun Gunung cilik Watu Gajah Gedangsari. Kegiatan ini untuk meningkatkan mengidentifikasi faktor risiko penyakit tidak menular diusun Gunung cilik Watu Gajah Gedangsari ## Saran Kepada Pemerintah Desa Watu gajahdan Puskesmas Gedangsari II diharapkan bisa membina organisasi Posbindu PTM “Sumber Waras” dalam hal pendanaan operasional organisasi dan peningkatan pemahaman masyarakat untuk mendorong masyarakat aktif mengikuti kegiatan Posbindu PTM “Sumber Waras” deteksi dini risiko penyakit tidak menular. ## UCAPAN TERIMAKASIH 1. Kepala Bagian penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan Ketua STIKES Muhammadiyah Klaten yang telah memberikan arahan dan memfasilitasi kegiatan ini. 2. Kepala desa Watugajah, Gedangsari, Wonosari Gunung kidul ## DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. Regional Office for SouthEast Asia. Department of Sustainable Development and Healthy Environments. Non Communicable Disease : Hypertension. 2011. 2. Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta; 2018. 3. Umayana TH,Cahyati WH. Dukungan Keluarga dan Tokoh Masyarakat terhadap keefektifan penduduk ke Posbindu Penyakit Tidak Menular. Jurnal Kesehatan Masyaraka t, Kesmas 11. 2015 4. Kemenkes RI, Direktorat jenderal kesehatan masyarakat. Buku pintar kader Posbindu. In Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2019. 5. Saputra MH, Muhith A FA. Analisis sistem informasi faktor resiko hipertensi berbasis posbindu di dinas kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Pros Semin Nasional. 2017;Seri Ke-1.
2473d6ec-2347-4d60-abac-7c1357e2fdf7
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAUJ/article/download/1247/1009
## PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA ## Bunga Maharani Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember ## Abstract The aim of this study is to examine the influence of company’s characteristics toward income smoothing practice among listed basic and chemical companies at Indonesia Stock Exchange. The factors being examined were size of the company, company’s financial leverage ratios, and company’s net profit margin ratios. Index Eckel is used to determine the income smoothing practice. The object of income smoothing in this study is the net profit of the company. The study was using 61 basic and chemical companies listed in Indonesia Stock Exchange, with a period between 2003- 2005. The hypothesis was tested using Multiple Linier Regression. Both t-test and F-test have also been used to test the significance of the study hypothesis. The result of this study showed that some of basic and chemical companies listed at Indonesia Stock Exchange were committed to income smoothing practice. Multiple Linier Regression showed that both partially and simultaneously, size of the company, company’s financial leverage ratios, and company’s net profit margin ratios didn’t prove to have a significant influence on income smoothing. Keywords: size of the company, financial leverage, net profit margin, income smoothing ## 1. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi keuangan utama dan penting yang diterbitkan oleh perusahaan. Laporan laba-rugi adalah merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan laba-rugi dipandang penting sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga untuk mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode (Baridwan, 2000). Fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai laba dan komponennya. Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditur. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998) ditemukan bahwa terdapat kecenderungan pada pihak eksternal untuk lebih memperhatikan laba yang PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA terdapat pada laporan laba-rugi. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Beattie et al. (1994) bahwa perhatian investor seringkali terpusat pada laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan dalam menghasilkan informasi laba tersebut. Hal tersebut mendorong manajemen untuk memanipulasi laba. Situasi ini disadari oleh manajemen, terutama dari kalangan manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong manajemen cenderung melakukan dysfunctional behaviour (perilaku tak semestinya). Bentuk perilaku yang tidak semestinya yang berhubungan dengan laba adalah praktik perataan laba (income smoothing). Perataan laba sebagai salah satu bentuk perekayasaan laporan keuangan banyak diminati dan banyak diteliti (Abdullah dan Halim, 2000). Perataan laba (income smoothing) dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk menekan variasi dalam laba (Beidleman, 1973). Dalam perataan laba, manajer mempunyai suatu wacana perencanaan jangka panjang, yaitu menggeser keuntungan saat ini dengan kemungkinan keuntungan di masa yang akan datang. Studi empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing) telah banyak dilakukan peneliti dari berbagai pihak (Moses, 1987; Ashari et al., 1994; Narsa et al., 2003). Hasil dari penelitian- penelitian tersebut menunjukkan ketidakkonsistenan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik income smoothing. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh besaran perusahaan, financial leverage, dan Net Profit Margin (NPM) baik secara parsial maupun simultan terhadap praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan industri dasar dan kimia yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). ## 2. TINJAUAN PUSTAKA ## 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kandungan Informasi Laba Angka-angka laba merupakan informasi akuntansi dan informasi spesifik perusahaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan publik sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tersebut berbeda bagi setiap pengguna laporan keuangan, khususnya mengenai informasi laba. Bagi manajemen, informasi laba digunakan sebagai dasar untuk untuk memberikan bonus kepada manajer dan sebagai kriteria penilaian kinerja perusahaan. Angka-angka laba tersebut digunakan oleh manajemen untuk menyampaikan informasi mengenai kinerja dan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Aharony et al., 1993). Bagi pemerintah, informasi laba digunakan sebagai dasar perhitungan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan (Dhaliwal et al., 1994 dalam Hidayati dan Zulaikha, 2003). Penelitian mengenai pengaruh kandungan informasi laba cukup banyak dilakukan. Ball dan Brown (1968) menyelidiki apakah laba akuntansi secara empiris berhubungan terhadap harga saham. Sedangkan Beaver (1968) menyatakan apabila pengumuman laba tahunan mengandung informasi, variabilitas perubahan harga akan nampak lebih besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama yang bersangkutan. PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA ## 2.1.2 Pendekatan Teori Perataan Laba Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan secara teoritis fenomena praktik perataan laba, yaitu: a. Teori Sinyal (Signalling Theory) Gonedes dalam Narsa et al. (2003) mengemukakan bahwa angka-angka akuntansi yang dilaporkan oleh pihak manajemen dapat digunakan sebagai sinyal bila angka-angka tersebut dapat mencerminkan informasi mengenai atribut-atribut keputusan perusahaan yang tidak terpantau. b. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Watts dan Zimmerman (1978) memaparkan suatu teori akuntansi, yaitu positive accounting theory, yang berusaha mengungkapkan bahwa faktor- faktor ekonomi tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan. c. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Jensen dan Meckling, 1976). 2.1.3 Definisi Perataan Laba Definisi mengenai perataan laba banyak dikemukakan oleh beberapa peneliti. Perataan income dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja dimaksudkan utnuk menormalkan income dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat yang diinginkan (Belkaoui, 2007). Menurut Tuanakotta (2001) smoothing of income tercermin dalam kebiasaan perusahaan untuk membuat cadangan-cadangan yang besar pada waktu perusahaan mempunyai keuntungan yang besar, dengan demikian menekan laba pada waktu-waktu itu sedemikian rupa sehingga laba tersebut kurang lebih sama dengan angka-angka laba di kemudian hari pada waktu keuntungan perusahaan tidak terlalu besar. ## 2.1.4 Tujuan dan Motivasi Perataan Laba Berdasarkan pada studi terdahulu telah ditemukan berbagai fakta adanya berbagai macam tujuan dan motivasi yang melatarbelakangi perusahaan- perusahaan melakukan praktik perataan laba. Foster (1986) menyatakan bahwa motivasi atau tujuan praktik perataan laba antara lain adalah: a. memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah, b. memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang, c. meningkatkan kepuasan relasi bisnis, d. meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen, dan e. meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. ## 2.1.5 Dimensi dan Sarana Perataan Laba Dimensi-dimensi perataan laba pada dasarnya merupakan cara untuk mencapai perataan angka income (Belkaoui, 2007). Dascher dan Malcolm (1970) PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA dalam Belkaoui (2007) membedakan antara perataan riil dan perataan artifisial sebagai berikut: a. perataan riil menunjuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar pengaruh perataannya terhadap income, dan b. perataan artifisial menunjuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan/atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Berdasarkan pada penelitian terdahulu, banyak sarana yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba. Perataan laba dapat dilakukan melalui rekening-rekening, antara lain dividen yang diterima dari unconsolidated subsidiaries, penjualan aktiva tetap dan investasi jangka panjang, investment tax credit, unusual gains and losses, investment in the common stock of other firm, transaksi investasi dari non-subsidiaries investment, discretionary accrual, dan extra-ordinary items (Murtanto, 2004). Jin dan Machfoedz (1998) mengemukakan bahwa dalam melakukan perataan laba terdapat beberapa instrumen yang biasa digunakan oleh para pembuat laporan keuangan, antara lain pendapatan, dividen, perubahan dalam kebijakan akuntansi, biaya pensiun, pos luar biasa, kredit pajak investasi, depresiasi dan biaya tetap, perbedaan mata uang, dan pencadangan. ## 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menemukan bukti adanya praktik perataan laba dan faktor-faktor informasi akuntansi dan non-akuntansi yang mempengaruhinya. Ronen dan Sadan (1981) dalam Jin dan Machfoedz (1998) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan perataan laba pada pos luar biasa. Obyek perataan laba dalam penelitian ini adalah aliran laba sebelum pos luar biasa. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perilaku perataan laba di antara perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Moses (1987) meneliti mengenai berbagai faktor-faktor khusus dalam perusahaan yang memotivasi manajemen melakukan perataan laba. Penelitian ini menggunakan 1.483 perusahaan yang melaporkan perubahan akuntansi, dengan periode penelitian mulai tahun 1975 sampai dengan tahun 1980. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan kompensasi bonus merupakan faktor ekonomi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi untuk melakukan perataan laba. Zuhroh (1996) dalam Jin dan Machfoedz (1998) meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan terjadinya praktik perataan laba yang mengambil sampel perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitan ini menguji tiga variabel independen, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan dan leverage operasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya leverage operasi yang memiliki pengaruh pada praktik perataan laba yang dilakukan di Indonesia. Salno dan Baridwan (2000) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan periode penelitian selama tahun 1993 sampai dengan tahun 1996. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor besaran perusahaan, Net PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA Profit Margin, kelompok usaha, dan winner/losser stocks secara signifikan tidak berpengaruh terhadap perataan penghasilan. Narsa et al. (2003) melakukan penelitian dengan menganalisis faktor- faktor yang berpengaruh terhadap income smoothing selama tahun 1994 sampai dengan tahun 2000 pada seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Variabel yang diuji meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, dan financial leverage. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa profitabilitas memiliki koefisien regresi negatif dan ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi positif, dimana keduanya berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Sedangkan financial leverage berkoefisien regresi negatif namun tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap income smoothing. Juniarti dan Corolina (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba dengan melibatkan 54 perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Surabaya dengan mengambil 6 tahun penelitian mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2001, tidak termasuk tahun 1997 dan 1998. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa profitabilitas dan sektor industri perusahaan berkoefisien regresi negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Besaran perusahaan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Amalia (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Assets (ROA), financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perataan laba. Penelitian ini menggunakan sampel 47 perusahaan manufaktur yang listed di BEI pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. Hasil penelitian ini adalah bahwa hanya NPM yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perataan laba. OPM, ROA, dan ukuran perusahaaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perataan laba, sedangkan financial leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perataan laba. Secara simultan, faktor-faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. ## 2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis Untuk memudahkan pemahaman konseptual dalam penelitian ini, maka disusun kerangka konseptual seperti Gambar 1 pada lampiran penelitian ini. 2.3.1 Besaran Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Praktik Perataan Laba Besaran perusahaan mampu menjadi salah satu indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan. Hipotesis biaya politis dalam teori akuntansi positif menerangkan bahwa perusahaan yang besar (operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat) memiliki kecenderungan untuk melakukan perataaan laba dengan mengurangi laba yang dilaporkan (Watts dan Zimmerman, 1978). Hal ini mendorong besaran perusahaan dipandang sebagai salah satu faktor pemicu terjadinya praktik perataan laba. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hipotesis yang akan diajukan adalah: H 1 : Besaran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba (income smoothing) perusahaan PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA ## 2.3.2 Financial Leverage dan Pengaruhnya terhadap Praktik Perataan Laba Menurut Riyanto (1996:331), perusahaan dengan analisis rasio financial leverage yang rendah mempunyai risiko rugi yang lebih kecil, tetapi juga mempunyai hasil yang lebih rendah. Sebaliknya perusahaan dengan rasio financial leverage tinggi mempunyai risiko yang besar, tetapi juga mempunyai kesempatan memperoleh laba. Selain itu, hipotesis kontrak hutang dalam teori akuntansi positif juga menerangkan bahwa manajer pada perusahaan yang memiliki rasio hutang yang besar cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba (Watts dan Zimmerman, 1978). Dari uraian tersebut maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini: H 2 : Financial leverage berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba (income smoothing) perusahaan 2.3.3 Net Profit Margin dan Pengaruhnya terhadap Praktik Perataan Laba Dalam salah satu hipotesis dari teori akuntansi positif, yaitu hipotesis rencana bonus menyatakan bahwa manajer pada perusahaan yang menggunakan kebijakan rencana bonus cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini (Watts dan Zimmerman, 1978). Hal ini menunjukkan bahwa rasio NPM dapat memprediksi adanya pengaruh dari penggunaan metode akuntansi yang digunakan untuk melakukan perataan laba, karena secara logis NPM terkait langsung dengan obyek perataan laba (Murtanto, 2004). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H 3 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba (income smoothing) perusahaan Besaran perusahaan, financial leverage, dan NPM sebagai faktor-faktor ekonomi suatu perusahaan yang dapat digunakan sebagai indikator kinerja dan pengelolaan sumber daya, tentunya secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap terjadinya praktik perataan laba perusahaan. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi dasar pertimbangan bagi pemakai laporan keuangan dalam memprediksi terjadinya perataan laba, karena ketiga faktor tersebut dapat mewakili informasi- informasi yang penting dalam laporan keuangan baik itu laporan laba rugi maupun neraca. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah: H 4 : Besaran perusahaan, financial leverage, dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing) perusahaan ## 3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan industri dasar dan kimia yang listed di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Distribusi perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1 pada lampiran penelitian ini. PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA ## 3.2 Jenis dan Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan Fact Book BEI. Data dalam penelitian ini terdiri dari: a. Nama perusahaan yang terpilih sebagai sampel, perusahaan industri dasar dan kimia yang listed di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2003-2005. b. Laporan keuangan tahunan perusahaan yang menjadi sampel selama periode penelitian (2003-2005) yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. ## 3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Definisi operasional untuk masing-masing variabel terikat (dependent variable), dan variabel bebas (independent variable) adalah sebagai berikut: 3.3.1 Variabel Terikat, yaitu Perataan Laba (Y) Variabel terikat dari penelitian ini adalah perataan laba yang diukur dalam bentuk indeks yang akan membedakan antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan yang tidak. Perhitungan indeks dilakukan dengan menggunakan indeks Eckel (1981) dengan rumus sebagai berikut: Indeks perataan laba S CV I CV ∆ ∆ = Dimana: Δ I = perubahan laba dalam satu periode Δ S = perubahan penjualan dalam satu periode CV = koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan Jadi, CV Δ I = koefisien variasi perubahan laba CV Δ S = koefisien variasi perubahan penjualan Dimana CV Δ I dan CV Δ S dapat dihitung sebagai berikut: CV Δ I dan CV Δ S ( ) ∆ ÷ − ∆ − ∆ = ∑ X n X X i 1 2 i X ∆ = perubahan laba (I) atau penjualan (S) antar tahun n dengan n-1 ∆ X = nilai rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) n = banyaknya tahun yang diamati Adanya praktik perataan laba ditunjukkan oleh indeks yang kurang dari satu. Menurut Ashari et al. (1994), indeks Eckel dikembangkan secara spesifik sebagai pengukuran dikotomus dari perataan laba. Oleh karena itu, untuk tujuan penelitian ini perusahaan ini akan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba atau tidak tergantung pada apakah indeks perataan laba kurang atau lebih dari satu. PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA ## 3.3.2 Variabel Bebas (X) a. Besaran Perusahaan (X 1 ) Besaran perusahaan adalah variabel yang diukur dari nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan, yang dihitung dengan rumus (Narsa et al., 2003): Besaran Perusahaan = natural logaritma dari Total Aktiva = ln(Total Aktiva) b. Financial Leverage (X 2 ) Financial Leverage adalah variabel yang berkaitan dengan kebijaksanaan perusahaan dalam menggunakan hutang untuk memenuhi kebutuhan dananya, yang dihitung dengan rumus (Brigham dan Houston, 2006:103): Financial Leverage Aktiva Total Hutang Total = c. Net Profit Margin (X 3 ) Net Profit Margin (NPM) adalah variabel yang diukur dari rasio sebagai berikut (Murtanto, 2004): Penjualan Total Pajak Setelah Bersih Laba NPM = ## 3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Model Analisis Sebelum meregresi data, dilakukan pengujian asumsi klasik untuk persamaan regresi agar model regresi dapat memenuhi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yang meliputi uji normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinieritas. Untuk menguji hipotesis 1 sampai 4 digunakan metode Ordinary Least Square Regression dengan α = 5%, dengan persamaan berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e dimana: Y = Perataan laba a = Konstanta b 1 ,b 2 ,b 3 = Koefisien regresi X 1 = Besaran perusahaan X 2 = Financial leverage X 3 = Net Profit Margin (NPM) e = Standard error (penyimpangan yang mungkin terjadi, yaitu sebesar 0,05) ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 4.1 Klasifikasi Status Perataan Laba Dari 38 perusahaan yang diamati, peneliti mengklasifikasikan ke dalam kelompok perusahaan yang melakukan perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Tabel 2 pada lampiran penelitian ini, menyajikan klasifikasi perusahaan dari hasil perhitungan indeks Eckel. PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA ## 4.2 Statistik Deskriptif Tabel 3 pada lampiran penelitian ini, menyajikan gambaran statistik variabel-variabel yang diteliti dari perusahaan sampel yang ada, yaitu perataan laba (Y), besaran perusahaan (X 1 ), financial leverage (X 2 ), dan Net Profit Margin (NPM) (X 3 ). ## 4.3 Pengujian Hipotesis Seluruh pengujian hipotesis telah dilakukan uji asumsi klasik dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4 pada lampiran penelitian ini. 4.3.1 Uji t Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh hasil sebagai berikut: a. Variabel besaran perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,073. Temuan ini tidak berhasil menolak H 01 yang menyatakan besaran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. b. Variabel financial leverage memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,886. Temuan ini tidak berhasil menolak H 02 yang menyatakan financial leverage secara parsial tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. c. Variabel NPM memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,722. Temuan ini tidak berhasil menolak H 03 yang menyatakan NPM secara parsial tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. ## 4.3.2 Uji F Hasil uji F pada Tabel 4 menunjukkan bahwa F memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,317. Temuan ini tidak berhasil menolak H 04 yang menyatakan bahwa besaran perusahaan, financial leverage, dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini berarti bahwa secara simultan variabel bebas yang terdiri dari besaran perusahaan, financial leverage, dan Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat praktik perataan laba. ## 4.4 Pembahasan 4.4.1 Pengaruh Besaran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Temuan penelitian ini berhasil menolak hipotesis pertama (H 1 ) yang menyatakan bahwa besaran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba perusahaan industri dasar dan kimia yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Moses (1987), Michelson (1995), dan Narsa et al. (2003) yang menyatakan bahwa besaran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba. Tidak berpengaruhnya faktor ini terhadap timbulnya praktik perataan laba dapat disebabkan karena total aktiva sebagai pengukur besaran perusahaan tidak mampu menjelaskan seberapa besar perhatian pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik dari investor, pemegang saham, kreditor, masyarakat, pemerintah, dan lain-lain. Perhatian dari pihak-pihak tersebut menentukan persepsi mengenai besaran suatu perusahaan, dimana hal tersebut dapat PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA menimbulkan biaya politis perusahaan yang mendorong terjadinya praktik perataan laba. 4.4.2 Pengaruh Financial Leverage Terhadap Praktik Perataan Laba Temuan penelitian ini berhasil menolak hipotesis kedua (H 2 ) yang menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba perusahaan industri dasar dan kimia yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Suranta dan Merdistuti (2004). Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, temuan ini tidak sesuai dengan prediksi bahwa besarnya rasio financial leverage yang dimiliki oleh perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh manajer. Hal ini disebabkan karena dalam menanamkan modalnya atau meminjamkan dananya, baik investor maupun kreditur tidak memperhatikan resiko keuangan yang akan ditanggung apabila perusahaan dilikuidasi namun lebih menekankan pada faktor lain. Hal ini juga dapat dijelaskan bahwa baik investor maupun kreditur tidak menolak atau menghindari risiko (Narsa et al., 2003). 4.4.3 Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Praktik Perataan Laba Temuan penelitian ini berhasil menolak hipotesis ketiga (H 3 ) yang menyatakan bahwa NPM berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba perusahaan industri dasar dan kimia yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Narsa et al. (2003) dan Amalia (2005). Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, temuan ini tidak sesuai dengan prediksi bahwa tingkat Net Profit Margin (NPM) akan berpengaruh terhadap terjadinya praktik perataan laba. Hal ini disebabkan karena investor lebih memperhatikan rasio profitabilitas yang mengukur dihasilkannya laba bersih dari setiap nilai aktiva yang dimiliki perusahaan, daripada nilai laba bersih yang dihasilkan dari setiap kegiatan operasi perusahaan (penjualan). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suranta dan Merdistuti (2004), rasio Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap praktik income smoothing yang dilakukan manajer. 4.4.4 Pengaruh Besaran Perusahaan, Financial Leverage, dan Net Profit Margin (NPM) secara Simultan terhadap Praktik Perataan Laba Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, temuan penelitian ini tidak sesuai dengan prediksi bahwa besaran perusahaan, financial leverage, dan NPM secara simultan akan berpengaruh terhadap terjadinya praktik perataan laba. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Dimana laporan keuangan hanya merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama suatu periode tertentu. Informasi-informasi tersebut tidak mencerminkan unsur- unsur yang dapat mempengaruhi motivasi manajer secara langsung dalam melakukan praktik perataan laba. Informasi lainnya, selain informasi akuntansi PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA yang berasal dari laporan keuangan, memiliki kemungkinan yang lebih besar dapat mempengaruhi terjadinya praktik perataaan laba secara signifikan. ## 5. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas yang terdiri dari besaran perusahaan, financial leverage, dan Net Profit Margin (NPM) terhadap praktik perataan laba perusahaan industri dasar dan kimia yang listed di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan periode 2003-2005, maka dapat diambil kesimpulan bahwa besaran perusahaan, financial leverage dan Net Profit Margin (NPM) secara parsial tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Dari hasil uji F diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa besaran perusahaan, financial leverage, dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Dengan demikian, faktor model regresi dalam penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi praktik perataan laba. ## 5.2 Keterbatasan Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu: a. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan non- probabilistic, sehingga perusahaan yang dijadikan sampel terbatas pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. b. Penelitian ini menggunakan periode selama tiga tahun (2003-2005), sehingga belum mampu mencerminkan bentangan waktu yang lebih lama dan konsekuensinya hasil yang diperoleh belum mencerminkan kondisi yang bervariasi. c. Jumlah sampel perusahaan dalam penelitian ini yang melakukan praktik perataan laba memiliki proporsi yang lebih besar daripada jumlah sampel perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, namun faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini tidak berhasil menjelaskan pengaruhnya terhadap praktik perataan laba. ## 5.3 Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, sehingga saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: a. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel pada jenis industri yang berbeda atau menggabungkan beberapa jenis industri, sehingga generalisasi hasil penelitian akan lebih luas. b. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan periode penelitian yang lebih panjang, misalnya menggunakan periode pengamatan lebih dari 3 tahun. c. Penelitian selanjutnya sebaiknya menguji faktor-faktor lain yang belum diuji dalam penelitian ini, yang memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini ditujukan terutama pada faktor-faktor non-akuntansi yang belum terlalu banyak diteliti pengaruhnya terhadap perataan laba. PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA Faktor-faktor tersebut seperti, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, reputasi penjamin emisi, dan sektor industri. ## DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S. dan Halim, A. 2000. Perataan Laba oleh Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Analisis Hubungan Rasio-rasio Keuangan yang Digunakan Investor. Telaah Bisnis. Vol. 1, No. 2, hal. 159-168. Aharony, J., C. Lin, and M. P. Loeb. Initial Public Offering, Accounting Choices, and Earning Management. Contemporary Accounting Research, Vol. 10, No. 1, p. 61-81. Amalia, C. 2005. Analisis Praktik Perataan Laba (Income Smoothing): Faktor- faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi: Universitas Jember. (Skripsi sarjana yang tidak dipublikasikan). Ashari, N., H. C. Koh, S. L. Tan, and W. H. Wong. 1994. Factors Affecting Income Smoothing among Listed Companies in Singapore. Journal of Accounting and Business Research, Vol. 24, No. 96, p. 291-304. Ball, R. and P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research, p. 159-178. Baridwan, Z. 2000. Intermediate Accounting . Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE- UGM. Beattie, V., B. Steophen, E. David, J. Brian, M. Stuart, T. Dylan, and T. Michael. 1994. Extraordinary Items and Income Smoothing: A Positive Accounting Approach. Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 21, No. 6, p. 791-811. Beaver, W. H. 1968. The Information Content of Annual Earning Announcements. Journal of Accounting Research, p. 67-92. Beidleman, C. R. 1973. Income Smoothing: The Role of Management. The Accounting Review, Vol. 48, No. 4, p. 653-667. Belkaoui, A. R. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Pertama. Indonesia: Salemba Empat. Brigham, E. F. dan Houston, J. F. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi 10. Indonesia: Salemba Empat. Diantimala, Y. dan J. Hartono. 2001. Pengaruh Pengumuman Laba terhadap Asimetri Informasi. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi IV. Eckel, N. 1981. The Income Smoothing Hypothesis Revisited. Abacus. June (1981). p. 28-40. Foster, A. 1986. Financial Statement Analysis. Prentice Hall: New Jersey Harahap, K. 2004. Asosiasi antara Praktik Perataan Laba dengan Koefisien Respon Laba. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Hidayati, S. M. dan Zulaikha. 2003. “Analisis Perilaku Earning Management: Motivasi Minimalisasi Income Tax ”. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perataan Laba Penghasilan Bersih Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2, No. 2, hal. 145-155. PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA Jensen, M. dan W. Meckling. 1976. Theory of the Firm; Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. p. 305-360. Jin, L. S. dan Machfoedz, M. 1998. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1, No. 2, hal. 174-191. Juniarti dan Corolina. 2003. Analisa Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2. hal. 148-161. Michelson, S. E., Jordan-Wagner, J. dan Wootton, C. W. 1995. A Market Based Analysis of Income Smoothing. Journal of Business, Finance, and Accounting. Desember (1995). p. 179-193. Moses, O. D., 1987. Income Smoothing and Incentives: Empirical Test Using Accounting Changes. The Accounting Review. Vol. LXII, No. 2, p. 358-377. Murtanto. 2004. Analisis Perataan Laba (Income Smoothing): Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Narsa, I. M., Nugraheni, B. D. dan Maritza, B. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Selama Krisis Moneter pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Majalah Ekonomi. Tahun XIII. No. 2. Agustus (2003). Riyanto, B. 1996. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE-UGM. Salno, H. M. dan Baridwan, Z. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3, No. 1, hal. 17-34. Suranta, E. dan Merdistuti, P.P. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Tuanakota, T. M. 2001. Teori Akuntansi. Edisi 1. Indonesia: LPFE-UI. Watts, R. L. and J. L. Zimmerman. 1978. Towards a Positive Theory of the Determination of Accounting Standards. The Accounting Review, Vol. 53, p.112-134. PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA ## Lampiran Gambar 1 Kerangka Konseptual Penelitian Tabel 1 Distribusi Perusahaan Sampel Penelitian No. Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Jumlah perusahaan industri dasar dan kimia yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan periode 2005 61 2. Jumlah perusahaan yang tidak terdaftar sebelum 31 Desember 2002 dan delisting selama periode penelitian (6) 3. Jumlah perusahaan yang terdaftar sebelum 31 Desember 2002 dan listed secara kontinu selama periode penelitian 55 4. Jumlah perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember dan tidak berurutan selama periode penelitian (16) 5. Jumlah perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan periode akhir laporan keuangan per 31 Desember secara terus menerus selama periode penelitian 39 6. Jumlah perusahaan yang melakukan transaksi akuisisi, merger, dan perubahan bidang usaha selama periode penelitian (1) 7. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel 38 Tabel 2 Klasifikasi Status Perataan Laba No. Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel 38 2. Jumlah perusahaan yang tidak melakukan perataan laba selama periode pengamatan (12) 3. Jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba selama periode pengamatan 26 FINANCIAL LEVERAGE BESARAN PERUSAHAAN NET PROFIT MARGIN (NPM) PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE, DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA Tabel 3 Statistik Deskriptif Variabel-variabel Penelitian (n = 26) Variabel Minimum Maksimum Rata-rata Standar deviasi Perataan laba -60,808 0,972 -6,187 12,452 Ln besaran perusahaan 10,185 16,132 13,266 1,548 Financial leverage (%) 0,122 1,840 0,589 0,350 Net Profit Margin (%) -0,972 0,216 -0,015 0,211 Tabel 4 Hasil Uji t, Hasil Uji F, dan Koefisien Determinasi Berganda (n = 26) Variabel Unstandar - dized Coeffici- ents Standar- dized Coeffici- ents t hitun g Sign. Uji satu sisi F Sign. Uji dua sisi R 2 (Adjuste d R 2 ) B Beta Konstanta -27,940 - 2,261 0,034 1,246 0,317 0,145 (0,029) Besaran perusahan 1,724 0,410 1,882 0,073 Financial leverage -0,468 -0,029 -0,145 0,886 NPM 2,833 0,080 0,360 0,722
36383bc4-a6e8-4ed3-81de-fa623c6b822b
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/3359/2383
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 3 Tahun 2023 Page 10139-10151 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative Pengaruh Kualitas Produk, Kepercayaan Merek, Dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Air Minum Dalam ## Kemasan Le Minerale Tengku Syarifah 1 ✉ , Dina Kuswara Dewi 2 Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Asahan Email : [email protected] 1 ✉ ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kualitas Produk, Kepercayaan Merek dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Air Minum Dalam Kemasan Le Minerale (Studi Kasus Di Desa Mekar Sari Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi adalah seluruh warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan yang telah membeli dan mengkonsumsi air minum dalam kemasan Le Minerale minimal 3 kali yang tidak diketahui jumlahnya dengan pasti dan jumlah sampel adalah sebanyak 96 responden. Teknik pengumpulan sampel menggunakan metode convenience sampling, dengan teknik analisis regresi linear berganda yang kemudian diperoleh persamaannya Y = 0,139 + 0,139 X 1 + 0,550 X 2 + 0,630 X 3 + e dan uji hipotesis menggunakan uji F secara simultan, uji t secara parsial dan uji koefisien determinasi (R 2 ). Hasil dari penelitian ini adalah variabel Kualitas Produk(X 1 ) Kepercayaan Merek (X 2 ), dan Kepuasan Pelanggan (X 3 ) secara simultan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat Loyalitas Pelanggan (Y) dengan hasil uji simultan (uji F) dengan nilai F hitung (219,761) > F tabel (2,70).Hasil uji parsial (uji-t), nilai t hitung (2,058) > t tabel (1,985), artinya secara parsial kualitas produk berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, nilai t hitung (6,308) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 2 diterima, artinya secara parsial kepercayaan merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, nilai t hitung (7,106) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 2 diterima, artinya secara parsial kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hasil uji R 2 , nilai adjusted R square sebesar 0,874, artinya kualitas produk, kepercayaan merek dan kepuasan pelanggan mampu menjelaskan loyalitas pelanggan sebesar 87,4% sedangkan 12,6% koefisien selebihnya dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Kata Kunci : Kualitas Produk, Kepercayaan Merek, Kepuasan Pelanggan, Loyalitas Pelanggan ## Abstract This study aims to determine the effect of product quality, brand trust and customer satisfaction on customer loyalty in Le Minerale bottled water (a case study in Mekar Sari Village, Buntu Pane District, Asahan Regency). This study uses a descriptive quantitative research method. The population is all residents of Mekar Sari Village, Buntu Pane District, Asahan Regency who have purchased and consumed Le Minerale bottled water at least 3 times, the exact number of which is not known and the number of samples is 96 respondents. The sample collection technique used the convenience sampling method, with multiple linear regression analysis techniques which then obtained the equation Y = 0.139 + 0.139 X1 + 0.550 X2 + 0.630 X3 + e and hypothesis testing using the F test simultaneously, partial t test and test the coefficient of determination ( R2). The results of this study are that the variable Product Quality (X1), Brand Trust (X2) and Customer Satisfaction (X3) simultaneously have a positive and significant influence on the dependent variable Customer Loyalty (Y) with simultaneous test results (F test) with Fcount ( 219.761) > Ftable (2.70). Partial test results (t- test), tcount (2.058) > ttable (1.985), meaning that partially product quality affects customer loyalty, tcount (6.308) > ttable (1.985) and a significance value of 0.000 <0.05, then H2 is accepted, meaning that partially brand trust has an effect on customer loyalty, tcount (7.106) > ttable (1.985) and a significance value of 0.000 <0.05, then H2 is accepted, meaning that partially satisfaction customer influence on customer loyalty. The results of the R2 test, the adjusted R square value of 0.874, means that product quality, brand trust and customer satisfaction can explain customer loyalty by 87.4% while the remaining 12.6% coefficient is explained by other factors not included in this study. Keyword : Product Quality, Brand Trust, Customer Satisfaction, Customer Loyalty ## PENDAHULUAN Pemasaran merupakan kegiatan menyeluruh dan terencana yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam mendistribusikan produk maupun jasa dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Berbagai jenis kegiatan di sektor usaha menjadi landasan perekonomian di suatu daerah mulai dari usaha kecil, menengah hingga usaha yang memproduksi produk dengan skala yang cukup besar sehingga membutuhkan suatu manajemen yang baik agar dapat mempertahankan kegiatan usaha tersebut dari adanya persaingan diantara pelaku usaha lain yang juga menawarkan produk maupun jasa yang sama. Pemasaran air minum dalam kemasan Le Minerale yang di produksi oleh PT Tirta Fresindo Jaya yang merupakan anak perusahaan dari Mayora Indah telah sampai hingga ke daerah pedesaan, dimana produk minuman ini dipasarkan melalui kios dan grosir yang menjual air minum dalam kemasan lainnya, seperti di Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan, bahwa air minum dalam kemasan Le Minerale ini lebih praktis dan tidak diragukan lagi dari segi kualitas produknya. Kualitas produk merupakan kemampuan yang dihasilkan satu produk tertentu untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan manfaat yang diharapkan pelanggan. Setelah kehadiran air minum dalam kemasan Le Minerale di tahun 2015, produk air minum dalam kemasan lainnya mulai bersaing dalam hal kualitas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan yang mengkonsumsi air minum dalam kemasan Le Minerale bahwa harga produk yang dipasarkan relatif lebih murah dibanding dengan produk sejenisnya. Meskipun begitu kualitas produk yang ditawarkan air minum dalam kemasan Le Minerale mampu bersaing dengan air minum dalam kemasan merek lainnya. Kepercayaan merek adalah suatu konsep psikologis seorang pelanggan terhadap merek produk tertentu yang dimaksudkan terhadap kepuasan yang dirasakan setelah menggunakan produk. Kepercayaan merek menjadi bagian dari identitas produk dengan merek tertentu. Air minum dalam kemasan Le Minerale dikonsumsi oleh warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan sebagai pelengkap, namun mereka lebih percaya merek-merek yang lebih dahulu terkenal seperti Aqua, VIT, dan Ades. Kepuasan pelanggan adalah tanggapan yang disampaikan pelanggan terkait produk yang telah digunakan. Air minum dalam kemasan Le Minerale memberikan kesegaran serta mengklaim produknya aman dan terjamin kebersihannya. Warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan baru menyadari bahwa isi air minum dalam kemasan Le Minerale tidak penuh sesuai ukuran botol, sehingga warga sebagai konsumen merasa tidak puas dengan produk Le Minerale. Loyalitas pelanggan adalah komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yag disukai dimasa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih. Loyalitas pelanggan ditunjukkan oleh warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan dengan membeli air minum dalam kemasan Le Minerale di beberapa kios dan grosir yang tersebar di Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan, seperti Grosir Dewi, Grosir Marni dan beberapa kios yang menyediakan lemari pendingin yang berisi air minum dalam kemasan Le Minerale. Hasil tinjauan dengan setiap pemilik grosir dan kios di Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan, penjualan air minum dalam kemasan Le Minerale tidak sebaik Aqua dan beberapa merek lain dengan target pasar anak-anak hingga orang dewasa. Hasil pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanifa Nurfadila dan Muhammad Reza Anwar Nurdin yang berjudul pengaruh citra merek dan kepercayaan merek terhadap loyalitas pelanggan pengguna air minum kemasan merek Aqua, menyatakan bahwa kepercayaan merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Adapun persamaan penelitian Hanifa Nurfadila dan Muhammad Reza Anwar Nurdin dengan penelitian ini yaitu pada variabel kepercayaan merek sedangkan perbedaannya pada variabel citra merek serta pada tahun penelitiannya. Le Minerale bersaing dengan produk sejenis lainnya yaitu Aqua di Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan. Meskipun kualitas produknya terjamin, namun Le Minerale masih belum mampu bersaing dari aspek penjualan sehingga peneliti berupaya untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Pro duk, Kepercayaan Merek, dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Air Minum Dalam Kemasan Le Minerale (Studi Kasus di Desa Mekar Sari Kecamatan Buntu Pane ## Kabupaten Asahan)”. Menurut Lupiyoadi dan Hamdani, kualitas produk merupakan kemampuan yang dihasilkan oleh suatu produk tertentu untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk menurut Lupiyoadi dan Hamdani, diantaranya; pasar, biaya, manajerial, sumber daya manusia, motivasi, bahan baku, mesin produksi, metode informasi, syarat proses produksi. Kepercayaan merek menurut Alma adalah suatu konsep psikologis seorang pelanggan terhadap merek produk tertentu yang dimaksudkan terhadap kepuasan yang dirasakan setelah menggunakan produk. Indikator kepercayaan merek menurut Alma, yaitu: a) Jumlah pengguna merek b) Persepsi orang lain c) Kuantitas sebanding dengan harga Menurut Umar, kepuasan pelanggan adalah tanggapan yang disampaikan pelanggan terkait produk yang telah digunakan. Menurut Saladin indikator kepuasan pelanggan: 1. Rasa produk 2. Kuantitas sesuai kemasan 3. Kemudahan mendapatkan produk Menurut Kotler, loyalitas pelanggan adalah komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yag di sukai di masa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi meyebabkan pelanggan beralih. Indikator loyalitas pelanggan menurut Tjiptono, yaitu: 1. Pembelian ulang 2. Selalu menyukai merek ## 3. Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik ## 4. Merekomendasikan merek ## METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sutama, penelitian kuantitatif bertujuan mencari hubungan dan menjelaskan sebab perubahan dalam fakta sosial yang terukur (menguji teori). Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan melalui izin penelitian dari kantor Desa Mekar Sari karena subjek penelitian adalah masyarakat Desa Mekar Sari yang membeli dan mengkonsumsi air minum dalam kemasan Le Minerale. Berdasarkan rangkaian kegiatan yang telah disusun, maka waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari hingga Mei 2023. Adapun populasi pada penelitian ini yaitu seluruh warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan yang telah membeli dan mengkonsumsi air minum dalam kemasan Le Minerale minimal 3 kali yang tidak diketahui jumlahnya dengan pasti. Sampel pada penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan jumlah populasi yang tidak diketahui dengan pasti. 𝑛 = 𝑍 2 4 (𝑀𝑜𝑒) 2 𝑛 = 1,96 2 4 (0,1) 2 n = 96,04 Berdasarkan hasil pada rumus diatas, maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 96 responden. Adapun kriteria penarikan sampel diantaranya: 1).Warga yang telah melakukan minimal 3 kali pembelian. 2).Berusia 15 sampai dengan 55 tahun. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## A. Uji Validitas dan Reliabilitas Tabel 1 Hasil Uji Validitas Item r hitung r tabel Ket P 1 0,591 0,2006 Valid P 2 0,590 0,2006 Valid P 3 0,636 0,2006 Valid P 4 0,550 0,2006 Valid P 5 0,649 0,2006 Valid P 6 0,577 0,2006 Valid P 7 0,626 0,2006 Valid P 8 0,643 0,2006 Valid P 9 0,616 0,2006 Valid P 10 0,710 0,2006 Valid P 11 0,689 0,2006 Valid P 12 0,786 0,2006 Valid P 13 0,534 0,2006 Valid Tabel 2 Uji Reliabilitas Nama Variabel Output Cronbach’s Alpha Syarat Reliabel Ket Kualitas Produk (X 1 ) 0,771 > 60 Reliabel Kepercayaan Merek (X 2 ) 0,760 > 60 Reliabel Kepuasan Pelanggan (X 3 ) 0,788 > 60 Reliabel Loyalitas Pelanggan (Y) 0,843 > 60 Reliabel B. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas 1. Hasil Uji Histogram Data terdistribusi secara normal apabila garis lengkungan melewati seluruh diagram data yang tersebar dan membentuk lonceng, namun apabila garis tidak membentuk lengkungan seperti lonceng serta terlihat lebih miring ke salah satu sisi diagram, maka dapat disimpulkan data tidak terdistribusi secara normal. Gambar 1. Histogram Sumber: Data Penelitian (Diolah, 2023) Hasil uji normalitas yang telah dilakukan menggunakan histogram diatas, dijelaskan bahwa diagram yang terbentuk merupakan tanggapan seluruh responden terhadap item pernyataan pada kuesioner dan terlihat garis lengkungan membentuk lonceng melewati seluruh diagram sehingga kesimpulan uji normalitas dengan menggunakan grafik histogram menyatakan bahwa data terdistribusi secara normal. 2. Hasil Uji P-P Plot Data memenuhi asumsi normalitas apabila titik-titik yang tersebar terlihat mengikuti arah garis diagonal sedangkan apabila titik-titik terurai dan terlihat menjauh dari garis diagonal, maka dikatakan bahwa data penelitian tidak memenuhi asumsi normalitas. Gambar 2. P-P Plot Sumber: Data Penelitian (Diolah, 2023) Hasil uji normalitas yang telah dilakukan menggunakan P-P Plot seperti pada gambar diatas, dijelaskan bahwa seluruh titik-titik (tanggapan responden) mengikuti garis diagonal yang terbentang dari angka 0,0 pada masing-masing sumbu (X dan Y) sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian memenuhi asumsi normalitas. 3. Uji Statistik Kolmogorov smirnov test adalah pengujian normalitas yang dilakukan dengan membandingkan nilai output statistic dengan signifikansi uji dua arah sebesar 5% (0,05). Apabila nilai Asymp.Sig > 0,05, maka data penelitian dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, namun apabila nilai Asymp.Sig < 0,05, maka data tidak terdistribusi secara normal. Tabel 3. Kolmogorov Smirnov Sumber: Data Penelitian (Diolah,2023) Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan kolmogorov smirnov test diatas, nilai Asymp.Sig (0,343) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini terdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinearitas Agar terhindar dari masalah multikolinearitas, maka nilai tolerance dan VIF ( variance inflation factor) dengan syarat: 1. Nilai tolerance setiap variabel bebas menghasilkan angka > 0,1. 2. Nilai VIF setiap varibel bebas < 10. Tabel 4. Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Collinearity Statistics Toler ance VIF 1 (Constant) Kualitas.Produk .502 1.993 Kepercayaan.Merek .308 3.249 Kepuasan.Pelanggan .286 3.497 a. Dependent Variable: Loyalitas.Pelanggan Sumber: Data Penelitian (Diolah,2023) Berdasarkan output statistik pada uji multikolinearitas diatas, dijelaskan bahwa nilai tolerance setiap variabel bebas seperti kualitas produk (0,502), kepercayaan merek (0,308), dan kepuasan pelanggan (0,286) > 0,1. Sementara nilai VIF kualitas produk (1,993), kepercayaan merek (3,249), dan kepuasan pelanggan (3,497) < 10, artinya data penelitian ini terhindar dari masalah multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui penyebaran varians gangguan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance residual data yang ada. Model regresi yang baik yang tidak mengalami heteroskedastisitas apabila: 1. Jika ada pola tertentu terdapat titik-titik membentuk satu pola tertentu yang beraturan diantara titik 0 pada sumbu X dan Y (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik (poin-poin) tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4. Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Penelitian (Diolah, 2023) Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sebaran data residual tidak membentuk pola tertentu dan menyebar dibawah dan diatas angka nol pada sumbu Y dengan demikian model terbebas dari gejala heteroskedastisitas. ## C. Pengujian Hipotesis a. Hasil Uji Regresi Metode penelitian menggunakan regresi linear berganda, dimana variabel bebas pada penelitian ini sebanyak 3 variabel (kualitas produk, kepercayaan merek dan kepuasan pelanggan) yang masing-masing akan dianalisa hubungannya dengan variabel terikat loyalitas pelanggan. ‘ Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Sumber: Data Penelitian (Diolah,2023) Persamaan yang dihasilkan dari regresi linear berganda pada tabel diatas adalah sebagai berikut: Y = 0,139 + 0,139X 1 + 0,550X 2 + 0,630X 3 1. Nilai konstanta adalah 0,139 menjelaskan bahwa apabila nilai yang dihasilkan oleh variabel kualitas produk (X 1 ), kepercayaan merek (X 2 ), kepuasan pelanggan (X 3 ) menghasilkan nilai tetap (konstan), maka nilai loyalitas pelanggan (Y) sebesar 0,139. 2. Koefisien regresi kualitas produk (X 1 ) adalah 0,139, maka artinya setiap terjadi penambahan sebesar satu satuan variabel kualitas produk (X 1 ), maka akan meningkatkan nilai loyalitas pelanggan (Y), sebesar 0,139 satuan. 3. Koefisien regresi kepercayaan merek (X 2 ) adalah 0,550, maka artinya setiap terjadi penambahan sebesar satu satuan variabel kepercayaan merek (X 2 ), maka akan meningkatkan nilai loyalitas pelanggan (Y), sebesar 0,550 satuan. 4. Koefisien regresi kepuasan pelanggan (X 3 ) adalah 0,630, maka artinya setiap terjadi penambahan sebesar satu satuan variabel kepuasan pelanggan (X 3 ), maka akan meningkatkan nilai loyalitas pelanggan (Y), sebesar 0,630 satuan. ## b. Hasil Uji Simultan (Uji-F) Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama. F tabel pada taraf signifikansi 5% df = ( n – k) – Y = (96 – 3) – 1 = 92 adalah 2,70. Tabel 6. Hasil Uji Simultan (Uji-F) Sumber: Data Penelitian (Diolah, 2023) Berdasarkan hasil pada tabel diatas, nilai F hitung (219,761) > F tabel (2,70) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 1 diterima, artinya secara simultan kualitas produk, kepercayaan merek dan kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. c.Hasil Uji Parsial (Uji-t) Uji parsial (uji-t) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat secara individu dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan df = n – k = 96 – 3 = 93 = 1,985. Tabel 7. Hasil Uji Parsial (Uji-t) Coefficients a Model t Si g. 1 (Constant) .201 .841 Kualitas.Produk 2.058 .042 Kepercayaan.Mere k 6.308 .000 Kepuasan.Pelangg an 7.106 .000 a. Dependent Variable: Loyalitas.Pelanggan Sumber: Data Penelitian (Diolah, 2023) Keterangan: 1. Nilai t hitung (2,058) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,042 < 0,05, maka H 2 diterima, artinya secara parsial kualitas produk berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. 2. Nilai t hitung (6,308) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 2 diterima, artinya secara parsial kepercayaan merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. 3. Nilai t hitung (7,106) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 2 diterima, artinya secara parsial kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. 4. Kepuasan pelanggan adalah variabel yang paling dominan memberikan pengaruh terhadap loyalitas pelanggan karena mengahasilkan nilai t hitung (7,106) yang tertinggi diantara variabel bebas lainnya pada penelitian ini. ## d. Koefisien Determinasi (Uji R 2 ) Koefisien determinasi yaitu pengujian yang menjelaskan dampak yang ditunjukkan oleh variabel bebas secara keseluruhan dan ditampilkan melalui nilai yang berbentuk persentase (%). Indikator hasil ditentukan melalui nilai Adjusted R Square. Tabel 8. Hasil Koefisien Determinasi (Uji R 2 ) Sumber: Data Penelitian (Diolah, 2023) Berdasarkan hasil output yang ditampilkan pada tabel diatas, nilai adjusted R square sebesar 0,874, artinya kualitas produk, kepercayaan merek dan kepuasan pelanggan mampu menjelaskan loyalitas pelanggan sebesar 87,4% sedangkan 12,6% koefisien selebihnya dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini. ## e. Pembahasan Pengaruh Kualitas Produk, Kepercayaan Merek dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Berdasarkan hasil penelitian melalui uji-F, secara simultan kualitas produk, kepercyaan merek dan kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan air minum dalam kemasan Le Minerale di Desa Mekar Sari Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan dengan nilai F hitung (219,761) > F tabel (2,70) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 1 diterima. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan Berdasarkan hasil penelitian melalui uji-t, secara parsial kualitas produk berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan air minum dalam kemasan Le Minerale di Desa Mekar Sari Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan dengan nilai t hitung (2,058) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,042 < 0,05, maka H 2 diterima. Pengaruh Kepercayaan Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Berdasarkan hasil penelitian melalui uji-t, secara parsial kepercayaan merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan air minum dalam kemasan Le Minerale di Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan dengan nilai t hitung (6,308) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 2 diterima. ## Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Berdasarkan hasil penelitian melalui uji-t, secara parsial kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan air minum dalam kemasan Le Minerale di Desa Mekar Sari, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan dengan nilai t hitung (7,106) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 2 diterima. ## SIMPULAN Kesimpulan adalah rangkuman dari hasil penelitian melalui rumusan masalah dan tujuan penelitian. Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil uji simultan (uji-F), nilai F hitung (219,761) > F tabel (2,70) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 1 diterima, artinya secara simultan kualitas produk, kepercayaan merek dan kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. 2. Hasil uji parsial (uji-t), nilai t hitung (2,058) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,042 < 0,05, maka H 2 diterima, artinya secara parsial kualitas produk berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, nilai t hitung (6,308) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 2 diterima, artinya secara parsial kepercayaan merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, nilai t hitung (7,106) > t tabel (1,985) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka H 2 diterima, artinya secara parsial kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. 3. Hasil uji R 2 , nilai adjusted R square sebesar 0,874, artinya kualitas produk, kepercayaan merek dan kepuasan pelanggan mampu menjelaskan loyalitas pelanggan sebesar 87,4% sedangkan 12,6% koefisien selebihnya dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Dudung, Pengantar Konsep dan Metode Penelitian, Edisi Kedelapan, Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta, 2014 Ahyari, Agus, Manajemen Perencanaan pada Sistem Produksi, Cetakan Kedua, Yogyakarta: BPFE, 2011 Alma. Buchori, Manajemen dan Strategi Pemasaran : Konsep Pemenuhan Kebutuhan Konsumen, Bandung: Alfabeta, 2012 Armstrong, Gary, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi keduabelas, Jilid Kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009 Deliyanti, Oentoro, Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Pertama, Yogyakarta : Laksbang Pressindo, 2010 Djaslim, Saladin, Intisari Pemasaran dan Unsusr-Unsur Pemasaran, CV Linda Karya : Bandung, 2011 Griffin, J, Customer Loyalty. Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan, Alih Bahasa Dwi Kertini Yahya, Jakarta: Erlangga, 2010 Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Edisi tiga belas Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Jakarta, Erlangga, 2010 Lupiyoadi, Rambat dan Ahmad Hamdani, Manajemen Pemasaran : Barang dan Jasa, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuhbelas, Jakarta: Salemba Empat, 2009 Murni, Asfia, Ekonomi Mikro, Jakarta : Refika Aditama, 2014 Purnomo, Setiady, Metodologi penelitian Sosial, Edisi Ketiga, Jakarta: Bumi Aksara, 2017 Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian : Kuantitatif dan Kualitatif. Cetakan Kedelapan, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006 Sugiyono, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2016 Sutama, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, PTK dan R&D, Sukoharjo: Fairuz Media, 2015 Tjiptono, Fandy, Pemasaran Jasa, Prinsip Penerapan & Penelitian. Edisi 3, Yogyakarta : ANDI, 2012 Umar, Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Cetakan Kesebelas, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2009 Wibisono, Dermawan, Riset Bisnis, Cetakan Ketujuhbelasan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2013
d65694ae-9828-45bc-b271-a9ac520a3f1a
http://ekonomis.unbari.ac.id/index.php/ojsekonomis/article/download/362/201
## Ekonomis: Journal of Economics and Business, 5(2), September 2021, 429-433 Publisher: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Batanghari Jambi Address: Jl. Slamet Ryadi, Broni-Jambi Kodepos: 36122 Website: http://ekonomis.unbari.ac.id, email: [email protected] ISSN 2597-8829 (Online), DOI 10.33087/ekonomis.v5i2.362 ## Analisis Perencanaan dan Penggunaan Keuangan Mahasiswa pada Masa Covid ## Rakhmawati Purba*, Sri Winda Hardiyanti Damanik STIE Bina Karya Tebing Tinggi *Correspondence email: [email protected]* Abstract. This study aims to analyze the financial planning of students and analyze the use of student finances in the continuity of paying tuition fees. The type of research is descriptive quantitative research. This research was conducted on S1 Management students of STIE Bina Karya Tebing Tinggi with population of 2900 with a sample of 352 students, with variable X = financial behavior pattern and variable Y = financial stress. Questionnaire using Googleform Data processing using SPSS Windos program. The results showed that the ability of students to make financial planning in the face of the Covid 19 Pandemic was good, which could be seen from the average value of the financial behavior pattern variable which was 2.42 with high category, although there were some behaviors that had to be improved in order to minimize or reduce the financial stress of the student concerned. For the financial stress variable, it can be seen that students have a moderate level of financial stress, with an average value of 2.09. However, it is necessary to make and record budget and expenditure plans, both daily and monthly for the pocket money they receive so that all forms of income and expenses from students can be seen and also controlled by the students themselves. ## Keywords : Finance; Planning; Student; Use ## Pendahuluan Pada umumnya biaya hidup mahasiswa masih ditanggung oleh orang tua. Mahasiswa dalam mengalokasikan uang dari orang tua tergantung dari perilaku masing-masing. Perilaku mereka dalam membelanjakan uang tersebut tergantung pada pengetahuan keuangan yang dimiliki, dan membuat mahasiswa mempunyai motivasi berlainan dalam memegang uang. Perbedaan perilaku tersebut menurut Nofsinger (2017) membuat penentuan keuangan yang berbeda- beda pada setiap orang. Pemilihan penentu keuangan yang buruk dapat berdampak negative dan akan berlanjut dalam jangka panjang. Dengan terjadinya Pandemik Covid 19 pola pembelajaran berubah dari sistem tatap muka menjadi perkuliahan jarak jauh dengan memanfaatkan Aplikasi Google Classroom dan Zoom untuk mencegah penyebaran Virus Corona yang lebih dikenal dengan sistem perkuliahan daring atau virtual. Hal ini memaksa mahasiswa menggunakan internet dalam menerima materi dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan Dosen, ditambah lagi pembayaran uang kuliah yang harus mereka bayarkan. Covid ini membuat pola hidup mahasiswa berubah total dari tidak ekonomis menjadi ekonomis, bahkan pendapatan keluargapun mengalami penurunan dari sebelum Covid. Menurut Jack Kapoor (2004) dalam Arta M. Sundjaja (2010) perencanaan keuangan pribadi adalah suatu proses mengatur keuangan individu untuk mencapai kepuasan ekonomi pribadi. Setiap individu, keluarga memiliki keadaan yang berbeda sehingga dalam merencanakan keuangannya harus memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu. Mahasiswa merupakan salah satu komponen masyarakat yang jumlahnya cukup besar dan berperan penting bagi perubahan bangsa ( agen of change ). Mahasiswa merupakan salah satu kelompok yang bersekolah tetapi telah memiliki keuangan yang mereka atur sendiri. Keuangan mahasiswa dapat berasal dari uang saku yang di dapat dari orangtua atau wali dan bisa juga yang berasal dari beasiswa (Setiyani dalam Nur Ayuningtias Safitri , 2018). Sebagian besar mahasiswa belum memiliki pendapatan sendiri yang diperoleh dari bekerja, cadangan dana yang dimiliki mahasiswa dari uang saku juga terbatas untuk dipergunakan setiap bulannya. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Suryanto (2017), terhadap mahasiswa FISIP Universitas Pajajaran terbukti bahwa rata-rata mahasiswa tidak membuat catatan pengeluaran sehingga sering mengalami defisit keuangan dan mahasiswa tidak pernah berfikir untuk melakukan investasi karena kurang memiliki pengalaman dalam berinvestasi. ## Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2019) Metode penelitian kualitatif disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Lokasi Penelitian dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina Karya Jalan Diponegoro kota Tebing Tinggi, dimana objek penelitian adalah seluruh Mahasiswa/i Manajemen. Populasi penelitian adalah mahasiswa/i Strata I Manajemen berjumlah 2900 mahasiswa/i. Pengambilan sampel dengan memakai rumus Yamane (1967) dalam Sugiono (2019), Rakhmawati Purba dan Sri Winda Hardiyanti Damanik, Analisis Perencanaan dan Penggunaan Keuangan Mahasiswa pada Masa Covid n = N 1+N(e) 2 = 2900 1+ 2900 (0,05) 2 = 351,5 digenapkan 352 sampel. Sedangkan teknik sampel menggunakan proportional stratified random sampling. Probabilility sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan data primer dengan menggunakan instrumen angket, wawancara dan dokumentasi melalui Aplikasi Google Form ke Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina Karya Peubah (variabel) penelitian ini adalah pola perilaku keuangan mahasiswa dan terhadap Financial Stress. Definisi operasional masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut: A. Pola perilaku keuangan adalah bagaimana seseorang memperlakukan dan mengatur keuangan, mengambil keputusan keuangan serta menggunakan uang tersebut yang didasari oleh faktor internal ( aspek psikologi) dan aspek eksternal (aspek sosiologi). Indikator pola perilaku keuangan menurut Sinta Vitriani (2018), yaitu : Membayar tagihan tepat waktu; Membuat anggaran pengeluaran dan belanja; Mencatat pengeluaran dan belanja (harian,bulanan, dan lain-lain); Menyediakan dana untuk pengeluaran tidak terduga; Menabung secara periodic; dan Membandingkan harga antar toko atau swalayan atau supermarket sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian. B. Finansial stress adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan keuangan seseorang yang dapat memberikan efek psikologis atau emosional. Financial stress dikalangan mahasiswa diartikan sebagai kesulitan dalam hal keuangan (Northen O’brien & Goetz, 2010). Dalam penelitian ini financial stress diukur dengan adanya stress atau tidak adanya stress yang dirasakan responden. ## Hasil Skor dari alternatif jawaban pada kuesioner yang diberikan adalah: Selalu = 3; Jarang = 2; Tidak pernah = 1 Mengacu pada ketentuan tersebut, maka setelah memperoleh data kuesioner, selanjutnya dilakukan perhitungan statistik agar dapat diketahui bobot nilai dari setiap item-item pertanyaan yang diajukan oleh penulis. Setelah itu, jawaban dari responden dapat dihitung, dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel untuk di hitung dari rata-rata tersebut. Rumus perhitungan nilai skala interval jawaban responden adalah: 𝑁𝐽𝐼 (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐽𝑒𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙) = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ ## 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 Kriteria rata-rata skor skala interval jawaban responden atas pernyataan yang diberikan melalui kuesioner dan total rata-rata skor skala interval untuk setiap variabel adalah sebagai berikut: 1,00 – 1,67 = Baik/ Rendah; 1,67 – 2,33 = Cukup Baik/Sedang; 2,33 – 3,00 = Buruk/Tinggi Variabel X (Pola Perilaku Keuangan) ## Tabel 1. Pola Perilaku Keuangan ## Sumber : Data diolah ## X1 = Membayar biaya-biaya yang ditetapkan kampus sesuai ketentuan Dari tabel dapat diketahui bahwa variabel “Membayar biaya-biaya yang ditetapkan kampus sesuai ketentuan” berada pada kategori baik, dengan nilai sebesar 2,93. Ada sebanyak 330 mahasiswa yang menjawab selalu membayar biaya- biaya yang ditetapkan kampus sesuai ketentuan. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kesadaran dari mahasiswa untuk membayar biaya pendidikan atau uang kuliah sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh pihak kampus. ## Rakhmawati Purba dan Sri Winda Hardiyanti Damanik, Analisis Perencanaan dan Penggunaan Keuangan Mahasiswa pada Masa Covid Dalam hal pembayaran uang kuliah, pihak kampus menyediakan pembayaran dengan cicilan kepada mahasiswa agar dapat meringankan beban dari mahasiswa tersebut. Perilaku mahasiswa yang dapat membayar uang kuliah tepat pada waktunya juga dapat disebabkan karena adanya konsekuensi logis yang membuat mereka terpaksa untuk melakukannya, akan ada sanksi dari pihak kampus jika ada keterlambatan dalam membayar uang kuliah. ## X2 = Membuat perencanaan anggaran pengeluaran dan belanja (harian/bulanan) Tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel “Membuat perencanaan anggaran pengeluaran dan belanja (harian/bulanan)” berada pada kategori cukup baik, dengan nilai sebesar 2,14%. Sebanyak 182 mahasiswa menjawab jarang membuat perencanaan anggaran pengeluaran dan belajan (harian/bulanan). Hal ini disebabkan oleh kondisi dan risiko yang dihadapi oleh mahasiswa setiap periodenya pasti berbeda-beda. Kondisi keuangan mahasiswa terutama dalam hal pengeluaran sangatlah fluktuatif dan sulit diprediksi. Beberapa kejadian yang tidak direncanakan seperti terserang penyakit, beban tugas meningkat pada periode tertentu, atau hasrat untuk membeli sesuatu yang belum direncanakan sebelumnya (impulse buying) menyebabkan pengeluaran cenderung tidak terkontrol. Seharusnya mahasiswa dapat membuat perencanaan anggaran pengeluaran dan belanja (harian/bulanan) sehingga keuangan dari mahasiswa dapat lebih dikontrol. ## X3 = Mencatat pengeluaran dan belanja (harian/bulanan) Variabel “Mencatat pengeluaran dan belanja (harian/bulanan)” menunjukkan nilai sebesar 1,99 dan berada pada kategori cukup baik, sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa beberapa mahasiswa juga tidak mencatat pengeluaran dan dana belanja (harian/bulanan). Ada sebanyak 183 mahasiswa yang menyatakan jarang, dan ada sebanyak 87 mahasiswa yang menyatakan tidak pada pernyataan “Mencatat pengeluaran dan belanja (harian/bulanan). Pada penjelasan sebelumnya juga diketahui bahwa banyak mahasiswa tidak membuat perencanaan anggaran pengeluaran dan belanja, baik harian maupun bulanan, padahal perencanaan dan pencatatan pengeluaran dan belanja sangat bermanfaat bagi mahasiswa agar mahasiswa mengetahui berapa jumlah pengeluaran mereka sehari-harinya, biaya-biaya apa yang harus didahulukan ataupun yang bisa ditunda, dan mereka juga nantinya bisa memprediksi penyediaan dana untuk keperluan yang tidak terduga. ## X4 = Menyediakan dana untuk keperluan tak terduga Perilaku lain yang jarang dilakukan oleh mahasiswa yaitu menyediakan dana untuk kejadian yang tidak terprediksi. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa menyediakan dana untuk keperluan yang tidak terduga, yang dapat dilihat dari nilai persentase untuk variabel “Menyediakan dana untuk keperluan tak terduga” yaitu 2,48 atau dalam kategori baik. Hal ini merupakan pola perilaku keuangan yang baik. Akan tetapi ada sebanyak 136 mahasiswa yang menyatakan jarang pada pernyataan “Menyediakan dana untuk keperluan tak terduga”. Kejadian yang tidak terprediksi dapat berupa kondisi fisik sakit, kecelakaan, dan sebagainya akan mempengaruhi stabilitas pengeluaran pribadi mahasiswa tersebut. Uang saku yang habis setiap periode tanpa menyisihkan dana untuk kejadian yang tidak diprediksi akan menyebabkan pengeluaran melonjak sehingga mahasiswa harus meminta uang tambahan dari orang tua atau meminjam uang kepada teman. Timbulnya hutang akan mengganggu keuangan mahasiswa di periode selanjutnya karena hutang tersebut harus dilunasi. ## X5 = Menabung secara periodik (rutin) Pada tabel menunjukkan bahwa variabel “Menabung secara periodik (rutin) berada pada kategori cukup baik, dengan persentase sebesar 2,22. Kemudian terdapat 201 mahasiswa yang menyatakan jarang pada pernyataan “Menabung secara periodik (rutin)”, yang mengindikasikan bahwa ada mahasiswa yang jarang sekali menabung secara rutin. Hal ini bisa saja disebabkan karena seringnya terjadi kekurangan uang saku karena mahasiswa jarang membuat anggaran pengeluaran dan belanja. Mahasiswa kesulitan mengontrol pengeluaran pribadi selama satu periode dan menyebabkan uang saku yang diterima sering habis bahkan terkadang harus meminjam kepada temannya. Perilaku tersebut menyebabkan sulitnya mahasiswa melakukan aktivitas menabung secara rutin. Akibat sering defisit setiap bulan, mahasiswa kurang peduli terhadap aktivitas investasi seperti menabung. Apalagi jenis investasi lain seperti saham, bahkan mereka masih sangat kurang sekali pengetahuan mengenai investasi dan perdagangan saham. ## X6 = Membandingkan harga antar toko atau swalayan atau supermarket sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian Untuk variabel “Membandingkan harga antar toko atau swalayan atau supermarket sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian” berada pada kategori baik, dengan persentase sebesar 2,75. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa akan membandingkan harga antar toko atau swalayan atau supermarket sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian, tetapi ada sebagian mahasiswa yang tidak mau membandingkan harga antar toko atau swalayan atau supermarket sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian. Perilaku konsumtif dari mahasiswa ## Rakhmawati Purba dan Sri Winda Hardiyanti Damanik, Analisis Perencanaan dan Penggunaan Keuangan Mahasiswa pada Masa Covid yang seperti ini mendorong mereka untuk mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan tanpa memperhatikan skala prioritas. Kebiasaaan mahasiswa dalam mengkonsumsi barang-barang yang tidak dibutuhkan masih menjadi hal yang paling sering terjadi. Kebiasaan tersebut, bukan karena mereka tidak mendapat pengetahuan mengenai keuangan melainkan pergaulan (gaya hidup mewah) dikalangan mahasiswa. Pergaulan yang dimaksudkan adalah pergaulan yang masih menunjukkan kemewahan antar mahasiswa. Masih banyak mahasiswa belum mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Kesulitan menabung merupakan dampak dari jarangnya mahasiswa membanding harga sebuah barang antara toko satu dengan toko lainnya. Padahal dengan melakukan perbandingan harga maka mahasiswa dapat mengetahui toko mana yang menjual barang dengan harga yang lebih murah agar dapat meminimalkan pengeluaran sehingga sisa uang bisa digunakan untuk keperluan lain atau disimpan. Berdasarkan tabel dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola perilaku keuangan mahasiswa sudah baik, yang dapat dilihat dari nilai rata-rata pada variabel “Pola perilaku keuangan” adalah sebesar 2,42 dengan kategori tinggi, walaupun ada beberapa perilaku yang harus diperbaiki agar dapat meminimalisir atau mengurangi financial stress dari mahasiswa yang bersangkutan. ## Variabel Y (Financial Stress) ## Tabel 2. Financial Stress ## Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa untuk pernyataan “Merasa kesulitan dalam mengelola uang saku bulanan” berada pada kategori sedang, dengan nilai rata-rata sebesar 2,06, dengan rincian sebanyak 102 mahasiswa menyatakan selalu, 171 mahasiswa menyatakan jarang, dan 80 mahasiswa menyatakan tidak, untuk pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian mahasiswa yang masih merasa kesulitan dalam mengelola uang saku bulanan mereka. Pada pernyataan “Uang saku bulanan tidak mencukupi pengeluaran bulanan”, ada sebanyak 111 mahasiswa menjawab selalu, 169 mahasiswa menjawab jarang, dan 73 mahasiswa menjawab tidak, sehingga nilai rata-rata untuk pernyataan ini adalah sebesar 2,11 dengan kategori sedang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak mahasiswa yang merasa uang saku bulanannya tidak mencukupi pengeluaran bulanan. Selanjutnya untuk pernyataan “Kesulitan dalam merencanakan keuangan pribadi”, ada sebanyak 105 mahasiswa menyatakan selalu, 176 mahasiswa menyatakan jarang, dan 72 mahasiswa menyatakan tidak, sehingga pernyataan ini berada kategori sedang dengan nilai sebesai 2.09, yang menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa yang merasa kesulitan dalam merencanakan keuangan pribadi mereka. Hal tersebut yang membuat mahasiswa tidak dapat menabung secara rutin. Tabel 2 dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki tingkat financial stress pada kategori sedang, dengan nilai rata- rata sebesar 2,09. Financial stress ini melihat ada atau tidaknya stress yang dirasakan responden (mahasiswa) dalam mengelola keuangan, sehingga dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa mahasiswa tidak begitu mengalami stress dalam mengelola keuangan mereka. Pengelolaan keuangan mahasiswa masih banyak yang dikelola oleh orang tua. Akan tetapi diperlukan adanya pembuatan dan pencatatan perencanaan anggaran dan pengeluaran, baik harian maupun bulanan untuk uang saku yang diterima mereka agar segala bentuk pemasukan dan pengeluaran dari mahasiswa dapat dilihat dan juga dikontrol oleh mahasiswa itu sendiri. ## Simpulan Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan kemampuan mahasiswa membuat perencanaan keuangan dalam menghadapi masa Pandemik Covid 19 sudah baik, yang dapat dilihat dari nilai rata-rata pada variabel pola perilaku keuangan adalah sebesar 2,42 dengan kategori tinggi, walaupun ada beberapa perilaku yang harus diperbaiki agar dapat meminimalisir atau mengurangi financial stress dari mahasiswa yang bersangkutan. Untuk variable financial stress dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki tingkat financial stress pada kategori sedang, dengan nilai rata-rata sebesar 2,09. Akan tetapi diperlukan adanya pembuatan dan pencatatan perencanaan anggaran dan pengeluaran, baik harian maupun bulanan untuk uang saku yang diterima mereka agar segala bentuk pemasukan dan pengeluaran dari mahasiswa dapat dilihat dan juga dikontrol oleh mahasiswa itu sendiri. Sehingga mahasiswa dalam Rakhmawati Purba dan Sri Winda Hardiyanti Damanik, Analisis Perencanaan dan Penggunaan Keuangan Mahasiswa pada Masa Covid penggunaan keuangan untuk memenuhi kebutuhannya terutama dalam membayar uang kuliah tidak mengalami gangguan dalam melakukan pembayaran. ## Daftar Pustaka Arta M, Sundjaja.2010 . Perencanaan Keuangan Untuk Mencapai Tujuan Finansial. Jurnal ComTech . Vol 1. No , https://journal.binus.ac.id/index.php/comtech/article/view/2218 (diakses 15 Oktober 2020) Northern, J. J., O'Brien, W. H., & Goetz, P. W. 2010. The development, evaluation, and validation of a financial stress scale for undergraduate students. Journal of College Student Development , 51(1), 79-92. https://muse.jhu.edu/article/370847/summary. (diakses 20 Oktober 2020). Nofsinger, John R.2017. The Psychology of Investing . Rourledge Nur Ayuningtias Safitri dan Sukirman. 2018. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Financial Behavior. Jurnal Economic Education Analysis Journal . Vol 7. No 2, https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/28255 (diakses 15 Oktober 2020) Sinta vitriani .2018. Analisis personal financial literacy dan financial behavior mahasiswa manajemen strata 1 fakultas ekonomi dan ilmu sosial universitas islam negeri sultan syarif kasim riau. Skripsi thesis , Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. http://repository.uin-suska.ac.id/14126/. (diakses 20 Oktober 2020) Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung : Alfabeta Suryanto. 2017. Pola Perilaku Keuangan Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi . Vol 7.No.1.
dd5a1e56-dc89-4623-b6df-e361ac596821
http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/pelitapaud/article/download/3596/1490
Active Learning Approach.... Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 P ISSN 2548-6284 E ISSN 2615-0360 ## ACTIVE LEARNING APPROACH UNTUK PEDESTRIAN SAFETY (KESELAMATAN PEJALAN KAKI) SISWA TK Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Lancang Kuning 1,2,3 Email: [email protected] 1 , Email: [email protected] 2 , Email: [email protected] 3 Efastri, Sean Marta, Ledya O Liza, Fajar Maulana. (2023). Active Learning Approach Untuk Pedestrian Safety (Keselamatan Pejalan Kaki) Siswa TK Jurnal Pelita PAUD , 8 (1), 138-143. doi: https://doi.org/10.33222/pelitapaud.v8i1.3596 Diterima:01-11-2023 Disetujui: 04-12-2023 Dipublikasikan: 24-12-2023 © 2023 Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 Under the license CC BY-SA 4.0 http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/pelitapaud Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran pengetahuan siswa TK Karya Bunda Sei Kijang terhadap Pedestrian Safety sebelum diberikan intervensi Active Learning Approach . Gambaran pengetahuan siswa TK Karya Bunda Sei Kijang terhadap Pedestrian Safety setelah diberikan intervensi Active Learning Approach . Peneltian ini dilakukan dengan metode mengunakan metode Quasi experiment, dengan menggunakan One group pretest- postest design . Caranya adalah membandingkan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Pemahaman keselamatan berlalulintas pada siswa TK Karya Bunda Pedestrian Safety sebelum diberikan intervensi Active Learning Approach berada kriteria sedang. Hal ini terlihat dari hasil pre-test , hasil pre-test sebelum tindakan memiliki total nilai 65 dengan rata-rata 6,5 dan persentase 65%. Pemahaman keselamatan berlalu lintaspada siswa TK Karya Bunda Pedestrian Safety sesudah diberikan intervensi Active Learning Approach mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil post-test setelah pada kelas eksperimen, terjadi peningkatan pengenalan dan pemahaman siswa yang cukup signifikan. Yaitu total nilai 77% setelah penerapan metode role playing indoor dan 93% setelah penerapan outdoor . Kata kunci : Pedestrian Safety, Active Learning Approach Abstract: This research was conducted with the aim of knowing the knowledge of Karya Bunda Sei Kijang Kindergarten students regarding Pedestrian Safety before being given the Active Learning Approach intervention. Description of the knowledge of Karya Bunda Sei Kijang Kindergarten students regarding Pedestrian Safety after being given the Active Learning Approach intervention. This research was carried out using the Quasi experiment method, using a One group pretest- posttest design. The method is to compare students' knowledge before and after being given the intervention. Based on the research results, it was found that the understanding of traffic safety among Karya Bunda Pedestrian Safety Kindergarten students before being given the Active Learning Approach intervention was in the medium criteria. This can be seen from the pre-test results, the pre-test results before the action had a total score of 65 with an average of 6.5 and a percentage of 65%. Understanding of traffic safety among Kindergarten students by Bunda Pedestrian Safety after being given the Active Learning Approach intervention has increased. This can be seen from the results of the post-test after the experimental class, there was a significant increase in student recognition and understanding. That is, the total value is 77% after applying the indoor role playing method and 93% after applying it outdoors. Keywords: Pedestrian Safety, Active Learning Approach Active Learning Approach. ... Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 P ISSN 2548-6284 E ISSN 2615-0360 Vol. 8 No. 1 Desember 2023 ## PENDAHULUAN Sekolah adalah salah satu tempat terbaik anak untuk mengembangkan potensinya. Disekolah anak menemukan hal-hal baru kemudian anak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya untuk membangun emosional anak dalam berkomunikasi dengan orang lain serta teman sebaya. Apalagi di tingkat TK/PAUD anak bermain seraya belajar, di sekolah anak mendapatkan pemahaman baru, anak bisa membedakan baik dan buruk serta mendapatkan pengalaman yang baru bernilai positif dan negative bagi anak, oleh karena itu perlu diberikan penanaman karekter bagi anak usia dini untuk hal-hal yang positif salah satunya dengan memberikan pemahaman tentang keselamatan berlalu lintas. Keselamatan lalu lintas adalah bagaimana anak memahami rambu-rambu lalu lintas sejak usia dini, agar anak tertib berlalu lintas dan taat aturan yang ada sejak usia dini, serta mengurangi kecelakaan lalu lintas serta menumbuhkan jiwa taat aturan yang berlaku tentang kesadaran berlalu lintas yang benar. Anak-anak pejalan kaki termasuk populasi yang paling berisiko mengalami cedera lalu lintas jalan (Zegeer & Bushell, 2012). Di seluruh dunia, kecelakaan lalu lintas membunuh sekitar 260.000 anak per tahun, di antaranya sekitar 30.000 adalah pejalan kaki (Toroyan & Peden, 2007). Alasan utama tingginya tingkat kecelakaan pada pejalan kaki adalah kurangnya keterampilan kognitif dan perseptual yang canggih di antara anak-anak (Schwebel, et. Al, 2016). Studi sebelumnya menunjukkan bahwa keterampilan kognitif anak di bawah usia 9 tahun membuat mereka sulit menyeberang jalan (Barton & Schwebel, 2006). Budaya untuk taat dalam keselamatan berlalu lintas tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat peran serta pola asuh ayah dan ibu saja. Edukasi taat aturan lalu lintas harus di berikan sejak usia dini agar anak memahami dan memiliki karekter kuat taat aturan serta dilatih secara terus menerus dengan memberikan pemahaman sebab akibat melalui role model yang ada. Oleh karena alasan diatas, Active learning approach yang merupakan pembelajaran di mana siswa secara aktif atau pengalaman terlibat dalam proses pembelajaran (Bonwell & Eison, 1991). Selanjutnya pendekatan ini diberikan menggunakan model ASSURE merupakan kerangka instruksional yang dapat diterapkan untuk merencanakan program pelajaran (Megaw, 2001). Permasalahan dari uraian diatas juga ditemukan di TK Karya Bunda Sei Kijang,dimana lokasi sekolah tersebut berada di pinggir jalan lintas timur daerah pelelawan yang rawan akan kecelakaan karena jalannya menikung tajam dan tidak terlalu jauh jarak antara pagar sekolah dengan jalan raya tersebut, apalagi jalan lintas timur ini di lalui mobil-mobil besar berkecepatan tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Active Learning Approach untuk Pedestrian Safety (Keselamatan Pejalan Kaki) Siswa TK Karya Bunda Sei Kijang. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini mengunakan metode Quasi experiment, dengan menggunakan One group pretest-postest design . Caranya adalah membandingkan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Dalam penelitian ini digunakan Active Learning Approach model ASSURE Model ini merupakan kerangka instruksional yang dapat diterapkan untuk merencanakan program pelajaran (Megaw, 2001). Fokus model ASSURE adalah pada cara untuk memfasilitasi proses pendidikan yang mudah dan terfokus pada bimbingan. Tujuan pendidikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Sesi pertama: pengenalan jalan, Sesi kedua: sosialisasi hukum di jalan, Sesi ketiga: perilaku penyeberang jalan pejalan kaki, Sesi keempat: konsep safety on the street, Sesi kelima: pelatihan praktis agar terlihat di jalan, sesi keenam: rambu rambu mengemudi, Sesi ketujuh: memilih jalur aman di jalan, dan Sesi kedelapan: pelatihan praktis cara menyeberang jalan dengan aman. Active Learning Approach.... Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 P ISSN 2548-6284 E ISSN 2615-0360 ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pemahaman Siswa Pedestrian Safety sebelum diberikan intervensi Active Learning Approach Observasi Kegiatan penelitian diawali dengan pengamatan proses pembelajaran (observasi) di kelas TK Karya Bunda. Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mendapat informasi tentang kondisi siswa sebagai subjek penelitian, yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini : Tabel. 1 Siswa berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Siswa Laki-laki 16 siswa Perempuan 4 siswa Total 20 siswa Pengamatan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada saat observasi diperoleh informasi bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, guru menggunakan metode konvensional yaitu dengan metode ceramah. Anak-anak dalam kelas duduk dan mendengarkan materi yang disampaikan guru. Dengan menggunakan metode ceramah yang disampaikan secara abstrak, para siswa tidak berkesempatan mempraktikkan materi pembelajaran. Peneliti dan guru dikelas melakukan diskusi untuk merencanakan program-program yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap keselamatan berlalu lintas dengan mengenal rambu-rambu lalu lintas. Diskusi tersebut meliputi pra-test dan post-test , rencana pelaksanaan pembelajaran, dan instrumen pengamatan. Setelah diskusi dilaksanakan, peneliti melakukan pra-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam Pedestrian Safety sebelum diberikan intervensi Active Learning Approach Tabel 1. Hasil Pre-Test siswa (Kelas Eksperimen) Nilai presentase Pedestrian Safety sebelum diberikan intervensi Active Learning Approach pada kelas eksperimen sebelum tindakan adalah sebagai berikut : Presentase capaian = Jumlah skor yang diperoleh x 100% Presentase capaian = 65 x 100% 100 Persentase capaian = 65% Nilai persentase Pedestrian Safety sebelum diberikan intervensi Active Learning Approach pada saat pra-test (kelas eksperimen) sebesar 65%. Presentase tersebut kemudian dapat dilihat pada diagram dibawah ini : N O Nama Anak Pengenalan rambu lalu lintas Pemahaman rambu lalu lintas Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 AAS √ √ √ √ √ √ √ 7 2 FEN √ √ √ √ √ √ 6 3 AZJ √ √ √ √ √ 5 4 GG √ √ √ √ √ √ √ 7 5 M.QD √ √ √ √ √ √ 6 6 M. MB √ √ √ √ √ √ √ 7 7 RMF √ √ √ √ √ √ √ √ 8 8 SAA √ √ √ √ √ √ √ 7 9 AHS √ √ √ √ √ √ 6 10 TAA √ √ √ √ √ √ 6 Total 65 Rata-rata 6,5 Persentase 65% Active Learning Approach. ... Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 P ISSN 2548-6284 E ISSN 2615-0360 Vol. 8 No. 1 Desember 2023 Diagram 1. Hasil Pre-Test siswa (Kelas Eksperiment) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Pen gen ala n Ra mb u Lal u… Nilai persentase Pedestrian Safety sebelum diberikan intervensi Active Learning Approach dikelas eksperimen pada saat pra-test sebesar 65%. Presentase tersebut kemudian dikonstruksikan kedalam tabel dibawah ini : Tabel 2. Pedoman untuk menilai Pengenalan dan Pemahaman Siswa terhadap Keselamatan Berlalu Lintas Capaian Kriteria 75% - 100% Tinggi 50% - 74,99% Sedang 25% - 49,99% Rendah 0% - 24,99% Sangat Rendah Bersadarkan tabel persentase diatas, pencapaian siswa TK Karya Bunda dikelas eksperimen pada saat pre-test adalah 65 % dengan kriteria sedang. Tabel 3. Lembaran Observasi Siswa Kelas Eksperimen Post test (Indoor) Nilai presentase Pedestrian Safety setelah diberikan intervensi Active Learning Approach pada pada kelas eksperimen setelah tindakan (penerapan role playing indoor ) adalah sebagai berikut : Presentase capaian = Jumlah skor yang diperoleh x 100% Presentase capaian = 77 x 100% 100 Persentase capaian = 77% Nilai presentase Pedestrian Safety setelah diberikan intervensi Active Learning Approach pada pada kelas eksperimen setelah tindakan (penerapan role playing indoor ) (kelas eksperimen) sebesar 77%. Presentase tersebut kemudian dapat dilihat pada diagram dibawah ini : Diagram 3. Hasil Post-Test Indoor Siswa (Kelas Eksperimen ) NO Nama Siswa Pengenalan rambu lalu lintas Pemahaman rambu lalu lintas Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 AAS √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 2 FEN √ √ √ √ √ √ √ 7 3 AZJ √ √ √ √ √ √ √ √ 8 4 GG √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 5 M.QD √ √ √ √ √ √ √ √ 8 6 M. MB √ √ √ √ √ √ √ 7 7 RMF √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 8 SAA √ √ √ √ √ √ √ √ 8 9 AHS √ √ √ √ √ √ 6 10 TAA √ √ √ √ √ √ 6 Total 77 Rata-rata 7,7 Persentase 77% Active Learning Approach.... Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 P ISSN 2548-6284 E ISSN 2615-0360 Nilai presentase Pedestrian Safety setelah diberikan intervensi Active Learning Approach pada pada kelas eksperimen setelah tindakan (penerapan role playing indoor )sebesar 77%. Diagram 4. Hasil Post-Test Outdoor Siswa (Kelas Eksperimen) Nilai presentase Pedestrian Safety setelah diberikan intervensi Active Learning Approach pada pada kelas eksperimen setelah tindakan (penerapan role playing outdor ) sebesar 93%. Persentase tersebut kemudian dikonstruksikan ke dalam tabel dibawah ini. Pembahasan Pre-test Pre-test adalah test yang dilakukan diawal penelitian untuk melihat pemahaman siswa terhadap rambu-rambu lalu lintas sebelum tindakan. Berdasarkan hasil pre-test, kelas eksperimen lebih rendah dengan presentase sebesar 65%, berada pada kriteria sedang. Post-test indoor Post-test indoor adalah penilaian yang dilakukan oleh peneliti terhadap pemahaman siswa setelah dilakukan tindakan pertama, Hasil post-test kelas eksperimen yang diberikan tindakan, menunjukkan peningkatan 12% dari sebelumnya 65% menjadi 77%. Pemahaman siswa terhadap keselamatan berlalu lintas menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi setelah diberikan tindakan. Post-test outdoor Post-test outdoor adalah hasil test yang didapatkan setelah peneliti melakukan tindakan ke-2, pada kelas eksperimen, setelah diberi tindakan ke-2 yaitu metode role playing outdoor (makro), terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan yang terjadi sebanyak 16%, dari sebelumnya 77% menjadi 93%. Secara keseluruhan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5. Persentase Hasil Penelitian Subjek Penelitian Pre- test Post- test role playing indoor Post-test role playing outdoor Kelas Eksperimen 65% 77% 93% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengenalan dan pemahaman siswa terhadap rambu-rambu lalu lintas sebelum diberikan tindakan hingga dengan role playing outdoor telah menunjukkan peningkatan. Diagram 5. Perbandingan Hasil Test Kelas Eksperimen 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 Kelas Eksperimen Dari data diatas diketahui juga bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Terdapat anak yang kemampuan pengenalan dan pemahaman rambu lalu lintasnya melebihi Active Learning Approach. ... Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 P ISSN 2548-6284 E ISSN 2615-0360 Vol. 8 No. 1 Desember 2023 harapan peneliti, dan ada juga anak yang berkembang sesuai harapan. Hal ini disebabkan karena setiap anak memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. ## SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pemahaman keselamatan berlalulintas pada siswa TK Karya Bunda Pedestrian Safety sebelum diberikan intervensi Active Learning Approach berada kriteria sedang. Hal ini terlihat dari hasil pre-test, hasil pre-test sebelum tindakan memiliki total nilai 65 dengan rata-rata 6,5 dan persentase 65% Pemahaman keselamatan berlalu lintaspada siswa TK Karya Bunda Pedestrian Safety sesudah diberikan intervensi Active Learning Approach mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil post-test setelah pada kelas eksperimen, terjadi peningkatan pengenalan dan pemahaman siswa yang cukup signifikan. Yaitu total nilai 77% setelah penerapan metode role playing indoor dan 93% setelah penerapan outdoor. ## DAFTAR PUSTAKA Zegeer, C. V., & Bushell, M. (2012). Pedestrian crash trends and potential countermeasures from around the world. Accident Analysis & Prevention, 44, 3–11. Toroyan, T., & Peden, M. (2007). Youth and road safety.’ In Youth and road safety (OMS). Schwebel, D. C., Combs, T., Rodriguez, D., Severson, J., & Sisiopiku, V. (2016). Community-based pedestrian safety training in virtual reality: A pragmatic trial. Accident Analysis & Prevention, 86, 9–15. Barton, B. K., & Schwebel, D. C. (2006). The influences of demographics and individual differences on children’s selection of risky pedestrian routes. Journal of Pediatric Psychology, 32, 343–353. Bonwell, C. C., & Eison, J. A. (1991). Active Learning: Creating Excitement in the Classroom. 1991 ASHE-ERIC Higher Education Reports (ERIC). Megaw, A. E. (2001). Deconstructing the Heinich, Moldena, Russell, and Smaldino instructional design model. Laman Web Rasmi IPGM Kampus Pendidikan Islam. Schwebel, D. C., & McClure, L. A. (2014). Children’s pedestrian route selection: Efficacy of a video and internet training protocol. Transportation Research Part F: Traffic Psychology and Behaviour, 26, 171– 179. David C. Schwebel, PhD, Benjamin K. Barton, PhD, Jiabin Shen, MEd, Hayley L. Wells, BA, Ashley Bogar, BS, Gretchen Heath, BS, David McCullough, MS, Systematic Review and Meta-Analysis of Behavioral Interventions to Improve Child Pedestrian Safety, Journal of Pediatric Psychology, Volume 39, Issue 8, September 2014, Pages 826–845. Piaget, J., Inhelder, B., & Piaget, J. (2013). The growth of logical thinking from childhood to adolescence: An essay on the construction of formal operational structures (Routledge). Fisher, R. (2005). Teaching children to think. Nelson Thornes. Schunk, D. H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective Sixth Edition. Pearson. Sean Marta Efastri 1 , Ledya O Liza 2 , Fajar Maulana 3 P ISSN 2548-6284 E ISSN 2615-0360 Vol. 8 No. 1 Desember 2023
225d388d-bda5-4029-a7b9-e4ebd2d49847
https://jurnal.plb.ac.id/index.php/JRAK/article/download/330/199
## ANALISIS PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN (STUDI PADA KLINIK MITRA SEHATI CIBIRU BANDUNG) Hery Haerudin & Lilis Saidah Napisah – STIE Ekuitas Bandung ## ABSTRAK Sistem informasi Akuntansi merupakan salah satu bagian yang vital pada fasilitas pelayanan umum, system informasi yang diterapkan berpengaruh secara langsung terhadap Kualitas pelayanan pada fasilitas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan pada Klinik Mitra Sehati, Cibiru Bandung. Penelitian ini dilakukan pada Klinik Mitra Sehati Cibiru Bandung yang merupakan fasilitas kesehatan yang melayani masalah kesehatan masyarakat di wilayah Cibiru, Cinunuk dan sekitarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, yang disebarkan kepada 35 responden yang merupakan pasien dari klinik Mitra Sehati Cibiru. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah moderated regession analysis. Hasil penelitian menemukan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi berpengaruh positif pada peningkatan Kualitas layanan pada Klinik Mitra Sehati, Cibiru Bandung. Kata kunci : Sistem Informasi Akuntansi; Peningkatan Kualitas Pelayanan ## PENDAHULUAN ## Latar Belakang Di era globalisasi dan era informasi seperti saat sekarang ini, sistem informasi merupakan sistem yang banyak dipergunakan pada perusahaan, Lembaga pemerintah atau swasta, Intansi Pemerintah, kantor-kantor pelayanan masyarakat, atau di tempat fasilitas pelayanan umum seperti sekolah dan rumah sakit. Sistem informasi akuntansi adalah salah satu system yang berfungsi untuk mengumpulkan data, mengolah data menjadi informasi dan menyajikan informasi, terutama yang berhubungan dengan data-data financial. Kejadian financial yang terjadi dikomunikasikan melalui sistem informasi akuntansi pada pihak yang berkepentingan berupa laporan-laporan kegiatan. Penggunaan sistem informasi akuntansi diharapkan dapat membuat kinerja organisasi atau manajemen akan menjadi lebih efektif dan efesien. Oleh karena itu, sebuah sistem informasi ## JURNAL RISET AKUNTANSI DAN BISNIS ## VOLUME 4 NO 2 JULI 2018 [email protected] haruslah bermanfaat dalam mendukung proses atau aktifitas rutin atau aktifitas sehari-hari yang dilakukan organisasi atau manajemen, termasuk aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh kantor atau fasilitas pelayanan umum. Menurut Karwan dan Markland (2005), organisasi sektor publik tidak jauh berbeda dengan organisasi sektor swasta, salah satu ukuran yang akan membedakan kedua sektor tersebut adalah adanya produktivitas yang dihasilkan, tingkat produktivitas sektor swasta lebih tinggi dibandingkan sektor publik. Sistem informasi merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas organisasi, pada sektor swasta untuk dapat meningkatkan produktivitas maka organisasi bersedia mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk mengimplementasikan sistem informasi dalam setiap level oragnisasinya, namun pada organisasi sektor publik yang lebih meminimalkan biaya cenderung menggunakan sistem informasi untuk aktivitas - aktivitas sederhana saja (Kumar (2002) dalam Gupta et al (2007)). Secara umum di Indonesia, penggunaan sistem informasi akuntansi pada organisasi sektor publik atau lembaga pemerintahan masih sebatas pada penggunaan komputer untuk pengetikan atau untuk mendukung proses administrasi semata, sementara fungsi sistem informasi untuk proses pengolahan data dan transaksi yang komplek serta penyediaan informasi dan pelayanan untuk publik masih jauh dari harapan apalagi proses pengambilan keputusan berbasis sistem informasi masih belum menjadi fokus perhatian sehingga hal ini akan mempengaruhi pada kualitas penyediaan informasi maupun kualitas pelayanan publik untuk kepentingan masyarakat. System Informasi Akuntansi yang digunakan oleh organisasi sektor publik atau fasilitas pelayanan umum akan sangat membantu organisasi atau manajemen dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Sesuai dengan fungsi dan sifatnya Sistem informasi Akuntansi akan mendukung pelayanan lebih efektif efisien dan transparan. Klinik kesehatan sebagai salah satu fasilitas umum yang melayani masyarakat menggunakan Sistem Informasi akuntansi dalam aktifitasnya sehari-hari dari mulai menerima pendaftaran pasien, mendata pasien, mencatat pembayaran pasien, sampai pencatatan pembelian obat. Pada dasarnya implementasi system informasi akuntansi yang digunakan oleh Klinik Mitra Sehati Cibiru Bandung belum diketahui seberapa besar dampak pengaruhnya terhadap peningkatan kulitas pelayanan pada klinik tersebut, oleh sebab itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang mengambil judul “Analisis Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan (Studi pada Klinik Mitra Sehati, Cibiru Bandung)”. ## Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : “Seberapa besar pengaruh implementasi sistem informasi akuntansi terhadap peningkatan kualitas pelayanan pada Klinik Mitra Sehati Cibiru Bandung ?” ## Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terhadap peningkatan kualitas pelayanan pada Klinik Mitra Sehati Cibiru Bandung. Road Map Penelitian Road Map penelitian ini mengacu pada Road Map Topik Riset dan Sub Topik Riset Bidang Unggulan STIE Ekuitas pada Topik Sistem Informasi Akuntansi dan Sub Topik Implementasi Sistem Akuntansi, terlihat pada gambar dibawah ini : ## 2016 2017 2018 2019 ## LANDASAN TEORI ## Pengertian SIA Istilah sistem informasi akuntansi terdiri dari tiga elemen yaitu sistem, Informasi, dan akuntansi. Ketiga elemen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: ## Sistem Menurut Azhar Susanto (2013:22) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi : “Sistem adalah kumpulan/group dari sub sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”. Sistem menurut Hall (2009, h.6) adalah “kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama”. ## Informasi Menurut Agus Mulyanto (2009 : 12) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi: “Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya, sedangkan data merupakan sumber informasi yang menggambarkan suatu kejadian yang nyata ”. Informasi menurut Krismiaji (2010, h.15) adalah data yang telah diorganisasi, dan telah memiliki kegunaan. Agar bermanfaat, informasi harus memiliki kualitas atau karakteristik sebagai berikut: a. Relevan : menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat keputusan, dengan cara mengurangi ketidakpastian, menaikkan kemampuan untuk memprediksi, atau menegaskan / membenarkan ekspektasi semula. b. Dapat dipercaya : bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas organisasi. Pengemban gan Sistem Informasi Implementa si Sistem Informasi Riset Dampak Implementa si Sistem Informasi Riset Tata Kelola Sistem Informasi c. Tepat waktu : disajikan pada saat yang tepat untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan d. Lengkap : tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai. e. Mudah dipahami : disajikan dalam format yang mudah dimengerti f. Dapat diuji kebenarannya : memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independen. Menurut Agus Mulyanto (2009 :20) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi, Kualitas informasi bergantung pada 3 (tiga) hal yang sangat domain yaitu: 1. Informasi harus akurat (dapat dipercaya) Sebuah informasi harus akurat karena dari sumber informasi hingga penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut. Informasi dikatakan akurat apabila informasi tersebut tidak bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya. 2. Informasi harus tepat waktu. Informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data, datangnya tidak boleh terlambat (usang). Informasi yang terlambat tidak akan mempunyai nilai yang baik, karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. 3. Informasi harus relevan. Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya. Hal ini berarti bahwa informasi tersebut harus bermanfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. ## Akuntansi Dalam bukunya Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:02) yang berjudul Akuntansi Keuangan mengutipkan pengertian akuntansi menurut beberapa pendapat para ahli, diantaranya: Menurut American Institute of Certified Public Accountants : “Akuntansi adalah seni pencatatan,penggolongan,dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan denngan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses tersebut “. Menurut Niswonger, Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Marianus Sinaga menyatakan bahwa : “Akuntansi adalah proses mengenali,mengukur dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan”. Menurut APB : “Aktivitas jasa Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitas,terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusankeputusan ekonomik,dalam membuat pilihan di antara alternative tindakan yang ada “. Menurut Mursyidi (2010:17) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Dasar :“Akuntansi adalah proses pengidentifikasian data keuangan,memproses pengolahan dan penganalisisan data yang relevan untuk diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pembuatan keputusan“. Definisi menurut Soemarso (2009:14) dalam buku yang berjudul Akuntansi Suatu Pengantar yang menerangkan bahwa: “Akuntansi (accounting) suatu disiplin yang menyediakan informasi penting sehingga memungkinkan adanya pelaksanaan dan penilaian jalannya perusahaan secara efisien”. ## Pengertian Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Dari ketiga Elemen diatas Sistem informasi akuntansi menurut Krismiaji (2010, h.4) didefinisikan sebagai sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis. Menurut Hall (2009, h.10) subsistem sistem informasi akuntansi terdiri atas tiga subsistem, yaitu: 1) Sistem pemrosesan transaksi (Transaction Processing System-TPS) 2) Sistem buku besar/pelaporan keuangan (General Ledger/Financial Reporting System- GL/FRS) 3) Sistem pelaporan manajemen (Management Reporting System-MRS) Menurut Azhar Susanto (2013:72) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi : “Kumpulan atau group dari sub sistem / bagian / komponen apapun baik phisik atau non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan“. Menurut Laudon di dalam Azhar Susanto dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi (2013:52) , sistem informasi akuntansi yaitu: “Komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan koordinasi, pengendalian, dan untuk memberikan gambaran aktivitas didalam perusahaan ”. ## Fungsi SIA Sistem menurut Krismiaji (2010 h.4) Fungsi sistem informasi akuntansi adalah mengumpulkan transaksi dan data lain dan memasukkannya kedalam sistem. 1) Memproses data transaksi 2) Menyimpan data untuk keperluan dimasa mendatang 3) Menghasilkan informasi yang diperlukan dengan memproduksi laporan, atau memungkinkan para pemakai untuk melihat sendiri data yang tersimpan di computer. 4) Mengendalikan seluruh proses sedemikian rupa sehingga informasi yang dihasilkan akurat dan dapat dipercaya. ## Tujuan SIA Tujuan sistem informasi akuntansi untuk menyajikan informasi akuntansi kepada berbagai pihak yang membutuhkan informasi tersebut baik pihak internal maupun pihak eksternal. Menurut Hall (2001, h.18), pada dasarnya tujuan disusunnya system informasi akuntansi adalah sebagai berikut : 1) Untuk mendukung fungsi kepengurusan (stewardship) 2) Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen 3) Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan hari demi hari. ## Prinsip -prinsip SIA Menurut Weygandt (2007, h.396) sistem informasi akuntansi yang efektif dan efisien didasarkan pada beberapa prinsip dasar. Prinsip-prinsip dasar tersebut mencakup : 1. Keefektifan biaya 2. Tingkat kegunaan 3. Fleksibel ## Pengertian Kualitas Pelayanan Pengertian Kualitas Menurut Goetsch dan Davis (1994) yang dikutip oleh Tjiptono (2012:152), kualitas dapat diartikan sebagai “kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Berdasarkan definisi ini, kualitas adalah hubungan antara produk dan pelayanan atau jasa yang diberikan kepada konsumen dapat memenuhi harapan dan kepuasan konsumen. Sunyoto (2013) menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu ukuran untuk menilai bahwa suatu barang atau jasa telah mempunyai nilai guna seperti yang dikehendaki atau dengan kata lain suatu barang atau jasa dianggap telah memiliki kualitas apabila berfungsi atau mempunyai nilai guna seperti yang diinginkan. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah unsur yang saling berhubungan mengenai mutu yang dapat mempengaruhi kinerja dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas tidak hanya menekankan pada hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi menyangkut kualitas manusia, kualitas proses, dan kualitas lingkungan. Dalam menghasilkan suatu produ k dan jasa yang berkualitas melalui manusia dan proses yang berkualitas. ## Pengertian Layanan Aktivitas, manfaat maupun kepuasan merupakan bentuk pelayanan yang pada dasarnya tidak berwujud. Hal ini diungkapkan Gronroos yang dikutip oleh Tjiptono (2012) menyatakan bahwa pelayanan merupakan proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible (tidak berwujud) yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara konsumen dengan karyawan jasa, sumber daya fisik, barang, atau sistem penyedia jasa yang disediakan sebagai solusi atas masalah konsumen. Dari definisi ini, dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan aktivitas yang diberikan kepada konsumen dan pada dasarnya tidak berwujud, disediakan sebagai solusi atas masalah konsumen. ## METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kuantitatif dan Metode Kualitatif. Metode Kualitatif sering disebut sebagai metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola). Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian dengan data berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic, yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Variabe-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan Kualitas Pelayanan. Variabel ini dikelompokan menjadi 2 yaitu : Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) (X), Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kualitas Pelayanan (Y). Pada penelitian ini indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran variabel diatas dihitung melalui skala likert, yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2010:132). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk angka seperti data usia responden. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data menurut sumbernya yaitu: Data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner secara langsung kepada responden dan Data sekunder yang diperoleh dalam bentuk data dari berita online. Penelitian ini menggunakan 35 sampel, dengan kriteria sampel adalah responden yang berusia 18 sampai 60 tahun dan berpendidikan minimal SMP karena dianggap mampu mengisi kuisioner secara mandiri. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Selanjutnya, variabel diukur dengan Skala Likert ## Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi sistem informasi akuntansi terhadap kualitas pelayanan, yang mana penelitian ini dilakukan pada Klinik Mitra Sehati Cibiru Bandung. Secara garis besar, pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan penelitian, yaitu sebagai berikut: ## Observasi Observasi (observation) merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. Observasi dapat juga dibedakan sebagai observasi yang sederhana dan observasi yang terstruktur. Observasi sederhana adalah observasi yang tidak mempunyai pertanyaan – pertanyaan riset. Observasi sederhana biasanya digunakan pada penelitian yang belum diketahui dengan jelas variabelnya atau sering disebut penelitian eksploratori. Sedangkan observasi terstruktur adalah observasi yang mempunyai prosedur standar yang terstruktur (Jogiyanto, 2008, h. 89). ## Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia tanpa hasil. ## Variabel, Dimensi, dan Indikator Penelitian Dalam penelitian terdapat 2 variabel objek yaitu, variabel yang mempengaruhi (variabel bebas) dan variabel akibat (variabel terikat). Variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel terikat (Y). Untuk melakukan pengukuran variabel-variabel tersebut, kami peroleh nilai dari hasil kuesioner dan diukur menggunakan skala likert dengan rincian sebagai berikut: 1.Kategori Sangat Setuju : 5 2.Kategori Setuju : 4 3.Kategori Ragu-ragu : 3 4.Kategori Tidak Setuju : 2 5.Kategori Sangat tidak Setuju : 1 ## Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data primer dari hasil kuesioner pada pasien Klinik Mitra Sehati Cibiru Bandung, yang berlokasi di Komplek Griya Mitra Posindo Bandung. ## Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada 35 orang karyawan dan pasien. Sedangkan teknik yang digunakan dalam menentukan sampel adalah purposive sampling atau pengambilan sampel bertujuan, dimana teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2008, h. 76). ## Pengolahan Data Data yang dikelola adalah data primer yang diperoleh dari hasil kuisioner yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian. ## Uji reliabilitas (Composite Reliability) Uji reabilitas bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.Untuk menentukan reliable tidaknya instrumen dilakukan dengan cara mengkonsultasikan dengan r table. Jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel maka instrumen dinyatakan reliable dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Setelah diperoleh koefisien reliabilitas kemudian dikonsultasikan dengan nilai r pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%. Apabila r hitung > r tabel maka instrumen tersebut dinyatakan reliable. ## Uji validitas (Validitas Diskriminan) Uji validitas berfungsi untuk mengetahui validitas masing-masing pernyataan dalam kuesioner yang diisi oleh responden. Uji validitas ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing pernyataan pada dasarnya digunakan korelasi Pearson. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 19.0. Cara analisisnya dengan cara menghitung koefisien korelasi antara masing-masing nilai pada nomor pernyataan dengan nilai total dari nomor pernyataan tersebut. Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh r masih harus diuji signifikasinya bisa menggunakan uji t atau membandingkannya dengan r tabel. Bila t hitung > dari t table atau r hitung > dari r tabel, maka nomor pernyataan tersesebut valid. Bila menggunakan SPSS, asalkan r yang diperoleh p < 0,05 berarti nomor pernyataan dikatakan valid. ## Uji Normalisasi Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal agar uji statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik, hal ini dilakukan dengan cara melihat grafik histogram dan normal P Plot yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeketi distribusi normal. ## Analisis Data dan Metode Analisis Data Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Mengingat model penelitian yang digunakan adalah model penelitian Regresi linier sederhana sebagai pengukur antara dua variabel atau lebih. Regresi linear adalah alat statistik dan metode yang dipergunakan dan di proses untuk mengkaji pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel tersebut adalah variabel x sebagai Sistem Informasi Akuntansi sedangkan variabel y sebagai Peningkatan Kualitas Pelayanan. ## Pengujian Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih akan dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Hipotesis terbentuk sebagai hubungan antara dua variabel yang digunakan dalam penelitian. Tujuan penyusunan hipotesis dalam penelitian selain untuk memberi arah penelitian juga untuk membatasi variabel yang digunakan. ## PEMBAHASAN ## Hasil Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti telah menyebarkan kuesioner kepada 35 orang responden yang merupakan pasien Klinik Mitra Sehati, Griya Mitra Posindo, Bandung, terdapat 2 variable penelitian dalam kuesioner yang disebarkan, setiap variable memiliki 3 indikator, dan masing- masing indicator memiliki 2 – 3 pertanyaan yang dijadikan instrument penelitian. Agar data yang diperoleh mempunyai tingkat akurasi dan konsistensi tinggi, instrumen penelitian yang digunakan harus valid dan reliabel (Sanusi, 2011). ## Hasil Uji Validitas Uji validitas Hasil analisis data untuk 35 responden menunjukkan bahwa Corrected Item - Total Correlation disemua indicator untuk semua variabel berada di atas r tabel, hasil korelasi jawaban responden disetiap item pertanyaan dengan nilai total jawaban responden menghasilkan nilai yang signifikan (0,000), baik untuk variabel sistem informasi akuntansi, maupun variable peningkatan kualitas pelayanan. Dengan demikian maka data kuisioner yang digunakan oleh masing-masing variabel dinyatakan valid sebagai alat ukur variabel. ## Hasil Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur konsistensi data kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,2009). Adapun alat yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah koefisien Cronbach ’ s alpha ( α ). Suatu variabel dikatakan Reliable , apabila hasil α > 60% atau 0,6 dan hasil α < 60% atau 0,6 maka tidak reliable (Ghozali, 2009). Hasil Analisis Regresi Linear Sistem Informasi Akuntansi (X) Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan (Y) Analisis dapat dilakukan dengan menghitung persamaan regresinya. Berikut adalah persamaannya : Y’ = a + bx Untuk menemukan persamaan regresi, maka harus dihitung terlebih dahulu nilai a dan b. adapun nilai a dan b dapat dilihat melalui table berikut : ## Tabel 4.1 Analisis regresi linear X terhadap Y Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t sig Colinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) SIA 3,958 0,875 4,363 0,110 0,876 0,907 7,936 0,376 0,000 1,000 1,000 Sumber : Pengolahan data peneliti, 2018 Berdasarkan table diatas nilai a = 3,958 dan nilai b = 0,875, maka persamaan regresi untuk memprediksi kualitas pelayanan berdasarkan system informasi akuntansi adalah : ## Y’ = 3,958 + 0,875x Persamaan diatas dapat diartikan sebagai berikut : 1. a = 3,958 artinya jika system informasi akuntansi (X) bernilai 0, maka kualitas pelayanan (Y) akan bernilai 3,958. 2. b = 0,875 artinya jika system informasi akuntansi (X) meningkat, maka kualitas pelayanan (Y) akan meningkat sebesar 0,875 kali nilai X. ## Pembahasan Dari hasil pengujian telah dilakukan analisis terhadap kuesioner penelitian yang menjadi instrument dalam penelitian ini. Hasil pengujian validitas menyatakan bahwa seluruh pertanyaan yang mewakili setiap indicator memenuhi syarat validitas dan dapat dinyatakan valid. Selain itu hasil pengujian reliabilitas menyatakan bahwa seluruh pertanyaan memenuhi syarat reliabilitas dan dapat dinyatakan reliable. Oleh karena itu seluruh pertanyaan terkait variable-varable yang digunakan dalam instrument penelitian ini dapat dipergunakan. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positife dan signifikan antara Sistem Informasi Akuntansi (X) dan Peningkatan Kualitas Pelayanan (Y) dengan tingkat pengaruh sebesar 36,72%. Hal ini dibuktikan dengan angka koefisien korelasi yang bernilai 0,606 yang berarti terdapat hubungan yang kuat antara system informasi akuntansi dengan kualitas pelayanan. Selain itu dari hasil uji-t dengan nilai t-hitung = 4,208 dan t-tabel = 2,093 dimana t-hitung > t-tabel menyatakan bahwa ho ditolak dan ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh system informasi akuntansi terhadap peningkatan kualitas pelayanan adalah signifikan, sehingga hasil penelitian dapat mewakili populasi dimana sampel diambil. Semakin baik system informasi akuntansi maka akan meningkatkan kualitas pelayanan ## KESIMPULAN DAN SARAN ## Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap peningkatan kualitas pelayanan (studi pada pasien Klinik Mitra Sehati Cibiru Bandung, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas pelayanan. Sistem informasi akuntansi Klinik Mitra Sehati dipergunakan oleh bagian-bagian, orang-orang yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi yaitu bagian administrasi, bagian poliklinik, petugas rekam medis, kepala keuangan, dokter dan perawat, sangat membantu dalam menunjang seluruh proses bisnis (pelayanan) di Klinik Mitra Sehati Cibiru. Dari hasil pengujian statistic, terlihat bahwa dengan menggunakan system informasi akuntansi maka kualitas pelayanan terhadap pasien bisa terus ditingkatkan. ## Saran Sistem informasi akuntansi merupakan sesuatu yang dinamis dan akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu pembenahan terhadap sistem informasi akuntansi harus lebih ditingkatkan, yaitu untuk keandalan sistem (reliability). Sistem informasi yang berkualitas adalah sistem informasi yang dapat diandalkan. Jika sistem tersebut dapat diandalkan maka sistem informasi tersebut layak digunakan. Selain itu peneliti menyarankan agar pembenahan system informasi akuntansi harus dilakukan secara berkelanjutan, dengan terus menerus meningkatkan (mengupdate) hardware, software maupun brainware (pengguna) system itu sendiri. Dengan adanya pembenahan yang berkelanjutan maka akan meningkatkan ketahanan sistem informasi dari kerusakan dan kesalahan sistem sehingga kualitas pelayanan akan lebih meningkat. ## DAFTAR PUSTAKA Agus Mulyanto. 2009. Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Azhar Susanto. 2013. Sistem Informasi Akuntansi , Bandung, Lingga Jaya. Ely Suhayati, Sri Dewi Anggadini. 2009. Akuntansi Keuanga, Yogyakarta, Graha Ilmu. Hall, James A. 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta, Salemba Empat. Jogiyanto. 2008. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur. Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis . Yogyakarta: Andi Karwan, K R dan Markland, R E. 2005. Integrating Service Design Principles and Information Technology to Improve Delivery and Productivity in Public Sector. Journal of Operation Management. Vol. 21 No 1. Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi, Yogyakarta UPP STIM YKPN. Soemarso. (2009). Akuntansi Suatu Pengantar. Buku ke 2. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sunyoto, Danang. 2012. Dasar-dasar manajemen pemasaran. Cetakan Pertama. Yogyakarta : ## CAPS Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra, 2012, Pemasaran Strategik. Yogyakarta, ANDI Weygandt, Jerry J dkk. (2007), Pengantar Akuntansi, Jakarta, Salemba Empat.
daaac7c7-0de6-44ab-93dc-742e02ce9e7a
https://journal.stekom.ac.id/index.php/pixel/article/download/592/458
JURNAL ILMIAH KOMPUTER GRAFIS , Vol.14, No.2, Desember 2021, pp. 287 - 299 p-ISSN : 1979-0414(print) e-ISSN : 2621-6256 (online) http://journal.stekom.ac.id/index.php/pixel  page 287 ## SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN MURID BARU MENGGUNAKAN METODE AHP DAN SAW Maulana Ashari *1) , Siti Halimatun Jannah 2 , Sofiansyah Fadli 3 , Saikin 4 1,2,4 Program Studi Sistem Informasi, STMIK Lombok 3 Program Studi Teknik Informatika, STMIK Lombok *1 [email protected] ## ARTICLE INFO Article history: Received 30 Mei 2020 Received in revised form 2 Juni 2020 Accepted 10 Juni 2020 Available online 12 Juni 2020 ## ABSTRACT The decision support system as a tool for decision making, has now begun to be widely applied in various fields of life, not least in making a decision for the process of accepting new students at the MA Sabilurrasyad NW Barabaliused. With the decision support system (SPK) can help schools in the selection of new students. The method used in building a decision support system in this research is the Analytical Hierarchy Process (AHP). The method used to select new students is the Analytical Hierarchy Process (AHP) which functions to calculate the final score of each student in the school and the Simple Additive Weighting (SAW) serves to rank each student.The result of this study is that the combination of the AHP (Analytical Hierarchy Process) and SAW (Simple Additive Weighting) methods in determining new student admissions at the MA Sabilurrasyad NW Barabali School can be used. SPK (Decision Making System) can display information according to what the user inputs correctly. Keywords: New Student Admission, AHP, SAW. JURNAL ILMIAH KOMPUTER GRAFIS , p-ISSN : 1979-0414(print) e-ISSN : 2621-6256 (online) http://journal.stekom.ac.id/index.php/pixel  page 288 JURNAL ILMIAH KOMPUTER GRAFIS Vol. 14, No. 2, Des 2021 : 287 – 299 ## 1. Pendahuluan Proses pengambilan keputusan dalam menentukan penerimaan murid baru yang sering terjadi masalah terutama terletak pada subyektivitas, dimana beberapa murid yang ada memiliki kemampuan atau nilai yang tidak jauh berbeda, dengan demikian maka perlu dibangun sebuah sistem penunjang dalam pengambilan keputusan yang bisa digunakan untuk menentukan kelas berprestasi bagi murid baru [1]. Sekolah membutuhkan sumber data dan pengolahan data yang tepat agar tercipta efisiensi dan keakuratan data yang dapat mendukung proses operasional, menejemen dan proses pengambilan keputusan dengan baik dan benar, sistem pengolah data yang baik membuat informasi yang masuk dapat menunjang semua kegiatan yang ada di instansi atau perusahaan tersebut [2]. Madrasah Aliyah (MA) Sabilurrasyad Nahdlatul Wathan (NW) Barabali merupakan salah satu instansi yang bergerak dalam bidang pendidikan yang terdapat di Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu Pengetahuan Alam [3]. Proses seleksi penerimaan calon murid di MA Sabilurrasyad NW Barabali masih secara manual, mulai dari registrasi pendataan data diri calon murid hingga proses penentuan penerimaan calon murid ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan calon murid. Proses seleksi penerimaan murid dapat dimaksimalkan dengan sistem pendukung keputusan [2]. Melihat latar belakang tersebut perlu dikembangkan sistem informasi pendaftaran yang dapat memantau dalam seleksi penerimaan murid sekaligus dapat menentukan kelas berprestasi untuk murid dengan menggunakan metode AHP dan SAW yang sesuai dengan kebutuhan Ma Sabilurrasyad NW Barabali. Ningtyas & Hasugian (2019) dalam jurnalnya yang berjudul Sistem Penunjang Keputusan Penjurusan Murid Pada SMA Negri 10 Kabupaten Tangerang Dengan Metode Analytical Hierarchy Process ( AHP ) Dan Profile Matching , Proses penjurusan yang sebelumnya masih dilakukan secara manual. Masalah yang dihadapi pada murid itu sendiri adalah kesulitan dalam menentukan jurusan yang tepat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Maka dibuatlah sistem aplikasi penjurusan murid ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process ( AHP ) untuk pembobotan nilai setiap kriteria dan metode Profile Matching digunakan untuk mengurangi tingkat subyektifitas dalam mengambil keputusan, sehingga hasil penentuan jurusan menjadi lebih cepat dan akurat. Sistem ini dibuat menggunakan bahasa pemrograman Hypertext Preprocessor ( PHP ) dan MySQL sebagai basis datanya. [4] Mardiyah Lubis (2019) dalam jurnalnya yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Duta Kampus Menggunakan Metode AHP Dan VIKOR . Maka didalam penerapan Metode AHP dan VIKOR inilah yang dapat memilih serta meyelesaikan pada pemilihan duta kampus berdasarkan suatu kriteria dan alternatif dengan menggunakan rumus yang hasilnya dapat lebih akurat, efektif, efisien, fakta, tepat sasaran serta benar-benar sesuai yang diinginkan dikalangan universitas. [5] Simamora (2019) dalam jurnalnya yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Beasiswa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process ( AHP ) Pada SMA Pencawan Medan. Pada SMA Pencawan Medan terdapat program pemberian beasiswa tetapi, cara sistem dalam bekerja masih berjalan secara manual. Sehingga ada kelemahan pada sistem antara lain, kurang tepatnya penyaluran beasiswa dan waktu yang cukup lama dalam proses penyeleksian. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat membantu pihak sekolah dalam proses pengambilan keputusan untuk pemberian beasiswa. Sistem ini akan dibangun memakai bahasa pemrograman PHP dan databasenya akan menggunakan MySQL . Dengan sitem ini, maka pemberian beasiswa akan lebih tepat sasaran dan proses seleksinya akan lebih cepat [1]. Pertiwi & Diana (2019) dalam jurnalnya yang berjudul Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP Dan SAW . Hasil dari sistem ini adalah surat hasil keputusan, laporan hasil keputusan penilaian karyawan, dan laporan perangkingan karyawan. Dari hasil User Acceptance Test bisa disimpulkan bahwa pengguna sangat setuju dengan aplikasi sistem pendukung keputusan dan penerapan metode ini. Ini terbukti dari nilai 87,5% sangat setuju dari hasil kuesioner User Acceptance Test. [6] Hidayah & Erwadi (2019) dalam jurnalnya yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Dengan Metode Simple Additive Weighting ( SAW ). Dalam pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa ini seringkali terjadi kekurangan karena penilaian calon Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa yang masih dilakukan secara manual. Itulah yang melatar belakangi penulis membuat aplikasi ini untuk membantu pemilih dalam menentukan calon ketua yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah softwere Sistem Pendukung Keputusan (SPK) untuk pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa menggunakan metode Simple Additive Weighting ( SAW ), studi kasus di Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Penelitian ini membuat suatu Sistem Pendukung Keputuan Pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dengan penerapan metode simple additive weighting yang berjalan dengan optimal. [7] ## 2. Metode Penelitian Alur Sistem Penerimaan Siswa Baru Data Kriteria Data Alternatif Penentuan Bobot Kriteria Usulan Penghitungan Menggunakan Geomean Bobot Kriteria Memasukkan Data Dari Tiap Kriteria Pada Tiap Alternatif Buat Matriks Keputusan Normalisasi Matriks Keputusan Kalikan Matriks Keputusan Dengan Bobot Kriteria Preferensi Tiap Alternatif Penerimaan Siswa Baru Observasi Metodologi Penelitian Wawancara Metodologi Pengembangan Waterfall Analysis Desain Pengkodean Pengujian Penerapan program pemeliharaan C1 C2 C3 A1 A2 A3 C ke n A ke m Kusioner Studi Pustaka Index Konsistensi Index Konsistensi Perhitunga Menggunakan AHP ( Analytical Hierarchy Process) Perhitungan Dengan Metode SAW ( Simple Additive Weighting) Konsistensi? Tidak Ya Gambar 1. Perancangan Sistem Dalam mengimplementasikan sistem ini dibutuhkan dua proses metode yaitu melakukan pembobotan dengan metode AHP dan untuk peringkat menggunakan metode SAW. Tujuan dari menguji bobot tersebut adalah untuk mendapatkan hasil konsisten atau tidak. Jika hasilnya konsisten maka akan menghasilkan pembobotan, dan jika hasilnya tidak konsisten maka akan kembali ke matriks perbandingan berpasangan. Setelah bobot didapat, maka selanjutnya akan melakukan perangkingan dengan menggunakan metode SAW. Bobot yang di dapat di metode AHP kemudian dimasukan ke dalam matriks normalisasi terbobot. 1. Kriteria Kriteria yang digunakan dalam menentukan penerimaan murid baru adalah sebanyak 5 kriteria. Kriteria merupakan tolak ukur dalam penerimaan murid baru. Tabel 1. Kriteria Penerimaan Murid Baru No Kriteria 1 Nilai Ujian Nasional 2 Nilai Ujian Sekolah 3 Prestasi Murid 4 Nilai Rapot Semester Akhir 5 Minat Murid 2. Alternatif Data yang digunakan dalam menentukan penerimaan murid baru di MA Sabilurrasyad NW Barabali antara lain: Tabel 2. Alternatif Penerimaan Murid Baru No Alternatif Keterangan 1 A1 Najamudin 2 A2 Hafidz 3 A3 Rina 4 A4 Habib 5 A5 Azam ## a. Perhitungan Menggunakan AHP Menentukan prioritas elemen dengan cara menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan ( Pairwise Comparison ). Matriks Penilaian Perbandingan dari Para Responden terhadap Penerimaan murid baru.. Tabel 3. Responden 1 Penerimaan Siswa Baru Nilai Ujian Nasional Nilai Ujian Sekolah Prestasi Siswa Nilai Rapot Semester Akhir Minat Siswa Nilai Ujian Nasional 1 1 7 4 9 Nilai Ujian Sekolah 1 1 8 1 9 Prestasi Siswa 1/7 1/8 1 1/3 1 Nilai Rapot Semester Akhir 1/4 1 3 1 1/8 Minat Siswa 1/9 1/9 8 8 1 JURNAL ILMIAH KOMPUTER GRAFIS Tabel 4. Responden 2 Penerimaan Siswa Baru Nilai Ujian Nasional Nilai Ujian Sekolah Prestasi Siswa Nilai Rapot Semester Akhir Minat Siswa Nilai Ujian Nasional 1 1 9 9 1 Nilai Ujian Sekolah 1 1 2 2 1/9 Prestasi Siswa 1/9 ½ 1 1/2 1/9 Nilai Rapot Semester Akhir 1/9 ½ 2 1 9 Minat Siswa 1 9 9 1/9 1 Tabel 5. Responden 3 Penerimaan Siswa Baru Nilai Ujian Nasional Nilai Ujian Sekolah Prestasi Siswa Nilai Rapot Semester Akhir Minat Siswa Nilai Ujian Nasional 1 3 3 8 7 Nilai Ujian Sekolah 1/3 1 7 1/7 7 Prestasi Siswa 1/3 1/7 1 1/8 7 Nilai Rapot Semester Akhir 1/8 7 8 1 7 Minat Siswa 1/7 1/7 1/7 1/7 1 Tabel 6 . Responden 4 Penerimaan Siswa Baru Nilai Ujian Nasional Nilai Ujian Sekolah Prestasi Siswa Nilai Rapot Semester Akhir Minat Siswa Nilai Ujian Nasional 1 5 1/6 1/5 1/5 Nilai Ujian Sekolah 1/5 1 5 4 1/9 Prestasi Siswa 6 1/5 1 7 1/9 Nilai Rapot Semester Akhir 5 ¼ 1/7 1 1/7 Minat Siswa 5 9 9 7 1 Tabel 7. Responden 5 Penerimaan Siswa Baru Nilai Ujian Nasional Nilai Ujian Sekolah Prestasi Siswa Nilai Rapot Semester Akhir Minat Siswa Nilai Ujian Nasional 1 1/6 1/8 1/5 1/8 Nilai Ujian Sekolah 6 1 1/7 5 1/6 Prestasi Siswa 8 7 1 1/8 6 Nilai Rapot Semester Akhir 5 1/5 8 1 7 Minat Siswa 8 6 1/6 1/7 1 Setelah penilaian perbandingan sudah dimasukkan dan matriks diatas, maka untuk memperoleh satu matriks harus dilakukan penyederhanaan. Hasilnya adalah: [11] Tabel 8. Penyederhanaan Nilai Keseluruhan Responden PSB Responden C1 C2 C3 C4 C5 C1 R1 1,000 1,000 7,000 4,000 9,000 R2 1,000 1,000 9,000 9,000 1,000 R3 1,000 3,000 3,000 8,000 7,000 R4 1,000 5,000 0,167 0,2 0,2 R5 1,000 0,167 0,125 0,2 0,125 C2 R1 1,000 1,000 8,000 1,000 9,000 R2 1,000 1,000 2,000 2,000 0,111 R3 0,333 1,000 7,000 0,143 7,000 R4 0,2 1,000 5,000 4,000 0,111 R5 6,000 1,000 0,143 5,000 0,167 C3 R1 0,143 0,125 1,000 0,333 1,000 R2 0,111 0,5 1,000 0,5 0,111 R3 0,333 0,143 1,000 0,125 7,000 R4 6,000 0,2 1,000 7,000 0,111 R5 8,000 7,000 1,000 0,125 6,000 C4 R1 0,25 1,000 3,000 1,000 0,125 R2 0,111 0,5 2,000 1,000 9,000 R3 0,125 7,000 8,000 1,000 7,000 R4 5,000 0,25 0,143 1,000 0,143 R5 5,000 0,2 8,000 1,000 7,000 C5 R1 0,111 0,111 8,000 8,000 1,000 R2 1,000 9,000 9,000 0,111 1,000 R3 0,143 0,143 0,143 0,143 1,000 R4 5,000 9,000 9,000 7,000 1,000 R5 8,000 6,000 0,167 0,143 1,000 Tabel 9. Geometriks Mean dari 5 Matriks Penilaian Responden PSB C1 C2 C3 C4 C5 C1 1,000 1,201 1,315 1,630 1,884 C2 0,833 1,000 2,402 1,417 0,665 C3 0,760 0,416 1,000 0,449 0,877 C4 0,613 0,706 2,228 1,000 1,511 C5 0,913 1,505 1,728 0,662 1,000 Jumlah 4,119 4,828 8,674 5,158 5,936 Dengan melakukan penilaian relatif pada setiap sel dengan cara, nilai setiap sel dibagi dengan jumlah pada setiap kolomnya maka akan diperoleh nilai relatif per sel. Pada akhirnya setiap faktor secara horizontal dijumlahkan dan dicari bobot prioritasnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: [11]. Matriks bobot penilaian perbandingan berpasangan faktor Penerimaan Murid Baru. Tabel 10. Matriks Bobot Penilaian Perbandingan Berpasangan PSB C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah Prioritas C1 0,243 0,249 0,152 0,316 0,317 1,277 0,255 C2 0,202 0,207 0,277 0,275 0,112 1,073 0,215 C3 0,185 0,086 0,115 0,087 0,148 0,621 0,124 C4 0,149 0,146 0,257 0,194 0,255 1,000 0,200 C5 0,222 0,312 0,199 0,128 0,168 1,029 0,206 Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 ƛ maks = (0,255*4,199)+(0,215*4,828)+(0,124*8,674)+(0,200*5,158)+(0,206*5,936) 1,071 1,038 1,076 1,032 1,223 5,439 n 5 CI = (ƛ maks -n)/n-1 (5,439-5)/5-1 0,110 IR = 1,12 CR CI/CR 0,098 Rasio konsisten CR ≤ 0,1 dari perhitungan Tabel 10 bisa diterima (konsisten). ## b. Perhitungan Menggunakan SAW Berdasarkan kriteria dan ranting kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria yang telah ditentukan, selanjutnya pembagian terstruktur mengenai bobot setiap kriteria yang telah dikonversikan dengan bilangan. Pertama kita menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan, kriteria yang dibutuhkan adalah: o Nilai Ujian Nasional o Nilai Sekolah o Prestasi Murid o Nilai Rapot Semester Akhir o Minat Murid Keterangan : Tabel 12. Bobot untuk Ujian Nasional Kelas Nilai A 75-100 B 0-75 Selanjutnya menentukan nilai bobot masing-masing kriteria berdasarkan kriteria dan nilai bobot. Tabel 13. Bobot untuk Ujian Nasional Ujian Nasional Nilai Jenis 80 - 100 5 Benifit 60 - 80 4 Benifit 40 - 60 3 Benifit 20 - 40 2 Benifit 0 -20 1 Benifit Tabel 14. Bobot untuk Ujian Sekolah Ujian Sekolah Nilai Jenis 80 - 100 5 Benifit 60 - 80 4 Benifit 40 - 60 3 Benifit 20 - 40 2 Benifit 0 -20 1 Benifit Tabel 15. Bobot untuk Prestasi Murid Prestasi Siswa Nilai Jenis Ada 1 Benifit Tidak Ada 0 Benifit Tabel 16. Bobot untuk Nilai Rabot Semester Akhir Nilai Rapot Semester Akhir Nilai Jenis 80 - 100 5 Benifit 60 - 80 4 Benifit 40 - 60 3 Benifit 20 – 40 2 Benifit 0 -20 1 Benifit Tabel 17. Bobot untuk Minat Murid Minat Siswa Nilai Jenis Ada 1 Benifit Tidak Ada 0 Benifit Setelah semua kita definisikan maka selanjutnya kita bisa memulai proses perhitungan, dimana data awal murid baru yang akan diolah ialah sebagai berikut: Contoh : Tabel 18. Data Awal Murid Baru Alternatif Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 Najamudin 50 60 Ada 60 Ada Hafidz 45 65 Tidak Ada 35 Ada Rina 40 60 Ada 40 Ada Habib 42 40 Tidak Ada 60 Ada Azam 45 40 Tidak Ada 40 Ada Dari tabel data murid baru diatas bisa kita lakukan proses pencocokan rating kriteria dengan bobot yang sudah ditentukan. Tabel 19. Proses Pencocokan Rating Kriteria Alternatif Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 Najamudin 3 3 1 3 1 Hafidz 3 4 0 2 1 Rina 2 3 1 2 1 JURNAL ILMIAH KOMPUTER GRAFIS Vol. 14, No. 2, Des 2021 : 287 – 299 Habib 3 2 0 3 1 Azam 3 2 0 2 1 Kemudian kita mulai melakukan proses normalisasi, sebab data yang kita olah ialah data murid baru. 1. Normalisasi: 2. Hasil Normalisasi Proses perangkingan dengan menggunakan bobot yang telah diberikan oleh pengambil keputusan : W = [25,5 21,5 12,4 20,0 20,6] Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: V1 = (25,5)(1)+(21,5)(0,75)+(12,4)(1)+(20,0)(1)+(20,6)(1) = 94,6 V2 = (25,5)(1)+(21,5)(1)+(12,4)(0)+(20,0)(0,67)+(20,6)(1) = 81,0 V3 = (25,5)(0,67)+(21,5)(0,75)+(12,4)(1)+(20,0)(0,67)+(20,6)(1) = 79,6 V4 = (25,5)(1)+(21,5)(0,5)+(12,4)(0)+(20,0)(1)+(20,6)(1) = 76,9 V5 = (25,5)(1)+(21,5)(0,5)+(12,4)(0)+(20,0)(0,67)+(20,6)(1) = 70,3 Dari hasil perhitungan nilai V1 sehingga alternative A1 dari setiap penerimaan murid baru yang akan mendapatkan murid berprestasi maka dapat dibuatkan tabel penentuan rangking sebagai berikut: Tabel 20. Penentuan Ranking Calon siswa baru Rangking Keterangan Najamudin 1 Kelas X A Hafidz 2 Kelas X A Habib 3 Kelas X A Rina 4 Kelas X A Azam 5 Kelas X B ## 3. Hasil Dan Pembahasan Implementasi sistem merupakan tindak lanjut dari perancangan antarmuka sistem. Sistem dapat diakses memakai Web browser Mozilla Firefox dan google chrome dengan menjalankan index.php. user dapat login ke sistem dengan memasukkan data username dan password yang benar. Form perangkingan bertujuan untuk memberikan alternatif terbaik pada sistem pendukung keputusan penerimaan murid baru. Form perangkingan meliputi nilai murid, hasil normalisasi, tabel keputusan dan hasil pembagian kelas. JURNAL ILMIAH KOMPUTER GRAFIS Vol. 14, No. 2, Des 2021 : 287 – 299 Gambar 2 . Form Perangkingan ## 4. Kesimpulan Sistem pendukung keputusan untuk mengevaluasi tingkat potensi anak berdasakan nilai dengan menggunakan metode Analitical Hierarchy Process ( AHP ) dan metode Simple Additive Weighting ( SAW ) dapat diterapkan dan menghasilkan perhitungan yang sama antara perhitungan manual dan perhitungan sistem. Hasil perhitungan dilakukan berdasarkan kriteria- kriteria seperti C1- Nilai Ujian Nasional, C2- Nilai Sekolah, C3- Prestasi Sekolah, C4- Nilai Rapot Semester Akhir, dan C5- Minat Siswa. sehingga dalam melakukan pemilihan siswa baru akan lebih mudah dan gampang mengetahui hasil dari nilai yang diinputkan keaplikasi SPK. Penilaian Siswa Baru menggunakan metode AHP dan SAW menghasilkan penilaian calon siswa / siswi baru lebih cepat terlihat nilai dari masing-masing calon siswa / siswi berdasarkan kriteria-kriteria dan hasil kuisioner yang didapatkan dari aplikasi SPK tersebut. ## DAFTAR PUSTAKA [1] H. I. T. Simamora, “Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Beasiswa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process ( AHP ) Pada SMA Pencawan Medan,” J-Sisko Tecg (Jurnal Teknol. Sist. Inf. dan Sist. Komput. TGD) , vol. 2, no. 1, pp. 19–25, 2019. [2] Dea Trisna Ananda, “Sistem Pendukung Keputusan Pada Seleksi Penerimaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan,” J. Chem. Inf. Model. , vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2013, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004. [3] Fadli, Sofiansyah., W. W. Winarno, “Sistem Pendukung Keputusan Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah SMA / SMK Kabupaten Lombok Tengah NTB,” Semin. Nas. Inov. Teknol. , pp. 1–10, 2017. [4] A. Ningtyas and H. Hasugian, “Sistem Penunjang Keputusan Penjurusan Siswa Pada Sma Negri 10 Kabupaten Tangerang Dengan Metode Analytical Hierarchy Process ( Ahp ) Dan Profile Matching,” vol. 2, no. 2, pp. 126–134, 2019. [5] M. Lubis, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Duta Kampus Menggunakan Metode AHP Dan VIKOR,” Semin. Nas. Teknol. Komput. Sains 2019 , pp. 270–280, 2019. [6] C. Pertiwi and A. Diana, “Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP Dan SAW,” J. Bit , vol. 17, no. 1, pp. 23–30, 2020. [7] A. K. Hidayah, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Dengan Metode Simple Additive Weighting,” JSAI (Journal Sci. Appl. Informatics) , vol. 2, no. 1, pp. 92–96, 2019, doi: 10.36085/jsai.v2i1.77. [8] A. Weighting, S. M. P. Islam, and A. J. Bekasi, “SATIN – Sains dan Teknologi Informasi Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Siswa Baru dengan Metode Simple,” vol. 6, no. 1, 2020. [9] Santosa Wijayanto, “Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Peserta Didik Baru dengan Metode Analytical Hierarchy Process dan Simple Additive Weighting,” J. Teknol. Inf. dan Terap. , vol. 4, no. 1, pp. 11–16, 2019, doi: 10.25047/jtit.v4i1.15. [10] Y. Lestari, S. S, and A. Fadlil, “Seleksi Peserta Didik Baru Menggunakan Metode AHP Dan SAW,” J-SAKTI (Jurnal Sains Komput. dan Inform. , vol. 4, no. 1, p. 18, 2020, doi: 10.30645/j-sakti.v4i1.183. [11] Abdul Rahman, “Penentuan Kriteria Yang Paling Berpengaruh Terhadap Prestasi Kerja Karyawan di CV. Rimba Sentosa Sukoharjo,” 2008. [12] Sa’adati Yuan, Fadli Sofiansyah, and Imtihan Khairul, "Analisis PenggunaanMetode AHP dan MOORA untuk Menentukan Guru Berprestasi sebagai Ajang Promosi Jabatan," SINKRON (Jurnal & Penelitian Teknik Informatika), vol. 3, no. 1, pp. 82-90, 2018. JURNAL ILMIAH KOMPUTER GRAFIS [13] Fadli Sofiansyah, Imtihan Khairul, and Fahmi Hairul, Mengenal dan Memahami Sistem Pendukung Keputusan. Jawa Tengah: CV. Amerta Media, 2020. [14] Fadli Sofiansyah and Imtihan Khairul, "Penerapanmulti-Objective Optimization On The Basis Of Ratio Analysis (MOORA) Method Dalam Mengevaluasi Kinerja Guru Honorer," JIRE (Jurnal Informatika & Rekayasa Elektronika), vol. 2, no. 2, pp. 10-19, 2019. [15] Taufan, Asri, Zaen Mohammad, Daniatan, Janiah Baiq, and Fadli Sofiansyah, "Penerapan Metode SMART Dalam Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Sanksi Pelanggaran Tata Tertib Siswa (Studi Kasus: SMK Negeri 1 Pujut)," MISI (Jurnal Manajemen informatika & Sistem Informasi), vol. 4, no. 1, pp. 63-72, 2021.
065a9853-be19-4382-a033-b59c5a406b83
https://ejournals.umn.ac.id/index.php/SI/article/download/264/230
## Penetapan Balance Scorecard untuk Mengukur Kinerja Sistem dan Teknologi Informasi di PT. DXY, Jakarta Hudiarto 1 , Fury Arifin 2 1,2 Jurusan Sistem Informasi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta 11480 email: [email protected] Diterima 19 November 2014 Disetujui 11 Desember 2014 Abstract – Changing of country’s leadership will affect state policy in Indonesia. It will automatically change its policies and business processess gradually to make it more clean, well controlled, and more transparant. In this case, it might affect some companies that previously their business rely on the power of negotiation business practice and relationships for achieving a project. That companies will start losing their customers especially from the government and state-owned bank (SOEs) in the future. PT. DXY is a medium scale company engaged in mining industry, particularly in supplying various type of heavy equipments and other support services. The shareholders and the board of d irectors aware of this situation and they are ready to find a way to transform. Through various stages of approach, especially in usage of the IS / IT from Primozic, SWOT Analysis, Balanced Scorecard, and New Information Economics, they drafted business plans, and information systems and technology (IS/IT) strategies so that the company can still exist and even be able to occupy higher position in the competition of the industry. One that can be addressed here is the new Balanced Scorecard that is used as the benchmark performance management at the company for the first time. Changes in business processes as well as investments in the near future on the IS/IT cover human resource (HR) and customer resource management (CRM) applications along with forming computer networking. It is believed to be able to change the position of the use of IS/IT from what is now saving money becoming making money. Index Terms: balance scorecard, information system and technology, make money, save money, state policy ## I. PENDAHULUAN Salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan perusahaan adalah p olitik demikian menurut Ward dan Peppard [1]. Begitu juga usaha PT. DXY (DXY, disamarkan) yang bergerak dibidang pertambangan khususnya penyediaan alat-alat berat dan dukungan jasa yang lainnya. Selama ini pekerjaan ataupun proyek mereka dapatkan karena para pemegang keputusan dibanyak perusahaan pertambangan adalah teman mereka. Usaha pemasaran yang dilakukan sekarang ini adalah berdasarkan kekuatan dan loby dengan relasi, dengan sekadar kemampuan profesional dalam melakukan layanan jasanya. Dengan terpilihnya pemerintah yang baru maka terlihat bahwa pola kerja pemerintah yang baru ini adalah ingin tertib, bersih dan transparan. Dengan perkiraan perubahan arah politik di Indonesia maka DXY harus mampu menyesuaikan bila tidak ingin usahanya terlindas. Karena itu memiliki kemampuan kerja secara profesional dan didukung oleh SDM yang mumpuni adalah sesuatu yang harus mereka miliki. Kedua faktor ini saja tidak cukup untuk bisa dengan cepat merebut posisi yang bagus dalam persaingan di industri ini bila mereka tidak menggunakan sistem dan teknologi informasi. Jadi masalah yang DXY hadapi adalah perubahan arah politik yang menyebabkan mereka harus bersaing secara sehat, perbaikan proses bisnis internal (SDM dan budaya untuk mau berbagi pengetahuan) serta investasi dibidang SI/TI yang dirasakan terlalu mahal dan belum terlihat apa manfaatnya selain hanya untuk dukungan administrasi belaka. Juga disadari bahwa kinerja sistem dan teknologi informasi akan membantu para penggunanya untuk meningkatkan kinerja mereka sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang kelak akan terlihat dalam balance scorecard yang telah ditetapkan. ## II. LANDASAN TEORI Bila dilihat apa yang dikemukakan oleh Devaraj et al [2] hanya sistem dan teknologi informasi saja yang mampu membuat organisasi bertahan bahkan mampu bersaing dengan organisasi lainnya terkait dinamika usaha yang ada di industri tsb. Jenis teknologi lainnya hanya ## ISSN 2085-4579 sampai pada lingkaran kedua yaitu operasi yang efisien dan efektif. Kemudian Primozic et al [3] mengajukan konsep bagaimana sebaiknya pola pertumbuhan penggunaan SI/TI didalam organisasi. Pada umumnya pemanfaatan SI/TI adalah dimulai dari gelombang pertama, kedua, ketiga, dst dimana gelombang pertama dan kedua SI/TI hanya digunakan untuk menghemat biaya atau efisiensi. Sedangkan pada gelombang ketiga dan seterusnya akan membuat SI/TI mampu menghasilkan uang meskipun secara tidak langsung. organisasi harus mampu mencapai gelombang kelima dengan cara dan waktu yang tepat. PENGELUARAN TI ASET TI PROSES KONVERSI TI MANAJEMEN TI & AKTIVITAS KONVERSI PROSES PENGGUNA TI DAMPAK TI PENGGUNAAN YG SESUAI KINERJA ORGANISASI PROSES PERSAINGAN PROSES PERSAINGAN & DINAMIKA INDUSTRI SKEMA PROSES PENGGUNAAN TI DAN DAMPAK EKONOMISNYA BAGI PERUSAHAAN (Devaraj, 2002, p45) Gambar 1. Investasi SI/TI yang seharusnya dilakukan REACHING THE CUSTOMER ABOVE THE LINE BELOW THE LINE SAVE MONEY 2. FINANCIAL, MANUFACTURING, SERVICES. 1. ADMINISTRATIVE MAKE MONEY 4. MEGA- DECISIONS 3. MARKETING, DISTRIBUTION, CUSTOMER SERVICES ENHANCING EXECUTIVE DECISION MAKING ENHANCING PRODUCTS AND SERVICES LEVERAGING INVESTMENTS REDUCING COSTS REMAIN IN BUSINESS 5. PEOPLE SYSTEMS, HOME COMPUTERS 1 2 3 4 5 ORGANIZATIONAL EFFECTIVENESS: 5. RESTRUCTURING THE INDUSTRY 4. RESTRUCTURING THE ORGANIZATION 3. GROWTH AND INCREASE IN THE MARKET SHARE OPERATIONAL CONTROL : 2. ASSET MANAGEMENT 1. PROCESS MANAGEMENT ## COMPARING FUNCTIONAL USES WITH MANAGEMENT FOCUS (Primozic, 1991) ## Gambar 2. Gelombang Inovasi Selanjutnya perlu juga ditengok teori Value- shop yang ada di buku Ward dan Peppard [1] untuk melihat kekuatan dan kelemahan rantai nilai internal organisasi. Value-shop berbeda dengan Value-chain karena Value-chain lebih sesuai untuk organisasi manufaktur. perbedaannya adalah pada proses bisnis internalnya sedangkan faktor-faktor kegiatan pendukungnya sama dengan Value-chain. POTENTIAL ENTRANTS (NEW COMERS) INDUSTRY COMPETITORS (RIVALRY AMONG EXISTING FIRMS) SUPPLIERS BUYERS (CUSTOMERS) SUBSTITUTES OF PRODUCTS BUSINESS PARTNERS (BANKS, LAW FIRMS, INSURANCE COMP. ETC) BUYING POWERS OF BUYERS BARGAINING POWER OF SUPPLIERS COMPETITIVE FORCES (5 FORCES MODEL) IN INDUSTRY STRUCTURES (Modification) Gambar 3. 5 Daya Persaingan Porter Dari analisis yang dilakukan melalui PESTEL menurut Ward dan Peppard [1], 5 daya dari Porter untuk mendapatkan elemen peluang dan ancaman eksternal organisasi, dan Value shop untuk mendapatkan elemen kekuatan dan kelemahan internal orgaisasi maka didapatkan nilai SWOT ( Strengths, Weaknesses, Oportunities and Threads ) termasuk pilihan strategi yang harus dilakukan. PENGELOLAAN PENGETAHUAN TEMUKAN SOLUSI JITU TANGKAP PELUANG & TANTANGAN KEGIATAN PEMASARAN DAN ATAU SOSIALISASI PENYEDIAAN SUMBER DAYA RANCANGAN IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI M A S Y A R A K A T ORGANISASI SUMBER DAYA LUAR SUMBER DAYA LUAR RANTAI NILAI INDUSTRI JASA DAN PEMERINTAHAN (Ward & Pepard, 2002; modifikasi) DATA & INFORMASI FISIK KEGIATAN PENDUKUNG : INFRASTRUKTUR, SDM, PENGEMBANGAN TEKNOLOGI, PENGADAAN. ## Gambar 4. Value shop untuk industri jasa atau pemerintahan Untuk dapat melihat kinerja organisasi dan juga melakukan evaluasi maka perlu juga organisasi menerapkan BSC sesuai paparan Kaplan & Norton [4]. Gambar 5. Balance Scorecard ## New Information Economics Dari analisis kebutuhan dan pasokan [3] yang mepaparkan dalam New Information Economics (NIE) akan didapatkan jenis sistem dan teknologi informasi yang sesuai dengan masing-masing pilihan strategi hasil SWOT di atas. Proses analisis tahap ini sangat penting karena akan mempengaruhi proses perencanaan selanjutnya. Setiap industri akan memiliki diagram sendiri sehingga kebutuhan sistem dan teknologi informasi yang dibutuhkan juga akan berbeda. Gambar 6. Analisis kebutuhan dan pasokan ## III. KONDISI SAAT INI Sebagian besar kegiatan pemasaran dilakukan oleh Komisaris dan Direksi perusahaan yang kesemuanya adalah mantan pejabat pemerintah ataupun BUMN dan tentu saja kegiatan tadi mengandalkan relasi dan pengaruh saat mereka menjabat. Untuk staf operasional, baik pemasaran, teknisi lapangan maupun administrasi dicari yang orang berpengalaman dan biasanya terkait dengan keluarga mereka atau pejabat lain di pemerintahan atau BUMN. Staf ini harus mampu menjalankan instruksi yang Direksi arahkan. dengan demikian maka pengembangan SDM tidak perlu dilakukan terlalu banyak. Proses bisnis dan pengambilan keputusan di semua tingkat manajemen kurang didukung oleh SI/TI karena terlihat jelas SI/TI digunakan sebatas administrasi saja, yaitu pada area hemat biaya menurut diagram Primozic. Perusahaan selalu berusaha untuk mencapai pendapatan semaksimal mungkin dengan layanan yang sesuai standar yang ditetapkan dalam kontrak. Direksi mulai melihat bahwa akan ada perubahan politik dan kebijakan oleh pemerintah Indonesia yang baru terhadap penanganan bidang energi dan sumber daya alam sehingga akan mengakibatkan perubahan dari pola usaha. Direksi meyakini bahwa mau tidak mau, suka tidak suka perusahaan harus merubah proses bisnisnya. Mereka mulai mencoba menata tetapi tidak faham bagaimana dan dari mana memulainya namun sadar dan meyakini bahwa SDM dan SI/TI adalah solusinya. Yang Direksi ketahui adalah investasi SI/TI dirasakan terlalu mahal, karena pada umumnya kurang faham manfaat SI/TI yang sesungguhnya ## IV. RENCANA USAHA KE DEPAN DAN PEMBAHASAN Untuk memulai rencana usaha beberapa tahun ke depan maka dilakukan seminar sehari dengan memaparkan teori-teori dari Devaraj, Primozic, Value-shop, SWOT, BSC dan NIE kepada para Komisaris, Direksi dan Manajer Senior. Aktivitas ini perlu dilakukan agar terjadi kesamaan persepsi dan dukungan terhadap mengalirnya data dan informasi yang akan digunakan bagi proses selanjutnya. Adapun sasaran strategis berdasarkan analisis SWOT yang berada pada kuadran agresif adalah Kepuasan pelanggan; Peningkatan kualitas SDM; Keamanan kerja yang tinggi; Berbagi pengetahuan diantara staf. Dari sasaran strategi ini maka dicoba dijabarkan BSC sederhana dan ## ISSN 2085-4579 untuk sementara dapat dipakai sebagai pegangan manajemen dalam mengukur kinerjanya. Balance Scorecard sederhana yang dihasilkan sebagai berikut: PERSPEKTIF KEUANGAN; Tantangan Strategis yaitu Menjaga agar profit bertumbuh secara berkelanjutan dan Mampu untuk tetap melakukan investasi yang diperlukan; Sasaran Strategis yaitu Pertumbuhan pendapatan minimal 12% per tahun dan Memanfaatkan konsep Cost Leadership dalam bersaing; Faktor Keberhasilan Kritis yaitu Meningkatkan citra perusahaan di Industri dan calon pelanggan dan Mampu mempertahankan pangsa pasar yang telah dimiliki serta Mampu membuat anggaran biaya dan sekaligus mengendalikannya. PERSPEKTIF PELANGGAN; Tantangan Strategis yaitu Terjaganya kepuasan pelanggan dan Menjaga agar pelanggan tidak berpindah ke kompetitor; Sasaran Strategis yaitu Membuat pelayanan yang terbaik bagi pelanggan dan Meningkatnya loyalitas pelanggan serta Memperbanyak calon pelanggan potensial; Faktor Keberhasilan Kritis yaitu Memperhatikan kualitas SDM khususnya di bidang operasional dan pemasaran dan Menggunakan konsep CRM. PERSPEKTIF PROSES INTERNAL; Tantangan Strategis yaitu Menjunjung standar keamanan kerja yang tinggi dan Menggali potensi untuk menciptakan produk dan jasa yang baru serta Memanfaatkan teknologi dan sistem informasi; Sasaran Strategis yaitu Menetapkan penggunaan standar keamanan kerja bertaraf internasional dan Menggunakan dan memanfaatkan Knowledge Management internal serta Mempunyai SDM yang kompeten (mempunyai sertifikat); Faktor Keberhasilan Kritis yaitu Memiliki prasarana dan sarana yang memadai agar standar keamanan kerja dapat dicapai, Memberikan reward and punishment untuk mau berbagi pengetahuan dan Memberikan pelatihan profesional bagi staf yang punya potensi untuk dikembangkan. PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN; Tantangan Strategis yaitu Suksesi dan Regenerasi, Menumbuhkan budaya perusahaan yang baru dan Memanfaatkan sistem dan teknologi informasi yang terpadu; Sasaran Strategis yaitu Memiliki SDM yang kompeten dan profesional, Membentuk budaya perusahaan yang baru berdasar profesionalisme dan Menggunakan sistem dan teknologi informasi yang mampu mengikuti dinamika usaha; Faktor Keberhasilan Kritis yaitu Meningkatkan jumlah staf yang punya sertifikat berdasarkan keahliannya, Membuat rencana pengembangan karir yang jelas dan Memiliki kemampuan penetapan dan penggunaan sumber daya sistem dan teknologi informasi. Selanjutnya, dari analisis SWOT dan kebutuhan/pasokan mengarah pada strategi SDM yang harus dikembangkan dan harus didukung secara strategis oleh sistem aplikasi yang memadai agar jenjang karir dan pengembangan potensi staf dapat dilakukan seiring dengan peningkatan kemampuan bertahan dan memenangkan persaingan usaha. Sistem aplikasi CRM perlu juga digunakan agar perusahaan mampu memberikan layanan yang lebih baik dan selalu meningkat guna mencapai taraf internasional. Dari kedua sistem aplikasi tersebut pada dasarnya menekankan pada munculnya kreativitas dan terciptanya produk-produk layanan baru. Dengan demikian terciptalah kondisi dimana strategi SI/ TI selaras dengan strategi bisnisnya. Pimpinan perusahaan mulai bisa meyakini bahwa investasi SI/TI dan jaringan komputernya memang akan memberikan dampak positif untuk menopang strategi bisnisnya. Apa yang telah dipaparkan di atas adalah tipikal bisnis dibidang pertambangan ataupun pendukungnya. Pimpinan telah dengan sigap mengambil kebijakan yang mendasar dengan tujuan agar bisa tetap eksis pada bisnis ini. Pimpinan sadar sepenuhnya bahwa perusahaan yang dipimpinnya harus mulai berbenah karena kondisi dan kebijakan politik Indonesia yang sebentar lagi berubah. Persaingan usaha bukan hanya dari perusahaan yang ada di dalam negeri tetapi bisa saja berasal dari luar negeri terutama dari negara-negara ASEAN, Korea Selatan ataupun Tiongkok. Pimpinan mulai mendapat keyakinan bahwa investasi SI/TI bukan hanya untuk hemat biaya tetapi juga bisa menghasilkan uang . Pimpinan juga makin yakin bahwa keberhasilan perusahaan bukan karena hasil kerja komisaris dan direksi saja tetapi juga seluruh stafnya. Secara keseluruhan keberhasilan perusahaan akan tercermin pada balance scorecard yang telah berhasil ditetapkan. ## V. KESIMPULAN Komisaris dan Direksi telah yakin dan bertekad untuk melakukan perubahan arah pengelolaan perusahaan melalui investasi SI/TI pada CRM, SDM dan jaringan komputer. Investasi ini akan membuat perusahaan mampu menghasilkan uang bila kebijakan perusahaan mendukung. Untuk itu diperlukan dukungan dan tekad yang kuat dari Komisaris dan Direksi untuk mengawal strategi bisnis dan SI/TI ini terutama pada awal-awal perjalannya. Komisaris dan Direksi mulai sadar akan makna SDM yang sesungguhnya, hubungan dengan pelanggan dan perlunya dukungan SI/TI dalam mempercepat pencapaian target usaha dan memenangkan persaingan usaha yang semakin ketat. Tidak perlu pula khawatir terhadap investasi SI/TI yang dianggap terlalu besar karena hasil akhir yang dilakukan oleh stafnya pada proses bisnis akan dapat diukur dengan balance scorecard . Direksi harus tetap teguh dengan strategi bisnis dan strategi SI/TI dan siap menanggung konsekuensinya. Selain itu baik Komisaris maupun Direksi perlu melakukan evaluasi secara berkesinambungan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Komisaris, Direksi dan seluruh Staf DXY yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk ikut serta dalam kegiatan pembentukan proses perencanaan strategis ini. Sesuai dengan kesepakatan, maka sebagian data maupun informasi yang disajikan disamarkan tanpa mengurangi esensi dan tujuan dari makalah ini yaitu penyebar-luasan manfaat sistem dan teknologi informasi di Indonesia. ## DAFTAR REFERENSI [1] S. Devaraj, and R. Kohli, Measuring the Business Value of Information Technology Investments, Financial Times- Prentice Hall, 2002, 45. [2] K. Primozic, E. Primozic and J. Leben, Strategis Choices: Supremacy, Survival or Sayonara, McGraw-Hill, 1991, 36. [3] J. Ward, and J. Peppard, Strategic Planning for Information Systems, John Wiley & Sons, Inc. 2002, 266, 205, 96, 70. [4] http://hbr.org/2007/07/using-the-balanced-scorecard- as-a-strategic-management-system/ar/1 [5] R.J. Benson, T. L. Bugnitz and W. B. Walton, From Business Strategy to IT Action, John Wiley & Sons, Inc., 2004, 179.
9e4fc0d9-3035-4f86-8981-46c8249a6986
https://ejournal.unis.ac.id/index.php/ISLAMIKA/article/download/4339/2226
## Islamika (Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) ## FIQH DAN KONSTRUKSI PEMIKIRANNYA: UPAYA MENJAWAB ISU-ISU KONTEMPORER DI MASYARAKAT Karmawan [email protected] Universitas Islam Syekh-Yusuf ## Abstract This research discusses the crucial role of fiqh in dealing with contemporary issues faced by Islamic society. Fiqh, as the main branch of Islamic science, not only establishes religious laws, but also presents an adaptive conceptual framework to respond to the dynamics of the modern era. The construction of fiqh thought includes the ability to carry out ijtihad and contemporary interpretation, provide ethical and moral views in dealing with social issues, and stimulate dialogue between religions and cultures. This article details how fiqh and its thought constructs are able to provide a solid foundation for Muslim society in responding to challenges and changes in today's society. With its emphasis on justice, balance, and education, fiqh is an important instrument in forming deep understanding, providing moral direction, and supporting social harmony amidst the complexity of contemporary reality. Keywords: Fiqh, construction of thought, contemporary issues, society ## Abstrak Penelitian ini membahas peran krusial fiqh dalam menghadapi isu-isu kontemporer yang dihadapi oleh masyarakat Islam. Fiqh, sebagai cabang utama ilmu Islam, tidak hanya menetapkan hukum-hukum agama, tetapi juga menghadirkan kerangka konseptual yang adaptif untuk menjawab dinamika zaman modern. Konstruksi pemikiran fiqh mencakup kemampuan untuk melakukan ijtihad dan penafsiran kontemporer, memberikan pandangan etika dan moralitas dalam menghadapi isu-isu sosial, serta merangsang dialog antar agama dan budaya. Artikel ini merinci bagaimana fiqh dan konstruksi pemikirannya mampu memberikan landasan yang kokoh bagi masyarakat Muslim dalam merespons tantangan dan perubahan dalam masyarakat saat ini. Dengan penekanan pada keadilan, keseimbangan, dan pendidikan, fiqh menjadi instrumen penting dalam membentuk pemahaman yang mendalam, memberikan arahan moral, dan mendukung harmoni sosial di tengah kompleksitas realitas kontemporer. Keywords: Fiqh, Kontruksi pemikiran, isu-isu kontemporer, Masyarakat ## A. Pendahuluan Kajian tentang hukum Islam ( fiqh ) dalam peradaban keilmuan Islam akan terus menjadi topik yang menarik dan seakan-akan tidak pernah surut dan lekang dari perkembangan ilmu pengetahuan manusia itu sendiri. Al-Qur`an sebagai kitab suci dan sekaligus sebagai petunjuk jalan kebaikan ( maṣlaḣah ) menusia secara universal dijadikan sumber utama setiap prilaku ( taklîf ) manusia yang beriman. 1 Bagi umat Islam, fiqh merupakan perwujudan ( embodiement ) kehendak Allah terhadap manusia yang berisi perintah dan larangan. 1 Mohammad Hashim Kamali, “Punishment in Islamic Law: A Critique of The Oleh sebab itu, pelaksanaan hukum-hukum fiqhiyyah dianggap sebagai bentuk ketundukan kepada Allah; fiqh sebagai manifestasi eksoterik keimanan. Fiqh bukan hanya mengatur hal-hal yang berhubungan dengan ritual semata, tapi juga seluruh aspek kehidupan manusia dari mulai hubungan pribadinya dengan dirinya sendiri, dengan Tuhannya, keluarganya, lingkungan Hudud Bill of Kelantan Malaysia” Arab Law Quarterly , Vol. 13 No. 3, 1993, 45-46. ## Islamika masyarakatnya serta dengan orang yang di luar agama dan negaranya. 2 Kehadiran fiqh pada dasarnya merupakan rumusan hukum Islam yang digali dari Al-Quran dan hadis. Rumusan hukum yang terdapat dalam kitab fiqh mengandung nilai dan sifat lokalistik. Dikatakan demikian karena dalam perjalanannya, para fukaha yang merumuskan hukum dari Al-Qur’an dan hadis tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh budaya atau tradisi yang mengitarinya. Asimilasi dan akulturasi sosial budaya tidak dapat dihindarkan dan tidak dinafikan dalam pemikiran fiqh. Pada saat itulah terjadi sandingan antara pemahaman keagamaan dengan budaya sebagai variabel yang selalu menyertai pemikiran hukum Islam. Perkembangan hukum Islam ( fiqh ) dalam dunia intelektual Islam merupakan hal menarik karena aktualisasi ajaran Islam yang dirumuskan dalam kitab fiqh mengalami pengembangan yang disebabkan oleh aspek geografis yang menembus sekat tradisi masyarakat. Tradisi yang lahir dari sebuah interpretasi sosial menjadi sesuatu yang amat diperhatikan dalam penetapan hukum. Nuansa lokal dari hukum fiqh adalah sebuah keniscayaan karena rumusan hukum fiqh dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat. Hukum fiqh berbeda dengan syariah yang bersifat substansial dan universal Corak fiqh dan pendekatan nalar dalam bahasan kitab-kitab fiqh sedikit banyaknya turut mempengaruhi corak pemikiran ulama sesudahnya yang kemudian mentransformasikannya lewat dakwah kepada masyarakat setempat, sehingga apa 2 Muhammad Mustafa Imyani menyebutkan sebelas bahasan pokok fiqh yaitu, ‘Ibadat” Mu‘amalat, hukum keluarga, hukum makanan dan minuman, hubungan internasioanl pada masa perang dan aman, hudud dan jinayat, kehakiman ( judicial/al-qada’ ), sumpah (al- Ayman), hukum tentang hamba, hukum tentang pelombaan dan permainan, dan terakhir hukum yang bersangkutan dengan kematian. Lihat “Al- yang dipegang masyarakat adalah apa yang mereka terima dan mereka pahami dari “ajaran” yang disampaikan ulama mereka melalui kitab-kitab tersebut yang menjadi referensinya. Bahkan pengamalan masyarakat terhadap syariat Islam khususnya dalam bidang ibadah sedikit banyaknya dipengaruhi oleh doktrin pemahaman yang diajarkan dan mereka terima dari para ulama setempat. Ajaran ditransformasikan adakalanya melalui dakwah atau pengajian- pengajian agama, juga melalui karya tulis (risalah/kitab) yang disusun oleh para ulama. Dalam tulisan ini penulis mencoba mengekplorasi bagaimana konstruk pemikiran fiqh kontemporer dikalangan masyarakat, melalui satu telaah dalam bidang fiqh, mengingat saat ini begitu banyak kalangan yang menyerukan perlunya pembaharuan dalam bidang fiqh. Dan munculnya persoalan-persoalan baru yang membutuhkan jawaban dan penjelasan dari fiqh menjadi titik perhatian fuqaha untuk terus menggali makna fiqh pada masyarakat, karena produk hukum fiqh terus berkembang dan berubah yang dipengaruhi perubahan tempat dan waktu. Bersamaan dengan pesatnya perkembangan tradisi intelektual dikalangan umat Islam sekaligus dengan semakin kompleksnya segala permasalahan di setiap tempat dengan segala keunikannya masing-masing maka perlu adanya bentuk konsep hukum fiqh yang mampu mengakomodir tanpa harus meninggalkan substansi sumber dasar hukum Islam yakni al-Qur’an dan Hadits. 3 ## B. Metode Penelitian Dirasat al-Fiqhiyyah”, dalam Al-Dirasat alIslamiyyah, silsilah al-nadwat (Al-Qahirah: Dar al-Fikr, 1981), 143-146. Bandingkan dengan ‘Umar Sulayman al-Ashqar, Tarikh al-Fiqh al- Islami (Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982), 19-21. 3 Sanusi, “Merajut Nalar Fiqh Kontekstual”, Di Akses dari jurnal Yudisia , Vol. 6, No. 2, 469. ## Islamika Penelitian dalam bidang fiqh dan konstruksi pemikirannya untuk menjawab isu-isu kontemporer di masyarakat dapat melibatkan beberapa metode yang berfokus pada kajian tekstual, analisis konseptual, dan penerapan prinsip-prinsip fiqh dalam konteks zaman modern. (1) Metode ini melibatkan studi mendalam terhadap teks- teks utama Islam, seperti Al-Quran dan Hadis. Peneliti melakukan analisis linguistik, historis, dan kontekstual untuk memahami hukum-hukum dan konsep-konsep fiqh yang relevan dengan isu-isu kontemporer. (2) Metode ijtihad melibatkan usaha penalaran dan interpretasi oleh para ulama untuk menghasilkan solusi terkait isu-isu kontemporer. Ini memungkinkan adanya pembaruan hukum Islam dengan tetap memegang prinsip-prinsip dasar agama. (3) Fokus pada tujuan-tujuan syariah atau maqasid al-shariah, yaitu tujuan-tujuan umum hukum Islam, seperti menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Metode ini membantu menilai apakah suatu peraturan atau konstruksi pemikiran fiqh mendukung maqasid al-shariah. (4) Melibatkan studi kasus konkret terkait isu-isu kontemporer. Peneliti dapat menganalisis bagaimana konstruksi pemikiran fikih diterapkan dalam konteks kehidupan nyata dan dampaknya terhadap masyarakat. (5) Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih praktis dan kontekstual terhadap isu-isu kontemporer, penelitian dapat melibatkan survei atau studi lapangan untuk mengumpulkan data dari masyarakat dan menilai dampak konstruksi pemikiran fikih dalam praktik sehari-hari. Penggunaan kombinasi beberapa metode di atas dapat menghasilkan penelitian yang holistik dan relevan untuk menjawab isu-isu kontemporer 4 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Elements of Philosophy) alih bahasa, Soejono Soemargono (Yogjakarta: Tiara Wacana Yogja, 2004), 159-184. 5 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII di masyarakat dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip fiqh. ## C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Konstruk Pemikiran Fiqh Kontruk pemikiran fiqh berorientasi upaya membangun pemikiran fiqh yang dibutuhkan masyarakat saat ini, Pembahasan fiqh tidak dapat dilepaskan dari kajian teori dan sistem yang digunakan melalui pendekatan filsafat ilmu. 4 Fiqh sebagai hukum yang hidup ( living law ) di Indonesia sesungguhnya memiliki sejarah yang sangat panjang. Akar geneologinya dapat ditarik jauh kebelakang ketika pertama kali Islam masuk ke Indonesia, dan hukum Islam ( fiqh ) sudah dipraktekkan bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia. 5 Akulturasi dan adaptasi dengan budaya dan adat setempat tidak dapat dihindari atas perubahan dan pembaruan hukum Islam yang memiliki karakter keindonesiaan. 6 Tradisi (adat) budaya masyarakat Indonesia telah memberikan andil terhadap pembaharuan dan pemikiran hukum Islam di Indonesia baik prakemerdekaan dan pasca kemerdekaan Indonesia. Untuk merubah paradigma hukum Islam sebagai salah satu ciri utama yang memungkinkan terjadinya pembaharuan hukum Islam adalah wataknya yang non- mazhab yang dipengaruhi oleh kemajuan dan plularitas sosial-budaya serta politik pada suatu masyarakat atau negara. Hal ini juga dapat dianalisis keadaan awal perkembangan hukum Islam dengan mengambil setting keadaan wilayah, sosio-kultural masyarakat sebagaimana yang dikembangkan oleh para pendiri mazhab fiqh seperti, di Hijaz, Irak, dan Mesir. Jelas sekali peran dan pengaruh tempat termasuk elemen-elemen sosial- dan XVIII (Bandung: Mizan, 1994), 24-36, lihat juga M. Atho Mudzhar, Fatwa-FatwaMajelis Ulama Indonesia (Jakarta : INIS, 1993, 12 6 Hasbi ash-Shiddiqiey, Syariah Islam Menjawab Tantangan Zaman (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), 8-9. ## Islamika budaya, dan politik telah membawa para fuqaha’ dalam merumuskan mazhab fiqh. Demikian juga, pembaruan fiqh di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari paradigma pemikiran mazhab fiqh klasik di atas, dengan munculnya gagasan fiqh mazhab Indonesia, sebagai interalasi antara fiqh, negara, dan perubahan sosial-kultural masyarakat Indonesia. Dalam perspektif historis, dinamika pemikiran hukum Islam di Indonesia telah menunjukkan satu fenomena transformatif dan remedialis, walaupun masih tampak kuat nuansa paralisme di dalamnya, sehingga kesan tautologinya masih ada. Setidaknya pemikiran pembaruan hukum Islam di Indonesia seperti bola salju yang menggelinding dan melaju dengan pasti menuju arah konstruksi berbagai tipe karakter hukum Islam konteks Indonesia. 7 Meanstrem pemikiran dan pemahaman yang didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan mengunakan metodologi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan interpretasi yang dalam hukum Islam disebut dengan fiqh. 8 Fiqh Islam, sejak pertama kali lahir telah berinteraksi dengan realitas sekitar masyarakat yang mana fiqh dirumuskan untuk diterapkan, dan realitas ulama yang memikirkan dan merumuskan. 9 Misi utama fiqh adalah untuk menyampaikan pesan wahyu yang disesuaikan dengan realitas peradaban manusia untuk merespon dan menjawab tantangan zaman ( shalih li kulli zaman wa makan ). 10 Peran interpretasi dalam memahami nash-nash illahi untuk 7 Imran Ahsan Khan Nyazee, “ Theories of Islamic Law: the Methodology of Ijtihad” , Islamabad: Islamic reseach Institute press, 1994, 20-26. Agus Moh. Lihat Najib, “ Evolusi Syari’ah : Ikhtiar Mahmoud Mohamed Taha bagi Pembentukan Hukum Islam Kontemporer” (Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2007), 29. 8 Mengenai kajian Kitab Klasik yang berlaku di Indonesia, baca Martin Van Bruinessen, “Kitab kuning pesantren dan tarekat” (Bandung, Penerbit Mizan, 1999), 67- 68. dapat dioperasional menjadi pesan insani dalam proses perjalannya telah mengalami pasang surut pemikiran untuk mengantar fiqh sebagai produk hukum Islam yang dianggap telah menjadi syari’ah. Masalah besar yang dihadapi umat Islam di Indonesia adalah bagaimana membentuk satu pemikiran hukum Islam yang sesuai dengan dengan tradisi (adat) yang ada di wilayah ini. Cita-cita untuk menjadikan hukum Islam sebagai bagian integral dari sistem hukum Nasional 11 yang selama ini fiqh syafi’iyah yang dianut oleh umat Islam di Indonesia sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan umat Islam di Indonesia. Pergumulan para mujtahid klasik dengan konteks sosial politik sangat mempengaruhi hasil ijtihad, sehingga tidak cocok kalau dipaksakan dengan konteks sosial-budaya-politik dan adat yang berkembangan sekarang ini, sehingga diperlukan rekonstruksi dan reinterpretasi terhadap sumber hukum Islam yakni al- Qur’an dan asSunnah sebagi sumber teks yang mampu menjawab perubahan dan perkembangan zaman. Keberadaan fiqh dan ushul fiqh sebagai produk dan metode pemikiran hukum Islam merupakan hasil dari pengetahuan manusia yang sifatnya temporal, particular yang dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga kebenaran fiqh tidak bersifat kekal dan universal, karena fiqh merupakan hasil pemahaman dan interpretasi atas sumber hukum yang bersifat universal yaitu al-Qur’an. Kebenaran fiqh perlu 9 Abdul Mustaqim, Epistremologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LKiS, 2010), 53-55; Ainurrofiq (ed.), Mazhab Jogja: Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer (Yogyakarta, LKiS, 2006), 230-248. 10 Abdul Mustaqim, Epistremologi Tafsir Kontemporer … dan Ainurrofiq (ed.), Mazhab Jogja: Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer …… 11 Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia: Akar Sejarah, Hambatan dan Prospeknya (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 63-73. ## Islamika dievaluasi dan dikoreksi seiring dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan kondisi umat Islam, karena hukum universal dalam al-Qur’an ini sifatnya abadi dan akan mampu menjawab setiap perkembangan dan perubahan masyarakat. Sebagaimana dalam pandangan Arkoun 12 bahwa setiap zaman memiliki suatu sistem pemikiran yang mempengaruhi cara manusia menangkap, memandang dan memahami kenyataan yang oleh Michel Foucault (1926-1984) disebut “episteme”, yaitu keseluruhan pandangan yang diterima secara diam-diam berdasarkan seluruh hasil pemikiran pada masa tertentu tanpa muncul ke permukaan (kesadaran). Selain epistme, konsep “relasi kuasa” juga mempengaruhi pemikiran Arkoun, karena dengan “kuasa” dapat bermain di belakang penulis teks, melainkan juga angan-angan sosial, yang memainkan peranan penting dalam perkembangan pemikiran umat Islam hingga sekarang. Syariat sebagai suatu tatanan hidup memiliki posisi yang amat penting, karena didalamnya tersimpan berbagai kebutuhan dan ajaran yang berkenaan dengan umat manusia. Namun manusia yang memiliki kemampuan terbatas tidak semua dapat mengartikan maksud dari isi syariat itu sehingga memerlukan pengkajian yang mendalam agar mampu memahami isinya. Dengan berbagai macam kondisi keilmuan yang dimiliki seseorang untuk memahami syariat, sudah pasti muncul berbagai penafsiran yang berbeda antara golongan satu dengan golongan yang lain. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di mana pengkaji/penafsir itu tinggal. Namun, hal itu bukan berarti syariat itu dapat diatur sesuai dengan keinginan pensyarah. 12 Luthfi Assyaukanie, “Islam dalam Konteks Pemikiran Pasca-Modernisme Pendekatan Menuju Kritik Akal Islam”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 1, Vol. V (Jakarta: LSAF, 1994), 23. Hukum Islam sebagai suatu pranata sosial memiliki dua fungsi yaitu sebagai kontrol sosial serta nilai baru dan proses perubahan sosial. Pada fungsi yang pertama, hukum Islam ditempatkan sebagai kontrol sekaligus sosial engineering terhadap keberadaan suatu masyarakat. Sedangkan fungsi yang kedua, hukum Islam merupakan produk sejarah yang diletakkan sebagai justifikasi terhadap tuntutan perubahan sosial, budaya dan politik. Oleh sebab itu, hukum Islam dituntut mampu memberikan jawaban terhadap setiap permasalahan yang muncul tanpa kehilangan dasar-dasarnya. Sebab, apabila tidak terwujud, hukum Islam akan mengalami kemandulan fungsi sehingga menyebabkannya kehilangan aktualitas. 13 Permasalahan yang paling kursial dihadapi oleh umat Islam dalam upaya pembaharuan hukum Islam di Indonesia adalah masih minimnya metodologi yang dapat melahirkan kesetaraan antara Islam ideal dengan kebutuhan masyarakat. Sebagaimana mengutip dari pendapat Gus Dur yaitu bagaimana membuat Islam peka kepada kebutuhan manusia pada masa kini dan yang akan datang. Hal yang harus dilakukan adalah pribumisasi Islam yaitu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan lokal dalam merumuskan hukum hukum agama, serta tidak meninggalkan norma- norma keagamaan demi tujuan budaya. Dalam menjawab terhadap permasalahan hukum Islam di Indonesia sebagai objek studi terhadap fiqh yang bersumber dari Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan dalam memahami Al-Qur’an dalam hal ini teks menuju konteks- sebagai hubungan yang lekat bersama melalui penafsiran atau hermeneutika. Masih permasalahan di 13 Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam Indonesia dan Relevansinya Bagi Pembangunan Hukum Nasional (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 22-23. ## Islamika analisis menggunakan metode deduktif, induktif, komperatif bersifat integratif melalui sintetik analisis, dan kajian struktural transenden. Dalam hukum Islam jenis kajian adalah ilmu ushul alfiqh yang menggunakan pendekatan filsafat ilmu, yaitu pada tataran epistemologi, 14 dan fokus pada kajian hermeneutika. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya ilmu (pengetahuan). Dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan, runga lingkup filsafat ilmu yang meliputi sifat pengetahuan ilmiah dan memiliki kaitan erat dengan filsafat pengetahuan atau epistemology untuk menyelidiki syarat-syarat dan bentuk-bentuk pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam bdang filsafat juga membahas cara-cara mendapatkan pengetahuan ilmiah yaitu dengan cara menggunakan logika atau metodologi. ## 2. Eksistensi Fiqh dalam Pemikiran Islam Berbicara tentang eksistensi fiqh bagi umat Islam, fiqh merupakan perwujudan ( embodiement ) kehendak Allah terhadap manusia yang berisi perintah dan larangan. Oleh sebab itu, pelaksanaan hukum-hukum fiqhiyyah dianggap sebagai bentuk ketundukan kepada Allah; ia adalah manifestasi eksoterik keimanan. Fiqh bukan hanya mengatur hal-hal yang berhubungan dengan ritual semata, tapi juga seluruh aspek kehidupan manusia dari mulai hubungan pribadinya dengan dirinya sendiri, dengan Tuhannya, keluarganya, lingkungan 14 Jujun S. Suriasumanteri, Filsafat Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik (Jakarta: Gramedia, 1990), 6. 15 Umar Sulayman al-Ashqar, Tarikh al- Fiqh al-Islami (Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982), 19-21. 16 Para ‘ulama berbeda pendapat tentang ketepatan penggunaan perkataan ‘ilm dalam definisi ini. Sebagian menolaknya dengan alasan bahwa perkataan ‘ilm berkonotasi ‘pasti dan yakin ( alqat‘i )’, padahal kebanyakan hukum fiqh bersifat dzanni. Oleh sebab itu Abu Ishaq al- Syirazi mengusulkan menggunakan perkataan masyarakatnya serta dengan orang yang di luar agama dan negaranya. 15 Para ulama mendefiniskan fiqh sebagai “pengetahuan tentang hukum syara‘ praktis beserta dengan dalil-dalilnya yang terperinci berkenaan dengan perbuatan manusia” 16 Definisi ini menunjukkan bahwa yang menjadi objek kajian fiqh adalah perbuatan manusia, mengenai haram atau halal, wajib atau mubah, dan sebagainya. Kehadiran hukum seperti ini mutlak diperlukan oleh manusia. Karena ia dapat menjamin dan melindungi masyarakat dari keonaran dan kekacauan. Sebab manusia pada dasarnya, kata Ibn Khaldun, adalah “domenieering being” yang punya ambisi dan kecendrungan untuk menguasai dan menaklukkan orang lain serta memaksa mereka tunduk dan patuh kepadanya. Bila sifat ini tidak dikekang maka ia akan mencetuskan konflik dan peperangan. 17 Dalam Islam fiqh mempunyai dwi fungsi, pertama sebagai hukum positif dan kedua sebagai standar moral. Yang dimaksudkan sebagai hukum positif disini adalah bahwa fiqh berfungsi seperti hukum- hukum positif lain dalam mengatur kehidupan manusia. Ia mendapatkan legitimasi dari badan judikatif, yaitu mahkamah. Tapi perlu ditekankan bahwa tidak semua hukum-hukum fiqh mendapat justifikasi dan legitimasi mahkamah. Masalah hukum mubah, makruh, bahkan mengenai hukum wajib dan harampun tidak bisa sepenuhnya dibawah jurisdiksi mahkamah. Disini fiqh lebih merupakan ma‘rifah al-ahkam. Abu Ishaq Ibrahim al-Syirazi (W.393), Syari al-Luma’, diedit oleh ‘Abdul Majid al-Turki (Bayrut: Dar al-Gharb al-Islami, 1989) 1, 158-9. Seperti Syirazi, Hadr al-Syari‘ah (W. 747) juga berpendapat sama. Menurutnya fiqh adalah “ma‘rifah al-nafs ma laha wa ma ‘alayha”. Al-Talqih Syari al-Tanqih, diedit oleh Najm al-Dan Muhammad al-Warkani (Bayrut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyyah, 2001), 26. 17 Muhsin Mahdi, Ibn Khaldun’s Philosophy of History (London: George Allen and Unwin Ltd, 1957), 178 dan 193. ## Islamika etika atau moral. Jadi, disini fiqh memainkan fungsi double, sebagai hukum positif dan moral. Aspek inilah yang membedakan secara prinsip konsep hukum Islam dengan konsep hukum di Barat. Dalam Islam “etik dan agama menyatu dengan aturan-aturan hukum positif.” 18 “the ideal code of behaviour which is the Syari‘ah has in fact a much wider scope and purpose than a simple legal system in the Western sense of them. Jurisprudence ... is also a composite science of law and morality” . 19 Mungkin atas sebab inilah Robert Brunschvig menyebut hukum Islam dengan “ ethico juridical” . 20 Berbeda dengan di Barat di mana hukum positif tidak mungkin menyatu dengan hukum moralitas, meskipun keduanya menyentuh lahan pembahasan yang sama. 21 Bagi mereka “law that is not humanly enacted and recognized, and whose observance is not ascertainbale by human faculties, is not law .” 22 Perlu ditekankan bahwa fiqh bukan syari‘ah. Syari‘ah lebih luas dari sekadar hukum saja; ia mencakup fiqh, ‘aqidah, dan juga akhlak. Karakteristik utama Syari‘ah adalah bersifat permanen dan tidak akan pernah berubah. Sementara fiqh bersifat relatif dan fleksible; ia dapat berubah seiring dengan peredaran waktu; ia merupakan produk ijtihad ‘ulama. Tapi ini bukan berarti bahwa fiqh karya pemikiran semata; ia masih berkait erat dengan Syari’at. Ketika seorang mujtahid benar dalam ijtihadnya, artinya tepat dan sesuai dengan hukum Allah, ketika itu fiqh disebut syari’at. Hanya ketika dia salah fiqh tetap menjadi fiqh. Dalam konteks ini juga kita harus memahami bahwa tidak 18 Fyzee, A Modern Approach to Islam (Bombay: Asia Publishing House, 1963), 31. 19 N. J. Coulson, A History of Islamic Law (Edindurgh: Edinburgh University Press, 1978), 83. 20 Robert Brunschvig, “Logic and Law in Classical Islam,” dalam G. E. von Grunebaum (ed.), Logic in Classical Islamic Culture (Weisbaden: otto Harrasowitz, 1970), 9. 21 Bernard G. Weiss, “Introduction”, dalam Bernard G. Weiss, The Search for God’s semua masalah fiqhiyyah masuk dalam kategori berubah seperti wajibnya salat, puasa, zakat, dan haji serta haramnya riba, zina, mencuri, dan membunuh. Semua ini masuk dalam pembahasan fiqh tapi sudah menjadi bagian syari’ah, oleh sebab itu ia bersifat permanen. Sebagaimana Syari‘ah yang bersumberkan dari al-Qur’an dan Sunnah, demikian juga fiqh, berlandaskan kepada kedua sumber primer Islam ini. Oleh sebab itu Fiqh yang bertentangan dengan prinsip al-Qur’an dan Sunnah tidak bisa dikategorikan fiqh Islami. 23 Untuk dapat menderivasi hukum dari sumber primer, fiqh memerlukan perangkat teoretik atau metodologi, yang biasa disebut usul fiqh. ## 3. Pengembangan Fiqh pada Masyarakat Fiqh sebagai ilmu sangat mungkin untuk dikembangkan terlebih lagi dengan melihat uraian di atas bahwa hukum Islam sebagai keluaran dari fiqh merupakan hasil pemikiran yang sangat dipengaruhi oleh ruang dan waktu sehingga memiliki aspek sosiologis dan kesejarahan. Fiqh sebagai ilmu memiliki konsekuensi-konsekuensi logis, berupa: fiqh bersifat skeptis, bersedia dikaji ulang dan tidak kebal kritik. Bersifat skeptis artinya pernyataan- pernyataan atau keputusan-keputusan yang dihasilkan dari fiqh melalui pendekatan- pendekatannya bersifat dhanni, artinya suatu kebenaran yang dihasilkan dari pemikiran atau ijtihad, dimana ijtihad memiliki pengertian “upaya seorang ahli fiqh dengan kemampuannya untuk mewujudkan hukum- hukum amaliyah yang diambil dari dalil-dalil Law (Salt Lake City: University of Utah Press, 1992), 7. 22 Muhammad Muslehuddin, Philosophy of Islamic Law and Orientalists (Lahore: Islamic Publications (Pvt) LTD, 1994), 245. 23 Untuk keterangan lanjut tentang perbandingan fiqh dan syari’ah lihat ‘Umar Sulayman al-Asyqar, Tarikh al-Fiqh al-Islami , 17-19. ## Islamika (Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) terinci”. Pengertian ini menunjukkan bahwa ijtihhad adalah upaya memperoleh kepastian hukum dari dalil-dalil (nash-nash). Berarti ijtihad adalah perjuangan memahami nas saja, sementara ada kemungkinan banyak masalah-masalah yang tidak terdapat nashnya secara jelas karena terjadinya perubahan /perkembangan peradaban manusia. Bahwa untuk melakukan pengembangan fiqh terhadap masalah- masalah sosial kontemporer diperlukan upaya sungguh-sungguh, memposisikan epistemologi dan metodologi fiqh secara proporsional. Wajah fiqh pun akan berubah dari korpus tertutup menjadi korpus terbuka, bersifat inklusif, dinamis dan fleksibel sehingga dapat mengakomodasi persoalan- persoalan baru dalam masyarakat modern dengan pemahaman yang baru pula. Pada aspek metodologi, maka yang perlu dan lebih tepat dikembangkan di era modern ini mengutip pendapat al-Jabiri adalah model maqasid al-syari’ah -nya Syatibi. 24 Dengan demikian, maka “hidup akan terus berkembang dalam fiqh, ruh ijtihad terus diperbarui dan syariat dapat beradaptasi dengan perkembangan masyarakat serta dapat diterapkan di setiap waktu dan tempat” 25 . Pada prinsipnya hukum Islam bertujuan untuk mencipta-kan kemaslahatan bagi umat manusia yang harus selalu sesuai dengan tuntutan perubahan, sehingga selalu diperlukan ijtihad-ijtihad baru. Jangankan perbedaan antara masa sekarang dengan masa lebih dari seribu tahun lalu, pada masa al-Syafi’i18 saja dia memerlukan dua pendapat yang berbeda yaitu qawl qadim 24 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashidus Syari’ah menurut al-Syatibi , ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 22-23. 25 Muhammad Syahrur, al-Kitab wa al- Qur’an, Qira’ah Mu’asirah (Damaskus: al- Ahali, 1995), 580-588. 26 A. Qodri Azizy, Eklektisisme Hukum Nasional (Yogyakarta: Gama Media, 2002), 33- 39. (pendapat imam Syafi’i di Jazirah Arab sebelum pindah ke Mesir) dan qawl jadid (pendapat imam Syafi’i di Jazirah Arab setelah pindah ke Mesir). Di antara faktor yang memungkinkan terjadinya pembaharuan dan pengembangan hukum Islam adalah pengaruh kemajuan dan pluralisme sosio-kultural serta politik dalam sebuah masyarakat dan negara. 26 Berpijak pada penjelasan di atas, maka pada dasarnya dapat dikatakan bahwa memahami dunia fiqh tidak bisa dilepaskan dari pemahaman adanya faktor-faktor yang senantiasa berubah dan menuntut adanya pemahaman-pemahaman baru. Karena itu prinsip bahwa ketentuan hukum Islam senantiasa bergerak maju sesuai dengan perubahan zaman, kondisi dan tempat ( taghayyur al-ahkam manat bi taghayyur al- azminah, al-ahwal wa al-amkinah ) adalah ketentuan prinsip yang semestinya dijadikan sebagai sebuah pegangan kunci. Isu-isu baru yang berkembang seperti supremasi Hak-hak Asasi Manusia (HAM), kesetaraan dan keadilan gender, dsb tidak bisa diabaikan oleh para sarjana muslim. Persoalan lain yang kemudian muncul berikutnya adalah kenyataan seringnya fiqh dianggap sebagai produk hukum yang instant dan final daripada sesuatu yang memerlukan penafsiran ulang. Berulangkali usaha-usaha pemahaman ulang terhadap produk fiqh masa lampau mengalami kebuntuan karena begitu kukuhnya posisi fiqh dalam benak umat Islam. Apa yang dialami oleh almarhum Fazlur Rahman sampai tragedi Nasr Hamid Abu Zayd adalah sebagian kecil bukti-buktinya. 27 27 Khaled M. Abou El Fadl, Atas Nama Tuhan (Speaking in God’s Name: Islamic Law, Authority, and Women), terj. R. Cecep Lukman Yasin, ( Jakarta: Serambi, 2001), 61. Lihat Hukum Islam dalam Kehidupan Umat Islam”, dalam Amrullah Ahmad, dkk, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 86. ## Islamika Pada prinsipnya, di kalangan umat Islam tidak ada yang menolak fiqh sebagai hasil penafsiran atas teks-teks primer dasar Islam: Al-Qur’an dan Hadis. Hanya saja, sikap terhadap penafsiran ulama seringkali berlebihan bahkan sampai ke tingkat kultus. Akibatnya, posisi fiqh meninggi dan menjadi pintu masuk untuk memahami kandungan teksteks dasar. Fiqh menjadi “korpus tertutup” yang lain di luar Al-Qur’an dan Hadis. Selain itu, fiqh seringkali juga lebih dipahami sebagai ilmu yang membahas tentang ritual dan tata cara ibadah an sich, yang terlepas dari nilai-nilai rububiyyah murni dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini terlihat misalnya, umat Islam lebih asyik dengan menempelkan dahi di atas sajadah daripada mem-perhatikan tetangganya yang bergelut melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya yang kurus kering karena kurang gizi. Mereka lebih merasa berdosa tidak berdzikir setelah shalat atau makan daging anjing dari pada berbohong, menipu dan korupsi. Paling tidak, kesalahan ini adalah karena fiqh dipahami hanya dalam kerangka ibadah yang sehingga semata-mata berkaitan antara manusia dan Tuhan saja. Di sini, seolah-olah ada semacam pembatasan pemahaman fiqh di kalangan masyarakat dewasa ini sehingga lebih me- mentingkan menghafal syarat sah, syarat wajib, rukun dan lainnya dari pada efek ibadah itu sendiri. Padahal pada awalnya fiqh mencakup pula persoalan tauhid dan akhlak seperti yang terdapat dalam Kitab al-Fiqh al- Akbar karya Imam Abu Hanifah atau Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali sebagaimana disinggung sekilas di atas. Di samping itu, silabus pengajaran fiqh di Indonesia, kelihatannya juga kurang mengarah pada Fiqh Maqasid . Hampir tidak ada, hemat penulis, 28 Wael B. Hallaq, “From Fatwas to Furu’; Growth and Change in Islamic Substantive Law”, dalam Howard M. Federspiel (ed.), An Anthology silabus yang secara khusus dialokasikan untuk membahas tentang Maqasid al-Syari’ah. Karenanya, tidak heran bila ekses fiqh kurang berpengaruh pada tataran ‘amaliyyah yawmiyyah. Akan tetapi lebih pada tataran fardhiyyah syakhsiyyah. Akhirnya, shalat dan ibadah rajin, korupsi jalan terus. Inilah gambaran bagaimana fiqh itu seolaholah “mati-suri”, ambigu, dan kurang hidup. Merujuk pada argumentasi Wael B. Hallaq, pada hakikatnya hukum substantif Islam setelah periode formatif menjadi sedemikian kaku (rigid) dan tidak lagi bersentuhan dengan aspek-aspek perkembangan politik, sosial, maupun ekonomi. 28 Berkenaan dengan apa yang diungkapkan Hallaq, Abdul Hamid Abu Sulayman mengatakan bahwa faktor krusial yang mendasari terjadinya kekakuan dalam memahami hukum Islam ditinjau dari perspektif historis adalah karena adanya invasi bangsa Tartar dari dunia Timur dan perang Salib yang dilakukan oleh bangsa Barat. Sehingga menjadikan umat Islam terpecah belah menjadi sejumlah negara. ## 4. Materi Pengembangan Fiqh Materi fiqh memang perlu untuk selalu diperbaharui untuk merespon persoalan yang berkembang. Banyak masalah-masalah fiqh yang telah diperbaharui, khususnya dalam bidang ekonomi Islam. Isu seperti investasi waqaf, zakat profesi, dan lain-lain merupakan bukti bagimana fiqh merespon perkembangan masyarakat. Sebagaimana kehidupan manusia yang mempunyai elemen tetap dan tidak berubah, begitu juga fiqh. Ada beberapa bagian dalam fiqh yang tidak mungkin diubah dan diperbaharui, karena ia membentuk bagian terpenting syari’at Islam. Ruang untuk berijtihad dalam fiqh sebenarnya masih terbuka lebar. Banyak masalah-masalah kontemporer yang of Islamic Studies , Vol II, (Montreal-Canada: Mc Gill Institue of Islamic Studies, 1996), 169. ## Islamika sesungguhnya menantikan ijtihad-ijtihad segar. Tapi sayangnya pemikir Muslim kontemporer hanya berkutat pada isu-isu lama seperti poligami, hak warisan wanita, hukum hudu, dan qisas yang sesungguhnya tidak memberikan dampak besar dalam perubahan masyarakat Muslim hari ini. Apakah dengan diharamkannya poligami, disamakannya bagian warisan anak laki-laki dan perempuan, dihapuskannya hudud dan qisas, seperti yang diinginkan para pemikir Muslim kontemporer di atas, masyarakat Islam akan menjadi lebih terhormat dan dihargai, menjadi lebih maju dan berkembang. Sudah lebih dua abad, semenjak kolonialisme, umat Islam membelakangkan hukum Islam, khususnya yang berhubungan dengan ruang publik. Sudah sejak lama, hukum hudud dan qisas tidak diterapkan tanpa harus ada reinterpretasi dan sejenisnya. Tapi nyatanya, tetap saja umat Islam terbelakang,mundur dan menjadi objek pemerasan. Ketergantunga fiqh pada teks al- Qur’an dan sunnah sebenarnya bertujuan untuk menjaga objektivitas hukum. 29 Hukum yang tidak punya rujukan hanya akan menimbulkan keonaran ( chaos ). Karena setiap orang akan memberikan interpretasinya masing-masing sesuai dengan kepentingannya. Persoalan teks dalam koridor hukum bukan hal baru yang berlaku pada hukum Islam saja. Ia berlaku di Barat, sebagaimana juga berlaku di Indonesia. Para pengacara dan Hakim di Indonesia punya teks yang disebut dengan KUHP. Dan setiap keputusan akan selalu mengacu dan merujuk pada teks ini. Kegagalan menemukan pijakan tekstualnya mengakibatkan hukum tidak bisa diterapkan. Jadi kalau begitu, ketergantungan pada teks bukan satu kelemahan hukum Islam. Hanya 29 Bernard Weiss, “Exotericism and Objectivity in Islamic Jurisprudence,” dalam ed. Nicholas Heer, Islamic Law and Jurisprudence dengan demikian objektivitas hukum dapat di tegakkan. Fiqh sebenarnya tidaklah sekaku yang dibayangkan sebagian orang, yang membuta tuli bergantung pada teks, mengabaikan realitas yang ada. Fiqh Islam memiliki nilai fleksibilitasnya sendiri. Dia dapat mengadopsi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dan ini telah terbukti secara historis. Sepanjang empat belas abad, fiqh telah mengharungi bermacam ragam realitas sosial dan politik, dari Afrika hingga Asia, dari Mesir hingga Samosir. Namun fiqh tetap fiqh, ia masih utuh seperti ketika ia mula- mula lahir. Ini karena fiqh memiliki mekanismenya sendiri untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang ada. Dalam fiqh Islam dikenal kaedah yang sangat popular “taghayyur al-ahkam bi taghayyur al-azminah wa al-amkinah ”, (hukum berubah dengan perubahan masa dan tempat) dan “al-tsabit bi al-‘urf ka al-tsabit bi al-nash ”, (‘adat bisa menjadi hukum). Kaedah ini menunjukkan bahwa dimensi waktu dan tempat dapat mempengaruhi ketetapan hukum. ‘Urf (kebiasaan masyarakat setempat) dapat dijadikan sandaran hukum dengan syarat ia tidak kontradiksif dengan syari’at Islam, maksudnya teks eksplisit dalam al-Qur’an yang tidak mengandung multi interpretasi. Ibn ‘Abidin menegaskan ‘urf yang bertentangan dengan nash tidak bisa menjadi pertimbangan.” Selanjutnya Ibn Najm juga menjelaskan Urf tidak bisa menjadi bahan pertimbangan pada persoalan yang ada ketetapan nashnya ( al-mansus ‘alayh )”. 30 Oleh sebab itu, hukum haramnya ghibah dan dusta, wajibnya salat, zakat, puasa, haramnya riba, hukum nikah dan talaq, hukum hudud dan qisas, rajam terhadap penzina, dan lain- lain yang oleh ulama dikategorikan sebagai qat‘i al-tsubut wa al-dilalah tidak bisa (Seatle and London: University of Washington Press, 1990), 53-71. 30 ‘Umar Sulayman al-Ashqar, Nazarat fi Usul al-Fiqh (Bayrut: Dar al-Nafa’is, 199), 168. ## Islamika berubah, meskipun waktu dan tempat berubah. Fiqh merespon semua soal kehidupan sehingga harus di cek terus-menerus apakah jawaban yang diberikannya itu sudah memadai atau justru menjadi blunder, sebab jawaban fiqh kerapkali tak ditunjang dengan argumentasi yang kokoh. Kitab-kitab fiqh kadang tak lebih dari sebuah antologi dari pikiran superfisial sejumlah para ulama yang tercerai berai dimana-mana. Oleh sebab itu, fiqh dituntut mampu memberikan jawaban terhadap setiap permasalahan yang muncul tanpa kehilangan dasar- dasarnya. Sebab, apabila tidak terwujud, fiqh akan mengalami kemandulan fungsi sehingga menyebabkannya kehilangan aktualitas. Persoalan krusial yang harus segera diketahui publik tentang fiqh adalah bahwa ia bukan wahyu dari langit. Fiqh merupakan produk ijtihad. Persoalan siapa yang merumuskannya, untuk kepentingan apa, dalam kondisi sosial yang bagaimana dirumuskan, serta dalam lokus geografis seperti apa, dengan epistemologi apa, cukup besar pengaruhnya di dalam proses pembentukan fiqh. Dengan perkataan lain, fiqh tidak tumbuh dalam ruang kosong, tetapi bergerak dalam arus sejarah. Setiap produk pemikiran fiqh selalu merupakan interaksi antara si pemikir dengan lingkungan sosio- kultural dan sosio-politik yang melingkupinya. Dalam suasana dan kondisi seperti itulah seluruh fiqh Islam ditulis. Oleh karena fiqh tak lepas dari konteks spasialnya, maka ia bersifat partikularistik. Kebenaran fiqh tak sampai pada derajat “pasti”. Konteks-konteks subyektif yang menyertainya meyebabkan fiqh berada 31 Prinsip universalisme hukum Islam merupakan keinginan umat Islam untuk selalu mendialogkan Al-Qur’an sebagai teks yang terbatas dengan problem sosial kemanusiaan dan hukum yang tak terbatas. Meskipun Al-Qur’an turun dimasa salalu dengan konteks sosial, budaya dan lokalitas tertentu, ia mengandung nilai-nilai universal yang akan selalu relevan untuk setiap zaman dan tempat. Demikian juga dalam domain “relatif”. Maka, melucuti konteks yang meniscayakan bangunan fiqh untuk kemudian dilakukan universalisasi kiranya bukan tindakan yang arif dan bijaksana. Sangat tidak tepat, jika kita mengcopy begitu saja fiqh-fiqh lokal yang berlangsung di tanah Arab untuk diterapkan di Indonesia, tanpa proses kontekstualisasi bahkan modifikasi, sebab fiqh itu memang dipahat untuk merespon tantangan zamannya waktu itu. Dan fuqaha’ tak lebih dari agen sejarah yang bekerja dalam lingkup situasionalnya, sehingga tak mudah untuk keluar dari kungkungan itu. Setidaknya ada tiga model pemikiran tentang pembaruan fikih di Indonesia yang berhubungan dengan adaptasi dengan sosial budaya dan adat, terutama yang berhubungan dengan kewarisan. Pertama, pemikiran fiqh Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran yang telah dilakukan oleh para tokoh, akademisi yang pernah memunculkan gagasan tentang fiqh Indonesia atau fiqh mazhab Nasional. Kedua, Pemikiran tentang pembentukan fiqh Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari dealitika proses metodologi hukum Islam yang tidak hanya sekedar ajaran atau dogma proses metodologi hukum Islam, tetapi metodologi hukum Islam harus diterapkan dan diaplikasikan dalam konteks, ruang dan waktu dalam sepanjang zaman. Prinsip li kulli makan wa zaman , 31 merupakan prinsip yang harus dikembangkan dalam pelaksanaan maqashid syari’ah (tujuan syari’ah) dalam mencapai kemaslahatan ummat. Ketiga, originalitas pemikiran hukum Islam dengan menggunakan ilmu bantu lain, sebagai kerangka metodologi yang digunakan fiqh atau hukum Islam akan selalu lekat dengan konteks sosial dan lokalitas yang melingkupinya. Diskursus di seputar penafsiran Al-Qur’an merupakan diskursus yang tidak mengenal kata usai. Lihat Amin Abdullah, “Kata Pengantar” dalam Sahiron Syamsuddin dkk (ed.), Hermeneutika al-Qur’an : Madzhab Yogya (Yogyakarta: Islamika, 2003), xx. ## Islamika sehingga menghasilkan temuan baru yang khas karakter budaya dan adat Indonesia. Hukum Islam dalam konteks keindonesiaan merupakan aplikasi fiqh yang sejalan dengan karakter Indonesia, budaya, adat istiadat lokal Indonesia, dan bersih dari kebudayaan Arab. Pembahasan ini perlu didekatkan dengan konteks keilmuan kontemporer dengan melakukan integrasi- interkoneksi, sehingga ditemukan teori kebenaran dalam menemukan hukum Islam. Fiqh sebagai ilmu, dan aplikasinya melalui konsep shalihun li kulli zaman wa makan tidak dapat dilepaskan dalam konteks sosial budaya tertentu dan mengandung nilai-nilai universal yang akan selalu relevan untuk setiap zaman dan tempat sesuai dengan maqashid al-syari’ah dan sekaligus sebagai filsafat hukum Islam dengan pendekatan sistem ( maqashid based-ijtihad ). ## D. Penutup Fiqh sebagai cabang ilmu Islam yang berurusan dengan hukum dan etika, memiliki fleksibilitas dan relevansi yang cukup untuk menanggapi tantangan dan isu-isu zaman modern. Fiqh memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Meskipun prinsip-prinsip dasarnya tetap tidak berubah, fiqh dapat menghadapi konteks baru dan menjawab isu-isu kontemporer dengan cara yang sesuai. Dalam persoalan konsep ijtihad, memungkinkan para ulama untuk melakukan penafsiran kontemporer terhadap ajaran- ajaran Islam. Ini memungkinkan fiqh untuk memberikan jawaban yang relevan terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi. Prinsip-prinsip fiqh yang menekankan keadilan, keseimbangan, dan kemaslahatan umum dapat diaplikasikan dalam merespons isu-isu sosial, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan gender, dan hak asasi manusia. Fiqh tidak hanya berkaitan dengan aspek hukum, tetapi juga menekankan aspek etika dan moralitas. Oleh karena itu, konstruksi pemikiran fiqh dapat memberikan panduan moral dalam menghadapi tantangan moral kontemporer, seperti isu bioetika atau etika teknologi. Fiqh dapat menjadi dasar untuk mendukung dialog antar agama dan budaya. Konstruksi pemikiran fiqh yang inklusif dapat membantu menciptakan pemahaman bersama dan kerja sama antar berbagai kelompok masyarakat. Pemahaman fiqh yang mendalam dapat membentuk kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Islam dan hak-hak individu. Pendidikan fiqh yang baik dapat membantu masyarakat memahami ajaran Islam dengan benar dan menghindari penafsiran yang ekstrem. ## Daftar Pustaka Kamali,Mohammad Hashim “Punishment in Islamic Law: A Critique of The Hudud Bill of Kelantan Malaysia” Arab Law Quarterly , Vol. 13 No. 3, 1993. al-Ashqar, Umar Sulayman Tarikh al-Fiqh al-Islami, Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982. Sanusi, “Merajut Nalar Fiqh Kontekstual”, Di Akses dari jurnal Yudisia , Vol. 6, No. 2. Kattsoff, Louis O, Pengantar Filsafat (Elements of Philosophy) alih bahasa, Soejono Soemargono, Yogjakarta: Tiara Wacana Yogja, 2004. Azra, Azyumardi Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII , Bandung: Mizan, 1994. Mudzhar, M. Atho Fatwa-FatwaMajelis Ulama Indonesia (Jakarta : INIS, 1993. ash-Shiddiqiey, Hasbi, Syariah Islam Menjawab Tantangan Zaman , Jakarta: Bulan Bintang, 1996. Nyazee, Imran Ahsan Khan, “ Theories of Islamic Law: the Methodology of Ijtihad” , Islamabad: Islamic reseach Institute press, 1994. Najib, “ Evolusi Syari’ah : Ikhtiar Mahmoud Mohamed Taha bagi Pembentukan ## Islamika Hukum Islam Kontemporer” , Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2007. Bruinessen, Martin Van “Kitab kuning pesantren dan tarekat” , Bandung, Penerbit Mizan, 1999. Mustaqim, Abdul, Epistremologi Tafsir Kontemporer , Yogyakarta: LKiS, 2010. Ainurrofiq (ed.), Mazhab Jogja: Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer , Yogyakarta, LKiS, 2006. Arifin, Busthanul, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia: Akar Sejarah, Hambatan dan Prospeknya , Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Assyaukanie, Luthfi, “Islam dalam Konteks Pemikiran Pasca-Modernisme Pendekatan Menuju Kritik Akal Islam”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 1, Vol. V, Jakarta: LSAF, 1994. Syaukani, Imam, Rekonstruksi Epistemologi Hukum Islam Indonesia dan Relevansinya Bagi Pembangunan Hukum Nasional , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Suriasumanteri, Jujun S. Filsafat Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik , Jakarta: Gramedia, 1990. al-Ashqar, Umar Sulayman, Tarikh al-Fiqh al-Islami , Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982. Fyzee, A Modern Approach to Islam, Bombay: Asia Publishing House, 1963. N. J. Coulson, A History of Islamic Law, Edindurgh: Edinburgh University Press, 1978. Muslehuddin, Muhammad, Philosophy of Islamic Law and Orientalists, Lahore: Islamic Publications (Pvt) LTD, 1994. Bakri, Asafri Jaya, Konsep Maqashidus Syari’ah menurut al-Syatibi , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Syahrur, Muhammad, al-Kitab wa al- Qur’an, Qira’ah Mu’asirah , Damaskus: al-Ahali, 1995. Azizy, A. Qodri, Eklektisisme Hukum Nasional , Yogyakarta: Gama Media, 2002. Ahmad, Amrullah, dkk, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional , Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Hallaq, Wael B. “From Fatwas to Furu’; Growth and Change in Islamic Substantive Law”, dalam Howard M. Federspiel (ed.), An Anthology of Islamic Studies , Vol II, Montreal- Canada: Mc Gill Institue of Islamic Studies, 1996. Weiss, Bernard, “Exotericism and Objectivity in Islamic Jurisprudence,” dalam ed. Nicholas Heer, Islamic Law and Jurisprudence , Seatle and London: University of Washington Press, 1990.
752ab880-3634-4b45-b163-40a1c27831d6
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/jte/article/download/761/641
ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA Budi Yanto Husodo 1 ,Nurul Atiqoh Br. Siagian 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta Email: [email protected] Abstrak - Audit energi pada sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air Conditioning) merupakan aktivitas yang dilakukan secara berkala untuk mengetahui kualitas udara, performa peralatan serta konsumsi energi dan mengevaluasi tingkat kelayakannya serta menentukan langkah perbaikannya. Audit Energi ini dilaksanakan di terminal 1A, 1B, dan, 1C bandara Soeakrno-Hatta untuk memastikan bahwa tingkat kelembaban udara pada terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta sesuai dengan standar kelayakan dan kenyamanan yang berlaku di Indonesia yaitu SNI 03-6390-2000 tentang konservasi energi sistem tata udara pada bangunan dan gedung. Audit Energi Sistem HVAC (Heatig Ventilasi, Air Conditioning) di Terminl 1A, 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta menunjukkan bahwa tingkat kelembaban udara atau kualitas udara pada Terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta berada pada kondisi tidak nyaman dan performa peralatan Sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air Conditioning) sudah mulai menurun, sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap Sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air Conditioning) untuk mendapatkan kualitas udara yang nyaman sesuai dengan SNI 03-6390-2000 tentang konservasi energi sistem tata udara pada bangunan dan gedung. Kata kunci: audit energi, HVAC ## PENDAHULUAN Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan daya tampung total sekitar 22 juta penumpang / tahun. Untuk menunjang pelayanan yang optimal, sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air Conditioning) sangat diperlukan untuk menjaga kelembaban udara dalam ruangan sehingga memberikan kenyamanan bagi para pengguna Bandara Soekarno-Hatta. Bandara Soekarno-Hatta terutama pada Terminal 1A, 1B, dan 1C yang dirancang untuk 9 juta penumpang / tahun, namun pada saat ini harus melayani ± 25 juta penumpang / tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan audit energi sistem HVAC agar kelembaban udara tercapai yang sesuai dengan tingkat kelayakan dan kenyamanan bandara tercapai. Tujuan dari penelitian ini adalah memastikan bahwa tingkat kelembaban udara di Terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta sesuai dengan standar kelayakan dan kenyamanan yang berlaku. Audit energi sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air Conditioning) di Terminal 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta dilakukan untuk menentukan apakah tingkat kelembaban udara di terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta sesuai dengan standar yang berlaku dan apakah perlu dilakukan pengembangan sistem HVAC (Heating, Ventilasi, dan Air Conditioning) di Bandara Soekarno- Hatta. Audit Energi pada tugas akhir ini menggunakan standar SNI 03- 6390-2000 dan 3690-2011 tentang konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung serta 03- 9167-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung. ## LANDASAN TEORI Sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air Conditioning) adalah suatu fasilitas tata udara yang digunakan untuk mengontrol suhu lingkungan dari suatu wilayah tertutup, apakah itu bangunan, gudang, atau kendaraan komersial. Sistem HVAC pada Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta umumnya menggunakan sistem terpusat yang terhubung secara menyeluruh antara ruang keberangkatan dan kedatangan, yaitu menggunakan AC Central dan AC Split Duct. Untuk mengetahui sistem kerja AC Central , terlebih dahulu kita harus mengetahui dasar dari Sistem Air Conditioning Gambar 2.1.Skema Air Conditioning Cara Kerjanya: Kompressor menarik refrigerant (gas) yang bertekanan dan bertemperature rendah yang keluar dari evaporator kemudian menaikan tekanan dan temperaturnya dengan cara memperkecil volume/menaikan kecepatan gas. Refrigerant (gas) yang bertekanan tinggi tersebut kemudian diteruskan ke kondensor. Di Kondensor , refrigerant (gas) yang bertekanan tinggi dirubah menjadi cairan yang bertekanan tinggi dengan cara dikondensasikan melalui pendinginan dengan menggunakan media air atau udara. Refrigerant (Cair) tersebut kemudian dialirkan ke katup ekspansi (Expantion Valve). Pada katup ekspansi ini, refrigerant (cair) tekanannya diturunkan sehingga refrigerant (cair) berubah kondisi dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator. Di Evaporator , Refrigerant (uap) menyerap panas dalam ruangan melalui kumparan pendingin dan kipas evaporator meniupkan udara dingin ke dalam ruangan. Refrigerant dalam evaporator mulai berubah kembali menjadi uap bertekanan rendah, tapi masih mengandung sedikit cairan yang kemudian di tarik kembali oleh kompressor. AC Central adalah sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan di distribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran udara / ducting ac. AC Central terdiri dari beberapa komponen yaitu: 1. Chiller adalah mesin pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan fluida dalam hal ini air melalui sebuah proses kompresi uap ataupun siklus pendinginan yang kemudian fluida tersebut bisa disirkulasi untuk didistribusikan ke peralatan air handling unit. Dalam hal ini, Chiller yang listrik. digunakan adalah jenis Air Cooled System . Chiller ini menggunakan refrigerant sebagai fluida dan udara sebagai media pendingin kondensornya. Gambar 2. 2. Air Cooled Chiller 2. AHU (Air Handling Unit) / FCU (Fan Coil Unit) berfungsi sebagai media pertukaran kalor antara air dingin dengan udara. 3. Pompa berfungsi untuk menaikkan tekanan dan mensirkulasi fluida ke tempat lain dalam suatu sistem pemipaan. 4. Ducting Adalah media penghubung antara AHU dengan ruangan yang akan dikondisikan udaranya, fungsi utama dari ducting adalah meneruskan udara yang didinginkan oleh AHU untuk kemudian didistribusikan ke masing‐masing ruangan. Audit energi adalah suatu teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya. Konservasi energi sistem HVAC diatur dalam SNI 03-6390-2000. SNI ini digunakan agar sasaran penggunaan energi yang effisien dapat tercapai. Peralatan pada sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air Conditioning) menggunakan chiller direkomendasikan untuk memenuhi effisiensi minimum dan kriteria seperti ditunjukkan pada tabel 2.3.1. Tabel 1. Efisiensi minimum dari chiller yang dioperasikan dengan ## NO. NAMA PERALATAN KAPASITAS JUMLAH LOKASI 1 CHILLER CIAT 95 TR 7 UNIT TERMINAL 1A 2 CHILLER CIAT 95 TR 2 UNIT TERMINAL 1B 3 CHILLER MDV 500 TR 5 UNIT TERMINAL 1B 4 CHILLER YORK 100 TR 1 UNIT TERMINAL 1C 5 CHILER CIAT 95 TR 4 UNIT TERMINAL 1C 6 AC SPLIT DUCT 20 TR 4 UNIT CENTRAL CORIDOR TERMINAL A 7 AC SPLIT DUCT 40 TR 7 UNIT BOARDING LOUNGE TERMINAL A 8 AC SPLIT DUCT 40 TR 7 UNIT BOARDING LOUNGE TERMINAL B 9 AC SPLIT DUCT 40 TR 7 UNIT BOARDING LOUNGE TERMINAL C ## DATA SISTEM HVAC DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C ## BANDARA SOEKARNO-HATTA Chiller pada Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta berjumlah 19 (sembilan belas) unit dengan kapasitas masing-masing yaitu 13 (tiga belas) unit kapasitas 95 TR, 1 (satu) unit kapasitas 100 TR, dan 5 (lima) unit kapasitas 500 TR dan untuk penditribusian udara dingin terdiri dari 23 (dua puluh tiga) unit AHU yang terbagi merata pada semua sub terminal A, B, dan C. Untuk AC Split Duct berjumlah 25 (dua puluh lima) unit dengan kapasitas masing-masing yaitu 4 (empat) unit kapasitas 20 TR dan 21 (dua puluh satu) unit kapasitas 40 TR yang terbagi merata pada semua sub terminal. Tabel 2. Daftar peralatan Sistem HVAC Terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta Tabel 3. Data Pencapaian Suhu di Terminal 1A, 1B dan 1C Bandara Soekarno-Hatta No. Nam a Be ban Su hu Ru an gan ( ° C ) RH Ru an gan (%) 1 Check In Area A 26.0 72.5 2 Arrival Area A 25.0 71.5 3 Check In Area B 25.8 67.0 4 Arrival Area B 26.0 64.0 5 Check In Area C 24.3 65.6 6 Arrival Area C 26.1 51.7 Suatu peralatan tersebut dikatakan baik atau memenuhi standard jika nilai Coefficient of Performance (COP) dan Energy Efficiency Ratio (EER atau kW/TR) memenuhi standard yang telah ditentukan. Nilai Coefficient of Performance (COP) : Cooling Effect COP െ◌ൗ Power Input ሺ Konsumsi Daya ሻ ∙∙∙∙ ሺ 3.1 ሻ Nilai Energy Efficiency Ratio (EER) atau KW/TR : EER െ◌ൗ 12 / ሺ COP x 3,14 ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ሺ 3.2 ሻ Sebagai contoh perhitungan, diketahui konsumsi daya suatu Chiller sebesar 184,58 kW dan Cooling Effect sebesar 631,58 kW, maka: COP െ◌ൗ 631.58 െ◌ൗ 3,42 , dan 184.58 EER െ◌ൗ 12 ⁄ ሺ COP x 3,41 ሻ െ◌ൗ 12 ⁄ ሺ 3,42 x 3,41 ሻ െ◌ൗ 1,03 Dengan kedua rumus tersebut maka dapat dihitung nilai COP dan EER setiap peralatan sistem HVAC di Vol.5 No.1. Januari 2014 53 Terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara No. Nama Peralatan C.O.P EER Eksisting Eksisting 1 Chiller CIAT Deprture 3,42 1,03 2 Chiller CIAT Departure 3,30 1,07 3 Chiller CIAT Departure 3,33 1,05 4 Chiller CIAT Departure 3,43 1,03 5 Chiller CIAT Arrival 3,34 1,05 6 Chiller CIAT Arrival 3,48 1,01 No. Nama Peralatan C.O.P EER Eksisting Eksisting 1 Chiller YORK Deprture 3,35 1,05 2 Chiller CIAT Departure 3,30 1,07 3 Chiller CIAT Departure 3,46 1,02 4 Chiller CIAT Arrival 3,10 1,13 5 Chiller CIAT Arrival 3,39 1,04 Soekarno-Hatta, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: Tabel 4. Performa Peralatan Utama Sistem HVAC pada Terminal 1A Bandara Soekarno- Hatta AUDIT ENERGI SISTEM HVAC ## (HEATING , VENTILASI, AIR CONDITIONING) Standar nasional Indonesia telah menentukan standar suhu dan kelembaban udara (RH) yang diatur pada SNI 03-6390-2000 tentang konservasi energi sistem tata udara pada bangunan dan gedung yaitu: 25±1 ° C untuk suhu ruangan dan 60±10% untuk kelembaban udara (RH). Tabel 5. Tabel Performa Peralatan Utama Sistem HVAC pada Terminal 1B Bandara Soekarno- Hatta No. Nama Peralatan C.O.P EER Eksisting Eksisting 1 Chiller MDV Deprture 3.47 1.01 2 Chiller MDV Departure 3.52 1.00 3 Chiller CIAT Departure 3.16 1.11 4 Chiller CIAT Arrival 3.37 1.04 5 Chiller MDV Arrival 3.31 1.06 6 Chiller MDV Arrival 3.26 1.08 7 Chiller MDV Arrival 3.30 1.07 Tabel 6. Tabel Performa Peralatan Utama Sistem HVAC pada Terminal 1C Bandara Soekarno- Hatta Berdasarkan tabel 3. Data Pencapaian Suhu Udara Pada Terminal 1A, 1B, dan 1C di Bandara Soekarno-Hatta dapat dianalisa tingkat kenyamanannya sebagai berikut: Tabel 7. Analisa Pencapaian Suhu Udara di Terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta No. Nama Beban Suhu Ruangan ( ° C) RH Ruangan (% ) Standar Kesimpulan Suhu (°C) RH (% ) 1 Check In Area A 26.0 72.5 25±1 60±10 Tidak Nyaman 2 Arrival Area A 25.0 71.5 25±1 60±10 Tidak Nyaman 3 Check In Area B 25.8 67.0 25±1 60±10 Nyaman 4 Arrival Area B 26.0 64.0 25±1 60±10 Nyaman 5 Check In Area C 24.3 65.6 25±1 60±10 Nyaman 6 Arrival Area C 26.1 51.7 25±1 60±10 Tidak Nyaman Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat kenyamanan ruangan pada terminal 1A, 1B, dan 1C Bandara Soekarno-Hatta pada beberapa lokasi tidak tercapai tingkatannya sesuai dengan SNI 03- 6390-2000. Suatu ruangan dikatakan nyaman atau tidak dilihat dari suhu ruangan dan kelembaban udaranya. Jika salah satu faktor tersebut tidak dapat terpenuhi maka tidak dapat dikatakan bahwa ruangan tersebut Vol.5 No.1. Januari 2014 55 No. Nama Peralatan C.O.P EER KONDISI Eksisting SNI 6390:2011 Eksisting SNI 6390:2011 1 Chiller CIAT Departure 3,42 2,90 - 3,00 1,03 1,172-1,213 Di bawah standar 2 Chiller CIAT Departure 3,30 2,90 - 3,00 1,07 1,172-1,213 Di bawah standar 3 Chiller CIAT Departure 3,33 2,90 - 3,00 1,05 1,172-1,213 Di bawah standar 4 Chiller CIAT Departure 3,43 2,90 - 3,00 1,03 1,172-1,213 Di bawah standar 5 Chiller CIAT Arrival 3,34 2,90 - 3,00 1,05 1,172-1,213 Di bawah standar 6 Chiller CIAT Arrival 3,48 2,90 - 3,00 1,01 1,172-1,213 Di bawah standar 7 Chiller CIAT Arrival 3,27 2,90 - 3,00 1,08 1,172-1,213 Di bawah standar nyaman karena suhu ruangan dan kelembaban udara itu sebanding. Suatu peralatan dikatakan baik jika performa peralatan tersebut memiliki nilai COP dan EER yang sesuai dengan Standar nasional Indonesia. Nilai COP dan EE yang diatur pada SNI nomor 6390:2011 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada Banguan Gedung adalah: − COP : 2,90 untuk Air Cooled Chiller dengan kapasitas < 150 TR; − COP : 3,00 untuk Air Cooled Chiller dengan kapasitas > 150 TR; − kW/TR : 1,213 untuk Air Cooled Chiller dengan kapasitas < 150 TR; − kW/TR : 1,172 untuk Air Cooled Chiller dengan kapasitas >150 TR. Dari tandar nilai untuk COP dan EER , diambil range untuk standar nilai COP adalah 2,90 – 3,00 dan EER adalah 1,172 – 1,213. Tabel 8. Tabel Resume Performa Peralatan Utama Sistem HVAC Terminal 1A Bandara Soekarno- Hatta Tabel 9. Tabel Resume Performa Peralatan Utama Sistem HVAC Terminal 1B Bandara Soekarno- Hatta No. Nama Peralatan C.O.P EER KONDIS I Eksisting SNI 6390:2011 Eksisting SNI 6390:2011 1 Chiller MDV Deprture 3.47 2,90-3,00 1.01 1,172-1,213 Di bawah standar 2 Chiller MDV Departure 3.52 2,90-3,00 1.00 1,172-1,213 Di bawah standar 3 Chiller CIAT Departure 3.16 2,90-3,00 1.11 1,172-1,213 Di bawah standar 4 Chiller CIAT Arrival 3.37 2,90-3,00 1.04 1,172-1,213 Di bawah standar 5 Chiller MDV Arrival 3.31 2,90-3,00 1.06 1,172-1,213 Di bawah standar 6 Chiller MDV Arrival 3.26 2,90-3,00 1.08 1,172-1,213 Di bawah standar 7 Chiller MDV Arrival 3.30 2,90-3,00 1.07 1,172-1,213 Di bawah standar Tabel 10. Tabel Resume Performa Peralatan Utama Sistem HVAC Terminal 1C Bandara Soekarno- Hatta No. Nama Peralatan C.O.P EER KONDISI Eksisting SNI 6390:2011 Eksisting SNI 6390:2011 1 Chiller YORK Deprture 3.35 2,90-3,00 1.05 1,172-1,213 Di bawah standar 2 Chiller CIAT Departure 3.30 2,90-3,00 1.07 1,172-1,213 Di bawah standar 3 Chiller CIAT Departure 3.46 2,90-3,00 1.02 1,172-1,213 Di bawah standar 6 Chiller CIAT Arrival 3.10 2,90-3,00 1.13 1,172-1,213 Di bawah standar 7 Chiller CIAT Arrival 3.39 2,90-3,00 1.04 1,172-1,213 Di bawah standar Pada tabel 8, tabel 9, tabel 104, hampir seluruh peralatan berada di bawah standar karena nilai EER dan COP tidak terpenuhi. Kedua nilai tersebut harus dipenuhi karena EER adalah indikator kinerja energi sedangkan COP standar efisiensi refrigerasi bagi sistem refrigeransi sehingga standar tersebut harus dipenuhi untuk menyatakan bahwa suatu alat tersebut sesuai dengan standar yang telah ditentukan. ## KESIMPULAN 1. Kualitas Udara di Terminal 1A, B, dan C Bandara Soekarno-Hatta rata-rata berada di range tidak nyaman. Hal ini disebabkan karena standar suhu udara yaitu 25±1 dan RH ruangan yaitu 60±1 tidak tercapai bersamaan,kadang suhu udara tercapai namun RH ruangan tidak tercapai atau sebaliknya. 2. Performa peralatan utama sistem HVAC pada terminal 1A, B, dan C Bandara Soekarno-Hatta berada di bawah standar nilai COP dan EER yang telah ditentukan SNI 6390:2011 yaitu nilai COP di atas kisaran 2,90-3,00 dan nilai kW/TR di atas kisaran 1,172- 1,213; ## SARAN 1. Melakukan perawatan secara berkala sesuai dengan Standard Operasi Peralatan tersebut agar performance peralatan sesuai dengan SNI dapat tercapai; 2. Melakukan peninjauan ulang kembali terhadap peralatan sistem HVAC (Heating, Ventilasi, Air Conditioning) apakah perlatan tersebut masih layak untuk beroperasi atau harus diganti dengan yang baru, meningat umur perlatan tersebut sudah cukup tua; 3. Melakukan perhitungan ulang tentang kebutuhan Sistem HVAC dimana pada awalnya bangunan setiap terminal hanya dirancang untuk kapasitas ±9 juta penumpang, namun saat ini harus melayani ±25 juta penumpang; 4. Mengontrol perilaku pengguna jasa maupun petugaas yang berada bandara Soekarno-Hatta seperti: a. Merokok, dengan cara menghimbau pengguna jasa tersebut untuk tidak merokok di ruangan ber- AC atau membuat smoking area. b. Menghimbau setiap petugas yang masuk melalui pintu yang berhubungan lansung dengan apron, untuk selalu menutupnya setelah menggunakannya karena jika dibiarkan terbuka akan membuat hawa panas dari apron masuk sehingga untuk mendapatkan ruangan yang nyaman dan pencapaian suhu ruangan standar menjadi sulit. ## DAFTAR PUSTAKA 1 SNI 03-6390-2000. Konservasi Energi Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung 2 SNI 03-9167-2000. Konservasi Energi Sistem Pencahayaan Pada Bangunan Gedung 3 www.energyefficiencyasia.org, Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia 4 http://www.energyefficiencyasia.o rg/docs/ee_modules/indo/Chapter- AC and Refrigeration Bahasa Indonesia.pdf terakhir diakses pada tanggal 24 Oktober 2014 5 Ashrae Handbook Jan 2001. American Society Of Heating, Refrigerating, and Air Conditioning Engineer, Inc.
f70d6a96-f3c8-4d85-bbfd-945d1b6045bf
https://journals.stie-yai.ac.id/index.php/JUMPA/article/download/207/161
## PENGARUH KEPRIBADIAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA KARYAWAN PT. POS INDONESIA (PERSERO) WILAYAH BEKASI Lies Kantinia Rohma Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I [email protected] Alex Zami Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I [email protected] ABSTRACT: In this research is studied the influence of organizational culture on personality and Organizational Citizenship Behavior(OCB) to theemployees of PT. POS INDONESIA (Persero) BEKASI AREA. The independent variablesin this studyis the personality and culture of the organization, while the dependent variable Organizational Citizenship Behavior (OCB). This study aimsto determine the effectof personality and organizational culture both partial and together the Organizational Citizenship Behavior (OCB) to theemployees of PT. POS INDONESIA(Persero) BEKASI AREA. The method usedin this research isdescriptive and verification methods. Givena population of 60 people, the method use disproportional random sampling. Methods of data analysis using SPSS software Ver. 21:00. The results of this study proveeitherpartially or jointlypersonality and organizational culturepositive and significant impacton Organizatinal Citizenship Behavior, where F hitung 9.295>F tabel 3.16 and a significance levelof 0.000<0.05 so the research hypothesis H1, H2 and H3 accepted,it is also supported by theRsquare valueof 24.6%. It shows the contribution of personality and influence of organizational culture on Organization Citizenship Behaviorat 24.6%. Keywords : Personality, Organizational Culture, and Organizational Citizenship Behavior ## PENDAHULUAN Saat ini dunia sedang dihadapkan pada kondisi yang disebut dengan The Wold Borderless atau dunia tanpa batas. Kondisi ini memberikan berbagai dampak, baik positif maupun negatif pada berbagai aspek, meliputi aspek politik,sosial, budaya, hukum, dan ekonomi. Pasar tenaga kerja di Indonesia harus memiliki SDM yang mampu bersaing di era global saat ini.Sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting bagi suatu organisasi karena merupakan tiang pondasi dari organisasi tersebut. Kegiatan sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja. Organisasi wajib menciptakan Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman bagi sumber daya manusianya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawannya dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai. Dinamika kerja dalam organisasi akhir-akhir ini di seluruh dunia telah bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara team ( work team ) . Efektivitas dan kinerja tim ditentukan oleh kemampuan anggota bekerja dalam tim ( work team ) .Kesulitan bekerja dalam tim terutama dialami oleh banyak karyawan di negara-negara barat, karena budaya nasioanal mereka yang sangat individualistik. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai nilai kolektivistik tinggi dimana kepentingan kelompok berada di atas kepentingan individu,sehingga dapat dikatakan sistem kerja tim berkembang dengan baik di Indonesia. Hal menarik yang perlu dikaji lebih dalam adalah perilaku tambahan atau extra role yang dilakukan oleh satu individu dalam satu organisasi yang disebut Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB adalah perilaku positif dari karyawan dimana karyawan tersebut menyelesaikan pekerjaan tambahan diluar pekerjaannya sendiri yang muncul tanpa ada paksaan dari siapapun dan tanpa pengaruh imbalan apapun.Peran individunya masing-masing pun menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih mendalam. Setiap individu memiliki kepribadian yang beragam,dimana dapat terlihat saat individu tersebut dihadapkan pada situasi tertentu.Karakter, perilaku,danrespon mereka terhadap suatu situasi pasti berbeda-beda,setiap individu memiliki caranya masing-masing.Begitu pula saat individu berada di dalam sebuah organisasi, satu individu akan memiliki cara yang berbeda dengan individu lain dalam menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan yang memiliki OCB tentunya memberi kontribusi melebihi apa yang diharapkan perusahaan. Apabila seorang karyawan tidak menunjukkan sikap ekstra role pastinya karyawan tersebut tidak mengindikasi terciptanya OCB pada diri mereka. OCB mengidentikasikan bahwa karyawan terlibat dalam OCB untuk membalas tindakan organisasi. Kepribadian individu merupakan prekditor yang memainkan peranan penting pada seorang karyawan. Faktor lain yang dapat memengaruhi OCB dari sisi organisasi,salah satunya adalah budaya organisasi ( organizational culture ) . Salah satu bagian dari organisasi yang mutlak mengikuti perubahan adalah budaya organisasi. Didalam era yang semakin kompetitif, budaya organisasi berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan (Wibowo, 2012). Budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu atau sistem makna bersama yang dihargai oleh organisasi (Robbins, 2006). Karakteristik inilah yang akan membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Dengan menjungjung tinggi pedoman budaya etika bisnis dan tata perilaku (code of conduct) pada karyawan PT. Pos Indonesia ( Persero ), bertujuan untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dan standar etika selaras dengan Visi dan Misi perusahaan dan menjabarkan Tata Nilai sebagai landasan etika yang harus diikuti oleh insan POS INDONESIA dalam melaksanakan tugas.Perilaku ini merupakan hal yang baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan, dimana perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan yang berkontribusi positif pula pada pencapaian tujuan perusahaan. Bagi karyawan sendiri OCBakan meningkatkan hubungan antar karyawan.OCB merupakan perilaku positif yang baik untuk perusahaan. PT. POS INDONESIA yang merupakan perusahaan yang telah lama beroperasi dan telah beberapa kali mengalami perubahan. Rumusan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh Kepribadian terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI? 2. Apakah ada pengaruh Budaya Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. POS INDONESIA (Persero ) WILAYAH BEKASI? 3. Apakah ada pengaruh Kepribadian dan Budaya Organisasi secara bersama- sama terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASIA. Tujuan penelitian ini untuk : 1. Untuk megetahui apakah terdapat pengaruh Kepribadian terhadap Organizatioanal Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap Organizatioanal Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Kepribadian dan Budaya Organisasi secara bersama-sama terhadap Organizatioanal Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI. Untuk menghindari salah pengertian atau cakupan yang terlalu luas terhadap pokok-pokok persoalan yang akan dibahas, maka permasalahan dibatasi hanya fokus terhadap pengaruh kepribadian dan budaya organisasi terhadap Organization Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan jumlah populasi 150 orang dan sampel 60 orang. Metode penetapan sampel dengan rumus solvin, metode penarikannya dengan menggunakan propotional random sampling, dan metode analisis data menggunakan software SPSS Ver. 21.00. ## TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Landasan Terori Menurut Organ (1988) dalam Purba dan Ali Nina Liche Seniati (2004:106), OCB merupakan bentuk perilaku yang merupakanpilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengansistem reward formal organisasi tetapi secara agregatmeningkatkan efektivitas organisasi. Ini berarti, perilakutersebut tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja ataudeskripsi kerja karyawan sehingga jika tidakditampilkan pun tidak diberikan hukuman. Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. OCB mempunyai lima dimensi yaitu altruism, conscientiousness, civic virtue, courtesy dan sportmanships . 1. Altruism, perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas- tugas yang berkaitan erat dengan operasional organisasi. 2. Conscientiousness, perilaku yang berisikan tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standart minimum. 3. Civic virtue, perilaku yang menunjukkan partisipasi sukarela dan dukungan terhadap fungsi-fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial alamiah. 4. Courtesy, perilaku berbuat baik kepada orang lain dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan. 5. Sportmanships, perilaku yangmenunjukkan seseorang yang tidak suka memprotes atau mengajukan ketidakpuasan terhadap masalah-masalah kecil. Menurut Sloat mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi OCB sebagai berikut: 1. Budaya dan iklim organisasi 2. Kepribadian dan suasana hati 3. Persepsi terhadap dukungan organisasional 4. Persepsi terhadap kualitas hubungan/interaksi atasan bawahan 5. Masa kerja 6. Jenis Kelamin Kepribadian (Personality) adalah pengaturan dinamis yang tersembunyi dalam diri seseorang yang merupakan suatu sistem yang akan menciptakan susunan karakteristik tingkah laku, pikiran, dan perasaan seseorang. Lima dimensi kepribadian menurut Costa dan McCrae ( 1980 ) yaitu : 1. Extraversion ( Tingkat Keluesan dan Kenyamanan dalam Interaksi ),dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam berhubungan dengan individu lain. 2. Agreeableness (Tingkat Persetujuan), dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap individu lainnya. Individu yang sangat mudah bersepakat adalah individu yang senang bekerja sama, hangat, dan penuh kepercayaan 3. Conscientiousness (Tingkat Keseriusan dan Kesadaran), dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan individu yang bertanggung jawab, teratur, dapat diandalkan, dan gigih 4. Emotional stability (Stabilitas emosi), dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stress. 5. Openness to Experience (Tingkat Keterbukaan), dimensiini merupakan pengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, diantaranya : a. Faktor Biologis b. Faktor Geografis c. Faktor Kebudayaan d. Faktor Pengalaman Kelompok e. Faktor Pengalaman Unik. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi ( Organizational Culture ) merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi ( Organizational Culture ) dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi. Menurut Robbins (2007), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah: 1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko. 2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail. 3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.4. 4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu. 5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, bukannya individu. 6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan. 7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik. ## Penelitian Terdahulu 1. Menurut Nuraida Syahril dan MM. Nilam Widyarini ( Desember 2007 ) tentang “ Kepribadian, Kepemimpinan Transformasional dan Prilaku Kewargaorganisasian “ menyatakan bahwa kepribadian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap OCB. 2. MenurutYohanas Oemar ( Maret 2013 ) tentang “ Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Kerja dan KomitmenOrganisasi terhadap OCB ” menyatakan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap OCB. ## Kerangka Berpikir Berdasarkan penjelasan mengenai kepribadian, budaya organisasi dan OCB di atas, maka kerangka berpikir dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. Gambar 1 Desain Penelitian Variabel bebas : X 1 = Kepribadian X 2 = Budaya Organisasi Variabel terikat : Y = Organizatoinal Citizenship Behavior (OCB) ## Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian.Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini : H1 : Kepribadian berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship Behavior ( OCB ) H2 : Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship Behavior ( OCB ) H3 : Kepribadian dan Budaya Organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship Behavior ( OCB ). ## METODE Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan tipe penelitian kuantitatif, Hasil pengukuran variable dioperasionalkan dengan memakai instrument. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan instrument penelitian berupa angket (Sugiyono, 2008 : 8). Kuesioner berupa pertanyaan yang disusun berdasarkan definisi variabel bebas ( Kepribadian dan Budaya Organisasi ) dan variabel terikat (OCB) dan penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui pengujian hipotesa. ## Kepribadian (X 1 ) Budaya Organisasi (X 2 ) Organizatoinal Citizenship Behavior (Y) H1 H3 H2 ## Populasi dan sampel Menurut Sugiyono ( 2005:90 ) ,” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan PT.POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI yaitu sebanyak 150 orang dan dalam penelitian ini yang digunakan sebagai sampel hanya berjumlah 60 orang. ## Profil Responden Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI berjumlah 60 orang. Peneliti membagikan 60 kusioner dan semua kuesioner terisi dengan baik dan layak untuk diuji. Komposisi responden berdasarkan jumlah data tersebut terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja yang akan diuraikan dalam tabel berikut : Tabel 1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja Keterangan Kategori Frekuensi Presentase Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 33 27 55% 45% Usia 20 – 35 tahun 35 – 45 tahun >45 tahun 37 13 10 62% 22% 16% Tingkat Pendidikan SLTA Diploma S1 36 14 10 60% 24% 16% Lama Bekerja 1 – 2 tahun 2 – 4 tahun 4 – 6 tahun >6 tahun 10 22 9 19 17% 37% 15% 31% Sumber : Data Primer yang Diolah Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI adalah laki-laki sebanyak 33 orang (55%) dan perempuan sebanyak 27 orang (45%). Tingkat pendidikan didominasi dengan karyawan lulusan SLTA sebanyak 36 orang (60%), dilanjutkan dengan lulusan Diploma sebanyak 14 orang (24%), serta lulusan S1 sebanyak 10 orang (16%). Sedangkan pada kategori lama bekerja lebih dominan dengan karyawan yang bekerja selama 2 - 4 tahun sebanyak 22 orang (37%), dilanjutkan dengan lama bekerja>6 tahun sebanyak 19 orang (31%), kemudian lama bekerja 1 – 2 tahun sebanyak 10 orang (17%) dan lama bekerja selama 4 – 6 tahun sebanyak 9 orang (15%). Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. ## Definisi Operasional Penelitian Definisi operasional menurut Supranto ( 2003 ) adalah terdiri dari upaya mereduksi konsep dari tingkat abstraksi ( tidak jelas ) menuju ke tingkat yang lebih konkret, dengan jalan merinci atau memecah menjadi dimensi kemudian elemen, diikuti dengan upaya menjawab pertanyaan – pertanyaan apa yang terkait dengan elemen – elemen, dimensi dari suatu konsep. Beberapa variabel yang termasuk dalam penelitian ini antara lain: ## Organizational Citizenship Behavior ( OCB ) ( Variabel Dependen / Y ) Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku tambahan yang bersifat positif dimana karyawan melakukan pekerjaan-pekerjaan extra tanpa ada paksaan dari siapapun dan tanpa mengharapkan imbalan yang akan meningkatkan produktivitas kinerja. Untuk mengukur Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat digunakan lima dimensi yaitu : 1. Altruism, perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas- tugas yang berkaitan erat dengan operasional organisasi. 2. Conscientiousness, perilaku yang berisikan tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standart minimum. 3. Civic virtue, perilaku yang menunjukkan partisipasi sukarela dan dukungan terhadap fungsi-fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial alamiah. 4. Courtesy, perilaku berbuat baik kepada orang lain dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan. 5. Sportmanships, perilaku yangmenunjukkan seseorang yang tidak suka memprotes atau mengajukan ketidakpuasan terhadap masalah-masalah kecil. Kepribadian ( Variabel Bebas / X 1 ) Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain dalam bentuk sikap, perilaku, dan tindakan yang bersifat dinamis dan tersembunyi dalam diri seseorang. Untuk mengukur kepribadian digunakan lima dimensi yaitu : 1. Extraversion ( Tingkat Keluesan dan Kenyamanan dalam Interaksi ),dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam berhubungan dengan individu lain. 2. Agreeableness ( Tingkat Persetujuan ), dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap individu lainnya. Individu yang sangat mudah bersepakat adalah individu yang senang bekerja sama, hangat, dan penuh kepercayaan 3. Conscientiousness ( Tingkat Keseriusan dan Kesadaran ), dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan individu yang bertanggung jawab, teratur, dapat diandalkan, dan gigih 4. Emotional stability ( Stabilitas emosi ), dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stress. 5. Openness to Experience ( Tingkat Keterbukaan ), dimensiini merupakan pengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru. Budaya organisasi ( Variabel Independen / X 2 ) Budaya Organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh para anggota. 1. Inovasi dan pengambilan resiko 2. Perhatian terhadap detail 3. Orientasi hasil 4. Orientasi oarang 5. Orientasi tim 6. Keagresifan 7. Kemantapan ## Alat ukur penelitian Agar dapat diolah operasional variabel memerlukan alat ukur. Alat ukur penelitian yang digunakan adalah dengan pemberian skor dengan menggunakan 5 skala likert dari tiap-tiapjawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Pemberian skor dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Sangat Setuju ( SS ) = 5 b. Setuju ( S ) = 4 c. Ragu-ragu ( RG ) = 3 d. Tidak Setuju ( TS ) = 2 e. Sangat Tidak Setuju ( STS ) = 1 ## Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, data-data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penelitian. Di dalam melakukan pengolahan data penulis menggunakan perhitungan komputerisasi yaitu software SPSS ( Statistical Program of Social Science) versi 21.00 dengan nilai signifikansi yang ditetapkan α sebesar 5%. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik, berupa: Uji Kualitas Data Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2006:45). Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2006:41). Menurut Nunnally (1967) dalam Ghozali (2006:42). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai CronbachAlpha > 0.60. Sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0.60 maka instrumen penelitian dari konstruk tersebut tidak reliabel . Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. ## Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2006 : 92), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2006 : 93), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. ## Teknik Analisis Data Analisis Regresi Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kelinearan pengaruh variabel independen terhadap variabel terikat. Pengujian ini menggunakan rumus regresi linear sebagai berikut: Ŷ = a + bX + Analisis Regresi Berganda Analisis regresi digunakan untuk menaksir nilai variabel Y berdasarkan nilai variabel X serta taksiran perubahan variabel Y untuk stiap satuan perubahan variabel X. Bentuk persamaan regresi multiple dengan 2 variabel bebas adalah sebagai berikut: Ŷ = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 +ε Uji Hipotesis Regresi Linear Berganda Uji t Untuk menguji hipotesis bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen digunakan uji t. Uji F Untuk menguji hipotesis bahwa variabel X 1 dan X 2 berpengaruh terhadap variabel Y secara bersama-sama digunakan uji F. ## Koefisien Determinasi Untuk menyatakan besar kecilnya sambungan variabel independen terhadap variabel dependen dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinasi (Riduwan, 2005 : 136) sebagai berikut: KP1 = (rx 1 y)² . 100% KP2 = (rx 2 y)² . 100% KP3 = (R)² . 100% Dimana : KP : Nilai koefisien determinasi R : Nilai koefisien korelasi sederhana R² : Nilai koefisien korelasi ganda ## HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kualitas Data Uji Validitas Hasil uji validitas instrumen antara kepribadian (X 1 ), budaya organisasi (X 2 ) dan Organization Citizenship Behavior (OCB) (Y) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Validitas Variabel Kepribadian, Budaya Organisasi dan OCB No Variabel Rentang Koefisien Korelasi Keterangan 1 Kepribadian 0,485 – 0,895 Valid 2 Budaya Organisasi 0,367 – 0,892 Valid 3 OCB 0,637 – 0,870 Valid ## Sumber : Kuesioner (data diolah) Tabel di atas diketahui nilai korelasi setiap instrumen penelitian > 0,254 jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dalam penelitian ini valid dan dapat digunakan sebagai pengumpulan data penelitian. Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas antara kepribadian (X 1 ), budaya organisasi (X 2 ) dan Organization Citizenship Behavior (OCB) (Y) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepribadian, Budaya Organisasi dan OCB No Variabel Alpha Cronbach Keterangan 1 Kepribadian 0,954 Reliabel 2 Budaya Organisasi 0,947 Reliabel 3 OCB 0,957 Reliabel Sumber : Kuesioner (data diolah) Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan berdistribusi normal apabila signifikansi > alpha (> 0,05), hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. Tabel 4 Uji Normalitas Variabel Kepribadian, Budaya Organisasi dan OCB a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Kuesioner (data diolah) Penjelasan Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov: a. Kepribadian (X 1 ) . Sig = 0,879> 0,05 Setelah dibandingkan ternyata nilai signifikan dari uji normalitas kepribadian lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa kepribadian merupakan data berdistribusi normal. b. Budaya Organisasi (X 2 ) . Sig = 0,789> 0,05 Setalah dibandingkan ternyata nilai signifikan dari uji normalitas budaya organisasi lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan data berdistribusi normal. c. OCB (Y) . Sig = 0,829> 0,05 Setelah dibandingkan ternyata nilai signifikan dari uji normalitas OCB lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa OCB merupakan data berdistribusi normal. Uji Multikolinearitas Asumsi Multikolinearitas disebabkan suatu keadaan dimana variabel- variabel independen mempunyai korelasi yang tinggi antara satu dengan yang lainnya, jika koefisien korelasi diantara variabel independen kurang dari 0,80 membuktikan tidak ada multikolinearitas yang ekstrim. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kepribadi an Budaya_Or ganisasi OCB N 60 60 60 Normal Parameters a,b Mean 56,27 55,78 49,45 Std. Deviation 14,548 14,449 12,821 Most Extreme Differences Absolute ,076 ,084 ,081 Positive ,067 ,084 ,081 Negative -,076 -,077 -,078 Kolmogorov-Smirnov Z ,588 ,652 ,625 Asymp. Sig. (2-tailed) ,879 ,789 ,829 Tabel 5 ## Uji Multikolinearitas a. Dependent Variable: Organizational Citizenship Behavior (OCB) Sumber : Kuesioner (data diolah) Terlihat dalam tabel di atas koefisien korelasi antara variabel Kepribadian dan Budaya Organisasi sebesar -0,076< 0,80 Jadi asumsi tidak terjadi multikolinearitas dipenuhi. Uji Heteroskedastisitas Pengambilan kesimpulan pada Uji Heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplots of residuals. Jika dalam regresi grafik scatterplots of residuals tidak membentuk polatertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit, pola linear atau kuadratis), maka dalam regresi asumsi heteroskedastisitas tidak terjadi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar berikut: ## Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas Coefficient Correlations a Model Budaya_ Organisasi Kepribadian 1 Correlations Budaya Organisasi 1,000 -,076 Kepribadian -,076 1,000 Covariances Budaya Organisasi ,010 -,001 Kepribadian -,001 ,010 Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. ## Sumber : Kuesioner (data diolah) ## Teknik Analisis Data Hasil analisis regresi linear sederhana kepribadian terhadap OCB dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel. 6 Regresi Sederhana X 1 dan Y Dependent Variable: OCB Sumber : Kuesioner (data diolah) Dari tabel di atas dapat ditulis persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut: Ŷ = 33,884 + 0,277 X 1 Keterangan : Ŷ = OCB X 1 = Kepribadian Hasil analisis regresi linear sederhana budaya organisasi terhadap OCB dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 7 Regresi Sederhana X 2 dan Y Dependent Variable: OCB Sumber : Kuesioner (data diolah) Dari tabel di atas dapat ditulis persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut: Ŷ = 29,326 + 0,361 X 2 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 33,884 6,382 5,309 ,000 Kepribadian ,277 ,110 ,314 2,518 ,015 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standard ized Coefficie nts t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 29,326 6,131 4,783 ,000 Budaya Organisasi ,361 ,106 ,407 3,389 ,001 Keterangan : ## Ŷ = OCB X 2 = Budaya Organisasi Hasil analisis regresi linear ganda kepribadian dan budaya organisasi terhadap OCB dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 8 Regresi Linear Kepribadian dan Budaya Organisasi terhadap OCB (ganda) Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 16,271 7,906 2,058 ,044 Kepribadian ,251 ,102 ,285 2,469 ,017 Budaya Organisasi ,342 ,102 ,385 3,338 ,001 Dependent Variable: OCB Sumber : Kuesioner (data diolah) Keterangan : Ŷ = OCB X1 = Kepribadian X2 = Budaya Organisasi Uji Hipotesis Regresi Linear Berganda Uji t Untuk menguji hipotesis bahwa variabel X 1 dan X 2 berpengaruh terhadap variabel Y digunakan uji t. Hasil perhitungan uji t variabel kepribadian dan budaya organisasi terhadap OCB dapat dilihat pada tabel berikut: Dari tabel di atas dapat ditulis persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Ŷ = 16,271 + 0,251 X 1 + 0,342 X 2 Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. Tabel 9 Uji t X 1, X 2 dan Y ## Dependent Variable: O CB Sumber : Kuesioner (data diolah) Uji F Untuk menguji hipotesis bahwa variabel X 1 dan X 2 berpengaruh terhadap variabel Y secara bersama-sama digunakan uji F. Hasil perhitungan uji F variabel kepribadian dan budaya organisasi terhadap OCB dapat dilihat pada tabel berikut: ## Tabel 10 Uji F X 1, X 2 dan Y Dependent Variable: OCB Predictors: (Constant), BudayaOrganisasi, Kepribadian Sumber : Kuesioner (data diolah) Menghitung nilai statistik uji F F hitung = = = 9,295 Berdasarkan hal tersebut bahwa F hitung 9,295> F tabel 3,16 , artinya secara berganda ada pengaruh yang signifikan kepribadian dan budaya organisasi terhadapOCB, dengan demikian hipotesis penelitian H3 yang menyatakan “Terdapat pengaruh antara kepribadian dan budaya organisasi secara bersama- sama terhadapOCB” diterima . Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 16,271 7,906 2,058 ,044 Kepribadian ,251 ,102 ,285 2,469 ,017 Budaya Organisasi ,342 ,102 ,385 3,338 ,001 ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regressio n 2385,261 2 1192,631 9,295 ,000 b Residual 7313,589 57 128,309 Total 9698,850 59 ## Koefisien Determinasi Hasil koefisien determinasi antar variabel dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11 Hasil Koefisien Variabel Kepribadian, Budaya Organisasi dan OCB No Variabel R Square Presentase 1 Kepribadian terhadap OCB 0,099 9.9% 2 Budaya Organisasi terhadap OCB 0,165 16,5% 3 Kepribadian dan Budaya Organisasi terhadap OCB 0,246 24,6% 1. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi antra variabel kepribadian terhadap OCB dimana R square sebesar 0,099 atau 9,9%. Hal ini menunjukkan besarnya kontribusi pengaruh kepribadian terhadap OCB hanya 9,9% sedangkan sisanya 90,1% merupakan pengaruh faktor lainnya yang tidak diteliti. 2. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi antra variabel budaya organisasi terhadap OCB dimana R square sebesar 0,165 atau 16,5%. Hal ini menunjukkan besarnya kontribusi pengaruh budaya organisasi terhadap OCB sebesar 16,5% sedangkan sisanya 83,5% merupakan pengaruh faktor lainnya yang tidak diteliti. 3. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi antra variabel kepribadian dan budaya organisasi terhadap OCB dimana R square sebesar 0,246 atau 24,6%. Hal ini menunjukkan besarnya kontribusi pengaruh kepribadian dan budaya organisasi terhadap OCB sebesar 24,6% sedangkan sisanya 75,4% merupakan pengaruh faktor lainnya yang tidak diteliti. ## SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan oleh peneliti mengenai pengaruh kepribadian dan budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior pada karyawan PT.POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama kepribadian terbukti berpengaruh positif siginifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior ( OCB ) dengan nilai koefisien regresi 0,277 dan nilai t hitung 2,518 ( t hitung > t tabel sebesar 2,001 ) dan taraf signifikan 0,015 ( sig ≤ 0,005 ). 2. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua budaya organisasi terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior ( OCB ) dengan nilai koefisien regresi 0,361 dan nilai t hitung 3,389 ( t hitung > t tabel sebesar 2,001 ) dan taraf signifikan 0,001 ( sig. ≥ 0,005 ). 3. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga kepribadian dan budaya organisasi bersama-sama terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior ( OCB ) dengan F hitung 9,295 ( F hitung >F tabel sebesar 3,16 ) dan taraf signifikan 0,000 ( sig ≤ 0,005 ) dengan KD ( Koefisien Determinasi ) R 2 sebesar 24,6% yang menunjukan bahwa Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. kontribusi variabel kepribadian dan budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior sebesar 24,6%. Artinya kontribusi variabel kepribadian dan budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. POS INDONESIA (Persero) WILAYAH BEKASI cukup rendah karena hanya 24,6% sedangkan sisanya 75,4% dipengaruhi faktor-faktor lain di luar penelitian ini. ## Saran Berdasarkan hasil analisis pembahasan, kesimpulan dan beberapa keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu: 1. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti dengan variabel-variabel lain diluar variabel ini ( kepribadian dan budaya organisasi ) agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior ( OCB ) karena berdasarkan hasil penelitian variabel bebas yang diteliti hanya berkontribusi sebesar 24,6% berarti masih ada kontribusi sebesar 75,4% dari faktor-faktor lain diluar penelitian dan diharapkan peneliti dapat memperluas objek penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar agar hasil dapat digeneralisasi dan lebih akurat. 2. Bagi manajemen perusahaan PT.POS INDONESIA (Persero) khususnya untuk Wilayah Bekasi disarankan agar lebih memaksimalkan peran Organizational Citizenship Behavior ( OCB). Maka dalam merekrut dan menyeleksi karyawan baru agar lebih memfokuskan kepada tingkat kepribadian yang lebih baik dengan melakukan test personality ( kepribadian ) dengan tetap memperhatikan nilai & norma budaya organisasi yang berlaku dan diterapkan dalam organisasi tersebut. ## DAFTAR PUSTAKA Atika Kusuma Wardani & Miftahun Ni’mah Suseno 2012. Faktor Kepribadian dan Organization Citizenship Behavior pada Polisi Pariwisata Yogyakarta. Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan HumanioraUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Jurnal Humanitas Azhar Karim. 2010. Pengaruh Disiplin, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi terhadap Organization Citizenship Behavior. Jurnal Ilmiah Vol. 13, No. 1 Bateman, A.M. dan Jansen, M.L., 1983, Economic Mineral Deposit 3rd Edition , John Wiley and Sons Inc., New York. Boorman, Walter C, 2004. Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Motifasi terhadap Organization Citizenship Behavior. The Consept of Organizational Citizenship. Dyne,L.V.& Ang,S. 1995. Organizational Citizenship Behavior Of Contingent Workers in Singapore . Academy Of Management Journal, Vol .4 Dyah Puspita Rini, Rusdarti dan Suparjo. 2013. Pengaruh Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Organization Citizenship Behavior . Jurnal ILMIAH Dinamika Ekonomi dan Bisnis Vol.1, No. 1 Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I., 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS ,Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Greenberg, Jerrold. S. 1990. Comprehensive Stress Management . ed. Mc Grew-Hill Inc. New York Haq Irfa Ziaul. 2012. O rganizational Citizenship Behavior . Education Policy Analysisarchives, Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Imam Chourmain. 2008. Acuan Normatif Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta : Al-Haramin Publishing House. Judge, Bono, Erez, dan Locke. 2008. Core Self Evaluations and job and life satisfaction: The Role of Self concordance and Goal Attainment . Journal of Applied Psychology. Khan, Muhammad Rashid, 2012, The Impact Of Organizational Commitment On Employee Job Performance. European Journal of Sciences, Vol. 15,No. 3. Mangkunegara, Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM. .Bandung : Refika Cipta. Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2009. Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia). Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Morrison, G., Guoyi, D., dan Jaireth, S., 1995, Textural Zoning in Epithermal QuartzVeins , Klondike Exploration Services. McClelland, David. 2005. The Achievement Motive . Irvington Publishers, Inc. New York. Nuraida Syahril, MM. Nilam Widyarini. 2007. Kepribadian, Kepemimpinan Transformasional dan Prilaku Kewargaorganisasian. Universitas Gunadharma. Jurnal Psikologi Volume 1, No.1 Organ, D. W. 1998. Organizational Citizenship Behavior: The Good Soldier Syndrome. Lexington, MA : Lexington Books. Purba, Debora Alfina, dan Ali Nina Liche Seniati . 2004. Pengaruh Kepribadian dan Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behaviour. Vol. 8 No. 3. Ratna Widyasari, Suci Paramitasari Syahlani, Krishna Agung Santosa, 2007. Pengaruh Kepribadian Terhadap Kinerja Karyawan Berpendidikan Tinggi :Analisis Pada Perusahaan Peternakan Di Jawa Tengah Dan Daerah Istimewa Yogyakarta . KINERJA, Volume 11, No.1, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada RianAsri Laksmi. 2011. Budaya Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Robbins, Stephen.P. 2006. Perilku Organisasi. Edisi Kesepuluh. PT. Indeks Kelompok Gramedia . Jakarta Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge 2008. Perilaku Organisasi . Jakarta : PT. Salemba Empat, Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian . Jakarta: Raja Grafindo Persada Smith, A. 1983. Organization Citizenship Behavior: Its nature and antecedents. Journal Of Applied Psychology, 68(4), 653-663. Lies Kantinia Rohma dan Alex Zami : Pengaruh Kepribadian Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada….. Sri Rahayu dan Hasan Abdul Rozak. Pengaruh Kepribadia dan Pemberdayaan terhadap Organization Citizenship Behavior. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu UNISBANK. Tika, M. Pabundu. 2014. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta : Bumi Aksara Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat . Bandung: PT Setia Purna Inves. Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. www. Posindonesia.co.id Yuniar, I.G.A.A.Y, Nurtjahjanti, H., dan Rusmawati, D. 2011, “Hubungan antaraKepuasan Kerja dan Resiliensi denganOrganizational Citizenship BehaviorPada Karyawan Kantor Pusat Pt. Bpd Bali” , Jurnal Psikologi UndipVol. 9, No.1. Yohanes Oemar. 2013. Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap Organization Citizenship Behavior . Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 11, No. 1