id
stringlengths 36
36
| url
stringlengths 46
109
| text
stringlengths 5k
1.51M
|
---|---|---|
82c2cd5e-8fe7-4966-a21a-d5352c2867b1 | https://jurnal.usk.ac.id/JSU/article/download/16901/12491 | Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELOMPOK TERNAK “LANCAR REJEKI”
## Beti Nur Hayati
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta Email: [email protected]
## Abstract
One effort to reduce poverty is to develop communities with a cross- empowerment model stakeholder. One of them is community empowerment of group "Lancar Rejeki" which is one of the corporate social responsibility programs of PT. Semen Gresik. The purpose of this study is to evaluate the community empowerment program of the "Lancar Rejeki" group in the 2015- 2018 program period using the Beneficiary Assessment. This research method uses descriptive qualitative research methods. The results of this study are that from the very beginning the appearance of this program had various impacts on group members. The first is increasing the capacity of group members regarding animal fattening programs. Second, members have the capacity to process livestock waste into organic fertilizer so that from these activities it can provide economic improvement to its members. But in this period, also experienced some obstacles in the group "Lancar Rejeki." First, fluctuations in goat prices that are uncertain make fattening activities difficult to develop. In addition, the lack of social capital among group members caused some group members to stop in the middle of pioneering activities
Keywords: evaluation, community empowerment, group
## Abstrak
Salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan melakukan pengembangan masyarakat dengan model pemberdayaan lintas stakeholder. Salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat kelompok ternak “Lancar Rejeki” yang merupakan salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Semen Gresik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program pemberdayaan masyarakat kelompok ternak “Lancar Rejeki”pada periode program 2015 -2018 dengan menggunakan Beneficiary Assesment. Metode penelitian ini menggunkan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa sejak awal kemunculan program ini telah membawa berbagai dampak pada anggota kelompok. Pertama adalah meningkatnya kapasitas anggota kelompok mengenai
program fattening ternak. Kedua, anggota memiliki kapasitas untuk melakukan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organic sehingga dari kegiatan tersebut dapat memberikan peningkatan ekonomi pada anggotanya. Namun dalam periode ini, juga mengalami beberapa hambatan dalam kelompok “Lancar Rejeki”. Pertama fluktuasi harga ka mbing yang tidak menentu membuat kegiatan fattening menjadi sulit dikembangkan. Selain itu, lemahnya modal sosial antar anggota kelompok membuat beberapa anggota kelompok berhenti di tengah merintis kegiatan
Kata kunci : Evaluasi, Pemberdayaan Masyarakat, Kelompok
* * *
## A. Pendahuluan
Pada tahun 2015, merupakan tahun berakhirnya MDGs (Millenium Development Goals). Selanjutnya konsep pembangunan tersebut dilanjutkan dengan dokumen SDGs (Sustainable Development Goals) yang berakhir tahun 2030. SDGs sendiri merupakan dokumen yang disepakati pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup yang berisi tentang 17 agenda. Agenda tersebut yaitu tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, kesetraan gender, air bersih dan sanitasi layak, energi bersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, industry inovasi dan infrastruktur, berkurangnya kesenjangan, kota dan pemukiman yang berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab, penanganan perubahan iklim, ekosistem lautan, ekosistem daratan, perdamaian keadilan dan kelembagaan yangtangguh, kemitraan untuk mencapai tujuan.
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
Salah satu kegiatan SDGs yang menjadi menjadi urgensi di Indonesia saat ini adalah mengurangi angka kemiskinan. Angka kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat, meskipun secara prosentase mengalami naik turun. Menurut data BPS Jumlah penduduk miskin di indonesia per September tahun 2015 mencapai angka 28,51 juta jiwa dengan prsentase 11,13%. Tahun 2016 mencapai angka 27,76 juta jiwa dengan presentase 10,7%. Tahun 2017 mencapai angka 26,58 juta jiwa dengan presentase 10,12%. Tahun 2018 mencapai angka 25,67 juta jiwa dengan presentase 9,41%. Tahun 2019 mencapai angka 32,53 juta jiwa dengan presentase 9,22%.
Untuk memperkecil angka kemiskinan tersebut, memerlukan peran dari berbagai aktor untuk dapat menanggulanginya. Bergesernya skema pembangunan dari yang semula single aktor menjadi multi actor mendorong berbagai stakeholder untuk terlibat dalam penanggulangan kemiskinan. Salah satu aktor yang memiliki potensi besar untuk terlibat dalam menanggulangi masalah sosial adalah sector swasta, yaitu perusahaan. Berdasarkan peraturan terdapat beberapa kebijakan yang mendorong perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Peraturan tersebut diantaranya adalah UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta Peraturan yang mengikat Badan Usaha Milik Negara No 5 tahun 2007 tentang program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (Hayati & Suparjan, 2017).
Melalui kebijakan tersebut, banyak perusahaan yang mulai memiliki kesadaran untuk memberikan program tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat di sekitar wilayah operasinya. Pada
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
penelitian Wulandari, terdapat usaha-usaha kongkrit yang dapat dilakukan program CSR dalam mengurangi angka kemiskinan antara lain mendirikan sekolah gratis sekitar perusahaan, pemanfaatan limbah, dan pelatihan kewirausahaan (Wulandari, 2012).
Selain itu adanya penerapan program tanggug jawab sosial perusahaan juga memberikan dampak positif bagi perusahaan. Salah satunya adalah mendapatkan dukungan dari masyarakat yang merasakan dari aktivitas yang dijalankannya (Susanto, 2007). Untuk itu diperlukan strategi yang cukup baik agar program-program CSR tersebut dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat sehingga meningkatkan reputasi perusahaan.
Ada berbagai jenis kegiatan dalam mengimplementasikan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satunya dengan program yang bersifat peningkatan kapasitas masyarakat. Program CSR yang berbasis peningkatan kapasitas, merupakan program yang bukan sekedar memberikan bantuan berupa uang tunai atau bantuan logistic saja kepada suatu individu atau komunitas, tetapi juga memberikan pelatihan untuk menunjang keberlanjutan program. Namun terkadang, dalam pelaksanannya banyak program tanggung jawab sosial tidak berjalan sebagaimana tujuan program. Terutama pada program yang bersifat pemberdayaan masyarakat. Konsidi tersebut terjadi karena berbagai faktor. Menurut penelitian Muslim, dalam judu l “Analisis Kegagalan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat dalam Membangun Kemandirian Masyarakat Miskin”, faktor yang mempengaruhi tidak berkelanjutannya suatu program pemberdayaan adalah terletak pada buruknya kinerja fasilitator dan kesalahan stakeholder (Muslim, 2017)
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
Salah satu program CSR yang bersifat pemberdayaan adalah pada program pemberdayaan masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”. Program pemberdayaan masyarakat Kelompok Lancar Rejeki adalah program yang bergerak di bidang kewirausahaan peternakan. Tujuan dari program ini adalah untuk mengembangkan kapasitas kelompok masyarakat sehingga mereka mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya program tersebut. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk untuk mengevaluasi berjalannya program pemberdaayn m asyarakat Kelompok “Lancar Rejeki” sehingga di dapatkan faktor keberhasilan atau penghambat dari program tersebut dengan menangkap dan menilai pengalaman penerima manfaat dalam kaitannya dengan pelaksanaan Program Pengembangan Kelompok Peternak Kambing (pengetahuan tentang program, keterlibatan dalam program, dan dampak dari program). Sehingga dapat dijadikan rekomendasi atau sebagai bahan pengambilan keputusan di tempat lain dalam menjalankan sebuah program pengembangan masyarakat.
## B. Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada sifat realita yang terbangun secara sosial (Denzin dkk, 2009). Penelitian ini melihat fenomena sosial berupa jalannya program pengembangan masyarakat Kelompok “Lancar Rejeki” secara medalam sehingga dapat diketahui apakah program tersebut berjalan sesuai dengan tujuan program.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan program pengembangan
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
masyarakat Kelompok “Lancar Rejeki” pada priode 2015 -2018.
Sementara data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai literature dan dokumen yang berhubungan dengan program pengembangan masyarakat Kelompok “Lancar Rejeki” .
Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara, observasi dengan pihak yang terlibat dalam program. Sedangkan analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yang disajikan dalam bentuk data deskriptif
## C. Pembahasan
1. Program Pengembangan Kelompok Peternak Kambing
## Kelompok “Lancar Rejeki”
Program Pengembangan Kelompok Peternak Kambing
Kelompok “Lancar Rejeki” merupakan program antara PT Semen Gresik bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. PT. Semen Gresik telah mengidentifikasi potensi pengembangan ekonomi masyarakat di tiga desa yang termasuk dalam wilayah ring satu perusahaan, yakni Desa Temandang, Socorejo, dan Kasiman. Esensi dari program ini adalah untuk memupuk kesadaran masyarakat mengenai potensi yang ada pada diri dan lingkungan sekitarnya, sehingga mampu mengolahnya secara mandiri dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat desa yang produktif, kokoh dan sejahtera.
Program Pengembangan Kelompok Peternak Kambing dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada kelompok masyarakat di masing-masing desa yang menjadi sasaran program. Pelatihan mengenai kewirausahaan dan teknis pemeliharaan diberikan sebelum pelaksanaan program pemeliharaan ternak dimulai.
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
Kelompok Peternak K ambing “Lancar Rejeki” merupakan salah satu kelompok peternak kambing dengan jenis usaha “fattening”, yakni melakukan usaha penggemukan kambing, mulai dari bibit hingga masuk pada fase layak jual. Program ini dimulai dengan memberikan peningkatan kapasitas yang difasilitasi oleh PT. Semen Gresik pabrik Tuban bekerja sama dengan pendamping dari fakultas Peternakan UGM. Sesuai dengan salah satu prinsip pemberdayaan adalah proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Sulistyani 2004:77). Pada kasus ini pihak yang memiliki daya lebih besar merupakan pihak perusahaan dengan sumber dayanya mampu memberikan fasilitator untuk masyarakat mengembangkan potensinya,
## 2. Pembelian Bibit dan Penjualan Kambing Fattening
Populasi ternak pada awal pengadaan program tersebut berjumlah 10 ekor kambing jantan fattening (penggemukan) yang didatangkan dari Yogyakarta dengan total nilai Rp. 10.900.000,00. Sebelum program dijalankan, pemberian bahan pakan pada ternak masih menggunakan bahan yang tradisional. Melalui proses pelatihan dan pendampingan, peternak saat sudah mampu membuat pakan fermentasi yang terdiri dari kulit ari coklat dan kangkung kering. Keunggulan dari pakan ini adalah tidak berbau dan cepat untuk proses penggemukan. Hal ini dibuktikan melalui pengukuran bobot ternak secara periodic yang terus meningkat. Selain itu, hasil kotoran dari pakan fermentasi tidak keras dan tidak berbau, sehingga cocok sebagai bahan pupuk kandang.
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
Masalah yang dihadapi oleh peternak adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan fermentasi tersebut susah didapatkan dan harganya mahal, Selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan pakan fermentasi tidak sebanding dengan harga jual hewan ternak yang cenderung fluktuaktif. Kelompok “Lancar Rejeki” menyiasatinya dengan mengganti bahan-bahan yang diajarkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan bahan-bahan yang mudah untuk didapatkan dan dengan harga yang lebih murah, seperti sisa dari pertanian, dengan campuran kulit kacang atau kulit kedelai.
## 3. Pengembangan Jenis Usaha
Kelompok “Lancar Rejeki” sudah mampu memasarkan sendiri pupuk kandang dan pupuk organik cair (POC) yang dibuat secara mandiri. POC merupakan hasil olahan dari air seni kambing yang difermentasi. Sedangkan pupuk kandang diolah dari kotoran kambing. Kotoran kambing yang sudah kering dikumpulkan dalam satu kotoran kambing yang sudah kering dikumpulkan dalam satu tempat berkapasitas 1 ton. Bahan baku pupuk kambing tidak hanya berasal dari kambing milik kelompok, tetapi juga didatangkan dari luar kota. Kotoran yang telah terkumpul, dicampur secara merata dengan serbuk Primadec 1 Kg. Pupuk setengah jadi yang telah dicampur Primadec , harus diaduk setiap satu hari sekali untuk mempercepat proses pencampuran, kemudian ditutup dengan terpal, begitu seterusnya sampai seminggu. Setelah seminggu proses pengolahan, pupuk dihaluskan dan dimasukan ke karung dan siap untuk dijual. Bahan untuk membuat pupuk kompos, diambil dari ekskresi hewan ternak yang dimiliki oleh kelompok. Satu kambing atau domba dalam sehari bisa menghasilkan 5 Ons. Dalam satu bulan, satu ekor kambing atau
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
domba menghasilkan 1,5 Kg. Ada 14 ekor kambing yang dimiliki oleh kelompok “Lancar Rejeki”, sehingga dala m satu bulan ekskresi yang dihasilkan mencapai 21 Kg kotoran kambing.
## 4. Pemasaran
Komoditas yang dipasarkan oleh kelompok “Lancar Rejeki” berupa kambing dan domba hasil penggemukan serta olahan pupuk kandang (kompos). Ternak kambing hasil proses penggemukan dipasarkan dengan mengikuti mekanisme pasar tradisional, dimana harga ditentukan berdasarkan hitungan per kilogram. Berdasarkan hasil FGD dapat diketahui rantai pemasaran bibit dan ternak hasil penggemukan. Kelompok “Lancar Rejeki” membeli bibit domba fattening . Anggota kelompok “Lancar Rejeki” mengalami kesulitan dalam memasarkan hewan ternak hasil penggemukan. Tidak ada kepastian dalam penentuan harga beli dan jual hewan ternak. Peternak tidak mempunyai kuasa untuk menentukan harga jual di pasar. Contoh masalah yang terjadi adalah peternak membeli bibit di juragan dengan harga Rp. 42.000,00 per Kg untuk kambing jantan. Sedangkan ketika dijual di juragan yang sama, peternak mendapatkan harga Rp. 40.000,00 per Kg. Lain halnya dengan kambing atau domba betina, masalah fluktuasi harga tidak mempengaruhi harga jual atau harga beli per Kg nya. Bibit kambing atau domba betina dihargai Rp. 32.000,00 oleh juragan setiap Kg. Sedangkan pada saat dijual kembali oleh peternak, harganya juga mengalami penurunan, yaitu Rp. 30.000,00 per Kg. Hal ini tentu membuat peternak mengalami kerugian, karena harga jual kambing yang tidak seberapa banyak namun tetap mengeluarkan biaya yang tinggi untuk membeli bahan pakan fermentasi saat proses penggemukan.
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
Pemasaran pupuk kandang sudah masuk ke toko pertanian setempat dan warga sekitar. Di awal pengembangan pupuk kandang, terjual sekitar 10 sak untuk kebutuhan petani sekitar. Hingga saat ini, penjualan pupuk semakin meningkat. Kelompok Lancar Rejeki sudah memiliki pemasok pupuk yaitu 2 toko pertanian di daerah Tuban. Pupuk kandang tersedia dalam bentuk karung seharga Rp. 20.000,00. Dalam bentuk kemasan 1 Kg seharga 2.000 dan kemasan 5 Kg seharga Rp. 5.000. Kelompok ini mengalami kesulitan dalam memasarkan pupuk cair karena respon pasar terhadap pupuk cair masih kurang.
## 5. Keterlibatan Anggota dalam Kelompok
Salah satu hal terpenting dalam sebuah program pemberdayaan adalah partisipasi masyarakat (Sunartiningsih, 2004). Anggota kelompok awal terbentuk terdiri dari lima orang, namun tak berlangsung lama dua anggota mengundurkan diri. Sehingga saat ini kelompok “Lancar Rejeki” hanya beranggotakan tiga orang. Pembagian tugas seperti pemberian pakan dan pemeliharaan hewan ternak didasarkan pada kesadaran dan rasa saling percaya antar anggota. Mekanisme pembagian tugas seperti ini bisa berjalan dengan baik hanya di kelompok dengan modal sosial yang kuat. Setiap anggota kelompok “Lancar Rejeki” menyadari tugas dan tanggungjawabnya masing-masing, dan menjalankan tugas dengan keyakinan bahwa keberhasilan kelompok juga ditentukan dari peran serta setiap anggota kelompok.
Tugas yang dijalankan oleh anggota kelompok “Lancar Rejeki”
meliputi:
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
1. Pemilihan bakalan: meliputi penampakan fisik, status kesehatan, dan tujuan pemeliharaan.
2. Manajemen pakan: berupa ketersediaan bahan, metode pemberian, penyimpanan, teknologi pengolahan, dan pengawetan pakan.
3. Manajemen pemeliharaan: tugas ini meliputi produksi ternak, pencegahab dan penanganan penyakit, sanitasi dan kebersihan, rekording atau catatan kejadian ternak..
4. Manajemen Limbah: tugas ini meliputi penanganan dan pengolahan limbah.
5. Manajemen usaha: tugas ini meliputi perencanaan usaha, analisa usaha, laporan keuangan, promosi dan pemasaran.
Pada dasarnya, setiap anggota kelompok “Lancar Rejeki” mempunyai tanggungjawab dan kewajiban yang sama dalam setiap tugas dan kegiatan yang dijalankan oleh kelompok. Namun demikian, setiap keputusan kelompok selalu melibatkan anggota dan merupakan hasil dari keputusan kolektif.
## 6. Dampak Program Terhadap Penerima
Pemberdayaan juga dimaknai sebagai usaha melakukan perubahan sosial dan ekonomi yang terencana ke arah yang lebih baik (Usman 2015:44). Pada periode 1 pembelian kambing sebanyak 10 ekor dengan harga Rp. 18.500.000, setelah melalui proses penggemukan dijual seharga Rp. 16.000.000. Setelah itu dibelikan lagi domba fattening sebanyak 15 ekor seharga Rp. 11.075.00. Dari penjualan di periode 1, kelompok ini mendapat keuntungan Rp 4.925.000. Selanjutnya, 1 ekor domba dijual dengan harga Rp. 1.400.000 dan
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
dibelikan lagi 1 ekor domba fattening. Keuntungan di penjualan kali ini Rp. 250.000. Domba kembali dijual 4 ekor seharga Rp. 5.200.000. Dari hasil penjualan tersebut, Rp. 1.200.000 dibagikan ke anggota dan sisanya Rp. 4.000.000 dimasukkan ke kas kelompok. Kelompok “Lancar Rejeki” kembali menjual dombanya 11 ekor seharga Rp. 10.000.000. Total keuntungan periode 2 sebesar 3.100.000. Pada periode 3 dari program tersebut dibelikan domba 12 ekor seharga Rp. 10.900.000.
Selama satu bulan, rata-rata kenaikan bobot badan domba sekitar 2kg/ekor. Saat ini aset yang dimiliki oleh kelompok Lancar Rejeki adalah 12 ekor domba dengan harga sekitar 10.900.000, 1 unit kandang kapasitas 15 ekor dengan harga Rp. 3.600.000 dan peralatan kandang (tong, ember, chopper) dengan harga Rp. 3.240.000.
Pendapatan Kelompok “Lancar Rejeki” lebih banyak dari kegiatan produksi pupuk kompos. Berikut merupakan rincian biaya produksi dari kelompok “Lancar rejeki” :
Biaya Produksi Pupuk Organik Per Karung
No Bahan Produksi Satuan Nominal (Rp) 1 Kotoran Kambing 1 Sak 8.000 2 Primadec 1/50 Pack 300 3 Bensin 1/30 Liter 300 4 Tambahan Tenaga Produksi 1 Karung 3.000 5 Karung 1 Sak 500 Jumlah 12.100
Keuntungan:
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki” Harga Jual Per Karung : Rp. 20.000,00 Biaya Produksi Per Karung : Rp. 12.100,00
Rp. 7.900,00 / karung
Permintaan pasar pupuk kompos lancar rejeki dipasarkan melalui toko - toko pertanian, dan ada juga petani setempat dan petani yang berasal dari luar kecamatan mengambil pupuk langsung dari tempat produksi. Ada tiga toko yang menjadi penyaluran pupuk lancar rejeki, setiap tokonya rata-rata mampu menjual 150 karung setiap bulannya. Pada saat musim tanam, permintaan petani terhadap pupuk bisa mencapai 200 sak per bulan. Selain masa tanam, permintaan terhadap pupuk kompos bisa mencapai 100 sak per bulan. Dengan asumsi satu tahun ada 3 kali panen, berarti ada 3 bulan masa tanam dan 9 bulan masa non-tanam.
Permintaan Petani
3 x 200 = 600 Sak 9 x 100 = 900 Sak
1500 (Sak): 12 (bulan) = 125 sak per bulan
Maka pendapatan dan keuntungan maksimal perbulan untuk kelompok ternak lancar rejeki adalah sebagai berikut
Pendapatan :
Toko Pertanian Senori 150 x @ 20.000 = Rp. 3.000.000,00
Toko Pertanian Bondalem 150 x @ 20.000 = Rp. 3.000.000,00
Permintaan Petani 125 x @ 20.000 = Rp. 2.500.000,00 Rp. 8.500.000,00
Keuntungan :
Toko Pertanian Senori 150 x @ 7.900 = Rp. 1.185.000,00 Toko Pertanian Bondalem 150 x @ 7.900 = Rp. 1.185.000,00 Permintaan Petani 125 x @ 7.900 = Rp. 987.500,00 Rp. 3.357.500,00/ bulan
Keuntungan yang didapat dari penjualan pupuk dari kelompok ini digunakan atau dialokasikan sesuai kebutuhan kelompok, mulai dari kas, kebutuhan individu seperti pinjaman, dan lain-lain.
## 7. Analisis SWOT ( Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threaths )
## Strenghts (Kekuatan)
a. Berdasarkan pemaparan diatas, pada program pemberdayaan
Kelompok Ternak “Lancar Rejeki” memiliki beberapa kekuatan. Pertama ketersediaan bahan baku untuk pembuatan pupk organic cair berupa kotoran hewan cukup mudah di dapatkan. Selain berasal dari ternak k elompok “Lancar Rejeki”, bahan baku pembuatan produk pupuk organic tersebut juga mudah di dapatkan dari luar daerah apabila ada peningkatan permintaan pupuk organic cair. Kedua, terdapat anggota kelompok “Lancar Rejeki” yang memiliki kemauan untuk mengemba ngkan usaha tersebut. Sehingga dari waktu ke waktu muncul inovasi untuk mengupayakan peningkatan mutu dari produk pupuk organic cair tersebut.
b. Kelemahan (Weaknesses) :
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
Terdapat beberapa kelemahan dari program pemberdayaan Kelompok Tenak “Lancar Rejeki” . Pertama, terdapat beberapa anggota kelompok yang memutuskan keluar dari kelompok ternak “Lancar Rejeki”. Menurut penuturan anggota kelompok , mundurnya dua orang anggota lebih disebabkan karena adanya perbedaan orientasi dan kurangnya motivasi dalam berwirausaha. Selain itu, modal sosial berupa kepercayaan dan hubungan kekerabatan yang dimiliki oleh kelompok juga berpengaruh terhadap eksistensi kelompok. Kedua, untuk program peggemukan ternak ( fattening ), para anggota kelompok susah mendapatkan bahan-bahan kebutuhan pembuatan pakan fermentasi di sekitar daerah tempat tinggal mereka, Tuban. Ketiga, untuk usaha peggemukan ternak ( fattening ) masih sulit dikembangkan karena harga jual kambing yang sangat fluktuatif. Harga yang tidak menentu membuat anggota kelompok merasa rugi karena harga beli kambing dan perawatannya tidak menguntungkan saat harga kambing dipasaran sedang rendah. Sehingga usaha fattening belum menjadi kegiatan pokok dalam program pemberdayaan masyarakat di kelompok ternak “Lancar Rejeki”. Selain itu, masih minimnya pengetahuan mengenai kondisi kandang yang ideal menghambat proses pengolahan pembuatan pupuk kompos.
## c. Peluang (Opportunities)
:
Terdapat beberapa kegiatan dalam program pemberdayaan masyarakat dalam kelompok ternak “Lancar Rejeki”. Sa lah satunya adalah pembuatan pupuk organic cair. Kelompom Lancar Rejeki ini merupakan kelompok yang berada di Desa Temandang,
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
Tuban, Jawa Timur dengan setting wilayah masyarakat yang terdiri mayoritas petani dengan lahan pertanian yang masih sangat luas. Sehingga pasar untuk produk pupuk organik masih sangat luas. Selain itu masih minimnya produsen pupuk organic juga menjadi peluang tersendiri bagi berkembangnya usaha di kelompok ternak “Lancar Rejeki” tersebut. Apabila masa tanam tiba, kebutuhan pupuk di daerah tersebut meningkat sementara ketersediaan pupuk kimia pun sangat terbatas, sehingga banyak petani yang menggunakan pupuk organic untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Sehingga usaha pupuk organik menjadi salah satu peluang yang baik untuk memberdayakan masyarakat.
## d. Ancaman (Threats) :
Terdapat beberapa ancaman dari program pemberdayaan kelompok ternak “Lancar Rejeki” . Pertama harga kambing yang fluktuatif membuat kelompok kecil seperti “Lancar Rejeki” masih kewalahan dalam mengatasinya. Akibatnya kegiatan penggemukan ternak ini belum berjalan dengan baik dan terancam tidak dapat dilanjutkan lagi sebagai salah satu kegiatan di program pemberdayaan kelompok ternak “Lancar Rejeki”
## D. Penutup
Melalui rangkaian kegiatan evaluasi dengan menggunakan metode Beneficiary Assesment, dapat diketahui bahwa program Pemberdayaan Peternak Kambing Kelompok “Lancar Rejeki” membawa kemanfaatan bagi masyarakat penerima program. Sebagain sebuah program yang mengusung strategi pemberdayaan masyarakat, program ini memiliki potensi yang dapat dimaksimalkan. Program
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
pemberdayaan kelompok ternak “Lancar Rejeki” merupakan kontribusi PT. Semen Gresik – Pabrik Tuban bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal di sekitar perusahaan. Peningkatan pendapatan per bulan yang diperoleh para peternak menjadi salah satu indicator keberhasilan program.
Berikut adalah rekomendasi yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan yang berkelanjutan dan menjadikan kelompok “Lancar Rejeki” sebagai role model untuk replikasi pembentukan kelompok selanjutnya:
## 1. Inisiasi Kelompok
Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya sosialisasi program yang dibantu oleh perangkat desa dan organisasi kepemudaan (Karang Taruna). Untuk
mengoptimalkan pembentukan kelompok, sekaligus menjamin eksistensinya hendaknya ada proses screening dari inisiator program dengan memperhatikan hal-hal seperti: kepercayaan, hubungan kekerabatan, dan lamanya setiap calon anggota saling mengenal. Kedekatan personal mampu menjaga harmoni kelompok saat terjadi masalah dalam pengelolaan kelompok. Perlu adanya focus group discussion (FGD) yang diadakan oleh PT Semen Indonesia yang dihadiri oleh kelompok-kelompok yang terbentuk dari hasil sosialisasi program, tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman awal terkait program.
## 2. Pengemukan Kambing
Dalam proses penggemukan, peternak di kelompok “Lancar Rejeki” selama ini mengalami kesulitan dalam mendapatkan
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
bahan-bahan untuk pembuatan pakan fermentasi seperti yang sebelumnya diajarkan oleh pendamping. Selain harganya yang mahal, bahan-bahan tersebut juga susah didapatkan di Tuban. Rekomendasi yang ditawarkan adalah dengan menjalin kerjasama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban untuk membuat pakan fermentasi yang berkualitas dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan dan juga dengan harga yang murah. Opsi berikutnya adalah, pemberian subsidi oleh perusahaan kepada peternak kelompok “Lancar Rejeki” dalam jangka waktu tertentu untuk pembelian bahan pakan fermentasi.
3. Pemeliharaan Ternak
Permasalahan yang dirasakan oleh peternak dalam hal pemeliharaan adalah kondisi kandang yang perlu diperbaiki. Kondisi kandang pada bagian alas terlalu rapat, jarak antara kayu satu dan yang lain terlalu rapat sehingga kotoran kambing tidak langsung dapat turun dan terkumpul di bak penampung feses. Persoalan kedua yang dikeluhkan oleh peternak adalah mengenai kondisi kesehatan ternak yang membutuhkan lebih banyak perhatian, para peternak mengharapkan adanya kunjungan dari mantri hewan maupun dari Dinas Perikanan dan Peternakan Tuban untuk memantau kesehatan ternak. Rekomendasi dari kedua persoalan ini adalah; pertama, adanya kegiatan renovasi kandang ternak denagn menggunakan desain kandang yang ideal serta memperluas kandang ke arah barat yang dapat dipergunakan untuk menyimpan hasil olahan kompos atau
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
tempat produksi kompos pada saat musim hujan. Kedua, menjalin kerjasama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan Tuban untuk melakukan kunjungan terjadwal kepada kelompok-kelompok peternak binaan PT. Semen Gresik –
Pabrik Tuban.
4. Penjualan dan Pemasaran Produk Kelompok “Lancar
## Rejeki”
Selama periode program berjalan, peternak kelompok “Lancar Rejeki” mengalami kerugian akibat harga jual kambing atau domba yang seringkali fluktuatif. Selain itu, selisih harga saat pembelian bibit dan penjualan kambing atau domba hasil penggemukan membuat peternak kehilangan sebagian besar keuntungan atau bahkan seringkali merugi. Rekomendasi yang ditawarkan adalah dengan menghubungkan peternak kelompok “Lancar Rejeki” ke industri wisata seperti hotel, restoran yang ada di Kabupaten Tuban. Selain itu, untuk menyiasati selisih harga saat penjualan kambing hasil penggemukan, perusahaan hendaknya bisa mendorong kelompok peternak atau masyarakat untuk memiliki rumah pemotongan hewan. Kedepannya, peternak tidak hanya menjual kambing penggemukannya langsung ke pasar namun juga bisa mengkonversikannya dalam bentuk daging. Di bidang penjualan dan pemasaran pupuk kompos, untuk meningkatkan jumlah penjualan produk serta memperluas pasar maka perlu adanya perbaikan dan peningkatan kualitas pupuk kompos dan kemasan yang digunakan.
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
Peningkatan kualitas pupuk kompos membutuhkan kerjasama dengan instansi pemerintah yang terkait atau mendatangkan praktisi di bidang pembuatan pupuk kompos. Slain itu kemasan produk dapat didesain ulang sehingga menjadi lebih menarik bagi konsumen dan dapat meningkatkan penjualan.
## 5. Manajemen Kelompok
Eksistensi kelompok “Lancar Rejeki” juga merupakan tanggung jawab perusahaan sebagai inisiator untuk menjamin keberlanjutan program. Kunjungan dari staff Community Development ke lokasi hendaknya dilakukan secara rutin, dalam kunjungan tersebut staff harus bisa menangkap dan mengumpulkan informasi dan keluhan dari peternak agar bisa digunakan sebagai baseline kebijakan berikutnya.
6. Reduplikasi kelompok dapat dilakukan dengan menguatkan modal sosial yang ada di masyarakat serta melakukan intergrasi dengan program CSR PT. Semen Gresik – Pabrik Tuban lainnya. Misalnya, kelompok ternak ini diintegrasikan dengan limbah pertanian dari kelompok tani sehingga dapat memperkuat eksistensi keberlangsungan program
pemberdayaan tersebut.
Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Ternak “Lancar Rejeki”
## Daftar Pustaka
Denzin, Norman, Yvona, Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hayati, B.N., & Suparjan. 2017. “Kemitraan Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program CSR Batik Cap Pewarna Alami Di PT, Semen Gresik Pabrik Tuban ”. Jurnal
Sosiologi USK: Media Pemikiran & Aplikasi, 11(1):43-50
Muslim, Aziz. 2017. “Analisis Kegagalan Progra m Nasional Pemberdayaan Masyarakat dalam Membangun Kemandirian Masyarakat Miskin (Studi Kasus di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur)”. Jurnal Penyuluhan , 13(1)
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.
Sulistyani, A. T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan .
Yogyakarta: Gava Media.
Sunartiningsih, A (Ed). 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat .
Yogyakarta: Aditya Media
Susanto, A.B. 2007. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility .
Jakarta: Erlangga.
Usman, Sunyoto. 2015. Esai-Esai Sosiologi Perubahan Sosial . Yogyakarta.
## Pustaka Pelajar
Wulandari, Desi. 2012 “Peranan Corporate Social Responsibi lity Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mengurangi Kemiskinan”. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, 11 (2).
|
5c568b2e-c697-4bf6-9baa-3139805fa8a4 | https://journal.ipb.ac.id/index.php/konservasi/article/download/10973/8455 |
## PERAN STAKEHOLDER PADA ASPEK KONSERVASI DALAM PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)
The Conservation Role of Stakeholder in Management of Kepulauan Seribu Marine National Park (TNKpS)
E KA D ANA P RABOWO 1) , H ARNIOS A RIEF 2) , T UTUT S UNRMINTO 3)
1) Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, 2) Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB,
3) Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB,
PO BOX 168, Bogor 16001
Email: [email protected] Telp: +6282299364492
Diterima 13 Maret 2015 / Disetujui 27 April 2015
## ABSTRACT
The TNKpS area was marine consist of 110 small land with 108 land outside management authority of TNKpS and five of which are settlement land which occupied by 14,061 people. Beside the area condition, management complexities were actualization of protection, preservation, and utilization of natural resources in TNKpS. To overcome the management complexities, collaboration with other stkakeholders were needed so that the goals of management could be achieved. The purpose of this research is to identify the main role of stakeholder in conservation aspects. Research was done on the all of TNKpS’ SPTN at the islands where the stakeholder standby, using a closed-ended questionnaire method to 77 indicator in 11 criteria, and analyzed as descriptive. Stakeholders consist of government institutions, private sectors, NGOs, and the communities organization. Positive roles were the dominant to conservation activities. The stakeholder role focused on certain indicator that appropriate with organization main function and goals along with collaboration agreement. The role that less only the management of abration and intrution, utilization, and carrying capacity has not been done by all of the stakeholders.
Keyword: collaboration, management complexities, role, stakeholders, TNKpS
## ABSTRAK
Kawasan TNKpS berupa areal laut, terdiri dari 110 daratan kecil dengan 108 daratan diluar otoritas pengelolaan TNKpS dan lima diantaranya adalah daratan pemukiman yang dihuni 14,061 orang. Selain kondisi kawasan, kompleksitas pengelolaan terdapat pada aktualisasi fungsi perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan pada sumberdaya alam di TNKpS. Untuk mengatasi kompleksitas pengelolaan dibutuhkan kolaborasi dengan pihak lain agar tujuan pengelolaan konservasi tercapai. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi peran utama para stakeholder dalam aspek konservasi. Penelitian dilakukan pada seluruh SPTN TNKpS pada pulau-pulau tempat stakeholder berada, menggunakan metode kuisioner tertutup pada 77 indikator dalam 11 kriteria konservasi dan dianalisis secara deskriptif. Stakeholder terdiri dari lembaga pemerintahan, swasta, LSM, dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran positif dominan pada kegiatan konservasi. Peran stakeholder memiliki fokus pada indikator-indikator tertentu yang sesuai dengan tujuan pokok dan fungsi lembaga serta kesepakatan kolaborasi. Peran yang kurang hanya pada pengelolaan abrasi dan intrusi air laut, pengaturan cara pemanfaatan dan pengelolaan daya dukung kawasan belum dilakukan oleh seluruh stakeholder.
Kata kunci: kolaborasi, kompleksitas pengelolaan, peran, stakeholder, TNKpS
## PENDAHULUAN
Kompleksitas pengelolaan TNKpS terlihat dari seluruh wilayahnya yang merupakan kawasan perairan laut, dengan terdapat 110 daratan yang terdiri dari pulau, karang, dan gosong namun hanya dua pulau yang dikelola oleh TNKpS (P. Penjaliran Barat dan Timur). Lebih jauhnya lima diantaranya adalah pulau pemukiman dengan jumlah penduduk mencapai 14,061 jiwa (BTNKpS 2008).
Kompleksitas pengelolaan TNKpS selain kondisi kawasan juga terdapat pada aktualisasi penerapan konservasi yaitu bidang perlindungan, pengawetan dan
pemanfaatan. Kompleksitas pengelolaan TNKpS tidak dapat diselesaikan oleh pihak TNKpS sendiri melainkan harus berkolaborasi dengan pihak lain agar tujuan pengelolaan konservasi terwujud. Pengelolaan secara kolaboratif penting dilakukan dalam upaya pengelolaan kehutanan, sesuai dengan pernyataan Kobbail (2010) yang menyatakan bahwa collaborative management dari suatu sumberdaya alam dapat dijadikan strategi yang efektif untuk keberlanjutan pengelolaan kehutanan.
Kolaborasi dapat efektif jika masing-masing pihak mengetahui peran masing-masing untuk mencapai tujuan kolaborasi, sehingga penting untuk diidentifikasi peran masing-masing stakeholder dalam pengelolaan
konservasi. Kejelasan peran para pihak dalam pengelolaan konservasi dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi terhadap rencana pengelolaan TNKpS dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam kolaborasi pengelolaan TNKpS.
## METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 5 Maret sampai 5 April 2014 di kawasan TNKpS SPTN I , II, dan III khususnya di pulau-pulau dimana stakeholder yang berkaitan dengan pengelolaan konservasi di TNKpS berada yaitu Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Kotok Besar, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, Pulau Harapan, Pulau Macan Kecil, dan Pulau Sepa Besar.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara, kuesioner, kamera, dan alat perekam serta bahan yang digunakan adalah seluruh stakeholder yang berkaitan dengan pengelolaan konservasi di TNKpS.
Jenis data yang diambil mencakup data sekunder yang dikumpulkan dengan penelusuran pustaka meliputi peta lokasi penelitian, dokumen-dokumen pengelolaan TNKpS, MoU, laporan kegiatan, dan literatur yang membantu dalam penelitian. Kemudian data primer yang mencakup nilai persepsi peran stakeholder pada aspek konservasi. Data primer dikumpulkan melalui kuisioner tertutup ( close-ended questionnaire ) dengan 7 skala (Avenzora 2008) yang disintesis dari UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam. Skoring skala Likert yang digunakan pada penelitian ini yaitu 1=Sangat tidak baik/ sangat tidak dilakukan, 2=Tidak baik/ tidak dilakukan, 3=Agak tidak baik/agak tidak dilakukan, 4=Biasa saja, 5=Agak baik/agak dilakukan, 6=Baik/dilakukan, 7=Sangat baik/sangat dilakukan. Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif, yaitu penjabaran secara deskriptif hasil pengolahan statistik kuisioner skala likert.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Stakeholder
Stakeholder merupakan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan memiliki tujuan masing-masing dalam pengelolaan kawasan. Meyer (2005) mendefinisikan stakeholder adalah mereka yang memiliki hak dan kepentingan dalam sebuah sistem. Stakeholder dapat berupa perorangan, komunitas, grup sosial, atau organisasi. Stakeholder di TNKpS terdiri dari kelompok- kelompok tertentu berdasarkan aspek konservasi yang berjumlah 36 stakeholder.
Kelompok-kelompok stakeholder terbagi ke dalam empat kategori kelompok yaitu (1). Kelompok lembaga pemerintahan meliputi TNKpS dan pemerintah daerah (Pemda) Kep. Seribu, (2). Kelompok lembaga swasta
meliputi PT. Pulau Sepa Permai dan PT. United Adventures , (3). Kelompok LSM meliputi Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Yayasan Terangi (Terumbu karang Indonesia), dan (4). Kelompok lembaga masyarakat meliputi, Gurita ( guide, tour, and travel ), Paguyuban Bintang Harapan dan AJWKS
(Asosiasi Jasa Wisata Kep. Seribu), Pernitas (perhimpunan nelayan ikan hias dan tanaman hias), SPKP (Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan), KPA (Kelompok Pecinta Alam), MMP (Masyarakat Mitra Polhut), dan tokoh masyarakat.
## 2. Peran stakeholders
Peran adalah lakon yang dijalani oleh para stakeholder sesuai dengan fungsi yang diemban untuk mencapai tujuan-tujuan konservasi yaitu kesejahteraan masyarakat. Peran konservasi tersebut telah dibagi ke dalam tiga aspek konservasi yaitu perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari yang dinilai menggunakan skoring skala Likert (1-7) yang disesuaikan (1=Sangat tidak baik/ sangat tidak dilakukan, 2=Tidak baik/ tidak dilakukan, 3=Agak tidak baik/ agak tidak dilakukan, 4=Biasa saja, 5=Agak baik/ agak dilakukan, 6=Baik/ dilakukan, 7=Sangat baik/ sangat dilakukan).
## a. Aspek Perlindungan
Gambar 1 menunjukkan bahwa peran konservasi dari aspek perlindungan kawasan yang dilakukan pihak TNKpS mencakup keseluruhan kriteria, namun fokus pada indikator-indikator tertentu. Daerah-daerah yang ditetapkan menjadi zona tertentu berdasarkan data lapang menunjukkan kesesuaian dengan potensi yang ada. Sebagai contoh, Pulau Peteloran yang merupakan zona inti II, ditetapkan sebagai zona inti karena merupakan habitat utama penyu untuk bertelur sehingga dibentuklah pengelolaan terpadu yang disebut UKT (Unit Konservasi Terpadu).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pembuatan pal batas sudah pernah dilakukan namun tidak berhasil karena hilang dan untuk pengadaannya kembali membutuhkan biaya yang sangat besar. Upaya lain yaitu dengan menggunakan bahan-bahan bekas seperti drum dan karet ban bekas sebagai pengikat pal batas untuk menghindari pencurian.
Peran aspek perlindungan oleh pemerintah daerah (pemda) hanya pada kriteria pembinaan wilayah pada kegiatan pengendalian abrasi, intrusi air laut dan pengelolaan pengunjung. Kegiatan yang dilakukan pemda tersebut berupa pembuatan benteng atau dam yang digunakan untuk menghalangi masuknya air laut, namun secara ekologi tidak baik karena kawasan pemukiman seperti Pulau Pramuka merupakan tempat pendaratan penyu sisik untuk bertelur, sehingga kelestarian jenisnya terancam. Peran masing-masing stakeholder pada aspek perlindungan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peran stakeholder pada aspek perlindungan
Peran LSM dalam aspek perlindungan lebih pada sosialisasi mengenai perlindungan terumbu karang, elang laut dan biota laut lainnya serta pemantauan proses pemanfaatan sumberdaya alam. Hal tersebut disesuaikan dengan tujuan pokok dan fungsi LSM dan sesuai dengan kesepahaman kerjasama dengan TNKpS.
Peran lembaga swasta kurang menonjol pada aspek perlindungan kawasan. Peran yang terutama dilakukan adalah peran yang berhubungan dengan pengelolaan wisata dalam hal peningkatan kualitas wisata yang diberikan kepada pengunjung. Peran dalam aspek perlindungan yaitu pada pengelolaan sampah dan pengelolaan pengunjung serta obyek wisata. Peran tersebut dilakukan khususnya pada area yang menjadi cakupan kerjanya yaitu pada pulau wisata masing-masing (Pulau Sepa Besar dan Pulau Macan Kecil).
Peran masyarakat adalah pada program pembinaan wilayah dan pengelolaan abrasi. Peran tersebut bersifat pastisipatif yang berarti masyarakat menjalankan apa yang sudah terprogramkan oleh lembaga lain, sangat sedikit yang melakukan peran tersebut karena inisiatif kesadaran konservasi. Masyarakat pada umumnya belum
menyadari pentingnya konservasi kawasan, bahkan masih menganggap penanaman bakau sebagai pelindung dari abrasi marupakan sumber penyakit.
## b. Aspek Pengawetan
Aspek konservasi selanjutnya adalah pengawetan yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya. Berdasarkan Gambar 2, peran yang menonjol dari TNKpS hanya pada beberapa peran. Peran yang menonjol tersebut meliputi Inventarisasi dan identifikasi potensi flora, fauna dan habitatnya saat ini semakin intensif diadakan, karena TNKpS melaksanakan pengelolaan berbasis resort atau Resort Based Management (RBM) sejak awal tahun 2014. Selanjutnya peran dalam penanaman vegetasi, pemetaan kawasan yang rawan dan penelitian serta pengembangan. Peran aspek pengawetan yang dilakukan oleh stakeholder TNKpS disajikan pada Gambar 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan penyelamatan jenis dan ekosistemnya masih terbatas pada penyelamatan penyu dan rehabilitasi elang laut
0 2 4 3 2 2 3 2 3 4 2 Penentuan wilayah perlindungan Pembinaan wilayah Penanganan kerusakan dan pengamanan kawasan Pengaturan cara pemanfaatan 0 5 1 2 1 1 2 3 1 2 Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya Penerapan koridor hidupan liar Pemulihan ekosistem
Penutupan kawasan
Gambar 2. Peran stakeholder pada aspek pengawetan
(JAAN) serta penanaman bakau. Penyelamatan biota langka dilakukan dengan penjagaan dari pengambilan oleh pihak lain dari alam.
Peran pemda dalam konservasi TNKpS pada aspek pengawetan, yang tinggi adalah rehabilitasi ekosistem dan penanaman vegetasi. Kegiatan tersebut lebih difokuskan pada areal laut berupa penanaman dan rehabilitasi ekosistem terumbu karang dan padang lamun. Peran pemda difokuskan pada kegiatan yang dapat menjadi sumber pendapatan daerah, seperti rehabilitasi terumbu karang yang merupakan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) asli kepulauan seribu.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ancaman terbesar perusakan ekosistem adalah pengambilan material laut seperti batu karang dan pasir laut. Hal tersebut terjadi karena besarnya biaya mendatangkan material bangunan tersebut dari daratan terdekat (Jakarta), sehingga masyarakat menggunakan material laut tersebut. Oleh karena itu, telah ada kesepakatan yang mengatur penentuan tempat pengambilan material laut namun hanya diperbolehkan untuk bangunan pribadi bukan resort atau homestay serta material laut tidak boleh dibawa atau diangkut keluar kawasan Kepulauan Seribu.
Peran konservasi pihak LSM hanya pada kriteria pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya pada kegiatan pengawasan perburuan ilegal dan perusakan ekosistem. Peran tersebut sesuai dengan tujuan pengelolaan lembaga tersebut yang berkaitan dengan pengelolaan ekosistem dan rehabilitasinya yang ditujukan khusus pada ekosistem terumbu karang oleh Yayasan Terangi dan rehabilitasi ekosistem yang berkaitan dengan habitat pelepasliaran jenis-jenis elang laut oleh JAAN.
Peran konservasi pihak swasta terfokus pada kriteria pemulihan ekosistem khusunya pada kegiatan kebijakan pemuliahn ekosistem, pemulihan dinamika populasi, dan rehabilitasi ekosistem. Lembaga swasta melakukan kegiatan tersebut difokuskan pada pulau- pulau resort wisata yang dapat menjadi daya tarik dan menambah nilai kepuasan bagi pengunjung.
Peran pada aspek pengawetan oleh pihak masyarakat adalah penanaman vegetasi. Kegiatan penanaman bakau merupakan agenda utama dari SPKP yang menjadi perpanjangan tangan dari CNOOC Ses.Ltd. Lembaga-lembaga binaan taman nasional seperti KPA, MMP, Paguyuban Bintang Harapan rutin melakukan penanaman dan telah menjadi agenda rutin masing- masing lembaga.
Kegiatan dalam aspek pengawetan yang menjadi perhatian adalah kegiatan inventarisasi dampak dan perhitungan daya dukung kawasan. Berdasarkan hasil penelitian, belum ada perhitungan dampak dan daya dukung kawasan khususnya untuk kegiatan wisata. Wisata merupakan kegiatan ekonomi utama masyarakat di TNKpS selain sebagai nelayan. Jumlah kunjungan dalam satu bulan dapat mencapai 30,000 pengunjung dalam 3 kelurahan dengan aktivitas yang berbeda-beda dan cenderung pada daerah laut yang merupakan kawasan TNKpS.
## c. Aspek Pemanfaatan
Aspek konservasi terakhir adalah pemanfaatan secara lestari dan bijaksana. Pemanfaatan digolongkan ke dalam tiga kriteria yaitu pemanfaatan flora, fauna dan kondisi lingkungan. Berikut disajikan peran dalam aspek pengawetan pada Gambar 3.
Kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan pada kawasan TNKpS didominasi oleh pemanfaatan jasa wisata. Hal tersebut karena kawasan TNKpS memiliki potensi wisata yang tinggi khususnya untuk kegiatan wisata air ( diving, snorkeling ). Terdapat sedikitnya delapan spot diving pada masing-masing SPTN Kep.
Seribu, menjadikan TNKpS sebagai destinasi diving dan snorkeling unggulan di Indonesia (BTNKpS 2008).
Peran pihak TNKpS mencakup ketiga kriteria, namun hanya pada dua indikator yakni pemanfaatan kondisi lingkungan pada kegiatan pengelolaan wisata dan pemanfaatan plasma nutfah (Lampiran). Berbeda dengan fakta lapang bahwa pengelolaan plasma nutfah belum
0 0.5 1 1.5 2 TNKpS Pemda LSM Swasta Masyarakat 2 2 2 1 2 2 2 2 2 Pemanfaatan kondisi lingkungan pemanfaatan tumbuhan
Pemanfaatan satwaliar
Gambar 3. Peran stakeholder pada aspek pemanfaatan
dilakukan oleh TNKpS, hanya pada perlindungan penyu dan pelestarian secara alami dan semi alaminya, sedangkan biota langka yang lain belum terlaksana. Hatchery biota langka pernah dilakukan, namun saat ini sudah tidak berjalan lagi dikarenakan adanya perbedaan dan tumpang tindih kepentingan yang mengakibatkan program tersebut terhenti.
Animo kunjungan wisata sangat tinggi setiap akhir pekan, namun tidak diimbangi dengan pemasukan PNBP yang tinggi ke TNKpS. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan wisata di TNKpS masih terpisah-pisah, sehingga masing-masing pihak berjalan masing-masing dalam pengelolaan wisata. Tidak adanya koordinasi dan kolaborasi menyebabkan banyak potensi kerugian dari wisatawan yang masuk, seperti terlihat dalam pencatatan jumlah wisatawan oleh pihak TNKpS (Draft Laporan Tahun BTNkpS 2013 ) dan pihak Kelurahan (Laporan Kelurahan Pulau Panggang 2013) dengan perbandingan SPTN III 404 pengunjung; Kelurahan P. Panggang 13,456 pengunjung.
Peran TNKpS dalam pemanfaatan flora dan fauna sebatas pada inventarisasi, identifikasi, pendidikan, penelitian, dan pengembangan. Belum ada pengelolaan yang mengarah pada perhitungan kuota untuk dipanen dan pemantauannya.
Peran konservasi yang dilakukan oleh pemda dalam aspek pemanfaatan hanya pada pemanfaatan flora dan fauna dalam yaitu pemanfaatan tradisional oleh masyarakat serta penelitian dan pengembangan. Peran yang dilakukan adalah pembinaan terhadap masyarakat juga bantuan lainnya, namun hanya pada pemanfaatan fauna. Pemanfaatan flora di TNKpS hanya sebatas pemanfaatan tumbuhan untuk konsumsi pribadi seperti sukun ( Artocarpus communis ).
Peran LSM dalam pemanfaatan lebih cenderung pada kegiatan pengelolaan plasma nutfah untuk penunjang budidaya dan penelitian, pendidikan, serta ilmu pengetahuan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan utama LSM tersebut untuk mendukung pelestarian, budidaya, serta ilmu pendidikan. Berbeda halnya dengan lembaga swasta yang sama berperan dalam pemanfaatan kondisi lingkungan pada seluruh kriteria namun lebih fokus pada kebijakan pemanfaatan kondisi lingkungan dan pengelolaan wisata. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pihak swasta dapat menunjang, mendukung, meningkatkan daya tarik dan kualitas wisata yang ditawarkan.
Aspek pemanfaatan jenis tumbuhan oleh lembaga swasta dan LSM tergolong sama yaitu tidak dilakukan. Hal tersebut dikarenakan lembaga swasta dan LSM memiliki tujuan pengelolaan pada rehabilitasi jenis-jenis elang laut, pelestarian terumbu karang, pelestarian penyu sisik dan pengembangan ODTWA.
Pengelolaan pemanfaatan jenis tumbuhan oleh masyarakat tergolong agak baik (kategori 5), meskipun pada fakta lapang tidak ada pemanfaatan jenis tumbuhan selain sukun dan daun kelapa sebagai alat menangkap ikan.
Kegiatan pelanggaran terhadap pemanfaatan satwaliar adalah pengambilan telur penyu pada setiap musim bertelur (pasang air laut tinggi). Hal tersebut terlihat pada kegiatan pembinaan habitat yang ditemukan banyak sarang telah terbuka bukan karena hewan tetapi oleh manusia karena tidak ada bekas cangkang telur penyu.
Pengelolaan pemanfaatan oleh masyarakat hanya pada pengelolaan pemanfaatan wisata dan pemanfaatan tradisional. Pemanfaatan wisata menjadi bentuk penghasilan utama masyarakat TNKpS selain sebagai nelayan karena sumberdaya bahari yang melimpah dan indah sehingga menarik minat wisatawan. Belum lagi lokasi TNKpS yang berada di wilayah ibukota yang dekat dengan bandara internasional, pusat perekonomian, dan pemerintahan. Kecenderungan minat wisata yang kembali pada alam dengan biaya yang murah dan akses mudah, menjadi faktor lain yang menyebabkan wisatawan mengunjungi TNKpS dan menjadi keunggulan suatu obyek wisata (TIES 1990). Sehingga wisata menjadi pasar dan sumberpendapatan masyarakat sekitar baik berupa pendapatan pokok maupun tambahan.
Peran lembaga diatas dapat dikembangkan menjadi peran konservasi yang lebih baik, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pengelolaan kolaboratif. Pengelolaan kolaborasi dapat dilakukan dengan menyingkirkan ego pribadi dan politis untuk kepentingan bersama. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Fleishman (2009) dalam O’Leary dan Bingham (2009, yang menyatakan bahwa kepentingan politik merupakan factor kuat yang menentukan stakeholder untuk mau melakukan kolaborasi.
## KESIMPULAN
Peran stakeholder dalam konservasi TNKpS lebih dominan pada peran positif yang berdampak baik terhadap fungsi perlindungan kawasan, pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistem, serta peman- faatan sumberdaya alam hayati. Peran yang bersifat negatif atau kurang dilakukan yaitu perlindungan kawasan dari abrasi dan intrusi air laut oleh TNKpS dan Pemda Kep. Seribu, perhitungan daya dukung kawasan, dan pengaturan pemanfaatan belum dilakukan oleh seluruh stakeholder. Hal tersebut perlu diatasi dengan cara berkolaborasi untuk menutupi kekurangan satu pihak dengan kelebihan pihak lain agar tercapai pengelolaan konservasi TNKpS yang berkelanjutan.
## DAFTAR PUSTAKA
Avenzora R. 2008. Ekoturisme-Teori dan praktek. BRR NAD-Nias. Banda Aceh
Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2008. Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Bryson JM. 2004. What to Do when Stakeholders Matter: Stakeholder Identification and Analysis techniques, Public Management Review. 6(1): 21- 53.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2011. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Mayers J. 2005. Stakeholder power analysis. Power tools series. International Institute for Environment and Development, London, UK.
O’Leary R, Bingham LB. 2009. The Collaborative Public Manager. Georgetown University Press.
Washington DC
[TIES] The International Ecotourism Society. 1990. Ecotourism Definition. [Internet]. [diunduh 2014
Mar 31]. Tersedia pada: http:// www.ecotourism.org/ecotourismdefinitionTIES199 0.pdf
Lampiran Peran utama stakeholder pada aspek konservasi
Stakeholders Aspek Konservasi Perlindungan 1 Pengawetan 2 Pemanfaatan 3 TNKpS A) Kegiatan inventarisasi dan penelitian, kesesuaian dengan kriteria zona perlindungan, dan penetapan zona perlindungan B) Program pembinaan wilayah dan pembinaan serta pengelolaan habitat) C) Pengelolaan hama penyakit, patrol rutin, pengamanan dengan kemitraan D) Inventarisasi dan penelitian serta evaluasi pemanfaatan A) Inventarisasi potensi flora fauna dan habitat B) Penelitian dan pengembangan C) Kegiatan penanaman vegetasi D) Pemetaan kawasan yang rawan dan Sosialisasi penutupan kawasan A) Pengelolaan pemanfaatan wisata dan Pemanfaatan plasma nutfah untuk penunjang budidaya B) Inventarisasi dan identifikasi potensi tumbuhan dan Penelitian, pendidikan, pengembangan C) Inventarisasi dan identifikasi potensi tumbuhan dan Penelitian, pendidikan, pengembangan Pemda B) Pengendalian intrusi dan abrasi serta pengeolaan pengunjung C) Rehabilitasi ekosistem dan penanaman vegetasi B) Pemanfaatan tradisional dan penelitian, pendidikan, serta pengembangan C) Pemanfaatan tradisional dan penelitian, pendidikan, serta pengembangan LSM D) Sosialisasi pemanfaatan bijak dan pemantauan proses pemanfaatan A) Pengawasan perburuan illegal dan perusakan ekosistem A) Pemanfaatan plasma nutfah untuk penunjang budidaya dan Penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan Swasta B) Pengelolaan sampah, pengunjung dan obyek wisata C) Kebijakan pemuliahn ekosistem, pemulihan dinamika populasi, dan rehabilitasi ekosistem A) Kebijakan pemanfaatan kondisi lingkungan dan pemanfaatan wisata Masyarakat B) Program pembinaan wilayah dan pengendalian abrasi C) Penanaman vegetasi A) Pemanfaatan wisata B) Pemanfaatan tradisional dan penelitian, pendidikan, serta pengembangan
1 Kriteria aspek perlindungan meliputi, A. Penentuan wilayah perlindungan, B. Pembinaan wilayah, C. penanganan kerusakan dan pengamanan kawasan, D. Pengaturan cara pemanfaatan
2 Kriteria aspek pengawetan meliputi, A. Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, B. Penerapan koridor hidupan liar, C. Pemulihan ekosistem, D. Penutupan kawasan
3 Kriteria aspek pemanfaatan meliputi, A. Pemanfaatan kondisi lingkungan, B. Pemanfaatan tumbuhan, C. Pemanfaatan Satwaliar
|
a39a81be-4f6b-4172-bc1e-97d2f0cf1487 | https://ejournal.itn.ac.id/index.php/mnemonic/article/download/6983/5268 |
## BUKU DIGITAL E-CULTURE BESEMAH LIBAGH KOTA PAGAR ALAM
Inda Anggraini 1 , Debi Gusmaliza 2
1,2 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Pagar Alam [email protected]
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi digital book e-cultur besemah libagh dengan di latar belakangi oleh proses pencarian informasi yang belum efektif karena masyarakat harus datang langsung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Pemangku adat besemah dan situs kebudayaan untuk mendapatkan informasi. Perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan dan buku, lahirnya era globalisasi yang juga berdampak semakin terbukanya beragam budaya - budaya daerah secara global, buku yang dulu dicetak kini dibuat versi digital atau elektronik sehingga dapat diakses dengan perangkat komputer. Aplikasi digital book e-culture besemah libagh di bangun menggunakan sofware adobe photoshop CS3 dan k visoft flipbook maker , metode yang digunakan yaitu model pengembangan ADDIE dengan tahapan ( Analysis & design , development , implantation , evaluation ).Untuk mengukur kevalidan buku digital e-culture besemah libagh dilakukan uji alpha meliputi uji ahli media, uji desain, uji bahasa dan uji materi, dengan rata-rata hasil nilai uji ahli materi 4,6 sangat baik ,uji desain 3,6 baik, ahli media 4,2 sangat baik dan ahli bahasa 3,6 baik. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah digital book e-culture yang valid. Sistem ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah masyarakat untuk mencari informasi tentang kebudayaan besemah dengan cepat dan mudah.
Keyword : E-Culture, Besemah Llibagh, ADDIE
## 1. PENDAHULUAN
Perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi pada masa sekarang ini telah mengalami perkembangan dengan pesat, berawal dari kemajuan teknologi dan Penggabung antara teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan revolusi di bidang informasi, data atau informasi, pada zaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk dikirim, kini hanya dalam hitungan detik [1]. Perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan dan buku, lahirnya era globalisasi yang juga berdampak semakin terbukanya beragam budaya - budaya daerah secara global, dan buku yang dulu dicetak kini dibuat versi digital atau elektronik sehingga buku dapat diakses dengan perangkat komputer atau smartphone [2].
E-Book (electronic book), merupakan buku yang tidak hanya menampilkan tulisan berupa teks tetapi juga berupa suara dan video sehingga memudahkan pembacanya memahami isi dari buku. Saat ini buku digital semakin diminati karena banyak tersedia di internet, selain itu E-book berbentuk format file sehingga mudah diakses dan di bawah kemana saja dengan hanya satu perangkat [3].
Penyebarluasan dan pelestarian kebudayaan Besemah masih terbatas karena hanya terdapat buku cetak yang dipegang oleh pemangku adat saja, selain itu kurangnya kesadaran masyarakat terutama generasi yang sekarang dalam melestarikan dan menyebarluaskan informasi tentang adanya kebudayaan yang dimiliki oleh Kota Pagar Alam menjadikan kebudayaan Besemah kurang dikenal oleh masyarakat dalam maupun luar kota. Sedangkan jaman sekarang sudah sangat maju dan
diiringi dengan perkembangan teknologi yang sudah sangat pesat siapapun sudah menggunakan teknologi dalam kehidupan mereka.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang berkembang, peneliti akan merancang dan membangun E-Culture Kebudayaan Besemah Kota Pagar Alam Berbasis Android yang diharapkan dapat membantu dalam proses penyebaran informasi tentang Kebudayaan yang ada. Dengan membangun E-Culture yang berbasis android ini juga diharapkan mampu mempermudah masyarakat terutama generasi sekarang untuk memiliki kesadaran dalam melestarikan kebudayaan yang dimiliki dan memperkenalkannya ke khalayak ramai
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Buku Digital Buku digital adalah suatu buku yang diterbitkan dalam bentuk versi digital atau juga bisa diartikan bahwa diera globalisasi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih mengakibatkan e- book memiliki banyak format yang bisa dipakai, dengan itu membuat buku digital ini semakin menarik dan disukai pembacanya [4] .
Buku digital atau e-book merupakan salah satu inovasi bentuk pengembangan media yang berbasis elektronik atau dalam wujud digital dengan cara penggunaan yang lebih simple dengan teknologi seperti personal computer, netbook, smartphone dan laptop [5] .
2.2. E-Culture e-culture merupakan pelestarian warisan budaya melalui teknologi informasi dan komunikasi. E-culture juga merupakan bagian dari e-life style , yaitu gaya hidup masyarakat yang berbasis
teknologi digital, budaya elektronik secara perlahan telah menggantikan budaya tradisional yang dianggap kurang up to date [6]. Electronic culture mengacu pada hubungan antara teknologi dan komunikasi serta media digital. Dengan munculnya media digital di sektor seni dan budaya menciptakan bentuk seni baru dan kemungkinan baru untuk produksi, presentasi dan pengarsipan seni yang lebih menarik serta penyebarannya juga lebih mudah [7] .
## 2.3. Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua kemapuan dan kebiasaan lain yang diperoleh oleh seseorang dan diturunkan kepada masyarakat sehingga menjadi suatu kebiasaan atau tradisi yang bersifat turun temurun [8].
Kebudayaan diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan akal dan juga diartikan sebagai semua karya, rasa dan cipta manusia atau masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang masih hidup yang tidak memiliki kebudayaan. Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa kebudayaan selalu berubah sesuai dengan perubahan manusia dalam bermasyarakat [9] .
## 3. METODE PENELITIAN
Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan ADDIE dengan tahapan analisis, desain, development , implementation dan evaluation [10]. Adapun alur dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Alur penelitian 3.1. Analsis
Analisis adalah tahapan pengumpulan data yang dilakukan dengan tujuan mengetahui permasalahan yang dihadapi, wawancara dilakukan dengan pemangku adat yang ada di kota Pagar Alam.
## 3.2. Desain
Pada tahap ini peneliti membuat rancangan atau alur dari penelitian yang akan dilakukan.
## 3.3. Development
Tahap ini adalah tahap pembuatan hasil penelitian yaitu buku digital dengan tampilan sebagai berikut :
a. Halaman cover Halaman ini berupa tulisan dari judul buku digital e-culture besemah libagh, pembuatan desain buku dibuat menggunakan photosoft cs3, gambar yang ada dalam cover depan terdapat gambar tari kebagh dan rumah baghi yang melambangkan kebudayaan besemah libagh, tulisan buku yang berjudul “Kebudayaanku di Besemah Libagh. Halaman cover seperti terlihat pada gambar 2 berikut :
Gambar 2. Halaman cover
b. Halaman Kata Pengantar
Halaman ini berupa kata pengantar yang terdapat didalam buku digital e-culture besemah libagh yang berisikan kata-kata yang disampaikan penulis atas diterbitkannya buku digital, seperti pada gambar 3 berikut ini
Gambar 3. Halaman kata pengantar
c. Halaman daftar isi
Halaman ini menjelaskan desain halaman yang menampilkan atau menunjukan halaman- halaman dalam buku digital e-culture besemah libagh seperti gambar berikut ini.
Gambar 4. Halaman daftar isi
d. Halaman sejarah besemah libagh
Halaman ini menjelaskan tentang sejarah kebudayaan besemah, asal usul penyebutan nama besemah, struktur lampik empat merdiket due, fungsi pemerintah adat dan pemerintahan marga, yang disertakan tampilan gambar dan juga audio suara yang mempermudah pembacanya memahami isi cerita, seperti gambar 5 berikut ini.
Gambar 5. Halaman sejarah besemah
e. Halaman pengenalan seni tari kebagh
Gambar 6. Halaman seni tari kebagh
Halaman ini menceritakan tentang pengertian tari kebagh keberadaaan tari kebagh dibesemah libagh, pemberian nama tari kebagh, fungsi tari kebagh, tari kebagh negak mubungan dan tari kebagh penyambutan tamu, dalam bab ini juga
terdapat video dan audio tari kebagh agar membaca memahami isi dalam cerita tari kebagh, jenis huruf tahomah seperti gambar 6.
f. Halaman makanan khas besemah
Halaman ini membahas tentang makanan- makanan khas besemah libagh yang sangat lekat akan ciri khas rasanya ,seperti ikan masak kuning, ikan limping, lemang, dudol dan makanan kelicuk. Tidak hanya menampilkan bahan-bahan makanannya saja ,namun disertakan juga video agar pembaca lebih paham dengan cara pembuatan makanannya seperti gambar berikut ini.
Gambar 7. Halaman Masakan Khas Besemah
g. Halaman daftar pustaka
Halaman ini menjelaskan tentang kutipan yang diambil dari buku maupun jurnal-jurnal, seperti gambar berikut.
Gambar 8. Halaman daftar pustaka
## 3.4. Implementation
Pada tahap ini buku digital yang sudah dibangun akan diimplementasikan ke beberapa pembaca dan hasilnya nanti akan menjadi acuan untuk pengembangan buku itu sendiri. Untuk implementasi sendiri dilakukan pengujian terhadap hasil yaitu dengan beberapa ahli seperti ahli media, materi, desain dan lainnya. pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah buku digital yang dibangun sudah sesuai dengan output yang diinginkan. Hasil pengujian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rekap hasil pengujian Expert review Skor Ahli desain 3.8 Ahli media 4.3 Ahli materi 4.7 Ahli bahasa 3.9 Rata-rata 4.2
## 3.5. Evaluation
Evaluasi adalah tahap yang dilakukan setelah melihat hasil pengujian pada tahap sebelumnya. Jika hasil pengujian menunjukan hasil di bawah 3 maka akan dilakukan perbaikan pada buku digital yang dibangun.
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah penelitian selesai dengan merujuk ke alur penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dari tabel diatas didapatkan bahwa hasil pengujian dengan expert review yaitu untuk ahli desain mendapatkan hasil 3.8, ahli media 4.3, ahli materi 4.7 dan ahli bahasa 3.9. dengan rata-rata yang didapat adalah 4.2 dan buku digital ini layak untuk di publish ke khalayak ramai. Dan dengan menggunakan metode ADDIE ini maka hasil penelitian selesai sesuai dengan keinginan peneliti dan pembaca.
## 5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:Penelitian ini telah menghasilkan sebuah aplikasi rancang bangun buku digital e-culture besemah libagh yang valid, Setelah melakukan uji coba alpha dengan rata-rata nilai uji ahli materi 4,6 sangat baik, ahli media 4,2 sangat baik, ahli bahasa 3,8 baik dan ahli desain 3,6 baik, maka aplikasi ini valid untuk digunakan
## DAFTAR PUSTAKA
[1] I. A. Huda, “Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) Terhadap Kualitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar,” J. Pendidik. dan Konseling , vol. 2, no. 1, hal. 121–125, 2020, doi: 10.31004/jpdk.v1i2.622.
[2] A. Sani, N. Wiliani, A. Budiyantara, dan N. Nawaningtyas, “Pengembangan Model Adopsi Teknologi Informasi Terhadap Model
Penerimaan Teknologi Diantara Umkm,” JITK (Jurnal Ilmu Pengetah. dan Teknol. Komputer) , vol. 5, no. 2, hal. 151–158, 2020, doi: 10.33480/jitk.v5i2.1055.
[3] R. Setyaningsih, “PENGEMBANGAN MULTIMEDIA EBOOK PADA MATERI NARRATIVE TEXT UNTUK SISWA SMA ( The Development of Multimedia E-book on Narrative Text Material for Senior High School Students ),” no. November, hal. 172– 183, 2017.
[4] V. Marselina, A. Muhtadi, U. N. Yogyakarta, dan
J. C. No,
“http://journal.uny.ac.id/index.php/jitp,” vol. 6, no. 2, hal. 196–207, 2020.
[5] F. Francisca, J. O. V. Zahra, S. H. Anggraeni, dan A. N. Aeni, “Pengembangan E-book BUDIMAS ‘Buku Digital Agama Islam’ untuk Pembelajaran PAI pada Siswa Sekolah Dasar,”
J. Basicedu , vol. 6, no. 3, hal. 5268–5277, 2022, doi: 10.31004/basicedu.v6i3.3043.
[6] R. Manuho, Y. D. Y. Rindengan, dan A. A. E. Sinsuw, “Aplikasi Sistem Informasi E-Culture Kabupaten SITARO Berbasis Web,” J. Tek. Inform. , vol. 13, no. 2, hal. 1–10, 2018, doi: 10.35793/jti.13.2.2018.22484.
[7] T. Ngantung, A. Tanaama, dan U. Manado, “Perancangan Dan Implementasi Knowledge Management Laboran Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Dengan Menggunakan Mediawiki,” Front. J. Sains Dan Teknol. , vol. 1, hal. 189–200, 2018, doi:
10.36412/frontiers/001035e1/agustus201801.
07.
[8] S. Sumarto, “Budaya, Pemahaman dan Penerapannya,” J. Literasiologi , vol. 1, no. 2,
hal. 16, 2019, doi: 10.47783/literasiologi.v1i2.49.
[9] E. Rosana, “Dinamisasi Kebudayaan Dalam Realitas Sosial,” J. Al-Aadyan , vol. 9, hal. 20– 21, 2017.
[10] A. E. Putri dan Y. Hendriyani, “Pengembangan E-Modul Berbasis Augmented Reality Untuk Mata Pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar Siswa Kelas X TKJ di SMK Negeri 3 Seluma,” Jav. J. Vokasi Inform. , hal. 56–63, 2023, doi: 10.24036/javit.v3i1.70.
|
5972e812-2ce9-4a57-9fd6-5d1911c7e474 | http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jkpi/article/download/61/56 | Analisis Struktur Populasi Tiga Species Layang……..di Laut Jawa dan Sekitar Sulawesi ( Suwarso & A. Zamroni)
ANALISIS STRUKTUR POPULASI TIGA SPECIES LAYANG ( Decapterus spp.)
## DI LAUT JAWA DAN SEKITAR SULAWESI: Saran Pengelolaan Berkelanjutan Ikan
Pelagis Kecil dan Evaluasi WPP
POPULATION STRUCTURE ANALYSES OF THREE SPECIES OF LAYANG (Decapterus spp.) IN THEJAVA SEA AND MAKASSAR STRAIT: Sustainable Management Options Of Small Pelagic Fishes And Evaluation Of Fma
Suwarso dan Achmad Zamroni Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Muara Baru, Jakarta Teregistrasi I tanggal: 10 Juli 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 05 September 2014;
Disetujui terbit tanggal: 11 September 2014
## ABSTRAK
Dua species ikan layang ( Decapterus russelli dan D. macrosoma ) merupakan komponen utama dalam perikanan pelagis di Laut Jawa dan Selat Makasar, ikan layang biru/malalugis ( D. macarellus ) adalah jenis dominan di perairan laut dalam sekitar Sulawesi dan Indonesia timur. Analisis struktur populasi tiga spesies layang tersebut dilaksanakan berdasarkan data struktur populasi (mtDNA) untuk memberikan saran pengelolaan berkelanjutan dan evaluasi WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan).
Hasil menunjukkan dari masing-masing dua unit stok tiap species yang terditeksi setiap unit stok/unit biologi yang juga merupakan unit manajemen memiliki sebaran ‘spatial’ yang tidak selalu terbatas di suatu WPP, tetapi sangat dimungkinkan menyebar ‘lintas’ WPP (dua atau lebih WPP) yang umumnya memiliki karakteristik habitat sama; sedangkan keragaman habitat seringkali terlihat dalam satu WPP. Untuk tujuan pengelolaan secara berkelanjutan, pengelolaan sumber daya ikan pelagis kecil disarankan berbasis pada unit manajemen serta meliputi daerah sebaran dari unit manajemen tersebut. Daerah sebaran tersebut mungkin terdapat dalam satu WPP, tetapi seringkali akan meliputi dua atau lebih WPP (lintas WPP). Stok layang ( Decapterus russelli dan D. macrosoma ) Laut Jawa dan Selat Makasar (dua WPP) disarankan dikelola sebagai satu unit manajemen; sedangkan, stok malalugis yang memiliki ciri genetic sama yang tersebar lintas WPP Selat Makasar (bagian selatan), Teluk Bone, Teluk Tolo, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tomini dan Laut Maluku, disarankan dikelola sebagai satu unit manajemen; unit stok Laut Sulawesi dikelola secara terpisah sebagai unit manajemen yang berbeda. Dalam konteks perikanan layang di Laut Jawa fakta struktur populasinya (kasus D. macrosoma ) tidak menunjukkan indikasi migrasi layang dari arah timur (Laut Banda atau Laut Flores) ke arah Laut Jawa seperti dihypotesakan oleh Hardenberg (1938).
KATA KUNCI: Struktur populasi, Decapterus spp., Laut Jawa, Selat Makasar, pengelolaan
## ABSTRACT
Two species of scads ( Decapterus russelli and D. macrosoma ) is a major component in the pelagic fisheries in the Java Sea and Makassar Strait, the mackerel-scads / malalugis ( D. macarellus ) is the dominant species around Sulawesi and the eastern waters of Indonesia. Population structure anlyses of those three species of layang was implemented to give a sustainable management options and FMA evaluation, based on the population structure data (mtDNA).
Results show from each two stock units by species detected each stock unit / units of biology is a management unit which is have a spatially distribute not only in one WPP/FMA, but it is possible to spread ‘cross’ of FMA (two or more FMA ) which is generally has the same habitat; whereas, the diversity of habitats are often exist. For the purpose of sustainable management, a management of small pelagic fish is recommended based on management units that covers an area of distribution of its management unit. This distribution area may be contained in one FMA, but often will include two or more FMA. Stock of scads ( Decapterus russelli and D. macrosoma ) in the Java Sea and Makassar Strait (two WPP) suggested to manage as a unit of management; whereas, stock malalugis with the same genetic characters that are spread across in the FMA of Makassar Strait (south), Bone Bay, Tolo Bay, Flores Sea, Banda Sea, Tomini and Maluku Sea, it is suggested to managed as a single unit of management; however, the stock of Celebes Sea are managed separately as different management units. In the context of Java Sea fisheries the fact of the population structure (in case
J. Kebijak.Perikan.Ind.Vol.6 No.2 Nopember 2014:
of D. macrosoma ) did not shows an indication of west ward migration (Banda Sea-Flores Sea) to the Java Sea like a Hardenberg (1938) hyphotese.
KEYWORDS: Population structure, Decapterus spp ., Java Sea, Makassar Strait, management
## PENDAHULUAN
Ikan layang ( Decapterus spp. ) merupakan sumberdaya ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting dan memberi kontribusi utama pada produksi perikanan. Ikan layang bersifat sebagai ikan perruaya (migrasi) dan daerah penyebarannya luas. Sumber daya ini umumnya telah dieksploitasi secara intensif di berbagai perairan di Indonesia, bahkan di beberapa wilayah telah mengalami lebih tangkap. Tercatat beberapa jenis/species ikan layang di Indonesia, diantaranya layang biasa/russel’s scads ( Decapterus russelli ), layang deles/round scdas ( D. macrosoma ), layang biru/malalugis/mackerel scads ( D. macarellus ), layang anggur/ekor merah/red-tailed scads ( D. kurroides ). Dua jenis layang D. russelli dan D. macrosoma , umum ditemukan di perairan paparan Sunda (Laut Cina Selatan, Laut Jawa) dan paparan Arafura (Laut Arafura), serta di perairan pantai dari perairan laut dalam. Meskipun bersifat oseanik D. macrosoma biasanya ditemukan di habitat laut dalam dari perairan paparan; sedangkan jenis malalugis ( D. macarellus ) umum tersebar di perairan laut dalam di Samudera Hindia barat Sumatra, utara Aceh, Samudra Hindia selatan Jawa, sekitar Sulawesi, Laut Banda dan wilayah Indonesia timur lainnya.
Laut Jawa dan sekitarnya boleh dikatakan merupakan sentra produksi layang di Indonesia, namun telah mengalami kejenuhan akibat tekanan penangkapan berlebih (Hariati & Atmaja, 2005), diantaranya berupa stock depletion dibarengi penurunan hasil tangkapan. Di wilayah timur Indonesia jenis malalugis juga merupakan komponen utama pada perikanan pelagis kecil (purse seine) dan telah mengalami intensitas penangkapan semakin tinggi.
Untuk wilayah-wilayah padat tangkap demikian tindakan ‘pengelolaan’ secara berkelanjutan adalah keperluan mendesak untuk tercapainya visi jangka panjang pengelolaan sehingga dapat menjamin hasil tangkapan yang optimal secara berkelanjutan ( sustainable yield ). Konsep pengelolaan berbasis ‘stok’ dipercaya merupakan konsep pengelolaan yang logis sekaligus mengarah pada konservasi sumber daya berdasarkan pada karakter biologi sumberdaya (stok) (Ferris & Berg, 1987). Konsep ini akan terlaksana efektif apabila tersedia data dan informasi tentang ‘unit stok’ secara jelas.
Paper ini membahas tentang pola penstrukturan populasi tiga species layang ( Decapterus russelli, D. macrosoma dan D. macarellus ) di Laut Jawa dan sekitar Sulawesi sebagai dasar penentuan opsi pengelolaan sumber daya ikan pelagis kecil sekaligus sebagai evaluasi terhadap pengelolaan berbasis konsep WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP).
## BAHASAN
1.1. Keragaman genetik dan struktur populasi Ikan layang ( D. russelli ) dan deles ( D. macrosoma )
Layang ( D. russelli )
Dari 8 jenis enzim resriksi yang digunakan (Afa I, Hae II, Mbo I/Nde II, Alu I, Hind III, Hin6 I dan Taq I) untuk memotong sekuen/genom mtDNA ikan layang hanya 4 enzim yang dapat memotong atau memperlihatkan adanya situs restriksi (Afa I, Alu I, Msp I dan Taq I). Daerah control region mtDNA D- loop ikan layang memiliki fragmen single band DNA dengan ukuran 1000 bp ( base pairs ), sedang hasil digesti enzim restriksi berukuran antara 700 - 975 bp. Sifat polimorfisme ditunjukkan oleh tiga jenis enzim restriksi.
Teridentifikasi 2 jenis allele ( composite haplotype ), yaitu AA dan AB yang frekuensinya bervariasi pada tiap populasi contoh. Berdasarkan frekuensi kemunculan dua jenis allele tersebut ikan layang memiliki keragaman genetik (‘diversitas haplotype’, h) antara 0 – 0,1528 (rata-rata 0,0585). Keragaman genetik lebih rendah (h=0) ditemukan pada populasi Balikpapan (Selat Makassar), sedang keragaman lebih tinggi terlihat pada populasi Rembang, Kendari dan Maumere. Secara umum allele AB lebih umum ditemukan di seluruh populasi, sedang allele AA hanya teramati pada populasi Kendari, Rembang dan Maumere.
Jarak genetik (D) rata-rata antar populasi diperkirakan sekitar 0,0018. Jarak genetik yang lebih pendek (D = 0 - 0,0002) ditunjukkan antara populasi Rembang-Maumere, Rembang-Kendari dan Kendari- Maumere, sedang jarak genetik lebih jauh ditemukan antara populasi Balikpapan-Kendari (D = 0,0041) dan
Balikpapan-Rembang (D = 0,0029) (Tabel 1). Didasarkan atas parameter jarak genetik tersebut dapat disusun dendogram filogenetik dari ke tujuh populasi layang ( D. russelli ) seperti terlihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa ke tujuh populasi contoh dapat dipisahkan menjadi dua ‘group populasi’ (sub populasi) yang berasal dari dua garis keturunan mtDNA (2 clade mtDNA), yaitu: group pertama (clade 1) terdiri dari populasi Kendari, Maumere dan Rembang; sedang group kedua (clade 2) terdiri dari populasi Balikpapan.
Layang deles ( D. macrosoma )
Pada layang deles digesti genom mtDNA dengan 8 jenis enzim resriksi menunjukkan ada 6 enzim restriksi dapat memotong sekuen DNA, yaitu Alu I, Taq I, Hin6 I, Afa I, Hind III dan Msp I. Sekuen mtDNA D-loop layang deles memiliki ukuran panjang sekitar 1000 bp ( base pairs ). Secara umum allele AAAAAA lebih umum dan dominan, kecuali pada populasi
Kendari; sedang allele BBABAA dan BCABAA hanya ditemukan pada populasi Kendari.
D. macrosoma memiliki tingkat keragaman genetik (diversitas haplotype, h) antara 0 – 0,1975 (rata-rata 0,0658). Indek keragaman terkecil ditemukan pada populasi Maumere, Tarakan, Donggala, Aceh Timur, sedang keragaman lebih tinggi ditemukan pada populasi Rembang dan Kendari. Jarak genetik rata-rata antar populasi sekitar 0,3354. Jarak terpendek (0) ditunjukkan oleh populasi Maumere, Donggala dan Tarakan; sedang populasi Kendari menunjukkan jarak paling jauh. Didasarkan pada nilai jarak genetik dan dendrogram filogenetik (hubungan kekerabatan) dari ke enam populasi deles (Gambar 2) terlihat bahwa 6 populasi contoh terpisah kedalam 2 grup populasi (sub populasi): grup pertama terdiri dari populasi Rembang, Maumere, Donggala dan Tarakan; sedang populasi Kendari memisah sebagai grup kedua.
Tabel 1. Dugaan jarak genetik Nei (D) dari populasi contoh ikan layang ( D. russelli ) hasil restriksi oleh enzim Afa I dan Taq I
Table 1. Nei’s genetic distance of D. russelli from restriction analyses
Gambar 1. Dendogram filogenetik ikan layang ( D. russelli ) hasil analisis RFLP mtDNA di sekitar Laut Jawa. Figure 1. Phyllogenetic dendogram of D. russelli around Java Sea from DNA restriction analyses. Keterangan: Populasi 1 – Rembang; 2 – Balikpapan; 3 – Kendari; 4 – Maumere; 5 – Fakfak; 6 – Aceh Timur; 7 – Labuhan.
Analisis Struktur Populasi Tiga Species Layang……..di Laut Jawa dan Sekitar Sulawesi ( Suwarso & A. Zamroni)
Populasi/
Population Rembang Balikpapan Kendari Maumere Fakfak Aceh Timur Labuhan Rembang XXXXX 0.0029 0.0002 0.0002 0.0029 0,0029 0,0029 Balikpapan XXXXX 0.0041 0.0025 0 0 0 Kendari XXXXX 0.000 2 0.0041 0,0041 0,0041 Maumere XXXXX 0.0025 0,0025 0,0025 Fakfak XXXXX 0 0 Aceh Timur XXXXX 0 Labuhan XXXXX
J. Kebijak.Perikan.Ind.Vol.6 No.2 Nopember 2014:
Tabel 2. Jarak genetik Nei enam populasi layang deles ( D. macrosoma ) berdasarkan frekuensi haplotype berbasis pada 6 enzim restriksi (AluI, TaqI, Hinc6I, AfaI, Hind III dan Msp I) pada daerah Mt DNA D- loop
Table 2. Nei’s genetic distance of six populations of D. macrosoma based on the haplotype frequency of the restriction analyses
Maumere Aceh Tarakan Rembang Kendari Donggala Maumere XXXXXX 0,0 0,0 0,0078 1,0 0,0 Aceh Timur XXXXXX 0,0 0,0078 1,0 0,0 Tarakan XXXXXX 0,0078 1,0 0,0 Rembang XXXXXX 1,0 0,0078 Kendari XXXXXX 1,0 Donggala XXXXXX
Gambar 2. Dendogram filogenetik layang deles ( D. macrosoma ) dari hasil analisis RFLP mtDNA di sekitar Laut Jawa.
Figure 2. Phyllogenetic dendogram of D. macrosoma based on the analyses of the DNA around Java Sea. Keterangan: Populasi 1 - Maumere, 2 - Aceh Timur, 3 - Tarakan, 4 – Rembang; 5 - Kendari, 6 – Donggala.
Dua species ikan ‘layang’ ( D. russelli dan D. macrosoma ) merupakan komponen utama dari sumberdaya ikan pelagis kecil yang dimanfaatkan oleh perikanan purse seine yang berbasis di pantai utara Jawa. Dalam periode ‘normal’ hasil tangkapan kedua species jumlahnya paling tidak mencapai 50% dari total hasil tangkapan dan berlimpah di setiap fishing ground (Potier & Sadhotomo, 1995). Fishing ground utama tersebar di Laut Jawa dan meluas ke Selat Makasar (laut dangkal di timur Kalimantan); sejalan dengan perluasan fishing ground tersebut hasil tangkapan kedua species menunjukkan trend berbeda; semakin ke arah timur (Selat Makasar) jumlah D. russelli makin berkurang, sebaliknya D. macrosoma %-asenya semakin meningkat (Suwarso et al ., 1987; Potier & Sadhotomo, 1995; Sadhotomo, 1998).
Keragaman genetik dapat dipakai sebagai indikator sifat migrasi dan ukuran populasi; keragaman genetik yang rendah mencirikan populasi yang biasanya memiliki tingkat migrasi cukup tinggi. Keragaman genetik yang relatif rendah pada kedua species ikan
layang ini mencirikan sifat tersebut sehingga memberi peluang lebih besar untuk terjadinya kawin silang dalam populasi.
Kajian genetika populasi ikan layang menunjukkan secara umum tingkat keragaman genetik ( haplotype diversity ) kedua species relatif rendah. Tingkat keragaman genetik D. russelli di Selat Makassar (Balikpapan) lebih rendah dibanding di Laut Jawa (Rembang), Laut Flores (Maumere) dan Laut Banda (Kendari). Hal ini mengindikasikan ukuran populasi ( population size ) di Selat Makasar lebih kecil dibanding ukuran populasi Laut Jawa. Hal tersebut juga memberi tanda bahwa kondisi stok layang di Selat Makassar (Balikpapan) lebih rentan. Demikian halnya pada D. macrosoma , secara umum memperlihatkan keragaman genetik rendah. Nilai keragaman genetik mengindikasikan ukuran populasi layang deles di Laut Flores (Maumere) dan Donggala lebih kecil dibanding populasi Laut Jawa dan Laut Banda (Kendari). Secara keseluruhan, rendahnya keragaman genetik pada populasi layang dan deles menunjukkan indikasi bahwa kondisi sumberdaya
telah mengalami perubahan genetik yang radikal yang diduga akibat tekanan penangkapan.
Keragaman genetik ( haplotype diversity ) D. macarellus secara umum juga rendah berkisar antara 0 sampai 0,3698 (rata-rata 0,0595). Keragaman rendah (0) ditemukan pada populasi Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku, jumlah allele masing-masing hanya satu (AAAAAA), populasi Selat Makasar dan Teluk Tomini cenderung berbeda, sedang populasi Laut Sulawesi (Tumumpa) memilki keragaman genetik lebih tinggi.
Dari dugaan struktur populasi tersebut dapat diduga penstrukturan populasi yang terjadi akibat keragaman genetic (mtDNA) tersebut dapat menggambarkan pola sebaran geografinya. Pada D. russelli , dapat teridentifikasi dua ‘group populasi’ (sub populasi, unit stok), group 1 (clade 1) adalah unit stok yang menyebar di Laut Jawa, Laut Flores dan Laut Banda (Kendari), sedang clade 2 sebagai unit stok yang tersebar di timur Kalimantan (Balikpapan). Pada D. macrosoma juga dapat dipisahkan adanya 2 group populasi (sub populasi, unit stock), unit stok 1 tersebar di Laut Jawa, L. Flores (bagian selatan), Selat Makasar (Donggala dan Tarakan); sedang populasi Laut Banda (Kendari) secara signifikan memisah sebagai group kedua (clade 2, unit stok 2).
Dari hal tersebut dapat diduga terdapat hubungan kekerabatan yang lebih dekat antara stok layang D. russelli di Laut Jawa dengan stok Laut Flores dan Laut Banda, sedang stok D. russelli di timur Balikpapan diduga merupakan bagian dari stok layang di timur Kalimantan bagian utara. Dalam hal jenis D. macrosoma , stok Laut Jawa dengan stok Selat Makasar dan Laut Flores merupakan unit stok sama, namun unit stok Laut Banda secara signifikan berbeda dengan unit stok tersebut.
Berdasarkan analisis korespondensi Potier & Sadhotomo (1996) menyimpulkan bahwa jenis D. russelli termasuk kelompok species coastal pelagic yang hidup di habitat paparan seperti Laut Jawa dan Laut Cina Selatan, species ini mendominasi hasil tangkapan purse seine di perairan tersebut; sedang jenis D. macrosoma termasuk species oseanik yang habitat utamanya berupa perairan laut dalam. Dalam konteks perikanan purse seine, jenis D. russelli lebih dominan di Laut Jawa dan Laut Cina Selatan, sedang jenis D. macrosoma lebih dominan di Laut Jawa bagian timur, Selat Makasar laut dangkal dan Kep. Kangean. Tapi pada kenyataannya, kelimpahan dua jenis tersebut di Laut Flores rendah dan hanya
kadang-kadang tertangkap sedang jenis utama dalam hasil tangkapan perikanan (purse seine mini) di lokasi ini adalah ikan malalugis ( D. macarellus )
Berdasarkan fakta tersebut diatas dapat dianggap bahwa kelimpahan unit stok 1 ikan layang ( D. russelli ) di paparan Sunda bagian selatan ini terkonsentrasi di perairan Laut Jawa, populasi yang lebih kecil tersebar di Laut Flores utara Maumere; unit stok yang berbeda (unit stok 2) teridentifikasi di Selat Makasar laut dangkal bagian utara (timur Balikpapan) (Gambar 4). Dalam konteks yang sama, unit stok 1 layang deles ( D. macrosoma ) tersebar lebih luas dari Laut Jawa ke arah timur pantai utara Maumere/Laut Flores (juga hanya kadang-kadang tertangkap) dan ke arah utara Selat Makasar (Donggala), konsentrasi populasi melimpah di Laut Jawa bagian timur; sedang unit stok 2 yang berbeda secara genetik teridentifikasi di Laut Banda (Kendari).
Dalam konteks perikanan pelagis kecil di Laut Jawa – Selat Makasar untuk D. russelli unit stok Laut Jawa diperkirakan terputus di Laut Jawa bagian timur dan dalam populasi yang kecil unit stok yang sama berada di perairan pantai Laut Flores. Meskipun populasi Laut Banda (Kendari) teridentifikasi berkerabat dekat dengan populasi Laut Jawa (Rembang) (unit stok 1) tetapi cenderung memisah; selain itu, terestriksi secara geografis oleh barier laut dalam dari Laut Flores selatan Sulawesi. Status populasi yang tersebar di daerah penangkapan utama sekitar pulau-pulau karang di Selat Makasar laut dangkal (pulau Sambergelap, Balag-balagan, Lari- larian, Lumu-lumu) belum diketahui secara pasti karena belum ada contoh genetiknya; unit stok 2 yang tersebar di Selat Makasar bagian utara (Balikpapan) berbeda secara genetik, diduga merupakan bagian dari unit stok di timur Kalimantan bagian utara.
Terputusnya stok D. macrosoma secara signifikan dari unit stok 1 dan teridentifikasi sebagai unit stok 2 di Laut Banda memberi indikasi terdapatnya barrier geografi antara Laut Banda dan Laut Jawa; dari hal tersebut diduga tidak terjadi pepindahan (migrasi) antara Laut Banda dan Laut Jawa atau sebaliknya, tetapi pola migrasi yang lebih logis berlangsung dari Laut Jawa ke Selat Makasar atau sebaliknya, bukan ke arah Laut Banda melalui Laut Flores seperti telah di-hypotesa-kan oleh Hardenberg (1938). Eksistensi garis Wallace (Wallace line) di kedua habitat mempertegas keberadaan barrier geografi yang memutuskan pola migrasi ikan layang. Pola migrasi ikan pelagis kecil dipengaruhi oleh pola perubahan musim.
Analisis Struktur Populasi Tiga Species Layang……..di Laut Jawa dan Sekitar Sulawesi ( Suwarso & A. Zamroni)
Gambar 3. Dugaan sebaran unit stok ikan layang ( D. russelli ) dan layang deles ( D. macrosoma ) di L. Jawa, Sel. Makassar dan sekitarnya.
Figure 3. Unit stock distribution of D. russelli and D. macrosoma in Java Sea and Makassar Strait.
1.2. Keragaman genetik dan struktur populasi Ikan layang biru/malalugis ( D. macarellus )
Ukuran sekuens DNA-mitochondria dari hasil amplifikasi (PCR) pada ikan malalugis dengan menggunakan pasangan primer HN20 dan LN20 diperoleh sekitar 1000 bp ( base pairs ). Dari enam jenis enzim restriksi yang digunakan untuk memotong sekuens mtDNA (Alu I, Hind III, Mbo I, Rsa I, Taq I dan Xba I) semuanya dapat memberikan situs restriksi/pemotongan. Tipe-tipe haplotype yang merupakan composite haplotype atau allele yang teridentifikasi ada 6 jenis allele, yaitu AAAAAA, AAAABA, AAAAAB, BAABAC, BABCAC dan BAABCC. Jumlah allele paling sedikit ditemukan pada populasi Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku, yaitu satu tipe allele (AAAAAA); namun, allele ini (AAAAAA) lebih umum ditemukan di seluruh populasi. Jumlah allele terbanyak (4 tipe allele) ditemukan pada populasi Laut Sulawesi; sedang pada populasi Selat Makasar dan Teluk Tomini masing-masing dua allele.
Keragaman haplotipe ( haplotype diversity ) ikan malalugis berkisar antara 0 sampai 0,3698; keragaman rendah (0) karena hanya satu tipe allele ditunjukkan oleh populasi Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku; sedang
populasi Laut Sulawesi memilki keragaman genetic paling tinggi. Berdasarkan analisis statistik berpasangan Fst (menggunakan AMOVA, Analysis of Moleculer Variances , dari perangkat lunak TFPGA) menunjukkan terdapat perbedaan genetika yang cukup signifikan antara populasi Laut Sulawesi dengan ke tujuh populasi lainnya.
Antar populasi Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku seolah-olah tanpa jarak genetik (0,0000); jarak genetik rendah ditemukan antara populasi Selat Makasar dengan populasi Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku; serta antara populasi Teluk Tomini dengan populasi Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku. Jarak terjauh ditunjukkan oleh populasi Laut Sulawesi dengan ketujuh populasi lainnya (0,1405 – 0,1733). Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dibuat dendogram hubungan kekerabatan dari 8 populasi contoh yang diuji seperti terlihat pada Gambar 4.
Berdasarkan dendrogram hubungan kekerabatan dari ke delapan populasi contoh ikan malalugis (Gambar 4), populasi malalugis secara umum dapat dipisahkan ke dalam dua group sub populasi yang diduga berasal dari dua garis keturunan mtDNA. Kedua group populasi tersebut adalah group pertama
Tabel 3. Jarak genetika Nei antar populasi ikan malalugis ( D. macarellus ) di sekitar Sulawesi Table 3. Nei’s genetic distance of D. macarellus around Sulawesi
Gambar 4. Dendrogram hubungan kekerabatan (filogeni) dari 8 populasi ikan malalugis ( D. macarellus ) di sekitar Sulawesi.
Figure 4. Phyllogenetic dendogram of 8 populations of D. macarellus around Sulawesi.
( clade 1 ) terdiri dari populasi Teluk Tolo, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku serta Teluk Tomini dan Selat Makassar; sedangkan group ke-dua ( clade 2 ) terdiri dari populasi Laut Sulawesi. Group pertama kemungkinan dapat dipisahkan menjadi sub populasi Teluk Bone-Laut Flores-Teluk Tolo-Laut Banda-Laut Maluku-Teluk Tomini dan sub populasi Selat Makassar. Sub populasi dari Selat Makassar secara statistik (Fst, analisis berpasangan) dan jarak genetika termasuk dalam populasi group pertama, tetapi terdapat perbedaan dalam sub populasi Selat Makassar. Populasi Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini diduga berasal dari satu unit stok (unit stok sama); namun demikian walaupun berasal dari unit stok yang sama, populasi Teluk Tomini sedikit berbeda dengan lima populasi lainnya (Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku) tapi masih mempunyai kekerabatan yang dekat.
Spesies malalugis ( Decapterus macarellus ) adalah jenis ikan pelagis oseanik yang tersebar luas di perairan Indonesia timur (Suwarso, et al. , 2000), Samudera Hindia (lepas Sumatra Utara, perairan Mentawai dan selatan Jawa) (Hariati, 2005).
Seluruh enam enzim restriksi yang digunakan untuk memotong sekuen mtDNA malalugis ternyata
dapat memberikan situs restriksi/pemotongan. Dapat teridentifikasi 6 jenis allele ( composite haplotype ), yaitu AAAAAA, AAAABA, AAAAAB, BAABAC, BABCAC dan BAABCC (Tabel 3); jumlah allele terbanyak ditemukan di Laut Sulawesi (Tumumpa, 4 allele), di Selat Makasar (Donggala) dan Teluk Tomini masing-masing 2 allele, sedang di lokasi lain (Teluk Tolo, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku) masing-masing hanya satu jenis allele (AAAAAA) yang juga merupakan allele umum ditemukan di semua populasi, diduga allele AAAAAA bersifat lebih adaptif dengan lingkungan di sekitar Sulawesi dan lebih tahan terhadap tekanan lingkungan maupun eksploitasi.
Tingkat keragaman genetic/haplotype ( haplotype diversity ) malalugis berkisar antara 0 sampai 0,3698 (rata-rata 0,0595), cukup rendah jika dibandingkan dengan keragaman genetik ikan laut pada umumnya. Menurut Nugroho et al. (2001) berkisar antara 0,60 sampai 0,90; menurut Avise et al . (1989) dalam Tabata et al . (1997) berkisar antara 0,473 – 0,998). Keragaman genetik populasi malalugis di Teluk Tomini dan Selat Makasar lebih tinggi masing-masing 0,0365 dan 0,07; sedang populasi Laut Sulawesi memliki keragaman genetik paling tinggi (h= 0,3698). Keragaman genetika yang rendah pada malalugis mengindikasikan telah terjadi perubahan struktur
Analisis Struktur Populasi Tiga Species Layang……..di Laut Jawa dan Sekitar Sulawesi ( Suwarso & A. Zamroni)
Populasi/ Population Laut Sulawesi Selat Makassar Teluk Bone Laut Flores Laut Banda Teluk Tolo Laut Maluku Teluk Tomini Laut Sulawesi - Selat Makassar 0,1733 - Teluk Bone 0,1438 0,0150 - Laut Flores 0,1438 0,0150 0,0000 - Laut Banda 0,1438 0,0150 0,0000 0,0000 - Teluk Tolo 0,1438 0,0150 0,0000 0,0000 0,0000 - Laut Maluku 0,1438 0,0150 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 - Teluk Tomini 0,1405 0,0186 0,0025 0,0025 0,0025 0,0025 0,0025 -
genetika pada sumberdaya ini. Ikan malalugis bersifat oseanik dan sebagai ikan perruaya dengan jalur migrasi cukup luas sehingga memungkinkan terjadinya silang dan percampuran genetika antar populasi yang seiring berjalannya waktu mengakibatkan variasi genetiknya menjadi berkurang. Faktor tekanan penangkapan intensif diduga berpengaruh pada penyempitan habitat dan berdampak pada penurunan keragaman genetika. Wilson & Clarke (1996) menyatakan peningkatan eksploitasi dan tekanan lingkungan menyebabkan terjadinya penurunan kelimpahan stok dan rata-rata ukuran ikan; seleksi genetika merugikan terhadap fekunditas; penurunan rata-rata ukuran reproduktif (memijah), perubahan rasio kelamin, keseimbangan inter-spesifik serta hilangnya diversitas genetika. Terutama pada unit-unit populasi yang memiliki keragaman genetika rendah, h = 0, (populasi Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku, Teluk Tolo, Teluk Bone) sangat rentan terhadap perubahan (penangkapan, alam). Zein (2007) menyatakan bahwa eksploitasi dapat menyebabkan peningkatan laju genetic drift , pada populasi yang kecil cenderung akan terjadi kawin silang ( inbreeding ) sehingga menyebabkan penurunan keragaman genetik dalam populasi (keragaman haplotype dan keragaman nukleotida); selanjutnya penurunan variabilitas genetik akan berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup dari populasi dan dapat mengurangi kemampuan individu dalam menghadapi seleksi alam akibat perubahan lingkungan (Hedrick, 2000). Keragaman haplotipe yang tinggi pada populasi Laut Sulawesi (Tumumpa) mengindikasikan sifat plasticity (kelenturan) dalam beradaptasi lebih tinggi yan diduga karena pengaruh populasi Samudera Pasifik. Suatu spesies yang mampu beradaptasi secara plastis akan menghasilkan variasi fenotip maupun genotip sebagai respon terhadap kondisi lingkungan tertentu sehingga dapat meningkatkan kemampuan individu untuk tetap bertahan dan berkembang biak (Sultan, 1987; Taylor & Aarsen, 1989).
Dari analisis berpasangan Fst (statistika khusus AMOVA, Analysis of Moleculer Variance dalam perangkat TFPGA) diperoleh terdapat perbedaan genetika cukup signifikan antara populasi Laut Sulawesi dengan ketujuh populasi lainnya (Tabel 4). Perbedaan ini menunjukkan bahwa struktur populasi malalugis di Laut Sulawesi berasal dari sub populasi berbeda, diduga berasal dari populasi Samudera Pasifik. Williams et al . (2002) menyatakan bahwa secara umum terdapat perbedaan genetika antara spesies Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia.
Menurut ‘Nei & Tajima’ (1981) jarak genetika yang dihitung berdasarkan situs pemotongan enzim restriksi
memperlihatkan kedekatan hubungan kekerabatan antar populasi, semakin kecil jarak genetik maka semakin dekat pula hubungan kekerabatan antara kedua populasi tersebut, dan sebaliknya. Jarak genetika paling rendah (0) terlihat diantara populasi Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku, karena ke lima populasi ini dimungkinkan berasal dari unit stok (sub populasi) yang sama. Sebaran unit stok ini diduga juga berada di Selat Makasar bagian selatan. Secara geografis perairan Laut Maluku, Teluk Tolo, Teluk Bone saling berhubungan dengan Laut Flores dan Laut Banda sehingga memungkinkan terjadinya gene flow (aliran gen). Hal ini dipertegas oleh Arnaud et al. (1999) yang menyebutkan bahwa terjadi gene flow antara populasi malalugis di Laut Banda dan Laut Maluku.
Populasi Teluk Tomini dan Selat Makassar yang mempunyai jarak genetic lebih besar dengan populasi lain menunjukkan kecenderungan kekerabatan yang dekat dengan ke lima populasi tersebut tetapi diperkirakan merupakan refleksi dari pencirian genetic khusus akibat karakteristik habitat yang berbeda. Jarak genetic terjauh ditunjukkan oleh populasi Laut Sulawesi dengan populasi lainnya (0,1405 – 0,1733) memperkuat dugaan bahwa populasi Laut Sulawesi berbeda dengan populasi lainnya.
Hasil dendrogram ‘filogeni’ (hubungan kekerabatan) dari delapan populasi malalugis memperlihatkan bahwa secara umum dapat dipisahkan menjadi dua group populasi malalugis, yaitu group pertama ( clade 1 ) terdiri dari populasi Laut Maluku, Teluk Tolo, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tomini dan Selat Makassar; sedangkan group ke dua ( clade 2 ) sebagai unit stok 2 adalah populasi Laut Sulawesi (Gambar 3). Secara geografis perairan Laut Maluku, Teluk Tolo, Teluk Bone saling berhubungan dengan Laut Flores dan Laut Banda sehingga memungkinkan terjadinya gene flow (aliran gen). Hal ini dipertegas oleh Arnaud et al. (1999) yang menyebutkan bahwa terjadi gene flow antara populasi malalugis di Laut Banda dan Laut Maluku.
Pada populasi group I dapat dipisahkan menjadi dua sub populasi, yaitu sub populasi (unit stok) Selat Makassar dan sub populasi (unit stok) Laut Maluku- Teluk Tolo-Teluk Bone-Laut Flores-Laut Banda-Teluk Tomini. Sub populasi Selat Makassar dapat dianggap termasuk dalam populasi group pertama, tetapi secara statistik (analisis berpasangan) serta dari nilai jarak genetic cenderung berbeda. Perbedaan tersebut secara genetic akibat keberadaan haplotype ‘baru’ AAAABA pada populasi Selat Makasar (Donggala) yang tidak ditemukan pada populasi lain. Jika diasumsikan bahwa dengan kesamaan habitat pelagis
Selat Makasar laut dalam bagian selatan dengan Laut Flores dan Teluk Bone sehingga diduga populasi Selat Makasar bagian selatan adalah sama dengan populasi Teluk Bone, maka dapat diduga bahwa populasi Selat Makasar bagian utara (Donggala) berbeda secara genetic dengan populasi Selat Makasar bagian selatan tersebut, populasi Selat Makasar bagian utara (Donggala) dimungkinkan terkait dengan populasi Laut Sulawesi bagian barat. Hal tersebut mengindikasikan terdapat pola ruaya (migrasi) malalugis dari utara ke arah selatan tetapi terputus di perairan sekitar Donggala, sedang pola ruaya (migrasi) unit stok 1 meliputi perairan-perairan Laut Maluku, Teluk Tolo, Teluk Bone, Laut Flores serta kemungkinan Selat Makasar bagian selatan. Menurut Gaylord & Gaines (2000) haplotype baru dapat terbentuk akibat pengaruh arus laut dan perbedaan karakteristik habitat (perairan) yang mempengaruhi distribusi populasi dan fisiologi organism. Hal yang hampir sama terlihat kecenderungan perbedaan genetic dari populasi Teluk Tomini dengan unit stok 1 yaitu dengan hadirnya allele AAAAAB yang tidak ditemukan pada populasi lain, diduga populasi Teluk Tomini cenderung bersifat local yang terkait dengan karakteristik local dari perairan Teluk Tomini.
Dalam sejarah geologi Pulau Sulawesi di masa lampau (zaman Pleistosen) tidak pernah bersatu dengan daratan manapun (Hall, 2001), Pulau Sulawesi merupakan pulau yang berdiri sendiri dan bukan merupakan pecahan dari pulau lain, seperti pulau Kalimantan dan Sumatera. Kekerabatan yang dekat antara populasi Teluk Tomini dengan populasi dari Laut Maluku, Teluk Tolo, Laut Banda dan Laut Flores dikarenakan stok dari populasi 4 perairan tersebut sebagian masuk ke dalam Teluk Tomini sehingga populasinya mengalami percampuran dengan populasi lokal ikan malalugis di Teluk Tomini.
Haplotipe/allele AAAAAA merupakan allele umum yang tersebar luas dan ditemukan di semua lokasi penelitian. Selain itu allele tersebut juga merupakan ciri dari unit stok 1 yang tersebar di perairan timur Sulawesi (Laut Maluku, Teluk Tolo, Teluk Bone, Laut Flores) dan diduga sampai ke Selat Makasar laut dalam bagian selatan. Dari hal tersebut dapat diduga merupakan indikasi pola ruaya/migrasi malalugis unit stok 1.
Migrasi ikan dipengaruhi oleh dua factor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal berupa keseimbangan metabolic yang ditunjukkan oleh pola migrasi untuk mencari makan (feeding migration);
sedang faktor eksternal dapat berupa arus laut (terutama arus permukaan laut) karena arus laut diketahui berperan penting dalam penyebaran larva ikan (Fahmi, 2010).
Migrasi malalugis terjadi sekitar musim barat dan peralihan I. Di perairan Selat Makassar pada musim barat dan peralihan I diketahui lebih subur dibanding perairan timur Sulawesi (Laut Maluku, Laut Banda, Laut Flores) (Realino et al ., 2006). Seperti pada keterangan sebelumnya, masuknya populasi ikan Laut Sulawesi ke Selat Makassar diduga karena arus. Sub populasi Teluk Tomini juga didominasi ikan malalugis berhaplotipe AAAAAA (populasi group pertama), hal ini karena masuknya sub populasi ikan Laut Maluku melalui perantaraan arus yang mengalir menuju Teluk Tomini pada musim timur (Burhanuddin et al ., 2004), selain itu pada daerah sekitar mulut teluk mempunyai kandungan klorofil yang tinggi pada musim timur (BRPL 2005).
Gambar 5. Struktur genetika populasi ikan malalugis di perairan sekitar Pulau Sulawesi.
Figure 5. Population genetic structures of mackerel scads around Sulawesi.
Keterangan: = ikan malalugis haplotipe AAAAAA = ikan malalugis haplotipe BAABAC = ikan malalugis haplotipe BABCAC = ikan malalugis haplotipe BAABCC = ikan malalugis haplotipe AAAABA = ikan malalugis haplotipe AAAAAB = Hasil penelitian Arnaud et al . (1999)
Analisis Struktur Populasi Tiga Species Layang……..di Laut Jawa dan Sekitar Sulawesi ( Suwarso & A. Zamroni)
J. Kebijak.Perikan.Ind.Vol.6 No.2 Nopember 2014:
## KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN
1. Struktur populasi menunjukkan indikasi separasi (pemisahan) stok menjadi dua atau lebih unit stok berbeda. Dari tiga species uji ( D. russelli, D.
macrosoma, D. macarellus ) masing-masing memiliki dua kelompok utama pada struktur genetika populasi dimana masing-masing berperan sebagai unit stok atau unit manajemen yang tersebar lintas WPP (lebih dari satu WPP).
2. Dua unit stok yang berbeda dari D. russelli teridentifikasi tersebar di Laut Jawa dan Selat Makasar bagian utara (Tarakan); unit stok yang sama dari D. macrosoma tersebar di Laut Jawa dan berlanjut hingga Selat Makasar laut dangkal, unit stok lain tersebar di Laut Banda. Untuk malalugis ( D. macarellus ) unit stok utama diduga menyebar di beberapa perairan (WPP) meliputi Selat Makasar bagian selatan, Teluk Bone, Teluk Tolo, Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Flores dan Laut Banda; stok di Laut Sulawesi merupakan unit stok lain.
3. Sebaran unit stok diperkirakan mengindikasikan pola sebaran spatial dan pergerakan stok (migrasi) ikan: Pola migrasi D. russelli dan D. macrosoma diperkirakan antara Laut Jawa dan Selat Makasar laut dangkal (diduga tidak ada migrasi ikan dari Laut Flores dan Laut Banda menuju ke Laut Jawa); Stok malalugis menyebar dan bermigrasi di Selat Makasar laut dalam (bagian selatan), selatan Sulawesi dan timur Sulawesi, unit stok lain di Laut Sulawesi.
## REKOMENDASI
1. Pengelolaan sumber daya ikan pelagis kecil disarankan mengacu pada sebaran unit stok yang berperan sebagai unit biologi dan disarankan dikelola sebagai satu unit manajemen walaupun tersebar tidak hanya di satu WPP tetapi lintas WPP.
2. Dalam konteks perikanan Laut Jawa, stok dua species ikan layang ( D. russelli dan D. macrosoma ) disarankan dikelola bersama dengan stok yang terdapat di perairan Selat Makasar laut dangkal (timur Kalimantan) sebagai satu unit manajemen. Sedang dalam konteks perikanan malalugis sekitar Sulawesi, stok malalugis di perairan sekitar Sulawesi bagian selatan dan timur yang meliputi beberapa WPP (Selat Makassar
bagian selatan, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini) disarankan dikelola sebagai satu unit manajemen, stok Laut Sulawesi sebagai unit manajemen lainnya.
## PERSANTUNAN
Kegiatan dari hasil penelitian Potensi, Distribusi, Kelimpahan dan Biologi Ikan Pelagis Kecil di WPP 712, 713, 714 dan 716 tahun 2009-2011 di Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
## DAFTAR PUSTAKA
A r n a u d S , B o n h o m m e F, B o r s a P. 1 9 9 9 .
Mitochondrial DNA analysis of the genetic relationships among population of scad mackerel (Decapterus macarellus, D. macrosoma, and D. russelli) in South-East Asia. Marine Biology 135:
699 – 707.
Avise JC, Bowen BW, Lamb T. 1989. DNA fingerprints from hypervariable mitochondrial genotypes. Molecular Biology Evolution 6:258- 269.
Balai Riset Perikanan Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Teluk Tomini: Ekologi, Potensi Sumberdaya, Profil Perikanan dan Biologi Beberapa Jenis Ikan Ekonomis Penting. Jakarta: BRPL DKP.
Burhanuddin, Supangat A, Sulistiyo B, Rameyo T, Kepel CR. 2004. Profil sumberdaya kelautan dan perikanan Teluk Tomini . Jakarta. BRKP-DKP.
Fahmi MR. 2010. Phenotypic plastisity kunci sukses adaptasi ikan migrasi: studi kasus ikan sidat. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur ; Bandar Lampung Indonesia 20 – 23 April 2010.
Gaylord B, Gaines SD. 2000. Temperature or transport? Range limits in marine species mediated solely by flow. American Naturalist 155: 769 - 789.
Gordon AL, Fine RA. 1996. Pathways of water between the Pacific and Indian oceans in the Indonesian seas. Nature 379: 146–149.
Hall R. 2001. Cenozoic reconstructions of SE Asia and the SW Pacific: changing patterns of land and sea. In Faunal and Floral Migrations and Evolution in SE Asia-Australia , Metcalf I, Smith J, Morwood M, Davidson I. (eds) pp:35-56. Lisse: Swets and Zeitlinger Publishers.
Hardenberg, J.D.F. 1938. Preliminary report on a migration of fish in the Java Sea. Treubia , Deel 16, Afl. 2, 295-300 p.
Hariati T. 2005. Ikan layang biru (Decapterus macarellus), salah satu spesies ikan pelagis kecil di laut dalam Indonesia. Warta Penelitian
P e r i k a n a n . E d i s i S u m b e r d a y a d a n Penangkapan . Vol.11 No.5 2005. Hal. 15 – 18.
Hedrick PW. 2000. Genentics of populations . 2 nd ed. Jones and Bartlett Publishers. Sudbury.
Miller MP. 1997. Tools for Population Genetic Analysis (TFPGA). Version 1.3. Department of B i o l o g i c a l S c i e n c e s , N o r t h e r n A r i z o n a University, Flagstaff.
Nei M, Tajima F. 1981. DNA polymorphism detectable by restriction endonucleases. Genetics. 97: 145 – 163.
Nesbo CL, Rueness EK, Iversen SA, Skagen DW, Jakobsen KS. 2000. Phylogeography and population history of Atlantic mackerel (Scomber scombrus L.): a genealogical approach reveals genetic structuring among the eastern Atlantic stocks. Proceedings of the Royal Society of London Series B-Biological Sciences 267: 281- 292.
Nugroho E, Ferrel DJ, Smith P, Taniguchi N. 2001. Genetic divergence of Kingfish from Japan, A u s t r a l i a a n d N e w Z e a l a n d I n f e r r e d b y microsatellite DNA and mitochondrial DNA control region markers. Journal Fisheries Science 67:843-850.
Realino B, Wibawa TA, Zahrudin DA, Napitu AM. 2006. Pola Spasial dan Temporal Kesuburan Perairan Permukaan Laut di Indonesia. Balai Riset dan Observasi Kelautan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jembrana. Bali.
Shekelle M, Leksono SM. 2004. Strategi Konservasi di Pulau Sulawesi dengan Menggunakan Tarsius sebagai Flagship Spesies. Biota Vol. IX (1): 1- 10.
Sultan SE. 1987. Evolutionary implication of phenotypic plasticity in plants. Evol. Bio. 20: 127-178.
Suwarso, Dharmadi, Widodo J. 2000. Biology and fishery of Malalugis biru, Mackerel Scad, Decapterus macarellus, in North Sulawesi waters of Indonesia. In The. JSPS-DGHE International Symposium on Fisheries Science in Tropical Area . Vol 10. P.552 – 557.
Suwarso, Hariati T, Zamroni A, Fauzi M. 2009. Studi Hubungan Filogenetik Ikan Layang (Decapterus spp., Fam. Carangidae) di Indonesia. Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta.
Tabata KH, Kishioka M, Takagi A, Mizuta N,
Taniguchi. 1997. Genetic diversity of five strains of red sea bream Pagrus major by RFLP analysis of the mtDNA D-Loop region. Journal Fisheries Science , 63(3):344-348.
Taylor DR, Aarssen LW. 1989. An Interpretation of Phenotypic Plasticity in Agropyron repens (Gramminae) . Amer. J. Bot. 75(3): 401-413.
Utter F, Aebersold P, Winas G. 1987. Interpreting genetic variation detected by electrophoresis. In: N.R.F. Utter (ed.) Population genetics and Fishery management, University of Washinton press, Seattle.
Williams ST, Jara J, Gomez E, Knowlton N. 2002.
The Marine Indo-West Pacific Break: Contrasting the Resolving Power of Mitochondrial anf Nuclea Genes. Integr. Comp. Biol. 42: 941 – 952.
Analisis Struktur Populasi Tiga Species Layang……..di Laut Jawa dan Sekitar Sulawesi ( Suwarso & A. Zamroni)
J. Kebijak.Perikan.Ind.Vol.6 No.2 Nopember 2014:
Wilson DS, Clarke AB. 1996. The shy and the bold. Natural Histor y 9/96: 26–28.
## Zein MSA. 2007. Keragaman Daerah Kontrol DNA
Mitokondria Rusa Timor ( Cervus timorensis timorensis ) di Pulau Timor, Alor dan Pantar. Biota Vol. 12(3): 138-144.
|
85b30262-24bd-4daa-a84e-78330d4e7254 | https://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link/article/download/431/435 | http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link
_________________________________________________________________
PENYEGARAN KADER TENTANG TANDA – TANDA KEHAMILAN, CARA MENGATASI MASALAH KEHAMILAN DAN PERSIAPAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS SRONDOL KOTA SEMARANG
Kurniati Puji Lestari *) ; Elisa ; Iis Sriningsih ; Budiyati ; Tri Wiji Lestari ; Wagiyo ; Desak Made Parwati ; Titin Suheri ; Lucia Endang Hartati
Jurusan Keperawatan ; Poltekkes Kemenkes Semarang Jl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang
## Abstract
Upaya untuk menurunkan AKI dapat dilakukan dengan upaya preventif dan promotif dengan melibatkan semua unsur dalam masyarakat dan dilakukan secara terus menerus dan konsisten. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pemantauan kesehatan ibu hamil meliputi tanda bahaya kehamilan, cara – cara mengatasi keluhan kehamilan, adaptasi perubahan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran dan kesehatan bayi. Kader berperan mendukung program P4K (Program Perencanaan Persalinan & Pencegahan Komplikasi). Disamping itu Kader juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali menemukan jika ada masalah kesehatan di daerahnya dan segera melaporkan ke tenaga kesehatan setempat. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilakukan di Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Semarang sejak tanggal 22 Juni sampai dengan 31 Juli 2015 (6 minggu), meliputi kegiatan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan peningkatan pengetahuan kader kesehatan meliputi penyegaran kader tentang tanda - tanda kehamilan, cara mengatasi masalah kehamilan dan persiapan persalinan. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabmas ini adalah dengan memberikan materi melalui penyegaran kader dan diskusi interaktif, yang didahului dengan pre test dan di akhiri dengan post test.
Kata kunci: penyegaran kader ; tanda kehamilan ; persalinan ; puskesmas
Abstrak
[English Title: REFRESHING FOR VOLUNTEERS IN SIGNS AND SYMPTOMS OF PREGNANCY, HOW TO OVERCOME PROBLEMS IN PREGNANCY AND PREPARATION ON WOMAN DELIVERY IN SRONDOL HEALTH COMMUNITY SERVICE, SEMARANG] Strategies to decrease mortality is by improving the knowledge of pregnant women about monitoring of pregnant women includes signs of pregnancy, how to deal with complaints of pregnancy, adaptation to the changes of pregnancy, childbirth, postnatal care, baby care, myth, infectious diseases and birth certificate and the baby's health. Volunteer role to support P4K program (Program Planning Maternity & Complications Prevention). Volunteer is largely a PKK member, is expected to act as a conduit of information to the public health, community mobilization to carry health messages. Volunteer can also serve as the first person to discover if there are health problems in the area and immediately report to local health workers. The implementation of community service performed in the Environment of Puskesmas Srondol Semarang from June 22 until July 31, 2015 (6 weeks), includes planning, coordination, implementation increased knowledge of health volunteers include refresher volunteer of sign of pregnancy, how to resolve the problem pregnancy and childbirth. The method used in this service activity is to provide materials through refresher
*) Penulis Korespondensi. E-mail: [email protected]
volunteer and interactive discussion, preceded by a pre-test and post-test.
Keywords: refreshment volunteers ; signs of pregnancy ; labor ; Puskesmas
## 1. Pendahuluan
Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat mengesankan bagi seorang perempuan terlebih lagi pada kehamilan pertama yang merupakan peristiwa kehidupan yang besar maknanya. Kondisi ini merupakan masa meningkatnya kewaspadaan dan terjadi perubahan besar. Kehamilan dan persalinan merupakan suatu hal yang alami akan tetapi bukan berarti tanpa resiko. Kehamilan dan persalinan memberikan kontribusi terhadapnya banyaknya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). AKI dapat menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkatpelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Kehamilan dan persalinan memberikan kontribusi terhadapnya banyaknya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Menurut laporan tahunan Dinas provinsi Kesehatan Jawa Tengah tahun 2014, penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, infeksi dan lain-laindengan prosentase, perdarahan 22, 93%, eklampsi 28,10%, infeksi 3,66% gangguan sirkulasi darah 4,93% , lain-lain 42, 33%. Penyebab kematian pada ibu dikarenakan tiga hal yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan.
Upaya untuk menurunkan AKI dapat dilakukan dengan upaya preventif dan promotifdengan melibatkan semua unsur dalam masyarakat dan dilakukan secara terus menerus dan konsisten. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pemantauan kesehatan ibu hamil meliputi tanda bahaya kehamilan, cara – cara mengatasi keluhan kehamilan, adaptasi perubahan kehamilan,persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, mitos, penyakit menular dan akte kelahirandan kesehatan bayi.
Salah satu bidang yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan Ibu dan Anak adalah para kader posyandu. Kader-kader posyandu ini merupakan
perpanjangan tangan pelayanan untuk kesehatan Ibu dan Anak di masyarakat. Kader berperan mendukung program P4K (Program Perencanaan Persalinan
& Pencegahan Komplikasi) mulai perencanaan, pelaksanaan & evaluasi serta pencatatan dan pelaporan. Kader yang sebagian besar merupakan anggota PKK, diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat, penggerak masyarakat untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan. Kader mempunyai peranan yang cukup penting dalam pendampingan ibu hamil dengan harapan dapat menurunkan angka kematian ibu. Namun kenyataan di lapangan masih banyak kader yang belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai masalah kesehatan khususnya tentang kehamilan. Agar dapat melaksanakan peran tersebut dengan baik, kader perlu dibekali dengan pengetahuan yang memadai berkaitan dengan masalah kesehatan. Guna mencapai kader-kader yang berkualitas maka perlu dilakukan penyegaran bagi kader kesehatan mengenai pengetahuan maupun keterampilan khususnya tentang Kesehatan Ibu dan Anak.
Untuk mewujudkan kader yang handal dan berkualitas menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak, tidak hanya dinas kesehatan ataupun pemerintahan setempat, akan tetapi perguruan tinggi juga mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas kader. Politeknik
Kesehatan Semarang khususnya Jurusan Keperawatan merupakan salah satu perguruan tinggi yang berada di Semarang
dapat berpartisipasi untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi. Salah satu bentuk darma yang dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Implementasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan berupa penyegaran kader tentang tanda – tanda kehamilan, cara mengatasi masalah kehamilan dan persiapan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Srondol.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam bentuk kegiatan pelatihan penyegaran kader kesehatan. Materi yang diberikan meliputi tanda-tanda persalinan dan deteksi dini pada ibu hamil, mengatasi keluhan
saat kehamilan, persiapan persalinan dan senam hamil. Metode pendekatan yang dilakukan adalah pemberian materi secara ceramah dan dilanjutkan dengan diskusi intensif dan demonstrasi keterampilan. Evaluasi dilakukan pada pelaksanaan dengan
mengukur pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan.
## 2. Metode
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilakukan di Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Semarang sejak tanggal 22 Juni sampai dengan 31 Juli 2015 (6 minggu), meliputi kegiatan perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan peningkatan
pengetahuan kader kesehatan meliputi penyegaran kader tentang tanda - tanda kehamilan, cara mengatasi masalah kehamilan dan persiapan persalinan. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabmas ini adalah dengan memberikan materi melalui penyegaran kader dan diskusi interaktif, yang didahului dengan pre test dan di akhiri dengan post test.
## 3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dalam bentuk pelatihan atau penyegaran bagi kader mengenai kehamilan. Kegiatan pelatihan ini disampaikan oleh narasumber yaitu tim dosen Dosen keperawatan maternitas Prodi DIV Keperawatan Semarang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
Materi yang diberikan meliputi tanda-tanda kehamilan, cara mengatasi masalah kehamilan dan persiapan persalinan. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan memahami mengenai konsep kehamilan kader akan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kehamilan sehingga kader dapat melakukan perannya untuk melakukan deteksi secara dini pada ibu hamil serta mampu melakukan pendampingan pada ibu hamil selama menjalani proses kehamilan. Deteksi dini ini penting dilakukan guna melihat apakah ibu hamil termasuk dalam kelompok risiko tinggi atau tidak. Dengan demikian peran yang dilakukan oleh kader akan terlihat secara nyata. Di samping itu ibu hamil sendiri tentunya akan merasa aman karena setiap saat kondisi kehamilannya dapat dimonitor oleh kader. Apabila kader dapat melakukan deteksi secara dini maupun pendampingan kepada ibu hamil
maka apabila ditemukan ibu hamil yang termasuk kategori risiko dini kader melaporkan kepada pihak terkait seperti bidan setempat atau Puskesmas guna mendapatkan pengawasan atau tindakan lebih lanjut. Dengan demikian tiga terlambat yang selama ini menjadikan penyebab tingginya kematian ibu dapat diminimalkan.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara teori dengan ceramah, dan dilanjutkan dengan diskusi interaktif maupun demontrasi mengenai ketrampilan pemeriksaan fisik ibu hamil. Melalui diskusi para kader dapat menanyakan dan mendiskusikan tentang berbagai macam hal mengenai permasalahan yang dialami oleh ibu hamil. Menurut Muhibin Syah (2000), metode diskusi merupakan metode mengajaryang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Sementara itu melalui demontrasi kader akan lebih memahami materi yang diberikan, karena kader tidak hanya membayangkan tetapi melihat secara nyata bagaimana melakukannya. Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dimana narasumber memberikan pembelajaran dengan memperlihatkan suatu cara melakukan proses atau kegiatan tertentu kepada peserta didik (muhibin syah, 2000)
Untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemahaman para kader maka dalam kegiatan ini dilakukan pre test dan post test. Pre test dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan awal para kader. Sedangkan post test bertujuan untuk menilai sejauh mana penerimaan materi oleh para kader. Soal yang diberikan dalam pre test mapun post test berisi tentang tanda-tanda kehamilan, permasalahan selama kehamilan maupun persiapan persalinan. (Soal terlampir) Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatnya pengetahuan para kader tentang kehamilan dan persiapan persalinan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil penilaian pre test dan post test. Hasil dari pretest sebanyak 40 % peserta mempunyai nilai 60 - 80, 60% medapatkan nilai 20 - 50 sedangkan pada posttest sebanyak 80 % peserta mempunyai nilai 80 - 90, 20% mendapatkan nilai 60 - 70.
Evaluasi dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah para kader menyambut dengan baik kegiatan ini. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme kader untuk mengikuti kegiatan ini, serta ketika dibuka diskusi, para kader sangat aktif untuk menanyakan serta
## mendiskusikannya.
## 4. Simpulan dan Saran
## Simpulan
Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatnya pengetahuan para kader tentang kehamilan dan persiapan persalinan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil penilaian pre test dan post test. Hasil dari pretest sebanyak 40 % peserta mempunyai nilai 60 - 80, 60% medapatkan nilai 20 - 50 sedangkan pada posttest sebanyak 80 % peserta mempunyai nilai 80 - 90, 20% mendapatkan nilai 60 - 70. Rencana Tindak Lanjut dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini akan dilakukan sosialisasi pengetahuan tentang Tanda – Tanda Dan Cara Mengatasi Masalah Kehamilan Serta Persiapan Persalinan oleh kader kesehatan tingkat RW kepada kader Kesehatan tingkat RT di lingkungan kerja Puskesmas Srondol.
## Saran
Poltekkes Kemenkes
Semarang secara periodik dapat melakukan kegiatan Tri Darma Perguruan Tingga dengan ikut berpartisipasi menigkatkan pengetahuan kader kesehatan yang ada di lingkungannya.
Kepada Puskesmas Srondol Semarang secara aktif berkoordinasi dengan Institusi Pendidikan agar ikut terlibat dalam meningkatkan pengetahuan kader kesehatan di bawah binaannya dalam bidang kesehatan agar kader kesehatan dapat ikut membantu melakukan identifikasi ibu-ibu yang mempunyai resiko kelainan kesehatan.
Kepada ibu-ibu Kader kesehatan yang ada di lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Semarang secara aktif terlibat dan berperan aktif dalam mengikuti Penyegaran kader dan ikut membantu Puskesmas memantau serta melaporkan apabila ada ibu-ibu di ligkungannya yang mengalami kelainan kesehatan.
Kepada Tim Dosen yang akan melakukan kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi di bidang
Pengabdian
Masyarakat untuk selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan Pengabmas lanjutan dengan materi lain yang dapat ikut membantu menurunkan AKI dan AKB
5. Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah mendanai keberlangsungan jurnal ini. Atau ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada pemberi dana penelitian atau donatur. Ucapan terima kasih dapat juga disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu pelaksanaan penelitian.
## 6. Daftar Pustaka
Bobak Jensen, Zalar. 2002. Maternity and Gynecologycal Care, St. Lois, Baltimore, Toronto, The C.V. Mosby Co
Bobak Jensen, Zalar. 2005 Keperawatan
Maternitas, Edisi 4, EGC, Jakarta Buku Kesehatan Ibu dan Anak 2008 Depkes RI dan JICA. 2008. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta, Depkes RI dan JICA Depkes RI: 2007. Buku Pelatihan Konseling Menyusui,
Depkes RI: 2008. Modul Asuhan persalinan Normal,
Depkes RI: 2006. Pencegahan dan Penanganan Malaria selama Kehamilan, buku acuan bagi bidan di desa dan perawat ANC,
Depkes RI: 2006. Buku Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi.
Informasi lengkap tentang kehamilan pra dan pasca: http://www.ibuhamil.com Pilliteri, Adele. 2003. Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing &
Childrearing Family,
4th, edition, Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins World Health Organization: Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use. 2004. Third, Edition. Geneva,
|
60944ed8-c874-42e1-9f5a-f546821bb777 | https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/josh/article/download/4993/2684 |
## Journal of Information System Research (JOSH)
Volume 5, No. 3, April 2024, pp 785−794 ISSN 2686-228X (media online) https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/josh/ DOI 10.47065/josh.v5i3.4993
## Analisis User Experience Pada Aplikasi Mobile Alfagift dengan Menggunakan Metode Heart Metrics
Mulyadi, Allsela Meiriza * , Nabila Rizky Oktadini, Pacu Putra, Putri Eka Sevtiyuni
Fakultas Ilmu Komputer, Program Studi Sistem Infornasi, Universitas Sriwijaya, Palembang Jl. Masjid Al Gazali, Bukit Lama, Kec. Ilir Bar. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia Email: 1 [email protected], 2,* [email protected], 3 [email protected], 4 [email protected],
5 [email protected] Email Penulis Korespondensi: [email protected] Submitted: 01/03/2024; Accepted: 27/04/2024; Published: 30/04/2024
Abstrak− Alfagift adalah sebuah aplikasi yang berbasis mobile diluncurkan pada tahun 2015 oleh alfamart. Aplikasi mobile Alfagift memiliki 6 fitur yang menarik berupa memudahkan pengguna untuk mendapatkan berbagai keuntungan yang disediakan oleh aplikasi Alfagift. Keenam fitur yang dimaksud antara lain berupa Offer (Promo), Voucher, Catalogue, Messages, Store Locator, dan Contact Us. Sebagai pelanggan setia alfamart wajib memiliki aplikasi ini untuk mendapatkan keuntungannya yang telah disediakan. Ditambah lagi, dengan menggunakan aplikasi Alfagift akan mendapatkan berbagai macam keuntungan lainnya. Adapun masalah seperti sering terjadinya transaksi gagal, tiada ada informasi mengenai tanggal expired, aplikasi sering mengalami masalah teknis seperti bug serta tidak semua kalangan dapat menggunakannya dikarenakan terkendala antarmuka yang terlalu kompleks. Adapun tujuan penelitian untuk menganalisis user experience pengguna Alfagift berupa 5 variabel yang ada pada Heart Metrics dan menyarankan perbaikan untuk aplikasi Alfagift kedepannya sehingga menjadi aplikasi yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan 100 orang masyarakat yang berada di kota Palembang, berdasarkan dari jawaban dari responden didapatkan hasil dari 5 variabel yang berbeda berupa Happiness mendapatkan hasil persentase 73,13%, Engagement mendapatkan hasil persentase 77,2%, Adoption mendapatkan hasil persentase 76,8%, Retention mendapatkan hasil persentase 72,93%, Task success mendapatkan hasil persentase 76,26%,dan secara keseluruhan mendapatkan hasil persentase 75,26% sehingga dapat dinyatakan bahwa aplikasi alfagift sudah tergolong baik.
Kata Kunci: Analisis; User Experience; Heart Metrics; Alfagift; Sample Random Sampling
Abstract− Alfagift is a mobile-based application launched in 2015 by alfamart. Alfagift mobile application has 6 interesting features in the form of making it easier for users to get various benefits provided by the Alfagift application. The six features in question include Offer (Promo), Voucher, Catalogue, Messages, Store Locator, and Contact Us. As a loyal alfamart customer, you must have this application to get the benefits that have been provided. Plus, using the Alfagift application will get var ious other benefits. There are problems such as frequent failed transactions, no information about expiration dates , applications often experience technical problems such as bugs and not all people can use it because the interface is too complex. The purpose of the study is to analyse the user experience of Alfagift users in the form of 5 variables in Heart Metrics and suggest improvements for the Alfagift application in the future so that it becomes a better application. This study used 100 people in Palembang city, based on the answers from respondents, the results of 5 different variables were obtained in the form of Happiness getting a percentage of 73.13%, Engagement getting a percentage of 77.2%, Adoption getting a percentage of 76.8%, Retention getting a percentage of 72.93%, Task success getting a percentage of 76.26%, and overall getting a percentage of 75.26% so that it can be stated that the alfagift application is classified as good.
Keywords : Analytics; User Experience; Heart Metrics; Alfagift; Sample Random Sampling
## 1. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia bisnis saat ini berdampak pada meningkatnya persaingan dalam pemanfaatan teknologi informasi. Perkembangan internet, khususnya, telah mengubah lanskap bisnis di Indonesia. Kecepatan pertumbuhan penggunaan internet memicu perkembangan perdagangan dalam elektronik atau dapat dikenal sebagai e-commerce [1]. Perkembangan teknologi jaringan yang pesat memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk menawarkan aplikasi online sebagai suplemen dari pengalaman belanja offline, memungkinkan mereka untuk terus bersaing dalam era teknologi yang terus berkembang. Perusahaan saling bersaing dalam menyediakan sistem penjualan online yang memberikan keunggulan dan kenyamanan bagi konsumen, yang umumnya tersedia dalam bentuk aplikasi mobile.Mobile aplikasi ialah aplikasi yang dibuat secara detail pada user kecil, komputer yang wireless, berupa smartphone ataupun tablet, dibuat berdasarkan apa yang sedang dicari oleh masyarakat guna untuk mendapatkan keuntungan [2]. Dalam perkembangannya, perangkat ini tersedia dengan berbagai macam kemudahan yang ada, dengan adanya perangkat ini telah mempermudah masyarakat dalam berkegiatan [3].
Kualitas layanan dari sebuah sistem dapat menggambarkan bagaiman reaksi pengguna untuk mengetahui sistem tersebut puas digunakan ataupun kurang [4]. Pada tahun 2015, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk meluncurkan Alfagift, sebuah aplikasi perangkat lunak berbasis digital yang memberikan penawaran berbagai produk dengan harga yang bersaing. Melalui fitur pembelian online [5], pengguna dapat memperoleh kebutuhan sehari-hari menggunakan kartu anggota virtual. Alfagift menyediakan beragam metode pembayaran, termasuk transfer antar bank BCA, e-money, Go-Pay, pembayaran tunai di tempat (COD), dan opsi lainnya, dengan tujuan memudahkan konsumen dalam proses pembayaran. Walaupun banyak pilihan untuk pembayaran namun aplikasi ini masih terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan seperti kesulitan untuk mendaftar, kurangnya fitur-fitur yang dibutuhkan, tidak dapat membatalkan pesanan jika tidak sesuai, tidak dapat melakukan pembelian barang, promo
## Journal of Information System Research (JOSH)
dan iklan yang mengganggu berdasarkan ulasan yang didapat dari google playstore. Adapun masalah seperti sering terjadinya transaksi gagal, tiada ada informasi mengenai tanggal expired, aplikasi sering mengalami masalah teknis seperti bug [6]. Selain itu aplikasi ini tidak bisa diakses oleh semua kalangan, dikarenakan banyak masyarakat yang tidak bisa mengoperasikan aplikasi ini karena kurang user friendly untuk semua orang yang menggunakan aplikas alfagift [7].
Berdasarkan permasalahan diatas maka diperlukan analisis user experience terhadap aplikasi Alfagift. Didalam kepuasan pengguna terdapat 3 unsur yang berbeda antara lain user berhubungan dengan interface, user berinteraksi langsung dengan produk ataupun dengan sistem, user yang terlibat untuk menilai suatu yang diamati dan diukur [8]. Kepuasaan pengguna dapat dijadikan patokan untuk pengembangan aplikasi itu sendiri dan untuk mengetahui apakah aplikasi ini sudah bagus serta mengetahui apa keunggulan yang ada pada aplikasi begitupun sebaliknya guna untuk mengetahui apa kekurangan yang ada. Metode yang diterapkan guna untuk mengetahui user experience ialah Heart Metrics. Metode ini merupakan untuk mengetahui kejadian pada user dan sistem misalnya user experience. Dilakukannya guna untuk mengetahui apakah sistem tersebut telah memberikan kemudah untuk user berdasarkan dengan kebutuhan user itu sendiri [9]. Aspek-aspek yang ada pada metode Heart Metrics berupa Happiness, Engagement, Adoption, Retention, dan Task Success [10].
Peneliti yang memakai metode Heart Metrics guna mengetahui kepuasaan user antara lain Nurlailah pada tahun 2023 pada aplikasi Segari mendapatkan hasil persentase 53% yang dikategorikan bahwa aplikasi Segari sudah dikategorikan memberikan kepuasaan yang baik untuk user [11]. Selanjutnya penelitian Widyo Trenggono pada tahun 2022 menganalisis E-Learning menampilkan sebuah jarak berupa persepsi dengan harapan yang dikategorikan negatif, yang ditunjukkan dengan persepsi yang lebih kecil jika disandingkan dengan harapan. Dari hasil analisis, nilai gap yang terbesar ditampilkan divariabel Task Success mendapat persentase 92,30% dapat dikategorikan belum memenuhi harapan [12]. Selanjutnya penelitian Adiarsyah Syainal tahun 2023 pada aplikasi J&T Express mendapatkan hasil reliabilitas 0,79 artinya masih kurang sehingga membutuhkan perbaikan pada beberapa variabel [13]. Selanjutnya penelitian Cory Zarkasi pada tahun 2022 terhadapat fitur diaplikasi Zenius menampilkan masih banyak yang perlu diperbaiki antara lain memperbaiki tampilan dengan memperhatikan kenyaman user dengan menambahkan inovasi beberapa fitur yang bermanfaat [14]. Berikutnya penelitian Khakim pada tahun 2022 aplikasi Go-Jek, menampilkan pengguna dari GO-JEK dikategori baik berarti GO-JEK berhasil memberikan layanan baik kepada user [15]. Alasan terbesar mengapa user experience menjadi begitu penting karena adanya interaksi yang terjadi dengan pengguna [16].
Dari uraian pada penelitan diatas, terdapat beberapa kesamaan seperti pengelolaan data yang menggunakan PSPP ataupun SPSS. Penelitian ini sendiri menggunakan SPSS versi 25 untuk mengelolah data. Sedangkan pada penelit ini sendiri memakai simple random sampling dan menggunakan pengukuran slovin. Adapun tujuan dari penelitain ini sendiri ialah menganalisis pengguna aplikasi Alfagift guna untuk mengetahui tingkat kepuasaan pengguna Alfagift didasarkan dengan 5 variabel yang ada pada Heart Metrics dan menyarankan perubahan untuk aplikasi Alfagift mewujudkan aplikasi yang menarik kedepannya.
## 2. METODOLOGI PENELITIAN
## 2.1 Tahapan Penelitian
Dalam penelitian diperlukan tahapan penelitian, dimana pada tahapan penelitian menjelaskan setiap alur proses yang dilalui pada penelitian
## Journal of Information System Research (JOSH)
Volume 5, No. 3, April 2024, pp 785−794 ISSN 2686-228X (media online) https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/josh/ DOI 10.47065/josh.v5i3.4993
Peneliti mengumpulkan data yang akan digunakan dengan cara yang pertama studi literature, selanjutnya studi pustaka, kemudian observasi, dan dilanjutkan dengan kuesioner penelitian. Yang menjadi hal pertama dilakukan dalam studi pustaka antara lain membaca, mengetahui pengetahuan dari jurnal, mempelajari mengenai masalah yang lagi di teliti. Alur penelitian yang diterapkan berupa :
a. Identifikasi Masalah
Pada tahap penelitian ini yaitu melakukan identifikasi permasalahan terdapat dalam aplikasi Alfagift. Berdasarkan rating dan ulasan yang ada pada play store, dan berdasarkan penjabaran identifikasi permasalahan dijabarkan pada pendahuluan diatas, permasalahan yang ada dipenelitian ini berupa Bagaimana tingkat kepuasan pengguna terhadap penggunaan aplikasi Alfagift.
b. Studi Literatur
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang menjadi landasan dalam penelitian ini dengan melakukan studi literatur. Studi literatur yang dikerjakan seperti studi pustaka serta studi lapangan. Studi lapangan berupa kuesioner dan observasi.
c. Studi Pustaka
Supaya memperoleh banyak informasi dan pengetahuan sebagai landasan teori dan pedoman dalam mengelola data, penulis melakukan kajian pustaka dengan membaca, mengetahui pengetahuan dari jurnal, mempelajari mengenai masalah yang lagi di teliti.
d. Pembuatan dan Pengujian Instrumen
Proses ini ialah merancang serta mengembangkan beberapa pertanyaan yang dirancang untuk mendapatkan informasi atau pendapat dari responden.
e. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada tahap penelitian ini yaitu menyebarkan kuesioner melalui media sosial untuk mendapatkan informasi dari pengguna aplikasi alfagift yang kemudian dari data yang telah dikumpulkan akan dilalukan pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS.
f. Pengambilan Kesimpulan
Pada tahap ini yaitu melakukan analisis dari data yang telah diolah menggunakan aplikasi SPSS yang kemudian setelah melakukan analisis maka akan didapatkan kesimpulannya.
## 2.2 Kuesioner
Kuesioner merupakan sekumpulan pertanyaan ataupun pernyataan yang dipakai untuk mendapatkan info dari responden berkaitan dengan dirinya mengenai topik penelitian. Penyusunan kuesioner yang tepat dapat membantu mempermudah dalam proses penelitian [17]. Peneliti nantinya akan memberikan kuesioner terkait kepuasan dari aplikasi Alfagift yang akan disebar kepada penggunanya, yang memiliki pertanyaan-pertanyaan serta memiliki nilai-nilai variable terkait dengan metode yang digunakan. Pendekatan melalui variabel HEART (Happiness, Engagement, Adoption, Retention, and Task Success) guna mendapatkan pengalaman pengguna [18]. Adapun kuesioner pernyataan terdapat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Instrumen Pertanyaan No Pertanyaan Variabel 1. Saya merasa puas setelah menggunakan aplikasi alfagift Happiness
2. Saya merasa aplikasi Alfagift mudah digunakan
3. Saya tidak terganggu dengan iklan dan promo pada aplikasi Alfagift
4. Saya merasa aplikasi Alfagift dapat diakses setiap waktu
Engagement
5. Saya dapat melakukan aplikasi Alfagift untuk membeli kebuthan sehari-hari
6. Fitur aplikasi Alfagift bermanfaat bagi saya
7. Saya merasa aplikasi Alfagift mudah digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari Adoption
8. Saya tahu bagaimana menggunakan aplikasi Alfagift
9. Saya lebih memilih aplikasi Alfagift dibandingkan yang lain
10. Saya sering menggunakan fitur-fitur aplikasi Alfagift
Retention
11. Saya akan terus menggunakan aplikasi Alfagift untuk berbelanja 12. Saya menggunakan aplikasi Alfagift untuk mengetahui perubahan harga produk 13. Saya dapat melakukan pembelian di aplikasi Alfagift
Task Success
14. Saya dapat memilih produk yang berkualitas di aplikasi Alfagift 15. Saya dapat melakukan pembatalan pesanan jika produk tidak sesuai di aplikasi Alfagift
## 2.3 Heart Metrics
Heart adalah konsep ditemukan oleh Kenny Rodden ketika ia mengepalai pada tim riset kuantitatif di Google aspek Pengalaman Pengguna. Singkatan Heart sendiri merujuk pada Happiness, Engagement, Adoption, Retention, dan Task Success [19]. Dari user experience metrics berupa bentuk angka yang dapat dihitung dengan cara yang dapat dipahami [20]. Komponen-komponen dalam kerangka kerja HEART terdiri dari Happiness, Engagement,
## Journal of Information System Research (JOSH)
Adoption, Retention, dan Task Success. Set Goals-Signal-Metrics dijabarkan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini:
## Tabel 2. Set "Goals-Signal-Metrics
## 2.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan lengkap individu atau kelompok yang menjadi fokus pengumpulan data atau observasi dalam penelitian. Objek penelitian dapat bervariasi, termasuk manusia, hewan, tumbuhan, fenomena, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan lain-lain. Sampel merupakan subkelompok dari populasi yang memiliki karakteristik yang serupa dengan keseluruhan populasi. Dan dalam hal ini dilakukan dengan metode sampling. Metode sampling yang digunakan Probabilty Sampling dengan metode penarikan Sample Random Sampling [21]. Perhitungan yang digunakanan pada penlitian ini berupa sebagai berikut :
n = N 1+N (e) 2 (1)
n = 1.707.996 1+1.707.996 (0.1) 2 n = 1.707.996 17.080,96 n = 99,99 n = 100 orang Keterangan : n = Jumlah responden N = Ukuran populasi e = persentase kelonggaran kesalahan
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Instrumen Penelitian
Umumnya, Skala Likert dimanfaatkan untuk mengetahui opini, sikap, serta persepsi dari individu maupun kelompok pada suatu kejadian. Dibawah ini merupakan tabel dari skala likert:
Tabel 3. Tabel Skala Likert Skor Kriteria Jawaban 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 2 Tidak Setuju (TS)
3 Cukup Setuju (CS)
4 Setuju (S) 5 Sangat Setuju (SS) Variabel Goals Signal Metrics Happiness Ingin 70% pengguna aplikasi Alfagift memberikan feedback yang positif Melakukan penyebaran kuesioner dengan memberikan pernyataan yang berorientasi atau merepresentasikan pada aspek Happiness. Survey pengguna Engagement Ingin 70% pengguna aplikasi Alfagift dapat diakses setiap waktu untuk memenuhi kebutuhan Melakukan penyebaran kuesioner dengan memberikan pernyataan yang berorientasi atau merepresentasikan pada aspek Engagement. Survey pengguna Adoption Ingin 70% pengguna aplikasi Alfagift lebih memilih Alfagift dibanding yang lain karena tahu cara mengoperasikannya Melakukan penyebaran kuesioner dengan memberikan pernyataan yang berorientasi atau merepresentasikan pada aspek Adoption. Survey pengguna Retention Ingin 70% pengguna aplikasi Alfagift dapat terus menggunakannya karena fitur-fitur yang bermanfaat Melakukan penyebaran kuesioner dengan memberikan pernyataan yang berorientasi atau merepresentasikan pada aspek Retention. Survey pengguna Task Success Ingin 70% pengguna aplikasi Alfagift dapat melakukan proses sampai berhasil Melakukan penyebaran kuesioner dengan memberikan pernyataan yang berorientasi atau merepresentasikan pada aspek Task Success. Survey pengguna
## Journal of Information System Research (JOSH)
Lalu dari hasil yang diperoleh dari pengisian kuesioner, dilakukan perhitungan dan olah data dari rata-rata hasil nilai tiap variabel pada metode Heart Metrics dengan menggunakan rumus menghitung persentase kumulatif item:
persentase kumulatif item = ( jumlah skor yang diperoleh total maksimal skor ) x 100%
(2)
Kemudian dari hasil perhitungan persentase akan dimasukkan kedalam garis kontinum sebagai berikut :
Gambar 2. Garis Kontinum
## 3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.2.1 Uji Validitas
Untuk melakukan uji validitas dengan memperhatikan nilai korelasi yang diperiksa. Jika nilai korelasi item (rhitung) lebih besar dibandingkan nilai korelasi tabel (rtabel), maka dapat diartikan bahwa pernyataan tersebut valid. Penelitian ini menggunakan 100 responden, maka setiap pernyataan yang menunjukkan nilai (rhitung) di atas 0.195 dinyatakan valid.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas No Item Pernyataan Nilai Pearson Correlation Keterangan 1 H1 0.815 Valid 2 H2 0.751 Valid 3 H3 0.658 Valid 4 E1 0.661 Valid 5 E2 0.764 Valid 6 E3 0.781 Valid 7 A1 0.764 Valid 8 A2 0.749 Valid 9 A3 0.774 Valid 10 R1 0.610 Valid 11 R2 0.738 Valid 12 R3 0.696 Valid 13 T1 0.786 Valid 14 T2 0.788 Valid 15 T3 0.656 Valid
Dari data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan pernyataan dalam kuesioner tersebut dianggap valid karena setiap instrumen memiliki nilai yang melebihi 0.195.
## 3.2.2 Uji Reliabilitas
Dalam uji reliabilitas seluruh 15 pernyataan kuesioner yang telah disebarkan kepada 100 responden akan diuji kedalam SPSS versi 25. Semua pernyataan tersebut dapat reliabel jika menunjukkan nilai Cronbach Alpha ≥ 0,6. Dapat dilihat hasil dari penghitungan pada tabel dibawah ini :
## Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.937 15
Dari hasil uji yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat nilai Cronbach Alpha dari 15 item memiliki nilai sebesar 0.937 sehingga yang berarti menujukkan lebih besar dari 0.6, kemudian disimpulkan pernyataan tersebut reliabel.
## 3.3 Pembahasan
Setelah melakukan pengumpulan data sebanyak 100 responden yang disebar melalui kuesioner online, maka karakteristik berupa jenis kelamin, usia, dan profesi. Penelitian ini berjumlahkan 100 responden dengan rincian 70 responden laki-laki dan 30 peremuan. Selanjutnya berdasarkan usia 14 – 18 tahun sebanyak 31 responden, 19 – 24 tahun sebanyak 56 responden, 25 – 29 tahun sebanyak 8 responden, dan pada usia 30 tahun keatas sebanyak 5
## Journal of Information System Research (JOSH)
responden. Berikutnya berdasarkan profesi pelajar atau mahasiswa sebanyak 77 responden, pada profesi wiraswasta sebanyak 12 responden, pada profesi freelance sebanyak 9 responden, dan profesi guru dan pns sebanyak 2 responden. Terdapat 5 variabel yang berbeda berupa Happiness, Engagement, Adoption, Retention, dan Task success serta masing-masing memiliki 3 pernyataan.
A. Variabel Happiness
Tabel 6. Tanggapan Responden Variabel Happiness No Pernyataan 1 2 3 4 5 Jumla h Skor Total Skor Ideal 1 Saya merasa puas setelah menggunakan aplikasi alfagift 3 6 24 48 19 100 374 500 2 Saya merasa aplikasi Alfagift mudah digunakan 4 4 24 34 34 100 390 500 3 Saya tidak terganggu dengan iklan dan promo pada aplikasi Alfagift 7 14 36 25 18 100 333 500 Jumlah Skor Total 1097 Persentase 73,13%
Pada variabel Happiness terdapat 3 pernyataan, pernyataan yang memiliki skor total terbesar yaitu pernyataan kedua sebesar 390 yang menyatakan aplikasi Alfagift mudah digunakan, kemudian pernyataan pertama sebesar 374 yang menyatakan puas setelah menggunakan aplikasi Alfagift, kemudian yang terakhir pernyataan ketiga sebesar 333, yang menyatakan tidak terganggu dengan iklan dan promo pada aplikasi Alfagift sehingga didapatkan skor total sebesar 1097 dengan maksimal skor sebesar 1500, skor tersebut akan dimasukkan kedalam garis kontinum dengan pengukuran sebagai berikut :
persentase kumulatif item = ( 1097 1500 ) x 100% persentase kumulatif item = 73,13%
Gambar 3. Garis Kontinum Variabel Happiness
Garis kontinum diatas menunjukkan nilai Happiness sebesar 73,13% yang berarti termasuk kategori baik. Hasil penilitian ini berarti aplikasi Alfagift dapat memberikan pengalaman yang baik yang dimana pengguna merasa puas, merasa aplikasi Alfagift mudah untuk digunakan, serta tampilan iklan ataupun promo tidak mengganggu kenyaman dalam menggunakan aplikasi Alfagift.
B. Variabel Engagement
Tabel 7. Tanggapan Responden Variabel Engagement No Pernyataan 1 2 3 4 5 Jumlah Skor Total Skor Ideal 1 Saya merasa aplikasi Alfagift dapat diakses setiap waktu 4 5 27 27 37 100 388 500 2 Saya dapat melakukan aplikasi Alfagift untuk membeli kebuthan sehari-hari 3 6 23 33 35 100 391 500 3 Fitur aplikasi Alfagift bermanfaat bagi saya 4 3 31 34 28 100 379 500 Jumlah Skor Total 1158 Persentase 77,2%
Pada variabel Engagement terdapat 3 pernyataan, pernyataan yang memiliki skor total terbesar yaitu pernyataan kedua sebesar 391 yang menyatakan dapat menggunakan aplikasi Alfagift untuk membeli kebutuhan sehari-hari, kemudian pernyataan pertama sebesar 388 yang menyatakan dapat mengakses aplikasi Alfagift setiap waktu, kemudian yang terakhir pernyataan ketiga sebesar 379, yang menyatakan bahwa fitur aplikasi Alfagift bermanfaat sehingga didapatkan skor total sebesar 1158 dengan maksimal skor sebesar 1500, skor tersebut akan dimasukkan kedalam garis kontinum dengan pengukuran sebagai berikut :
persentase kumulatif item = ( 1158 1500 ) x 100% persentase kumulatif item = 77,2%
## Journal of Information System Research (JOSH)
Volume 5, No. 3, April 2024, pp 785−794 ISSN 2686-228X (media online) https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/josh/ DOI 10.47065/josh.v5i3.4993
Gambar 4. Garis Kontinum Variabel Engagement
Garis kontinum diatas menunjukkan nilai Engagement sebesar 77,2% yang berarti termasuk kategori baik. Hasil penilitian ini berarti aplikasi Alfagift dapat digunakan untuk membantu membeli kebutuhan sehari-hari karena dapat diakses setiap waktu serta fitur yang ada pada aplikasi dapat membantu dan bermanfaat untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
C. Variabel Adoption
Tabel 8. Tanggapan Responden Variabel Adoption No Pernyataan 1 2 3 4 5 Jumlah Skor Total Skor Ideal 1 Saya merasa aplikasi Alfagift mudah digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari 3 5 22 40 30 100 389 500 2 Saya tahu bagaimana menggunakan aplikasi Alfagift 3 3 21 30 43 100 407 500 3 Saya lebih memilih aplikasi Alfagift dibandingkan yang lain 4 12 31 30 23 100 356 500 Jumlah Skor Total 1152 Persentase 76,8%
Pada variabel Adoption terdapat 3 pernyataan, pernyataan yang memiliki skor total terbesar yaitu pernyataan kedua sebesar 407 yang menyatakan tahu cara penggunaan aplikasi Alfagift, kemudian pernyataan pertama sebesar 389 yang menyatakan aplikasi Alfagift mudah digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, kemudian yang terakhir pernyataan ketiga sebesar 356, yang menyatakan lebih memilih aplikasi Alfagift dibandingkan dengan yang lain sehingga didapatkan skor total sebesar 1152 dengan maksimal skor sebesar 1500, skor tersebut akan dimasukkan kedalam garis kontinum dengan pengukuran sebagai berikut :
persentase kumulatif item = ( 1152 1500 ) x 100% persentase kumulatif item = 76,8%
Gambar 5. Garis Kontinum Variabel Adoption
Garis kontinum diatas menunjukkan nilai Adoption sebesar 76,8% yang berarti termasuk kategori baik. Hasil penilitian ini berarti aplikasi Alfagift dapat dijadikan sebagai alternatif utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan aplikasi yang lain karena mudah untuk membeli keperluan sehari-hari terutama untuk pengguna baru.
D. Variabel Retention
Tabel 9. Tanggapan Responden Variabel Retention No Pernyataan 1 2 3 4 5 Jumlah Skor Total Skor Ideal 1 Saya sering menggunakan fitur-fitur aplikasi Alfagift 6 7 34 28 25 100 359 500 2 Saya akan terus menggunakan aplikasi Alfagift untuk berbelanja 5 9 34 32 20 100 353 500 3 Saya menggunakan aplikasi Alfagift untuk mengetahui perubahan harga produk 5 5 26 31 33 100 382 500 Jumlah Skor Total 1094 Persentase 72,93%
## Journal of Information System Research (JOSH)
Volume 5, No. 3, April 2024, pp 785−794 ISSN 2686-228X (media online) https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/josh/ DOI 10.47065/josh.v5i3.4993
Pada variabel Retention terdapat 3 pernyataan, pernyataan yang memiliki skor total terbesar yaitu pernyataan ketiga sebesar 382 yang menyatakan untuk melihat perubahan harga produk, kemudian pernyataan pertama sebesar 359 yang menyatakan sering menggunakan fitur-fitur yang ada pada aplikasi Alfagift, kemudian yang terakhir pernyataan kedua sebesar 353, yang menyatakan akan terus menggunakan aplikasi Alfagift untuk berbelanja sehingga didapatkan skor total sebesar 1094 dengan maksimal skor sebesar 1500, skor tersebut akan dimasukkan kedalam garis kontinum dengan pengukuran sebagai berikut :
persentase kumulatif item = ( 1094 1500 ) x 100% persentase kumulatif item = 72,93%
Gambar 6. Garis Kontinum Variabel Retention
Garis kontinum diatas menunjukkan nilai Retention sebesar 72,93% yang berarti termasuk kategori baik. Hasil penilitian ini berarti fitur-fitur yang ada pada aplikasi Alfagift dapat digunakan dengan sebaik mungkin yang berarti fitur yang dibuat cukup berhasil terutama fitur untuk mengetahui perubahan harga produk sehingga pengguna dapat terus menggunakan aplikasi Alfagift.
E. Variabel Task Success
Tabel 10. Tanggapan Responden Variabel Task Success No Pernyataan 1 2 3 4 5 Jumlah Skor Total Skor Ideal 1 Saya dapat melakukan pembelian di aplikasi Alfagift 5 2 26 37 30 100 385 500 2 Saya dapat memilih produk yang berkualitas di aplikasi Alfagift 4 3 26 38 29 100 385 500 3 Saya dapat melakukan pembatalan pesanan jika produk tidak sesuai di aplikasi Alfagift 6 1 32 35 26 100 374 500 Jumlah Skor Total 1144 Persentase 76,26%
Pada variabel Task Success terdapat 3 pernyataan, pernyataan pertama dan kedua memiliki skor total yang sama yaitu sebesar 385 yang menyatakan dapat melakukan pembelian di aplikasi Alfagift dan dapat memilih produk yang berkualitas di aplikasi Alfagift, kemudian yang terakhir pernyataan ketiga sebesar 374, yang menyatakan dapat melakukan pembatalan pesanan jika produk tidak sesuai sehingga didapatkan skor total sebesar 1144 dengan maksimal skor sebesar 1500, skor tersebut akan dimasukkan kedalam garis kontinum dengan pengukuran sebagai berikut :
persentase kumulatif item = ( 1144 1500 ) x 100% persentase kumulatif item = 76,26%
Gambar 7. Garis Kontinum Variabel Task Succes
Garis kontinum diatas menunjukkan nilai Task Success sebesar 76,26% yang berarti termasuk kategori baik. Hasil penilitian ini berarti aplikasi Alfagift dapat memberikan layanan yang baik untuk pengguna dapat dilihat dari pengguna dapat memilih kualitas produk yang baik, serta pengguna dapat melakukan pembatalan pesanan jika produk yang dipesan tidak sesuai.
F. Hasil Rekapitulasi Responden
Hasil rekapitulasi tanggapan responden berdasarkan 5 variabel meliputi sebagai berikut :
## Journal of Information System Research (JOSH)
Volume 5, No. 3, April 2024, pp 785−794 ISSN 2686-228X (media online) https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/josh/ DOI 10.47065/josh.v5i3.4993
Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Responden
No Variabel Skor Total 1 Happiness 1097 2 Engagement 1158 3 Adoption 1152 4 Retention 1094 5 Task Success 1144 Jumlah Skor Total 5645 Persentase 75,26%
Berdasarkan hasil pengolahan dari ke-5 variabel tersebut dapat dilihat bahwa skor total untuk variabel user experience sebesar 5645, jumlah tersebut akan dimasukkan kedalam garis kontinum dengan pengukuran sebagai berikut :
persentase kumulatif item = ( 5645 7500 ) x 100% persentase kumulatif item = 75,26%
Gambar 8. Garis Kontinum Hasil Rekapitulasi Responden
Garis kontinum diatas menunjukkan nilai User Experience sebesar 75,26% yang berarti termasuk kategori baik. Hasil ini berarti aplikasi Alfagift telah menciptakan kategori baik untuk penggunanya berdasarkan 5 variabel yang berbeda yaitu Happiness, Engagement, Adoption, Retention, dan Task success.
## 4. KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan guna menganalisis user experience dalam menggunakan aplikasi Alfagift, pengukuran tingkat kepuasaan tersebut menggunakan metode Heart Metrics dengan mengukur 5 variabel yang berbeda yaitu Happiness, Engagement, Adoption, Retention, dan Task success. Total responden yang telah disebar berjumlah 100 orang responden berada pada wilayah sumatera selatan palembang dan digunakan sebagai objek penelitian dalam rangka untuk mengukur tingkat kepuasaan pengguna. Hasil dari jawaban 100 orang responden menunjukkan hasil Variabel Happiness mendapatkan hasil analisis persentase 73,13% “Baik” pada bagian ini instrumen terbesar yaitu pada pernyataan H2, Variabel Engagement mendapat hasil analisis persentase 77,2% “Baik” pada bagian ini instrumen terbesar yaitu pada pernyataan E2, Variabel Adoption mendapat hasil analisis persentase 76,8% “Baik” pada bagian ini instrumen terbesar yaitu pada pernyataan A2, Variabel Retention mendapat hasil analisis persentase 72,93% “Baik” pada bagian ini instrumen terbesar yaitu pada pernyataan R3, dan Variabel Task success mendapat hasil analisis persentase 76,26% “Baik” pada bagian ini instrumen terbesar yaitu pada pernyataan T1 dan T2. Hasil analisis secara keseluruhan dari 5 variabel tersebut mendapatkan hasil analisis persentase 75,26% “Baik”, aplikasi Alfagift sudah mendapatkan persentase yang tergolong Baik. Sehingga hal ini harus dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik kedepannya, rekomendasi untuk pengembang adalah pada pernyataan H3 tentang iklan dan promo pada aplikasi Alfagift memliki skor paling kecil dibandingkan pernyataan yang lainnya sehingga pengembang bisa memperbaiki itu agar pengguna tidak terganggu dengan adanya iklan dan promo.
## REFERENCES
[1] L. Yana Siregar, M. Irwan Padli Nasution Prodi Manajemen, and U. Negeri Islam Sumatera Utara, “HIRARKI Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis DEVELOPMENT OF INFORMATION TECHNOLOGY ON INCREASING BUSINESS ONLINE,” vol. 2, no. 1, pp. 71–75, 2020, doi: 10.30606/hjimb.
[2] S. A. Sarpong, G. Dwomoh, E. K. Boakye, and I. Ofosua-Adjei, “Online Teaching and Learning Under COVID-19 Pandemic; Perception of University Students in Ghana,” European Journal of Interactive Multimedia and Education, vol. 3, no. 1, p. e02203, Dec. 2021, doi: 10.30935/ejimed/11438.
[3] W. Riezkiadi et al., “Pengembangan Sistem Administrasi Surat Masuk dan Keluar Berbasis Desktop dan Mobile (Studi Kasus Politeknik Negeri Cilacap),” Jurnal Teknologi Terapan |, vol. 2, no. 1, 2019.
[4] M. A. Maricar, D. Pramana, and E. Edwar, “Pengujian Prototype Pemesanan Creative Gift Menggunakan HEART Framework,” JURNAL MEDIA INFORMATIKA BUDIDARMA, vol. 6, no. 2, p. 1166, Apr. 2022, doi: 10.30865/mib.v6i2.3982.
## Journal of Information System Research (JOSH)
[5] P. Harisandi and W. Wiyarno, “Pengaruh Belanja Online terhadap Perilaku Konsumtif Pengguna Aplikasi Alfagift- Alfamart,” MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial, vol. 7, no. 1, pp. 173–179, Mar. 2023, doi: 10.30743/mkd.v7i1.6712.
[6] K. Octaviani et al., “ALFA EXPRESS REST AREA KM 72B,” 2022.
[7] A. Hendrawan, “PENGARUH_KECANGGIHAN_TEKNOLOGI_INFORMASI,” 2022.
[8] L. C. Chintya and O. O. Sharif, “ANALISIS USER EXPERIENCE (STUDI PADA APPLIKASI PAYTREN) USER EXPERIENCE ANALYSIS (STUDIES ON PAYTREN APPLICATION),” 2019.
[9] O. Septian, W. Andhika Kusuma, and E. D. Wahyuni, “Analisis Perbandingan Usability Dan User Experience Terhadap E-Trust Pada Situs Ecommerce C2C Menggunakan Heart Dan Pulse Framework,” vol. 1, no. 1, pp. 27–38, 2019.
[10] R. P. Syahputra, R. Hardiartama, P. Kristana, and A. Wulansari, “Analisis User Experience Aplikasi Flip Menggunakan Metode Heart Metrics dan Importance Performance analysis (IPA),” vol. 4, no. 2, pp. 228–236, 2023, doi: 10.33365/jatika.v4i2.2630.
[11] Nurlailah and I. Rusdi, “Analisis User Experience (UX) pada Aplikasi Segari menggunakan HEART Metrics,” J Teknol, vol. 16, no. 1, pp. 1–10, May 2023, doi: 10.34151/jurtek.v16i1.4265.
[12] B. Widyo Trenggono, A. Faroqi, A. Wulansari, J. Rungkut, M. No, and I. Surabaya, “Penerapan Metode Heart Metrics dalam Menganalisis User Experience Aplikasi E-Learning,” 2022.
[13] M. Adiarsyah Syainal, A. Pratama, D. Anindo, and S. Fitri, “Analisis User Experience Pada Aplikasi J&T EXPRESS Menggunakan Metode Heart Matrics,” 2023.
[14] A. Cory Zarkasi and A. Sari Wardani, “METHOMIKA: Jurnal Manajemen Informatika & Komputerisasi Akuntansi ANALISA USER EXPERIENCE TERHADAP FITUR DI APLIKASI ZENIUS MENGGUNAKAN HEART FRAMEWORK,” vol. 6, no. 2, 2022, doi: 10.46880/jmika.Vol6No2.pp174-179.
[15] M. L. Khakim and O. O. Sharif, “ANALYSIS USER EXPERIENCE OF GO-JEK APPLICATIONS USING HEART METRICS,” 2022.
[16] A. Latifah Hanum, T. Karunia Miranti, D. Fatmawati, M. Frendi Diyon, and C. Joyo Prawiro, “Analisis User Experience Aplikasi Mobile Peduli Lindungi Menggunakan Heart Metrics,” Jurnal Syntax Admiration, vol. 3, no. 2, pp. 362–372, Feb. 2022, doi: 10.46799/jsa.v3i2.390.
[17] Steve Humble, “QUANTITATIVE ANALYSIS OF QUESTIONNAIRES,” London, Jan. 2020.
[18] Nurlailah and I. Rusdi, “Analisis User Experience (UX) pada Aplikasi Segari menggunakan HEART Metrics,” J Teknol, vol. 16, no. 1, pp. 1–10, May 2023, doi: 10.34151/jurtek.v16i1.4265.
[19] O. Verina, T. Utami, C. Wiguna, and D. M. Kusumawardani, “SISTEMASI: Jurnal Sistem Informas Implementasi dan Pengukuran Pengalaman Pengguna Sistem Informasi Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NAPZA Menggunakan HEART Framework,” 2021. [Online]. Available: http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id
[20] M. Tri Ananta, L. Fanani, I. Adista Sihombing, Z. Abidin, and B. University, “User Experience Design for Information Technology Career Preparation Platform Using the Design Thinking Method,” 2023. [Online]. Available: www.jitecs.ub.ac.id
[21] F. Andiarna, L. P. Widayanti, I. Hidayati, E. Agustina, and K. Kunci, “Analisis Penggunaan Media Sosial Terhadap Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Analysis Of Social Media Usage With Insomnia Incidence Among Students,” 2020.
|
671ff7a1-ced0-47dc-b2ae-a244de074153 | http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/download/109/104 |
## PENDIDIKAN ANAK MENURUT LUQMAN AL-HAKIM
Mochamad Syaifuddin Institut Agama Islam al-Khoziny Sidoarjo e-mail: [email protected]
Abstract: Islam is a religion what of kamil, already to insert various concept and to line form up in various problem which to give audience human. All everything what formed conceptual and appearance in the direction of operational can to find and to practice from two-source education is Al-Qur’an and Al Sunnah.
Such again family problem with all problematic already to discuss in second source mentioned, so that when to speak about child education to follow Luqman Al Hakim of course this is one labour for to dig up far off what perspective Islam to discuss problem of education in family area.
In essence family to from place which first and important for child to get education. Child is form blessing gift Allah which very big. They are not only darling and darling family, but also form goods entrusted to Allah, which must waked and saved.
That is why process child education happened every day in family area, so process this time of the day as to give influence which very big to attitude, behaviour, and child personality.
In Al Qur’an found many theories which to content principles which to concern activity education like what to doing Luqman Al Hakim in to educate his child. He is a pious man who all capable, so that blessing in sight what to stick to self which to cause he to get title Al Hakim. What is more that, his name and how he to educate his child to one of which monumental because to eternal by Allah Swt in Al-Qur’an.
## Key word: Child Education
Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang universal. Sebagai agama yang universal, ajaran- ajarannya senantiasa sesuai dengan perbedaan ruang dan perkembangan zaman. Ajaran Islam tersebut meliputi segala aspek kehidupan, baik sosial, politik ekonomi, maupun pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan primer manusia, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mencapai tingkat kedewasaan yang pada gilirannya akan mengantarkannya menuju kebahagiaan. Bagi orang yang beriman, kebahagiaan tersebut dapat pula dirasakan di hari kemudian.
Statemen tersebut menunjukkan betapa besarnya peranan pendidikan. Namun, sangat disayangkan bahwa peranan pendidikan yang begitu besar dalam rangka mengantarkan insan menuju kebahagiaan ternyata sering tidak terwujudkan. Hal ini tidak berarti bahwa pendidikan tidak berperan, melainkan karena terabaikannya beberapa aspek pendidikan, seperti tidak dipahaminya materi
pendidikan. Dengan kata lain, ketidakmampuan pendidikan dalam menerapkan materi yang disampaikan dalam proses pengajaran dan pendidikan.
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, pembahasan mengenai materi pendidikan anak menurut Luqman Al-Hakim merupakan sebuah kajian terhadap pendidikan dalam keluarga sebagai dasar pengembangan pendidikan Islam. Ini menjadi sangat penting dengan asumsi bahwa pengetahuan tentang pendidikan anak dan bagaimana peran orang tua terhadap pendidikan anaknya akan membantu para pendidik dan orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Dengan demikian, tujuan seperti yang digariskan Al-Qur’an dapat lebih mudah dicapai.
## Rumusan dan Batasan Masalah
Berpijak dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana materi pendidikan anak menurut Luqman Al-Hakim
2. Bagaimana peran orang tua terhadap pendidikan anak menurut Luqman Al- Hakim.
## Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif (Arikunto, 1993: 208), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sistem pendidikan anak yang dilakukan Luqman Al-Hakim dalam Al-Qur’an, kemudian materi pendidikan yang diprioritaskan oleh Luqman Al-Hakim, dan peran orang tua terhadap pendidikan anaknya. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dua hal utama yaitu:
1. materi pendidikan anak menurut Luqman Al-Hakim;
2. peran orang tua terhadap pendidikan anak menurut Luqman Al-Hakim. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan berguna sebagai khazanah kepustakaan dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan studi keislaman, khususnya mengenai pendidikan anak menurut Luqman Al-Hakim. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para pendidik dan orang tua dalam memberikan pengajaran dan pendidikannya sebagai materi pendidikan Islam.
## Metode Penelitian Dan Teknik Penulisan
## 1. Metode Tafsir Maudhu’iy
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah metode tafsir maudhu’iy (tafsir tematik), yaitu suatu metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al- Qur’an tentang suatu masalah tertentu dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang dikaji (sekalipun ayat-ayat itu [cara] turunnya berbeda), lalu berusaha mencari pengertian yang mendalam tentang ayat-ayat tersebut dan menganalisisnya, untuk melahirkan konsep yang utuh dan komprehensip dari al- Qur’an tentang masalah yang dikaji (al-Farmawiy, 1976: 23-24). Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab al-nuzul -nya.
d. Memahami kolerasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing.
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna.
f. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok bahasan.
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengompromikan antara yang ‘am dan yang khas, mutlak dan muqayyad , atau yang lahirnya bertentangan, sehingga bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan. (Abd al-Hay al-Farmawiy dalam M. Quraish Shihab, 1994: 115).
## Metode Analisis
Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif, karena sebagaimana telah disebutkan, penelitian ini bersifat kualitatif dengan data deskriptif. Metode analisis data yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
Pertama, metode analisis sintesis, yaitu suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif dan deduktif serta analisis ilmiah (M. Arifin, 1987: 22). Metode analisis sintesis ini terutama digunakan untuk menyelaraskan berbagai pemikiran yang mungkin berbeda dan untuk mengambil kesimpulan.
Kedua, metode analisis bahasa (linguistik), yaitu usaha mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya (Imam Bernadib, 1987: 90).
## Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan metode dokumentasi. Dengan metode ini, peneliti mencari data melalui dokumen ayat-ayat al-Qur’an mengenai data yang berkaitan dengan variabel sebagaimana dalam rumusan masalah. Dalam hal ini peneliti mencari ayat-ayat al-Qur’an yang mengungkapkan tentang pendidikan anak yang dilakukan oleh Luqman, khususnya yang berkaitan dengan materi pendidikan.
## Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang diharapkan akan menghasilkan data deskriptif verbalis (Moeloeng, 1994: 3) mengenai pendidikan menurut al-Qur’an, khususnya mengenai pendidikan anak menurut al-Hakim. Peneliti memberikan interpretasi dan kesimpulan serta menentukan materi pendidikan yang menjadi prioritas dalam pendidikan anak menurut Luqman beserta argumentasinya menurut pendapat beberapa ahli pendidikan, khususnya di bidang pendidikan Islam.
## Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Materi Pendidikan Anak Menurut Luqman Al-Hakim
## a. Pendidikan Akidah
Pendidikan yang diberikan oleh Luqman kepada anaknya yang pertama dan utama adalah masalah akidah. Akidah adalah keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan dan pegangan hidup, Karena itu, akidah adalah masalah fundamental dalam Islam. Ia menjadi titik tolak permulaan muslim yang disebut dengan arkan al-iman yang tersimpul dalam dua kalimat syahdat. Akidah ini harus menjadi kepercayaan yang mutlak dan bulat, yang tidak boleh dicampuri dengan kepercayaan terhadap ilah yang lain.
b. Pendidikan Ibadah (Shalat)
Mendirikan shalat adalah ibadah yang paling penting di ajaran Islam. Shalat merupakan fardhu pertama yang diwajibkan dan sekaligus merupakan perbuatan pertama yang dihisab di hari kiamat kelak. Karena itu, pesan pendidikan Luqman kepada anaknya yang kedua setelah pembinaan akidah adalah pembinaan shalat. Hal ini dapat dipahami bahwa setelah anak mempunyai landasan yang kuat dalam kehidupannya, haruslah dibentuk pula agar dia berbakti kepada Tuhan dengan mengerjakan shalat.
c. Pendidikan Kemasyarakatan (Sosiologi)
Yakni yang berkaitan dengan amr ma’ruf nahi munkar . Luqman memberikan materi pendidikan kepada putranya mengenai tugasnya sebagai anggota masyarakat. Sebagai anggota masyarakat yang baik, hendaklah aktif dalam berbuat kebaikan. Dengan demikian, ia akan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, dengan cara saling menasihati dan saling mengingatkan.
d. Pendidikan Mental dengan Berlaku Sabar
Bersikap sabar memang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas sebagai hamba Allah. Sabar dalam menjalani hidup dan kehidupan yang penuh dengan cobaan dan ujian. dan orang yang berhasil menghadapi ujian dan cobaan dengan kesabaran, ialah orang yang beruntung.
e. Pendidikan Akhlak
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sebab setiap aspek dari ajaran Islam selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia. Adanya larangan memalingkan muka di saat bertemu orang lain, larangan berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi hendaknya berlaku sederhana dalam berjalan, dan dengan melembutkan suara di saat berbicara dengan orang lain, adalah contoh-contoh akhlak yang diajarkan oleh Luqman kepada putranya. Dengan adanya materi pendidikan tersebut, Luqman berharap agar anaknya benar-benar menjadi anak yang saleh, berbakti kepada Tuhannya, berbakti kepada orang tuanya, dan berguna bagi masyarakat.
2. Peran orang tua terhadap pendidikan anak menurut Luqman Al Hakim sangat besar, karena orang tua diibaratkan sebagai pandai besi yang dapat menempa dan membentuk besi yang besar sesuai keinginan si pandai besi itu. Si anak akan dijadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi, tidak terlepas dari peran yang paling besar ada pada pihak orang tua. Menyadari hal ini, maka Luqman menempa putranya tanpa mengenal lelah, dengan menyuguhkan materi-materi pendidikannya secara
jelas, tegas, dan simultan mengenai akidah, ibadah, pendidikan mental, kemasyarakatan, dan akhlak.
## Saran-saran
1. Mengingat bahwa materi pendidikan anak menurut Luqman Al Hakim sudah diakui keunggulannya oleh Allah Swt sehingga diabadikan-Nya dalam al-Qur’an, maka sudah selayaknya bila kalangan orang tua dalam mendidik putra putrinya juga berpedoman pada materi pendidikan anak menurut Luqman ini.
2. Dalam rangka mengetahui lebih jauh tentang siapa sebenarnya Luqman Al Hakim dan bagaimana pula hikmah dan materi pendidikan yang diterapkan kepada putranya, maka alangkah baiknya kalau diadakan penelitian lebih mendalam lagi, sehingga akan dapat terungkap data yang lebih banyak yang akan menambah khasanah ilmu pengetahuan.
|
503e138f-acb0-46b0-b03d-d229e5517bb8 | http://journal.uad.ac.id/index.php/Psikologi/article/download/15126/7345 |
## Makna kebahagiaan mahasiswa perantau
## Rahmatul Jannah
Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan [email protected]
Martha Soraya Putra
Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan [email protected]
Aziz Syamsul Nurudin
Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan [email protected]
Nina Zulida Situmorang
Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan [email protected]
## ABSTRAK
Dewasa awal merupakan periode perubahan individu baik perubahan fisik dan psikologis. Awal mula masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan, yang mana hal-hal ini untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup, banyak orang bersaing untuk mnenemukan kebahagiaan. Salah satunya adalah siswa perantau yang rela meninggalkan daerah asalnya untuk pendidikan terbaik di Yogyakarta. Karenabarumenjadimahasiswaperantau, mereka akan menghadapi tantangan yang dapat memengaruhi kebahagiaan mereka. Penelitian ini membahas bagaimana memahami makna kebahagiaan pada siswa perantau yang tinggal di kota Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan membahas realisme konstruktif yang membahas data dengan kuesioner terbuka dan FGD. Pemilihan subjek yang insidental didasarkan pada transisi, yang terdiri dari 20 subjek laki-laki dan 40 subjek perempuan. Data dianalisis dengan menggabungkan teks data kategorisasi. Studi ini menghasilkan tiga kategori, termasuk 65,36% hubungan positif, kebersyukuran 28,10%, dan kesehatan 6,54%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kebahagiaan siswa perantau adalah gabungan individu yang memiliki hubungan positif, bersyukur atas apa yang dihasilkan, dan juga sehat.
Kata Kunci : Bahagia, Dewasa Awal, Mahasiswa Perantau
## ABSTRACT
Early adulthood is periods of change for individual from physical and psychological. The beginning of early adulthood is economic independence and independence in making decisions, which are these things to achieve happiness in life, many people compete to find happiness. One of them is overseas students who are willing to leave their home regions for the best education in Yogyakarta. Because they have just become overseas students, they will successfully challenge those who can influence their happiness. This study discusses how to understand happiness in foreign students who live in the city of Yogyakarta. This research is a qualitative study by discussing constructive realism which discusses data with an open questionnaire and FGD. Selection of subjects based on the transition, which consists of 20 male subjects and 40 female subjects. Data were analyzed by reading the text of categorization data. This study produced three categories, including 65.36% positive relationships, 28.10% happiness, and 6.54% health. The results
showed the meaning of the happiness of overseas students was a combination of individuals who had positive relationships, were grateful for what was produced, and were also healthy.
Keywords : Early Childhood, Migrant Students, Happiness
## PENDAHULUAN
Kebahagiaan adalah tujuan setiap individu dan setiap individu memiliki arti tersendiri untuk sebuah kebahagiaan. Menurut Aristoteles (Seligman, 2013) seluruh tindakan yang dilakukanoleh manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan, banyak orang berlomba-lomba dalam mencari dan mendapatkan suatu kebahahgiaan. Setiap manusia memaknai kebahagiaan merupakan suatu bentuk pencapaian tujuan hidup yang hakiki. Penduduk Indonesia secara umum sudah dikatakan cukup bahagia jika dilihat dari rata-rata indeks kebahagiaan Indonesia tahun 2017 sebesar 70,69. Khusus di Provinsi DI Yogyakarta indeks kebahagiaan juga cukup tinggi, yaitu sebesar 72,93 (Badan Pusat Statistik, 2017) Dengan tingginya kebahagiaan di kota Yogyakarta seharusnya dapat meingkatkan keberhasilan dan kenyamanan terutama bagi para mahasiswa perantau. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki seseorang dalam kehidupannya.
Mahasiswa adalah pelajar ditingkat perguruan tinggi, banyak perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Alasan utama orang merantau adalah untuk meraih kesuksesan, yang membutuhkan keberanian agar lebih percaya diri dan mandiri (Chandra, 2010), serta siap menghadapi berbagai perubahan situasi dan lingkungan baru (Purwono, 2011). Fenomena mahasiswa perantau melalui proses peningkatan kualitas pendidikan, serta sebagai wujud usaha membuktikan kualitas diri sebagai orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dalam membuat keputusan (Santrock, 2009).
Yogyakarta adalah suatu daerah yang dikenal sebagai kota pelajar oleh karena itu banyak mahasiswa perantau yang rela meninggalkan daerah asalnya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik di Yogyakarta. Senada dengan hal tersebut Hurlock (1999) mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa juga dibutuhkan banyak penyesuaian baru, diantaranya yang dialami mahasiswa perantau yaitu ketidakhadiran orang tua dan sistem pertemanan dan komunikasi yang berbeda dengan teman baru serta penyesuaian dengan norma sosialisasi warga setempat (Hutapea,2006). Hal tersebut tentu saja menyebabkan perubahan situasi yang bisa kehidupan yang dapat menghambat pencapaian prestasi mahasiswa perantau.
Ketika memasuki suatu lingkungan yang baru, individu merasakan berbagai masalah terutama yang disebabkan oleh perbedaan bahasa dan perbedaan kebudayaan seperti makanan, humor, dan adat istiadat di lingkungan baru (Thurber & Walton, 2012). Hal tersebut juga dirasakan oleh mahasiswa perantau pada saat memasuki lingkungan baru. Kebahagiaan pada mahasiswa dapat diperoleh melalui pemenuhan
kebutuhan serta tugas perkembangannya. Mahasiswa yang bahagia adalah mahasiswa yang mampu menerima segala apa yang dimiliki dengan emosi yang positif. Selain itu, mahasiswa yang bahagia merupakan individu yang mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri serta lingkungan. Sehingga mahasiswa mampu menempatkan diri antara kebutuhan dengan harapan yang ada. Mahasiswa sebagai individu dewasa dini berada pada masa transisi dari masa remaja dan dewasa. Pada masa transisi ini mahasiswa dihadapkan oleh banyak perubahan yang dapat mengganggu upaya untuk mendapatkan kebahagiaan. Oleh sebab itu, mahasiswa harus mampu menyesuaikan diri terhadap segala perubahan di lingkungan. Individu yang mampu menyesuaikan diri dan mampu berinteraksi dengan baik pada akhirnya 7 mempengaruhi kebahagiaan pada masa dewasa dini (Izzaty, dkk; 2008)
Untuk mendapatkan suatu perasaan yang bahagia, tak jarang individu melakukan berbagai cara. Seligman (2005) menjelaskan bahwa pada kenyataannya individu menginginkan emosi positif, namun sering memilih jalan pintas imajiner yang tak terhingga banyaknya untuk merasa bahagia, seperti melalui narkotika, cokelat, seks tanpa cinta, berbelanja, masturbasi, dan televisi. Kebahagiaan yang diperoleh dengan cara tersebut hanya bersifat sementara, sehingga tidak akan menimbulkan kebahagiaan yang seutuhnya. Kegiatan-kegiatan tersebut menimbulkan ketergantungan atau bahkan dapat menimbulkan depresi.
Kebahagiaan sebagai emosi positif yang didapat melalui jalan pintas akan mengurangi nilai kebahagiaan itu sendiri. Jalan pintas tersebut membuat individu menjadi pribadi yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Seligman (2005) yaitu jika emosi positif yang terpisah dari penggunaan karakter akan mengarah pada kepalsuan, kehampaan, depresi dan sejalan dengan semakin menuanya manusia, ada kesadaran yang mengusik hati yaitu berupa kegelisahan sepanjang hayat manusia. Kebahagiaan yang semu tersebut dapat mengakibatkan kegelisahan bagi individu dalam menjalani kehidupan. Adanya pengalaman negatif juga dapat menimbulkan emosi yang negatif. Individu yang hidup dengan berusaha menjadi apa yang orang lain inginkan akan membuat individu tersebut memiliki konsep diri yang menyimpang. Akibatnya, pengalaman yang dialami individu yang tidak 8 selaras dengan konsep diri akan menimbulkan kecemasan (Farozin & Fathiyah, 2004) Kurangnya kebahagiaan membuat individu terlihat murung dan seperti mengucilkan diri dari lingkungan sekitar. Ketika muram, individu menjadi gampang curiga, suka menyendiri, dan defensif berfokus pada kebutuhan diri sendiri, sedangkan mementingkan diri sendiri lebih merupakan karakteristik kesedihan daripada kebahagiaan (Seligman, 2005).
Kurangnya kebahagiaan yang dialami individu mengakibatkan kepribadian dan kehidupan sosial terganggu. Ketidakbahagiaan dapat menimbulkan hancurnya penyesuaian diri baik secara sosial maupun pribadi (Hurlock, 1997) Individu yang kurang bahagia memiliki penilaian yang negatif mengenai diri
maupun kepada orang yang ada di sekitarnya. Oleh sebab itu individu yang kurang bahagia memiliki penyesuaian diri yang kurang baik. Apabila hal tersebut terus terjadi, maka individu dapat mengalami kegagalan tugas perkembangan, khususnya pada aspek pribadi dan sosialnya.
Menurut Thurber dan Walton (2012), ketika memasuki lingkungan baru mahasiswa perantau akan merasa kurang memiliki kelompok familiar dan tidak jarang mahasiswa perantau akan merasakan stereotip yang kurang nyaman dari lingkungan baru. Perbedaan-perbedaan yang dihadapi oleh mahasiswa perantau dapat mengalami culture shock . Culture shock menggambarkan keadaan emosi negatif dan reaksi pasif dari individu salah satunya dtandai dengan perasaan homesick (Oberg, 2006). Berdasarkan hasil wawancara subjek mengatakan bahwa kebahagiaan mereka adalah saat berkumpul dengan keluarga. Homesickness merupakan perasaan distress yang disebabkan karena individu berada jauh dari rumah dan daerah asalnya (Thurber & Walton, 2012). Indikator tersebut berlawanan dengan tanda-tanda kebahagiaan. Menurut Baumgardener dan Crothers (2010), kebahagiaan merujuk pada tingginya kepuasan hidup dan afek positif, serta rendahnya afek negatif.
Setiap individu memiliki kebahagiaan yang berbeda dengan individu lainnya. Hal itu dikarenakan kebahagiaan ditentukan oleh penilaian subjektif dari masing-masing individu (Myers & Diener, 1995). Hal ini terlihat pada hasil wawancara tiap subjek yang berbeda-beda pandangan tentang makna kebahagiaan menurut masing-masing subjek.
Walaupun penelitian mengenai kebahagiaan sudah banyak tetapi kebahagiaan pada mahasiswa perantau masih jarang diteliti, padahal kompleksitas masalah kehidupan yang mereka hadapi mempengaruhi kebahagiaan yang mereka rasakan. Paparan hasil penelitian, pendapat para ahli, hasil wawancara dengan beberapa informan mahasiswa perantau, dan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada mahasiswa perantau mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai gambaran kebahagiaan pada mahasiswa perantau. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keilmuan psikologi positif, khususnya mengenai kebahagiaan dan dapat memberikan informasi mengenai gambaran kebahagiaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada mahasiswa perantau yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat program untuk meningkatkan kenyamanan dan keberhasilan para mahasiswa perantau.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kebahagiaan pada mahasiswa perantau dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada pada mahasiswa perantau.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana peneliti berperan membangun gambaran yang komplek dan menyeluruh, menganalisis kata-kata, sampai dengan melaporkan secara detail mengenai
pandangan subjek, dan melakukan penelitian dalam setting yang alami. Metode dalam penelitian ini adalah Constructive Realism . Pengumpulan data menggunakan kuisoner terbuka dan FGD ( Forum Grup Discussion ). Kemudian data penelitian dianalisis dengan memadukan hasil kategorisasi data text..Variabel yang diteliti adalah kebahagiaan pada mahasiswa perantau yang meliputi aspek-aspek kebahagiaan. Selain itu, penelitian ini juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada mahasiswa perantau. Penelitian ini terdiridari 20 subjek laki-laki dan 40 subjek perempuan Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah: a) Mahasiswa Perantau, b) Berusia 20-30 tahun , c) Bertempat tinggal di kota Yogyakarta. Langkah dalam pengambilan data dalam penelitian ini antara lain 1) Mengorganisasi data; yaitu membaca berulang kali data yang ada, 2) Membuatkategori, menentukantema, danpola, 3) Menguji hipotesis yang munculdengan menggunakan data yang ada, 4) Mencari eksplanasi alternatif data; yaitu peneliti mampu memberikan keterangan yang masuk akal terhadap data yang ada dan mampu menerangkan data tersebut berdasarkan hubungan pada logika makna yang terkandung dalam data tersebut, 5) Penulisan laporan; Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi ( content analysis ) terhadap kata- kata, arti atau makna, gambar, symbol, atau tema-tema yang dikomunikasikan oleh hasil wawancara dengan subjek penelitian.
## HASIL
Berdasarkan jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan Di dalam kehidupan sehari- hari, apa saja yang membuat mahasiswa perantau bahagia diperoleh tiga kategorisasi antara lain relasi positif 65,36% bersyukur sebesar 28,10%, dan kesehatan 6,54% Hasil tersebut menunjukan bahwa pada gambaran makna kebahagiaan mahasiswa perantau adalah ketika individu memiliki relasi positif , bersyukur terhadap apa yang dimiliki, dan kesehatan.
Gambar. 1 Sumber Kebahagiaan Mahasiswa Perantau
## PEMBAHASAN
Hal ini didukung dengan hasil FGD dengan 4 mahasiswa perantau, subjek A mengatakan bahwa “saya sebagai mahasiswa perantau bahagia apabila saya sehat, karena ketika kita sehat itu mudah untuk melakukan aktivitas. Kedua adalah ketika saya bersyukur, karena dengan bersyukur apapun yang dilakukan itu menjadi enak, rukun dalam arti rukun dengan keluarga maupun orang disekitar” kemudian subjek B mengatakan bahwa “saya sebagai mahasiswa perantau bahagia ketika saya dapat bersyukur, walaupun misal saya hanya memiliki materi yang sedikit, tetapi ketika saya merasa itu cukup itu akan membuat saya bahagia. Dan juga Keluarga, ketika saya rukun dengan keluarga dan tidsk memiliki masalah yang berarti itu membuat saya bahagia. Serta ketika saya berfikir positif, ketika saya memiliki suatu masalah dan memiliki pikiran negatif, dengan berfikir positif saya merasa bahagia”. kemudian subjek C mengatakan bahwa “saya sebagai mahasiswa perantau apabila berkumpul keluarga, karena keluarga selalu bisa menerima apapun kejelekan yang saya miliki, dengan adanya kejadian negatif yang saya alami saya tetap berfikir positif karena menurut saya semua yang saya pikirkan dengan positif akan ada hikmahnya” dan subjek mahasiswa perantau D juga mengatakan bahwa “saya akan merasa bahagia apabila berkumpul dengan keluarga dan teman dekat yang satu pemikiran dengan saya”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relasi positif dengan orang-orang yang signifikan dalam kehidupan memberi kontribusi bagi kebahagiaan mahasiswa perantau yang menjadi responden penelitian. Berdasarkan grafik diatas, relasi positif merupakan faktor yang paling dominan dalam memunculkan kebahagiaan mahasiswa perantau. Selanjutnya, yang menempati urutan kedua menunjukan sebagian besar responden melaporkan bahwa rasa bersyukur yang mendukung kebahagiaan yang dirasakan mahasiswa perantau dan faktor yang ketiga yaitu kesehatan, dimana kesehatan yang dirasakan mahasiswa perantau dapat mendukung kebahagiaan. Sejalan dengan kedua hasil tersebut, remaja akan berbagi kebahagiaan dengan sahabat dan keluarga (gambar 3). Hasil penelitian ini membuktikan pentingnya relasi positif dengan orang-orang yang signifikan dalam kehidupan untuk menciptakan kebahagiaan.
Respon jawaban untuk sub-kategori pada kuisioner terbuka juga menunjukkan bahwa orang-orang yang penting di dalam kehidupan individu, terutama keluarga dan teman, memberikan kontribusi bagi kebahagiaan yang dirasakan mahasiswa perantau. Hal ini memperkuat pandangan bahwa keluarga adalah agen sosialisasi yang memiliki kekuatan para mahasiswa perantau. Sejalan pula dengan Uchida et al (2004) yang mengungkapkan bahwa kebahagiaan berakar dari dukungan dan rasa simpati yang saling menguntungkan.
Temuan dalam penelitian memperkuat penelitian tentang kebahagiaan pada orang-orang yang berasal dari daerah lain yang kemudian memutuskan merantau ke kota Yogyakarta, yang mana ditemukan
pada penelitian ini bahwa ketika mahasiswa berhubungan baik dengan keluarga, dan juga teman dekat dapat mendukung kebahagiaan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Al-Naggar, dkk. (2010) pada mahasiswa di Malaysia menunjukkan bahwa hubungan baik dengan teman dan keluarga merupakan salah satu sumber utama kebahagiaan mahasiswa.
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa mahasiswa perantau bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah walau sekecil apapun. Dan ditemukan pada penelitian ini bahwa kebersyukuran mendukung kebahagiaan para mahasiswa perantau. Hal ini diperkuat Penelitian Anggaraini, Andayani dan Karyanta (2013) yang menemukan bahwa individu yang bersyukur akan dengan mudah merasakan kebahagiaan. Kebersyukuran merupakan hal yang menyenangkan dan dihubungkan dengan emosi positif seperti kepuasan, kebanggaan, harapan dan juga kebahagiaan (Emmons & McCullough, 2003). Kebersyukuran dalam penelitian ini diartikan sebagai kecenderungan umum untuk menyadari dan merespon dengan emosi bersyukur terhadap kebaikan orang lain dalam pengalaman positif dan apa yang diperoleh individu, dan menjadikan pikiran negatif menjadi suatu pembelajaran sehingga mahasiswa perantau berpikir positif. Mutia, Subandi dan Mulyati (2010) menyebutkan bahwa mampu berfikir positif merupakan salah satu gambaran dari individu yang bersyukur. Kebersyukuran dapat dimanifestasikan dalam perasaan-perasaan positif yang merupakan senang dan bahagia (Hambali, Meiza & Fahmi, 2015). Dalam penelitian ini juga ditemukan hasil bahwa kesehatan mahasiswa para perantau ini mempengaruhi pemikiran dalam diri sehingga akan memunculkan perasaan bahagia. Karena ketika sehat mahasiswa perantau merasa akan mudah melakukan aktivitas apapun. Hal ini diperkuat oleh Carr (2004) yang mengatakan bahwa kebahagiaan memberikan berbagai dampak positif dalam segala aspek salah satunya memberikan kesempatan untuk memiliki umur yang lebih panjang.
## KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa makna kebahagiaan menurut mahasiswa perantau dipengaruhi oleh hubungan yang positif dengan keluarga maupun orang terdekat yaitu ketika mahasiswa perantau dapat berkumpul saat pulang ke rumah dan bertukar cerita bersama tentang hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara langsung maupun melalui alat komunikasi. Selain itu bersyukur juga mempengaruhi kebahagaiaan yaitu mahasiswa perantau menerima apa yang dimiliki saat ini dalam keadaan apapun sehingga dapat hidup nyaman dan tenang sehingga merasakan kebahagiaan. Serta kesehatan dapat mempengaruhi kebahagiaan yaitu ketika mahasiswa perantau sehat meskipun jauh dari keluarga maka akan memberikan kekuatan untuk melakukan segala aktivitas karena dengan sehat dapat melakukan segala hal yang diinginkan.
## DAFTAR PUSTAKA
Al-Naggar, R. A., Al-Jashamy, K. A., Yun, L. W., Isa., Z. M., Alsaror, M. I., & AlNaggar, A. G. A. (2010). Perceptions and opinion of happiness among university students in a malaysian university. ASEAN Journal of Psychiatry , 11 (2) XX XX.
Baumgardener, S. R., & Crothers, M. K. (2010). Positive psychology. New Jersey: Pearson Education, Inc. Emmons, R. A., & McCullough, M. E. (2003). Counting blessings versus burdens: An experimental investigation of gratitude and subjective wellbeing in daily life. Journal of Personality and Social Psychology , 84 (2),377389.
Hambali, A., Meiza, A., & Fahmi, I. (2015). Faktor-faktor yang berperan dalam kebersyukuran (gratitude) pada orangtua anak berkebutuhan khusus perspektif psikologi Islam. Psympathic Jurnal Ilmiah psikologi , 2 (1), 94101.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan . Jakarta: Erlangga.
Mutia, E., Subandi., & Mulyati, R. (2010). Terapi kognitif perilaku bersyukur untuk menurunkan depresi pada remaja. Jurnal intervensi psikologi, 2 (1), 53-68.
Myers, D. G., & Diener, E. (1995). Who is happy? Psychological Science, 6 (1), 10-19.
Santrock, J. W. (2009). Life-Span development 12th ed. US: McGrawHill Internasional ed.
Thurber, C. A & Walton, E. A. (2012). Homesickness and adjustment in university students. Journal of American College Health, 60 (5), 1-5.
Uchida, Y., Norasakkunkit, V., & Kitayama, S. (2004). Cultural Construtions of happiness: Theory and empirical evidence. Journal of Happiness Studies , 5, 223-239.
|
9b5573f5-2e31-4c12-9513-178f016bbe3b | https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JBL/article/download/4989/3524 | A NALYSIS O F T HE N EED F OR T EACHING M ATERIALS F OR S OIL M EASUREMENT I I
## A NALISIS K EBUTUHAN B AHAN A JAR C ETAK I LMU U KUR T ANAH I I
Riyan Arthur 1 , Prihantono 2 , Salma Maharani 3 , Dendy Wahyu Kuntoro 4
1)2)3)4) Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka No.11, RT.11/RW.14, 13220 Jakarta Timur. Telp. 0214898486
Email: [email protected], [email protected], [email protected]*,[email protected]
## ABSTRACT
This study aims to obtain information about problems in the learning process of the Land Surveying course in S1 majoring in Building Engineering Education, State University of Jakarta.The study was conducted in April to May 2019 with a data collection method in the form of a questionnaire / questionnaire with a simple random sampling technique consisting of 44 respondent students majoring in S1 Engineering Education Building in Jakarta State University. The results of the needs analysis show that; 86% of respondents have difficulty in learning materials contained in other sources due to incomplete material, explanatory techniques that are difficult to understand and others; 61% of respondents answered that they were not able to apply the material during the practicum after studying the Land Surveying II course from various sources they studied. In general, the results of this needs analysis can be used as a guideline in the design of teaching materials for Land Surveying II.
Key words : Needs Analysis, Land Surveying II Printed Teaching Materials.
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan dalam proses pembelajaran mata kuliah Survei Tanah pada S1 jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2019 dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner/angket dengan teknik simple random sampling yang terdiri dari 44 responden mahasiswa Jurusan Pendidikan S1 Teknik Gedung Universitas Negeri Jakarta. Hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa; 86% responden mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang terdapat pada sumber lain karena materi yang tidak lengkap, teknik penjelasan yang sulit dipahami dan lain-lain; 61% responden menjawab tidak mampu mengaplikasikan materi pada saat praktikum setelah mempelajari mata kuliah Survei Tanah II dari berbagai sumber yang dipelajarinya. Secara umum hasil analisis kebutuhan ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam perancangan bahan ajar Survei Tanah II. Kata Kunci : Analisis Kebutuhan, Survei Tanah II Bahan Ajar Cetak.
## PENDAHULUAN
Pengaruh perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar [1], [2]. Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup dimensi, individu, dan masyarakat untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan kehidupan [3]. Perubahan sistem pendidikan memberikan tuntutan bagi suatu bangsa untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui pembelajaran di perguruan tinggi [4]. Oleh karenanya perguruan tinggi diharapkan mampu mempersiapkan mahasiswanya untuk siap menghadapi persaingan dunia kerja melalui proses pembelajaran yang ada [5], [6]. Universitas Negeri Jakarta sebagai perguruan tinggi tentu memiliki peran penting dalam membangun
Sumber Daya Manusia (SDM) yang adaptif dengan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan IPTEK dalam proses pembelajaran sudah menjadi kebutuhan penting dalam mencetak SDM yang berkualitas [7], khususnya di jurusan Pendidikan Teknik Bangunan (PTB).
Penguasaan IPTEK bagi mahasiswa akan berkaitan dengan bagaimana implementasinya dalam dunia kerja yang berhubungan dengan program studi yang dipilihnya [8]. Pada prodi Pendidikan Teknik Bangunan salah satunya adalah pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II. Pekerjaan survei dan pemetaan diperlukan dalam setiap proses pembangunan terutama pembangunan prasarana fisik yang saat ini sudah berkembang. Untuk memahami perkembangan penerapan ilmu ukur tanah di lapangan, proses pembelajaran Ilmu Ukur Tanah II selama ini sudah menggunakan file-file materi dalam
bentuk softcopy dan video. Namun, file materi tersebut belum tersusun dengan rapih.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan dibawah
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD), salah satu upaya untuk membantu belajar mahasiswa adalah dengan mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan model Define, Design, Development, Disseminate (4D) [9]. model ini merupakan model yang sering digunakan dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar merupakan bahan yang disusun secara sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi [10].
Berbagai jenis bahan ajar dapat mempermudah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah bahan ajar cetak. Bahan ajar cetak ini, relatif lebih mudah, efisien, serta mampu mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam belajar [11]. Bahan ajar memiliki peran yang sangat penting yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar tercapainya kenyamanan dalam belajar. Selain peran penting bahan ajar juga memiliki manfaat diantaranya: (1) Menghemat waktu dalam kegiatan belajar dan mengajar; (2) menempatkan pendidik sebagai fasilitator; (3) menciptakan suasana belajar yang efisien dan interaktif [12].
Analisis kebutuhan merupakan tahapan pertama dalam pengembangan suatu produk [13]. Selain itu analisis kebutuhan juga merupakan tahapan utama dalam mendesain materi maupun kegiatan pembelajaran. Pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan mengenai analisis kebutuhan media/bahan ajar pembelajaran Ilmu Ukur Tanah dan Survey Pemetaan oleh mahasiswa Universitas Negeri Surakarta didapatkan bahwa proses memahami panduan dan tingkat pemahaman mahasiswa berbeda- beda dalam mempelajari mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II [14].
Selanjutnya penelitian yang dilakukan terhadap siswa SMK Negeri 3 Sekayu belum banyak mengenal alat-alat ukur tanah yang digunakan pada jurusan Survei dan Pemetaan, sistem belajar mengajar masih menerapkan metode ceramah dan alat peraga. Sehingga membuat siswa bingung pada saat melakukan kegiatan praktik dilapangan [15]. Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan tahap awal dalam sebuah penelitian pengembangan yang disebut analisis kebutuhan. Penelitian ini sangat bermanfaat dalam melakukan penyusunan bahan ajar yang akan dikembangkan. Berdasarkan pemaparan diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tahap awal untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi mahasiswa jurusan PTB Universitas Negeri Jakarta.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan memberikan informasi melalui hasil analisis kebutuhan yang terkait dengan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II dan menawarkan alternatif bahan ajar Ilmu Ukur Tanah II untuk menjawab kebutuhan mahasiswa S1 PTB Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2019 dengan mengambil responden 80 mahasiswa S1 jurusan PTB Universitas Negeri Jakarta. Kampus ini merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berada di Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. Menurut infromasi dari dosen Ilmu Ukur Tanah dalam satu semester terdapat delapan kali pertemuan praktikum menggunakan peralatan Ilmu Ukur Tanah II. Namun materi tersebut hanya berupa softcopy dan video yang diambil dari youtube. Keterbatasan materi mengenai Ilmu Ukur Tanah II, menjadikan jurusan PTB Universitas Negeri Jakarta sebagai obyek penelitian pengembangan bahan ajar cetak Ilmu Ukur Tanah II.
Sampel penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling dengan menggunakan sampling acak sederhana. Ada 44 responden yang diambil secara acak dari 80 responden yang ada di jurusan S1 PTB Universitas Negeri Jakarta. Dari sampel mahasiswa tersebut kan dihasilkan data yang bersifat deskriptif kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner yang merupakan seperangkat penyataan atau pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden. Teknik analisis data yang digunakan data kuantitatif dengan responden yang yang menjadi target. Respon yang diberikan akan dihitung sesuai dengan data yang diberikan [13].
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kebutuhan secara umum dilakukan untuk proses sebuah data maupun informasi tentang kendala yang terjadi di jurusan PTB Universitas Negeri Jakarta. Kendala yang dimaksud berkaitan dengan kebutuhan pentingnya pembelajaran menggunakan bahan ajar Ilmu Ukur Tanah II. Berdasarkan hasil angket responden mengenai sumber belajar seperti buku mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II, dapat dilihat digambar 1. Bahwa 82% responden menyatakan tidak memiliki buku teks atau buku pegangan lain untuk belajar pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II.
## Gambar 1. Kepemilikan Buku
Berikutnya terkait dengan pemahaman dari buku yang dipelajari oleh responden disajikan dalam gambar 2.
Gambar 2. Pemahaman dari Buku yang Dimiliki
Berdasarkan gambar 2 dapat dikatakan bahwa sebanyak 84% menggunakan internet untuk mencari bahan lain dalam memahami suatu materi. Selanjutnya pada gambar 3, hasil analisis kebutuhan terkait dengan kendala responden, sebanyak 86% responden kesulitan
dalam mempelajari materi-materi yang terdapat pada sumber lain dikarenakan kurang lengkapnya materi, teknik penjelasan yang sulit dipahami maupun yang lainnya.
Gambar 3. Kesulitan dalam Mempelajari dari Sumber Lain
Setelah mempelajari materi-materi yang terdapat pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II sebanyak 61% responden menjawab tidak mampu mengaplikasikan
materi tersebut pada saat melakukan praktikum Ilmu Ukur Tanah II.
## Gambar 4. Kemampuan Mengaplikasikan Kegiatan Praktikum
Sebanyak 79% mahasiswa mengalami kesulitan dalam mempelajari maupun memahami materi-materi Ilmu Ukur Tanah II. Hal ini juga terjadi pada penelitian
yang dilakukan di SMK Negeri 2 Binjai bahwa masih rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran Pengukuran Konstruksi [16].
Gambar 5. Kesulitan Mempelajari Ilmu Ukur Tanah II
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan terhadap responden yang sudah mengikuti mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II dari program studi PTB,
bahwa sebanyak 98% responden menjawab memerlukan adanya pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II.
## Gambar 6. Kebutuhan Bahan Ajar
## KESIMPULAN
Terkait dengan kepemilikkan buku sebagai sumber belajar, sebanyak 82% dari responden menjawab tidak memiliki buku teks atau buku pegangan lain untuk belajar mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II yang mengakibatkan 84% responden menggunakan internet untuk mencari bahan lain untuk memahami materi pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II. Selanjutnya, terkait dengan kesulitan responden pada sumber lain yang mereka pelajari 86% kesulitan dalam mempelajari pada sumber-sumber tersebut
dikarenakan kurang lengkapnya materi dan teknik penjelasan yang sulit dipahami sehingga mengakibatkan 61% responden tidak mampu mengaplikasikan materi tersebut pada saat melakukan praktikum Ilmu Ukur Tanah II. Permasalahan terakhir adalah materi praktikum yang sulit dipahami, dengan demikian proses pengembangan bahan ajar perlu di desain dengan memperhatikan beberapa hasil dari analisis kebutuhan yang telah dilakukan.
## SARAN
Beberapa saran terkait dengan tahap awal untuk pengembangan bahan ajar berikutnya adalah dengan merancang desain awal atau dummy. Pertama yang harus dipertimbangkan adalah kelengkapan materi pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II. Kedua terkait dengan kesulitan dalam mempelajari materi Ilmu Ukur Tanah II, dapat diantisipasi dengan teknik penjelasan dan format penulisan yang dapat dipahami oleh responden agar dapat diterapkan pada saat kegiatan praktikum.
## DAFTAR PUSTAKA
A. S. Anwar, Sukatiman, and A. H. Setiawan, “ Perancangan Media Pembelajaran Berbasis Video Tutorial Pada Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah II ,” J. Ilm. Pendidik. Tek. dan Kejuru., vol. 10, no. 1, pp. 1–10, 2017, doi: 10.20961/jiptek.v10i1.14964. Buyung, “ Pengembangan Bahan Ajar pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi ,” J. Ilm. Univ. Batanghari Jambi, vol. 18, no. 3, p. 509, 2018, doi: 10.33087/jiubj.v18i3.517. E. Anih, “ Modernisasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi ,” J. Pendidik. Unsika, vol. 4, no. 2, pp. 185–196, 2016,
[Online]. Available: http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika E. Gulo, “ Inovasi IPTEK dan Mutu Pendidikan Perguruan Tinggi yang Modern, Kompeten, dan Berintegritas ,” in Seminar Nasional Hukum
Universitas Negeri Semarang, 2021, vol. 7, no. 2,
pp. 523–546, doi: https://doi.org/10.15294/snhunnes.v7i2.736. Indriaturrahmi and Sudiyatno, “ Peran Dunia Usaha dan Dunia Industri Dalam Penyelenggaraan SMK Berbasis Kearifan Lokal di Kota Mataram ,” J. Pendidik. Vokasi, vol. 6, no. 2, pp. 162–172, 2016, doi: 10.21831/jpv.v6i2.6277.
I. Magdalena, R. O. Prabandani, E. S. Rini, M. A. Fitriani, and A. A. Putri, “ Analisis Pengembangan Bahan Ajar ,” Nusant. J. Pendidik. dan Ilmu Sos., vol. 2, no. 2, pp. 170–187, 2020, [Online]. Available: https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara. I. Magdalena, T. Sundari, S. Nurkamilah, Nasrullah, and D. Ayu Amalia, “ Analisis Bahan Ajar ,” J. Pendidik. dan Ilmu Sos., vol. 2, no. 2, pp. 311–326, 2020, [Online].
Available:
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara.
I. M. Suryana, N. Suharsono, and I. M. Kirna,
“ Pengembangan Bahan Ajar Cetak Menggunakan Model Hannafin & Peck Untuk Mata Pelajaran Rencana Anggaran Biaya ,” e-Journal Progr. Pascasarj. Univ. Pendidik. Ganesha Progr. Stud. Teknol. Pembelajaran, vol. 4, pp. 1–11, 2014. Lia Hardina Harahap and Kristian, “ Kontribusi Penggunaan Peralatan Ukur Tanah Terhadap Hasil Belajar Survey dan Pemetaan Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai ,” J. Pendidik. Teknol. dan Kejuru., pp. 131–142, 2014.
M a Ghufron, “ Revolusi Industri 4.0: Tantangan, Peluang, dan Solusi Bagi Dunia Pendidikan ,” in Seminar Nasional dan Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2018, 2018, pp. 332–337.
Michaelcui Albertus Wijaya Tampubolon, R. Arthur, and Daryati, “ Pengembangan E-Module Konstruksi Bangunan Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Spesifikasi dan Karteristik Kayu ,” J. Pendidik. Tek. Sipil, vol. 6, no. 2, pp. 1–8, 2017, doi: 10.21009/jpensil.v6i2.7241.
N. Dewi, R. Eka Murtinugraha, and R. Arthur, “ Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Pada Mata Kuliah Teori dan Praktik Plambing di Program Studi s1 PVKB UNJ ,” J. Pendidik. Tek. sipil, vol. 7, no. 2, pp. 25–34, 2018, doi: 10.21009/pensil.7.2.6.
Nurkholis, “ Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi ,” J. Kependidikan, vol. 1, no. 1, pp. 24– 44, 2013.
R. F. R. Ana, “ Penggunaan Model Four D Dalam Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah
Perencanaan Pembelajaran Pada Mahasiswa STKIP PGRI Tulungagung ,” Pedagog. J. Ilm. Ilmu Pendidik., vol. 5, no. 2, pp. 64–74, 2018, [Online]. Available: https://ejournal.upm.ac.id/index.php/pedagogy/a rticle/view/14.
Suparti, “ Analisis Kebutuhan Pengembangan Media Audio Bahasa Inggris Untuk Pembelajaran Menyimak ,” J. Teknol. Pendidik., vol. 06, no. 01, pp. 1–22, 2018.
Z. R. Mair, “ Media Pembelajaran Alat Ukur Survey dan Pemetaan Pada SMK Negeri 3 Sekayu Berbasis Multimedia ,” J. TIPS J. Teknol. Inf. dan Komput.
Politek. Sekayu, vol. 9, no. 1, pp. 1–8, 2019.
|
ac3f75b0-7dd0-4570-b77f-bdcd4367483f | http://journal.stiem.ac.id/index.php/resona/article/download/1806/755 |
## PELATIHAN WEBSITE MARKETPLACE DAN DIGITAL MARKETING CHALODO MENGGUNAKAN FACEBOOK ADS DAN GOOGLE ADWORDS
Rahmat Siswanto 1 ; Sahrir 2
1,2 Universitas Muhammadiyah Palopo
## INFO NASKAH
## Diserahkan
25 Oktober 2023 Diterima 30 Oktober 2023 Diterima dan Disetujui 17 Desember 2023
## Kata Kunci:
Perencanaan Pembelajaran Inovatif, Guru SMP, Kurikulum Merdeka
Keywords: Innovative Lesson Plan, Junior High School Teachers, Merdeka Curriculum
## ABSTRAK
Chalodo merupakan salah satu industri pengolahan kakao. Cakupan bisnis Chalodo meliputi pertanian coklat, pengolahan coklat, sampai ke pemasaran produk serbuk kakao, kakao pasta dan coklat batang. Saat ini, produk hasil pengolahan kakao Chalodo dijual di Café Chalodo yang terletak di Kota Masamba, Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagai pemain utama dalam pengolahan coklat menjadi produk siap pakai yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Chalodo memiliki target untuk menggaet pasar yang lebih luas lagi. Cakupan bisnis Chalodo meliputi pertanian coklat, pengolahan coklat, sampai ke pemasaran produk serbuk kakao, kakao pasta dan coklat batang. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang efektif untuk mencapai target pasar yang lebih luas dengan biaya yang murah. Penulis mengajukan solusi untuk menggunakan platform marketplace berbasis web sebagai salah satu media penjualan produk kakao serta meggunakan teknik digital marketing seperti pemanfaatan Facebook Ads dan Google Ads untuk mengiklankan produk-produk Chalodo. Dengan memanfaatkan teknologi-teknologi tersebut Chalodo mampu memasarkan produknya diwilayah manapun di seluruh Indonesia tanpa harus menuju ke lokasi tersebut sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih efisien.
Abstract. Chalodo is one of the cocoa processing industries. The scope of Chalodo's business includes cocoa farming, cocoa processing, and the marketing of cocoa powder, cocoa paste, and chocolate bars. Currently, Chalodo's processed cocoa products are sold at Café Chalodo located in Masamba City, South Sulawesi Province As a major player in the chocolate processing industry that operates in South Sulawesi Province, Chalodo aims to capture an even broader market. Chalodo's business scope encompasses cocoa farming, cocoa processing, and the marketing of cocoa powder, cocoa paste, and chocolate bars. Therefore, an effective strategy is needed to reach a wider market with cost efficiency. The author proposes a solution to use a web-based marketplace platform as one of the channels for selling cocoa products and to employ digital marketing techniques, such as utilizing Facebook Ads and Google Ads, to advertise Chalodo's products. By leveraging these technologies, Chalodo can effectively market its products in any region of Indonesia without the need to physically visit these locations, resulting in more cost-efficient operations.
## 1. PENDAHULUAN
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu dari tiga provinsi penghasil kakao terbesar di Indonesia dengan nilai produksi sebesar 113.366 ton per tahun (kompas.com, n.d.). Dilansir dari (sulselprov.go.id, n.d.) Kabupaten Luwu Utara merupakan kabupaten dengan luas lahan perkebunan kakao terbesar di Sulawesi Selatan dengan luas lahan 37.713 ha dan penghasil kakao terbesar kedua di Provinsi Sulawesi Selatan dengan produksi 27.391 ton per tahun.
Dengan kondisi yang ada saat ini, tidak heran apabila terdapat pengolahan coklat yang mampu menghasilkan produk-produk bernilai ekonomis untuk masyarakat misalnya Chalodo. Chalodo merupakan salah satu industri pengolahan kakao. Menurut (Aprillia & Suryadarma, 2020) cakupan bisnis kakao meliputi pertanian coklat, pengolahan coklat, sampai ke pemasaran produk serbuk kakao, kakao pasta dan coklat batang. Saat ini, produk hasil pengolahan kakao Chalodo dijual di Café Chalodo yang terletak di Kota Masamba, Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagai pemain utama dalam pengolahan coklat menjadi produk siap pakai yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Chalodo memiliki target untuk menggaet pasar yang lebih luas lagi. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat dalam analissi pengembangan produk dan pemanfaatan digital marketing (RISKA HASTUTI, 2017; Rozinah & Meiriki, 2020) .
Saat ini Chalodo berfokus pada penjualan produk di Café Chalodo namun jangkauan konsumen yang dapat diperoleh hanya konsumen lokal yang ada disekitar Kota Masamba atau pengunjung yang melewati Kota Masamba. Oleh karena itu, menurut (Mansyur et al., 2020) diperlukan sebuah metode untuk menjangkau konsumen yang lebih banyak lagi dari berbagai daerah terutama di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Salah satu persoalan mendasar yang dialami oleh Chalodo dalam memasarkan hasil produknya adalah kurangnya sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memasarkan produk secara digital secara efektif seperti pemanfaatan iklan facebook seperti yang dikemukakan oleh (Pritama & Aziz, 2021) .
## 2. METODE
Metode yang lakukan dalam kegiatan ini adalah metode wawancara dan pelatihan secara langsung kepada pegawai Chalodo. Sebelum penulis menuju ke lokasi untuk melakukan kegiatan sosialisasi, terlebih dahulu penulis melakukan survei ke Chalodo untuk mengetahui sejauh mana strategi yang telah mereka terapkan dalam memasarkan produk mereka. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis didapatkan data seperti yang
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Survei Wawancara Chalodo No Strategi Keterangan Status 1. Pemasaran melalui toko fisik Ada Efektif 2. Pemasaran melalui toko online Belum ada Belum ada 3. Pemasaran melalui media sosial Ada Belum Efektif 4. Pemasaran melalui platform Facebook Ads Belum ada Belum ada 5. Pemasaran melalui platform Google Adwords Belum ada Belum ada
Berdasarkan hasil wawancara yang terlihat pada Tabel 1, penulis mengambil keputusan untuk membuat website marketplace untuk Chalodo dan mengadakan pelatihan digital marketing menggunakan Facebook Ads dan Google Adwords. Metode yang digunakan pada kegiatan ini menggunakan metode ceramah dan demonstrasi langsung kepada peserta sehingga dapat dipraktekkan langsung oleh peserta yang hadir seperti yang dikemukakan oleh (Rumbai et al., 2018).
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pelatihan website marketplace dan digital marketing dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Desember 2022 bertempat di Café Chalodo, Kota Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan mulai pukul 09.00 – 16.00 WITA. Jadwal pelaksanaan kegiatan pelatihan website marketplace dan digital marketing dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan No Agenda Waktu Pembicara 1. Pembukaan 09.00 – 09.15 H. Baharuddin 2. Pelatihan Digital Marketing Facebook Ads 09.15 – 10.30 Rahmat Siswanto 3. Istirahat 10.30 – 10.45 - 4. Pelatihan Digital Marketing Google Adwords 10.45 – 12.00 Rahmat Siswanto 5. Istrahat, sholat dan makan siang 12.00 – 13.30 - 6. Pelatihan Website Marketplace 13.30 – 15.00 Sahrir 7. Penutup 15.00 – 15.15 Rahmat Siswanto & Sahrir 8. Istrahat dan sholat 15.15 – 16.00 -
Pelatihan dimulai dengan acara pembukaan oleh pemilik Café Chalodo H. Baharuddin.
Dalam acara pembukaannya beliau mengungkapkan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada pemateri dari kampus Universitas Muhammadiyah Palopo dalam hal ini Rahmat Siswanto dan Sahrir yang berpartisipasi dalam upaya meningkatkan pemasaran produk-produk yang dimiliki oleh Chalodo melalui penerapan dan pelatihan berbasis teknologi.
Setelah kegiatan pembukaan dilaksanakan, selanjutnya kegiatan utama dimulai dari pelatihan digital marketing menggunakan Facebook Ads yang dibawakan oleh Rahmat Siswanto. Pemateri memaparkan materinya dimulai dari penjelasan terkait pentingnya digital marketing dalam memasarkan produk-produk secara mudah dan efisien (Meidiyustiani et al., 2021), kemudian pemateri juga menjelaskan tahapan pembuatan Facebook Ads seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pelatihan Digital Marketing Menggunakan Facebook Ads oleh Rahmat Siswanto
Halaman Facebook Ads yang digunakan dalam pelatihan ini dapat diakses melalui halaman resmi Facebook Ads seperti yang terlihat pada Gambar 2.
## Gambar 2. Contoh Halaman Facebook Ads
Setelah kegiatan pelatihan Digital Marketing Facebook Ads dilakukan, selanjutnya istrahat sejenak sebelum melanjutkan ke kegiatan berikutnya. Setelah istrahat, materi kedua dipaparkan oleh Rahmat Siswanto dengan judul Pelatihan Digital Marketing Menggunakan Google Adwords. Pada materi kedua ini, pemateri memaparkan perbedaan mendasar antara Facebook Ads dengan Google Adwords Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pelatihan Digital Marketing Menggunakan Google Adwords oleh Rahmat Siswanto
Halaman Google Adwords yang digunakan dalam pelatihan ini dapat diakses melalui halaman resmi Google Adwords seperti yang terlihat pada Gambar 4.
## Gambar 4. Contoh Halaman Google Adwords
Setelah kegiatan pelatihan Digital Marketing Google Adwords dilakukan, selanjutnya istrahat sholat dan makan siang. Materi terakhir adalah pelatihan website marketplace yang dibawakan oleh Sahrir. Pada pemaparannya, pemateri memulai dengan menampilkan manfaat dan keunggulan menggunakan platform website untuk pemasaran produk. Pemateri selanjutnya mendemonstrasikan bagaimana cara mengakses halaman website marketplace chalodo.id seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5. Halaman website chalodo.id
Pada aplikasi chalodo.id yang dipaparkan oleh Sahrir, website ini memuat informasi terkait produk yang akan dijual, harga, kategori produk, informasi diskon sampai pada pemesanan produk via whatsapp chat. Pelatihan ini merupakan salah satu rangkaian pelatihan dalam penggunaan informasi digital dalam membantu meningkatkan jumlah dan omset penjualan.
Gambar 6. Pelatihan Website Marketplace oleh Sahrir
Peserta yang hadir pada pelatihan ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari pegawai dari chalodo dan mahasiswa seperti yang terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Peserta Pelatihan
Sebelum menutup kegiatan, pemilik cafe Chalodo memberikan sepatah kata singkat terkait pelaksanaan kegiatan pada hari ini. Beliau menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesempatan dan partisipasinya dalam mengembangkan usaha UMKM yang ada di Luwu Raya terkhusus di cafe Chalodo.
## 4. SIMPULAN
Kegiatan pelatihan dilaksanakan di Café Chalodo, Kota Masamba, Provinsi Sulawesi Selatan pada pukul 09.00 – 16.00 WITA. Peserta yang hadir pada kegiatan ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari pegawai Chalodo dan mahasiswa. Berdasarkan hasil pelaksanaan pelatihan yang telah dilakukan, kegiatan berjalan dengan lancar dan dapat diterima oleh seluruh peserta yang hadir. Program ini merupakan wujud dari komitmen dosen Universitas Muhammadiyah Palopo untuk turut andil dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat terutama dalam pengenalan dan pengembangan teknologi informasi yang dapat mendukung kegiatan masyrakat.
## DAFTAR PUSTAKA
Aprillia, D. N., & Suryadarma, P. (2020). Pemanfaatan Biji Kakao dalam Pembuatan Olahan Selai Cokelat. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM) , 2 (3), 445‒450-445‒450. https://journal.ipb.ac.id/index.php/pim/article/view/31308
kompas.com. (n.d.). 8 Daerah Penghasil Kakao Terbesar di Indonesia, Produksi Terbanyak Ada di Sulawesi Halaman all - Kompas.com . Retrieved December 31, 2022, from https://regional.kompas.com/read/2022/01/24/151542778/8-daerah-penghasil-kakao- terbesar-di-indonesia-produksi-terbanyak-ada-di?page=all
Mansyur, St. H., Atmajaya, D., & Ilmawan, L. B. (2020). SISTEM PEMASARAN DIGITAL PENERAPAN E-BUSINESS SEBAGAI SISTEM PEMASARAN
DIGITAL PRODUK KUNYIT GUNUNG SILANU SULAWESI SELATAN.
JURNAL MASYARAKAT NEGERI ROKANIA , 1 (1), 42–47.
https://doi.org/10.56313/JMNR.V1I1.9
Meidiyustiani, R., Lestari, I. R., & Natalia, D. (2021). PEMANFAATAN GOOGLE ADS SEBAGAI PENUNJANG BISNIS UMKM DIMASA PANDEMI COVID-19. Jurnal PkM Pengabdian Kepada Masyarakat , 4 (4), 376–383.
https://doi.org/10.30998/JURNALPKM.V4I4.7003
Pritama, A. D., & Aziz, I. R. (2021). PELATIHAN BERIKLAN DI FACEBOOK (FB ADS) DI PONDOK MODERN AZ ZAHRA AL GONTORY SEBAGAI MEDIA PROMOSI. Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat , 4 (1), 59–65. https://doi.org/10.24198/KUMAWULA.V4I1.30980
RISKA HASTUTI, R. (2017). ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK LOKAL CV CHALODO KEC. MASAMBA KAB. LUWU UTARA (PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM) .
Rozinah, S., & Meiriki, A. (2020). Pemanfaatan Digital Marketing Pada Usaha Mikto Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang Selatan. Jurnal Doktor Manajemen (JDM) , 3 (2), 134. https://doi.org/10.22441/JDM.V3I2.10573
Rumbai, D., Review, D., Jurnal, :, Pendidikan, M., & Pelatihan, D. (2018). Pelatihan Internet Marketing (Facebook ADS) Wirausaha Muda Di Rumbai. Diklat Review : Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Pelatihan , 2 (3), 255–259. https://doi.org/10.35446/DIKLATREVIEW.V2I3.330
sulselprov.go.id. (n.d.). KOMODITI KAKAO Provinsi Sulawesi Selatan . Retrieved December 31, 2022, from https://sulselprov.go.id/pages/potensi_daerah/komoditi-kakao
|
6755caa1-4ac4-4687-9ea7-a02fa877d295 | https://ecotipe.ubb.ac.id/index.php/ecotipe/article/download/1467/1181 | Jurnal ECOTIPE , Volume 7, No. 1, April 2020, Hal. 47-54 p-ISSN 2355-5068, e-ISSN 2622-4852 Akreditasi Kemenristekdikti ( SINTA 4 ), SK. No.10/E/KPT/2019 DOI : 10.33019/ecotipe.v7i1.1467
## Pemanfaatan MATLAB Untuk Penentuan Jalur Terpendek Evakuasi Bencana Tsunami di Wilayah Kecamatan Cilacap Selatan
Sugeng Dwi Riyanto 1 , Artdhita Fajar Pratiwi 2 , Rostika Listyaningrum 3
1,2,3 Program Studi Teknik Elektronika Politeknik Negeri Cilacap [email protected], [email protected], [email protected]
## ABSTRACT
The South Cilacap district is one of the area in Cilacap regency with the highest population density and the most prone area of tsunami disaster. Unfortunately, most of the main roads in South Cilacap district is parallel to the coastline. This condition will slow down the evacuation of residents to safe locations. In 2006 and 2017, Cilacap regency has experienced several earthquake that have a potential of a tsunami. It caused people to panic and tended to choose the evacuation route through the main roads without considering the route became congested and resulted in total congestion. Based on these conditions, a system that contains information about the shortest evacuation route that should be taken by the residents to a safe location is needed. The shortest evacuation route is determined using MATLAB software. The simulations was creating on MATLAB, there is a starting vertexes as a starting location or location of a tsunami prone area and a finish vertexes as a destination location or a safe location from a tsunami disaster. By using MATLAB software, it can simulate the shortest path for tsunami evacuation in the South Cilacap district area along with the distance and graphic images.
Keywords: Shortest Evacuation Path, MATLAB, Finish Vertexs, Starting Vertexs
## INTISARI
Wilayah kecamatan Cilacap Selatan adalah salah satu wilayah di kabupaten Cilacap yang memiliki kerapatan penduduk tertinggi dan merupakan area dengan potensi tsunami terbesar. Akan tetapi, sebagian besar jalan utama di Kecamatan Cilacap Selatan sejajar dengan garis pantai. Kondisi ini akan memperlambat evakuasi penduduk ke lokasi yang aman. Pada tahun 2006 dan 2017, kabupaten Cilacap pernah mengalami beberapa kejadian gempa bumi yang berpotensi tsunami. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi panik dan cenderung memilih jalur evakuasi melalui jalan-jalan utama tanpa mempertimbangkan jalur tersebut menjadi padat dan berakibat menjadi kemacetan total. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan sebuah sistem yang berisi informasi tentang jalur evakuasi terpendek yang dapat ditempuh oleh masyarakat menuju lokasi aman. Penentuan jalur evakuasi terpendek dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB . Simulasi yang dibuat pada MATLAB, terdapat titik awal sebagai lokasi awal atau lokasi bahaya tsunami dan titik akhir sebagai lokasi tujuan atau lokasi aman dari bahaya tsunami. Dengam memanfaatkan perangkat lunak MATLAB dapat mensimulasikan jalur terpendek evakuasi tsunami di wilayah kecamatan Cilacap Selatan beserta jarak dan gambar grafiknya.
Kata kunci: Jalur Evakuasi Terpendek, MATLAB, Titik Awal, Titik Akhir
## I. PENDAHULUAN
Peringatan dini adalah bagian dari pengurangan risiko bencana yang tidak hanya mengenai peringatan yang akurat secara teknis, tetapi juga harus membangun pemahaman risiko yang baik dari suatu peringatan, menjalin hubungan antara penyedia dengan pengguna peringatan, dan juga meningkatkan kemampuan
otoritas dan masyarakat untuk bereaksi secara benar terhadap peringatan dini. Prioritas utama evakuasi adalah masyarakat yang tinggal di kawasan beresiko [1]. Oleh karena itu kesiapsiagaan masyarakat di kawasan beresiko perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan pemahaman jalur evakuasi, lokasi evakuasi dan bangunan evakuasi.
Kabupaten Cilacap memiliki potensi tsunami
Jurnal ECOTIPE , Volume 7, No. 1, April 2020, Hal. 47-54 p-ISSN 2355-5068, e-ISSN 2622-4852 Akreditasi Kemenristekdikti ( SINTA 4 ), SK. No.10/E/KPT/2019 DOI : 10.33019/ecotipe.v7i1.1467
48
terbesar di Provinsi Jawa Tengah dan peringkat ketiga dalam skala nasional [2]. Adapun wilayah Kabupaten Cilacap yang berpotensi tsunami dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Zona Potensi Tsunami Kabupaten Cilacap (Sumber: www.gitews.org ) Wilayah Kabupaten Cilacap dengan kerapatan penduduk yang berpotensi tsunami terbesar adalah wilayah Kecamatan Cilacap Selatan. Kecamatan Cilacap Selatan memiliki arah jalur transportasi darat utama yang sejajar dengan garis pantai. Kondisi ini tentunya akan memperlambat evakuasi penduduk ke lokasi yang aman. Beberapa kejadian gempa bumi yang berpotensi tsunami yang dirasakan sampai ke wilayah Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 dan 2017 menyebabkan masyarakat menjadi panik dan cenderung memilih jalur evakuasi melalui jalan-jalan utama tanpa memperhitungkan jalur tersebut menjadi padat dan berakibat menjadi kemacetan total. Gambar 2 menunjukkan jalan utama Kecamatan Cilacap Selatan dan sekitarnya.
Gambar 2. Jalur Utama Kecamatan Cilacap Selatan dan Sekitarnya (Sumber : Google Maps)
Model evakuasi horizontal untuk Kecamatan Cilacap Selatan tidak dapat dihindari mengingat bangunan evakuasi vertikal sangat terbatas, tidak aksesibel dan tidak sebanding dengan masyarakat yang dievakuasi [3]. Oleh sebab itu, diperlukan analisa perhitungan untuk menentukan jalur terpendek dengan beberapa pilihan algoritma seperti algoritma Djikstra [4], Ant Colony [6], algoritma Bellman-Ford, algoritma Floyd- Warshall [7], algortima Boids dan Pathfinding [8] dan algoritma A-Star [9]. Selain itu, perlu juga dibuat sistem simulasi [10], untuk mempermudah penyampaian informasi jalur terpendek untuk evakuasi tsunami sampai ke titik aman. Penelitian ini menghasilkan sistem simulasi menentukan jalur terpendek untuk evakuasi tsunami di wilayah cilacap selatan dengan menggunakan MATLAB. Disamping itu, sistem ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi masyarakat agar tidak terjebak dalam kemacetan lalu lintas ketika terjadi kepanikan.
## II. TINJAUAN PUSTAKA
Gagasan utama dari permasalahan jalur terpendek merupakan suatu jaringan untuk mengarahkan jalan dengan jalur yang terpendek antara dua kota atau dua titik dengan menggunakan beberapa jalur alternatif yang tersedia. Metode ini menggunakan representasi graph untuk memodelkan persoalan yang diwakili sehingga lebih memudahkan penyelesaiannya. Masalahnya adalah bagaimana cara mengunjungi vertek pada graph dari vertek awal ke vertek akhir dengan bobot minimum, dimana dalam hal ini bobot yang digunakan adalah jarak dan kota-kota yang dikunjungi diasumsikan sebagai graph yang saling terhubung ( connected graph ) antar suatu kota dengan kota yang lainnya. Suatu graph G disebut terhubung jika untuk setiap vertek dari graph terdapat jalur yang menghubungkan kedua verteks tersebut, atau dengan kata lain graph terhubung jika setiap dua vertek yaitu vi dan v j dalam suatu graph terdapat sedikitnya sebuah edge . Edge pada graph
Jalur Alteri Jalur Utama
Jurnal ECOTIPE , Volume 7, No. 1, April 2020, Hal. 47-54 p-ISSN 2355-5068, e-ISSN 2622-4852 Akreditasi Kemenristekdikti ( SINTA 4 ), SK. No.10/E/KPT/2019 DOI : 10.33019/ecotipe.v7i1.1467
berarah disebut arc [5] . Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 3. Terdapat sebuah graph berarah yang terdiri dari 6 simpul dan masing- masing lintasan sudah memiliki bobot nilainya tersendiri. Dimisalkan akan ditentukan lintasan terpendek dari simpul 1 menuju simpul lainnya.
Gambar 3. Contoh Graph untuk Menentukan Lintasan Terpendek
Pada Tabel 1 berikut ini tunjukkan lintasan terpendek dari simpul 1 yang diurutkan dari lintasan terpendek pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Tabel 1. Lintasan Terpendek dari Simpul 1 Simpul Asal Simpul Tujuan Lintasan Terpendek Jarak 1 3 1,3 10 1 4 1,3,4 25 1 2 1,3,4,2 45 1 5 1,5 45 1 6 Tidak ada -
## III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Pada penelitian ini, analisa dan kesimpulan ditarik dari hasil perhitungan dengan menggunakan simulasi penentuan jalur terpendek dengan MATLAB dan diperlukan beberapa tahapan penelitian diantaranya adalah seperti yang ditunjukkan melalui diagram alir pada Gambar 4.
Gambar 4. Tahapan Penelitian
A. Penentuan Verteks (Titik) Awal dan Verteks(Titik) Akhir Kegiatan penelitian dimulai dengan melakukan pengumpulan data yakni titik-titik yang berpotensi rawan tsunami yang selanjutnya disebut sebagai Verteks Awal. Data yang diperlukan adalah:
1. Lokasi geografis,
2. Jumlah penduduk,
3. Akses jalan/jalur transportasi - Panjang jalan - Lebar jalan 4. Bangunan evakuasi Data-data tersebut didapatkan dari beberapa cara yaitu :
1. Observasi lapangan,
2. Wawancara dengan berbagai narasumber dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kelurahan-kelurahan, dan masyarakat secara terstruktur, 3. Studi literatur, 4. Akuisisi data.
Mulai Pengumpulan Data Pemetaan Verteks Awal Analisa dan Pembahasan Pembuatan Simulator MATLAB Penentuan Verteks Tujuan Selesai
Jurnal ECOTIPE , Volume 7, No. 1, April 2020, Hal. 47-54 p-ISSN 2355-5068, e-ISSN 2622-4852 Akreditasi Kemenristekdikti ( SINTA 4 ), SK. No.10/E/KPT/2019 DOI : 10.33019/ecotipe.v7i1.1467
50
Parameter-parameter tersebut kemudian diberi nilai untuk menentukan bobot tiap verteks-verteks awal. Kemudian ditentukan verteks-verteks tujuan dan jumlah verteks tujuan yang merupakan lokasi aman, sehingga didapatkan peta evakuasi yang dikelompokan berdasarkan lokasi geografis.
## B. Pembuatan Simulasi dengan Perangkat Lunak MATLAB
Tahapan selanjutnya adalah dengan membuat program dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB untuk menghitung dan mensimulasikan jalur terpendek dengan memasukkan parameter-parameter satu persatu untuk tiap-tiap peta yang telah dibuat. Diagram alir dapat dilihat pada pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram alir pencarian jalur terpendek pada Perangkat Lunak MATLAB
Tahap ke-1, diawalai dengan pembuatan desain tampilan pada GUI MATLAB seperti pada Gambar 6.
## Gambar 6. Tampilan GUI Perangkat Lunak MATLAB
Tahap ke-2, yaitu memasukkan nomor pada teks asal dan teks tujuan sebagai nomor asal daerah dan nomor tujuan daerah evakuasi, dengan cara menuliskan program pada m- file seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Tampilan program nomor asal dan tujuan pada m-file
Pada Gambar 7 tertulis program pada m- file : a=str2num(get(handles.edit1,
'String' )); b=str2num(get(handles.edit2,
'String' )); dimana: - a = variabel untuk Label asal.
- b = variabel untuk Label Tujuan
- str2num = data string diubah ke data number - get(handles.edit1) = data number di tempatkan pada alamat Label Asal (edit1)
Mulai Buat Tampilan
Desain pada GUI MATLAB
Masukkan s (titik asal), t (titik tujuan), dan weight di dalam function kontrol tombol pada m- file
Buat program untuk menampilkan Buat program untuk menentukan jalur terpendek
Buat program untuk menampilkan highlight pada jalur terpendek yang terpilih Selesai
Jurnal ECOTIPE , Volume 7, No. 1, April 2020, Hal. 47-54 p-ISSN 2355-5068, e-ISSN 2622-4852 Akreditasi Kemenristekdikti ( SINTA 4 ), SK. No.10/E/KPT/2019 DOI : 10.33019/ecotipe.v7i1.1467
51
- get(handles.edit2) = data number di tempatkan pada alamat Label Tujuan (edit2)
Langkah ke-3, masukkan data nomor asal dan tujuan beserta jarak masing-masing antara 2 titik (asal dan tujuan) sesuai dengan data atau perhitungan manual yang telah dibuat. Data ini diketikkan secara manual pada MATLAB dikarenakan pada pembacaan data excel tidak bisa menyangkup atau membaca keseluruhan data sehingga menimbulkan data yang rumpang atau hilang, seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. Penulisan data nomor asal, tujuan dan jarak pada m-file
Pada Gambar 8 tertulis program pada m- file, (misalnya) : s =[ 1 1 1 2 3 4 5]; t =[ 2 4 3 3 9 5 6] ; weights=[ 71 400 500 640 1100 140 550];
dimana:
- s = variabel untuk nomor asal
- t = variabel untuk nomor tujuan
- w = variabel untuk jarak antar 2 titik (satuan meter)
- Jadi cara membacanya adalah nomor asal 1 ke nomor tujuan 2 memiliki jarak 71 meter, dan seterusnya. Nilai s dan t berjumlah 100 karena ketika data s dan t berjumlah lebih dari 100 maka nama titik s dan t tidak dapat ditampilkan pada grafik
Langkah ke-4 yaitu menampilkan hasil jalur terpendek yang akan dilewati untuk arah evakuasi gempa dan menampilkan grafikknya serta highlight. Diketikkan program pada m -file seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. program nenampilkan grafik dan highlight pada m-file
Pada Gambar 3.6 tertulis program pada m- file : G= graph(s,t,weights); p=(plot(G, 'EdgeColor' , 'g' )) [path1, d]= shortestpath(G,a,b) highlight(p,path1, 'EdgeColor' , 'r' ) highlight(p,path1, 'LineWidth' ,3) j= d/1000; set(handles.edit3, 'String' , j); set(handles.edit4, 'String' , path1); dimana:
- G= variabel untuk grafik
- graph = fungsi untuk menampilkan grafik.
- (s, t, weights) = data yang ditampilkan pada grafik yaitu nomor asal, nomor tujuan dan jarak antara 2 titik tersebut.
- p = variabel untuk tampilan plot
- plot = fungsi untuk menampilkan plot.
- (G, ‘EdgeColor’,’g’) = plot tersebut menampilkan grafik dengan garis penghubung antara titik satu dengan yang lainnya berwarna hijau.
- Path1 = variabel untuk jalur terpendek yang telah ditentukan.
- d = panjangnya jarak pada jalur terpendek yang telah ditentukan.
- Shortestpath(G,a,b) = fungsi untuk menentukan jalur terpendek antara data
Jurnal ECOTIPE , Volume 7, No. 1, April 2020, Hal. 47-54 p-ISSN 2355-5068, e-ISSN 2622-4852 Akreditasi Kemenristekdikti ( SINTA 4 ), SK. No.10/E/KPT/2019 DOI : 10.33019/ecotipe.v7i1.1467
52
masukan asal dan tujuan yang diinginkan pada grafik. - Highlight(p,path1,’EdgeColor’,’r’) = pemberian garis pembeda pada jalur terpendek yang telah ditentukan dengan garis penghubung berwarna merah. - Highlight(p,path1,’LineWidth’,’3’) = pemberian garis pembeda pada jalur terpendek yang telah ditentukan dengan lebar garis penghubung 3 kali lebih besar dari garis normal.
- J=d/100; = j adalah variabel untuk jarak, jarak yang ditampilkan berada pada satuan (km) karena d (* distance antara 2 titik telah dibagi 1000).
- Set(handles.edit3, ‘string’, j) = data jarak (km) ditampilkan pada edit teks “Jarak” dengan keterangan nama tag edit3.
- Set(handles.edit4, ‘string’, path1) = data jalur terpendek ditampilkan pada edit teks “jalur” dengan keterangan nama tag edit4.
Langkah ke-5 menampilkan keterangan nama daerah asal dan tujuan ketika fungsi Tombol Cari ditekan, maka perlu di tuliskan program pada m- file seperti Gambar 10 di bawah ini.
Gambar 10. Program menampilkan nama daerah asal dan tujuan pada m-file
Pada Gambar 10 tertulis program pada m- file , (misalnya): if (a==1) {set(handles.edit5, 'String' , "Jl. Dayung dan Jl. Kelapa Lima" )}
End
if (b==1) {set(handles.edit6, 'String' ,
"Jl. Dayung dan Jl. Kelapa Lima" )}
end dimana:
- Jika edit teks “asal” diisi dengan angka 1 maka pada teks disebelahnya akan tampil keterangan nama daerah asal nomor 1 yaitu Jl. Dayung dan Jl. Kelapa Lima.
- Jika edit teks “tujuan” diisi dengan angka 1 maka pada teks disebelahnya akan tampil keterangan nama daerah tujuan nomor 1 yaitu Jl. Dayung dan Jl. Kelapa Lima.
## IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang ada dan hasil wawancara dengan pihak terkait, di Kabupaten Cilacap khususnya bagian Cilacap Selatan diperoleh verteks awal dan verteks akhir sebagai pemetaan.Verteks yang dipetakan sebagai verteks awal (titik awal evakuasi) dibagi menjadi 8 titik di sepanjang garis pantai yaitu Area 70 Pertamina Cilacap, Pantai Teluk Penyu, Perumahan Putri Tegal Kamulyan, Rusunawa, Perumahan Tegal Asri, Rumah Sakit Pertamina Cilacap, Perumahan Shappire Regency, dan Perumahan Taman Gading. Sedangkan verteks tujuan (titik lokasi aman) ditentukan dengan 2 titik yaitu Lapangan Terbang Tunggul Wulung dan Lapangan Jangrana Lebeng atau Lapangan Desa Dondong.
Selain data verteks awal dan verteks akhir, terdapat titik persimpangan atau lokasi-lokasi yang dilintasi oleh jalur yang digunakan dari titik awal ke titik akhir. Total keseluruhan titik persimpangan beserta titik tujuan berjumlah 100 titik.
Setelah menetapkan titik persimpangan, langkah selanjutnya adalah melakukan
pengukuran jarak antara titik satu terhadap titik lainnya. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan speedometer sepeda motor untuk mengukur jarak tempuh dan walking measure untuk mengukur lebar jalan.
Jurnal ECOTIPE , Volume 7, No. 1, April 2020, Hal. 47-54 p-ISSN 2355-5068, e-ISSN 2622-4852 Akreditasi Kemenristekdikti ( SINTA 4 ), SK. No.10/E/KPT/2019 DOI : 10.33019/ecotipe.v7i1.1467
Kemudian data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak MATLAB. Pembuatan desain untuk tampilan simulasi dilakukan pada GUI ( Graphical User Interface) MATLAB. Setelah itu, program akan ter- generate secara otomatis ke dalam program m- file pada MATLAB. File m- file inilah yang berfungsi sebagai tempat pembuatan program untuk penetuan jalur terpendek evakuasi tsunami . Langkah awal pembuatan program simulasi ini adalah dengan memasukkan data 100 titik yang telah ditentukan beserta jaraknya.
Pembuatan simulasi ini dapat ditampilkan pada layar figure MATLAB. Untuk menjalankan simulasi ini terdapat 2 data masukan yaitu memasukkan data titik awal dan data titik tujuan (lokasi aman). Tampilan simulasi MATLAB dapat ditunjukkan pada Gambar 11.
## Gambar 11 Tampilan Simulasi pada MATLAB
Perangkat lunak MATLAB berhasil menjalankan simulasi jalur terpendek yang terpilih beserta jarak, rute dan gambar grafiknya. Gambar grafik tersebut berfungsi sebagai pemetaan 100 titik yang sudah ditentukan dan jalur terpendek yang sudah terbentuk setelah menjalankan simulasi ditandai dengan garis edge yang lebih tebal.
## V. KESIMPULAN
Dari penelitian tentang “Pemanfaatan MATLAB untuk Penentuan Jalur Terpendek Evakuasi Jalur Tsunami di Wilayah Cilacap
Selatan” dapat diambil kesimpulan bahwa dengam memanfaatkan perangkat lunak MATLAB dapat mensimulasikan jalur terpendek evakuasi tsunami di wilayah Cilacap Selatan yang terpilih beserta jarak dan gambar grafiknya.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Pelaksanaan penelitian dan penyusunan jurnal ini mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemenristek Dikti yang telah membiayai penelitian ini, BPBD Kabupaten Cilacap yang telah membantu memberikan informasi dan data serta rekan-rekan dosen dan mahasiswa PNC yang turut serta membantu pelaksanaan penelitian ini.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] Mück, M., (2008). Tsunami Evacuation Modelling. Development and application of a spatial information system supporting tsunami evacuation planning in South-West Bali . Universität Regensburg.
[2] Kurniawan, L, dkk. (2011). Indeks Rawan Bencana Indonesia. Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Deputi Bidang Pencegahan dan kesiapsiagaan , BNPB. Jakarta.
[3] Rachman, A.P. and Suryo, M.S., (2015). Penerapan Sistem Evakuasi Tsunami Di Kawasan Perkotaan Kabupaten Cilacap, Kasus: Kecamatan Cilacap Selatan . Jurnal Permukiman , 10 (1), pp.37-48.
[4] Listyaningrum, R., Pratiwi, AF., Riyanto, SD., (2019). Penentuan Jalur Terpendek Evakuasi Bencana Tsunami Di Kecamatan Cilacap Selatan dan Sekitarnya Menggunakan Algoritma Djikstra . Sentrinov Vol.5. pp.2111-2118. Polman Babel.
[5] Munir, R., (2016). Matematika Diskrit . Penerbit Informatika. Bandung
[6] Verdianto, E. (2013). Perancangan Sistem Penentuan Rute Terpendek Jalur Evakuasi
Jurnal ECOTIPE , Volume 7, No. 1, April 2020, Hal. 47-54 p-ISSN 2355-5068, e-ISSN 2622-4852 Akreditasi Kemenristekdikti ( SINTA 4 ), SK. No.10/E/KPT/2019 DOI : 10.33019/ecotipe.v7i1.1467
54
Tsunami dengan Algoritma Ant Colony (Studi Kasus: Belawan) . Program Studi S1 Ilmu Komputer. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara. Medan. [7] Susani, IM., (2012). Perbandingan Algoritma Djikstra, Bellman-Ford, dan
Floyd-Warshall Untuk Mencapai Rute Terpendek . Program Studi Matematika.
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. [8] Mudhana, IMP., Purnomo, MH dan Nugroho, SMS. (2014) Simulasi Pergerakan Evakuasi Bencana Tsunami Menggunakan Algoritma Boids dan
Pathfinding . Seminar Nasional ke – 9:
Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi.
[9] Zulfa, AM., (2015). Aplikasi Penentuan Rute Evakuasi Bencana Tsunami Kota Padang Menggunakan Algoritma A-Star Berbasis Hybrid Application . Jurusan Ilmu Komputer/Informatika. Fakultas Sains dan
Matematika Universitas Diponegoro.
[10] Htun, YY., (2019) Case Study of Shortest
Path Algorithms and Implementation using MATLAB. International Journal of Biology, Physic & Mathematics Vol.4, pp 53-59
|
a85b9433-ca50-4d7c-a652-046323c92c95 | https://journal.untar.ac.id/index.php/jmts/article/download/23796/14923 |
## EVALUASI DERAJAT KONSOLIDASI TANAH MENGGUNAKAN ALAT
CONE PENETRATION TEST
Asriwiyanti Desiani 1 , Daud Rahmat Wiyono 2 , dan Ellena Putri Kalmansur 3
1 Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Suria Sumatri No.65 Bandung [email protected]
2 Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Suria Sumatri No.65 Bandung [email protected]
3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Suria Sumatri No.65 Bandung [email protected]
Masuk: 24-05-2023, revisi: 29-06-2023, diterima untuk diterbitkan: 30-06-2023
## ABSTRACT
The Gedebage area in Bandung is currently experiencing extraordinary development because the provincial capital city of Bandung is planned to move to the area. The soil in the area is soft soil which generally experiences large subsidence. Soft soil conditions are very challenging for sampling laboratory specimens. Therefore, this research will be carried out based on field testing by using a Cone Penetration Test with pore water measurements (CPTu). In situ testing has a number of advantages, including measurements of soil parameters are done under actual stress conditions in the field, continuous data throughout the depth, and overcoming the problem of sampling or sample disturbance. A more in-depth study of the consolidation parameters that affect the degree of consolidation is carried out using the dissipation test on the CPTu test. The results of this study yielded consolidation parameters and the degree of consolidation that occurred in the soil of Gedebage area, Bandung.
Keywords: soft soil; consolidation; CPTu.
## ABSTRAK
Kawasan Gedebage Bandung saat ini mengalami pengembangan yang luar biasa karena ibukota Bandung direncanakan pindah ke area tersebut. Tanah pada kawasan tersebut merupakan tanah lunak yang pada umumnya memiliki penurunan tanah yang besar. Kondisi tanah lunak sangat menyulitkan pengambilan sampel untuk pengujian di laboratorium. Karena itu penelitian ini akan dilakukan berdasarkan data lapangan menggunakan alat Cone Penetration Test dengan pengukuran air pori (CPTu). Keunggulan pengujian in situ antara lain data yang diperoleh bersifat kontinu sepanjang kedalaman, parameter tanah yang diperoleh pada kondisi tegangan yang sesungguhnya di lapangan, dan tidak diperlukan pengambilan sampel. Penelitian lebih mendalam terhadap parameter konsolidasi yang berpengaruh terhadap derajat konsolidasi dilakukan menggunakan uji disipasi pada pengujian CPTu. Hasil penelitian ini menghasilkan parameter konsolidasi dan derajat konsolidasi yang terjadi di tanah Gedebage, Bandung.
Kata kunci: tanah lunak, konsolidasi, CPTu.
## 1. PENDAHULUAN
Tanah lunak kawasan Gedebage Bandung merupakan endapan yang terbentuk pada zaman kuarter sekitar 44.000 sampai 2000 tahun lalu (Brahmantyo, 2005). Berdasarkan berbagai penelitian pada tanah lempung Bandung dengan lokasi pada jalur jalan Tol Padalarang- Cileunyi, yang melintasi kawasan Gedebage Bandung, diketahui tanah tersebut mengandung sedimen abu vulkanik (Desiani, 2017). Deposit tanah terdiri dari lapisan tanah yang lunak dan basah mencapai kedalaman 30 m, mempunyai kandungan air yang sangat tinggi mencapai lebih dari 200%.
Penelitian ini akan difokuskan pada parameter-parameter konsolidasi berdasarkan uji CPTu (Eslami et al., 2019). Parameter tersebut untuk estimasi derajat konsolidasi penurunan tanah disuatu kawasan. Uji disipasi dilakukan pada uji CPTu. Kurva disipasi dapat digunakan untuk menentukan koefisien konsolidasi arah horizontal (ch), koefisien permeabilitas arah horizontal (kh) dan dapat digunakan untuk memprediksi derajat konsolidasi. CPTu adalah alat uji tahanan konus yang diberi instrumentasi khusus, lalu dimasukkan ke dalam tanah untuk mendapatkan pembacaan nilai tahanan konus (qc), sleeve friction (fs) dan tekanan air pori (u). Pengukuran tahanan ujung yang amat rendah pada tanah lunak dan pengukuran tekanan air pori ekses menggunakan CPTu dapat menghasilkan nilai yang tepat, sesuai kondisi tegangan in situ, cepat dan ekonomi
Penelitian tanah lunak kawasan Gedebage Bandung berdasarkan uji laboratorium telah banyak dilakukan, namun data- data karakteristik berdasarkan uji lapangan masih sangat terbatas. Pengujian CPTu di lapangan memiliki keunggulan antara lain parameter tanah yang diperoleh pada kondisi tegangan yang sesungguhnya di lapangan, data yang diperoleh bersifat kontinu sepanjang kedalaman dan dapat mengatasi masalah pengambilan sampel ataupun ketergangguan sampel.
Hipotesis utama pada penelitian ini adalah
1. Karakteristik parameter konsolidasi tanah lunak kawasan Gedebage Bandung berada pada rentang hasil uji in situ.
2. Derajat konsolidasi tanah lunak Gedebage belum mencapai 90%
Tujuan penelitian ini adalah menentukan parameter konsolidasi dan derajat konsolidasi melalui uji CPTu tanah lunak di kawasan Gedebage Bandung.
## 2. METODE PENELITIAN
Penelitian dimulai dengan kajian literatur dan menentukan asumsi awal yang digunakan. Alur tahapan penelitian sampai dengan kesimpulan pada laporan akhir yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
Mulai
## Gambar 1. Diagram alir penelitian
Pengumpulan data pengujian di lapangan merupakan data uji pada tahun 2018. Penyelidikan tanah dilakukan pada lokasi Masjid Raya Gedebage dengan lahan seluas 25.99 hektar di atas danau Gedebage.Pengujian CPTu dilakukan sebanyak 3 titik dengan kedalaman penetrasi 27.00 meter. Pada Gambar 2 dapat dilihat lokasi pembangunan masjid ini yang direncanakan mampu menampung lebih dari 33.000 jemaah dan menjadi masjid kebanggaan masyarakat Jawa Barat.
Kajian Literatur Menentukan Hipotesis Penelitian Pengumpulan Data Pengujian di Lapangan Pelaksanaan Korelasi dan Interpretasi Data Analisis Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Perumusan Masalah Selesai
Gambar 2. Lokasi Masjid Raya Gedebage
CPTu adalah jenis uji lapangan untuk memperoleh parameter tahanan ujung (qc), gesekan selimut (fs), dan tekanan air pori ekses (u). Alat ini didukung dengan kelengkapan berupa depth syncroniser , computer interface box , kabel transmisi dan PC Notebook. Selama pengujian sensor-sensor yang terletak di dalam konus dan depth syncroniser akan menghasilkan sinyal-sinyal yang kemudian ditransmisikan melalui kabel menuju alat yang disebut interface box . Interface box kemudian mengolah sinyal-sinyal tersebut menjadi data output yang dapat dilihat di komputer dengan bantuan suatu software dalam bentuk grafik yang memperlihatkan hubungan antara tahanan ujung (qc), gesekan selimut (fs), dan tekanan air pori (u) terhadap kedalaman.
Hasil pengujian CPTu dapat di-interpretasi terhadap jenis tanah, berat volume tanah, koefisien lateral tanah, kuat geser tanah dan kompresibilitas tanah. Korelasi CPTu terhadap sifat deformasi tanah, Constraint modulus dapat diperkirakan dari nilai qt seperti tersaji pada formula (Kulhawy & Mayne, 1990) pada Persamaan 1.
M= 8.25(q t -σ vo ) (1)
dengan M = modulus terkekang (Constraint modulus), q t = koreksi tahanan ujung konus terhadap tekanan air pori (u2), σ vo = tegangan efektif vertical overburdern.
Uji disipasi CPTu adalah uji yang umum dilakukan pada tanah lempung lunak. Uji disipasi merupakan suatu proses pengujian dimana tekanan air pori ekses yang terjadi selama proses penetrasi dibiarkan terdisipasi selama selang waktu tertentu. Uji disipasi pada uji CPTu merupakan peristiwa keluarnya air pori dari batu pori pada konus CPTu. Selama proses ini nilai tekanan air pori ekses setiap waktu direkam dalam hitungan detik karena telah digunakan data akusisi pada sistem konus yang terhubung dengan komputer. sehingga menghasilkan suatu grafik tekanan air pori ekses (u 2 ) terhadap waktu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil uji disipasi akibat timbunan
Penentuan derajat konsolidasi dari uji disipasi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2 (Rahardjo et al., 2008).
U=1- ∆𝑢 ∆𝜎 (2)
dengan U = derajat konsolidasi, ∆𝑢 = tekanan air pori ekses, ∆𝜎 = beban di atas titik disipasi
Nilai tekanan air pori ekses pada uji CPTu dapat terjadi akibat dari penusukan dan akibat dari beban di atasnya. Dalam penentuan derajat konsolidasi menggunakan uji disipasi, nilai tekanan air pori ekses yang dimaksudkan adalah tekanan air pori ekses akibat dari beban diatasnya. Besarnya nilai tekanan air pori ekses dapat diperoleh dari persamaan 3.
∆𝑢 = 𝑢 𝑓 − 𝑢 𝑜 (3)
Dengan ∆𝑢 = tekanan air pori ekses, 𝑢 𝑓 = tekanan air pori pada akhir uji disipasi, 𝑢 𝑜 = tekanan hidrostatis
Hasil uji disipasi dapat dipakai pula untuk menentukan apakah tanah clay yang ditinjau tergolong kedalam normally consolidated clay atau overconsolidated clay (O.C) berdasarkan bentuk kurvanya.
Dari kurva disipasi dapat ditentukan waktu yang dibutuhkan untuk disipasi 50% yang disebut t 50 . Koefisien konsolidasi arah horizontal, Ch, didapat dengan menarik garis vertikal pada t 50 pada kurva Robertson untuk Ir = 50 (Gambar 4). Parameter permeabilitas arah horizontal, kh, didapat dengan menarik garis vertikal pada t 50 terhadap kurva dari Schmertmann (Gambar 5).
Gambar 4. Parameter koefisien konsolidasi (Ch)
Gambar 5. Parameter permeabilitas (K h ) (Schmertmann, 1978)
Derajat konsolidasi berdasarkan nilai OCR dapat ditentukan melalui hasil uji CPTu seperti diusulkan oleh (Lunne et al., 1997) pada persamaan 4.
OCR =k ( 𝑞𝑡−𝜎𝑣𝑜 𝜎𝑣𝑜 ) (4)
dengan OCR = Over Consolidated Ratio , k = diambil 0.3 dan diperbolehkan dalam rentang 0.2 – 0.5, q t = koreksi tahanan ujung konus terhadap tekanan air pori (u 2 ), σ vo = tegangan efektif vertical overburdern .
Penentuan nilai OCR dapat pula dilakukan berdasarkan nilai Bq. Korelasi antara Bq vs OCR telah dipublikasikan oleh (Setionegoro, 2013) dalam bentuk grafik Dimana grafik tersebut menunjukkan persamaan korelasi antara Bq dan OCR seperti pada Gambar 6:
t50 (min)
Gambar 6. Korelasi Bq vs OCR (Setionegoro, 2013)
Uji CPTu menghasilkan nilai Bq setiap penetrasi 1 cm sehingga nilai OCR juga dapat diperoleh sepanjang kedalaman penetrasi. (Rahardjo et al., 2016), mengusulkan hubungan antara Bq dan OCR disederhanakan dengan persamaan 5.
OCR = 1 1.2 𝐵𝑞+0.1 (5)
Nilai OCR dapat ditentukan menggunakan metode Schmertmann. Metode ini mengekstrapolasi hasil uji sondir dengan cara memperpanjang harga qc memotong elevasi tanah di titik 0. Bila memotong di titik 0 dinyatakan sebagai tanah lempung normally-consolidated , sedangkan bila memotong pada elevasi tanah di titik < 0 maka tanah tersebut tergolong over consolidated dan bila memotong pada elevasi tanah di titik > 0 maka tergolong underconsolidated.
Penggunaan metode ini agak sulit karena variasi tanah lempung baik konsistensi maupun kedalamannya dapat mempengaruhi hasil uji.
Gambar 7. Ekstrapolasi qc untuk evaluasi nilai OCR tanah lempung (Schmertmann, 1978)
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan dimulai dengan penyajian data CPTu, yang dilanjutkan dengan penentuan parameter OCR, penentuan nilai Bq, penentuan nilai parameter modulus terkekang (M) untuk menentukan derjat konsolidasi tanah daerah Gedebage, Bandung.
## Data CPTu.
Hasil CPTu berupa nilai tahanan konus (qc), nilai tahanan selimut (fs), tekanan air pori (u2), perbandingan hasil qc dengan fs (FR) dan rasio tekanan air pori (Bq) untuk setiap nilai milimeter kedalaman yang diperoleh dari software pada alat CPTu.. Data tersebut digambarkan dalam bentuk kurva seperti pada Gambar 8 untuk CPTu-01, Gambar 9 untuk CPTu-02, dan Gambar 10 untuk CPTu-03.
Kedalaman penetrasi uji CPTu-01 mencapai kedalaman 27.00 m. Hasil pengujian memperlihatkan tanah dari permukaan sampai dengan kedalaman 27.00 m berupa lempung lunak diselingi lanau kelempungan ( silt ) pada kedalaman 19.00 - 23.00 m. Nilai rasio tekanan pori (Bq) kurang dari 1.0 menunjukkan tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
Gambar 8. Hasil CPTu-01
Gambar 9. Hasil CPTu-02
Kedalaman penetrasi uji CPTu-02 (Gambar 9) mencapai kedalaman 26.61 m. Hasil pengujian memperlihatkan tanah dari permukaan sampai dengan kedalaman 26.61 m berupa lempung lunak diselingi lanau kelempungan ( silt ) pada
kedalaman 19.00 - 22.00 m. Nilai rasio tekanan pori (Bq) kurang dari 1.0 menunjukkan tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
Kedalaman penetrasi uji CPTu-03 (Gambar 10) mencapai kedalaman 27.00 m. Hasil pengujian memperlihatkan tanah dari permukaan sampai dengan kedalaman 27.00 m berupa lempung lunak diselingi lanau kelempungan ( silt ) pada kedalaman 19.00 - 22.00 m. Nilai rasio tekanan pori (Bq) kurang dari 1.0 menunjukkan tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
Gambar 10. Hasil CPTu-03
## Penentuan parameter OCR berdasarkan hasil CPTu & nilai Bq
Pembacaan alat CPTu memperlihatkan nilai tahanan ujung qc yang kemudian diolah menjadi nilai qt dan selanjutnya berdasarkan persamaan 1 diperoleh parameter OCR dan M. Berdasarkan parameter OCR pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa nilai OCR pada ketiga CPTu dari permukaan sampai kedalaman 12.0 m lebih besar dari 1, sehingga tanah berada pada kondisi overconsolidated . Hal ini berkaitan dengan tanah timbunan. Pada kedalaman 12.00-19.00 m terlihat nilai OCR lebih kecil dari 1 yang menandakan tanah dalam keadaan underconsolidated.
Pada Gambar 12 dapat dilihat nilai OCR yang dihitung berdasarkan nilai Bq. Pada ketiga hasil CPTu terlihat hasil yang konsisten, dimana nilai OCR lebih kecil dari 1 mulai dari permukaan tanah sampai kedalaman 27.00 m. Perhitungan OCR menggunakan nilai Bq lebih mencerminkan kondisi tanah dalam keadaan underconsolidated.
Gambar 11. Perbandingan nilai OCR pada CPTu 1, CPTu 2, dan CPTu 3
Gambar 12. Perbandingan nilai Bq pada CPTu 1, CPTu 2, dan CPTu 3
## Penentuan parameter M berdasarkan hasil CPTu
Gambar 13 memperlihatkan nilai parameter M pada CPTu-01, CPTu-02, CPTu-03 cukup konsisten. Nilai M dari permukaan sampai kedalaman 19.00 m berkisar 3500 kPa sehingga tanah tergolong dalam lempung lunak. Nilai M pada kedalaman 11.00 m dan 19.00-23.00 m lebih besar dari 15000 kPa hal ini menunjukkan tanah sangat padat dan terindikasi sebagai lensa pasir.
Gambar 13. Perbandingan nilai M pada CPTu 1, CPTu 2, dan CPTu 3
## Derajat konsolidasi (U) berdasarkan Metode Schmertmann
Analisis hasil uji CPTu yang meliputi tahanan ujung konus qc, gesekan selimut, fs akan digunakan untuk menentukan derajat konsolidasi berdasarkan metode Schmertmann. Pada Gambar 14 dapat dilihat tahanan ujung konus qc untuk CPTu-01. Dari gambar tersebut dipilih kondisi tanah yang berupa lempung lunak, karena konsolidasi hanya terjadi pada tanah lempung lunak. Pada CPTu-01 terlihat tanah berupa lempung lunak di kedalaman 4.20 m sampai 10.5 m. Pada jarak tersebut ditarik garis lurus sampai memotong sumbu Y, sehingga dapat dihitung derajat konsolidasi dari Persamaan 6.
𝑈 = (4.2 − 2.7) 4.2 = 35.71% (6)
Derajat konsolidasi 35.71% menunjukkan bahwa tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
Pada Gambar 14 dapat dilihat tahanan ujung konus qc untuk CPTu-02. Dari gambar tersebut dipilih kondisi tanah yang berupa lempung lunak, karena konsolidasi hanya terjadi pada tanah lempung lunak. Pada CPTu-02 terlihat tanah berupa lempung lunak di kedalaman 2.20 m sampai 11.4 m. Pada jarak tersebut ditarik garis lurus sampai memotong sumbu Y, sehingga dapat dihitung derajat konsolidasi pada Persamaan 7.
𝑈 = (2.2 − 1) 2.2 = 54.54% (7)
Derajat konsolidasi 54.54% menunjukkan bahwa tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
Pada Gambar 14 dapat dilihat tahanan ujung konus qc untuk CPTu-03. Dari gambar tersebut dipilih kondisi tanah yang berupa lempung lunak, karena konsolidasi hanya terjadi pada tanah lempung lunak. Pada CPTu-03 terlihat tanah berupa lempung lunak di kedalaman 3.20 m sampai 10.6 m. Pada jarak tersebut ditarik garis lurus sampai memotong sumbu Y, sehingga dapat dihitung derajat konsolidasi dari Persamaan 8.
𝑈 = (3.2 − 2) 3.2 = 37.5% (8)
Derajat konsolidasi 37.5% menunjukkan bahwa tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
Gambar 14. OCR pada CPTu-01, CPTu-02, CPTu-03 dengan metoda schmertmann
## Derajat konsolidasi berdasarkan disipasi CPTu
Pengujian disipasi pada uji CPTu dapat digunakan untuk menghitung derajat konsolidasi pada suatu kedalaman tanah. Pada Gambar 15 dapat dilihat hasil uji disipasi pada CPTu-01. Pengujian disipasi pada CPTu-01 dilakukan pada kedalaman 10.5 m. Derajat konsolidasi diperoleh melalui Persamaan 9
U = 1- Δu/Δσ (9)
Δu = 0.170076 MPa
Δσ = 0.193068 MPa
U = 1 - 0.170076 0.193068 x 100% = 11.9%
Derajat konsolidasi 11.9% menunjukkan bahwa tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
Gambar 15. Hasil uji disipasi CPTu-01
Pada Gambar 16 dapat dilihat hasil uji disipasi pada CPTu-02. Pengujian disipasi pada CPTu-02 dilakukan pada kedalaman 7.01 m. Derajat konsolidasi diperoleh melalui Persamaan 10.
U = 1- Δu/Δσ (10)
Δu = 0. 155963 MPa Δσ = 0.1 29021 MPa
U = 1 - 0.155963
0.129012 x 100% = 20.88%
Derajat konsolidasi 20.88% menunjukkan bahwa tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
Gambar 16. Hasil uji disipasi CPTu-02
Pada Gambar 17 dapat dilihat hasil uji disipasi pada CPTu-03. Pengujian disipasi pada CPTu-03 dilakukan pada kedalaman 22.94 m. Derajat konsolidasi diperoleh melalui Persamaan 11.
U = 1- Δu/Δσ (11)
Δu = 0. 15585 MPa Δσ = 0. 423568 MPa
U = 1 - 0.15585 0.423568 x 100% = 63.21%
Derajat konsolidasi 63.21% menunjukkan bahwa tanah dalam kondisi underconsolidated (masih berkonsolidasi).
## Gambar 17. Hasil uji disipasi CPTu-03
## 4. KESIMPULAN DAN SARAN
## Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengujian CPTu dapat digunakan untuk menentukan parameter konsolidasi dan derajat konsolidasi pada tanah lunak di kawasan Gedebage, Bandung.
2. Parameter konsolidasi OCR, M, Bq, dan Ch pada kawasan Gedebage menunjukkan kondisi tanah dalam keadaan masih berkonsolidasi ( underconsolidated ). Pada kedalaman 0-12 m dari permukaan, nilai OCR > 1 hal ini karena tanah pada kedalaman tersebut adalah tanah timbunan. Pada kedalaman 12-27 m nilai OCR < 1 menunjukkan tanah dalam kondisi berkonsolidasi. Nilai M berkisar 3000 kPa menunjukkan tanah adalah lempung lunak, pada kedalaman 19-23 m nilai M berkisar 15000 kPa menunjukkan adanya lensa pasir. Nilai OCR berdasarkan nilai Bq lebih kecil dari 1 mulai dari permukaan tanah sampai kedalaman 27.00 m sehingga mencerminkan kondisi tanah dalam keadaan berkonsolidasi ( underconsolidated ). Koefisien konsolidasi arah horizontal (Ch) berkisar 2.2 – 4.9 cm2/ menit.
3. Derajat konsolidasi berdasarkan hasil uji disipasi CPTu menunjukkan tanah masih berkonsolidasi ( underconsolidated ) dengan nilai U berkisar 12%-63%. Derajat konsolidasi (U) berdasarkan Metode Schmertmann berkisar 36%-54% menunjukkan tanah masih berkonsolidasi ( underconsolidated ). Hal ini menjawab hipotesis bahwa derajat konsolidasi tanah lunak Gedebage belum mencapai 90%.
## Saran
Terdapat berberapa saran dalam penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan alat pengujian lapangan yang lain untuk mengkalibrasi hasil uji CPTu.
2. Sehubungan tanah masih dalam kondisi berkonsolidasi ( underconsolidated ) maka dibutuhkan penelitian mengenai penurunan sekunder pada daerah Gedebage, Bandung.
## DAFTAR PUSTAKA
Brahmantyo, B. (2005). Geologi Cekungan Bandung. Bandung: Institut Teknologi Bandung . Desiani, A. (2017). Karakterisasi tanah lunak cekungan Bandung berdasarkan uji in situ [Unpar]. https://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/5461
Eslami, A., Moshfeghi, S., Molaabasi, H., & Eslami, M. (2019). Piezocone and Cone Penetration Test (CPTu and CPT) Applications in Foundation Engineering . Kulhawy, F. H., & Mayne, P. (1990). Manual on Estimating Soil Properties for Foundation Design . Lunne, T., Robertson, P., & Powell, J. (1997). Cone Penetration Testing in Geotechnical Practice. Soil Mechanics and Foundation Engineering , 46 . https://doi.org/10.1007/s11204-010-9072-x
Rahardjo, P. P., Anggoro, B. W., & Wirawan, A. (2016). CPTu in consolidating soils. Geotechnical and Geophysical Site Characterisation , 5 , 363–368. Rahardjo, P. P., Anggoro, B. W., Yakin, Y. A., & Darmawan, H. (2008). Determination of Degree of Consolidation of Reclaimed Site on Deep Soft Mahakam Deltaic Soils Using CPTu. Proceeding of the 4th International Symposium on Deformation Characteristics of Geomaterial, Atlanta, USA .
Schmertmann, J. H. (1978). Guidelines for cone penetration test: performance and design (Publication No. FHWA TS-78-209) . Setionegoro, N. (2013). Study for Site Characterization of Under – consolidating Soft Clay Layers using piezocone Test Results . Unpar.
|
c73b7ca3-40a6-480f-ae7f-6b3806eeb857 | https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Ekonomika/article/download/6286/5121 | Analisis Efektivitas Kerja Ditinjau Dari Pengawasan dan Kompetensi Pegawai
Rembulan 1 , Tri Darmawati 2 ,
1 Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas PGRI Palembang, [email protected]
2 Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas PGRI Palembang, [email protected]
## ABSTRAK
Analisis ini mencari dampak efektivitas kerja ditinjau dari pengawasan dan kompetensi pegawai pada kantor Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang. Data responden dikumpulkan melalui sebaran kuesioner menggunakan google form kepada 39 orang pegawai. Data-data diproses memakai aplikasi SPSS versi 23. Instrumen penelitian berupa kuisioner sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian dari sisi validitas dan reliabilitas. Data-data diproses menggunakan analisis normalitas, multikolonieritas, dan heteroskedastisitas. Selain itu juga digunakan analisis regresi, determinasi, dan nilai t, dan F. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh persamaan regresi untuk variabel pengawasan dan kompetensi terhadap efektivitas kerja pegawai adalah Y = 9.742 + 0.447 X1 + 0.352 X2, kemudian pengujian hipotesis pertama (H1) secara parsial menggunakan uji t diperoleh data nilai signifikansi 0,004<0,05. Artinya pengawasan dapat meningkatkan efektivitas kerja pegawai. Sedangkan untuk hipotesis kedua (H2) pengujian hipotesis menggunakan uji t diperoleh nilai signifikasi 0,042<0,05. Artinya kompetensi mampu menaikkan efektivitas kerja pegawai. Hasil uji hipotesis ketiga (H3) dengan uji F diperoleh nilai signifikasi 0,000<0,05. Maka secara bersama-sama pengawasan dan kompetensi bisa memberikan peningkatan signifikan efektivitas kerja pegawai.
Kata Kunci : Pengawasan, Kompetensi, Efektivitas Kerja
## ABSTRACT
This analysis looks for the impact of work effectiveness in terms of supervision and competence of employees at the Palembang State Administrative Court office. Respondent data was collected through questionnaires using google form to 39 employees. The data was processed using the SPSS version 23 application. The research instrument was in the form of a questionnaire before being used, first tested in terms of validity and reliability. The data were processed using normality, multicollinearity, and heteroscedasticity analysis. In addition, regression analysis, determination, and t and F values are also used. Based on the results of data processing, the regression equation for the supervisory and competence variables on employee work effectiveness is Y = 9.742 + 0.447 X1 + 0.352 X2, then testing the first hypothesis (H1) Partially using the t test, the data obtained a significance value of 0.004 <0.05. This means that supervision can increase the effectiveness of employees' work. Meanwhile, for the second hypothesis (H2), hypothesis testing using t-test obtained a significance value of 0.042 <0.05. This means that competence is able to increase the effectiveness of employees' work. The results of the third hypothesis test (H3) with the F test obtained a significance value of 0.000 <0.05. So together, supervision and competence can provide a significant increase in employee work effectiveness.
Keywords: Supervision, Competence, Work Effectiveness
## A. PENDAHULUAN
Salah satu faktor penentu baiknya kinerja suatu oganisasi adalah memiliki sumber daya manusia yang memiliki keahlian, pengetahuan, dan kemampuan. Unsur-unsur yang dimiliki oleh sumber daya manusia tersebut tentunya berpotensi terhadap pencapaian tujuan dalam suatu organisasi. Adapun kemajuan zaman yang diiringi percepatan pertumbuhan teknologi, arus informasi yang cepat tanpa batas, dan tersedianya fasilitas yang memadai, namun tidak memiliki sumber daya manusia yang kompeten dibidangnya dan didukung dengan adanya sistem pengawasan yang
konsisten maka menjadi kerja yang berat bagi manajemen organisasi untuk mencapai targetnya.
Pengawasan merupakan suatu cara dalam berorganisasi untuk meningkatkan kinerja yang tepat, sesuai target dan efisien, serta dapat mendukung untuk terwujudnya visi dan misi manajemen organisasi (Fahmi, 2016). Pengawasan dalam organisasi dapat dikatakan menjadi salah satu prioritas yang harus dilakukan mengingat target yang ingin dicapai oleh manajemen organisasi akan dapat tercapai atau tidak tergantung dari bagaimana setiap sumber daya manusia yang terkait dalam membuat perencanaan, melakukan tindak lanjut dari rencana dan melakukan evaluasi atas jalannya organisasi yang bersangkutan. Namun disisi lain tidak semua manusia memiliki keahlian, pengetahuan dan kemampuan bahkan mempunyai keterbatasan dalam memahami dan menjabarkan pekerjaannya yang akhirnya menimbulkan berbagai konsekuensi seperti kesalahan-kesalahan penjabaran pekerjaan. Untuk itu perlu diantisipasi terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut dengan melakukan pengawasan kerja baik pengawasan langsung maupun pengawasan tidak langsung.
Kompetensi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu pada tingkat yang memuaskan ditempat kerja, termasuk kemampuan seseorang untuk membagi dan menerapkan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang ada pada dirinya diberbagai kondisi dalam suatu organisasi (Wibowo, 2016). Dengan demikian kompetensi sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai faktor penentu dalam pencapaian tujuan, maka sumber daya manusia dalam suatu organisasi harus memiliki kompetensi serta kemampuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan kepadanya.
Pengawasan dan kompetensi merupakan sistem yang saling berhubungan dalam suatu organisasi yang mampu menunjang pencapaian suatu tujuan karena dengan pengawasan dapat meningkatkan disiplin kerja dan semangat dalam bekerja sedangkan kompetensi yang dimiliki memungkinkan berbagai masalah-masalah yang terjadi dapat dipecahkan dan dapat mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pemborosan waktu, tenaga, dan lain-lain. Pada dasarnya apabila pengawasan dan kompetensi diterapkan sebagaimana mestinya maka akan mampu meningkatkan efektivitas kerja.
Efektivitas kerja merupakan kemampuan dalam memilih tujuan yang tepat serta peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Handoko, 2011). Efektivitas juga dapat dikatakan sebagai penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu disertai dengan mutu dan kuantitas yang dihasilkan dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pelaksanaan suatu pekerjaan dinilai memenuhi ukuran tertentu yang tidak dapat diganggu gugat bila mengacu pada hasil pekerjaan yang telah ditetapkan dan dicapai secara maksimal.
Untuk mencapai tujuannya organisasi tidak terlepas dari pemanfaatan sumber daya manusia dalam melaksanakan pekerjaannya. Sebagai salah satu organisasi yang memiliki tujuan dalam pelaksanaannya, maka akan tercapai jika didukung oleh semua unsur-unsur yang ada dalam organisasi. Tidak hanya dukungan unsur finansial tetapi juga unsur manusia serta sistem yang ada didalamnya seperti sistem pengawasan, dan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dibidangnya.
## B. KAJIAN TEORI
## 1. Pengawasan
(Fahmi, 2016) mendeskripsikan pengawasan adalah evaluasi terhadap suatu organisasi atau kegiatan dengan tujuan untuk memenuhi tugasnya dengan baik dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Siagian, 2012) mendeskripsikan pengawasan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjamin kinerja pegawai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan melalui pemilihan cara-cara observasi penjabaran pelaksanaan kerja yang tepat. Teknik pengawasan menurut (Noor, 2013) menjelaskan proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan dengan menggunakan dua macam teknik yaitu:
a. Pengawasan Langsung ( Direct Control ), yaitu apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan
b. Pengawasan Tidak Langsung ( Indirect Control ), yaitu pengawasan dari jarak jauh dan pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan laporan itu dapat berbentuk tulisan maupun lisan.
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan pengawasan adalah suatu proses penilaian melalui pengamatan, pelaksanaan berbagai kegiatan organisasi guna mencapai tujuan organisasi.
## 2. Kompetensi
(Wibowo, 2016) mendefinisikan kompetensi merupakan kemampuan menjalankan tugas atau pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan didukung oleh sikap yang menjadi karakteristik individu dalam suatu organisasi. (Torang, 2016) menjelaskan kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan aktivitas atau pekerjaan atau tugas. Kompetensi juga merupakan ciri-ciri individu yang mendasari kinerja atau prilaku didalam organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi menurut (Wibowo, 2016) menggolongkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang yaitu keyakinan dan nilai-nilai, keterampilan, pengalaman, karakteristik keperibadian, motivasi, isu emosional dan kemampuan intelektual.
Tipe Kompetensi (Torang, 2016) menjelaskan bahwa ada beberapa tipe kompetensi yaitu :
a) Planning Competency merupakan kemampuan menyusun rencana menetapkan visi, misi dan strategi
b) Influence Competency merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu atau bekerja.
c) Communication Competency merupakan kemampuan berbicara, mendengarkan orang lain, komunikasi tertulis dan nonverbal.
d) Self Management Competency merupakan kemampuan memotivasi diri, bertindak dengan percaya diri, mengelolah pembelajaran sendiri, fleksibilitas dan berinisiatif.
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan kompetensi adalah kemampuan berupa nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan aktivitas pekerjaan.
## 3. Efektivitas Kerja
(Ridhotullah & Jauhar, 2015) mendefinisikan efektivitas kerja yaitu proses kerja perusahaan yang tepat dalam mencapai sasaran-sasaran (target) yang telah
ditetapkan manajemen perusahaan. (Silalahi, 2015) mendefinisikan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan atau sasaran yang tepat dalam mencapainya. Karena itu efektivitas menunjuk pada apa yang sudah dicapai, sesuai tujuan yang telah ditetapkan, dan dengan rencana atau hasil yang diharapkan.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut (Sutrisno, 2019) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja yaitu :
a) karakteristik organisasi, termasuk teknologi dan struktur
b) karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
c) Karakteristik karyawan, meliputi keterikatan pada organisasi dan prestasi kerja
d) Kebijakan praktek manajemen
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan efektivitas kerja adalah suatu proses pencapaian tujuan tugas melalui pemilihan rencana dan sasaran yang tepat.
## C. METODE PENELITIAN
Pada studi ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. (Sugiyono, 2018) mendefinisikan penelitian kuantitatif adalah studi dengan berlandaskan pada filsafat positivisme, studi dilakukan pada populasi atau sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, data dikumpulkan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner, dan analisis data bersifat kuantitatif, dengan sasaran untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan penelitian. Variabel dalam studi ini yaitu variabel independen atau variabel yang menjadi sebab berubahnya nilai variabel dependen. Variabel independen pada studi ini adalah pengawasan dan kompetensi. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Variabel independen pada studi ini adalah efektivitas kerja.
Objek penelitian yang menjadi populasi pada studi ini adalah seluruh pegawai kantor Pengadilan Tata Usaha Negara sebanyak 39 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling sensus. (Sugiyono, 2018) mengatakan bahwa teknik sampling sensus adalah cara penentuan sampel berupa semua populasi dijadikan sampel. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 39 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer didefinisikan sebagai data yang belum pernah diolah dan langsung dikumpulkan oleh peneliti. Biasanya pengumpulan data menggunakan kuisioner, demikian juga pada studi ini. Kuesioner merupakan seperangkat pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden untuk dijawab sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data maka peneliti menggunakan google form. Tanggapan responden bersifat kuantitatif dengan teknik pengukuran skala likert setiap tanggapan terhadap butir kuesioner diberi skor dengan lima pilihan tanggapan yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 5, setuju (S) dengan skor 4, ragu-ragu (RG) dengan skor 3, tidak setuju (TS) dengan skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1.
## D. HASIL PENELITIAN
a) Uji Normalitas
## Tabel Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Dari tabel diatas dapat dijelaskan terdapat nilai Sig variabel pengawasan 0.248, variabel kompetensi 0.192 dan variabel efektivitas kerja 0.151. Nilai-nilai Sig setiap variabel telah melampaui 0.05 sehingga data-data yang dikumpulkan berdistribusi normal.
## b) Uji Multikolonieritas
## Tabel Uji Multikolinieritas
Coefficients a
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF variabel pengawasan sebesar 1.097 atau kurang dari 10 dan tolerance valu e sebesar 0.912 atau lebih besar dari 0.10, nilai VIF variabel kompetensi sebesar 1.097 atau kurang dari 10 dan tolerance value sebesar 0.912 atau lebih besar dari 0.10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.
## c) Uji Heteroskedastisitas
## Tabel Hasil Uji Glejser
Coefficients a
Dari hasil analisis table diatas menunjukkan bahwa nilai Sig dari uji Glejser untuk variabel Pengawasan sebesar 0.192 atau lebih besar dari 0.05 dan variabel Kompetensi sebesar 0.845 atau lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
## d) Analisis Regresi Linier Berganda
## Tabel Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients a
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, maka diperoleh nilai konstanta (a) sebesar 9.742 dan nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0.447 dan nilai (b2) sebesar 0,352 dengan demikian diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 9.742 + 0.447 X1 + 0.352 X2
## Analisis Koefisien Determinasi
## Tabel Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model Summary
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai R square sebesar atau 0,349 atau koefisien determinasinya sebesar 34,9%. Artinya kontribusi variabel pengawasan dan variabel kompetensi terhadap variabel efektivitas kerja 34,9% sedangkan sisanya 65,1% disumbangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
## e) Analisis Uji t (Secara Parsial)
## Tabel Hasil Analisis Uji t
Coefficients a
Berdasarkan hasil uji t dengan variabel bebas pengawasan diperoleh nilai probabilitas Sig sebesar 0.004 atau lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan uji t dengan variabel bebas kompetensi diperoleh nilai probabilitas Sig sebesar 0,042 atau lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
## f) Analisis Uji F (Secara Simultan)
## Tabel Hasil Analisis Uji F
## ANOVA a
Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai probabilitas Sig sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
## E. PEMBAHASAN
## 1. Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
Uji hipotesis (H1) dengan uji t terhadap variabel pengawasan dan variabel terikat efektivitas kerja menghasilkan nilai probabilitas sig 0,004 atau lebih kecil dari 0,05 maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Penerimaan Ha1 berarti secara parsial pengawasan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Rinaldi, Goh, & Julitawaty, 2018) yang menyatakan bahwa pengawasan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja. Hal ini berkaitan dengan pendapat (Siagian, 2012) mendefinisikan pengawasan merupakan keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
## 2. Pengaruh Kompetensi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
Uji hipotesis (H2) dengan uji t terhadap variabel kompetensi dan variabel terikat efektivitas kerja menghasilkan nilai probabilitas Sig sebesar 0,042 atau lebih kecil dari 0,005 maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Penerimaan Ha2 berarti secara parsial, kompetensi berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Zaini & Agustian, 2019) yang menyatakan bahwa secara parsial kompetensi pengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai. Hal ini berkaitan dengan pendapat (Wibowo, 2016) mendefinisikan kompetensi merupakan kumpulan keahlian, kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan didukung oleh sikap yang menjadi karakteristik individu dalam suatu organisasi.
3. Pengaruh Pengawasan dan Kompetensi terhadap efektivitas kerja pegawai Uji hipotesis (H3) dengan uji F terhadap variabel bebas pengawasan dan kompetensi dengan variabel terikat efektivitas kerja menghasilkan nilai probabilitas Sig 0,000 atau < 0,05 maka Ho3 ditolak dan Ha3 diterima. Penerimaan Ha3 menunjukkan bahwa secara bersama-sama pengawasan dan kompetensi mampu menaikkan secara signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Handoko, 2011) mendeskripsikan efektivitas kerja merupakan kemampuan dalam menentukan cara dan alat yang tepat untuk memenuhi target organisasi yang telah ditetapkan. Hasil penelitian ini juga konsisten
dengan hasil penelitian terdahulu oleh (Akbar, Sasmita, & Hamid, 2014) yang menyatakan secara bersama-sama pengawasan dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai.
## F. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari kajian yang dilakukan terhadap jawaban responden penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: pengawasan dapat meningkatkan efektivitas kerja pegawai, kompetensi mampu menaikkan efektivitas kerja pegawai, dan secara bersama-sama pengawasan dan kompetensi bisa memberikan peningkatan signifikan efektivitas kerja pegawai. Untuk itu organisasi sebaiknya melakukan upaya-upaya meningkatkan efektivitas kerja pegawai melalui pengawasan secara lansung di lingkungan kerja, sehingga dapat dilakukan pemantauan langsung kepada pegawai dengan harapan bisa mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas kerja pegawai dalam melakukan suatu pekerjaan. Selain itu oragnisasi juga sebaiknya memberikan program pelatihan dan pengembangan karir agar pegawai dapat meningkatkan kompetensinya dan memiliki rasa tanggung jawab didalam melaksanakan pekerjaannya. Untuk kajian masa depan, diperlukan untuk memperluas studi dengan faktor-faktor lain sebagai penentu efektivitas kerja.
## DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R., Sasmita, J., & Hamid, L. (2014). Pengaruh Pengawasan dan Kompetensi terhadap Kinerja Karyawan pada Hotel Permai Pekanbaru. JOM Fekon, Vol.1 (No.2), 1-15.
Fahmi, I. (2016). Pengantar manajemen sumber daya manusia : konsep dan kinerja. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Handoko, T. H. (2011). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Noor, J. (2013). Penelitian Ilmu Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ridhotullah, S., & Jauhar, M. (2015). Pengantar Manajemen. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Rinaldi, Goh, T. S., & Julitawaty, W. (2018). Pengaruh Pengawasan dan Semangat Kerja terhadap Efektivitas Kerja Karyawan PT. Multi Artha Universindo Medan. Jurnal Bisnis Kolega, Vol.4 (No.2), 78-84.
Siagian, S. P. (2012). Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Silalahi, U. (2015). Asas-asas Manajemen. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Manajemen,. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno, E. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group.
Torang, S. (2016). Organisasi & Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zaini, Z., & Agustian, R. (2019). Pengaruh Kompetensi Pegawai dan Disiplin Kerja terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Utara. Jurnal Transparansi, Vol.2 (No.1), 109-115.
|
69d4c2f3-39f0-4340-90c7-712a3d99db5e | https://jurnal-stkip.babunnajah.ac.id/index.php/metakognisi/article/download/119/123 | Membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam Yang Efektif Dan Berkelanjutan
Anis Fuadah 1 , Siti Patimah 2 , Andi Warisno 3 , Nurul Hidayati Murtafiah 4
1’3’4 Universitas Islam An Nur Lampung, 2 UIN Raden Intan Lampung
1 [email protected]
## Abstrak
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Indonesia. Artikel ini membahas langkah- langkah dan faktor penting dalam membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan. Faktor-faktor penting dalam membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan meliputi budaya mutu, keterlibatan semua pemangku kepentingan, pemanfaatan TIK, peningkatan kompetensi tenaga pendidik, penguatan sarana dan prasarana, kerjasama dengan berbagai pihak, dan peningkatan pendanaan. Dengan mengikuti langkah-langkah dan mempertimbangkan faktor-faktor penting ini, diharapkan lembaga pendidikan Islam dapat mewujudkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan, sehingga mutu pendidikan Islam dapat ditingkatkan secara berkelanjutan dan menghasilkan generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
Kata Kunci : Sistem Penjaminan Mutu, Pendidikan Islam, Penjaminnan Mutu Efektif, Penjaminan Mutu Berkelanjutan.
## Abstract
An effective and sustainable Islamic Education Quality Assurance System (SPMI) is crucial for enhancing the quality of Islamic education in Indonesia. This article explores several steps and critical factors in building an effective and sustainable Islamic Education Quality Assurance System. This article also discusses several factors that need to be considered in building an effective and sustainable Islamic Education Quality Assurance System, such as quality culture, involvement of all stakeholders, utilization of information and communication technology (ICT), improving the competence of educators, strengthening facilities and infrastructure, cooperation with various parties, and increasing funding. By following these steps and considering these critical factors, Islamic educational institutions can establish an effective and sustainable Islamic Education Quality Assurance System, leading to continuous improvement in the quality of Islamic education and producing a generation of students who are pious, knowledgeable, and have noble morals.
Keywords : Quality Assurance System, Islamic Education, Effective Quality Assurance, Sustainable Quality Assurance.
Article Information Received: 16-06-2024 Revised: 26-06-2024 Accepted: 30-06-2024
## PENDAHULUAN
Pendidikan Islam memiliki peran fundamental dalam membentuk generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yang tertuang dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak lembaga pendidikan Islam yang
belum mencapai mutu yang ideal. Hal ini terlihat dari masih rendahnya prestasi belajar peserta didik, kurangnya profesionalisme tenaga pendidik, dan belum optimalnya sarana dan prasarana pendidikan Islam.
Kondisi tersebut mendorong berbagai pihak untuk terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan Islam. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif tidak sekadar memenuhi standar, namun mampu mendorong peningkatan mutu secara berkelanjutan. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang berkelanjutan diharapkan mampu: Meningkatkan standar mutu pendidikan Islam, meningkatkan mutu secara berkelanjutan, menjaga relevansi dengan kebutuhan zaman, membentuk karakter yang mulia, menyiapkan peserta didik untuk masa depan.
Mutu pendidikan Islam merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dengan meningkatkan mutu pendidikan Islam, diharapkan dapat dihasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia, yang mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa dan negara. Dengan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang berkelanjutan, diharapkan dapat dihasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia, yang mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa dan negara.
Sistem Penjaminan Mutu adalah sistem yang dirancang untuk memastikan bahwa semua aspek pendidikan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Sistem ini mencakup berbagai proses, mulai dari perencanaan dan pelaksanaan pendidikan hingga pemantauan dan evaluasi hasil belajar. Sistem Penjaminan Mutu yang efektif akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan, serta meningkatkan akuntabilitas penyelenggara pendidikan. Membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan Islam, guru, orang tua, dan masyarakat. Selain itu, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Islam dan prinsip-prinsip manajemen mutu.
Rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup beberapa pertanyaan kunci. Pertama, apa yang dimaksud dengan sistem penjaminan mutu pendidikan Islam? Kedua, mengapa sistem penjaminan mutu Pendidikan Islam penting untuk dibangun? Ketiga, apa saja manfaat sistem penjaminan mutu Pendidikan Islam? Keempat, apa saja prinsip-prinsip sistem penjaminan mutu Pendidikan Islam? Kelima, bagaimana membangun sistem penjaminan mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang definisi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam, menjelaskan tujuan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam, merinci manfaat Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam, membahas prinsip-prinsip Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam, dan menjelaskan langkah- langkah untuk membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan.
## KAJIAN TEORITIK
Membangun sistem penjaminan mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan Islam, guru, orang tua, dan masyarakat.
Selain itu, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Islam dan prinsip- prinsip manajemen mutu.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam memiliki berbagai definisi dari para ahli, namun secara umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam diartikan sebagai:
1. Prof. Dr. H. Asep Saeful Fathurrahman, M.Pd.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang dirancang untuk memastikan bahwa pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga pendidikan Islam memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Standar mutu tersebut mencakup semua aspek pendidikan, mulai dari kurikulum, proses belajar mengajar, hingga mutu tenaga pendidik.
2. Dr. Hj. Siti Nurhayati, M.Pd.I. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin mutu pendidikan Islam di lembaga pendidikan Islam agar mencapai tujuannya. Sistem ini haruslah komprehensif dan berkelanjutan, serta melibatkan semua pemangku kepentingan.
3. Dr. Asep Hidayat, M.Pd. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang dirancang untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam secara berkelanjutan. Sistem ini haruslah mampu mengidentifikasi dan mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.
4. Dr. H. Cecep Saeful Anwar, M.Pd. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang dirancang untuk memastikan bahwa pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga pendidikan Islam sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat. Sistem ini haruslah mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berakhlak mulia.
5. Dr. M. Ngalim Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang dirancang untuk memastikan bahwa pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga pendidikan Islam dikelola secara profesional dan akuntabel. Sistem ini haruslah mampu memberikan informasi yang akurat dan terpercaya tentang mutu pendidikan Islam kepada semua pemangku kepentingan.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain:
1. Fokus pada peserta didik a. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif harus berpusat pada peserta didik. Seluruh standar mutu yang ditetapkan harus mengarah pada peningkatan capaian belajar dan pembentukan karakter peserta didik.
b. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus memastikan kurikulum dan proses pembelajaran dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan potensi peserta didik.
2. Standar mutu jelas dan terukur Standar mutu pendidikan Islam harus ditetapkan secara jelas, terukur, dan dapat dicapai. Standar tersebut harus mencakup seluruh aspek pendidikan, seperti: kurikulum, proses belajar mengajar, kualitas tenaga pendidik, sarana dan prasarana, manajemen pendidikan, penanaman nilai-nilai Islam
3. Monitoring dan evaluasi berkala
a. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif harus memiliki sistem monitoring dan evaluasi yang berjalan secara berkala. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau pencapaian standar mutu dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
b. Sistem monitoring dan evaluasi harus melibatkan semua pemangku kepentingan, seperti guru, kepala sekolah, komite sekolah, orang tua, dan peserta didik.
4. Peningkatan mutu berkelanjutan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif tidak hanya sekedar memenuhi standar, tetapi juga mendorong peningkatan mutu secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan melalui:
a. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dalam pendidikan Islam.
b. Penyusunan rencana peningkatan mutu berdasarkan hasil analisis SWOT.
c. Pelaksanaan program peningkatan mutu yang berkelanjutan.
5. Keterlibatan semua pemangku kepentingan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan Islam. Keterlibatan ini dapat berupa:
a. Guru berperan aktif dalam mengembangkan kurikulum dan proses belajar mengajar yang efektif.
b. Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin dalam implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam.
c. Komite sekolah berperan dalam memberikan masukan dan dukungan terhadap peningkatan mutu pendidikan.
d. Orang tua berperan aktif dalam mendukung pembelajaran peserta didik di rumah.
e. Masyarakat berperan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pendidikan Islam.
6. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaannya. Contoh pemanfaatan TIK:
a. Sistem informasi manajemen pendidikan untuk memantau data peserta didik, guru, dan kurikulum.
b. Pembelajaran daring atau blended learning untuk memperkaya proses belajar mengajar.
c. Platform komunikasi untuk memudahkan komunikasi antara sekolah, orang tua, dan peserta didik.
7. Budaya mutu
a. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif harus mampu membangun budaya mutu di lembaga pendidikan Islam. Budaya mutu adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menekankan pentingnya kualitas dan komitmen untuk terus meningkatkan mutu pendidikan Islam.
b. Membangun budaya mutu dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti: Sosialisasi dan pelatihan tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam kepada seluruh pemangku kepentingan, pemberian penghargaan kepada guru dan peserta didik yang berprestasi, menjadikan peningkatan mutu sebagai tanggung jawab bersama seluruh warga sekolah.
## METODE PENELITIAN
Penulisan karya ini menggunakan metode kajian kepustakaan (library research), yaitu sebuah metode pengumpulan data melalui sumber kajian kepustakaan (bacaan), dengan mencatat semua temuan tentang sistem penjaminan mutu pendidikan islam dan kaitannya dengan implementasi manajemen mutu pendidikan islam yang efektif berkelanjutan. Pada setiap pembahasan penelitian yang didapatkan dalam literatur-
literatur dan sumber-sumber, dan atau penemuan terbaru mengenai pentingnya membangun sistem penjaminan mutu Pendidikan islam yang efektif dan berkelanjutan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan Islam memiliki peran penting dalam membentuk generasi muda yang berkarakter mulia dan berilmu pengetahuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan. Salah satu kunci untuk mewujudkan pendidikan Islam yang berkualitas adalah dengan membangun sistem penjaminan mutu yang efektif dan berkelanjutan.
Sistem penjaminan mutu adalah sistem yang dirancang untuk memastikan bahwa semua aspek pendidikan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Sistem ini mencakup berbagai proses, mulai dari perencanaan dan pelaksanaan pendidikan hingga pemantauan dan evaluasi hasil belajar. Sistem penjaminan mutu yang efektif akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan, serta meningkatkan akuntabilitas penyelenggara pendidikan.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan penting karena:
1. Memastikan mutu pendidikan Islam yang tinggi: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan dapat membantu lembaga pendidikan Islam untuk memastikan bahwa semua aspek pendidikan Islam, mulai dari kurikulum, proses belajar mengajar, hingga mutu tenaga pendidik, memenuhi standar mutu yang tinggi.
2. Meningkatkan mutu pendidikan Islam secara berkelanjutan: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan haruslah mampu mendorong peningkatan mutu pendidikan Islam secara berkelanjutan melalui berbagai mekanisme, seperti monitoring dan evaluasi berkala, analisis SWOT, penyusunan rencana peningkatan mutu, dan pelaksanaan program peningkatan mutu yang berkelanjutan.
3. Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan Islam: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan haruslah mampu meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan Islam kepada semua pemangku kepentingan. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun sistem monitoring dan evaluasi yang transparan dan melibatkan semua pemangku kepentingan.
4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan Islam: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan Islam. Hal ini dapat menarik lebih banyak minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan Islam.
Pentingnya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan telah ditekankan oleh para ahli pendidikan Islam. Dengan membangun dan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan, lembaga pendidikan Islam dapat meningkatkan mutu pendidikan Islam, mencapai tujuannya, dan berkontribusi pada pembangunan bangsa dan negara.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif memberikan banyak manfaat, antara lain:
1. Meningkatkan mutu pendidikan Islam
2. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik
3. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan Islam
5. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan Islam
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam merupakan komponen penting dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam. Dengan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif, lembaga pendidikan Islam dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas dan berakhlak mulia, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa dan negara.
Para ahli pendidikan Islam telah merumuskan berbagai prinsip yang harus dipegang dalam membangun dan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif. Berikut beberapa prinsip SPMI yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Prof. Dr. H. Asep Saeful Fathurrahman, M.Pd. a. Fokus pada peserta didik: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus berpusat pada peserta didik dan berorientasi pada pengembangan potensi mereka secara optimal.
b. Standar mutu yang jelas dan terukur: Standar mutu pendidikan Islam harus ditetapkan secara jelas, terukur, dan dapat dicapai.
c. Pendekatan sistem: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus diterapkan secara sistematis dan terstruktur, dengan melibatkan semua komponen pendidikan.
d. Peningkatan mutu berkelanjutan: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus dirancang untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan Islam secara berkelanjutan.
e. Akuntabilitas: Semua pemangku kepentingan harus bertanggung jawab terhadap pencapaian mutu pendidikan Islam.
2. Dr. Hj. Siti Nurhayati, M.Pd.I.
a. Sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus berlandaskan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
b. Memperhatikan konteks lokal: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan masyarakat setempat.
c. Melibatkan semua pemangku kepentingan: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk peserta didik, guru, orang tua, komite sekolah, dan masyarakat.
d. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK): Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam dapat memanfaatkan TIK untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaannya.
3. Dr. Asep Hidayat, M.Pd.
a. Berorientasi pada hasil: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus berfokus pada pencapaian hasil belajar peserta didik yang berkualitas.
b. Budaya mutu: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus mampu membangun budaya mutu di lembaga pendidikan Islam.
c. Pengembangan berkelanjutan: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus terus dikembangkan dan diperbaiki secara berkelanjutan untuk menyesuaikan dengan perubahan zaman.
4. Dr. H. Cecep Saeful Anwar, M.Pd.
a. Transparansi: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus dijalankan secara transparan dan akuntabel.
b. Partisipasi: Semua pemangku kepentingan harus dilibatkan dalam proses penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam.
c. Efisiensi dan efektivitas: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam harus dijalankan secara efisien dan efektif untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia.
5. Dr. M. Ngalim
a. Fleksibilitas: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam haruslah fleksibel dan dapat diadaptasi dengan berbagai kondisi dan kebutuhan lembaga pendidikan Islam.
b. Berkelanjutan: Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam haruslah berkelanjutan dan terus dikembangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam secara berkelanjutan.
Prinsip-prinsip Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para ahli di atas memberikan panduan yang penting dalam membangun dan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif di lembaga pendidikan Islam. Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan mutu pendidikan Islam dapat ditingkatkan secara berkelanjutan dan menghasilkan generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
Para ahli pendidikan Islam telah banyak mengemukakan pandangan tentang cara membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan. Berikut beberapa langkah yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Prof. Dr. H. Asep Saeful Fathurrahman, M.Pd.
a. Menentukan tujuan dan sasaran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam: Langkah pertama adalah menentukan tujuan dan sasaran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang jelas dan terukur. Tujuan dan sasaran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam haruslah sejalan dengan visi dan misi lembaga pendidikan Islam.
b. Melakukan analisis SWOT: Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam dalam mencapai tujuan dan sasaran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam.
c. Mengembangkan standar mutu: Standar mutu pendidikan Islam harus ditetapkan secara jelas, terukur, dan dapat dicapai. Standar mutu tersebut harus mencakup semua aspek pendidikan, mulai dari kurikulum, proses belajar mengajar, hingga mutu tenaga pendidik.
d. Membangun sistem monitoring dan evaluasi: Sistem monitoring dan evaluasi harus dirancang untuk memantau pencapaian standar mutu dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Sistem monitoring dan evaluasi harus melibatkan semua pemangku kepentingan.
e. Menyusun rencana peningkatan mutu: Rencana peningkatan mutu harus disusun berdasarkan hasil analisis SWOT dan monitoring dan evaluasi. Rencana peningkatan mutu harus memuat strategi dan program yang konkret untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam.
f. Melaksanakan rencana peningkatan mutu: Rencana peningkatan mutu harus dilaksanakan secara konsisten dan terukur. Semua pemangku kepentingan harus terlibat dalam pelaksanaan rencana peningkatan mutu.
g. Melakukan evaluasi dan revisi: Evaluasi dan revisi harus dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam berjalan dengan efektif dan berkelanjutan. Evaluasi dan revisi harus melibatkan semua pemangku kepentingan.
2. Dr. Hj. Siti Nurhayati, M.Pd.I.
a. Membangun budaya mutu: Budaya mutu harus dibangun di lembaga pendidikan Islam. Budaya mutu adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menekankan pentingnya kualitas dan komitmen untuk terus meningkatkan mutu pendidikan Islam.
b. Melibatkan semua pemangku kepentingan: Semua pemangku kepentingan, termasuk peserta didik, guru, orang tua, komite sekolah, dan masyarakat, harus dilibatkan dalam proses penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam.
c. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK): TIK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam. Contoh pemanfaatan TIK:
d. Sistem informasi manajemen pendidikan untuk memantau data peserta didik, guru, dan kurikulum.
e. Pembelajaran daring atau blended learning untuk memperkaya proses belajar mengajar.
f. Platform komunikasi untuk memudahkan komunikasi antara sekolah, orang tua, dan peserta didik.
3. Dr. Asep Hidayat, M.Pd.
a. Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik: Tenaga pendidik harus memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam secara efektif. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dapat dilakukan melalui pelatihan, workshop, dan seminar.
b. Memperkuat sarana dan prasarana: Sarana dan prasarana yang memadai diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam. Sarana dan prasarana yang perlu diperkuat antara lain: ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan teknologi informasi.
4. Dr. H. Cecep Saeful Anwar, M.Pd.
a. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak: Kerjasama dengan berbagai pihak, seperti Kementerian Agama, LPTK, dan lembaga pendidikan Islam lainnya, dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam.
b. Meningkatkan pendanaan: Pendanaan yang memadai diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam. Pendanaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pemerintah, masyarakat, dan kerjasama dengan pihak lain.
Membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pemangku kepentingan. Dengan mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh para ahli di atas, diharapkan lembaga pendidikan Islam dapat mewujudkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan, sehingga mutu pendidikan Islam dapat ditingkatkan secara berkelanjutan dan menghasilkan generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
## SIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan tentang “Membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam Yang Efektif Dan Berkelanjutan” adalah sebagai berikut :
1. Sistem penjaminan mutu adalah sistem yang dirancang untuk memastikan bahwa semua aspek pendidikan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
2. Dengan membangun dan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan, lembaga pendidikan Islam dapat meningkatkan mutu pendidikan Islam, mencapai tujuannya, dan berkontribusi pada pembangunan bangsa dan negara.
3. Manfaat menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam membantu organisasi untuk memastikan bahwa semua proses, produk, dan layanannya memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
4. Prinsip-prinsip Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam memberikan panduan yang penting dalam membangun dan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif di lembaga pendidikan Islam.
5. Membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pemangku kepentingan, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam yang efektif dan berkelanjutan dapat meningkatkan mutu pendidikan Islam secara berkelanjutan dan menghasilkan generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
## REFERENSI
Asep Hidayat. (2021). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam: Menuju Pendidikan Islam Berkualitas Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Asep Saeful Fathurrahman. (2023). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam: Konsep, Implementasi, dan Evaluasi . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Cecep Saeful Anwar. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam: Sebuah Kajian Komprehensif. Bandung: CV Pustaka Setia. M. Ngalim. (2010). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam: Konsep dan Implementasi . Jakarta: Rajawali Pers.
Satori, Djam'an. (2016). Pengawasan dan Penjamin Mutu Pendidikan . Bandung: Alfabeta. Siti Nurhayati. (2022). Penjaminan Mutu Pendidikan Islam: Teori dan Praktik . Jakarta: PT Pustaka Mandiri.
Taula, Praja, & Riyuzen. (2017). Standar Mutu Pendidikan . Bogor : PT. IPB Press.
|
6fe3b89d-7b64-4255-91a8-d891a327aea7 | https://jurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/sus/article/download/4036/1681 |
## Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal di Sekolah Dasar
Mardhiyah 1 *, Ade Saputra 2 , Dewi Wulandari Fahrezi 3 , Salfen Hasri 4 , Sohiron 5
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal di Sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena secara komprehensif dengan menggali secara mendalam pengalaman subjek penelitian melalui pemanfaatan sarana deskriptif. Jenis penelitian ini melibatkan penggunaan berbagai metode ilmiah dan bergantung pada bahasa sebagai media komunikasi.Jenis data penelitian mengacu pada deskriptif kualitatif yang menjabarkan berupa kata-kata bukan angka. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Selanjutnya, langkah menganalisis data yaitu reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan harus dibangun dan dikembangkan secara nasional dalam upaya meningkatkan daya saing, citra, dan akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan serangkaian proses dan sistem mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja satuan pendidikan. Dua rekomendasi utama yang penulis kemukakan dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu sistem akreditasi sekolah/madrasah adalah (1) kebutuhan teknologi untuk sistem akreditasi sekolah/madrasah, dan (2) pengukuran dampak atau manfaat dari sistem akreditasi yang terintegrasi TIK. Pemetaan Kebutuhan Teknologi Desain Sistem Komputerisasi Akreditasi Sekolah/Madrasah dilakukan untuk memberikan rekomendasi berupa pemetaan kebutuhan teknologi berupa sistem komputerisasi untuk menciptakan layanan prima yang sesuai dengan prinsip reformasi layanan dan undang-undang pelayanan publik. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada komponen input, komponen proses dan hasil atau outcome sesuai dengan yang diharapkan oleh stake holders. Implementasi Sistem penjaminan mutu di sekolah Dasar ini yang ada bersifat formal dan ada yang bersifat informal.
Kata kunci: Implementasi, Sistem Penjaminan Mutu Internal, Sekolah dasar
History: Received : 04 Nov 2023 Revised : 11 Nov 2023 Accepted : 21 Nov 2023 Published : 29 Dec 2023 12345 UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia *Author Correspondent : [email protected]
Publishers: LPM IAIN Shaykh Abdurrahman Siddik
Bangka Belitung, Indonesia
Licensed: This work is licensed under aCreative Commons Attribution 4.0 International License.
## Pendahuluan
Penjaminan mutu pendidikan formal, nonformal, dan informal telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan pada upaya mewujudkan daya saing, pencitraan publik, dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. Tolok ukur efektivitas implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari ketercapaian indikator-indikator mutu penyelenggaraan pendidikan yang telah ditetapkan BNSP dalam delapan (8) standar nasional pendidikan (SNP)(Gustini & Mauly, 2019)
Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan yang sistemik dan terpadu pada penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan tingkat kecerdasan bangsa. Tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan ( stake holders ) yang terkait dalam satu keterpaduan jaringan kerja tingkat nasional, regional, dan lokal (Rahminawati, 2021).
Dalam konteks pendidikan, sekolah yang bermutu dapat dilihat melalui spesifikasinya yang berarti standarisasi yang ada. Sekolah yang bermutu yaitu sekolah yang telah memenuhi
atau melebihi standar minimal, baik standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar kurikulum, dan sebagainya (Febriani et al., 2023). Lembaga pendidikan yang bermutu adalah sekolah yang mampu menghasilkan alumni atau lulusan atau peserta didik yang sesuai dengan harapan pelanggan, seperti mengisi peluang dunia kerja, memiliki sikap yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta mampu berkontribusi aktif terhadap kemajuan masyarakat, baik masyarakat daerah ataupun bangsa dan Negara (Saihu & Siregar, 2022). Mutu diidentikkan dengan penilaian pelanggan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan mesti mengidentifikasi kebutuhan pelangganya. Untuk mengetahui kebutuhan pelanggan, lembaga pendidikan hendaknya mengetahui terlebih dahulu siapa pelanggannya (Hamidah et al., 2019). Setelah diketahui pelanggannya, maka lembaga pendidikan harus mengidentifikasi harapan dan kebutuhan pelanggan. Perbedaan harapan dan kebutuhan pelanggan harus diupayakan dapat dipenuhi secara maksimal (Rahwati, 2019).
Setiap kelompok-kelompok atau setiap pelanggan memiliki kebutuhan dan harapan yang berbeda, lembaga pendidikan hendaknya memiliki cara agar semua harapan dan kebutuhan yang berbeda dapat terpenuhi (Sunarti, 2023). Dalam pendidikan mutu produk secara sederhana dapat dilihat dari perolehan nilai atau angka yang dicapai seperti ditunjukan dalam hasil-hasil ulangan dan ujian (Musa & Sawaluddin, 2020). Sekolah dianggap bermutu apabila para siswanya sebagian besar atau seluruhnya, memperoleh nilai atau angka yang tinggi, sehingga berpeluang melanjutkan ke jenjang yang lebbih tinggi. Presepsi tersebut tidak keliru apabila nilai atau angka tersebut dianggap sebagai prestasi dan totalitas hasil belajar, yang dapat dipercaya menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuan yang menyangkut aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik (Sawaluddin, Koiy Syahbudin, Imran Rido, 2022). Lembaga satuan pendidikan harus memiliki standar mutu sebagai landasan dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan. Secara nasional standar mutu pendidikan merujuk kepada Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) memiliki delapan standar, yang masing-masing standar tersebut membentuk serangkaian input, proses (isi kurikulum, proses pembelajaran, penilaian) dan output (standar komptensi lulusan). Konsep implementasi manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan yang memposisikan dirinya sebagai institusi jasa(Darmaji et al., 2020).
## Metode
Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena secara komprehensif dengan menggali secara mendalam pengalaman subjek penelitian melalui pemanfaatan sarana deskriptif. Jenis penelitian ini melibatkan penggunaan berbagai metode ilmiah dan bergantung pada bahasa sebagai media komunikasi.Jenis data penelitian mengacu pada deskriptif kualitatif yang menjabarkan berupa kata-kata bukan angka (Suwandi, 2021). Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Selanjutnya, langkah menganalisis data yaitu reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan.
## Hasil dan Diskusi
## Mutu pendidikan
Dalam manajemen mutu, ada dua konsep tentang mutu atau quality , yaitu konsep klasik dan konsep modern. Konsep klasik bersifat absolut, sementara konsep modern bersifat relatif. Dalam konsep klasik, mutu suatu produk ditentukan oleh produsen sedangkan dalam konsep modern mutu ditentukan oleh konsumen atau tergantung pada penilaian konsumen. Dalam konsep klasik ini mutu menunjukkan kepada sifat yang menggambarkan derajat “baik” nya suatu barang atau jasa yang diproduksi atau dipasok oleh suatu lembaga.
Adapun dalam konsep modern (relatif) mutu menunjukkan kepada sifat suatu produk apakah memuaskan konsumen atau tidak. Ali menambahkan bahwa pada konsep mutu yang bersifat absolut, derajat ( degree ) baiknya produk, barang atau jasa, mencerminkan tingginya harga
barang atau jasa itu serta tingginya standar atau tingginya penilaian dari lembaga yang memproduksi atau memasok barang itu. Sedangkan dalam konsep mutu yang bersifat relatif, derajat mutu itu bergantung pada penilaian dari pelanggan yang memanfaatkan produk tersebut (Am, 2022).
Pandangan klasik tentang mutu yang bersifat absolut ini membawa implikasi, bahwa dalam memproduksi barang atau jasa digunakan kriteria untuk menilai mutu dan kriteria itu ditentukan oleh produsen atau pemasok barang. Atas dasar kriteria ini produsen menentukan kualitas barang atau jasa yang diproduksinya. Oleh karena itu, dalam rangka manajemen produksi agar menghasilkan produk yang bermutu di lembaga yang bersangkutan biasanya ada bagian atau divisi yang menjalankan fungsi pengendalian mutu ( quality control ) yang bertugas membuat penilaian ( judgment ) berdasarkan kriteria tertentu terhadap barang yang diproduksi sebelum dilempar ke pasar, apakah termasuk katagori tidak bermutu, bermutu atau bermutu tinggi (Budi, Radiana, Tulus, 2022).
Filosofi klasik tentang mutu dewasa ini telah berubah. Perubahan itu dapat diidentifikasi dari orientasinya yang semula pada produsen telah bergeser pada pelanggan. Mutu suatu produk bukan ditentukan oleh produsen, melainkan ditentukan oleh pelanggan dengan kriteria yang digunakan adalah memuaskan atau memenuhi kebutuhan pelanggan(Sulastri, 2020). Mutu suatu produk adalah paduan sifat-sifat produk yang menyamai atau melebihi kebutuhan dan harapan pelanggannya, baik yang tersirat maupun yang tersurat.
## Mutu dalam Konteks Sekolah
Praktek pendidikan dapat dianalogikan dengan industri khususnya industri jasa. Sekolah dapat dianggap sebagai lembaga yang memproduksi dan menjual jasa ( service ) kepada para pelanggannya. Pelanggan jasa pendidikan yang di produksi oleh sekolah terdiri dari pelanggan primer yaitu siswa, pelanggan sekunder yaitu orang tua dan masyarakat atau penyandang dana, dan pelanggan tersier yaitu pemakai lulusan sekolah yang terdiri dari lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan dunia kerja. Pelanggan sekunder dan tersier, yaitu orang tua, masyarakat penyandang dana dan pemakai lulusan, bisa disebut dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan di sekolah ( stakeholders ) (Risal Sammara, 2023).
Dengan berpegang kepada konsep mutu sebagaimana dijelaskan di atas, apabila konsep modern digunakan, maka mutu sekolah haruslah ditentukan oleh pelanggannya, yakni siswa dan stakeholders , bukan oleh produsen yaitu sekolah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu memberikan layanan atau jasa pendidikan yang sesuai atau melebihi harapan dan kepuasan para pelanggannya (Rahminawati, 2021).
Apakah sekolah dapat memberi layanan yang sesuai atau melebihi kepuasan para pelanggannya merupakan pertanyaan kunci dalam menilai mutu suatu sekolah. Untuk menilainya diperlukan adanya kriteria-kriteria penilaian pada masing-masing dimensi mutu. Menurut Sanusi (1990), dimensi-dimensi itu meliputi dimensi hasil belajar, dimensi mengajar, bahan kajian, dan dimensi pengelolaan. Dimensi hasil belajar dapat dipandang sebagai mutu output sedangkan dimensi pengelolaan dan mutu mengajar sebagai mutu proses, sementara dimensi bahan kajian sebagai mutu input (Amri et al., 2022). Berbagai dimensi tersebut dapat dipandang sebagai sumber-sumber mutu sekaligus sebagai fokus mutu dalam penjaminan mutu sekolah(Rahwati, 2019).
## Implementasi, dan Proses Penjaminan Mutu Sekolah Dasar
Tujuan utama dari penjaminan mutu adalah untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam produksi yang dilakukan dengan cara mengefektifkan setiap langkah yang dilaksanakan, memperhatikan setiap sumberdaya yang digunakan, dan setiap aspek yang terlibat dalam proses produksi di evaluasi secara terus menerus untuk mencegah terjadinya kesalahan. Jika terjadi kekeliruan maka segera dilakukan perbaikan sehingga bisa dihindari terjadinya kerugian. Selain pelaksanaan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, perbaikan juga harus dilakukan secara
berkelanjutan (Mubarok & Apriani, 2022),(Sawaluddin, 2021), (Sawaluddin, 2018). Penerapan seperti ini dalam manajemen mutu mempunyai dampak terhadap produk yang dihasilkan, karena pencegahan kesalahan dalam memproses produksi yang dilakukan secara terus menerus dan pengawasan yang ketat (Darmaji et al., 2020).
Dalam pendidikan, logikanya sebagaimana yang diterapkan manajemen produksi seperti di atas, juga dapat diterapkan di dalam manajemen pendidikan. Oleh sebab itu penjaminan mutu ini dapat diterapkan dalam manajemen mutu pendidikan, karena merupakan suatu pemantauan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam rangka memenuhi pencapaian mutu yang baik untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa sekolah telah memfokuskan penilaian dan pengembangan pendidikan yang dapat dipertanggungjawaban(Am, 2022).
Fullan (1991) menjelaskan, fokus penilaian mengindikasikan pentingnya dukungan melalui strategi pengembangan dan pentingnya tekanan melalui proses akuntabilitas dalam perubahan maupun perbaikan sekolah secara efektif. Penilaian sekolah dalam rangka penjaminan mutu sangat penting dan fundamental sebagai akibat dari pelaksanaan otonomi dalam pengelolaan sekolah (manajemen berbasis sekolah). Dengan adanya akuntabilitas lokal sekolah, maka proses penilaian yang lebih memuaskan sangat diperlukan untuk menjamin tercapainya standar yang telah ditetapkan dan akan terpenuhinya harapan masyarakat(Budi, Radiana, Tulus, 2022).
Penerapan penjaminan mutu ini yang ada bersifat formal dan ada yang bersifat informal. Penjaminan mutu dilakukan oleh lembaga yang ada diluar organisasi yang bersifat independen secara khusus menjalankan evaluasinya agar terpenuhinya standar mutu untuk akreditasi atau sertifikasi. Penjaminan mutu secara informal, dilakukan oleh suatu gugus penjaminan mutu ( quality circle ) dalam organisasi itu sendiri ( internal ) dengan tugas utama adalah menentukan standar mutu, sistem penilaian, dan mengembangkan instrumen untuk melakukan penilaian atau audit tersebut(Abd. Madjid, 2018).
Dalam penentuan, quality standart merupakan langkah pertama yang harus diambil dalam konteks penjaminan mutu formal maupun informal. Penjaminan mutu formal melalui ISO yaitu merupakan aplikasi dan prinsip penjaminan mutu yang di dalamnya menentukan proses dan sistem yang dijadikan pedoman oleh suatu perusahaan untuk menjamin suatu produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan, untuk mendapat sertifikasi dari badan internasional(Hully, Rahman, Ahmad Zikri, Irwan, Sawaluddin, Achmad Ghozali Syafii, 2023). Dalam rangka menuju kearah pembakuan mutu pendidikan sebagaimana yang dilakukan sertifikasi melalui ISO terhadap pendidikan, perlu ditetapkan lebih dahulu apa yang yang menjadi fokus penjaminan mutu pendidikan. Menurut Departemen For Education and chaildrens Services (1996), menekankan agar penjaminan mutu di fokuskan pada proses dan hasil pendidikan. Dalam upaya menerapkan model penjaminan mutu pendidikan ini maka perlu adanya komitmen yang tinggi, penilaian kebutuhan, perencanaan strategik, penyusunan rencana taktis, dan penilai kemajuan. Penerapan penjaminan mutu ini sangat penting dalam penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah(Hamdi et al., 2020).
Dalam Directorate of Quality Assurance, ada tiga komponen sistemik dari penjaminan mutu yang dikembangkan yaitu 1) belajar dan mengajar, 2) kepemimpinan dan budaya, serta 3) pengembangan dan manajemen sekolah. Pertama, komponen belajar mengajar meliputi lingkungan belajar, proses belajar peserta didik, proses mengajar, prencanaan dan penerapan mengajar, penguasaan dan pelaporan, serta penilaian dan refleksi (Wahyuni et al., 2020). Kedua, kepemimpinan dan budaya meliputi kepemimpinan kontekstual, kepemimpinan untuk perubahan, kepemimpinan inklusif, kepemimpinan untuk belajar, konteks budaya, mengembangkan rasa memiliki, budaya belajar, budaya peningkatan, dan pengembangan sekolah (Rohman et al., 2015).
Ketiga, tata laksana meliputi tujuan sekolah, penetapan prioritas, perencanaan, tata laksana peningkatan yang terencana, dan tata laksana perubahan fundamental (Dan et al., 2021). Indikator kinerja yang dijadikan acuan dalam penilaian yang dilakukan dalam proses penjaminan mutu, meliputi empat hal yakni sebagai berikut.
a. manajemen dan organisasi, yang meliputi aspek kepemimpinan, perencanaan, dan administrasi, pengelolaan staf, pengelolaan biaya, sumber daya dan pemeliharaannya dan evaluasi diri.
b. pembelajaran yang meliputi aspek-aspek kurikulum, pengajaran, proses belajar, peserta didik dan penilaian.
c. dukungan kepada peserta didik dan etos kerja sekolah yang meliputi aspek bimbingan, pengembangan kepribadian dan sosial peserta didik, dukungan bagi peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, hubungan dengan orang tua dan masyarakat dan iklim sekolah.
d. prestasi belajar meliputi aspek-aspek kinerja akademis dan non akademis (Sutikno, 2017). Proses mutu dilakukan tiga tingkatan yakni tingkatan sekolah, tingkatan teritorial dan tingkatan internasional. Khusus mengenai di tingkat sekolah setiap sekolah merencanakan pengembangan atas dasar tujuan kemudian melaksanakan rencana tersebut. Dalam rangka penjaminan mutu sekolah diperlukan evaluasi diri dan membuat laporan tahunan setiap tahunnya. Sekolah memiliki fungsi pendidikan yang fundamental dalam meningkatkan kemajuan pendidikan. Studi yang dilakukan oleh UNESCO (Imami & Hariyati, 2021)(Gustini & Mauly, 2019), menyimpulkan tentang adanya empat pilar pendidikan yang pada hakekatnya merupakan salah satu kajian tentang fungsi pendidikan. Keempat pilar yang dimaksud adalah a) learning to know , b) learning to do , c) learning to live together , and d) learning to be . Hasil studi tersebut dikaitkan dengan fungsi sekolah, yaitu sekolah sebagai layanan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama peserta didik (Rahminawati, 2021).
Berdasarkan studi oleh UNESCO tersebut, maka fungsi sekolah adalah:
a. Memeberi layanan kepada peserta didik agar mampu memperoleh pemgetahuan atau kemampuan akademik yang di butuhkan dalam kehidupan.
b. Memberi layanan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan,
c. Memberi layanan kepada peserta didik agar dapat hidup bersama ataupun bekerjasama dengan orang lain.
d. Memberi layanan kepada peserta didik agar dapat mewujudkan cita-cita atau mengaktualisasikan dirinya sendiri. Hasil kajian di atas dijadikan sebagai landasan untuk mempersepsikan atau memahami fungsi sekolah.
Dengan kata lain fungsi sekolah adalah membantu setiap peserta didik untuk memperoleh dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang terkait dengan moralitas, akademik, vokasional (ekonomik), dan sosial pribadi. Kompetensi tersebut dicapai melalui layanan yang harus diberikan sekolah yakni: a) implementasi kurikulum/proses belajar mengajar, b) administrasi sekolah dan manajemen sekolah, c) layanan penciptaan lingkungan dan kultur sekolah yang kondusif, d) layanan pembinaan organisasi dan kelembagaan sekolah, dan e) kemitraan sekolah dan masyarakat (Rahwati, 2019).
Dari kelima layanan tersebut, layanan impelementasi kurikulum dan proses belajar mengajar merupakan layanan pokok dari ciri sekolah sebagai lembaga pendidikan. Untuk keberhasilan dari kelima layanan diatas, perlu mendapat dukungan yakni a) pembiayaan, b) tenaga pendidik dan kependidikan, c) sarana parasarana, d) peserta didik yang memiliki kesiapan untuk mengikuti pendidikan. Adapun gambaran mengenai komponen-komponen mutu sekolah dapat dicermati pada bagan berikut.
Dari bagan tersebut dapat dipaparkan penjelasan bahwa:
a. Dimensi-dimensi mutu pendidikan secara keseluruhan pada hakekatnya merupakan penjaminan agar sekolah tersebut dapat mengantarkan peserta didiknya mencapai kompetensi-kompetensi yang terkait dengan moralitas, akademik, vokasional, dan sosial pribadi.
b. Mutu lulusan sekolah ditandai oleh kompetensi yang dimiliki siswa yang terkait dengan moralitas, akademik, vokasional, dan sosial pribadi.
c. Kompetensi ini dapat dicapai melalui proses yang mencakup pemberian layanan dari kurikulum dan proses belajar mengajar, lingkungan dan kultur sekolah yang kondusif, penyelenggaran adminisrasi sekolah dan manajemen sekolah yang baik, keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan, pembinaan organisasi dan kelembagaan sekolah dengan baik serta dukungan pembiayaan yang memadai, memiliki tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi pendidik, serta dipenuhinya sarana dan parasana yang cukup memadai.(Risal Sammara, 2023)
Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi masyarakat dan penerima lulusan sekolah baik sekolah jenjang berikutnya maupun lapangan pekerjaan
## Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan bahwa, sistem pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan harus dibangun dan dikembangkan secara nasional dalam upaya meningkatkan daya saing, citra, dan akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan serangkaian proses dan sistem mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja satuan pendidikan. Dua rekomendasi utama yang penulis kemukakan dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu sistem akreditasi sekolah/madrasah adalah (1) kebutuhan teknologi untuk sistem akreditasi sekolah/madrasah, dan (2) pengukuran dampak atau manfaat dari sistem akreditasi yang terintegrasi TIK. Pemetaan Kebutuhan Teknologi Desain Sistem Komputerisasi Akreditasi Sekolah/Madrasah dilakukan untuk memberikan rekomendasi berupa pemetaan kebutuhan teknologi berupa sistem komputerisasi untuk menciptakan layanan prima yang sesuai dengan prinsip reformasi layanan dan undang-undang pelayanan publik. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada komponen input , komponen proses dan hasil atau outcome sesuai dengan yang diharapkan oleh stake holders . Implementasi Sistem penjaminan
## Referensi
Abd. Madjid. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan (Alviana Cahyanti (ed.); 1st ed.). Samudra Biru.
Am, S. (2022). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (Spmp) Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Sekolah. JIECO: Journal of Islamic Education Counseling , 2 (1), 30–43.
Amri, K., Riyantini, S., & Hasri, S. (2022). Starategi Pengembangan Mutu dan Akreditasi Di Madrasah. Sustainable , 5 (2), 172–182.
Budi, Radiana, Tulus, H. (2022). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP Kristen Bukit Pengharapan Kabupaten Sanggau Damianus Budi Prasetya, Usman Radiana, Tulus Junanto, Helaria Mening. Multiverse , 1 (2), 51–58.
Dan, P., Peringkat, E., & Pengusul, I. (2021). LAPORAN EVALUASI KINERJA AKREDITASI PROGRAM STUDI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM ’ IYAH MAHMUDIYAH ( STAI-JM ) TANJUNG PURA - LANGKAT TAHUN 2021 .
Darmaji, Supriyanto, A., Timan, A., & Amirul Adha, M. (2020). Sistem Penjaminan Mutu Internal Sekolah di Satuan Pendidikan Dasar (Studi Kasus di SD Plus Al-Kautsar Malang). Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara , 5 (2), 172–186.
Febriani, E., Syaifuddin, M., & Syafaruddin. (2023). Kebijakan Pemerintah Tentang Standar Pembiayaan Pendidikan Agama Islam. Journal of Islamic Education El Madani ,
2 (2),
114–120. http://journal.marwah-madani-
riau.id/index.php/JIEE/article/view/65#
Gustini, N., & Mauly, Y. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Jurnal Isema : Islamic Educational Management , 4 (2), 229–244. https://doi.org/10.15575/isema.v4i2.5695
Hamdi, S., Setiawan, R., & Musyadad, F. (2020). Evaluation of the implementation of Indonesia Pintar program in vocational school. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan , 24 (1), 102–115. https://doi.org/10.21831/pep.v24i1.32603
Hamidah, L., Siregar, S., & Nuraini, N. (2019). Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Buya Hamka. Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan , 8 (2), 135. https://doi.org/10.18592/tarbiyah.v8i2.2668
Hully, Rahman, Ahmad Zikri, Irwan, Sawaluddin, Achmad Ghozali Syafii, Y. (2023).
Internalizing Religious Moderation Values Into The Islamic Education At University. Journal of Namibian Studies , 1 (34), 1122–1138.
Imami, B., & Hariyati, N. (2021). Masyarakat Bagi Penyediaan Kebutuhan Informasi Pendidikan Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan , 09 (03), 749–763.
Mubarok, H., & Apriani, N. (2022). Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar. Journal of Islamic Education El Madani , 2 (1), 27–36.
Musa, F., & Sawaluddin. (2020). Pembiayaan Pendidikan Islam Abad XXI : Analisis Terhadap UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pembiayaan Pendidikan Islam di Madrasah. Mataazir: Jurnal Administrasi Dan Manajemen Pendidikan , 1 (1), 14–26. Rahminawati, N. (2021). Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Peningkatan Kualitas Sekolah Dasar. JAMP : Jurnal Administrasi Dan Manajemen Pendidikan , 4 (3), 212–219. https://doi.org/10.17977/um027v4i32021p212
Rahwati, D. (2019). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Journal of Islamic Education Management , 8 (1),
14–24.
Risal Sammara, H. (2023). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Kelola: Journal of Islamic Education Management , 8 (1), 45–58.
Rohman, M., Kurikulum, P., & Islam, P. (2015). PROBLEMATIKA KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Mujibur Rohman 1 . 1–15.
Saihu, M., & Siregar, S. (2022). Pemenuhan Biaya Pendidikan Melalui Entrepreneurship ( Studi Pada Mahasiswa STIT Al-Amin Kreo Tangerang ). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam , 11 (01), 471–482.
Sawaluddin, Koiy Syahbudin, Imran Rido, S. R. (2022). Creativity on Student Learning Outcomes in Al-Quran Hadith Subjects. Journal of Innovation in Educational and Cultural Research , 3 (2), 257–263. https://doi.org/10.46843/jiecr.v3i2.106
Sawaluddin. (2021). Evaluasi Pembelajaran Terintegrasi. Journal of Islamic Education El Madani , 1 (1), 43–55. https://doi.org/10.55438/jiee.v1i1.15
Sawaluddin, S. (2018). Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah . https://doi.org/10.25299/althariqah.2018.vol3(1).1775
Sulastri, T. (2020). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Dalam Meningkatkan
Mutu Layanan Pendidikan. Al-Hasanah : Islamic Religious Education Journal , 5 (2), 53–60. https://doi.org/10.51729/5211
Sunarti, N. (2023). Pembinaan Pengawas terhadap Kemampuan Tugas Kewirausahaan Kepala Madrasah Tingkat Madrasah Aliyah Negeri Kota Pekanbaru. Journal of Islamic Education El Madani , 2 (2), 101–113.
Sutikno, T. A. (2017). Studi produktivitas kerja guru pada sekolah menengah kejuruan negeri di malang raya. Teknologi Dan Kejuruan , 34 (1), 1–12. https://core.ac.uk/download/pdf/296297060.pdf
Suwandi. (2021). Analisis Data Research dan Development Pendidikan Islam. Journal of Islamic Education El Madani , 1 (1), 43–55.
Wahyuni, A., Effendi, L. A., Angraini, L. M., & Andrian, D. (2020). Developing instrument to increase students’ geometry ability based on Van Hiele level integrated with Riau Malay culture. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan , 24 (2), 208–217. https://doi.org/10.21831/pep.v24i2.33811
|
18901806-7fbd-4161-9cc7-a74da16beb02 | http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar/article/download/58/53 | Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
ISSN: 2598-8719 (Online) ISSN: 2598-8700 ( Printed) Vol. 2 No.4 November 2018
## “ ANALISA DAN TINDAKAN PERBAIKAN DARI HASIL AUDIT SERTIFIKASI ISO
9001:2015 DENGAN TAMBAHAN KONTEN ORGANIZATION CONTEXT DAN RISK BASED THINKING DI INSTITUT ABC ”.
## Wiwiet Prihatmadji
Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta Email: [email protected]
## Abstrak
Proses audit sertifikasi ISO 9001:2015 telah dilaksanakan pada tanggal 22 -24 Januari 2018 untuk Jenjang Sarjana (S1), Pasca Sarjana (S2) dan Diploma Tiga (D3) dengan hasil temuan berupa sembilan belas klasifikasi klausul temuan ketidaksesuaian, dan lima puluh lima kasus temuan. Temuan ketidaksesuaian terhadap klausul 8.5.1 dengan sembilan kasus sebagai indikasi kurangnya kontrol terhadap proses dan pelayanan pelanggan, Selanjutnya adalah ketidaksesuai terhadap klausul 8.5.3 yang terjadi enam kasus sebagai indikasi kurangnya penjagaan terhadap kepemlilikan pelanggan , berikutnya terdapat empat temuan ketidaksesuaian terhadapa klausul 9.2 sebagai indikiasi kurang konsistennya proses auidt internal, kemudian terdapat tiga temuan ketidaksesuain terhadap Klausul 7.1.3 menunjukkan kurangnya efektifnya pemeliharaan aset ICT, temuan- temuan berikutnya sebagai inconsistensy terhadap rekaman yang tetap diperhatikan sebagai peluang perbaikan organisasi. Khusus Temuan Klausul Konteks Organisasi, terjadi pada tiga klausul, satu klausul 4.1 sebagai temuan dokumen yang tidak lengkap, sedangkan dua klausul 4.2 dan 4.4 merupakan temuan rekaman dengan akar pnyebabnya berupa inconsitency terhadap pelaksanaan prosedur dengan perbaikan bahwa organisasi menjalankan proses audit inernal dengan menjaga konsistensi sesuai prosedur yang berlaku. Sedangkan Temuan Klausul Pemikiran Berbasis Resiko terjadi pada klausul 6.1 sebagai temuan dokumen dengan akar penyebabnya pada Panduan Mutu organisasi hanya menerangkan secara garis besar tentang konteks organisasi, tidak berisi rincian secara jelas mengenai issue internal eksternal, potensi resiko dan perubahan manajemen organisasi seperti yang dipersyaratkan oleh ISO 9001:2015. Tindakan perbaikannya bahwa organisasi menerangkan dengan jelas mengenai issue, potensi resiko dan perubahan manajemen organisasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2015.
Kata Kunci : ISO 9001:2015, PDCA, Konteks Organisasi, Pemikiran Berbasis Resiko
ISO 9001: 2015 certification audit process has been carried out on January 22-24, 2018 for Bachelor (S1), Post Graduate (S2) and Diploma 3 (D3) levels with findings in the form of nineteen clauses of nonconformity finding clauses, and fifty-five cases findings. The findings of nonconformity with clause 8.5.1 with nine cases as an indication of ineffective of control over customer processes and services. Furthermore, there is a discrepancy with clause 8.5.3 which occurred in six cases as an indication of ineffective of safeguarding of customer ownership. Next, there were four nonconformities regarding clause 9.2 as indications ineffective of consistency in the internal process, then there are three findings of non-compliance with Clause 7.1.3 indicating the ineffective maintenance of ICT assets, the subsequent findings as inconsistence on records that are considered as opportunities for organizational improvement. Specific Findings of the Organizational Context Clause, occur in three clauses, one clause 4.1 as an incomplete document finding, while two clauses 4.2 and 4.4 are recording findings with the root cause in the form of inconsitency on the implementation of procedures with improvements that the organization carries out an internal audit process by maintaining consistent consistency applicable procedures. Whereas the findings of the Risk-Based Thought Clause occurring in clause 6.1 as a document finding with its root cause in the organization's Quality Manual only outlines the organizational context, does not contain clear details about external internal issues, potential risks and organizational management changes as required by ISO 9001: 2015. The corrective action is that the organization clearly explains the issues, potential risks and organizational management changes in accordance with the requirements of ISO 9001: 2015.
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
ISSN: 2598-8719 (Online) ISSN: 2598-8700 ( Printed) Vol. 2 No.4 November 2018
## I. PENDAHULUAN
Menurut ISO Secretariat(2017) bahwa effektif September 2018 sertifikasi ISO 9001:2008 tidak berlaku lagi dan konsekwensinya seluruh organisasi yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu harus mengikuti persyaratan ISO 9001:2015.
Institut ABC mengadopsi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sejak tahun 2011 dan telah dilaporkan oleh Hindarto(2014) dan Prihatmadji (2018). Mengikuti perkembangan bisnis dan dalam rangka memenuhi harapan pelananggan, maka Institut ABC berusaha meningkatan kualitas pendidikan dan pelayanannya. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di Institut ABC merupakan salah satu strategi guna meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan.
Hendartho (2014) melaporkan implementasi Sistem Manajemen Mutu di Institut ABC berjalan dengan baik berdasarkan analisa klausul-klausul Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Sementara Prihatmadji (2018) melaporkan keberhasilan Institut ABC dalam memperpanjang sertifikasi ISO 9001:2008 pada tahun 2015 dengan menggunakan auditor eksternal yang berbeda dengan sebelumnya.
Memasuki tahun 2018 Institut ABC perlu menyesuaikan Sistem Manajemen Mutu yang diadopsi dengan ISO 9001:2015. Proses audit sertifikasi telah dilaksanakan pada bulan Januari 2018 untuk Jenjang Sarjana (S1), Pasca Sarjana (S2) dan Diploma Tiga (D3). Hasil audit sertifikasi merekomendasikan bahwa Institut ABC layak menerima sertifikat ISO 9001:2015 untuk Jenjang Sarjana (S1), Pasca Sarjana (S2) dan Diploma Tiga (D3).
Keberhasilan Institut ABC dalam meraih sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 versi 2015 telah menjadi dasar bagi peneliti dalam menyusun penelitian ini dengan judul : “ Analisa dan Rekomendasi dari Hasil Audit Sertifikasi ISO 9001:2015 dengan konten terbaru “Organization Contex” dan “Risk Management” di Institut ABC ”. Diharapakan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk implementasi dan sertifikasi ISO 9001:2015 di institusi lainnya.
Identifikasi Masalah
Efektif September 2018 setiap organisasi yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu wajib mengikuti persyaratan yang tercantum dalam ISO 9001:2015. Organisasi yang telah familiar dengan ISO
9001 versi sebelumnya, yaitu ISO 9001:2008 harus secara berkala menyesuaikan organisasinya dengan ISO 9001 versi 2015. Perubahan mendasar ISO 9001 pada versi terbaru 2015, yaitu peninjauan lebih mendalam terhadap lingkungan dan konteks organisasi serta pemikiran berbasis risiko. ISO 9001:2015 tidak hanya fokus memenuhi harapan pelanggan, namun juga memperhatikan lingkungan yang berdampak terhadap tujuan organisasi.
Kesuksesan Institut ABC dalam implementasi ISO 9001 dengan versi terbaru 2015 telah meng-inspirasi penulis untuk membuat penelitian dengan judul: “ Analisa dan Rekomendasi dari Hasil Audit Sertifikasi ISO 9001:2015 dengan tambahan konten “Organization Context” dan “Risk Management” di Institut ABC ” sebagai rujukan implementasi dan audit sertifikasi ISO 9001:2015 di institusi lainnya.
Berdasarkan judul tersebut diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah pada :
1. Apa saja Temuan Audit Sertifikasi ISO
9001:2015
berkenaan dengan konten “Organization Context” dan “Risk Based Thinking” oleh badan sertfikasi SGS yang dilaksanakan di Institut ABC ?
2. Langkah Perbaikan apa saja yang terhadap Temuan Audit Sertifikasi ISO 9001:2015 berhubungan dengan “Organization Context” dan “Risk Based Thinking”oleh badan sertfikasi SGS yang dilaksanakan di Institut ABC ?
3. Apa rekomendasi dari Temuan Sertifikasi ISO 9001:2015 “Organization Context” dan “Risk Based Thinking” oleh badan sertfikasi SGS yang dilaksanakan di Institut ABC ?
## Metodologi penelitian
Merujuk kepada Sokovic et. al (2010) dengan menggunakan metodologi PDCA sebagai model untuk menjalankan proses manajemen dengan perbaikan berkelanjutan. PDCA berisikan empat tahapan berulang untuk mencapai perbaikan berkelanjutan, yaitu: Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), Check / Study (Pengawasan / Pembelajaran) dan Act (Aksi).
Pembatasan Penelitian:
Objek penelitian adalah Institut ABC yang beralamat di Jakarta Pusat. Audit sertifikasi ISO 9001:2015 dilaksanakan oleh badan sertifikasi SGS pada tanggal 22-24 Januari 2018 dengan rekomendasi diterbitkan sertifikat ISO 9001:2015 tertanggal 24
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
Januari 2018 dalam Management System Certification Audit Summery dengan Ref . No. 6642. Data primer yang digunakan sebagai bahan analisa adalah laporan Non Conformity dari Audit Summery Report dari hasil audit sertifikasi Sistem Manajemen Mutu tersebut di atas.
## II. LANDASAN TEORI
II.1. Pengertian Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
II.1.1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 (SMM) Pengertian Sistem Manajemen Mutu (SMM) dalam paparan ini mengacu kepada publikasi yang dikeluarkan oleh Secretariat ISO yang berpusat di Genewa Swiss. Setiap publikasi resmi yang diterbitkan oleh Secretariat ISO disusun oleh pakar SMM di bidangnya, sehingga penjelasan tentang SMM sesuai dengan sasaran, visi dan misi ISO. Secara umum referensi dalam landasan teori SMM ini merujuk kepada standar ISO 9000:2015, ISO 9001:2015, ISO 9004:2015 dan publikasi pendukung lain dari ISO Secretariat.
Publikasi ISO Secretariat (2015)
menyatakan bahwa ISO 9001 merupakan pedoman yang berisi persyaratan bagi sistem manjemen mutu yang bertujuan agar bisnis atau organisasi menjadi lebih efisien dan meningkatkan kepuasan pelanggan. ISO standar diriview setiap lima tahun sekali dan direvisi jika perlu. Tantangan bisnis dan organisasi yang dihadapi sekarang ini sangat bervariasi dan berbeda dengan yang dihadapi dalam beberapa dekade tahun yang lampau, dan ISO telah di perbaharui sebagai antisipasi terhadap paradigma perubahan yang berlaku. Sebagai contoh, meluasnya pengaruh globalisasi telah merubah mekanisme operasional bisnis, organisasi dan jaringan supply chain yang lebih kompleks. Juga bertambahnya tuntutan pelanggan, pihak-pihak yang berkepentingan, kemudahan akses informasi, dan pengaruh sosial media yang berkontribusi besar terhadap kebijakan keputusan. ISO memfasilitasi prosedur dan pedoman yang berkontribusi terhadap efesien, efektifitas dan optimalisasi proses bisnis dan organisasi.
Standar Internasional ISO 9001:2015 disusun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen mutu dengan mempergunakan pendekatan proses, yang menggabungkan siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA) dan pemikiran berbasis risiko. Pendekatan
proses menggerakkan sebuah organisasi untuk merencanakan proses-proses dan interaksinya. Sedangkan siklus PDCA menggerakkan sebuah organisasi untuk memastikan bahwa proses-proses mendapatkan sumberdaya dan pengelolaan secara sesuai, dan peluang untuk peningkatan organisasi.
II.1.2. Siklus Plan-Do-Check-Act
Gambar 1 menunjukkan keterkaitan proses- proses organisasi dalam
SMMdan
pengelompokkanklausul 4 hingga 10 dalam siklus PDCA. Siklus PDCA dalam Gambar 1 dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
— P l a n ( Rencana): menetapkan sasaran dari sistem dan proses-prosesnya, dan sumber daya yang dibutuhkan dalam rangka untuk memberikan hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi, serta identifikasi dan menangani risiko dan peluang;
— ( D o ) Lakukan: menerapkan yang direncanakan;
— ( C h e c k ) Periksa: memantau dan (jika sesuai) mengukur proses-proses dan menghasilkan produk dan jasa terhadap kebijakan, sasaran dan persyaratan dan akitivitas yang direncanakan, dan melaporkan hasilnya;
— ( A c t i o n ) Tindak lanjut: mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerja proses, yang diperlukan .
Gambar 2 – Representasi dari struktur Standar Internasional dalam siklus PDCA
II.1.3. Pemikiran berbasis risiko Dalam Annex A (Lampiran) persyaratan ISO
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
ISSN: 2598-8719 (Online) ISSN: 2598-8700 ( Printed) Vol. 2 No.4 November 2018
9001:2015 (2015) tertulis bahwa konsep pemikiran berbasis risiko telah tersirat dalam edisi ISO 9001:2008, misalnya persyaratan untuk perencanaan, peninjauan dan perbaikan. ISO 9001:2015 menetapkan persyaratan spesifik bagi organisasi untuk memahami konteksnya (klausul 4.1) dan menentukan risiko sebagai dasar untuk perencanaan (klausul 6.1). Ini merupakan penerapan dari pemikiran berbasis risiko untuk perencanaan dan pelaksanaan proses-proses sistem manajemen mutu (klausul 4.4) dan akan membantu dalam menentukan sejauh mana informasi terdokumentasi diperlukan. Meskipun klausul 6.1 merincikan bahwa organisasi harus merencanakan tindakan untuk menangani risiko, tetapi tidak ada persyaratan metode formal untuk manajemen risiko atau sebuah dokumentasi proses manajemen risiko. Organisasi dapat memutuskan bentuk mengembangkan atau tidak suatu metodologi manajemen risiko yang lebih luas daripada yang disyaratkan oleh ISO 9001:2015, misalnya melalui penerapan pedoman atau standar lainnya.
Menurut ISO 9001:2015, suatu organisasi dipersyaratkan untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk menangani risiko dan peluang. Menangani resiko dan peluang sebagai dasar untuk meningkatkan efektivitas dari sistem manajemen mutu, mencapai hasil yang lebih baik dan mencegah dampak-dampak negatif. Risiko adalah dampak dari ketidakpastian, dan setiap ketidakpastian tersebut dapat memiliki dampak positif atau negatif. Sebuah penyimpangan positif yang timbul dari sebuah risiko dapat memberikan sebuah kesempatan, tapi tidak semua dampak positif dari risiko menghasilkan peluang.
II.1.4. Perubahan Konsep dan Klausul di ISO 9001:2015
Sekertariat ISO hingga tahun 2018 telah menerbitkan 5 (lima) versi, yaitu : versi tahun 1987, 1994, 2000, 2008 dan versi 2015. Untuk versi 2015 terdiri dari 3 (tiga) standar yaitu : ISO 9000 (yang berisi definisi kata yang digunakan dalam ISO 9001), ISO 9001 (yang berisi persyaratan sistem manajemen mutu – standar inilah yang dapat disertifikasi oleh badan sertifikasi) dan ISO 9004 (berisi acuan untuk meningkatkan penerapan ISO 9001).
ISO 9001:2015 dapat diterapkan di semua jenis organisasi, industri besar atau kecil, skala rumah tangga atau high technology industry . ISO 9001:2015 tersusun dari aspek berbeda dari sistem
manajemen mutu yang saling berkaitan. ISO Secretariat (2014) telah mempublikasikan Korelasi Matriks antara ISO 9001 versi sebelumnya (ISO 9001:2008) dengan ISO 9001 versi terkini (ISO 9001:2015) yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam implementasi strategis di setiap organisasi.
Terdapat 10 klausul dalam ISO 9001:2015 dengan perubahan sebagai berikut:
a. Klausul 1 sangat mirip dengan versi tahun 2008 yang mencakup ruang lingkup standar `dan terdapat sedikit tambahan bahwa standar ISO 9001:2015 mempergunakan pendekatan proses, yang menggabungkan siklus Plan-Do- Check-Act (PDCA) dan pemikiran berbasis risiko.
b. Klausal 2 dan 3 mencakup referensi normatif dan istilah dan definisi, kedua klausul ini mengacu pada ISO 9000, Sistem Manajemen Mutu - Dasar dan kosakata yang memberikan panduan yang berharga, termasuk klausul dengan istilah terbaru.
c. Klausal 4. Konteks Organisasi, merupakan klausul baru yang ditekankan dalam SMM dan mendukung strategi bisnis organisasi. Organisasi harus menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan berdampak pada langkah yang dilakukan organisasi. Organisasi juga harus mengidentifikasi "pihak yang berkepentingan" yang relevan dengan QMS. Sedangkan ruang lingkup QMS harus ditentukan dengan mempertimbangkan fungsi atau proses yang di-delegesikan (outsource) oleh pihaklain.
d. Klausul 5: Kepemimpinan. Klausa ini menempatkan persyaratan pada "manajemen puncak" yang merupakan orang atau sekelompok orang yang mengarahkan dan mengendalikan organisasi pada tingkat tertinggi. SMM bukan lagi tanggung jawab seorang individu atau seorang "Perwakilan Manajemen" yang bertanggung jawab atas SMM. Manajemen puncak memiliki keterlibatan yang lebih besar dalam sistem manajemen dan harus memastikan persyaratan diintegrasikan ke dalam proses organisasi yang kompatibel dengan arah strategis organisasi. Kebijakan mutu harus menjadi dokumen yang hidup, sebagai jantung organisasi. Manajemen puncak lebih fokus dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mengidentifikasi dan mengatasi risiko serta peluang yang dapat mempengaruhinya.
e. Klausul 6: Merencanakan. Perencanaan sebagai struktur dasar ISO 9001, dengan
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
ISSN: 2598-8719 (Online) ISSN: 2598-8700 ( Printed) Vol. 2 No.4 November 2018
tambahan Klausul 4.1 'konteks organisasi' dan Klausul 4.2 ‘pihak yang berkepentingan’. Organisasi harus merencanakan tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang, membuat teknis mengintegrasikan dan menerapkan tindakan ke dalam proses sistem manajemen dan mengevaluasi keefektifannya. Setiap tindakan harus dipantau, dikelola, dan dikomunikasikan di seluruh organisasi. Elemen kunci lain dari klausul ini adalah kebutuhan untuk menetapkan sasaran mutu yang terukur.
f. Klausal 7. Dukungan, memastikan ketersediann sumber daya, personel pelaksana, dan infrastruktur yang tepat untuk memenuhi tujuan organisasi, merupakan persyaratan vital yang mencakup semua kebutuhan sumber daya QMS, mencakup sumber daya internal dan eksternal. Pengetahuan organisasi menjadi persyaratan baru yang berkaitan dengan persyaratan untuk kompetensi, kesadaran, dan komunikasi dari SMM. Personel tidak hanya harus sadar akan kebijakan mutu, tetapi mereka juga harus berkontribusi dan memhami implikasi dari ketidaksesuaiannya. Klausul 7 mencakup persyaratan utama dalam menjaga pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi untuk memastikan kesesuaian produk dan layanan. Terakhir, adanya persyaratan untuk "informasi yang terdokumentasi", sebagai istilah baru, yang menggantikan istilah "dokumen" dan "catatan" dalam versi 2008.
g. Klausal 8: Operasi. Klausa ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana dan proses dan mencakup sebagian besar dalam Klausul 7 versi tahun 2008. Perubahannya, terdapat penekanan yang lebih besar pada kontrol proses terutama perubahan yang direncanakan dan peninjauan konsekuensi dari perubahan yang tidak disengaja, dan mengurangi efek merugikan yang diperlukan. Tambahan lain, kecenderungan penggunaan subkontraktor dan outsourcing yang lebih besar, yang kinerjanya harus dipantau. Ada juga perubahan baru yang mencakup aktivitas pasca-pengiriman,
mencakup kegiatan seperti program pemeliharaan, dan kegiatan pembuangan akhir atau daur ulang produk.
h. Klausal 9: Evaluasi Kinerja. Evaluasi kinerja mencakup banyak bidang yang sebelumnya ditampilkan dalam Klausul 8 dari versi 2008. Persyaratan untuk proses pemantauan,
pengukuran, analisis dan evaluasi, organisasi harus mempertimbangkan objek yang diukur, metode yang digunakan, selang waktu data dianalisis dan dilaporkan. Perubahan baru, terdapat penekanan pada pencarian informasi secara langsung yang berkaitan dengan cara pandang pelanggan melihat organisasi. Organisasi harus secara aktif mencari informasi tentang persepsi pelanggan.
Terdapat persyaratan eksplisit bahwa organisasi harus menunjukkan metoda analisis dan evaluasi data, terutama berkenaan dengan kebutuhan untuk perbaikan pada SMM. Audit internal juga harus dilakukan dan tidak berubah dari yang ada di versi 2008. Tinjauan manajemen masih diperlukan tetapi ada persyaratan tambahan termasuk pertimbangan perubahan dalam masalah eksternal dan internal yang relevan dengan SMM.
i. Klausal 10: Peningkatan, merupakan klausul terakhir dan perubahan terbarukan dimana organisasi harus
menentukan dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, secara aktif mencari peluang untuk meningkatkan proses, produk dan layanan, dan QMS, terutama dengan kebutuhan pelanggan di masa mendatang. Tidak ada persyaratan tindakan pencegahan dalam klausul ini, tetapi ada beberapa persyaratan tindakan perbaikan yang baru. Persyaratan untuk peningkatan berkelanjutan telah diperluas yang mencakup kesesuaian dan kecukupan QMS serta efektivitasnya, tetapi tidak mempersyaratakan cara mencapainya.
## II.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang implementasi SMM ISO 9001:2015 di perusahaan dan institusi pendidikan telah banyak di paparkan di jurnal internasional maupun lokal. Sindhuwinata Dan Felecia (2016 ) telah mengamati antisipasi manajemen resiko terhadap kompensasi dan keuntungan ( compensation and benefits ) dalam rancangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di perusahaan Consumer Goods.
Luís Fonseca dan José Pedro Domingues (2016) telah melakukan survey terhadap 393 auditor IRCA (International Registered Certified Auditor) dari 71 negara-negara dari negara-negara Eropa, Asia, Afrika dan Australia dengan kesimpulan bahwa ISO 9001:2015 is in line with modern business and quality management concepts, bring additional value to
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
ISSN: 2598-8719 (Online) ISSN: 2598-8700 ( Printed) Vol. 2 No.4 November 2018
organizations of all industry and services sectors, and will be a useful tool for the companies.
Verma et.al (2017) meneliti sebuah perusahaan manufaktur di JSPL, Jaipur India pada tahun 2014 hingga 2017 bahwa keberhasilan perusahaan dalam mengindentifikasi dan menganalisa kesenjangan yang berimbas terhadap implementasi SMM ISO 9001:2015, terbukti menjadi lebih efisien dalam meningkatkan kepuasan pelanggan. Sedangkan Bernik et.al (2017) membuat pengamatan bahwa ISO 9001:2015 merupakan sistem manajemen mutu yang paling tepat diterapkan di Institusi Pendidikan Tinggi, memberikan dampak terhadap continuously improvement dan meningkatkan kompetitif di tingkat nasional dan international.
Asmo Saarela (2017) dalam meneliti pengembangan
produk “Software industry” berkesimpulan bahwa penerapan ISO 9001:2015 memberikan keuntungan bagi software industry untuk memotivasi penerapan manajemen resiko dalam operasi sehari-hari. Mathias Saested (2017) menjabarkan bahwa perubahan yang paling signifikan antara ISO 9001:2015 dengan ISO 9001:2008 adalah menjadikankan pemikiran berbasis risiko ( risk-based thingking, RBT) sebagai syarat organisasi untuk membuat perencanaan, evaluasi, peningkatan dari Sistem Manajemn Mutu dan proses-prosesnya. Fondasi dari RBT adalah Total Quality Management yang dibangun berdasarkan Entreprise Risk Management . Kemampuan RBT dalam implementasi SMM bergantung kepada kefahaman Management (Pimpinan) tentang pentingnya RBT dan teknis penggunaannya dalam identifikasi Proses, Konteks
Organisasi, Budaya Organisasi, Kompetensi dan Tata Kelola Organisasi.
## III. PEMBAHASAN
## III.1. Proses Audit Sertifikasi ISO 9001:2015
Badan sertifikasi ISO 9001 telah melakukan audit sertifikasi ISO 9001:2015 terhadap Institut ABC Jenjang Strata 1, Pasca Sarjana dan Diploma 3 di 6 (enam) lokasi Kampus di Jakarta, Bekasi dan Tangerang Selatan pada tanggal 22 dan 24 Januari 2018 dengan hasil Temuan Ketidaksesuaian sebanyak dua puluh klausul ISO 9001:2015 yang tercantum dalam Tabel 1.
Total tempat yang dikunjungi Auditor sebagai objek Auditee adalah 16 bagian, meliputi: 1. Pimpinan (Rektor, Wakil Rektor dan Corporate Secretary), 2. Management Representative ( Risk Management dan Satuan Penjaminan Mutu), 3. Perpustakaan, 4. Bagian Umum (GA), 5. Prodi Administrasi Bisnis, 6. Prodi Administrasi Publik, 7. Sumber Daya Insani (SDI), 8. ICT, 9. Akademik, 10. Marketing, 11. Keuangan, 12. Kemahasiswaan, 13. Pasca Sarjana Kampus Suprapto, 14. Diploma 3 Kampus Mardani, 15. LPPM, dan 16. Kampus Bekasi.
Sesuai dengan sikus PDCA dan Klausul ISO 9001:2015, Temuan Ketidaksesuaian tercantum dalam Tabel 1 dikelompokkan dalam bentuk siklus PDCA, yaitu :
Tabel 1. Siklus PDCA Dari Temuan Audit Sertfikasi ISO 9001:2015
No. Temuan ISO 9001:2015 Clauses Auditee Jumlah Auditee Document Refferences PLAN 1 4.1. Understanding the organization and its context (Memahami organisasi dan konteksnya). Risk Management 1 Panduan Mutu FR- QMR-00-01 Rev1 15 June 2015 2 4.2 Understanding the needs and expectations of interested parties (Memahami kebutuhan dan harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan) Risk Management 1 Panduan Mutu FR- QMR-00-01 Rev1 15 June 2015
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
Vol. 2 No.4 November 2018 3 4.4 Quality management system and its processes (Sistem manajemen mutu dan proses-prosesnya) Satuan Penjaminan Mutu Eksternal / Management Representative 1 Prosedur pengendalian Dokumen QP-QMR- 01A-02 date 19/9/2015 Rev.1 1 Panduan Mutu FR- QMR-00-01 Rev1 15 June 2015 4 6.1 Actions to addressrisks and opportunities (Tindakan untuk menangani risiko dan peluang) Risk Management 1 Panduan Mutu FR- QMR-00-01 Rev1 15 June 2015 5 6.2 Quality objectives and planning to achieve them (Sasaran mutu dan perencanaan untuk mencapainya) Business Administration (S1), Public Administration (S1), Business Administration (D3) 6 Quality Objectives 2017 HRD 1 Panduan Mahasiswa 2017/2018 DO 6 7.1.3 Infrastructure (Infrastruktur) ICT Pusat 1 Quality objectives 1 UAT program application 1 Observation in server’s room 7 7.1.5.2 Measurement traceability (Ketelusuran Pengukuran) S2 Administration, Bekasi Office 2 Panduan Mahasiswa 2017/2018 8 7.5.1 General of Documented information (Informasi terdokumentasi secara umum) Satuan Penjaminan Mutu Eksternal / Management Representative 1 Prosedur pengendalian Dokumen QP-QMR- 01A-02 date 19/9/2015 Rev.1 1 Panduan Mutu FR- QMR-00-01 Rev1 15 June 2015 LPPM 2 Monitoring & Evaluation 9 8.1 Operational planning and control (Perencanaan dan pengendalian operasional) S2 Administration, Bekasi Office 2 Panduan Mahasiswa 2017/2018 10 8.2.1 Customer communication (komunikasi pelanggan) D3 Pajak 2
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
11 8.3.4 Design and development controls (Pengendalian desain dan pengembangan) Business Administration (S1), Public Administration (S1), Business Administration (D3) 3 Curriculum 2017 12 8.3.6 Design and development changes (Perubahan desain dan pengembangan) 1 13 8.4 Control of externally provided processes, products and services (Pengendalian produk dan layanan eksternal yang disediakan) GA Pusat 1 Panduan Mahasiswa 2017/2018 14 8.5.1 Control of production and service provision (Pengendalian produksi dan penyediaan layanan) D3 Pajak Mardani 1 Panduan Mahasiswa 2017/2018 Marketing Pusat 3 ISO 9001:2015 HRD Pusat 1 Finance Pusat 1 Kemahasiswaan Pusat 1 LPPM Pusat 2 Monitoring & Evaluation 15 8.5.3 Property belonging to customers or external providers (Barang milik pelanggan atau penyedia eksternal) Pelayanan Akademik S1 Pusat 6 ijazah & transkrip nilai 16 8.5.5 Post-delivery activities(Kegiatan pasca pengiriman) GA Pusat 1 Panduan Mahasiswa 2017/2018 CHECK 17 9.1.3 Analysis and evaluation (Kegiatan pasca pengiriman) Business Administration (S1), Public Administration (S1), Business Administration (D3) 3 Quality Objectives 2017 18 9.2 Internal audit (audit internal) Satuan Penjaminan Mutu Eksternal / Management Representative 2 Prosedur pengendalian Dokumen QP-QMR- 01A-02 date 19/9/2015 Rev.1 2 Panduan Mutu FR- QMR-00-01 Rev1 15 June 2015 ACTION
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
19 10.2 Nonconformity and corrective action (Ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan) Satuan Penjaminan Mutu Eksternal / Management Representative 1 Prosedur pengendalian Dokumen QP-QMR- 01A-02 date 19/9/2015 Rev.1 1 Panduan Mutu FR- QMR-00-01 Rev1 15 June 2015 Total keseluruhan non conformity terdapat pada sembilan belas (19) Klasifikasi Klausul Temuan, dengan lima puluh lima (55) temuan ketidaksesuaian yang di identifikasi oleh Auditor yang tercantum dalam Tabel 1, dapat diambil analisa sebagai berikut:
1. Terdapat sembilan (9) temuan ketidaksesuain terhadap klausul 8.5.1 (Pengendalian produksi dan penyediaan layanan) pada enam (6) bagian auditee yaitu:
a. Kampus Diploma 3 Mardani, verifikasi Tugas Akhir (TA) tidak selalu dipenuhi syaratnya, misalnya mahasiswi memiliki nilai C untuk mata kuliah Teknik Penulisan diperbolehkan melanjutkan ke TA tanpa alasan pengecualian (syarat melanjutkan TA setelah mendapatkan nilai B untuk mata kuliah Teknik Penulisan).
b. LPPM Pusat , tidak dapat menunujukkan dokumen bahwa organisasi telah melaksanakan riset dan pengabdian kepada masyarakat, juga tidak melakukan monitoring dan evaluasi terhadap riset dan pengabdian kepada masyarakat periode tahun 2017.
c. Marketing Pusat, tidak ada validasi soal Test Potensi Akademik (TPA), tidak dinyatakan batas nilai kelulusan TPA, dan digunakannya Prosedur
Penerimaan Mahasiswa baru yang tidak upto date (telah kadaluarsa).
d. Sumber Daya Insani Pusat, tidak dilakukan analisa terhadapa keperluan training dengan lengkap sebagai identifikasi kepentinganya training.
e. Keuangan Pusat, tidak dilakukan validasi terhadap form pengajuan dana sebagaimana tertulis di JUKNIS Keuangan (contoh kasusu: Pengajuan Dana Bulan January 2018).
f. Kemahasiswaan Pusat , tidak dapat menunjukkan dokumen perencanaan dan pengawasan sebagai bukti berjalannya program SIIAP.
Ketidaksesuaian tersebutdi atas sebagai indikasi bahwa tidak effektifnya kontrol pada proses –proses yang berjalan di masing-masing bagian auditeee, dan pelayanan yang baik terhadap pemangku kepentingan.
2. Terdapat enam (6) temuan ketidaksesuaian klausul 8.5.3 (Barang milik pelanggan atau penyedia eksternal) di bagain Pelayanan Akedemik Pusat, berupa ijazah dan transkrip nilai milik enam (6) mahasiswa yang tidak diketahui keberadaannya, sebagai indikasi perlunya inventarisasi lebih insentif terhadap barang-barang milik pelanggan.
3. Terdapat empat (4) temuan ketidaksesuaian terhadapa klausul 9.2 (audit internal) di bagian Management Representative dan Satuan Penjaminan Mutu, yaitu belum adanya laporan internal audit untuk Management
Representative, Satuan Penjaminan Mutu, Unit Kampus Bekasi, dan Unit Kampus Tangerang. Terdapat kasus Ketidakseusian (NCR No. 9) yang tidak ada aksi untuk tidak lanjut berikutnya. Temuan klausul 9.2 sebanayak empat kasus sebagai indikasi bahwa proses audit internal perlu diawasi agar berjalan lebih konsisten .
4. Terdapat tiga (3) temuan ketidaksesuain terhadap 3 klausul yang berbeda, yaitu:
a. Klausul 7.1.3 (Infrastruktur) pada bagian ICT, jadual maintenance yang tidak konsisten terhadap ruang server
(Temperatur, Humidity), ditemukan ember pembuangan air AC di ruang server.
b. Klausul 8.3.4 (Pengendalian desain dan pengembangan) pada Prodi Bisnsis
Administrasi S1, Publik Administrasi dan Binnis Administrasi Diploma 3 dalam hal tidak terdapat approval perubahan kurikulum setiap 4 tahun sekali untuk S1
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
pada prodi Business Administration (S1), Public Administration (S1), dan setiap 3 tahun sekali untuk Diploma 3 prodi Business Administration (D3), dan tidak ada verifikasi dari pejabat terkait untuk kurikulum Business Administration (D3) semester ganjil 2017/2018, c. Klausul 9.1.3
(Kegiatan pasca pengiriman), bahwa analisa dan tindakan perbaikan tidak dibuat terhadap target yang tidak tercapai dari sasaran mutu tahun 2017 pada prodi Business Administration (S1), Public Administration (S1) dan Business
Administration (D3).
Temuan tersebut sebagai indikasi bahwa implementasi ISO 9001:2015 tidak berjalan efektif khususnya klausal 7.1.3, 8.3.4, dan 9.1.3 pada bagian-bagian auditee di atas.
5. Terdapat dua (2) temuan ketidaksesuain terhadap enam (6) klausul yang berbeda, yaitu:
a. Klausul 4.4 (Sistem manajemen mutu dan proses-prosesnya) dijumpai
pada
Management Representative dan Satuan Penjaminan Mutu bahwa tidak ada approval dari Prosedur Pengendalian Dokumen dan Standar Mutu Pendidikan Instutut ABC. Juga untuk Komplain tidak dibuat analisa root cause analysis untuk mencegah pengulangan komplain.
b. Klausul 7.1.5.2 (Ketelusuran Pengukuran) dijumpai bahwa GBPP/RPS Kebijakan Publik subject diKampus S2 Suprapto dan akuntansi biaya di Kampus S1 Bekasi Office tidak divalidasi. Juga tidak ada validasi di bidang ICT untuk program Single Sign On (SSO), Master Mata Kuliah & Kurikulum.
c. Klausul 8.1 (Perencanaan dan pengendalian operasional) bahwa dijumpai tidak ada bukti verifikasi Materi Ujian di Kampus S2 Suprapto dan Kampus Bekasi.
d. Klausul 8.2.1 (Komunikasi pelanggan) terjadi dua kasus di Kampus D3 Mardani, yaitu Mentoring Agama tidak diterangkan sebagai pengganti Mata Kuliah Pendidikan Agama I, dan Komputer Aplikasi
Perkantoran sebagai syarat Praktikum Pemotongan dan Pemungutan Pajak semester III 2 SKS. Tetapi tidak tercantum mata kuliah Komputer Aplikasi Perkantoran di semester II (curriculum perpajakan). Temuan tersebut sebagai indikasi bahwa implementasi ISO 9001:2015 kurang berjalan efektif khususnya klausal 4.4, 7.1.5.2, 8.1, dan 8.2.1 pada bagian-bagian auditee di atas.
6. Terdapat satu (1) temuan ketidaksesuain terhadap delapan (8) klausul yang berbeda, yaitu:
a. Klausul 4.1. (Memahami organisasi dan konteksnya), Management Representative dalam menyusun Panduan Mutu tidak menggambarkan dengan jelas issue-issue internal dan eksternal organisasi.
b. Klausul 4.2 (Memahami kebutuhan dan harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan), resiko yang dihadapi tidak segera diselesaikan, misalnya kasus kekurangan lahan parkir bagi mahasiswa yang belum dituntaskan.
c. Klausul 6.1 (Tindakan untuk menangani risiko dan peluang), Management Representative tidak melakukan analisa pemenuhan syarat terhadap pemangku kepentingan, dan tidak menentukan potensi resiko serta peluang yang mungkin.
d. Klausul 7.5.1 (Informasi terdokumentasi secara umum), Management Representative dalam menyusun Bisnis Proses tidak menggambarkan keseluruhaan proses organisasi, misalnya Pelayanan Akademik tidak tercantum dalam Bisnis Proses.
e. Klausul 8.3.6 (Perubahan desain dan pengembangan), Business Administration (S1), Public Administration (S1), dan Business Administration (D3) tidak dapat menunjukkan bukti tinjauan kurikulum setiap empat (4) tahun bagi S1 dan tiga (3) tahun bagi Diploma 3.
f. Klausul 8.4 (Pengendalian produk dan layanan eksternal yang disediakan), bagian GA Umum tidak menentukan kriteria dan melakukan evaluasi kinerja secara periodek terhadap pemasok.
g. Klausul 8.5.5 (Kegiatan pasca pengiriman), masih bagian GA Umum tidak melakukan pengawasan stock ( stock off name ) terhadap logistik material di gudang.
h. Klausul 10.2 (Ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan), Management Representative dan Satuan Penjaminan Mutu tidakmelakukan analisa sebab akibatnya untuk membuat tindakan
menghilangkan penyebab ketidaksesuaian, tidak dilakukan investigasi yang sungguh-sungguh
penyebab
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
ketidaksesuaian, sehingga tindakan perbaikan bukan berasal dari analisa penyebabnya.
III.2. Temuan Klausul Konteks Organisasi dan Pemikiran Berbasis Resiko (Manajemen Resiko) III.2.1. Temuan Klausul Konteks Organisasi, berupa dokumen yang tidak lengkap (Form 1).
a. Klausul 4.1. (Memahami organisasi dan konteksnya), merupakan temuan konten dokumen tentang is konteks organisasi yang tidak lengkap. Organisasi diharuskan memperbaiki konteks organisasi dengan konten yang lebih lengkap dengan menjelaskan issue internal dan eksternal dapat dapat mempengaruhi organisasi.
b. Untuk temuan Klausul 4.2 (Memahami kebutuhan dan harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan) dan Klausul 4.4
(Sistem manajemen mutu dan proses- prosesnya) merupakan temuan bukti
rekaman yang inconsitency (tidak konsisten) terhadap prosedur yang berlaku dari potensi resiko yang telah dideteksi.
II.2.2. Temuan Klausul Pemikiran Berbasis Resiko terjadi pada klausul 6.1 (Tindakan untuk menangani risiko dan peluang) sebagai temuan dokumen bahwa di dalam Panduan Mutu tidak tercantum analisa pemenuhan pemasok, dan tidak menentukan potensi resiko serta peluang yang mungkin.
III.2.3. Tindakan Perbaikan terhadap temuan Klausul Konteks Organisasi dan Pemikiran Berbasis Resiko.
Tercantum dalam Form 2 berisi rincian analisa penyebab ketidaksesuaian dan tindakan koreksi, analisa penyebabnya adalah pada Panduan Mutu organisasi hanya dituliskan secara garis besar tentang konteks organisasi, tidak berisi rincian secara jelas mengenai issue internal eksternal, potensi resiko dan perubahan manajemen organisasi seperti yang diapersyaratkan oleh ISO 9001:2015. Sedangkan tindakan perbaikan dinyatakan bahwa organisasi akan menerangkan dengan jelas mengenai issue, potensi resiko dan perubahan manajemen organisasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2015.
## IV. Kesimpulan
Proses audit sertifikasi ISO 9001:2015 telah dilaksanakan pada tanggal 22 -24 Januari 2018 untuk Jenjang Sarjana (S1), Pasca Sarjana (S2) dan Diploma Tiga (D3) dengan hasil temuan berupa sembilan belas (19) klasifikasi klausul temuan ketidaksesuaian, dan lima puluh lima (55) kasus temuan.
Form 2. Cause Analysis and Corrective Action taken to prevent recurrence:
Cause Analysis:
We wrote summeries of Organization Context, do not desribe clearly the meaning of issues, risk and change management which was mentioned in ISO 9001:2015 requirements.
Corrective Action:
Management Representative describe clearly issues, risk, opportunity and change management within organization of Institut ABC accordance to ISO 9001:2015 requirements.
## Form 1. Details of Non-Conformity:
Although organization has determined issues and stakeholder requirement, inadequate evidence that systematic manner to address risk and opportunity is effectively managed in Panduan Mutu.
Evidences:
1. Issues noted in Panduan Mutu is not completed to describe issues, such as: only noted for issues related kapasitas gedung and it is not specific to describe issues related to limited student parking and still under progress for extension (Clause 4.1).
2. Risk is not clearly addressed for issues above. This is raised from result of stage 1 audit and took sample on actual condition that There is risk on not enough parking for student in next semester due parking extension has not finished/ on progress (Clause 4.2).
3. Analysis to stakeholder requirement and expectation is not carried out to determine conclusion on risk and opportunity raise. Example: Pemasok has been identified as
stakeholder
and requirement and expectation has been also identified: hubungan bermanfaat. However, no proper analysis whether their requirement has been fulfilled/ not fulfilled by organization (Cause 6.1).
Note: Actually, organization has discussed for issues in periodical meeting but it is not always direct to risk and opportunity.
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
Temuan ketidaksesuaian terhadap klausul 8.5.1 (Pengendalian produksi dan penyediaan layanan) dengan sembilan (9) kasus terjadi di Kampus Diploma 3 Mardani, LPPM Pusat , Marketing Pusat, Sumber Daya Insani Pusat, Keuangan Pusat, dan Kemahasiswaan Pusat sebagai indikasi bahwa tidak effektifnya kontrol pada proses –proses yang berjalan di masing-masing bagian auditeee, dan pelayanan yang baik terhadap pemangku kepentingan.
Temuan terbanyak selanjutnya adalah ketidaksesuai terhadap klausul 8.5.3 (Barang milik pelanggan atau penyedia eksternal) yang terjadi enam (6) kasus pada bagian Pelayanan Akedemik Pusat sebagai indikasi perlunya inventarisasi lebih insentif terhadap barang-barang milik pelanggan, seperti ijazah dan transkrip.
Berikutnya terdapat empat (4) temuan ketidaksesuaian terhadapa klausul 9.2 (audit internal) di bagian Management Representative, Unit Kampus Bekasi, dan Unit Kampus Tangerang. Temuan klausul 9.2 sebanayak empat kasus sebagai indikasi bahwa proses audit internal perlu dijalankan dengan lebih konsisten .
Kemudian terdapat tiga (3) temuan ketidaksesuain terhadap Klausul 7.1.3
(Infrastruktur) pada bagian ICT, Klausul 8.3.4
(Pengendalian desain dan pengembangan) pada Prodi Bisnsis Administrasi S1, Publik Administrasi dan Binnis Administrasi Diploma 3, Klausul 9.1.3 (Kegiatan pasca pengiriman) pada prodi Business Administration (S1), Public Administration (S1) dan Business Administration (D3). Temuan tersebut sebagai indikasi bahwa implementasi klausal 7.1.3, 8.3.4, dan 9.1.3 kurang berjalan efektif pada bagian-bagian auditee terkait.
Terdapat dua (2) temuan ketidaksesuain terhadap Klausul 4.4 (Sistem manajemen mutu dan proses-prosesnya) dijumpai pada Management Representative dan Satuan Penjaminan Mutu, Klausul 7.1.5.2 (Ketelusuran Pengukuran) di bidang ICT, Klausul 8.1 (Perencanaan dan pengendalian operasional) di Kampus S2 Suprapto dan Kampus Bekasi, Klausul 8.2.1 (Komunikasi pelanggan) di Kampus D3 Mardani. Temuan tersebut sebagai indikasi bahwa implementasi ISO 9001:2015 kurang berjalan efektif khususnya klausal 4.4, 7.1.5.2, 8.1, dan 8.2.1 pada bagian-bagian auditee tersebut di atas.
Terakhir terdapat satu (1) temuan ketidaksesuain terhadap Klausul 4.1. (Memahami organisasi dan konteksnya), Klausul 4.2
(Memahami kebutuhan dan harapan dari pihak- pihak yang berkepentingan), Klausul 6.1 (Tindakan untuk menangani risiko dan peluang), Klausul 7.5.1 (Informasi terdokumentasi secara umum) dan Klausul 10.2 (Ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan) masing-masing di bagian Management Representative. Sedangkan Klausul 8.3.6 (Perubahan desain dan pengembangan) di prodi
Business Administration (S1), Public
Administration (S1), dan Business Administration (D3). Terakhir klausul 8.4 (Pengendalian produk dan layanan eksternal yang disediakan) dan Klausul 8.5.5 (Kegiatan pasca pengiriman) keduanya di bagian GA Umum. Masing-masing temuan satu klausul terbut tetap diperhatikan sebagai peluang perbaikan organisasi.
Temuan Klausul Konteks Organisasi, terjadi pada tiga klausul, satu klausul 4.1. (Memahami organisasi dan konteksnya) sebagai temuan dokumen yang tidak lengkap, sedangkan dua klausul 4.2 (Memahami kebutuhan dan harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan) dan Klausul 4.4 (Sistem manajemen mutu dan proses- prosesnya) merupakan temuan rekaman dengan akar pnyebabnya berupa inconsitency (tidak konsisten) terhadap pelaksanaan prosedur.
Perbaikannya bahwa organisasi menjalankan proses audit internal dengan menjaga konsistensi sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Sedangkan Temuan Klausul Pemikiran Berbasis Resiko terjadi pada klausul 6.1 (Tindakan untuk menangani risiko dan peluang) sebagai temuan dokumen terbukti di dalam Panduan Mutu tidak tercantum analisa pemenuhan pemasok, dan tidak menentukan potensi resiko serta peluang yang mungkin. Analisa akar penyebabnya adalah pada Panduan Mutu organisasi hanya menerangkan secara garis besar tentang konteks organisasi, tidak berisi rincian secara jelas mengenai issue internal eksternal, potensi resiko dan perubahan manajemen organisasi seperti yang dipersyaratkan oleh ISO 9001:2015. Tindakan perbaikannya bahwa organisasi menerangkan dengan jelas mengenai issue inernal - eksternsl, potensi resiko - peluang dan perubahan manajemen organisasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2015.
## REFERENSI
[1]Bernik, et.al.(2017). “Modelof Quality Management System to Maintain Quality Consistency in Higher Education. Reviev
Published by: Institute of Development, Research and Community Services, LP3M. School of Informatics Management and Computing, STMIK Jayakarta Telp. +62-21-3905050 , URL: http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar Email: [email protected] , [email protected]
of Integrative Business and Economics Reseach”. Vol. 6. No. 4. Hal. 235-242.
[2] Hendartho, Dony, 2014, “Analisis Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada ABC”, Jurnal Transparansi, Volume VI, Nomor 02, Hal. 124-138.
[3] ISO 9000:2015, “Quality management systems – Fundamentals and vocabulary” diadopsi
menjadi SNI 19-9000-2008 Sistem manajemen mutu – Dasar-dasar dan kosa kata.
[4] ISO 9001:2015, “Quality management systems - Requirements. Standard” diadopsi menjadi SNI 19-9001-2015 Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan. Standar.
[5] ISO 9004:2015, “Quality management systems – Guidelines for performance improvements” diadopsi menjadi SNI 19-9004-2015 Sistem manajemen mutu – Panduan untuk perbaikan kinerja.
[6]ISO Secretariat (2009), “ISO 9000 and Selection for Use ” , Vienna, ISO Publishser.
[7]ISO Secretariat (2017), “ISO 9001 moving from 2008 to 2015”,Vienna, ISO Publisher.
[8]Nurdin & Prihatmadji, Wiwiet., 2017, “Kesesuaian Dokumentasi di LP3I College Jakarta dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008”, Jurnal Lentera Bisnis
Politeknik LP3I Jakarta, Vol. 6. No.14. Hal. 131-141.
[9]Prihatmadji, Wiwiet, 2018, “Analisa dan Rekomendasi dari Hasil Audit Sertifikasi ISO 9001 di Institut ABC oleh Badan Sertifikasi SGS”, Journal of Information
System, Applied, Management,
Accounting and Reserach, LP3M STIMIK
Jayakarta, Vol. 2. No. 1. Hal. 1 -13.
[10Saested, Mathias (2017), “Risk Mased Thinking in Quality Management, an ISO 9001:2015 Requirement” , Master Thesis, Industrial Economics and TechnologyManagement, University of Agder Norwegia. [11]Sareela, Asmo (2017), “Deployment of the Agile Risk Management with Jira into Complexx Product Development Ecosystem”, Master Thesis, Electrical Engeneering Department, University of Oulu Finlandia. [12]Sindhuwinata, O.E., & Felecia, 2016, “Perancangan SMM ISO 9001:2015 : Studi Kasus”, Jurnal Titra, Vol. 4. No.2.
Hal. 183–190. [13]Sokovic, M., Pavletic, D., & Pipan, K. Kern., 2010, Quality Improvement Methodologies – PDCA Cycle, RADAR Matrix, DMAIC and DFSS, Journal of Achievements in Materials and Manufacturing Engineering, 43/1, page
476-483.
[14]Verma, et.al.(2017). “Implementation of
Quality Management System in a ManfucturingIndustry” , International Journalof ScientificResearch & Development. Vo. 5. No. 8. Hal. 410-414. [15]Verdi Yasin, (2012) Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek, Penerbit; Mitra
Wacana Media, Jakarta.
|
5c3fdec9-db6a-43de-9136-fb024d0c3bfb | https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/6246/4978 | INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 6 Tahun 2023 Page 7270-7277 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246
Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative
## Perbedaan Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Ditinjau Dari Jenis Kelamin Di Kota Padang
Annysa Kurnia Sandra 1 ✉ , Elrisfa Magistarina 2
Universitas Negeri Padang Email: [email protected] 1 ✉
## Abstrak
Studi ini berawal dari fenomena remaja yang mengalami peralihan ke masa dewasa. Keinginan remaja untuk mempelajari dunia orang dewasa tidak luput dari dorongan seksual yang meningkat dan menyukai lawan jenis. Perilaku seksual jika tidak diiringi dengan ilmu yang cukup akan mengarah pada pergaulan bebas sehingga remaja dituntut memiliki pengetahuan yang baik mengenai perilaku seksual berisiko. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat perbandingan persepsi remaja terhadap perilaku seksual berisiko di Kota Padang. Kuantitatif komparatif dipilih sebagai metode yang digunakan untuk studi ini. Sampel menggunakan teknik cluster sampling dengan jumlah 286 orang remaja di 11 Kecamatan Kota Padang. Skala persepsi terhadap perilaku seksual berisiko menggunakan aspek dari Walgito (2004). Pengujian skala didapatkan 27 item valid dengan skor reliabilitas senilai 0.916 dan indeks daya diskriminasi dari skor 0.252 sampai 0.892. Analisis data menggunakan teknik Mann Whitney U Test karena diketahui data penelitian ini tidak terdistribusi normal namun bersifat homogen. Hasil yang didapatkan bermakna ada perbedaan persepsi remaja terhadap perilaku seksual berisiko ditinjau dari jenis kelamin karena skor signifikan atau p sebesar 0.001 (lebih kecil dari 0.05).
Kata Kunci: Persepsi, Remaja, Perilaku Seksual Berisiko, Jenis Kelamin
## Abstract
This study begins with the phenomenon of teenagers experiencing the transition to adulthood. Adolescents' desire to learn about the adult world cannot be separated from increased sexual urges and liking of the opposite sex. If sexual behavior is not accompanied by sufficient knowledge, it will lead to promiscuity so that teenagers are required to have good knowledge about risky sexual behavior. This study was conducted with the aim of seeing a comparison of teenagers' perceptions of risky sexual behavior in Padang City. Comparative quantitative was chosen as the method used for this study. The sample used a cluster sampling technique with a total of 286 teenagers in 11 Districts of Padang City. The perception scale for risky sexual behavior uses aspects from Walgito (2004). Scale testing found 27 valid items with a reliability score of 0.916 and a discrimination index score of 0.252 to 0.892. Data analysis used the Mann Whitney U Test technique because it is known that this research data is not normally distributed but is homogeneous. The results obtained mean that there are differences in teenagers' perceptions of risky sexual behavior in terms of gender because the score is significant or p at 0.001 (smaller than 0.05).
Keywords: Perception, Adolescents, Risky Sexual Behavior, Gender
## PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang harus dilalui dengan tepat dan memiliki keseimbangan antara pengetahuan, sikap, religiusitas, konsep diri, paparan informasi, peran orang tua dan teman sebaya akan perilaku seksual berisiko. Remaja dengan peran orang tua yang pasif akan pemberian informasi serta pengawasan akan memiliki kemungkinan yang tinggi untuk melakukan perilaku seksual (KW & Arifah, 2020).
Perilaku berisiko berbasis hasrat seksual dapat mengakibatkan hasil yang tidak diinginkan seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual lainnya (Ibe, 2019). Menurut Masni (2018) perilaku seksual berisiko ialah hubungan seksual yang dilakukan seperti, mencium pipi atau kening, bercumbu bibir, melakukan masturbasi atau onani, berpelukan, dll. tanpa adanya ikatan pernikahan. Tingkah laku yang didasari oleh keinginan seksual baik kepada lawan jenis maupun sejenis juga disebut sebagai perilaku seksual berisiko (Ira, 2018). Sedangkan menurut Kosati (2018) perilaku seksual berisiko mencakup serangkaian tindakan seksual yang dapat menghasilkan sensasi genital, termasuk memegang atau membelai daerah genital, menempelkan alat kelamin, yang akhirnya terlibat dalam hubungan seksual seperti suami istri
Perilaku seksual berisiko di kalangan remaja dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi yang tidak aman, pembunuhan bayi, penyakit menular seksual
dan HIV/AIDS, bahkan kematian jika tidak dikontrol dengan baik (Nurafriani., et all. 2022). Dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual berisiko dan mengingat resiko dari perilaku tersebut, maka gaya pengasuhan dan pengaruh teman sebaya dianggap sebagai faktor-faktor yang paling berpengaruh terjadinya perilaku seksual berisiko. Setelah itu paparan media pornografi dan pengetahuan remaja dianggap faktor lain yang ikut mempengaruhi terjadinya perilaku seksual beresiko pada remaja (Padut, et al 2021).
Menurut Rabathy dan Komala (2021) konsep perilaku seksual berisiko yang menyebabkan perbedaan pemaknaan dan penafsiran pada remaja berasal dari dalam diri remaja dan pengaruh dari luar diri individu. Dalam lingkungan pemahaman akan perilaku seksual berisiko lebih tinggi di perempuan dibandingkan laki-laki. Hal terebut di karena beberapa norma yang berlaku dalam masyarakat yang membolehkan beberapa perilaku dilakukan oleh laki-laki tapi tidak untuk perempuan.
Selain hal diatas munculnya perbedaan pandangan terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja, dikarenakan remaja dalam proses pencarian jati diri sehingga mereka lebih banyak berhubungan dengan teman dan dunia luar. Hal tersebut tentunya mempengaruhi terbentuknya persepsi pada remaja melalui faktor sosial. Persepsi yang terbentuk akibat pengaruh faktor sosial ini akan sesuai dan beradaptasi dengan norma setempat (Mahmudah at al., 2016).
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan remaja dianggap sebagai individu yang banyak melakukan perilaku seksual beresiko. Remaja laki-laki cenderung lebih banyak melakukan perilaku seksual beresiko daripada perempuan. Masyarakat memperlakukan laki-laki dan perempuan secara berbeda dalam mengajari perilaku seks sebelum menikah sehingga perlu diketahui seberapa banyak perbedaan perspektof perilaku seks tersebut berdasarkan gender.
## METODE PENELITIAN
Studi ini menggunakan kuantitatif komparatif karena mengukur sebuah atau lebih variabel dibandingkan pada dua atau kelompok subjek penelitian. Populasi studi ini adalah remaja di kota Padang. Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling berjumlah 286 orang remaja tersebar di 11 Kecamatan Kota Padang. Data diperoleh menggunakan kuesioner model Likert berdasarkan aspek persepsi terhadap perilaku seksual berisiko oleh Walgito (2004). Kuesioner penelitian ini berjumlah 27 aitem dengan daya diskriminasi rentang 0.252 sampai 0.892 dan reliabilitasnya senilai 0.916 artinya kuesioner ini bersifat reliabel. Pengujian hipotesis data penelitian dilakukan melalui teknik
statistik non parametrik Mann-Whitney U Test karena data bersifat normal namun homogen.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi ini menunjukkan remaja laki-laki mempunyai persepsi yang baik dan remaja perempuan mempunyai persepsi yang buruk terhadap perilaku seksual berisiko. Hal ini diketahui dari nilai rata-rata empiris remaja laki-laki mempunyai nilai yang lebih besar dari nilai rata-rata hipotetik yaitu 71.34 > 67.5, begitu sebaliknya nilai rata-rata empiris remaja perempuan mempunyai nilai yang lebih kecil dari nilai rata-rata hipotetik yaitu 50.64 < 67.5. Pemaparan lainnya ditampilan dalam bentuk tabel tentang aspek persepsi terhadap perilaku seksual berisiko:
Tabel 1 . Rata-Rata Hipotetik dan Rata-Rata Empiris Aspek Persepsi Terhadap Perilaku
Seksual Berisiko Aspek Laki-Laki Perempuan Mean Hipotetik Mean Empiris Mean Hipotetik Mean Empiris Kognitif 17,5 17.39 17,5 13.80 Afeksi 25 25.39 25 19.31 Konatif 25 28.55 25 17.53
Tabel yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa remaja laki-laki mempunyai afeksi dan konatif yang lebih tinggi namun kognitif yang lebih rendah dari populasinya, sedangkan remaja perempuan mempunyai kognitif, afeksi, dan konatif yang lebih rendah dari populasinya. Hasil ini mengarah pada tingkatan persepsi terhadap perilaku seksual berisiko remaja di Kota Padang yang mana remaja laki-laki di tingkat baik sebanyak 106 orang dan remaja perempuan di tingkat buruk sebanyak 120 orang. Pemaparan tingkatan ini lebih detail terlihat pada aspek persepsi melalui tabel berikut:
Tabel 2 . Tingkatan Aspek Persepsi Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Aspek Kategori Laki-Laki Perempuan Kognitif Baik 76 orang 23 orang Buruk 67 orang 120 orang 143 orang 143 orang Afeksi Baik 84 orang 23 orang Buruk 59 orang 120 orang 143 orang 143 orang
Konatif Baik 118 orang 20 orang Buruk 25 orang 123 orang 143 orang 143 orang
Tabel di atas dikatakan bahwa remaja laki-laki berada di tingkat baik sedangkan remaja perempuan berada di tingkat buruk dari aspek kognitif, afeksi dan konatif. Perbandingan ini baik variabel maupun aspek persepsi terhadap perilaku seksual berisiko mengarah ke hasil yang ditemukan pada uji asumsi dan uji hipotesis penelitian ini.
Uji asumsi dan uji hipotesis diproses melalui analis data menggunakan program statitistik SPSS ver. 27. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang mana uji ini terbagi dua yaitu normalitas dan homogenitas. Data perlu diketahui berdistribusi normal atau tidak dan hasilnya didapatkan skor p senilai 0.001 artinya data penelitian ini tidak distribusi normal karena skor lebih kecil dari 0.05. Kemudian, data perlu diketahui bersifat homogen atau tidak agar data terlihat perbandingannya bukan berdasarkan data bersifat heterogen maka hasil didapatkan skor p senilai 0.108 artinya data penelitian ini dikatakan homogen karena skor lebih besar dari 0.05. Uji asumsi ditemukan data penelitian ini tidak normal tetapi homogen maka olah data yang cocok digunakan adalah statitik non parametrik pada uji beda kelompok sampel penelitian. Uji hipotesis yang cocok untuk penelitian ini adalah Mann Whitney U Test. Hasilnya ditemukan skor p senilai 0.001 sehingga dapat dikatakan adanya perbedaan atau perbandingan antar dua kelompok yaitu remaja laki-laki dengan remaja perempuan pada persepsi terhadap perilaku seksual berisiko di Kota Padang.
Hasil studi ini selaras dengan penelitian terdahulu. Jalaludin (2016) mengatakan gender berpengaruh pada pandangan masyarakat tentang sikap mereka yang membedakan tingkah laku laki-laki dan perempuan dalam menanggapi perilaku yang bisa diterima atau ditolak nilai dan norma. Padut et al (2021) mengatakan remaja mempunyai pengetahuan yang baik tentang perilaku seksual tetapi laki-laki tetap banyak melakukan perilaku seksual berisiko. Hormon testosteron akan muncul dengan cepat ketika laki-laki menerima rangsangan fisik dan psikis. Laki-laki tertarik pada lawan jenis untuk memuaskan nafsu atau hasrat seksualnya, berbeda dengan perempuan yang mengutamakan kepribadian dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Pengalaman seksual yang membedakan laki-laki dan perempuan dalam merespon perilaku seksual berisiko. Perempuan mempunyai pengetahuan reproduksi yang baik sehingga hal itu menekan dan menghindari mereka untuk melakukan perilaku seksual berisiko. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan persepsi laki-laki dan perempuan pada perilaku perilaku seksual berisiko.
Penelitian Fatoni & Situmorang (2019) menjelaskan adanya perbedaan perilaku seksual berisiko pada remaja dilihat dari jenis kelamin. Laki-laki cenderung melakukan perilaku seksual berisiko jika dibandingkan dengan perempuan. Vidanti et al (2018) menjelaskan laki- laki lebih banyak setuju tentang perilaku seks pranikah. Laki-laki lebih banyak mengakses pornografi dan mengobrol seputar seks dengan teman-temannya sehingga memicu rasa penasaran ingin mencoba perilaku seks sebelum menikah. Remaja lebih banyak terlibat perilaku seks karena kemampuan kognitif yang lebih terbatas, emosi yang kurang stabil, dan mudah terpengaruh oleh orang lain dan lingkungan sekitar. Selain itu, Syarif (2020) mengatakan siswa laki-laki menganggap beberapa perilaku seksual seperti berpelukan dan berciuman adalah hal yang biasa dalam pacaran karena sikap tersebut cara mereka mengungkapkan rasa sayang pada pasangan.
Walgito (2004) mengatakan ada tiga aspek persepsi yaitu kognitif, afeksi, dan konatif. Aspek persepsi dikaitkan dengan indikator perilaku seksual berisiko. Studi ini menunjukkan semua aspek persepsi menunjukkan remaja laki-laki berada di kategori baik dan remaja perempuan berada di kategori buruk. Perbedaan yang kontras dari aspek konatif ini terlihat dari penelitian sebelumnya yang membahas laki-laki cenderung sering melakukan perilaku seksual berisiko dibandingkan perempuan. Walaupun sudah mempunyai pengetahuan yang baik, namun tetap saja laki-laki lebih banyak melakukan perilaku seksual beresiko.
## SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu laki-laki memiliki persepsi yang baik dan perempuan memiliki persepsi yang buruk terhadap perilaku seksual berisiko. Aspek persepsi yaitu kognitif, afeksi, dan konatif laki-laki juga lebih baik terhadap perilaku seksual berisiko dibandingkan dengan perempuan. Hasil ini mengarah pada adanya perbedaan persepsi laki-laki dan perempuan terhadap perilaku seksual berisiko terutama aspek konatif karena laki-laki lebih banyak melakukan perilaku seksual berisiko walaupun mengetahui dampak negatifnya.
Studi ini tak luput dari hambatan yang dialami selama pengambilan data penelitian sehingga peneliti menyarankan pihak sekolah mengadakan seminar atau mendapatkan seks edukasi tentang bahaya melakukan hubungan seks sebelum menikah pada remaja yang menyetujui dan pernah melakukan perilaku seksual berisiko. Peneliti juga menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan kalimat yang lebih sederhana dan sopan jika ingin mengangkat tema persepsi terhadap perilaku seksual berisiko supaya sampel merasa nyaman mengisi angket skala dan data yang diperoleh
lebih akurat. Peneliti menyarankan untuk menggunakan pengumpulan data lain seperti wawancara atau observasi dan bisa dikaitkan dengan variabel lain supaya menemukan faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi persepsi terhadap perilaku seksual berisiko.
## DAFTAR PUSTAKA
Fatoni, Z. & Situmorang, A. (2019) Determinan perilaku berisiko remaja terkait seksualitas di era globalisasi: Kasus Kota Medan. Jurnal Kependudukan Indonesia. 14(2). 137-152. Ibe, S.N. (2019). HIV/AIDS Awareness Study of Fresh Students in Tetiary Institution in Rivers State of Nigeria. Bioline International, 9 (1): 11-13.
Ira, A. (2018). Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Di SMA Bunda Padang ( Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
Jalaluddin (2016) Psikologi agama: Memahami perilaku dengan mengaplikasikan prinsip- prinsip psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kosati W., T. (2018). Hubungan antara peran orang tua, teman sebaya dan religiusitas dengan perilaku seksual berisiko pada remaja awal Di SMP Negeri “A” Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga.
KW, N. A., & Arifah, I. (2020). Perilaku seksual berisiko di SMAN X Jember. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(2), 108-114.
Mahmudah, M., Yaunin, Y., & Lestari, Y. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2).
Masni, H. S. (2018). Determinan perilaku seksual berisiko pada remaja makassar (studi kasus santri darul arqam gombara dan SMAN 6). J Media Kesehat Masy Indones. 14, 68-77.
Padut, R. D., Nggarang, B. N., & Eka, A. R. (2021). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII Di Man Manggarai Timur Tahun 2021. Wawasan Kesehatan, 6(1).
Rabathy, Q., & Komala, E. (2021). Pelecehan Seksual Di Ruang Publik. ArtComm – Jurnal Komunikasi dan Desain, 1(2), 56-65.
Syarif, N (2020). Perbedaan persepsi terhadap perilaku seksual pranikah ditinjau dari jenis kelamin pada siswa SMA X Pasaman Barat. Jurnal Riset Psikologi. 2020 (4). 1-11.
Vidanti, A.V.S, Rahyani, N. K. Y, & SriErawati, N. L. P. (2018). Persepsi remaja laki-laki dan perempuan tentang seks pra nikah di SMA Negeri 6 Denpasar. Jurnal Ilmiah Kebidanan : The Journal Of Midwifery. 6(2). 81-86
Walgito. (2004) . Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andy.
|
2009ae78-8b76-4f6d-ba74-48268550c16c | http://ejournal.sumselprov.go.id/pptk/article/download/70/29 |
## P UBLIKASI P ENELITIAN T ERAPAN DAN K EBIJAKAN 1(1) (2018): H LM .1-5
## PUBLIKASI PENELITIAN TERAPAN DAN KEBIJAKAN
e-ISSN: 2621-8119 http://ejournal.sumselprov.go.id
## GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI TERHADAP BAHAYA PENYALAHGUNAAN OBAT TRAMADOL DI SMK “X” DI KABUPATEN KUNINGAN
## A DESCRIPTION OF THE ELEVENTH GRADE STUDENTS KNOWLEDGE LEVEL TOWARDS THE DANGERS OF TRAMADOL DRUG ABUSE IN SMK “X” KUNINGAN
## Imas Maesaroh*, Retina Aghistni Rahmawati
Akademi Farmasi Muhammadiyah Kuningan Jawa Barat *Penulis Korespondensi, email: [email protected]
## ARTICLE INFO ABSTRACT
Tramadol is one of the drugs that is often misused by students or adolescents. Tramadol belongs to the peripheral analgesic group as a pain reliever and is obtained by prescription. Tramadol has an euphoria effect and causes dependence. One of the causes of drug abuse is lack of knowledge. This research was conducted with the aim to know the level of knowledge of class XI students against the dangers of drug abuse Tramadol in one of Vocational High School in Kuningan District. The research design used was descriptive quantitative research, with sampling using purposive sampling technique. Data collection was done by using questionnaire instrument. Of the 96 respondents, the average percentage of Students' Level of Class XI Knowledge on the Danger of Tramadol Drug Abuse in SMK "X" in Kuningan District is 76.61% of respondents’know' and 23.39% of respondent ‘ do not know'.From the result of data collection obtained the conclusion about the level of knowledge students class XI against the danger of Tramadol drug abuse in SMK “X” in Kuningan Regency be categorized good based the level of knowledge categories by Arikunto (2006) with the average result percentage in the amount of 76,61 %. The result of hypothesis test showed revenue H 0 , it means the the average score of respondent ≥ 8. Keywords : Drug Abuse, Knowledgeon the Danger,Students of SMK, Tramadol,
## ABSTRAK
Tramadol merupakan salah satu obat yang sering disalahgunakan oleh kalangan pelajar atau remaja. Tramadol termasuk golongan analgetik perifer sebagai pereda nyeri dan diperoleh melalui resep dokter. Tramadol mempunyai efek euphoria dan menyebabkan ketergantungan. Salah satu penyebab penyalahgunaan obat adalah kurangnya pengetahuan.Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas XI terhadap bahaya penyalahgunaan obat Tramadol di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Kuningan.Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa angket. Dari 96 responden, persentase rata-rata Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Terhadap Bahaya Penyalahgunaan Obat Tramadol di SMK “X” di Kabupaten Kuningan yaitu: 76,61% responden ‘mengetahui’ dan 23,39% responden ‘tidak mengetahui’ tentang penyalahgunaan obat Tramadol.Dari hasil pengumpulan data didapat kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas XI terhadap bahaya penyalahgunaan obat Tramadol di SMK “X” di Kabupaten Kuningan mencapai 76,61%. Persentase ini termasuk dalam kategori baik. Hasil uji hipotesis menunjukan penerimaan H 0 , yang artinya skor rata-rata responden ≥ 8. Kata Kunci : Pengetahuan Akan Bahaya, Penyalahgunaan Obat, Siswa SMK, Tramadol,
## PENDAHULUAN
Obat merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah merasakan sakit. Untuk menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit itu, maka biasanya langsung minum obat. Umumnya konsumen (pasien) kurang memahami bahwa obat selain menyembuhkan penyakit, juga mempunyai efek samping yang merugikan kesehatan. Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan (Ibrahim,2012).
Seiringan dengan fungsinya dalam pengobatan, saat ini penggunaan obat telah banyak yang disalahgunakan, hal ini terjadi di berbagai kalangan masyarakat termasuk remaja. Penyalahgunaan obat di kalangan remaja saat ini sangat marak, dan penyebabnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu obat yang saat ini banyak disalahgunakan oleh remaja usia sekolah di Indonesia adalah Tramadol. Tramadol merupakan obat golongan analgetik perifer yang digunakan untuk mengobati dan mengurangi rasa nyeri sedang sampai berat. Obat ini hanya boleh dikonsumsi berdasarkan resep dokter (Priyantono, 2010). Akan tetapi fenomena yang terjadi adalah masyarakat dengan mudahnya mendapatkan Tramadol yang dijual dengan harga yang murah terutama di kalangan para pelajar dan pemuda.
Para remaja menggunakan obat ini untuk memanfaatkan efek sampingnya berupa euphoria (perasaan gembira yang berlebihan) dan sedasi (efek menenangkan) yang akan timbul jika Tramadol dikonsumsi dalam jumlah banyak/melebihi dosis, kemudian mencampurkannya pada minuman keras atau minuman beralkohol agar memperoleh efek ‘ fly ’ yang semakin kuat. Tramadol jika dikonsumsi dalam jumlah banyak atau tidak menurut dosis yang telah ditentukan dapat berefek seperti morfin dan dapat berefek seperti zat adiktif atau dapat menyebabkan ketergantungan bagi si pengguna (Anonim, 2015).
## METODE
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Nugroho, 2011). Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: 1) Variabel independent yakni Tingkat pengetahuan siswa SMK “X” di Kabupaten Kuningan; 2) Variabel dependent yakni Bahaya penyalahgunaan obat Tramadol.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XI SMK “X” di Kabupaten Kuningan yang berjumlah 320 siswa (Saryono, 2011). Penentuan sampel yang digunakan berdasarkan metode Arikunto yaitu sampel diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30% dari total populasi. Uji validitas yang dilakukan yakni dengan mengkorelasikan nilai r hitung dengan nilai r pada tabel korelasi product moment. Untuk uji reliabilitas, metode pengukuran yang sering digunakan adalah metode alpha cronbach (α) dimana suatu data dinyatakan reliabel bila α > 0,6. Kedua uji ini menggunakan software SPSS versi 20 (Saifuddin, 2001).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket. Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup ( closed ended item ). Skala sikap yang digunakan dalam angket penelitian ini adalah Skala Guttman , yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang tegas dan konsisten yaitu Benar dan Salah (Saryono, 2011).
Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan rumus persentase. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan hasil dan penelitian. Rumus Persentase (Sibariang, dkk, 2010).
## Tabel 1. Item pernyataan angket penelitian
No Item Pernyataan P1 Tramadol adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri yang saat ini banyak disalahgunakan oleh remaja di Indonesia. P2 Obat Tramadol hanya dapat dibeli di apotek dengan R/ dokter dan penggunaanya harus dengan petunjuk dari dokter P3 Mengkonsumsi obat Tramadol dapat memberikan efek berupa perasaan gembira yang berlebihan (euphoria). P4 Menggunakan obat Tramadol dapat memberikan efek menenangkan/ perasaan tenang (sedasi). P5 Mengkonsumsi obat Tramadol dapat mengakibat-kan gangguan pada saluran pencernaan yaitu berupa mual dan muntah. P6 Efek samping dari obat Tramadol yaitu berupa rasa gatal pada bagian tubuh. P7 Penggunaan obat Tramadol yang berlebihan dan tidak sesuai dengan petunjuk dokter secara terus menerus, akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh dan berdampak buruk bagi kesehatan penggunanya. P8 Mengkonsumsi obat Tramadol dengan dosis yang berlebihan dan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan/ gangguan pada susunan saraf manusia dan kerusakan pada ginjal. P9 Obat Tramadol akan mengakibatkan luka pada lambung jika dikonsumsi dengan dosis yang berlebihan dan secara terus menerus P10 Tramadol jika digunakan secara terus menerus dan dengan dosis yang berlebihan dapat menyebabkan keter-gantungan /kecanduan.
## P11
Penyalahgunaan dan ketergantungan obat
Tramadol dapat menyebabkan overdosis dan kematian.
P = x 100 %
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Sampel
100% = Pengali Tetap
Uji statistik yang digunakan adalah uji hipotesis satu sampel “t” test ( One Sample T Test ). Hipotesis yang dibuat :
H 0 : Skor rata – rata responden ≥ 8 (tingkat pengetahuan siswa baik/ memahami)
H a : Skor rata – rata responden < 8 (tingkat pengetahuan siswa kurang / tidak memahami).
H 0 pada penelitian ini berbunyi lebih besar atau sama dengan, dan H a nya berbunyi lebih kecil maka kurva pengujiannya merupakan kurva pengujian satu pihak kiri dengan kriteria pengujian sebagai berikut (Sunyoto, D, 2012).
H 0 diterima jika : – t tabel ≤ t hitung atau t hitung ≥ – t tabel H 0 ditolak jika : t hitung < - t tabel
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengumpulan data angket yang telah diuji validitas dan reabilitas mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Terhadap Bahaya Penyalahgunaan Obat Tramadol di SMK “X” di Kabupaten Kuningan yang berisi 11 item pernyataan terhadap 96 responden (Tabel 1), didapat data tentang pengetahuan umum seputar obat Tramadol (Tabel 2), efek samping dari penggunaan obat Tramadol (Tabel 3), efek samping jangka panjang penggunaan obat Tramadol (Tabel 4), dan potensi ketergantungan obat Tramadol (Tabel 5).
Tabel 2 . Pengetahuaan umum seputar obat Tramadol
Item Pernyataan Hasil (%) Kategori M TM P1 90,62 9,38 Baik P2 20,83 79,17 Kurang Tabel 3. Efek samping dari penggunaan obat Tramadol Item Pernyataan Hasil % Kategori M TM P3 47,92 52,08 Kurang P4 83,33 16,67 Baik P5 82,29 17,71 Baik P6 91,67 8,33 Baik
Tabel 4. Efek samping jangka panjang penggunaan obat Tramadol Item Pernyataan Hasil % Kategori M TM P7 47,92 52,08 Kurang P8 83,33 16,67 Baik P9 82,29 17,71 Baik Tabel 5. Potensi Ketergantungan Obat Tramadol Item Pernyataan Hasil %
Kategori M TM P10 81,25 18,75 Baik P11 97,92 2,08 Baik
Persentase rata-rata Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI Terhadap Bahaya Penyalahgunaan Obat Tramadol di SMK “X” di Kabupaten Kuningan diperoleh data seperti pada Tabel 6.
Rata-rata : jumlah keseluruhan % jumlah item angket yang disebar
Tabel 6. Persentase rata-rata
Mengetahui Tidak Mengetahui 842,7% 11 = 76,61 % 257,3% 11 = 23,39 %
Dari keempat indikator yang digunakan pada penelitian diatas, secara keseluruhan persentase tingkat pengetahuan siswa kelas XI terhadap bahaya penyalahgunaan obat Tramadol di SMK “X” di Kabupaten Kuningan adalah sebesar 76,61 %. Sesuai dengan kategori tingkat pengetahuan yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan siswa dikatakan baik apabila responden memperoleh skor > 75%.
## Hasil Uji Hipotesis
Derajat bebas ( degree of freedom ) untuk 96 responden adalah df = n – 1 (96 – 1) = 95, maka t tabel dengan tingkat signifikansi (α) 5% berada pada harga 1,658. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa t hitung = 2,542, maka dari t hitung = 2,542 > - t tabel = - 1, 658 , maka H 0 diterima.
## KESIMPULAN
Berdasarkan dengan data hasil penelitian yang telah dianalisis, didapat kesimpulan sebagai berikut. Pertama, tingkat pengetahuan siswa kelas XI terhadap bahaya penyalahgunaan obat Tramadol di SMK “X” di Kabupaten Kuningan dikategorikan baik berdasarkan kategori tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) dengan hasil rata-rata persentase sebesar 76,61%. Kedua, pada uji hipotesis didapatkan hasil bahwa H 0 diterima, yang artinya adalah skor rata – rata responden ≥ 8, sehingga hipotesis yang diterima menyatakan bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas XI terhadap bahaya penyalahgunaan obat Tramadol di SMK “X” di Kabupaten Kuningan dikategorikan baik/memahami.
## DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Sosialisasi Dampakn TRamadol di Kota Bima (diakses pada tanggal 7 Desember 2015).
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta : Rineka Cipta.
Ibrahim, M.N.M. 2012 . Tingkat Pengetahuan
Siswa Terhadap Efek Toksik Penyalahgunaan Obat Dextromethorphan Di SMA Negeri 1 Kota Gorontalo . Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. http://eprints.ung.ac.id/ (diakses pada tanggal 04 Desember 2015 pukul 09.11 WIB).
Nugroho, Y.A. 2011. It’s Easy Olah Data Dengan SPSS . Yogyakarta : Skripta Media Creative.
Priyantono. 2010. Farmakologi Dasar . Depok :
Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi.
Saifuddin, A.C. 2001. Reliabilitas dan Validitas
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Sibagariang E.E, Juliane, Rismalinda dan Siti N.
2010 . Buku Saku Metodologi Penelitian . Jakarta : Trans Info Media.
Sunyoto, Danang. 2012. Statistik Kesehatan: Analisis Data Dengan Perhitungan Manual dan Program SPSS . Yogyakarta : Nuha Medika.
|
5e9608bc-b64b-41e0-a80b-1f26943fdf09 | https://ejournal.itn.ac.id/index.php/industri/article/download/1450/1300 |
## SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS SMS DI SMPK COR JESU
1) Emmalia Adriantantri, 2) Joseph Dedy Irawan, 3) Sonny Prasetyo
1) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang
2),3) Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Nasional Malang
## ABSTRAK
Berdasarkan informasi dari pihak SMPK Cor Jesu, orang tua / wali banyak mengeluhkan akan keterlambatan informasi akademik yang mereka terima dari pihak sekolah. Sehingga beberapa kegiatan akademik menjadi terganggunya dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu diperlukan suatu perubahan system yang ada agar hal tersebut tidak terjadi. Melihat situasi diatas, maka penelitian ini menerapkan sistem informasi berbasis SMS Gateway untuk menyampaikan informasi akademi supaya dapat diterima dengan lebih cepat dan akurat.
Melalui desain system informasi berbasis Web maka diperoleh penyajian laporan data yang lebih cepat dan akurat. Data-data tersebut antara lain adalah data tentang laporan nilai serta absensi siswa pada semester yang sedang berjalan kepada kalangan yang memiliki hak akses dalam sistem ini. Ada pula data tentang daftar data pegawai, data pengajar, data kelas, sarana dan prasarana serta data jadwal mata pelajaran untuk tiap-tiap kelas.
Kata Kunci : SMS Gateway, Web.
Berdasarkan informasi dari pihak SMPK Cor Jesu kepada kami, bahwa dari pihak orang tua / wali banyak mengeluhkan akan keterlambatan informasi akademik yang mereka terima dari pihak sekolah. Sehingga beberapa kegiatan akademik menjadi terganggu dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu diperlukan suatu perubahan sistem yang ada agar hal tersebut tidak terjadi.
Melihat situasi diatas, maka kami menerapkan sistem informasi berbasis SMS Gateway untuk menyampaian informasi akademi supaya dapat diterima dengan lebih cepat dan akurat.
## WWW
World wide web yang diciptakan Timothy Barners Lee, lebih dikenal dengan web, yakni salah satu layanan yang didapat oleh pemakai komputer yang terhubung ke internet. Internet identik dengan web, Ia diperkenalkan pada 26 Februari 1991 oleh Tim Berners-Lee dan berjalan pada platform NeXTSTEP, karena kepopuleran web sebagai standar interface pada layanan-layanan yang ada di internet, dari awalnya sebagai penyedia informasi, kini digunakan juga untuk komunikasi dari email, chatting, sampai dengan melakukan transaksi bisnis (commerce). Contoh implementasi www di tunjukan pada gambar 1
## Gambar 1. Contoh Implementasi WWW
( sumber : google.com )
World wide web adalah suatu ruang informasi yang yang dipakai oleh pengenal global yang disebut Uniform Resource
Identifier ( URI ) untuk mengidentifikasi sumber-sumber daya yang berguna. WWW sering dianggap sama dengan Internet secara keseluruhan, walaupun sebenarnya ia hanyalah bagian daripadanya. Fungsi WWW adalah menyediakan data dan informasi untuk dapat digunakan bersama.
## Web Server dan Web Browser
Dalam dunia web, perangkat lunak client yaitu browser web mempunyai tugas yang sama, yaitu menerjemahkan informasi yang diterima dari server web dan menampilkan data ke layar komputer pengguna. Oleh karena Hyper Text Transport Protocol memungkinkan server web mengirimkan beragam data, seperti teks dan gambar, maka browser harus mengenali berbagai macam data yang akan
diterimanya dan selanjutnya harus tahu cara untuk menampilkan dengan benar. Teks harus ditampilkan sebagai teks dan gambar harus ditampilkan sebagai gambar, client mengunakan web browser dapat memperoleh tampilan text dan gambar sesuai text dan gambar di web server. Web server dan web browser yang di gunakan client di tunjukan pada gambar 2
## Gambar 2. Web Server
( sumber : google.com )
Umumnya web browser menerima data dalam bentuk HTML. File HTML sebenarnya adalah file teks biasa yang selain berisi informasi yang hendak ditampilkan kepada pengguna, juga mempunyai perintah-perintah untuk mengatur tampilan data terserbut. Browser-lah yang memiliki kuasa penuh dalam menterjemahkan perintah-perintah tadi.
Meskipun sudah dibuat konsensus untuk menstandarkan format dan element HTML, tetapi setiap jenis browser bisa menterjemahkan file HTML yang sama secara berbeda. Browser- browser web modern dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung tampilan multimedia berupa audio (suara), animasi 3D, bahkan video. Program browser web yang paling terkenal saat ini adalah Mozilla dan Microsoft Internet Explorer.
Sementara itu server web pada dasarnya adalah perangkat lunak khusus yang bertugas melayani permintaan-permintaan dari browser web akan dokumen- dokumen yang tersimpan di dalamnya. Secara fungsional server web berfungsi melayani permintaan-permintaan dari browser web.
## MySQL
MySQL merupakan database yang paling digemari dikalangan Programmer Web, dengan alasan bahwa program ini merupakan database yang sangat kuat dan cukup stabil untuk digunakan sebagai media penyimpanan data. Sebagai sebuah database Server yang mampu untuk memanajemen dengan baik, MySQL terhitung merupakan database yang paling digemari dan paling banyak digunakan dibanding database lainnya. Selain MySQL masih terdapat beberapa jenis database server yang juga memiliki kemampuan yang juga tidak bisa dianggap sepele, database itu adalah Oracle, PostgreSQL dan lain-lain. Salah satu database yang digunakan adalah MySQL yang di tunjukan pada gambar 3.
## Gambar 3. Mysql Server
( sumber : google.com )
Hal lain yang perlu diketahui mengenai MySQL adalah bahwa MySQL merupakan sebuah software database yang bersifat Free (Gratis) karena MySQL dilisensi dibawah GNU General Public Licence (GPL).
## PHP
PHP singkatan dari PHP Hypertext Prepocessor. Merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di dalam server. Hasilnya akan dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser yang ditunjukan pada gambar 4.
## Gambar 4. PHP
( sumber : google.com )
Adapun
keunggulan dari bahasa pemrograman PHP, sehingga banyak digunakan oleh web developer adalah : 1. Gratis PHP merupakan bahasa pemrograman web yang bersifat gratis sehingga banyak digunakan oleh developer web untuk membuat website.
2. Cross Platform Artinya dapat digunakan di berbagai sistem operasi, mulai dari linux, windows, mac serta sistem operasi yang lainnya.
3. Mendukung Banyak Database Engine PHP telah mendukung banyak database seperti MySQL, SQL, dBase, PostgreSQL,
mSQL, dan database lainnya.
4. On The Fly
PHP sudah mendukung on the fly, artinya dengan menggunakan PHP kita dapat membuat dokumen berupa teks, Word, Excel, PDF, menciptakan image dan flash, juga menciptaka file seperti zip, XML, dan banyak lagi.
Adapun tujuan penelitian ini adalah membuat aplikasi yang akan sangat bermanfaat bagi siswa dan orangtua, karena hanya dengan melalui SMS semua informasi akademik mereka dapat diketahui dengan cepat dan akurat.
## METODE Desain Sistem Informasi Akademik
Sistem Informasi Akademik memiliki beberapa fasilitas yang terbagi menjadi 3 kategori hak akses, yakni administrator sebagai pengelola koleksi ebook dan pengajar sebagai absensi siswa dan siswa sebagai informasi data pengajar dan sebagi fasilitas informasi belajar mengajar oleh siswa itu sendiri.
Untuk lebih memahami sistem secara umum, berikut ini diagram konteks (Context Diagram) Sistem Informasi Akademik SMPK COR JESU Malang.
Gambar 5. Context Diagram Sistem Informasi Akademik
Data Flow Diagram (DFD)
Gambar 6. Data Flow Diagram Level 0 dari Sistem Informasi Akademik
Flowchart siswa untuk melihat data nilai dan data absensi
Gambar 7. Flowchart siswa untuk melihat laporan data nilai dan absensi
Flowchart pengajar untuk melakukan proses input data nilai dan absensi siswa
Gambar 8. Flowchart pengajar untuk proses input data nilai dan absensi
Flowchart administrator
Gambar 9. Flowchart administrator
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Login
Gambar 10. Halaman Login Administrator
Halaman Depan Administrator
Gambar 11. Halaman Administrator
## Halaman Profil Sekolah
## Gambar 12. Halaman set profil sekolah
## Halaman profil Pengajar
Gambar 13. Halaman set profil pengajar
## Halaman akses Pengajar
## Gambar 14. Halaman set nilai siswa
## Halaman akses Pengajar
## Gambar 15. Halaman set nilai siswa
## Kesimpulan
Sistem informasi akademik berbasis web ini dirancang sebagai solusi bagi pihak SMPK COR JESU MALANG untuk mengelola bagian akademik dalam penyajian laporan nilai serta keaktifan siswa secara cepat dan tepat dibandingkan secara manual sehingga kinerja dalam mencapai pekerjaan dapat diwujudkan secara lebih maksimal.
Sistem informasi akademik berbasis web
dibuat bersifat intern , artinya pengguna program ini hanya kalangan tertentu yang memiliki hak akses terhadap sistem ini yaitu siswa, pengajar dan administrator.
Sistem ini dibuat sebagai sarana informasi dalam menyajikan informasi laporan nilai serta absensi siswa pada semester yang sedang berjalan kepada kalangan yang memiliki hak akses dalam sistem ini.
Dalam menampilkan laporan nilai dilakukan pada masing-masing aspek suatu mata pelajaran, dikarenakan sistem penilaian di SMPK COR JESU MALANG.
Sistem informasi akademik ini juga memberikan informasi mengenai daftar data pegawai, data pengajar, data kelas, data sarana dan prasarana yang dimiliki serta data jadwal mata pelajaran pada tiap-tiap kelas.
## Daftar Pustaka
Amsyah, Z. 2001. Manajemen Sistem Informasi . Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Umum Antony Pranata (2000), Algoritma dan Pemrograman , Yogyakarta : J & J Learning Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3 . Jakarta: Balai Pustaka Divisi Penelitian dan Pengembangan MADCOMS. 2005. Aplikasi Manajemen Database Pendidikan Berbasis Web dengan PHP dan MySQL . Yogyakarta:
ANDI
Hakim, L dan Musalini, U. 2004. Cara Mudah Memadukan Web Design dan Web Programming . Jakarta: PT Elex Media Komputindo Jogiyanto, HM. 2001. Analisa dan Desain Sistem Informasi . Yogyakarta: ANDI
Kenneth L. Spencer and Ken Miller (1997) ,
Pemrograman Client / Server , Jakarta: PT Elex Media Komputindo
|
18f8de7d-2b95-4a52-8b7a-807fe3f2c4b6 | https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/quranika/article/download/845/897 |
## Kepemimpinan Terhadap Perempuan
(Respon Feminisme Terhadap Qawwâmah)
## Ja’far Shodiq
Bustanul Huffadz Assa‘idiyah, Indonesia Email: [email protected]
## Abstract
According to the view of muslim feminists towards Qawwâmah, male and female are equal in all aspects of life. The difference is only in taqwa. According of them, it’s not Qawwam if the male is not capable in showing the capability, but according to the view of the mufasirs, Qawwâmah is to lead, to educate, defend, maintain and guide to uprightness. According to the analysis and thought comparison, the feminists rejected the concept of male leadership of women, indirectly because of their assumption that leadership is not entitled to males but can also be taken up by the female. While the muffasirs interpret the verse as the male as absolute leader of the female, either in domestic, ritual and social.
Keywords : Feminism, Qawâmmah, Hermeneutic.
## Abstrak
Menurut pandangan feminis muslim terhadap konsep Qawwâmah, laki-laki dan perempuan sama, yang membedakan hanya ketakwaan. Menurut mereka, tidak qawwam jika laki-laki tidak mempu menunjukkan kelebihannya. Sedangkan menurut para mufasir, Qawwâmah ialah memimpin, mendidik, membela, menjaga, memerintah dalam kebaikan, dan memberi pelajaran bagi perempuan. Dilihat dari analisis dan perbandingannya, kaum feminisme secara tidak langsung menolak kepemimpinan lak- laki terhadap perempuan, sehingga seakan-akan kepemimpinan tidak hanya laki-laki, melainkan perempuanpun bisa. Sedangkan para mufasir menafsirkan Qawwâmah dengan pemimpin yang mutlak atas perempuan, baik domestik, ritual maupun sosial.
Kata Kunci : Feminis, Qawwâmah, Hermeunetika
Pondok Pesantren Tahfidz Bustanul Huffadz Assa’idiyah, Sampang Madura Jawa Timur. Jalan K H Hasyim Asy’ari Nomor 42 Sampang-Madura.
## Pendahuluan
su gender yang terus berkembang menjadikan keraguan di tengah masyarakat muslim di Indonesia saat ini. Salah satunya gerakan feminisme. Mereka mengkaji tentang posisi laki-laki sebagai pemimpin atas perempuan agar terjadi kesetaraan gender. Para mufasir dianggap sebagai golongan patriarki bias gender laki-laki terhadap bias gender perempuan.
Hal yang seperti itu yang dikembangkan oleh kaum feminisme dengan berlandaskan pada sebuah historitas dan hak asasi manusia tanpa melihat apa tujuan di syariatkannya QS An-Nisa’ Ayat 34. para mufasir menafsirkan ayat tersebut sesuai dengan metelogi tafsir yang ada dalam Islam, sedangkan para kaum feminisme menafsirkan ayat itu sesuai dengan penafsiran hermeneutika, seperti halnya apa yang dilakukan oleh Amina wadud muhsin, Riffat Hasan, Fatimah Mernissi dan lain-lain, yang telah merekonstruksi syariah dengan metode pembacaan Hermeneutik,
Dengan demikian maka perlu untuk mengkaji pemikiran, ide yang telah di gencarkan oleh mereka Serta menampilkan beberapa pendapat dari kalangan mufasir klasik dan mufasir kontemporer, baik yang berbicara tentang domestik, publik maupun politik. Dengan harapan membuahkan hasil sebagai solusi terhadap permasalahan tersebut. Untuk itu, fokus kajian dalam makalah ini adalah Qawwâmah persepektif kaum feminisme dan Qawwâmah persepektif mufasirin yang akan dikaji berikut ini.
Pandangan feminis muslim terhadap Qawwâmah
## A. Pandangan Riffat Hasan Tentang Qawwâmah
Qawwâmah atau kepemimpinan rumah tangga merupakan salah satu isu yang sering diangkat dalam kajian feminisme. Termaktub dalam Al-Qur’an, laki-laki adalah qawwam bagi perempuan. Hampir keseluruhan ulama’ tafsir pada zaman klasik mengartikan kata qawwam sebagai pemimpin. Ini menjadi salah satu hal yang mencerminkan bias gender dalam tafsir Al-Qur’an.
Namun, tidak demikian dengan pandangan kaum feminis muslim. Setidaknya, Riffat Hassan, Asghar Ali Enginer dan Amina Wadud
## I
menentang pandangan bias gender tersebut. Sehingga mereka melakukan reinterpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan perempuan. Salah satunya surat An Nisa’ ayat 34.
Menurut Riffat Hassan, corak tafsir patriakhis yang muncul sejak zaman klasik, membawa implikasi teologis dan psikologis yang mencerminkan adanya superioritas laki-laki terhadap perempuan. Dia mengkritik penafsiran ayat-ayat tentang perempuan, di antaranya tentang konsep qawwam yang termaktub dalam surat An-Nisa’ ayat 34. Bentuk kritiknya adalah mengapa kata qawwâmûn diartikan sebagai pemimpin, penguasa, bukan penopang atau pelindung?.
Jika kata qawwâmûn ditafsirkan sebagai penopang, berarti laki-laki adalah pelindung atau penopang bagi kaum perempuan. Lebih tepatnya adalah bahwa kata qawwâmûn diartikan sebagai pencari nafkah atau mereka yang menyediakan sarana pendukung kehidupan. 1 Dari penafsiran ini, jelas bahwa Qawwâmah tidak dapat diperoleh secara otomatis dan bersifat mutlak, melainkan bersyarat. Syarat untuk menjadi qawwam tersebut adalah dengan menjadi penopang, pelindung, atau pencari nafkah.
Oleh karena itu, ayat 34 surat An-Nisa’ tersebut mestinya tidak sepenuhnya dijadikan legitimasi dan justifikasi bahwa perempuan subordinat di bawah lelaki. Tapi lebih merupakan statement normatif yang menyangkut konsep Islam tentang pembagian kerja dalam sebuah struktur keluarga dan masyarakat.
Kata qawwâmûn itu sendiri menurut Riffat merupakan pernyataan Al-Qur’an yang menunjukkan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian tersebut bertujuan untuk mencipta dan mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pembagian tersebut, kaum laki-laki bertugas mencari nafkah karena mereka tidak berkewajiban melahirkan anak. laki-laki berfungsi produktif sedangkan perempuan reproduktif. Kedua fungsi ini memang terpisah namun saling melengkapi untuk mencipta harmoni. Diantara keduanya juga tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.
1 Abdul Mustaqim, Paradigma Tafsir Feminis , Yogyakarta: Logung Puataka, 2008, hal. 199
Dia berpendapat bahwa Al-Qur’an telah menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Adil. Dia tidak mendiskreditkan perempuan. Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan sama, yang membedakan hanya lah ketaqwaannya. Bahkan, tampaknya Tuhan lebih memperhatikan kaum marginal, kaum terpinggir, yaitu para janda, anak yatim, dan kaum budak, dari pada mereka yang kaya dan menjadi penguasa.
Pandangan Riffat tentang Qawwâmah
merupakan hasil
penafsirannya yang lahir dari metode yang dibangun oleh Fazlur Rahman. Yaitu metode yang lebih menekankan aspek ideal moral dari pada legal formalnya. Dalam menggunakan metode ini, al-Qur’an harus dipahami spiritnya terlebih dahulu agar tidak terjebak pada luarnya saja.
Selain itu, Riffat juga menggunakan dua pendekatan dalam menafsirkan al-Qur’an. Yaitu 2 :
Pertama , pendekatan normatif idealis. Maksudnya adalah bahwa teologi feminis yang hendak dirumuskan itu mengacu kepada norma- norma yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam yang ideal. Dengan kata lain, suatu pendekatan di mana ketika seorang peneliti hendak melihat persoalan, ia senantiasa merujuk pada yang bersifat normatif.
Kedua, pendekatan historis empiris. Pendekatan ini digunakan setelah melihat secara cermat dan kritis bagaimana sebenarnya pandangan ideal normatif al-Qur’an. Riffat memandang bagaimana kenyataan empiris historis kondisi perempuan dalam masyarakat Islam. Sehingga di satu sisi Riffat mendapatkan gambaran teoritis yang bersifat normatif idealis mengenai al-Qur’an.
## B. Pandangan Asghar Ali Enginer Tentang Qawwâmah.
Menurut Asghar Ali Enginer, surat An Nisa’ ayat 34 tidak boleh dipahami lepas dari konteks sosial pada waktu turunnya. Jika tidak, maka ayat tersebut akan menimbulkan pemahaman yang melegitimasi superioritas laki-laki di atas perempuan. Sehingga, untuk mendapatkan
2 Abdul Mustaqim, Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarkhis , Yogyakarta: Sabda Persada, 2003, hal. 106-107.
214 | Ja’far Shodiq
pemahaman yang benar-benar sensitif gender, perlu menengok kembali konteks sosial serta asbabu nuzul turunnya ayat tersebut.
Menurut dia, struktur sosial pada zaman Nabi tidak benar-benar mengakui kesetaraan laki-laki dan perempuan. Orang tidak dapat mengambil pandangan yang semata-mata teologis dalam hal semacam ini. Orang harus menggunakan pandangan sosiologis-teologis. Bahkan Al-Qur’an pun terdiri dari ajaran yang kontekstual dan juga normatif. Tidak ada kitab suci yang bisa efektif, jika mengabaikan konteksnya sama sekali. 3
Pada zaman itu, perempuan tidak diharapkan atau diminta untuk mencari nafkah dan memelihara keluarga. Ini secara eksklusif merupakan kewajiban dan tugas laki-laki. Pada waktu itu dalam konteks sosial yang terjadi bukan sebaliknya. Karena laki-laki dibebani kewajiban mencukupi kebutuhan keluarga dia juga diberikan suatu tingkat superioritas terhadap perempuan. Demikianlah dalam kebijaksanaan Allah. 4
Menurut Asghar dalam bukunya yang berjudul Hak-Hak Perempuan dalam Islam, yang dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam buku Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an Klasik dan Kontemporer, menyatakan bahwa:
‚Al-Qur’an hanya mengatakan bahwa laki-laki adalah qawwam (pemberi nafkah atau pengatur urusan keluarga) dan tidak mengatakan bahwa mereka harus menjadi qawwam , dapat dilihat bahwa qawwam merupakan sebuah pernyataan kontekstual, bukan normatif. Seandainya Al-Qur’an mengatakan bahwa laki-laki harus menjadi qawwam , maka ia akan menjadi sebuah pernyataan normatif, dan pastilah akan mengikat bagi semua perempuan pada semua zaman dan dalam semua keadaan. Tetapi Allah tidak menginginkah hal itu‛. 5
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Asghar berpandangan bahwa keunggulan laki-laki bukanlah keunggulan jenis kelamin. Tetapi keunggulan secara fungsi yang didapat karena laki-laki mencari nafkah
3 Yunahar Ilyas, Feminisme dalam Kajian Tafsir Al- Qur’an Klasik dan Kontemporer , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hal. 81.
4 Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan , Yogyakarta: Ircisod, 1999, hal. 58.
5 Ilyas, Feminisme dalam Kajian Tafsir , hal. 83.
untuk perempuan. Dan fungsi tersebut seimbang dengan fungsi sosial perempuan dalam menjalankan kerja domestik dalam sebuah rumah tangga. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Al-Qur’an menyatakan adanya kelebihan laki-laki atas perempuan tersebab nafkah tersebut?.
Asghar memandang hal tersebut disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kesadaran sosial perempuan pada masa itu sangat rendah dan pekerjaan domestic dianggap sebagai kewajiban perempuan. Kedua, karena laki-laki menganggap dirinya sendiri lebih unggul karena kekuasaan dan kemampuan mereka mencari nafkah dan membelanjakannya untuk perempuan. 6
Menurut Asghar, apabila perempuan sadar bahwa peran domestik yang mereka lakukan harus dinilai dan diberi ganjaran yang sesuai dengan Al-Qur’an (Q.S. 2:21), bukan semata-mata kewajiban. Maka tentu perlindungan dan nafkah yang diberikan laki-laki terhadap mereka tidak dianggap sebagai keunggulan laki-laki. Karena perempuan, maka laki-laki harus mengimbangi dengan melindungi dan memberi nafkah, yang oleh al-Qur’an disebut ‚ qawwam ‛. 7
Untuk memperkuat pandangannya tersebut, Asghar mengutip pendapat Muhammad Asad, seorang mufasir modernis, dalam menerjemahkan kata Qawwam sebagai berikut :
‚Laki-laki hendaknya menjaga perempuan sepenuhnya dengan bertanggungjawab karena Allah telah melimpahkan lebih banyak beban kepada laki-laki dari pada perempuan, dengan apa yang mereka nafkahkan dari apa yang mereka miliki.‛ 8
Kata Qawwam yang menjadi kata kunci dalam ayat tersebut diterjemahkan dengan terjemahan yang sangat berbeda. Terjemahan tersebut tidak menekankan superioritas laki-laki atas perempuan. Tetapi titik tekannya berada pada pemahaman bahwa laki-laki memiliki kewajiban untuk menjaga perempuan.
6 Ilyas, Feminisme dalam Kajian Tafsir Al- Qur’an , hal. 82.
7 Nasharuddin Umar, Kepemimpinan Perempuan dalam Islam, dalam Jurnal Politik Akses , Jakarta: Yayasan Akses, 2001, hal. 423.
8 Asghar Ali Enginer, Pembebasan Perempuan m, Yogyakarta: Lkis, 2003, hal. 69.
Pandangan Muhammad Asad yang juga menguatkan pendapat Asghar adalah pandangannya tentang bentuk gramatikal qawwam yang merupakan penguatan (sighat mubalaghah) dari qa’im . Bentuk ini menggambarkan pandangan yang lebih komprehensif karena menggabungkan konsep nafkah fisik dan perlindungan dengan tanggung jawab moral. Dengan begitu, menjadi qawwam berarti memberi tambahan tanggung jawab laki-laki kepada perempuan. Namun, yang tak boleh terlupakan adalah dalam konteks apa Allah memberikan fadhl atau kelebihan kepada laki-laki atas perempuan.
Atas dasar asumsi demikian, maka bagi Asghar Ali Engineer, penafsiran ayat-ayat
al-Qur’an harus
dilakukan dengan mempertimbangkan konteks pengalaman dan kesadaran sosiologis yang ada. Asghar menegaskan, menafsirkan al-Qur’an dalam konteks pengalaman dan kesadaran sosiologis tentu tidak bisa dikatakan secara serampangan sebagai penafsiran bi al- ra’yi. 9
Terkait dengan metode tafsir yang digunakan, dalam hal ini Asghar menggunakan tawaran hermeneutiknya untuk memahami ayat- ayat al-Qur’an. Asghar terdorong menggunakan metode ini karena ia menganggap kebanyakan mufasir (klasik) memperlakukan ayat-ayat al- Qur’an secara teologis. Sehingga memunculkan penafsiran-penafsiran yang dogmatis dan jauh dari konteks sosiologis.
Asghar mengkritik dengan tajam metode para mufasir yang memahami ayat ini (surat An-Nisa’ ayat 34) semata-mata bersifat teologis dengan mengabaikan pendekatan sosiologis. Seharusnya para mufasir menggunakan pandangan sosio-teologis 10 .
Bagi Asghar Ali Enginer, moralitas adalah bersifat normatif sekaligus kontekstual. Yang normatif mungkin bersifat transcendental, tetapi ia hanya dipraktekkan dalam konteks tertentu. Ketika konteksnya berubah, bisa jadi tidak tepat untuk mempraktekkan moralitas dalam bentuknya yang lama. Namun demikian, tegasnya, kandungan normatif
9 M.Yusron, Study Kitab Tafsir Kontemporer , hal. 73
10 Nurjannah Ismail, Relasi Gender dalam Al- Qur’an, dalam Gender dan Islam , Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga, 2009, hal. 39.
al-Qur’an tidak bisa dikorbankan ketika mengembangkan moralitas yang baru 11 .
Dalam mengaplikasikan metode hermeneutiknya untuk memahami al-Qur’an, Asghar menggunakan beberapa pendekatan. Yaitu historis, sosiologis, antropolgis dan filosofis. Melalui pendekatan historis Asghar berusaha menunjukkan bahwa al-Qur’an tidak pernah mengabaikan sejarah sama sekali, namun justru memperhatikan peristiwa-peristiwa sejarah serta pengaruh-pengaruhnya. Oleh karena itu, Asghar sangat memperhatikan aspek ruang dan waktu ketika menggunakan pendekatan ini.
Sedangkan pendekatan sosiologis antropologis digunakan untuk menghindari terjadinya ketimpangan dalam penafsiran. Menurut Asghar, terjadinya ketimpangan semacam itu dikarenakan para mufasir mengabaikan konteks sosio-antropologis yang meliputi pewahyuan al- Qur’an. Padahal, al-Qur’an hadir dalam konteks ruang dan waktu tertentu. Juga dengan kondisi social tertentu. Mengenai pendekatan filosofis, Asghar Ali Engineer menggunakannya terutama dalam memperkokoh rangka teologi pembebasannya.
## C. Pandangan Amina Wadud Tentang Qawwâmah.
Berbeda dengan Riffat Hasan dan Asghar Ali Enginer, Amina Wadud dapat menyetujui laki-laki menjadi pemimpin perempuan dalam rumah tangga jika disertai dua keadaan: pertama , jika laki-laki punya atau sanggup membuktikan kelebihannya. Kedua , jika laki-laki mendukung perempuan dengan menggunakan harta bendanya. 12 Namun, jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka laki-laki tidak qawwam atas perempuan.
Sedangkan konsep fadhl atau kelebihan yang juga berkaitan dengan Qawwâmah , menurut Amina Wadud, al-Qur’an tidak menyebutkan secara eksplisit bentuk kelebihan laki-laki atas perempuan. Bentuk kelebihan yang disebutkan secara eksplisit hanyalah
11 Yusron, Study Kitab Tafsir , hal. 119.
12 Yunahar Ilyas, Feminisme dalam Kajian Tafsir Al- Qur’an Klasik dan Kontemporer , Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2007, hal. 84.
kelebihan dalam hal waris. Di mana laki-laki mendapat bagian dua kali bagian perempuan.
Merujuk kepada kelebihan yang ditunjukkan dalam warisan, maka kelebihan secara material juga tidak bersifat mutlak. Hubungan ini sering kali lebih disukai karena syarat lain untuk qiwamah adalah ‚mereka menafkahkan harta mereka (untuk membiayai hidup perempuan)‛. Jadi, ada hubungan timbal-balik antara hak istimewa dan tanggung jawab. Laki-laki bertanggungjawab mengeluarkan harta mereka untuk membiayai hidup perempuan dan karena itu, mereka diberi bagian waris dua kali lipat. 13
Namun, konsep Qawwâmah atau qiwamah, tidak dapat dipahami begitu saja. Perlu pembahasan tentang parameter dan aplikasi konsep tersebut dalam masyarakat. Karena kondisi sosial saat ayat tersebut diturunkan sangat berbeda dengan masyarakat pada zaman sekarang. Dahulu, kaum perempuan memang belum terbiasa, bahkan sangat langka, seorang perempuan turut bekerja menafkahi keluarga. Namun, realitas yang terjadi sekarang sangatlah kontras. Saat ini kaum perempuan telah banyak ikut andil serta berkiprah di ranah publik. Turut serta memperkuat ekonomi keluarga. Oleh karena itu, pembahasan tentang parameter dan aplikasi Qawwâmah menjadi hal yang sangat urgen. Mengenai parameter dan aplikasi ini, Amina Wadud mengatakan:
‚Saya mengaplikasikan ayat ini pada masyarakat secara umum, tetapi berdasarkan superioritas inheren laki-laki di atas perempuan, atau berdasarkan pelebihan Allah terhadap laki-laki di atas perempuan. Sebaliknya, saya memperluas hubungan fungsional, yang diajukan Sayid Qutub di antara suami istri, ke arah kebaikan bersama menyangkut hubungan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Perhatian utama saya adalah pada tanggung jawab dan hak perempuan untuk melahirkan anak.‛ 14
Dalam sebuah rumah tangga, sudah menjadi kodrat bahwa melahirkan anak adalah tugas perempuan. Hal ini tidak dapat diganggu gugat karena bersifat alami dan tidak dapat dipertukarkan dengan tugas
13 Amina Wadud, Qur’an Menurut Perempuan , Jakarta: Serambi, 2006, hal. 122.
14 Wadud, Qur’an , 125.
suami. Tanggung jawab melahirkan anak merupakan hal yang sangat penting karena eksitensi manusia di muka bumi ini bergantung padanya. Oleh karena itu, demi keseimbangan dan keadilan penciptaan, maka laki-laki dibebani kewajiban yang sama pentingnya bagi kelestarian ras manusia.
Tugas dan fungsi keduanya saling melengkapi. Laki-laki tidak bisa mengambil alih tugas perempuan untuk hamil dan melahirkan anak. Begitu pula sebaliknya, perempuan tidak boleh bertugas mencari nafkah untuk suaminya. Al-Qur’an menjelaskan bahwa kewajiban laki-laki adalah sebagai qiwamah. menjaga agar perempuan tidak terbebani kewajiban tambahan yang dapat membahayakan kewajiban utamanya yang berat dan hanya dapat dipenuhi olehnya. Namun, sikap tesebut tidak boleh dibatasi hanya pada qiwamah materi. Dalam hubungan yang lebih luas, sikap ini harus juga diterapkan pada dimensi spiritual, moral, intelektual, dan psikologis. Pandangan tentang qiwamah seperti ini akan memungkinkan laki-laki untuk betul-betul melaksanakan fungsi khilafah di muka bumi, sebagaimana ditakdirkan Allah pada penciptaan manusia.
Seorang laki-laki yang sanggup untuk mencari nafkah kemudian ia tinggal di rumah saja menunggu nafkah dari istrinya, akan dihinakan masyarakat, termasuk istrinya sendiri. Sehingga hilanglah Qawwâmah - nya atas istrinya. Dan setiap perempuan normal dan mengerti tugasnya dalam hidup ini, menghendaki perlindungan seorang suami yang memenuhi segala kebutuhan hidupnya. 15
Pandangan Amina Wadud tentang tafsir Qawwâmah seperti yang telah dibahas di atas, tidak lepas dari background keilmuan yang dimilikinya. Selama ini dia sudah sangat akrab dengan bermacam wacana gender yang melingkupinya. Namun, sesuatu yang juga sangat berpengaruh terhadap penafsirannya adalah metode tafsir yang ia gunakan.
Agar memperoleh penafsiran yang betul-betul sensitif gender, maka Amina Wadud tak lagi menggunakan metode tafsir seperti yang
15 Achmad Sathori Ismail, Gender Perspektif Fiqh dalam Membincang Feminisme Diksursus Gender Perspektif Islam , Surabaya: Risalah Hati, 2000, 139.
## 220 | Ja’far Shodiq
umum digunakan oleh ulama’ sejak zaman klasik. Yaitu, ijmali, tahlili, muqarran dan isyari. Mengenai metode konvensional ini, Amina Wadud justru mengkritiknya.
Ia mencoba menawarkan metode tafsir holistik, yaitu tafsir yang menggunakan# seluruh metode panafsiran dan mengaitkan dengan berbagai persoalan sosial, moral, ekonomi, politik, termasuk isu-isu perempuan yang muncul di era modernitas. Metode tafsir holistic ini memang pernah ditawarkan oleh Fazlur Rahman. Asumsi dasarnya adalah bahwa ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan dalam waktu tertentu cenderung menggunakan ungkapan yang relatif sesuai dengan situasi yang mengelilinginya. 16 Lebih lanjut, mengenai metode yang ia gunakan, Amina Wadud mengatakan:
‚Jadi, saya mencoba menggunakan metode penafsiran Al-Qur’an yang dikemukakan oleh Fazlur Rahman. Dia menganjurkan agar semua ayat, yang diturunkan pada titik waktu sejarah tertentu, diungkap menurut waktu dan suasana penurunannya. Namun, pesan yang terkadung dalam ayat tersebut tidak terbatas pada waktu atau suasana historis tersebut. Seorang pembaca harus memahami maksud dari ungkapan-ungkapan Al-Qur’an menurut waktu dan suasana penurunannya.‛ 17
Tujuan dari metode penafsiran dengan model hermeneutik adalah untuk memperoleh kesimpulan makna suatu teks atau ayat. Teks atau ayat itu sendiri selalu berhubungan dengan tiga aspek, yaitu kapan teks itu ditulis, dalam konteks Al-Qur’an adalah kapan ayat itu diturunkan. Selanjutnya adalah bagaimana komposisi tata bahasa teks (ayat) tersebut. Dan terakhir bagaimana keseluruhan atau pandangan hidup ayat tersebut.
Sebagai langkah teknis ketika menafsirkan ayat Al-Qur’an, ketiga prinsip tersebut dapat dielaborasi lebih lanjut sebagai berikut, yaitu setiap ayat yang hendak ditafsirkan dianalisis 1). dalam konteksnya, 2). dalam konteks pembahasan topik yang sama dalam al-Qur’an, 3). menyangkut soal bahasa yang sama dan struktur sintaksis yang digunakan di seluruh bagian al-Qur’an, 4). menyangkut sikap benar-
16 Abdul Mustaqim, Paradigma Tafsir Feminis , Yogyakarta: Logung Pustaka, 2008, 28.
17 Wadud, Qur’an , 19.
benar berpegang teguh pada prinsip-prinsip Al-Qur’an, 5). Dalam konteks al-Qur’an weltanschauung atau pandangan hidup. 18
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa setiap mufasir memiliki perspektif dan background yang berbeda-beda. Sehingga muncul subyektivitas dalam hasil penafsiran mereka. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menghindari subyektivitas yang melahirkan relativisme dalam penafsiran.
Menurut Amina Wadud, untuk menghindari potensi relativisme ini, maka seorang penafsir harus dapat menangkap prinsip-prinsip fundamental yang tak dapat berubah dalam teks al-Qur’an itu sendiri. Lalu penafsir melakukan refleksi yang unik untuk melakukan kreasi penafsiran sesuai dengan tuntunan masyarakat zamannya. 19 Dengan begitu, akan tampak bahwa al-Qur’an benar-benar shalih likulli zaman wa makan . Selalu relevan untuk diterapkan kapanpun dan di manapun.
## Pandangan Para Mufasirin Salaf Dan Khalaf Terhadap Qawwâmah
Para mufasir menafsirkan Qawwâmah tidak hanya domestik, tapi juga ritual, sosial, dengan begitu maka penafsirannya lebih luas, yang tentunya penafsirannya dikuatkan dengan ayat yang lain dan hadits yang terkait, dalam hal ini pemakalah mempertemukan respon feminisme terhadap mufasirin, berikut pandangan mufasirin:
## A. Kepemimpinan Persepektif Abu Ja’far At -Tabari
Qawwâmah yang di maksud dalam QS An-Nisa’ Ayat 34 adalah seorang laki-laki yang memimpin dan mendidik terhadap perempuan, dan memberikan sangsi bila melanggar, dengan sebab Allah telah mengutamakan dirinya dari pada yang lain, dan mereka telah berkewajiban membiayai, oleh sebab itu laki-laki menjadi pemimpin baginya. Dan seorang perempuan wajib mentaati apa yang di perintah oleh suami, bila seorang istri melanggar perintahnya maka seorang
18 H.M. Yusron, Study Kitab Tafsir Kontemporer , 67.
19 Yusron, Study Kitab Tafsir , 89.
suami boleh memukulnya dengan yang tidak membahayakan sebagai pelajaran baginya. 20
B. Kepemimpinan Persepektif Abu Muhammad Al-Husain Bin Mas’ud Al -Baghawi
Qawwâmah yang dimaksud dalam ayat itu ialah, menguasai untuk mendidiknya, Qowwam dan Qoyyim adalah satu makna, namun Qowwam lebih balig yaitu yang memimpin kemashlahatan dan mengatur tatakrama, kerena Allah telah memberikan keutamaan terhadap laki-laki dari pada perempuan, dengan tambahnya akal (lebih cerdas) dan agama, penguasannya, dan ada yang mengatakan dengan persaksian, seperti yang tertera dalam QS Al-Baqarah (282)
## "
نتاأرماو لجرف ينلجر ناوكي لم نإف "
Dan ada yang mengatakan dengan jihad, dan ada pula dengan ibadah yakni jumu’at dan berjama’ah, dan ada pula yang mengatakan bahwa seorang laki-laki boleh menikahi wanita empat istri dan tidak halal bagi wanita kecuali satu suami, dan ada pula yang mengatakan bahwa Thalaq ada di kekuasaan suami, dan ada pula dengan waritsan, dan ada pula dengan denda, dan ada pula dengan kenabian.
Dan karena laki-laki telah menafqahi yakni member mahar dan membiayai kehidupannya seperti dalam hadits Nabi SAW.
" اهجوزل دجست نأ ةأرلما ترملأ دحلأ دجسي نأ اًدحأ ترمأ ول "
C. Kepemimpinan Persepektif Ahmad Mushtafa Al-Maraghi
Qawwâmah , Makna mufradat : Pemimpin perempuan bila bisa mendirikan untuk perhatian dengan menjaga dan melindunginya, dan keutamaannya ada dua bagian, secara psikologis, fitroh, yaitu kuatnya percampuran, pergaulan laki-laki dan kesempurnaannya dalam penciptaannya, dan di ikuti oleh kuatnnya akal dan mantapnya penelitian dalam awal urusan hingga puncaknya, dan kasbi, yaitu
20 Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir at-Thabari, 224-310 Jami’ al - Bayan ‘an Ta’wil Ay Al - Qur’an, ed. Mahmud Muhammad Syakir dan Ahmad Muhammad Syakir, Kairo: Darul Ma’arif, jilid 8, hal. 290.
kuatnya bekerja dan mentransformasi dalam suatu perkara, oleh itu lak- laki dituntut menafkahi perempuan dan menjadi pemimpin di rumah.
Menurut Jumali, ketika Allah melarang setiap laki-laki dan perempuan untuk mengharap sesuatu yang yang di utamakan Allah terhadap sebagian yang lain, dan Allah menunjukkan mereka untuk berpegang teguh dalam urusan rizeki dalam hal pekerjaan dan urusannya agar ahli waris memberikan haknya pada yang punya bagian, maka dalam hal ini nampak jelas bahwa lak-laki melebihi perempuan, di antara sebab-sebabnya adalah seorang laki-laki memimpin perempuan dengan menjaga, dan berkewajiban jihad bukan perempuan, karena itu merupakan keistimewaan, dan punya bagian warisan yang lebih banyak, kerena seorang laki-laki berkewajiaban menafkahi istrinya.
Sebab inilah Allah mengutamakan lak-laki terhadap perempuan dalam penciptaannya, dan memberikan apa yang tidak di berikan pada perempuan yaitu kekuasaan dan kekuatan, seperti Allah mengutamakan laki-laki dengan kekuasaan, maka laki-laki juga wajib membayar mahar sebagai pengganti dan pembanding bagi perempuan di kepemimpinan laki-laki dan menerima sebagai pemimpin, seperti pengantian harta yang mereka ambil seperti firmannya QS al-Baqarah ayat 228.
Yang di maksud dengan al-qiyam ialah kepemimpinan yang di laksanakan untuk orang yang dipimpin sesuai kehendak dan pilihan pemimpin, karena tidak ada makan lagi kecuali mengarahkan dan menjaga dalam melaksanakan apa yang menajdi arahan, dan meneliti amal-amalnya, oleh sebab itu menjaga rumah dan tidak adanya firaaq kecuali atas izinnya walau untuk mengunjungi sanak family, dan memastikan nafaqoh, yaitu memastikan sesuai dengan kemudahannya, sedangkan perempuan harus melaksanakan apa yang menjadi keridhoan suaminya, dan harus menyesuaikan dirinya baik dalam keadaan ceria dan sedih. (Luas dan sempit). 21
21 Ahmad Mushtofa Al-Maraghi Tafsir al-Maraghi Darul fikri 2006 M, jilid II hal 140-141.
## D. Kepemimpinan Persepektif Hikmat Bin Basyir Bin Yasin
Qawwâmah Yang di maksud dengan ayat tersebut ialah pemerintah terhadap perempuan yang wajib di ta’ati dalam hal apa yang di perintahkan oleh Allah, dan seorang perempuan harus berbuat baik pada keluarganya dan menjaga hartanya dan keutamaannya dengan nafaqoh dan usahanya. 22
دحلا دجسي نا ادحا ارما تنك ول
, اهجوزل دجست نا ةارلما ترملا
E. Kepemimpinan Domestik Persepektif As-Syaukani
Qawwâmah Yang di maksud dengan ayat tersebut adalah seorang laki-laki memimpin perempuan dengan pebelaan, seperti hal para hakim dan perintah yang membela rakyatnya, mereka juga yang memenuhi kebutuhan perempuan yakni nafaqah pakaian dan tempat tinggal. 23
## F. Kepemimpinan Perspektif Abul Fida’ Isma’il bin Umar Bin katsir
Qawwâmah adalah pemimpin atas perempuan yang menjadi kepala dan pembesarnya, dan hakim dan mendidik bila melanggar karena laki-laki lebih utama dari pada perempuan, dan seorang pria lebih baik dari pada wanita, oleh sebab itu kenabian itu di khususkan untuk laki-laki, begitupun kepemimpinan yang agung (pemimpin negara) karena ada hadits Nabi SAW.
## ةأرما مُهَرْمأ اوَّلَو ٌموق حِلفُي نل
Hadits ini di riwayatkan oleh Imam Bukhori dinarasikan dari haditsnya Abd Al-Rahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya, begitu juga tingkat penetapan hukum dan selainnya dan dengan sebab seorang laki berkewajiban menafkahi mereka, yakni hartanya, mahar, dan tuntutan- tuntutan yang di wajibkan oleh Allah dalam Al- Qur’an dan As -Sunnah, jadi kepribadian seorang laki-laki lebih utama dari pada perempuan, seorang pria melebihi wanita maka layak bagi seorang laki-laki memimpinnya, seperti yang tertera dalam QS Al-Baqoroh Ayat 228
22 Hikam bin Basyir bin Yasin at-Tafsir as-Shahih Darul Ma’atsir 1999 M, jilid II hal 42.
23 As-Syaukani Fathul Qadir Jilid II hal 135.
## ةَجَرَد َّنِهْيَلَع ِلاَجِّرلِلَو .
## G. Kepemimpinan Perspektif Syhihabudin Mahmud Ibnu Abdillah Al-Husaini Al-Alusi
Qawwâmah ialah memimpin perempuan seperti pemimpin seorang wali terhadap rakyatnya dengan memerintah dan melarangnya dan lain sebagainya, sebelum al alusi menjelaskan tafsran qawwâmah beliau terlebih dahulu menjelaskan secara bahasa dari gramatikal bahasa Arab, yaitu : Jumlah ismiyah yang terdapat dalam ayat tersebut bersandingan dengan shigat mubalaghah tujuannya untuk memberitahukan bahwa laki-laki adalah kaum bangsawan dan mendalamnya sifat yang disandarkan padanya, dan kalimat ini mengisyarai terhadakp sebab kepemilikan laki-laki sebagai tambahan dalam waritsan, seperti keterangan terdahulu bahawa ada perbedaan tingakat kepemilikan, Allah member alas an dalam hal ini dengan dua perkara, yaitu wahbi dan kasbi dan lain sebagainya.
Qawwâmah yang terdapat dalam ayat ini yaitu memimpin dan memiliki menguasai dengan sebab tafdlil itu, dan Allah mengganti dhomir hingga tidak نهيلع الله مهلضف ابم Untuk mengisyarahi bahwa perkaranya Nampak jelas dan tidak butuh untuk di jelaskan siapa yang mengutamakan dan siapa yang di utamakan secara proporsioanal, dan pula yang mengatakan untuk menyamarkan bahwa sebagian perempuan lebih utama dari kebanyakan laki dan itu tidak benar, begitu juga Allah tidak menjelaskan keutamaan yang yang ada pada laki-laki karena tidak butuh untuk diperinci, dan ada keterangan bahwa sesungguhnya perempuan itu kurang akal dan agamanya, dalam arti lebih sempurna laki-laki akalnya, dan sebaliknya seperti yang sudah tidak samar lagi, oleh sebab itu laki-laki di beri keistimewaan menyandang risalah dan kenabian menurut qoul yang terkenal, dan pemimpin besar dan kecil, dalam arti pemimpin Negara dan lain-lain, dan mendirikan syi’ar seperti adzan dan iqomah, khutbah dan jumu’ah
24 Abu al-Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir al-Qursyi ad Dimasyqi 700-774 H Tafsisr al- Qur’an al -Adzim (darun thoyyibah 1999 M/ 1420 H jilid 2 hal 292 ).
dan takbiran pada hari tasyriq, menurut imam kita yang agung, dan yang mencerai dan menikah menurut madzhab Syafi’iyah dan persaksian dan tambahnya bagian dalam waritsan dan ‘ashabah dan seterusnya. 25
## H. Kepemimpinan Perspektif Fakhruddin al-Razi
Qawwâmah dalam Ayat ini turun berkenaan dengan pembicaraan perempuan tentang tafdlil Allah terhadap perempuan dalam hal waritsan, maka Allah menyebutkan dalam ayat ini bahwa Allah mengutamakan laki-laki dari pada perempuan dalam hal waritsan, karena laki-laki pemimpin terhadap perempuan, sesungguhnya keduanya sama-sama mengambil kenikmatan, kesenangan, dengan yang lain, Allah memerintah untuk membayar mahar dan menafqahinya maka tambahan itu menjadi perbandingan dengan yang lain, seakan- akan tidak ada keutamaannya baginya, dan inilah keterangan cara penertiban, dalam ayat ada beberapa masalah.
Masalah pertama : al-Qawam adalah sebuah nama bagi orang yang komprehensif dalam memimpin suatu perkara, Ibnu Abbas mengatakan, ayat ini turun tentang Binti Muhammad bin Salimah dan suaminya Sa’ad Bin Al-Rabi’ salah satu senior sahabat Anshar, kemudian dia menampar istrinya kemudian istrinya pindah dari tempat tidurnya dan pergi menuju Rasullah saw. dan ia melaporkan masalah tersebut, dan bekas tamparan masih ada di wajahnya, kemudian bersabda, Khishaslah dia, kemudian bersabda, sabar dulu hingga aku mengetahui, kemudian turunlah ayat ini, yaitu seorang laki-laki menguasai untuk mendidiknya dan tindakan di atas kekuasaannya, seakan-akan Allah menjadiakan pangkat raja atasnya dan hakim dalam hak istrinya, ketika ayat tersebut turun Nabi saw. Bersabda, saya menghendaki suatu perkara dan Allah menghendaku suatu perkara, dan apa yang di kehendaki Allah adalah yang lebih baik, dan di hilangkanlah hukum kishas teumrsebut.
Kemudian Allah menetapkan kerajaan bagi laki-laki terhadap perempuan dan pelaksana perintah, dan unutk mengerjakan itu Allah
25 Syihabuddin Mahmud ibn Abdillah al-Husaini al-Alusi Ruhul Ma’ani fi Tafsir al - Qur’an al- Adzim was- Sab’il matsani jilid 4 hal 41.
member alasan dengan dua perkara, salah satunya firmanNya bima faddalallahu ba’dhohum ‘ala ba’dh .
Ketahuilah bahwa keutamaan laki-laki terhadap perempuan bisa di hasilkan dari beberapa segi, sebagian sifatnya merupakan sifat yang hakiki, dan sebagian yang lain adalah hukum-hukum syari’at, adapun sifat hakiki yaitu kembali pada dua perkara yaitu kembali pada ilmu dan pada kekuasaan , dan tidak di ragukan bahwa akalnya laki-laki dan ilmunya lebih banyak, dan tidak di ragukan juga bahwa kekusaannya untuk melakukan pekerjaan berat lebih sempurna, maka dengan kedua sebab inilah keutamaan laki-laki melebihi perempuan dalam akal, kemantapan dan kekuatan, dan menulis dalam kebiasaannya, dan naik kuda dan memanah, dan sebagian dari mereka ada beberpa nabi dan ulama, dan sana juga ada imam agung dan imam kecil dan jihad, dan adzan dan khutbah i’tikaf, dan persaksiam dalam hudud dan qishashas dengan kesepakatan, dan dalam pernikahan menurut imam syafi’I, dan tambahnya bagian dalam warisan dan ‘ ashabah , dan menangung denda dalam pembunuhan karena salah, dan dalam pembagian, wali, dan thalaq, ruju’ dan terbilangnya pasangan, dan nasab di sandarkan padanya, dan kesemuanya itu menunjukkan keutamaan laki-laki terhadap perempuan. Dan sebab yang kedua adanya fadhilah ini adalah, karena seorang laki-laki membayar mahar dan nafaqoh. 26
## I. Kepemimpinan Perspektif Ibnu Al-Jauzi
Qawwâmah yang di maksud dengan ayat tersebut adalah menguasai untuk mendidik perempuan dalam haknya, keistimewaan laki-laki terhadap perempuan adalah tambahnya akal, bagian yang lebih dalam waritsan, rampasan perang, jum’ah, jama’ah, khilafah, imarah, jihad, dan thalak ada kekusaan laki-laki dan sererusnya. 27
26 Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin al-Hasan bin al-Husain at-Taimi ar- Razi julukan Fahkruddin ar-Razi Mafatihul Ghaib Jilid 5 192
27 Ibn al-Jauzi Zadal Masir Jilid II hal 25.
## J. Kepemimpinan Perspektif Al-Mahalli, dan As-Suyuthi
Qawwâmah Ialah menguasai, mendidik, dan menindak di atas kekuasaannya, keistimewaannya melebihi perempuan dengan ilmu, akal, dan wilayah, dan selainnya. 28
## K. Kepemimpinan Perspektif Abul Qasim Mahmud Bin Umar Bin Ahmad Az-Zamakhsyari
Qawwâmah Ialah memimpin sebagai pemerintah dan pelarang seperti para pemerinyah terhadap rakyatnya, oleh sebab itu mereka disebut pemimpin, laki-laki mengusai mereka karena keistimewaan yang di berikan Allah kepadanya, kristimewaan yang melebihi perempuan, dan ini menunujkkan bahwa wilayah itu merupakan kepemilikan dengan sabab keistimewaan itu, bukan dengan mengalahkan, perpanjangan, dan pemaksaan, para ulama’ menyebutkan keistimewaan laki-laki di antaranya: akal, kemantapan, ketegasan, tujuan, kekuatan, dan tulisan, menurut kebiasaan dan penunggang kuda dan pemanah, dan sebagian di antara mereka adalah para Nabi dan ‘Ulama’ dan termasuk adalah Imam besar dan kecil, dan jihad dan adzan dan khutbah dan I’tikaf dan takbiran di ahri tasyriq menurut imam abu Hanifah, dan persaksian dalam had dan khisos, dan tambahnya bagian dan ashabah dalam hal waritsan dan tanggungan dan bagian dan wali dalam perniakahan dan thalaq dan ruju’ dan terbilangnya pasangan, dan nasab yang di sandarkan padanya, dan dengan sebab mereka yang mengeluarkan hartanya yakni dalam mahar dan nafaqah. 29
## L. Kepemimpinan Perspektif Abu Muhammad Abulhaq Bin
Ghalib Bin Abdirrahman Bin Tamam Bin ‘Athiah Al -Maharibi Qowwam ialah shigat mubalaghah yaitu mendirikan sesuatu dan bertindak sewenang-wenang dengan memperhatikan dan memeliharanya dengan sungguh-sungguh, kepemiminan laki-laki yaitu pada batasan tersebut, sedangkan keistimewaan dan nafaqah menyebabkan seorang laki-laki menjdi penguasa dan dan raja, seperti yang di katakan Ibnu Abbas, laki-laki adalah permerintah terhadap
28 Al-Mahalli dan As-Suyuthi Tafsir al-Jalalain, jilid II hal 26.
29 Az-Zamahsyari Al-Kassyaf Jilid I hal 252.
perempuan, dan d keistimewaan, itu ialah berperang, sempurnanya agama dan akal dan sesamanya, sedangkan infaq ialah mahar dan nafaqah yang terus menerus terhadap seorang istri. 30
M. Kepemimpinan Perspektif Ibrahim Bin Umar Bin Hasan Ar- Ribath Bin ‘Ali Bin Abi Bakar Al - Biqa’I
Qowwam ini adalah memimpin sebagai wali atau pemerinyah dalam mendidik, dan memberi pelajaran dan setiap perintah dan larangan, Dan Allah menjelaskan sebabnya keistimewaan seoarang laki- laki, yaitu mempunyai hikamah yang mantap dan kesmpurnaan yang tidak rendah, sebagai pemberian dan keutamaan dari sebagian yang lain, yakni dalam akal dan kekuatan dan keberanian, oleh karena itu di mereka ada para nabi dan para wali penguasa dan imam besar dan jadi wali dalam pernikahan dan lain sebagainya yakni setiap perkara yang butuh pada keutamaan kekuatan dalam badan dan akal agama. Makanya Allah berfirman khusus laki-laki dalam QS at-Taubah Ayat 41, dan untuk perempuan QS al-Ahzab Ayat 33. 31
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penafsiran mufasirin itu, menunjukkan akan penafsiran yang tidak hanya pemimpin domestik, akan tetapi penafsiran yang lebih lusa lagi, yaitu pemimpin ritual dan social, hanya penafsirannya saja yang berbeda redaksi, namun satu makna yaitu pemimpin, yang mana penafsirannya itu ada yang luas, sedang dan sedikit, akan tetapi mencakup, dalam hal ini mufasirin, menafsirkan ayat Qawwâmah itu tidak lepas dari penafsiran Al-Qur’an bil Qur’an Al-qur’an bis-Sunnah dan lain-lain yang terkait dengan sumber penafsiran dalam Al-Qur’an, tentunya mereka juga tidak lepas dari metode penafsiran Al-Qur’an, yaitu ada empat, Tahlili, Ijmali, Muqaran, dan Maudhu’i.
## Analisis dan Perbandingan
Penafsiran feminisme yang baru muncul belakangan ini, merupakan penafsiran yang berbeda dengan penafsiran mufasirin baik
30 Abu Muhammad Abdul-Haqqi bin Ghalib bin Abdirrahman ibnu Tamam bin ‘Athiyyah al-Maharibi Al-Muharrar Al-Wajiz Jilid II Hal 118.
31 Ibrahim bin Umar bin Hasan Al-Ribath bin Ali bin Abi Bakar Al-Biqa’I Nadzmud Duror fi
Tanasubil Ayati was Suwar Jilid II hal 204.
salaf maupun khalaf, padahal penafsiran mufasir dari generasi ke generasi tidak jauh beda dalam menafsrkan ayat-ayat Al-Qur’an khusunya tengtang Qawwâmah, yaitu pemimpin, ketika kaum feminisme menafsirkan Qawwâmah dengan makna yang bertolak belakang atau bertentangan dengan makna yang ditafsirkan oleh mufasir, maka kaum feminisme secara tidak langsung menolak kepemimpinan lak-laki terhadap perempuan, mereka beranggapan kepimimpinan tidak harus laki-laki, tapi perempuan juga bisa, hal ini kalau di renungi, di fahami menunjukkan adanya upaya untuk merubah fitroh, atau mensejajarkan antara lak-laki dan perempuan, padahal pada kenyataannya secara fitroh dari segi manapun sangat berbeda, kitab suci Al-Qur’an-pun juga tidak mungkin menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya.
Jadi, ketika mufasir itu menafsirkan Qawwâmah dengan pemimpin atas perempuan, baik domestik, ritual maupun sosial adalah hal yang benar, karena mufasir membaca islam dengan kacamata islam, bukan dengan kacamata barat, yaitu manhajul-mufasirin, worldview islam, paling tidak inilah yang menjadi tolak ukur dalam menentukan suatu hal, karena mufasir lebih mengutamakan Al-Qur’an, Hadits sebagai landasan dalam memahami, dan menfsirkan Al-Qur’an, sedangkan akal hanya sebagai alat untuk memahami dan tidak menajdi penentu atau hakim yang utama, makanya, dalam tafsirannya itu tidak lepas dari Al-Qur’an bil-Qur’an, Al-Qur’an Bis-Sunnah, Al-Qur’an biQoulis-Shahabah, jadi mufasir yang sekian berabad-abad lamanya, tidak pernah pernah bertentangan, kecuali sudah diracuni, dipengaruhi oleh pemikiran barat, atau sumber-sumber ajaran non islam, seperti Hermeneutika, dan lain-lain yang akan menjadikan Al-Qur’an tidak sakral, dan bisa merubah, mengotak atik syari’at.
Penafsiran Qawwâmah baru akhir-akhir ini di permasalahkan oleh kaum feminisme, dengan berdalih penafsiran mufasir itu sudah tidak relevan lagi bila diaplikasikan di zaman sekarang, feminisme beranggapan untuk menafsirkan ayat-ayat itu khususnya tentang Qawwâmah perlu pembacaan Hermeneutic, dan kritis,‛dalam pandangannya‛, agar ayat itu bisa shalihun likulli zamanin wa makanin, hal adalah pendapat atau komentar yang seakan-akan indah dan baik,
tapi pada realitanya tidak begitu, memang, ketika pemikiran-pemikiran mereka berbicara maka menampakan yang indah-indah merayu, tapi menipu ( zukhrufal Qoili gururan ) agar seseorang bisa mengikutinya, hal lain adalah, mereka (feminisme) selalu me-reinterpretasi ayat-ayat Al- Qur’an, dan mendekonstruksi di syari’atkannya laki-laki sebagai pemimpin terhadap wanita.
Jadi, kalau mufasir itu menafsirkan Qawwâmah dengan pemimpin, baik domestik, ritual, maupun sosial, sedangkan feminisme menafsirkan dengan makna yang lain yaitu penopang atau pelindung.
## Penutup
Dari urain di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa para mufasir baik salaf maupun khalaf, baik yang berbicara tentang domestik, ritual maupun publik sependapat bahwa laki-laki adalah benar-benar pemimpin bagi wanita yang tak bisa di gantikan oleh seorang wanita, karena laki-laki di beri keistimewaan yang spesial oleh Allah yang tak dimiliki oleh seorang wanita, masih banyak kitab-kitab tafsir yang belum di kutip dalam makalah ini, namun rata-rata penafsiran mereka sama pengertiannya hanya beda redaksi saja, maka dengan demikian persepektif Qawwâmah antar dua golongan ini menjadi perbandingan bagi masyakat muslim untuk di jadikan sebagai bukti, mana yang lebih rasional dan yang lebih benar.
Penafsiran feminisme terhadap Qawwâmah, merupakan respon terhadap mufasir dengan berdalih penafsiran para mufasir itu perlu di kaji ulang, reinterpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an khususnya dalam QS An-Nisa’ 34, maka dengan demikian mereka secara tidak langsung tidak menerima disyaria’tkannya laki-laki sebagai pemimpin.
Padahal ayat Qawwâmah itu sudah jelas, menerangkan bahwa laki-laki adalah pemimpin terhadap perempuan, sesuai dengan penafsirannya yang berlandaskan pada ayat-ayat yang lain dan hadits, bahwa laki-laki tidak hanya pemimpin domestik, tapi juga ritual dan sosial, seperti yang sudah menjadi fakta.
## Daftar Pustaka
Ali Engineer, Asghar Matinya Perempuan , Yogyakarta: Ircisod, 1999.
_____, Pembebasan perempuan .Jogyakarta: LKIs, 1999.
Hikamt bin Basyir bin Yasin At-Tafsir as-Shahih, Darul Ma’atsir,
1999.
Ibrahim bin Umar bin Hasan Al-Ribath bin Ali bin Abi Bakar Al-
Biqa’I, Nadzmud Duror fi Tanasubil Ayati was Suwar , Mauqi’ut Tafasir tt.
Ilyas, Yunahar. Feminisme dalam kajian tafsir al quran klasik dan kontemporer. Yogyakarta: pustaka Pelajar 1997.
Ismail, Achmad Sathori. Gender Perspektif Fiqh dalam Membincang Feminisme Diksursus Gender Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Hati, 2000.
Ismail, Nurjannah. Relasi Gender dalam Al- Qur’an, da lam Gender dan Islam, Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga, 2009. Jauzi, Ibn. Zad al-Masir, Mauqi’ut Tafasir tt.
Katsir, Abu al-Fida’ Isma’il bin Umar bin. Tafsisr al- Qur’an al -
Adzim, Darun Thoyyibah, 1999.
Mahalli dan As-Suyuthi. Tafsir al-Jalalain, Mauqi’ut Tafasir tt.
Maharibi, Al-Muharrar Al-Wajiz, Mauqi’ut Tafasir tt.
Mahmud, Syihabuddin ibn Abdillah al-Husaini al-Alusi. Ruhul Ma’ani fi Tafsir al - Qur’an al - Adzim was- Sab’il matsani ,
Mauqi’ut Tafasir tt.
Maraghi, Ahmad Mushtofa. Tafsir al-Maraghi, Darul fikri, 2006.
Muhammad, Abu Abdillah. bin Umar bin al-Hasan bin al-Husain at-Taimi ar-Razi Fahkruddin ar-Razi. Mafatihul Ghaib, Darul Kutub Al-‘Ilmiah, 2000.
Muhammad, Abu Abdul-Haqqi bin Ghalib bin Abdirrahman ibnu Tamam bin ‘Athiyyah
Mustaqim, Abdul. Paradigma Tafsir Feminis . Yogyakarta:logung
Pustaka, 2008.
_____, Tafsir feminis versus tafair patriarkis. Yogyakarta: Sabda
Press, 2003.
Syaukani. Fathul Qadir, Darul Ma’atsir Madinah, 1999.
Thabari, Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir. Jami’ al- Bayan ‘an Ta’wil Ay Al- Qur’an, Mahmud Muhammad Syakir dan Ahmad Muhammad Syakir, Kairo: Darul Ma’arif 2000.
Umar, Nasharuddin. Kepemimpinan perempuan dalam Islam, dalam jurnal politik akses. Jakarta: Yayasan Akses 2001.
Wadud, Amina. Qur’an menurut per empuan . Jakarta: serambi, 2006. Yusron, M. Study Kitab Tafsir Kontemporer , Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Zamahsyari. Al-Kassyaf, Mauqi’ut Tafasir tt.
|
72f8b911-e061-4ab1-b991-7b3bf3daf2a7 | https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/jam/article/download/10652/4759 |
## PENDAMPINGAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PONDOK YATIM AL FARUQ YAYASAN QOLBUN SALIM MAGELANG
MENTORING FOR THE PREPARATION OF AL FARUQ ORPHANAGE'S FINANCIAL REPORT AT QOLBUN SALIM FOUNDATION MAGELANG
1) Anita Damajanti , 2) Rosyati
Fakultas Ekonomi, Universitas Semarang, e-mail : [email protected] , e-mail : [email protected]
## Abstract
Al Faruq Orphanage, Qolbun Salim Foundation is a foundation that accommodates orphans located in Magelang City. Al Faruq Orphanage receives funds from the people in Magelang City. Funds received must be accounted for funder in the form of financial reporting. Based on observations it is founded that the financial reporting of the Al Faruq Orphanage made with Microsoft Excel software but does not record transaction dates, does not record expense reports, and cost recapitulation is done manually so that an error occurs. The aim of This Community Service (PkM) activity was improving financial reporting by optimizing formulas in Microsoft Excel software, and educating orphanage officers in applying Excel formulas. This PKM activity is expected to be useful to ease the work and speed up the process of data entry and financial reporting that is more accurate. At the end of the PkM activity, a worksheet for cash receipts, cash disbursements and monthly financial reports was available.
## Keywords: financial report, orphanage, template
## Abstrak
Panti Asuhan Al Faruq Yayasan Qolbun Salim adalah yayasan yang menampung anak yatim yang berlokasi di kota Magelang. Panti Asuhan Al Faruq memperoleh dana dari masyarakat di kota Magelang. Dana yang diterima tersebut harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa dalam pelaporan keuangan Panti Asuhan Al Faruq menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel tetapi tidak mencatat tanggal transaksi, tidak mencatat rincian biaya, dan perhitungan rekapitulasi pengeluaran kas dilakukan secara manual sehingga berpotensi terjadi kesalahan. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini diadakan dengan tujuan menyediakan template pelaporan keuangan dan mengoptimalkan formula pada perangkat lunak Microsoft Excel, serta mengedukasi pengelola panti mengenai penerapan formula Excel. Kegiatan PkM ini dilakukan dengan metode penerapan ipteks, tutorial, pendampingan, diskusi dan tanya jawab. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu mempermudah dan mempercepat proses entry data dan pelaporan keuangan yang lebih detil dan akurat. Pada akhir kegiatan PkM ini telah tersedia template untuk mencatat transaksi kas harian, dan laporan keuangan bulanan.
Kata kunci : laporan keuangan, panti asuhan, template
## 1. PENDAHULUAN
Panti Asuhan Al Faruq Yayasan Qolbun Salim adalah panti asuhan yang menampung anak-anak
yatim piatu dan kurang mampu dalam suatu asrama dan memfasilitasi untuk bersekolah sesuai usia masing- masing. Panti asuhan ini didirikan
tahun 2005 dan telah terdaftar akta notaris. Saat ini panti asuhan tersebut menampung 12 anak laki-laki dan 13 anak perempuan. Lokasi panti asuhan di Jl. KH Ridwan Km 03 Pucungsari RT
18/RW 07 kelurahan Kajoran Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Panti asuhan merupakan salah satu organisasi nirlaba dalam bidang keagamaan. Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 tentang
Organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus dan berhak untuk membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada pihak yang berkepentingan. Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang tidak mencari laba seperti organisasi keagamaan, yayasan atau lembaga pendidikan.(Pangarso et al., 2020). Organisasi nirlaba memperoleh sumberdaya dari sumbangan para penyumbang yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali atau pengembalian manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumberdaya yang diberikan (IAI, 2012). Sumber dana yang digunakan untuk kegiatan operasional Panti Asuhan Al Faruq diperoleh dari para donatur di berbagai wilayah di kota Magelang. Oleh karena itu pengelola dari lembaga harus mampu memberikan informasi
yang transparan terhadap para donatur yaitu
berupa laporan keuangan. Pihak manajemen harus menyajikan laporan keuangan terutama pada pihak eksternal agar para donatur percaya dan tidak menghentikan donasi dananya terhadap panti asuhan tersebut.
Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan merupakan hasil akhir atau produk dari proses akuntansi yang terdiri dari proses pencatatan, pengelompokan, pelaporan, dan penginterpretasian yang isinya merupakan data historis dan masa kini dari perusahaan dalam satuan uang, ditujukan kepada kalangan internal dan eksternal perusahaan dalam pengambilan keputusan. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka dalam satuan moneter. (Utomo & Sudjanarti, 2021).
Keterbatasan sumber daya manusia pada organisasi nirlaba memunculkan adanya kebutuhan laporan keuangan dalam bentuk pembukuan sederhana. Pembukuan sederhana adalah bagian kecil dari praktek akuntansi yang sebenarnya, yaitu pencatatan aliran uang kas yang didalamnya terdapat proses penerimaan/pendapatan pengeluaran baik secara tunai maupun
kredit. Pembukuan pada dasarnya adalah perekaman atau pencatatan semua informasi mengenai transaksi dan kegiatan keuangan dari pebisnis tentang proses akuntansi mereka. Hasil dari proses akuntansi berupa pelaporan keuangan atau pelaporan akuntansi sebagai bentuk informasi keuangan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.(Wardiningsih et al., 2020)
Berdasarkan hasil observasi dokumen administrasi Pondok Yatim Al Faruq diketahui bahwa laporan keuangan Pondok Yatim Al Faruq terdiri dari Laporan Pemasukan Donasi, dan laporan Pengeluaran. Penerimaan dan pengeluaran kas dicatat secara manual di buku penerimaan kas dan buku pengeluaran kas. Secara berkala buku penerimaan kas dan buku pengeluaran kas tersebut diketik menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Contoh Laporan Pemasukan Donasi dan Laporan Pengeluaran terlihat di gambar 1 dan gambar 3. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada Laporan Pemasukan Donasi , tidak ada pencatatan tanggal transaksi dan terdapat kesalahan dalam rumus perhitungan saldo berjalan sehingga terjadi selisih perhitungan saldo akhir penerimaan kas. Saldo awal
pemasukan bulan Mei menunjukkan Rp (2.112.713),-. Hasil wawancara
dengan pemilik Panti
Asuhan menyatakan bahwa kekurangan dana ditutup dengan dana pribadi pemilik Panti Asuhan, tetapi tidak ada laporan sumber dana tersebut di laporan keuangan Panti Asuhan. Gambar 2 menunjukkan selisih saldo akhir penerimaan kas sebesar Rp.780.000,- di bulan Mei 2020. Gambar 3 menunjukkan Laporan Pengeluaran Kas bulan Mei 2020. Laporan tersebut adalah rekapitulasi biaya honor ustadz dan karyawan, biaya perlengkapan, biaya santunan, dan biaya SPP. Rincian biaya dicatat secara manual di buku penerimaan kas, rekapitulasi biaya dihitung secara manual, dan diketik secara berkala menggunakan perangkat lunak Microsoft excel. Pengetikan laporan keuangan ini tidak dilakukan secara rutin dan tidak mengoptimalkan formula excel sehingga berpotensi terjadi kesalahan dalam proses entry data. Laporan keuangan tahun 2020 baru diketik sampai dengan bulan Mei 2020.
Gambar 1. Laporan pemasukan
Donasi Panti Asuhan
Gambar 2. Selisih perhitungan saldo akhir penerimaan kas.
Gambar 2 menunjukkan kesalahan entry data pada baris 179 kolom A yaitu lompatan nomor urut dari 173 ke 189. Pada baris 179 kolom E terdapat kesalahan perhitungan saldo berjalan. Kesalahan ini berpengaruh pada perhitungan saldo akhir. Berdasarkan gambar 1 menunjukkan saldo awal bulan Mei 2020 Rp. (2.112.713),- . Perhitungan saldo akhir menurut Panti Asuhan sebesar Rp,14.949.187 pada baris 195 kolom E. Hasil perhitungan ulang jumlah penerimaan kas yang benar yaitu Rp.17.841.900,- dan perhitungan saldo akhir yang benar Rp.15.729.187,-. Jadi terdapat selisih
perhitungan akhir sebesar Rp.780.000,- Gambar 3. Laporan Pengeluaran Kas Panti Asuhan
Berdasarkan hasil observasi tersebut disimpulkan bahwa ada beberapa masalah dalam penyusunan laporan keuangan tersebut yaitu:
1. Tidak ada pencatatan tanggal transaksi di laporan penerimaan kas.
2. Terdapat kesalahan dalam penjumlahan saldo penerimaan kas disebabkan adanya kesalahan rumus perhitungan.
3. Tidak ada pencatatan rincian biaya di laporan pengeluaran kas
4. Perhitungan rekapitulasi pengeluaran kas yang dilakukan secara manual berpotensi menyebabkan ketidakakuratan dalam pelaporan keuangan.
Tujuan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini yaitu (1) Membenahi pelaporan keuangan Panti
Asuhan Al Faruq dengan menyediakan template untuk pelaporan keuangan dan mengoptimalkan formula pada perangkat lunak Microsoft Excel. (2)
Mengedukasi pengelola panti mengenai penerapan formula Excel untuk pelaporan keuangan. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan PkM ini yaitu untuk meringankan pekerjaan dan mempercepat proses entry data dan pelaporan keuangan yang lebih detil dan akurat.
Proses pencatatan akuntansi yang bersifat manual memerlukan beberapa langkah atau tahapan dalam pengerjaannya. Selain itu kemampuan manusia yang terbatas jika bekerja melebih batas waktu dan tenaga yang dimilikinya. (Shohabatussa’adah & Muasomah, 2021). Teknologi komputer dapat membantu serta mempermudah dalam menyusun laporan keuangan. Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian canggih, berdampak pada penggunaan komputer. Komputer menjadi sarana penting dalam kegiatan operasional organisasi bisnis maupun non bisnis terutama dalam penyusunan
laporan keuangan(Yusmaniarti & Ekowati,
2019). Excel dipilih karena fitur-fitur nya relatif sederhana dan mudah untuk diaplikasikan oleh pengguna yang kurang menguasai teknologi komputerisasi. Excel juga efektif
digunakan dalam mengolah laporan keuangan dengan transaksi sederhana. Jika menggunakan Excel, Laporan keuangan dapat disusun secara sederhana dengan siklus yang lebih pendek yaitu dari penyusunan jurnal menjadi laporan keuangan sederhana (Hariani MD & Sihotang, 2020). Microsoft Excel adalah suatu program aplikasi lembar kerja elektronik yang canggih dan mudah dioperasikan. Microsoft Excel dapat membantu dalam hal perhitungan, proyeksi, analisa, dan presentasi data dalam bentuk chart maupun berbagai macam tabel. Microsoft excel mudah diintegrasikan dengan program Microsoft office lainnya. Microsoft Excel juga memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan internet. Kemampuan excel tersebut dimanfaatkan dalam perancangan sistem akuntansi. (Pratiwi, 2012).
## 2. METODE
Metode pelaksanaan kegiatan PkM ini yaitu:
1. Metode dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data pelaporan keuangan Panti Asuhan Al Faruq dalam bentuk hardcopy dan softcopy .
2. Penerapan Ipteks dilakukan untuk membenahi pelaporan keuangan Panti Asuhan Al Faruq. Pembenahan dilakukan
dengan merancang template pelaporan keuangan menggunakan perangkat lunak Microsoft excel. Laporan
keuangan dirancang dengan mengoptimalkan penggunaan formula dan fungsi excel. Formula adalah rumus-rumus yang terdapat pada aplikasi Excel untuk melakukan perhitungan yang diwakili dengan tanda +, -, *, /, dan ^. Fungsi adalah rumus-rumus yang terdapat pada aplikasi Excel untuk melakukan perhitungan dengan menggunakan istilah-istilah matematika, statistik, dan
logika Formula dan fungsi excel seringkali digunakan oleh banyak pengguna Excel untuk mempermudah pekerjaan.(Giovany, 2017). Formula dan fungsi excel digunakan untuk merancang tabel kode akun, merancang template untuk mencatat
transaksi harian penerimaan dan pengeluaran kas, template untuk menampilkan laporan penerimaan dan pengeluaran kas, dan template untuk laporan keuangan bulanan secara otomatis. Formula dan fungsi yang digunakan antara lain IF, VLOOKUP, dan menu Data Validation (Arifin, 2019)
3. Metode tutorial dan
pendampingan. Metode inti digunakan selama proses entry data. Metode ini dilengkapi dengan rekaman video tutorial proses entry data pada transaksi harian, laporan penerimaan dan pengeluaran kas, dan laporan keuangan bulanan.
4. Diskusi dan tanya jawab. Metode ini dilakukan mulai dari tahap persiapan sampai tahap evaluasi.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data diperoleh dokumen dalam bentuk hardcopy dan softcopy laporan keuangan yang telah dikerjakan oleh pengurus Panti Asuhan Al Faruq. Berdasarkan data tersebut dilakukan pembenahan dengan merancang laporan keuangan menggunakan formula dan fungsi excel.
Perancangan laporan keuangan dilaksanakan dengan Langkah-
langkah berikut ini. Langkah pertama adalah menyiapkan file pada perangkat lunak Microsoft excel dan diberi nama sesuai periode pelaporan. Contoh penamaan file laporan keuangan untuk bulan Mei 2020 yaitu “LK_Al_Faruq_Mei2020”. Pada tiap file disediakan 4 worksheet yang digunakan untuk (1) tabel kode akun (2) Template Catatan Transaksi Harian
## Penerimaan dan Pengeluaran Kas, (3)
Template Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas (4) Template Laporan Keuangan Bulanan. Pada laporan keuangan yang disusun Panti
Asuhan Al Faruq semula tidak diberi kode akun. Penambahan kode akun
dilakukan untuk memudahkan pengelompokan transaksi dan
penelusuran transaksi jika terjadi kesalahan entry data. Kode akun dibagi 3 (tiga) kelompok yaitu penerimaan, pengeluaran, dan saldo. Masing-masing kelompok diberi kode 3 (tiga) angka. Angka pertama pada kelompok penerimaan diberi kode 1, angka pertama pada kelompok pengeluaran diberi kode 2, dan angka pertama pada kelompok saldo diberi kode 3. Dua angka berikutnya adalah nomor urut akun. Nomor urut disediakan dua digit karena jenis transaksi relatif sedikit. Penerimaan hanya berasal dari satu sumber yaitu donasi sehingga hanya ada satu kode akun. Pengelompokan akun ini memungkinkan penambahan jenis akun dengan menambah nomor urut pada dua angka terakhir pada kode akun. Tabel kode akun tersebut dirancang pada satu workshee t seperti terlihat di Gambar 4.
Gambar 4. Tabel Kode Akun
Langkah kedua menyiapkan
worksheet untuk merancang template catatan penerimaan dan pengeluaran kas harian seperti terlihat pada gambar 5.
Gambar 5. Catatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Judul laporan dan periode diketik tanpa menggunakan formula.
Penerimaan dan pengeluaran kas di entry pada satu tabel agar dapat diketahui saldo kas setiap saat terjadi transakti. Kode akun dipilih dengan menu “ data validation ”. Nama akun ditampilkan dengan formula “ vlookup ” seperti terlihat di gambar 6.
Gambar 6. formula untuk memilih nama akun
Tanggal, keterangan, dan jumlah, diketik tanpa menggunakan formula. Nomor urut dan saldo berjalan tampil secara otomatis dengan formula vlookup seperti terlihat di gambar 7 dan gambar 8.
Gambar 7. formula untuk menampilkan saldo berjalan secara otomatis
Gambar 8. Formula untuk menampilkan nomor urut secara otomatis
Langkah ketiga adalah menyiapkan worksheet untuk merancang template untuk menampilkan Laporan Penerimaan kas dan Laporan
Pengeluaran Kas secara terpisah seperti terlihat di gambar 9. Cell pilih akun digunakan untuk memilih akun yang akan ditampilkan sesuai kode akun masing-masing. Data-data di
Laporan penerimaan kas dan
pengeluaran kas akan tampil secara otomatis ketika data telah dientry di
catatan penerimaan dan pengeluaran kas.
Gambar 9. Laporan Penerimaan Kas
Gambar 10, 11, dan 12 berikut ini adalah formula yang digunakan untuk menampilkan nama akun, tanggal, keterangan, jumlah (Rp), dan saldo (Rp) pada Laporan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas
Gambar 10. formula nama akun pada laporan penerimaan dan pengeluaran
kas
Gambar 11. formula tanggal, keterangan, dan jumlah pada laporan penerimaan dan pengeluaran kas
Gambar 12. formula saldo pada laporan penerimaan dan pengeluaran kas.
Langkah keempat yaitu menyiapkan worksheet untuk merancang template Laporan Keuangan Bulanan seperti terlihat di gambar 13 . Judul laporan dan keterangan diketik tanpa menggunakan formula, sedangan periode laporan ditampilkan dengan formula “=kasharian!”. Saldo masing- masing akun ditampilkan secara otomatis menggunakan formula seperti terlihat di gambar 14.
Gambar 13. Laporan Keuangan
Bulanan
Gambar 14. Formula saldo akun pada laporan keuangan bulanan
Langkah kelima yaitu meng copy data penerimaan dan pengeluaran bulan Mei 2020 dan meng copy file laporan keuangan bulan Mei 2020 untuk digunakan di bulan Juni sampai
Desember 2020. Hasil perancangan template laporan keuangan tersebut yaitu telah tersedia file laporan keuangan untuk bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2020.
Kebijakan pemilik Yayasan menyatakan bahwa kesalahan
perhitungan saldo akhir kas bulan Mei 2020 dan bulan-bulan sebelumnya dihapus (write off) dari laporan keuangan dan proses entry data menggunakan format baru dimulai untuk bulan Juni 2020.
Kegiatan berikutnya setelah laporan keuangan selesai disusun adalah memberikan tutorial untuk meng copy file dan formula, menambah akun,
meng entry dan mengedit data. Tutorial tersebut dilengkapi dengan rekaman video agar dapat diulang setiap saat jika dibutuhkan. Selanjutnya dilakukan pendampingan entry data bulan Juni sampai dengan Desember 2020.
Gambar 15. Pendampingan entry data oleh bendahara Panti Asuhan Al Faruq (kanan) didampingi oleh ketua tim PkM (kiri).
Hasil kegiatan pendampingan tersebut yaitu telah diselesaikan entry data bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2020 oleh bendahara Panti Asuhan Al Faruq. Hal ini menunjukkan bahwa template laporan keuangan
yang disediakan telah dapat dimanfaatkan dan dipahami cara pengoperasiannya. Hasil diskusi dan tanya jawab dengan bendahara Panti Asuhan diketahui bahwa template laporan keuangan yang telah
disediakan relatif sederhana dan mudah digunakan.
## 4. SIMPULAN DAN SARAN
Pada akhir kegiatan PkM ini telah tersedia file laporan keuangan untuk bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2020. Tiap file berisi 4
(empat) worksheet , masing-masing digunakan untuk (1) Tabel kode akun,
(2) template catatan harian
penerimaan dan pengeluaran kas, (3)
template laporan penerimaan dan pengeluaran kas, dan (4) template
laporan keuangan bulanan. Template laporan keuangan tersebut sederhana, mudah digunakan dan dapat dimanfaatkan dengan baik. Proses entry data telah diselesaikan untuk bulan Juni sampai bulan Desember 2020 oleh bendahara Panti Asuhan. Saat ini kemampuan sumber daya yang tersedia di Panti Asuhan masih terbatas sehingga laporan keuangan hanya difokuskan untuk transparansi
dan pertanggungjawaban keuangan bagi donatur. Kegiatan PkM berikutnya diharapkan mengadakan edukasi tentang standar akuntansi pelaporan keuangan untuk organisasi nirlaba.
## DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. (2019). Mengungkap Kedahsyatan Fungsi IF dan VLOOKUP Microsoft Office Excel (1st ed.). PT Elex Media Kompuntindo.
Giovany (Ed.). (2017). Kamus Lengkap Formula & Fungsi Excel (1st ed.). Penerbit Andi.
Hariani MD, P. P., & Sihotang, I. M. (2020). Excel Mempermudah Penyusunan Laporan Keuangan. JURNAL PRODIKMAS , 4 (2), 50 – 57.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php /prodikmas/article/view/5008 IAI. (2012). PSAK No.45 tentang
Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba . Ikatan Akuntan Indonesia. Pangarso, I. S., Rahim, A. R., Perdana, A., Ganjarwati, A., & Oktaviani, E. T. (2020). Penerapan dan Pelaporan
Anggaran Bulanan Organisasi Nirlaba (Lembaga Masjid Desa Wotansari - Balongpanggang). DedikasiMU , 2 (1), 158 – 165.
Pratiwi, R. D. (2012). Menyusun Laporan Keuangan Sederhana Dengan Microsoft Excel. Media
Ekonomi & Teknologi Informasi ,
19 (1), 64 – 70.
Shohabatussa’adah,
S., & Muasomah, M. (2021). Pemanfaatan Microsoft Excel Dalam Membantu Penyusunan
Laporan Keuangan Di Tpq an-
Najah Tirto Pekalongan. Al- Khidmat , 4 (1), 28 – 35.
https://doi.org/10.15575/jak.v4i1. 11637 Utomo, H., & Sudjanarti, D. (2021). Pelatihan Komputerisasi Pengelolaan Data Keuangan
Pada Pkk Rw 11 Desa Asrikaton Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Jurnal Pengabdian Polinema Kepada Masyarakat , 8 (1), 18 – 25.
https://doi.org/10.33795/jppkm.v8 i1.54 Wardiningsih, R., Wahyuningsih, B. Y., & Sugianto, R. (2020). Pelatihan Pembukuan Sederhana bagi Pelaku Usaha Kecil (Mikro) di Dusun Bore Desa Kopang Rembiga Kecamatan Kopang Lombok Tengah. Pensa , 2 (2),
163 – 172.
Yusmaniarti, Y., & Ekowati, S.
(2019). Laporan Keuangan
Koperasi Berbasis Media Excel
For Accounting (EFA). Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi
Raflesia , 2 (1).
https://doi.org/10.36085/jpmbr.v2i
1.294
|
e57f69cc-5e4c-434d-9690-0b332eac9a6c | https://jurnal.uns.ac.id/jdc/article/download/34938/25557 |
## DWIJA CENDEKIA
## Jurnal Riset Pedagogik
https://jurnal.uns.ac.id/jdc
Pengembangan Media Pembelajaran Matematika pada Materi Pecahan Berbasis Adobe Flash di Kelas V SD Negeri Kabupaten Indramayu
## Ratna Dewi Lestyorini, Tommy Noviyanto
STKIP Pangeran Dharma Kusuma Indramayu [email protected]
Sejarah Artikel diterima 13/10/2019
disetujui 09/10/2019
diterbitkan 14/12/2019
## Abstract
This background is the lack of understanding of students in the material of piece, especially in piece with denominators that are not worth. The purpose of this study is to determine the application and advisability of adobe flash based learning media in grade 5 on piece material. This research is research and development, include the problem, data collection, product design, design validation, design revision, trial product and use. The results of research can increase learning outcome of students, with an average pretest result of 63,31% and an average posttest result of 82,79%. Based on the results of the research, the implication is that the adobe flash learning media can affect the learning outcomes of students, especially mathematics subject material of piece. This research can be used as input for teachers to improve self in the learning that has been done in order to improve student learning outcome. Keywords: development, learning media, adobe flash.
## Abstrak
Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya pemahaman peserta didik dalam materi pecahan, khususnya pada pecahan dengan penyebut yang tak senilai. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan dan kelayakan media pembelajaran berbasis abobe flash di kelas V pada materi pecahan. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan ( research and development ), tahapannya meliputi masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, dan uji coba pemakaian. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, dengan rata-rata hasil pretes sebesar 63,31% dan rata-rata hasil postes sebesar 82,79%. Berdasarkan hasil penelitian didapat implikasi yaitu media pembelajaran adobe flash dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik, khususnya pelajaran matematika materi pecahan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru untuk membenahi diri dalam pembelajaran yang telah dilakukan agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kata kunci: pengembangan, media pembelajaran, adobe flash
p-ISSN 2581-1843
## PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkkan
kecerdasan dan kualitas hidup manusia Indonesia yang seiring dengan pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut dengan memperbaiki peraturan sistem pendidikan dengan pemberlakuan Kurikulum 2013. Penerapan Kurikulum 2013 atau yang dapat disingkat dengan kurtilas ini diwujudkan dalam model pembelajaran tematik integratif. “Pembelajaran tematik integratiif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasiikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema” (Kemendikbud, 2013: 9).
Tuntutan pendidikan nasional dengan kemajuan teknologi serta pengetahuan berpengaruh terhadap proses pendidikan dan pengajaran, sehingga berakibat tuntutan bagi tenaga pengajar harus mampu memanfaatkan dan menggunakan media. Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu alat bantu dalam proses belajar mengajar yang menarik dan inovatif bagi peserta didik. Media pembelajaran bermanfaat membantu dalam memudahkan proses kegiatan belajar mengajar, karena media pembelajaran dapat menghasilkan hal yang tidak dapat ditampilkan di dalam kelas.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang menganut
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga guru tidak dapat melepaskan diri dari media pembelajaran (Said, 2017).
Pendidikan matematika
merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknoligi moderen, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia (Ibrahim dan Suparni: 2008: 35). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, didapat bahwa permasalahan pada peserta didik adalah kurang menguasai dan memahami mata pelajaran matematika, dikarenakan peserta didik yang kurang berminat terhadap mata pelajaran matematika. Pada materi pecahan, peserta didik mengalami kesulitan dalam penyamaan penyebut atau mencari kelipatan persekutuan kecil. Dengan adanya permasalahan ini, maka perlu untuk dilakukan pengembangan media yang berbasis komputer salah satu contohnya adalah adobe flash , agar peserta didik mempunyai peran aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik Sekolah Dasar (SD) pada dasarnya berusia antara tujuh sampai dua belas tahun, menurut Piaget usia terebut berada difase operasional konkrit, yang pada fase ini kemampuan yang dimuncul adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk menjalankan kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek yang mempunyai sifat konkrit. Menurut Suherman (dalam Achmad dan Nur, 2018), pembelajaran matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif
mengkontruksi melalui pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya media pembelajaran yang dapat membangkitka motivasi belajar peserta didik serta menambah tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran. Media atau alat bantu mengajar yang digunakan
disesuaikan dengan kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran. Dalam memilih media pembelajaran, guru juga harus mengikuti perkembangan yang ada saat ini termasuk perkembangan teknologi. Teknologi yang semakin berkembang pesat dan semakin dekat dengan anak-anak tentu akan mampu memberikan ketertarikan bagi mereka. Teknologi mempunyai peranan penting dalam menyampaikan informasi baik dalam gambar, bentuk teks, ataupun suara kepada pengguna diseluruh dunia. Salah satu contoh perkembangan teknologi dalam bentuk media adalah multimedia.
Multimedia merupakan salah satu wujud media pembelajaran yang mempunyai keunggulan.
Dengan multimedia, guru dapat menampilkan lebih banyak objek dalam bentuk gambar dengan suara. Aplikasi yang dapat dipraktekan untuk membuat multimedia pembelajaran adalah Adobe Flash . Adobe flash adalah aplikasi yang dimanfaatkan untuk merancang desain dan mengembangkan media persentasi atau aplikasi lain yang membutuhkan sarana interaksi dengan penggunanya.. Berdasarkan
pengamatan peneliti software Adobe
flash professional merupakan salah satu dari berbagai program dalam pembuatan media pembelajaran. Adobe flash mempunyai kelebihan, yaitu mampu menampilkan multimedia, teks, gabungan antar grafis, animasi, dan suara. Kelebihan yang dimiliki software Adobe flash CS6 proffesional dapat lebih mudah dipahami bagi peserta didik dalam menjelaskan konsep matematika, salah satu contohnya adalah pecahan. Pembelajaran matematika di lingkungan Sekolah Dasar (SD) merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan pada peserta didik SD. Pada awal kegiatan belajar mengajar diawali dari guru yang memberikan pemahaman konsep menggunakan alat atau benda konkrit terlebih dulu. Menurut Heruman (2010: 1), siswa SD umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget dalam Heruman (2010: 1), mereka berada pada fase operasional konkrit. Kemampuan yang terlihat dalam fase ini adalah kemampuan pada proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkrit.
## METODE
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and
Development (R & D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. (Sugiyono, 2013: 407). Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran dalam bentuk Compact Disc (CD) interaktif. Teknik analisis data yaitu melakukan analisis produk yang akan
dikembangkan; mengembangkan produk awal; walidasi ahli dan revisi; uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk; dan uji coba lapangan skala besar dan produk akhir.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar validasi, lembar pedoman wawancara, agket atau kuesioner dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mengukur tingkahlaku yang dapat diamati dalam keadaan
sebenarnya. Lembar validasi digunakan untuk mengukur validasi isi dan validitas konstruk dari bahan ajar yang dikembangkan. Tes digunakan untuk mengetahui kelayakan panggunaan bahan ajar sebagai sumber belajar peserta didik kelas V
sekolah dasar negeri. Adapun tes yang dilaksanakan berupa pretes dan postes. Pemilihan populasi adalah sekolah dasar negeri di kecamatan Sliyeg, dengan sampel enam sekolah dasar negeri di kecamata Sliyeg kabupaten Indramayu.
## PEMBAHASAN
Penerapan media pembelajaran yang berbasis multimedia ini dapat diterapkan dengan baik, begitu juga dengan peserta didik yang ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga suasana di dalam kelas menjadi lebih hidup dan tidak membuat peserta didik menjadi jenuh. Hasil penelitian pada peserta didik kelas V sekolah dasar yang ada di Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu dilakukan dengan mengadakan pretes dan postes kepada setiap peserta didik. Hasil nilai yang diperoleh dari pretes dan postes disajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 1.
## Data Nilai Hasil Belajar Pretes dan Postes
No Nilai Jumlah Peserta Didik Pretes Postes 1 0 2 0 2 1 2 0 3 2 4 0 4 3 13 0 5 4 12 0 6 5 25 0 7 6 25 0 8 7 28 1 9 8 35 129 10 9 19 35 11 10 7 7 Tabel 2. Rata-Rata Nilai Pretes dan Postes Pretes Postes Jumlah Peserta Didik 172 172 Rata-Rata 63,31% 82,79% Tabel 3. Persentase Butir Soal Rata-Rata No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pretes (%) 88 47 70 81 49 63 88 53 63 47 Postes (%) 88 78 81 85 83 77 95 81 81 79
Berdasarkan data pada Tabel 2. bahwa rata-rata nilai yang diperoleh pada saat pretes adalah 63,31% dengan jumlah peserta didik 172. Sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh pada saat postes adalah 82,79% dengan jumlah peserta didik 172. Ini berarti ada pengaruh media pembelajaran berbasis adobe flash khususnya materi pecahan pada mata pelajaran matematika, peserta didik lebih mengerti dan lebih aktif dalam mengerjakan soal latihan.
Berdasarkan Tabel 3. Tingkat kesulitan pada saat pretes ada 4 nomor yaitu pada soal nomor 2, 5, 8, dan 10, dengan rata-rata pada soal nomor 2 adalah 47, rata-rata soal nomor 5 adalah 49, soal nomor 8 adalah 53, dan untuk rata-rata soal nomor 10 adalah 47. Untuk soal nomor 3, 6, dan 9 termasuk dalam kategori soal yang sedang. Rata-rata secara berurutan adalah 70, 63, dan
63. Sedangkan untuk tingkat yang mudah ada 3 soal, yaitu nomor 1, 4, dan 7 dengan masing-masing rata- ratanya adalah 88, 81, dan 88. Pada Tabel 2 untuk tingkat kesulitan soal postes adalah kriteria yang mudah ada semua nomor soal dengan rata- rata secara berurutan mulai dari soal nomor 1 sampai dengan soal nomor 10 adalah 88, 78, 81, 85, 83, 77, 5, 81, 81, dan 79. Ini berarti setelah dilaksanakan model pembelajaran memakai adobe flash bagi peserta didik kelas V SDN khususnya di wilayah Sliyeg dapat diterapkan untuk kegiatan belajar mengajar pada saat pembelajaran matematika. Dari hasil tersebut untuk rata-rata yang diperoleh pada saat pretes sudah ada dua indikator yang di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan rata-rata yang diperoleh untuk postes sudah di atas KKM semua.
Gambar 1. Menu dalam Adobe Flash
Program adobe flash ini
berpengaruh besar pada keaktifan peserta didik, salah satu menu dalam program adobe flash ini ada pada Gambar 1.
Gambar 1. Bertemakan menu yang akan dipilih, seperti Tujuan Pembelajaran, Materi Pecahan, dan Evaluasi. Pada menu tujuan berisikan
tentang tujuan pembelajaran dari mata pelajaran yang disampaikan yaitu matematika dengan materi pecahan. Pada menu Materi, menjelaskan beberapa materi tentang pecahan, seperti penjumlahan pecahan biasa/ pecahan campuran, pengurangan pecahan biasa/ pecahan campuran, perkalian pecahan biasa/ pecahan
campuran, dan pembagian pecahan biasa/ pecahan campuran.
Di dalam menu penjumlahan terdapat uraian materi tentang pecahan biasa yang senilai dan tak senilai, serta dilengkapi juga dengan contoh soal dan pembahasan. Pada menu pengurangan terdapat ulasan materi tentang pengurangan senilai dan tak senilai, serta dilengkapi pula dengan contoh dan pembahasannya. Untuk menu perkalian dan pembagian senilai atau tak senilai, baik pecahan biasa atau pecahan campuran,juga dilengkapi dengan contoh soal dan pembahasan. Dengan adanya contoh soal dan pembahasan ini ditujukan agar peserta didik dapat memahami dan mendalami lagi
tentang penjelasan pada setiap materi.
Pada Gambar 3. Menu Evauasi, berisi tentang evaluasi soal pilihan
ganda dan diakhir soal akan terdapat jumlah benar dan salah soal yang telah dikerjakan beserta pembahasannya. Adanya menu evaluasi ini dimanfaatkan agar peserta didik dapat mngukur kemampuan yang telah didapat setelah pembelajaran memakai adobe flash khususnya pada mata pelajaran matematika. Evaluasi yang didapat setelah memakai media adobe flash ini bagus dengan rata-rata yang didapat sudah di atas KKM. Kekurangan dalam penelitian ini adalah peserta didik tidak memakai komputer atau laptop sendiri, media yang disediakan hanya memakai infokus dan peserta didik menjawabnya diselembar kertas. Meskipun begitu antusias dari peserta didik sangat positif dan baik.
## Gambar 3. Menu Evaluasi
## Gambar 4. Menu Pembahasan
Pada Gambar 4, menjelaskan tentang pembahasan dari evaluasi pembelajaran pada materi pecahan. Dengan adanya pembahasan ini, maka peserta didik dapat mengetahui letak kesalahan pada
saat mengerjakan soal latihan.
Keaktifan belajar peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih hidup dan mudah dipahami oleh peserta didik. Peserta didik mulai berani mengerjakan latihan soal di depan atau di papan tulis. Dengan adanya program adobe flash ini peserta didik jadi lebih terbantu, apalagi dilengkapi dengan latihan soal dan pembahasannya. Dan setiap halaman dilengkapi dengan tombol home atau kembali kemenu utama, tanpa harus kembali satu persatu membuka menu setiap halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran matematika materi pecahan berbasis adobe flash dengan mengukur hasil belajar dalam skala kecil terlebih dahulu, kemudian melakukan pengembangan draf produk media pembelajaran melalui proses belajar mengajar di dalam kelas V. Pada uji pertama peserta didik merasa bersemangat dan aktif untuk mempelajari materi pecahan berbasis adobe flash ini. Antusias peserta didik terlihat ketika melihat animasi yang ditampilkan pada layar infokus. Diakhir pembelajaran guru kelas dan peserta didik memberikan masukan untuk dilakukan revisi akhir.
Media pembelajaran berbasis
adobe flash merupakan media pembelajaran interaktif yang dapat
digunakan salam proses belajar mengajar mata pelajaran matematika. Penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dalam proses pembelajaran tidak lagi digunakan disebabkan keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi (Francisca, 2018).
Pada uji akhir, guru dan peserta didik berpendapat bahwa media berbasis adobe flash ini membantu peserta didik untuk lebih mudah memahami penjelasan dari materi pecahan,
karena
materi yang
ditampilkan lebih menarik dan dilengkapi dengan evaluasi serta pembahasan dari evaluasi tersebut. Media berbasis adobe flash mata pelajaran matematika layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Maiata, dkk (2018) berpendapat bahwa media pembelajaran menggunakan adobe flash berbasis metakognisi yang dikembangkan leh peneliti layak digunakan dalam pembelajaran materi fungsi komposisi dan fungsi invers untuk meningkatkan motivasi.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan
bahwa pembelajaran berbasis adobe flash pada materi pecahan kelas V sekolah dasar negeri di Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta
didik, dengan rata-rata hasil pretes sebesar 63,31% dan rata-rata hasil postes sebesar 82,79%. Implikasi hasil penelitian ini yaitu media pembelajaran adobe flash dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajjar peserta didik, khususnya pada materi pecahan.
## DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baroqah & Nur Rosit. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Pelajaran Matematika Mengenal Bangun Ruang dengan Metoe Inkuiri untuk Siswa Tingkat Dasar . Vol. VI. No 1. Jurnal Khatulistiwa Informatika. Azhar, Arsyad. (2011).
Media Pembelajaran . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Borg, W. R., Gall M. D & Gall. J. P. 1983. Education research: an introduction. (7thEd) . New York: Pearson Education. Inc.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. (2014).
Psikologi Pendidikan . Bandung: Grasindo.
Francisca. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Adobe Flash CS3 Professional pada Materi Kubus dan Balok Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa SMP Negeri 1 Ngawen .
Skripsi. (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma). Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika . Bandung: Remaja Rosdakarya. Ibrahim, Suparni. (2008). Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya . Yogyakarta:
Suka-Press. Kemendikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan RI No 67 Tahun 2013 tentang standar proses .
Maiata, Darmadi & Wasilatul. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Adobe Flash Berbasis Metakognisi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika . Vol
8 No 1 Edumatica: Jurnal
Pendidikan Matematika.
Said Alwi. (2017). Problematika Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran . Vol. 8 No. 2.
Itqam.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta Sukirman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran . Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar . Jakarta: Prenada Media Grup. Tim Divisi Penelitian dan Pengembangan. (2007). Panduan Lengkap Adobe Flash CS3 Professional . Yogyakarta: Andi Offset.
|
9500f746-ce78-4153-a7d4-ea1aa0514388 | https://ejournal.unis.ac.id/index.php/DK/article/download/581/457 |
## STRATEGI KOMUNIKASI INTERNAL DALAM MENUMBUHKAN LOYALITAS KARYAWAN PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE (STUDI DESKRIPTIF PADA
## PRU ETERNITY KOTA CILEGON)
Isniyunisyafna, S.Ikom, M.Si Dea Sarah Isfiantie S
Email : [email protected] Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pelaksanaan strategi komunikasi internal PRU Eternity dalam menumbuhkan loyalitas karyawan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bersifat deskriptif dan Teori Hubungan Manusia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa strategi komunikasi internal yang dilakukan oleh AM ( Agency Manager ) adalah dengan mengadakan berbagai forum komunikasi melalui konsep Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. kegiatan komunikasi dilakukan secara tatap muka melalui forum yang diadakan rutin sesuai dengan jadwalnya masing-masing. Interaksi yang terjadi didalam forum tersebut menumbuhkan rasa kebersamaan karyawan serta loyalitas dari diri karyawan tersebut.
Kata kunci : Strategi Komunikasi Internal, Public Relations , Loyalitas
## ABSTRACT
The purpose of this research to describe internal communication strategy of PRU Eternity in growing employee loyalty. This research using qualitative approach method, a descriptive character with Relations Human Theory. Depth conversation and observation methods are using for this research. The result from this research shows the internal communications strategy of AM (Agency Manager) by holding various communication forums through the concepts of planning, implementation and evaluation. Communication activities are carried out face-to-face through a forum that is held routinely according to their
respective schedules. Interaction that happened during the forum rising up togetherness between employees and loyalty from the employee themselves.
Key word : Internal Communication Strategy, Public Relations, Loyalty
## PENDAHULUAN
Peningkatan terhadap penggunaan jasa asuransi dari tahun ke tahun telah menjadi perhatian di kalangan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha yang dinamis dan kompetitif, bisnis jasa asuransi membutuhkan berbagai perangkat untuk bisa meningkatkan daya saingnya. Salah satu perangkat yang bernilai tinggi dan memberikan nilai tambah adalah melalui penerapan Good Corporate Governance (GCG). Perusahan- perusahaan yang menjalankan GCG secara baik dan berkelanjutan memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan perusahaan- perusahaan yang belum menerapkan GCG. Untuk mewujudkan perusahaan yang tumbuh berkembang dan berdaya saing
tinggi, PT. Prudential Life Assurance telah mengembangkan struktur dan system tata kelola perusahaan ( Good
Corporate Governance ) dengan memperhatikan prinsip-prinsip GCG sesuai ketentuan dan peraturan serta best practise yang berlaku. Komitmen penerapan GCG merupakan hal yang mutlak bagi Prudential . Mekanisme yang telah dijalankan dalam penerapan GCG ini dilakukan untuk mengatur dan
mempertegas kembali hubungan, wewenang, peran dan tanggung jawab didalam perusahaan yang bertujuan meningkatkan kinerja karyawan, menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan, serta mencegah dan mengurangi manipulasi atau kesalahan dalam mengelola organisasi. Oleh karena itu loyalitas karyawan berpengaruh terhadap system tata kelola GCG, dimana jika loyalitas karyawan baik maka kinerja karyawan terhadap perusahaan juga akan baik. Diperlukan sikap loyalitas dari para anggota dalam menjalankan sebuah organisasi agar dapat mencapai tujuan bersama. Namun dalam PRU Eternity Kota Cilegon PT. Prudential
Assurance masih banyak tantangan untuk membangun loyalitas.
Pertama, dalam pemaknaan loyalitas, kurangnya sikap pengertian dari setiap anggota bagaimana seharusnya mereka melakukan tugasnya dalam organisasi. Kedua, penerapan dalam menciptakan GCG ini juga belum sepenuhnya dipatuhi oleh seluruh karyawan sehingga diperlukannya strategi komunikasi internal yang dapat menumbuhkan loyalitas dari diri karyawan tersebut. Arah dan tujuan organsisasi hanya ditentukan oleh pihak manajemen sebagai pemimpin. Sehingga segala macam bentuk kebijakan perusahaan
merupakan keputusan dari pihak manajemen saja. Karyawan tidak banyak mengambil bagian dari proses pengambilan keputusan, bahkan tidak dilibatkan sama sekali. Sehingga ketika yang terjadi adalah kesalahan pengambilan keputusan, maka yang terjadi adalah ketidakadilan bagi diri karyawan, karena mereka sebagai pihak yang tidak dilibatkan namun mendapat dampak negatif dari kesalahan pengambilan keputusan tersebut. Disinilah akar hubungan yang tidak baik dengan karyawan dapat terjadi. Tidak heran muncul banyak masalah terkait ketenagakerjaan. Untuk mencegah kondisi seperti itu, diperlukan sebuah strategi agar tercipta hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan karyawan. Perusahaan mulai menyadari pentingnya pembinaan hubungan yang baik dengan karyawan dalam upayanya mencapai tujuan
perusahaan. Karyawan tidak hanya ditempatkan sebagai pelaku bagi pendukung aktifitas perusahaan saja, namun juga sudah dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan perusahan. Karyawan sudah diberikan haknya untuk memberikan suara terhadap setiap hal yang berkaitan dengan perusahaan. Oleh karena itu dalam
penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi komunikasi internal yang dilakukan oleh divisi humas ( agency manager ) dengan karyawan PRU Eternity PT.
Prudential Life Assurance Kota
Cilegon dan bagaimana peran PR ( agency manager ) dalam menumbuhkan loyalitas karyawan PRU Eternity PT. Prudential Life Assurance Kota Cilegon
## TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Teori Hubungan Manusia Elton Mayo Teori yang peneliti gunakan adalah “Teori Hubungan Manusia yang diperkenalkan pada tahun 1930-an yang dipelopori oleh Mayo (1933), Bernard (1938), Roethlishetger dan Dicshon (1939). Teori hubungan manusia ini merupakan teori yang mengkaji aspek psikologis dan humanis yang berorientasi pada hubungan
manusia sebagai makhluk sosial. Adapun yang ditekankan dalam teori ini adalah pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi”
(Arni, 2014:40). Asumsi dari teori ini adalah pengaruh komunikasi manusia terhadap interaksi atau tingkah laku anggota organisasi terhadap kinerja dan pengaruh positif, serta adanya norma-norma sosial bagi anggota organisasi. Ada tiga implikasi kunci dari studi ini yang tampaknya memberikan dasar bagi pengembangan teori hubungan manusia, sebagai suatu perspektif pilihan terhadap teori klasik untuk mempelajari
organisasi maupun mempelajari komunikasi organisasi. Adapun ketiga implikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dalam produksi kerja menunjukkan proses komunikasi manusia terhadap perilaku anggota organisasi. Pada implikasinya bahwa pekerja selalu melalui komunikasi, menjadi bagian yang amat penting pada bidang komunikasi organisasi.
2. Pengaruh yang positif dari wawancara kepada pekerja yang mengarahkan kepada identifikasi mengenai komunikasi upward atau komunikasi dari bawah kepada atasan dan sebaliknya, dari karyawan kepada atasan sebagai aktivitas organisasi yang berguna. 3. Penemuan norma-norma sosial bagi karyawan mengarahkan identifikasi mengenai adanya pengaruh channel informal dari komunikasi pada anggota organisasi. Teori hubungan manusia mulai melihat kepada komunikasi informal melalui garis sosial dari komunikasi organisasi.” (Arni, 2014:42-43) 2. KOMUNIKASI
“Istilah komunikasi berasal dari kata Latin communicatio ,
dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam proses komunikasi, maka proses komunikasi akan berlangsung selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim memiliki pemahaman yang sama dari suatu pesan tertentu” (Effendy, 2011:9). “cara
terbaik untuk menjelaskan bagaimana kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan
Who Say What in Which Channel To Whom What Effect (Siapa
Mengatakan apa Melalui Saluran apa Kepada Siapa Dengan Efek apa). Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur,yakni: Communicator (Kom unikator), Message (Pesan), Media (Media), Receiver (Komunikan atau penerima), dan
Effect
(Efek)”(Effendy,2007:253).
3. STRATEGI KOMUNIKASI
“Anwar Arifin menyatakan bahwa sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan. Jadi, merumuskan strategi komunikasi berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang
terjadi dan yang mungkin akan terjadi di masa depan untuk mencapai efektifitas. Dengan strategi komunikasi ini dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi dengan baik untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat” (Suryadi, 2018:5-6)
4. KOMUNIKASI INTERNAL
Menurut Muslim Basya dan Irmulan Sati “komunikasi internal adalah komunikasi antara manajer dengan komunikan (khalayak atau karyawan dari mulai level top management,
middle management , dan lower management ) yang berada didalam organisasi, secara timbal balik. Karena dalam organisasi terdapat jenjang kepangkatan yang menyebabkan adanya pegawai yang memimpin dan pegawai yang dipimpin, maka dalam manajemen tidak saja terjadi komunikasi antar pegawai yang sama status atau pangkatnya”. (Oktavia, 2014:26)
5. KOMUNIKASI ORGANISASI
“Definisi komunikasi organisasi menurut R Wayne Pace Don F. Faules dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi (strategi meningkatkan kinerja perusahaan) 2006 adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu
bertansaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi.”
6. PUBLIC RELATION “menurut Rex Harlow dalam (Rosadi Ruslan 2013:16) menyatakan bahwa “ Public Relations adalah fungsi menejemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktifitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama; melibatkan menejemen dalam menghadapi persoalan-persoalan, mebantu menejemen mampu menanggapi opini publik; mendukung menejemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan pengunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”.
“Menurut Cutlip, Center & Broom dalam kutipan Rachmat Kriyantono (Kriyantono, 2008:5) public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.”
7. CORPORATE
## COMMUNICATION
“Menurut buku Essentials Corporate Communication oleh Cees van Riel dan Charles Fombrun Corporate Communication dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang termasuk dalam pengelolaan dan pengaturan segala komunikasi internal dan eksternal yang ditujukan untuk menciptakan titik awal yang menguntungkan dengan para pemilik kepentingan, tempat di mana perusahaan bergantung. Komunikasi perusahaan terdiridari penyebaran informasi oleh sebuah divisi ahli dalam sebuah organisasi, dengan tujuan umum meningkatkan kemampuan organisasi untuk mempertahankan lisensi untuk beroperasi”. (Ramdan, 2017:13) 8. LOYALITAS Hasibuan mengemukakan bahwa “loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian karyawan yang mencakup kesetiaan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi didalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab” (Sujiyanto 2017:66). Loyalitas menurut Griffin (2002) dalam (Hurriyati, 2010:128) menyatakan bahwa “ loyality is
defined as non random purchase expressed over time by some decision making unit”. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa loyalitas lebih ditunjukan kepada suatu perilaku, yang ditunjukan dengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan.”
## METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sugiyono (2017:9) berpendapat bahwa “metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka- angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, serta dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas”.
Paradigma konstruktivisme memandang bahwa “kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi
berkembang secara terus-menerus. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran” (Arifin, 2012). Tradisi penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tradisi deskriptif kualitatif adalah salah satu tradisi penelitian yang banyak digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) “penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini
dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual”. Sukmadinata (2016) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung”. Dari kedua pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa tradisi penelitian deskriptif adalah sebuah tradisi yang digunakan untuk mendeskripsikan,
menginterpretasikan sesuatu fenomena, dengan menggunakan
prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.
## PEMBAHASAN
1. Strategi Komunikasi Internal PRU
Eternity PT Prudential Life Assurance Strategi komunikasi yang dilakukan PRU Eternity dalam menumbuhkan loyalitas para karyawannya adalah dengan berbagai program yang diharapkan dapat merubah
tingkat loyalitas dari karyawan tersebut. Adapun strategi yang dilakukan oleh agency manager dalam menumbuhkan loyalitas karyawan meliputi:
a) Analisa/Perencanaan
Strategi ( Planning ) Analisa perencanaan yang digunakan PRU Eternity untuk menentukan perencanaan strategi tersebut tentu melihat kendala- kendala yang ada dilapangan terkait demografi, minat daya beli masyarakat dan lebih fokusnya kepada market dan competitor .
Bagi public relations yang paling mendasari dari perencanaan program adalah tujuan perusahaan. Perencanaan program setiap waktu bisa berubah tergantung realita kondisi lapangan. Salah satu proses dalam perencanaan ini adalah mengenal khalayak
sasaran dari strategi komunikasi internal yang dibuat. Khalayak sasaran yang dimaksud disini adalah karyawan. Dimana strategi komunikasi dibuat semata- mata untuk kesejahteraan perusahaan, perusahaan tentu menginginkan semua karyawannya bekerja dengan sepenuh hati agar tercapai tujuan perusahaan, maka dari itu dibuat strategi komunikasi internal, dimana dalam penerapannya berpengaruh terhadap loyalitas karyawan b) Implementasi Strategi
( Implementation ) Pada PRU Eternity , tahap implementasi strateginya terbilang cukup baik dengan total presentase 75% dari pencatatan di bulan mei,
artinya penerapan strategi didalam tim sudah cukup berhasil. Implementasi yang dilakukan oleh PR ( Agency
Manager ) PRU Eternity antara lain membuat berbagai program kegiatan seperti: FM3 ( Fun Monday Morning Motivation ), Enganggement team (Target
persistensi triwulan), Forum training dan motivations serta Discussion session full
team .
c) Evaluasi Strategi
Dalam PRU Eternity evaluasi biasa dilakukan setiap bulan dan melibatkan masing-masing direct per- area. Evaluasi dilakukan dari founder ke direct sales ( agency manager ) dari setiap area. Untuk mengetahui apakah program yang disusun berhasil atau tidak, AM melakukan evaluasi dengan melihat seberapa antusias karyawan dalam mensejahterakan perusahaannya dan apakah sejauh ini strategi yang telah dibuat berhasil dalam menumbuhkan loyalitas para karyawan. Hasil dari evaluasi tersebut nantinya akan dikembangkan lagi dengan berbagai inovasi yang menarik agar dapat mencapai tujuan bersama. 2. Public Relations ( Agency Manager ) PRU Eternity PT Prudential Life Assurance
Dalam PRU Eternity PT. Prudential Life Assurance, Public relations dibantu oleh karyawan dan agen, public relations disini bertugas mengelola sistem pemasaran internal dan eksternal perusahaan, karena PR dan Agen sama-sama berperan penting dalam sistem pemasarannya. Silih Agung (2005) menyatakan “PR bersinergi dengan divisi SDM untuk
mengatasi masalah seperti bagaimana meningkatkan loyalitas karyawan. Karena loyalitas karyawan hanya sebatas pada loyalitas profesi, bukan loyalitas pada perusahaan”. Pada sisi ini AM membantu SDM dalam membangun sistem komunikasi internal yang memungkinkan semua pihak mendapatkan akses untuk menyuarakan pendapatnya. Sistem komunikasi dua arah yang mampu mewakili aspirasi manajemen dan karyawan. Akses secara perlahan membangun loyalitas karyawan terhadap perusahaan itu sendiri. Peran public relations sebagai leader memberi pengarahan kepada agent agar menjadi agent yang baik bagi calon nasabahnya. Yang dilakukan PR biasanya membuat sebuah kegiatan beberapa training untuk karyawannya dengan menebarkan nilai positif, melatih karyawannya untuk saling menghormati dan menhargai satu dengan lainnya, mejelaskan prosedur tentang bagaimana berasuransi, serta memberikan motivasi-motivasi
dari ahlinya untuk mencapai target yang diinginkan dan tentunya akan di bimbing sampai sukses. 3. Loyalitas Karyawan
Dalam menumbuhkan loyalitas tentunya AM PRU Eternity mempunyai cara
tersendiri, seperti yang sudah dibahas diatas bahwa strategi yang dilakukan ialah membuat forum komunikasi, dimana jika dalam forum tersebut karyawan bisa menembus target yang diharapkan bukan tidak mungkin ia akan mendapat imbalan seperti gathering ke luar kota bahkan luar negri.
Loyalitas kerja karyawan tidak terbentuk begitu saja dalam organisasi, tetapi ada indikator yang terdapat didalamnya yang mewujudkan loyalitas kerja karyawan. Masing-masing indikator merupakan bagian dari manajemen yang berkaitan dengan karyawan maupun organisasi. Dari indikator yang telah dijelaskan, yang terlihat dalam PRU Eternity cukup baik, para karyawan selalu menaati setiap kebijakan peraturan yang berlaku, memiliki tanggung jawab melaksanakan tugas, memiliki kemauan untuk bekerjasama didalam tim,
memiliki hubungan yang baik dengan manajemen perusahaan, serta menyukai pekerjaan yang dilakukan. Oliver memberikan empat tahapan proses pembentukan loyalitas yaitu:
a. Cognitive Loyalty (kesetiaan berdasarkan kesadaran)
b. Affective Loyalty (kesetiaan berdasarkan pengaruh)
c. Conative Loyalty (kesetiaan berdasarkan komitmen)
d. Action Loyalty (Kesetiaan
dalam bentuk tindakan ) Dari keempat proses pembentukan loyalitas, terlihat bahwa karyawan PRU Eternity sudah cukup baik dalam pembentukan loyalitas, dalam hal Cognitive Loyalty , informasi yang diberikan oleh direct agent kepada karyawan cukup memuaskan, hal itu berdampak pada kesadaran para karyawannya, dalam hal Affective Loyalty , pengaruh yang diberikan lewat motivasi secara tidak langsung mempengaruhi loyalitas dari diri karyawan tersebut. Kondisi ini sangat sulit dihilangkan karena loyalitas sudah ada dalam pikiran para karyawan bukan hanya kesadaran. Dalam hal Conative Loyalty , dirasa belum cukup berhasil sepenuhnya, karena hasrat untuk melakukan suatu tindakan atau bersikap loyal belum sepenuhnya dijalankan oleh para karyawan dan dalam hal Action Loyalty , tindakan yang
dilakukan oleh para karyawan dinilai sudah cukup baik walaupun tidak sepenuhnya mematuhi atau bersikap loyal terhadap pekerjaannya.
## KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan mengenai strategi
komunikasi internal dalam menumbuhkan loyalitas karyawan PRU Eternity PT Prudential Life Assurance , maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi yang dilakukan PRU Eternity dalam menumbuhkan loyalitas para karyawannya adalah dengan mengadakan berbagai forum komunikasi. Adapun strategi yang dilakukan oleh agency manager dalam menumbuhkan loyalitas karyawan meliputi: - Analisa perencanaan strategi ( Strategic Planning ), PRU Eternity Prudential memiliki keputusan membuat strategi dan tujuan untuk membangun dan memelihara hubungan dengan karyawan, memiliki khalayak penentu yaitu karyawan, memiliki program-program yang memudahkan nasabah, melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur yang berlaku dari perusahaan, dan public relations menjalankan program tersebut. - Implementasi Strategi, Pada
PRU Eternity , tahap implementasi strateginya terbilang cukup berhasil dengan total presentase 75% dari pencatatan di bulan mei, implementasi yang
dilakukan oleh PR ( Agency Manager ) PRU Eternity antara lain membuat berbagai program kegiatan seperti: FM3 ( Fun Monday Morning Motivation ), Enganggement team (Target persistensi triwulan), Forum
training dan motivations
serta Discussion session full team . - Evaluasi Strategi
( Evaluation ), Dalam PRU Eternity evaluasi dilakukan melihat seberapa besar target sales nya, biasa dilakukan setiap bulan dan melibatkan masing-masing direct per-area. Evaluasi dilakukan dari founder ke direct sales ( agency manager ) dari setiap area.
2. Peran PR ( Agency Manager ) dalam menumbuhkan loyalitas karyawan, dalam PRU Eternity
peran public relations sebagai leader memberi pengarahan kepada agent agar menjadi
agent yang baik bagi calon nasabahnya. Yang dilakukan AM biasanya membuat sebuah kegiatan didalam forum komunikasi seperti training untuk karyawannya dengan menebarkan nilai positif, melatih karyawannya untuk saling menghormati dan
menhargai satu dengan lainnya, mejelaskan prosedur tentang bagaimana berasuransi, serta
memberikan motivasi-motivasi dari ahlinya untuk mencapai target yang diinginkan dan tentunya akan di bimbing sampai sukses.
SARAN 1. Saran Akademis
Peneliti merekomendasikan penelitian kualitatif tentang topik ini untuk melihat sejauh mana pengaruh strategi komunikasi internal dalam menumbuhkan loyalitas karyawan. 2. Saran Praktis
Saran peneliti terhadap PRU
Eternity adalah diharapkan AM meningkatkan inovasi yang lebih menarik terhadap strategi yang akan dibuat untuk jangka waktu selanjutnya agar strategi yang disusun dapat membangun loyalitas kepada seluruh karyawan serta memancarkan visi dan misi perusahaan yang diinginkan. Langkah-langkah yang diambil harus strategis karena itu mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi harus dilakukan mendalam sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
## DAFTAR PUSTAKA
Buku/Bahan Bacaan
Onong, Uchana Efendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,
2005 hal 122
Faules, Don F, Wayne Pace Komunikasi Organisasi , PT. Remaja Rosdakarya Bandung. 2005 Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2006
Pace, R. Wayne & Faules, Don F.2005 .Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan . PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. Sukoco, Badri Munir . Manajemen Administrasi Perkantoran Modern . Surabaya: Erlangga, 2007 Robbins, A. P. Perilaku Organisasi 1 Edisi 10. PT. INDEKS. Jakarta.2004 Widjaja, H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat . Jakarta: Bumi aksara. 2010 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2011 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta. 2017 Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi. Edisi 1 Cet. 13. Jakarta: Bumi Aksara, 2014 Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Edisi 1 Cet. 12. Jakarta: PT. Bumi Aksara 2011 Cangara, Hafied., Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.2011 Cangara, Hafied., Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.2014 Muslim Basya, Irmulan Sati, Strategi dan Aktivitas Public Relations . Jakarta: BPP Humas, 2006 hal 28 Frazier Moore, Hubungan Masyarakat Prinsip, Kasus dan Masalah. Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 1987 Wasesa, Silih Agung. Strategi Public Relations . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005 Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001 Suryadi, Edi. Strategi Komunikasi Sebuah Analisis Teori dan Praktis di Era Global . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2018 Website http://www.prudential.co.id/corp/pru dential/_in_id/header/aboutus /index.html diakses pada Senin, 8 April 2019 www.usepmulyana.files.wordpress.c
om diakses pada Jumat, 29
Maret 2019 https://www.coursehero.com/file/184 70760/04202-038-Hayathun- Nufus/ diakses pada Selasa, 2 April 2019 http://repository.unpas.ac.id/28244/
diakses pada Rabu 27 Maret 2019 Jurnal/Skripsi/Thesis Oktavia, Tricia, Analisis Kegiatan Komunikasi Internal dalam menumbuhkan Sense Of Belonging Account Executive PT Indosat Tbk . Depok: FISIP UI, 2014 Martanti, Yenni Maya, Peran Employee Relations Dalam Membangun Loyalitas Karyawan PT Kao Indonesia Jakarta. Jakarta: FIKOM MERCU BUANA, 2015 Lie, Ferdyana, Strategi Komunikasi Internal dalam Mensosialisasikan Merger kepada Karyawan (Studi Kasus PT XL Axiata dan PT Axis Telecom Indonesia). Jakarta. FIKOM UMN, 2015 Oktovina, Yessi Putranti, Strategi Pemasaran Agen PT Prudential Life Assurance dalam meningkatkan Loyalitas Nasabah PruLink Syariah . Jakarta. FEB UIN, 2015 Defina, Rizka, Kegiatan Komunikasi Internal dalam meningkatkan Sense Of Belonging Karyawan di PT Alpa Scorpii Medan, UMS, 2018
|
8e5fe372-1827-4993-9707-9a062f631b82 | https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/article/download/2971/2328 |
## Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME)
Vol. 8, No. 1, Januari 2022 p-ISSN : 2442-9511, e-2656-5862 DOI: 10.36312/ jime.v8i12971/http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME
1184 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
## Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah
Wildan
Manajemen Pendidikan Islam. Program Pascasarjana UIN Mataram, Indonesia
Article Info ABSTRACT Article history: Accepted: 30 Januari 2022 Publish: 30 januari 2022 Kepala sekolah sebagai pemimpin berperan dan bertanggung jawab mengorganisir, memantau, membina serta memperbaiki proses belajar mengajar.Konsep gaya kepemimpinan dan kompetensi mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam meningkatkan kinerja guru. Penelitian kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui: Pertama: Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja guru; Kedua: Pengaruh kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru; Ketiga: Pengaruh gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru . Data gaya kepemimpinan, kompetensi dan kinerja guru dikumpulkan dengan teknik angket menggunakan instrumen angket dengan skala likert . Data dianalisis dengan statistik deskriftif dan inferensial menggunakan regresi ganda pada taraf 5%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dengan hasil nilai signifikansi (<0.05 ) dengan besaran 0,019 dengan presentase sebesar 67,5%, sementara presentase tertinggi pada jenis gaya kepemimpinan demokratis sebesar 67,9% (2) ada pengaruh kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru ,dengan hasil nilai signifikansi (<0.05 ) yang mempunyai besaran 0,001 dengan presentase 69,9%, (3) ada pengaruh gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru dengan hasil uji F yang mempunyai besaran nilai signifikansi (<0.05 ) 0,002. Adapun besaran pengaruh gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru 70,3 % sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.Implikasi dari penelitian adalah perlunya kecakapan dalam bertindak meningkatkan kompetensi secara maksimal dan peningkatan kinerja guru, tanpa melupakakan faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja guru.
Keywords:
Gaya Kepeminpinan Kompetensi Kepala Sekolah Kinerja Guru
Article Info Abstract Article history: Diterima: 30 Januari 2022 Terbit: 30 Januari 2022 The principal as a leader plays a role and is responsible for organizing, monitoring, fostering and improving the teaching and learning process. The concepts of leadership style and competence have a significant role in improving teacher performance. This quantitative research was conducted to determine: First: The effect of leadership style on teacher performance; Second: The influence of principal's competence on teacher performance; Third: The influence of leadership style and principal's competence on teacher performance. Data on leadership style, competence and teacher performance were collected using a questionnaire technique using a questionnaire instrument with a Likert scale. Data were analyzed by descriptive and inferential statistics using multiple regression at the 5% level. The results of data analysis show that (1) there is an effect of the principal's leadership style on teacher performance with the results of a significance value (<0.05) with a magnitude of 0.019 with a percentage of 67.5%, while the highest percentage of the type of democratic leadership style is 67.9% ( 2) there is an effect of principal competence on teacher performance, with the results of a significance value (<0.05) which has a magnitude of 0.001 with a percentage of 69.9%, (3) there is an influence of leadership style and principal competence on teacher performance with the results of the F test which has the magnitude of the significance value (<0.05) is 0.002. The magnitude of the influence of leadership style and principal's competence on teacher performance is 70.3% the rest is influenced by other variables. The implication of the research is the need for skills in acting to increase competence to the maximum and increase teacher performance, without forgetting other factors that also affect performance. teacher.
This is an open access article under the Lisensi Creative Commons Atribusi- BerbagiSerupa 4.0 Internasional
Corresponding Author: Wildan,
1185 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Manajemen Pendidikan Islam. Program Pascasarjana UIN Mataram, Indonesia Email: [email protected]
## 1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sektor pembangunan yang harus mendapat perhatian khusus terutama oleh bangsa yang sedang berkembang seperti Indonesia. Reformasi di bidang pendidikan mutlak diperlukan sejalan dengan tuntutan pembangunan berkelanjutan. Sebuah pendidikan yang dikelola dengan baik,tertib, teratur akan mempercepat laju pembangunan di sektor lain termasuk pada proses pembudayaan bangsa yang bermuara pada terciptanya kesejahtraan umum dan cerdasnya kehidupan bangsa sesuai tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikin nasional Indonesia berupaya membimbing warga negara menuju pengembangan pribadi yang berlandaskan ketuhanan serta mampu mensosialisasikn dan memelihara lingkungan (Adam, 2019). Akan tetapi kondisi faktual membuktikan bahwa pendidikan nasional belum mampu mewujudkan pengembangan pribadi individu dan masyarakat secara maksimal. Dari hasil pemantauan peneliti melihat bahwa masih banyak guru yang belum mampu mengefesienkan waktu untuk membimbing siswa disekolah seperti datang dan pulang tepat waktu, membuat perangkat pembelajaran dan lain-lain masih belum oftimal. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai sebuah keberhsilan di ekosistem sekolah itu sendiri.
Keberhasilan sekolah dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan sangat bergantung pada kinerja guru di kelas. Selain itu, peran guru di sekolah juga krusial dalam proses transformasi nilai- nilai kehidupan kepada generasi muda. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak akan ada peningkatan kualitas hasil pendidikan tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas guru. Adam (2019) Para pendidik (guru) harus terus-menerus meningkatkan kompetensi dan kinerjanya dalam melaksanakan tugas sehari-hari karena tuntutan di masa mendatang akan semakin kompleks dan sulit diprediksi. Pemberian berbagai jenis pelatihan dan pendidikan profesi kepada guru sangat dibutuhkan. Seperti pendidikan prefesi guru, diklat assesmen, pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis IT. Semua itu akan mempengaruhi faktor kinerja guru dalam proses pembelajaran setiap hari.
Dalam menjelaskan dua faktor penting yang mempengaruhi kinerja guru di sekolah yaitu faktor kualifikasi standar guru dan relevansi antara bidang keahlian guru dengan tugas mengajar. Azis dan Suwatno (2019) Di samping itu, kinerja guru di kelas juga sangat dipengaruhi oleh pola kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah, terutama dengan mendorong terciptanya budaya belajar serta membangun situasi dan kondisi sekolah yang kondusif agar guru dan siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam belajar . Untuk mencapai hasil maksimal, kepala sekolah berperan menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, memberi teladan, serta memberikan dorongan untuk mencapai tujuan sekolah. (Adam, 2019)
Kepemimpian yang baik secara tidak langsung berdampak pada tercapainya tujuan organisasi karena pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerjanya (Astuti, 2019) Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai dua konteks yaitu kepemimpinan pendidik didalam pembelajaran dan kepemimpinan dalam mengelola sekolah. Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat dominan, upaya untuk mendorong inovasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang dapat menggerakkan sumberdaya pendidikan secara tidak langsung dapat memicu pencapaian kualitas pendidikan (Azis dan Suwatno, 2016) Salah satu penyebab menurunnya mutu pendidikan di Indonesia adalah faktor kepemimpinan, khususnya mengenai pendekatan dan pengembangan metode yang kurang bervariasi, sehingga proses kepemimpinan di sekolah berjalan secara monoton atau satu arah.
1186 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. (Astuti, 2018) Oleh karena itu Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah.
Masalah kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik sebab suatu organisasi dapat berhasil atau tidaknya sebagian ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu (Astuti, 2018) Sehingga dapat diartikan bahwa kepemimpinan merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mempengaruhi dan memberikan arah kepada individu atau kelompok lain dalam suatu organisasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama dalam kehidupan berorganisasi yang memegang peranan kunci. Karena kepemimpinan seorang pemimpin berperan sebagai pengatur dalam proses kerjasama antara pemimpin dengan individu maupun pemimpin dengan kelompoknya.
Kepemimpinan seorang pemimpin (kepala sekolah) akan mampu membedakan antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin (kepala sekolah) dalam memimpin suatu organisasi akan mempengaruhi kinerja daripada guru itu. Gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Sehingga dapat diartikan bahwa gaya kepemimpinan merupakan cara yang digunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya (Adam, 2019)
Kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif merupakan hal yang paling utama yang harus dipahami oleh seorang pemimpin (kepala sekolah) dalam memimpin suatu organisasi atau kelompok. Dengan memahami gaya kepemimpinan akan dapat meningkatkan pemahaman seorang pemimpin (kepala sekolah) terhadap dirinya sendiri serta dapat mengetahui kelemahan maupun kelebihan potensi yang ada dalam dirinya dan dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan bawahannya. (Astutik, 2018) Hasil obesrvasi awal menunjukkan bahwa kepala sekolah kebanyakan hanya memahami juknis yang ada, efektifnya kepemimpinannya sudah dianggap maksimal akan tetapi guru merasa tidak dipedulikan oleh kepala sekolah, sehingga kinerja seorang guru menjadi menurun akibat dari pemimpinnya sendiri.
Kinerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan Dimana kemampuan tersebut telah mencakup beberapa aspek, diantaranya: perencanaan program belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar mengajar, penciptaan dan pemeliharaan kelas yang optimal, pengendalian kondisi belajar yang optimal, serta penilaian hasil belajar. Kinerja tentu menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas kerja seseorang termasuk seorang guru.(Indrayogi, 2014) Oleh sebab itu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu organisasi seharusnya dapat melihat kekurangan yang dibutuhkan oleh bawahannya sehingga dapat meningkatkan prestasi serta kinerja guru antara lain dengan memberikan dorongan kepada guru agar dapat melaksanakan tugas mereka sesuai dengan aturan dan pengarahan.
Aspek kinerja berkaitan erat dengan kepemimpinan kepala sekolah dan guru sehingga hasil penilaian kinerja guru menjadi penting sebagai indikator keberhasilan suatu lembaga. Sedangkan bagi guru itu sendiri penilaian terhadap kinerja dapat berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang dimilikinya. sehingga dapat bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan bagi karir seorang guru. Sehingga penilaian kinerja guru secara berkala sangat penting untuk dilakukan. Dengan adanya penilaian terhadap kinerja guru tentu akan menjadi gambaran tentang keberhasilan maupun
kegagalan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. (Karwati, Euis dan Priansa, 2013).
Dari hasil obervasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara dengan pengawas Cabang Dinas Dikbud Lombok Tengah (Tohar, an )mengatakan bahwa masih banyak guru SMA Negeri di Lombok Tengah yang memiliki kinerja yang kurang, hal ini dikarenakan motivasi yang dimiliki oleh guru masih rendah. Selain itu di Lombok Tengah, gaya kepemimpinan kepala sekolah bervariasi macamnya. Dengan gaya kepemimpinan yang bervariasi tersebut, kinerja guru juga menjadi bermacam-macam. Ada yang baik ada pula yang masih kurang. Kemudian, wawancara juga dilakukan dengan beberapa kepala SMA Negeri di Lombok Tengah yang mengatakan bahwa kinerja guru di sekolah bermacam-macam variasinya. Kinerja guru yang kurang maksimal diantaranya disebabkan masalah waktu. Selain itu, kompetensi yang belum digali secara mendalam oleh para guru menyebabkan kinerja guru menjadi kurang maksimal. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi terhadap kinerja guru SMA Negeri Se-Kabupaten Lombok Tengah
## 2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif. Penelitian deskriftif yaitu salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai situasi sosial atau dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Desain penelitian ini adalah ex post facto yaitu data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung tanpa ada perlakuan.
Data yang diperoleh tentang pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah, akan dianalisis dengan perhitungan statistik dengan metode Analysis Regresi untuk melihat ada tidaknya pengaruh secara fungsional antara satu atau lebih variabel terikat dengan variabel bebas. Pengaruh antara variabel yang memengaruhi dan variabel yang dipengaruhi akan dapat dilihat berdasarkan data hasil penelitian di lapangan.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang bertujuan untuk mengungkap pengaruh secara parsial antara gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMA Negeri di kabupaten Lombok Tengah.
## 2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.(Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah 331 orang guru yang berstatus ASN di SMA Negeri di Kabupaten Lombok Tengah yang terdiri dari 17 SMA Negeri berdasarkan dari data pokok Pendidikan dasar menengah kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
## 2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode random sampling. Dalam menentukan sampel pada penelitian ini adalah dengan melalui dua tahapan yaitu : tahap pertama dengan memilih 30 % dari seluruh SMA Negeri yang ada pada populasi yaitu 30 % dari 17 sekolah sehingga didapatkan 6 sekolah. Pada tahap kedua yaitu untuk menentukan jumlah sampel, yaitu dari 30 % sekolah yang terpilih secara random pada tahap pertama akan diambil 30 % dari jumlah total guru yang berstatus ASN. Dari data pada tahap pertama di dapatkan jumlah guru ASN pada sekolah tersebut berjumlah sebanyak 140 orang, dari 140 orang itu akan diambil 30 % sehingga total sampel akhir adalah sejumlah 42 orang.
1188 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Cara ini merupakan salah satu model pengambilan sampel secara acak yang pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi. Fraksi yang dihasilkan dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil. Dari fraksi kecil inilah kemudian sampel diambil. Dari penjelasan di atas peneliti mendapatkan 6 sekolah yang dijadikan sampel yaitu 1) SMAN 1 Kopang (8)orang ; 2) SMAN 1 Praya Timur (6) orang ; 3) SMAN 1 Praya Tengah (8) orang; 4) SMAN 1 Batukliang (6) orang; 5) SMAN 2 Praya (7) orang; dan 6) SMAN 4 Praya (7) orang. Total sampel 42 orang guru.
## 2.3 Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X 1 ) gaya kepemimpinan kepala sekolah dan (X 2 ) kompetensi kepala sekolah. Sedangakan variabel terikat (Y) kinerja guru SMAN Se Lombok Tengah 2.4 Instrumen / Alat dan Bahan Penelitian
Angket merupakan daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket disusun berdasarkan indikator variabel penelitian yang telah dibahas berdasarkan literatur pada kajian teori. Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. (Arikunto, 2010) Dalam hal ini, teknik angket dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang aspek gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah . Pengertian ini dipertegas oleh Sugiyono yang mengemukakan bahwa, angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.(Sugiyono, 2011) Jawaban dari angket tersebut yang selanjutnya akan dianalisa dan dijelaskan sebagai hasil dari pengumpulan data di lapangan.
Penelitian ini menggunakan butir-butir instrumen angket yang disajikan menggunakan skala Likert yang dinyatakan dalam lima pilihan alternatif jawaban. Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5, Setuju (S) diberi nilai 4, Ragu-ragu (RR) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Pernyataan yang digunakan dalam angket ini terdiri dari dua yaitu peryataan positif dan negatif. Dalam pernyataan positif skala tertinggi untuk jawaban “sangat setuju atau sangat sering” sedangkan sebaliknya untuk pernyataan negatif skala tertinggi untuk jawaban “sangat tidak setuju atau sangat jarang”.
## 2.5 Uji validitas dan reliabilitas instrument
Selanjutnya untuk memenuhi syarat yang baik dari suatu instrumen penelitian, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Jadi suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang relevan dengan tujuan pengukuran dan harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. (Azwar, 2020) Jadi, valid bermakna bahwa kusioner tersebut tepat atau sesuai dengan yang diperuntukkan.
Pada penelitian ini, angket diuji validitasnya dengan menggunakan kolom Corrected Item- Total Correlation pada aplikasi SPSS Versi 22. Jika nilai item pernyataan pada kolom tersebut lebih besar dari 0,3 maka item pernyataan valid dan jika lebih kecil dari 0,3 maka item pernyataan tersebut tidak valid.
Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Pada penelitian ini digunakan teknik perhitungan reliabilitas koefisien Cronbach’s Alpha dengan alasan komputasi dengan teknik ini akan memberikan harga yang lebih kecil atau sama besar dengan reliabilitas yang
1189 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
sebenarnya. (Azwar, 2020) Jadi dengan menggunakan teknik ini akan memberikan hasil yang lebih cermat karena dapat mendeteksi hasil yang sebenarnya.
Pada p e n e l i t i a n ini, angket diuji reliabilitasnya dengan menggunakan kolom Cronbach’s Alpha pada aplikasi SPSS Versi 22. Jikanya lebih besar dari 0,7 maka kuesioner reliabel dan jika lebih kecil dari 0,7 maka kuesioner tidak reliabel. (Heryanto & Triwibowo) Setelah instrumen penelitian dilakukan uji validitas dan rehabilitas, maka item valid dan reliabel yang dijadikan sebagai item pernyataan dalam angket/instrumen yang dibagikan kepada responden sampel penelitian.
## 2.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu (Hasan, 2006). Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut ( Sujana, 2001)
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan komputasi program SStatistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
## 2.7 Analisis Deskriftif
Analisis deskriftif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Analisis deskiptif ini untuk menggambarkan karakteristik dari setiap perubahan penelitian dalam distribusi frekuensi. Untuk menunjukkan hasil penelitian dijabarkan dengan menggunakan tabel frekuensi (tabel persentase) yang selanjutnya dijelaskan deskriptif persentase.
Analisis deskriptif terhadap variabel penelitian dilakukan untuk mengetahui dominasi pilihan jawaban responden dari setiap item pernyatan-pernyataan yang terdapat pada angket. Dengan demikian dapat dilakukan analisis data berdasarkan frekuensi setiap item sehingga dapat menghasilkan informasi yang berguna dan lebih mudah dipahami. Analisis deskriptif variabel dengan rumus perhitungan nilai indeks variabel sebagai berikut:
indeks indikator 1 + indeks indikator 2+ ⋯ +indeks indikator n Nilai Indeks Variabel = ----------------------------------------------------------------------- 𝑛
Adapun perhitungan analisis statistika tersebutdengan menggunakan program siap pakai yakni Statistical Product and Service Solution (SPSS). Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat pengaruh gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru digunakan kriteria sesuai dengan pengkategorian penilaian yaitu:
0% - 20% atau 0 – 20 dikategorikan sangat kurang 21% - 40% atau 21 – 40 dikategorikan kurang 41% - 60% atau 41 – 60 dikategorikan sedang 61% - 80% atau 61 – 80 dikategorikan cukup baik 81% - 100% atau 81– 100 dikategorikan baik. (Pieta, 2001)
Hasil dari nilai indeks variabel tersebut akan menginterprestasikan skor dari jawaban responden yang telah diteliti di 6 SMA Negeri di Lombok Tengah yang dijadikan sebagai sampel. Setiap indikator akan dihitung nilai indeks variabelnya agar detail.
Analisis Verifikatif, Analisa dalam uji hipotesis didasarkan pada data yang diperoleh dari responden melalui angket yang telah disebarkan dalam penelitian ini. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh independen variabel terhadap variabel dependen dan bagaimana kriterium ( dependen variabel ) dapat diprediksikan melalui predikator ( independen variabel ) secara parsial maupun simultan ( Nisfiannoor, an)
Uji statistik regresi linier berganda dilakukan juga untuk menguji signifikan tidaknya hubungan antar variabel yang diukur melalui koefisien regresinya. Regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah regresi yang mana variabel terikatnya (kinerja guru) dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel, yang dalam hal ini adalah variabel kompetensi
1190 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
manajerial kepala sekolah dan sistem informasi manajemen kepegawaian. Apabila variabel terikat dihubungkan dengan dua variabel bebas maka persamaan regeresi linier bergandanya dapat dirumuskan sebagai berikut (Hasan, 2008)
Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2
Nilai b 1 dan b 2 dalam rumusan di atas disebut juga dengan koefisien regresi parsial ( partial coefficient regression ). Nilai dari koefisien tersebut dapat ditentukan dengan cara persamaan normal maupun metode kuadrat terkecil ( least squared ). Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan bantuan program SPSS ( Statistical Product and Service Solution ) 16 for Windows. Dalam analisis regresi linier tersebut penulis menggunakan uji t- test dan uji F.
Dengan pengujian tersebut meniscayakan bisa diketahuinya variabel- variabel bebas yang digunakan baik secara parsial maupun simultan mampu menjelaskan variabel tidak bebasnya. Uji regresi linier secara parsial merupakan uji statistik koefisien regresi dengan hanya satu koefisien regresi yang mempengaruhi Y, dan dalam uji ini menggunakan uji t. Sedangkan uji regresi linier secara simultan merupakan uji statistik koefisien regresi yang secara bersama sama mempengaruhi Y dan menggunakan uji F dalam pengujiannya. Uji-t bertujuan untuk menjelaskan signifikansi pengaruh independen variabel terhadap dependen variable
## 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Uji Validasi Data
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Jadi suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang relevan dengan tujuan pengukuran dan harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Pada penelitian ini, angket diuji validitasnya dengan menggunakan kolom Corrected Item-Total Correlation dan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 sebagai berikut:
Tabel 1 Uji Validasi Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah Responden Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X 1.1 45,8788 24,547 ,657 ,920 X 1.2 46,0303 25,343 ,672 ,921 X 1.3 45,7879 23,735 ,782 ,917 X 1.4 45,8788 22,297 ,847 ,914 X 1.5 45,7576 24,064 ,609 ,922 X 1.6 45,8182 24,153 ,704 ,919 X 1.7 45,6364 24,864 ,509 ,925 X 1.8 45,8485 24,758 ,586 ,922 X 1.9 45,8788 22,297 ,847 ,914 X 1.10 45,7576 24,064 ,609 ,922 X 1.11 46,0303 25,343 ,672 ,921 X 1.12 45,8788 24,547 ,657 ,920 X 1.13 45,8788 23,110 ,547 ,928 X 1.14 46,0303 25,343 ,672 ,921 X 1.15 46,0303 25,343 ,672 ,921 Semua angka pada kolom Corrected Item-Total Correlation memiliki nilai di atas 3,00 (
1191 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
lebih dari 0,3). Ini artinya item pernyataan pada kuesione Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) valid.
Tabel 2 Uji Validasi Kompetensi Kepala Sekolah Item-Total Statistics
Resp onden Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted X 2.1 45,6667 25,479 ,637 ,918 X 2.2 46,0606 27,559 ,624 ,919 X 2.3 45,9091 24,335 ,656 ,919 X 2.4 45,9394 25,121 ,706 ,915 X 2.5 45,7576 26,064 ,688 ,916 X 2.6 45,8485 26,008 ,738 ,914 X 2.7 45,7576 26,064 ,688 ,916 X 2.8 46,0606 27,559 ,624 ,919 X 2.9 45,9091 24,460 ,805 ,911 X 2.10 45,9091 24,335 ,656 ,919 X 2.11 46,0303 27,718 ,519 ,921 X 2.12 45,9091 27,085 ,542 ,920 X 2.13 45,9091 27,085 ,542 ,920 X 2.14 46,0606 27,559 ,624 ,919 X 2.15 45,8182 25,653 ,798 ,913
Semua angka pada kolom Corrected Item-Total Correlation memiliki nilai di atas 3,00 ( lebih dari 0,3). Ini artinya item pernyataan pada kuesioner Kompetensi kepala sekolah (X2) valid.
Tabel 3. Uji Validasi Kinerja Guru. Item-Total Statistics Responden Scale Mean if Item Delete d Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Y1 45,9091 28,710 ,707 ,937 Y2 46,0303 28,968 ,796 ,935 Y3 46,0909 27,085 ,894 ,932 Y4 46,0909 27,085 ,894 ,932 Y5 45,9394 29,184 ,713 ,937 Y6 46,0303 28,968 ,796 ,935 Y7 45,9394 29,184 ,713 ,937 Y8 46,2424 31,064 ,576 ,941 Y9 46,0909 27,085 ,894 ,932 Y10 46,0909 27,898 ,600 ,943 Y11 46,2121 31,235 ,475 ,942 Y12 46,0909 30,398 ,541 ,941
1192 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Y13 46,0909 30,398 ,541 ,941 Y14 46,2424 31,064 ,576 ,941 Y15 46,0000 28,625 ,849 ,934
Semua angka pada kolom Corrected Item-Total Correlation memiliki nilai di atas 3,00 ( lebih dari 0,3). Ini artinya item pernyataan pada kuesioner Kinerja Guru (Y) valid.
## 3.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Pada penelitian ini digunakan teknik perhitungan reliabilitas koefisien Cronbach’s Alpha dan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 sebagai berikut:
Tabel 4 Uji Reliabilitas Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Reliabilit Statistics Komponen Yang di Uji Cronbach's Alpha N of Items Gaya Kepemimpinan ,925 15 Kompetensi Kepala Sekolah ,942 15 Kinerja guru ,922 15 Nilai Cronbach's Alpha 0,925 > 0,700 (lebih dari 0,7). Ini artinya kuesioner variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) reliabel. Nilai Cronbach's Alpha 0,942 > 0,700 (lebih dari 0,7). Ini artinya kuesioner variabel kompetensi kepala sekolah (X2) reliabel. Dan Nilai Cronbach's Alpha 0,922 > 0,700 (lebih dari 0,7). Ini artinya kuesioner variabel Prestasi Belajae Peserta Didik (Y) reliabel.
## 3.3 Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk membantu ketepatan dalam melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis hanya dapat dilakukan jika variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal, maka dari itu diperlukan uji normalitas. Pada penelitian ini, pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 sebagai berikut:
Tabel 5. Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Gaya Kepemimpinan Kompetensi Kepala sekolah Kinerja guru N 42 42 42 Normal Parameters a Mean 49.45 49.50 49.79 Std. Deviation 5.251 5.523 5.842 Most Extreme Differences Absolute .157 .118 .195 Positive .157 .084 .149 Negative -.131 -.118 -.195 Kolmogorov-Smirnov Z 1.015 .764 1.263 Asymp. Sig. (2-tailed) .427 .605 .902 a. Test distribution is Normal.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada bagian Asymp. Sig. (2-tailed). Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika mempunyai hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan nilai signifikansi di atas 0,05. Berikut ini kriteria yang berlaku untuk menetapkan kenormalan:
a. Memenuhi taraf signifikansi uji α = 0,05.
b. Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka variabel berdistribusi normal.
c. Jika signifikansi yang diperoleh < α, maka variabel tidak berdistribusi normal.
1193 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Berdasarkan data tersebut, hasil perhitungan SPSS yang diperoleh untuk uji normalitas variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah nilai Asymp. Sig. (2- tailed) sebesar 0,427 > 0,05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal. Untuk variabel kinerja guru nilai Asymp. Sig. (2- tailed) sebesar 0,605 > 0,05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal. Sedangkan untuk variabel prestasi belajar peserta didik nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,902 > 0,05 berarti variabel tersebut juga berdistribusi normal.
## 3.4 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan yang linear secara signifikan antara variabel penelitian. Uji linearitas digunakan sebagai prasyarat dalam analisis regresi. Pengujiannya dapat dilakukan melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16 for windows dengan menggunakan test for linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Variabel penelitian dikatakan saling mempunyai hubungan yang linear jika nilai Sig. Deviation from linearity lebih dari 0,05 sedangkan variabel penelitian dikatakan tidak saling mempunyai hubungan yang linear jika nilai Sig. Deviation from linearity kurang dari 0,05. Adapun hasil analisis tabel test for linearity menunjukkan signifikansi uji linearitas sebagai berikut;
Tabel 6. Uji linearitas data gaya kepemimpinan terhadap kinerja Guru
Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Kinerja_Guru * Between (Combined) Groups Linearity Deviation from Linearity 473,973 10 47,397 1,728 ,137 Gaya_Kepemimpi nan_Kepala_Sek 296,248 1 296,248 10,79 9 ,003 olah 177,725 9 19,747 ,720 ,686 Within Groups 603,542 22 27,434 Total 1077,515 42
Mengacu pada output uji linearitas pada bagian tabel Anova dapat diketahui bahwa nilai Sig. Deviation from linearity sebesar 0,686 > 0,05. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa variabel X1 yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikansi terhadap variabel Y yaitu kinerja guru.
Tabel 7 . Uji linearitas data kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Kinerja Guru Between (Combined) Groups Linearity Deviation from Linearity 413,692 11 37,608 1,459 ,220 * Kompetensi kepala sekolah 189,835 1 189,835 7,366 ,013 223,857 10 22,386 ,869 ,574 Within Groups 541,217 21 25,772 Total 954,909 42 Mengacu pada output uji linearitas pada bagian tabel Anova dapat diketahui bahwa nilai sig. Deviation from linearity sebesar 0,574 > 0,05. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa variabel X2 yaitu Kompetensi kepala sekolah berpengaruh signifikansi terhadap variabel Y kinerja guru.
3.5 Uji Multikolinieritas
1194 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas ( independent variable ). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variable bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol. Uji ini untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan keputusan mengenai kontribusi parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya Variace Inflation Faktor ( VIF). Tabel 8 Uji Multikolinieritas Model Unstandardized Coefficients Standardi ze d
Coefficie nts T
Sig. Collinearity Statistics
B
Std. Error Beta Toleranc e VIF (Constant) 22,783 8,985 2,536 ,017 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ,224 ,195 ,216 1,150 ,019 ,725 1,379 Kinerja Guru ,313 ,177 ,333 1,771 ,001 ,725 1,379
Hasil uji coba multikolinieritas sebagaimana dalam tabel di atas, maka akan terlihat besaran nilai VIF untuk gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah 1,379 dan besar nilai tolerance sebesar 0, 725. Sedangkan untuk variabel sistem kompetensi kepala sekolah maka akan terlihat besaran nilai VIF sebesar 1,379 dengan besaran nilai tolerance adalah 0, 725. Hasil uji tersebut mengindikasikan bahwa nilai VIF mendekati 10,00 untuk semua variabel bebas. Demikian pula dengan nilai tolerance yang mendekati 0,10 untuk semua variabel bebas. Dengan demikian, maka model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat problem multikolinieritas antar variabel bebas dan layak digunakan sebagai model regresi.
## 3.6 Hasil Analisis Deskriptif Variabel
Pengambilan data pada penelitian dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri se Lombok Tengah” ini menggunakan angket/kuesioner. Angket/kuesioner yang digunakan terdiri dari 3 bagian (tiga) angket, yaitu angket untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah, angket untuk mengetahui kompetensi kepala sekolah sebagai variabel independent dan angket untuk mengetahui kinerja guru yang dalam penelitian ini berperan sebagai variabel terikat.
Angket/kuesioner ini dibagikan dan diisi oleh 42 guru dari 6 sekolah Negeri yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sebagai responden penelitian, Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian menerapkan skala likert dengan 5 pilihan jawaban. Responden diminta untuk memilih satu dari kelima pilihan jawaban yang disediakan sesuai dengan pernyataan responden.. Angket yang digunakan untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi kepala sekolah dan kinerja guru, masing-masing terdiri dari 34 item pernyataan. Jadi jumlah keseluruhan item pernyataan angket adalah sebanyak 102 item.
Hasil pengumpulan data terhadap responden sampel tersebut kemudian ditabulasikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan Microsoft excel untuk mempermudah pengolahan data, selanjutnya data diolah dengan memanfatkan aplikasi SPSS versi 16. Berikut ini hasil dari pengolahan data tersebut.
1195 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Tabel 9 Hasil Analisis Deskriptif Variabel N Range Minimum Maximum Mean Std. Devi ation Varianc e Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Kompetensi kepala sekolah Kinerja guru Valid N (listwise) 42
42 42 42 18,00 19,00
19,00
42,00 41,00
41,00 60,00
60,00
60,00 49,1515 49,1212 49,1818 ,91610 1,0101 4 ,95093 5,26261 5,80279 5,46268 27,695 33,672 29,841
Berdasarkan hasil pengolahan data yang tertera pada tabel 4.16 dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Variabel bebas ( Independent Variable ) X1 dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan kepala sekolah. Pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui gambaran variabel penelitian ini adalah menggunakan angket yang dibagikan kepada 42 guru sebagai responden sampel dan diperoleh hasil pengolahan data dengan range atau rentang nilai sebesar 18; nilai terendah atau minimum 42; nilai tertinggi atau maximum 60; rata-rata atau mean 49,15; standar deviasi dan varian data sebesar 5,26 dan 27,69.
(2). Variabel bebas ( Independent Variable ) X2 dalam penelitian ini adalah kompetensi kepala sekolah. Pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui gambaran variabel penelitian ini adalah menggunakan angket yang dibagikan kepada 42 guru sebagai responden sampel dan diperoleh hasil pengolahan data dengan range atau rentang nilai sebesar 19; nilai terendah atau minimum 41; nilai tertingi atau maximum 60; rata-rata atau mean 49,12; standar deviasi dan varian data sebesar 5,80 dan 33,67.
(3) Variabel terikat ( Dependent Variable ) Y dalam penelitian ini adalah Kinerja guru. Sama halnya dengan cara pengumpulan data pada variabel bebas, angket dibagikan kepada 42 guru yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini, dan diperoleh hasil range atau rentang nilai sebesar 19; memunculkan nilai terendah atau minimum sebesar 41; sedangkan untuk nilai tertinggi atau maximum adalah 60; rata-rata nilai atau mean sebesar 49,18; standar deviasi sebesar 5,46; dan varian data sebesar 29,84.
Langkah berikutnya adalah dengan menghitung nilai indeks variabel. Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan responden dalam memilih jawaban setiap item pernyataan yang terdapat pada angket, dengan demikian dapat dideskripsikan karakteristik responden dalam penelitian. Menghitung nilai indeks variabel dapat menggunakan rumus berikut ini:
indeks indikator 1 + indeks indikator 2 + … + indeks indikator n Nilai indeks variable = -------------------------------------------------- n
Menjumlahkan indeks dari seluruh indikator yang datanya bersumber pada jawaban responden dari angket yang telah dibagikan. Masing- masing pilihan jawaban pada angket memiliki skala nilai 1 - 45, dengan ketentuan pernyataan positif mendapat nilai 1 jika
1196 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
memilih jawaban “sangat tidak setuju atau sangat jarang”, dan mendapat nilai 4 jika memilih jawaban “sangat setuju atau sangat sering”, dan berlaku sebaliknya pada pernyataan negatif. Nilai indeks indikator dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(% frekuensi responden yang memberi skor 1 X 1)+ (% frekuensi responden yang memberi skor 2 X 2)+ (% frekuensi responden yang memberi skor 3 X 3)+ (% frekuensi responden yang memberi skor 4 X 4)+ % frekuensi responden yang memberi skor 5 X 5)
Nilai indeks indikator = -------------------------------------------------------------------
5
## 3.7 Deskripsi Variabel Gaya Kepemiminan Kepala Sekolah
Data yang diperoleh dengan angket variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah yang valid terdiri dari 15 item pernyataan yang disesuaikan dengan indikator setiap sub variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu (1) Gaya Kepemimpinan Otoriter; (2) Gaya Kepemimpinan Demokratis ; dan (3) Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas). Berikut ini aspek pada indikator gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Berdasarkan langkah penghitungan data yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu untuk menghitung nilai indeks variabel diperlukan data berupa jawaban dari responden atas masing-masing item pernyataan. Deskripsi frekuensi jawaban pada sub variabel gaya kepemimpinan Otoriter, dengan indikator Bertindak sebagai penguasa tunggal dapat dilihat pada item pernyataan nomor 1 dan. Jawaban responden terhadap item pernyataan nomor 1 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 8 responden (19,1%), responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 34 responden (80,9%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1, 2, dan 5 berjumlah 0. Item pernyataan nomor 2 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 4 responden (9,6%), responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 38 responden (90,4%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1, 2 dan 5 berjumlah 0, karena alternatif jawaban tersebut tidak dipilih oleh responden. Deskripsi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Deskripsi Frekuensi Variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah Item 1 dan item 2
X1.1 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3,00 34 80,9 80,9 80,9 4,00 8 19,1 19,1 100,0 Total 42 100,0 100,0 X1.2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3,00 38 90.4 90.4 90.4 4,00 4 9,6 9.6 100,0 Total 42 100,0 100,0
Sedangkan pada indikator tidak menerima kritik, saran, dan pendapat., dapat dilihat pada item 3 dan 4. Jawaban responden terhadap item pernyataan nomor 3 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 10 responden (23,8%), responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 32 responden (76,2%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1, 2, dan 5 berjumlah 0, karena alternatif jawaban tersebut tidak dipilih oleh responden.
Sedangkan pada item pernyataan nomor 4 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 16 responden (38,1%), responden memilih jawaban dengan skor 3
1197 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
sebanyak 21 responden (50,0%), responden memilih jawaban dengan skor 2 sebanyak 5 responden (11,9%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1 dan 5 berjumlah 0, karena alternatif jawaban tersebut tidak dipilih oleh responden. Deskripsi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11 Deskripsi Frekuensi Variabel gaya kepemimpinan Item 3 dan item
X1.3 Freque ncy Percent Valid Percent Cumulative Percent Val id 3,00 32 76,2 76,2 76,2 4,00 10 23,8 23,8 100,0 Total 42 100,0 100,0 X1.4 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Val id 2,00 5 11.9 11.9 11.9 3,00 21 50,0 50,0 61,9 4,00 16 38.1 38.1 100.0 Total 42 100,0 100,0
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diperoleh nilai pada indikator tidak menerima kritik, saran, dan pendapat dengan menghitung nilai indeks tiap item pernyataan. Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa indikator tidak menerima kritik, saran, dan pendapat terdapat pada item nomor 3 dan 4. Persentasenya akan dijumlahkan dan selanjutnya dibagi sesuai dengan berapa jumlah item yang ada pada masing-masing indikator. Langkah yang sama dilakukan pada semua indikator pada sub variabel yang terdapat pada variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah. Hasil perhitungan dari nilai indeks item variabel Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Hasil Perhitungan Indeks Item Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Sub Variabel Indikator Nomor Item Persentase (%) Frekuensi Jawaban Responden Indeks Rata-rata indeks indikator Rata- rata indeks Sub variabel
1 2 3 4 5 Gaya Kepemimpina n Otoriter Bertindak sebagai penguasa tunggal. 1 - - 72,7% 27,3% - 65,5% 64,0% 65,9% 2 - - 87,9% 12,1% - 62,4% Tidak menerima kritik, saran, dan pendapat. 3 - - 63,4% 36,6% -
67,3% 66,4% 4 - 9,1% 54,5% 36,,4 % - 65,5% Sering menggunaka pendekatan yang bersifat paksaan dan bersifat menghukum 5 - 3% 54,5% 42,4% - 67,2% 67,2% Menggunakan pendekatan 6 - - 66,7% 33,3% - 66,7% 66,7%
1198 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks tiap item di atas, diperoleh rata- rata nilai indeks dari variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sebesar 65,7%. Nilai indeks ini dapat diinterpretasikan dengan menggunakan cara pengkategorisasian penilaian yaitu dengan interpretasi nilai mulai dari 0 hingga 100. Dengan demikian nilai indeks variabel dapat diinterpretasikan dengan kriteria berikut:
0% - 20% atau skor 0 - 20 dikategorikan sangat kurang
21% - 40% atau skor 21 - 40 dikategorikan kurang
41% - 60% atau skor 41 - 60 dikategorikan sedang
61% - 80% atau skor 61 - 80 dikategorikan cukup baik
81% - 100% atau skor 81 - 100 dikategorikan baik. 3
Nilai indeks variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah termasuk pada kategori cukup baik, karena besar nilai indeks variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah 65,7%. Dengan perhitungan nilai indeks item juga dapat diperoleh nilai indeks indikator, dapat dilihat pada tabel bahwa nilai indeks indikator tertinggi pada variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah pada indikator sub variabel gaya kepemimpinan demokratis dengan besar nilai indeks 67,2%, selanjutnya pada indikator sub variabel gaya kepemimpinan otoriter dengan besar nilai indeks 65,9%. Sedangkan nilai indeks indikator terendah terdapat pada indikator sub variabel gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas) dengan nilai indeks sebesar 64.0%. Secara umum dari seluruh indikator berada pada kategori cukup baik.
3.8 Deskripsi Variabel Kompetensi kepala sekolah
Data yang diperoleh dengan angket variabel kompetensi kepala sekolah yang valid terdiri
pengambilan keputusan yang kooperatif terhadap kebijakan dan keputusan yang diambil. Gaya Kepemimpinan Demokratis 67,2% Senang menerima saran,pendapat, dan kritik 7 - - 48,5% 51,5% - 70,0% 70,0% Berusaha 8 - - 69,7% 30.3 - 66,1% 66,1% memberikan kesempatan untuk berkembang kepada Guru Berusaha mempertimbangkan 9 - 9,1% 54,5% 36,4% - 65,5% 65,5% kesanggupan dengan melihat kemampuan dari kelompoknya Memberikan bimbingan 10 - 3,0% 54,5% 42,4% - 67,8% 67,8% Partisipasi 11 - - 87,9% 12,1% - 62,4% 62,4% Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas)
pemimpin minim 64,0%
Pemimpin memberikan kebebasan penuh dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan pekerjaan baik secara kelompok atau individual 12 - - 72,7% 27,3% - 65,5% 65,5%
1199 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
dari 15 item pernyataan yang disesuaikan dengan indikator setiap sub variabel kompetensi kepala sekolah, yaitu (1) kompetensi manajerial; (2) kompetensi kepribadian; (3) kompetensi kepribadian; (4) kompetensi kewirausahaan. Berikut ini aspek pada indikator kompetensi kepala sekolah. Berdasarkan langkah penghitungan data yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu untuk menghitung nilai indeks variabel diperlukan data berupa jawaban dari responden atas masing-masing item pernyataan. Deskripsi frekuensi jawaban pada sub variabel kompetensi manajerial, dengan indikator Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan dapat dilihat pada item pernyataan nomor 1 dan 2. Jawaban responden terhadap item pernyataan nomor 1 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 8 responden (19,1%), responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 34 responden (80,9%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1, 2, dan 5 berjumlah 0. Item pernyataan nomor 2 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 4 responden (9,6%), responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 38 responden (90,4%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1, 2 dan 5 berjumlah 0, karena alternatif jawaban tersebut tidak dipilih oleh responden. Deskripsi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12 Deskripsi Frekuensi Variabel kompetensi kepala sekolah Item 1 dan item 2
X2.1 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3,00 34 80,9 80,9 80,9 4,00 8 19,1 19,1 100,0 Total 42 100,0 100,0 X2.2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 3,00 38 90.4 90.4 90.4 4,00 4 9,6 9.6 100,0 Total 42 100,0 100,0
Sedangkan pada indikator tidak menerima kritik, saran, dan pendapat., dapat dilihat pada item 3 dan 4. Jawaban responden terhadap item pernyataan nomor 3 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 10 responden (23,8%), responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 32 responden (76,2%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1, 2, dan 5 berjumlah 0, karena alternatif jawaban tersebut tidak dipilih oleh responden.
## 3.9 Deskripsi Variabel Kinerja Guru
Data yang diperoleh dengan angket variabel kinerja guru yang valid terdiri dari 15 item pernyataan yang disesuaikan dengan indikator, yaitu (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan ; dan (3) Evaluasi.
Berdasarkan langkah penghitungan data yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu untuk menghitung nilai indeks variabel diperlukan data berupa jawaban dari responden atas masing-masing item pernyataan. Deskripsi frekuensi jawaban pada sub variabel pelaksanaan, dengan indikator membuat program rencana pembelajaran dapat dilihat pada item pernyataan nomor 1 dan 2. Jawaban responden terhadap item pernyataan nomor 1 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 2 sebanyak 3 responden (7,1%), responden memilih
1200 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
jawaban dengan skor 3 sebanyak 23 responden (54,7%), responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 16 responden (38,1%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1 dan 5 berjumlah 0. Item pernyataan nomor 2 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 35 responden (83,3%), responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 7 responden (16,7%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1, 2 dan 5 berjumlah 0, karena alternatif jawaban tersebut tidak dipilih oleh responden. Deskripsi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Deskripsi Frekuensi Variabel kinerja guru Item 1 dan item 2
Y.1 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Vali d 2 3 7.1 7.1 7.1 3 23 54,7 54,7 61,8 4 16 38.1 38.1 100,0 Total 42 100,0 100,0 Y.2
Sedangkan pada indikator menyusun persiapan pengajaran dapat dilihat pada item 3. Jawaban responden terhadap item pernyataan nomor 3 menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 2 sebanyak 4 responden (9,5%), responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 23 responden (54,8 %), responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 15 responden (35,7%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1 dan 5 berjumlah 0, karena alternatif jawaban tersebut tidak dipilih oleh responden. Sedangkan pada indikator melakukan koordinasi dengan mata pelajaran sejenis dapat dilihat pada item pernyataan nomor 4 yang menunjukkan responden memilih jawaban dengan skor 2 sebanyak 5 responden (11,9%), responden memilih jawaban dengan skor 3 sebanyak 21 responden (50,0 %), responden memilih jawaban dengan skor 4 sebanyak 16 responden (38,1%), sedangkan untuk alternatif jawaban dengan skor 1 dan 5 berjumlah 0, karena alternatif jawaban tersebut tidak dipilih oleh responden. Deskripsi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14 Deskripsi Frekuensi Variabel kinerja guru Item 3 dan item 4
Y.3 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 4 9.5 9.5 9.5 3 23 54,8 54,8 63,3 4 15 35,7 35,7 100.0 Total 42 100,0 100,0 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Val id 3 35 83.3 83.3 83.3 4 7 16.7 16.7 100,0 Total 42 100,0 100,0
1201 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Y4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2 5 11.9 11.9 11.9 3 21 50,0 50,0 61,9 4 16 38,1 38,1 100,0 Total 42 100,0 100,0
Sedangkan pada indikator menyusun persiapan pengajaran dapat dilihat pada item 3. Jawaban responden terhadap item pernyataan nomor 3 Nilai indeks variabel kinerja guru termasuk pada kategori cukup baik, karena besar nilai indeks variabel kinerja guru adalah 66,7%. Dengan perhitungan nilai indeks item juga dapat diperoleh nilai indeks indikator, dapat dilihat pada tabel bahwa nilai indeks indikator tertinggi pada variabel kinerja guru adalah pada indikator sub variabel pelaksanaan dengan besar nilai indeks 66,7%, selanjutnya pada indikator sub variabel perencanaan dengan besar nilai indeks 66,7%. Sedangkan nilai indeks indikator terendah terdapat pada indikator sub variabel evaluasi dengan nilai indeks sebesar 66,0%. Secara umum dari seluruh indikator berada pada kategori cukup baik.
## 3.10 Pengujian Hipotesis
Setelah data hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskripsi data dan dilakukan terhadap uji persyaratan dengan pengujian normalitas, linieritas, multikolinieritas, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis atas data data tersebut. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis menggunakan analisis regresi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah,kompetensi kepala sekolah ( variabel independen) terhadap kinerja guru ( variabel dependen ) di SMA Negeri se Lombok Tengah, pengaruh tersebut bersifat parsial maupun simultan. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini penulis menggunakan multiple regression analisys dengan menggunakan bantuan program SPSS ( Statistical Product and Service Solutions ) 16 for Windows.
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah nol hipotesis (H 0 ) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah dan tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial variabel kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah
Sedangkan uji hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan adanya pengaruh yang signifikan variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah dan variabel kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah. Perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan SPSS, maka uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang didapat dengan taraf signifikansi 0,05 dengan cara pengambilan keputusan apabila probabilitas yang diperoleh > 0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya apabila probabilitas < 0,05 maka H1 yang diterima.
## 3.11 Uji Regresi Linier Secara Parsial
Uji regresi linier secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas (independent variabel) yang dalam hal ini adalah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dan pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar peserta didik di SMA Negeri se Lombok Tengah. Dari uji hipotesis secara
1202 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
parsial maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut :
Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial No Hipotesis Nol (H 0 ) dan Hipotesis Alternatif (H 1 ) Data Nilai Kesimpulan
1 H 0 : Tidak ada pengaruh positif signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Negeri se Lombok Tengah H 1 : Ada pengaruh positif signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Negeri se Lombok Tengah
Thitung = 3,484
t tabel (0,05 ; 30)= 2,042 Probab ilitas (Sig.)=0,019 Prob< 0,05 Thitung >Ttabel H0 ditolak
H1 diterima
2 H 0 :Tidak ada pengaruh signifikan
k o m p e t e n s i k e p a l a s e k o l a h t e r h a d a p kinerja guru se Lombok Tengah H 1 : Ada pengaruh signifikan k o m p e t e n s i k e p a l a s e k o l a h t e r h a d a p kinerja guru se Lombok Tengah Thitung = 3,817 ttabel (0,05 ;30)= 2,042 Probabilitas (Sig.)=0,001 Prob < 0,05 Thitung >Ttabel H0 ditolak
H1 diterima
Berdasarkan tabel tersebut, maka pengujian hipotesis nol yang pertama ditolak berdasar nilai signifikansi t yang didapat dalam variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah 0,019 sehingga nilai tersebut bisa dinyatakan lebih kecil dari probabilitas α yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Dengan demikian, nilai Sig.t 0,019 < 0,05 sehingga menunjukan adanya penolakan terhadap H 0 dan penerimaan terhadap H 1 . Penerimaan H1 tersebut memberi arti bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap kinerja guru pada SMA Negeri se Lombok Tengah.
Hasil uji hipotesis yang kedua yang menunjukkan adanya penerimaan terhadap H1. Nilai signifikansi untuk variabel kompetensi kepala sekolah 0,001 sehingga bisa dinyatakan bahwa nilai tersebut lebih kecil dari probabilitas α yang telah ditetapkan yang dalam hal ini yaitu 0,05. Dengan demikian, nilai Sig.t 0,001 < 0,05 sehingga menunjukan adanya penerimaan terhadap H 1 dan penolakan terhadap H 0 dan menyatakan bahwa kompetensi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah. Lebih jelasnya mengenai uji hipotesis secara parsial lihat tabel berikut ini:
Tabel 16 Hasil Analisis Regresi Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients T Sig. B Std. Error Beta (Constant) 22,783 8,985 2,536 ,017 Gaya kepemimpinan kepala sekolah ,224 ,195 ,216 1,150 ,019 Kompetensi kepala sekolah ,313 ,177 ,333 1,771 ,001
Tabel di atas menjelaskan bahwa persamaan regresi diperoleh dari rumusan berikut : Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 Kinerja guru (Y) = 22, 783+ 0,224(X 1 ) + 0,313 (X 2 )
1203 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Persamaan regresi tersebut, standar kesalahan yang didapat sebesar 8,985 untuk beta nol. Sedangkan standar error persamaan regresi variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah 0,195 dan variabel kompetensi kepala sekolah sebesar 0,177. Adapun nilai signifikansi t test variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah 1,150 dengan nilai Sig sebesar 0,019, dan variabel kompetensi kepala sekolah sebesar 1,771 dengan nilai Sig sebesar 0,001. Nilai signifikansi t tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah lebih kecil dari nilai probabilitas yang ditetapkan sebesar 0,05 dan nilai signifikansi variabel kompetensi kepala sekolah lebih kecil dari nilai probabilitas yang ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah secara parsial berpengaruh terhadap kinerja guru begitu juga kompetensi kepala sekolah secara parsial berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah.
## 3.12 Uji Regresi Linier Secara Simultan
Uji regresi linier secara simultan bertujuan untuk mengetahui hubungan semua variabel bebas secara simultan dengan variabel terikat yang dalam hal ini adalah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah. Tabel berikut menjelaskan hasil uji hipotesis secara simultan :
Tabel 17 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan No Hipotesis Nol (H 0 ) dan
Hipotesis Alternatif (H 1 ) Data Nilai Kesimpulan 1 ➢ H 0 : Tidak ada pengaruh positif signifikan gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah
➢ H 1 : ada pengaruh positif signifikan gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah F hitung = 76,88 Ftabel ( 3; 30 ; 0,05 ) = 2,92 Probabilitas (Sig.) = 0,002
Probabili tas< 0,05 F Hitung > F
Tabel H 0 ditolak H 1 diterima
Hasil pengujian hipotesis yang pertama secara simultan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji serempak (uji F) sebesar 0,002. Dengan demikian maka nilai signifikansi F lebih kecil dari probabilitas α yang ditetapkan. Dengan demikian, nilai Signifikansi F 0,002 < 0,05 sehingga menunjukan adanya penolakan terhadap H 0 dan penerimaan terhadap H 1 maka dinyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi kepala sekolah secara simultan berpengaruh terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah. Lebih jelasnya mengenai hasil uji hipotesis secara simultan lihat tabel berikut :
Tabel 18. Hasil Analisis Regresi Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 222,114 2 111,057 4,5 47 ,00 2 b Residual 732,795 30 24,426 Total 954,909 32
Adapun kuatnya hubungan antara kedua prediktor dengan variabel terikat adalah sebagaimana tabel berikut ini:
1204 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
## Tabel 19 Hasil Koefisien Determinasi Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,838 a ,703 ,181 4,94232
Hasil analisis korelasi sebagaimana tabel di atas menjelaskan adanya output regresi yang menunjukkan pengaruh gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru diperoleh nilai R Square sebesar 0,703. Angka tersebut menunjukkan variasi nilai kinerja guru yang bisa dijelaskan oleh persamaan regresi yang diperoleh adalah sebesar 70,3% (R squere di kali 100 %) sedangkan sisa 29,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar persamaan model regresi yang diperoleh.
Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh pada kinerja guru. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa,gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru guna meningkatkan produktivitas kerja (Mulyasa, 2020). Selanjutnya, Nur Kholis menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku seorang pemimpin yang sering diterapkan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja (Kholis, 2003) Indikator kepala sekolah yang efektif adalah ia harus mampu mengatur semua potensi sekolah agar dapat berfungsi secara optimal. Selain itu, kepala sekolah juga harus mampu melakukan fungsi-fungsi manajerial dengan baik yang meliputi planning, organizing, actuating, controlling . Pendapat Mulyasa dan Nur Kholis sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuryati yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. (Zuryadi, 2015)
Hasil analisis data terbukti bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah dengan signifikansi t sebesar 0,019 lebih kecil dari 0,05. Adapun koefisien determinan hasil pengujian menunjukan nilai R Square sebesar 0,837 yang menunjukan kemampuan variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaeuhi perubahan atau variasi dari kinerja guru adalah sebesar 83,7%, sedangkan sisanya sebesar 16,3% adalah pengaruh dari faktor lainnya yang tidak diteliti. Hasil tersebut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Adapun pengaruh tersebut bersifat positif artinya semakin tinggi presentase gaya kepemimpinan kepala sekolah semakin meningkat kinerja guru. Beberapa teori yang telah disebutkan mendukung hasil penelitian dari penulis baik secara teoritik maupun empirik yang menemukan bahwa ada pengaruh positif signifikan gaya kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah.Secara umum, Karwati dan Priansa mengemukakan “tiga gaya kepemimpinan kepala sekolah yang paling luas dikenal adalah Gaya kepemimpinan kepala sekolah meliputi: otoriter, demokratis, dan laissez faiz Hasil analisis sub variabel gaya kepemimpinan demokratis menjadi presentase tertinggi sebesar 67,2%, selanjutnya gaya kepemimpinan otoriter dengan presentase 65,9% dan presentase terendah terdapat pada gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas) sebesar 64,0%. Hal ini sejalan dengan penelitian Ferry Hardian yang menyatakan gaya kepemimpinan demokratis memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap kinerja karyawan dibanding dengan gaya kepemimpinan otoriter dan kepemimpinan Laissez-Faire . Hasil tersebut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah lebih dominan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Hasil ini juga sejalan degan penelitian yang dilakukan oleh Nova Safriani yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah berpengaruh terhadap kirerja guru di SMAN 2 Bangkinan Kota sebesar 66,2%.Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadrawati Mahadi yang menyatakan bahwa Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja Guru
1205 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
sebesar 62,7 %.
Kompetensi kepala sekolah berpengaruh pada kinerja guru. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa kompetensi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru guna meningkatkan produktivitas kerja. Selanjutnya, Nur Kholis menyatakan bahwa kompetensi kepala sekolah merupakan asas yang harus dikuasai seorang pemimpin yang sering diterapkan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja Indikator kepala sekolah yang efektif adalah ia harus mampu mengatur semua potensi sekolah agar dapat berfungsi secara optimal. Selain itu, kepala sekolah juga harus mampu melakukan fungsi-fungsi manajerial dengan baik yang meliputi planning, organizing, actuating, controlling . Pendapat Mulyasa dan Nur Kholis (2012) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuryati yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru (Zuryadi, 2015)
Hasil analisis data terbukti bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah dengan signifikansi t sebesar 0,019 lebih kecil dari 0,05. Adapun koefisien determinan hasil pengujian menunjukan nilai R Square sebesar 0,737 yang menunjukan kemampuan variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi perubahan atau variasi dari kinerja guru adalah sebesar 73,7%, sedangkan sisanya sebesar 26,3% adalah pengaruh dari faktor lainnya yang tidak diteliti. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi kepala sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Adapun pengaruh tersebut bersifat positif artinya semakin tinggi presentase kompetensi kepala sekolah semakin meningkat kinerja guru. Beberapa teori yang telah disebutkan mendukung hasil penelitian dari penulis baik secara teoritik maupun empirik yang menemukan bahwa ada pengaruh positif signifikan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah.
Secara umum, Karwati dan Priansa mengemukakan “lima kompetensi kepala sekolah yang paling luas dikenal adalah kompetensi kepala sekolah meliputi: Kompetensi manajerial, social, kepribadian, kewirausahaan dan kompetensi supervisi . Hasil analisis sub variabel manajerial menjadi presentase tertinggi sebesar 77,2%, selanjutnya kompetensi sosial dengan presentase 75,9%, kompetensi supervisi dengan prosentase 73,2 %, kompetensi kepribadia dengan prosentase 70,2 %, dan presentase terendah terdapat pada kompetensi kewirausahaan dengan persentase 69,2 %. Hal ini sejalan dengan penelitian Ferry Hardian yang menyatakan kompetensi manajerial memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap kinerja karyawan dibanding dengan kompetensi kepemimpinan lainnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah lebih dominan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru pada SMA Negeri se Lombok Tengah sebesar 73.7 % dan sisanya 26.3% ditentukan oleh variabel lain, diantaranya kompetensi kepala sekolah dan variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Komponen yang mendapat perhatian utama dalam gaya kepemimpinan di sekolah adalah guru dalam hal ini adalah kinerja guru. Hal ini wajar karena posisi guru amat strategis dalam keberhasilan, penyelenggaraan, program sekolah. (Puerwanto, 2011) Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja guru di suatu sekolah adalah melalui gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan kompetensi kepala sekolah.
Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh La Siteni yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi kepala sekolah bersama-sama memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja guru. (Siteni, 2016) Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarni yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru sehingga prestasi belajar
1206 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
siswa juga meningkat (Swarni, 2011) Hal yang mendasari upaya pengefektifan gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah jika kinerja guru-guru di sekolah diperbaiki dan ditingkatkan, maka guru akan semakin menguasai konsep perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang akan berdampak positif terhadap hasil yang maksimal.
Hasil analisis data sebagaimana yang telah dijelaskan di atas menunjukkan adanya pengaruh secara simultan gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah dengan signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah secara simultan berpengaruh terhadap kinerja guru. Artinya gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru jika dilakukan secara bersamaan. Adapun pengaruh tersebut bersifat positif artinya semakin tinggi presentase gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru semakin meningkat prestasi belajar psesera didik. Beberapa teori dan hasil penelitian yang telah disebutkan mendukung hasil penelitian dari penulis baik secara teoritik maupun empirik yang menemukan bahwa ada pengaruh positif signifikan gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah.
Adapun nilai R Square yang diperoleh dari penelitian gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah sebesar 0,703 sehingga menunjukkan bahwa variasi nilai kinerja guru yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang diperoleh adalah sebesar 70,3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Nilai R Square tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah sebesar 70,3% sisanya adalah dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Hasil analisis korelasi sebagaimana tabel di atas menjelaskan adanya output regresi yang menunjukkan pengaruh gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru diperoleh nilai R Square sebesar 0,703. Angka tersebut menunjukkan variasi nilai kinerja guru yang bisa dijelaskan oleh persamaan regresi yang diperoleh adalah sebesar 70,3% ( R squere di kali 100 %) sedangkan sisa 29,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar persamaan model regresi yang diperoleh. Berdasarkan hasil dan data diatas, gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah sebesar 70,3 %
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Negeri se Lombok Tengah dengan signifikansi t sebesar 0,019 < 0,05. Artinya gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah dengan presentase 67,5%. Sedangkan gaya kepemimpinan yang dominan digunakan adalah gaya demokratis dengan presentase tertinggi sebesar 67,9%.
b. Pengaruh kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah dengan signifikansi t sebesar 0,001 < 0,05. Dengan demikian kompetensi kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru di SMA Negeri se Lombok Tengah dengan presentase 69,9%
c. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri kinerja guru dengan signifikansi F sebesar 0,002 < 0,05 dengan presentase 70,3%. Dengan melihat hasil signifikansi F dalam uji Anova yang dilakukan diketahui besaran F sebesar 0,002 sehingga diketahui bahwa gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah berpengaruh terhadap upaya peningkatan kinerja guru. Semakin baik kualitas gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi maka makin baik pula kinerja guru di SMA
1207 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Negeri se Lombok Tengah. Oleh karena itu agar kinerja guru dapat meningkat, maka gaya kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah harus dilaksanakan dengan optimal
## 5. DAFTAR PUSTAKA
Adlan Adam , “pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sd negeri di kecamatan gondokusuman daerah istimewa yogyakarta ,(Yogyakarta; Universitas Negeri Yogyakarta, 2019),hal 11.19,23 adrijanti, sutiyo, “pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru di sdn sumari duduk sampeyan gresik,” ( Surabaya: jendela pendidikan 1 2018): 120.
Aissah Qomaria Azis dan Suwatno Suwatno, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 11 Bandung ,” Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 4, no. 2 (1 Juli 2019): 246, https://doi.org/10.17509/jpm.v4i2.18020. Andang, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2014), h. 44,45.
Anggraini Naskawati, Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah... , h. 98 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia, ... h. 68.
Azis dan Suwatno, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 11 Bandung.” ( Bandung, Kencana, 2016), 104
Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),h. 53.
Barnawi dan Mohammad Arifin. 2014. Kinerja Guru Profesioanal , (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 43
Barnawi dan Mohammad Arifin. 2014. Kinerja Guru Profesioanal . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Dale Tempel, Kepemimpinan, (Jakarta : Gramedia, 1987), h. 18. Danang Sunyono, Teori, Kuesioner, dan Analisis Data Sumber Daya Manusia ,... h. 18.
Darmawan, Gaya kepemimpinan & kinerja perusahaan
http://www.indofamily.net/index.php?option=com_content&task=view&id= 897&Itemid=39, Diakses 12 November 2018.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan , diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Quran yang disempurnahkan oleh Lajnah Pentasbhih Mushaf Al- Quran, (Jakarta: Darus Sunnah, 2002), h.7.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemaha..., h. 88,440 Euis. Karwati, dan Priansa, Donni Juni, Kinerja dan Profesionalisme ... , h. 17,179 Euis. Karwati, dan Priansa, Donni Juni. (2013). Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah: Membangun Sekolah yang Bermutu ( Bandung: Alfabeta, 2003), h. 179. Fahmi, Irham; 2017 Manajemen Kepemimpinan; Bandung , PT. Alfabeta cetakan ke 4
Fatkhurohim. (2009). Sampling penelitian . Diakses tanggal 7 Juni 2021, dari HTTPS :// ASFA . WORDPRESS . COM /2009/08/19/ SAMPLING - PENELITIAN /. Ferry Hardian, dkk, Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan,
H.A. Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 5.
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik ,(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 70 Hasibuan, Malayu. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Bumi Aksara. https://dapo.kemdikbud.go.id/sp/2/230200
Imam Heryanto dan Totok Triwibowo, Parth Analysis Menggunakan SPSS dan Excel. (Bandung: Informatika, 2018), h. 102,103
Imam Heryanto dan Totok Triwibowo, Parth Analysis Menggunakan SPSS dan Excel. Bandung: Informatika, 2018), h. 138.
1208 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Imam Suprayogo, Revormulasi Visi Pendidikan Islam , Malang : STAIN Press, 1999),h.162. Imam Suprayogo, Revormulasi Visi Pendidikan Islam ,... h.166-167. Indah Astuti, “ pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja guru smk negeri ,( Jawa Tengah: Universitas sebelas Maret, 2008), 1216.21 Indrayogi, “Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri Se-Kabupaten Majalengka.,” Universitas Pendidikan Indonesia , t.t., 2014.
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik , (Jakarta:Bumi Aksara2006), h.24 Jaja Jahari dan Amirullah Syarbini, Manajemen Madrasah: Teori, Strategi, dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 100.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 1,No. 1, Januari 2015, h. 1 Karina Firda, Kinerja Guru ..., h. 2 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan , (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h.27,70 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan , (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h.3
Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa., Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah (Bandung: Alfabeta, 2013).120.
Kurniadin, D. dan I. Machali, Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan), Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 301, 305
La Siteni , Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa , Jurnal Santiaji Pendidikan, ISSN 2087-9016 ,Volume 6, Nomor 2, Juli 2016, h. 173.
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik I (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.270
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: GP Press, 2010), h.129. Mikael Sugianto, 36 Jam Belajar Komputer SPSS 15 , (Jakarta: Elex Media Komputind (2007) . hal.1
Mudita, I Wayan, “Determinasi Pelaksanaan Supervisi Akademik, Sikap Profesional, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar di Gugus III Pattimura .,” Jurnal Pasca Sarjana Undiksha Vol 3 (2013). Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial , h.163 Mulyasa, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rosda Karya, 2000), h. 42 Munir, Abdullah. 2008. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 2001), h.106, 128 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 51
Nova Safriani, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMAN 2 Bangkinan Kota, Tesis. 2018, PPs UIN Sultan Syarif Kasim Riau, h. xxii Nur Indriartoro & Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis , (Yogyakarta: BPFE, 2002), h.81.
Nur Kholis, Manejemen berbasis ..., (Jakarta: Grasindo, 2003), h. 167 Permadi, D. dan D. Arifin, Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, (Bandung: Sarana Panca Karya Nusa, 2010), h. 58
Piet A. Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervise Pendidikan, (Jakarta: Rieka Cipta, 2000), h. 6.
Puerwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), h. 107 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas . (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2000),h. 4,5 dan 75 Samsudi, Desain Penelitian Pendidikan, (Semarang: Unnes Press, 2006), h. 86. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial , ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 14 - 17 Singarimbun, M. & Sofian Effendi, Metode penelitian survei , (Jakarta: LP3ES, 1999), h.5
1209 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
Slamet, Margono., Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan , 1 (IPB. PRESS: . IPB. PRESS., 2003).
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Administrasi dan Manajemen, (Jakara: Haji Masagung), h.19
Stephen P. Robbins, Organizational Theory: Structure, Design And Applications (3nd.ed) Englewood Cliffs. New Jersey:Prentisice halls Inc, 1999, .h. 96
Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Stephen P. Robbins, Organizational Theory... , h. 112
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, ( Bandung: Alfabeta, Cet. 13, 2012),... h. 80, 240
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian , (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 142 Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 172, 284
Sujanto Benjo, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Agung Sagung Seto, 2009), h. 70
Sukanto Reksohadiprodjo,
Lingkungan, Pengawasan, Ekonomi pembangunan , (Yogyakarta: UGM Press, 1987), h. 5, 54.
Sulistyorini, Hubungan Antara Manajerial Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Dengan kinerja guru, Jurnal umum Pendidikan, nomor 1 Januari 2001, ha; 63 Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sutanto dan Setiawan, Peranan gaya kepemimpinan yang efektif dalam upaya meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,Vol. 2, No. 2, September 2000, h. 23.
Sutarto, Dasar- Dasar Kepemimpinan Administrasi, (Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 1991), h. 17.
Suwarni, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Ekonomi, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Volume 18, Nomor 2, Oktober 2011, h. 206
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar , Raja Grapindo Persada., vol. 1 (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada., 2014).
Thoha, Miftah. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen . Jakarta: Rajawali Pers. Tjutju Yuniarsih dan Suwatno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Aplikasi, dan Isu Penelitian), (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 158,161. Tutik Rachmawati dan Daryanto, Penilaian Profesi . .., (Yogyakarta: Gava Media, ( 2013)hal 122 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Penilaian Profesi Guru dan Angka
Kreditnya, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 121.
Wahjosumidjo, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi , (Jakarta: Ghalia, 1993), Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan teoritik dan permasalahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h.5, 33,83
Zuryati, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada SDN 7 Muara Dua Lhoksuemawe , Jurnal Administrasi Pendidikan, ISSN 2302-0156 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 3, No. 2, Mei 2015, h. 11.
1210 | Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri Se Kabupaten Lombok Tengah (Wildan)
|
2a1fc40c-58ee-46b3-a44a-18ef57837189 | https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia/article/download/303/177 |
## PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAJEMEN (TQM) MODEL TEAMWORK UNTUK MENINGKATKAN PENCAPAIAN QUALITY ASSURANCCE (QA) DI SMPS IT DARUL FIKRI ARGA MAKMUR
## Ida Royani
Kepala Sekolah SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur e-mail: [email protected]
Diterima 18 Agustus 2017, Direvisi 5 Desember 2017, Disetujui Publikasi 30 Desember 2017
## ABSTRACT
This study aims to improve the Achievement of Quality Assurance (QA) in SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur so that schools can deliver students to QA. To achieve this goal, researchers apply Total Quality Management (TQM) Teamwork model. In conducting this research, researchers conducted a School Action Research (PTS) using a procedure developed by Kemmis and Togart consisting of planning, execution, observation and evaluation repeatedly.The results of this study succeeded well, there has been an increase in the percentage of QA achievement starting from 60 %, increased to 65% and last 73%, although not yet achieved ideal conditions of success of 85% .In particular, the success was due to 1) the seriousness to take corrective action against the results obtained, and 2) cooperation of all parties (management, and learners). Thus the implementation of TQM Teamwork techniques can be recommended to achieve Quality Assurance (QA) in SMPIT Darul Fikri Arga Makmur can be implemented in schools that have Quality Assurance (QA). Keywords: Total Quality Management (TQM) and Quality Assurance (QA)
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Pencapai Quality Assurance (QA) di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur agar sekolah dapat menghantarkan peserta didik mencapai QA. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menerapkan Total Quality Manajemen (TQM) model Teamwork. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS dengan menggunakan prosedur yang dikembangkan oleh Kemmis and Togart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaa, observasi dan evaluasi secara berulang. Hasil penelitian ini berhasil dengan baik, telah terjadi peningkatan prosentase pencapaian QA mulai dari 60 %, meningkat menjadi 65 % dan terakhir 73 %, walaupun belum mencapai kondisi ideal keberhasilan sebesar 85 %. Secara khusus, keberhasilan itu disebabkan adanya 1) kesungguhan untuk melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh, dan 2) kerjasama semua fihak (manajemen, guru dan peserta didik). Dengan demikian penerapan TQM teknik Teamwork dapat direkomendasikan untuk mencapai Quality Assurance (QA) di SMPIT Darul Fikri Arga Makmur dapat diterapkan di sekolah yang memiliki Quality Assurance (QA).
Kata Kunci : Total Quality Manajemen (TQM) dan Quality Assurance (QA)
## Artikel ilmiah Pendidikan Geografi
A. Pendahuluan SMPS IT Darul Fikri menyelenggarakan pendidikan berdasarkan 8
standar nasional dan mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai- nilai Islami. Jangkauan ke depan sekolah mengharapkan lulusan dapat mencapai Quality Assurance sehingga dapat bersaing ditingkat nasional, baik di dalam bidang akademis maupun non akademis.
Berdasarkan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) pada awal Tahun Pelajaran 2015/2016, teridentifikasi berbagai permasalahan pendidikan, terutama masalah mutu pencapaian Quality Assurance (QA), yaitu “Mampu mengahafal 1 jus Al Qur’an.” Jika input peserta didik berasal dari SD umum maka harus menyelesaikan Jus 30, sedangkan input yang berasal dari SDIT harus mampu menghafal Jus 29 dan 30.
Berdasarkan data hasil pemantauan terdapat 40 % atau 51 peserta didik yang belum mencapai QA, masalah ini sangat serius dan harus segera mendapatkan solusi. Untuk itu peneliti sebagai Kepala Sekolah perlu menggali berbagai inovasi untuk meningkatkan mutu terutama pencapaian QA. Salah satu manajemen yang dapat diterapkan di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur adalah penerapan Total Quality Manajement (TQM). Tunggal (1992 : 9) menjelaskan Total Quality Manajement (TQM) adalah upaya mengelola organisasi secara menyeluruh agar organisasi
memperoleh keunggulan pada semua dimensi dari produk dan jasa.
Mutu merupakan suatu perhatian global (Tunggal : 1992 : 2), lebih lanjut dijelaskan, masalah mutu muncul diawali dari permintaan barang dan jasa yang bermutu. Perkembangan selanjutnya lahirlah Manifesto Mutu pada tanggal 21 Juli 1986, 25 mantan presiden dari American Society for Quality Control (ASQC) mengeluarkan “ the quality manifesto ” yang menginginkan peranan penting dari mutu dalam suatu masyarakat dunia dan himbauan untuk tindakan. Peristiwa Deklarasi tersebut merupakan tonggak keasadaran mutu, bukan sekedar pada aspek industri, tetapi termasuk di dalammnya masalah masyarakat, pemerintah dan pendidikan.
Berdasarkan Deklarasi tersebut terdapat beberapa butir penting tentang mutu, antara lain, Mutu adalah kunci untuk kebanggaan, produktivitas, dan kemampulabaan. Untuk mencapai mutu, diperlukan aktivitas mutu. Selanjutnya butir Deklarasi menjelaskan Aktivitas mutu yang berhasil memerlukan kepeminpinan manajerial, tidak hanya pernyataan komitmen. Dengan manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (custemer satisfaction) diperlukan pengendalian mutu (quality control) yang harus dilakukan dan menjadi tanggung jawab pribadi yang dilakukan secara terus menerus yang dijalankan dengan tujuan yang dapat
diukur. Dengan memeperhatikan butir-butir Deklarasi tersebut, mutu adalah suatu keniscayaan dalam hidup yang penuh kompetitif di era global.
Untuk mencapai mutu, diperlukan perencanaan, hal ini seiring dengan adanya siklus PDCA ( plan-do-check-act ), yang terdiri dari langkah – langkah perencanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. Secara konseptual, perencanaan memiliki makna sangat luas. Anen dalam Syaefudin dan Syamsudin (2005:5) menjelaskan tentang perencanaan, yaitu ” planning is future thinking; planning is controlling the future; planning is decision making; planning is integrated decisionmaking ”, pendapat lain menyebutkan perencanaan merupakan suatu proyeksi tentang apa yang harus dilaksanakan guna mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (Kaufman, 1972; Hadikumoro, 1980) dalam Somantri (2007 : 2).
Sebagai suatu proyeksi, lebih lanjut Somantri menyebutkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam perencanaan antara lain mengidentifikasi, menginventarisasi dan menyeleksi kebutuhan berdasarkan skala prioritas, mengadakan spesifikasi yang lebih rinci mengenai hasil yang akan dicapai, mengidentifikasi persyaratan untuk memenuhi kebutuhan, mengidentifikasi kemungkinan alternatif, strategi dan sasaran bagi pelaksanaannya.
Hal yang demikian sangatlah diperlukan bagi suatu organisasi yang menerapan TQM.
Di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur pada siklus Check-act ini, perlu mendapatkan perhatian. Untuk mencapai QA, terutama melakukan pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh yang berkesinambungan tidak dapat dilakukan oleh seorang guru pengampu, diperlukan kerja sama semua guru, untuk itu teknik yang dipilih adalah Teamwork dalam rangka mengoptimalkan penerapan TQM. Tunggal (1992 : 9) menjelaskan Total Quality Manajement (TQM) adalah upaya mengelola organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada semua dimensi dari produk dan jasa, pendapat senada tentang TQM disampaikan oleh Tjiptono dan Diana, 2001 yang mengatakan TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Model manajemen seperti inilah yang seharusnya diterapkan oleh swasta khususnya sekolah untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Adapun prosedur yang digunakan dalam memperbaiki kualitas melalui TQM dilakukan melalui Benchmarking yang merupakan prosedur secara kontinu dan sistematis yang mengukur produk, jasa dan
proses perusahaan pemimpin industri (Wibowo,2014 :126). Dalam dunia pendidikan khususnya di SMPS IT Darul Fikri Benchmarking merupakan sebuah prosedur secara kontinu dan sistematis dalam mengukur pencapaian QA melalui perbaikan secara berkelanjutan untuk memuaskan pelanggan.
Selanjutnya Wibowo (2014:127) menjelaskan Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan perbaikan kualitas melalui TQM dengan prosedur Benchmarking terdiri dari 4 langkah dasar yaitu : 1) Planning yaitu mengidentifikasi produk, jasa dan proses yang di Benchmark oleh perusahaan, dalam hal ini adalah sekolah;
2)
Analysis yaitu mempertimbangkan gap antara kinerja perusahaan saat ini dalam hal ini sekolah dengan perusahaan yang menjadi Benchmark dalam hal ini QA yang ingin dicapai dan mengidentifikasi penyebab gap yang signifikan; 3) Integration yaitu menciptakan tujuan dan menjaga hubungan dengan manager yang menyediakan sumber daya untuk meyelesaikan tujuan, dalam hal ini adalah tujuan sekolah; dan 4) Action yaitu membangun cross-functional team yang terdiri dari mereka yang terpengaruh perubahan, dalam hal ini penyusunan tim yang akan menjalankan roda perbaikan. Keempat langkah tersebut memiliki kemiripan dengan siklus plan-do-chek-act, tetapi lebih memfokuskan pada penetapan
tujuan kuantitatif untuk perbaikan berkelanjutan.
Dengan demikian yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan Total Quality Manajemen (TQM ) model Teamwork untuk mencapai Quality Assurance di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur ?. Adapun tujuannya adalah agar sekolah dapat menghantarkan peserta didik mencapai Quality Assurance di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur.
## B, Metode Penelitian
Penerapan TQM di SMPIT Darul Fikri Arga Makmur, diawali dengan merumuskan Quality Assurance (QA) agar pelanggan mengetahui produk akhir yang ditawarkan. Dalam beberapa referensi terdapat beberapa model untuk menerapkan TQM. Adapun model yang digunakan adalah model Teamwork. Kekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan tim permasalahan akan lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang dapat saling mengisi. Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses dan pelaksanaan TQM. Adapun tipe tim yang dipilih dalam TQM, yaitu Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) – Ini adalah bentukan tim yang sifatnya temporer yang bertugas untuk menyelesaikan problem yang spesifik.
Untuk melaksanakan Optimalisasi TQM dengan teknik teamwork dalam rangka mencapai QA di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur, untuk itu Kepala Sekolah melakukan kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah, kegiatannya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi secara berulang untuk meningkatkan pencapaian QA.
Adapun perencanaan yang dilakukan Kepala Sekolah berupa analisis SDM (guru) yang memiliki kemampuan yang diharapkan, mengelompokkan peserta didik dan membuat instrumen pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh, yang didalamnya terdapat hal-hal yang akan diobservasi. Pelaksanaan tindakan dilakukan selama 3 bulan, mulai pertengahan bulan Agustus, September dan Oktober 2015.
## B. Hasil dan Pembahasan
Optimalisasi TQM dengan teknik teamwork dalam rangka mencapai QA di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur, untuk itu Kepala Sekolah melakukan kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah, kegiatannya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi secara berulang untuk meningkatkan pencapaian QA.
Pelaksanaan tindakan dilakukan selama 3 bulan, mulai pertengahan bulan Agustus, September dan Oktober 2015. Evaluasi dilakukan pada pertengahan setiap bulan untuk setiap siklusnya. Pelaksanaan
tahap refleksi antara peneliti dan teman kolaborasi dilakukan untuk mengkaji hasil pelaksanaan Optimalisasi TQM dengan teknik Teamwork. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi ini, akan diketahui kekuatan dan kelemahan yang telah dilakukan. Keempat tahapan dalam satu siklus dilakukan berulang hingga 2 siklus untuk mendapatkan kesimpulan dari yang telah dilakukan, yaitu apakah Optimalisasi TQM dengan teknik Teamwork dapat meningkatkan pencapaian QA peserta didik di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur.
Pelaksanaan optimalisasi TQM dengan teknik Teamwork untuk mencapai QA pada siklus 1, menunjukkan hafalan Al Qur’an peseta didik meningkat, dengan rata - rata 10 – 30 ayat. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, pada saat refleksi dilakukan diketahui adanya kekuatan disamping kelemahan yang masih terjadi. Kekuatan yang muncul adalah bertambahnya peserta didik dalam pencapaian QA, semula 74 (60%)siswa meningkat menjadi 81 (65%) atau bertambah 7 peserta didik (5 %), dan jika diamati lebih dalam peningkatannya rata-rata pencapaian ayat yang dapat dihafal antara 10-30 ayat dalam satu bulan, artinya kondisi ini akan menuju pada one daya one ayat. Jika hal ini dikembangkan terus- menerus dapat dipastikan beberapa peserta didik dapat melampaui QA yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan siklus 2 menunjukkan peseta didik lebih mapan dan terbiasa Kekuatan yang muncul adalah bertambahnya peserta didik dalam pencapaian QA, walaupun tidak sesuai dengan harapan. Target semula peningkatan yang diharapkan terjadi adalah 25 peserta didik, namun yang tercapai adalah 10 peserta didik. Hal tersebut selain sebagai kekuatan, namun sekaligus sebagai kelemahan. Pencapaian QA pada siklus 2 sebesar 73 %, artinya belum mencapai 85 %. Masih terdapat tantangan 12
% atau sekitar 15 peserta didik yang harus mendapatkan perhatian.
Adanya perkembangan peserta didik, mulai kondisi awal, selanjutnya pada siklus 1 dan siklus 2, hal tersebut merupakan kekuatan, peneliti memiliki optimisme, jika hal ini dilakukan terus-menerus dan akan dilakukan, pada akhir tahun pelajaran 2015/2016 akan mencapai kondisi normal. Artinya pencapaian 85 % akan terwujud. Berikut ini merupakan bagan hasil perkembangan pencapaian QA peserta didik sejak kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2.
## Gambar 1. Pencapaian QA
Perkembangan pencapaian QA menunjukkan adanya peningkatan. Kondisi tersebut merupakan keberhasilan yang diraih dengan dilakukannya optimalisasi penerapan TQM teknik Teamwork dalam pencapaian QA di SMP IT Darul Fikri Arga Makmur. Hal ini sesuai dengan pendapat Tunggal (1992 : 9) yang menjelaskan Total Quality Manajement (TQM) adalah upaya mengelola organisasi
secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada semua dimensi dari produk dan jasa, pendapat senada tentang TQM disampaikan oleh Tjiptono dan Diana, 2001 yang mengatakan TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk,
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Awal Siklus 1 Siklus 2 Pencapaian Quality Assurance (QA) (Agustus - Oktober 2015)
jasa, manusi, proses, dan lingkungannya. Dengan demikian optimalisasi penerapan TQM ini harus terus-menerus dilakukan agar sekolah memperoleh keunggulan, berupa mutu dalam pencapaian QA. Sehingga setiap peserta didik dapat mencapai kondisi ideal setelah menyelesaikan pembelajarannya.
Untuk mencapai mutu, diperlukan berbagai upaya, hal ini sesuai dengan adanya siklus PDCA ( plan-do-check-act ), yang terdiri dari langkah – langkah perencanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. Hal tersebut telah dilakukan oleh Manajemen SMPIT Darul Fikri Arga Makmur. Kelemahan diawal telah terkoreksi, bahwa siklus check- act (tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh) belum mendapatkan perhatian, untuk itu teknik Teamwork dipilih untuk melakukan tindakan korektif terhadap semua peserta didik. Untuk melakukan hal tersebut tidak dapat dilakukan seorang guru pengampu, diperlukan kerjasama antar unsur yang terlibat, baik manajemen, guru dan peserta didik, sehingga keberhasilan pencapaian QA di SMPIT Darul Fikri Arga Makmur merupakan hasil kerjasama semua fihak, baik manajemen maupun guru sebagai mentor serta kerja keras peserta didik yang bersedia untuk dipacu agar mencapai QA.
## D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan Penerapan Total
Quality Managemen (TQM) teknik
Teamwork untuk mencapai Quality Assurance (QA) di SMPIT Darul Fikri Arga Makmur berhasil dengan baik, telah terjadi peningkatan prosentase pencapaian QA mulai dari 60 %, meningkat menjadi 65 % dan terakhir 73 %, walaupun belum mencapai kondisi ideal keberhasilan sebesar 85 %. Secara khusus, keberhasilan itu disebabkan adanya 1) kesungguhan untuk melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh, dan 2) kerjasama semua fihak (manajemen, guru dan peserta didik).
## 2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan di SMPS IT Darul Fikri Arga Makmur, dapat direkomendasikan bahwa Penerapan Total Quality
Managemen (TQM) model Teamwork untuk mencapai Quality Assurance (QA) dapat diterapkan di sekolah yang memiliki Quality Assurance (QA), dengan mempertimbangkan kemampuan kepemimpinan dan inovasi yang dapat dilakukan.
## Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Tunggal, Amin Widjaja, 1992. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta : PT Rineka Cipta
Umar, Husein. 2002. Manajemen in Action.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Wahab, Solichin A. 2002, Analisis
Kebijaksanaan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara.
Jakarta :Bumi Aksara.
Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Prpfesi Guru. Jakarta :
PT RajaGrafindo Persada
Moleong, Lexy J.2002.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Muhadjir, Noeng.1992. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta :
Rake Serasih.
Wibowo, 2014. Manajemen Kinerja. Jakarta
: PT RajaGrafindo Persada
Wiriaatmaja, Rochiati. 2008.Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya
|
a1bd4fdf-056b-4f1b-b584-778f34a04ad4 | https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRAT/article/download/8038/5402 |
## JURNAL RISET AKUNTANSI TERPADU
Vol.13 No.1, 2020 Hal. 1-23
Optimalisasi Pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta II dengan Pendekatan
Soft System
## Ria Dewi Ambarwati
Jurusan Akuntansi, Politeknik Keuangan Negara STAN [email protected]
Diterima 9 April 2020, diterbitkan 30 April 2020
## Abstract
This research discusses the optimization of cash balance report in Disbursing Treasurer by KPPN Jakarta II. This study is a qualitative research with soft system methodology approach. The objective of this study is to identify the problems faced by KPPN Jakarta II in reporting cash balance in Disbursing Treasurer and to formulate recommendations to solve the problems. This research shows some problems such as noncompliance, lack of coordination, ineffective sanctions, and emergence of idle cash. Several recommendations resulted from this research are to conduct assessment for work unit performance, to enhance employee’s competence, to establish internal reconciliation team and monitoring system of cash balance in Disbursing Treasurer.
Keywords : Cash; reporting, soft system methodology, the state treasury service office, the central government's financial statements
## Abstrak
Penelitian ini membahas optimalisasi pelaporan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN Jakarta II. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan soft system methodology. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh KPPN Jakarta II dalam pelaporan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran dan merumuskan rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan beberapa permasalahan yaitu ketidakpatuhan, lemahnya koordinasi, tidak efektifnya sanksi, dan munculnya potensi kas menganggur. Rekomendasi penelitian ini adalah agar KPPN melakukan penilaian kinerja satker, meningkatkan kompetensi pegawai, membentuk tim rekonsiliasi internal, dan membuat sistem monitoring atas pencatatan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran.
Kata kunci : Kas, pelaporan, soft system methodology, kantor pelayanan dan perbendaharaan negara, laporan keuangan pemerintah pusat.
## PENDAHULUAN
Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik ( good governance ) dalam penyelenggaraan negara, Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab. Sebagai salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, pemerintah
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan berupa laporan keuangan yang memenuhi karakteristik laporan keuangan.
Noordiawan, Putra, dan Maulidah (2012) mengacu pada pasal 55 UU Nomor 1 Tahun 2004 menjelaskan bahwa dalam penyusunan LKPP, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran menyusun LKKL sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBN pada Kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. Sedangkan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) menyusun LK BUN sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan negara. Menteri Keuangan kemudian menyusun LKPP untuk memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan disampaikan kepada Presiden untuk selanjutnya diteruskan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Pemerintah mulai menyusun LKPP pada tahun 2005. Laporan yang disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN tahun anggaran 2004 ini merupakan LKPP pertama dan mendapatkan opini Tidak Menyatakan Pendapat ( disclaimer ) dari BPK. Secara berturut turut sampai dengan LKPP tahun 2008, BPK memberikan opini Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer) yang sama yaitu disclaimer. Selanjutnya opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) diberikan atas LKPP tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 Selain memberikan opini atas LKPP, BPK juga memberikan opini untuk LKKL yang disusun oleh Kementerian/Lembaga dan LK BUN yang disusun oleh Kementerian Keuangan selaku BUN. Untuk LK BUN, BPK mulai memberikan opini pada tahun 2010 dan secara berturut turut sampai dengan tahun 2014 mendapatkan opini yang sama yaitu WDP. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK menunjukkan adanya permasalahan dalam penyajian LK BUN.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK) Direktorat Jenderal Perbendaharaan, satu dari beberapa permasalahan yang selalu muncul setiap tahun adalah temuan terkait Saldo Anggaran Lebih (Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, 2014). Mustofa dalam Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (2011) menyatakan bahwa selama tujuh tahun berturut-turut sejak pelaporan keuangan tahun 2004, pada LKPP selalu terdapat perbedaan antara saldo fisik kas dan catatan SAL. Selanjutnya dinyatakan bahwa beberapa hal yang menyebabkan terjadinya selisih SAL antara lain: (1) Pencatatan Kiriman Uang (KU) antar rekening BUN/KPPN yang tidak lengkap; (2) Pencatatan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan Surat Persetujuan Pencairan Dana (SP2D) retur yang belum tertib; (3) Pencatatan dan pengelolaan Kas di Bendahara Pengeluaran (UP/TUP) yang tidak tertib; (4) Pencatatan Kas pada Badan Layanan Umum (BLU) yang tidak tertib; dan (5) Pencatatan hibah langsung berupa kas yang tidak tertib. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan dalam rangka memperoleh nilai SAL yang akurat, Menteri Keuangan telah menetapkan SAL awal Tahun Anggaran 2010. Namun langkah ini tidak menyelesaikan permasalahan. Sampai dengan tahun 2013 permasalahan selisih SAL masih terjadi. Hal ini tampak pada tabel sebagai berikut:
## Tabel 1. Selisih Lebih Fisik Kas Dari Catatan SAL Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013
Tahun Catatan SAL (Rp) Fisik SAL (Rp) Jumlah Selisih (Rp) 2011 105.324.449.807.890 105.341.875.060.003 17.425.252.112 2012 70.262.825.244.473 70.270.975.012.453 8.149.767.980 2013 66.594.149.777.346 66.596.407.908.242 2.258.130.896
Sumber: Diolah kembali dari Kementerian Keuangan RI (2012b, 2013b, 2014b).
Dari temuan BPK atas permasalahan terkait SAL, Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang merupakan salah satu komponen dari fisik SAL selalu menjadi perhatian utama. Hal ini terlihat dari temuan BPK sebagai berikut:
## Tabel 2. Temuan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada LK BUN
Tahun Permasalahan Kas di Bendahara Pengeluaran 2010 Adanya kesalahan penggunaan mata anggaran atas penyetoran pengembalian UP oleh satker selama tahun 2010. 2011 1. Terdapat akumulasi UP yang sudah digunakan oleh Kementerian Luar Negeri sebesar Rp99,88 miliar yang belum dipertanggungjawabkan. 2. Penurunan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2011 berbeda dengan mutasi transito selama tahun 2011. 2012 Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran berdasarkan catatan BUN tidak dapat digunakan sebagai monitoring atas saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang disajikan oleh K/L. 2013 1. Terdapat selisih antara saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang dilaporkan KL dengan saldo yang disajikan oleh BUN.
2. Kas di Bendahara Pengeluaran pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp1,77 miliar.
Sumber: Diolah kembali dari Badan Pemeriksa Keuangan (2011, 2012a,2013a,2014a)
Sesuai dengan rekomendasi BPK, pemerintah telah melakukan penelusuran dan identifikasi permasalahan terkait Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di KPPN dan menyusun petunjuk langkah-langkah bagi KPPN dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Akan tetapi sampai dengan tahun 2013, Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang dilaporkan K/L dengan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca BUN masih menunjukkan perbedaan sebagai berikut:
Tabel 3. Selisih Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran Tahun Saldo Kas di Bendara Pengeluaran Selisih (Rp) Pencatatan di K/L (Rp) Pencatatan di BUN (Rp) 2011 292.791.782.959,00 299.244.536.294,00 -6.452.753.335,00 2012 213.458.829.221,00 192.998.877.777,00 20.459.951.444,00 2013 342.891.820.960,00 306.478.619.917,00 36.413.201.043,00
Sumber: Diolah kembali dari Kementerian Keuangan RI (2012a, 2013a, 2014a).
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa Uang Persediaan (UP)/Tambahan Uang Persediaan (TUP) yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal neraca (Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 14). Menurut Murwanto, Insyafiah, dan Subkhan (2006) pengaturan kas di bendahara pengeluaran sangat diperlukan, terkait dengan adanya potensi saldo kas menganggur yang ditimbulkan atas penguasaan tersebut. Selain itu informasi terkait jumlah kas yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang tidak akurat dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan kas.
Berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, LK BUN merupakan laporan keuangan yang dihasilkan dari Sistem Akuntansi BUN (SA-BUN). Dalam pelaksanaanya, Menteri Keuangan selaku BUN membentuk Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN), diantaranya dilaksanakan oleh KPPN sebagai Unit Akuntansi Kuasa Bendahara Umum Negara Daerah (UAKBUN-D). Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada LK-BUN, dimulai dari KPPN sebagai Unit Akuntansi Kuasa BUN tingkat daerah dalam mencatat dan mengendalikan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran, termasuk didalamnya adalah KPPN Jakarta II. Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Tingkat Kuasa BUN KPPN Jakarta II tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan bahwa Kas di Bendahara Pengeluaran selalu menjadi permasalahan setiap tahun. Hal ini terlihat dalam temuan BPK sebagai berikut:
Tabel 4. Temuan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Laporan Keuangan KPPN Jakarta II Tahun Permasalahan di Bendahara Pengeluaran 2011 1 2 3 4 Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran menurut Neraca tidak sama dengan saldo menurut Karwas UP/TUP
Terdapat satker-satker yang memiliki saldo negatif kas di bendahara pengeluaran. Terdapat setoran UP yag belum direkan di Karwas UP. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya sebesar 61,7%. 2012 1 2 3 4 Terdapat satker-satker yang memiliki saldo negatif kas di bendahara pengeluaran. Terdapat 54 satker yang belum mempertanggungjawabkan sisa UP/TUP dan satker yang belum melakukan rekonsiliasi UP/TUP.
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran menurut Neraca tidak sama dengan saldo menurut Karwas UP/TUP Pengendalian dan pengawasan atas sisa UP/TUP tahun anggaran yang lalu belum memadai. 2013 1 2 3 4 Terdapat satker-satker yang memiliki saldo negatif kas di bendahara pengeluaran. Jumlah satker mitra kerja KPPN Jakarta II yang mengelola UP/TUP menurut Karwas UP/TUP dengan data satker yang dimonitor oleh melalui LPJ
Bendahara Pengeluaran yang disampaikan berbeda.
Pengendalian dan pengawasan atas sisa UP/TUP tahun anggaran yang lalu belum memadai.
Terdapat 49 satker yang belum mempertanggungjawabkan sisa UP/TUP dan 4 satker mitra yang belum menyerahkan Berita Acara Rekonsiliasi bulan Desember 2013 dan LPJ Bendahara Pengeluaran.
Sumber: Diolah kembali dari Badan Pemeriksa Keuangan (2012b, 2013c, 2014c).
Akibat dari temuan tersebut BPK menyatakan bahwa saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca KPPN Jakarta II tidak dapat diyakini kebenarannya. Hal ini sebaiknya tidak dibiarkan berlarut-larut karena penyajian saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca KPPN yang tidak diyakini kebenarannya, akan berdampak pada keakuratan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada LK BUN sehingga saldo yang disajikan tidak dapat digunakan sebagai alat pengendalian atas Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang dilaporkan kementerian/lembaga. Dengan jumlah pengelolaan pagu sebesar 65% dari dana APBN pada tahun 2013, maka penyajian saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di KPPN Jakarta II yang kurang akurat juga berpotensi menimbulkan kesalahan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan kas, khususnya Kas di Bendahara Pengeluaran.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa permasalahan yang dihadapi oleh KPPN Jakarta II dalam pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran?
2. Apa rekomendasi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN Jakarta II dapat dilakukan secara optimal?
Selanjutnya dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Soft System Methodology, penelitian ini betujuan untuk mengindentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh KPPN Jakarta II dalam melaporkan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran dan merumuskan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN Jakarta II dapat dilakukan secara optimal
## TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Permasalahan pelaporan saldo kas di Bendahara Pengeluaran pada laporan keuangan KPPN Jakarta II tidak terlepas dari penatausahaan Uang Persediaan (UP) sebagai bagian dari kas negara yang dikuasakan kepada kementerian/Lembaga untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehari-hari. Dalam keputusan operasional, kas sebagai unsur keuangan yang paling likuid menjadi unsur sangat penting. Memegang kas dalam jumlah besar berpotensi memunculkan kas menganggur ( idle cash) . Bahkan dalam hal kas menganggur dibiayai dari utang negara, maka akan berakibat pada tingginya opportunity cost (Murwanto, Insyafiah, dan Subkhan, 2006).
## 1. Penelitian Sejenis
Penelitian yang terkait dengan manajemen kas pernah dilakukan oleh Sumando pada tahun 2014. Dalam penelitiannya, Sumando (2014) menganalisis model manajemen saldo kas pemerintah sesuai best practice menurut Mu (2006) yaitu simple management dan active management. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model manajemen kas yang mampu menghasilkan total cost of holding cash yang lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model active management mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih rendah daripada simple management namun menghasilkan trading cost yang lebih tinggi. Berbeda dengan penelitian ini, pembahasan pengelolaan UP sebagai bagian dari kas negara difokuskan pada proses administratif sesuai dengan kewenangan KPPN sebagai Kuasa BUN Daerah yaitu sebatas mengeluarkan UP, menerima pengembalian UP, dan melaporkan saldonya sebagai Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca KPPN.
Allen dan Tommasi (2001) menyebutkan bahwa pada praktiknya ada beberapa variasi pembayaran yang dilakukan dalam rangka manajemen kas. Pengaturan pembayaran yang dilakukan adalah bervariasi, yaitu pembayaran dengan sistem transaksi langsung dari Treasury Single Account (TSA), pembayaran melalui spending agency dari TSA, dan pembayaran melalui spending agency dari imprest account . Menurutnya negara-negara yang dananya dikeluarkan melalui imprest system , cenderung menimbulkan saldo kas menganggur pada rekening Bank masing-masing spending agency , sehingga meningkatkan kebutuhan pemerintah untuk meminjam dana, sebab pemerintah harus membiayai pembayaran dari beberapa lembaga sementara di lembaga lain kelebihan uang tunai.
Gambar 1. Mekanisme Pembayaran dengan Imprest System Sumber: Allen dan Tommasi (2001).
Di Amerika, praktik pembayaran dengan sistem UP dikenal dengan imprest fund system . Imprest fund merupakan uang tetap atau dana kas kecil dalam bentuk mata uang atau koin yang telah diajukan ke kasir sebagai "dana yang dimiliki di luar Treasury ", dan hanya dapat berlangsung selama lima sampai dengan tujuh hari. Imprest fund adalah dana pengecualian untuk aturan umum dan hanya bisa diberikan dalam kondisi tertentu sesuai dengan keadaan yang dikecualikan. Layanan fiskal memiliki banyak pilihan pembayaran alternatif yang tersedia untuk lembaga tanpa biaya ( Bureau of The Fiscal Service US Department Of The treasury ). Terkait dengan metodologi penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan Soft System Methodology (SSM), terdapat beberapa penelitian yang mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan SSM di antaranya adalah 1) Mauritz Christianus Raharjo Meta dengan judul tesis Optimalisasi Akuntansi Aset Tetap Dalam Pengelolaan Barang Milik Negara Studi Kasus pada Kementerian Keuangan Republik Indonesia Dengan Pendekatan Soft System Methodology , 2) Muhammad Abduh dengan judul tesis Optimalisasi sistem informasi akuntansi terkait penyusunan laporan keuangan Universitas Negeri Jakarta, 3) Zuhdi Eka Nurokhman dengan judul tesis Optimalisasi peran pembinaan Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah dalam meningkatkan kualitas LKPP, 4) Henry Fransius Purba dengan judul tesis Optimalisasi Tahapan Evaluasi dan Pembelajaran Dalam Penerapan Manajemen Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, dan 5) Putri Nailatul Himmah dengan judul tesis Peran Akuntansi Aset Tetap Dalam Optimalisasi Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran Barang Milik Negara (Aplikasi Pendekatan Soft System Methodology Di Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
## 2. Manajemen Kas Pemerintah
Sebagai bagian dari pengeluaran kas negara, permasalahan Kas di Bendahara Pengeluaran tidak bisa dilepaskan dari permasalahan manajemen kas, utamanya manajemen kas pemerintah. Secara umum sebuah organisasi akan menjadi lebih sukses jika mampu memperbaiki metode dalam menerima dan mengeluarkan kas (Murwanto, Insyafiah, dan Subkhan, 2006).
Mu (2006) mendefinisikan manajemen kas sebagai pengelolaan atas sumber daya kas suatu organisasi. Sedangkan menurut Williams (2004) manajemen kas pemerintah merupakan strategi dan proses untuk mengelola arus kas jangka pendek dan saldo-saldo kas yang ada dalam pemerintahan maupun antara pemerintah dengan sektor-sektor lain secara efektif dan efisien. Menurut Storkey (2003) manajemen kas adalah “…memiliki uang yang cukup pada tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat untuk membayar kewajiban-kewajiban pemerintah dalam cara yang efektif dan efisien….”
Tujuan utama manajemen kas yang baik adalah pemerintah mampu membiayai pengeluarannya pada waktu yang tepat dan membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo (Murwanto, Insyafiah, dan Subkhan, 2006). Sementara itu tujuan dari manajemen kas pemerintah yang efisien menurut Williams (2004) adalah seminimal mungkin menyimpan saldo menganggur, mengurangi risiko yang terkait dengan kegiatan pemerintah dan pendanaannya, menambah fleksibilitas pemerintah, dan mendukung kebijakan-kebijakan keuangan lainnya. Mu (2006) menyatakan bahwa manajemen kas yang efektif harus memenuhi beberapa tujuan yaitu menyediakan pendanaan tepat pada waktunya, menghindari saldo kas menganggur, menginvestasikan saldo kas menganggur ( idle cash balance ), dan mengendalikan berbagai risiko. Di Indonesia, Kementerian Keuangan dan World Bank dalam Reformasi Pengelolaan Kas di Indonesia (2014) menyebutkan bahwa tujuan utama pengelolaan kas adalah penggunaan dana negara secara efektif dan efisien.
2.1 Pengelolaan Kas di Indonesia
Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003, Menteri Keuangan selaku pembantu Presiden di bidang keuangan, merupakan ChiefFinancial Officer (CFO) Pemerintah, sementara kepala setiap lembaga/menteri merupakan Chief Operational Officer (COO) di berbagai sektor kegiatan pemerintah. Kerangka hukum ini memberikan kewenangan kepada menteri/kepala lembaga sebagai COO untuk melaksanakan tindakan yang berimplikasi terhadap komitmen belanja negara atau melakukan pemungutan penerimaan negara sebagai konsekuensi pelaksanaan anggaran. Sedangkan Menteri Keuangan, selaku CFO, memiliki kewenangan untuk melaksanakan tanggung jawab pengelolaan kas melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan, memverifikasi permintaan komitmen dan pengeluaran dari kementerian/lembaga, melakukan pembayaran kepada vendor serta memverifikasi dan merekonsiliasi penerimaan yang dikumpulkan oleh kementerian/lembaga. (Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan World Bank, 2014). Berdasarkan Buletin Teknis (Bultek) Nomor 14, pengelolaan Kas pemerintah terbagi menjadi tiga yaitu Kas Pemerintah dalam Pengelolaan Bendahara Umum Negara (BUN), Kas Pemerintah Daerah, dan Kas Pemerintah di Luar Pengelolaan BUN/D.
## 2.2 Kas di Bendahara Pengeluaran
Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan World Bank (2014) untuk melaksanakan kegiatan operasional, Menteri/Pimpinan Lembaga menunjuk Bendahara Pengeluaran untuk mengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja. Untuk keperluan kegiatan operasional tersebut, Bendahara Pengeluaran mengelola UP/TUP yang diterima dari BUN.
Sesuai dengan Pasal 160 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN, pada akhir tahun anggaran Bendahara Pengeluaran harus segera menyetor seluruh sisa UP/TUP ke Kas Negara. Apabila karena alasan tertentu masih terdapat saldo UP/TUP pada Bendahara Pengeluaran yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal neraca, maka jumlah sisa UP/TUP tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai Kas di Bendahara Pengeluaran. Apabila pada tanggal neraca masih terdapat uang dalam pengelolaan Bendahara Pengeluaran yang bukan berasal dari UP/TUP, jumlah tersebut dilaporkan di neraca sebagai Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran.
## 3. Akuntansi Kas
Dalam hal penyusunan neraca awal, maka Buletin Teknis (Bultek) Nomor 01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat menyebutkan bahwa Kas juga meliputi seluruh UP yang belum dipertanggungjawabkan hingga tanggal neraca awal, termasuk kuitansi pembelian barang dan penyerahan uang muka yang belum dipertanggungjawabkan sebagai belanja sampai dengan tanggal neraca awal. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2013) setara kas merupakan investasi yang sangat likuid yang dapat segera dikonversi menjadi kas dan jatuh temponya dekat serta mempunyai nilai pasar yang relatif tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan kas dan setara kas adalah investasi yang bersifat sangat likuid, berjangka pendek dan dapat dijadikan kas dengan cepat dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
## 3.1 Akuntansi Transaksi dan Saldo Kas
Menurut Bultek Nomor 14, transaksi kas dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu transaksi penerimaan kas dan transaksi pengeluaran kas. Transaksi penerimaan kas adalah transaksi yang menambah saldo uang negara/daerah. Transaksi pengeluaran kas adalah transaksi yang mengurangi saldo uang negara/daerah.
Terkait dengan transaksi pengeluaran kas, menurut Bultek Nomor 14, belanja pemerintah pada umumnya dilakukan melalui mekanisme UP dan pembayaran langsung (LS). Pembayaran langsung adalah mekanisme pengeluaran kas untuk belanja dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah secara langsung kepada pihak ketiga (atas dasar perikatan atau surat keputusan) atau kepada bendahara pengeluaran, sedangkan pembayaran melalui mekanisme UP adalah pembayaran melalui pemberian uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari satker yang tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung. Sisa UP berupa uang yang belum digunakan sampai dengan tanggal pelaporan dan masih berada di bendahara pengeluaran dicatat sebagai Kas di Bendahara Pengeluaran.
Bultek Nomor 14 juga menyebutkan bahwa Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas Negara/Daerah per tanggal neraca. Kas di Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening bendahara pengeluaran, uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas (pada pemerintah pusat termasuk bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan) yang sumbernya berasal dari dana kas kecil (UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetor kembali ke Kas Negara/Daerah per tanggal neraca. Apabila terdapat bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan, maka hal ini harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan bagian dari SAL/SILPA.
## 4. Laporan Keuangan
Laporan keuangan organisasi sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik. Selanjutnya bagi organisasi pemerintah, Mardiasmo (2009) menyatakan tujuan umum akuntansi dan pelaporan adalah untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam pembuatan keputusan baik ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban ( accountability ) dan pengelolaan ( stewardship ).
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan paragraf 23 menyatakan tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah menyediakan informasi sebagai berikut: (1) kecukupan penerimaan untuk membiayai pengeluaran; (2) kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya; (3) jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya; (4) bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatan dan mencukupi kebutuhan kasnya; (5) posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan; dan (6) perubahan posisi keuangan entitas pelaporan.
Menurut Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan paragraf 32, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran- ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami.
## 5. Kepuasan Kerja ( Job Satisfaction )
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan topik penelitian dan observasi yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa salah satu permasalahan pokok dalam kegiatan pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN adalah masalah kepatuhan, kompetensi, dan kemauan dari Sumber Daya Manusia (SDM) KPPN Jakarta II. Untuk itu dalam rangka meningkatkan keterlibatan SDM yang ada dalam kegiatan pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran, aktitivitas logis yang dirancang dalam rangka pembinaan SDM KPPN adalah merancang kegiatan untuk meningkatkan kepuasan kerja ( job satisfaction ).
Menurut Robbins (2005) istilah kepuasan kerja ( job satisfaction) merujuk kepada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukan sikap yang positif terhadap kerja itu, sebaliknya seseorang
yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. Kepuasan kerja akan berpengaruh pada organisasi dan meningkatnya kepuasan pelanggan ( customer ). Menurutnya karyawan yang puas dan percaya dengan organisasi akan lebih bersedia untuk terlibat dalam perilaku yang melampaui harapan normal pekerjaan mereka. Dalam hubungannya dengan kepuasan pelanggan, maka pegawai yang merasa puas dengan pekerjaannya akan berpengaruh pada meningkatnya pelanggan. Hal ini disebabkan pegawai akan menjadi lebih ramah, optimis, responsif, cenderung membangun hubungan yang baik dengan pelanggan, dan berpengalaman.
## 6. Ability – Job Fit
Teori ini digunakan dalam pembahasan aktivitas logis yang dipilih dalam model konseptual root definition 2 terkait dengan pernyataan Kepala Seksi Vera bahwa tidak semua pegawai yang ada di Seksi Vera yang bertugas menyusun laporan keuangan mempunyai pengetahuan tentang akuntansi. Menurut Robbins (2005) setiap pekerjaan menuntut hal yang berbeda-beda dari setiap individu. Di sisi lain setiap individu juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dengan menyesuaikan antara kemampuan yang dimiliki pegawai dengan pekerjaan ( ability-job fit ) maka diharapkan kinerja karyawan akan meningkat.
Secara umum ability berarti kapasitas seseorang dalam melakukan pekerjaan. Sementara Job fit bisa diartikan sebagai kesesuaian tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Ability- job fit dapat diartikan sebagai kesesuaian antara kemampuan pegawai ( employee’s abilities ) dengan kemampuan yang dipersyaratkan untuk melakukan sebuah pekerjaan ( Job’s Ability Requirements ). Apabila kemampuan pegawai lebih rendah dari kemampuan yang dipersyaratkan, maka pekerjaan yang diberikan kemungkinan akan gagal. Sebaliknya jika kemampuan pegawai jauh melebihi kemampuan yang dipersyaratkan, maka kepuasan pekerjaan karyawan akan berkurang (Robbins, 2005).
## 7. Pembentukan Perilaku
Menurut Robbins (2005), pembentukan perilaku ( shaping behavior ) merupakan setiap urutan langkah yang menggerakkan seorang individu untuk lebih dekat kepada respon yang diharapkan. Menurutnya terdapat empat cara pembentukan perilaku yaitu dengan penegasan positif ( positive reinforcement ), penegasan Negatif (n egative reinforcement ), penegasan negative, hukuman ( punishment ), dan peniadaan ( extinction ).
Hiatt (2006) menyatakan bahwa reinforcement meliputi beberapa aksi atau kegiatan yang menguatkan sebuah perubahan baik individu maupun organisasi. Reinforcement tidak harus selalu membutuhkan kegiatan yang besar, bahkan ucapan terima kasih, sikap menghargai, mengapresiasi dapat menjadi reinforcement bagi seseorang untuk berubah karena kerja mereka dihargai. Reinforcement tidak hanya dilakukan untuk mengubah perilaku, akan tetapi reinforcement diperlukan untuk menguatkan perubahan yang sudah dilakukan.
## 8. Pengendalian Intern
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel maka setiap menteri/pimpinan lembaga wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP. Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (Penjelasan atas PP Nomor 60 Tahun 2008)
Murwanto, Insyafiah, dan Subkhan (2006) menyatakan bahwa untuk membangun pengendalian intern yang baik dalam sistem kas, maka organisasi dapat melibatkan bank untuk mengawasi kas. Dalam hal pengeluaran kas, maka pengendalian intern yang dapat digunakan adalah (1) pembayaran dengan cek untuk semua pengeluaran dan (2) pembayaran pengeluaran melalui kas kecil dengan sistem imprest fund untuk pengeluaran yang tidak dapat dibayarkan dengan cek. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengendalian saldo kas adalah (1) pemisahan tugas yang cukup; (2) otorisasi atas transaksi dan aktivitas, dokumen, dan catatan yang memadai; dan (3) pengendalian fisik atas aktiva dan catatan.
## METODE PENELITIAN
Untuk membangun kerangka pikir dan menghasilkan rekomendasi atau pemecahan masalah, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Soft System Methodology (SSM). Metode ini digunakan sebab permasalahan yang diteliti bersifat problematik dan merupakan sistem aktivitas manusia ( human activity system) yang ditandai dengan kompleksitas masalah dan hubungan antar berbagai pihak yang saling terkait. SSM merupakan bagian dari metode penelitian tindakan ( action research). Penelitian tindakan merupakan prosedur sistematis yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi tentang tindakan dan akibat dari tindakan tersebut untuk memperbaiki kinerja organisasi (Cresswell (2012) dalam Sugiyono (2013)).
Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan dan studi literatur. Penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada responden yang terkait dengan topik penelitian di KPPN Jakarta II, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Selain wawancara, penelitian dilakukan dengan diskusi informal, observasi, serta mengumpulkan data tertulis dan informasi yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan tugas. Penelitian terhadap satker dilakukan dengan menelaah data tertulis dan informasi yang diperoleh dari KPPN Jakarta II, Direktorat APK, dan Direktorat PKN Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Studi literatur dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, Laporan Keuangan, Laporan Hasil Pemeriksaan, Panduan Teknis, buletin teknis, artikel dari internet, serta dokumen-dokumen lainnya yang terkait dengan topik penelitian.
Gambar 2. Tujuh Tahapan Soft System Methodology (SSM)
Menurut Hardjosoekarto (2012) siklus baku dalam SSM dikelompokkan ke dalam dua ranah yaitu ranah dunia nyata ( real world ) dan ranah berpikir serba sistem tentang dunia nyata ( systems thinking about real world ). Menurutnya meskipun siklus baku dalam penelitian SSM terdiri dari 7 tahapan, namun dalam praktiknya ada beberapa siklus modifikasi yang setiap tahapannya tetap berdasarkan pada siklus baku tersebut.
Dalam memecahkan masalah, menarik kesimpulan dari permasalahan yang ada dan memberikan rekomendasi atas penelitian yang dilakukan, maka penelitian pelaporan saldo kas di Bendahara Pengeluaran ini menggunakan siklus modifikasi SSM yang terdiri dari empat tahap sebagaimana disarankan oleh Checkland dan Poulter (2006) dalam Hardjosoekarto (2012). Siklus modifikasi SSM yang terdiri dari empat tahap ini dianggap lebih fleksibel dibandingkan dengan siklus baku, tanpa mengurangi karakteristik dari SSM itu sendiri (Checkland, 2000).
1. Tahap Identifikasi Masalah di Dunia Nyata ( finding out the problem in the real world) Tahap ini adalah tahap pengenalan, pemahaman, dan pencarian informasi dasar tentang situasi dunia nyata yang dianggap problematis.Tahap finding out menurut Hardjosoekarto (2012), adalah tahap penuangan situasi masalah yang dianggap problematis ke dalam bentuk penyajian tertentu, yang lazim disebut rich picture . Penyusunan rich picture dimaksudkan untuk mengenali sejak awal situasi real world terkait dengan organisasi atau institusi yang sedang menjadi objek penelitian ini. Untuk menemukan permasalahan, maka peneliti perlu memahami real worl d dari objek penelitian dengan cara observasi atas peristiwa yang menjadi latar belakang topik permasalahan yaitu pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran pada KPPN Jakarta II. Selain itu, dalam tahap ini perlu juga diidentifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam proses pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran pada KPPN Jakarta II.
Rich picture merupakan alat untuk menggambarkan informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan situasi masalah di dunia nyata (Hardjosoekarto, 2012, p.70). Untuk menggambarkan permasalahan dalam sebuah rich picture , Checkland dan Poulter (2006) dalam Hardjosoekarto (2012) menyarankan dilakukannya tiga tahap analisis dalam memahami situasi dunia nyata sebagai berikut:
1.1 Analisis Satu (Analisis Intervensi)
Checkland dan Scholes (1990) serta Checkland dan Poulter (2006) dalam Hardjosoekarto (2012) menyarankan bahwa dalam (Analisis Satu) dilakukan penetapan tiga pihak yang berperan sangat penting dalam kaitannya dengan situasi problematis yang menjadi kajian. Ketiga pihak tersebut adalah pihak yang berperan sebagai Klien ( Clients ), pihak yang berperan sebagai Praktisi ( Practicioners/Problem Solver ), dan pihak yang berperan sebagai Pemilik Isu ( Owners of the Issue Addressed/Problem Owner
1.2 Analisis Dua (Analisis Sistem Sosial)
Analisis ini memfokuskan pada analisis sosial dari Problem Owner yang telah diidentifikasikan pada analisis satu. Checkland dan Poulter (2006) dalam Hardjosoekarto (2012) menyarankan tiga elemen sosial yang menjadi fokus analisis pada tahap Analisis Dua, yaitu elemen peran ( roles ), norma ( norms ), dan nilai-nilai ( values ). Dengan menggunakan real world sesuai dengan topik penelitian, maka masing-masing problem owner dianalisis untuk menentukan peran, norma, dan nilai. Analisis dua ini dilakukan berdasarkan observasi, wawancara, dan pengumpulan data berupa peraturan perundang-Undangan.
1.3 Analisis Tiga (Analisis Sistem Politik)
Analisis Tiga dilakukan untuk mencari tahu situasi problematis yang sudah dibuat dengan memasukkan situasi politik, yang pada umumnya situasi politik ini sangat kuat untuk menentukan keberhasilan organisasi. Fokus dalam analisis ini adalah mengkaji isu-isu mengenai power yang sangat berpengaruh dengan menjabarkan bagaimana power tersebut terlihat dalam
situasi. Isu-isu ini terbagi dalam disposition of power dan nature of power (Hardjosoekarto, 2012).
Hasil dari analisis satu, analisis dua, analisis tiga, dan identifikasi situasi problematik, akan disimpulkan dalam sebuah Rich Picture yang selanjutnya akan menjadi pokok perhatian dalam tahap identifikasi masalah yang paling signifikan untuk diselesaikan dari situasi problematis dalam pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran.
## 2. Tahap Modelling
Tahap ini adalah tahap pemilihan dan penamaan sistem aktivitas manusia yang relevan dan pembuatan model konseptual. Pemilihan dan penamaan sistem aktivitas manusia ini merupakan pemetaan akar masalah ( root definition ) yang menjadi dasar untuk pembuatan model konseptual. Menurut Hardjosoekarto (2012), root definition adalah deskripsi terstruktur dari sebuah sistem aktivitas manusia yang relevan dengan situasi problematis yang menjadi perhatian di dalam penelitian SSM yang berbasis tindakan. Dalam sebuah root definition tergambar apa ( what ), bagaimana ( how ), dan mengapa ( why ), terkait dengan proses transformasi dalam organisasi. Root definition ditulis berdasarkan semua informasi tentang organisasi yang telah dikumpulkan, dieksplorasi, dan dibahas melalui tahapan proses SSM sebelumnya.
Dalam menyusun root definition , sesuai dengan saran Checkland dan Poulter (2006) dalam Hardjosoekarto (2012) digunakan rumus PQR. P adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan, Q adalah cara yang dilalui maupun pihak yang melakukan, dan R adalah apa yang ingin dicapai. Rumusan ini akan menjawab pertanyaan apa, bagaimana, dan tujuan optimalisasi akuntansi kas dalam pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran.
Untuk menguji apakah root definition yang telah dibuat dapat digunakan, maka perlu diuji dengan analisis CATWOE. Menurut Hardjosoekarto (2012), elemen-elemen yang digunakan untuk menguji root definition dalam analisis CATWOE adalah sebagai berikut:
## Tabel 5. Elemen Analisis CATWOE
C: Customer Orang atau sekelompok orang yang langsung atau hampir langsung yang akan diuntungkan atau menerima dampak dari transformasi yang dilakukan A: Actor Pihak yang akan melakukan transformasi T: Transformation Proses pengubahan input menajdi output, baik yang bersifat konkret maupun abstrak W: Worldview Sudut pandang, kerangka pikir yang menjadikan root definition memiliki makna yang berarti O: Owners Pihak yang mempunyai kekuasaan untuk dapat menghentikan atau mengubah transformasi E: Environmental Constraints Lingkungan yang menjadi kendala dalam proses transformasi seperti peraturan perundang- undangan, anggaran, sumber daya Sumber: Soft Systems Methodology , Sudarsono Hardjosoekarto (2012)
Setelah Root definition dibuat, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan model konseptual, yang merupakan inti dari system thinking dalam SSM. Model konseptual adalah kumpulan aktivitas terstruktur dari aktivitas manusia yang mempunyai maksud tertentu. Jadi model konseptual berisi pilihan aktivitas yang harus dilakukan oleh sistem maupun organisasi agar apa yang dinyatakan dalam Analisis Root Definition dapat dicapai (Hardjosoekarto, 2012). Dalam penelitian ini model konseptual untuk masing-masing Root Definition dibangun sesuai
dengan topik penelitian yaitu pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran pada Kuasa BUN Daerah KPPN Jakarta II.
## 3. Tahap Menggunakan Model Konseptual untuk Melakukan Diskusi ( using model to structure debate)
Pada tahap ini model konseptual dibahas, didiskusikan, di debat dengan cara membandingkannya dengan dunia nyata yang dianggap problematis sebagaimana telah dirumuskan dan ditetapkan di awal penelitian ini. (Checkland dan Poulter (2006) dalam Hardjosoekarto (2012)). Perbandingan antara aktivitas logis dengan kondisi yang sebenarnya terjadi pada dunia nyata bertujuan untuk merumuskan usulan perubahan sebagai problem solving, dengan tetap berlandaskan pada teori yang terkait dengan topik penelitian. Rekomendasi atau usulan yang diberikan juga harus memperhatikan keinginan dan harapan dari masing-masing problem owner . Tahapan ini dilakukan melalui diskusi informal dengan pejabat dan staf yang terlibat langsung dalam pembahasan model konseptual, yaitu staf dan pejabat pada Seksi Verifikasi dan Akuntansi, Subbagian Umum, dan Seksi Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal.
Menurut Hardjosoekarto (2012) saran dan diskusi yang terkelola dari berbagai sudut pandang problem owner menjadi alat bagi peneliti yang nantinya diharapkan memunculkan saran tindak untuk perbaikan, penyempurnaan, maupun perubahan. Saran tindak ini diharapkan dapat merubah real world yang dianggap problematis menjadi lebih baik atau berkurang tingkat problematisnya. Oleh karena itu usulan rekomendasi yang diberikan harus memenuhi dua syarat yaitu dapat diterima argumennya ( arguably desirable ) atau harus cocok dengan sistem aktivitas manusia ( systematically desirable ) dan dapat dimungkinkan secara kultural ( culturally feasible ).
4. Tahap Perumusan dan Pelaksanaan Tindakan ( defining/taking action )
Menurut Hardjosoekarto (2012) dasar dari tahapan ini adalah rumusan saran langkah tindakan yang telah dibuat di tahapan sebelumnya dan memenuhi dua persyaratan, yaitu arguably desirable dan culturally feasible . Pada tahap ini seharusnya dilakukan aksi berupa tindakan nyata dari rekomendasi untuk problem solving interest yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya.
Aksi nyata dari rekomendasi yang diberikan tersebut tidak bisa dilakukan dalam penelitian ini mengingat peneliti tidak menjadi problem owner dalam masalah pelaporan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di KPPN Jakarta II. Namun, mengingat bahwa sejak awal proses SSM telah melibatkan clients maupun problem owners , dan mengingat bahwa proses SSM tersebut merupakan serba sistem pembelajaran, maka diharapkan tidak ada resistensi untuk melakukan langkah tindakan berdasarkan saran langkah tindakan yang telah dirumuskan.
## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam memecahkan masalah penelitian, menarik kesimpulan dari permasalahan yang ada dan memberikan rekomendasi atas penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan siklus modifikasi SSM yang terdiri dari empat tahap dengan alur pembahasan sebagai berikut:
1. Tahap Identifikasi Masalah di Dunia Nyata ( Finding Out The Problem in The Real World ) Sesuai dengan topik dan batasan penelitian yaitu pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN Jakarta II, berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan penelaahan dokumen yang terkait dengan penelitian ini, maka beberapa permasalahan pokok dalam pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran adalah sebagai berikut:
1. Satker selaku pengelola fisik kas dalam proses akuntansi pelaporan Kas di Bendahara
Pengeluaran pada KPPN Jakarta II tidak patuh.
Berdasarkan hasil wawancara dan penelusuran laporan yang ada pada KPPN Jakarta II, diperoleh informasi bahwa sebagian satker tidak mematuhi aturan terkait batas rekonsiliasi dan batas penyampaian LPJ Bendahara sehingga terlambat dalam melakukan rekonsiliasi dan menyampaikan LPJ Bendahara. Sebagian satker juga tidak menyelesaikan sisa UP/TUP pada akhir tahun anggaran berjalan, dan menyetor sisa UP/TUP melebihi jumlah yang seharusnya.
2. KPPN sebagai pihak yang memberikan UP/TUP dan mencatat mutasinya belum menjalankan perannya dengan optimal. Berdasarkan temuan BPK atas LKPP KPPN tahun 2013, wawancara dengan pihak terkait, observasi, dan penelaahan dokumen terkait dengan topik penelitian, kelemahan yang ditemukan pada KPPN adalah: (a) rekonsiliasi internal antar seksi yang terkait dengan proses bisnis penyajian saldo Kas di Bendahara Pengeluaran tidak berjalan; (b) KPPN tidak segera menindaklanjuti masalah yang ditemukan; (c) rekonsiliasi eksternal dengan satker tidak mencakup rekonsiliasi neraca; (d) verifikasi LPJ Bendahara oleh Seksi Vera belum seluruhnya sesuai prosedur.
3. Kurangnya koordinasi antar direktorat pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang terkait dengan pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran
4. Sanksi yang diberikan kepada satker kurang efektif karena tidak didukung dengan sistem yang terkomputerisasi.
5. Aplikasi yang digunakan oleh KPPN berikut proses bisnis terkait pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran belum diuji mulai dari transaksi sampai dengan laporan keuangan.
6. Potensi kas menganggur yang besar akibat kurang tertibnya satker dalam merencanakan dan mengelola UP/TUP. Hal ini terlihat dari saldo UP/TUP pada akhir tahun yang relatif besar.
Identifikasi permasalahan tersebut menjadi titik tolak penggambaran permasalahan dalam bentuk rich picture sebagaimana Lampiran 1, sekaligus mencari akar permasalahan yang relevan dan menjadi prioritas untuk rekomendasi perbaikan.
2. Tahap Model Konseptual Pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN Jakarta II ( Modelling)
Pada penelitian ini, berdasarkan identifikasi masalah, penggambaran permasalahan ( Rich Picture ) yang dibuat, hasil observasi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait, maka root definition ( RD ) dalam rangka problem solving topik penelitian ini adalah sebagai berikut:
## Tabel 6. Root Definition
RD1 Sistem penilaian kinerja satker oleh KPPN (P) dengan memberikan penghargaan kepada satker terbaik dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan kas yang dikelola (Q) dalam rangka mengubah perilaku satker untuk lebih patuh. RD2 Sistem kompetensi pegawai KPPN (P) dengan melakukan serangkaian kegiatan pembinaan SDM berkaitan dengan tupoksi pegawai (Q) dalam rangka meningkatkan pengendalian Kas di Bendahara Pengeluaran (R) RD3 Sistem penyusunan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran oleh Kuasa BUN Daerah/KPPN (P) dengan optimalisasi rekonsiliasi (Q) agar saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca KPPN diyakini kebenarannya (R) RD4 Sistem monitoring saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca Kuasa BUN-KPPN (P) dengan penyusunan kertas kerja monitoring Kas di Bendahara Pengeluaran (Q) dalam rangka menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pengelolaan kas (R)
## Analisis CATWOE
Untuk menguji apakah root definition yang telah dibuat dapat digunakan, maka perlu diuji dengan analisis CATWOE (Hardjosoekarto, 2012). Analisis CATWOE untuk root definition 1 sampai dengan root definition 4, tampak pada tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Analisis CATWOE untuk Root Definition 1
C KPPN Jakarta II, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, satker. A Seksi MSKI, KPPN Jakarta II. T Sebuah proses pemberian penghargaan yang diberikan oleh KPPN kepada satker terbaik dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan kas yang dikelola yang dianggap dapat mengubah perilaku satker agar lebih patuh. W Selama ini satker menerima sanksi atas ketidakpatuhan mereka, tetapi tidak mendapat apresiasi pada saat mereka patuh. O Kepala KPPN, Direktur Jenderal Perbendaharaan. E Keterbatasan anggaran, keterbatasan kuantitas SDM, peraturan yang tidak saling mendukung. Tabel 8. Analisis CATWOE untuk Root Definition 2 C KPPN Jakarta II, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, satker. A Seksi MSKI, KPPN Jakarta II. T Sebuah proses penerapan rangkaian kegiatan pembinaan SDM oleh KPPN berdasarkan tupoksi pegawai yang berkaitan dengan pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran.. W Melaksanakan Kegiatan pengendalian dalam pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran melalui pembinaan sumber daya manusia di KPPN. O Kepala KPPN, Direktur Jenderal Perbendaharaan. E Keterbatasan anggaran, keterbatasan pehaman SDM terhadap kegiatan pelaporan Kas di BP. Tabel 9. Analisis CATWOE untuk Root Definition 3 C KPPN Jakarta II, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. A Seksi Vera, Seksi Pencairan Dana, Seksi MSKI, Seksi Bank. T Sebuah proses optimalisasi kegiatan rekonsiliasi Kas di Bendahara Pengeluaran yang dianggap dapat meningkatkan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi. W Rekonsiliasi internal antar seksi di KPPN belum berjalan, sedangkan rekonsiliasi eksternal dengan satker mitra kerja belum optimal karena tidak merekonsiliasi neraca. O Kepala KPPN. E Keterbatasan kuantitas SDM, keterbatasan pemahaman SDM terhadap peraturan yang ada. Tabel 10. Analisis CATWOE untuk Root Definition 4 C KPPN Jakarta II, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. A Seksi Verifikasi dan Akuntansi, KPPN Jakarta II T Sebuah proses menganalisis saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca dengan mengidentifikasi saldo tahun berjalan dan saldo tahun lalu sehingga diperoleh saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang andal dan dapat digunakan dalam kebijakan pengelolaan kas. W Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran belum dimanfaatkan dalam menentukan kebijakan pengelolaan UP/TUP. O Kepala KPPN. E Keterbatasan kuantitas SDM, keterbatasan pemahaman SDM terhadap alur data
Model Konseptual Model Konseptual Root Definition (RD) 1
Robbins (2005) menyatakan bahwa untuk menggerakkan seorang individu agar melakukan apa yang diharapkan maka dapat dilakukan pembentukan perilaku. Dari beberapa tipe penegasan ( reinforcement ) di atas, menurut Robbins (2005) Positive Reinforcement dengan memberikan hadiah lebih efektif dalam membentuk perilaku daripada yang lainnya. Menurut Hiatt (2006) Reinforcement meliputi beberapa aksi atau kegiatan yang menguatkan sebuah perubahan baik individu maupun organisasi. Reinforcement tidak harus selalu membutuhkan kegiatan yang besar, bahkan ucapan terima kasih, sikap menghargai, mengapresiasi dapat menjadi reinforcement bagi seseorang untuk berubah karena kerja mereka dihargai. Reinforcement tidak hanya dilakukan untuk mengubah perilaku, akan tetapi reinforcement diperlukan untuk menguatkan perubahan yang sudah dilakukan. Beberapa taktik untuk membangun reinforcement diantaranya adalah dengan memberikan rewards .
Berdasarkan hasil wawancara dan teori tersebut, penelitian ini merumuskan model konseptual RD 1 dengan beberapa aktivitas logis sebagai berikut: (1) mengidentifikasi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh satker terkait dengan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara; (2) mendokumentasikan kewajiban satker dan realisasinya dalam sebuah dokumen profil satker; (3) mengapresiasi dan memberikan selamat kepada satker yang melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan melalui running text yang ada di ruang Front Office ; (4) melakukan penilai kinerja satker berdasarkan profil yang dibuat; (5) mengadakan sebuah event pemilihan satker terbaik dan memberikan reward kepada satker yang terpilih berdasarkan penilaian kinerja yang telah dibuat.
Model Konseptual Root Definition (RD)2
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan topik penelitian dan dari observasi yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa salah satu permasalahan pokok dalam kegiatan pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN adalah masalah kepatuhan, kompetensi, dan kemauan dari SDM yang ada. Terkait dengan kompetensi, menurut Robbins (2005) setiap pekerjaan menuntut hal yang berbeda-beda dari setiap individu. Di sisi lain setiap individu juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dengan menyesuaikan antara kemampuan yang dimiliki pegawai dengan pekerjaan ( ability-job fit ) maka diharapkan kinerja karyawan akan meningkat. Selain itu, aktitivitas logis yang dirancang dalam rangka pembinaan SDM KPPN ini adalah merancang kegiatan untuk meningkatkan kepuasan kerja ( job satisfaction ). Robbins (2005) menyatakan bahwa pegawai yang merasa puas dan percaya dengan organisasi akan lebih bersedia untuk terlibat dalam perilaku yang melampaui harapan normal pekerjaan mereka.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan SDM yang ada, maka diperlukan aktivitas pengendalian agar kegiatan pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara dan teori tersebut, penelitian ini merumuskan model konseptual RD 2 dengan beberapa aktivitas logis sebagai berikut: (1) membentuk pemahaman bersama atas tujuan dan strategi dalam penyelesaian masalah saldo Kas di Bendahara Pengeluaran dalam bentuk rencana kerja; (2) mengomunikasikan secara jelas dan konsisten rencana kerja terkait dengan kegiatan pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran; (3) mengidentifikasi kemampuan pegawai dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan terkait dengan pelaporan keuangan; (4) mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh SDM dalam melaksanakan tugasnya terkait dengan proses pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran; (5) merancang pelatihan untuk pegawai berdasarkan ability-job fit dan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan;
(6) merancang sistem kompensasi dan penghargaan yang cukup memadai untuk mendorong pegawai melakukan tugas dengan kemampuan maksimal; (7) merencanakan program kesejahteraan dan fasilitas untuk meningkatkan kepuasan dan komitmen pegawai.
Model Konseptual Root Definition (RD) 3
Berdasarkan identifikasi masalah, salah satu permasalahan pelaporan Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN Jakarta II adalah belum optimalnya rekonsiliasi yang dilakukan sebagaimana amanat Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Nomor PER- 36/PB/2009 tentang Pedoman Rekonsiliasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Kuasa BUN. Sebagai sarana pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan, belum optimalnya rekonsiliasi yang dilakukan oleh KPPN, baik rekonsiliasi eksternal dengan satker maupun rekonsiliasi internal antara seksi terkait di KPPN menjadi perhatian penting dalam penetian ini, sebab akan berakibat pada keandalan informasi akuntansi Kas di Bendahara Pengeluaran yang disajikan di Neraca KPPN.
Berdasarkan hasil wawancara dan peraturan terkait rekonsiliasi, penelitian ini merumuskan model konseptual Root Definition 3 dengan aktivitas sebagai berikut: (1) mengidentifikasi pihak- pihak yang terkait dalam proses penyusunan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran; (2) menyusun uraian kegiatan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak dalam rangka penyusunan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran; (3) membentuk tim rekonsiliasi internal; (4) melaksanakan rekonsiliasi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca dengan sisa UP/TUP di Karwas; (5) melaksanakan rekonsiliasi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran antara Neraca dengan LPJ Bendahara; (6) melaksanakan rekonsiliasi Kas Bendahara Pengeluaran di LPJ Bendahara dengan sisa UP/TUP di Karwas; (7) menganalisis data yang berbeda dan melakukan perbaikan yang diperlukan; dan (8) menggunakan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang sudah akurat sebagai pembanding saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca satker.
## Model Konseptual Root Definition (RD) 4
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa laporan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca bermanfaat bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pengelolaan kas negara. Dengan informasi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang akurat, pemerintah dapat mengevaluasi apakah kebijakan pemberian UP dengan besaran yang ditentukan dalam PMK 190 tahun 2012 sudah termanfaatkan secara optimal oleh bendahara, atau justru menjadi idle cash yang berarti bertentangan dengan tujuan pengelolaan kas dalam reformasi keuangan negara. Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa secara umum tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah kepatuhan dan pengelolaan, akuntabilitas dan pelaporan restrospektif, perencanaan dan informasi otorisasi, kelangsungan organisasi, hubungan masyarakat, dan sumber fakta dan gambaran. Agar laporan keuangan menjadi informasi yang berguna, Kerangka konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa laporan keuangan tersebut harus memenuhi standar kualitatif sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu relevan (manfaat umpan balik , manfaat prediktif, tepat waktu, dan lengkap) dan andal (penyajian jujur dan dapat diverifikasi).
Berdasarkan hasil wawancara dan teori tersebut, penelitian ini merumuskan model konseptual Root Definition 4 dengan aktivitas sebagai berikut: (1) mengidentifikasi pengeluaran UP/TUP tahun anggaran berjalan; (2) mengidentifikasi pengembalian sisa UP/TUP tahun anggaran berjalan; (3) mendapatkan saldo kas di BP tahun anggaran berjalan; (4) mengidentifikasi saldo Kas di BP tahun anggaran yang lalu; (5) mengidentifikasi setoran UP/TUP tahun anggaran yang lalu; (6) mendapat saldo kas di BP tahun anggaran yang lalu; (7) menuangkan hasil yang didapat dalam sebuah kertas kerja.
Selanjutnya seluruh rangkaian aktivitas pada masing-masing model konseptual tersebut perlu dilakukan monitoring dengan membandingkannya dengan pencapaian 3E yaitu e fficacy, efficiency, dan effectiveness.
Tingkat Penerimaan Pihak-pihak Terkait untuk Melaksanakan Model Konseptual ( Using Model to Structure Debate )
Berdasarkan perumusan model konseptual yang telah dilakukan oleh peneliti di tahap sebelumnya maka penelitian ini akan melakukan perbandingan antara model konseptual dari masing-masing root definition yang dirumuskan dengan real world . Pembandingan ini bertujuan untuk merumuskan usulan perubahan bagi KPPN Jakarta II terkait dengan optimalisasi pelaporan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran.
Tahap perbandingan antara model konseptual dengan situasi dunia nyata dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan diskusi informal. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam diskusi informal adalah staf dan pejabat pada Seksi Verifikasi dan Akuntansi, Sub Bagian Umum, dan Seksi MSKI pada KPPN Jakarta II.
## Tahap Perumusan dan Pelaksanaan Tindakan
Menurut Checkland dan Poulter (2006) dalam Himmah (2014), tahap ini adalah tahap dilakukannya perumusan dan atau tindakan berkaitan dengan dunia nyata yang dianggap problematis. Menurut Hardjosoekarto (2012) dasar dari tahapan ini adalah rumusan saran langkah tindakan dari yang telah dibuat di tahapan sebelumnya dan memenuhi dua persyaratan, yaitu arguably desirable dan culturally fesible .
Usulan aksi perubahan yang diberikan kepada KPPN Jakarta II dalam penelitian ini adalah:
1. KPPN melakukan penilaian kinerja satker berdasarkan profil satker yang telah dibuat sebagai sarana untuk memilih dan memberikan penghargaan kepada satker terbaik dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan kas yang dikelola sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku satker untuk lebih patuh terhadap ketentuan yang ada. Dengan meningkatnya kepatuhan satker dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan kas, maka diharapkan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang dilaporkan oleh KPPN akan lebih akurat.
2. KPPN meningkatkan kompetensi pegawai dengan mengidentifikasi masalah utama dalam pelaksanaan pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sehingga tindak lanjut atas penyelesaian masalah dapat dirumuskan secara tepat, merancang pelatihan terkait dengan mekanisme pelaporan keuangan, utamanya terkait dengan pelaporan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran, dan membuat sistem penghargaan secara berkala untuk pegawai berdasarkan penilaian IKU dan performa pegawai. Dengan ini diharapkan akan diperoleh SDM yang kompeten dan bersemangat dalam proses penyusunan laporan keuangan, utamanya terkait dengan Kas di Bendahara Pengeluaran.
3. KPPN membentuk tim rekonsiliasi internal dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran dan melaksanakan rekonsiliasi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca dengan sisa UP/TUP di Karwas, melaksanakan rekonsiliasi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran antara Neraca dengan LPJ Bendahara, dan melaksanakan rekonsiliasi Kas di Bendahara Pengeluaran di LPJ Bendahara dengan sisa UP/TUP di Karwas sehingga diharapkan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang dilaporkan oleh KPPN dapat diyakini kebenarannya
4. KPPN membuat sistem monitoring atas pencatatan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca Kuasa BUN-KPPN dengan menyusunan kertas kerja monitoring Kas di Bendahara Pengeluaran
sehingga diperoleh saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang andal dan dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan kas.
## SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN Jakarta II belum optimal sehingga saldo yang disajikan pada neraca kurang diyakini kebenarannya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat permasalahan dalam pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran oleh KPPN Jakarta II. Pertama, ketidakpatuhan satker selaku pengelola fisik kas dalam proses akuntansi penatausahaan Kas di Bendahara Pengeluaran. Kedua, KPPN sebagai pihak yang memberikan UP/TUP dan mencatat mutasinya kurang koordinasi. Ketiga lemahnya koordinasi antar direktorat pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang terkait dengan penatausahaan Kas di Bendahara Pengeluaran. Keempat adalah lemahnya peran KPPN sebagai Kuasa BUN di daerah terutama di Provinsi DKI Jakarta sehingga pemberian sanksi tidak berjalan dengan maksimal. Kelima adalah pola pengenaan sanksi yang tidak didukung dengan sistem yang terkomputerisasi sehingga sanksi yang diberikan kepada satker kurang tegas dan kurang efektif. Keenam adalah munculnya potensi kas menganggur yang besar sebagai akibat dari kurang tertibnya satker dalam merencanakan dan mengelola UP/TUP.
Penelitian ini merumuskan empat rekomendasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh KPPN Jakarta II dalam proses pelaporan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran. Rekomendasi yang diusulkan dalam rangka problem solving topik penelitian ini adalah KPPN melakukan penilaian kinerja satker berdasarkan profil satker yang telah dibuat. Rekomendasi kedua adalah agar KPPN meningkatkan kompetensi pegawai. Selanjutnya rekomendasi ketiga adalah agar KPPN membentuk tim rekonsiliasi internal danmelaksanakan rekonsiliasi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca. Rekomendasi terakhir yang diberikan dalam penelitian ini adalah agar KPPN membuat sistem monitoring atas pencatatan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca Kuasa BUN-KPPN sehingga diperoleh saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang andal dan dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan Kas. Selanjutnya agar usulan perubahan tersebut dapat dilakukan, maka perlu diperhatikan e nvirontmental constraint di KPPN Jakarta II.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih tak terhingga saya sampaikan kepada Dr.Gede Harja Wasistha, CMA selaku Ketua Prodi Maksi -PPAk FEB UI, Bapak Amdy Very Dharma, M.Acc dan Ibu Dr. Rr. Trisacti Wahyuni, Ak.,M.Ak selaku penguji, Bapak Hari Winarno selaku Kepala KPPN Jakarta II, Pejabat dan staf pada Subdit Rekening Pemerintah Lainnya dan Bendahara Instansi Direktorat Pengelolaan Kas Negara DJPB, Pejabat dan staf pada Subdit Akuntansi Kas Umum Negara Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DJPB, Pejabat dan staf pada KPPN Jakarta II, serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, R., & Tommasi, D. (2001). Managing Public Expenditure : A Reference Book for
Transition Countries. Paris: OECD.
Badan Pemeriksa Keuangan. (2014a). Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 . Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan. (2014c). Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan BUN KPPN Jakarta II Tahun 2013. Jakarta .
Badan Pemeriksa Keuangan. (2013a). Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012 . Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan. (2013c). Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan BUN KPPN Jakarta II Tahun 2012. Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan. (2012a). Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2011 . Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan. (2012b). Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan BUN KPPN Jakarta II Tahun 2011. Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan. (2011). Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010 . Jakarta.
Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat. (2005).
Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 14 tentang Akuntansi Kas.
Bureau of The Fiscal Service US Department Of The Treasury. Imprest Funds . Mei 17,
2015. h ttp://www.fiscal.treasury.gov .
Checkland, Peter. & Scholes, Jim. (1990). Soft System Methodology in Action . Chichester: Wiley & Sons, Ltd.
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan . (2011). Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat. Jakarta.
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan . (2014). Optimalisasi Peran Kuasa BUN Daerah Menuju LKBUN Beropini Terbaik. Jakarta.
Hardjosoekarto, Sudarsono. (2012). Soft Systems Methodology (Metode Serba Sistem Lunak), Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Hiatt, Jeffrey M. (2006 ). ADKAR: A Model For Change in Bussiness, Government and Our Community. USA: Prosci Learning Center Publication .
Himmah, Putri Nailatul. (2014). Peran Akuntansi Aset Tetap Dalam Optimalisasi Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran Barang Milik Negara (Aplikasi Pendekatan Soft System Methodology di Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta: Universitas Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia & World Bank. (2014). Reformasi Pengelolaan Kas di Indonesia: Dari Administrasi Kas Menuju Pengelolaan Kas Secara Aktif .
Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2014a). Laporan Keuangan Konsolidasian Bendahara Umum Negara Tahun 2013 (Audited). Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2014b). Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 (Audited). Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2013a). Laporan Keuangan Konsolidasian Bendahara Umum Negara Tahun 2012 (Audited). Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2013b). Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012 (Audited). Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012a). Laporan Keuangan Konsolidasian Bendahara Umum Negara Tahun 2011 (Audited). Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012b). Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2011 (Audited). Jakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012c). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara .
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang SAPP.
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Mu, Yibin. (2006). Government Cash Management: Good Practice and Capacity Building framework . World Bank: Financial Discussion Series.
Murwanto, Rahmadi., Insyafiah., & Subkhan. (2006). Manajemen Kas. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Noordiawan, Deddi., Putra, Iswahyudi Sondi., & Maulidah, Rahmawati. (2012). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat . Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Robbins, Stephen P. (2005). Organizational Behavior (11th ed.). NJ: Pearson Prentice Hall.
Storkey, Ian. (2003). Government Cash and Treasury Management Reform . Asian Development Bank, Governance Brief, Issue 7-2003.
Sugiyono. (2013). Cara Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi . Bandung: Alfabeta.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Weygandt, Jerry J., Kimmel, Paul D., & Kieso, Donald E., (2013). Financial Accounting IFRS Edition, 2nd Edition . USA: John Wiley & Sons, Inc
Williams, Mike. (2004), Government Cash Management: Good and Bad Practice h h ttp://treasury.worldbank.org/bdm/pdf/CM-V2- A ug04MikeWilliams.pdf.
Lampiran 1. Rich Picture
|
da15dceb-e2c6-4b86-81e4-cc4fc3dff7d1 | https://journal.yrpipku.com/index.php/msej/article/download/2647/1467 | The Influence Of Culture, Price, Product Quality On Interest To Buy Hanasui At Evi Cosmetic Shop Marbau
## Pengaruh Budaya, Harga, Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Hanasui Di Toko Evi Kosmetik Marbau
Larassati 1 , Bayu Eko Broto 2 , Fauziah Hanum 3 Universitas Labuhanbatu 1,2,3 [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3
* Corresponding Author
## ABSTRACT
The purpose of this study is to identify cultural influences, prices. The quality of products against the interest of buying hanasui at the marbau cosmetics evi shop. It has a population of 100 respondents who are consumers at the Marbau Cosmetics Evi Store. Researchers use all populations as samples, i.e. sampling from the population is done regardless of the stara present in the population. The sample in this study is 100 people taken, that if the population is less than 100 then the sample taken is all. The sampling in this study was based on total sampling techniques. In this research, researchers used a query instrument filled by respondents via google form to measure the results of the study variability. This study uses data analysis techniques using SmartPLS (Partial Least Square) software that is a variant-based structural equation analysis that simultaneously tests structural models. The results of the research hypothesis test prove that cultural variables do not have a significant effect on the interest of buying hanasui at marbau cosmetics evi shops, while price variability has a significant effect on buying hanasui at marbau cosmetics evi shops. and product quality variability has a significant effect on the interest in purchasing hanasui at marbau cosmetics evi shops.
Keywords: Culture, Price. Product Quality, Buy Interest
## ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh budaya,harga, kualitas produk terhadap minat beli hanasui di toko evi kosmetik marbau. populasinya 100 responden yang merupakan konsumen di Toko Evi Kosmetik Marbau. peneliti menggunakan semua populasi sebagai sampel, yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan tanpa memperhatikan stara yang ada dalam populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil, bahwa jika populasi berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah semuanya. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan tekhnik total sampling . Pada riset ini peneliti menggunakan instrument berupa kuisioner yang diisi oleh responden melalui google form untuk mengukur hasil dari variable penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan software SmartPLS (Partial Least Square) yang merupakan analisis persamaan structural atau (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model structural. Hasil pengujian hipotesis penelitian membuktikan bahwa variabel budaya tidak berpengaruh signifikan terhadap minat beli hanasui di toko evi kosmetik marbau, sedangkan variable harga berpengaruh signifikan terhadap minat beli hanasui di toko evi kosmetik marbau, dan sedangkan variable kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap minat beli hanasui di toko evi kosmetik marbau. Kata Kunci: Budaya, Harga, Kualitas Produk, Minat Beli
## 1. Pendahuluan
Pada era sekarang Indonesia sebagai negara berkembang yang menjadi pasar potensial untuk produk kosmetik karena mempunyai pasar domestik yang luas, sehingga banyak muncul produk atau brand komestik terbaru dan semakin pulak banyak persaingan usaha yang ketat. Untuk dapat menguasai pasar domestik, brand lokal harus memlakukan inovasi yang lebih variatif sesuai trend zaman sekarang atau yang akan datang dan memiliki kualitas tidak kalah dengan produk impor. Pada tahun 2017 industri kosmetik di Indonesia semakin meningkat 153
perusahaan, hingga saat ini jumlahnya lebih dari 760 perusahaan, sebanyak 95% industri kosmetik nasional adalah sektor industri kecil dan menengah (IKM) dan industri skala besar. (Butik & Di, 2019)
Kosmetik adalah produk yang sangat terkenal terutama di kalangan wanita untuk menambah kecantikan wajah. Hubungan wanita dan kosmetik tercipta sejak di zaman mesir kuno. Kecantikan adalah hal yang di impikan bagi semua wanita. Alasan orang ingin mempunyai wajah yang cantik dan kulit yang sehat agar menjadi penunjang penampilan dan perhatian orang banyak. Istilah kosmetik berasal dari bahasa yunani yaitu “kosmein” yang artinya berdandan atau cara berpenampilan. Di artikan kosmetik adalah produk bermanfaat untuk membersihkan tanpa mengubah bentuk wajah sehingga menampilkan pesona tersendiri. Bukan cuman wanita dewasa saja yang menjadikan kosmetik sebagai keharusan dan kebutuhan tetapi di era sekarang justru banyak anak milenial yang menggunakannya (Mardiana, 2019).
Produk kosmetik yang ramai dibicarakan para kalangan pecinta kosmetik adalah produk Hanasui. Hanasui merupakan sebuah merek produk dari PT Eka Jaya Internasional . Diproduksi di Indonesia tepatnya berada di Jalan Prabu Kiansantang 89 di Priuk, Tangerang. Kosmetik Hanasui ini sudah lama berproduksi dan produknya dipercaya sebagaian masyarakat karna kualitasnya nyata. Sebagai produk skin care, Hanasui tentunya tak mau asal saja memproduksi kosmetik. Selain itu, untuk lebih meyakinkan keamanan produknya, mereka telah mendaftarkannya pada BPOM.
Hanasui adalah salah satu merek perawatan wajah dan tubuh yang asalnya dari Indonesia, terkenal dengan harganya yang terjangkau. Varian skincare Hanasui bias dibilang sangat lengkap mulai dari cream wajah, serum, masker, sunscreen, dan hand body. Produk – produk hanasui dijual dengan harga yang terjangkau dibawah 100 ribu rupiah bahkan di bawah harga 50 ribu rupiah dengan harga yang ekonomis. Kualitas produk hanasui tidak usah di ragukan lagi, selain telah mendapat sertifikat aman dari BPOM, produk juga sudah tercantum sertifikat halal MUI.
Sebelum konsumen menggunakan produk yang akan di beli tentunya terlebih dahulu mencari informasi yang valid dari orang yang sudah menggunakan produk tersebut agar tau kualitas produk yang dibeli itu dibutuhkan atau diinginkan konsumen.
Untuk menarik konsumen agar menggunakan produk kosmetik hanasui, penjual melakukan berbagai inovasi dan promosi yang menarik sebagai strategi marketingnya dan terpenting dalam bentuk strategi komunikasi agar menarik perhatian, selain kualitas produk harga juga berdampak dalam ketentuan minat beli konsumen.
Berdasarkan latar belakang tersebut,maka tujuan penelitian adalah ;
1) Untuk Mengetahui Pengaruh Budaya Terhadap Minat Beli Hanasui Di Toko Evi Kosmetik Marbau
2) Untuk Mengetahui Harga Berpengaruh atau Tidak Terhadap Minat Beli Hanasui DI Toko Evi Kosmetik Marbau
3) Untuk Mengetahui Kualitas Produk Berpengaruh atau Tidak Terhadap Minat Beli Hanasui Di Toko Evi Kosmetik Marbau
## 2. Tinjauan Pustaka Budaya
Budaya adalah nilai, pemikiran, simbol yang berpengaruh ke perilaku, sikap, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat. Menurut Kotler, sub-budaya lebih memperlihatkan pengenalan dan sosialisasi terkhusus bagi anggotanya. (Pt et al., 2016) Menurut Kotler dalam Faisol & Oetomo, budaya sebagai penetap keinginan dan perilaku yang belandas dapat menciptakan sebuah nilai, apresiansi, preferensi juga perilaku sekelompok manusia. Perilaku seseorang amat diperlukan dari kebudayaan yang mencakupnya, juga pengaruhnya mengalami perubahan waktu beriringan dengan kemajuan dan perkembangan sekarang.Terdapat
hubungan yang dinamis terjamin komunikasi dengan budaya. Budaya menjadi karakter kelompok sosial dapat dibedakan dengan kelompok lainnya. (Manik et al., 2022) Menurut Larassati (2023), Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang. Menurut Asmas & Tarmizi, budaya dapat diukur dengan beberapa aspek, diantaranya:
1. Kultur, yaitu penentu yang sangat utama berasal dari keinginan dan perilaku. Adanya nilai, inspirasi, penghargaan, dan penilaina menjadi reperensi gaya hidup suatu kelompok masyarakat.
2. Sub-kultur, yaitu sebagai pengenalan dan sosialisasi masyarakat dalam gaya hidup yang lebih jelas. Bagian dari Sub-kultur dapat berbentuk agama, kebangsaan, ras juga daerah geografis.
3. Kelas sosial, yaitu bagian yang cukup unik dan tetap berada dalam suatu masyarakat. Sistem golongan menjadi bagian dari kelas sosal, yang memiliki perbedaan dan peranan tertentu.
## Harga
Harga adalah hal yang diperhatikan konsumen sebagai nilai tukar suatu produk atau jasa atas manfaat karena memiliki atau menggunakan suatu produk tersebut. (`Simatupang & Kuswinar, 2017) Menurut Solomon, mendefinisakan harga “Penentu nilai atau jumlah yang wajib ditukar pada konsumen untuk menerima penawaran”. Harga adalah apa yang harus diberikan pelanggan untuk mendapatkan manfaat suatu produk yang ditawarkan perusahaan. Harga menurut (larassati, 2023), adalah suatu nilai penentu keberhasilan dalam pemasaran.
Menurut Kotler, harga memiliki beberapa poin, antara lain : Keterjangkauan harga, Daya saing harga, Kesesuaian harga dengan kualitas produk. (Merek et al., 2018) Menurut Suri Amilia ,Aspek harga yaitu:
1. Harga terjangkau
Keterjangkauan harga perlu diciptakan agar konsumen lebih tertarik dengan produk yang dijual.
2. Harga sesuai dengan kualitas produk
Harga terjangkau bukan kualitas produk rendah. Pebisnis wajib mampu menyesuaikan harga dengan kualitas yang diberikan.
3. Persaingan harga
Daya saing dengan produk sejenis sering terjadi. Produsen mampu mengawasi harga yang seimbang atau terjangkau dari produk sejenis tetap harus menjamin kualitas produk dalam keadaan sangat unggul..
4. Harga sesuai dengan manfaat
Harga juga perlu terkait dengan manfaat. Harga yang murah bukan berarti produk tersebut tidak bermanfaat. Justru banyak produk yang mahal mutunya kurang terjamin.
## Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan kemampuan produk dalam memnuhi suatu keinginan konsumen, adapun petunjuknya adalah kemampuan, kelebihan, keterjaminan,kesesuaian, daya tahan, pelayanan, keindahan,dan kualitas. (Wasitaningrum & Nur Cahya, 2022) Aspek pemahaman kualitas produk menurut Hoe & Mansori,yaitu:
1. Kinerja, berhubungan antara karakter dasar suatu produk.
2. Fitur, adalah karakter produk yang diatur untuk menyempurnakan fungsi produk atau minat konsumen terhadap produk.
3. Keandalan yaitu peluang kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai.
4. Kesesuaian, berkaitan dengan kemampuan produk untuk memenuhi detail atau berkaitan dengan tidak ditemukan rusak pada produk.
5. Daya tahan, berkaitan dengan jangka lama umur produk bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.
## Minat Beli
Minat beli adalah bagian dari perilaku konsumen dalam memakai maupun kemauan konsumen untuk berbuatk sebelum pembelian (Mega dan Teguh, 2012:151). Pengembangan minat beli konsumen dapat dipandang dari sejumlah bagian, yaitu faktor sosial dan faktor psikis. Faktor sosial yang mempengaruhi minat beli konsumen oleh keluarga, kelompok, dan status sosial yang kemudian dipengaruhi adanya gabungan pemasaran terdiri dari produk, harga, promosi, dan penyaluran. Faktor psikis dalam mempengaruhi minat beli aladah faktor pendorong yang berasal dalam diri konsumen yaitu sikap, kesan, dorongan, dan pengetahuan (Annisa dan Suyanto, 2019). Minat membeli adalah tindakan berasal dari keinginan pribadi dengan kecendrungan yang relatif terhadap merek (Arifin dan Fachrodji 2015). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa minat pembelian adalah sikap kecenderungan dalam perilaku konsumen untuk membeli suatu produk, dimana dalam proses pembelian berasal dari beberapa pertimbangan maupun pencarian informasi produk hingga tindakan yang berhubungan dengan pembelian produk atau merek.(Kusuma et al., 2020) Lucas et al dalam (Yoestini & Sulistyari, 2012) mengatakan bahwa bagian- bagian dalam minat beli antara lain :
1) Perhatian, adanya atensi konsumen terhadap suatu produk.
2) Ketertarikan, setelah adanya atensi maka akan timbul rasa tertarik dalam diri konsumen
3) Keinginan, bersambung pada perasaan membutuhkan atau memiliki produk tersebut
4) Keyakinan, lalu timbul keyakinan pada diri individu pada produk tersebut sehingga mebuat keputusan (proses akhir) untuk memperoleh dengan kegiatan membeli
5) Keputusan membeli.
## Kerangka Konseptual
## Gambar 1. Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Budaya berpengaruh terhadap minat beli pada hanasui di toko evi kosmetik marbau H2 : Harga berpengaruh signifikan terhadap minat beli pada hanasui di toko evi kosmetik marbau
H3 : Kulitas Produk berpengaruh terhadap minat beli pada hanasui di toko evi kosmetik marbau
## 3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Toko Evi Kosmetik Marbau dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Dimana penelitian kuantitatif deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi dan situasi.
## Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini populasinya 100 responden yang merupakan konsumen di Toko Evi Kosmetik Marbau. Pengambilan sampel penelitian ini adalah menggunakan tekhnik total sampling , peneliti menggunakan semua populasi sebagai sampel, yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan tanpa memperhatikan stara yang ada dalam populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil, bahwa jika populasi berjumlah kurang dari 101 maka sampel yang diambil adalah semuanya.
Pada riset ini penelitian menggunakan instrument berupa kuesioner yang diisi oleh responden melalui google form untuk mengukur hasil dari variable penelitian. Angket kuesioner penelitin ini berbentuk tertutup sehungga memudahkan responden dalam menjawab kuesioner dan memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data.
## Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan kuesioner. kuisioner kepada para konsumen Toko Evi Kosmetik Marbau. Observasi dilakukan secara langsung dengan mendatangi toko Evi Kosmetik Marbau dan objek penelitian yang merupakan konsumen atau pembeli di Toko Evi Kosmetik Marbau. Kuisioner dibagi secara acak kepada sampel yang mengunjungi dan membeli produk Hanasui di Toko Evi Kosmetik Marbau.
## Definisi Operasional Variabel
Tabel 1. Definisi Variabel Operasional Indikator Variabel Operasional Variabel Definisi (satuan) Jumlah Skala Budaya (X1) Budaya adalah nilai, pemikiran, simbol yang berpengaruh ke perilaku, sikap, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat. Sumber: Menurut Kotler (2013) 1. Kultur 2. Sub-Kultur 3. Kelas Sosial Sumber: menurut Asmas dan Tirmizi (2019) Dengan Kuat Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) Harga (X2) Harga adalah hal yang diperhatikan konsumen sebagai nilai tukar suatu produk atau jasa atas manfaat karena memiliki atau menggunakan suatu produk tersebut. Sumber: (`Simatupang & Kuswinar, 2017) 1. Harga Terjangkau 2. Harga sesuai dengan kualitas produk
3. Persaingan harga 4. Harga sesuai dengan manfaat Sumber : (Merek et al., 2018) Dengan Kuat Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) Kualitas Produk (X3) kekuatan, kenyamanan, pengoperasian dan pengemasan produk, dan sifat produk lainnya kualitas produk adalah kemampuan produk dalam kegunaannya, yang mencakup keseluruhan, daya tahan, kehandalan, kemajuan. Sumber: Menurut Roisah dan Riana (2016) 1. Kinerja 2. Fitur 3. Keandalan 4. Kesesuain Sumber: Menurut Hoe & Mansori (2018) Dengan Kuat Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) Minat Beli (Y) Minat beli adalah bagian dari perilaku konsumen dalam memakai maupun kemauan konsumen untuk berbuatk sebelum pembelian. Sumber: (Mega dan Teguh, 2012:151) 1. Perhatian 2. Ketertarikan 3. Keinginan
4. Keyakinan Sumber : Menurut Yoestini & Sulistiyari (2012) Dengan Kuat Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: Kuesioner
Merupakan metode pengumpulan data melalui cara memberikan responden daftar pernyataan tertulis yang didalamnya sesuai dengan indikator masing-masing variabel penelitian ini.
Tabel 2. Kuesioner No Pertanyaan Skor 1. Sangat Setuju (SS) 4 2. Setuju (S) 3 3. Tidak Setuju (TS) 2 4. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5. Tidak Merespon 0
## 4. Hasil dan Pembahasan Validitas konvergen
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan nilai Average Varience Exracted (AVE) untuk setiap variabel laten, sedangkan uji reliabilitas menggunakan reliabilitas komposit. Reliabilitas komposit dapat digunakan untuk menguji Structual Equation Model ( SEM). Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan data yang sama dengan data yang akan dianalisis selanjutnya. Uji model diketahui bahwa nilai Composite Realibility dan AVE telah memenuhi batas minimal, sehingga semua konstruk layak digunakan sebagai alat ukur.
Tabel 3. Convergent validity Items Budaya Harga Kualitas Produk Minat Beli Kultur 0.916 Sub- kultur 0.955 Kelas sosial 0.895 Harga terjangkau 0.864 Harga sesuai dengan kualitas produk 0.852 Persaingan harga 0.900 Harga sangat unggul 0.873 Kinerja 0.886 Fitur 0.893 Keandalan 0.889 Kesesuaian 0.813 Daya tahan 0.876 Perhatian 0.471 Ketertarikan 0.842 Keinginan 0.865 Keyakinan 0.908 Keputusan membeli 0.913 Sumber data: data diolah SmartPLS,2023.
Untuk mengetahui hubungan variabel laten dengan indikator pada aplikasi SmartPLS dapat dilihat dari nilai outer/weightloading. Outer loading merupakan nilai hubungan antara indikator dan variabel laten. Indikator reflektif dilihat sebagai fungsi dari konstruk laten, dan perubahan konstruk laten tercermin dalam variabel indikator perubahan (manifest).
## Validitas Diskriminan
## Tabel 4. Reliability Test
Variabel Budaya Harga Kualitas produk Minat beli Budaya 0.922 Harga 0.864 0.872 Kualitas Produk 0.807 0.874 0.765 Minat beli 0.850 0.903 0.892 0.686
Sumber data: data diolah SmartPLS,2023.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini memenuhi syarat validitas diskriminan.
Reliability Test Tabel 5. Output Contruct Reliability and Validity Variabel Cronbach’s Alpha Composite Reliability Average Variance Extracted (AVE) Budaya 0.912 0.945 0.851 Harga 0.895 0.927 0.761 Kualitas produk 0.814 0.866 0.586 Minat beli 0.818 0.744 0.570 Sumber data: data diolah SmartPLS,2023.
Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki Cronbach’s Alpha > 0,6, nilai composite reliability > 0,7, dan nilai AVE > 0,5 maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian memenuhi syarat reliabilitas.
## Pengujian Hasil Penelitian
Hasil perhitungan bootsrapping pada software SmartPLS dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. Uji Hipotesis
Sumber : Data diolah SmartPLS 2023
Tabel 6. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis (STDEV) T Statistics P Value Keterangan Budaya -> Minat Beli 0.109 1.760 0.081 Ditolak Harga-> Minat Beli 0.107 3.690 0.000 Diterima Kualitas Produk -> Minat Beli 0.117 3.376 0.001 Diterima Sumber data: data diolah SmartPLS,2023.
Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa dari keseluruhan hipotesis diantaranya terdapat tiga hipotesis yang diterima yang selanjutnya akan dilakukan pembahasan dibawah ini.
## Pembahasaan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis akan dilakukan pembahasan secara rinci antara lain: 1. H1 : Hasil pengujian pertama membuktikan bahwa variabel Budaya tidak berpengaruh signifikan terhadap hanasui di toko evi kosmetik marbau. Hal ini jelas dengan perolehan nilai koefisien jalur t-statistik sebesar 1.760 > 1.658 dan memiliki nilai signifikan 0.081 < 0,05. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis pertama pada penelitian ini ditolak.
2. H2 : Hasil pengujian kedua membuktikan bahwa variabel Harga berpengaruh signifikan terhadap hanasui di toko evi kosmetik marbau. Hal ini jelas dengan perolehan nilai koefisien jalur t-statistik sebesar 3.690 > 1.658 dan memiliki nilai signifikan 0.000 < 0,05. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis kedua pada penelitian ini dapat untuk diterima.
3. H3 : Hasil pengujian ketiga membuktikan bahwa variabel Kualitas Produk berpengaruh signifikan terhadap hanasui di toko evi kosmetik marbau. Hal ini jelas dengan perolehan nilai koefisien jalur t-statistik sebesar 3.376 > 1.658 dan memiliki nilai signifikan 0.001< 0,05. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis ketiga pada penelitian ini dapat untuk diterima.
## 5. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan uraian data dan pembahasan mengenai hasil penelitian yang dilakukan, maka kesimpulannya yaitu :
1. Pengaruh Budaya terhadap minat beli hanasui di toko evi kosmetik marbau. Pengaruh Budaya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli. Hal ini dibuktikan bahwa tidak adanya respon dan daya tanggap pelayanan yang diberikan kepada toko evi kosmetik marbau, sehingga konsumen memilih toko lain dari pada toko evi kosmetik marbau.
2. Pengaruh Harga terhadap minat beli hanasui di toko evi kosmetik marbau. Harga berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli. Hal ini dibuktikan karena toko evi kosmetik marbau mampu melengkapi beragam jenis sesuai kebutuhan konsumen.
3. Pengaruh Kualitas Produk terhadap minat beli hanasui di toko evi kosmetik marbau Kualitas produk berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli. Hal ini dibuktikan karena barang yang diberikan toko evi kosmetik marbau mampu menarik Konsumen untuk berbelanja.
## Saran
Beberapa saran yang peneliti sampaikan berdasarkan analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemilik Toko Evi Kosmetik Marbau agar tetap memperhatikan harga dan kualitas produk karena variabel harga dan kualitas produk mempunyai kontribusi terhadap minat beli pelanggan.
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel sebagai faktor yang mempengaruhi minat beli pelanggan.
3. Bagi perusahaan agar lebih meningkatkan kualitas produk dan memperhatikan harga produk untuk meningkatkan minat beli pelanggan.
## Daftar Pustaka
Simatupang, L. N., & Kuswinar, B. (2017). Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Lamer Pada Mall Metro Pacific Place. Jurnal Manajemen , 2 (1), 68–84. https://doi.org/10.54964/manajemen.v2i1.100 Butik, T., & Di, A. (2019). 1) , 2) , 3) . 7 , 53–70.
Fauzan, A., & Rohman, A. (2020). Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Sepeda Motor Kawasaki. Jurnal Ekobis : Ekonomi Bisnis & Manajemen , 9 (2), 104–113. https://doi.org/10.37932/j.e.v9i2.56
Kusuma, A. M., Hikmah, M. A., & Marom, A. (2020). Pengaruh Islamic Branding, Kualitas Produk, dan Lifestyle terhadap Minat Pembelian Produk Skincare pada Generasi Millenial di Kabupaten Kudus. BISNIS : Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam , 8 (2), 289. https://doi.org/10.21043/bisnis.v8i2.9165
Manik, A., Jannah, N., & Sugijanto, D. (2022). Pengaruh Budaya , Harga dan Kualitas Produk
Terhadap Minat Beli Kuota Internet di Konter Bima Cell Sidoarjo. Journal of Sustainability Bussiness Research … , 3 (1), 202–212. https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jsbr/article/view/5315%0Ahttps://jurnal.unipas by.ac.id/index.php/jsbr/article/download/5315/3737
Mardiana, N. R. (2019). Analisa Pengaruh Brand Ambassador, Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Produk Kosmetik Emina. Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta , 53 (9), 1689–1699. www.journal.uta45jakarta.ac.id
Merek, C., Produk, K., Dan, H., & Pada, P. (2018). Citra merek, kualitas produk, harga dan pengaruhnya pada minat beli ulang produk kecantikan wardah . 56–63. Nurdin, S., & Wildiansyah, V. (2021). Peran Mediasi Citra Merek Pada Hubungan Antara Electronic Word of Mouth (E-Wom) Oleh Beauty Vlogger Dan Minat Beli Produk Kosmetik. Jurnal Sain Manajemen , 3 (1), 11. http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/jsm/index Pembelian, K., & Korea, P. S. (2021). Pengaruh Brand Image , Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Skincare Korea Melalui Beauty Vlogger The Effect Of Brand Image , Price And Product Quality On The Purchase Decision Of Korea Skincare Products Through Beauty. 8 (6), 7752–7769.
Pt, P., Langgeng, B., Tony, L., & Cosmetic, M. (2016). Pengaruh Budaya Dan Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Pada Pt. Bina Langgeng Lestari ( Tony Moly Cosmetic ) Medan Efrizal Adil, Se, Ma, Samrin, Se, Mm Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNPAB . 6 (1), 30– 38.
Retnani, A. P., & Srihandayani, C. M. (2021). Pengaruh Word Of Mouth, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Pada Rumah Makan Ayam Bawang Cak Per Sidoarjo. Journal of Sustainability … , 2 (1), 577–586.
Taufiq, M., No, M. U., Feni, M., Patahunan, S. D. N., Pendidikan, D., Bogor, K., & Patahunan, S. D. N. (2014). BAB I Latar Belakang Masalah . 220 , 1–6.
Wasitaningrum, T., & Nur Cahya, H. (2022). Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Image, dan Kualitas Produk terhadap Minat Beli Konsumen Produk Scarlett Whitening Article Information. Jekobs , 1 (1), 58–70. http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/JEKOBS
|
6e621f5b-0932-46af-bbf5-6065eae41b19 | https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-madrasah/article/download/68/54 | Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
## TANGGUNG JAWAB DAN PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN SHALAT
BAGI ANAK USIA DINI
Mahmudin
Dosen, Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Amuntai, Kalimantan
## Selatan
## Abstrak
Anak adalah amanat yang dititipkan oleh Allah kepada orang tua, sebagai orang tua berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik, sehingga kelak dapat menjadi anak-anak yang mempunyai akhlak terpuji dan taat melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan, diantara kewajiban orang tua terhadap anak adalah dalam hal pengajaran shalat. Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk memiliki sifat tanggung jawab yang telah ditegaskan dalam al- Quran serta contoh teladan dari Rasulullah saw. Sebagai ummat islam kita berkewajiban melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dalam al- Quran dan Rasulullah dalam sunnahnya. Tanggung jawab disini berkaitan dengan tanggung jawab manusia terhadap Allah, keluarga, dan masyarakat. Diantara tanggung jawab yang sangat besar bagi orang tua adalah dalam hal pendidikan shalat bagi anak usia dini. Dengan dimulainya mengerjakan shalat pada usia ini, maka anak mulai ditanamkan untuk menghargai waktu agar tidak merugi. Karena manusia dapat terpuruk ke dalam lembah kejahatan dan kerugian.
Kata Kunci : tanggung jawab, pendidikan, shalat, usia dini
## A. Pendahuluan
Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk memiliki sifat tanggung jawab yang telah ditegaskan dalam al-Quran serta contoh teladan dari Rasulullah saw. Sebagai ummat islam kita berkewajiban melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dalam al-Quran dan Rasulullah dalam sunnahnya. Tanggung jawab disini berkaitan dengan tanggung jawab manusia terhadap Allah, keluarga, dan masyarakat. Diantara tanggung jawab yang sangat besar bagi orang tua adalah dalam hal pendidikan shalat bagi anak usia dini.
Pendidikan adalah upaya sadar dari orang tua atau lembaga pendidikan untuk mengenalkan anak (peserta) didik kepada Allah, Tuhan yang telah
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
menciptakannya, agar dia bisa menggunakan seluruh potensi yang telah Allah anugerahkan untuk beribadah kepada-Nya dalam rangka mensyukuri nikmat- Nya, dan untuk berbuat baik kepada sesama dengan selalu mengutamakan akhlak. 1
Pendidikan terhadap anak dimulai sejak anak lahir kedunia. Pada hakikatnya anak yang baru saja lahir sudah berkewajiban menuntut ilmu, tetapi anak yang baru lahir belum bisa mencari ilmu sendiri. Sebagaimana yang dikatakan dari penelitian bahwa anak adalah generasi masa depan, dipundak anaklah rancang bangun masa depan bangsa, negara dan agama (Islam), dibebankan .2 Maka adalah kewajiban orang tua yang mengarahkan anak- anaknya untuk menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah, karena orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari orang tua lah anak-anak pertama kali menerima pendidikan. Hal ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak-anaknya. Apalagi kalau kita melihat bahwa tujuan pendidikan dalam Islam ialah terbentuknya insan kamil dengan pola taqwa. 3
Anak shaleh memang menjadi dambaan setiap keluarganya, tetapi dalam meraihnya, tidak segampang yang diharapkan harus melalui proses panjang, dibutuhkan ketekunan dan kejelian dalam mendidik, dan kesiapan artinya orang tua dalam mengantarkannya menjadi insan shaleh, kesiapan artinya orang tua harus memiliki pengetahuan cukup tentang cara mendidik anak serta mengetahui masa perkembangannya, sehingga dalam mengukir nilai moral dalam jiwanya bisa sesuai lagi tepat dari kebutuhannya. 4
1 Amka Abdul Aziz, Hati Pusat Pendidikan Karakter (Klaten : Cempaka Putih, 2012), h.44-45.
2 Agus Setiawan , Metode Pendidikan Islam Masa Kini dalam Keluarga Perspektif Abdullah Nashih Ulwan, EDUCASIA , Vol. 1 No. 2, 2016, h.138. 3 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam , Cet. I (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.
36.
4 Aba Firdaus al-Halawani, Melahirkan Anak Shaleh (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), h. 5.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
Anak adalah amanat yang dititipkan oleh Allah kepada orang tua, sebagai orang tua berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik, sehingga kelak dapat menjadi anak-anak yang mempunyai akhlak terpuji dan taat melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan, diantara kewajiban orang tua terhadap anak adalah dalam hal pengajaran shalat. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :
َوٱ ْآ ُ َ ۡ ن َ أَو ٞ َ ۡ ِ ۡ ُ ُ ٰ َ ۡو َ أَو ۡ ُ ُ ٰ َ ۡ َ أ ٓ َ ! َ " ٱ َ# ُهَ ِ ٓۥ ٞ &ِ'َ ٌ)ۡ* َ أ +
Artinya :” Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.” (QS.al- Anfal ayat 28).
Dengan dimulainya mengerjakan shalat pada usia ini, maka anak mulai ditanamkan untuk menghargai waktu agar tidak merugi. Karena manusia dapat terpuruk ke dalam lembah kejahatan dan kerugian. Keduanya dapat dihindari apabila manusia mau menghargai waktu. Sesuai dengan firman Allah dalam Al- Qur’an:
َوٱ ِ ۡ,َ- ۡ . نِإ ٱ َ0ٰ َ12ِ ۡ 3 ٍ ۡ5ُ6 ِ7 َ 8 9ِإ ٱ َ0:ِ; ْا ُ ِ َ َو ْا ُ َ اَء ٱ ِ=ٰ َ>ِ ٰ? ِ@ ْاۡ َAاَ َBَو C ِّEَ ۡ F ِ@ ْاۡ َAاَ َBَو C ِۡGHI J
Artinya“ Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya menaati kesabaran, dan saling menasihati supaya menetapi kebenaran”. (QS.Al-‘Ashr:1-3).
Kebiasaan tersebut di atas sangat baik untuk ditanamkan kepada anak- anak sebagai perilaku disiplin, hingga anak mencapai usia tujuh tahun, yakni
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
ketika anak mulai mengejakan shalat. Dalam hubungan ini hadits Rasulullah saw. Menerangkan :
“suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah mereka agar mau mengerjakan shalat pada umur sepuluh tahun”. (HR.Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim dari ibnu “Amr ra.)
Selain menghargai waktu, dengan megerjakan shalat anak-anak akan terbiasa dengan sikap disiplin sebagai berikut :
a. Bersih, yaitu bersuci dengan wudlu, membersihkan muka, tangan dan kaki,
membersihkan diri dari hadas kecil dan hadas besar dengan air yang suci dan mensucikan, termasuk kebersihan pakaian, tempat dan alat-alat shalat.
b. Belajar menutup aurat.
c. Menghormati pimpinan atau iman.
d. Mengingat Allah yang dapat memberikan ketenangan pikiran yang sangat berguna terutama bagi remaja.
e. Selanjutnya dengan mengerjakan shalat mendidik remaja menghadapi masa puber yang sangat berbahaya karena shalat yang sesungguhnya mencegah orang berbuat kejahatan dan larangan (yang mungkar).Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya :
ٱ ُKۡB َ0ِ َLۡ َMِإ َ ِNو ُ أ ٓ َ ٱ ِOٰ َPِQ ۡ ِ ِR َ أَو ٱ َۖةٰ َ HI نِإ ٱ َةٰ َ HI ٰ َUۡ َV ِ0َ ٱ ِءٓ َWۡXَYۡ َو ٱ Zِ) َQ ُ ۡI ُ) ۡ [ِ َ ;َو ٱ ِ# َو ُۗ َGۡ َ أ ٱ ُ# َ ُ َ ۡ-َ] َن ُ-َ ۡHَB ^
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar”. (QS. Al-Ankabut : 45)
Shalat harus menjadi prioritas utama bagi orang tua kepada anaknya. Shalat merupakan tiang agama, jika seseorang melalaikannya niscaya agama ini tidak bisa tegak pada dirinya. Shalat ini pulalah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah di akhirat. Untuk itulah, hendaknya orang tua dengan tiada bosan senantiasa memberikan contoh dengan shalat di awal waktu dengan berjama’ah
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
di masjid, mengajaknya serta menanyakan kepada anaknya apakah dia telah menunaikan shalatnya. 5
Shalat adalah tiang agama. Shalat adalah media untuk membangun hubungan erat dengan Sang Pencipta Allah SWT. Shalat merupakan amalan pertama yang akan dihisab pada hari kiamat. Dan masih begitu banyak keutamaan-keutamaan dari shalat.
Dengan mengetahui betapa pentingnya kedudukan shalat dalam Islam, sudah sewajibnya kita membiasakan anak-anak kita shalat sebagai tujuan dalam pendidikan keimanan anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa persiapan, pelatihan dan pembiasaan sampai tiba ketika mereka baligh dimana mereka telah dibebani kewajiban-kewajibannya. Sehingga jika mereka sudah terbiasa shalat semenjak kecil, tentunya akan mudah bagi mereka untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama mereka ketika menginjak masa baligh.
Sebagai kepala rumah tangga haruslah memberikan teladan yang baik dalam mengemban tanggung jawabnya karena Allah ‘Azza wa Jalla akan mempertanyakannya di hari Akhir kelak.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
،ِﻪِﺘْﻴَـﺑ ِﻞْﻫَأ ﻰَﻠَﻋ ٍعاَر ُﻞُﺟﱠﺮﻟاَو ،ٍعاَر ُﺮْـﻴِﻣَﻷْاَو ،ِﻪِﺘﱠﻴِﻋَر ْﻦَﻋ ٌلوُﺆْﺴَﻣ ْﻢُﻜﱡﻠُﻛَو ،ٍعاَر ْﻢُﻜﱡﻠُﻛ ِﻪِﺘﱠﻴِﻋَر ْﻦَﻋ ٌلوُﺆْﺴَﻣ ْﻢُﻜﱡﻠُﻛَو ،ٍعاَر ْﻢُﻜﱡﻠُﻜَﻓ ،ِﻩِﺪَﻟَوَو ﺎَﻬ ِﺟْوَز ِﺖْﻴَـﺑ ﻰَﻠَﻋ ٌﺔَﻴِﻋاَر ُةَأْﺮَﻤْﻟاَو
## .
Artinya : “Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan isteri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya 6 .
5 https://almanhaj.or.id/1048-kewajiban-mendidik-anak.html (11/11/2018, 13:15).
6 Hadits shahih: Diriwayatkan oleh an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa’ (no. 292) dan Ibnu Hibban (no. 1562) dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. Al-
Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
ْﻦَﻋ َﻞُﺟﱠﺮﻟا َلَﺄْﺴَﻳ ﱠﱴَﺣ ؟َﻊﱠﻴَﺿ ْمَأ َﻚِﻟَذ َﻆِﻔَﺣَأ ُﻩﺎَﻋْﺮَـﺘْﺳا ﺎﱠﻤَﻋ ٍعاَر ﱠﻞُﻛ ٌﻞِﺋﺎَﺳ َﷲ ﱠنِإ ِﻪِﺘْﻴَـﺑ ِﻞْﻫَأ .
Artinya : “Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya. Apakah ia pelihara ataukah ia sia-siakan, hingga seseorang ditanya tentang keluarganya”. 7
Seorang suami harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi suami yang shalih, dengan mengkaji ilmu-ilmu agama, memahaminya serta mengamalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul- Nya, serta menjauhkan diri dari setiap yang dilarang oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Kemudian dia mengajak dan membimbing sang isteri untuk berbuat demikian juga, sehingga anak-anaknya akan meneladani kedua orang tuanya karena tabiat anak memang cenderung untuk meniru apa-apa yang ada di sekitarnya. 8
Tanggung jawab akan tumbuh jika anak memiliki dorongan visi yang kuat. Dorongan visi biasanya lahir karena keterkaitan emosi yang dalam juga pemahaman yang cukup terhadap realitas. Keterkaitan emosi lebih mudah tumbuh jika anak menemukan model yang menjadi panutannya. Model adalah figur tempat anak becermin. Jika ia kagum dengan gambaran yang terdapat dalam cermin itu, ia akan memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan identifikasi diri. Model ini bisa orang tua, guru, pahlawan, atau tokoh tertentu yang menimbulkan ketakjuban dalam hatinya.
Hafizh Ibnu Hajar menshahihkan hadits ini dalam Fat-hul Baari (XIII/113), lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 1636).
7 Hadits shahih: Diriwayatkan oleh an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa’ (no. 292) dan Ibnu Hibban (no. 1562) dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. Al- Hafizh Ibnu Hajar menshahihkan hadits ini dalam Fat-hul Baari (XIII/113), lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 1636).
8 https://almanhaj.or.id/1048-kewajiban-mendidik-anak.html (11/11/18) jam12.00.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
Orang tua adalah pihak yang paling berpeluang untk menjadi model bagi anak-anak mereka. Sebab orang tua adalah figur yang paling dekat dan paling sering dilihat oleh anak. Tumbuhkanlah kekaguman anak kepada orang tua dengan banyak memperlihatkan kebaikan dan keteguhan jiwa dalam memegang prinsip. 9
Selanjutnya dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana tanggung jawab dan peran orang tua dalam pendidikan shalat bagi anak usia dini.
## B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan riset kepustakaan ( Library research ), maka penelitian ini dimulai dengan proses penghimpunan bahan dan sumber data dalam bentuk buku, makalah, artikel, dan tulisan yang berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya, penulis membaca data-data tersebut dan mencatatnya. Sesudah itu, penulis mengkategorikan data dan menyeleksi data-data tersebut untuk identifikasi tentang tanggung jawab dan peran orang tua terhadap pendidikan shalat bagi anak usia dini. Jadi, teknik pengumpulan data melalui dokumen yang terkait dengan topik penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah karya-karya penulis lain yang berkaitan dengan tema penelitian baik berupa buku, artikel, majalah maupun tulisan lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik conten analisys yaitu menganalisis data sesuai kandungan isinya. Sedangkan metode analisis datanya menggunakan metode deduktif.
## C. Pembahasan
1. Pengertian tanggung jawab
Dalam kamus besar bahasa indonesia arti tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa
9 Abullah Munir, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Pustaka Insani, 2010), h. 90- 91,93-94
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya), 10 Dalam pergaulan sehari-hari bertanggung jawab pada umumnya diartikan sebagai “berani menanggung risiko (akibat) dari suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan”. Atau sering pula diartikan sebagai “berani mengakui suatu perbuatan atau tindakan yang telah dilakukan”. Pengertian tanggung jawab tersebut belum cukup, karena yang bersangkutan tidak pernah memikirkan apakah perbuatan atau tindakannya itu sesuai dengan nilai-nilai hidup yang luhur, apakah sesuai dengan nilai-nilai susila yang berlaku dalam kehidupan manusia yang sopan beradab, dan beragama. 11
2. Ayat-ayat tentang tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak
Adapun ayat yang menjelaskan tentang tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak sebagai berikut: Q.S. at-Tahrim ayat 6:
ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ ُةَرﺎَﺠِْﳊاَو ُسﺎﱠﻨﻟا ﺎَﻫُدﻮُﻗَو اًرَJ ْﻢُﻜﻴِﻠْﻫَأَو ْﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ َN َنوُﺮَﻣْﺆُـﻳ ﺎَﻣ َنﻮُﻠَﻌْﻔَـﻳَو ْﻢُﻫَﺮَﻣَأ ﺎَﻣ َﱠPا َنﻮُﺼْﻌَـﻳ ﻻ ٌداَﺪِﺷ ٌظﻼِﻏ ٌﺔَﻜِﺋﻼَﻣ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Dan firman Allah SWT:
َﻚُﻗُزْﺮَـﻧ ُﻦَْﳓ ﺎًﻗْزِر َﻚُﻟَﺄْﺴَﻧ ﻻ ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ ِْﱪَﻄْﺻاَو ِةﻼﱠﺼﻟِ[ َﻚَﻠْﻫَأ ْﺮُﻣْأَو ىَﻮْﻘﱠـﺘﻠِﻟ ُﺔَﺒِﻗﺎَﻌْﻟاَو
Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (Q.S. Thaaha:132).
10 https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab (10 Nopember 2018) jam 20:40.
11 Uyoh Sadulloh, dkk, Pedagogik, (Bandung: Alfabeta,2010), h.175.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
ﱠنِإ َﻚَﺑﺎَﺻَأ ﺎَﻣ ﻰَﻠَﻋ ِْﱪْﺻاَو ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟا ِﻦَﻋ َﻪْﻧاَو ِفوُﺮْﻌَﻤْﻟِ[ ْﺮُﻣْأَو َة َﻼﱠﺼﻟا ِﻢِﻗَأ ﱠَﲏُـﺑ َN ْﺰَﻋ ْﻦِﻣ َﻚِﻟَذ
ِرﻮُﻣُْﻷا ِم
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (Q.S. Luqman: 17).
3. Peran orang tua dalam pendidikan anak
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak didik, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga, lingkungan keluarga merupakan tempat seseorang memulai kehidupannya, keluarga membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu dan anak, hubungan tersebut terjadi karena anggota keluarga saling berinteraksi. Dari lingkungan itulah anak mengalami proses pendidikan dan sosialasi awal.
Berikut ini adalah tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua kepada anaknya sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka :
a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggungjawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohania, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewangan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang di anutnya.
c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi munkin yang dapat dicapainya.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim. 12
Ajaran islam meletakkan dua alasan utama bagi permasalahan anak, pertama tentang hak dan kedudukan anak, kedua tentang pembinaan sepanjang pertumbuhannya. 13 Di atas kedua landasan inilah yang merupakan dambaan bagi setiap muslim.
Beberapa peran orang tua dalam mendidik anak antara lain: 14
a. Terjadinya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh islami sejak dini.
b. Kesabaran dan ketulusan, sikap sabar dan ketulusan hati orang tua dapat mengantarkan anak dalam kesuksesan anak.
c. Orang tua wajib mengusahakan kebahagian bagi anak dan menerima keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT.
d. Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang dan bersikap adil.
e. Komunikatif yang baik.
f. Memahami anak dengan segala aktivitasnya, termasuk pergaulannya.
4. Pendidikan shalat
Secara etimologi pendidikan menurut John
Dewey yaitu“ Etimologically, the word education means just a process of leading or bringing up ”. 15 Adapun pengertian pendidikan oleh para pakar antara lain didefinisikan sebagai berikut:
a. Menurut Ahmad tafsir
Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspek. 16
b. Menurut Ahmad D. Marimba
12 ZakiahDaradjat, dkk, IlmuPendidikan Islam. cet. 11 (Jakarta.BumiAksara: 2014), h. 35- 38 13 Samsul munir amin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami (Jakarta: Amzah, 2007), h. 16. 14 Samsul munir amin, Menyiapkan Masa Depan..h,21-25.
15 John Dewey, Democracy and Education , (New York: the Mac Millan Company, 1964), h.10. 16 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam , (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), h. 6.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 17
c. Menurut Langeveled
Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan. 18
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan lebih mengarahkan tugasnya kepada pembinaan dan pembentukan sikap dan kepribadian manusia yang ruang lingkupnya meliputi pada proses mempengaruhi dan membentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam diri manusia. Berbeda dengan pengajaran yang lebih menitikberatkan usahanya kearah terbentuknya kemampuan maksimal intelektual dalam menerima, mamahami, menghayati dan menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang diajarkan. 19
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan shalat adalah cara yang digunakan dalam upaya mendidik anak untuk terbiasa melakukan shalat sejak dini agar kelak terbiasa melakukannya dengan kesadarannya sendiri.
Pendidikan shalat adalah usaha sadar untuk menyiapkan anak usia dini melalui bimbingan orang tua dalam pengajaran, latihan tentang tindakan shalat yang merupakan kewajiban yang harus ditunaikan dan sangat diancam bagi yang meninggalkan.
Pendidikan shalat adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan tentang tindakan shalat yang
17 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al- Ma’arif, 1989), h. 19.
18 Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogig (Dasar-dasar ilmu
pengetahuan) (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 3-4.
19 H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 100.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
merupakan kewajiban yang harus ditunaikan dan sangat diancam bagi yang meninggalkan. 20
Pembinaan ibadah merupakan penyempurna dari pembinaan akidah. Sedangkan pendidikan shalat merupakan cerminan dari akidah.Akidah anak dapat tertanam kuat dalam jiwanya jika disiram dengan air ibadah dalam berbagai bentuk dan macamnya. Masa kanak-kanak bukanlah masa pembebanan kewajiban. Ia adalah masa persiapan, latihan dan pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban (taklif) ketika ia telah baligh nanti. 21 Dengan begitu, kelak pelaksanaan kewajiban akan terasa mudah dan ringan. Disamping itu juga sudah mempunyai kesiapan yang matang untuk menyelami kehidupan dengan penuh keyakinan.
Tidak mudah mengajarkan anak-anak untuk mulai bisa menjalankan sholat, ini memerlukan berbagai persiapan seperti bagaimana cara berwudhu, mengajari mereka tentang rukun-rukun sholat, hal-hal yang diwajibkan, disunahkan, serta hal-hal yang membatalkannya. Berikut ini adalah beberapa cara mengajarkan anak-anak untuk sholat, yaitu : 22
a. Beri teladan: orang tua hendaknya memberikan keteladanan bagi anaknya dalam masalah menjaga shalatnya. Bagi ayah, biasakan untuk shalat di masjid, namun tak ada salahnya sebelum berangkat ke masjid, biasakan untuk berpamitan dengan si kecil. Adapun ibu, ia dapat mencontohkan secara langsung bagaimana shalat dilakukan, yaitu denga cara meletakkan anak tidak jauh dari tempat shalat ibu dengan harapan anak akan melihat setiap gerakan ibunya. Keteladanan orang tua menjadi bekal utama bagi anak dalam meniru setiap tingkah laku orang-orang disekitarnya. Ketika Rasulullah bersama Siti Khadijah mengerjakan shalat, Sayyidina Ali yang
20 Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak secara Islami , Terj. Shihabuddin, cet. ke I (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 134.
21 Salafuddin Abu Sayyid, Mendidik Anak Bersama Nabi (Solo: Pustaka Arafah, 2004), h.174.
22 Asadulloh al-faruq, Mendidik Balita Mengenal Agama (solo: kiswah media, 2010), h.77-78.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
masih kecil datang dan menunggu sampai selesai. Kemudian bertanya tentang apa yang sedang dilakukan Rasulullah. Dan Rasulullah menjawab bahwa beliau sedang menyembah Allah. Lalu Ali mengikuti mereka. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan dan kecintaan terhadap anak akan membawa mereka mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan. 23 Pengalaman keagamaan yang menarik bagi anak diantaranya adalah shalat berjama’ah. Anak merasa senang melihat dan berada di dalam tempat ibadah (masjid, mushalla, surau dan sebagainya). Anak-anak umur 2-5 tahun senang melakukan shalat tarawih, walaupun mereka belum mampu duduk atau berdiri lama. Suatu pengalaman keagamaan lain yang tidak mudah terlupakan oleh anak yaitu shalat hari raya, karena mereka berpakaian baru bersama teman-temannya. Anak –anak merasa senang dan bangga mendapat kesempatan bersama orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam menjalani kehidupan keagamaan dalam kehidupan sehari- hari. 24
b. Ajarkan tata cara shalat.Hal ini dimaksudkan supaya mendidik dengan menggunakan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seraya memperagakan dengan harapan menjadi jelas dan gamblang sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud. 25 Ajarkan anak anda untuk mengenal gerakan shalat-gerakan shalat secara bertahap. Pada awalnya anda bisa mengajarkan bagaimana bertakbir, dan ajaklah si kecil untuk menirukannya. Proses pembelajaran bagi si kecil hendaknya dilakukan dengan suasana rileks dan penuh keseriusan, sehingga anak dapat menikmatinya. Tidak perlu memaksakan, tetapi birkan anak berkembang secara bertahap.
23 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 153 24 Zakiah Daradjat, IlmuPendidikan. , h.61.
25 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 153.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
Berkenaan dengan metode praktek dalam perintah shalat, Rasulullah bersabda dalam haditsnya yang artinya: Shalatlah kamu sebagaimana engkau sekalian melihat aku shalat. sesungguhnya memberi pengalaman praktis berarti memberi masukan wawasan dan ilmu pengetahuan. Selain itu juga wawasan anak menjadi luas. Sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu:
ﷴ ﻦﺑ ﲎﺜﳌا لﺎﻗ ﺎﻨﺛﺪﺣ ﺪﺒﻋ بﺎﻫﻮﻟا لﺎﻗ ﺎﻨﺛﺪﺣ بﻮﻳأ ﻦﻋ ﰉا ﻼﻗ ﺔﺑ لﺎﻗ : ﺎﻨﺛﺪﺣ ﻚﻟﺎﻣ ﺎﻨﻴﺗأ ﱃا ﱯﻨﻟا ﷺ لﺎﻗ : اﻮﻠﺻ ﺎﻤﻛ ﱏﻮﻤﺘﻳأر ﻰﻠﺻأ ) ﻩاور ىرﺎﺨﺒﻟا (
Artinya : “Muhammad bin Mutsanna bercerita kepada kami , berkata:bahwa Abdul Wahab menceritakan kepada kami, berkata:Ayub bin Qilabah bercerita kepada kami, bahwa Malik bercerita kepada kami, bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat (kerjakanlah shalat menurut cara mengerjakannya)” (H.R.Bukhari). 26
c. Jelaskan mengapa harus shalat. Bisa jadi di dalam diri seorang anak ada sebuah pertanyaan kritis “mengapa harus shalat” karena itu, tidak ada salahnya jika orang tua memberikan penjelasan sederhana mengapa harus shalat. Anda bisa menjelaskan kepada si kecil bahwa shalat adalah perintah Allah. Shalat juga merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Perhatian dan motivasi orang tua kepada anaknya ketika anak dalam usia dini diberi perhatian dan nasehat bagaimana pentingnya sebuah ajaran agama untuk dita’ati dan diberi motivasi agar anak mau melaksanakan perintah agama dengan berbagai bentuk motivasi yang dikehendaki sesuai dengan minat anak tersebut. Sebagaimana firman Allah;
26 Akhmad Ali bin Hajar al-Asqalani,Fathhul Barii ( Sarah Shahih Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhari ), Hadits No.631, juz II, (Bairut Libanon:Darul Fikr,t.th.), h. 111.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
ُعْدا ِﱃِإ ِﻞﻴِﺒَﺳ َﻚِّﺑَر ِﺔَﻤْﻜِْﳊِ[ ِﺔَﻈِﻋْﻮَﻤْﻟاَو ِﺔَﻨَﺴَْﳊا ﻢُْﳍِدﺎَﺟَو ِﱵﱠﻟِ[ َﻲِﻫ ُﻦَﺴْﺣَأ ﱠنِإ َﻚﱠﺑَر َﻮُﻫ ُﻢَﻠْﻋَأ ﻦَِﲟ ﱠﻞَﺿ ﻦَﻋ ِﻪِﻠﻴِﺒَﺳ َﻮُﻫَو ُﻢَﻠْﻋَأ َﻦﻳِﺪَﺘْﻬُﻤْﻟِ[
Artinya : “Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan dengan hikmah dan nasehat yang baik.Dan bantahlah mereka dengan (tukar pikiran) yang baik pula.Sesungguhnya Tuhanmu sangat mengetahiu tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa orang yang mendapat petunjuk.(An Nahl:125)
d. Penyediaan fasilitas. Fasilitas merupakan sarana dan prasarana pendukung terajadinya proses belajar. Oleh sebab itu motivasi yang tidak kalah pentingnya dalam mengubah pribadi anak adalah kelengkapan fasilitas belajar agama dan memudahkan ia belajar agama dengan begitu kecakapan dalam belajar agama dan beribadah akan terwujud. Salah satunya dengan memberikan perlengkapan shalat dengan motif yang menarik. Namuh demikian, hendaknya tidak memilih motif berupa gambar makhluk bernyawa, seperti manusia atau binatang.
e. Pemberian hadiah dan pujian, hadiah dan pujian merupakan alat motivasi yang dapat menjadikan pedomanbagi anak untuk belajar lebih baik dan giat. Hadiah atau imbalan adalah merupakan suatu cara yang dipakai atau digunakan orang tua dalam mendukung sikap dan tindakan yang baik yang ditunjukkan oleh anak. Hadiah yang dimaksud disini adalah yang berupa barang, barang ini dapat terdiri dari alat-alat keperluan mengaji seperti kopyah, kitab buku pelajaran dan sebagainya.
## D. Simpulan
Setiap rumah tangga haruslah memiliki keinginan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sehingga setiap anggota keluarga harus memiliki peran dan menjalankan amanah tersebut. Sang suami sebagai kepala rumah tangga haruslah memberikan teladan yang baik dalam
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
mengemban tanggung jawabnya karena Allah ‘Azza wa Jalla akan mempertanyakannya di hari Akhir kelak.
Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua adalah pendidikan shalat bagi anak usia dini. Hal ini bertujuan agar nantinya dimasa yang akan akan menjadi sebuah kebiasaan bagi anak untuk taat melakukan shalat, kalau saja orang tua melalaikan tanggung jawab ini, maka dia akan berdosa bahkan merupakan dosa besar karena dia menyia-nyiakan amanah yang diberikan Allah kepadanya.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
## Daftar Pustaka
Akhmad Ali bin Hajar al-Asqalani. Fathhul Barii ( Sarah Shahih Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhari ), Bairut Libanon:Darul Fikr,t.th.
al-faruq, Asadulloh. Mendidik Balita Mengenal Agama , Solo: Kiswah Media,
2010.
al-Halawani, Aba Firdaus. Melahirkan Anak Shaleh , Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.
Amin, Samsul munir. Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami Jakarta: Amzah, 2007.
Arifin, H. M. Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Awwad, Jaudah Muhammad. Mendidik Anak secara Islami , Terj. Shihabuddin, cet. ke I, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Aziz, Amka Abdul. Hati Pusat Pendidikan Karakter , Klaten : Cempaka Putih,
2012.
D. Marimba, Ahmad. Pengantar Filasafat Pendidikan Islam , Bandung: Al- Ma’arif, 1989.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam , Cet. I, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Dewey, John. Democracy and Education , New York: the Mac Millan
Company, 1964.
https://almanhaj.or.id/1048-kewajiban-mendidik-anak.html https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru , Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Munir, Abullah. Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Pustaka Insani, 2010.
Sadulloh, Uyoh, dkk. Pedagogik, Bandung: Alfabeta, 2010.
Salam, Burhanuddin. Pengantar
Paedagogig (Dasar-dasar ilmu pengetahuan), Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Sayyid, Salafuddin Abu. Mendidik Anak Bersama Nabi , Solo: Pustaka Arafah, 2004.
Setiawan, Agus , Metode Pendidikan Islam Masa Kini dalam Keluarga Perspektif Abdullah Nashih Ulwan, EDUCASIA , Vol. 1 No. 2, 2016.
Jurnal Ilmiah AL-MADRASAH, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2018
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam , Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997.
|
85ccb2ed-790b-4859-880c-426feb7a3cdc | https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/infotek/article/download/26083/5619 | e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083 Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
Prototipe Sistem Rekomendasi Film Indonesia Menggunakan Pendekatan Content Based Filtering dan Metode Vector Space Model
Daniel Theo Santoso 1 * , Vihi Atina 2 , Dwi Hartanti 3
1,3 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Duta Bangsa
2 Program Studi Manajemen Informatika, Universitas Duta Bangsa *[email protected]
## Abstrak
Film merupakan perpaduan antara narasi dan aspek sinematografi dalam bentuk audio-visual. Film juga memberikan pengalaman visual, auditif, dan emosional yang menarik. Industri film di Indonesia menunjukkan pertumbuhan signifikan. Pada tahun 2015, penonton bioskop berjumlah 16,2 juta dan meningkat menjadi 51,2 juta pada tahun 2019. Pandemi COVID-19 mengakibatkan penurunan drastis pada jumlah penonton, dengan hanya 4,5 juta pada tahun 2021. Namun, industri ini berhasil pulih dengan cepat, mencapai 54,07 juta penonton pada tahun 2022 dan 55 juta pada tahun 2023, dan diperkirakan akan mencapai 60 juta pada tahun 2024. Dengan meningkatnya ketersediaan film dan platform streaming, Menemukan film yang sesuai dengan preferensi sering menjadi tantangan bagi pengguna. Penelitian ini mengusulkan sistem rekomendasi film menggunakan metode Content Based Filtering dan Vector Space Model agar pengguna dapat lebih mudah menemukan film yang sesuai dengan preferensi mereka. Content Based Filtering merekomendasikan film berdasarkan kesamaan konten, sedangkan Vector Space Model mengukur kesamaan konten menggunakan metrik seperti cosine similarity atau euclidean distance. Berdasarkan percobaan menggunakan 20 sampel film, hasil menunjukkan bahwa sistem yang dirancang dapat memberikan rekomendasi film secara akurat dan tepat berdasarkan kata kunci yang diberikan oleh pengguna. Film "Pengabdi Setan 2: Communion" memiliki nilai similarity tertinggi, yaitu 0.3018, diikuti oleh "Nana", "Menjelang Magrib", "Jailangkung: Sandekala", dan "Qorin" dengan nilai similarity masing-masing 0.0865, 0.0138, 0.0136, dan 0.0125.
Kata kunci: Sistem Rekomendasi, Film, Content Based Filtering, Vector Space Model
## Abstract
Film represents a combination of narrative and cinematographic aspects in an audio-visual form. Films also provide an engaging visual, auditory, and emotional experience. The film industry in Indonesia has shown significant growth. In 2015, cinema audiences numbered 16.2 million, increasing to 51.2 million in 2019. The COVID-19 pandemic caused a drastic decline in the number of viewers, with only 4.5 million in 2021. However, the industry quickly recovered, reaching 54.07 million viewers in 2022 and 55 million in 2023, and is projected to reach 60 million in 2024. With the increasing availability of films and streaming platforms, finding movies that match user preferences often becomes a challenge. This study proposes a film recommendation system using the Content- Based Filtering method and the Vector Space Model to help users more easily find movies that match their preferences. Content-Based Filtering recommends films based on content similarity, while the Vector Space Model measures content similarity using metrics such as cosine similarity or euclidean distance. Based on experiments using 20 sample films, the results show that the designed system can provide accurate and precise movie recommendations based on keywords provided by users. The film "Pengabdi Setan 2: Communion" has the highest similarity score of 0.3018, followed by "Nana," "Menjelang Magrib," "Jailangkung: Sandekala," and "Qorin," with similarity scores of 0.0865, 0.0138, 0.0136, and 0.0125, respectively.
Keywords: Recommendation System, Movie, Content Based Filtering, Vector Space Model.
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083 Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
## 1. Pendahuluan
Film, menurut Pratista dalam bukunya “Memahami Film”, adalah media audio-visual yang menggabungkan unsur naratif dan sinematik [1]. Film menjadi salah satu media hiburan yang digemari karena memberikan pengalaman visual, auditif, dan emosional yang menarik. Banyak orang mengisi waktu luang mereka dengan menonton film di bioskop, televisi, atau platform online. Industri film di Indonesia telah berkembang pesat, dengan jumlah penonton bioskop meningkat dari 16,2 juta pada tahun 2015 menjadi 51,2 juta pada tahun 2019. Namun, pandemi COVID-19 mengakibatkan penurunan drastis jumlah penonton menjadi 19 juta pada tahun 2020 dan 4,5 juta pada tahun 2021. Meski demikian, industri ini pulih dengan cepat, mencapai 54,07 juta penonton pada tahun 2022 dan diperkirakan akan mencapai 60 juta pada tahun 2024 [2], [3], [4].
Film menawarkan berbagai pilihan sesuai selera penonton, dikategorikan berdasarkan genre seperti drama, komedi, aksi, horor, dan lainnya.
Namun, dengan semakin banyaknya film yang tersedia, penonton sering kali kesulitan menemukan film yang sesuai preferensi. Laporan
Nielsen, State of Play mencatat bahwa penonton di Amerika Serikat kini memiliki akses ke lebih dari 817.000 judul program, meningkat 18% dari 646.000 judul pada akhir tahun 2019 [5]. Di Indonesia, Klik Film menjadi repositori film
terbesar dengan koleksi 450 film nasional pada tahun 2020, diikuti Disney+ Hotstar dan Netflix dengan koleksi 220 dan 196 film Indonesia masing-masing [6]. Keberagaman ini, meski memberikan banyak pilihan, sering kali membuat penonton bingung dan kesulitan memilih film yang sesuai selera, menyebabkan rasa kecewa atau tidak puas.
Sebagai solusi, penelitian ini mengusulkan pembangunan sistem rekomendasi film menggunakan pendekatan Content-Based Filtering dan metode Vector Space Model. Content-Based Filtering merekomendasikan film berdasarkan kesamaan konten antara film yang disukai pengguna dengan film lain dalam database. Vector Space Model merepresentasikan konten film sebagai vektor dalam ruang multidimensi, memungkinkan pengukuran kesamaan konten film menggunakan metrik seperti cosine similarity atau euclidean distance. Dengan pendekatan ini, penelitian ini berharap dapat menghasilkan sistem rekomendasi yang memberikan saran film relevan, menarik, dan bervariasi bagi pengguna..
## 2. Tinjauan Pustaka
## 2.1. Penelitian Terkait
Adapun penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan sesuai dengan yang akan di teliti sebagai pendukung penelitian ini, antara lain:
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083 Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
- Berdasarkan penelitian berjudul "Sistem Rekomendasi Film Menggunakan Metode K-
Means Clustering" yang ditulis oleh Herdita
Mutiasari, Tito Waluyo Purboyo, dan Ratna
Astuti Nugrahaeni (2021), penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah aplikasi yang dapat membantu pengguna mendapatkan rekomendasi film sesuai dengan preferensi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan algoritma
K-Means dengan 4 bobot preferensi menghasilkan tingkat kesalahan yang lebih rendah, yaitu 0,44%, dibandingkan dengan penggunaan 3 atau 5 bobot preferensi [7].
- Penelitian oleh Dodi Nugraha, Tito Waluyo Purboyo, dan Ratna Astuti Nugrahaeni (2021) berjudul "Sistem Rekomendasi Film Menggunakan Metode User Based Collaborative Filtering" bertujuan
mengembangkan sistem yang memberikan rekomendasi film untuk menarik minat penonton terhadap berbagai film. Sistem ini memberikan informasi jelas kepada masyarakat tentang film-film yang mungkin ingin mereka tonton. Rekomendasi dihasilkan menggunakan metode Machine Learning, dengan aplikasi yang menggunakan 5 bobot preferensi dalam algoritma User-Based
Collaborative Filtering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ini memiliki tingkat kesalahan yang lebih rendah, yaitu
0,73%, dibandingkan dengan penggunaan 3 atau 4 preferensi [8].
- Penelitian oleh Arif Akbarul Huda, Rohmad Fajarudin, dan Arifiyanto Hadinegoro (2022) berjudul "Sistem Rekomendasi Content-
Based Filtering Menggunakan TF-IDF Vector Similarity Untuk Rekomendasi Artikel Berita" membahas masalah yang muncul akibat keberagaman dan banyaknya artikel berita yang terus diproduksi. Meski jumlah artikel yang tersedia terus bertambah, mahasiswa sering kewalahan memilih artikel yang sesuai dengan minat mereka. Hasil evaluasi dengan nilai Recall@5 sekitar 73% dan Recall@10 sekitar 80% menunjukkan bahwa sistem rekomendasi yang dikembangkan mampu memberikan daftar rekomendasi artikel yang relevan. Dengan ini, mahasiswa dapat lebih mudah menemukan artikel yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka [9].
- Penelitian oleh Joni, Andy, dan Karin Wibowo (2021) berjudul "Perancangan Website Rekomendasi Film dengan Metode User- Based Collaborative Filtering" membahas kebingungan dalam memilih film di tengah banyaknya pilihan. Sering kali, penonton kesulitan menentukan film yang ingin ditonton karena variasi kualitas dalam genre yang sama. Untuk mengatasi masalah ini, metode
User-Based Collaborative
Filtering
diterapkan, memberikan rekomendasi
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083
Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
berdasarkan pola rating dan ulasan pengguna lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem rekomendasi ini mampu memberikan saran film yang lebih akurat dan relevan,
memudahkan penonton menemukan film berdasarkan preferensi mereka [10].
- Penelitian oleh Eggy Ryana Agustian, Munir, dan Eddy Prasetyo Nugroho (2020) berjudul
"Sistem Rekomendasi Film Menggunakan
Metode Collaborative Filtering dan K-Nearest
Neighbors" membahas masalah pemilihan
film di tengah banyaknya pilihan. Dengan pesatnya perkembangan industri film, banyak penonton kesulitan memilih film yang ingin ditonton. Penelitian ini menggunakan metode
Collaborative Filtering (CF) untuk
memberikan rekomendasi film berdasarkan
preferensi pengguna lain, memprediksi rating film dari pola rating pengguna lain yang
memiliki preferensi mirip. Aplikasi berbasis website ini memungkinkan pengguna melihat rekomendasi film yang sesuai dengan selera mereka. Metode weight sum digunakan untuk mengurutkan hasil rekomendasi dari rating tertinggi ke terendah, memudahkan penonton dalam memilih film [11].
2.2. Landasan Teori
1. Sistem Rekomendasi
Sistem rekomendasi dirancang sebagai model aplikasi yang memfasilitasi pengguna dalam
mengidentifikasi dan merekomendasikan produk yang paling sesuai dengan preferensi serta keinginan mereka, sekaligus memudahkan pengguna dalam pengambilan keputusan [12]. Metode-metode seperti Collaborative Filtering,
Content-Based Filtering, dan Hybrid Filtering digunakan untuk membuat rekomendasi, masing- masing dengan kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam hal teknik, dataset, platform, dan metrik kinerja yang digunakan.
Dengan adanya perubahan pola penggunaan komputer, personalisasi, dan kemudahan mengakses internet, informasi online menjadi sangat banyak dan beragam. Sistem rekomendasi adalah alat yang dapat membantu menyortir informasi online sesuai dengan kebutuhan dan minat pengguna [13].
2. Content Based Filtering
Content Based Filtering merupakan teknik rekomendasi yang menggunakan sifat, ciri, atau elemen dari suatu item, yang kemudian digunakan untuk mengukur kemiripan antara item-item dalam memberikan rekomendasi [14]. Teknik ini tidak membutuhkan informasi tentang preferensi pengguna lain, sehingga lebih mudah diimplementasikan dan dijelaskan.
3. Vector Space Model
Vector Space Model (VSM) adalah sebuah model yang digunakan untuk mengukur kesamaan atau relevansi antara dokumen dan query dalam pengambilan informasi. Model ini
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083
Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
merepresentasikan dokumen dan query sebagai vektor dari term yang ada dalam korpus, dengan menggunakan bobot term seperti TF-IDF untuk menunjukkan pentingnya serta spesifiknya term untuk dokumen atau query. Model ini juga menggunakan cosine similarity untuk menghitung kesamaan antara vektor dokumen dan query.
Model ini memiliki keuntungan seperti mudah diimplementasikan, intuitif, dan fleksibel [15].
4. Film
Film adalah karya seni yang tercipta dari imajinasi dan kreativitas orang-orang yang berperan dalam proses pembuatannya. Film bisa berupa selaput tipis dari seluloid yang berisi gambar negatif atau positif, atau bisa juga berupa cerita dalam hidup.
Film bisa menjadi media untuk mengekspresikan kemampuan kreatif yang bisa menciptakan realitas fiktif yang berbeda dari realitas nyata. Film bisa menampilkan keindahan atau hiburan bagi penontonnya. Film telah menjadi media yang semakin populer di kalangan masyarakat sebagai sarana untuk menghibur dan menghadirkan beragam cerita, musik, drama, komedi, dan berbagai aspek teknis lainnya [16]. Film bisa dibedakan berdasarkan genre atau kategori yang memiliki kesamaan dalam bentuk, tema, suasana dan sebagainya [17]
3. Metode Penelitian
3.1. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah metode yang digunakan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, dalam hal ini adalah data film yang diambil dari situs web themoviedb.org. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang terdapat dalam data tersebut. Dengan melakukan observasi, penelitian dapat memahami secara langsung berbagai aspek dan karakteristik yang terdapat pada setiap variabel dalam dataset film tersebut.
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan langkah yang dilakukan untuk mencari jurnal, laporan, artikel ilmiah, dan referensi lain yang berkaitan dengan penelitian.
Tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan mendalam tentang topik penelitian dari berbagai sumber yang terpercaya..
## 3.2. Metode Pengembangan Sistem
Metode Prototipe adalah suatu pendekatan dalam pengembangan perangkat lunak di mana sebuah prototipe atau model awal dibuat, diuji, dan diperbaiki hingga mencapai prototipe yang dapat diterima. Prototipe adalah visualisasi sederhana dari produk untuk menguji konsep. Prototipe memungkinkan pembangunan versi awal dari produk untuk menguji konsep dan proses.
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083
Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
Keuntungan dari model Prototipe termasuk mendapatkan umpan balik pengguna di tahap awal proyek, mengidentifikasi fungsi yang hilang dengan mudah, dan mengurangi biaya. Berikut adalah langkah-langkah dalam metode Prototipe:
1. Definisi: Pengumpulan dan Analisis Persyaratan: Menentukan kebutuhan sistem melalui wawancara dengan pengguna.
2. Desain Cepat: Membuat desain dasar sistem untuk memberikan gambaran awal kepada pengguna.
3. Pembuatan Prototipe: Mengembangkan Prototipe awal berdasarkan desain cepat untuk memahami lebih lanjut tentang desain.
4. Evaluasi Awal oleh Pengguna: Menyajikan sistem kepada klien untuk pengujian awal dan mengumpulkan umpan balik.
5. Pengembangan Prototipe yang Diperbaiki: Memperbaiki prototipe berdasarkan umpan balik pengguna.
6. Implementasi Produk dan Pemeliharaan: Mengujikan sistem akhir sepenuhnya, mendistribusikannya ke produksi, dan melakukan pemeliharaan rutin..
## 4. Hasil dan Pembahasan
## 4.1. Pembuatan Prototipe
Penelitian ini menggunakan 20 sampel film Indonesia yang dirilis pada tahun 2022. Hasil perhitungan ditampilkan menggunakan satu sampel film berjudul "Pengabdi Setan 2:
Communion". Langkah pertama dalam perancangan sistem rekomendasi adalah pengumpulan data melalui API. Sebelum disimpan ke database, data tersebut diproses terlebih dahulu untuk mengekstraksi kata-kata penting dari judul, genre, dan ringkasan film. Setelah data disimpan, dilakukan perhitungan menggunakan metode Vector Space Model dengan Cosine Similarity untuk mendapatkan rekomendasi film berdasarkan kata kunci yang dimasukkan. Berikut adalah proses dan hasil dari tahap preprocessing dan perhitungan tersebut:
## 4.2. Text Preprocessing
Text Preprocessing merupakan langkah yang dilakukan untuk membersihkan dan mengolah teks agar siap untuk diproses pada tahap selanjutnya. Contoh data yang akan digunakan tercantum pada Tabel 1.
## Tabel 1. Sampel Film
No. Variabel Teks
1 Judul Pengabdi Setan 2: Communion Ringkasan Setelah pindah dari rumah mereka ke gedung apartemen, teror baru menunggu keluarga Rini. Genre Drama, Horor, Misteri 2 Judul Sri Asih
Ringkasan Alana menemukan kebenaran tentang asalnya: dia bukan manusia biasa. Dia mungkin menjadi hadiah untuk kemanusiaan dan menjadi pelindungnya sebagai Sri Asih.
Atau kehancuran, jika dia tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Genre Aksi, Petualangan, Fiksi Ilmiah, Fantasi, Drama
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083 Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
## 1. Cleaning
Cleaning adalah tahap di mana teks dibersihkan dari elemen-elemen yang tidak diinginkan atau tidak relevan untuk memastikan bahwa teks dalam kondisi optimal sebelum analisis lebih lanjut, seperti tanda baca, karakter khusus, dan spasi yang berlebihan. Hasil Cleaning dari data sampel dapat dilihat pada Tabel 2.
## Tabel 2. Hasil Cleaning
Masukkan Hasil Pengabdi Setan 2: Communion. Setelah pindah dari rumah mereka ke gedung apartemen, teror baru menunggu keluarga Rini. Drama, Horor, Misteri Pengabdi Setan Communion Setelah pindah dari rumah mereka ke gedung apartemen teror baru menunggu keluarga Rini Drama Horor Misteri Sri Asih Alana menemukan kebenaran tentang asalnya: dia bukan manusia biasa. Dia mungkin menjadi hadiah untuk kemanusiaan dan menjadi pelindungnya sebagai Sri Asih. Atau kehancuran, jika dia tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Aksi, Petualangan, Fiksi Ilmiah, Fantasi, Drama Sri Asih Alana menemukan kebenaran tentang asalnya dia bukan manusia biasa Dia mungkin menjadi hadiah untuk kemanusiaan dan menjadi pelindungnya sebagai Sri Asih Atau kehancuran jika dia tidak bisa mengendalikan kemarahannya Aksi Petualangan Fiksi Ilmiah Fantasi Drama
## 2. Case Folding
Pada proses Case Folding, semua huruf dalam teks atau dokumen diubah menjadi huruf kecil (lowercase). Tabel 3 menampilkan hasil dari Case Folding pada data sampel.
Tabel 3. Hasil Case Folding
Masukkan Hasil Pengabdi Setan Communion Setelah pindah dari rumah mereka ke gedung apartemen pengabdi setan
communion setelah pindah dari rumah mereka ke gedung apartemen
Masukkan Hasil teror baru menunggu keluarga Rini Drama Horor Misteri teror baru menunggu keluarga rini drama horor misteri Sri Asih Alana menemukan kebenaran tentang asalnya dia bukan manusia biasa Dia mungkin menjadi hadiah untuk kemanusiaan dan menjadi pelindungnya sebagai Sri Asih Atau kehancuran jika dia tidak bisa mengendalikan kemarahannya Aksi Petualangan Fiksi Ilmiah Fantasi Drama sri asih alana menemukan kebenaran tentang asalnya dia bukan manusia biasa dia mungkin menjadi hadiah untuk kemanusiaan dan menjadi pelindungnya sebagai sri asih atau kehancuran jika dia tidak bisa mengendalikan kemarahannya aksi petualangan fiksi ilmiah fantasi drama
## 3. Tokenization
Tokenization adalah langkah untuk membagi teks menjadi unit-unit yang lebih kecil, dikenal sebagai token. Token ini bisa berupa kata, kalimat, atau karakter. Dalam penelitian ini, token yang digunakan adalah kata. Tabel 4 menampilkan hasil Tokenization dari data sampel.
## Tabel 4. Hasil Tokenization
Masukkan Hasil pengabdi setan communion setelah pindah dari rumah mereka ke gedung apartemen teror baru menunggu keluarga rini drama horor misteri ["pengabdi", "setan", "communion", "setelah", "pindah", "dari", "rumah", "mereka", "ke", "gedung", "apartemen", "teror", "baru", "menunggu", "keluarga", "rini", "drama", "horor", "misteri"] sri asih alana menemukan kebenaran tentang asalnya dia bukan manusia biasa dia mungkin menjadi hadiah untuk kemanusiaan dan menjadi pelindungnya sebagai sri asih atau kehancuran jika dia tidak bisa mengendalikan kemarahannya aksi petualangan fiksi ilmiah fantasi drama ["sri", "asih", "alana", "menemukan", "kebenaran", "tentang", "asalnya", "dia", "bukan", "manusia", "biasa", "dia", "mungkin", "menjadi", "hadiah", "untuk", "kemanusiaan", "dan", "menjadi", "pelindungnya", "sebagai", "sri", "asih", "atau", "kehancuran", "jika", "dia", "tidak", "bisa", "mengendalikan",
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083 Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
"kemarahannya", "aksi",
"petualangan", "fiksi", "ilmiah", "fantasi", "drama"]
## 4. Stopwords Removal
Stopwords
Removal merupakan tahap penghapusan kata-kata umum yang tidak memberikan kontribusi signifikan dalam analisis.
Penghapusan stopwords ini membantu mengurangi noise dan memastikan fokus pada kata-kata yang lebih informatif. Hasil Stopwords Removal dari data sampel dapat dilihat pada Tabel 5.
## Tabel 5. Hasil Stopwords Removal
Masukkan Hasil ["pengabdi", "setan", "communion", "setelah", "pindah", "dari", "rumah", "mereka", "ke", "gedung",
"apartemen", "teror", "baru",
"menunggu", "keluarga", "rini", "drama", "horor", "misteri"]
["pengabdi", "setan", "communion", "pindah", "rumah", "gedung", "apartemen", "teror", “menunggu”, "keluarga", "rini", "drama", "horor", "misteri"]
["sri", "asih", "alana",
"menemukan", "kebenaran", "tentang",
"asalnya", "dia", "bukan", "manusia", "biasa", "dia", "mungkin", "menjadi",
"hadiah",
"untuk",
"kemanusiaan", "dan", "menjadi", "pelindungnya", "sebagai", "sri", "asih",
"atau", "kehancuran", "jika",
"dia", "tidak", "bisa", "mengendalikan",
"kemarahannya", "aksi", "petualangan", "fiksi",
"ilmiah", "fantasi", "drama"]
["sri", "asih", "alana",
"menemukan", "kebenaran", "asalnya", "manusia", "hadiah", "kemanusiaan", "pelindungnya", "sri", "asih", "kehancuran", "mengendalikan", "kemarahannya", "aksi", "petualangan",
"fiksi",
"ilmiah",
"fantasi", "drama"]
## 5. Stemming
Stemming merupakan proses untuk mereduksi kata-kata menjadi bentuk dasar atau akarnya.
Bertujuan untuk menghilangkan variasi bentuk kata dan menyederhanakan analisis. Teknik ini membantu mengurangi kompleksitas dan memastikan konsistensi dalam analisis teks. Hasil Stemming dari data sampel dapat dilihat pada Tabel 6.
## Tabel 6. Hasil Stemming
Masukkan Hasil ["pengabdi", "setan", "communion", "pindah", "rumah", "gedung", "apartemen", "teror", “menunggu”, "keluarga", "rini", "drama", "horor", "misteri"] ["pengabdi", "setan", "communion", "pindah", "rumah", "gedung", "apartemen", "teror", "tunggu", "keluarga", "rini", "drama", "horor", "misteri"] ["sri", "asih", "alana", "menemukan", "kebenaran", "asalnya", "manusia", "hadiah", "kemanusiaan", "pelindungnya", "sri", "asih", "kehancuran", "mengendalikan", "kemarahannya", "aksi", "petualangan", "fiksi", "ilmiah", "fantasi", "drama"] [ "sri", "asih", "alana", "temu", "benar", "asal", "manusia", "hadiah", "manusia", "lindung", "sri", "asih", "hancur", "mengendalikan", "marah", "aksi", "tualang", "fiksi", "ilmiah", "fantasi",
"drama"]
## 4.3. Perhitungan
Di tahap ini, data yang sudah dibersihkan dan diolah akan dihitung bobot serta similarity-nya guna mendapatkan hasil rekomendasi yang sesuai dengan kata kunci yang diberikan. Kata kunci yang dipakai untuk perhitungan ini adalah “Horor Rumah Setan Hantu”.
1. Term Frequency (TF)
Term Frequency (TF) mengukur seberapa sering suatu istilah muncul dalam suatu item (dokumen). Rumus untuk menghitung TF untuk sebuah istilah
𝑡 dalam sebuah dokumen 𝑑 adalah:
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083 Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
𝑇𝐹(𝑡, 𝑑) = 𝑓 𝑡,𝑑 𝑇 𝑑 (1)
Keterangan:
𝑓 𝑡,𝑑 : Frekuensi kemunculan istilah 𝑡 pada dokumen 𝑑
𝑇 𝑑 : Total jumlah istilah pada dokumen 𝑑
Hasil perhitungan Term Frequency dari kata kunci dan sampel film dapat dilihat pada Tabel 7.
## Tabel 7. Hasil Perhitungan TF
Kata Term Frequency Kata Kunci Pengabdi Setan 2: Communion ... Horor 0.25 0.07142857142857142 ... Rumah 0.25 0.07142857142857142 ... Setan 0.25 0.07142857142857142 ... Hantu 0.25 0 ... ... ... ... ...
## 2. Inverse Document Frequency (IDF)
Inverse Document Frequency (IDF) mengukur seberapa umum atau langka suatu istilah di antara semua dokumen. Rumus untuk IDF untuk istilah 𝑡 adalah:
𝐼𝐷𝐹(𝑡, 𝐷) = log ( 𝑁 𝑛 𝑡 + 1 ) (2)
Keterangan:
𝑁 : Total jumlah dokumen dalam koleksi
𝑛 𝑡 : Jumlah dokumen yang mengandung
istilah 𝑡
Tabel 8 menunjukkan perhitungan Document
Frequency (DF) dan Inverse Document Frequency (IDF). Document Frequency adalah jumlah dokumen dalam korpus di mana istilah tertentu muncul setidaknya satu kali.
Penambahan angka 1 pada penyebut mencegah
pembagian dengan nol. Pada percobaan ini, 20 film digunakan sebagai data.
Tabel 8. Perhitungan DF dan IDF Kata DF IDF Horor 10 0.3010299956639812 Rumah 3 0.8239087409443188 Setan 2 1 Hantu 1 1.3010299956639813 ... ... ...
## 3. Term Frequency – Inverse Document
Frequency (TF-IDF)
TF-IDF adalah kombinasi dari TF dan IDF, memberikan bobot yang lebih tinggi pada istilah yang sering muncul dalam dokumen tertentu tetapi jarang di dokumen lainnya. Rumus TF-IDF untuk istilah t dalam dokumen adalah:
𝑇𝐹 − 𝐼𝐷𝐹(𝑡, 𝑑) = 𝑇𝐹(𝑡, 𝑑) × 𝐼𝐷𝐹(𝑡, 𝐷)(3)
Hasil perhitungan bobot TF-IDF dari kata kunci dan sampel film dapat dilihat di Tabel 9.
## Tabel 9. Perhitungan TF-IDF
Kata TF-IDF Kata Kunci Pengabdi Setan 2: Communion ... Horor 0.0752574989159 953 0.0215021425474 27227 ... Rumah 0.2059771852360 797 0.0588506243531 65626 ... Setan 0.25 0.0714285714285 7142 ... Hantu 0.3252574989159 953 0 ... ... ... ... ...
## 4. Cosine Similarity
Cosine Similarity mengukur sudut antara dua vektor. Dalam konteks Content Based Filtering, hitung kesamaan antara dua dokumen yang
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083
Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
direpresentasikan sebagai vektor. Rumus Cosine
Similarity antara dua vektor A dan B adalah:
cos(𝜃) = 𝐴 ⋅ 𝐵 ‖𝐴‖ × ‖𝐵‖ (4)
Keterangan:
𝐴 ⋅ 𝐵 : Dot product antara dua vektor
‖𝐴‖ dan
‖𝐵‖ : Norm (panjang) dari masing- masing vektor
Untuk panjang vektor A dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
‖𝐴‖ = √∑ 𝑎 𝑖 2 𝑛 𝑖=1 (5)
Keterangan:
𝑛 : Jumlah komponen dalam vektor 𝐴
𝑎 𝑖 : Komponen ke- 𝑖 dari vektor 𝐴
Pada Tabel 11, terdapat hasil perhitungan dot product dari dua vektor, yaitu vektor A dan vektor B. Vektor A adalah bobot TF-IDF pada kata kunci, sedangkan Vektor B adalah bobot TF-IDF pada dokumen (film).
## Tabel 11. Perhitungan Dot Product
Kata 𝑨 ⋅ 𝑩 Pengabdi Setan 2: Communion ... Horor 0.001618197469454581 ... Rumah 0.012121885953650938 ... Setan 0.017857142857142856 ... Hantu 0 ... ... ... ... Total 0.03159722628024837 ...
Pada Tabel 12, terdapat hasil perhitungan panjang vektor dari kata kunci dan sampel film.
## Tabel 12. Perhitungan Panjang Vektor
Kata Panjang Vektor Kata Kunci Pengabdi Setan 2: Communion ... Horor 0.005663691143 091034 0.000462342134129880 24 ... Rumah 0.042426600837 778286 0.003463395986757411 ... Setan 0.0625 0.00510204081632653 ... Hantu 0.105792440601 0887 0 ... ... ... ... ... Total 0.216382732581 958 0.3274815631096327 ... Akar 0.465169574007 11195 0.5722600485003585 ...
## Tabel 13 menunjukkan hasil perhitungan Cosine
Similarity untuk setiap film.
## Tabel 13. Perhitungan Cosine Similarity
No. Judul Film Cosine Similarity 1 Sri Asih 0 2 KKN di Desa Penari 0.010277949656955642 3 Miracle in Cell No. 7 0 4 Satria Dewa: Gatotkaca 0 5 Ashiap Man 0 6 The Big 4 0 7 Mendarat Darurat 0 8 Cinta Subuh 0 9 Jailangkung: Sandekala 0.013642053217759516 10 Ivanna 0.009607091124026404 11 Jagat Arwah 0.009370975140788647 12 Ben & Jody 0 13 Inang 0.011809511068126805 14 Nana 0.08648166002115475 15 Pengabdi Setan 2: Communion 0.3017973948727392 16 Menjelang Magrib 0.013764795453227476 17 Like & Share 0 18 Qodrat 0.011045044071225111 19 Qorin 0.012541726359332844 20 PSK Belia 0
## 4.4. Hasil Rekomendasi
Setelah perhitungan dilakukan, didapatkan tingkat kemiripan (similarity) pada setiap judul film. Tingkat kemiripan ini berguna untuk menentukan
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083
Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
sejauh mana suatu film memiliki kesamaan dengan kata kunci yang diberikan. Semakin tinggi angka kemiripan, semakin dekat kesesuaian antara film dengan kata kunci tersebut. Hasil perhitungan dengan 20 sampel data, yang telah diurutkan dari nilai terkecil ke terbesar, ditampilkan pada Tabel 14.
## Tabel 14. Hasil Rekomendasi
No.
Judul Film Cosine Similarity 1 Pengabdi Setan 2: Communion 0.3017973948727392 2 Nana 0.08648166002115475 3 Menjelang Magrib 0.013764795453227476 4 Jailangkung: Sandekala 0.013642053217759516 5 Qorin 0.012541726359332844 6 Inang 0.011809511068126805 7 Qodrat 0.011045044071225111 8 KKN di Desa Penari 0.010277949656955642 9 Ivanna 0.009607091124026404 10 Jagat Arwah 0.009370975140788647 11 Sri Asih 0 12 Miracle in Cell No. 7 0 13 Satria Dewa: Gatotkaca 0 14 Ashiap Man 0 15 The Big 4 0 16 Mendarat Darurat 0 17 Cinta Subuh 0 18 Ben & Jody 0 19 Like & Share 0 20 PSK Belia 0
Berdasarkan Tabel 14 di atas, judul-judul film yang direkomendasikan adalah “Pengabdi Setan 2: Communion”, “Nana”, “Menjelang Magrib”,
“Jailangkung: Sandekala”, “Qorin”, “Inang”,
“Qodrat”, “KKN di Desa Penari”, “Ivanna”, dan
“Jagat Arwah”. Sistem akan menampilkan maksimal 10 film yang diurutkan berdasarkan tingkat kesamaan tertinggi.
## 5. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan menggunakan 20 sampel film, sistem yang dirancang mampu memberikan rekomendasi film dengan akurasi dan ketepatan yang tinggi sesuai dengan kata kunci yang dimasukkan. Film “Pengabdi Setan 2: Communion” menunjukkan nilai similarity tertinggi sebesar 0.3018, diikuti oleh “Nana”, “Menjelang Magrib”, “Jailangkung: Sandekala”, dan “Qorin” dengan nilai similarity masing-masing 0.0865, 0.0138, 0.0136, dan 0.0125. Meskipun demikian, penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan yang dapat diperbaiki untuk meningkatkan performa sistem rekomendasi ini.
## 6. Daftar Pustaka
[1] H. Pratista, Memahami Film . Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.
[2] “Indonesia.go.id - Tren Positif Film Indonesia,” Indonesia.go.id. Diakses: 2 April 2024.
[3] W. M. C. Nababan, “Tahun 2023, Penonton Film Indonesia Ditargetkan Pecahkan Rekor Baru - Kompas.id,” Kompas. Diakses: 2 April 2024.
[4] Y. D. R. Pusparisa, “Industri Film Indonesia Akan Makin Atraktif pada 2024 - Kompas.id,” Kompas. Diakses: 2 April 2024.
[5] “Streaming is the future of TV, but the abundance of platform choice is overwhelming for viewers | Nielsen,” Nielsen. Diakses: 2 April 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://www.nielsen.com/insights/2022/stre aming-is-the-future-of-tv-but-abundance- of-platform-choice-is-overwhelming-for- viewers/
e-ISSN 2614-8773
DOI : 10.29408/jit.v7i2.26083 Link : https://dx.doi.org/10.29408/jit.v7i2.26083
[6] Y. Pusparisa, “Platform Menonton Film Indonesia Secara Online,” databoks. Diakses: 2 April 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://databoks.katadata.co.id/datapublish /2021/03/30/platform-menonton-film- indonesia-secara-online
[7] H. Mutiasari, T. W. Purboyo, dan R. A.
Nugrahaeni, “Sistem Rekomendasi Film Menggunakan Metode K-Means Clustering,” e-Proceeding of Engineering , vol. 8, no. 5, 2021.
[8] D. Nugraha, T. W. Purboyo, dan R. A. Nugrahaeni, “Sistem Rekomendasi Film Menggunakan Metode User Based Collaborative Filtering,” e-Proceeding of Engineering , vol. 8, no. 5, 2021.
[9] A. A. Huda, R. Fajarudin, dan A. Hadinegoro, “Sistem Rekomendasi Content-based Filtering Menggunakan TF- IDF Vector Similarity Untuk Rekomendasi Artikel Berita,” Building of Informatics, Technology and Science (BITS) , vol. 4, no. 3, Des 2022, doi: 10.47065/bits.v4i3.2511.
[10] Joni, Andy, dan K. Wibowo, “Perancangan Website Rekomendasi Film Dengan Menggunakan Metode User Based Collaborative Filtering,” Jurnal Ilmiah Teknik Informatika , vol. 1, no. 2, hlm. 37– 43, Okt 2021, [Daring]. Tersedia pada: http://ojs.fikom-methodist.net/index.php/
[11] E. Ryana Agustian, Munir, dan E. Prasetyo Nugroho, “Sistem Rekomendasi Film Menggunakan Metode Collaborative Filtering dan K-Nearest Neighbors,” Jurnal
Aplikasi dan Teori Ilmu Komputer , vol. 3, no. 1, Mar 2020, Diakses: 10 Mei 2024.
[Daring]. Tersedia
pada: https://ejournal.upi.edu/index.php/JATIKO
M
[12] V. Atina dan D. Hartanti, “KNOWLEDGE BASED RECOMMENDATION MODELING FOR CLOTHING PRODUCT SELECTION RECOMMENDATION SYSTEM,” Jurnal Teknik Informatika (Jutif) , vol. 3, no. 5, hlm.
1407–1413, Okt 2022, doi:
10.20884/1.jutif.2022.3.5.584. [13] D. Roy dan M. Dutta, “A systematic review and research perspective on recommender systems,” J Big Data , vol. 9, no. 1, Des 2022, doi: 10.1186/s40537-022-00592-5.
[14] D. A. Putri, D. Pramesti, D. I, dan W. Santiyasa, “Penerapan Metode Content-
Based Filtering dalam Sistem Rekomendasi Video Game,” JNATIA , vol. 1, no. 1, 2022.
[15] R. Huang, “Improved content recommendation algorithm integrating semantic information,” J Big Data , vol. 10, no. 1, Des 2023, doi: 10.1186/s40537-023- 00776-7.
[16] R. W. Pratiwi dan Y. S. Nugroho, “Prediksi Rating Film Menggunakan Metode Naïve Bayes,” Duta.com: Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi dan Komunikasi , vol. 12, no. 1, hlm. 91–108, 2017, [Daring]. Tersedia pada: https://www.kaggle.com
[17] S. Rosetya Wardhana dan R. Kembang Hapsari, “Sistem Rekomendasi Film dengan Menggunakan Pendekatan Collaborative Filtering Berdasarkan Class,” Prosiding Seminar Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi , vol. 2, no. 1, 2023, doi: 10.31284/p.semtik.2023-1.4153.
|
0631d8df-bce4-4c5b-b40a-ce8912efed1e | https://journal.sekawan-org.id/index.php/jtim/article/download/410/255 |
## JTIM : Jurnal Teknologi Informasi dan Multimedia
p-ISSN : 2715-2529 e-ISSN : 2684-9151 https://journal.sekawan-org.id/index.php/jtim/
## Implementasi Augmented Reality Sebagai Media Edukasi Tana- man Hias Berbasis Marked Based
Alif Syahdan 1 dan Sri Wulandari 2
1 Universitas Teknologi Yogyakarta; [email protected]
2 Universitas Teknologi Yogyakarta; [email protected] * Korespondensi: [email protected]
Abstract: Ornamental plants are plants that we often encounter in the community and in public places, such as in the yard, in the park or in the school yard. Ornamental plants are usually very popular with people, especially housewives, because ornamental plants have their own character- istics and benefits, such as the snake plant (Sansevieria) which has benefits for the environment, namely it can absorb air pollution. In society, especially housewives, it is difficult to care for orna- mental plants, so that the plants they cultivate often wilt or die. Therefore, media to increase edu- cation about ornamental plants must be improved to help people who want to cultivate ornamental plants. This research uses Marked Based Augmented Reality as a learning medium for the public in introducing and caring for ornamental plants. Augmented Reality is an example of technology that can visualize an object from the virtual world to the real world with a 3D object shape in real time. In this research, the Software Development Life Cycle or Waterfall (SDLC) method was used as the research method. The Soft-ware Development Life Cycle method or Waterfall model (SDLC) has five stages, namely data collection, software analysis, software design, implementation and soft- ware testing. Based on the results of black box testing, all functions in this application have run well on every Android smartphone used. Testing with the System Usability Scale (SUS) Respondents also got a score of 84%, so the application was declared acceptable.
Keywords: Augmented Reality, SDLC, Android, Marker Based, SUS, Ornamental Plants
Abstrak: Tanaman hias merupakan tanaman yang sering kita jumpai dilingkungan masyarakat maupun pada tempat umum, seperti di halaman rumah, di taman ataupun di halaman sekolah. Tanaman hias biasanya sangat digemari oleh masyarakat khususnya ibu rumah tangga karena tanaman hias memiliki ciri khas dan manfaatnya tersendiri, seperti tanaman lidah mertua (Sansevieria) yang memiliki manfaat terhadap lingkungan yaitu dapat menyerap polusi udara. Pada lingkungan masyarakat khususnya ibu rumah tangga mengalami kesulitan dalam merawat tanaman hias, sehingga tanaman yang mereka budi daya sering mengalami kelayuan atau mati. Oleh karena itu, media untuk meningkatkan edukasi tentang tanaman hias harus ditingkatkan untuk membantu masyarakat yang ingin membudidayakan tanaman hias. Penelitian ini memanfaatkan Augmented Reality berbasis Marked Based sebagai media pembelajaran bagi masyarakat dalam pengenalan dan tata cara merawat tanaman hias. Augmented Reality merupa- kan salah satu contoh teknologi yang dapat memvisualisasikan suatu objek dari dunia maya ke dunia nyata dengan bentuk objek 3D secara realtime. Dalam penelitian ini digunakan metode Soft- ware Development Life Cycle atau Waterfall (SDLC) sebagai metode penelitiannya. Metode Software Development Life Cycle atau model Waterfal l (SDLC) memiliki lima tahapan yaitu pengumpulan data, analisa perangkat lunak, desain perangkat lunak, implementasi, dan pengujian perangkat lunak. Berdasarkan hasil pengujian black box semua fungsi pada aplikasi ini telah berjalan dengan baik
Sitasi: Syahdan, A. dan Wulandari, S.
( 2023 ). Implementasi Augmented Re- ality Sebagai Media Edukasi Tana- man Hias Berbasis Marked Based . JTIM: Jurnal Teknologi Informasi Dan Multimedia, 5(3), 262-273. https://doi.org/10.35746/jtim.v5i3.410
Diterima: 14 Oktober 2023
Direvisi: 19 November 2023 Disetujui: 20 November 2023 Dipublikasi: 22 November 2023
Copyright: © 2023 oleh para penulis.
Karya ini dilisensikan di bawah Cre- ative Commons Attribution-ShareA- like 4.0 International License. (https://creativecommons.org/li- censes/by-sa/4.0/).
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
disetiap smartphone android yang digunakan. Pengujian dengan System Usability Scale (SUS) ter- hadap responden juga mendapatkan skor yaitu 84% maka aplikasi dinyatakan acceptable .
Kata kunci: Augmented Reality, SDLC, Android, Marker Based, SUS, Tanaman Hias
## 1. Pendahuluan
Augme l nte l d re l ality (AR) me l rupakan se l buah te l kno l lo l gi yang me l nggabungkan o l bje l k dari dunia nyata dan o l bje l k dunia maya atau virtual dalam ke l adaan re l altime l [1]. Dalam be l rbagai bidang Augme l nte l d Re l ality (AR) me l njadi po l pular kare l na se l ring dite l rapkan pada bidang hiburan, pe l ndidikan, milite l r, hingga dalam bidang ke l se l hatan. De l ngan adanya Augme l nte l d Re l ality lingkungan se l kitar yang se l be l lumnya be l rbe l ntuk digital tidak nyata dapat me l njadi se l pe l rti be l ntuk digital yang se l o l lah-o l lah nyata [2]. Augme l nte l d Re l ality (AR) me l rupakan ide l te l ro l bo l san di bidang te l kno l lo l gi yang mulai sangat canggih. De l ngan te l kno l lo l gi Augme l nte l d Re l ality (AR) ini kita dapat me l mbuat hal-hal yang abstrak atau virtual me l njadi te l rlihat nyata atau re l al. Dalam pe l rke l mbangan Augme l nte l d Re l ality (AR) se l bagai me l dia e l dukasi untuk me l nje l- laskan info l rmasi agar dapat dite l rima dan me l mbe l rikan inte l raksi dalam pro l se l s pe l mbe l laja- rannya [3]. Te l kno l lo l gi dalam pe l ndidikan yang se l lalu be l rke l mbang me l nghasilkan be l rbagai macam sarana dan me l dia yang be l rtujuan untuk te l rus me l ningkatkan pe l mbe l lajaran pada suatu bidang [4]. Dalam pe l nge l nalan tanaman untuk mate l ri atau info l rmasi dalam pe l rawa- tan tanaman khususnya pada tanaman hias yang me l mbutuhkan pe l rawatan se l cara hati- hati. Tanaman hias dibudidayakan kare l na me l miliki daya tarik dan ke l unikannya masing- masing mulai dari warna, be l ntuk, ukuran, daun maupun aro l ma bunganya [5]. Se l hingga dalam me l rawat tanaman hias te l rse l but me l me l rlukan cara-cara khusus untuk me l rawat tumbuh-tumbuhan yang be l rbe l da. Dari hasil o l bse l rvasi dan wawancara yang dilakukan te l rhadap masyarakat, dalam pro l se l s pe l rawatan tanaman hias warga hanya dapat saling be l rtanya de l ngan te l tangganya saja, yang dimana info l rmasi te l rse l but be l lum te l ntu be l nar atau harus jauh-jauh ke l pe l milik usaha tanaman hias, kare l na tidak adanya me l dia be l lajar yang dapat me l mbantu masyara- kat be l lajar mandiri di rumah, se l hingga masyarakat ke l rap me l lakukan ke l salahan dalam me l lakukan pe l rawatan tanaman hias yang me l re l ka budi dayakan. O l le l h kare l na itu, pe l nggunaan me l dia yang te l pat dan me l narik se l pe l rti Augme l nte l d Re l ality (AR) dipe l rlukan untuk me l ningkatkan pe l mahaman masyarakat de l ngan me l nggunakan me l dia yang me l narik pe l rhatian masyarakat dalam be l lajar. Augme l nte l d Re l ality me l mbe l rikan pe l ngala- man ke l pada use l r untuk me l lihat o l bje l k maya 2D atau 3D yang ditampilkan te l rhadap dunia nyata [6]. De l ngan me l manfaatkan te l kno l lo l gi Augme l nte l d Re l ality se l bagai me l dia pe l mbe l la- jaran info l rmasi yang disajikan akan le l bih me l narik dan mudah dipahami o l le l h siswa dalam pro l se l s be l lajarnya
Be l rdasarkan pe l rmasalahan yang te l rurai di atas pe l ne l liti te l rtarik untuk me l rancang dan me l nge l mbangkan aplikasi Augme l nte l d re l ality be l rbasis andro l id de l ngan judul pe l ne l litian “P e l rancangan Dan Imple l me l ntasi Augme l nte l d Re l ality Se l bagai Me l dia E l dukasi Tanaman Hias Be l rbasis Marke l d Base l d ” yang dapat m e l njadi me l dia e l dukasi dalam me l nge l nalkan tanaman hias ke l pada masyarakat umum [7]. Ke l unggulan dalam aplikasi ini yaitu me l nyajikan gambar atau o l bje l k 3D, se l hingga masyarakat dapat le l bih te l rtarik un- tuk me l ncari info l rmasi te l ntang tanaman hias de l ngan adanya bantuan Augme l nte l d Re l ality (AR) yang me l mbuat le l bih me l narik dan e l fe l ktif. Se l hingga masyarakat dapat me l ngakse l s smartpho l ne l andro l id me l re l ka untuk be l lajar te l ntang tanaman hias kapan saja dan di mana saja.
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
## 2. Bahan dan Metode
2.1. Me l to l de l Pe l ne l litian
Me l to l de l Pe l ne l litian yang digunakan dalam pe l ne l litian ini yaitu me l to l de l So l ftware l De l ve l- lo l pme l nt Life l Cycle l (SDLC) de l ngan mo l de l l Air Te l rjun/ Wate l rfall . Tahapan (SDLC) akan dike l rjakan se l cara be l rurut me l nurun dari pe l ngumpulan, analisis, de l sain, imple l me l ntasi dan pe l ngujian [8]. me l to l do l lo l gi SDLC dalam pe l nge l mbangan siste l m aplikasi Augme l nte l d
Re l ality dapat dilihat pada di bawah.
Gambar 1. Me l to l de l So l ftware l De l ve l lo l pme l nt Life l Cycle l Mo l de l l wate l rfall
Tahapan-tahapan dalam me l to l de l So l ftware l De l ve l lo l pme l nt Life l Cycle l Mo l de l l wate l rfall (SDLC) se l bagai be l rikut :
2.1.1. Co l lle l cting data (Pe l ngumpulan Data)
Tahap Pe l ngumpulan data adalah tahap yang dilakukan agar me l ndapatkan info l r- masi yang akan digunakan dalam pe l ne l litian. Pro l se l s pe l ngumpulan data pada pe l ne l litian ini pe l ne l liti me l lakukan o l bse l rvasi, wawancara, dan me l nye l barkan kue l sio l ne l r ke l pada masyarakat yang me l mbudidayakan tanaman hias di se l ktar rumah me l re l ka me l lalui link go l o l gle l fo l rm te l ntang cara me l rawat tanaman hias. Pe l ne l liti juga me l lakukan wawancara ke l- pada 15 o l rang pe l gawai dari 4 pe l milik usaha tanaman hias, untuk me l ndapakatkan info l r- masi te l ntang tata cara pe l rawatan tanaman hias de l ngan je l nis-je l nis yang be l rbe l da se l rta, pe l ne l liti me l ngumpulkan dari studi lite l ratur yang dibaca se l pe l rti buku, we l b, se l rta dari jurnal. Dari se l mua info l rmasi tadi dirangkum hingga me l njadi data yang digunakan pada pe l ne l litian ini.
2.1.2. So l ftware l Analysis (Analisis Pe l rangkat Lunak)
Se l te l lah me l ngumpulkan data pe l nulis me l lanjutkan ke l tahap so l ftware l analysis. Tahap ini me l ncakup ke l butuhan pe l rangkat lunak, masukan dan ke l luaran dari pe l rangkat lunak dan batasan dari pe l rangkat lunak. Pe l nje l lasan te l ntang analisis pe l rangkat lunak akan dije l- laskan di bawah ini: a. So l ftware l Re l quire l me l nt (Ke l butuhan Pe l rangkat Lunak) Aplikasi dibangun me l nggunakan te l kno l lo l gi augme l nte l d re l ality be l rbasis marke l d base l d. Diharapkan aplikasi dapat me l nampikan mo l de l l dari tanaman hias se l cara 3D be l se l rta info l rmasi dari tanaman hias dalam be l ntuk te l ks maupun audio l . Aplikasi dibuat pada platfo l rm andro l id de l ngan so l ftware l Unity 3D se l bagai so l ftware l yang me l nge l mbangkan augme l nte l d re l ality dan Vufo l ria untuk me l njadi library dari marke l r AR yang digunakan. b. So l ftware l Input and O l utput (Masukan dan Ke l luaran Pe l rangkat Lunak) Input pada aplikasi ini yaitu pe l nanda atau marke l r, dimana marke l r akan dipindai me l nggunakan kame l ra dan o l bje l k 3D AR akan muncul. O l utput pada aplikasi yaitu o l bje l k visual yang me l nampilkan o l bje l k 3D dari AR tanaman hias. O l utput tidak hanya o l bje l k 3D AR namun juga te l rdapat info l rmasi tanaman be l rupa te l xt dan audio l .
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
c. So l ftware l Limitatio l n (Batasan Pe l rangkat Lunak) Te l rdapat batasan-batasan yang be l rada dalam aplikasi ini, yang harus dike l tahui se l be l lum aplikasi dijalankan. Ke l te l rbatasan aplikasi ini yaitu je l nis tanaman hias yang baru me l miliki 5 je l nis tanaman hias yaitu lidah buaya, kuping gajah, lidah me l rtua, janda bo l lo l ng dan daun bahagia. Aplikasi hanya akan be l rjalan pada suppo l rt andro l id minimal ve l rsi 7.0 (No l uge l t).
2.1.3. So l ftware l De l sign (De l sain Pe l rangkat Lunak)
Pada tahapan ini pe l ne l liti mulai me l rancang de l sain pe l rangkat lunak untuk me l me l nuhi se l mua ke l butuhan pada tahapan ini. De l sain arsite l ktur yang akan dibangun akan digunakan se l bagai gambaran dari siste l m yang dirancang bangun dan imple l me l ntasi me l to l de l yang akan digunakan untuk me l mbangun siste l m. Aplikasi ini me l nggunakan Unifie l d Mo l de l lling Language l (UML) se l bagai pe l mo l de l lann. Use l case l diagram dan activity diagram adalah diagram yang te l rdapat dalam UML. Te l rdapat juga Wire l frame l Use l r Inte l rface l se l bagai tahap awal pe l rancangan de l sain di dalam aplikasi.
2.1.3.1. Use l Case l Diagram
Use l case l diagram adalah gambaran ske l nario l dari inte l raksi pe l ngguna de l ngan siste l m ke l tika aplikasi digunakanan [9]. Be l rikut adalah use l case l diagram dari aplikasi e l dukasi tanaman hias. Aplikasi me l mulai aktifitas dari me l nu ho l me l , dimana te l rdapat be l be l rapa me l nu yang dapat diakse l s se l pe l rti Guide l , Play, Plants dan E l xit.
Gambar 2. Use l Case l Diagram Aplikasi
Pada use l case l diagram di atas me l nggambarkan pe l ngguna be l rada pada halaman utama atau me l nu ho l me l . Di dalam me l nu ho l me l te l rdapat 4 me l nu halaman lainnya yaitu Guide l , Play, Plants dan E l xit. Guide l be l rtujuan untuk me l nampilkan panduan cara pe l nggunaan aplikasi, lalu to l mbo l l play akan me l minta izin me l nggunakan kame l ra pada pe l ngguna untuk me l lakukan scan marke l r , se l te l lah marke l r akan muncul to l mbo l l yang me l nampilkan info l rmasi be l rupa audio l dan te l xt. Me l nu plants akan me l nampilkan daftar halaman yang be l rada pada aplikasi ini dan to l mbo l l E l xit untuk ke l luar.
## 2.1.3.2 Activity Diagram
Activity Diagram adalah aktifitas yang me l nggambarkan wo l rkflo l w (alur ke l rja) atau aktivitas yang te l rjadi pada se l buah syste l m [10] . pada tahap Activity diagram ini me l nje l laskan alur pro l se l s yang ada
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
dalam siste l m. Pada diagram ini me l nunjukan tugas yang akan dilakukan o l le l h siste l m. Saat pe l ngguna me l nggunakan aplikasi, siste l m akan me l nampilkan halaman utama yang be l risi to l mbo l l-to l mbo l l pe l rpindahan halaman yaitu halaman Guide l , Plants, Play dan E l xit.
Gambar 3. Activity Diagram Aplikasi
2.1.3.3 Wire l frame l Use l r Inte l rface l Wire l frame l adalah ke l rangka de l sain untuk me l nata suatu ite l m ditampilan we l bsite l atau aplikasi [11]. Be l rikut adalah rancangan dari tampilan UI atau Use l r Inte l rface l yang akan digunakan untuk aplikasi Augme l nte l d Re l ality.
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
Gambar 4. Wire l frame l Use l r Inte l rface l Aplikasi
Te l rdapat be l be l rapa Wire l frame l yang me l miliki atributnya masing-masing se l pe l rti pada be l rikut:
1. Splashscre l e l n, me l nampilkan tampilan awal saat aplikasi dijalankan dapat dilihat pada Gambar 5. (1).
2. Me l nu Ho l me l , Pada me l nu ho l me l te l rdapat Lo l go l dan 5 to l mbo l l inte l raksi yaitu Guide l (ico l n tanda se l ru), Audio l co l ntro l l (ico l n spe l ake l r), Play, Plants dan E l xit dapat dilihat pada Gambar 5. (2).
3. Me l nu Guide l , pada me l nu Guide l te l rdapat gambar halaman Ho l me l dan Gambar 5 to l mbo l l yang ada pada halaman ho l me l be l se l rta pe l nge l rtiannya dapat dilihat pada Gam- bar 5. (3).
4. Me l nu Plants, te l rdapat daftar gambar dari tanaman dan 2 yaitu to l mbo l l back dan audio l dapat dilihat pada Gambar 5. (4).
5. Me l nu Play, pada me l nu Start te l rdapat 2 to l mbo l l back dan mute l , juga 3 to l mbo l l yaitu to l mbo l l Play, Pause l dan Info l yang akan muncul se l te l lah marke l r te l ride l ntifikasi, dapat dilihat pada Gambar 5. (5) di atas.
6. Me l nu Info l , pada me l nu Info l te l rdapat gambar dari tanaman yang dipindai dan 2 to l mbo l l yaitu to l mbo l l mute l dan back yang akan me l ngarahkan ke l mbali ke l halaman Plants dapat dilihat pada Gambar 5. (6).
7. Me l nu QR, pada me l nu QR te l rdapat gambar dari tanaman yang dapat dipindai dan 2 to l mbo l l yaitu to l mbo l l mute l dan back yang akan me l ngarahkan ke l mbali ke l halaman Info l rmasi Tanaman yang dipindai dapat dilihat pada Gambar 5. (7).
2.1.4. So l ftware l Te l sting (Pe l ngujian Pe l rangkat Lunak)
Se l te l lah aplikasi me l lalui tahap se l be l lumnya, aplikasi akan me l lakukan tahap pe l ngujian. Adapun pro l se l s pe l ngujian yang akan dilakukan se l pe l rti pe l ngujian blackbo l x, dimana pe l ngujian ini be l rtujuan untuk me l nguji fungsio l nalitas dari siste l m aplikasi dan me l nge l tahui ke l salahan dari aplikasi yang dibangun. Pro l se l s te l sting fungsio l nal
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
me l nggunakan aplikasi yang dipasangkan pada smartpho l ne l yang digunakan untuk pe l ngujian. Ke l mudian pe l ngujian se l lanjutnya me l mbe l rikan kue l sio l ne l r ke l pada 15 re l spo l nde l n yang akan me l lakukan pe l nilaian te l rhadap siste l m yang dibangun. Te l rdapat 10 pe l rtanyaan yang me l ncakup te l ntang bagaimana e l fe l ktifnya aplikasi, ke l nyamanan pe l ngguna, dan fungsinya. Pe l ngujian ini dilakukan me l nggunakan me l to l de l Syste l m Usability Scale l (SUS).
## 3. Hasil
3.1. De l sign Use l r Inte l rface l Use l r Inte l rface l me l rupakan se l buah tampilan yang me l mfasilitasi pe l ngguna ke l tika me l- lakukan aktifitas atau inte l raksi te l rhadap aplikasi atau we l b [12]. De l sain antarmuka ini adalah rancangan dari pro l to l type l UI se l be l lumnya yang akan dibangun. Rancangan dari tampilan antarmuka ini me l miliki tujuan untuk me l mbe l rikan info l rmasi te l ntang le l tak to l mbo l l dan me l nu halaman utama, me l nu guide l , me l nu abo l ut us, me l nu start dan me l nu e l xit yang ada dalam aplikasi ini. Be l rikut adalah tampilan antarmuka Aplikasi E l dukasi Tana- man Hias De l ngan Augme l nte l d Re l ality Be l rbasis Andro l id.
Gambar 5. De l sign Inte l rface l Aplikasi
Te l rdapat be l be l rapa Wire l frame l yang me l miliki atributnya masing-masing se l pe l rti pada be l rikut: 1. Splashscre l e l n Me l nu splash scre l e l n ini adalah halaman yang me l nampilkan lo l go l dan ve l rsi aplikasi saat aplikasi pe l rtama kali dijalankan dapat dilihat di bawah pada Gambar 5 (1).
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
2. Me l nu Ho l me l
Me l nu ho l me l ini adalah halaman utama pada aplikasi ini. Pada halaman ini be l risi lima to l mbo l l pilihan me l nu, yaitu Play, Guide l (tanda se l ru), Mute l (ico l n Spe l ake l r) Plants dan E l xit. Rancangan me l nu Ho l me l dapat dilihat pada Gambar 5 (2). 3. Me l nu Guide l Pada me l nu Guide l ini be l risikan te l ntang tata cara pe l nggunaan aplikasi ini. Antarmuka me l nu guide l dapat dilihat pada Gambar 5 (3).
4. Me l nu Plant’s
Pada me l nu Plants be l risikan tanaman yang te l rse l dia pada Aplikasi Augme l nte l d Re l ality Se l bagai Me l dia E l dukasi Tanaman Hias Be l rbasis Marke l d Base l d se l cara singkat. Se l pe l rti pada antarmuka me l nu guide l pada Gambar 5 (4).
5. Me l nu QR
Pada me l nu QR be l risi Gambar yang dapat dipindai o l le l h use l r untuk me l munculkanAR atau o l bje l k 3D. Se l pe l rti pada Gambar 5 (5). 6. Me l nu Info l Pada me l nu info l be l risi info l rmasi atau pe l nje l lasan te l ntang tanaman yang be l rhasil dipin- dai. Se l pe l rti pada Gambar 5 (6).
7. Me l nu Play
Pada me l nu Play pe l ngguna akan diarahkan ke l kame l ra untuk me l mindai marke l r yang te l lah dise l diakan dan pe l ngguna dapat me l lihat tampilan o l bje l k 3D Augme l nte l d Re l ality dari tanaman hias. Se l te l lah dipindai layar akan me l munculkan to l mbo l l info l , Pause l dan to l mbo l l Play. Dimana to l mbo l l Play be l rfungsi untuk me l nge l luarkan info l rmasi dari tana- man yang be l rupa audio l dan to l mbo l l Info l untuk me l ngarahkan ke l me l nu Info l . Antarmuka me l nu Start dapat dilihat dari Gambar 5 (7) dan (8).
3.2. Imple l me l ntasi Marke l r
Imple l me l ntasi marke l r ini adalah rancangan marke l r atau pe l nanda yang akan digunakan dalam aplikasi. Rancangan dari tampilan marke l r ini me l miliki tujuan untuk me l mbe l rikan tampilan yang me l narik bagi pe l ngguna tak hanya dalam be l ntuk ko l de l QR. Tampilan marke l r dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Imple l me l ntasi Marke l r
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
3.3. Imple l me l ntasi O l bje l k 3D Imple l me l ntasi o l bje l k 3D ini dilakukan de l ngan me l nggunakan Unity 3D langsung, se l be l- lumnya o l bje l k 3D te l rse l but te l lah diunduh me l lalui unity sto l re l pro l se l s Imple l me l ntasi atau me l- masukan o l bje l k 3D ini ke l dalam Unity 3D te l rbagi dalam be l be l rapa tahapan yaitu mo l de l ling dan co l lo l ring. Dapat dilihat pada Tabel l 1.
Tabel 1. Modeling dan Coloring Objek 3D
No Objek Asli Objek 3D 1 Lidah Buaya 2 Kuping Gajah 3 Lidah Me l rtua
4. Pembahasan Hasil 4.1. Pe l ngujian Black Bo l x
Me l to l de l Black bo l x te l sting me l rupakan me l to l de l yang digunakan untuk me l nguji se l buah aplikasi tanpa harus me l mpe l rhatikan hal so l urce l co l de l aplikasinya [13]. Pe l ngujian Black bo l x te l sting me l to l de l uji ini dilakukan untuk me l nge l tahui ke l be l rhasilan dari se l buah aplikasi yang dibangun de l ngan cara me l lakukan uji fungsio l nalitas fitur pada pe l rangkat smartpho l ne l andro l id [14]. Pe l ngujian dilakukan de l ngan cara me l njalankan se l tiap fitur yang ada pada aplikasi me l nggunakan smartpho l ne l Andro l id de l ngan be l be l rapa kali pe l ngulan- gan de l ngan me l nggunakan tiga me l re l k dan tipe l smartpho l ne l yang be l rbe l da yang pe l rtama me l nggunakan me l re l k Xiao l mi Re l dmi No l te l 10, ke l dua Po l co l pho l ne l F1, ke l tiga Asus Ze l nfo l ne l Max Pro l M1, dari ke l tiganya hasil dari uji co l ba se l muanya sama. Hasil dari uji fungsio l nali- tas aplikasi AR Tanaman Hias dapat dilihat pada Tabe l l 2.
Table 2. Pe l ngujian Black Bo l x No
Pe l ngujian Fungsio l nal Hasil Pe l ngujian 1 Instalasi Aplikasi AR Be l rhasil 2 To l mbo l l o l n-o l ff music Be l rhasil
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
No Pe l ngujian Fungsio l nal Hasil Pe l ngujian 3 To l mbo l l Play Be l rhasil 4 To l mbo l l Guide l Be l rhasil 5 To l mbo l l Ke l mbali Be l rhasil 6 To l mbo l l Plants Be l rhasil 7 To l mbo l l Ke l luar Be l rhasil 8 To l mbo l l Play audio l
Be l rhasil 9 To l mbo l l Info l
Be l rhasil 10 Kame l ra Be l rhasil 11 Scan Marke l r
Be l rhasil
4.2. Hasil Re l spo l n Pe l ngguna
Tahap pe l ngujian aplikasi pada pe l ngguna adalah fase l pe l ne l rapan aplikasi me l dia pe l- mbe l lajaran ke l pada masyarakat atau pe l ngguna umum, me l re l ka me l rupakan o l bje l k dalam pe l ne l litian ini. Pe l ngujian te l rhadap pe l ngguna ini be l rmaksud agar dapat dike l tahui 15 re l- spo l n pe l ngguna te l rhadap aplikasi AR Tanaman hias yang te l lah dibuat. Uji co l ba pe l ngguna dilaksanakan ke l pada Masyarakat yang me l mbudidayakan tanaman hias, diantaranya se l- banyak 10 o l rang be l rje l nis ke l lamin Pe l re l mpuan dan 5 o l rang be l rje l nis ke l lamin laki-laki, to l- talnya 15 re l spo l nde l n. Pe l ngujian ini dilakukan de l ngan me l ne l rapkan me l to l de l Syste l m Usabil- ity Scale l (SUS) adalah me l to l de l pe l ngujian yang ce l pat dan salah satu me l to l de l uji yang se l ring digunakan [15]. Pada Tabe l l 3. dapat dilihat hasil dari pe l ngujian me l nggunakan me l to l de l Syste l m Usability Scale l (SUS).
Tabel 3 . Tabe l l Hasil Pe l ngujian Syste l m Usability Scale l (SUS) No. Responden JK Hasil Pengujian Jumlah Nilai Jumlah × 2.5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 1. Re l s 01 L 4 4 3 4 3 2 3 4 3 4 34 85 2. Re l s 02 L 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 35 87,5 3. Re l s 03 L 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 34 85 4. Re l s 04 L 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 35 87,5 5. Re l s 05 L 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 31 77,5 6. Re l s 06 P 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 34 85 7. Re l s 07 P 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 35 87,5 8. Re l s 08 P 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 34 85 9. Re l s 09 P 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 34 85 10. Re l s 10 P 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 33 82,5 11. Re l s 11 P 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 34 85 12. Re l s 12 P 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 30 75 13. Re l s 13 P 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 82,5 14. Re l s 14 P 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 34 85 15. Re l s 15 P 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 35 87,5 Nilai Rata Rata (Hasil Akhir) 84% Uji re l spo l n pe l ngguna dilakukan pada lingkungan masyarakat de l ngna to l tal 15 re l- spo l nde l n. Data yang didapat yaitu pe l nilaian dari aplikasi o l le l h masyarakat yang me l mbudidayakan tanaman hias be l rbe l ntuk kue l sio l ne l r yang me l miliki 10 so l al de l ngan 5 ja- waban nilai 1 Sangat Tidak Se l tuju, 2 Tidak Se l tuju, 3 Cukup, 4 Se l tuju, dan 5 Sangat Se l tuju. Me l lihat data yang didapat dari hasil pe l ngujian re l spo l nde l n de l ngan to l tal 15 masyarakat yang didapat bahwa sko l r yang dipe l ro l le l h yaitu se l nilai 84%, de l ngan grade l scale l ‘B’ yang be l rarti aplikasi masuk dalam kate l go l ri acce l ptable l . Yang be l rarti aplikasi dapat digunakan dan be l rmanfaat.
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
## 5. Kesimpulan
Be l rdasarkan dari hasil tahapan – tahapan yang sudah dilakukan, maka dapat diam- bil ke l simpulan se l bagai be l rikut: Me l lalui Aplikasi e l dukasi tanaman hias Augme l nte l d Re l al- ity de l ngan me l to l de l Marke l d Base l d Tracking be l rbasis andro l id, be l be l rapa hal dapat disim- pulkan dari aplikasi yang dirancang yaitu aplikasi dapat me l nampilkan o l bje l k 3D se l suai de l ngan marke l r yang te l lah te l rde l te l ksi o l le l h kame l ra AR Tanaman Hias. Se l hingga pe l ngguna bisa me l ndapatkan info l rmasi dalam me l nge l tahui je l nis – je l nis tanaman hias dalam be l ntuk o l bje l k 3D se l rta info l rmasi dari tanaman yang ditangkap o l le l h kame l ra andro l id pe l ngguna. Mulai dari info l rmasi te l ks pe l nje l lasan te l ntang tanaman yang ditangkap o l le l h kame l ra mau- pun info l rmasi dalam be l ntuk audio l atau suara dan juga dari tata cara pe l rawatan tanaman hias. Se l rta se l luruh fitur yang ada dalam aplikasi dapat diakse l s dan digunakan.
Hasil pe l ngujian fungsio l nalitas aplikasi AR Tanaman Hias dilaksanakan de l ngan me l makai me l to l de l uji co l ba black bo l x te l sting. Dalam pe l ngujian ini hal hal yang di uji adalah fitur-fitur yang te l rdapat pada aplikasi AR Tanaman hias bias be l rjalan de l ngan baik. Ada- pun pe l ngujian de l ngan me l nggunakan kue l sio l ne l r de l ngan me l to l de l Syste l m Usability Scale l (SUS) dipe l ro l le l h sko l r rata-rata 84% ini masuk pada Grade l Scale l “B” masuk k e l dalam kate l- go l ri Acce l ptable l ini me l nunjukan bahwa aplikasi sudah cukup baik untuk digunakan, me l lihat hasil sko l r kue l sio l ne l r ini juga me l nunjukan de l ngan bantuan aplikasi AR Tanaman hias cara pe l rawatan tanaman hias dapat diakse l s dimana-mana dan me l mbuat masyarakat dapat me l lihat tanaman apa saja yang co l co l k dibudidayakan o l le l h me l re l ka. Se l rta me l mbuat pe l mbe l lajaran te l ntang tanaman hias se l makin me l narik de l ngan me l nggunakan AR. Saran untuk pe l ne l litian se l lanjutnya bisa me l ne l rapkan me l to l de l lain. Mulai dari me l to l de l pe l ne l litian dimana dalam aplikasi ini me l nggunakan me l to l de l So l ftware l De l ve l lo l pme l nt Life l Cy- cle l (SDLC) atau wate l rfall pe l nge l mbang se l lanjutnya bias me l nco l ba me l to l de l lain. Me l to l de l yang ada pada aplikasi, dimana aplikasi ini baru me l nggunakan me l to l de l marke l d base l d se l hingga me l mbutuhkan marke l r untuk me l nampilkan o l bje l k 3D se l hingga pe l nge l mbang se l- lanjutnya dapat me l nggunakan me l to l de l marke l rle l ss. Pe l nge l mbang juga dapat me l nam- bahkan quiz untuk me l nambah wawasan de l ngan mo l de l mini game l . Se l rta me l to l de l pe l ngujian bisa digunakan me l to l de l lain se l lain dari black bo l x dan SUS,
## Referensi
[1] El. M. Triantol dan N. T. Hariyanti, “P elngelmbangan Meldia Intelraktif Augmelnteld Relality Belrbasis Androlid Dalam Pelngelnalan Jelnis Minuman Kol pi,” Telknika, voll. 9, nol. 2, hlm. 106 – 112, Nolv 2020, doli: 10.34148/telk- nika.v9i2.296.
[2] Y. Huda, El. Tasrif, R. El. Sari, R. Rahmi, dan K. Col sta, “JT ElV (Jurnal Telknik Ellelktrol dan Volkasiolnal) Litelra- turel Relvielw: Pelnggunaan Meldia Augmelnteld Relality dalam Pelndidikan Kel juruan,” v oll. 9, nol. 1, 2023, doli: 10.24036/jtelv.v9i1.121703.
[3] N. El. Raharjol dan D. C. Dinata, “P ElNGElMBANGAN MElDIA PElMBElLAJARAN AUGMElNTElD RElALITY FOlR BRIDGEl PADA MATA PElLAJARAN KOlNSTRUKSI JALAN DAN JElMBATAN UNTUK SMK KElLAS XI DPIB,” 2021. [Daring]. T elrseldia pada: https://voli.id,
[4] Y. Pratama dkk. , “P elngelmbangan Meldia Pelmbellajaran ARTS Belrbasis Androlid pada Matelri Tata Surya untuk SMP,” 2020. [Daring]. T elrseldia pada: http://jolurnal.unnels.ac.id/sju/indelx.php/upelj [5] Shelrly, Brolmellia - Tanaman Hias Tak Manja, Bukell. Bhuana Ilmu Polpulelr, 2020.
[6] P. Rolsma Aryani, I. Akhlis, B. Subali Jurusan Fisika, dan F. Matelmatika dan Ilmu Pelngel tahuan Alam, “P elnelra- pan Moldell Pelmbellajaran Inkuiri Telrbimbing Belrbelntuk Augmelnteld Relality pada Pelselrta Didik untuk Melningkatkan Minat dan Pelmahaman Kolnsel p IPA,” Unnels Physics Elducatioln Jolurnal Telrakrelditasi SINTA, voll. 8, nol. 2, 2019, [Daring]. Telrseldia pada: http://jolurnal.unnels.ac.id/sju/indelx.php/upelj
[7] A. Muhsirada Tarigan dan P. Simanjuntak, “Impl elmelntasi Augmelnteld Relality Selbagai Meldia Pelmbellajaran Melngelnal Tanaman Hias Belrbasis Androl id,” 2023.
[8] A. P. Seltiany, D. Nolviyantol, M. Irfansyahfalah, S. Aisah, A. Saifudin, dan I. Kusyadi, “Jurnal T elknollolgi Sistelm Infolrmasi dan Aplikasi Pelnggunaan Meltoldel Systelm Delvellolpmelnt Lifel Cyclel ( SDLC) dalam Analasis dan Pelrancangan Sistelm Infolrmasi Pelnelrimaan Kas Selkol lah,” v oll. 4, nol. 3, hlm. 179 – 186, 2021, doli: 10.32493/jtsi.v4i3.11992.
JTIM 2023 , Vol. 5 , No. 3
[9] N. Adiyati, F. Wulandari, El. Junael di, dan A. M. Ramadhan, “P ElNGElMBANGAN APLIKASI AUGMElNTElD RElALITY SElBAGAI MElDIA PElMBElLAJARAN UNTUK MElNGElNAL TATA SURYA PADA SD ISLAMIC VILLAGEl .” [Daring]. T elrseldia pada: https://jolurnal.fkolm.uniku.ac.id/ilkolm
[10] N. Alamsyah dan R. A. Krisdiawan, “P ElMBANGUNAN APLIKASI SElBAGAI MElDIA PElMBElLAJARAN BANGUN RUANG TINGKAT SD/SMP DElNGAN MElNGGUNAKAN MElTOlDEl MARKElR AUGMElNTElD REl ALITY,” v oll. 15, nol. 1, hlm. 45513, [Daring]. Telrseldia pada: https://jolurnal.uniku.ac.id/indelx.php/ilkolm [11] B. Dharma Jaya dan El . P. Agustini, “P ElRANCANGAN WIRElFRAMEl USElR INTElRFACEl SElMElSTA BACA MEl NGGUNAKAN FIGMA,” Bina Darma Colnfelrelncel oln Colmputelr Scielncel.
[12] Y. S. Jamilah dan A. C. Padmasari, “P ElRANCANGAN USElR INTElRFACEl DAN USElR ElXPElRIElNCEl AP- LIKASI SAY.COl ”, [Daring]. T elrseldia pada: https://oljs.unm.ac.id/tanra/
[13] A. Ricat Sinulingga, M. Zuhri, R. Budi Mukti, dan A. Saifudin, “Jurnal T elknollolgi Sistelm Infolrmasi dan Aplikasi Pelngujian Black Bolx pada Sistelm Aplikasi Infolrmasi Data Kinelrja Melnggunakan Telknik Elquivalelncel Parti- tiol ns,” v oll. 3, nol. 1, hlm. 2654 – 4229, 2020, [Daring]. Telrseldia pada: http://olpelnjolurnal.unpam.ac.id/in- delx.php/JTSI9
[14] R. Indrajaya dkk. , “RANCANG BANGUN APLIKASI AUGM ElNTElD RElALITY MElDIA PElMBElLAJARAN PElNGElNALAN MACAM-MACAM BOlLA PADA ANAK USIA DINI,” 2023.
[15] R. Delddy, R. Dakol, J. T. Ellelktrol , dan W. Ridwan, “V ollumel 4 Nolmolr 2 Juli 2022 Pelngukuran Usability telrhadap Aplikasi Telsadaptif.Nelt delngan Systelm Usability Scalel ,” Jambura Jolurnal olf Ellelctrical and Ellelctrolnics Elnginelelring, voll. 207, [Daring]. Telrseldia pada: https://telsdaptif.nelt.
|
4c08de4d-a0cf-43ea-a958-0c14a89b6bf2 | https://journal.unpar.ac.id/index.php/risa/article/download/4733/3267 |
## SOCIAL ADAPTATION AND SETTLEMENT PATTERNS IN BANDUNG TOLERANCE VILLAGE
1 Arwin Renaldi Chandra. 2 Dr. Ir. Hartanto Budiyuwono, MT
¹ Student in the Bachelor’s (S-1) Study Program in Architecture at Parahyangan Catholic University
² Senior lecturer in the Bachelor’s (S-1) Study Program in Architecture at Parahyangan Catholic University
## Abstract
Bandung is a city with high social heterogenity. Therefore, the Bandung City Government is trying to maintain this diversity. One of the program is tolerance village. In a tolerance village, there are various places of worship in one area. The community can maintain its diversity. One of the tolerance villages in Bandung is located on Vihara Street, RW 08, Kebon Jeruk Sub-District, Andir District.
Thus there was a cultural clash. The community is trying to adapt in social and settlement pattern to continue to be able to improve harmony between religious communities. Therefore, Tolerance Village on Vihara Street is one of the interesting objects to be discussed.
The purpose of this research is to understand how the community can adapt socially and the patterns of settlements formed by religious diversity in the Tolerance Village on Jalan Vihara.
The study used a descriptive method and a qualitative approach by describing the existing condition of the Tolerance Village on Jalan Vihara and comparing it with the theory of adaptation and settlement patterns. Data of Tolerance Villages on Jalan Vihara was collected by interviewing, field observations, and literature study of Amos Rapoport and Habraken.
The result is that the community adopts social adaptation in two ways, namely adaptation by adjustment and withdrawal. In terms of settlement patterns, the economic facilities are centered on Kelenteng Street and Jendral Sudirman Street. Socio-cultural facilities in the form of places of worship are placed separately. Based on the residential pattern, in general the type of building can be divided into two, that are buildings that located on the main road and buildings in the village. The main differentiators are the organization of space, building materials, and rules of building. In residential buildings it is rarely found the use of decorative motif.
Key Words: social adaptation, settlement patterns, tolerance village
## ADAPTASI SOSIAL DAN POLA PERMUKIMAN DI KAMPUNG TOLERANSI BANDUNG
1 Arwin Renaldi Chandra. 2 Dr. Ir. Hartanto Budiyuwono, MT
¹ Mahasiswa S1 Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan ² Dosen Pembimbing S1 Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan
## Abstrak
Bandung merupakan salah satu kota dengan ciri heterogenitas sosial tinggi. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bandung berusaha mempertahankan keberagaman tersebut. Salah satunya dengan program kampung toleransi. Dalam kampung toleransi, terdapat beragam tempat ibadah dalam satu wilayah. Masyarakat dapat menjaga keberagaman tersebut. Salah satunya terletak di Jalan Vihara, RW 08, Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir.
Terjadilah pertemuan beragam kebudayaan. Masyarakat berusaha untuk beradaptasi secara sosial dan pola permukiman sehingga tetap terjaga kerukunan antar umat beragama. Oleh karena itu, Kampung Toleransi di Jalan Vihara menjadi objek yang menarik untuk dibahas.
1 Corresponding author : [email protected]
Tujuan penelitian untuk memahami bagaimana masyarakat dapat beradaptasi secara sosial dan pola permukiman yang terbentuk akibat keberagaman agama pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif dengan cara mendeskripsikan keadaan eksisting Kampung Toleransi di Jalan Vihara dan membandingkannya dengan teori adaptasi dan pola permukiman. Data Kampung Toleransi di Jalan Vihara dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi lapangan, dan studi pustaka Amos Rapoport dan Habraken.
Hasilnya masyarakat melakukan adaptasi sosial dengan dua cara, yaitu adaptasi dengan penyesuaian dan penarikan. Secara pola permukiman, fasilitas ekonomi berpusat di Jalan Kelenteng dan Jalan Jendral Sudirman. Fasilitas sosial budaya berupa tempat ibadah diletakkan secara terpisah-pisah. Tipe bangunan hunian dibedakan menjadi dua, yaitu bangunan yang berbatasan dengan jalan utama dan bangunan di dalam kampung. Pembeda utamanya yaitu organisasi ruang, bahan bangunan, dan aturan membangun. Pada bangunan hunian sudah jarang ditemukan penggunaan ragam hias.
Kata Kunci: adaptasi sosial, pola permukiman, kampung toleransi
## 1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keberagaman budaya dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satu faktor yang menunjukkan keberagaman budaya pada masyarakat yang tinggal di Negara Indonesia adalah terdapatnya beberapa agama yang yang diakui oleh pemerintah. Agama-agama yang diakui di Negara Indonesia antara lain adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Keberagaman budaya tersebutlah yang membuat Negara Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Meskipun Negara Indonesia memiliki keberagaman agama yang terdapat pada masyarakatnya, konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal beragama masih sering terjadi. Menurut Imparsial yang merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang mengawasi dan menyelidiki pelanggaran Hak Asasi Manusia, masih terdapat puluhan kasus pelanggaran yang berkaitan dengan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) di Indonesia pada tahun 2019. Pelaku pelanggaran tersebut terdiri dari kalangan masyarakat, aparat negara, maupun pihak pemerintah itu sendiri.
Konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan agama yang terjadi secara berkelangsungan dapat mengancam persatuan dan kesatuan dari Negara Indonesia. Apabila konflik tersebut terus berlangsung, masyarakat yang tinggal di Negara Indonesia dapat mengalami perpecahbelahan karena perbedaan agama yang ada pada masyarakat di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama, baik dari pihak masyarakat maupun pemerintah, untuk dapat membangun sikap toleransi antar umat beragama dan sikap saling menghargai satu sama lain.
Salah satu kota yang dapat mencerminkan keberagaman kebudayaan masyarakat di Negara Indonesia adalah Bandung. Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang masyarakatnya memiliki ciri heterogenitas sosial dan budaya yang tinggi. Karena terdapat keberagaman pada masyarakat dalam hal sosial dan budaya di Kota Bandung, terdapat kemungkinan dapat terjadi perpecahbelahan pada masyarakat yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bandung berusaha untuk membuat program-program guna mempererat hubungan masyarakat yang beragam tersebut.
Salah satu program tersebut adalah kampung toleransi. Kampung toleransi merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Bandung untuk menjaga keberagaman masyarakat dalam hal beragama yang ada di Bandung. Menurut Yana Mulyana, syarat untuk menghadirkan kampung toleransi adalah minimal di wilayah itu terdapat keberagaman dalam hal beragama dan tempat ibadah, serta semua warga yang tinggal di kampung tersebut dapat menjaga keberagaman yang hidup dalam masyarakatnya.
Saat ini, pemerintah telah meresmikan lima kampung toleransi yang ada di Kota Bandung. Salah satu kampung toleransi yang paling baru diresmikan terletak di Jalan Vihara, RW 08, Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Bandung. Kampung tersebut diresmikan pada tanggal 12 November 2019 oleh Wakil Walikota Bandung Yana Mulyana.
Keberagaman agama yang dianut masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara dalam satu komplek RW 08 menyebabkan terjadinya pertemuan kebudayaan antar agama yang berbeda menjadi tidak dapat terhindarkan. Hal tersebut dikarenakan setiap agama memiliki tata cara budayanya masing-masing. Pertemuan budaya antar agama tersebut menyebabkan masyarakat yang tinggal di kampung tersebut berusaha untuk dapat beradaptasi secara sosial dalam menanggapi keberagaman tersebut. Selain secara sosial, terdapatnya keberagaman agama pada masyarakat yang tinggal di kampung tersebut menyebabkan terjadinya penyesuaian dalam pola permukiman yang terbentuk di kampung tersebut.
Berdasarkan isu tersebut, penelitian ini memfokuskan pada pertanyaan penelitian yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana masyarakat dapat beradaptasi secara sosial dengan keberagaman agama yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara?
2. Bagaimana pola permukiman yang terbentuk dalam menanggapi keberagaman agama yang dianut masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara?
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana masyarakat yang berada pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara dapat beradaptasi secara sosial terhadap keberagaman agama yang ada. Selain itu, penelitian ini bertujuan pula untuk mengetahui bagaimana pola permukiman yang terbentuk akibat adanya keberagaman agama pada masyarakat di kampung tersebut.
Penelitian ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang tinggal di Negara Indonesia sebagai salah satu percontohan bagi kampung-kampung lainnya yang memiliki permasalahan mengenai keberagaman agama dalam masyarakatnya. Penelitian ini bisa digunakan pula sebagai materi penelitian selanjutnya bagi mahasiswa lainnya untuk dapat dikembangkan.
## 2. KAJIAN TEORI Kampung Toleransi
Program kampung toleransi adalah program yang diciptakan oleh pemerintah kota Bandung dengan tujuan untuk membina dan meningkatkan kerukunan antar umat beragama. Kampung toleransi merupakan pencerminan dari bagaimana kerukunan umat beragama dalam suatu wadah kebhinekaan yang relatif tinggi, sikap, dan rasa saling menghormati antar masyarakat meskipun memiliki latar belakang agama yang berbeda. Syarat yang diperlukan untuk dapat menghadirkan kampung toleransi adalah minimal di wilayah itu terdapat keberagaman agama serta tempat ibadah. Selain itu, semua warga yang tinggal di wilayah tersebut dapat saling menjaga dan menghargai mengenai keberagaman tersebut.
## Teori Adaptasi Amos Rapoport
Menurut Amos Rapoport dalam tulisannya “ Cross-Cultural Aspects of Environmental Design ” 2 , terdapat tiga strategi yang dilakukan untuk dapat beradaptasi dan meningkatkan keharmonisan, yaitu sebagai berikut:
● Adaptasi dengan Penyesuaian Adaptasi dengan penyesuaian adalah perubahan perilaku yang berada dalam arah mengurangi konflik antara lingkungan dan
2 Rapoport, Amos dan Wohlwill, Joachim F. (1990). Human Behavior and Environment: Volume 4 Environment and Culture . New York: Plenum Press.
perilaku dengan mengubah perilaku untuk membawanya kedalam keharmonisan dengan lingkungannya.
● Adaptasi dengan Reaksi Adaptasi dengan reaksi adalah perubahan perilaku berada dalam arah yang berlawanan terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan untuk meningkatkan kesesuaian antara keduanya, tetapi tidak melalui penyesuaian perilaku.
● Adaptasi dengan Penarikan
Adaptasi dengan penarikan adalah perilaku dalam arah yang mengurangi tekanan dari lingkungan dalam arti penghapusan dari arena adaptif.
## Teori Sosio-Spasial
Menurut Chapin, dalam Rolobessy (1999) pemanfaatan suatu lahan ditentukan oleh nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku manusia di dalam ruang/ lahan 3 . Nilai-nilai yang dimaksud dalam hal diatas adalah sebagai berikut:
● Nilai-nilai yang berhubungan dengan nilai harga tanah yang berorientasi pasar untuk memperoleh keuntungan ( oriented profit making ).
● Nilai-nilai yang berhubungan dengan kondisi kehidupan manusia yang berorientasi pada kepentingan umum ( public interest ).
● Nilai-nilai yang berkaitan dengan kemajuan, kepercayaan, kebiasaan dan tradisi yang berorientasi pada akar sosial masyarakat yang telah ada ( social rooted ).
Dalam buku The Production of Space (1991), Henry Levebvre menyatakan terdapat tiga kelompok ruang yang dibedakan berdasarkan pembagian sistem produksi 4 , yaitu sebagai berikut:
● Ruang yang mewadahi aktivitas sehari-hari ( spatial practise ). Ruang ini dirasakan oleh pemakainya. Ruang ini banyak bersifat fisik sebagai ruang yang benar-benar dialami. Ruang ini disebut juga ruang yang dipersepsi ( perceived space ). Spatial practices merujuk kepada materialisme ruang, atau praktek material. Spatial practice mengandung hubungan yang dekat antara realitas sehari-hari dan realitas perkotaan yaitu mempunyai kekohesifan tertentu, tetapi ia tidak koheren.
● Ruang yang diabstraksikan untuk memenuhi kepentingan produksi sehingga harus memenuhi pencitraan termasuk cara tinggal di dalamnya ( representation of space ).
Ruang semacam ini terdapat dalam gagasan atau dokumen perencanaan dan perancangan kota. Ruang ini bersifat mental. Representations of space merupakan idealisme ruang. Ruang ini disebut juga ruang yang dikonsep ( conceived space ). Konsepsi ruang cenderung menuju sistem tanda-tanda verbal.
● Ruang yang direpresentasikan untuk mewadahi kepentingan citra-citra atau simbol yang berada dalam kenyataan ( representational spaces ). Ruang ini adalah ruang yang bersifat sosial. Ruang tersebut adalah ruang yang didominasi dan dialami secara pasif yang diupayakan untuk diubah dan dikuasai oleh imajinasi oleh para aktor sosial. Representational spaces ini cenderung menuju sistem yang koheren dari simbol dan tanda non-verbal.
## Klasifikasi Pola Permukiman
4 Lefebvre, Henry. 1991. The Production of Space . Oxford, UK & Cambridge, USA: Blackwell.
3 Rolobessy, Mike Yurnida. 1999. Implikasi Spasial Perkembangan Sektor Industri di Kartasura . Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pasca sarjana UGM.
Menurut Rapoport (1989:94-95), permukiman secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut 5 :
● Batas ( boundarie s) merupakan batas daerah kekuasaan suatu wilayah atau permukiman yang dibuat oleh masyarakat setempat, baik dalam bentuk fisik maupun non fisik.
● Jenis fasilitas ( massa ) yaitu pengelompokan elemen fisik dalam suatu permukiman yang merupakan tempat melakukan aktivitas sekaligus sebagai fasilitas bagi penghuni dan penggunanya.
● Tata ruang ( zona ) merupakan pembagian daerah kegiatan penghuni dalam suatu permukiman. Pembagian diatur berdasarkan struktur keyakinan, aturan adat, atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat.
● Ragam hias yaitu unsur-unsur dominan yang banyak ditemukan pada permukiman, baik alami maupun buatan manusia ( craftmanship ). Ragam hias juga ada yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat adat setempat, ada juga yang tidak.
## Pola Permukiman Berdasarkan Pola Hunian
Permukiman berkaitan erat dengan hunian, karena di dalamnya juga terdapat pusat aktivitas kehidupan sehari-hari penghuninya. Habraken (1978:38-39) mengklasifikasikannya pola hunian ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut 6 :
● Bentuk dan Organisasi Ruang
Bentuk dan organisasi ruang merupakan pengaturan struktur organisasi ruang hunian yang dapat dilihat pada denahnya sebagai tempat untuk melakukan aktivitas, baik secara pribadi maupun komunal.
● Komponen dan Bahan Bangunan Komponen bangunan merupakan pembagian struktur dan konstruksi rangka bangunan dari bawah hingga atas. Bahan bangunan merupakan penggunaan material termasuk peralatan membangun yang dipakai oleh komunitas masyarakat tertentu dalam mendirikan huniannya.
● Aturan Membangun Aturan membangun merupakan seperangkat aturan yang disepakati oleh komunitas masyarakat tertentu yang digunakan sebelum, selama dan sesudah mendirikan huniannya.
● Ragam Hias Ragam hias merupakan elemen atau unsur-unsur dominan yang ditemukan pada hunian sebagai hasil karya penghuninya ( craftmanship ), baik yang memiliki latar belakang adat maupun tidak, tergantung maksud dan tujuan dari pembuatannya.
## 3. METODE PENELITIAN
## Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian kali ini dilakukan dengan menggunakan cara observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana masyarakat dapat beradaptasi secara sosial yang dilihat dari aspek sejarah dan kegiatan warga pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara yang dilihat. Observasi dilakukan untuk mengetahui pola
6 Habraken, N. John. 1978. General Principles About the Way Built Environment Exist . Massachusetts: Department of Architecture, MIT.
5 Rapoport, Amos. 1989. Dwelling Settlement and Tradition . London: Prentice Hall Inc.
permukiman berdasarkan persebaran fasilitas dan bentuk bangunan yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara.
## Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian kali ini dilakukan dengan membandingkan antara temuan-temuan yang didapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara dengan teori adaptasi menurut Amos Rapoport, teori pola permukiman menurut Amos Rapoport dan Habraken. Kesimpulan ditarik setelah dilakukan pembandingan antara hasil temuan dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.
## 4. ANALISA
## 4.1 ADAPTASI SOSIAL
Berdasarkan sejarah perkembangan Kampung Toleransi di Jalan Vihara, dapat dilihat bahwa area perkampungan pada area Jalan Kelenteng sudah ada sejak bangsa Tionghoa mulai masuk ke Indonesia. Ketika daerah pecinan mulai terbentuk di Jalan Kelenteng, masyarakat Tionghoa dengan pribumi sudah memiliki sikap toleransi sehingga masyarakat dapat menjaga kerukunan tersebut. Meskipun masyarakat Tionghoa dan pribumi pernah berusaha dipisahkan pada jaman penjajahan Belanda dan masa pemerintahan orde baru, mereka tetap berhasil menyatukan diri kembali. Sikap toleransi dan saling menghargai antar umat beragama pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara diperkuat dengan diberlakukannya program BaKom PKB (Badan Komunikasi Pembauran Keberagaman Beragama) pada sekitar tahun 1980. Kerukunan antar umat beragama yang terdapat pada kampung di Jalan Vihara diketahui dan disahkan menjadi kampung toleransi oleh Wakil Walikota Bandung, yaitu Yana Mulyana, pada tanggal 12 November 2019.
Menurut Bapak Iden Purnama sebagai Ketua RW 08, masyarakat yang tinggal pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara pada awalnya didominasi dengan penganut agama Budha, Kong Hu Chu, dan Islam. Hal tersebut ditandai dengan didirikannya Vihara Satya Budhi pada tahun 1855 sebagai penanda daerah pecinan pada area Jalan Kelenteng dan Masjid Al Hasanah pada tahun 1966 ketika awal keberadaan kampung tersebut. Berikut merupakan persebaran penduduk masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara pada jaman dahulu.
K eterangan:
Agama Mayoritas: Budha, Konghucu Agama Minoritas: Kristen, Katolik, Islam
Agama Mayoritas: Islam Agama Minoritas: Kristen, Katolik, Budha
Gambar 1 Persebaran Penduduk Berdasarkan Agama Pada Jaman Dahulu Sumber: tanah air.indonesia.go.id, Peta RBI 2019, Analisis
Namun sekitar pada tahun 1990 hingga 2000, terjadi perubahan persebaran penduduk berdasarkan agama yang dianut masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara. Warga yang menganut agama Budha dan Kong Hu Chu mulai banyak yang pindah dari wilayah
barat Kampung Toleransi di Jalan Vihara. Masyarakat yang menganut agama Kristen dan Katolik mulai tinggal di kampung tersebut seiring dengan munculnya gereja-gereja di wilayah tersebut, seperti Gereja Jemaat Gloria dan GJKI Patmos. Berikut merupakan perubahan persebaran penduduk berdasarkan agama yang dianut masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara tersebut.
Keterangan:
Agama Mayoritas: Kristen, Katolik Agama Minoritas: Budha, Islam, Hindu
Agama Mayoritas: Islam Agama Minoritas: Kristen, Katolik, Budha
Meskipun masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara memiliki keragaman dalam hal beragama, namun mereka tetap dapat hidup rukun dan harmonis. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana mereka dapat beradaptasi dengan tetangga yang berbeda agama. Salah satu sampel yang diambil berada di Jalan Sukamanah sebagai salah satu jalan yang berada di tengah kampung tersebut. Di Jalan Sukamanah, dapat terlihat bahwa terdapat keberagaman agama pada keluarga yang tinggal di jalan tersebut. Mereka tetap dapat hidup dengan rukun dan tidak keberatan bertetangga dengan agama lain. Berikut merupakan persebaran penduduk berdasarkan agama yang terdapat di Jalan Sukamanah.
Keterangan: Kristen/Katolik Islam Budha Bapa: Budha, Ibu dan Anak: Kristen/Katolik
Gambar 3 Persebaran Penduduk Berdasarkan Agama di Jalan Sukamanah Sumber: tanah air.indonesia.go.id, Peta RBI 2019, Analisis
Dalam menjaga kerukunan masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara, terdapat bentuk penyesuaian aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam menanggapi keberagaman agama tersebut. Bentuk-bentuk penyesuaian aktivitas berdasarkan hasil wawancara dibedakan menjadi tiga, yaitu penyesuaian diri dalam beribadah, penyesuaian diri dalam merayakan hari raya bersama agama lain, dan acara bersama.
Dalam menanggapi bagaimana cara agama lain beribadah, masyarakat sudah dapat saling memahami dan saling menoleransi. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana
masyarakat sudah tidak memiliki keluhan ketika agama lain sedang beribadah. Bahkan menurut sekretaris dari kampung toleransi, yaitu Bapak Apin, masyarakat agama lain ikut membantu dalam mendirikan tenda ketika warga yang menganut agama Islam mengadakan sholat jumatan. Ketika warga yang menganut agama Islam mengadakan pengajian pun masyarakat yang lain tetap dapat menghargai aktivitas tersebut sehingga tetap dapat berjalan dengan lancar. Dalam menanggapi bagaimana cara masyarakat merayakan hari raya besar suatu agama, masyarakat agama lain berusaha untuk tetap ikut serta dalam membantu dan merayakan hari raya besar agama tersebut. Terdapat beberapa contoh kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang menganut agama lain dalam merayakan hari raya besar suatu agama. Ketika warga yang menganut agama Islam sedang merayakan acara kurban, masyarakat yang menganut agama lain ikut serta dalam merayakan acara tersebut dengan menyediakan kambing untuk dikurbankan. Ketika warga yang menganut agama Budha sedang merayakan acara Imlek, masyarakat yang menganut agama Budha menyediakan makanan halal bagi masyarakat lainnya untuk dapat dimakan.
Selain dari bagaimana masyarakat dapat saling menghargai dan menoleransi dalam hal beribadah dan perayaan hari raya besar suatu agama, mereka mempunyai acara yang dilakukan bersama untuk tetap dapat menjaga kerukunan dalam keberagaman agama yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara. Sebagai contoh, ketika masyarakat sedang merayakan hari raya kemerdekaan Indonesia, seluruh warga yang tinggal pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara tersebut ikut serta dalam merayakan hari raya tersebut. Contoh lainnya, apabila terdapat suatu hal yang diperlukan dalam kampung tersebut, pengurus dari kampung akan berdiskusi mengadakan acara ‘rembuk warga’ dengan tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang mewakili agama lainnya. Ketika terdapat acara kerja bakti, warga ikut berperan dalam menjalankan kerja bakti tersebut.
Gambar 4 Kegiatan Masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara Sumber: Bapak Apin, Sekretaris Kampung Toleransi (2020)
Dalam mengadakan kegiatan-kegiatan tersebut, terdapat lokasi-lokasi yang biasa digunakan dalam mengadakan kegiatan-kegiatan di kampung tersebut. Penggunaan dari lokasi-lokasi tersebut didasarkan pada jenis kegiatan dan jumlah partisipasi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan. Berikut merupakan pemetaan dari lokasi-lokasi yang biasa digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut.
Gambar 5 Lokasi Kegiatan Masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara Sumber: tanah air.indonesia.go.id, Peta RBI 2019, Analisis
Berdasarkan gambar 5, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat lokasi yang biasa digunakan dalam mengadakan kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu tempat ibadah dari masing-masing agama, posyandu, pertigaan antara Jalan Sukamanah dengan Jalan Vihara, serta halaman depan dan aula gedung serbaguna Vihara Tanda Bhakti. Kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan peribadatan dan perayaan hari raya besar suatu agama dilakukan di tempat ibadah masing-masing agama yang merayakan hari raya tersebut. Kegiatan rapat atau “rembuk warga” yang melibatkan para pengurus dan tokoh-tokoh masyarakat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara berpusat di posyandu. Acara yang melibatkan partisipasi seluruh warga dari kampung tersebut biasa dilakukan di dua lokasi, yaitu di pertigaan antara Jalan Sukamanah dengan Jalan Vihara dan halaman depan serta aula gedung serbaguna dari Vihara Tanda Bhakti.
Area pertigaan antara Jalan Sukamanah dengan Jalan Vihara dalam kesehariannya biasa digunakan sebagai tempat untuk berjualan para pedagang. Namun, ketika area tersebut dipakai untuk mengadakan suatu acara, gerobak-gerobak yang digunakan untuk berjualan tersebut dipindahkan ke tempat lain sehingga masyarakat dapat lebih ikut serta dalam kegiatan tersebut. Area pertigaan biasa digunakan untuk acara-acara yang lebih bersifat membangun kebersamaan warga yang tinggal di kampung tersebut, seperti acara nonton bersama dan acara perayaan hari raya kemerdekaan Negara Indonesia.
## Gambar 6 Penggunaan Area Pertigaan Dalam Menunjang Kegiatan Sumber: Bapak Apin, Sekretaris Kampung Toleransi (2020)
Selain area pertigaan antara Jalan Sukamanah dengan Jalan Vihara, halaman depan dan aula gedung serbaguna dari Vihara Tanda Bhakti dapat digunakan pula sebagai lokasi untuk acara yang melibatkan partisipasi masyarakat pada kampung tersebut. Halaman depan dan aula gedung serbaguna dari Vihara Tanda Bhakti biasa digunakan untuk acara yang bersifat lebih formal dan resmi. Contoh acara-acara yang menggunakan ruang tersebut adalah peresmian dari kampung toleransi dan kegiatan pemilu.
## 4.2 KLASIFIKASI BAGIAN DALAM POLA PERMUKIMAN
Menurut teori yang dikemukakan oleh Amos Rapoport, permukiman secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu batas, jenis fasilitas, tata ruang, dan ragam hias. Berikut merupakan uraian mengenai bagian-bagian yang ada pada kampung toleransi di Jalan Vihara.
## Batas
Kampung Toleransi yang terdapat di Jalan Vihara memiliki batas wilayah yang membedakan wilayah perkampungannya dengan daerah yang lain. Batas yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara berupa jalan-jalan yang mengelilingi wilayah kampung tersebut. Berikut merupakan batas-batas permukiman yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara.
Keterangan: Jalan Jendral Sudirman Jalan Kelenteng Jalan Saritem Jalan Raden Brata Gang Adbrata Wilayah Kampung Toleransi
Gambar 8 Batas Permukiman Kampung Toleransi di Jalan Vihara Sumber: tanah air.indonesia.go.id, Peta RBI 2019, Analisis
Berdasarkan gambar 8, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh wilayah permukiman Kampung Toleransi di Jalan Vihara dibatasi oleh elemen fisik yang berupa jalan. Jalan-jalan yang membatasi wilayah perkampungan pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara adalah Jalan Jendral Sudirman, Jalan Kelenteng, Jalan Saritem, Jalan Raden Brata, dan Gang Adbrata.
Kampung Toleransi di Jalan Vihara terdapat kemungkinan mengalami kesulitan dalam mengembangkan wilayah perkampungannya. Hal tersebut dikarenakan seluruh wilayah perkampungan yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara dibatasi oleh jalan sehingga tidak terdapat ruang yang dapat digunakan untuk mengembangkan wilayah perkampungan ke arah luar. Pengembangan Kampung Toleransi di Jalan Vihara hanya dapat dilakukan di dalam wilayah tersebut, baik berupa renovasi, perombakan, maupun perubahan fungsi pada bangunan.
Fasilitas
Pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara, terdapat fasilitas-fasilitas yang menunjang kehidupan masyarakatnya. Fasilitas-fasilitas tersebut dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu fasilitas penunjang kegiatan perekonomian dan fasilitas penunjang kegiatan sosial budaya.
Pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara, fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan perekonomian berpusat di sekitar Jalan Kelenteng dan Jalan Jendral Sudirman.
## Gambar 9 Fasilitas Penunjang Perekonomian di Jalan Kelenteng
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)
Berdasarkan gambat 9, dapat dilihat bahwa pada wilayah kampung yang berbatasan dengan Jalan Kelenteng, fasilitas penunjang kegiatan perekonomian didominasi oleh wisata kuliner, seperti warung, cafe, dan restoran kecil. Selain kuliner, fasilitas yang menunjang perekonomian di Jalan Kelenteng adalah toko peralatan listrik dan toko bahan kimia.
## Gambar 10 Fasilitas Penunjang Perekonomian di Jalan Jendral Sudirman
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)
Berdasarkan gambar 10, fasilitas penunjang kegiatan perekonomian pada wilayah kampung yang berbatasan dengan Jalan Jendral Sudirman lebih bervariasi, seperti restoran kecil, toko bunga, toko obat, toko alat sembahyang, bengkel motor, dan asuransi.
Selain dari segi perekonomian, terdapat juga fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan sosial budaya yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara. Fasilitas penunjang kegiatan sosial budaya didominasi dengan fungsi tempat ibadah. Berikut merupakan tempat-tempat ibadah yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara.
Berdasarkan gambar 11, dapat dilihat bahwa terdapat beragam tempat ibadah yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara, dimulai dari masjid, vihara, gereja, dan bahkan rumah dari Bu Made yang dijadikan pula sebagai tempat ibadah agama Hindu. Berdasarkan tahun didirikannya tempat ibadah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Masjid Al Hasanah menjadi tempat ibadah yang paling lama berdiri di kampung tersebut, yaitu pada tahun 1966, sedangkan tempat ibadah agama Hindu, yaitu rumah Bu Made, menjadi yang paling muda di kampung tersebut, yaitu sekitar tahun 2015.
Tata Ruang
Pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara, pembagian tata ruang tersebut dibagi berdasarkan aktivitas masyarakat yang tinggal di kampung tersebut. Berikut merupakan pembagian tata ruang berdasarkan aktivitas masyarakat di kampung tersebut.
Gambar 12 Pembagian Tata Ruang Berdasarkan Aktivitas pada Kampung Toleransi Sumber: tanah air.indonesia.go.id, Peta RBI 2019, Analisis
Berdasarkan gambar 12, dapat disimpulkan terdapat tiga pembagian tata ruang berdasarkan aktivitas masyarakat, yaitu zona ekonomi, sosial budaya, dan zona pendidikan.
Tata ruang yang menunjang aktivitas perekonomian pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara berpusat di wilayah permukiman yang berbatasan dengan Jalan Kelenteng dan Jalan Jendral Sudirman. Hal tersebut dikarenakan Jalan Kelenteng dan Jalan Jendral Sudirman merupakan salah satu jalan utama yang sering dilewati oleh kendaraan bermotor sehingga wilayah perkampungan yang berbatasan dengan jalan-jalan tersebut lebih mudah diakses dan dikunjungi oleh masyarakat luar.
Tata ruang yang menunjang kegiatan sosial budaya didominasi dengan fungsi tempat ibadah. Tata ruang tersebut diletakkan secara terpisah-pisah antara tempat ibadah satu agama dengan agama lainnya. Hal tersebut dibuat demikian agar setiap penganut agama yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara dapat menjalankan kegiatan keagamaannya masing-masing tanpa takut mengganggu aktivitas yang dilakukan penganut agama lainnya di kampung tersebut.
Tata ruang yang menunjang fungsi pendidikan terdapat di perbatasan antara Jalan Jendral Sudirman dengan Gang Adbrata berupa sekolah TKK dan SDK 1 BPK Penabur.
## Ragam Hias
Penggunaan ragam hias pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara terdapat pada bangunan ibadah. Berikut merupakan penggunaan ragam hias tempat ibadah pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara.
## Gambar 13 Penggunaan Ragam Hias pada Tempat Ibadah
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)
Berdasarkan gambar 13, dapat dilihat bahwa terdapat penggunaan ragam hias di bangunan tempat ibadah pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan warna pada masing-masing tempat ibadah, seperti warna hijau pada Masjid Al Hasanah, warna merah pada Vihara Tanda Bhakti, dan warna putih pada GPPI Jemaat Gloria. Penggunaan simbol pun dapat dilihat pada masing-masing tempat ibadah di kampung tersebut, seperti bentuk jendela pada masjid dan vihara, serta tanda salib pada gereja.
Pada area tempat tinggal pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara, penggunaan ragam hias yang menunjukan penganut agama suatu keluarga sudah jarang ditemukan. Menurut kepala RW 08 Bapak Iden Purnama, jarangnya ditemukan penggunaan warna dan ornamentasi pada rumah tinggal di kampung toleransi tersebut merupakan salah satu bentuk sikap saling menghargai dan toleransi masyarakat terhadap keberagaman.
## 4.3 POLA PERMUKIMAN BERDASARKAN POLA HUNIAN
Menurut Habraken, permukiman berkaitan dengan pola hunian karena di dalamnya terdapat pusat aktivitas kehidupan sehari-hari penghuninya. Pola hunian diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu (1) bentuk dan organisasi ruang, (2) komponen dan bahan bangunan, (3) aturan membangun, dan (4) ragam hias.
Pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara, ditemukan dua tipe bangunan, yaitu bangunan yang berbatasan pada jalan utama, yaitu Jalan Kelenteng dan Jalan Jendral Sudirman, dan bangunan yang berada pada jalan di dalam kampung tersebut. Berikut merupakan penjabaran pola permukiman berdasarkan pola hunian yang terdapat pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara.
Gambar 14 Bangunan yang Berbatasan dengan Jalan Utama Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)
Gambar 15 Bangunan yang Berada di Dalam Jalan Kampung Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)
Bentuk dan Organisasi Ruang
Pada bangunan yang berada pada jalan utama, bangunan memiliki ketinggian berkisar antara satu hingga tiga lantai. Bentuk atap pun beragam, yaitu atap pelana, perisai, dan datar. Secara organisasi ruang, bangunan yang berbatasan dengan jalan utama tidak memiliki halaman depan.
Pada bangunan yang berada di dalam jalan kampung, bangunan yang memiliki ketinggian berkisar antara satu hingga dua lantai. Bentuk atap didominasi dengan atap pelana dan perisai. Secara organisasi ruang, bangunan yang terdapat pada Jalan Sukamanah memiliki halaman depan. Halaman depan tersebut biasanya digunakan sebagai lahan parkir kendaraan.
## Komponen dan Bahan Bangunan
Pada bangunan yang berada pada jalan utama, dinding bangunan yang material batu bata plester yang dicat. Namun, pada beberapa bangunan, material dinding dilapis dengan aluminium composite panel. Material umum yang digunakan pada pintu dan kusen jendela adalah bahan metal. Jenis pintu yang banyak digunakan pintu geser, baik ke atas maupun ke samping, sedangkan jenis jendela yang banyak digunakan adalah jendela jungkit. Penggunaan material atap terdapat dua macam, yaitu genting tanah liat dan dak beton.
Pada bangunan yang berada di dalam jalan kampung, bahan dinding bangunan adalah batu bata plester yang dicat. Pagar yang terdapat pada rumah yang memiliki halaman depan didominasi dengan penggunaan bahan metal. Namun terdapat juga beberapa rumah yang menggunakan bahan bebatuan pada material pagar rumahnya. Pintu dan kusen jendela pada umumnya menggunakan material kayu. Jenis pintu yang banyak digunakan adalah pintu swing , sedangkan jenis jendela yang banyak digunakan adalah jendela jungkit. Penggunaan
material atap didominasi penggunaan genting tanah liat. Pada bangunan yang memiliki kanopi, bahan yang digunakan didominasi oleh material polikarbonat.
## Aturan Membangun
Pada bangunan yang berada pada jalan utama, terdapat aturan dimana GSB bangunan yang berada di jalan tersebut harus nol yang menyebabkan dinding depan bangunan yang terdapat di jalan tersebut berbatasan langsung dengan trotoar. Namun terdapat beberapa bangunan yang membuat halaman depan. Untuk mengatasi aturan tersebut, dibuatlah pagar yang setara dengan dinding depan bangunan lainnya.
Pada bangunan yang berada di dalam jalan kampung, peraturan dalam membangun rumah dapat terbilang lebih fleksibel. Tidak terdapat banyak aturan yang pembangunan suatu bangunan, baik dari pihak pemerintah maupun pihak kampung toleransi itu sendiri.
Ragam Hias
Pada kedua tipe bangunan tersebut, jarang ditemukan penggunaan ornamentasi yang menandakan suatu kebudayaan ataupun agama yang hidup di keluarga tersebut. Namun terdapat sebagian kecil bangunan yang menggunakan ornamentasi pada rumah tinggal , seperti lampion, dan simbol tulisan.
## 5. KESIMPULAN
Berdasarkan teori adaptasi yang dikemukakan oleh Amos Rapoport pada buku “Human Behavior and Environment: Volume 4 Environment and Culture” , masyarakat yang tinggal pada Kampung Toleransi di Jalam Vihara melakukan adaptasi sosial dengan dua cara, yaitu adaptasi dengan penyesuaian dan adaptasi dengan penarikan. Adaptasi dengan penyesuaian dapat dilihat dari bagaimana masyarakat beradaptasi secara sosial dengan berusaha menyesuaikan diri dengan kebudayaan-kebudayaan dari perbedaan agama di kampung tersebut. Selain itu, warga juga dapat beradaptasi dengan lingkungannya dengan menggunakan lahan yang ada untuk mengadakan acara-acara di kampung tersebut. Adaptasi dengan penyesuaian dilakukan pada tahun 1990 hingga 2000 ketika banyak masyarakat yang beragama Budha dan Kong Hu Chu mulai pindah dari kampung tersebut ke lokasi lainnya.
Berdasarkan klasifikasi bagian pola permukiman, permukiman Kampung Toleransi di Jalan Vihara seluruhnya dibatasi oleh jalan, yaitu Jalan Kelenteng, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Saritem, Jalan Raden Brata, dan Gang Adbrata. Fasilitas penunjang ekonomi terletak pada bagian kampung yang berbatasan dengan Jalan Kelenteng dan Jalan Jendral Sudirman sebagai salah satu jalan utama bagi kendaraan bermotor sehingga lebih mudah diaskes oleh masyarakat umum di luar kampung tersebut. Fasilitas penunjang sosial budaya didominasi oleh bangunan tempat ibadah diletakkan secara terpisah-pisah agar tidak saling mengganggu kegiatan peribadatan antara satu agama dengan agama lainnya di kampung tersebut.
Berdasarkan pola hunian, secara umum tipe bangunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bangunan yang berbatasan dengan jalan utama dan bangunan
di dalam kampung dengan pembeda utama yaitu organisasi ruang, bahan bangunan, dan aturan membangun. Masyarakat yang tinggal pada Kampung Toleransi di Jalan Vihara berusaha untuk tidak menunjukkan kebudayaan agama yang tinggal di suatu rumah dengan mengurangi penggunaan ragam hias pada tempat tinggal warganya.
## 6. DAFTAR PUSTAKA
BUDIHARJO, E. 1992. Sejumlah Masalah Permukiman Kota . Bandung: Alumni.
DEVI, GRACIELLA ARLINDA DAN BUDIYUWONO, HARTANTO. 2015. Pemanfaatan Ruang Terbuka Sebagai Ruang Sosial Pada Kampung Deret Petogogan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan . Bunga Rampai Karya Ilmiah Skripsi Arsitektur 2015 – 1.
ELDEN, S. 2007. " There is politics of space becuse space is politcal: Henry Lefebvre and the production of space ". Radical Philoshophy Review. Vol. 10, No. 2, hal. 101-116.
GÜR, B. F. 2002. " Spatialisation of power/knowledge/discourse: transformation of urban spacethrough discursive representations in Sultanahmet, Istambul ". Space and Culture. Vol. 5, No. 3, hal. 237-252.
HABRAKEN, N. JOHN. 1978. General Principles About the Way Built Environment Exist . Massachusetts: Department of Architecture, MIT.
KONGRES KEBUDAYAAN INDONESIA. 2018. Kota Bandung. [Online]. Available: http://kongres.kebudayaan.id/kota-bandung/ [15 Februari 2020]
KUSWARTOJO, TJUK DAN SUPARTI A. SALIM. 1997. Perumahan dan Pemukiman Yang Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen dan Kebudayaan.
LEFEBVRE, HENRY. 1991. The Production of Space . Oxford, UK & Cambridge, USA: Blackwell.
NURSYABANI, FIRA. 2019. Kampung Toleransi Kelima Kota Bandung Hadir di Kecamatan Andir . [Online].
Available:
https://www.ayobandung.com/read/2019/11/13/70058/kampung-toleransi-kelima-kota-bandung -hadir-di-kecamatan-andir [15 Februari 2020]
RAPOPORT, AMOS. 1989. Dwelling Settlement and Tradition . London: Prentice Hall Inc.
RAPOPORT, AMOS DAN WOHLWILL, JOACHIM F. (1990). Human Behavior and Environment: Volume 4 Environment and Culture . New York: Plenum Press.
RZL. 2013. Menguak Tabir Sejarah Bandung ‘China Town’ . [Online]. Available: http://www.infobdg.com/v2/menguak-tabir-sejarah-bandung-china-town/[29 Februari 2020]
TURNER, JOHN FC. 1972. Freedom to Build, Dweller Control of the Housing Process . New York: The Macmillan Company.
|
4ff9aaf0-c0e0-48c6-8dbc-e6b3bbddb54a | http://jtera.polteksmi.ac.id/index.php/jtera/article/download/17/13 |
## Studi Analisis Gording Baja pada Pembangunan Gedung Auto2000 Kabupaten Sukabumi
Hari Wibowo 1 , Deni Firmansyah 2 , Dewi Ayu Sofia 3
1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Politeknik Sukabumi Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia [email protected]
## Abstrak
Gording merupakan salah satu bagian kontruksi vital untuk menopang rangka atap. Dalam perencanaan konstruksi atap, beban yang bekerja pada atap tersebut perlu dianalisis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis perhitungan pembebanan pada gording baja profil Light Lip Channel (LLC). Gedung yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Gedung Auto2000 yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan yaitu distribusi momen. Hasil analisis gording dengan profil LLC 150 x 65 x 20 x 3,2 menunjukan bahwa diperoleh nilai lendutan sebesar 838,27 kg/cm² dan perhitungan tekuk sebesar 166,44 kg/cm². Kedua nilai ini dapat dikatakan aman karena nilainya lebih kecil dari tegangan ijin sebesar 1600 kg/cm².
Kata kunci: gording, baja, Light Lip Channel (LLC), distribusi momen
## Abstract
Gording is one of the vital parts of the construction that is intended as a cantilever roof truss. For the planning of construction of the roof, the load acting on the roof need to be analyzed. The aim of this study is to analyze the calculation of loading on steel purlins profile Light Lip Channel (LLC). The building that used as an object of research is Auto2000 building located in Sukabumi, West Java. The analytical method used is the moment distribution. The results of the analysis of LLC profile purlins with 150 x 65 x 20 x 3.2 shows that the values obtained deflection of 838.27 kg / cm² and calculation of bend of 166.44 kg / cm². Both of these values can be said to be safe because the value is smaller than allowable stress of 1600 kg / cm².
Keywords : gording, steel, Light Lip Channel (LLC), moment distribution
## I. P ENDAHULUAN
Gedung Auto2000 di Kabupaten Sukabumi merupakan gedung yang didesain dengan menggunakan konsep struktur konstruksi baja, khususnya pada bagian atapnya. Gedung ini memiliki bentuk atap tipe gable frame dimana terdapat beberapa batang baja yang saling memperkuat satu sama lain. Batang baja tersebut terdiri dari: batang tarik, batang tekan, dan batang kombinasi beban lentur-aksial. Gording yang digunakan pada gedung tersebut menggunakan baja profil Light Lip Channel (LLC).
Pada struktur atap, gording merupakan salah satu kontruksi vital yang diperuntukan untuk menopang rangka atap dimana asumsi beban yang bekerja perlu dianalisis. Gording dari baja dapat dihubungkan dengan tracstang untuk memperkuat dan mencegah dari terjadinya pergerakan. Tracstang merupakan batang besi polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut yang
dipasang pada jarak antar gording ke gording yang berfungsi sebagai pengatur jarak antar gording dalam artian posisi tracstang mudah digeser (diperpanjang/diperpendek) sesuai dengan
perencanaan. Posisi trackstang diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada gording. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas proses analisis gording baja pada Gedung Auto2000 di Kabupaten Sukabumi.
## II. L ANDASAN T EORI
## A. Baja
Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari besi (Fe) dan karbon (C) sebagai unsur paduan. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,2% sampai 2,1%. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan ( hardness ) dan kekuatan
tariknya ( tensile strength ). Beberapa jenis baja kontruksi sekarang ada yang tahan terhadap korosi seperti plat bordes, pipa, dan stainless steel . Baja seperti ini dapat melakukan oksidasi untuk membentuk lapisan penahan yang padat yang dapat menghalangi oksidasi lebih lanjut. Dengan
demikian, pemakaian baja jenis ini menjadi lebih murah karena tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang terus menerus seperti halnya pada baja biasa yang memerlukan pengecatan kembali untuk mencegah munculnya karat [1].
Bentuk elemen baja sangat dipengaruhi oleh proses yang digunakan untuk membentuk baja tersebut. Ada dua macam bentuk profil baja yang didasarkan cara pembuatannya, antara lain: hot rolled shape dan cold formed shape [1] . Hot rolled shape dibentuk dengan cara blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik. Jenis baja ini mengandung residual stress, jadi sebelum batang dibebani pun bentuk ini sudah ada residual stress yang berasal dari pabrik. Cold formed shape dibentuk dari pelat-pelat yang sudah jadi, menjadi profil baja dalam temperatur atmosfir (dalam suhu ruangan dingin). Tebal pelat yang dibentuk menjadi profil ini kurang dari 3/16 inch . Profil jenis ini ringan dan sering disebut sebagai light gage cold form steel.
## B. Perhitungan Dimensi Gording
Gording merupakan bagian dari atap yang diletakan diatas beberapa kuda-kuda dengan tugas menahan beban atap dan perkayuannya. Terdapat tiga jenis beban yang dapat dianalisis dalam perhitungan dimensi gording, diantaranya: beban mati, beban hidup, dan beban angin. Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan yang bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan, finishing, mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang terpisahkan dari gedung/bangunan tersebut.
Luas bidang penutup atap yang dipikul oleh gording tersaji pada Gambar 1, dimana adalah jarak gording dan adalah jarak kuda-kuda. Berat gording sendiri diperoleh dengan menaksir terlebih dahulu dimensi gording (Gambar 2). Biasanya gording menggunakan profil “I”, “[“, dan “C”. Setelah ditaksir dimensi gording, dari tabel profil diperoleh berat per meter gording. Besarnya beban mati ( ) yang diterima adalah sebagai berikut:
(1)
dimana adalah berat sendiri penutup atap dan adalah berat sendiri gording . Gording diletakan diatas beberapa kuda-kuda sehingga berbentuk
Gambar 1. Luas bidang penutup atap yang dipikul gording
Gambar 2. Gaya yang bekerja pada gording
Gambar 3. Momen akibat beban mati
balok menerus diatas beberapa tumpuan ( continous beam ). Untuk memudahkan perhitungan dapat dianggap sebagai balok diatas dua tumpuan statis tertentu ( simple beam ) dengan mereduksi momen lentur. Momen maksimum dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut:
(1)
dengan
( ) (2)
dimana adalah momen maksimum, adalah momen, adalah beban mati, dan adalah panjang kuda-kuda (Gambar 3).
Beban hidup (Gambar 4) adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam massa layannya dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Beban hidup ( ) yang bekerja di tengah-tengah bentang gording sebesar 100 kg. Besarnya momen maksimum pada beban hidup dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut:
( ) (3)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan dari gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian struktur. Pada makalah ini, beban angin dianggap bekerja tegak lurus di bidang atap seperti pada Gambar 5. Nilai momen maksimum pada beban angin dapat diperoleh berdasarkan persamaan berikut:
( ) (4)
dimana adalah koefisien angin dikali tekanan angin dikali jarak gording.
Gambar 4. Gaya yang bekerja pada beban hidup
Gambar 5. Gaya yang bekerja pada beban angin
Terdapat dua jenis kombinasi pembebanan, yaitu: beban mati + beban hidup dan beban mati + beban hidup + beban angin. Besarnya momen yang diterima oleh kedua jenis pembebanan tersebut pada bidang memenuhi persamaan (5), sedangkan pada bidang , besarnya momen yang diterima untuk kedua jenis pembebanan berturut-turut memenuhi persamaan (6) dan (7).
(5) (6) (7) dimana dan berturut-turut adalah
momen total yang diterima pada sumbu dan , dan adalah beban mati dan beban hidup/berguna pada sumbu , serta , , dan berturut-turut adalah beban mati, beban hidup/berguna, dan beban angin pada sumbu . Kontrol tegangan pada gording untuk kedua kombinasi pembebanan dapat dianalisis menggunakan persamaan berikut:
̅ (8)
dimana adalah nilai tegangan dan ̅ adalah tegangan ijinnya. Jika ̅ , maka dimensi gording harus diperbesar.
Kontrol lendutan juga dapat dianalisis berdasarkan tiga kondisi pembebanan pada sumbu dan , yaitu: akibat beban mati, beban hidup/berguna, dan beban angin. Nilai kontrol lendutan untuk ketiga kondisi pembebanan tersebut berturut-turut dapat dihitung menggunakan persamaan (9)-(14) berikut:
akibat beban mati
(9)
(10)
akibat beban hidup/berguna
(11)
(12)
akibat beban angin
(13)
(14)
dimana adalah modulus elastisitas yang dapat diperoleh dari tabel profil baja. Dari persamaan (9)- (14), maka lendutan total dapat diperoleh sebagai berikut:
̅ (15)
̅ (16) √ ̅ (17)
dimana ̅ adalah lendutan ijin dan adalah resultan lendutan. Jika ̅ , maka dimensi gording diperbesar.
## C. Metode Distribusi Momen
Analisis struktur dengan metode distribusi momen pertama kali diperkenalkan oleh Hardy Cross pada tahun 1933 [2]. Metode distribusi momen juga dikenal sebagai metode cross . Metode ini merupakan salah satu metode yang dipakai untuk analisis struktur balok menerus dan portal statis tak tentu. Metode distribusi momen didasarkan pada anggapan sebagai berikut ini:
Perubahan bentuk akibat gaya normal dan gaya geser diabaikan, sehingga panjang batang- batangnya tidak berubah.
Semua titik simpul (buhul) dianggap kaku sempuma.
Dalam proses analisis, metode ini melakukan distribusi momen dan induksi ( carry over ) terhadap momen primer ( fixed end moment ) sebanyak
beberapa putaran (iterasi) guna mendapatkan keseimbangan di setiap titik simpul. Hal ini dilakukan karena momen-momen primer yang bekerja di setiap tumpuan maupun simpul suatu struktur tidak sama besarnya, sehingga simpul tidak seimbang. Untuk mendapatkan keseimbangan simpul melakukan perputaran, momen-momen primer di tiap simpul melakukan distribusi (pembagian) sampai jumlah momen primer di masing-masing simpul sama dengan nol. Proses distribusi dan induksi secara manual dapat dilakukan sebanyak empat putaran, dan dianggap semua simpul sudah seimbang atau mendekati nol.
## III. M ETODE P ENELITIAN
## A. Objek Kajian
Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai objek kajian adalah struktur atap. Ada beberapa struktur yang perlu dibahas di dalam perencanaan atap namun pada makalah ini kami mengambil salah satu objek kajian yang akan dibahas yaitu pekerjaan pemasangan gording dengan profil baja tipe LLC pada pembangunan Auto 2000 di Jalan Raya Palasari KM 8 Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Perhitungan gaya-gaya dalam yang bekerja pada gording di analisis sesuai dengan acuan standar yang ada. Denah perencanaan atap yang diperoleh dari pelaksana pekerjaan yaitu PT. Arsitek Arupa Datu tersaji pada Gambar 6 dan data teknisnya tersaji pada Tabel 1.
## Tabel 1. Data teknis perencanaan atap
Data teknis Keterangan Panjang bentang 23,50 m Panjang bangunan 54,65 m Jarak antar tumpuan 7 m Kemiringan atap 7° Jarak antar gording 1,20 m Mutu baja 37 Jenis penutup Zincalume Jenis profil LLC 150 x 65 x 20 x 3,2
## Gambar 7. Alur analisis dimensi gording
## B. Langkah Analisis
Pada bagian ini akan diuraikan langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis dimensi gording. Alur dari proses analisis data tersaji pada Gambar 7.
## C. Analisis Metode Distribusi Momen dan Kontrol Kapasitas Penampang
Untuk melakukan analisis dimensi gording menggunakan metode distribusi momen, perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
perhitungan momen primer
(18)
dimana adalah momen, adalah beban, dan adalah panjang bentang.
perhitungan angka kekakuan (tumpuan jepit- sendi)
(19)
dimana adalah angka kekakuan, adalah modulus elastisitas, dan adalah momen inersia.
perhitungan faktor distribusi momen (20) dimana adalah faktor distribusi momen, dan berturut-turut adalah distribusi momen dari titik B ke A dan dari titik B ke C. Nilai ini selanjutnya dibuat dalam tabel distribusi momen perhitungan free body
(21) (22) dimana dan berturut-turut adalah reaksi di titik A ke B dan sebaliknya. perhitungan momen maksimal, gaya lintang, dan gaya normal
( ) (23) (24) (25) dimana adalah momen maksimal dan adalah panjang ruas horizontal.
Analisis kontrol kapasitas penampang dilakukan terhadap lendutan dan tekuk. Perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
terhadap lendutan (26) dimana adalah nilai tegangan, adalah berat terpusat, adalah penampang, adalah momen, dan adalah berat. Jika nilai lebih besar dari nilai ijin ( ̅ ), maka dimensi gording diperbesar.
y
terhadap tekuk
(27) (28)
dimana adalah faktor tekuk, adalah angka kelangsingan, dan adalah faktor keamanan.
## IV. H ASIL DAN P EMBAHASAN
Bagian ini menyajikan data hasil analisis dimensi gording sesuai alur yang dirancang. Profil gording yang digunakan adalah tipe LLC 150 x 65 x 20 x 3,2 dengan spesifikasi: = 150 mm; = 65 mm; = 20 mm; = 3,2 mm; = 332 cm 4 ; = 53,8 cm 4 ; = 5,89 cm; = 2,37 cm; = 44,3
cm 3 ; = 12,2 cm 3 ; = 7,51 kg/m; = 9,57 kg/m 2 ; = 0 cm; dan = 2,11 cm. Analisis distribusi momen dilakukan terhadap tiga jenis pembebanan, yaitu: beban mati, beban hidup, dan beban angin. Selain ketiga jenis pembebanan tersebut, pada makalah ini juga dianalisis beban yang diakibatkan oleh hujan.
Beban air hujan menurut PPIUG [4] diambil sebesar ( ) , dimana adalah sudut kemiringan atap dalam derajat dengan ketentuan bahwa beban tersebut tidak perlu diambil lebih besar dari 20 kg/m 2 dan tidak perlu ditinjau bila kemiringan atapnya lebih besar dari 50°. Besarnya beban akibat air hujan dapat diperoleh sebesar ( ) , dimana adalah jarak antar gording.
Gambar 8. Pemodelan struktur akibat beban mati
Gambar 9. Pemodelan struktur akibat beban hidup
(a)
(b)
Gambar 10. Pemodelan struktur akibat beban angin: (a) angin tekan, (b) angin hisap
Gambar 11. Pemodelan struktur akibat beban hujan
Tabel 2. Hasil analisis distribusi momen akibat beban mati Ruas Momen primer (Kg.m) Angka kekakuan Faktor distribusi momen Free body Momen maksimal (Kg.m) Gaya lintang (Kg.m) Gaya Normal (Kg.m) AB ± 79,66 298.800.000 A = 1 (jepit) 81,44 -27,8 (x = 0); -144,1 (x = 7) -8,33 BC ± 79,66 298.800.000 B = 0,5 180,80 69,30 (x = 0); -47,75 (x = 7) 88,81 CD ± 79,66 298.800.000 C = 0,5 106,74 43,27 (x = 0); -73,78 (x = 7) 62,78 DE ± 79,66 298.800.000 D = 0,5 123,18 50,43 (x = 0); -66,81 (x = 7) 69,76 EF ± 79,66 298.800.000 E = 0,5 118,53 48,38 (x = 0); -68,68 (x = 7) 67,89 FG ± 79,66 298.800.000 F = 0,5 119,76 48,88 (x = 0); -68,17 (x = 7) 68,39 - - - G = 0 (sendi) - - - Tabel 3. Hasil analisis distribusi momen akibat beban hujan Ruas Momen primer (Kg.m) Angka kekakuan Faktor distribusi momen Free body Momen maksimal (Kg.m) Gaya lintang (Kg.m) Gaya Normal (Kg.m) AB ± 168,56 298.800.000 A = 1 (jepit) 172,32 -58,90 (x = 0); -306,58 (x = 7) -17,62 BC ± 168,56 298.800.000 B = 0,5 382,55 146,63 (x = 0); -101,04 (x = 7) 187,92 CD ± 168,56 298.800.000 C = 0,5 225,85 91,46 (x = 0); -156,11 (x = 7) 132,84 DE ± 168,56 298.800.000 D = 0,5 260,63 106,32 (x = 0); -141,36 (x = 7) 147,60 EF ± 168,56 298.800.000 E = 0,5 250,79 102,36 (x = 0); -145,31 (x = 7) 143,64 FG ± 168,56 298.800.000 F = 0,5 253,40 103,43 (x = 0); -144,25 (x = 7) 144,71 - - - G = 0 (sendi) - - - Tabel 4. Hasil analisis distribusi momen akibat beban angin Ruas Momen primer (Kg.m) Angka kekakuan Faktor distribusi momen Free body Momen maksimal (Kg.m) Gaya lintang (Kg.m) Gaya Normal (Kg.m) AB ± 31,85 298.800.000 A = 1 (jepit) -32,56 11,13 (x = 0); -57,93 (x = 7) 3,33 BC ± 31,85 298.800.000 B = 0,5 -72,28 -27,70 (x = 0); -19,09 (x = 7) -33,50 CD ± 31,85 298.800.000 C = 0,5 -42,67 -17,30 (x = 0); 29,50 (x = 7) -25,10 DE ± 31,85 298.800.000 D = 0,5 -49,24 -20,08 (x = 0); 26,71 (x = 7) -27,89 EF ± 31,85 298.800.000 E = 0,5 -47,38 -19,34 (x = 0); 27,45 (x = 7) -27,14 FG ± 31,85 298.800.000 F = 0,5 -47,88 -19,54 (x = 0); 27,25 (x = 7) -27,34 - - - G = 0 (sendi) - - -
Tabel 5. Hasil analisis distribusi momen akibat beban angin hisap Ruas Momen primer (Kg.m) Angka kekakuan Faktor distribusi momen Free body Momen maksimal (Kg.m) Gaya lintang (Kg.m) Gaya Normal (Kg.m) AB ± 49 298.800.000 A = 1 (jepit) -50,09 17,12 (x = 0); 89,12 (x = 7) 5,12 BC ± 49 298.800.000 B = 0,5 -111,20 -42,62 (x = 0); 29,37 (x = 7) -54,62 CD ± 49 298.800.000 C = 0,5 -65,65 -26,61 (x = 0); 45,38 (x = 7) -38,61 DE ± 49 298.800.000 D = 0,5 -75,76 -30,90 (x = 0); 41,09 (x = 7) -42,90 EF ± 49 298.800.000 E = 0,5 -72,90 -29,75 (x = 0); 42,24 (x = 7) -41,75 FG ± 49 298.800.000 F = 0,5 -73,66 -30,06 (x = 0); 41,93 (x = 7) -42,06 - - - G = 0 (sendi) - - -
Tabel 6. Rekapitulasi perhitungan momen maksimal
Tabel 7. Rekapitulasi perhitungan momen putar
## Tabel 8. Rekapitulasi perhitungan gaya lintang
## Tabel 9. Rekapitulasi perhitungan gaya normal
Gambar 8-Gambar 11 diatas merupakan pemodelan dari struktur akibat beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban hujan. Setelah dilakukan perhitungan pembebananan, selanjutnya dilakukan analisis dimensi gording dengan menggunakan metode distribusi momen. Hasil analisis tersebut untuk keempat jenis pembebanan tersaji pada Tabel 2-Tabel 6. Rekapitulasi perhitungan momen maksimal, momen putar, gaya lintang, dan gaya normal juga tersaji pada Tabel 7- Tabel 9. Dari hasil analisis pembebanan tersebut, selanjutnya dilakukan analisis kontrol kapasitas penampang. Hasil perhitungan menunjukan nilai tegangan terhadap lendutan sebesar 838,27 Kg/cm 2 dimana lebih kecil dari tegangan ijin 1600 Kg/cm 2 , sedangkan besarnya tegangan terhadap tekuk diperoleh sebesar 166,44 Kg/cm 2 dimana lebih kecil dari tegangan ijin 1600 Kg/cm 2 . Dengan demikian profil LLC pada gording baja tersebut dapat dikatakan cukup aman.
## V. K ESIMPULAN
Studi analisis gording baja profil LLC pada pembangunan gedung Auto2000 di Kabupaten Sukabumi telah dibahas pada makalah ini. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metode distribusi momen. Dari hasil perhitungan pembebanan, yaitu beban mati, beban hidup, beban angin (tekan dan hisap), serta beban hujan, maka profil LLC tersebut dapat dikatakan cukup aman dengan nilai tegangan terhadap lendutan sebesar 838,27 Kg/cm 2 dimana lebih kecil dari tegangan ijin 1600 Kg/cm 2 , dan besarnya tegangan terhadap tekuk diperoleh sebesar 166,44 Kg/cm 2 dimana lebih kecil dari tegangan ijin 1600 Kg/cm 2 .
## R EFERENSI
[1] Oentoeng, Konstruksi Baja , Yogyakarta: Andi, 1999
[2] Rene A, Brude K, Atanu M, Perencanaan Konstruksi Baja untuk Insinyur 1 , Jakarta: Pradnya Paramita, 2000
[3] Agus S, Perencanaan Struktur Baja Metode LRFD, Jakarta: Erlangga, 2008
[4] Departemen PU, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) , Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1983
[5] Departemen PU, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002) ,
Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 2002
|
8246c01c-0681-4d77-836d-887ec109f133 | https://ojs.cahayamandalika.com/index.php/jcm/article/download/2182/1710 |
## SOFT SKILL, SDM DAN PENINGKATAN KUALITAS SDM TERMASUK LATIHAN DALAM MENGAPLIKASIKAN DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN
Dasmadi, Hudi Kurniawanto Universitas Slamet Riyadi Surakarta Email: [email protected]
## ABSTRAK
Kata kunci: Soft skill, SDM dan Peningkatan Kualitas SDM Program pengabdian ini bekerjasama dengan mitra Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda yang dikelola oleh Ibu Hj. Siti Syamsiyah, S.Pd.,M.Pd bersama dengan Bapak Drs. Shomat, berlokasi di Simo Boyolali tepatnya di Dukuh Randu RT08 RW02 Desa Temon Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali dengan jarak tempuh sekitar 24 km dari Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Pengabdian masyarakat kali ini lebih berfokus pada Soft skill, SDM dan Peningkatan Kualitas SDM. Kegiatan pengabdian ini akan menggunakan metode pengarahan, presentasi, diskusi, studi kasus dan evaluasi akhir.
## ABSTRACT
Keywords: Soft skills, HR and HR Quality Improvement This service program is in collaboration with partners of the Islamic Education Foundation Islamic Boarding School (YPI) Syahda managed by Mrs. Hj. Siti Syamsiyah, S.Pd., M.Pd together with Mr. Drs. Shomat, located in Simo Boyolali precisely in Dukuh Randu RT08 RW02 Temon Village, Simo District,
Boyolali Regency with a distance of about 24 km from Slamet Riyadi University Surakarta. Community service this time focuses more on soft skills, human resources and improving the quality of human resources. This service activity will use briefing methods, presentations, discussions, case studies and final evaluations.
## PENDAHULUAN
Kualitas sumber daya manusia menjadi sesuatu hal yang mutlak dalam pelaksanaan sebuah pembangunan negara. SDM dituntut agar lebih meningkatkan kompetensi mereka agar dapat berkreatifitas dan juga berinovasi agar memacu pembangunan ekonomi negara dalam segala bidang. Seperti yang sudah kita ketahui pbahwa meningkatkan kualitas SDM merupakan investasi jangka panjang manusia. Setiap orang menempuh jaluur pendidikan tidak membuat mereka secara otomatis menjadi SDM yang berkualitas tetapi masih memerlukan beberapa proses selanjutnya.
Menurut Notoatmojo, kualitas SDM memiliki dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek non fisik yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kualitas fisik dapat diupayakan melalui program-program peningkatan SDM itu sendiri. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas atau kemampuan-kemampuan non fisik peningkatan pendidikan dan pelatihan.
Upaya inilah yang diartikan dengan pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan SDM merupakan upaya pengembangan manusia yang menyangkut pengembangan aktifitas dalam bidang pendidikan dan pelatihan. (Sein, 2009).
SDM berkualitas sangat dibutuhkan upaya mendukung produktivitas agar tujuan tercapai dengan baik. Di dalam suatu negarapun, sumber daya manusia juga merupakan faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta memiliki daya saing yang tinggi dalam persaingan global. SDM yang berkualitas memberikan pengaruh yang sangat baik apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya (Freshka,2015). Selain kita meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan, kita mengetahui harus ada penambahan skill dapat berupa soft skill yang diberikan melalui pelatihan. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kemampuan SDM dan meningkatkan kualitas SDM sehingga membentuk jiwa saing yang percaya diri (Dewi Shinta,2022).
Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda beralamatkan di Dk. Randu RT08 RW02 Ds. Temon, Kec. Simo, Kab. Boyolali. Pondok Pesantren ini merupakan tempat dilaksanakannya program pengabdian kepada masyarakat. Tim pelaksana melakukan observasi awal dengan kunjungan untuk berbagi Pimpinan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda. Singkat cerita kami menemukan beberapa hal yang harus diketahui, dikembangkan dan juga di tekankan bagi santri Pondok Pesantren tersebut. Mengingat bahwa kemampuan soft skill sangat dibutuh di era sekarang. Persaingan di dunia kerja bukan hanya mengandalkan kemampuan hard skill saja tetapi lebih ditekankan kepada kemampuan soft skill seperti kemampuan mengambil keputusan, kepemimpinan, sampai kepada kemampuan berkomunikasi dengan baik.
Tim pelaksana menawarkan beberapa tindakan untuk meningkatkan kemampuan soft skill kepada santri Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda. kepada calon peserta yaitu santri Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda. Maka, adapun pengabdian yang dilakukan pada santri Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda bertujuan untuk: 1) memperkenalkan, menjelaskan sampai kepada manfaat soft skill kepada para santri, 2) menjelaskan jenis-jenis soft skill, dan 3) memberikan strategi dan anjuran dalam menerapkan soft skill di dalam kehidupan sehari-hari. Lalu didalam pelaksanaannya tim pelaksana akan melaksana program pengabdian kepada masyarakat dengan cara memberikan materi terlebih dahulu untuk diketahui oleh para peserta yang kaitannya dengan ilmu soft skill dan juga memberikan gambaran dan fakta pentingnya soft skill yang harus mereka ketahui dan miliki. Lalu tim pelaksana akan melakuakn suatu simulasi untuk melihat apakah para peserta
memahami selama pemaparan yang diberikan oleh tim pelaksana di akhir acara tim pelaksana memberikan posttest untuk melihat apakah terdapat dampak dari hal yang sudah diberikan selama program ini berlangsung. Akhir dari pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini akan memberikan satu luaran artikel yang akan dipublish
Permasalahan yang terjadi di Lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda adalah masih kurangya kualitas SDM yang berada di lingkungan pondok pesantren.
Kegiatan pengabdian ini akan membahas Soft skill, SDM dan Peningkatan Kualitas SDM termasuk latihan dalam mengaplikasikan di lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut. Tujuan Pelatihan, Pembinaan dan Pendampingan yang dilakukan agar mitra dapat;
1. Meningkatkan Soft skill, memasuki era society 5 dan pasca pandemi
2. Kemampuan SDM di lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda dapat meningkat
3. Dengan meningatkan soft skill berupa leadership, language skill, IT Literacy wrienting skill
## METODE
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan melakukan observasi awal di Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda.Observasi yang dilakukan terkait dengan kemampuan soft skill yang dimiliki oleh santri Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda. Selanjutnya, tim pengabdian melakukan wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda kaitannya dengan program pengabdian yang ingin dilaksanakan, lalu Pimpinan sangat menerima program pengabdian ini untuk meningkatkan kemampuan soft skill para santri Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda ini. Karena kami sama-sama memiliki kesadaran akan pentingnya soft skill selain hard skill didalam dunia kerja. Kemudian, pada saat yang bersamaan juga, tim pengabdian melakukan wawancara terhadap beberapa santri yang ada di Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda dan kami memberikan beberapa pertanyaan sebagai pretest sebelum melakukan pengabdian ini.
Setelah pengabdi memiliki izin, maka tim pelaksana sudah menentukan waktu untuk diadakannya pengabdian tersebut. Pada saat pelaksanaan pengabdian dihadiri oleh santri Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda. Metode pelaksanaan pengabdian ini diberikan dengan cara memberikan pelatihan, simulasi selain itu juga sebelumnya diberikan penjelasan mengenai pentingnya soft skill dimiliki oleh mereka, dan juga dilakukannya evaluasi akhir di akhir pelaksanaan pengabdian ini.
Di akhir pelaksanaan pengabdian ini, tim pelaksana melakukan memberikan beberapa pertanyaan untuk para peserta sebagai posttest pelaksana, untuk menilai apakah program pengabdian ini berhasil atau tidak.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Target Dan Luaran
A. Target
Target yang hendak dicapai dalam pengabdian masayarakat ini antara lain sebagai berikut:
1. Peningkatan Soft Skill di lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda
2. Peningkatan SDM di lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda
3. Peningkatan Kualitas SDM di lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda
B. Luaran
Rencana Luaran yang diharapkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah artikel yang akan terbit pada jurnal pengabdian nasionalsinta di luar Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
## Kelayakan Perguruan Tinggi
Yang pertama Kualifikasi Tim Pelaksana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Slamet Riyadi Surakarta dalam satu tahun terakhir ini telah melakukan banyak kegiatan khususnya dalam bidang Kewirausahaan dan Penerapan IPTEKS kepada masyarakat. UNISRI telah mendapat kesempatan dan fasilitas melalui hasil kerjasamanya dengan masyarakat dari Kabupaten di sekitar UNISRI, seperti daerah Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Wonogiri dan Klaten. Selanjutnya pada level Internasional LPPM Unisri, telah melakukan Kerjasama dengan UniversitI Utara Malaysia (UUM). Dalam melakukan pendampingan dan kegiatan transfer IPTEKS yang diterapkan di masyarakat. Tim pelaksana kegiatan menyesuaikan dengan kebutuhan wilayah, seperti terwujud dalam kegiatan IbPE di Sukoharjo, KKN Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat, UJI usaha abon jamur tiram dan pengolahan tepung Mocaf di Karanganyar, Wonogiri dan Klaten, Program Buttom up LIPI. Pengabdian masyarakat dilaksanakan dengan fasilitasi dana mandiri UNISRI, DIKNAS, DIKTI, Jejaring kerjasama dengan PEMDA maupun dana dari LIPI. Dalam melaksanakan kegiatan penerapan IPTEKS, Tim-tim pengabdi UNISRI didukung oleh fasilitas pendukung berupa alat transportasi, alat komunikasi, kelengkapan ATK dan akses internet untukmempermudah pembuatan web blog. Selain itu dengan adanya laboratotium pangan, laboratorium multimedia, laboratorium inkubator, laboratorium micro teaching, laboratorium akuntansi dan komputer semakin mendukung Timdalam melakukan pendampingan di lapangan.
Yang kedua gambarkan Struktur Organisasi Tim dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian telah sesuai dengan bidang kepakarannya. Tim terdiri ketua yaitu satu orang dosen dan dua orang anggota. Tim telah berpengalaman dalam melakukan berbagai kegiatan pengabdian meliputi pembinaan, pelatihan, konsultasi, pendampingan, dan pengembangan pemberdayaan masyarakat.
Yang ketiga fasilitas Pergurusan Tinggi yang akan digunakan sebagai unit layanan IPTEKS Beberapa fasilitas yang telah disiapkan oleh pihak Universitas untuk pengembangan kegiatan Pengabdian kepada masyarakat antara lain sejak tahun 2008 telah memiliki laboratorium pertanian, laboratorium komputer dan akuntansi, tahun 2009 memiliki laboratorium multimedia, tahun 2010 telah memiliki ruang bisnis center sehingga mahasiwa bisa memasarkan produk hasil kreativitasnya, tahun 2011 telah memiliki laboratorium micro teaching, tahun 2012 telah memiliki laboratorium bakery dan laboratorium bahasa. Fasilitas internet dan juga ruang diskusi khusus untuk kegiatan pengabdian dan penelitian baik untuk dosen maupun mahasiswa yang dilengkapi dengan multimedia yang memadai. d. Sumberdaya Institusi (Laboratorium, Jurusan, Fakultas) pendukung kegiatan Sumberdaya institusi yang mendukung dalam penyelanggaraan kegiatan penelitian dan pengabdian ini adalah adanya laboratorium di masing- masing Program Studi, antara lain laboratorium Teknologi Pangan yang siap melayani untuk analisis jaminan produk pangan; Laboratorium Multimedia dari Program Studi Komunikasi sehingga dokumentasi kegiatan dapat dilakukan dengan baik; Laboratorium Akuntansi dari Program Studi Akutansi; Laboratorium di Program Studi Agroteknologi; dan juga Laboratorium Fakultas Hukum yang siap mendampingi bidanglayanan hukum baik bagi produsen maupun konsumen.
Yang keempat sumberdaya alat atau fasilitas pendukung kegiatan Sumberdaya alat dan fasilitas perguruan tinggi sudah memadai untuk mendukung pengembangan keberlanjutan program pengabdian dan penelitian ini. Fasilitas tersebut antara lain peralatan laboratorium yang dapat digunakan di masing- masing Program Studi, fasilitas telepon, faksimili, fasilitas untuk mobilitas, dan juga internet.
Yang kelima sumber daya akses pasar, relasi bisnis, dan teknologi Surakarta sebagai kota vokasi dan juga keberadaan solo sebagai kota budaya merupakan sumber daya akses pasar dalam pemasaran produk tenant dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu dengan jejaring relasi bisnis yang saling bersinergis maka kendala pemasaran produk dapat terpecahkan dengan baik. Adanya sentuhan teknologi dari produk dan dengan keberadaan laboratorium pendukung dalam kegiatan ini maka akan semakin memberikan kepercayaan konsumen terhadap kualitasproduk yang dipasarkan.
Yang keenam hubungan kerja antara institusi dengan laboratorium pendukung dan dengan lembaga pengabdian kepada masyarakat. Yang ketujuh hubungan kerjasama antara institusi dengan laboratorium pendukung dalam kegiatan ini bersifat sinergis. Namun demikian secara administratif untuk pemanfaatan laboratorium dalam penyelenggaraan kegiatan tetap menyesuaikan dengan aturan administratif yang ada di masing-masing fakultas.
Yang kedelapan reputasi lembaga-lembaga di luar kampus yang berkolaborasi dengan unit layanan pengabdian masyarakat UNISRI Lembaga- lembaga yangberkolaborasi dengan unit layanan pengabdian masyarakat UNISRI antara lain PGRI, Dinar Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dewan Riset Daerah Kota Surakarta, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Boyolali, dan Klaten diharapkan dapat berkolaborasi yaitu sebagai tempat magang dan pelatihan pemberdayaan masyarakat sehingga akan semakin menambah wawasan dalam kegiatan mensejahterakan masyarakat di Surakartadan sekitarnya dan Jawa Tengah khususnya.
## Hasil Yang Dicapai
Kegiatan PKM ini dilaksanakan pada sebuah Pondok Pesantren di daerah kabupaten Boyolali, yang bernama Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda. Kegiatan PKM dilaksanakan melalui 3 (tiga) metode, yaitu: (1) Observasi, (2) Wawancara, (3) Pelatihan Simulasi. Untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan PKM, maka Tim PKM Menyusun langkah- langkah untuk melaksanakan kegiatan.
## A. Survey Awal pendahuluan
Tim PKM unisri mendatangi lokasi Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda Boyolali. Yang beralamat di Dk. Randu RT08 RW02 Ds. Temon, Kec. Simo, Kab. Boyolali. Di bawah ini ditunjukkan jarak lokasipengabdian dari Universitas Slamet Riyadi Surakarta:
Jurnal Cahaya Mandalika (JCM) | 1096
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan melakukan observasi awal di Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda.Observasi yang dilakukan terkait dengan kemampuan soft skill yang dimiliki oleh santri Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda
Selanjutnya, tim pengabdian melakukan wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda kaitannya dengan program pengabdian yang ingin dilaksanakan, lalu Pimpinan sangat menerima program pengabdian ini untuk meningkatkan kemampuan soft skill para santri Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda ini.
## B. Penyampaian masukan dari Tim PKM
Setelah mengetahui semua hal tersebut maka akan diketahui kekuatan-kekuatan apa saja yang dapat dimaksimalkan, kemudian Tim PKM merumuskan solusi yang akan ditawarkan kepada Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda, dan pada akhirnya Pondok
Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda setuju untuk melaksanakan solusi tersebut. Solusi yang ditawarkan oleh Tim PKM unisri antara lain:
1. Presentasi,
2. Diskusi Sharing Pengalaman,
3. Pelatihan Simulasi
C. Pemaparan materi
Pada tahap setelah observasi dan wawancara maka dapat di buat konsep dan dapat dipresentasikan. Tahap presentasi merupakan kegiatan pengajuan suatu topik permasalah yang dihadapi, pendapat atau informasi kepada mitra dan dilanjutkan dengan mitra saling berbagi pengalaman hasil studi lapangan yang telah dijalankan selama proses manajemen pengendalian stok yang dilakukan saat ini. Penjelasan materi terkait pentingnya manajemen persedian terlampir dibawah.
D. Diskusi (tanya jawab)
## E. Pelatihan Simulasi
## F. Evaluasi
## KESIMPULAN
Kegiatan program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) oleh tim Universitas Slamet riyadi Surakarta pada lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda yang dikelola oleh Ibu Hj. Siti Syamsiyah, S.Pd.,M.Pd bersama dengan Drs. Shomat ini, berlokasi di Dk Randu RT08 RW02 Desa Temon Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali dengan jarak tempuh sekitar 20 km dari Universitas Slamet Riyadi Surakarta telah melatih Soft Skill, SDM, dan Peningkatan Kualitas SDM di lingkungan Pondok Pesantren Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Syahda Boyolali.
## DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. “ Pengembangan Sumber Daya Manusia”, Rineka Cipta, Jakarta. Sein, M.T, 2009.“ Sumber Daya Manusia Konsep yang Berubah Sepanjang Sejarah ”, Prisma
Voll 11, Jakarta.
Freshka Hasiani. S dan Dewi, 2015. “Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Pelalawan’, Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015.
## This work is licensed under a
Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
|
38cec59b-5164-4c60-8b95-b780d75d0017 | https://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/epb/article/download/7722/3491 |
## DETERMINAN PENGANGGURAN GENDER PADA NEGARA LOWER MIDDLE INCOME DI ASEAN
## Yulia Ulan Sari, Hasdi Aimon
Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang [email protected] , [email protected]
Abstract: The studyexplained the effect of the amount of people age 15-64 years, the labor and the dependency ratio toward the gender unemployment ratio. The method that is used in the reasearch is the panel regression model. This data used a combination method between time series data from 2000 – 2017 and cross section data obtained from the World Bank annual report. The results of this study show that the ratio of the number of residents aged 15-64 years has no significant positive effect on the gender unemployment ratio, the ratio of labor has a significant negative effect on the gender unemployment ratio, and the dependency ratio has a significant positive effect on the gender unemployment ratio.
Keywords: The Amount of People Age 15-64 Years, Labor, Dependency Ratio, and Gender Unemployment
Abstrak : Penelitian ini menjelaskan pengaruh jumlah penduduk usia 15-64 tahun, tenaga kerja dan dependency ratioterhadap penggangguran gender. Metode yang digunakan adalah model regresi panel. Data ini menggunakan metode kombinasi antara data runtun waktu (time series) dari tahun 2000-2017 dan cross section terdiri dari lima negara. Data tersebut diperoleh dari laporan tahunan World Bank. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwajumlah penduduk pada usia 15-64 tahun berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penggangguran gender,tenaga kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap penggangguran gender, dan dependency ratioberpengaruh positif signifikan terhadap penggangguran gender.
Kata Kunci : Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun, Tenaga Kerja, Dependency Ratio, dan Pengangguran Gender
Negara dengan tingkat nilai ekspor yang tinggi merupakan negara yang memeiliki ppendapatan ekspor dollar yang tinggi pula. Pendapatan yang dihasilkan dari basis produksi domestik yang bermacam-macam (diversifikasi) dan tidak lagi berbasis sumber daya alam. Ekspor per kapita Indonesia tergolong lower middle income .
World Bank (2016) menyatakan pada era 1960-an di kawasan Asia merupakan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang yang pesat dan memasuki tahun 1990-an negara-negara berkembang di Asia mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi dan masuk kedalam kategori middle income countries hanya dalam tiga dekade.
Pengelompokan Negara Asean diketahui bahwa, klasifikasi Negara Asean yang paling banyak adalah low middle income yaitu lima negara, terdiri dari
950 Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan , Volume 1, Nomor 3, Agustus 2019, Hal 949 - 958
Indonesia, Philipina, Kamboja, Myanmar dan Vietnam, sedangkan klasifikasi Negara upper middle income ada empat negara yaitu Thailand, Malaysia, Laos dan Singapura serta satu negara high income , yaitu Brunei Darussalam. Negara yang termasuk low middle income mengalami berbagai masalah, baik tenaga kerja maupun lapangan usaha. Pengangguran adalah permasalahan yang utama berkaitan dengan tenaga kerja dan lapangan usaha, dimana pengangguran merupakan seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak sedang mencari kerja (Nanga, 2005:249).
Pengangguran tidak hanya didominasi oleh perempuan, tetapi juga oleh laki-laki. Pengangguran secara umum dialami oleh perempuan, dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti terbatasnya lapangan pekerjaan khusus bagi perempuan, sedangkan pengangguran yang dialami oleh laki-laki juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti jumlah tenaga kerja laki-laki yang terlalu banyak tetapi lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan banyaknya jumlah tenaga kerja laki-laki.
Pada lima Negara di ASEAN menunjukkan bahwa tiga Negara, yaitu Negara Indonesia, Filipina dan Myanmar memiliki pengangguran perempuan lebih besar dibandingkan pengangguran laki-laki, sedangkan pada Negara Vietnam dan Kamboja memiliki pengangguran perempuan lebih kecil dibandinngkan dengan pengangguran laki-laki.
Tingginya tingkat pengangguran perempuan dibanding laki-laki pada suatu Negara akan meningkatkan beban pada laki-laki. Pengangguran perempuan akan tergantung hidupnya pada laki-laki. Hal ini berarti terjadi ketidakseimbangan laki- laki dan perempuan dalam bekerja.
Rasio jumlah penduduk usia 15-64 tahun antara pada lima Negara lower middle income di Asean ada tiga Negara yaitu Negara Indonesia, Filipina dan Myanmar yang menunjukkan rasio jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Sedangkan dua Negara lainnya yaitu Negara Vietnam dan Kamboja memiliki jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Artinya jumlah penduduk usia 15-64 tahun pada Negara lower middle income di dominasi oleh jumlah penduduk laki-laki.
Adanya rasio pengangguran antara perempuan dan laki-laki disebabkan perempuan yang telah menjadi ibu rumah tangga termasuk bukan angkatan kerja sehingga dalam hal ini perempuan yang menganggur adalah perempuan yang melakukan kegiatan rumah tangga. Hal ini menyebabkan angka pengangguran perempuan lebih tinggi dibanding pengangguran laki-laki.
Dependency ratio juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan bertambahnya pengangguran disuatu Negara, dependency ratio yang tinggi merupakan banyaknya tanggunggan yang ditanggung oleh angkatan kerja produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi dependency ratio suatu Negara maka tingkat pengangguran juga akan semakin tinggi. Dependency ratio yang tinggi juga berarti pada suatu rumah tangga, keluarga mengandalkan pendapatan laki-laki, sehingga perempuan banyak yang menjadi pengangguran.
## TINJAUAN LITERATUR Teori Pengangguran
Samuelson (2004:362) penganggurandimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Sukirno (2010:472) pengangguran adalah seseorang berada dalam angkatan kerja dan mencari pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan.
Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah angka yang menunjukkan berapa banyak jumlah dari angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan (Mulyadi, 2003:58). Secara teoritis, pengaruh pertambahan jumlah tenaga kerja dapat dijelaskan berdasarkan teori makro. Apabila dalam perekonomian terdapat pengangguran, pengangguran akan bersedia di upah pada tingkat upah yang lebih rendah (Sukirno, 2010:72).
## Teori Gender
Vitalaya, gender merupakan suatu definsi yang menyatakan hubungan dan peranannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak disebabkan oleh perbedaan biologi, namun disebabkan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan politik (Puspitawati,2013). WHO menyatakan gender merupakan perilaku, kegiatan, yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang direalisasikan secara sosial dalam suatu masyarakat.
Migheli (2014) menyatakan bahwa masih terdapat perbedaan yang relevan dalam preferensi antara perempuan dan laki-laki, hal ini dibuktikan dalam penelitiannya pada survey dua belas Negara Barat Eropa yang menunjukkan bahwa preferensi gender dalam perekonomian berbeda secara signifikan.Sedangkan, menurut Gallen, dkk (2019) menyatakan bahwa pada tiga puluh tahun terakhir preferensi gender tersebut mengalami penurunan.
## TeoriJumlah Penduduk
Wahyuni, peningkatan pertumbuhan penduduk meningkatkan kebutuhan ekonomi setiap orang. Meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan lapangan pekerjaan semakin sedikit dan pengangguran meningkat. Pengangguran meningkat akibat ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada dasarnya, peningkatan jumlah penduduk memiliki dua sisi yang berbeda.
Penduduk yang besar merupakan aset sekaligus sebagai beban dalam pembangunan.Penduduk sebagai aset apabila kualitas maupun keahliannya dapat ditingkatkan maka produksi nasional akan meningkat dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Namun jumlah penduduk yang besar dapat menjadi beban apabila jumlah, struktur, persebaran dan mutunya tidak merata.
## Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat digunakan dengan faktor produksi lainnya dalam melakukan kegiatan produksi serta menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat (Sukirno,2010:27).
Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang dapat menghasilkan barang dan jasa.
952 Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan , Volume 1, Nomor 3, Agustus 2019, Hal 949 - 958
## Dependency Ratio
DependencyRatio atau Rasio Ketergantungan, menggambarkan angka rasio antara jumlah penduduk usia nonproduktif (< 15 tahun dan > 64 tahun) dan penduduk usia produktif (15 –64 tahun). Pada saat angka rasio ketergantungan rendah, penduduk usia produktif hanya menanggung sedikit penduduk usia non produktif.
## METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilihat seberapa besar pengaruh variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan analisis regresi panel dan model terpilih adalah Random Effect Model (REM). Variabel yang digunakan adalah Pengangguran Gender (Y), Total Penduduk berusia 15-64 Tahun (X 1 ), Tenaga Kerja (X 2 ), dan Dependency Ratio (X 3 ).Menggunakan unit analisis 5 negara di Asean dan data yang digunakan dari tahun 2000 hingga tahun 2017.Model yang akan digunakan dalam analisis penelitian ini yaitu :
Y = f (X 1 , X 2 , X 3 ,)
Y it = β 0 + β 1 X 1it + β 2 X 2it + β 3 X 3it + U it dimanaY it merupakan pengangguran gender, β 0 adalah konstanta , β 1 , β 2, β 3 adalah koefisien regresi variabel X 1it , X 2it, X 3it dan U it error term, X 1it adalah jumlah penduduk usia 15-64 tahun, X 2it adalah tenaga kerja dan X 3it adalah dependency ratio .
## Defenisi Operasional
Pengangguran Gender didefinisikan sebagai tingkat pengangguran antara jumlah pengangguran perempuan dan jumlah pengangguranlaki-laki. Indikator yang digunakan adalah rasio perbandingan antara pengangguran perempuan dan pengangguranlaki-laki. Data yang digunakan diperoleh dari World Bank yang menggunakan data tahunan dari tahun 2000-2017 dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah rasio.
Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun adalah seluruh penduduk di Negara lower middle income yang berusia antara 15 sampai 64 tahun.Indikator yang digunakan adalah rasio antara jumlah penduduk perempuan dan jumlah penduduk laki-laki berusia 15 sampai 64 tahun. Data diperoleh dari World Bankyag menggunakan data tahunan dari tahun 2000-2017 dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah rasio.
Tenaga Kerja adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa. Indikator yang digunakan adalahrasio perbandingan antara jumlah tenaga kerja perempuan dan jumlah tenaga kerja laki-laki. Data yang digunakan diperoleh dari World Bank yang menggunakan data tahunan dari tahun 2000-2017 dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah rasio.
Dependency Ratio atau Rasio Ketergantungan, menggambarkan angka rasio antara jumlah penduduk usia nonproduktif (< 15 tahun dan > 64 tahun) dan penduduk usia produktif (15 –64 tahun). Data yang digunakan diperoleh dari world bank yang menggunakan data tahunan dari tahun 2000-2017 dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah rasio.
## HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menguji pengaruhjumlah penduduk dengan usia 15-64 tahun, tenaga kerja dan dependency ratio terhadap penggangguran gender. Data yang digunakan dari tahun 2000-2017 pada lima negara lower middle income di Asean. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi eviews 8 dapat dilakukan pengujian random effect model sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Estimasi Random Effect Model Dependent Variable: Y Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Sample: 2000 2017 Periods included: 18 Cross-sections included: 5 Total panel (balanced) observations: 90 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.199403 0.416798 2.877659 0.0051 X1 0.072374 0.162162 0.446305 0.6565 X2 -0.855825 0.482072 -1.775303 0.0794 X3 0.008887 0.002776 3.200961 0.0019 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.206263 0.6864 Idiosyncratic random 0.139431 0.3136 Weighted Statistics R-squared 0.122155 Mean dependent var 0.173588 Adjusted R-squared 0.091532 S.D. dependent var 0.144894 S.E. of regression 0.138104 Sum squared resid 1.640243 F-statistic 3.989050 Durbin-Watson stat 1.315198 Prob(F-statistic) 0.010359 Unweighted Statistics R-squared 0.260839 Mean dependent var 1.103222 Sum squared resid 3.417117 Durbin-Watson stat 0.631305
## Sumber: Hasil Olahan Eviews 8, 2019
Berdasarkan hasil estimasi olahan random effect model pada table 1 didapatkan persamaan yaitu:
Y it = β 0 + β 1 X 1it + β 2 X 2it + β 2 X 2it +U it Y it = 1.199 + 0.072 X 1it - 0.856 X 2it + 0.009 X 3it Berdasarkan hasil penelitian persamaan menunjukkan jumlah penduduk (X 1 ) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran gender (Y)
dengan koefisien regresi 0.072. Hal ini berarti apabila jumlah penduduk 1 satuan belum tentu pengangguran gender akan mengalami peningkatan meskipun mempunyai koefisen yang positif.
Berdasarkan hasil penelitian persamaan menunjukkan tenaga kerja (X 2 ) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran gender (Y) dengan koefisien regresi -0.856. Hal ini berarti apabila tenaga kerja meningkat 1 satuan maka akan menurunkan pengangguran gender sebesar 0.856 satuan. Hal ini berarti semakin meningkat tenaga kerja maka akan menurunkan pengangguran gender dengan asumsi cateris paribus.
Berdasarkan hasil penelitian persamaan menunjukkan dependency ratio (X 3 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran gender (Y) dengan koefisien regresi 0.009. Hal ini berarti apabila dependency ratio meningkat 1 satuan maka maka rasio pengangguran gender akan semakin meningkat sebesar 0.009 satuan. Hal ini berarti semakin meningkat dependency ratio maka pengangguran gender akan semakin meningkat dengan asumsi cateris paribus.
Koefisien Determinasi (R 2 ) Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai R 2 sebesar 0.122. Hal tersebut berarti bahwa sebesar 12.2% rasio pengangguran gender di pengaruhi oleh variabel jumlah penduduk usia 15-64 tahun,tenaga kerja dan dependency ratio . Sedangkan sisanya 87.8% dijelaskan oleh variabel lain diluar model atau tidak dimasukkan dalam penelitian. Dalam pengujian diperoleh nilai R square kecil hal ini disebabkan oleh variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah berbentuk rasio. Dan pertimbangan variabel yang diambil hanya tiga variabel yaitu variabel jumlah penduduk usia 15-64 tahun, tenaga kerja dan dependency ratio . Untuk menguji variabel pengangguran gender bisa juga memasukkan variabel faktor pendidikan perempuan, kesenjangan gender, perempuan bekerja serta laki-laki bekerja.
## UJi t
Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis pertama, dengan menggunakan variable jumlah penduduk usia 15-64 tahun diperoleh nilai t-statistik sebesar 0,446305 yang berarti t hitung ≤ t tabel (0,446305 ≤ 1,66256) dengan α = 0,10 maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini tidak diterima. Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk usia 15-64 tahun dengan pengangguran genderpada Negara Lower Middle Income di Asean.
Pada hipotesis kedua dengan menggunakan variabel tenaga kerja diperoleh nilai t-statistik sebesar 1,775303 yang berarti t hitung ≥ t tabel (1,775303 ≤ 1,66256)) dengan α = 0,10 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga, hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan, antara tenaga kerja dengan pengangguran genderpada Negara Lower Middle Income di Asean.
Pada ipotesis ketiga dengan menggunakan variabel dependency ratio diperoleh nilai t-statistik sebesar 3,200961 yang berarti t hitung ≥ t tabel (3,200961 ≤ 1,66256) dengan α = 0,10 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Artinya, antara dependency
ratio dengan pengangguran genderpada Negara Lower Middle Income di Asean terdapat pengaruh yang signifikan.
## Uji F
Nilai probabilitas F-Statistik adalah 3,989050. Untuk melihat ftabel dicari pada α = 0,05 dan α = 0,10 dengan derajat kebebasan (df1) k-1, dimana k adalah jumlah variabel atau 3 – 1 = 2 dan (df2) n – k, dimana n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel atau 90 – 3 = 87. Dengan pengujian signifikan 0,10 diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,71.
Jika Fhitung> Ftabelmaka hipotesisi nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Nilai Fhitung diketahui sebesar 3,989050, sedangkan Ftabel sebesar 2,71. Dilihat pada jangka panjang nilai Fhitung = 3,989050 > dari nilai Ftabel = 2,71. Hasil ini menunjukkan dalam jangka panjang bahwa variabel bebas secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap pengangguran genderpada Negara Lower Middle Income di Asean.
## PEMBAHASAN
Pengaruh Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun Terhadap Pengangguran Gender Pada Negara Lower Middle Income di Asean Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia 15-64 tahun berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran genderpada Negara Lower Middle Income di Asean. Dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,656 dan koefisien regresinya sebesar 0,072 artinya apabila jumlah penduduk usia 15-64 tahun meningkat sebesar 1 satuanmaka pengangguran gender akan mengalami peningkatan meskipun mempunyai koefisen yang positif.
Berdasarkan hasil pengujian, jumlah penduduk berusia 15 sampai 64 tahun tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran gender pada Negara Lower Middle Income di Asean.Hasil yang diperoleh menunjukan hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan.Temuan ini dapat mengindikasikan bahwa jumlah penduduk berusia 15 sampai 64 tahun menjadi salah satu faktor penentu tingkat pengangguran gender pada Negara Lower Middle Income di Asean.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuliarmi dan Senet (2014) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Pengangguran di Provinsi Bali”.Pertumbuhan penduduk yang meningkat disebabkan karena adanya peningkatan kebutuhan ekonomi setiap orang.Jika ppertumbuhan penduduk meningkat maka semakin sedikit lapangan pekerjaan yang ada sehingga jumlah pengangguran meningkat. Hal ini disebebkan karena ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.Jumlah penduduk yang besar adalah modal dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional, namun dapat menjadi penghambat dan meninbulkan permasalahan di bidang ketenagakerjaan apabila terdapat pengaturan yang tidak tepat dalam mengkontrol jumlah penduduk(Yuliarmi dan Senet, 2014 ).
Penelitian ini juga didukung oleh teoridari Wahyuni, Pengangguran disebabkan karena tidak seimbangnya lapangan pekerjaan yang ada dengan banyaknya jumlah penduduk.Jumlah pendudukyang meningkat memiliki dua pandangan, dimana jumlah penduduk yang besar akanmeningkatkan
956 Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan , Volume 1, Nomor 3, Agustus 2019, Hal 949 - 958
tujuan pembangunan, namunjuga dapat menyebabkan masalah khususnya di bidang ketenagakerjaan (Yuliarmi dan Senet, 2014).
Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pengangguran Gender Pada Negara Lower Middle Income di Asean
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh negatif dansignifikan terhadap pengangguran genderpada Negara Lower Middle Income di Asean. Dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,079 dan koefisien regresinya sebesar -0,856 artinya semakin meningkat tenaga kerja maka akan menurunkan pengangguran gender dengan asumsi cateris paribus.
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pengangguran gender pada Negara Lower Middle Income di Asean.Hasil yang diperoleh menunjukan hipotesis kedua dapat dibuktikan. Temuan ini dapat mengindikasikan bahwa tenaga kerja akan mengakibatkan tingkat pengangguran gender meningkat pada Negara Lower Middle Income di Asean.
Penelitian yang samadilakukan oleh Terrel dan Lauerova (2002) pada “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan gender pada tingkat pengangguran terbuka pasca perekonomian komunis di Republik Ceko”. Penelitian ini menemukan bahwa jumlah wanita berstatus menikah dan bekerja lebih rendah dibanding laki-laki menikah dan bekerja menjadi faktor penting dalam kesenjangan gender ditingkat pengangguran terbuka perempuan. Hal ini sejalan pada Negara lower middle income, dimana perempuan lebih banyak yang menganggur dibanding laki-laki.Pemikiran yang berkembang di masyarakat mengenai peran laki-laki sebagai tulang punggung keluarga membatasi perempuan untuk bekerja sehingga meningkatkan pengangguran terbuka yang dialami perempuan.
Hasil penelitian didukung oleh teori Khotimah (2009) menyatakan terdapatfaktor-faktor yang menyebabkan diskriminasi pekerjaan terhadap perempuan yaitu pembedaan dalam pekerjaan, yang dikarekan tingkat pendidikan perempuan lebih rendah, dan perempuan dianggap lebh rendah dalam sosial budaya.
Pengaruh Dependency Ratio Terhadap Pengangguran Gender Pada Negara Lower Middle Income di Asean Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dependency ratio berpengaruh positif dansignifikan terhadap pengangguran genderpada Negara Lower Middle Income di Asean. Dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,002 dan koefisien regresinya sebesar 0,009 artinya semakin meningkat dependency ratio maka pengangguran gender akan semakin meningkat dengan asumsi cateris paribus.
Hasil pengujian hipotesis ketiga diketahui bahwa dependency ratiomemiliki pengaruh signifikan terhadap pengangguran gender pada Negara Lower Middle Income di Asean.Hasil yang diperoleh menunjukan hipotesis ketiga dapat dibuktikan. Temuan ini dapat mengindikasikan bahwa dependency ratio
akan mengakibatkan tingkat pengangguran gender meningkat pada Negara Lower Middle Income di Asean.
Maxwell, Dependency Ratiomerupakan angka dari populasi penduduk yang memiliki kegiatan produksi dan berada pada usia kerja (Kristiana, 2009). Penduduk produktif berada pada rentang usia 15-65 tahun. Negara dengan tingkat kelahiran tinggi memiliki tingkat rasio ketergantungan yang cukup tinggi.Semakin tinggi rasio ketergantungan maka beban tanggungan penduduk produktif semakin tinggi.
Mantra (2000), mendefinisikan dependency ratio sebagai rasio jumlah penduduk umur 0-14 tahun yang termasuk dalam jumlah penduduk belum produktif secara ekonomis dan jumlah penduduk umur lebih dari 65 tahun termasuk kedalam kelompok penduduk yang tidak lagi produktif.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis regresi panel memperlihatkan bahwa (1) jumlah penduduk , usia 15-64 tahun berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penggangguran gender. (2) Tenaga kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap penggangguran gender. (3) Dependency ratio berpengaruh positif signifikan terhadap penggangguran gender. (4) jumlah penduduk , usia 15-64 tahun, tenaga kerja, dan dependency ratio, berpengaruh signifikan terhadap pengangguran gender.
## DAFTAR RUJUKAN
Albanesi. 2012. “The Gender Unemployment Gap”. NBER Summer Institute 2012.
Gallen, Yana, Rune V. Lesner dan Rune Vejlin. (2019). The labor market gender gap in Denmark: Sorting out the past 30 years. Labour Economics 56 (2019) 58–67, https://doi.org/10.1016/j.labeco.2018.11.003
Mantra, Ida Bagus.(2000). Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nur Cahaya Khotimah. 2018. “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi,
Angkatan Kerja dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran di DIY Tahun 2009-2015”. Jurnal.Vol. 7, No. 6.
Kristiana, Peby. (2009). “Analisis Pengaruh Faktor-faktor Demografi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Cianjur Periode 1983-2007”. Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP.
Terrel dan Lauerova. 2002. “Explaining Gender Diffrences in Unemployment with
Micro Data on Flows in Post-Communist Economies”. IZA Discussion Paper No. 600.
Manning, dkk. 2015. Gender Gaps in Unemployment rates in OECD Countries. Journal of Labor Economics Vol 24, No. 1.
Mantra, Ida Bagus.(2000). Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nur
CahayaMaryati.S. (2015). “Dinamika Pengangguran Terdidik:
Tanatangan Menuju Bonus Demografi di Indonesia”. Journal of Economic and Economic Education , 3 (2), 124 - 136.
958 Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan , Volume 1, Nomor 3, Agustus 2019, Hal 949 - 958
Maryati.S. (2015). “Dinamika Pengangguran Terdidik: Tanatangan Menuju Bonus Demografi di Indonesia”. Journal of Economic and Economic Education. 3 (2), 124 - 136.
Masague. 2006. “Gender Gaps in Unemployment Rates in Argentina”. Journal.Universidad de Alcala de Henares and FEDEA.
Migheli, Matteo. (2014). Preferences for government interventions in the economy: Doesgender matter?.International Review of Law and Economics 39 (2014) http://dx.doi.org/10.1016/j.irle.2014.05.004
Nanga, Muana. (2005). Makro Ekonomi: Teori, Masalah & Kebijakan: Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
Puspitawati, Herien. (2013). "Konsep, teori dan analisis gender."Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen”. Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian.
S. Mulyadi. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan.PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Samuelson, Paul A and William D Nordhaus. (2004). Ilmu Makro Ekonomi.Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Sukirno, Sadono. (2010). “ Makroekonomi Teori PengantarEdisi Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Yuliarni, Ni Nyoman dan Senet, Putu Diah Rahadi.(2014). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pengangguran di Provinsi Bali”. E-Jurnal EP Unud, 3(6), ISSN: 2303-0178
Yuliatin, dkk. 2011. “Pengaruh Karakteristik Kependudukan Terhadap
Pengangguran di Sumatera Barat”. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan.Vol.2, No. 2.
World Bank. 2016. Pembangunan Berperspektif Gender. Jakarta: Dian Rakyat
|
8dc5bfac-c5f6-4e69-be43-0ccb55725f43 | https://ejournal.um-sorong.ac.id/index.php/insect/article/download/2983/1589 | Received June1 st ,2012; Revised June25 th , 2012; Accepted July 10 th , 2012
## Sistem Informasi Analisa Kuesioner Penggunaan Layanan
Internet Menggunakan Metode Important Performance Analysis (IPA) Dan Customer Satisfaction Ind ex (CSI)
1 Hendri Purnomo, 2 I Gede Pasek Suta W., 3 I B K Widiartha
1 Program Studi Teknik Elektro, 2,3 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Universitas Mataram Jl. Majapahit 62 Mataram NTB. Telp/Fax: 0370-633603/640592
1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected]
Abstrak
Universitas memberikan fasilitas internet gratis menggunakan jaringan nirkabel (wifi). Namun dalam pelaksanaannya terkadang jaringan ini mengalami gangguan-gangguan yang dapat menurunkan kualitas layanan yang diberikan. Untuk menjamin kualitas layanan, pihak universitas memberikan kuesioner secara online kepada mahasiswa yang menggunakan layanan tersebut. Metode yang digunakan untuk menganalisa hasil pengisian kuesioner tersebut adalah dengan menggunakan metode Important Performance Analisys (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil analisa menggunakan metode IPA tersebut adalah pada periode Mei terdapat lima atribut kualitas layanan yang berada pada kuadran I dan periode Agustus 2014 terdapat tiga atribut yang berada pada kuadran I, yang dimana kuadran tersebut termasuk prioritas utama peningkatan layanan. Sedangkan untuk metode CSI didapatkan indeks tingkat kepuasan sebesar 0.552 pada periode Mei dan 0.568 pada periode Agustus 2014, nilai tersebut berada pada interval 0.51 – 0.65 yang berarti bahwa mahasiswa cukup puas atas layanan yang diberikan.
Kata kunci— Importance Performance Analysis, Customer Satisfaction Index, Kuesioner
## 1. PENDAHULUAN
UPT Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PUSTIK) Universitas Mataram yang disingkat UPT PUSTIK Universitas Mataram merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada di Universitas Mataram fungsinya adalah sebagai fasilitator pemebelajaran yang bermediasi computer.
Salah satu layanan yang diberikan adalah dengan menyediakan akses informasi secara gratis berupa layanan internet menggunakan jaringan nirkabel (WiFi) yang dapat diakses diseluruh Fakultas di Universitas Mataram. Akses internet ini diberikan kepada seluruh civitas akademik; mahasiswa, dosen, dan staf Universitas Mataram.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terkadang jaringan tersebut mengalami gangguan. Untuk menjamin dan meningkatkan kualitas layanan initernet yang diberikan, UPT PUSTIK Universitas Mataram melakukan pembagian kuesioner kepada civitas akademik. Kuesioner yang diberikan bertujuan untuk mengevaluasi mengenai kepuasan para mahasiswa Universitas Mataram terhadap pelayanan yang diberikan.
Kesulitan yang dihadapi adalah jumlah subyek dari kuesioner tersebut begitu besar dan pengolahan data kuesioner yang masih dilakukan secara manual sehingga memakan waktu.
51
Karena itu dibutuhkan sebuah sistem yang dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang disebutkan, sehingga dibuatlah aplikasi kuesioner online.
## 2. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, akan dibangun sistem informasi online berbasis web yang digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kepuasan penggunaan layanan internet kampus (Wifi) dan disebar di seluruh kampus di Universitas Mataram yang disisipkan pada halaman login UNRAM- Hotzone. Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Universitas Mataram yang bertempat di Jl. Majapahit No. 62 Mataram. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu di mulai pada bulan Maret - Agustus 2014.
2.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan aplikasi ini terdapat beberapa kebutuhan software dan juga kebutuhan hardware , dan berikut adalah rinciannya :
1) S oftware :
- Software untuk coding menggunakan Notepad++
- Web server menggunakan Apache 2.2.
- Database menggunakan MySQL 5.0.8.
- Mengelola database menggunakan PHP MyAdmin versi 3.4.5.
- IBM SPSS Statistic 20.
2) Hardware :
- Notebook dengan Processor: Intel(R) Core™ i3-3120M CPU 2.50GHz.
- Installed memory (RAM): 2.00 GB (1.87 usable).
- Sistem Operasi Windows 8 Pro 32-bit.
## 2.2. Mekanisme Sistem
Cara kerja dari sistem ini adalah pertama user yang sekaligus sebagai responden terlebih dahulu melakukan login untuk dapat mengakses beberapa situs di internet. Setelah user melakukan login , kemudian user akan diarahkan menuju halaman kuesioner online . Disini user diminta untuk mengisi beberapa pertanyaan yang telah disediakan. Setelah user mengisi kuesioner tersebut, selanjutnya user dapat mengakses situs yang diinginkan. Bagi user yang sebelumnya telah mengisi kuesioner, maka halaman pengisian tidak akan ditampilkan. Secara garis besar, proses tersebut dapat digambarkan dalam bentuk flowchart pada gambar 2.1 berikut.
Start Login Pengisian Kuisioner Online End Sudah Mengisi Kusioner? Tidak Ya Tampilkan Hasil Hitung CSI
Gambar 2.1 Flowchart mekanisme sistem.
52
## 2.3. Rancangan Sistem
Desain dan perancangan interface dimulai dengan merancang Data Flow Diagram yang dimana memuat seluruh interaksi yang terdapat dalam sistem. Desain dan perancangan dengan DFD terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembuatan context diagram.
Didalam context diagram terdapat garis besar cara kerja dari sistem yang dibuat. Gambar dari context diagram dapat dilihat pada gambar 2.2.
0 Kuisioner Online User Admin Login Penilaian Pertanyaan Kuesioner Tampil Hasil CSI Konfirmasi Login User Daftar Pertanyaan Login Hasil Pengisian Kuesioner Konfirmasi Login admin Hasil Perhitungan Customer Satisfaction Informasi Pertanyaan
Gambar 2.2 Context Diagram
Setalah context diagram , proses dapat dijelaskan lebih detail menjadi DFD Level 1. Gambar DFD Level 1 dapat dilihat pada gambar 2.3.
Admin 1.0 Login admin 2.0 Isi Pertanyaan 3.0 Isi Kuesioner Login Konfirmasi Isi Pertanyaan Kuesioner Daftar Jenis Kuesioner Pertanyaan Penilaian User Penilaian Pertanyaan 4.0 Hitung Hasil Tampil Hasil CSI 5.0 Rekap Hasil CSI Admin Hasil Pengisian Kuesioner 6.0 Login User Login Konfirmasi User Daftar Pertanyaan Hasil Jenis Kuesioner Informasi Pertanyaan Hasil Perhitungan CSI Hasil Pengisian Kuesioner Informasi Pertanyaan Gambar 2.3 DFD Level 1
## 2.4. Rancangan Database
ERD merupakan cara untuk mengorganisasikan data, dimana diagram ini akan memperlihatkan hubungan entitas yang terdapat dalam sistem. E-R yang diusulkan untuk sistem yang akan dibangun dapat dilihat pada Gambar 2.4 dibawah ini.
User Kuesioner Hasil Pertanyaan Admin Menjawab Memiliki Mengisi Melihat 1 M 1 1 M M M 1 1 Id_admin username password id_kuesioner jenis_kuesioner id_pertanyaan id_kuesioner Pertanyaan id_user username tanggal lokasi jawaban id_hasil username id_pertanyaan id_kuesioner password
Gambar 2.4 ERD Sistem kuesioner online.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Important Performance Analysis (IPA) Periode Mei 2014
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, berikut adalah hasil rekapitulasi nilai rata-rata tiap variabel dari tingkat persepsi dan tingkat ekspektasi, dimana nilai tersebut akan digunakan untuk memetakan tiap variabel kedalam diagram kartesius. Sumbu X adalah rata-rata penilaian terhadap persepsi dan sumbu Y merupakan rata-rata penilaian terhadap ekspektasi.
Tabel 3.1 Rata-rata tiap variabel tingkat persepsi dan tingkat ekspektasi periode Mei 2014 .
No. Atribut Layanan Rata-rata Persepsi (X) Ekspektasi (Y) Tangible (Pelayanan Bersifat Nyata) 1. Kemudahan dalam menjangkau sinyal hotspot 2.86 4.4 2. Sistem Login yang diterapkan oleh UPT PUSTIK 3.16 3.93 3. Kemudahan dalam koneksi hotspot 2.76 4.32 4. Ketersedian layanan akses 24 jam 3.1 4.18 Reliability (Dapat Dipercaya) 5. Tingkat kontinuitas/kestabilan sinyal hotspot yang diterima 2.67 4.26 6. Kualitas sinyal yang diterima (low/strength) 2.46 4.27 7. Ketersediaan informasi penggunaan data 2.85 3.73 8. Kecepatan dalam download/upload data / Kecepatan akses internet 2.47 4.46 Responsiveness (Bersikap Tanggap) 9. Tanggapan UPT PUSTIK terhadap keluhan 2.56 3.73 10. Kecepatan dalam melakukan tindakan dari pihak UPT PUSTIK terhadap keluhan yang disampaikan 2.48 3.9 11. Sikap dan tanggapan pihak UPT PUSTIK kepada pengguna yang menyampaikan saran-saran berkaitan dengan peningkatan pelayanan 2.58 3.8 12. Kemampuan pihak UPT PUSTIK dalam menyelesaikan pekerjaan terhadap keluhan pengguna 2.54 3.94 13. Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan 2.59 4.02 Assurance (Dapat Menjamin) 14. Keamanan dalam mengakses data di internet 3.12 4.37 15. Keamanan login user 3.16 4.4 16. Kejelasan informasi mengenai gangguan yang terjadi 2.7 4.27 17. UPT PUSTIK dalam menjamin solusi atas masalah yang terjadi dengan cepat 2.72 4.06
54 18. Jaminan terhadap pengendalian kualitas internet 2.69 4.24 Empathy (Menunjukkan Kesungguhan) 19. Tingkat kemudahan akses untuk menyampaikan keluhan kepada UPT PUSTIK 2.54 3.95 20. Adanya pelayanan informasi dan gangguan dari pengguna 2.58 3.86 21. Staf UPT PUSTIK berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti 2.77 3.94 22. UPT PUSTIK berupaya agar tidak terjadi penundaan pelayanan 2.68 4.12
Pengukuran kepuasan dengan menggunakan metode Importance Perfomance Analysis (IPA) menggunakan diagram kartesius seperti gambar 4.1 berikut. Dimana dalam gambar tersebut terdapat dua buah sumbu yaitu sumbu X yang merupakan nilai rataan tingkat persepsi dan sumbu Y merupakan nilai rataan tingkat ekspektasi. Untuk mengetahui penempatan dari 22 atribut kualitas jasa yang telah dianalisa tersebut, maka 22 atribut tersebut akan dikelompokkan menjadi empat kuadran.
Berdasarkan tabel diatas kemudian nilai rata-rata masing masing atribut persepsi dan ekspektasi akan menjadi titik koordinat yang akan dipetakan kedalam diagram kartesius seperti terlihat pada gambar berikut. Garis tengah yang memotong sumbu X adalah nilai rataan dari rata- rata penilaian terhadap persepsi. Sedangkan garis yang memotong sumbu Y merupakan nilai rataan dari rata-rata penilaian terhadap ekspektasi. Kedua sumbu tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan masing-masing atribut berdasarkan letak kuadran yang membelah kedua sumbu tersebut.
Gambar 3.1 Diagram kartesius Importance and Performance Analysis periode Mei 2014 .
Keterangan :
1) Kuadran I
Atribut pada kuadran ini dinilai memiliki tingkat ekspektasi yang tinggi tetapi dengan persepsi yang rendah. Adapun atribut yang masuk kedalam kuadran I antara lain :
a) Tingkat kontinuitas/kestabilan sinyal hotspot yang diterima (atribut 5)
b) Kualitas sinyal yang diterima (low/strength) (atribut 6)
c) Kecepatan dalam download/upload data / Kecepatan akses internet (atribut 8)
d) Kejelasan informasi mengenai gangguan yang terjadi (atribut 16)
e) UPT PUSTIK berupaya agar tidak terjadi penundaan pelayanan (atribut 22)
2) Kuadran II
Pada kuadran ini terdapat atribut yang dinilai memiliki nilai ekspektasi yang tinggi dan persepsi yang memuaskan. Atribut yang berada pada kuadran ini adalah :
a) Kemudahan dalam menjangkau sinyal hotspot (atribut 1)
b) Kemudahan dalam koneksi hotspot (atribut 3)
c) Ketersedian layanan akses 24 jam (atribut 4)
d) Keamanan dalam mengakses data di internet (atribut 14)
55
e) Keamanan login user (atribut 15)
3) Kuadran III
Kuadran III dinilai memiliki tingkat ekspektasi yang rendah dan persepsi yang kurang memuaskan. Atribut yang termasuk dalam kuadran III ini antara lain :
a) Tanggapan UPT PUSTIK terhadap keluhan (atribut 9)
b) Kecepatan dalam melakukan tindakan dari pihak UPT PUSTIK terhadap keluhan yang disampaikan (atribut 10)
c) Sikap dan tanggapan pihak UPT PUSTIK kepada pengguna yang menyampaikan saran- saran berkaitan dengan peningkatan pelayanan (atribut 11)
d) Kemampuan pihak UPT PUSTIK dalam menyelesaikan pekerjaan terhadap keluhan pengguna (atribut 12)
e) Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan (atribut 13)
f) UPT PUSTIK dalam menjamin solusi atas masalah yang terjadi dengan cepat (atribut 17)
g) Tingkat kemudahan akses untuk menyampaikan keluhan kepada UPT PUSTIK (atribut 19)
h) Adanya pelayanan informasi dan gangguan dari pengguna (atribut 20)
4) Kuadran IV
Atribut pada kuadran IV dinilai memiliki tingkat ekspektasi yang rendah namun memiliki persepsi yang memuaskan. Atribut yang temasuk dalam kuadran IV adalah :
a) Sistem Login yang diterapkan oleh UPT PUSTIK (atribut 2)
b) Ketersediaan informasi penggunaan data (atribut 7)
c) Staf UPT PUSTIK berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti (atribut 21)
3.2. Customer Satisfaction Index (CSI) Periode Mei 2014
Pengukuran Customer Satisfaction Index (CSI) dilakukan untuk mengetahui kepuasan pengguna dan dijadikan acuan dalam menentukan sasaran-sasaran di masa yang akan datang. Hasil perhitungan CSI dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) periode Mei 2014.
Atribut Skor Median Tingkat Ekspektasi Importance Weighting Factor (WF) Skor Median Tingkat Persepsi Weihgted Score (WS) 1 2.86 0.049 2.86 0.141 2 3.16 0.044 3.16 0.14 3 2.76 0.048 2.76 0.133 4 3.1 0.047 3.1 0.146 5 4.26 0.048 2.67 0.119 6 4.27 0.048 2.46 0.137 7 3.73 0.042 2.85 0.104 8 4.46 0.05 2.47 0.128 9 3.73 0.042 2.56 0.104 10 3.9 0.044 2.48 0.113 11 3.8 0.043 2.58 0.107 12 3.94 0.044 2.54 0.114 13 4.02 0.045 2.59 0.115 14 4.37 0.049 3.12 0.127 15 4.4 0.049 3.16 0.153 16 4.27 0.048 2.7 0.152 17 4.06 0.046 2.72 0.125
56 18 4.24 0.048 2.69 0.131 19 3.95 0.044 2.54 0.119 20 3.86 0.043 2.58 0.11 21 3.94 0.044 2.77 0.114 22 4.12 0.046 2.68 0.128 Total 90.15 1.011 59.72 2.76 Customer Satisfaction Index (CSI) 0.552
Adapun nilai masing-masing CSI dari tiap lokasi akses yaitu Gedung A (Informatika), Gedung B (Elektro), Gedung C (Sipil), dan secara keseluruhan pada Fakultas Teknik Universitas Mataram seperti pada grafik berikut.
Gambar 3.2 Grafik CSI pada periode Mei 2014 untuk tiap lokasi akses.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai customer satisfaction index (CSI) sebesar 0.552 yang dimana nilai tersebut berada pada interval nilai 0.51 – 0.65 yang berarti pengguna jasa internet “cukup puas” terhadap layanan internet yang diberikan.
3.3. Important Performance Analysis (IPA) Periode Agustus 2014
Berikut adalah hasil perhitungan dari data pengisian kuesioner pada bulan Agustus 2014. Tabel 3.3 Rata-rata tiap variabel tingkat persepsi dan tingkat ekspektasi periode Agustus 2014.
No. Atribut Layanan Rata-rata Persepsi (X) Ekspektasi (Y) Tangible (Pelayanan Bersifat Nyata) 1. Kemudahan dalam menjangkau sinyal hotspot 2.63 4.04 2. Sistem Login yang diterapkan oleh UPT PUSTIK 2.94 3.61 3. Kemudahan dalam koneksi hotspot 2.94 4.04 4. Ketersedian layanan akses 24 jam 2.91 3.6 Reliability (Dapat Dipercaya) 5. Tingkat kontinuitas/kestabilan sinyal hotspot yang diterima 2.64 3.54 6. Kualitas sinyal yang diterima (low/strength) 2.72 3.5 7. Ketersediaan informasi penggunaan data 2.55 3.57 8. Kecepatan dalam download/upload data / Kecepatan akses internet 2.72 3.99 Responsiveness (Bersikap Tanggap) 9. Tanggapan UPT PUSTIK terhadap keluhan 2.46 2.99 10. Kecepatan dalam melakukan tindakan dari pihak UPT PUSTIK terhadap keluhan yang disampaikan 2.75 3.34 11. Sikap dan tanggapan pihak UPT PUSTIK kepada pengguna yang menyampaikan saran- saran berkaitan dengan peningkatan pelayanan 2.78 3.63 12. Kemampuan pihak UPT PUSTIK dalam menyelesaikan pekerjaan terhadap keluhan pengguna 2.94 3.35 13. Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan 2.87 3.69 Assurance (Dapat Menjamin) 14. Keamanan dalam mengakses data di internet 2.91 3.81
57 15. Keamanan login user 2.97 3.93 16. Kejelasan informasi mengenai gangguan yang terjadi 2.88 3.67 17. UPT PUSTIK dalam menjamin solusi atas masalah yang terjadi dengan cepat 3.04 3.69 18. Jaminan terhadap pengendalian kualitas internet 2.61 3.76 Empathy (Menunjukkan Kesungguhan) 19. Tingkat kemudahan akses untuk menyampaikan keluhan kepada UPT PUSTIK 2.84 3.49 20. Adanya pelayanan informasi dan gangguan dari pengguna 2.99 3.43 21. Staf UPT PUSTIK berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti 3.07 3.72 22. UPT PUSTIK berupaya agar tidak terjadi penundaan pelayanan 3.2 3.69
Pada gambar berikut telihat adanya perbedaan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu pada periode Mei 2014. Perubahan posisi atribut tersebut berdasarkan tingkat kepuasan yang dinilai dan dirasakan oleh pengguna jasa layanan internet.
Gambar 3.3 Diagram kartesius Importance and Performance Analysis periode Agustus
2014.
Keterangan :
1) Kuadran I
Atribut pada kuadran ini dinilai memiliki tingkat ekspektasi yang tinggi tetapi dengan persepsi yang rendah. Adapun atribut yang masuk kedalam kuadran I antara lain :
a) Kemudahan dalam menjangkau sinyal hotspot (atribut 1)
b) Kecepatan dalam download/upload data / Kecepatan akses internet (atribut 8)
c) Jaminan terhadap pengendalian kualitas internet (atribut 18)
2) Kuadran II
Pada kuadran ini terdapat atribut yang dinilai memiliki nilai kepentingan yang tinggi dan kinerja yang memuaskan. Atribut yang berada pada kuadran ini adalah :
a) Kemudahan dalam koneksi hotspot (atribut 3)
b) Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan (atribut 13)
c) Keamanan dalam mengakses data di internet (atribut 14)
d) Keamanan login user (atribut 15)
e) Kejelasan informasi mengenai gangguan yang terjadi (atribut 16)
f) UPT PUSTIK dalam menjamin solusi atas masalah yang terjadi dengan cepat (atribut 17)
g) Staf UPT PUSTIK berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti (atribut 21)
h) UPT PUSTIK berupaya agar tidak terjadi penundaan pelayanan (atribut 22)
3) Kuadran III
Kuadran III dinilai memiliki tingkat ekspektasi yang rendah dan persepsi yang kurang memuaskan. Atribut yang termasuk dalam kuadran III ini antara lain :
a) Tingkat kontinuitas/kestabilan sinyal hotspot yang diterima (atribut 5)
b) Kualitas sinyal yang diterima (low/strength) (atribut 6)
58
c) Ketersediaan informasi penggunaan data (atribut 7)
d) Tanggapan UPT PUSTIK terhadap keluhan (atribut 9)
e) Kecepatan dalam melakukan tindakan dari pihak UPT PUSTIK terhadap keluhan yang disampaikan (atribut 10)
4) Kuadran IV
Atribut pada kuadran IV dinilai memiliki tingkat ekspektasi yang rendah namun memiliki persepsi yang memuaskan. Atribut yang temasuk dalam kuadran IV adalah :
a) Sistem Login yang diterapkan oleh UPT PUSTIK (atribut 2)
b) Ketersedian layanan akses 24 jam (atribut 4)
c) Kemampuan pihak UPT PUSTIK dalam menyelesaikan pekerjaan terhadap keluhan pengguna (atribut 12)
d) Sistem Login yang diterapkan (atribut 19)
f) Adanya pelayanan informasi dan gangguan dari pengguna (atribut 20).
3.4. Customer Satisfaction Index (CSI) Periode Agustus 2014
Untuk pengukuran kepuasan menggunkan metode CSI, maka didapatkan hasilnya seperti tampak pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) periode Agustus 2014.
Atribut Skor Median Tingkat Ekspektasi Importance Weighting Factor (WF) Skor Median Tingkat Persepsi Weihgted Score (WS) 1 4.04 0.05054 2.63 0.13291 2 3.61 0.04516 2.94 0.13277 3 4.04 0.05054 2.94 0.14858 4 3.6 0.04503 2.91 0.13105 5 3.54 0.04428 2.64 0.11691 6 3.5 0.04378 2.72 0.11909 7 3.57 0.04466 2.55 0.11388 8 3.99 0.04991 2.72 0.13576 9 2.99 0.0374 2.46 0.09201 10 3.34 0.04178 2.75 0.1149 11 3.63 0.04541 2.78 0.12624 12 3.35 0.04191 2.94 0.1232 13 3.69 0.04616 2.87 0.13248 14 3.81 0.04766 2.91 0.13869 15 3.93 0.04916 2.97 0.14601 16 3.67 0.04591 2.88 0.13222 17 3.69 0.04616 3.04 0.14033 18 3.76 0.04704 2.61 0.12276 19 3.49 0.04366 2.84 0.12399 20 3.43 0.04291 2.99 0.12829 21 3.72 0.04653 3.07 0.14286 22 3.69 0.04616 3.2 0.14771 Total 80.08 100.175 62.36 284.264 Customer Satisfaction Index (CSI) 0.56853
59
Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya terdapat selisih tingkat kepuasan sebesar 0.016 lebih besar pada periode Agustus. Hal ini dikarenakan adanya sebagian pengguna yang memberi nilai lebih besar atas pelayanan yang diberikan pada periode ini.
Adapun nilai masing-masing CSI dari tiap lokasi akses yaitu Gedung A (Informatika), Gedung B (Elektro), Gedung C (Sipil), dan secara keseluruhan pada Fakultas Teknik Universitas Mataram seperti pada grafik berikut.
Gambar 3.4 Grafik CSI pada periode Mei dan Agustus 2014 untuk tiap lokasi akses.
Secara keseluruhan nilai CSI pada periode Mei dan Agustus 2014 berada pada interval nilai 0.51 – 0.65 yang berarti pengguna jasa internet “cukup puas” terhadap layanan internet yang diberikan.
## 4. KESIMPULAN
1) Sistem informasi yang dirancang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan layanan internet yang disediakan oleh Universitas Mataram.
2) Hasil dari pengisian kuesioner berupa tingkat kepuasan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas layanan yang di nilai kurang memuaskan, dan mempertahankan kualitas layanan yang telah memuaskan pengguna.
3) Beradasarkan metode Important Performace Analysis (IPA) pada periode Mei 2014 terdapat lima atribut/variabel yang berada pada kuadran pertama. Sedangkan pada periode Agustus 2014 terdapat tiga atribut/variabel yang berada pada kuadran pertama, yang dimana variabel- variabel tersebut memiliki kepentingan yang tinggi namun kinerja yang rendah sehingga harus ditingkatkan kualitasnya agar memuaskan.
4) Berdasarkan metode Customer Satisfaction Index (CSI) besarnya tingkat kepuasan penggunaan layanan internet kampus sebesar 0.552 untuk periode Mei 2014 dan 0.568 pada periode Agustus 2014 yang dimana nilai tersebut berada di interval 0.51 – 0.65 yang berarti pengguna jasa internet “cukup puas” terhadap layanan internet yang diberikan.
## 5. SARAN
1) Perlu diadakan survey tiap periode untuk mengetahui tingkat kepuasan guna meningkatkan kualitas layanan.
2) Perlu adanya survey menyeluruh di Universitas Mataram agar diketahui tingkat kepuasan masing-masing fakultas guna meningkatkan kualitas layanan
3) Perlu adanya evaluasi lanjut untuk atribut layanan lainnya yang ingin diketahui tingkat kepuasaan.
## UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
60
## DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. 2013. Sistem Informasi. http://apr1l-si.comuf.com/SI.pdf (18 Desember 2013).
[2] Anonim. 2013. Sistem Informasi. http://blog.unitomo.ac.id/dwicah/files/2012/05/Konsep- SI.pdf (18 Desember 2013).
[3] Binham. 2012. Metode Kuesioner atau Angket. [Online]. Tersedia :
http://binham.wordpress.com/2012/06/09/metode-kuesioner-atau-angket/ (4 February 2014)
[4] Gde Dharma Putra, Cokorda. 2011. Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Di Kabupaten Jembrana. Tesis pada Program Magister Progrma Studi Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar.
[5] Hakim, Lukmanul. 2013. Proyek Website Super Wow! Dengan PHP & jQuery. Yogyakarta: Penerbit Lokomedia.
[6] Isky Farida, Fitriah. 2011. Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Kereta Api Ekspres Pakuan Jabodetabek (Studi Kasus Kereta Api Ekspres Pakuan Bogor- Jakarta). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[7] Khannedy, Eko Kurniawan. 2007. Tutorial Javascript. [online]. Tersedia : http://ar- dan.blogspot.com/2013/03/ebook-tutorial-belajar-javascript.html (7 February 2014).
[8] Naseh, Syahrudji &Bambang Sukana. 1992. Membuat Kuesioner Dengan Baik dan Benar.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/696/1553 (4 February 2014).
[9] Permana, M Rangga. 2010. DFD dan ERD. Makalah pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta.
[10] Santoso, Hary. 2006. Meningkatkan Kualitas Layanan Industri Jasa Melalui Pendekatan Integrasi Metoda Servqual-Six Sigma Atau Servqual-Qfd. Universitas Diponegoro.
[11] Saputra, Purnama. 2012. Merancang Kuesioner. [Online]. Tersedia : http://purnama- saputra13.blogspot.com/2012/06/merancang-kuesioner.html (4 February 2014).
[12] Solichin, Ahmad. 2010. MySQL 5 Dari Pemula Hingga Mahir. http://acmatim.net (19 Desember 2013).
[13] Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
[14] Sutarman. 2003. Membangun Aplikasi Web Dengan PHP Dan MySQL. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[15] Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 2003. Total Quality Managemen. Yogyakarta: Penerbit Andi.
|
990cb743-bf33-443c-a9ce-2302a32a61be | http://journal-nusantara.com/index.php/EKOMA/article/download/3699/2992 |
## 1836
EKOMA : Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Vol.3, No.4, Mei 2024
…………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN : 2828-5298 (online)
Peran Kepuasan Kerja dalam Mengintervensi Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Isthofaina Astuty 1 , Rahma Aditia 2
1,2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: [email protected] 1
## Article History:
Received: 05 Mei 2024
Revised: 27 Mei 2024
Accepted: 29 Mei 2024
Abstract: The role of leadership is crucial in influencing the performance of organizational employees, as is the organizational culture. This influence becomes more significant when there is intervention in the perceived job satisfaction of employees. Therefore, this study aims to determine the role of transformational leadership and organizational culture on employee performance with job satisfaction as an intervening variable. The subjects of this study are the Center for Development and Empowerment of Cultural Arts Educators and Educational Personnel in Yogyakarta with permanent employees as research respondents. The sampling technique in this study is done using a census, and data collection methods involve distributing questionnaires directly to the respondents. Data analysis is conducted using Path Analysis with SPSS version 21, which consists of several stages of regression analysis. The Transformational Leadership questionnaire uses instruments from Bass and Avolio with 19 question items, the culture questionnaire uses 12 question items from Denison, the performance instrument uses a questionnaire from Viswesvaran, while job satisfaction uses a questionnaire developed by Gibson. The results of this study indicate that transformational leadership has a positive and significant influence on job satisfaction, organizational culture has a positive and significant influence on job satisfaction, transformational leadership has a positive and significant influence on employee performance, organizational culture has a positive and significant influence on employee performance, job satisfaction has a positive and significant influence on employee performance. The results also show that job satisfaction is able to mediate the influence of transformational leadership on employee performance, and job satisfaction is able to mediate the influence of organizational culture on employee performance. Based on these research findings, it is hoped that the Center for Development and Empowerment of Cultural Arts Educators and Educational Personnel in
Keywords: Transformational Leadership, Organizational Culture, Job Satisfaction, Employee Performance
Yogyakarta will continue to prioritize the implementation of transformational leadership and maintain existing organizational culture, as well as uphold high levels of job satisfaction perceived by employees to maintain high employee performance.
## PENDAHULUAN
Faktor kepemimpinan dan budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam membangun sebuah perusahaan yang kondusif dan mampu bersaing dalam keberhasilan suatu perusahaan, karena pemimpin yang baik dapat mengayomi, memberikan motivasi dan dekat terhadap karyawan sehingga tercipta suatu perusahaan yang efektif. Penelitian dari Mastur, M., Soim, S., Haryanti, N., & Gufron, M. (2022) serta Skopak, A., & Hadzaihmetovic, N. (2022) menyatakan adanya pengaruh kekepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja, serta penelitian dari Sirait, L., Junaedi, A. T., Purwati, A. A., & Deli, M. M. (2022) serta Jamil, D. A., Sabah, K. K., Gardi, B., & Adnan, S. (2022) yang melaporkan adanya pengaruh positif budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan.
Efektifitas dari anggota-angota organisasi dalam melakukan suatu pekerjaan, atau keberhasilan angota organisasi dalam mencapai kinerja tergantung pada pengaruh yang mereka terima dari pemimpin mereka serta budaya organisasi,seperti hasil penelitian dari Park, J., Han, S. J., Kim, J., & Kim, W. (2022) serta Purwanto, A. (2022) yang menyatakan pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja, serta penelitian dari Rohmat, A., Rumengan, A. E., & Satriawan, B. (2022);dan Suntoro, S., Astuti, H., Fitriati, A., & Haryanto, E. (2022)yang menyatakan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Namun jika gaya kepemimpinan dirasa kurang memperhatikan apa yang diinginkan oleh karyawan dikarenakan gaya kepemimpinannya kurang memperhatikan sikap individual consederation , hubungan antara pemimpin dengan karyawan kurang begitu dekat sehingga menyebabkan kinerja dari karyawan perusahaan tersebut kurang optimal. Budaya organisasi yang diterapkan dengan kurang optimal karena kurangnya kerjasama tim dalam meyelesaikan sebuah pekerjaan, kurangnya berinvestasi dan berinovasi terhadap SDM dan kurang pekanya teradap hal-hal baru yang dapat mengembangkan dan memperoleh pengetahuan baru. Pemimpin sering tidak berada di kantor karena ada berbagai agenda rapat dan pertemuan yang harus dihadiri sehingga pemimpin jarang sekali bertatap muka dengan para karyawan lain sehingga kedekatan antara pemimpin dan karyawan kurang begitu kondusif. Karena peran pemimpin dan budaya organisasi yang dinilai kurang optimal dan kurang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh karyawan dalam meyelesaikan pekerjaannya, sehingga karywan dalam menyelesaikan suatu pekerjaannya tidak sesuai target yang telah di tetapkan.
Berdasarkan masalah yang telah dibahas di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi pokok-pokok permasalahan sebagai berikut ini : Apakah gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja ?, apakah kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan?, serta apakah kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai pemediasi?
## LANDASAN TEORI Kepemimpina Transformasional
Kepemimpinan Transformasional adalah pemimpin yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu . Menurut Robbins,S.P. (2016) kepemimpinan
## 1838
…………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN : 2828-5298 (online)
transformasional didasarnya mementingkan pemimpin agar dapat mendorong para bawahannya agar dapat menjalankan kewajiban mereka melebihi atas harapan sebelumnya. Kepemimpinan trasformasional merupakan suatu tindakan memotivasi para pengikut (bawahan) dengan mengikat kepentingan pribadi mereka serta manfaat yang didapatkan dari sebuah hasil kerja mereka oleh James McGregor Burns 1978 dalam (Yulk, G. 2015).
## Budaya Organisasi
Menurut Robbins,S.P (2016) budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dipercaya (dianut) oleh para anggota-anggota organisasi, seluruh organisasi memiliki budaya yang berbeda mempunyai sifat tertentu yang menjelaskan etika perilaku yang bisa di terima secara baik maupun tidak bagi para karyawan, dan proses akan berjalan beberapa bulan, setelah itu kebanyakan karyawan akan mengerti dan memahami maksud dari budaya organisasi. Menurut Denison (1997) dalam Mulyadi (2016) budaya organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan praktek-praktek manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan prinsip-prinsip tersebut.
## Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan senang maupun tidak senang seseorang terhadap sebuah pekerjaannya. Perasaan adalah hasil penilaian karyawan atas aspek-aspek pekerjaan, seperti kondisi kerja, lingkungan kerja, atasan, rekan kerja dll. Menurut Robbins,S.P. (2016) kepuasan kerja merupakan sikap yang umum terhadap suatu pekerjaan yang di lakukan individu, yang menunjukan variasi dari kuantitas reward mereka terima serta hasil yang seharusnya seseorang percaya dalam pekerjaan.
## Kinerja Karyawan
Menurut Komariyah, I., Edison, E., & Yohny, A. (2017).kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedang penilian kinerja sebagai sebuah proses menilai dan mengevaluasi seberapa baik seoarang karyawan dalam melakukan sebauh pekerjaan apakah memenuhi standar yang telah ditetapkan atau tidak.
## Pengaruh Kepemimpinan Tranformasional Terhadap Kepuasan kerja
Apabila seorang pemimpin mampu mengubah dan memotivasi, para bawahannya akan merasa percaya dan hormat kepada pemimpin dan mereka akan termotivasi untuk dapat melakukan pekerjaan lebih dari pada yang diharapkan sebelumnya, maka dengan termotivasinya karyawan akan megakibatkan tingkat kepuasan yang dimiliki oleh bawahan akan meningkat. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas didukung dengan beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian dari Hefrizon (2014); Putra,I.A., Indrawati,A.D.., (2015); Mastur, M., Soim, S., Haryanti, N., & Gufron, M. (2022) serta Skopak, A., & Hadzaihmetovic, N. (2022) yang menyatakan adanya pengaruh kepemimpinan transformasional terhadapa kepuasan kerja, maka hipotesis pertama yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 : Semakin tinggi peran kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi kepuasan kerja karyawan, dan semakin rendah peran kepemimpinan transformasional maka semakin rendah kepuasan kerja karyawan
## Pengaruh Budaya terhadap Kepuasan Kerja
Budaya organisasi memiliki peran penting dalam pertumbuhan organisasi, organisasi dapat berkembang dengan baik dikarenakan budaya organisasi yang terdapat di dalamnya mampu mendorong, menginovasi para karyawan, oriantasi tim yang baik dan merangsang semangat kerja karyawan, dengan adanya budaya organisasi yang baik di dalam organisasi tersebut maka akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan dalam pelaksaan kerjanya. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas didukung dengan beberapa penelitian terdahulu seperti Tumbeleka,S.S dkk (2016); Sirait, L., Junaedi, A. T., Purwati, A. A., & Deli, M. M. (2022) serta Jamil, D. A., Sabah, K. K., Gardi, B., & Adnan, S. (2022) yang menyatakan adanya pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan maka hipotesis kedua disusun sebagai berikut:
H2 : Semakin tinggi budaya organisasi maka semakin tinggi kepuasan kerja karyawan, dan semakin rendahnya budaya organisasi maka semakin rendah kepuasan kerja karyawan.
## Pengaruh Kepemimpinan Trasformasional Terhadap Kinerja
Kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yamng memberikan bantuan dan dukungan terhadap bawahanya, dalam upaya untuk mempertahankan atusiasme dan dalam rangka untuk menghadapi hambatan-hambatan yang ada dalam organisasi, makna dari pengaruh kepemimpina transformasional adalah pengikut merasa percaya dan loyal terhadap pemimpin maupun organisasi, sehingga mereka termotivasi untuk meyelesaaikan sebuah pekerjaan melebihi dari target yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila seseorang pemimpin mempunyai inovasi- inovasi baru dalam mengatasi sebuah masalah dalam organisasi dan memecahkan masalnya dengan mendiskusikannya dengan bawahannya agar mendapatkan ide-ide yang baru maka dengan begitu karyawan juga akan memiliki kualitas yang tinggi dan memumpuni dalam menyelesaikan sebuah tugas yang diberikannya dengan tepat waktu. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas didukung dengan beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian dari Kharis,Indira ,dkk (2015); Park, J., Han, S. J., Kim, J., & Kim, W. (2022) serta Purwanto, A. (2022). yang menyatakan adanya pengaruh kepemimpinan transformasional terhadapa kinerja, maka hipotesis tiga yang diajukan adalah sebagai berikut:
H3 : Semakin tinggi peran kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi kinerja karyawan, dan semakin rendah peran pemimpin transformasional maka semakin rendah kinerja karyawan.
## Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Budaya organisasi merupakan presepsi, nilai-nilain, norma, dan peraturan yang di dijalankan oleh anggota organisasi, secara tidak langsung budaya organisasi mendifinisikan standar-standar yang tidak tertulis maupun tertulis untuk dapat di terima dan di jalankan oleh anggota organisasi. Budaya organisasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan, karena budaya organisasi yang tersusun dan dibina secara baik dalam organisasi akan mempengaruhi pola dan perilaku karyawan, yang selanjutnya akan bertujuan akhir pada prestasi kerja, dan menigkatkan kinerja karyawan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas didukung dengan beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian dari Ikhsan,A. (2016) ; Rohmat, A., Rumengan, A. E., & Satriawan, B. (2022);dan Suntoro, S., Astuti, H., Fitriati, A., & Haryanto, E. (2022) yang menyatakan adanya pengaruh budaya organisasi terhadapa kinerja, maka hipotesis empat yang diajukan adalah sebagai berikut:
H4 : Semakin tinggi budaya organisasi maka semakin tinggi juga kinerja karyawan, dan semakin rendah budaya organisasi maka semakin rendah kinerja karyawan.
## 1840
…………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN : 2828-5298 (online)
## Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Kepuasan kerja merupakan keadaan emosiaonal seorang karyawan yang meyenagkan maupun tidak meyenagkan dalam menjalankan pekerjan mereka. Kepuasan kerja menyimpulkan tentang bagaimana perasaan mereka terhadap pekerjaan yang mereka kerjakan. Menurut Gibson et.al. (1993) dalam Komariyah, I., Edison, E., & Yohny, A. (2017).kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya, sikap ini berasal dari prepsesi mereka tentang pekerjaannya. Apabila kepuasaan kerja tidak terpenuhi, maka karyawan tidak akan mencapai kematangan secara psikologis. Karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja yang baik akan mempunyai dampak yang signifikan dalam menigkatkan motivasi dan kinerja karyawan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas didukung dengan beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian dari Ikhsan,A. (2016); Alwali, J., & Alwali, W. (2022). Serta Amin,M.S (2022) yang menyatakan adanya pengaruh budaya organisasi terhadapa kinerja, maka hipotesis lima yang diajukan adalah sebagai berikut: H5 : Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi juga kinerja karyawan, dan semakin rendah kepuasan kerja maka semakin rendah kinerja karyawan.
## Pengaruh Kepemimpinan Tranformasional dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Dimediasi oleh Kepuasan Kerja
Kepemimpinan transformasional memiliki peran penting dalam pertumbuhan organisasi, organisassi dapat berkembang dengan baik dikarenakan kepemimpinan yang diterapkan sangat efektif untuk organisasi tersebut yang mampu mendorong dan memberikan ide-ide baru kepada bawahannya sehingga kepuasan kerja karyawan meningkat dan dapat merangsang semangat kerja karyawan agar lebih efektif lagi dalam melakukan pekerjaannya yang akan berdampak pada meningkatnya kinerja seorang karyawan. Hal senada seperti temuan dari Nugroho, Y. A, et al, (2020) yang menyatakana bahwa kepemimpinan tranformasional secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja, namun melalui kondisi kerja yang dirasakan karyawan. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis keenam ymg diajukan adalah:
H6 : Semakin tinggi peran kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi juga kinerja karyawan dengan kepuasan sebagai pemediasi
Budaya organisasi berdampak positif terhadap kinerja karyawan, dikarenakan budaya organisasi yang tersusun dan di bina secara biak dan benar dalam organisasi akan mempeengaruhi kepusan kerja karyawan, karena organisasi yang memiliki karyawan yang merasa lebih puas akan bersikap efektif bila dibandingkan dengan organisasi yang memiliki karyawan yang kurang puas, dan mengakibatkan peningkatan pada kinerja karyawan.Hal senada juga ditunjukkan hasil penelitian dari Rozanna, N., Adam, M., & Majid, M. S. A. (2019), dimana budaya oranisasi akan memberikan dampak ke kinerja karyawan, dengan mediasi kepuasan kerja. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis ketujuh yang diajukan adalah:
H7 : Semakin tinggi budaya organisasi maka semakin tinggi kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai pemediasi.
Dari kajian teori yang didukung dengan hasil penelitian empiris yang telah dipaparkan, maka model penelitian yang diusulkan adalah:
## Gambar 1. Model Penelitian
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta, subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 75 pegawai tetap pada PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya.
Jenis data ini diperoleh langsung dengan melakukan kunjungan di obyek penelitian dengan menggunakan kuesioner. Instrumen kepemimpinan tranformasional menggunakan dimensi dari Bass Dan Avolio (1990) dengan dimensi : Karisma, Motivas, Inspiratif, Stimulasi Intelaktual, Individual Consideration yang tersebar dalam 19 pertanyaan. Intrumen budaya menggunakan kuesioner dari Denison (1997) dengan 12 items pertanyan dengan dimensi Empowerment,Team Orientation, Capability Development, Core Values, Agreement, Coordination and Integration, Creating change, Customer Focus, Organizational Learning, Strategic direction and intent, Goals and Objectives, Vision. Instrumen Kepuasan kerja menggunakan kuesioner dari Komariyah, I., Edison, E., & Yohny, A. (2017) dengan dimensi dari Gibson dan tersebar dalam 13 item pertanyaan sedangkan intrumen kinerja menggunakan Viswesvaran (2005) dengan 11 item pertanyaan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah path analysis dengan menggunakan aplikasi SPSS 21.Namun sebelumnya instrument akan diuji validitas dan realiabilitasnya (Alni,R.dkk, 2016 dan Ghozali,I.,2013).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah uji Validitas instrumen maka dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan yang digunakan valid dan instrumen dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Hasil Uji Reliabilitas diatas menunjukkan bahwa semua item pertanyaan dari keempat variabel yang diteliti adalah reliabel karena memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60.
## Table 1. Hasil Analisis Regresi Berganda Tahap 1
Variabel Koefisien regresi Koef Sig Ket Konstanta 9,460 - - - Gaya Kepemim Transf ,216 ,433 ,000 Sig
## 1842
…………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN : 2828-5298 (online)
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil regresi berganda yaitu kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja memiliki nilai B sebesar 0,433 dan nilai signifikansi Kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja adalah 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Maka hipotesis 1 yang menyatakan “kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja” diterima. Pengaruh Budaya organisasi terhadap kepuasan kerja memiliki nilai B sebesar 0,445 dan nilai signifikansi Kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja adalah 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Maka hipotesis 2 yang menyatakan “budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja” diterima.
## Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Berganda Tahap 2
Berdasarkan table 2 di atas, diperoleh hasil regresi berganda yaitu Budaya organisasi terhadap kepuasan kerja memiliki nilai B sebesar 0,168 dan nilai signifikansi Kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan adalah 0,034 yang artinya lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Maka hipotesis 3 yang menyatakan “kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan ” diterima. Budaya organisasi terhadap kinerja karyawan memiliki nilai B sebesar 0,195 dan nilai signifikansi Kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan adalah 0,015 yang artinya lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Maka hipotesis 4 yang menyatakan “budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan ” diterima. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan memiliki nilai B sebesar 0,614 dan nilai signifikansi kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan adalah 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Maka hipotesis 4 yang menyatakan “kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan ” diterima.
Budaya Organisasi ,399 ,445 ,000 Sig
Variabel dependen : kepuasan kerja
Adj. R Square = 0.627
Variabel Koefisien regresi Koef Sig ket Konstanta 10,790 - - - Gaya Kepem Tranf ,086 ,168 ,034 Sig Budaya Organisasi ,179 ,195 ,015 Sig Kepuasan Kerja ,629 ,614 ,000 Sig
Variabel dependen : Kinerja Karyawan R Square = 0.801
Berdasarkan uji hipotesis 6 ini berbeda dengan uji kelima hipotesis diatas. Hipotesis ini akan menguji nilai mediasi dari variabel kepuasan kerja. Jadi akan digunakan langkah diagram jalur atau path analysis . Adapun terdapat beberapa tahapan path analysis berikut perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung. Dalam diagram jalur disususn berdasarkan kerangka pemikiran yang dikembangkan dari teori yang digunakan. Dalam penelitian ini diagram jalur yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram Jalur
Tabel 3. Hasil Uji Direct dan Indirect Effect
Hasil perhitungan path analysis pengaruh gaya kepemimpinan transformasional (X1) terhadap kinerja karyawan (Y) yang dimediasi oleh kepuasan kerja (Z) menunjukkan hasil pengaruh langsung dan tidak langsung. Berdasarkan table 4.17 dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh secara tak langsung (indirect effect) terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebesar 0.265862. Pengaruh secara langsung diperoleh sebesar 0.168 sehingga total pengaruh (total effect) sebesar 0.168 + 0.265862= 0.433862. Pada hipotesis ke 6 ini yang menyatakan bahwa “kepuasan kerja memediasi pengaruh antara kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan” diterima karena nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung.
Hipotesis ini akan menguji nilai mediasi dari variabel kepuasan kerja. Jadi akan digunakan langkah diagram jalur atau path analysis . Adapun terdapat beberapa tahapan path analysis berikut perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung. Dalam diagram jalur disususn berdasarkan kerangka pemikiran yang dikembangkan dari teori yang digunakan. Dalam penelitian ini diagram jalur yang digunakan adalah sebagai berikut:
Direct Effect X1 → Y (p 3 ) = 0.168 Indirect Effect
X1 → Z → Y
(p 1 x p 5 = 0.433x 0.614 = 0.265862
Total Effect
(Direct Effect+ Indirect Effect = 0.168+ 0.265862= 0.433862
## 1844
EKOMA : Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Vol.3, No.4, Mei 2024
…………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN : 2828-5298 (online)
Gambar 3. Diagram Jalur
Tabel 4. Hasil Uji Direct dan Indirect Effect Direct Effect
X2 → Y (p 4 ) = 0.195
Indirect Effect X2 → Z → Y
(p 2 x p 5 = 0.445 x 0.614 = 0.27323
Total Effect (Direct Effect + Indirect Effect = 0.195+ 0.27323= 0.46823
Hasil perhitungan path analysis pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) yang dimediasi oleh kepuasan kerja karyawan (Z) menunjukkan hasil pengaruh langsung dan tidak langsung. Berdasarkan table 4.18 dapat dilihat bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh secara tak langsung (indirect effect) terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebesar 0.27323. Pengaruh secara langsung diperoleh sebesar 0.195 sehingga total pengaruh (total effect) sebesar 0.195 + 0.27323= 0.46823. Pada hipotesis ke 6 ini yang menyatakan bahwa “kepuasan kerja memediasi pengaruh antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan” diterima karena nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung.
## Pembahasan
Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepemimpinan transformasional yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin PPPPTK Seni dan Budaya DIY maka semakin tinggi juga tingkat kepuasan kerja karyawan dalam pekerjaannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Sothinathan, J. S., Adams, D., & Mohd Radzi, N. (2024) , juga penelitian dari Özdemir, M., Eriçok, B., Topaloğlu, H., & Tuti, G. (2024) yang melaporkan tranformasional leadership akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dengan mediasi professionalism dan kepercayaan diri dari karyawan. Kepemimpinan transformasional juga dilaporkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemimpinan transformasional yang diberikan oleh seorang pemimpin akan meningkatkan
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan.dengan benar dan akurat sesuai standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal senada juga dilaporkan hasil peneltian dari Abdelwahed, N. A. A., Al Doghan, M. A., Saraih, U. N., & Soomro, B. A. (2024). Jadi ketika karyawan merasakan bahwa pimpinannya mampu mendeskripsikan visi organisasi dengan jelas, menunjukkan contoh teladan yang tepat,mendorong pencapaian tujuan bersama, mendorong para pengikut untuk menunjukkan kinerja terbaik mereka,menunjukkan rasa hormat kepada para pengikut, memperhatikan kesejahteraan para pengikut, mempertimbangkan saran para pengikut sebelum bertindak maka karyawan akan memiliki sifat positif pada organisasi dan mau memberikan apa yang mampu dia lakukan untuk organisasi. Kondisi ini sesuai dengan dengan hasil penelitian yang lain yang menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasinal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai mediasi. Hal ini menunjukan bahwa kepuasan kerja yang dimiliki oleh pegawai PPPPTK Seni dan Budaya DIY tinggi dengan adanya pengaruh tidak langsung kepuasan kerja meningkatkan kinerja karyawan.
Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja yang tinggi seperti merasa senang dan puas karena pekerjaan yang dilakukan sangat menarik dan meyenangkan, maka karyawan akan semakin memeiliki inisiatif tinggi dalam berkerja dan paham terhadap tugas yang diberikan oleh organisasi kepadanya sehingga kinerja karyawan akan meningkat. Temuan ini didukung hasil penelitian dari Indrayani, I., Nurhatisyah, N., Damsar, D., & Wibisono, C. (2024) yang menyatakan adanaya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bahwa semakin tinggi budaya organisaasi yang dimiliki oleh organisasi maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan . Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Imonikhe, A. (2024). Budaya organisasi juga dilaporkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi budaya organisaasi yang dimiliki dalam organisasi akan semakin memperjelas tujuan yang berkaitan dengan misi, visi, strategi, dan memberikan arahan yang jelas bagi setiap pegawai dalam organisasi pada saat melakukan pekerjaan, terdapat rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap organisasi, tersebut dapat menigkatkan kinerja karyawan dan mampu mencapai target yang di tetapkan oleh organisasi. Hal ini senada dengan beberapa hasil penelitian dari Fridan, A. A. A., & Maamari, B. E. (2023) dan. Rahmawati, F. W., Kusuma, K. A., Abadiyah, R., & Sumartik, S. (2024). Serta Kazi, A. S., Ramish, M. S., Kazi, A. G., Shaikh, A. I., Kazi, S., & Junejo, I. (2024 . Jadi ketika para staf merasa bahwa setiap karyawan memiliki kesempatan untuk menentukan cara bagaimana pekerjaan mereka dilakukan, pimpinan cenderung memberi perintah kepada orang lain dengan meminta masukan. karyawan merasa sudah cukup terlatih tentang bagaimana melakukannya pekerjaan yang menjadi amanahnya, ada rasionalitas untuk kebijakan dan prosedur baru dan dijelaskan secara menyeluruh kepada staf, pimpinan "memodelkan" apa artinya menjadi etis maka karyawan akan merasa puas dengan kondisi yang ada dan pada akhirnya karyawan mampu menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian selanjutnya yang menyatakan bahawa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai mediasi. Hal ini menunjukan bahwa kepuasan kerja yang dimiliki oleh pegawai PPPPTK Seni dan Budaya DIY tinggi dengan adanya pengaruh tidak langsung kepuasan kerja menigkatkan kinerja karyawan.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembahasan penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
## 1846
…………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN : 2828-5298 (online)
1. Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
2. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
3. Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan..
4. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
5. Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
6. Kepemimpinan transformasinal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai mediasi..
7. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai mediasi.
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1. Untuk pihak PPPPTK Seni dan Budaya DIY disarankan untuk menambahkan peran pemimpin yang berkaitan tentang individual consideration , seperti memberikan perhatian secara pribadi kepada pegawai, lebih dekat dengan para pegawai dan mendengarkan berbagai keluh kesah tentang masalah yang dihadapi pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya yang bertujuan untuk memotivasi pegawainya agar lebih berkembang dan berprestasi .
2. Peneliti selanjutnya, supaya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan objek lain atau dengan menambah variabel lain.
## DAFTAR REFERENSI
Abdelwahed, N. A. A., Al Doghan, M. A., Saraih, U. N., & Soomro, B. A. (2024). Unleashing potential: Islamic leadership’s influence on employee performance via Islamic organizational values, organizational culture and work motivation. International Journal of Law and Management.
Alwali, J., & Alwali, W. (2022). The relationship between emotional intelligence, transformational leadership, and performance: A test of the mediating role of job satisfaction. Leadership & Organization Development Journal, (ahead-of-print).
Amin, M. S. (2022). Organizational Commitment, Competence on Job Satisfaction and Lecturer Performance: Social Learning Theory Approach. Golden Ratio of Human Resource Management, 2(1), 40-56.
Alni R. dkk. (2016). Statistika Teori dan Praktek. Edisi III.
Fridan, A. A. A., & Maamari, B. E. (2023). Impact of organizational positive and negative culture on employee performance. International Journal of Organizational Analysis.
Gozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21. Universitas Diponegoro, Semarang
Hefrizon. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformaional dan Budaya Organisasi
Terhadap Kepuasan Kerja Anggota Kepolisian di Satuan Brimob Polda DIY. Ikhsan, A. (2016). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Non Dosen Pada Universitas Mercu Buana Jakarta.
Indrayani, I., Nurhatisyah, N., Damsar, D., & Wibisono, C. (2024). How does millennial employee job satisfaction affect performance?. Higher Education, Skills and Work-Based Learning, 14(1), 22-40.
Imonikhe, A. (2024). Organizational environment and the impact of cultural, social and personal
factors on employee job satisfaction and performance.
Jamil, D. A., Sabah, K. K., Gardi, B., & Adnan, S. (2022). The mediation role of organizational culture between employee turnover intention and job satisfaction.
Kazi, A. S., Ramish, M. S., Kazi, A. G., Shaikh, A. I., Kazi, S., & Junejo, I. (2024). Organizational Culture and Work Satisfaction on Employee Performance in Banking Sector of developing country: Mediating Role of Motivation. Remittances Review, 9(2), 1103-1117.
Kharis, Indira dkk. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpiana Transformasiona Terhadap Kinerja Karyawan dengan Motivasi Kerja Sebagai Variable Intervening (Studi pada Karyawan Bank JATIM Cabang Malang)
Komariyah, I., Edison, E., & Yohny, A. (2017). Manajemen Sumber DayaManusia Strategi dan Perubahan dalam Rangka Menigkatkan KinerjaPegawai dan Organisasi. Alfabeta.
Mastur, M., Soim, S., Haryanti, N., & Gufron, M. (2022). The Influence of transformational leadership and organizational culture on job satisfaction and organizational citizenship behavior (OCB) in Islamic educational institutions. Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 6(3), 948-961.
Metwally, A. H., El-bishbishy, N., & Nawar, Y. S. (2014). The Impact of Transformasional Leadership Style on Employee Satisfaction. The Business & Management Review.
Mulyadi, Y., & Sembiring, J. (2016). Pengaruh Faktor – Faktor Budaya Organisasi Menurut Denison Terhadap Learning Organization Di Pt Akses Nusa Karya Infratek Bandung. E- Proceeding Of Management , 3057.
Nugroho, Y. A., Asbari, M., Purwanto, A., Basuki, S., Sudiyono, R. N., Fikri, M. A. A., ... & Xavir, Y. (2020). Transformational leadership and employees' performances: The mediating role of motivation and work environment. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 438-460.
Park, J., Han, S. J., Kim, J., & Kim, W. (2022). Structural relationships among transformational leadership, affective organizational commitment, and job performance: the mediating role of employee engagement. European Journal of Training and Development, 46(9), 920-936. Purwanto, A. (2022). The role of transformational leadership and organizational citizenship behavior on SMEs employee performance. Journal of Industrial Engineering & Management Research.
Putra, I. A., & Indrawati, A. D. (2015). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Cv. Agung Motor I Di Kabupaten Tabanan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 2982-3011.
Rahmawati, F. W., Kusuma, K. A., Abadiyah, R., & Sumartik, S. (2024). The Influence Of Organizational Culture, Organizational Commitment, And Organizational Communication On Employee Performance At PT. PLN (Persero) UP3 Sidoarjo. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 12(2), 2027-2040.
Robbins, S. P. (2016). Perilaku Organisasi. Jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia. Pren hall Indo. Rohmat, A., Rumengan, A. E., & Satriawan, B. (2022). The Influence Of Leadership Style,
Organizational Culture And Competence On Employee Performance With Job Satisfaction As Intervening Variable At The Office Of Transportation Offices And Port Authorities (Ksop) Batam. Jurnal Ekonomi, 11(03), 335-343.
Rozanna, N., Adam, M., & Majid, M. S. A. (2019). Does job satisfaction mediate the effect of organizational change and organizational culture on employee performance of the Public Works and Spatial Planning Agency. IOSR Journal of Business and Management, 21(1), 45-51.
## 1848
…………………………………………………………………………………………………………………………………….. ISSN : 2828-5298 (online)
Shooshtarian, Z., Ameli, F., & Lari , M. A. (2013). The Effect of Labor's Emotional Intellegence on Their Job Satisfaction, Job Performance and Commitment. Iranian Journal of Management Studys , 27-43.
Sirait, L., Junaedi, A. T., Purwati, A. A., & Deli, M. M. (2022). Leadership Style, Motivation, and Organizational Culture on Job Satisfaction and Teacher Performance. Journal of Applied Business and Technology, 3(2), 115-129.
Skopak, A., & Hadzaihmetovic, N. (2022). The impact of transformational and transactional leadership style on employee job satisfaction. International Journal of Business and Administrative Studies, 8(3), 113.
Sothinathan, J. S., Adams, D., & Mohd Radzi, N. (2024). From leadership to allegiance: the interplay of middle leadership, teacher job satisfaction and commitment in schools. International Journal of Educational Management.
Suntoro, S., Astuti, H., Fitriati, A., & Haryanto, E. (2022, August). The Influence of Work Motivation, Job Satisfaction, Organizational Culture, Perfomance Allowances and Work Disclipline on Employee Performance (Study at Market Technical Implementation Unit of the Office of Industry and Trade, Banyumas Regency). In Proceedings of the 3rd International Conference of Business, Accounting, and Economics, ICBAE 2022, 10-11 August 2022, Purwokerto, Central Java, Indonesia.
Tumbeleka, S. S. X. dkk. (2016). Analisis Budaya OrganisasiTerhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional dan Intention To Leave (Studi pada karyawan PT. Belotung Mina Utama.
Yulk, G. (2015). Kepemimpinan Dalam Organisasi Edisi Ketuju. Jakarta : PT Indeks Permata Media.
Özdemir, M., Eriçok, B., Topaloğlu, H., & Tuti, G. (2024). Transformational leadership and job satisfaction in vocational high schools in Türkiye: a multilevel mediation model of teacher professional learning and self-efficacy. Journal of Educational Administration , 62 (3), 309- 324.
|
6ff8d73f-ca55-4d56-83c8-a6d5017f1ae1 | https://jurnalku.org/index.php/jolas/article/download/182/167 |
## Journal of Law, Administration, and Social Science
Inovasi Layanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) Berbasis Online Di Kepolisian Resor Kabupaten Sukabumi
Rajim Paris 1) ; Nanang Suparman 2) ; Fitri Pebriani Wahyu 3 )
1) [email protected], (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
2) [email protected], (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
3) [email protected], (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
## Abstract
SKCK Online is an innovation carried out by the National Police Headquarters to be implemented in the police environment with the aim of making it easier to provide services to the community. However, based on the data obtained, the public's interest in SKCK Online at Polrestabes Sukabumi is still very small. This study aims to determine innovation and analyze the factors that hinder the implementation of innovation. This research is a qualitative descriptive study with interview and observation techniques. This research is analyzed by looking at the components of the SOP which include: service requirements, mechanisms, procedures, completion time, service fees, service products, handling complaints and suggestions, infrastructure, implementing competence, number of implementers, service guarantees. The results of the study indicate that there is no conformity between the old service mechanisms and procedures, the competence of the implementers, and the number of implementers. And the inhibiting factors for the implementation of innovation are still influenced by excessive dependence on high performance, available technology, but are constrained by culture or organization, lack of rewards or incentives, inability to face risk and change, limited budget and planning and is influenced by external factors, namely public views. The suggestions given are: make a division of tasks and tasks at the SKCK Service Center so that there is no impression of "side work" due to an unclear division of labor, it is necessary to recruit employees, change the print out display of online registration evidence by giving dates, provide special training to all officers SKCK Online implementers, giving gifts to SKCK Online implementing officers, making special counters for SKCK Online users, working with Dispendukcapil, continuing to socialize SKCK Online.
Keywords: Innovation, Public Services, SKCK Online
## Abstrak
SKCK Online merupakan inovasi yang dilakukan Mabes Polri untuk diimplementasikan di lingkungan kepolisian dengan tujuan untuk memudahkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun berdasarkan data yang diperoleh, animo masyarakat terhadap SKCK Online di Polrestabes Sukabumi masih sangat kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inovasi dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang menghambat penerapan inovasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara dan observasi. Penelitian ini dianalisis dengan melihat komponen-komponen SOP yang meliputi: persyaratan layanan, mekanisme, prosedur, waktu penyelesaian, biaya layanan, produk layanan, penanganan keluhan dan saran, infrastruktur, kompetensi pelaksana, jumlah pelaksana, jaminan layanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak menunjukkan kesesuaian antara mekanisme dan prosedur pelayanan yang lama, kompetensi pelaksana, dan jumlah pelaksana. Dan faktor penghambat implementasi inovasi masih dipengaruhi oleh ketergantungan yang berlebihan pada kinerja tinggi, teknologi yang tersedia, tetapi terkendala oleh budaya atau organisasi, kurangnya penghargaan atau insentif, ketidak mampuan menghadapi resiko dan perubahan, keterbatasan anggaran dan perencanaan serta dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pandangan masyarakat. Saran yang diberikan adalah: membuat pembagian tugas dan tugas pada Service Center SKCK agar tidak ada kesan “kerja sambilan” akibat pembagian kerja yang tidak jelas, perlu merekrut pegawai, merubah tampilan print out bukti pendaftaran online oleh pemberian tanggal, memberikan pelatihan khusus kepada seluruh petugas pelaksana SKCK Online , memberikan hadiah kepada petugas pelaksana SKCK Online, membuat loket khusus bagi pengguna SKCK Online , bekerja sama dengan Dispendukcapil, terus melakukan sosialisasi SKCK Online . Kata Kunci: Inovasi, Pelayanan Publik, SKCK Online
## PENDAHULUAN
Pemerintah adalah pihak yang berkewajiban dalam menyelenggarakan pelayanan terhadap publik serta memiliki tanggung jawab yang besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat atau publik yang menyangkut hal dalam administratif ataupun hak sipil sebagai warga negara. Hal ini sudah tertulis dalam UU. No. 25 Tahun 2009, mengenai Pelayanan Publik. Pesatnya peningkatan terhadap kebutuhan pelayanan publik serta didorong dengan semakin canggihnya perkembangan zaman menjadikan pihak pemerintah banyak yang berlomba-lomba dalam hal memberikan akses kemudahan untuk masyarakat. Akan tetapi
pada kenyataan di lapanagn pada tahap pelaksanaannya masih terdapat kekurangan yang menyebabkan maraknya keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan publik yang didapatkan. Tercatat pada tahun 2020, jumlah pengaduan atau keluhan dari masyarakat yang diterima oleh Ombudsman RI mencapai hingga 7.903 aduan. Yang mana keluhan atau aduan didominasi oleh aduan terhadap instansi Pemerintah Daerah, Kepolisian, dan Kementerian terkait (www.ombudsman.go.id). Instansi Kepolisian yang ada pada tiga instansi teratas yang sering diadukan oleh masyarakat, merupakan instansi yang tidak hanya memberikan pelayanan publik saja akan tetapi juga memberikan perlindungan, pengayoman, administratif dan ketatausahaan. Jika melihat peringkat Institusi Kepolisian yang menempati urutan kedua tersebut, maka upaya untuk melakukan peningkatan dalam pelayanan publik, serta menghapuskan paradigma negatif masyarakat terhadap lembaga penegak hukum (Polri) terus dilakukan. Salah satunya dengan cara melakukan perbaikan terhadap sistem pelayanan pada bidang administratif.
Merujuk pada hasil rapat Presiden pada tanggal 11 Oktober 2016, mengenai “Paket Pertama Reformasi Hukum yang berisi Lima Fokus Kebijakan dalam Upaya Memulihkan Kepercayaan Publik” pada Hukum Nasional dan Aparat Penegak Hukum, diantaranya sebagai berikut yang pertama, yaitu OPP dengan membuat pengaduan masyarakat berbasis online mengenai adanya dugaan suap. yang kedua, yaitu operasi pemberantasan penyelundupan dengan membentuk tim Satuan Tugas (Satgas). yang ketiga, yaitu adanya program percepatan pelayanan publik di sentra pelayanan penegak hukum. yang keempat, yaitu adanya relokasi lapas. Dan yang kelima, yaitu melakukan pembaharuan sistem tindak pidana ringan.
Fokus yang ketiga dari kebijakan dalam upaya untuk memulihkan kepercayaan publik tersebut lebih menitik beratkan pada sentra pelayanan Instansi Kejaksaan, Kemenkumham, dan Kepolisian yang terkait dengan kegiatan dalam administrative, seperti pembuatan STNK, SIM, BPKB, SKCK. Hal ini sejalan dengan upaya Institusi Kepolisian dalam menghilangkan citra negatifnya dari publik atau masyarakat. Salah satu kegiatan administratif Kepolisian yang sering kali dianggap kurang memuaskan oleh masyarakat, yaitu pada pelayanan administratif pembuatan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian). Tingginya permintaan publik atau masyarakat terhadap pembuatan SKCK ini, hingga tak jarang selalu menimbulkan antrian yang panjang pada beberapa kantor kepolisian.
Di samping itu juga ditemukan ada beberapa indikasi pelanggaran yang terjadi dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, antara lain yaitu: yang pertama adanya biaya administrasi atau pungutan untuk membayar lembar legalitas, mengurus persyaratan, hingga biaya untuk map. Yang kedua, adanya penyimpangan prosedur yang ditemukan, seperti adanya petugas yang meminta Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilegalisir oleh petugas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dan yang ketiga yaitu ada juga ditemukan pembayaran SKCK tidak disertai tanda terima atau kuitansi dari petugas Kepolisian. Permasalahan yang dihadapi oleh Institusi Kepolisian tersebut memaksa pihak nya untuk mengambil tindakan baru dalam memperbaiki pelayanan publik yang diberikan khususnya pemberian layanan administratif SKCK. Kini Kepolisian RI membuat sebuah inovasi baru, yaitu dengan menghadirkan layanan pembuatan SKCK secara online sebagai bentuk pelaksanaan dari fokus point keketiga, yaitu percepatan pelayanan publik, dan perwujudan dari pelaksanaan Peraturan Kapolri No.18 tahun 2014 terkait tata cara penerbitan SKCK dengan pengisian data dalam formulir manual dan pendaftaran online . Inovasi SKCK online ini diungkapkan pada akhir tahun 2016, kemudian disebarkan pada bulan Februari 2017, sekaligus sebagai tahapan ujicoba kepada beberapa kantor kepolisian. Selanjutnya diaplikasikan pada seluruh jajaran kepolisian di Indonesia. Penerapan SKCK Online ini diharapkan agar dapat memberikan kemudahan dan mempersingkat waktu masyarakat dalam membuat SKCK di wilayahnya. Penerapan SKCK online yang telah dilakukan pada beberapa tempat dan wilayah kantor kepolisian sudah memberikan feedback yang baik atas hadirnya
percepatan dalam pelayanan SKCK tersebut (www.menpan.go.id). Adanya pelayanan SKCK online ini sebenarnya mempermudah masyarakat, karena tidak perlu lagi datang untuk mengantri panjang-panjang dan berebut mendapatkan formulir pendaftaran SKCK yang seringkali dibatasi jumlahnya. Dengan SKCK online ini, masyarakat dapat melakukannya dimanapun dan kapanpun, karena hanya perlu mendaftar melalui website resmi Polri di (skck.polri.go.id) dengan memilih kantor kepolisian yang dituju.
Adapun langkah-lagkah atau mekanisme dalam pembuatan SKCK berbasis online adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1
Pembuatan SKCK Secara Online
Sumber: Kepolisian Republik Indonesia (2021)
Dilihat dari gambar 1.1 mengenai penjelasan mekanisme pelayananan SKCK online sebagai berikut : 1. Proses input data pemohon SKCK online
➢ Pemohon harus membuka situs yang telah disediakan, kemudian mengisi identitas diri pada website berikut ini (http://skck.polri.go.id.)
➢ Setelah form identitas diri ditampilkan pada website, kemudian selanjutnya mengisi data diri sesuai dengan identitas yang lengkap.
➢ Masukkan file copy scan KK asli, copy scan akte lahir, copy scan identitas lain jika belum punya.
➢ KTP, File foto 4×6 dengan latar belakang merah, dan foto scan passport untuk registrasi sekolah atau kunjungan.
➢ Setelah menyelesaikan pengisian data, kemudian memasukkan file data pelengkap, terakhir simpan kode registrasi pemohon SKCK.
2. Proses mengecek dan memeriksa data pemohon SKCK online
➢ Pemohon harus membawa kode registrasi dan persyaratan SKCK ke kantor kepolisian yang telah dipilih pada website dan diserahkan kepada petugas layanan SKCK.
➢ Apabila pemohon belum memiliki rumus sidik jari, maka akan dilakukan pengambilan sidik jari oleh satuan Reskrim ( inafis ).
➢ Setelah data yang diupload online dan berkas lampiran persyaratan diterima oleh petugas, maka petugas akan melakukan pemeriksaan berkas kembali secara benar.
➢ Kemudian selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan untuk kesesuaian atau kecocokan dokumen persyaratan dari pemohon serta ada tidaknya catatan kepolisian pemohon.
3. Proses Penerbitan SKCK online
➢ Jika tidak ditemukan hal-hal yang meragukan atau mencurigakan, maka selanjutnya pemohon melengkapi datanya.
➢ Pengesahan atau penandatanganan oleh Kasatker Satintelkam Polres yang bersangkutan.
➢ Selanjutnya proses pencetakan SKCK hanya membutuhkan waktu 5 menit.
➢ Pemohon membayar biaya penerbitan SKCK sebesar Rp.30.000 dan
➢ Form SKCK yang asli dapat langsung diberikan kepada pemohon.
Volume 2 No. 2, 2022
Salah satu kantor kepolisian yang telah menerapkan inovasi SKCK online dari Mabes Polri ini, yaitu Sentra Pelayanan SKCK di Kantor Polres Kabupaten Sukabumi. Walaupun Sentra Pelayanan SKCK di Kantor Polres Kabupaten Sukabumi telah melaksanakan SKCK Online dari Mabes Polri, namun dalam kenyataan dan praktiknya masih sangat sedikit dari masyarakat yang mengurus SKCK online ini sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:
Gambar 1.2 Pembuat SKCK Kapolres Sukabumi 2019-2020 Tahun Manual Online Jumlah 2019 33.755 (99,5%) 20 (0,05%) 33.775 (100%) 2020 31.474 (97,8%) 697 (2,2%) 32.171 (100%)
## Sumber: Polres Kab. Sukabumi (2021)
Berdasarkan pada gambar 1.2 diketahui bahwa masyarakat yang memanfaatkan penggunaan SKCK Online untuk mengurus SKCK di Sentra Pelayanan SKCK Kantor Polres Kabupaten Sukabumi pada tahun 2019 sebesar 0,05%. Kemudian pada tahun 2020 sudah mengalami peningkatan beberapa persen, yaitu menjadi 2.2%. Perubahan tersebut dipandang cukup signifikan jika dibanding dengan tahun 2019, namun jumlah tersebut masih sangat kecil, karena mengingat jumlah pemohon pada setiap bulannya mencapai ratusan orang. Padahal untuk mekanisme penerapan SKCK online yang ada di Sentra Pelayanan Polres Sukabumi dapat dikatakan sangat mudah, yaitu hanya dengan cara memasukan data ke dalam web yang telah ada, kemudian mengupload beberapa berkas yang diperlukan sebagai pelengkap data, seperti Kartu Keluarga, KTP dan foto. Namun pada praktek pelaksanaannya pembutan SKCK Online yang ada di Polres Sukabumi ini belum sepenuhnya dapat berjalan dengan maksimal, karena masih banyak masyarakat yang lebih memilih menggurus SKCK dengan cara yang manual, padahal cara manual ini tentunya akan memakan waktu lebih banyak serta lama. Selain dari pada itu, dari segi teknisnya juga ada beberapa masalah yang juga dihadapi Polres Sukabumi dalam pelaksanaan pelayanan SKCK online , antara lain sebagai berikit :
1. Belum optimalnya kegiatan sosialisasi terhadap masyarakat terkait pelayanan pembuatan SKCK secara online, sehingga pada saat ini masyarakat masih dan lebih memilih pelayanan SKCK secara offline dibandingkan secara online .
2. Pelayanan SKCK online ini belum open data, sehingga pembuatan dan penerbitan SKCK harus sesuai dengan domisili pemohon atau pembuat.
3. Jumlah admin atau operator pelayan yang menangani pelayanan pembuatan SKCK Online masih belum maksimal. Karena idealnya jumlah admin/operator pelayanan SKCK online berjumlah 6 orang, akan tetapi pada kenyataan di lapangan hanya ada 2 orang operator.
4. Ketersediaan jumlah komputer dan printer yang digunakan belum maksimal untuk penerbitan SKCK. Pencetakan SKCK menggunakan printer pribadi seperti yang digunakan untuk pencetakan surat aduan masyarakat secara umum.
Dengan hadirnya Program SKCK online ini diharapkan agar dapat mengefektifkan seluruh proses penerbitan SKCK. Terlebih lagi pada masa sekarang yang sedang mengalami adanya pandemi Covid-19, pelayanan berbasis online ini tentu sangat dibutuhkan. Apalagi sejak akhir tahun 2019 sampai tahun 2020, wabah pandemi sedang tinggi-tingginya di Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Iman, yang bertugas sebagai staff pegawai yang melayani pembuatan SKCK, beliau mengatakan, bahwa dalam seminggu saja ada 3 kali buka, sisanya libur, itu juga hanya sampai jam 12 siang, itu pas hangat-hangatnya pandemi covid-19,
fenomena tersebut terjadi akibat adanya implementasi kebijakan yang bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 seperti PSBB, Lockdown , Work From Home dan berbagai kebijakan lainnya. Sehingga menyebabkan pelayanan yang dilakukan di kepolisian Resor Sukabumi sering mengalami buka tutup. (Kapolres Sukabumi, 2021).
Tetapi pada kenyataannya masih banyak pemohon atau masyarakat yang melakukan pembuatan surat keterangan kepolisian (SKCK) datang ke tempatnya langsung (Offline). Berdasarkan kondisi dan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis/melakukan penelitian lebih lanjut terkait bagaimana penerapan inovasi layanan pembuatan SKCK berbasis online di Sentra Pelayanan SKCK di Polres Kabupaten Sukabumi. Adapun hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurdiansyah, Agustini dan Wulandari (2020). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna terhadap SKCK online . Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada pendaftar SKCK di wilayah Banyuwangi dan dengan menggunakan Metode End User Computing Satisfaction (EUCS) . Data Analisis dilakukan dengan menggunakan uji validasi, uji reliabel, uji statistik deskriptif, uji F serta menggunakan Uji T dengan menggunakan SPSS 22. Hasil uji deskriptif dengan skala likert diurutkan terbesar, yaitu variabel isi dengan persentase mencapai 85,4% termasuk dalam kategori sangat puas, variabel ketepatan waktu mencapai 80,4% termasuk dalam kategori sangat puas, yaitu 75,8% variabel kemudahan penggunaan termasuk dalam kategori puas, variabel format 73,2% adalah termasuk dalam kategori puas dan variabel akurasi 67,5% termasuk dalam kategori puas (Nurdiansyah et al., 2020)
Selain itu, peneliti juga menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Windra Pratama dengan tujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan yang diberikan dalam proses pembuatan surat keterangan catatan kepolisian berbasis online pada kapolres Ogan Ilir. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang menggunakan Metode Kualitatif dengan Teori Pelayanan oleh Zeithaml dan hasil penelitian menunjukkan, bahwa kualitas pelayanan pembuatan surat keterangan catatan kepolisian berbasis online belum berjalan dengan baik sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh masyarakat selaku penerima dari pelayanan berdasarkan dimensi servequal yang telah diteliti, hal ini terlihat dari masih terjadinya kendala pada dimensi tangible, dimensi responsivitas dan dimensi jaminan (Pratama, 2018) Selanjutnya, novelty atau yang membedakan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori R o g e r s d a l a m (Setyawan et al., 2019) . Selain itu penelitian ini berfokus pada penerapan dan pelaksanaan SKCK berbasis Online yang ada di Polres Kabupaten Sukabumi dan faktor-faktor penghambat dalam penerapan inovasi tersebut. Sehingga hasil akhir dalam penelitian yang penulis lakukan ini dapat menghasilkan analisis mengenai efektif atau tidaknya terkait penerapan inovasi pembuatan surat keterangan catatan kepolisian berbasis online yang di lakukan di kepolisian Resor Sukabumi dan faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam inovasi pelayanan tersebut.
Dalam sebuah pelaksanaan dan penerapan inovasi apapun itu, tentunya tidak selalu berjalan dengan mulus tanpa adanya sebuah kendala dan permasalahan di dalamnya. Muluk (2008:49) dalam (Rahmawati, 2021) mengungkapkan, bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan, pelaksanaan dan penerapan inovasi diantaranya: Pengembangan kepemimpinan inovasi, pengembangan budaya inovasi, pengembangan pegawai, pengembangan tim kerja dan kemitraan, pengembangan kinerja inovasi, dan pengembangan jaringan inovasi. Sedangkan Ancok (2012:58) dalam (Ariyani et al., 2016) menjelaskan, bahwa terdapat tiga hal yang menjadi faktor utama sebagai pendorong perkembangan inovasi di suatu tempat, ketiga faktor tersebut ialah: Modal manusia, modal
kepemimpinan, dan modal struktural. Disamping faktor pendorong, terdapat faktor penghambat pula dalam sebuah inovasi sebagaimana dikemukakan oleh Albury dalam (Suwarno, 2008a) yaitu:
1. Reluctance to Close Down Failing Program or Organizational (Tidak mau menutup program yang gagal)
2. Over Reliance on Performers as Source of Innovation ( Ketergantungan berlebih pada tampilan kinerja sebagai sumber inovasi).
3. Technologies Available but Constraining Cultural or Organizational Arrangement ( Teknologi tersedia tetapi menghambat budaya atau organisasi)
4. No Rewards or Incentives to Innovate or Adopt Innovations (Tidak adanya imbalan atau intensif untuk berinovasi atau ngeadopsi inovasi).
5. Poor Skills in Active Risk or Change Management (Ketidakmampuan menghadapi risiko dan perubahan).
6. Short-term Budget and Planning Horizons (Anggaran jangka pendek dan perencanaan).
7. Delivery Pressures and Administrative (Tekanan dan hambatan administratif).
8. Culture of Risk Aversion (Budaya menghindari risiko).
9. Faktor eksternal
## KAJIAN PUSTAKA Administrasi Publik
Administrasi publik merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki cakupan yang cukup luas. Nicholas Henry dalam (Pasolong, 2007) bahwa administrasi publik merupakan kombinasi kompleks antara teori dan praktik yang memiliki tujuan mempromosikan pemahaman terhadap pemerintah dengan hubungan antara masyarakat yang diperintah, mendorong kebijakan publik agar lebih responsive dalam kebutuhan sosial. Sedangkan John M. Pfiffner dan Robert V. Presthus (Fitria, 2013) berpendapat bahwa administrasi publik meliputi implementasi kebijakan pemerintah yang ditetapkan oleh badan perwakilan politik yang dapat didefinisikan sebagai koordinasi usaha perseorangan dan kelompok agar dapat melakukan kebijakan pemerintah yang meliputi pekerjaan pemerintah sehari-hari termasuk pengarahan terhadap sejumlah orang. Dengan kata lain administrasi public termasuk dalam sebuah pemahaman teori baik dari ilmu hukum, sosial, politik, pelayanan serta manajemen yang kemudian diaplikasikan pada masyarakat agar dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat terkait dengan pelayanan yang lebih baik. Denhart dan Denhart dalam (Herdiansyah et al., 2015) membagi perkembangan administrasi publik menjadi tiga periode yaitu Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM), New Public Service (NPS). Saat ini, administrasi yang berkembang lebih mengarah pada periode New Public Service (NPS). Hal ini dikarenakan pemerintah ditempatkan pada posisi dimana pemerintah harus melayani masyarakat dengan sepenuh hati.
## Manajemen Publik
Overman, George Terry dalam (Pasolong, 2007) mendefinisikan manajemen publik sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan yang dilakukan dengan tujuan untuk menentukan dan mencapai sebuah sasaran yang telah ditetapkan dengan pemanfaatan seluruh komponen yang ada. Kemudian Wilson dalam (Pasolong, 2007) menjelaskan 4 prinsip dasar dalam administrasi publik yang terdapat dalam manajemen publik sampai sekarang ini yaitu: (1) pemerintah seting utama dalam organisasi; (2) eksekutif sebagai fokus utama; (3) pencarian prinsip dan teknik manajemen yang lebih efektif sebagai kunci pengembangan kompetensi administrasi; (4) perbandingan sebagai metode studi serta pengembangan bidang administrasi publik. Dengan demikian, manajemen publik termasuk dalam perpaduan studi ilmu pengetahuan dan seni, dimana manajemen memiliki proses secara
sistematis, terkoordinir, kooperatif untuk pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya pendukung lainnya. Manajemen juga merupakan alat untuk mencapai sebuah tujuan dengan efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa publik
## Pelayanan Publik
Kotler dalam (Sinambela, 2014) mendefinisikan bahwa pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat dalam suatu produk secara fisik. Sedangkan Agung kurniawan (2005:6) dalam (Permata, 2014) yang mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat, untuk mencapai kepuasan tersebut maka diperlukan asas-asas yang dijadikan sebagai landasan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Asas-asas dalam penyelenggaraan pelayanan publik dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003. Oleh karenanya, petugas pelayanan dituntut untuk memberikan layanan kepada pelanggan dengan sepenuh hati. Layanan seperti ini tercermin dari kesungguhan aparatur untuk melayani. Kesungguhan yang dimaksud, aparatur pelayanan menjadikan kepuasan pelanggan sebagai tujuan utamanya. Aparatur pelayanan tidak mempunyai alasan sedikitpun untuk tidak berorientasi pada kepuasan pelanggan secara total. Bahkan kepuasan pelanggan lah yang dapat dijadikan barometer dalam mengukur keberhasilan dalam pelayanan. Untuk mencapai hal ini, aparatur pelayanan tidak boleh menghindar dari prinsip pelayanan dilakukan oleh sepenuh hati (Sinambela, 2014).
## Inovasi
Inovasi dalam bahasa latin berasal dari kata “innovare” yang berarti berubah menjadi sesuatu yang lebih baru. Pertama kalinya definisi inovasi ditulis oleh Oxford English Dictionary tahun 1939 yang mengatakan bahwa inovasi “the of introducing a new product into market”. (Suwarno, 2008) mendefiniskan bahwa inovasi merupakan ide gagasan, praktek, maupun objek benda yang disadari dapat diterima sebagai sesuatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
## METODE
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini digunakan oleh penulis dikarenakan untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti, sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami proses pelaksanaan dari Program SKCK secara Online yang diterapkan pada Satuan Intelijen Dan Keamanan Kepolisian Resor Sukabumi. Tujuan penelitian melalui pendekatan kualitatif ini, yaitu bermaksud untuk memahami fenomena mengenai apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalya dari segi prilaku, tindakan dan lain-lain. Dengan cara deskriptif dalam bentuk kata- kata, bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode yang alamiah.
Penelitian ini dilaksanakan pada cakupan wilayah kerja Satuan Intelijen Dan Keamanan Kepolisian Resor Sukabumi. Informan penelitian dipilih secara purposive sampling . Adapun informan pada penelitian ini yaitu: Kapolres Sukabumi, Kepala Satuan Intelkam Polres Sukabumi, Satu orang operator/pelaksana SKCK online , Satu orang Pembantu Bendahara Penerima SKCK, dan Tiga Pemohon/warga yang menjadi kelompok sasaran dari Program SKCK secara online.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi. Aktivitas atau tahapan dalam analisis data ini, adalah: reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan triangulasi sumber data.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) merupakan surat keterangan resmi yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian indonesia (Polri) dengan melalui fungsi Intelkam. Masa berlakunya SKCK ini selama 6 bulan sejak tanggal diterbitkan. Dalam memudahkan masyarakat untuk mengurus permohonan pembuatan SKCK baru, maka Polri membuat sebuah inovasi modern demi memudahkan dan mempersingkat waktu pelayanan dalam pengurusan SKCK. Yaitu pembuatan SKCK online. Inovasi SKCK online ini dibuat oleh Mabes Polri pada tahun 2017 dan mulai diterapkan pada jajaran kantor Kepolisian Resort mulai awal tahun 2018. Penelitian ini berfokus pada penerapan dan pelaksanaan SKCK Online yang ada di Polres Kabupaten Sukabumi dan faktor penghambat apa saja dalam penerapan inovasi tersebut. Pada penelitian ini, penulis menganalisis penerapan inovasi permohonan Pembuatan SKCK sebagai berikut:
## Segi Persyaratan
Dalam segi persyaratan yang dibutuhkan, peneliti melihat tidak ada perbedaan dalam hal persyaratan yang digunakan untuk membuat SKCK baik dengan cara manual maupun dengan SKCK Online . Persyaratan yang digunakan untuk mengurus permohonan pembuatan SKCK baru secara online tetap sama, yaitu harus ada KTP, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran/Ijazah pendidikan terakhir. Adapun bagi mereka yang belum memenuhi syarat untuk mendapatkan KTP, dan juga Pass foto berlatar belakang warna merah yang di upload ke dalam form pendaftaran di SKCK Online. Dan pada saat pemohon datang di Kantor Kepolisian yang ditunjuk untuk melakukan sidik jari, untuk mengambil SKCK, pemohon diwajibkan untuk melampirkan persyaratan berupa dokumen fisik seperti Foto kopi KTP dengan menunjukkan KTP asli, foto kopi Kartu Keluarga sebanyak 1 lembar, foto kopi Akta Kelahiran 1 lembar, foto kopi Ijazah terakhir sebanyak 1 lembar, pass foto ukuran 4x6 berlatar merah sebanyak 5 lembar dan bukti print out pendaftaran SKCK Online . Sebelumnya pemohon atau masyarakat yang sudah mengisi form permohonan SKCK Online masih diwajibkan untuk membawa dokumen persyaratan fisiknya, dikarenakan pihak Polres Sukabumi belum bisa mengakses data persyaratan yang diunggah. Hal tersebut dirasa kurang efektif oleh beberapa masyarakat pengguna SKCK Online karena dinilai tidak paperless.
## Sistem, Mekanisme dan Prosedur
Untuk prosedur atau mekanisme pelaksanaan pengurusan SKCK Online ini tidak jauh berbeda dengan pengurusan SKCK secara manual hal tersebut disampaikan oleh beberapa narasumber yang mengatakan pelaksanaan SKCK ini dirasa masih setengah hati, karena perbedaan hanya pada cara pengisian formulir pendaftarannya saja. Dimana pada pembuatan SKCK online pengisian formulir dilakukan melalui website https://skck.polri.go.id/ dan menyiapkan berkas persyaratan SKCK untuk di- upload dan pencetakan tetap harus dilakukan dikantor kepolisian begitupun dengan pemohon yang belum memiliki rumus sidik jari. Selain itu fakta di lapangan menunjukkan, bahwa masih terdapat pemberlakuan nomor antrian yang diterapkan hal itu dilakukan, jika kondisi di lapangan ramai. Padahal dengan adanya SKCK Online ini masyarakat mengharapkan pelayanan yang diberikan bisa lebih efisien sera cepat tanpa ada antrian yang panjang dan melelahkan.
## Jangka Waktu Pelayanan dan Penyelesaian
Sentra pelayanan SKCK Polres Kab. Sukabumi memberikan pelayanan kepada masyarakat dimulai pada pukul 08.00-15.00 WIB, hari Senin-Jumat. Namun, untuk pendaftaran SKCK hanya menerima sampai pukul 14.00 WIB. Para petugas pelayanan (operator) melayani tanpa ada jam istirahat, namun untuk hari Jumat petugas pelayanan ada jam istirahat yang dimulai pada jam 12.00-13.00. Petugas pelaksana SKCK Online
Volume 2 No. 2, 2022
menjelaskan bahwa untuk penerapan SKCK Online di perkotaan sudah memberikan dampak yang positif berupa jangka waktu penyelesaian yang lebih cepat dari pada pengguna SKCK manual. Namun kondisi berbeda pada Sentra Pelayanan SKCK Kantor Polres Kab. Sukabumi untuk saat ini penyelesaian waktu pengurusan SKCK bagi pengguna SKCK Online masih berdasarkan pada kondisi atau jumlah pemohon yang ada. Dengan kata lain jika pada saat itu pemohon SKCK sedang ramai, maka pengguna SKCK Online diharuskan mengantri, namun apabila pemohon SKCK pada saat itu sedang tidak ramai, maka pengguna SKCK Online bisa langsung melakukan sidik jari dan mengambil berkas SKCK yang telah diterbitkan. Jadi saat ini SKCK Online sebenarnya sudah mampu mengakomodir pemangkasan waktu pembuatan SKCK hanya pada sisi pengisian blanko saja.
## Penerapan Inovasi Pelayanan SKCK dari Segi biaya/tarif
Biaya administrasi atau tarif untuk penerbitan SKCK jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia terdiri dari biaya pelayanan dan penerbitan SKCK sebesar Rp. 10.000 yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010. Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia (PP50/2010) yang saat ini digantikan dengan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yang berlaku pada jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia sebesar Rp.30.000. Untuk biaya pelayanan dan penerbitan SKCK di Kantor Polres Kab. Sukabumi sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku selain itu juga sentra Pelayanan SKCK yang ada di Polres Kab. Sukabumi juga tidak memberikan biaya tambahan bagi pengurusan rumus sidik jari yang dilakukan oleh Bamin Identifikasi.
## Gambar 2.1 Besaran Biaya SKCK dan Bukti Pembayaran SKCK
Sumber: Polres Kab. Sukabumi (2021)
Pemohon juga tidak dikenakan biaya legalisir sedikitpun karena biaya sebesar Rp.30.000 tersebut sudah termasuk untuk pengambilan rumus sidik jari oleh Bamin Identifikasi Sat Reskrim, penerbitan SKCK, dan juga legalisir SKCK jika diperlukan, namun dalam legalisir petuga pelayanan memberikan batasan maksimal yaitu 5 lembar saja.
## Aspek Produk Layanan
Produk pelayanan adalah hasil dari pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan yang diberikan oleh Kepolisian Polres Kab. Sukabumi berupa Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) melalui fungsi Intelkam kepada seseorang atau pemohon. SKCK yang diterbitkan berisi hasil penelitian, biodata pribadi dan catatan perilaku pemohon tersebut pernah atau sedang terlibat tindakan kriminal. Terkait produk atau output yang dihasilkan tidak ada perbedaan antara pemohon yang mengurus SKCK dengan manual maupun dengan SKCK Online . Terkait dengan prinsip legalitas yaitu penerbitan SKCK dilakukan sesuai dengan peraturan UU. Karena inovasi pelayanan publik ini merupakan sustaining innovation (inovasi terusan), yaitu proses inovasi yang membawa
perubahan baru, namun dengan tetap mendasar dari produk yang telah ada, maka tentunya bentuk produk yang ditawarkan output -nya tetap saja sama. Karena perubahan hanya terletak pada percepatan pengisian blanko form pendaftaran yang dapat dilakukan di manapun, karena form sudah tersedia pada website pendaftaran online .
## Aspek Penerapan Inovasi Layanan SKCK
Pada lingkungan Kepolisian Polres Kab. Sukabumi dalam penanganan, pengaduan, saran, dan masukan. Aduan atau saran masyarakat merupakan sebuah informasi atau pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh masyarakat yang berisikan keluhan, masukan terkait dengan perilaku petugas, pelaksanaan, serta kinerja petugas. Sentra Pelayanan SKCK Polres Kab. Sukabumi memberikan wadah khusus untuk penyampaian aspirasi, keluhan dan masukan baik secara tidak langsung dengan mengirimkan pada e-mail , sosial media seperti facebook, instagram , twitter , whatsapp maupun secara langsung dengan telefon, dan datang langsung di meja pengaduan masyarakat. Prosedur atau alur penanganan pengaduan masyarakat yang ada di Polres Kab. Sukabumi sebagai berikut:
## Gambar 2.2 Alur Penanganan Pengaduan Masyarakat
Sumber: Polres Kab. Sukabumi (Diolah Peneliti, 2021) Untuk petugas penanganan pengaduan memiliki waktu penyelesaian maksimal 2 hari masa penyelesaian. Dan laporan terkait masukan, keluhan, kritik yang masuk biasanya para petugas pelayanan SKCK mengadakan rapat di akhir bulan dan kemudian dijadikan suatu bahan evaluasi untuk kedepannya. Selama ini tidak ada perbedaan bagi penanganan pengaduan antara pemohon SKCK online maupun yang manual, selain itu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sebelumnya. Terkait keluhan yang sering disampaikan itu tentang jumlah loket pendaftaran, dan prosedur bagi pemohon yang menggunakan SKCK online yang mengharapkan untuk adanya penambahan loket khusus bagi pengguna SKCK online. Dari keluhan serta masukan dari para pengguna SKCK online untuk saat ini masih dipertimbangkan terkait realisasinya.
## Segi Sarana Prasaran
Sarana, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat atau media dalam mencapai sebuah tujuan tertentu. Sedangkan prasarana merupakan segala sesuatu yang dipergunakan sebagai penunjang untuk terselenggaranya suatu proses kegiatan agar berjalan sesuai dengan yang tetapkan. Untuk menunjang kegiatan pelaksanaan program inovasi SKCK yang ada di Polres Kab. Sukabumi, karena SKCK online merupakan sebuah program dari Mabes Polri, maka untuk peralatannya pihak Polres Kab. Sukabumi diberi oleh Mabes Polri berupa 2 perangkat PC yang lengkap dengan printer, serta mesin foto kopi untuk memudahkan para petugas pelaksana SKCK online . Terkait fasilitas yang ada di Sentra Pelayanan SKCK Polres Kab. Sukabumi dapat dikatakan sudah lengkap dan nyaman, hal ini berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan sebelumnya terlihat ruang tunggu yang bersih, serta dilengkapi dengan meja kursi, ac, tv, dispenser air minum, kotak charger hp, kursi roda bagi yang memerlukan, tempat bermain anak, ruang laktasi khusus bagi ibu atau pemohon yang sedang menyusui. Selain itu juga kondisi lingkungan yang ramah terhadap pemohon difabel atau kaum
renta karena terdapat pula jalur rambat. Tidak hanya itu juga di sana terdapat loket khusus bagi kaum difabel dan kaum renta. Terkait dengan ruang tunggu pelayanan hal tersebut sudah disesuaikan dengan Permenpan RB. Namun untuk fasilitas yang diberikan khusus bagi pemohon yang menggunakan SKCK online saat ini hanya terdapat loket penerbitan khusus bagi pemohon yang mengurus SKCK online . Loket penerbitan khusus SKCK Online ini dibuat untuk memudahkan masyarakat pengguna SKCK online dan meringkas waktu namun saat ini loket tersebut hanyalah formalitas saja, karena saat ini loket tersebut juga masih melayani pemohon yang membuat SKCK dengan manual. Namun untuk saat ini di Sentra Pelayanan SKCK Polres Kab. Sukabumi belum memiliki loket pendaftaran khusus untuk melayani pemohon yang menggunakan SKCK Online .
## Segi Kompetensi Pelaksana
Kompetensi dasar yang harus dimiliki sebagai petugas pelaksana pelayanan SKCK tentunya harus dapat mengoperasionalkan media computer ataupun laptop, memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan tentunya bisa bekerja dalam tim. Sejak diterapkannya SKCK Online di seluruh jajaran Kepolisian Resort, para petugas mendapatkan pelatihan khusus terkait pengoperasionalan, pelaksanaan SKCK Online yang pernah diberikan oleh Mabes Polri di Jakarta pada awal tahun 2017 dan Intelkam Polda Jawa Barat pada tahun 2018. Namun pelatihan tersebut masing-masing hanya dihadiri satu orang saja dari Polres Kab. Sukabumi, selain itu untuk pelatihan yang dilakukan secara internal oleh pihak Polres Kab. Sukabumi belum pernah dilakukan. Sehingga hal tersebut menyebabkan beberapa petugas pelaksana belum memahami benar tentang SKCK Online terutama pada masa berlakunya form bukti pendaftaran SKCK Online . Beberapa petugas terutama yang berada di loket pendaftaran kurang memahami terkait jangka waktu berlakunya form bukti pendaftaran SKCK Online. Karena memang pada bukti pendaftaran SKCK Online tersebut tidak tertera tanggal berlakunya. Sehingga tidak jarang masyarakat pengguna SKCK Online disuruh menuliskan dan mengisikan ulang form pendaftaran mereka secara manual. Selain itu ketidak sesuaian informasi yang diberikan kepada masyarakat pengguna SKCK Online membuat masyarakat pengguna SKCK Online merasa kebingungan. Padahal menurut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu petugas pelayanan SKCK yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan SKCK Online waktu atau masa berlaku form pendaftaran SKCK Online tersebut hingga 1 minggu.
## Jumlah Pelaksana
Dalam standar pelayanan, jumlah pelaksana adalam komponen yang sangat penting. Sentra Pelayanan SKCK di Polres Kab. sukabumi memiliki 5 petugas pelaksana. Adapun yang bertugas pada loket pendaftaran biasanya berjumlah 2 orang, sedangkan 3 orang lainnya bertugas di loket penerbitan SKCK. Terkait pembagian tugas yang secara khusus serta terstruktur terlihat tidak ada, karena mereka bekerja secara fleksibel dan tidak ada petugas khusus yang menangani SKCK online tersebut, jadi yang menangani itu semua (operator) hanya bagi mereka yang paham dengan sistem pembuatan SKCK online. Selain itu dengan jumlah petugas yang seadanya tak jarang dalam melakukan pelayanan pemohon bembuatan SKCK mereka kewalahan apabila jumlah pemohon lebih dari biasanya (banyak). Begitupun sebaliknya dengan perasaan yang dialam,i oleh para pemohon, mereka harus ngantri dan menunggu lama, karena jumlah petugas pelayanan SKCK yang melayaninya sedikit. Dengan keterbatasan jumlah petugas pelayanan itulah, maka terkadang Sentra Pelayanan SKCK di Polres Kab. Sukabumi membatasi jumlah pelayanan, baik bagi mereka yang mendaftar online maupun yang melakukan pendaftaran langsung, karena memang keterbatasan tenaga yang dimiliki.
## Jaminan Pelayanan
Dalam melakukan analisis terhadap penerapan inovasi layanan pembuatan SKCK di Polres Kab. Sukabumi. Jaminan pelayanan biasanya akan diwujudkan dalam kualitas pada saat
proses pelayanannya berlangsung sesuai dengan yang tertera perundang-undangan, serta dilarang untuk petugas menerima suap dan mengeluarkan ucapan ataupun isyarat pribadi dalam memberikan pelayanan. Jaminan pelayanan yang diberikan oleh pihak Unit SKCK Polres Kab. Sukabumi sebenarnya tidak ada perbedaan antara pemohon yang menggunakan SKCK online dan manual. Terkait prinsip transparansi, hal tersebut sudah diterapkan di Sentra Pelayanan SKCK Polres Kab. Sukabumi seperti besaran biaya, persyaratan, dan prosedur, namun untuk prosedur pelayanan saat ini yang tersedia adalah prosedur pelayanan SKCK secara manual saja. Mengenai biaya yang dibebankan terhadap pemohon jumlahnya sama saja dengan yang mengurus SKCK online dan juga manual. Kemudian untuk prinsip akuntabilitas yang diterapkan di unit pelayanan SKCK Polres Kab. Sukabumi, yaitu dapat di perpertanggungjawabkan SKCK online yang diterbitkan, selain itu SKCK yang diterbitkan tentunya dapat juga digunakan oleh semua kalangan sesuai dengan tujuan dan ketentuan yang sudah ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku serta dapat digunakan kapan saja selama masa berlaku SKCK tersebut masih berlaku atau dengan kata lain belum berakhir. Begitu juga dengan perlakuan petugas pelayanan tidak ada perbedaan ataupun kespesialan atau tidak baik terhadap masyarakat yang membuat SKCK secara online maupun yang membuatnya secara manual, semuanya dilakukan dengan adil dan sama rata. Aaka tetapi berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan memang ada beberapa petugas yang terkadang kurang ramah atau terkesan ketus terhadap pemohon atau masyarakat pada saat ada dari pemohon yang bertanya sesuatu terkait SKCK. Ada juga prinsip non diskriminasi, yaitu prinsip yang menjunjung persamaan derajat, tetapi tidak membeda-bedakan agama, jabatan, ras, etnis, dan lain sebagainya. Berdasarkan dari wawancara dan observasi yang dilakukan, ternyata masih ditemukan sistem yang melayani berdasarkan hubungan kekerabatan atau keluarga.
## Jaminan Keamanan
Dalam penerapan inovasi modern terkait pelayanan pembuatan SKCK di Polres Kab. Sukabumi menunjukkan bahwa pada penerapannya tidak ada perbedaan khusus untuk pemohon yang mengurus SKCK dengan online maupun yang manual, karena jaminan keamanan tersebut sudah diatur di dalam peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Kapolri Nomor 18 tahun 2014, tentang tata cara penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Di mana dalam keamanan produk SKCK yang diterbitkan baik untuk pengguna SKCK online ataupun SKCK manual Intelkam Polres Kab. Sukabumi memberikan spesifikasi khusus dalam lembar SKCK. Jaminan keamanan tersebut diberikan oleh Sat Intelkam untuk menghindari adanya kecurangan atau pemalsuan terkait dengan SKCK dan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
## Hambatan
Pada pelaksanaannya, penerapan inovasi pelayanan online untuk pembuatan SKCK di Polres Kab. Sukabumi ditemukan sejumlah kendala yang penulis coba untuk menguraikan kendala tersebut ke dalam analisis yang lebih mendalam. Adapun faktor-faktor yang menghambat tersebut adalah:
## Tidak Ingin Menutup Program Yang Gagal
Sebelumnya Sentra Pelayanan SKCK Kantor Polres Kab. Sukabumi telah memiliki sebuah inovasi yang serupa, yaitu skck.jabar.polri.go.id yang berinduk di Polda Jawa Barat yang kemudian inovasi SKCK online ini ditutup karena pada tahun 2017 Mabes Polri sudah membuat inovasi yang sama, yaitu SKCK online yang kemudian inovasi ini diterapkan di seluruh jajaran Kepolisian Resor dan Polda. Polres Kab. Sukabumi sendiri menerapkan SKCK online ini pada awal tahun 2019. Sebelumnya, penerapan SKCK online yang diterapkan di beberapa wilayah sudah memberikan dampak yang positif terhadap para kedua belah pihak, yaitu penyedia pelayanan dalam hal ini kantor Kepolisian, serta masyarakat sebagai penggunanya. Namun dalam pelaksanaannya inovasi di Kepolisian Resort Kab. Sukabumi
menjelaskan, bahwa program ini masih dianggap belum maksimal dalam penerapannya, hal ini terlihat dari masih maraknya masyarakat yang lebih memilih dalam mengurus SKCK dengan cara manual, selain itu menurut penjelasan dari beberapa narasumber dan informan sebelumnya inovasi pembuatan SKCK online dari Mabes Polri ini masih terus dikembangkan lagi dan disempurnakan supaya benar-benar memberikan dampak yang positif dan bisa jauh lebih efektif dalam meringkas pelayanan pembuatan SKCK yang ada di jajaran Kepolisian.
## Ketergantungan Berlebih Pada High Performer
Pengaruh dari adanya pihak ketiga dalam pelaksanaan inovasi SKCK online ini berdampak pada adanya sikap ketergantungan yang berlebih bagi pihak Sentra Pelayanan SKCK yang berada di Polres Kab. Sukabumi. Hasil penelitian menunjukkan ini, bahwa pihak pelaksana SKCK online yang ada di Polres Kab. Sukabumi sangat bergantung pada pihak penyedia layanan tersebut sendiri, yaitu oleh BIK Mabes Polri selaku induk utama SKCK Online, karena memang inovasi SKCK online ini merupakan program yang memang dibuat oleh BIK Mabes Polri. Selain itu, dalam hal pembayaran online Polres Kab. Sukabumi mengandalkan Bank BRI serta pihak Telkom apabila terdapat jaringan yang error. Pihak telkom juga memberikan potongan harga terhadap Polres Kab. Sukabumi perihal pembayaran bandwith yang dipinjamkan. Hal ini memperlihatkan, bahwa masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap pihak yang lain.
## Teknologi Ada, Namun Terhambat Budaya dan Penataan Organisasi
Suatu penerapan atau pelaksanaan terhadap sebuah inovasi tidak akan bisa berjalan secara maksimal, karena terbatasnya sarana teknologi yang mendukungnya. Namun juga suatu pelaksanaan dan penerapan terhadap inovasi dapat terhambat dengan hadirnya budaya, serta penataan organisasi yang sebelumnya ada. SKCK online di Kantor Polres Kab. Sukabumi sudah didukung dengan adanya perangkat hardware dan software yang lengkap. Namun dapat terhambat oleh tata organisasi, karena Sentra Pelayanan SKCK yang tidak memiliki pembagian tugas khusus, dan juga tidak ada petugas khusus yang mengawaki terhadap pembuatan SKCK online tersebut . Contohnya pada loket pendaftaran yang bertugas 2 orang, jika salah satu dari petugas ada yang memiliki kepentingan di luar kantornya, maka petugas yang ada di loket penerbitan pun harus merangkap dalam tugasnya.
## Tidak Ada Penghargaan atau Insentif
Pemberian sebuah penghargaan atau insentif kepada petugas pelayanan dapat meningkatkan kesemangatan dan dapat juga membangun sebuah ide yang kreatif pada para petugas pelayanan. Selain itu dengan adanya reward atau penghargaan yang diberikan membuat para petugas pelayanan pembuatan SKCK di Polres Kab. Sukabumi dapat lebih bersemangat dalam melakukan inovasi SKCK online , agar lebih optimal serta maksimal. Pemberian reward atau insentif penghargaan terhadap petugas pelaksana yang melayani pembuatan SKCK online pernah juga diwacanakan pada tahun 2018, namun sampai saat ini wacana tersebut belum juga terealisasi juga.
## Tidak Mampu Menghadapi Resiko Perubahan
Upaya dalam menghadapi perubahan yang ditunjukkan dengan perkembangan atau penggunaan teknologi modern yang ada di Sentra Pelayanan SKCK Polrest Kab. Sukabumi serta menampung semua saran dan masukan yang diberikan, namun bagi anggotanya saat ini belum dapat mengatasi permasalahan mengenai jaringan atau sistem dalam sistem SKCK online yang eror, sehingga meminta bantuan terhadap pihak yang lebih paham dan mengerti dalam hal tersebut.
## Anggaran Jangka Pendek dan Perencanaan
Adanya penerapan inovasi baru terhadap pembuatan SKCK online ini tidak mempengaruhi kenaikan jumlah anggaran yang didapat. Pelayanan SKCK online ini merupakan sebuah terobosan baru dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat yang dibuat langsung oleh Mabes Polri yang kemudian diterapkan bagi seluruh jajaran yang berada pada
Volume 2 No. 2, 2022
bawahnya untuk saat ini penerapan SKCK berbasis online ini belum menyeluruh bagi kepolisian sektor dan resort, karena adanya keterbatasan anggaran. Untuk saat ini terkait besaran anggaran yang diberikan oleh Mabes Polri, yaitu berupa perawatan berkala terhadap komputer/PC atau peralatan sebagai pendukung terhadap inovasi pembuatanm SKCK secara online rutin setiap tiga bulan sekali. Selain itu juga, jika ditemukan adanya kerusakan pada perangkat komputer, maka langsung diajukan kepada Mabes Polri untuk dilakukan pergantian atau perbaikan peratan tersebut. Terkait dana anggaran yang disediakan oleh pihak polres untuk saat ini hanya diperuntukkan bagi biaya penanganan dan pelayanan jasa penyedia Internet serta perbaikan, jika terdapat jaringan yang perlu diperbaiki oleh pihak lain atau pihak Telkom.
## Budaya Menghindari Resiko
Dalam pelaksanaan atau penerapan sebuah program inovasi tentunya untuk dapat memberikan kemudahan dalam mendapatkan suatu pelayanan. Antusiasme para anggota dan petugas pelaksana terkait dengan hadirnya inovasi ini dirasa belum maksimal, hal ini berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap petugas, kemudian menjelaskan, bahwa antusias dari petugas hanya pada awalnya saja dengan melakukan sosialisasi terhadap masyarakat dengan menggunakan sarana informasi yang modern, seperti radio dan dari media sosial facebook sejak awal tahun 2018 saja. Selain daripada itu budaya menghindari resiko belum sepenuhnya bisa dihilangkan atau ditiadakan di lingkungan unit pelayanan SKCK Kantor Polres Kab. Semarang. Hal tersebut disebabkan karena masih ada beberapa petugas pelaksana yang belum sepenuhnya menguasi program atau situs web pelayanan SKCK online hal ini dikarenakan pada awal diterapkan SKCK online ini hanya dua petugas yang mendapatkan pelatihan. Selain itu, para petugas masih suka menghindar apabila terjadi permasalahan pada sistem komputer atau wesite yang eror hal ini dijelaskan pada saat wawancara, petugas lebih memilih untuk melakukan koordinasi dengan pihak IT BIK Mabes Polri dalam penyelesaian masalah yang terjadi, karena untuk saat ini pihak Sentra Pelayanan SKCK Polrest Kab. Sukabumi belum memiliki petugas yang khusus dalam melakukan perbaikan dalam memperbaiki sistem dan perangkat yang terjadi kerusakan.
## Tekanan dan Hambatan Administratif
Adanya tekanan ataupun hambatan administrasi itu merupakan salah satu faktor yang penghambat dalam pelaksanaan dan penerapan inovasi teknologi baru. Dalam hal ini kendala yang dihadapi oleh Unit Pelayanan SKCK kantor Polres Kab. Sukabumi untuk saat ini petugas yang berlaku sebagai operator pembuatan SKCK online masih belum dapat mengakses data- data pendukung yang diunggah oleh para pemohon, sehingga hal tersebut menyebabkan harus adanya dokumen secara fisik untuk diserahkan kepada pihak pelayanan terkait persyaratan dalam proses pengurusan SKCK yang perlu dilampirkan oleh para pemohon, selain itu juga meskipun bersifat online saat ini petugas SKCK di Polres Kab. Sukabumi belum dapat melayani pemohon dengan KTP di luar wilayah Kab. Sukabumi meskipun pemohon tersebut sudah mendaftarkan SKCK dirinya secara online . Tidak hanya itu berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan hal yang didapat, yaitu terkait tanggal berlaku form pendaftaran yang di print out kemudian dibawa oleh pemohon menimbulkan perdebatan di antara kalangan petugas, karena tidak adanya penetapan tanggal atau masa berlaku dari penggunaan form pendaftaran tersebut.
## Faktor Eksternal
Suatu Inovasi juga tidak dapat berjalan secara baik di suatu tempat bukan hanya dikarenakan atau dipengaruhi oleh faktor internal saja yang ada dalam organisasi tersebut, namun dapat terjadi dan dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu masyarakat sebagai subjek atau sasaran penerima inovasi itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian oleh Eka Kurnia Putri (Putri, 2018)disebabkan oleh faktor budaya dan pandangan masyarakat. Budaya yang dimaksud di sini ialah persepsi seseorang dan cara pandang terhadap hadirnya inovasi SKCK online yang ada pada Unit Pelayanan SKCK Kantor Polres Kab. Sukabumi. Berdasarkan
temuan dan hasil penelitian di lapangan, pandangan dan anggapan masyarakat terhadap hadirnya inovasi SKCK online ini masih banyak masyarakat publik yang masih menilai, bahwa dengan adanya sistem pelayanan SKCK online ini tidak memberikan dampak perubahan yang segnifikan atau bahkan sangat besar, kemudian masyarakat menilai, bahwa pelayanan SKCK online ini dipandang kurang efektif dan efisien dikarenakan masyarakat tetap harus datang langsung ke kantor pelayanan untuk pengurusan SKCK, selain itu adanya inovasi SKCK online ini dinilai terlalu membuat sulit bagi pengguna yang sudah berumur atau orang yang lansia, karena harus melakukan penguploadan berkas persyaratan untuk pengurusan SKCK. Sementara banyak dari mereka yang tidak bisa melakukannya.
## PENUTUP Simpulan
Berdasarkan pada uraian hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa penerapan inovasi dalam peningkatan pelayanan SKCK berbasis online yang ada di Kantor Polres Kab. Sukabumi dikatakan belum maksimal, Hal ini berdasarkan dari adanya beberapa indikator terjadinya kendala dalam pelaksanaan atau pengaplikasian penerapannya. Hal tersebut dapat dilihat seperti pada indikator persyaratan yang mana untuk para pemohon masih harus melampirkan dokumen persyaratan secara fisik, kendati para pemohon telah meng- upload -nya di laman website , kemudian indikator mekanismenya, sistem, dan prosedurnya dimana bagi pemohon diwajibkan untuk dating langsung ke kantor untuk perumusan sidik jari. Kemudian jika dari segi waktu pelayanan saat ini hanya dapat mengakomodir pemangkasan waktu pada sisi pengisian blanko. Dari indikator pengaduan, masukan serta saran menunjukkan, bahwa terdapat sarana untuk melakukan pengaduan dan saran dengan menggunakan media sosial dan offline. Jika dilihat antara keduanya baik online maupun offline sama saja tidak ada perbedaan yang segnifikan. Dalam segi penindaklanjutan pengaduan waktu yang dibutuhkan maksimal dua hari kerja, dari setiap kritik, masukan, ataupun laporan yang masuk nantinya akan dijadikan bahan pembahasan dalam rapat dan dipertimbangkan pada setiap kegiatan rapat berlangusng di akhir bulan. Kemudian dari segi sarana dan prasarana masih terdapat kendala, yaitu belum adanya loket khusus untuk melakaukan pendaftan bagi pembuatan SKCK online . Dari segi kompetensi SDM pelaksana, masih banyak sumber daya manusia atau pelaksana yang belum begitu memahami informasi ataupun himbauan yang beredar. Dari segi jumlah pelaksanaan masih kekurangan jumlah operator atau petugas. Dari segi jaminan pelayanan, ditemuinya pelayanan yang diskriminatif berdasarkan kedekatan pribadi.
## Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis terhadap pelaksanaan dan penerapan inovasi permohonan Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang ada di Sentra Pelayanan SKCK Kantor Polrest Kab. Sukabumi adalah sebagai berikut: Yang pertama perlunya pembagian tugas dan tupoksi, serta menghadirkan pegawai khusus untuk menangani permohonan SKCK online serta fasilitasnya. Yang kedua Perlunya realisasi sistem reward bagi petugas yang menangani pelayanan inovasi permohonan SKCK online tersebut serta harus diadakannya pelatihan dan sosialisasi secara rutin. Yang ketiga Sebaiknya pihak kepolisian yang memiliki kewenangan dalam hal ini, yaitu Sat Intelkam yang harus melakukan kerja sama dengan pihak Dispendukcapil dalam melakukan pengembangan dan memperbaiki sistem pelayanan SKCK online , sehingga bagi masyarakat yang ingin mengurus SKCK secara online hanya tinggal memasukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) karena data sudah dapat ter akses dengan baik dan benar sehingga masyarakat sebagai pemohon tidak harus datang untuk mengantri dalam perumusan sidik jari dan juga tidak perlu melampirkan berkas Kembali secara ofline. Begitupun bagi petugas pelayanan SKCK hanya meminta NIK pemohon untuk dapat mengakses data pribadi yang akan dicatat pada data SKCK.
Volume 2 No. 2, 2022
## DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, A., Indah Mindarti, L., & Nuh, M. (2016). Inovasi Pelayanan Publik ( Studi pada Pelayanan Kesehatan melalui Program. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP) , 2 (4), 1–6.
Fitria. (2013). Efektivitas program mesin parkir elektronik di kota Bandung (Studi Kasus Jalan Leuwi Panjang). Journal of Chemical Information and Modeling , 53 (9), 25.
Herdiansyah, Nafitaningrum, A., & Astuti, R. S. (2015). Inovasi Layanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (Skck) Di Wilayah Hukum Polrestabes Kota Semarang. Journal of Chemical Information and Modeling , 53 (9), 1689–1699. https://cesmac.edu.br/admin/wp-content/uploads/2015/09/Manual-Básico-de-conduta- no-laboratório-Multidisplinar-de-
Pesquisa.pdf%0Ahttps://www.cambridge.org/core/product/identifier/S00071250000971 42/type/journal_article Negara, K. P. A. (n.d.). Implementasi SKCK Online . www.menpan.go.id Nurdiansyah, Y., Wulandari, E. P. A., & Wulandari, D. A. R. (2020). Analisis Faktor Kepuasan Pengguna Layanan Website SKCK Online Menggunakan Metode End User Computing Satisfaction (EUCS). INFORMAL:
Informatics Journal , 5 (2), 72. https://doi.org/10.19184/isj.v5i2.18669
ombudsman.go.id. (n.d.).
Laporan Pengaduan
Masyarakat
Tahunan . https://ombudsman.go.id/produk/
Pasolong, H. (2007). Administrasi Publik .
Permata, S., & Agustini, M. (2014). Inovasi Pelayanan Publik Di Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu (Bpmpt) Kabupaten Kubu Raya (Public Services Innovation in Regional Board of Investment and Integrated Services (Bpmpt) At Kubu Raya Regency). Jurnal Borneo Administrator , 10 (2). https://doi.org/10.24258/jba.v10i2.174 Polri, S. (n.d.). Pengurusan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) . Skck.Polri.Go.Id. https://skck.polri.go.id/
Pratama, W. (2018). Kualitas Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polisi Resor Kota Palembang. Ilmu Administrasi Negara . Putri, K. E. (2018). Analisa Penyebab Prestasi Belajar Siswa Rendah Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua
di SMP Negeri 25 Kota
Jambi . Academia.Edu. https://www.academia.edu/es/37925986/KURNIA_EKA_PUTRI_RRA1E114008_ Rahmawati, E., & Suryawati, R. (2021). Inovasi Pelayanan Akta Kelahiran Anak Oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) di Kota Surakarta. Jurnal Wacana Publik , 1 (1), 49–61.
Setyawan, N. R., Kalalinggi, R., & Anggraeiny, R. (2019). Inovasi Pelayanan Publik Melalui Program E-Samsat di Kantor Samsat Kota Samarinda. EJournal Pemerintahan Integratif , 7 (1), 11–20. http://ejournal.pin.or.id/site/wp-content/uploads/2018/12/pin_nikken (12- 20-18-03-21-46).pdf
Sinambela. (2014). BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local. , 1 (69), 5–24.
Suwarno, Y. (2008). Inovasi di Sektor Publik. STIA-LAN Press , October , 169.
|
a3bd8af1-6cf0-4363-be93-3a8477d8027a | https://journals2.ums.ac.id/index.php/abditeknoyasa/article/download/1112/407 | ISSN: 2745-701X E-ISSN: 2745-7028 http://journals2.ums.ac.id/index.php/abditeknoyasa/
## PELATIHAN PEMBUATAN CAT TEMBOK EKSTERIOR EKONOMIS KEPADA PEMUDA DESA KUWARON KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH
Talitha Zhafira* Program Studi Teknik Sipil Universitas Semarang [email protected]
Ahmad Hakim Bintang Kuncoro Program Studi Teknik Sipil Universitas Semarang [email protected]
Kusrin Program Studi Teknik Sipil Universitas Semarang [email protected]
Retno Dewi Pramodia Ahsani Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Tidar [email protected]
* Corresponding author
## ABSTRAK
Era pembangunan sekarang ini menjadikan banyak perubahan, salah satunya adalah perubahan pada kawasan persawahan menjadi kawasan pemukiman. Masyarakat Desa Kuwaron, khususnya RT.01/RW.04 mula-mula bermayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani, akan tetapi setelah musim cocok tanam selesai, beberapa masyarakat berpindah profesi sebagai pekerja bangunan, baik di luar kota maupun di Desa Kuwaron. Beberapa masyarakat RT.01/RW.04 memiliki bekal sebagai pekerja bangunan, namun wawasan tentang pemberdayaan berkreativitas dalam hal berwirausaha di bidang pembangunan masih minin, sehingga cenderung konsumtif. Hal tersebut menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh warga. Melihat peluang usaha di tengah ramainya pembangunan perumahan di Desa Kuwaron, maka salah satu usaha yang dapat dicoba adalah membuat dan memasarkan cat dinding. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan wawasan dan keterampilan tambahan tentang pembuatan cat dinding eksterior berbahan ekonomis serta memiliki harga jual yang lebih terjangkau dibandingkan cat dinding bermerk di pasaran dengan kualitas yang hampir sama. Hasil kegiatan pelatihan ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta pelatihan mengenai cara pembuatan cat dinding eksterior. Pengetahuan awal sebelum pelatihan menunjukkan nilai sebesar 62,5% tingkat pengetahuan rata-rata peserta terkait pembuatan cat. Setelah pelatihan ternyata ada peningkatan pengetahuan peserta menjadi 87,5%. Penggunaan pewarna sintetis menghasilkan warna yang lebih konsisten dan lebih ekonomis dibandingkan pewarna alami. Proses ekstraksi yang mahal dan warna yang susah konsisten menjadikan penggunaan pewarna alami menjadi lebih mahal. Semoga dengan pelatihan ini warga Desa Kuwaron dan menambah wawasan serta kedepannya dapat meningkatkan penghasilan pribadi maupun desa tersebut.
KATA KUNCI: cat, ekonomis, eksterior, pelatihan, pemuda
Naskah dikirim 2 September 2022 Naskah direvisi 21 Desember 2022 Naskah diterima 28 Desember 2022
## PENDAHULUAN
Desa Kuwaron RT.01/RW.04 adalah salah satu desa di Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Wilayah ini masih banyak terdapat area persawahan dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Seiring berkembangnya zaman, area persawahan berkembangan menjadi kawasan pemukiman. Pembangunan pemukiman berupa perumahan mulai berkembang pesat di Desa Kuwaron. Seiring dengan hal tersebut, maka penggunaan bahan bangunan juga mengalami peningkatan, salah satunya adalah penggunaan cat dinding.
Jenis cat dinding yang sering digunakan oleh kebanyakan rumah adalah cat dengan bahan dasar air. Selain untuk keperluan keindahan tampilan rumah, cat juga berfungsi sebagai bahan pelapis yang dapat melindungi tembok rumah [1]. Pada dasarnya teknologi kimia organik dan kimia polimer merupakan teknologi yang digunakan dalam pembuatan cat.
Penggunaan pewarna alami dapat diaplikasikan untuk membentuk pigmen warna pada cat, salah satunya dengan ekstrak daun jati dan kayu secang. Karotenoid merupakan kandungan yang ada pada ekstrak daun jati yang dapat digunakan sebagai pewarna alami [2]. Tampilan warna dari bahan makanan akan
menghasilkan warna yang lembut, sedangkan pewarna sintesis menghasilkan warna yang terang [3]. Buah nanas tidak hanya digunakan sebagai pewarna, namun serat daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk bahan pengisi cat. Bahan alami seperti serat daun nanas yang mengandung zeolite-selulosa pernah digunakan untuk bahan penelitian sebagai pengisi cat tembok akrilik [4]. Penggunaan akrilik juga dapat diterapkan oleh pembuat cat berbasis Industri Kecil Mandiri (IKM) [5]. Selain itu juga pemanfaatan bahan alami dapat digunakan untuk membuat cat, seperti tapioka dan getah karet. Dengan komposisi tepung tapioka sebesar 100 gr dan getah karet 100 ml, serta dilarutkan dalam air sebanyal 250 ml, maka akan menghasilkan cata sesuai SNI [6]. Kapur merupakan salah satu bahan pengisi cat yang potensial untuk dikembangkan karena ketersediaannya yang banyak di alam [7]. Bahan alami lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan cat adalah limbah cangkang kerang [8]. Penggunaan bahan tersebut berfungsi sebagai bahan pengisi cat berupa bubuk cangkang kerang yang mengandung kapur. Banyak produk cat yang beredar adalah cat tembok dengan bahan baku kaolin [9].
Cat eksterior digunakan pada permukaan dinding rumah yang berada di luar ruangan. Kondisi alam atau cuaca seperti paparan sinar matahari dan percikan hujan dapat mempengaruhi ketahanan cat eksterior. Untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan cat eksterior, maka ditambahkan bahan sintetis berupa akrilik. Bahan binder akrilik membuat kualitas cat yang lebih baik dibandingkan dengan bahan binder poliester [10].
Kurangnya pengetahuan warga dalam membuat cat dan kemampuan melihat peluang usaha di bidang konstruksi bangunan yang menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh warga. Kondisi ramainya pembangunan perumahan di Desa Kuwaron, memunculkan salah satu peluang usaha yang dapat dicoba, yaitu membuat dan memasarkan cat dinding. Melihat bahan pembuatan cat yang cukup sederhana dan dapat dengan mudah didapatkan, maka pemberdayaan berkreativitas warga dapat dicoba dilakukan. Dengan harapan nantinya warga tidak cenderung berperilaku konsumtif. Hasil dari pembuatan cat ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kreativitas serta usaha mikro warga desa.
## METODE
## A. Solusi Permasalahan
Solusi yang ditawarkan adalah memberi pelatihan pembuatan cat dengan beberapa tahapan seperti berikut.
1. Tim pengabdian memberi penjelasan mengenai cat dinding eksterior serta kemungkinan harga jual yang bisa diterapkan pada produk ini
2. Tim pengabdian menunjukkan alat dan bahan pembuatan cat eksterior
3. Tim pengabdian memberi petunjuk proses pembuatan cat eksterior
4. Tim pengabdian mendampingi
warga mempraktekan langsung pembuatan cat eksterior
5. Tim pengabdian mendampingi pengemasan dan pemberian label pada ember cat eksterior
Proses pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1 Bagan alir solusi permasalahan
## B. Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan dalam pelatihan pembuatan cat eksterior ini adalah dengan metode presentasi, demonstrasi, serta praktek langsung. Berikut penjelasan dari metode tersebut.
1. Metode Presentasi Metode ini berisi mengenai penjelasan terkait fungsi, keunggulan, manfaat, alat dan bahan, komposisi, proses pembuatan, serta potensi harga jual yang dapat diterapkan oleh warga untuk memasarkan cat tersebut. 2. Metode Demonstrasi Metode ini bertujuan untuk memberi contoh langsung cara kerja pembuatan cat eksterior serta pewarnaan yang dapat dilakukan dengan bahan sintetis maupun bahan alami 3. Metode Praktek Langsung Metode praktek langsung adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta untuk mempraktekan hasil simulasi atau contoh demonstrasi yang telah disampaikan oleh tim sebelumnya.
Analisis Situasi dan Permasalahan Penjelasan mengenai cat eksterior Penjelasan mengenai alat dan bahan Pendampingan praktek langsung dan pengemasan serta
pemasangan label
## HASIL DAN ANALISA
## A. Pembuatan Cat dan Aplikasi Pemakaian Cat
Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 12 Juni 2022, bertempat di salah satu rumah warga Desa Kuwaron RT.01/RW.04. Peserta pada pelatihan ini adalah para pemuda Karang Taruna RT.01/RW.04 Desa Kuwaron. Di Awal pelatihan, para peserta diberikan suatu kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan awal para peserta terkait pembuatan cat tembok.
Kegiatan selanjutnya, peserta diberikan penjelasan mengenai hal-hal terkait cat dinding eksterior dengan metode presentasi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2 .
## Gambar 2 Presentasi penjelasan materi pelatihan
Pelatihan selanjutnya diberikan dengan metode demostrasi atau peragaan langsung cara membuat cat serta memberikan penjelasan mengenai alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan hanya berupa ember untuk tempat mengaduk, serta bor listrik untuk alat pengaduknya. Alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3 .
## Gambar 3 Alat tempat pengaduk berupa ember
Bahan berupa kapur cukup mudah didapatkan dari sekitar Desa Kuwaron. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembangunan pabrik semen di sekitar Desa Kuwaron
yang memanfaatkan material kapur yang tersedia di Kawasan tersebut untuk dijadikan bahan baku pembuatan semen. Di sekitar Desa Kuwaron mudah untuk mendapatkan daun jati karena dekat dengan kawasan hutan jati yang berada di Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Lokasi Desa Kuwaron juga terdapat banyak penjual makanan laut, salah satunya adalah kerang. Sisa cangkang kerang tidak dimanfaatkan oleh penjual dan hanya digunakan untuk menimbun bagian jalan sekitar yang berlubang. Beberapa lokasi sawah yang berada di sekitar Desa Kuwaron dimanfaatkan sebagai perkebunan buah, salah satunya buah nanas ketika musim kemarau. Kayu secang merupakan bahan alami yang mudah ditemukan di Desa Kuwaron, bahkan masih dalam bentuk lonjoran kayu. Sehingga bahan-bahan yang disebutkan tersebut menjadi potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan cat. Dengan sumber bahan yang dekat dan mudah didapatkan, maka akan menekan harga bahan serta produksi. Bahan-bahan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4 .
## Gambar 4 Bahan dan alat pengaduk
Proses pembuatan cat sangat mudah dilakukan, yaitu hanya dengan cara mengaduk semua bahan sesuai dengan takaran dan urutan yang sesuai. Proses demonstrasi pembuatan cat dapat dilihat pada Gambar 5 .
Gambar 5 Demonstrasi pembuatan cat
Kegiatan terakhir adalah praktek yang dilaksanakan oleh peserta. Kegiatan ini juga dilaksanakan pemasangan label serta uji coba langsung aplikasi pemakaian cat hasil pelatihan. Foto kegiatan praktek langsung dapat dilihat pada Gambar 6 .
## Gambar 6 Proses praktek langsung
Beberapa warna telah diterapkan pada sampel cat yang telah dibuat. Warna sintetis yang dicoba untuk dibuat berupa warna merah, biru, hitam, dan kuning. Sedangkan penerapan warna alami berupa warna merah yang bersumber dari ekstrak kayu secang. Perbandingan warna merah sintetis dengan warna merah alami pada penerapan cat tembok dapat dilihat pada Gambar 7.
## Gambar 7 Hasil pembuatan cat
Terlihat perbandingan warna yang cukup mencolok antara warna merah sintetis dengan warna merah kayu secang. Takaran yang sama diterapkan pada semua cat, namun warna yang dihasilkan oleh pewarna alami tidak
bisa secerah pewarna sintetis. Jika dibandingkan secara harga, maka pewarna alami dengan berat yang sama memiliki harga yang lebih mahal.
Penggunaan pewarna alami pada campuran cat ternyata menyebabkan harga cat tidak bisa menjadi ekonomis. Susahnya ekstraksi dan konsistensi pada pewarna alami mengakibatkan meningkatnya harga produksi cat. Sehingga untuk awal usaha maka lebih baik digunakan warna sintetis karena harga lebih murah dan konsistensi warna yang bagus. Harga cat berbahan ekonomis dengan pewarna sintetis dapat dijual dengan harga sekitar Rp25.000,- per 5 kg. Sedangkan cat dengan pewarna sintetis dapat dijual dengan harga sekitar Rp45.000,-. Harga tersebut sudah lebih murah dibandingkan dengan cat tembok yang telah ada dipasaran dengan harga rata-rata mencapai Rp50.000,- per 5 kg.
Untuk peresmian cat hasil produksi para peserta pelatihan, maka dilakukan pemberian nama untuk merek dagang cat tersebut. Pemberian label cat disepakati dengan nama Kuwaron Jaya Paint. Nama tersebut merupakan representasi dari nama daerah asal pembuatan cat, yaitu Desa Kuwaron. Kemudian ditambahkan sebuah slogan yang berisi harapan yang ingin dicapai oleh penjualan cat tersebut, yaitu Jaya.
## Gambar 8 Pemberian label pada kemasan cat
Aplikasi penggunaan cat dilakukan di salah satu perumahan yaitu Perumahan Jagansari Residence yang dikembangkan oleh PT. Tazha Kurnia Megah. Pihak pengembang telah bersedia untuk menggunakan cat hasil buatan warga Desa Kuwaron sebagai cat eksterior mereka. Pengaplikasian cat dilakukan sebanyak 3 lapis
Warna Merah Kayu Secang Warna Merah Sintetis
agar warna yang dihasilkan dapat maksimal. Penggunaan cat pada tembok eksterior rumah dapat dilihat pada Gambar 9 hingga Gambar 11.
Gambar 9 Kondisi awal lokasi sebelum dicat Gambar 10 Proses pengecatan
## Gambar 11 Hasil pengecatan
## B. Hasil Kuesioner Tingkat Pemahaman Peserta
Pada awal pelatihan peserta diberikan kuesioner berupa beberapa pertanyaan seperti, apakah anda pernah membuat, mengetahui bahan, mengetahui proses pembuatan, komposisi mengaplikasikan, dan harga cat tembok yang ada di pasaran. Peserta yang hadir pada pelatihan ini sebanyak 10 orang pemuda. Mereka merupakan anggota Karang Taruna RT.01/RW.04 Desa Kuwaron. Rata-rata mereka masih
sedang menempuh Pendidikan sekolah menengah atas. Kemudian di akhir sesi pelatihan, untuk bahan evaluasi pelaksanaan, maka diberikan lagi kuesioner untuk menilai tingkat pemahaman peserta setelah pelatihan. Dari kedua kuesioner didapatkan nilai rata-rata pengetahuan sebelum pelatihan adalah 62,5% dan setelah pelatihan terdapat peningkatan menjadi 87,5% untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai cat dinding. Hasil persentase kuesioner dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini.
## Gambar 11 Hasil persentase kuesioner
## KESIMPULAN
Pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekitar kita dapat dilakukan untuk dijadikan peluang usaha. Pengetahuan yang cukup untuk mengelola sumberdaya tersebut menjadi faktor utama dalam merealisasikan peluang tersebut. Berdasarkan hasil kuesioner yang diterapkan pada pelatihan ini menunjukkan bahwa adanya penambahan pengetahuan dan kemampuan peserta terkait pembuatan cat tembok. Dengan pencapaian tersebut diharapkan kedepannya dalam penjualan cat bisa berjalan dengan baik. Kegiatan promosi seperti menawarkan produk kepada beberapa pengembang perumahan, merupakan langkah awal dalam memperkenalkan kualitas dan daya saing dari produk cat telah dibuat. Kemudian pemasaran juga dapat dilakukan dengan cara menitipkan produk cat ke beberapa toko bangunan yang ada di sekitar Desa Kuwaron. Selain itu juga dengan adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) maka dapat menjadi produk yang ditawarkan melalui media tersebut. Namun untuk awal usaha disarankan menggunakan bahan pewarna sintetis agar dapat menekan harga produksi. Penggunaan warna alami kedepannya dapat dilakukan dengan promosi sebagai cat tembok eksterior premium, sehingga harga yang lebih mahal tetap akan menjadi pertimbangan oleh para konsumen untuk membeli.
62,5% 87,5% 0 20 40 60 80 100 Sebelum Pelatihan Setelah Pelatihan Ti ng kat P eng et ahuan (% ) Pengetahuan Presentase Hasil Kuesioner
## UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kami sampaikan kepada LPPM USM selaku pemberi dana dari kegiatan ini. Terimakasih juga untuk para warga Desa Kuwaron serta pihak-pihak yang membantu sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] D. A. I. Prameswary, “Rancang Bangun Alat Pencampur Cat Tembok Otomatis Berbasis Personal Computer ( PC ) ( Bagian II),” Universitas Airlangga, Surabaya, 2016.
[2] S. Effendy, A. Yulianto, and I. Yulianti, “Uji Sifat Fisik Cat Tembok yang Memanfaatkan pigmen warna Alami dari Daun Jati,” Sainmatika J. Ilm. Mat. dan Ilmu Pengetah. Alam , vol. 16, no. 1, pp. 9–15, 2019, doi: 10.31851/sainmatika.v16i1.3125.
[3] S. R. Patriani and Herlina, “Analisis Penerapan Cat Air dari Bahan Makanan Terhadap Karya Lukis Mahasiswa Seni Rupa UNIPA Surabaya,” Buana Pendidik. J. Kegur. dan Ilmu Pendidik. , vol. 14, no. 25, pp. 74–82, 2018, doi: https://doi.org/10.36456/bp.vol14.no25.a1466.
[4] R. Istinanda, Harlia, and A. H. Alimuddin, “Sintesis Dan Karakterisasi Komposit Zeolit- Selulosa dari Serat Daun Nanas (Ananas Comosus Merr) sebagai Bahan Pengisi Cat Tembok Emulsi Akrilik,” J. Kim. Khatulistiwa , vol.
7, no. 3, pp. 1–9, 2018.
[5] D. Cahyadi and D. F. Puspita, “Pengembangan Formulasi Cat Tembok Emulsi Berbahan Acrylic untuk Meningkatkan Daya Saing IKM,” J. Teknol.
Bahan dan Barang Tek. , vol. 4, no. 1, pp. 1–6, 2014, Accessed: Dec. 21, 2022. [Online]. Available:
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/articl e.php?article=1296798&val=17448&title=Peng embangan Formulasi Cat Tembok Emulsi Berbahan Acrylic untuk Meningkatkan Daya Saing IKM.
[6] A. Rifaldhi, “Pembuatan Cat Tembok dari Getah Karet (Hevea Brasilinsis),” Politeknik Negeri Palembang, Palembang, 2015.
[7] A. Rahman and F. Mulana, “Studi Pembuatan Cat Tembok Emulsi dengan Menggunakan Kapur
sebagai Bahan Pengisi,” J. Rekayasa Kim. Lingkung. , vol. 10, no. 2, pp. 63–69, 2014, doi: 10.23955/rkl.v10i2.2421.
[8] R. Fitriani, Zulfiani, and E. N. Lydia, “Pemanfaatan Cangkang Kerang Sebagai Bahan Baku Pembuatan Cat Kapur di Gampong Kuala Langsa,” Glob. Sci. Soc. J. Ilm. Pengabdi. Kpd. Masy. , vol. 3, no. 2, pp. 211–218, 2021.
[9] A. L. Ola, “Pemanfaatan Kaolin dalam Pembuatan Cat Tembok Menggunakan ‘Emulsifier’ Na- Silikat dan Perekat Polivinil Asetat,” J. Ris. Teknol. Ind. , vol. 11, no. 1, pp. 59– 65, 2017, doi: 10.26578/jrti.v11i1.2787.
[10] B. Kurniawan, “Pengaruh Penggunaan Binder Akrilik Dan Poliester Terhadap Kualitas Cat Tembok Sesuai SNI,” Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013.
|
d1b1acb1-3047-4ded-bb98-d5737e18b6d9 | https://journal.unpar.ac.id/index.php/BinaEkonomi/article/download/822/806 |
## EFEK BULAN JANUARI (THE JANUARY EFFECT)
## Felisca Oriana Surjoko
Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan
## Abstract
The dynamics of stock market could be an opportunity for investor to earn profit form their portfolio. Investors who actively observe the stock price movement find certain phenomena called anomaly. It is happened when the stock prices move unreasonable. Those events can be a moment to earn abnormal returns. January effect happens when the stock prices rise in January compared to other months. This becomes an opportunity for investors to gain abnormal returns by selling their shares when prices go up. Several previous studies have been conducted to prove the existence of the January effect in some stock markets. But not a few people deny the existence of January effect. The controversy of the January effect existence brings some changes in investor behavior. There is no guarantee that the anomalous moment will be profitable for investors therefore investors need to be careful. Implementing good strategic timing of buying and selling is a key success to gain return from this phenomena.
Keywords: anomaly, january effect, abnormal return
## Pendahuluan
Dinamika pasar modal dapat menjadi peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan berinvestasi. Investor perlu melakukan analisa pasar dan profil saham di pasar modal sebelum pengambilan keputusan. Investor yang aktif mengamati pergerakan harga saham akan menemukan fenomena-fenomena tertentu (anomali) yang dapat dijadikan momen untuk mendapatkan abnormal return dari portfolio investasi mereka. Kondisi anomali tersebut mungkin terjadi baik pada saham-saham tertentu atau pada pasar secara keseluruhan. Salah satu penyebab anomali yang terjadi pada saham-saham tertentu antara lain adanya corporate action dari emiten yang menimbulkan baik sentimen positif atau negatif di antara pelaku pasar yang mendorong pergerakan tidak wajar harga dan atau volume perdagangan saham tersebut. Dalam hal ini, Bursa Efek Indonesia sudah memiliki suatu indikator pergerakan saham tidak wajar dengan mengkategorikan saham tersebut ke dalam Unusual Market Activity (UMA) dan berpotensi diberhentikan transaksi perdagangannya untuk sementara waktu ( suspend ).
Anomali yang terjadi pada pasar secara keseluruhan disebabkan karena indeks harga saham gabungan pada suatu bursa bergerak tidak
wajar. Beberapa alasan penyebab terjadinya pergerakan indeks yang tidak wajar tersebut antara lain efek hari libur ( holiday effect ), anomali menjelang tutup tahun ( Window Dressing ), dan anomali yang terjadi pada awal tahun yang dikenal dengan January Effect, serta pengaruh ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan indeks harga saham di negara lain. Tidak ada jaminan bahwa momen anomali pasar ini akan menguntungkan investor oleh karena itu investor perlu berhati-hati dan penerapan strategi timing jual beli yang tepat menjadi kunci keberhasilan investor dalam memanfaatkan anomali tersebut.
## The January Effect
Tahun baru merupakan periode baru bagi investor untuk mengevaluasi portfolio mereka dan mengambil keputusan untuk menanamkan kembali modal di pasar saham setelah pada bulan Desember mereka menjual saham dalam rangka menghindari/ mengurangi beban pajak ( tax-loss selling ) dan merealisasikan capital gain. “ January effect refers to the anomalous behavior of the average stock returns during the last five trading days in December and the first week of January .” (Keim, 1983). January effect merupakan anomali pada pasar saham dimana harga saham meningkat pada bulan Januari dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Hal ini membuka peluang bagi investor untuk mendapatkan abnormal return dengan menjual kepemilikan saham mereka saat harga naik di bulan Januari. Beberapa teori menjelaskan penyebab terjadinya anomali tersebut, antara lain:
Mendekati akhir tahun, banyak investor menjual saham-saham yang berkinerja buruk untuk meminimalisasi kerugian mereka (mengamankan dana) dan melakukan aksi beli kembali saham pada bulan Januari dengan proyeksi harga saham yang lebih tinggi sehingga mendorong naiknya harga saham (Ritter, 1988)
Pembayaran bonus akhir tahun yang diterima saat bulan Januari, sehingga bonus tersebut dapat digunakan untuk membeli saham di awal tahun.
Pada akhir bulan Desember, manajer reksa dana akan membeli saham-saham yang dianggap berprestasi selama tahun tersebut dalam rangka memperbaiki portfolio investasi mereka di laporan tahunan yang diberikan kepada pemegang saham / window dressing (Lakonishok, et al, 1988). Permintaan dari investor institusi tersebut akan mendorong harga lebih tinggi di awal tahun.
Pandangan investor terhadap bulan Januari sebagai awal tahun untuk berinvestasi dengan prospek yang lebih baik menyebabkan indeks gabungan pada 20 bursa saham terbesar di dunia mengalami peningkatan pada Januari 2013. Tabel dibawah ini menyajikan gambaran peningkatan persentase indeks gabungan tersebut. Peringkat negara
ditentukan berdasarkan total nilai perusahaan yang diperdagangkan di masing-masing negara.
Dapat dilihat pada tabel, mayoritas bursa saham mengalami peningkatan indeks mulai dari 2% hingga 7,2%, kecuali untuk indeks gabungan saham Brazil (-2%) dan Korea Selatan (-1,8%).
Gambar 1: Perubahan Indeks Gabungan Bulan Januari 2013 di 20 Bursa Saham Terbesar
Sumber: Bloomberg, World Bank
Fenomena January Effect telah lama menjadi topik pembahasan yang menarik untuk diteliti. Fenomena anomali ini pertama kali diamati oleh Sidney B. Wachtel pada tahun 1940. Sidney menemukan bahwa saham dengan kaptalisasi pasar rendah ( small-caps ) mengalami peningkatan harga pada bulan Januari. Saham dengan kapitalisasi pasar rendah ( small-caps ) akan lebih cepat berfluktuasi dibandingkan dengan saham kapitalisasi menengah ( mid-caps ) dan besar ( big-caps ) karena untuk menggerakkan harga saham kapitalisasi pasar rendah diperlukan volume dan nilai transaksi yang relatif tidak sebesar saham kapitalisasi pasar menengah dan besar.
Selanjutnya, Rozeff dan Kinney (1976) menemukan bukti rata- rata return pasar saham Amerika (New York Stock Exchange) tahun 1904 hingga 1974 meningkat pada bulan Januari dibandingkan dengan bulan lainnya. Rata-rata return pasar saham bulan Januari sebesar 3,48%, sedangkan rata-rata return ke-11 bulan lainnya hanya sebesar 0,42%. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Reinganum (1983) dan Roll
(1983) mendukung bukti yang ditemukan oleh Sidney B. Wachtel, antara lain January Effect merupakan fenomena saham dengan kapitalisasi rendah ( small-caps ).
Terjadinya January Effect masih menjadi bahan perdebatan dikalangan para investor dan para peneliti. Efek bulan Januari tersebut ternyata tidak selalu terwujud, hal ini dibuktikan dengan adanya saham kapitalisasi rendah pada NYSE yang returnnya ternyata lebih rendah ( underperformed ) dibandingkan dengan saham kapitalisasi lebih tinggi pada tahun 1982, 1987, 1989, dan 1990.
Elfakhani & Zaher (1998:29-40) menjelaskan bahwa January effect tidak dapat ditunjukkan dalam penelitiannya selama periode 59 bulan dari tahun 1986 sampai 1990 di New York Stock Exchange dan American Stock Exchange. Mereka menemukan bahwa abnormal return justru terjadi pada bulan Maret.
Dibawah ini merupakan grafik yang menunjukkan perbandingan rata-rata return saham kapitalisasi rendah ( small-cap ) dengan saham kapitalisasi tinggi ( large-cap ) setiap bulan (Januari hingga Desember) tahun 1995 hingga 2004. Indeks Russel 2000 digunakan untuk mengukur saham small -cap dan indeks S&P 500 digunakan untuk mengukur saham large-cap .
Gambar 2: Perbandingan Rata-rata Return Saham Small-cap & Large- cap Amerika Bulan Januari Tahun 1995 hingga 2004
## Sumber: www.chartoftheday.com
Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa saham small-cap memiliki rata-rata return lebih kecil dibandingkan large-cap dan hal ini tidak mendukung hasil penelitian yang menyatakan saham small-cap berkinerja lebih baik dibandingkan saham large-cap pada bulan Januari akibat efek anomali Januari. Grafik tersebut menggambarkan justru pada bulan Februari dan Desember return saham small-cap signifikan unggul dibandingkan large-cap . Hal ini terjadi karena perubahan perilaku investor terkait fenomena tersebut.
Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa return bulan Januari memiliki hubungan yang kuat dengan return bulan-bulan yang lainnya (Cooper, et al, 2005). Jika bulan Januari terdapat return positif maka pada bulan lainnya diprediksi terdapat return yang melebihi nilai pada bulan Januari. Selanjutnya Cooper menjelaskan bahwa variabel risiko siklus bisnis, otokorelasi waktu, siklus presidensial, dan sentimen pasar tidak dapat menjelaskan January effect ini. Hal ini menjadi alasan mengapa fenomena January effect masih sulit untuk dijelaskan.
Gambar 3: Perbandingan Return Indeks S&P 500 Selama 85 Tahun (Periode 1987 s.d. 2009)
(Return Bulan Januari, 1 tahun, dan Return ke-11 Bulan Lainnya)
Sumber: www.allfinancialmatters.com
Gambar 4: Ringkasan Gambar 3
## Sumber: www.allfinancialmatters.com
Gambar 3 dan gambar 4 merupakan hasil pengamatan terjadinya January Effect selama 85 tahun (periode 1987 hingga 2009) pada indeks S&P 500 di pasar saham Amerika. Berdasarkan gambar 4, ringkasan olah data selama 85 tahun menunjukkan peristiwa terjadinya return Januari positif dan return selama 1 tahun negatif hanya terjadi 8 kali. Fenomena yang paling banyak terjadi adalah return Januari positif dilanjutkan dengan positifnya return selama 1 tahun (45 kejadian). Fakta ini menarik karena menunjukkan adanya korelasi January Effect terhadap return tahunan indeks S&P 500.
January effect mungkin saja terjadi di pasar saham di setiap negara, termasuk Indonesia. Penelitian January Effect pada Bursa Efek Indonesia telah banyak dilakukan di Indonesia. Sukmawati S dan Daniel H (2001) melakukan penelitian di BEJ menemukan tidak terjadi January effect selama periode 1996-2000 untuk sektor manufaktur tetapi adanya perbedaan return pada bulan Januari dibandingkan bulan lainnya. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dida Anida (2006) pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 mengindikasikan adanya January Effect. Hal ini terbukti dengan adanya return positif pada bulan Januari dan adanya abnormal return tertinggi pada bulan Januari. As’adah (2009) menguji pengaruh January Effect pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2003 hingga 2008. Hasil uji tersebut menemukan tidak terdapatnya January Effect dilihat dari abnormal return maupun volume perdagangan
## Penutup
Keberadaan January Effect masih menjadi area abu-abu bagi investor untuk mengambil keputusan terkait dengan komposisi portfolio mereka. Beberapa peneliti telah membuktikan adanya fenomena tersebut, di lain pihak banyak peneliti lain yang meragukannya. Kontroversi keberadaan January Effect ini membawa perubahan perilaku investor di sejumlah pasar saham. Dalam kondisi anomali pasar dimana harga saham mengalami kenaikan, maka investor diuntungkan karena mengoptimalkan nilai portfolio mereka. Berbagai pendapat mengenai fenomena January Effect dapat menjadi input bagi investor untuk menganalisa kondisi pasar.
## Daftar Pustaka:
As’adah, Luluk. 2009. “Pengaruh January Effect terhadap Abnormal Return dan Volume Perdagangan pada Saham di Jakarta Islamic Index (JII).
Anida, Dida. 2006. Pegujian January Effect di BEJ , Skripsi FE UTY-
Yogyakarta
Cooper, M.J., John J. McConnell & Alexei V.Ovtchinnikov. 2005. The Other January Effect. Journal of Financial Economics: Volume 82, pp.315- 341.
Elfakhani, S. & Tarek Zaher. 1998. Differential Information Hypothesis, Firm Neglect and the Small Firm Size Effect. Journal of Financial and Strategic Decisions: Volume 11, No.2, pp.29-40. January’s Stock Temptation. The New York Times. January 28, 2014. Keim, D.B., 1983. "Size-related anomalies and stock return seasonality:
Further empirical evidence", Journal of Financial Economics 12 (1), pp.13-32
Lakonishok, Josef and Seymour Smidt. 1988. “Are Seasonal Anomalies Real? A Ninety-Year
Perspective,” Review of Financial Studies, vol. 1, no. 4 (Winter): 403-425.
Reinganum, Marc R. 1983. “The Anomalous Stock Market Behavior of Small Firms in January:
Empirical Tests for Tax-Loss Selling Effects,” Journal of Financial Economics, vol. 12, no. 1 (June): 89-104.
Ritter, Jay, R 1988. “The Buying and Selling Behavior of Individual Investors at the Turn of the Year,” Journal of Finance, vol. 43, no. 3 (July): 701-719.
Roll, Richard. 1983. “Vas ist das? The Turn of the Year Effect and the Return Premia of Small Firms,” Journal of Portfolio Management , vol. 9, no. 2 (Winter): 18-28.
Rozeff, Michael S. and Willian R. Kinney, Jr. 1976. “Capital Market Seasonality: The Case of Stock Returns,” Journal of Financial Economics, vol. 3, no. 4 (October): 379-402. Siegel, Jeremy J.: Stocks for the Long Run (Irwin, 1994) pp. 267–274 Sukmawati, S., dan Hermawan, Daud. Pengujian January Effect Terhadap Return Saham Manufaktur . Jurnal Empirika, No.28,
Desember 2001. Hal. 183-204. http://economy.okezone.com/read/2011/01/03/226/409673/redirect http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2008/10/02/ AR2008100203726.html http://www.investinganswers.com/financial-dictionary/stock- market/january-effect-967 http://www.nytimes.com/interactive/2013/02/01/business/As-January-Goes- So-Goes-the-Year.html?_r=0 http://allfinancialmatters.com/2011/02/01/85-years-of-the-january-effect/ http://www.chartoftheday.com
|
e0376a7b-b554-48f4-a0af-c1f588a8f792 | https://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi/article/download/32519/17951 | Analisis Tekanan dan Jumlah Pompa untuk Menginjeksi 35000 BWPD di Echo Flow Station Milik Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java (ONWJ)
*Eflita Yohana a , M.S.K Tony Suryo Utomo a , Mohamad Endy Yulianto b , Karina Nur Adhiriva a a Dosen Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
b Dosen Sekolah Vokasi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, SH. Kampus UNDIP Tembalang Semarang 50239 *Email : [email protected]
## Abstract
Waterflooding is a method of injecting fluid in the form of water into reservoir, which will then push the oil in the reservoir layer to get into the production well. One of the main components of water flooding is pump. Pump is a mechanical device driven by an energy source, where there is an impeller as the fluid inlet. Impeller is a part of water pump which functions to convert and translates mechanical energy into pump power, and due to efficiency (losses due to fluid friction appears) because of changes on flow direction in impeller blades. On several waterflooding equipments owned by PHE ONWJ, some damages could be found, thus waterflooding had been brought to a halt and causes a decline in oil production rate. Hence, PHE ONWJ reactivates waterflood in Echo Flow Station in order to increase oil production rate. The purpose of this research is to calculate the pressure values generated by seawater injection pump with capacity of 35,000 BWPD. Water is injected into production well to increase oil production rate. Moreover, this research also calculates the number of pumps required, in accord with the pumps available in Echo Flow Station. Using analytic methods in the form of calculations and curve reading, the result shows that two out of four available pumps are required for running, and P_discharge value of 980,556 psig to inject water to oil production well is obtained.
Keyword: injection, cavitation, centrifugal pump, waterflood.
## Abstrak
Waterflooding adalah metode menginjeksikan fluida berupa air ke dalam reservoir, yang diharapkan akan mendorong minyak yang ada pada lapisan reservoir untuk sampai kesumur produksi. Salah satu komponen utama dari waterflooding adalah pompa. Pompa merupakan peralatan mekanik yang digerakkan oleh suatu sumber tenaga, dimana terdapat impeller sebagai penghisap fluida masuk. Impeller adalah bagian pada pompa air yang berfungsi untuk mengubah energi mekanik dan kemudian diteruskan pada daya pompa, dan akibat adanya efesiensi (timbul kerugian berupa gesekan cairan) karena perubahan arah aliran yang terdapat pada sudu-sudu impeller. Pada beberapa equipment waterflooding milik PHE ONWJ terdapat beberapa kerusakan, sehingga kegiatan waterflooding dihentikan, dan menyebabkan menurunnya hasil produksi minyak. Oleh karena itu PHE ONWJ melakukan reaktivasi waterflood di Echo Flow Station untuk kembali meningkatkan hasil produksi minyak di lapangan. Tujuan penelitian ini melakukan perhitungan nilai tekanan yang dihasilkan dari sea water injection pump dengan kapasitas air sebesar 35000 BWPD. Air diinjeksikan ke sumur produksi untuk meningkatkan hasil produksi dari minyak. Selain itu penelitian ini juga menghitung kebutuhan pompa yang akan digunakan dari ketersediaan pompa yang ada di lapangan Echo Flow Station . Dengan menggunakan metode analitik berupa perhitungan dan membaca kurva, hasilnya pompa yang dibutuhkan untuk running adalah 2 unit pompa dari 4 unit yang tersedia, dan didapatkan nilai 𝑃 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 sebesar 980,556 psig untuk penginjeksi air ke sumur produksi.
Kata kunci: injeksi, kavitasi, pompa sentrifugal, waterflood.
## Nomenklatur
SG Specific Gravity 𝝆 Densitas ( 𝒌𝒈 𝒎 𝟑 ⁄ ) V Kecepatan Aliran Fluida (ft/s) Q Debit Fluida (BWPD) d Diameter dalam pipa (inch) Re Bilangan Reynold 𝝁 Viskositas dinamik H Differensial Head (ft) 𝑷 Tekanan pada pompa (psig) 𝑩𝑯𝑷 Brake Horse Power (Hp)
𝒆 Efisiensi Pompa 𝑷 𝒘 Hidraulic Power (Hp) 𝑵𝑷𝑺𝑯 𝒂
Net Positive Suction Head Available 𝑵𝑷𝑺𝑯 𝒓 Net Positive Suction Head Requirement
𝒏 𝒔 Kecepatan Spesifik ( 𝒎 𝟑 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕 ⁄ )
𝝈 Koefisien Kavitasi
## 1. Pendahuluan
Untuk menghasilkan produksi minyak, electrical submersible pump (ESP) sering digunakan karena mempunyai laju alir yang besar. Pompa jenis ini memiliki dua komponen utama, terdiri dari impeller dan diffuser . ESP berfungsi unutuk mengambil minyak sampai batas ekonomisnya. Pengambilan minyak dilakukan di dalam reservoir yang berada jauh di dasar laut.
Turunnya laju produksi minyak disebabkan oleh produksi minyak secara terus – menerus, yang juga mengakibatkan turunnya tekanan reservoir. Karena turunnya tekanan, maka cadangan minyak masih tersisa di celah – celah bebatuan. Untuk itu perlu adanya tindakan mengambil sisa-sisa cadangan minyak tersebut. Tahap kedua disebut secondary oil recovery yang digunakan apabila suatu reservoir mendekati batas ekonomis melalui perolehan tahap pertama. Oleh karena itu diperlukan perlakuan yang disebut injeksi waterflooding [1]. Metode waterflooding dilakukan dengan cara menginjeksikan air ke dalam reservoir dan diharapkan dapat mendorong minyak yang tertinggal pada celah – celah bebatuan dalam reservoir sehingga mampu menggiring minyak ke sumur produksi dan sampai ke permukaan [2].
Dalam pelaksanaannya, proyek injeksi air diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pressure maintenance dan secondary recovery . Pressure maintenance umumnya dilaksanakan pada saat energi pendorong reservoir masih cukup besar untuk mengalirkan minyak ke permukaan dan laju produksi masih tinggi. Hal ini dilakukan agar tekanan reservoir sebagai energi pendorong tetap dalam kondisi yang tinggi. Sedangkan pada secondary recovery , injeksi air dilakukan pada saat tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi mendorong minyak dengan tenaga alamiahnya sendiri dan laju produksinya sudah rendah. Hal ini dilakukan untuk mendesak cadangan minyak sisa yang masih tertinggal dalam reservoir ketika tahap awal produksi dilaksanakan [3].
PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java merupakan salah satu anak perusahaan milik PT. Pertamina persero sebagai penghasil minyak dan gas bumi. Injeksi waterflooding juga dipakai oleh PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java sebagai salah satu metode untuk pemanfaatan air sebagai penginjeksi untuk penanggulangan masalah penurunan produksi akibat turunnya tekanan reservoir [4]. Karena tingkat kesadahan air laut cukup tinggi, mengakibatkan beberapa equipment mengalami korosi dan menyebabkan bocornya pipa-pipa di dasar laut, untuk itu sistem waterflood di Echo flow station dihentikan sementara waktu. Terhentinya penginjeksian air sehingga produksi minyak pun ikut turun, maka Pertamina ONWJ melakukan reaktivasi kembali sistem waterflood dengan mengganti pipa-pipa yang mengalami kebocoran dan mengganti equipment yang mengalami kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kalkulasi ulang guna menghitung performa pompa berupa head, efisiensi, BHP, dan hydraulic power pompa untuk menginjeksikan air sebesar 35000 BWPD ke sumur injeksi dan mengitung NPSHa dan NPSHr untuk identifikasi kavitasi pada pompa.
## 2. Material dan metodologi penelitian
Metode analitik digunakan untuk mengolah data yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan pompa sentrifugal 6 tingkat sebagai media yang dianalisis. Pompa sentrifugal merupakan peralatan dengan komponen yang sederhana. Pompa sentrifugal mengubah energi kecepatan menjadi energi tekanan. Perubahan n energi n terjadi n karena n dua n bagian utama n pompa, n impeller n dan n volute n atau difuser. n Impeller adalah bagian berputar yang mengubah energi dari penggerak n menjadi n energi n kinetik. n Volute n atau n difuser n adalah n bagian n tak n bergerak n yang n mengubah n energi kinetik menjadi i energi i tekan [5]. Gambar 1 merupakan bagian-bagian pada pompa sentrifugal [6].
A Stuffing Box B Packing C Shaft D Shaft Sleeve E Vane F Casing G Eye of Impeller H Impeller
I Casing wear ring
J Impeller K Discharge nozzle A B C D E F G H I J K
Dari n hasil n perhitungan bilangan Reynold dapat menentukan jenis aliran laminar atau turbulen. m Setelah m diketahui jenis alirannya, dilakukan n perhitungan jumlah kebutuhan pompa untuk menginjeksikan 35000 BWPD dengan kapasitas masing – masing pompa yang telah ada. Sebelum melakukan penelitian, perlu mengidentifikasi jalur-jalur penginjeksian air di echo flow station . Gambar 2 menunjukan skema penginjeksian air di echo flow station [7].
Gambar 2. Skema penginjeksian air di Echo flow station [7]
Gambar 3 merupakan equipment layout penginjeksian air di lapangan Echo flow station, equipment waterflood terdiri dari 3 buah feed pump yang disusun secara parallel, 1 buah deaerator, 2 buah booster pump, dan 4 buah sea water injection yang nantinya akan di injeksikan ke sumur injeksi EF, EJ, ED, EB. [7].
EB ED EA ESER EF EJ E COM EPRO
Penelitian ini, hanya dibatasi pada sea water injection pump saja, yaitu pada section 4 . Pompa yang digunakan dalam penginjeksian ini disusun secara parallel dengan kapasitas masing-masing pompa sebesar 560 USgpm, diameter impeller 6 inch, 𝑷 𝒔𝒖𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 maksimum sebesar 184 psig, dengan specific gravity (SG) fluida sebesar 1.023, dan viskositas kinematik sebesar 1 cSt.
Persamaan 1 merupakan persamaan untuk mencari nilai Specific Gravity (SG), yang digunakan untuk mencari nilai densitas dari liquid. Kecepatan linier didapat dengan menggunakan Persamaan 2, dan Persamaan 3 digunakan untuk menghitung nilai bilangan Reynold dengan 𝝆 adalah densitas fluida, V adalah kecepatan rata-rata aliran, D adalah diameter pipa dan 𝝁 merupakan viskositas dinamik fluida air laut [8].
𝑺𝑮 = 𝝆𝒛𝒂𝒕 𝒄𝒂𝒊𝒓
𝝆𝒂𝒊𝒓 (1)
𝑽 = 𝟎.𝟎𝟏𝟐 .𝑸 𝒅𝟐
(2)
𝑹𝒆 = 𝝆.𝒅.𝑽 𝝁 = 𝒅.𝑽 𝒗𝒌𝒊𝒏𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒌
(3)
Gambar 4 dan 5 merupakan kurva dari vendor pompa yang digunakan pada SWI pump di Echo Flow Station sebagai acuan untuk menentukan efisiensi dan differential head dengan meninjau jumlah fluida yang akan diinjeksikan yaitu sebesar 35.000 BWPD [9].
Gambar 4. Kurva Efisiensi Injection Pump [9]
Gambar 5. Kurva Differential Head Injection Pump [9] H ea d - ft Capacity - USgpm H ea d - ft Capacity - USgpm E ff ic ie n c y E ff ic ie n c y
Persamaan 4 digunakan untuk menentukan nilai tekanan yang keluar dari sea water injection pump untuk menginjeksikan air ke sumur injeksi. Selanjutnya untuk menghitung BHP ( Brake Horse Power ) dan Hidraulic Power digunakan persamaan 5 dan 6 [8].
𝑯 = 𝑷 𝒅𝒊𝒔𝒄𝒉𝒂𝒓𝒈𝒆 −𝑷 𝒔𝒖𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏
(4) 𝑩𝑯𝑷 = 𝑸.𝑯.𝑺𝑮 𝟑𝟗𝟔𝟎.𝒆 (5)
𝑷 𝒘 = 𝑸.𝑯.𝑺𝑮 𝟑𝟗𝟔𝟎 (6)
NPSHa i dan i NPSHr i pompa dihitung i untuk i mengetahui i kemampuan pompa beroperasi. Parameter pompa tidak mengalami kavitasi adalah nilai NPSHa harus lebih besar nilainya dari NPSHr.
NPSHa n adalah n tekanan n maksimum n pada n sisi n hisap n yang n bernilai n positif [10].
NPSHr n adalah n head n pada n sisi n hisap pompa yang terletak pada centerline impeller n di n atas n tekanan n uap n jenuh n fluida [11]. m Perhitungan n dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari Technical Note milik Pertamina Hulu Energy Offshore Northwest Java sebagai berikut :
n (jumlah tingakt pada pompa)
: 6 Q ( flowrate ) : 35000 BWPD = 3,86 𝒎 𝟑 𝒎𝒊𝒏 ⁄ Head Total : 1750 ft = 533.4 m 𝑯 𝑵 ( Head Total /n) : 88.9 m n : 3560 rpm T : 60 F = 15.56 o C NPSHa : 424 ft = 129.235 m
NPSHr didapat dengan mencari nilai kecepatan spesifik ( 𝒏 𝒔 ) pada persamaan 7, dan nilai koefisien kavitasi ( 𝝈 ) dengan meninjau grafik hubungan antara nilai kecepatan spesifik ( 𝒏 𝒔 ) dengan koefisien kavitasi ( 𝝈 ) seperti yang ditunjukan pada Gambar 6 [12]. Setelah mendapat nilai koefisien kavitasi, dapat mencari nilai NPSHr dengan menggunakan persamaan 8 di bawah ini [8]. Setelah mendapatkan nilai NPSHa dan nilai NPSHr, maka dapat menganalisa mampukah pompa berkerja.
𝒏 𝒔 = 𝒏√𝑸 𝑯𝟑 𝟒 ⁄ (7)
𝝈 = 𝑯𝒔𝒗𝒏 𝑯𝒏 (8)
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Koefisien Spesifik dengan Koefisien Kavitasi. [12]
Kecepatan spesifik 𝑛 𝑠 ( 𝑚 3 𝑚𝑖𝑛, 𝑚, 𝑟𝑝𝑚) ⁄ K o e fi si en ka v it a si 𝜎
## 3. Hasil dan pembahasan
Sesuai dengan metode yang tertera di atas, dilakukan perhitungan berdasarkan persamaan-persamaan yang tertera dan didapatkan hasil yang dimuat pada Tabel 1.
## Tabel 1. Spesifikasi pompa
No Keterangan Nilai Satuan 1. Densitas Liquid ( 𝝆 𝒍𝒊𝒒𝒖𝒊𝒅 ) 1020 𝒌𝒈 𝒎 𝟑 ⁄ 2. Kecepatan Aliran Fluida (V) 5.83 𝒇𝒕 𝒔 ⁄ 3. Bilangan Reynold ( Re ) 270910.7807 4. Efisiensi Pompa (e) 71 % 5. Debit Fluida (Q) 510.42 USgpm 6. Differensial Head (H) 1860 ft 7. Tekanan Luar ( 𝑷 𝒅𝒊𝒔𝒄𝒉𝒂𝒓𝒈𝒆 ) 980.556 psig 8. Brake Horse Power (BHP) 345.43 horse power 9. Hidraulic Power ( 𝑷 𝒘 ) 245.26 horse power 10. Kecepatan Spesifik ( 𝒏 𝒔 ) 241.548 𝒎 𝟑 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕 ⁄
11. Koefisien Kavitasi ( 𝝈 ) 0.123 12. Net Positive Suction Head Available (NPSHa) 129.235 meter 13. Net positive Suction Head Requirment (NPSHr) 10.9346 meter
Bilangan Reynold didapat dengan mencari beberapa variabel seperti densitas liquid dan kecepatan linear, yang diperoleh menggunakan persamaan 1 dan 2, dengan hasil nilai 𝝆 𝒍𝒊𝒒𝒖𝒊𝒅 sebesar 1020 𝒌𝒈 𝒎 𝟑 ⁄ dan kecepatan linear sebesar 5,83 𝒇𝒕 𝒔 ⁄ . Dengan dua data varibel tersebut maka didapat hasil bilangan Reynold sebesar 270910,7807 yang menunjukan bahwa aliran tersebut merupakan jenis aliran turbulen.
Gambar 3 dan Gambar 4 digunakan untuk memperoleh nilai efisiensi dan diferensial head, dan didapat nilai dengan hasil 71%. Untuk efisiensi dan diferensial head sebesar 1860 𝒇𝒕 atau setara dengan 805,556 psig. Kedua hal tersebut didapat dengan cara meninjau dari nilai kapasitas atau flowrate -nya yaitu sebesar 35000 BWPD yang dikonversikan menjadi 510,42 USgpm.
Persamaan 4 digunakan untuk menentukan nilai tekanan keluar ( 𝑷 𝒅𝒊𝒔𝒄𝒉𝒂𝒓𝒈𝒆 ), dengan menjumlahkan 𝑷 𝒔𝒖𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 dengan 𝑯 ( diferential head ) sehingga didapat nilai 𝑷 𝒅𝒊𝒔𝒄𝒉𝒂𝒓𝒈𝒆 sebesar 980,556 psig. Untuk mencari nilai 𝑩𝑯𝑷 (𝑩𝒓𝒂𝒌𝒆 𝑯𝒐𝒓𝒔𝒆 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓) , menggunakan persamaan 5 dengan hasil 345,43 Hp. Serta menggunakan persamaan 6 untuk mencari nilai Hydraulic Power dan diperoleh hasil sebesar 245,26 Hp. Kecepatan spesifik bernilai 241.548 𝒎 𝟑 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕 ⁄ dengan menggunakan persamaan 7. Dengan nilai kecepatan spesifik yang didapat, maka diperoleh nilai koefisien kavitasi menggunakan kurva pada gambar 6, sebesar 0.123. Dengan menggunakan persamaan 8 didapat nilai 𝑯 𝒔𝒗𝒏 atau NPSHr sebesar 10.9347 m. Pompa sentrifugal tersebut dapat dikatakan mampu berkerja karena memenuhi syarat pompa tidak mengalami kavitasi, yaitu NPSHa lebih besar dari nilai NPSHr.
## 4. Kesimpulan
Dari data perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menginjeksikan air sebesar 35.000 BWPD cukup hanya menggunakan 2 unit Sea Water Injection dari 4 unit yang ada dilapangan, dengan masing-masing pompa dengan kapasitas 560 USgpm atau sebesar 19200 BWPD. Dengan masing masing pompa menginjeksikan air sebesar 510,42 USgpm atau senilai dengan 17500,11 BWPD. Karena hanya menggunakan 2 unit pompa, maka 2 unit pompa lainnya dapat stand by untuk mengantisipasi pompa yang sedang running apabila mengalami kerusakan. Pompa dapat beroperasi dan tidak mengalami kavitasi karena nilai NPSHa yang lebih besar dibandingkan dengan nilai NPSHr
## Ucapan terimakasih
Dalam pembuatan paper ini banyak pihak yang membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan paper ini, untuk itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada PT. Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java.
## Referensi
[1] Approximate CARE, Is P, For G, Set ONE, Conditions OF. Hydraulic Datasheet. 2006;(20):2–4.
[2] El-Khatib N. Waterflooding performance of communicating stratified reservoirs with log-normal permeability distribution. SPE Reserv Eval Eng. 1999;2(6):542–9.
[3] Kristanto D, Santoso AP. Evaluasi Penggunaan Injeksi Air Untuk Pressure Maintenance Evaluasi Penggunaan Injeksi Air Untuk Pressure. 2007;20(2):159–69.
[4] Lubis IT, Arief ATAM, Prabu IUA. PERENCANAAN INJEKSI WATERFLOODING DENGAN METODE PREDIKSI BUCKLEY LEVERETT DAN CRAIG GEFFEN MORSE PADA SUMUR INJEKSI I DI LAPISAN W3 STRUKTUR NIRU PT PERTAMINA EP ASSET 2 FIELD LIMAU. J Ilmu Tek Sriwijaya. 2014;2(4).
[5] Baskoro AI. Universitas Diponegoro 2012 Universitas Diponegoro 2012. Universitas Diponegoro; 2013.
[6] Hariady S. Analisa Kerusakan Pompa Sentrifugal 53-101C Wtu Sungai Gerong Pt. Pertamina Ru Iii Plaju. J Desiminasi Teknol. 2014;2(1):29–42.
[7] Conceptual Study for E-Main Water Injection Re-Development. 2018.
[8] KARASSIK IJ, KRUTZSCH. W, FRASER WH, MESSINA JP. Pump Handbook. 1976.
[9] Pumps Ingersoll Dresser. Flowserve Pump Division. 2006. (Sea Water Injection). Report No.: Vendor reference : 9999-60005.
[10] Tukiman, Santoso P, Satmoko A. Perhitungan dan Pemilihan Pompa pada Instalasi Pengolahan Air Bebas Mineral Irradiator Gamma 200 kCi. PRIMA - Apl dan Rekayasa dalam Bid Iptek Nukl. 2013;10(2):51–60.
[11] Iskandar N, Pangestu RB. Evaluasi Rendahnya Maintenance Between Failure (Mtbf) Pada Pompa Vertikal. Rotasi. 2017;19(1):18–23.
[12] Sularso, Tahara H. Perawatan dan Pemeliharaan Kompresor. cetakan ke. Jakarta: PT Pertja; 2000.
|
deb9ee8b-332a-4251-bb58-6575be63dbfe | https://journal.untar.ac.id/index.php/prologia/article/download/6369/4927 |
## Pengaruh Penggunaan Brand Endorser Arief Muhammad Terhadap Brand Awareness Tokopedia
## Clemens, Wulan Purnama Sari
[email protected], [email protected]
## Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
## Abstract
The development of existing technology now leads to new forms of promotion. One of them is Brand Endorser. The purpose of this study is to determine / describe the influence of the use of the use of brand endorser (Arief Muhammad) in the #MulaiAjaDulu advertisement to influence brand awareness of TOKOPEDIA. awareness is examined using AIDA theory (Attention, Interest, Desire, Action). This research is a quantitative research using survey method. The population of this study is all people who have watched the #mulaiaja advertisement first, Arief Muhammad. While the sample was chosen at the age of 17 - 35. The results of the data show that there is an influence of the use of brand endorsers on brand awareness. The mean results obtained indicate that the expertise or expertise of brand endorsers is a factor in the attention points of brand awareness gained. The results of this study indicate that 1) there is an influence between Brand Endorser on Brand Awareness. Although the influence exerted was not great, 2) the expertise of Arief Muhammad as an endorser, gave a great attention effect to TOKOPEDIA, the expertise possessed by Arief Muhammad was the key to Arief Muhammad's success in contributing Attention to TOKOPEDIA and 3) The use of Arief Muhammad as endorser, does not directly create actions to use TOKOPEDIA.
Keywords: attention, Brand awareness, brand Endorser.
Abstrak
Perkembangan teknologi yang ada sekarang ini membawa kepada bentuk – bentuk promosi yang baru. Salah satunya adalah Brand Endorser . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui/mendeskripsikan pengaruh dari penggunaan penggunaan brand endorser (Arief Muhammad) di dalam iklan #MulaiAjaDulu berpengaruh terhadap brand awareness dari TOKOPEDIA. Brand endorser dikaji dengan menggunakan teori TEARS (Trustworthiness, Expertise, Attraction, Respect, Similarity) dan brand awareness dikaji menggunakan teori AIDA( Attention, Interest, Desire, Action ). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh orang yang telah menonton iklan #mulaiaja dulu versi Arief Muhammad. Sedangkan sampel dipilih didalam umur 17 – 35. Hasil data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari penggunaan brand endorser terhadap brand awareness . Dari hasil mean yang didapat menunjukkan bahwa expertise atau keahlian dari brand endorser menjadi faktor terhadap poin attention dari brand awareness yang didapat. Dari data penelitian ditemukan bahwa 1) terdapat pengaruh antara Brand Endorser terhadap Brand Awareness . Walau pengaruh yang diberikan tidak besar, 2) keahlian dari Arief Muhammad sebagai endorser, memberi dampak attention yang besar bagi TOKOPEDIA, expertise yang dimiliki oleh Arief Muhammad menjadi kunci dari keberhasilan Arief Muhammad didalam menyumbang Attention bagi TOKOPEDIA dan 3) Penggunaan Arief Muhammad sebagai endorser, tidak secara langsung menciptakan action untuk menggunakan TOKOPEDIA.
Kata Kunci: Brand Endorser, Brand Awareness, Expertise, Attention
Vol. 3, No. 2, Desember 2019, Hal 387–392
## 1. Pendahuluan
Di era modern seperti saat ini, teknologi menjadi semakin maju dan canggih, baik pada bidang komunikasi maupun informasi. Kemajuan teknologi ini ditandai dengan kemunculannya internet. Dengan munculnya internet, informasi menjadi mudah tersebar secara cepat dan luas sehingga masyarakat Indonesia bisa dengan mudahnya mengakses dan mendapatkan informasi dari berbagai negara lain. Dengan demikian, hal ini mendorong budaya luar untuk masuk ke Indonesia. (Budiman, Loisa, Pandrianto, 2018)
Berkembangnya internet, menimbulkan sebuah sistem belanja baru yang dikenal dengan nama E-Commerce. E-Commerce adalah suatu cara belanja baru yang dilakukan secara daring, sehingga dapat menciptakan keefisiensian, dibanding belanja konvensional. Seperti media sosial, E-Commerce memiliki beberapa platform dengan tampilan, cara promosi dan bahkan fitur – fitur berbelanja yang berbeda-beda, seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, Jd.Id, Bli-Bli, Zalora, dan lain-lain. Bertumbuhnya industri E-Commerce tentu disebabkan oleh peminat belanja daring yang semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dari statistik yang dirilis oleh Statis pada tahun 2017 yang mengatakan bahwa sementara pembeli digital Indonesia diperkirakan mencapai 31,6 juta pembeli pada 2018, dengan penetrasi sekitar 11,8% dari total populasi. Jumlah tersebut diproyeksikan akan meningkat menjadi 43,9 juta pembeli pada 2022 dengan penetrasi 15,7% dari jumlah penduduk Indonesia. Dari data yang dikumpulkan oleh Iprice dari semua platform E-Commerce yang berbeda – beda, Tokopedia telah menjadi market leader, sejak triwulan IV 2018.
Keberhasilan TOKOPEDIA didalam menjadi market leader tentu tidak lepas dari kegiatan komunikasi pemasaran yang baik. Kotler & Keller (2012) mengatakan bahwa komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual. Salah satu kegiatan komunikasi pemasaran adalah dengan menggunakan brand endorser , Ini merupakan cara untuk meningkatkan brand awareness dengan cara menggunakan jasa promosi dari seorang tokoh atau figur yang dikenal oleh publik karena karyanya.
Menurut Shimp (2003), endorser adalah pendukung iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang diiklankan. Dalam konteks ini, TOKOPEDIA telah merilis sebuah iklan promosi dengan judul #MulaiAjaDulu. Video promosi ini dirilis oleh TOKOPEDIA dengan format soft selling yang menggunakan jasa beberapa brand endorser seperti, Arief Muhammad, Reza Oktovian, Ria Ricis.
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan iklan versi brand endorser Arief Muhammad. Pemilihan Arief Muhammad, didasarkan pada aktivitas ROI atau Return Of Investment Arief Muhammad yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar dari kalangan masyarakat mengenal Arief Muhammad. Oleh sebab ini, maka ditemukan sebuah rumusan masalah yaitu “Apakah terdapat pengaruh antara penggunaan brand endorser Arief Muhammad terhadap brand awareness TOKOPEDIA didalam iklan #mulaiajadulu”, dengan tujuan mengetahui dan mengukur efektivitas pengaruh penggunaan brand endorser Arief Muhammad di dalam iklan #MulaiAjaDulu terhadap brand awareness dari TOKOPEDIA.Untuk mengkaji penelitian ini digunakan Teori TEARS dari Shimp (2003) dan AIDA dari Kotler dan Keller (2012).
## 2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada pemikiran positivisme, pendekatan kuantitatif adalah lawan dari eksperimen dimana kondisi alami dari penelitian itulah yang diteliti. Peneliti adalah instrumen kunci, pengambilan sampel sebagai sumber data dilakukan secara purposive dan snowball (Sugiyono, 2011). Metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan angket sebagai alat ukur nya. Penelitian dilakukan dengan populasi “semua orang yang pernah menonton iklan #mulaiajadulu versi Arief Muhammad, dan Sampel yang diambil adalah berusia 17- 25 tahun untuk kategori usia remaja akhir dan 26-35 tahun untuk kategori usia dewasa awal,serta berdomisili di Jabodetabek. Penelitian dilakukan dengan pre test dan post test . Pre test dilakukan dengan terlebih dahulu menyebar kuesioner terhadap 30 responden. Setelah itu baru dilakukan post test terhadap 135 responden. Data – data Responden yang telah diperoleh melalui Google Form dan untuk menguji keabsahan data digunakan 3 jenis pengujian, yaitu uji Validitas, Reliabilitas serta Uji Normalitas. Selanjutnya untuk menganalisis data, menggunakan uji hipotesis (Uji T & Uji F), Analisis Regresi, Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi.
## 3. Hasil Penemuan dan Diskusi
Tokopedia adalah perusahaan teknologi Indonesia yang mempunyai sebuah tujuan untuk mencapai pemerataan ekonomi secara digital. Didirikan pada tahun 2009, kini perusahaan Tokopedia telah berkembang menjadi sebuah perusahaan unicorn. Unicorn adalah perusahaan yang telah memiliki kapitalisasi lebih dari 1 miliar dollar.
Hingga saat ini, Tokopedia menjadi marketplace yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia. Sejak diluncurkan, layanan dasar Tokopedia dapat digunakan oleh semua orang secara gratis. Dengan visi "Membangun sebuah ekosistem dimana siapa pun bisa memulai dan menemukan apapun",Tokopedia berhasil menguatkan keberadaan jutaan pedagang dan konsumen untuk berpartisipasi dalam masa depan perekonomian Indonesia. Tokopedia secara konsisten memberikan support kepada masyarakat yang memiliki usaha untuk mengembangkan usaha mereka dengan memasarkan barang atau produk mereka dengan cara daring/ online. Tokopedia resmi dikenalkan kepada masyarakat tepat pada tanggal 17 Agustus 2009, tepat dengan hari kemerdekaan Indonesia. Tokopedia dikembangkan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison dimulai sejak tanggal 6 Februari 2009. Sejak resmi diluncurkan, PT Tokopedia merupakan salah satu perusahaan berbasis internet yang memiliki perkembangan yang cepat. Perkembangan yang terus dibuat oleh Tokopedia membuat Tokopedia menempati urutan pertama di dalam kompetisi dengan e-commerce lainnya.
Penelitian dilakukan dengan metode pre test dan post test. Metode pre test dilakukan dengan cara menyebar kuesioner terlebih dahulu kepada 30 responden. Penyebaran kuesioner untuk pre – test dilakukan melalui Google Form. Hasil yang didapatkan, bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari penelitian ini. Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan, ditemukan bahwa 20 butir pertanyaan Variabel X memiliki nilai > 0,300 sehingga dinyatakan valid. Demikian pun pada 14 pertanyaan dari Variabel Y, semua memiliki nilai > 0,300 sehingga juga dinyatakan valid. Setelah dilakukan uji validitas, maka dilanjutkan untuk mengetahui reliabilitas
Vol. 3, No. 2, Desember 2019, Hal 387–392
dari data yang didapatkan. Berdasarkan uji reliabilitas maka didapatkan hasil 0,950 untuk Variabel X dan 0,910 untuk variabel Y, dengan hasil kedua variabel memiliki nilai diatas 0,7 maka penelitian ini dinyatakan reliabel.
Setelah melakukan tahapan pre test, maka dilanjutkan dengan tahapan post test. Penelitian memiliki populasi yaitu orang – orang yang sudah pernah menonton iklan #mulaiajadulu versi Arief Muhammad
Kuesioner kembali disebarkan kepada 135 responden, melalui Google Forms. Berdasarkan hasil respon yang telah di tabulasi maka diketahui bahwa tanggapan pada variabel X berdominasi kepada Setuju dan tanggapan pada variabel Y. Dari tabulasi data, penulis melakukan uji regresi linier dan mendapatkan hasil sebagai berikut.
## Analisis Regresi Linier Sederhana
Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 15,854 6,379 2,485 ,020 Brand Endorser ,348 ,105 ,545 3,318 ,003
a. Dependent Variable: Brand Awareness
Sumber: Pengolahan Data SPSS 22
Berdasarkan hasil analisis data diatas diketahui bahwa nilai t = 3,318 dan tingkat signifikan = 0,003 < 0,05. Karena nilai r < 0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh Brand Endorser terhadap Brand Awareness : AIDA TOKOPEDIA. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Brand Endorser terhadap Brand Awareness: AIDA karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan tabel 4.34 diketahui bahwa nilai parameter dari regresi linear sederhana dengan hubungan X mempengaruhi Y adalah:
a = 15,854 b = 0,348 Dengan demikian didapatkan nilai regresi linear sederhana sebesar Y = 15,854+ 0,348X
Berdasarkan persamaan diatas, maka dapat diartikan bahwa nilai sebesar 15,854 menyatakan sebagai konstanta dari fungsi regresi yang menunjukan bahwa jika ada kenaikan pada variabel X ( Brand Endorser ), maka pada variable Y
( Brand Awareness : AIDA) akan mencapai 28,234. Setia pada penambahan angka atau perubahan pada variabel X ( Brand Endorser ), maka variable Y ( Brand Awareness : AIDA) akan mengalami peningkatan sebesar 0,348.. Lalu penulis mencari hasil mean dari tiap dimensi untuk menentukan dimensi mana yang menjadi pengaruh yang paling besar dan apa dimensi yang memiliki dampak paling besar dari pengaruh tersebut.
Tabel 1. Hasil Mean Variabel X N Minimum Maximum Mean Attraction 6 2,2 3,21 2,80 Expertise 4 3,13 3,26 3,18 Trustworthiness 4 2,7 3,25 3,06 Respect 4 3,04 3,15 3,11 Similarity 2 2,97 3,07 3,02
Clemens, Wulan Purnama Sari: Pengaruh Penggunaan Brand Endorser Arief Muhammad Terhadap Brand Awareness Tokopedia
Tabel 2. Hasil Mean Variabel Y N Minimum Maximum Mean Attention 4 3,04 3,16 3,10 Interest 2 2,41 2,57 2,49 Desire 4 2,48 3,21 2,73 Action 4 2,67 2,9 2,57
Maka berdasarkan hasil pengolahan data diatas, dapat disimpulkan bahwa Brand Endorser memiliki pengaruh terhadap Brand Awareness. Pengaruh yang ditimbulkan berasal dari dimensi Expertise dari Arief Muhammad. Hal ini terlihat dari nilai mean yang paling besar dibandingkan dengan dimensi lain. Sedangkan pada Variabel Brand Awareness hasil nilai mean terbesar terdapat pada dimensi Attention. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor expertise dari Arief Muhammad memiliki pengaruh paling besar terhadap Attention dari Tokopedia. Dengan menggunakan Arief Muhammad sebagai Brand Endorser maka Tokopedia dapat memiliki peningkatan perhatian kepada brand.
Dalam penelitian ini terbukti bahwa Arief Muhammad diakui sebagai Endorser yang memiliki Keahlian / Expertise . Hal ini dibuktikan dari nilai mean dimensi expertise yang tertinggi dari dimensi lainnya. Keahlian dari Arief Muhammad ini lah yang menjadi faktor dari terbentuknya attention terhadap Tokopedia. Salah satu keahlian dari Arief Muhammad adalah adalah cara menjual yang tidak eksplisit. Cara menjual dengan tidak eksplisit adalah suatu cara promosi dengan memasukkan materi iklan di dalam konten yang dibuat. Ini merupakan salah satu keahlian dari Arief Muhammad. Sebagai contoh, di dalam iklan #mulaiajadulu Arief tidak menyebutkan untuk menggunakan Tokopedia, melainkan hanya berisi perjalanan karir Arief Muhammad yang memiliki makna bahwa ia memulai dari hal yang kecil. Hal ini selaras dengan isi pesan dari TOKOPEDIA untuk mulai berbisnis di Tokopedia. Contoh lain nya adalah, di dalam video yang berjudul “Make Over supir jadi sultan”.
Video ini berisi konten yang bercerita tentang Arief Muhammad mendandani supir nya hingga terlihat baik, namun didalamnya ia mendandani supir nya dengan menggunakan shampo Romano. Inilah yang merupakan kemampuan dari Arief Muhammad.
Hasil temuan dari Variabel Y adalah didapati nilai mean dari dimensi – dimensi variabel Y yang tertinggi adalah Attention. Hal ini menunjukkan bahwa Tokopedia memiliki brand awareness yang tinggi di tingkat attention. Hal ini berarti Tokopedia berhasil menarik perhatian yang lebih dibandingkan Ecommerce lainnya. Hal ini terlihat dari bagaimana Tokopedia masih menjadi E-commerce nomor 1 di Indonesia. Tokopedia telah menjadi market leader, sejak triwulan IV 2018, dengan dibayangi oleh Bukalapak. Tokopedia mendapatkan angka 168 juta pengunjung. Jumlah tersebut meningkat sebesar 9,35% dari triwulan sebelumnya dan melonjak 45% dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Attention ini didapat melalui penggunaan brand endorser, Arief Muhammad di dalam iklan dari TOKOPEDIA.
## 4. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa, pertama, terdapat pengaruh antara Brand Endorser terhadap Brand Awareness . Kedua, keahlian dari Arief Muhammad sebagai endorser , memberi dampak attention yang besar bagi Tokopedia, expertise yang dimiliki oleh Arief Muhammad menjadi kunci dari keberhasilan Arief Muhammad didalam menyumbang attention bagi Tokopedia. Dan simpulan yang ketiga adalah penggunaan Arief Muhammad sebagai endorser , tidak secara langsung menciptakan action untuk menggunakan TOKOPEDIA, namun berhasil menarik perhatian atau attention dari responden.
## 5. Ucapan Terima Kasih
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat karunia-Nya sehingga peneliti dapat melaksanakan kegiatan penelitian dan menyelesaikan penulisan jurnal ini. Penyusunan jurnal ini dapat terlaksana karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut terlibat dan telah membantu peneliti selama proses penelitian ini berlangsung, yaitu kedua orang tua, sahabat serta teman satu bimbingan dan seluruh responden yang telah bersedia mengambil bagian di dalam penelitian ini.
## 6. Daftar Pustaka
A, Shimp,Terence (2003). Periklanan Promosi & Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran.Terpadu , Jilid I ( edisi 5), Jakarta: Erlangga.
Budiman, Vionita., Loisa, Riris., & Pandrianto, Nigar. (2018). Peran Brand Ambassador Pada Iklan Dalam Membangun Brand Awareness (Studi Kasus Iklan Youtube LG G7 Thinq BTS). Prologia , Vol 2, No. 2. https://journal.untar.ac.id/index.php/prologia/article/view/3743
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. (2012). Manajemen Pemasaran . Edisi 12. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung: Afabeta https://tokopedia
|
fdbcf0d4-65f2-4577-a1a2-351ce7fd1315 | https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jkp/article/download/18774/18315 |
## HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK GMIM SION SENTRUM SENDANGAN KAWANGKOAN SATU
Johninsi P. Mendur Julia Rottie
Yolanda Bataha
## Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado E-mail : [email protected]
Abtract : The role of parents is a set of behavior of two fathers and mothers in their cooperation and responsible based on their descendants as role models for children. Toilet training is an attempt to train the child to be able to control and urinate and defecate. The purpose of this research is to know the relation of parent role with toilet training ability in pre school children in kindergarten GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu. This study is an analytic survey with cross sectional approach, the population in this study is all parents of students in kindergarten with a sample size of 40 people. The measuring instrument used is questionnaire, the data obtained using chi square test with significance level (α) = 0,05. The results showed a relationship between the role of parents and the ability of toilet training. Where based on chi square test obtained p value = 0.001% which means the value of p is smaller than the value (α) = 0.05. The conclusion of this research is that there is a relationship between the role of parents with the ability of toilet training in pre school children in kindergarten GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu.
## Keywords : the role of parents, toilet training
Abstrak : Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah dan ibu dalam mereka bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan bagi anak. Toilet training merupakan satu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dan melakukan buang air kecil dan buang air besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan kemampuan toilet training pada anak pra sekolah di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu. Metode penelitian ini bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional , sampel dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua murid di TK dengan jumlah sampel 40 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner, data yang diperoleh menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 . Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara peran orang tua dan kemampuan toilet training. Di mana berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p= 0,001% yang berarti nilai p lebih kecil dari nilai (α) = 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara peran orang tua dengan kemampuan toilet training pada anak pra sekolah di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu.
Kata kunci : peran orang tua, toilet training
## PENDAHULUAN
Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Pemenuhan emosi dan kasih diantara orang tua dan anak akan berguna untuk menentukan perilaku anak kemudian hari. Salah satu tugas keluarga terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah membentuk kemandirian. Faktor yang mempengaruhi adalah peran orang tua (Soetjiningsih, 2014).
Data pusat dan informasi jumlah penduduk di Sulawesi Utara berjumlah 662.075 jiwa dengan laki-laki sebanyak 342.454 jiwa dan perempuan sebanyak 319.621 jiwa. Dari data tersebut juga terdapat data anak usia pra sekolah di Sulawesi Utara dengan keseluruhan jumlah anak yang disensus pada tahun 2014 anak yang berusia 4-6 tahun yang masih tergolong anak usia pra sekolah total jumlahnya adalah 94.173 jiwa dengan laki- laki berjumlah 48. 915 jiwa dan perempuan berjumlah 45. 258 jiwa (Kemenkes RI, 2014).
Peran aktif orang tua pada anak pra sekolah tentang toilet training adalah orangtua orang tua harus mulai melatih kemampuan anaknya untuk buang air kecil dan buang air besar ke toilet. Orang tua harus sabar dan mengerti kesiapan anak untuk memulai pengajaran menggunakan toilet. Orang tua juga harus memiliki dukungan positif kepada anak agar anak berhasil dalam melakukan toilet training . Contohnya yaitu jangan selalu menggunakan diapers pada anak sebaiknya orang tua harus siap mengantarkan anak pada saat mau buang air besar dan buang air kecil ke toilet (Soetjiningsih, 2014).
Keuntungan jika orang tua berhasil menjalankan perannya dengan baik yaitu anak menjadi mandiri tidak bergantung pada orang lain, percaya diri dan berperilaku baik. Sedangkan jika peran orang tua tidak dilakukan dengan baik dampak yang paling umum adalah anak menjadi cenderung lebih ceroboh, menjadi manja, suka membuat gara-gara,
emosional, kurangnya rasa ingin tahu pada setiap hal-hal baru dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Herawati Mansur, 2011).
Toilet training merupakan salah satu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dan melakukan buang air kecil dan buang air besar. Salah satu aspek perkembangan yang umum dalam periode pra sekolah adalah pengajaran ke toilet sehingga anak sudah mampu menahan kandung kemih. Latihan BAB dan BAK termasuk dalam perkembangan psikomotorik karena latihan tersebut membutuhkan kematangan otot-otot pada daerah pembuangan kotoran (anus dan saluran kemih). Kemampuan sfingter uretra yang berfungsi untuk mengontrol rasa ingin defekasi dan rasa ingin berkemih mulai berkembang. Dengan bertambahnya usia, kedua sfingter tersebut semakin mampu untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan rasa ingin defekasi. Walaupun demikian satu anak ke anak lainnya mempunyai kemampuan yang berbeda dalam pencapaian kemampuan tersebut. Kemampuan anak untuk Buang Air Besar (BAB) biasanya lebih awal sebelum kemampuan Buang Air Kecil (BAK) karena keteraturan yang lebih besar, sensasi yang lebih kuat untuk BAB dari pada BAK dan sensasi BAB lebih mudah dirasakan anak (Rudolph, 2007).
Penelitian Muji Devi (2014) mengenai hubungan peran orang tua dengan kemapuan toilet training pada anak, menyimpulkan bahwa 50% dari 24 responden menunjukan orang tua memilki peran yang kurang baik. Faktor pertama yang mempengaruhi peran adalah umur ibu, 26-35 tahun (66,7%) dimana dalam rentang umur seperti itu orang tua mempunyai kesibukan dalam rumah tangga maupun pekerjaan hal tersebut menyebabkan orang tua lelah dan stress. Faktor kedua adalah pendidikan, dimana (75%) orang tua berpendidikan menengah (SMA). Dengan latar belakang pendidikan menengah, orang tua juga akan kurang mengerti tentang masalah yang terjadi
pada anak karena wawasan tentang peran orang tua masih kurang dari pada orang tua yang latar belakang pendidikan perguruan tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Kiddo (2012) dalam toilet training children , menunjukan bahwa anak-anak yang selalu diberi hukuman oleh ibunya pada saat melakukan kesalahan dalam toilet training anak dapat mengalami gejala inkontinensia atau infeksi saluran kemih. Sedangkan pada anak yang mendapat motivasi dari ibunya pada saat melakukan toilet training kejadian gejala inkontinensia atau infeksi saluran kemih sangat rendah. Bentuk hukuman pada saat toilet training juga menimbulkan bahaya karena anak akan belajar perilaku agresif dalam mengatasi rasa marah. Sementara itu anak-anak yang selalu diberi reinforcement positif oleh ibunya maka anak akan semakin termotivasi untuk melakukan toilet training . Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu didapati bahwa jumlah keseluruhan dari murid berjumlah 50 murid dengan laki-laki berjumlah 22 murid dan perempuan berjumlah 28 murid. Di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan mempunyai 2 kelas yaitu kelas kecil dan kelas besar. Kelas besar terdapat 10 murid dengan usia sekitar 6 tahunan, dan kelas kecil terdapat 40 murid dengan usia sekitar 4 tahunan. Dari wawancara dengan kepala sekolah, masih banyak murid di TK
GMIM Sion Sentrum
Sendangan Kawangkoan Satu yang masih buang air kecil sembarangan dan masih ada beberapa murid yang buang air besar di celana. Hal itu terjadi karena masih banyak murid disana yang tidak diawasi orang tua dikarenakan kesibukan orang tua dalam pekerjaan sehingga peran orang tua dalam mengawasi anak masih sangat kurang dan salah satu juga faktor yang mempengaruhi adalah di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan masih kesulitan air.
Berdasarkan latar belakang di atas, saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan peran orang tua dengan kemampuan toilet training pada anak pra sekolah di TK GMIM Sion Sendangan Kawangkoan Satu.
## METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif bersifat analitik dengan pendekatan Cross sectional . Pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pngukuran data variable independen dan dependent hanya dengan satu kali pada satu saat (Nursalam,2011).
Pengukuran variabel peran orang tua dan kemampuan toilet training yang di teliti dalam penelitian ini hanya dengan satu kali pada satu waktu. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 9-15 Desember 2017 di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua murid TK GMIM Sion Sentrum Sendangan yang berjumlah 50 orang. Sampel pada penelitian ini dengan berjumlah 40 orang. Kriteria inklusi orang tua murid yang memiliki anak usia 4 tahun dan bersedia menjadi responden. Kriteria Eksklusinya yaitu orang tua murid yang memiliki anak 4 tahun yang tidak bersedia menjadi responden karena berhalangan sakit.
## Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Distribusi
frekuensi berdasarkan usia ibu di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu Umur n % 17 - 25 tahun 26 - 35 tahun 30 - 45 tahun 1 36 3 2,5 90 7,5 Total 40 100 Sumber : Data Primer Tahun 2017
Hasil penelitian menunjukan bahwa usia terbanyak adalah 26-35 tahun yaitu 36 responden (90%) dan usia terendah adalah usia 17-25 tahun yaitu 1 responden (2,5%).
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ibu Pendidikan n % SMA 25 62,5 S1 15 37,5 Total 40 100 Sumber : Data Primer Tahun 2017
Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan terakhir ibu yaitu SMA dengan 25 responden (62,5%) dan S1 dengan 15 responden (37,5%).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin n % Perempuan Laki-laki 19 21 35 65 Total 40 100 Sumber : Data Primer Tahun 2017
Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin murid di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu yaitu laki- laki 19 murid (47,5%) dan perempuan 21 murid (52,5%).
Tabel 4. Hubungan peran orang tua dengan kemampuan toilet training pada anak pra sekolah di tk gmim sion sentrum sendangan kawangkoan satu.
Peran orang tua Toilet training
Total P Baik Kurang
n % n % n %
Baik 12 85,7 2 14,3 14 35 0,001 Kurang baik 7 26,9 19 71,1 26 65 Total 19 47,5 21 52,5 40 100
## Sumber : Data Primer Tahun 2017
## B. Pembahasan 1. Peran Orang Tua
Berdasarkan hasil penelitian pada 40 responden menunjukan bahwa peran orang tua di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan
Kawangkoan Satu sebagian besar kurang baik berjumlah 26 responden (65%).
Hal ini sebabkan oleh karena orang tua masih memakaikan popok pada anak dan membiarkan anak mengompol di malam hari karena kasihan untuk dibangunkan. Perlakukan seperti itu adalah perlakuan yang tidak baik yang dilakukan oleh orang tua karena rasa sayang mereka terhadap anaknya sehingga mengakibatkan orang tua kurang baik dalam menjalankan perannya
Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah dan ibu dalam mereka bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan bagi anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot. (Maulana, 2009).
Untuk menjalankan peran orang tua yang baik biasanya mempunyai banyak masalah dalam rumah tangga atau masalah pekerjaan. Hal tersebut bisa menyebabkan orang tua mudah lelah dan mengalami stress, sehingga orang tua tidak dapat menjalankan perannya dengan baik (Supartini, 2008)
## 2. Toilet Training
Toilet training merupakan salah satu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dan melakukan buang air kecil dan buang air besar. Salah satu aspek perkembangan yang umum dalam periode pra sekolah adalah pengajaran ke toilet sehingga anak sudah mampu menahan kandung kemih (Rudolph, 2007).
Kegagalan yang paling umum dalam toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya anak akan cenderung menjadi keras kepala dan cepat emosi hal ini sering dilakukan oleh orang tua apabila saat memarahi anak dalam latihan buang air kecil dan buang air besar. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan menjadi lebih cenderung ceroboh dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2008).
3. Hubungan Peran Orang Tua Dengan kemampuan toilet training Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa adanya hubungan antara peran orang tua dengan kemampuan toilet training pada anak pra sekolah di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan
Kawangkoan Satu. Bisa di lihat melalui uji chi square dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05), hasil analisa yaitu p = 0, 001, maka nilai p < α.
Peran orang tua adalah seperangkat tindakan dan tingkah laku yang diharapkan dari seorang ayah dan seorang ibu dalam membantu dan membimbing anak sehingga anak mempunyai semangat dan keinginan untuk belajar Karena orang tua merupakan panutan dan penoman dalam kehidupan anak. Peran orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu mendidik anak dengan baik, harus benar-benar mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar kelak anak tersebut menjadi anak yang berbakti pada orang tua. Oleh karena itu pendidikan orang tua di rumah sangat penting karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anaknya (Soekanto Soejono, 2007). Faktor
yang mempengaruhi keberhasilan program toilet training antara lain motivasi orang tua dan kesiapan anak secara fisik, psikologis maupun secara intelektual menjelaskan bahwa motivasi orang tua sendiri dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yaitu berupa pengetahuan, sikap, keadaan mental dan kematangan usia sedangkan faktor ekstrinsik yaitu berupa sarana atau prasarana dan lingkungan (Hidayat, 2008).
Pengetahuan dari orang tua merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung dalam keberhasilan toilet training pada anak. di mana semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua maka ada kecenderungan semakin baik dalam mengajarkan toilet training hal itu disebabkan karena tingkat pengetahuan
mampu membuat seseorang menempatkan dirinya dalam situasi tertentu dan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka orang tersebut akan mampu menempatkan dirinya serta dapat menjalankan tugasnya sebagai orang tua yang mampu mendidik anak (Kyle & Carman, 2015).
Peran orang tua yang baik tetapi toilet training pada anak tidak baik hal itu tergantung pada diri anak itu sendiri. Kesiapan anak di mana harus melihat apakah anak tersebut sudah siap secara fisik dan biologis. Meskipun anak tersebut telah diajarkan secara terus menerus oleh orang tua tetapi kesiapan fisik dan dan psikologis anak tersebut belum memungkinkan maka sulit untuk anak tersebut belajar dengan cepat tentang toilet training karena setiap anak berbeda-beda dalam kesiapan fisik dan psikologis.
Peran orang tua yang kurang baik dan toilet training pada anak kurang baik hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, pendidikan dan pekerjaan orang tua. Baik dan buruknya peran orang tua bisa dikarenakan oleh berbagai faktor yaitu faktor usia, pendidikan dan pekerjaan. Usia ibu juga menjadikan indikator kedewasaan dalam pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamanya, dimana pada ibu yang cukup umur atau berusia 26-35 tahun akan lebih dewasa peran dan pengasuhannya terhadap anak tetapi pada usia tersebut ibu biasanya memiliki banyak masalah baik dalam rumah maupun diluar (Notoadmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini ibu yang memiliki usia 26-35 tahun berjumlah 36 responden (90%) di mana dalam usia tersebut ibu memliki kesibukan dalam pekerjaan mereka malas dalam mengantar anak ke toilet dan mempunyai waktu yang kurang untuk melakukan pekerjaan di rumah.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendukung peningkatan pengetahuan yang berkaitan dengan daya serap informasi orang yang memiliki pendidikan tinggi diasumsikan
lebih mudah menyerap informasi daripada orang tua yang mempunyai pendidikan rendah. Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian khusus (Notoadmodjo, 2010).
Peran orang tua kurang baik tetapi toilet training baik, yaitu tergantung pada fisik dan mental anak itu sendiri dimana tidak ada patokon usia kapan anak harus mulai melakukan toilet training . Saat yang tepat yaitu tergantung dalam diri anak meskipun usia anak tersebut masih 2 atau 3 tahun tetapi anak tersebut sudah dapat mengontrol kandung kemih dan buang air besar maka meskipun peran orang tua kurang baik anak dapat melakukan toilet training dengan baik (Supartini, 2010). Dalam melakukan toilet training anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, kognitif dan psikologis. Melalui persiapan tersebut anak akan mampu melakukan toilet training secara mandiri. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan diri anak. banyak anak akan menunjukan sinyal kuat bahwa mereka sudah siap secara fisik, mental dan emosional untuk menjalani latihan toilet training sebelum usia 3 tahun. Pada anak yang sehat, kapasitas kandung kemih akan meningkat secara signifikan di usia 2 dan 3 tahun. Dengan begitu meskipun baru umur 3 tahun kebanyakan anak dapat menahan buang air kecil dan tetap kering dalam waktu lebih lama (Pusparini 2010).
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas menurut peneliti peran orang tua adalah tingkah laku dari ayah dan ibu untuk merawat dan mengajarkan anak. jika orang tua kurang baik dalam menjalankan perannya maka anak tersebut akan menjadi kurang disiplin dan membawa kebiasaan buruk sampai dia besar nanti. Toilet training adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melatih anak dalam buang air kecil dan buang air besar. Di mana peran orang tua sangat di perlukan agar anak dapat melakukan toilet training dengan baik.
## SIMPULAN
1. Peran orang tua terhadap anak pra sekolah di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu lebih banyak dalam kategori kurang baik.
2. Toilet training pada anak pra sekolah di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu lebih banyak dalam kategori kurang baik.
3. Ada hubungan antara peran orang tua dengan kemampuan toilet training pada anak pra sekolah di TK GMIM Sion Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu.
## DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,. (2008). Pengantar Keperawatan Anak Jilid Satu. Jakarta: Salemba Medika.
Herawati Mansur, (2011). Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: Salemba
Kemenkes RI, (2014) Sensus Data Nasional
kiddo (2012). Toilet children.
Diakses pada 5 Oktober 2017 pukul 19.00WITA. http.ncbi.nlm.nih.gov.
Kyle &Carman,, (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta:
EGC Maulana .(2009). Promosi Kesehatan Jakarta: EGC .
Muji Devi (2014). Hubungan Peran Orang Tua dengan Kemampuan Toilet Training Anak Usia Toodler di PAUD
Permata Bunda Desa Jati Selatan Sidoardjo. Diakses pada 4 Oktober 2017 pukul 20.22 WITA. http://Unasa.ac.id.
Partini .(2010). Pengantar Pendiddikan
Rudoph, (2007). Buku Ajar Pediatri Volume 1. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih, (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Soekanto Soejono, (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Supartini, (2010). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta.
|
2bc7c1d0-d19a-4a4e-8db8-4009c1a00583 | https://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm/article/download/5782/2995 | http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
## WACANA BERITA KURIKULUM OPERASIONAL SEKOLAH DI SEKOLAH PENGGERAK PADA KORAN DIGITAL RADARSOLO.JAWAPOS.COM
(ANALISIS WACANA KRITIS MODEL TEUN A. VAN DIJK)
Desy Rufaidah 1
Pascasarjana UNS; Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 1 [email protected] 1
Ermawati 2
Pascasarjana UNS; Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 2 [email protected] 2
Sumarlam 3
Pascasarjana UNS [email protected]
## ABSTRAK
Saat ini berita tidak hanya disajikan dalam bentuk cetak, tetapi disajikan pula dalam bentuk digital,daring. Melalui berita, komunikator dapat menyampaikan informasi, menyosialisasikan, mengampanyekan, memengaruhi, mengintimidasi, dan menanamkan ideologi kepada partisipan (pembaca). Makna dari wacana dan proses produksi berita dapat diketahui dengan analisis model Teun A. Van. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur teks dan konteks sosial model Teun A. Van Dijk pada wacana teks berita daring radarsolo.jawapos.com dengan judul “Sekolah Penggeran di Solo Kebut Rancang Kurikulum Baru”. Berita tersebut diterbitkan 13 Juli 2021. Data penelitian ini berupa penggalan berita daring berjudul “Sekolah Penggeran di Solo Kebut Rancang Kurikulum Baru”. Sumber data diperoleh dari surat kabar daring radarsolo.jawapos.com . Metode simak, teknik simak bebas libat cakap, catat, dan studi Pustaka digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian yaitu pemahaman peneliti mengenai AWK model Teun A. Van Dijk dan sekolah penggerak dengan kartu data. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi teknik. Metode analisis data menggunakan metode analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk. Hasil penelitian ditemukan bahwa struktur teks berita tersebut memuat tiga dimensi teks yaitu struktur makro, superstruktur, struktur mikro. Struktur makro yaitu sekolah penggerak harus menggunakan Kurikulum Operasional Sekolah. Superstruktur meliputi meliputi bagian summary dan story, sedangkan struktur mikro meliputi latar, detil, koherensi, bentuk kalimat, leksikon, dan grafis. Dalam konteks sosial diketahui tidak terdapat praktik kekuasaan dan akses luas.
Kata kunci: Kurikulum Operasional, Analisis Wacana
## A. PENDAHULUAN
Sekolah penggerak merupakan salah satu program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada tahun 2021. Tidak semua sekolah tergolong sekolah penggerak, tetapi setiap jenjang pendidikan ada perwakilan sekolah yang menjadi sekolah penggerak. Lulusan sekolah penggerak diharapkan untuk memiliki profil pelajar pancasila. Profil pelajar pancasila meliputi bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Hal itu untuk
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
mendukung visi pendidikan Indonesia yakni mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Beberapa sekolah di Solo termasuk sekolah penggerak.
Peristiwa tersebut disusun menjadi suatu wacana di surat kabar. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan dan tertulis, wacana lisan seperti pidato, ceramah, khutbah, dan dialog, sedangkan wacana tertulis yang dilihat dari bentuknya bersifat kohesif, dari segi makna bersifat koheren, terpadu (Sumarlam, 2013: 30). Beberapa sekolah di Solo terlibat dalam program sekolah penggerak yang sedang digalakkan. Wacana tersebut disajikan dalam ragam tulis yang diterbitkan di surat kabar. Dalam surat kabar disusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi menjadi suatu wacana yang bermakna (Badara, 2012: 8).
Pengetahuan dan pengalaman penulis berita (komunikator) dalam surat kabar memengaruhi wacana yang dihasilkan. Wacana yang dihasilkan mengandung makna yang ingin disampikan komunikator kepada partisipan. Ada kalanya wacana yang dihasilkan cenderung tidak netral sehingga terkesan memengaruhi persepsi masyarakat. Namun, ada pula berita yang mendukung kebijakan atau peristiwa yang sedang terjadi sehingga terkesan mengampanyekan, menyosialisasikan suatu kebijakan. Keberpihakan wacana terlihat dari cara komunikator menyampaikan. Oleh karena itu, diperlukan analisis wacana kritis untuk dapat menyibak makna yang terkandung dalam wacana.
Radarsolo.jawapos.com merupakan salah satu media daring yang memublikasikan wacana pendidikan area Solo. Wacana mengenai sekolah penggerak menjadi salah satu topik pembicaraan publik dan dimuat di radarsolo.jawapos.com berjudul “Sekolah Penggeran di Solo Kebut Rancang Kurikulum Baru”. Peristiwa penyusunan kurikulum baru secara cepat terjadi di Solo. Narasumber dalam berita yaitu Sri Sayekti, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah penggerak di Solo yang sedang menyusun kurikulum baru yaitu Kurikulum Operasional Sekolah. Berita dipublikasikan pada 13 Juli 2021. Wacana tersebut dianalisis dengan model analisis Teun A. Van Dijk. Analisis Teun A. Van Dijk tidak hanya melihat struktur teks, tetapi menganalisis bagaimana teks diproduksi dengan analisis kognisi dan konteks sosial (Eriyanto, 2001: 225). Lebih lanjut dijelaskan struktur teks meliputi struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
## B. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analisis wacana kritis dengan pendekatan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk. Analisis wacana kritis merupakan teori dan metode yang dapat mengkaji secara empiris hubungan wacana dengan perkembangan sosial dan kultural (Jorgensen dan Louise, 2010). Data dalam penelitian ini berupa penggalan berita daring yang berjudul “Sekolah Penggeran di Solo Kebut Rancang Kurikulum Baru”. Data diperoleh dari surat kabar daring radarsolo.jawapos.com yang diterbitkan pada 13 Juli 2021. Data dikumpulkan dengan metode simak, teknik simak bebas libat cakap, catat, dan studi pustaka. Mahsun (2005: 92) menyatakan bahwa metode simak tidak hanya berkaitan dengan bahasa lisan, tetapi termasuk penggunaan bahasa tulis. Dalam teknik simak libat cakap, peneliti tidak terlibat dalam peristiwa tutur. Pada teknik catat, peneliti mencatat data hasil identifikasi pada kartu data kemudian dianalisis. Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi terkait sekolah penggerak dan kurikulum operasional sekolah. Instrumen penelitian berupa penguasaan peneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk dan sekolah penggerak. Selain itu, digunakan kartu data untuk membantu pencatatan data deskripsi analisis teks. Keabsahan data penelitian ini yaitu triangulasi teknik. Triangulasi teknik dilakukan untuk mengumpulkan data dari sumber data dengan teknik yang berbeda-beda. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan kerangka analisis Teun A. Van Dijk. Penelitian ini menganalisis dimensi teks dan konteks sosial.
Tabel Metode Analisis Teun A. Van Dijk
Dimensi Tahap Metode Teks Analisis deskripsi tekstual Analisis Teks Kognisi Sosial Analisis bagaimana kognisi komunikator (wartawan) terhadap suatu peristiwa Wawancara mendalam Konteks Sosial Analisis bagaimana wacana berkembang di masyarakat Studi pustaka
## C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Struktur Teks dalam Berita
a. Struktur Makro dalam Berita
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
Pada struktur makro mengamati tema atau topik yang dikedepankan komunikator (Eriyanto, 2015: 228). Topik menggambarkan konsep, gagasan dominan (Jamaludin, Ermanto, dan Novia, 2016). Topik tersebut disusun dari subtopik-subtopik yang saling terkait mendukung topik. Subtopik yang digunakan komunikator/wartawan secara keseluruhan dapat membentuk wacana yang koheren dan utuh sehingga dapat mendukung topik berita.
Media berita daring radarsolo.jawapos.com pada 26 September 2021 terkesan memberikan penguatan pentingnya penyusunan kurikulum tersebut untuk dapat segera diselesaikan. Media berita tersebut digunakan untuk menyosialisasikan adanya kurikulum pendamping Kurikulum 2013 di sekolah penggerak, akan segera diselesaikan dan dilaksanakan. Struktur makro dalam berita daring tersebut menunjukkan sekolah penggerak harus menggunakan Kurikulum Operasional Sekolah sehingga kurikulum tersebut harus segera diselesaikan. Hal tersebut dapat dilihat pada data berikut ini.
## Data SMa 1
Sekolah penggerak mengajak seluruh satuan pendidikan untuk berkomitmen memajukan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Yakni dengan melahirkan agen-agen perubahan yang berpusat kepada siswa, berkemajuan, berkeunggulan, dan memiliki adab luhur. Selain itu, sekolah penggerak juga harus menggunakan kurikulum operasional sekolah (KOS), pendamping Kurikulum 2013 (K-13).
## Data SMa 2
Ada beberapa prinsip pengembangan kurikulum operasional sekolah di sekolah penggerak.
Pada data SMa 1 menunjukkan koherensi global yang mendukung tema berita. Penggunaan data SMa 1 menunjukkan maksud komunikator yaitu sekolah penggerak diharuskan untuk menggunakan Kurikulum Operasional Sekolah. Supaya dapat segera digunakan, kurikulum tersebut harus segera diselesaikan. Pada data SMa 2, komunikator mengungkapkan prinsip-prinsip penyusunan Kurikulum Operasional Sekolah. Pada subtopik ini dijelaskan tentang prinsip penyusunan Kurikulum Operasional Sekolah meliputi berpusat kepada peserta didik, kontekstual, esensial, akuntabel, serta melibatkan komite satuan pendidikan dan stakeholder .
b. Superstruktur dalam Berita
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
Superstruktur berkaitan dengan alur berita dari awal sampai akhir yang membentuk kesatuan arti (Eriyanto, 2015: 232). Pada superstruktur terbagi menjadi summary dan story (Dijk, 1988: 55) . Lebih lanjut dijelaskan jika summary meliputi headline dan lead , sedangkan story meliputi situasi dan komentar. Pada bagian summary , komunikator menampilkan tema yang ingin disampaikan sehingga dapat dikatakan bagian yang penting. Bagian story merupakan isi berita secara keseluruhan. Isi berita berupa gambaran keadaan suatu peristiwa dan komentar. Komentar dapat berasal dari narasumber yang dikutip wartawan dan simpulan wartawan terhadap pernyataan yang disampaikan narasumber.
## Data Ss 1
## Summary
Judul: Sekolah Penggerak di Solo Kebut Rancang Kurikulum Baru Lead: SOLO – Beberapa sekolah di Kota Solo ditetapkan sebagai sekolah penggerak. Sekolah penggerak mengajak seluruh satuan pendidikan untuk berkomitmen memajukan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Yakni dengan melahirkan agen-agen perubahan yang berpusat kepada siswa, berkemajuan, berkeunggulan, dan memiliki adab luhur. Selain itu, sekolah penggerak juga harus menggunakan kurikulum operasional sekolah (KOS), pendamping Kurikulim 2013 (K-13).
Pada data Ss 1 menunjukkan cara komunikator untuk memberikan penegasan bahwa Kurikulum Operasional Sekolah harus segera diselesaikan. Pada lead dijelaskan salah beberapa sekolah penggerak di Solo berkomitmen untuk menggunakan Kurikulum Operasional Sekolah. Komitmen tersebut dalam rangka memajukan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Melalui berita ini, komunikator bermaksud untuk menginformasikan jika Kurikulum Operasional Sekolah dapat memperbaiki pendidikan. Diharapkan dapat segera digunakan di sekolah penggerak sehingga Kurikulum Operasional Sekolah harus segera diselesaikan. Dengan demikian, tergambar di mata publik bahwa Kurikulum Operasional Sekolah penting dan diterapkan di sekolah penggerak. Akan tetapi, tidak tidak dipaparkan penyebab seberapa esensial pengembangan kurikulum tersebut.
Story : Data Ss 2 Ada beberapa prinsip pengembangan Kurikulum Operasional Sekolah di sekolah penggerak.
Data Ss 3 Menurut Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Sri Sayekti, pendidikan merupakan bagian kebudayaan. Sedangkan, saat ini teknologi digital telah menggerus nilai-nilai kebudayaan dengan cepat.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
## Data Ss 4
Sri menyebutkan beberapa prinsip pengembangan Kurikulum Operasional Sekolah di sekolah penggerak. Di antaranya berpusat pada peserta didik. Yaitu pembelajaran yang harus memenuhi keragaman potensi, kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar, serta kepentingan peserta didik.
Data Ss 5
Prinsip selanjutnya, kontekstual yang menunjukkan ciri khas dan karakteristik satuan pendidikan. Lalu konteks sosial budaya dan lingkungan. Serta dunia kerja dan industri (khusus SMK), termasuk menunjukkan karakteristik atau kekhususan peserta didik berkebutuhan khusus (khusus SLB).
Data Ss 6 Berikutnya akuntabel yang dapat dipertanggungjawabkan. Karena berbasis data dan aktual. Jadi, data yang digunakan tidak sembarangan. Selain itu, pengembangan Kurikulum Operasional Sekolah melibatkan komite satuan pendidikan dan berbagai stakeholder . Antara lain orang tua, organisasi, dan berbagai sentra.
Data Ss 7 Termasuk dunia industri dan dunia kerja (DUDI) untuk SMK. Di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan (disdik) atau kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama, sesuai kewenangannya.
Data superstruktur di atas dipaparkan dalam story . Isi berita dari data-data di atas berupa simpulan komunikator (wartawan) bahwa dalam penyusunan Kurikulum Operasional Sekolah ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip Kurikulum Operasional Sekolah meliputi berpusat pada siswa, kontekstual, akuntabel, adanya keterlibatan komite satuan sekolah dan stakeholder serta berkarakter profil Pancasila. Kurikulum Operasional Sekolah dapat mengatasi permasalahan tergerusnya nilai-nilai kebudayaan. Prinsip-prinsip di atas perlu dipahami dalam proses penyusunan. Dari data-data tersebut, tercermin jika komunikator menganggap Kurikulum Operasional Sekolah perlu disusun dengan menjabarkan prinsip-prinsip penyusunan. Prinsip tersebut perlu diperhatikan supaya kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan harapan.
Data Ss 8 “Sementara itu, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk capai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas, 2003). Pemerintah pusat mulai menetapkan kerangka dasar dan struktur KOS,” terangnya (Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Sri Sayekti) kepada Jawa Pos Radar Solo , kemarin Data Ss 9 “Profil pelajar Pancasila, selalu menjadi rujukan dalam semua tahapan penyusunan KOS. Yakni bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertaqwa
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Serta gotong royong dan berkebhinekaan global,” imbuhnya.
Data Ss 10
“Kemudian esensial. Memuat semua unsur informasi penting atau utama yang dibutuhkan dan digunakan di satuan pendidikan. Bahasa yang digunakan lugas, ringkas, dan mudah dipahami,” urainya.
Superstruktur pada data di atas terdapat dalam story yang berupa komentar narasumber. Pada story tersebut, komunikator memberikan penjelasan terkait apa itu kurikulum. Komentar narasumber mengatakan pemerintah pusat mulai menetapkan kerangka dasar dan struktur KOS, tetapi sekolah penggerak harus segera menyelesaikan pengembangan Kurikulum Operasional Sekolah. Idealnya kerangka dasar dan struktur ditetapkan terlebih dahulu, sebagai dasar pengembangan kurikulum. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidaksesuaian dan terkesan proses pengembangan Kurikulum Operasional Sekolah kurang dipersiapkan dan dipaksakan.
## c. Struktur Mikro dalam Berita
Hal yang diamati pada struktur mikro meliputi latar, setil, maksud, praanggapan, nominalisasi, sintaksis, stlisitika, dan retoris (Eriyanto, 2015: 228-229). Pada latar, komunikator akan membawa pandangan pembaca sesuai dengan pandangan atau pemikirannya. Wacana dalam berita daring radarsolo.jawapos.com yang berjudul “Sekolah Penggerak di Solo Kebut Rancang Kurikulum Baru” menginformasikan jika di Solo ada beberapa sekolah penggerak yang harus menggunakan kurikulum baru. Kurikulum tersebut yaitu Kurikulum Operasional Sekolah yang disusun secara mandiri oleh tiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, perlu memerhatikan prinsip penyusunannya.
Dalam penulisan berita, komunikator mengolah informasi yang diperoleh dengan detil eksplisit atau pun implisit. Detil eksplisit berupa prinsip pengembangan Kurikulum Operasional Sekolah yang harus segera diselesaikan. Hal itu terkesan kurikulum tersebut sangat medesak untuk segera digunakan. Selain itu, detil implisit dalam berita yakni penyebab seberapa mendesak pengembangan Kurikulum Operasional Sekolah. Akan tetapi, tidak dipaparkan penyebab seberapa mendesak pengembangan kurikulum tersebut saat masih ada kurikulum yang sedang berjalan. Dengan demikian, tergambar di mata publik bahwa Kurikulum Operasional Sekolah
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
sangat penting dan harus segera diselesaikan supaya dapat segera diterapkan di sekolah penggerak.
Fakta peristiwa yang terpisah-pisah dapat dihubungkan dengan konjungsi. Fakta-fakta peristiwa tersebut dapat menjadi satu kesatuan yang padu.
Data SMi 1 Yakni dengan melahirkan agen-agen perubahan yang berpusat kepada siswa, berkemajuan, berkeunggulan, dan memiliki adab luhur.
Data SMi 2 “Profil pelajar Pancasila, selalu menjadi rujukan dalam semua tahapan penyusunan KOS. Yakni bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Serta gotong royong dan berkebhinekaan global,” imbuhnya.
Konjungsi dan menghubungkan antarklausa. Konjungsi tersebut menyatakan makna penambahan, sekolah penggerakan tidak hanya memajukan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, tetapi berkomitmen untuk membekali nilai-nilai sikap sehingga menjadi peserta didik yang beradab. Konjungsi dan, serta menyatakan peserta didik di sekolah penggerak dengan Kurikulum Operasional Sekolah memiliki profil pelajar Pancasila yang tidak hanya bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, tetapi memiliki akhlak mulia (budi pekerti luhur) dan berjiwa sosial yaitu gotong royong dan berkebhinekaan global.
Tata bahasa yang digunakan dalam berita berupa kalimat aktif-pasif. Dalam kalimat aktif, subjek sebagai pelaku yang melakukan suatu tindakan dan diletakkan di awal kalimat. Ketika bentuk aktif, diubah ke dalam bentuk pasif. Pola tersebut berubah. Objek atau pihak yang dikenai tindakan menjadi pusat perhatian.
Data SMi 4 Beberapa sekolah di Kota Solo ditetapkan sebagai sekolah penggerak. Data SMi 5 Sekolah penggerak mengajak seluruh satuan pendidikan untuk berkomitmen memajukan ekosistem pendidikan yang lebih baik.
Data SMi 6 Selain itu, sekolah penggerak juga harus menggunakan kurikulum operasional sekolah (KOS), pendamping Kurikulum 2013 (K-13).
Bentuk kalimat pada data SMi 4 berupa kalimat pasif, sedangkan data SMi 5 dan SMi 6 berbentuk kalimat aktif. Pada data SMi 4, subjek kalimat yakni beberapa sekolah di Kota Solo . Data SMi 5 dan SMi 6 berupa kalimat aktif. Pada data SMi 5 dan SMi 6 subjek kalimat yakni sekolah penggerak. Data SMi 4,5, dan 6 subjek kalimat diekspresikan secara eksplisit. Subjek tersebut yang difokuskan dan
Vol. 11 No. 1 Januari 2022 http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
ditonjolkan komunikator. Data SMi 4 memfokuskan beberapa sekolah di Kota Solo , sedangkan data SMi 5 dan 6 menonjolkan sekolah penggerak . Data tersebut menginformasikan jika ada beberapa sekolah di Solo menjadi sekolah penggerak. Sekolah penggerak diminta untuk memiliki komitmen memajukan pendidikan dan menggunakan Kurikulum Operasional Sekolah sebagai pendamping Kurikulum 2013. Jika posisi subjek dijadikan objek pada kalimat pasif, akan menimbulkan kesan berbeda. Data SMi 4,5, dan 6 berbentuk kalimat deduktif sehingga pemfokusan dan penonjolan terlihat lebih jelas.
## Data SMi 7
Sekolah penggerak mengajak seluruh satuan pendidikan untuk berkomitmen memajukan ekosistem pendidikan yang lebih baik.
Dalam KBBI daring (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ekosistem) ekosistem adalah keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi dalam alam; komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan dan hewan, bersama habitatnya. Diksi ekosistem digunakan untuk menggambarkan bahwa sekolah penggerakan berupa ekosistem. Ekosistem tersebut terdiri atas kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa menjadi satu habitat. Seluruh unsur di sekolah penggerak memiliki komitmen yang sama.
Data SMi 8 Yakni dengan melahirkan agen-agen perubahan yang berpusat kepada siswa, berkemajuan, berkeunggulan, dan memiliki adab luhur.
Dalam KBB daring (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/agen) agen adalah orang atau perusahaan perantara yang mengusahakan penjualan bagi perusahaan lain atas nama pengusaha, perwakilan; kaki tangan. Agen pada data SMi 8 berarti siswa sekolah penggerak. Lulusan sekolah penggerak diharapkan untuk memiliki keunggulan dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan berbudi pekerti luhur. Dengan demikian, lulusan tersebut dapat membawa perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Data SMi 9 Sekolah penggerak di Solo kebut Rancang Kurikulum Baru
Dalam KBBI daring (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kebut) kebut adalah jalankan dengan cepat. Pada data SMi 9 berarti perancangan, penyusunan kurikulum dilakukan secara cepat di sekolah penggerak.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
## Data SMi 10
SOLO – Beberapa sekolah di Kota Solo ditetapkan sebagai sekolah penggerak.
Pada data SMi 10, kata Solo dicetak tebal. Hal tersebut dikarenakan komunikator ingin memfokuskan perhatian partisipan ke kata yang dianggap penting. Kata Solo dianggap penting karena informasi yang disampaikan khusus berkaitan dengan Kota Solo. Sekolah penggerak yang dibicarakan dalam berita berarti sekolah penggerak di Kota Solo.
## 2. Konteks Sosial
Suatu wacana disusun berdasarkan peristiwa yang terjadi di masyarakat, seperti pendidikan, ekonomi, politik, kebudayaan, maupun sistem sosial masyarakat. Aspek sosial dalam berita menekankan permasalahan pendidikan. Pada tahun 2021 ada program sekolah penggerak dengan menggunakan kurikulum baru. Sekolah penggerak dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 162 Tahun 2021. Dengan terbitnya keputusan menteri tersebut, program sekolah penggerak resmi dilaksanakan. Namun, tidak semua sekolah menjadi sekolah penggerak, sekolah terpilih.
Sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi sehingga harus mematuhi aturan, ketentuan, dan program yang berlaku. Begitupun aturan penerapan kurikulum baru, semua sekolah penggerak menggunakan kurikulum baru yaitu Kurikulum Operasional Sekolah. Selain sekolah penggerak tetap menggunakan Kurikulum 2013. Peristiwa tersebut disampaikan komunikator dalam berita berjudul “Sekolah Penggeran di Solo Kebut Rancang Kurikulum Baru”. Dalam berita, komunikator langsung membawa partisipan untuk menyetujui adanya program tersebut dengan menginformasikan dasar dalam penyusunan kurikulum baru.
Akan tetapi, tidak dijelaskan penyebab esensial kurikulum tersebut saat Kurikulum 2013 masih diterapkan. Konteks sosial berkaitan dengan ideologi dan kekuasaan yang dianut komunikator sehingga memengaruhi wacana yang diproduksi (Kasir, Muhammad, Ramli, Mohammad: 2021)
Data KS 1 Sekolah penggerak harus menggunakan kurikulum perasional sekolah (KOS), pendamping Kurikulum 2013 (K-13)
Pihak yang memiliki akses luas dapat cepat memperoleh informasi. Sekolah- sekolah yang akan menjadi sekolah penggerak perlu mengikuti seleksi terlebih dahulu.
Vol. 11 No. 1 Januari 2022 http://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm
Namun, sekolah yang tidak memiliki akses luas tertinggal informasi sehingga tidak dapat mengikuti seleksi. Sekolah yang terlibat dalam program sekolah penggerak akan mendapatkan akses luas sehingga dapat cepat mendapatkan informasi terkait dengan program kementerian. Hal tersebut dikarenakan ada pendampingan seperti In House Training (IHT), informasi dari web (https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/), kegiatan workshop dari Kemdikbud yang diunggah di Youtube sehingga dapat disimak ulang.
## D. SIMPULAN DAN SARAN
Model analisis wacana Teun A. Van Dijk pada penelitian ini mencakup dimensi teks dan konteks sosial. Dalam dimensi teks meliputi struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Dalam berita daring berjudul “Sekolah Penggerak di Solo Kebut Rancang Kurikulum Baru” tidak terdapat praktik kekuasaan, tetapi akses kekuasaan luas.
## E. DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. (2012). Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana. Eriyanto. (2001). Analisis Wacana . Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang.
Dijk, Teun A. Van. 1988. News as Discourse . Hillsdale, New Jersey :Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Jamaludin, Asep, Ermanto, Novia Juita. 2016. “Tinjauan Analisis Wacana Kritis Perspektif Teun A. Van Dijk dalam Media Online Portal Harian Singgalang” dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, vol. 5, no. 2, seri A 73- 81.
Jorgensen, Marianne W. and Louise J. Phillips. (2010). Discourse Analysis as Theory and Method (terj. Imam Suyitno, Lilik Wahyuni, dan Suwarna). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kasir, Muhammad, Ramli, Mohammad Harun. 2021. “Representasi Ideologi dalam ILC tvone Berdasarkan Struktur Mikro Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk” dalam Jurnal Kata, vo. 5, no. 1, hlm. 133-148.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 162 Tahun 2021.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa . Depok: PT Rajagrafindo Persada. Sumarlam. (2013). Teori dan Praktik Analisis Wacana . Surakarta: KATTA.
https://kbbi.kemdikbud.go.id https://radarsolo.jawapos.com/pendidikan/13/07/2021/sekolah-penggerak-di-solo-kebut- rancang-kurikulum-baru/
|
9f296fa6-d365-4fd9-a9be-26d9f0f94fa4 | https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/download/53880/23603 |
## FAKTOR-FAKTOR PENGULANGAN TINDAK PIDANA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASIMILASI COVID-19 DI LAPAS KLAS II A BENGKULU
## Ahmad Gunawan, Mitro Subroto
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan e-mail : [email protected]
## ABSTRAK
Kondisi Lembaga Pemasyarakatan hampir di seluruh Indonesia saat ini telah melebihi kapasitas (overcrowded) sehingga menjadi suatu kekhawatiran terhadap penularan Virus Covid- 19. Pemerintah berupaya dalam menanggulangi penyebaran Virus Covid-19 dengan mengambil kebijakan pembebasan narapidana melalui program asimilasi di Lembaga Pemasyarakatan. Namun, tidak semua elemen masyarakat menyetujui dengan adanya program ini dikarenakan pemikiran masyarakat terhadap narapidana nantinya akan kembali melakukan pengulangan tindak pidana selama melaksanakan kebijakan tersebut. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor –faktor pengulangan tindak pidana dalam pelaksanaan program asimilasi covid 19 di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bengkulu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni Teori Integratif dan Teori Motivasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, faktor yang melatarbelakangi narapidana melakukan pengulangan tindak pidana kembali yakni berdasarkan 2 (dua) faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal dan pengaruh yang ditimbulkan yakni memunculkan keresahan bagi masyarakat setempat. Peneliti menyarankan untuk selalu melakukan pemantuan terkait segala aktivitas narapidana tersebut dengan melibatkan instansi seperti (Kejaksaan dan Kepolisian).
Kata Kunci : Asimilasi, Covid-19, Narapidana
## ABSTRACT
Currently, the condition of prisons in almost all of Indonesia has exceeded capacity (overcrowded) so that it becomes a concern for the transmission of the Covid-19 Virus. The government is trying to overcome the spread of the Covid-19 Virus by taking a policy of releasing prisoners through an assimilation program in Correctional Institutions. However, not all elements of society agree with the existence of this program because the public's thinking about prisoners will later repeat criminal acts while implementing the policy. So the purpose of this study is to find out the factors of repetition of criminal acts in the implementation of the covid 19 assimilation program at the Bengkulu Class II A Correctional Institution. The theory used in this research is the Integrative Theory and Motivation Theory. The research method used is a qualitative method. Data collection was done by interview, observation and documentation study. The results of the study indicate that, the factors behind the inmates repeating the crime again are based on 2 (two) factors, namely: internal factors and external factors and the influence caused by causing unrest for the local community. Researchers suggest to always monitor all activities related to the prisoners by involving agencies such as (the Prosecutor's Office and the Police).
Keywords : Assimilation, Covid-19, Prisoners
## PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara hukum, hal ini berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Bahwa setiap seluruh masyarakat Indonesia harus berpedoman terhadap norma-norma hukum yang berlaku. Sehingga hukum juga merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan oleh manusia dimanapun dan kapanpun. Indonesia telah membentuk beberapa Lembaga Peradilan Pidana seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Pemasyarakatan sebagai upaya dalam menegakan hukum dengan mengatur dan memberikan sanksi terhadap pelanggar hukum.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menyatakan bahwa pemasyarakatan merupakan kegiatan dalam melakukan pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang mana merupakan bagian akhir dari sistem pemasyarakatan dalam tata peradilan pidana. Sistem pemasyarakatan merupakan bagaimana pembinaan dijalankan agar terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat dalam peningkatan kualitas dari warga binaan pemasyarakatan yaitu sadar akan kesalahan, memperbaiki diri dan tidak untuk melakukan pengulangan tindak pidana kembali, dapat diterima kembali oleh masyarakat, dan dapat berperan langsung dalam pembangunan serta dapat hidup secara wajar yang baik dan bertanggung jawab. Dari sistem pemasyarakatan Bapak Adi Sujatno mengatakan, selain untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik, namun juga untuk melindungi masyarakat kemungkinan melakukan pengulangan tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 bahwa dalam sistem pemasyarakatan, tujuan dari pemasyarakatan yaitu bahwa pemidanaan terhadap seorang terpidana disamping menimbulkan rasa derita karena hilangnya hak kemerdekaan untuk bergerak, juga membimbing mereka agar segera bertobat, dan mendidik supaya menjadi anggota masyarakat yang sosialis dan berguna nantinya.
Berdasarkan Undang-Undang Lembaga Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995 ditetapkan bahwa lembaga pemasyarakatan adalah kegiatan berdasarkan sistem pembinaan, kelembagaan dan metode yang merupakan bagian terakhir dari sistem pidana dalam sistem peradilan pidana. Sistem Pemasyarakatan adalah bagaimana pembinaan dilakukan sedemikian rupa sehingga terintegrasi antara pembina, yang dibina dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas narapidana yaitu menyadari kesalahan, memperbaiki dan tidak mengulangi tindak pidana. untuk diterima kembali oleh masyarakat, berperan langsung dalam pembangunan dan mampu menjalani kehidupan yang baik dan bertanggung jawab. Sistem pemasyarakatan, Adi Sujatno menyatakan tidak hanya bertujuan untuk mengembalikan narapidana sebagai warga negara yang baik, tetapi juga berupaya melindungi masyarakat dari kemungkinan narapidana melakukan tindak pidana, dan merupakan aplikasi dan bagian yang tidak terpisahkan dari Tata Nilai dalam Pancasila. Menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995, bahwa dalam sistem pemasyarakatan, tujuan pemasyarakatan adalah bahwa hukuman seorang terpidana tidak hanya menimbulkan rasa sakit karena hilangnya hak kebebasan bergerak, tetapi juga agar lekas bertobat, dan kemudian mendidik mereka menjadi anggota masyarakat yang sosialis dan berguna.
Menurut UU No. 12 Tahun 1995 bahwa Lembaga Pemasyarakatan atau biasa disingkat Lapas adalah tempat untuk melakukan pembinaan narapidana/anak didik. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan Narapidana, dijelaskan bahwa pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pekerjaan, jasmani dan rohani para narapidana. dan anak didik pemasyarakatan. Pembinaan diberikan agar para narapidana di kemudian hari dapat diterima kembali di masyarakat dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional. pembinaan yang diberikan kepada narapidana adalah pengembangan kepribadian dan
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP
kemandirian. Dalam pelaksanaan pembinaan dan pembimbingan narapidana dapat dilakukan kerja sama dengan badan pemerintah yang terkait dengan badan sosial lainnya, atau individu yang kegiatannya sesuai dengan pelaksanaan sistem penjara. Tahapan pembinaan yang diberikan kepada narapidana menurut Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan tahanan dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu: Pembinaan tahap awal (Pasal 9 ayat 1) Narapidana yang berstatus narapidana memenuhi syarat untuk mendapatkan Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Pembebasan Bersyarat (PB) pembinaan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan (Bapas). Tahap kedua, pembinaan tahap lanjutan (Pasal 9 ayat (2) Pembinaan ini dilakukan dimulai sejak berakhirnya masa pembinaan tahap awal sampai dengan 1⁄2 dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan masih di Lapas dan pengawasan sudah dalam tahap medium security. Tahap ketiga, Pembinaan tahap akhir ( Pasal 9 ayat (3)) pada tahap ini berlangsung dari akhir tahap lanjutan pertama sampai dengan 2⁄3 masa pidana. Pada tahap ini juga tingkat kewaspadaan sudah memasuki batas minimum security, artinya terpidana sudah masuk fase asimilasi. Kemudian, selanjutnya narapidana juga akan diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat..
Awal tahun 2020 merupakan tahun yang menjadi kekhawatiran bagi masyarakat seluruh dunia dengan kasus penyebaran virus yang berbahaya yakni Covid-19 atau Coronavirus, yang mana virus ini juga ikut merebak ke Indonesia. Virus ini dikatakan berbahaya karena memiliki tingkat resiko penularan yang tinggiyang dapat menyebabkan kematian. Virus ini diklaim berasal dari negara Cina, Wuhan yang mana disebabkan oleh makanan beku yang diimpor. Dengan adanya fenomena ini, pemerintah mengambil langkah awal dalam menanggapi kasus Virus Covid-19 yaitu dengan mencegah adanya perkumpulan massal, mengontrol setiap kegiatan pertemuan public, pemantauan dan deteksi wabah serta perlindungan keamanan diri pribadi dan lainnya. Kemudian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga turut memberikan instruksi untuk membebaskan narapidana yang beresiko rendah yakni sebagai upaya untuk meminimalisir resiko jumlah penyebaran Covid19 di penjara, mengingat kondisi penjara yang telah mengalami overcrowded yang hampir terdapat di seluruh dunia sehingga ini merupakan kondisi yang sangat rentan bagi narapidana itu sendiri.
Awal maret 2020 negara Indonesia juga turut masuk dalam daftar negara yang terjangkit Virus Covid-19. Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa virus ini telah menjangkiti 2 (dua) WNI tepatnya di daerah Depok, Jawa Barat. Sehingga pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Covid-19 seluruh instrument negara yakni kementerian/lembaga melakukan isolasi mandiri dengan melaksanakan segala aktivitas dirumah atau WFH (work from home) yang mana hal ini merupakan suatu upaya dalam menghindari kerumunan massal demi pencegahan penyebaran Covid-19.
Sehubungan dengan pemasyarakatan, hal ini juga berdampak terhadap pelaksanaan pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan. Berdasarkan instruksi pemerintah Indonesia melalu Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memberikan program pembebasan bagi narapidana melalui Asimilasi dan Hak Integrasi secara massal berlaku sejak tanggal 31 Maret 2020. Kebijakan ini ditetapkan melalui Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak Dalam Rankga Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19.
Berdasarkan latar belakang inilah maka penulis perlu melakukan penelitian lanjutan mengenai “faktor faktor pengulangan tindak pidana kembali dalam pelaksanaan program asimilasi covid-19 di Lapas Klas IIA Bengkulu” Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP
penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pemberian program asimilasi bagi narapidana saat pandemi covid-19 terhadap pengulangan tindak pidana kembali di Lapas Klas IIA Bengkulu? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang ditimbulkan dari pengulangan tindak pidana atas pemberian program asimilasi Covid-19 di Lapas Klas IIA Bengkulu.
## METODE
Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Anreas, Bogdan dan Taylor (1975) menyatakan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupakata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Menurut Denzin dan Lincoln, para peneliti pada penelitian kualitatif mempelajari berbagai hal atau berbagai fenomena ada di dunia ini dalam lingkungannya yang alami, dan berusaha mendapatkan pemahaman tentang hal-hal atau fenomena-fenomena tersebut berdasarkan pemaknaan dari orang-orang yang menjalani atau mengalami hal-hal atau fenomena- fenomena tersebut. Penggunaan metode kualitatif karena kemampuannya untuk memberikan gambaran mengenai kejadian-kejadian alamiah pada kondisi sebenarnya.
Judul tentang faktor faktor pengulangan tindak pidana kembali dalam pelaksanaan program asimilasi covid-19 di Lapas Klas IIA Bengkulu ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu peristiwa, gejala, kejadian yang terjadi sekarang ini. Penelitian deskriptif memberikan perhatian pada masalah yang aktual sebagaimana terjadi pada saat penelitian dilakukan. Menggunakan penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan kejadian dan peristiwa yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejak awal tahun 2020 Indonesia dihadapkan sebuah pemberitaan bahwa terdapat 2 orang yang telah terinfeksi Virus Covid-19 sehingga hal itu sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia dikarenakan virus ini sangat berbahaya yang mana awalnya dapat menyebar melalui tetesan pernapasan ketika seseorang batuk, bersin hingga berinteraksi dengan lawan bicara. Terkait pemasyarakatan, telah keluar kebijakan terkait upaya pencegahan, penanggulangan dan penanganan Covid-19 di ruang lingkup Lapas maupun Rutan, yakni Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun Tahun 2020 tentang Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidan dan Anak Dalam Pencegahan dan Penaggulangan Penyebaran Covid-19 dengan keluarnya kebujakan tersebut sebanyak 69.006 Narapidana dikeluarkan di seluruh UPT Indonesia.
Kemudian terdapat perubahan atas peraturan sebagai penyempurna dari peraturan sebelumnya yakni Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2020 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat Bagi Anak Dan Narapidana Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 di peraturan tersebut sebanyak 21.248 Narapidana di seluruh Indonesia. Kemudian, Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 beberapa poin mengalami penyempurnaan. Di antaranya yakni terkait syarat dan tata cara pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi, pembatasan bagi tindak kejahatan tertetnu, mengakomodir pemberian hak terhadap Warga Negara Asing, serta penerbitan Surat Keputusan Online, yang akan terakomodir dalam Sistem Database Pemasyarakatan. Asimilasi tidak akan diberikan kepada Narapidana dan Anak yang melakukan tindak pidana terkait narkotika, prekusor narkotika dan psikotropika, terorisme, korupsi, kejahatan atas keamanan negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya. Selain itu, asimilasi juga tidak diberikan kepada narapidana dan anak dengan tindak pidana
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP
pembunuhan Pasal 339 dan Pasal 340, pencurian dengan kekerasan Pasal 365, kesusilaan Pasal 285 sampai dengan Pasal 290 KUHP, serta kesusilaan terhadap Anak sebagai korban Pasal 81 dan Pasal 82 UU Nomor 35 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Kemudian terdapat perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat Bagi Anak Dan Narapidana Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19. Yang mana sampai dengan bulan Agustus 2021 sebanyak 8.135 Narapidana diberikan program asimilasi.
Menurut World Health Organization (WHO), pada Maret 2020 Indonesia pertama kalinya mendapatkan beberapa korban yang ikut terpapar oleh Virus Covid-19 dan menetapkan bahwa Covid-19 telah berstatus pandemi serta akan menyebabkan penularan secara global. Sehingga pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2020 pada tanggal 13 Maret 2020 telah menetapkan bahwa Virus Covid-19 merpakan bencana non alam. Dari waktu ke waktu, bahwa penyebaran Virus Covid-19 semakin meningkat dan menimbulkan korban jiwa. Berbagai kebijakan pemerintah telah dilakukan dalam mengurangi tingkat pneyebaran Covid-19. Hingga Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021, menetapkan Pembebasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan melakukan pembatasan untuk menekan laju penyebaran Covid-19 dengan membebaskan narapidana sesuai dengan Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat Bagi Anak Dan Narapidana Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19. Hal ini didasarkan adanya kekhawatiran pemerintah terhadap penyebaran virus Covid-19 di ruang lingkup Lapas atas pertimbangan utama yaitu overcrowded yang bertentangan dengan kebijakan untuk melakukan penerapan Physical Distancing sebagai upaya untuk mencegah penularan Covid19. Saat ini, Lapas Klas II A Bengkulu memiliki jumlah penghuni sebanyak 575 narapidana dengan kapasitas 270 narapidana termasuk salah satu Lapas yang memiliki kondisi overcrowded mencapai 201,9%
Berbagai penyebab overcrowded hunian di Lapas Klas II A Bengkulu, karena faktor-faktor sebagai berikut:
a. Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cra Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyaraakatan berisi tetang ketentuan khusus pemberian hak terhadap narapidana tindak pidana khusus, seperti tindak pidana narkotika, korupsi diatas 5 (lima) tahun, dan terorisme.
b. Adanya UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, seharusnya untuk pemakai dikenakan pasal pemakai bukan pasal pengedar yang dikenakan diatas 5 (lima) tahun, sehingga bukan di pidana penjara yang dikenakan melainkan di rehabilitasi.
c. Penahanan pra persidangan yang berlebihan terhadap kejahatan tindak pidana ringan akibat dari penentuan putusan hakim bahwa pemidanaan penjara akan memberikan efek jera terhadap pelaku.
Berdasarkan faktor-faktor diatas Lapas Klas II A Bengkulu turut melaksanakan kebijakan Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat Bagi Anak Dan Narapidana Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 sehingga terdapat beberapa narapidana yang diberikan program asimilasi dengan cara dirumahkan dengan melalui syarat untuk dapat melasanakan program Asimilasi dimulai per 1 April 2020. Indonesia telah menjamin hak-hak
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP
narapidana pada saat menjalani masa hukuman di Lapas sebagaimana telah diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Terkait dengan hak, beberapa diantaranya narapidana memiliki hak untuk melakukan Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Bersyarat, dan Cuti Menjelang Bebas. Untuk mendapatkan hak tersebut narapidana harus melalui persyaratan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Pasal 37 ayat (1) bahwa Asimilasi diberikan melalui prosedur tertentu yakni setiap narapidana setelah menjalani masa pidana ½ (satu per dua) masa pidana, dapat mengikuti program dengan baik dan berkelakuan baik.
Dalam fenomena yang terjadi sekarang, Indonesia ikut merasakan dampak dari akibat pandemi covid-19, sehingga pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melakukan sebuah upaya preventif dalam menekan laju penyebaran virus covid-19 di Lapas. Sehingga dikeluarkannya Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH- 19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak melalui Asimilasi dan Integrasi dalam Ranka Pencegahan dan Penganggulangan Penyebaran Covid-19. Dengan demikian, telah keluar kebijakan terkait pengeluaran narapidana yakni Permenkumham Nomor 10 Tahun 2020 dan Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 sebagai penyempurna dari peraturan sebelumnya. Adapun syarat pengeluaran Narapidana dan Anak melalui asimilasi tertuang dalam Ketentuan Umum Pasal 4 ayat (1) Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 sebagai berikut:
a. Berkelakuan baik dinuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir;
b. Aktif mengikuti program pembinaan dengan baik;
c. Telah menjalani ½ (satu per dua) masa pidana.
Dalam pasal 4 tersebut bahwa narapidana yang akan melaksanakan asimilasi covid19 juga diwajibkan untuk melampirkan dokumen yang mana tertera dalam Pasal 5 ayat (1) Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020.
Berdasarkan dari sistem database pemasyarakatan Lapas Klas II A Bengkulu per 1 Agustus 2021 narapidana yang mendapatkan asimilasi dan integrasi karena covid19 sebanyak 376 narapidana, dengan rincian:
a. 279 orang dengan status klien asimilasi dan;
b. 97 orang dengan status klien yang telah mendapatkan program integrasi (PB, CB dan CMB
Berdasarkan dari uraian jumlah narapidana yang mendapatkan program asimilasi dan integrasi masih terdapat 4 orang yang melakukan pelanggaran atau pengulangan tindak pidana khusus selama menjalani program asimilasi. selama diberlakukan kebijakan program asimilasi dari tahun 2020, jumlah narapidana (klien) yang melakukan tindak pidana kembali sebanyak 4 orang yang mana 2 orang dengan tindak pidana narkotika, 1 orang tindak pidana pencurian, dan 1 orang tindak pidana penadahan
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP
Terkait dengan kebijakan, hal ini dapat memunculkan kontra dari masyarakat. Banyak masyarakat menilai bahwa kebijakan ini akan menimbulkan keresahan ditengah masyarakat dikarenakan narapidana yang telah dibebaskan nantinya tidak menutup kemungkinan untuk kembali melakukan tindak pidana. Seperti fenomena yang terjadi saat pandemu covid-19 yang memiliki dampak dalam aspek ekonomi. dikarenakan hal ini disebabkan adanya PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Dengan melarang segala kegiatan atau aktivitas di ruang lingkup kerja yang pada akhirnya sebagian masyarakat mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena usaha yang dijalankan tidak berjalan dengan lancar seperti biasanya. Sehingga hal ini yang menjadi alasan masyarakat kontra dengan kebijakan yang dikeluarkan karena hanya akan menambah tingkat jumlah kriminalitas semakin mengalami kenaikan.
Ada beberapa alasan faktor yang penulis dapatkan pada saat melakukan penelitian sehingga narapidana melakukan pengulangan tindak pidana, antara lain:
## Faktor Eksternal
## 1. Faktor Ekonomi
Faktor ini merupakan faktor yang paling sering menjadi alasan bagi warga negara Indonesia yang memiliki tingkat finanasial kebawah melakukan tindak pidana. Dengan adanya kebijakan PSBB membuat seluruh sector ekonomi semakin mengalami penururnan, perusahaan-perusahaan yang pada awalnya memiliki banyak karyawan semakin mengalami penyusutan dari hasil yang didapatkan sehingga mengalami gulung tikar yang berimbasterhadap karyawan berujung pada kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK). Sehingga sebagian masyarakat Indonesia tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran. Hubungan dengan narapidana yang sedang menjalani asimilasi, mereka pada saat keluar dari Lapas akan mendapatkan suatu gambaran nyata bahwa kehidupan selama mereka dibebaskan jauh berbeda, mereka akan kesulitan mendapatkan pekerjaan ditambah dengan latar belakang mereka masih sebagai narapidana, jika ingin memulai suatu usaha mereka akan membutuhkan modal yang cukup banyak kemudian bagi mereka yang tidak sanggup dengan realita yang mereka hadapi pada akhirnya mereka menemukan pilihan untuk melakukan tindak pidana kembali untuk mendapatkan hasil dengan jalan yang cepat dan instan.
## 2. Minim Keterampilan
Napi yang sedang menjalani program asimilasi yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi maupun keluarganya mesti memiliki modal keterampilan dalam dirinya. Dengan modal keterampilan tersebut narapidana bisa memiliki peluang untuk dipekerjakan atau membuka usaha baru. Namun terkadang, terdapat narapidana yang minim atau sama sekali tidak memiliki keterampilan pada saat sedang menjalani proses asimilasi. Sehingga terkadang muncul di dalam pikiran mereka untuk melakukan tindak pidana kembali demi mendapatkan hasil keuntungan yang cepat dan juga instan.
3. Stigma dari masyarakat
Dalam konsep ini dikenal sebagai labelling, mantan narapidana yang kembali berbaur ditengah masyarakat tidak akan terlepas dengan labelling. Labelling terhadap narapidana terjadi melalui perbuatan maupun ucapan yang diberikan terhadap mantan narapidana
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP
tersebut. Sering bagi mantan narapidana menganggap mereka akan terus di stigma atau di cap oleh seseorang sehingga mengakibatkan munculnya rasa pesimis dan enggan untuk berinteraksi dengan baik Hal tersebut membuat masyarakat mempertimbangkan untuk mempekerjakan mereka atau misalnya memberikan modal usaha kepada mereka untuk kembali memulai kehidupan baru dikarenakan masih khawatir dengan kejiwaan mereka seperti itu yang mengkhawatirkan mantan narapidana kembali mengulangi tindak pidana.
4. Faktor Lingkungan
Salah satu faktor yang juga memiliki pengaruh besar terhadap seseorang melakukan tindak pidana yakni dikarenakan oleh faktor lingkungan, lingkungan yang buruk dapat membuat lingkungan tersebut rawan akankejahatan. Dan narapidana yang ketika dihadapkan dunia luar kembali setelah lama di Lapas jika masih ikut bergaul dengan teman sebelumnya atau menempati sebuah lingkungan yang rawan akan kejahatan tidak menutup kemungkinan untuk kembali berulah atau mengulangi tindak pidananya kembali
## Faktor Internal
## 5. Faktor Intrinsik
Pada dasarnya pasti terdapat manusia memiliki kejiwaan yang tidak bisa diubah atau tetap melakukan perbuatan yang meresahkan walaupun tau apa resiko yang akan di hadapinya. Kemudian setiap manusia pun memiliki cara untuk mengontrol dirinya, dikarenakan memiliki tingkat toleransi terhadap pengendalian diri sendiri yang berbeda pula. Seseorang yang memiliki tingkat control diri yang rendah, ia akan sangat mudah untuk dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya sehingga hal tersebut menyebabkan mantan narapidana kembali melakukan pengulangan tindak pidana. Melihat pengaruh yang ditimbulkan, pembebasan narapidana seperti asimilasi covid, jangan hanya difokuskan untuk pencegahan penyebaran covid-19 di ruang lingkup Lapas, melainkan tetap memperhatikan tujuan pemidanaan itu sendiri agar narapidana yang sedang menjalankan program asimilasi menjadi lebih baik dan tidak mengulangi tindak pidana kembali. Kemudian dari segi keimanan, perbuatan jahat hanya dilakukan oleh seseorang yang kurang memiliki keimanan, seseorang yang memiliki tingkat keimanan ke bawah dipastikan sulit untuk mengontrol dirinya karena tindak dapat membedakan mana perbuatan baik ataupun perbuatan yang buruk.
Terkait dengan berulahnya kembali narapidana, sehingga dengan hal ini Pembimbing Kemasyarakatan (PK Bapas) memiliki peranan penting dalam memberikan suatu bimbingan dan pengawasan terhadap narapidana yang sedang menjalankan asimilasi selama pandemi covid-19 agar tidak kembali mengulangi tindak pidana dan dapat diterima kembali ditengah masyarakat. Hal ini terdapat dalam Permenkumham Nomor 41 Tahun 2017 bahwa Pejabat Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan (PK) adalah PNS yang diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan bimbingan kemasyarakatan.Terkait dengan kondisi covid, pengeluaran narapidana melalui program asimilasi dan integrasi mempersyaratkan bagi PK untuk senantiasa terus melakukan pembimbingan dan pengawasan secara dalam jaringan (daring). Pengawasan secara daring yang dilakukan oleh PK yakni dengan berbasis teknologi informasi dengan cara menghubungi klien dengan menggunakan via telpon, sms, whatsapp, maupun video call. Dengan kata lain, melalui daring sebagai bentuk upaya pengawasan yang tetap dijalankan oleh PK Bapas, namun disisi lain dengan pengawasan daring terdapat kendala sehingga
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP
pengawasan tidak berjalan dengan optimal sehingga mengakibatkan pengulangan tindak pidana kembali bagi para narapidana.
Dalam melakukan pengawasan, hal tersebut tidak serta merta dilimpahkan semua ke PK namun terdapat beberapa pihak yang memiliki tanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap klien, seperti :
a. Keluarga klien; b. Petugas pemasyarakatan (wali/pengasuh); c. Masyarakat sekitar; d. Pemerintah daerah setempat; dan e. Aparat penegak hukum.
Sebelum mendapatkan persetujuan untuk mendapatkan program asimilasi, pihak Lapas maupun Bapas meminta persetujuan terhadap keluarga narapidana tersebut untuk dijadikan sebagai penjamin, apabila pihak keluarga menolak untuk menyetujui hal tersebut maka pengajuan asimilasi covid-19 ditolak atau tidak dapat diproses. Melalui persetujuan tersebut keluarga yang nantinya akan mempertanggungjawabkan dalam membimbing maupun mengawasi narapidana selama melaksanakan proses asimilasi dengan menjamin baik maupun buruknya narapidana tersebut setelah keluar Surat Keputusan (SK). Narapidana diwajibkan untuk melapor dan mendapatkan bimbingan dari PK di Bapas, wajib lapor tersebut dapat dilakukan seminggu 1x. Menurut salah satu PK Bapas di Lapas Klas II A Bengkulu menyebutkan apabila terdapat keluarga sebagai penjamin dan tidak melaksanakan tugasnya dengan memberikan bimbingan dan pengawasan narapidana seperti halnya narapidana yang kembali melakukan pengulangan tindak pidana kembali maka, penjamin tersebut maka tidak akan dikenakan sanksi karena pada dasarnya belum ada peraturan perundangundanganmengenai sanksi apa yang akan ditanggung bagi penjamin apabila lalai menjalankan kewajibannya dalam memberikan bimbingan maupun pengawasan Namun jika klien melakukan pelanggaran syarat umum yakni dengan melakukan kembali pelanggaran hukum dan syarat khusus seperti menimbulkan keresahan dalam masyarakat, tidak melaksanakan wajib lapor sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut, dan tidak melaporkan perubahan alamat tempat tinggal maka PK Bapas berhak untuk mencabut keputusan asimilasi dan integrasi dari klien tersebut. Terkait dengan Permenkumham 32 Tahun.
Sebelum dilakukannya pencabutan keputusan asimilasi dan integrasi terhadap pelanggar, maka PK perlu melakukan suatu penindakan. Yakni dengan melakukan peningkatan bimbingan, terkait pencabutan program asimilasi dalam Surat Edaran Nomor PAS-19 516.PK.01.04.06 Tahun 2020, melalui mekanisme seperti berikut:
a. Ka.Bapas melakukan pencabutan sementara terhadap pelaksanaan asimilasi berdasarkan rekomendasi siding TPP dengan terhadap laporan hasil pengawasan;
b. Ka.Bapas melaporkan ke Kalapas untuk melakukan pengusulan pencabutan asimilasi dengan melampirkan data dukung pelanggaran dan surat keputusan pencabutan sementara;
c. Kalapas menetapkan surat keputusan terkait pencabutan asimilasi;
d. Ka.Bapas melakukan koordinasi dengan kepolisian dan kejaksaan setempat dalam hal pengembalian klien ke Lapas/LPKA/Rutan.
Terkait pemberian sanksi apabila klien asimilasi melakukan pengulangan tindak pidana maka langkah yang dilakukan yakni dengan mengembalikan klien ke Lapas/LPKA/Rutan dengan melakukan koordinasi dengan kepolisian dengan memberikan hukuman tutupan sunyi (strafsel).
## PENUTUP
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor faktor pengulangan tindak pidana kembali dalam pelaksanaan program asimilasi covid-19 di Lapas Klas IIA Bengkulu, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
Pelaksaan pemberian asimilasi covid-19 di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A dikarenakan masalah overcrowded membuat penyebaran covid-19 dapat meluar dengan cepat. Sehingga pemberian asimilasi tersebut didasari oleh Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana Dan Anak Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut mendapat tanggapan kontra dari masyarakat, karena mereka menganggap bahwa kebijakan tersebut akan memiliki pengaruh bahwa narapidana akan mengulangi tindak pidana mereka kembali. Keadaan sekarang sebagian masyarakat juga turut merasakan dampaknya, yakni mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sehingga juga berasumsi dengan pengeluaran narapidana akan meningkatkan tingkat kriminalitas. Faktanya, pengulangan tindak pidana narapidana memiliki bermacam motif seperti: factor ekonomi, minim keterampilan, stigma masyarakat, factor lingkungan dan karena factor dari dalam diri mereka. Sehingga peran bapas sangat diperlukan dalam melakukan pembimbingan maupun pengawasan terhadap klien asimilasi. Narapidana yang melakukan pelanggaran dengan melakukan pengulangan tindak pidana, akan mendapatkan tindakan selain pencabutan surat keputusan asimilasi, kemudian pihak Lapas bekerja sama dengan pihak Kepolisian untuk memberikan tutupan sunyi (strafsel).
## Saran
Adapun saran yang bisa diberikan berdasarkan kesimpulan yang telah diberikan:
1. Pihak lapas yang memiliki kewenangan untuk memberikan program asimilasi sesuai dengan Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana Dan Anak Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19 senantiasa terus memberikan sosialisasi dengan mengingatkan terus kepada keluarga inti narapidana yang sedang menjalankan program asimilasi dan implikasi apabila jika terjadinya suatu pelanggaran. Dikarenakan keluarga inti sangat berpengaruh bagi narapidana (klien) dalam menyerap nasihat maupun wejangan dari orang terdekat seperti orang tua, pasangan maupun anak dari narapidana (klien).
2. Pihak lapas meminta dukungan untuk bekerja sama dengan instansi terkait seperti Kejaksaan, Kepolisian dan masyarakat setempat untuk selalu memantau segala perilaku dan kegiatan narapidana (klien) mengingat potensi pengulangan tindak pidana dapat terjadi kembali.
## DAFTAR PUSTAKA
## Buku
Totok Sugiarto, S. M. (2017). PENGANTAR KRIMINOLOGI. Surabaya, Jawa Timur: Jakad Media Publishing.
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP
B.Uno, H. (2021). Teori motivasi dan pengukuran: Analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
AZIS, A. L. (2017). PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK. MAKASSAR. Asshiddiqie, J. (2000). Hukum Dalam Jagat Ketertiban Umum. Jakarta: UKI Press.
Suwarsono, S. ( 2016). PENGANTAR PENELITIAN KUALITATIF. 8. H, H. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika Milala, P. A. (2020). Peran Jaksa Dalam Melaksanakan Pengawasan Terhadap Narapidana Yang Sedang Menjalani Pelepasan Bersyarat Berdasarkan Undangundang No.16 Tahun 2004 Tentang Kejaksan Republik Indonesia. Medan: Universitas Sumatera Utara
## Artikel Jurnal
Anisah, A. (2016). PELAKSANAAN PEMBINAAN ASIMILASI TERHADAP NARAPIDANA LAPAS KLAS II A PADANG. PADANG
Annissha Azzahra Wurnasari, M. D. (2020). DAMPAK ASIMILASI NARAPIDANA TERHADAP MARAKNYA KRIMINALITAS DITENGAH PANDEMI COVID-19. SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 26.
Anwar, M. (2020). Asimilasi dan Peningkatan Kriminalitas Di Tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar Pandemi Corona. Buletin Hukum dan Keadilan, 105.
AZIS, A. L. (2017). PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK. MAKASSAR.
Firmansyah, R. (n.d.). Konsep Dasar Asimilasi dan Akulturasi Dalam Pembelajaran Budaya.
Hardiyanto, R. (APRIL, 2020). LANGKAH –LANGKAH STRATEGIS UNTUK MENCEGAH PANDEMI COVID-19 DI LEMBAGA PEMASYARKATAN INDONESIA. JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN,, 43 -55.
Hasanah, H. (2016). TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI. Jurnal at-Taqaddum, 46.
Lila Afrida, F. I. (September 2020). KONTRA MASYARAKAT TERHADAP MENINGKATNYA KRIMINALITAS PASCA ASIMILASI NARAPIDANA DAMPAK COVID-19. JURNAL ILMU HUKUM, 273.
Nugroho, W. (2019). PENGARUH LAYANAN MEDIASI TERHADAP PERILAKU BULLYING. Jurnal Medi Kons, 114.
Patuju, L. (Desember 2016). RESIDIVIS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM. JURNAL HUKUM VOLKGEIST, 114.
Prabowo, A. (2018). Pembinaan Keagamaan Bagi Narapidana. Lampung
Rahmi, S. (2017). Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Sebagai Upaya Reintegrasi Sosial di Rumah Tahanan Negara Klas II A Padang Panjang. Padang.
|
0be66ed2-009d-43c3-b49c-a85c160a066a | https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/SM/article/download/2962/1735 |
## KemampuanPersonal Selling Pemandu Wisata di Nusa Tenggara Barat
1 Rina Fitriana, 2 Lestari Ningrum [email protected]
1 Perhotelan, Politeknik Sahid, 2 Perhotelan, Sekolah Tinggi PariwisataTrisakti
## Abstrak
Pemandu wisata merupakan ujung tombak kegiatan pariwisata, dimana pemandu wisata salah satunya bertugas untuk membangun citra pariwisata di suatu daerah.Untuk dapat menampilkan citra pariwisata yang baik, kemampuan personal selling - yang meliputi sales manship, negotiating dan relationship marketing -pemandu wisata mutlak dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan dilakukan di Nusa Tenggara Barat yang merupakan destinasi wisata sport tourism dan halal tourism , dengan jumlah responden sebanyak 45 peserta pelatihan peningkatan kompetensi pemandu wisata pedesaan yang diambil dari 6 desa wisata. Hasil menunjukkan mean pada dua sub variable yaitu sales manship dan negotiating adalah valid dengan nilai 3,61 dan 3,75. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kemampuan personal selling pemandu wisata pedesaan di Nusa Tenggara Barat, dibuktikan dengan dikuasainya 2 sub variabel dari 3 sub variabel yang menjadi obyek penelitian, sudah sangat baik dan hal ini dibuktikan dengan nilai sebesar3.68.
Kata Kunci: Lombok, Pariwisata, PemanduWisata, Personal Selling
## ABSTRACT
Tour guides are play important role in tourism activities. They build the image of tourism in an area. To be able to display a good tourism image, personal selling ability- which includes salesmanship, negotiating and relationship marketing- a tour guide is absolutely needed. This study uses descriptive method with quantitative approach and conducted in West Nusa Tenggara which is a tourist destination sport tourism and halal tourism, with the number of respondents as many as 45 participants of training to improve the competence of rural tour guides taken from 6 tourist villages. The result shows the mean on two sub variables namely salesmanship and negotiating is valid with values 3.61 and 3.75. Thus it can be concluded that the overall ability of personal selling rural tour guides in West Nusa Tenggara, evidenced by the mastery of 2 sub variables of 3 sub variables that become research objects, has been very good and this is evidenced by a value of 3.68.
Keywords: Guide, Lombok, Personal Selling, Tourism
## PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan seluruh dunia telah banyak berimbas pada sektor pariwisata. Pembatasan penerbangan di awal merebaknya wabah, penerapan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), keharusan surat bebas Covid-19 dikala bepergian sampai pada penutupan penerbangan dari dan ke luar negeri jelas telah membawa akibat yang luar biasa pada sektor pariwisata dan para pelakunya (Fitriana, Simanjuntak & Dewanti, 2020; Budiyanti, 2020; Dwina, 2020; Sinulingga, 2021)
Untukmemberikansemangatkepada para pelaku industri pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) dengan ini mengadakan sebuah program yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi para pelaku usaha di bidang pariwisata, diantaranya pemandu wisata, terapis spa, pekerja hotel dan lain sebagainya. Dalam pelatihan ini mereka dibekali ilmu dasar mengenai pemasaran ( exploring, packaging and presentation ) dan penerapan protokol kesehatan ( cleanliness, health, safety and environmental sustainability ) di usaha mereka masing-masing.Pelatihan ini diselenggarakan di provinsi dimana 3 (tiga) destinasi super prioritas (DSP) berada, yaitu Sumatera Utara (Toba), Nusa Tenggara Barat (Mandalika) dan Yogyakarta (Borobudur).
Nusa Tenggara Barat, dengan ibukotanya Lombok, telah lama dikenal sebagai sebuah destinasi wisata yang memiliki banyak potensi. Selain alamnya yang memang indah, Nusa Tenggara Barat juga terkenal memiliki budaya dan adat-istiadat yang kaya dan masyarakat yang ramah dan toleran. Hal ini diantaranya dibuktikan pada saat pelaksanaan branding wisata unggulan,Lombok mendapat posisi tagline “Friendly Lombok” yang menunjukkan bahwa daerah tersebut berupaya menerima semua wisatawan dengan ramah (Subarkah & Rahman, 2020; Haryanegara, Akbar & Novianti, 2021; Nirwana, Sulhaini, & Mulyono 2020).Selain wisata alam, Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu destinasi sport tourism dan halal tourism di Indonesia.
Kemantapanprovinsiinimenjadi destinasi halal tourism dibuktikan dengan berhasil diraihnya penghargaan World Halal Tourism Award tahun 2016 di Abu Dhabi sebagai World’s Best Halal Honeymoon Destination dan World’s Best Halal Tourism Destination . Untuk mengukuhkan Nusa Tenggara Barat sebagai sebuah destinasi halal tourism , pemerintah provinsi ini memiliki Peraturan Daerah (PERDA) tentang Halal Tourism yang disebutkan dalam Peraturan Daerah Nusa Tenggara Barat (Perda NTB) No.2 tahun 2016 mengenai ruang lingkup halal tourism tersebut meliputi destinasi, promosi dan pemasaran, pembinaan, kelembagaan, industri, beserta pembiayaan dan pengawasan. Selain itu Lombok yang merupakan ibukota Nusa Tenggara Barat juga menduduki peringkat pertama sebagai Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) di tahun 2018 hingga 2019 (Subarkah, 2018; Susanty, 2020; Zaenuri dkk, 2020)
Adapunsebagaidestinasi sport tourism , Nusa Tenggara Barat saat ini digadang menjadi tempat dimana MotoGP akan dilaksanakan. Hanafi (2021) menilai bahwa Nusa Tenggara Barat memiliki kelebihan dari sisi keindahan pantai yang ditopang dengan adanya udara yang masih segar dan bebas polusi sehingga sangat cocok dijadikan lokasi kejuaraan olahraga seperti triathlon, sepeda, renang dan sebagainya.Masyarakat juga menyambut baik dijadikannya NTB sebagai salah satu destinasi sport tourism , hal ini salah satunya dibuktikan dengan minat dan motivasi masyarakat mengikuti fun race and trial run di kawasan Sembalun Lombok Timur ternyata menunjukan hasil dengan kategori tinggi (Isnaini, Alfarizi & Mulyan, 2021;
Salah satu hal yang menunjang keberadaan sport tourism dan halal tourism di Nusa Tenggara Barat adalah keberadaan desa wisata. Desa wisata memberikan wisatawan atraksi tambahan selain menikmati sport tourism, yaitu menikmati alam dan budaya masyarakat setempat sehingga memberikan suatu pengalaman yang unik bagi wisatawan. Keberadaan desa wisata ini selain berguna untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian di desa tersebut melalui keberadaan homestay dan paket-paket wisata, juga tidak bertentangan dengan konsep halal tourism yang memang diusung oleh pemerintah dan didukung oleh masyarakat setempat yang terkenal memegang syariat Islam dengan kuat (Adinugraha, Sartika & Kadarningsih, 2018; Suprina, Rachman & Fitriana, 2019; Fitriana, 2020)
Dengantujuanmenjadikan Nusa Tenggara Barat sebagai destinasi sport tourism dan halal tourism yang mumpuni, keberadaan pemandu wisata kompeten mutlak dibutuhkan, terlebih dalam masa adaptasi kebiasaan baru dimana cara berwisata pun mengalami perubahan sehingga perlu adanya peningkatan kompetensi pemandu wisata (Fitriana, Simanjuntak & Dewanti, Paramita & Putra, 2020; Suprihatin, 2020)Dalam masa adaptasi kebiasaan baru ini, pemandu wisata diharapkan tidak saja memiliki teknik menyampaikan story telling dan pelayanan prima, akan tetapi juga harus menguasai dasar-dasar ilmu pemasaran dan pengetahuan mengenai penerapan protokol kesehatan CHSE ( cleanliness, health, safety and evvironmental sustainability ) agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu hal yang perlu ditekankan kepada pemandu wisata adalah kemampuan dalam personal selling selama mendampingi wisatawan dalam kegiatan wisatanya.Untuk itu penelitian ini
bermaksud mengungkat sudah sejauh mana kemampuan personal selling para pemandu wisata yang berada di beberapa desa wisata di Nusa Tenggara Barat.
## LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
## Desa Wisata
Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Ningrum, Lestari dan Amalia, 2020) Inskeep, (1991) dalam L. Ningrum., et.al (2018) dalam Ningrum, Lestari dan Amalia, (2020), memberikan definisi desa wisata merupakan kelompok-kelompok kecil turis yang tinggal di atau dekat suatu desa tradisional, desa yang seringkali terpencil dan para turis berkesempatan belajar tentang kehidupan desa dan lingkungan setempat.
Desa wisata berarti desa yang sudah mandiri, desa yang sudah dapat melakukan tata kelola untuk kesejahteraannya sendiri, ditambah dengan kemampuannya dalam mengelola lahan desa untuk kepentingan bisnis desa dalam arti menghidupi waga desanya sendiri (cp.OECD, 2002, Leser,et.al., 1992, Susiyanti, 2013, Neumwier,2014 dalam Ningrum,Lestari dan Amalia, 2020).
## Personal Selling
Salah satu kelebihan dari personal selling adalah terbentuknya komunikasi dua arah dibandingkan dengan metode penjualan yang klasik yang hanya mengandalkan komuunikasi satu arah (Hammann, Peter,1979), hal ini dikuatkan oleh penelitian Adewale, Adegbite Ganiu; et.al (2019) bahwa penjualan melalui personal selling lebih banyak menghasilkan keuntungan dengan banyaknya permintaan untuk sutu produk, dan melalui personal selling dengan komunikasi terlatih, akan lebih mengetahui apa yang diharapkan dan tidak diharapkan oleh konsumen terhadap produk yang ditawarkan, hal yang sama juga dikuatkan oleh The New Zealand Qualification Authority (2008) dalam Olumoko;et.al (2012)
“Personal selling is face to face interaction with one or more prospective purchase for the purpose of making presentations, answering question, and procuring order sales” . Personal selling is a presentation by the firms’ sales force for the purpose of matching, sales and building customer relationship (Kotler and Armstrong, 2010) Staf yang menjalankan personal selling di arahkan melakukan presentasi produk yang akan ditawarkan dengan tujuan mencari kecocokan kebutuhan dan menjalin hubungan dengan calon konsumen/ pelanggan.
Personal selling adalahkomunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk rnemperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya. (Tjiptono,Fandi, 2012).Menurut (Tjiptono,Fandi, 2012) mengemukakanpenjual yang melaksanakan personal selling harusmempunyaikriteria-kriteriasebagaiberikut:
## 1. Salesmanship
Penjualharusmemilikipengetahuan tentang produk dan menguasai seni menjual. Seperti cara mendekati pelanggan, memberikan presentasi, mengatasi penolakan, dan mendorong pembelian.
2. Negotiating
Penjual harus mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi tentang syarat-syarat penjualan.
3. Relationship marketing
Penjual harus tahu cara membina dan memelihara hubungan baik dengan para pelanggan.
Philip Kotler mengungkapkan tujuan penjualan tatap muka (personal selling) adalah sebagai berikut (Philip Kotler, 2007)
1. Mencari calon pelanggan
2. Menetapkan sasaran: memutuskan bagaimana mengalokasikan waktu mereka diantara calon pelanggan.
3. Berkomunikasi: mengkomunikasikan informasi tentang produk dan jasa perusahaan tersebut.
4. Menjual: mendekati, melakukan presentasi, menjawab keberatan – keberatan, dan menutup penjualan.
5. Melayani: menyediakan berbagai layanan kepada pelanggan, memberikan konsultasi tentang masalah, memberikan bantuan teknis, merencanakan pembiayaan, dan melakukan pengiriman.
6. Mengumpulkan informasi: melakukan riset pasar dan melaksanakan tugas intelejen.
7. Mengalokasikan: memutuskan pelanggan mana akan memperoleh produk tidak mencukupi selama masa-masa kekurangan produk. Tenaga pemasar yang bertugas melakukan penjualan tatap muka ( personal selling ) dapat mengidentifikasi informasi pasar.Tenaga pemasar tersebut sekaligus bertindak sebagai Market Intelegence yang mencari tahu mengenai pesaing mereka.
Berdasarkan beberapa definisi tentang personal selling , maka dalam penelitian ini diputuskan menggunakan teori personal selling sebagai satu-satunya variabel untuk mencari data dari para responden sesuai pekerjaannya sebagai pemandu wisata di beberapa desa di Nusa Tenggara Barat.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, karena melalui sumber data primer disebarkan angket kepada responden yang berprofesi sebagai pemandu wisata senior dan yunior sebanyak 45 orang yang telah melewati rapid test dari 50 calon peserta dimana sisanya diharuskan membatalkan keikutsertaan sebagai peserta karena hasil test terindikasi Covid-19, peserta berasal dari 6 desa yang tersebar di Lombok Nusa Tenggara Barat, yaitu desa Bilebante, desa Sembalun Lawang, kampung wisata Kelujuk, desa Sukarara, desa Bonjeruk, dan desa Kembang Kuning, dengan hasil data berupa angka yang memerlukan penggambaran dan analisa dari data angka tersebut. Uji reliabiltas dilakukan pada penelitian ini untuk menguji tingkat konsisten dari para responden dalam menjawab instrumen dalam pernyataan dan uji validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen dapat dimengerti, dipahami dan dialami sendiri oleh para responden, sedangkan analisa data dilakukan dengan menganalisa nilai mean dari setiap sub variabel yang dinyatakan valid dari pengujian validitas. Untuk keperluan pembahasan dari nilai mean maka di gunakan rumus interval untuk mendapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kategori Nilai Rata- Rata Interval Nilai Rata - Rata Personal Selling 3,25-4,00 Sangat menguasai 2,50 - 3,24 Menguasai 1,75 - 2,49 Tidak Menguasai 1,00 - 1,74 Sangat Tidak Menguasai Sumber : Sugiyono. 2017
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 2. Hasil Uji Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,629 10
Uji reliabilitas ini merupakan jenis reliabilitas internal yang hanya dilakukan dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan saja. Ke 10 item pernyataan yang dibuat dalam rangka evaluasi pelatihan dengan materi antara lain pengembangan potensi produk wisata terdiri dari exploring, packaging dan presentation dan diberikan kepada 45 peserta, mempunyai nilai CA sebesar 0.629, yang berarti para peserta pelatihan memiliki tingkat konsistensi tinggi dalam menjawab ke sepuluh pernyataan yang diajukan. Pada dasarnya dalam uji instrumen adakalanya ditemukan sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid, sebaliknya sebuah tes yang valid umumnya reliabel (Sugiyono,2017), berdasarkan asumsi ini, maka penelitian ini melakukan uji reliabel terlebih dahulu, dan dapat dikuatkan oleh hasil uji validitas berikut.
Hasil Uji Validitas
Dengan nilai Degree of Freedom (df) sebesar 43 didapat r tabel sebesar 0,25 dan hasil uji validitas dapat dilihat melalui nilai r hitung apada kolom Corrected Item-Total Correlation berikut ini :
Tabel 3. Hasil Uji Validasi Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted selalu berpakaian rapi dan sopan 32,93 3,882 ,532 ,548 mengenalkan identitas diri 32,89 4,237 ,351 ,592 tutur bahasa yang mudah dimengerti 32,96 4,089 ,401 ,579 produk knowledge 33,04 4,180 ,329 ,596 menanyakan keberatan yang dirasakan pembeli 33,09 3,946 ,452 ,566 bersikap ramah ketika menanggapi keberatan 32,98 4,477 ,189 ,628 tidak bersikap memaksa ketika menanyakan pesanan 32,84 4,407 ,281 ,607 Setelah saya menjelaskan tentang paket, saya menanyakan tentang kepahaman calon konsumen 32,91 4,446 ,225 ,619
menjelaskan ketepatan waktu dengan itinerary
paket wisata yang diberikan ke konsumen 32,78 4,859 ,059 ,646 menjaga hubungan baik dan bersedia menjelaskan kembali kepada konsumen 32,98 4,568 ,144 ,638
Dapat di ketahui dari kesepuluh item instrumen yang diujikan ternyata terdapat 4 item pernyataan yang hasilnya dinyatakan tidak valid, karena nilai r hitung lebih kecil daripada nilai r tabelnya, pernyataan tersebut adalah :
1. Sub variabel “Sales” (0,189) dengan pernyataan “Saya bersikap ramah ketika menanggapi keberatan dari konsumen”, dengan nilai r hitung sebesar 0,189 < 0,25, dapat dijelaskan analisa penyebab nilai pernyataan ini tidak valid, bahwa dalam memandu para pengunjung untuk melihat obyek wisata yang di tawarkan seperti obyek wisata religi, pantai, adventure , diving ( scuba di ving atau free diving ) dan snorkeling , kemungkinan besar sebagian para peserta pelatihan sebagai pemandu wisata tidak pernah mendapatkan sikap keberatan dari pengunjung sebahagian lagi pernah mendapatkan sikap keberatan dari pengunjung. Sebagai contoh apabila para pemandu wisata berlaku sebagai coach kegiatan diving atau snorkelin g, umumnya dan wajib para divers yang akan menyelam sudah harus memiliki license/ ijin menyelam, maka kemungkinan besar dalam kegiatan ini tidak ada sikap keberatan karena para divers sudah paham aturan-aturan yang harus dipenuhi baik syarat perijinan maupun hal-hal yang tidak dan boleh dilakukan didalam air. Demikian juga kegiatan snorkeling yang umumnya telah di alokasikan oleh penyedia disuatu lokasi tertentu yang umumnya berada di pinggir pantai dan area tersebut dibatasi agar para penyelam permukaan tidak membahayakan dirinya sendiri, maka kecil kemungkinan para penyelam permukaan meminta untuk ketengah laut, dengan beberapa alasan inilah yang dapat menjadi penyebab mengapa nilai item pernyataan ini tidak valid, artinya terhadap pernyatan ini tidak semua para pemandu wisata pernah mengalaminya.
2. Sub variabel “negosiasi” (0,225) dengan permyataan “Setelah saya menjelaskan tentang paket, saya menanyakan tentang kepahaman calon konsumen”, ternyata hasilnya juga tidak valid, yang dapat dianalisa dari hasil ini adalah, para pemandu wisata tidak pernah menanyakan kepada para pengujung apakah mereka mengerti atau tidak tentang hal yang dijelaskan diawal. Pada dasarnya pemandu wisata memang akan melakukan briefing awal misalkan untuk kegiatan pada obyek wisata pantai ( diving dan snorkeling atau surving ), dan memberikan penjelasan awal pada kegiatan di obyek wisata religi, adventure , apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan dilakukan, dan umumnya memang pelaksanaan kegiatan pemberian informasi ini hanya sepihak saja, jarang pemandu wisata menanyakan kepada pengunjung apa yang ingin ditanyakan atau apa yang tidak dimengerti, umumnya adalah karena kendala waktu apalagi bila harus memandu sebuah grup.
3. Sub variabel “ negosiasi” (0,059), dengan pernyataan “menjelaskan ketepatan waktu dengan itinerary paket wisata yang diberikan ke konsumen”. Pada dasarnya instrumen ini dibuat untuk mengevalusi kinerja pemandu wisata secara umum. Desa dalam memasarkan keunggulan yang dimilikinya memang berbeda dengan sebuah destinasi dalam menawarkan obyek wisatanya, terutama apabila sebuah destinasi bekerjasama dengan sebuah biro perjalanan wisata yang umumnya mengemas dalam sebuah paket.
Hanya sedikit desa yang menawarkan obyek-obyek wisatanya bekerjasama dengan sebuah biro perjalanan wisata. Alasan belum dan tidak ingin bekerjasama karena beberapa desa wisata lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakatnya, bila mengedepankan pembedayaan masyarakat, maka untuk promosi dilakukan mandiri. Dalam penelitian ini terdapat 6 desa yaitudesa Bilebante,desaSembalunLawang, kampungwisataKelujuk, desaSukarara, desaBonjeruk, dandesaKembangKuningdimana mereka mengirimkan warganya untuk dilatih sebagai pemandu wisata dan desa-desa ini dalam memasarkan obyek wisatanya tidak bekerjasama dengan biro perjalanan wisata, oleh karena itu mereka tidak pernah menjelaskan ketepatan waktu dengan itinerary paket wisata yang diberikan ke konsumen. menjelaskan ketepatan waktu dengan itinerary paket wisata yang diberikan ke konsumen.
4. Sub variabel “Hubungan (0,144), dengan pernyataan “menjaga hubungan baik dan bersedia menjelaskan kembali kepada konsumen”. Karena nilai pada pernyataan ini tidak valid, maka dapat dikatakan para pemandu wisata tidak pernah menjalin hubungan kembali kepada para pengunjung. Untuk melakukan repeat purchase (pembelian ulang), seharusnya para pemandu wisata wajib melakukan hubungan dengan para tamu yang pernah berkunjung kedesa mereka, sekedar bersapa, menanyakan kabar, sekaligus mengingatkan para tamunya terhadap keindahan desa dan pengalaman para tamu sewaktu melakukan kegiatan di obyek wisata didesa mereka, apalagi bila desa telah berinovasi terhadap obyek wisatanya tersebut, terlebih dalam waktu hampir 7 bulan semua obyek wisata ditutup kerena pandemi, maka untuk mendatangkan tamu tentu para pemandu wisata harus berlaku sebagai penjual, dengan catatan mereka seharusnya menyimpan contact para tamunya tersebut. Hasil Uji Nilai Mean dan diskusi
Tabel 4. Hasil Statistics Mean Sub dan Variabel Personal Selling Sales Negosiasi Personal Selling N Valid 45 45 45 Missing 0 0 0 Mean 3,6178 3,7556 3,6867
Dengan menghitung nilai mean (nilai rata-rata) dari jawaban para peserta pemandu wisata, kita dapat menganalisa kecenderungan jawaban mereka terhadap kesepuluh pernyataan yang diajukan, dalam hal ini pernyataan telah di kelompokkan berdasarkan sub variabelnya masing-masing. Dapat dianalisa hasil perhitungan mean sebagai berikut :
Para peserta selama bertugas sudah menguasai tentang groomin g bahwa mereka harus selalu berpakaian rapi dan sopan dalam setiap melayani para pengunjungnya, dan mengenalkan diri nya pada saat memulai untuk memandu para pengunjung. Tutur bahasa juga sudah mereka pahami bahwa hal tersebut harus dilakukan. Kebijakan dari penggerak desa, umumnya menunjuk warga yang akan bertugas sebagai pemandu wisata adalah warga yang menguasai produk/ obyek wisata yang ditawarkan kepada pengunjung, dan hal ini telah desa mereka terapkan. Tidak menutup kemungkinan para pengunjung menyampaikan satu keberatan sewaktu mereka di pandu ke tempat obyek wisata, dalam hal pelayanan konsumen adalah raja, para peserta pemandu wisata ini telah menguasai grooming dalam pelayanan, salah satunya menanyakan kesan ataupun keberatan terhadap pelayanan mereka, hal ini dibuktikan dengan nilai mean pada sub variabel salesmanship sebesar 3.61.
Karena tugas negosiasi di obyek wisata desa sebenarnya merupakan tugas dari ketua yang ditunjuk oleh warga atau diketuai oleh salah satu warga yang umumnya diwadahi oleh
Pokdarwis atau Lembaga Masyarakat Desa setempat (LMD), namun pada para peserta pemandu wisata di pelatihan ini, ternyata mereka telah menguasai bagaimana sikap mereka terhadap para pengunjung yang mereka pandu dalam hal penawaran diluar paket obyek wisata. Para pemandu wisata memang sudah seharusnya ikut melakukan promosi terhadap produk-produk yang dihasilkan desanya, misalkan di desa Bilebante Lombok Tengah (salah satu peserta pelatihan), pemandu wisata dapat mempromosikan pasar Pancingan atau pasar tempo dulu yang menjual aneka kuliner kekinian namun di design ala tempo dulu kepada pengunjung yang menikmati obyek wisata pemancingan, pesepeda ( biker ), yang menginap di homestay , yang berkemah, selain itu juga dapat mempromosikan dan menawarkan produk olahan rumput laut desa mereka., hal ini terlihat dari nilai mean yang didapat sebesar 3.75.
Dengan tidak validnya nilai mean pada sub variabel Relationship marketing , maka diskusi terhadap tindakan ini tidak dapat dilakukan, namun secara keseluruhan pada pelatihan personal selling ini dengan dikuasainya 2 sub variabel dari 3 sub variabel yang menjadi obyek penelitian, para pemandu wisata sudah sangat menguasai teknik personal selling mereka (dibuktikan dengan nilai 3.68).
## SIMPULAN DAN SARAN
Secara garis besar, dapat ditarik kesimpulkan bahwa para peserta pelatihan pemandu wisata yang diselenggarakan olehKementerianPariwisatadanEkonomiKreatifRepublik Indonesia (Kemenparekraf RI) telah berhasil dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Para peserta dalam kemampuan salesmanshi pnya sangat menguasai tentang grooming, yaitu berpakaian rapi, sopan, mengenalkan identitas diri dan berlaku ramah setiap penyapaan kepada tamunya dengan tutur bahsa yang mudah dimengerti, sangat menguasai product knowledge , dan mampu memancing tamu untuk memberikan feed back tentang kepuasan terhadap pelayanannya;
b. Kemampuan negosiasi yang sudah sangat dikuasai para peserta pemandu wisata adalah dalam hal penjelasan tentang obyek wisata, memancing feed back tamu dalam hal kepehaman terhadap penjelesan tentang obyek wisata serta bila menawarkan produk lain pemandu wisata sudah menguasai dalam pengaturan tutur kata dan bahasa sehingga tidak ada kesan memaksa.
Terhadap kelemahan penguasaan kemampuan teknik sebagai pemandu wisata dapat disarankan untuk evaluasi diri, sebagai berikut :
a. Di era digital, sangat penting para pemandu wisata menguasai teknik-teknik marketing digital seperti SEO ( search engine optimatization ), SEM ( search engine marketing ) dan SMM ( social media marketing ), karena saat ini dan kedepannya konsumen sudah dipengaruhi oleh review dari beberapa aplikasi traveling yang ada, sedangkan hasil dari pelatihan ini para pemandu wisata belum menguasai teknik relationship marketing , yaitu dalam hal kemampuan menjaga dan membina hubungan baik kepada para tamunya, maka akan sulit desa-desa mereka didatangi oleh loyal customer, maka untuk tahap lebih lanjut dapat bertahan dan bersaing diera digital ini, para pemandu wisata diharusnya sudah menguasai teknik relationship marketing tersebut sehingga akan lebih mudah bagi mereka untuk melangkah ke tahap berikutnya yaitu ikut bermain di digital marketing. Kemampuan menguasai relationship marketing sangat mendesak dikuasai terlebih lombok termasuk daftar 25 pantai terpopuler se Asia versi TripAdvisor 2020, urutan ke 16 (Pantai Gili Meno). (sumber:TripAdvisor, 2020)
## DAFTAR PUSTAKA
Adewale, Adegbite Ganiu, Ademola Joshua Adeniran , and Solomon Oluyinka (2019). The Effect of Personal Selling and Marketing on Firm Sales Growth (a Study of PZ and Dangtoe Nigeris PLC). IJRDO-Journal of Business Management . ISSN:2455- 6661.Volume-5 | Issue-1 | Jan, 2019.
Adinugraha, H. H., Sartika, M., & Kadarningsih, A. (2018). Desa wisata halal: konsep dan implementasinya di Indonesia. Human Falah, 5(1), 28-48.
Budiyanti, E. (2020). Dampak virus corona terhadap sektor perdagangan dan pariwisata Indonesia. Info Singkat XII,(4).
Dwina, I. (2020). Melemahnya Ekonomi Indonesia Pada Sektor Pariwisata, Akibat Dampak Dari Pandemi Covid-19.
https://www.researchgate.net/publication/330824094_THE_EFFECT_OF_PERSONAL_SEL LING_AND_MARKETING_ON_FIRM_SALES_GROWTH_A_STUDY_OF_PZ_A ND_DANGOTE_NIGERIA_PLC [accessed Aug 13, 2020].
Fitriana, R., Simanjuntak, D., & Dewanti, R. (2020). Pembekalan Materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) dalam Training of Trainers Akademisi Pendamping Desa Wisata.
Fitriana, R. (2020). Pelatihan Manajemen Pengelolaan Homestay di Desa Wisata Cikolelet, Serang, Banten. Wikrama Parahita: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1), 8-12.
Hammann, P. (1979), "Personal Selling", European Journal of Marketing , Vol. 13 No. 6, pp. 141-176. https://doi.org/10.1108/EUM0000000004954
Hanafi (2021) AlasanMandalika Layak Jadi Destinasi Sport Tourism Unggulan Indonesia.https://travel.okezone.com/read/2021/01/19/406/2346781/alasan-mandalika- layak-jadi-destinasi-sport-tourism-unggulan-indonesia, diunduh pada Jumat, 29 Januari 2021 pukul 00.45
Haryanegara, M. E. A., Akbar, M. A. I., & Novianti, E. (2021). PERAN LABEL PARIWISATA HALAL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT. Tornare: Journal of Sustainable and Research, 3(1), 35-39.
Inskeep. Edward. (1991). Tourism Planning An Integrated and Sustainable Development Approach . Canada : John Willey & Sons.Inc.p. 166. ISBN-13: 978-0471293927
Isnaini, L. M. Y., Alfarizi, L. M., & Mulyan, A. (2021). Survei Minat Dan Motivasi Masyarakat Mengikuti Fun Race And Trail Run Di Masa New Normal Di Kawasan Pariwisata Sembalun Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 7(1).
Kotler, P. & Armstrong. G. (2010). Principles of Marketing . 13th Ed Pearson Publishers
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller (2007). Marketing Manajemen , 12. Edition, terj. Benyamin Molan. Jakarta:PT. Indeks.
Leser, H.,Haas, D.,Moismann, T.&Paesler, R. (1992 ). Diercke Wörterbuch der Allgemeinen Geographie . Band 1. München: Dtv Deutscher Taschenbuch.
New Zealand Qualification Authority (2008). Identity and Interpret Trends in Personal Selling .
Retrieved August 13th, 2020 from http://www.nzqa.govt.nzframework/search/index.do.
Ningrum, Lestari dan Amalia Mustika (2020).Pembentukan dan Pembinaan desa menuju desa wisata. Yogyakarta:Graha Ilmu
Ningrum, Lestari, Savitri Hendradewi dan Diana Marzwan. (2018). Halal Rural Tourism form the viewpoint of Marine Destination Strategy through SWOT Analysis at Iboih Village, Sabang-Indonesia. Advance in Social, Education and Humanities Research, Volume 259, 3rd International Seminar in Tourism (ISOT 2018). Published by Atlantis Press. Copyright@ 2019.
Nirwana, B. N., Sulhaini, S., & Mulyono, L. E. H. (2021). PENGARUH ACARA PARIWISATA OLAHRAGA, CITRA DESTINASI HALAL, DAN NILAI YANG DIRASAKAN TERHADAP NIAT BERPERILAKU WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI, MEREKOMENDASIKAN KEPADA ORANG LAIN DAN POSITIF WOM. JMM UNRAM-MASTER OF MANAGEMENT JOURNAL, 9(4a), 81-95.
Neumeier, Stefan, Kim Pollermann (2014). Rural Tourism as Promoter of Rural Development–Prospects And Limitations: Case Study Findings From A Pilot Project promoting Village Tourism Europe .Countrys.4·2014·p. 270-296 DOI:10.2478/euco- 2014-0015
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) (2002): Glossary diunduhdarihttp://stats.oecd.org/glossary/index.htm (05.05.2010) pada 4 Januari 2018
Olumoko, Tajudeen Abayomi, Abass, Olufemi Adebowale and Dansu, Sewhenu Francis (2012). The Role of Personal Selling in Enchancing Client Satisfaction in Nigerian Insurance Market. Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences (JETEMS) 3 (2) 147-152. Scholarlink Research Institute Journals, 2012 (ISSN:2141-7024).
Paramita, I. B. G., & Putra, I. G. G. P. A. (2020).New Normal Bagi Pariwisata Bali Di Masa Pandemi Covid 19. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Agama Dan Budaya, 5(2), 57-65.
Sinulingga, S. (2021).Tourism & Covid-19 (Coronavirus Impact Inventory to Tourism Stakeholders in North Sumatera). Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences, 4(1), 170-179.
Subarkah, A. R. (2018). Diplomasi Pariwisata Halal Nusa Tenggara Barat. Intermestic: Journal of International Studies, 2(2), 188-203.
Subarkah, A. R., & Rachman, J. B. (2020).Destination Branding Indonesia Sebagai Destinasi Wisata Halal. Jurnal Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas Dan Perjalanan, 4(2), 84- 97.
Sugiyono (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung:Alfabeth, CV.
Suprihatin, W. (2020). Analisis Perilaku Konsumen Wisatawan Era Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pariwisata di Nusa Tenggara Barat). BESTARI, 1(1), 56-66.
Suprina, R., Rachman, A. F., & Fitriana, R. (2019).Peningkatan Kapasitas Desa Wisata Cikolelet Melalui Program Pendampingan. Jurnal Pemberdayaan Pariwisata, 1(1), 26- 35.
Susanty, S. (2020). Loyalitas Wisatawan Terhadap Citra Pulau Lombok Sebagai Daerah Tujuan Wisata Halal. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(2), 61-68.
Susiyanti,Dewi Winarni.(2013).Potensi Desa Melalui Pariwisata Pedesaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis , Vol 12, No. 1, Juni 2013 : 33 – 36
Tjiptono, Fandi. (2012). Pemasaran Jasa , ed. Pertama. Malang:Bayu Media Publishing
Zaenuri, M., Hasan, Y. A., Wahyuningsih, S. H., Atmojo, M. E., & Iqbal, M. (2021, January). Halal Tourism Concepts and Policies: Case in West Nusa Tenggara. In 4th International Conference on Sustainable Innovation 2020–Social, Humanity, and Education
(ICoSIHESS 2020) (pp. 18-25).Atlantis Press.
|
e1a22146-b4fe-4527-ba9f-8c4fdff0e8f1 | https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/dassein/article/download/15256/4770 |
## Peningkatan Pengawasan Partisipatif Masyarakat Desa dalam Pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2024 melalui Penyuluhan Hukum
Winanda Kusuma 1 * Bunga Permatasari 2
Reza Adriantika Suntara 3
## Abstrak
Konkretisasi Demokrasi sebagai sistem politik dan sistem pemerintahan menempatkan kedaulatan berada ditangan rakyat dilakukan dengan pemilu, sehingga dalam sistem demokrasi rakyat mendapatkan tujuan pemilu yang adil. Adil proses pemilu dengan mengikutkan pada proses pengawasan. Luaran kegiatan ini juga berbentuk publikasi media massa untuk informasi Desa Sangku merupakan desa yang berperan aktif dalam pengawasan partisipatif. Kegiatan ini berupa penyuluhan dipaparkan kepada masyarakat Desa Sangku di Kantor BPD Desa Sangku yang dihadiri penjabat Desa dan aparatur Desa, sehingga diharapkan informasi ini tersampaikan kepada seluruh warga desa. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2022 difasilitasi oleh Pemerintahan Desa Sangku. Pengetahuan atas informasi mengenai tahapan pemilu sesuai peraturan perundangan dan tahapan pelaporan atas pelanggaran pemilu dipahami sehingga tidak adanya ketidaktahuan masyarakat. Akhirnya masyarakat mendapatkan pemilu yang berkualitas.
Kata Kunci : Pemilu; Pengawasan Partisipatif; Penyuluhan Hukum
## Abstract
The concretization of Democracy as a political system and a system of government puts sovereignty in the hands of the people carried out by elections, so that in a democratic system the people get the goal of fair elections. Fair the electoral process by including the oversight process. The output of this activity is also in the form of mass media publications for information, Sangku Village is a village that plays an active role in participatory supervision. This activity in the form of counseling was presented to the people of Sangku Village at the Sangku Village BPD Office which was attended by the village acting and village officials, so it is hoped that this information will be conveyed to all villagers. This counseling activity was carried out on March 21, 2022, facilitated by the Sangku Village Government. Knowledge of information about the stages of elections in accordance with laws and regulations and the stages of reporting on election violations is understood so that there is no public ignorance. Finally, people get quality elections.
Keywords : Elections; Participatory Supervision; Legal Counseling
How to cite ( Chicago Style):
Kusuma, Winanda, Bunga Permatasari, and Reza Adriantika Suntara. 2022. “Peningkatan Pengawasan Partisipatif Masyarakat Desa dalam Pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2024 melalui Penyuluhan Hukum” DAS SEIN: Jurnal Pengabdian Hukum & Humaniora 2 (2): 93-104
© 2022 – Kusuma, Winanda, Bunga Permatasari, and Reza Adriantika Suntara Under the license CC BY-SA 4.0
1 Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung. Bangka Belitung, Indonesia. *Correspondence E-mail: [email protected]
2 Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung. Bangka Belitung, Indonesia. E-mail: [email protected]
3 Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung. Bangka Belitung, Indonesia. E-mail: [email protected]
## Pendahuluan
Founding fathers dan para pendahulu bangsa kita telah memilih demokrasi sebagai sistem politik dan sistem pemerintahan, sebagaimana termaktub dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia menyatakan kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang- Undang Dasar (UUD 1945 Pasal 1 ayat 2), kedaulatan rakyat di mana kekuasaan tertinggi dalam suatu negara berada ditangan rakyat, pemerintah negara berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi dapat diartikan sebagai rakyat berkuasa ( government or rule by the people ), dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat dan kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, pemerintah rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Demokrasi sebagai sistem politik dan sistem pemerintahan menempatkan kedaulatan berada ditangan rakyat, sehingga dalam sistem demokrasi sejatinya pelaku utamanya adalah rakyat. Pemilihan umum (Pemilu) sebagai instrumen demokrasi merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta untuk pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota).
Pemerintahan desa sebagai kesatuan kecil pemerintahan perlu berperan dalam pengawasan partisipatif yang dilakukan Bawaslu daerah. Perlunya pemahaman akan kegiatan dan peran masyarakat desa dalam pengawasan partisipatif harus dikuatkan. Kunci penting dalam pelaksanaan pemilihan umum yang Luber dan Jurdil di antaranya adalah tingginya keterlibatan masyarakat untuk aktif, kritis, dan rasional dalam menyuarakan kepentingan politiknya. Tingkat keterlibatan masyarakat akan sangat berhubungan dengan tingkat kepercayaan publik ( public trust ), legitimasi ( legitimacy ), tanggung jawab ( accountability ), dan kualitas layanan publik ( public service quality ), serta
mencegah gerakan pembangkangan publik ( public disobidience ). Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu, sama pentingnya dengan upaya memperdalam proses demokrasi di tingkat masyarakat secara luas. Jika prasyarat standar demokrasi adalah terlaksananya pemilihan umum, maka partisipasi adalah salah satu indikator kualitas demokrasi tersebut.
Untuk menjamin agar pemilu berjalan sesuai dengan ketentuan dan asas pemilu, diperlukan suatu pengawalan terhadap jalannya setiap tahapan pemilu. Dalam konteks pengawasan pemilu di Indonesia, pengawasan terhadap proses pemilu dilembagakan dengan adanya lembaga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Pengawasan dari Bawaslu adalah bentuk pengawasan yang terlembaga dari suatu organ negara. Di samping pengawasan oleh Bawaslu, terdapat juga pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap proses penyelenggaraan pemilu yang disebut dengan kegiatan pemantauan pemilu. Adanya partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan pemilu ini adalah bentuk dari penggunaan hak warga negara untuk mengawal hak pilihnya. Kemudian, kegiatan pemantauan ini juga merupakan upaya kontrol dari publik untuk menjaga suara dan kedaulatan rakyat di dalam penyelenggaraan negara.
Adapun yang menjadi dasar pembentukan pengawas partisipatif adalah sebagai berikut:
1) Adanya penambahan pemilih pemula dengan potensi besar yang akan memilih Golput. Bawaslu menyimpulkan bahwa masih terdapat problem pemahaman mengenai prosedur Pemilu dan rendahnya kesadaran pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilu.
2) Untuk mengoptimalkan pencapaian pengawasan partisipatif dengan upaya penyamaan persepsi di antara para pihak dan sekaligus meningkatkan kesadaran untuk berani melaporkan indikasi pelanggaran pelaksanaan tahapan Pemilu.
3) Untuk pendidikan politik sehingga masyarakat tidak alergi terhadap parpol dengan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh tahapan pelaksanaan Pemilu.
4) Memperkenalkan Bawaslu pada masyarakat agar dapat mengenal & memahami tugas Bawaslu serta bersedia mendukung kerja-kerja Bawaslu dalam menjalankan tugas pengawasan Pemilu.
Pada 14 Februari 2024 dan 27 November 2024 akan dilaksanakan pemilu secara serentak, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pesta akbar demokrasi tersebut, tentunya keterlibatan dan peran serta masyarakat sangat diperlukan. Oleh karenanya, Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung, bermaksud untuk melaksanakan kegiatan Penyuluhan hukum di Desa Sungku dengan tema Peningkatan Pengawasan Partisipatif Masyarakat Desa Dalam Pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2024.
## Luaran
Kegiatan yang mengawali kerja sama antara Bawaslu, Pemerintah Desa dan Perguruan Tinggi dilakukan tim Penyuluhan Bangka Tengah Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung adalah melalui program ini Peningkatan Pengawasan Partisipatif Masyarakat Desa Dalam Pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2024. Narasumber memberikan pemahaman atas pentingnya pengawasan dari masyarakat dalam pelaksanaan Pemilu 2024. Diskusi yang terjadi terlihat masyarakat semakin paham dan tertarik untuk ikut dalam suatu pengawasan partisipatif yang dilakukan oleh Bawaslu khususnya Bawaslu Kabupaten Bangka Barat. Luaran kegiatan ini juga berbentuk publikasi media massa untuk informasi Desa Sangku merupakan desa yang berperan aktif dalam pengawasan partisipatif.
## Metode Pelaksanaan
Kegiatan Penyuluhan ini merupakan kegiatan yang telah diagendakan oleh Fakultas Hukum dalam anggaran rutin. Hal ini merupakan wujud keseriusan untuk mendukung membumikan dan membantu peningkatan pemahaman hukum bagi masyarakat. Sumbangsih pemikiran serta peningkatan pemahaman melalui langkah memberikan materi langsung oleh ketua Bawaslu Kabupaten Bangka Barat Rio Febri Fahlevi, S.H., M.H. Diskusi awal antara tim penyuluh memetakan tantangan dan manfaat bagi masyarakat dalam pengawasan partisipatif. Hasil diskusi awal kemudian dipaparkan kepada masyarakat Desa Sangku di Kantor BPD Desa Sangku yang dihadiri penjabat Desa dan aparatur Desa, sehingga diharapkan informasi ini tersampaikan kepada seluruh warga desa.
## Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur di Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang ditetapkan pada tanggal 25 Februari 2003 dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Wilayah batas wilayah Kabupaten Bangka Barat antara lain; Utara- Laut Natuna; Timur-Teluk Kelabat, dan Kabupaten Bangka; Selatan-Selat Bangka; Barat- Selat Bangka dan Sumatra Selatan.
Wilayah Desa Sangaku yang dipimpin oleh Kades Bapak Rusdana Ali, S.IP merupakan bagian dari Kecamatan Tempilang Data dari Kabupaten Bangka Barat Kepadatan Penduduk Tempilang 1.41 (Org/km2). Desa Sangku merupakan salah satu wilayah yang merupakan desa yang masih perlu peningkatan pengawasan partisipatif.
Kecamatan Tempilang cukup memiliki jarak yang jauh dari ibu kota Bangka Barat, maka perlu disiapkan untuk pelaksanaan Pemilu Serentah Tahun 2024.
Tim Penyuluh Fakultas Hukum membagi hampir seluruh Bangka, salah satunya wilayah Bangka Barat. Tim memilih Desa Sangku membangun komunikasi dengan pihak desa atas tema yang akan diangkat. Adapun deskripsi kegiatan yang dilaksanakan di wilayah Desa Sangku sekitar 1 bulan, meliputi:
## 1) Membangun komunikasi secara personal dengan perangkat desa
Komunikasi dilakukan untuk membangun sinergi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Komunikasi dilakukan melalui komunikasi telepon juga membangun komunikasi langsung juga dilaksanakan. Jarak antara kampus terpadu Balunijuk Universitas Bangka Belitung sekitar 2 jam perjalanan darat. Lokasi desa yang cukup mempunyai tantangan menjadikan tim harus mampu membangun komunikasi baik. Warga desa dan aparat desa tim inginkan tersampaikan atas informasi atas partisipatif pengawasan partisipatif.
2) Melakukan diskusi intensif Bawaslu Kabupaten Bangka Barat tentang pengawasan partisipatif terkhusus di wilayah Desa
Dalam pelaksanaan yang akan direncanakan terkait peningkatan partisipatif, tim penyuluh dan struktural Bawaslu Kabupaten Bangka Barat berdiskusi intensif. Bawaslu Kab. Bangka Barat mempunyai keinginan kuat adanya pengawasan partisipatif dari seluruh masyarakat. Pengawasan partisipatif telah diakomodir oleh peraturan perundangan dalam pelaksanaan tahapan Pemilu serentak Tahun 2024. Awal pola pengawasan Pemilu pihak Pengawas Pemilu merupakan lembaga adhoc yaitu Panitia Pengawas Pemilu atau Panwaslu.
3) Pembentukan tim sosialisasi dari Tim Penyuluh dan Bawaslu Kabupaten Bangka Barat terkait kegiatan Fakultas Hukum Universitas Bangka Barat.
Kegiatan penyuluhan peningkatan pengawasan partisipatif disepakati oleh pihak desa, Bawaslu Kabupaten Bangka Barat dan Tim Penyuluh FH UBB. Kegiatan ini akan berusaha menguatkan pemahaman masyarakat dan peran Bawaslu semakin baik untuk pelaksanaan Pemilu. Kegiatan akan difasilitas oleh Desa dengan mengundang aparat desa dan warga desa pada tanggal 21 Maret 2022.
4) Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Pengawasan Partisipatif Pemilu 2024 Pemerintah Desa Sangku pada tanggal 21 Maret 2022 mempersiapkan kegiatan pada gedung BPD. Kegiatan sosialisasi dihadiri langsung Ketua Bawaslu Kabupaten Bangka Barat dan tim penyuluh Bangka Barat Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung. Pemaparan utama dari Rio Febri Fahlevi, S.H., M.H ketua Bawaslu wilayah Kabupaten Bangka Barat.
Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu dibentuk berdasarkan perintah Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. Awalnya pada tahun 1982 peraturan perundangan Indonesia memerintahkan pembentukan Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu atau Panwaslak Pemilu, yang melekat pada Lembaga Pemilihan Umum atau LPU. Baru pada tahun 2003, Panwaslu dilepaskan dari struktur Komisi Pemilihan Umum atau KPU. Kewenangan utama Pengawas Pemilu adalah mengawasi pelaksanaan tahapan Pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi, pidana Pemilu dan kode etik.
Bawaslu Kabupaten Bangka Barat memiliki Visi: Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga Pengawal Terpercaya dalam Penyelenggaraan Pemilu Demokratis, Bermartabat, dan Berkualitas. Dalam melaksanakan visi disusunlah Misi sebagai berikut:
1) Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas pemilu yang kuat, mandiri dan solid;
2) Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan efisien;
3) Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen pengawasan yang terstruktur, sistematis, dan integratif berbasis teknologi;
4) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta pemilu, serta meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan pemilu partisipatif;
5) Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja pengawasan berupa pencegahan dan penindakan, serta penyelesaian sengketa secara cepat, akurat dan transparan;
6) Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan pemilu baik bagi pihak dari dalam negeri maupun pihak dari luar negeri.
Tanggung jawab dari penyelenggaraan Tahapan Pemilu seyogyanya dipikirkan kembali. Tahapan pemilu mulai dari sosialisasi sebelumnya hanya menitik beratkan pada pemungutan suara ataupun cara mencoblos surat suara. Memperkaya informasi dan aturan Pemilu yang Jurdil perlu dikembangkan dalam awal Tahapan Pemilu. Partisipasi pemilih tidak hanya memberikan suara pemilih tetapi proses dan tahapan yang sesuai dengan aturan.
Bawaslu memastikan seluruh tahapan dan pelaksanaan pemilu berjalan adil dan sesuai dengan seluruh aturan. Himbauan dan ajakan Bawaslu dalam mengawasi pemilu berjalan perlu juga diinformasikan indikator apa yang masyarakat harus awasi sehingga mendapatkan peran pengawasan partisipatif. Awal tahapan pemilu dengan partisipatif penegasan kewenangan kuat pengawasan oleh seluruh pihak.
Pelanggaran dimulai dari pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana dan pelanggaran etik. Pelanggaran etik mempunya keunikan karena dapat disampaikan kepada Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu (DKPP). Tahapan pelanggaran ditelaah oleh Bawaslu yang kemudian diberikan kesimpulan, laporan pelanggaran pidana pemilu diteruskan kepada pihak Kepolisian dan pelanggaran administrasi diteruskan kepada pihak terkait yaitu KPU.
Potensi pelanggaran pemilu selalu ada setiap tahapan mempunyai potensi pelanggaran pemilu. Masyarakat sebagai pihak utama dalam pengawasan partisipatif belum memahami tahapan pelaporan atas pelanggaran tersebut. Tindakan apa yang bisa dan bisa dilakukan bila menemukan pelanggaran masih belum terinfokan utuh. Pengetahuan atas tahapan pelaporan masyarakat tentu membantu Bawaslu dalam penegakan pemilu yang sesuai aturan.
Pemilu 2014 yang lalu Bawaslu bergerak dengan membentuk gerakan sejuta relawan pengawasan pemilu. Jika dilihat dari semangat, tujuan, dan fungsi dari pembentukan gerakan ini adalah untuk mewujudkan gerakan pengawasan pemilu yang partisipatif. Pengawasan partisipatif yang melibatkan masyarakat secara luas. Proses ini juga diharapkan mengajak masyarakat untuk beramai-ramai secara partisipatif untuk bergerak melakukan pengawasan pemilu.
Tantangan untuk mengajak masyarakat memilih dan menjelaskan setiap tahapan pemilu adalah pekerjaan yang tidak mudah. Hal ini sama penting dan sama beratnya dengan mengajak masyarakat untuk mengawasi pemilu. Namun, dua hal ini mutlak harus berjalan seiring sejalan dalam perhelatan demokrasi untuk pemerintahan yang lebih baik.
Aktivitas masyarakat dalam pengawasan partisipatif juga perlu pendidikan pentingnya tahapan pemilu. Belum maksimalnya masyarakat terkait dalam tahapan kepemiluan yang belum juga tersosialisasi baik. Persoalan pengetahuan dan kedekatan pemilih dengan proses pemilu memang selalu menjadi tantangan dalam setiap penyelenggaraan pemilu. Publik secara umum, dan juga termasuk pemilih, secara kasat mata memang terlihat acuh dalam setiap proses pemilu. Padahal secara hakikat, proses pemilu adalah bentuk langsung agar publik menentukan sendiri pemimpinnya dalam negara demokrasi.
Pertama, untuk penyelenggaraan, kita tentu akan berbicara proses pemilu dalam konteks yang lebih luas dan kompleks. Misalnya pembentukan undang-undang pemilu, dan pemilihan komisioner KPU, merupakan proses-proses penyelenggaraan yang semestinya juga tidak boleh lepas dari pengawasan dan pemantauan publik. Setelah aspek penyelenggaraan, aspek pelaksanaan (tahapan pemilu) yang disusun oleh penyelenggara pemilu sangat penting untuk diawasi. Mulai dari pemutakhiran daftar pemilih, verifikasi peserta pemilu, penetapan peserta pemilu, penetapan daftar pemilih, kampanye, masa tenang, pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi suara, adalah seluruh tahapan pemilu yang sama pentingnya. Seluruh tahapan ini hendaknya juga tidak boleh lepas dari pengawasan dan pemantauan publik.
Sementara jika melihat partai politik, ajakan untuk mengawal proses tahapan pemilu juga dirasakan belum terkonsolidasi. Sosialisasi partai politik masih sebatas untuk melakukan pemilih dan keterpilihan dari yang bersangkutan. Belum ada kemasan kampanye yang bisa meyakinkan publik, sehingga pesan yang sampai bukan hanya untuk memilih partai yang bersangkutan, tetapi mengawal proses pemilu yang sedang berjalan. Misalnya, mengawal jalannya rekapitulasi suara, setelah dilaksanakannya pemungutan dan penghitungan suara di TPS. Semestinya jauh lebih dari itu, kemasan kampanye yang lebih efektif, tidak lagi dengan kampanye rapat
Pemilu berdasarkan Peraturan Perundangan memiliki beberapa kegiatan pemilihan antara lain:
1) Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, pemilu ini sering disebut oleh masyarakat sebagai Pemilu Legislatif (Pileg);
2) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, pemilu ini kerap disebut oleh masyarakat sebagai Pilpres; dan
3) Pemilu Gubernur, Bupati & Walikota.
Tujuan Umum dari Pengawasan Pemilu oleh Bawaslu dan Program Partisipatif adalah sebagai berikut:
1) Menegakkan integritas, kredibilitas penyelenggara, transparansi penyelenggaraan & akuntabilitas hasil Pemilu;
2) Mewujudkan Pemilu yang demokratis;
3) Memastikan terselenggaranya Pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan berkualitas, serta dilaksanakannya peraturan perundang- undangan mengenai Pemilu secara menyeluruh.
## Kesimpulan
Kegiatan Tim Penyuluh Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung bersama Bawaslu Kabupaten Bangka Barat dapat ditarik kesimpulan antara lain: Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2022 difasilitasi oleh Pemerintahan Desa Sangku. Kegiatan penyuluhan ini wujud nyata hadirnya Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung dan pentingnya peran pengawasan partisipatif bagi Bawaslu Kab. Bangka Barat. Penyampaian materi langsung oleh Ketua Bawaslu Kabupaten Bangka Barat Rio Febri Fahlevi, S.H., M.H. Peserta dihadiri oleh aparat pemerintah Desa dan masyarakat dengan tujuan dan tanggapan positif agar Tahapan Pemilu 2024. Informasi mengenai tahapan pemilu sesuai peraturan perundangan dan tahapan pelaporan atas pelanggaran pemilu dipahami sehingga tidak adanya ketidaktahuan masyarakat, hal menjadikan kualitas pemilu serentak semakin tinggi juga tindakan pelanggaran yang minimal.
## Referensi
## Buku dan Jurnal
Kurniawansyah, Edy, and Bagdawansyah Alqadri. “Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Bagi Pemilih Pemula Pada Pilkada Di Kabupaten Sumbawa.” Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA 4, no. 2 (July 28, 2021).
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v4i2.848 .
Ramadhanil, Fadli, Veri Junaidi, and Ibrohim. Desain Partisipasi Masyarakat Dalam Pemantauan Pemilu . Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia atas kerja sama dengan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), 2015. https://perludem.org/wp-content/uploads/2017/02/Desain- partisipasi-masyarakat-dalam-pemantauan-pemilu.pdf .
## Peraturan Perundang-Undangan
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2016 tanggal 01 Juli 2016, tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
## Website
“Bawaslu Kabupaten Bangka Barat.” Accessed June 27, 2022.
https://babarkab.bawaslu.go.id/.
|
0560b589-7f9c-463a-815c-c16ba23b873f | http://journal.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/download/2971/1546 |
## PENGOLAHAN BANDENG PRESTO DAN ABON IKAN BANDENG DI KABUPATEN MAROS
Andi Abriana *1) dan Eva Yohannes 2) *e-mail: [email protected]
1) Jurusan Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa
2) Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin
Diserahkan tanggal 5 Oktober 2017, diterima tanggal 30 Oktober 2017
## ABSTRAK
Ikan bandeng merupakan jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat karena mempunyai kandungan gizi yang baik yakni kandungan protein tinggi. Ikan bandeng di Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros sangat melimpah namun belum dilakukan pengolahan yang maksimal untuk meningkatkan nilai jualnya. Selain itu, kerusakan akibat proses pembusukan pada ikan bandeng dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran ikan bandeng dan menimbulkan kerugian besar bagi kelompok petambak ikan bandeng yang menjadi mitra dalam kegiatan pengabdian ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk melakukan pengolahan menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng. Dengan penerapan teknologi pengolahan ikan bandeng menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng; diharapkan dapat meningkatkan nilai jual ikan bandeng dan dapat meningkatkan pendapatan kelompok petambak yang menjadi mitra dalam kegiatan pengabdian ini sehingga kesejahteraan masyarakat di desa tersebut bisa lebih meningkat. Kelompok petambak ikan bandeng yang menjadi mitra dalam kegiatan pengabdian ini adalah kelompok Tunas Harapan dan kelompok Karya Mandiri. Teknologi yang telah diterapkan berupa teknologi pengolahan ikan bandeng menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng pada kelompok mitra. Produk bandeng presto dan abon ikan bandeng yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian, sudah cukup baik dan mempunyai potensi untuk pengembangan usaha pengolahan bandeng presto dan abon ikan bandeng.
Kata kunci: Ikan bandeng, Bandeng presto, Abon ikan bandeng
## ABSTRACT
Milkfish is a type of fish that is very popular by the community because it has a good nutritional content of high protein content. Milkfish fish in Borimasunggu Village Maros Baru Sub-district Maros Regency is very abundant but has not done maximum processing to increase its selling value. In addition, the damage caused by the process of decomposition in milkfish is felt very hampered the business of milkfish marketing and causing huge losses for the group of milkfish fishers who became partners in this devotional activity. Therefore, it is necessary to do business to do the processing into milkfish presto and shredded milkfish. With the application of milkfish processing technology into milkfish presto and shredded milkfish; is expected to increase the selling value of milkfish and can increase the income of farmers groups who become partners in this devotional activity so that the welfare of the community in the village can be increased further. The group of milkfish fish farmers who become partners in this devotional activity were Tunas Harapan group and Karya Mandiri group. The technology that has been applied in the form of milkfish processing technology into milkfish presto and shredded milkfish in the partner group. Presto and shredded milkfish products produced from
devotional activities, was good enough and has the potential for the development of milkfish processing business.
Keywords: Milkfish, presto milkfish, shredded milkfish
## PENDAHULUAN
Ikan bandeng merupakan jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat karena mempunyai kandungan gizi yang baik yakni kandungan protein tinggi. Protein ikan sangat diperlukan oleh manusia karena selain lebih mudah dicerna juga mengandung asam amino dengan pola yang hampir sama dengan pola asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia. Ikan bandeng mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein pada ikan bandeng cukup tinggi yaitu sekitar 20% yang dapat menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari. Meski mempunyai cita rasa yang spesifik dan banyak digemari namun ikan bandeng mempunyai kelemahan banyak duri yang tersebar diseluruh bagian daging (Afrianto dan Evi, 1989).
Ikan bandeng adalah jenis ikan konsumsi yang tifak asing bagi masyarakat dan termasuk ikan penghasil protein hewai tinggi. Ikan bnadeng relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya menyerang hewan air. Dari aspek konsumsi, ikan bandeng tergolong sumber protein hewani, yang tidak mengandung kolesterol. Produk hasil, olahan ikan bandeng, di antaranya bandeng presto, abon ikan
bandeng, bandeng asap dan otak-otak (Fatimah, 2008).
Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros adalah daerah dataran rendah, dengan ketinggian 300 dpl. Kondisi alam Desa Borimasunggu adalah lahan pertanian dan tambak dengan sebagian besar irigasi teknis. Jalan menuju desa ini sebagian besar masih tanah berbatu (pengerasan) dan sebagian kecil telah dibeton, dengan jarak kurang lebih 4 Km dari Kota Kecamatan dan 7 Km dari Kota Kabupaten, diperlukan waktu sekitar 15 menit dari Kota Kabupaten untuk mencapainya. Warga Desa
Borimasunggu sebagian besar hidup bertani, tambak, nelayan, usaha ternak sapi, kerbau dan ayam.
Desa Borimasunggu
Kecamatan
Maros Baru Kabupaten Maros merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan penghasil ikan bandeng terbesar. Berdasarkan data BPS Kabupaten Maros diperoleh bahwa produksi ikan bandeng tahun 2014 adalah sebesar 17.605 ton/tahun. Luas tambak di Desa Borimasunggu adalah 1006 ha, dimana produksi ikan bandeng per 2 ha tambak adalah 6000 – 7000 ekor per satu kali panen. Harga jual ikan bandeng segar bervariasi sesuai ukurannya, untuk ikan bandeng yang berukuran besar berkisar
Rp. 10.000,- hingga Rp. 15.000,-; sedangkan yang berukuran kecil berkisar Rp. 5000,- hingga Rp. 7.000,-. Tambak ikan bandeng merupakan mata pencaharian utama penduduk di Desa Borimasunggu dengan jumlah penduduk sebanyak 2.883 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.349 orang dan perempuan sebanyak 1.534 orang.
Petambak menjual ikan bandeng ke pedagang pengumpul dalam keadaan segar. Harga ikan relatif murah, sehingga biaya yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani melalui peningkatan produksi perikanan relatif murah. Petambak belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pengolahan ikan bandeng menjadi berbagai produk olahan ikan bandeng untuk meningkatkan nilai jualnya. Kendala lain adalah bahwa biasanya ikan bandeng yang melimpah tidak semuanya laku terjual atau dibeli oleh pedagang pengumpul terutama yang berukuran kecil karena memiliki duri ikan yang banyak sehingga terkadang ikan bandeng tersebut menjadi busuk yang menyebabkan kerugian yang besar bagi petambak.
Ikan bandeng di Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros sangat melimpah namun belum dilakukan pengolahan yang maksimal untuk meningkatkan nilai jualnya. Selain itu, kerusakan akibat proses pembusukan pada ikan bandeng dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran ikan bandeng dan
menimbulkan kerugian besar bagi kelompok petambak ikan bandeng yang menjadi mitra dalam kegiatan pengabdian ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk melakukan pengolahan menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng. Dengan penerapan teknologi pengolahan ikan bandeng menjadi bandeng bandeng presto dan abon ikan bandeng; diharapkan dapat meningkatkan nilai jual ikan bandeng dan dapat meningkatkan pendapatan kelompok petambak yang menjadi mitra dalam kegiatan pengabdian ini di Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru Kabupatan Maros sehingga kesejahteraan masyarakat di desa tersebut bisa lebih meningkat.
## METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah penyuluhan, pelatihan serta pembimbingan dan pendampingan. Teknologi yang telah diterapkan berupa teknologi pengolahan ikan bandeng menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng.
## 1. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada kelompok mitra yang bertujuan untuk menambah wawasan kelompok mitra khususnya pada wanita kelompok petambak ikan bandeng bahwa ikan bandeng dapat diolah menjadi berbagai jenis olahan (produk) yang bernilai ekonomi dan mempunyai nilai
tambah yang lebih baik. Materi penyuluhan yang telah diberikan, yaitu:
a. Penyuluhan paket teknologi pengolahan ikan bandeng menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng. Kegiatan penyuluhan ini memberikan pengetahuan kepada kelompok mitra bagaimana teknis pengolahan ikan bandeng menjadi berbagai jenis produk olahan.
b. Teknik pengemasan produk olahan ikan bandeng, yaitu: bandeng presto dan abon ikan bandeng. Kegiatan penyuluhan ini memberikan pengetahuan dan
keterampilan bagaimana mengemas produk yang baik.
c. Penyuluhan tentang pengelolaan manajemen usaha. Kegiatan penyuluhan ini memberikan pengetahuan bagaimana mengelola suatu usaha dengan pengelolaan manajemen yang baik, pencatatan dan pengarsipan dokumen usaha, serta perencanaan usaha.
## 2. Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan yang dilaksana- kan telah diformulasikan dalam beberapa materi serta metode penyampaian kepada peserta (mitra) dengan ceramah, diskusi dan demonstrasi. Adapun materi pelatihan yang telah diberikan, yaitu: materi teknik pengolahan bandeng presto dan materi teknik pengolahan abon ikan bandeng dengan metode pengolahan sebagai berikut:
## A. Pengolahan Bandeng Presto
I. Bahan : Ikan bandeng 10 ekor, garam 2 sendok makan, jeruk nipis 2 butir, lengkuas 2 bongkah besar (diiris tipis), daun salam 20 lembar, daun pandan 1 lembar (potong-potong 2 cm), kunyit 3 batang (iris tipis), serai 4 batang (ambil bagian putihnya lalu iris tipis), daun jeruk 10 lembar (robek kasar), air 2 liter, air asam jawa 3 sendok dan daun pisang (digunakan untuk alas panci presto).
II. Bumbu Halus : Bawang putih 8 siung, bawang merah 6 butir, kunyit 4 cm, jahe 3 cm, ketumbar 2 sendok makan (disangrai) dan garam 1 sendok makan.
## III. Cara Pengolahan
a. Siapkan ikan bandeng, siangi ikan dengan membuang insang, isi perut dan sisiknya, kemudian lumuri ikan dengan 2 sendok makan garam dan air perasan jeruk nipis dari 2 butir jeruk, aduk hingga rata. Selanjutnya masukkan bumbu yang telah dihaluskan ke dalam wadah besar, tambahkan 2 liter air, aduk rata, tambahkan garam bila dirasa kurang asin, sisihkan.
b. Setelah itu, siapkan irisan rempah- rempah, tata selebar daun pisang di dasar panci, taburi permukaannya dengan sebagian rempah-rempah, tata ikan diatasnya, tutup dengan daun pisang lalu taburi dengan rempah-rempah kembali, lakukan kegiatan ini hingga ikan habis. Siram bandeng dengan larutan air bumbu, lalu tutupi permukaan ikan
dengan daun pisang, pastikan bandeng tertutup air.
c. Tutup panci presto (pressure cooker)
dengan benar, pastikan penutup tertutup rapat dan terdengar bunyi klik. Rebus dengan menggunakan api besar hingga terdengar desisan, kecilkan api, dan teruskan merebus selama 20 menit. Matikan apinya, lalu diamkan panci hingga uap air benar-benar habis dan
tidak terdengar suara desisan. Buka penutup panci, biarkan hingga semua uap hilang, buang sisa air rebusan, diamkan ikan dipanci sampai benar-benar dingin, lalu angkat.
d. Bandeng presto sudah siap diolah lebih lanjut (digoreng atau olahan lainnya). Diagram alir pengolahan bandeng presto dapat dilihat pada Gambar 1 (Prahasta dan Hasanawi, 2008).
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Bandeng Presto
Ikan Bandeng Pembersihan Ikan Bandeng (Pemisahan duri dan daging ikan bandeng) Pelumuran dengan Garam dan Air Perasan
Jeruk Nipis
Pencampuran Bumbu Halus dengan Air Pencampuran Ikan Bandeng dengan Larutan Air Bumbu Bandeng Presto Penataan dalam Panci Presto Perebusan dengan Panci Presto (20 menit)
## Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Abon Ikan Bandeng
B. Pengolahan Abon Ikan Bandeng
I. Bahan : Ikan bandeng segar 10 ekor, bawang putih 25 siung, ketumbar
10 sendok teh, jintan 5 sendok teh, serai 10 batang, garam secukupnya dan gula pasir secukupnya.
Ikan Bandeng Pembersihan Ikan Bandeng (Pemisahan duri dan daging ikan bandeng) Pengukusan (25 menit) Penyuwiran Penggilingan Pencampuran Ikan Bandeng Halus dengan Bumbu Penghalusan bumbu Penumisan Bumbu Pemasakan hingga Kering Pengeluaran Minyak Abon Ikan Bandeng
II. Cara Membuat Abon Ikan:
a. Bersihkan bagian luar dan dalam ikan bandeng, belah ikan bandeng dan bersihkan durinya. Kukus ikan bandeng yang telah dibersihkan selama 25 menit.
b. Suwir-suwir ikan bandeng, giling daging ikan bandeng dalam alat giling hingga halus.
c. Haluskan bawang putih, ketumbar, dan jintan . Tumis bumbu yang telah dihaluskan dengan menggunakan minyak hingga harum dan bumbu matang.
d. Masukkan ikan bandeng yang telah dihaluskan sambil terus diaduk hingga rata. Tambahkan serai, garam dan gula. Masak hingga kering, angkat dan dinginkan.
e. Masukkan abon ikan bandeng yang telah matang dalam spinner agar kadar air yang masih terkandung benar-benar habis.
f. Abon ikan bandeng siap untuk disajikan. Diagram alir pembuatan abon ikan bandeng dapat dilihat pada Gambar 2 (Ishak, dkk., 1985).
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil diskusi, peserta memiliki minat cukup tinggi untuk mengetahui cara pengolahan ikan bandeng menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng serta teknik pengemasannya. Keterlibatan
peserta dari kedua kelompok mitra dalam melakukan pengolahan ikan bandeng menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng dapat dilihat dari berbagai foto- foto kegiatan selama pelaksanaan kegiatan pengabdian tersebut.
Pada kegiatan demonstrasi, tim pelaksana memberikan contoh: cara pengolahan bandeng presto dan abon ikan bandeng.
a. Teknik pengolahan bandeng presto
Dalam kegiatan ini, peserta secara
langsung melakukan pembuatan bandeng presto mulai dari pembersihan dan penghilangan duri, pembuatan bumbu-bumbu hingga perebusan dengan panci presto yang akhirnya diperoleh produk bandeng presto.
Pengolahan bandeng presto menggunakan ikan bandeng segar yang diperoleh dari tambak mitra. Ikan bandeng dibersihkan
dengan mengeluarkan isi perutnya dan sisiknya, kemudian dilakukan pencucian hingga bersih. Ikan bandeng yang telah dibersihkan kemudian dibelah dua dan langsung dilakukan pengolahan menjadi bandeng presto tanpa dilakukan pencabutan duri. Bumbu-bumbu dihaluskan kemudian dibalurkan pada seluruh permukaan ikan bandeng yang telah dibelah dua. Setelah seluruh permukaan ikan bandeng dibalur dengan bumbu-bumbu
kemudian dimasukkan dalam panci presto dan dilakukan perebusan
selama 20 menit. Bandeng presto siap
disantap langsung atau bisa diolah lagi
menjadi bandeng presto goreng, bandeng presto kriuk, atau olahan lainnya.
Gambar 3. Pelatihan Pengolahan Bandeng Presto
b. Teknik pengolahan abon ikan bandeng Dalam kegiatan ini, peserta secara langsung melakukan pembuatan abon ikan bandeng mulai dari pembersihan dan penghilangan duri hingga ke proses pengeluaran minyak dan akhirnya diperoleh produk abon ikan bandeng.
Pengolahan abon ikan bandeng menggunakan ikan bandeng tanpa duri yang telah dibuat sebelumnya. Ikan bandeng tanpa duri tersebut dilakukan pemasakan untuk melunakkan daging ikan bandeng. Setelah
masak kemudian dilakukan penyuwiran daging ikan bandeng. Hasil suwiran daging ikan bandeng tersebut kemudian diberi bumbu-bumbu dan dilakukan penggorengan hingga kering selama dua jam sambil terus dilakukan pengadukan. Setelah kering, kemudian abon ikan bandeng dimasukkan dalam spinner untuk mengeluarkan minyak yang terserap kedalam abon ikan bandeng. Abon ikan bandeng siap dikemas dan disantap.
## Gambar 4. Pelatihan Pengolahan Abon Ikan Bandeng
3. Pembimbingan dan Pendampingan
Kelompok Mitra
Tahap pendampingan dilakukan dengan pendekatan kelembagaan, yaitu proses pendampingan yang terus menerus selama kegiatan berlangsung. Pelaksanaan pendampingan ini difokuskan pada bimbingan dan pendampingan pada kelompok mitra dalam hal penerapan teknologi pengolahan dan pengemasan produk olahan ikan bandeng menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng.
Dalam pendampingan tersebut, kelompok mitra diajarkan tentang pengelolaan manajemen usaha, manajemen keuangan serta cara memasarkan produk yang baik.
## SIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan IbM pada kelompok mitra di desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Teknologi yang telah diterapkan berupa teknologi pengolahan produk olahan ikan bandeng menjadi bandeng presto dan abon ikan bandeng pada kelompok mitra.
2. Produk bandeng presto dan abon ikan bandeng yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian, sudah cukup baik dan mempunyai potensi untuk pengembangan usaha produk olahan ikan bandeng. 3. Mengaktifkan masyarakat untuk
mengembangkan penganekaragaman
produk olahan ikan bandeng menjadi produk yang bernilai ekonomi dengan memahami teknologi yang telah diberikan dalam penyuluhan, pelatihan serta pendampingan.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada DP2M Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi yang telah mendanai
kegiatan ini melalui dana Hibah Pengabdian
Ipteks bagi Masyarakat (I b M) Tahun Anggaran 2017, LPPM Universitas Bosowa, dan masyarakat di Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros. Ucapan terima kasih terkhusus disampaikan pada kelompok mitra atas partisipasi dan kerjasama yang baik dalam kegiatan ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Fatimah, Wardah. 2008. Peningkatan Mutu
Produk Olahan Hasil Perikanan Di Sulawesi Selatan. Departemen Perindustrian Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Makassar.
Ishak, Elly; H. Pakasi K; S. Berhimpon, CH. Nanere L dan Soenaryanto. 1985. Pengolahan Hasil Perikanan. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Bagian Timur.
Prahasta, Arief dan Hasanawi Masturi. 2008. Budidaya-Usaha-Pengolahan Agribisnis Bandeng. CV. Pustaka Grafika. Bandung.
|
7001e17a-2342-49c2-aa01-6db3714e9da4 | https://ejournal.uksw.edu/aiti/article/download/1280/620 |
## Model Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Technology Acceptance Model Dan Technology Ajax Pada Koperasi Simpan Pinjam
Adiyuda Prayitna 1 , FX. Henry Nugroho 2 1 , 2 STMIK AKAKOM Yogyakarta Jln Raya Janti no 143, Karang Jambe, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta
Email : 1) [email protected] , 1) [email protected]
## Abstrak
Koperasi Simpan pinjam (KSP) is an micro financial firm, mostly serve for micro business in contry side of indonesia, their consumer is low income people. KSP bring relatively easy financial support with easy requirement for loan and credit interest. Unfortunately this firm not well managed, so business improvement, financial management and bussiness report not in a good perform, this is expressed by accounting and financial report still using conventional model, by a book general ledger and/or by computer software mostly Microsoft Excell. This research focuse to solve accounting report with automatic system, developed by Technology Acceptance Model and AJAX Programming
Keywords : Koperasi, Sistem Informasi, TAM, AJAX
## 1. Pendahuluan
Koperasi Simpan Pinjam dan kemudian disingkat menjadi KSP, merupakan sebuah badan usaha berbentuk koperasi pada umumnya, namun memiliki beberapa bagian teknis operasional yang berbeda. Secara umum ruang lingkup kegiatan koperasi adalah penghimpunan dan penyaluran dana, dalam hal ini berbentuk pinjaman dan simpanan kepada anggota, pada perkembangannya koperasi simpan pinjam ini melayani tidak saja kepada anggota namun juga kepada masyarakat luas. Dalam perjalanan konsep KSP hingga saat ini masih termajinalkan, meskipun ratusan studi telah mengungkapkan bahwa keberadaan KSP ini mampu mengurangi kemiskinan dengan memberdayakan masyrakat miskin pedesaan (Wilopo, 2006; Salam, 2008).
Namun demikian KSP ini mengalami stagnasi dan kesulitan untuk berkembang, penyebab kurang berkembangnya KSP antara lain; regulasi pemerintah yang tidak jelas, supervisi pemerintah yang tidak kontinyu, sering terjadi konflik internal di KSP sendiri, tidak adanya perlindungan nasabah, dan penggunaan infrastruktur yang tidak efisien (Salam, 2008; Krisnamurti, 2005). Bahkan beberapa KSP pada saat ini telah mengalami krisis kepercayaan dari anggotanya, dan berakibat tidak beroperasinya lembaga ini.
Adanya krisis kepercayaan tersebut mengakibatkan total dana yang dihimpun oleh lembaga ini dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Misalnya, jika pada tahun 2002, total dana yang dapat dihimpun oleh KSP sekitar Rp 473 milyar, maka pada tahun 2006 hanya sekitar 348 (Wardani, 2007). KSP tidak
Artikel ini telah dipresentasikan dalam Innovative and Creative Information Technology Conference (ICITech) dengan tema “ E-Transaction and Power Play” yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana – Salatiga, pada 24 November 2016.
dapat beroperasi secara efisien karena menggunakan infrastruktur yang masih bersifat tradisional.
Seluruh pencatatan transaksi, estimasi investasi, dan laporan akuntansi dilakukan secara tradisional (Hermana et al., 2008). Penelitian ini difokuskan untuk menghasilkan sistem informasi transaksi elektronik yang akan memenuhi kebutuhan dari para penggunanya, kemudian sistem tersebut di terapkan pada KSP di daerah pedesaan serta kemudian melakukan evaluasi terhadap pengunaan sistem informasi dengan menggunakan metode Technology Acceptance Model (TAM), sehingga akan dapat menghasilkan sistem yang mudah dioperasikan dan sistem tersebut dapat meningkatkan kinerja para penggunanya (Jauharia, 2008)
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Teori Pengadopsian Sistem Informasi
Kegiatan penelitian ini lebih pada idenfikasi dan menetapkan kebutuhan- kebutuhan pada KSP, karena kebutuhan kebutuhan pada KSP ini akan memberikan dampak kepada manajer dan pegawai KSP dalam menggunakan sistem transaksi elektronik.
Pada penelitian ini akan menggunakan pengembangan teori utama TAM dengan memasukkan anteseden-anteseden variabel eksternal yang diidentifikasi dari penelitian penelitian terdahulu, serta memodifikasinya dengan beberapa teori/model yang ada, yaitu Teori of Reasoned Action (TRA) dan Theori of Reasoned Behaviour(TRB) .
## 2.1.1 Theory of Reasoned Action (TRA)
Teori of Reasoned Action diperkenalkan dan dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1969, 1980) menyediakan sebuah model yang akan memberikan potensi keuntungan agar dapat memprediksi keinginan dalam bersikap dan berperilaku berdasarkan pada sikap individu dan pandangan normatif.
Keinginan untuk berperilaku ini dipengaruhi oleh sikap dalam berperilaku (attitude toward the behavior) dan norma subyektif (subjective norm). Sikap dalam berperilaku didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif individu tentang bagaimana menjalankan tujuan berperilaku. Norma subyektif dapat diartikan sebagai pengaruh sosial tentang bagaimana seharusnya perilaku seseorang tersebut. Dengan demikian, keinginan untuk berperilaku atau menggunakan teknologi informasi tidak hanya dipengaruhi oleh sikap seseorang dalam berperilaku saja, tetapi mungkin juga dipengaruhi oleh opini orang lain. Teori of reasoned action ditunjukkan oleh gambar 2.1
## 2.1.2. Theory of Planned Behavior (TPB)
Teori ini merupakan perluasan dari TRA dan dikembangkan oleh Ajzen (1991) yaitu dengan menambahkan variabel persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control) disamping sikap berperilaku dan norma subyektif, untuk menjelaskan situasi dimana individu tidak memiliki pengendalian terhadap perilaku yang diinginkannya. Persepsi kontrol perilaku didefinisikan sebagai persepsi kemudahan atau kesulitan dalam menjalankan perilaku. Perilaku seseorang mungkin tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan seseorang untuk berperilaku dan opini orang lain tentang perilaku tersebut, tetapi dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya peluang dan sumber daya, seperti: waktu, uang, kemampuan/keahlian, dan kerjasama dengan orang lain (Harrison et al., 1997). Dalam model ini, persepsi kontrol perilaku terdiri atas dua hal, yaitu: keyakinan kontrol (control belief) dan persepsi kekuatan (perceived power).
Sikap Norma Subjektif Keyakinan Evaluasi Niat Keyakinan Normatif Tingkah Laku Motivasi untuk memenuhi Gambar 1 Theori of Reasoned Action Sikap Norma Subjectif Kontrol Perilaku Niat Perilaku Gambar 2 Theori of Reasoned Behavior
2.1.3. Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model pengembangannya dipelopori oleh Davis (1989) merupakan salah satu model penelitian populer. Penelitian menggunakan model ini difokuskan pada prediksi penggunaan dan penerimaan teknologi sistem informasi oleh pengguna individu.
TAM merupakan model yang paling banyak diterapkan dalam pengadopsian oleh pengguna dan pemanfaatnya (Ma dan Liu, 2004). TAM merupakan perluasan dari TRA dan TPB, yang menyatakan bahwa keinginan untuk menggunakan suatu sistem dipengaruhi oleh dua determinan utama, yaitu persepsi manfaat (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Persepsi manfaat didefinisikan sebagai tingkat dari keyakinan seseorang bahwa dengan menggunakan suatu sistem tertentu akan mendorong kinerja pekerjaannya. Sementara persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem merupakan hal yang mudah untuk dipahami/dipelajari. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa teknologi yang mudah untuk digunakan dan bermanfaat akan secara positif mempengaruhi keinginan perilaku pengguna dan keinginan untuk menggunakan teknologi tersebut. Konsekuensinya, penggunaan dari teknologi tersebut akan meningkat (Taylor dan Todd, 1995).
## 2.1.4 Asynchronous Java Script and XML (AJAX)
Menurut Garret(2005) AJAX bukanlah sebuah teknologi, namun merupakan gabungan dari beberapa teknologi, bersama – sama menjadikan tampilan applikasi berbasis web menjadi lebih baik, AJAX terdiri dari:
Presentasi standar menggunakan XHTML dan CSS
Tampilan dinamis dan interaksi menggunakan Document Object Model.
Manipulasi data serta perubahan tampilan data menggunakan XML dan XSLT
Pemanggilan data secara tidak sinkron menggunakan XMLHttpRequest .
Dan JavaScript menyatukan semuanya.
Model pengembangan web klasikal adalah sebagai berikut : user melakukan interaksi dengan mengakses halaman web, jika ada permintaan maka akan membangkitkan permintaan http ( http request ) ke web server, maka permintaan ini akan dikirimkan ke server, oleh server permintaan ini diproses dan kemudian hasilnya dikembalikan kepada pengguna melalui tampilan HTTP. Secara teknis hal ini akan masuk akal, namun bagi user ini sangat tidak masuk akal, pada saat server memproses apa yang dikerjakan pengguna? Menunggu? Dan apabila proses dikerjakan oleh server banyak, pengguna akan menunggu lebih lama lagi.
Dengan menggunakan Ajax diharapkan pengguna tidak menggunakan model interaksi start-stop-start-stop , yaitu pengguna mengirimkan http request ( start ) dan menunggu hasil pengolahan oleh server ( stop ) secara berulang ulang, melainkan pengguna mendapatkan interaksi yang berbeda,
tidak menggunakan sistem start-stop-start-stop , setiap interaksi pengguna yang akan menghasilkan permintaan http akan diteruskan oleh JavaScript kepada ajax engine setiap permintaan pengguna yang tidak mengirimkan permintaan ke server (semisal validasi data, pemeriksaan kelengkapan isian form) akan diproses oleh ajax engine ini, namun apabila ada permintaan ke server maka ajax engine akan mengirimkan http request dengan menggunakan metode asynchronously dengan menggunakan XML tanpa menghentikan interaksi pengguna pada applikasi.
## 2.1.5 Uji Validitas
Validitas dalam bahasa indonesia dikenal sebagai kesahihan, yaitu menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang akan diukur (siregar:2010). Dalam suatu penelitian yang bersifat deskriptif, maupun eksplanatif yang melibatkan variable/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung. Didalam validitas ini mencakup penjabaran konsep dari tingkat teoritis hingga empiris. Menurut Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai tripartite classification yakni Content, Criterion dan Construct.
## 2.1.6 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Uji Reliabilitas alat ukur dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan test- restest, equivalent dan gabungan keduanya. Secara internal, reliabilitas alat ukur dapat diuji dengan menganalisa konsistensi butir – butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.
## 3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu di kabupaten Sleman. Penelitian di lakukan pada bulan Juli hingga November 2016. Penelitian ini difokuskan pada KSP yang telah menggunakan sistem informasi dalam pencatatan transaksinya, agar diperoleh model penerimaan sistem informasi yang nantinya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan prototipe sistem. Penelitian ini akan memberikan alternatif agar KSP di pedesaan dapat meningkatkan sustainabilitas usahanya sehingga secara efektif dan efisien menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat khususnya masyarakat miskin di pedesaan. Luaran penelitian adalah prototipe sistem transaksi elektronik KSP yang berbasis web desain, yang bersifat open source, sehingga siapapun dapat mengakses sistem tersebut secara gratis, untuk dapat diterapkan pada operasional KSP-nya, dengan cara mengunduh source codenya. Penelitian akan dilaksanakan pada tahun 2016, dengan tujuan utama adalah mengembangkan sistem transaksi elektronik KSP, yang selanjutnya akan mengimplementasikan
atau mensosialisasikannya pada KSP-KSP di wilayah DIY khususnya di Kabupaten Sleman.
Hasil implementasi ini kemudian akan diproses dengan menggunakan model TAM untuk melakukan penilaian terhadap kemudahan pengoperasian perangkat lunak (ease of use) dan peran perangkat lunak dalam menyelesaikan pekerjaan.
## 4. HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang telah dilakukan dan dicapai dalam penelitian ini adalah identifikasi kebutuhan Sistem Informasi Koperasi Simpan Pinjam (SIKOPIN), penyempurnaan pengembangan program Sistem Informasi Koperasi Simpan Pinjam (SIKOPIN) pada mitra penelitian, pemasangan software program Sistem Informasi Koperasi Simpan Pinjam (SIKOPIN) pada mitra penelitian, pelatihan operasional penggunaan program Sistem Informasi Koperasi Simpan Pinjam (SIKOPIN), dan penyebaran kuisioner kepada pengguna untuk mendapatkan hasil terhadap kemudahan pengoperasian perangkat lunak (ease of use) dan peran perangkat lunak dalam menyelesaikan pekerjaan.
## 4.1.1 Perancangan Basis Data
Basis data merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan sebuah sistem, perancangan basis data yang baik akan menghasilkan data yang akurat dan mempermudah proses pengembangan sistem sehingga menjadi lebih cepat selesai. Berikut ini disajikan desain relasi tabel penyimpanan data
## Gambar 3. Relasi Basis Data
## 4.1.2 Pemanfaatan AJAX Dalam Pengembangan Sistem
Ajax (Asynchronous Javascript and XML) secara singkat, ajax merupakan konsep pengembangan web yang memungkinkan antara client dan server dapat berkomunikasi secara asynchronous . Contoh penerapannya saya rasa dengan mudah kita temui di banyak web, seperti pada situs Facebook, saat kita meng-update status, hanya bagian status aja yang berubah sedangkan keseluruhan halaman tidak berubah ( refresh ). Library utama JQuery yang dapat didownload di situs http://code.jquery.com. Sedangkan untuk penanganan form dengan teknologi Ajax, digunakan plugin JQuery Form yang dapat didownload di situs http://malsup.com/jquery/form/. Dengan plugin ini, kita dapat mengubah proses penanganan form secara klasik menjadi proses penanganan form dengan “gaya” Ajax. Dipilih plugin ini dengan alasan kemudahan dalam penerapannya.
## 4.1.3 Uji Validitas
Uji validitas akan dilakukan dengan Metode Pearson yaitu dengan korelasi skor butir kuesioner dengan skor totalnya. Uji validitas ini
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Uji Validitas pada program SPSS menggunakan korelasi Bevariate Pearson, Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan benar-benar valid untuk mengukur variabel yang diteliti. Hasil korelasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
## Tabel 1. Uji Validitas
TOTAL PERCEIVED EASE OF USE TOTAL USEFULNESS PERCEIVED EASE OF USE1 Pearson Correlation .986 ** .964 ** Sig. (2-tailed) .000 .002 N 6 6 PERCEIVED EASE OF USE2 Pearson Correlation .986 ** .964 ** Sig. (2-tailed) .000 .002 N 6 6 PERCEIVED EASE OF USE3 Pearson Correlation .936 ** .971 ** Sig. (2-tailed) .006 .001 N 6 6 PERCEIVED EASE OF USE4 Pearson Correlation .986 ** .964 ** Sig. (2-tailed) .000 .002 N 6 6 PERCEIVED EASE OF USE5 Pearson Correlation .935 ** .900 * Sig. (2-tailed) .006 .014 N 6 6 PERCEIVED EASE OF USE6 Pearson Correlation .936 ** .971 ** Sig. (2-tailed) .006 .001 N 6 6 PERCEIVED EASE OF USE7 Pearson Correlation .935 ** .900 * Sig. (2-tailed) .006 .014 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS1 Pearson Correlation .947 ** .971 ** Sig. (2-tailed) .004 .001 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS2 Pearson Correlation .935 ** .900 * Sig. (2-tailed) .006 .014 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS3 Pearson Correlation .947 ** .971 ** Sig. (2-tailed) .004 .001 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS4 Pearson Correlation .936 ** .971 ** Sig. (2-tailed) .006 .001 N 6 6
PERCEIVED USEFULNESS5 Pearson Correlation .935 ** .900 * Sig. (2-tailed) .006 .014 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS6 Pearson Correlation .936 ** .971 ** Sig. (2-tailed) .006 .001 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS7 Pearson Correlation .935 ** .900 * Sig. (2-tailed) .006 .014 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS8 Pearson Correlation .935 ** .900 * Sig. (2-tailed) .006 .014 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS9 Pearson Correlation .936 ** .971 ** Sig. (2-tailed) .006 .001 N 6 6 PERCEIVED USEFULNESS10 Pearson Correlation .986 ** .964 ** Sig. (2-tailed) .000 .002 N 6 6 TOTAL PERCEIVED EASE OF USE Pearson Correlation 1 .993 ** Sig. (2-tailed) .000 N 6 6 TOTAL USEFULNESS Pearson Correlation .993 ** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 6 6
Berdasarkan data tersebut nilai korelasi antar skor item dengan skor total dibandingkan dengan nilai rTabel. Nilai rTabel dicari pada tingkat signifikansi 0,05 uji dua sisi dengan n = 20, maka didapat nilai rTabel sebesar 0,811. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai r Hitung lebih besar dibandingkan nilai r Tabel sebesar 0,811. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti adalah valid.
Tabel 2. Uji Ralibilitas Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted PERCEIVED EASE OF USE1 71.50 131.100 .971 .987 PERCEIVED EASE OF USE2 71.50 131.100 .971 .987 PERCEIVED EASE OF USE3 71.67 131.867 .953 .987 PERCEIVED EASE OF USE4 71.50 131.100 .971 .987 PERCEIVED EASE OF USE5 71.33 139.067 .909 .988
PERCEIVED EASE OF USE6 71.67 131.867 .953 .987 PERCEIVED EASE OF USE7 71.33 139.067 .909 .988 PERCEIVED USEFULNESS1 71.83 124.167 .954 .988 PERCEIVED USEFULNESS2 71.33 139.067 .909 .988 PERCEIVED USEFULNESS3 71.83 124.167 .954 .988 PERCEIVED USEFULNESS4 71.67 131.867 .953 .987 PERCEIVED USEFULNESS5 71.33 139.067 .909 .988 PERCEIVED USEFULNESS6 71.67 131.867 .953 .987 PERCEIVED USEFULNESS7 71.33 139.067 .909 .988 PERCEIVED USEFULNESS8 71.33 139.067 .909 .988 PERCEIVED USEFULNESS9 71.67 131.867 .953 .987 PERCEIVED USEFULNESS10 71.50 131.100 .971 .987
Berdasarkan tabel diatas didapat nilai korelasi pada Corrected Item – Total Correlation. Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel, pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 6, yaitu sebesar 0,811. Keseluruhan item yang digunakan memiliki nilai lebih dari r tabel (0,811), sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir instrument yang digunakan dalam penelitian adalah valid.
## 5. Kesimpulan
Dengan menggunakan sistem informasi ini para pengampu kepentingan di koperasi merasa terbantu dalam menyelesaikan pekerjaan keseharian di koperasi simpan pinjam.
6. Daftar Pustaka [1]. Abrahamsson, P., Salo, O., Ronkainen, J., dan Warsta, J., 2002, Agile software development methods, Review and analysis, Espoo 2002, VTT Publications 478, hal 107.
[2]. Adam, D.A., R.R. Nelson, P.A. Todd, (1992), Perceives Usefulness, Ease of Use, and Usage of Information Technology: A Replication, MIS Quarterly, 16: 227-247.
[3]. Ajzen, I., (1991), The Theory of Planned Behavior, Organization Behavior and Human Decision Processes, 50: 179-211.
[4]. Amin, H., (2007), Internet Banking Adoption Among Young Intellectuals, Journal of Internet Banking and Commerce, 13: 1-13.
[5]. Amin, H., R. Baba, and M.Z. Muhammad, (2007), An Analysis of Mobile Banking Acceptance by Malaysian Customers, Sunway Academic Journal 4, 1-12.
[6]. Barnett, L., 2007, Agile Survey Result: Widespread Adoption, Emphasis on Productivity and Quality, Agile Journal, Vol 2, Number 7, Summer 2007, Agile Business Publication.
[7]. Boehm, B., 1986, A Spiral Model of Software Development and Enhancement, ACM SIGSOFT Software Engineering Notes, ACM, 11(4):14-24 Buchori A., Bambang Himawan, Edi Setijawan, Nyimas
Rohmah (2003) “Kajian Kinerja Industri BPRS:, BEMP, Vol. 4: 24- 32
[8]. Fowler, M. dan Highsmith, J., 2001, The Agile Manifesto, Software Development Magazine.
[9]. Galantone, R.J., D.A. Griffith, and G. Yalcinkaya, (2006), An Empirical Examination of A Technology Adoption for the Context of China, Journal of International Marketing, 14 (4), 1-27.
[10]. Hair, J.F., R.E. Andeson, R.L. Tatham, and W.C. Black, (2006), Multivariate Data Analysis with Readings, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.
[11]. Hakin Cecep (2006), Problem Produk Syariah, BEMP, Vol. 7: 46-62 [12]. Hermana, B., Wardoyo, T. Oswari, (2008), Lembaga Keuangan Mikro: Model Organisasi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi, Jurnal UKM, (7), 1-14
[13]. Jauharia (2008), Pengembangan Model Pengadopsian Online- banking Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing di Bidang Perbankan, Jurnal Solusi, 2, 26-38.
[14]. Jauharia, A., Y. Kurniyati, dan S. Anggoro (2010), Model Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Technology Acceptance Model dan Pemrograman AJAX untuk Penguatan
[15]. Lembaga Keuangan Mikro Berbentuk Koperasi Pedesaan, Laporan Hasil Penelitian Hibah Stranas, Yogyakarta.
[16]. Karjaluato, H., T. Koivumaki, dan J. Solo, (2003), Individual Difference in Private Banking: Empirical Evidence from Finland, Proceeding of the 36 th Hawaii International Conference on System Science, Big Island, Hawaii.
[17]. Krisnamurti, B. (2005), Pengembangan Keuangan Mikro Bagi Pembangunan Indonesia, Jurnal UKM, (4) 23-30.
[18]. Mahmud, Simeen, “Actually How Empowering in Micro Credit,” Development and Change, 34(4), 2003: 577-605.
[19]. Mattila, M., H. Karjaluato, dan T. Pento, (2003), Internet Banking Adoption Intention Among Mature Customers: Early Majority or Laggards, Journal of Service Marketing, 17 (5), 514-526.
[20]. Nor, K.Md., and J.M. Pearson, (2007), The Influence of Trust on Internet Banking Acceptance, Journal of Internet Banking and Commerce, 12 (2), 1-10.
[21]. Pikkarainen, T., Kari Pikkarainen, H. Karjaluato dan S. Pahnila, (2004), Consumer Acceptance of Online Banking: An Extension of the Technology Acceptance Model, Internet Research, 14 (3), 224- 235.
[22]. Pressman (2003), Software Enginering: A Practitioner’s Approach, McGraw Hill, New York.
[23]. Rogers, M., (1995), Diffusion of Innovations, New York: The Free Press.
[24]. Salam, A. (2008), Sustainabilitas Lembaga Keuangan Mikro Koperasi Simpan Pinjam, Sekolah Pascasarjana UGM: Yogyakarta.
[25]. Sendecka, Lenka, (2006), Adoption of Mobile Services: Moderating Effects of Service’s Information Intensity, Thesis, Norges Handelshoyskole.
[26]. Sofyan Siregar (2010), Statistika Deskriptif untuk Penelitian : Dilengkapi Perhitungan Manual dan applikasi SPSS versi 17, PT Raja Grafindo : Kota Depok
[27]. Subraniam, V., Hunt, A., 2006, Practices of an Agile Developer, Working in the Real World, The Pragmatic Bookshelf, The Pragmatic Programmers, LLC. Teo, T.S.H., and S.H. Pok, (2003), Adoption of WAP-Enabled Mobile Phones Among Internet Users, Omega, 31, 483-498.
[28]. Wardani, D. (2007), Analisis Pendapatan Petani Tembakau Berdasarkan Sistem Penguasaan Lahan Sawah di Kabupaten Temanggung, Laporan Penelitian Dosen Muda, LPPM UNS: Surakarta.
[29]. Wilopo, W.W., (2006), Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Rantai Kemiskinan, Media BPR (5). 24-29.
|
ff826397-003a-4884-8d32-5e0f1187c405 | https://ejournal.itn.ac.id/index.php/jati/article/download/7780/4670 |
## IMPLEMENTASI METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT PENGGUNAAN BAHAN PRODUKSI ROTI DAN KUE
(STUDI KASUS: CV. DEA CAKE AND BAKERY)
Idam Dwi Laksono, Indyah Hartami Santi, M. Taofik Chulkamdi Teknik Informatika, Teknologi Informasi Universitas Islam Balitar Jln. Majapahit No. 2-4 Sananwetan Kota Blitar, Indonesia
[email protected]
## ABSTRAK
Perusahaan Cv. Dea Cake And Bakery merupakan salah satu perusahaan di bidang produksi makanan yang berfokus pada penjualan roti dan kue. Perusahaan ini dalam mengelola bahan produksi masih terdapat kendala saat memprediksi tingkat penggunaan bahan baku produksi. Kendala tersebut dapat berdampak signifikan bagi CV. Dea Cake And Bakery, seperti kurangnya ketersediaan barang yang mengakibatkan terganggunya produksi dan kelebihan barang produksi yang berpotensi menyebabkan pemborosan dan kedaluarsa. Sehingga diperlukan sistem prediksi yang lebih canggih dan efektif. Sistem tersebut dapat dibuat dengan methode Single Exponential Smoothing. Metode Single Exponential Smoothing adalah salah satu metode peramalan yang umum digunakan dalam analisis time series. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode Single Exponential Smoothing memberikan prediksi terhadap tingkat penggunaan bahan produksi roti dan kue di CV. Dea Cake And Bakery pada bulan juni 2023. Dari total 103 bahan, prediksi terbaik terdapat pada bahan Mentega Spreadable merek Simas yang berjumlah 146 bahan, Keju padat merek Wincheez yang berjumlah 208 bahan. Jumlah ramalan kedua bahan tersebut sama persis dengan data actual bulan Juni. Untuk pengujian akurasi menggunakan Mean Absolute Percentage Eror (MAPE) dari setiap bahan produksi roti dan kue memiliki rata rata 0,059%.
Kata kunci: Implementasi, Single Exponential Smoothing, Prediksi, Bahan Produksi, Roti, Kue.
## 1. PENDAHULUAN
Dalam era industri saat ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin pesat sehingga memberikan dampak besar pada berbagai sektor industri, termasuk pada industri produk makanan. Oleh karena itu, perusahaan industri makanan harus dapat bersaing di ranah digital agar tetap relevan dan mampu bertahan di pasar [1]. Pengertian industri makanan adalah kegiatan produksi, pengolahan, dan distribusi berbagai jenis makanan dan minuman secara massal untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Industri makanan mencakup berbagai jenis makanan dan minuman, mulai dari makanan ringan, makanan olahan, minuman, hingga produk-produk kebersihan dan kecantikan yang terkait dengan makanan [2]. Contoh perusahaan yang bergerak di sektor industri produk makanan adalah CV. Dea Cake and Bakery yang berfokus pada produksi dan penjualan roti dan kue. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2009 dan berpusat di Jl. Banurejo No.28, Kepanjen, Kec. Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan memiliki 20 cabang outlet di Provinsi Jawa Timur.
Perusahaan CV. Dea Cake and Bakery telah menerapkan sistem digital untuk mengelola penjualan dan produksi bahan. Meskipun demikian, di dalam sistemnya masih belum dapat memprediksikan tingkat penggunaan barang produksinya. Sehingga perusahaan ini masih menghadapi kendala dalam memprediksi tingkat penggunaan bahan produksi. Hal
ini dapat mengakibatkan kelebihan dan kekurangan ketersediaan bahan produksi roti dan kue. Kendala ini dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan dan dapat mengakibatkan penurunan pendapatan.
Sistem prediksi penggunaan bahan produksi sangat penting bagi perusahaan. Dengan memiliki sistem seperti ini, perusahaan dapat memperkirakan jumlah penggunaan bahan produksi yang dibutuhkan dalam setiap bulannya, dan dapat menyesuaikan produksi dengan permintaan pelanggan. Sistem prediksi tersebut dapat dibuat dengan methode Single exponential Smoothing.
Metode Single Exponential Smoothing merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pengolahan data time series. Metode ini bekerja dengan menghitung rata-rata tertimbang dari data yang lama dan data yang baru. Dalam hal ini, data lama merujuk pada tingkat penggunaan produksi pada periode sebelumnya, sedangkan data baru merujuk pada tingkat penggunaan bahan produksi pada periode terbaru [3].
## 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Produksi
Bahan produksi adalah bahan mentah atau bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. Bahan mentah adalah bahan yang langsung diolah menjadi barang jadi atau bahan setengah jadi, seperti biji- bijian, bahan bakar, kain, dan sebagainya. Bahan
pembantu, di sisi lain, adalah bahan yang digunakan untuk mempermudah atau meningkatkan efisiensi produksi, seperti mesin-mesin, alat-alat produksi, dan bahan kimia. Tanpa bahan produksi yang mencukupi, produksi tidak dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Selain itu, perusahaan perlu mengelola persediaan bahan produksi dengan baik untuk memastikan bahwa persediaan selalu mencukupi, tetapi tidak berlebihan [4].
## 2.2. Roti
Roti adalah makanan yang terbuat dari campuran tepung terigu dan air, dan kemudian dipanggang atau dikukus. Roti telah menjadi makanan pokok di banyak negara di seluruh dunia, dan merupakan sumber karbohidrat yang penting untuk tubuh manusia. Roti juga memiliki berbagai macam jenis dan variasi, dari yang berukuran kecil hingga yang besar, dari yang lembut dan empuk hingga yang keras dan renyah. Roti juga sering diisi dengan berbagai macam bahan, seperti keju, daging, sayuran, dan buah-buahan [5].
## 2.3. Kue
Secara tradisional kue umumnya disajikan pada saat acara-acara penting seperti hari raya, ulang tahun, dan pernikahan, serta dijadikan simbol upacara keagamaan dan ritual kuno [6]. Saat ini, kue sudah menjadi makanan yang lebih umum dan dapat ditemukan di mana-mana, Selain itu, kue juga sering dijadikan simbol budaya dan tradisi dari berbagai negara. Kue dapat memiliki berbagai bentuk seperti cake, tart, donat. Kue juga dapat dihias dengan berbagai macam topping seperti cokelat, krim, buah- buahan, dan sirup, sehingga menambah nilai estetika dan kelezatan dari kue itu sendiri [7].
## 2.4. Prediksi
Prediksi dapat disebut juga peramalan. Secara umum prediksi digunakan untuk mengetahui kejadian atau fenomena yang belum terjadi. Tujuan dari prediksi adalah untuk meminimalkan kesalahan dalam peramalan [8]. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada data yang salah dapat mengakibatkan keputusan yang salah. Kesalahan pada data dapat meningkatkan risiko bagi pembuat keputusan. Oleh karena itu, penting bagi pembuat keputusan untuk meminimalkan kesalahan data dengan memilih metode pengumpulan data dan metode peramalan kuantitatif yang tepat sehingga diperoleh data dengan tingkat ketelitian yang tinggi maka resiko kesalahan dapat berkurang. Oleh karena itu, penting bagi para pembuat keputusan untuk selalu mempertimbangkan kualitas data dan memilih metode peramalan yang paling sesuai untuk meminimalkan kesalahan dan meningkatkan tingkat ketelitian [9].
## 2.5. Single Exponential Smoothing
Single Exponential Smoothing adalah metode peramalan yang digunakan untuk meramalkan data
time series. Metode ini menghitung peramalan berdasarkan rata-rata tertimbang dari nilai-nilai historis dengan memberikan bobot yang lebih tinggi pada data terbaru dan bobot yang lebih rendah pada data yang lebih lama. Bobotnya ditentukan oleh parameter smoothing yang disebut alfa (α) yang bernilai antara 0 dan 1. Semakin dekat nilai α ke 1 berarti data memiliki karakteristik yang tidak banyak perubahan pada setiap nilai dalam periodenya [10].
## 2.6. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
Mean Absolute Percentage Error (MAPE) adalah salah satu metode peramalan atau forecasting yang digunakan untuk mengukur akurasi model peramalan dalam mengestimasi atau memprediksi nilai taksiran dari data yang sebenarnya. MAPE mengukur perbedaan proporsional antara nilai aktual dan nilai taksiran dalam bentuk persentase. MAPE dihitung dengan mengambil selisih absolut antara nilai aktual dan nilai taksiran, kemudian dibagi dengan nilai aktual, dan dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan nilai dalam bentuk persentase. Hal ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh prediksi model dari nilai sebenarnya. Semakin kecil nilai persentase MAPE, semakin baik performa model dalam memprediksi nilai yang sebenarnya [11]
## 3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksikan tingkat penggunaan bahan produksi roti dan kue menggunakan methode Single Exponential Smoothing. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka yang dapat diukur secara kuantitatif dan diolah menggunakan metode statistik. Methode penelitian ini digunakan sebagai suatu pedoman dalam menyelesaikan masalah yang telah ditemukan dalam penelitian ini.
Dalam rangka mengidentifikasi masalah, peneliti akan membuat suatu sistem yang dapat memprediksikan tingkat penggunaaan bahan baku produksi roti dan kue dari Perusahaan CV. Dea Cake And Bakery. Ada 103 jenis bahan produksi yang diambil pada untuk penelitian ini. Data tersebut diambil mulai bulan januari tahun 2020 sampai dengan bulan mei tahun 2023 dan digunakan untuk memprediksikan bahan baku produksi bulan juni 2023.
## 3.1. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk melakukan proses prediksi. Berikut adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Wawancara Teknik Pengumpulan data dengan wawancara dilalukan untuk mengumpulkan data informasi dari kepala cabang CV. Dea Cake And Bakery
yang berlokasi di Jl. Veteran No.5, Kepanjen Kidul, Kec. Kepanjenkidul, Kota Blitar.
b. Studi Literatur
Studi literatur merupakan proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari, mengumpulkan, dan meninjau literatur atau referensi yang berhubungan dengan topik pembicaraan. Seperti teori-teori metode Single Exponential Smoothing dan Mean Absolute Percentage Eror (MAPE) yang berupa jurnal dan buku.
## 3.2. JENIS DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang didapat dari hasil wawancara pihak CV. Dea Cake And Bakery. Data yang diperoleh berupa penjabaran tentang keadaan dan masalah yang dihadapi oleh CV. Dea Cake And Bakery. Data Sekunder adalah data bahan produksi roti dan kue yang telah dikumpulkan sebelumnya oleh pihak CV. Dea Cake And Bakery. Dalam penelitian ini digunakan data tingkat tingkat penggunaan bahan produksi roti dan kue pada 2020 bulan januari sampai dengan tahun 2023 bulan Mei.
## 3.3. TAHAPAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan suatu pemecahan masalah
Gambar 1 Alur tahap penelitian
Berikut penjelasan dari gambar tahapan penelitian tersebut
a Menganalisa Masalah: Masalah yang didapat yaitu perusahaan CV. Dea Cake And Bakery belum bisa memprediksikan penggunaan bahan baku produksi roti dan kue sehingga masih mengalami suatu kelebihan dan kekurangan bahan baku produksi tersebut.
b Menentukan Tujuan: Tujuanya adalah membuat suatu alat yang dapat memprediksikan penggunaan bahan baku produksi tersebut untuk bulan selanjutnya (Bulan Juni).
c Mengumpulkan data: Data yang dikumpulkan sebagai batasan masalah di penelitian ini yaitu bahan produksi roti dan kue yang tersedia di CV. Dea Cake And Bakery yang berjumlah 103 bahan. Data di ambil mulai dari bulan Januari tahun 2020 sampai dengan bulan Mei 2023.
d Pengolahan data: Dalam hal ini data yang telah dikumpulkan tadi diolah menggunakan methode
Single Exponential Smoothing untuk mengetahui hasil prediksi bulan Juni 2023. e Pengujian Hasil: Hasil dari prediksi menggunakan Single Exponential Smoothing diuji menggunakan Mape.
f Hasil Mape sudah Terpenuhi: Apabila sudah mengetahui hasil Mapenya dari setiap alpha, maka dicari nilai yang mapenya paling kecil dari setiap alpha tersebut. nilai mape yang paling kecil merupakan nilai Mape yang terbaik.
g Kesimpulan. Apabila sudah mendapatkan hasil prediksi dan pengujianya maka langkah selanjutnya menyimpulkan hasil tersebut.
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 4.1. HASIL
Pada bagian hasil berisi tentang pengolahan data dan pengujian dari hasil pengolahan data tersebut. dari 103 data bahan produksi roti dan kue, data yang digunakan untuk sample Perhitungan manual adalah Bahan produksi jenis Premix merek Ampec. Data bahan produksinya diambil dari bulan januari 2020 sampai dengan mei 2023 dan digunakan untuk memprediksi jumlah bahan pada bulan juni 2023.
a. Perhitungan Premix merek Ampec Berikut adalah perhitungan bahan Premix merek Ampec dengan menggunkan bagian alpha 0,9 yang merupakan nilai alpha terbesar.
F t+1 = α A t−1 + (1-α) F t−1 (1)
Keterangan:
F t+1 = prediksi pada periode waktu selanjutnya (t+1) A t−1 = data aktual pada periode waktu sebelumnya F t−1 = prediksi pada periode waktu sebelumnya α = parameter smoothing (alpha) antara 0 dan 1
1. Menginisialisi 𝐹 1 = 𝐴 1 Jan 2020 = 156 =156,0 2. Menggunakan rumus Single Exponential Smoothing seperti pada persamaan (1) dan dilanjutkan dengan memperbaruhi nilai ramalan ( F t+1 ) untuk meramalkan periode selanjutnya (F t )
Feb 2020 = 0,9 * 156 + (1- 0,9)*156 = 156,0 Mar 2020 = 0,9 * 158 + (1- 0,9)*156 = 157,8 Apr 2020 = 0,9 * 162 + (1- 0,9)*157,8 = 161,6 Mei 2020 = 0,9 * 160 + (1- 0,9)*161,6 = 160,2 Jun 2020 = 0,9 * 162 + (1- 0,9)* 160,2 = 161,8 Jul 2020 = 0,9 * 168 + (1- 0,9)*161,8 = 167,4 Ags 2020= 0,9 * 192 + (1- 0,9)*167,4 = 189,5 Sep 2020= 0,9 * 186 + (1- 0,9)*189,5 = 186,4 Okt 2020= 0,9 * 180 + (1- 0,9)*186,4 = 180,6 Nov 2020 = 0,9 * 180 + (1- 0,9)*180,6 = 180,1 Des 2020 = 0,9 * 208 + (1- 0,9)*180,1 = 205,2 Jan 2021= 0,9 * 210 + (1- 0,9)*205,2 = 209,5 Feb 2021= 0,9 * 186 + (1- 0,9)*209,5 = 188,4 Mar 2021= 0,9 * 180 + (1- 0,9)*188,4 = 180,8 Apr 2021= 0,9 * 222 + (1- 0,9)*180,8 = 217,9
Mei 2021= 0,9 * 198 + (1- 0,9)*217,9 = 200,0
Juni 2021= 0,9 * 270 + (1- 0,9)*200,0 = 263,0
Juli 2021= 0,9 * 240 + (1- 0,9)*263,0 = 242,3 Ags 2021= 0,9 * 224 + (1- 0,9)*242,3 = 225,8 Sep 2021= 0,9 * 240 + (1- 0,9)*225,8 = 238,6 Okt 2021= 0,9 * 264 + (1- 0,9)*238,6 = 261,5 Nov 2021 = 0,9 * 273 + (1- 0,9)*261,5 = 271,8 Des 2021= 0,9 * 276 + (1- 0,9)*271,8 = 275,6 Jan 2022 = 0,9 * 384 + (1- 0,9)*275,6 = 373,2 Feb 2022= 0,9 * 276 + (1- 0,9)*371,2 = 285,7 Mar 2022= 0,9 * 330 + (1- 0,9)*285,7 = 325,6 Apr 2022= 0,9 * 378 + (1- 0,9)*325,6 = 372,8 Mei 2022 = 0,9 * 360 + (1- 0,9)*372,8 = 361,3 Juni 2022= 0,9 * 288 + (1- 0,9)*361,3 = 295,3 Juli 2022= 0,9 * 366 + (1- 0,9)*295,3 = 358,9 Ags 2022= 0,9 * 438 + (1- 0,9)*358,9 = 430,1 Sep 2022 = 0,9 * 366 + (1- 0,9)*430,1 = 372,4 Okt 2022 = 0,9 * 350 + (1- 0,9)*372,4 = 352,2 Nov 2022 = 0,9 * 294 + (1- 0,9)*352,2 = 299,8 Des 2022= 0,9 * 336 + (1- 0,9)*299,8 = 332,4 Jan 2023 = 0,9 * 354 + (1- 0,9)*332,4 = 351,8 Feb 2023= 0,9 * 356 + (1- 0,9)*351,8 = 355,6 Mar 2023= 0,9 * 356 + (1- 0,9)*355,6 = 356,0 Apr 2023= 0,9 * 354 + (1- 0,9)*356,0 = 354,2 Mei 2023 = 0,9 * 352 + (1- 0,9)*354,2 = 352,2 Juni 2023= 0,9 * 356 + (1- 0,9)*352,2 = 355,6
Maka dapat disimpukan bahwa hasil prediksi di alpha 0,9 untuk bulan juni yaitu 355,6. Setelah mengetahui cara perhitungan Single Exponential Smoothing dengan sample alpha 0,9, penulis akan memaparkan hasil perhitungan dari keseluruhan nilai alpha mulai dari 0,1 sampai 0,9. Berikut adalah hasil perhitungan prediksi dengan methode Single Exponential Smoothing dari keseluruhan nilai alpha.
Tabel 1. Hasil prediksi premix merek ampec dari alpha 01 sampai 0,5 Alpha 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Juni 334,1 350,1 353,8 354,6 355 Tabel 2. Hasil prediksi premix merek ampec dari alpha 06 sampai 0,9 Alpha 0,6 0,7 0,8 0,9 Juni 354,7 355 355,3 355,6
Tabel diatas merupakan hasil prediksi dari keseluruhan nilai alpha mulai dari 0,1 sampai dengan 0,9. Dari seluruh nilai alpha tersbut nilai prediksi paling tinggi terletak pada alpha 0,9 dan nilai prediksi paling rendah terletak pada alpha 0,1
b. Pengujian Premix merek Ampec
Setelah mengetahui hasil peramalan pada bulan juni 2023 untuk bahan Premix merek Ampec untuk keseluruhan nilai alpha, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian dengan MAPE. (Mean Absolute Percentage Eror).
𝑀𝐴𝑃𝐸 = ∑ 𝑡=1 𝑛 |( 𝐴𝑡−𝐹𝑡 𝐴𝑡 )100 𝑛
(2)
Keterangan :
𝐴 𝑡 = Aktual permintaan ke t 𝐹 𝑡 = hasil peramalan ke t n = besarnya data peramalan
Untuk sample pengujiannya menggunakan bahan Premix Ampec dengan alpha 0,9. Penulis memilih alpha 0,9 dikarenakan merupakan nilai alpha yang paling besar. Untuk symbol “T” merupakan waktu, “A” merupakan actual, “F” merupakan prediksi dan “N. Absolute merupakan nilai absolute.
Tabel 3. Perhitungan pengujian premix merek ampec
No T MAPE A F N. Absolute 1 Jan-20 156 156 0% 2 Feb-20 158 156 0,01% 3 Mar-20 162 157,8 0,03% 4 Apr-20 160 161,6 0,01% 5 May-20 162 160,2 0,01% 6 Jun-20 168 161,8 0,04% 7 Jul-20 192 167,4 0,13% 8 Aug-20 186 189,5 0,02% 9 Sep-20 180 186,4 0,04% 10 Oct-20 180 180,6 0,00% 11 Nov-20 208 180,1 0,13% 12 Dec-20 210 205,2 0,02% 13 Jan-21 186 209,5 0,13% 14 Feb-21 180 188,4 0,05% 15 Mar-21 222 180,8 0,02% 16 Apr-21 198 217,9 0,00% 17 May-21 270 200 0,01% 18 Jun-21 240 263 0,10% 19 Jul-21 224 242,3 0,08% 20 Aug-21 240 225,8 0,01% 21 Sep-21 264 238,6 0,10% 22 Oct-21 273 261,5 0,04% 23 Nov-21 276 271,8 0,02% 24 Dec-21 384 275,6 0,28% 25 Jan-22 276 373,2 0,00% 26 Feb-22 330 285,7 0,00% 27 Mar-22 378 325,6 0,01% 28 Apr-22 360 372,8 0,04% 29 May-22 288 361,3 0,25% 30 Jun-22 366 295,3 0,00% 31 Jul-22 438 358,9 0,08% 32 Aug-22 366 430,1 0,00% 33 Sep-22 350 372,4 0,06% 34 Oct-22 294 352,2 0,01% 35 Nov-22 336 299,8 0,01% 36 Dec-22 354 332,4 0,06% 37 Jan-23 356 351,8 0,01% 38 Feb-23 356 355,6 0,00% 39 Mar-23 354 356 0,01% 40 Apr-23 352 354,2 0,01% 41 May-23 356 352,2 0,01% 42 Jun-23 354 355,6 0,00% Total nilai absolute 1,33%
Setelah mendapatkan semua nilai persentase kesalahan absolute langkah selanjutnya adalah merata rata semua nilai absolut tersebut. maka didapatkan
hasil 0,013 % untuk perhitungan bahan premix merek Ampec dengan alpha 0,9.
Setelah mengetahui cara dan hasil pengujian menggunakan sample alpha 0,9 maka penulis akan memaparkan hasil pengujian dari premix merek Ampec dari keseluruhan nilai alpha. Berikut adalah hasil pengujian menggunakan MAPE dari bahan Premix merek Ampec dengan keseluruhan nilai alpha.
Tabel 4. Hasil pengujian premix merek ampec dari alpha 01 sampai 0,5 Alpha 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Mape 6,14% 1,34% 0,64% 0,42% 0,24% Tabel 5. Hasil pengujian premix merek ampec dari alpha 06 sampai 0,9 Alpha 0,6 0,7 0,8 0,9 Mape 0,15% 0,09% 0,05% 0,013%
Nilai MAPE yang terkecil terletak pada alpha 0,9 dengan jumlah MAPE 0,013. Semakin kecil nilai MAPE, semakin baik performa model dalam memprediksi nilai yang sebenarnya[11].
c. Hasil prediksi dari keseluruhan bahan baku produksi roti dan kue
Setelah mengetahui cara perhitungan dan hasil dari methode Single Exponential Smoothing serta pengujian Mape menggunakan sample bahan Premix merek Ampec. Maka penulis akan memaparkan semua hasil dari 103 bahan yang telah penulis prediksi untuk mengetahui jumlah penggunaan bahan baku produksi pada bulan Juni 2023.
Berikut adalah hasil prediksi dari methode Single Exponential Smoothing dan pengujian Mape dari semua bahan baku produksi yang berjumlah 103 bahan:
Tabel 6. Hasil perhitungan dan pengujian dari seluruh bahan baku produksi
No Jenis bahan Merek Satuan Prediksi Juni MAPE 1 Premix AMPEC 1 pack = 500 gram 355.96 354 0.01 % 2 Premix JMK 1 pack = 500 gram 13.97 15 0.20 % 3 Premix Novaris 1 pack = 500 gram 29.96 30 0.14 % 4 Premix Vatpro 1 pack = 500 gram 52.94 50 0.12 % 5 Tepung Terigu Protein sedang Kunci Biru 1 kg 170.83 169 0.10 % 6 Tepung Terigu Protein tinggi Golden Eagle 1 kg 35.97 34 0,08% 7 Maizena Meizenaku 1kg 72.93 70 0,09% 8 Premix Bread Free 1 pack = 500 gram 42.90 39 0.24 % 9 Premix Baker's Pride 1 pack = 500 gram 36.97 35 0.09 % 10 Mentega Whipped Anchor 1 kg 66.91 65 0.13 % 11 Mentega Spreadable Simas 1 kg 146 146 0.00 % 12 Gula Pasir Gulaku 1 kg 30.95 29 0.16 % 13 Susu Bubuk Baker's Mix 1 liter 58.69 49 1.19 % 14 Mentega Clarified Blue Band 1 kg 27.98 28 0.08 % 15 Telur 1 kg 37.99 38 0.02 % 16 Messes Coklat Ceres Milk 1 kg 56.90 57 0.18 % 17 Keju Cair Choice L 1 liter 115.01 114 0.01 % 18 Coklat Bubuk Collata 1 kg 82.02 82 0.02 % 19 Minyak Goreng Fortune 1 plastik = 2kg 41.95 40 0.12 % 20 Ragi Fermipan 1 plastik= 500 gram 35.98 35 0.06 % 21 Keju padat WINCHEEZ 1 kg 208.01 208 0.009 % 22 Mayones Kewpie 1 kg 31.02 30 0.08 % 23 Custard Herculess 1 plastik = 500 gram 36.96 35 0.11 % 24 Sosis Champ 1 kg 37.02 34 0.05 % 25 Saos Pedas MC Lewis 1 plastik= 500 gram 53.95 50 0.09 % 26 Garam G mas 1 plastik= 500 gram 35.97 36 0.07 % 27 Gula Merah Singabera 1 Kotak = 160 gram 45.96 46 0.09 % 28 Daging ayam 1 kg 37.98 36 0.06 % 29 Baking Powder RW 1 plastik = 500 gram 28.99 26 0.05 % 30 Baking soda Arm Hammer 1 plastik = 500 gram 24.01 23 0.02 % 31 Messes warna Elmer 1 kg 55.09 53 0,03% 32 Madu Gholiban 1 botol = 500 gram 63.92 59 0.13 % 33 Agar Agar Jellyta 1 plastik = 500 gram 41.96 42 0.10 % 34 Susu Kental Dairy Camp 1 kg 57.6 55 0.87 % 35 Kayu manis bubuk Yutakachi 1 kg 42.98 42 0.05 % 36 Buah anggur 1 kg 38.01 36 0.02 % 37 Buah Stobery 1 kg 36.99 37 0.03 %
No Jenis bahan Merek Satuan Prediksi Juni MAPE 38 Buah Kiwi 1 kg 30.98 32 0.06 % 39 Buah Lemon 1 kg 31.06 33 0.19 % 40 Buah Jeruk 1 kg 29.00 28 0.01 % 41 Buah Pisang Ambon 1 kg 40.97 40 0.08 % 42 Pewarna Makanan 12 warna Rajawali 1 pack 45.90 44 0.22 % 43 Kacang Golden 1 kg 64.01 65 0.01 % 44 Perisa anggur Merak 1 botol = 250 ml 31.99 32 0.04 % 45 Perisa stoberry Merak 1 botol = 250 ml 43.03 44 0.07 % 46 Perisa Vannila Merak 1 botol = 250 ml 55.99 56 0.01 % 47 Perisa Leci Merak 1 botol = 250 ml 40.95 39 0.13 % 48 Perisa Alpukat Merak 1 botol = 250 ml 35.97 36 0.08 % 49 Perisa Kopi Merak 1 botol = 250 ml 50.00 51 0.01 % 50 Perisa Nanas Merak 1 botol = 250 ml 47.97 50 0.08 % 51 Perisa The Merak 1 botol = 250 ml 63.03 63 0.05 % 52 Perisa nangka Merak 1 botol = 250 ml 24.02 25 0.08 % 53 Perisa Lemon Merak 1 botol = 250 ml 56.91 57 0.16 % 54 Perisa coklat Merak 1 botol = 250 ml 82.98 83 0.03 % 55 Perisa Apel Merak 1 botol = 250 ml 50.95 52 0.11 % 56 Perisa Jeruk Merak 1 botol = 250 ml 59.96 60 0.07 % 57 Santan bubuk Sasa 1 plastik = 500 gram 57.94 62 0.11 % 58 Kismis hitam SunMaid 1 kg 41.95 43 0.13 % 59 Kismis merah Golden Raisin 1 kg 37.02 36 0.06 % 60 Daging sapi 1 kg 18.00 19 0,02% 61 Biji Wijen putih Kimchi 1 plastik = 500 gram 23.02 23 0.07 % 62 Kelapa parut Kering 1 kg 66.94 67 0.08 % 63 Tepung Roti Primera 1 kg 47.98 50 0.05 % 64 Kacang Almond Roasted Almond 1 kg 35.98 36 0.05 % 65 Kacang Mede Max Mede 1 kg 26.98 25 0.08 % 66 Buah Ceri 1kg 25.97 26 0.11 % 67 Perisa Durian Merak 1 botol = 250 ml 39.96 40 0.10 % 68 Sirup Karamel Delifru 1 Liter 33.99 34 0.03 % 69 sirup jagung Tofico 1 liter 23.03 22 0.13 % 70 Keju Mozarella Archiz 1kg 65.96 66 0.06 % 71 Pandan 1 plastik =250 g 45.01 45 0.02 % 72 Saus BBQ Rumah Bumbu 1 liter 33.02 33 0,06% 73 Saus tartar Kewpie 500 gram 34.98 35 0.06 % 74 Cabe Rawit 1 kg 38.97 39 0.08 % 75 Cabe Hijau 1 kg 37.96 38 0.10 % 76 Cabe Merah 1 kg 33.97 34 0.09 % 77 Tomat 1 kg 56.99 57 0.02 % 78 Wortel 1 kg 45.98 46 0,05% 79 Mustard Kewpie 1 kg 87.04 88 0.04 % 80 Tepung pastry Double Zero 1 kg 81.02 80 0.02 % 81 Minyak Kedelai Misoya 1 botol = 2 liter 80.97 81 0.04 % 82 Daun Bawang 1 plastik = 500 g 24.98 25 0.08 % 83 Kopi bubuk 1kg 43.96 44 0,09% 84 Kacang Lentil 1kg 34.98 35 0.05 % 85 Bawang Bombai 1 kg 43.98 43 0.04 % 86 Tepung Gandum Whole Feat 1 plastik = 5kg 163.98 162 0.01 % 87 Buah Kurma 1 kg 29.99 28 0.04 % 88 Asam askorbat Food grade 1 plastik 100 gram 20.93 18 0.33 % 89 Kalsium Propionat Food grade 1 plastik 100 gram 12.01 13 0.09 % 90 Kacang hijau 1 kg 55.01 53 0.01 % 91 Kedelai 1 kg 98.95 100 0.05 % 92 Tepung singkong Ladang Lima 1 plastik = 5 kg 62.97 64 0.05 % 93 Bawang Putih 1 kg 35.02 35 0.06 % 94 Bawang merah 1 kg 57.95 56 0,08% 95 Jahe bubuk 1 kg 36.99 35 0.03 % 96 kunyit bubuk 1 kg 33.02 32 0.06 % 97 Kurma bubuk Multibev 1 kg 22.99 21 0.04 % 98 Tepung buckwheat Red mill 1 kg 66.02 65 0,03% 99 Tepung Kacang merah 1 kg 75.02 74 0.03 %
No Jenis bahan Merek Satuan Prediksi Juni MAPE 100 Gula halus putih Rose brand 1 kg 107.98 108 0.02 % 101 Perisa Blueberry Merak 1 botol = 250 ml 72.96 69 0,06% 102 Cuka Heinz 1 botol = 500ml 30.97 28 0.11 % 103 Kentang 1 kg 57.98 55 0.04 %
Tabel diatas merupakan hasil dari prediksi menggunaakn Single Exponential Smoothing dan pengujian menggunakan Mape dari 103 bahan produksi.
## d Tampilan Interface Program
Gambar 1. Tampilan interface program sebelum di inputkan data bahan produksi
Untuk aplikasi sederhananya menggunakan bahasa pemrograman Python. Gambar 1 adalah tampilan awal program sebelum diinputkan data bahan produksi. Kolom kiri digunakan untuk menampilkan hasil prediksi dari setiap bahan produksi dan jumlah MAPE nya. Sedangkan kolom kanan digunakan untuk menampilkan rincian jumlah penggunaan bahan produksi mulai dari bulan januari 2020 sampai dengan Mei 2023. Untuk menginputkan data yang digunakan untuk prediksi harus mengklik tombol “Pilih File”. Sedangkan untuk menampilkan rincian jumlah penggunaan bahan produksi harus mengklik tombol “Muat Data”
Gambar 2. Tampilan interface program sesudah di inputkan data bahan produksi Gambar 2 adalah tampilan interface setelah data di inputkan. Pada kolom kiri (hasil prediksi) menampilkan hasil prediksi penggunaan bahan produksi roti dan kue pada bulan juni 2023 lengkap dengan jumlah MAPE nya. Untuk kolom kanan
(Data) menampilkan rincian jumlah penggunaan bahan produksi roti dan kue mulai dari bulan januari 2020 sampai dengan Mei 2023.
## 4.2. PEMBAHASAN
Methode Single Exponential Smoothing dapat digunakan untuk memprediksikan bahan baku produksi roti dan kue pada bulan juni 2023 dengan melibatkan pengujian MAPE (Mean Absolute Percentage Eror). Hasil prediksi dari methode Single Exponential Smoothing yang sama persis dengan data aktual bulan juni 2023 adalah Mentega Spreadable merek Simas dengan jumlah 146 bahan dan Keju padat merek Whinceez dengan jumlah 208 bahan. Untuk bahan yang memiliki selisih tertinggi antara hasil prediksi dan actual bulan juni terletak pada bahan Susu Bubuk merek Baker’s Mix yang memiliki selisih sebesar 9,69 liter. Untuk tingkat penggunaan bahan tertinggi pada bulan Juni 2023 terletak pada bahan premik merek Ampec yang jumlahnya 355,6 pack. Dan tingkat penggunaan bahan terendah pada bulan Juni 2023 adalah kalsium Propionat yang berjumlah 12 plastik. Untuk hasil MAPE dari keseluruhan bahan dapat dilihat rata- ratanya berjumlah 0,059% yang dihitung mulai dari hasil MAPE bulan januari 2020 sampai dengan juni 2023.
## 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penerapan methode Single Exponential Smoothing untuk memprediksi tingkat penggunaan bahan baku produksi roti dan kue langkah pertamanya yaitu menginisialisasi F1 = A1, F1 merupakan data forecast periode pertama dan A1 adalah data actual periode pertama, Setelah itu menyiapkan parameter smoothing (alpha) yang berkisar antara 0 hingga 1. Selanjutnya, melakukan perhitungan ramalan dengan menerapkan rumus Single Exponential Smoothing yang menggabungkan data aktual dengan nilai ramalan sebelumnya untuk memperoleh nilai ramalan baru. Selanjutnya, mengulangi proses ini untuk setiap periode berikutnya dalam rangkaian data. Setelah itu nilaihasil prediksi dapat terlihat. Hasil prediksi dari methode Single Exponential Smoothing yang sama persis dengan data aktual bulan juni 2023 adalah Mentega Spreadable merek Simas dengan jumlah 146 bahan dan Keju Padat merek Whinceez dengan jumlah 208 bahan. Untuk bahan yang memiliki selisih tertinggi antara hasil prediksi dan actual bulan juni terletak pada bahan Susu Bubuk merek Baker’s Mix yang memiliki selisih sebesar 9,69 Liter. Untuk tingkat penggunaan bahan tertinggi pada bulan Juni
2023 terletak pada bahan premik merek Ampec yang jumlahnya 355,6 pack dan tingkat penggunaan bahan terendah pada bulan Juni 2023 adalah kalsium Propionat yang berjumlah 12 plastik. Pengujian akurasi menggunakan Mean Absolute Percentage Eror (MAPE) dari setiap bahan produksi roti dan kue memiliki rata rata 0,059%
## DAFTAR PUSTAKA
[1] Samodro, “Upaya meningkatkan Daya saing Ekspor Produk UMKM Makanan dan Minimum melalui Pengembangan usaha dengan berbasis pada kearifan lokal di Indonesia,” Sembadha 2018 , Semin. Has. Pengabdi. Kpd. Masy. , vol. 1, pp. 130–137, 2019.
[2] Y. S. Susilo, “Strategi Bertahan Industri Makanan Skala Kecil Pasca Kenaikan Harga Pangan Dan Energi Di Kota Yogyakarta,” EKUITAS (Jurnal Ekon. dan Keuangan) , vol. 14, no. 2, pp. 225–244, 2018, doi: 10.24034/j25485024.y2010.v14.i2.284.
[3] N. Kristanti and M. Y. Darsyah, “Perbandingan Peramalan Metode Single Exponential
Smoothing dan Double Exsponential Smoothing pada Karakteristik Penduduk Bekerja di Indonesia Tahun 2017,” Pros. Semin. Nas. Mhs. Unimus , vol. 1, no. 1, pp. 368–374, 2018, [Online]. Available: http://prosiding.unimus.ac.id/index.php/mahasis wa/article/view/172
[4] A. Eunike, Perencanaan Produksi dan
Pengendalian Persediaan . Universitas Brawijaya Press, 2018. doi:
10.24034/j25485024.y2010.v14.i2.284.
[5] H. A. Prasetyo and R. E. Sinaga, “Karakteristik roti dari tepung terigu dan tepung komposit dari tepung terigu dengan tepung fermentasi umbi jalar oranye,” Semin. Nas. Teknol. Komput. Sains , vol. 7, no. 3, pp. 649–654, 2020,
[Online]. Available: https://prosiding.seminar- id.com/index.php/sainteks
[6] K. L. Imania, R. M. Sihombing, and I. R. Mutiaz, “Pemanfaatan Produk Budaya Modern dalam Bentuk Game untuk Mobile Gadget sebagai Media Pelestarian Budaya Tradisional (Dengan Studi Kasus Kue Tradisional Jawa Barat),” ITB J. Vis. Art Des. , vol. 6, no. 1, pp. 17–28, 2014, doi: 10.5614/itbj.vad.2014.6.1.3.
[7] D. Balik, J. Tuhuteru, C. N. Joseph, F. Ekonomi, U. Kristen, and I. Maluku, “Implementasi Packaging Strategy Guna Meningkatkan,” vol. 1, no. 1, pp. 11–17, 2020.
[8] S. Nurhayati and I. Immanudin, “Penerapan Logika Fuzzy Mamdani Untuk Prediksi Pengadaan Peralatan Rumah Tangga Rumah Sakit,” Komputika J. Sist. Komput. , vol. 8, no. 2, pp.
81–87, 2019, doi:
10.34010/komputika.v8i2.2254.
[9] S. J., Metode ramalan kuantitatif : untuk perencanaan ekonomi dan bisnis , Edisi pert. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. [Online]. Available: https://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20205408#paren tHorizontalTab3
[10] H. Sarjono and A. Haryadi, Forecasting Aplikasi Penelitian Bisnis QM For Windows Vs Minitab Vs Manual , Edisi pert. Jawa Barat: Mitra Wacana Media, 2017. [Online]. Available:
https://www.google.co.id/books/edition/Forecast ing_Aplikasi_Penelitian_Bisnis_Q/p_HZzwEA CAAJ?hl=id
[11] P. Subagyo, Forecasting : konsep dan aplikasi , Edisi Kedu. Yogyakarta: BPFE-UGM, 1984. [Online].
Available:
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id =693414
|
245a9c96-a3f3-46c0-afea-690c404d5aaa | https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPK/article/download/21896/16611 |
## PENINGKATAN EFIKASI DIRI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA SETELAH DIBELAJARKAN DENGAN PROBLEM SOLVING BERBASIS MULTIPLE REPRESENTASI
M. T. Tima 1 , H. Sutrisno 2
1 Fakultas Pertanian Universitas Flores, Ende, Indonesia
2 Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
## A B S T R A K
Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari kimia selain dipengaruhi oleh kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu faktor psikologis siswa seperti afiksasi diri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji afiksasi diri siswa pada penerapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel dengan model pembelajaran pemecahan masalah pada materi kesetimbangan kimia. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan Posttest Only Design. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas siswa kelas XI MIPA pada salah satu SMA yang diambil menggunakan teknik Purposive sampling . Kelas eksperimen (26 siswa) diajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel sedangkan kelas kontrol (24 siswa) diajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah. Instrumen yang digunakan untuk
memperoleh data dalam penelitian ini adalah instrumen angket. Data yang diperoleh, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik parametric. Berdasarkan hasil uji Independent t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan afiksasi diri siswa antara penerapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel dengan model pembelajaran pemecahan masalah.
## ABSTRACT
The level of success of students in studying chemistry is not only influenced by the ability to master concepts and problem-solving abilities, there are other factors that can influence, namely students' psychological factors such as self-efficacy. The aims of this study were to examine students' self-efficacy in the application of multiple representation-based problem-solving learning models with problem- solving learning models on chemical equilibrium material. This research is a quasi-experimental study with Posttest Only Design. The sample in this study were two classes of students of class XI MIPA at a high school who were taken using purposive sampling technique. The experimental class (26 students) was taught with a problem-solving learning model based on multiple representations while the control class (24 students) was taught with a problem-solving learning model. The instrument used to obtain data in this study was a questionnaire instrument. The data obtained were then analyzed using parametric statistical tests. Based on the results of the Independent t-test, it was obtained a significance value of 0.002 < 0.05. So, it can be concluded that there are differences in student self-efficacy between the application of multiple representation-based problem-solving learning models with problem solving learning models.
## Pendahuluan
Pembelajaran kimia pada dasarnya harus mengungkap fenomena pada tingkat makroskopik, sub mikroskopik, simbolik dan matematika dan merupakan mata pelajaran substansi bonding atas dasar keahlian bidang kelompok Teknologi dan Rekayasa yang mendasari ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri (Yuliastini et al. 2018; I. Indayatmi 2017). Representasi makroskopik menggambarkan pengamatan nyata terhadap suatu fenomena kimia yang dapat di persepsi oleh panca indra seperti perubahan warna,
A R T I C L E I N F O Article history: Received 19 Agustus 2020 Received in revised form 19 September 2020 Accepted 25 September 2020 Available online 2 Oktober 2020
Kata Kunci: Efikasi Diri, Pemecahan Masalah, Kimia
Keywords: Self-Efficacy, Problem Solving, Chemistry
suhu, pH dan pembentukan endapan yang dapat diamati ketika terjadinya reaksi kimia. Representasi sub mikroskopik menjelaskan proses yang terjadi pada tingkat partikel atom atau molekul terhadap fenomena yang terjadi pada representasi makroskopik, sedangkan representasi simbolik melibatkan penggunaan simbol-simbol, persamaan reaksi, rumus kimia, gambar dan diagram. Representasi makroskopik, sub mikroskopik dan simbolik, ketiganya saling melengkapi dalam menjelaskan fenomena kimia (Langitasari, 2016) . Namun, proses pembelajaran kimia di sekolah secara umum hanya mengungkap fenomena pada tingkat makroskopik, simbolik dan matematika sedangkan fenomena pada tingkat sub mikroskopik masih jarang diterapkan. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam menerangkan struktur, perilaku dan proses yang terjadi pada tingkat partikel dan hubungannya ke tingkat makroskopik dan ketidakmampuan untuk menjelaskan struktur dan proses pada tingkat submikroskopis suatu fenomena, sehingga banyak siswa yang tidak mampu memahami kimia secara utuh (Helsy & Andriyani, 2017; Langitasari, 2016) .
Keberhasilan siswa dalam mempelajari kimia selain dipengaruhi oleh kemampuan penguasaan konsep kimia secara utuh dan kemampuan pemecahan masalahnya, juga dipengaruhi oleh faktor psikologis siswa. Faktor psikologis berhubungan dengan attitude siswa sebagai penunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran khususnya dalam hal menyelesaikan tugas-tugas berupa soal pemecahan masalah yang membutuhkan ketekunan dan keuletan dalam menyelesaikannya. Salah satu faktor psikologi yang mempengaruhinya adalah efikasi diri. Efikasi diri merupakan s uatu keyakinan atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasikan tindakan untuk mencapai kecakapan tertentu (McBride et al., 2020; Roebianto, 2020; Sum et al., 2018) . Efikasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk mengelola berbagai kemungkinan situasi (Bandura, 1999). Efikasi diri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pembelajaran, karena dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar dan menyelesaikan masalah yang diberikan (Sum et al., 2018; Van Gasse et al., 2020) . Hasil penelitian yang dilakukan oleh (McBride et al., 2020) menyatakan bahwa terdapat peningkatan dalam kepercayaan diri siswa pada proses pembelajaran sains yang memberikan dampak positif terhadap hasil belajar. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Roebianto, 2020) menyatakan bahwa efikasi diri siswa ditemukan memiliki efek negatif pada prestasi sains siswa. Penelitian yang dilakukan oleh (Baanu & Oyelekan, 2016) menyatakan bahwa menyatakan efikasi diri tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik siswa, karena selain efikasi diri terdapat faktor-faktor lain yang juga mendukung prestasi akademik siswa antara lain laboratorium yang representatif, guru yang berkualitas, suasana kelas yang kondusif serta model pembelajaran yang diterapkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dinilai perlu untuk mengetahui efikasi diri siswa setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran pemecahan masalah.
Model problem based learning merupakan model pembelajaran dengan penyajian masalah sebagai sumber belajar (Wallace, Knudson, and Gheidi 2020; Tiarini, Dantes, and Yudiana 2019; Sartike 2018) . Secara garis besar model problem based learning terdiri atas kegiatan menyajikan masalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik sehingga mereka untuk dapat melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah tersebut (Febriana, Yusri, and Delyana 2020; Wallace et al. 2020; Hermawan 2018; Sartike 2018) . Model pembelajaran problem based learning adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan secara konseptual sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran (Atminingsih et al., 2019; Tiarini et al., 2019) . Representasi adalah bagian tak terpisahkan dari sains dan digunakan oleh ilmuwan untuk menjelaskan fenomena alam (Nurhayati et al., 2017) . Pemahaman representasi menjadi penting dalam pembelajaran dikarenakan penyampaian informasi suatu masalah sering diwakili dalam berbagai macam bentuk sebagai contoh penyampaian informasi dalam bentuk visual yaitu video dan simulasi, verbal yaitu kalimat, matematika dalam bentuk simbol, angka, grafik hasil penelitian dan gambar (Hasbullah et al., 2019; Purwanti et al., 2017) . Kemampuan representasi merupakan kemampuan yang harus dilatihkan untuk membantu siswa dalam memaknai simbol dan konsep yang akan mendorong siswa dalam mewakili ide-ide siswa dengan cara yang masuk akal (Husna & Nurhayati, 2018; Purwanti et al., 2017) . Pemahaman kimia membutuhkan kemampuan berfikir menggunakan tiga level representasi yang berbeda tapi saling berhubungan yaitu makroskopik, sub mikroskopik, dan simbolik (Langitasari, 2016) . Membedakan representasi kimia ke dalam tiga tingkatan yaitu makroskopik, sub mikroskopik, dan simbolik. Tingkat makroskopis yang bersifat nyata dan mengandung bahan kimia yang kasat mata dan nyata. Tingkat sub mikroskopis juga nyata tetapi tidak kasat mata yang terdiri dari tingkat partikular yang dapat digunakan untuk menjelaskan pergerakan elektron, molekul, partikel atau atom. Tingkat simbolik terdiri dari berbagai jenis representasi gambar maupun aljabar. Pada kenyataannya banyak siswa yang
memecahkan masalah kimia hanya menggunakan strategi matematika tetapi tidak memahami konsep- konsep kimianya secara baik dikarenakan siswa saat belajar kimia di sekolah menengah atas tidak dibiasakan menggunakan tiga level representasi.
Upaya pemecahan masalah kimia sebagai salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi akan lebih mudah dilakukan, jika pembelajaran kimia dilaksanakan dengan melatih mahasiswa menggunakan kemampuan representasi secara ganda ( multiple ) (Sari & Seprianto, 2018) . Pada proses pembelajaran dengan penerapan multi representasi akan mengakibatkan terjadinya suatu diskusi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan pembelajaran (Budarsini et al., 2018; Hasbullah et al., 2019) . Multi representasi dapat digunakan siswa untuk mengembangkan dan memperdalam pemahaman siswa tentang konsep-konsep matematika dan membuat hubungan antar konsep, serta membandingkan dengan menggunakan berbagai representasi untuk membantu mengomunikasikan pemikiran siswa sehingga memiliki pemahaman konseptual yang lebih baik (Hasbullah et al., 2019; Husna & Nurhayati, 2018) . Oleh karena itu pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multiple dalam mempelajari kimia dapat membantu siswa untuk menjadi pemecah masalah yang baik dan juga dapat menguasai konsep-konsep kimia secara baik. Siswa dapat melakukan penalaran terhadap kimia dengan menghubungkan fenomena makroskopis, submikroskopik, dan simbolik dalam pembelajaran, sehingga diperoleh pemahaman yang mendalam (Sunyono & Meristin, 2018)(Hasbullah et al., 2019) .
Beberapa penelitian mengenai multi representasi telah dilakukan oleh (Hasbullah et al., 2019) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan multi representasi diperoleh N-gain sedang dan sangat berdampak pada kemampuan pemahaman siswa pada format grafik. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Husna & Nurhayati, 2018) pembelajaran scientific berbasis multi representasi dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Shavira et al., 2018) menyatakan bahwa Penggunaan modul pembelajaran konteks tual berbasis multi representasi pada materi Hukum Newton gravitasi mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di SMA Muhammadiyah 1 Kota agung. Penelitian yang dilakukan oleh. Penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti et al., 2017) menyatakan bahwa pembelajaran multi representasi dapat meningkatkan penguasaan konsep materi kinematika. Penelitian yang dilakukan oleh (Widianingtiyas et al., 2015) menyatakan bahwa pendekatan multi representasi memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan kognitif siswa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada penelitian yang dilakukan oleh (Hasbullah et al., 2019) meneliti mengenai penerapan pendekatan multi representasi terhadap pemahaman konsep gerak lurus. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Sari & Seprianto, 2018) meneliti mengenai kemampuan multipel representasi mahasiswa FKIP Kimia Universitas Samudra. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti et al., 2017) meneliti mengenai penguasaan konsep materi kinematika pada siswa SMA kelas X dengan menggunakan pembelajaran multi representasi. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dampak model pemecahan masalah berbasis representasi multipel pada materi kesetimbangan kimia yang berdampak pada tingkat efikasi diri siswa tersebut.
## Metode
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu ( quasi experiment ), dengan desain penelitian non ekuivalen control grup dan posttest only design . Penelitian ini akan menggunakan satu grup eksperimen dan satu grup kontrol. Pada grup eksperimen, jenis perlakuannya adalah diajarkan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel, sedangkan pada grup kontrol menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober sampai November 2017 di SMA Negeri 5 Yogyakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA/MA di Indonesia yang setara dengan SMA tempat dilakukan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas siswa kelas XI SMA Negeri 5 Yogyakarta yang diambil menggunakan teknik Purposive sampling . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efikasi diri siswa setelah penerapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel. Siswa diberikan perlakukan berupa model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel dan model pembelajaran pemecahan masalah. Pada akhir pembelajaran, diberikan angket dan diwawancarai untuk mengetahui efikasi diri siswa.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa angket terdiri dari 30 pernyataan yang disusun untuk mengetahui efikasi diri siswa setelah penerapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel dengan model pembelajaran pemecahan masalah. Angket ini diisi oleh siswa setelah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran pemecahan masalah dan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel. Data angket efikasi diri siswa berupa skala likert yang merupakan data kualitatif, kemudian diubah menjadi data kuantitatif melalui penskoran.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil angket efikasi diri siswa, data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik parametric, namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data. 1) Normalitas, uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorof Smirnof. Jika nilai signifikansi yang diperoleh (α > 0,05) maka data terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk uji statistik berikutnya. 2) Homogenitas, uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Box’s M. Jika nilai signifikansi yang diperoleh (α > 0,05) maka datanya homogen. Jika normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka akan dilanjutkan dengan uji independent t- test. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan efikasi diri siswa antara penerapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel dengan model pembelajaran pemecahan masalah. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05, maka terdapat perbedaann yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dan Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
## Hasil dan pembahasan
## Hasil analisis statistik
Sebelum dilakukan uji statistik parametric, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas
## Uji Normalitas
Hasil uji normalitas data antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Kelas Sig. Kolmogorov Smirnoff Kesimpulan Eksperimen 0,523 Normal Kontrol 0,653 Normal
Berdasarkan tabel 2, diperoleh nilai signifikansi Kolmogorov Smirnof > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
## Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3. Hasil uji Homogenitas
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0,333 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa datanya homogen dan dapat digunakan untuk ujistatistik parametrik. Berdasarkan data uji normalitas dan homogenitas yang telah terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji beda yaitunuji independent t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efikasi diri siswa antara kelas eksperimen dengan jelas kontrol. Hasil uji independent t-test dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Hasil uji Independent t-test
Kelas
Uji Levene Kesimpulan F
df1 df2 Sig Homogen Eksperimen and kontrol 0,957 1 48 0,333
Hasil skor efikasi diri siswa N Mean Sig. (2-tailed) Eksperimen 26 77,46 0,002 Kontrol 24 67,33
Berdasarkan hasil uji pada tabel 4 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efikasi diri siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada materi kesetimbangan kimia.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji independent t – test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam afiksasi diri siswa antara kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel dengan kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah tanpa representasi multipel pada materi kesetimbangan kimia. Nilai rata-rata afiksasi diri siswa pada kelas eksperimen sebesar 77,46 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 67, 33. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki afiksasi diri yang lebih tinggi dibanding siswa pada kelas kontrol.
Perbedaan afiksasi diri antara kedua kelas tersebut dikarenakan siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel lebih memahami konsep kimia secara utuh, sehingga mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk menyelesaikan soal-soal kimia yang diberikan. Siswa pada kelas eksperimen memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik karena memahami kimia secara utuh (aspek makroskopik, sub mikroskopik, simbolik dan matematika) sehingga berdampak pada peningkatan efikasi dirinya. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan terus berusaha untuk menyelesaikan masalah yang diberikan atau ditemui meskipun sulit. Sementara itu, siswa pada kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah kurang memahami konsep kimia secara utuh. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami kimia karena konsepnya yang abstrak. Hal ini sejalan dengan penelitian (Sari & Seprianto, 2018) yang menyatakan bahwa satu penyebab kesulitanya karena bahan ajar yang digunakan belum mengembangkan multipel representasi kimia, sehingga tidak terintegrasi secara menyeluruh dalam pembelajaran.
Efikasi diri merupakan s uatu keyakinan atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai kecakapan tertentu (McBride et al., 2020; Roebianto, 2020; Sum et al., 2018) . Efikasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk mengelola berbagai kemungkinan situasi (Bandura, 1999). Efikasi diri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pembelajaran, karena dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar dan menyelesaikan masalah yang diberikan (Sum et al., 2018; Van Gasse et al., 2020) .
Model problem based learning merupakan model pembelajaran dengan penyajian masalah sebagai sumber belajar (Wallace, Knudson, and Gheidi 2020; Tiarini, Dantes, and Yudiana 2019; Sartike 2018) . Secara garis besar model problem based learning terdiri atas kegiatan menyajikan masalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik sehingga mereka untuk dapat melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah tersebut (Febriana, Yusri, and Delyana 2020; Wallace et al. 2020; Hermawan 2018; Sartike 2018) . Model pembelajaran problem based learning adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan secara konseptual sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran (Atminingsih et al., 2019; Tiarini et al., 2019) .
Representasi adalah bagian tak terpisahkan dari sains dan digunakan oleh ilmuwan untuk menjelaskan fenomena alam (Nurhayati et al., 2017). Pemahaman representasi menjadi penting dalam pembelajaran dikarenakan penyampaian informasi suatu masalah sering diwakili dalam berbagai macam bentuk sebagai contoh penyampaian informasi dalam bentuk visual yaitu video dan simulasi, verbal yaitu kalimat, matematika dalam bentuk simbol, angka, grafik hasil penelitian dan gambar (Hasbullah et al., 2019; Purwanti et al., 2017) . Kemampuan representasi merupakan kemampuan yang harus dilatihkan untuk membantu siswa dalam memaknai simbol dan konsep yang akan mendorong siswa dalam mewakili ide-ide siswa dengan cara yang masuk akal (Husna & Nurhayati, 2018; Purwanti et al., 2017) . Pemahaman kimia membutuhkan kemampuan berfikir menggunakan tiga level representasi yang berbeda tapi saling berhubungan yaitu makroskopik, sub mikroskopik, dan simbolik (Langitasari, 2016) . Membedakan representasi kimia ke dalam tiga tingkatan yaitu makroskopik, sub mikroskopik, dan simbolik. Tingkat makroskopis yang bersifat nyata dan mengandung bahan kimia yang kasat mata dan
nyata. Tingkat sub mikroskopis juga nyata tetapi tidak kasat mata yang terdiri dari tingkat partikular yang dapat digunakan untuk menjelaskan pergerakan elektron, molekul, partikel atau atom. Tingkat simbolik terdiri dari berbagai jenis representasi gambar maupun aljabar. Pada kenyataannya banyak siswa yang memecahkan masalah kimia hanya menggunakan strategi matematika tetapi tidak memahami konsep- konsep kimianya secara baik dikarenakan siswa saat belajar kimia di sekolah menengah atas tidak dibiasakan menggunakan tiga level representasi.
Upaya pemecahan masalah kimia sebagai salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi akan lebih mudah dilakukan, jika pembelajaran kimia dilaksanakan dengan melatih mahasiswa menggunakan kemampuan representasi secara ganda ( multiple ) (Sari & Seprianto, 2018) . Pada proses pembelajaran dengan penerapan multi representasi akan mengakibatkan terjadinya suatu diskusi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan pembelajaran (Budarsini et al., 2018; Hasbullah et al., 2019). Multi representasi dapat digunakan siswa untuk mengembangkan dan memperdalam pemahaman siswa tentang konsep-konsep matematika dan membuat hubungan antar konsep, serta membandingkan dengan menggunakan berbagai representasi untuk membantu mengomunikasikan pemikiran siswa sehingga memiliki pemahaman konseptual yang lebih baik (Hasbullah et al., 2019; Husna & Nurhayati, 2018) . Oleh karena itu pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multiple dalam mempelajari kimia dapat membantu siswa untuk menjadi pemecah masalah yang baik dan juga dapat menguasai konsep-konsep kimia secara baik. Siswa dapat melakukan penalaran terhadap kimia dengan menghubungkan fenomena makroskopis, submikroskopik, dan simbolik dalam pembelajaran, sehingga diperoleh pemahaman yang mendalam (Sunyono & Meristin, 2018)(Hasbullah et al., 2019) . Beberapa penelitian mengenai multi representasi telah dilakukan oleh (Hasbullah et al., 2019) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan multi representasi diperoleh N-gain sedang dan sangat berdampak pada kemampuan pemahaman siswa pada format grafik. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Husna & Nurhayati, 2018) pembelajaran scientific berbasis multi representasi dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Shavira et al., 2018) menyatakan bahwa Penggunaan modul pembelajaran kontekstual berbasis multi representasi pada materi Hukum Newton gravitasi mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di SMA Muhammadiyah 1 kota agung. Penelitian yang dilakukan oleh. Penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti et al., 2017) menyatakan bahwa pembelajaran multi representasi dapat meningkatkan penguasaan konsep materi kinematika. Penelitian yang dilakukan oleh (Widianingtiyas et al., 2015) menyatakan bahwa pendekatan multi representasi memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan kognitif siswa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada penelitian yang dilakukan oleh (Hasbullah et al., 2019) meneliti mengenai penerapan pendekatan multi representasi terhadap pemahaman konsep gerak lurus. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Sari & Seprianto, 2018) meneliti mengenai kemampuan multipel representasi mahasiswa FKIP Kimia Universitas Samudra. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti et al., 2017) meneliti mengenai penguasaan konsep materi kinematika pada siswa SMA kelas X dengan menggunakan pembelajaran multi representasi. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dampak model pemecahan masalah berbasis representasi multipel pada materi kesetimbangan kimia yang berdampak pada tingkat efikasi diri siswa tersebut.
## Simpulan dan saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efikasi diri siswa antara penerapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis representasi multipel dengan model pembelajaran pemecahan masalah.
## Daftar Rujukan
Atminingsih, D., Wijayanti, A., & Ardiyanto, A. (2019). Keefektifan Model Pembelajaran PBL Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Baturagung. Mimbar PGSD , 7 (2). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jjpgsd.v7i2.17560
Baanu, T. F., & Oyelekan, O. S. (2016). Self- Efficacy and Chemistry Students’ Academic Achievement in Senior Secondary Schools in North-Central, Nigeria. Malaysian Online Journal of Educational Sciences , 4 (1),
43 – 52. https://eric.ed.gov/?id=EJ1095991
Bandura, A. (1999). Social Cognitive Theory of Personality: Theory and research. Handbook of Personality , 154 – 196. https://doi.org/10.1016/0749-5978(91)90022-L
Budarsini, K. P., Suarsana, I. M., & Suparta, I. N. (2018). Model diskursus multi representasi dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sekolah menegah pertama. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika , 13 (2), 110 – 118. https://doi.org/10.21831/pg.v13i2.20047
Febriana, R., Yusri, R., & Delyana, H. (2020). Modul Geometri Ruang Berbasis Problem Based Learning Terhadap Kreativitas Pemecahan Masalah. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika , 9 (1), 93. https://doi.org/10.24127/ajpm.v9i1.2591
Hasbullah, H., Halim, A., & Yusrizal, Y. (2019). Penerapan Pendekatan Multi Representasi Terhadap Pemahaman Konsep Gerak Lurus. Jurnal IPA & Pembelajaran IPA , 2 (2), 69 – 74. https://doi.org/10.24815/jipi.v2i2.11621
Helsy, I., & Andriyani, L. (2017). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA BERORIENTASI MULTIPEL REPRESENTASI KIMIA. Jurnal Tadris Kimiya , 2 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.15575/jta.v2i1.1365
Hermawan, M. D. (2018). Pengaruh model problem based learning (PBL) dan group investigation (GI) dalam pembelajaran sejarah ditinjau dari motivasi belajar di SMA Martapura. Istoria Jurnal Pendidikan Dan Sejarah , 4 (1). https://doi.org/10.23969/jcbeem.v4i1
Husna, N., & Nurhayati, N. (2018). Pengembangan Perangkat Scientific berbasis multirepresentasi untuk menunjang pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia , 3 (2), 74 – 80. https://doi.org/https://dx.doi.org/10.26737/jpmi.v3i2.729
Indayatmi, I. (2017). PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI MODEL CHEMISONG PADA PESERTA
DIDIK KIMIA ANALISIS. Edusains , 9 (1), 41 – 52.
https://doi.org/https://doi.org/10.15408/es.v9i1.2878
Langitasari, I. (2016). Analisis Kemampuan Awal Multi Level Representasi Mahasiswa Tingkat I Pada Konsep Reaksi Redoks. EduChemia: Jurnal Kimia Dan Pendidikan , 1 (1). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30870/educhemia.v1i1.436
McBride, E., Oswald, W. W., Beck, L. A., & Vashlishan Murray, A. (2020). “I’m just not that great at science”: Science self-efficacy in arts and communication students. Journal of Research in Science Teaching , 57 (4), 597 – 622. https://doi.org/10.1002/tea.21603
Nurhayati, N., Nurussaniah, N., & Anita, A. (2017). Kemampuan Multirepresentasi Dan Hubungannya Dengan Hasil Belajar Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal Pengajaran MIPA , 22 (1), 52 – 55. https://doi.org/10.18269/jpmipa.v22i1.5833
Purwanti, A., Sutopo, S., & Wisodo, H. (2017). Penguasaan Konsep Materi Kinematika pada Siswa SMA Kelas X dengan menggunakan Pembelajaran Multirepresentasi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan , 2 (4), 575 – 578. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17977/jptpp.v2i4.8980
Roebianto, A. (2020). The Effects of Student’s Attitudes and Self -Efficacy on Science Achievement. Jurnal Pengukuran Psikologi Dan Pendidikan Indonesia (JP3I) , 9 (1), 1 – 10. https://doi.org/10.15408/jp3i.v9i1.14490
Sari, R. P., & Seprianto, S. (2018). Analisis Kemampuan Multipel Representasi Mahasiswa FKIP Kimia Universitas Samudra Semester II Pada Materi Asam Basa dan Titrasi Asam Basa. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia , 6 (1), 55 – 62. https://doi.org/10.24815/jpsi.v6i1.10745
Sartike, R. P. (2018). Implementasi model problem based learning dalam meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa pada mata kuliah manajemen laboratorium. Edusains , 10 (2), 197 – 205. https://doi.org/https://doi.org/10.15408/es.v10i2.7376
Shavira, T., Ertikanto, C., & Suyatna, A. (2018). Pengaruh Penggunaan Modul Kontekstual Berbasis Multirepresentasi Pada Materi Gravitasi Newton Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika , 7 (2). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24127/jpf.v7i2.1429
Sum, K. W. R., Wallhead, T., Ha, S. C. A., & Sit, H. P. C. (2018). Effects of physical education continuing profe ssional development on teachers’ physical literacy and self - efficacy and students’ learning outcomes. International Journal of Educational Research , 88 , 1 – 8. https://doi.org/10.1016/j.ijer.2018.01.001
Sunyono, S., & Meristin, A. (2018). The effect of multiple representation-based learning (MRL) to increase students’ understanding of chemical bonding concepts. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia , 7 (4), 399 – 406. https://doi.org/10.15294/jpii.v7i4.16219
Tiarini, N. P., Dantes, N., & Yudiana, K. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning ( Pbl ) Berorientasi Tri Hita Karana Terhadap Hasil Belajar IpA. Jurnal Mimbar Ilmu , 24 (3). https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/view/21422/13369
Van Gasse, R., Vanlommel, K., Vanhoof, J., & Van Petegem, P. (2020). Teacher interactions in taking action upon pupil learning outcome data: A matter of attitude and self-efficacy? Teaching and Teacher Education , 89 , 102989. https://doi.org/10.1016/j.tate.2019.102989
Wallace, B., Knudson, D., & Gheidi, N. (2020). Incorporating problem-based learning with direct instruction improves student learning in undergraduate biomechanics. Journal of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Education , 27 (February), 100258. https://doi.org/10.1016/j.jhlste.2020.100258
Widianingtiyas, L., Siswoyo, S., & Bakri, F. (2015). Pengaruh Pendekatan Multi Representasi dalam Pembelajaran Fisika Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa SMA. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika , 1 (1), 31 – 38. https://doi.org/https://doi.org/10.21009/1.01105
Yuliastini, I. B., Rahayu, S., Fajaroh, F., & Mansour, N. (2018). Effectiveness of pogil with ssi context on vocational high school students’ chemistry learning motivation. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia ,
7 (1), 85 – 95. https://doi.org/10.15294/jpii.v7i1.9928
|
755779fc-dad9-44fe-a70a-8881f46ea7cf | https://online-journal.unja.ac.id/titian/article/download/11700/11090 | Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
## REPRESENTASI RESISTENSI RASISME DALAM FILM HARRIET 2019
## Representation of Racism Resistance in Harriet Film 2019
## Faishal Al Ghifari
Universitas Padjajaran
[email protected]
Naskah diterima: 8 Januari 2021; direvisi: 22 Mei 2021; disetujui: 2 Juni 2021
## Abstrak
Artikel ini membahas representasi resistensi rasisme dalam film Harriet. Film ini menampilkan bagaimana perjuangan seorang Harriet yang berupaya untuk mengentaskan kasus perbudakan yang dialami oleh kaumnya. Dari awal film pelbagai bentuk resistensi rasisme ditampilkan dalam bentuk adegan dan dialog. Fokus penelitian ini adalah mengungkap pelbagai gambaran resistensi rasisme melalui unsur-unsur pembangun suatu film. Unsur-unsur pembangun film Harriet, dinilai memiliki peran besar di dalam proses produksi pemaknaan resistensi rasisme kepada para penontonnya. Artikel ini berargumentasi bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam film ini, baik itu unsur naratif atau unsur sinematik, keduanya memiliki andil yang begitu besar dalam menegaskan gambaran daripada resistensi rasisme pada masa “Harriet Tubman” di Amerika. Penelitian ini menggunakan pendekatan sinematik Amy Villarejo dan konsep representasi Hall dengan menganalisis data-data yang termuat pada film berupa adegan dan dialog. Dari data yang dianalisis, ditemukan adanya gambaran resistensi rasisme yang sifatnya terbuka atau (public transcript).
Kata Kunci: Film, Semiotika, Representasi, Resistensi, Rasisme
## Abstract
This article discusses the representation of racism resistance in Harriet's film. This film shows how the struggle of a Harriet who tries to alleviate cases of slavery experienced by his people. From the beginning of the film, various forms of racist resistance were shown in the form of scenes and dialogues. The focus of this research is to reveal various descriptions of racism resistance through the building blocks of a film. The elements that build Harriet's film are considered to have a big role in the production process of interpreting racism resistance to the audience. This article argues that the elements contained in this film, be it narrative elements or cinematic elements, both have a huge contribution in emphasizing the image of the resistance to racism during the "Harriet Tubman" era in America. This research uses Amy Villarejo's cinematic approach and Hall's concept of representation by analyzing the data contained in the film in the form of scenes and dialogues. From the data analyzed, it is found that Harriet's character shows a dominant description of racism resistance, which is shown through scenes and dialogues in the film.
Keywords: Film, Semiotics, Representation, Resistance, Racism
## PENDAHULUAN
Bermunculannya beragam film yang menampilkan bentuk resistensi terhadap perbudakan yang dilakukan oleh kulit putih terhadap kaum kulit hitam, pada hakikatnya merupakan
bentuk dari resistensi atau penolakan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap isu rasisme. Isu rasisme yang berkembang diantara kulit hitam dan kulit hitam merupakan isu yang begitu
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
kuat tersimpan dalam memori masyarakat Amerika. Rasisme menurut Romero (2009), adalah perpaduan
antara prejustice dan praktik diskriminatif yang dilemparkan secara sepihak kepada suatu individu atau kelompok tertentu. Sistem kepercayaan ini mempertahankan perlakuan yang tidak setara terhadap suatu kelompok ras beserta anggotanya dengan tuduhan bahwa mereka inferioritas.
Rasisme dihadirkam dalam sebuah film dengan pelbagai media. Salah satu media atau perangkat yang ditungganginya adalah ideologi. Sebuah film tidak akan pernah terlepas dari ideologi, kehadirannya pun sudah direncanakan sedemikian rupa bermaksud agar ideologi tersebut dapat dikonsumsi oleh para penontonnya Hal ini diperkuat oleh argumen Pramaggiore & Wallis (2008) yang mengatakan, bahwa sekalipun sebuah film itu begitu menghibur, maka film tersebut tidak akan pernah lepas dari yang namanya ideologi. Berbicara masalah ideologi yang termuat dalam suatu film, maka ideologi itu coraknya dapat begitu beragam, diantaranya seperti Ideologi atau pandangan dunia mengenai politik, moral, dan budaya. Lebih spesifik lagi, ideologi yang bersifat individual atau
ideologi budaya yang mencakup, antara lain, seperti kepercayaan, sistem ekonomi, ras, jenis kelamin, seksualitas, identitas, struktur komunitas, dan fungsi pemerintah. (Pramaggiore & Wallis, 2008)
Berbicara film yang memuat ideologi, maka dewasa ini kita telah ditawarkan begitu banyak film yang hadir dengan beragam genre, serta ideologi yang begitu kuat. Salah satu film yang memuat ideologi tersebut, adalah film Harriet. Film yang dirilis pada tahun 2019 ini, berupaya untuk menyampaikan ideologinya. Film biografi ini menceritakan kisah heroik seorang Harriet Tubman dalam melakukan resistensi terhadap bentuk rasisme yang dilayangkan kepadanya dan juga kaumnya. Film yang menampilkan gambaran perbudakan yang dilakukan oleh kulit putih kepada kulit hitam ini, juga ingin menceritakan kisah-kisah lainnya dari sisi kemanusiaan. Sang sutradara Kasi Lemmons pun menuturkan hal yang serupa ketika diwawancarai oleh awak media. Dia menuturkan:
“Saya benar -benar merasa ingin berbicara tentang jenis kekerasan yang berbeda, yaitu perpisahan keluarga, yang belum pernah saya lihat tetapi itu
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
ada dalam kisah Harriet Tubman dan apa yang dimo tivasi olehnya,” ujar Lemmons dilansir dari Channel News Asia. (Rezkisari, 2019)
Penelitian mengenai isu rasisme dalam film bukanlah hal baru. Kehadiran begitu banyaknya penelitian seputar isu rasisme, tidak terlepas dari semangat untuk mengakhiri isu segrerasi rasial antara kulit putih dan kulit hitam. Diantara begitu banyaknya penelitian, maka peneliti mengikhtiyarkan untuk menelusuri beragam penelitian yang berbicara isu yang serupa, seperti penelitian (Pratama, 2016; Indriani & Rosfiantika,
2018; Ghassani & Nugroho, 2019;
Akhyar, 2019; Arni, 2014) dan penelitian (Umarela et al., 2020) yang mengkaji tentang ideologi supremasi kulit putih. Dari beragam penelitian tersebut, maka peneliti hadir mengkaji isu yang serupa dengan objek yang berbeda, dengan tujuan memperkaya hasil penelitian seputar isu rasisme dalam film.
Diskusi mengenai film yang memiliki ideologi tertentu dianggap penting, karna peneliti berasumsi setiap film dengan pemaparan ideologi yang tepat, maka akan memberikan dampak signifikan kepada para penontonnya.
Senada dengan argumen tersebut, bahwa Prysthon (2016); Pramaggiore & Wallis (2008) menuturkan, sebuah ideologi itu beroperasi berdasarkan tingkat emosional seseorang, yang mana itu dilatarbelakangi oleh keluarga, sosial budaya, pengalaman pribadi, pendidikan, bahkan termasuk juga seperti film, majalah, televisi dan internet.
Fokus penelitian ini adalah mengungkap gambaran resistensi rasisme melalui pelbagai adegan dan dialog dalam film Harriet. Pada akhirnya, pengungkapan representasi resistensi rasisme ini bertujuan, untuk ikut berkontribusi dalam rangka upaya mengkakhiri kelanggengan isu seregrasi rasial dan rasisme antar kulit putih terhadap kulit hitam. Senada dengan penuturan Dyer (1997), bahwa suatu hal yang dianggap biasa kemudian dilakukan secara terus menerus, bahkan orang lain pun mengikutinya, hingga menjadi sebuah praktek mayoritas, juga tanpa adanya penolakan dari luar, hingga akhirnya kita akan berasumsi bahwa yang kita lakukan itu adalah benar adanya, maka inilah yang akan menjadi cikal bakal dari konstruksi sosial.
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
## METODE PENELITIAN
Ideologi supremasi kulit putih yang mendukung perbudakan telah terlihat di film Amerika dan juga dalam industri film Hollywood. Salah satu contohnya ditampilkan pada film yang dilahirkan oleh Griffith. Pandangan yang disajikan hikayat keluarga Griffith adalah bahwa kekerasan Klan adalah sebuah tanggapan yang diperlukan terhadap kekuatan sosial dan politik yang berkembang dari mantan budak. Aturan hukum seharusnya mulai memburuk saat orang Afrika-Amerika datang untuk mendominasi legislatif Carolina Selatan, divisualisasikan dalam tabel sejarah untuk menggambarkan gagasan tentang kemanjuran politik hitam sama sekali tidak terbayangkan. (Romero, 2009)
Menurut Pramaggiore & Wallis (2008) pria Afrika-Amerika, yang selalu bercirikan sebagai pemerkosa. Karakter Afrika-Amerika sebagai foolish, atau mengancam, sedangkan karakter kulit putih ditampilkan sebagai seseorang yang mulia dan berani. Sejak 1970, generasi baru yang mandiri pembuat film, termasuk Charles Burnett, Julie Dash, dan Haile Gerima, secara eksplisit berfokus pada melawan ideologis konten film arus utama.
Ketertarikan mereka
untuk bereksperimen dengan bentuk fiksi naratif tradisional pembuatan film- bukan hanya pokok bahasannya- mengulangi gagasan yang dikemukakan sebelumnya bahwa ideologi dilestarikan dengan bentuk maupun isi narasi bioskop.
Pembuat film Afrika-Amerika telah membuat terobosan lebih lanjut ke kedua arus utama dan pembuatan film independen, termasuk Spike Lee, John Singleton, Albert dan Allen H ughes, Reginald dan Warrington H udlin, dan Carl Fran klin. Selama 1980-an dan 1990-an, film-film yang berfokus pada lingkungan perkotaan dalam kota, termasuk seperti film Do the Right Thing, Boyz n the Hood (John Singleton 1991), New Jack City (Mario van Peebles 1991), Straight out of Brooklyn (Matty Rich 1991), dan Menace to Society (Albert and Allen Hughes 1993). Film-film tersebut kembali menyulut perdebatan tentang dampak film yang mungkin secara sengaja mengulangi stereotipe
tentang kekerasan
Afrika-Amerika.
(Pramaggiore & Wallis, 2008)
Praktik historis pengucilan rasial adalah penting untuk dipertimbangkan ketika melihat bagaimana film Amerika
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
merepresentasikan dominan budaya dan budaya minoritas. Selanjutnya, sarjana telah mulai menangani representasi konvensional dari putih sebagai baik (Romero, 2009). Sebuah studi Universitas Minnesota tahun 2006 yang meneliti persepsi identitas rasial mengungkapkan bahwa orang kulit putih Amerika sadar akan identitas rasial mereka sadar bahwa itu memberi mereka keuntungan relatif terhadap individu lain kelompok ras. Sarjana film Richard Dyer dan Diane Negra, antara lain, memiliki mengeksplorasi cara bagaimana keputihan dikonstruksikan melalui film, pemasaran kampanye, dan pengembangan dan promosi persona bintang. (Pratama, 2016)
Adapun pengertian anti rasisme dalam penelitian ini mengacu penjelasan Scott (dalam Zubir, 2002) dia mendefinisikan perlawanan sebagai segala tindakan yang dilakukan oleh kaum atau kelompok subordinat yang ditujukan untuk mengurangi atau menolak klaim (misalnya harga sewa atau pajak) yang dibuat oleh pihak atau kelompok superior terhadap mereka. Scott membagi perlawanan tersebut menjadi dua bagian, yaitu perlawanan publik atau terbuka (public transcript)
dan perlawanan tersembunyi atau tertutup (hidden transcript).
Kedua kategori tersebut, oleh Scott, dibedakan atas artikulasi perlawanan; bentuk, karekteristik, wilayah sosial dan budaya. Perlawanan terbuka dikarakteristikan oleh adanya interaksi terbuka antara kelas-kelas subordinat dengan kelas-kelas superior. Sementara perlawanan sembunyi-sembunyi dikarakteristikan oleh adanya interaksi tertutup, tidak langsung antara kelas- kelas subordinat dengan kelas-kelas superior. Untuk melihat pembedaan yang lebih jelas dari dua bentuk perlawanan di atas, Scott mencirikan perlawanan terbuka sebagai perlawanan yang bersifat: Pertama, organik, sistematik dan kooperatif. Kedua, berprinsip atau tidak mementingkan diri sendiri. Ketiga, berkonsekuensi revolusioner, dan yang keempat, mencakup gagasan atau maksud meniadakan basis dominasi. (Zubir,
2002)
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Menurut Raco (2010) metode ini bekerja dengan tahapan menghimpun data secara keseluruhan, untuk kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif.
Artikel ini berupaya untuk
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
menempatkan film sebagai suatu teks atau wacana budaya yang penting untuk dikaji. Mengacu kepada gagasan Hall (2003), representasi bekerja menggunakan bahasa untuk mengatakan sesuatu yang bermakna atau untuk menghadirkan kembali segala sesuatu yang memiliki arti kepada orang lain. Representasi juga menurut Gilles dan Middleton yang dikutip oleh Poyk dan Pandjaitan (2016) merupakan praktik kunci dalam produksi sebuah makna. Lebih khusus lagi representasi dapat berarti memproduksi dan bertukar makna antara anggota sebuah kebudayaan.
Hammer dan Kellner (2009) juga menyatakan bahwa teori representasi menekankan bagaimana proses representasi terjadi dan bagaimana makna itu direpresentasikan terutama dalam media masa. Representasi juga merupakan kaitan yang erat produksi makna media masa dengan kekuasaan dan ideologi. Berdasarkan pandangan mengenai representasi tersebut dapat diargumentasikan bahwa representasi yang berkaitan dengan film sebagai media, dibentuk menggunakan bahasa film. Penelitian ini tidak akan secara detil mengupas unsur naratif, tetapi lebih menekankan analisis pada unsur
sinematik. Penjelasan unsur naratif dalam penelitian ini hanya untuk menegaskan analisis unsur sinematik.
Semua hal yang memiliki atau menyampaikan tanda, dapat memproduksi makna. Namun, tidak ada makna yang bersifat tetap. Ia akan berubah dari satu budaya ke budaya lainnya, dari satu periode ke periode lainnya menurut Hall (dalam Budiman et al., 2016). Dia menjelaskan, dalam sistem representasi terdapat tiga pendekatan berbeda, yaitu:
1. Reflective/mimetic approach
Dalam pendekatan ini disebutkan bahwa bahasa bekerja secara sederhana, merefleksikan atau meniru kebenaran yang sudah ada sebelumnya dan berfungsi sebagai makna tetap.
2. Intentional approach Pendekatan yang menyampaikan sebenarnya. Makna yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
3. Constructionist approach Makna yang dihasilkan adalah makna yang berdasarkan interpretasi atau penafsiran pembaca atau
pendengar.
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan konstruksionis akan diaplikasikan dalam penelitian ini, karena makna yang dihasilkan
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
merupakan hasil interpretasi pembaca.
Berbincang mengenai film, pada prosesnya film itu menyandikan (suatu proses produksi teks atau film) yang melahirkan makna yang bertolak dari perspektif yang subjektif mengenai konteks sosial tertentu. Kemudian, film yang diproduksi sampai kepada
penonton yang mengawasandikan
(proses mengonsumsi makna)
berdasarkan konteks sosial yang dialami dan dipahami secara subjektif.
Konsekuensi dari pemilihan pendekatan ini, maka film harus ditinjau dari dua aspek sekaligus, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik (Turner, 1999).
Adapun yang termasuk ke dalam unsur-unsur sinematik terdiri dari, teknik pengambilan gambar, tata suara, proses editing, pencahayaan, dan mise en scene (Turner, 1999). Sedangkan untuk unsur naratif terdiri dari: 1) cerita (histoire) yang merupakan muatan utama atau rangkaian peristiwa (aksi, kejadian), serta existents (karakter, benda dalam ranah setting); 2) wacana (discourse), yaitu ekspresi, penyampaian makna dikomunikasikan secara tersirat atau tersurat. Penelitian ini tidak akan secara detil mengupas unsur naratif, tetapi lebih fokus kepada unsur sinematiknya.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Sinopsis
Film Harriet (2019) mengisahkan perjuangan seorang budak perempuan yang bertransformasi 360 derajat menjadi seorang pembebas budak. Harriet Tubman lahir dalam lingkungan perdagangan budak. Namun demikian, berkat usahanya, Harriet Tubman lolos dari perbudakan. Ia melarikan diri dari selatan Amerika Serikat dan bepergian sendirian lebih dari 100 mil dengan berjalan kaki ke negara bagian yang bebas pertama, Philadelphia. Setelah bebas, ia sempat merasa tidak mungkin merasa bebas sedangkan yang lainnya diperbudak. Ia kemudian melakukan aksi pembebasan budak dan buron lebih dari 13 kali di negara-negara konfederasi yang berbahaya.
Ia
kemudian memimpin ratusan budak untuk menuju kebebasan di Underground Railroad.
Underground Railroad (L.Henry, 2006) adalah sebuah perkumpulan yang dibuat pada awal abad ke-19 oleh sekelompok abolisionis yang sebagian besar berbasis di Philadelphia, Pennsylvania. Dalam beberapa dekade, jaringan tersebut telah tumbuh menjadi jaringan yang terorganisir dengan baik dan dinamis. Istilah "Kereta Api Bawah
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
Tanah" mulai digunakan pada tahun 1830-an. Saat itu, jaringan rahasia
informal untuk membantu budak buronan sudah terbentuk. Istilah Underground Railroad bukanlah rel kereta api yang sebenarnya dan tidak berjalan di atas rel kereta api. Itu adalah jaringan kompleks dan rahasia orang dan rumah aman yang membantu orang- orang yang diperbudak di perkebunan Selatan mencapai kebebasan di Utara. Jaringan tersebut dikelola oleh para abolisionis yang berkomitmen pada hak asasi manusia dan kesetaraan. Mereka menawarkan bantuan kepada budak yang melarikan diri. Barisan mereka termasuk orang kulit hitam bebas, sesama orang yang diperbudak, simpatisan kulit putih dan Pribumi, Quaker, Metodis, Baptis, penduduk pusat kota dan petani, pria dan wanita, orang Amerika dan Kanada. (L.Henry,
2006)
Harriet berhasil membantu sekitar 70 orang untuk melarikan diri pada tahun-tahun sebelum terjadinya perang sipil di Amerika Serikat. Pada proses ia berjuang membebaskan kaumnya, ia menampilkan nilai-nilai religus dengan sering menyebutkan bahwa tuhan menuntunku, tuhan bersamaku dan seterusnya. Bahkan pada satu adegan digambarkan ia melakukan suatu ritual yang seakan-akan dari ritual tersebutlah ia sedang berdialog dengan tuhannya.
## Analisis
Pada gambar berikut ini, merupakan adegan ketika minty (nama budak Harriet Tubman), John (suami Minty), dan ayah Minty sedang menghadap majikan mereka yang berkulit putih untuk membicarakan beberapa hal terkait dengan masalah pembebasan dari status perbudakan.
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
Gambar 1.
Adegan diambil menggunakan teknik sinematografi framing medium shot.
Adapun bentuk perlawanan ditampilkan melalui peristiwa dalam film yang menjelaskan upaya dari John dan Minty untuk menagih janji sang kakek dari majikannya tersebut. Sang kakek telah berjanji untuk membebaskan Minty dan ibunya ketika umurnya sudah mencapai 45 tahun. Tidak hanya itu, mereka pun menuntut kebebasan untuk anak-anaknya kelak setelah mereka menikah. Upaya perlawanannya dipertegas dengan upaya mereka untuk menyewa pengacara.
Representasi resistensi
yang ditampilkan sifatnya organik dan sistematis, karna ternyata Minty dan suaminya sudah mempersiapkan itu cukup lama, bahkan dengan persiapan yang begitu matang. Perlawanan tersebut pun mencakup gagasan atau bermaksud meniadakan basis dominasi yang dilakukan oleh kulit putih selaku
(superior) kepada kulit hitam selaku (subordinat).
Gambaran resistensi yang
ditampilkan dengan karakteristik tersebut, itu dinilai relevan dengan konsep perlawanan yang ditawarkan oleh Scott. Scott (dalam Zubir, 2002) mencirikan perlawanan terbuka sebagai perlawanan yang bersifat: Pertama, organik, sistematik dan kooperatif. Kedua, berprinsip atau tidak mementingkan diri sendiri. Ketiga, berkonsekuensi revolusioner, dan yang keempat, mencakup gagasan atau maksud meniadakan basis dominasi.
Berdasarkan kategoriasi dan karakteristik yang
diuraikan sebelumnya, maka maka peristiwa dalam film tersebut merepresentasikan bentuk resistensi yang terbuka atau (public transcript) .
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
Pada gambar selanjutnya, film ini menampilkan peristiwa ketika ibu Minty memaki sang majikan yaitu Edward Brodess. Terlihat dari gambar tersebut ekspresi kesal dan sangat marah ditampilkan oleh ibu Minty. Peristiwa ini terjadi ketika Minty dan
suaminya sedang menagih janji kakek dari majikan yang akan melepaskan status budak dari mereka ketika telah berumur 45 tahun. Namun sayang, sang majikan tak mengindahkan permintaan mereka bahkan jusru merobek surat yang mereka bawa dari pengacara.
Peristiwa tersebut terkategori ke dalam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh kulit hitam kepada kulit putih. Bahkan lebih lanjut lagi dipertegas dengan adanya dialog yang ditampilkan,
Edward : Kau (Minty) dan ibumu itu milikku selamanya
Ibu Minty : Kau memang setan, Edward Brodess!
Perpaduan antara adegan dan dialog tersebut secara tegas
merepresentasikan resistensi antar kaum majikan dan kaum budak.
Representasi resistensi yang ditampilkan sifatnya tidak
mementingkan diri sendiri, karna ternyata Minty dan suaminya menuntut kebebasan untuk keluarganya bukan hanya untuk dirinya. Perlawanan tersebut pun mencakup gagasan atau bermaksud meniadakan basis dominasi yang dilakukan oleh kulit putih selaku (superior) kepada kulit hitam selaku (subordinat). Bahkan lebih lanjutnya
Gambar 2.
Adegan diambil menggunakan teknik sinematografi framing medium shot.
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
lagi, bentuk resistensi yang ditampilkan sangat mempertimbangkan konsekuensi revolusioner untuk kaum kulit hitam ke depannya.
Gambaran resistensi yang
ditampilkan dengan karakteristik tersebut, itu dinilai relevan dengan konsep perlawanan yang ditawarkan oleh Scott. Scott (dalam Zubir, 2002) mencirikan perlawanan terbuka sebagai perlawanan yang bersifat: Pertama, organik, sistematik dan kooperatif. Kedua, berprinsip atau tidak mementingkan diri sendiri. Ketiga, berkonsekuensi revolusioner, dan yang keempat, mencakup gagasan atau maksud meniadakan basis dominasi.
Berdasarkan kategoriasi dan karakteristik yang diuraikan
sebelumnya, maka maka peristiwa
dalam film tersebut merepresentasikan bentuk resistensi yang terbuka atau (public transcript) .
Pada gambar selanjutnya, film ini menampilkan peristiwa ketika Minty sedang berorasi di hadapan anggota underground railroad. Melalui orasinya tersebut secara tegas dia mendorong seluruh anggota untuk membebaskan para budak. Esensi dari orasi tersebut dinilai sebagai bentuk perlawanan kepada kulit hitam. Bertolak dari orasi tersebut akhirnya banyak budak yang dibebaskan, dan dari banyaknya para budak yang kabur dan akhirnya berstatus bebas itu pun sangat
merugikan para majikan.
Secara lugas resistensi ditampilkan bersifat organik, sistematis dan kooperatif. Berawal dari suatu orasi, strategi pembebasan, hingga akhirnya menjadi sebuah aksi nyata dalam memberikan perlawanan kepada kaum kulit putih.
Representasi resistensi yang ditampilkan sifatnya
tidak mementingkan diri sendiri, karna
ternyata Minty dan suaminya menuntut kebebasan untuk keluarganya bukan hanya untuk dirinya. Perlawanan tersebut pun mencakup gagasan atau bermaksud meniadakan basis dominasi yang dilakukan oleh kulit putih selaku (superior) kepada kulit hitam selaku (subordinat). Bahkan lebih lanjutnya lagi, bentuk resistensi yang ditampilkan sangat mempertimbangkan konsekuensi
Gambar 3. Adegan diambil menggunakan teknik sinematografi framing medium shot.
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
revolusioner untuk kaum kulit hitam ke depannya.
Gambaran resistensi yang
ditampilkan dengan karakteristik tersebut, itu dinilai relevan dengan konsep perlawanan yang ditawarkan oleh Scott. Scott (dalam Zubir, 2002) mencirikan perlawanan terbuka sebagai perlawanan yang bersifat: Pertama, organik, sistematik dan kooperatif. Kedua, berprinsip atau tidak mementingkan diri sendiri. Ketiga, berkonsekuensi revolusioner, dan yang keempat, mencakup gagasan atau maksud meniadakan basis dominasi.
Berdasarkan kategoriasi dan karakteristik yang
diuraikan sebelumnya, maka maka peristiwa dalam film tersebut merepresentasikan bentuk resistensi yang terbuka atau (public transcript) .
Pada gambar selanjutnya, film ini menampilkan peristiwa ketika Harriet menawan anak-anak dari majikannya ketika dia mau menyelamatkan saudaranya. Harriet datang kembali ke rumah mantan majikannya tersebut, untuk menyelamtkan saudaranya.
Gambar 4. Adegan diambil menggunakan teknik sinematografi framing medium shot.
Peristiwa tersebut merepresentasikan resistensi antar kaum majikan dan kaum budak. Representasi
resistensi yang ditampilkan sifatnya tidak mementingkan diri sendiri, karna ternyata Minty dan suaminya menuntut kebebasan untuk keluarganya bukan
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
hanya untuk dirinya. Perlawanan tersebut pun mencakup gagasan atau bermaksud meniadakan basis dominasi yang dilakukan oleh kulit putih selaku (superior) kepada kulit hitam selaku (subordinat). Bahkan lebih lanjutnya lagi, bentuk resistensi yang ditampilkan sangat mempertimbangkan konsekuensi revolusioner untuk kaum kulit hitam ke depannya.
Gambaran resistensi
yang ditampilkan dengan karakteristik tersebut, itu dinilai relevan dengan konsep perlawanan yang ditawarkan oleh Scott. Scott (dalam Zubir, 2002) mencirikan perlawanan terbuka sebagai perlawanan yang bersifat: Pertama, organik, sistematik dan kooperatif. Kedua, berprinsip atau tidak mementingkan diri sendiri. Ketiga, berkonsekuensi revolusioner, dan yang keempat, mencakup gagasan atau maksud meniadakan basis dominasi.
Berdasarkan kategoriasi dan
karakteristik yang diuraikan sebelumnya, maka maka peristiwa dalam film tersebut merepresentasikan bentuk resistensi yang terbuka atau (public transcript) .
## KESIMPULAN
Film ini secara dominan
menampilkan bagaimana resistensi
terhadap rasisme perbudakan itu digambarkan. Tokoh Harriet merupakan tokoh yang aktif menampilkan resistensi tersebut kepada para penontonnya melalui perlbagai adegan, dialog, dan rangkai peristiwa yang melibatkannya.
Adapun bentuk resistensi yang ditampilkan oleh film itu dinilai beragam. Mulai dari resistensi verbal seperti umpatan dan cacian, maupun yang nonverbal seperti tamparan dan pukulan. Berdarsarkan karakteristik kategorisasi perlawanan versi scott, maka film ini menampilkan perlawanan atau resistensi yang terbuka atau dengan istilah lain (public transcript) .
## DAFTAR PUSTAKA
Akhyar, M. M. (2019). Simbol Rasisme Dalam Film The Great Debaters (Analisis Semiotika Model Roland Barthes). UIN Sunan Ampel Surabaya.
Arni, T. M. (2014). Representasi Perlawanan Rasisme Dalam Film The Help (Analisis Semiotika Roland Barthes). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Budiman, H. G., Priyatna, A. P., &
Mulyadi, R. M. (2016). Maskulinitas Tentara Dalam Sinema Pasca Orde Baru; Analisis Naratif Doea Tanda Cinta (2015) Dan I Leave My Heart in Lebanon (2016). Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 11(1), 131.
Vol. 05, No. 1, Juni 2021 https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
https://doi.org/10.30959/patanjala. v11i1.483
Dyer, R. (1997). Heterosexuality in
“Lesbian dan gay studies: a critical introduction.” Harvard Business Review, 1968.
Ghassani, A., & Nugroho, C. (2019).
Pemaknaan Rasisme Dalam Film (Analisis Resepsi Film Get Out).
Jurnal Manajemen Maranatha, 18.
Hall, S. (2003). The work of representation. dalam S. Hall
(Ed.), Representation: Cultural Representations and Signifying practices. Sage.
Hammer, R., & Kellner, D. (2009).
Media/cultural Studies: Critical Approaches: Peter Lang. Peter Lang.
Indriani, S. S., & Rosfiantika, Ev.
(2018). Pesan Rasisme Dalam
Episode The Vinyards pada Film American History X. Jurnal ProTVF Unpad, 2.
L.Henry, N. (2006). Underground Railroad. In The Canadian
Encyclopedia.
Lemmons, K. (2019). Harriet. Focus Features.
Poyk, S. D. M., & Pandjaitan, Y. A.
(2016). Representation of Indonesia in Wonderful Indonesia’S Feeling Is Believing
Tourism Advertisement: a Critical Discourse Analysis. Paradigma,
Jurnal Kajian Budaya, 6(1), 102. https://doi.org/10.17510/paradigma .v6i1.84
Pramaggiore, M., & Wallis, T. (2008).
Film: A Critical Introduction (Second Edition). Laurence King
Publishing.
Pratama, D. S. A. (2016). Representasi Rasisme Dalam Film Cadillac Records. Jurnal E-Komunikasi, 4.
Prysthon, A. (2016). Stuart Hall,
Studies Film, and The Cinema.
Matrizes, 10.
Raco, R. (2010). Metode penelitian kualitatif. In Metode Peneltian Kualitatif. PT Grasindo.
Rezkisari, I. (2019, November). Film Harriet Ceritakan Sisi Berbeda Perbudakan. Republika.Co.Id.
Romero, S. (2009). Race and ethnicity.
Introduction to Sociology: A Collaborative Approach • Fourth Edition, 101 – 121. https://doi.org/10.5040/978135004
2278-048
Turner, G. (1999). Film as Social
Practice. Routledge.
Umarela, F. H., Dwityas, N. A., &
Zahra, D. R. (2020). Representasi
Ideologi Supremasi Kulit Putih Dalam Iklan Televisi. Jurnal
ProTVF Unpad, 4.
Zubir, Z. (2002). Radikalisme Kaum
Pinggiran: Studi Tentang Idiologi,
Isu, Strategi, dan Dampak
Gerakan. Insist Press.
|
e89fe27a-50a3-49f8-9840-9f6003dd835a | https://ejurnal.stikespantikosala.ac.id/index.php/kjik/article/download/151/117 |
## FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI POSYANDU DESA PRANAN KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO
Ditya Yankusuma Setiani¹, Elvara Eka Yandini 2
## Abstract
Background: Anemia in pregnancy is a decrease in hemoglobin levels occurring during pregnancy due to iron or folate deficiency. The prevalence of anemia in pregnant women in Indonesia is 37.1%. Fe toggle tablet in Indonesia in 2012 amounted to 85%. This percentage compared to the year 2011 which amounted to 83.3%. The results of preliminary study conducted in Pranan Village Midwife found as many as 47 pregnant women. At the time of interview with 10 pregnant women, 3 were anemic and can not be used for tablet consumption. Another contributing factor is the low economic status. Purpose of the study: To know the factors related to the incidence of anemia in Pregnant Women at Posyandu Pranan Village. The benefit of research is to develop and increase existing knowledge about the factors that cause the occurrence of anemia in pregnant women.
The Subject: 31 pregnant women at Posyandu Pranan Village The Method: Used descriptive analytic method with cross sectional approach. This study to determine the factors associated with the incidence of anemia in pregnant women. Sampling in total sampling. The data obtained were analyzed by Chi Square test with p = 0.05.
Result: Showed that there was correlation between pregnancy distance with the incidence of anemia (p = 0,028) and there was correlation between smoking with the incidence of anemia in pregnant mother in Pranan Village (p = 0,026 ). However, there was no correlation between economic status and the occurrence of anemia (p = 0.442) and there was no correlation between routine consumption of iron tablets and the incidence of anemia in pregnant women in Pranan Village (p = 0.863).
Conclusion: There is a relationship between pregnancy distance and smoking with the incidence of anemia and there is no relationship between economic status and iron consumption routine with the incidence of anemia.
Keywords : stress level, menstrual cycles
## PENDAHULUAN
Anemia pada kehamilan adalah penurunan kadar hemoglobin terjadi selama kehamilan karena kekurangan zat besi atau folat. Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume plasma yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan massa hemoglobin dan volume sel darah merah yang menyertai kehamilan normal (Leveno, ed. 2016). Sejumlah faktor yang memperberat anemia pada ibu hamil adalah status ekonomi, ras, wanita merokok, dan wanita yang tinggal di dataran tinggi (Varney,
Kriebs dan Gegor, 2007).
Menurut Wiknjosastro (2006), anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik pada ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun saat masa nifas, dan masa selanjutnya. Berbagai masalah dapat timbul akibat anemia seperti, abortus, partus prematurus. Anemia juga dapat menimbulkan masalah bagi bayi, dimana ibu yang mengalami partus prematurus dapat menyebabkan berat badan bayi rendah, penurunan status imun, kemungkinan gangguan fisiologis dan tumbuh kembang bayi.
B erdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37.1%. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85%. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83.3%. Meskipun pemerintah sudah melakukan pelbagai program penanggulangan anemia dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode tertentu dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Hasil survei anemia ibu hamil pada 15 kabupaten di Jawa Tengah pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Jawa Tengah adalah 57.7%, angka ini lebih tinggi dari angka nasional yakni 50.9%, dimana anemia tertinggi terjadi di Kabupaten Sukoharjo (82.4%). Pemerintah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode
kehamilannya dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil (Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, 2009).
Di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2013 jumlah ibu hamil mencapai 14.966 jiwa, dan ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 1.031 jiwa atau 6,8% dari jumlah ibu hamil (Dinas Kesehatan Sukoharjo, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Sulasmi (2016), yang bertujuan untuk mempelajari faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester II di Puskesmas Kecamatan Sawahan Kota Surabaya didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ( p =0.033) dan pemberian saran petugas kesehatan ( p =0.038) dengan kejadian anemia. Pada penelitian Ariyani (2016), menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe
dengan kejadian anemia ( p =0.000), tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian anemia ( p =3.555), tidak terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian anemia ( p =0.473), tidak terdapat hubungan antara frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemia ( p =0.1000). Pada penelitian Suharni (2013), menunjukkan hasil ada hubungan paritas dengan kejadian anemia ( p =0.014), ada hubungan umur kehamilan dengan kejadian anemia ( p =0.037), dan ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia ( p =0.027).
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan di Bidan Desa pada bulan Oktober 2017 ditemukan sebanyak 47 orang ibu hamil. Pada saat wawancara dengan 10 ibu hamil, 3 diantaranya mengalami anemia dan mengatakan tidak patuh dalam konsumsi tablet besi karena faktor lupa dan malas untuk mengkonsumsi. Faktor lain yang menyebabkan adalah status ekonomi yang rendah. Berdasarkan masalah di atas dan mengingat seriusnya dampak yang ditimbulkan oleh anemia pada kehamilan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
## TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada Ibu Hamil di Posyandu Kelurahan Pranan dan tujuan khusus untuk untuk mengetahui hubungan antara status ekonomi, merokok, kerutinan konsumsi tablet besi dan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Posyandu Kelurahan Pranan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
## METODE/DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional . Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Pengumpulan data dengan cara penyebaran angket dan menggunaakan hasil laboratorium serta data yang sudah terkumpul dianalisa menggunakan Uji Chi- Square dengan program SPSS seri 18.0.
## POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING
Subyek penelitian adalah ibu hamil di Posyandu Desa Pranan Sukoharjo yang berjumlah 31
responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik total sampling.
## HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik responden berdasarkan umur dan pendidikan, beserta hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik Kategori f % Umur (tahun) < 20 20-30 ≥ 30 5 15 11 16.1 48.4 35.5 Pendidikan Tinggi Rendah 14 17 45.2 54.8 Dari data di atas diperoleh informasi bahwa jumlah responden pada kelompok umur < 20 tahun paling kecil yaitu 5 responden (16.1%), sedangkan mayoritas responden berada pada usia 20-30 tahun yaitu 15
responden (48.4%) dan Mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu 17
responden (54.8%) sedangkan responden dengan pendidikan tinggi ada 14 responden (45.2%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Variabel Kategori f % Anemia Anemia Tidak anemia 22 9 71.0 29.0 Penghasilan Jarak kehamilan Konsumsi tablet besi Merokok Rendah Sedang Tinggi Dekat Jauh Kehamilan pertama Rutin Tidak rutin Merokok Tidak merokok 15 7 9 18 3 10 28 3 13 18 48.4 22.6 29.0 58.1 9.7 32.3 90.3 9.7 41.9 58.1 Dari Tabel 2 dapat dicermati bahwa jumlah responden yang mengalami anemia lebih banyak yaitu 22 responden (71 %) dan yang tidak mengalami anemia adalah 9 responden (29%). Mayoritas
penghasilan dari anggota keluarga rendah yaitu 15 responden (48.4%), jarak kehamilan mayoritas dekat yaitu 18 responden (58.1%), mayoritas kebiasaan konsumsi tablet besi sudah rutin yaitu 28 responden (90.3%) dan mayoritas responden tidak merokok yaitu 18 responden (58.1%).
## Tabel 3.
Tabulasi Silang Status Ekonomi, Konsumsi Tablet Besi, Jarak Kehamilan dan Merokok dengan Kejadian Anemia Variabel Kategori Kejadian anemia p Anemia Tidak Anemia Status Ekonomi Rendah Sedang Tinggi 12 (54.5%) 5 (22.7%) 5 (22.7%) 3 (33.3%) 4 (44.4%) 2 (22.2%) 0.442 Jarak Kehami lan Jauh
Dekat
Kehamilan pertama 1 (4.5%) 15 (68.2%) 6 (27.3%) 2 (22.2%) 3 (33.3%) 4 (44.4%) 0.028 Konsumsi tablet besi Rutin Tidak Rutin 20 (90.9%) 2 (9.1%) 8 (88.9%) 1 (11.1%) 0.863 Merokok Merokok Tidak Merokok 12 (54.5%) 1 (11.1%) 10 (45.5%) 8 (88.9%) 0.02 6
Hasil uji Chi-Square program SPSS versi 18 .0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh hasil tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Desa Pranan dengan p sebesar 0.442. Terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia dengan p sebesar 0,028.
Tidak ada hubungan antara kerutinan konsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Desa Pranan dengan p sebesar 0.863. Terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Desa Pranan dengan p sebesar 0.026.
## PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada 31 ibu hamil di Desa Pranan didapatkan bahwa 22 responden
(71%) mengalami anemia sedangkan 9 responden (29%) tidak mengalami anemia. Anemia pada ibu hamil terjadi karena penurunan
kadar hemoglobin selama kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi dan folat. Hal ini terjadi karena ekspansi
volume plasma yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan massa hemoglobin dan volume sel darah merah yang menyertai kehamilan normal (Leveno, ed., 2016). Resiko yang dapat terjadi pada ibu hamil yang mengalami anemia adalah abortus, partus prematurus, partus lama karena inersia uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Wagiyo dan Putrono, 2016).
Faktor yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil adalah faktor status ekonomi, merokok, kepatuhan konsumsi tablet besi dan jarak kehamilan yang terlalu dekat. Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu hamil dengan penghasilan/pendapatan rendah ada 48.4%, pendapatan sedang 22.6% dan pendapatan tinggi 29%. Status ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendapatan keluarga. Status ekonomi mempunyai efek pada ibu hamil karena status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka nutrisi buruk yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan angka anemia yang lebih tinggi (Varney, Kriebs dan Gegor, 2007).
Ibu hamil di Desa Pranan sebagian besar tidak merokok yaitu 18 responden (58.1%) dan yang merokok ada 13 responden (41.9%). Satu dari 13 responden tersebut perokok aktif dan 12 lainnya sebagai perokok pasif. Berdasarkan data tersebut, mayoritas ibu hamil di Desa Pranan sudah mempunyai kesadaran akan bahaya rokok pada ibu hamil. Akan tetapi sebagian ibu hamil masih terpapar oleh asap rokok yang itu juga membahayakan bagi ibu hamil yaitu 13 responden, dimana hal itu terjadi karena tingkat pendidikan responden mayoritas rendah yaitu 17 responden (54.8%) sehingga mayoritas responden tidak mengetahui bahaya dari asap rokok
bagi hamil. Kandungan yang terdapat dalam rokok yaitu tar, karbon monoksida dan nikotin dapat meningkatkan resiko janin lahir mati mendadak ( SIDS/Sudden Infant Death Syndrome ), resiko keguguran, bayi lahir cacat dan berat badan bayi lahir rendah
(Lammarisi, et al ., 2018).
Kebiasaan dalam mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil di Desa Pranan mayoritas sudah rutin yaitu 28 responden (90.3%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ibu hamil di Desa Pranan sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya tablet besi saat hamil. Fungsi utama zat besi adalah sebagai pembentuk hemoglobin untuk membentuk sel- sel darah merah. Ibu hamil harus menambah kebutuhan zat besi saat hamil karena kandungan zat besi dalam tubuh akan diserap oleh janin sebagai cadangan setelah lahir (Lammarisi, et al ., 2018). Konsumsi tablet besi pada saat hamil sangat penting karena zat besi merupakan bahan baku dalam membentuk sel darah merah, sehingga jumlah Hemoglobin (Hb) pun menjadi banyak apabila kebutuhan zat besi terpenuhi. Hb adalah komponen di dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Apabila Hb berkurang, maka jaringan juga akan kekurangan oksigen (Sinsin, 2008). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan jarak kehamilan dari ibu hamil di Desa Pranan mayoritas terlalu dekat (< 2 tahun) yaitu 18 responden (58.1%). Pada saat di wawancarai dari 18 responden yang mempunyai jarak kehamilan yang dekat, 7 responden mengatakan bahwa banyak anak akan banyak rejekinya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat meningkatkan resiko perdarahan dan kematian saat melahirkan, resiko pada janin kelahiran mati atau cacat, berat badan bayi lahir
rendah dan kelahiran prematur serta dapat menyebabkan anemia (Sinsin, 2008). Menurut Sinsin (2008), status ekonomi sering dikaitkan dengan angka nutrisi yang buruk. Status ekonomi mempunyai efek pada ibu hamil karena status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka nutrisi buruk yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan angka anemia yang lebih tinggi. Pada penelitian uji korelasi antara status ekonomi dengan kejadian anemia didapatkan hasil bahwa p-value sebesar 0.442, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Desa Pranan. Hal ini terjadi karena status ekonomi yang rendah bukan satu- satunya faktor yang menyebabkan anemia. Kejadian anemia bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang lain misalnya dengan asupan zat besi yang selama hamil, jarak kehamilan dan paparan asap rokok selama hamil (Varney, Kriebs dan Gegor, 2007).
Hasil uji korelasi antara merokok dengan kejadian anemia didapatkan dari 22 responden dengan anemia, 12 responden ( 54.5%) dan
10 responden (45.5%) tidak
merokok. Dari hasil uji Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0.026 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara merokok dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Desa Pranan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Safitri dan Syahrul (2015) yang telah membuktikan bahwa paparan asap rokok meningkatkan risiko kejadian anemia pada ibu hamil dengan OR 5.54 yang berarti ibu hamil dengan paparan rokok di sekitarnya mempunyai risiko anemia 5.54 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Kandungan tar dalam asap rokok dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada
sumsum tulang (organ yang memproduksi eritrosit) dan adanya timbal dalam darah dapat mengganggu biosintesa heme sehingga menyebabkan kadar hemoglobin rendah yang disebut dengan anemia. Hasil uji korelasi antara kerutinan konsumsi tablet besi dengan kejadian anemia didapatkan hasil p- value sebesar 0.863, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kerutinan konsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Desa Pranan. Dari 22 responden yang mengalami anemia, 20
responden (90.9% ) konsumsi tablet besi secara rutin, 2 responden (9.1%) konsumsi tablet besi tidak rutin. Hal ini bisa terjadi jika pola makan ibu hamil yang tidak baik dan cara mengkonsumsi tablet besi tidak sesuai aturan. Walaupun ibu hamil rutin dalam konsumsi tablet besi, namun jika pola makannya tidak baik dan cara konsumsi nya tidak benar bisa tetap mengalami kekurangan zat besi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2012), bahwa ibu hamil dengan pola makan yang baik tidak akan mengalami anemia sedangkan ibu hamil dengan pola makan tidak baik rentan mengalami anemia. Menurut Sinsin (2008), bahwa dalam mengkonsumsi tablet besi dianjurkan bersamaan dengan makanan yang mengandung vitamin C, dimana vitamin C merupakan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi. Pada saat mengkonsumsi zat besi tidak dianjurkan bersamaan dengan konsumsi teh karena kandungan tanin di dalam teh dapat membentuk ikatan larut dengan molekul besi non-heme sehingga dapat
mempengaruhi proses penyerapan zat besi non-heme dalam tubuh. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh dari responden bahwa 16 responden (52%) mempunyai
kebiasaan minum teh dipagi hari.
Hasil uji korelasi antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia didapatkan hasil p-value sebesar 0.028, hal ini menunjukkan bahwa jarak kehamilan berperan dalam kejadian anemia. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 22 responden dengan anemia, 15 responden (68.2%) jarak kehamilannya dekat (< 2 tahun), 1 (4.4%) responden jarak kehamilan jauh(≥ 2 tahun) sedangkan sisanya yaitu 6 responden (27.3%) baru hamil yang pertama kali. Menurut Sinsin (2008), kehamilan dalam jarak dekat akan mengambil cadangan zat besi dalam tubuh ibu yang jumlahnya belum kembali ke kadar normal. Jarak yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin atau anak yang rendah dan ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri.
## DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, R. 20 16. “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo ”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Daryono. 2012. “Hubungan Pola Makan dengan Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Muara Tembesi Kota Jambi. Jurnal Kesehatan Vol. 4 No. 1. Poltekes Kemenkes Jambi, Jambi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan Jateng . Dinkes, Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2013. Profil Kesehatan Sukoharjo . Dinkes, Sukoharjo.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil kesehatan Indonesia . Kemenkes, Jakarta. Lammarisi, et al. 2018. Dahsyatnya
Hamil Sehat dan Normal. Media Utama, Yogyakarta. Leveno, K. J., ed. 2016. Manual Williams Komplikasi Kehamilan . Alih bahasa Herman Octavius Ong, et al. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Safitri, R. N. dan F. Syahrul. 2015. ”Risiko Paparan Asap Rokok terhadap kejadian Anemia pada Ibu Hamil ”. Jurnal
Berkala Epidemiologi. Volume 3 No. 3.
Sinsin. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan . PT. Elex
Media Komputer. Suharni. 2013. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Kasihan II Bantul”. Skripsi. STIKES Aisyah Yogyakarta, Yogyakarta. Sulas mi. 2016. “ Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester II (Studi di Kecamatan Sawahan Kota Surabaya) ”. Skripsi. Perpustakaan Universitas Airlangga. Varney, H., J.M. Kriebs dan C. L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan . Alih bahasa Lusiyana, Ana. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Wagiyo dan Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir . CV Andi Offset, Yogyakarta. Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta.
1 Dosen Akper Panti Kosala Surakarta 2 Mahasiswa Akper Panti Kosala Surakarta
|
79cdb26b-9a47-45ce-8ff9-d6958e1858fe | http://jurnal.unpad.ac.id/dharmakarya/article/download/21437/12010 | Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat ISSN 1410 - 5675
## PKM PENDEKATAN TEKNOLOGI MELALUI APLIKASI CERDAS PENOLONG MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP KEPOLISIAN ATAS TINDAK PIDANA/KEJAHATAN DI KECAMATAN COBLONG BANDUNG
Agus Nursikuwagus 1 , Febilita Wulan Sari 2 , dan Andri Sahata Sitanggang 3
1 Manajemen Informatika, Universitas Komputer Indonesia
2 Ilmu Hukum, Universitas Komputer Indonesia
3 Sistem Informasi, Universitas Komputer Indonesia E-mail: [email protected]
ABSTRAK. Terjadinya tindak pidana/kejahatan dan kehilangan merupakan salah satu faktor yang selalu meresahkan kepolisian pada khususnya. Tujuan pengabdian ini adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan kepolisian mengenai teknologi dalam pelaporan kehilangan, tindak pidana/kejahatan yang ada di Kepolisian Coblong Jawa Barat. Ada 2 metode pendekatan yang dilakukan yaitu tahap pertama menerapkan teknologi pada sisi kepolisian dan tahap kedua menerapkan teknologi berupa aplikasi kepada masyarakat. Dua tahap ini dilakukan dengan cara berdialog kepada masyarakat dan kepolisian, dan mencari solosi atas permasalahan yang terjadi. Maka pengabdian ini akan menghasilkan solusi berupa pembuatan aplikasi tracking dan losing berupa pelaporan berbasis web, aplikasi ini memberikan kemudahan masyarakat dalam melakukan pelaporan kepada kepolisian serta memudahkan kepolisian dalam memberikan status perkembangan atas pelaporan tindak pidana/kejahatan dan kehilangan. Sehingga aplikasi yang sudah diterapkan antara kepolisian dan masyarakat adalah salah satu wujud pengabdian dalam menumbuhkan rasa saling percaya antara masyarakat kepada Kepolisian Coblong Jawa Barat.
Kata Kunci : Aplikasi; E-Tracking ; E-Losing .
ABSTRACT. The occurrence of crime/crime and loss is one of the factors that always disturbs the police in particular. The purpose of this service is to provide knowledge to the community and the police on technology in reporting a loss, criminal acts/crimes that is in the Coblong West Java Police. There are 2 methods of the approach taken, namely the first stage of applying technology on the police side and the second stage applying technology in the form of application to the community. These two stages are carried out by means of dialogue with the community and the police, and look for solutions to the problems that occur. So this service will produce a solution in the form of making tracking and loosing applications in the form of web-based reporting, this application makes it easy for the public to report to the police and facilitate the police in providing development status for reporting crime / crime and loss. So that the application that has been applied between the police and the community is one form of dedication in fostering mutual trust between the community and the West Java Coblong Police
## PENDAHULUAN
Kepolisian dapat dikatakan sebagai alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlin- dungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Menuru (“UU No.2 Thn 2002 - Kepolisian Negara,” n.d.), sudah tentu seharusnya polisi memberikan jaminan keamanan kepada masyarakatnya dalam berbagai aspek kehidupan, dalam hal ini yaitu untuk menangani kasus- kasus kejahatan. Di Indonesia banyak sekali kejadian atau kasus dimana masyarakat selalu dikelilingi oleh kejahatan-kejahatan. Hal ini yang merisaukan banyak masyarakat, banyaknya yang terjadi seperti kehilangan barang berharga seperti motor, mobil, uang, emas, surat- surat berharga yaitu SIM, STNK, BPKB dan lainnya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat bingung untuk melakukan tindakan apa selanjutnya yang harus dilakukan khususnya untuk melakukan pelaporan kehilangan kepada pihak kepolisian.
Ketidaktahuan pengetahuan masyarakat tentang prosedur pelaporan menjadi permasalahan yang berkembang di Indonesia, dan tidak hanya itu ada beberapa kasus yang dianggap oleh masyarakat belum mendapatkan
respon/jawaban positif dari pihak kepolisian sehingga menyebabkan masyarakat mengurungkan niatnya untuk membuat laporan, padahal bagi kepolisian hal itu sangat penting untuk polisi dapat menindaklanjuti kasus yang dialami oleh masyarakat. Animo yang berkembang dalam masyarakat seperti itu membuat ketidakpercayaan kepada kepolisian sehingga akan menghambat tugas dari kepolisian. Oleh karena ini maka seharusnya ada mediasi untuk menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat kepada kepolisian mengenai layanan yang diberikan. Menumbuhkan kepercayaan itu hal yang sangat penting untuk menjamin kenyamanan dan keamanan masyarakat.
Maka dengan permasalahan tersebut, peran teknologi menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian. Dengan adanya fasilitas pelaporan secara online memudahkan masyarakat dalam memahami prosedur pelaporan kehilangan barang berharga baik atas tidak kejahatan ataupun tidak. Fungsi sistem tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pelaporan saja, tetapi menjadi pusat media informasi atas usaha kepolisian melakukan penanganan/tidak yang membuahkan hasil atau tidak. Sehingga sistem ini dapat menjadi alat mediasi komunikasi yang baik antara kepolisian dan masyarakat secara global, dan dapat menghilangkan berbagai opini yang menyudutkan kepolisian dalam masyarakat.
PKM Pendekatan Teknologi Melalui Aplikasi Cerdas Penolong Masyarakat untuk Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kepolisian atas Tindak Pidana/Kejahatan di Kecamatan Coblong Bandung
Penerapan system E-Tracking dan E-Losing menjadi berperan sangat penting jika masyarakat dan kepolisan dapat memamfaatkannya dengan maksimal. Dengan adanya penerapan sistem tracking dan losing maka dapat membantu kepolisian sehingga dapat bersinergi dengan masyarakat di dalam menjalankan tugasnya sebagai aparat negara dalam melindungi hak-hak masyakarat.
Maka berdasarkan kajian diatas dapat digambarkan permasalahan yang terjadi dalam masyakarat dan kepolisian Polsek Coblong.
## Gambar 1. Permasalahan yang terjadi
Dari penggambaran permasalahan yang terjadi dan beberapa analisis teknologi dari beberapa penelitian yang sudah ada dalam masyarakat, kegiatan pengabdian ini meliputi target dan fungsi pengabdian dapat dijelaskan melalui tabel 1.
## Tabel 1 Target dan Fungsi Pengabdian
Target Pengabdian Fungsi dari Pengabdian 1. Sistem tracking pelaporan kehilangan barang berharga sebagai inputan awal
Memberikan fasilitas inputan informasi kepada masyarakat mengenai informasi pelaporan kehilangan Mengecek perkembangan tindak lanjut kepolisian atas pelaporan yang dibuat oleh masyarakat. Media komunikasi secara langsung antara masyarakat coblong dan pihak kepolisian. Menjadikan Sistem Menjadi Media Sosial sebagai sarana informasi mengenai kehilangan barang berharga 2. Pembuatan System Losing Media inputan bagi masyarakat atas persyaratan yang harus dilengkapi ketika mengalami kehilangan barang berharga. Menjadi sarana informasi dalam pengaduan masyakarat kepada pihak kepolisian. 3. Penyuluhan penggunaan teknologi informasi yang diberikan kepada masyarakat Coblong dan Pihak Kepolisian Memberikan pengetahuan cara penggunakan system E-Tracking
dan E-Losing kepada masyarakat dan kepolisian sehingga kepolisan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
## METODE
Secara garis besar, solusi yang ditawarkan adalah kerjasama antara Tim Pelaksana Pengabdian kepada Masyarakat Unikom dengan Kecamatan Coblong adalah untuk membuatkan sistem E-Tracking dan E-Losing dengan berbagai fungsi-fungsi. Beberapa pendekatan yang digunakan untuk efektifitas hasil pelatihan adalah pada gambar 2.
## Gambar 2. Metode Pendekatan.
Tahapan ini terdiri dari(Mulyani, R, & M, 2018): 1. Pengumpulan Data Dilaksanakan dalam waktu 2 bulan dengan setiap minggunya dengan ketentuan 2 jam, untuk hari ditentukan berdasarkan waktu pihak kepolisian dan bersifat fleksibel. Dilakukan oleh ketua pengabdian untuk wawancara kepada pihak kepolisian, serta anggota kedua sesuai dengan bidang keahlian dalam sistem E-Tracking dan E-Losing . 2. Pembuatan Sistem (Sistem Informasi Tracking Dan E-Losing )
Dilaksanakan Selama 4 bulan terakhir dilakukan dari awal pertama melakukan penelitian. Tugas ini dilakukan oleh anggota pelaksana 1 sebagai anggota analisis sistem dan pembuatan software . 3. Penyuluhan Penggunaan Sistem Informasi E-Tracking Dan E-Losing
Terdiri dari penyuluhan penggunaan Sistem Informasi E-Tracking (Afrizal, Sukmaaji, & Sutanto, 2013) Dan E-Losing , dari pelatihan tersebut dilakukan selama 2 hari sebelum penyusunan laporan akhir. Pelatihan ini akan diadakan setiap hari jumat dan sabtu dari pukul 08.00-12.00. Kegiatan ini akan dipandu oleh ahli progammer dibidangnya. Kegiatan ini terdiri dari pelatihan penyuluhan kepada kepolisan dan pelatihan kepada masyarakat. Tujuan pelatihan tahapan pertama dilakukan agar kepolisian dapat memamfaatkan fasilitas yang diberikan melalui aplikasi dan dapat meningkatkan layanan kepada masyarakat. Sedangkan untuk pelatihan kepada masyarakat diberikan dengan tujuan adalah agar informasi yang didapatkan oleh masyarakat sebagai pelapor mendapatkan kemudahan dalam mengakses informasi dan memantau perkem- bangan informasi atas hasil pelaporan.
4. Penyusunan Laporan. Kegiatan terakhir yang dilakukan setelah proses kegiatan sosialisasi, pelatihan berakhir. Setiap bagian
sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing menyerahkan laporan pertanggungjawaban kepada ketua pelaksana. Dan ketua pelaksana menyelesaikan laporan akhir secara keseluruhan
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan Prosedur E-Tracking yang diusulkan Berikut ini adalah perancangan prosedur yang diusulkan pada Sistem Informasi E-Tracking di Polsek Coblong.
1. Prosedur melakukan registrasi
a. Mengklik menu Registrasi lalu pilih Register .
b. Isi form registrasi sesuai dengan data diri.
c. Klik tombol Simpan maka akan dialihkan secara langsung ke menu List Register.
d. Memeriksa status registrasi di menu List Register.
e. Apabila status sudah berubah menjadi ‘diterima’, maka pelapor baru bisa melakukan pelaporan kehilangan.
f. SPK melakukan cetak laporan terhadap seluruh data registrasi yang ada.
g. Masuk ke menu Laporan lalu pilih Laporan Registrasi.
h. Isi waktu terhadap registrasi yang masuk kemudian klik Cetak.
2. Prosedur Melakukan Pelaporan Kehilangan ( System E-Losing )
a. Pelapor melakukan Login terlebih dahulu.
b. Jika sudah, masuk ke menu Pelaporan ¬lalu klik Laporkan Kehilangan.
c. Atau pelapor bisa mengikuti langkah-langkah yang tersedia di beranda pada nomor 1 dan klik tulisan Sini.
d. Pelapor mengisi form pelaporan kehilangan secara lengkap dan benar kemudian klik Simpan.
e. Setelah itu pelapor aan otomatis dialihkan ke halaman Daftar Pelaporan Kehilangan.
f. Untuk melihat status kasus yang dilaporkan, lihat pada field Status Pelaporan yang ada di menu Daftar Pelaporan Kehilangan.
g. Pelapor diharuskan untuk mengingat kode pelaporan yang akan digunakan untuk mencetak berita acara.
h. SPK wajib untuk melakukan seleksi terhadap semua pelaporan kehilangan yang masuk.
i. Setelah SPK melakukan login kemudian mengakses menu Penanganan Pelaporan.
j. Pilih salah satu Kode Pelaporan kemudian klik Preview.
k. Setelah memeriksa dengan benar data pelaporan yang masuk, kemudian SPK memilih apakah kasus tersebut akan diproses atau tidak.
l. Jika kasus tersebut diproses maka klik tombol Lakukan Proses Penanganan.
m. Jika kasus tersebut ditolak maka klik tombol Ditolak.
n. Lalu SPK mencetak laporan pelaporan kehilangan
yang masuk ke Polsek Coblong.
o. Masuk ke menu Laporan lalu klik Data Pelaporan
Kehilangan.
p. Isi tanggal periodik sesuai kebutuan laporan kemudian klik Cetak.
q. Lalu SPK mencetak laporan pelaporan kehilangan yang ditangani.
r. Masuk ke menu Laporan lalu klik Data Pelaporan Kehilangan.
s. Isi tanggal periodik sesuai kebutuan laporan kemudian klik Cetak
t. Prosedur Tindak Lanjut yang diusulkan
a. SPK diharuskan login terlebih dahulu lalu klik menu Tindak Lanjut Pelaporan.
b. Lalu pilih kode polisi yang ada setelah itu klik Preview.
c. Isi keterangan tindaklanjut kasus dan klik salah satu tombol apakah kasus tersebut pidana atau non-pidana.
d. Jika kasus tersebut merupakan kasus pidana maka klik Kasus Pidana.
e. Jika kasus tersebut merupakan kasus non- pidana maka klik Kasus Non-Pidana.
Dengan adanya penelitian yang dilakukan sebe- lumnya, maka kegiatan pengabdian masyarakat penerapan teknologi dilakukan melalui 2 bagian, yaitu:
1. Pelatihan Aplikasi E-Loosing Berbasis Media Sosial.
Aplikasi ini terdiri dari 3 modul, yaitu modul registrasi,
media komunikasi, dan tracking. Masing-masing fungsi disesuaikan berdasarkan metode media sosial yang sudah ada seperti facebook. Maka gambaran aplikasi ini akan sangat mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat(Nurkamid, Dahlan, Susanto, & Khotimah, 2010).
## Gambar 3 Aplikasi E-Loosing
2. Pelatihan aplikasi tracking berbasis website Sebelum melakukan kegiatan pelatihan maka awal kegiatan yang dilakukan adalah: a. Kegiatan awal PKM Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengun- jungi langsung ke kepolisian Coblong, untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan pelaporan surat tindak pidana/kejahatan, kegiatan ini juga disertai dengan melakukan wawancara dengan beberapa pihak kepolisian mengenai permasalahan
PKM Pendekatan Teknologi Melalui Aplikasi Cerdas Penolong Masyarakat untuk Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kepolisian atas Tindak Pidana/Kejahatan di Kecamatan Coblong Bandung
yang terjadi dengan cara berdiskusi/berdialog setiap minggu dalam 1 bulan. Data ini diperlukan terkait dengan membuat solusi atas permasalahan yang terjadi mengenai kasus-kasus yang terjadi di kepolisian, komunikasi antara masyarakat dengan kepolisian mengenai pelaporan yang dibuat.
a. Pembuatan aplikasi tracking berbasis website .
Pelatihan ini diberikan kepada kepolisian coblong dengan tujuan meningkatkan pelayanan yang ada dalam internal kepolisian Coblong, aplikasi ini terdiri beberapa fungsi(Supriyono et al., 2016).
Gambar 4. Aplikasi Tracking
Aplikasi yang dibuat terdiri dari fungsi sebagai berikut:
1. Beranda, dalam menu berisi informasi sejarah dan cara pelaporan kehilangan, tindak pidana/kejahatan yang harus dilakukan oleh masyarkat beserta persyaratannya.
2. Master, fungsi ini mencakup semua data masyarakat yang melakukan pendaftaran pelaporan, data kehilangan, tindak pidana/kejahatan, dan data kepolisian Polsek Coblong.
3. Transaksi, fungsi ini adalah fungsi yang disediakan untuk pihak kepolisian dan masyarakat. Dimana pihak kepolisian diberikan akses untuk menerima pelaporan, mengubah status dan memberikan informasi tindak lanjut sedangkan untuk masyarakat adalah fasilitas untuk membuat laporan dan menerima laporan tindak lanjut pelaporan
4. Cetak laporan, layanan ini memberikan fungsi untuk kepolisian dan masyarakat dalam melakukan pen- cetakan dokumen sesuai dengan kebutuhan masing- masing.
## SIMPULAN
Kesulitan masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai tindak lanjut dari pelaporan yang sudah dibuat menjadi salah satu alasan masyarakat tidak menindak- lanjuti perkembangannya, sedangkan untuk pihak kepolisian terbatasnya media informasi untuk melakukan
pelaporan tersebut. Dengan adanya aplikasi ini maka menjadi satu media penghubung antara masyarakat dan kepolisian sehingga menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan solusi atas permasalahan yang terjadi diantara dua pihak. Aplikasi ini menghasilkan aplikasi tracking dimana kepolisian dan masyarakat saling bersinergi dalam proses pelaporan yang artinya informasi yang diberikan saling terhubung satu sama lain, sedangkan untuk aplikasi e-loosing merupakan aplikasi berbasis media sosial dimana kepolisian dan masyarakat bisa saling berkomunikasi secara langsung dan realtime . Sehingga komunikasi dapat terjalin antara pihak Kepolisian dan Masyarakat Coblong.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas dukungan moril dan dana kepada Direktur Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat selama kegiatan pengabdian ini berlangsung, tak lupa kepada Kepala Kepolisian Coblong yang bersedia menjadi objek pengabdian dalam menyelenggarakan kegiatan ini bersama dengan masyarakat Coblong, dan kepada para mahasiswa yang juga ikut terlibat dalam mensukseskan kegiatan pengabdian ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, Sukmaaji, A., & Sutanto, T. (2013). Android Personnel Monitoring Location Pada Kepolisian Berbasis Web. Jurnal JSIKA , 3 (2),
20–28. Retrieved from https://jurnal.stikom. edu/index.php/jsika/article/view/286
Mulyani, E. L., R, L. R., & M, A. N. (2018). Smp It Daarussalaam Tasikmalaya, 1 (1), 115–123.
Nurkamid, M., Dahlan, M., Susanto, A., & Khotimah, T. (2010). Pemanfaatan aplikasi jejaring sosial facebook untuk media pembelajaran. Jurnal Sains Dan Teknologi , 3 (2), 1–16.
Supriyono, H., Sutopo, A., Nursyahid, H., Kurniawan, B. A., Fahrudin, I. N., Handoko, D., Kurniawan,
D. C. (2016). Penerapan Teknologi Web Sekolah Bagi Smp Dan Sma Muhammadiyah
Kartasura. Warta LPM , 19 (1), 39. https://doi. org/10.23917/warta.v19i1.1983
UU No.2 Thn 2002 - Kepolisian Negara. (n.d.). Retrieved May 25, 2019, from http://hukum. unsrat.ac.id/uu/uu_2_02.htm
|
b153e50e-0c4b-4a9b-a2c0-0a27758d1a4b | https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmbtl/article/download/889/480 |
## TINGKAT PEMAHAMAN KEPATUHAN DALAM PENERBANGAN DOMESTIK DI INDONESIA
Imam Ozali Dian Artanti Arubusman Abi Prasidi
ITL TRISAKTI ITL TRISAKTI ITL TRISAKTI [email protected] [email protected] [email protected]
## ABSTRAK
Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan yang disyahkan oleh Dewan Perwakilan rayat dan Presiden Republik Indonesia merupakan acuan dan standar keselamatan penerbangan sipil yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh perusahaan penerbangan yang beroperasi di di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman, kepatuhan dan tanggung jawab konsumen penerbangan domestik di Indonesia terhadap Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan. Kenyataannya masyarakat pengguna jasa penerbangan masih ada yang belum memahami, patuh dan tanggung jawab terhadap peraturan tentang keamanan dan keselamatan penerbangan yang berlaku di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan berbagai asumsi yang mendasarinya dengan menggunakan 74 responden penumpang penerbangan domestik di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah untuk dapat memberikan masukan yang berharga kepada pemerintah selaku regulator dan perusahaan penerbangan selaku operator dalam hal perlunya pemahaman, kepatuhan dan tanggung jawab dari konsumen penerbangan di Indonesia terhadap isi dari Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan yang terkait dengan penumpang perusahaan penerbangan.
Kata kunci: pemahaman, kepatuhan, tanggung jawab
## PENDAHULUAN
Keselamatan merupakan prioritas terutama dan terpenting dalam dunia penerbangan, dimana tidak ada kompromi dan toleransi dalam hal keselamatan penerbangan. Pemerintah Republik Indonesia pun telah berkomitmen bahwa Keselamatan Penerbangan adalah merupakan Program Nasional. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan . Amanat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan pada Pasal 3 menyatakan bahwa tujuan terselenggaranya penerbangan adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan berdaya guna, dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat dengan mengutamakan dan
melindungi penerbangan nasional, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas, sebagai pendorong, penggerak, dan penunjang pembangunan nasional serta mempererat hubungan antar bangsa.
Kenyataannya masyarakat pengguna jasa (konsumen) penerbangan masih ada yang belum mengetahui dan memahami peraturan tentang keamanan dan keselamatan penerbangan yang berlaku di Indonesia. Hal ini terlihat dengan beberapa kasus penumpang perusahaan penerbangan yang melanggar aturan-aturan keselamatan.
Berkaitan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pemahaman, kepatuhan dan tanggung jawab dari konsumen penerbangan domestik di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK) sesuai Peraturan Keselamatan
Tingkat Pemahaman Kepatuhan Dalam Penerbangan Domestik Di Indonesia
Penerbangan Sipil pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan yang terkait dengan penumpang perusahaan penerbangan.
## KAJIAN PUSTAKA
Pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono (1996), adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan.
Definisi patuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online Edisi IV tahun 2008 adalah suka menurut (perintah), taat (kepada perintah, aturan), berdisiplin. Sedangkan kepatuhan memiliki definisi sifat patuh, ketaatan. Dengan demikian, kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok, atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi perilaku individu, kelompok dan organisasi.(Cahyaputra et al., n.d.)
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah ‘kea- daan wajib menanggung segala sesua- tunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). ‘Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. (Anwar 2014)
Keselamatan penerbangan menurut UU adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam memanfaatkan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi
penerbangan serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Menurut Pongoh (2008) bahwa untuk menjamin dan memastikan terciptanya dan tercapainya keselamatan penerbangan, ditambah keamanan dan kenyamanan penerbangan maka dibuatlah aturan main yang wajib dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh perusahaan penerbangan di dunia. Badan dunia yang mengatur penerbangan sipil tersebut adalah ICAO ( International Civil Aviation
Organization ) yang beranggotakan 190 negara yang disebut contracting states . Dimana saat ini Indonesia tercatat sebagai salah satu anggota dari ICAO.
ICAO mengeluarkan
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil atau Civil Aviation Safety Regulation (CASR), yang merupakan standar, rekomendasi praktis dan prosedur internasional yang meliputi bidang- bidang teknis penerbangan.
Air Transport Association of America (2009) menyatakan bahwa secara historis keselamatan penerbangan fokus pada pemahaman terhadap penyebab dari kecelakaan dan pencegahan terjadinya kembali, usaha-usaha kedepan harus ditekankan untuk identifikasi resiko-resiko sebelum terjadi kecelakaan. Pengenalan resiko-resiko keselamatan penerbangan tidaklah gampang dan membutuhkan berbagai informasi detil dan sensitive untuk dipadukan dan dianalisa. Dimana pendekatan ini memampukan industri dan regulator untuk mengumpulkan sumber-sumber keselamatan dalam memitigasi resiko-resiko sebelum menjadi sebuah kecelakaan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 No. 48, menyebutkan bahwa Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
Bandar Udara menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 1 tahun
2009 Pasal 1 tentang penerbangan, Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
## METODE PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Sedangkan menurut eksplanasinya penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui nilai varibel mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain. Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah Penumpang yang pernah terbang dengan Pesawat Peserbangan Domestik yang terbang dari Bandara Soekarno – Hatta, Cengkareng yaitu Penerbangan Full Fare yaitu Garuda Indonesia dan Batik Air dan Penumpang Penerbangan LCC Citilink, Lion, Sriwijaya, Air Asia. Penyebaran Penelitian kuesioner dilakukan pada tanggal 15 - 31 Oktober 2017.
Variabel Penelitian Fokus penelitian pada 3 variabel, yaitu: 1. Variabel terikat Pada penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan yang terkait dengan penumpang perusahaan penerbangan 2. Variabel bebas Pada penelitian ini, yang menjadi variabel bebas yaitu: a. Tingkat Pemahaman Penumpang dinyatakan sebagai X1. b. Tingkat Kepatuhan Penumpang sebagai X2 c. Tingkat Tanggung Jawab Penumpang sebagai X3.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Penumpang yang pernah terbang dengan Pesawat Peserbangan Domestik yang terbang dari Bandara
Soekarno – Hatta, Cengkareng yaitu Penerbangan Full Fare yaitu Garuda Indonesia dan Batik Air dan Penumpang Penerbangan LCC Citilink, Lion, Sriwijaya, Air Asia. Penyebaran Penelitian kuesioner dilakukan pada tanggal 15 - 31 Oktober 2017 sebanyak 74 orang. Dan yang menjadi sample adalah konsumen sebanyak 74 orang. Pada tahap pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode wawancara mendalam mengenai pemahaman, kepatuhan dan tanggung jawab penumpang terhadap peraturan penerbangan domestik di Indonesia. Peneliti juga melakukan penelitian langsung kelapangan untuk memperoleh data primer maupun serta Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang dijadikan landasan teroritis dalam menganalisa masalah serta sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Peneliti mengumpulkan materi yang berhubungan dengan topik yang menjadi judul penelitian. Selain itu peneliti juga menggunakan metode dokumentasi yang dapat dirumuskan sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan ditulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan tentang peristiwa itu. Dengan demikian kita dapat memasukkan notulen rapat, keputusan hakim, laporan panitia kerja, artikel majalah surat-surat, iklan dan sebagainya ke dalam pengertian dokumen. Berkenan dengan pengertian dokumentasi sebagaimana tersebut di atas, data sekunder berupa data-data terkait obyek yang diteliti, penulis dapatkan dari perusahaan dan brosing di internet.
Proses analisis data dimulai dengan manelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara dan pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan dan dokumen resmi. Setelah dipelajari dan ditelaah langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti dari proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
Tingkat Pemahaman Kepatuhan Dalam Penerbangan Domestik Di Indonesia
sehingga hal-hal itu tetap berada di dalamnya.
Langkah
selanjutnya dikatagorikan dengan pengkatagorian dilakukan sambil membuat koding. Terakhir dari analisis data ini adalah mengadakan penilaian tentang keabsahan data dan selanjutnya dilakukan evaluasi untuk dibuat laporan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert . Menurut Sugiyono (2013:122) berpendapat bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai sangat negatif. Dengan demikian, Peneliti membuat pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data atau keterangan dari responden yang merupakan Dosen Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti Kemudian data yang diolah dari hasil pengumpulan kuesioner diberi bobot dalam setiap altenatif jawaban. Adapun Skala Likert adalah sebagai berikut :
## Skala Likert
S Skala Keterangan Pernyataan Positif 1 Sangat Setuju 5 2 Setuju 4 3 Kurang Setuju 3 4 Tidak Setuju 2 5 Sangat Tidak Setuju 1 Sumber: Sugiyono (2013)
Mengacu pada ketentuan tersebut, maka setelah memperoleh data kuesioner tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan statistik maka dapat diketahui bobot nilai dari setiap item-item pertanyaan yang diajukan oleh Peneliti. Setelah itu, jawaban dari responden dapat dihitung untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti, tingkat pengaruh dari setiap variabel
yang diteliti, dan selanjutnya disajikan dalam bentuk table untuk di hitung dari rata-rata tersebut.
Setelah nilai rata-rata maka jawaban telah diketahui, kemudian hasil tersebut diinterpretasikan berdasarkan tabel dibawah ini, kemudian peneliti membuat garis kontinum.
Kategori Skala Skala Kategori 1,00 1,80 Sangat Tidak Baik 1,81 2,60 Tidak Baik 2,61 3,40 Kurang Baik 3,41 4,20 Baik 4,21 5,00 Sangat Baik Sumber: Sugiono (2013:134) Berikut adalah garis kontinum yang digunakan untuk memudahkan penulis
melihat kategori penilaian mengenai variabel yang diteliti.
Sangat Tidak Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik 1,00 1,80 2,60 3,40 4,20 5,00
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil
pengolahan kuesioner dari 74 responden, kita dapatkan informasi sebagai berikut :
a. Profil pelanggan bahwa 46 responden berjenis kelamin laki-laki dan 28 responden berjenis kelamin perempuan. Usia Responden menunjukkan bahwa 4 responden berusia dibawah 20 tahun, 20 responden berusia 21-30 tahun, 9 responden berusia 31-40 tahun, 28 responden berusia 41-50 tahun, 11 responden berusia 51-60 tahun dan 2 responden berusia diatas 60 tahun. Tingkat Pendidikan Responden menunjukkan bahwa 0 responden memiliki tingkat pendidikan SMP, 11 responden tingkat pendidikan SMA, 7 responden tingkat pendidikan Diploma I/II/III, 4 responden tingkat pendidikan Diploma IV, 17 responden tingkat pendidikan Strata 1/Sarjana,
30
Responden tingkat pendidikan Strata 2 / Magister dan 5 responden memiliki tingkat pendidikan Strata 3 / Doktor. Pekerjaan Responden menunjukkan bahwa 2 responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, 12 responden sebagai pelajar, 5 responden sebagai wirausaha, 22 responden sebagai karyawan swasta, 19
responden sebagai
Karyawan Pemerintah/PNS/BUMN, 9 responden sebagai Profesional dan 5 responden memiki pekerjaan Lain-lain (pensiunan dll). Frekuensi Penerbangan Responden dalam 1 (satu) tahun menunjukkan bahwa 28 responden memiliki frekuensi penerbangan < 3 dalam 1 tahun, 31 responden memiliki frekuensi penerbangan 3 – 6 dalam 1 tahun, 5 responden memiliki 7 – 10 dalam 1 tahun, dan 10 responden memiliki frekuensi penerbangan > 11 dalam 1 tahun. Penerbangan yang digunakan oleh Responden menunjukkan bahwa 20 responden menggunakan penerbangan Garuda Indonesia, 14 responden menggunakan
penerbangan Batik Air, 19 responden menggunakan penerbangan Citilink, 7 responden menggunakan penerbangan Sriwijaya dan 14 responden
menggunakan penerbangan Lion Air.
Tujuan Penerbangan Responden menunjukkan bahwa 8 responden menunjukkan bahwa
tujuan penerbangan adalah untuk keperluan bisnis, 27 responden untuk keperluan dinas, 22 responden untuk keperluan mengunjungi teman/keluarga dan 17 responden tujuan penerbangan untuk keperluan berlibur/rekreasi.
b. Sedangkan hasil pengolahan kuesioner dalam hal seberapa tingkat pemahaman, kepatuhan dan tanggung jawab konsumen Penerbangan
Domestik di Bandara Soekarno-Hatta,
Cengkareng (CGK) sesuai Peraturan Keselamatan Penerbangan terlihat bahwa sebagai besar responden memahami Peraturan Keselamatan Penerbangan. Dapat dilihat dengan total nilai responden yang menjawab paham dan sangat paham sebesar 89%. Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban responden yang sebesar 44 %, kemudian untuk responden yang menjawab Sangat Paham dengan sebesar 45%. Sedangkan responden yang menjawab Tidak Paham, Sangat Tidak Paham dan ragu-ragu sebesar 11%. Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban responden yang menjawab Ragu-ragu sebesar 5%, Tidak Paham sebesar 2 %, kemudian untuk responden yang menjawab Sangat Tidak sebesar 4%. Dari hasil kuisioner ini kemudian kita hitung dengan menggunakan skala likert dan didapatkan Bobot sebesar 4.3
c. Mengenai Kepatuhan konsumen
Penerbangan Domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK) sesuai Peraturan Keselamatan
Penerbangan, sebagai besar responden juga mematuhi Peraturan Keselamatan Penerbangan. Dapat dilihat dengan total nilai responden yang menjawab
Tingkat Pemahaman Kepatuhan Dalam Penerbangan Domestik Di Indonesia
patuh dan sangat patuh sebesar 89%. Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban responden yang menjawab Patuh sebesar 40 %, kemudian untuk responden yang menjawab Sangat Patuh dengan sebesar 49%. Sedangkan responden yang menjawab Ragu-ragu, Tidak Patuh dan Sangat Tidak Patuh sebesar 9%. Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban responden yang menjawab Ragu-ragu sebesar 2%, Tidak Patuh sebesar 3 %, kemudian untuk responden yang menjawab Sangat Tidak Patuh sebesar 6%. Dari hasil kuisioner ini kemudian kita hitung dengan menggunakan skala likert dan didapatkan Bobot sebesar 4.2
d. Mengenai Tanggung Jawab konsumen Penerbangan Domestik di Bandara
Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK)
sesuai Peraturan Keselamatan Penerbangan sebagai besar responden Tanggung Jawab terhadap Peraturan
Keselamatan Penerbangan. Dapat dilihat dengan total nilai responden yang menjawab Tanggung Jawab dan
Sangat Tanggung Jawab sebesar 75%. Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban responden yang menjawab Tanggung sebesar 33 %, kemudian untuk responden yang menjawab Sangat
Tanggung Jawab sebesar 42%.
Sedangkan responden yang menjawab Ragu-ragu, Tidak Tanggung Jawab dan Sangat Tidak Tanggung Jawab sebesar 25%. Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban responden yang menjawab Ragu-ragu sebesar 3%, Tidak
Tanggung Jawab sebesar 10 %, kemudian untuk responden yang menjawab Sangat Tidak Tanggung Jawab sebesar 12%. Dari hasil kuisioner ini kemudian kita hitung dengan menggunakan skala likert dan didapatkan Bobot sebesar 3.8
Berdasarkan uraian mengenai Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Tanggung Jawab Konsumen
Penerbangan
Domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK) sesuai Peraturan Keselamatan Penerbangan dapat kita lihat dalam tabel berikut ini.
Rekapitulasi Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Tanggung Jawab Konsumen Penerbangan Domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK) sesuai
Peraturan Keselamatan Penerbangan Pernyataan Sangat Tidak Paham (%) Tidak Paham (%) Ragu- ragu (%) Paham (%) Sangat Paham (%) BOBOT Pemahaman 4 2 5 44 45 4.3 Pernyataan Sangat Tidak Patuh (%) Tidak Patuh (%) Ragu- ragu (%) Patuh (%) Sangat Patuh (%) BOBOT Kepatuhan 6 3 2 40 49 4.2 Pernyataan Sangat Tidak Tg. Jawab (%) Tidak Tg. Jawab (%) Ragu- ragu (%) Tg. Jawab (%) Sangat Tg. Jawab (%) BOBOT Tanggung Jawab 12 10 3 33 42 3.8 Geller (2001) mengemukan konsep Total Safety
Culture atau Budaya Keselamatan Total yang dipengaruhi oleh tiga faktor yang dikenal dengan “The Safety Triad” yaitu Person, Behavior, dan
Environment. Kini, keselamatan dapat dilihat melalui prespektif behaviouralsafety yang lebih berorientasi kepada manusia dengan mengubah persepsi individu mengenai keselamatan, kemudian perilakunya,
sehingga pada akhirnya akan tercipta safetyculture di sebuah organisasi/ perusahaan yang diharapkan akan mengurangi angka kecelakaan dengan secara signifikan . (Prasetya, n.d.). Jadi dalam rangka untuk mendukung penerapan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009, sangat di pengaruhi oleh perilaku manusia. Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Tanggung Jawab penumpang terhadap Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 merupakan hal yang sangat penting.
## SIMPULAN
a. Berdasarkan hasil penelitian bagaimana tingkat pemahaman konsumen penerbangan domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng
(CGK) apakah sesuai Peraturan Keselamatan Penerbangan. Kemudian kita hitung dengan menggunakan skala likert dan didapatkan Bobot sebesar 4.3, yang termasuk kategori Sangat Baik.
b. Sedangkan mengenai Tingkat Kepatuhan konsumen penerbangan domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK) apakah sesuai Peraturan Keselamatan Penerbangan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden mematuhi dan hanya sebagian kecil responden yang tidak mematuhi terhadap
Peraturan
Keselamatan Penerbangan. Kemudian kita hitung dengan menggunakan skala likert dan didapatkan Bobot sebesar 4.2, yang termasuk kategori Sangat Baik.
c. Mengenai Tingkat Tanggung Jawab konsumen penerbangan domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK) apakah sesuai Peraturan Keselamatan Penerbangan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden Tanggung Jawab dan hanya sebagian kecil responden yang tidak
Tanggung Jawab terhadap Peraturan
Keselamatan Penerbangan. Kemudian kita hitung dengan menggunakan skala likert dan didapatkan Bobot sebesar 3.8, yang termasuk kategori Sangat Baik.
## SARAN
a. Berdasarkan hasil penelitian bagaimana tingkat pemahaman konsumen Terhadap Peraturan Keselamatan Penerbangan, didapatkan bobot 4.3 yang berarti Sangat Baik. Namun demikian masih perlu ditingkatkan sosialisi kepada masyarakat khususnya calon penumpang penerbangan agar lebih memahami ketentuan yang ada di dalam Peraturan Penerbangan.
b. Tingkat Kepatuhan konsumen
penerbangan domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK) terhadap Peraturan Keselamatan Penerbangan didapatkan bobot 4.2 yang berarti Sangat Baik, Namun demikian harus lebih banyak melakukan komunikasi kepada masyarakat khususnya calon penumpang penerbangan. Komunikasi dapat dilakukan melalui media mix, seperti TV, radio, Outdoor dsb.
c. Tingkat Tanggung Jawab konsumen penerbangan domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGK) terhadap
Peraturan Keselamatan Penerbangan didapatkan bobot 3.8 yang berarti Sangat Baik, Nmun Demikian harus lebih banyak melakukan komunikasi kepada masyarakat khususnya calon penumpang penerbangan. Komunikasi dapat dilakukan melalui penyebaran pamflet di area keberangkatan Bandara, pemasangan neon box di Area Check-in yang berisi informasi tentang Tanggung Jawab Penumpang terhadap Peraturan Penerbangan.
## DAFTAR PUSTAKA
## Anwar, Shabri Shaleh. 2014. “Tanggung
Jawab Pendidikan Dalam Perspektif Psikologi Agama.” Psympathic 1 (1): 11. doi:10.15575/psy.v1i1.463.
Cahyaputra, Christian, Agus Arianto,
Program Akuntansi, Pajak Program, Studi Akuntansi, and Universitas Kristen. n.d. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban
Membayar Pajak Di Surabaya.”
Prasetya, Oce. n.d. “Budaya Keselamatan
Dalam Upaya Mencapai “ Zero Accident “,” 187–200.
Air Transport Association of America. (2009). Airline Handbook.
Pongoh, Hentje. (2008). Pengantar Bisnis
Penerbangan . Jakarta: Aeromart Publishing.
Sugiyono (2005). Statistika Untuk
Penelitian . Bandung: Alfabeta.
Supriyadi, Yaddy. (2012). Keselamatan Penerbangan: Teori dan Problematika . Penerbit Telaga Ilmu Indonesia.
______________. (2015). Keselamatan Penerbangan Problematika Lalu Lintas Udara: Analisis Operasional, Hukum & Sosio-Psikologis . Penerbit Fordik BPSDMP.
Hadi Suharno; Manajemen Perencanaan Bandar Udara , Rajawali Pers,
Jakarta,2009.
Khanna S.K and M.G. Arora; Airport Planning and Design , Roorkee Press,
India,1979.
Peraturan Menteri Perhubungan No. 11 tahun 2009 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan.
SK Menteri Perhubungan No. KM 8 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum. 2008.
SK Menteri Perhubungan No. 11 Tahun 2010 tentang Bandar Udara.
M.N.Nasution; Manajemen Transportasi , Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008
Pangestu Subagyo, Marwan Asri dan T.Hani
Handoko; Dasar-Dasar Operation
Research , BPFE, Yogyakarta, 2011.
Sri Mulyono; Riset Operasi , LPFE-UI, Jakarta, 2004.
Undang-Undang Penerbangan UU RI No.1 Tahun 2009; Asa Mandiri, 2009 Inc, New York, 2004.
http://news.metrotvnews.com/daerah/zNPA9 QPb-bergurau-bawa-granat- penumpang-sriwijaya-air-batal-terbang http://news.metrotvnews.com/daerah/3NO5j z2k-bandara-pekanbaru-turunkan- penumpang-karena-candaan-bawa-bom
Garuda Indonesia dalam https://www.garudaindonesia.com/id/id /garuda-indonesia-experience/on- ground/baggage/baggage-restriction- information.page
|
d72b5579-f577-435f-afdc-9beca578da80 | https://jurnal.lapan.go.id/index.php/jurnal_sains/article/download/2221/2009 |
## PERBANDINGAN foF2 KELUARAN MSILRI DENGAN DATA OBSERVASI DI BIAK, MODEL IRI DAN ASAPS
## [THE COMPARISON OF foF2 OUTPUT OF MSILRI TO BIAK OBSERVATION DATA, IRI MODEL AND ASAPS]
Sri Suhartini 1 , Irvan Fajar Syidik, dan Dadang Nurmali Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jl. Dr. Djundjunan 133 Bandung 40173 Indonesia
1 e-mail: [email protected]
Diterima 6 Maret 2015; Direvisi 18 Maret 2015; Disetujui 17 April 2015
## ABSTRACT
Model of Simplified Low Latitude Region Ionosphere (MSILRI) is a model of the ionosphere for Indonesia and the surounding region. This model was first developed in 2002, and continues to be revised and developed. Output of the MSILRI model of F2 layer ionospheric critical frequency (foF2) compared with observational data in Biak from 2005 to 2009, ASAPS V6.2 and IRI 2012 model outputs. The result show that the MSILRI2013 output characteristics is in accordance with observational data. MSILRI also show the most consistent differences characteristic between the model and the data compared to the other models. Percentage of the difference of foF2 (model-observation) to the data {foF2 (model-observatio)/observation} in 2005, 2009, and 2013 for all three models show that for the same year has a distribution that is almost the same value. In 2009, the percentage distribution is between -40% - +20%, in 2005 and 2013 are between 20% -+20%. An MSILRI2013, ASAPS V6.2, and IRI 2012 models has a fairly high accuracy at moderate solar activity. Lowest accuracy for MSILRI2013 and ASAPS V6.2 occurs when solar activity is about the minimum (in 2009). Although the model MSILRI showed the most consistent characteristic differences between the model and the observation result than the other models, but the correlation coefficient between the foF2 output of MSILRI, ASAPS and IRI with the observation result in 2005, 2009, and 2013 show that in general the correlation between foF2 MSILRI output and data is lowest compared with the other models. Therefore, the MSILRI model is still required enhanced, both methods of modeling and additional data from ionospheric observations station in Indonesia.
Keywords: Ionospheric models, foF2, MSILRI2013, ASAPS V6.2, IRI2012.
## ABSTRAK
Model Sederhana Ionosfer Lintang Rendah Indonesia (MSILRI) adalah model ionosfer untuk wilayah Indonesia dan sekitarnya. Model ini pertama kali dikembangkan pada 2002, dan sampai saat ini terus direvisi dan dikembangkan. Frekuensi kritis lapisan F2 ionosfer (foF2) keluaran model MSILRI2013 telah dibandingkan dengan hasil observasi di Biak 2005 sampai 2009, keluaran model ASAPS versi 6.2 dan IRI2012. Hasilnya menunjukkan bahwa pola keluaran MSILRI2013 sesuai dengan hasil observasi. Persentase selisih foF2 (model-observasi) terhadap hasil observasi {foF2(model-observasi)/observasi} 2005, 2009, dan 2013 untuk ketiga model menunjukkan bahwa untuk tahun yang sama sebaran nilainya hampir sama. Pada 2009 sebaran persentase terbanyak antara -40% - +20%, 2005 dan 2013 antara -20% - +20%. Model MSILRI2013, ASAPS V6.2, dan IRI 2012 mempunyai akurasi cukup tinggi pada kondisi aktivitas matahari sedang. Akurasi terendah untuk MSILRI2013 dan ASAPS V6.2 terjadi pada saat aktivitas matahari sekitar minimum (2009). Meskipun Model MSILRI menunjukkan karakteristik perbedaan antara model dengan hasil observasi
paling konsisten dibandingkan kedua model lainnya, namun korelasi antara foF2 keluaran MSILRI dengan data paling rendah dibandingkan kedua model lainnya. Oleh karena itu model MSILRI masih diperlukan disempurnakan, baik metode pemodelannya maupun penambahan stasiun dan tahun data hasil pengamatan ionosfer Indonesia
Kata kunci: Model ionosfer, foF2, MSILRI2013, ASAPS V6.2, IRI2012.
## 1 PENDAHULUAN
Model Sederhana Ionosfer Lintang Rendah Indonesia (MSILRI) adalah model ionosfer untuk wilayah Indonesia dan sekitarnya, yang merupakan modifikasi dari model Simplified Ionospheric Regional Model (SIRM), yaitu model yang dikembangkan untuk pemodelan karakteristik ionosfer di Eropa. MSILRI dibangun menggunakan data ionosfer dari Manila (14,70 ° , 121,10 ° ), Singapura (1,30 ° , 103,80 ° ), Vanimo (-2,70 ° , 141,30 ° ), dan Darwin (-12,45 ° , 130,95 ° ). Model ini pertama kali dikembangkan pada 2002, untuk parameter-parameter ionosfer foF2 dan M(3000)F2, dan Total Electron Content (TEC). Model ini mengasumsikan respon ionosfer terhadap aktivitas matahari (R12) linier dan sama saat siklus aktivitas matahari naik dan turun, dan pada waktu lokal yang sama variasi bujur geografi diabaikan. Perbandingan foF2 hasil model ASAPS dan MSILRI dengan hasil pengamatan di Tangerang (1981), Sumedang (2000), dan Pontianak (1986) menunjukkan bahwa secara rata-rata MSILRI sedikit lebih baik dibandingkan dengan ASAPS dan IRI2001(Muslim B., et al ., 2007a). Validasi foF2 MSILRI juga dilakukan oleh Asnawi dan Muslim B. (2007a) menggunakan data Tangerang (-6,11 ° , 106,30 ° ) 1981-1982, Sumedang (-6,54 ° , 107,55 ° ) 1997-2003, Pontianak (-0,03 ° , 101,33 ° ) 1987, dan Biak 1992-1995. Hasilnya menunjukkan bahwa pola model MSILRI cukup sesuai dengan data pengamatan. Validasi menggunakan data Biak menunjukkan hasil yang baik dibandingkan stasiun lainnya, karena kedekatan lintang geografis Biak dengan Vanimo dan Singapura, yang datanya digunakan untuk membangun model MSILRI. Model MSILRI kemudian terus dikembangkan dan direvisi dengan menambahkan data hasil pengamatan di Sumedang 1998-2003 dan asimilasi menggunakan data keluaran model IRI2001 untuk lintang 10 ° dan 6 ° masing-masing untuk 1996-2001 (Muslim B. et al ., 2007b). Verifikasi dan revisi MSILRI02 menggunakan data Sumedang dan keluaran model IRI ini telah meningkatkan akurasi model hingga mencapai ketelitian 95% dibandingkan data Sumedang 1998-2003. Validasi MSILRI saat aktivitas matahari rendah 2005-2006 dilakukan menggunakan data dari Sumedang (Asnawi dan Muslim B., 2007b). Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum trend model mengikuti data, namun penyimpangannya cukup besar terutama pada bulan-bulan ekuinoks dan ketika matahari berada di belahan bumi utara. Model MSILRI terus dikembangkan dan direvisi dengan menambahkan data hasil pengamatan ionosfer di Indonesia.
Model the International Reference Ionosphere (IRI) adalah model yang telah banyak diakui dan direkomendasikan sebagai standar untuk parameter-parameter ionosfer bumi secara internasional. IRI adalah model empiris yang dibangun menggunakan data dari berbagai sumber. Salah satu keluaran dari model ini adalah foF2 jam-an harian. Pada awalnya model global foF2 diturunkan menggunakan data jam-an foF2 dari 85 stasiun di seluruh dunia antara 1995-2005 dan beberapa stasiun dari 1976 - 1986. Dalam pengembangan model selanjutnya digunakan data dari berbagai sumber yang tersimpan di World Data Center (Bilitza et al ., 2011). Perbandingan foF2 hasil pengamatan menggunakan ionosonda vertikal dan oblique dan hasil model IRI 2001 untuk lintang tinggi telah dilakukan oleh beberapa peneliti dari Rusia. Hasilnya adalah bahwa foF2 yang diturunkan dari ionogram oblique untuk berbagai jarak dan arah, hasil pengamatan menggunakan ionosonde vertikal dan hasil perhitungan model IRI menunjukkan kesesuaian yang cukup baik (Kim el al ., 2007).
Versi terbaru dari IRI adalah IRI2012, yang menambahkan model baru untuk parameter yang digunakan dalam perhitungan kerapatan elektron, yaitu model Altadil dkk (2009) untuk parameter ketebalan sisi bawah ( bottomside thickness ) Bo dan parameter bentuk ( shape parameter ) B1. Model baru ini memberikan peningkatan ketelitian dibandingkan model-model sebelumnya (Bilitza et al ., 2014). Perbandingan foF2 keluaran model IRI 2012 dan hasil pengamatan di Kupang Februari-Oktober 2013 telah dilakukan oleh Suhartini et al. (2014). Hasilnya menunjukkan bahwa pola variasi harian foF2 model IRI lebih sesuai dengan data Kupang apabila standar waktu yang digunakan adalah UT+9. Kesalahan perhitungan model IRI lebih besar apabila digunakan untuk data harian dibandingkan median bulanannya. Secara umum baik foF2 harian maupun median bulanan hasil pengamatan lebih kecil dibandingkan hasil perhitungan IRI 2012.
Advanced Stand Alone Prediction System (ASAPS) adalah perangkat lunak prediksi frekuensi komunikasi radio HF yang dibuat oleh IPS Radio and Space Weather Services Australia . Perangkat lunak ini memberikan keluaran berupa tabel atau plot hasil prediksi frekuensi komunikasi radio HF untuk jarak komunikasi, bulan dan tahun tertentu, untuk 24 jam. ASAPS dapat menghitung prediksi untuk jarak komunikasi sangat dekat yang dinamakan sirkit distrik. Di kalangan pengguna radio, komunikasi jarak dekat biasa disebut Near Vertical Incidence Skywave (NVIS). NVIS adalah komunikasi radio HF. Gelombang radio dipancarkan dengan arah hampir tegak lurus ke atas, sehingga setelah dikembalikan oleh ionosfer gelombang tersebut jatuh di lokasi yang tidak terlalu jauh dari pemancarnya. Mode perambatan gelombang radio yang digunakan dalam komunikasi NVIS adalah pemantulan satu kali oleh lapisan F ionosfer, dengan cakupan jarak komunikasi sampai sekitar 300 km. (Farmer, 1995; Gibbons, 1990; Mazzola, 2011; Soetrisno, 2007). Karena pancarannya yang hampir tegak lurus, frekuensi yang dapat digunakan untuk komunikasi jenis ini dibatasi oleh frekuensi maksimum lapisan F ionosfer. Oleh karena itu Maximum Usable Frequency (MUF) untuk NVIS sama dengan foF2 ionosfer di atas lokasi komunikasi.
Model MSILRI telah direvisi dan dikembangkan pada 2013 dengan menambahkan data hasil pengamatan dari Kototabang dan Sumedang dan dinamai MSILRI2013. Untuk mengetahui karakteristik keluarannya, dalam makalah ini dibahas hasil perbandingan foF2 keluaran model MSILRI2013 dengan data Biak (-1,0 ° , 136,0 ° ) 2005-2013, keluaran model International Reference Ionosphere (IRI2012), dan Advamce Stand Alone Prediction System (ASAPS) versi 6.2.
## 2 DATA DAN METODE
Data yang digunakan adalah foF2 keluaran model MSILRI2013 2005 - 2013, IRI2012 dan ASAPS V6.2 pada 2005, 2009, dan 2013, dan median bulanan foF2 hasil pengamatan di Biak 2005 – 2013. Metodologi yang digunakan adalah:
Menyeleksi data foF2 stasiun Biak 2005 – 2013. Data yang dihitung mediannya dan untuk selanjutnya digunakan adalah data per jam yang jumlahnya minimal sepuluh dalam satu bulan,
Menjalankan MSILRI2013, untuk Biak 2005-2013, ASAPS V6.2 dan IRI2012 2005, 2009, dan 2013. Semua hasil model dikonversi ke waktu lokal Biak. Untuk model ASAPS, foF2 adalah MUF untuk sirkit distrik Biak,
Membuat plot median bulanan foF2 data dan MSILRI2013 2005, 2009, 2013. Tahun 2005 (R12: 23–34,6) mewakili kondisi aktivitas matahari sedang, 2009 kondisi aktivitas matahari rendah (R12: 1,8–8,3), dan 2013 kondisi aktivitas matahari tinggi (R12: 58,7 – 76),
Menghitung selisih antara foF2 hasil observasi dengan hasil model:
) ( 2 ) ( 2 1 MSILRI foF obs foF f
) ( 2 ) ( 2 2 ASAPS foF obs foF f
) ( 2 ) ( 2 3 IRI foF obs foF f dan persentasenya terhadap hasil observasi 2005, 2009, dan 2013. Memplot selisih hasil observasi dengan model (∆ f 1 , ∆ f 2, ∆ f 3 ), dan persentasenya terhadap foF2 hasil observasi untuk masing-masing (2005, 2009, 2013) dan rata-rata selisih dalam satu tahun.
Menghitung jumlah kejadian selisih (observasi-model) terhadap data dengan nilai ±10% untuk ketiga tahun dan ketiga model dan persentasenya terhadap seluruh jumlah hasil observasi per tahun.
Menentukan koefisien korelasi antara foF2 data dengan foF2 MSILRI2013 setiap bulan, menggunakan data 2005 – 2013.
## 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Plot median bulanan foF2 Biak hasil observasi dengan keluaran model MSILRI2013 untuk Maret, Juni, September, dan Desember 2005, 2009, dan 2013 (Gambar 3-1) menunjukkan bahwa secara umum pola foF2 MSILRI2013 sesuai dengan pola median foF2 hasil observasi. Hasil model MSILRI2013 mendekati hasil observasi pada 2005 dan 2013. Perbedaan terbesar terjadi pada saat aktivitas matahari rendah (tahun 2009). Pada saat itu nilai R12 ( smoothed sunspot number ) antara 1,8-8,2. Model MSILRI2013 mengasumsikan respon ionosfer terhadap aktivitas matahari (R12) adalah linier dan sama saat siklus aktivitas matahari naik dan turun. Dalam kenyataannya, ketika aktivitas matahari tinggi dan rendah, kurva hubungan antara foF2 dengan R12 tidak linier lagi, dan tidak sama ketika aktivitas matahari naik dan turun (histeresis). Oleh karena itu wajar kalau terdapat perbedaan cukup besar antara foF2 hasil observasi dengan model pada kondisi aktivitas matahari rendah. Secara umum foF2 MSILRI2013 lebih tinggi dibandingkan data pada saat aktivitas matahari rendah, terutama pada siang hari. Selama 2005 nilai R12 antara 23-34,6, sedangkan pada 2013 nilainya 57,5-76, sehingga respon ionosfer terhadap aktivitas matahari masih dapat diasumsikan linier. Oleh karena itu pada tahun-tahun tersebut foF2 MSILRI2013 mendekati hasil observasi.
Maksimum, minimum ∆ f 1 , ∆ f 2, ∆ f 3 dan lebar rentangnya untuk tingkat aktivitas matahari rendah (2009), sedang (2005) dan tinggi (2013) ditunjukkan dalam Gambar 3-2. Nampak bahwa untuk model MSILRI2013, semakin tinggi aktivitas matahari, selisih antara data dengan model menuju ke nilai positif, namum lebar rentang selisihnya hampir sama (antara 4,43 – 4,75 MHz). Untuk ASAPS V6.2 minimum selisih data dengan model juga naik dengan meningkatnya aktivitas matahari, namun maksimumnya tidak selalu mengikuti. Lebar rentang selisihnya antara 3,75 MHz (2013) sampai 5,12 (2005). Model IRI2012 memberikan lebar rentang terbesar pada 2005 (5,91 MHz), terkecil pada 2009 (3,99 MHz). Minimum selisih hampir sama untuk ketiga tahun, maksimumnya tertinggi pada 2005. Dari uraian di atas, nampaknya model MSILRI2013 mempunyai karakteristik perbedaan antara model dengan data yang paling konsisten dibandingkan kedua model lainnya.
Gambar 3-1: Nilai foF2 hasil observasi dan keluaran MSILRI untuk Biak Maret, Juni, September, dan Desember 2005, 2009, dan 2013. Desember 2013 tidak ada data
Gambar 3-2: Maksimum ∆ f 1 , ∆ f 2, ∆ f 3 , minimum ∆ f 1 , ∆ f 2, ∆ f 3 , dan rentang selisih (maksimum-minimum) ∆ f 1 , ∆ f 2, ∆ f 3 untuk model MSILRI, ASAPS dan IRI2012 Pada aktivitas matahari rendah, sedang, dan tinggi
0 5 10 15 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul Maret 2005 MSILRI Observasi 0 5 10 15 0:00 6:00 12:00 18:00 fo F 2 (MHz ) Pukul Maret 2009 MSILRI Observasi 0 5 10 15 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul Maret 2013 MSILRI Observasi 0 5 10 15 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul Juni 2005 MSILRI Observasi 0 10 20 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul Juni 2009 MSILRI Observasi 0 5 10 15 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul Juni 2013 MSILRI Observasi 0 5 10 15 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul September 2005 MSILRI Observasi 0 10 20 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul September 2009 MSILRI Observasi 0 5 10 15 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul September 2013 MSILRI Observasi 0 5 10 15 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul Desember 2005 MSILRI Observasi 0 10 20 0:00 6:00 12:00 18:00 foF2 (MH z) Pukul Desember 2009 MSILRI Observasi
Plot persentase ∆ f 1 , ∆ f 2, ∆ f 3 terhadap hasil observasi (∆ f /foF2 observasi) 2009, 2005, dan 2013 untuk ketiga model ditunjukkan dalam Gambar 3-3. Untuk tahun yang sama (kondisi aktivitas matahari yang sama) persentase selisih terhadap data untuk ketiga model menunjukkan sebaran nilai yang hampir sama. Semakin tinggi aktivitas matahari lebar sebaran semakin sempit, sedangkan nilainya semakin menuju positif. 2009 sebaran persentase terbesar antara -40%-20%, 2005 dan 2013 antara -20%-20%. Untuk 2013, nilai data cenderung lebih tinggi dibandingkan hasil keluaran MSILRI. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh asumsi yang digunakan MSILRI adalah hubungan antara foF2 dan R12 linier, dan tidak tergantung pada fase naik atau turun dalam siklus aktivitas matahari. Dalam kenyataannya saat aktivitas matahari tinggi hubungan kedua parameter tersebut tidak linier sehingga ada potensi saat aktivitas matahari tinggi MSILRI lebih tinggi atau lebih rendah dari data pengamatan. Hal lain yang mungkin menjadi penyebabnya adalah data yang ditambahkan untuk model MSILRI2013 adalah foF2 Sumedang 1999-2007, yang didominasi oleh fase turun aktivitas matahari, sehingga ada potensi model memiliki simpangan yang cukup besar pada saat aktivitas matahari maksimum dan saat aktivitas matahari pada fase naik.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f) (g) (h) (i) Gambar 3-3: Persentase ∆ f 1 , ∆ f 2, ∆ f 3 terhadap hasil observasi di Biak: pada saat aktivitas matahari rendah (a), (b), dan (c); saat aktivitas matahari sedang (d), (e), dan (f); serta pada saat aktivitas matahari tinggi (g), (h), dan (i)
Akurasi model terhadap hasil observasi yang dinyatakan dalam persentase jumlah kejadian selisih (observasi-model) terhadap hasil observasi dengan nilai ±10% dan ±20% untuk ketiga kondisi aktivitas matahari (rendah (2009), sedang (2005), dan
-60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f1/ob s -60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f2/ob s -60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f3/ob s -60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f1/ob s -60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f2/ob s -60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f3/ob s -60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f1/ob s -60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f2/ob s -60% -30% 0% 30% 60% Jan Apr Jul Okt ∆f3/ob s
tinggi (2013) untuk model MSILRI2013, ASAPS V6.2, dan IRI 2012 ditunjukkan dalam Gambar 3-4.
Untuk selisih hasil observasi dengan model sebesar ±10%, persentase kejadian tertinggi untuk MSILRI2013 terjadi pada aktivitas matahari sedang (2005) sebesar 72,16%, sedangkan untuk ASAPS (74,29%) dan IRI2012 (72,38%) pada aktivitas matahari tinggi (2013). Hal ini menunjukkan bahwa MSILRI2013 lebih akurat pada saat aktivitas matahari sedang dibandingkan kedua model lainnya, sementara pada saat aktivitas matahari tinggi ASAPS dan IRI 2012 lebih akurat dibandingkan MSILRI2013. Persentase terendah untuk MSILRI2013 (41,7%) dan ASAPS V6.2 (35,1%) terjadi pada kondisi aktivitas matahari rendah (2009), sedangkan IRI2012 persentasenya hampir sama untuk 2005 (60,3%) dan 2009 (62,3%). Ini menunjukkan bahwa pada saat aktivitas matahari rendah, akurasi MSILRI juga rendah meskipun masih lebih tinggi dibandingkan ASAPS. Pada saat itu IRI2012 mempunyai akurasi tertinggi dibandingkan kedua model lainnya.
Gambar 3-4: Persentase kejadian selisih (observasi-model) sebesar ± 10% dan ± 20%
Untuk selisih hasil observasi dengan model sebesar ±20%, ketiga model mempunyai karakteristik yang sama, yaitu akurasi meningkat dengan bertambahnya tingkat aktivitas matahari. Akurasi tertinggi terjadi pada 2013, dengan masing-masing model mempunyai akurasi >90%.
Koefisien korelasi antara hasil observasi dengan MSILRI, ASAPS dan IRI menggunakan data 2005, 2009, dan 2013 diberikan dalam Tabel 3-1. Dapat dilihat bahwa korelasi antara foF2 hasil observasi dengan ketiga model cukup tinggi. Nilai foF2 keluaran MSILRI mempunyai koefisien korelasi (R 2 ) sebesar 0,8 sebanyak empat bulan dalam satu tahun, model IRI dua bulan sedangkan ASAPS mempunyai korelasi minimal 0,9 sepanjang tahun. Secara umum korelasi foF2 keluaran MSILRI dengan data paling rendah dibandingkan kedua model lainnya. Model ASAPS mempunyai korelasi tertinggi diantara keluaran ketiga model yang dibandingkan.
0% 20% 40% 60% 80% 100% Ju m la h k ej a d ia n (%) ± 10% ± 20% M S IL R I2 0 1 3 A S A P V6 .2 IRI 2 0 1 2 M S IL R I2 0 1 3 AS A P V6 .2 IRI 2 0 1 2 M S IL RI 2 0 1 3 AS A P V6 .2 IRI 2 0 1 2 Tingkat aktivitas
Matahari rendah
Tingkat aktivitas
Matahari sedang Tingkat aktivitas Matahari tinggi
Tabel 3-1: KOEFISIEN KORELASI FOF2 MSILRI, ASAPS DAN IRI DENGAN HASIL OBSERVASI DI BIAK 2005, 2009, DAN 2013
R 2 MSILRI Vs observasi R 2 IRI Vs observasi R 2 ASAPS Vs observasi Januari 0,9 0,8 0,9 Februari 0,9 0,9 0,9 Maret 0,9 0,9 0,9 April 0,8 0,9 1,0 Mei 0,8 0,9 0,9 Juni 0,9 0,9 0,9 Juli 0,8 0,8 0,9 Agustus 0,8 0,9 0,9 September 0,9 0,9 0,9 Oktober 1,0 0,9 0,9 November 0,9 0,9 0,9 Desember 0,9 0,9 0,9
## 4 KESIMPULAN
Parameter foF2 hasil perhitungan menggunakan model MSILRI2013 mempunyai pola yang sesuai dengan hasil pengamatan di Biak. Selisih nilai terbesar terjadi pada 2009, ketika aktivitas matahari sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh asumsi yang digunakan pada Model MSILRI2013 bahwa respon ionosfer terhadap aktivitas matahari (R12) adalah linier dan sama saat siklus aktivitas matahari naik dan turun.
Perbandingan maksimum, minimum dan lebar rentang selisih foF2 (observasi- model) untuk MSILRI2013, ASAPS V6.2, dan IRI2012 2005, 2009, dan 2013, menunjukkan bahwa model MSILRI2013 mempunyai karakteristik perbedaan antara model dengan hasil observasi yang paling konsisten dibandingkan kedua model lainnya, yang ditunjukkan dengan selisih antara data dengan model semakin menuju ke nilai positif, namun lebar rentang selisihnya hampir sama (antara 4,43 – 4,75 MHz) dengan semakin tingginya aktivitas matahari.
Persentase selisih foF2 (observasi-model) terhadap hasil observasi {foF2 (observasi-model)/observasi} 2005, 2009, dan 2013 untuk ketiga model menunjukkan bahwa untuk tahun yang sama sebaran nilainya hampir sama. Semakin tinggi aktivitas matahari lebar sebaran semakin sempit, nilainya semakin menuju positif. Pada 2009 sebaran persentase terbesar antara -40%-20%, 2005 dan 2013 antara -20%-20%.
Akurasi model yang dinyatakan dalam persentase jumlah kejadian selisih (observasi-model) terhadap hasil observasi dengan nilai ±10% dan ±20% untuk ketiga kondisi aktivitas matahari dan ketiga model menunjukkan bahwa MSILRI2013 lebih akurat pada saat aktivitas matahari sedang dibandingkan kedua model lainnya, sementara pada saat aktivitas matahari tinggi ASAPS dan IRI 2012 lebih akurat dibandingkan MSILRI2013. Pada saat aktivitas matahari rendah, akurasi MSILRI2013 juga rendah meskipun masih lebih tinggi dibandingkan ASAPS. Pada saat itu IRI2012 mempunyai akurasi tertinggi dibandingkan kedua model lainnya. Untuk selisih data dengan model sebesar ±20%, ketiga model mempunyai karakteristik yang sama, yaitu akurasi meningkat dengan bertambahnya tingkat aktivitas matahari. Akurasi tertinggi terjadi pada 2013, dengan masing-masing model mempunyai akurasi >90%.
Meskipun Model MSILRI menunjukkan karakteristik perbedaan antara model dengan hasil observasi paling konsisten dibandingkan kedua model lainnya, namun korelasi antara foF2 keluaran MSILRI dengan hasil observasi paling rendah dibandingkan kedua model lainnya. Oleh karena itu model MSILRI masih perlu
disempurnakan, baik metode pemodelannya maupun penambahan stasiun dan tahun data hasil pengamatan ionosfer Indonesia
## UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada DR. Buldan Muslim sebagai peneliti yang mengembangkan model MSILRI yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penyempurnaan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada tim scaling Pusat Sains Antariksa yang telah menyediakan data foF2 Biak.
## DAFTAR RUJUKAN
Asnawi dan Muslim, B., 2007a. Validasi foF2 dan M(3000)F2 Model MSILRI Terhadap Data Observasi Ionosonde Vertikal di Indonesia , Publikasi Ilmiah LAPAN tahun 2007, ISBN 978-979-1458-05-4.
Asnawi dan Muslim, B., 2007b. Validasi MSILRI Saat Aktivitas Matahari Rendah tahun 2005-2006 , Publikasi Ilmiah LAPAN tahun 2007, ISBN 978-979-1458-05-4.
Bilitza, D., Lee-Anne McKinnell, Bodo Reinisch, Tim Fuller-Rowell, 2011. The International Reference Ionosphere Today and in the Future , Journal of Geodesy volume 85, issue 12, 909–920, online ISSN 1432-1394, Springer-Verlag.
Bilitza, D., David Altadill, Yongliang Zhang, Chris Mertens, Vladimir Truhlik, Phil Richards, Lee-Anne McKinnell, and Bodo Reinisch, 2014. The International Reference Ionosphere 2012 – a Model of International Collaboration , J. Space Weather Space Clim. 4 (2014) A07.
Farmer, Edward, J. 1995. A Look at NVIS Technique , American Radio Relay League, Inc.
Gibbons, Patricia, 1990. NVIS-What it is and how to use it, http://www.raqi.ca/~ve2cvr/main/ documentation/surra_misc /hfradionvis.pdf. Download Desember 2010.
Kim, A.G., G.V. Kotovich, V.P. Grozov and C.G. Ratovskiy, 2007. Comparison of Ionosphere Parameters foF2, hmF2 Obtained from Vertical Sounding, Oblique Sounding, and IRI Data , Physics of Auroral Phenomena, Proc. XXX Annual Seminar, Apatity, 163 – 166.
Mazzola, Ross, NVIS for emergency Communication, http://s3.amazonaws.com/emcommeast 2008/NVIS.pdf. download Januari 2011.
Muslim, B., Asnawi, Dyah R.M., Aries Kurniawan dan Syarifudin, 2007. Model Sederhana Ionosfer Lintang Rendah Indonesia Untuk Parameter foF2 (MSILRI versi 2002) , Publikasi Ilmiah LAPAN tahun 2007, ISBN 978-979-1458-05-4.
Muslim, B., Aries Kurniawan, dan Imam Syafe’i, 2007. Verifikasi dan Revisi MSILRI02 Menggunakan Data Ionosonde Vetikal Sumedang dan Model IRI 2001 , Publikasi Ilmiah LAPAN tahun 2007, ISBN 978-979-1458-05-4.
Soetrisno, Bambang, 2007. Pancaran NVIS (Near Vertical Incident Sky wave) , Buletin Elektronis ORARI News Edisi 02 tahun ke VII.
Suhartini, S., Syidik I., F., Mardiani A., Nurmali D., 2014. Frekuensi Kritis Lapisan F2 di Atas Kupang : Perbandingan Data Dengan Model IRI , Majalah Sains dan teknologi Dirgantara LAPAN,
Dalam Proses Penerbitan.
|
bd189805-9353-4a2b-8f7b-1c44045e8a39 | http://ejournal.uki.ac.id/index.php/edumatsains/article/download/2449/1672 |
## EduMatSains
Jurnal Pendidikan, Matematika dan Sains http://ejournal.uki.ac.id/index.php/edumatsains
## FASILITASI KEBUTUHAN ATAS PENGHARGAAN DIRI UNTUK MENDUKUNG PEMBELAJARAN KIMIA DI ERA SOCIETY 5.0
S. R. P. Hanna 1* , S. Dera 2 , A. Sali 3
1,2,3 Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Kristen Indonesia
Diterima: 29 November 2020 Direvisi: 07 Desember 2020 Diterbitkan : 31 Desember 2020
## ABSTRACT
Indonesia has entered Revolution 4.0 where technology has become the basis of human life. Slowly but sure, Indonesia is entering the Society 5.0 Era characterized by (1) freedom; (2) customization; (3) scrutiny; (4) integrity; (5) entertainment; (6) speed; and (7) innovation. Society 5.0 offers a human-centered society that makes a balance between economic progress and solving social problems through a highly connected system between the virtual and real world. According to the Japanese prime minister, Shinzo Abe, explained in the World Economic Forum (WEF) that the Society 5.0 is no longer about capital, but data that connects and mobilizes all fields such as education and health that must fill the gap in society. At this time, we will propose the role of education in the Era of Society 5.0, especially related to chemistry learning that facilitates the need for self-esteem. Human needs are the same, such as basic needs, described as the hierarchy of needs by Maslow's Theory. The need for self-esteem is one of the needs of human psychology that must be fulfilled, especially for students to face the challenges of the Era of Society 5.0 to enrich chemistry learning as a need for a more meaningful life. The participants are 34 Grade X students from Natural Science Class 2 of Public High School (SMA NEGERI) 18 Jakarta. The data are pretest by Likert Scale Questionnaire, and posttest by a simple chemistry learning module with topic acid-base equilibrium.
Keywords: Society 5.0; need for self-esteem; chemistry.
## PENDAHULUAN
Pembelajaran dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Jika dilihat dari definisi pembelajaran tersebut bahwa adanya suatu tujuan yang harus dicapai oleh siswa yaitu pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang dapat diperoleh secara langsung dari guru, atau secara tidak langsung dari lingkungan dan interaksi disekitarnya.
Kimia merupakan suatu ilmu tentang susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat (KBBI). Dengan demikian, pembelajaran kimia adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh guru dengan bahan ajar materi kimia yang bertujuan untuk mencapai pengetahuan mengenai ilmu kimia dan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku peserta didik melalui pengalaman dalam proses mengikuti pembelajaran kimia.
Saat ini, Indonesia telah memasuki Era Revolusi Industri 4.0 dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Era Revolusi Industri 4.0 memberi banyak dampak sekaligus manfaat dalam proses pembelajaran, misalnya pemanfaatan ICT sebagai media, sarana, dan prasarana dalam proes pembelajaran. Era Revolusi Industri 4.0 menuntut optimalisasi kemampuan dan kesiapan peserta didik dalam menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran berbasis digital. Namun, pada saat yang bersamaan, proses pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0 juga mempunyai kelemahan yaitu peserta didik mulai kehilangan interaksi dengan keadaan disekitarnya yang berdampak pada perasaan malas untuk menggunakan pemikiran sendiri atau tidak lagi berpikir kritis akibat terlalu fokus pada kemampuan digital saja, padahal, di dalam ilmu kimia, pemikiran yang kritis sangat penting untuk mempelajari atau menemukan hal baru yang berkaitan dengan ilmu kimia.
Perlahan tetapi pasti, Indonesia pun memasuki Era Society 5.0 yang dapat menyeimbangkan antara ruang fisik dan dunia maya (Era Revolusi Industri 4.0). Era Society 5.0 memiliki ciri komunikasi sebagai
kecakapan sesuai dengan: (1) kebebasan/ freedom yaitu kebebasan dalam mengakses berita melalui internet; (2) customization sebagai ciri khas dari net generation yang menyatakan mereka adalah konsumen yang aktif; (3) scrutiny yaitu karakteristik yang berkaitan dengan sikap kritis untuk membedakan informasi yang reliable dan informasi yang tidak reliable ; (4) integrity yang merupakan sebuah sikap integritas yang kuat, sadar dan bertanggungjawab atas apa yang dilakukan; (5) entertainment yaitu fungsi hiburan untuk menyenangkan diri secara online ; (6) speed yang fokus terhadap kecepatan dan respon instan karena akses teknologi informasi tanpa batasan ruang dan waktu sehingga penyebaran informasi dapat dilakukan secara singkat; dan (7) innovation yaitu kebaruan yang sifatnya dinamis mencakup ide-ide baru, temuan-temuan baru, dan bahkan masa depan baru. Terkait dengan hal tersebut, kami mengajukan peran pembelajaran kimia di Era Society 5.0 yang memfasilitasi kebutuhan atas penghargaan diri. Kami mengidentifikasi kebutuhan siswa agar difasilitasi selama pembelajaran kimia di kelas menurut Hirarki Kebutuhan Maslow (1969). Kami memberi penjelasan tentang pengaruh kebutuhan manusia menurut Hirarki Kebutuhan Maslow terhadap proses pembelajaran kimia. Kebutuhan atas penghargaan diri adalah salah satu kebutuhan psikologi manusia yang harus terpenuhi terutama pada siswa untuk menghadapi
tantangan di Era Society 5.0 dalam rangka memperkaya pembelajaran kimia sebagai kebutuhan untuk hidup yang lebih bermakna.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan Era Society 5.0; (2)
menganalisis pembelajaran kimia yang dapat memfasilitasi kebutuhan belajar di Era Society; (3) menjelaskan penerapan pembelajaran kimia yang memfasilitasi kebutuhan atas penghargaan diri peserta didik; (4) menjelaskan pengaruh fasilitas kebutuhan atas penghargaan diri peserta didik dalam pembelajaran kimia di Era Society 5.0.
## TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Wibawa dan Agustina (2019) menyatakan bahwa dalam rangka memasuki Era Society 5.0 dan menghadapi tantangannya dalam proses pembelajaran, pemerintah Indonesia membuat program pemerataan melalui peluncuran Society 5.0. Society 5.0 merupakan era yang dicetuskan oleh pemerintah Jepang dengan konsep masyarakat yang berpusat pada manusia ( human-centered ) dan berbasis teknologi ( technology based ). Era baru ini menjadi tantangan dan peluang bagi masyarakat, khususnya siswa, untuk meningkatkan soft skill yaitu kemampuan meningkatkan kecakapan dan keterampilan untuk terlibat dalam proses belajar dan pembelajaran, sehingga mampu menjadi modal untuk masa
yang akan datang. Oleh sebab itu, cara membuat siswa tertarik untuk belajar menjadi hal yang penting. Fasilitasi kebutuhan akan penghargaan diri pada siswa membuat siswa merasakan bahwa mereka sangat diharapkan atau dibutuhkan untuk belajar sebagai ekspresi penghargaan terhadap diri mereka sendiri.
Kemudian, penelitian Barni (2019) menyatakan bahwa tantangan seorang guru atau pendidik di Era Milenial saat ini berbeda dari tantangan global di masa lalu, yaitu guru harus mampu membentuk karakter siswa. Dengan demikian, profesi guru tidak hanya mampu menguasai sains dan akademik, melainkan harus mempunyai kebijaksanaan dan kehati-hatian terhadap sikap dan moral serta perilaku. Dalam konsep klasik, faktor moral berada di atas kualifikasi guru. Guru pun harus memahami perubahan sosial yang ada di masa sekarang.
Guru tidak boleh berhenti belajar tentang hal-hal baru dan harus menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia. Oleh sebab itu, pemberian penghargaan kepada siswa yang layak mendapatkannya adalah salah satu cara membentuk karakter siswa dengan mengajarkan bahwa usaha ataupun kerja keras layak mendapat penghargaan. Sehingga siswa akan merasa bahwa belajar dengan baik adalah suatu hal yang sangat dihargai.
Lebih lanjut, Simanjuntak (2018) menyatakan bahawa pembelajaran yang dilakukan tidak semata untuk meningkatkan prestasi kognitif saja melainkan harus mampu meningkatkan pengalaman belajar secara psikomotorik dan menumbuhkan karakter tertentu yang relevan melalui pengembangan ranah afektif. Ranah afektif dalam pembelajaran dikaitkan dengan tingkah laku, perasaan, dan nilai-nilai yang tertanam di dalam diri peserta didik (siswa). Pembelajaran kimia yang memfasilitasi kebutuhan akan penghargaan diri pada siswa membutuhkan dukungan dari ranah afektif yang dikembangkan selama proses belajar dan pembelajaran.
Mardliyyah (2016) menemukan bahwa siswa membutuhkan motivasi belajar sebagai salah satu pemenuhan aktualisasi diri, yang merupakan tingkat kebutuhan manusia tertinggi dari Hirarki Kebutuhan Maslow. Kebutuhan akan aktualisasi diri berupa pengakuan sebagai seorang yang memiliki kontribusi penting dalam suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang. Kebutuhan aktualisasi diri akan memberi kepuasan tersendiri pada individu tersebut. Motivasi belajar sangat penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan dengan maksimal.
Oleh sebab itu, aktualisasi diri menjadi motivasi yang kuat untuk belajar, yang akan terpenuhi ketika empat tingkat kebutuhan dibawahnya sudah terpenuhi, terutama
kebutuhan akan penghargaan diri. Penelitian ini menjelaskan bagaimana memfasilitasi kebutuhan akan penghargaan diri peserta didik agar memiliki motivasi belajar sebagai aktualisasi diri, terutama dalam pembelajaran kimia.
Penelitian Irsan (2016) menyatakan bahwa motivasi belajar sangat berdampak pada hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, antara lain perhatian orang tua, motivasi belajar, dan efikasi diri sebagai bagian dari aktualisasi diri.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pengisian angket skala Likert berlanjut ke essay test sebagai pretest , dan uji coba modul belajar kimia sederhana berlanjut ke essay test sebagai posttest . Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan metode analisis datanya menggunakan statistika deskriptif. Populasi penelitian adalah siswa SMA NEGERI 18 JAKARTA dengan sampel penelitiannya ditentukan secara purposive sampling yaitu siswa kelas X-MIPA II.
Instrumen penelitian berupa angket skala Likert mencakup pernyataan yang dapat menjelaskan pembelajaran kimia yang memfasilitasi kebutuhan siswa atas penghargaan diri melalui praktikum kesetimbangan asam-basa. Demikian juga
materi essay test meliputi indikator-indikator yang setara dengan pernyataan dalam angket skala Likert. Pilihan jawaban menggunakan skala Likert terdiri atas Sangat Tidak Setuju (1); Tidak Setuju (2); Netral (3); Setuju (4); Sangat Setuju (5).
Data pretest dan posttest kemudian dianalisis secara deskriptif. Analisis jawaban siswa terhadap angket skala Likert untuk mendeskripsikan kebutuhan siswa dalam pembelajaran kimia di kelas. Deskripsi analisis data angket skala Likert menjadi acuan untuk menyusun model pembelajaran kimia yang memfasilitasi kebutuhan siswa
atas penghargaan diri di kelas. Hasil analisis dideskripsikan sesuai dengan indikator yang digunakan untuk menentukan capaian pembelajaran kimia. Deskripsi kuantitatif ini dilakukan untuk mengkaji pembelajaran kimia yang memfasilitasi kebutuhan atas penghargaan diri.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Data angket skala Likert disajikan dalam Tabel 1. memperlihatkan bahwa kebutuhan yang perlu difasilitasi dalam Pembelajaran Kimia di kelas adalah kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri.
Tabel 1. Identifikasi Masalah Melalui Skala Likert KEBUTUHAN 5 4 3 2 1 0 Kebutuhan Akan Fisiologi 50 36 41 32 11 6 Kebutuhan Akan Rasa Aman 71 38 49 10 1 7 Kebutuhan Akan Sosial 88 33 34 10 6 5 Kebutuhan Akan Penghargaan 35 37 37 30 34 3 Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri 15 52 71 20 18 0
Tabel 1. menjelaskan kebutuhan menurut Hirarki Kebutuhan Maslow terbagi menjadi lima yaitu: (1) Kebutuhan Fisiologi untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan fisiologi ini meliputi kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang, pangan, dan papan); (2) Kebutuhan Akan Rasa Aman antara lain rasa aman secara fisik, stabilitas dan ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari ancaman seperti kriminalitas, perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan,
dan bencana alam; (3) Kebutuhan Akan Sosial meliputi dorongan kebutuhan atas interaksi dengan orang lain agar ia dianggap oleh warga komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat kepada keluarga dan kebutuhan antar pribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta; (4) Kebutuhan Akan Penghargaan Diri meliputi dua derajat lebih rendah dan lebih tinggi. Derajat kebutuhan yang lebih rendah adalah kebutuhan untuk
menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaraan, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat bahkan dominasi. Derajat kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kebebasan, dan kemandirian; (5) Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri yaitu kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukkan dirinya kepada orang lain. Kebutuhan ini tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi.
Pada Tabel 1. Memperlihatkan data yang menjelaskan bahwa siswa terlihat sangat kekurangan akan Kebutuhan Akan Penghargaan Diri dengan jumlah terbanyak di kolom skor 1. Hal tersebut membuktikan siswa sangat tidak setuju bahwa kebutuhan
akan penghargaan diri mereka terfasilitasi oleh pembelajaran kimia di kelas. Berdasarkan hasil wawancara singkat, hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) siswa tidak diberikan apresiasi ketika mendapatkan nilai tertinggi oleh guru maupun orang tua, sehingga siswa tidak memiliki kemauan untuk mengasah kemampuan yang dimilikinya untuk dikembangkan menjadi kompetisi; (2) guru dan orang tua memiliki pemikiran bahwa penghargaan itu selalu bersifat materi atau benda sehingga sulit untuk memberikan, padahal penghargaan dapat berupa pujian, kata–kata motivasi, ataupun memberi semangat; (3) keadaan kelas yang kurang saling menghargai dalam kelas, contoh ketika salah satu dari mereka berbicara teman yang lain tidak mendengarkannya namun sibuk dengan diri sendiri.
Tabel 2. Identifikasi Masalah Melalui Pretest Kelas Fi Xi Xi*f 0-7 18 3.5 63 8-15 4 11.5 46 16-23 7 19.5 136.5 24-31 3 27.5 82.5 32-39 1 35.5 35.5 40-47 1 43.5 43.5 Ʃ (jumlah) 34 141 407 Ʃ (rata-rata) = = 11, 3
Tabel 2. memperlihatkan data pretest yang berasal dari jawaban essay test . Skor yang diperoleh siswa dari essay test sebelum pemateri memberikan penjelasan, dalam rangka mendapatkan data pengetahuan siswa atau rasa ingin tahu siswa terkait kimia.
Tabel 2. memperlihatkan bahwa siswa kurang memiliki rasa ingin tahu dan pengetahuan yang belum begitu baik tentang materi larutan asam basa sebagai percobaan. Siswa hanya memiliki skor rata-rata 11,3. Skor tersebut mendeskripsikan bahwa telah terjadi sesuatu yang menyebabkan siswa memiliki rasa ingin tahu dan pengetahuan yang rendah. Salah satu kemungkinan yang terjadi berdasarkan analisis data angket dan wawancara tidak terstruktur, guru jarang memberi penghargaan kepada siswa jika
siswa mengetahui terlebih dahulu materi pembelajaran sebelum proses belajar dalam kelas dimulai. Kemungkinan ini menjadi catatan bagi mahasiswa sebagai pemateri pada saat uji coba modul belajar kimia dalam posttest , yaitu bahwa fasilitas kebutuhan akan penghargaan diri melalui motivasi kepada peserta didik yang telah mengetahui materi yang akan dipelajari sehingga peserta didik semakin semangat untuk belajar sebelum pembelajaran dimulai.
Table 3. Identifikasi Masalah Melalui Posttest Kelas Fi 12-26 7 27-41 8 42-56 17 57-71 2 Ʃ (jumlah) 34 Ʃ (rata-rata) = = 38,81 = 39
Tabel 3. memperlihatkan data posttest yaitu jawaban siswa pada essay test . Modul pembelajaran kimia menmggunakan materi kehidupan sehari–hari dalam rangka membangun ranah afektf siswa sesuai dengan penelitian Simanjuntak (2018), sehingga dalam menjawab soal tersebut siswa tidak merasa sulit karena mudah menemukan dalam kejadian di kehidupan sehari-hari, misalnya menggunakan bahan- bahan masakan untuk menjelaskan kesetimbangan asam-basa yang menciptakan
rasa enak di lidah. Tabel 3. memperlihatkan skor yang diperoleh siswa setelah mendapat penjelasan materi dan contoh soal yang disertakan dengan penyelesaiannya, sehingga siswa kesulitan saat mengerjakan essay test (posttest), karena siswa dapat mengerjakan soal dengan cara mengikuti penyelesaian seperti contoh soal. Hal tersebut dapat terliaht pada skor tertinggi siswa yaitu pada skor 71, dan memiliki nilai rata–rata siswa 39, yang sekaligus memperlihatkan adanya peningkatan. Peningkatan skor terjadi karena
mahasiswa sebagai pemateri menjanjikan hadiah atau penghargaan kepada siswa yang memiliki skor tertinggi. Hal tersebut untuk memotivasi siswa bahwa segala kerja keras dalam mengerjakan soal posttest sangat penting, dan sangat layak untuk dihargai atau peserta didik layak mendapat penghargaan tersebut atas usaha dan kerja keras yang sudah dilakukan. Selain hadiah, pemateri juga memberikan kata–kata motivasi atau kata–kata yang mendukung sebagai suatu penghargaan yang menjadi motivasi siswa untuk meningkatkan kualitas dirinya dan menumbuhkan minat belajarnya.
## KESIMPULAN
Dalam Era Society 5.0, manusia harus mampu menyeimbangkan antara ruang fisik dan ruang dunia maya, yang berarti bahwa kemampuan sosial atau kemapuan berpikir manusia tidak boleh kalah dengan semakin majunya teknologi dalam menghadapi permasalahan, salah satunya menghadapi masalah dalam proses pembelajaran kimia di kelas. Kesimpulan dari penelitian ini jika dikaitkan dengan Era Society 5.0 adalah sebagai berikut:
1. Era Society 5.0 berupaya menciptakan interaksi yang berkelanjutan untuk membangun keamanan dan kesejahteraan.
2. Upaya memfasilitasi salah satu kebutuhan hidup menurut Hirarki Kebutuhan
Maslow yaitu kebutuhan akan
penghargaan diri dapat menyelesaikan
permasalahan dalam proses pembelajaran. Upaya tersebut terjadi atas dorongan dari sikap sosial dan pemikiran secara sosial. Sehingga, calon guru seharusnya mampu memfasilitasi kebutuhan siswa atas penghargaan diri sebagai salah satu motivasi belajar siswa yang dapat membuat peserta didik tertarik terhadap pembelajaran terutama pembelajaran kimia di dalam kelas.
3. Pembelajaran kimia yang memfasilitasi kebutuhan siswa akan penghargaan diri terlihat pada skor pretest dan posttest jawaban essay test . Modul belajar kimia dengan materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan proses yang memfasilitasi kebutuhan siswa akan penghargaan diri menghasilkan skor posttest mencapai 71 dengan skor rata- rata 39. Dengan demikian, dapat berarti bahwa peserta didik tertarik dalam belajar bukan hanya media pembelajaran yang berbasis digital ataupun teknologi, tetapi juga melalui sikap sosial yang terjadi di dalam kelas.
4. Fasilitas kebutuhan akan penghargaan diri peserta didik dalam pembelajaran kimia di Era Society 5.0 dapat mempengaruhi motivasi belajar, ketertarikan dalam belajar, dan meningkatkan hasil belajar siswa.
## DAFTAR PUSTAKA
Barni, M. (2019). Tantangan Pendidik Di Era
Millennial. JURNAL TRANSFORMATIF (ISLAMIC
STUDIES) , 3(1), 99-116.
Ibda, H., & Rahmadi, E. (2018). Penguatan Literasi Baru Pada Guru Madrasah Ibtidaiyah Dalam Menjawab
Tantangan Era Revolusi Industri 4.0.
JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education , 1(1), 1- 21.
Irsan, M. (2016). Pengaruh Efikasi Diri,
Aktualisasi Diri, Perhatian Orang Tua, dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik SMP se Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng (Doctoral
dissertation, Pascasarjana).
Mardliyyah , L. (2016). Pengaruh aktualisasi diri terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI kelas VIII di MTsN kota Madiun tahun pelajaran 2015/2016 (Doctoral dissertation,
STAIN Ponorogo).
Pratiwi, A., & Asyarotin, E. N. K. (2019). Implementasi literasi budaya dan kewargaan sebagai solusi disinformasi pada generasi millennial di Indonesia.
Jurnal Kajian Informasi
&
Perpustakaan , 7(1), 65-80.
Simanjuntak, F. N. (2018). Pengembangan
Ranah Afektif Kimia melalui
Penyuluhan kepada Masyarakat. EduMatSains: Jurnal Pendidikan,
Matematika dan Sains, 3(1), 33-46
Slameto. 2003. Belajar dan Factor-Faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta : Rineka Cipta.
Syamsuar, S., & Reflianto, R. (2019).
Pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis teknologi informasi di era revolusi industri 4.0. E-Tech: Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan , 6(2).
Wibawa, R. P., & Agustina, D. R. (2019).
Peran Pendidikan Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Tingkat Sekolah Menengah Pertama di Era Society 5.0 sebagai Penentu Kemajuan
Bangsa Indonesia. EQUILIBRIUM: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Pembelajarannya , 7(2),
137-141.
Wurianto, A. B. (2019, March). Literasi Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Kewirausahaan Profesi di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 (Peluang dan Tantangan). In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 3, No. 1).
|
b92def02-2335-467b-9f21-3b60aec47f8e | https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/download/2541/2238 | DOI: https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3
Gambaran Persepsi Risiko Penyebaran Covid-19 di Tempat Kerja Pada Pekerja Hulu Migas di Lapangan Hijau PT. P
Covid-19 Risk Perception at The Workplace on Oil & Gas Upstream Workers at Hijau Field PT. P
Wahyu Dwi Astuti 1 , Dadan Erwandi 2 1,2 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia *Korespondensi Penulis : [email protected]
## Abstrak
Latar belakang: Pandemi COVID-19 membawa dampak pada sektor industri, termasuk industri hulu migas. Pekerja lapangan Hijau di PT. P tetap bekerja secara luring. Upaya pencegahan diterapkan oleh perusahaan namun kasus konfirmasi masih ditemukan, dapat dikatakan risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja tetap ada
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran persepsi pekerja terhadap risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja di Lapangan Hijau PT. P Metode: 50 pertanyaan dari 9 dimensi psikometri disebarkan secara daring kepada pekerja lapangan Hijau PT. P (n=234) di bulan April 2022. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional . Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif Hasil: Rata-rata dimensi berada pada kisaran nilai 2,35 – 3,71 (skala 4), dimensi yang memiliki nilai tertinggi adalah pengendalian risiko dengan rata-rata 3,71. Dimensi ketakutan dipersepsikan paling rendah dengan rata-rata 2,35. Persepsi risiko secara keseluruhan memiliki rata- rata 3,42 dimana 56% pekerja memiliki persepsi risiko yang baik. persepsi risiko pekerja dengan usia < 30 tahun, > 40 tahun dan pendidikan tinggi memiliki persepsi lebih baik dibandingkan pekerja dengan usia 30-40 tahun dan pendidikan menengah.
Kesimpulan : Persepsi pekerja Lapangan Hijau PT. P terhadap risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja cukup baik. Pekerja memiliki keyakinan bahwa risiko telah dapat dikontrol dengan baik dari sisi upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang diterapkan oleh perusahaan maupun individu, namun pekerja merasa bahwa risiko penyebaran COVID-19 masih cukup besar sehingga masih harus diturunkan. Perusahaan perlu tetap mempertahankan upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Evaluasi dan perbaikan strategi komunikasi dalam hal penerapan protokol kesehatan perlu difokuskan pada pekerja dengan usia 30-40 tahun dan jenjang pendidikan menengah.
Kata Kunci: Persepsi risiko, COVID-19, paradigma psikometri
## Abstract
Introduction: COVID-19 pandemic has impacted all types of industries, including oil & gas industry. In spite of that, workers of Hijau Field at PT. P still work offline. Despite company’s policies to prevent the spread of COVID-19 have been implemented, COVID-19 cases are still found in the workplace, means that the risk of spread of COVID-19 in the workplace is still present
Objective: This study aimed to describe COVID-19 risk perception at workplace on oil and gas workers at Hijau Field PT. P Methods: 50 questions were launched online to employees in Hijau Field PT. P (n=234) using 9 psychometric dimensions with cross-sectional study design. The data were analyzed with descriptive statistic
Results: The dimensions’ average lies between 2.35-3.71 (scale 4), with the highest dimension being Risk Control with average 3.71. Fear dimension is perceived the lowest with the average 2.35. Overall risk perception average is 3.42 where 56% of workers have good risk perception. Risk perception of workers below 30 years old, above 40 years old, and higher education is better than workers that in the age between 30-40 years old and middle education.
Conclusion: Perception of workers of Hijau Field PT. P towards the risk of spread of COVID-19 in the workplace is good. Workers are of the opinion that the risk is controlled adequately by the efforts implemented by company and individuals. However, workers still consider that the risk of spread of COVID-19 still considerable to be reduced. The company has to maintain the efforts of preventing spread of COVID-19. Communication in the risk of spread of COVID-19 should be focused on workers with the age range 30-40 years old and middle education
Keywords: Risk perception, COVID-19, psychometric paradigm
ISSN 2597 – 6052
## MPPKI
Research Articles
## Open Access
## Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
The Indonesian Journal of Health Promotion
## MPPKI (Juli, 2022) Vol. 5. No. 7
## PENDAHULUAN COVID-19
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO memberi peringatan akan adanya klaster pasien pneumonia di kota Wuhan, Provinsi Hubei China. Satu minggu kemudian, pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China mengkonfirmasi bahwa mereka mengidentifikasi virus Corona baru penyebab pneumonia dan kemudian dinamai "virus COVID-19". WHO mengumumkan wabah COVID-19 sebagai sebuah pandemi pada 11 Maret 2020. Sejak saat itu, kasus COVID-19 terus bertambah di seluruh dunia.
Indonesia pun tidak terbebas dari COVID-19, dengan laporan kemunculan penyakit mulai Februari 2020, penularan penyakit terus terjadi (1). Dikutip dari situs Satuan Tugas Penanganan COVID-19, per 22 Februari 2022, jumlah kasus positif COVID-19 mencapai 5,289,414 kasus, dengan 4,593,185 (86,8%) kasus sembuh dan 146,798 (2.7%) meninggal dunia.
Varian virus corona B.1.617.2 yang pertama kali ditemukan di India pada bulan Oktober 2020 yang dikenal dengan varian Delta. Sampai dengan bulan Juni 2021 varian ini telah merebak sedikitnya di 62 negara termasuk Indonesia (2). Varian B.1.1529 pertama kali dilaporkan ke WHO oleh peneliti di Afrika Selatan pada 24 November 2021. Pada 26 November 2021, WHO menetapkan varian ini sebagai Variant of Concern (VoC), dan diberi nama Omicron. Dunia sangat khawatir dengan penyebaran varian B.1.1529 dikarenakan varian ini memiliki setidaknya 50 mutasi dengan 32 mutasinya berada pada spike protein, bagian virus yang masuk ke tubuh manusia. Sebagai perbandingan, varian delta “hanya” memiliki 10 mutasi pada spike protein. Varian ini juga meningkatkan faktor risiko terjadinya reinfeksi (orang yang pernah terkena COVID-19 mungkin terkena kembali). Tingkat infeksi COVID-19 di Afrika Selatan meningkat tajam bertepatan dengan penemuan varian ini (3). Sampai dengan bulan Desember 2021, omicron telah merebak di 77 negara di dunia (4).
Pandemi COVID-19 membawa dampak pada sektor industri, termasuk industri hulu migas. Pekerja lapangan Hijau di PT. P tetap bekerja secara luring karena kebutuhan operasional sehingga tidak dapat dilakukan secara daring. Upaya pencegahan diterapkan oleh perusahaan namun kasus konfirmasi masih ditemukan sehingga dapat dikatakan bahwa risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja tetap ada.
Menjelang akhir tahun 2020, program vaksinasi terhadap COVID-19 dimulai dan secara substansial mengurangi masalah terkait penyebaran virus. Selanjutnya, tantangan bagi pembuat kebijakan adalah mendorong orang untuk menerima vaksin dan, pada saat yang sama, mempromosikan kepatuhan terhadap pola kebiasaan baru.
## Persepsi Risiko
Persepsi risiko merupakan proses dimana suatu individu menginterpretasikan informasi mengenai risiko yang mereka terima. Persepsi terhadap penularan COVID-19 dapat dipengaruhi diantaranya pengetahuan (5), ketakutan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, pekerjaan (6) dan identitas politik (7) (8).
Penelitian ini merujuk pada model teoritis persepsi risiko berdasarkan penelitian Slovic yang mengungkapkan multidimensi karakteristik persepsi risiko Model teoretis ini menggambarkan karakteristik persepsi risiko dalam bentuk spasial model dengan sembilan dimensi (9) (10) yang dapat dilihat pada gambar 1. Dalam model, dimensi digunakan untuk mengevaluasi suatu risiko dapat dilihat berdasarkan karakteristik risiko dan persepsi risiko dikuantifikasi untuk membentuk peta kognitif risiko.
Dalam pandangan Slovic, penelitian persepsi risiko dapat diwujudkan dengan menggunakan paradigma psikometrik (10). Penilaian persepsi risiko ini menggunakan metode ilmiah yang sederhana dan efektif untuk menilai persepsi risiko pekerja sehingga dapat memberikan arahan dalam mengambil tindakan efektif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja (11).
Sembilan paradigma psikometri tersebut adalah dimensi kesukarelaan terhadap risiko, kesegeraan dampak, pemahaman terhadap risiko berdasarkan pengalaman, potensi dampak risiko, ketakutan, keparahan risiko, pengetahuan terhadap risiko dan pengendalian risiko dan kebaruan risiko.
Berdasarkan model persepsi risiko, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi persepsi pekerja industri hulu migas tentang risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja dari berbagai aspek yaitu dengan menggunakan sembilan dimensi paradigma psikometri.
## MPPKI (Juli, 2022) Vol. 5. No. 7
Gambar 1. Model teoritis multidimensi dari persepsi risiko (11)
## Persepsi Risiko dan COVID-19
Persepsi risiko merupakan hal yang penting karena melalui persepsi risiko dapat diketahui bagaimana perilaku serta tindakan pekerja terhadap bahaya di sekelilingnya. Perilaku dan tindakan dalam menghadapi bahaya akan terbentuk berdasarkan persepsi yang timbul dari waktu ke waktu akibat interaksi yang terjadi antara pekerja dengan lingkungannya. Melalui tindakan dan perilaku yang terbentuk kemudian muncul pola perilaku dan kebiasaan dalam menghadapi bahaya yang ada di lingkungan mereka (Venables et al, Lavigne et al dalam (12)). Pandemi COVID-19 adalah contoh peristiwa berisiko yang mengandung faktor ini yang dapat menimbulkan emosi yang kuat pada manusia (7).
Sebuah studi baru-baru ini menegaskan bahwa ketika persepsi risiko COVID-19 meningkat, demikian pula niat untuk menerima vaksin (Caserotti et al., 2021 dalam (13)). Kepatuhan terhadap norma perilaku yang ditentukan dan penerapan tindakan pencegahan dan perlindungan dikendalikan oleh persepsi risiko terkait virus (Capone et al., 2020; Wise et al., 2020 (13). Adapun vaksinasi flu, persepsi risiko rendah, keraguan tentang efektivitas vaksin, dan ketakutan akan efek samping adalah alasan paling umum untuk penolakan (Lehmann et al., 2014 dalam (13).
## METODE
Kuesioner persepsi risiko diadaptasikan berdasarkan penelitian persepsi risiko menggunakan paradigma psikometri dan jurnal terkait persepsi risiko terhadap COVID-19. Sebanyak 50 pertanyaan dari 9 dimensi psikometri ditanyakan secara daring kepada pekerja Lapangan Hijau PT. P (n=234). Jumlah sampel untuk uji validitas dan
reliabilitas sebesar ditetapkan sebesar 50 sampel. Kuesioner diukur dengan skala likert 4 poin (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju), skor tinggi menunjukkan persepsi yang baik.
Kuesioner dinyatakan valid bila r Hitung > rTabel (0,279 pada n=50) serta reliable bila nilai Cronbach’s α > 0.7
## HASIL
Hasil dari uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa butir kuesioner tentang persepsi risiko memiliki kisaran corrected item-total correlation antara 0,351 – 0,695 ( valid ) dan nilai Cronbach’s α antara 0,927 – 0,929 ( reliable ). Keseluruhan butir kuesioner persepsi risiko dan kecemasan dapat dipergunakan dalam penelitian.
Distribusi responden menurut usia, tingkat pendidikan dan level jabatan yang diperoleh dari responden disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi seperti pada tabel.
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan level jabatan (n=234)
Karakteristik Responden n % < 30 tahun 34 14.5 Usia 30 – 40 tahun 88 37.6 >40 tahun 112 47.9 Tingkat Pendidikan Menengah 149 63.7 Tinggi 85 36.3 Level Jabatan Frontliner 174 74.4 Site Management 60 25.6 Analisis Univariat Tabel 2. Mean dan SD dari paradigma psikometri No Dimensi Paradigma Psikometri Mean SD 1 Kesukarelaan terhadap risiko 3,67 0,42 2 Kesegeraan Dampak 3,51 0,46 3 Pemahaman Terhadap Risiko Berdasarkan Pengalaman 3,42 0,48 4 Potensi Dampak Risiko 3,44 0,53 5 Ketakutan 2,35 0,7 6 Keparahan Risiko 3,35 0,6 7 Pengetahuan Terhadap Risiko 3,64 0,43 8 Pengendalian Risiko 3,71 0,41 9 Kebaruan Risiko 3,43 0,48 Persepsi Risiko 3,42 0,35
## MPPKI (Juli, 2022) Vol. 5. No. 7
42,3 57,7 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Tertunda Segera P ER SE N TA SE ( % ) KESEGERAAN DAMPAK 44 56 0 20 40 60 80 100 Tidak tahu tahu P ER SE N TA SE ( % ) PEMAHAMAN RISIKO BERDASARKAN PENGALAMAN 42,3 57,7 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 P ER SE N TA SE ( % ) POTENSI DAMPAK RISIKO 41,5 58,5 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Biasa Menakutkan A X IS T IT LE KETAKUTAN 43,2 56,8 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Tidak parah Parah P ER SE N TA SE ( % ) KEPARAHAN RISIKO 41,5 58,5 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Tidak tahu Tahu A X IS T IT LE PENGETAHUAN TERHADAP RISIKO 29,9 70,1 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Tidak dapat dikontrol Dapat dikontrol P ER SE N TA SE ( % ) PENGENDALIAN RISIKO 50,4 49,6 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Baru Lama P ER SE N TA SE ( % ) KEBARUAN RISIKO 44 56 0 20 40 60 80 100 Tinggi Rendah P ER SE N TA SE ( % ) PERSEPSI RISIKO
40,6 59,4 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Terpaksa Sukarela P ER SE N TA SE ( % ) KESUKARELAAN TERHADAP RISIKO
Gambar 3 Persepsi risiko pekerja berdasarkan usia Gambar 4 Persepsi risiko pekerja berdasarkan pendidikan
## Gambar 5 Persepsi risiko pekerja berdasarkan jabatan
## PEMBAHASAN Gambaran Persepsi Risiko Berdasarkan Paradigma Psikometri Kesukarelaan terhadap risiko
Hasil analisis diperoleh bahwa sebanyak 59,4% (n=139) responden menerima dengan sukarela, sedangkan 40,6 % (n=95) responden merasa terpaksa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pekerja cenderung menerima risiko penyebaran COVID-19 yang ada di tempat kerja.
Pekerja merasa sukarela karena menurut mereka dengan upaya pengendalian COVID-19 yang diterapkan oleh perusahaan, mereka merasa risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja dapat mereka tolerir. Pekerja tidak merasa terpaksa menjalankan protokol kesehatan yang diterapkan perusahaan dan mereka pun bersedia untuk selalu mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan yang diterapkan oleh perusahaan.
Dengan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang diterapkan, pekerja memilih untuk tetap bekerja di perusahaan walaupun masih terdapat risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja karena merasa risiko tersebut sudah dikelola dengan baik.
Berdasarkan (10), orang akan dapat mentolerir risiko dari aktifitas/ kejadian ketika mereka menerima risiko tersebut secara sukarela walaupun risiko tersebut lebih besar dibandingkan ketika mereka merasa terpaksa.
## Kesegeraan Dampak
Hasil analisis didapat sebanyak 57.7% (n=135) pekerja menganggap bahaya COVID-19 bersifat segera, sedangkan 42,3% (99) responden merasa efek bersifat tertunda.
Sebagian besar pekerja memiliki persepsi yang baik yakni menilai bahwa efek dari risiko yang dihadapi bersifat tinggi, cepat dan langsung mereka rasakan.
Pekerja menilai bahwa penyebaran COVID-19 merupakan kejadian yang sangat cepat, penyebarannya bisa saja tidak terduga, dampaknya langsung mereka rasakan, dan jika terinfeksi dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Dengan persepsi tersebut pekerja memilih untuk segera menjauh dari rekan kerja yang terpapar COVID-19 agar tidak tertular dan menambah luas penyebaran COVID-19 di tempat kerja.
Persepsi Risiko N % Rendah 103 44 Tinggi 131 56
Jumlah 234 100 45,4 50 54,6 50 0 10 20 30 40 50 60 Frontliner Site Management P er se nt as e (% ) Level Jabatan Persepsi Risiko Kurang baik Baik 47,06 52,27 41,96 52,94 47,73 58,04 0 20 40 60 80 100 < 30 tahun 30-40 tahun > 40 tahun P er se na ts e (% ) Usia Persepsi Risiko Kurang Baik Baik 47,65 44,3 52,35 55,7 0 20 40 60 80 100 Menengah Tinggi P er se nt as e (% ) Tingkat Pendidikan Persepsi Risiko Kurang Baik Baik
## MPPKI (Juli, 2022) Vol. 5. No. 7
Tingkat kewaspadaan seseorang akan meningkat ketika efek yang dirasakan bersifat saat itu juga. Hal itu juga berlaku sebaliknya, ketika efek yang dirasakan lambat, maka tingkat kewaspadaan akan menurun (14).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tejamaya et.al (15) terkait dengan persepsi masyarakat tentang COVID-19, dimana mayoritas responden (91,4%, n=953) meyakini bahwa virus ini menyebar dengan sangat cepat (berkisar antara menyebar dalam beberapa hari sampai segera).
## Pemahaman Terhadap Risiko Berdasarkan Pengalaman
Gambaran pemahaman risiko berdasarkan pengalaman menunjukkan 56% (n=131) pekerja memiliki persepsi yang tinggi. Persepsi dikatakan tinggi jika pekerja mampu menafsirkan dengan baik faktor-faktor risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja, mengetahui dan memahami segala sesuatu yang dapat menyebabkan dan mencegah penyebaran tersebut.
Persepsi ini didukung oleh pengalaman pekerja, baik berdasarkan pengalaman sendiri, sering melihat rekan kerja yang terpapar COVID-19 di tempat kerja, berdasarkan upaya penanggulangan COVID-19 yang dilakukan oleh perusahaan juga dengan adanya informasi yang diberikan perusahaan terkait risiko penyebaran COVID-19 secara intens.
Fakta bahwa 68% (n=159) pekerja sudah pernah terinfeksi COVID-19 diyakini mendukung persepsi yang tinggi dalam dimensi ini, sebagaimana juga penelitian yang dilakukan oleh Dryhurst, et al., 2020 (8) yang menyatakan persepsi risiko lebih tinggi pada orang yang pernah terinfeksi COVID-19.
## Potensi Dampak Risiko
Potensi dampak merupakan sifat dari suatu aktifitas yang mengakibatkan dampak ke satu orang atau banyak orang dalam satu waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,7% (n=135) pekerja memiliki persepsi risiko yang tinggi yang berarti pekerja merasa bahwa bahaya penyebaran COVID-19 di tempat kerja dianggap berdampak pada banyak orang dalam satu waktu. Pekerja menilai bahwa jika mereka terinfeksi COVID-19 maka akan menimbulkan konsekuensi yang besar dalam pekerjaan mereka, penularan COVID-19 dapat berdampak pada banyak orang di tempat kerja, jika terjadi kasus konfirmasi COVID-19 di tempat kerja maka orang yang terinfeksi tidak hanya satu orang.
Pekerja menilai bahwa pandemi COVID-19 dapat menyebabkan banyak kematian dalam satu waktu, dan mereka merasa bahwa rekan kerja mereka dapat menjadi korban apabila mereka lalai dalam mengikuti protokol kesehatan di tempat kerja
## Ketakutan
Setiap risiko memicu reaksi pekerja dalam menghadapinya, baik itu perasaan biasa maupun rasa takut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,5% (n=137) pekerja memiliki persepsi risiko yang tinggi, dimana pekerja menilai bahwa bahaya COVID-19 merupakan risiko sesuatu yang menakutkan.
Pekerja masih merasa kuatir terpapar COVID-19 di tempat kerja maupun melihat rekan kerja terinfeksi, juga masih terdapat kekuatiran jika COVID-19 akan terus menyebar di tempat kerja, walaupun mereka tidak merasa lebih mudah terinfeksi dibanding orang lain. Ketika pekerja menilai risiko ini menakutkan maka mereka merasa bahwa risiko ini masih cukup besar sehingga harus segera dihindari.
Berdasarkan (10), semakin tinggi skor pada faktor ini, semakin tinggi risiko yang dirasakan, semakin banyak orang ingin melihat risikonya berkurang dan semakin mereka ingin melihat peraturan diterapkan untuk mencapai pengurangan risiko yang diinginkan.
## Keparahan Risiko
Hasil penelitian menunjukkan 56.8% (n=133) pekerja memiliki persepsi yang tinggi yang berarti pekerja menilai bahwa risiko penyebaran COVID-19 dapat berakibat fatal pada pekerja.
Pekerja menilai bahwa pandemi COVID-19 memiliki dampak yang sangat serius di tempat kerja, terinfeksi COVID-19 bersifat fatal yang dapat mengakibatkan kematian. Pekerja merasa mereka bisa saja terinfeksi COVID- 19 di tempat kerja dan meninggal dunia.
Persepsi ini dianggap baik karena pekerja merasa penyebaran COVID-19 akan bertambah parah apabila mereka lalai dalam mengikuti protokol kesehatan di tempat kerja, memahami bahwa penyebaran COVID-19 di tempat kerja dapat merugikan pekerja secara materiil dan mental, pekerja juga menilai bahwa penyebaran COVID-19 di tempat kerja dapat merugikan keluarga mereka.
## MPPKI (Juli, 2022) Vol. 5. No. 7
Catatan dari lapangan Hijau menunjukkan terdapat kasus kematian baik pada periode virus delta (Juli – September 2021) maupun periode virus omicron (Januari – Februari 2022). Walaupun dari kasus kematian selalu dibarengi dengan penyakit penyerta, namun fakta ini dapat mendukung persepsi pekerja yang menganggap tingkat keparahan risiko dapat berakibat fatal sehingga memunculkan kesadaran untuk selalu berhati-hati dalam menghadapi risiko ini mematuhi protokol kesehatan yang diwajibkan perusahaan baik saat terlihat maupun tidak terlihat.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tejamaya et.al (15) terkait dengan persepsi masyarakat tentang COVID-19, dimana mayoritas responden (77%, n=803) meyakini bahwa keparahan dari risiko ini berkisar dari parah sampai sangat parah.
## Pengetahuan Terhadap Risiko
Hasil penelitian menunjukkan 58,5% (n=137) pekerja memiliki persepsi yang tinggi yang berarti pekerja menilai bahwa mereka paham terhadap risiko penyebaran COVID-19 berdasarkan informasi dan pengetahuan yang mereka miliki.
Pekerja menilai bahwa pekerjaan mereka berisiko terhadap paparan COVID-19, hal ini disebabkan pekerja lapangan harus berinteraksi secara langsung dengan pekerja lain, namun dalam hal kondisi pandemi beberapa pencegahan dilakukan seperti physical distancing , meminimalisir durasi interaksi, tidak berkerumun dan sebagainya. Pekerja merasa bahwa perusahaan telah memberi tahu mereka mengenai risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja dan upaya pencegahannya, pekerja mendapat informasi mengenai risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja melalui surat kabar, majalah, poster, brosur, video, dll.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hedima, et al., 2020 (5), persepsi risiko yang tinggi ditunjukkan dengan pengetahuan yang baik terkait COVID-19 dan tindak pencegahannya.
## Pengendalian Risiko
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70,1% (n=164) pekerja merasa bahwa risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja sudah dapat dikontrol. Pekerja memiliki keyakinan bahwa risiko telah dapat dikontrol dengan baik dari sisi perusahaan maupun individu. Pekerja menilai bahwa perusahaan telah membuat dan menerapkan sistem pencegahan COVID-19 di tempat kerja. Persepsi seseorang menjadi tinggi ketika dia merasa suatu risiko dianggap berada di bawah kendali mereka. Ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi menciptakan perasaan tidak berdaya dan tidak mampu (16). Pekerja memiliki kesadaran untuk selalu menerapkan protokol kesehatan 5M (menjaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas) dan memiliki keyakinan bahwa rekan kerja mereka juga melakukan hal yang sama.
Pekerja tidak ragu untuk melaporkan kepada atasan ketika mengetahui dugaan paparan COVID-19 pada diri sendiri maupun rekan kerja. Pekerja merasa bahwa risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja bisa diminimalisir dan merasa bahwa COVID-19 di tempat kerja sudah dapat ditangani dengan baik. Konsistensi dan sikap tegas perusahaan terhadap peraturan yang ditetapkan mendukung persepsi ini. Pekerja yang tidak memenuhi ketentuan perusahaan seperti kewajiban karantina, vaksin 1, 2 dan booster tidak diizinkan untuk bekerja ke lapangan. Begitupun dengan pekerja yang memiliki indikasi ILI ( Influenza Like Illness ) akan segera dievakuasi keluar dari lapangan dan dikarantina sampai hasil pemeriksaan keluar.
## Kebaruan Risiko
Tingkat kebaruan risiko mempengaruhi kewaspadaan individu dalam aktivitasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 118 pekerja (50,4%) memiliki persepsi risiko yang rendah untuk kebaruan risiko. Walaupun pekerja menilai bahwa mereka sudah pernah mendengar tentang kejadian infeksi COVID-19 dan merasa bahwa sosialisasi terkait upaya pengendalian COVID-19 di tempat kerja sudah cukup baik, namun pekerja masih menilai risiko ini sebagai sesuatu yang baru. Dalam bekerja sehari-hari pekerja menganggap kejadian penyebaran COVID-19 bukan merupakan hal yang biasa.
## Gambaran Persepsi Risiko Berdasarkan Usia, Tingkat Pendidikan dan Level Jabatan
Persepsi risiko dipengaruhi oleh berbagai faktor individual. Dalam penelitian ini faktor sosio-demografi yang mempengaruhi adalah usia, tingkat pendidikan dan level jabatan.
Berdasarkan usia, pekerja < 30 tahun menunjukkan 52,95% (n=18) persepsi baik, pekerja 30-40 tahun menunjukkan 52,27% (n=46) memiliki persepsi kurang baik sedangkan pekerja > 40 tahun menunjukkan 58,04% (n=65) memiliki persepsi baik. Persepsi risiko pekerja dengan usia < 30 tahun dan > 40 tahun lebih baik dibanding pekerja usia 30-40 tahun. Persepsi yang baik menunjukkan tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi yang didukung oleh fakta bahwa pada awal terjadinya pandemi di Indonesia, kasus sangat umum terjadi pada populasi yang lebih
muda dan tingkat kematian lebih tinggi pada populasi yang lebih tua (15). Penelitian Hedima, 2020 (5) mengatakan persepsi risiko lebih tinggi pada responden yang lebih tua, namun lebih rendah pada golongan usia yang lebih muda.
Berdasarkan tingkat pendidikan, 52,35% (n=78) pekerja dengan pendidikan menengah memiliki persepsi baik, 55,7% (n=83) pekerja dengan pendidikan tinggi memiliki persepsi baik. Persepsi risiko pekerja dengan pendidikan tinggi lebih baik dibanding pekerja dengan pendidikan menengah. Pekerja dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi diyakini memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi yang kredibel dan studi yang akurat terkait risiko penyebaran COVID-19 dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Arjasa, 2015 (12), Anggoro, 2015 (17) dan Hedima, 2020 (5).
Berdasarkan level jabatan, 54,6 % (n=95) pekerja kategori frontliner memiliki persepsi baik sementara untuk posisi site management berimbang antara pekerja yang memiliki persepsi baik dan kurang baik. Persepsi yang baik pada pekerja frontliner menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang ada sudah cukup efektif, pekerja menerima aturan dan upaya pencegahan sebagai kewajiban yang harus dijalankan dan bahwa konsekuensi dari pelanggaran harus benar-benar dihindari.
Walaupun berdasarkan (14) beberapa studi menunjukkan latar belakang atau faktor sosio-demografi memiliki hubungan yang tidak terlalu kuat dengan persepsi risiko dan bahwa paradigma psikometri merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana pandangan seseorang terhadap risiko dan merupakan penelitian yang bersifat subyektif yang berarti menitikberatkan dengan pandangan masing-masing individu terkait dengan risiko (16), hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan strategi komunikasi oleh Perusahaan dalam hal kampanye penerapan protokol kesehatan terutama pada pekerja dengan usia 30-40 tahun dan jenjang pendidikan menengah. Observasi yang lebih mendalam diperlukan pada level jabatan site management untuk meningkatkan persepsi risiko menjadi lebih baik.
## KESIMPULAN
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dimensi yang diamati berada pada kisaran nilai 2,35 – 3,71 dengan skala 4. Persepsi risiko secara keseluruhan memiliki rata-rata 3,42. Hal tersebut menunjukkan persepsi pekerja cukup baik terhadap risiko penyebaran COVID-19 di tempat kerja
Berdasarkan dimensi paradigma psikometri, dimensi yang memiliki nilai tertinggi adalah pengendalian risiko dengan rata-rata 3,71, hal ini menunjukkan pekerja memiliki keyakinan bahwa risiko telah dapat dikontrol dengan baik dari sisi perusahaan maupun individu. Dimensi ketakutan diketahui merupakan dimensi yang dipersepsikan paling rendah dengan rata-rata 2,35 yang menunjukkan bahwa pekerja merasa bahwa risiko penyebaran COVID-19 masih cukup besar sehingga risiko ini masih harus diturunkan.
Berdasarkan dimensi paradigma psikometri, 8 dari 9 dimensi menunjukkan sebagian besar pekerja memiliki persepsi baik yaitu kesukarelaan terhadap risiko, kesegeraan dampak, pemahaman terhadap risiko berdasarkan pengalaman, potensi dampak risiko, ketakutan, keparahan risiko, pengetahuan terhadap risiko dan pengendalian risiko, sementara dimensi kebaruan risiko termasuk dalam kategori persepsi rendah.
Persepsi risiko pekerja dengan usia < 30 tahun dan > 40 tahun dan tingkat pendidikan tinggi memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan pekerja dengan usia 30-40 tahun dan tingkat pendidikan menengah.
Perusahaan perlu tetap mempertahankan upaya yang dilakukan dalam mencegah penyebaran COVID-19 di tempat kerja. Strategi komunikasi dan perhatian perlu diberikan kepada pekerja dengan usia 30-40 tahun dan pendidikan menengah.
## DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesia BNPB & Universitas. Pengalaman Indonesia dalam Menangani Wabah COVID-19. 1st ed. Jakarta; 2020.
2. Kompas. Mengenal Varian Virus Corona Delta. Jakarta: Kompas; 2021.
3. CISDI. Waspada Omicron B.1.1.529: SARS-CoV-2. Jakarta: CISDI; 2022.
4. WHO. who.int. [Online].; 2021 [cited 2022 02 15. Available from: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/media-resources/science-in-5/episode-63-- -omicron-variant .
5. Hedima EW, Michael SA, David EA. Knowledge and Risk Perception of The Novel Coronavirus Disease 2019 Among Adult Nigerians: A Cross-Sectional Study. 2020.
6. Taghrir MH, Borazjani R, Shiraly R. COVID-19 and Iranian Medical Students; A Survey on Their Related- Knowledge, Preventive Behaviors and Risk Perception. Archieve of Iranian Medicine. 2020; 23(4): 249-254.
7. Wong JCS, Yang JZ. Beyond party lines: the roles of compassionate goals, affect heuristic, and risk perception on Americans’ support for coronavirus respon measuresse. Journal of Risk Research. 2020.
8. Dryhurst S, Schneider CR, Kerr J, Freeman ALJ, Recchia G, Bles AMvd, et al. Risk perceptions of COVID- 19 around the world. Journal of Risk Research. 2020.
9. Slovic P. Perception of Risk: Reflections of Psychometric Paradigm. In Golding D, Krimsky S. Theories of Risks. Eugene: Praeger; 1990.
10. Slovic P. The Perception of Risk. London: Earthscan Publication Ltd; 2000.
11. Shen Z, Zhong Z, Xie J, Ding S, Li S, Li C. Development and psychometric assessment of the public health emergency risk perception scale: Under the outbreak of COVID-19. International Journal of Nursing Sciences. 2021;: 87-94.
12. Arjasa YR. Analisis Persepsi Risiko Keselamatan terhadap Pekerja Perawatan dan Pemanenan di Perkebunan Kelapa Sawit PT. X, Pontianak, Kalimantan Barat dengan Menggunakan Paradigma Psikometri. Jakarta:; 2015.
13. Capone V, Donizzetti AR, Park MSA. Validation and Psychometric Evaluation of the COVID-19 Risk Perception Scale (CoRP): a New Brief Scale to Measure Individuals’ Risk Perception. International Journal of Mental Health and Addiction. 2021.
14. Sjoberg L, Bjorg Elin Moen TR. Explaining risk perception, An evaluation of the psychometric paradigm in risk perception research. Trondheim: Rotunde; 2004.
15. Tejamaya M, Widanarko B, Erwandi D, Putri AA, Sunarno S, Irawan IMA, et al. Risk Perception of COVID- 19 in Indonesia during the First Stage of Pandemic. 2021; 9(21 October 2021).
16. Schmidt M. Investigating risk perception: a short introduction. Vienna; 2004.
17. Anggoro DK. Kajian Persepsi Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Tambang Permukaan PT. S Tahun 2015. Depok: Universitas Indonesia; 2016.
|
16bce9c2-2339-4be5-a23c-e575ff0a4875 | https://journal.moestopo.ac.id/index.php/pustakom/article/download/2620/1231 |
## KONFORMITAS DAN KOHESIVITAS SEBAGAI MANAJEMEN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA WARGA TIONGHOA DI KABUPATEN BOGOR
Agus Hitopa Sukma 1 , Misnan Misnan 2 , Iswahyu Pranawukir 3*
Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957, Jakarta, Indonesia * [email protected]
## Abstract
The purpose of research is to know the cultural ethnic cohesiveness in the conformity of local wisdom, a study of social construction and management of intercultural communication among Chinese citizens in Bogor Regency. By using qualitative descriptive method and analysis, the several findings were obtained. First, in the Chinese Village of Inkopad-Inkopol, West Bogor, the cultural cohesiveness has been initiated since the colonial era, through a family approach. The conformity of local wisdom is shown by the involvement of ethnic Chinese in "abangan" Islamic worship. Second, in the Chinese Community Housing Cinere Depok, the cohesiveness is more visible on the socio-economic side. When the Chinese community shows their simplicity of living in a rural village, there is an interaction of closeness and togetherness. There is a kind of inclusiveness. The local cultural conformity is shown through the mixed of Chinese citizens in supporting social and cultural activities. Third, at the Wihara Amurwa Bhumi Cibinong, Chinese Ethnic Communication Forum, the Chinese are more dominant in showing their organizational character and ancestral culture that they continue to fight for. The cultural cohesiveness occured precisely in an exclusivity strategy. As a result, the exclusivity gave birth to uniqueness, which turned out to be a kind of tourist attraction for the surrounding community. This area is actually very well known for its ethnic performances.
## Keywords: conformity, cohesiveness, intercultural communication, Tionghoa of Bogor
## Abstrak
Tujuan penelitian ingin mengetahui kohesivitas kultural etnik dalam konformitas kearifan lokal, yang merupakan studi tentang konstruksi sosial dan manajemen komunikasi antarbudaya warga Tionghoa di Kabupaten Bogor. Melalui metode penelitian dan analisis deskriptif kualitatif, didapatkan beberapa hasil temuan. Pertama , di Perkampungan Tionghoa Keturunan Inkopad-Inkopol Bogor Barat, kohesivitas budaya sudah dirintis sejak jaman penjajahan, melalui pendekatan kekeluargaan. Konformitas kearifan lokal ditunjukkan oleh keterlibatan etnik Cina dalam peribadatan bernada Islam “abangan”. Kedua , di Perumahan Komunitas Tionghoa Cinere Depok, kohesivitas lebih tampak pada sisi sosial ekonomi. Ketika komunitas Cina/Tionghoa menunjukkan kesederhanaannya bermukim pada kampung pedesaan sehingga terjadi interaksi kedekatan dan kebersamaan. Artinya, terjadi semacam inklusivitas. Konformitas budaya lokal ditunjukkan melalui berbaurnya warga Cina dalam mendukung kegiatan- kegiatan sosial budaya kemasyarakatan. Ketiga , di Forum Komunikasi Etnis Tionghoa wihara Amurwa Bhumi Cibinong, etnis Tionghoa lebih dominan menunjukkan karakter keorganisasiannya dan budaya leluhur yang terus diperjuangkan. Kohesivitas budaya terjadi justru dalam strategi eksklusivitas. Akibat eksklusivitas ini melahirkan keunikan, yang ternyata membuat semacam daya tarik wisata masyarakat sekitar. Wilayah ini justru sangat dikenal dengan pertunjukan etniknya.
Kata kunci: konformitas, kohesivitas, komunikasi antarbudaya, Tionghoa Bogor
## PENDAHULUAN
Collins dan Raven (Lagu, 2016) menyebut kohesivitas sebagai kekuatan yang mampu mendorong seorang anggota
kelompok masyarakat tetap menempati domisilinya tanpa meninggalkan lingkar kelompok yang telah menjadi lingkungan sosialnya. Dengan kata lain, kohesivitas
merupakan kondisi yang mengikat seorang anggota menjadi nyaman dan tidak memiliki alasan tertentu untuk meninggalkan kelompok tersebut atau mencari kelompok yang baru. Hal ini terjadi pada semua strata ekonomi, dari kalangan atas sampai kalangan yang tidak berpenghasilan. Kohesivitas antara pengangguran misalnya, pada akhirnya membentuk kampung pengemis. Di daerah perkotaan hal ini merupakan fenomena wajar, mengingat problema pengangguran serta kemiskinan merupakan masalah besar harus dihadapi bangsa Indonesia. (Nurdin et al., 2020)
Sampai era pasca reformasi, warga Tionghoa yang merasa nyaman mengekspresikan budaya aslinya dengan tetap merasakan keamanan sosial, terus mengembangkan pola komunikasi antarbudaya di segala aspek kemasyarakatan. Bahkan dalam hal tertentu, budaya yang ditunjukkan menjadi keunikan, yang diterima oleh masyarakat sekitar tanpa penolakan. Budaya mereka tumbuh dalam harmoni. Tidak ada konflik akibat praktik budaya yang ditunjukkan. Artinya, secara sederhana warga Tionghoa dapat melakukan kompromi dan menjalin kerekatan (kohesif) dengan lapisan masyarakat dan lingkungan sosial dimana mereka berdomisili.
Konformitas merupakan kata sifat dari kompromi yang berkaitan dengan efek sosial (Lubis et al., 2020) Efek ini berdampak secara personal, sehingga individu yang dimaksud berupaya melakukan perubahan terhadap tingkah laku/sikap dirinya sendiri dengan tujuan menyesuaikan diri terhadap norma sosial tempat dia tinggal (Philipus, 2018). Sehingga, konformitas kearifan lokal (Lubis et al., 2020) adalah upaya warga Tionghoa yang sama sekali tidak keberatan mengikuti sebagian budaya lokal, namun tetap tidak kehilangan kekhasan budaya Tionghoa asli. Demikian, terminologi judul, yang terkait erat dengan manajemen komunikasi antarbudaya warga Tionghoa.
Melihat substansi komunikasi antarbudaya tidak terlepas dari eksistensi
manusia yang memang sudah diliputi “konflik” antarbudaya. Keberadaan manusia tidak dapat dilepaskan dari dua hal, yaitu keterbatasan dan ketakterbatasan (Gorda & Anggria Wardani, 2020). Dari sisi keberadaannya secara fisik dan kewilayahan, manusia sangat terbatas, karena dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam area budaya, dimana manusia tinggal maka di situlah konflik budaya terjadi. Konflik ini dalam konteks rendah ketika manusia tersebut lahir dan menetap di tanah kelahirannya. Hal itu akan berbanding terbalik jika manusia itu “merantau” kemudian mendiami wilayah budaya “orang lain”. Yang kemudian terjadi adalah unsur keterbatasan pribadi yang harus menghargai orang lain. Pada sisi inilah terjadi konformitas, demi ketahanan hidup. Di lain pihak, unsur ketakterbatasan manusia tidak pernah menghilang begitu saja, termasuk dalam hal pembawaan budaya. Dimanapun mereka tinggal mereka tetap ingin mengaktualisasikan budaya aslinya dalam kehidupan sehari-hari, terlebih lagi jika mereka hidup dalam sebuah komunitas. Ikatan ini menciptakan kohesivitas, sebuah keinginan untuk tetap menjaga dan melestarikan sisi komunal dengan tetap menjaga konformitasnya.
Konformitas demi ketahanan hidup dan kohesivitas bukan merupakan sesuatu yang akan lepas dan berjalan, mengalir begitu saja. Di dalamnya akan berdinamika dalam konflik. Konformitas akan berbentuk perjuangan man against environment , yakni pribadi dengan lingkungan budaya lain, sementara itu kohesivitas akan berbentuk perjuangan man against himself , yakni emosionalitas budaya ibu yang selelau menuntut kanalisasinya. Selanjutnya, antara konformitas dan kohesivitas akan pula berbentuk perjuangan man against man karena akan selalu dalam konteks diterima atau ditolak dengan terus berdinamika dengan tuntutan ideologi, sosial, budaya ataupun hukum. Jika pelaku konformitas dan kohesivitas adalah pihak minoritas, maka
unsur ketahanan hidup yang dimaksud tidak akan dapat dilepaskan dari aspek komunikasi, bahkan mungkin dalam dalam konteks yang lebih universal, sebagai alternatif pemecahan masalah. Pada sisi ini komunikasi menjadi sangat penting, khususnya komunikasi antarbudaya, mengingat aspek konformitas dan kohesivitas yang dimaksud berintikan faktor budaya. Inilah yang membuat penulis tertarik memilih topik kohesivitas dalam konformitas pada penelitian ini.
Ditinjau tahapan historisnya, dinamika budaya Tionghoa sangat dipengaruhi oleh dinamika politik dan kekuasaan pemerintahan. Budaya Cina pernah terdesak di era Suharto, namun diterima secara terbuka di era Gus Dur (Waluyo, 2013). Dengan berbegai dinamika yang ada, etnis Cina dapat dikatakan memiliki daya adaptivitas tinggi atau kecerdasan emosional yang proporsional. Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep kecerdasan emosional, yakni kemampuan seseorang mengelola emosi dalam dirinya dan emosi pada orang lain agar menghasilkan output produktif bagi individu atau organisasi (Asrarudin & Dewi, 2021). Kecerdasan inilah yang membuat orang- orang Cina dapat tinggal di bagian manapun dan dalam situasi apapun. Mereka dapat melihat lingkungan eksternal mereka sebagai suatu potensi untuk mandiri. Secara teoritis lingkungan eksternal tersebut adalah lingkungan yang diidentifikasi adalah variabel sosial ekonomi, pemerintahan, teknologi dan lingkungan industri (Andriyanty et al., 2020).
Di ujung era Suharto etnis Cina justru merasa sebagai korban era reformasi. Namun demikian, isu Cina sebagai “pengganggu stabilitas” terus merebak sampai saat ini. Hal ini tidak luput dari berbagai ketidakpuasan masyarakat tentang berbagai fasilitas negara yang banyak diasumsikan lebih berpihak pada etnis Cina dibanding pribumi. Di beberapa tempat, isu warga Cina yang dianggap masih sebagai
oposisi pribumi terus terjadi. Akhirnya kecemburuan sosial terjadi, sebaga i akibat dari dominasi lahan bisnis. Sampai juga stigma bahwa orang Cina sebagai penjajah.
Dari sisi agama, isu ekstrim sebagai hambatan gerakan Islam juga terjadi, misalnya melalui isu kristenisasi serta kebijakan dalam industri- industri yang dominan “dikuasai” etnis Cina. Jajaran pimpinan yang memang seringkali didominasi oleh etnis Cina, tentunya beresiko terhadap konformitas dan kohesivitas. Hal ini agaknya cukup disadari oleh mereka. Hal ini banyak terbukti, yakni demikian banyaknya etnis Cina di daerah/pedesaan yang justru harmonis dengan warga asli. Mereka tetap percaya diri dengan budaya sendiri tetapi mampu berdampingan dengan tradisi lokal.
Dari pemaparan tersebut terdapat hipotesis kerja yang berkaitan dengan manajemen komunikasi antarbudaya, antara lain wacana: ada strategi komunikasi antarbudaya tertentu, ada kemampuan kohesif (mampu menempatkan diri), ada kemampuan konformitas (berbaur dgn budaya kearifan lokal). Proses inilah yang menarik untuk didalami.
Proses yang dimaksud akan terkait dengan 1) konstruksi sosial negatif tentang etnis Tionghoa masih sangat dominan sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi komunitas etnik. 2) Pemberitaan media dan sentimen budaya lokal terhadap berbagai fenomena politik etnis Tionghoa cenderung memojokkan posisi etnis Tionghoa. 3) Dominasi kesuksesan etnis Tionghoa menjadi kecemburuan sosial yang dalam catatan sejarah sempat menjadikan konflik yang cukup masif. 4) Dibutuhkan kemampuan manajemen komunikasi bagi Tionghoa untuk dapat diterima secara koeksistensial. 5) Terdapat celah kearifan lokal dengan karakteristik terbuka yang menjadi potensi ketahanan hidup bagi etnis Tionghoa. 6) Konformitas sebagai alternatif utama survival budaya meskipun di sisi lain kohesivitas menjadi tuntutan dan dorongan
primitif yang abadi (Krisnayana, 2016). Dengan demikian, warga Tionghoa memang terus mewarnai dinamika restorasi sosial masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan. Restorasi sosial adalah upaya penguatan kembali solidaritas bangsa Indonesia (Andriyanty & Dewi, 2021).
Kata kunci dari kohesivitas adalah daya ikat. Daya ikat yang dimaksud bersifat sosiofugal, yakni suatu kekuatan yang memusat dan mampu menciptakan keutuhan. Kelompok dengan kohesivitas tinggi dapat dikatakan telah memiliki strategi-strategi penyatuan dalam menghadapi masalah, kebutuhan dan pemecahannya. Di dalamnya telah terjalin erat kebersamaan. Secara fundamental mengakibatkan perubahan pola pikir manusia, cara manusia berinteraksi dengan orang lain serta akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dan berbagai bidang seperti sosial, ekonomi dan politik (Bachri & Muliyati, 2021)
Kata lain untuk menambah pemahaman tentang kohesivitas adalah suatu kondisi kedekatan, kenyamanan seperti halnya keluarga besar dalam sebuah visi dan misi yang saling mendukung satu sama lain. Sifat kohesif akhirnya dapat dipahami sebagai situasi dan kondisi aman, nyaman dan harmonis, sehingga setiap individu di dalamnya merasa bahwa tempat tinggalnya merupakan pilihan paling tepat untuk terus didiami (Fajriyanti et al., 2019).
Kohesivitas juga dapat dipahami sebagai atraksi dalam dua level. Pertama , keeratan individu akibat individu lain. Kedua , keeratan individu terhadap kelompok lain atau efek dari harmonisasi dengan yang terkondisi dari kelompok lain. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat antar para ahli, yakni soal level pertama yang dianggap bukan merupakan bahasan dari kohesivitas. Sebagai contoh misalnya seorang pemain bola yang kemudian “membela” timnya atau club -nya disertai rasa bangga dan rasa memiliki, akibat dari situasi dan kondisi sosial dalam kelompok
tersebut yang sangat kondusif dan konstruktif menciptakan harmonisasi dan kenyamanan (Nashir, 2017). Dalam arti kesiapan mentalitas lokal untuk beradaptasi. Di seluruh dunia, ada perdebatan tentang bagaimana seharusnya negara terbuka untuk imigran dan melakukan bisnis lintas batas (Misnan et al., 2020).
Adapun konformitas dapat dijelaskan dalam beberapa pemahaman. Kata kunci konformitas adalah agresivitas. Jika suatu kelompok memiliki kriteria kebenaran tertentu, maka terjadi sosialisasi tentang nilai dari kebenaran tersebut, misalnya dalam hal “tawuran”. Jika peristiwa ini dianggap merupakan hal normatif bahkan dianggap sebagai bagian kebenaran yang telah diyakini bersama, maka kejadian “tawuran” kemudian dianggap sebagai momentum implementatif dari kebenaran yang telah diyakini tersebut (Afiah, 2015). Dalam bidang ekonomi, konformitas juga terjadi. Seorang wanita tentu memiliki kebutuhan ekonomi yang berbeda dengan pria. Konsumerisme akibat kosmetik, pihak wanita lebih dominan dan hal ini telah dimaklumi bersama (Rohmiyati, 2017). Konformitas juga berkaitan dengan perilaku seks pranikah di mana remaja akan melakukan perilaku seks pranikah karena prinsip sexual achievement dalam kelompok teman sebayanya (Mualifah & Punjastuti, 2019). Dampak konformitas juga dapat berdampak negatif, jika strategi konformitas tersebut tanpa disertai kemampuan memilah dan memilih. Seorang remaja kemudian menjadi pecandu minuman beralkohol hanya karena dirinya merasa penting untuk melakukan sosialisasi dan menjalin keeratan (Zakiah et al., 2019). Jika disimak dalam dunia pendidikan, konformitas positif terjadi dalam bentuk motivasi, misalnya saling berusaha keras untuk menjadi yang terbaik dalam mengukir prestasi (Hardiansah, 2019).
Selanjutnya mengenai “identitas”. Dalam memenuhi tuntutan era globalisasi sudah menjadi keharusan adanya sumber
daya manusia yang berkualitas (Hendriana, 2015) (Misnan & Prisila, 2022). Kata global tentu akan terkait dengan semua aspek budaya. Sekian banyak aspek budaya, pada akhirnya akan mendorong pelakunya untuk mengaitkan budaya dengan identitas. Strategi untuk menunjukkan identitas tersebut, akan terkait dengan pola-pola adaptif.
Pada proses kohesivitas dan konformitas pun, hal yang tetap penting adalah identitas. Identitas merupakan representasi dari keturunan, historitas budaya, jalur kekerabatan sampai pada persepsi, stigma, karakter maupun konteks komunikasi (Yulianto, 2016). Kohesivitas tentu terjadi tidak hanya disebabkan oleh penerimaan identitas individu baru, tetapi juga konformitas dari lingkar sosial lama. Melalui pengetahuan tentang identitas, maka proses saling mengidentifikasi terjadi. Jika dalam proses ini terjalin sinergi dan sinkronisasi, maka identitas tersebut akan berkembang menjadi identitas kelompok, organisasi, komunitas, masyarakat dan seterusnya.
Adapun mengenai kultural etnis banyak disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Pola hidup masyarakat yang berubah (Alamsyah et al., 2021), selalu akan terkait dengan pola-pola kultural yang terbentuk. Adapun kultural etnik tentunya akan tampak ketika pola-pola tersebut diimplementasikan pada waktu dan momentum tertentu. Terminologi ini mengacu pada sebuah praktik budaya yang diaplikasikan oleh kelompok etnik tertentu. Ciri utama terpenting adalah kemampuan untuk berbagi sifat budaya yang sama. Inilah keunikan dari kultural etnis. Di samping terdapat upaya distributif tetapi juga penjagaan terhadap kelanggengan . Maksudnya adalah adanya unit-unit budaya ataupun berbagai hal yang turut membangun substansi unit-unit yang dimaksud sehingga terbentuk karakter budaya yang khas dan relatif homogen (Krisnadi, 2014).
Identitas kultural etnis menurut Stuart
Hall (Danewid, 2022), dapat dibagi dalam dua terminologi, yakni identitas budaya dan identitas politik. Identitas budaya merupakan identitas yang terbentuk sejak zaman nenek moyang berdasarkan urutan sejarah. Unsur utamanya adalah “persamaan”. Dari sebuah genealogi persamaan ini kemudian diketahui bahwa suatu kelompok merupakan satu garis asal- usul. Atas kesamaan ini kemudian membentuk simbol-simbol budaya dalam komunitas stabil dan tidak mudah untuk diubah. Adapun kultural etnis yang terkait dengan identitas politik merupakan perjuangan mendapatkan positioning di tengah masyarakat tertentu. Pada sisi inilah kesolidan kultural etnik mendapatkan tantangannya, yakni tantangan kompetensi komunikasi antarbudaya. Jadi, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarindividu dalam suatu kelompok masyarakat, biasanya terjadi dalam ras berbeda, kesatuan bangsa yang berbeda atau sosial ekonomi yang berbeda, ataupun mix dari unsur-unsur berbeda. Jika kebudayaan merupakan gaya hidup yang diciptakan dan dianut oleh sekelompok individu dan bertahan dari satu usia ke usia lainnya (Kewas & Darmastuti, 2020), maka komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang terjalin antaranggota masyarakat yang berbeda budaya (Rinjani & Subhani, 2017) (Natsir et al., 2019) (Wahyono, 2016).
Berdasarkan disiplin sosiolinguistik, komunikasi antarbudaya berakar dari persamaan bahasa (Oktavianus, 2019). Komunikasi antarbudaya juga menjelaskan hubungan antarindividu serta kelompok- kelompok yang mempunyai pandangan yang berbeda dalam proses berkomunikasi serta berbeda dalam interpretasi. Beberapa kajian komunikasi antarbudaya melakukan pengujian terhadap apa yang terjadi dalam proses interaksi antarbudaya yaitu saat proses komunikasi melibatkan orang-orang yang secara budaya tersebar. Jika budaya mereka sama, maka interaksi simbolik
menjadi lebih dominan dalam kesepahaman yang sama, tidak banyak menggunakan cara- cara verbal, utamanya penggunaan Bahasa. Sebaliknya, jika budaya yang dimaksud berbeda, maka komunikasi verbal (dengan mengandalkan bahasa) menjadi fenomena yang menonjol. Terdapat seleksi alam di antaranya, misalnya Bahasa Sunda yang kemudian diterima di antara masyarakat Jawa – Sunda, maka pola percakapan Sunda akan menjadi dominan. Jika tidak ada yang saling dominan, maka alternatif Bahasa ketiga yang dipilih, misalnya Bahasa Indonesia (Septiani et al., 2021).
Permasalahan dalam komunikasi antarbudaya akan muncul “saat orang-orang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari kelompok yang memiliki ciri khas dari sebuah bangsa atau etnis tertentu dan tidak mau melakukan pertukaran ide-ide tentang bagaimana cara menunjukkan identitasnya serta tidak menyetujui norma-norma untuk kepentingan interaksi” (Darus & Jerry Abdullah, 2021). Untuk tercapainya keefektifan komunikasi antarbudaya, pengembangan kompetensi antarbudaya pada diri setiap individu yang merujuk pada keterampilan sangat dibutuhkan sehingga komunikasi antarbudaya yang efektif dapat tercipta (Rashid et al., 2001)
mengidentifikasikan sejumlah keterampilan sebagai bagian dari kompetensi antarbudaya, yaitu personality strength , communication skills , psychological adjustment and cultural awareness .
Adapun hakikat komunikasi antarbudaya, secara prinsip terdiri dari dua hal, yakni enkulturasi dan akulturasi. Enkulturasi mengacu pada sebuah proses yaitu sebuah kultur di transmisikan pada tiap generasi. Proses pengiriman (transmisi) kultur dilalui dalam proses belajar, bukan diwariskan melalui gen/keturunan. Enkulturasi di transmisikan melalui lembaga-lembaga seperti orang tua, kelompok sebaya (teman), sekolah, guru, lembaga agama ataupun lembaga pemerintahan (Sintowoko, 2021).
Dengan demikian, akulturasi mengacu pada proses kultural, yaitu kultur seseorang yang dimodifikasikan melalui kontak langsung dengan kultur yang lain. Misalkan, ada sekelompok orang yang berdiam di sebuah kelompok yang memiliki kultur sebelumnya, lama kelamaan kultur dari kelompok orang itu akan dipengaruhi oleh kelompok tuan rumahnya. Cara berprilaku, nilai-nilai bahkan kepercayaannya akan bisa berubah.
Selanjutnya state of the art penelitian, yang pertama adalah “Pola Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa Dengan Masyarakat Pribumi”. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada pola komunikasi yang terjadi antara etnis Tionghua dengan masyarakat pribumi yang terjadi sejak tinggal di Indonesia khususnya di daerah Kelurahan Mekarsari Tangerang atau biasa disebut dengan Cina Benteng, serta menghubungkannya dalam berbagai konteks kegiatan seperti perkawinan, keagamaan, penggunaan bahasa, prasangka serta nilai sosial dan budaya. Dalam menghadapi persoalan komunikasi antarbudaya, dalam konteks perkawinan campuran, stereotip dapat mempengaruhi penilaian keluarga besar terhadap seseorang yang akan dijadikan pendamping hidup. Begitu kuatnya, persoalan kedua adalah latar belakang personal atau individu pelaku kawin campur. Mayoritas pasangan yang memutuskan melakukan kawin campur harus memiliki pola pikir terbuka terhadap budaya yang dibawa oleh pasangannya, termasuk kepercayaan, nilai dan norma (Putri, 2016).
Referensi kedua adalah “Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa Dan Pribumi di Kota Palembang”. Tiga elemen pandangan dunia yang diteliti meliputi agama atau kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku, yang merupakan bagian dari teori persepsi budaya menurut Larry A. Samovar, Richard E. Porter dan Edwin R. McDaniel. Agama atau kepercayaan merupakan satu yang hak dan tidak dapat dipaksa. Namun melalui
perkawinan antara etnis Tionghoa dan pribumi maka terjadinya perpindahan agama kepada Islam dan Kristen sehingga pandangan keagamaanpun berubah. Selain itu, komunikasi antarbudaya dapat mengubah cara pandang terhadap nilai-nilai budaya Tionghoa dan Pribumi di kota Palembang. Dengan demikian mendorong perilaku individu menjadi positif dan sekaligus pandangan dunianya (Meilinda Hardi, 2021).
Referensi ketiga adalah “Komunikasi Antar Budaya Etnis Tionghoa Dan Penduduk Muslim di Banten (Studi Fenomenologi
Etnis Tionghoa dan Penduduk Muslim di Pantai Tanjung Kait). Komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa dengan penduduk muslim di kawasan Pantai Tanjung Kait Tangerang cukup kompleks. Terlihat dari kehidupan bermasyarakat umat beragama yang hidup berdampingan sejak dahulu, sehingga muncul sikap toleransi, partisipasi dan saling menjaga satu sama lain dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan agama, budaya, sosial dan ekonomi (Saputra et al, 2020).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana manajemen komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa/warga Cina di Kabupaten Bogor? Rumusan tersebut secara rinci mencakup tujuan-tujuan sebagai berikut: 1) Ingin mengetahui konstruksi sosial etnis Tionghoa di Indonesia. 2) Ingin mengetahui manajemen komunikasi konformitas etnis Tionghoa dalam
memanfaatkan karakteristik keterbukaan kearifan lokal. 3) Ingin mengetahui manajemen komunikasi kohesivitas etnis Tionghoa dalam memenuhi tuntutan dan tantangan komunal serta strategi menempatkan budaya di tengah pandangan lokal.
## METODOLOGI PENELITIAN
Paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme. Konstruktivisme adalah subjek dalam penelitian yang menginstruksikan realitas yang nampak
berdasarkan konseptual yang lahir dari pikiran (Riyantie et al., 2021). Bagi pelaku konstruktivis, bahasa ibarat cetakan es. Es hanyalah objek yang tidak berbentuk tetapi melalui cetakan akan menjadi bentuk sesuatu dan akan terus bertambah nilainya jika dikonstruksi oleh bahasa. Oleh karena itu, bahasa bukan sebagai ungkapan atas realitas objektif semata, tetapi juga realitas subjektif. Maksudnya, seorang komunikator sebagai penyampai pesan sangat sentral dalam proses konstruksi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme juga melihat komunikan/ decoder menjadi pihak penting dalam perkembangan konstruksi. Dalam hubungan sosial yang syarat dengan interaksi, proses konstruksi bahasa terus berkembang dalam bahasa- bahasa budaya yang baru.
Pandangan konstruksionis melihat kebenaran aktivitas publik bukan realitas yang semestinya, melainkan dibingkai dari konstruksi. Dengan cara ini, konsentrasi penyelidikan pada pandangan dunia konstruksionis adalah untuk menemukan bagaimana peristiwa atau kebenaran tersebut dibangun, dengan cara apa mereka dibingkai . Dalam teori komunikasi, pemahaman tentang konstruksionis ini sering disinggung sebagai pemahaman penciptaan dan pertukaran kepentingan.
Konstruktivisme sering pula dibenturkan dengan pemahaman positivis atau pemahaman tentang transmisi. Paradigma konstruktivisme tidak mau mengakui pemahaman positivisme yang memisahkan subjek dengan objek komunikasi. Konstruktivisme menganggap bahwa bahasa tidak lagi sebagai alat untuk memahami sebuah realita objek belaka dan dipisahkan dari subjeknya sebagai usaha penyampaian pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor utama dalam kegiatan komunikasi serta hubungan- hubungan sosial (Karman, 2015).
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Jadi penelitian ini ingin menggambarkan bagaimana makna-makna terbangun dalam proses komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa di tempat penelitian.
Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, yakni observasi lapangan secara langsung ke tempat penelitian kemudian membuat catatan- catatan hasil wawancara awal dan identifikasi jejak-jejak budaya yang tampak. Selanjutnya adalah wawancara mendalam semi terstruktur untuk memperoleh makna- makna yang disampaikan oleh para informan. Kemudian, studi dokumentasi juga dilakukan guna mendukung sinkronisasi data yang diperoleh untuk lebih memperkaya data hasil wawancara verbal dengan potret realitas yang terjadi.
Analisis data melalui tahapan deskripsi data, reduksi data dan interpretasi data sampai pada simpulan-simpulan konstruksi bahasa yang dapat ditemukan. Oleh karena itu untuk memaksimalkan peroleh konstruksi-konstruksi bahasa yang ditargetkan, metode pemilihan infoman dilakukan dengan teknik purposive .
Sumber data penelitian diperoleh dari 3 tempat penelitian, yakni 1) Masyarakat Tonghoa generasi ketiga di Inkopol-Inkopad Bogor sebanyak 5 keluarga; 2) Kampung Tionghoa kawasan Limo Cinere sebanyak 5 keluarga dan 3) Umat Budha di wihara Amurwa Bhumi Cibinong, sebanyak 10 informan.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Kohesivitas Kultural Etnik
Kohesivitas kultural etnik dibangun melalui karakter relativitas bahasa. Bahasa sebagai cermin budaya, memiliki makna bahwa semakin besar perbedaan latar belakang budaya akan semakin besar perbedaan komunikasi maupun simbol- simbol non verbal. Semakin menonjol perbedaan antarbudaya, semakin penting
kerentanan dan ketidakjelasan dalam proses penyampaian pesan. Namun demikian, kemampuan menyesuaikan bahasa sangat strategis membangun kohesivitas. Dimanapun etnis Tionghoa berada, mereka selalu berusaha
menerjemahkan, meramalkan, dan mengklarifikasi perilaku orang lain.
Dalam hal menerima perbedaan, masyarakat lokal memiliki karakter sangat terbuka. Hal ini dapat dibuktikan oleh beberapa informan penelitian. Menurut mereka, masyarakat lokal sudah memiliki kesadaran terjadinya perbedaan budaya dalam pranata keseharian. Perbedaan budaya memang sudah sejak lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat indonesia.
Jadi, agar individu baru dengan budaya baru dapat diterima kemudian terjalin keeratan, maka aspek bahasa menjadi media utama. Dari sisi psikologis, kemampuan mengomunikasikan budaya budaya lokal, akan menjadikan komunikasi terjalin “dari hati ke hati”. Pendekatan adaptif inilah yang telah dilakukan dengan baik oleh etnis Tionghoa.
Komunikasi “dari hati ke hati” tersebut dapat dijelaskan berdasarkan tahapan aware, appeal, ask, act, advocate . Tahapan aware dilakukan dengan menunjukkan identitas mereka sebagai warga Tionghoa yang egaliter, membaur dan sejajar sebagai WNI. Ketika tahapan ini dapat dilampaui, maka tahapan appeal adalah menunjukkan kekhasan mereka dalam mengaplikasikan budaya-budaya leluhur mereka namun tanpa
mendeklarasikan sesuatu, kecuali hanya menunjukkan bahwa ada permohonan apresiasi dari asli diri ( cultural self ) dalam berbudaya. Selanjutnya adalah act , yakni pro aktif dalam membangun kebersamaan terhadap budaya lain, misalnya dalam berbahasa, dukungan terhadap budaya setempat, mematuhi tata tradisi umum yang sudah terbentuk dan menjaga harmoni. Yang terakhir adalah advocate , selalu
menempatkan diri secara moderat dalam menyikapi perbedaan budaya, sangat kompromistis dengan perbedaan dengan tetap mengedepankan pesan-pesan verbal dan simbolik untuk saling menghargai.
Kohesivitas kultural etnik dalam konformitas kearifan lokal, berdasarkan kelompok narasumber dapat dikategorikan sesuai 3 tempat penelitian. Di 3 (tiga) tempat penelitian terdapat kekhasan temuan. Kohesivitas budaya sudah dirintis dan terjadi sejak jaman penjajahan, dengan penerimaan masyarakat setempat melalui pendekatan kekeluargaan. Konformitas kearifan lokal ditunjukkan oleh keterlibatan etnik Cina dalam peribadatan yang bernada Islam “abangan”. Abangan adalah golongan masyarakat yang menjalankan agama, tetapi masih memegang teguh tradisi-tradisi leluhur, misalnya upacara bersih desa. Proses terjadinya abangan tidak terlepas dari masuknya agama Islam yang melalui jalur budaya. Mereka menjalankan perintah agama dengan mengikuti para pemuka agama namun belum sepenuhnya meninggalkan tradisi warisan leluhur dalam mitos tertentu. Representasi dari pemaparan tersebut adalah adanya menu sesajen yang ada di rumah warga pribumi dan warga Tionghoa (gambar 1).
Gambar 1. Menu Sesajen Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022.
## Konformitas dalam Bingkai Komunikasi Antarbudaya
Dari hasil sintesa teori, konformitas dapat disimpulkan sebagai suatu jenis pengaruh sosial ketika individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Dengan
demikian, konformitas dan norma sosial berkaitan dengan paksaan untuk melakukan sebuah konformitas, sebagai sebuah kenyataan bahwa pada beberapa konteks terdapat aturan-aturan, baik yang secara eksplisit maupun yang tidak terucap. Berbagai aturan yang memungkinkan setiap individu dapat bebas bertingkah laku tersebut pada akhirnya membentuk norma sosial ( social norms ). Norma sosial inilah yang kemudian sangat penting dan strategis bagi individu baru. Konformitas adalah proses dalam diri anggota kelompok untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma yang ada dalam kelompok (Riggio, 2009). Konformitas juga suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Beberapa contoh dari konfomitas adalah ketika menengok orang sakit, orang akan membawakan buah atau makanan lainnya. Dengan adanya norma, maka dapat dipastikan bahwa aspek-aspek positif lebih dominan dibanding aspek-aspek negatif. Inilah yang membuat etnis Tionghoa tidak terlalu cemas ketika memasuki komunitas baru, karena mereka yakin, norma masyarakat Indonesia sangat egaliter dan inklusif.
Jadi, pada awalnya norma dibentuk dari kebiasaan individu yang dapat diterima secara intersubjektif. Oleh karena terdapat kesamaan universal antara enik pribumi dan etnik pendatang (Tionghoa), yakni tercapainya harmoni, maka norma individu tersebut akhirnya menjadi normal sosial. Dalam konteks konformitas, kedua budaya (Tionghoa dan pribumi) berkembang secara paralel akibat kesadaran universal ini. Dampaknya adalah ketika momentum rutin budaya Tionghoa tampak diaplikasikan dalam kurun waktu tertentu, kemudian menghilang, maka warga setempat juga merasa kehilangan, meskipun mereka menyadari bahwa budaya yang dimaksud bukan milik mereka.
Dalam norma terdapat aturan-aturan. Aturan-aturan ini seringkali memberikan
pengaruh kuat pada perilaku individu. Di antaranya, terdapat satu norma yang erat kaitannya dengan konformitas, yaitu norma injungtif (Pambudi & Wisuantari, 2021). Norma ini merupakan suatu norma yang menginformasikan tentang apa yang seharusnya dilakukan pada situasi tertentu.
## Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas
Beberapa hal yang dimaksud antara lain adalah: pengaruh dari orang-orang yang disukai. Orang-orang yang disukai akan memberikan pengaruh lebih besar. Perkataan dan perilaku mereka cenderung akan diikuti atau diamini oleh orang lain yang menyukai dan dekat dengan mereka. Selanjutnya adalah kekompakan kelompok. Pada kampung- kampung di segenap lapisan masyarakat Indonesia, utamanya pedesaan, telah terbentuk kekompakan kelompok, yang sering juga disebut sebagai kohesivitas. Semakin kohesif suatu kelompok maka akan semakin kuat pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku anggota kelompoknya. Jika individu etnis Tionghoa memasuki area yang demikian, maka hal pertama yang dilakukan adalah menyatakan keinginan mereka untuk berpartisipasi atau melibatkan diri. Tentu saja, norma sosial setempat tidak akan mengabaikan apalagi menolaknya, meskipun dibutuhkan proses.
Faktor selanjutnya adalah ukuran kelompok dan tekanan sosial Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Semakin besar kelompok tersebut maka akan semakin besar pula kecenderungan kepesertaan, walaupun dalam menerapkan sesuatu akan berbeda dari sebelumnya. Bertambahnya anggota baru akan berpengaruh terhadap kebutuhan, permasalahan dan solusi.
Berikutnya juga terdapat norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif. Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma
ini akan memengaruhi tingkah laku dengan cara memberi tahu siapa saja mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau bersifat adaptif dari situasi tertentu tersebut. Sementara itu, norma injungtif akan memengaruhi individu dalam menetapkan apa yang seharusnya dilakukan dan tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu. Bagi etnis Tionghoa, norma deskriptif dapat dengan mudah diikuti, tetapi tidak demikian dengan norma injungtif. Namun demikian, etnis Tionghoa mampu mengatasi permasalahan dengan sikap saling membantu. Bagaimanapun, sikap kepedulian merupakan strategi simbolik yang efektif dalam berbagai kondisi.
Adapun di antara sebagian informan juga menyatakan bahwa tidak mudah melakukan konformitas. Secara psikologis, keinginan untuk disukai tetaplah menjadi dorongan natural dalam komunikasi antarbudaya. Bagaimanapun, “persetujuan” diperlukan, agar individu mendapatkan pujian. Oleh karena pada dasarnya banyak orang senang akan pujian maka banyak orang berusaha untuk kompromi dengan keadaan.
Rasa takut akan penolakan tetap ada, tetapi informan sangat yakin jika konformitas penting dilakukan agar individu mendapatkan penerimaan dari kelompok atau lingkungan tertentu. Jika individu memiliki pandangan dan perilaku yang berbeda maka dirinya akan dianggap bukan termasuk dari anggota kelompok dan lingkungan tersebut.
Selanjutnya timbul pula keinginan untuk merasa benar. Banyak keadaan menyebabkan individu berada dalam posisi yang dilematis karena tidak mampu mengambil keputusan. Jika ada orang lain dalam kelompok atau kelompok ternyata mampu mengambil keputusan yang dirasa benar maka dirinya akan ikut serta agar dianggap benar. Oleh karena itu, konsekuensi kognitif banyak individu berpikir melakukan konformitas untuk
konsekuensi kognitif, agar keanggotaan terhadap kelompok dan lingkungan di mana berada dapat kompromistis.
Adapun alasan mengapa Individu tidak melakukan konformitas, setidaknya disebabkan oleh deindividualisasi, ketika individu ingin dibedakan dari orang lain. Individu akan menolak kompromistis karena tidak ingin dianggap sama dengan yang lain. Artinya, karena merasa menjadi orang bebas, maka individu juga menolak untuk “konform” karena dirinya memang tidak ingin untuk “konform”. Menurutnya, tidak ada hal yang bisa memaksa dirinya untuk mengikuti norma sosial yang ada. Kecenderungan melakukan konformitas akan lebih rendah pada budaya yang menekankan individualitas atau budaya individualis dibandingkan budaya yang menekankan keanggotaan kelompok atau budaya kolektivis. Pada umumnya masyarakat lokal merupakan kelompok kolektivis.
Dalam proses konformitas, pengaruh dari orang-orang pribumi/lokal yang disukai (orang-orang yang disukai akan memberikan pengaruh lebih besar). Perkataan dan perilaku tokoh lokal cenderung diikuti atau diamini oleh orang Cina yang menyukai dan dekat dengan mereka.
Dengan demikian, pembicaraan tentang konformitas budaya lokal dan identitas kultural etnik tidak terlepas dari manajemen komunikasi antarbudaya. Etnis Cina pada akhirnya selalu menemukan momentum harmoninya. Inilah bukti strategi konformitas dan pengelolaan pesan kultural etnik yang berhasil.
Proses adaptasi budaya itu setidaknya berjalan berdasarkan siklus eksternalisasi, objektivasi, legitimasi, institusionalisasi, internalisasi dan sosialisasi. Sisi eksternalisasi adalah masyarakat luas yang secara universal memang selalu menyuarakan kedamaian, kompromistis dan saling mencari persamaan dibanding perbedaan. Sisi objektivasi, pengetahuan mengenai hal eksternalisasi tersebut disadari
sebagai pesan utama dalam melihat perbedaan budaya, sehingga terbentuk semacam kata kunci dalam bermasyarakat, yakni harmoni. Selanjutnya terdapat legitimasi, yang didukung oleh birokrasi, cendekiawan, akademisi dan mayoritas gerakan sosial, sehingga penguatan terhadap harmoni tersebut justru menemukan karakter pembumian makna dalam realitas bermasyarakat, khususnya dalam menerima budaya etnis Tionghoa. Adapun institusionalisasi, makna harmoni tersebut telah banyak menjadi aturan-aturan tertulis, terutama teks ideologis yang memang selalu ada dalam aturan manapun. Etnis Tionghoa sangat memahami hal ini ditunjang oleh kultur masyarakat Indonesia yang cenderung ramah dalam menerima perbedaan. Tahapan internalisasi didukung oleh agama dan budaya Timur (filosofi bangsa Timur: saling asah, asih dan asuh) yang berkembang secara paralel, sampai pada tahapan yang sangat penting bagi etnis Tionghoa adalah sosialisasi. Sosialisasi budaya bagi mereka adalah warisan nenek moyang yang tidak dapat dihilangkan, namun semua patut dipahami hanya dalam konteks internal tanpa sedikitpun terdapat misi memperluas pengaruh apapun.
Dari sinilah identitas etnik itu justru dilestarikan dengan dukungan masyarakat pribumi. Konstruksi sosial etnis Cina dalam kehidupan pedesaan diterima sebagai keunikan yang diterima secara wajar. Dalam konformitas, individu merasa butuh untuk memenuhi harapan kelompok karena individu tidak ingin ditolak dalam kelompok. Dapat disimpulkan konformitas adalah bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat atau kelompok karena dirinya terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang sudah ada di dalam kelompok.
Kohesivitas sebagai daya ikat terjadi karena kekuatan yang seragam dilakukan oleh seluruh anggota kelompok etnis Cina. Terdapat semangat kohesif keutuhan kelompok dalam menyelesaikan masalah
secara bersama-sama. Hal ini tampak pada saat hari-hari besar agama, warga Cina menunjukkan identitasnya, namun juga mereka sangat pro aktif dalam kegiatan keagamaan yang lain, minimal dalam berbahasa dengan nuansa agama lain, misalnya mengucap syukur ala budaya lain serta meminta maaf dan saling bermaafan di kala lebaran.
## SIMPULAN
Sebagaimana tujuan penelitian, yakni menunjukkan aspek konformitas dan kohesivitas sebagai strategi komunikasi antarbudaya warga Tionghoa, maka fenomena lapangan menunjukkan adanya harmonisasi antara budaya masyarakat pribumi yang dominan islami dengan budaya Cina yang tidak saling menegasikan. Di satu sisi, dalam interaksi simbolik budaya lebih menampilkan corak kekerabatan, meskipun nuansa budaya nenek moyang tetap diperagakan. Untungnya, proses ini saling mendukung, karena Islam tidak menentang penggunaan dupa dan ciri khas etnik Cina lainnya. Kohesivitas di tempat lainnya lebih tampak pada sisi sosial ekonomi, ketika komunitas Cina/Tionghoa menunjukkan kesederhanaannya bermukim pada kampong pedesaan sehingga terjadi interaksi kedekatan dan kebersamaan. Artinya terjadi semacam inklusivitas.
Konformitas budaya lokal ditunjukkan melalui berbaurnya warga Cina dalam mendukung kegiatan-kegiatan sosial budaya kemasyarakatan di wilayah lingkungannya. Di tempat terakhir, agak berbeda dengan tempat penelitian terdahulu, maka di wilayah ini etnis Tionghoa lebih dominan menunjukkan karakter keorganisasiannya dan budaya leluhur yang terus diperjuangkan. Jadi, kohesivitas budaya terjadi justru dalam strategi eksklusivitas. Akibat eksklusivitas ini melahirkan keunikan, yang ternyata membuat semacam daya tarik wisata masyarakat sekitar. Wilayah ini justru sangat dikenal dengan pertunjukan etniknya. Eksklusivitas dalam
bentuk ritual wihara dan pertunjukan barongsai yang hanya beranggotakan kalangan internal warga wihara. Namun demikian, daya tarik untuk melestarikan kesenian ini justru digemari pula oleh para pribumi.
## DAFTAR PUSTAKA
Afiah, N. (2015). Kepribadian dan Agresivitas dalam Berbagai Budaya. Buletin Psikologi , 23 (1). https://doi.org/10.22146/bpsi.10573
Alamsyah, Hamboer, M. J. E., Hiswanti, Septiandi, R., & Ahmad A, A. (2021). Komunikasi Simpatik Melalui Aksi Altruistik(Sumbangan Bahan Makanan Kepada Warga Terdampak Psbb Covid-19 Daerah Kelurahan Lenteng Agung,Jak-Sel. Teratai , 2 (1), 8. https://ejournal-
ibik57.ac.id/index.php/teratai/ article/view/189/172
Andriyanty, R., & Dewi, D. U. (2021).
Faktor-Faktor Sosial Yang Mempengaruhi Kesadaran Gaya Hidup Cinta Produk Dalam Negeri Generasi Muda Indonesia Social Factors
Affecting “Domestic Product Love Lifestyle” Awareness of Indonesian Young Generation. Sosio Informa ,
7 (01), 31–45.
Asrarudin, A. U., & Dewi, D. U. (2021). Dampak Kecerdasan Emosional Dan Modal Intelektual Pada Produktivitas Belajar Online/Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Mahasiswa Institut Bisnis Dan Informatika Kosgoro 1957.
Mediastima , 27 (1), 1–17. https://doi.org/10.55122/mediastima.v 27i1.209 Bachri, S., & Muliyati, M. (2021). Pola Hidup Sehat Masyarakat Di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal
Pengabdian Teratai , 2 (2), 79–84. https://doi.org/ 10.55122/teratai.v2i2.243
Danewid, I. (2022). Policing the (migrant)
crisis: Stuart Hall and the defence of whiteness. Security Dialogue , 53 (1).
https://doi.org/10.1177/096701062199 4074
Darus, F., & @ Jerry Abdullah, M. K.
(2021). Amalan Kepimpinan
Multidimensi Pengetua dan Norma- Norma Budaya di MRSM. Malaysian Journal of Social Sciences and Humanities (MJSSH) , 6 (6). https://doi.org/10.47405/
mjssh.v6i6.819
Fajriyanti, F., Panjaitan, N. K., & Kuswanto,
S. (2019). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kohesivitas Kelompok Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Di Pt Bank Bni Syariah. Jurnal Aplikasi Bisnis
Dan Manajemen . https://doi.org/10.17358/jabm.5.3.455
Gorda, A. N. E. S., & Anggria Wardani, D.
K. (2020). Refleksi Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Hindu Bali Dalam Pengelolaan Lingkungan. ETTISAL : Journal of Communication , 5 (1).
https://doi.org/10.21111/ejoc.v5i1.399
8
Hardiansah, M. F. (2019). Hubungan
Keaktifan Berorganisasi Dan Budaya Organisasi Dengan Prestasi Akademik Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Periode 2017. JPEKA: Jurnal Pendidikan Ekonomi, Manajemen Dan Keuangan , 3 (1). https://doi.org/10.26740/ jpeka.v3n1.p47-54
Karman. (2015). Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran (Sebuah Telaah Teoretis Terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger). Penelitian Dan Pengembangan Komunikasi Dan Informatika , 5 (3).
Kewas, G. S., & Darmastuti, R. (2020).
Strategi Komunikasi Antarbudaya Dokter Kepada Pasien dalam Proses Pelayanan Kesehatan di RSU Raffa Majenang. Scriptura , 10 (2).
Krisnadi, I. (2014). Konsepsi Kultural Etnik
Madura di Wilayah Eks Karesidenan
Besuki tentang Sakit, Penyakit, dan Pengobatannya. Jurnal Unej , 4 (1).
Krisnayana, R. (2016). Komunikasi Lintas Budaya Dan Fakta Etnis Cina Di Indonesia Sebagai Bukti Komunikasi Lintas Budaya. DIALEKTIKA Volume 3 No. 2. September 2016 , 3 (2).
Lagu, M. (2016). Komunikasi Antarbudaya Di Kalangan Mahasiswa Etnik Papua dan Etnik Manado Di Universitas Sam Ratulangi Manado. In e- journal “Acta Diurna”: Vol. V (Issue 3).
Lubis, L. A., Kurniawan, A. J., & Pohan, S.
(2020). Komunikasi Antarbudaya dalam Perkawinan Beda Warga Negara. Jurnal Ilmu Komunikasi , 18 (1). https://doi.org/10.31315/jik.v18i1.371
1
Meilinda Hardi, N. (2021). Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa Dan Pribumi Di Kota Palembang. Jurnal RASI ,
1 (1). https://doi.org/10.52496/rasi.v1i1.31
Misnan, M., Sukma, A. H., Sobir, O. Z., &
... (2020). Menginspirasi Peluang Usaha Melalui Komunikasi Lintas Budaya. Jurnal Pengabdian Teratai ,
1 (1). http://ejournal- ibik57.ac.id/index.php/teratai/article/vi ew/download/21/14
Misnan, & Prisila, D. (2022). Manajemen Resiko Bisnis Pakaian Impor Bekas (Penyuluhan Partisipatif pada “Mahad Aly” Yayasan Pondok Pesantren Tahfidz Madinatul Quran Sukmajaya Depok). Jurnal Pengabdian Teratai ,
3 (1), 53.
Mualifah, L., & Punjastuti, B. (2019). Gambaran Inisiasi Seks Pra Nikah Pada Remaja. Jurnal Kesehatan Karya Husada , 7 (2). https://doi.org/10.36577/ jkkh.v7i2.233
Nashir, A. (2017). Kohesivitas Budaya Siri’ Masyarakat Pesisir Kota Makassar Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Pendidikan. Tarbawi : Jurnal
Pendidikan Agama Islam , 2 (01).
https://doi.org/10.26618/jtw.v2i01.804 Natsir, M. J., Indonesia, U. M., Wati, L., & Indonesia, U. M. (2019). Komunikasi Antar Budaya . Makassar: Universitas Muslim Indonesia.
Nurdin, H., Rambey, T., & Andriyanty, R. (2020). Analisis Karakteristik,
Adaptasi Bisnis Dan Kompetensi Manajemen Terhadap Pengembangan
Kewirausahan Pelaku Umkm Di Kampung Budaya Betawisetu Babakan Jakarta Selatan. Mediastima , 26 (2), 254–272. http://ejournal-
ibik57.ac.id/index.php/ media- stima/article/view/121/79
Oktavianus. (2019). Bahasa dan Budaya Maritim: Identitas dan Pemerkaya Budaya Bangsa. Pustaka : Jurnal Ilmu- Ilmu Budaya , 19 (1). https://doi.org/10.24843/pjiib.2019.v1
9.i01.p04
Pambudi, Y., & Wisuantari, N. P. P. (2021).
Moderasi Norma Sosial dan Keterlibatan Personal terhadap Perilaku Peduli Lingkungan. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan , 11 (2).
https://doi.org/10.26740/jptt.v11n2.p8
3-99
Pendidikan, B. F., Buntat, Y., & Hj.Rajuddin, P. M. D. M. R. bin. (2001). Kemahiran employability:
(employability skills) konsep dan pengertian dari pengkaji barat. Buletin Fakulti Pendidikan, UTM Skudai , 1 . Philipus, N. (2018). Komunikasi Bisnis Yang Etis: Sebuah Tinjauan Kritis. Jurnal Komunikasi Dan Bisnis , 6 (2). Putri, E. lia T. (2016). Pola Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa Dengan Masyarakat Pribumi. Jurnal Wacana ,
15 (2).
Riyantie, M., Alamsyah, A., & Pranawukir, I. (2021). Strategi Komunikasi Pemasaran Kopi Janji Jiwa Di Era
Digital Dan Era Pandemi Covid-19. WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi , 20 (2), 255–267. https://doi.org/10.32509/wacana.v20i2.
1721
Rohmiyati, Y. (2017). Studi Komparasi Kebutuhan Informasi Kepala Keluarga
Pria dan Wanita. Anuva , 1 (2). https://doi.org/10.14710/anuva.1.2.101 -109 Rinjani & Subhani. (2017). Komunikasi Lintas Budaya . Lhokseumawe: Unimal Press
Saputra, F. T., & . M. (2020). Komunikasi
Antar Budaya Etnis Tionghoa Dan Penduduk Muslim Di Banten. Dialektika Komunika: Jurnal Kajian Komunikasi Dan Pembangunan Daerah ,
7 (2). https://doi.org/10.33592/dk.v7i2.366
Septiani, D., Sugandi, & Sabiruddin. (2021).
Makna Seni Tari Gantar Busai sebagai Media Komunikasi Antarbudaya di Kabupaten Kutai Barat. Journal Ilmu Komunikasi , 9 (1).
Sintowoko, D. A. W. (2021). Hibridisasi budaya: studi kasus dua drama korea tahun 2018-2020. ProTVF , 5 (2).
https://doi.org/10.24198/ptvf.v5i2.316 87 Wahyono, A. (2016). Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Semarang: Depdikbud.
Waluyo, E. H. (2013). Akulturasi Budaya Cina Pada Arsitektur Masjid Kuno Di Jawa Tengah. Jurnal Desain , 1 (01). Yulianto, A. (2016). Mantra Banjar: Suatu Kompromi Budaya. Naditira Widya ,
5 (2). https://doi.org/10.24832/nw.v5i2.72
Zakiah, K., Widya Putri, D., Nurlimah, N., Mulyana, D., & Nurhastuti. (2019).
Menjadi Korean Di Indonesia: Mekanisme Perubahan Budaya Indonesia-Korea. Media Tor , 12 (1).
|
166a7699-ae04-4c44-a1f2-6446ceb84619 | https://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/mnj/article/download/11916/4875 |
## Jurnal Kajian Manajemen dan Wirausaha
Volume 3 Nomor 3 2021 e-ISSN: 2655-6499 DOI: http://dx.doi.org/10.24036/jkmw02119160
Pengaruh kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi Covid-19
Andri Yansah 1 , Nisa’ Ulul Mafra 1 , Erfan Robyardi 1 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas PGRI Palembang, Palembang, Indonesia
## Abstract
This study aims to determine (1) the effect of price increases on purchasing decisions, (2) the effect of soybean quality on purchasing decisions, (3) the effect of price increases and soybean quality on soybean purchasing decisions during the COVID-19 pandemic at the morning market in Gunung Batu Village. Sampling using saturated samples. Research data obtained by distributing questionnaires about price increases, soybean quality and purchasing decisions to 30 respondents who are tofu-tempe traders. Data analysis techniques used in this study are multiple linear regression analysis, coefficient of determination test, correlation coefficient test and hypothesis testing. The results of this study, namely the t test, the results showed that the variable price increase and soybean quality partially had a significant influence on soybean purchasing decisions during the Covid-19 pandemic at the morning market in Gunung Batu Village, the F test obtained results, namely the variable price increase and soybean quality. Simultaneously there was a significant influence on soybean purchasing decisions during the Covid-19 pandemi at the Gunung Batu Village morning market.
Keywords : Price increase, soybean quality, purchase decision
How to cite : Yansah, A., Mafra, N. U. & Robyardi, E. (2021). Pengaruh kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi covid-19. Jurnal Kajian Manajemen dan Wirausaha , 3 (3), 111-117. http://dx.doi.org/10.24036/jkmw02119160
This is an open access article distributed under a Creative Commons Attribution-Non-Commercial 4.0 International License, which allows others to remix, tweak, and build upon the work non-commercially as long as the original work is properly cited. © 2021 by the author.
* Corresponding author: [email protected]
## PENDAHULUAN
Seorang pemasar harus melihat atau mempertimbangkan hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan membuat suatu ketetapan konsumen membuat keputusan pembeliannya. Salah satu faktor dari keputusan pembelian yaitu harga. Menurut Ruhamak (2016) sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya disebut dengan harga. Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang dibutuhkan untuk menukarkan produk atau jasa yang dilakukan oleh pelanggan.
Menurut Riyono & Budiharjo (2016) pengambilan keputusan dalam menetapkan harga produk yang tepat dapat mempengaruhi jumlah produk yang mampu dijual dipasaran. Semakin tinggi harga maka semakin rendah permintaan terhadap suatu produk. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga merupakan salah satu pengaruh dari keputusan pembelian. Semakin tinggi harga maka semakin rendah keputusan pembelian dan sebaliknya semakin rendah harga semakin tinggi keputusan pembelian.
Selain harga, kualitas produk juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Menurut Afnina & Hastuti (2018) kualitas produk merupakan kualitas yang meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, kualitas yang mencakup produk, jasa, manusia, proses serta lingkunngan, kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. Menurut Boediono dkk (2018) karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang dinyatakan atau diimplikasikan. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Semakin tinggi kualitas suatu produk maka semakin tinggi pula keputusan pembelian yang akan diambil oleh konsumen.
Kedelai merupakan sumber protein nabati bagi sebagian besar penduduk yang ada di indonesia. Kedelai juga digunakan sebagai bahan baku utama dalam proses pembuatan tahu, tempe, kecap dan lain sebagainya. Dilihat dari harganya yang murah serta bergizi tahu dan tempe menjadi incaran hampir seluruh masyarakat indonesia mulai dari golongan perekonomiannya rendah sampai perekonomian yang tinggi. Hal tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya produksi makanan yang berbahan baku kedelai. Namun tingginya permintaan kedelai tidak dapat diimbangi dengan meningkatnya produksi kedelai di dalam negeri Ningsih (2017).
Pada tahun 2020, total produksi dalam negeri hanya mencapai 57.235 ton. Jumlah tersebut tentu tidak sesuai dengan kebutuhan konsumsi kedelai negeri yang mencapai 447.910 ton dengan defisit 390.677 ton yang harus dipenuhi dari impor Disperindag (2020). Badan pusat statistik mencatat, dari bulan januari-oktober 2020 impor kedelai mengalami penurunan sebesar 10,31 persen dibanding periode yang sama ditahun 2019 Disperindag (2020).
Akhir-akhir ini Indonesia digencarkan dengan wabah penyakit yang dinamakan Virus Corona (Covid- 19) yang menyebabkan banyak sekali dampak negatif bagi kehidupan. Salah satu dampak negatif dari Covid-19 yaitu kenaikan harga kedelai. Harga kedelai di pasaran akibat dari Covid-19 ini meroket hingga 50% yakni mencapai kisaran harga kurang lebih Rp. 9.000/ Kg. Hal ini dapat menyebabkan para produsen Tahu dan Tempe menjadi kesulitan dalam memproduksi Tahu dan Tempe karena harga bahan baku pembuatanya sangat melonjak jauh dari biasanya.
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu pedagang Tahu dan Tempe di Pasar Pagi Desa Gunung Batu, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan, dapat diambil informasi bahwa harga kedelai meroket yakni dengan harga Rp. 9.300/ Kg. Sehingga menyebabkan beberapa pedagang di Pasar Pagi Gunung Batu mengambil keputusan untuk mogok berjualan. Keputusan ini diambil dengan harapan agar harga kedelai berubah menjadi normal seperti harga sebelumnya, namun yang terjadi melainkan harga kedelai diprediksikan melonjak hingga harga Rp. 10.000/ Kg. Hal ini menyebabkan Tahu dan Tempe yang beredar di pasaran semakin sedikit. Kenaikan harga kedelai ini sangat berpengaruh terhadap produksi Tahu dan Tempe, meskipun harga kedelai mahal para pedagang di Pasar Pagi Desa Gunung Batu tidakbisa menaikkan harga Tahu dan Tempe karena takut jika Tahu dan Tempe tidak laku dipasaran.
Dari berbagai masalah tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kenaikan Harga Dan Kualitas Kedelai Terhadap Keputusan Pembelian Kedelai Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Pasar Pagi Desa Gunung Batu “.
## Harga
Menurut Budianto (2015:257) harga merupakan jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Bagi perusahaan, Harga bakal memberikan hasil dengan melahirkan pendapatan. Selain itu harga juga dapat kita sebut sebagai jumlah yang akan dibayarkan oleh pembeli untuk suatu barang atau jasa. Sedangkan bagi penjual, harga bisa diartikan sebagai nilai yang diminta untuk barang yang ditawarkan kepada si konsumen. Menurut Tjiptono (2015:289) harga adalah satuan uang atau bentuk lainya (termasuk barang atau jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak memiliki atau penggunaan barang atau jasa. Selanjutnya menurut Tjiptono (2015:298) indikator harga yaitu: Keterjangkauan suatu harga, Kesesuaian harga dan kualitas produk, Daya saing suatu harga, Kesesuaian harga dan manfaat produk, Harga mempengaruhi daya beli konsumen.
## Kualitas Produk
Menurut Sudaryono (2016:207) kualitas produk merupakan kehandalan suatu barang untuk memberikan hasil yang sesuai bahkan melebihi dari yang diinginkan seorang pelanggan sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Menurut Suharno & Sutarso (2011:140) kualitas produk adalah senjata strategis yang menguntungkan untuk mengalahkan pesaing. Semakin berkualitasnya produk yang terdapat dalam suatu produk maka semakin memancing konsumen untuk melakukan pembelian. Jika dalam suatu produk terdapat kualitas yang sudah terjamin nilai bobot nya, memiliki manfaat yang lebih maka konsumen tidak akan melirik produk lain dan bakal tetap membeli yang sudah terjamin kualitasnya. Adapun indikator kualitas produk menurut Tjiptono & Chandra (2016:215) indikator kualitas produk yaitu: warna, bentuk, ukuran, tekstur, aroma, penampilan, rasa, temperatur, tingkat kematangan.
Menurut Tjiptono (2015:55) keputusan pembelian merupakan proses dimana konsumen mengenali masalahnya, mencari tahu mengenai produk atau merek dan menilai seberapa baik masing-masing opsi tersebut untuk menyelesaikan masalahnya. Menurut Budianto (2015:59) keputusan pembelian adalah bagian dari perilaku konsumen yaitu ilmu tentang bagaimana individu, kelompok, organisasi memilih, membeli, memakai, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Adapun
yang menjadi indicator keputusan pembelian Menurut Suharno & Sutarso (2011:95): Kebutuhan yang dirasakan, kegiatan sebelum pembelian, perilaku waktu pemakaian, perilaku sesudah pembelian.
Berdasarkan Tujuan penelitian, teori harga, kualitas produk, keputusan pembelian dan penelitian terdahulu diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :
H1 H3 H2
## Gambar 1. Kerangka Berpikir
## METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disebut metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2018:7) metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, instrumen penelitian digunakan dalam proses pengumpulan data, sedangkan analisis data bersifat statistik atau kuantitatif dengan tujuan agar dapat menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Populasi yang menjadi narasumber dalam penelitian ini yaitu pedagang Tahu-Tempe di Pasar Pagi Gunung Batu yang jumlahnya mencapai 30 orang. Dalam penelitian ini, penarikan sampel menggunakan Sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Adapun Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Menurut Sugiyono (2018:192) menjelaskan bahwa analisis regresi linier berganda adalah model analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas yaitu harga dan kualitas produk terhadap variabel terikat yaitu keputusan pembelian.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer didapatkan melalui penyebaran kuisioner. Sebelum kuisioner disebarkan untuk mengumpulkan respon dari responden, maka dilakukan uji instrument berupa Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument.
Pada penelitian ini terdapat 2 varibel bebas (X), yaitu kenaikan harga, yang dijelaskan oleh 10 item pertanyaan, kemudian kualitas kedelai yang dijelaskan oleh 18 item pernyataan. Terakhir terdapat 1 varibel terikat (Y) yaitu; Keputusan pembelian, yang dijelaskan oleh 10 item pernyataan. Dimana uji validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation.
Maka berdasarkan kepada hasil Pearson Correlation untuk seluruh item pernyataan dari seluruh variable menunjukkan nilai Pearson Correlation < 0,05 berarti seluruh butir pertanyaan/pernyataan dapat dikatakan valid. Dari hal ini dapat diartikan butir yang menjelaskan indikator variabel keputusan pembelian, kenaikan harga dan kualitas kedelai telah sah untuk dijadikan alat ukur dalam penelitian ini.
Selanjutnya uji reliabilitas variable di hitung dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach dengan program SPSS Versi 23 yaitu dengan mambandingkan koefisien ( α ) 0,60, dengan ketentuan jika koefisien ( α ) Cronbach ≥ 0,60. Dari hasil uji reliabilitas terlihat, bahwa ketiga variabel memiliki nilai chronbach’s alpha lebih dari 0,6. Maka indikator variabel dinyatakan reliabel.
KENAIKAN HARGA (X1) KUALITAS KEDELAI (X2) KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
Uji asumsi klasik
Uji normalitas
Tabel 1 . Uji normalitas Unstandardized Residual N 30 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.70580114 Most Extreme Differences Absolute .078 Positive .073 Negative -.078 Test Statistic .078 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 c,d
Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai signifikan Asiymp.sig (2-tailed) sebesar 0,200 yaitu lebih besar dari 0,05. Maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau persyaratan normalitas dalam model regresi telah terpenuhi.
## Uji heteroskedastisitas
Tabel 2. Uji heteroskedastisitas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.044 1.521 2.000 .056 Kenaikan Harga -.110 .071 -.528 -1.540 .135 Kualitas Kedelai .035 .041 .291 .849 .403
Tabel 2 terlihat bahwa nilai signifikan kedua variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
## Uji multikolinearitas
Tabel 3. Uji multikolinearitas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 7.754 2.849 Kenaikan Harga -.752 .134 -.750 .282 3.543 Kualitas Kedelai .850 .077 1.475 .282 3.543
Tabel 3 dapat diketahui nilai tolerance variabel yaitu variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai (X) adalah 0,282 berarti lebih dari 0,10 dan nilai VIF adalah 3,543 berarti kurang dari 10. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas.
Analisis regresi linier berganda
Tabel 4. Analisis regresi linier berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.754 2.849 Kenaikan Harga -.752 .134 -.750 Kualitas Kedelai .850 .077 1.475
Tabel 4 hasil analisis regresi dapat dijelaskan, nilai a sebesar 7.754 merupakan konstanta atau keadaan saat variabel keputusan pembelian belum dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu variabel kenaikan harga (X1) dan kualitas kedelai (X2). Jika variabel independen tidak ada maka variabel keputusan pembelian tidak mengalami perubahan. Nilai b 1 sebesar – 0,752 menunjukkan bahwa variabel kenaikan harga mempunyai pengaruh negatif terhadap keputusan pembelian yang bearti bahwa setiap kenaikan 1 satuan variabel kenaikan harga maka akan mempengaruhi keputusan pembelian sebesar -0,752, atau sebaliknya. Nilai b 2 sebesar 0,850 menunjukkan bahwa variabel kualitas kedelai mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian bearti bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel kualitas kedelai maka akan mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 0,850, atau sebaliknya.
## e. Uji koefisien determinasi
Tabel 5. Uji koefisien determinasi Model R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .864 .854 1.768
Tabel 5 menjelaskan persamaan koefisien determinasi sebagai berikut: KD = R 2 x 100%, KD = 0,864 x 100%, KD = 86,4 %
Hasil dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai KD adalah 86,4%. Artinya bahwa besarnya pengaruh kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian (Y) adalah sebesar 86,4%.
## Uji Koefisien Korelasi
Tabel 6. Uji Koefisien Korelasi Model R Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .930 a .854 1.768
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai korelasi variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai (X) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,930. Artinya hubungan yang diberikan oleh variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai (X) terhadap keputusan pembelian (Y) sangat kuat dan positif.
## Uji hipotesis
Uji t (Parsial)
Tabel 7. Uji t (parsial) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.754 2.849 2.722 .011 Kenaikan Harga -.752 .134 -.750 -5.614 .000 Kualitas Kedelai .850 .077 1.475 11.045 .000
Tabel 7 menunjukkan hasil nilai signifikan sebagai berikut: variabel kenaikan harga (X1) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05 artinya H o ditolak H a diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga secara parsial ada pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel kualitas kedelai (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05 artinya H o ditolak H a diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas kedelai secara parsial ada pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Uji F (Simultan)
Tabel 8. Uji F (simultan) Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 536.417 2 268.209 85.819 .000 b Residual 84.383 27 3.125 Total 620.800 29
Tabel 8 hasil menunjukkan nilai signifikan antara variabel bebas/independen (X) terhadap variabel terikat/dependen (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05 artinya H o ditolak H a diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (kenaikan harga dan kualitas kedelai) secara simultan ada pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian).
## PEMBAHASAN
Pengaruh kenaikan harga terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu
Hasil uji t menunjukkan nilai signifikan variabel kenaikan harga (X1) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05 artinya H o ditolak H a diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga secara parsial ada pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Seorang konsumen mengidentifikasi harga terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian dan harga pun selalu menjadi patokan utama bagi seorang konsumen dalam melakukan pembelian atau tidak. Semakin terjangkaunya suatu harga maka keputusan pembelian kedelai di pasar pagi Desa Gunung Batu akan meningkat, begitupun sebaliknya jika suatu harga mengalami kenaikan maka keputusan pembelian kedelai di pasar pagi Desa Gunung Batu akan menurun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikembangkan oleh Kurniawan (2020), Joshua & Padmalia (2016), Kristian & Widayanti (2016) yang mendukung bahwa harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
## Pengaruh kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu
Hasil uji t menunjukkan variabel kualitas kedelai (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05 artinya Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas kedelai secara parsial ada pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Kualitas produk diciptakan dengan tetap memperhatikan tujuan yaitu memuaskan dan mengutamakan kebutuhan atau keinginan konsumen. Begitupun dengan Kualitas kedelai, kualitas kedelai merupakan tanggung jawab besar bagi seorang pedagang tahu tempe, untuk menjaga keunggulan produknya. Semakin bagus kualitas kedelai maka produk yang dihasilkanpun akan sangatlah baik dan berkualitas. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dikembangkan oleh Kamalita (2021) yang mengatakan bahwa Kualitas Kedelai secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
## Pengaruh kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi Covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu
Hasil uji F menunjukkan nilai signifikan variabel Kenaikan Harga dan Kualitas Kedelai (X) terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,000 < 0,05 atau kurang dari 0,05 artinya Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (kenaikan harga dan kualitas kedelai) secara simultan ada pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian).
Diketahui nilai koefisien korelasi (R) secara keseluruhan sebesar 0,930 atau 93,0% yang bearti hubungan antara variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu dapat disimpulkan memiliki hubungan yang sangat kuat dan positif. Sedangkan koefisien determinasi (R 2 ) secara keseluruhan sebesar 0,864 dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh kenaikan harga dan kualitas kedelai terhadap keputusan pembelian kedelai di masa pandemi covid- 19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu adalah 86,4%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Igir, Tampi & Taroreh (2018) yang mendukung bahwa kenaikan harga dan kualitas kedelai secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji-t atau uji parsial diketahui bahwa; Variabel kenaikan harga (X1) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian (Y) kedelai di masa pandemi Covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu. Kemudian Variabel kualitas kedelai (X2) secara parsial terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel keputusan pembelian (Y) kedelai di masa pandemic Covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu. Terakhir Variabel kenaikan harga dan kualitas kedelai (X) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian (Y) di masa pandemi Covid-19 pada pasar pagi Desa Gunung Batu.
## REFERENSI
Afnina, & Hastuti, Y. (2015). Pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan. Jurnal Samudra konomi dan Bisnis . 9 (1), 22-23.
Boediono, M., Christian, S., & Immanuel, D. M. (2018). Pengaruh kualitas produk dan kualitas layanan terhadap keputusan pembelian konsumen sealantwax. Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis , 3(1), 92-93.
Habibah, U., & Sumiati. (2016) . Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian produk kosmetik wardah di kota bangkalan madura . Jurnal Ekonomi & Bisnis , 1(1), 31.
Igir, F. G., Tampi, J. R., & Taroreh, H. (2018). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian mobil daihatsu grand max pick up. Jurnal Administrasi Bisnis , 6(2), 88-93.
Riyono, & Budiharja. (2016) . Pengaruh kualitas produk, harga, promosi dan brand image terhadap keputusan pembelian produk aqua . Jurnal Stie Semarang , 8(2),101.
Ruhamak, M. (2016) . Analisis faktor yang mempengaruhi konsume dalam pengambilan keputusan pembelian produk air minum merk aqua. EkoNiKa , 1(1), 44.
Sugiyono. (2018) . Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA. Fatmaningrum, R. S., Susanto, & Fadhilah, M. (2020) . Pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian minuman frestea . Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) , 4(1), 176-177.
Joshua, D., & Padmalia, M. (2016). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen. Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship , 5(1), 27.
Kristian, D., & Widayanti, R. (2016). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian sepeda motor honda pada mahasiswa kampus 1 universitas kristen krida wacana. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis ,16(1), 45.
Sujarweni, V. W. (2020). Metodologi penelitian bisnis dan ekonomi. Solo: Pustaka Baru.
Ningsih, O. (2017). Dampak kenaikan harga kedelai terhadap industri tahu dan tempe di kota pekanbaru. JOM Fekon , 4(1), 994-997. Sudaryono. (2016) . Manajemen pemasaran teori & implementasi. Yogyakarta:CV ANDI OFFSET.
Suharno, & Sutarso, Y. (2011). Marketing in practice. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Budianto, A. (2015). Manajemen pemasaran . Yogyakarta: PENERBIT OMBAK. Tjiptono, F. (2015). Strategi pemasaran . Yogyakarta: CV ANDI OFFSET. Tjiptono, F., & Chandra, G. (2016). Service , Quality , Satisfaction . Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
|
03b3637e-ae0c-434c-a444-1c78fdd28488 | https://ejournal.unipas.ac.id/index.php/Agro/article/download/994/810 | Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
## Dampak Integrasi Tanaman Kopi dengan Budidaya Lebah terhadap Peningkatan Pendapatan dan Produksi Biji Kopi di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia
(The Integration Impact of Coffee Plants with Bee Cultivation on Increasing Income and Production of Coffee Beans in Simalungun Regency,
North Sumatra, Indonesia )
Saprina , Diana Chalil, Satia Negara Master of Agribusiness Study Program, Faculty of Agriculture, Universitas Sumatera Utara
Corresponding author email: [email protected]
Article history: submitted: July 26, 2022; accepted: October 30, 2022; available online: November 30, 2022
Abstract. The area of coffee plantations in Simalungun Regency which is still minimal from its optimal area is an obstacle for farmers to produce coffee which is currently low compared to the optimum production of Simalungun Arabica coffee. One alternative to increase coffee production is to integrate coffee plants with bees. The purpose of this study is to analyze the differences in production and income before and after integration, as well as the components of integration and their impact on the income of coffee farming and bee cultivation. The method of analysis is descriptive analysis and paired sample t test using SPSS. Research conducted December 2020 - December 2021. The results showed that coffee production and income were significantly different before and after integration. The integration components of beekeeping are bee stings as predators of coffee pest control, bee hairs as pollinators for coffee flower pollination. The integration component of bees is able to increase coffee production from reduced pests, while costs are reduced from decreased pesticide inputs and labor so that it has an impact on increasing coffee income. The integration component of coffee farming, namely coffee flower nectar and protective plant flowers as feed for bees, has produced multiflora honey, calliandra honey and coffee honey. Beekeeping in coffee plantations can reduce the cost of external feed inputs and the cost of renting beekeeping land. The reduced costs and the contribution of honey receipts have an impact on increasing the total income of integrated farmers. Inhibitors of integration are limited capital to buy bee boxes, lack of farmer response, non-continuous availability of bee feed, pest disturbances and theft of bee boxes, while the supporters of integration are the wide coffee and honey market, the assistance of bee boxes and the high price of honey.
Keywords: coffee beans; integration; bee; income
Abstrak. Luas perkebunan kopi di Kabupaten Simalungun yang masih minim dari luas optimalnya menjadi kendala petani untuk menghasilkan produksi kopi yang saat ini rendah dibandingkan dengan produksi optimum kopi arabika Simalungun. Salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi kopi yaitu melakukan integrasi tanaman kopi dengan lebah. Tujuan penelitian ini menganalisis perbedaan produksi dan pendapatan sebelum dan sesudah integrasi, serta komponen integrasi dan dampaknya terhadap pendapatan usahatani kopi dan budidaya lebah. Metode analisis yaitu analisis deskriptif dan uji paired sample t test menggunakan SPSS. Penelitian dilakukan Desember 2020 - Desember 2021. Hasil penelitian menunjukkan produksi dan pendapatan kopi berbeda signifikan sebelum dengan sesudah integrasi. Komponen integrasi budidaya lebah yaitu sengat lebah sebagai predator pengendalian hama kopi, bulu kaki lebah sebagai polinator penyerbukan bunga kopi. Komponen integrasi lebah mampu meningkatkan produksi kopi dari berkurangnya hama, sementara biaya berkurang dari menurunnya input pestisida dan tenaga kerja sehingga berdampak terhadap meningkatnya pendapatan kopi. Komponen integrasi usahatani kopi yaitu nektar bunga kopi dan bunga tanaman pelindung sebagai pakan lebah telah menghasilkan madu multiflora, madu kaliandra dan madu kopi. Budidaya lebah di kebun kopi dapat mengurangi biaya input pakan luar dan biaya sewa lahan budidaya lebah. Berkurangnya biaya serta adanya sumbangan penerimaan madu berdampak terhadap meningkatnya total pendapatan petani integrasi. Penghambat integrasi yaitu keterbatasan modal membeli kotak lebah, kurangnya respon petani, ketersediaan pakan lebah tidak kontinu, gangguan hama serta pencurian kotak lebah, sedangkan pendukung integrasi yaitu pasar kopi dan madu luas, adanya bantuan kotak lebah dan harga madu mahal.
Kata kunci: biji kopi; integrasi; lebah; pendapatan
## PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberi kontribusi devisa USD 579,98 juta pada tahun 2018, dan Indonesia merupakan negara produsen kopi ke empat terbesar di dunia, sehingga Direktorat Jenderal Perkebunan
menempatkan komoditas kopi menjadi salah satu komoditas prioritas untuk dapat ditingkatkan produksinya selain dari komoditas kelapa sawit, kakao, teh dan kelapa (Dirjenbun, 2015). Kopi merupakan mata pencaharian utama bagi sekitar 1,6 juta rumah tangga petani dimana 96% merupakan petani kecil dengan luas lahan kurang dari satu hektar dengan berbagai keterbatasannya (Ditjenbun, 2016; Mawardi, 2008).
Pada tingkat wilayah, Kabupaten Simalungun adalah penghasil kopi arabika ketiga setelah Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi. Hampir 60% produksi kopi arabika Sumatera Utara dipasok dari tiga Kabupaten ini. Produksi kopi di Indonesia hampir seluruhnya (96%) diusahai petani dengan sistem perkebunan rakyat. Jumlah petani kopi arabika di Indonesia mencapai 550.049 KK, dimana 119.576 KK (22%) berada di Sumatera Utara dan 17.055 KK (14%) merupakan petani kopi arabika di Kabupaten Simalungun (Ditjenbun, 2016).
Luas areal tanaman kopi arabika yang dimiliki petani Kabupaten Simalungun 0,47 ha per rumah tangga, hal tersebut menjadi sebuah permasalahan utama dalam memperoleh produksi kopi yang optimal. Potensi luas lahan yang optimal untuk menghasilkan produksi kopi yang baik yaitu 1 - 1,5 ha. Produksi kopi arabika Simalungun per rumah tangga yaitu 1.478 kg/ha/tahun (Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2021) artinya (hanya 24% dari potensi produksi kopi optimal sigalar utang). Produksi tersebut masih termasuk rendah dan masih jauh dibawah potensi produktivitas jenis kopi yang umumnya ditanam di Simalungun (varietas Sigalar Utang, dilepas tahun 2005) yang mencapai 2.000 - 2.500 kg/ha/tahun
atau sekitar 2 – 2,5 ton pada ketinggian tempat >1.000 mdpl (Mawardi, 2008).
Permasalahan selanjutnya dari segi pendapatan, petani kopi di Kabupaten Simalungun rata-rata menjual kopi dalam bentuk gelondong merah dan beberapa petani menjual gabah, sehingga hal tersebut menjadi sebab pendapatan petani rendah. Diperjelas dari hasil penelitian oleh (Saragih, 2019) di Kabupaten Simalungun bahwa pendapatan usaha tani kopi arabika yang paling rendah ada pada kelompok petani yang menjual dua jenis produk (kopi gabah dan gelondong merah) yaitu Rp 18.692.841/ha/tahun, disusul kelompok petani yang menjual gelondong merah dengan tingkat pendapatan sebesar Rp 22.951.126/ha/tahun, paling tinggi diperoleh pada kelompok petani yang menjual kopi gabah yaitu Rp 30.082.154/ ha/tahun, (Saragih, 2019), maka perlu rekomendasi kepada petani untuk menjual kopi dalam bentuk gabah supaya pendapatan tinggi.
Menurut penelitian (Saepudin et al., 2011), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kopi dan produksi madu secara efisien adalah dengan mengintegrasikan lebah madu dengan tanaman kopi. Selain dapat meningkatkan produksi kopi, sistem integrasi ini juga dapat meningkatkan pendapatan yang dapat dilihat dari meningkatnya produksi kopi dan produksi madu, mengingat saat ini Indonesia juga masih dihadapkan pada masalah utama yaitu rendahnya produksi madu.
Produksi madu Indonesia sekitar 2.000.000 kg/tahun dengan tingkat konsumsi madu per kapita masih rendah 10-15 gram/orang/tahun jika dibandingkan dengan konsumsi madu negara maju Jepang dan Australia yang mencapai 1.200-1.500
gram/orang/tahun (Novandra, A., &
Widnyana, 2013).
Untuk memenuhi kebutuhan madu, Indonesia masih mengimpor dari luar negeri sehingga ekspor dan impor madu mengalami defisit. Ekspor madu dunia 206.990 kg/tahun dan impor 2.117.424 kg/tahun (Sarah et al., 2019). Besarnya selisih nilai ekspor dan impor menandakan permintaan madu dalam negeri
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
terus meningkat dan belum diimbangi dengan meningkatnya produksi madu dalam negeri.
Salah seorang peneliti sinkolema yaitu (Saepudin et al., 2011) di Bengkulu, menyatakan bahwa dengan integrasi dapat meningkatkan produksi biji kopi sekitar 22% dan menghasilkan madu dengan kandungan sukrosa 28%. Produksi kopi di perkebunan yang terintegrasi dengan lebah mampu menghasilkan biji kopi 1.300 kg/hektar. Sedangkan produksi kopi di luar wilayah integrasi hanya menghasilkan biji kopi 1.100 kg/hektar. Artinya sistem integrasi ini dapat meningkatkan produksi biji kopi 10,5% (Saepudin et al., 2011).
Untuk meningkatkan pendapatan petani dari luas areal tanaman kopi arabika dan produksi kopi yang masih rendah, beberapa dari petani di Kabupaten Simalungun menerapkan tanaman kopi yang terintegrasi dengan budidaya lebah. Permasalahan utama yang dihadapi petani kopi saat itu adalah produktivitas yang menurun seiring dengan serangan hama penggerek buah kopi yang semakin agresif bersamaan dengan tingginya penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi.
Penelitian ini perlu dilakukan mengingat bahwa produksi kopi arabika di Kabupaten Simalungun yang masih rendah dengan luas areal kebun kopi yang rata-rata masih minim maka diharapkan tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis perbedaan produksi dan pendapatan kopi sebelum dan sesudah integrasi dengan lebah, selanjutnya mengetahui komponen integrasi yang terdapat pada usahatani kopi dan budidaya lebah serta dampaknya terhadap produksi, input, biaya dan penerimaan sehingga diperoleh persentase peningkatan produksi kopi dari sebelum dan sesudah integrasi, peningkatan pendapatan petani kopi arabika dari hasil madu dan produksi kopi yang meningkat. Selanjutnya menganalisis penghambat dan pendukung integrasi.
## METODE
Deskripsi Penelitian Integrasi dalam ilmu pertanian terpadu terdiri dari integrasi secara vertikal, horizontkal, segi lingkungan maupun segi
nilai ekonomi. Integrasi dalam penelitian ini adalah dari segi ekonomi, dimana hasil dari integrasi diperoleh dari dua sisi yaitu terjadi penurunan biaya dan peningkatan produksi. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode yang belum pernah dipergunakan sehingga kurangnya referensi sebagai pembanding penelitian terdahulu.
Metode Penentuan Lokasi dan Sampel Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling di Kabupaten Simalungun. Kecamatan Purba, Kecamatan Raya dan Kecamatan Pamatang Sidamanik merupakan sampel lokasi penelitian, karena di daerah tersebut adalah lokasi penerapan integrasi tanaman kopi arabika dengan budidaya lebah. Penentuan sampel dalam yaitu dengan menggunakan jenis non probability sampling.
Sampel dalam penelitian disini adalah petani kopi arabika yang mengintegrasikan tanaman kopi dengan lebah madu. Menurut ketua kelompok tani jumlah petani kopi yang melakukan integrasi dengan lebah sebanyak 67 KK. Karena belum adanya catatan pasti mengenai data tersebut maka penentuan sampel ditentukan secara snowball sampling (bola salju), dan ditetapkan sebanyak 23 responden petani kopi terintegrasi lebah madu.
## Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data satu tahun sebelum dan sesudah integrasi yang diperoleh langsung dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap 23 responden dengan tingkat pendidikan rata-rata SMA. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini tidak memakai eksperimental studi dengan dua waktu yang berbeda tetapi berdasarkan ingatan memori responden, sehingga ini menjadi salah satu kelemahan dalam penelitian ini.
Data sekunder yaitu berupa data produksi kopi dan madu, luas lahan kopi dan data jumlah petani kopi yang digunakan sebagai pendukung penelitian dan diperoleh dari sumber-sumber terkait seperti BPS, Dinas Perkebunan dan lembaga lainnya.
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
## Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis paired sample t-test dengan SPSS versi 21 . Langkah pertama data diolah menggunakan Microsoft Excel, dan dihitung pendapatan dengan rumus (Soekartawi, 1995).
π = TR – TC …………………………... (1)
Keterangan: π = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan Usahatani. TC = Total Biaya.
Penerimaan yang diperoleh dari usahatani kopi arabika dan budidaya lebah merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jualnya. Total penerimaan dalam penelitian ini dikonversikan dalam jangka waktu satu tahun, secara sistematis penerimaan dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 1995).
TR = ∑ 𝒊 𝒏 𝐘 𝐢 . 𝑃𝑦 𝑖 …………………………. (2)
Keterangan: TR = Penerimaan Total Yi = Output yang dihasilkan komoditas i 𝑃𝑦𝑖 = Harga Jual Output yang dihasilkan komoditas i
i = Biji kopi arabika, madu dan propolis mentah
n = Banyaknya jenis produk yang dihasilkan.
Penerimaan petani sesudah melakukan integrasi merupakan penjumlahan dari penerimaan usahatani kopi arabika dan budidaya lebah, sementara sebelum mengintegrasikan dengan lebah hanya memperoleh total penerimaan dari hasil usahatani kopi arabika saja. Untuk melihat peningkatan produksi kopi maka dilihat dari persentase serangan hama dengan estimasi perhitungan serangan hama biji kopi sebelum dan sesudah integrasi dengan rumus:
P = 𝐴
𝐵 ×100% …………………………..... (3)
Keterangan: P= Persentase Serangan (%) A = Jumlah buah kopi yang terserang B = Jumlah keseluruhan buah kopi
Adapun rumus untuk menentukan persentase perubahan beberapa indikator penelitian ini yaitu:
P i = SS i −SB i SS i ×100% ……………………. (4)
Keterangan: P i = Persentase Perubahan SS i =Indikator Sesudah Integrasi SB i =Indikator Sebelum Integrasi
Langkah selanjutnya pengujian dengan rumus Paired sample t-test untuk menganalisis uji beda rata-rata dua sampel berpasangan melihat terdapat tidaknya perbedaan secara signifikan produksi dan pendapatan kopi arabika sebelum dan sesudah integrasi dengan formulasi (Nuryadi, 2017):
t = 𝒅𝒊𝒇𝒇 − 𝟎 𝒔 …………………………… (5)
S = 𝑺 𝒅𝒊𝒇𝒇 √𝒏 ……………………………… (6)
Keterangan:
diff = Rata-rata selisih sampel n = jumlah sampel 𝑆 𝑑𝑖𝑓𝑓 = Selisih Standar Deviasi Sampel S = Estimasi Standar error rata-rata.
Nilai t yang dihitung kemudian dibandingkan dengan nilai t kritis pada tabel distribusi t dengan derajat kebebasan (df) = n-1 dan tingkat signifikansi yang dipilih.
## Tingkat Signifikansi (α)
Nilai α adalah peluang untuk membuat kesalahan tipe I. Kesalahan tipe I adalah kesalahan menolak H 0 , padahal H 0 benar. Penentuan tingkat signifikansi ini bervariasi sesuai keinginan peneliti. Nilai α yang umum digunakan adalah 0,05 (5%) dan 0,01 (1%). Nilai α merupakan batasan dalam menentukan pengambilan keputusan uji hipotesis.
Dasar Pengambilan Keputusan:
Dasar pengambilan keputusan uji-t dua sampel berpasangan ( paired sample t-test ) untuk mengukur ada tidaknya perbedaan rata-rata dua kelompok yang diuji dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel dengan nilai signifikansi sebagai berikut.
Jika: - t tabel ≤ t hitung ≤ + t tabel, maka H o diterima dan H a ditolak (Ridwan, 2005)
H o :Tidak terdapat perbedaan pendapatan dan produksi kopi arabika sebelum dan sesudah integrasi dengan lebah.
H a :Terdapat perbedaan pendapatan dan produksi kopi arabika sebelum dan sesudah integrasi dengan lebah.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Kondisi Usahatani Kopi
Rata-rata luas lahan dan jumlah tanaman kopi arabika yang dimiliki petani memiliki kondisi yang serupa saat sesudah dilakukan integrasi dengan lebah. Kondisi tersebut disebabkan tidak adanya penambahan tanaman kopi baru pada luas areal tanaman kopi sesudah integrasi, (lihat Tabel 1 berikut). Tabel 1 . Kondisi usahatani kopi arabika sebelum dan sesudah integrasi dengan budidaya lebah madu No. Deskripsi Sebelum Integrasi Rerata Sesudah Integrasi Rerata 1 Luas Lahan Kopi (hektar) 0,42 0,42 2 Jumlah Tan. Kopi (pohon/ha) 2.120 2.120 3 Umur Tan. Kopi (tahun) 7,78 = 8 9 4 Status Kepemilikan lahan Milik Pribadi Milik Pribadi 5 Pembungaan Tanaman Kopi (tahun) ±2-3 kali Total Kotak Lebah (Apis + Trigona/kotak/ha) 38
## Sumber: Data Primer diolah (2021)
Dari Tabel 1 luas lahan tanaman kopi responden sekitar 0,42 ha dengan jumlah tanaman kopi 2.120 pohon/ha, dan status kepemilikan milik pribadi. Namun berbeda dalam hal umur tanaman kopi, rata-rata petani kopi memiliki umur tanaman sekitar 8 tahun sebelum integrasi dan sekitar 9 tahun sesudah integrasi. Kondisi tersebut secara teori tentunya berpengaruh terhadap perbedaan produksi kopi arabika sebelum dan sesudah integrasi. Dari segi perbedaan umur, tanaman kopi umur 8 tahun sebelum integrasi berbeda tetapi perbedaan tersebut tidak jauh dari umur 9 tahun sesudah integrasi. Namun dapat diasumsikan bahwa umur tanaman 8 tahun dan 9 tahun merupakan umur tanaman kopi yang sama- sama masih berada pada umur puncak produktivitas untuk menghasilkan produktivitas kopi yang baik. Menurut catatan Kementan (2022), tanaman kopi yang dibudidayakan secara intensif sudah dapat berbuah pada umur 3-4 tahun untuk kopi arabika tetapi produktivitas tanaman kopi akan mencapai puncak produktivitas pada umur tanaman 7-9 tahun (sumber:https://www.validnews.id/ekonomi/ kementan-targetkan-penanaman-10-juta
pohon-kopi-di-2022). Artinya dalam penelitian ini, umur tanaman kopi masih dapat ditolerir.
## Kondisi Budidaya Lebah Madu
Pada Tabel 1 terlihat bahwa kotak lebah pada budidaya lebah madu ada 2 jenis yaitu kotak lebah Apis sp (stup) dan kotak lebah Trigona sp (log). Di lokasi penelitian kebanyakan petani memanfaatkan tanaman berbunga berupa tanaman kaliandra yang tumbuh liar di areal kebun tanaman kopi masyarakat. Rata-rata petani memiliki jumlah kotak lebah keseluruhan sebanyak 38 kotak lebah/ha, diantaranya kotak lebah Apis 35 stup/ha dan kotak lebah Trigona 3 log/ha. Pada umumnya responden kebanyakan membudidayakan lebah Apis dari pada Trigona karena lebah Trigona memiliki harga kotak lebah dan bibit yang mahal. Bibit lebah Trigona lebih sulit diperoleh yaitu dari hutan-hutan liar tetapi kualitas madu yang dihasilkan lebah Trigona lebih baik dibandingkan lebah Apis , tak heran harga jual madu Trigona lebih tinggi ketimbang madu Apis . Lebah Apis lebih bagus dalam hal penyerbukan pada tanaman berbunga sementara lebah Trigona lebih bagus dalam penghasil madu.
Komponen Integrasi Usahatani Kopi
## Arabika dan Budidaya Lebah
Komponen integrasi dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu komponen
integrasi pada usahatani kopi arabika dan komponen integrasi pada budidaya lebah, komponen tersebut terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen integrasi
Komponen Integrasi Budidaya Lebah Komponen Integrasi Usahatani Kopi Lebah Terhadap Tanaman Kopi 1) Pemanfaatan penyerbukan oleh lebah saat tanaman kopi berbunga.
2) Pemanfaatan lebah sebagai pengendalian hama pada tanaman kopi.
- Hama Penyakit Tanaman Menurun
- Produksi kopi meningkat
- Penggunaan pestisida dan tenaga kerja berkurang.
- Biaya pestisida dan tenaga kerja berkurang. - Penerimaan kopi meningkat
- Pendapatan kopi meningkat.
## Tanaman Kopi Terhadap Lebah
1) Pemanfaatan lahan kopi sebagai penempatan kotak lebah untuk budidaya lebah yang produktif. -Tanpa sewa lahan khusus budidaya lebah
2) Pemanfaatan pakan dari nektar bunga kopi dan bunga pelindung kopi saat berbunga.
- Pakan tersedia, input luar seperti cairan gula berkurang.
- Adanya produksi madu murni.
- Penerimaan madu tinggi.
- Hemat biaya, pendapatan total petani integrasi meningkat.
## Sumber: Data primer, 2021
Berdasarkan Tabel 2 tersebut maka komponen integrasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Komponen Integrasi Budidaya Lebah Terhadap Tanaman Kopi Arabika
Komponen integrasi budidaya lebah madu yaitu lebah sebagai predator dalam pengendalian hama tanaman kopi khususnya hama PBKo yang menyerang biji kopi arabika, dan bulu-bulu pada kaki lebah sebagai polinator dalam penyerbukan pada bunga tanaman kopi saat berbunga. Komponen integrasi tersebut dapat mempengaruhi produksi, penggunaan input dan biaya serta penerimaan kopi, sehingga berdampak terhadap pendapatan petani kopi.
Komponen Integrasi Lebah Mempengaruhi Produksi Kopi
Serangan hama menjadi salah satu sebab berkurangnya produksi kopi arabika. Misalnya terlihat dari tingginya kopi cherry yang terapung saat direndam dalam air akibat serangan hama. Saat dilakukan wawancara, seorang responden mengatakan bahwa sebelum integrasi dari produksi 100 kg cherry , sekitar 30% kopi cherry terapung dalam air, sesudah integrasi serangan hama berkurang menjadi 10-12% kopi yang terapung dalam air. Peran lebah sebagai polinasi dan predator bagi pengendalian hama tanaman kopi di lokasi penelitian dapat menyebabkan meningkatnya produksi kopi arabika sebagai berikut.
Sumber: Data Primer Diolah (2021) Gambar 1. Persentase serangan hama dan peningkatan produksi kopi 25% 5.549 kg/ha/tahun 23% 5.879 kg/ha/tahun Terjadi Peningkatan produksi kopi cherry sesudah integrasi
sebesar 5,95%
P E R S E N T A S E S E R A N G A N H A M A P R O D U K S I K O P I ( C H E R R Y ) P E R S E N T A S E P E N I N G K A T A N P R O D U K S I K O P I ( C H E R R Y ) P E N I N G K A T A N P R O D U K S I K O P I ( C H E R R Y )
Sebelum Integrasi dengan Lebah Sesudah Integrasi dengan Lebah
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
Dari Gambar 1, terlihat serangan hama pada buah kopi cherry sebelum integrasi rata-rata adalah sebesar 25% lebih tinggi dari sesudah integrasi dengan lebah yaitu rata-rata dengan serangan 23%. Artinya serangan hama pada tanaman kopi menurun sekitar 2% saat sesudah integrasi dengan lebah. Dapat disimpulkan bahwa dengan berkurangnya serangan hama tanaman kopi maka berkurangnya biji kopi yang rusak, biji kopi hampa (biji kopong) sehingga produksi meningkat sebesar 5,95% dari sebelum integrasi. Berbeda dari hasil penelitian oleh (Saepudin, 2013) yang mana peningkatan produksi dari sistem integrasi lebih tinggi. Saepudin menyatakan bahwa dengan adanya sistem integrasi tanaman kopi dengan lebah (sinkolema) dapat meningkatkan produksi kopi sebesar 10,55% dengan penggunaan kotak stup 66 kotak/ha tanaman kopi, sementara dalam penelitian ini jumlah kotak lebah sebanyak 38 kotak/ha tanaman kopi dan meningkatkan produksi 5,95%. Hal ini
berarti responden perlu menambah jumlah kotak lebah pada areal lahan kopi arabika.
## Komponen Integrasi Lebah Mempengaruhi Input dan Biaya Produksi Kopi
Jenis input produksi yang dipengaruhi oleh komponen integrasi dari budidaya lebah terdiri dari input pestisida dan input tenaga kerja. Lebah sebagai predator dapat mengendalikan hama tanaman kopi sehingga petani mengurangi penggunaan input pestisida dalam membasmi hama pada tanaman kopi. Lebah sensitif terhadap penggunaan pestisida kimia, sehingga dalam penerapan integrasi ini petani mengurangi penggunaan dosis pestisida dalam membasmi gulma dan membersihkan gulma dengan alat mesin potong rumput.
Berkurangnya input pestisida berarti berkurang pula input tenaga kerja dalam merawat tanaman kopi. Berikut persentase penggunaan input dan biaya usahatani kopi arabika.
## Sumber: Data Primer Diolah (2021)
Gambar 2. Persentase penurunan input dan biaya sebelum dan sesudah integrasi dengan lebah
Terlihat pada Gambar 2 persentase penurunan biaya pestisida akibat pengurangan penggunaan pestisida yaitu sebesar 66% dari sebelum integrasi. Sementara itu persentase penurunan biaya tenaga kerja sebagai akibat integrasi dalam penggunaan tenaga kerja ialah sekitar 92%. Artinya persentase penurunan biaya tersebut sangat signifikan dari sebelum integrasi. Berkurangnya penggunaan pestisida maka peningkatan produksi kopi arabika jauh lebih ramah terhadap lingkungan. Penelitian ini
diperjelas oleh penelitian (Saepudin, 2013) tentang analisis keberlanjutan model integrasi lebah dengan kebun kopi (Sinkolema) dalam rangka peningkatan produksi madu dan biji kopi diperoleh indek keberlanjutan sesudah penerapan integrasi adalah 75,96 atau pada posisi sangat baik.
Hal ini jauh lebih tinggi yaitu 59,50 atau cukup pada sebelum penerapan integrasi, artinya penerapan integrasi lebah madu kebun kopi meningkatkan pembangunan
13 liter Rp. 712.789/ha/thn 13,76 HOK/ha Rp.1.066.327/ha/thn 4 liter Rp. 238.848/ha/thn Terjadi Penurunan biaya pestisida sesudah integrasi sebesar 66% 1,16 HOK/ha Rp. 89.943/ha/thn Terjadi penurunan biaya
T.K (semprot) sesudah integrasi sebesar 92%
INPUT PESTISIDA BIAYA PESTISIDA PERSENTASE
PENURUNAN BIAYA
PESTISIDA INPUT TENAGA
KERJA (SEMPROT) BIAYATENAGA KERJA (SEMPROT) PERSENTASE PENURUNAN BIAYA TENAGA KERJA PENURUNAN INPUT DAN BIAYA PRODUKSI KOPI Sebelum Integrasi dengan Lebah Sesudah Integrasi dengan Lebah
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
budidaya lebah madu dan perkebunan kopi yang berwawasan lingkungan.
## Komponen Integrasi Lebah Mempengaruhi Penerimaan dan Pendapatan Kopi
Berkurangnya penggunaan input pestisida dan tenaga kerja berdampak
terhadap berkurangnya biaya produksi dan meningkatnya penerimaan kopi saat periode itu yang secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan dari hasil kopi. Berikut persentase peningkatan penerimaan dan pendapatan dari kopi arabika.
Sumber: Data Primer diolah (2021)
Gambar 3. Persentase peningkatan penerimaan dan pendapatan kopi
Gambar 3 terlihat bahwa persentase peningkatan penerimaan dari kopi arabika sesudah integrasi sebesar 1,94% dari sebelumnya. Peningkatan tersebut diperoleh dari meningkatnya produksi kopi arabika sebesar 5,59% akibat integrasi pada periode itu. Walaupun pada saat itu harga jual kopi rata-rata sedikit mengalami penurunan sebesar 4% dari sebelumnya. Penurunan harga rata-rata kopi pada saat integrasi bukan disebabkan oleh adanya pengaruh integrasi tetapi disebabkan adanya fluktuasi harga yang tinggi di pasar yang tidak menjadi kuasa dari petani. Penelitian oleh (Nasution & Rahmanta, 2022) menjelaskan bahwa harga kopi arabika Tapanuli Utara mengalami fluktuasi harga yang tinggi dengan trend yang meningkat sebesar 5% pada beberapa tahun terakhir yang menyulitkan petani kopi arabika dalam mengambil keputusan produksi dan menimbulkan disinsentif dalam usahatani.
Meningkatnya penerimaan kopi arabika di Kabupaten Simalungun secara tidak langsung mampu meningkatkan pendapatan kopi arabika sebesar 5,55%. Peningkatan pendapatan dari kopi arabika tersebut
dipengaruhi oleh menurunnya biaya keseluruhan dalam memproduksi kopi arabika sesudah integrasi pada periode itu, yakni dengan penurunan sebesar 4,3% dari sebelumnya.
## b. Komponen Integrasi Usahatani Kopi Arabika Terhadap budidaya Lebah
Komponen integrasi usahatani kopi arabika yaitu nektar bunga kopi dan bunga tanaman pelindung kopi pada saat berbunga yang digunakan sebagai pakan bagi lebah. Selain itu penyedia lokasi penempatan kotak lebah pada area kebun kopi tanpa mengeluarkan biaya sewa lahan khusus untuk budidaya lebah.
Komponen Integrasi Usahatani Kopi Mempengaruhi Produksi Madu
Komponen integrasi usahatani kopi yaitu berupa nektar bunga kopi dan bunga tanaman pelindung kopi yang mampu menghasilkan produksi madu. Kandungan nektar dan polen pada bunga kopi dan bunga tanaman pelindung kopi arabika dapat menjadi pakan bagi lebah sebagai sumber vitamin dan karbohidrat untuk dapat bertahan hidup serta penghasil cairan madu pada sarang lebah.
Rp. 47.528.533/ha/thn Rp. 30.017.241/ha/thn Rp. 48.448.967/ha/thn Terjadi peningkatan penerimaan kopi sesudah integrasi
sebesar 1,94%
Rp. 31.682.087/ha/thn
Terjadi Peningkatan Pendapatan kopi sesudah integrasi sebesar 5,55% PENERIMAAN KOPI PERSENTASE
PENINGKATAN PENERIMAAN KOPI
PENDAPATAN KOPI PERSENTASE PENINGKATAN PENDAPATAN KOPI PENINGKATAN PENERIMAAN DAN PENDAPATAN KOPI Sebelum Integrasi dengan Lebah Sesudah Integrasi dengan Lebah
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
Berikut adalah persentase produksi madu hasil pemanfaatan nektar tanaman berbunga, nektar bunga kopi serta nektar bunga pelindung.
Sumber: Data Primer Diolah (2021)
Gambar 4. Persentase Produksi Madu Hasil Integrasi dengan Tanaman Kopi Arabika
Berdasarkan Gambar 4 adanya integrasi antara tanaman kopi dengan budidaya lebah di lokasi lahan kopi telah menghasilkan total produksi madu sebesar 148 kg/ha/tahun atau sekitar 4 kg/koloni/tahun, tetapi produksi madu ideal yaitu sekitar 5-10 kg/koloni/tahun. Dengan integrasi ini setidaknya ada penghasilan dari nektar bunga kopi walaupun hanya sebesar 8%.
Dari penelitian yang sudah dilakukan oleh (Erawati, 2015) yaitu perkembangan koloni dan produksi lebah madu Apis mellifera di kebun Stroberi (Fragaria sp) Agrowisata di Desa Karang Jaya Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Hasil menunjukan produksi stroberi sebelum integrasi rata-rata 25,55 kg/minggu dan sesudah integrasi 30,8 kg/minggu. Produksi stroberi sebelum integrasi dan sesudah integrasi mengalami peningkatan 17% setelah integrasi. Disimpulkan bahwa penerapan sistem integrasi Apis mellifera dengan kebun stroberi mampu meningkatkan koloni lebah dan produksi stroberi. Namun tidak meningkatkan produksi madu.
Tanaman pelindung kaliandra di lokasi penelitian lebih banyak dibandingkan jumlah pelindung kopi lainnya, maka berdasarkan Gambar 5 produksi madu kaliandra lebih tinggi yaitu 2,59 kg/koloni. Secara alami kaliandra berbunga sepanjang tahun. Oleh karena kemampuan berbunga sepanjang tahun, maka kaliandra cocok untuk dijadikan pakan lebah sebagai sumber nektar yang
dihasilkan dari bunganya (Macqueen, 1992). Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Saragih, 2019), bahwa Sumber nektar kaliandra memberikan hasil produksi tertinggi dibanding sumber nektar kopi dan jagung. Total rata-rata produksi madu nektar kaliandra mencapai 1,98 kg/koloni, sumber nektar kopi mencapai 1,66 kg/koloni, sedangkan pada tanaman jagung mencapai 1,25kg/koloni.
## Komponen Integrasi Kopi Mempengaruhi Input & Biaya Produksi Madu
Input yang dipengaruhi oleh komponen integrasi tanaman kopi yaitu input lahan dan pakan lebah. Lokasi merupakan hal yang penting dalam budidaya lebah. Lahan kopi merupakan lokasi yang cukup strategis dalam budidaya lebah, selain jauh dari perumahan masyarakat, nektar bunga pada lahan kopi dan pelindung kopi dapat menjadi pakan lebah ketika dalam masa berbunga. Petani menanam vegetasi bunga lain untuk mencukupi kebutuhan pakan lebah.
Hasil penelitian diperoleh jumlah keseluruhan tanaman pelindung kopi di Simalungun ada 76 pohon/ha, dengan jumlah tanaman kopi 2.120 pohon/ha. Jika dibandingkan dengan kriteria umum jumlah pelindung minimal untuk tanaman kopi harusnya 400 pohon/ha (Zaenudin, 2009) hal ini berarti jumlah pohon pelindung kebun kopi di Simalungun masih sangat rendah baik dari segi sebagai pelindung kopi maupun dari segi ketersediaan pakan lebah, artinya petani
26% 66% 8%
1 kg/koloni
2,59 kg/koloni
0,30 kg/koloni 38,14 kg/ha/thn 98,28 kg/ha/thn
10,89 kg/ha/thn MADU MULTIFLORA MADU KALIANDRA MADU KOPI
PRODUKSI MADU HASIL INTEGRASI DENGAN TANAMAN KOPI
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
perlu menambah jumlah tanaman pelindung kaliandra jika ingin digunakan sebagai sumber nektar pakan lebah.
Dengan penggunaan input lahan untuk budidaya lebah pada kebun kopi, artinya petani tidak perlu menyewa tempat khusus untuk budidaya lebah. Dengan adanya input pakan lebah dari lahan kopi maka input pakan meningkat daripada hanya memanfaatkan nektar tanaman bunga dari sekitar budidaya lebah saja. Penggunaan input pakan alam tersebut dapat menghemat penggunaan biaya input luar berupa cairan gula sebagai bahan tambahan ketika lebah kekurangan pakan nektar. Namun
berdasarkan wawancara, petani lebah tidak menggunakan cairan gula karena ingin menghasilkan madu murni.
Komponen Integrasi
Tanaman Kopi Mempengaruhi Pendapatan Madu
Dari nektar bunga kopi dan bunga tanaman pelindung diperoleh penerimaan Rp.38.411.601/ha/tahun, dari produksi madu sebanyak 148 kg/ha/tahun atau sekitar 4 kg/koloni/tahun dan produksi propolis mentah 20,37 kg/ha/tahun atau sekitar 0,54 kg/log/tahun. Berikut persentase penerimaan madu dan kopi terhadap peningkatan total pendapatan petani.
Sumber: Data Primer Diolah (2021)
Gambar 5. Persentase Peningkatan Total Pendapatan Sebelum dan Sesudah Integrasi
Berdasarkan
Gambar 5 dapat disimpulkan
bahwa hanya dengan penambahan biaya input sebesar 19% untuk budidaya lebah madu, terjadi peningkatan total penerimaan petani sebesar 83% dari sebelum integrasi. Sumbangan penerimaan tersebut 56% dari kopi lebih tinggi dan sisanya 44% dari madu yang produksinya hanya sedikit ketimbang produksi kopi. Namun dari segi pendapatan total, sumbangan pendapatan tertinggi ada pada pendapatan madu sekitar 52% lebih tinggi dari sumbangan pendapatan kopi 48%. Hal tersebut karena harga madu saat itu lebih mahal ketimbang harga kopi sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk kopi
lebih tinggi 81% ketimbang biaya produksi madu.
Perbedaan Signifikan Pendapatan &
Produksi Kopi Sebelum & Sesudah
Integrasi
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas terlihat pada Tabel 3 berikut.
Hasil uji normalitas (Shapiro-Wilk) menunjukkan bahwa semua data berdistribusi dengan normal karena nilai signifikansi > 0,05, sehingga memenuhi kaidah untuk menggunakan uji parametrik paired sample t test dengan hasil uji beda rata-rata sebagai berikut.
44% 19% 52% Rp. 47.528.533/ha/thn Rp. 86.860.569 56% Rp. 17.511.292 Rp. 20.694.867 81% Rp. 30.017.241 Rp. 66.165.702 48% Total Penerimaan Sebelum
Integrasi (kopi) Total Penerimaan Sesudah Integrasi (Kopi+madu) Total Biaya Sebelum Integrasi (kopi) Total Biaya Sesudah Integrasi (Kopi+madu) Total Pendapatan Sebelum Integrasi (kopi) Total Pendapatan Sesudah Integrasi (Kopi+madu) PENINGKATAN TOTAL PENDAPATAN SEBELUM DAN SESUDAH
## INTEGRASI DENGAN LEBAH
Madu Kopi
Tabel 3. Normalitas data Shapiro-Wilk Keputusan Df Sig. Pendapatan Kopi sebelum Integrasi 23 0,924 Berdistribusi normal Pendapatan Kopi Sesudah Integrasi 23 0,684 Berdistribusi normal Produksi Kopi Sebelum Integrasi 23 0,977 Berdistribusi normal Produksi Kopi Sesudah Integrasi 23 0,963 Berdistribusi normal
Nilai α = 0,05
Sig > 0,05 = Data Berdistribusi Normal, Sig < 0,05 = Data Tidak Berdistribusi Normal Sumber : Data primer diolah, 2021
Pada Tabel 4 paired sample t test nilai t- hitung dari pendapatan kopi arabika sebesar 2,197 > t-tabel 2,074. Hal ini berarti terdapat perbedaan signifikan pendapatan kopi arabika sebelum dan sesudah integrasi dengan lebah. Di lokasi penelitian dari segi penerimaan kopi sesudah integrasi lebih tinggi dari sebelum integrasi, selain itu juga biaya produksi kopi sesudah integrasi lebih rendah dibandingkan sebelum integrasi, sehingga pendapatan kopi arabika sebelum dan sesudah integrasi memiliki perbedaan yang signifikan terhadap perubahan pendapatan kopi sebelumnya. Jika dilihat dari total pendapatan yang diterima memiliki perbedaan total pendapatan yang sangat signifikan karena total pendapatan petani sebelum integrasi hanya diperoleh dari hasil
kopi saja, sedangkan sesudah integrasi petani memperoleh total pendapatan dari hasil kopi, madu dan propolis mentah.
Dari segi produksi, Nilai t-hitung dari produksi kopi arabika sebesar 3,579 > t-tabel 2,074. Berarti terdapat perbedaan signifikan produksi kopi arabika sebelum dan sesudah integrasi dengan lebah madu. Perbedaan produksi kopi arabika tersebut sebesar 330 kg/ha/tahun lebih tinggi dari sebelumnya. Produksi kopi lebih tinggi sesudah integrasi karena adanya pengurangan serangan hama 2% dari periode sebelum integrasi, serta disebabkan adanya polinasi oleh lebah, meski umumnya penyerbukan bukan hanya dilakukan lebah tetapi dari serangga penyerbuk lain diluar ranah penelitian ini.
Tabel 4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Berpasangan ( Paired Sample t- Test)
Deskripsi n Statistika Deskriptif Paired t Test Mean t- hitung df Sig (2.tailed) Keputusan Mean Pendapatan Kopi Arabika Sebelum Integrasi (Rp/ha/thn) 23 30.017.241 1.664.846 2,197 22 0,039 Berbeda signifikan Pendapatan Kopi Arabika Sesudah Integrasi (Rp/ha/thn) 23 31.682.087 Produksi Kopi Arabika Sebelum Integrasi (kg/ha/thn) 23 5.549 330 3,579 22 0,002 Berbeda signifikan Produksi Kopi Arabika Sesudah Integrasi (kg/ha/thn) 23 5.879
t-tabel = 2,074 sig = 0,05 Sumber : Data primer diolah, 2021
Dengan integrasi ini petani tidak perlu menambah luas lahan kopi karena sudah
merupakan salah satu alternatif bagi petani untuk meningkatkan produksi kopi namun
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
belum mampu memproduksi madu yang tinggi khususnya madu dari nektar kopi.
## Faktor Pendorong Integrasi Pasar dan Harga Jual yang Mendukung
Petani kopi tidak memiliki kesulitan dalam memasarkan kopi maupun madu. Banyak pedagang menampung hasil produksi kopi baik dalam bentuk cherry maupun dalam bentuk gabah. Begitu juga dengan madu, permintaan madu cukup tinggi, bahkan produksi madu yang diperoleh petani tidak mampu mencukupi permintaan konsumen. Harga jual madu yang tinggi akibat ketersediaan yang rendah dapat menambah penerimaan saat harga kopi turun. Harga madu trigona adalah jenis madu berkualitas yang memiliki harga jual tinggi rata-rata Rp. 500.000-600.000/kg pada periode saat itu.
Faktor Penghambat Integrasi a. Keterbatasan Modal dalam Integrasi
Selain biaya perawatan tanaman kopi, modal awal yang perlu disediakan dalam budidaya lebah tidak murah. Responden yang belum mengetahui teknik membuat kotak lebah menyebabkan harus membeli kotak beserta bibit lebah. Jumlah kotak lebah responden hanya 38 kotak lebah/ha tanaman kopi dengan produksi madu 148 kg/koloni/tahun. Jumlah tersebut masih kurang jika dibandingkan jumlah kotak lebah optimal untuk 2.000 pohon/ha maka dibutuhkan 66 kotak lebah/ha tanaman kopi, dengan asumsi bahwa tidak adanya predator lain yang menghisap nektar bunga kopi (Saepudin, 2013). Produksi madu dalam penelitian ini 4 kg/koloni, sedangkan produksi ideal madu yaitu sekitar 5-10 kg/koloni/tahun. Artinya responden masih belum cukup modal membeli kotak lebah.
## b. Kurangnya Kesadaran Petani
Pada dasarnya pelatihan budidaya lebah kepada masyarakat sudah ada diterapkan di Kabupaten Simalungun. Namun belum efektif diterapkan petani. Meskipun sudah ada beberapa kecamatan memperoleh bantuan fasilitas produksi tetapi masyarakat
kurang respon terhadap hal tersebut. Ketika ada bantuan stup (kotak lebah Apis ) namun responden masih ada yang tidak menjaga dan merawat dengan baik fasilitas itu, sehingga banyak kotak lebah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
## c. Ketersediaan Pakan Tidak Kontinu
Pakan lebah di lokasi penelitian masih belum tersedia dengan cukup jika dilihat dari jumlah tanaman pelindung yang masih sedikit dari potensinya. Selain itu, tanaman kopi sebagai penghasil nektar dan polen tidak mampu berbunga sepanjang tahun, hanya 2-3 kali berbunga dalam setahun dengan daya tahan layu 3-4 hari sehingga pakan masih kurang tersedia secara kontinu. Hal tersebut mempengaruhi jumlah koloni lebah dalam kotak lebah. Sesuai dengan penelitian (Kuntadi, 2006), mengemukakan bahwa lebah tropis Apis cerana lebih rentan terhadap kekurangan pakan sehingga banyak koloni lebah yang hijrah ke wilayah yang lebih mendukung dalam ketersediaan pakan. Hal tersebut berdampak terhadap produksi madu yang dihasilkan dan pengendalian hama pada lahan kopi.
## d. Pencurian dan perusak Kotak Lebah
Kotak lebah yang sudah berisi lebah dan menghasilkan madu di lokasi peletakkan yang jauh dari pemukiman sering terjadi pencurian oleh manusia. Harga kotak lebah dan madu yang mahal menyebabkan banyak manusia tergiur dalam pencurian kotak lebah. Selain itu, hama seperti kera (monyet), dan semut juga menjadi penyebab kerusakan kotak lebah dan hasil madu.
## SIMPULAN
Produksi dan pendapatan kopi arabika berbeda signifikan sebelum dengan sesudah integrasi. Komponen integrasi lebah sebagai predator dan polinator bunga tanaman kopi meningkatkan produksi kopi melalui berkurangnya hama, mengurangi input pestisida dan tenaga kerja, sehingga berdampak positif terhadap pendapatan kopi. Sementara komponen integrasi usahatani
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
kopi sebagai penyedia nektar pakan lebah menghasilkan madu multiflora, kaliandra dan madu kopi, mengurangi input pakan luar serta penyedia lokasi peletakan kotak lebah di kebun kopi.
Penghambat integrasi tanaman kopi dengan lebah yaitu keterbatasan modal, kurangnya kesadaran petani, pakan tidak kontinu, gangguan hama dan pencurian kotak lebah. Pendukung integrasi ketersedian pasar kopi dan madu, bantuan kotak lebah dan harga madu mahal.
## DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara.
(2021). Laporan Perkebunan Rakyat Komoditas Kopi Arabika . SPBE Statistik Perkebunan Provinsi Sumatera Utara.
Dirjenbun. (2015). Dikutip dari Ringkasan Eksekutif. Penelitian Pelaku Usaha dan Struktur Pasar Pada Komoditas Kopi. Komisi Pengawas Persaingan Usaha 2020. https://kppu.go.id/wp- content/uploads/2021/01/Kopi- Ringkasan-Eksekutif.pdf.
Ditjenbun. (2016). Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017: Kopi, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI (Journal of Regional and Rural Development Planning (ed.)). doi:http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2 019.3.1.1-10
Erawati, J. (2015). Perkembangan Koloni dan Produksi Lebah Madu Apis millifera di Kebun Stroberi Agrowisata di Desa Karang Jaya Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong . Universitas Bengkulu. Kuntadi. (2006). Pakan Buatan untuk Lebah Madu Prosiding Gelar dan Dialog
Teknologi Bogor Puslitbang Kehutanan dan Konservasi Departemen Kehutanan . https://adoc.tips/download/produktivita s-lebah-madu-apis-cerana-pada- penerapan-sistem-i.html Macqueen, D. (1992). Calliandra
calothyrsus: Complication of Plant Taxonomy, Colony (Rev 71). Biology for seed collection Commonwealth Forest.
Mawardi, S. (2008). Strategi ekspor komoditas perkebunan dalam situasi krisis finansial, kasus pada kopi, Makalah pada Seminar Nasional dan Display Product dalam rangka Dies Natalis ke-44 .
Nasution, S. K., & Rahmanta. (2022).
Analisis Transmisi Harga dan Faktor Pembentukan Harga di Tingkat Lembaga Pemasaran Kopi Arabika di Kabupaten Tapanuli Utara , Sumatera Utara, Indonesia (Analysis of Price Transmission and Price Formation at the Level of Arabica Coffee Marketing Institut. Agro Bali : Agricultural
Journal , 5 (1), 67–75. https://doi.org/10.37637/ab.v5i1.869.
Novandra, A., & Widnyana, I. M. (2013).
Peluang pasar produk perlebahan Indonesia. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu .
Nuryadi. (2017). Dasar-dasar Statistik Penelitian (Cetakan I). Sibuku Media.
Ridwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Dan Penelitian Pemula . Alfabeta.
Saepudin, R. (2013). Analisis Keberlanjutan Model Integrasi Lebah Dengan Kebun Kopi (Sinkolema) Dalam Rangka Peningkatan Produksi Madu dan Biji Kopi.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia , 8 (1), 1–15. https://doi.org/10.31186/jspi.id.8.1.1-15
Saepudin, R., Fuah, A. M., & Abdullah, L.
(2011). Peningkatan Produktivitas Lebah Madu Melalui Penerapan Sistem Integrasi dengan Kebun Kopi. Jurnal Sain Peternakan Indonesia , 6 (2), 115–
124.
https://doi.org/10.31186/jspi.id.6.2.115- 124
Saragih, J. R. (2019). Pendapatan dan Nilai Tambah Pengolahan Primer Kopi
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 5 No. 3: 529-542, November 2022 https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.994
Arabika di Desa Sait Buttu Saribu,
Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Journal of Regional and Rural Development Planning , 3 (1), 1. https://doi.org/10.29244/jp2wd.2019.3.
1.1-10 Sarah, D., Suryana, R. N., & Kirbrandoko,
K. (2019). Strategi Bersaing Industri Madu (Studi Kasus: CV Madu Apiari Mutiara). Jurnal Aplikasi Bisnis Dan
Manajemen , 5 (1), 71–83.
https://doi.org/10.17358/jabm.5.1.71 Soekartawi. (1995). Analisis Usahatani .
Universitas Indonesia Press.
Zaenudin. (2009). Good Agricultural
Practices and Sustainable Coffee Production . Modul Training of Trainers
Course, IFC and PT. Indo Cafco.
|
27005960-bcc4-45ef-a35f-9c39243774d3 | https://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/ulumuna/article/download/5857/3664 | Ulûmuna: Jurnal Studi Keislaman Vol.8 No.1: Juni 2022 P-ISSN 2442-8566 E-ISSN 2685-9181
## PROGRAM INKLUSI KEUANGAN SYARIAH UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN UMKM
Nasyiatul Farida STAI Al Fithrah, Surabaya Email: [email protected]
Moh. Arifin STAI Al Fithrah, Surabaya Email: [email protected]
## Abstract
Access to finance by MSMEs is still quite difficult, until a financial inclusion program appears whose goal is to make it easier for MSMEs to get financing. The program is driven by BMT as a sharia-based socio-economic institution whose aim is to improve the welfare of the community. This research is a qualitative type with a case study approach. The data were obtained through interviews, observations, and documentation which were analyzed using explanatory methods. The result of this study is that the financial inclusion program has been able to provide access for the unbanked community to obtain convenience in applying for financing. The concept of Islamic service excellent has been able to provide comfort and convenience for MSMEs to conduct financing transactions to develop their business. So that prosperity can be achieved by increasing income.
Keywords : BMT, MSME, Financial inclusion, welfar.
## Abstrak
Akses keuangan oleh UMKM masih cukup sulit, sampai muncul program inklusi keuangan yang tujuannya adalah memberikan kemudahan kepada UMKM untuk mendapatkan pembiayaan. Program tersebut dimotorik oleh BMT sebaga Lembaga social-ekonomi berbasis syariah yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus.data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dianalisis menggunakan ekplanatif. Hasil dari penelitian ini adalah program inklusi keuangan telah mampu memberikan akses bagi masyarakat unabanked untuk mendapatkan kemudahan dalam mengajukan pembiayaan. Konsep islamic service excellent telah mampu memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi UMKM untuk melakukan transaksi pembiayaan untuk mengembangkan usahanya. Sehingga kesejahtraan dapat dicapai dengan meningkatnya pendapatan.
Kata Kunci: BMT, UMKM, Inklusi keuangan, kesejahteraan
125 | ‘Ulûmunâ : Jurnal Studi Keislaman
## Pendahuluan
Pengentasan kemiskinan dengan pemberdayaan ekonomi pada UMKM masih dibatasi oleh sebuah pola dasar ekonomi didunia yang disebut bankable. Dalam dunia perbankan, bankable menjadi syarat mutlak yang diatur dalam regulasi Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai controlling terhadap perbankan yang ada di Indonesia karena pada prinsipnya bank harus menggunakan azaz meminimalisir risiko. Kedudukan UMKM yang secara universal tidak bankable akan mengalami beberapa kendala untuk mengakses pembiayaan di perbankan. 1 Para pengusaha UMKM sering mengeluhkan makin sulitnya mereka mendapatkan kredit dari perbankan untuk keperluan usaha mereka, karena sebagian besar kredit yang disalurkan oleh bank-bank besar di Indonesia lebih banyak ditujukan kepada perusahaan-perusahaan besar daripada ke UMKM. 2
Kendala tersebut dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu pertama, sisi permintaan yang meliputi kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap jasa keuangan, rendahnya pendapatan, tidak adanya jaminan dan sosial inklusif. Kedua, dari sisi penawaran yang meliputi jauhnya jarak cabang bank dengan tempat tinggal, prosedur yang rumit, ketidaksesuaian produk keuangan dengan kebutuhan, bahasa yang kurang dimengerti, perilaku pegawai, dan waktu operasi dari bank yang kaku. Oleh sebab itu, perlu adanya sinergisitas melalui strategi nasional keuangan inklusi yang nantinya akan menjadi panduan bagi semua pihak baik pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat untuk memperluas akses terhadap sektor keuangan formal khususnya masyarakat berpenghasilan menengah kebawah.
Padalah inklusi keuangan merupakan upaya untuk mempermudah akses layanan perbankan untuk masyarakat serta UMKM. 3 Karena diharapkan dengan adanya inklusi akan mampu memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat
1 Emi Sasmita, Analisis Inklusi Keuangan Syariah Pada Pelaku Umkm di pt. BPRS Puduarta Insani Tembung. Tesis. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan. 2018.
2 Muh. Awal Satrio Nugroho, Peran Inklusi Keuangan Perbankan Syariah Terhadap Kinerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Program Doktoral (S3) Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 2021.
3 Jauhari, S. Keuangan Inklusif Untuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Usaha Mikro (Studi Kasus Di Lembaga Manajemen Infaq Kota Kediri). 2015.
menyangkut kebutuhan dasar, khususnya bagi masyarakat terhadap layanan kesehatan, pendidikan dan mobilisasi sosial, seperti yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 yang menjadi peran pemerintah dalam menyediakan kebutuhan masyarakatnya. Keuangan inklusif memperluasB akses masyarakat terhadap sektor keuangan formal dengan meningkatkan kelayakan masyarakat. Sedangkan ekonomi inklusif bertujuan untuk memberikan peluang atau akses terhadap masyarakat dalam upaya peningkatan pendapatan, seperti pemberdayaan UMKM. Dengan adanya UMKM yang merupakan salah satu penggerak yang berkontribusi dalam perekonomian diharapkan dapat membantu menciptakan peningkatan ekonomi. 4
Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) sebagai Lembaga mikro seharusnya mampu menyelesaikan masalah tersebut. Layanan yang disediakan oleh BMT telah mampu membantu UMKM dalam mendapatkan permodalan. 5 BMT harus fleksibel dalam mengeluarkan produknya, agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 6 Karena BMT dianggap sebagai gerakan masyarakat yang bersifat bottom-up , sehingga gerakan dan praktik keuangan mikro syariah menjadi lebih dikenali oleh lapisan masyarakat. Oleh sebab itu, pengelolaannya harus didasarkan pada standar kompetensi sesuai yang ditetapkan oleh regulator. Hal tersebut sejalan dengan dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan pembiayaan Syariah oleh Koperasi.
Sumber Daya Insani (SDI) yang handal harus dimiliki oleh BMT. Manajemen pengelolaannya harus sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi Dan UKM Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pengelola Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah/ Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi telah mengatur persyaratan sertifikasi profesi untuk pengurus dan pengelola melalui modul pelatihan berjenjang kualifikasi kompetensi. Jika SDI-nya Baik, maka program inklusi keaungan akan
4 Kementrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. , UU No. 20 Tahun 2008.
5 Novia Yusfiyanti Laili dan Rohmawati Kusumaningtias. Efektivitas Inklusi Keuangan Syariah dalam Meningkatkan Pemberdayaan UMKM (Studi Pada BMT Dasa Tambakboyo). Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam , 6(03), 2020, 436-443.
6 Johan, Mugiyati, Moh Arifin, Sriwulan. Peran Baitul Mal Wat Tamwil Dalam Mengimplementasikan Inklusi Keuangan Bagi Masyarakat Pesisir Tuban: Study Ekploratif . Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman . Vo. 6 No. 2. 2020 .
berjalan seperti yang diharapkan, sehingga mampu memberikan akses pembiayaan berbasis syariah bagi masyarakat yang unbanked.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendektan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Untuk objek penelitian ini adalah BMT Kedinding Surabaya karena telah mampu memberikan pembiayaan pendampingan kepada pelaku UMKM sehingga mampu meningkatkan tarap hidup mereka. Data penelitian ini diambil menggunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi dengan jenis data berupa primer dan skunder. Keabsahan data dalam penelitiannya ini menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti membandingan dengan beberdapa sumber yang memiliki kapasitas dalam penelitian ini. Untuk analisis data peneliti menggunakan explanatif agar mampu menjelaskan secara mendalam tentang manajemen sumber daya insani dalam program inklusi keuangan syariah untuk meningkatkan kesejahteraan UMKM.
## Konsep Manajemen Sumber Daya Insani di BMT Kedinding
Eksistensi BMT sebagai Lembaga mikro syariah tidak terlepas dari peran Sumber Daya Insani (SDI) sebagai motorik dalam menjalankan aktivitasnya. Termasuk juga BMT Kedinding, dimana selama ini telah banyak memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan akses pembiayaan berbasis syariah. Banyaknya masyarakat yang menjadi nasabah dari BMT tidak terlepas dari persepsi masyarakat terhadap karyawan yang memiliki kinerja yang baik dan akhlak yang baik. Adapun BMT Kedinding telah mampu menerapkan Islamic service excellence. 7 Penerapan tersebut tidak terlepas dari standar pelayanan yang ditetapkan yaitu:
1. Cermat, cepat, dan cekatan karena semua karyawan paham tentang job deskripsi masing-masing dan faham akan produk-produk syariah yang ditawarkan, sehingga mampu menjawab kebutuhan nasabah dengan tepat.
2. Benar dan Teliti karena setiap karyawan memiliki kewajiban untuk memahami semua produk-produk syariah mulai dari prosedur sampai pada implementasi akadnya sehingga mampu memitigasi praktik-praktik haram dan terbebas dari praktik ribawi.
7 Farida Anisah. Penerapan Islamic Service Excellence Di Bmt Al-Fithrah Mandiri Syariah Cabang Sidoarjo. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Program Studi Ekonomi Syari`Ah Surabaya. 2019.
3. Sopan dan ramah karena karyawan diharuskan untuk memberikan pelayan dengan menggunakan sopan santun.
4. Simpatik karena karyawan diharuskan menarik minat nasabah untuk melakukan trnasaksi di BMT Kedinding
5. Fleksibel dan penuh perhatian agar pelayanan yang diberikan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
6. Menyenangkan dan memuaskan yang disesuakan dengan kebutuhan dan keinginan nasabah agar tidak mengecewakannya
7. Rapi dan bersih harus senantiasa di perhatikan oleh karyawan bahwa dirinya telah bersih, wangi dan rapi sehingga nasabah nyaman ketika bertemu dan berkomunikasi dengan karyawan
8. Indah dan serasi agar nasabah yang berkunjung betah dan nyaman, disamping itu juga karyawan juga semangat dalam bekerja
9. Aman dan tertib karena karyawab mampu menjamin kemananan berkas-berkas milik nasabah yang diajukan untuk persyaratan transaksi dengan BMT baik pembiayaan atau yang lainnya
10. Canggih karena karyawan telah difasilitasi teknologi untuk memberikan akselerasi dalam melakukan pekerjaannya.
Rangkaian penejelasan tersebut tidak terlepas dari pengelolaan BMT Kedinding yang sesuai dengan nilai-nilai islami. Dalam proses rekrutment calon karyawan harus memiliki ability dan religious yang tergambar dari siddiq, amanah, fathanah, dan tabligh. Berkaitan dengan seleksi, pihak internal BMT tidak hanya memperthatikan kemampuan tetapi juga karakter/kepribadian yang baik sehingga mampu memperoleh kandidat yang amanah.
Proses kontrak kerja dan penilaian kinerja berdasarkan ketentuan yang sudah disepakati di awal konsep transparansi dan keadilah dapat dicapai dengan baik. Kemudian karyawan diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dalam rangka pengembangan soft skill untuk menunjang pekerjaannya. Dari sini kita bisa melihat bahwa BMT Kedinding telah mampu menerapkkan manajemen sumber daya insani dengan baik sehingga melahirkan pengelolaan yang baik dan sesuai dengan syariah.
Implementasi Inklusi Keuangan Syariah Berbasis BMT Menuju
## Kesejahteraan Masyarakat
Inklusi keuangan syariah dianggap sebagai bentuk kegiatan menyeluruh yang berusaha menghilangkan beberapa hambatan yang bersifat harga dan non
harga dalam mengakses layanan jasa keuangan. Salah satu Lembaga keuangan sayriah non bank adalah BMT. Layanan keuangan yang telah disediakan BMT Kedinding telah mampu memberikan bantuan kepada UMKM dalam mendapatkan permodalan. Sehingga masyarakat yang semula kesulitan mendapatkan akses pembiayaan, telah mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pembiayaannya.
Program inklusi dikataka baik jika sudah sesuai dengan indicator yang ditetapkan oleh Bank Indoneia. Indicator tersebut meliputi akses (access), penggunaan (usage) dan kualitas (quality) dari layanan Lembaga keuangan syariah. 8
1. Akses yaitu dimensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan dalam penggunaan jasa keuangan formal, yang akhirnya bisa dilihat terjadinya potensi hambatan untuk mempergunakan rekening pada BMT. Disini kemampuan seorang nasabah dalam mengakses Lembaga keuangan syariah dimanapun dan kapanpun menjadi suatu hal yang paling penting dalam strategi inklusi keuangan syariah.
2. Penggunaan yaitu dimensi yang digunakan untuk mengukur seberapa kemampuan dalam menggunakan produk dan juga jasa keuangan, antara lain terkait dengan keteraturan, frekuensi dan lama penggunaan jasa keuangan tersebut.
3. Kualitas yaitu dimensi yang digunakan untuk mengetahui apakah ketersediaan atribut produk dan jasa suatu lembaga keuangan sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhaannya.
Semua indikator tersebut sudah dimiliki oleh BMT Kedinding. Dengan kata lain, BMT sudah menerapkan inklusi keuangan dengan baik. Nasabah yang semula unbanked sudah mulai mendapatkan akses pembiayaan kepada Lembaga keuangan mikro syariah. Masyarakat Kedinding telah mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan bantuan pembiayaan usaha dari BMT Kedinding, karena persyaratan yang diberikan tidak menyulidkan nasabah.
Berkaitan dengan penggunaan dan kualitas, produk yang disediakan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Produk-produk BMT Kedinding merupakan produk pilihan yang dirancang secara hati-hati dan mengandung
8 Bank Indonesia, dalam https:www.bi.go.id. diakses 10 Juli 2022.
,
prinsip perlindungan bagi nasabah. Disamping itu juga, produk yang dikeluarkan telah diawasi secara penuh oleh Dewan Pengawas Syariah, yang dikendalikan oleh Dewan Syariah Nasional yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia. Sehingga BMT dan Nasabah sama-sama memiliki peran yang penting dalam mendukung program inklusi keuangan.
Adanya sinergisitas antara BMT dan nasabah membuat distribusi pembiyaan semakin efektif dan efisien. Dengan adanya program inklusi keuangan syariah, banyak UMKM yang merasa terbentu dalam permodalan usaha sehingga dapat meningkatkan kemampuan ekonominya. Kontribusi pendanaan tergantung pada skala usahanya sehingga prinsip keadilannya masih bisa dicapai. Seperti usaha ibu Sutimah yang menjalankan usaha gorengan, pendanaan BMT Kedinding hanya membantu pemenuhan kebutuhan produksinya agar bisa meningkatkan produktifitas usaha yang dilakukan oleh ibu Sutimah. Kemudahan yang diberikan oleh BMT telah memberikan kenyamanan dan kepuasan tersendiri bagi nasabah. Menurut Maryam Batubara 9 hal terpenting dengan adanya BMT dalam memberdayakan potensi ekonomi ini adalah keunggulannya di berbagai bidang, antara lain:
1. Pertama, BMT menggunakan prinsip syariah, dengan pola yang melibatkan mitra yang berinteraksi bukan hanya hubungan antara lembaga keuangan dan pelanggan dalam rangka menyalurkan bantuan keuangan dan kemudian hanya mengumpulkan simpanan, seperti yang terjadi pada bank dan lembaga keuangan tradisional. Akibat dari struktur pembagian risiko ini, keberhasilan mitra sama dengan keberhasilan BMT, sedangkan penurunan mitra dalam manajemen sama dengan penurunan BMT. Sebagai hasil dari pengaturan pembagian risiko ini, BMT akan lebih agresif dalam membela kepentingan mitranya, termasuk membantu mereka dalam mengembangkan bisnisnya.
2. Kedua, BMT merupakan wadah yang memungkinkan terbentuknya bibit-bibit wirausaha baru di kalangan kelompok usia produktif yang masih menganggur di Indonesia, karena pola risk sharing yang menjadi pedoman hubungan kerjasama dan kolaborasi antara BMT dengan mitranya di atas.
9 Maryam Batubara, et. al. Strategi Optimalisasi Baitul Mal Dalam Meningkatkan Financial Inclusion di Kota Medan. Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam , Vol 3 No 4 (2022) 625-632.
3. Ketiga, tidak seperti lembaga keuangan syariah lainnya seperti bank yang sulit menjangkau masyarakat termiskin, BMT merupakan lembaga yang berpotensi menjangkau masyarakat termiskin. Sebab, tujuan ideologis landasan Islam yang digali adalah mengangkat posisi mustad'affin. Ide ini sebanding dengan Inklusi Keuangan, yang berupaya meningkatkan akses ke layanan keuangan, terutama untuk usaha kecil dan menengah. Semua itu tidak terlepas dari konsep dasar BMT yang dirancang sebagai lembaga sosial-ekonomi. Penggunaan sumber daya yang meliputi dana atau modal komersial serta dana sosial (zakat, infak, sedekah, dan wakaf) dari masyarakat yang kemudian dikelola dan dimanfaatkan untuk masyarakat setempat itu sendiri. Penegasan pada konsep BMT sebagai Lembaga sosial- ekonomi berbasis kerakyatan yang secara konsepsi lebih focus kepada masyarakat unbanked yang menengah kebawah sampai masyarakat miskin (poorest of the poor). Dengan adanya BMT diharapkan masyarakat mampu mendapatkan permodalan dan pembardayaan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, social, dan spiritual.
BMT kedinding sebagai Lembaga social-ekonomi telah banyak memberikan kesejahteraan kepada masyakat, hal ini diuangkap oleh karyawan BMT kedinding yang mengatakan bahwa segala aktiviasnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari segi spiritual, ekonomi dan sosial. Posisi lembaga keuangan mikro syariah yang capable dan credible telah didapat oleh BMT Kedinding karena telah mampu menyerap aspirasi dan tuntutan masyarakat menuju kesejahtraan. Karena ukuran kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan pendapatan. 10 Tata kehidupan social, ekonomi dan spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir bathin yang memungkinkan masyarakat untuk mengadakan usaha untuk pemenuhan kebutuhannya.
## Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa program inklusi keuangan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Masyarakat yang semula unbanked, sekarang telah dipermudah mengakses Lembaga keuangan berbasis syariah. Hal ini tidak terlepas dari peran BMT Kedinding sebagai
10 Muhammad Findi A. Pengaruh Penyaluran Dana Bmt Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Bogor (Periode Tahun 2008-2011). Ad-Deenar: Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam. Vol. 1 No. 2, 2018.
Lembaga keuangan syariah non bank , yang telah mampu memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya (pembiayaan usaha). Pemenuhan kebutuhan masyarakat meliputi spiritual, social dan ekonomi yang didasari pada aspirasi dan tuntutan masyarakat. BMT Kedinding yang dirancang sebagai Lembaga social-ekonomi telah mampu memberikan pembaiayaan modal usaha kepada masyarakat sehingga mampu meningkatkan pendapatannya. Karena ukuran kesejahteraan adalah meningkatnya pendapatan masyarakat.
## Daftar Pustaka
Anisah, Farida. Penerapan Islamic Service Excellence Di Bmt Al-Fithrah Mandiri Syariah Cabang Sidoarjo. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Program Studi Ekonomi Syari`Ah Surabaya. 2019.
Arifin, M., Muhtadi, R., & Mi’raj, D. A. (2018). The Application Of The Rules Of Syari'ah As The Effect Of Islamic Economic Education Improvement. ACTIVA: Jurnal Ekonomi Syariah , 1 (1), 1-16.
Arifin, N. R., Muhtadi, R., & Herianingrum, S. (2019). Small and Medium
Enterprise Perception of Halal Certification Post Formalization of Islamic City Branding. IJIBE (International Journal of Islamic Business
Ethics) , 4 (1), 601-610.
Bank Indonesia, dalam https:www.bi.go.id. diakses 10 Juli 2022.
Batubara, Maryam et. al. Strategi Optimalisasi Baitul Mal Dalam Meningkatkan Financial Inclusion di Kota Medan. Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam , Vol 3 No 4 (2022) 625-632.
Dofiri, D., Istianah, I., & Muhtadi, R. (2021). Dampak Pengaruh Pembiayaan
Murabahah Terhadap Perkembangan Umkm Selama Pandemi Covid-19. Ar-Ribhu: Jurnal Manajemen dan Keuangan Syariah , 2 (1), 1-27. Findi, A. Muhammad Pengaruh Penyaluran Dana Bmt Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Bogor (Periode Tahun 2008-2011). Ad-Deenar: Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam. Vol. 1 No. 2, 2018.
Fitrandasari, Z., Muhtadi, R., & Ryandono, M. N. H. (2019). Perda Syariah Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Ekonomi Daerah. Jurisdictie , 10 (1), 95-108.
Harisah, H., Syarifah, M., Gustiawati, M., & Mohsi, S. (2021). Menakar manajemen kolaborasi wali Kota Surabaya dengan UMKM dalam
133 | ‘Ulûmunâ : Jurnal Studi Keislaman
pandemi COVID-19 perspektif Maqashid Syariah. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i , 923-936.
Herry, E., Permana, P. Y. E., Aji, W. B., & Muhtadi, R. (2019). Total Quality Management Development and Sharia Governance Efforts in Sharia Micro Financial Institutions to Improve Market Share. IJIEEB International Journal of Integrated Education, Engineering and Business eISSN 2615-1596 pISSN 2615-2312 , 2 (1), 27-35.
Jauhari, S. Keuangan Inklusif Untuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Usaha Mikro (Studi Kasus Di Lembaga Manajemen Infaq Kota Kediri). 2015.
Johan, Mugiyati, Moh Arifin, Sriwulan. Peran Baitul Mal Wat Tamwil Dalam Mengimplementasikan Inklusi Keuangan Bagi Masyarakat Pesisir Tuban: Study Ekploratif . Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman . Vo. 6 No.
2. 2020 .
Karimah, K., Muhtadi, R., & Kamali, K. (2021). Strategi Penanggulangan
Pengangguran Melalui Peran Usaha Kecil Menengah (Ukm)
Genting. Ar-Ribhu: Jurnal Manajemen dan Keuangan Syariah , 2 (1), 107-
131.
Kementrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. , UU No. 20 Tahun 2008.
Maghfiroh, A., Arifin, M., & Chotimah, K. (2022). The Role Of Micro Waqf
Bank In Empowering Small And Medium Enterprises In The Pesantren Environment:(BWM Al Fithrah Case Study). IQTISADIE , 2 (1).
Muhtadi, R. (2012). Sinergisme Baitul Maal wa tamwil (BMT) dengan badan usaha milik desa (BUMDES) sebagai alternatif penguatan UMKM Masyarakat Pedesaan di Madura. Jurnal Sains Ekonomi Islam
Pascasarjana Universitas Airlangga .
Muslikhin, M., Kinanti, R. A., Muhtadi, R., & Fudholi, M. (2020). Pemeriksaan Empiris Pada Pengaruh Kinerja Sosial Terhadap Profitabilitas Di Bank Syariah. Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman , 6 (1), 72-84.
Novia Yusfiyanti Laili dan Rohmawati Kusumaningtias. Efektivitas Inklusi Keuangan Syariah dalam Meningkatkan Pemberdayaan UMKM (Studi Pada BMT Dasa Tambakboyo). Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam ,
6(03), 2020, 436-443.
Nugroho, Muh. Awal Satrio. Peran Inklusi Keuangan Perbankan Syariah Terhadap Kinerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Program Doktoral (S3) Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 2021.
Pertiwi, R. S., Herianingrum, S., Muhtadi, R., & Muhammad, M. (2020). Analisis Perkembangan Praktik Baitul Maal Pada Masa Daulah Islamiyah Dan Dalam Konteks Di Indonesia. Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman , 6 (1),
53-71.
Rosyadah, P. C., Arifin, N. R., Muhtadi, R., & Safik, M. (2020). Factors That
Affect Savings In Islamic Banking. AL-ARBAH: Journal of Islamic
Finance and Banking , 2 (1), 33-46.
Sasmita, Emi. Analisis Inklusi Keuangan Syariah Pada Pelaku Umkm di pt. BPRS Puduarta Insani Tembung. Tesis. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan. 2018.
Utama, R. D. R., Fitrandasari, Z., Arifin, M., & Muhtadi, R. (2018). Can Mosque Fund Management For Community Economic Empowerment?: An Exploratory Study. IJIBE (International Journal of Islamic Business
Ethics) , 3 (2), 451-457.
Wahab, A., Masfufa, S., Muhtadi, R., & Arifin, N. R. (2022). Rancang Bangun Strategi Pemberdayaan UMKM melalui Wakaf Produktif Berbasis Model Sharia Grameen Bank di Era New Normal. Iqtishodiyah: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam , 8 (1), 18-36.
|
579bd933-2c5d-4523-966e-b68da6207e5d | https://unimuda.e-journal.id/jurnalpendidikandasar/article/download/5966/1975 |
## Peningkatan Ekoliterasi dan Hasil Belajar Siswa melalui Model PjBL pada Materi Pelestarian Lingkungan
Refi Mutiara Putri 1 & Vanda Rezania 2
1, 2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,
Indonesia
E-mail: [email protected] , [email protected]
## Abstrak
Rendahnya kesadaran dan pengetahuan ekoliterasi lingkungan peserta didik memerlukan solusi yang tepat dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Kesadaran lingkungan dapat mempengaruhi tingkat hasil belajar peserta didik. Kesadaran lingkungan dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik melalui model PJBL pada materi konservasi lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc. Taggar, penelitian ini berlangsung selama 2 siklus. Teknik pengumpulan data penelitian diambil dari pemberian lembar kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan tes hasil belajar pada materi pelestarian lingkungan. Subjek penelitian adalah 15 peserta didik kelas V SDN Candipari 1 Porong Sidoarjo. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase rata-rata pengetahuan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik. Hasil pengetahuan ekoliterasi peserta didik dari kegiatan pra siklus sebesar 52,33%, siklus I sebesar 67%, dan siklus II meningkat sebesar 82%. Sedangkan rata-rata persentase hasil belajar peserta didik dari kegiatan pra siklus sebesar 52%, siklus I sebesar 64% dan siklus II sebesar 83%. Dengan demikian, penerapan pembelajaran Model PJBL meningkatkan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik
Kata kunci : Ekoliterasi; Hasil Belajar; PJBL.
## Abstract
The low awareness and knowledge of environmental literacy of students requires the right solution in the ongoing learning process. Environmental awareness can affect the level of student learning outcomes. Environmental awareness can be improved by using a project-based learning model. Project-based learning model is a learner-centered learning. The purpose of this study is to improve the ecoliteracy and learning outcomes of students through the PJBL model on environmental conservation material. The research method used is classroom action research with the Kemmis and Mc. Taggart model, this research lasted for 2 cycles. The research data collection technique was taken from the administration of ecoliteracy knowledge questionnaire sheets and learning outcomes tests on environmental conservation material. The research subjects were 15 fifth grade students of SDN Candipari 1 Porong Sidoarjo. The results of this study show the average percentage of ecoliteracy knowledge and learning outcomes of students. The results of students' ecoliteracy knowledge from pre- cycle activities amounted to 52.33%, cycle I amounted to 67%, and cycle II increased by 82%. While the average percentage of student learning outcomes from pre-cycle activities was 52%, cycle I was 64% and cycle II was 83%. Thus, the application of PJBL Model learning increases the ecoliteracy and learning outcomes of students..
Keywords: Ecoliteracy; Learning Outcome; PJBL.
## PENDAHULUAN
Salah satu ruang lingkup pemasalahan dalam kehidupan sehari-hari adalah permasalahan pelestarian lingkungan. Setiap orang berfokus pada dua pilihan dalam hal pelestarian lingkungan, yaitu merawat atau merusak lingkungan (Surjanti et al., 2020). Banyak permasalahan dikalangan masyarakat dan sekolah yang terjadi dan sering dijumpai adalah lalai akan tanggung jawab membuang sampah pada tempatnya, artinya masih banyak peserta didik yang membuang sampah sembarangan (Ramadhan & Surjanti, 2022). Sampah dapat dikatakan sebagai masalah lingkungan yang paling sering ditemui oleh semua orang, karena mereka memiliki suatu pandangan bahwa sampah memang dianggap sebagai barang yang tidak memiliki nilai (Aziz et al., 2022). Dalam permasalahan lingkungan yang sering terjadi merupakan bentuk nyata dari kurangnya kesadaran akan pemahaman kepedulian terhadap lingkungan sekitar atau rendahnya ekoliterasi peserta didik terhadap lingkungan (Maulana et al., 2021).
Literasi lingkungan hidup merupakan kemampuan seseorang dalam memahami, menafsirkan dan mewaspadai agar lingkungan menjadi seimbang. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai sikap yang bersifat abjad lingkungan dimana seseorang tidak hanya mengenal lingkungannya saja, akan tetapi juga mempunyai sikap ramah dan bersahabat (Agusta kuniati, lusila parida, 2022). Literasi lingkungan dapat dikatakan sebagai ekoliterasi. Ekoliterasi merupakan bentuk kesadaran peserta didik akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan (Salimi et al., 2021). Singkatnya, ekoliterasi dikenal sebagai literasi ekologi atau literasi lingkungan yang diartikan sebagai bentuk pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ekologi dalam menghadapi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar (Maulana et al., 2021). Pembelajaran ekologi merupakan suatu pendekatan modern dan dinamis terhadap pembelajaran berkelanjutan serta dapat beradaptasi dan menyesuaikan pengalaman belajar peserta didik (Manca et
al., 2023). Prinsip ekologi yang sejati memperlakukan manusia sebagai penjaga alam dan alam untuk dirinya sendiri. Interaksi keduanya harus sempurna dan harmonis dari sudut pandang ekologi manusia yang membutuhkan alam agar sempurna dan alam membutuhkan manusia (Moreno et al., 2011).
Bentuk ekoliterasi juga didapat ketika memiliki rasa kepedulian lingkungan yang dipupuk dalam diri. Kesadaran ekoliterasi memiliki prinsip ekologi alamiah untuk membangun kehidupan yang berkelanjutan. Setiap individu yang memiliki kesadaran ekoliterasi dapat dikatakan mampu menciptakan pembangunan dengan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang harmonis (Keraf, 2014). Memikirkan hubungan yang paling penting sebagai keharmonisan antara manusia dan lingkungan, hubungan seperti ini akan terwujud jika manusia mencerminkan ketergantungan mereka dengan alam (Moreno et al., 2011). Adapun Indikator yang terdapat dalam ekoliterasi lingkungan adalah pemahaman terhadap permasalahan lingkungan, pemahaman terhadap prinsip- prinsip ekologi, kemampuan berpikir kritis, kreatif dalam memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan, serta mampu menilai dampak dan konsekuensi etis dari teknologi yang dihasilkan oleh manusia dan aktivitasnya (Yosma Oktapyanto, 2018). Tujuan dari ekoliterasi adalah memastikan setiap orang dapat hidup harmonis dengan alam tanpa mengganggu tatanan alam. Ekologi sangat penting untuk mengurangi permasalahan lingkungan, hal ini harus dikembangkan dalam diri peserta didik untuk mempersiapkan mereka menjadi pribadi yang melek ekologi (Rahmasari & Madiun, 2023).
Hal ini diharapkan perlu adanya suatu lembaga tempat edukasi lingkungan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ekoliterasi (Desfandi et al., 2017). Adanya tempat pendidikan juga sebagai bentuk fasilitas dalam mengatasi permasalahan lingkungan (Ardoin et al., 2020). Dengan
adanya pendidikan lingkungan dapat
memperkuat sikap dan nilai-nilai pengetahuan
lingkungan. Namun, berdasarkan hasil observasi lapangan di SD Negeri Candipari 1 porong menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya ekoliterasi lingkungan masih rendah. Hal ini dibuktikan ketika peserta didik diberikan lembar kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan nilai hasil belajar selama 1 semester, bahwa hasil rata-rata 94,11% atau 14 dari 15 peserta didik masih belum memahami bentuk ekoliterasi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Pendidikan di era saat ini hanya menjadikan pengetahuan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam belajar, akan tetapi menanamkan bentuk empati terhadap lingkungan jarang dijumpai pada peserta didik (Rachmawati & Minsih, 2021).
Dari hasil observasi, penelitian ini mengevaluasi bahwa untuk meningkatkan ekoliterasi dan hasil belajar pelestarian lingkungan diperlukan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Hasil belajar peserta didik didapat dari nilai ujian harian maupun nilai akhir sekolah. Rendah tingginya pengetahuan peserta didik dapat dilihat dari pencapaian nilai KKM. Hasil belajar dijadikan kompetensi yang dapat dicapai siswa dengan mengetahui tingkat pencapaian setelah proses pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa agar menyadari kelebihan dan kekurangannya (Abdullah, 2015). Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya prestasi akademik peserta didik yaitu kurangnya semangat peserta didik untuk belajar dikelas, kurangnya konsentrasi, faktor lingkungan yang tidak mendukung dan kurangnya kesadaran orang tua dan guru tentang cara belajar peserta didik (Krisnawati et al., 2022). Sebagai guru yang profesional memiliki peran yang dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar peserta didik (Kurniawan & Sulistyono, 2022).
Dari permasalahan diatas dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik. Salah satu model pembelajaran berpusat pada peserta didik yaitu Model PJBL (Project
Based Learning). Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang mengekspresikan suatu bentuk strategi atau pendekatan kepada peserta didik dimana pembelajaran ini adalah tentang investigasi pertanyaan dan pemecahan masalah yang kompleks (Zubaidah, 2019). Adanya pembelajaran berbasis proyek dikatakan efektif bagi peserta didik karena dalam kegiatan proses pembelajaran berbasis proyek menekankan peserta didik untuk melakukan diskusi kelompok dan memberikan kesempatan untuk melatih kepercayaan diri peserta didik untuk mempresentasikan hasil proyek atau produk yang telah dibuat (Azizah & Widjajanti, 2019). Selain itu, pembelajaran berbasis proyek juga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik karena peserta didik dapat mengemukakan pendapatnya dengan baik dalam hal konsep sains (Muhammad Rafik et al., 2022). Pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa fase yang digunakan sebagai acuan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Fase atau tahapan dalam pembelajaran berbasis proyek meliputi memilih topik proyek, merumuskan pertanyaan, merancang kegiatan proyek, menyelesaikan tahapan proyek dan mengevaluasi kegiatan proyek (Team, 2020).
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan ekoliterasi dan hasil belajar dengan bantuan model pembelajaran berbasis proyek, namun dilihat dari permasalahan yang telah diuraikan di atas bahwa masih kurangnya kesadaran dan empati terhadap kepedulian lingkungan serta rendahnya hasil belajar peserta didik pada materi pelestarian lingkungan hidup, maka perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan di atas. Upaya untuk membangun kesadaran kembali seseorang akan pentingnya upaya pelestarian lingkungan
adalah melalui proses pembelajaran, khususnya pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan mengkaji isu
permasalahan global (Kospa et al., 2020). Upaya lain untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pelestarian lingkungan hidup dapat menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PJBL). Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang melibatkan fokus pada masalah, memecahkan masalah, dan berkolaborasi dengan menyajikan produk nyata (Wayan Rati et al., 2017).
Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil penelitiannya, dikemukakan bahwa pembelajaran berbasis proyek membuat pembelajaran menjadi bermakna karena memungkinkan peserta didik untuk menguasai suatu konsep, menyelesaikan suatu masalah melalui penyelesaian proyek dan memberikan kesempatan untuk menemukan ide-ide kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah (Surya et al., 2018). Hasil penelitian lain menemukan bahwa peningkatan ekoliterasi dalam pemanfaatan sampah pada pembelajaran dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran berbasis proyek. Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis proyek karena menekankan guru sebagai fasilitator dan motivator (Putri et al., 2019). Pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai penuntun menuju pengetahuan baru berdasarkan kegiatan di dunia nyata (Wahyu, 2016).
Dalam hal ini, model PJBL atau pembelajaran berbasis proyek dapat
memfasilitasi peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan baik secara individu maupun kelompok (Sari & Astuti, 2017). Berdasarkan uraian di atas, peningkatan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik pada materi pelestarian lingkungan merupakan hal yang perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik melalui model PJBL pada materi pelestarian lingkungan.
## METODE PENELITIAN
Pada penelitian kualitatif, penelitian tindakan kelas, studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan lain-lain. Perlu ditambahkan posisi penelitian, data pelengkap lainnya seperti; lokasi penelitian, lama penelitian serta uraian mengenai keabsahan hasil penelitian.
Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis & Mc. Taggart dengan beberapa langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi (Yaumi & Damopolii, 2014). Metode penelitian ini bersifat langsung dan bertujuan untuk meningkatkan proses hasil belajar (Jannah, 2015).
Tahap pertama, perencanaan dengan menyiapkan perangkat pembelajaran IPAS berbasis PJBL seperti silabus, RPP, dan LKS pada materi pelestarian lingkungan. Tahap kedua, pelaksanaan dengan menerapkan perangkat pembelajaran berbasis PJBL dengan memanfaatkan barang bekas untuk membuat kerajinan tangan. Tahap ketiga, pengamatan yaitu peneliti mengamati aktivitas belajar peserta didik dan memberikan soal posttest untuk mengetahui hasil belajar. Tahap keempat, refleksi, yaitu menindaklanjuti kemampuan ekoliterasi dan hasil belajar siswa pada siklus pertama. Apabila pada siklus pertama belum terpenuhi sesuai indikator, maka akan dilanjutkan pada siklus kedua dengan tahapan yang sama dengan siklus pertama menurut model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc. Taggart.
Gambar 1 . Model PTK Kemmis & Mc. Taggart Subjek penelitian ini adalah 15 siswa kelas V SDN Candipari 1 Porong Sidoarjo. Awal pelaksanaan Pra Siklus penelitian ini adalah pada bulan Juni pada Semester Genap Tahun Ajaran 2022-2023, kegiatan pelaksanaan Pra Siklus ini dilakukan untuk mengumpulkan fakta-fakta di lapangan untuk memastikan adanya permasalahan terkait kurangnya peserta didik dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Teknik
pengumpulan data primer pada siklus pertama dan kedua adalah dengan memberikan lembar kuesioner pemahaman pengetahuan tentang peningkatan ecoliteracy peserta didik sesuai dengan empat indikator yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2 . Indikator Ekoliterasi No Indikator Butir Indikator 1 Permasalahan prinsip ekologi Peserta didik memahami prinsip- prinsip ekologi 2 Pemahaman permasalahan lingkungan sekitar Peserta didik dapat memahami permasalahan lingkungan sekitar 3 Kemampuan dalam berpikir kritis Peserta didik mampu berpikir kritis 4 Kreatif dalam memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan Peserta didik kreatif dalam memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan Sumber: (Yosma Oktapyanto, 2018) Pengukuran
hasil kuesioner menggunakan penilaian Skala Guttman, jika memilih "ya" maka nilainya 1, jika memilih
"tidak" maka nilainya 0. Untuk mengukur pemahaman materi konservasi lingkungan, siswa diberikan tes hasil belajar yang berisi 10 soal pilihan ganda dan 5 soal essay yang dibuat berdasarkan empat indikator yang dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dengan melakukan observasi untuk mengetahui dan menganalisis permasalahan dan kebutuhan dalam meningkatkan ekoliterasi dan hasil belajar siswa.
Tabel 2. Indikator Hasil Belajar No Indikator Butir Indikator 1 Memahami arti penting pelestarian lingkungan terhadap kehidupan manusia Peserta didik dapat memahami arti penting pelestarian lingkungan terhadap kehidupan manusia 2 Menjelaskan permasalahan lingkungan Peserta didik dapat menjelaskan permasalahan lingkungan 3 Mengidentifikas i dampak kerusakan lingkungan Peserta didik mampu mengidentifikasi dampak kerusakan lingkungan 4 Menyebutkan cara menjaga kelestarian lingkungan disekitarnya Peserta didik menyebutkan cara menjaga kelestarian lingkungan disekitarnya
Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis data kuantitatif yang meliputi pengumpulan data informasi yang diperoleh dari hasil tes dan kuesioner. kemudian informasi tersebut disajikan, dibahas dan disimpulkan. Data yang akan dianalisis adalah data hasil kueioner dan data tes hasil belajar. Untuk menghitung hasil kuesioner peserta didik dapat dihitung dengan menggunakan Skala
## Guttman jika memilih “ya” maka nilainya 1, jika memilih “tidak” maka nilainya 0.
## HASIL DAN PEMBAHASAN Pra-Siklus
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan II siklus. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kegiatan pra siklus untuk mengetahui kebenaran dari permasalahan yang ada di kelas. Dari kegiatan pra siklus memberikan hasil bahwa pembelajaran dikelas masih berpusat pada guru, selain itu hasil belajar peserta didik masih rendah dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80. Kegiatan pra siklus dilakukan dengan memberikan lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan ekoliterasi dan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang dibutuhkan dari hasil nilai semester. Data aktivitas pra siklus yang diperoleh dari hasil observasi dengan memberikan lembar kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan data hasil belajar yang diperoleh dari nilai ujian semester peserta didik yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 . Hasil Pra-siklus Kuesioner dan
Hasil Belajar No Peserta Didik Skor Kuesioner Skor Hasil Belajar 1 Fk 40 60 2 Ir 45 30 3 Na 80 70 4 An 50 50 5 Ws 40 30 6 Dn 55 60 7 Nl 50 40 8 Ha 50 60 9 Sa 45 50 10 Ar 70 60 11 Fa 60 80 12 Za 55 30 13 Hs 55 50 14 As 45 60 15 Mo 45 50 Rata-rata Presentase 52,33% 52%
Berdasarkan data tabel 3 dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik kurang mengenal arti ekoliterasi dan kurangnya pengetahuan pemahaman ekoliterasi, oleh karena itu perlu adanya peningkatan pengetahuan pemahaman ekoliterasi peserta didik melalui model pembelajaran berbasis proyek di dalam kelas.
## Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilakukan dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Siklus pertama dilakukan 2 kali pertemuan. Tahap pertama perencanaan yaitu membuat rancangan pembelajaran mulai pengembangan modul ajar yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis proyek, membuat lembar kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan soal tes yang sesuai dengan materi pelestarian lingkungan. Tahap kedua pelaksanaan, dengan menerapkan
rancangan perangkat pembelajaran sesuai model pembelajaran berbasis proyek dengan memanfaatkan barang-barang bekas menjadi barang nilai jual yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pemanfaatan Barang Bekas Tahap ketiga pengamatan, dengan melakukan pengamatan terkait dengan proses pembelajaran dikelas. Dan tahap refleksi, menindaklanjuti hasil evaluasi dari awal hingga akhir proses pembelajaran dikelas. Adapun hasil refleksi yaitu peserta didik belum memenuhi indikator ekoliterasi diantaranya, 1) pemahaman terhadap permasalahan lingkungan sekitar yang masih kurang, contohnya peserta didik masih membuang sampah dikolong meja. 2) Sebagian peserta didik masih belum mengetahui prinsip-prinsip ekologi. 3) dari
kurangnya pemahaman akan permasalahan lingkungan membuat peserta didik belum mampu memecahkan masalah dengan kritis. Hasil refleksi tersebut didapat dari hasil perhitungan per-indikator ekoliterasi dari hasil kuesioner pengetahuan ekoliterasi pada diagram 1.
Diagram 1. Diagram Indikator
Ekoliterasi Berdasarkan gambar diagaram indikator
ekoliterasi diatas,
dapat disimpulkan bahwa 41% peserta didik sebagian besar masih belum memahami prinsip-prinsip ekologi yang meliputi pemahaman arti dasar ekoliterasi lingkungan, kemampuan menjaga ekoliterasi dan pelestarian lingkungan dan 59% sudah memahami prinsip-prinsip ekologi. Namun, dalam pengetahuan mengenai permasalahan lingkungan 69% peserta didik sudah mampu menyebutkan permasalahan-permasalahan apa saja yang ada di lingkungan sekitarnya dan 51% peserta didik masih belum mampu mengetahui permasalahan yang ada dilingkungan sekitarnya. Sehingga 69% sebagian peserta didik mampu memecahkan masalah lingkungan, 51% belum mampu memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir kritisnya. Hasil diagaram diatas, dikatakan masih perlu adanya peningkatan pengetahuan ekoliterasi lingkungan. Adapun hasil skor lembar pengetahuan kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan tes hasil belajar pada materi pelestarian lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 . Siklus I Hasil Kuesioner dan
Hasil Belajar No Peserta Didik Skor Kuesioner Skor Hasil Belajar 1 Fk 60 70 2 Ir 60 50 3 Na 80 80 4 An 80 65 5 Ws 50 40 6 Dn 55 70 7 Nl 50 50 8 Ha 85 80 9 Sa 60 55 10 Ar 70 65 11 Fa 80 80 12 Za 55 55 13 Hs 80 60 14 As 80 80 15 Mo 60 60 Rata-rata Presentase 67% 64%
Dari hasil tabel 4, dapat diketahui bahwa hasil rata-rata presentase pengetahuan kuesioner yaitu 67% dan hasil rata-rata presentase hasil tes belajar 64%, namun masih kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80. Dapat disimpulkan bahwa, dari kegiatan siklus I masih perlu adanya perbaikan mengenai pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai materi ekoliterasi dan pelestarian lingkungan.
## Siklus II
Pelaksanaan siklus II merupakan proses peningkatan atau penyempurnaan dari siklus I. Tahapan pelaksanaan siklus II sama seperti siklus I yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dengan
2 kali pertemuan.
Tahap perencanaan, membuat rancangan proses pembelajaran yang dilengkapi dengan perbaikan dari siklus I, membuat lembar kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan soal tes yang sesuai dengan materi pelestarian lingkungan. Tahap kedua pelaksanaan, dengan menerapkan rancangan perangkat pembelajaran sesuai model pembelajaran
69% 64% 69% 59% 51% 47% 51% 41% 0% 20% 40% 60% 80% Creative in… Critical… Environmental… Principles of… Ecoliteracy Indicators No Yes
berbasis proyek dengan adanya perbaikan projek membuat poster yang bertemakan lingkungan yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 . Poster Lingkungan Tahap ketiga pengamatan, dengan melakukan pengamatan terkait dengan proses pembelajaran dikelas. Dan tahap refleksi, menindaklanjuti hasil evaluasi dari awal hingga akhir proses pembelajaran dikelas. Adapun hasil refleksi yaitu peserta didik sudah memenuhi indikator ekoliterasi diantaranya, 1) dapat memahami permasalahan lingkungan sekitar, contohnya peserta didik mulai membiasakan diri untuk tidak membuang sampah dikolong meja. 2) peserta didik mulai mengetahui prinsip- prinsip ekologi. 3) dari pemahaman akan permasalahan lingkungan, peserta didik mampu memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir kritisnya dengan baik. peserta didik mulai paham akan pengetahuan ekoliterasi, peserta didik sudah mampu menyesuaikan model pembelajaran berbasis proyek dikelas, adanya peningkatan dari hasil kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan tes hasil belajar materi pelestarian lingkungan. Hasil refleksi tersebut didapat dari hasil perhitungan per-indikator ekoliterasi dari hasil kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan hasil belajar pada Diagram 2.
Diagram 2. Diagram Indikator Ekoliterasi Berdasarkan gambar diagaram indikator ekoliterasi diatas, dapat diketahui bahwa adanya peningkatan dari setiap indikator. Pada indikator prinsip-prinsip ekologi, 80% peserta didik sebagian besar sudah mulai memahami prinsip-prinsip ekologi yang meliputi pemahaman arti dasar ekoliterasi lingkungan, kemampuan menjaga ekoliterasi dan pelestarian lingkungan meskipun 20% peserta didik masih belum memahami prinsip-prinsip ekologi. Pada indikator permasalahan lingkungan, 85% peserta didik sudah mampu mengetahui dan menyebutkan permasalahan-permasalahan apa saja yang ada di lingkungan sekitarnya meskipun 15% peserta didik yang lainnya masih belum mampu mengetahui permasalahan yang ada dilingkungan sekitarnya. Sehingga 88% sebagian besar peserta didik mampu memecahkan permasalahan lingkungan dan 12% sebagian peserta didik belum mampu memecahkan permasalahan yang terjadi di lingkungan. Dengan hal ini dapat meningkatkan 71% sebagian besar peserta didik dalam kemampuan berpikir kritisnya dalam menghadapi permasalahan yang ada. Adapun hasil peningkatan lembar kuesioner pengetahuan ekoliterasi dan tes hasil belajar pada materi pelestarian lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.
88% 71% 85% 80% 12% 29% 15% 20% 0% 50% 100% Creative in… Critical… Environmenta… Principles of… Ecoliteracy indicators No Yes
Tabel 5 . Siklus II Hasil Kuesioner dan Hasil
Belajar No Peserta Didik Skor Kuesioner Skor Hasil Belajar 1 Fk 85 90 2 Ir 80 75 3 Na 90 100 4 An 80 95 5 Ws 65 70 6 Dn 85 80 7 Nl 65 80 8 Ha 90 90 9 Sa 80 80 10 Ar 85 75 11 Fa 80 85 12 Za 75 75 13 Hs 80 80 14 As 95 85 15 Mo 95 85 Rata-rata Presentase 82% 83%
Dari hasil tabel 5, dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil rata-rata presentase pengetahuan kuesioner yaitu 82%, hasil rata-rata presentase hasil tes belajar 83% dan sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80. Dari kegiatan siklus II dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran berbasis proyek berupa membuat poster yang bertemakan lingkungan.
Dari hasil kegiatan penelitian tiap siklus yang telah dilaksanakan di SDN Candipari 1 pada kelas V, diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik pada materi pelestarian lingkungan hidup yang dimulai dari kegiatan pembelajaran siklus I dan
siklus II melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek. Hal ini dapat disimpulkan hasil keseluruhan persentase peningkatan ekoliterasi melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek antar siklus yaitu pra siklus 52,33%, siklus I 67% dan siklus II 82%. Sedangkan hasil persentase peningkatan hasil belajar materi pelestarian lingkungan hidup antar siklus yaitu pra siklus 52, siklus I 64% dan siklus II 83%.
Berdasarkan hasil sebelumnya, bahwa Model Pembelajaran Project Based Learning atau PJBL yang telah dilakukan terbukti dapat meningkatkan pengetahuan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik pada materi pelestarian lingkungan dengan hasil pembuatan proyek berupa pemanfaatan barang bekas menjadi barang kerajinan dan pembuatan poster bertema lingkungan. Selama pelaksanaan penelitian, peneliti menerapkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran berbasis proyek.
Tahapan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: 1). Dengan memilih topik proyek, guru dan peserta didik menentukan proyek apa yang akan dibuat. 2). Dengan menyusun pertanyaan, sebelum mengerjakan proyek guru menyusun pertanyaan agar peserta didik dapat memahami proyek yang akan dibuat. 3). Merancang kegiatan proyek, guru dan peserta didik merancang kegiatan seperti membentuk kelompok, waktu dan lain-lain. 4). Menyelesaikan tahap proyek, peserta didik mulai membuat proyek yang telah dirancang dari awal dan 5). Evaluasi proyek, pada tahap ini peserta didik telah menyelesaikan proyek dan akan dipresentasikan di depan kelas untuk dievaluasi, diberi saran dan komentar oleh guru dan kelompok lain (Team, 2020).
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, menjelaskan
bahwa peningkatan pengetahuan ekoliterasi siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran berbasis proyek (Putri et al.,
2019).
Ekoliterasi merupakan upaya penyadaran berupa kepedulian terhadap
lingkungan dan upaya sadar dalam menjaga kelestarian lingkungan alam di sekitar kita (Rachmawati & Minsih, 2021). Ekoliterasi merupakan kecerdasan ekologi yang kompleks, yang dukung oleh tiga unsur afektif, kognitif dan psikomotorik. Kesadaran dalam menyelamatkan lingkungan yang rusak dilandasi oleh aspek afektif, keinginan terhadap perlindungan lingkungan dapat didasarkan pada aspek kognitif dan upaya bentuk perlindungan lingkungan dapat menggambarkan aspek psikomotorik (Salimi et al., 2023). Sebagai seorang guru harus mengembangkan progam pendidikan lingkungan hidup guna meningkatkan kesadaran lingkungan peserta didik. Bentuk strategi yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik (Rezkita & Wardani, 2018). Hal ini dapat dikembangkan dengan memupuk rasa kepedulian dan perlakuan terhadap lingkungan (Yeni, 2020). Literasi lingkungan memainkan peranan penting untuk menanamkan kesadaran pada peserta didik tentang pentingnya menjaga lingkungan dan meningkatan kesadaran dan kepekaan dampak sosial terhadap lingkungan sekitar (Salimi et al., 2021).
Pembelajaran
berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Sari & Astuti, 2017). pembelajaran berbasis proyek dianggap sebagai metode pengajaran yang sangat efektif dan dianggap sebagai tingkat keterampilan tertinggi seorang guru. Dasar pembelajaran berbasis proyek tidak mempelajari definisi abstrak melainkan menyelesaikan proyek dengan kompleks (Maros et al., 2023). Sejalan dengan penelitian sebelumnya, peningkatan hasil belajar juga dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran berbasis proyek, karena peserta didik dituntut untuk dapat menuangkan idenya dan mampu memecahkan masalah melalui pemberian proyek sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik (Surya et al., 2018). Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode pembelajaran yang menggunakan
proyek kegiatan sebagai sumber dayanya dengan
mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi baru
berdasarkan pengalaman yang diperoleh dalam kegiatan nyata (Kurniawan & Sulistyono, 2022). Metode aktif yang mengembangkan komitmen dan partisipasi maksimal peserta didik dalam proses pembelajaran dapat menggunakan pembelajaran berbasis proyek, sehingga mengharuskan guru untuk menghidupkan skenario pembelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi secara kolaboratif, membuat keputusan dan merespons tantangan proyek (De la Torre- Neches et al., 2020).
Penelitian ini juga relevan dengan penelitian oleh bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek memiliki banyak keuntungan atau manfaat bagi peserta didik (Widiastutik et al., 2023). Manfaat yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: 1) Dapat membangun dan mendorong motivasi belajar siswa. 2) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah. 3) Dapat membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran. 4). Membangun dan meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok. 5). Memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam bekerja sama dengan kelompok, merencanakan dan menyelesaikan suatu proyek, memanfaatkan alokasi waktu. 6) Dapat membangun suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman selama proses pembelajaran. 7) Dapat mengajarkan peserta didik untuk memanfaatkan informasi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 8) Dapat meningkatkan komunikasi dan dapat memunculkan kolaborasi (Sudrajat, 2020). Dalam proses belajar mengajar melalui model pembelajaran berbasis proyek terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik karena model pembelajaran berpusat pada peserta didik yang berguna untuk mengembangkan ide-ide kreatif pada peserta didik. Dengan hal tersebut dapat menjadi
ketertarikan peserta didik terhadap model pembelajaran berbasis proyek (Setyawan et al., 2019).
Model pembelajaran berbasis proyek pada penelitian sebelumnya menekankan pada pemanfaatan limbah dan kreatifitas peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran lingkungan pada peserta didik. Ekoliterasi merupakan bentuk kesadaran dan pemahaman siswa terhadap lingkungan melalui pengamatan di lingkungan sekitar (Nugraha, 2016). Dengan adanya kesadaran terhadap lingkungan, siswa memahami bagaimana cara menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar, seperti membuang sampah pada tempatnya, dapat memilah sampah berdasarkan jenisnya, menjaga dan merawat tanaman yang ada di lingkungan sekitar. Dengan adanya pengaruh dari lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Malik et al., 2023). Menurut (Barat et al., 2023) mengatakan bahwa literasi lingkungan juga sangat berguna bagi siswa untuk terus menciptakan bentuk kesadaran yang selaras dengan lingkungan alam.
Model pembelajaran berbasis proyek memiliki banyak alasan sebagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan ekoliterasi peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik dihadapkan untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Dengan hal tersebut, pengetahuan ekoliterasi dapat meningkat karena model pembelajaran berbasis proyek membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran mengenai pengetahuan ekoliterasi dapat diintegrasikan dalam pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran ekoliterasi sangat penting untuk diajarkan kepada siswa karena dapat menciptakan kepekaan siswa terhadap kelestarian lingkungan sekitar (Yosma Oktapyanto, 2018). Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berbasis proyek sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik. penelitian ini
menggunakan model berbasis proyek dengan memanfaatkan barang bekas menjadi barang yang bernilai guna dan membuat poster tentang lingkungan dengan tujuan agar peserta didik lebih memahami dan peka untuk melestarikan dan menjaga lingkungan.
## UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada peserta didik, guru dan kepala sekolah SDN Candi Pari 1, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ekoliterasi dan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bebas merencanakan kegiatan pembelajaran dengan membuat suatu proyek dan melatih mereka untuk berpikir kritis akan setiap masalah yang dihadapi. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus, dengan masing-masing siklus memiliki tahapan diantaranya tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan refleksi. Dari kegiatan pra- siklus, siklus I dan siklus II hasil data yang diperoleh mengalami peningkatan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Candipari 1 dengan jumlah 15 peserta didik kelas V.
Hasil penelitian antar siklus dapat ditingkatkan melalui Model PJBL atau model pembelajaran berbasis proyek dengan memanfaatkan kerajinan barang bekas dan membuat poster tentang lingkungan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan sudah mencapai nilai standart minimal, hasil lembar kuesioner untuk mengukur pengetahuan ekoliterasi peserta didik mengalami peningkatan dari rata-rata prasiklus 52,33%, siklus I 67% dan siklus II 82%. Sedangkan dari data tes hasil belajar tentang pelestarian lingkungan mengalami
peningkatan setiap siklusnya, rata-rata pra siklus 52%, siklus I 64% dan siklus II 83% sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal.
## DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, R. (2015). Urgensi penilaian hasil belajar berbasis kelas mata pelajaran ips di madrasah tsanawiyah. Lantanida Journal ,
3 (2).
https://doi.org/https://doi.org/10.22373/lj.v3
i2.1657
Agusta kuniati, lusila parida, H. (2022). Literasi lingkungan sebagai upaya menumbuhkan karakter peduli lingkungan di SD Negeri 01 kenukut kecamatan kelam permai kabupaten sintang. Jppm:Jurnal Pelayanan Dan Pemberdayaan Masyarakat , 1 (1). https://doi.org/10.31932/jppm.v1i1.1859
Ardoin, N. M., Bowers, A. W., & Gaillard, E.
(2020). Environmental education outcomes for conservation: A systematic review. Biological Conservation , 241 (April 2019), 108224. https://doi.org/10.1016/j.biocon.2019.10822 4
Aziz, A., Erlianda, M., Agustina, P. A., Mubarok, I., & Aryanto, S. (2022). Pemanfaatan Ecobrick Menjadi Pojok Ekoliterasi Sebagai Upaya Menanggulangi Darurat Sampah Selama Pandemi Covid-19 Di Sekolah Dasar. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat UBJ , 5 (1), 63–74. https://doi.org/10.31599/jabdimas.v5i1.771
Azizah, I. N., & Widjajanti, D. B. (2019). Keefektifan pembelajaran berbasis proyek ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan kepercayaan diri siswa. Jurnal Riset Pendidikan Matematika , 6 (2),
233–243.
https://doi.org/10.21831/jrpm.v6i2.15927
Barat, M. I. N. A., Surya, A., & Destari, U. (2023). Peningkatan Literasi Lingkung- Metode Board. Wikrama Parahita:Jurnal Pengabdian Masyarakat , vol 7 nomo , 61– 68. https://doi.org/https://doi.org/1030656/jpm wp.v7i1.5466
De la Torre-Neches, B., Rubia-Avi, M., Aparicio-Herguedas, J. L., & Rodríguez- Medina, J. (2020). Project-based learning:
an analysis of cooperation and evaluation as the axes of its dynamic. Humanities and Social Sciences Communications , 7 (1), 1–7. https://doi.org/10.1057/s41599-020-00663- z
Desfandi, M., Maryani, E., & Disman. (2017). Building Ecoliteracy Through Adiwiyata Program (Study at Adiwiyata School in Banda Aceh). Indonesian Journal of
Geography , 49 (1), 51–56. https://doi.org/10.22146/ijg.11230
Jannah, fathul. (2015). Inovasi pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Prosiding Seminar Nasional Ps2dm Unlam , 1(1) .
Keraf, S. A. (2014). Filsafat lingkungan hidup:
Alam sebagai sebuah sistem kehidupan (Edisi Elek). PT KANISIUS.
Kospa, H. S. D., Hanani, A. D., Mutaqin, Z., & Imron, I. (2020). Penyuluhan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai Upaya Peningkatan Ekoliterasi Sekolah Berbasis
Creative Learning. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sains Indonesia , 2 (2).
https://doi.org/10.29303/jpmsi.v2i2.56
Krisnawati, C., Saleh, K., & Nurbaiti. (2022).
Peningkatan hasil belajar siswa dengan sub tema usaha pelestarian lingkungan menggunakan model picture and picture bagi siswa kelas v sd negeri 153071 sibabangun 1. JIPDAS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar) Institut Pendidikan Tapanuli Selatan , 2 (1), 36–43.
https://doi.org/10.37081/jipdas.v2i1.263
Kurniawan, R., & Sulistyono, R. (2022).
Peningkatan hasil belajar siswa melalui project based learning subtema peristiwa kemerdekaan dan pelestarian lingkungan pada siswa kelas v sd negeri jombang.
Jurnal Pendidikan Dasar , 3 (2), 121–130.
Malik, M., Basri, M., & Tarman, T. (2023).
Pengaruh Pemanfaatan
Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Terhadap
Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SD Gugus 1 Wilayah 1 Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru. Naturalistic: Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Dan
Pembelajaran , 7 (2), 1718–1730. https://doi.org/10.35568/naturalistic.v7i2.24
Manca, S., Raffaghelli, J. E., & Sangrà, A. (2023). A learning ecology-based approach for enhancing Digital Holocaust Memory in European cultural heritage education. Heliyon , 9 (9).
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e192 86
Maros, M., Korenkova, M., Fila, M., Levicky, M., & Schoberova, M. (2023). Project- based learning and its effectiveness: evidence from Slovakia. Interactive Learning Environments , 31 (7), 4147–4155.
https://doi.org/10.1080/10494820.2021.195
4036
Maulana, M. A., Kanzunnudin, M., & Masfuah, S. (2021). Analisis Ekoliterasi Siswa pada Sekolah Adiwiyata Di Sekolah Dasar.
Jurnal Basicedu , 5 (4), 2601–2610. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1263
Moreno, C. H. P., Acero, I. D. M., & Rodriguez, N. H. P. (2011). Education for environment care: Contribution through human ecology. Procedia - Social and Behavioral Sciences , 15 ,
3912–3915. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.39 3
Muhammad Rafik, Vini Putri Febrianti, Afifah Nurhasanah, & Siti Nurdianti Muhajir.
(2022). Telaah Literatur: Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap Kreativitas Siswa Guna Mendukung Pembelajaran Abad 21. Jurnal Pembelajaran Inovatif , 5 (1), 80–85. https://doi.org/10.21009/jpi.051.10
Nugraha, R. G. (2016). Meningkatkan Ecoliteracy Siswa Sd Melalui Metode
Field-Trip Kegiatan Ekonomi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Mimbar Sekolah Dasar , 2 (1), 60–72. https://doi.org/10.17509/mimbar- sd.v2i1.1322
Putri, S. S., Japar, M., & Bagaskorowati, R.
(2019). Increasing ecoliteracy and student creativity in waste utilization. International Journal of Evaluation and Research in
Education , 8 (2), 255–264. https://doi.org/10.11591/ijere.v8i2.18901
Rachmawati, A., & Minsih. (2021). Belajar Bersama Alam Sebagai Bentuk Penerapan Ekoliterasi Pada Sekolah Alam.
Cendekiawan , 3 (2), 79–91. https://doi.org/10.35438/cendekiawan.v3i2. 216
Rahmasari, A. F., & Madiun, U. P. (2023).
Implementasi Ekoliterasi di SDN Sukowinangun 02 Magetan. Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar , 4 .
Ramadhan, A. F., & Surjanti, J. (2022). Pengaruh ekoliterasi dan pendekatan esd terhadap sikap peduli lingkungan peserta didik. Jurnal Education and Development , 10 (3) ,
129–134. https://doi.org/10.37081/ed.v10i3.3840 Rezkita, S., & Wardani, K. (2018).
Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup membentuk karakter peduli lingkungan di sekolah dasar. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An , 4 (2), 327– 331. https://doi.org/https://doi.org/10.30738/triha yu.v4i2.2237
Salimi, M., Dardiri, A., & Sujarwo, S. (2021).
The profile of students’ eco-literacy at nature primary school. Cypriot Journal of Educational Sciences , 16 (4), 1450–1470. https://doi.org/10.18844/cjes.v16i4.5999
Salimi, M., Susiani, T. S., Hidayah, R., Karsono, K., & Fauziah, M. (2023). The profile ecoliteracy of students at adiwiyata school. SAR Journal - Science and Research , 6 (3), 188–195. https://doi.org/10.18421/sar63-07
Sari, A. Y., & Astuti, R. D. (2017). Implementasi pembelajaran project based learning untuk anak usia dini. Jurnal Motoric (Media of Teaching Oriented and Children) , 1(1) . https://doi.org/https://doi.org/10.31090/pau dmotoric.v1i1.547
Setyawan, R. I., Purwanto, A., & Sari, N. K. (2019). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Dikdas
Bantara , 2 (2), 81–93. https://doi.org/10.32585/jdb.v2i2.372
Sudrajat, A. E. H. (2020). Model-Model Pembelajaran. In Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan Dan Keagamaan .
Surjanti, J., Soejoto, A., Seno, D. N., &
Waspodo. (2020). Mangrove forest ecotourism: Participatory ecological
learning and sustainability of students’ behavior through self-efficacy and self- concept. Social Sciences & Humanities Open ,
2 (1), 100009. https://doi.org/10.1016/j.ssaho.2019.100009
Surya, A. P., Relmasira, S. C., Tyas, A., & Hardini, A. (2018). Penerapan model pembelajaran project based learning (PJBL) untuk meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas siswa kelas iii sd negeri sidorejo lor 01 salatiga. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala JURNAL PESONA DASAR , 6 (1), 41–54. https://doi.org/10.24815/pear.v6i1.10703
Team, S. (2020). HOTS-Oriented Module: Project-Based Learning (First Edition). SEAMEO QITEP in Language.
Wahyu, rahma. (2016). Implementasi model project based learning (PJBL) ditinjau dari penerapan kurikulum 2013. Teknoscienza , 1(1) , 50–62.
Wayan Rati, N., Kusmaryatni, N., & Rediani, N.
(2017). Model Pembelajaran berbasis proyek, kreativitas dan hasil belajar mahasiswa. Jurnal Pendidikan Indonesia , 6
(1) . https://doi.org/10.23887/jpi- undiksha.v6i1.9059
Widiastutik, D., Fajriyah, K., Purnamasari, V., & Raharjo, S. (2023). Penerapan model PJBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas v sdn tlogosari kulon 01. Jurnal Pendidikan Tambusai , 7 (1), 4090–4096. https://doi.org/10.31004/jptam.v7i1.5897
Yaumi, M., & Damopolii, M. (2014). Action research: teori, model, dan aplikasi (pertama). Penerbit Salemba Teknika.
Yeni, S. (2020). Ekowisata Sebagai Sumber Belajar Biologi dan Strategi untuk Meningkatkan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan. Jurnal Bio Educatio , 3 (2), 59– 72.
Yosma Oktapyanto, R. R. (2018). Ecoliteracy: literasi dasar yang terlupakan? Bitread Publishing PT. Lontar Digital Asia.
Zubaidah, S. (2019). Memberdayakan keterampilan Abad ke-21 melalui Pembelajaran Berbasis Proyek. Seminar Nasional Nasional Pendidikan Biologi ,
October , 1–19.
https://www.researchgate.net/publication/33
6511419_Memberdayakan_Keterampilan_
Abad_Ke- 21_melalui_Pembelajaran_Berbasis_Proyek
|
8677ec77-82ce-418d-b86a-633f7cbe7b10 | https://jurnal.saburai.id/index.php/teknik/article/download/3050/1888 |
## Analisis Pengaruh Manajemen Konstruksi dalam Penanganan Keterlambatan pada Proyek Konstruksi
Analysis of the Influence of Construction Management in Handling Delays on Construction Projects
Ilyas Sadad 1* , Galih Arbi Sangidana 2
1,2 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bandar Lampung, Lampung, Indonesia *Email : [email protected]
## Abstrak
Pembangunan jalan merupakan bagian penting dalam pembangunan karena merupakan penghubung dalam pembangunan perekonomian. Menurut jenisnya, jalan merupakan suatu proyek konstruksi yang direncanakan dan dirancang untuk memberikan kemudahan bagi pemilik dan penggunanya. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan jalan dan tindakan yang dilakukan oleh manajemen konstruksi untuk menghindari keterlambatan yang dapat merugikan banyak pihak. Dari definisinya, manajemen konstruksi adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengendalian seluruh aspek yang terlibat dalam membangun suatu proyek konstruksi. Sasaran utama manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi-fungsi manajemen secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil yang optimal sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik proyek. Teknik pengambilan sampel yang dipilih adalah wawancara/kuesioner dan observasi lapangan. Dalam penelitian ini diperlukan sampel sebanyak 30 responden yang berasal dari kontaktor dan konsultan. Kuesioner diambil dari observasi di lapangan mulai dari faktor biaya, cuaca, material, pekerja, dan lain sebagainya. Analisis manajemen konstruksi dalam penanganan keterlambatan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS.
Kata kunci : Analisis; Keterlambatan; Penyebab; Penanganan
## Abstract
Road construction is an important part of development because it is a link in economic development. According to its type, a road is a construction project that is planned and designed to bring convenience to its owners and users. There are many factors that must be considered in the construction of road construction and the actions taken by construction management to avoid delays that can harm many parties. From its definition, construction management is the process of planning, organizing, supervising and controlling all aspects involved in building a construction project. The main target of construction management is to manage management functions effectively and efficiently so as to obtain optimal results in accordance with the agreement with the project owner. The sampling technique chosen was Interview/Questionnaire and field observation. In this research, a sample of 30 respondents from contactors and consultants was required. The questionnaire was taken from observations in the field starting from cost factors, weather, materials, workers, and so on. Construction management analysis in handling delays using Microsoft Excel and SPSS.
Keywords: Analysis, Delay, Causes, Treatment
## PENDAHULUAN
Kegiatan pembangunan proyek ialah kegiatan perencanaan yang mempergunakan bermacam sumber daya serta dana guna
memperoleh manfaatnya di kemudian hari. Kegiatan proyek selalu mempunyai tujuan untuk dicapai serta memliki titik tolak serta titik akhir yang mana hasil itu bisa diukur. Dalam pembangunan sebuah proyek
konstruksi sering terjadi keterlambatan atas jadwal proyek. Banyak faktor penyebab keterlambatan antara lain; pengadaan bahan dan peralatan yang belum optimal, faktor cuaca yang tidak mendukung, dan SDM yang belum sesuai harapan. Untuk itu perlu mengetahui
seberapa
berpengaruhnya manajemen konstruksi
di waktu
pembangunan proyek serta pengelolaan proyek [1][2].
Pada
pelaksanaan proyek pembangunan Jalan Akses Dari Terminal Eksekutif Bakauheni Ke Jalan Lintas Sumatera, ada perbedaan antara realisasi pekerjaan di lapangan dengan time schedule , dilihat adanya deviasi pekerjaan yang cukup signifikan [3]. Hal ini dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan lainnya sehingga nanti berdampak akan terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian proyek [4]. Keterlambatan ini akan mengakibatkan membengkaknya biaya konstruksi, maka dibutuhkan metode pengelolaan manajemen proyek agar sumber daya yang digunakan tidak melebihi anggaran proyek serta jadwal penyelesaian proyek yang tepat waktu [5][6].
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah faktor yang harus menjadi pertimbangan dalam pembangunan jalan. Tindakan yang dilaksanakan agar fungsi manajemen kontruksi mempengaruhi secara
signifikansi atas kesuksesan proyek. Penanganan keterlambatan dalam proyek konstruksi pembangunan jalan.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di perusahan pada bidang konstruksi. Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling yaitu kontraktor yang mengerjakan proyek. Metode pengumpulan yang dilakukan yaitu dengan dilakukan teknik wawancara dengan proses pengumpulan data melalui studi pustaka dan penyebaran kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan yaitu dengan skala likert.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, digunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan bahwa data yang digunakan itu valid, yang berarti instrumen tersebut dapat dipergunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur [7]. Sedangkan uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama [8].
Tabel 1. Data Uji Validitas Penanganan Keterlambatan Correlations
P1 P2 P3 P4 Penanganan Keterlambatan P1 Pearson Correlation 1 .238 .352 .214 .595** Sig. (2-tailed) .206 .057 .257 .001 N 30 30 30 30 30 P2 Pearson Correlation .238 1 .447* .528** .760** Sig. (2-tailed) .206 .013 .003 .000 N 30 30 30 30 30 P3 Pearson Correlation .352 .447* 1 .570** .820** Sig. (2-tailed) .057 .013 .001 .000 N 30 30 30 30 30 P4 Pearson Correlation .214 .528** .570** 1 .771** Sig. (2-tailed) .257 .003 .001 .000 N 30 30 30 30 30
Penanganan Keterlambatan Pearson Correlation .595** .760** .820** .771** 1 Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 N 30 30 30 30 30
Dari tabel hasil uji validitas di atas, didapat bahwa dari 4 data pertanyaan, didapatkan bahwa r hitung > r tabel, maka
dari uji validitas yang dilakukan dapat disimpulkan data pertanyaan valid.
Tabel 2. Data Uji Reliabilitas Keterlambatan Cronbach's Alpha N of Items .721 4 Dari hasil uji reliablitas kedua variabel di atas, sesuai dengan rumus-rumus yang digunakan
dalam langkah-langkah melakukan uji reliabilitas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai cornbach alpha >
0,60 maka data diatas adalah data yang reliabel.
## Hasil Kuesioner
Tabel 3. Hasil Kuesioner Penyebab Keterlambatan No Faktor Penyebab Keterlambatan 1 2 3 4 1. Durasi waktu kontrak yang terlalu cepat/singkat 5 17 8 2. Hasil yang tidak tepat antara gambar kerja dengan representasi di lapangan 16 14 3. Penggunaan metode konstruksi yang kurang tepat dalam pekerjaan proyek 4 13 13 4. Harga material konstruksi yang naik secara terus menerus 2 18 10 5. Pekerjaan perbaikan pada proyek konstruksi 1 15 14 6. Miskomunikasi dan koordinasi kontraktor di lapangan 18 12 7. Keterlambatan progres pembayaran termin 15 15 8. Banyaknya perubahan pekerjaan selama pelaksanaan proyek konstruksi berlangsung 17 13 9. Penjadwalan yang tidak sesuai antara sub-kontraktor dan supplier saat pekerjaan proyek 2 13 15 10. Tenaga kerja yang tidak memenuhi kualifikasi standar 15 15 11. Cuaca buruk dan bencana alam lainnya saat pekerjaan proyek 1 13 16 12. Rencana penjadwalan yang kurang efektif saat pengerjaan proyek 1 15 14 13. Perubahan jenis dan spesifikasi bahan saat pekerjaan proyek 1 14 16 14. Ketidakmampuan sub-kontraktor dalam menangani masalah di lapangan 19 11 15. Pengalaman kontraktor yang belum memenuhi standar kualifikasi pekerjaan 15 15 Tabel 4. Hasil Kuisioner Penanganan Keterlambatan No Penanganan Keterlambatan 1 2 3 4 1 Saat proyek konstruksi , hal – hal yang memuat kuantitas, kualitas, dan spesifikasi adalah hal yang sangat perlu diperhatikan supaya dalam pelaksanaan proyek tidak menyebabkan hal yang tidak diinginkan antara semua pihak yang berkepentingan, yaitu owner dan penyedia jasa. 2 17 11 2 Saat pelaksanaan proyek, waktu dan jadwal adalah tujuan utama pengerjaan proyek. Keterlambatan jadwal akan mengakibatkan biaya tambahan dan kerugian yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen waktu yang baik dan melibatkan perencanaan, persiapan, dan pengelolaan jadwal yang matang 3 10 17 3 Manajemen biaya mencakup semua hal yang berkaitan tentang anggaran dan kegiatan proyek. Berbagai metode bisa digunakan, seperti penyusunan anggaran 4 10 16
biaya dan konsep nilai hasil, agara membantu pengelolaan biaya menjadi lebih efektif.
4 Proses yang panjang diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan proyek konstruksi tersebut memenuhi semua syarat yang direncanakan, termasuk dari mempelajari syarat-syarat pelaksanaan, mengubahnya menjadi spesifikasi, dan menggabungkannya ke dalam gambar kerja. 1 15 14
## Hasil Analisa Penyebab Keterlambatan
Indeks kepentingan relatif, dengan mengetahui nilai IKR pada setiap butir
pertanyaan, dapat disimpulkan pertanyaan mana yang sangat berpengaruh dalam faktor penyebab keterlambatan [9].
Tabel 5. Hasil Indeks Kepentingan relative Penyebab Keterlambatan No Faktor Penyebab Keterlambatan 1 2 3 4 ∑xi IKR 1. Durasi waktu kontrak yang terlalu cepat/singkat 5 17 8 93 0,775 2. Hasil yang tidak tepat antara gambar kerja dengan representasi di lapangan 16 14 104 0,867 3. Penggunaan metode konstruksi yang kurang tepat dalam pekerjaan proyek 4 13 13 99 0,825 4. Harga material konstruksi yang naik secara terus menerus 2 18 10 98 0,817 5. Pekerjaan perbaikan pada proyek konstruksi 1 15 14 103 0,858 6. Miskomunikasi dan koordinasi kontraktor di lapangan 18 12 102 0,850 7. Keterlambatan progres pembayaran termin 15 15 105 0,875 8. Banyaknya perubahan pekerjaan selama pelaksanaan proyek konstruksi berlangsung 17 13 103 0,858 9. Penjadwalan yang tidak sesuai antara sub-kontraktor dan supplier saat pekerjaan proyek 2 13 15 103 0,858 10. Tenaga kerja yang tidak memenuhi kualifikasi standar 15 15 105 0,875 11. Cuaca buruk dan bencana alam lainnya saat pekerjaan proyek 1 13 16 105 0,875 12. Rencana penjadwalan yang kurang efektif saat pengerjaan proyek 1 15 14 103 0,858 13. Perubahan jenis dan spesifikasi bahan saat pekerjaan proyek 1 14 16 108 0,900 14. Ketidakmampuan sub-kontraktor dalam menangani masalah dilapangan 19 11 101 0,842 15. Pengalaman kontraktor yang belum memenuhi standar kualifikasi pekerjaan 15 15 105 0,875 Tabel 6. Hasil Nilai Interval Penyebab Keterlambatan Interval Kategori Frekuensi % 15 < 26 Tidak Berpengaruh 0 0 27 < 39 Kurang Berpengaruh 0 0 40 < 51 Berpengaruh 14 46,67 52 < 60 Sangat Berpengaruh 16 53,33
Gambar 1. Diagram Batang Presentase dan Frekuensi Jawaban Responden
Hasil Analisa Penanganan Keterlambatan Berikut adalah hasil analisa nilai indeks kepentingan
relatif,
dengan
mengetahui nilai IKR pada setiap butir pernyataan, bisa disimpulkan pernyataan mana yang sangat berpengaruh dalam faktor penanganan keterlambatan.
Tabel 7. Hasil Nilai Indeks Kepentingan Relatif Penanganan Keterlambatan No Penanganan Keterlambatan 1 2 3 4 ∑xi IKR 1 Saat proyek konstruksi , hal – hal yang memuat kuantitas, kualitas, dan spesifikasi adalah hal yang sangat perlu diperhatikan supaya dalam pelaksanaan proyek tidak menyebabkan hal yang tidak diinginkan antara semua pihak yang berkepentingan, yaitu owner dan penyedia jasa. 2 17 11 99 0,825 2 Saat pelaksanaan proyek, waktu dan jadwal adalah tujuan utama pengerjaan proyek. Keterlambatan jadwal akan mengakibatkan biaya tambahan dan kerugian yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen waktu yang baik dan melibatkan perencanaan, persiapan, dan pengelolaan jadwal yang matang 3 10 17 104 0,867 3 Manajemen biaya mencakup semua hal yang berkaitan tentang anggaran dan kegiatan proyek. Berbagai metode bisa digunakan, seperti penyusunan anggaran biaya dan konsep nilai hasil, agara membantu pengelolaan biaya menjadi lebih efektif. 4 10 16 102 0,850 4 Proses yang panjang diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan proyek konstruksi tersebut memenuhi semua syarat yang direncanakan, termasuk dari mempelajari syarat-syarat pelaksanaan, mengubahnya menjadi spesifikasi, dan menggabungkannya ke dalam gambar kerja. 1 15 14 103 0,858
Tabel 8. Nilai Interval Penanganan Keterlambatan
Interval Kategori Frekuensi % 4 < 7 Tidak Berpengaruh 0 0 8 < 10 Kurang Berpengaruh 0 0 11 < 13 Berpengaruh 13 43,33 13 < 16 Sangat Berpengaruh 17 56,67
Gambar 2. Diagram Batang Presentase dan Frekuensi Jawaban Responden
## Urutan Ranking Skor Statistik Non Parametik
Berdasarkan hasil diatas ditentukan 4 buah pertanyaan dengan urutan ranking dari nilai Indeks Kepentingan Relatif tertinggi berikut adalah hasilnya : Tabel 9. Urutan Skor Ranking Nilai IKR Penyebab Keterlambatan No Faktor Penyebab Keterlambatan 1 2 3 4 ∑xi IKR 1. Perubahan jenis dan spesifikasi bahan saat pekerjaan proyek 1 14 16 108 0,900 2. Tenaga kerja yang tidak memenuhi kualifikasi standar 15 15 105 0,875 3. Cuaca buruk dan bencana alam lainnya saat pekerjaan proyek 1 13 16 105 0,875 4. Keterlambatan progres pembayaran termin 15 15 105 0,875
Gambar 3. Diagram Batang Nilai IKR Penyebab Keterlambatan
Tabel 10. Urutan Skor Ranking Nilai IKR Penanganan Keterlambatan No Penanganan Keterlambatan 1 2 3 4 ∑xi IKR 1 Proses yang panjang diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan proyek konstruksi tersebut memenuhi semua syarat yang direncanakan, termasuk dari mempelajari syarat-syarat pelaksanaan, mengubahnya menjadi spesifikasi, dan menggabungkannya ke dalam gambar kerja. 1 15 14 103 0,858 2 Saat pelaksanaan proyek, waktu dan jadwal adalah tujuan utama pengerjaan proyek.
Keterlambatan jadwal akan mengakibatkan biaya tambahan dan kerugian yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen waktu yang baik dan melibatkan perencanaan, persiapan, dan pengelolaan jadwal yang matang
3 10 17 104 0,867 3 Manajemen biaya mencakup semua hal yang berkaitan tentang anggaran dan kegiatan proyek. Berbagai metode bisa digunakan, seperti penyusunan anggaran biaya dan konsep nilai hasil, agara membantu pengelolaan biaya menjadi lebih efektif. 4 10 16 102 0,850 4 Saat proyek konstruksi , hal – hal yang memuat kuantitas, kualitas, dan spesifikasi adalah hal yang sangat perlu diperhatikan supaya dalam pelaksanaan proyek tidak menyebabkan hal yang tidak diinginkan antara semua pihak yang berkepentingan, yaitu owner dan penyedia jasa. 2 17 11 99 0,825
Gambar 4. Diagram Batang Nilai IKR Penanganan Keterlambatan
Faktor yang sangat berpengaruh dalam penyebab keterlambatan yang harus menjadi pertimbangan dalam pembangunan proyek konstruksi antara lain adalah perubahan jenis dan spesifikasi material/peralatan/alat berat yang digunakan, kualifikasi tenaga kerja yang tidak memenuhi standar, cuaca buruk di sekitar lokasi proyek (hujan deras/banjir/bencana alam)
Setelah kita mengetahui penyebab
utama keterlambatan kita dapat mengidentifikasi faktor penanganannya. Salah satu faktornya adalah agar kegiatan proyek tersebut dapat memenuhi syarat yang telah direncanakan, maka diperlukan proses yang panjang mulai dari mengkaji syarat- syarat pelaksanaan, menjabarkan persyaratan tersebut menjadi spesifikasi, dan menuangkannya menjadi gambar kerja.
Selain itu manajemen biaya mencakup
semua hal yang berkaitan tentang anggaran dan kegiatan proyek. Berbagai metode bisa digunakan, seperti penyusunan anggaran biaya dan konsep nilai hasil, agara membantu pengelolaan biaya menjadi lebih efektif.
Penjadwalan proyek juga sangat penting saat pelaksanaan proyek, waktu dan jadwal adalah tujuan utama pengerjaan proyek keterlambatan jadwal akan mengakibatkan biaya tambahan dan kerugian yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen waktu yang baik dan melibatkan perencanaan, persiapan, dan pengelolaan jadwal yang matang.
Seiring dengan progres saat proyek konstruksi, hal – hal yang memuat kuantitas, kualitas, dan spesifikasi adalah hal yang sangat perlu diperhatikan supaya dalam pelaksanaan proyek tidak menyebabkan hal yang tidak diinginkan antara semua pihak yang berkepentingan, yaitu owner dan penyedia jasa.
## KESIMPULAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner dengan reponden orang - orang yang bekerja atau berprofesi langsung sebagai pengusaha jasa konstruksi atau kontraktor proyek konstruksi. Pada hasil analisis di bab sebelumnya kita dapat mengetahui faktor- faktor apa yang menyebabkan keterlambatan pada proyek konstruksi serta setelah kita mengetahui penyebabnya kita dapat mengidentifikasi
penanganan keterlambatannya.
Pada akhirnya adapun untuk hasil identifikasi penanganan
keterlambatan diatas yang peneliti tawarkan dalam penanganan keterlambatan
proyek konstruksi berhasil dengan mayoritas jawaban responden Berpengaruh dan Sangat Berpengaruh.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Darmali and M. Waty, “Analisis peranan konsultan manajemen konstruksi dalam mencegah keterlambatan waktu konstruksi,” JMTS J. Mitra Tek. Sipil , vol. 5, no. 1, pp. 141–153, 2022.
[2] L. A. Megawati and Lirawati,
“Analisis Faktor Keterlambatan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung,” J. Tek. , vol. 21, no. 2, pp. 27–34, 2020.
[3] H. Hassan, J. B. Mangare, and P. A. K. Pratasis, “Konstruksi Dan
Alternatif Penyelesaiannya ( Studi Kasus : Di Manado Town Square Iii ),” J. Sipil Statik , vol. 4, no. 11, pp. 657–664, 2016.
[4] I. N. Sutarja, N. M. Jaya, and A. P. Sukoyo, “Proyek Hotel Di Kabupaten
Badung Dan Kota Denpasar Unsur- unsur Proyek Konstruksi,” J. Spektran , vol. 8, no. 2, pp. 160–168,
2020.
[5] A. S. Ariyanto, K. A. P. Kamila, Supriyadi, M. B. Utomo, and W. L.
Mahmudi, “Pengaruh Keterlambatan Material Terhadap Risiko Proyek
Pembangunan
Gedung Parkir,” Bangun Rekaprima , vol. 05, no. 2, pp. 51–58, 2019.
[6] D. A. N. Waktu, D. I. Dinas, P.
Umum, K. Manado, and D. Willar, “Analisis Faktor Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi
Gedung Terhadap Mutu, Biaya Dan Waktu Di Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado,” J. Ilm. Media Eng. , vol. 5, no. 2, pp. 401–405, 2015.
[7] Y. I. Puspitasari, J. B. Mangare, and P. A. K. Pratasis, “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR Keterlambatan
Pada Proyek Perumahan Casa De Viola Dan Alternatif Penyelesaiannya,” J. Sipil Statik , vol.
8, no. 2, pp. 141–146, 2020.
[8] G. A. Wardana, T. Iskandar, and D. Kartika, “Student Journal GELAGAR Vol. 5 No.1 2023 1 Program Studi Teknik Sipil,” Student J. GELAGAR , vol. 5, no. 1, pp. 1–12, 2023.
[9] F. N. Kharina and K. A. Sambowo, “Analisis Keterlambatan Proyek Serta Dampaknya Terhadap Biaya Dan Waktu Pelaksanaan Proyek
(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Cinere Terrace Suites Apartemen & Citywalk, Jakarta),” J.Infras , vol. 5,
no. 1, pp. 13–19.
|
a2d759a4-63ca-42c2-91bc-06783bbfe9b2 | http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jst/article/download/5649/3580 | SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
## IMPLEMENTASI METODE AHP-TOPSIS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN DI KABUPATEN MALANG
Refal Ade Pratama 1) , Wahyudi Harianto 2)
1), 2) Teknik Informatika, Universitas PGRI Kanjuruhan Malang [email protected]), [email protected])
Abstract-- Indonesia as a developing country makes Indonesia prioritize infrastructure development. One of them is the highway. The provision of good road infrastructure is very important especially in Malang Regency. Programs for road repair and maintenance are often not well targeted, of course this can be detrimental, especially to the budget provided by the government. In this case, the government must have a system to determine road repair priorities There are 5 criteria in the decision-making considerations, namely 1) the percentage of good, 2) the number of sub-districts traversed, 3) access to roads, 4) daily traffic and 5) the number of residents per sub-district. The methods that can be used in the decision support system are Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). These methods will be combined where AHP is used for the weighting of the criteria and TOPSIS for the ranking of alternatives. In the calculations carried out by the system that has been successfully designed and built, the system has functioned properly and can determine road repair priorities based on alternative rankings.
Index Terms — Analytical Hierarchy Process (AHP), Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS), road repair
Abstrak-Indonesia sebagai negara berkembang membuat Indonesia sangat mengedepankan pembangunan infrastruktur. Yang salah satunya yaitu jalan raya. Penyediaan infrastruktur jalan yang baik sangat penting utamanya di Kabupaten Malang. Program untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan seringkali tidak tepat sasaran, tentu hal ini bisa merugikan khususnya terhadap anggaran yang diberikan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah harus mempunyai sistem untuk menentukan prioritas perbaikan jalan Terdapat 5 kriteria dalam pertimbangan pengambilan keputusan, yaitu 1) persentase mantab, 2) Jumlah Kecamatan yang dilalui, 3) akses ke jalan, 4) lalu lintas harian dan 5) jumlah penduduk per Kecamatan.. metode yang dapat digunakan dalam sistem pendukung keputusan yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). metode ini akan digabungkan dimana AHP digunakan untuk pembobotan kriteria dan TOPSIS untuk perangkingan alternatif. Pada perhitungan yang dilakukan oleh sistem yang berhasil dirancang dan dibangun, sistem telah berfungsi dengan baik dan dapat menentukan prioritas perbaikan jalan berdasarkan perangkingan alternatif.
Kata Kunci — Analytical Hierarchy Process (AHP), Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS), perbaikan jalan
## Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan status negara berkembang dan mengedepankan pembangunan. Salah satu sektor pembangunan yang tidak kalah penting adalah dalam hal Infrastruktur. Infrastruktur yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian dan mobilitas masyarakat sehari-hari adalah jalan raya.
Jalan merupakan infrastruktur yang digunakan kendaraan sebagai penghubung dari satu tempat atau lebih ke tempat lain. Seiring berjalannya waktu semakin banyak masyarakat menggunakan mode transportasi yang menggunakan akses jalan. hal ini
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
tentu akan menyebabkan kenaikan volume kendaraan di jalan raya. Peningkatan volume kendaraan ini juga dialami wilayah Kabupaten Malang.
Kabupaten malang merupakan suatu wilayah di Provinsi Jawa Timur yang mempunyai pesona dan potensi yang sangat tinggi dalam menggairahkan perekonomian. Dari potensi yang dimiliki Kabupaten Malang ini tentu penyediaan infrastruktur jalan yang baik sangat penting. Jalan yang rusak tidak hanya akan menggangu pengendara di jalan raya, namun juga akan membahayakan keselamatan.
Program untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Perbaikan dan perawatan jalan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum seringkali terdapat ketidaktepatan sasaran, ruas jalan yang seharusnya dilakukan perbaikan justru terabaikan, Ketidaktepatan sasaran ini tentu bisa merugikan terhadap anggaran. Guna membantu pemerintah dalam masalah perbaikan jalan, maka di diperlukan sistem yang dapat menentukan prioritas perbaikan jalan
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Pengembangan Pariwisata Alam Kawasan Plawangan – Turgo Menggunakan Model AHP dan TOPSIS” (Marutha & Sutayasa, 2019). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa penggunaan metode AHP digunakan untuk pembobotan kriteria dan TOPSIS untuk proses perangkingan, menghasilkan rekomendasi untuk kepala desa dalam hal menentukan obyek wisata yang akan menjadi fokus pengembagan kedepannya.
Penelitian lain berjudul “ Pendukung Keputusan Prioritas Perbaikan Jalan Di Kabupaten Batu Bara Menggunakan Metode SAW dan TOPSIS ” (Lubis, 2018). Dalam penelitian ini dijelaskan sistem menggunakan 5 kriteria yaitu perkerasan, kerusakan, volume, kelas dan biaya. Penggabungan metode SAW dan TOPSIS dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam prioritas perbaikan jalan.
Merujuk pada penelitian sebelumnya, metode yang digunakan adalah AHP sebagai penghitung bobot masing-masing kriteria dan TOPSIS sebagai perangkingan, dan penelitian yang membahas penentuan perbaikan jalan dengan metode lain. Maka judul penelitian yang diusulkan adalah “Implementasi Metode AHP-TOPSIS Dalam Menentukan Prioritas Perbaikan Jalan di Kabupaten Malang” dengan harapat dapat menghasilkan sistem untuk membantu menentukan perbaikan jalan.
## Landasan Teori
## a. Decision Support System (DSS)
Decision Support System (DSS) atau dalam bahasa Indonesianya Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat diartikan sebagai suatu sistem yang dirancang dan digunakan untuk sebagai penunjang manajemen di dalam pengambilan keputusan (Latif et al., 2018).
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
## b. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process adalah suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP merupakan metode pengambilan keputusan yang melibatkan sejumlah kriteria dan alternatif yang dipilih berdasarkan pertimbangan seluruh kriteria terkait (Saaty, 2004). Setiap kriteria memiliki derajat 9 kepentingan yang berbeda-beda, demikian pula halnya alternatif memiliki preferensi yang berbeda menurut masing-masing kriteria yang ada. Langkah-langkah perhitungan metode AHP sebagai berikut:
a. Pendefinisian masalah dan penentuan tujuan.
b. Menetapkan prioritas elemen dengan membuat perbandingan berpasangan.
c. Normalisasi dari matriks perbandingan berpasangan.
1. Menjumlahkan nilai dari setiap kolom-kolom matriks perbandingan.
x i = r 1 i + r 2 i + ⋯+ r ¿ (1)
Dimana:
𝑥 ̅ = Jumlah kolom matriks
𝑖 = Variable kolom ke-i
𝑛 = Variabel baris ke-n
𝑟 = Indeks matriks perbandingan berpasangan
2. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total nilai setiap kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi
´ r ij = r ij x j (2)
Dimana:
𝑟 ́ = Normalisasi matriks keputusan
𝑖 = Variabel baris ke-i
𝑗 = Variabel kolom ke-j
𝑟 = Indeks matriks perbandingan berpasangan
𝑥 ̅ = Jumlah kolom matriks
3. Menentukan bobot kriteria dengan menjumlahan nilai-nilai dari semua baris dan dibagi banyaknya kriteria
4. Pengukuran konsistensi agar nilai-nilai yang dipakai memiliki tingkat konsistensi yang cukup tinggi.
a. Setiap nilai pada kolom pertama dikalikan dengan prioritas relative kriteria. Perhitungan dilakukan sampai dengan kriteria terakhir yang digunakan.
b. Setiap baris pada matriks nilainya dijumlahkan kemudian dibagi dengan prioritas relative sesuai kriteria.
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
c. Menghitung nilai Lamda maksimum ( 𝜆 𝑚𝑎𝑥 ) dengan cara menjumlahkan hasil bagi (penjumlahan baris dibagi elemen prioritas relative) dengan total kriteria yang digunakan.
λ max = Ʃcv n (3)
Dimana:
𝜆 𝑚𝑎𝑥 = Lamda maksimum
Ʃ 𝑐𝑣 = Total penjumlahan baris dibagi elemen prioritas relative
𝑛 = Jumlah kriteria
d. Menghitung Consistency Index (CI)
CI = ( λ maks − n ) n − 1 (4)
Dimana:
𝐶𝐼 = Consistency Index 𝑛 = Jumlah Kriteria e. Menghitung Consistency Ratio (CR)
CR = CI IR (5)
Dimana: CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
IR = Index Random Consistency
c. Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang. TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan jarak terpanjang (terjauh) dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean (jarak antara dua titik). Langkah-langkah perhitungan TOPSIS sebagai berikut:
1. Membuat matriks keputusan ternormalisasi
r ij = x ij √ ∑ i = 1 m x ij 2 (6)
Dimana: r ij = Elemen matriks ternormalisasi[i][j]
x ij = Elemen matriks keputusan X
i = Alternatif permintaan ke-i
j = Kriteria permintaan ke-j
2. Membuat matriks keputusan ternormalisasi berbobot.
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
y ij = w i r ij (7) Dimana: y ij = Elemen matriks ternormalisasi berbobot [i][j]
w i = Nilai bobot [i] yang menunjukkan tingkat kepentingan relative setiap kriteria. r ij = Elemen matriks ternormalisasi [i][j]
3. Menentukan matriks solusi ideal positif ( 𝐴 +) dan matriks solusi ideal negatif ( 𝐴 −) A + ¿ = ¿¿ (8) A − ¿ = ¿¿ (9)
Dimana :
y + ¿ = { max i y ij jika j adalah atribut keuntungan min i y ij jika j adalah atribut biaya ¿
y − ¿ = { min i y ij jika j adalah atribut keuntungan max i y ij jika j adalah atribut biaya ¿
4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan solusi ideal positif dan negatif
D i + ¿ = √ ∑ j = 1 n ¿¿ ¿ ¿¿ (10)
Dimana:
D i + ¿¿ = jarak antara nilai alternative ke-i dengan solusi ideal positif. y ij = elemen matriks ternormalisasi berbobot [i][j]. y i + ¿¿ = elemen solusi ideal positif [i].
D i − ¿ = √ ∑ j = 1 n ¿ ¿¿¿ ¿ (11)
Dimana:
D i − ¿ ¿ = jarak antara nilai alternative ke-i dengan solusi ideal egative. y ij = elemen matriks ternormalisasi berbobot [i][j]. y i − ¿ ¿ = elemen solusi ideal negatif [i]. 5. Menentukan nilai preferensi
V i = D i − ¿ D i − ¿ − D i + ¿ ¿ ¿ ¿ (12)
Dimana: V i = kedekatan tiap alternatif terhadap solusi ideal.
D i + ¿¿ = jarak antara nilai alternative ke-i dengan solusi ideal positif.
D i − ¿ ¿ = jarak antara nilai alternative ke-i dengan solusi ideal negative. Nilai V i yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif V i lebih dipilih.
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
## d. Kabupaten Malang
Merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur terluas kedua setelah Kabupaten Banyuwangi dan merupakan kabupaten dengan populasi terbesar di Jawa Timur. Bersama dengan Kota Batu dan Kota Malang, Kabupaten Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya.
## Analisis Dan Perancangan
## a. Kriteria
Dalam penelitian ini penentuan nilai bobot kriteria akan ditentukan oleh pengguna. Sedangkan untuk jumlah kriteria yang akan digunakan untuk menentukan prioritas perbaikan jalan terdapat 5 kriteria yaitu:
1. Persentase Kondisi Mantap
2. Jumlah Kecamatan Yang Dilalui
3. Akses ke Jalan
4. Lalu Lintas Harian
5. Jumlah Penduduk
b. Desain Use Case Diagram
Dengan menggunakan pemodelan ini maka dapat digambarkan spesifikasi fungsional yang diharapkan dari sistem aplikasi yang nantinya dibangun.
Gambar 1 Desain Use Case
## c. Flowchart Proses
Pada penelitian ini, penulis menerapkan penggabungan dua metode yaitu metode AHP dengan TOPSIS Dimana metode AHP nantinya akan digunakan sebagai proses pembobotan kriteria. Selajutnya, setelah didapatkan bobot (w) maka bobot tersebut akan
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
digunakan pada proses selanjutnya dengan metode TOPSIS, yang mana metode TOPSIS akan digunakan sebagai proses perangkingan alternatif.
Gambar 2 Flowchart AHP-TOPSIS Diagram alir subprogram metode AHP akan ditunjukkan pada gambar 3 sebagai berikut
Gambar 3 Flowchart metode AHP Diagram alir subprogram metode TOPSIS akan ditunjukkan pada gambar 4 sebagai berikut.
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
Gambar 4 Flowchart metode TOPSIS
## d. Manualisasi Perhitungan
Tahap awal perhitungan dari penggabungan metode AHP-TOPSIS adalah menentukan bobot setiap kriteria. Adapun proses perhitungan dalam menentukan bobot akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Menentukan Perbandingan Berpasangan
2. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan
pm jkl akj lhr jpk pm 1 2 3 2 3 jkl 0.5 1 3 0.33 0.5 akj 0.33 0.3 3 1 0.5 0.5 lhr 0.5 3 2 1 3 jpk 0.33 2 2 0.33 1 Tota l 2.66 8.3 3 11 4.16 8
3. Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 2 Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
pm jkl akj lhr jpk pm 0.3750 0.2400 0.272 7 0.4800 0.375 jkl 0.1875 0.1200 0.272 7 0.0799 0.0625 akj 0.1249 0.0399 0.090 9 0.1200 0.0625 lhr 0.1875 0.3600 0.181 8 0.2400 0.375 jpk 0.1249 0.2400 0.181 8 0.0799 0.125
## 4. Menentukan Bobot Kriteria
Langkah untuk menentukan bobot yaitu dengan menjumlahan nilai-nilai dari semua baris, hasil kemudian dibagi banyaknya kriteria
Tabel 3 Bobot Kriteria
Kriteria Total Setiap Baris Bobot pm 1.7427 0.3485 jkl 0.7227 0.1445 akj 0.4384 0.0876 lhr 1.3443 0.2688 jpk 0.7518 0.1503
5. Mengukur konsistensi
Menghitung nilai Lamda maksimum (λ max).
[
1 2 3 2 3 0,5 1 3 0.333 0.5 0.3333 0.3333 1 0.5 0.5 0.5 3 2 1 3 0.3333 2 2 0.3333 1 ] [ 0.3485 0.1445 0.0876
0.2688 0.1503 ] = [ 1.8894 0.7466 0.4616 1.5032 0.8206 ] λ max = ( 1.8894 0.3485 + 0.7466 0.1445 + 0.4616 0.0876 + 1.5032 0.2688 + 0.8206 0.1503 ) 5 = 5.3800
6. Menghitung Consistency Index (CI)
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
C I = ( 5.3800 − 5 ) 5 − 1 = 0.0950
7. Menghitung Consistency Ratio (CR)
C R = 0.0950 1.12 = 0.0848
Proses perhitungan diatas menghasilkan nilai CR sebesar 0,0848. Apabila nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan sudah benar dan bobot metode AHP dapat digunakan pada proses selanjutnya menggunakan metode TOPSIS.
Perhitungan dalam menentukan perangkingan dengan metode TOPSIS akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Membuat matriks keputusan
Tabel 4 Matriks Keputusan
alter Kriteria pm jk l akj lhr jpk A1 53.61 3 3 101 2 114928 A2 65.06 1 3 170 0 190487 A3 18.66 2 1 800 190487
… … … … … … A12 7 31.58 1
1 124 0 59545
2. Normalisasi matriks keputusan
Tabel 5 Normalisasi Matriks Keputusan alte r Kriteria pm jkl akj lhr jpk A1 0.068 7 0.207 0 0.157 0 0.057 1 0.101 9 A2 0.083
4 0.069 0 0.157 0 0.095 9 0.169 0
A3 0.023 9 0.138 0 0.052 3 0.045 1 0.169 0 …
… … … …
…
A127 0.118 0 0.069 0 0.104 6 0.054 1 0.028 0
3. Normalisasi matriks keputusan berbobot
bobot kriteria tahap ini adalah nilai bobot yang sudah dihasilkan metode AHP sebelumnya yaitu pm = 0.3485 , jkl = 0.1445 , akj = 0.0876 , lhr = 0.2688 , jpk = 0.1503 .
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
Tabel 6 Normalisasi matriks berbobot alte r Kriteria pm jkl akj lhr jpk A1 0.023 9 0.029 9 0.013 7 0.015 3 0.015 3
A2 0.029 0 0.009 9 0.013 7 0.025 7 0.025 4
A3 0.008 3 0.019 9 0.004 5 0.012 1 0.025 4 … … … … … … A127 0.041 1 0.009 9 0.009 1 0.014 5 0.004 2
## 4. Menentukan solusi ideal positif dan negative
Tabel 7 solusi ideal positif dan negative
Kriteria pm jkl akj lhr jpk A+ 0.0060 0.029 9 0.0137 0.0440 0.0254 A- 0.0424 0.009 9 0.0045 0.0075 0.0042
5. Menentukan jalak solusi ideal positif dan negative
Tabel 8 Jarak Solusi Ideal Positif dan Negatif
alternatif D+ D- A1 0.0352 0.0317 A2 0.0355 0.0323 A3 0.0347 0.0416 … … … A127 0.0544 0.0084 6. Menentukan nilai preferensi 7. Tabel 9 Nilai Preferensi Alternatif Preferensi A1 0.4735 A2 0.4762 A3 0.5453 … A127 0.1343
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
## 8. Menentukan Perangkingan
Perangkingan alternatif yaitu berdasarkan nilai preferensi dari yang terbesar ke yang terkecil, alternatif dengan preferensi yang terbesar adalah yang terbaik
Tabel 10 Perangkingan Alternatif Preferensi A6 0.6401 A5 0.6223 A25 0.6096 … A82 0.0827
## Hasil dan Pembahasan
a. Implementasi Metode
1. Matriks Perbandingan Berpasangan
Gambar 5 Matriks Perbandingan Berpasangan
2. Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan
Gambar 6 Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
## 3. Menentukan bobot kriteria
Gambar 7 Menentukan Bobot Kriteria
4. Pengecekan Konsistensi
Gambar 8 Pengecekan Konsistensi
5. Membuat Matriks Keputusan
Gambar 9 Matriks Keputusan
6. Normalisasi Matriks Keputusan
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
## Gambar 10 Normalisasi Matriks Keputusan
7. Normalisasi Matriks Keputusan Berbobot
Gambar 11 Normalisasi Matriks Keputusan Berbobot
8. Solusi Ideal Positif dan Negatif
Gambar 12 Hasil Solusi Ideal Positif dan Negatif
9. Jalak Solusi Ideal Positif Dan Negatif
Gambar 13 Hasil Jarak Solusi Ideal Positif dan Negatif
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
10. Nilai Preferensi
## Gambar 14 Nilai Preferensi
11. Perangkingan Alternatif Mengurutkan alternatif berdasarkan nilai preferensi dari yang terbesar ke yang terkecil, alternatif teratas merupakan alternatif yang terbaik.
Gambar 4.35 Hasil Perangkingan Alternatif
## Penutup
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan, implementasi dan pengujian yang telah dilakukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sistem untuk menentukan prioritas perbaikan jalan di Kabupaten Malang telah berhasil dirancang dan dibangun berbasis website dengan menerapkan gabungan metode AHP dan TOPSIS yang mana menghasilkan 3 alternatif teratas yaitu Tumpang-Wonomulyo dengan nilai preferensi 0.6401, kemudian Tulusbesar – Ngadas dengan nilai preferensi 0.6223 dan Kepanjen – Pagak dengan nilai preferensi 0.6096.
## b. Saran
Saran untuk kelanjutan pengembangan penelitian ini adalah :
1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan adanya pengembangan dengan menerapkan gabungan metode yang lain.
SMARTICS Journal, Vol.7 No. 2 2021. pxxx-xxx ISSN online: 2476-9754, ISSN print: 2623-0429 DOI : https://doi.org/10.21067/smartics.v7i2.5649
2. Dapat menambahkan lebih banyak kriteria yang lebih kompleks, sehingga hasil pengambilan keputusan lebih akurat.
## Daftar Pustaka
[1] Lubis, Imran. 2018. Pendukung Keputusan Prioritas Perbaikan Jalan Di Kabupaten Batu Bara Menggunakan Metode SAW Dan TOPSIS. Jurnal Informatika Kaputama (JIK), 2(2).
[2] Marutha, I Gede Putu, & Sutayasa, Kadek Agus. 2019. Sistem Pendukung Keputusan Pengembangan Pariwisata Alam Kawasan Plawangan – Turgo Menggunakan Model AHP dan TOPSIS. Jurnal Sistem Informasi dan Komputer Terapan Indonesia (JSIKTI), 1(4), 205-214.
[3] Sinaga, Jojor Yeanesy. dkk. 2020. Pengembangan Sistem Rekomendasi Produk Perawatan Kulit Berbasis Web Menggunakan Metode AHP. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 4(11), 4071-4079.
[4] Siswanto, Edi. dkk. 2018. Penentuan Kelayakan Kandang Sapi Menggunakan Metode AHP-TOPSIS (Studi Kasus: UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Singosari). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 2(12), 6322-6330.
[5] Ridho, M. Rasyid. dkk. 2020. Kombinasi Metode AHP dan TOPSIS untuk Rekomendasi Penerima Beasiswa SMK Berbasis Sistem Pendukung Keputusan. Jurnal TEKNO KOMPAK, 15(1), 26-39.
[6] Tiony, Royan Krisnanda. dkk. 2019. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Produk Promo Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process – Simple Additive Weighting (AHP – SAW). (Studi Kasus : Geprek Kak Rose), Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 3(9), 8413-8422.
[7] Siswanti, Sri. dkk. 2020. Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process dan Tecnique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution Sebagai Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Kenaikan Jabatan Bagi Guru. Jurnal Ilmmiah Sinus(JIS), 18(1).
[8] Latif, L. A., jamil, M., & Abbas, S, H. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Teori Dan Implementasi. Deepublish.
[9] Fathansyah. 2015. Basis Data. Bandung: Informatika Bandung.
[10] Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang. 2018. Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang Tahun 2016-2021. Kepanjen.
[11] Nugroho, Adi. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak Menggunakan UML & Java. Yogyakarta: Andi Offset.
|
178db176-353d-4303-9262-9074f4125658 | https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/1223/999 | INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 2 Tahun 2023 Page 8185-8195 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246
Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative
Reaktualisasi Moral dalam Novel Represi Karya Fakhrisina Amalia dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia
Maura Afdalia Anwar 1 ✉ , Nini Ibrahim 2
## Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UHAMKA
Email: [email protected] 1 ✉
## Abstrak
Pada penelitian ini masalah yang ditemukan yaitu, nilai-nilai moral apa saja yang ada dalam novel serta dampak yang terjadi dalam pembelajaran sastra. Masalah ini sesuai dengan tujuan penelitian untuk menguraikan nilai moral dalam novel Represi serta implikasinya dalam pembelajaran. Metode dalam analisis tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menjelaskan, adanya nilai dalam novel meliputi diri manusia dengan diri sendiri (kejujuran, menerima kenyataan, kesadaran diri, penyesalan, kepercayaan diri, rasa ikhlas, teguh pendirian); diri manusia dengan sesama manusia (rasa sayang orang tua, bakti anak, saling menghargai, kepedulian, persahabatan, pengertian); diri manusia dengan alam, serta hubungan manusia dengan Tuhan. Hal yang dapat disimpulkan, nilai moral antara manusia dengan diri sendiri yang paling dominan muncul dalam novel.
Kata kunci: Implikasi Pembelajaran, Nilai Moral, Novel Fakhrisina Amalia
## PENDAHULUAN
Novel dapat dinilai sebagai salah satu bentuk dalam karya sastra fiksi yang paling baru atau modern. Melalui novel, pengarang dengan leluasa dapat menuangkan realita hidup di tengah berbagai kalangan ataupun cerita yang berasal dari dirinya sendiri. Selain sebagai media hiburan, novel juga memberikan pengalaman bagi para pembaca yang membacanya secara keseluruhan dan mengikuti alur yang disajikan dalam cerita. Melalui sebuah novel, pengarang sebagai komunikator dapat menyampaikan pesan kepada para pembaca melalui dialog-dialog antar tokoh yang tersaji dalam setiap paragraf. Salah satu manfaat dari membaca novel yaitu, kita dapat mengetahui kandungan moral yang ada.
Moral dapat diartikan sebagai sebuah tuntutan tingkah laku positif seseorang sebagai bentuk moralitas yang dapat dilihat dalam cara seseorang bersikap, berpikir, serta bertingkah laku. Moral yang dimiliki seseorang merupakan sebuah kesadaran akan tanggung jawab dalam hidup, bukan hanya sekadar untuk mencari keuntungan dan tanpa adanya rasa pamrih. Melalui moral, manusia dapat melihat kebaikan masing-masing individu dari segi lahir atau batin.
Manfaat dari membaca novel, pembaca dapat mengetahui nilai-nilai yang ada di dalamnya. Hanya saja di dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia, kebanyakan peserta didik mengabaikan materi membaca novel. Minimnya sopan santun, kurangnya simpati pada sesama manusia dan juga sikap acuh terhadap sekitar adalah beberapa sikap kurang baik yang dimiliki remaja sekarang ini. Merosotnya moral bangsa ini, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kurangnya rasa cinta tanah air, juga rasa persaudaraan yang dimiliki masyarakat dalam bernegara.
## Abstract
In this study the problems found were, what moral values exist in the novel and the impact that occurs in learning literature. This problem is in accordance with the research objective to describe the moral values in the novel Repression and its implications for learning. The method in the analysis uses a qualitative descriptive method. The results of the study explain that the values in the novel include the human self and oneself (honesty, accepting reality, self-awareness, regret, self-confidence, sincerity, steadfastness); human self with fellow human beings (parental affection, filial piety, mutual respect, caring, friendship, understanding); human self with nature, and human relationship with God. The thing that can be concluded is the moral value between humans and themselves that is the most dominant in the novel.
Keywords: Learning Implications, Moral Values, Novel Fakhrisina Amalia
Berbicara mengenai moral, ada empat hal yang difokuskan pada penelitian ini, yaitu sesuatu yang mengandung hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam semesta dan dengan Tuhan.
Novel yang memiliki keterkaitan dengan nilai moral salah satunya adalah novel Represi. Novel ini sedang digandrungi oleh para remaja, karena isi di dalamnya menceritakan tentang mental seseorang. Belakangan ini isu mengenai kesehatan mental banyak diminati oleh remaja, bahkan banyak remaja yang sadar mengenai kondisi kejiwaannya yang sedang tidak baik-baik saja. Hanya saja, banyak dari mereka yang belum mengetahui cara menangani hal tersebut. Novel ini relevan isinya dengan kehidupan kebanyakan remaja saat ini. Pada novel ini menggambarkan tentang kehidupan tokoh Anna, seorang gadis berusia 22 tahun yang kehidupannya berubah menjadi pribadi yang tertutup setelah memiliki seorang kekasih dan masuk dalam toxic relationship.
Novel ini memiliki banyak pelajaran yang disampaikan oleh pengarang di dalamnya. Pelajaran yang dicermati dari novel ini adalah pelajaran tentang moral seseorang. Adanya moral, diharapkan menjadi referensi khalayak yang mungkin sedang mengalami fase yang sama dengan tokoh Anna. Nilai moral dari cara tokoh menyelesaikan masalahnya dengan menyadari bahwa masalah yang terjadi, akan membawanya menuju pribadi dan kehidupan yang lebih baik lagi, merupakan salah satu nilai moral yang bisa didapatkan dari novel ini.
Penelitian relevan dengan penelitian Pramana dan Triyadi (2022), dengan judul Analisis Nilai Moral dalam Novel Fajar dan Senja karya Ar Rosim Atta. Persamaan penelitian ini yaitu, keduanya membahas mengenai nilai moral dalam sebuah novel. Sedangkan, perbedaannya ada pada teori yang dipilih. Penelitian sebelumnya menggunakan teori Nurgiyantoro yang mengemukakan bahwa ajaran nilai moral itu ada tiga bentuk, (hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri dan lingkup sosial), sedangkan pada penelitian ini penulis memilih teori Partiwintaro yang mengemukakan bahwa ajaran nilai moral ada empat bentuk. Di samping itu, penelitian ini juga membahas implikasi sebuah karya sastra berupa novel dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal inilah yang menjadi novelty pada penelitian ini.
Dengan menggunakan media novel pada pembelajaran Bahasa Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan minat literasi dalam diri para peserta didik. Adanya novel dengan tema yang memikat ketertarikan dan sesuai dengan kehidupan mereka saat ini, diharapkan juga dapat menarik perhatian para peserta didik kepada karya sastra satu ini. Alur serta isi novel yang sesuai dengan realita di usia para remaja, akan memudahkan para peserta didik untuk masuk ke dalam cerita, memahami, serta mengambil pembelajaran positif pada sebuah karya
sastra. Novel ini menggambarkan moral positif dapat memengaruhi kehidupan seorang tokoh, serta manfaat dari moral positif tersebut. Masalah yang ada dalam penelitian ini yaitu, variasi bentuk moral dalam novel Represi karya Fakhrisina Amalia dan implikasinya. Masalah ini memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian, yaitu menggambarkan moral dalam novel Represi karya Fakhrisina Amalia dan gambaran implikasi pembelajarannya.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Semi dalam Arsyad (2020:41) berpendapat, deskriptif kualitatif menggunakan interjeksi di dalam penelitian yang sedang dilakukan, tidak dengan perhitungan angka. Peneliti menggunakan metode ini, karena sebatas mengumpulkan data berupa kutipan yang mengandung moral.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari kalimat-kalimat yang terdapat nilai moral di dalamnya sesuai dengan 4 (empat) bentuk moral, kemudian data diolah berdasarkan sub nilai moral yang akan dianalisis dengan cara mengklasifikasikan data-data tersebut menurut kelompok nilai moral yang akan dianalisis. Hasil data analisis yang didapat, dapat ditemukan hasil penelitian berupa kesimpulan akhir dari proses penelitian berupa simpulan hasil penelitian.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam novel Represi karya Fakhrisina Amalia, ada berbagai macam nilai-nilai moral yang dapat kita temui ketika membacanya. Analisis nilai moral ditinjau berdasarkan nilai moral hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, hubungan antara manusia dengan alam semesta dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. (Partiwintaro, 2007)
Tabel 1 Analisis Nilai Moral dalam Novel No Nilai moral Sub nilai moral Jumlah analisis Keterangan 1 (A) Hubungannya dengan dirinya sendiri 1. Kejujuran 3 Kesadaran diri 2. Menerima kenyataan 5 3. Kesadaran diri 10 4. Penyesalan 9 5. Kepercayaan diri 4 6. Keikhlasan 2 7. Teguh pendirian 2 Jumlah analisis 35
2 (B) Hubungannya dengan sesama manusia 1. Kasih sayang orang tua kepada anak 6 Kasih sayang orang tua kepada anak 2. Berbakti kepada orang tua 3
3. Saling menghargai 5 4. Kepedulian 4 5. Tali persahabatan 5 6. Pengertian 3 Jumlah analisis 26 3 (C) Hubungannya dengan alam semesta Menjaga alam 2 Melestartikan dan mempertahankan alam 4 (D) Hubungannya dengan Tuhan Rasa syukur 2 Bentuk syukur Jumlah total analisis 65
Dapat diketahui terdapat empat nilai moral yang ditemui berdasarkan tabel yang telah dipaparkan dari isi dalam novel Represi karya Fakhrisina Amalia. Moral yang hubungannya dengan diri sendiri terdapat 35 temuan, 26 temuan yang hubungannya dengan sesama, terdapat 2 temuan yang menyatakan dengan alam serta 2 temuan dengan Tuhan.
Moral yang Mengandung Hubungan Antara Manusia dengan Dirinya (Kesadaran Diri)
Kesadaran diri dapat diartikan sebagai salah satu keunggulan seseorang untuk memahami dirinya secara keseluruhan dan bagaimana harus beradaptasi pada sekitar.
[1] Teman-temannya memang bersikap seperti biasa padanya, tapi Anna sudah melukai mereka, dan Anna merasa tidak pantas jika tiba-tiba menghubungi dan meminta bertemu seenaknya. (Represi : 214)
Kutipan di atas menunjukkan adanya nilai moral poin (A). Ditandai dengan adanya nilai moral dari segi kesadaran diri. Kesadaran diri ini menandakan adanya nilai moral yang terdapat dalam kutipan. Dalam cerita, meskipun para sahabatnya bersikap seperti biasa, namun Anna sadar bahwa ia telah melukai perasaan para sahabat dengan kelakuan yang telah ia perbuat belakangan ini. Kesadaran pada diri Anna membuatnya merasa tidak pantas jika ia menghubungi sahabatnya secara tiba-tiba, setelah sekian lama menghindar. Penggunaan kata
“ merasa tidak pantas ” merupakan salah satu kata yang digunakan yang merujuk pada rasa kesadaran diri seseorang. Kata “ merasa tidak pantas ” b iasanya digunakan dalam masyarakat, disaat seseorang telah sadar akan kesalahan yang telah mereka perbuat.
[2] Anna masih punya banyak waktu, hal yang mungkin tidak dimiliki oleh kakek itu atau orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. (Represi : 231)
Kutipan di atas menunjukkan adanya nilai moral poin (A). Ditandai adanya nilai moral dari segi kesadaran diri. Kesadaran diri ini menandakan adanya nilai moral yang ditemukan pada kutipan. Dalam cerita, Anna tersadar bahwa dirinya mungkin masih memiliki lebih banyak waktu dibanding kakek yang ia temui tadi. Anna tersadar bahwa mungkin dirinya memiliki kesempatan lebih besar untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, setelah menyelesaikan permasalahan yang ia dapati sekarang. Penggunaan kata “ yang mungkin tidak dimiliki oleh kakek itu atau orang lain ” merupakan salah satu kata yang merujuk pada kesadaran diri seseorang akan kehidupannya. Kata “ yang mungkin tidak dimiliki oleh kakek itu atau orang lain ” biasanya digunakan dalam masyarakat, disaat seseorang telah sadar akan perbandingan kemampuan atau kepunyaan lebih akan sesuatu yang dimilikinya.
Moral yang Menyatakan Hubungan Antara Manusia dengan Sesama (Kasih Sayang Orang tua) Kasih sayang orang tua sebagai dasar untuk membangun karaktek anak secara lengkap, mulai dari kekuatan fisik sampai pada kecakapan dalam berbaur pada sosial.
[1] Ibu menemukan Anna tergeletak di lantai kamar dengan mulut penuh busa dan botol berisi cairan obat nyamuk di sampingnya. Anna kejang-kejang sementara ibunya menangis dengan tubuh gemetar, lalu meminta bantuan tetangga untuk menggendong Anna ke dalam mobil. (Represi : 13)
Kutipan di atas menunjukkan adanya nilai moral poin (B). Ditandai dengan adanya nilai moral tentang kasih sayang orang tua kepada anak. Dalam cerita, pada saat itu ibu melihat Anna sudah berbaring di lantai kamarnya dalam keadaan mulut dipenuhi busa ditemani sebotol cairan pembasmi nyamuk di dekatnya. Dengan kekhawatiran yang teramat, ibu meminta bantuan untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Penggunaan kata “ ibunya menangis dengan tubuh gemetar” merupakan gambaran bagaimana rasa takut, panik, cemas yang dimiliki seorang ibu ketika melihat anaknya ditemukan dalam keadaan tergeletak di lantai. Rasa takut, panik, cemas ini dapat menunjukkan besarnya kasih sayang orang tua yang dimiliki kepada seorang anak.
[2] Dia melihat jam tangannya dan mengetahui bahwa orang tuanya menunggu di sana selama dua jam lebih. (Represi : 115)
Kutipan tersebut menunjukkan adanya moral poin (B). Hal ini ditandai adanya nilai moral tentang kasih sayang orang tua kepada anak. Dalam cerita, ketika Anna keluar dari klinik milik Nabila, ia melihat kedua orang tuanya masih setia menantinya di dalam mobil selama dua jam lamanya dan tidak meninggalkannya sama sekali, karena posisi parkir mobil tidak berubah ketika Anna keluar dari klinik. Penggunaan kata “ mengetahui bahwa orang tuanya menunggu di sana” merupakan salah satu kata yang merujuk pada kasih sayang orang tua pada anaknya, yang rela menunggu selama berjam-jam.
Moral yang Terkandung dalam Hubungan Antara Manusia dengan Alam Semesta (Menjaga Alam)
Menjaga alam dapat diartikan sebagai salah satu upaya untuk memastikan generasi mendatang memiliki sumber daya alam yang baik untuk menjalani kehidupan.
[1] Anna menikmati langkahnya sambil melihat cahaya matahari yang menerobos di sela- sela pepohonan rimbun yang menaunginya. (Represi : 169)
Penggalan kutipan mengandung moral poin (C). Hal ini ditandai dengan adanya nilai moral dari segi menjaga alam. Digambarkan pepohonan rimbun yang ada di sekeliling Anna terisikan sinar matahari yang memasuki sela-sela dedaunan pohon yang terawat dengan apik. Penggunaan kata “ pepohonan rimbun” merupakan salah satu kata yang digunakan yang merujuk pada gambaran akan keberhasilan manusia dalam menjaga alam sekitar. Kata “ pepohonan rimbun ” biasanya digunakan dalam masyarakat, disaat mereka mendapati sebuah pohon lebat yang menaunginya dapat menghasilkan udara yang segar pada saat berada di sekitarnya.
[2] Matahari bersinar melalui sela-sela daun pohon akasia yang menaungi sosok itu dan membuatnya terlihat bersinar. (Represi : 244)
Kutipan di atas menunjukkan moral poin (C). Dindai adanya nilai moral dari segi menjaga alam. Sinar matahari digambarkan menembus sela-sela daun pohon akasia di pagi hari. Penggunaan kata “ menaungi ” merupakan salah satu kata yang digunakan yang merujuk pada gambaran akan keberhasilan manusia merawat pohon akasia sampai pohon tersebut dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat menaungi orang-orang di sekitarnya.
Moral yang menggambarkan Hubungan Antara Manusia dengan Tuhan (Rasa Syukur)
Bersyukur merupakan salah satu cara manusia untuk berterima kasih kepada Tuhan atas karunia yang telah dianugerahkan-Nya.
[1] Ya Tuhan, batin Anna, kebaikan apa yang telah aku lakukan sampai bisa punya sahabat-sahabat seperti mereka? (Represi : 219)
Analisis kutipan tersebut menuntun adanya moral poin (D). Hal ini ditandai adanya nilai moral dari segi rasa syukur. Dalam cerita, Anna merasa sangat bersyukur kepada Tuhan atas nikmat yang diberikan kepadanya, sehingga ia memiliki sahabat yang sangat baik dan tulus menyayanginya, walaupun Anna telah bersikap semena-mena pada mereka dan melupakan mereka belakangan ini. Penggunaan kata “ Ya Tuhan” merupakan salah satu kata yang digunakan yang merujuk pada rasa ingat seorang hamba pada Tuhannya. Kata “ Ya Tuhan ” kemudian dilanjutkan dengan kata-kata positif biasanya digunakan dalam masyarakat, disaat seseorang merasa bersyukur atas nikmat serta karunia yang Tuhan berikan kepadanya.
[2] Begitu tulus, begitu penuh dengan rasa syukur, padahal kembalian yang Anna berikan tidak lebih dari lima ribu perak. (Represi : 230)
Kutipan ini menunjukkan moral poin (D). analisis ini ditandai adanya nilai moral dari segi rasa syukur. Gambaran rasa syukur ditunjukkan oleh seorang kakek pedagang koran setelah ia mendapatkan uang lebih dari Anna. Penggunaan kata “ dengan rasa syukur ” merupakan salah satu kata yang digunakan yang merujuk pada gambaran syukur seorang hamba pada suatu hal yang telah ia dapatkan. Kata “ dengan rasa syukur ” biasanya digunakan dalam masyarakat, disaat mereka menerima suatu hal yang tidak terduga dan menunjukkan rasa bahagianya pada Tuhan.
## Moral yang Paling Dominan Terdapat dalam Novel
Pada novel Represi karya Fakhrisina Amalia, nilai moral lebih menekankan pada hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Ketika terus berusaha untuk mengenali diri sendiri, pada akhirnya kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik serta lebih paham akan apa yang seharusnya dilakukan. Dalam diri setiap individu, ada baiknya kita menanamkan sebuah kejujuran. Yulianti (2013) berpendapat, bahwa kejujuran merupakan perilaku terpuji yang merupakan sebuah tanggung jawab bagi setiap orang. Selain kejujuran, menerima keadaan diri sendiri juga sangat penting dimiliki dalam diri seseorang. Aderson dalam Sugiarti (2008) menjelaskan, bahwa menerima kenyataan berarti diri kita sudah dapat menerima kelebihan serta kekurangan diri dengan apa adanya. Kesadaran diri juga harus dimiliki setiap orang di dalam dirinya, sehingga orang tersebut mengetahui bagaimana ia harus bersikap. Prihartanti (2004) berpendapat, kesadaran diri merupakan cara seseorang untuk melatih rasa yang ia miliki dengan rasa yang dimiliki orang lain guna tercapainya kepribadian yang sehat.
Selain kejujuran, menerima kenyataan, serta kesadaran diri, rasa penyesalan juga harus ada
di dalam diri seseorang. Xu dkk (2011) mengungkapkan, bahwa penyesalan merupakan penerimaan yang dilakukan atas rasa ketidakinginan atau tidak diharapkan oleh seseorang. Kepercayaan diri termasuk bagian terpenting dalam diri. Rintyastini dan Charlotte dalam Mafirja (2012) menjelaskan, bahwa rasa kepercayaan diri merupakan sikap positif seseorang agar dirinya merasa mampu, yakin serta percaya bahwa dirinya pasti akan bisa melewati semua hal yang akan dihadapi. Dalam diri seseorang jika ingin menjadi lebih baik, harus ditanamkan rasa ikhlas. Al Ghazali (2015) menyatakan, ikhlas merupakan tindakan dari dalam diri seseorang, yang bukan hanya sekadar ingin dilihat oleh manusia. Konsistensi juga termasuk dari hal yang harus ada pada diri seseorang, agar orang tersebut tidak mudah terhasut. Senada dengan pendapat dari Robbins (2014 : 41) yang berpendapat, bahwa konsistensi merupakan cara seseorang untuk menyamakan antara perkataan, sikap serta perilaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Firwan (2017) memiliki hasil yang sama. Dari penelitian Firwan (2017) tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri lebih dominan ditemukan dalam novel. Dalam penelitian tersebut ditemukan beberapa sikap hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, seperti kejujuran, semangat, sabar,ikhlas, pantang menyerah, tanggung jawab, tegas, berani dan rendah hati.
## Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia
Implikasi dari penelitian merujuk kepada nilai moral yang akan bermanfaat bagi guru, peserta didik serta pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Pada novel Represi karya Fakhrisina Amalia, nilai moral yang ditemukan dapat dimanfaatkan oleh guru saat sedang membahas materi tentang novel. Hal ini dikarenakan novel Represi karya Fakhrisina Amalia dapat dijadikan referensi sebagai bahan pembelajaran untuk peserta didik dan juga menambah buku bacaan bagi guru.
Bagi peserta didik, isi positif pada novel Represi karya Fakhrisina Amalia dapat dijadikan pembelajaran untuk lebih mencintai dirinya sendiri dan mengambil pelajaran positif yang ada di dalamnya. Selain itu dengan membaca novel diharapkan dapat meningkatkan minat literasi peserta didik.
Melalui sebuah novel yang digunakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat dijadikan sebagai bahan ajar tentang materi unsur intrinsik pada buku fiksi. Adanya karya sastra novel yang digunakan sebagai media pembelajaran, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai nilai-nilai yang ada di dalam novel dan juga menaikkan antusiasme peserta didik pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas.
## SIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa isi dalam novel ini dominan pada hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Novel ini menekankan pada sikap yang digambarkan oleh tokoh, yaitu sikap kejujuran, sikap dalam menerima kenyataan, sikap kesadaran diri, rasa penyesalan, rasa kepercayaan diri, rasa ikhlas dan juga sikap konsistensi yang ada pada diri seseorang. Mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian terkait nilai- nilai moral dalam novel, disarankan untuk lebih memperhatikan isi dalam novel yang dipilih. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan mahasiswa dapat menganalisis nilai-nilai lain yang ada pada novel Represi karya Fakhrisina Amalia.
## DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. Y. A., Amalia, R. M., & Fitriah, I. (2018). Hubungan Relijiusitas dengan Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (Konseling) UAI. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, 4(4), 265. https://doi.org/10.36722/sh.v4i4.304
Amalia, F. (2018). Represi (T. S. Sakti (ed.)). PT Gramedia Pustaka Utama.
Amna, Harliyana Iba, R. (n.d.). Analisis Unsur Intrinsik dalam Novel Te O Toriatte (Genggam Cinta) Karya Akmal Nasery Basral. 4, 227 – 239.
Firwan, M. (2017). Nilai Moral Dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasrey Basral. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 2(2), 49 – 60.
Gamayanti, W. (2016). Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) pada Orang yang Mengalami Skizofrenia. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(1), 139 – 152. https://doi.org/10.15575/psy.v3i1.1100
Indrawan, B. (2016). Bentuk Komposisi Dan Pesan Moral Dalam Pertunjukan Musik Kiaikanjeng.
Catharsis: Journal of Arts Education, 5(2), 114 – 122.
Leniwati, & Arafat, Y. (2017). Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan Volume 2, No. 2, Juli-Desember 2017. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan, 2(2), 290 – 303.
Leonard, L. (2015). Kajian Peran Konsistensi Diri Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3(2), 97 – 104. https://doi.org/10.30998/formatif.v3i2.116 Pramana, S. T. (2022). Analisis Nilai Moral dalam Novel Fajar dan Senja Karya Ar Rosim Atta Giri Shindu Pramana 1 , Slamet Triyadi 2 1,2, Prodi PBSI, FKIP, Universitas Singaperbangsa Karawang. 8(September), 187 – 198.
Rais, M. R. (2022). Kepercayaan Diri (Self Confidence) Dan Perkembangannya Pada Remaja. Al- Irsyad, 12(1), 40. https://doi.org/10.30829/al-irsyad.v12i1.11935
Ramyani, I. (2022). Konsep Ikhlas dalam Implementasi Daqu Method di Pesantren Tahfizh Darul Qur’an Bandung. Jurnal Riset Agama, 2(2), 133 – 146. https://doi.org/10.15575/jra.v2i2.17909 Utami, R. R., Asih, M. K., Psikologi, F., & Semarang, U. (2016). Konsep diri dan rasa bersalah pada anak didik lembaga pemasyarakatan anak kelas iia kutoarjo. 1(1), 84 – 91.
|
0ff044ce-bc90-4342-9c91-a5a2bce3f6ed | http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM/article/download/432/303 |
## YOGA PRANAYAMA DAN AROMATERAPI SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA
Nova Maulana
Prodi Ilmu Keperawatan, STIKes Surya Global Yogyakarta, Jalan Ringroad Selatan km 6.7 Blado Potorono Banguntapan Bantul, Yogyakarta 55186, Indonesia [email protected]
## ABSTRAK
Proses menua mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi tubuh. Manifestasi klinisnya adalah para lanjut usia akan menngalami nyeri pada lutut dan sendi lain jika berjalan, merupakan kelainan dari rheumatoid arthritis. Nyeri hampir tidak terpisahkan dari rheumatoid arthritis, dimana diketahui penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%) dan kasus penderita rheumatoid arthritis di Yogyakarta dan Semarang 5,4%-5,8%, hal ini berarti ketergantungan terhadap obat diusahakan seminimal mungkin. Cara-cara pengobatan non-farmakologi seperti Terapi Yoga “Pranayama” dan Aromatherapy dapat dipakai untuk menurunkan nyeri. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui pengaruh Yoga Pranayama terhadap penanggulangan nyeri. Metode kegiatannya yaitu dengan melakukan pelatihan yoga pranayama dengan aromaterapi kepada 20 lansia dipandu oleh instruktur yoga. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pretest-posttest tentang keluhan nyeri lansia sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Hasil kegiatannya ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan pelatihan Yoga Pranayama pada kelompok Lansia di Panti ditandai dengan hasil rata – rata penurunan tingkat nyeri sebelum dan setelah pemeriksaan.
Kata kunci: lansia; pelatihan; rheumatoid arthritis; yoga pranayama
## YOGA PRANAYAMA AND AROMATHERAPY AS AN ALTERNATIVE FOR COMBATING RHEUMATOID ARTHRITIS IN THE ELDERLY
## ABSTRACT
The process of aging results in changes in the structure and function of the body. The manifestation of clinical is the elderly will become pain in the knees and other joints if running, is a disorder of rheumatoid arthritis. The pain is almost inseparable from rheumatoid arthritis, where the known common diseases suffered by the elderly is a disease of the joints (52,3%) and case patients with rheumatoid arthritis in Yogyakarta and Semarang 5,4%-5,8%, it means dependence on the drug kept to the bare minimum. The ways of the treatment of non-pharmacological as Yoga Therapy “Pranayama” and Aromatherapy can be used to reduce pain. The purpose of this activity is to determine the effect of Yoga Pranayama to pain relief. Method activities by performing yoga training pranayama with aromatherapy to 20 elderly guided by yoga instructors. Data collection using a questionnaire pretest-posttest about the pain complaints of the elderly before and after the training. The results of its activities there is a significant influence between before and after training Pranayama Yoga in the group of the Elderly in Nursing is characterized by the results of the average decrease in pain level before and after the examination.
Keywords: elderly; rheumatoid arthritis; training; yoga pranayama
## Jurnal Peduli Masyarakat
Volume 3 Nomor 1, Maret 2021 e-ISSN 2721-9747; p-ISSN 2715-6524 http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM
## PENDAHULUAN
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, jaringan ikat dan otot) dan dianggap sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini utamanya mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun wanita dengan segala usia. Memang ada penyakit rheumatoid arthritis yang dapat menimbulkan kematian, tetapi sangat jarang terjadi dan biasanya telah diderita selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Hal yang paling ditakuti dari penyakit rheumatoid arthritis ini bila tidak diobati dengan benar adalah akan menimbulkan kecacatan baik ringan seperti kerusakaan sendi maupun berat badan seperti kelumpuhan. Hal ini mungkin akan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat terbatasnya aktivitas, depresi sampai berimbas pada status sosial ekonomi seseorang atau sebuah keluarga, kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Merta, 2014).
Pengobatan rheumatoid arthritis pada umumnya hanya mengurangi gejala dan tidak menyembuhkan atau memberantas penyakit sesungguhnya. Kebanyakan penderita berusaha mengobati sendiri dengan minum jamu karena obat modern sering memiliki efek samping pada lambung serta ketergantungan. Biasanya, penyembuhan gejala rheumatoid arthritis ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada kelompok usila, gejala rheumatoid arthritis dapat dikurangi dengan melakukan olahraga teratur dan sesuai. Selain itu, ada beberapa ramuan tradisional yang dapat mengurangi atau mengobati gejala rheumatoid arthritis. Obat herbal tradisional dapat dimanfaatkan sebagai obat pengganti atau obat penunjang obat modern. Penggunaan obat tradisional umumnya cukup aman, tetapi penggunaan oleh penderita gastritis kadangkadang menimbulkan keluhan nyeri lambung, terutama ramuan yang mengandung jahe (Melinda, 2014).
Yoga “Pranayama” sangat baik dilakukan untuk penurunan tingkat nyeri pada lansia karena pada Yoga “Pranayama” ini merupakan terapi yang menggunakan gerakan yang lebih ringan, yaitu hanya melakukan teknik pengaturan nafas, sehingga sangat baik untuk lansia yang mengalami proses penurunan fungsi tubuh, dibandingkan dengan melakukan senam lansia yang merupakan terapi yang banyak memerlukan gerakan, sedangkan untuk lansia, sangat susah untuk melakukan gerakan itu karena faktor penurunan fungsi tubuh yang dialami. Apalagi dengan menggunakan obat analgesik, dikhawatirkan akan memperburuk kondisi ginjal lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi tubuh (Tamsuri, A, 2017).
Pelatihan yoga Pranayama terbukti selain mengurangi nyeri juga mampu meningkatkan daya ingat, fungsi kognitif, dan tingkat nalar seseorang. Menurut beberapa ahli, efek ini dapat diraih karena pranayama mampu meredakan stres dan memberikan energi pada sel- sel di otak (Fadli Adzani, 2021). T ujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui pengaruh Yoga Pranayama dan aroma terapi terhadap penanggulangan nyeri pada lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.
## METODE
Peserta kegiatan ini adalah lansia penderita rheumatoid arthritis dan mengalami nyeri yang berada di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta pada tanggal 20 – 30 Januari 2020
Tabel 1. Tahap kegiatan Yoga Pranayama No Kegiatan Penyampai 1 Tahap awal persiapan Pengabdi 2 Tahap Pelaksanaan Instruktur Yoga 3 Tahap evaluasi Instruktur dan pengabdi
Tahap – tahap pelaksanaan kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Tahap awal, pada tahap ini pengabdi mendatangi Panti Wredha Budhi Dharma yaitu tempat para Lansia di rawat oleh pengelola panti untuk berkoordinasi terkait permasalahan yang dihadapi selama ini. 2) Tahap pelaksanaan, pada tahap ini pengabdi bersama dengan instruktur mengkondisikan para lansia bersama dengan pengelola di aula. 3) Tahap evaluasi, pada tahap ini pengabdi dan instruktur mengevaluasi dengan menggunakan data kuesioner pretest-posttest keluhan nyeri 20 orang lansia selama kegiatan baik sebelum dilakukan Yoga Pranayama maupun setelah dilakukan Yoga Pranayama.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, jaringan ikat dan otot) dan dianggap sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini utamanya mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun wanita dengan segala usia. Memang ada penyakit rheumatoid arthritis yang dapat menimbulkan kematian, tetapi sangat jarang terjadi dan biasanya telah diderita selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Efek dari penyakit terhadap tubuh yaitu akan menimbulkan rasa nyeri (Guyton dan Hall, 1997).
Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi dibidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri dan mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subyektif, tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada setiap individu. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit bahkan menyebabkan frustasi, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan (Nova Maulana, 2019).
## Jurnal Peduli Masyarakat, Volume 3 No 1 Hal 73 - 78, Maret 2021 Global Health Science Group
Data yang diperoleh dari kegiatan ini meliputi karakteristik responden menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Karakteristik Peserta Yoga Pranayama Lansia (n=20) Karakteristik f % Umur 60 tahun 61 tahun 62 tahun 63 tahun 65 tahun 7 5 2 3 3
35 25 10 15 15 Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan 5 15 25 75 Pendidikan SD SMP 11 9 55 45
Tabel 2 tentang distribusi karakteristik responden, diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan umur, terbagi atas umur 60 tahun sebanyak 7 orang (35%), umur 61 tahun sebanyak 5 orang (25%), umur 62 tahun sebanyak 2 orang (10%), umur 63 tahun sebanyak 3 orang (15%) dan umur 65 tahun sebanyak 3 orang (15%). Karakteristik berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden lansia merupakan perempuan sebanyak 15 orang (75%) dan laki – laki sebanyak 5 orang (25%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SD sebanyak 11 orang (55%) dan SMP sebanyak 9 orang (45%). Rematik atau rheumatoid arthritis adalah penyakit radang yang menimbulkan rasa nyeri, kekakuan, serta pembengkakan pada otot dan sendi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi rematik. Antara lain dengan mengonsumsi obat rematik, terapi fisik, dan operasi (Halodoc, 2020).
Tabel 3. Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis pada Lansia Sebelum Pemberian Terapi Yoga “Pranayama” (n=20) Karakteristik f % Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat 3 17 0 15 85 0
Tabel 3 diketahui bahwa karakteristik nyeri responden sebelum diberikan perlakuan senam yoga, mayoritas dalam kategori nyeri sedang sebanyak 17 orang (85%), nyeri ringan sebanyak 3 orang (15%), sedangkan nyeri berat tidak ada (0%).
Jurnal Peduli Masyarakat, Volume 3 No 1 Hal 73 - 78, Maret 2021 Global Health Science Group
Tabel 4. Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis pada Lansia Setelah Pemberian Terapi Yoga “Pranayama” (n=20) Karakteristik f % Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat 18 2 0 90 10 0
Tabel 4 diketahui bahwa karakteristik nyeri peserta setelah diberikan perlakuan senam yoga, mengalami penurunan dimana mayoritas dalam kategori nyeri ringan sebanyak 18 orang (90%), nyeri sedang sebanyak 2 orang (10%), sedangkan nyeri berat tidak ada (0%).
Pada terapi fisik, terapis biasanya akan menyarankan pengidap rematik untuk berolahraga ringan. Nah, salah satu jenis olahraga yang bisa kamu lakukan adalah yoga. Ini karena gerakan yoga punya banyak manfaat dalam mengatasi rematik, antara lain: 1) Mengurangi rasa nyeri nyeri. 2) Meningkatkan kekuatan otot dan kelenturan tubuh. 3) Mengurangi stres dan membuat tubuh lebih rileks. 4) Meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan tubuh. 5) Memperbaiki suasana hati dan kualitas tidur.
Sebelum melakukan yoga untuk rematik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Sebelum mulai latihan, konsultasi dulu dengan dokter. Ini dilakukan untuk memastikan apakah kondisi badan aman untuk melakukan yoga. 2) Pilih kelas yoga yang sesuai dan instruktur yoga yang bersertifikat. Atau, jika melakukan yoga di rumah, pastikan melakukan gerakan yoga yang sesuai dengan kemampuan. 3) Jika ada gerakan yoga yang menimbulkan rasa sakit, ubah atau modifikasi pose tersebut. Sebab bisa jadi, gerakan tersebut tidak baik untuk tubuh. Prayanama adalah teknik mengendalikan napas saat melakukan gerakan yoga, termasuk gerakan asanas yang sudah disebutkan di atas. Teknik ini bermanfaat untuk meningkatkan fokus saat melakukan gerakan yoga, serta membantu mengurangi stres dan membuat tubuh lebih rileks.
## S IMPULAN
Tingkat nyeri para Lansia setelah diberikan perlakuan senam yoga, mengalami penurunan dimana mayoritas dalam kategori nyeri ringan sebanyak 18 orang (90%) dari yang sebelum diberikan yoga sebanyak 3 orang (15%), nyeri sedang sebanyak 2 orang (10%) dari sebelum dilakukan yoga sebanyak 17 orang (85%), sedangkan nyeri berat tidak ada (0%).
## UCAPAN TERIMAKASIH
Pengabdi mengucapkan terima kasih kepada STIKes Surya Global selaku penyokong dana hibah pengabdian kepada masyarakat, juga Pengelola Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta selaku peserta pada kegiatan pengabdian ini.
## DAFTAR PUSTAKA
Fadli Adzani. (2021). Pranayama, Teknik Pengaturan Napas yang Baik untuk Kesehatan. https://www.sehatq.com/artikel/pranayama-teknik-pengaturan-napas-yang-baik- untuk-kesehatan.
Halodoc. (2020). Rematik
Terasa Mengganggu? Yoga Saja! Jakarta: https://www.halodoc.com/artikel/rematik-terasa-mengganggu-yoga-saja-.
Heukelbach J, dkk. (2013). A longitudinal study on cutaneous larva migrans in an impoverished Brazilian township. Travel Med Infect Dis 2013; 1: 213 .
Joe, Lie Kian & Tim. (1998). 11. Joe, Lie Kian dan staf pengajar bagian Parasitologi FKUI. Parasitologi Kedokteran, edisi ketiga. balai penerbit FKUI Jakarta. Hal 7-34 .
Melinda. (2014). Pengaruh Hidroterapi (Perendaman Kaki dengan Air Hangat) terahadap Intensitas Nyeri Rematik pada Lansia dengan Rematik di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Skripsi STIKes Surya Global Yogyakarta .
Merta. (2014). Pengaruh Pranayama “Yoga” terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Banjar Dinas Darmawinangun Wilayah Kerja Puskesmas Kubu II Karangasem Bali. Skripsi STIKes Surya Global Yogyakarta .
Nova Maulana. (2019). Pengaruh Terapi Yoga “PRANAYAMA” dan Aromatherapy Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis Pada Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma yogyakarta. Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 .
Nur Febriani, W. (2011). Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminth Pada Murid Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah di Desa Simbang Wetan Kecamatan Buaran Kota Pekalongan.
Tamsuri, A. (2017). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
WHO. (2012). Soil Transmitted Helminthiases : Eliminating Soil Transmitted Helminths as a Public Health Problem in Children : Progress Report 2001-2010 and Strategic Plan 2011-2020. Publications of the WHO are available on WHO. 1211. Geneva. 27. , 1- 11.
WHO. (2013). Weekly Epidemiology Record. WHO 2013 : p.86:257-268 .
|
42079f07-6675-4244-8e25-97c5999f8ea7 | https://jurnal.umj.ac.id/index.php/konstruksia/article/download/13209/7871 |
## DAMPAK PENDEMI COVID-19 ATAS TIMBULNYA KLAIM WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK-PROYEKPEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA
Rudy Nugroho 1 , Sarwono Hardjomuljadi 2 , dan Mawardi Amin 3
1 Prodi Magister Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan No.1, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Email korespondensi: [email protected]
2 Prodi Magister Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan No.1, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Email :[email protected]
3 Prodi Magister Teknik Sipil Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan No.1, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Email : [email protected]
## ABSTRAK
Virus Corona 2019 muncul dengan tiba-tiba di Tiongkok yang kemudian menyebar keseluruh dunia termasuk di Indonesia, penyebaran yang masif dan cepat membuat pemerintah di seluruh dunia bereaksi dengan segera menutup pelabuhan-pelabuhan dan bandara-bandara internasional sehingga pergerakan dan mobilisasi manusia antar negara menjadi terhenti. Pemerintah di Dunia, termasuk Pemerintah Indonesia mulai membuat perubahan peraturan-peraturan terkait persyaratan-persyaratan keluar masuk antar negara serta peraturan-peraturan new normal . Penelitian ini ditujukan untuk melihat adanya hubungan keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak akibat pemerintah mengeluarkan perubahan-perubahan peraturan untuk menekan penyebaran virus Covid- 19 yang mengakibatkan timbulnya klaim di proyek-proyek pembangkit listrik di Indonesia dan untuk menentukan faktor-faktor apa sajakah yang secara dominan mempengaruhi keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak selama pandemi Covid-19. Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak yang signifikan, untuk hubungan keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak terhadap klaim didapatkan hubungan yang kuat dimana keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak dapat dipastikan akan memunculkan klaim proyek. Perubahan-perubahan peraturan pemerintah selama pandemi Covid-19 menyebabkan turunnya efisiensi pada proyek-proyek pembangkit listrik di Indonesia.
Kata kunci : Pandemi Covid-19, Klaim, Keterlambatan Waktu, Kenaikan harga Kontrak
## ABSTRACT
Corona virus 2019 appeared suddenly in China which continuously spread across the world, including in Indonesia, the massive and fast spread of which made governments around the world react by immediately closing their ports and international airports so that the government can stop the movement and mobilization of people between countries. Governments in the world, including Indonesian Government, have begun to make changes to regulations related to entry and exit requirements between countries as well as new normal regulations. This research aims to find out how strong or significant the relationship between time delays and contract price increases due to the government issuing regulatory changes to suppress the disease of Covid-19 which has multiple impact on the emergence of claims in power plant projects in Indonesia and to determine what factors dominantly affecting time delays and contract price increases during the covid-19 pandemic. This research conclusion is that there was a significant relation between time delay and a significant relation on increase in contract prices. For the relationship between time delay and increased of contract price toward claims, there was a strong relationship where time delay and increased contract price
would certainly lead to project claims. Changes in government regulations during the Covid- 19 pandemic have caused inefficiency in power plant construction projects in Indonesia.
Keywords: Covid-19 Pandemic, Claims, Time Delay, Contract Price.
## 1. PENDAHULUAN
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan penyebaran Novel Coronavirus sebagai pandemi di seluruh dunia pada tanggal 11 Maret 2020. Seluruh dunia mengalami perlambatan ekonomi yang cukup signifikan diakibatkan hampir seluruh negara di dunia melakukan perubahan peraturan-peraturan disegala bidang ekonomi dengan tujuan untuk menekan penyebaran Novel Coronavirus Disease-19 (Covid-19).
Bidang konstruksi secara global mengalami perlambatan dan penurunan diakibatkan oleh disruption Covid-19 dimana terjadi penundaan investasi maupun berhentinya proyek-proyek tersebut secara temporer dikarenakan pembatasan-pembatasan sosial dan lockdown yang dilakukan pemerintah di seluruh dunia, sehingga mengakibatkan berhentinya sistem transportasi baik laut, darat dan udara serta terganggunya sistem distribusi barang.
Menurut [4] kontraktor memiliki tanggung jawab umum dalam proyek untuk memastikan keselamatan segala operasi dan aktifitas dalam lingkungan kerja proyek serta bertanggung jawab melaksanakan program HSE sesuai yang disebutkan dalam ketentuan kontrak khusus dalam FIDIC (Federation Internationale Des Ingenieurs-Conseils), dimana kontraktor harus;
a. Mengikuti segala peraturan dan hukum terkait standar kesehatan dan keselamatan kerja yang relevan dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini dimana pemerintah membuat peraturan-peraturan di proyek konstruksi dalam masa pandemi Covid-19.
b. Memastikan untuk membuat segala pengaturan yang dibutuhkan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan
dimana disesuaikan dengan kondisi masa pandemi Covid-19 saat ini.
c. Berusaha untuk membatasi kerusakan dan gangguan terhadap masyarakat sekitar selama periode konstruksi. Menurut buku manajemen klaim konstruksi Fidic Conditions of Contract , [6]
“klaim konstruksi merupakan suatu hal yang terjadi pada pelaksanaan suatu kontrak konstruksi yang telah disepakati. Pada penelitian ini kami akan melakukan peninjauan dan analisa sampai sejauh mana kondisi pandemi Covid-19 mempengaruhi keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak pada proyek- proyek pembangkit listrik di Indonesia sehingga memunculkan potensi klaim konstruksi yang berujung pada sebuah sengketa konstruksi.
## 2. TINJAUAN PUSTAKA
## Pengaruh pandemi Covid-19 pada dunia konstruksi
Proyek konstruksi merupakan kegiatan pembangunan yang saling berhubungan antara satu aktifitas dengan aktifitas lainnya yang bertujuan untuk mencapai penyelesaian kegiatan pembangunan tersebut dengan target waktu tertentu. Industri konstruksi termasuk dalam salah satu pendukung penggerak ekonomi dan sosial dalam suatu negara maupun masyarakat.
Pada dasarnya, suatu proyek konstruksi pasti akan banyak menghadapi tantangan dalam proses pengerjaannya mulai dari sisi engineering , penyediaan material sampai dengan periode konstruksi dengan tujuan untuk menjaga biaya, mutu dan waktu tetap bisa tercapai dengan baik. Namun saat ini dunia konstruksi menghadapi tantangan baru dengan
munculnya pandemi Corona Virus Disease
(Covid-19). Menurut [10] Proyek konstruksi merupakan suatu aktivitas pekerjaan yang memiliki risiko, meliputi risiko eksternal yaitu risiko yang tidak bisa diprediksi maupun risiko eksternal yang dapat diprediksi, risiko hukum atau legal dan risiko internal yang meliputi risiko internal teknis serta risiko internal non teknis. Pandemi Covid-19 dapat dikategorikan sebagai risiko konstruksi yang muncul dari faktor luar atau eksternal serta tidak dapat diprediksi oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, pandemi terakhir yang dialami oleh umat manusia terjadi dalam skala besar sejajar dengan pandemi Covid-19 terjadi pada tahun 1918 yaitu pendemi flu spanyol, sehingga terjadi pengabaian faktor risiko terhadap sebuah pendemi pada proyek-proyek konstruksi.
Pendapat FIDIC dalam [4] kehadiran Covid-19 merupakan tantangan yang luar biasa dan FIDIC menganjurkan semua anggota komunitas dunia konstruksi untuk fokus pada keberhasilan pelaksanaan proyek yang sedang berjalan dengan mempertahankan keberlangsungan proyek secara jangka panjang oleh para anggota komunitas konstruksi, dimana Health, Safety and Environmental merupakan tanggung jawab para pihak yang terlibat dalam proyek, yaitu kontraktor, konsultan dan pemilik proyek
Menurut [4] terdapat dua permasalahan utama yang terkait dengan proses konstruksi selama pandemi Covid-19, sebagai berikut
a. Perubahan-perubahan regulasi pemerintah pada saat terjadinya pandemi Covid-19.
b. Kendala mobilisasi material dan manpower .
Permasalahan yang terjadi diatas merupakan beberapa penyebab yang mempengaruhi secara signifikan terjadinya keterlambatan penyelesaian
proyek konstruksi selama pandemi Covid- 19.
Menurut [2] menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam menanggulangi Covid-
19 dengan membatasi kegiatan masyarakat mengakibatkan melambatnya pergerakan ekonomi masyarakat. Dunia konstruksi pun mengalami dampak dengan tidak mungkin nya proses konstruksi berjalan normal seperti sebelum adanya Covid-19 sehingga terjadi gangguan atas biaya, mutu dan waktu proyek. Secara umum keterlambatan proyek dan eskalasi harga menjadi permasalahan yang muncul pada periode Covid-19.
Menurut [17] faktor penyebab keterlambatan proyek selama masa pandemi Covid-19 adalah;
a. Kejadian tidak terduga (Force Majeure)
b. Kebijakan pemerintah
c. Desain
d. Tenaga kerja
e. Cuaca, karakteristik tempat dan material.
Perusahaan-perusahaan konstruksi telah mengalami banyak kerugian semenjak masyarakat tidak lagi memprioritaskan pengeluaran pada konstruksi perumahan saat tengah menghadapi permasalahan finansial akibat keterbatasan keuangan dari pemilik proyek maupun dari perbankan. Sebagai tambahan, pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak proyek yang ditunda maupun berhenti karena permasalahan ketersediaan material di lapangan akibat kondisi lockdown menyebabkan distribusi material menjadi terganggu. [12]
Pendapat [9] keterlambatan penyelesaian proyek yang tidak terduga akibat pandemi Covid-19 memunculkan efek negatif pada proses proyek konstruksi, bahkan tanpa adanya pandemi Covid-19 tantangan terbesar dalam dunia konstruksi adalah sering terjadinya keterlambatan kemajuan proyek konstruksi karena berbagai faktor yang mengakibatkan perpanjangan waktu dan pembengkakan biaya proyek,
sekarang dengan adanya pandemi Covid-
19 permasalahan makin menjadi kompleks.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kondisi pandemi Covid-19 adalah kesulitan yang dihadapi pekerja harian di lapangan,
keterlambatan
yang mengakibatkan pembengkakan biaya proyek, gangguan yang terjadi akibat Covid-19 juga mengganggu semua rencana yang telah diterapkan dalam proyek salah satunya adalah kondisi lockdown kota (PSBB) dari pemerintah yang tidak dimasukkan dalam klausul kontrak pada saat tender. Pada saat pandemi Covid-19 juga terjadi penurunan pendapatan dari sektor real estate , perubahan peraturan dan protokol HSE dalam proyek dan kemustahilan tim lapangan di proyek untuk bekerja di rumah/mess proyek.
## Pengaruh pandemi Covid-19 terhadap klaim proyek.
Perbedaan tafsir dan sudut pandang dalam membaca sebuah kontrak yang telah disepakati bersama sangat mungkin terjadi, sehingga menimbulkan perselisihan antar para pihak yang berkontrak dalam sebuah proyek.
Menurut [16] sumber penyebab terjadinya klaim, adalah;
Gambar 1. Flowchat Terjadinya Klaim dan Sengketa
Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di saat ini memang sangat berpotensi memunculkan terjadinya klaim, terutama pada faktor akibat kejadian eksternal yang tidak terkendali, komunikasi yang buruk antara para pihak dalam proyek konstruksi tersebut, alokasi risiko yang tidak jelas dan perubahan-perubahan peraturan pemerintah saat terjadinya pandemi Covid-19 sehingga memunculkan
Sumber penyebab klaim:
1. Informasi desain tidak tepat
2. Informasi desain tidak sempurna
3. Investigasi lokasi yang tidak sempurna
4. Reaksi klien yang terlambat
5. Komunikasi yang buruk
6. Sasaran waktu yang tidak realistis
7. Administrasi kontrak yang tidak sempurna
8. Kejadian eksternal yang tidak terkendali
9. Informasi tender yang tidak lengkap
10. Alokasi resiko yang tidak jelas
11. Keterlambatan pembayaran
12. Keterlambatan waktu
pelaksanaan
13. Keterlambatan kedatangan
material.
Tuntutan atau Klaim
Perselisihan atau sengketa
perubahan-perubahan peraturan untuk mengendalikan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), dimana ini dapat menyebabkan terganggunya kinerja waktu dan kinerja biaya para pihak yang terlibat dalam proyek . Kondisi ini sangat membebani para pihak dalam proyek- proyek konstruksi pembangkit listrik di Indonesia, terutama pada kontraktor sehingga keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak menjadi potensi munculnya klaim untuk diajukan oleh kontraktor.
Menurut [7] definisi dari klaim yang paling sederhana dan mudah mengerti adalah suatu tindakan seseorang untuk meminta sesuatu, dimana hak seseorang tersebut telah hilang sebelumnya, karena yang bersangkutan beranggapan mempunyai hak untuk mendapatkannya kembali.
Berdasarkan [11] klaim bukanlah sebuah perselisihan namun merupakan metode untuk menghindari
terjadinya perselisihan. Klaim yang diajukan bukan dimaksudkan sebagai perlawanan tetapi untuk memastikan bahwa masalah yang di lapangan yang menyebabkan perpanjangan waktu atau kenaikan biaya ditangani sesegera mungkin.
Menurut [11] fase pertama dalam proses manajemen klaim adalah identifikasi yang merupakan fase paling penting dari keseluruhan proses.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan identifikasi klaim, yaitu;
a. Penyedia jasa harus memahami lingkup pekerjaan serta kontrak sehingga perubahan yang terjadi dapat teridentifikasi secara dini.
b. Penyedia jasa melakukan pemberitahuan awal tentang pengajuan klaim dan harus memastikan klien telah menerima dokumen-dokumen tersebut dengan lengkap dan jelas kronologis dan historisnya.
c. Para pihak melaksanakan review dan pemeriksaan atas pengajuan klaim dari penyedia jasa dengan tujuan
menetapkan landasan hukum dan fakta-fakta klaim tersebut.
d. Dalam melakukan dokumentasi klaim harus berdasarkan fakta-fakta yang ada dengan didukung oleh dokumen- dokumen yang mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan dari kontrak yang telah disetujui.
e. Tahapan terakhir dengan melakukan negosiasi klaim antara pihak yang bersengketa.
Berdasarkan buku [7], klaim konstruksi yang diajukan oleh kontraktor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok besar, yaitu;
a. Klaim konstruksi akibat perubahan waktu pelaksanaan
Perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi adalah sesuatu yang hampir pasti terjadi pada suatu proyek konstruksi. Pada umumnya terjadi karena pengguna jasa telah gagal memenuhi janjinya yang berakibat kontraktor mengajukan klaim, seperti keterlambatan kepemilikan lahan atas possession of site , terjadinya beberapa gangguan akibat faktor eksternal, keadaan alam yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, adanya perubahan peraturan perundangan dan sebagainya yang semuanya mengakibatkan “ inefficiency an disruption ” atas kegiatan kerja kontraktor. [7]
b. Klaim konstruksi akibat perintah perubahan ( variation order ).
Perintah perubahan ( variation order ) pada suatu proyek konsturksi biasanya diterbitkan oleh engineer , atas nama pengguna jasa. Pada setiap proyek konstruksi, hampir pasti akan terjadi suatu perubahan pekerjaan dimana kontraktor harus mengubah metode kerja, yang biasanya akan disampaikan oleh engineer dalam bentuk perintah perubahan ( Variation Order ).
Terdapat berbagai jenis perubahan pekerjaan yang terjadi karena alasan- alasan, sebagai berikut;
• Kesalahan atau ketidaktelitian rancangan dan desain (perencanaan)
• Perubahan spesifikasi
• Perubahan desain
• Penambahan atau pengurangan pekerjaan
• Perubahan situasi dan kondisi untuk pelaksanaan pekerjaan
• Faktor-faktor
yang mempengaruhi waktu penyelesaian dari metode dan cara pelaksanaan pekerjaan.
• Karena hal-hal lain.
c. Klaim konstruksi akibat UPC
( Unforseeable Physical Condition ) UPC atau keadaan fisik yang tidak dapat diduga sebelumnya, dimana UPC bukanlah penyebab klaim tetapi lebih sebagai jalan masuk secara legal bagi suatu pengajuan klaim.
Dalam pengertian physical site condition , keadaan lapangan yang sesungguhnya dijumpai pada pelaksanaan terkadang berbeda sekali dengan kondisi yang diperkirakan pada tahap tender atau dokumen tender.
## 3. METODE PENELITIAN Desain penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kuantitatif dengan membuat pertanyaan sebagai pertanyaan penelitian ( research question ), sebagai berikut:
a. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keterlambatan waktu selama masa pandemi Covid-19 (RQ- 1).
b. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kenaikan harga kontrak selama masa pandemi Covid- 19 (RQ-2).
c. Bagaimana hubungan keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak terhadap munculnya klaim proyek (RQ-3)
## Objek penelitian
Penulis akan melakukan penelitian di beberapa proyek pembangkit listrik baik itu milik perusahaan swasta maupun milik BUMN yang sedang dalam fase proses konstruksi di periode pandemi Covid-19.
Objek penelitian akan meliputi kalangan dari praktisi pembangkit tenaga listrik yang telah menekuni bidang ini dalam waktu lama dengan cakupan objek penelitian dari level engineer sampai dengan direktur proyek.
## Data penelitian
Menurut [16] data dalam penelitian merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh dari lapangan dan digunakan untuk bahan penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan informasi dari para praktisi yang berkecimpung dalam dunia proyek konstruksi pembangkit listrik di Indonesia.
## Teknik pengumpulan data
pengambilan data primer yang dilakukan pada penelitian ini meliputi langkah- langkah sebagai berikut;
a. Tahapan validasi yaitu tahapan dimana sebelum dilakukan penyebaran
kuesioner kepada responden, kuesioner tersebut akan diperiksa dan direvisi terlebih dahulu oleh pembimbing, tujuannya untuk membuat kuesioner tersebut lebih komunikatif dan mudah dimengerti oleh responden sehingga menghasilkan data yang sesuai harapan.
b. Melakukan penyebaran kuesioner kepada responden untuk dijadikan
sampling. Responden yang menjadi sampel untuk survei kuesioner ini berjumlah minimal 30 orang responden yang bergerak dalam bidang konstruksi pembangkit tenaga listrik. Responden ini meliputi pemilik proyek, konsultan perencana,
konsultan supervisi konstruksi dan kontraktor/sub kontraktor dengan berbagai posisi mulai dari engineer sampai dengan direktur proyek yang memiliki jenjang pengalaman proyek pembangkit listrik minimal 5 tahun dan jenjang Pendidikan minimal S1.
c. Membuat alat uji yang disebarkan kepada responden-responden praktisi dunia konstruksi diluar praktisi proyek pembangkit listrik di Indonesia untuk membuktikan kesahihan alat uji.
d. Meminta validasi dari pembimbing, tujuannya adalah untuk melaporkan hasil survei dan untuk dilakukan pengarahan pembimbing terkait hasil survei tersebut.
e. Melakukan proses dan pengolahan tabulasi data berdasarkan RII ( Relative Importance Index ) dan Uji analisis Korelasi Pearson dengan menggunakan software SPSS.
## 4. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Desain penelitian Pada penelitian ini penulis mengkategorikan potensi klaim proyek pada pembangkit-pembangkit di
Indonesia sebagai bagian Dependen dari penelitian sedangkan untuk kinerja waktu serta kinerja biaya yang dipengaruhi oleh kinerja desain, procurement dan konstruksi merupakan bagian independen.
Mengikuti pendapat [13] kemudian penulis melakukan uji coba 33 responden untuk membuktikan kesahihan alat uji. Alat uji ini disebarkan pada pada 33 responden yang berkecimpung sebagai
praktisi di dunia proyek-proyek konstruksi di Indonesia secara umum diluar proyek-proyek pembangkit listrik.
Menurut [14] Uji reliabilitas dapat dilakukan bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan, jika nilai alpha > 0,60 maka hasilnya dinyatakan handal/reliabel.
## Hasil uji normalitas dan validitas
Pada hasil uji normalitas dan validitas ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Uji Cronbach's Alpha
Case Processing Summary N % Cases Valid 33 100,0 Excluded a 0 0,0 Total 33 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Hasil dari pengujian kesahihan alat uji dalam penelitian ini mendapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,969 sehingga nilai ini memenuhi syarat menurut [14] dari uji coba pengambilan sampel hasilnya alpha > 0,60 dan memenuhi syarat nilai
C ronbach’s Alpha yang menurut (Ahdika, 2021) masuk di kategori sangat handal.
## Responden penelitian
Jumlah responden penelitian pada proyek ini adalah 36 responden.
Tabel 2. Rata-Rata Responden No. item Persentase 1 Pemilik Proyek 11,31% 2 Konsultan 12,33% 3 Kontraktor/Subkontr aktor 13,36%
## Hasil uji penelitian
a. Relative Importance Index (RII) Variabel-variabel penelitian ini melingkupi pertanyaan terkait keterlambatan waktu, kenaikan harga kontrak dan klaim proyek yang dipengaruhi oleh pandemi Covid-19, dengan jumlah total kumulatif pertanyaan sebanyak 51 pertanyaan .
Menurut [5] RII digunakan untuk menentukan ranking faktor-faktor penyebab suatu klaim yang mengakibatkan sengketa, sebagai berikut; 𝑅𝐼𝐼 = ∑ 𝑊 𝐴∗𝑁 (1)
Dengan W = jumlah dari responden dikalikan dengan bobot dari faktor- faktot tersebut, A = nilai bobot paling tinggi, N = jumlah responden
Tabel 2. Ranking RII
Nilai RII Rangking 85-100 Sangat penting 70-85 Penting 50-70 Agak Penting 30-50 Cukup Penting 15-30 Kurang penting 0-15 Tidak penting Tabel 3. RII Keterlambatan Waktu Akibat Pandemi Covid-19 No Item RII 1 Perubahan- perubahan peraturan pemerintah baik peraturan pusat maupun daerah 0,9111 2 Terjadi kesulitan mobilisasi tenaga kerja dari luar pulau maupun luar negeri ke site proyek 0,8944
No Item RII 3 Terganggunya sistem transportasi darat laut dan udara akibat PSBB dan lockdown 0,8389 4 Terjadi penurunan jumlah tenaga kerja akibat peraturan new normal dalam proyek yaitu proses karantina 14 hari sebelum masuk proyek 0,8000 5 Keterlambatan kedatangan material dan peralatan kerja dari negara produsen karena adanya lockdown di negara tersebut 0,7889 6 Terjadinya perubahan urutan pekerjaan akibat keterlambatan kedatangan material atau kekurangan tenaga kerja ahli yang belum bisa datang ke site. 0,7833 7 Proses Penggantian dan pengajuan material atau peralatan yang sebelumnya impor menjadi peralatan produksi lokal 0,7722 8 Terjadinya kekurangan material kerja akibat terhambatnya proses distribusi material proyek terganggu. 0,7667 9 Terjadi pekerjaan intermittent dalam proyek akibat adanya penurunan tenaga kerja atau keterlambatan kedatangan material 0,7611 10 Terdapat perubahan lingkup kerja dalam proyek, seperti membangun mess 0,7278
No Item RII tambahan untuk karantina pekerja. 11 Mobilisasi Tenaga Ahli Desain ke Lapangan karena l ockdown 0,7222 12 Keterlambatan material dan peralatan di pelabuhan Indonesia karena adanya perubahan peraturan kepabeanan. 0,7056 12 Proses produksi yang melambat dan berhenti sementara di manufaktur akibat adanya lockdown 0,7000 Tabel 4. RII Kenaikan Harga Kontrak Akibat Pandemi Covid-19. No Item RII 1 Kenaikan harga kontrak akibat Perubahan- perubahan peraturan pemerintah baik peraturan pusat maupun daerah 0,8444 2 Kenaikan harga kontrak akibat waktu tunggu tenaga kerja saat terjadi kesulitan mobilisasi tenaga kerja dari luar pulau maupun luar negeri ke site proyek 0,8333
3 Kenaikan harga kontrak akibat akibat Terganggunya sistem transportasi darat laut dan udara akibat PSBB dan lockdown . 0,8278
4 Kenaikan harga kontrak akibat peralatan-peralatan berat yang berhenti beroperasi karena para operator harus menjalani karantina sebelum masuk proyek, 0,8000
No Item RII 5 Kenaikan harga kontrak akibat Keterlambatan material dan peralatan dari negara produsen karena adanya lockdown 0,7944 6 Kenaikan harga kontrak akibat perubahan lingkup kerja dalam proyek, seperti membangun mess karantina pekerja 0,7611 7 Kenaikan harga kontrak akibat akibat pekerjaan intermittent di proyek akibat keterlambatan pengiriman material dan tenaga kerja. 0,7556 8 Kenaikan harga kontrak akibat terjadinya perubahan urutan pekerjaan karena keterlambatan kedatangan material atau kekurangan tenaga kerja ahli yang belum bisa datang ke site 0,7500 9 Kenaikan harga kontrak akibat Proses Penggantian dan pengajuan material atau peralatan yang sebelumnya impor menjadi peralatan produksi lokal 0,7444 10 Kenaikan harga kontrak akibat Keterlambatan material dan peralatan di pelabuhan Indonesia karena adanya perubahan peraturan kepabeanan. 0,7389 11 Kenaikan harga kontrak akibat keterlambatan proses produksi di 0,7333
No Item RII manufaktur akibat adanya lockdown 12 Kenaikan harga kontrak akibat kekurangan peralatan kerja, material dan tenaga kerja karena terhambatnya proses distribusi. 0,7278 Tabel 5. RII Klaim Proyek Karena Pandemi Covid-19 No Item RII 1 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak akibat Perubahan- perubahan peraturan pemerintah baik peraturan pusat maupun daerah 0,8444 2 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak waktu tunggu tenaga kerja saat terjadi kesulitan mobilisasi tenaga kerja dari luar pulau maupun luar negeri ke site proyek 0,8333
3 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak akibat akibat Terganggunya sistem transportasi darat laut dan udara akibat PSBB dan lockdown . 0,8278
4 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak akibat peralatan-peralatan berat yang berhenti beroperasi karena para operator harus menjalani karantina sebelum masuk proyek. 0,8000 5 Keterlambatan dan Kenaikan harga 0,7944
kontrak material dan peralatan dari negara produsen karena adanya lockdown 6 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontra akibat akibat perubahan lingkup kerja dalam proyek, seperti membangun mess karantina pekerja 0,7667 7 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak akibat pekerjaan intermittent di proyek karena keterlambatan pengiriman material dan tenaga kerja. 0,7611 8 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak akibat terjadinya perubahan urutan pekerjaan karena keterlambatan kedatangan material atau kekurangan tenaga kerja ahli yang belum bisa datang ke site 0,7500 9 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak akibat Proses Penggantian dan pengajuan material atau peralatan yang sebelumnya impor menjadi peralatan produksi lokal 0,7444 10 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak akibat keterlambatan Proses produksi di manufaktur akibat adanya lockdown 0,7333 11 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak akibat kekurangan peralatan kerja, material dan tenaga kerja karena terhambatnya proses distribusi. 0,7278
12 Keterlambatan dan Kenaikan harga kontrak material dan peralatan di pelabuhan Indonesia karena adanya perubahan peraturan kepabeanan. 0,7222 Uji korelasi Pearson Menurut [15] Dasar pengambilan keputusan untuk uji korelasi pearson yang menyatakan apakah dua variabel memiliki hubungan yang signifikan dan bermakna, adalah;
a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan signifikan dan bermakna.
b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan signifikan dan bermakna.
Menurut [15] keeratan sifat korelasi dapat dikelompokan, sebagai berikut;
Tabel 7. Sifat Korelasi
No. Nilai r (Korelasi Pearson) Interpretasi 1 0,00 – 0,20 Hubungan sangat lemah 2 0,21 – 0,40 Hubungan lemah 3 0,41 – 0,70 Hubungan kuat 4 0,71- 0,90 Hubungan sangat kuat 5 0,91-0,99 Hubungan kuat sekali 6 1 Hubungan sempurna Uji korelasi Pearson antara keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak saat pandemi Covid-19 Pada penelitian ini dilakukan uji korelasi pearson antara keterlambatan waktu dan kenaikan berkaitan pada harga kontrak yang ditampilkan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 8. Uji Korelasi Pearson Antara Keterlambatan Waktu dan Kenaikan Harga
Kontrak
Correlations Kenaikan Harga Kontrak Keterlam batan Waktu Penamba han Biaya Pearson Correlation 1 .396 * Sig. (2- tailed) .017 N 36 36 Keterlam batan Waktu Pearson Correlation .396 * 1 Sig. (2- tailed) .017 N 36 36
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2- tailed).
Pada uji korelasi hubungan antara keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna ditandai dengan nilai Signifikansi < 0,05 yaitu pada perhitungan ini adalah 0,017, sedangkan untuk derajat nilai koefisien korelasi pearson sendiri adalah 0,396 termasuk dalam berhubungan signifikan namun berkorelasi lemah.
Uji korelasi Pearson antara keterlambatan waktu dan munculnya klaim proyek saat pandemi Covid-19 Pada uji korelasi pearson antara keterlambatan waktu dan munculnya klaim proyek pada saat pandemi covid-19 ditampilkan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 9. Uji Korelasi Pearson Antara Keterlambatan Waktu dan Klaim Proyek
Correlations Keterlam batan Waktu Klaim Proyek Pearson Correlation 1 .427 **
Keterlamb atan Waktu Sig. (2- tailed) .009 N 36 36 Klaim Proyek Pearson Correlation .427 ** 1
Sig. (2-
tailed) .009
N 36 36 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2- tailed).
Pada uji korelasi hubungan antara keterlambatan waktu dan munculnya klaim proyek terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna ditandai dengan nilai Signifikansi < 0,05 yaitu pada perhitungan ini adalah 0,009, sedangkan untuk derajat nilai koefisien korelasi Pearson sendiri adalah 0,427 termasuk dalam berhubungan signifikan dan kuat.
Uji korelasi pearson antara kenaikan harga kontrak dan munculnya klaim proyek saat pandemi Covid-19.
Pada uji korelasi hubungan antara kenaikan harga kontrak dan munculnya klaim proyek terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna ditandai dengan nilai Signifikansi < 0,05 yaitu pada perhitungan ini adalah 0,000, sedangkan untuk derajat nilai koefisien korelasi Pearson sendiri adalah 0,972 termasuk dalam berhubungan signifikan dan kuat sekali.
Analisis data
a. RII ( Relative Importance Index ) Secara umum dari hasil perhitungan RII diatas terlihat dampak pandemi Covid-19 terhadap keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak yang akan berlanjut pada munculnya klaim proyek pada proyek-proyek pembangkit listrik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan peraturan-peraturan pemerintah yang terjadi diseluruh dunia dalam proses menangani dan
menekan penyebaran Covid-19 dan prosedur-prosedur new normal seperti proses karantina di negara tujuan sampai dengan sebelum masuk kedalam proyek, sehingga mengakibatkan terbatasnya pergerakan manusia, barang dan material di dalam maupun luar negeri. Seperti tertuang dalam [8], yang merupakan panduan dalam pelaksanaan jasa konstruksi selama pandemi Covid-19 dimana terdapat pasal-pasal terkait isolasi dan penghentian proyek sementara jika terjadi penyebaran virus Covid-19 di dalam proyek.
Sejalan dengan [2] yang menyatakan kebijakan-kebijakan penanggulangan Covid-19 yang membatasi kegiatan masyarakat berimplikasi terhadap terhambatnya keberlangsungan bisnis dan [1] menyatakan akibat langsung dari mudahnya virus Corona ini menular sehingga pemerintah harus membuat berbagai peraturan untuk mencegah dan memitigasi penularan virus corona ini dan semuanya berdampak pada sektor produksi termasuk dunia jasa konstruksi.
b. Uji Korelasi Pearson Pada uji korelasi hubungan antara keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna ditandai dengan nilai Signifikansi < 0,05 yaitu pada perhitungan ini adalah 0,017, sedangkan untuk derajat nilai koefisien korelasi pearson sendiri adalah 0,396 termasuk dalam berkorelasi lemah. Perlu diperhatikan hubungan signifikan dengan korelasi pearson yang lemah ini menunjukkan bahwa antara keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak dapat saling memunculkan sebab akibat namun juga dapat saling berdiri sendiri-sendiri, semua tergantung kondisi yang muncul saat proses konstruksi pada suatu proyek. [3] Klausula 20.1 contractor’s claim
menyebutkan
jika kontraktor mempertimbangkan dirinya berhak atas perpanjangan waktu untuk penyelesaian dan/atau penambahan harga kontrak, terhadap klausal manapun dari conditions of contract ini atau dalam kaitannya dengan kontrak.
Pada klausal ini menunjukkan bahwa penyedia jasa dapat mengajukan klaim perpanjangan waktu dan kenaikan harga kontrak secara bersamaan karena dipertimbangkan saling mempengaruhi atau penyedia jasa dapat mengajukan klaim keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak secara individual. Pada uji korelasi hubungan antara keterlambatan waktu dan munculnya klaim proyek terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna ditandai dengan nilai Signifikansi < 0,05 yaitu pada perhitungan ini adalah 0,009, sedangkan untuk derajat nilai koefisien korelasi pearson sendiri adalah 0,427 termasuk dalam berhubungan signifikan dan kuat. Pada masa pandemi Covid-19 hubungan antara keterlambatan waktu dan munculnya klaim proyek saling berhubungan signifikan dengan korelasi yang kuat, karena gangguan pandemi Covid-19 pada aktifitas pekerjaan konstruksi muncul secara signifikan dan menghambat penyelesaian pekerjaan.
Pada Buku [3] klausal 8.4 menyatakan kontraktor berhak mendapatkan perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan dengan persyaratan sebagai berikut;
• Adanya perintah perubahan atau variation order atau perubahan yang mendasar dan substansial terhadap item-item pekerjaan yang sudah disetujui dalam kontrak.
• Adanya penyebab keterlambatan yang membuat penyedia jasa berhak secara langsung perpanjangan waktu pekerjaan
terhadap sub-klausal yang ada pada kontrak.
• Keadaan / kondisi alam yang luar biasa sehingga merugikan para pihak.
• Kejadian yang diluar dugaan yang membuat kekurangan tenaga kerja dan material akibat epidemi atau perubahan-perubahan peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
• Segala keterlambatan, halangan atau tindakan pencegahan yang dibuat oleh pengguna jasa, karyawan pengguna jasa atau karyawan penyedia jasa lainnya di dalam proyek.
Kondisi pandemi Covid-19 yang membuat pemerintah mengeluarkan berbagai perubahan-perubahan peraturan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 sehingga menghambat pergerakan tenaga kerja dan material dan kemudian mengakibatkan keterlambatan pekerjaan proyek akibat hal-hal tersebut, sehingga dapat dianggap sebagai kejadian luar biasa sementara, penyedia jasa dalam proyek-proyek pembangkit listrik di Indonesia pada periode awal pandemi covid-19 banyak yang mengajukan proposal klaim perpanjangan waktu untuk memperbaiki kinerja mereka, namun sering tanggapan dari pengguna jasa adalah tidak segera memahami maksud dari proposal pengajuan klaim perpanjangan waktu dari penyedia jasa dan segera menjawab proposal
pengajuan klaim perpanjangan waktu tersebut karena dikhawatirkan setelah proposal perpanjangan waktu penyelesaian proyek di setujui akan dilanjutkan dengan pengajuan klaim kenaikan harga kontrak.
Dalam hal terjadi keterlambatan waktu atas pekerjaan penyedia jasa yang bukan disebabkan oleh kesalahannya, namun akibat tindakan dari perubahan-perubahan dari
peraturan-peraturan pemerintah,
menurut [3] klausal 8.5 delay caused by authorities dan buku apabila kondisi-kondisi yang terjadi adalah sebagai berikut;
• Kontraktor sudah mematuhi prosedur yang ditetapkan oleh pemegang kewenangan publik yang sah di negara tersebut.
• Pemegang kewenangan ini
memperlambat atau mengahambat pekerjaan kontraktor. • Keterlambatan atau gangguan tersebut merupakan sesuatu yang tak dapat diperkirakan sebelumnya.
Maka keterlambatan atau hambatan ini akan mempertimbangkan sebagai penyebab keterlambatan berdasarkan sub-paragraf (b) dari sub-klausula 8.4 (perpanjangan waktu penyelesaian) Sejalan dengan pendapat [6] dalam bukunya manajemen klaim konstruksi FIDIC condition of contract , terdapat keterlambatan yang dapat diterima tetapi tidak dibayar (Excusable
noncompensable delay) dimana kontraktor berhak atas perpanjangan waktu tanpa ganti rugi. Kondisi ini terjadi saat pengguna jasa dan penyedia jasa mengalami kesulitan dan secara bersama-sama menderita akibat pandemi Covid-19, sehingga perpanjangan waktu yang diminta oleh penyedia jasa utamanya adalah untuk menghindari adanya ganti rugi atau munculnya kenaikan harga kontrak akibat keterlambatan penyelesaian. Pada uji korelasi hubungan antara kenaikan harga kontrak dan munculnya klaim proyek terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna ditandai dengan nilai Signifikansi < 0,05 yaitu pada perhitungan ini adalah 0,000, sedangkan untuk derajat nilai koefisien korelasi pearson sendiri
adalah 0,972 termasuk dalam berhubungan signifikan dan kuat sekali.
Penyebab kenaikan harga kontrak yang terjadi pada periode pandemi Covid-19 pada proyek pembangkit listrik di Indonesia sesuai dengan perhitungan RII yang telah dibahas sebelumnya, yaitu;
• Kenaikan harga kontrak akibat Perubahan-perubahan peraturan pemerintah baik peraturan pusat maupun daerah selama masa pandemi
• Kenaikan harga kontrak akibat waktu tunggu tenaga kerja saat terjadi kesulitan mobilisasi tenaga kerja dari luar pulau maupun luar negeri ke site proyek
• Kenaikan harga kontrak akibat akibat terganggunya sistem transportasi darat laut dan udara akibat PSBB dan lockdown .
• Kenaikan harga kontrak akibat peralatan-peralatan berat yang berhenti beroperasi karena para operator harus menjalani karantina sebelum masuk proyek, Kenaikan harga kontrak, baik itu yang ada hubungannya dengan keterlambatan waktu atau yang berkaitan dengan perubahan- perubahan lain dalam analisis tesis ini dapat dipastikan akan menimbulkan klaim.
## 5. KESIMPULAN
a. Keterlambatan waktu dan kenaikan harga kontrak tidak selalu saling berhubungan, namun bisa berdiri sendiri-sendiri sebagai materi untuk pengajuan klaim proyek akibat dampak pandemi Covid-19.
b. Keterlambatan waktu akibat pandemi Covid-19 berkorelasi kuat mengakibatkan munculnya klaim proyek.
c. Kenaikan harga kontrak akibat pandemi Covid-19 berkorelasi sangat kuat sekali mengakibatkan munculnya klaim proyek.
d. Melihat dari kesimpulan diatas didapatkan hasil bahwa perubahan- perubahan peraturan pemerintah selama masa pandemi Covid-19 ternyata mempengaruhi secara signifikan atas turunnya efisiensi para pihak yang terlibat dalam pada proyek-proyek pembangkit listrik di Indonesia, terutama penyedia jasa.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] B. W. L. Masinambow and P. H. Gosal. (2021). “Tantangan Dan Peluang Dunia Jasa Konstruksi Di Tengah Pandemik Covid- 19,” vol. 17, no. 1, pp. 9 – 14.
[2] Dewi, C. I. D. L. (2020). “Tanggung Jawab Atas Wanprestasi Pada Jasa Konstruksi Akibat Pandemi Covid- 19”. Yustitia, Vol. 14 No. 1 , 1-10.
[3] FIDIC, FIDIC RED BOOK. ”Condition of Contract”. GENEVA: FIDIC.
[4] FIDIC Guidance Memorandum.
(2020). “Fidic Covid -19 Guidance
Memorandum To Users of Fidic
Standard Forms of Works Contract”.
International Federation
of Consulting Engineers.
[5] Hardjomuljadi, S. (2014). “Factor analysis on causal of construction claims and disputes in Indonesia (with reference to the construction of hydroelectric power project in Indonesia)”. Int. J. Appl. Eng. Res., Vol. 9 No. 22, 12421 – 12446.
[6] Hardjomuljadi, S.
(2015).
“Manajemen Klaim Konstruksi FIDIC
Condition Of Contract ” . Logoz Publishing.
[7] Hardjomuljadi, S. (2016). “Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi ” . Logoz Publishing
[8] M. Pekerjaan, U. Dan, and P. Rakyat. (2020). “jdih.pu.go.id,”.
[9] Ogunnusi, M. Hamma-Adama, M., Salman, H., and Kouider, T. (2020).
“COVID - 19 Pandemic : The Effects and Prospects in the Construction Industry” Int. J. Real Estate Stud., Vol. 2 No. 2, 120 – 128.
[10] Rezakhani, P. (2 012). “Classifying Key Risk Factors in Construction Projects” Bull. Polytech. Inst. Jassy, Constr. Archit. Sect., Vol. 62 No. 2,
27 – 38.
[11] Rostiyanti, S. F., dan Hansen, S. (2017). “Perspektif Pemilik Proyek Terhadap Permasalahan Dalam Manajemen Klaim Ko nstruksi”. J. Spektran, Vol. 5 No. 2, 122 – 129.
[12] Shibani, A., Hassan, D., and Shakir, N.
(2020). “The Effects of Pandemic on Construction Industry in the UK” . Mediterr. J. Soc. Sci., Vol. 11 No. 6,
48 – 60.
[13] Singarimbun, M., dan Effendy. (1995). “Metode Penelitian Survey ” . LP3ES.
[14] Sujarweni, V. W. (2015). “Metodologi Penelitian Bisnis Ekonomi”. Yogyakarta Pustaka Baru, Yogyakarta.
[15] Sujarweni, V. W. (2021). “SPSS Untuk Penelitian”. Yogyakarta Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
[16] Taurano, G. A, dan Hardjomuljadi, S.
(2013). “Analisis Faktor Penyebab Klaim pada Proyek Konstruksi yang Menggunakan FIDIC Conditions of Contract for Plant And Design Build” J. Konstr., Vol. 5 No. 1, 14 – 25.
[17] Vitri, G., Boy, W., dan Zayu, W. P.
(2020). “Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Sekolah Dalam Masa Pandemi Covid- 19” . Jurnal Rab Cons. Research, Vol. 5 No. 2, 65 – 74.
|
b5c19afc-dca6-4493-b33b-0ebb6a452e89 | https://ejournal.upi.edu/index.php/JER/article/download/61342/25409 | DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
## Pengaruh Budaya Kerja terhadap Kepuasan Kerja: Studi Kasus pada Karyawan Perusahaan Sektor Restoran
Adelestari Surya*, Nurul Hermina Universitas Widyatama *email: [email protected]
Naskah diterima tanggal 06/07/2023, direvisi akhir tanggal 20/07/2023, disetujui tanggal 01/08/2023
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran komitmen organisasi sebagai mediator dalam hubungan antara budaya kerja dan kepuasan kerja karyawan di suatu perusahaan sektor distribusi restoran yang penting dalam aspek-aspek praktis seperti kompensasi, jam kerja, dan kondisi kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara, dan studi literatur terkait dengan industri tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun budaya kerja dalam perusahaan kurang didefinisikan dan dikomunikasikan dengan jelas, karyawan cenderung merasa puas terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berkomitmen. Oleh karena itu, komitmen organisasi tidak signifikan sebagai mediator antara budaya kerja dan kepuasan kerja. Hal ini menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang industri dan konteks kultural dalam mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja di lingkungan seperti ini.
Kata Kunci: Budaya kerja, komitmen organisasi, kepuasan kerja, restoran.
## PENDAHULUAN
Pada masa Pandemi Covid-19, para pengusaha restoran di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menghadapi sejumlah masalah yang serius dan kompleks. Permasalahan tersebut seperti pembatasan sosial dan protokol kesehatan yang ketat menyebabkan penurunan drastis dalam kunjungan pelanggan ke restoran, yang berdampak langsung pada pendapatan. Banyak restoran mengalami kesulitan dalam menyesuaikan operasional mereka dengan aturan baru, termasuk investasi dalam peralatan sanitasi dan pelatihan staf untuk mematuhi pedoman kesehatan. Selanjutnya mengenai gangguan dalam rantai pasokan, baik dari produsen lokal maupun internasional, menyebabkan kenaikan harga dan keterbatasan akses ke bahan-bahan yang diperlukan, sehingga banyak restoran mengalami tekanan finansial yang berat, dengan biaya tetap seperti sewa dan gaji yang tetap berjalan meskipun pendapatan menurun. Beberapa perusahaan restoran melakukan transisi kepada model bisnis berbasis pengantaran yang memerlukan investasi teknologi dan pemasaran yang signifikan, yang tidak semua restoran mampu menanganinya. Tantangan psikologis dan emosional bagi para pengusaha dan karyawan, yang harus beradaptasi dengan cepat dengan keadaan yang berubah-ubah dan menghadapi ketidakpastian ekonomi jangka panjang.
Pandemi Covid-19 tidak hanya mempengaruhi aspek operasional dan finansial restoran, namun berdampak pada kepuasan kerja karyawan dalam industri ini. Tantangan yang dihadapi para pengusaha restoran selama pandemi juga memberikan dampak langsung pada kondisi kerja karyawan, yang berpotensi menurunkan kepuasan kerja. Tekanan finansial yang dihadapi restoran berarti banyak karyawan menerima pengurangan gaji, atau dalam kasus ekstrem, pemecatan, dimana ketidakpastian ekonomi ini bisa menimbulkan stres dan ketidakpuasan di tempat kerja. Salah satu perusahaan yang mengalami kondisi ini adalah PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK), dimana perusahaan ini merupakan Emiten yang memiliki dan mengelola enam brand restoran di Indonesia yakni Gokana, Raa
How to cite (APA Style): Adelestari S., Nurul H., (2023), Tinjauan tentang Peran Komitmen Organisasi dalam Pengaruh Budaya Kerja terhadap Kepuasan Kerja: Studi Kasus pada Karyawan Perusahaan Sektor Restoran. Jurnal Penelitian Pendidikan, 23 (3), 2023. 227-239 doi: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
Cha, Monsieur Spoon, Platinum, BMK dan Chopstix. Pada awal Pandemi Covid-19, perusahaan ini mengalami goncangan luar biasa, sehingga para karyawannya membuat petisi secara online untuk menuntut kewajiban perusahaan untuk memenuhi gaji dan kompensasi secara penuh pada bulan Mei 2020 (Petisi, 2020).
Pada tahun 2021 dimana Pandemi Covid-19 masih melanda Tanah Air, PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK) mencatatkan kerugian sebesar Rp 53,08 Miliar per-bulan November 2021 (Fadil, 2022). Namun dengan melalui terjaganya komitmen dan hubungan baik oleh Perusahaan dengan para stakeholder, agen, supplier, pemasok, lembaga perbankan dan khususnya kesadaran dari seluruh komponen sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, perusahaan dapat kembali mencatatkan keuntungan sebesar laba bersih pada tahun 2022 sampai dengan Rp 62,3 Miliar. Keputusan pihak manajemen dengan untuk tetap melanjutkan dalam melakukan ekspansi atas komitmen yang disepakati bahkan sebelum Pandemi Covid-19, menjadikan perusahaan ini kembali bangkit dalam keterpurukan. Dengan berbagai macam kendala yang dihadapi, PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK) ini tidak melakukan pengurangan karyawan atau bahkan sampai memutus kontrak dengan para karyawan. Perusahaan ini memperkerjakan sampai dengan kurang lebih 6.000 karyawan pada kurang lebih 300 outlet yang rata-rata outlet tersebut tersebar pada Mall atau pusat perbelanjaan yang terkena dampak langsung pembatasan sosial pada masa Pandemi Covid-19, serta perusahaan dapat kembali memenuhi kewajiban dalam pemenuhan gaji dan kompensasi kepada seluruh karyawan (Nisaputra, 2023). Dengan kembali bangkit dalam kesulitan melawan dinamika Pandemi Covid-19, dugaan dalam budaya organisasi perusahaan dilaksanakan dengan sangat baik sehingga mampu meningkatkan kepuasan kerja dan menunjukan peningkatan dalam kebangkitan perusahaan yang sebelumnya mencatatkan kerugian hingga miliaran rupiah.
Menurut Schein (2019) secara esensial, budaya organisasi merupakan kumpulan nilai, keyakinan, dan norma yang membentuk cara kerja karyawan dalam suatu organisasi. Suatu budaya yang positif dapat menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, dimana karyawan merasa dihargai, didukung, dan dipahami. Hal ini, pada gilirannya, memotivasi karyawan untuk lebih berdedikasi dan terlibat dalam pekerjaannya. Dapat diberikan contoh bahwa budaya yang menekankan kerja sama, penghargaan terhadap prestasi, dan komunikasi yang terbuka akan membantu karyawan merasa menjadi bagian dari tim dan terhubung dengan tujuan organisasi. Menurut Ramlall (2020) karyawan yang puas dengan budaya organisasi akan lebih mendapatkan kepuasan dengan pekerjaannya, yang mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi. Lebih lanjut, melalui komitmen perusahaan dapat kembali memberikan kepuasan kerja kepada para karyawannya. Menurut Trice & Beyer (2019) nilai, keyakinan, dan norma yang ditetapkan dalam budaya organisasi membentuk ekspektasi dan perilaku karyawan. Apabila karyawan merasa sejalan dengan nilai-nilai ini, mereka akan merasa lebih terhubung dan berkomitmen terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini berfungsi sebagai penghubung antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja. Karyawan yang berkomitmen terhadap tujuan organisasi akan merasa lebih terlibat dan berdedikasi dalam pekerjaan mereka. Menurut Vantilborgh et al. (2021) komitmen mendorong rasa tanggung jawab, kebanggaan, dan pencapaian, yang semuanya berkontribusi terhadap kepuasan kerja yang lebih besar.
Permasalahan terjadi ketika wabah Pandemi Covid-19 mulai menunjukan adanya penurunan pada akhir tahun 2022 sampai dengan tahun 2023. Karyawan-karyawan PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK) yang bekerja pada cabang resto di Kota Bandung, menunjukan kehadiran dengan keterlambatan yang tidak menurun dari kuartal akhir tahun 2023 sampai dengan kuartal awal tahun 2023. Permasalahan ini memberikan kesenjangan antara budaya organisasi yang sudah terbangun dengan sangat baik, namun dugaan kepuasan kerja karyawan yang menurun sehingga keterlambatan dalam kehadiran yang tidak menurun. Berdasarkan hasil eksplorasi data kepada karyawan-karyawan restoran dibawah manajemen
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
PT Champ Resto Indonesia yang berada di Bandung seperti Gokana, Raa Cha, Monsieur Spoon, Platinum, BMK dan Chopstix, maka data karyawan yang terlambat dapat dihadirkan pada tabel dibawah ini.
## Tabel 1. Kehadiran Karyawan
Keterangan 2022 2023 Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Tepat Waktu 357 359 370 367 351 366 380 369 08.01 – 08.15 99 103 87 89 114 97 87 88 08.16 – 08.30 3 1 2 0 2 3 4 3 08.31 – 09.00 0 1 1 0 1 0 0 1 Sakit 5 3 6 3 4 7 3 4 Izin 7 4 5 6 3 2 1 5 Total Karyawan 471 471 471 465 475 475 475 470 % Terlambat 22% 22% 19% 19% 25% 21% 19% 20% % Keseluruhan 24% 24% 21% 21% 26% 23% 20% 21%
Sumber: Administrasi PT Champ Resto Indonesia, Bandung, Mei 2023
Tabel diatas menunjukan keterlambatan karyawan PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK) dari mulai bulan September tahun 2022 sampai dengan bulan April tahun 2023, dengan rata-rata keterlambatan sekitar 20%. Hal ini menunjukan bahwa terdapat dugaan kesenjangan karyawan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja karyawan, walaupun perusahaan sudah menunjukan komitmennya dalam meningkatkan kepercayaan stakeholder, meningkatkan laba dan memperluas ekspansi perusahaan. Permasalahan ini memberikan keterangan bahwa perusahaan menghadapi kondisi karyawan yang pada awalnya mendukung dan kompak dalam menghadapi Pandemi Covid-19, namun mengalami penurunan yang diduga dari kepuasan kerja sehingga perlu diselenggarakan penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Silen (2016) bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan pengembangan karir terhadap kepuasan kerja dengan komitmen organisasional sebagai variabel mediasi pada pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang. Hasil uji hipotesis mendapatkan kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional, pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional, serta kepuasan kerja memediasi pengaruh kompetensi dan pengembangan karir terhadap komitmen organisasional. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi dengan pendekatan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi dan pengembangan karir yang baik dapat meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen organisasional pada pegawai PIP Semarang. Selain itu, kepuasan kerja juga memediasi pengaruh kompetensi dan pengembangan karir terhadap komitmen organisasional. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen organisasional pada pegawai PIP Semarang.
Penelitian yang dilakukan oleh Saban et al. (2020) bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika kerja Islam, kompetensi, kompensasi, dan budaya kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan di hotel bintang empat. Hasil penelitian menunjukan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan, kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan, kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan, budaya kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
kerja dan kinerja karyawan serta kepuasan kerja memediasi pengaruh etika kerja Islam, kompetensi, kompensasi, dan budaya kerja terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi dengan pendekatan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika kerja Islam, kompetensi, kompensasi, dan budaya kerja yang baik dapat meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan di hotel bintang empat. Selain itu, kepuasan kerja juga memediasi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan di hotel bintang empat.
## Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan utama. Pertama, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Kedua, penelitian ini ingin mengidentifikasi dampak budaya kerja terhadap komitmen organisasi. Selanjutnya, tujuan ketiga adalah untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan.
Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih spesifik, yaitu untuk menginvestigasi peran komitmen organisasi sebagai mediator dalam mempengaruhi hubungan antara budaya kerja dan kepuasan kerja karyawan. Dengan demikian, penelitian ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara budaya kerja, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja di lingkungan kerja yang relevan.
## Kajian Teori & Penelitian Sebelumnya Hubungan budaya kerja dengan kepuasan kerja karayawan
Menurut Catmull & Wallace (2019) budaya kerja merujuk pada kumpulan nilai, norma, dan keyakinan yang dibagikan dalam organisasi, yang membentuk cara karyawan berinteraksi dan bekerja bersama. Budaya yang sehat dan positif menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa dihargai, didukung, dan termotivasi. Hal ini meningkatkan kepuasan kerja karena karyawan merasa bahwa kontribusi mereka penting dan mereka memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang dalam peran mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Tiomantara dan Adiputra (2021) bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian adalah lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, serta budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang baik dan budaya organisasi yang positif dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik dan membangun budaya organisasi yang positif untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Agustini et al. (2018) bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja fisik dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Hasil penelitian ini lingkungan kerja fisik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, serta budaya organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan teknik pengambilan sampel yang menggunakan purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik yang baik dan budaya organisasi yang positif dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan di PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
faktor tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja fisik yang baik dan membangun budaya organisasi yang positif untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
## Hubungan budaya kerja dengan komitmen organisasi
Menurut Edmondson (2019) ketika budaya kerja sejalan dengan nilai dan aspirasi pribadi karyawan, akan tercipta ikatan yang lebih kuat antara karyawan dan organisasi, yang mengarah ke tingkat komitmen yang lebih tinggi. Komitmen organisasi mencerminkan sejauh mana karyawan beridentifikasi dan terlibat dengan organisasi, dan bersedia menginvestasikan waktu dan usaha untuk mencapai tujuan bersama. Sebuah budaya kerja yang mendukung, inklusif, dan transparan dapat mendorong karyawan untuk merasa sebagai bagian integral dari tim, dengan suara dan kontribusi yang berarti. Ini akan mendorong karyawan untuk lebih berinvestasi dalam misi dan visi organisasi, sehingga meningkatkan komitmen mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Turangan (2020) bertujuan untuk mengetahui pengaruh insentif dan budaya organisasi terhadap komitmen organisasi. Hasil penelitian ini menerangkan insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi, serta budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan teknik pengambilan sampel yang menggunakan purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa insentif yang baik dan budaya organisasi yang positif dapat meningkatkan komitmen organisasi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut dalam memberikan insentif yang baik dan membangun budaya organisasi yang positif untuk meningkatkan komitmen organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Syarief, Maarif, dan Sukmawati (2017) bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap komitmen organisasi dan perilaku kewargaan organisasi. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi, budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi, gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaan organisasi, budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaan organisasi, serta komitmen organisasi memediasi pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap perilaku kewargaan organisasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan teknik pengambilan sampel yang menggunakan purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis regresi dengan pendekatan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang baik dan budaya organisasi yang positif dapat meningkatkan komitmen organisasi dan perilaku kewargaan organisasi. Selain itu, komitmen organisasi juga memediasi pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap perilaku kewargaan organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Triyanto dan Jaenab (2020) bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi pada pegawai Kantor Camat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Sampel yang digunakan adalah pegawai Kantor Camat, pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi pada pegawai Kantor Camat. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pentingnya budaya organisasi dalam membentuk komitmen organisasi pada pegawai Kantor Camat. Dengan membangun budaya organisasi yang positif, diharapkan dapat meningkatkan komitmen pegawai terhadap organisasi.
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
## Hubungan komitmen organisasi dengan kepuasan kerja karayawan
Menurut Feldman & Rogelberg (2019) komitmen organisasi merujuk pada tingkat keterikatan dan loyalitas karyawan terhadap organisasi, sedangkan kepuasan kerja berkaitan dengan sejauh mana karyawan merasa puas dan positif terhadap pekerjaannya. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi cenderung merasa lebih terhubung dengan tujuan dan nilai organisasi, yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja yang lebih tinggi. Mereka merasa bahwa pekerjaan mereka memiliki tujuan, bahwa mereka dihargai, dan bahwa mereka berkontribusi terhadap kesuksesan bersama. Kepuasan ini mendorong komitmen yang lebih dalam, menciptakan siklus positif di mana karyawan yang puas lebih cenderung untuk tetap berkomitmen terhadap organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung dan Ritonga (2018) bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim komunikasi dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai Kecamatan XYZ Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim komunikasi dan komitmen organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai Kecamatan XYZ Bekasi. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pentingnya iklim komunikasi dan komitmen organisasi dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawai di Kecamatan XYZ Bekasi. Dengan membangun iklim komunikasi yang baik dan memperkuat komitmen organisasi, diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2019) bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel yang tidak disebutkan secara spesifik. Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Komitmen organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pentingnya motivasi dan komitmen organisasi dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Selain itu, kepuasan kerja juga berperan penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi dan membangun komitmen organisasi yang kuat untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nyoto dan Rajab (2022) bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai negeri sipil Universitas Riau Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan, motivasi, dan komitmen organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai negeri sipil Universitas Riau Pekanbaru. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pentingnya kepemimpinan, motivasi, dan komitmen organisasi dalam meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja pegawai negeri sipil di Universitas Riau Pekanbaru. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi dan membangun komitmen organisasi yang kuat untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja pegawai.
Peran komitmen organisasi sebagai mediasi budaya kerja terhadap kepuasan kerja karayawan Menurut Judge & Bono (2021) karyawan dengan memiliki komitmen yang tinggi lebih puas dengan pekerjaan mereka karena mereka merasakan kesesuaian antara tujuan pribadi dan organisasi, merasa lebih dihargai, dan lebih terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Ini menciptakan lingkungan di mana karyawan tidak hanya merasa puas dengan pekerjaan mereka, tetapi juga merasa
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
sebagai bagian integral dari tim dan misi organisasi. Dengan demikian, komitmen organisasi berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan budaya kerja dengan kepuasan kerja, memberikan organisasi untuk memahami bagaimana nilai dan norma mereka dapat diterjemahkan menjadi keterlibatan dan kepuasan karyawan. Pemahaman ini sangat penting untuk organisasi yang ingin membangun lingkungan kerja yang positif dan produktif, karena menyoroti pentingnya menyelaraskan budaya organisasi dengan harapan dan kebutuhan karyawan, dan bagaimana hal ini pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap kepuasan dan retensi karyawan yang lebih tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Suwistiningtyas, Herawati, dan Septyarini (2022) bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intentions dengan komitmen organisasi sebagai variabel mediasi pada karyawan Hotel Grand Rohan Jogja. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intentions. Komitmen organisasi memediasi pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intentions. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pentingnya kepuasan kerja dan komitmen organisasi dalam mengurangi turnover intentions pada karyawan Hotel Grand Rohan Jogja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi dan membangun komitmen organisasi yang kuat untuk mengurangi turnover intentions pada karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Indrawati (2018) bertujuan untuk mengetahui pengaruh keadilan organisasi terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasional di Hotel Rama Phala Ubud. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadilan organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasional di Hotel Rama Phala Ubud. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pentingnya keadilan organisasi dalam meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen organisasional di Hotel Rama Phala Ubud. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor- faktor tersebut dalam menciptakan keadilan organisasi yang baik untuk meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen organisasional karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Podsakoff dan MacKenzie (2019) bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap organizational citizenship behavior (OCB) dengan komitmen organisasional sebagai variabel mediasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Komitmen organisasional memediasi pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pentingnya kepuasan kerja dan komitmen organisasional dalam meningkatkan OCB pada karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi dan membangun komitmen organisasional yang kuat untuk meningkatkan OCB pada karyawan.
## Paradigma Penelitian
Adapun paradigma didalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.
Gambar 1. Paradigma Penelitian
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
## Hipotesis Penelitian
Hipotesis didalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Budaya kerja dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK);
Budaya kerja dapat mempengaruhi komitmen organisasi PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK);
Komitmen organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK);
Komitmen organisasi dapat sebagai mediasi budaya kerja dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK).
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif, dimana pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pembagian kuesioner, interview atau wawancara kepada para responden, serta mencari tahu mengenai studi literatur yang terkait dengan penelitian ini yaitu mengenai proses bisnis PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK). Structural Equation Model (SEM) menjadi uji hipotesis didalam penelitian, sehingga memerlukan program AMOS sebagai program mengolah data. Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK) dengan 470 responden, namun karena jumlah populasi terlalu besar maka penentuan sampel menggunakan rumus Slovin sehingga sampel penelitian ini sebesar 216 responden (Sugiyono, 2019). Batasan penelitian ini hanya meneliti pada variabel budaya kerja organisasi, komitmen organisasi dan kepuasan kerja karyawan yang diduga terdapat permasalahan diantara ketiga variabel tersebut. Adapun hasil uji hipotesis ditentang mengenai besaran pengaruh antar variabel dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Besaran Persentase Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi Indikator 82% – 100%
49% – 81% 17% – 48% 5% – 16% 0% – 4% Pengaruh Sangat Kuat Pengaruh Kuat Pengaruh Cukup Kuat Pengaruh Tidak Kuat
Pengaruh Sangat Tidak Kuat
Sumber : Sugiyono (2019)
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden didalam penelitian ini merupakan karyawan-karyawan yang bekerja dibawah manajemen dari perusahaan penyedia restoran PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK) seperti restoran Gokana, Raa Cha, Monsieur Spoon, Platinum, BMK dan Chopstix yang berada di Kota Bandung. Rata- rata responden didalam penelitian ini ditemukan paling banyak adalah dengan jenis kelamin perempuan, hal ini dikarenakan pekerjaan mereka adalah sebagai pramusaji disetiap restoran-restoran dibawah manajemen PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK). Rata-rata usia karyawan yang ditemui adalah dibawah 25 tahun dengan persentase 31%, 26 tahun sampai dengan 30 tahun sebesar 50%, 31 tahun sampai dengan 35 tahun sebesar 14% dan diatas 36 tahun sebesar 4%, hal ini menunjukan bahwa dugaan kepuasan kerja karyawan dapat berasal dari usia yang rata-rata masih tergolong muda. Penghasilan para karyawan berkisar dibawah Rp 4.500.000, - dengan persentase 72% atau sebanyak 156 orang, hal ini dikarenakan bahwa upah minimum regional Kota Bandung pada tahun 2023 adalah sebesar Rp 4.048.462,69, adapun penghasilan diatas Rp 4.500.000, - diduga didapatkan dari pekerjaan diluar sebagai karyawan PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK). Masa kerja karyawan rata-rata dibawah 7 tahun dengan jumlah 162 orang, sisanya karyawan yang bekerja diatas 7 tahun. Masa kerja tersebut dapat
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
diduga menjadi sebuah indikator, bahwasannya banyak dari karyawan berhasil bertahan sampai 7 tahun atau lebih, ditambah lagi dapat melewati Pandemi Covid-19.
Hasil penelusuran penelitian atas profil responden dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah perempuan yang bekerja sebagai pramusaji. Sebagian besar karyawan berusia di bawah 30 tahun, dengan 50% berusia antara 26-30 tahun. Penghasilan mayoritas karyawan kurang dari Rp 4.500.000, -, sejalan dengan upah minimum regional Kota Bandung tahun 2023. Sebagian besar karyawan memiliki masa kerja kurang dari 7 tahun, namun ada yang telah bertahan lebih dari 7 tahun, termasuk melewati masa pandemi Covid-19.
Hasil Uji Hipotesis Penelitian
## Model Penelitian
Hasil olah data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan software AMOS, maka model penelitian yang akan ditampilkan pada gambar dibawah ini.
## Gambar 2. Model Penelitian
Berdasarkan model penelitian, maka indeks kesesuian model dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 3 . Uji Kesesuaian Model Penelitian
Keterangan Statistik Uji Nilai Kritis Hasil Keterangan Ukuran Kesesuaian Absolut Chi-Square - 62,212 Degree of Freedom (DF) - 57 p-value ≥ 0,050 0,055 Fit CMIN/DF ≤ 2,000 1,359 Fit Adjusted Goodnes of Fit (GFI) ≥ 0,900 0,941 Fit Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) ≤ 0,080 0,075 Fit Ukuran Kesesuaian Komparatif Adjusted Goodnes of Fit Index (AGFI) ≥ 0,900 0,981 Fit Comparative Fit Index (CFI) ≥ 0,900 0,969 Fit Tucker Lewis Index (TLI) ≥ 0,900 0,942 Fit
Berdasarkan hasil uji kesesuaian model diatas, menunjukan hasil ‘Fit’ dan selanjutnya analisis didalam penelitian ini dapat dilanjutkan.
Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Langsung
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
Berdasarkan hasil uji kesesuaian model analisis sebelumnya yang sudah diterangkan, maka hasil uji hipotesis pengaruh langsung dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Langsung Hipotesis Hubungan Estimate S.E. C.R. P Kesimpulan H1 WS <--- WC 0,175 0,186 0,938 0,348 Positif & Tidak Signifikan H2 OC <--- WC 0,603 0,091 6,646 *** Positif & Signifikan H3 WS <--- OC 1,149 0,311 3,693 *** Positif & Signifikan
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara langsung, maka dapat disimpulkan pada hipotesis ke-1 dapat mempengaruhi secara positif namun tidak signifikan dengan nilai C.R. < 2,000 dan nilai P > 0,050. Akan tetapi pada Hipotesis ke-2 dan ke-3, menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan.
Tabel 5. Standardized Regression Weights
Hipotesis Hubungan Coefficients Determination Kesimpulan H1 WS <--- WC 0,166 Pengaruh Tidak Kuat H2 OC <--- WC 0,885 Pengaruh Sangat Kuat H3 WS <--- OC 0,746 Pengaruh Kuat
Pada hasil uji hipotesis berdasarkan Standardized Regression Weights menunjukan bahwa Hipotesis ke-1 menunjukan nilai Coefficients Determination sebesar 0,166 atau 16,6% dengan kesimpulan pengaruh tidak kuat, hal ini berkaitan dengan hasil uji hipotesis sebelumnya yang menerangkan bahwa uji hipotesis ke-1 menunjukan hasil yang positif namun tidak signifikan. Selanjutnya uji hipotesis ke-2 menunjukan adanya pengaruh yang sangat kuat dan uji hipotesis yang ke- 3 menunjukan pengaruh yang kuat.
## Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Tidak Langsung
Variabel mediasi didalam penelitian ini dengan hasil uji hipotesis pengaruh tidak langsung dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Tidak Langsung
Hipotesis Hubungan Estimate P Kesimpulan H4 WS <--- OC <--- WC 0,693 0,196 Positif & Tidak Signifikan
Pada hasil uji hipotesis berdasarkan pengaruh tidak langsung yaitu variabel mediasi, tidak dapat mempengaruhi secara signifikan namun dengan nilai yang positif. Hal ini juga didukung dari hasil data yang ditunjukan pada tabel Standardized Indirect Effects dari program AMOS, yang menunjukan bahwa nilai Coefficients Determination sebesar 0,027 atau 2,7% dengan kesimpulan pengaruh yang sangat tidak kuat sebagai variabel mediasi.
## Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka implikasi manajerial yang dapat dilakukan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Hasil uji hipotesis pertama menerangkan bahwa budaya kerja tidak berpengaruh secara signifikan dan memiliki pengaruh yang tidak kuat kepuasan kerja, upaya manajerial yang dapat diambil dalam situasi ini meliputi pendidikan dan pelatihan mengenai budaya kerja, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman karyawan tentang bagaimana budaya kerja yang positif bisa berkontribusi pada kepuasan kerja mereka. Selain itu, evaluasi mendalam terhadap budaya kerja saat ini diperlukan untuk menemukan elemen-elemen yang kurang relevan atau efektif. Pemberdayaan karyawan melalui keterlibatan mereka dalam proses pengambilan keputusan dan pemberian kesempatan bagi mereka
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
untuk menyampaikan pendapat dapat meningkatkan rasa memiliki dan kepuasan mereka. Juga penting untuk mempertimbangkan sistem pengakuan dan penghargaan sebagai upaya meningkatkan kepuasan kerja.
2. Hasil uji hipotesis hipotesis kedua menerangkan bahwa budaya kerja berpengaruh secara signifikan dan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap komitmen organisasi, hal ini dapat dipertahankan dengan perusahaan harus memastikan bahwa visi, misi, dan nilai-nilai inti organisasi dikomunikasikan secara jelas dan konsisten kepada seluruh karyawan. Ini dapat dicapai melalui sesi orientasi bagi karyawan baru, workshop berkala, dan rapat rutin. Dengan pemberian penghargaan dan pengakuan kepada karyawan yang menerapkan budaya kerja dengan baik akan memotivasi yang lain untuk melakukan hal yang sama. Selanjutnya, pendekatan bottom-up, dimana karyawan dapat diberdayakan untuk berbagi masukan dan ide tentang bagaimana memperbaiki budaya kerja, dapat memperdalam komitmen mereka terhadap perusahaan. Perusahaan harus melakukan evaluasi rutin terhadap budaya kerjanya, memastikan bahwa perubahan apa pun dalam organisasi atau lingkungan bisnis tidak mengikis pondasi budaya yang sudah ada. Dengan mengambil langkah-langkah proaktif ini, perusahaan dapat memastikan bahwa budaya kerja yang kuat tetap menjadi pendorong utama komitmen organisasi di masa yang akan datang.
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang ketiga, komitmen organisasi dapat mempengaruhi dengan kuat terhadap kepuasan kerja secara signifikan, kondisi dapat kembali dipertahankan dengan memahami dan memperkuat faktor-faktor yang mendorong komitmen organisasi, seperti pemberian kesempatan untuk pengembangan profesional, komunikasi yang efektif mengenai visi dan misi perusahaan, serta pengakuan dan penghargaan atas kontribusi karyawan. Selanjutnya, perusahaan perlu memastikan bahwa manajemen puncak menunjukkan komitmen yang sama terhadap visi organisasi, karena keterlibatan dan contoh dari pihak manajemen menjadi penting dalam memotivasi karyawan. Implikasi dari temuan ini mencakup kebutuhan investasi dalam pelatihan manajemen, program pengembangan karyawan, dan inisiatif komunikasi internal. Selain itu, strategi perekrutan perlu diperbaharui untuk memastikan bahwa karyawan baru memiliki kesesuaian dengan visi dan misi organisasi, sehingga komitmen dan kepuasan kerja dapat terbentuk dengan cepat. Dalam jangka panjang, dengan meningkatkan komitmen organisasi yang berkontribusi pada kepuasan kerja, perusahaan dapat mengharapkan penurunan tingkat turnover, peningkatan produktivitas, dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan di Kota Bandung.
4. Peran komitmen organisasi didalam penelitian ini memiliki pengaruh yang sangat tidak kuat dalam menjadi variabel mediasi antara budaya kerja dalam mempengaruhi kepuasan kerja, hal ini dapat dilakukan upaya perbaikan melalui implikasi manajerial. memerlukan suatu pendekatan strategis dari manajemen. Sebagai upaya manajerial, perlu ditemukan faktor-faktor lain yang memediasi hubungan antara budaya kerja dan kepuasan kerja karyawan. Implikasi dari temuan ini sangat penting bagi manajemen. Terlebih dahulu, strategi komunikasi dan pengembangan sumber daya manusia perlu disesuaikan untuk memastikan bahwa budaya kerja yang kuat diterjemahkan dengan baik ke dalam kepuasan kerja. Ini juga dapat mengimplikasikan bahwa sumber daya yang sebelumnya dialokasikan untuk meningkatkan komitmen organisasi sebaiknya dialihkan ke inisiatif lain yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap kepuasan kerja. Perusahaan perlu memahami lebih dalam tentang apa yang benar-benar dihargai oleh karyawan mereka dan bagaimana hal itu mempengaruhi pandangan mereka tentang pekerjaan. Dengan mendekati masalah ini dengan pemahaman yang lebih mendalam, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang bagaimana meningkatkan kepuasan kerja karyawan dalam jangka panjang.
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
## KESIMPULAN
Penelitian ini menyelidiki dampak budaya kerja terhadap kepuasan kerja karyawan di PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK). Hasilnya menunjukkan bahwa budaya kerja yang kurang terdefinisi dengan jelas dan tidak efektif dikomunikasikan kepada karyawan memiliki dampak minimal terhadap kepuasan kerja. Faktor-faktor langsung seperti kompensasi, jam kerja, dan kondisi kerja lebih dominan dalam memengaruhi kepuasan kerja karyawan, dengan karyawan lebih memprioritaskan upah yang kompetitif dan lingkungan kerja yang nyaman. Di sisi lain, penelitian juga menemukan bahwa budaya kerja yang kuat dan positif di PT Champ Resto Indonesia Tbk. menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa terhubung, dihargai, dan memiliki keterikatan yang tinggi terhadap organisasi. Kesesuaian nilai-nilai budaya perusahaan dengan nilai pribadi karyawan meningkatkan komitmen mereka, memperkuat ikatan, dan pada gilirannya, meningkatkan kepuasan kerja. Meskipun komitmen organisasi memiliki dampak signifikan pada kepuasan kerja, penelitian menunjukkan bahwa dalam konteks industri distribusi restoran, elemen praktis seperti kompensasi dan kondisi kerja memiliki dampak langsung yang lebih besar daripada komitmen organisasi.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini menyoroti kompleksitas hubungan antara budaya kerja, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja karyawan di PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK). Meskipun budaya kerja yang kuat memberikan kontribusi positif terhadap kepuasan kerja melalui peningkatan keterikatan dan kesesuaian nilai, komitmen organisasi tidak berperan sebagai mediator yang signifikan. Faktor-faktor praktis pekerjaan seperti kompensasi dan kondisi kerja memiliki dampak langsung yang lebih besar terhadap kepuasan kerja. Oleh karena itu, pemahaman konteks industri dan budaya lokal menjadi penting dalam merancang strategi manajemen yang efektif untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan di PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK).
## REFERENCES
Agustini, F., Putra, A., & Dumenta, S. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Niagawan, 7(1). Catmull, E., & Wallace, A. (2015). Creativity INC.: overcoming the Unseen Forces that Stand in the Way of True Inspiration. Adarsh Journal of Management Research, 8(1), 70-72.Dewi, C., & Turangan, J. A.
(2020). Pengaruh Insentif dan Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, 2(3), 587.
Dewi, N. N. (2019). Pengaruh Motivasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan. Ecopreneur.12, 2(2), 36.
Edmondson, A. C. (2018). The fearless organization: Creating psychological safety in the workplace for learning, innovation, and growth. John Wiley & Sons.
Fadil, 2022. Tahun Lalu Masih Merugi, Calon Emiten Champ Resto Optimis Raup Laba di 2022, https://www.suara.com/
Feldman, D. C., & Rogelberg, S. G. (Eds.). (2019). The SAGE Handbook of Organizational Commitment. Sage Publications.
Hutagalung, I., & Ritonga, R. (2018). Pengaruh Iklim Komunikasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Kecamatan XYZ Bekasi. Jurnal Kajian Komunikasi, 6(2), 204.
Judge, T. A., & Bono, J. E. (2021). Core Self-Evaluations: A Review of the Trait and Its Role in Job Satisfaction and Job Performance. Annual Review of Organizational Psychology and Organizational Behavior, 8(1), 169-194.
Nyoto, N., & Rajab, E. (2022). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai Negeri Sipil Universitas Riau Pekanbaru. Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi, 13(Vol. 13 No. 1).
Petisi Hak Karyawan PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK), 2020. Untuk Perusahaan membayarkan Hak-hak Karyawan, https://www.change.org/
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i3.61342
Podsakoff, & MacKenzie. (2019). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Mediasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali , Indonesia. E-Jurnal Manajemen Unud, 8(3), 1784–1812.
Putra, I. G. E. S. M., & Indrawati, A. D. (2018). Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasional Di Hotel Rama Phala Ubud. E-Jurnal Manajemen Unud, 7(4), 2010–2040.
Ramlall, S. (2020). Measuring Job Satisfaction. In Handbook of Human Resource Management, edited by W. J. Rothwell, J. L. Van Velsor, and M. L. Kavanagh, 541-560. Jossey-Bass.
Rezkiana Nisaputra, 2023. Pasca Merugi, Champ Resto (ENAK) Cetak Laba Rp62,3 Miliar, https://infobanknews.com/
Saban, D., Basalamah, S., Gani, A., & Rahman, Z. (2020). Impact Of Islamic Work Ethics, Competencies,
Compensation, Work Culture On Job Satisfaction And Employee Performance: The Case Of Four Star Hotels. European Journal of Business and Management Research, 5(1).
Schein, E. H. (2019). Organizational Culture and Leadership (5th ed.). Jossey-Bass.
Silen, A. P. (2016). Pengaruh Kompetensi dan Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja degan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Mediasi (Studi Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang). Jurnal Bisnis Dan Ekonomi (JBE), 23(2), 174–185. Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kombinasi. Alfabeta. Suwistiningtyas, F., Herawati, J., & Septyarini, E. (2022). Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
Turnover Intentions Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Mediasi Pada Karyawan Hotel Grand Rohan Jogja. Jurnal Ilmu Manajemen Saburai (JIMS), 8(1), 67–80.
Syarief, A., Maarif, M. S., & Sukmawati, A. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi dan Perilaku Kewargaan Organisasi. Jurnal Manajemen Dan Organisasi, 8(3), 173–188.
Tiomantara, V. K., & Adiputra, I. G. (2021). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, 3(3), 853.
Trice, H. M., & Beyer, J. M. (2019). The Cultures of Work Organizations. Prentice Hall. Triyanto, A., & Jaenab. (2020). Pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi pada pegawai Kantor Camat. JIM UPB (Jurnal Ilmiah Manajemen Universitas Putera Batam), 8(2), 110–114.
Vantilborgh, T., Bidee, J., Pepermans, R., & Hofmans, J. (2021). Why Do Managers Stay? Exploring the Role of Interpersonal and Ethical Leadership in Building Affective Organizational Commitment. Frontiers in Psychology, 11, 2186.
|
82c8fa74-61f9-4890-8a24-c3281c4c60ba | http://aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara/article/download/309/144 | Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
## KUALITAS E-MODUL PENULISAN KARYA ILMIAH
BERBASIS QR-CODE
## SEBAGAI ALTERNATIF STUDI FORM HOME PADA MASA PANDEMI
Dina Fitria Handayani 1
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Adzkia [email protected]
## Abstract
This research aims to test and describe the quality of QR code-based e-module on learning scientific writing. This research is an R&D with a 4D Model in the 3rd stage, namely the development stage. Data collection is done by using questionnaire and validation instruments. The e-module that have been prepared are tested for validity, practicality, and effectiveness. The results showed that the validation results obtained an average of 87.5% with very valid categories. Meanwhile, practicality tests from the aspect of use by lecturers obtained 93% results with very practical categories. In addition, the aspect of student response reviewed from the ease of use and time used obtained 81% with very practical categories. E-module is designed to be effective to improve students learning outcomes in writing scientific papers. In general, they are fall into very well category
Keyword: quality e-module, scientific writing qr-code
1 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Adzkia
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
## PENDAHULUAN
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang menarik bagi mahasiswa dan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Penggunaan teknologi pada proses pembelajaran lebih ditekankan pada penggunaan media pembelajaran. Pada masa pandemi covid-19, proses pembelajaran dilakukan dari rumah dengan istilah studi form home. Namun pembelajaran yang mengusung konsep blended learning pada masa ini memiliki tantangan tersendiri. Dosen dituntut untuk menyajikan pembelajaran yang efektif ditengah segala keterbatasan yang ada. Kemajuan teknologi pada saat ini mampu menunjang pembelajaran blended
learning dengan memberikan inovasi- inovasi pada proses perkuliahan. Penggunaan media pembelajaran pada proses perkuliahan merupakan faktor yang penting untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien (Rofii dkk., 2018).
Afrila dan Yarmayani (2018) menyatakan pemanfaatan teknologi dalam media pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Lebih lanjut dinyatakan oleh Sadiman (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dapat mengatasi sikap pasif mahasiswa, karena penggunaan media pembalajaran yang menarik mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Salah satu media yang bisa digunakan dosen dalam perkuliahan adalah penggunaan e-modul . Hal ini didukung ole Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Pasal 19 (1) Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa pembelajaran dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif. Menurut Suarsana (2013) e-modul
bersifat interaktif, dan memungkinkan transisi konten belajar dengan mudah karena materi yang ada pada e-modul dapat ditambahkan dengan media Audiovisual dan animasinya, disamping itu juga dilengkapi dengan tes yang dapat mengukur kemampuan mahasiswa.
Penulisan karya ilmiah merupakan mata kuliah yang penting untuk dipahami karena berkaitan dengan penulisan tugas akhir mahasiswa yaitu menulis proposal penelitian (Rofii dkk. 2019). Penggunaan e-modul dalam perkuliahan ini pada masa studi form home, dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan dan meningkatkan motivasi dalam menulis proposal penelitian. Penggunaan QR Code dalam e-modul dapat memberikan kemudahan akses karena sebagian besar mahasiswa menggunakan telepon pintar. Fauziah dan Djazari (2018) menyatakan QR Code merupakan perkembangan dari barcode yang memuat informasi dengan volume yang lebih dibesar dibandingkan barcode .
Penelitian tentang QR code pernah dilakukan oleh Mawadah Et al (2016).
Penelitian dengan judul Pengembangan Media Interaktif Berbantuan QR Code Pada Matero Tumbuhan Paku Untuk Siswa Sma , menunjukkan hasil penggunaan media berbantuan QR code pada materi tumbuhan paku mampu mengintegrasikan media relia, media gambar, dan media video.
Pada tahun 2019, penelitian serupa pernah dilakukan oleh Ataji. Penelitian ini berjudul Pengembangan Modul Berbasis QR Code Technologi pada Materi Sistem Reproduksi Manusia dengan Terintegrasi Kepada Al-Quran dan Hadits sebagai Sumber Belajar Biologi Kelas XI SMAN 1 Punggur . Penelitian hanya mengadopsi tiga tahapan pada model 4-D. Hasil penelitian ini adalah penggunaan e-modul berbasis QR Code mampu meningkatkan
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia dengan terintegrasi kepada Alquran dan Hadis. Perbedaan dua penelitian sebelumnya adalah dengan penelitian yang dilakukan ini adalah, peneliti menggunakan model pembelajaran 4-D dengan tahapan define, desain, development dan deseminate. E- modul dengan berbasis QR Code dapat efektif digunakan dimana saja dan kapan saja tanpa adanya paket data. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kualitas dari e- modul berbasis QR Code untuk perkuliahan penulisan karya ilmiah khususnya materi penulisan proposal penelitian. Kualitas tersebut dilihat berdasarkan validitas, praktikalitas, dan efektivitas penggunaan e-modul .
## METODE PENELITIAN
Dalam penelitian pengembangan ini digunakan model 4D (Four-D Model) yang dikemukakan Thiagarajan dkk (dalam Afandi 2015). Model pengembangan 4-D dilakukan menggunakan 4 tahap, yaitu (1) pendefenisian ( define ), (2) perancangan ( design ), (3) pengembangan ( develop ), dan (4) penyebaran ( disseminate ). Penelitian ini mengadopsi tahapan develop. Dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan kualitas e-modul berbasis Qr code pada perkuliahan penulisan karya ilmiah sebagai alternatif studi form home.
Sebelum e-modul dibagikan ke mahasiswa dilakukan proses validasi ahli, untuk kemudian dilanjutkan pada uji praktikalitas dan efektivitas. Subjek penelitian adalah mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Indonesia yang berjumlah 15 Orang, dan dua dosen pengampu mata kuliah menulis karya ilmiah. Mahasiswa dan dosen diberikan e-
modul berbasis QR Code dalam perkuliahan penulisan karya ilmiah.
Instrumen penelitian ini adalah non tes, digunakan angket respon untuk melihat uji validitas dan praktikalitas pada e-modul . Angket respon digunakan untuk mengetahui tingkat validasi e-modul yang dilihat dari kelayakan isi, pengajian, kebahasaan dan kegrafikan. Di samping itu, angket respon juga digunakan untuk melihat respon dosen dan mahasiswa ditinjau dari kemudahan menggunakan e- modul dan waktu yang digunakan. Di samping itu tes unjuk kerja yaitu tes menulis karya ilmiah dalam hal ini adalah proposal penelitian. Tes ini untuk memperoleh data skor penulisan proposal penelitian dengan tujuan melihat kelayakan e-modul dan ketercapaian tujuan dari e-modul yang dikembangkan pada proses pembelajaran. Berdasarkan ketiga hasil pengujian di atas, maka akan terlihat kualitas dari e-modul berbasis QR code pada penulisan karya ilmiah sebagai alternatif studi form home.
## PEMBAHASAN
E-modul berbasis QR code pada perkuliahan penulisan karya ilmiah dirancang dengan menggunakan aplikasi flipbook maker dengan menambahkan QR code untuk bisa diakses. Berikut gambaran QR Code pada e-modul yang dirancang.
a. Barcode E-Modul
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
## Gambar 1. Barcode E-Modul Penulisan Proposal
Gambar di atas merupakan tampilan tampilan barcode pada e-modul mahasiswa. Di mana ketika mahasiswa melakukan scan barcode maka akan keluar materi terkait penulisan karya ilmiah.
b. Bagian Cover Depan E- Modul
Gambar 2. Cover E-Modul Menulis Karya Ilmiah Pada bagian depan e-modul memuat tentang judul e-modul dan nama penulis. Pada judul menggunakan tulisan jenis Monsarrat Classic ukuran 91
sedangkan pada
kata “Proposal
Penelitian” menggunakan jenis tulisan
Monsarrat Classic ukuran 31. Untuk nama penulis, digunakan jenis tulisan Josefin Sans Reguler ukuran 30.
## c. Gambar Daftar Isi
Daftar isi berisi gambaran halaman yang akan digunakan untuk menuntun dan pentunjuk bagi dosen dan mahasiswa mencari materi yang diinginkan.
Gambar 3. Daftar Isi E-Modul Menulis
Karya Ilmiah d. Petunjuk Penggunaan E-Modul E-modul dilengkapi dengan
Petunjuk penggunaan untuk dosen dan mahasiswa.Seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut Ini.
Gambar 4. Petunjuk Penggunaan E- Modul Menulis Karya Ilmiah
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
e. Bagian Isi
Bagian ini merupakan pemaparan materi, materi juga didukung dengan menggunakan ilustrasi gambar dan setiap contoh yang dipaparkan menggunakan link contoh. Seperti yang tergambar di bawah ini!
Gambar 5. Bagian Isi E-Modul Menulis
Karya Ilmiah f. Bagian Penutup Bagian penutup e-modul dilengkapi dengan Rangkuman, Tugas, dan Rubrik Penilaian
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Gambar 6. Penutup E-Modul Menulis Karya Ilmiah 1. Tahap Pengembangan (Develop) a. Uji Validitas E-Modul Pada tahap pengembangan ini peneliti melakukan validasi e-modul yang bertujuan untuk menghasilkan e-modul berbasis QR code yang valid sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran. E-modul divalidasi oleh tigas validator yaitu validator ahli materi, validator ahli bahasa dan validator Ahli desain. Masing-masing validator memberikan penilaian pada lembar validasi (angket) yang tim peneliti sediakan berupa angket. Tabel 2. Daftar Nama Validator E-modul Berbasi QR Code No Nama Validator Ahli 1 Dr. Jendriadi. M.Pd Ahli Materi 2 Alfiyandri. M.PdT Ahli Desain 3 Lisa Yuniarti. M.Pd Ahli Bahasa
Jawaban yang diberikan oleh validator berdasarkan skala likert. Skor dijumlah per-aspek dan per validator. Perhitungan data nilai akhir validasi dianalisis dalam skala (0-100). Skor maksimal pada validasi aspek kelayakan isi adalah 80, skor maksimal pada validasi aspek kelayakan bahasa adalah 32, skor maksimal pada validasi aspek kelayakan
penyajian adalah 80 dan skor maksimal pada validasi aspek kelayakan kegrafikan adalah 58. Adapuan rumus perolehan nilai validasi adalah sebagai berikut:
Nilai Validator:Perolehan Skor x 100%
## Skor Maksimal
Tabel 3. Kategori Validasi E-Modul
No Tingkat Pencapaian (%) Kategori 1 81-100 Sangat Valid 2 61-80 Valid 3 41-60 Cukup Valid 4 21-40 Kurang Valid 5 0-20 Tidak Valid (dimodifikasi dari Riduwan, 2012:89) Berikut rincian hasil validasi dari validator 1. Dr. Jendriadi. M.P.d, pada bagian aspek kelayakan isi terdapat 20 angket dengan nilai rata-rata 88,75, aspek
kelayakan kebahasaan dengan jumlah angket 8 butir angket dengan nilai rata-rata 78,12, aspek kelayakan penyajian dengan jumlah 20 butir angket dengan jumlah rata-rata 87,75,
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
aspek kelayakan kegrafikaan dengan total angket 7 angket dengan nilai rata- rata 82,14. Jadi secara keseluruhan jumlah angketnya 55 dengan skor 84,54. Dikategorikan “Sangat Valid”
2. Alfiyandri, M.Pd. T, pada bagian aspek kelayakan isi 20 angket dengan nilai rata-rata 92,5, aspek kelayakan kebahasaan dengan jumlah angket 8 butir angket dengan nilai rata-rata 93,75, Aspek kelayakan penyajian dengan jumlah 20 butir angket dengan jumlah rata-rata 87,5, aspek kelayakan kegrafiakaan dengan jumlah angket 7 butir angket dengan nilai rata-rata 92,85. Jadi secara keseluruhan jumlah angketnya 55 dengan skor 90,9. Dikategorikan “Sangat Valid”
3. Lisa Yuniarti, M.Pd., pada bagian aspek kelayakan isi terdapat 20 angket dengan nilai rata-rata 86,25, aspek kelayakan kebahasaan dengan jumlah angket 8 butir angket dengan nilai rata-rata 87,5, aspek kelayakan penyajian dengan jumlah 20 butir angket dengan jumlah rata-rata 87,5, aspek kelayakan kegrafikaan dengan total angket 7 angket dengan nilai rata- rata 85,71. Jadi secara keseluruhan jumlah angketnya 55 dengan skor
87,5. Dikategorikan “Sangat Valid”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari kelayakan isi memperoleh nilai 89,15%, kelayakan bahasa 86,45%, penyajian isi memperoleh isi 87,58% dan kegrafikan dan desain memperoleh nilai 87,10%. Jika dijumlahkan memperoleh rata-rata sebesar 87,57%. Dalam Ketegori “Sangat Valid” dan produk ini layak untuk diuji cobakan dengan sedikit revisi.
## b. Uji Praktikalitas E-Modul
Tahap praktikalitas, dilakukan melalui uji praktikalitas pada e-modul . Uji praktikalitas dilakukan dengan
menggunakan e-modul pada kelas menulis karya ilmiah (proposal penelitian).
Setelah itu, diberikan angket kepada dosen dan mahasiswa untuk melihat respons dari dosen dan mahasiswa terhadap kepraktisan e-modul . Angket memiliki 2 indikator pengukuran yakni aspek kemudahan dalam penggunaan dan aspek keefektifan waktu yang digunakan. Adapun hasil uji praktilitas e-modul dari respon yang diberikan adalah sebagai berikut:
## Tabel 4. Hasil Praktikalitas E-Modul
No Kode Dosen Jumlah Skor Kemudahan dalam penggunaan Skor Maks Kemudahan dalam penggunaan Jumlah Skor Waktu yang digunakan Skor Maks Waktu yang digunakan 1 Dosen I 56 120 8 16 2 Dosen II 56 6 112 14 Dari data di atas diolah menjadi Nilai
Praktikalitas = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% 112 120 𝑥 100% = 93%
14
16 𝑥 100% = 88%
Setelah diperoleh data tersebut maka dikonversikan dalam kategori seperti dalam tabel berikut:
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tabel 5. Kategori Praktiklitas E-Modul No Interval (%) Kategori 1 81-100 Sangat Praktis 2 61-80 Praktis 3 41-60 Kurang Praktis 4 21-40 Tidak Praktis 5 0-20 Sangat Tidak Praktis
Dari penghitungan di atas dapat dilihat bahwa untuk nilai praktikalitas aspek kemudahan dalam penggunaan oleh dosen yakni 93%, berada pada kategori sangat praktis. Sedangkan untuk aspek kemudahan waktu yakni 88% pada kategori sangat praktis.
Untuk uji-praktikalitas terhadap penggunaan e-modul berbasis QR Code oleh mahasiswa dilakukan kepada
sebanyak 9 Mahasiswa. Hasil Uji Praktikalitas dapat dillihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Perolehan Skor Praktikalitas (Uji Respon Mahasiswa)
No Indikator Praktikalitas Skor Skor Masimalis Presentase Praktikalitas Kategori 1 Kemudahan dalam penggunaan 439 540 81% Sangat Praktis 2 Waktu yang digunakan 58 72 81% Sangat Praktis
Berdasarkan uji praktikalitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa e-modul berbasis QR Code dalam perkuliahan penulisan karya ilmiah sebagai alternatif studi form home berada pada kategori sangat praktis.
c. Uji Efektivitas E-modul Efektivitas e-modul dinilai melalui tes unjuk kerja menulis proposal yang
dilakukan mahasiswa. Setelah mahasiswa mempelajari modul pembelajaran dan mengerjakan tugas serta latihan yang terdapat dalam modul, penilaian terhadap proposal yang ditulis adalah untuk mengukur sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah proposal. Berikut hasil tes unjuk kerja diberikan kepada mahasiswa STKIP Adzkia. Tabel 7. Perolehan Hasil Uji Efektivitas E-Modul Skor Angka Huruf Jumlah Mahasiswa Persentase Nilai Mahasiswa 76-100 4 A 2 22% 51-75 3 B 7 78% 26-50 2 C 0 0 1-25 1 D 0 0 0 0 E 9 100%
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dari data yang telah diuraikan di atas terlihat bahwa skor penilaiaan menulis makalah 22% memperoleh nilai A sedangkan 78% memperoleh nilai B. Maka dapat disimpulkan bahwa e-modul berbasis berbasis QR Code dalam perkuliahan penulisan karya ilmiah ini efektif untuk membangkitkan hasil belajar mahasiswa.
## 2. Tahap Desseminate
Tahap penyebaran e-modul berbasis berbasis QR Code dalam perkuliahan penulisan karya ilmiah dilakukan pada dua kelas berbeda di luar kelas subjek ujicoba praktikalitas dan efektivitas yakni mahasiswa VII E dan VII C Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Adzkia.
## SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, e- modul berbasis QR Code yang dirancang tergolong sangat valid. Dengan persentase nilai kelayakan isi 89,15%, kelayakan bahasa 86,45%, penyajian isi memperoleh isi 87,58% dan kegrafikan dan desain memperoleh nilai 87,10%.
Jika dijumlahkan memperoleh rata-rata sebesar 87,57. E-modul sudah dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa. Validitas modul ini tergambar dari beberapa aspek yakni aspek kelayakan isi. Modul yang dirancang sudah merujuk pada CPL, CPMK yang ada dalam KKNI. Dari Aspek kebahasaan modul telah sesuai PUEBI, mudah dipahami dan membangkitkan semangat dalam belajar. Dari aspek penyajian, modul telah dibuat sesuai dengan kurikulum, mudah dipahami mahasiswa, menumbuhkan kesadaran dan semangat, serta sesuai dengan kemajuan zaman. Dari aspek kegrafikaan, modul mudah dibaca, warna
menarik, dan membangkitkan aktivitas siswa. Dari pengisian angket oleh dosen dan mahasiswa, modul yang dirancang tergolong sangat praktis, baik dari aspek kemudahan dalam penggunaan maupun aspek waktu yang digunakan. Modul yang dirancang tergolong efektif untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam menulis karya ilmiah. Hasil belajar yang didapat secara umum 78% berkategori baik dengan perolehan nilai B dan 22% sangat baik dengan perolehan nilai A.
## DAFTAR PUSTAKA
Afrila, D. & Yaymayani, A. (2018).
Pengembangan Media Pembelajaran Modul Interaktif dengan Software Adobe Flash pada Mata Kuliah Matematika Ekonomi di Universitas
Batanghari Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi , Vol 18 No 3 pp 539-551. Ataji (2019). Pengembangan Modul Berbasi QR Code Technology Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia dengan Terintegrasi pada Al-Quran dan Hadist sebagai Sumber Belajar Biologi Kelas XI SMAN 1 PUNGGUR. Bioedusiana.
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php /bioed/index. DOI:10.34289/bioed.v4i01.781. Afandi R (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran) 1(1)-77-89 Fauziah dan Djazari (2018) 10. Fauziah, Dahlia & Djazari. 2018. Pengembangan Media
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pembelajaran Qr Card Akuntansi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Jurnal Penutup Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 2 Bantul Tahun Pelajaran 2018/2019 (online) Vol. XVI, No. 2 Mawwadah Dkk (2018). Pengembangan Media Interaktif Berbantuan QR- Code Pada Materi Tumbuhan Paku untuk Siswa SMA. Universitas Negeri Malang Rofii, A., Murtadho, F., & Rahmat, A. (2018). Model Of Contextual- Based Academic Writing Learning Module. English Review: Journal of English
Education, 6 (2), 51-60. doi:
10.25134/erjee.v6i2.1242.
Rofii, A., Murtadho, F., Rahmat, A.
(2019) “The Effectiveness of
Contextual-Based Academic Writing Learning Model. Asian ELF Journal.Volume 23. Issue
6.3 November 2019.
Sadiman. (2011). Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Suarsana, I. M. (2013). Problem Solving Oriented E-modul e Development to Improve Students’ Critical Thinking Skills. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia) , 2 (2), 193–200.
|
f5749e93-af8b-4b7f-918f-519df9026678 | https://journal.trunojoyo.ac.id/widyagogik/article/download/7250/4521 | 2) Agung Setyawan, Universitas Trunojoyo Madura, Email penulis [email protected]
## PENGGUNAAN METODE POSTER SESSION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MAHASISWA
Tyasmiarni Citrawati 1 , Agung Setyawan 2 , Gilang Maulana Jamaludin 3 , Luqman Hakim 4 1,2,4) Universitas Trunojoyo Madura
3) Universitas Majalengka
## ABSTRACT
This study aims to improve students' storytelling skills through the Poster Session method. This quantitative experimental research uses the Quasi-Experimental method with a nonequivalent control group design. The sample of this study consisted of 80 students from 200 semester IV student populations. Data collection techniques are done by the method of test and non-test. The test instrument was in the form of a story skills assessment sheet. Also, questionnaires and observation sheets were used for non-test instruments. Testing the validity, instrument reliability, normality test, homogeneity test, linear test, simple linear regression test, t-test significant, gain test. Processed with the help of the Excel 2013 program. The results showed the average value of the experimental class posttest was 89.4 and the average posttest value of the control class was only 68.7 and the significance test was obtained with a count of 7.423 then Ho is rejected so there is a significant effect. Based on the results of the student response questionnaire, the average score obtained by students 79.74 from the maximum score of 80, this shows the response of students to learning the Poster Session method is high. So that shows that the Poster Session method influences improving students' storytelling skills.
Keywords: Method, Poster Session, storytelling skills
## ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bercerita mahasiswa melalui metode Poster Session. Penelitian kuantitatif eksperimen ini menggunakan metode Quasi Experimental dengan rancangan nonequivalent control grup design. Sampel penelitian ini terdiri dari 80 mahasiswa dari 200 populasi mahasiswa semester IV. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, dan non tes. Instrumen tes berupa lembar penilaian keterampilan bercerita. Selain itu juga angket dan lembar observasi digunakan untuk instrumen non tes. Pengujian validitas, reliabilitas instrumen, uji normalitas, uji homogenitas, uji linier, uji regresi linier sederhana, uji signifikan t, uji gain. Diolah dengan bantuan program Excel 2013. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 89,4 dan rata-rata nilai posttest kelas kontrol hanya 68,7 dan uji signifikasi diperoleh nilai dengan thitung sebesar 7,423 maka Ho ditolak sehingga terdapat pengaruh yang signifikan. Berdasarkan hasil angket respon mahasiswa maka rata-rata skor yang diperoleh mahasiswa 79,74 dari sekor maksimal 80, ini menunjukkan respon mahasiswa terhadap pembelajaran metode Poster Session tinggi. Sehingga menunjukkan bahwa metode Poster Session memiliki pengaruh dalam meningkatkan keterampilan bercerita mahasiswa.
Kata Kunci: Persepsi Guru, Media Pembelajaran.
PENDAHULUAN Beberapa prinsip
dalam pelaksanaan pembelajaran parsipatif:
Pertama, berdasarkan kebutuhan belajar (Learning needs based) sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh peserta didik. Kedua, berorientasi kepada tujuan kegiatan belajar (Learning goals and objectives oriented). Ketiga, berpusat kepada peserta didik (Participand centerd). Keempat, belajar berdasarkan pengalaman (Experiental Leraning), bahwa kegiatan belajar harus selalu dihubungkan oleh pengalaman siswa (Mulyasa, 2013).
Kurikulum KKNI mengarahkan mahasiswa untuk berperan serta aktif dalam setiap mata kuliah tidak terkeculai pada pembelajaran bagasa dan sastra Indonesia. Permasalahan yang ditemukan peneliti dilapangan masih kurangnya peran aktif mahasiswa dalam pembelajaran terutama pada keterampilan bercerita. Mata kuliah ini mengharapkan mahasiswa lebih aktif berkomunikasi dalam bentuk keterampilan bercerita. 65% mahasiswa pada kelas yang di observasi peneliti masih kurang keterampilan berceritanya. Diperlukannya formula metode yang tepat dan sesuai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
sehingga keterampilan bercerita mahasiswa meningkat.
Menciptakan mahasiswa yang aktif dan partisipatif dibutuhkan metode pembelajaran yang bervariasai dalam proses pembelajaran (Faturrahman, 2012; Hamzah, 2013; Kadir dan Asrohah, 2014). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan partisipatif adalah metode Poster Session, karena metode Poster Session mampu membuat mahasiswa aktif dan kreatif karena metode ini menuntut mahasiswa mampu mengemukakan pendapatnya, merangkum materi yang dijelaskan dan mampu membuat poster sendiri dari materi yang diperoleh. Dengan demikian mahasiswa mampu melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman karena mahasiswa belajar sambil bekerja. Metode Poster Session dapat dipadukan pada mata kuliah kajian bahasa dan sastra indonesia. Materi ini dipilih karena selain metode Poster Session membutuhkan materi yang bergambar metode Poster Session juga dapat merangsang mahasiswa untuk aktif dan mengimplementasikan materi yang diajarkan melalui poster yang digambar mahasiswa itu sendiri sehingga mudah untuk dipahami. Beberapa kelebihan dari
metode Poster Session adalah menjadikan peserta didik siap dalam memulai pelajaran, karena peserta didik belajar terlebih dahulu dan merangsang peserta didik untuk aktif bertanya dan mencari informasi (Iswati, 2012).Penelitian ini bertujuan utama untuk meningkatkan keterampilan bercerita mahasiswa melalui metode Poster Session.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen denggan Quasi Eksperimntal yang dilaksanakan di Universitas Trunojoyo Madura. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV berjumlah 200 mahasiswa. Sampel pada penelitian ini adalah ada 80 mahasiswa yang dibagi ke dalam 2 kelas 4A dan 4B untuk kelas eksperimen. Peneliti juga menggunakan kelas kontrol 4C dan 4D dengan jumlah yang sama.Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Tes keterampilan bercerita, non tes berupa angket, dan lembar observasi. Lembar tes digunakan untuk mengukur keterampilan berceritayang diberikan ketika pretest dan posttest. Dua instrumen tes yang serupa tapi tidak sama yang diujikan pada kelas eksperimen dan kelas kelas kontrol. Lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran memodifikasi dari (Sudjoko, 2010; Lestari, 2015) dan observasi kegiatan mahasiswa selama kegiatan pembelajaran mengadopsi dari (Kunandar, 2011). Sedangkan, respon mahasiswa dilakukan untuk mengetahui seberapa besar respon mahasiswa tertarik pada pembelajaran menggunakan metode Poster Session terhadap keterampilan bercerita.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima macam yaitu: validasi ahli terhadap instrumen penelitian, analisis data uji coba instrumen tes keterampilan bercerita, analisis data instrumen lembar observasi, analisis data instrumen angket respon keterampilan bercerita, dan analisis data hasil keterampilan bercerita. Analisis data validasi ahli terhadap instrumen penelitian ini dilakukan pada instrumen dan perangkat pembelajaran. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan instrumen penelitian sebelum digunakan dalam penelitian. Analisis data instrumen tes keterampilan bercerita meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Data hasil tes keterampilan bercerita yang dianalisis adalah data hasil uji coba soal. Sedangkan pengujian yang dilakukan dalam analisis hasil tes keterampilan bercerita meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji
Tyas, Agung, Gilang, Luqman: Penggunaan Metode Poster Session Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Mahasiswa 113
linieritas, uji regresi linier sederhana, dan uji signifikansi (uji-t). Data yang digunakan untuk analisis hasil tes keterampilan bercerita adalah data pretest dan posttest. Untuk analisis aktivitas dilakukan untuk mengetahui aktivitas dosen dan mahasiswa ketika pembelajaran. Sedangkan analisis angket respon mahasiswa dilakukan untuk melihat seberapa besar respon mahasiswa tertarik pada pembelajaran metode Poster Session.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum instrumen tes keterampilan bercerita digunakan maka perlu di uji cobakan untuk mengetahui kevalidan dari soal. Analisis data instrumen tes keterampilan bercerita dilakukan pada data hasil uji coba soal yang dilakukan pada mahasiswa PGSD kelas 4EUniversitas Trunojoyo Madura. Perolehan data tes keterampilan bercerita pada tes uji coba instrumen penelitian di hitung menggunakan uji validitas dan uji
reliabilitas. Untuk menguji validitas hasil uji coba tes keterampilan bercerita tersebut menggunakan rumus korelasi Product Moment dari kedua tipe soal A dan B yakni untuk tipe soal A diperoleh 21 soal valid dan 4 soal tidak valid. Sedangkan pada tipe soal B diperoleh 21 soal valid dan 4 soal tidak valid. Soal yang digunakan hanya 20 soal dan soal nomor 25 tipe A dan soal nomor 23 tipe B tidak digunakan karena untuk menyeimbangkan dan memiliki korelasi yang lebih rendah. Selanjutnya Soal tersebut kemudian di uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach karena soal yang diujikan dalam bentuk skala keterampilan bercerita.
Instrumen soal yang diuji cobakan kemudian dapat digunakan untuk mengukur keterampilan bercerita. Soal tersebut digunakan untuk melakukan pretest dan postest. Data nilai pretest dan posttest mahasiswa yang telah diolah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Tabel Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Keterangan Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest Nilai Rata-rata 62,8 89,4 61,1 68,7 Uji Normalitas (D hitung ) 0,108 0,196 0,160 0,142 Uji Homogenitas (F hitung ) 0,403
Tabel di atas diketahui bahwa: (1) Rata-rata nilai pretest mahasiswa kelas eksperimen adalah 62,8 dan Rata-rata nilai posttest mahasiswa kelas eksperimen adalah 89,4, dan Rata-rata nilai pretest mahasiswa kelas kontrol adalah 61,1 dan rata-rata nilai posttest mahasiswa kelas kontrol adalah 68,7. Dengan demikian, hasil tes keterampilan berceritamahasiswa menggunakan metode Poster Session pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding hasil tes keterampilan bercerita kelas kontrol.
Mengetahui pengaruh penerapan metode Poster Session terhadap keterampilan bercerita mahasiswaPGSD Universitas Trunojoyo Madura, maka data hasi pretes dan data posttest kedua kelas dianalisis menggunakan statistik parametris. Agar data setiap variabel dapat dianalisis, maka data harus berdistribusi normal. Setelah kedua kelas sampel dinyatakan berdistribusi normal, maka asumsi selanjutnya yang harus dipenuhi adalah homoginitas.
Data yang diperoleh dapat diketahui bahwa antara nilai D1 dan D2 lebih besar nilai D1, sehingga nilai D hitung adalah 0,108. sedangkan D tabel diperoleh dari D(a,n-1) = D(0,05,34). Nilai
D(0,05,34). Pada tabel kolmogorov smirnov bernilai 0,2047. Kemudian D hitung dan D tabel dibandingkan dan hasilnya D hitung = 0,108≤ D tabel = 0,2047 maka Ho diterima dan data nilai Pre-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Pada uji normalitas pada Post-test kelompok eksperimen diperoleh nilai D1 > D2 maka D hitung = 0.196, sehingga D hitung = 0,196 ≤ D tabel 0,2047. Kesimpulan yang diperoleh untuk uji normalitas pada nilai Post-test eksperimen berdistribusi normal.
Untuk hasil uji normalitas kelompok kontrol adalah menghasilkan D1 > D2, dengan demikian nilai D hitung 1,60. Kemudian D hitung dibandingkan dengan hasil D tabel dan menghasilkan D hitung 0,16 ≤ D tabe l = 2047. Dari kaidah tersebut dapat diambil keputusan bahwa data nilai pre-test kontrol berdistribusi normal. Sedangkan pada nilai post-test kontrol diperoleh nilai D1>D2 =0,142, sehingga D hitung = 0,142 ≤ 2047. Jadi untuk uji normalitas pada nilai post-test kelompok kontrol adalah berdistribusi normal. Kesimpulan yang diperoleh dari uji normalitas ini bahwa nilai pre-test dan post-test kelompok eksperimen dan nilai pre-test dan nilai post-test kelompok kontrol berdistribusi normal.
Analisis peningkatan kemudian dilakukan dengan menggunakan uji
Tyas, Agung, Gilang, Luqman: Penggunaan Metode Poster Session Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Mahasiswa 115
regresi linier sederhana. Sebelum dilakukan uji regresi linier sedrehana terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat berupa uji linieritas. Uji linieritas dilakukan dengan melakukan analisis terhadap hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen. Hasil uji linieritas diperoleh nilai F hitung = 70,94 dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dengan interpolasi
didapat F tabel . Sehingga F hitung = 70,94 > F tabel = 4,13 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya data dari kelompok eksperimen berpola linier. Oleh karena itu, analisis pengaruh dapat dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier sederhana. Adapun hasil analisis uji regresi linier sederhana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Uji Regresi Linier Sederhana Data Nilai Nilai Konstanta b 0,747 Nilai Konstanta a 23 Rata – rata X 62,8 Rata – rata Y 69,4 Nilai Korelasi ® Y = a + bX Y = 23 + 0, 747 X Fhitung 71 Ftabel 4.13
Hasil uji regresi linier sederhana konstanta a sebesar 23 yang berarti apabila tanpa adanya proses pembelajaran menggunakan metode Poster Session (X), maka nilai tes keterampilan berceritamahasiswa 23. Koefisien regresi b = 0,747 mengindikasikan besaran penambahan nilai tes keterampilan berceritamahasiswa PGSD Universitas Trunojoyo Madura. Untuk setiap
penambahan penerapan pembelajaran metode Poster Session . Persamaan regresi
Y = a + b.X digunakan sebagai dasar acuan untuk memprediksi tes keterampilan bercerita peduli lingkunan yang dipengaruhi metode Poster Session . Persamaan uji regresi diperoleh Y= 23 + 0,747. X sedangkan untuk nilai korelasi ( r) diperoleh 23,75. Hal ini menunjukkan bahwa metode Poster Session mampu
meningkatkan keterampilan bercerita mahasiswa.
Uji signifikan dilakukan untuk menguji kevalidan persamaan regresi. Berdasarkan uji signifikan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung = 71. Dari tabel distibusi t dengan taraf (α) = 0,05 maka didapatkan t tabel = 4.13. berdasarkan kaidah pengujian nilai t hitung dan t tabel yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel maka Ho ditolak, sehingga Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara metode Poster Session dengan keterampilan berceritamahasiswa PGSD Universitas Trunojoyo Madura.
Uji gain ternormalisasi dilakukan setelah hasil uji hipotesis menunjukkan pengaruh yang signifikan. Uji gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui hasil peningkatan awal hingga akhir apakah terdaat perbedaan peningkatan nilai mahasiswa secara individu. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji gain ternormalisasi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan dari kedua kelas akan tetapi kelas ekserimen lebih besar peningkatannya rata-rata yakni 0,45 untuk kelas eksperimen dengan kategori sedang dan 0,38 untuk kelas kontrol dengan kategori sedang.
Dari 20 soal yang diberikan untuk 80mahasiswa kelas eksperimen rata-rata dari semua mahasiswa 88% merespon bahwa pengunaan metode Poster Session berkatagori sangat baik. Ini terbukti dari 20 pertanyaan dan skor maksimal 80 rata- rata mahasiswa memperoleh nilai 70,7. Sehingga penggunaan Metode Poster Session terhadap keterampilan berceritamahasiswa oleh peneliti bersifat positif.
Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen atau aktivitas dosen mencakup 28 indikator yang dimodifikasi dari (Lestari, 2015). Pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama memperoleh skor 76 denggan rata-rata skor 3,45 berkategori baik dan pertemuan kedua memperoleh skor 80 dengan rata-rata skor 3,63 dengan kategori sangat baik.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam penelitian ini adalah tes keterampilan bercerita berupa Pretest untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa sebelum diberikan perlakuan pembelajaran dengan menerapkan metode Poster Session dan untuk mengukur kemampuan mahasiswa setelah diberikan perlakuan atau penerapan metode Poster Session terhadap
Tyas, Agung, Gilang, Luqman: Penggunaan Metode Poster Session Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Mahasiswa 117
keterampilan bercerita menggunakan posttest.
Berdasarkan data dari uji signifikan atau uji t diperoleh nilai t hitung = 8,423 dan t tabel = 1,787. Berdasarkan kaidah pengujian t hitung = 8,423 > t tabel = 1,787 maka Ho ditolak sehingga terdapat pengaruh yang signifikan metode Poster
Session dengan keterampilan berceritamahasiswa PGSD Universitas Trunojoyo Madura.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode Poster Session memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan berceritamahasiswa. Hal ini berarti hasil nilai Posttest mahasiswa menunjukkan hasil penguasaan yang dicapai mahasiswa sangat optimal setelah pembelajaran menggunakan metode Poster Session .
Hasil angket respon mahasiswa menunjukkan bahwa rata-rata dari semua mahasiswa 88% merespon bahwa penggunaan metode Poster Session berkategori sangat baik. Ini terbukti dari 20 pertanyaan dan skor maksimal 80 rata- rata mahasiswa memperoleh nilai 70,7. Sehingga penggunaan Metode Poster Session terhadap keterampilan berceritamahasiswa bernilai positif. SIMPULAN DAN SARAN
## Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa: (1) Terdapat pengaruh peningkatan yang signifikan metode Poster Session dengan keterampilan bercerita mahasiswa PGSD Universitas Trunojoyo Madura. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 89,4 dan rata-rata nilai posttest kelas kontrol hanya 68,7. Berdasarkan data dari uji signifikan atau uji t diperoleh nilai t hitung = 8,423 dan t tabel = 1,787. Berdasarkan kaidah pengujian t hitung = 8,423 > t tabel = 1,787 maka Ho ditolak. Sehingga adanya pengaruh pembelajaran dengan menerapkan metode Poster Session terhadap keterampilan bercerita mahasiswa. (2) Respon mahasiswa terhadap penerapan metode Poster Session secara keseluruhan maka rata-rata skor yang diperoleh mahasiswa adalah 70,74 dari skor maksimal 80 dalam kriteria “sangat baik” Maka persentase angket sebagai respon mahasiswa terhadap pembelajaran menggunakan metode Poster Session terhadap keterampilan bercerita sangatlah baik artinya mahasiswa tertarik dengan pembelajaran menggunakan metode
Poster Session . (3) Berdasarkan hasil observasi aktivitas mahasiswa pada
pertemuan awal memperoleh nilai rata- rata 86,5 dan pada pertemuan akhir memperoleh nilai rata-rata 90 keduanya memiliki kategori sangat baik. Terjadi peningkatan nilai sebesar 3,5, sehingga dari hasil yang telah diperoleh
menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran menggunakan
metode
Poster Session dapat terlaksana dengan
baik dan membuat mahasiswa tertarik dalam pembelajaran.
## Saran
Metode Poster Session dapat diaplikasikan ke matakuliah yang berbeda serta dapat digunakan untuk mengukur keterampilan lainnya
## DAFTAR PUSTAKA
Faturrahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya
Hamzah, S. 2013. Pendidikan Lingkungan (Sekelumit wawasan Pengantar). Bandung :
Refika Aditama
Iswati. 2012. “Penerapan Metode Pembelajaran Poster Session pada mata pelajaran MTK.” Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Kedosenan dan Pendidikan. Univ.Muhammadiyah Semarang
Kadir dan Asrohah. 2014. Pembelajaran tematik. Depok : PT Raja Grafindo Persada Kunandar. 2011.Dosen Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Dosen. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Lestari, E. 2015. “Pengaruh Pendekatan SCIENTIFIC Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Pada Materi Menyelesaikan Masalah Keliling Dan Luas Bangun Datar Di SDN Bancaran 3 Bangkalan.” Skripsi. Bangkalan: Fakultas Ilmu Pendidikan. Univ Trunojoyo Madura.
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Rosdakarya
Sudjoko, dkk. 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta : Universitas Terbuka.
|
059050eb-2661-46c7-86c3-0d96e6689322 | https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/andharupa/article/download/957/724 |
## PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PRAMUKA KEPADA REMAJA DALAM KAJIAN KOMUNIKASI VISUAL
Khamadi 1 , Henry Bastian 2 1,2 Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Semarang [email protected] 1 , [email protected]
## Abstrak
Remaja sebagai generasi muda dan generasi penerus bangsa seharusnya memiliki karakter ‐ karakter yang dapat dibanggakan dan menjadi panutan generasi selanjutnya. Namun, melihat perkembangan saat ini, tidak sedikit remaja Indonesai khususnya pelajar Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas menunjukkan beberapa karakter negatif yang merugikan diri dan lingkungan mereka. Sebagai contoh pergaulan bebas yang memicu perbuatan asusila seperti seks bebas, penyalahgunaan obat ‐ obatan terlarang, dan tawuran. Mirisnya karakter ‐ karakter negatif tersebut menunjukkan peningkatan dalam setiap tahunnya. Pramuka yang dekat dengan kehidupan mereka di lingkungan pendidikan Sekolah, seharusnya
dapat membentuk karakter sikap dan mental mereka agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang. Namun, kini popularitas pramuka semakin menurun di kalangan
remaja baik karena kurangnya minat remaja maupun karena proses penyelenggaraan pramuka. Pramuka yang di dalamnya tertuang pendidikan karakter yang kuat seperti karakter kepemimpinan, kemandirian, kebersamaan, welas asih, sikap saling menghargai dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; sudah seharusnya menjadi kebutuhan remaja saat ini. Pemahaman remaja dan penyampaian tujuan pramuka yang dirasa kurang sesuai menjadi hal
dasar yang harus dibenahi. Perkembangan jaman visual digital memberikan segala pengetahuan dan pengalaman yang baru untuk remaja, tetapi pramuka kurang mengakomodasi cepatnya perkembangan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya strategi
komunikasi yang baik agar Pramuka dapat mendekati dan menarik minat remaja kembali. Komunikasi visual dengan menunjukkan keunggulan Pramuka yang mampu mengikuti perkembangan jaman baik dari segi fungsi, modernisasi kegiatan, adanya role mode, identitas Pramuka yang kuat maupun kebanggaan terhadap prestasi Pramuka yang relevan dengan kebutuhan remaja saat ini.
Kata Kunci: karakter, komunikasi, Pramuka, remaja
## 1. PENDAHULUAN
Remaja sebagai generasi penerus bangsa kini tengah menjadi pusat perhatian dalam perkembangan kepribadiannya. Akhir ‐ akhir ini remaja khususnya pelajar Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas telah menunjukkan sikap ‐ sikap yang menyimpang dari tatanan moral yang diinginkan masyarakat, bangsa dan negara. Banyak terjadi kasus perkelahian dan tawuran antar pelajar, penggunaan obat terlarang, kekerasan seksual, hingga kriminalitas remaja seperti pencurian, penganiayaan dan tindakan kriminal lainnya. Kasus ‐ kasus tersebut cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan menurunnya tingkat moralitas remaja yang seharusnya menjadi tumpuan kemajuan bangsa ke depan. Penurunan moral remaja ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti salah pergaulan, kurangnya
Andharupa , Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia. Vol.01 No.01 Tahun 2015
pengawasan, pengaruh arus globalisasi, hingga kurang efektifnya pembinaan moral di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Salah satu solusi yang bisa dilakukan selain adalah penanaman pendidikan karakter remaja secara dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Namun melihat waktu yang dihabiskan remaja dalam kesehariannya sebagian besar di sekolah, maka pendidikan karakter di sekolah dirasa sangat penting.
Pendidikan karakter sejatinya telah diajarkan di pendidikan formal sekolah melalui kegiatan belajar mengajar dan mata pelajaran tertentu seperti agama dan kewarganegaraan. Namun apresiasi siswa cenderung kurang dalam memperhatikan mata pelajaran teoritis. Pembinaan karakter remaja harus bersifat praktikal. Dalam hal ini, pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler menjadi salah satu solusinya, di samping
pembinaan langsung yang diajarkan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Pramuka mengajarkan sikap ‐ sikap yang dibutuhkan remaja saat ini seperti keberanian, kepemimpinan, kejujuran, kesederhanaan, keyakinan, cinta alam, cinta tanah air dan sebagainya. Atau dalam pramuka, sikap ‐ sikap tersebut terangkum dalam Tri Satya dan
Dasa Dharma Pramuka yang merupakan kode etik dan kode kehormatan yang harus dipegang dan menjadi panduan beraktivitas dalam kehidupan sehari ‐ sehari. Jika remaja mampu mengamalkan sikap ‐ sikap dalam Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka
tersebut, dapat dipastikan remaja akan menjauhi tindakan kekerasan, kriminalitas, pelecehan seksual, pemakaian narkoba, dan seks bebas.
Namun, sebagian besar pandangan yang berkembang di kalangan remaja sendiri adalah pramuka sebagai kegiatan formal yang harus diikuti karena kewajiban penyelenggaraan ekstrakurikuler di sekolah, bukan karena kerelaan dan kebutuhan mereka untuk ikut dalam kegiatan pramuka. Pramuka dianggap organisasi kaku yang
cenderung kuno dengan segala macam aktivitas formalnya seperti tali ‐ temali, belajar sandi morse, api unggun, berkemah, dan sebagainya. Hal ini dirasa remaja tidak sesuai dengan perkembangan jaman di era teknologi informasi saat ini. Remaja saat ini telah dimanjakan dengan kehidupan yang serba canggih dan instan. Hal ini menjadikan mereka cenderung menutup diri dan mengabaikan kehidupan sosial yang semakin lama akan menjadikan karakter remaja yang cenderung individualistis, materialistis, hedonistis dan sekularistis. Karakter ‐ karakter inilah yang berkembang menjadi perilaku menyimpang dalam kepribadian remaja.
Mengembalikan minat remaja terhadap pramuka bukanlah hal yang mudah, karena seperti yang disebutkan di atas, pandangan ‐ pandangan negatif terhadap pramuka terlampau melekat di benak mereka. Usaha pemerintah melalui Kwartir Nasional Gerakan Pramuka melakukan kegiatan konkrit ke masyarakat yaitu Pramuka Peduli; pramuka peduli lingkungan, pramuka peduli anak jalanan, pramuka peduli sampah, dan pramuka peduli anak dhuafa. Hal ini ditujukan untuk memberi pandangan baru
bahwa pramuka bukan semata ‐ mata kegiatan tali ‐ menali, berkemah, dan sebagainya. Kegiatan ini juga memberikan penghargaan bagi anggota pramuka yang selalu aktif melalui Pramuka Peduli Award. Namun, sekali lagi jumlah partisipan pramuka aktif
dibanding jumlah seluruh anggota pramuka di Indonesia yang merupakan terbesar di dunia terbilang hanya sedikit.
Salah satu penyebab dari kurang berhasilnya program pemerintah ini untuk merekrut banyak remaja terlibat di dalamnya adalah minimnya komunikasi yang dapat menjangkau kehidupan remaja saat ini. Di jaman teknologi serba digital ini, kunci komunikasi yang berhasil adalah penyebaran pesan secara masive melalui media ‐ media komunikasi visual seperti media sosial, televisi, film, dan sebagainya. Selain itu faktor penentuan pesan yang tepat akan mempercepat tersampainya pesan kepada remaja tentang pentingnya pramuka dalam membina kepribadian yang mereka butuhkan untuk berkembang dan menghadapi perkembangan jaman dengan baik.
## 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Karakter Dalam Pramuka
Pramuka kepanjangan dari Praja Muda Karana yang artinya orang ‐ orang muda yang berkarya. Sedangkan kepramukaan adalah proses pendidikan diluar lingkungan sekolah
dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Pramuka merupakan wadah dimana tempat seorang anak menempa watak dan kepribadian yang ada didalam dirinya sebelum ia mengahadapi dunia nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya gerakan Pramuka perlu ditumbuhkan dan dikembangkan di kalangan anak dan kaum muda. Hal ini sesuai dengan visi gerakan pramuka yaitu “Gerakan Pramuka sebagai wadah pilihan utama dan solusi handal masalah ‐ masalah kaum muda". Pendidikan Pramuka berperan sebagai komplemen dan suplemen terhadap
pendidikan formal. Adapun tujuan gerakan pramuka di Indonesia sesuai dengan Keputusan Kwartir nasional Gerakan pramuka Nomor 203 tahun 2009 tentang
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah “Terwujudnya kaum muda Indonesia yang dipersiapkan menjadi (a) Manusia yang berwatak, berkepribadian, berakhlak mulia, tinggi kecerdasan dan ketrampilannya serta sehat jasmaninya, (b) Warga Negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama ‐ sam bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan baik tingkat lokal, nasional maupun internasional. (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka; 2009)
Andharupa , Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia. Vol.01 No.01 Tahun 2015
Pengembangan pendidikan karakter dalam pramuka terlihat dalam fungsi yang dimiliki pramuka, yaitu:
1. Permainan Permainan di sini bukan berarti main ‐ main (tidak beraturan) tetapi dalam rangka untuk membina dan mengembangkan karakter kesehatan dan ketrampilan, maka haruslah ada unsur ‐ unsur (1) norma dan tujuan pendidikan, (2) sehat, (3) menarik, (4) norma kemasyarakatan, (5) disiplin aturan dan tata tertib, (6) kegotongroyongan, (7) alat dan metode, (8) kesukarelaan, (9) persaudaraan, (10) bimbingan, (11) kepemimpinan, (12) keseimbangan mental & fisik, dan (13) pengorganisasian.
2. Pengabdian
Pramuka memiliki peran untuk membentuk anggotanya untuk memiliki sikap pengabdian yang berupa (1) Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Keihlasan dan kesukarelaan, (3) Dedikasi, (4) Mental dan budi pakerti yang luhur, (5) Kejujuran dan sportivitas, (6) Sepi ing pamrih rame ing gawe , (7) Untuk tidak menjadikan pramuka sumber penghasilan, (8) Pengalaman, pengetahuan, kemahiran, yang selalu dibina dan dikembangkan, (9) Penuh inisiatif / daya kreasi,
(10) Penghayatan sistem among ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani, (11) Rasa persaudaraan, (12) Kepemimpinan yang demokratis. 3. Alat
Kegiatan kepramukaan hanya dijadikaan sebagai alat, bukan tujuan utama untuk mengabdikan diri di masyarakat, maka hendaknya maksud dan tujuan suatu kegiatan kepramukaan hendaknya disesuaikan dan diserasikan dengan
kebutuhan, kondisi situasi dan perkembangan masyarakat.
Dalam Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (2007) dijelaskan karakter ‐ karakter utama yang dididik dalam pramuka terangkum dalam Tri Satya (kode etik) dan Dasa Dharma
pramuka (kode kehormatan pramuka), yaitu:
a) Tri Satya (Kode Etik) Demi kehormatanku kami berjanji akan bersungguh ‐ sungguh menjalankan kewajibanku terhadap tuhan, Negara kesatuan republik Indonesia dan
mengamalkan pancasila menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat menepati dhasa dharma.
b) Dasa Dharma Pramuka (Kode Kehormatan)
Kode kehormatan pramuka terdiri dari sepuluh sikap utama karakter terhormat yang harus dimiliki anggota pramuka, yaitu:
1. Taqwa tehadap Tuhan YME menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya,
seperti rajin sholat, puasa, sedekah dan tidak mengkonsumsi miras & narkoba.
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, seperti memelihara kelestarian alam, tidak menyiksa binatang, dan pandai bergaul dan tidak suka punya musuh
3. Patriot yang sopan dan kesatria, seperti berbakti dan menghormati orang tua
dan guru, dapat menyanyikan lagu kebangsaan, berbakti kepada masyarakat, dan menghargai jasa para pahlawan
4. Patuh dan suka bermusyawarah, seperti menepati janji, menghidupkan sistem musyawarah, menaati segala peraturan yang sudah disepakati, patuh terhadap
lalu lintas dan hokum, dan menghagai pendapat orang lain 5. Rela menolong dan tabah, seperti berjiwa sosial, pantang putus asa, dan memberi pertolongan tanpa pamrih
6. Rajin, terampil dan gembira, seperti rajin belajar tanpa kenal usia, selalu melatih ketrampilan, penuh kreatifitas, dan selalu gembira dalam keadaan susah maupun senang.
7. Hemat cermat dan bersahaja, seperti dapat menghargai waktu, gemar
menabung, berpola hidup sederhana, dan tidak sombong.
8. Disiplin, berani dan setia, seperti memanfaatkan waktu sebaik mungkin, berani karena benar, setia pada janji, berani berbuat dan berani bertanggung jawab, dan datang tepat waktu
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya, seperti menyelesaikan tugas dengan baik, setiap perkataan dapat dipercaya, dan tidak berbohong 10. Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan, seperti dapat membedakan yang baik dan yang buruk, sopan santun dalam perkataan, menghindari perbuatan jahat, dan tingkah laku pembicaraan dan isi hatinya merupakan satu paduan yang tidak terpisahkan
2.2. Remaja
Berikut adalah beberapa karakteristik remaja awal hingga akhir terkait perkembangan mental, fisik, sosial, dan kerohaniannya. (Direktorat SMP, Depdiknas: 2004)
a. Remaja Awal Perkembangan mental Remaja usia 13 ‐ 15 memiliki rasa ingin tahu yang kuat, senang bertanya, memiliki imajinasi tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi resiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal ‐ hal baru, dsb b. Remaja Pertengahan (16/17)
Pertumbuhan berlanjut dengan cepat, anak muda dalam banyak hal mencapai ketinggian fisiknya pada akhir periode usia ini. Dimana pada waktu yang lalu anak ‐ anak ini telah melalui satu periode dimana mereka mencari jati diri, remaja sekarang mulai untuk mengembangkan rasa individualitasnya dan menjadi seseorang yang mempunyai keputusannya sendiri.
c. Remaja Akhir (18 ‐ 24) Secara fisik, ini adalah waktu yang lambat untuk bertumbuh, pertumbuhan yang terlambat pada bagian yang lain akan menyesuaikan dengan bagian yang lain. Kepribadian muncul dan karakter menjadi tetap. Rasa memerlukan orang lain sekarang menemukan jalan keluarnya, tidak dalam grup ‐ grup atau kelompok ‐ kelompok tetapi dalam satu klub. Ketertarikan pada lawan jenis telah menemukan pemecahannya melalui cinta dan rumah tangga dan membangun sebuah rumah tangga.
Andharupa , Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia. Vol.01 No.01 Tahun 2015
## 2.3. Komunikasi Visual
Menurut Shannon dan Weaver (Wiryanto, 2006), komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang mengandung persuasif, saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja, dalam bentuk verbal, ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
Komunikasi sebagai bentuk interaksi dalam bentuk model, salah satunya yaitu Model SMCR oleh David K. Berlo. SMCR merupakan kepanjangan dari Source , Message , Channel , dan Receiver . Model ini dianggap tidak terbatas pada komunikasi publik, tetapi juga komunikasi antarpribadi dan komunikasi tertulis, juga bisa diterapkan pada komunikasi yang lain (Mulyana, 2007).
Gambar 1. Model Komunikasi Berlo
Dari model di atas dapat diketahui bahwa komunikasi visual adalah salah satu bentuk komunikasi yang menggunakan media visual untuk menyampaikan pesan dari penyampai pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan). Dalam konteks komunikasi visual, komunikator dalam menyampaikan pesan menggunakan elemen ‐ elemen desain, yang bisa berdiri sendiri atau bisa berkolaborasi antara satu elemen dengan elemen lain. Elemen ‐ elemen tersebut antara lain: desain dan tipografi, desain dan simbolisme, desain dan ilustrasi, serta desain dan fotografi (Wijanarko, 2010). Jika diperluas menjadi komunikasi audio ‐ visual, maka elemen ‐ elemen lain bisa ditambahkan, misalnya: desain dan animasi, desain dan sinematografi, desain dan interaktivitas, desain dan simulasi, dan sebagainya.
Media Komunikasi Visual
Media secara harfiah berarti perantara, penghubung di antara dua pihak baik perorangan maupun kelompok (Depdiknas, 2008). Media juga berarti sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak (Nova, 2009). Menurut definisi tersebut, istilah media tidak bisa berdiri sendiri. Media berhubungan dengan pesan, komunikator, dan khalayak, yang mengarah kepada terjadinya komunikasi.
Media komunikasi visual merupakan sarana komunikasi yang fokus pada tulisan dan atau gambar yang ditangkap menggunakan indera penglihatan. Dalam kehidupan sehari ‐ hari media ini berupa media cetak statis seperti surat, brosur, spanduk, majalah, tabloid, dan sebagainya. Seiring majunya teknologi khususnya perangkat mobile , media komunikasi visual semakin meluas hingga berubah bentuk menjadi media komunikasi audio ‐ visual yakni video, film, animasi, media interaktif, serta game .
## 3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menentukan hubungan antara remaja dan pramuka terkait pendidikan karakter. Data yang digunakan didapat dengan menggunakan metode observasi dan studi pustaka. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:
a. Data primer: pada penelitian ini data primer yang digunakan adalah semua data yang didapat secara langsung dengan mengobservasi beberapa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang dianggap mewakili keseluruhan wilayah
Kota Semarang dan wawancara secara langsung dengan pelajar, Kepala Sekolah, dan pembina Pramuka di sekolah tersebut.
b. Data sekunder: dalam penelitian ini diambil dari studi pustaka terkait remaja dan pramuka yang paling cocok untuk analisa ini.
Data yang telah didapat nantinya disimpan, diolah dan dianalisa menggunakan metode Framing. Metode ini digunakan untuk merumuskan penentuan pesan penanaman pendidikan karakter sebagai konsep pokok komunikasi visual penanaman pendidikan karakter dalam pramuka kepada remaja. Framing bertujuan untuk mengelompokkan pokok ‐ pokok permasalahan/isu ‐ isu ke dalam realita, ideal, sebab ‐ sebab, sehingga dapat diperoleh statement /pernyataan yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam pengembangan bentuk pesan.
## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Permasalahan dan Fakta ‐ fakta lapangan
4.1.1. Masalah karakter remaja
Masalah ‐ masalah pembentukan karakter remaja oleh perubahan fisik, emosi, dan sosial yang terjadi dalam diri mereka. Perubahan fisik terlihat dari perubahan tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seksual, dan karakteristik sek sekunder. Sedangkan perubahan emosional terlihat dari beberapa tindakan remaja yang tidak
terkontrol dan nampak irrasional. Perubahan sosial terlihat dari pergaulan mereka yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman ‐ teman mereka dan tingginya minat terhadap lawan jenis.
Dari beberapa perubahan tersebut timbul beberapa bentuk masalah karakter remaja yang tidak mendapatkan pengarahan yang baik seperti berikut;
Andharupa , Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia. Vol.01 No.01 Tahun 2015
a. Karakter negatif remaja
Karakter negatif remaja biasa tampak dalam keseharian mereka di lingkungan sekolah seperti berikut:
1. Kurang hormat kepada guru dan karyawan. Perilaku ini tampak dalam hubungan siswa dengan guru atau karyawan di mana siswa sering acuh tak acuh terhadap keberadaan guru dan karyawan sekolah.
2. Kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan. Siswa masih sering terlambat masuk kelas, membolos, tidak memakai seragam dengan lengkap, dan menggunakan model baju yang tidak sesuai ketentuan sekolah dan membawa senjata tajam.
3. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan. Perilaku ini tampak dengan adanya perbuatan mencorat ‐ coret dinding sekolah atau kelas, merusak tanaman, dan membuang sampah seenaknya.
4. Perkelahian antar pelajar, sering terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah bahkan perkelahian antar sekolah.
5. Merokok di sekolah pada jam istirahat.
6. Berbuat asusila, seperti adanya siswa putra yang mengganggu siswa putri dan melakukan perbuatan asusila di lingkungan sekolah.
Karakter ‐ karakter negatif yang sering tampak di lingkungan rumah dan sosial adalah sikap tidak menghormati kepada orang yang lebih tua dan kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan.
b. Kenakalan remaja
Terdapat lima ciri yang umumnya terjadi pada remaja, yaitu “kegelisahan, pertentangan, mengkhayal, aktivitas berkelompok, dan keinginan mencoba segala sesuatu” (Ali dan Mohammad, 2009). Ciri ‐ ciri sifat remaja tersebut biasa menjadi dasar kenakalan ‐ kenakalan yang banyak dilakukan oleh remaja.
Fenomena kenakalan remaja yang sering menjadi sumber berita di media masa antara lain adalah tindak kekerasan, tawuran, seks bebas, dan penyalahgunaan obat ‐ obatan terlarang. Berdasarkan data KPAI yang menyebutkan jumlah kekerasan antar siswa yang meningkat tiap tahunnya. Sepanjang tahun 2013 total telah terjadi 255 kasus kekerasan yang menewaskan
20 siswa di seluruh Indonesia. Jumlah ini hampir dua kali lipat lebih banyak dari
tahun 2012 yang mencapai 147 kasus dengan jumlah tewas mencapai 17 siswa. Tahun 2014 lalu, Komisi Nasional Perlindungan Anak sudah menerima 2.737 kasus atau 210 setiap bulannya termasuk kasus kekerasan dengan pelaku anak ‐ anak yang ternyata naik hingga 10 persen. Komnas PA bahkan memprediksi tahun 2015 angka kekerasan dengan pelaku anak ‐ anak, termasuk tawuran antar siswa akan meningkat sekitar 12 ‐ 18 persen. ( indonesianreview.com , 2015)
Selanjutnya data dari survei yang dilakukan oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) pada Oktober 2013
menunjukkan bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah . 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami
hamil di luar nikah juga berasal dari kelompok usia remaja dan 21% diantaranya pernah melakukan aborsi. Beberapa faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah di antaranya pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan
keluarga yang mendukung ke arah perilaku tersebut serta pengaruh perkembangan media massa.
Data tentang penyalahgunaan narkoba menunjukkan, Sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 tercatat ada peningkatan jumlah pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka kasus narkoba. Pada tahun 2010 tercatat ada 531 tersangka narkotika, jumlah itu meningkat menjadi 605 pada tahun 2011. Setahun
kemudian, terdapat 695 tersangka narkotika, dan tercatat 1.121 tersangka pada tahun 2013. BNN bahkan menyatakan bahwa pada tahun 2015 diprediksi angka prevalensi pengguna narkoba mencapai 5,1 juta orang. Sedangkan penderita
HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan akhir Juni 2010, ada 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV positif
dengan persentase pengidap usia 20 ‐ 29 tahun yakni 48,1% dan usia 30 ‐ 39 tahun sebanyak 30,9 %. (http://www.scribd.com/doc/12991475/Guru ‐ Dalam ‐
Pendidikan ‐ Karakter)
## 4.1.2. Masalah kepramukaan
Keberadaan pramuka saat ini dipandang sebelah mata oleh para remaja sehingga
kepopuleran pramuka makin menurun di kalangan remaja sebagai organisasi yang dapat mewadahi sikap dan minat mereka. Beberapa hal yang menyebabkan penurunan jumlah peserta didik yang aktif dan kurang semaraknya kegiatan kepramukaan saat ini adalah:
a. Pandangan negatif pramuka akibat kurangnya pemahaman di kalangan siswa Bagi sebagian siswa, pramuka merupakan kegiatan formal yang mengikat dan harus diikuti tanpa diberikan pemahaman yang lebih mendalam dari pihak sekolah tentang makna dan fungsi pramuka bagi siswa. Sehingga muncul pandangan ‐ pandangan negatif dari siswa seperti berikut;
1. Pramuka adalah kegiatan yang hanya berkutat pada seputar tali ‐ temali, menyanyi bersama, baris ‐ berbaris, camping atau api unggun, sehingga terkesan kuno bagi remaja saat ini.
2. Keikutsertaan pramuka yang terkesan “dipaksa”. Banyak remaja yang ikut Pramuka bukan karena kesukarelaan dan kesadaran bahwa kegiatan itu
akan memberikan manfaat bagi pembentukan karakter positif, namun lebih karena adanya kewajiban dari pihak sekolah.
b. Kebanggaan yang menurun terhadap pramuka Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka serta Kode
Etik ‐ nya memang tak terbantahkan, bahwa Gerakan Pramuka mempunyai tujuan yang sangat mulia dalam membina generasi muda. Namun yang terjadi, sejak kejar target sejuta anggota, praktik gerakan ini menjadi berubah. Di sekolah ‐ sekolah, Pramuka berubah menjadi sekadar gerakan memakai baju Pramuka setiap hari Jum’at atau Sabtu. Setelah itu tanpa ada
Andharupa , Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia. Vol.01 No.01 Tahun 2015
upaya menambah wawasan dan keterampilan kepramukaan. Karena memakai baju Pramuka tanpa ujian dan keterampilan, maka kebanggaan sebagai anggota menjadi luntur, bahkan menghilang. Karena Pramuka menjadi tidak memiliki tantangan dan keterampilan, maka gerakan ini menjadi kehilangan fokus di benak anak muda. Akibatnya ia tak lagi menjadi denyut jantung anak muda.
c. Merosotnya kualitas pembinaan Merosotnya kualitas pembinaan di sanggar ‐ sanggar Pramuka, membuat keberadaannya menjadi sekadar formalitas, sekadar menjadi pelengkap struktur di sekolah ‐ sekolah. Para pembina, instruktur dan anggota Gerakan
Pramuka tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan keterampilan dasarnya. Kemerosotan sanggar ‐ sanggar pramuka juga disumbang oleh faktor keterbatasan dana juga minimnya jumlah Pembina. Tak jarang, karena kondisi ini terjadi penurunan kinerja tenaga pramuka.
d. Adanya banyak kegiatan lain yang lebih spesifik dalam meningkatkan keterampilan.
Di dalam pramuka, anggota diajarkan berbagai keterampilan dasar seperti berkemah, baris ‐ berbaris, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan
sebagainya. Namun, kini telah berkembang kegiatan yang lebih spesifik seperti Palang Merah Remaja yang lebih mendalam dalam belajar Pertolongan Pertama atau Pecinta Alam yang lebih kuat dalam melakukan kegiatan memacu adrenalin seperti arung jeram dan panjat tebing. Pramuka memang menjual sesuatu yang
menyeluruh. Mendidik anak ‐ anak muda untuk menjadi seorang yang utuh secara jiwa,raga dan spiritual. Tidak hanya orang yang kuat secara fisik, tapi juga memiliki empati dan sifat rela menolong. Tapi kemampuan yang dibangun itu
lebih cenderung kepada soft skill yang mungkin kurang terlihat wujud nyatanya.
Tidak heran banyak orang tua atau anak ‐ anaknya sendiri menganggap pramuka tidak lagi relevan dan enggan mengikuti kegiatan pramuka.
e. Kurangnya pemahaman tentang arti pramuka secara menyeluruh.
Seperti yang telah disebutkan bahwa kini pramuka dinilai sebatas hanya identitas visual yang tampak seperti baju pramuka yang dipakai di hari jumat dan sabtu.
Kemudian pada kegiatan pramuka, pramuka terlihat sebagai segala sesuatu yang
berwarna coklat dan berbau baris ‐ berbaris, menyanyi hymne , dan keterampilan yang dianggap kuno. Padahal pramuka bukan sebatas identitas dan kegiatan saat
berseragam pramuka. Pramuka adalah perwujudan sikap ‐ sikap positif yang terangkum dalam Dasa Dharma Pramuka yang diimplementasikan ke dalam perilaku sehari ‐ hari, seperti membantu orang tua, menaati peraturan lalu lintas,
dan sebagainya. Itulah pramuka, perwujudan sikap positif dalam jiwa.
4.2 Analisa Framing dalam Penentuan Konsep Pesan Indonesian Heritage Foundation (IHF) mengembangkan model “Pendidikan
Holistik Berbasis Karkater” ( Character ‐ based Holistic Education ). Kurikulum yang
digunakan adalah “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” ( Character ‐ based Integrated Curriculum). Kurikulum tersebut bertujuan untuk mengembangkan seluruh dimensi manusia. Terdapat sembilan pilar karakter dalam kurikulum tersebut, yaitu: (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan ‐ Nya; (2) kemandirian dan tanggungjawab; (3) kejujuran/amanah; (4) hormat dan santun; (5) dermawan, suka tolong ‐ menolong dan gotong royong/kerjasama; (6) percaya diri dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan keadilan; (6) baik dan rendah hati, dan; (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan (Megawangi, 2010). Sikap ‐ sikap tersebut telah
terangkum dalam Dasa Dharma Pramuka. Sehingga pramuka secara tidak langsung
adalah jenis pendidikan yang menempatkan pendidikan dan pengembangan karakter bagi anggotanya.
a. Framing isu Isu ‐ isu penting yang berkaitan dengan perkembangan masalah karakter remaja dan kepramukaan saat ini serta realita ‐ realita informasi di seputarnya dipaparkan dalam framing berikut ini :
Tabel 1. Framing isu terkait Pramuka dan remaja REALITA IDEAL SEBAB STATEMENT INFO Kebutuhan sosialisasi remaja ingin menjadi anggota kelompok tertentu, cenderung salah pergaulan Kebutuhan sosialisasi remaja sebaiknya diarahkan dan dibimbing agar anak dapat mengembangkan diri dengan baik dan benar Masih minimnya pengarahan dan pembimbingan yang intensif kepada remaja dalam mengakomodasi kebutuhan bersosialisasi mereka Remaja masih membutuhkan arahan dan bimbingan dalam menentukan dan bergabung dalam kelompok sosial Usia remaja adalah usia seseorang membutuhkan pengakuan dari kehidupan sosialnya dengan kecenderungan mencari kelompok sosial yang sesuai dengan minatnya. Remaja kurang tertarik dengan kegiatan pramuka yang mereka anggap kuno Remaja mengikuti kegiatan pramuka karena fungsi dan manfaat positifnya bagi perkembangan karakter mereka. Pandangan yang berkembang di kalangan remaja bahwa pramuka adalah kegiatan yang formal, monoton, dan hanya terpaku pada kegiatan baris ‐ berbaris, tali ‐ temali, berkemah dan sebagainya yang dirasa sudah kuno. Perlunya strategi kreatif untuk membuat pramuka sebagai kegiatan yang menarik bagi remaja seperti modernisasi dan disesuaikan dengan minat remaja saat ini. Remaja menyukai kegiatan yang sesuai dengan perkembangan jaman saat ini, seperti kegiatan yang bersinggungan dengan keahlian, keterampilan yang spesifik, dan teknologi digital.
Andharupa , Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia. Vol.01 No.01 Tahun 2015
REALITA IDEAL SEBAB STATEMENT INFO Pembina yang kurang mengikuti perkembangan jaman dalam sosialisasi dan pembelajaran pramuka sehingga kurang dapat menarik minat remaja atau anggota Pembina selalu meningkatkan kompetensinya yang disesuaikan dengan perkembangan jaman agar dapat mengakomodasi minat remaja saat ini Menurunnya kualitas pembinaan dan monitoring standar pembinaan yang kurang dan terkesan kaku, kurang luwes terhadap perkembangan remaja saat ini. Remaja membutuhkan sosok “role mode” yang membuat mereka tertarik untuk menjadikannya panutan dalam kehidupan dan pengembangan dirinya. Usia remaja merupakan usia mencari identitas diri dengan melihat referensi sosok yang mereka sukai dan kemudian mengikuti apa yang dia lakukan. Pramuka hanya dilihat dari identitas visual yang kurang menarik bagi remaja dibanding dipahami secara keseluruhan Pramuka seharusya dipahami secara keseluruhan sebagai pengalaman karakter ‐ karakter positif yang terkandung dalam Dasa Dharma bukan hanya sebatas seragam dan kegiatan yang bertema alam. Remaja mengenal pramuka sebagai seragam sekolah di hari jumat ‐ sabtu dan sebagai kegiatan yang diikuti karena diwajibkan oleh sekolah. Perlunya identitas yang lebih menarik dalam pramuka baik secara visual maupun kegiatan yang disesuaikan dengan karakter dan minat remaja saat ini. Perkembangan budaya khususnya budaya visual dan budaya kegiatan/organisa si semakin beragam membuat berkembangnya referensi budaya yang dimiliki remaja. Kebanggaan yang kurang menjadi bagian dari pramuka Remaja sebagai calon ataupun anggota pramuka seharusnya bangga menjadi seorang pramuka. Monotonnya kegiatan dan minimnya prestasi pramuka yang dapat dilihat remaja sebagai acuan mereka untuk dapat berkembang secara baik dan dapat dibanggakan. Perlunya menumbuhkan kebanggaan remaja terhadap pramuka dengan menunjuk ‐ kan kegiatan pramuka yang mampu diapresiasi sebagai prestasi di kalangan remaja. Masa remaja cenderung memamerkan kemampuan, keterampilan, atau keahliannya kepada orang lain dan mengharapkan pujian atau atensi yang lebih dari orang lain.
b. Konsep pokok pesan komunikasi visual Dari framing isu diatas didapatkan beberapa statement yang menjadi konsep pokok pesan komunikasi visual kaitannya masalah karakter remaja dengan upaya
penanaman pendidikan karakter dalam pramuka, yang dapat dijadikan sebagai acuan dan pertimbangan visualisasi pada tahap ‐ tahap proses kreatif selanjutnya:
1. Remaja masih membutuhkan arahan dan bimbingan dalam menentukan dan bergabung dalam kelompok sosial . (fungsi pramuka) 2. Perlunya strategi kreatif untuk membuat pramuka sebagai kegiatan yang menarik bagi remaja seperti modernisasi dan disesuaikan dengan minat remaja saat ini. (modernisasi pramuka)
3. Remaja membutuhkan sosok “ role mode ” yang membuat mereka tertarik untuk menjadikannya panutan dalam kehidupan dan pengembangan dirinya, seperti artis dan atlet olahraga. ( role mode pramuka) 4. Perlunya identitas yang lebih menarik dalam pramuka baik secara visual maupun kegiatan yang disesuaikan dengan karakter dan minat remaja saat ini. (identitas pramuka)
5. Perlunya menumbuhkan kebanggaan remaja terhadap pramuka dengan menunjukkan kegiatan pramuka yang mampu diapresiasi sebagai prestasi di kalangan remaja. (kebanggaan /prestasi pramuka)
Melalui konsep ‐ konsep pokok pesan di atas, penanaman pendidikan karakter dalam pramuka dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu atau kombinasi
dari konsep pesan di atas. Selanjutnya melalui komunikasi visual pesan ‐ pesan tersebut dapat disampaikan melalui media visual yang sesuai dengan target audiens yaitu para remaja.
4.3. Model Komunikasi Visual Konsep Pesan
Selanjutnya konsep ‐ konsep pokok pesan di atas menjadi pesan komunikasi dalam perancangan visual untuk menanamkan pendidikan karakter dalam pramuka
kepada remaja. Berikut adalah model komunikasi yang dapat terjadi.
Gambar 2. Model komunikasi visual konsep pesan pramuka kepada remaja
Pramuka sebagai kegiatan pengembangan karakter
remaja yang menarik modernisasi fungsi identitas Role mode Kebanggaan ‐ prestasi Komunikator perancang pengetahuan budaya pengalaman Media komunikasi visual
Komunikan
remaja + pengetahuan + budaya + pengalaman
Andharupa , Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia. Vol.01 No.01 Tahun 2015
Dari model di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Elemen Source atau komunikator yang berperan adalah perancang atau peneliti yang memiliki pengetahuan, pemahaman budaya, dan pengalaman tentang pramuka, media komunikasi visual, dan karakter remaja.
b. Elemen Message atau pesan berupa konsep pesan dari hasil analisa framing isu
pada sub bab sebelumnya yang ditujukan untuk menarik remaja menjadi bagian dari pramuka sehingga penanaman pendidikan karakter akan berhasil. Bentuk ‐ bentuk penyampaian konsep ‐ konsep pesan tersebut adalah 1. fungsi pramuka, yaitu menyampaikan fungsi dan manfaat pramuka kepada remaja khususnya dalam pengembangan karakter mereka dikemas menarik secara visual.
2. modernisasi pramuka, yaitu menyampaikan pramuka sebagai kegiatan yang luwes dengan perkembangan jaman yang dekat dengan dunia dan kebutuhan mereka, seperti menampilkan kegiatan pramuka yang menunjukkan
kebersamaan, keakraban, dan kesetaraan yang dikemas menarik (kegiatan bertema sosial, kesenangan/hiburan, dan berbau teknologi)
3. adanya role mode , yaitu menyampaikan pramuka melalui sosok yang baik yang dikenal oleh remaja yang memiliki karakter dalam dasa dharma pramuka seperti atlit olahraga atau artis.
4. penguatan identitas, yaitu menyampaikan pramuka sebagai kegiatan yang menarik dan menyenangkan serta memiliki identitas visual yang luwes dengan perkembangan jaman, seperti menampilkan pramuka dengan tidak melulu
berseragam pramuka atau tidak membatasi pramuka adalah mereka yang memakai seragam pramuka.
5. prestasi, yaitu menyampaikan pramuka sebagai kegiatan yang memiliki segudang prestasi sehingga remaja tertarik untuk ikut andil sebagai bagian
pramuka yang memiliki kecenderungan kemudahan mendapatkan prestasi yang diakui oleh para anggota lain atau orang di sekitar.
c. Elemen Channel atau media komunikasi untuk menyampaikan pesan secara visual dan kekinian sesuai dengan media yang dekat dengan remaja saat ini. Elemen media komunikasi yang digunakan dapat memiliki elemen visual, touchscreen , suara (audio), dan animasi (audio visual). d. Elemen Receiver atau komunikan yaitu remaja sebagai penerima pesan. Diharapkan remaja dapat menerima pesan yang disampaikan dengan baik, sehingga bertambah pengetahuan, pemahaman budaya, dan pengalaman tentang pramuka sebagai kegiatan yang mampu mengembangkan karakter mereka menjadi karakter positif.
4.4. Panduan Media Komunikasi Visual
Menurut penelitian De Porter dalam Soekisno (2007) manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 70% dari apa yang dikerjakan, 50% dari apa yang didengar
dan dilihat (audio visual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang didengarnya hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%. Dari penelitian tersebut menunjukkan pemilihan media yang baik dalam perancangan komunikasi visual penanaman pendidikan karakter dalam pramuka kepada remaja adalah berturut ‐
turut media audio visual, media visual, dan media audio. Pemilihan jenis media tersebut juga harus disesuaikan dengan jenis media yang berkembang saat ini khususnya yang dekat dengan kehidupan anak. Berikut adalah beberapa contoh panduan pemilihan jenis media visual yang dapat digunakan;
a. Media Audio Visual
Yaitu media yang memiliki elemen suara dan visual dalam menyampaikan pesan. Jenis media yang digunakan adalah media massa televisi, media internet seperti youtube. Wujud penyampaian pesan dapat berupa pesan dinamis (seperti film,
animasi) dan pesan interaktif (seperti multimedia, dan game).
b. Media Visual
Media ini adalah media yang dapat dinikmati secara visual atau dengan melihat dan bersifat lebih statis. Jenis media yang digunakan adalah media poster, baliho, spanduk, booklet, komik, dan buku bergambar. Wujud penyampaian pesan dapat berupa gambar ilustrasi ataupun fotografi.
## 5. KESIMPULAN
Dari hasil perumusan konsep kerangka cara menanamkan karakter dalam pramuka kepada remaja dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Penentuan konsep pesan tentang penanaman karakter dalam pramuka kepada remaja tersedia beberapa alternatif yang dapat dikombinasikan yaitu dari segi fungsi Pramuka, modernisasi pramuka, role mode pramuka, penguatan identitas, dan kebanggaan/prestasi pramuka.
b. Namun, konten pesan tersebut harus mengikuti situasi dan kondisi jaman yang berkembang, dan dalam perancangannya tersedia tersedia begitu banyak pilihan cara dan bentuk penyampaian sehingga memberikan banyak alternatif untuk menjangkau remaja saat ini.
c. Hasil akhir yang diperoleh adalah panduan komunikasi melalui media visual dengan penjabaran konsep pesan yang sesuai dengan kondisi remaja saat ini. Panduan ini diharapkan dapat menjadi strategi kreatif untuk menarik minat remaja terhadap kegiatan pramuka.
Saran ‐ saran yang berguna untuk pengembangan konsep panduan komunikasi visual ini adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan konsep pesan dan media komunikasi visual sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan jaman dan situasi remaja saat ini. b. Pada panduan komunikasi visual ini diperlukan adanya peninjauan kembali elemen ‐ elemen yang sangat esensial dalam analisa masalah, sehingga tidak terlalu banyak variabel yang menyebabkan arah penelitian menjadi kurang fokus.
## DAFTAR PUSTAKA
Astuti, AM. 2004. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Gejala Kenakalan Anak/Remaja Dan Penanggulannya (Studi Kasus Kenakalan Anak/Remaja di Kabupaten Semarang): Tesis. Semarang: Undip
Barata, A.A. 2003. Dasar ‐ Dasar Pelayanan Prima . Jakarta: Elex Media Komputindo
Andharupa , Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia. Vol.01 No.01 Tahun 2015
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2004. Pedoman diagnostik potensi peserta didik. Jakarta: Depdiknas Gerakan Pramuka, Pedoman Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Jateng: Kwarda 11, 2008 Gunarsa, S. 2008. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga . Jakarta: Gunung Mulia
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 2007. Pendidikan Nilai Dwisatya, Dwidarma, dan
Trisatya Dasadarma Serta Ikrar Gerakan Pramuka. Jakarta: Pustaka Tunas
Media.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 2009. Gerakan Pramuka Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Mazzola, J. W. 2003. Bullying in school: a strategic solution . Washington, DC: Character Education Partnership Megawangi, Ratna. 2010. Strategi dan implementasi pendidikan karakter di PAUD. Makalah disampaikan dalam seminar nasional: Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa di Tingkat Satuan Pendidikan, Balitbang Kemendiknas , Tanggal 28 ‐ 29 Agustus 2010.
Mulyana, D & Rahmat, J. 2006. Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang ‐ Orang Berbeda Budaya . Bandung: Rosdakarya
Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Bandung; Rosdakarya
Santrock, J.W. 2003. Asdolescence (Perkembangan Remaja, alih bahasa: Adelar, S.B. dan Saragih, S.). Jakarta: Erlangga Sihabudin, A. 2011. Komunikasi Antarbudaya . Jakarta: Bumi Aksara
Wijanarko, L. 2010. Elemen ‐ Elemen Dalam Desain Komunikasi Visual . Retrieved from: http://www.ahlidesain.com/elemen ‐ elemen ‐ dalam ‐ desain ‐ komunikasi ‐
visual.html Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta: Grasindo
|
9e06160d-56d6-4f87-b59c-62cbb0184c82 | http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO/article/download/210/584 | Kartikasari, Alumni Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kanjuruhan Malang R. Anastasia Endang Susilawati, Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kanjuruhan Malang
## ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SAHAM ANTARA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN
PERUSAHAAN KEUANGAN MELALUI PER ( PRICE
EARNING RATIO ) DAN EPS ( EARNING PER SHARE )
Kartikasari
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan harga saham antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan keuangan melalui PER dan EPS. Populasi penelitian yaitu perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan yang listing di BEI selama periode 2007-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah 11 sampel perusahaan manufaktur dan 12 sampel perusahaan keuangan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan PER danEPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan keuangan. Secara parsial PER dan EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Sedangkan secara parsial PER berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham dan EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan keuangan. Pada perusahaan manufaktur, PER lebih dominan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan pada perusahaan keuangan, EPS lebih dominan berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variabel penelitian yang lain diantaranya BV ( Book Value ), PBV ( Price to Book Value ) dan menggunakan perusahaan produktif lainnya. Supaya diketahui pengaruhnya terhadap harga saham dan diperoleh return maksimal dari investasi perusahaan tersebut.
Kata Kunci : Price Earning Ratio , Earning Per Share , Harga Saham
## PENDAHULUAN
Pergerakan harga saham setiap detik selalu dipelajari oleh banyak day trader (penjual saham harian) yang berdagang dengan cara beli pagi hari dan jual sore hari, atau jual pagi hari dan beli sore hari. Day trader banyak menggunakan analisis teknikal untuk mempelajari pergerakan harga saham dari menit ke menit dan dari hari ke hari, sehingga menemukan suatu pola pergerakan harga pasar. Pergerakan harga saham tersebut dapat diketahui di pasar modal. Pasar modal
adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner dan underwriter .
Pengertian pasar modal adalah sebagaimana tertuang didalam Undang- Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal yang diyakini sebagai wahana penghimpunan dana jangka panjang merupakan alternatif sumber dana bagi perusahaan swasta, BUMN, maupun perusahaan daerah. Kegiatan di pasar modal ini mendorong terciptanya alokasi dana efisien, karena dengan adanya pasar modal, investor sebagai pihak yang kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal.
Asumsinya, investasi yang memberikan return relatif besar adalah sektor- sektor yang paling produktif yang ada di pasar. Salah satu perusahaan yang menjadi incaran investor yaitu perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan yang gopublik di BEI. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI saat ini sudah banyak yaitu 138 perusahaan, BEI (2009:25-28). Hal ini menarik bagi investor untuk berinvestasi di sektor manufaktur dengan pertimbangan informasi keuangan yang tersedia di pasar modal. Disamping itu, semakin banyak perusahaan manufaktur yang gopublik maka akan menarik minat investor karena mencerminkan kinerja keuangan perusahaan tersebut semakin baik.
Sedangkan, pengerahan dana masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan maupun pasar modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana pembangunan yang bersumber dari luar negeri makin lama makin berkurang (Anoraga,2001:1). Sektor keuangan setelah krisis ekonomi tahun 1998,mulai bangkit dan berkembang tahun 2008 yang ditandai dengan semakin banyaknya daftar sektor keuangan yang go publik di BEI yaitu sejumlah 67 perusahaan, BEI (2009:30-31). Keadaan ekonomi yang seperti sekarang ini menarik masyarakat menginvestasikan modalnya di bisnis keuangan karena bisnis keuangan merupakan bisnis yang menjanjikan di masa depan.
Alasan disebut bisnis keuangan yang menjanjikan karena supply (penawaran) diperusahaan keuangan meningkat sedangkan demand (permintaan) akan selalu bertambah seiring dengan banyaknya masyarakat yang menginvestasikan dananya diperusahaan keuangan seperti banking (perbankan), financialinstitution (instansi keuangan), securities company (perusahaan sekuritas), insurance (asuransi) dan investment fund (investasi dana). Investasi di bidang keuangan pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, tindakan Bank Indonesia yang melikuidasi 16 Bank di Indonesia menyebabkan para investor enggan atau bahkan takut untuk berinvestasi di sektor keuangan ini. Suku bunga kredit yang melonjak hingga 50% sehingga para pengusaha kesulitan untuk membayar cicilan kredit. Menurunnya kinerja perusahaan akan direspon investor di pasar modal sehingga akan mempengaruhi harga pasar saham. Sebenarnya iklim investasi di perusahaan keuangan diperkirakan akan terus berkembang, hal ini disebabkan banyaknya masyarakat yang menanamkan modalnya di perusahaan keuangan, dan banyak masyarakat
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 120
yang sudah mulai tertarik untuk melakukan jual beli sekuritas baik saham maupun obligasi.
Tingkat produktifitas perusahaan keuangan dapat diketahui ketika Departemen Keuangan menunjuk delapan bank nasional sebagai penyalur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2010-2012. Departemen keuangan juga meluluskan tiga bank swasta sebagai bank persepsi. Delapan bank yang menjadi bank operasional satu atau bank penyalur APBN adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia. Selain itu, adanya peningkatan plafon KUR (kredit umum rakyat) dari lima juta rupiah menjadi dua puluh juta rupiah bagi UKM (usaha kecil menengah). Hal tersebut semakin menambah eksisnya peran perusahaan keuangan dalam peningkatan perekonomian ( www.Bataviase.co.id ).
Saham yang ada di pasar modal mempunyai nilai intinsik lembaran saham dan mempunyai nilai kurs, yaitu harga yang benar-benar terjadi di bursa ( www.penilaiansaham.com ). Nilai kurs akan naik atau turun mengikuti permintaan dan penawaran. Harga saham merupakan daya tarik bagi investor (calon investor) maupun perusahaan. Bagi perusahaan kenaikkan harga saham merupakan pertanda adanya kenaikkan kemakmuran. Perubahan harga saham dan volume perdagangan di pasar modal merupakan dasar yang paling penting untuk mempelajari perilaku investor-investor dalam melakukan dan membuat keputusan transaksi di pasar modal berdasarkan pada berbagai informasi yang dimilikinya. Kepemilikan perusahaan yang ditunjuk dari saham yang dimiliki pemodal atau investor dilakukan dengan cara peningkatan kemakmuran pemegang saham melalui perubahan harga saham yang tinggi yang akan meningkatkan nilai kekayaan pemegang saham.
Penilaian harga saham tersebut dapat dilakukan dengan analisis fundamental. Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analis perlu memahami variabel-variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham. Untuk menaksir nilai intrinsik saham, dua metode yang bisa digunakan yaitu (1) Price Earning Ratio (PER) dan (2) Earning Per Share (EPS) (Husnan,2005:327-330). Meskipun ada beberapa variabel selain PER dan EPS, seperti menurut Samsul (2006:166-175) variabel untuk menilai harga saham meliputi Price Earning Ratio (PER), Price Book Value Ratio (PBR), Price Dividend Ratio (PDR), Dividend Discounted Model (DDM), serta menurut penelitian sebelumnya menggunakan variabel Dividend Per Share (DPS), Dividend Payout Ratio (DPR), Financial Laverage (FL), dan Debt To Equity Ratio (DER). Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) yang lebih populer beberapa tahun terakhir. PER sendiri memberikan indikasi mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menyebabkan kesediaan investor untuk membayar suatu jumlah untuk setiap rupiah dari perolehan laba perusahaan. Sedangkan EPS ( Earning Per Share ) merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan atau laba bersih dibagi jumlah saham(Hin,2002:96).
Melalui analisis earning per share (EPS) maka dapat diketahui tingkat kemampuan atau kemajuan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam pencapaian jumlah laba. Tingkat persentase earning per share (EPS) dapat memberikan informasi data akuntansi yang digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum. Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu apabila semakin rendah harga suatu saham maka semakin bagus untuk melakukan investasi, hal tersebutdikarenakan harga saham dapat terjangkau oleh kemampuan investor dan memiliki nilai resiko yang kecil.
Penelitian tentang “Pengaruh Earning Per Share (EPS), DividenPer Share (DPS) dan Financial Leverage (FL) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta” oleh Madichah (2005:5) dengan hasil bahwa EPS, DPS dan FL berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Sedangkan yang berpengaruh secara parsial terhadap harga saham yaitu variabel EPS.Penelitian tentang “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”oleh Astutik (2005:5)menunjukkan bahwa secara simultan variabel EPS, PER, dan DER berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial, hanya variabel EPS berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.Penelitian tentang “Pengaruh EPS ( Earning Per Share ), PER ( Price Earning Ratio ), BV ( Book Value ), PBV ( Price To Book Value ) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Periode 2005-2007 ” oleh Anggita (2009:9) menunjukkan bahwa 1) EPS, BV, PBV secara parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaan perbankan. 2) PER secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan perbankan. 3) EPS, PER, BV, PBV secara simultan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan perbankan.
Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu diatas, terdapat gap berupa pengaruh EPS secara parsial terhadap harga saham pada penelitian Madichah, Astutik, dan Anggita namun pada ketiga penelitian tersebut, variabel PER yang tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji kembali pengaruh PER dan EPS terhadap harga saham sekaligus membandingkan PER dan EPS pada saham perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan.
1. Apakah Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur?
2. Apakah Price Earning Ratio (PER) dan EarningPer Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan keuangan?
3. a. Apakahterdapat perbedaan pengaruh Price Earning Ratio (PER)terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur?
b. Apakahterdapat perbedaan pengaruh EarningPer Share (EPS)terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur?
c. Apakahterdapat perbedaan pengaruh Price Earning Ratio (PER)terhadap harga saham pada perusahaan keuangan?
d. Apakahterdapat perbedaan pengaruh EarningPer Share (EPS)terhadap harga saham pada perusahaan keuangan?
4. a. Apakah variabel Price Earning Ratio (PER)yang dominan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur?
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 122
b. Apakah variabel EarningPer Share (EPS) yang dominan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan keuangan?
## TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Saham
Menurut Martono (2005:230) saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga merupakan bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas). Perusahaan yang berbentuk PT dapat menjual sahamnya kepada masyarakat luas (masyarakat umum) apabila perusahaan tersebut sudah go publik. Perusahaan yang telah go public tersebut dapat menjual sahamnya di Bursa Efek dengan cara mendaftar saham- saham di Bursa Efek tersebut.
## Perusahaan Manufaktur
Menurut Haryono (2005:403) manufaktur yaitu suatu perusahaan yang membeli bahan baku dan kemudian mengolah bahan tersebut menjadi produk jadi untuk dijual. Perusahaan manufaktur memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Kegiatan produksinya dibidang pengolahan bahan baku menjadi barang jadi,
b. Hasil produksi atau produknya berwujud barang jadi,
c. Terdapat pos akuntansi biaya ( cost accounting )yaitu bidang akuntansi yang menangani masalah produksi dan menetapkan beban pokok produksi barang jadi,
d. Pendapatan utama atau laba kotor (laba sebelum dikurangi dengan beban usaha)dihitung dari hasil penjualan produk yang terjual dikurangi harga pokok (pembuatan) produk yang terjual ( cost of goods sold ),
e. Dalam proses akuntansi dan laporan keuangan terdiri atas pos-pos yang meliputi pos persediaan, pos biaya pabrikasi (manufacturing costs) , pos biaya produksi dan pos beban pokok produksinya.
Perusahaan manufaktur yang dimaksud dalam BEI merupakan manufaktur yang memiliki saham dengan kriteria tertentu dan listing di BEI.
Saham manufaktur tersebut dapat diperjual-belikan di pasar
modal.Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terbagi dalam kriteria sektor berikut yang meliputi Food and beverages , Tobacco manufactures , Textile mill products , Apparel and other textile products , Lumber and wood products , Paper and allied products , Chemical and allied products , Adhesive , Plastics and glass products , Cement , Metal and allied products , Stone, clay, glass, and concrete products , Cable , Electronic and office equipment , Automotive and allied products , dan Pharmaceuticals (ICMD,2009:25-27).
Sektor riil terutama industri manufaktur seperti, industri otomotif, elektronik, dan industri tekstil dinilai mampu membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkualitas.Semakin banyak dan bertambahnya
Kartikasari dan R. Anastasia ES, Analisis Perbandingan Harga Saham... 123
perusahaan manufaktur di BEI membuat tertarik para investor untuk berinvestasi di sektor manufaktur. Salah satu pertimbangan yang digunakan investor yaitu tersedianya informasi-informasi khususnya informasi keuangan terkait saham yang akan dibeli. Disamping itu, semakin banyak perusahaan manufaktur yang go publik maka mencerminkan kinerja keuangan perusahaan tersebut semakin baik dan laba yang menjanjikan.
## Perusahaan Keuangan
Menurut Hartono (2009:6) lembaga-lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga yang mempercepat penyaluran dana-dana Surplus Spending Unit (SSU) ke Deficit Spending Unit (DSU). Lembaga keuangan adalah badan usaha yang mengumpulkan asset dalam bentuk dana dari masyarakat dan disalurkan untuk pendanaan proyek pembangunan serta kegiatan ekonomi dengan memperoleh hasil dalam bentuk bunga sebesar prosentase tertentu dari besarnya dana yang disalurkan. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi perantara finansial ( financial intermediation ). Selain itu, memiliki fungsi sebagai agent development (agen pengembangan). Dengan fungsi-fungsi ini, lembaga keuangan dapat mendorong pengembangan dan pembangunan ekonomi suatu daerah atau negara.Atas dasar tersebut lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori ( depository financial institution ) dan lembaga keuangan non-depositori (non depository financial institution ). Perusahaan keuangan yang listing di BEI adalah perusahaan keuangan yang sahamnya dapat diperjual-belikan di pasar modal dengan kriteria tertentu. Pengerahan dana masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan maupun pasar modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana pembangunan yang bersumber dari luar negeri makin lama makin berkurang (Anoraga,2001:1). Sektor keuangan setelah krisis ekonomi tahun 1998, mulai bangkit dan berkembang pada tahun 2008. Kebangkitan ditandai dengan semakin banyaknya daftar sektor keuangan yang go publik di BEI yaitu sejumlah 67 perusahaan, BEI (2009:30-31). Keadaan ekonomi yang seperti sekarang ini menarik masyarakat untuk menginvestasikan modalnya di bisnis keuangan karena bisnis keuangan merupakan bisnis yang menjanjikan di masa depan.
Alasan disebut bisnis keuangan yang menjanjikan karena supply (penawaran) diperusahaan keuangan meningkat sedangkan demand (permintaan) akan selalu bertambah seiring dengan banyaknya masyarakat yang menginvestasikan dananya diperusahaan keuangan seperti banking (perbankan), financialinstitution (perusahaan pembiayaan), securities company (perusahaan sekuritas), insurance (asuransi) dan investment fund (investasi dana). Investasi di bidang keuangan pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Namun sejak krisis ekonomi tahun 1998, banyak perusahaan keuangan mengalami kesulitan ekonomi karena memiliki hutang dollar Amerika Serikat dalam jumlah yang besar. Selain itu tindakan Bank Indonesia yang melikuidasi 16 Bank di Indonesia menyebabkan para investor enggan atau bahkan takut untuk berinvestasi di sektor keuangan ini. Suku bunga kredit yang melonjak hingga 50% sehingga para pengusaha kesulitan untuk membayar cicilan kredit. Menurunnya
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 124
kinerja perusahaan akan direspon investor di pasar modal sehingga akan mempengaruhi harga pasar saham. Sebenarnya iklim investasi di perusahaan keuangan diperkirakan akan terus berkembang, hal ini disebabkan banyaknya masyarakat yang menanamkan modalnya di perusahaan keuangan, selain itu banyak masyarakat yang sudah mulai tertarik untuk melakukan jual-beli sekuritas baik saham maupun obligasi( www.likuiditas 16 bank.com ).
## Analisis Penilaian Harga Saham
Secara umum pendekatan dalam analisis dan penilaian saham ada dua, yaitu analisis sekuritas fundamental ( fundamental security analysis ) atau analisis perusahaan ( company analysis ) dan analisis teknis ( technical analysis ), (Hartono, 1998:88).
## Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:15), faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah: (a) Laba perusahaan, (b) Pertumbuhan aktiva tahunan, (c) Likuiditas, (d) Nilai kekayaan total, (e) Penjualan. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu: (a) Kebijakan pemerintah dan dampaknya, (b) Pergerakan suku bunga, (c) Fluktuasi nilai tukar mata uang, (d) Rumor dan sentimen pasar, (e) Penggabungan usaha ( business combination )
## Kerangka Konseptual
Sebelum memutuskan menginvestasikan saham pada salah satu sektor usaha, maka seorang investor memerlukan informasi yang relevan untuk menilai kelayakan dan return dari saham tersebut. Salah satu informasi tersebut yaitu harga saham yang dapat diakses dari day trader di pasar modal. Investasi yang memberikan return maksimal terdapat pada sektor-sektor usaha yang produktif di pasar modal. Berbagai tawaran investasi disajikan di BEI, namun investor harus jeli dengan mengukur nilai saham maupun kualitas kinerja keuangannya. Salah satu langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan analisis fundamental dengan variabel Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS).Meskipun ada beberapa variabel selain PER dan EPS, seperti menurut Samsul (2006:166-175) variabel untuk menilai harga saham meliputi Price Earning Ratio (PER), Price Book Value Ratio (PBR), Price Dividend Ratio (PDR), Dividend Discounted Model (DDM), serta menurut penelitian sebelumnya menggunakan variabel Dividend Per Share (DPS), Dividend Poyout Ratio (DPR), Price Book Value (PBV), Book Value (BV), Financial Laverage (FL) dan Debt To Equity Ratio (DER). Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) yang lebih populer beberapa tahun terakhirdan masih adanya gap dari penelitian sebelumnya sehingga membuat tertarik penelitian untuk memilih variabel tersebut. Dari analisis fundamental, salah satu manfaat terbesar adalah kemampuan untuk memahami penyebab yang mempengaruhi pasar.Dengan memahami dinamika
Kartikasari dan R. Anastasia ES, Analisis Perbandingan Harga Saham... 125
pasar, investor lebih percaya diri untuk masuk posisi di pasar berjangka dan tidak mudah terpengaruh terhadap asumsi adanya volatilitas pasar.
Selanjutnya analisis fundamental tersebut dikombinasikan dengan analisis teknikal pada harga saham, sehingga diperoleh pengaruh PER dan EPS terhadap harga saham. Analisis teknikaldigunakan untuk perdagangan jangka pendek yang investor terutama mengandalkan pada grafik dan pergerakan harga.Alat teknis tersedia secara luas di lapangan dari fund manager untuk pedagang individu atau investor. Analisis teknis relatif lebih mudah untuk memahami dan menginterpretasikan dibandingkan dengan indikator fundamental sebagai indikator fundamental membutuhkan waktu dan usaha untuk belajar.Dari kombinasi kedua analisis tersebut peneliti ingin membandingkan pengaruh kedua variabel tersebut terhadap harga saham didua sektor (perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan) yang berbeda untuk memperoleh return maksimal diantara kedua sektor bagi calon investor. Berikutteori yang membuktikan bahwa PER dan EPS berpengaruh terhadap harga saham.
Menurut Hin (2002:96), Price Earning Ratio (PER) memberikan indikasi mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menyebabkan kesediaan investor untuk membayar suatu jumlah untuk setiap rupiah dari perolehan laba perusahaan. Sedangkan, Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan atau laba bersih dibagi jumlah saham. Melalui penelitian ini, akan diketahui saham mana yang memiliki harga tertentu dan laba per lembar yang maksimal bagi pemegang saham. Apakah dari sektor manufaktur ataukah sektor keuangan yang lebih menguntungkan yang saat ini sama-sama berkembang pesat. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
## Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Mustiko (2008:5), PER menunjukkan bahwa dari 30 sampel perusahaan sebanyak 22 perusahaan mempunyai PER positif, sedangkan 8 perusahaan memiliki PER negatif. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel EVA, EPS, PER berpengaruh signifikan dengan return saham,
Price Earning Ratio (PER) (X 1 ) EarningPer Share (EPS) (X 2 )
Stock Price (Y)
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 126
sedangkan secara parsial dari tiga variabel bebas tersebut variabel EPS dan PER yang memiliki pengaruh dominan terhadap return saham. Intan (2009:5), EPS merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor sebelum membuat keputusan investasinya di suatu perusahaan karena investor tentunya mengharapkan pengembalian atau return yang tinggi dari investasinya sehingga investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang mempunyai EPS yang tinggi. Apabila EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung bergerak naik. Jadi, Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham.
## Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
2. Terdapat pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share
(EPS) terhadap harga saham perusahaan keuangan.
3. a. Terdapat perbedaan pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
b. Terdapat perbedaan pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
c. Terdapat perbedaan pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan keuangan.
d. Terdapat perbedaan pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan keuangan.
4. a. Variabel Price Earning Ratio (PER) dominan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
b. Variabel Earning Per Share (EPS) dominan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan keuangan.
## METODE Rancangan Penelitian
Rancangan (desain) penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kausal. Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antara variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain.
## Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangango publik yang terdaftar di BEI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling (teknik pengambilan sampel non random dengan cara memilih anggota sampel secara khusus berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian). Jumlah sampel yang memenuhi kriteria valid yaitu minimal 25 % dari total populasi. Kriteria pengambilan sampel tersebut yaitu:
Kartikasari dan R. Anastasia ES, Analisis Perbandingan Harga Saham... 127
1. Perusahaan tersebut masuk dalam kategori perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan yang pada periode 2007-2009 secara terus-menerus listing di BEI.
2. Perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan yang pada periode 2007-2009 mengalami laba bersih positif.
3. Perusahaan manufaktur dan keuangan yang masuk dalam 50 Biggest Market Capitalization (Sumber: Fact Book , 2010:3)
4. Saham perusahaan tersebut aktif diperdagangkan di BEI periode 2007-
2009.
Sedangkan penerapan kriteria pengambilan sampel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Prosedur Teknik Pengambilan Sampel Kriteria Jumlah Total Manufaktur Keuangan 1. Perusahaa kategori periode 2007-2009 secara terus-menerus listing di BEI. 138 67 205 2. Perusahaan pada periode 2007-2009 mengalami laba bersih positif. (62) (27) (89) 3. Perusahaan yang masuk dalam 50 Biggest Market Capitalization . (31) (16) (47) 4. Saham perusahaan tersebut aktif diperdagangkan di BEI periode 2007- 2009. (34) (12) (46) Jumlah Sampel 11 12 23 Sumber: ICMD BEI 2008-2010
Dari populasi yang ada sebanyak 138perusahaan manufaktur akan diambil 11 sampel perusahaan dan dari 67 perusahaan keuangan akan diambil 12 sampel perusahaan. Berikut daftar sampel perusahaan yang termasuk ketigakriteria tersebut:
## Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif . Data kuantitatif dan data sekunder tersebut berupa laporan keuangan per tahun ( closing report ) selama periode 2007-2009.Data diatas diperoleh dari dokumentansi yang berupa ICMD ( Indonesia Capital Market Directory ) pada Pojok BEI Universitas Brawijaya Malang periode2008-2010dan melalui situs internet dengan alamat http//:www.idx.co.id/bei/prices/stock . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari Pojok BEI Universitas BrawijayaMalang dan dari situs internet dengan alamat http/:www.idx.co.id/bei/prices/stock .
## Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut:
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 128
1. Variabel independen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel yang termasuk variabel independen di sini adalah:
a. PER ( Price Earning Ratio ) yaitu memberikan indikasi mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. PER tersebut dapat dihitung dari harga pasar per lembar saham biasa dibagi laba per lembar saham atau dapat ditulis seperti rumus berikut.
Harga pasar per lembar saham biasa
Price Earning Ratio (X1) = Laba per lembar saham
b. EPS ( Earning Per Share )merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan atau laba bersih dibagi jumlah saham. EPS dapat dihitung dari laba bersih dibagi saham yang beredar atau dapat diformulasikan sebagai berikut.
Laba bersih
Earning Per Share (X 2 ) =
Jumlah saham beredar
2. Variabel dependen (tidak bebas)
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel lain. Harga saham (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah closing price pertahun masing-masing perusahaan yang diteliti dengan periode penelitian dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
## Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik dengan menggunakan regresi berganda.Analisis regresi berganda ini disebut juga koefisien determinasi (R 2 ) dipergunakan untuk melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R 2 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Secara umum koefisien untuk data silang (c ross section ) relatif rendah karena adanya variasi besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data kurun waktu ( time series ) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi.Untuk mengetahui bagaimana pengaruh PER dan EPS secara bersama terhadap harga
saham, digunakan uji ANOVA atau uji statistik F. Menurut Sugiyono (2004:21) analisis regresi berganda tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:
Y= α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + e
Y = Harga saham α = Konstanta β 1 X 1 = Koefisien regresi X 1 = Price Earning Ratio (PER) X 2 = Earning Per Share (EPS) e
= Kesalahan pengganggu (eror)
## PEMBAHASAN
Harga saham ( Stock Price )
Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan manufaktur dan keuangan setelah harga penutupan pada akhir periode bulan Desember 2006-2009 yang didapat dari Indonesia Stock Exchange . Berdasarkan table 1, perkembangan harga saham pada perusahaan manufaktur cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 sejumlah 10 perusahaan (kecuali GGRM) dari total 11 perusahaan mengalami kenaikan harga saham. Hal ini tidak lepas dari dukungan kondisi perekonomian yang masih stabil atau belum terjadi krisis ekonomi global kecuali PT Gudang Garam Tbk (GGRM), yang mengalami penurunan harga saham karena kondisi internal perusahaan. Pada tahun 2008 sejumlah 10 perusahaan (kecuali UNVR) dari total 11 perusahaan mengalami penurunan harga saham.
Tabel 1 Data Harga Saham Perusahaan Manufaktur KODE 2006 2007 2008 2009 Rata-rata GGRM 10200 8500 4250 21550 11125 HMSP 9700 14300 8100 10400 10625 KLBF 1190 1260 400 1300 1037,5 AMFG 2925 3200 1210 1850 2296,3 TOTO 6600 8000 8000 8500 7775 ASII 15700 27300 10550 34700 22062,5 RDTX 960 1310 1300 1400 1242,5 INDF 1350 2575 930 3550 2101,3 AQUA 110000 129500 127000 244800 152825 UNVR 6600 6750 7800 11050 8050 MYOR 1620 1750 1140 4500 2252,5
Sumber: Data diolah dari Indonesian Stock Exchange
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 130
Sedangkan perhitungan data harga saham perusahaan keuangan selama tahun 2006-2009 seperti pada tabel berikut:
Tabel 2 Data Harga Saham Perusahaan Keuangan KODE 2006 2007 2008 2009 Rata-rata BBCA 5200 7300 3250 4850 5150 BMRI 2900 3500 2025 4700 3281,3 BBRI 5150 7400 4575 7650 6193,8 BDMN 6750 8000 3100 4550 5600 BBNI 1870 1970 680 1980 1625 MFIN 150 240 113 245 187 MEGA 2100 3150 3500 2300 2762,5 ADMF 2325 2200 1450 6850 3206,3 BFIN 1300 1290 990 1550 1282,5 PANS 465 1340 390 510 676,3 ABDA 220 220 190 300 232,5 AHAP 90 225 86 114 128,8
Sumber: Data diolah dari Indonesian Stock Exchange
Berdasarkan tabel 2, perkembangan harga saham pada perusahaan keuangan cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun dan sedikit berbeda dengan perusahaan manufaktur.
PER ( Price Earning Ratio ) PER ( Price Earning Ratio ) yaitu memberikan indikasi mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu (Hin, 2002:96). PER dihitung dari harga pasar per lembar saham biasa dibagi laba per lembar saham. Harga saham yang digunakan yaitu closing price yang diperoleh dari Indonesia Stock Exchange , sedangkan laba per lembar sahamnya diperoleh dari perhitungan EPS ( Earning Per Share ). Berikut hasil perhitungan PER ( Price Earning Ratio ) pada perusahaan manufaktur.
Kartikasari dan R. Anastasia ES, Analisis Perbandingan Harga Saham... 131
Tabel 3 Hasil Perhitungan PER Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2009 (Dalam Rupiah) Kode PER 2007 PER 2008 PER 2009 Rata-rata GGRM 13,64 5,23 20162,16 6727,01 HMSP 24,86 13,10 12879,89 4306,00 KLBF 30,35 9,62 23,79 21,25 AMFG 19,77 3,54 45,50 22,94 TOTO 21285,28 18961,24 7012,47 15753,00 ASII 25126,55 6887,17 20737,05 17583,59 RDTX 21,07 12,75 7,65 13,82 INDF 78,80 26972,44 51304,01 26118,42 AQUA 626982,55 77573,43 95058,53 266538,17 UNVR 26209,92 29075,73 37004,58 30763,41 MYOR 37079,15 17,43 36,28 12377,62
Sumber: Data diolah dari Indonesian Stock Exchange
Berdasarakan table 3 bahwa rata-rata PER pada perusahaan manufaktur selama tiga tahun berturut-turut mengalami penurunan dan kenaikan. Penurunan PER disebabkan dari penurunan harga saham dan laba bersih per lembar saham yang menurun akibat adanya krisis ekonomi global pada tahun 2008. Sedangkan kenaikan PER terjadi karena naiknya harga saham dan naiknya laba bersih per lembar saham yang merupakan dampak dari kestabilan ekonomi paska terjadi krisis.
Tabel 4 Hasil Perhitungan PER Perusahaan Keuangan Tahun 2007-2009 (Dalam Rupiah) Kode PER 2007 PER 2008 PER 2009 Rata-rata BBCA 143105,37 49514,04 62697,93 85105,78 BMRI 25769,50 12196,91 21018,90 19661,77 BBRI 3545,21 23034,83 2052,46 9544,17 BDMN 113367,97 60784,31 89,07 58080,45 BBNI 4321,72 22347,63 32011,59 19560,31 MFIN 4057,57 1421,78 3002,87 2827,41 MEGA 9,83 11,33 13,62 11,59 ADMF 157,22 5684,98 7588,26 4476,82 BFIN 474,53 3245,90 998,54 1572,99 PANS 5,55 7,70 2,46 5,24 ABDA 46,91 3721,30 3176,88 2315,03 AHAP 0,09 16,77 18,00 11,62
Berdasarakan di atas dapat ditunjukkan bahwa rata-rata PER pada perusahaan keuangan selama tiga tahun berturut-turut mengalami penurunan. Penurunan PER tersebut terjadi tidak lepas dari penurunan harga saham dan laba bersih per lembar saham yang menurun akibat adanya krisis ekonomi global pada tahun 2008. Meskipun pada tahun 2009 sudah terjadi kestabilan ekonomi, namun masih belum memberi dampak pada kenaikan harga saham dan laba bersih per lembar saham sehingga PER pada perusahaan keuangan juga masih rendah.
EPS ( Earning Per Share ) EPS ( Earning Per Share ) merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan atau laba bersih dibagi jumlah saham. EPS dapat dihitung dari laba bersih dibagi saham yang beredar (Hin, 2002:96). Laba bersih diperoleh dari laporan Laba/Rugi ( Statement Income ), sedangkan jumlah saham beredar diperoleh dari Ikhtisar Keuangan tentang data saham. Berikut hasil perhitungan EPS ( Earning Per Share ) dan perhitungannya pada perusahaan manufaktur.
Tabel 5 Hasil Perhitungan EPS Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2009 (Dalam Rupiah) Kode EPS 2007 EPS 2008 EPS 2009 Rata-rata GGRM 623,31 811,96 1,07 478,78 HMSP 575,24 618,30 0,81 398,12 KLBF 41,51 41,58 54,65 45,91 AMFG 161,88 341,41 40,66 181,32 TOTO 0,38 0,42 1,21 0,67 ASII 1,09 1,53 1,67 1,43 RDTX 62,18 101,98 183,12 115,76 INDF 32,68 0,03 0,07 10,93 AQUA 0,21 1,64 2,58 1,47 UNVR 0,26 0,27 0,30 0,28 MYOR 0,05 65,41 124,05 63,17
Sumber: Data diolah dari Indonesian Stock Exchange
Dari tabel 5 dapat ditunjukkan bahwa rata-rata EPS pada perusahaan manufaktur selama tiga tahun berturut-turut mengalami kenaikan dan penurunan. Berbanding terbalik dengan penurunan PER dari tahun 2007 ke tahun 2008, justru pada tahun 2008 rata-rata EPS pada perusahaan manufaktur mengalami kenaikan. Kenaikan EPS tersebut terjadi tidak lepas dari meningkatnya laba bersih dan jumlah saham yang beredar. Krisis pada tahun 2008 ini belum memberikan dampak secara langsung karena adanya kecenderungan bagi investor untuk menjual sahamnya sehingga jumlah saham yang beredar semakin bertambah serta laba bersih yang semakin meningkat. Disisi lain, EPS mengalami penurunan dari
Kartikasari dan R. Anastasia ES, Analisis Perbandingan Harga Saham... 133
tahun 2008 ke tahun 2009. Penurunan EPS pada tahun 2009 ini, tidak lepas dari dampak secara tidak langsung dari adanya krisis ekonomi pada tahun 2008, yang menyebabkan laba bersih berkurang dan jumlah lembar saham yang beredar juga berkurang. Hal ini karena investor cenderung membeli saham yang beredar.
Berikut hasil perhitungan EPS pada perusahaan keuangan selama tahun 2007-2009.
Tabel 6 Hasil Perhitungan EPS Perusahaan Keuangan Tahun 2007-2009 (Dalam Rupiah) Kode EPS 2007 EPS2008 EPS 2009 Rata-rata BBCA 0,05 0,07 0,08 0,07 BMRI 0,14 0,17 0,22 0,18 BBRI 2,09 0,20 0,24 0,84 BDMN 0,07 0,051 51,08 17,07 BBNI 0,46 0,03 0,06 0,18 MFIN 0,06 0,08 0,08 0,07 MEGA 320,62 308,92 168,82 266,12 ADMF 13,99 0,26 0,30 4,85 BFIN 2,63 0,31 0,40 1,11 PANS 241,44 50,67 207,46 166,52 ABDA 4,69 0,05 0,09 1,61 AHAP 2618 5,13 14,55 879,23
Sumber: Data diolah dari Indonesian Stock Exchange
Tabel 6 dapat ditunjukkan bahwa rata-rata EPS pada perusahaan keuangan selama tiga tahun berturut-turut mengalami kenaikan terus-menerus. Kenaikan tersebut karena perusahaan keuangan mampu meningkatkan laba bersih dan meningkatkan jumlah saham yang beredar. Selain itu, dengan adanya krisis ekonomi global tidak menurunkan minat konsumen pada lembaga keuangan karena permintaan akan dana terus bertambah.
## Hasil Analisis Regresi Berganda
Setelah memenuhi syarat uji asumsi klasik, selanjutnya dijelaskan hasil analisis regresi bergandanya baik pada perusahaan manufaktur maupuan perusahaan keuangan seperti berikut ini:
## Perusahaan Manufaktur
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh koefisien untuk variabel PER (X 1 ) sebesar 0,203, variabel EPS (X 2 ) sebesar 9,125 dan Konstanta sebesar 1613,01. Dari hasil tersebut diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = 1613,011+ PER (0,203) + EPS (9,125)
Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, maka dapat diinterprestasikan untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 1613,01 menunjukkan besarnya dari harga saham (Y), dengan asumsi bahwa nilai variabel bebas (PER dan EPS) adalah konstan.
b. Koefisien regresi PER (X 1 ) sebesar 0,203 menyatakan bahwa setiap perubahan sebesar 1 PER maka akan menyebabkan perubahan harga saham relatif sebesar 0,203 dengan anggapan bahwa EPS konstan. Adanya hubungan yang positif ini, berarti bahwa antara PER dengan harga saham menunjukkan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan PER akan diikuti oleh kenaikan harga saham dan sebaliknya penurunan PER akan mengakibatkan penurunan harga saham pula.
c. Koefisien regresi EPS (X 2 ) sebesar 9,125 menyatakan bahwa setiap perubahan sebesar 1 EPS maka akan menyebabkan perubahan harga saham relatif sebesar 9,125 dengan anggapan bahwa PER konstan. Adanya hubungan yang positif ini, berarti bahwa antara EPS dengan harga saham menunjukkan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan EPS akan diikuti oleh kenaikan harga saham pula.
## Perusahaan Keuangan
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh koefisien untuk variabel PER (X 1 ) sebesar 0,001, variabel EPS (X 2 ) sebesar 0,002 dan Konstanta sebesar -0,462. Dari hasil tersebut diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = (-0,462)+ PER (0,001) + EPS (0,002)
Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, maka dapat diinterprestasikan untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
a. Konstantan sebesar -0,462 menunjukkan perubahan dari harga saham (Y), dengan asumsi bahwa nilai variabel bebas (PER dan EPS) adalah konstan.
b. Koefisien regresi PER (X 1 ) sebesar 0,001 menyatakan bahwa setiap variasi perubahan sebesar 1 PER maka akan menyebabkan variasi perubahan harga saham relatif sebesar 0,001 dengan anggapan bahwa EPS konstan. Adanya hubungan yang positif ini, berarti bahwa antara PER dengan harga saham menunjukkan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan PER akan diikuti oleh kenaikan harga saham dan sebaliknya.
c. Koefisien regresi EPS (X 2 ) sebesar 0,002 menyatakan bahwa setiap variasi perubahan sebesar 1 EPS maka akan menyebabkan variasi perubahan harga saham relatif sebesar 0,002 dengan anggapan bahwa PER konstan. Adanya hubungan yang positif ini, berarti bahwa antara EPS dengan harga saham menunjukkan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan EPS akan diikuti oleh kenaikan harga saham pula.
## Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F (Anova/uji simultan) dan uji t (uji parsial) untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
yaitu price earning ratio dan earning per share secara individu maupun secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan. Berikut hasil pengujian melalui uji F (Anova) dan uji t.
## Perusahaan Manufaktur
1. Uji F
Uji F atau Anova merupakan pengujian pengaruh variabel bebas secara simultan (bersama-sama). Dari uji F, diperoleh nilai F hitung sebesar 455,616 dengan tingkat signifikan 0,000. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel PER dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur karena tingkat signifikan sebesar 0,000 (< 0,05). Dengan kata lain model regresi dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan harga saham (Y) pada perusahaan manufaktur.
2. Uji t
Uji t ini untuk menguji masing-masing variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selanjutnya nilai t atau disebut t hitung dibandingkan dengan nilai t tabe l pada taraf kesalahan 5% (α = 5%) dengan derajat bebas (db) = (n-2) = (11-2) = 9, nilai 9 dapat dilihat dalam tabel nilai- nilai distribusi t pada taraf kesalahan 0,05% = 1,833.
Rumusan hipotesis: a. Ho: bi = 0 Tidak ada perbedaan yang signifikan antara PER dan EPS pada harga saham perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan.
b. Ha: bi ≠ 0 Ada perbedaan yang signifikan antara PER dan EPS pada harga saham perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan.
Dengan demikian nilai t hitung dapat dibandingkan dengan t tabel sebesar tingkat kesalahan 5%, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan tabel tersebut untuk PER (X 1 ) t hitung 30,083 ≥ 1,833 atau dilihat dari nilai signifikan 0,000 < α = 0,05 berarti Ho ditolak, variabel PER secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
b. Berdasarkan tabel tersebut nilai EPS (X 2 ) t hitung 2,664 ≥ 1,833 atau dilihat dari nilai signifikan 0,013 < α = 0,05 berarti Ho ditolak, variabel EPS secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
3. Koefisien Beta
Koefisien beta digunakan untuk melihat variabel bebas mana yang berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Semakin tinggi nilai koefisien beta suatu variabel maka semakin tinggi pula pengaruh variabel terikatnya.
Dengan melihat hasil analisis regresi (standardized coefisien) diatas terlihat nilai beta (absolute) untuk variabel PER sebesar 0,998 lebih besar dari nilai beta pada variabel EPS, jadi variabel PER memiliki pengaruh paling dominan terhadap harga saham manufaktur.
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 136
## Perusahaan Keuangan
1. Uji F
Uji F atau Anova merupakan pengujian pengaruh variabel bebas secara simultan (bersama-sama). Dari uji F, diperoleh nilai F hitung sebesar 224,962 dengan tingkat signifikan 0,000. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulakan bahwa variabel PER dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan keuangan karena tingkat signifikan sebesar 0,000 (< 0,05). Dengan kata lain model regresi dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan harga saham (Y) pada perusahaan keuangan secara simultan.
2. Uji t
Uji t ini untuk menguji masing-masing variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selanjutnya nilai t atau disebut t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf kesalahan 5% (α = 5%) dengan derajat bebas (db) = (n-2) = (12-2) = 10, nilai 10 dapat dilihat dalam tabel nilai- nilai distribusi t pada taraf kesalahan 0,05% = 1,812. Rumusan hipotesis:
a. Ho: bi = 0 Tidak ada perbedaan yang signifikan antara PER dan EPS pada harga saham perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan.
b. Ha: bi ≠ 0 Ada perbedaan yang signifikan antara PER dan EPS pada harga saham perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan.
Dengan demikian nilai t hitung dapat dibandingkan dengan t tabel sebesar tingkat kesalahan 5%, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan tabel tersebut untuk PER (X 1 ) t hitung 0,273 < 1,812 atau dilihat dari nilai signifikan 0,787 > α 0,05 berarti Ho diterima, variabel PER secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan keuangan.
b. Berdasarkan tabel tersebut nilai EPS (X 2 ) t hitung 21,127 ≥ 1,812 atau dilihat dari nilai signifikan 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, variabel EPS secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan keuangan.
3. Koefisien Beta
Koefisien beta digunakan untuk melihat variabel bebas mana yang berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan keuangan. Semakin tinggi nilai koefisien beta suatu variabel maka semakin tinggi pula pengaruh variabel terikatnya.
Dengan melihat hasil analisis regresi (standardized coefisien) diatas terlihat nilai beta (absolute) untuk variabel PER sebesar 0,013 atau lebih kecil dari nilai beta pada variabel EPS, jadi variabel EPS yang berpengaruh dominan terhadap harga saham keuangan dengan nilai beta sebesar 0,973.
## Pengaruh PER Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan variabel PER ( Price Earning Ratio ) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang aktif diperdagangkan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama tahun 2007-2009 dan jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah F hitung 455,616 atau sig 0,000 > alpha 0,05, sehingga
Kartikasari dan R. Anastasia ES, Analisis Perbandingan Harga Saham... 137
Ho ditolak berarti terbukti secara simultan ada pengaruh variabel bebas PER ( Price Earning Ratio ) terhadap variabel terikat harga saham pada perusahaan manufaktur. Makna dari pengaruh signifikan tersebut yaitu variabel PER dapat dijadikan sebagai prediktor untuk mengukur harga saham dan memiliki pengaruh yang kuat dengan setiap perubahan PER akan diikuti oleh perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur dengan mempertimbangkan variabel lain (EPS).
Sedangkan secara uji parsial pada perusahaan manufaktur, PER mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t hitung 30,083 ≥ 1,833 atau signifikan ≤ 0,05 berarti PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Dari hasil penelitian tersebut, variabel Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Berarti dalam penelitian ini seorang investor dalam melakukan investasinya tertarik pada rasio laba harga sebab memberikan indikasi mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Semakin tingginya PER maka investor akan memperoleh earning yang tinggi pula dimasa yang akan datang (Hin, 2002:96).
Pengujian secara simultan dalam penelitian pada perusahaan manufaktur tersebut menunjukkan adanya pengaruh simultan pada variabel PER. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astutik (2005:5) dan Mustiko (2008:5) yang menyatakan bahwa secara simultan variabel PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Sedangkan hasil pengujian secara parsial dalam penelitian pada perusahaan manufaktur tersebut menunjukkan adanya pengaruh parsial pada variabel PER. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustiko (2008:5) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astutik (2005:5) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel PER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
## Perusahaan Keuangan
Pada perusahaan keuangan menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan PER ( Price Earning Ratio ) , terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang aktif diperdagangkan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama tahun 2007-2009 dan jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah F hitung 224,962 atau sig 0,000 > alpha 0,05, sehingga Ho ditolak berarti terbukti secara simultan ada pengaruh variabel bebas PER ( Price Earning Ratio ) terhadap variabel terikat harga saham perusahaan keuangan. Makna dari pengaruh signifikan tersebut yaitu variabel PER dapat dijadikan sebagai prediktor untuk mengukur harga saham dan memiliki pengaruh yang kuat dengan setiap perubahan PER akan diikuti oleh perubahan harga saham pada perusahaan keuangan dengan mempertimbangkan variabel lain (EPS). Hasil uji parsial pada perusahaan keuangan menunjukkan bahwa PER tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t hitung 0,273 < 1,812 atau signifikan ≥ 0,05 berarti PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 138
Dari hasil penelitian pada perusahaan keuangan, PER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Berarti investor kurang tertarik dengan hasil analisis rasio laba harga/ Price Earning Ratio (PER) dari perusahaan. Hal ini terjadi karena rasio ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rasio laba yang dibayarkan sebagai dividen, atau pay out ratio , tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal, dan pertumbuhan dividen (Husnan, 2005:292). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mustiko (2008:5), bahwa informasi PER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham khususnya saham perusahaan manufaktur. Sedangkan pada perusahaan keuangan PER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham karena ada variabel lain yang lebih menentukan pengaruhnya terhadap harga saham.
Pengujian secara simultan dalam penelitian pada perusahaan keuangan tersebut menunjukkan adanya pengaruh simultan pada variabel PER. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggita (2009:5) yang menyatakan bahwa secara simultan variabel PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hasil pengujian secara parsial dalam penelitian pada perusahaan keuangan tersebut menunjukkan tidak ada pengaruh parsial pada variabel PER. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggita (2009:5) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel PER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
## Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan variabel EPS ( Earning Per Share ) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang aktif diperdagangkan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama tahun 2007-2009 dan jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah F hitung 455,616 atau sig 0,000 > alpha 0,05, sehingga Ho ditolak berarti terbukti secara simultan ada pengaruh variabel bebas EPS ( Earning Per Share ) terhadap variabel terikat harga saham pada perusahaan manufaktur. Makna dari pengaruh signifikan tersebut yaitu variabel EPS dapat dijadikan sebagai prediktor untuk mengukur harga saham dan memiliki pengaruh yang kuat dengan setiap perubahan EPS akan diikuti oleh perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur dengan mempertimbangkan variabel lain (PER).
Secara uji parsial pada perusahaan manufaktur, EPS mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t hitung 2,664 ≥ 1,833 atau signifikan ≤ 0,05 berarti EPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil penelitian, variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Berarti dalam penelitian ini seorang investor dalam melakukan investasi tertarik pada laba per lembar saham sebab merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan atau laba bersih dibagi jumlah saham (Hin, 2002:96).
Dengan demikian, EPS merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dan dijadikan tolak ukur yang lebih baik oleh investor dalam membuat
Kartikasari dan R. Anastasia ES, Analisis Perbandingan Harga Saham... 139
keputusan investasinya, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham serta menghasilkan earning yang sepadan dengan resiko yang ditanggungnya.
Pengujian secara simultan dalam penelitian pada perusahaan manufaktur tersebut menunjukkan adanya pengaruh simultan pada variabel EPS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Madichah (2005:5), Astutik (2005:5), Mustiko (2008:5) dan Intan (2009:5) yang menyatakan bahwa secara simultan variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan hasil pengujian secara parsial dalam penelitian pada perusahaan manufaktur tersebut menunjukkan adanya pengaruh parsial pada variabel EPS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Madichah (2005:5), Astutik (2005:5), Mustiko (2008:5) dan Intan (2009:5) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
## Perusahaan Keuangan
Pada perusahaan keuangan menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan EPS ( Earning Per Share ) , terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang aktif diperdagangkan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan periode pengamatan tahun 2007-2009 dan jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah F hitung 224,962 atau sig 0,000 > alpha 0,05, sehingga Ho ditolak berarti terbukti secara simultan ada pengaruh variabel bebas EPS ( Earning Per Share ) terhadap variabel terikat harga saham perusahaan keuangan. Makna dari pengaruh signifikan tersebut yaitu variabel EPS dapat dijadikan sebagai prediktor untuk mengukur harga saham dan memiliki pengaruh yang kuat dengan setiap perubahan EPS akan diikuti oleh perubahan harga saham pada perusahaan keuangan dengan mempertimbangkan variabel lain (PER).
Secara uji parsial pada perusahaan keuangan, EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t hitung 21,127 ≥ 1,812 atau signifikan ≤ 0,05 berarti EPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil penelitian, variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan keuangan. Berarti dalam penelitian ini seorang investor dalam melakukan investasi tertarik dengan laba per lembar saham sebab merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan atau laba bersih dibagi jumlah saham (Hin, 2002:96).
Dengan demikian, EPS merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dan dijadikan tolak ukur yang lebih baik oleh investor dalam membuat keputusan investasinya, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham serta menghasilkan earning yang sepadan dengan resiko yang ditanggungnya.
Pengujian secara simultan dalam penelitian pada perusahaan keuangan tersebut menunjukkan adanya pengaruh simultan pada variabel EPS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggita (2009:5) yang
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 140
menyatakan bahwa secara simultan variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Sedangkan hasil pengujian secara parsial dalam penelitian pada perusahaan keuangan tersebut menunjukkan ada pengaruh parsial pada variabel EPS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggita (2009:5).
## Perbandingan Hasil Analisis Antar Perusahaan
Dari hasil analisis pengaruh PER dan EPS pada perusahaan manufaktur dan perusahaan keuangan, dapat diperoleh perbandingan bahwa pada perusahaan manufaktur, variabel PER dan EPS secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari kedua variabel tesebut, variabel PER yang berpengaruh dominan terhadap harga saham. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk mengukur harga saham pada perusahaan manufaktur, sebaiknya memilih variabel PER sebagai tolak ukur untuk menentukan investasi. Sedangkan pada perusahaan keuangan, variabel PER dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan secara parsial hanya EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan variabel EPS yang berpengaruh dominan terhadap harga saham. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk mengukur harga saham pada perusahaan keuangan, sebaiknya memilih variabel EPS sebagai tolak ukur untuk menentukan investasi.
Berdasa rkan hasil kedua perusahaan, maka dapat menjawab tujuan penelitian yang meliputi:
1. Menganalisis pengaruh PER dan EPS terhadap harga saham perusahaan manufaktur, dengan hasil bahwa PER dan EPS berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
2. Menganalisis pengaruh PER dan EPS terhadap harga saham keuangan, dengan hasil bahwa PER dan EPS berpengaruh secara simultan terhadap harga saham perusahaan keuangan dan EPS berpengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan keuangan.
3. a. Menganalisis perbedaan pengaruh PER terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur, dengan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh PER terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
b. Menganalisis perbedaan pengaruh EPS terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur, dengan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh EPS terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
c. Menganalisis perbedaan pengaruh PER terhadap harga saham pada perusahaan keuangan, dengan hasil bahwa terdapat perbedaan pengaruh PER terhadap harga saham pada perusahaan keuangan disebabkan oleh menurunnya laba bersih per lembar saham biasa dan harga pasar saham serta belum adanya kenaikan laba bersih per lembar saham biasa dan harga pasar saham setelah terjadi krisis ekonomi global. Perbedaan pengaruh tersebut juga dapat diketahui bahwa PER secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.
d. Menganalisis perbedaan pengaruh EPS terhadap harga saham pada perusahaan keuangan, dengan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh EPS terhadap harga saham pada perusahaan keuangan.
Kartikasari dan R. Anastasia ES, Analisis Perbandingan Harga Saham... 141
3. Menganalisis variabel mana yang paling dominan mempengaruhi harga saham pada masing-masing jenis perusahaan tersebut, dengan hasil bahwa pada perusahaan manufaktur variabel PER dominan berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini karena PER mencerminkan rasio laba atau jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan pada periode tertentu, sehingga lebih mampu dijadikan prediktor bagi investor sebelum melakukan investasi guna menentukan return yang optimal. Selain itu, semakin tinggi PER suatu saham maka semakin tinggi pula harga sahamnya. Sedangkan pada variabel EPS tidak dominan karena dipengaruhi oleh adanya penurunan laba bersih dan jumlah saham yang beredar serta adanya krisis ekonomi global pada periode pengamatan.
Diketahui pula pada perusahaan keuangan variabel EPS dominan berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini karena EPS mencerminkan rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan, sehingga lebih mampu dijadikan prediktor bagi investor sebelum melakukan investasi guna menentukan return yang optimal dari per lembar saham atas investasinya. Sedangkan pada variabel PER tidak dominan karena dipengaruhi oleh penurunan harga pasar saham dan adanya krisis ekonomi global terlebih faktor internal (laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total, penjualan) dan faktor ekstenal (kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar, penggabungan usaha/ business combination ), sehingga kurang menarik bagi investor untuk mengukur harga saham dengan ketidakpastian faktor-faktor yang mempengaruhi PER tersebut.
Dampaknya bagi investor yaitu investor dalam berinvestasi akan memilih jenis perusahaan manufaktur yang memiliki PER yang tinggi karena mencerminkan laba yang akan diperoleh pada tingkat harga dan periode tertentu sehingga diperoleh return optimal, dan memilih jenis perusahaan keuangan dengan tingkat EPS yang tinggi karena mencerminkan laba bersih per lembar saham yang akan dibeli sehingga akan diperoleh return yang optimal dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi PER dan EPS pula seperti yang dijelaskan di atas.
## KESIMPULAN
Uji secara simultan dan parsial terdapat pengaruh PER ( Price Earning Ratio ) dan EPS ( Earning Per Share ) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2009. Terjadinya hal tersebut dikarenakan rasio ini memperhitungkan dividen maupun capital gain yang diperoleh investor. Rasio tersebut merupakan pengukur return pemegang saham yang sesungguhnya. Semakin meningkatnya laba bersih maka semakin tinggi pula dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Darmadji dan Fakhrudin (2006:15) faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas,
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 142
nilai kekayaan total, penjualan. Faktor eksternalnya yaitu kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar, penggabungan usaha ( business combination ). Uji secara simultan terdapat pengaruh PER ( Price Earning Ratio ) dan EPS ( Earning Per Share ) terhadap harga saham perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2009. Namun secara parsial hanya EPS ( Earning Per Share ) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan keuangan. Terjadinya hal tersebut dikarenakan rasio ini
memperhitungkan dividen maupun capital gain yang diperoleh investor. Rasio tersebut merupakan pengukur return pemegang saham yang sesungguhnya.
Dari hasil pengujian kedua jenis perusahaan tersebut, terdapat perbedaan variabel yang berpengaruh parsial terhadap harga saham masing-masing. Perbedaan tersebut disebabkan oleh harga saham pada perusahaan manufaktur rata- rata lebih besar daripada perusahaan keuangan, adanya krisis ekonomi yang turut mempengaruhi perubahan harga saham dan laba bersih perusahaan, jenis usaha perusahaan berbeda menyebabkan berbeda pula reaksinya terhadap perubahan perekonomian dan laba yang dihasilkan. Sedangkan perbedaan pengaruh variabel PER yang tidak berpengaruh secara parsial pada perusahaan keuangan dikarenakan terjadi penurunan harga pasar lembar saham biasa dan penurunan laba bersih lembar saham serta belum adanya kenaikan laba bersih per lembar saham biasa dan harga pasar saham setelah terjadi krisis ekonomi global pada perusahaan keuangan.
## Saran
1. Bagi investor yang akan melakukan investasi pada perusahaan manufaktur sebaiknya memperhatikan rasio PER dan EPS karena berdasarkan penelitian ini, kedua rasio tersebut mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sebab semakin tinggi PER ( Price Earning Ratio ) dan EPS ( Earning Per Share ) yang ditetapkan perusahaan, maka akan menambah keuntungan atau return yang akan diterima oleh investor. 2. Bagi investor yang akan melakukan investasi pada perusahaan keuangan sebaiknya lebih memperhatikan rasio EPS karena berdasarkan penelitian ini, rasio tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sebab semakin tinggi EPS ( Earning Per Share ), maka akan menambah keuntungan atau return yang akan diterima oleh investor. Sedangkan rasio PER berdasarkan penelitian pada perusahaan keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, oleh karena itu sebaiknya tidak hanya memperhatikan PER dan EPS tetapi rasio-rasio yang lain serta kondisi ekonomi yang terjadi.
3. Bagi investor yang akan melakukan investasi baik pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan keuangan dapat memilih perusahaan yang memiliki rata-rata PER tertinggi selama tahun 2007-2009 seperti PT Aqua Golden Misisipi Tbk (AQUA), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan rata-rata EPS tertinggi selama tahun 2007-2009 seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP), sehingga akan diperoleh return yang optimal.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah sampel perbandingan lebih dari dua sektor atau sektor yang produktif lainnya dan menambah periode
pengamatan sehingga diperoleh perbandingan yang menyeluruh (perbandingan dengan perubahan kondisi ekonomi yang lebih komplek dengan periode yang lebih lama).
5. Peneliti selanjutnya sebaiknya tidak menggunkan variabel PER lagi, karena sudah terbukti secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham khususnya pada perusahaan keuangan maupun perusahaan lainnya sesuai hasil penelitian terdahulu.
## DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert, 1997, Pasar Modal Indonesia , Mediasoft Indonesia, Jakarta.
Anggita, Ratna, 2009, Pengaruh EPS (Earning Per Share), PER (Price Earning Ratio), BV (Book Value Per Share), PBV (Price to Book Value) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing Di BEI , Skripsi , UM, Malang.
Anoraga, Pandji, 2001, Pengantar Pasar Moda l, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
Astutik, Esti Puji, 2005, Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta , Skripsi , Universitas Negeri Semarang (UNNES), Semarang.
Darmaji, Tjiptono dan Hendy M.Fakhrudin, 2006, Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab , PT Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi , Edisi 2, PT Salemba Emban Patria, Jakarta.
Hartono, Jogiyanto M, 1998, Teori Portofolio dan Analisis Investasi , Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto M, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi , Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto M, 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi , Edisi Keenam, BPFE, Yogyakarta.
Hin, L. Thian, 2001, Panduan Berinvestasi Saham , PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
MODERNISASI, Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 144
Husnan, Suad, 2005, Dasar-dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas , Edisi Keempat, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.
Intan, Taranika, 2009, Pengaruh Dividend Per Share dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia , Skripsi , Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi, Medan. Madichah, 2005, Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS) dan Financial Leverage (FL) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta , Skripsi , Universitas Negeri Semarang (UNNES), Semarang.
Martono dan Agus D.Harjito, 2005, Manajemen Keuangan , Edisi Pertama Cetakan Kelima, EKONISIA Kampus FE UII, Yogyakarta.
Mustiko, Anggraeni Widianingrum, 2008, Pengaruh EVA (Economic Value Added), EPS (Earning Per Share) Dan PER (Price Earning Ratio) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di BEI Per 2004-2006 , Skripsi , UM, Malang. Nazwirman, MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, Penilaian Harga Saham Dengan PRICE EARNING RATIO (PER): Stusi Kasus Pada Saham Industri Makanan Dan Minuman di BEI VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 98-
106.
Pojok BEI Universitas Brawijaya Malang, http/: www.idx.co.id/bei/prices/stock. 08
Oktober 2010.
Samsul, Mohamad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio , Erlangga, Jakarta.
Simamora, Henry, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis , Jilid II, Salemba Empat, Jakarta.
Subekti, Surono, 1999, Kiat Bermain Saham , PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis , CV Alfabeta, Bandung.
Umar, Husein, 2003, Metode Riset Akuntansi Terapan , Ghalia Indonesia, Jakarta. Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995.
http//: www.bataviase.co.id . 30-08-2010.
http//: www.krisisdolarkenaikanhargaminya,logamdanbahan pangan.com. 11-01-
2011.
http//: www.krisis8sep.com . 11-01-2011.
http//: www.likuidasi16bank.com . 30-08-2010.
http//: www.penilaiansaham.com . 28-06-2010.
|
ba9bda01-ddf1-45ba-a01c-a0fdbbb9d890 | http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th/article/download/4377/2629 | URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321
KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM-BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR
Antonius KAP Simbolon Universitas Prima Indonesia, Indonesia
Corresponding Author * : Antonius KAP Simbolon Universitas Prima Indonesia \
Jalan Sampul, Medan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia, Indonesia Email: [email protected]
Informasi Artikel: Diterima : 11 November 2022
Direvisi : 20 Desember 2022
Diterima : 27 Desember 2022
## How to Cite:
Simbolon, KAP. A. (2021). Keefektifan Pendekatan Problem Based Learning pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Motivasi dan Kemandirian Belajar. Jurnal Theorems (The Original Reasearch of Mathematics , 7 (2), 221-233
## ABSTRAK
Proses pembelajaran matematika di sekolah harus meningkatkan aktivitas siswa di dalam pembelajaran. Model yang memfasilitasi agar siswa aktif di dalam kelas salah satunya adalah problem based learning. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pendekatan problem-based learning ditinjau dari motivasi dan kemandirian belajar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan populasi seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri 2 Tanjung Morawa. Sampel penelitian ini adalah siswa di satu kelas VIII yang dibagi menjadi 2, yaitu kelas eksperimen (kelompok siswa bernomor absen ganjil) dan kelas kontrol (kelompok siswa bernomor absen genap) dengan banyaknya siswa berturut-turut 17 dan 16 siswa. Data dikumpulkan menggunakan angket motivasi dan kemandirian belajar. Analisis data menggunakan uji t untuk mendeskripsikan keefektifan pendekatan problem-based learning ditinjau dari masing-masing variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pendekatan problem-based learning efektif ditinjau dari motivasi, dan (2) pendekatan problem-based learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar. Hasil analisis keefektifan pendekatan problem- based learning ditinjau dari motivasi ditunjukkan dari nilai t variabel motivasi adalah 4,356 dan nilai signifikan motivasi setelah perlakuan adalah 0,001 kurang dari 0,05. Keefektifan pendekatan problem-based learning ditinjau dari kemandirian belajar dibuktikan dari nilai t variabel kemandirian adalah 5,058 dan nilai signifikannya 0,000 kurang dari 0,05.
Kata kunci: problem based learning, motivasi belajar, kemandirian belajar
## ABSTRACT
The process of learning mathematics in schools must increase student activity in learning. One of the models that facilitate students to be active in class is problem-based learning. This study aims to describe the effectiveness of the problem-based learning approach in terms of motivation and learning independence. This research is a quasi-experimental study with a population of all eighth grade students in one of SMP Negeri 2 Tanjung Morawa. The sample of this study was students in class VIII which were divided into 2, namely the experimental class (a group of students with odd absent numbers) and a control class (a group of students with even absent numbers) with 17 and 16 students, respectively. The data were collected using a motivational and independent learning questionnaire. Data analysis used t-test to describe the effectiveness of the problem-based learning approach in terms of each variable. The results showed that (1) the problem-based learning approach was effective in terms of motivation, and (2) the problem-based learning approach was effective in terms of independent learning. The results of the analysis of the effectiveness of the problem-based learning approach in terms of motivation are shown from the t value of the motivation variable is 4.356 and the significant value of motivation after treatment is 0.001 less than 0.05. The effectiveness of the problem-based learning approach in terms of learning independence is proven from the t value of the independence variable is 5.058 and the significant value is 0.000 less than 0.05.
URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th
Keywords: problem based learning, learning motivation, independent learning
## PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan pada siswa sejak di bangku sekolah dasar. Pada proses pembelajaran matematika, siswa dapat mengonstruk pemikiran, mencari proses dalam setiap masalah yang diberikan, dan menyelesaikan sesuai dengan proses tersebut (Steinberg, 2005). Hal ini dikarenakan matematika tidak hanya memberikan kemampuan terkait matematika saja, namun kemampuan lain yang menyertainya (Maschietto & Trouche, 2010). Kemampuan lain sebagai hasil belajar yang dicapai dalam pembelajaran matematika adalah komunikasi matematika, penalaran matematika, pemecahan masalah matematika, koneksi matematika, dan representasi matematika (NCTM, 2000).
Pembelajaran matematika sebagai bagian dari proses pendidikan di sekolah mempunyai peranan penting dalam peningkatan kompetensi peserta didik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang standar isi bahwa mata pelajaran matematika pada tingkat pendidikan dasar diberikan agar siswa mempunyai kompetensi mampu menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, cermat dan teliti, bertanggung jawab, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016).
Berdasarkan hasil PISA 27 dari 70 negara mempunyai motivasi diatas rata-rata, tetapi Indonesia tidak masuk dalam 27 negara tersebut. Motivasi belajar yang rendah akan mempengarui prestasi belajar siswa (Tella, dalam Fahuzan & Santosa, 2018, p. 1). Motivasi belajar siswa akan berdampak pada pembelajaran di kelas, seperti keaktifan siswa selama proses belajar mengajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran (Koca, 2016, p; W2016 & Wong, 2017,). Aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran dipengaruhi oleh motivasi, sehingga motivasi sangat penting untuk siswa dalam menyelesaikan tugas dan membangun pengetahuan. Karena motivasi didefinisikan sebagai dorongan yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ada di dalam dan luar diri siswa sehingga dapat mempertahankan diri untuk mencapai tujuan tertentu.
Permendikbud nomor 23 tahun 2018 tentang Standar Penilaian menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar siswa mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Nilai-nilai pendidikan karakter atau sikap versi Kemendiknas tahun 2013 ada delapan belas, salah satunya adalah kemandirian siswa. Siswa dapat lebih bertanggung jawab dengan tugasnya dan menyelesaikan tugasnya sendiri sebagai bentuk dari karakter kemandirian. Siswa yang memiliki kemandirian akan dapat mengembangkan kepercayaan diri dengan cepat dan mudah untuk menerima informasi dalam proses belajar mengajar sehingga menjadi pribadi yang lebih baik. Kemandirian belajar akan mempengaruhi keberhasilan
dalam pengalaman di lingkungan belajar (Cho dan Shen, 2013,). Hampir sama dengan pendapat tersebut, Yates (2002, ) menyatakan bahwa kemandirian mempunyai pengaruh dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat berhasil dalam proses belajar matematika dengan kemandirian belajar. Oleh karena itu, kemandirian belajar dapat didefinisikan sebagai perilaku interaktif siswa untuk merencanakan, mengatur, dan mengevaluasi selama pembelajaran.. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Presiden Republik Indonesia, 2003) bahwa salah satu tujuan Pendidikan nasional, selain untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Esa, juga bertujuan agar peserta didik menjadi pribadi yang mandiri. Dengan demikian, selama proses pembelajaran di sekolah diharapkan siswa ikut berpartisipasi aktif, bukan hanya guru yang aktif. Siswa yang aktif dan mandiri selama pembelajaran diharapkan dapat memahami pelajaran yang diikuti, sehingga pada akhirnya dapat menyelesaikan soal matematika dengan benar.
Permendikbud 35 tahun 2018 tentang Kurikulum 2013 menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran didesain untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya untuk mencapai kompetensi. Salah satu pilihan pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik mengajak siswa secara aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa diajak untuk melakukan observasi/mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi dengan membaca buku, atau menjelajahi internet. Kemudian, siswa mengeksplorasi informasi yang telah ditemukan. Selanjutnya, siswa menganalisis data dan mengkonstruksi makna. Akhirnya siswa mengkomunikasikan hasil dengan presentasi lisan atau dalam bentuk tertulis.
Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika, salah satunya yaitu dengan Problem-Based Learning (PBL). Barrows (Barrett, 2005) menjelaskan bahwa “ Problem-Based Learning is the learning that results from the process of working toward the understanding of a resolution of a problem. The problem is ecountered first in the learning process”. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang dihasilkan dari proses bekerja menuju pemahaman masalah, dimana masalah diberikan pada awal proses pembelajaran. Arends (2008) dan Imandala, Li (2019) mengemukakan bahwa PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan ketrampilan mengatasi masalah, serta memfasilitasi siswa untuk menjadi pelajar yang aktif dan mandiri.
Selanjutnya Uden dan Beaumont (Suprihatiningrum, 2012) yang menyatakan beberapa keuntungan yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan PBL diantaranya mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya; mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan keterampilan komunikasi; meningkatkan motivasi dan mengembangkan berbagai strategi belajar. Dari pendapat tersebut dan pendapat-
pendapat ahli seblumnya, dapat disimpulkan bahwa PBL adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah di tahap awal pembelajaran yaitu pada tahap orientasi siswa pada masalah.dengan demikian siswa akan terbisa untuk menyelesaikan masalah, dimana menyelesaikan masalah sesuai rencana merupakan bagian dari kemampuan pemecahan masalah matematis. Disamping itu PBL juga dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Penelitian ini menjadi penting dikarenakan model yang ada belum mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematika. Selain itu perlu juga di perhatikan aspek lain yakni motivasi dan kemandirian belajar dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian Habibah Sukmini Arief (2016) mengemukakan melalui pendekatan problem-based learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu penelitian yang pernah dilakukan oleh Endang (2022) penerapan model pembelajaran PBL dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa. Selanjutnya Terkait dengan penerapan PBL, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengungkap dampak PBL terhadap hasil pembelajaran. Hasil penelitian Setiawan, Waluya, dan Mashuri (2014) menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang ditimbulkan oleh PBL berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil penelitian Hima (2016) melaporkan bahwa PBL juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil-hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa PBL memberikan kontribusi positif terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keefektifan pendekatan problem-based learning pada pembelajaran matematika ditinjau dari motivasi dan kemandirian belajar.
## METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu ( quasi experiment) dengan desain non equivalent pretest-posttest control group. Penelitian dilaksanakan pada 10 Oktober-17Oktober 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII, suatu SMP Negeri 2 Tanjung Morawa tahun pelajaran 2022/2023. Sampel penelitian ini menggunakan kelas VIII 1 yang dibagi menjadi 2 kelas, yaitu siswa dengan nomor ganjil adalah kelas eksperimen, sedangkan siswa dengan nomor absen genap adalah kelas kontrol. Banyaknya siswa setiap kelas adalah 17 siswa untuk kelas eksperimen dan 16 siswa untuk kelas kontrol. Kelas eksperimen menerapkan pembelajaran dengan pendekatan problem-based learning dan kelas kontrol menerapkan pembelajaran konvensional.
Instrumen yang digunakan adalah angket motivasi dan kemandirian belajar. Adapun kisi-kisi angket motivasi dan angket kemandirian belajar ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Angket motivasi berisi 16 butir pernyataan, sedangkan angket kemandirian belajar berisi 22 butir pernyataan. Pemberian angket dilakukan sebelum dan setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui google form.
Instrumen angket motivasi dan kemandirian belajar dibuktikan validitas isi dan konstruknya. Instrumen angket dibuktikan validitas isinya dengan cara ditelaah oleh ahli (jugment expert). Ahli membuktikan validitas dengan menilai kesesuaian indikator pencapaian dengan pernyataan pada angket. Instrumen angket pada penelitian ini divalidasi oleh dua ahli. Validitas kontruk diperoleh dari uji coba yang dilakukan pada siswa kelas VIII 3 , di suatu SMP Negeri 2 Tanjung Morawa dengan menganalisis factor eksploratori (AFE). Kriteria analisis faktor dengan melihat nilai KMO Measure of Sampling Adequacy lebih dari 0,5 dengan nilai signifikasi kurang dari 0,05. Data uji coba angket motivasi menghasilkan nilai KMO sebesar 0,748 > 0,5, sedangkan hasil analisis data uji coba angket kemandirian belajar menghasilkan nilai KMO sebesar 0,775 > 0,5. Reliabilitas instrumen angket menggunakan Alpha Cronbach ( α ). Hasil analisis koefisien reliabilitas instrumen angket motivasi sebelum perlakuan adalah 0,736 dan setelah perlakuan adalah 0,776. Hasil analisis koefisien reliabilitas angket kemandirian belajar sebelum perlakuan adalah 0,795 dan setelah perlakuan adalah 0,827.
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen angket motivasi belajar No Aspek Indikator Nomor item Jumlah item Positif Negatif 1 Intrins Adanya tujuan belajar 5 8 2 Adanya kepuasan dalam belajar 7 2 2 Adanya ketekunan dalam belajar 9 6 2 Adanya keuletan dalam menghadapi 1 10 2 Adanya tantangan dan harapan masa 11 4 2 2 Ekstri Adanya penghargaan dalam belajar 3 16 2 Adanya kegiatan yang menarik dalam 15 12 2 Adanya lingkungan belajar yang kondusif 13 14 2 Jumlah 8 8 16 No Aspek Indikator Nomor item Jumlah item Positif Negatif 1 Merencanakan Menetapkan tujuan belajar 2, 18 13 3 Menetapkan sumber belajar 19, 17 1 3 Merencanakan jadwal 21 16 2 2 Mengatur/ Kontrol Menetapkan penyelesaian 10 9, 14 3 Menetapkan strategi belajar 4 12, 3 3 3 Mengevaluasi Mengevaluasi proses belajar 7 5, 20 3 Mengevaluasi hasil belajar 6, 11 8 3 Mengevaluasi diri 15 22 2 Jumlah 11 11 22
Data hasil skor angket motivasi dan angket kemandirian dianalisis untuk melihat apakah ada perbedaan antara kedua kelas sebelum dikenai perlakuan. Selain itu, data hasil angket motivasi setelah
URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321
perlakuan digunakan untuk melihat efektivitas pembelajaran pendekatan problem-based learning ditinjau dari motivasi. Begitupula dengan hasil skor angket kemandirian belajar setelah perlakuan digunakan untuk melihat efektivitas pembelajaran pendekatan problem-based learning ditinjau dari kemandirian belajar. Tabel 3 menampilkan kategori angket motivasi dan kemandirian belajar dari hasil rerata skor yang digunakan sebagai rujukan. Pendekatan pendekatan problem-based learning ditinjau dari motivasi dikatakan efektif apabila (1) rata-rata skor motivasi semua siswa mencapai kategori tinggi, yaitu > 63; (2) presentase minimal siswa yang mencapai kriteria motivasi minimal tinggi adalah 73%. Pendekatan pendekatan problem-based learning ditinjau dari kemandirian belajar dikatakaan efektif apabila (1) rata-rata skor kemandirian belajar semua siswa mencapai kategori tinggi, yaitu > 80; (2) presentase minimal siswa yang mencapai kriteria kemandirian belajar minimal tinggi adalah 75%. Secara statistik, uji yang digunakan untuk melihat perbedaan adalah uji multivariat 𝑇𝑇 2 Hotelling’s, dan efektivitasnya diuji dengan One sample t-test untuk mengetahui apakah rata-rata skor masing-masing variabel tersebut signifikan lebih dari kriteria.
Tabel 3. Kategori hasil angket motivasi dan angket kemandirian belajar Interval angket motivasi Kategori Interval kemandirian belajar 64 < x ≤ 80 Sangat tinggi 88 < x ≤ 110 53,3 < x ≤ 64 Tinggi 73,3 < x ≤ 88 42,67 < x ≤ 53,3 Sedang 58,67 < x ≤ 73,3 32 < x ≤ 42,67 Rendah 44 < x ≤ 58,67 16 ≤ x ≤ 32 Sangat rendah 22 ≤ x ≤ 44
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi motivasi dan kemandirian belajar
Motivasi dideskripsikan berdasarkan perolehan skor sebelum dan setelah perlakuan yang terdiri dari 16 butir pernyataan. Hasil skor motivasi disajikan pada Tabel
Tabel 4. Deskripsi data motivasi
problem-based learning Konvensional
Deskripsi Sebelum Setelah Sebelum Setelah Rata-rata skor 61,3 67,42 56,47 60,7 Skor minimum 52 58 47 50 Skor maksimum 67 79 69 71 Standar deviasi skor 5,45 6,57 6,89 6,47
Hasil analisis deskripsi data motivasi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata skor motivasi sebelum dan sesudah pembelajaran mengalami peningkatan. Rata-rata skor motivasi pada kelas problem-based learning sebelum diberi perlakuan mencapai 61,3 dan setelah perlakuan mencapai 67,42. Siswa kelas konvensional juga mengalami peningkatan rata-rata skor dari 56,47 dan setelah
URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th
e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321
perlakuan menjadi 60,7. Peningkatan rata-rata skor motivasi kelas problem-based learning lebih tinggi daripada kelas konvensional, yaitu 6,12 pada kelas problem-based learning dan 4,23 pada kelas konvensional.
Hasil angket motivasi juga dideskripsikan berdasarkan pencapaian setiap aspek motivasi. Hasil pencapaian tersebut ditampilkan pada Tabel 5
Tabel 5. Rata-rata skor tiap aspek motivasi
problem-based learning Konvensional
Deskripsi Sebelum Setelah Sebelum Setelah Adanya tujuan belajar 74,3 75,6 60,3 64,7 Adanya kepuasan dalam belajar 60,9 71,4 48,4 52 Adanya ketekunan dalam belajar 59,6 69,7 56,7 65 Adanya keuletan dalam menghadapi kesulitan 66,5 67,3 55,2 65,8 Adanya tantangan dan harapan masa depan 56,2 67,6 50,2 53 Adanya penghargaan dalam belajar 52,7 70,7 44,5 50 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 65,4 66,5 56,7 60 Adanya lingkungan belajar yang kondusif 63,6 74,5 57,5 66 Keseluruhan 62,4 70,41 53,68 59,56
Berdasarkan Tabel 5, hasil angket motivasi setiap aspek motivasi antara kelas problem-based learning dan kelas konvensional rata-rata setiap aspek kelas problem-based learning lebih tinggi daripada kelas konvensional. Delapan aspek motivasi kelas problem-based learning dan kelas konvensional mempunyai selisih rata-rata skor yaitu 8,72 sebelum mendapatkan perlakuan dan 10,85 setelah mendapatkan perlakuan.
Tabel 6 menampilkan deskripsi hasil pemberian angket kemandirian belajar.
problem-based learning Konvensional Deskripsi Sebelum Setelah Sebelum Setelah Rata-rata skor 80,25 92 83,53 91,7 Skor minimum 65 73 68 70 Skor maksimum 93 99 95 97 Standar deviasi skor 8,47 9,37 9,47 9,24
Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa setelah perlakuan kedua kelas mengalami peningkatan rata-rata kemandirian. Kelas problem-based learning mengalami peningkatan rata-rata yang cukup tinggi, yaitu 11,75, sedangkan kelas konvensional hanya meningkat sebesar 8,17.
Data untuk setiap aspek kemandirian belajar sebelum dan setelah pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata skor tiap aspek kemandirian belajar
problem-based learning Konvensional
Deskripsi Sebelum Setelah Sebelum Setelah Menetapkan tujuan belajar 57,7 62,3 52,3 56,3
URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321 Menetapkan sumber belajar 56,8 68,7 45,4 50,4 Merencanakan jadwal belajar 56,7 69,4 52,7 61 Menetapkan penyelesaian tugas 54,6 62,8 50,5 54 Menetapkan strategi belajar 57,2 57,4 53,7 58 Mengevaluasi proses belajar 56,2 66,6 42,3 49 Mengevaluasi hasil belajar 56,7 63,7 52,4 61 Mengevaluasi diri 57,5 63,2 51,6 62 Keseluruhan 56,67 64,26 50,11 56,46
Berdasarkan data pada Tabel 7 diketahui bahwa kelas Problem-based learning dan kelas konvensional mengalami peningkatan rata-rata pada setiap aspeknya. Secara keseluruhan, rata-rata setiap aspek kemandirian belajar di kedua kelas mengalami peningkatan, yaitu 7,59 pada kelas Problem-based learning dan 6,35 pada kelas konvensional.
Keefektifan pendekatan Problem-based learning ditinjau dari motivasi dan kemandirian belajar Berdasarkan hasil perhitungan setelah perlakuan, rata-rata skor motivasi kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut 67,54 dan 63,6. Uji hipotesis keefektifan pendekatan Problem-based learning ditinjau dari motivasi mempunyai kriteria bahwa rata-rata skor motivasi siswa termasuk pada kategori tinggi. Hipotesis statistik rumusan masalah pertama adalah 𝐻𝐻 0 : 𝜇𝜇 1 = 60 dan 𝐻𝐻 1 : 𝜇𝜇 1 > 60 , dengan 𝜇𝜇 1 adalah rata–rata skor motivasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan Problem-based learning .
Nilai 𝑡𝑡 h 𝑖𝑖𝑡𝑡𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 variabel motivasi adalah 4,356 dan nilai signifikannya 0,001. Oleh karena itu, 𝐻𝐻 0 ditolak karena nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa motivasi pada pembelajaran Problem-based learning lebih dari 60 sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Problem-based learning efektif ditinjau dari motivasi.
Hasil perhitungan rata-rata skor kemandirian setelah perlakuan kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah 92,4 dan 94,7. Uji hipotesis keefektifan pendekatan Problem-based learning ditinjau dari kemandirian belajar mempunyai kriteria bahwa rata-rata skor kemandirian belajar siswa termasuk pada kategori tinggi. Hipotesis statistik rumusan masalah kedua adalah 𝐻𝐻 0 : 𝜇𝜇 2 = 81 dan 𝐻𝐻 1 : 𝜇𝜇 2 > 81 , dengan 𝜇𝜇 2 adalah rata–rata skor kemandirian belajar siswa yang menggunakan pendekatan Problem-based learning .
Nilai 𝑡𝑡 h 𝑖𝑖𝑡𝑡𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 variabel kemandirian adalah 5,058 dan nilai signifikannya 0,000. Artinya, 𝐻𝐻 0 ditolak karena nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar pada pembelajaran Problem-based learning lebih dari 81, sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Problem-based learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar.
URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321
## Perbedaan keefektifan pendekatan pembelajaran
Perbandingan efektivitas antara pembelajaran dengan pendekatan Problem-based learning dan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional dilakukan untuk mengetahui apakah pendekatan Problem-based learning lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi dan kemandirian belajar. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan efektivitas penerapan pendekatan Problem-based learning dan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi dan kemandirian belajar, maka data hasil posttest dianalisis. Hasil uji MANOVA untuk data posttest disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil uji beda rata-rata dua kelompok dengan manova
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig. Hotelling’s Trace 0,065 0,946 2,000 27,000 0,406
Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi setelah perlakuan lebih dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan keefektifan pembelajaran dengan pendekatan Problem-based learning dan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi dan kemandirian belajar. Penelitian ini melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Problem-based learning pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan data hasil angket motivasi sebelum perlakuan didapat bahwa di kedua kelas tidak terdapat siswa yang termasuk dalam kategori rendah dan sangat rendah. Hal ini terjadi karena sekolah menuntut siswanya untuk aktif dalam kegiatan akademik.
Berdasarkan hasil analisis per indikator motivasi dari pemberian angket sebelum dan setelah perlakuan pada kelas eksperimen, dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikan skor pada aspek kepuasan dalam belajar, ketekunan dalam belajar, kuletan dalam menghadapi kesulitan belajar, tantangan dan harapan masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif. Aspek tujuan belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terjadi peningkatan di setiap aspeknya. Demikian pula, analisis per indikator angket kemandirian belajar sebelum dan setelah perlakuan mengalami kenaikan di kedua kelas. Pada penelitian ini, lebih mengunggulkan pendekatan Problem-based learning daripada pembelajaran konvensional. Selain itu, secara keseluruhan siswa di kelas eksperimen tidak ada yang termasuk dalam kategori motivasi sedang. Sebaliknya, di kelas kontrol terdapat 24,24% (8 siswa) dengan kategori motivasi sedang. Terdapat perbedaan yang signifikan di kedua kelas. Selain itu, pembelajaran pada kelas eksperimen yang direncanakan melakukan percobaan diubah hanya menggunakan LKS saja. LKS digunakan sebagai sarana penyampaian konsep dalam pembelajaran matematika.
Pembuktian hipotesis penelitian pertama adalah pendekatan Problem-based learning efektif ditinjau dari motivasi. Peningkatan skor motivasi juga dipengaruhi oleh langkah-langkah pembelajaran. Guru dapat memfasilitasi siswa dengan memberi kendali atas lingkungan belajar dengan menawarkan
pilihan yang bermakna (misalnya, pilihan topik dan anggota kelompok), dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk membuat keputusan di lingkungan belajar (misalnya, kecepatan pelajaran dan pemecahan masalah), dan dengan mendorong pendapat siswa. Pendekatan Problem- based learning mengacu pada lingkungan belajar berbasis masalah yang memungkinkan eksplorasi strategi kreatif untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan pembelajaran konvensional berbeda dengan pendekatan Problem-based learning. Pembelajaran konvensional hanya befokus pada guru, sehingga siswa kurang mampu dalam memecahkan masalah secara efisien dan efektif. Siswa kurang untuk memahami dunia di sekitarnya.
Habibah Sukmini Arief (2016) mengemukakan melalui pendekatan problem-based learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Tujuan Problem-based learnin adalah untuk mengidentifikasi masalah mempengaruhi tujuan belajar dari indikator motivasi. Untuk membantu siswa memahami kegunaan materi, guru dapat (a) menghubungkan materi, rutinitas, dan strategi ke dunia nyata dengan mendefinisikan implikasi kehidupan nyata; (b) merancang tugas dan kegiatan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran dan tujuan jangka panjang siswa; (c) menerapkan pengalaman, pembelajaran langsung; dan/atau (d) memasukkan topik yang relevan secara individual.
Pembuktian hipotesis penelitian kedua adalah pendekatan Problem-based learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar. Berdasarkan penelitian ini telah terbukti bahwa pendekatan Problem-based learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar.Identifikasi masalah pada langkah pendekatan Problem-based learning membuat siswa menetapkan tujuan belajar dan mampu memecahakan masalah. Siswa akan mengidentifikasi masalah yang menjadi perhatian untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, guru memberikan kebebasan siswa untuk menetapkan tujuan pembelajaran mereka. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arends (2008) menyatakan bahwa pembelajaran PBL memiliki lima fase, yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi. Langkah ketiga dari pembelajaran dengan PBL adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Selama fase ini siswa harus menyelidiki, melihat hubungan, memanfaatkan buku ataupun sumber belajar. Kegiatan pembelajaran pada fase ini sangat menuntut kemandirian siswa. Selain itu, menyelidiki, melihat hubungan, memanfaatkan buku atau sumber belajar merupakan sub aspek dari personal atribut yang merupakan salah satu aspek kemandirian belajar. Hal tersebut disinyalir menjadi penyebab PBL lebih efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Langkah terakhir dari PBL adalah menganalisis dan mengevaluasi. Pada fase ini siswa akan menganalisis dan mengevaluasi hasil pekerjaan kelompok, hasil pekerjaan kelompok lain, juga evaluasi dan penekanan hal penting dari guru. Dengan adanya evaluasi diakhir pembelajaran siswa akan mengetahui kekurangan dan kelebihan pekerjaan yang telah dilakukan. Evaluasi pembelajaran
e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321
merupakan sub aspek dari processes yang merupakan aspek dari kemandirian belajar, sehingga fase tersebut juga berkontribusi bagi peningkatan kemandirian belajar matematis siswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Killen (2009) yang menyatakan bahwa dalam PBL siswa yang mampu menyelesaikan tugas dan menemukan pengetahuan yang baru dari dirinya sendiri, akan memiliki kepuasan yang besar. Hal ini dapat dikataan bahwa melalui PBL siswa memiliki keyakinan diri (self-efficacy) yang merupakan aspek dari kemandirian belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian Lubis (2015) yang menyatakan bahwa peningkatan keterampilan pemecahan masalah dan kemandirian belajar pada PBL lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini juga bersesuaian dengan pendapat Arends (Suprihatiningrum, 2016, p.215) bahwa PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Pendapat yang hampir sama disampaikan Riyanto (2010, pp.307-308) yang menyatakan bahwa PBL memfokuskan pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran berkelompok.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem-based learninefektif ditinjau dari motivasi siswa; dan (2) pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem-based learnin efektif ditinjau dari kemandirian siswa. Pendekatan Problem-based learnindapat dijadikan salah satu pilihan untuk meningkatkan motivasi dan kemandirian belajar. Penelitian ini dapat diterima berdasarkan hasil statistik penelitian dan didukung oleh teori-teori yang sudah ada. Melalui penelitian ini diharapkan ada pengembangan penelitian selanjutnya yaitu tinjauan aspek dalam pembelajaran di luar motivasi dan kemandirian belajar.
## SARAN
pendekatan Problem-based learnin dapat digunakan pada pembelajaran matematika, khususnya materi relasi dan fungsi di kelas VIII dengan catatan memperbaiki hambatan-hambatan selama proses belajar berlangsung. Pendekatan Problem-based learnindapat optimal diterapkan pada pembelajaran matematika dengan memperhatikan kesiapan siswa dan guru untuk melakukan percobaan dan penyampaian materi berorientasi pada masalah dunia nyata.
## DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. (2008). Learning to teach: Belajar untuk mengajar (7th ed.) (H. P. Soetjipto & M. Soetjipto, trans.). Yogyakarta: Pelajar. (Original work published 2008).
Barrett, T. (2005). Understanding problem based learning. In T. Barrett, I. M. Labhrainn & H. Fallon (Eds.), Handbook of Enquiry and problem-based learning: Irish case studies and international perspectives (pp. 13-25). Dublin: All Ireland Society for Higher Education (AISHE).
Cho, M.-H., & Shen, D. (2013). Self-regulation in online learning. Distance Education, 34(3), 290– 301. https://doi.org/10.1080/01587919.2013.835770
Endang Wulandari. (2022). Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk Meningkatkan kemandirian belajar matematika pada siswa kelas VIII C SMP NEGERI 1 arjosari pacitan tahun pelajaran 2018/2019. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran: Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, 3(1), 76–86. https://jurnal.lppm- staifapacitan.ac.id/index.php/jpp/article/view/102
Fahuzan, K., & Santosa, R. H. (2018). Gender differences in motivation to learn math using role play game in smartphone. Journal of Physics, 1–7. http://dx.doi.org/10.1088/17426596/1097/1/012130
Habibah Sukmini Arief, Maulana, Ali Sudin. (2016). Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Pendekatan
Problem-Based Learning (Pbl).
https://ejournal.upi.edu/index.php/penailmiah/article/view/2945
Hima, L. (2016). Penerapan model pembelajaran problem based learning ditinjau dari kemampuan komunikasi matematik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 4(2), 111-121. doi: http://doi.org/10.25273/jipm.v4i2.845
Imandala, I., Li, R., & Supriyadi, A. (2019). Analysis of problem-based learning models by typology of knowledge Pollock and Cruz (1999). International Journal of Education and Learning, 1(1), 111. doi:https://doi.org/10.31763/ijele.v1i1.12
Kemendikbud. (2018a). Permendikbud Nomor 23 tahun 2018 Tentang Standar Penilaian.
Kemendikbud. https://dx.doi.org/10.1016/j.athoracsur.2009.09.030
Kemendikbud. (2018b). Permendikbud Nomor 35 Tahun 2018 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Killen, R. (2009). Effective teaching strategies: Lesson from research and practice (5th ed.). Newcastle, UK: Social Science Press.
Koca, F. (2016). Motivation to learn and teacher-student relationship. Journal of International Education and Leadership, 6(2), 1–20. https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1135209.pdf
e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321
Lubis, S., Surya, E., & Minarni, A. (2015). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemandirian belajar siswa SMP melalui model pembelajaran berbasis masalah. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika, 8(3). doi: https://doi.org/10.24114/paradikma.v8i3.3365
Maschietto, M., & Trouche, L. (2010). Mathematics learning and tools from theoretical, historical and practical points of view: the productive notion of mathematics laboratories. ZDM Mathematics Education, 42(1), 33-47. https://doi.org/10.1007/s11858-009-0215-3
NCTM (The National Council of Teachers of Mathematics). (2000). Principles and standards for school mathematics. Reston, VA: Author.
Presiden Republik Indonesia (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Retrieved from https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/ uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf
Setiawan, D., Waluya, B., Mashuri, M. (2014). Keefektifan PBL berbasis nilai karakter berbantuan CD pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah materi segiempat. Unnes Journal of Mathematics,
3(1), 15-20. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/3431
Steinberg, L. (2005) Cognitive and affective development in adolescence. Trends in Cognitive Sciences, 9(2), 69-74. https://doi.org/10.1016/j.tics.2004.12.005
Suprihatiningrum, J. (2016). Strategi pembelajaran teori dan aplikasi. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yates, S. M. (2002). The influence of optimism and pessimism on student achievement in mathematics. Mathematics Education Research Journal, 14(1), 4–15. https://doi.org/10.1007/BF03217113
|
f6180c7f-881b-4a06-8a8e-13ba5c1f35dd | https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/INTECOM/article/download/10237/6232 | Volume 7 Nomor 3, Tahun 2024 e-ISSN : 2614-1574 p-ISSN : 2621-3249
## ANALISIS KEBISINGAN UNIT UREA PLANT I(A) PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN METODE NOISE MAPPING DAN NIOSH
## NOISE ANALYSIS OF PT PETROKIMIA GRESIK UREA PLANT I(A) UNIT USING NOISE MAPPING AND NIOSH METHODS
Sandy Cahyo Mahardika 1 , Hidayat 2 , Akhmad Wasiur Rizqi 3 1,2,3 Department Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik Email: [email protected], [email protected], [email protected]
## ABSTRACT
Industrial growth is inseparable from noise since almost every manufacturing activity in the industrial area generates some level of audible or visible sound. Particularly from the running of industrial machinery, noise may induce hearing loss, which in turn can impact health and comfort. As part of its efforts to reduce background noise, PT Petrokimia Gresik has begun implementing the Hearing Conservation Program's (HCP) core principles. Though certain parts of the PKP program have been put into action, the whole program has not been executed methodically. The purpose of this research is to use noise mapping and niosh techniques to ascertain the location and volume of noise in PT Petrokimia Gresik's urea unit at factory 1A. Field studies have shown that two out of the three regions have noise levels higher than the pre-control level of 85 dB, which is set by NAB Permenaker No. Per.13 / Men / X / 2011. An exposure level of 96.53 dB is found in the noisiest region. According to NIOSH, the maximum allowable exposure period may be adjusted depending on the measured noise level. The maximum exposure period recorded in the vicinity of the Pump Station is 33.44 minutes, or 0.56 hours, according to the measurement findings. Due to the proximity of this measurement site to the noise source, employees of PT Petrokimia Gresik are required to wear safety helmets, earplugs, and muffs. Workers' hearing may be protected from the harmful effects of acoustic energy with the help of the protective gear.
## Keywords : Noise Mapping, NIOSH, Noise
Pertumbuhan industri tidak dapat dipisahkan dari kebisingan karena hampir setiap aktivitas manufaktur di kawasan industri menghasilkan suara yang terdengar atau terlihat pada tingkat tertentu. Khususnya akibat pengoperasian mesin industri, kebisingan dapat menyebabkan gangguan pendengaran, yang pada gilirannya dapat berdampak pada kesehatan dan kenyamanan. Sebagai bagian dari upaya mengurangi kebisingan latar belakang, PT Petrokimia Gresik telah mulai menerapkan prinsip-prinsip inti Program Konservasi Pendengaran (HCP). Meskipun sebagian program PKP telah dilaksanakan, namun keseluruhan program belum dilaksanakan secara metodis. Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan teknik pemetaan kebisingan dan niosh untuk memastikan lokasi dan volume kebisingan di unit urea PT Petrokimia Gresik di pabrik 1A. Studi lapangan menunjukkan bahwa dua dari tiga wilayah tersebut memiliki tingkat kebisingan lebih tinggi dari tingkat pra- kontrol sebesar 85 dB yang ditetapkan oleh Permenaker NAB No. Per.13/Men/X/2011. Tingkat paparan sebesar 96,53 dB adalah ditemukan di wilayah paling bising. Menurut NIOSH, periode paparan maksimum yang diperbolehkan dapat disesuaikan tergantung pada tingkat kebisingan yang diukur. Periode paparan maksimum yang tercatat di sekitar Stasiun Pompa adalah 33,44 menit, atau 0,56 jam, menurut temuan pengukuran. Karena kedekatan lokasi pengukuran dengan sumber kebisingan, maka karyawan PT Petrokimia Gresik wajib menggunakan helm pengaman, penutup telinga, dan sarung tangan. Pendengaran pekerja dapat dilindungi dari efek berbahaya energi akustik dengan bantuan alat pelindung.
Kata Kunci : Pemetaan Kebisingan, NIOSH, Kebisingan
## PENDAHULUAN
Industri adalah salah satu sektor penyebab utama sumber kebisingan, yang sering melebihi sumber kebisingan lainnya. Hal ini telah mengakibatkan gangguan
pendengaran di berbagai lokasi perindustrian di negara ini. Indonesia, sebagai negara berkembang, sangat mengandalkan alat-alat industri untuk proses produksi, dengan tenaga kerja
sebagai elemen kunci
dalam mengoperasikan peralatan dan mesin. Meskipun industri memberikan manfaat bagi masyarakat, penggunaan mesin dan peralatan cenderung menciptakan lingkungan kerja yang bising, berpotensi merugikan kesehatan. Selain industri, sumber kebisingan lainnya di sekitar kita semisal bandara dan jalan raya. Beberapa pekerjaan, seperti pertambangan, pembuatan terowongan, dan penggalian, secara konsisten terpapar kebisingan tinggi, demikian pula pekerjaan yang melibatkan mesin berat seperti truk dan kendaraan konstruksi.(Anggraini et al., 2021)
Salah satu elemen lingkungan fisik yang mungkin memberikan tekanan ekstra pada pekerja adalah kebisingan, yang berdampak pada kesehatan kerja. Kehilangan pendengaran dan potensi kerusakan telinga sementara atau permanen dapat terjadi akibat kontak yang terlalu lama dengan tingkat kebisingan yang melampaui nilai ambang batas, terutama jika tidak ada alat pelindung diri yang tepat. Karena bahaya ini, pemerintah di beberapa negara telah mengeluarkan undang-undang yang membatasi visibilitas opini pekerja industri(Silviana et al., 2021)
Salah satu bisnis besar di Indonesia, PT Petrokimia Gresik adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh BUMN, yang kemudian diawasi oleh PIHC, Perusahaan Induk Pupuk Indonesia. Bisnis ini menawarkan jasa teknik dan konstruksi selain pembuatan pupuk dan bahan kimia. Dengan adanya pelabuhan dan tiga fasilitas (Pabrik I, Pabrik II, dan Pabrik I), PT Petrokimia Gresik dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan pupuk dan menjadi produsen unggulan di industri tersebut. Di sisi lain, penggunaan mesin dan sifat pekerjaan yang dilakukan di perusahaan ini berisiko berkontribusi terhadap polusi suara.
Karyawan menghadapi bahaya kerusakan pendengaran permanen jika tingkat kebisingan sekitar melebihi NAB. Tingkat kebisingan yang cukup tinggi merupakan ciri khas Pabrik I yang mempunyai empat
unit kerja yaitu Unit Pabrik Amoniak, Unit Pabrik Urea, Pabrik ZA Unit I dan II, serta Unit Utilitas I.
Tercatat saat dilakukannya medical cek up terdapat 3 dari 10 karyawan yang terkena dampak akibat kebisingan seperti pendengaran yang tidak seimbang antara kiri kanan dan penurunan kinerja pendengaran. Di wilayah ini, tingkat kebisingan tetap dan tidak berubah di seluruh wilayah. spektrum frekuensi. Uji tingkat kebisingan menunjukkan bahwa terdapat tiga shift dengan delapan jam kerja setiap hari.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengukur kebisingan di unit urea PT. Petrokimia. Kemudian membuat peta kontur kebisingan menggunakan software golden surfer. Dan Menganalisa hasil penelitian dan memberikan saran pengendalian. Kami akan menggunakan program Surfer 16 untuk memetakan tingkat kebisingan di area produksi. Kemudian, tingkat tersebut akan kami bandingkan dengan baku mutu kebisingan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011. Kami akan menggunakan metode perhitungan NIOSH untuk menentukan waktu paparan maksimum terhadap tingkat kebisingan. Terakhir, kami akan menggunakan peta distribusi kebisingan untuk merekomendasikan tindakan pengendalian. (Sasmita et al., 2021) Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang kebisingan seperti yang di lakukan oleh Silviana, N. A., Siregar, N., Banjarnahor, M., & Munte, S. (2021). meneliti mengenai kebisingan yang menyebabkan gangguan yang berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik pada pekerja yang setiap hari berhubungan dengan mesin-mesin Produksi yang memiliki tingkat kebisingan cukup tinggi sehingga memiliki resiko kerusakan pada organ pendengaran pekerja (damage risk on hearding) yang disebabkan oleh suara
bising yang tinggi atau waktu kumulatif paparan yang berlebihan pada PT. Y bergerak dalam produksi Fatty Alcohol . Wardaniyagung, M. N. (2023).
meneliti mengenai penerapan k3 pada lingkungan kerja pada industry yang mennghasilkan intensitas suara yang dapat menimbulkan kebisingan di lingkungan kerja sehingga berdampak buruk terhadap kesehatan pekerja terutama terhadap gangguan pendengaran (auditory).
Gangguan pendengaran juga dipengaruhi oleh factor pekerja seperti usia, masa kerja, dan alat pelindung telinga (APT).
## METODE
Metodologi Pemetaan Kebisingan dan NIOSH digunakan dalam penyelidikan ini. Salah satu jenis pemetaan dikenal sebagai "pemetaan kebisingan", dan pemetaan ini menunjukkan pola tingkat kebisingan di wilayah tertentu. Memprediksi pola penyebaran kebisingan di dekat industri adalah aplikasi pemetaan kebisingan yang umum di industri. Tujuannya di sini adalah untuk menciptakan metode pengurangan dan pengendalian kebisingan yang sejalan dengan semua peraturan kebisingan yang relevan. Tingkat kebisingan lokasi penelitian dari mesin-mesin industri menjadi sasaran penyelidikan ini. (Aulia et al., 2019)
Sementara NIOSH mempunyai peran penting dalam mengidentifikasi risiko dan kebisingan di tempat kerja dan mengembangkan
pedoman untuk melindungi pekerja dari bahaya kebisingan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi area kebisingan dan menentukan durasi maksimal paparan suara yang aman bagi pendengaran pekerja di area tersebut. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian.(Dr. Vladimir, 2018)
Tahapan Penelitian Adapun skenario penyelesaian permasalahan yang di jelaskan pada diagram alir di bawah ini :
Gambar 1 Diagram Alir Penelitian
## Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, dilakukan penelitian dan mengidentifikasi masalah, permasalahanya yaitu Kebisingan yang melebihi batas yang telah di tentukan (NAB) yang dapat berisiko terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan hal tersebut dan batasan masalah agar penelitian lebih fokus dan terarah
## Studi Literatur
Mencari referansi dan litelatur yang berkaitan dengan penelitian yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi penelitian untuk mengolah data untuk menyelesaikan permasalahan yang ada terutama mengenai Noise Mapping.
## Pengumpulan Data
Di Departemen Urea Unit 1A PT Petrokimia Gresik, peneliti menggunakan survei dan Sound Level Meter untuk mengumpulkan data pengambilan sampel kebisingan secara langsung. Langkah- langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data primer adalah:
1. Dokumentasi penelitian: rekaman foto langkah-langkah yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan menggunakan pengukur tingkat suara. 2. Pemahaman menyeluruh dengan buku, makalah, studi, dan jurnal terkait diperlukan untuk tinjauan literatur.
3. Untuk mendapatkan data utama tingkat kebisingan perlu dilakukan pengukuran secara langsung. (Afrizal et al., 2023) Pengumpulan data
sekunder mencakup layout PT Petrokimia Gresik. Setelah semua data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengukur kebisingan untuk menentukan tingkat kebisingan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
## Metode Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan di pabrik Urea PT Pabrik 1A. Tiga lokasi pengukuran berada di Petrokimia Gresik. Pengukur tingkat suara adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan pembacaan kebisingan. Berdasarkan perhitungan tersebut, setiap satuan ukuran harus mampu menggambarkan jangka waktu tertentu dalam satu shift:
1. Pada pukul 08.00, L1 melambangkan pukul 06.00 –
09.00.
2. Nilai kedua, L2, diukur pada pukul 9:00, berarti pukul 9:00 hingga
11:00.
3. Pukul 14.00 hingga 17.00, L3 diambil pukul 15.00.
Menurut NIOSH (1998), pendekatan ini digunakan untuk mengetahui berapa lama pekerja terpapar kebisingan. Dengan memasukkan angka-angka tersebut ke dalam rumus:
T =
## Dimana :
T = Waktu paparan maksimum yang diizinkan pada saat itu (menit) L = jumlah kenyaringan pada saat itu (PNS et al., 2024)
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat beberapa area yang merupakan sumber suara bising di produksi unit urea. Berikut area tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Table 1 Area Sumber bising Unit Urea NO Area Bising 1 Pump Station 2 Steam Sistem 3 Barack bengkel urea Pengumpulan data kebisingan dilakukan selama kondisi operasional normal tanpa aktivitas lain yang berdampak pada tingkat kebisingan seperti hujan deras, angin topan, atau kecelakaan kerja. Istilah-istilah yang disingkat akan dijelaskan pada saat pertama kali digunakan.(Bozkurt, 2021)
Table 2 Data Kebisingan Pump Station Unit Urea Waktu Tabel kebisingan pump station urea Detik menit 1 dB(A) menit 2 dB(A) menit 3 dB(A) menit 4 dB(A) menit 5 dB(A) menit 6 dB(A) menit 7 dB(A) menit 8 dB(A) menit 9 dB(A) menit 10 dB(A) 5 95,2 96,8 96,2 97 96,9 96 96,5 96,1 96,5 96,6 10 96 96,5 95,8 97,3 96,7 95,7 96,7 96,3 96,1 96,9 15 96,7 96,1 96,4 97,5 96,5 95,4 96,4 96,5 95,9 97,1 20 96,8 96,3 96,6 97 96,3 95,3 96,9 96,9 95,7 96,8 25 97 96,7 96,9 96,7 96,8 95 97,1 96,7 95,3 96,5 30 97,4 96,9 96,5 96,9 97,1 95,7 96,7 96,3 95,5 96,9 35 97,1 97,3 96,2 96,5 97,3 96 96,4 96,8 95,2 97,3
40 97,3 96,8 96 96,3 97 95,8 96,2 97 95,8 97 45 97,5 96,7 96,3 96,9 97,2 95,5 96 97,2 96,1 97,2 50 97,2 96,2 96,8 97,4 96,9 95,9 95,7 97,5 96,5 97,4 55 97,4 96,5 97,2 97,7 96,7 96,1 95,5 97,1 96,7 97 60 97,1 96,9 96,6 97,2 96,2 96,3 95,8 96,8 96,2 96,7 Tabel 2 menampilkan hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan di sekitar pump station . Setiap lokasi pengukuran dipantau selama 10 menit dengan kecepatan 5 detik, menghasilkan total 120 titik data. Berdasarkan data pada tabel temuan tersebut, tingkat kebisingan bisa mencapai 97,7 dB dan paling rendah 95,0 dB. Untuk mendapatkan distribusi frekuensi, kita mengambil nilai terendah dan maksimum dari tabel dan menggunakannya untuk menghitung r, k, dan i, masing-masing, untuk jumlah kelas dan interval kelas.(Ismara Nareswari et al., 2023)
Nilai r r = Мах-Міn = 97.7 – 95.0
= 2.7
Nilai k k = 1+3.3 log n = 1 + 3.3 log 120 = 7.86
Nilai i
i =
= 2.7 /7,86 = 0,3
Berdasarkan hasil perhitungan yang disebutkan sebelumnya, dihasilkan data distribusi frekuensi. Kemudian, dengan menggunakan nilai rata-rata, frekuensi interval kebisingan, dan interval itu sendiri, dapatkan distribusi frekuensinya. Tabel di bawah ini akan membantu memperjelas berbagai hal.
Table 3 Perhitungan Interval, Nilai Tengah, Frekuensi Interval Bising Nilai Tengah Frekuensi 95 - 95,3 95,1 5 95,4 – 95,7 95,5 8 95,8 – 96,1 95,9 16 96,2 – 96,5 96,3 26 96,6 – 96,9 96,7 33 97,0 – 97,3 97,1 24 97,4 – 97,7 97,5 8 Data distribusi frekuensi
sebelumnya digunakan untuk menentukan nilai Leq. Leq merupakan turunan dari tingkat kebisingan kontinu, yaitu nilai kebisingan yang tetap dibagi dengan kebisingan yang berubah dalam jangka waktu yang sama.
Nilai Leq Leq = 10 Log 1/n [ × (Σ x 10 0,1 X Ln )] dBA Leq = 10 Log 1/120 [ × (5 × 10 0,1 × 95.1 ) + (8 × 10 0,1 X 95,5 ) + (16 × 10 0,1 X 95,9 ) + (26 x 10 0,1 X 96,3 ) + (33 ×10 0,1 X 96,7 ) + (24×10 0,1 X 97,1 ) + (8×10 0,1 X 97,5 ) ] dBA =96,53 dBA
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, nilai Leq untuk L1 di titik satu adalah 96,53 dBA dengan menggunakan rumus Leq untuk area Pump. Perhitungan yang sama juga dilakukan pada area lainnya, (Steam Sistem, Barack Bengkel Urea) sehingga diperoleh data tingkat kebisingan di sebelas titik di arca kerja PT Petrokimia Gresik yang ditujukkan pada tabel berikut.
Table 4 Hasil Perhitungan Leq Mesin Kebisingan dBA Keterangan Pump station 96,53 dBA (Melebihi NAB Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.13 Tahun 2011) Diatas NAB (Pada titik ini merupakan sumber bising dan area yang berbaya bagi pekerja.) Steam sistem 87,35 dBA (Melebihi baku mutu Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.13 Tahun 2011) Diatas NAB (Pada titik ini merupakan sumber bising dan area yang sangat berbaya bagi pekerja.) Barack Bengkel Urea 84.57 dBA (Dibawah baku mutu Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.13 Tahun 2011) Dibawah NAB (Titik berjarak cukup jauh dengan mesin) Peta kontur kebisingan dibuat untuk menunjukkan dimana tingkat kebisingan terendah dan terbesar setelah diperoleh hasil pengukuran kebisingan.
Pemetaan Kontur Kebisingan Menggunakan Metode Pemetaan Kebisingan
Semua titik pengambilan sampel kebisingan diposisikan relatif satu sama lain menggunakan cara ini. Di sekitar setiap titik sampel, gambar tersebut menampilkan statistik tentang tingkat kebisingan. Untuk melakukan pemetaan noise harus menginput data Leq yang telah dihitung menggunakan program Golden Surfer. Tingkat kebisingan diwakili oleh warna dalam pemetaan ini; warna yang lebih gelap menunjukkan jumlah kebisingan yang lebih besar(Ismara Nareswari et al., 2023)
Perangkat lunak Golden Surfer digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari pengukuran kebisingan. Informasi yang dibutuhkan terdiri dari koordinat titik x dan y serta skor z yang mewakili tingkat kebisingan rata-rata. Peta kontur dihasilkan dari data yang dimasukkan ke dalam spreadsheet Surfer, yang mencakup koordinat dan tingkat kebisingan rata-rata. Saat pertama kali digunakan, singkatan teknis akan ditentukan.
Dengan menggunakan garis kontur, peta kontur dapat menunjukkan beberapa
ciri permukaan bumi sebagaimana adanya. Garis kontur yang rapat menunjukkan daerah yang relatif datar, sedangkan garis yang jarang menunjukkan daerah yang landai. Selain mengungkap pola sebaran kebisingan, kontur ini juga dapat memberikan informasi mengenai relief absolut dan relatif.(Isliko et al., 2022)
Berikut adalah perbedaan pola distribusi tingkat kebisingan:
1 Kisaran desibel 74 hingga 85 diwakili oleh rona hijau.
2 Tingkat kebisingan antara 86 - 92 desibel ditunjukkan dengan warna kuning.
3 Tingkat kebisingan antara 92 - 94 desibel diwakili oleh rona oranye.
4 Tingkat kebisingan antara 85 - 90 desibel diwakili oleh warna kuning.
5 Tingkat kebisingan antara 96 - 104 desibel diwakili oleh rona merah jambu.
6 Untuk tingkat kebisingan lebih dari 106 dB digunakan warna merah.
Berikut adalah peta yang menunjukkan pola tingkat kebisingan di lokasi penelitian.
Analisis Waktu Pemaparan
## Menggunakan Rumus NIOSH
Sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2011, perhitungan dilakukan pada tempat pengukuran yang diklasifikasikan berdasarkan intensitas tingkat kebisingan yang berada di atas nilai ambang batas (>85 dB) dan yang berada di bawahnya (<85 dB). . Prosedur yang sesuai digunakan untuk memastikan waktu maksimum paparan kebisingan yang diperbolehkan. Laporan Surmardiyono dkk., 2020
Perhitungan NIOSH. Di sini, di Barack Urea, yang tingkat kebisingannya 84,57 dB, perhitungan NIOSH dilakukan karena tingkat kebisingan berada di bawah ambang batas baku mutu sebesar 85 dB.
T =
=
= 530,15 Menit = 8,83 Jam
Menurut perkiraan, pekerja di Bengkel
Barack Urea terkena paparan kebisingan terus menerus terlama yaitu 8,83 jam, kecuali mereka mengenakan alat pelindung diri atau mengambil tindakan lain untuk mengurangi kebisingan.
Mengingat pekerja hanya bekerja 8 jam sehari, angka tersebut dinilai aman. Referensi: Indriyanti dkk. (2019).
Mengenai lokasi yang tingkat kebisingannya lebih tinggi dari ambang
batas baku mutu (>85 dB), khususnya di Stasiun Pompa (96,53 dB), dikemukakan sebagai berikut:
T =
=
= 33,44 Menit = 0,56 Jam
Tanpa alat pelindung diri (APD) atau tindakan pengurangan kebisingan, karyawan di Stasiun Pompa akan terkena paparan kebisingan dengan durasi maksimum masing-masing sebesar 33,44 menit dan 0,56 jam. Karena tempat ini sangat dekat dengan mesin yang sedang berjalan, tentu saja tempat ini memiliki kebisingan latar belakang paling banyak. Pekerja mungkin terpapar kebisingan dalam jangka waktu yang berbeda-beda, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah. Untuk mencegah penyakit akibat kerja, seperti kerusakan atau gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan yang melebihi norma, diperlukan perawatan lebih lanjut di lokasi tertentu.(Azis et al., 2023)
Table 5 Waktu Paparan Perhitungan Metode Niosh Pengukuran Paparan (Menit) Paparan (Jam) Keterangan Pump Station 33,44 0,56 Melebihi NAB NIOSH Steam System 278,89 4,65 Melebihi NAB NIOSH Barack Bengkel Urea 530,15 8,83 Dibawah NAB NIOSH
Karena terdapat waktu pemaparan maksimal yang diperbolehkan yaitu 8 jam kerja, maka lokasi dengan tingkat kebisingan di atas persyaratan tersebut mungkin memerlukan penanganan lebih lanjut. Terapi ini penting untuk mencegah gangguan akibat kerja, khususnya gangguan atau kehilangan pendengaran
Gambar 2 Peta Kontur Kebisingan Unit Urea PT Petrokimia Gresik Menggunakan Aplikasi Golden Surfer
akibat paparan kebisingan yang melebihi norma, meskipun jangka waktu paparannya tidak terlalu lama.
Ada jangka waktu tertentu dimana karyawan mungkin terpapar suara keras. Mereka diharuskan memakai penutup telinga atau pelindung telinga lainnya untuk mencegah paparan kebisingan yang berlebihan jika giliran kerja mereka melampaui batas waktu tersebut. Selain itu, jika tingkat kebisingan peralatan Anda lebih tinggi dari NAB, Anda memerlukan peredam kebisingan, seperti kotak atau partisi khusus, untuk ruangan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Hamzah dkk. pada tahun 2022.
Kita perlu menemukan cara untuk mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja di tempat yang tingkat kebisingannya terlalu tinggi. Mungkin kita bisa mencoba menerapkan jadwal kerja shift atau bahkan sekadar memindahkan karyawan ke tempat yang tidak terlalu bising. Pengawasan tambahan dari departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Petrokimia Gresik diperlukan untuk mempromosikan penggunaan APD dan mendidik karyawan tentang risiko kebisingan terhadap kesejahteraan mereka(Ramadhan, 2019)
## SIMPULAN
Sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Per.13/Men/X/2011, sebelum dilakukan pengendalian, dua dari tiga kawasan yang tingkat kebisingannya tinggi melebihi baku mutu tingkat kebisingan. Analisis ini didasarkan pada pengukuran di lapangan. Pada 96,53 dB, area Stasiun Pompa mencatat titik kebisingan maksimum. Tergantung pada temuan pengujian tingkat kebisingan di setiap wilayah, periode pemaparan yang direkomendasikan oleh NIOSH mungkin berbeda. Pada 33,44 menit, atau 0,56 jam, periode paparan maksimum yang diperbolehkan adalah di area Stasiun Pompa, dimana sumber kebisingan paling terkonsentrasi. Pekerja diwajibkan untuk memakai alat pelindung
diri seperti penutup telinga, sarung tangan, dan helm untuk mengurangi jumlah energi akustik yang mencapai mekanisme pendengaran mereka, karena titik pengukuran terletak paling dekat dengan sumber kebisingan. Melindungi karyawan di PT Petrokimia Gresik dari kebisingan menjadi prioritas utama. Kemudian, tetapkan jam kerja shift atau pindahkan karyawan dari tempat dengan kebisingan tinggi ke tempat dengan kebisingan rendah sehingga mereka tidak harus bekerja di lingkungan seperti itu sepanjang waktu. Untuk membuat upaya ini lebih berhasil, penelitian lebih lanjut mungkin dilakukan. Temuan dan interpretasi yang diambil dari penelitian ini disajikan pada bagian ini. Dirangkum dengan opsi untuk memberikan pengenal unik pada setiap paragraf jika diperlukan.
## DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, R., Anggraini, F. J., & Yasdi, Y.
(2023). Intensitas Bising dan Pemetaan Kebisingan dengan Surfer 13 di Lingkungan Kerja PT Hok Tong Jambi. Jurnal Rekayasa Hijau ,
6 (3).
https://doi.org/10.26760/jrh.v6i3.197- 207 Anggraini, D. R., Fitrianingsih, Y., &
Akbar, A. (2021). Analisis Tingkat Kebisingan dan Persebarannya Menggunakan Metode Noise
Mapping Pada PLTD Siantan , Kalimantan Barat. Jurnal Rekayasa Lingkungan Tropis , 5 (2).
Aulia, S. R., Sasmita, A., & Elystia, S.
(2019). Analisis Kebisingan dari Kegiatan Penangkaran Burung Walet di Kelurahan Bagan Kota, Kabupaten Rokan Hilir dengan Metode Noise Mapping. JOM FTEKNIK , 6 (1). Azis, A., Amaliah, A., & Rasyid, K. H. (2023). SISTEM MONITORING
KEBISINGAN
BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT). Jurnal Media Elektrik , 20 (3).
https://doi.org/10.59562/metrik.v20i3
.47945
Bozkurt, T. S. (2021). Preparation of Industrial Noise Mapping and Improvement of Environmental Quality. In Current Pollution Reports (Vol. 7, Issue 3). https://doi.org/10.1007/s40726-021- 00195-3 Dr. Vladimir, V. F. (2018). Analisis Waktu
Kebisingan PT. Riau Power Unit PLTG/U Pekanbaru Dengan Metode Noise
Mapping. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local. , 1 (69). Hamzah, H., Agriawan, M. N., & Abubakar, M. Z. (2022). Analisis Tingkat Kebisingan Menggunakan Sound Level Meter berbasis Arduino
Uno di Kabupaten Majene. J-HEST Journal of Health Education Economics Science and Technology ,
3 (1).
https://doi.org/10.36339/jhest.v3i1.45
Indriyanti, L. H., Wangi, P. K., & Simanjuntak, K. (2019). Hubungan
Paparan Kebisingan terhadap
Peningkatan Tekanan Darah pada
Pekerja. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan ,
15 (1). https://doi.org/10.24853/jkk.15.1.36- 45
Isliko, V., Budiharti, N., & Adriantantri, E. (2022). Analisis kebisingan peralatan pabrik dalam upaya meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dan meningkatkan kinerja karyawan di PT Wangi Indah Natural. Jurnal Valtech , 5 (1).
Ismara Nareswari, Ahmad Imaduddin, &
Y. Denny Ardyanto Wahyudiono.
(2023). NOISE MAPPING IN THE TURBINE AREA AT PT POMI.
Journal of Vocational Health Studies ,
6 (3). https://doi.org/10.20473/jvhs.v6.i3.20 23.209-214 PNS, E. L., AN, I., & Rachmawati, S.
(2024). Keterkaitan Intensitas
Kebisingan Lingkungan Terhadap
Tingkat Stres Pekerja (Studi Kasus di
Industri Kimia Sukoharjo). Jurnal Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan , 5 (1).
https://doi.org/10.25077/jk3l.5.1.38- 47.2024 Ramadhan, N. P. (2019). Pengaruh Kebisingan Aktivitas Di Bandar Udara Terhadap Lingkungan Sekitar.
Jurnal Teknik Lingkungan . Sasmita, A., Reza, M., & Rodesia Mustika Rozi. (2021). Pemetaan Dan Perhitungan Pemaparan Tingkat Kebisingan Pada Industri Pengolahan Kayu Di Kecamatan Siak, Provinsi Riau. Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan , 6 (2). https://doi.org/10.29080/alard.v6i2.11 85 Silviana, N. A., Siregar, N., &
Banjarnahor, M. (2021). Pengukuran dan Pemetaan Tingkat Kebisingan pada Area Produksi. JOURNAL OF
INDUSTRIAL AND MANUFACTURE ENGINEERING ,
5 (2).
https://doi.org/10.31289/jime.v5i2.61 01 Sumardiyono, S., Wijayanti, R., Hartono, H., & Sri Budiastuti, M. T. (2020).
Pengaruh Kebisingan
terhadap
Tekanan Darah, dengan Stres Kerja sebagai Variabel Mediator. Jurnal Kesehatan
Vokasional , 5 (2). https://doi.org/10.22146/jkesvo.54088
|
8c7b8c55-225b-4622-8081-c5eaf1c7f18e | http://journal.unigha.ac.id/index.php/JSR/article/download/764/735 | Jurnal Sains Riset (JSR) p -ISSN 2088-0952, e -ISSN 2714-531X http://journal.unigha.ac.id/index.php/JSR DOI. 10.47647/jsr.v10i12
## TINGKAT KEPUASAN PADA PASIEN LANJUT USIA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKEMAS IDI RAYEUK
Fia Dewi Auliani (1) , Denni Hermartin (2)
1,2 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Abulyatama, Aceh Besar
Email : [email protected], [email protected]
## ABSTRACT
Elderly is someone who is old and experiences such as biological, physical, psychological, and social changes. The percentage of elderly in Indonesia has increased from year to year. In 2018, there are 9,27 % or about 24,49 million elderly from the entire population Improvement of services for the elderly must be increased along with the increasing number of elderly from year to year through improving the quality of health services that will have an impact on patient satisfaction. This research aims to analyze the correlation between the level of satisfaction in elderly patients with the quality of health services at the Community Health Center of Idi Rayeuk.There were 50 respondents as samples in this study using accidental sampling techniques. The research design was a descriptive cross sectional-analytic approach. The research result based on Kolmogorov Smirnov showed a p-value of 0,000 <0.05. This indicates that there is an intense correlation between satisfaction on senior citizens on the quality of the services at the Community Health Center of Idi Rayeuk. The recommendations from this study are expected to be a reference for further research regarding service quality and patient satisfaction.
Keywords : Quality of Service, Satisfaction level
## ABSTRAK
Lanjut usia adalah seseorang yang sudah berusia lanjut dan mengalami suatu perubahan baik itu yang bersifat biologis, fisik, kejiwaan, dan juga sosial. Persentase lansia di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, terdapat 9,27% atau sekitar 24,49 juta lansia dari seluruh penduduk. Peningkatan pelayanan pada lansia pun harus di tingkatkan seiring bertambahnya jumlah lansia dari tahun ke tahun melalui peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang akan berdampak terhadap kepuasan diri pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara tingkat kepuasan pada pasien lanjut usia terhadap kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas Idi Rayeuk. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 responden dengan teknik accidental sampling. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini berdasarkan kolmogorov smirnov diperoleh p- value 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kepuasan pada lansia terhadap kualitas pelayanan di puskesma Idi Rayeuk. Rekomendasi penelitian ini di harapkan dapat menjadi acaun bagi penelitian selanjutnya mengenai kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan pasien.
Kata kunci: kualitas pelayanan, tingkat kepuasan.
Jurnal Sains Riset (JSR) p -ISSN 2088-0952, e -ISSN 2714-531X http://journal.unigha.ac.id/index.php/JSR DOI. 10.47647/jsr.v10i12
## Pendahuluan
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang sudah berusia lanjut dan mengalami suatu perubahan baik itu yang bersifat biologis, fisik, kejiwaan, dan juga sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk dengan kesehatannya. Menurut UU kesehatan No.36 Tahun 2009 pasal 138, kesehatan manusia khususnya pada lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap di pelihara dan dapat ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara prokduktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta dalam berperan aktif dalam pembangunan1. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk suatu negara menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan jumlah penduduk lansia yang cukup signifikan menandakan bahwa program-program
terkait pelayanan kesehatan yang telah dicanangkan oleh pemerintah beberapa tahun kebelakang sudah cukup berhasil, seperti peningkatan pelayanan fasilitas puskesmas serta sarana dan prasarananya, optimalisasi program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dan juga berbagai program pemerintah lainnya termasuk pelayanan kesehatan, maka harapan hidup masyarakat juga terus meningkat dan berdampak pada meningkatnya jumlah lansia di Indonesia.
Mutu pelayanan yang baik tidak hanya di ukur dari kemewahan fasilitas, kelengkapan teknologi ataupun dari penampilan fisik. Namun, mutu pelayanan yang baik diukur dari sikap dan juga perilaku karyawan yang harus mencerminkan profesionalisme dan mempunyai komitmen yang tinggi. Mengetahui bahwa mutu pelayanan kesehatan juga mengacu pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kepuasan pada diri pasien seperti adanya proses interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan.
## Metode Penelitian Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional.
## Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan yaitu seluruh pasien lansia yang melakukan kunjungan ke puskesmas di Idi rayeuk.
## Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien lansia yang melakukan kunjungan ke puskesmas di Idi Rayeuk. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan teknik accidental sampling.
## Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien lansia yang bersedia menjadi responden
b. Pasien lansia dalam keadaan sehat mental dan sadar
c. Pasien lansia yang mampu
berkomunikasi dengan baik
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien lansia yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik
b. Pasien lansia yang mengalami gangguan jiwa
c. Pasien lansia yang mengalami kecacatan (tuli,buta,bisu) Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas yang terdapat di Kota Idi Rayeuk Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 juni 2020 – 25 juni 2020.
Data yang diperoleh dari hasil pembagian kuesioner dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
p
Jurnal Sains Riset (JSR) p -ISSN 2088-0952, e -ISSN 2714-531X http://journal.unigha.ac.id/index.php/JSR DOI. 10.47647/jsr.v10i12
Keterangan : p : Persentase f : Frekuensi teramati N : Jumlah sampel
## Hasil dan Pembahasan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Umur Frekuensi (n) Persentase (%) 40-45 3 6,0 50-55 13 26,0 60-65 23 46,0 70-75 11 22,0 Total 50 100,0 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-Laki 23 46,0 Perempuan 27 54,0 Total 50 100,0 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%) IRT 22 44,0 Wiraswasta 8 16,0 Pedagang 5 10,0 PNS 4 8,0 Supir 5 10,0 Petani 1 2,0 Karyawan Swasta 1 2,0 Guru 2 4,0 Tukang Batu 1 2,0 Pensiunan PNS 1 2,0 Total 50 100,0 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Persentase (%) SD 9 18,0 SMP 12 24,0
SMA 19 38,0 Perguruan Tinggi 10 20,0 Total 50 100,0
## Ditribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status Perkawinan Frekuensi (n) Persentase (%) Kawin 39 78,0 Cerai Mati 11 22,0 Total 50 100,0 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Puskesmas Idi Rayeuk Kualitas Pelayanan Frekuensi (n) Persentase (%) Sangat Buruk 0 0,0 Buruk 0 0,0 Cukup 10 20,0 Baik 29 58,0 Sangat Baik 11 22,0 Total 50 100,0 Tabulasi Silang Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Lansia di Puskesmas Idi Rayeuk Kualitas Pelayanan Kepuasan Lansia Total Puas Tidak Puas n % N % n % Cukup 10 100,0 0 0,0 10 100,0 Baik 25 86,2 4 13,8 29 100,0 Sangat Baik 10 90,9 1 9,1 11 100,0 Total 45 90,0 5 10,0 50,0 100,0 P-value 0,000
## Pembahasan
Puskesmas Idi
Rayeuk sudah memberikan pelayanan yang memenunuhi harapan sebagian besar responden. Ini sangat berkaitan dengan upaya pemerintah untuk
Jurnal Sains Riset (JSR) p -ISSN 2088-0952, e -ISSN 2714-531X http://journal.unigha.ac.id/index.php/JSR DOI. 10.47647/jsr.v10i12
menyelenggarakan pelayanan kesehatan pada lanjut usia secara komprehensif dengan pendekatan holistic yang diberikan kepada pasien lanjut usia, baik itu lanjut usia yang sakit maupun yang sehat agar tetap dapat mempertahankan kondisi kesehatannya dengan optimal.
Kualitas pelayanan akan tercapai apabila pasien terutama lansia mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dengan mendapatkan harga pengobatan yang sesuai dan adanya perhatian dari tenaga kesehatan terhadap penyakit yang diderita oleh setiap pasien. Kualitas pelayanan sebagai indikator pertama dari standar mutu pelayanan puskesmas. Kualitas pelayanan yang rendah akan berdampak terhadap penurunan jumlah kunjungan pada puskesmas.
## Kepuasan Pasien Lansia
Kepuasan merupakan suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja dari layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Artinya rasa puas ini timbul setelah pasien mendapatkan pelayanan kesehatan.
Besarnya presentase responden yang puas terhadap pelayanan puskesmas diharapkan tidak membuat cepat puas manajemen puskesmas tersebut, karena masih banyak pelayanan yang perlu ditingkatkan agar pelayanan puskesmas semakin mendekati kebutuhan dan harapan pasien lansia, indikator kepuasan pasien lansia ini dapat membantu manajemen puskesmas dalam melakukan pembenahan untuk meningkatkan kinerja pelayanan dan juga kepuasan pasien.
## Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Lansia
Setiap petugas pelayanan kesehatan harus memiliki rasa empati dan rasa tanggap yang cepat dalam memberikan pelayanan kesehatan agar tercapainya tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pasien. Oleh sebab
itulah institusi kesehatan sangat memperhatikan mutu pelayanan. Sehingga ada hubungan antara mutu pelayanan dengan kepuasan pasien.
## Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas Idi Rayeuk sebagian besar responden menyatakan kualitas pelayanan yang diterima sudah baik sebanyak 29 responden (58,0%).
2. Mayoritas responden menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan pada pasien lanjut usia di puskesmas Idi Rayeuk sebanyak 45 responden (90%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan yang diberikan dengan tingkat kepuasan pada pasien lanjut usia di puskesmas Idi Rayeuk, dengan nilai p value = 0,000 ( p < 0,05)
## Saran
1. Disarankan kepada pimpinan puskesmas untuk berupaya meningkatkan pelayanan yang diberikan dengan cara memberikan dukungan atau motivasi kepada petugas untuk bekerja dengan baik dalam rangka memenuhi harapan pasien.
2. Disarankan kepada petugas puskesmas Idi Rayeuk untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan standar yang berlaku di Puskesmas tersebut dan meningkatkan tanggung jawab dan disiplin kerja dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait kualitas pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien.
## Daftar Pustaka
Chotimah.I.J.
Hubungan
Pelayanan Komunikasi Teurapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Lansia Di Puskesmas Kecamatan
Jurnal Sains Riset (JSR) p -ISSN 2088-0952, e -ISSN 2714-531X http://journal.unigha.ac.id/index.php/JSR DOI. 10.47647/jsr.v10i12
Puring. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehat Muhammadiyah. 2017;1(1):1-14.
M S, Maylasari L, Agustina, R et al. Statistik
Penduduk Lansia 2018. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Supartiningsh S. Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Kasus Pada Pasien Rawat Jalan. J Medicoetcolegal dan Manaj Rumah Sakit. 2017;6(1):9-14 Abdurachman, Nurseptiani D, Adani M. Pengaruh Cycling Exercises Terhadap Enurunan Nyeri Pada Ostheoathrithis Di Posyandu Lansia Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. J Penelit Ipteks. 2020;4(2):198-208. Rizal A. Analisis Faktor Internal Penentu Kepuasan Pasien. J Endur. 2018;1(1):1-6 Nusa M, Maramis FRR KG. Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Jasa Pelayanan Di Puskesmas Kombos Kota Manado. KESMAS - Kartu Indones Sehat Dengan Kepuasan. 2018;7(5):7 Utama S. Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit. Manaj Pelayanan Kesehat. 2015;1(1):1-10.
Yustia B. Kualitas Pelayanan Puskesmas Dengan Kepuasan Pasien Lanjut Usia. Sekol Tinggi Ilmu Kesehat Insa Cendikia Med. 2017;1(1).
|
345317c4-b5ba-4e3a-8c3c-ab38f66ec7c5 | https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/MEKANIKA/article/download/2710/2259 |
## MEKANIKA – JURNAL TEKNIK MESIN
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 4 No. 1 (2018)
## ANALISA PENGARUH VARIASI PENGELASAN ULANG DAN VARIASI DIAMETER KAWAT LAS PADA PLAT BAJA TERHADAP CACAT LAS DAN SIFAT MEKANIK
## Edi Santoso, Salman Al Farisyi
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Jalan Semolowaru No. 45 Surabaya 60118, Tel. 031-5931800, Indonesia email: [email protected]
## ABSTRAK
Perkembangan dalam dunia perindustrian pada saat ini mulai mempertimbangkan material baja untuk bahan utama dalam proses produksinya. Baja salah satu logam ferro yang banyak dipergunakan di dunia teknik,misalnya digunakan dalam bidang kontruksi, membuat alat-alat perkakas,alat-alat pertanian,komponen otomotif,dan semua struktur logam akan terkena pengaruh gaya luar yaitu berupa tekanan dan gaya tegangan gesek. Perbedaan paling mendasar adalah terdapat nilai keuletan pada logam las tersebut,dimana nilai keuletan logam las besi selalu lebih tinggi jika di bandingkan dengan logam induk. Proses pengelasan ulang atau repair dapat terjadi apabila material yang mengalami kerusakan atau cacat akibat kesalahan dalam pekerjaan di lapangan dan pengulangan pekerjaan. Karena terjadi proses pengelasan ulang ini maka akan mengakibatkan perubahan sifat mekanik dan struktur mikro pada suatu material. Pada umumnya sifat logam las besi lebih ulet,sehingga perlu dilakukan pengujian ketangguhan material untuk mengetahui sampai berapa kali pengelasan ulang atau repair dapat di lakukan. Maka berdasarkan hal tersebut di Tugas Akhir ini akan menganalisa pengaruh pengelasan ulang pada besi karbon terhadap nilai kekerasan serta terjadinya cacat di bawah permukaan yang mungkin terjadi akibat dilakukanya pengelasan ulang. Dari variasi tegangan dapat mempengaruhi hasil pengelasan. Terdapat beberapa hasil cacat las yang timbul yaitu incomplete penetration dan incomplete fusion. Terdapat kategori cacat las yang berbeda-beda pada hasil pengelasan normal dan repair. Pengujian hardness menunjukan bahwa nilai kekerasan dapat berubah disebabkan karena pengaruh perubahan deformasi pada saat pengelasan. Dari hasil diameter filler 2,6 menghasilkan nilai kekerasan diangka maksimum 3,2 HR A sedangkan diameter filler 3,2 volt menghasilkan nilai kekerasan minimum 1,6 HR A . Kata kunci: bahan ST42,kekerasan (Rockwell),metalografi,radiografi,SMAW.
## PENDAHULUAN
Perkembangan
dalam dunia perindustrian pada saat ini mulai mempertimbangkan material baja untuk bahan utama dalam proses produksinya. Baja salah satu logam ferro yang banyak dipergunakan di dunia teknik,misalnya digunakan dalam bidang kontruksi, membuat alat-alat perkakas,alat-alat
pertanian,komponen otomotif,dan semua struktur logam akan terkena pengaruh gaya luar yaitu berupa tekanan dan gaya tegangan gesek. Perbedaan paling mendasar adalah terdapat nilai keuletan pada logam las tersebut,dimana nilai keuletan logam las besi selalu lebih tinggi jika di bandingkan dengan logam induk.
Maka dari itu penelitian ini mengetahui cacat las yang timbul akibat proses pengelasan ulang,mengetahui perbedaan struktur mikro baja yang di las dengan variasi pengelasan sebanyak 2 kali,mengetahui kekerasan material hasil pengelasan ulang. Dari acuan tersebut bermaksud untuk “ANALISA PENGARUH VARIASI PENGELASAN ULANG DAN VARIASI DIAMETER KAWAT LAS PADA PLAT BAJA TERHADAP CACAT LAS DAN SIFAT MEKANIK” dan diharapkan memperoleh material hasil las dengan karakteristik yang terbaik.
## Pengaruh Unsur Paduan Terhadap Baja
Pada paduan baja, setelah mengalami proses metalurgi yang membentuknya, selain unsur karbon yang sebagai paduan utama, masih mengandung berbagai macam-macam unsur yang masing-masing memiliki pengaruh terhadap struktur mikro baja tersebut, Pengaruh unsur-unsur tersebut dapat saling menguatkan maupun melemahkan baja tersebut.
Secara umum unsur-unsur baja adalah Silikon (Si), Mangan (Mn), Fosfor (P), Sulfur (S), Nitrogen (N2), Tembaga (Cu), Nikel (Ni), Chrom (Cr), Oksigen (O2), Aluminium (Al), Hidrogen (H2) dan ada unsur lainnya tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit serta beberapa senyawa bukan logam lainnya baik berwujud sulfida, oksida maupun silikat.
## Sifat Mampu Las
1. Sifat Umum
Secara umum sifat mampu las,dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan logam yang dapat di las dan mengalami penurunan mutu akibat terjadinya penggetasan,cacat atau retakan. Mutu hasil lasan akan terkait langsung denga sifat mampu las dari bahannya yang dilihat dari sensitifitas sambungan las terhadap kemungkinan terjadinya penggetasan,cacat atau retak. Pengetasan,cacat atau retak
berdampak langsung terhadap penurunan sifat mekanik dari logam yang di las.
2. Retak Las
Cacat las yang sering terjadi pada proses pengelasan adalah keretakan pada hasil las yang dapat terbagi menjadi dua kategori retak las yakni retak dingin dan retak panas.
•Retak Dingin
Retak yang terjadi pada daerah las pada suhu kurang lebih 300% C.
•Retak Panas
Retak yang terjadi pada suhu diatas 500% C.
## Las SMAW
Proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) yang juga biasa disebut dengan las stik adalah suatu proses pengelasan yang menggunakan arus panas untuk mencairkan material dasar atau logam iduk dan elektroda dan menyambungkan suatu benda kerja material plat baja. Panas tersebut dihasilkan olehproses lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilakukan pengelasan). Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu proses penyambungan material. Adapun untuk definisi dari proses pengelasan yang mengacuh pada AWS (American Welding Societi),proses pengelasan adalah suatu proses penyambunga antara metal atau non metal yang dapat menghasilkan suatu bagian dimana material tersebut menjadi satu,dengan cara memanaskan material yang akan dilakukan proses penyambungan sampai pada suhu pengelasan tertentu,tanpa atau dengan proses penekanan dan tanpa atau dengan logam pengisi. Meskipun dalam metode pengelasan tidak hanya berupa proses penyambungan material,tetapi juga bisa berupa proses pemotongan dan brezing.
## Gambar 1. Skema pengelasan SMAW
## Pengujian Radiografi
Uji radiografi adalah suatu pengujian dimana material yang akan diuji tidak mengalami proses perusakan. Pengujian dalam metode ini memiliki keuntungan dan kekurangan yaitu : [Hendro prasetiyo,2006].
Keuntungan uji radiografi : 1.Mampu mendeteksi cacat internal 2.Mampu memeriksa material logam dan non logam 3.Mampu memeriksa raw material dan hasil las 4.Mampu menghasilkan rekaman permanen dari komponen
Kekurangan uji radiografi ; 1.Harga peralatan dan biaya oprasional relatif mahal 2.Bahaya radiasi
3.Waktu setup lama
4.Cacat planar sulit di deteksi
5.Diperlukan akses dari ke dua sisi komponen.
## Pengujian Metalografi
Metalografi adalah salah satu cabang bidang metalurgi yang pada intinya adalah pengamatan struktur logam baik secara makro atau mikro. Struktur logam secara makro pengamatan dapat dilakukan tanpa alat bantu,sedangkan mikro harus diamati menggunakan alat bantu. Alat bantu tersebut bisa berupa mikroskopik yang memanfaatkan lensa-lensa optis atau menggunakan mikroskop elektron seperti
SEM (scanning electron micrography). Pengamatan makro sering digunakanmisalnya untuk mengetahui keretakan makro atau untuk mengevaluasi hasil pengelasan. Sedangkan pengamatan makro banyak dlakukan untuk mengetahui fase-fase pada logam dengan paduan tertentu [gene mathers,2002].
Pengujian kekerasan (metode rockwell) Kekerasan didefinisikan sebuah pengujian yang mencari karakteristik material yang dipengaruhi oleh sebua paduan material dan kekerasanya dapat diubah bila dikerjakan dengan pengerjaan outdore. Pengujian kekerasan mempunyai tiga metode yaitu metode brinell,rockwell dan vickers.
Pengujian kekerasan menggunakan mesin uji rockwell yang mengunakan indentor bola baja atau kerucut intan yang di ditekankan pada material uji. Dengan rumus HR = E – e
## Pengujian rockwell
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan yang dilakukan proses penekankan pada permukaan material uji tersebut. Untuk mencari suatu besarnya nilai kekerasan material dengan menggunakan metode Rockwell sudah dijelaskan pada gambar 2, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh indentor dengan beban minor (Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban mayor (major Load F1) pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban mayor diambil sehingga yang tersisa adalah minor load dimana pada kondisi 3 ini indentor ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema kondisi indentor
Dibawah ini merupakan rumus cara mencari besarnya kekerasan dengan metode Rockwell.
HR = E – e keterangan : F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf) F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf) F = Total beban (kgf) e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.003 mm E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang untuk tiap jenis indentor berbeda-beda HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness.
## Pengujian radiografi
pengujian radiografi adalah pengujian yang tak merusak material tersebut dimana pengujian tersebut untuk mengetahui sebuah cacat yang terdapat didalam hasil pengelasan. Pengujian radiografi pada dasarnya adalah proses penyinaran benda uji (spesimen) dengan menggunakan sinar elektromagnetik seperti sinar x atau sinar gama yang dapat menembus material. Kedua sinar elektromagnetik tersebut memiliki panjang gelombang sebagai berikut :
Sinar x = 2 x 10-12 sampai 10-9 meter Sinar gama = 10-13 sampai 2 x
10-12 meter
Sinar x dan sinar gama memancarkan cahaya yang berwarna putih yang dapat menembus material. Jumlah penyerapan radiasi tergantung pada kerapatan dan ketebalan suatu material serta intensitas radiasi. Penyerapan radiasi juga tergantung dengan ada tidaknya cact las yang
timbul,seperti
porosity,incomplete penetration,incomplete
fusion, atau
inclusion. Cacat tersebut akan mengurangi ketebalan material sehingga akan lebih banyak menyerap radiasi yang akan diterima film dan menghasilkan gambar yang lebih hitam [Gene mathers,2002].
## Prosedur eksperimen
## Hasil pengujian kekerasan
Dari percobaan ini akan diperoleh data berupa nilai kekerasan pada masing- masing posisi weld metal 5 titik. Pengujian dilakukan pada posisi top,bottom,and center. Jumlah masing-masing spesimen adalah 5 titik.
## Hasil metalografi
Hasil pengujian menunjjukan bahwa partikel cacat las tersebar disemua variable karena benda uji mengalami perubahan deformasi yang terjadi pada saat pengulangan pengelasan.
## Kesimpulan dan saran
1.Dari variasi tegangan dapat mempengaruhi hasil pengelasan. Travel speed dan sudut filler juga sangat berpengaruh pada hasil pengelasan. Terdapat kategori cacat las yang berbeda-beda pada hasil pengelasan normal dan repair yaitu incomplete penetration dan incomplete fusion.
2.Pengujian hardness menunjukan bahwa nilai kekerasan dapat berubah disebabkan karena pengaruh perubahan deformasi pada saat pengelasan. Dari hasil tegangan 80 amper menghasilkan nilai kekerasan diangka maksimum 2,6 sedangkan kuat arus 160 amper menghasilkan nilai kekerasan minimum 0,5.
## SARAN
1. Supaya tidak terjadi cacat las pada saat pengelasan sebaiknya perhatikan trevel speed,sudut filler,kuat arus dan tegangan disesuaikan dengan posisi pengelasan. 2. Supaya tidak terjadi distorsi pada material saat pengelasan sebaiknya material diberi las ikat dan klem pada kedua sisi kiri dan kanan benda kerja.
3. Selain uji hardness rockwell disarankan untuk menguji kekerasan material hasil pengelasan dengan metode pengujian impact.
## REFERENSI
Anderson, Tony, “Aluminium-Q&A By TONY
## ANDERSON
Ceng”,ESAB
Group,Michigan USA,2008 Anderson, Tony, “Understanding The Alloys”,ESAB Group,Michigan USA,2008 DET NORSKE VERITAS,”Inspection certificate of material” No:NV1100293,DNV-Rules for Ships Pt.2,Ch.2Sec.9
Gene Mathers,”The Welding of Aluminium and its alloys”,Woodhead Publising Limited,England,2002 Hendroprasetyo,Wing,”Handout Inspeksi Las”,Jurusan teknik perkapalan,ITS,Surabaya,2006 Smallman,R.E&Bhisop,R.J,”Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material”,Edisi Keenam,Erlangga,Jakarta,2000 Suherman,Wahid,”Pengetahuan Bahan”,Jurusan Teknik Mesin,ITS,Surabaya,1988 Vander Vort,George.V,”ASM Vol 9:Metallography and Microstructur”,ASM Internasional,Material Park,USA,2004 Wiryosumarto,H.dan Okumura,T,”Teknologi Pengelasan Logam”,PT Pradnya
Paramita,Jakarta,1996 http://novotest.id/metode-pengujian-brinnell- vickers/
Robutec.com
|
fbdc59e3-a520-4bc5-953d-57872525abba | https://journal.umg.ac.id/index.php/manajerial/article/download/308/262 |
## STRATEGI PERMODALAN PEDANGAN PASAR SOPONYONO DI KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA
Eka Fajarwati Program Studi Manajemen - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Gresik
## ABSTRACT
The market is generally divided into two, namely traditional markets and modern markets. Traditional market is a market that has a simple buying and selling activities, there is a bargain with a means of payment in the form of cash. In addition, the market is not only a place for the community in meeting the daily needs, but also the center of the community's economic drive. Traditional market is an important channel in the distribution process of agribusiness products as big as food product of daily necessities. The competition of traditional markets and modern markets is getting tighter. The government is trying to assist the development of traditional markets in order to compete with modern markets by planning the revitalization and fostering of market management so that not only physical improvements are made but also services and market management mangement. Related to this problem is capital strategy applied by traditional market trader Soponyono in face of tight competition with modern market. This research method is descriptive study by using qualitative approach. Data collection techniques through (1) indepth interview, in-depth interviews until the data obtained is considered sufficient and (2) observation that is observing the learning process undertaken. The process of data analysis using capital strategy theory. The selection of this theory is based on the object of research that is Soponyono Surabaya Market so that it can know more deeply about the capital process of Soponyono market traders related to the problem of competition with modern market Based on the result of research known that capital strategy of traditional traders in facing modern market through banking funding, Private capital and BKM and BMT. Obstacles from the cooperation of management of Taman Remaja Surabaya by City Government
Keywords: Capital Strategy, Traditional Market and Modern Market
## I. PENDAHULUAN
Menurut Herman (2011), pasar dijelaskan sebagai kumpulan para penjual dan pembeli yang saling berinteraksi, saling tarik-menarik kemudian menciptakan harga barang di pasar. Pasar pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki aktivitas jual beli yang sederhana, terjadi tawar menawar
dengan alat pembayaran berupa uang tunai. Selain itu, pasar tidak hanya menjadi tempat bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari, melainkan juga pusat penggerak perekonomian masyarakat. Pasar tradisional merupakan saluran penting dalam proses distribusi produk-produk agribisnis yang sebagai besar merupakan produk pangan kebutuhan
sehari-hari.
Beragam produk pangan yang
dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat sebagian besar beredar dan terdistribusi melalui sistem perdagangan yang terjadi di pasar tradisional. Seiring dengan perkembangan zaman, dengan gaya dan standart hidup masyarakat yang semakin meningkat menuntut segala sesuatu yang lebih baik tidak sekedar membeli produk, namun faktor kenyamanan juga menjadi sesuatu yang diharapkan dapat menjadi daya tarik pasar tradisional.
AC Nielsen (2010) menyatakan bahwa 29% masyarakat tetap menyukai berbelanja dipasar tradisional. Bedasarkan penelitian ini, meskipun pasar tradisional identik dengan kesan jorok, kumuh, penggap, bau dan becek, pasar tradisional masih menjadi tempat favorit bagi sebagian masyarakat untuk berbelanja. Asosiasi Pedagang Pasar Selurh indonesia (APPSI) menyatakan bahwa hal penting yang harus dilakukan untuk menjamin keberadaan pasar tradisional adalah dengan memperbaiki infrastuktur pasar tradisional, penataan ulang para Pedagang Kaki Lima (PKL), dan penciptaan praktik pengelolaan pasar yang lebih baik.
Kebanyakan para pedagang secara terbuka mengatakan kenyakinan mereka bila persyaratan diatas terpenuhi (Harmanto, 2007). Bagi sebagian masyarakat berbelanja dipasar tradisional menjadi pilihan dengan alasan harga yang lebih terjangkau, bisa melakukan tawar- menawar harga dan pengelaman berbelanja dipasar tradisional menjadi pilihan dengan alasan harga yang lebih terjangkau, bisa melakukan tawar-menawar harga dan pengalaman berbelanja dengan
interaksi sosial yang tidak ada jika dilakukan di pasar modern. Pasar
tradisional masih memiliki porsi yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pasar Tradisional dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta, dengan tempat usaha berupa toko, kios dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Pengertian diatas berdasarkan Perda Kota Surabaya No 8 Tahun 2014 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional. Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia telah melakukan berbagai revitalisasi pada pasar tradisional. Surabaya memiliki 81 pasar tradisional dimana pengelolaannya berada di PD Pasar Surya. Sejumlah 20 % pasar tradisional telah direvitalisasi. Berdasarkan hasil wawancara Kepala Departemen Penelitian dan Pengembangan PD Pasar Surya menjelaskan bahwa revitalisasi pasar tradisional dilakukan sebab
berdasarkan data APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia) menjelaskan bahwa sejak tahun 2004 diketahui bahwa beberapa pasar di Surabaya ditutup akibat turunnya jumlah pembeli. Perkembangan pasar modern saat ini justru semakin berkembang di Surabaya dibandingkan jumlah pasar tradisional. Terdapat 65 % sarana perbelanjaan di Surabaya didominasi ileh pasar modern baik berupa factory outlet, supermarket, minimarket, department store maupun mall (Kompas, 13/10/2010).
Salah satu pasar retail baru yang didirikan yakni Transmart yang dibuka di daerah Rungkut dimana berdekatan dengan beberapa pasar tradisional serta minimarket. Pihak Dirjen Perdagangan Dalam Negeri serta pengurus pengelola Asparindo (Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia) mengemukakan bahwa jarak antara pasar modern dan pasar tradisional diatur pada Perpres. Hal ini terkait dengan rencana tata ruang yang masih disusun bagi tiap kabupaten dan kota (beritajatim.com 8/10/2016). Hal ini menunjukkan bahwa persaingan pasar tradisional dan pasar modern semakin ketat. Pihak pemerintah berusaha membantu perkembangan pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern dengan merencanakan adanya revitalisasi dan pembinaan pengelolaan pasar sehingga tidak hanya perbaikan fisik yang dilakukan namun juga pelayanan dan mangement pengelolaan pasar. Objek pada penelitian ini yakni
Pasar Soponyono dimana secara lokasi berdekatan dengan salah retail pasar modern terbesar yang sedang membuka pangsa pasar baru yakni Transmart Rungkut dengan berbagai fasilitas menarik yang disediakan. Kehadiran pasar modern diharapkan tidak mengganggu pangsa pasar tradisional khususnya Pasar Soponyono. Pasar tradisional dalam hal ini pasar Soponyono dinilai mampu bersaing dengan retail modern, walaupun kehadiran retail modern telah menggeser peranan pasar tradisional, kebijakan- kebijakan pemerintah daerah telah memberikan dukungan terhadap pasar tradisional. Pemerintah Kota Surabaya bekerjasama dengan berbagai pihak salah satunya
Asparindo tentang manajemen tata pasar secara nasional sehingga pengelolaan pasar tidak hanya
berkaitan dengan kebersihan namun stabilitas harga. Peran kerjasama ini guna meningkatkan pengelolaan kesejahteraan pasar sekaligus menjaga keterjangkauan harga. Berdasarkan latar belakang masalah yang disajikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada strategi permodalan yang dilakukan di Kawasan Pasar Soponyono Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Selanjutnya penelitian ini diberi judul “Strategi Permodalan Pedagang Pasar Soponyono di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya”
## Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka rumusan penelitiannya yang adalah Bagaimana Strategi Permodalan Pedagang Pasar Soponyono di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya?
## Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Permodalan Pedagang Pasar Soponyono di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.
## II. LANDASAN TEORI 2.2.1 Teori Struktur Modal
Salah satu teori struktur modal yakni Teori Ketidak-relevanan Struktur Modal (Modigliani dan Miller, 1958) atau yang lebih dikenal dengan teori MM. Teori ini menyatakan bahwa struktur modal tidak berpengaruh atau tidak relevan dalam menentukan nilai. Artinya, perubahan komposisi asset dan
hutang tidak akan merubah struktur nilai menjadi lebih besar atau lebih kecil. Pembiayaan dengan hutang ( leverage ) tidak daapat menciptakan suatu penambahan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mendominasi pola pembiayaan dengan hutang ( leverage ).
Teori MM ini sering disebut “teori statik stuktur modal”. Kata statik mewakili pemahaman bahwa perubahan dalam komposisi struktur modal tidak akan mempengaruhi nilai. Keputusan leverage tidak akan memberikan dampak yang nyata pada nilai. Tapi penemuan MM didasari beberapa asumsi yang tidak realistis, yaitu adanya informasi yang merata dan dapat diakses tanpa biaya, tidak adanya biaya transaksi, tidak ada pajak, adanya tingkat bunga pinjaman dan meminjamkan yang sama yaitu tingkat bunga bebas resiko ( risk free rate ), EBIT tidak terpengaruh oleh penggunaan hutang. Pada tahun 1963, MM melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan asumsi adanya pajak, MM mengemukakan bahwa usaha yang mempunyai hutang meningkat sebesar pajak yang
ditabung ( tax shield ), dengan
demikian menyatakan bahwa penggunaan hutang dari struktur modal dapat mempengaruhi nilai usaha tersebut. Teori berikutnya adalah Model Trade Off Theory yang menggambarkan bahwa struktur modal optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan hutang ( tax shield benefit of leverage ) dengan cost of financial distress dan agency cost . Teori tersebut merupakan pengembangan dari teori struktur modal MM, dimana salah
satu asumsi yang digunakan oleh MM dalam teori struktur modalnya adalah tidak adanya biaya kebangkrutan (bankruptcy cost). Asumsi tersebut tentunya tidak realistis karena pada dunia nyata kebangkrutan dapat menimbulkan berbagai masalah atau biaya (Brigham dan Houston, 2006:33). Berbagai cara dilakukan dalam rangka penghematan pajak atas hutang, tetapi juga mempertimbangkan adanya biaya kebangkrutan. Menurut teori trade-
off bahwa untuk menyeimbangkan antara manfaat pembiyaaan dengan menggunakan hutang dengan tingkat suku bunga yang tinggi dan biaya kebangkrutan. Menurut Brigham dan Enhardt (2001), struktur modal yang optimal merupakan keseimbangan antara penghematan pajak atas penggunaan dengan biaya kesulitan keuangan akibat penggunaan hutang,
sebab biaya dan manfaat akan saling meniadakan satu sama lain (trade off) . Apabila terjadi pergeseran tingkat financial leverage sampai melewati titik struktur modal
optimal, maka besar biaya kebangkrutan akan melebihi manfaat pajak (Breally dan Myers,2000).
## 2.2.2 Pasar
Menurut Gilarso (2004 ; 154) pengertian pasar dalam arti sempit adalah suatu tempat dimana pada hari tertentu para penjual dan pembeli dapat bertemu untuk jual beli barang. Sedangkan pengertian pasar dipakai dalam arti yang lebih luas yaitu dimana pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi jual beli tidak lagi terbatas pada suatu tempat tertentu saja maupun pada hari tertentu. Pendat lain di kemukakan oleh Miller dan Meiners (2000 ; 23),
yang mengatakan pasar dalam arti laus adalah suatu pasar tindakan harus suatu tempat, tapi suatu industri yang menjadi ajang operasi kekuatan-keukuatan yang
menentukan harga, dengan kata lain dalam pasarlah pemasokan dan permintaan beroperasi.
## 2.2.3 Pasar Tradisional
Menurut Herman (2011) mengatakan bahwa Pasar Tradisional adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar- menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik didesa, kecamatan, dan lainnya.
Harga yang berlaku di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu bisa dilakukan tawar-menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan pasar tradisional selama ini cenderung kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi. Pembeli di pasar tradisional (biasanya kaum ibu) mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan berkomunikasi atau berdialog dalam hal penetapkan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang diinginkan,
dan perkembangan harga-harga lainnya.
Barang yang dijual di pasar tradisional umumnya barang-barang lokal dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual dipasar tradisional dapat terjadi tanpa melalu penyortiran yang kurang ketat. Aspek kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan disatu kios tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional diantaranya
mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinuitas barang, menjaga kualitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya saing. Pasar tradisional biasanya dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yamg dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar- menawar (Pepres RI No.112,2007). Beberapa Stokeholder yang berperan memiliki dan memajukan pasar tradisional dengan berupaya meningkatkan daya saing terhadap pasar modern. Menurut Noor (2013;259), Organisasi apa pun sebagai bagian masyarakat, harus peka terhadap lingkungannya tersebut. Ada dua faktor yang menuntut adanya pengembangan organisasi yaitu faktor internal dan factor eksternal. 1. Lingkungan eksternal
Adalah segala keseluruhan faktor yang ada di luar organisasi yang dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi. Beberapa faktor tersebut, antara lain politik, hukum, kebudayaan, teknologi, sumberdaya alam, demografi, dan sebagainya. Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali organisasi melakukan perubahan besar tanpa
adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi, dan peraturan pemerintah. 2. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah segala keseluruhan Lingkungan internal adalah segala keseluruhan faktor yang ada di dalam organisasi di mana faktor tersebut dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatannya. Penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan dapat berasal dari berbagai sumber. Misalnya, pengaruh kebijakan manajemen organisasi dan gaya, sistem dan prosedur, serta sikap karyawan.
Perubahan organisasi dilakukan untuk mencocokkan dengan kebutuhan yang ada. 2.2.4 Pasar Modern Selanjutnya Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor.
Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak).
Faktor-Faktor Pasar Modern Persaingan Antara Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Menurut Rahayu dan Fitanto (2010), menyatakan bahwa dengan kondisi yang terjadi di pasar jika banyak perusahaan menjual produk-produk yang serupa tapi tak sama hal ini termasuk ke dalam struktur pasar yang dikenal dengan persaingan monopolistik.
Persaingan monopolistik menyerupai persaingan sempurna dalam tiga hal : terdapat banyak penjual dan pembeli, mudah keluar masuk industri, dan perusahaan-perusahaan menganggap harga perusahaan lain tetap. Adapun perbedaan antar persaaingan sempurna dengan monopolistik adalah pada
produknya. Jika pada persaingan sempurna produknya identik tetapi pada monopolistik produknya lebih didiferensiasikan. Diasumsikan jadi produk yang dijual tidak homogen akan tetapi sengaja dibedakan melalui berbagai macam program promosi penjualan sehingga meskipun barang yang diperdagangkan sebenarnya dapat saling menggantikan, konsumen mempunyai preferensi untuk memilih produk dari pasar
tradisional maupun pasar modern.
2.2.5 Strategi Purwokerto (2016), menyatakan Strategi adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal. Strategi berkaitan dengan tujuan akhir sedangkan taktik berkaitan dengan tujuan menengah. Pada organisasi bisnis atau perusahaan, strategi merupakan cara untuk mendapatkan keuntungan yang besar, sebaliknya dalam organisasi non bisnis atau organisasi non komersil strategi adalah cara untuk memuaskan anggotanya. Dalam organisasi di pemerintahan strategi merupakan cara untuk bisa memberi pelayanan yang maksimal kepada masyarakat sebagai pembayar pajak. Menurut Sjafrizal (2008), Strategi adalah arah atau jalan yang akan ditempuh organisasi dalam rangka menjalankan misinya untuk menuju pencapaian visi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu dalam perang maupun damai.
Secara eksplisit, strategi adalah rencana tindakan yang menjabarkan alokasi sumber daya dan aktivitas lain untuk menanggapi lingkungan dan membantu organisasi mencapai sasaran. Sedangkan menurut Armstrong (1996), merumuskan strategi adalah mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi) dan mengalokasikan/ menyesuaikan sumber daya dengan peluang
(strategi berbasis sumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian yang efektif dan penerapan strategi tergantung pada kapabilitas strategi organisasi yang akan memasukkan kemampuan, tidak hanya untuk
memformulasikan tujuan strategi tapi juga untuk mengembangkan dan menerapkan rencana strategi melalui proses manajemen strategi. Intinya, strategi adalah pilihan untuk melakukan aktivitas yang berbeda atau untuk melaksanakn aktivitas dengan cara berbeda dari pesaing.
## 2.2.6 Permodalan
Modal merupakan hal yang utama dalam menjalankan suatu usaha, termasuk berdagang. Modal adalah semua bentuk kekayaan yang digunakan dalam proses produksi atau menghasilkan output. Modal merupakan kekayaan dapat menghasilkan keuntungan pada
waktu yang akan datang. Modal yang digunakan dapat bersumber dari modal sendiri, namun bila ternyata modal sendiri tidak mencukupi dapat ditambah dengan modal pinjaman. Jadi, secara umum jenis modal yang dapat diperoleh untuk memenuhi kebutuhan modalnya terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. (Suyadi Prawirosentono, 2001: 118) Menurut Munawir (2007;116) “modal merupakan dana yang
dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari- hari”. Jumingan (2006;66), modal merupakan sejumlah dana yang telah dikerluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari kehari.
## III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian kualitatif asosiatif menurut Sugiyono (2014; 1) adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data generalisasi. Metode deskriptif adalah metode yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian yang dilakukan serta menggambarkan fakta tentang masalah diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan interprestasi rasional. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif pada penelitian ini untuk mengambarkan strategi permodalan pasar tradisional (Sugiyono, 2014:205). Teknik pengambilan sampel untuk responden dalam penelitian ini yakni menggunakan Snowball Sampling dimana teknik penentuan sampel dengan awal jumlah kecil kemudian menjadi besar. Awal penentuan jumlah sampel yakni 5 orang kemudian data lebih dilengkapi dengan menambah jumlah responden sebanyak mungkin untuk menambah kedalaman informasi data penelitian (Sugiyono, 2014:85). 3.2 Lokasi Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah para pedagang yang membuka kios di pasara tradisional kota babat. Sehingga lokasi penelitian dilakukan pada “Pasar Soponyono” di Jl.Rungkut Asri 1 No.2 Rungkut, Surabaya Jawa Timur.
## 3.3 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan atau pengumpulan data adalah suatu proses data primer untuk keperluan dalam penelitian.
Pengambilan data
merupakan
langkah penting dalam metode ilmiah karena pada umumnya data yang dikumpulkan harus valid.
Pengambilan data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari (Sugiyono, 2014:225): Wawancara mendalam
merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data pada studi kualitatif agar dapat memperoleh informasi mendalam terkait dengan persepsi, pendapat, kepercayaan dan sikap tentang hal-hal yang berkaitan dengan epidemologi.
Berikut rangkaian kegiatan yang dilakukan pada saat melakukan wawancara mendalam.
## 3.4 Unit Analisis
Unit analisis merupakan objek yang dijadikan penelitian. Penelitian ini mengangkat objek tentang strategi permodalan pedagang pasar
Soponyono di Surbaya. Unit analisis dalam hal ini terkait strategi modal yang dimaksud adalah pilihan sumber modal yang dipilih oleh para pedagang dalam menjalankan dan mempertahankan kelangsungan usahanya hal ini dikaitkan dengan teori Purwokerto (2016) yang menyebutkan bahwa strategi modal adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap faktor internal dan ekstern
## 3.5 Teknik Analisis Data
Setelah mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategorisasi dan satuan uraian dasar.
Analisis data dilakukan untuk mengkaji dan mengolah data yang telah terkumpul agar memperoleh simpulan yang sesuai dengan tujuan
penelitian Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan Model Miles and Huberman (Sugiyono, 2014:246) :
1. Reduksi data; dilakukan dalam penelitian dengan merangkum catatan-catatan lapangan dengan memilah hal-hal pokok yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian, selanjutnya rangkuman catatan- catatan lapangan disusun secara sistematis agar gambaran dapat lebih tajam.
2. Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data yang telah ditelaah dan direduksi sesuai dengan definisi variabel. Menguji keabsahan data dilakukan dengan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan informan lain untuk melakukan crosscheck hasil data yang diperoleh seperti hasil wawancara berupa rekaman, foto dan isian pernyataan yang di crosscheck dengan dokumen tertulis perusahaan yang diminta. Ketika kedua sumber data sudah dinyatakan benar dan sama maka data yang di crosscheck diny 3. atakan diuji keabsahannya. Penafsiran data dilakukan dengan menjawab rumusan masalah yang dilakukan dengan deskripsi analitik. Deskripsi analitik adalah rancangan yang dikembangkan dari kategori- kategori yang telah ditemukan dan mencari hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data.
3. Menarik kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan
dirumuskan berdasarkan pada rumusan masalah penelitian.
## IV. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN Strategi Permodalan
Informan memaparkan bahwa tujuan dari pengelolaan Pasar Soponyono adalah untuk memajukan dan mengembangkan pasar agar pedagang puas dengan kegiatan perdagangan yang
dilakukan di Soponyono dan terkait dengan kondisi pasar saat ini diketahui bahwa meskipun terdapat berbagai pasar modern yang muncul tidak berdampak secara signifikan pada penjualan pasar yang cenderung stabil. Pengaruh adanya pasar modern berdampak tiga bulan pada awal pembukaan Transmart kemudian pihak manajamen pasar Soponyono dengan para pedagang melakukan evaluasi serta perbaikan manajemen dimulai dari strategi penjualan, kebersihan fasilitas pasar serta kestabilan harga. Adapun hasil wawancara dengan beberapa informan adalah sebagai berikut:
1. Informan: Bapak Syam (Kepala Pasar)
Pertanyaan:“Mohon maaf pak, bisa
dijelaskan sasaran dan tujuan pasar ini?”
Jawaban : “Sasaran dan Tujuannya untuk memajukan dan mengembangkan pasar. Selain itu, tujuan kita adalah supaya pedagang sendiri puas. Pasar ini terdiri dari berbagai produk yang dijual oleh pedagang dan hampir semua kebutuhan masyarakat tersedia di pasar Soponyono.
Memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat dan meningkatkan perekonomian khususnya pedagang tradisional.” 2. Informan: Bapak Ahmad Huda (Pedagang Sembako) Pertanyaan:“bagaimana dampak pasar modern terhadap transaksi pasar soponyono sebagai pasar tradisional? Apakah berpengaruh pak pada nilai omzet penjualan?” Jawaban : “waktu ramainya pembukaan transmart sama pasar modern lain agak booming kan ya jadi penasaran, tapi ga lama dan ga begitu terasa efeknya buat saya pribadi, soalnya langganan kita kan orang-orang usaha juga kayak penjual warung kecil-kecil jadi ya pasti tetep beli disini. Buat strategi penjualan kalo saya dimasalah harga mbak, gimana-gimana kan kita tetep bias lebih murah ya dibandingkan pasar tradisional dan itu yang saya jaga, ditambah pelayanan yang bagus juga”. 3. Informan:
Bu Suhalami (Pedagang Buah) Pertanyaan: “bagaimana reaksi pembeli dengan adanya transmart? Apakah penjualan juga ikut berpengaruh dengan berkurangnya pembeli?” Jawaban: “hanya penasaran saja mbak, tapi kan semua ada pangsa pasar sendiri ya, kita pasar tradisional kan menengah ke bawahjadi harga menyesuaikan dengan kemampuan pembeli begitu juga transmart kan pembeliannya menengah ke atas, yang beli dan belanja juga jauh-jauh kalau kita melayani masyarakat sekitar mbak, buat strategi penjualan saya selain focus pada satu produk saya mulai melakukan diversifikasi produk agar pembeli tidak bosan. Situasi perkembangan pasar tradisional seiring perkembangan pasar tradisional seiring perkembangan pasar modern dinilai stabil dan hanya memberikan dampak sesaat terhadap penjualan, strategi penjualan yang dilakukan oleh pedagang pasar dengan memberikan kestabilan harga, menjaga alur distribusi yang baik didukung pelayanan yang baik sesuai pangsa pasar pembeli masing- masing.” 4. Informan: Bapak Hamid (pedagang sembako) Pertanyaan : “bagaimana strategi pihak pengelola atau pedagang pasar melihat adanya pasar modern transmart? Dan bagaimana startegi
permodalan pedagang agar tetap dapat bertahan serta bersaing?” Jawaban: “strategi penjualan terdapat system Manajemen yang baik dalam mengelola antara pengelola pasar dengan penjual. Fungsi Manajemen pasar serta penjualan dalam hal ini khususnya pada Manajemen para pedagang dalam mengelola berbagai fasilitas yang berhubungan dengan kenyamanan pasar. Strategi yang dilakukan oleh para pedagang pasar terkait penjualan agar bersaing dengan pasar modern yakni dibantu oleh pengelola pasar.” 5. Bapak Salahudin (Pedagang Gerabah) Pertanyaan :“apakah ada bantuan dana dari pihak yayasan pengelola pasar soponyono?” Jawaban: “pasar soponyono di bawah pengelolaan yayasan tholabudin menyediakan fasilitas peminjaman yakni BKM yang siap membantu pedagang dalam memberikan modal dengan system bagi hasil tanpa riba atau bunga. Pihak BKM membantu mengelola, mendampingi bahkan mengajarkan system serta cara mencatat segala pemasukan dan
pengeluaran pedagang dengan baik kemudian menyerahkan kepada pihak pusat yayasan untuk dikaji dan dievaluasi sehingga diketahui bagaimana perkembangan pedagang tersebut diikuti kemampuan membayar.” 6. Informan: Bapak Uwais
(Pedagang Gerabah)
Pertanyaan :“kendala apa yang dialami oleh pedagang pasar untuk bertahan dan bersaing dengan pasar modern?”
Jawaban :”terdapat kendala dalam pengelolaan strategi modal para pedagang pasar soponyono. Kendala permodalan yang terjadi adalah pihak pedagang dinilai belum mampu memenuhi berbagai syarat untuk mengajukan pinjaman modal baik pada pihak bank maupun pengelola pasar BKM yayasan tholabuddin. Pedagang yang kesulitan mendapatkan pinjaman modal dinilai kurang memiliki inovasi dalam melakukan promosi pasar terutama untuk penjualan. Selain itu, kendala yang dialami dalam pengelolaan modal bagi para pedagang pasar tradisional adalah kurangnya dukungan dari pemerintah, dimana pemerintah hanya
menuntut peran lebih dari pihak pengelola namun pada praktiknya para pedagang kurang mendukung terhadap tujuan dan program pasar sendiri serta pedagang bersikap acuh dan hanya focus pada kegiatan jual beli yang dilakukan atau dapat dikatakan asalkan mendapatkan uang dari kegiatan perdagangan di pasar.” 7. Bapak Absobil (Pedagang Ikan) Pertanyaan :”bagaimana pihak pengelola dan Manajemen pasar berperan dalam mengatasi kendala pedagang tradisional?” Jawaban :”kendala yang dialami oleh pihak pedagang soponyono dalam memperoleh sumber permodalan adalah kurang dalam melakukan promosi sehingga dagangan dinilai sepi membeli sehingga pihak kreditur baik bank maupun BKM yayasan tholabuddin masih belum bisa membantu masalah modal karena kekurangan dana atau uanng serta kurangnya dukungan dari para pedagang, di mana para pedagang hanya menuntut peran lebih dari pihak pengelola namun pada praktiknya para pedagang kurang mendukung terhadap tujuan dan program
pasar sendiri serta pedagang bersikap acuh dan hanya focus pada kegiatan jual beli yang dilakukan atau dapat dikatakan asalkan mendapatkan uang dari kegiatan perdagangan di pasar.” 8. Informan: Bu Rokayyah (Pedagang Ikan) Pertanyaan :”bagaimana persaingan antar pedagang tradisional di pasar dan strategi modal pedagang baru seperti apa? Jawaban :”persaingan antar pedagang tradisional cukup ketat sehingga khusus pedagang baru memang mengalami tantangan tersendiri sehingga dibutuhkan modal lebih untuk bertahan dan berkembang.Sedangkan pihak pengelola pasar soponyono tetap melakukan penarikan retribusi pasar secara rutin kepada para pedagang atau pemilik stand yang ada meskipun stand tersebut jarang dibuka atau jarang beroperasi dalam kegiatan perdagangan. Apabila pedagang atau pemilik melakukan penunggakan dalam pembayaran dalam retribusi pasar, maka pihak pengelola melakukan tindakan lebih dengan mengenakan denda atau
memutus saluran listrik yang ada.”
9. Informan :Bu Ningsih (Penjual ayam)
Pertanyaan :”bagaimana strategi permodalan pedagang besar di pasar tradisional soponyono?” Jawaban :”strategi penerapan permodalan para pedagang besar ini hamper sama dengan yang lain namun dalam skala yang lebih besar disesuaikan dengan omset dan operasional penjualan. Langkah yang diambil oleh pihak pedagang besar dalam mengelola sumber modal yakni dengan membedakan sumber modal tersebut Antara hutang bank dengan perhitungan bunga yang telah ditentukan, pinjaman koperasi atau BKM dan hasil keuntungan produksi yang kemudian disisihkan untuk modal kembali dalam berproduksi” 10. Informan :Pak Edi (penjual kelapa) Pertanyaan :”bagaimana strategi permodalan pada usaha bidang kuliner dan percetakan kertas?” Jawaban :”langkah yang diambil oleh pihak pedagang pasar dalam menglola sumber modal yakni dengan membedakan sumber modal tersebut Antara hutang bank dengan perhitungan bunga yang telah
ditentukan, pinjaman koperasi atau BKM dan hasil keuntungan produksi yang kemudian disisihkan untuk untuk modal kembali dalam berproduksi” 11. Informan : Bu Dian dan Pak Soleh (Penjual Kue/ Penggiling daging) Pertanyaan :”apa harapan bapak/ibu terkait peran Manajemen pasar dalam membantu perdagangan mengenai strategi permodalan?” Jawaban :”langkah yang diambil oleh pihak pedagang pasar dalam mengelola sumber modal yakni dengan membedakan sumber modal tersebut Antara pedagang skala besar dan lama di pasar soponyono memiliki strategi dan persepsi yang berbeda dalam pengelolaan. Manajemen strategi modal dalam mengembangkan usaha agar dapat bersaing dengan pasar modern. Berbagai model strategi pengelolaan modal berasal dari bermacam- macam sumber yakni modal sendiri, perbankan, lembaga keuangan, koperasi, BKM yayasan tholabuddin dan BMT syariah. BKM yang dimiliki dapat lebih berperan aktif membantu para pedagang yang
kekurangan modal dan dapat mengajak pedagang lain untuk diberikan penyuluhan mengenai pengelolaan keuangan serta pencatatan keuangan yang baik sebab pada dasarnya masalah pengelolaan modal pada pedagang disebabkan kurang terkontrolnya para pedagang dalam memperhitungkan dan mengelola berbagai sumber modal yang dimiliki dengan Manajemen yang kurang baik serta maksimal.
## BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh di lapangan serta hasil temuan literatur yang disajikan serta diinterpretasikan pada bab 4 maka pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian. Bab ini turut memberikan rekomendasi serta saran yang dirumuskan guna
memberikan manfaat bagi terwujudnya pola sistem strategi permodalan yang dapat dilakukan oleh pedagang tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern.
## 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pedagang pasar maka dapat disimpulkan bahwa pedagang pasar Soponyono mengaplikasikan berbagai strategi yang ditempuh dalam mendapatkan modal yakni dengan mengandalkan modal sendiri dari hasil penjualan dan modal dari luar yakni pinjaman pada Bank, BMT Syariah, Koperasi
Simpan Pinjam dan BKM Tholabuddin. Alasan yang mendasari pedagang pasar untuk memilih strategi modal dari masing-masing sumber tersebut diketahui berdasarkan pertimbangan skala usaha, kebutuhan dana, kemampuan pembayaran dan persepsi mengenai pengelolaan modal yang berbeda. Pedagang yang memilih perbankan sebagai strategi
permodalan mayoritas karna jumlah modal yang diperoleh cukup besar, cepat dan pada umumnya pedagang dengan tipe skala besar memilih strategi ini. Khusus pedagang kelas menengah memilih mengandalkan modal sendiri hasil keuntungan penjualan atau menggunakan fasilitas BKM Tholabuddin sebagai sumber modal mayoritas dengan sistem bagi hasil yang cukup ringan sehingga mampu membantu operasional usaha. Pedagang yang baru merintis dan berkembang memilih untuk menggunakan modal pribadi dari hasil penjualan usaha maupun dari hasil penjualan aset sehingga mampu digunakan untuk mengembangkan usaha.
## 5.2 Rekomendasi
Peningkatan pelaksanaan kerja sama antara pihak pengelola pasar dan pedagang terkait kerjasama modal lebih dikembangkan. Berbagai bentuk sistem kerjasama atau kemitraan yang dilakukan diperlukan untuk membantu keterbatasan pedagang. Peningkatan sarana dan prasarana yang ada di pasar
Soponyono guna menarik minat pembeli dan pelanggan sehingga arus perputaran transaksi pembelian berjalan lancar. Pengembangan manajemen profesional, sarana permainan serta berbagai inovasi ide
baru turut diciptakan dan dikembangkan oleh pengelola untuk menarik minat warga terjadi peningkatan pendapatan. Penelitian selanjutnya masih terdapat aspek lain yang dapat dikaji lebih mendalam sebab hal yang dibahas dalam penelitian ini mengenai strategi permodalan para pedagang pasar tradisional Soponyono dalam menghadapi persaiangan dengan pasar modern. Penelitian selanjutnya dapat membahas tema yang sama melalui pandangan pespektif lain misal dari segi ekonomi, sosial dan budaya.
Perspektif lain dalam mengkaji sebuah penelitian ditujukan untuk memperkaya wawasan serta khasanah ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman maupun acuan ketika lapangan mengalami masalah yang sama.
## DAFTAR PUSTAKA
AC Nielsen.2010. The Digital
Media and
habits Attitudes of South East Asian Consumers.
Amstrong.1996. Dasar-Dasar
Pemasaran. Jakarta:Intermedia Brealley,A.Richard and Myers,S.C.
2000. Principles of Corporate Finance . International Edition.Mc Grow Hill. Brigham, F.Eugene and Ehrhardt, C. Michael.2001. Financial Management. Tenth Edition.
Harcourt. Brigham,F. Eugene and Joel F.Housten. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat. Gilarso.2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta :Kanisius Harmanto.2007. Pasar Tradisional Kita Semakin Babak Belur Herman, M. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta:
Gramedia Pustaka Indrawati dan Indri. 2014. Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional DI Kota Pekanbaru. Jurnal Ekonomi Vol
22 No 1
Jumingan. 2006. Analisa Laporan Keuangan .Jakarta:Bumi Aksara Miller dan Meiners. 2000. Teori
Mikro ekonomi Intermediate. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Munawir. 2007. Analisis Laporan
Keuangan. Yogyakarta:Liberty
Navis, Mar’atus. 2015. Preferensi
Pedagang Pasar Tradisional Terhadap Sumber Permodalan (Studo Pada Pedagang Pasar Merjosari, kecamatan Lowokwaru-Kota Malang). Skripsi FEB Universitas Brawijaya Malang. Noor, Avy. 2013. Management
Event. Bandung: Alfabeta
Noviono dan Manzilati. 2013. Pasar Tradisional Versus Pasar
Modern :Studi Kasus Terhadap Kebijakan Pengelolaan Pasar di Kota Yogyakarta.
Peraturan Presiden RI No.112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Purwokerto. 2016. Strategi Pengembangan Pasar Tradisional Dalam Meningkatkan Kepuasan Pelanggan (Studi Kasus di Pasar Kliwon Karanglewas Banyumas Jawa Tengah) . Skripsi IAIN Purwokerto.
Rahayu dan Fitanto. 2010. Strategi
Pedagang Pasar Tradisional Menghadapi Persaingan dengan Retail Modern dan Preferensi Konsumen (Studi Kasus Pada Pasar Legi Kota Blitar). Sinaga. 2006. Makalah Pasar Modern vs Pasar Tradisional. Kementrian Koperasi dan UKM. Jakarta Sjafrizal.2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta:Bandung. Suyadi Prawirosentono. 2001. Manajemen Operasi. Jakarta:
Bumi Aksara
|
7856f14c-288a-4fc6-b648-ecda948ccb42 | https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tarbawi/article/download/11630/4744 | Adaptasi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Digitalisasi Pembelajaran Pasca Pembelajaran Jarak Jauh
(Studi Kasus di SMP Negeri 2 Bojong, Kab. Tegal, Jawa Tengah)
Tomi Azami
Universitas Pancasakti Tegal Email: [email protected]
## Basukiyatno
Universitas Pancasakti Tegal Email: [email protected]
## Abstract
The purpose of this study is to analyze and describe the pattern of adaptation of Islamic Religious Education Teachers (PAI) on the phenomenon of digitalization of learning. The phenomenon of using digital in learning begins with the phenomenon of Distance
Learning (PJJ) as a response to the emergence and outbreak of Covid-19 which has become a pandemic in Indonesia. This research uses a qualitative approach with a case study approach. The research locus is at SMP Negeri 2 Bojong. Geographically, SMP Negeri 2 Bojong is located in a mountainous area. The reason for choosing the locus is the peculiarity of the locus because it is located in a mountainous area while digitization is closely related to urban areas. The informant selection technique is purposive sampling, which is selecting informants based on the criteria determined by the researcher. Data collection is done by means of observation, interviews and documentation, the data will be analyzed using Miles and Huberman's interactive analysis technique. The results showed that PAI teachers at SMP Negeri 2 Bojong were fully prepared. The teacher uses the "Student PAI" application in carrying out the PJJ process. While the application used by the teacher in providing material, evaluation, and follow- up uses the "AGPAII MODUL" application. Both applications can be downloaded on the Playstore, even one of the PAI
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pancasakti Tegal, Jl Halmahera No 1 KM 01 Mintaragen, Kec. Tegal Timur, Kab Tegal
teachers at the school is part of the development team. The geographical location at the foot of Slamet Mountain is not an obstacle for teachers to adapt to distance learning ’ s policies.
Keywords: Adaptation, PAI Teacher, Digitalization of learning , distance learning.
## Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan pola adaptasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di tengah fenomena maraknya digitalisasi pembelajaran. Fenomena penggunaan digital dalam pembelajaran diawali dengan fenomena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagai respon muncul dan mewabahnya Covid-19 yang telah menjadi pandemi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus (Case Study) dengan lokus penelitian di SMP Negeri 2 Bojong. Secara geografis, SMP Negeri 2 Bojong berada di daerah pegunungan. Alasan pemililihan lokus adalah kekhasan lokus karena terletak di daerah pegunungan sedangkan digitalisasi erat kaitannya dengan daerah perkotaan. Teknik pemilihan informan yaitu purposive sampling, yaitu memilih informan berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi, data akan dianalisis dengan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan guru PAI di SMP Negeri 2 Bojong beradaptasi dengan penuh persiapan. Guru menggunakan aplikasi “SISWA PAI” dalam melaksanakan proses PJJ. Sementara aplikasi yang digunakan guru dalam memberi materi, evaluasi, dan tindak lanjut menggunakan aplikasi “AGPAII MODUL.” Kedua aplikasi tersebut dapat diunduh di playstore, bahkan salah satu guru PAI di sekolah tersebut tergabung dalam tim pengembang. Letak geografis yang berada di daerah kaki Gunung Slamet tidak menjadi halangan guru dalam beradaptasi terhadap kebijakan PJJ.
Kata Kunci : Adaptasi, Guru PAI, Digitalisasi Pembelajaran, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
## Pendahuluan
Digitalisasi menjadi istilah baru dalam berbagai bidang, tidak terkecuali dunia pendidikan. Istilah digital yang dulu erat kaitannya dengan computer, sekarang turut merambah juga dalam sektor pembelajaran di kelas. Pola interaksi guru dan peserta didik tidak lagi dibatasi dalam ruang kelas nyata dengan ukuran panjang x lebar
tertentu, disertai papan tulis dan ada deretan meja dan bangku. Interaksi guru-peserta didik juga dapat berbentuk virtual yang secara real time dengan tempat yang berbeda.
Fenomena digitalisasi semakin kerap digaungkan seiring dengan munculnya Pembelajaraan Jarak Jauh (PJJ). Istilah PJJ muncul sebagai respon muncul dan mewabahnya Covid-19 yang telah masuk di Indonesia dalam bidang pendidikan, khususnya proses pembelajaran di sekolah. Dalam sektor lain secara umum, muncul pula istilah New Normal , yakni pembiasaan dalam penerapan protokol kesehatan secara ketat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selama setahun lebih pandemi Covid 19 melanda Indonesia, pola kehidupan berubah dari berbagai sisi. Termasuk dari proses pembelajaran. Tidak ada lagi keharusan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) antara pendidik dan peserta didik di kelas. Proses pembelajaran yang sebelumnya berada di kelas menjadi lebih luas tanpa sekat dinding. Hal tersebut diwujudkan dengan proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui daring atau (BDR).
PJJ menunut adanya keterlengkapan insfratruktur dari pengajar dan peserta didik. Infrastruktur yang dimaksud adalah cepat dan stabilnya sinyal dan ketersediaan gawai sebagai alat sekolah. Pergeseran fungsi handphone sebagai hanya alat komunikasi menjadi alat pembelajaran yang vital. Jika infrastruktur tidak tersedia secara optimal, mustahil pula PJJ akan optimal. Keluhan-keluhan muncul baik dari pengajar dan siswa. Hal itu yang menyebabkan beberapa institusi tergagap dalam merespon hal ini. Rentang waktu yang tidak Panjang dalam persiapan teknologi menyebabkan guru dan peserta didik mengalami fase naik turun dalam menerapkan kebijakan ini. 1 Namun show must go on , pemerintah sudah mengetok palu mengeluarknan kebijakan sekolah daring secara penuh melalui PJJ, maka pihak sekolah sebagai pelaksana, mau tidak mau, harus menjalankan kebijakan itu seoptimal yang mereka bisa.
Kemendikbud pun bergerak cepat dengan mengeluarkan kebijakan terkait situasi pandemi yang kian melebar di wilayah Indonesia. “Prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik,
1 W. W. Wardana, and L. S. E. Hasul, "COVID-19: How will it affect human capital?." The Jakarta Post (2020); P. Ayu Suci Lestari, and Gunawan Gunawan, "The impact of Covid-19 pandemic on learning implementation of primary and secondary school levels," Indonesian Journal of Elementary and Childhood Education 1.2 (2020): 58-63.
pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi Covid-19. ” 2
Covid-19 telah mengubah semua tatanan hidup manusia. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pihak sekolah sebagai elemen yang menyelenggarakan proses pembelajaran ikut terdampak. Dunia pendidikan terpaksa memindahkan proses belajar mengajar dari sekolah ke rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Kemendikbud merespon situasi pandemi dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Salah satu pokok penting dalam edaran ini adalah keputusan pembatalan Ujian Nasional (UN) Tahun 2020. Kemudian disusul dengan terbitnya Surat Edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 menjadi titik awal perubahan proses pembelajaran di sekolah formal dari belajar di sekolah berubah menjadi Belajar dari Rumah (BDR).
Menurut Direktorat Sekolah Dasar (2020) Metode BDR ada dua, yaitu Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Jaringan (PJJ Daring) dan PPJ Luar Jaringan (Luring). PJJ Daring secara khusus menggabungkan teknologi elektronik dan teknologi berbasis internet, sementara PJJ Luring dapat dilakukan melalui siaran televisi, radio, modul belajar mandiri, bahan cetak maupun media belajar dari benda di lingkungan sekitar. Perpindahan metode pembelajaran yang berubah seacra mendadak dan menyeluruh memaksa peserta didik dan guru beradaptasi dengan cepat.
Situasi ini menjadi sulit karena kalender pendidikan (Kaldik) dan terus berjalan. Peserta didik dituntut adaptasi dengan belajar dari rumah dengan deretan pelajaran yang harus dipelajari sesuai kurikulum. Guru dituntut beradaptasi melaksanakan proses pembelaaran jarak jauh (PJJ) dan menyusun ulang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jenis adaptasi yang dilakukan guru tergantung pada kemampuan yang dimiliki guru. Tidak hanya
2 Mendikbud menjelaskan hal tersebut dalam rapat koordinasi (rakor) bersama Kepala Daerah seluruh Indonesia tentang Kebijakan Pembelajaran di
Masa Pandemi Covid-19, secara daring, Rabu (2/9/2020).
(https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/kebijakan-kemendikbud-di-masa- pandemi, 2020)
tentang ilmu pedagogik tapi kemampuan mengoperasionalkan gawai agar peserta didik tidak bosan selama proses pembelajaran.
Afriansyah mengutip survei dari Litbang Kompas tahun 2020, pembelajaran daring menjadi beban tersendiri bagi guru yang tidak menguasai teknologi. Dari hasil survei Litbang Kompas tahun 2020 terdapat 12% responden mengharapkan ada upaya dari pemerintah untuk meningkatkan kemampuan guru mengakses teknologi sehingga bisa memberikan materi yang lebih menarik dan interaktif dengan pelajar. Selain dari sisi guru yang dituntut adaptasi cepat, PJJ tidak bisa dilepaskan dengan fasilitas dan insfrastruktur yang memadai. PJJ akan berlangsung dengan ideal jika dari sisi peserta didik dan guru sama-sama mendapatkan fasilitas yang cukup. 3 Pancawati menyebut dalam pelaksanaannya, PJJ juga telah menimbulkan bias persoalan. Ketersediaan internet dan perangkat yang bersifat hardware sebanyak 38,9% menjadi kendala dalam melaksanakan PJJ. 32% anak bersekolah tidak memiliki akses belajar jarak jauh. 4
Dengan kebijakan pemerintah memindahkan proses
pembelajaran menjadi belajar di rumah (BDR) dan mengubah pendekatan pembelajaran menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), baik peserta didik atau guru dituntut untuk melakukan penyesuaian diri. Sultonah & Kuntari menyitir Schneider bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses dimana individu berusaha untuk mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri, tegangan, frustasi, dan konflik dengan tujuan untuk mendapatkan keselarasan dan keharmonisan dengan lingkungan dimana ia tinggal. 5 Seperti yang telah disampaikan di atas, pembelajaran daring ini menimbulkan ketidaksiapan dari berbagai elemen seperti kepala sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua sehingga banyak beragam keluhan dan kendala yang dialami selama proses peralihan secara mendadak dari belajar di kelas menjadi PJJ.
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran yang ada dalam setiap jenjang pendidikan. PAI mencakup
3 Afriansyah, Anggi, “Guru di Masa Pandemi: Pola Adaptasi, Komunikasi, Transformasi, dan Strategi Baru Mendidik Anak ” , MAARIF , Vol. 15, No. 2 Tahun 2020
4 Pancawati, MB. Dewi. 2 020. “Rapuhnya PJJ di Daerah Tertinggal.” Sumber: https:// www.kompas.id/baca/metro/2020/08/09/rapuhnya-pjj-di- daerahtertinggal/. Laman berita diakses pada 17 Maret 2021
5 Sultonah, Siti & Septi Kuntari, “Adaptasi Siswa Dalam Pembelajaran Daring Di Era 4.0 Pada Masa Pandemi Covid- 19”, Sistema: Jurnal Pendidikan , Vol. 2, No. 01 Tahun 2021
tidak hanya pengetahuan tapi juga memuat sikap dan keterampilan. Selain menjelaskan PAI dari aspek pengetahuan, guru juga berkewajiban menyentuh ranah sikap dan praktik ritual. Ranah inilah yang menjadi tantangan bagi guru selama masa Pembelajaran Jarak Jauh. Secara konvensional, guru dapat mendampingi dan menilai sikap yang muncul dari peserta didik selama di kelas dan dapat mendampingi, mempraktikkan, dan menilai praktik ritual. Namun ketika dihadapkan pada situasi pandemi dan diharuskan untuk melaksanakan PJJ, guru dituntut bisa beradaptasi. Dengan begitu usaha yang dilakukan guru PAI tidak hanya sebatas ranah pengetahuan atau teori keagaamaan, tantangan lebih berat ada pada ranah sikap dan praktik dari teori yang telah diajarkan. Merujuk pada permasalahan yang sudah disampaikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis adaptasi yang dilakukan guru PAI selama proses PJJ.
Penelitian ini bertujuan untuk memotret menganalisis dan mendeskripsikan pola adaptasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di tengah fenomena maraknya digitalisasi pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 6 Tipe penelitian ini adalah studi kasus (Case Study) dengan lokus penelitian di SMP Negeri 2 Bojong. Secara geografis, SMP Negeri 2 Bojong berada di daerah pegunungan. Alasan pemililihan lokus adalah kekhasan lokus karena terletak di daerah pegunungan sedangkan digitalisasi erat kaitannya dengan daerah perkotaan. Dari hasil penelitian yang telah ada belum ada yang membahas proses adaptasi setelah setahun lebih covid-19 masuk Indonesia. Hal itu ditambah dengan kampanye digitalisasi pembelajaran. Selain itu potret daerah pegunungan dengan keterbatasan infrastukrtur yang berbeda dengan daerah perkotaan menjadi gap penelitian yang coba penulis teliti. Jadi letak titik beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah proses adaptasi PJJ di daerah pegunungan. Permasalahan yang diangkat dalam
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm: 9.
penelitian ini adalah bagaimana adaptasi PJJ PAI di daerah. Penelitian ini dibatasi di SMP Negeri 2 Bojong.
## Adaptasi dan Fase Adaptasi
Menurut KBBI adaptasi berarti perubahan diri makhluk hidup (fungsi atau struktur) agar sesuai atau dapat bertahan dalam kondisi lingkungan; penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan yang baru; penyesuaian suatu materi menurut kebutuhan. Sultonah & Kuntari menyitir Schneider bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses dimana individu berusaha untuk mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri, tegangan, frustasi, dan konflik dengan tujuan untuk mendapatkan keselarasan dan keharmonisan dengan lingkungan dimana ia tinggal. 7 Menurut Soekanto dalam Mahmudi dan Fernandes adaptasi merupakan proses seorang individu lebih khususnya siswa untuk menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang dihadapinya. 8
Keadaan force major seperti pandemi Covid 19 membuat perubahan cara dalam menjalankan proses pembelajaran. PJJ lebih menuntut peserta didik dan guru beradaptasi dengan situasi baru secara mendadak. Pola pembelajaran yang tidak pernah dilakukan, seketika berubah menjadi hal baru dan bahkan tidak dilakukan perubahan secara bertahap. Dengan perubahan pola pembelajaran yang mendadak, menjadi wajar jika tidak berekspektasi tinggi terhadap hasil. Menurut Sumarno dalam proses perubahan tersebut, hasil bukanlah yang terpenting dalam memandang suatu proses pembangunan, akan tetapi proses adaptasi yang sedang dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi perubahan tersebut. 9
Guru sebagai salah satu unsur vital dalam proses pembelajaran harus melakukan penyesuaian agar pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi pergeseran sistem pembelajaran menjadi daring pada masa pandemi Covid-19. Ketika
7 Sultonah & Kuntari, “Adaptasi Siswa Dalam Pembelajaran Daring Di Era 4.0 Pada Masa Pandemi Covid- 19”, Sistema: Jurnal Pendidikan , Vol. 2, No. 01 Tahun 2021
8 Mahmudi dan Fernandes, “Adaptasi Siswa Tehadap Pola Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19 di SMAN 1 Solok ”, Jurnal Perspektif: Jurnal Kajian Sosiologi dan Pendidikan , Vol. 4 No. 3 Tahun 2021, hlm.400
9 Sumarno, “Adaptasi Sekolah Dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus SMP Muhammadiyah Karanggeneng Kabupaten Lamongan )”, Jurnal Tarbiyah & Ilmu Keguruan (JTIK) Borneo , Vol. I No.2, 2020, hlm.153
dihadapkan dengan kondisi tidak optimalnya pembelajaran jarak jauh di masa pandemi, sangat berpengaruh pada kesiapan guru. Menurut Afriansyah guru-guru merasa tidak siap menghadapi situasi yang tidak menentu ini. Pergeseran paradigma dan teknik pembelajaran tidak terelakan. Guru-guru dituntut untuk beradaptasi dalam situasi sulit. Para guru pun dihadapkan pada situasi di mana mereka tidak memiliki referensi memadai bagaimana mengajar di masa pandemi. 10 Secara teori, perubahan sosial akan melahirkan perubahan komposisi, perubahan struktur, perubahan fungsi, perubahan batas, perubahan hubungan antarsubsistem, dan perubahan lingkungan. Meskipun adakalanya perubahan hanya terjadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya, tanpa menimbulkan akibat atau dampak yang besar terhadap perubahan unsur-unsur lain dari sistem sosial tersebut. 11
Utami menjelaskan fase atau unsur adaptasi teori U-Curve milik Oberg terdapat 4 unsur adaptasi: (1) fase optimis, fase pertama ini berisi perasaan kegembiraan, rasa penuh harapan, dan euphoria dan menikmati sekitar (2) Culture shock , fase ini mulai muncul masalah. timbul hal-hal yang mempersulit kehidupan individu. (3) Recovery , fase ini individu mulai mengerti mengenai budaya barunya. Pada tahap ini, orang secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan dalam caranya menanggulangi budaya baru. Orang-orang dan peristiwa dalam lingkungan baru mulai dapat terprediksi dan tidak terlalu menekan. Individu mulai masuk ke fase proses penemuan solusi atau cara beradaptasi dengan mengidentifikasi hal- hal yang perlu dilakukan terhadap masalah yang ada. (4) Adjustment atau Fase penyesuaian. Fase terakhir, pada puncak kanan U, orang telah mengerti elemen kunci dari budaya barunya (nilai-nilai, adaptasi khusus, pola komunikasi, keyakinan, dan lain-lain). Kemampuan untuk hidup dalam dua budaya yang berbeda, biasanya juga disertai dengan rasa puas dan menikmati. 12
10 Afriansyah Afriansyah, Anggi, “Guru di Masa Pandemi: Pola Adaptasi, Komunikasi, Transformasi, dan Strategi Baru Mendidik Anak”, MAARIF , Vol. 15, No. 2 Tahun 2020 11 Dzaljad, Rifma Ghulam, “Transformasi Sosial dalam Proses Pendid ikan di Masa Pandemi Covid- 19”, MAARIF , 2020, hlm.311
12 Utami, Lusia Savitri Setyo , “Teori - Teori Adaptasi Antar Budaya”, Jurnal Komunikasi , Vol. 7, No. 2, Tahun 2015, hlm. 191-192
## Pembelajaran Jarak Jauh
Istilah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) muncul sebagai respon muncul dan mewabahnya Covid-19 yang telah masuk di Indonesia dalam bidang Pendidikan. Namun jika ditelusuri secara hakikat PJJ bukan hal baru di Indonesia. Permendikbud No. 109 Tahun 2013 mengatur tentang Pendidikan Jarak Jauh. Mundur lebih jauh Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sudah disebutkan terminologi pendidikan jarak jauh. Pendidikan jarak jauh dilakukan bagi pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
Menurut Putra, mayoritas pendidikan formal yang
menggunakan sistem e- learning adalah perguruan tinggi yang memiliki infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang memadai seperti Universitas Terbuka, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor dan beberapa kampus lainnya. Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) juga pernah dirilis Kemenristekdikti. 13
Pembelajaran daring saat ini dijadikan solusi pembelajaran jarak jauh ketika bencana alam terjadi. Seperti kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu social distancing . Kebijakan ini dikeluarkan untuk mengganti sementara kegiatan belajar mengajar yang tadinya dilakukan secara tatap muka menjadi pembelajaran daring melalui aplikasi pembelajaran yang sudah ada. Adapun aplikasi pembelajaran yang dijadikan sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran daring ini diantaranya Zoom Meeting, Google Classroom, Google Meet , dan aplikasi lain sebagainya yang mengharuskan siswa untuk beradaptasi dan mau tidak mau harus melek teknologi. 14
Dalam kaitan dengan keniscayaan pembelajaran jarak jauh, perlu ada peningkatan kompetensi sosial guru berkaitan dengan kemampuan interaksi, komunikasi, dan kolaborasi berbasis daring, selain berbasis tatap-muka seperti selama ini terjadi. Interaksi dilakukan secara etis, bijak, efektif, dan efisien antarsesama guru,
13 Hadi, Panca Putra. 2018. “Akselerasi E -Learning dan Online Education di Ta nah Air.” Sumber: https://cs.ui.ac.id/2018/07/24/akselerasi -e-learning- danonline-education-di-tanah-air/Putra 2018
14 Sultonah & Kuntari, “Adaptasi Siswa Dalam Pembelajaran Daring Di Era
4.0 Pada Masa Pandemi Covid- 19”, Sistema: Jurnal Pendidikan , Vol. 2, No. 01 Tahun 2021
antara guru dan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan pemangku kepentingan lain. 15
Namun demikian, tidak semua pengajar dapat beradaptasi dengan cepat apalagi dapat melahirkan inovasi baru meskipun penggunaan atau pemanfaatn teknologi dalam pendidikan sebenarnya sudah didorong lebih dari 20 tahun yang lalu oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Hal ini disebabkan oleh masih sangat sedikit sekali sekolah atau perguruan tinggi yang memanfaatkan pembelajaran daring sebelum masa pandemi Covid-19 melanda. 16
Santoso menuliskan secara umum setidaknya ada 2 (dua) hal yang menjadi penghambat efektivitas proses PJJ, yaitu keterbatasan akses internet dan juga keterbatasan kapabilitas tenaga pengajar. Pertama, perihal keterbatasan akses internet yang dialami baik oleh pengajar maupun siswa/mahasiswa. Kedua, keterbatasan kapabilitas tenaga pengajar, hal ini terjadi pada tenaga pengajar yang sulit beradaptasi secara cepat dengan perubahan yang terjadi. Dua hambatan tersebut membuat proses pelaksanaan PJJ mendapatkan banyak kendala, baik yang dialami oleh murid/mahasiswa maupun guru/dosen. 17
## Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh di SMP Negeri 2 Bojong
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala SMP Negeri 2 Bojong, pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) awalnya dilakukan dengan cara PJJ manual. Teknis pelaksanaanya diawali dengan pihak sekolah mendata peserta didik yang berasal dari kampung yang sama, Satu RW satu kelas. Perwakilan datang ke sekolah untuk mengambil tugas dari berbagai mapel. Setelah iu peserta didik belajar sendiri di rumah. Setelah selesai dikumpulkan lagi di sekolah. Pengumpulannya dalam rentang waktu satu pekan. 18
15 Mulyana, “Guru Era Pandemi” dalam Pembelajaran Jarak Jauh Era Pandemi, Jejen Musfah (ed), Jakarta: Litbangdiklat Press, 2020, hlm:6
16 Yudhistira dan Murdiabi, “Pembelajaran Jarak Jauh: Kendala dalam Belajar dan Kelelahan Akademik”, MAARIF Vol. 15, No. 2 Tahun 2020, hlm: 375 17 Santoso, Ari Budi, “Potret Pendidikan di Tahun Pandemi: Dampak Covid - 19 Terhadap Disparitas Pendidikan di Indonesia”, CSIC Commentaries DMRU-
079-ID , 2020. sumber: https://www.csis.or.id, hlm.4
18 Wawancara dengan Kepala SMP Negeri 2 Bojong pada 13 Agustus 2021
Tahap selanjutnya, tidak lagi hanya PJJ manual tetapi sudah melibatkan peran perangkat digital menggunakan Whats ’ App (WA). Beberapa guru yang sudah mempunyai nomor WA peserta didik memanfaatkan dengan grup WA, terkadang melakukan pembelajaran real time melalui WA. Pada tahap ini, kuantitas mata pelajaran sudah berbeda dengan sebelum dilaksanakannya PJJ. Moh Taufiq Hidayat selaku kepala sekolah menuturkan,
“ Untuk pertemuan itu kami menggunakan satu hari beberapa maple saja. Misal Senin, paling kuat 3 mapel. Penjelasan jam 07.00-08.00 kelas apa, jam 08.00-09.00 kelas apa, 09.00-10.00 kelas apa. Itu penugasan. Faktanya ketika anak menyetorkan tugas terlepas dari jam itu mas. Bisa setelah KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), ada yang sampai satu minggu. Maka beberapa guru mengatakan lebih enak PTM daripada PJJ. Karena tidak terganggu notifikasi WA pengumpulan tugas siswa yang hampir 24 jam masuk grup. ” 19
Berdasarkan hasil observasi, secara umum proses PJJ di SMP Negeri 2 Bojong tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan. Para peserta didik datang ke sekolah pada pagi hari untuk mengambil tugas, lalu kembali pulang untuk mengerjakan secara mandiri atau berkelompok di rumah salah satu peserta didik. Keesokan harinya, peserta didik mengembalikan tugas disertai dengan mengambil tugas untuk hari itu. Ketika hal tersebut dikonfirmasi dengan kepala sekolah, alasan yang dikemukakan karena faktor jenjang tingkat sekolah masih belum sepenuhnya mendukung PJJ secara penuh. Hal itu ditambah peserta didik yang belum punya tools berupa handphone , laptop, dan kuota agar guru dapat menyelenggarakan video conference secara langsung. Peserta didik masih menggunakan handphone orang tua untuk melaksanakan PJJ, sedangkan beberapa orang tua di SMP Negeri 2 Bojong adalah pedagang di pasar dan petani di sawah sehingga tidak bisa mendampingi peserta didik saat PJJ.
Namun hal menarik terjadi pada adaptasi guru PAI di SMP Negeri 2 Bojong. Guru PAI menggunakan aplikasi khusus dalam melaksakanakan PJJ. Abdul Basid, guru PAI SMP Negeri 2 Bojong, menuturkan PJJ yang ia laksanakan menggunakan aplikasi khusus yang didapatkan dari Play Store kemudian diinstal di handphone guru dan siswa. Dalam hal ini handphone orang tua/wali peserta didik. Terdapat dua aplikasi yang digunakan dalam melaksanakan PJJ. Bagi peserta didik menggunakan aplikasi SISWA PAI, sedangkan bagi guru menggunakan aplikasi AGPAII-Digital Penilaian. Dua aplikasi
19 Wawancara dengan Kepala SMP Negeri 2 Bojong pada 13 Agustus 2021
ini dari pusat tetapi bukan dari Kemenag, melainkan dari kalangan asosiasi. 20
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan peneliti, aplikasi SISWA PAI adalah sebuah aplikasi Pembelajaran Jarak Jauh untuk peserta didik Indonesia. Tidak hanya untuk jenjang SMP, dalam aplikasi ini teradapat jenjang dari tingkat SD-SMA. Aplikasi ini di bawah naungan AGPAII DIGITAL. AGPAII adalah singkatan dari Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia. Aplikasi SISWA PAI dirancang agar dapat membantu dan memfasilitasi proses PJJ untuk peserta didik di Indonesia. Slogan yang diusung oleh aplikasi ini adalah “Belajar PAI bisa di mana saja dan kapan saja.” Aplikasi SISWA PAI memiliki berbagai macam fitur yang dapat digunakan oleh siswa, seperti: Statistik, Latihan Mandiri, Materi, Kerjakan Soal, Ruang Diskusi, Belajar Fleksibel, Do Challenge
Aplikasi ini dirilis pada 16 Juli 2020 melalui developer CV Ardata Media. Ukuran aplikasi ini sebesar 27,39 MB dan telah didownload sebanyak 10.000 lebih. Jika meliahat dari rating dan ulasan, SISWA PAI memiliki rating 4,1/5 dan mendapatkan beberapa feedback positif dari orangtua ataupun dari peserta didik sendiri.
Sedangkan untuk aplikasi yang digunakan guru PAI, yakni AGPAII-Digital Penilaian, memiliki fitur yang terhubung dengan aplikasi SISWA PAI. Beberapa fitur di aplikasi AGPAII-Digital Penilaian diantaranya: Butir Soal dan Paket Soal, Buat Soal, Rakit Soal, Hasil.
Terkait teknis penggunaan aplikasi SISWA PAI pada PJJ, Guru PAI SMP Negeri 2 Bojong, Abdul Basid, menuturkan:
“Pertama saya arahkan siswa menginstall aplikasi ini. Sebelum KBM, Saya kondisikan terlebih dahulu. Jika ada kesulitan dalam menginstal, saya arahkan. misalkan ketika ada guru lain mengumpulkan siswa/orang tua siswa, saya sekalian mendata dulu siapa saja yang belum menginstal aplikasi SISWA PAI. Ketika ada kesulitan karena rata-rata HP dipegang orang tua, juga saya arahkan, ‘monggo Bapak Ibu silakan hari Senin ke sekolah nanti saya bantu untuk menginstalkan dan membuat akun untuk siswanya.’ Pokoknya sampai siap menggunakan.” 21
Terkait evaluasi ketika PJJ, guru PAI menggunakan aplikasi AGPAII-Digital Penilaian. Guru PAI SMP Negeri 2 Bojong, Abdul Basid menuturkan,
“selesai mereka mengerjakan, hasil penilaian yang sudah saya rekap di aplikasi, saya download via Excel kemudian saya screenshot ke grup kelas. Jadi terlihat, mana yang sudah mengerjakan, mana yang belum. Nah yang
20 Wawancara dengan Guru PAI SMP Negeri 2 Bojong pada 7 Agustus 2021
21 Wawancara dengan Guru PAI SMP Negeri 2 Bojong pada 7 Agustus 2021
sudah mengerjakan juga langsung terlihat masing-masing nilainya berapa.” 22
Persoalannya adalah Mata Pelajaran PAI terdapat bagian praktik dan erat kaitannya dengan Pendidikan karakter/akhlak. Menanggapi hal tersebut, Moh Taufiq Hidayat selaku Kepala Sekolah menuturkan hal tersebut merupakan kelemahan Pembelajaran Jarak Jauh berbasis digital. 23 hal tersebut menjadi kekhawatiran pihak sekolah terkait kualitas peserta didik. Moh Taufiq menuturkan,
“(terkait kualitas peserta didik ) Otomatis ngedrop mas. Makanya kami selaku kepsek. Yang penting anak mengumpulkan tugas, mbuh tugasya seperti apa yang penting mengumpukan. Itu menunjukkan semangat dia untuk belajar. Jangan lihat benar atau tidaknya yang penting anak mengumpulkan. Sampai itu saja, dan itu harus diapresiasi melihat kondisi sekolah kami. Evaluasinya pun mengambang, tidak sampai detail. Itu tadi yang penting ada wujud, ada gerak. Ada semangat. Yang dinilai semangatnya. Unik, anak dikasih materi untuk dipelajari, anak gak melakukan. Tetapi kalau instruksinya “kerjakan soal” maka dia akan menulis soalnya. ”
Berdasarkan pemaparan di atas, guru PAI SMP Negeri 2 Bojong telah berupaya beradaptasi dengan situasi PJJ. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto dalam Mahmudi dan Fernandes menyebut adaptasi berkaitan dengan proses mengatasi halangan dari lingkungan, memanfaatkan sumber daya yang terbatas, proses menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah, penyesuaian pribadi dan kelompok terhadap lingkungan. Proses adaptasi sangat berkaitan dengan setiap aspek perubahan yang dialami manusia, bagaimanapun juga individu memerlukan hubungan dengan lingkungan yang mengaitkannya, merangsang perkembangannya, dan memberi apa yang ia perlukan. 24
## Adaptasi Guru PAI dalam Digitalisasi Pembelajaran
Melihat garis waktu penyelenggaraan PJJ di SMP Negeri 2 Bojong, terdapat proses penyesuaian dan tidak dapat mencapai kata ideal dalam sekali pelaksanaan. Dibutuhkan waktu yang cukup Panjang dalam menjalankan digitalisasi pembelajaran. Pelaksanaan PJJ di SMP Negeri 2 Bojong pun mengalami fase-fase, dimulai dari fase PJJ manual, PJJ semi gawai, dan PJJ menggunakan aplikasi berbasis android.
22 Wawancara dengan Guru PAI SMP Negeri 2 Bojong pada 7 Agustus 2021
23 Wawancara dengan Kepala SMP Negeri 2 Bojong pada 13 Agustus 2021
24 Mahmudi dan Fernandes, “ Adaptasi Siswa Terhadap … ., hlm. 400
PJJ seolah membuka mata guru-guru agar mulai secara bertahap beralih menuju digitalisasi pembelajaran. Tahap awal adanya pandemi, guru mengalami shock culture dan kebingungan bagaimana melakukan proses pembelajaran sedangkan ada larangan berkerumun apalagi dalam ruang tertutup seperti ruang kelas. Guru lalu berupaya mencari cara agar materi tersampaikan. Dari situ awalnya PJJ manual, yakni pemberian tugas kepada peserta didik agar dikerjakan di rumah, kemudian dikumpulkan lagi keesokan harinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SMP Negeri 2 Bojong, sembari melaksanakan PJJ, pihak sekolah mendorong guru mencari informasi baru terkait pemanfaatan media digital dalam pelaksanaan PJJ. Wujud pencarian informasi baru melalui dorongan pihak sekolah agar guru-guru mengikuti beberapa bimtek melalui Google Meet di luar jam dan dari rumah. Meskipun prosentase keikutsertaan guru dalam kegiatan bimtek dibandingkan kuantitas guru sangat kecil sekali. 25 Namun hal tersebut dirasa cukup sebagai modal awal atau percobaan pertama dalam kampanye digitalisasi pembelajaran.
Adaptasi cara mengajar pun berkembang dari awalnya mengajar langsung di kelas bermodal spidol lalu menuliskan materi atau soal di papan tulis, menjadi bermodal gawai dan aplikasi android untuk menyampaikan materi dan membagikan tugas. Adaptasi berikutnya terkait manajemen waktu. Sebelum masuk fase PJJ, guru mempersiapkan perangkat pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal. Namun setelah diterbitkan kebijakan PJJ dan berlanjut dengan kampanye digitalisasi pembelajaran, guru menyediakan waktu lebih di luar jam pelajaran untuk persiapan. Ketika peneliti datang ke lokus penelitian, informan sedang mempersiapkan materi dan desain pembelajaran untuk sepekan ke depan dengan beberapa kelas. Selain itu, guru melakukan kontrol keaktifan seperti presensi dan proses pembelajaran secara berkala bahkan di luar jam pelajaran.
Berdasarkan hasil di atas, adaptasi yang dilakukan guru PAI SMP Negeri 2 Bojong sudah masuk ke fase recovery . Menurut teori U- Curve milik Oberg yang dikutip Utami, fase recovery adalah fase ketiga dan 4 unsur adaptasi. Fase ini individu mulai mengerti mengenai budaya barunya. Pada tahap recovery , orang secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan dalam caranya menanggulangi
25 Wawancara dengan Kepala SMP Negeri 2 Bojong pada 13 Agustus 2021
budaya baru. 26 Dalam hal ini budaya PJJ yang menuntut penggunaan media internet dan tools sebagai media pembelajaran. Dalam fase recovery , orang-orang dan peristiwa dalam lingkungan baru mulai dapat terprediksi dan tidak terlalu menekan. Individu mulai masuk ke fase proses penemuan solusi atau cara beradaptasi dengan mengidentifikasi hal-hal yang perlu dilakukan terhadap masalah yang ada. Hal itu dapat terlihat pihak sekolah baik kepala sekolah ataupun guru tidak lagi menekan pada hasil tetapi menekankan pada proses pembelajaran dan penanganan solusi dari permasalahan yang muncul ketika PJJ.
## Simpulan
Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMP Negeri 2 Bojong mengalami beberapa fase, yakni PJJ manual, PJJ semi gawai, dan PJJ menggunakan aplikasi android. Pelaksanaan PJJ
menggunakan aplikasi android yang dimaksud adalah menggunakan aplikasi SISWA PAI, AGPAII DIGITAL – PENILAIAN, dan AGPAII DIGITAL – MODUL . Baik peserta didik dan guru PAI menggunakan aplikasi tersebut. Adaptasi yang dilakukan guru PAI SMP Negeri 2 Bojong sudah masuk ke fase recovery jika mengacu pada teori U-Curve milik Oberg. Pada tahap recovery , orang secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan dalam caranya menanggulangi budaya baru. Dalam hal ini budaya PJJ yang menuntut penggunaan media internet dan tools sebagai media pembelajaran. Menanggapi kampanye digitalisasi pembelajaran, penggunaan aplikasi di atas dapat menjadi pintu gerbang pemanfaatan media digital dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
## References
Afriansyah , Anggi, “Guru di Masa Pandemi: Pola Adaptasi,
Komunikasi, Transformasi, dan Strategi Baru Mendidik Anak ”, MAARIF , Vol. 15, No. 2 Tahun 2020
Creswell, John W. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih di antara Lima Pendekatan , tej. Ahmad Lintang Lazuardi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
26 Utami, “ Teori-teori Adaptasi … ., hlm. 191-192
Direktorat Sekolah Dasar, 2020, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Bisa
Jadi Model Pendidikan Masa Depan . Sumber.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/pembelaj aran-jarak-jauh-pjj-bisa-jadi-model-pendidikan-masa- depan)
Dzaljad , Rifma Ghulam, “Transformasi Sosial dalam Proses
Pendidikan di Masa Pandemi Covid- 19”, MAARIF ,
2020.
Ezmir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta:
Rajawali Press, 2012.
Hadi , Panca Putra. 2018. “Akselerasi E -Learning dan Online
E ducation di Tanah Air.” Sumber:
https://cs.ui.ac.id/2018/07/24/akselerasi-e-learning- danonline-education-di-tanah-air/.
KBBI Online 0.4.0 Beta. Diunduh dari Playstore.
Mahmudi , Wafiq dan Reno Fernandes, “Adaptasi Siswa
Tehadap Pola Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid- 19 di SMAN 1 Solok”, Jurnal
Perspektif: Jurnal Kajian Sosiologi dan Pendidikan , Vol. 4
No. 3 Tahun 2021
Mulyana , “Guru Era Pandemic” dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Era Pandemi, Jejen Musfah (ed) , Jakarta: Litbangdiklat
Press, 2020.
Panca wati, MB. Dewi. 2020. “Rapuhnya PJJ di Daerah
Tertinggal .” Sumber: https://
www.kompas.id/baca/metro/2020/08/09/rapuhnya-pjj- di-daerahtertinggal/.
Permendikbud No. 109 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh Pada Pendidikan Tinggi.
Santoso, Ari Budi , “P otret Pendidikan di Tahun Pandemi:
Dampak Covid-19 Terhadap Disparitas Pendidikan di
Indonesia”, CSIC Commentaries DMRU-079-ID , 2020.
sumber: https://www.csis.or.id
Shidiq, Umar dan Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di
Bidang Pendidikan , Ponorogo: Nata Karya, 2019
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ,
Bandung: Alfabeta, 2013
Sultonah , Siti & Septi Kuntari, “Adaptasi Siswa Dalam
Pembelajaran Daring Di Era 4.0 Pada Masa Pandemi Covid- 19”, Sistema: Jurnal Pendidikan, Vol. 2, No. 01
Tahun 2021
Sumarno , “Adaptasi Sekolah Dalam Mengimplementasikan
Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid-
19 (Studi Kasus SMP Muhammadiyah Karanggeneng
Kabupaten Lamongan)”, Jurnal Tarbiyah & Ilmu
Keguruan (JTIK) Borneo , Vol. I No.2, 2020.
Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19).
Sumber:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/me ndikbud-terbitkan-se-tentang-pelaksanaan- pendidikan-dalam-masa-darurat-covid19)
Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Nomor
15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
Sumber:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/ke mendikbud-terbitkan-pedoman-penyelenggaraan- belajar-dari-rumah)
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003.
Utami, Lusia Savitri Setyo, “Teori -Teori Adaptasi Antar
Budaya”, Jurnal Komunikasi , Vol. 7, No. 2, Tahun 2015.
W. W. Wardana, and L. S. E. Hasul, "COVID-19: How will it
affect human capital?." The Jakarta Post (2020); P. Ayu Suci Lestari, and Gunawan Gunawan, "The impact of Covid-19 pandemic on learning implementation of primary and secondary school levels," Indonesian Journal of Elementary and Childhood Education 1.2
(2020): 58-63.
Yudhistira, Santi dan Deni Murdiabi, “Pem belajaran Jarak Jauh:
Kendala dalam Belajar dan Kelelahan Akademik” ,
MAARIF Vol. 15, No. 2 Tahun 2020.
|
c7ad5761-f6df-4a65-b8a6-55041788de07 | https://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JTP/article/download/267/263 | UJI KINERJA MESIN PERONTOK BIJI JALI ( Coix Lacryma-Jobi L.) TIPE
## RUBBER ROLL
[PERFORMANCE OF MACHINES THRESHER SEEDS JOB’S TEARS (Coix Lacryma-Jobi L.) RUBBER ROLL TYPE]
Oleh :
Juliardi 1 , Rofandi Hartanto 2 , Warji 3 , Budianto Lanya 4
1) Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Pertanian,Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2,3,4) Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis, email : [email protected]
Naskah ini diterima pada 24 September 2013; revisi pada 10 Januari 2014; disetujui untuk dipublikasikan pada 29 Januari 2014
## ABSTRACT
Job’s tears (Coix lacrhryma jobi L.) was a plant that came from South Asia and East Asia. The distribution of this plant was expanded to Southeast Asia, especially Indonesia. In Indonesia, Job’s tears was found in Sumatra, Java and Kalimantan. Its seeds had many benefits as herbs or plant consumption. Threshing process of this plant was still using a traditional way. This research was purposed to design and test the performance of jali thresher machine type rubber roll. This research was conducted in February 2013 to March 2013 in the Laboratory of Agricultural Engineering, Department of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, University of Lampung. This research procedure included several stages: design, assembly, testing results, and data analysis stage. Observations were made for machine capacity per hour, percentage of threshed seeds, and percentage of good or damaged threshed seeds. This research used 3 cylinder rotational speeds: 50 RPM, 38 RPM and 30 RPM. Results of this research indicated that this machine threshed seeds by 47 kg/ hour.
Keywords: Job’s tears, threshing, and Rubber Roll
## ABSTRAK
Jali (Coix lacrhryma jobi L) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Timur. Namun saat ini penyebarannya sudah meluas ke Asia Tenggara sampai ke Indonesia. Di Indonesia tanaman jali bisa dijumpai tumbuh merata, terutama di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Biji dari tanaman ini memiliki berbagai manfaat baik sebagai tanaman herbal ataupun sebagai tanaman konsumsi. Perontokan tanaman ini masih menggunakan cara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun serta menguji kinerja mesin perontok biji jali tipe rubber roll. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Prosedur yang digunakan pada penelitian ini mencakup beberapa tahapan, diantaranya adalah tahap perancangan, tahap perakitan, tahap pengujian hasil perancangan, tahap pengamatan dan tahap analisis data. Pengamatan dibuat untuk kapasitas kerja mesin per jam, persentase jali terontok, persentase jali tidak terontok, persentase jali terontok baik dan persentase jali terontok rusak. Penelitian ini menggunakan 3 kecepatan putar silinder yaitu 50 RPM, 38 RPM dan 30 RPM. Penelitian ini menghasilkan perontokan rata-rata sebesar 47 kg/jam.
Kata Kunci: Jali, Perontokan, dan Rubber Roll
## I. PENDAHULUAN
Jali ( Coix lacryma-jobi L.) merupakan tanaman serealia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan. Menurut Yulianto (2012) tanaman Hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) merupakan tanaman serealia dari famili Gramineae yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan. Hanjeli yang memiliki kandungan protein, lemak, dan vitamin B1 lebih tinggi dibandingkan tanaman serealia lainnya.
Selain sebagai bahan pangan, jali juga memiliki banyak manfaat dalam bidang pengobatan. Biji Jali mengandung coixol,
coixenolide, coicin dan asam amino leusin, tirosin, lisine, asam glutamat, arginin dan histidin. Jali dapat mengobati beberapa penyakit seperti absesparu, sakit usus buntu, radang usus ( enteritis ) kronis, infeksi dan batu saluran kencing, kencing sedikit, kencing bernanah, bengkak ( edema ), biri- biri, tidak datang haid, keputihan
( leuchorhea ), sakit kuning ( jaundice ), cacingan ( ascariasis ), rheumatism seperti sakit otot ( mialgia ), keputihan ( leucorrhea ), tumor saluran pencernakan seperti kanker lambung, kanker paru, kanker mulut rahim ( cervix ), kutil ( warts ), eksema, radang paru, demam, batuk sesak, dan lain-lain (Sihombing, 2008).
Pada awal kegiatan perontokan, petani merontok dengan cara menginjak-injak (iles), membanting (gebot) dan memukul. Bahkan ada petani yang menggunakan sepeda motor dengan menjalankannya diatas hamparan padi yang akan dirontok. Seiring dengan perkembangan teknologi, proses perontokan semakin berkembang dan secara garis besar terbagi menjadi tiga kategori yaitu secara manual dengan menggunakan alat gebot, pedal threser serta mesin power threser (Herawati, 2008).
Terjadinya angka susut tercecer yang besar saat panen umumnya diakibatkan proses perontokan dilakukan menggunakan tenaga manusia (Sulistiadji, 2008).
Menurut Hardjosentono (2000) mesin bertipe rubber roll memililki dua buah roll karet yang berputar berlawanan dan mengarah kedalam ,dimana kedua rol ini duduk pada poros yang terpisah satu sama lain dan sejajar secara horizontal dengan kecepatan yang berbeda dengan jarak renggangnya yang dapat diatur tergantung pada besar kecilnya bahan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja mesin perontok biji jali tipe rubber roll. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi ilmiah dalam proses perontokan biji jali.
## II. BAHAN DAN METODE
2.1. Perancangan Struktural Dan Fungsional
Proses perancangan terdiri dari beberapa tahap, yaitu pemilihan bentuk, penentuan dimensi, dan bahan yang akan digunakan. Hal ini merupakan bagian yang sangat penting karena akan berdampak langsung pada kinerja alat atau mesin yang akan dirancang.
Bagian mesin perontok jali secara umum terbagi atas rangka mesin, rubber roll, saringan, wadah penampung biji jali,
gearbox, gear dan motor listrik. Masing- masing bagian mesin ini dipasang
berdasarkan rancangan desain dan fungsional dari hasil perhitungan secara teoritis. Desain struktur mesin perontok jali dapat dilihat pada Gambar 1.
Rangka utama mesin perontok dirancang dengan lebar kaki pada bagian bawah sama dengan lebar kaki bagian atas. Rangka utama ini berfungsi untuk menahan beban seluruh bagian mesin perontok ketika beroperasi maupun ketika mesin tidak dioperasikan. Rubber roll (alat perontok) berada dibagian atas rangka mesin. Jarak antar roll ( clearance ) dibuat lebih kurang 6,5 mm. Jarak clearance tersebut berguna untuk memberi tekanan pada bagian biji jali. Dua roll ini disanggah oleh dua buah pillow block. Pillow block ini berguna menjaga bidang roll berputar tetap pada sumbu porosnya. Bagian bawah alat perontok terdapat saringan yang berfungsi untuk memisahkan biji jali dengan kotoran yang ikut menuju wadah penampung. Wadah penampung terletak pada bagian bawah saringan, wadah ini berfungsi sebagai tempat biji jali. Mesin perontok ini menggunakan gearbox untuk mereduksi kecepaan putar yang dihasilkan dari motor listrik terhadap bidang perontok (rubber roll). Putaran dari motor listrik ditransmisikan menggunakan puli dan v-belt menuju gearbox. Motor listrik juga dipasang pada rangka utama mesin perontok.
Gambar 1. Mesin
Keterangan:
1. Rubber roll 2. Rangka 3. Saringan. 4. Wadah penampung 5. Rangka utama mesin perontok biji jali 6. Rangka tempat motor listrik 7. Gear transmisi 8. Pengumpan 9. Saluran pengeluaran
10.Ruang perontok
Gambar 1. Mesin perontok biji jali tipe Rubber roll .
Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 3: 185- 194
## Keterangan:
Rubber roll
Rangka atas r ubber roll .
Saringan. Wadah penampung. Rangka utama mesin perontok biji jali. Rangka tempat motor listrik . transmisi Pengumpan Saluran pengeluaran 10.Ruang perontok
Mesin perontok ini berfungsi untuk melepaskan biji jali dari batangnya dengan memanfaatkan tekanan yang dihasilkan dari dua buah silinder. Bagiam-bagian lain yang memiliki fungsi yang juga penting yaitu rangka, rubber roll, saringan, wadah penampung, gear, gearbox, sabuk dan pulley, motor listrik, dan saluran pengeluaran.
Bagian rangka berfungsi sebagai tempat terpasangnya bagian-bagian mesin lainnya, tempat dudukan alat perontok (rubber roll), dudukan saringan, dudukan wadah penampung dan dudukan motor listrik. Rubber roll berfungsi sebagai alat perontok dengan memanfaatkan tekanan antar dua silinder. Saringan berfungsi untuk memisahkan kotoran dengan biji jali. Saringan ini juga mencegah kotoran menuju wadah penampung. Wadah penampung berfungsi untuk menampung biji jali yang sudah terlepas dari batangnya. Gearbox berfungsi untuk mereduksi putaran yang dihasilkan oleh motor listrik Gear berfungsi sebagai penggerak dua buah silinder sehingga
silinder tersebut bergerak berlawanan arah. Sabuk V-Belt berfungsi sebagai alat transmisi putaran dan tenaga dari motor listrik menuju rubber roll, sedangkan pulley berfungsi sebagai penerus putaran dari poros motor listrik menuju gearbox. Pengumpan berfungsi sebagai pengumpan bahan yang akan dirontokan menuju ruang perontok.
Saluran
pengeluaran berfungsi sebagai tempat
Gambar 2. Komponen mesin perontok biji jali.
Mesin perontok ini berfungsi untuk melepaskan biji jali dari batangnya dengan memanfaatkan tekanan yang dihasilkan dari
bagian lain yang
memiliki fungsi yang juga penting yaitu rangka, rubber roll, saringan, wadah penampung, gear, gearbox, sabuk dan pulley, listrik, dan saluran pengeluaran.
Bagian rangka berfungsi sebagai tempat bagian mesin lainnya, tempat dudukan alat perontok (rubber roll), dudukan saringan, dudukan wadah penampung dan dudukan motor listrik.
gai alat perontok
dengan memanfaatkan tekanan antar dua silinder. Saringan berfungsi untuk memisahkan kotoran dengan biji jali. Saringan ini juga mencegah kotoran menuju wadah penampung. Wadah penampung berfungsi untuk menampung biji jali yang as dari batangnya. Gearbox berfungsi untuk mereduksi putaran yang dihasilkan oleh motor listrik Gear berfungsi sebagai penggerak dua buah silinder sehingga silinder tersebut bergerak
Belt berfungsi dan tenaga dari motor listrik menuju rubber roll, sedangkan pulley berfungsi sebagai penerus putaran dari poros motor listrik menuju gearbox. Pengumpan berfungsi sebagai pengumpan bahan yang akan dirontokan menuju ruang perontok.
Saluran gsi sebagai tempat
keluarnya batang tanaman yang telah dirontokkan bijinya.
## 2.2. Uji Kinerja Mesin Perontok Biji Jali
2.2.1. Tempat dan Waktu Pengujian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
2.2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mesin pemotong besi, las listrik, las karbit, bor listrik, gerinda, martil, penggaris besi, jangka sorong, stopwatch, timbangan.Bahan yang diperlukan dalam proses perancangan adalah besi siku, besi pelat, besi as, besi poros, sabuk V, puli alumunium, mur baut, elektroda, gearbox, tanaman jali.
2.2.3. Pengujian Mesin
Prosedur Penelitian ini men tahapan, diantaranya adalah tahap perancangan, tahap perakitan, tahap pengujian hasil perancangan, tahap
pengamatan dan tahap analisis data. Pengujian kapasitas kerja mesin perontok jali tipe rubber roll menggunakan puli 5 inchi pada kecepatan putar aktual 30 rpm dan masukan tanaman jali sebesar 15 Kg, 12 Kg
Gambar 2. Komponen mesin perontok biji jali.
keluarnya batang tanaman yang telah
## 2.2. Uji Kinerja Mesin Perontok Biji Jali
## 2.2.1. Tempat dan Waktu Pengujian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mesin pemotong besi, las listrik, las karbit, bor listrik, gerinda, martil,
jangka sorong, stopwatch, timbangan.Bahan yang diperlukan dalam proses perancangan adalah besi siku, besi pelat, besi as, besi poros, sabuk V, puli alumunium, mur baut, elektroda, gearbox,
Prosedur Penelitian ini mencakup beberapa tahapan, diantaranya adalah tahap perancangan, tahap perakitan, tahap pengujian hasil perancangan, tahap
pengamatan dan tahap analisis data. Pengujian kapasitas kerja mesin perontok jali tipe rubber roll menggunakan puli 5 inchi an putar aktual 30 rpm dan masukan tanaman jali sebesar 15 Kg, 12 Kg
dan 7 Kg secara kontinyu, sedangkan untuk pengujian persentase biji terontok menggunakan kecepatan putar aktual 50 RPM, 38 RPM dan 30 RPM dengan masukkan 1 Kg tanaman jali pada masing-masing perlakuan.
2.2.4. Pengukuran
1. Kapasitas Kerja Mesin (KKMP)
Kapasitas kerja mesin secara aktual dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1.
= .........(1) Dimana: KKAP : kapasitas kerja mesin perontok (kg/jam) JJT : berat tanaman jali terontok (kg) t : waktu yang dibutuhkan untuk merontokkan biji jali (jam) 2. Persentase Jali Terontok (JT)
Jali terontok adalah jumlah total jali yang berhasil dirontokkan dari total jumlah jali yang terdapat pada tangkai jali. Presentase terontok terhadap jumlah jali terontok dapat dihitung dengan persamaan berikut:
= x100% .......(2) Dimana: JT : Jali terontok (%) JJTT : jumlah jali tidak terontok (gram) JJT : jumlah jali terontok (gram)
3. Persentase Jali Tidak Terontok (JTT)
Jali tidak terontok adalah jumlah jali yang masih menempel pada tangkai jali yang dirontokkan. Presentase jumlah total jali dikurangi terhadap jumlah jali yang terontok dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
JTT = 100% - JT .......... (3)
Dimana: JT : jali terontok (%) JTT : jali tidak terontok (%) 4. Persentase Jali Terontok Baik (JTB)
Jali terontok baik adalah jali yang berhasil dirontokkan di dalam ruang perontok. Presentase jali terontok baik terhadap jumlah total jali terontok dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
= x100% ......... (4) Dimana: JTB : jali terontok baik (%) JJTB : jumlah jali terontok baik (gram) JJT : jumlah jali terontok (gram)
5. Jumlah Jali Terontok Rusak (JTR)
Jumlah jali terontok rusak adalah jumlah jali yang berhasil dirontokkan dalam kondisi rusak. Presentase jali rusak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
JTR = 100%-JTB ......... (5)
Dimana: JTR : jali terontok rusak (%) JTB : jali terontok baik (%)
## III. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1. Mekanisme Perontokan Biji Jali
Mekanisme perontokan biji jali yaitu bahan mengalami tekanan yang disebabkan oleh perputaran dua buah rubber roll yang berputar
secara berlawanan dan menimbulkan gesekan pada biji sehingga biji jali akan terlepas dari batang tanamannya.
Proses pemasukan bahan disesuaikan dengan kapasitas pengumpan ( hopper ), selanjutnya bahan akan dimasukkan kedalam ruang perontok dan kemudian mengalami proses perontokanoleh rubber roll yang ada dalam ruang perontok. Setelah mengalami perontokan, biji yang berhasil terontok, baik biji dalam keadaan baik maupun rusak, mengalami proses penyaringan oleh saringan yang terletak
dibawah rubber roll sebelum jatuh ke bak penampung, sedangkan sampah atau tangkai tanaman yang ikut terontok akan tersangkut disaringan. Batang tanaman dan biji yang tidak terontok akan keluar melalui saluran pembuangan.
## 3.2. Bagian Alat
## 1. Motor Penggerak
Sumber tenaga penggerak yang digunakan oleh mesin perontok jali tipe rubber roll adalah motor listrik 1 HP dengan kecepatan putar 1400 rpm.
2. Ruang Perontok
Ruang perontok merupakan bagian pokok dari keseluruhan elemen mesin, karena pada bagian inilah proses perontokan terjadi. Batang tanaman yang telah melewati pengumpan (hopper) akan masuk kedalam ruang perontok dan selanjutnya dirontokkan oleh rubber roll. Dari pengujian dapat diketahui bahwa proses perontokan terjadi karena bahan mengalami gesekan dengan dua buah rubber roll yang berputar secara berlawanan arah sehingga terjadi tekanan pada biji.
3. Rubber Roll
Rubber roll menggunakan prinsip kerja dua buah roll karet yang berputar berlawanan dan mengarah kedalam, dimana kedua rol ini duduk pada poros yang terpisah satu sama lain dan sejajar secara horizontal dengan jarak renggangnya yang dapat diatur tergantung pada besar kecilnya bahan.
Rubber roll digerakkan oleh motor listrik yang terhubung melalui v-belt dan puli yang dipasang pada poros as silinder yang berada dibawah silinder lainnya. Rubber roll ini berbentuk silinder yang dibuat dari as silinder berukuran panjang 60 cm yang
diselimuti oleh pipa besi yang berdiameter 10 cm lalu bagian luarnya dilapisi oleh karet.
4. Saringan kotoran
Pada mesin perontok jali tipe rubber roll ini saringan yang digunakan terbuat dari kawat yang berbentuk persegi dengan lubang saringan berukuran 1 cm x 1 cm.
5. Wadah Penampung
Bagian ini berbentuk seperti bak yang berada dibawah saringan dengan ukuran panjang 70 cm, tinggi 5 cm dan lebar 51 cm. Fungsi dari bagian ini yaitu menampung biji jali yang telah dirontokkan didalam ruang perontok dan telah melewati proses penyaringan kotoran.
6. Saluran Pengeluaran
Bagian ini berada dibelakang ruang perontok dengan ukuran panjang 36 cm dan lebar 25 cm. saluran ini disanggah oleh dua buah besi siku disisi kanan maupun kiri. Saluran ini berfungsi untuk tempat keluar batang tanaman yang telah dirontokan pada ruang perontok. Dibagian bawah saluran pengeluaran terdapat sebuah saluran lagi untuk menyalurkan biji jali yang ikut keluar melalui saluran pengeluaran ke wadah penampung. Saluran ini ukurannya sama dengan saluran pengeluaran utama pada alat perontok.
## 3.3. Pengujian Alat
1. Pengujian Alat Dengan Beban
Data hasil pengujian alat untuk kapasitas kerja mesin perontok jali tipe rubber roll dapat dilihat pada Tabel 1. Pengujian kapasitas kerja mesin perontok jali tipe rubber roll menggunakan puli 5 inchi pada kecepatan putar aktual 30 rpm dan masukan tanaman jali sebesar 15 Kg, 12 Kg dan 7 Kg secara kontinyu.
Penentuan kecepatan putar untuk pengujian ini berdasarkan pengujian alat tanpa beban. Putaran pada kecepatan 30 rpm paling sedikit mengalami slip antar v-belt dan puli sehingga putaran silinder menghasilkan putaran yang optimum. Pengujian ini menghasilkan kapasitas kerja mesin rata- rata sebesar 47,97 Kg/Jam tanaman jali. Lama proses perontokan biji jali rata-rata per 1 kg tanaman jali dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan pada tabel diatas lama perontokan biji jali per 1 kg tanaman jali membutuhkan waktu rata-rata sebesar 1,71 menit atau 102,33 detik/kg tanaman jali, dengan kapasitas kerja mesin mampu merontokan batang rata-rata 47,97 kg/jam tanaman jali.
Data hasil perontokan biji jali per 1 Kg tanaman jali dengan menggunakan 3 tingkat kecepatan putar aktual yaitu 50 rpm, 38 rpm dan 30 rpm secara bergantian dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 1. Pengujian kapasitas kerja alat Perlakuan Berat bahan tanaman jali (Kg) waktu perontokan (Menit) Kapasitas Kerja (Kg/Jam) 30 rpm 15 18,25 49,31 30 rpm 12 14,12 50,99 30 rpm 7 9,63 43,61 Tabel 2. Lama Perontokan (detik) Perlakuan Ulangan Total Rata-rata U1 U2 U3 50 rpm 73 77 81 231 77 38 rpm 109 112 110 331 110 30 rpm 117 123 120 360 120
Tabel 3. Berat (gr) hasil perontokan biji jali
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata U1 U2 U3 50 rpm 300 280 285 865 288.33 38 rpm 330 300 310 940 313.33 30 rpm 370 350 335 1055 351.67
Tabel 4. Persentase rata-rata hasil perontokan dan kondisi perontokan biji jali
Perlakuan % Rontokan % Rontokan Terontok Tak Terontok Baik Rusak 50 rpm 38 rpm 30 rpm 92,11 87,85 91,77 7,89 12,15 8,23 89,60 86,17 88,63 10,40 13,83 11,37
Hasil pengujian alat untuk hasil perontokan dapat dilihat pada Tabel 3. Pengujian alat untuk kecepatan putar yang diuji berpengaruh terhadap hasil rontokan. Hasil rontokan untuk persentase biji jali terontok rata-rata dengan kecepatan putar aktual 50 rpm adalah sebesar 92,11% dan untuk persentase biji jali rata-rata tidak terontok yaitu sebesar 7,89%. Sedangkan pada penggunaan kecepatan putar aktual 38 rpm dengan persentase biji jali terontok rata-rata adalah sebesar 87,85% dan untuk persentase biji jali tidak terontok adalah sebesar 12,15%. Penggunaan dengan kecepatan putar aktual 30 rpm dengan
persentase biji jali terontok rata-rata adalah sebesar 91,77% dan untuk persentase biji jali tidak terontok adalah sebesar 8,23%.
Kecepatan putar yang diuji berpengaruh terhadap kondisi rontokan. Hasil pengujian alat untuk kondisi rontokan dapat dilihat pada Tabel 4 dengan pengujian 3 tingkat kecepatan putar berbeda. Kondisi rontokan untuk persentase biji jali terontok baik rata- rata dengan kecepatan putar aktual 50 rpm adalah sebesar 89,60% dan persentase biji jali terontok rusak rata-rata adalah sebesar 10,40%. Untuk pengujian dengan kcepatan 38 rpm persentase biji jali terontok baik rata-rata adalah sebesar 86,17% dan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 50 rpm 38 rpm 30 rpm % R o n to k a n b ij i ja li Perlakuan Terontok Tidak Terontok
Gambar 3. Histagram persentase rata-rata hasil perontokan biji jali pada tiap perlakuan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 50 rpm 38 rpm 30 rpm % R o n to k a n b ij i ja li Perlakuan Baik rusak
Gambar 4. Histagram persentase rata-rata hasil perontokan biji jali pada tiap perlakuan
persentase biji jali terontok rusak rata-rata adalah sebesar 13,38%. Hasil pengujian berbeda untuk persentase kondisi biji jali terontok baik rata-rata dengan kecepatan putar 30 rpm adalah sebesar 88,63% dan persentase biji jali terontok rusak rata-rata adalah sebesar 11,37%.
Hasil pengujian alat untuk lama perontokan dapat dilihat pada Tabel 2. Lama perontokan pada penggunaan kecepatan putar aktual 50 rpm adalah sebesar 77 detik (1,28 menit), pada penggunaan kecepatan putar 38 rpm adalah sebesar 110 detik (1,84 menit) dan pada penggunaan kecepatan putar 30 rpm adalah sebesar 120 detik (2 menit).
Kecepatan putar optimum pada penelitian ini adalah kecepatan putar 50 rpm. Penentuan ini berdasarkan pada persentase biji terontok, biji terontok baik dan lama perontokan yang dibutuhkan. Penggunaan pada kecepatan putar aktual sebesar 50 rpm, persentase biji terontok rata-rata sebesar 92,11%, persentase biji terontok baik sebesar 89,60% dan lama perontokan rata- rata sebesar 77 detik (1,28 menit).
Hasil biji terontok tertinggi terdapat pada kecepatan putar 30 rpm yaitu rata-rata sebesar 351,67 gram biji jali namun memiliki waktu perontokan terlama yaitu rata-rata sebesar 120 detik (2 menit). Pengujian pada kecepatan putar 38 rpm menghasilkan persentase biji terontok terendah dengan
rata-rata yaitu sebesar 87,85% dan memiliki persentase biji terontok baik terendah dengan rata-rata yaitu sebesar 86,17%. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa faktor seperti keseragaman bahan tanaman yang digunakan pada perontokan tidak sama ataupun banyaknya biji jali terontok yang ikut keluar bersama batang dan terlempar sehingga biji tersebut tidak masuk ke dalam wadah penampung.
Pengujian alat perontok biji jali tipe rubber roll ini terdapat kendala, dari pengujian yang telah dilakukan yaitu adanya slip yang terjadi pada dua silinder yang berputar secara berlawanan. Kendala lainnya yaitu banyaknya biji jali yang terontok keluar melewati saluran pengeluaran sehingga hasil rontokan yang diukur pada penelitian ini kurang maksimal.
0 20 40 60 80 100 120 140 50 rpm 38 rpm 30 rpm W a k tu ( d e ti k ) Perlakuan
Gambar 5. Histagram rata-rata lama perontokan pada tiap perlakuan (detik)
## IV. KESIMPULAN DAN SARAN
## 4.1. Kesimpulan
1. Penelitian ini menghasilkan mesin perontok biji jali tpie rubber roll dengan motor penggerak berkekuatan 1 hp.
2. Kecepatan putara mesin perontok biji jali tipe rubber roll optimum pada putaran 50 RPM dengan persentase biji terontok rata-rata sebesar 92,11% dan persentase biji terontok baik sebesar 89,60%.
3. Alat ini memiliki kapasitas kerja rata-rata sebesar 47,97 Kg/Jam tanaman jali.
## 4.2. Saran
1. Perlu adanya modifikasi pada saluran pengeluaran alat perontok, yaitu dibuat saluran pengeluaran yang tertutup sehingga biji jali terontok yang ikut ke saluran pengeluaran tidak terlempar keluar dan kembali ke wadah penampung.
2. Perlu adanya penutup di sistem transmisi gear untuk menjaga keamanan dan keselamatan operator
3. Perlu adanya perbedaan putaran antara 2 silinder dengan menggunakan ukuran gear yang berbeda.
## DAFTAR PUSTAKA
Harjosentono.2000. Mesin-Mesin Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta.
Herawati, H. 2008. Mekanisme Dan Kinerja Pada Sistem Perontokan Padi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008: 1-13. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta.
Sihombing, M. 2008. Biji Jali. Dikutip Dari Http://Manajemen- Penelitian.Blogspot.Com/2010/11/Biji- Jali.Html. Tanggal 3 Agustus 2012.
Sulistiadji, K., Rosmeika dan A. Gunanto. 2008. Rancang Bangun Mesin Perontok Padi Bermotor Tipe Lipat Menggunakan Drum Gigi Perontok Tipe Stripping Raspbar. Jurnal Enjiniring Pertanian Vol VI No. 2 : 85-92. Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yulianto, F., Yustiana dan A. Supriatna. 2006.
Pengembangan Plasmanutfah Hanjeli (Coix Lacryma-Jobi L.) Sebagai Pangan Potensial Berbasis Tepung Di Kawasan PunclutKabupaten Bandung. Jurnal PKMK-2-4 :1-8 . PS. Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung.
|
458f94fb-f0b9-456d-8d98-f5d08b5ecf18 | https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JPPG/article/download/15774/9839 | Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran (JPPP) Vol. 4 No. 2, Agustus 2023, pp. 144-152 ISSN: 2721-7795. DOI: 10.30596/jppp.v4i2.15774
## Pengembangan E-Modul Sistem Peredaran Darah Berbasis Gender untuk Kelas VIII MTS
Duwi Neli Astuti 1 , Indah Wigati 2 , Asnilawati 3
1,2,3 Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Palembang, Indonesia
1 [email protected]
2 [email protected]
## ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah menghasilkan e-modul sistem peredaran darah berbasis gender sebagai bahan ajar alternatif untuk memotivasi dan meningkatkan minat belajar peserta didik. Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang mengacu pada model ADDIE. Prosedur penelitian ini tidak sampai pada tahap implementasi dan evaluasi, akan tetapi dibatasi hanya sampai pada tahap pengembangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kegiatan wawancara, observasi dan angket validasi. Subjek penelitian yang turut berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini terdiri dari 4 validator ahli yaitu ahli media, materi, bahasa dan gender dan guru IPA. Selain itu, penelitian ini juga melibatkan peserta didik, dimana 3 orang peserta didik untuk uji one to one dan 10 orang peserta didik untuk uji small group . Analisis data yang digunakan meliputi teknik kualitatif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian yang diperolah dapat disimpulkan bahwa e-modul sistem peredaran darah berbasis gender yang dikembangkan termasuk ke dalam predikat sangat valid dan layak digunakan sebagai bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini tampak dari hasil validasi e-modul pada aspek media, materi, bahasa dan gender memperoleh rata-rata sebesar 96,2% serta angket tanggapan guru dan peserta didik terhadap e- modul sistem peredaran darah berbasis gender yaitu sebesar 94,17% dengan predikat sangat praktis. Kata Kunci: Bahan Ajar, E-modul, Sistem Peredaran darah, Gender
## .
Penulis Korespondensi: Indah Wigati Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Jl. Prof. K.H Zainal Abidin Fikri KM.3,5 Palembang, Sumatera Selatan [email protected]
## 1. PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan IPTEK saat ini, telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah pendidikan. Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan dan pembelajaran memungkinkan kita untuk belajar dimana saja dan kapan saja tanpa perlu bertatap muka secara langsung. Menurut Setia (2019) perkembangan IPTEK mendorong semakin banyak upaya inovatif, untuk menggunakan hasil teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik dan lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran (Lestari dkk, 2022).
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran sains yang dipelajari oleh jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP/MTs dan SMA. Pembelajaran IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan mengenali tentang alam (Maulidah dan Aslam, 2021). Salah satu sub bab yang dipelajari dalam mata pelajaran IPA ialah materi sistem peredaran darah. Problematika mata pelajaran IPA khususnya materi sistem peredaran darah yaitu sering kali dianggap sulit oleh peserta didik. Alasan mengapa materi ini dianggap sulit karena banyak menggunakan bahasa Latin. Selain itu, konsep materi pada sistem peredaran darah juga memerlukan tingkat berfikir yang tinggi, sebab materi tersebut berisi konsep-konsep yang saling berkaitan dan prosesnya berlangsung di dalam tubuh manusia serta tidak dapat diamati secara langsung (Aswadin dkk, 2021).
Problematika ini dapat diminimalisir dengan memaksimalkan pemanfaatan teknologi untuk diintegrasikan kedalam pengembangan bahan ajar. Nuryasana dan Desiningrum (2020) mengartikan bahan ajar sebagai sekumpulan dari materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan berurutan untuk membantu guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan komponen penting dalam terbentuknya suatu pembelajaran. Bagi guru, kehadiran bahan ajar dapat membantu untuk merencanakan pembelajaran. Sementara itu, bagi peserta didik keberadaan bahan ajar dapat membantu mereka untuk menguasai kompetensi pembelajaran. Dalam hal ini pemilihan bahan ajar yang tepat sangatlah penting karena dengan memiliki bahan ajar yang tepat dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan (Putri dkk, 2022). Oleh karena itu, ketika memilih bahan ajar untuk peserta didik, perhatian harus diberikan pada berbagai aspek. Tidak hanya melihat dari segi konten materi, kemudahan, ataupun kebaharuannya karena terintegrasi dengan teknologi. Akan tetapi, perlu juga memperhatikan aspek lain yaitu gender . Seperti yang dinyatakan oleh Fitriani dan Neviyarni (2022), bahan ajar yang digunakan harus mendukung pendidikan kesetaraan gender . Cahyawati dan Muqowim (2022) mendefinisikan gender sebagai suatu konsep tentang hubungan sosial yang membedakan suatu peran, kedudukan antara seorang laki-laki dan perempuan. Persepsi terhadap konsep gender yang salah dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan terhadap peran, hak, kewajiban antara laki- laki dan perempuan. Oleh karena itu pemahaman konsep gender yang benar sangat di perlukan. Salah satu upaya untuk menanamkan pemahaman gender yang benar ialah melalui pendidikan di sekolah. Wigati (2019) menyatakan bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang dapat berupaya untuk menanamkan dan mendorong nilai-nilai kesetaraan gender . Kesetaraan gender ialah suatu keadaan dimana antara laki-laki dan juga perempuan bisa memperoleh kesempatan dan hak yang sama baik di lingkungan bangsa dan negara, lingkungan masyarakat maupun keluarga tanpa merasakan adanya diskriminasi (Cahyawati dan muqowim, 2022).
Bahan ajar mempunyai peran yang strategis dalam upaya penanaman karakter, utamanya ialah karakter bahwa laki-laki dan perempuan memiliki posisi yang setara (Indriani dkk, 2022). Oleh sebab itu, aspek-aspek yang mendukung bahan ajar seperti desain tampilan, kalimat, dan gambar ilustrasi yang sensitif terhadap gender sangat penting karena hal itu merupakan elmen penunjang dan mengandung makna atau informasi yang akan di terima oleh peserta didik. Menurut Fatchurrozaq (2018) menyatakan bahwa bahan ajar yang ramah dengan kesetaraan gender sangat penting dikarenakan penggunaan bahan ajar yang terdapat pembagian peran gender yang tidak setara dan adil dapat mendorong persepsi yang negatif dalam hubungan gender terhadap sikap, motivasi belajar peserta didik baik laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bersama salah satu guru IPA di Madrasah Tsanawiyah Palembang mengenai permasalahan yang terjadi di sekolah yaitu pada pembelajaran IPA khususnya sistem peredaran darah, peserta didik kesulitan untuk memahami materi tersebut. Hal ini dikarenakan materi sistem peredaran darah termasuk ke dalam materi yang cukup kompleks. Ada beberapa istilah asing yang jarang didengar oleh peserta didik sehingga membuat mereka kesulitan. Selain itu, materi ini juga memiliki proses- proses yang banyak dan berlangsung di dalam tubuh dan sulit di lihat secara langsung. Akibatnya sebagian peserta didik ada yang nilai ulangannya berada dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yakni 75.
Disamping itu menurut penjelasan guru IPA, sekolah tersebut sebelumnya sudah memanfaatkan alat bantu pembelajaran berupa papan tulis, spidol, buku teks pegangan guru dan peserta didik, LKPD, alat peraga dan modul. Akan tetapi buku pegangan dan modul yang digunakan masih berbentuk cetak. Hal ini menjadi salah satu alasan yang menjadikan peserta didik merasa cepat bosan dan mengantuk saat belajar. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa, peserta didik juga mengalami kesusahan dalam memahami konsep materi yang ada pada buku dan modul, dikarenakan penjelasannya yang padat dan hanya dilengkapi gambar 2 dimensi yang kurang menarik. Selain itu, bahan ajar tersebut juga kurang efektif karena berat dan memerlukan biaya yang cukup mahal. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa sebelumnya belum pernah ada pengembangan e-modul yang dilakukan oleh guru.
Melihat permasalahan di atas, salah satu solusi alternatif yang bisa dilakukan ialah dengan mengembangkan bahan ajar berupa modul yang memadukan pemanfaatan teknologi digital yakni biasa dikenal dengan modul elektronik atau e-modul yang bertujuan agar peserta didik memiliki bahan ajar mandiri dan bisa digunakan dimana saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Winatha dkk (2018) mengatakan bahwa, e-modul merupakan modul yang semula berbentuk cetak kemudian ditransformasikan ke dalam format elektronik. Selaras dengan penelitian Pramana (2020), e-modul merupakan bahan ajar dalam bentuk digital yang disusun secara sistematis sehingga peserta didik mampu untuk belajar mandiri dan memecahkan masalah yang ada. Dibandingkan dengan modul konvensional yang berbentuk cetak, e-modul memiliki keunggulan tersendiri diantaranya dapat diakses kapanpun dan dimanapun, dilengkapi konten- konten materi yang terintegrasi dengan video pembelajaran, audio, dan gambar yang dapat mempermudah peserta didik memahami pelajaran (Nisa dkk, 2020). Selain itu, e-modul juga dapat diintegrasikan dengan teknologi augmented reality yaitu penggabungan atau penambahan objek virtual 3D ke dalam suatu layar perangkat dengan objek nyata yang dapat berinteraksi secara realtime , dan dibuat dengan menggunakan komputer (Vari dan Bramastia, 2021). Pengintegrasian teknologi AR di dalam e-modul dapat membatu peserta didik dalam memvisualisasikan konsep abstrak materi pelajaran IPA.
E-modul sistem peredaran darah berbasis gender merupakan inovasi bahan ajar yang diperuntukkan untuk peserta didik dan disusun secara sistematis sesuai dengan karakteristik e-modul. Desain e-modul menggambarkan pesan untuk perlakuan yang adil dan setara bagi perempuan maupun laki-laki serta menyajikan peran gender yang seimbang antara perempuan dan laki-laki (Fatchurrozaq, 2021). E-modul berbasis gender ini dilengkapi dengan teks, gambar, animasi, materi, video pembelajaran dan teknologi AR serta navigasi ang membuat pengguna lebih interaktif dengan program. Menurut Larasati dkk (2020)
penggunaan media e-modul dapat menarik perhatian dan minat peserta didik sehingga termotivasi untuk belajar, membuat pembelajaran lebih menarik, interaktif, dan dapat digunakan kapan dan dimana saja serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini diantaranya yaitu penelitian Saumi dkk (2022), dengan judul pengembangan e-modul berbasis augmented reality dengan model guided discovery learning pada materi vektor. Hasil penelitian terhadap e-modul berbasis AR dinyatakan valid dan layak untuk digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Basaroh dkk (2021), dengan judul pengembangan e-modul model eksperiental jelajah alam sekitar (EJAS) pada materi plantae. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa produk e-modul model eksperiental jelajah alam sekitar (EJAS) dinyatakan valid dan sangat praktis. Berdasarkan analisis kedua penelitian tersebut, memiliki kesamaan yaitu mengembangkan produk berupa e-modul. Perbedaan untuk penelitian ini dengan penelitian terdahulu yakni penelitian ini mengembangkan e-modul dengan mengintegrasikan konsep kesetaraan gender di dalamnya. Berdasarkan fenomena dan argumentasi dari hasil penelitian tersebut maka, penelitian ini memberikan solusi alternatif agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan peserta didik dapat dengan mudah memahami dan memvisualisasikan konsep pembelajaran IPA khususnya materi sistem peredaran darah yaitu dengan mengembangkan e-modul sistem peredaran darah yang diintegrasikan dengan konsep kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya ketimpangan atau deskriminasi diantara kedunya.
## 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian E-Modul
Salah satu pemanfaatan IPTEK (Teknologi informasi dan komunikasi) ialah dengan melakukan pengembangan bahan ajar berupa modul cetak menjadi modul yang berbentuk elektronik atau biasa disebut sebagai e-modul. Pengertian e-modul adalah bahan ajar dengan format elektronik yang memanfaatkan teknologi digital saat ini (Jayanti dkk, 2023). Sementara itu Elvarita dkk (2020) mengartikan e-modul sebagai alat bantu pembelajaran yang memuat materi pelajaran, metode pembelajaran, batasan-batasan dan cara evaluasi yang dibuat secara lengkap, sistematis dan menarik agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai dengan baik sesuai dengan tingkat dari kompleksitasnya. Selanjutnya Lestari dkk (2022) menyatakan bahwa e-modul merupakan bahan ajar yang dibuat secara sistematis dalam bentuk elektronik dan di dalamnya dilengkapi oleh audio, gambar, animasi dan navigasi.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa e-modul ialah bahan ajar yang dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik dalam bentuk elektronik, dan dilengkapi dengan materi pelajaran, audio, gambar, animasi, video dan juga evaluasi serta disusun secara menarik sehingga mempermudah peserta didik dalam memahami konsep materi pelajaran.
Modul cetak ataupun modul elektronik (e-modul) merupakan bahan ajar yang memiliki karakteristik yang sama yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptif dan user friendly (Wulansari dkk, 2018). Emodul memiliki karakteristik s elf instructional artinya e-modul harus memuat instruksi atau petunjuk penggunaan yang jelas agar peserta didik dapat menggunakannya dengan mudah dan mereka dapat memahami tujuan pembelajaran yang harus di capai. Self contained yaitu materi pelajaran yang ada di e- modul disusun secara sistematis dan lengkap sehingga peserta didik dapat mempelajarinya dengan tuntas. Stand alone yaitu e-modul dapat digunakan secara independen dan tidak memerlukan alat bantu pendukung lainnya. Adaptif yaitu e-modul dapat beradaptasi dan menyesuikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi digital. User friendly yaitu e-modul pembelajaran hendaknya dekat dengan pemakainya. Maksudnya e-modul dibuat dengan menggunakan bahasa yang mudah untuk di pahami oleh penggunannya.
Menurut Nikat dan Sumanik (2021) penggunaan e-modul di dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa kelebihan diantaranya (1) E-modul dapat menyalurkan informasi dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih luwes dan juga fleksibel, (2) E-modul dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (3)Penggunaan e-modul dapat mempermudah guru untuk menyampaikan materi kepada peserta didik, (4)Melalui penggunaan emodul, peserta didik dapat mengakses dan membaca e-modul kapanpun dan dimanapun mereka berada dengan bantuan ponsel, (5) Penggunaan e-modul juda dapat membantu melestarikan lingkungan dikarenakan bisa menghemat pemakaian kertas, (7) Peserta didik dan juga guru dapat menggunakan e-modul sebagai bahan ajar mandiri tanpa memerlukan alat pendukung lainnya.
Selain memiliki kelebihan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, penggunaan e-modul juga memiliki beberapa kekurangan misalnya saja penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dkk (2020) menyatakan bahwa, penggunaan e-modul bisa menyebabkan terjadinya miskonsepsi jika e-modul tidak dibuat dengan baik. Selain itu, pembuatan e-modul juga memerlukan aplikasi pengeditan tertentu dan jaringan internet yang stabil.
## 2.2 Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah merupakan salah satu materi yang dibahas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan merupakan sub bab yang penting untuk dipelajari. Sistem peredaran darah
adalah materi yang membahas tentang bagaimana darah beredar di dalam tubuh manusia mulai dari organ jantung hingga ke seluruh bagian tubuh dan kembali lagi ke jantung (Ningrum dkk, 2022). Sistem peredaran darah pada manusia juga disebut sebagai sistem peredaran darah tertutup dan ganda. Sistem peredaran darah dikatakan tertutup karena selama beredar di dalam tubuh selalu melalui pembuluh darah. Sementara itu, sistem peredaran darah disebut juga sebagai peredaran darah ganda dikarenakan selama satu kali peredarannya, darah masuk ke dalam jantung sebanyak dua kali (Porsche dkk, 2019).
2.3 E-Modul Berbasis Gender 2.3.1 Pengertian gender Pengertian kata gender seperti yang telah dikutip dari penelitian Ummah (2021), memiliki arti jenis kelamin. Sedangkan Putri dkk (2021) mendefinisikan gender sebagai suatu ciri yang melekat terhadap laki- laki maupun perempuan yang dibentuk oleh lingkungan sosial dan budaya di masyarakat. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Alna dkk (2022) bahwa, gender sendiri merupakan perbedaan tingkah laku antara laki-laki dan perempuan yang dapat di pertukarkan dan tidak bersifat kodrati.
Menurut Kartini dan Maulana (2019) ada perbedaan antara konsep gender dengan jenis kelamin secara biologis. Gender sendiri merupakan perbedaan peran, tanggung jawab dan juga fungsi antara perempuan dan laki-laki yang dikonstruksi secara sosial oleh masyarakat dan bisa berubah-ubah sesuai perkembangan zaman. Misalnya laki-laki memiliki sifat yang rasional sedangkan perempuan memiliki sifat lemah lembut, dan penyayang. Hal ini tentunya bukan bersifat kodrati dan mutlak namun sesuatu yang dapat dipertukarkan. Disamping itu, definisi jenis kelamin (seks) merupakan perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat biologis dan merupakan ketetapan dari Tuhan. Misalnya secara kodrati perempuan memiliki rahim dan menstruasi sementara laki-laki sendiri memiliki penis dan juga menghasilkan sperma.
Berdasarkan pemaparan tersebut jadi dapat di simpulkan bahwa konsep gender merupakan peran antara laki-laki dan perempuan yang dibangun melalui konstruksi sosial budaya di kalangan masyarakat. Peran- peran sosial ini dapat dipelajari, dan berubah-ubah setiap perkembangan waktu. 2.3.2 Bentuk-Bentuk Bias Gender
Bentuk manifestasi dari konsep gender yang salah dapat menyebabkan terjadi nya bias gender yang salah pula. Menurut Kartini dan Maulana (2019), bentuk-bentuk bias gender yang terjadi di masyarakat ada 5 yaitu marginalisasi, subordinasi, stereotype, violence, dan doubel burden . Marginalisasi atau peminggiran merupakan suatu keadaan yang menyebabkan terjadinya peminggiran pada salah satu jenis kelamin dari pekerjaan utama dan menyakibatkan terjadinya kemiskinan. Subordinasi atau penomorduaan ialah suatu anggapan bahwasanya salah satu dari jenis kelamin dianggap lebih baik dibandingkan yang lainnya. Stereotype atau pelabelan merupakan bentuk pelabelan terhadap salah satu jenis kelamin yang bersifat negatif. Violence atau kekerasan ialah bentuk serangan yang dalam bentuk fisik maupun secara psikologis dari seseorang. Doubel burden atau beban ganda yaitu suatu perlakuan yang menyebabkan salah satu jenis kelamin mendapatkan beban kerja yang lebih banyak jika dibandingkan dengan yang lainnya. 2.3.3 Indikator E-Modul Berbasis Gender Pengertian e-modul berbasis gender ialah bahan ajar yang dapat digunakan peserta didik dan disusun secara sistematis berdasarkan karakteristik modul elektronik serta desain tampilan e-modul menggambarkan pesan dan perlakuan yang adil, setara dan seimbang antara laki-laki dan perempuan (Fatchurrozaq, 2018). Lebih lanjut Fatchurrozaq menyatakan bahwa terdapat tujuh indikator e-modul berbasis gender meliputi: (1) e-modul mudah dipahami dan mengandung pesan yang peka terhadap gender , (2) tujuan pembelajaran terintegrasi dengan peran gender yang seimbang, (3) Penyajian materi pelajaran telah mendorong perlakuan gender yang seimbang, (4) soal evaluasi menyajikan peran gender yang seimbang, (5) tata letak maupun ukuran gambar ilustrasi di dalam e-modul dibuat secara menarik, (6) e-modul menggambarkan ilustrasi atau tulisan yang sesuai dengan kehidupan yang nyata, (7) e-modul dibuat dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan komunikatif, (8) E-modul menyajikan potret dan juga peran perempuan dan laki-laki secara seimbang di ranah produktif, reproduktif dan masyarakat.
Selain itu, Puspitawati (2019) mengatakan bahwa indikator bahan ajar peka terhadap gender yaitu (1) bahan ajar ini menyajikan potret gambar yang dinamis antara laki-laki dan perempuan, (2) bahan ajar menghadirkan peran gender yang adil dan setara, (3) bahan ajar tersebut tidak menghadirkan stereotip atau pelabelan negatif terhadap salah satu jenis kelamin, (4) e-modul menggambarkan relitas kehidupan yang obyektif dan komunikatif serta tidak bias gender .
## 3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian pengembangan atau R&D (Research and Development). Menurut Winarni (2018), R&D merupakan suatu proses atau fase yang ditujukan untuk menghasilkan produk baru atau mengembangkan produk yang sudah ada sebelumnya dan dapat dipertanggung jawabkan. Model pengembangan ini mengacu pada model ADDIE meliputi 5 tahapan yaitu tahap analisis (a nalysis), perencanaan (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi
(evaluation) (Carolin dkk, 2020) . Akan tetapi tahapan penelitian ini hanya sampai ke tahap pengembangan (development) dan tidak dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan wawancara, observasi dan lembar angket. Wawancara ini dilakukan bersama dengan salah satu guru IPA di Palembang dengan tujuan untuk mendapatkan informasi terkait proses pembelajaran, informasi umum sekolah, kendala dan juga kebutuhan yang diperlukan oleh guru maupun peserta didik selama proses belajar dan mengajar berlangsung. Sementara itu, angket dalam penelitian ini terdiri dari angket validasi (validasi media, materi, bahasa dan gender ), serta angket respon pendidik dan peserta didik yang digunakan untuk melihat kelayakan dari produk yang dikembangkan.
Subjek penelitian yang terlibat yaitu terdiri dari 1 validator ahli media, 1 ahli materi pembelajaran biologi, 1 ahli bahasa, 1 ahli gender , 1 guru IPA dan peserta didik kelas VIII. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan uji coba one to one dengan melibatkan 3 peserta didik dan 10 peserta didik untuk uji coba small group . Sampel tersebut dipilih dengan menggunakan teknik random sampling yakni suatu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak, dimana masing-masing anggota dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel.
Adapun teknik analisis data yang digunakan ialah teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mengolah informasi yang diterima dari validator ahli serta tanggapan guru maupun peserta didik yang terlibat berupa kometar dan saran. Sementara itu, teknik kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk mengolah data dari angket yang dibagikan berupa skor dari validator ahli, responden yaitu guru dan peserta didik guna mengetahui layak tidaknya produk yang sudah dikembangkan. Pada penelitian ini skala penilaian yang digunakan ialah skala likert dengan nilai terendahnya ialah 1 dan skor yang tertinggi yaitu 5 (Syahputra dan Mustika, 2022). Analisis data dari kedua uji tersebut dipaparkan di bawah ini: 3.1 Uji validitas
Penilaian yang dilakukan oleh validator ahli melalui angket validasi, selanjutnya akan dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai yang telah diperoleh. Hasil data yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakan rumus dibawah ini (Annisa dkk, 2022):
p = f n × 100
Keterangan : P = Presentase (%) f = Jumlah skor yang didapat dari validator n = Jumlah skor maksimal/ ideal
Hasil validasi yang didapatkan setiap aspek, selanjutnya disesuaikan dengan kriteria kevalidan Tabel 1
Tabel 1 Kriteria interpretasi kevalidan No Presentase (%) Kategori 1 81-100 Sangat valid 2 61-80 Valid 3 41-60 Cukup valid 4 21-40 Kurang valid 5 0-20 Tidak valid
3.2 Uji praktikalitas
Penilaian hasil respon pendidik dan peserta didik selanjutnya dianalisis guna menghitung presentase skor yang didapatkan terhadap aspek kelayakan, kemudahan, kebermanfaatan dan kemenarikan terhadap produk yang dikembangkan. Data yang sudah di dapatkan tersebut, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini (Annisa dkk, 2022):
p = f n × 100
Keterangan : P = Presentase (%) f = Jumlah skor yang didapat dari validator n = Jumlah skor maksimal/ ideal
Hasil uji kepraktisan yang didapatkan dari setiap aspek selanjutnya disesuaikan dengan kriteria kevalidan pada Tabel 2.
Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran (JPPP) Vol. 4 No. 2, Agustus 2023, pp. 144-152 ISSN: 2721-7795. DOI: 10.30596/jppp.v4i2.15774
Tabel 2 Kriteria nilai praktikalitas No Presentase (%) Kategori 1 81-100 Sangat praktis 2 61-80 Praktis 3 41-60 Cukup praktis 4 21-40 Kurang praktis 5 0-20 Tidak praktis
## 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa e-modul sistem peredaran darah berbasis gender yang valid dan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar mandiri bagi peserta didik di sekolah. E- modul dapat di akses secara online dengan menggunakan link yang dibagikan kepada peserta didik maupun dalam bentuk hard copy . Adapun tahapan penelitian ini mengacu pada model ADDIE yang dibatasi hanya sampai pada 3 tahap saja yaitu tahap analisis, perancangan dan pengembangan.
Tahap analisis yaitu tahap yang dilakukan melalui kegiatan wawancara bersama dengan salah satu guru IPA di Palembang dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran, informasi umum sekolah, kendala dan juga kebutuhan yang diperlukan oleh guru maupun peserta didik selama proses belajar dan mengajar berlangsung. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan analisis terhadap mata pelajaran IPA khususnya materi sistem peredaran darah yang sesuai dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang tercantum di dalam silabus kurikulum 2013.
Tahap perancangan yaitu melakukan rancangan e-modul dengan menggunakan aplikasi canva dan assemblr. Rancangan yang dilakukan meliputi rancangan desain cover, menyusun indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, menyusun kegiatan pembelajaran dan materi serta mendesain visualisasi AR sehingga menghasilkan produk berupa e-modul sistem peredaran darah berbasis gender yang layak untuk digunakan. Tahap pengembangan yaitu pada tahapan ini produk yang telah dikembangkan sesuai dengan desain awal, dapat divalidasi oleh validator ahli. Terdapat 4 validator mulai dari ahli media, materi, bahasa dan gender turut berpartisipasi dalam penelitian untuk memberikan penilaian, komentar maupun saran perbaikan agar menghasilkan e-modul yang valid dan dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. Hasil validitas keempat validator ahli tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini:
## Gambar 1 Hasil Validasi Para Ahli
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh 4 validator mulai dari ahli media, materi, bahasa dan gender memperoleh presentase sebesar 96,2% dengan kategori sangat valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa e-modul sistem peredaran darah berbasis gender yang telah dikembangkan sudah memenuhi kriteria kevalidan mulai dari aspek kelayakan isi, penggunaan bahasa, penyajian konten materi, tidak bias gender , serta kemudahan dalam hal penggunaan.
Penilaian e-modul pada aspek media yang dilakukan oleh validator ahli media memperoleh presentase sebesar 95%. Dalam hal ini e-modul sistem peredaran darah berbasis gender termasuk dalam kategori yang sangat valid karena gambar, tata letak icon dan jenis huruf yang digunakan dibuat dengan jelas dan serasi, sehingga mudah untuk di baca. Desain tampilan e-modul juga dibuat secara menarik dengan mengkombinasikan warna yang sesuai dengan psikologis anak. Selaras dengan penelitian Hendriani dkk (2023), penggunaan warna berpengaruh terhadap psikologis dari pengguna, dimana pemilihan warna yang tepat dapat merangsang dan melahirkan suatu kesan kepada pembacanya.
Validasi e-modul sesuai dengan penilaian yang telah validator ahli materi berikan yaitu memperoleh presentase sebesar 92,3% dengan kriteria sangat valid. E-modul tersebut dikategorikan sangat valid karena materi yang disajikan mudah dipahami, jelas, dan bewarna di setiap halamannya. Penyajian materi dibuat
88% 90% 92% 94% 96% 98% 100% 102% Ahli media Ahli materi Ahli bahasa Ahli gender Rata-rata
dengan memaksimalkan penggunaan skema yang mempermudah peserta didik dalam memahami konsep materi. Selain itu, penyajian materi di dalam e-modul juga dilengkapi dengan adanya video pembelajaran yang terintegrasi oleh youtube dan juga teknologi AR. Augmented reality atau biasa disebut AR merupakan suatu teknologi digital yang memungkinkan untuk melakukan penggabungan benda maya 2 dimensi atau 3 dimensi kedalam lingkungan yang nyata secara langsung melalui ponsel pemakainya (Kamaruddin dan Thahir, 2021).
Teknologi visualisasi AR membantu memproyeksikan materi yang tidak dapat di amati secara langsung oleh mata atau masih bersifat abstrak misalnya struktur jantung manusia, menjadi obyek yang tampak nyata secara langsung. Sejalan dengan penelitian dari Harini dan Pujiriyanto (2020) menyatakan bahwa teknologi AR dapat membantu dalam memvisualisasikan materi pelajaran yang bersifat abstrak. Selain teknologi AR, menambahkan video pembelajaran ke dalam e-modul juga memiliki keuntungan. Menurut Wijayanti dan Ghofur (2021), video pembelajaran memuat informasi yang dapat dilihat melalui mata dan juga dapat di dengar oleh telinga sehingga membantu mempermudah penggunanya untuk mengingat 50% dari tayangan video tersebut. Oleh karena itu, menambahkan video pembelajaran ke dalam e-modul dapat membantu menjelaskan materi dengan lebih mudah daripada bahan ajar berbentuk konvensional. Hal ini dapat membantu siswa mengingat materi yang disampaikan.
Sesuai dengan data dari diagram di atas, pada aspek kebahasaan mendapatkan nilai presentase sebesar 97,5%. Dalam hal ini e-modul yang dikembangkan termasuk kategori sangat valid dengan aspek-aspek penilaian seperti ketepatan dalam hal ejaan, struktur kalimat, kebakuan dalam penggunaan istilah dan ketepatan pada kosa kata. Selain itu, e-modul dinyatakan sangat valid dikarenakan telah disusun dengan bahasa Indonesia yang baik, benar dan sudah sesuai dengan panduan EYD. Bahasa yang digunakan juga interaktif dan jelas serta tidak bermakna ganda atau ambigu (Apriyeni dkk, 2021).
Validasi e-modul yang dilakukan oleh ahli gender memperoleh presentase sebesar 100% dengan kategori sangat valid. E-modul dikatakan sangat valid karena gambar yang digunakan menyajikan potret laki- laki dan perempuan secara seimbang dan tidak bias gender . Teks ataupun ilustrasi yang ada di e-modul tidak ada peran, hak ataupun tanggung jawab yang merujuk pada ketimpangan atau bahkan deskriminasi terhadap salah satu gender . Sejalan dengan penelitian Setianingsih dan Nugroho (2020) tentang buku pelajaran PAI mengalami bias gender dikarenakan terdapat kata atau kalimat yang mengindikasikan klasifikasi peran dibidang sosial, politik, ekonomi dan bahkan pendidikan berdasarkan jenis kelamin, selain itu juga terdapat penggunaan kata ataupun kalimat yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Adapun bahasa yang digunakan ialah bahasa yang adil gender dan tidak menggunakan bahasa yang seksis. Bahasa seksis merupakan penggunaan bahasa yang memposisikan laki-laki ataupun perempuan pada tatanan subordinasi atau tidak setara (Palupi, 2019).
Setelah dilakukan revisi sesuai saran dari validator ahli sampai e-modul dapat dinyatakan valid, selanjutnya e-modul dapat di uji cobakan kepada guru dan peserta didik kelas VIII. Uji coba ini dilakukan setelah angket tanggapan guru dan peserta didik disebarkan. Adapun uji coba mengenai respon peserta didik terhadap e-modul sistem peredaran darah berbasis gender dilakukan melalui dua cara yaitu uji coba perongan dan kelompok kecil. Uji coba perorangan atau biasa disebut one to one ini melibatkan 3 orang peserta didik. Sementara untuk uji kelompok kecil atau small group dilakukan bersama dengan 10 orang peserta didik kelas VIII. Berikut ini merupakan gambar hasil total uji coba respon guru dan peserta didik terhadap e-modul sistem peredaran darah berbasis gender.
## Gambar 2 Hasil total uji praktikalitas
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa tanggapan guru dan juga peserta didik mengenai e-modul sistem peredaran darah berbasis gender sangat positif. Sebagaimana gambar diagram di atas yang menampilkan nilai presentase tanggapan guru terhadap e-modul sebesar 91,76% dengan kategori sangat praktis. Sementara itu, berdasarkan hasil uji one to one diperoleh presentase 96,63% dan uji small group sebesar 94,13%. Adapun total rata-rata yang diperoleh ialah 94,17% dengan kategori sangat praktis.
E-modul sistem peredaran darah berbasis gender dikatakan sangat praktis dikarenakan bahan ajar ini
91.76% 96.63% 94.13% 94.17% Pendidik One to one Small group Rata-Rata
telah sesuai dengan kebutuhan dari peserta didik maupun guru. Penggunaan e-modul sebagai bahan ajar yang mandiri membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan efisien. E-modul dapat digunakan secara fleksibel dimana saja dan kapan pun atau tidak terbatas oleh waktu. Selain itu e-modul ini juga dilengkapi dengan menggunakan gambar yang jelas, animasi, video pembelajaran dan juga AR yang bisa divisualisasikan melalui teknologi berupa augmented reality sehingga hal ini dapat memberikan pengalaman yang baru bagi peserta didik, serta membuat mereka menjadi lebih antusias dan semangat dalam belajar. Selaras dengan pendapat Mariska dan Rahmatina (2022), penggunaan bahan ajar berbantu canva yang dilengkapi dengan tampilan menarik dan video pembelajaran dapat meningkatkan antusias peserta didik dalam belajar.
## 5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengembangan dihasilkan produk berupa e-modul sistem peredaran darah berbasis gender yang layak sebagai bahan ajar alternatif untuk kegiatan belajar dan mengajar. Validitas e-modul berdasarkan aspek media, materi, bahasa dan gender memperoleh predikat sangat valid dengan presentase rata-rata 96,2%. Dari hasil uji respon guru dan peserta didik terhadap e-modul yang dikembangkan memperoleh presentase total 94,17% dengan predikat sangat praktis. Hal ini dapat disimpulkan bahwa e-modul sistem peredaran darah berbasis gender ini layak dijadikan sebagai bahan ajar mandiri guna membantu peserta didik memahami materi pelajaran.
## DAFTAR PUSTAKA
Alna, A., Awad, F. B., Nurdin., Ikhsan, M dan Wahidah, F. (2022). Analisis Makna Gender dalam Perspektif Al-Quran.
Gunung Djati Conference Series, 8(2), 1-11.
Annisa, A., Wigati, I dan Sholeh, M. I. (2022). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbantu PHET Simulations pada Materi Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, 1(1), 232-240.
Apriyeni, O., Syamsurizal., Alberida, H dan Rahmi, Y. L. (2021). Booklet pada Materi Bakteri untuk Peserta Didik Kelas X SMA. Jurnal Edutech Undiksha, 8 (1), 8-13.
Aswandi., Azmin, N dan Bakhtiar. (2021). Keefektifan Penerapan Metode Simulasi Pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia di Kelas VIII SMPN 8 Soromandi Tahun Pelajaran 2021/2022. Jurnal PIPA:Pendidikan Ilmu Pengetahuan IPA, 2(2), 6-10.
Basaroh, A. S., Al-Muhdhar, M.H. I., Prasetyo, T. I., Sumberartha, I. W., Mardiyanti, L dan Fanani, Z. (2020). Pengembangan E-Modul Model Eksperiental Jelajah Alam Sekitar (EJAS) pada Materi Plantae. Jurnal Pendidikan Biologi, 12(1), 30-39.
Cahyawati, I dan Muqowim. (2022). Kesetaraan Gender dalam Pendidikan Menurut Pemikiran Quraish Shihab. Al- Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan , 19(1), 210-220.
Carolin, L. L. Astra, I. K. B dan Suwiwa, I. G. (2020) Pengembangan Video Pembelanjaran dengan Model ADDIE pada Materi Teknik Dasar Tendangan Pendak Silar Kelas VII SMP Negeri 4 Sukasada Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Kejaora: Jurnal Kesehatan Jasmani dan Olahraga, 5(2), 12-18.
Elvarita, A., Iriani, T dan Handoyo, S.S. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Mekanika Tanah Berbasis E-modul pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Jakarta. Jurnal Pendidikan Teknik Sipil , 9(1), 1-7. Fatchurrozaq, I. K. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Modul Bahasa Arab Berspektif Gender Bagi Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah. Jurnal Studi Agama, 6(2), 193-221. Fitriani, E dan Neviyarni, N. (2022) Kesetaraan Gender dan Pendidikan Humanis. Naradidik: Journal of Education and Pedagogy, 1(1), 51-56.
Harini, E. O dan Pujiriyanto. (2022) Analisis Manfaat Pengintegrasian Augmented Reality pada Bahan Ajar Pembelajaran Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Epistema, 3(2), 67-80.
Hendriani, M., Parwines, Z dan Wulandari, S. (2023). Validitas dan Praktikalitas Buku Ajar Berbasis Literasi Numerasi Lintas Kurikulum untuk Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 7(1), 621-630.
Indriani, M.S., Yasa, I. N., Sudiana, I. N., Wendra, I. W., Artawan, I. G dan Ermadwicitawati, N. M. (2022). Pengembangan Materi Ajar Digital Bermuatan Kesetaraan Gender di Kecamatan Seririt. Proceeding Senadimas Undiksha, 1467-1472. Jayanti., Zulkardi., Putri, R.I.I dan Hartono, Y. (2023). Numerasi Pembelajaran Matematika SD Berbasis E-Learning. Palembang: Bening Media Publishing.
Kamaruddin, R dan Thahir, R. (2021). Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality (AR) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA. Jurnal Riset dan Inovasi Pembelajaran, 1(2), 24-35.
Kartini, A dan Maulana, A. (2019). Redefinisi Gender dan Seks. An-Nisa: Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman, 12(2), 217-239.
Larasati, A. D., Lepiyanto, A., Sutanto, A dan Asih, T. (2020). Pengembangan E-Modul Terintegrasi Nilai-Nilai Islam pada Materi Sistem Respirasi. Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi , 4(9), 1-9.
Lestari, E., Nulhakim, L dan Suryani, D. I. (2022). Pengembangan E-Modul Berbasis Flip Pdf Profesional Tema Global Warning Sebagai Sumber Belajar Mandiri Siswa Kelas VII. Pendipa Journal Of Science Education , 6(2), 338- 345.
Mariska, S dan Rahmatina. (2022). Pengembangan Bahan Ajar E-Modul Menggunakan Aplikasi Canva pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas V SDN Gugus 8 Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi. Journal of Basic Education Studies , 5(2), 489-501.
Maulidah, A. N dan Aslam. (2021) Penggunaan Media Puzzle secara Daring terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD. Jurnal Mimbar Ilmu, 26(2), 281-286.
Nikat, R. R dan Sumanik, N. B. (2021). Pelatihan Pembuatan E-Modul Terintegrasi Media Pembelajaran untuk Menunjang Kompetensi Inovatif Guru di SMPN 3 Merauke. Dedicaton: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(2), 273-281.
Ningrum, K. D., Utomo, E., Marini, A dan Setiawan, B. (2022). Media Komik Elektronik Terintegrasi Augmented Reality dalam Pembelajaran Sistem Peredaran Darah Manusia di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(1), 1297- 1310.
Nisa, H. A., Mujib dan Putra, R. W. (2020). Efektivitas E-Modul dengan Flip Pdf Profesional Berbasis Gamifikasi terhadap Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia , 5(2), 13-25.
Nuryasana, E dan Desiningrum, N. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Strategis Belajar Mengajar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Inovasi Penelitian , 1(5), 967-974.
Palupi, M. E. (2019). Analisis Google Terjemahan yang Mengandung Ungkapan Bahasa Seksisme Terjemahan Bahasa Inggris. Jurnal Bahasa dan Sastra , 11(1), 1-6.
Porsche, D., Tulenan, V dan Sugiarso, B. A. (2019). Aplikasi Pembelajaran Interaktif Sistem Peredaran Darah Manusia untuk Kelas 5 Sekolah Dasar . Jurnal Teknik Informatika, 14(2), 173-182. Pramana, M. W., Jampel, I. N dan Pudjawan. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui E-Modul Berbasis Problem Based Learning. Jurnal EDUTECH Universitas Pendidikan Ganesha , 8(2), 17-32. Puspitawati, H. 2019. Bunga Rampai Keluarga, Gender, dan Pendidikan . Bogor: IPB Press Putri, R. R. R. R., Kaspul dan Arsyad, M. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran Modul Elektronik (E-Modul)
Berbasis Flip Pdf Profesional pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia Kelas XI SMA. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 1(2), 93-104.
Saumi, F., Mauliani, F dan Amalia, R. (2022). Pengembangan E-Modul Berbasis Augmented Reality dengan Model Guided Discovery Learning pada Materi Vektor. Aksioma: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika , 11(4) 3850-3859.
Setia, R. (2019). Manajemen Kepala Sekolah dalam Pengembangan Penggunaan Media Pembelajaran. Al- Mujaddid: Jurnal Ilmu-Ilmu Agama , 1(2), 99-116.
Setianingsih, N. T dan Nugroho, A. (2020). Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX Menengah Pertama di Kabupaten Bunyumas. Alhamra: Jurnal Studi Islam, 1(2), 93-103.
Syahputra, H dan Mustika, D. (2022). Validitas Bahan E-Modul Berbasis Android pada Operasi Count Fractional Kelas V SD. IJOIS: Indonesian Journal of Islamic Studies, 3(2), 163-171. Ummah, S. M. (2021). Memahami Maqashid Asy-Syariah pada Ayat Radha’ah Persepektif Keadilan Gender. Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhisiyyah, 3(1), 15-32.
Vari, Y dan Bramastia. (2021). Pemanfaatan Augmented reality untuk Melatih Keterampilan Berfikir Abad 21 di Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA, 10(2), 131-136. Wigati, I. (2019). The Social Aspects of Gender Responsiveness in School. Jurnal Studi Gender. 14(2), 147-162. Wijayanti, K dan Ghofur, M. A. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran E-Modul Bank dan Sistem Pembayaran Berbasis Android untuk Peserta Didik Kelas X. Jurnal Pendidikan Ekonomi , 14(1), 1-14.
Winarni, E. W. (2018). Teori dan Praktik Penelitian Kuntitatif Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Research and Development (R&D). Jakarta : Bumi Aksara. Winatha, K. R., Suharsono, N dan Agustini, K. (2018). Pengembangan E-Modul Interaktif Berbasis Proyek Mata Pelajaran Simulasi Digital. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 15(2), 188-199.
Wulansari, E.W., Kantun, S dan Suharso, P. (2018). Pengembangan E-Modul Pembelajaran Ekonomi Materi Pasar Modal untuk Siswa Kelas XI IPS MAN 1 Jember Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan Ekonomi , 12(1), 1-7.
Yusuf. Y., Setyorini, R., Rachmawati, R., Sabar., Tyaningsih, R. Y., Nuramila., Ardiana, D. P. Y dan Hanika, I. M.
(2020). Media Pembelajaran . Surabaya : CV.Jakad Media Publishing.
|
34ac843d-fe61-44d4-84ff-30e18669d2fa | https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/tekno/article/download/2571/1974 |
## IMPLEMENTASI SUPPORT VECTOR MACHINE PADA PREDIKSI HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
## Eka Patriya
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat [email protected]
## Abstrak
Saham adalah instrumen pasar keuangan yang banyak dipilih oleh investor sebagai alternatif sumber keuangan, akan tetapi saham yang diperjual belikan di pasar keuangan sering mengalami fluktuasi harga (naik dan turun) yang tinggi. Para investor berpeluang tidak hanya mendapat keuntungan, tetapi juga dapat mengalami kerugian di masa mendatang. Salah satu indikator yang perlu diperhatikan oleh investor dalam berinvestasi saham adalah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tindakan dalam menganalisa IHSG merupakan hal yang penting dilakukan oleh investor dengan tujuan untuk menemukan suatu trend atau pola yang mungkin berulang dari pergerakan harga saham masa lalu, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham secara akurat adalah machine learning. Pada penelitian ini dibuat sebuah model prediksi harga penutupan IHSG menggunakan algoritma Support Vector Regression (SVR) yang menghasilkan kemampuan prediksi dan generalisasi yang baik dengan nilai RMSE training dan testing sebesar 14.334 dan 20.281, serta MAPE training dan testing sebesar 0.211% dan 0.251%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan untuk menyusun strategi investasi saham.
Kata Kunci : Indeks Harga Saham Gabungan, Machine Learning, Prediksi, Support Vector Regression
## Abstract
Stocks are financial market instruments that have been chosen by investors as an alternative financial source, but shares traded on financial markets often experience high (up and down) price fluctuations. Investors have the opportunity to not only make a profit but also suffer losses in the future. One indicator that investors need to consider in investing in stocks is the movement of the Indonesia Composite Index (IDX Composite). The act of analyzing the IDX Composite is an important thing to do by investors in order to find trends or patterns that might repeat from past stock prices, so they can be used to predict future stock prices. One method that can be used to predict price movements is machine learning. In this research, the IDX Composite closing price prediction model was made using the Support Vector Regression (SVR) algorithm which produces good prediction and generalization capabilities with RMSE training and testing values of 14.334 and 20.281, and MAPE training and testing of 0.211% and 0.251%. The results of this research are expected to help investors in making decisions to develop stock investment strategies.
Keywords : Indonesia Composite Index, Machine Learning, Prediction, Support Vector Regression
## PENDAHULUAN
Salah satu indikator yang perlu di- perhatikan oleh investor dalam berinvestasi saham adalah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pergerakan IHSG mencerminkan kinerja pasar keuangan apakah sedang mengalami peningkatan atau penurunan, apabila kondisi ekonomi negara sedang baik, maka IHSG menunjukkan adanya trend yang meningkat [1], tetapi jika kondisi ekonomi negara dalam keadaan turun, maka akan berpengaruh juga terhadap IHSG. Tindakan dalam menganalisa IHSG merupakan hal yang penting dilakukan oleh investor dengan tujuan untuk menemukan suatu trend atau pola yang mungkin berulang dari pergerakan harga saham masa lalu, sehingga dapat di- gunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang[2]. Hasil prediksi yang baik dapat membantu investor menyusun rencana kapan harus membeli atau menjual saham.Salah satu indikator yang di- gunakan untuk menggambarkan pergerakan saham yaitu indeks harga saham. Terdapat beberapa jenis indeks harga saham, salah satunya ialah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan indeks yang me- libatkan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks harga [3]. Pergerakan indeks saham bila mengalami penurunan maka dapat dikatakan kebanyakan harga saham mengalami penurunan dan begitu pula sebaliknya. Investor harus mampu mengkalkulasi dampak positif maupun negatif
terhadap kinerja perusahaan beberapa tahun kedepan, kemudian mengambil keputusan saat ini untuk membeli atau menjual saham yang bersangkutan [4].
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham secara akurat adalah machine learning . Machine learning merupakan metode yang membuat bagaimana komputer/program mempunyai suatu kecerdasan dengan meng- gunakan data seperti angka, teks, gambar, video, atau audio sebagai bahan belajar untuk memperoleh pengetahuan dari data tersebut dan kemudian dapat membantu manusia dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Berikut beberapa penelitian terkait implementasi metode machine learning untuk memprediksi pergerakan harga saham telah dilakukan peneliti terdahulu.
Penelitian [5] membuat 2 model prediksi harga penutupan saham yaitu model Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan algoritma Backpropagation (BP) dan model JST-BP dengan algoritma Particle Swarm Optimization (PSO). Data yang digunakan adalah data IHSG pada Maret 2016 sampai Februari 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model JST- BP dengan algoritma PSO memberikan hasil yang paling optimal dengan Mean Squared Error (MSE) sebesar 0,0062 dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebesar 1,88%.
Penelitian [6] melakukan studi
perbandingan terhadap algoritma Multilayer Perceptron (MLP) dan Support Vector
Machine (SVM) untuk memprediksi indeks saham harian LQ45 khusus sektor perbankan yaitu Bank Central Asia Tbk (BBCA.JK). Peneliti menggunakan data sekunder harga penutupan saham harian periode Juli 2009 sampai Agustus 2013. Hasil penelitian yang diperoleh adalah model SVM lag 10 memberikan hasil yang paling akurat dengan Root Mean Squared Error (RMSE) sebesar 317,89.
Penelitian [7] melakukan prediksi nilai harga penutupan IHSG menggunakan Support Vector Regression (SVR), Random Forest (RF), dan SVR-RF. Peneliti meng- ambil data selama lima tahun yaitu 2011- 2015. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa model SVR menghasilkan prediksi jangka pendek terbaik untuk hari ke (t+1) dan (t+5) dengan MAPE secara urut sebesar 1,9119% dan 4,5691%, sementara model SVR-RF menghasilkan prediksi jangka panjang terbaik untuk hari ke (t+10), (t+20), dan (t+30) MAPE secara urut sebesar 4,1173%, 8,6391%, dan 9,1708%.
Penelitian [8] membuat sebuah sistem prediksi terhadap harga penutupan empat saham blue chip yaitu AMD, IBM, NIKE, dan
NVIDIA menggunakan SVR dan Firefly Algorithm (FA). Data yang digunakan adalah data harga saham harian, mingguan, dan bulanan dengan periode 2010-2014. Hasil penelitian menunjukkan sistem prediksi meng- hasilkan akurasi yang cukup bagus terhadap keempat harga saham harian, mingguan, dan bulanan blue chip dengan MAPE rata-rata
kurang dari 5%.
Penelitian [9] menghasilkan sebuah model menggunakan SVR dan algoritma Grid Search untuk memprediksi data harga saham harian PT. XL Axiata Tbk. Peneliti meng- gunakan data saham periode 1 Januari 2013 sampai 30 September 2014. Hasil penelitian yang diperoleh adalah model SVR- Grid Search menghasilkan koefisien determinasi atau tingkat akurasi sebesar 92,47% untuk data training dan 83,39% untuk data testing .
Pada penelitian ini, peneliti akan membuat model prediksi harga penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan algoritma Support Vector Regression (SVR). Peneliti akan melakukan hyperparameter tuning menggunakan metode Grid Search untuk menentukan hyper- parameter yang optimal pada SVR. Tingkat kesalahan pada hasil prediksi dihitung menggunakan nilai Root Mean Squared Error (RMSE) dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Hasil penelitian ini di- harapkan dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan untuk menyusun strategi investasi saham.
## METODE PENELITIAN
Tahapan proses pada penelitian ini dimulai dapat dilihat pada Gambar 1. Tahapan dimulai dari data input , melakukan data preprocessing yang terdiri dari data cleaning , feature selection dan feature scaling , melakukan hyperparameter tuning
dengan menentukan hyperparameter dan melakukan metode grid search , melatih dan menguji model prediksi SVR menggunakan data training dan testing , menghitung Root Mean Squared Error (RMSE) dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) terhadap
tingkat kesalahan hasil prediksi, merancang website yang akan ditanami model prediksi ( embedded model ), dan tahapan akhir adalah visualisasi hasil prediksi terhadap data aktual berdasarkan periode yang diujikan terhadap model prediksi.
Gambar 1. Metode Penelitian
Tabel 1. Sampel Data Saham IHSG Januari 2014
Date Open High Low Close Adj. Close Volume 2014-01-02 4294.4951 17 4327.2651 37 4287.8081 05 4327.2651 37 4327.1367 19 231289550 0 2014-01-03 4297.7148 44 4298.2309 57 4247.9868 16 4257.6630 86 4257.5366 21 218691150 0 2014-01-06 4259.5830 08 4263.6230 47 4188.375 4202.8090 82 4202.6840 82 197230780 0 2014-01-07 4206.2968 75 4212.3168 95 4175.8061 52 4175.8061 52 4175.6821 29 238471990 0 2014-01-08 4183.5498 05 4204.3017 58 4161.1928 71 4200.5927 73 4200.4677 73 230021660 0 2014-01-09 4199.9677 73 4216.8217 77 4189.1210 94 4201.2177 73 4201.0927 73 275824190 0 2014-01-10 4196.6889 65 4270.1591 8 4190.5629 88 4254.9711 91 4254.8452 15 296373780 0 2014-01-13 4294.1938 48 4393.3198 24 4292.3339 84 4390.7709 96 4390.6406 25 490466570 0 2014-01-15 4402.3579 1 4459.4770 51 4398.1171 88 4441.5942 38 4441.4624 02 456294940 0 2014-01-16 4455.5449 22 4457.7641 6 4411.9057 62 4412.4887 7 4412.3579 1 321094710 0
Data Input
Penelitian ini akan menggunakan data saham harian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diperoleh dari website Yahoo!
Finance. Data saham terdiri dari kolom Date, Open, High, Low, Close, Adj. Close, dan Volume yang memiliki periode Januari 2014 – April 2019 atau sebanyak 1336 sampel. Date menunjukkan tanggal yang tercatat pada waktu harga saham terjadi dalam satu hari. Open adalah harga pembukaan saham yang pertama kali dikeluarkan saat kegiatan transaksi saham dibuka dalam satu hari. High dan Low adalah harga tertinggi dan terendah saham yang terjadi dalam satu hari saat kegiatan transaksi saham berlangsung. Close adalah harga penutupan saham yang terakhir kali terjadi saat kegiatan transaksi saham ditutup dalam satu hari. Adj. Close adalah harga penutupan saham yang telah disesuaikan terhadap harga Close ketika terjadi aksi korporasi perusahaan seperti dividen dan stock split . Volume merupakan jumlah total transaksi saham yang terjadi dalam satu hari. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 1 merupakan data saham IHSG 10 hari pertama pada bulan Januari 2014.
Seperti dapat dilihat pada Tabel 1, kegiatan transaksi saham berlangsung dalam periode bisnis harian (Senin – Jumat). Pada keempat baris yang diberi warna kuning menunjukkan adanya tanggal yang terlewati karena pada tanggal tersebut tidak ada kegiatan transaksi saham atau tidak termasuk dalam periode bisnis harian, sehingga tidak tercatat ke dalam data saham harian.
Data Preprocessing
Tahapan data preprocessing di- lakukan untuk membentuk data saham yang masih “mentah” menjadi bentuk data input yang dapat diterima dan dipelajari polanya ( pattern ) oleh model prediksi. Tahap ini terdiri dari tiga proses yaitu data cleaning , feature selection dan feature scaling . Hasil dari tahap ini yaitu data input yang terbagi menjadi data training dan testing , untuk selanjutnya digunakan dalam tahap hyper- parameter tuning , pelatihan, dan pengujian model prediksi. Data saham yang diperoleh dari website Yahoo! Finance mempunyai beberapa sampel null atau “NaN”, hal ini dikarenakan setiap tahun terdapat hari libur bursa seperti hari raya tahun baru, libur lebaran, perayaan natal, dan lain-lain, sehingga tidak ada perdagangan saham yang terjadi pada hari tersebut. Peneliti melakukan data cleaning untuk membersihkan sampel tersebut karena model prediksi tidak bisa menerima input yang mempunyai nilai null atau “NaN”. Data saham yang telah dilakukan data cleaning mempunyai 1292 sampel.
Feature selection bertujuan untuk memilih fitur atau variabel independen yang di- gunakan sebagai input untuk dipelajari oleh model prediksi. Fitur yang digunakan sangat mempengaruhi performa model, karena pemilihan fitur yang baik atau mempunyai relasi yang tinggi dengan variabet target ( output ) akan menghasilkan model prediksi yang baik, dan begitu juga sebaliknya. Dalam penelitian ini akan dilakukan feature selection
terhadap kolom harga Open , High , dan Low yang digunakan sebagai input untuk meng- estimasi harga penutupan ( Close ) pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Feature scaling digunakan untuk membuat variabel independen memiliki bobot atau rentang nilai yang sama agar model prediksi dapat belajar dengan baik dari setiap variabel independen yang diberikan. Hal ini dikarenakan jika salah satu variabel independen memiliki bobot atau rentang nilai
yang tinggi, maka berakibat dapat men- dominasi decision function dan membuat model tidak dapat belajar sesuai yang diharapkan dari variabel independen lain. Penelitian ini menggunakan library Standard Scaler yang disediakan oleh scikit-learn untuk mempercepat proses komputasi feature scaling pada data input . Library Standard Scaler berfungsi untuk mengubah variabel independen menjadi bentuk dasar ( standard ) dengan Persamaan (1) berikut :
Dimana adalah sampel data ke I, merupakan rata-rata dari sampel data dan adalah simpangan baku dari sampel data. Proses standard scaling dilakukan untuk mencari nilai rata-rata ( mean ) dan simpangan baku ( standard deviation ) pada setiap variabel independen, lalu kedua nilai tersebut digunakan dalam Persamaan (1) untuk di- implementasikan kepada semua data input pada setiap variabel independen, sehingga menghasilkan data input yang mempunyai atribut nilai mean sebesar 0 dan standard deviation 1. Perlu diketahui bahwa nilai mean dan standard deviation yang dihasilkan pada setiap variabel independen berbeda-beda, maka proses standard scaling terjadi secara independen terhadap semua data input pada setiap variabel independen. Sebagai tambahan, proses perhitungan untuk mencari nilai mean
dan standard deviation hanya dilakukan pada data training , dikarenakan untuk mencegah kebocoran ( leaking ) nilai statistik pada data testing terhadap model prediksi jika dilakukan perhitungan pada semua dataset. Hal ini dilakukan karena model prediksi tidak boleh melihat ( peeking ) data testing sebelum dilakukan pelatihan sehingga mempunyai kemampuan generalisasi yang dapat di- andalkan ( reliable) . Setelah mendapatkan nilai mean dan standard deviation pada data training , selanjutnya digunakan Persamaan (1) untuk mengubah data training dan testing ke dalam bentuk dasar ( standard ). Berikut merupakan hasil perhitungan nilai mean dan standard deviation yang diperoleh pada data training dari setiap variabel independen yang digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Mean dan Standard Deviation
Variabel Independ en Mean Standard Deviation Open 5222.12177 397 549.67569141 High 5244.67440 955 548.51505795 Low 5198.27217 26 548.56202697
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2 selanjutnya dapat diimplementasikan untuk semua data training dan testing pada setiap variabel independen menggunakan Persamaan (1) sehingga menghasilkan bentuk dasar ( standard ) untuk digunakan di dalam hyperparameter tuning , pelatihan, dan peng- ujian model prediksi.
## Hyperparameter Tuning
Tahapan hyperparameter tuning di- lakukan untuk menentukan hyperparameter yang optimal atau terbaik untuk data input dan model prediksi, sehingga dapat meng- hasilkan model prediksi dengan kemampuan generalisasi yang baik. Pada dasarnya setiap data input yang digunakan dalam melatih sebuah model prediksi membutuhkan hyper- parameter yang sesuai dengan karakteristik data input tersebut, dengan harapan dapat memberikan hasil prediksi yang akurat dan dipercaya. Oleh karena itu, tahapan ini dilakukan untuk menentukan hyperparameter yang sesuai dengan data training dan menghasilkan generalisasi yang baik pada data testing . Pada penelitian ini, tahapan hyperparameter tuning diawali dengan
menginisialisasi hyperparameter yang akan
dioptimalkan, lalu dilakukan metode Grid Search untuk menentukan hyperparameter optimal, dan hasilnya akan digunakan dalam pelatihan dan pengujian model prediksi.
Dalam menentukan hyperparameter yang optimal dan sesuai dengan data input , terlebih dahulu peneliti menginisialisasi hyperparameter yang digunakan dalam model prediksi Support Vector Regression (SVR). Hyperparameter yang dapat dioptimalkan dalam SVR yaitu konstanta C, epsilon , dan fungsi kernel . Konstanta C berfungsi sebagai trade-off antara ketipisan fungsi dan batas toleransi kesalahan. Epsilon digunakan untuk menentukan seberapa besar batas rentang tolerasi kesalahan yang disebut zona - insensitive . Fungsi kernel dipakai untuk mentransformasikan ruang input ke dalam dimensi yang lebih tinggi, sehingga bisa dilakukan pencarian hyperplane secara linear pada data non - linear. Penelitian ini meng- gunakan fungsi kernel Radial Basis Function (RBF) dengan mengoptimalkan gamma yang digunakan sebagai hyperparameter pada kernel RBF. Gamma menentukan seberapa jauh pengaruh dari satu sampel data training terhadap perhitungan decision function .
Metode Grid Search
Setelah range hyperparameter di- inisialisasi, peneliti mengimplementasikan metode grid search untuk melatih beberapa model prediksi yang dibentuk melalui setiap kombinasi range hyperparameter , lalu model prediksi yang menghasilkan score Mean Squared Error (MSE) terkecil akan dipilih dan atribut hyperparameter model tersebut ditetapkan sebagai hyperparameter yang optimal. Dalam melatih beberapa model, grid search menggunakan teknik yang disebut cross-validation . Cross-validation akan mem- bagi data training yang diperoleh dari tahapan data preprocessing , menjadi beberapa lipatan ( fold ) yang terdiri dari data training dan validation . Pada setiap model dari kombinasi hyperparameter yang terbentuk, dilakukan cross-validation untuk menghitung score MSE rata-rata untuk semua lipatan ( fold ) yang diperoleh selama pelatihan model tersebut. Sebagai tambahan, semakin banyak
kombinasi hyperparameter yang diinisialisasi- kan, maka semakin banyak model yang terbentuk dan dilakukan cross-validation, sehingga metode grid searh membutuhkan waktu komputasional yang lama dalam proses menentukan hyper-parameter yang optimal. Peneliti meng-gunakan library Time Series Split dan Grid Search CV yang disediakan oleh scikit-learn untuk mengimplementasikan metode grid search dengan teknik time series 5-fold cross-validation , karena data input pada penelitian ini merupakan data time series , maka teknik cross-validation biasa tidak dapat digunakan karena dapat merusak urutan periode waktu yang seharusnya penting diperhatikan di dalam data time series . Adapun, perhitungan pembagian data training menjadi beberapa lipatan ( fold ) pada time series cross-validation menggunakan Persamaan (2) dan Persamaan 3.
Training size pada persamaan 2 dihitung untuk menentukan ukuran pelatihan ukuran pelatihan data set yang digunakan, dimana adalah indeks pada fold ke-i,
merupakan jumlah sampel pada data training , adalah jumlah fold yang digunakan.
Validatation Size menunjukkan validasi dari
data set yang merupakan perbandingan antara sampel data ke-n dengan penjumlahan satu dan jumlah fold yang digunakan seperti dapat dilihat pada Persamaan 3.
Tabel 3 merupakan hasil perhitungan dalam pembagian data training sebanyak 1033 sampel menggunakan 5- fold.
Tabel 3. Hasil Perhitungan 5- Fold Cross Validation Indeks Fold Training Size (Sampel) Validation Size (Sampel) Fold ke 1 173 172 Fold ke 2 345 172 Fold ke 3 517 172 Fold ke 4 689 172 Fold ke 5 861 172
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa sampel data training selalu meningkat. Hal ini dikarenakan data training pada indeks fold sebelumnya merupakan subset dari data
training pada indeks fold selanjutnya. Sampel data training pada indeks fold selanjutnya merupakan hasil penjumlahan data training dan validation pada indeks fold sebelumnya.
Sehingga data training semakin bertambah sementara data validation selalu konstan dan berpindah sesuai urutan periode waktu pada setiap fold .
## Pelatihan dan Pengujian Model Prediksi
Tahapan ini dilaksanakan setelah tahap data preprocessing dan hyperparameter tuning selesai dilakukan. Pelatihan dan pengujian pada model prediksi menggunakan data training dan data testing yang telah dihasilkan pada tahap data preprocessing . Model prediksi Support Vector Regression (SVR) dibentuk menggunakan hyper- parameter optimal yang diperoleh pada tahap
hyperparameter tuning . Setelah dilakukan pelatihan dan pengujian, maka model akan menghasilkan prediksi yang akan dihitung
tingkat kesalahannya menggunakan nilai Root Mean Squared Error (RMSE) dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE).
Data Training dan Testing
Pada penelitian ini, data input dibagi sebesar 80% untuk data training dan 20% untuk data testing , dengan memperhatikan urutan periode waktu. Data training mempunyai sampel sebanyak 1033 sampel pada periode Januari 2014 – Maret 2018 yang digunakan untuk melatih model prediksi menghasilkan kemampuan generalisasi yang dapat dipercaya dan tingkat kesalahan yang kecil, sedangkan data testing memiliki sampel sebanyak 259 sampel pada periode April 2018 – April 2019 yang berguna untuk menguji kinerja model dalam memprediksi nilai pada data yang belum pernah diliat ( unseen data ).
Data training dan testing juga dipakai untuk membandingkan nilai aktual dan hasil prediksi dalam perhitungan tingkat kesalahan.
Model Prediksi Support Vector Regression Model prediksi menggunakan algoritma Support Vector Regression (SVR)
dalam metode pembelajarannya untuk mengenal pola ( pattern ) pada data training . Hyperparameter yang optimal pada SVR yang diperoleh dari tahap hyperparameter tuning digunakan untuk membantu pelatihan model prediksi sehingga menghasilkan kinerja model yang presisi. Peneliti membuat model prediksi yang bertujuan untuk memprediksi harga penutupan saham ( Close ) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinotasikan sebagai , meng- gunakan 3 variabel independen yaitu harga pembukaan ( Open ), tertinggi ( High ), dan terendah ( Low ). Dalam melatih model SVR, peneliti menggunakan data training dan dibantu oleh hyperparameter optimal untuk menghasilkan model yang mempunyai kemampuan untuk memprediksi harga penutupan saham ( Close ). Setelah itu di- lakukan pengujian model SVR dengan memasukan data testing sebagai periode yang diujikan, sehingga model dapat menghasilkan prediksi yang diharapkan.
Selanjutnya hasil prediksi akan di-
hitung seberapa besar kesalahannya terhadap data aktual menggunakan perhitungan Root Mean Squared Error (RMSE) dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebagai berikut :
1. Perhitungan RMSE Hasil prediksi yang diperoleh selanjutnya dapat dihitung seberapa besar kesalahan yang dihasilkan dengan membandingkannya dengan data aktual. Pada penelitian ini digunakan perhitungan Root Mean
Squared Error (RMSE) untuk
mengukur seberapa besar rata-rata kesalahan ( residual ) antara hasil prediksi dan nilai aktualnya. Sebagai tambahan RMSE sensitif terhadap perubahan skala pada variabel target, sehingga nilai RMSE dapat berubah- ubah tergantung ukuran variansi variabel target, dalam penelitian ini variabel target merupakan harga penutupan saham ( Close ). RMSE dihitung menggunakan persamaan 4.
Dimana adalah nilai aktual pada
data ke-t, merupakan nilai prediksi pada data ke-t dan adalah jumlah data. 2. Perhitungan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) dilakukan untuk menemukan tingkat kesalahan dalam bentuk persentase. Formula untuk menghitung MAPE diberikan pada persamaan 5.
Dimana adalah nilai aktual pada data ke-t, merupakan nilai prediksi
pada data ke-t dan adalah jumlah data.
Secara garis besar semakin kecil kedua nilai maka semakin kecil tingkat kesalahan yang dihasilkan model prediksi. Oleh karena itu, peneliti akan mem- bandingkan nilai RMSE dan MAPE pada data training dan testing untuk mengetahui seberapa besar perbedaan kedua nilai yang diperoleh pada kedua data tersebut. Jika perbedaannya sangat signifikan maka dapat disimpulkan bahwa model prediksi memiliki kemampuan generalisasi yang buruk ( overfit ), sebaliknya jika kedua nilai mempunyai perbedaan yang kecil maka model mampu memprediksi dengan baik terhadap data yang belum pernah dilihat ( unseen data ). Peneliti menggunakan library numpy dan scikit-learn dalam membantu perhitungan RMSE dan MAPE terhadap data saham (aktual) dan hasil prediksi sebanyak 1292 sampel.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dibuat secara bertahap sesuai dengan tahapannya yaitu dari tahap preprocessing sampai tahap visualisasi. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-
masing tahapan tersebut.
## Hasil Preprocessing
Hasil dari tahapan data preprocessing merupakan data saham berupa variabel independen dan target yang sudah dipisahkan menggunakan rasio 80% training dan 20% testing , yang selanjutnya dilakukan feature scaling pada kedua data tersebut.
## Hasil Hyperparameter Tuning
Hasil dari tahapan ini merupakan perolehan ketiga hyperparameter optimal yaitu C, epsilon , dan gamma dengan score Mean Squared Error (MSE) yang terkecil. Proses dalam tahapan ini menghasilkan 343 model prediksi berdasarkan range hyper- parameter yang telah diinisialisasikan sebelum- nya. Berdasarkan hasil penelitian dari 343 model prediksi diperoleh bahwa hyperparameter tuning menghasilkan hyperparameter optimal C = 1000000, epsilon = 1, dan gamma = 0.0001 dengan MSE sebesar 240.03.
## Hasil Perhitungan Rmse Dan Mape
Peneliti memasukkan file csv berupa data testing sebanyak 259 sampel pada periode April 2018 – April 2019 agar dapat dihitung tingkat kesalahan prediksinya dengan menggunakan Root Mean Squared Error (RMSE) dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Peneliti juga
menghitung RMSE dan MAPE pada data training agar dapat dibandingkan apakah terdapat perbedaan yang signifikan, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil Tabel 4, nilai RMSE dan MAPE yang diperoleh dari data training dan testing tidak mengalami perbedaan yang signifikan, sehingga model prediksi sudah memiliki kemampuan prediksi dan generalisasi yang baik pada data training dan testing , dengan nilai RMSE training 14.334 dan MAPE training 0.211%, serta RMSE testing 20.281 dan MAPE testing 0.251%.
## Visualisasi Hasil Prediksi
Visualisasi hasil prediksi pada website menghasilkan representasi yaitu
berupa grafik. Website menghasilkan dua grafik dengan properti sumbu axis yang berbeda yaitu Date dan Close Real . Grafik pertama dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan grafik hasil prediksi (garis biru) yang berusaha untuk mengikuti pola pergerakan data aktualnya (titik hitam) berdasarkan urutan periode waktu pada data testing . Pola data pada hasil prediksi menghasilkan pola trend yang sempat menurun dari bulan Mei 2018 – Juli 2018, kemudian meningkat pada bulan November 2018 – Maret 2019. Titik hijau merupakan harga tertinggi ( max ) pada harga penutupan ( close ) diprediksi sebesar 6567.809 pada tanggal 18 April 2019, sedangkan titik merah merupakan harga terendah ( min ) diprediksi sebesar 5660.678 pada tanggal 4 Juli 2018.
Tabel 4. Hasil Perhitungan RMSE dan MAPE
Data RMSE MAPE (%) Training 14.334 0.211 Testing 20.281 0.251
Gambar 2. Grafik Hasil Prediksi Time Series
Gambar 3. Grafik Hasil Prediksi dan Data Aktual
Grafik kedua dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan seberapa besar perbedaan ( residual ) antara hasil prediksi (titik biru) dengan data aktual (garis hitam) pada data testing . Jika hasil prediksi terletak cukup jauh terhadap garis data aktualnya, maka dapat diperkirakan model menghasilkan prediksi dengan perbedaan ( residual ) yang besar. Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa hasil prediksi memiliki perbedaan ( residual ) yang kecil, karena setiap hasil prediksi terletak dekat terhadap garis data aktualnya, sehingga model menghasilkan kinerja yang baik dalam memprediksi data testing yang ditunjukkan dengan RMSE testing 20.281 dan MAPE testing 0.251%.
## KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembuatan model prediksi menggunakan algoritma Support Vector Regression (SVR) untuk memprediksi harga penutupan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) telah berhasil dilakukan, dengan penentuan hyper- parameter optimal menggunakan metode Grid Search telah berhasil dilakukan, sehingga menghasilkan hyperparameter C = 1000000, epsilon = 1, dan gamma = 0.0001 dengan nilai Mean Squared Error (MSE) sebesar 240.03. Tingkat kesalahan terhadap hasil prediksi telah berhasil dihitung menggunakan Root Mean Squared Error (RMSE) dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) yang menghasilkan RMSE training dan testing sebesar 14.334 dan 20.281, serta MAPE training dan testing sebesar 0.211% dan 0.251%.
Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat kesalahan data training dan testing , menandakan model prediksi sudah memiliki kemampuan prediksi dan generalisasi yang baik pada data training dan testing .
Visualisasi antara data asli dan hasil prediksi pada periode yang diujikan terhadap model prediksi telah berhasil dilakukan, sehingga menghasilkan grafik pertama yang
membentuk pola trend yang yang sempat menurun dari bulan Mei 2018 – Juli 2018, kemudian meningkat pada bulan November 2018 – Maret 2019, dengan harga tertinggi penutupan ( max close ) diprediksi sebesar 6567.809 pada tanggal 18 April 2019 dan harga terendah ( min close ) diprediksi sebesar 5660.678 pada tanggal 4 Juli 2018. Grafik kedua yang menunjukkan bahwa hasil prediksi memiliki perbedaan ( residual ) yang kecil, karena setiap hasil prediksi terletak dekat terhadap garis data aktualnya, sehingga model menghasilkan kinerja yang baik dalam memprediksi data testing .
Pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan untuk menyempurnakan penelitian ini dengan ditambahkan variabel independen seperti laporan keuangan, analisis sentimen, atau kondisi perekonomian berbagai perusahaan yang bergerak searah dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penggunaan metode optimasi lain yang lebih cepat dan efisien juga perlu diperhatikan dalam menentukan hyperparameter optimal pada Support Vector Regression (SVR). Selain itu, diharapkan kedepannya penggunaan SVR dapat di- kembangkan dan digabungkan dengan algoritma machine learning lain untuk meng- hasilkan model prediksi dengan kinerja yang lebih presisi.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] X. Ding, Y. Zhang, T. Liu, and J. Duan,
“Deep Learning for Event-Driven Stock
Prediction”, International Joint Conference on Artificial Intelligence
(IJCAI) , pp 2327-2333, 2015.
[2] A. Dutta, G. Bandopadhyay, and S.
Sengupta, “Prediction of Stock
Performance in Indian Stock Market Using Logistic Regression”, Inter- national Journal of Business and Information, vol 7 no. 1 pp 105–136, 2012.
[3] Mariati., P. R. K. Sari, dan A. Salam,
“Pengaruh Panama Papers terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)”, Jurnal Manajemen dan Bisnis, vol 2, No.1, 2019.
[4] A.M. Razak, dan Suhadak, “Pengaruh
Worldwide Governance Indicators dan
Macroeconomic Terhadap IHSG”,
Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.70,
No.1, 2019.
[5] D. Wartati, dan N.A. Masruroh,
“Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Dan Particle Swarm Optimization Untuk Peramalan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Teknosains , vol
6, No 1, pp. 22-30, 2016.
[6] T. Hidayatulloh, “Kajian Komparasi
Penerapan Algoritma Support Vector Machine (SVM) Dan Multilayer Perceptron (MLP) Dalam Prediksi Indeks Saham Sektor Perbankan”,
Seminar Nasional Inovasi Dan Tren (SNIT), pp 262-272, 2014.
[7] B. Harahap, R. F. Umbara, dan D.
Triantoro, “Prediksi Indeks Harga Saham
Menggunakan Metode Gabungan Support Vector Regression dan Random
Forest”, e-Proceeding of Engineering, vol 3, No 3, pp. 5353–5363, 2016.
[8] Alfredo, Jondri, dan R. Rismala,
“Prediksi Harga Saham menggunakan
Support Vector Regression dan Firefly
Algorithm”,
e-Proceeding
of
Engineering, vol 2, No 2, 2015
[9] H. Yasin, A. Prahutama, dan T.W. Utami, “Prediksi Harga Saham Menggunakan Support Vector Regression Dengan Algoritma Grid
Search”, Media Statistika , vol 7, No 1, pp. 29–35, 2014.
|
be923322-0c02-4254-898d-26312afc27e2 | https://ejournal.undhari.ac.id/index.php/de_journal/article/download/1298/622 |
## DE_JOURNAL (Dharmas Education Journal)
http://ejournal.undhari.ac.id/index.php/de_journal E-ISSN : 2722-7839, P-ISSN : 2746-7732 Vol. 5 No. 1 (2024), 128-135
## EFEKTIVITAS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN REMBANG
Dwi Rahayu Wijayanti 1 , Hendang Zeta Lestari 2 , Cahyo Puji Astuti 3 , Nurkolis 4 e-mail: 1 [email protected] ; 2 [email protected] ;
3 [email protected] ; 4 [email protected]
1234 Program Pascasarjana, Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
## Abstrak
Prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan terdiri dari prinsip keadilan, prinsip efisiensi, prinsip transparansi, dan prinsip akuntabilitas publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan sekolah menengah pertama di Kabupaten Rembang. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan di tiga sekolah menengah pertama di Kabupaten Rembang dengan menggunakan teknik purposif sampling. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dan bendahara sekolah. Validitas penelitian menggunakan dwi angulasi metode yaitu dengan wawancara dan pengisian angket. Hasil penelitian ini adalah: (1) penerapan prinsip keadilan dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang masuk kategori “baik”; (2) penerapan prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang masuk kategori “sangat baik”; (3) penerapan prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang masuk kategori “sangat baik”; dan (4) penerapan prinsip akuntabilitas publik dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang masuk kategori “sangat baik”. Implikasi upaya untuk mengevaluasi sejauh mana prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan telah diterapkan secara efektif di Kabupaten Rembang.
## Kata Kunci: Efektivitas, Prinsip Pembiayaan, Pendidikan
## Abstract
The principles in managing education funds consist of the principles of justice, the principles of efficiency, the principles of transparency and the principles of public accountability. The aim of this research is to determine the effectiveness of implementing the principles of financing junior high school education in Rembang Regency. This research method is quantitative and qualitative descriptive research. The research was conducted at three junior high schools in Rembang Regency using purposive sampling techniques. The subjects of this research were the school principal and school treasurer. The validity of the research uses a dual method, namely interviews and filling out questionnaires. The results of this research are: (1) the application of the principles of justice in education financing in Rembang Regency is in the "good" category; (2) the application of efficiency principles in education financing in Rembang Regency is in the "very good" category; (3) the implementation of the principle of transparency in education financing in Rembang Regency is in the "very good" category; and (4) the implementation of the principle of public accountability in education financing in Rembang Regency is in the "very good" category. Implications of efforts to understand the extent to which the principles of education financing have been implemented effectively in Rembang Regency.
Keywords: Effectiveness, Financing Principles, Education
Dwi Rahayu Wijayanti, Dkk | Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Rembang
## Pendahuluan
Salah satu studi di bidang pendidikan dikenal sebagai pembiayaan pendidikan, yang membahas cara sumber biaya diperoleh, bagaimana sumber biaya tersebut digunakan, dan tanggung jawab atas penggunaan dana tersebut (Ritonga, 2017). Oleh karena itu, pembiayaan pendidikan menjadi sangat penting. Kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pembiayaan pendidikan. Diharapkan juga guru dapat merencanakan dan membiayai kegiatan belajar mengajar dengan baik (Aflaha et al., 2021). Menurut amanat UU Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 51 (1) yang menyatakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip pengelolaan berbasis sekolah/madrasah” dan pasal 48 (1) yang menyatakan “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”. Demikian pula menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008, tentang Pendanaan Pendidikan, pasal 58 “Prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat terdiri atas: (a) prinsip umum; dan (b) prinsip khusus”. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 59 (1) “Prinsip umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf a adalah: (a) prinsip keadilan; (b) prinsip efisiensi; (c) prinsip transparansi; dan (d) prinsip akuntabilitas publik” (Lestari & Maunah, 2022).
Pendidikan yang merata dan tanpa diskriminasi berdasarkan suku, ras, agama, jenis kelamin, kemampuan, atau status sosial-ekonomi adalah prinsip keadilan. Menurut (Asnil Aida Ritonga, Yusuf Hadi Jaya, 2023), keadilan, yang juga dikenal sebagai keseimbangan atau keseimbangan, membutuhkan keseimbangan antara individu dan masyarakat. Anggaran harus dialokasikan secara adil untuk kepentingan seluruh komunitas. Mengoptimalkan akses, kualitas, relevansi, dan daya saing pelayanan pendidikan adalah cara untuk mencapai prinsip efisiensi. Efisiensi, menurut (Nuryadin et al., 2020) adalah pertimbangan terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output), atau daya dan hasil. Daya yang diperlukan adalah tenaga, pikiran, waktu, dan biaya.
Prinsip transparansi dicapai melalui penerapan prinsip kepatutan dan tata kelola yang baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan sehingga mereka dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan. Selain itu, (Flambonita et al., 2022) menyatakan bahwa keterbukaan adalah konsekuensi dari transparansi. Manajemen keuangan lembaga pendidikan harus transparan, artinya semua orang harus tahu berapa banyak uang yang ada, bagaimana mereka digunakan, dan siapa yang bertanggung jawab. Meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat, dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah membutuhkan stabilitas keuangan. Selain itu, transparansi dapat membangun kepercayaan antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, dan warga sekolah melalui penyediaan informasi yang mudah dan akurat (Denas Hasman Nugraha, 2022)
(Asih, 2020) Pertanggungjawaban penyelenggara atau satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah dasar akuntabilitas publik. Menurut (Tyasmaning & Sutiyo, 2024) akuntabilitas dalam manajemen keuangan berarti bahwa pengeluaran sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan rencana. Pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab berdasarkan perencanaan dan peraturan yang berlaku. Orang tua, masyarakat, dan pemerintah dapat bertanggung jawab. Tiga pilar utama terbangunnya akuntabilitas: (1) para penyelenggara sekolah harus transparan dalam menerima masukan dan melibatkan semua pihak dalam pengelolaan sekolah, (2) harus ada standar kinerja untuk setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tanggung jawab, fungsi, dan kewenangan, dan (3) harus ada kolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang ramah (Herizal et al., 2020).
(Nuriah & Deca, 2023) menjelaskan bagaimana dana untuk pembiayaan pendidikan dialokasikan dengan tujuan umum untuk memeratakan pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengalokasian dana dilakukan secara efektif, menggunakan anggaran sesuai dengan
Dwi Rahayu Wijayanti, Dkk | Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Rembang
RAPBS. Bendahara mengatur pengeluaran sekolah, dan komite sekolah mengetahui kepala sekolah setiap bulan. Laporan bulanan ditempelkan pada papan pengumuman agar masyarakat dapat membaca laporan keuangan. Belum adanya penelitian yang secara khusus mengevaluasi efektivitas penerapan prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang. Penelitian ini dapat mengisi kesenjangan dengan menyediakan data dan analisis empiris tentang bagaimana prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan diterapkan dan sejauh mana efektivitasnya di wilayah tersebut. Belum adanya evaluasi yang menyeluruh tentang dampak penerapan prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan terhadap kualitas pendidikan di Kabupaten Rembang.
Keterbaruan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah jenjang pendidikan sebagai subyek penelitian. Pada penelitian sebelumnya, subyek penelitian pada jenjang sekolah menengah atas sementara penelitian ini pada jenjang sekolah menengah pertama. Prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang secara umum sudah dilaksanakan dengan baik. Pada prinsip keadilan, dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang sudah berjalan cukup baik. Dalam penyusunan perencanaan penggunaan anggaran sudah disusun sedemikian rupa sehingga kebermanfaatan dari pembiayaan yang dilakukan dapat dinikmati semua warga sekolah.
Pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang sudah cukup baik dalam menerapkan prinsip efisiensi. Penggunaan anggaran direncanakan dengan matang tentang kebermanfaatannya. Pihak sekolah berusaha mengalokasikan anggaran untuk membiayai kegiatan yang memiliki target yang jelas. Penggunaan anggaran selalu difokuskan kepada peningkatan hasil belajar siswa baik itu hasil belajar kognitif, afektif, maupun psikomotor. Prinsip transparansi sebagian besar sudah diterapkan oleh sekolah-sekolah di Kabupaten Rembang. Sudah hampir semua sekolah memasang papan data yang berisi tentang laporan keuangan sekolah dan dapat diakses dengan mudah. Jadi penggunaan anggaran di sekolah mulai dari penerimaan, penggunaan maupun sisa bisa diakses oleh siapapun melalui papan data sekolah tersebut. Prinsip akuntabilitas publik pada pengelolaan pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang sudah berjalan sesuai ketentuan. Belanja yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat. Jadi pihak sekolah benar-benar harus merencanakan kegiatan dengan matang untuk bisa dilaksanakan dengan pembiayaan keuangan sekolah. Jika suatu kegiatan tidak direncanakan terlebih dahulu melalui RKAS maka tidak dapat dibiayai pelaksanaannya.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai efektifitas penerapan prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang.yaitu prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang.
## Metode
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2024 di Kabupaten Rembang pada jenjang sekolah menengah pertama dengan teknik purposif sampling. Dikatakan purposif karena pemilihan sampel berdasarkan kesediaan sekolah untuk memberikan akses informasi keuangan sekolah mengingat data keuangan sekolah termasuk data yang sensitif. Subjek penelitian dijelaskan oleh (Samiyatun, 2022) menjelaskan “subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Adapun subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dan bendahara sekolah dari tiga sekolah menengah pertama di Kabupaten Rembang yaitu: SMPN 3 Satu Atap Sluke, SMPN 2 Rembang, dan SMPN 2 Sulang.
Untuk menjaga validitas penelitian maka dilakukan dwi angulasi metode yaitu dengan wawancara dan pengisian angket. Instrumen kualitatif yang utama adalah instrumen wawancara sedangkan instrumen kuantitatif menggunakan angket yang disebarkan langsung ke informan. Untuk menjaga keabsahan data dilakukan dengan melakukan pengecekan dokumen keuangan sekolah. Analisis data kualitatif menggunakan model Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, kondensasi data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data kuantitatif menggunakan program microsoft
Dwi Rahayu Wijayanti, Dkk | Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Rembang
excel.
## Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian
a. Efektivitas Penerapan Prinsip Keadilan Dalam Pembiayaan Pendidikan
Hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai prinsip keadilan dalam pembiayaan pendidikan diperoleh kesimpulan bahwa sumber keuangan dan pembiayaan berasal dari dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan. Perencanaan penggunaan anggaran mempertimbangkan prinsip keadilan. Perencanaan keuangan disusun sedemikian rupa sehingga kebermanfaatan dari pembiayaan yang dilakukan dapat dinikmati semua warga sekolah. Berdasarkan data dari hasil pengisian angket oleh kepala sekolah dan bendahara sekolah dari tiga sekolah menengah pertama di Kabupaten Rembang diperoleh data tentang penerapan prinsip keadilan dalam pembiayaan pendidikan sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Hasil Angket Prinsip Keadilan Dalam Pembiayaan Pendidikan
Unsur Penilaian Bobot Jawaban fi fi.xi Prinsip Keadilan Dalam Pembiayaan Pendidikan 5 18 90 4 11 44 3 7 21 2 2 4 1 4 4 Jumlah 42 163 M = ∑(𝑓𝑖.𝑥𝑖) ∑𝑓𝑖 3,88
## Sumber: Olahan data primer, 2024
Jumlah skor hasil pengumpulan data adalah 163, yang didapat dari penjumlahan keseluruhan skor angket. Dengan demikian dapat ditentukan nilai penerapan prinsip keadilan dengan mencari jumlah skor ideal. Jumlah skor ideal atau kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi). Secara kriteria dapat dibuat kategori sebagai berikut:
42 84 126 163 168 210 Sangat tidak baik Tidak baik Baik Sangat baik
Berdasarkan range nilai prinsip keadilan di atas, nilai prinsip keadilan dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang berada pada range “baik” tetapi sudah mendekati kategori sangat baik. Jika nilai prinsip keadilan dalam pembiayaan pendidikan dipresentasikan, tingkat penerapan prinsip keadilan dalam pembiayaan pendidikan adalah 77,62%.
## b. Efektivitas Penerapan Prinsip Efisiensi Dalam Pembiayaan Pendidikan
Hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan anggaran direncanakan dengan matang tentang kebermanfaatannya. Penggunaan anggaran selalu difokuskan kepada peningkatan hasil belajar siswa baik itu hasil belajar kognitif, afektif, maupun psikomotor. Berdasarkan data dari hasil pengisian angket oleh kepala sekolah dan bendahara sekolah dari tiga sekolah menengah pertama di Kabupaten Rembang diperoleh data tentang penerapan prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Hasil Angket Prinsip Efisiensi Dalam Pembiayaan Pendidikan
Unsur Penilaian Bobot Jawaban fi fi.xi Prinsip Efisiensi Dalam Pembiayaan Pendidikan 5 13 65 4 10 40 3 1 3 2 0 0 1 0 0 Jumlah 24 108
Dwi Rahayu Wijayanti, Dkk | Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Rembang
M = ∑(𝑓𝑖.𝑥𝑖) ∑𝑓𝑖 4,50
## Sumber: Olahan data primer, 2024
Jumlah skor hasil pengumpulan data adalah 108, yang didapat dari penjumlahan keseluruhan skor angket. Dengan demikian dapat ditentukan nilai penerapan prinsip keadilan dengan mencari jumlah skor ideal. Jumlah skor ideal atau kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi). Secara kriteria dapat dibuat kategori sebagai berikut:
24 48 72 96 108 120 Sangat tidak baik Tidak baik Baik Sangat baik
Berdasarkan range nilai prinsip efisiensi di atas, nilai prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang berada pada range “sangat baik”. Jika nilai prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan dipresentasikan, tingkat penerapan prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan adalah 90,00%.
## c. Efektivitas Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Pembiayaan Pendidikan
Hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan keuangan sekolah menengah pertama di Kabupaten Rembang dapat diakses dengan mudah. Pihak sekolah sudah memasang papan data yang berisi tentang laporan keuangan sekolah dan dapat dilihat oleh siapapun. Berdasarkan data dari hasil pengisian angket oleh kepala sekolah dan bendahara sekolah dari tiga sekolah menengah pertama di Kabupaten Rembang diperoleh data tentang penerapan prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Hasil Angket Prinsip Transparansi Dalam Pembiayaan Pendidikan
Unsur Penilaian Bobot Jawaban fi fi.xi Prinsip Transparansi Dalam Pembiayaan Pendidikan 5 19 95 4 11 44 3 0 0 2 0 0 1 0 0 Jumlah 30 139 M = ∑(𝑓𝑖.𝑥𝑖) ∑𝑓𝑖 4,63
Sumber: Olahan data primer, 2024
Jumlah skor hasil pengumpulan data adalah 139, yang didapat dari penjumlahan keseluruhan skor angket. Dengan demikian dapat ditentukan nilai penerapan prinsip keadilan dengan mencari jumlah skor ideal. Jumlah skor ideal atau kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi). Secara kriteria dapat dibuat kategori sebagai berikut:
30 60 90 120 139 150 Sangat tidak baik Tidak baik Baik Sangat baik
Berdasarkan range nilai prinsip transparansi di atas, nilai prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang berada pada range “sangat baik”. Jika nilai prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan dipresentasikan, tingkat penerapan prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan adalah 92,67%.
## d. Efektivitas Penerapan Prinsip Akuntabilitas Publik Dalam Pembiayaan Pendidikan
Hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai prinsip akuntabilitas publik dalam pembiayaan pendidikan diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan anggaran pendidikan di Kabupaten Rembang sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat di RKAS. Semua kegiatan di sekolah sudah
Dwi Rahayu Wijayanti, Dkk | Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Rembang
direncanakan di awal tahun sehingga dapat dibiayai dengan anggaran BOSP. Berdasarkan data dari hasil pengisian angket oleh kepala sekolah dan bendahara sekolah dari tiga sekolah menengah pertama di Kabupaten Rembang diperoleh data tentang penerapan prinsip akuntabilitas publik dalam pembiayaan pendidikan sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Hasil Angket Prinsip Akuntabilitas Publik Dalam Pembiayaan Pendidikan
Unsur Penilaian Bobot Jawaban fi fi.xi Prinsip Akuntabilitas Publik Dalam Pembiayaan Pendidikan 5 18 90 4 8 32 3 4 12 2 0 0 1 0 0 Jumlah 30 134 M = ∑(𝑓𝑖.𝑥𝑖) ∑𝑓𝑖 4,47
Sumber: Olahan data primer, 2024
Jumlah skor hasil pengumpulan data adalah 134, yang didapat dari penjumlahan keseluruhan skor angket. Dengan demikian dapat ditentukan nilai penerapan prinsip keadilan dengan mencari jumlah skor ideal. Jumlah skor ideal atau kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi). Secara kriteria dapat dibuat kategori sebagai berikut:
30 60 90 120 134 150 Sangat tidak baik Tidak baik Baik Sangat baik
Berdasarkan range nilai prinsip akuntabilitas publik di atas, nilai prinsip akuntabilitas publik dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang berada pada range “sangat baik”. Jika nilai prinsip akuntabilitas publik dalam pembiayaan pendidikan dipresentasikan, tingkat penerapan prinsip akuntabilitas publik dalam pembiayaan pendidikan adalah 89,33%.
## Pembahasan
Salah satu hasil dari gerakan reformasi pendidikan adalah desentralisasi dan otonomisasi pendidikan. Pemerintah telah berusaha untuk mencapai dan mempercepat regulasi kesetaraan dan sistem pendanaan pendidikan. Berdasarkan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, semua warga negara Indonesia berhak atas pendidikan dan pengajaran, baik "kaya" maupun "miskin", dan masyarakat perkotaan maupun pedesaan. (Nainggolan et al., 2021), keadilan berarti keadilan dalam hal kesempatan pendidikan yang sama di antara berbagai kelompok masyarakat. Persamaan juga berarti kesempatan yang sama untuk pendidikan. (Sukatin et al., 2023) menyatakan bahwa keadilan berarti meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi siswa untuk mencapai hasil terbaik. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, keadilan dan persamaan akses terhadap pendidikan didefinisikan sebagai keadilan dan persamaan, dengan kata lain.
Untuk memenuhi kebutuhan operasional dan penyelenggaraan sekolah, biaya pendidikan sangat diperlukan. Kebutuhan nyata termasuk peningkatan proses belajar mengajar, kesejahteraan pegawai, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, peningkatan pembinaan siswa, peningkatan profesional guru, administrasi sekolah, dan pengawasan (Wandra & Hadiyanto, 2021). Penerapan prinsip keadilan pada pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang bahwa dalam merencanakan penggunaan keuangan sekolah selalu direncanakan agar semua warga sekolah dapat menikmati kebermanfaatan dari penggunaan anggaran. Sekolah tidak membeda-bedakan penerima manfaat dari penggunaan anggaran. Semua siswa mempunyai hak yang sama dalam memanfaatkan realisasi penggunaan anggaran sekolah. Dalam penggunaan anggaran, pihak sekolah juga memperhatikan sebagian siswa yang masuk golongan minoritas. Dalam situasi yang lebih luas, pendanaan pendidikan dapat dinikmati oleh semua kalangan tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lain. Keadaan ini sesuai dengan hasil angket yang diisi oleh kepala sekolah dan bendahara sekolah mengenai prinsip
Dwi Rahayu Wijayanti, Dkk | Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Rembang
keadilan dalam pembiayaan pendidikan. Penerapan prinsip keadilan dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang masuk kategori “baik”.
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output), atau daya dan hasil (output). Pikiran, waktu, dan biaya adalah sumber daya yang diperlukan. Dilihat dari segi penggunaan daya, kegiatan pendidikan dapat dikatakan efisien manakala mampu memanfaatkan waktu, tenaga, dan biaya yang sekecil-kecilnya namun dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dari segi hasil, kegiatan pendidikan dapat dikatakan efisien manakala mampu memberikan hasil yang sebaik-baiknya baik secara kualitas maupun kuantitas.
Penerapan prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang dilakukan dengan merencanakan penggunaan anggaran yang berfokus pada pada peningkatan hasil belajar siswa. Pos-pos penggunaan anggaran bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Dari hasil pengisian angket tentang penerapan prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang yang diisi oleh kepala sekolah dan bendahara sekolah menunjukkan bahwa penerapan prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang masuk kategori “sangat baik”.
Dalam manajemen keuangan pendidikan, transparansi berarti pengelolaan keuangan yang terbuka, mulai dari pemanfaatan hingga pertanggungjawaban keuangan pendidikan. Sangat penting bagi pihak yang berkepentingan untuk mengetahui tentang keadaan keuangan. Selain itu, transparansi akan sangat membantu meningkatkan partisipasi orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam penyelenggaraan program pendidikan. Selain itu, transparansi akan meningkatkan kepercayaan orang tua, masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah satu sama lain karena memberi mereka kemudahan untuk mengakses informasi keuangan pendidikan.
Pada penerapan prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang, sekolah-sekolah secara terbuka menyampaikan penerimaan anggaran dan penggunaannya melalui papan pengumuman yang dipasang di sekolah. Papan pengumuman ini dapat diakses oleh semua pihak untuk mengetahui penggunaan anggaran di sekolah. Hasil pengisian angket oleh kepala sekolah dan bendahara sekolah tentang penerapan prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang menunjukkan kategori “sangat baik”.
Dengan akuntabilitas dalam manajemen keuangan pendidikan, pengeluaran pendidikan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan rencana. Pihak sekolah mengalokasikan dana secara bertanggung jawab berdasarkan rencana dan peraturan yang berlaku. Tiga syarat utama untuk akuntabilitas publik adalah sebagai berikut: (1) Penyelenggara pendidikan harus terbuka tentang masukan mereka dan keikutsertaan mereka di berbagai bagian sekolah; (2) harus ada standar kinerja sekolah dalam hal pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang; dan (3) harus ada komitmen bersama untuk menciptakan suasana sekolah yang baik dengan prosedur yang mudah, murah, dan cepat (Komariah, 2018).
Sumber dana untuk pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang berasal dari dana bantuan operasional satuan pendidikan. Pihak sekolah dituntut pertanggungjawabannya mengenai penggunaan dana yang diterima. Sekolah-sekolah di Kabupaten Rembang secara rutin melaporkan penggunaan anggaran kepada pemerintah sebagai wujud penerapan prinsip akuntabilitas publik. Dari hasil pengisian angket oleh kepala sekolah dan bendahara sekolah menunjukkan bahwa penerapan prinsip akuntabilitas publik dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang masuk kategori “sangat baik”.
## Simpulan
Pembiayaan pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah. Dalam melaksanakan pengelolaan anggaran diperlukan prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan. Terdapat empat prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan yang harus dipedomani yaitu prinsip keadilan, prinsip efisiensi, prinsip transparansi, dan prinsip akuntabilitas publik. Dalam
Dwi Rahayu Wijayanti, Dkk | Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Rembang
penerapan prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan untuk penerapan prinsip keadilan dalam pembiayaan pendidikan masuk kategori “baik”. Pada penerapan prinsip efisiensi dalam pembiayaan pendidikan masuk kategori “sangat baik”. Untuk penerapan prinsip transparansi dalam pembiayaan pendidikan masuk kategori “sangat baik”. Adapun pada penerapan prinsip akuntabilitas publik dalam pembiayaan pendidikan masuk kategori “sangat baik”. Implikasi harus adanya upaya untuk mengevaluasi kualitas pengelolaan dan penerapan prinsip-prinsip pembiayaan pendidikan di Kabupaten Rembang, yang dapat memberikan informasi penting bagi pengambil kebijakan dan pihak-pihak terkait dalam meningkatkan efektivitas pembiayaan pendidikan di wilayah tersebut
## Daftar Pustaka
Aflaha, A., Purbaya, D., Juheri, D., & Barlian, U. C. (2021). Analisis Standar Pembiayaan Pendidikan.
Masile =Jurnal Studi Ilmu Keislaman .
Asih, S. G. (2020). Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 di Tengah Covid-19. Https://Ombudsman.Go.Id/Artikel/r/Artikel--Pendidikan-Era-Revolusi-Industri-40-Di-Tengah- Covid-19 .
Asnil Aida Ritonga, Yusuf Hadi Jaya, S. S. (2023). Fungsi Manajemen Pendidikan Islam. Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran Dan Keislamana .
Denas Hasman Nugraha. (2022). Manajemen Keuangan Pada Lembaga Pendidikan Bina Anak Sholeh Yogyakarta.
SALIHA: Jurnal Pendidikan & Agama Islam . https://doi.org/10.54396/saliha.v5i2.365
Flambonita, S., Ridwan, R., Ahmaturrahman, A., & Apriyani, L. (2022). PENGELOLAAN DAN INFORMASI PERENCANAAN ANGGARAN DESA. Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Masyarakat . https://doi.org/10.29303/jppm.v5i4.4227
Herizal, H., Mukhrijal, M., & Wance, M. (2020). Pendekatan Akuntabilitas Pelayanan Publik Dalam Mengikuti Perubahan Paradigma Baru Administrasi Publik. Journal of Governance and Social Policy . https://doi.org/10.24815/gaspol.v1i1.17327
Lestari, S. D., & Maunah, B. (2022). Dasar - Dasar Yuridis Sistem Pendidikan Nasional. Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar . https://doi.org/10.19184/jipsd.v9i3.31876
Nainggolan, L. E., Purba, B., Sudarmanto, E., Nainggolan, P., Hasibuan, A., Simarmanta, H. M. P., & Damanik, D. (2021). Ekonomi Sumber Daya Manusia. In Raya Grafindo Persada, Jakarta . Nuriah, F. S., & Deca, D. (2023). Pengelolaan dan Pengalokasian Dana di Lembaga Pendidikan. Jurnal Global Futuristik . https://doi.org/10.59996/globalistik.v1i2.214
Nuryadin, M. R., Rahayu, D., & Muzdalifah, M. (2020). EFISIENSI PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN DAN BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN SELATAN. ECOPLAN : JOURNAL OF ECONOMICS AND DEVELOPMENT STUDIES . https://doi.org/10.20527/ecoplan.v3i1.82 Ritonga, N. A. (2017). Ayat-Ayat Tentang Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam. Almufida . Samiyatun, S. (2022). Penerapan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Pada Kelas VII. Dharmas Education Journal (DE_Journal) , 3 (1), 45–54. https://doi.org/10.56667/dejournal.v3i1.618
Sukatin, Danny, M. A. F., Huda, R. M., & Fajria, Z. I. (2023). MANAJEMEN KURIKULUM DAN EVALUASI. Educational Leadership:
Jurnal Manajemen Pendidikan . https://doi.org/10.24252/edu.v2i2.35257
Tyasmaning, E., & Sutiyo. (2024). Meningkatkan Efisiensi Sekolah Melalui Pendampingan Manajemen Keuangan di SMP Sunan Kalijogo Jabung. Khidmatuna: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat . https://doi.org/10.51339/khidmatuna.v4i2.1243
Wandra, D., & Hadiyanto, H. (2021). Perencanaan Pembiayaan Pendidikan. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN . https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.1005
|
ab78a917-876f-4b2f-84e9-b4252008d3bd | https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAIC/article/download/989/593 |
## Journal of Applied Informatics and Computing (JAIC)
Vol.1, No.1, Juli 2017, pp. 05~09 e-ISSN: 2548-6861
## Rancang Bangun VoIP Server Menggunakan Trixbox CE
Aldio Muhammad 1 *, Andy Triwinarko 2 **, Agus Fatulloh 3 * * Teknik Informatika, Politeknik Negeri Batam ** Teknik Multimedia Jaringan, Politeknik Negeri Batam [email protected] 2 , [email protected] 3
Article Info ABSTRACT Article history: Received 07-03-2017 Revised 09-04-2017 Accepted 06-05-2017 Perkembangan teknologi internet sangat dirasakan sekarang ini dalam kehidupan sehari-hari baik semua kalangan masyarakat bahkan sudah menjadi kebutuhan primer untuk kalangan tertentu, seperti kalangan pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya. Teknologi sekarang untuk bertukar suara sudah banyak digunakan oleh masyarakat, salah satunya adalah telepon tradisional, yaitu berkomunikasi baik menggunakan telepon kabel ataupun telepon genggam semua orang dapat berkomunikasi di dalamnya. Namun jika kita menggunakan panggilan telepon tradisional, selain tarif yang mahal juga letak geografis yang menentukan besar kecilnya biaya yang harus dikeluarkan. Dengan adanya teknologi Voice Over Internet Protocol (VoIP) yang murah untuk berkomunikasi baik voice call maupun video call menggunakan internet yang berjalan melalui jaringan IP (Internet Protocol), ini membuat sebuah keuntungan sendiri bagi kalangan yang selalu membutuhkan alat komunikasi di lingkungan kerjanya, karena biaya lebih murah juga bersifat secara global, tidak mengacu terhadap jarak alamat yang dituju. Teknologi telepon ini mengubah suara menjadi kode digital melalui jaringan paket data, bukan sirkuit analog seperti telepon biasa. Implementasi VoIP Server menggunakan sistem operasi gratis Linux Trixbox CE yang mampu diakses client di OS Multi-Platform dan client berbasis Mobile Phone (Android).
Keyword:
VoIP, IP, Trixbox, Smartphone.
Copyright © 2017 Journal of Applied Informatics and Computing.
All rights reserved.
## I. P ENDAHULUAN
Teknologi internet modern sekarang ini sangat berkembang pesat khususnya dalam bidang sistem informasi dan telekomunikasi. Internet sekarang ini sangat diperlukan sehari-hari untuk semua kalangan masyarakat bahkan sudah menjadi kebutuhan primer untuk kalangan tertentu, seperti kalangan pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya. Teknologi sekarang untuk bertukar suara sudah banyak digunakan oleh masyarakat, salah satunya adalah telepon tradisional, yaitu berkomunikasi baik menggunakan telepon kabel ataupun telepon genggam semua orang dapat berkomunikasi di dalamnya. Namun jika kita menggunakan panggilan telepon tradisional, selain tarif yang mahal juga letak geografis yang menentukan besar kecilnya biaya yang harus dikeluarkan.
Perkembangan teknologi VoIP sekarang sangat pesat, hal ini juga dipengaruhi oleh protokol-protokol yang handal
seperti SIP (Session Innitiation Protocol). Munculnya teknologi Voice Over Internet Protocol (VoIP) yang murah untuk berkomunikasi baik voice call maupun video call menggunakan internet yang berjalan melalui jaringan IP (Internet Protocol), ini membuat sebuah keuntungan sendiri bagi kalangan yang selalu membutuhkan alat komunikasi di lingkungan kerjanya, karena biaya lebih murah juga bersifat secara global, tidak mengacu terhadap jarak alamat yang dituju. Teknologi telepon ini mengubah suara menjadi kode digital melalui jaringan paket data, bukan sirkuit analog seperti telepon biasa.
VoIP Server merupakan sebuah teknologi telekomunikasi yang sudah lama, namun perkembangannya untuk di zaman sekarang sangatlah dibutuhkan. VoIP Server menyediakan layanan telepon berbasis IP (Internet Protocol). Layanan VoIP ini sangat berguna dan sangat banyak manfaat untuk dapat di implementasikan karena VoIP Server ini adalah gratis (Open Source), hemat biaya dalam penggunaan telepon
6
selular. Namun terdapat juga beberapa beberapa penyedia layanan internet yang menjual layanan VoIP yang berbayar, dengan menawarkan kelebihan dibandingkan dengan sistem operasi gratis.
Penelitian ini dikembangkan dari beberapa referensi yang telah didapat dan berhubungan dengan objek permasalahan. Pada penelitian kajian VoIP [1] menjelaskan tentang kajian bagaimana suara (sinyal analog) akan dirubah menjadi sinyal digital untuk dapat dilewatkan jaringan IP (Internet Protocol) dan menjelaskan bagaimana sebuah sinyal informasi dari satu sumber data disampaikan ke tujuan melalui jaringan IP, juga menjelaskan bagaimana cara kerja VoIP secara umum di gedung PPTIK dan gedung MPKD UGM [7].
Pada penelitian yang berjudul “Implementasi VoIP Over VPN Menggunakan IPv4 (Studi Kasus Politeknik Telkom)“ menerangkan bagaimana membuat komunikasi suara pada VoIP melewati VPN untuk komunikasi mahasiswa dan dosen, meskipun keduanya tidak dalam kampus Politeknik Telkom, kemudian peneliti juga menguji dengan analisis terhadap jalur komunikasi VoIP yang mungkin bisa terjadi penyadapan (Sniffing) dan membandingkan antara VoIP tanpa jalur VPN dan menggabungkan VoIP dengan melalui jalur VPN, kemudian menganalisis bentuk penyadapan (Sniffing) yang dapat terjadi pada kedua jalur komunikasi VoIP [6].
Pada penelitian yang berjudul “Teknik Keamanan Voice Over WLANs 802.11” juga menggunakan VPN pada jaringan lokal menggunakan Linux Trixbox sebagai salah satu komunikasi data yang aman, dengan mekanisme IPSec yang menyediakan enkripsi untuk paket UDP dan TCP Traffic [9].
Pada penelitian yang berjudul “Implementasi Server VoIP Untuk Komunikasi Di PT. Lintas Data Prima” penulis mengimplementasikan jaringan VoIP menggunakan Asterisk dengan sistem operasi Linux Elastix, serta mengimplementasikan jaringan VoIP di PT. Lintas Data Prima untuk dapat terhubung dengan jaringan Telkom, Yahoo Messager, G-Talk yang kesemuanya menggunakan VoIP Gateway sebagai penghubung dengan Server VoIP PT. Lintas Data Prima [5].
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan diatas maka dari itu penulis ingin mendesain dan mengimplementasikan aplikasi Asterisk di dalam sistem operasi Linux Trixbox- 2.8.0.4 sebagai VoIP Server yang mampu memberikan layanan komunikasi telepon murah antar client.
## II. L ANDASAN T EORI
## A. Voice Over Internet Protocol
VoIP (Voice over Internet Protocol) adalah teknologi berupa hardware dan software yang memungkinkan percakapan telepon dengan menggunakan jalur komunikasi data pada suatu jaringan komputer. Teknologi ini dengan merubah suara menjadi format digital tertentu sehingga dapat dilewatkan melalui jaringan IP.
Kelebihan dari penggunaan VoIP memiliki keuntungan seperti dari segi biaya, jelas lebih murah dibandingkan dengan tarif telepon analog, karena jaringan IP bersifat global sehingga untuk hubungan Internasional dapat ditekan hingga
70%. Serta biaya maintenance dapat dikurangi karena voice dan data network terpisah.
VoIP juga memiliki kekurangan sebagai berikut:
Delay, adalah interval waktu saat suara mulai dikirimkan oleh pemanggil menuju penerima panggilan yang disebabkan salah satunya oleh konversi suara analog menjadi data-data digital.
Jitter, adalah variasi yang ditimbulkan oleh delay, terjadi karena adanya perubahan terhadap karakteristik dari suatu sinyal sehingga menyebabkan terjadinya masalah terhadap data yang dibawa oleh sinyal tersebut.
Packet Loss, adalah hilangnya paket data yang sedang dikirimkan disebabkan karena jitter atau karena adanya permasalahan di perangkat-perangkat jaringan seperti router atau jalur komunikasi yang terlalu padat penggunanya.
Protokol untuk VoIP:
H.323, adalah salah satu dari rekomendasi ITU-T (International Telecommunications
Union –
Telecommunications). H.323 merupakan standar yang menentukan komponen, protokol, dan prosedur yang menyediakan layanan komunikasi multimedia. Layanan tersebut adalah komunikasi audio, video, dan data real- time, melalui jaringan berbasis paket (packet-based network). (Tabratas Tharom, 2001;64)
SIP, adalah suatu signalling protocol pada layer aplikasi yang berfungsi untuk membangun, memodifikasi, dan mengakhiri suatu sesi multimedia yang melibatkan satu atau beberapa pengguna. Sesi multimedia adalah pertukaran data antar pengguna yang bisa meliputi suara, video, dan teks.
## B. Trixbox CE
Trixbox CE (Community Edition) adalah sebuah VoIP Phone System berbasiskan sistem open source paling populer didunia karena mengkombinasikan paket-paket open source telepon terbaik yang disertakan didalam sistem operasi tersebut. Sebelumnya kebanyakan user yang ingin mengimplementasikan teknologi VoIP harus dengan usaha yang besar dikarenakan harus menjadi seorang programmer untuk menghadapi user interface yang tidak friendly, oleh karena itu untuk mengatasi masalah seperti itu diluncukannya Trixbox dengan penggunaan yang sangat mudah karena menu utama yang berbasiskan web untuk mengkonfigurasi dan mengatur sistem, serta paket-paket untuk VoIP Server dijadikan dalam satu bundle dengan operating system CentOS sehingga menjadi sistem TrixboxCE.
JAIC e-ISSN: 2548-6861
## III. A NALISIS P ERANCANGAN
Semua baris pertama pada permulaan paragraf harus diformat menjorok ke dalam, dengan format rata kiri dan kanan ( justified ).
## Gambar 1. Rancang Bangun VoIP
Gambar 1 menunjukkan bagaimana topologi VoIP Server bekerja. Beberapa perangkat seperti laptop dan smartphone yang masing-masing sudah ter-install softphone yang menjadi VoIP Client dan saling terhubung ke dalam jaringan lokal membentuk sebuah komunikasi VoIP yang dihubungkan oleh switch dengan sebuah server Trixbox. Skema client ini akan melakukan beberapa model panggilan seperti berikut:
1. PC (Windows) ke PC (Ubuntu)
2. PC (Windows) ke Android/Tablet
3. PC (Ubuntu) ke PC (Windows)
4. PC (Ubuntu) ke Android/Tablet
5. Android/Tablet ke PC (Windows)
6. Android/Tablet ke PC (Ubuntu)
VoIP Server menggunakan sistem operasi Linux Server. Penggunaan Linux disini menggunakan distributor (distro) Trixbox yang khusus digunakan untuk menangani VoIP. Jenis distro ini dipilih dikarenakan atas kesetabilan dan kehandalan dari Trixbox yang merupakan distro turunan dari CentOS. Proses desain sistem pada sisi server ada beberapa tahap. Tahap-tahap desain sistem pada sisi server bisa dilihat pada Gambar 2, dimulai dari instalasi Tribox CE hingga alokasi IP client.
Gambar 2 menunjukkan bahwa proses pertama adalah instalasi Trixbox versi 2.8.0.4 pada PC yang dikhususkan untuk VoIP Server. Kemudian dilanjutkan dengan mengkonfigurasikan jaringan sesuai dengan perancangan yang akan dibuat, diikuti dengan pengecekan koneksi VoIP Server melalui network interface yang digunakan serta sambungan ke Access Point sehingga VoIP Server dapat diakses oleh client yang ingin menggunakan telepon sambungan yang disediakan oleh VoIP Server. Selanjutnya
VoIP Server dapat mengalokasikan VoIP Client yang sudah terhubung dengan jaringan lokal dengan cara mendaftarkan nomor telepon extension client.
Mulai Instalasi Trixbox CE Konfigurasi Jaringan VoIP Server Alokasi VoIP Client Selesai Cek Koneksi Jaringan
## Gambar 2. Flowchart Desain Sistem Pada Sisi Server
Desain sistem pada sisi Client dengan menyiapkan laptop/smartphone agar mampu melakukan dan menerima panggilan melalui VoIP Server. Proses desain sistem pada sisi client ada beberapa tahap. Tahap-tahap desain sistem pada sisi client dapat dilihat pada gambar 3.
Mulai Instalasi Softphone Cek Koneksi ke Server VoIP Selesai Konfigurasi Softphone Client terdaftar pada VoIP Server Client berhasil terhubung ke VoIP Server Ya Tidak Client harus registrasi kepada pihak penanggung jawab VoIP Server
## Gambar 3. Flowchart Desain Sistem Pada Sisi Client
Gambar 3 menunjukkan bahwa proses pertama dalam menentukan sebuah VoIP Client adalah dengan instalasi softphone, yaitu software yang digunakan untuk dapat berkomunikasi melalui VoIP Server kepada VoIP Client lain
8
yang terhubung. Jika VoIP Client belum terdaftar pada VoIP Server maka client harus mendaftarkan diri terlebih dahulu untuk dapat mengakses sistem VoIP. Kemudian mengaktifkan softphone dengan cara mengkonfigurasikan softphone sesuai akun VoIP yang didaftarkan. Secara otomatis softphone akan melakukan cek koneksi terhadap request yang dikirim oleh VoIP Client kepada VoIP Server, setelah VoIP Server menerima data request dengan benar dan sesuai maka softphone berhasil dikonfigurasikan serta softphone sudah dapat melakukan atau menerima panggilan kepada VoIP Client lain yang terdaftar.
Dalam perancangan jaringan VoIP ini, penulis menggunakan topologi sederhana yang menggunakan beberapa perangkat yang terkoneksi dengan sebuah Access Point yang menghubungkan antara client dengan server VoIP. Topologi dapat dilihat pada gambar 4.
## Gambar 4. Topologi Server VoIP
Pemetaan IP Address dilakukan supaya penggunaan alamat IP Address pada client dapat disortir dan dapat meminimalisir terjadinya IP conflict pada suatu jaringan. IP Address merupakan sebuah hal yang sangat penting, karena jika terjadinya IP conflict maka akan dapat mengganggu aktifitas host yang terlibat. Hal ini merupakan sebuah gangguan didalam koneksi jaringan, karena IP Address merupakan sebuah alamat yang digunakan oleh client yang terkoneksi ke jaringan kepada server pusat yang terhubung. Pada tahap ini, kelas IP Address yang akan digunakan adalah IP Address kelas C. Karena IP Address kelas C dapat menampung client sampai dengan 254 host.
TABEL I P EMETAAN IP A DDRESS
IP Address Host Min 192.168.100.1 IP Address Host Max 192.168.100.254 IP Netmask 255.255.255.0 IP Broadcast 192.168.100.255 IP Network 192.168.100.0 Jumlah Host 254 Host
## III. I MPLEMENTASI DAN H ASIL
Setelah seluruh proses instalasi dan konfigurasi selesai, maka dilanjutkan dengan pengujian komunikasi client VoIP, sehingga antar client dapat melakukan panggilan kepada client lain yang terhubung dalam jaringan VoIP Server.
## Gambar 5. Implementasi dan Hasil VoIP
Pada aplikasi ZoIPer IAX SIP di Android, memiliki sedikit kelebihan yang didapatkan yaitu dapat memperlihatkan secara langsung statistik mengenai percakapan yang dilakukan oleh client mulai dari packet, jitter, payload, dan bitrate dalam satu panggilan.
TABEL II P ENGUJIAN K OMUNIKASI C LIENT V O IP
No Nama Pengujian Indikator Pengujian Ket 1 Mengecek konfigurasi antar client VoIP . Terdapat status “ account registered ” pada softphone Berhasil 2 Client Windows berkomunikasi dengan client Ubuntu Client Windows menghubungi nomor 2002 Berhasil
JAIC
3 Client Windows
berkomunikasi dengan client
Android . Client Windows menghubungi nomor 3003 Berhasil 4 Client Ubuntu berkomunikasi dengan client Windows . Client Ubuntu menghubungi nomor 1001 Berhasil 5 Client Ubuntu berkomunikasi dengan client Android . Client Ubuntu menghubungi nomor 3003
Berhasil 6 Client Android berkomunikasi dengan client
Windows . Client Android menghubungi nomor 1001 Berhasil 7 Client Android berkomunikasi dengan client Ubuntu .
Client Android menghubungi nomor 2002 Berhasil
## V. K ESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. VoIP Server Trixbox berperan menangani panggilan SIP dari seluruh client yang terdaftar kedalam server Trixbox.
2. Antara VoIP client dapat saling berkomunikasi dua arah ketika sudah terdaftar kedalam server Trixbox.
3. VoIP client dapat menggunakan layanan VoIP dari beberapa macam OS dan jenis perangkat, sehingga tidak akan berpengaruh terhadap pengguna yang menggunakan banyak jenis perangkat karena hanya tergantung dari extension client yang terdaftar yang digunakan.
4. Server Trixbox dapat di-remote melalui web base GUI sehingga user tidak perlu kemampuan khusus dalam pemrograman karena user interface yang sudah friendly.
## B. Saran
1. Hendaknya VoIP ini dapat digabungkan dengan teknologi PSTN dengan tambahan VPN untuk keamanannya sehingga tidak hanya dapat digunakan pada jaringan lokal, namun juga dapat digunakan untuk melakukan panggilan ke jaringan PSTN.
2. Penggunaan VoIP merupakan solusi alternatif komunikasi masa depan, oleh karena itu untuk pengembangan selanjutnya dapat dilakukan analisis performansi VoIP dengan VoIP Monitoring.
3. Hendaknya pada teknologi VoIP ini lebih diperhatikan lagi dari segi keamanannya, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat menyadap komunikasi antar client dengan maksud yang tidak diinginkan.
## D AFTAR P USTAKA
[1] M. Taufiq, "Membuat SIP Extensions Pada Linux TrixBox untuk Server VoIP", 2008.
[2] O.W. Purbo, and A. Raharja, "VoIP Cookbook Building Your Own Telecommunication Infrastructure", 2010.
[3] T. Tharom, and O.W.Purbo,"Teknologi VoIP," Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010.
[4] W. Atmono, "Rancang Bangun Security pada Sistem VoIP OpenSource Trixbox," Tugas Akhir, Politeknik Negeri Semarang, 2008.
[5] A. Nurkholis, A. Hendrawan. "Implementasi Server VoIP untuk Komunikasi di PT. Lintas Data Prima". Tugas Akhir. STIMIK Amikom Yogyakarta. 2011.
[6] Mustaqim, F., Solikin, S. M., & Anang Sularsa, S. (2012). Implementasi VoIP Over VPN Menggunakan IPv4 (Studi Kasus Politeknik Telkom). Politeknik Telkom.
[7] Thamrin, H., Susilo, H. T., & Kusban, M. (2013). Kualitas Layanan Sistem VOIP di Kabupaten Sragen Dibanding Sistem Alternatif dengan Server Trixbox.
[8] D. Collins, "Carrier Grade Voice Over IP," United States, Mc Graw Hill, 2001.
[9] M. Colliers, and D. Endler, "Hacking Exposed Unified Communication & VoIP Security Secrets & Solutions," United States, Mc Graw Hill, 2013.
[10] Sany, R. S. (2009). Teknik Keamanan Voice over WLANs 802.11. Universitas Sumatra Utara.
|
a25363e1-83d5-4b10-bbc1-e223ab3a8faa | https://jim.usk.ac.id/CES/article/download/19226/9380 |
## STUDI GERUSAN PADA HILIR KOLAM OLAK MODEL FISIK BENDUNGAN KRUENG KLUET
Agustian Prayudi 1 Maimun Rizalihadi 2 Amir Fauzi 3
1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Email: [email protected]
## Abstract
South Aceh is an area in Aceh Province that is prone to flooding. One of the government's efforts is the construction of Krueng Kluet Dam, South Aceh Regency. The type of stilling basin in Krueng Kluet Dam is USBR III. Changes in flow from supercritical to subcritical cause hydraulic jump. Hydraulic jump cause scour downstream of the stilling basin. The purpose of this study is to find out the flow characteristics that occurs and its effect on the pattern and depth of the scour. This research method is a non-distortion physical model with a scale of 1:60 built in the Hydraulics Laboratory of River and Coastal Engineering Models, Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Syiah Kuala University. The discharge variations streamed are Q 2th , Q 5th , Q 10th , Q 25th , Q 50th , Q 100th dan Q 1000th . The parameters measured are water level height, speed height, hydraulic jump, and patterns and depths of scour. The results obtained, namely the pattern and depth of the scour is strongly influenced by flow characteristics where the greater the flow characteristics then the scour that occurs will also be greater. the scour pattern tends to consistently form the same pattern, namely the scour that occurs in the middle while on the left and right sides downstream there will be a buildup of sediment. The smallest scour depth occurs in the Q 2th discharge of 5.76 m and the largest scour depth occurs in the Q 1000th discharge of 14.82 m.
Keywords: Krueng Kluet Dam, physical model, flow characteristics, patterns and depths of scour.
## Abstrak
Aceh Selatan merupakan daerah di Provinsi Aceh yang rawan terjadinya banjir. Salah satu upaya pemerintah yaitu pembangunan Bendungan Krueng Kluet, Kabupaten Aceh Selatan. Tipe kolam olak di bendungan Krueng Kluet adalah USBR III. Perubahan aliran dari superkritis ke subkritis menyebabkan terjadinya loncatan hidrolik. Loncatan hidrolik menyebabkan adanya gerusan di hilir kolam olakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik aliran serta pengaruhnya terhadap pola dan kedalaman gerusan. Metode penelitian ini berupa model fisik tak distorsi dengan skala 1:60 yang dibangun di Laboraturium Hidraulika Model Teknik Sungai dan Pantai Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Variasi debit yang dialirkan yaitu Q 2th , Q 5th , Q 10th , Q 25th , Q 50th , Q 100th dan Q 1000th . Parameter yang diukur adalah tinggi muka air, kecepatan aliran, loncatan hidrolik, dan kedalaman gerusan. Hasil yang diperoleh yaitu pola dan kedalaman gerusan sangat dipengaruhi oleh karakteristik aliran dimana semakin besar karakteristik aliran maka gerusan yang terjadi juga akan semakin besar. Pola gerusan pada semua variasi debit cenderung konsisten membentuk pola yang sama, yaitu gerusan terjadi pada bagian tengah sementara pada bagian sisi kiri dan kanan hilir kolam olakan terjadi penumpukan sedimen. Kedalaman gerusan terkecil terjadi pada debit Q 2th sebesar 5,76 m dan kedalaman gerusan terbesar terjadi pada debit Q 1000th sebesar 14,82 m.
Kata kunci: Bendungan Krueng Kluet, model fisik, karakteristik aliran, pola dan kedalaman gerusan.
## 1. Pendahuluan
Aceh Selatan merupakan salah satu daerah di Provinsi Aceh yang rawan terjadinya banjir. Pemerintah Aceh Selatan berupaya untuk menanggulangi permasalahan banjir dengan salah satu upaya yaitu pembangunan Bendungan Krueng Kluet yang terletak ke dalam wilayah Gampong Lawe Melang dan Gampong Sarah Baru Kota Manggamat Kec. Kluet Tengah Kab. Aceh Selatan Provinsi Aceh.
Bendungan Krueng Kluet direncanakan sebagai bendungan multipurpose , dimana fungsi utamanya adalah menampung air untuk penyediaan air baku, dan juga berfungsi pengendalian banjir. Bendungan Krueng Kluet terdapat beberapa bangunan pelengkap, salah satunya bangunan pelimpah.
Peninggian muka air karena adanya pembendungan di mercu pelimpah mengakibatkan adanya terjunan sehingga terjadi perubahan energi yang cukup besar ketika air melewati mercu
pelimpah. Raju [1] menyatakan perubahan aliran dari superkritis ke subkritis menyebabkan terjadinya loncatan hidrolik. Macian-Perez dkk [2] menyebutkan peredaman energi berfungsi mengembalikan aliran ke sungai dengan kondisi energi yang stabil. Kolam olakan digunakan sebagai salah satu upaya merekduksi energi di dalam aliran. Tipe kolam olak yang dipakai di Bendungan Krueng Kluet adalah USBR III. Loncatan hidrolik menyebabkan adanya gerusan di hilir kolam olakan sehingga dapat menurunkan kestabilan bangunan kolam olakan dan tubuh pelimpah yang berakhir pada keruntuhan bendungan.
Penelitian Bendungan Krueng Kluet dilakukan dengan uji model tes fisik yang dilaksanakan di Laboratorium Hidraulika Model Teknik Sungai dan Pantai Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Penelitian ini mengukur beberapa parameter meliputi tinggi muka air, kecepatan aliran, loncatan hidrolik, serta pola dan kedalaman gerusan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik aliran yang terjad di kolam olakan serta pengaruhnya terhadap pola dan kedalaman gerusan di hilir kolam olakan agar didapat upaya antisipasi dan pencegahan saat pembangunan
Bendungan
Krueng
Kluetdilaksanakan.
2. Tinjauan Kepustakaan
## 2.1. Model Fisik
Menurut Triatmodjo [3], model fisik adalah fenomena memperkecil dimensi bangunan sesuai dengan bentuk bangunan sesungguhnya. Uji model fisik dilakukan untuk menganalisis perilaku hidrolik pada prototip bangunan air atau menirukan permasalahan yang terjadi di lapangan pada model dengan skala yang lebih kecil.
Perbandingan antara model dan prototip disebut skala model. Ada dua tipe model fisik yakni model distorsi dan model tak distorsi. model tak distorsi mempunyai kesamaan bentuk geomeri antara prototip dan model, yaitu skala horizontal (n L ) dan skala
kembali, agar aliran yang kembali ke dalam sungai tidak mengganggu kestabilan bangunan di hilirnya.
Perubahan aliran dari aliran superkritis (Fr>1) menjadi aliran subkritis (Fr<1) secara mendadak ( Abrupt Rise ) disebut loncatan hidrolik. Dalam loncatan hidrolik terdapat suatu kenaikan permukaan air secara tiba-tiba dan kehilangan energi yang besar. Akibatnya terbentuk pusaran turbulen yang berukuran besar pada awal loncatan. Energi dari aliran utama ditarik oleh pusaran ini dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil kemudian mengalir ke hilir.
Beberapa peneliti menetapkan persamaan panjang loncatan hidrolik dengan memberikan nilai koefisien loncatan hidrolik seperti pada persamaan berikut:
𝐿𝑗 = 𝐶 𝑗 ( 𝑦 2 − 𝑦 1 ) (2-2)
Menurut Triatmodjo [3], nilai koefisien loncatan hidrolik ( 𝐶 𝑗 ) berkisar antara 5 sampai 7. Perbandingan antara gaya kelembaman dan gaya gravitasi adalah fungsi dari Bilangan Froude (Fr) seperti pada persamaan berikut:
vertikal (n h ) sama. Perbandingan besaran di lapangan dan besaran di model fisik tak distorsi ditentukan
𝐹 𝑟 = v1 √ g 𝑦 1 (2-3)
Skala parameter untuk model tak distorsi ditentukan dari parameter n seperti dapat dilihat pada persamaan
Dimana: 𝐹 𝑟 = Bilangan Froude, v 1 = Kecepatan aliran berikut:
𝑛 = 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑡𝑦𝑝𝑒 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙
Dimana: Skala panjang, 𝑛 𝐿 = 𝑛 Skala kecepatan, 𝑛 𝑣 = 𝑛 1⁄2 Skala debit, 𝑛 𝑄 = ( 𝑛 𝑙 ) 5/2
Keterangan:
n
= Besaran skala.
2.2. Bangunan Pelimpah
(2-1)
(m/s), g = Gaya Gravitasi (m/s 2 ), y 1 = Kedalaman aliran di hulu (m).
## 2.4. Gerusan
Legono [5] menyatakan gerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi antara aliran dengan material dasar sungai. Menurut Neill [6] menyatakan bahwa pengertian gerusan (scour) adalah penurunan dasar sungai karena erosi di bawah elevasi permukaan alami atau datum yang diamsumsikan. Raudkivi dan Ettema [7] membagi tipe gerusan menjadi tiga yaitu gerusan umum,
Bangunan pelimpah ( spillway ) didesain untuk membuang kelebihan air waduk, sehingga air tidak melimpas puncak bendungan (overtopping) yang dapat membahayakan bendungan. Menurut Sosrodarsono [4] bangunan pelimpah samping adalah tipe pelimpah dimana saluran peluncurnya berposisi menyamping terhadap saluran pengatur aliran di hulunya. Saluran pengatur alirannya disebut saluran pengatur aliran tipe pelimpah samping yang memiliki bendung pengatur sebagai pelengkapnya dan terkadang dipasang pintu-pintu.
## 2.3. Peredam Energi
Peredam energi atau sering disebut kolam olakan adalah bagian dari bangunan air yang berguna untuk meredam energi akibat loncatan air setelah melalui pelimpah. Kecepatan aliran yang tinggi (superkritis) memiliki daya penggerus yang sangat kuat sehingga harus diredam sampai mencapai tingkat yang normal
gerusan terlokalisir, dan gerusan lokal. Gerusan lokal terjadi akibat pola aliran yang berada di sekitar bangunan hidrolik.
## 2.4.1. Mekanisme gerusan
Raudkivi dan Ettema [7] mengatakan, kesetimbangan kedalaman gerusan (equilibrium) tercapai jika jumlah material yang bergerak dari lubang gerusan sama dengan material yang disuplai ke lubang gerusan. Pada umumnya rata-rata inisial gerusan cenderung lebih besar ketika dalam kondisi live bed scour dibandingkan dengan clear water scour dan equilibrium, sehingga kedalaman gerusan terjadi lebih cepat. Pada kondisi live bed scour, sedimen dari hulu bendung terus menerus terangkut ke lubang gerusan. Dalam kondisi seperti ini, kesetimbangan kedalaman gerusan (equilibrium) tercapai pada saat jumlah sedimen yang masuk ke dalam lubang gerusan setara dengan jumlah sedimen yang terbawa oleh aliran air. Walaupun terjadi keadaan seperti itu,
kedalaman gerusan akan berubah sejalan dengan waktu meskipun setelah kondisi equilibrium tercapai. Chabert dan Engeldinger dalam Breuser dan Raudkivi [8] mengatakan bahwa lubang gerusan yang terjadi pada alur sungai umumnya merupakan korelasi antara kedalaman gerusan dengan kecepatan aliran sehingga lubang gerusan tersebut merupakan fungsi terhadap waktu.
## 2.4.2. Kedalaman gerusan
Simon dan Senturk [9] mengemukakan bahwa persamaan-persamaan untuk memprediksi kedalaman gerusan ( scour depth ) hampir semuanya berdasarkan data laboratorium ataupun pemikiran induktif dari persamaan-persamaan kontinuitas sedimen. Breusers dan Raudkivi [8] mengemukakan hasil observasinya bahwa kedalaman gerusan tergantung dari beberapa variabel, yaitu karakterisitik fluida, material dasar, aliran dalam saluran, bentuk pilar atau abutmen jembatan dan pada hilir kolam olakan.
## 3. Metode Penelitian
Metodologi penelitian akan memaparkan tahapan yang akan dilakukan dan aspek yang dipakai pada penelitian ini. Aspek tersebut meliputi pekerjaan persiapan, pengukuran dan pengumpulan data serta analisis data. Penelitian akan dilakukan pada pemodelan Bendungan Krueng Kluet di Laboratorium Sungai dan Pantai Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
## 3.1. Pekerjaan Persiapan
Adapun pekerjaan persiapan meliputi model fisik bendungan dan alat serta bahan yang digunakan pada penelitian ini.
## 3.1.1. Model fisik bendungan
Model tes fisik Bendungan Krueng Kluet dibuat dengan tipe model tak distorsi dan skala 1:60. Dimensi dan skala model fisik bendungan dan bangunan pendukung dari Bendungan Krueng Kluet lainnya yang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Dimensi model fisik Bendungan Krueng Kluet
Tabel 1 Dimensi model Fisik Bendungan Krueng Kluet (Lanjutan) Uraian Desain Model Satuan PELIMPAH Elevasi Sal. Samping (hulu) 77,75 Elevasi Sal. Samping (hilir) 75,00 Elevasi Endsill 1 79,00 Panjang Saluran Pengarah 300,00 5,00 m Lebar Saluran Pengarah 60,00 1,00 m Lebar Saluran Peluncur 60,00 1,00 m Panjang Saluran Peluncur 150,00 2,50 m Lebar Kolam Olak 60,00 1,00 m Elevasi Kolam olak 36,00 0,60 Panjang Kolam Olak 35,00 0,58 m
## 3.1.2. Peralatan dan bahan yang digunakan
Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian uji model fisik Bendungan Krueng Kluet terdiri dari peralatan pengukuran dan bahan-bahan pendukung yang dijelaskan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Alat dan bahan
Uraian
Desain Model Satuan BENDUNGAN Panjang Puncak 1.021,75 17,03 m Lebar Puncak 14,00 0,23 m Elevasi Bendungan 101,50 Tinggi Pembendungan 72,50 1,21 m PELIMPAH Lebar 90 1,50 m Elevasi Pelimpah 95,00
Nama Kegunaan Alat Pompa Menaikkan aliran debit outflow ke dalam model fisik bendungan dari bak penampung.
Rechbox Mengatur debit outflow Mistar Membaca beda tinggi pada tabung pitot dan kedalaman gerusan. Tabung Pitot Mengukur tinggi kecepatan aliran. Point Gauge Mengukur tinggi muka air. Alat Tulis Mencatat hasil pengukuran Sekop Meratakan sedimen yang akan diuji. Bahan Benang Penanda section
untuk titik pengambilan data.
Pasir Laut Sebagai media sedimen.
Alur Sungai
3.2. Pengukuran dan Pengumpulan Data 3.2.1. Rancangan pengukuran
Penelitian akan dilakukan pada bagian Bendungan Krueng Kluet yaitu pada bagian alur sungai di ujung hilir kolam olakan. Pengukuran dilakukan pada titik- titik koordinat yang telah direncanakan dapat dilihat pada Gambar 1. Pengukuran dilakukan pada setiap pias titik-titik koordinat yang berukuran 5x5 cm pada bagian alur sungai di hilir kolam olakan. Rancangan pengukuran disusun dengan parameter-parameter yang dapat dilihat pada Tabel 3.
## Gambar 1 Rancangan titik-titik pengukuran
## 3.2.2. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan sebagai penunjang dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari pengukuran langsung di laboratorium dengan parameter yang akan diukur meliputi tinggi muka air (h), kecepatan aliran (v), tinggi loncatan hidrolik (y) dan kedalaman gerusan (d). Sementara itu data sekunder diperoleh dari Dinas Pengairan [10] yang digunakan sebagai data pendukung di penelitian ini yaitu debit rancangan (Q T ) dan Rating Curve (Q-H Pelimpah).
## 3.3. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran di laboratorium kemudian dianalisis untuk mengkaji karakteristik aliran yang terjadi serta hubungannya dengan pola dan kedalaman gerusan. Data tersebut terlebih dahulu dikonversikan dari model ke prototip menggunakan Persamaan (2-1).
1. Perhitungan karakteristik aliran Data pengukuran tinggi muka air dan tinggi kecepatan aliran digunakan untuk
menghitung Bilangan Froude menggunakan Persamaan (2-3). Perhitungan Bilangan
Froude dilakukan untuk menentukan karakteristik aliran yang terjadi pada kolam olak.
2. Tinggi dan Panjang Loncatan Hidrolik Data pengukuran tinggi loncatan hidrolik dihitung menggunakan Persamaan (2-2) dan panjang loncatan hidrolik dapat didapatkan dari pengukuran langsung. Penentuan section
awal dan akhir loncatan hidrolik adalah hal yang penting dilakukan untuk mengetahui posisi tinggi muka air awal dan akhir loncatan (y 1 dan y 2 ).
3. Pola dan kedalaman gerusan
Data pengukuran kedalaman gerusan dapat yang sudah diolah kemudian diinput ke dalam software surfer 11 untuk mendapatkan pola dan kedalaman maksimum gerusan. Data gerusan ini juga digunakan untuk membahas hubungan-hubungan karakteristik aliran dengan kedalaman gerusan. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil
## 4.1.1. Karakteristik aliran
Karakteristik aliran pada kolam olakan digunakan sebagai data pendukung analisis gerusan. Pengamatan dan pengukuran dilakukan dengan berbagai variasi debit yaitu Q 2th , Q 5th , Q 10th , Q 25th , Q 50th , Q 100th , dan Q 1000th sehingga didapatkan data parameter yaitu tinggi muka air, kecepatan aliran, dan panjang loncatan hidrolik. Hasil rekapitulasi karakteristik aliran dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
## Tabel 3 Rekapitulasi analisis karakteristik aliran
Debit
(tahun) Q (m 3 /d) y 1 (m) y 2 (m) v (m) Q 2th 514,677 0,48 8,38 19,19 Q 5th 672,199 0,80 8,88 22,54 Q 10th 807,464 1,49 8,27 24,25 Q 25th 1018,503 2,15 9,23 25,97 Q 50th 1210,775 1,61 6,28 19,09 Q 100th 1495,660 1,43 4,52 22,97 Q 1000th 1702,320 0,73 4,38 26,66 Tabel 4 Rekapitulasi analisis karakteristik aliran Debit (tahun) Q (m 3 /d) Fr Lj (m) y 3 (m) Q 2th 514,677 8,95 26,25 2,60 Q 5th 672,199 8,28 36,82 3,54 Q 10th 807,464 6,35 41,72 2,99 Q 25th 1018,503 5,66 48,32 3,66 Q 50th 1210,775 4,81 54,66 4,62 Q 100th 1495,660 6,13 59,70 5,16 Q 1000th 1702,320 9,99 64,07 5,24
## 4.1.2. Pola gerusan
Pengamatan dan pembacaan kedalaman gerusan dilakukan pada setiap debit aliran dimulai dari Q 2th sampai Q 1000th. Setelah hasil pengukuran kedalaman gerusan dianalisis kemudian dilakukan pemodelan gambar kontur mengunakan Software Surfer 11. Pemodelan gambar kontur untuk melihat pola gerusan pada hilir kolam olakan Bendungan Krueng Kluet.
Gambar 2 Pola gerusan Q 2th Gambar 3 Pola gerusan Q 5th Gambar 4 Pola gerusan Q 10th Gambar 5 Pola gerusan Q 25th
## Gambar 7 Pola gerusan Q 100th
Gambar 8 Pola gerusan Q 1000th
Dari hasil analisis kedalaman gerusan juga diperoleh kedalaman maksimum dari Q 2th , Q 5th , Q 10th , Q 25th , Q 50th , Q 100th, dan Q 1000th . Tabel 5 memaparkan kedalaman gerusan maksimum dari setiap debit aliran.
## Tabel 5 Kedalaman gerusan maksimum
Debit (tahun) Q (m 3 /d) ds (m) Q 2th 514,677 5,76 Q 5th 672,199 7,20 Q 10th 807,464 9,06 Q 25th 1018,503 10,38 Q 50th 1210,775 11,70 Q 100th 1495,660 11,53 Q 1000th 1702,320 14,82
## 4.2. Pembahasan
4.1.2. Pola dan kedalaman gerusan
Berdasarkan Gambar 2 sampai Gambar 8 dapat disimpulkan bahwa pola gerusan yang terjadi cenderung konsisten membentuk pola yang sama, yaitu gerusan yang terjadi pada bagian tengah sementara pada bagian sisi kiri dan kanan hilir kolam olakan terjadi penumpukan sedimen. Sementara berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa kedalaman gerusan sangat dipengaruhi oleh debit aliran. Semakin besar debit aliran maka gerusan yang terjadi juga akan semakin besar. Pola dan kedalaman gerusan yang terjadi oleh beberapa faktor sedimen yang digunakan adalah seragam, tidak ada skala model sedimen, dan aliran yang mengalir terkonstrasi di bagian tengah.
6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 0 20 40
Lj (m)
60
80
20
15 10 5 0 0,00 2,00 4,00 6,00
y3 (m)
Hubungan karakteristik aliran dengan gerusan juga sangat erat dimana semakin besar karakteristik aliran maka semakin besar pula gerusan yang terjadi.
Gambar 9 Hubungan debit aliran terhadap panjang loncatan hidrolik
y = 0,0739x + 0,4742
R² = 0,89 18
## Gambar 10 Panjang loncatan hidrolik terhadap kedalaman aliran
Pola dan kedalaman gerusan terjadi akibat perilaku karakteristik aliran di kolam olakan. Gambar 9 menjelaskan jika setiap peningkatan debit aliran menyebabkan peningkatan loncatan hirdolik juga yang ditandai dengan trendline yang semakin meingkat. Peningkatan loncatan hidrolik juga mempengaruhi besar kedalaman aliran di atas endsill. Terlihat pada Gambar 10 bahwa Peningkatan kedalaman aliran cenderung tidak konsisten yang ditandai pada saat panjang loncatan hidrolik 41,72 m, kedalaman aliran mengalami penurunan menjadi 2,99 m dari sebelumnya yang sebesar 3,54 m pada panjang
terhadap kedalaman gerusan dengan angka korelasi 0,9273. Kedalaman gerusan terkecil terjadi pada variasi debit Q 2th sebesar 5,76 m dan kedalaman gerusan terbesar terjadi pada variasi debit Q 1000th sebesar 14,82 m. Kedalaman gerusan juga erat kaitannya dengan karakteristik aliran yaitu kedalaman aliran di atas endsill (y 3 ) . Gambar 12 membuktikan hubungan erat antara kedalaman aliran di atas endsill terhadap kedalaman gerusan dimana walaupun y 3 tidak menunjukkan peningkatan yang konsisten akibat pengaruh loncatan hidrolik, namun tetap menyebabkan peningkatan kedalaman gerusan.
## Gambar 11 Hubungan debit aliran terhadap kedalaman gerusan
y = 2,5671 x - 0,134
R² = 0, 7831
## Gambar 12 Hubungan kedalaman aliran di atas endsill terhadap kedalaman gerusan
Dari hasil di atas menjelaskan jika gerusan tetap terjadi walaupun sudah digunakan bangunan peredam energi yaitu kolam olak dan proteksi berupa riprap. loncatan hidrolik sebesar 36,82 m. Sedangkan panjang hidrolik mengalami peningkatan yang konsisten yang ditandai dengan meningkatnya nilai panjang hidrolik seiring dengan peningkatan kedalaman aliran. Namun secara trendline menunjukkan bahwa semakin besar panjang loncatan hidrolik menyebabkan kedalaman aliran pun akan ikut meningkat. Setelah melihat debit aliran yang menyebabkan loncatan hidrolik di kolam olak, selanjutnya akan ditinjau pengaruh debit aliran terhadap kedalaman gerusan. Dari Gambar 11 dapat disimpulkan bahwa peningkatan debit aliran sejalan dengan peningkatan kedalaman gerusan. Hal ini menyatakan hubungan yang erat antara debit aliran
Dengan adanya pengujian model fisik didapatkan fenomena gerusan yang mungkin terjadi pada Bendungan Krueng Kluet di lapangan dan dapat mengantisipasi bahaya gerusan tersebut untuk menjaga kestabilan dan keutuhan dari tubuh Bendungan Krueng Kluet itu sendiri.
## 5. Kesimpulan
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu karakteristik aliran meliputi debit aliran, kedalaman aliran, dan panjang loncatan hidrolik memiliki hubungan erat dalam mempengaruhi kedalaman gerusan dimana
70 60 50 40 30 20 10
0 y = 0,03x + 15,523 R² = 0,9562 0 500 1000 Q (m3/d) (m) 1500 2000 20 15 10 5 y = 0,0067x + 2,9495 R² = 0,9273 0 0 500 1000 1500 Q (m3/d) 2000
y3 ( m) Lj ( m) ds ( m) ds ( m)
semakin besar karakteristik aliran maka kedalaman gerusan juga semakin besar. Pola dan kedalaman gerusan sangat dipengaruhi oleh debit aliran dimana semakin besar debit aliran maka gerusan yang terjadi juga akan semakin besar. Pola gerusan yang terjadi pada debit aliran Q 2th , Q 5th , Q 10th , Q 25th , Q 50th , Q 100th , dan Q 1000th cenderung konsisten membentuk pola yang sama, yaitu gerusan yang terjadi pada bagian tengah sementara pada bagian sisi kiri dan kanan hilir kolam olakan terjadi penumpukan sedimen. Kedalaman gerusan maksimum terkecil terjadi pada debit Q 2th atau 514,677 (m 3 /d) dengan gerusan maksimum 5,76 m dan gerusan maksimum terbesar terjadi pada debit terbesar yaitu pada debit Q 1000th atau 1702,32 (m 3 /d) dengan gerusan maksimum sedalam 14,83 m.
## 5.2. Saran
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka diberikan beberapa saran sebagai pertimbangan untuk studi kedepannya. Pertama penelitian dengan menggunakan model numerik dapat dilakukan sebagai pembanding antara hasil numerik dengan hasil pengukuran untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Kajian penggunaan bangunan peredam energi lainnya yang lebih efektif mengurangi gerusan yang terjadi di hilir kolam olakan juga dapat dilakukan agar hasil bendungan maksimal.
## 6. Daftar pustaka
[1] Raju, Ranga K.G., 1986, (ed. Yan Piter Pangaribuan), Aliran Melalui Saluran Terbuka , Pen. Erlangga, Jakarta.
[2] Macian-Perez, J.F., Garcia-Bartual, R., Huber, B., Bayon, A., Valles-Moran, F.J. 2020. "Analysis of the Flow in a Typified USBR II Stilling Basin through a Numerical and Physical Modelling Approach." Water,
[3] Triatmodjo, B. 2016. Hidraulika I. Yogyakarta: Beta Offset.
[4] Sosrodarsono, S. 1977. Bendungan Tipe Urugan. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
[5] Legono, D., 1990. Gerusan Pada Bangunan Sungai, PAU Ilmu-Ilmu Teknik UGM, Yogyakarta.
[6] Neill, C. R. 1973. Guide to Bridge Hydraulics. Project Committee on Bridge Hydraulics – Roads and Trnsportatioan Association of
Canada , Canada.
[7] Raudkivi, A.J. and Ettema, R. 1983. Clear- Water Scour at Cylindrical Piers. Journal of HydraulicEngineering, Vol 109, No. 3, Am. Soc. Civ. Engrs., pp. 338-350.
[8] Breusers, H.N.C. and Raudkivi, A.J. 1991. Scouring. IAHR Hydraulic Structure Design Mannual, A.A. Balkema, Rotterdam.
[9] Simon, D. dan Senturk F. 1992. Sediment
Transport Technology: Water and Sediment
Dynamic, Water Resources Pubns., New-York.
[10] Dinas Pengairan Aceh. 2020. "Laporan Pendahuluan Model Test dan Penyempurnaan Desain Bendungan Krueng Kluet Kab. Aceh Selatan." Banda Aceh.
|
aed2e01c-b75c-4615-9a89-cf55ecd286d1 | https://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/murabbi/article/download/399/243 |
## PERADABAN ISLAM DI INDIA-PAKISTAN
## Mu’ammar Zayn Qadafy
(Staf Pengajar STIT Islamiyah Karya Pembangunan Paron Ngawi)
ABSTRACTS; India - Pakistan became one of the great thinkers of Islam contributor. However , there is a big difference on the presence of Muslims in the two countries. This article was written to reveal the history of Islam and Islamic patterns in India and Pakistan as well as to the development of Islam in terms of aspects of science, socio-political and economic circumstances. It was concluded that the difference in the state of Muslims in the country are caused by two different state constitution . Muslims in India especially has experienced a series of setbacks of civilization, is inversely proportional to Pakistan which was established with the spirit of Islam and the Muslims prosper. However Pakistan which is predicted to be able to become an Islamic state monster, until now have not been able to counter India's economic and social terms.
Keywords : Islam, India - Pakistan, History of Civilization
## PENDAHULUAN
Dalam hubungan antara “Islam” sebagai agama dengan perilaku pemeluknya yang adalah manusia dengan kompleksitas dimensinya, Islam memiliki dua wajah sekaligus. Di satu sisi, Islam diformalisasikan ke dalam sistem-sistem yang dianggap mewakili keseluruhan perwujudan ajaran Islam. Sistem-sistem ini terlembagakan ke dalam apa yang kita kenal sebagai “organisasi masyarakat Islam”, “partai politik Islam” dan “negara Islam”. Di pihak lain, sebagian orang mempertanyakan kehadiran sistem “Islami tersebut” karena dianggap membuat mereka yang tidak beragama Islam sebagai warga dunia yang kalah dari kaum muslimin (Wahid, 2006: 4).
Secara teoretis, John O. Voll dalam tulisannya di The Encyclopedia of Islam and Muslim World, memberi penegasan tentang dua makna umum dari kata Islam. Signifikansi pertama merujuk pada Islam sebagai penyerahan diri dan ketaatan total terhadap Tuhan yang terimplementasikan dalam pelaksanaan ritual-ritual dan terintegrasikan dalam kesalehan sosial. dalam defnisi ini, Islam adalah bagian dari struktur dan kosa kata teologis. Identifikasi kedua merujuk kepada Islam sebagai kesatuan antara sistem kepercayaan, pemeluk-pemeluknya dan daerah-daerah di mana Islam dipraktikkan (O. Voll, tt: 359).
Adanya dua kelompok diatas paling tidak memberikan gambaran bahwa “Islam” bukanlah sebuah entitas yang bisa berdiri sendiri. Sejak ia diproklamirkan untuk menjadi bagian dari peradaban manusia, saat itu pula muncul ke-saling
terikatan antara keduanya. Dengan demikian, dalam pengertian paling sederhana, jaya-tidaknya Islam juga bisa dilihat dari maju-tidaknya negara-negara yang “diakui” sebagai negara Islam.
Al Ghazali (1999: 165-166) berpendapat bahwa di luar klaim ideologis bahwa hakikat Islam yang terepresentasikan oleh al-Qur’an sebagai nafas dan sendi peradaban belum sekalipun terbukti pernah tunduk sepenuhnya pada hukum jatuh-bangunnya sebuah peradaban, sehingga jalan kebangkitan selalu terbuka bagi umat Islam asal mau meraih kembali masa kejayaannya, kajian mengenai pasang surut peradaban Islam urgen untuk dilakukan. Utamanya untuk dua tujuan sekaligus: mempelajari sebab-sebab kemajuan peradaban dan berjaga-jaga dari kemundurannya.
Artikel ini akan membahas Peradaban Islam India-Pakistan dan pasang surutnya. Tema ini menjadi menarik karena kedua negara memiliki ciri khas jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Kedua negara ini juga secara permanen menjadi contoh dari dua isntitusi yang berbeda: negara Muslim dan negara Islam. Pada abad ke-20, orang mulai membedakan antara antara atribut “Islami” dan “Muslim”. Istilah Muslim merepresentasikan sebuah komunitas dengan serangkaian praktik-praktiknya yang khas, sedangkan istilah “Islami” diatributkan pada instansi-instansi tertentu yang secara sadar berusaha merefleksikan prinsip- prinsip dan tujuan-tujuan fundamental dari Islam dengan cara- cara tertentu yang terbatas. Pada pemakaiannya, “negara Muslim” adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sedangkan negara Islam adalah negara yang memiliki program implementasi aturan-aturan Islam secara formal (Voll, tt: 359). Pada konteks ini, India mewakili negara muslim dengan populasi muslim terbesar ketiga di dunia. Sedangkan Pakistan, adalah satu-satunya negara Muslim yang didirikan atas nama Islam.
## PEMBAHASAN
## A. Masuknya Islam dan Corak Keislaman di India-Pakistan
Kemal Faruqi dalam Esposito (1987: 53), mengatakan bahwa awal kekuasaan Islam di wilayah Asia Selatan terjadi pada masa khalifah al-Walid dari dinasti Umayyah (sekitar 1000 M). Sejak itu, beberapa dinasti silih berganti memimpin India dan kerajaan-kerajaan Islam di Afganistan, Baluchistan dan lain-lain. Pada
masa pemerintahan Dinasti Ghaznawi, Penduduk asli India mendeklarasikan perang terhadap negara-negara Islam meskipun akhirnya berhasil dikalahkan oleh Mahmud, putera mahkota kerajaan Sebuktigin.
Pada 1008 M, Mahmud juga berhasil menaklukkan koalisi negara-negara India (Ujjayn, Gwalior, Kalinjar, Kannawj, Delhi dan Ajmer). Melalui sejarah yang panjang, sebagian besar daerah di India berhasil dikuasai Islam, apalagi pasca kemunculan dinasti Mughal (1516), sebelum akhirnya pada 1700-an dinasti ini melemah dan akhirnya runtuh. Kerajaan Mughal di India dengan Ibukota Delhi didirikan oleh Dahir al-Din Babur (1482-1530). Raja-raja Mughal yang terkenal setelah Babur adalah Akbar, Jehangir (1605-1628), Syeh Jehan (1628-1658) dan Aurangzeb (1658-1707) (Lihat: Badri Yatim, 1998, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 148-150).
Awal abad ke-19, Era India modern dimulai dengan masuknya Inggris melalui East-India Company (berdiri 1803). Hingga timbul kekacauan akibat hegemoni pedagang-pedagang Barat yang menguras kekayaan India dan berangsur-angsur menjadikan India negara amat miskin serta merusak budaya, tatanan sosial dan agamanya. Sejak itu, dimulailah era kapitalime Industri Inggris yang menjadikan India hanya menjadi pasar bagi Inggris. Pada masa kolonial ini, banyak keluarga muslim yang kehilangan keamanan dan kebebasan mereka.
Pada 1857, Inggris mulai menghasut kelompok elit ashraf untuk meredakan gejolak kaum muslimin. Istilah Ashraf dan ajlaf muncul pada masa pemerintahan Mughal untuk membedakan antara kaum bangsawan dan proletar (Nasution (ed.), 1985: 141). Dukungan diberikan kepada Sir Sayyid Ahmad Khan yang menampakkan diri sebagai Islam liberal, dalam artian mengembangkan humanitarianime, keserasian dengan sains Barat, menekankan kesamaan antar agama-agama dan memisahkan Islam dari kemunduran masyarakat Islam (Ali, 1993: 14-15). Mumtaz Ahmad (1993), mengatakan bahwa pada kurun 1860-1870-an, Sayyid Ahmad Khan lantas mendirikan lembaga-lembaga pendidikan di Aligarh yang pada awalnya diperuntukkan untuk golongan elit saja (Taylor,1986: 143).
Adapun keberadaan Islam di Pakitan tidak bisa dipisahkan dari Islam di India. Pada 1906, beberapa sarjana Muslim India yang pernah belajar di Barat telah mendirikan sebuah organisasi politik yang disebut Liga Muslim India (India Muslim League) di Dhaka untuk memperjuangkan kepentingan komunitas Muslim
India di bidang keagamaan, budaya, politik dan ekonomi. Pada saat yang sama, tokoh Hindu ekstrem memulai gerakan Shuddi dan Sangathan untuk meng-hindu- kan umat Islam secara paksa. Ketika Liga Muslim dipimpin Mohammad Ali Jinnah, organisasi ini mengusulkan dibentuknya sebuah negara Muslim yang terpisah dari India di daerah Barat laut dan Timur laut India yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Negara inilah yang pada akhirnya disebut Pakistan (Ahmad, 1993: 287).
Setelah kekuasaan Inggris di India (sering disebut British India ) resmi berakhir pada 14 Agustus 1947, resmi berdiri negara Pakistan. Maka tidak heran, Islam di India-Pakistan biasanya dibahas secara bersamaan. Sejak organisasi–organisasi pan- Islamisme berusaha memperkuat solidaritas Muslim di seluruh dunia, Pakistan pernah mencoba untuk membongkar penganiayaan dan kesewenang-wenangan yang dialami umat Islam di India. Populasi Muslim di India sejak 1947, pasca perginya Inggris berkisar 12% dari penduduk India secara keseluruhan. Meski demikian, jumlah Muslim di India masih menjadi populasi Islam terbesar ketiga di dunia setelah Indonesia dan Pakistan (Esposito, 1987: 152-153).
Barbara D. Mercalf menyatakan bahwa muslim di India tersebar di beberapa kota Bengal, Deccan, Gujarat, Hindustan, Mappila, Oriyya dan Punjab. Sebagian besar bermadzhab sunni mengikuti Hanafi dan Shafi’i. Hanya sekitar 10% menganut shi’ah ithna ‘ashariyyah dan Isma’iliyyah (Esposito, 1987: 152-153). Sementara itu, Pakistan sebagai satu-satunya negara Muslim yang didirikan atas nama Islam, adalah negara Muslim terbesar kedua dengan 122,8 juta jiwa yang 97%nya Muslim.
Pakistan ka matlab kya? La ilaha illa Allah (What does Pakistan stand for? There is no god but God). Slogan ini populer didengungkan oleh liga Muslim ketika pembentukan negara Pakistan. Selain itu, pembukaan dalam kitab undang-undang mereka menyebutkan bahwa Pakistan adalah negara demokratis yang berdasarkan ajaran Islam. (Lihat: Mumtaz Ahmad, “Pakistan” dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World. New York: Oxford University Press, 1999, vol. 3, hlm. 287, 290). Sebagaimana dijumpai di India, di wilayah Pakistan madzhab Sunni- Hanafi mendominasi dan hanya sebagian kecil saja mengikuti Hanbali (Ahmad, 1993: 286).
## B. Perkembangan Keilmuan Islam di India-Pakistan
Perkembangan keilmuan Islam di India-Pakistan yang pesat pertumbuhannya dapat terlihat dari beberapa aspek: pertama, kemunculan tokoh-tokoh muslim pemikir sekaligus pemimpin penting di India-Pakistan yang pemikiran- pemikirannya banyak menginspirasi sarjana-sarjana muslim lain, bahkan di luar India dan Asia. Mulai abad ke-19, muncul Shah Waliyullah al-Dihlawi (1703– 1762), Ia adalah seorang pemimpin tarikat Naqshabandi yang juga pemikir keagamaan dan kenegaraan. Melihat melemahnya konfigurasi regional baru di India, ia mencetuskan ide tentang pengangkatan pangeran Mughal, seperti Afghan Shah Abdali sebagai pemimpin India (Mercalf, 1993: 189).
Sayyid Ahmad Khan (1817-1898), Muhammad Iqbal (1877-1938), Mawlana Muhammad Ilyas (1885-1944), Mawlana Abu al-A’la al-Mawdudi (1903-1979), dan Mawlana Abu al-Hasan ‘Ali Nadvi (lahir 1914), juga Fazlur Rahman (wafat 1988), pengagum Iqbal sekaligus seorang pemikir yang tegas dan provokatif dengan ide- idenya mengenai reformulasi doktrin dan praktik sosial dalam Islam. Dalam teorinya Fazlur Rahman menekankan bahwa penafsir al-Qur’an tradisional telah gagal dalam melihat prinsip universal dari al-Qur’an sebagai sebuah kesatuan.
Kedua, tumbuh suburnya madrasah-madrasah dan masjid-masjid yang dijadikan pusat kegiatan intelektual dan keagamaan. Di Pakistan, terdapat sekitar 200.000 masjid yang menjadi pusat 350.000 fungsionaris religius seperti imam, khatib dan khadim. Tidak seperti kebanyakan negara Muslim di Timur-Tengah, jaringan masjid dan madrasah di Pakistan bergerak di luar kendali pemerintah dengan otonomi penuh. Dan biasanya, dalam desa kecil yang tidak memiliki gedung publik, masjid biasa dijadikan forum untuk mendiskusikan isu-isu publik (Ahmad, 1999: 296).
Adapun madrasah, telah sejak dulu menjadi pusat studi Islam klasik sekaligus menjaga tradisi ortodoks di Asia Selatan. Di Pakistan, terdapat tidak kurang dari 2.000 madrasah yang menampung 316.000 murid. Jumlah yang besar ini adalah warisan dari kebangkitan pendidikan Islam di India sejak akhir abad ke-19. Tujuan utama didirikannya madrasah adalah: (1) memelihara tradisi Islam ortodoks, (2) melatih sarjana dan fungsionaris Islam, (3) menyiapkan pemimpin politik yang ulet,
(4) membangunkan kembali kesadaran akan solidaritas Islam di Asia Selatan.
Sedangkan di India, seharusnya kota Delhi memiliki banyak masjid dan madrasah sekaligus bangunan-bangunan berasitektur khas Islam karena selama ratusan tahun, dinasti-dinasti Islam slih berganti menjadikan Delhi pusat pemerintahannya. Namun, peninggalan-peninggalan yang ada sekarang hanyalah yang ditinggalkan oleh dinasti terakhir, Mughal, karena warian-warisan yang sebelumnya telah diratakan dengan tanah oleh Timur Lenk (Yatim, 1989: 289-291).
## C. Islam dan Politik di India-Pakistan
Perbedaan prinsipil antara Islam di India dan Pakistan adalah bahwa jumlah penganut Islam di India menjadi minoritas, berbanding terbalik dengan kondisi di Pakistan yang menjadi mayoritas. Keadaan ini tidak memberikan banyak pilihan dan kesempatan bagi umat Islam di India untuk ikut andil dalam politik negara, meskipun secara de jure, pada 1957, konstitusi India memberikan untuk pertama kalinya kepada umat Islam di Asia Selatan kesempatan untuk menunjukkan kekuatannya. Konstitusi India dewasa ini mengadopsi model sekuler dengan pandangan modern dan liberal. Kesempatan yang diberikan oleh kontitusi India dimanfaatkan oleh umat Islam di sana untuk memperoleh jabatan publik. Mereka mengikuti pemilihan dan mendapatkan kursi di parlemen ( national and state legislatures ). Beberapa bahkan masuk dalam kabinet, menjadi gubernur dan hakim pada mahkamah agung meskipun presentasenya masih lebih kecil di bandingkan populasinya (Shahabuddin, 1987: 158-159).
Meski umat Islam di sana menjadi minoritas, namun umat Hindu yang jumlahnya hampir 81% pun terbagi menjadi banyak golongan-golongan kecil berdasarkan suku, agama dan sektenya masing-masing. Hasilnya, undang-undang India menjadi protektif terhadap kepentingan minoritas. Shahabudin (1987: 153-155) mencontohkan Pasal ke-14 misalnya, menjamin kesetaraan seluruh warga negara tanpa diskriminasi. Sementara dalam pasal 26,27 dan 28, kaum minoritas dijamin kebebasannya untuk menata kehidupan keagamaannya. Pemerintah tidak diperkenankan mengambil retribusi terhadap kegiatan-kegiatan promosi maing- masing agamas serta tidak mewajibkan seremoni peribadatan tertentu dalam sekolah-sekolah negeri. walaupun demikian terdapat beberapa pasal yang sarat kepentingan umat Hindu sebagai mayoritas. Di antaranya adalah pasal anti
penyembelihan sapi yang sering dianggap sebagai usaha pemerintah memaksakan etika kultural Hindu terhadap Muslim.
Faruqi (1987: 55-56) mengatakan bahwa di Pakistan, keadaan ini berbalik 180 derajat. Prinsip-prinsip Islam bahkan menjadi dasar dalam penetapan undang- undangnya. Pada kurun 1947-1971, tiga kali Pakistan mengalami perombakan konstitusi, namun ketiganya tetap mengakomodir prinsip-prinsip: (1) ke-maha kuasa-an Allah, (2) demokrasi, kebebasan, kesetaraan, toleransi dan keadilan sosial, (3) akhlak islami, (4) penyediaan fasilitas-fasilitas keagamaan, (5) pengajaran ajaran- ajaran Islam, (6) ketaatan pada standard moral Islam, (7) pengelolaan zakat dan wakaf, (8) larangan prostitusi, perjudian dan drug , (9) larangan minuman beralkohol, (10) penghapusan riba, (11) larangan atas segala bentuk penghinaan terhadap Islam.
Namun, ketegangan muncul di Pakistan. Pakistan memiliki dua wilayah yang secara geografis dan budaya berbeda: Pakistan Barat dan Timur. Kedua wilayah ini terpisah ribuan mil. Secara umum, terlihat bahwa peran politik Pakistan Barat lebih dominan, dan karenanya dianggap terlalu mengeksplotasi Timur. Tahun 1950-an, ketegangan memuncak di antara dua wilayah ini sebab faktor politis dan sosial. Ketegangan ini memuncak setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan Liaquat Ali Khan tahun 1951, kekuataan politik mulai dipusatkan pada Presiden Pakistan , dan kadang-kadang militer. Pakistan Timur menyadari jika salah satu dari mereka, seperti Khawaja Nazimuddin , Muhammad Ali Bogra , atau Huseyn Shaheed Suhrawardy , terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan, dengan cepat mereka akan dijatuhkan oleh Pakistan Barat.
Kediktatoran militer Ayub Khan ( 27 Oktober 1958 – 25 Maret1969 ) dan Yahya Khan ( 25 Maret 1969 – 20 Desember 1971 ), yang keduanya berasal dari Pakistan Barat, hanya meningkatkan sikap bermusuhan Pakistan Timur. Di sisi sosialnya, penggunaan bahasa “Urdu” sebagai bahasa nasional juga direspon negatif oleh Pakistan Timur karena bahasa urdu memang digunakan oleh Pakistan barat, sementara pakistan timur menggunkan bahasa Bengali (Lihat: David Taylor, 1985, “Politik Islam dan Islamisasi di Pakistan”, dalam Harun Nasution (ed.), Perkembangan Modern Dalam Islam, Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia, hlm. 153-154). Hingga p ada 26 Maret 1971 Pakistan Timur resmi berpisah dari Pakistan dan menjadi negara Bangladesh dengan 90% penduduknya Muslim.
Beberapa pemerhati, seperti Mumtaz Ahmad (1988: 235), menganggap pecahnya Pakistan ini sebagai ketidak-mampuan Islam sebagai sebuah sistem pada masa itu untuk menjadi solusi alternatif bagi persatuan Pakistan. Kegagalan golongan elit di bidang pemerintahan, pendidikan, politik dan sosial untuk menghubungkan Islam dengan isu-isu yang aktual seperti persamaan distribusi ekonomi dan memberi suara pada sektor-sektor yang secara politis berhubungan, menjadikan kaum minoritas menganggap Islam tak lebih dari sekedar sarana eksploitasi saja.
## D. Perekonomian India-Pakistan Dalam Kancah Internasional
Memang, negara bekas jajahan Inggris terbukti bisa survive dan berkembang menjadi negara besar. Ini dikarenakan, saat penjajahan, Inggris juga memperhatikan pendidikan dari negara jajahannya. Itu pulalah yang terjadi di India. Saat ini, India menjadi salah satu negara dengan perkembangan industri terpesat. Sebagai gambaran tahun 2012 yang lalu, kemajuan ekonomi di India digadang-gadang akan mampu menyaingi China karena beberapa alasan, yaitu; (1) konsumsi domestik yang rendah, (2) upah pekerja yang murah, (3) tingginya populasi penduduk usia muda (produktif), (4) kemampuan bahasa Inggris yang baik (Lihat: www.liputan6/bisnis.com. Diakses tanggal 28 Maret 2013). Sayangnya, komunitas Muslim di sana tidak menikmati kemajuan ini karena:
1. Perginya beberapa tokoh terpelajarnya Muslim ke Pakistan. Salah satunya adalah peristiwa eksodus besar-besaran terjadi tahun 1947. Orang-orang Islam dari perkotaan di Utara India yang kebanyakan adalah profesional dan kaum terpelajar pindah ke Pakistan. Sebaliknya, penganut Sikh dan Hindu yang masih ada di Pakistan pindah ke India. Migrasi yang sporadis ini terus berlangsung hingga 1971 (Shahabuddin, 1987: 157),
2. Meningkatnya gerakan anti-Muslim sejak 1990-an oleh kaum mayoritas (pemeluk agama Hindu). Hanya ada beberapa nama, seperti Zakir Husain dan Fakhruddin Ali Ahmad yang tercatat pernah sukses berkarir sebagai birokrat di India (Mercalf, 1993: 188).
Dalam hal kesempatan memperoleh pekerjaan, jalur yang harus ditempuh umat Islam lebih ribet dari pada umat Hindu. Meskipun untuk pekerjaan-pekerjaan level tinggi, sebab utamanya disinyalir adalah kurangnya kemampuan umat Islam
dalam hal tersebut. Pada pabrik-pabrik di sektor privat, perbedaan ini jelas terlihat. Dibandingkan non-Muslim, Jumlah pekerja Muslim total sebesar 7,23%, supervisor 2,23% dan eksekutif 1,5% (Shahabudin, 1987: 163-164).
Adapun Pakistan, hingga saat ini belum mampu sepenuhnya membuktikan dirinya sebagai negara Muslim yang stabil secara ekonomi. Baru-baru ini, IMF mendesak Pakistan untuk mengurangi defisit anggaran yang besar guna mendukung ketahanan ekonominya yang sedang sulit. IMF menyatakan pertumbuhan Pakistan masih terlalu lemah, inflasi tinggi, dan neraca perdagangan menuju ke arah yang salah (Tania Tobing, “Pertumbuhan Ekonomi Pakistan Masih Lemah”, dalam www.vibiznews.com. Diakses tanggal 28 Maret 2013).
## KESIMPULAN
Peradaban Islam di India-Pakistan memiliki ciri khas tersendiri di bandingkan dengan di negara-negara lain. Terutama jika dikaitkan dengan isu-isu sejarah, kebudayaan, politik dan ekonomi. Pembahasan mengenai Pakistan memang tidak bisa dilepaskan dari India karena secara historis, keduanya memiliki hubungan yang panjang, baik sebagai daerah geografis maupun sebagai pusat peradaban manusianya.
Dalam bidang kehidupan beragama, ada perbedaan frontal antara keadaan umat Islam di Pakistan dengan di India. Selain karena memang secara konstitusional kedua negara tersebut berbeda, umat Islam di India terutama telah mengalami rentetan kemunduran peradaban, berbanding terbalik dengan Pakistan yang didirikan dengan semangat memakmurkan Islam dan kaum muslimin. Hanya saja, kondisi ini tidak terjadi di bidang kehidupan ekonomi-sosial. Pertumbuhan ekonomi India kontemporer jauh meninggalkan Pakistan.
## DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mumtaz. “Pakistan” dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World. New York: Oxford University Press, 1993
___________. “Pakistan”, dalam Shireen T. Hunter (ed.), The Politics of Islamic Revivalism. Washington: Center for Strategies and International Studies, 1988 Al-Ghazali, Muhammad. Kaifa Nata‘âmal Ma’a al-Qur’ân ?. Beirut: al-Maktab al- Islami, 1999, cet. 2.
Ali, Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di India-Pakistan. Mizan: Bandung, 1993.
El-Faruqi, Isma’il R. dan Lois Lamya’ el-Faruqi, The Cultural Atlas of Islam. New York: Macmillan Publishing Company, 1986.
Faruqi, Kemal A. “Pakistan: Islamic Gobernment and Society”, dalam John L. Esposito (ed.), Islam in Asia: Religion, Politic and Society. New York: Oxford Univerity Press, 1987.
Hashmi, Suhail H. “Pan-Islam” dalam Richard C. Martin, Encyclopedia of Islam and The Muslim World. New York: MacMillan, 2004. Mercalf, Barbara D. “India” dalam John L. Esposito (ed.), The Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World. New York: Oxford University Press, 1993. Rahman, Fazlur. Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition.
London: University of Chicago Press, 1984.
Saraswati (2006), "Cultural Pluralism, National Identity and Development". Interface of Cultural Identity Development (edisi ke-1stEdition). New Delhi: Indira Gandhi National Centre for the Arts
Shahabuddin. Syed dan Theodore P. Wright, Jr. “India (Muslim Minority Politic and Society)”, dalam John L. Esposito (ed.), Islam in Asia: Religion, Politic and Society. New York: Oxford Univerity Press, 1987.
Taylor, David. “Politik Islam dan Islamisasi di Pakistan”, dalam Harun Nasution (ed.), Perkembangan Modern Dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985.
Tobing, Tania. “Pertumbuhan Ekonomi Pakistan Masih Lemah”, dalam www.vibiznews.com.
Voll, John O. “Islam and Islamic” dalam The Encyclopedia of Islam and Muslim World, ed. Richard C. Martin. New York: Macmillan Reference USA, tt.
Wahid, Abdurrahman. Islamku, Islam ANda, Islam Kita. Jakarta: The Wahid Institute, 2006. www.liputan6/bisnis.com www.vibiznews.com. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998
|
cef3764d-3fa0-4d3b-ab7a-127fd047be78 | https://ejournal.unp.ac.id/index.php/bahana/article/download/3763/2997 | Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 282 ‐ 831
## HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR SWASTA KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG
## Fitri Rahayu
Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP
## Abstract
This research about organizational culture and teacher performance, also to see the relationship between the two variables. Population are 90 teachers and 48 samples using proportional stratified random sampling technique. This research instrument is a questionnaire in the form of a Likert scale, a score of variable organizational culture 0.948 and teacher performance 0.937 that means instrument is reliable. Data were analyzed using product moment correlation, get rscore = 0.29> = 0.284 believed rtabel standard 95%. Research has come to the conclusion the relationship between organizational culture with the performance of teachers in private sector of junior school Koto Tangah Padang.
Key word: budaya organisasi dan kinerja
## PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Sekolah merupakan satuan pendidikan formal untuk memperoleh pendidikan. Guru merupakan salah satu komponen yang berperan utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Tanpa guru maka aktivitas di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik. Setiap guru diharapkan dan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Adanya peningkatan dalam mutu pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Guru mempunyai tugas untuk membimbing, mengarahkan dan juga menjadi teladan yang baik bagi para peserta didiknya. Maka dari itu, dengan tugas serta tanggung jawab yang di embannya guru harus mampu menunjukkan bahwa dia mampu mengahasilkan kinerja yang baik demi terciptanya pendidikan yang bermutu.
Kinerja guru mencerminkan kemampuan kerja guru yang terlihat dari penampilan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Jika kemampuan kerja seorang guru bagus, maka kinerjanya juga akan semakin tinggi. Sebaliknya jika kemampuan kerja seorang guru tidak bagus, maka kinerjanya juga akan semakin rendah.
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 283 ‐ 831
Rendahnya kinerja guru diduga karena kurang baiknya budaya organisasi yang diterapkan di sekolah. Menurut Wibowo (2011 : 81) Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk suatu organisasi mempunyai kinerja yang baik, yaitu menyangkut pernyataan tentang maksud dan nilai-nilai, manajemen strategis, manajemen sumber daya manusia, pengembangan organisasi, konteks organisasi, desain kerja, fungsionalisasi, budaya, dan kerja sama
Berdasarkan hasil pengamatan sementara penulis dilapangan terlihat beberapa masalah yang mengindikasikan adanya masalah kinerja guru. Permasalahan ini nampak dari beberapa fenomena, yaitu: (1) Masih adanya guru yang asal-asalan dalam melaksanakan tugas. Hal ini terlihat pada saat bel sudah berbunyi, guru masih duduk di ruang majelis guru untuk bercerita. Pada saat jam mengajar sebagian guru terlihat duduk di ruang majelis guru sambil mengobrol dengan sesama guru sementara siswa di dalam kelas disuruh mengerjakan latihan. (2) Masih adanya sebagian guru yang tidak melengkapi perangkat pembelajaran sesuai dengan jumlah yang seharusnya. Contohnya guru tidak mengisi buku batas sesuai dengan jumlah hari pelaksanaan pembelajaran. (3) Masih adanya guru yang menyelesaikan pekerjaan tidak tepat pada waktunya. Contohnya, RPP yang seharusnya dibuat sebelum melaksanakan pembelajaran hanya dikerjakan apabila akan di supervisi oleh pengawas atau kepala sekolah.
Sementara itu dari segi budaya organisasi dirasakan terdapat masalah, ini terlihat dari fenomena-fenomena: (1) Adanya kelompok-kelompok di dalam organisasi dimana masing-masing kelompok saling bertentangan dan berbeda pendapat. Hal ini dapat dilihat ketika ada kelompok guru yang rajin dan disiplin kemudian ada kelompok guru yang mengejek dan menyindir kedisiplinan kelompok guru yang lain. Bahkan sampai timbul kecurigaan bahwa guru yang rajin dan disiplin tersebut mencari perhatian pimpinan. (2) Kurangnya respon dari guru-guru mengenai pembaharuan. Misalnya ada perubahan kurikulum, guru-guru kurang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut perubahan tersebut. (3) Kurangnya kerja sama antar guru dan pegawai di sekolah. Sebagai contoh, guru yang hadir enggan menggantikan guru yang tidak hadir karena berhalangan dan bersikap tidak mau tahu. (4) Masih adanya guru yang kurang memahami standar yang harus dicapai dalam melaksanakan tugas sehingga guru tersebut melaksanakan tugas asal jadi. (5) Peraturan yang dibuat sering di abaikan dan tidak adanya sanksi yang jelas jika aturan sekolah dilanggar.
Fenomena- fenomena diatas apabila dibiarkan dan tidak mendapat perhatian akan berdampak pada pelaksanaan yang dapat merembes pada tujuan organisasi dan instansi itu sendiri dan kualitas sekolah atau mutu sekolah itu sendiri. Kurang baiknya budaya organisasi itu sendiri menjadikan rendahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Marwansyah (2012 : 229) “kinerja atau unjuk kerja adalah pencapaian atau prestasi seseorang berkenaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya”. Kinerja dipahami juga sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Sejalan dengan itu, Torang (2013 : 74) mengatakan bahwa “kinerja ( performance) adalah kuantitas dan atau kualitas
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 284 ‐ 831
hasil kerja individu atau sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi”. Menurut Wirawan (2009:166) aspek- aspek yang dapat dinilai dari kinerja adalah keterampilan kerja, kualitas dan kuantitas pekerjaan, tanggung jawab, disiplin, dan kerjasama. Menurut Wibowo (2011 : 236) yang dapat dijadikan patokan untuk melihat kinerja seseorang bagus atau tidaknya yaitu produktivitas, kualitas, ketepatan waktu, dan pemanfaatan sumber daya. Bernardin dan Russel dalam Sutrisno (2011 : 179) menyatakan bahwa ada enam hal yang dapat dijadikan untuk mengukur kinerja, yaitu (1) Quality. Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan. (2) Quantity. Merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah Rupiah, unit, dan sikluskegiatan yang dilakukan. (3) Timeliness. Merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan koordinasi out put lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan orang lain. (4) Cost efectiveness. Merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi (manusia, keuangan, teknologi, dan material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.
(5) Need for supervision. Merupakan tingkah laku sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan. (6)
Interpersonal impact. Merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara harga diri, nama baik, dan kerja sama di antara rekan kerja dan bawahanBerdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka indikator kinerja guru dalam penelitian ini adalah: (1) kuantitas hasil kerja, (2) kualitas hasil kerja, (3) waktu yang digunakan. Untuk lebih jelasnya indikator dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kualitas hasil kerja
Heizer dan Render dalam Wibowo (2011 : 137) “mendefinisikan kualitas sebagai kemampuan produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan”. Sebuah organisasi akan maju apabila memiliki kualitas sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggannya. Sama halnya dengan organisasi pendidikan atau sekolah. Jika sekolah mampu menunjukkan karakter yang baik dan menghasilkan peserta didik yang berprestasi, maka hal itu menunjukkan sekolah yang mempunyai kualitas yang baik.
Russel dan Taylor dalam Wibowo (2011 : 138) menyatakan bahwa kualitas “dikatakan pula sebagai totalitas tampilan dan karakteristik produk atau jasa yang berusaha keras dengan segenap kemampuannya memuaskan kebutuhan tertentu”. Jadi kualitas merupakan kemampuan guru atau sekolah dalam memenuhi dan memuaskan kebutuhan siswa dan merupakan aspek yang penting dalam menilai kinerja guru dalam bekerja.
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 285 ‐ 831
## 1) Kuantitas hasil kerja
Kuantitas berarti jumlah atau seberapa banyak sesuatu yang dihasilkan. Sutrisno (2011: 179) “ Quantity merupakan jumlah yang dihasilkan”. Kuantitas merupakan kemampuan secara kuantitatif dalam mencapai target atau hasil kerja atas tugas-tugas, seperti kemampuan menyusun rencana, kemampuan melaksanakan perintah/instruksi. Kuantitas menunjukkan seberapa banyak guru dapat melakukan pekerjaan sesuai target yang telah ditentukan.Contohnya berapa banyak perangkat pembelajaran yang dapat dikerjakan guru dalam waktu satu minggu.
2) Waktu yang digunakan
Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dijelaskan di atas, bahwa waktu yang digunakan dalam bekerja merupakan salah satu indikator dalam mengukur kinerja.Apabila seorang guru mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, maka akan bisa menentukan kinerja yang dihasilkannya. seorang guru yang berkinerja baik akan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Torang (2013 : 106) menyatakan bahwa “budaya organisasi adalah norma- norma yang telah disepakati untuk menuntun perilaku individu dalam organisasi”. Menurut Chatman dkk dalam Nurhizrah (2009 : 18) ada tujuh elemen pokok yang memperkuat budaya organisasi yaitu : inovasi, stabilitas, perhatian yang mendetail, orientasi hasil, orientasi pada orang-orang, orientasi pada kerja tim, dan sikap agresif. Pendapat lain dikemukakan oleh Kuntjaraningrat dalam Hasri (2005:20) “sesuai dengan wujudnya, kebudayaan dapat dibagi dalam tiga wujud, yaitu (1) artifact atau benda-benda fisik hasil kecerdasan, (2) tingkah laku berpola, (3) kebudayaan sebagai sistem gagasan”. Elemen Budaya organisasi menurut Chatman dkk dalam Nurhizrah (2009 : 18) sebagai berikut.
- Inovasi (Innovation) . Inovasi sebagai elemen budaya organisasi menunjukkan sejauh mana para karyawan diharapkan untuk kreatif dan berani mengambil resiko.
- Stabilitas (Stability) . Stabilitas sebagai elemen budaya organisasi menunjuk pada derajat di mana fokus aktivitas organisasi adalah untuk nmempertahankan status quo daripada untuk melaksanakan perubahan.
- Perhatian yang mendetail (attention to detail) . Elemen ini menunjuk pada seberapa tingginya perhatian orang-orang yang ada di dalam organisasi terhadap ketelitian, ketekunan/kegigihan, dan terinci.
- Orientasi hasil (outcome orientation) . Elemen budaya ini menunjuk pada seberapa tingginya pihak manajemen menekankan pada hasil kerja organisasi.
- Orientasi pada orang-orang (people orientation). Orientasi pada orang-orang sebagai elemen budaya organisasi menujuk pada seberapa sensitifnya pihak manajemen terhadap orang-orang atau karyawan di dalam membuat keputusan organisasi.
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 286 ‐ 831
- Orientasi pada kerja tim (tim orientation) . Elemen ini menunjuk pada seberapa kuatnya orang-orang di dalam organisasi menekankan pada kolaborasi atau tim kerja.
- Sikap agresif (aggressiveness) . Elemen ini menunjuk pada seberapa tingginya para karyawan diharapkan untuk mau berkompetisi dan proaktif, daripada santai saja dan pasif. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Inovasi. Inovasi merupakan pembaruan terhadap suatu pekerjaan. West dalam Sutrisno (2011 : 105) berpendapat “inovasi adalah pengenalan cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal di tempat kerja” sejalan dengan itu, Merritt dalam Sutrisno (2011 : 105) mengatakan bahwa “inovasi disamakan dengan perbaikan-perbaikan dan perubahan-perubahan mendasar namun bukan perubahan revolusioner”.
Sekolah perlu berinovasi atau melakukan perubahan. Terlebih lagi sasaran kerja sekolah adalah siswa yang merupakan sumber daya manusia dimana masing-masing siswa memiliki latar belakang berbeda-beda. Perubahan yang dapat dilakukan misalnya lebih disiplin dengan waktu.
2) Berorientasi pada hasil. Chatman dkk dalam Nurhizrah (2009 : 18) menyatakan bahwa orientasi hasil “menunjuk pada seberapa tingginya pihak manajemen menekankan pada hasil kerja organisasi”. Sejalan dengan itu Wibowo (2011 : 36) mengatakan bahwa orientasi pada hasil yaitu “meletakkan kekuatannya pada kepeduliannya untuk mencapai hasil yang diharapkan". Setiap pekerjaan yang dilakukan haruslah berorientasi pada hasil termasuk pekerjaan yang dilakukan oleh guru di sekolah. Maksudnya pekerjaan tersebut memiliki standar hasil yang harus dicapai dan kegiatan yang dilakukan sekolah harus mengacu pada standar tersebut.
3) Berorientasi pada kerja tim. Pekerjaan yang mengutamakan kerja sama akan mencapai hasil yang baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan. Sebaliknya pekerjaan yang dilakukan per individu tidak lebih baik dari pada kerja sama tim. Menurut Stephen P. Robbins dalam Wibowo (2011 :38) orientasi pada tim yaitu “dimana aktivitas kerja di organisasi berdasar tim dari pada individual”. Selanjutnya menurut Chatman dkk dalam Nurhizrah (2009 : 18) “orientasi pada kerja tim menunjuk pada seberapa kuatnya orang- orang di dalam organisasi menekankan pada kolaborasi atau tim kerja”.
Dalam melakukan pekerjaan akan lebih baik jika ada kerja sama yang baik yang dibentuk dalam suatu tim. Misalnya sekolah membentuk sebuah tim kerja untuk melakukan suatu kegiatan seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembeajaran. Mengutamakan kerja sama tim bukan berarti tidak memperhatikan hasil kerja, tetapi hasil yang maksimal akan muncul dengan sendirinya jika terdapat kerja sama tim yang baik.
4) Nilai kebersamaan. Secara umum, nilai adalah memilih benar atau salahnya sesuatu yang dapat mempengaruhi manusia. Menurut William dalam Salfen (2004 : 7) “nilai merupakan suatu konsepsi tentang keadaan yang dinginkan, digunakan sebagai kriteria dalam memilih tingkah laku atau sebagai
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 287 ‐ 831
justifikasi tujuan dan perilaku aktual”. Sedangkan menurut Torang (2013 : 116) “nilai bersama (shared values) merupakan dimensi budaya yang sifatnya abstrak dan sulit berubah”.
Nilai organisasi harus dijunjung tinggi setiap anggotanya karena akan menentukan perilaku yang ditampilkan. Dengan demikian hendaknya guru dalam melaksanakan pekerjaan baik dalam proses belajar mengajar maupun tidak guru secara bersama haruslah dapat menerapkan nilai-nilai yang berlaku di sekolah.
5) Aturan Pengontrol perilaku. Pada dasarnya perilaku manusia merupakan fungsi interaksi antar manusia dengan lingkungannya. Menurut Badeni (2013:2) “perilaku orang per orang, kelompok orang dan pimpinan dalam organisasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya untuk mencapai tujuan organisasi dapat dikatakan sebagai perilaku manusia dalam organisasi”. Perilaku ini banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami sifat-sifat manusia. Lingkungan yang berbeda akan menimbulkan perilaku yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. perilaku ditentukan oleh lingkungannya, apabila di suatu sekolah mempunyai aturan pengontrol perilaku seperti tata tertib dan kode etik maka perilaku seluruh anggota di sekolah akan dapat dikontrol dengan baik.
## METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian korelasional. Populasi penelitian adalah seluruh guru Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang sebanyak 90 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Stratified Proposional Random Sampling . Besar sampel penelitian adalah 48 orang.
Jenis data digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber (responden), data analisis dengan menggunakan teknik korelasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan rumus tata jenjang sperman secara manual.
## HASIL PENELITIAN
Distribusi Data Kinerja Guru di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang
Skor maksimum kinerja guru adalah 150 dan skor minimal 30. Sedangkan dari jawaban responden diperoleh skor tertinggi 140 dan skor terendah 105 dengan skor rata- rata ( Mean) 122,12, median 120,86, modus 188,34 dan standar deviasi 8,52.
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 288 ‐ 831
Table 1: Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kinerja Guru
Kelas Interval F % f Frekuensi Relatif 140 – 145 1 2,08 48 134 – 139 6 12,50 47 127 – 133 7 14,58 41 121 – 126 11 22,93 34 115 – 120 16 33,33 23 109 – 114 4 8,33 7 103 – 108 3 6,25 3 Jumlah 48 100 48
Berdasarkan tabel 1 di atas tergambar jelas tentang frekuensi tertinggi 115- 120 dengan frekuensi relatif sebanyak 23, sedangkan frekuensi terendah sebanyak 3. Berdasarkan pengolahan data angket variabel kinerja guru (Y) dengan cara membandingkan skor rata- rata (mean) dengan skor maksimal dikali 100%, maka nilai mean 122,12 dibagi dengan skor maksimal 150, maka diperoleh angka 0,814 x 100% = 81,4%. Hal ini berarti variabel kinerja guru di SD Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang berada pada kategori “tinggi” yaitu sebesar 81,4% dari skor ideal.
Distibusi Data Budaya Organisasi
SD Swasta Kecamatan Koto Tangah
Padang
Skor maksimum budaya organisasi adalah 150 dan skor minimal 30. Sedangkan dari jawaban responden diperoleh skor terendah 101 dan skor tertinggi 101 dengan rata- rata (Mean) 118,13, modus 114,02 , median 116,76 dan standar deviasi 10,2.
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Data Variabel Budaya Organisasi
Kelas Interval F % f Frekuensi Relatif 137 – 142 2 4,17 48 131 – 136 5 10,42 46 125 – 130 6 12,50 41 119 – 124 7 14,58 35 113 – 118 14 29,17 28 107 – 112 7 14,58 14 101 – 106 7 14,58 7 Jumlah 48 100 48
Berdasarkan tabel 2 di atas menggambarkan jelas tentang frekuensi tertinggi 1131-118 dengan frekuensi relatif sebanyak 28, sedangkan frekuensi relatif terendah sebanyak 7. Berdasarkan pengolahan data angket variabel budaya organisasi (X) dengan cara membandingkan skor rata- rata (mean) dengan skor maksimal dikali 100%, maka nilai mean 118,13 dibagi dengan skor maksimal 150, maka diperoleh angka 0,787 x 100% = 78,7%. Hal ini berarti
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 289 ‐ 831
variabel budaya organisasi di SD Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang berada pada kategori “cukup” yaitu sebesar 78,7% dari skor ideal.
Hubungan
Gaya Budaya Organisasi
dengan Kinerja Guru di SD Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang
Berdasarkan analisis data antara variabel budaya organisasi dengan kinerja guru di SD Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang diperoleh hitung r = 0,29 > tabel r = 0,284 pada taraf kepercayaan 95% dengan N = 48. Untuk melihat keberartian hubungan maka dilakukan uji t dengan perolehan data hitung t = 2,05 >
tabel t = 2,021. Jadi didapatkan r hitung > r tabel dan t hitung > t tabel pada taraf kepercayaan 95% (lihat tabel 3 di bawah ini).
Tabel 3 : Pengujian Koefisien Korelasi dan Keberartian Korelasi Variabel X dan
Ydengan tabel uji r dan tabel uji t r hitung r tabel pada taraf kepercayaan 95% t hitung t tabel pada taraf kepercayaan 95%
0,29 0,284 2,05 2,021
## PEMBAHASAN
Sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian teori pada penelitian ini dinyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah budaya organisasi. Hasil pengelolahan data pada penelitian ini menemukan bahwa budaya organisasi di SD Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang mempunyai hubungan yang berarti dengan kinerja guru pada taraf signifikasi 95% dengan koefisien korelasi 0,29 dan keberartian korelasi 2,05 dengan menggunakan uji t. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan pembahasan masing- masing variabel.
## Kinerja Guru
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden dan dengan membandingkan skor rata- rata dengan skor maksimal dikali 100% dapat diketahui bahawa penilaian secara kuantitatif mengenai kinerja guru di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang berada pada kategori tinggi (81,4% dari skor ideal). Hal ini berarti kinerja guru perlu untuk ditingkatkan lagi agar menjadi lebih baik lagi.
Berdasarkan pendapat di atas usaha-usaha yang dapat menimbulkan dan mendorong peningkatan kinerja guru agar dapat mencapai tujuan organisasi secara optimal, yaitu meningkatkan kuantitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja yang dimaksud adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan. Guru yang mempunyai kinerja yang optimal adalah guru yang menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan jumlah yang diinginkan, agar pekerjaan yang dilakukan
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 290 ‐ 831
selesai sesuai dengan yang dibutuhkan maka guru haruslah melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah ditugaskan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.
## Budaya Organisasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari reponden dan dengan membandingkan skor rata- rata (mean) dengan skor maksimal dikali 100% dapat diketahui bahwa penilaian secara kuantitatif mengenai budaya organisasi di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang berada pada kategori cukup (78,7% dari skor ideal). Hal ini berarti budaya organisasi di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang belum sesuai dengan yang diharapkan, maka sekolah perlu memperbaiki budaya organisasi yang biasa dijalankan di sekolah tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan perubahan budaya organisasi adalah pertama melakukan penilaian terhadap budaya yang sudah ada. Apakah nilai-nilai, norma dan aturan yang dipakai masih dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya melakukan penilaian terhadap budaya yang diinginkan. Budaya tersebut harus mempertimbangkan aspirasi dari warga sekolah dan orang-orang yang ada di luar sekolah. Selanjutnya yang kedua yaitu menganalisis kesenjangan antara budaya organisasi yang sudah ada dengan budaya yang diinginkan dengan cara melihat faktor pendukung dan faktor penghambat terjadinya perubahan budaya. Langkah berikutnya yaitu mempengaruhi perubahan budaya. Maksudnya disini mempengaruhi pola pikir, keyakinan, atau asumsi guru-guru di sekolah. Hal ini bisa dilakukan terlebih dahulu oleh kepala sekolah sebagai contoh yang akan dilihat oleh warga sekolah. Kemudian bisa dengan mensosialisasikan budaya baru tersebut melalui pelatihan. Selanjutnya yang keempat warga sekolah bersama-sama melaksanakan budaya baru yang diinginkan.
Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara budaya organisasi dengan kinerja guru adalah singnifikan yaitu ݎ ௧௨ = 0,29 > ݎ ௧ = 0,284 pada taraf kepercayaan 95%, t hitung = 2,05 > t tabel = 2,021 pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan tabel interpretasi r menurut Suharsimi maka, ݎ ௧௨ = 0,29 > ݎ ௧ = 0,284 termasuk kedalam interpretasi rendah, namun demikian budaya organisasi dengan kinerja guru memiliki hubungan yang signifikan (berarti).
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara budaya organisasi dengan kinerja guru. Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapat Wibowo (2011 : 376) “budaya organisasi dapat memengaruhi kinerja sumber daya manusia ke arah lebih baik....”. Pendapat di atas menjelaskan bahwa guru yang memiliki kinerja yang baik akan lebih banyak memberikan sumbangan pada pencapaian tujuan sekolah kearah yang lebih baik. Apabila
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 291 ‐ 831
budaya organisasi baik akan menjadi pendorong dalam meningkatkan kinerja guru.
Hasil observasi menunjukkan bahwa budaya organisasi dan kinerja guru di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah masih kurang atau rendah. Kemudian pada hasil penelitian menunjukkan budaya organisasi berada pada tingkat capaian Cukup dan Kinerja guru berada pada tingkat capaian tinggi. Hal ini karena keterbatasan alat dan sarana yang penulis gunakan dalam mengamati budaya organisasi dan kinerja guru di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang. Sehingga hasil observasi belum dapat diterima.
## KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data, hasil penelitian dan pengujian hipotesis tentang Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Kinerja guru di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang dengan indikator kuanlitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja, dan waktu yang digunakan, berada dalam kategori tinggi dengan skor 81,41%. (2) Budaya Organisasi di
Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang dengan indikator inovasi, berorientasi pada hasil, berorientasi pada kerja tim, nilai kebersamaan, dan aturan pengontrol perilaku, berada pada kategori cukup dengan skor 78,75%. (3) Terdapat hubungan yang berarti antara budaya organisasi dengan kinerja gurudi Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang dimana besarnya koefisien korelasi nilai r hitung = 0,29 > r tabel = 0,284 pada taraf kepercayaan 95% dan t hitung = 2,05> t tabel = 2,021 pada taraf kepercayaan 95%.
Seiring dengan kesimpulan di atas maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut.
- Berdasarkan hasil penelitian, kinerja guru berada pada tingkat capaian tinggi. Namun untuk dapat mempertahankan sesuatu yang sudah baik dan untuk meningkatkan lagi kinerja guru maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
- Untuk meningkatkan kualitas hasil kerja guru dapat dilakukan dengan mengadakan program pelatihan dan pengembangan kompetensi guru, atau guru bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian kualitas kerja guru akan lebih baik lagi.
- Meningkatkan kuantitas hasil kerja guru. Kuantitas hasil kerja yang dimaksud adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan. Guru yang mempunyai kinerja yang optimal adalah guru yang menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan jumlah yang diinginkan, agar pekerjaan yang dilakukan selesai sesuai dengan yang dibutuhkan maka guru hendaklah melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah ditugaskan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan Halaman 292 ‐ 831
- Guru hendaknya bisa mengatur dan mempergunakan waktu untuk bekerja dengan baik. Misalnya dengan membuat agenda atau jadwal kegiatan setiap harinya.
- Berdasarkan hasil penelitian, budaya organisasi berada pada tingkat capaian cukup. Oleh sebab itu budaya organisasi di sekolah perlu ditingkatkan agar menjadi lebih baik lagi. Untuk itu kepada seluruh warga Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang agar dapat memperhatikan budaya organisasi seperti lebih mengutamakan kerja sama antar warga sekolah, lebih disiplin dalam menegakkan aturan yang telah ditetapkan sekolah, merespon dengan baik setiap perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Selanjutnya, antara budaya organisasi dengan kinerja guru menunjukkan hubungan yang signifikansi yang rendah. Meskipun demikian keduanya memiliki hubungan yang berarti. Untuk itu kepada kepala sekolah dan guru di Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang agar memperbaiki budaya organisasi untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah. Baik dengan cara menciptakan inovasi, mengutamakan kerja sama, atau berusaha mematuhi aturan yang ada di sekolah. Apabila budaya organisasi baik maka kinerja guru akan baik puladiharapkan kepada Kepala Sekolah Dasar Swasta Kecamatan Koto Tangah Padang agar dapat memperhatikan budaya organisasi seperti lebih mengutamakan kerja sama antar guru, lebih mematuhi aturan yang telah ditetapkan sekolah, merespon dengan baik setiap perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi sebab dengan budaya yang baik diharapkan akan membantu meningkatkan kinerja guru. Selanjutnya guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan hendaknya mampu menjadi lebih baik lagi seperti membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan, tepat waktu dalam melaksanakan tugas, dan memperhatikan hasil kerja yang telah dibuat.
## DAFTAR RUJUKAN
Badeni. 2013. Kepemimpinan & Perilaku Organisasi . Bandung : Alfabeta
Gistituati, Nurhizrah. 2009. Manajemen Pendidikan Budaya dan Kepemimpinan Organisasi . Padang : UNP PRESS
Hasri, Salfen. 2005. Manajemen Pendidikan : Pendekatan Nilai dan Budaya Organisasi . Makasar : YAPMA.
Marwansyah. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia . Bandung : Alfabeta.
Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta : Kencana Perdana Media Group.
Torang, Syamsir. 2013. Organisasi & Manajemen . Bandung : Alfabeta.
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia . Jakarta : Salemba Empat.
Wibowo. 2011. Budaya Organisasi . Jakarta : Rajawali Pers
|
5dea61e5-f2ab-478c-a24c-47dce340ea05 | https://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/article/download/3088/1316 |
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
## PERANCANGAN CONTENT MANAGEMENT SYSTEM (CMS) WEBSITE PROFIL SEKOLAH DENGAN MODEL CLOUD COMPUTING SAAS
Wahyu Pramusinto 1 , Kukuh Harsanto 2 , Maryssa Dwi Syavira 3
1 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur, Jakarta, Indonesia
2,3 Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur, Jakarta, Indonesia Email: 1* wahyu . pramusinto@budiluhur . ac.id , 2 [email protected],
3 [email protected] (* : coressponding author)
Abstrak- Komputasi awan telah mengubah paradigma dalam mengelola dan menyediakan layanan teknologi informasi. Salah satu model layanan komputasi awan yang cukup signifikan adalah Software as a Service (SaaS), yang memungkinkan aplikasi dapat diakses dengan mudah. Dengan menggunakan SaaS, aplikasi berbasis web dapat digunakan oleh banyak penyewa tanpa perlu instalasi perangkat keras dan perangkat lunak. Dalam bidang pendidikan, khususnya di sekolah, penerapan SaaS dalam mengelola website profil sekolah berpotensi untuk meningkatkan efisiensi, performa dan pengalaman pengguna. Keberadaan website sangat penting bagi sekolah untuk menyebarkan informasi yang dibutuhkan baik bagi sekolah, guru, siswa maupun masyarakat. Dengan menggunakan website, sekolah dapat menyampaikan informasi terkait kegiatan yang diadakan di sekolah sehingga lebih efisien dan informatif. Aplikasi komputasi awan berbasis Saas diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam membuat website sekolah, agar sekolah tidak perlu lagi menyediakan infrastruktur IT dan dapat menekan biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang sebuah Content Management System (CMS) berbasis web untuk website profil sekolah berbasis komputasi awan SaaS yang efisien, dengan tujuan untuk meningkatkan aksesibilitas informasi dan efektifitas komunikasi antara sekolah, siswa, guru dan orang tua siswa. Selain itu, juga memudahkan sekolah dalam membuat website sekolah tanpa perlu memikirkan infrastruktur dan teknologi. Metode pengembangan sistem yang digunakan pada penelitian ini adalah waterfall. Sistem ini dibangun pada Virtual Private Server dengan sistem operasi Ubuntu, webserver Apache, bahasa program PHP dengan framework Laravel dan database MySQL. Sistem terbagi menjadi 2 bagian yaitu frontend dan backend. Berdasarkan hasil pengujian, sistem komputasi awan SaaS telah berhasil dibangun dan dapat digunakan oleh sekolah untuk membuat website.
Kata Kunci: Aplikasi web, Komputasi awan, SaaS, Website sekolah
Abstract-Cloud computing has changed the paradigm in managing and providing information technology services. One significant cloud computing service model is Software as a Service (SaaS), which allows applications to be accessed easily. By using SaaS, web-based applications can be used by many tenants without the need for hardware and software installation. In the field of education, especially in schools, the application of SaaS in managing school profile websites has the potential to improve efficiency, performance and user experience. The existence of a website is very important for schools to disseminate information needed for schools, teachers, students and the community. By using a website, schools can convey information related to activities held at school so that it is more efficient and informative. Saas-based cloud computing applications are needed to facilitate schools in creating school websites, so that schools no longer need to provide IT infrastructure and can reduce costs. The purpose of this research is to design a web-based Content Management System (CMS) for an efficient SaaS cloud computing-based school profile website, with the aim of improving information accessibility and communication effectiveness between schools, students, teachers and parents. In addition, it also makes it easier for schools to create school websites without the need to think about infrastructure and technology. The system development method used in this research is waterfall. This system is built on a Virtual Private Server with Ubuntu operating system, Apache webserver, PHP program language with Laravel framework and MySQL database. The system is divided into 2 parts, namely frontend and backend. Based on the test results, the SaaS cloud computing system has been successfully built and can be used by schools to create websites.
Keywords: Web application, Cloud computing, SaaS, School website,
## 1. PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak yang signifikan dalam bidang pendidikan. Dalam era digital saat ini, satuan pendidikan di berbagai jenjang seperti TK, SD, SMP dan SMA menggunakan beragam aplikasi teknologi informasi untuk menunjang pembelajaran dan penyampaian informasi. Sekolah bisa menggunakan sosial media ataupun website untuk penyampaian informasi dari sekolah ke masyarakat. Memiliki website sangatlah penting bagi sekolah untuk menyebarluaskan informasi yang diperlukan bagi sekolah, guru, siswa dan masyarakat. Sekolah dapat mengkomunikasikan informasi terkait sekolah melalui website agar lebih efisien dan informatif.[1]. Admin dapat mengisi informasi di website sekolah dan informasi ini dapat dibaca oleh masyarakat tanpa harus datang ke sekolah [2]. Website sekolah yang baik memiliki beberapa fitur seperti halaman utama, profil sekolah, informasi, galeri, download dan kontak [3].
Membuat website memerlukan domain, hosting dan juga content . Dari sisi bahasa pemrograman, website dapat dibuat dari awal dengan Bahasa pemrograman PHP, database MySQL dan framework Bootstrap CSS [4] [5] [6].
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
Akan tetapi sekarang ada cara yang lebih mudah dalam membuat website yaitu Content Management System (CMS) seperti Wordpress. CMS Wordpress bisa digunakan untuk membuat website ecommerce [7] [8] dan website komunitas [9] . Untuk memudahkan dalam mengelola website sekolah, dibutuhkan software Content Management System (CMS) yang terdiri dari halaman depan ( frontend ) dan halaman admin ( backend ). Komputasi awan (cloud computing) adalah teknologi yang menjadikan internet sebaagai pusat kendali aplikasi data. Terdapat 3 layanan cloud computing yaitu, Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (Paas) dan Inftrastructure as a Service (IaaS) [10]. Layanan Cloud Computing yang paling banyak digunakan adalah Software as a Service (SaaS) di mana aplikasi disediakan oleh penyedia melalui internet kepada pengguna akhir. Kelebihan dalam model SaaS adalah pengguna tidak perlu melakukan instalasi software dan tidak perlu membeli hardware karena sudah disediakan oleh provider . Aplikasi SaaS dapat digunakan oleh banyak tenant atau pengguna. Penelitian lain [11] merekomendasikan perlunya aplikasi SaaS dalam kegiatan bisnis agar memberikan kemudahan menjalankan bisnisnya dan juga memberikan keuntungan terutama di zaman sekarang ini menggunakan banyak teknologi modern dalam segala aktivitas bisnis. Beberapa perusahaan menggunakan SaaS karena dapat menekan biaya operasional dan bisa diakses dari mana saja oleh karyawan.
Penelitian lainnya [12] mengatakan bahwa SaaS adalah solusi bagi perusahaan kecil menengah yang ingin mengimplementasikan sistem informasi tanpa harus mempersiapkan insfrastuktur teknologi informasi sehingga dapat meminimalisir biaya investasi. Akan tetapi penggunaan SaaS dianggap lebih rumit karena hotel harus melakukan komunikasi dengan pihak ketiga terus-menerus. Cloud Computing Software as a Service juga bisa diimplementasikan pada UMKM. Pada penelitianyang dilakukan oleh [13] dihasilkan aplikasi SaaS yang berguna untuk mempermudah penjualan pada UMKM. Dengan adanya aplikasi ini, UMKM dapat melakukan penjualan tanpa harus membangun aplikasi dan mempersiapkan infrastrukturnya sendiri. Admin UMKM memiliki akses untuk mengolah data kategori, produk, pembeli dan juga melihat transaksi penjualan. Sementara penelitian lain memanfaatkan cloud computing untuk membuat aplikasi bisnis penjualan kerawang Gayo secara online melalui aplikasi Android [14].
Penelitian lain [15] menghasilkan aplikasi e-elearning dengan memanfaatkan cloud computing SaaS pada SMA PGRI Kudus. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menggunakan e-learning tanpa harus melakukan instalasi dan konfigurasi hardware dan software . Pada penelitian lain juga dibuat website profil sekolah dasar berdasarkan komputasi awan dan perangkat lunak sebagai model layanan [16] . Penelitian ini membuat website profil sekolah dasar yang memiliki fitur profil sekolah, berita sekolah, data pegawai, dan galeri foto. Aplikasi dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP.
Untuk mempermudah sekolah dalam pembuatan website sekolah, dibutuhkan aplikasi berbasis cloud computing SaaS sehingga sekolah tidak perlu lagi menyediakan infrastruktur IT dan mampu mengendalikan biaya. Tujuan penelitian ini adalah merancang CMS website profil sekolah berbasis cloud computing SaaS yang efisien dan responsif, dengan tujuan meningkatkan aksesibilitas informasi dan efektivitas komunikasi antara sekolah, siswa, guru dan orang tua. Selain itu juga untuk memfasilitasi pihak sekolah dalam pembuatan website sekolah tanpa perlu memikirkan infrastruktur dan teknologi.
## 2. METODE PENELITIAN
## 2.1 Studi Literatur
Pada langkah ini dilakukan pencarian referensi dari jurnla-jurnal yang terkait bidang penelitian. Penulis membaca dan memahami literatur tentang cloud computing , SaaS, dan website profil sekolah. Penulis juga melakukan observasi langsung dengan mengunjungi website sekolah lain yang sudah ada di internet.
## 2.2 Analisa Kebutuhan
Pada tahapan ini dilakukan analisa dengan observasi langsung ke sekolah terhadap kebutuhan dalam pembuatan sistem ini. Kebutuhan tersebut meliputi fitur-fitur apa saja yang dibutuhkan oleh sekolah dalam pembuatan website profil sekolahnya. Selain itu juga dianalisa terkait kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras.
## 2.3 Pengumpulan Data
Setelah dilakukan Analisa kebutuhan, tahapan berikutnya adalah mengumpulkan data dan informasi apa saja yang diperlukan untuk berfungsinya sistem dengan baik.
## 2.4 Implementasi Sistem
Pada tahapan implementasi sistem dibuatlah aplikasi berbasis web dengan Framework Laravel, database MySQL, Jquery dan Bootstrap. Aplikasi ini dibangun di Virtual Private Server dengan Sistem Operasi Ubuntu 22.04 dengan webserver Apache 2. Sistem terbagi menjadi 2 bagian yaitu frontend dan backend . Backend merupakan sistem yang digunakan oleh admin cloud dan juga admin sekolah. Sementara frontend adalah tampilan website yang bisa dilihat oleh pengunjung.
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
## 2.5 Pengujian Sistem
Pada fase ini, system diuji. Pengujian berfokus pada fungsionalitas sistem untuk mengetahui apakah sistem telah bekerja seperti yang diharapkan. Pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan metode blackbox.
## 2.6 Analisa Sistem
Tahapan terakhir adalah melakukan analisa hasil dari sistem yang telah dibuat. Jika masih terdapat kekurangan pada sistem, maka dilakukan perbaikan sistem.
Langkah-langkah penelitian ini ditunjukkan dalam diagram alir penelitian pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
## 3.1 Analisis Kebutuhan
Agar mempermudah analisis kebutuhan, pada tahap awal dibuat analisis kebutuhan fungsional dan nonfungsional. Kebutuhan non fungsional untuk mengimplementasikan layanan SaaS ini meliputi kebutuhan hardware dan software baik dari sisi server ataupun client . Untuk kebutuhan pada sisi server digunakan Virtual Private Server (VPS), sementara dari sisi client bisa menggunakan komputer desktop ataupun laptop. Pada tabel 3 disajikan kebutuhan non fungsional minimum server dan client agar bisa menjalankan dan menggunakan aplikasi ini.
Tabel 1. Kebutuhan Non Fungsional Kebutuhan Non Fungsional Server Kebutuhan Non Fungsional Client
1. Hardware
- Prosesor : 2 Core
- RAM : 2GB - SSD : 40GB 1. Hardware - Prosesor : Dual Core - Monitor : Resolusi 1024x768px
- RAM : 1GB - Harddisk : 80GB 2. Software
- Sistem Operasi : Ubuntu 22
- Webserver : Apache 2.4
- Bahasa Pemrograman : PHP 8.1
- PHP Framework : Laravel 9.52 - Database Server : MySQL 8.0 2. Software
- Sistem Operasi : Windows 7, Linux Desktop
- Browser : Google Chrome, Mozilla Firefox
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
Pada kebutuhan fungsional digambarkan fungsionalitas pada sistem yang dibutuhkan oleh admin cloud dan admin sekolah. Pada tabel 2 merupakan kebutuhan fungsional aplikasi SaaS ini.
Tabel 2. Kebutuhan Fungsional Kebutuhan Fungsional Admin Cloud Kebutuhan Fungsional Admin Sekolah 1. Sistem dapat mengelola sekolah 2. Sistem dapat mengelola user admin
3. Sistem dapat mengatur menu admin 1. Sistem dapat menampilkan menu pendaftaran 2. Sistem dapat mengelola profil sekolah 3. Sistem dapat mengelola berita
4. Sistem dapat mengelola slider 5. Sistem dapat mengelola video 6. Sistem dapat mengelola pages 7. Sistem dapat mengelola album foto 8. Sistem dapat mengelola testimonial 9. Sistem dapat menampilkan data dalam bentuk website
3.2 Use Case Diagram
Use case diagram untuk system ini ditunjukkan pada Gambar 2. Aktor utama pada sistem ini adalah admin cloud dan juga admin sekolah. Admin cloud merupakan pemilik sistem SaaS yang bertugas untuk memiliki akses untuk mengelola sekolah, mengelola user dan mengelola menu admin. Admin sekolah merupakan memiliki akses untuk mendaftar sistem, mengelola profil sekolah, mengelola berita, mengelola slider, mengelola video, mengelola pages, mengelola album foto dan mengelola testimonial.
Gambar 2. Use case diagram
## 3.3 Rancangan Basis Data
Sistem Cloud Computing SaaS ini merupakan sistem multi tenant dimana masing-masing sekolah hanya bisa mengatur datanya sendiri. Pada perancangan sistem ini hanya menggunakan 1 database yang digunakan oleh semua sekolah. Untuk membedakan data sekolah, pada masing-masing tabel ditambahkan primary key id_sekolah.
Rancangan basis data pada sistem ini digambarkan dalam class diagram di gambar 3. Class diagram menjelaskan hubungan antara kelas-kelas dari sistem yang dibuat dan menceritakan bagaimana kerja sama caranya di antara mereka terjadi [17].
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
Gambar 3. Class Diagram
## 3.4 Rancangan Menu
Sisi backend sistem ini bisa diakses oleh admin cloud dan juga admin sekolah. Keduanya memiliki menu admin yang berbeda. Rancangan menu admin cloud bisa dilihat pada gambar 4, sementara menu admin sekolah bisa dilihat pada Gambar 5.
Gambar 4. Rancangan Menu Admin Cloud
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
Gambar 5. Rancangan Menu Admin Sekolah
## 3.5 Tampilan Layar
Masing-masing sekolah harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu untuk memiliki website profil sekolah. Pada proses pendaftaran sekolah mengisi nama, email, password login, npsn, nama sekolah dan jenjang. Tampilan layar pendaftaran bisa dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Tampilan Layar Registrasi
Setelah melalui tahapan registrasi, sekolah dapat login dan masuk ke halaman admin sekolah yang memiliki beberapa menu. Menu yang ada pada admin sekolah adalah profil sekolah, berita, pages, video, slider, guru, album foto, setting dan testimonial. Pada gambar 7 adalah tampilan layar edit profil sekolah dimana sekolah dapat mengisi informasi alamat, no telp, email dan sosial media. Data yang diinput akan ditampilkan di frontend website profil sekolah masing-masing.
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
Admin sekolah bisa menambahkan data berita dengan tampilan layar bisa dilihat pada gambar 8. Admin sekolah mengisi judul berita, konten, deskripsi singkat, kategori, kaca kunci, cover dan status.
Gambar 8. Tampilan Layar Tambah Berita
Data sekolah yang sudah diinput akan ditampilkan pada menu berita. Admin sekolah bisa memilih data berita yang akan diubah ataupun dihapus. Gambar 9 merupakan gambar tampilan layar data berita.
Gambar 9. Tampilan Layar Data Berita
Data yang dimasukkan oleh admin sekolah dapat dilihat oleh pengunjung di halaman frontend website seperti pada gambar 10. Pada bagian atas terdapat no telp, email dan sosial media sekolah. Di bagian bawahnya secara berurutan terdapat slider, galeri foto, sambutan kepala sekolah, testimonial dan berita terbaru.
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
Gambar 10. Tampilan Layar Frontend
## 3.6 Pengujian
Pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa sistem bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Untuk pengujian pada sistem ini digunakan metode blackbox . Pengujian dilakukan pada semua halaman dan fitur yang ada pada sistem, seperti proses pendaftaran sekolah, login, manajemen data dan frontend . Pada tabel 1 hanya ditampilkan beberapa pengujian saja.
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
Tabel 1. Pengujian Blackbox No Aktivitas Uji Hasil yang diharapkan Hasil pengujian 1 Pengguna mengisi data pada form register Sistem dapat memvalidasi pendaftaran dan tersimpan ke database. Berhasil 2 Pengguna mengisi data username dan password pada form login Sistem dapat memvalidasi username password. Berhasil 3 Admin sekolah mengisi data pada form profil sekolah Data tersimpan ke database Berhasil 4 Admin sekolah mengisi data berita Data berita tersimpan ke database Berhasil 5 Admin sekolah memilih salah satu berita untuk diubah Data berita di database berubah Berhasil 6 Admin sekolah memilih salah satu berita untuk dihapus Data berita dihapus dari database Berhasil 7 Admin sekolah mengubah setting data website Data setting website berubah Berhasil 8 Admin sekolah mengganti password Data password di database berubah Berhasil 9 Admin sekolah mengklik tombol logout Admin sekolah keluar dari sistem dan kembali ke form login Berhasil 10 Admin cloud menambah data menu admin Data menu admin tersimpan ke database Berhasil 11 Admin cloud memilih salah satu menu admin untuk diubah Data menu admin di database berubah Berhasil 12 Admin cloud memilih salah satu menu admin untuk dihapus Data menu admin terhapus dari database Berhasil 13 Pengunjung membuka halaman frontend Sistem mengambil data dari database dan ditampilkan ke frontend Berhasil 14 Pengunjung mengklik judul berita pada frontend Sistem akan menampilkan detail berita Berhasil
## 4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan dengan SaaS ini, sekolah tidak perlu memikirkan infrastruktur untuk membuat website sekolah, Content Management System (CMS) website profil sekolah berbasis cloud computing SaaS dapat mempermudah sekolah dalam membuat website, meningkatkan aksesibilitas informasi dan efektivitas komunkasi antar sekolah, siswa, guru dan orang tua.
Saran untuk penelitian ini adalah diperlukan pelatihan agar admin sekolah bisa menggunakan aplikasi ini, Ditambahkan fitur dimana admin sekolah dapat mengatur tampilan website seperti mengubah layout dan mengubah warna.
## Idealis: Indonesia Journal Information System
Volume 7, Nomor 1, Januari 2024 ISSN 2684-7280 (online) Halaman 1-10 available online at http://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/index
## DAFTAR PUSTAKA
[1] J. P. Hapsari, M. Khosyi’in, and B. Badie’ah, “Pembuatan dan Pendampingan Pengelolaan Website Sekolah KB-TK Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang,” Indones. J. Community Serv. , vol. 4, no. 1, p. 22, 2022, doi: 10.30659/ijocs.4.1.22-30.
[2] Riki Afriansyah, “Pembuatan Portal Website Sekolah Sma Negeri 1 Sungailiat Sebagai Media Informasi,” Din. J. Pengabdi. Kpd. Masy. , vol. 5, no. 1, pp. 154–160, 2020, doi: 10.31849/dinamisia.v5i1.4413.
[3] A. Susanto, Mudah Membangun Website Sekolah dengan CMS Wordpress . Yogyakarta: Deepublish, 2021.
[4] A. Christian, S. Hesinto, and A. Agustina, “Rancang Bangun Website Sekolah Dengan Menggunakan Framework Bootstrap ( Studi Kasus SMP Negeri 6 Prabumulih ),” J. Sisfokom (Sistem Inf. dan Komputer) , vol. 7, no. 1, pp. 22–27, 2018, doi: 10.32736/sisfokom.v7i1.278.
[5] Y. Christian and M. Y. Zhafran, “Perancangan Dan Implementasi Website Sekolah Di Sekolah SMA Tunas Baru Jin Seung Menggunakan Kerangka Kerja Scrum,” Natl. Conf. Community … , vol. 4, no. 3, pp. 1211– 1216, 2022, [Online]. Available: https://journal.uib.ac.id/index.php/nacospro/article/view/7114%0A https://journal.uib.ac.id/index.php/nacosp ro/article/download/7114/2741
[6] K. Bahari and W. I. P., “Perancanagan Website Sekolah di Sekolah Dasar negeri 002 Meral Barat Karimun Menggunakan PHP & MySQL,” J. TIKAR , vol. 1, no. 2, pp. 118–130, 2020.
[7] Y. Gema, A. Diana, and D. Achadiani, “Penerapan E-Commerce Dengan Metode Business Model Canvas (Bmc) Berbasis Content Management System (Cms) Untuk Memperluas Pemasaran Produk Pada Jtbbekasi,” IDEALIS Indones. J. Inf. Syst. , vol. 5, no. 1, pp. 49–58, 2022, doi: 10.36080/idealis.v5i1.2870.
[8] R. H. Nurhuda and H. Irawan, “Penerapan E-Commerce Business To Consumer (B2C) Menggunakan Content Management System Wordpress Studi Kasus Jocysprei,” IDEALIS Indones. J. Inf. Syst. , vol. 6, no. 1, pp. 17– 26, 2023, doi: 10.36080/idealis.v6i1.2987.
[9] S. Juanita, W. Pramusinto, and M. Anif, “Pembuatan Website Komunitas Parenting ‘Kampus Keluarga’ sebagai Media Publikasi Informasi dan Edukasi Parenting,” J. Karya Abdi Masy. , vol. 4, no. 3, pp. 546–554, 2021, doi: 10.22437/jkam.v4i3.11575.
[10] R. Herwanto, O. W. Purbo, and R. A. Aziz, Cloud Computing Manajemen dan Perencanaan Kapasitasa . Yogyakarta: CV Andi Offset, 2020.
[11] M. H. Ratsanjani, I. Fitria Risnandari, T. W. Sulaiman, V. Meida Hersianty, and P. N. Malang, “Literatur Review: Peran Aplikasi SAAS Dalam Kegiatan Bisnis E-Commerce A Literature Review: The Role of SAAS Application in Business Activities E-Commerce,” Sinomika J. | Vol. , vol. 1, no. 4, pp. 1009–1020, 2022, [Online]. Available: https://doi.org/10.54443/sinomika.v1i4.491
[12] K. Masakazu, I. Komputer, U. P. Ganesha, and U. Terbuka, “ANALISIS IMPLEMENTASI SOFTWARE AS A SERVICE PADA INDUSTRI PERHOTELAN DAERAH BALI,” vol. 9, pp. 193–203, 2020.
[13] R. L. Rahardian, L. Linawati, and M. Sudarma, “Implementation of Cloud Computing Software As a Service at UMKM,” Maj. Ilm. Teknol. Elektro , vol. 17, no. 3, p. 365, 2018.
[14] R. Gemasih and I. Zulfa, “Bisnis Kerawang Gayo Menggunakan Cloud Computing Berbasis Android,” vol. 13, no. 2, pp. 196–212, 2020.
[15] D. L. Fithri, A. P. Utomo, a nd F. Nugraha, “Penerapan Layanan Cloud Computing Saas Pada Aplikasi E- Learning (Studi Kasus : Sma Pgri Kudus),” Pros. SNATIF ke-6 Tahun 2019 , pp. 163–168, 2019.
[16] R. Estheriana Purwanti, “Website Profil Berbasis Cloud Computing Dengan Model Layanan Software As a Services,” J. Teknol. Inf. , pp. 47–52.
[17] R. Destriana, S. M. Husain, N. Handayani, and A. T. P. Siswanto, Diagram UML Dalam Membuat Aplikasi Android Firebase "Studi Kasus Aplikasi Bank Sampah . Yogyakarta: Deepublish, 2021.
|
bd677abb-08ec-492f-b358-d782b558f5cf | https://ojs.staialfurqan.ac.id/alqiyam/article/download/367/280 | Corresponding Author [email protected] ABSTRACT
Pengaruh Kompetensi, Motivasi dan Peran Pengawas terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru PAI
1 Basri, 2 Kaharuddin, 3 Kamaruddin
1,2,3, Sekolah Tinggi Agama Islam Al Furqan Makassar
Journal Homepage https://ojs.staialfurqan.ac.id/alqi yam This is an open access article under the CC BY SA license
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ Published by Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Furqan Makassar
## PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah, melalui UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 7 mengamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjujung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, kemajemukan bangsa, dank ode etik profesi. Di samping itu, menurut pasal 20, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban meningkatkan dan
## Jurnal Al – Qiyam
## Vol. 4 No. 1 2023
E – ISSN : 2745-9977 P – ISSN : 2622-092X
Kata Kunci : Kompetensi, Motivasi, Peran Pengawas, Kepuasan Kerja dan Kinerja guru
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis; 1) pengaruh kompetensi, motivasi dan peran pengawas terhadap kepuasan kerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 2) ) pengaruh kompetensi, motivasi dan peran pengawas terhadap kinerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 3) pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 4) pengaruh kompetensi, motivasi dan peran pengawas terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa.Hasil penelitian menemukan bahwa; 1) kompetensi berpengaruh positif (0,275) dan signifikan (t statistik 3,899>t tabel 1,96) terhadap kepuasan kerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 2) motivasi berpengaruh positif (0,129) dan signifikan (1,986>1,96) terhadap kepuasan kerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 3) peran pengawas berpengaruh positif (0,547) dan signifikan (8,323>1,96) terhadap kepuasan kerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 4) kompetensi berpengaruh positif (0,201) dan signifikan (2,514>1,96) terhadap kinerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 5) motivasi berpengaruh positif (0,092) namun tidak signifikan (1,303<1,96) terhadap kinerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 6) peran pengawas berpengaruh positif (0,280) dan signifikan (3,362>1,96) terhadap kinerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 7) kepuasan kerja berpengaruh positif (0,388) dan signifikan (3,292>1,96) terhadap kinerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 8) kompetensi berpengaruh positif (0,107) dan signifikan (2,343>1,96) terhadap kinerja melalui kepuasan kerja guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 9) motivasi berpengaruh positif (0,051) dan signifikan (2,086>1,96)terhadap kinerja melalui kepuasan kerja guru guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa; 10) peran pengawas berpengaruh positif (0,212) dan signifikan (4,683>1,96) terhadap kinerja melalui kepuasan kerja guru guru PAI pada SMPN di Kabupaten Gowa.
.
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
UU No. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pasal 40 dinyatakan bahwa “pendidikan dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas: kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.”
Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara prefesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah. Karena itu, guru harus selalu belajar dengan tekun di sela-sela menjalankan tugasnya. Menjadi guru prefesional bukan pekerjaan yang mudah apalagi di tengah kondisi mutu guru yang sangat buruk. Guru adalah elemen penting dalam pendidikan, karena pentingnya peran dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, maka guru harus menjadi fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Konsekuensi logisnya, anggaran pendidikan tahun 2017 alokasinya 20% dari total APBN. Nilainya mencapai Rp 419 triliun. Walau agak ironis, karena sebagian besar anggaran pendidikan tersebut digunakan untuk gaji dan tunjangan guru. Maka wajar, rata-rata tingkat penghasilan guru mengalami lonjakan tiga kali lipat. Sementara alokasi untuk pembangunan maupun renovasi sekolah masih sangat kecil.
Data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016 memperlihatkan, pendidikan di Indonesia hanya menempati peringkat ke-10 dari 14 negara berkembang. Sedangkan komponen penting dalam pendidikan yaitu guru menempati urutan ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia.
Kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari memadai. Besarnya anggaran pendidikan pun tidak serta merta menjadikan kualitas pendidikan meningkat. Karena kualitas guru masih bermasalah hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015, rata-rata nasional hanya 44,5 --jauh di bawah nilai standar 75. Bahkan kompetensi pedagodik, yang menjadi kompetensi utama guru pun belum menggembirakan. Masih banyak guru yang cara mengajarnya kurang baik, cara mengajar di kelas membosankan. Inilah momentum yang tepat untuk mengkritisi soal kompetensi guru. Patut disepakati, persoalan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia tentu tidak bisa dijawab dengan cara mengubah kurikulum. Atau, bahkan mengganti menteri atau dirjen. Kualitas pendidikan hanya bisa dijawab oleh kualitas guru. Guru yang profesional, guru yang berkualitas adalah jaminannya. Tanpa perbaikan kualitas guru maka kualitas pendidikan akan tetap tidak memadai.
Guru yang ada saat ini sekitar 3,9 juta masih terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi akademik, dan 52% guru belum memiliki sertifikat profesi. Di sisi lain, seorang guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki standar kompetensi yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Persoalan guru memang tidak sederhana. Walau jangan pula dinyatakan terlalu kompleks. Membahas kompetensi guru, prinsip dasarnya adalah memetakan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kompetensi guru. Dalam konteks ini, setidaknya dapat diduga ada empat penyebab rendahnya kompetensi guru.
Pertama, ketidaksesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar. Masih banyak guru di sekolah yang mengajar mata pelajaran yang bukan bidang studi yang dipelajarinya. Hal ini terjadi karena persoalan kurangnya guru pada bidang studi tertentu.
Kedua, kualifikasi guru yang belum setara sarjana. Konsekuensinya, standar keilmuan yang dimiliki guru menjadi tidak memadai untuk mengajarkan bidang studi yang menjadi tugasnya. Bahkan tidak sedikit guru yang sarjana, namun tidak berlatar belakang sarjana pendidikan sehingga "bermasalah" dalam aspek pedagogik.
Ketiga, program peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru yang rendah. Masih banyak guru yang "tidak mau" mengembangkan diri untuk menambah pengetahuan dan kompetensinya dalam mengajar. Guru tidak mau menulis, tidak membuat publikasi ilmiah, atau tidak inovatif dalam kegiatan belajar. Guru merasa hanya cukup mengajar.
Keempat, rekrutmen guru yang tidak efektif. Karena masih banyak calon guru yang direkrut tidak melalui mekanisme yang profesional, tidak mengikuti sistem rekrutmen yang dipersyaratkan. Kondisi ini makin menjadikan kompetensi guru semakin rendah.
Menurut Sadirman (2001:174) istilah kompetensi digunakan dalam dua konteks, yaitu sebagai indikator keterampilan atau perbuatan yang dapat diobsevasi, dan sebagai konsep yang mencakup aspek- aspek kognitif dan afektif dengan tahapan pelaksanaannya.
Surachmad (2001: 9) mengartikan bahwa kompetensi adalah cara mengajar yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam. Penggunaannya disertai dengan pengertian yang mendalam dari pihak guru, untuk memperbesar niat belajar siswa dan karenanya akan mempertinggi pula hasil belajar mereka. Sedangkan kompetensi menurut istilah lain, yaitu segenap kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mendidik yang di dalamnya mencakup ilmu pedagogik (ilmu mendidik, bagaimana cara mengasuh dan membesarkan seorang anak), didaktik (pengetahuan tentang interaksi, belajar mengajar secara umum, persiapan pembelajaran dan bernilai hasil pembelajaran), dan metodik (pengetahuan tentang cara mengajarkan suatu bidang pengetahuan kepada anak didik)
Satu hal penting yang dapat mendorong dan mempengaruhi segala tindakan yang dilakukan oleh manusia, yang disebut dengan motivasi. Motivasi memainkan peran penting dalam membangun integritas dan kapabilitas profesi seseorang, juga terkait dengan keadaan dan peran para guru. Motivasi yang tepat akan menjadikan seorang guru inspirator bagi murid-muridnya. Menurut Abraham Maslow dengan teori Heararkhi kebutuhan, ada lima hal atau lima lapisan yang menjadi dasar motivasi bagi setiap orang. Dasar motivasi tersebut juga dapat menjadi dasar motivasi para guru yang mempengaruhi integeritas dalam profesinya.
Lapis pertama adalah motivasi fisiologis. bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, istirahat, bersenang-senang, bahkan tujuan seksualitas. Guru yang berada pada lapis ini adalah guru yang hanya ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya saja..
Lapis kedua adalah motivasi rasa aman. Motivasi ini bertujuan untuk mendapatkan rasa aman baik secara fisik maupun secara emosional.
Lapis ketiga adalah motivasi sosial. Motivasi ini bertujuan untuk mendapat penerimaan, status dan relasi. Tak sedikit orang yang menjadi guru hanya karena ingin mendapat status dan relasi.
Lapis keempat adalah motivasi penghargaan. Motivasi ini bertujuan untuk mendapatkan penghargaan baik secara internal maupun eksternal.
Lapis kelima adalah motivasi aktualisasi diri. Motivasi ini bertujuan untuk mengekspresikan diri dan menggali potensi. Guru pada lapis ini bisa dibilang akan memberikan segala yang terbaik dalam rangka menunjukan dirinya. Baginya menjadi guru adalah cita-cita dan tujuan hidupnya. Ini adalah motivasi yang membuat guru menjadi tangguh dalam menghadapi segala rintangan ditengah arus zaman maupun sistem pendidikan yang cukup membingungkan. Motivasi ini yang mendorong para guru untuk terus berinovasi walaupun sering kali terbatas oleh kurikulum-kurikulum yang ada. Mereka juga tidak akan pernah berhenti menjadi murid, karena mereka akan terus belajar sekalipun menjadi seorang guru.
Peran supervisor ( pengawas sekolah/ madrasah ) sangat mendukung, karena tanpa adanya pengawas yang ahli ( professional ) maka tidak mungkin juga sebuah sekolah/ madrasah akan berjalan baik dan bermutu. Salah satu mutu pendidikan ( sekolah/madrasah ) sangat ditentukan oleh pengawas yang professional, kepala sekolah/ madrasah yang professional, juga guru yang professional ( berkualitas) hal ini akan tercipta sebuah pendidikan yang bermutu baik.
Kenyataan dilapangan masih perlu dibenahi dalam hal supervisi pendidikan yang dilakukan oleh para pengawas. Cukup banyak para pengawas kita dalam menjalankan tugasnya belum maksimal memberikan pelayanan dan bimbingan kepada guru disekolah, dikarenakan keahlian dan keterampilan pengawas tersebut masih pas-pasan, hal inilah yang sering dikeluhkan oleh para dewan guru. Idealnya seorang pengawas harus lebih pintar dan mampu dari dalam hal pembinaan, bimbingan, pemberdayaan. Namun kenyataannya masih ada pengawas yang belum begitu terampil, meskipun ada juga yang sudah terampil hal ini masih belum memadai.
Menurut Kumar (2007), kepuasan kerja guru merupakan gejala kompleks yang memiliki berbagai faktor yang berhubungan, yaitu personal, sosial, budaya dan ekonomi. Kepuasan kerja guru juga merupakan hasil dari berbagai sikap seorang guru terhadap pekerjaannya dan terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja guru adalah perasaan guru tentang menyenangkan atau tidak mengenai pekerjaan berdasarkan atas harapan guru dengan imbalan yang diberikan oleh sekolah. Kepuasan kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam bekerja atau mengajar. Jika guru puas akan keadaan yang mempengaruhi
dia, maka dia akan bekerja atau mengajar dengan baik (Suwar ,2008). Menurut Lester (dalam Hughes, 2006) kepuasan kerja guru adalah sejauh mana penerimaan dan nilai-nilai seorang guru terhadap aspek-aspek yang ada dalam suatu pekerjaan seperti evaluasi, hubungan rekan kerja, tanggung jawab, dan pengakuan.
Kepuasan kerja guru adalah perasaan guru tentang menyenangkan atau tidak mengenai pekerjaannya dan sejauh mana penerimaan dan nilai-nilai seorang guru terhadap aspek-aspek yang ada dalam suatu pekerjaan seperti evaluasi, hubungan rekan kerja, tanggung jawab, dan pengakuan.
Mangkunegara dalam Jasmani (2013:155) juga mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sama halnya dengan yang dikemukakan Malayu Hasibuan (2007: 94) bahwa kinerja atau potensi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa kinerja guru berkaitan dengan kompetensi guru, artinya agar memilki kinerja yang baik seorang guru harus didukung dengan kompetensi yang baik. Jika seorang guru tidak memiliki kompetensi yang baik maka tidak akan mungkin memiliki kinerja yang baik. Depdiknas (2004: 11) menyatakan kinerja guru adalah kemampuan guru untuk mendemonstrasikan berbagai kecakapan dan kompetensi yang dimilikinya. Esensi dari kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya.
Hasil penelitian terdahulu memberikan kontribusi dalam penelitian ini diantaranya: Deswarta (2017) meneliti tentang pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap kepuasan kerja dosen fakultas Tarbiyah UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dosen melalui pemberian fasilitas, sarana prasarana yang menunjang pekerjaan.
Muhammad Nur (2018), meneliti tentang pengaruh kompetensi, motivasi kerja, kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi dan kinerja dosen yayasan perguruan tinggi swasta di Makassar, hasil penelitian (1) tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan kompetensi terhadap kinerja dosen, (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja, (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi terhadap kinerja, (4) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan komitmen organisasi terhadap kinerja.
Sri Sudarmi (2016), meneliti tentang pengaruh supervisi pengawas, motivasi kerja,dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru Sumber Agung, hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervise pengawas terhadap kinerja, (2) tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap terhadap kinerja, (3) terdapat pengaruh positif tapi tidak signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja, (4) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara simultan supervise pengawas, motivasi,dan kepuasan kerja terhadap kinerja.
## METODE PENELITIAN
Jenis pendekatan penelitian adalah eksplanatori digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan melalui variabel antara (intervening). Variabel eksogen dalam penelitian ini terdiri dari Kompetensi Guru (X 1 ) , Motivasi Guru (X 2 ) dan Peran Pengawas (X 3 ). Variabel konstruk intervening adalah Kepuasan Kerja (Y 1 ) dan variabel konstruk endogen adalah Kinerja Guru (Y 2 ).
## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan didasarkan pada Indikator masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi Guru (X 1 )
Kompetensi adalah potensi yang dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, Menurut Muhibin Syahs
ada sepuluh Kompetensi dasar yang harus dimilliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, untuk mencapai tujuan dalam pendidikan, dengan indikator yaitu: 1) Menguasai bahan (X 1.1 ), 2) Mengelola program belajar mengajar (X 1.2 ), 3) Mengelola Kelas (X 1.3 ), 4) Menggunakan media atau sumber belajar, (X 1.4 ), 5) Menguasai landasan kependidikan, (X 1.5 ), 6)Mengelola interaksi belajar-mengajar, (X 1.6 ), 7) Menilai prestasi belajar mengajar, (X 1.7 ), 8) Mengelola bimbingan dan penyuluhan, (X 1.8 ), 9) Menyelenggarkan administrasi sekolah (X 1.9 ), 10) Menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran (X 1.10 )
Berikut ini pada tabel disajikan deskripsi tentang nilai frekuensi dan presentase indikator variabel kompetensi guru atas tanggapan responden terhadap ke sepuluh indikator yang membentuk variabel kompetensi guru.
Tabel 3.Hasil Instrumen Kompetensi Guru
indikator variabel frekuensi jawaban responden dan persentasi Mean 1 2 3 4 5 F % F % F % F % F % X 1.1 0 0 2 2,7 5 6,8 18 24,7 48 65,8 4,53 X 1.2 0 0 2 2,7 6 8,2 38 52,1 27 37,0 4,23 X 1.3 0 0 3 4,1 13 17,8 30 41,1 27 37,0 4,10 X 1.4 0 0 0 0 2 2,7 20 27,4 51 69,9 4,67 X 1.5 0 0 0 0 0 0 16 21,9 57 78,1 4,78 X 1.6 0 0 3 4,1 3 4,1 20 27,4 47 64,4 4,51 X 1.7 0 0 0 0 3 4,1 3 4,1 67 91,8 4,87 X 1.8 0 0 2 2,7 18 24,7 22 30,1 31 42,5 4,12 X 1.9 0 0 0 0 2 2,7 22 30,1 49 67,1 4,64 X 1.10 0 0 0 0 3 4,1 4 5,5 66 90,4 4,86 Mean perolehan variabel Kompetensi Guru 4,53
Sumber: Data primer diolah (2018)
Tabel menunjukkan bahwa bahwa rerata kompetensi guru sebesar 4,53. Hasil ini menjelaskan bahwa responden menyatakan setuju atas kompetensi yang dimiliki oleh guru melaksanakan tugasnya dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa responden memahami kompetensi yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Indikator yang memiliki nilai rerata tertinggi dari variabel kompetensi adalah guru mampu menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran (X 1.10 ).
Sebaliknya indikator yang paling kecil kontribusinya adalah indikator ke tiga (X 1.3 ) hal ini terlihat dari nilai reratanya 4,10. Sekalipun indikator ke tiga ini secara statistik memiliki kontribusi paling kecil yaitu mampu mengelola kelas dalam pembelajaran, namun dalam implementasinya indikator tersebut tetap penting untuk dimiliki seorang guru. Karena bagaimanapun juga keterampilan pengelolaan kelas sangat penting agar proses belajar mengajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran lebih lanjut.
## 2. Motivasi Guru,(X 2 )
Motivasi merupakan kebutuhan yang menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seorang guru,dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dengan motivasi yang dimiliki seorang guru dapat berkontribusi mengembangkan keterampilan pembelajaran. Teori kebutuhan Maslow yang dijadikan indikator : 1) Kebutuhan fisiologis (X 2.1 ) yang dimaksudkan kompensasi adalah wujud dari motivasi yang diberikan kepada guru sebagai upaya balas jasa atas pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsinya sebagai guru, 2) Kebutuhan rasa aman (X 2.2 ) yang dimaksudkan adalah kondisi tempat kerja yang mendukung guru untuk termotivasi dalam menjalankan aktivitas pengajaran dengan lingkungan yang kondusif, 3) Kebutuhan Sosial (X 2.3 ) yang dimaksudkan upaya untuk meningkatkan jabatan atau golongan dari suatu posisi yang lebih tinggi, 4)Kebutuhan
penghargaan (X 2.4 ) yang dimaksudkan adalah tanggung jawab memikul amanah kewenangan kerja yang diberikan pada guru dalam meningkatkan prestasi mengajar, 5) Kebutuhan aktualisasi diri (X 2.5 ) yang dimaksudkan pekerjaan sebagai guru adalah dorongan dalam diri untuk mencintai dan menyenangi pekerjaan yang ditekuni.
Berikut ini pada tabel disajikan deskripsi tentang perolehan nilai frekuensi, persentase dan mean atas tanggapan responden terhadap kelima indikator yang membentuk variabel motivasi
Tabel 4 Hasil Instrumen Motivasi Guru
indikator variabel frekuensi jawaban responden dan persentasi Mean 1 2 3 4 5 F % F % F % F % F % X 2.1 0 0 1 1,4 2 2,7 5 6,8 65 89,0 4,83 X 2.2 0 0 1 1,4 5 6,8 23 31,5 44 603 4,50 X 2.3 0 0 2 2,7 12 16,4 28 38,4 31 42,5 4,20 X 2.4 0 0 1 1,4 11 15,1 33 45,2 28 38,4 4,22 X 2.5 0 0 1 1,4 5 6,8 20 27,2 47 64,4 4,54 Mean perolehan variabel Motivasi Guru 4,45
Sumber: Data primer diolah (2018)
Tabel diatas dapat diketahui bahwa persepsi terhadap variabel motivasi guru adalah 4,45. Hasil ini menjelaskan bahwa responden setuju bahwa motivasi guru mempengaruhi aktivitasnya untuk selalu meningkatkan kualitas kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengerti dan memahami dengan baik motivasi guru yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Indikator yang memiliki rerata tertinggi adalah Kebutuhan fisiologis (X 2.1 ) yang dimaksudkan kompensasi adalah wujud dari motivasi yang diberikan kepada guru sebagai upaya balas jasa atas pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsinya sebagai guru dengan rerata 4,83. Sebaliknya indikator yang paling kecil kontribusinya adalah Kebutuhan Sosial (X 2.3 ) yang dimaksudkan upaya untuk meningkatkan jabatan atau golongan dari suatu posisi yang lebih tinggi dengan rerata 4,20. Sekalipun indikator ketiga ini secara statistik memiliki kontribusi yang kecil namun dalam implementasinya indikator tersebut tetap penting dan sangat perlu perhatian agar guru mendapatkan peluang untuk kenaikan golongan atau jabatan yang sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni.
3. Peran Pengawas (X 3 ),
Peran pengawas terhadap guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Glickman, Gordon & Ross Gordon (2007:11) menyatakan bahwa, Dalam kedudukannya sebagai pelakasana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah yang ditunjuk, pengawas sekolah harus memahami, menghayati dan terampil di bidang tugasnya dengan indikator: 1) Supervisi (X 3.1 ), 2) Monitoring/pemantauan (X 3.2 ), 3) Penilaian (X 3.3 ), 4) Pembinaan/pengembangan (X 3.4 ), 5) Pelaporan (X 3.5 )
Berikut ini pada tabel disajikan deskripsi tentang perolehan nilai frekuensi, persentase dan mean atas tanggapan responden terhadap kelima indikator yang membentuk variabel peran pengawas.
Tabel 5. Hasil Instrumen Peran Pengawas indikator variabel frekuensi jawaban responden dan persentasi Mean 1 2 3 4 5 F % F % F % F % F % X 3.1 0 0 2 2,7 4 5,5 28 38,4 39 53,4 4,42 X 3.2 0 0 2 2,7 6 8,2 35 47,9 30 41,1 4,27 X 3.3 0 0 4 5,5 6 8,2 17 23,3 46 63 4,43 X 3.5 0 0 2 2,7 3 4,1 36 49,3 32 43,8 4,34 X 3.5 0 0 3 4,1 7 9,6 31 42,5 32 43,8 4,26 Rata - rata perolehan variabel Peran Pengawas 4,34
## Sumber: Data primer diolah (2018)
Nilai rerata peran pengawas sebesar 4,34. Hasil ini menjelaskan bahwa responden setuju bahwa peran pengawas mempengaruhi aktivitasnya untuk selalu meningkatkan kualitas kerjanya.
Indikator yang memiliki rerata tertinggi adalah Penilaian (X 3.3 ) yang dimaksudkan tindakan yang dilakukan oleh pengawas yang memberikan kontribusi terhadap guru melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru dengan rerata 4,43. Sebaliknya indikator yang paling kecil kontribusinya adalah pelaporan (X 3.5 ) yang dimaksudkan kegiatan yang dilaksanakan oleh pengawas sebagai bentuk apresiasi terhadap guru setelah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru dengan rerata 4,26. Sekalipun indikator kelima ini secara statistik memiliki kontribusi yang kecil namun dalam implementasinya indikator tersebut tetap penting dan sangat perlu perhatian oleh guru
4. Kepuasan Kerja (Y 1 )
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Menurut Lester (dalam Ritz, 2009), ada sembilan faktor kepuasan kerja guru, yaitu :1) Pengawasan (Supervision) (Y 1.1 ) , 2) Rekan kerja (Colleagues) (Y 1.2 ), 3) Kondisi kerja (work condition) (Y 1.3 ), 4) Imbalan (Pay) (Y 1.4 ), 5) Tanggung jawab(Responsibility) (Y 1.5 ), 6) Pekerjaan itu sendiri (Work itself) (Y 1.6 ), 7) Kenaikan Jabatan (Advancement) (Y 1.7 ), 8) Keamanan (Security) (Y 1.8 ), 9) Penghargaan (Recognition) (Y 1.9 ). Persepsi responden tentang kepuasan kerja guru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Hasil Instrumen Kepuasan Kerja indikator variabel frekuensi jawaban responden dan persentasi Mean 1 2 3 4 5 F % F % F % F % F % Y 1.1 0 0 0 0 1 1,4 31 42,5 41 56,2 4,54 Y 1.2 0 0 0 0 3 4,1 55 75,3 15 20,5 4,16 Y 1.3 0 0 2 2,7 4 5,5 37 50,7 30 41,1 4,30 Y 1.4 0 0 2 2,7 11 15,1 0 0 60 82,2 4,61 Y 1.5 0 0 0 0 20 27,4 17 23 36 49,3 4,21 Y 1.6 0 0 0 0 1 1,4 34 46,6 38 52,1 4,50 Y 1.7 0 0 3 4,1 9 12,3 26 35,6 35 47,9 4,27 Y 1.8 0 0 4 5,5 6 8,2 26 35,6 37 50,7 4,31 Y 1.9 0 0 4 5,5 18 24,7 23 31,5 28 38,4 4,02 Rata - rata perolehan variabel kepuasan kerja 4,32
Sumber: Data primer diolah (2018)
Nilai rerata kepuasan kerja sebesar 4,32. Hasil ini menjelaskan bahwa responden setuju bahwa kepuasan kerja mempengaruhi aktivitasnya untuk selalu meningkatkan kualitas kerjanya.
Indikator yang paling dominan membentuk variabel kepuasan kerja adalah indikator keempat yang mean adalah 4,61 adalah imbalan (pay) yang dimaksudkan adalah guru menunjukkan karakter yang menjadi panutan atau contoh bagi para guru dalam mewjudkan proses pembelajaran sehingga mendapatkan kompensasi atau imbalan yang memuaskan, sebaliknya indikator yang paling kecil kontribusinya adalah indikator kesembilan yaitu menunjukkan mean 4,02 hal ini menunjukkan penghargaan akan pekerjaan belum maksimal diterima oleh guru, dan dalam implementasinya indikator tersebut penting dan sangat perlu perhatian agar para guru mendapatkan balas jasa yang sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni.
5. Kinerja Guru (Y 2 ),
Kinerja guru merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab.atau tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini, 2001). Sedangkan Ahli lain berpendapat bahwa Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Tempe, A Dale, 1992)., dengan indikator kinerja guru antara lain : 1) membuat perencanaan dan persiapan mengajar (Y 1.1 ), 2) Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa (Y 1.2 ), 3) Penguasaan metode dan strategi mengajar (Y 1.3 ) , 4)Pemberian tugas-tugas kepada siswa (Y 1.4 ) , 5) Kemampuan mengelola kelas (Y 1.5 ) , 6) Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi (Y 1.6 )
Tabel 7 Hasil Instrumen Kenerja Guru indikator variabel frekuensi jawaban responden dan persentasi Mean 1 2 3 4 5 F % F % F % F % F % Y 2.1 0 0 0 0 6 8,2 32 43,8 35 47,9 4,39 Y 2.2 0 0 0 0 3 4,1 29 39,7 41 56,2 4,52 Y 2.3 0 0 0 0 5 6,8 37 50,7 31 42,5 4,35 Y 2.4 0 0 0 0 2 2,7 18 24,7 53 72,6 4,69 Y 2.5 0 0 0 0 0 0 22 30,1 51 69,9 4,69 Y 2.6 0 0 0 0 0 0 45 61,6 28 38,4 4,38 Mean perolehan variabel Kinerja Guru 4,50
## Sumber: Data primer diolah (2018)
Tabel diatas dapat diketahui bahwa persepsi terhadap variabel kinerja guru dengan nilai rerata kinerja guru sebesar 4,50. Hasil ini menjelaskan bahwa responden setuju bahwa kinerja guru mempengaruhi aktivitasnya untuk selalu meningkatkan kualitas kerjanya. Indikator yang dominan membentuk variabel kinerja guru adalah indikator keempat dan kelima Pemberian tugas-tugas kepada siswa (Y 2.4 ) dengan mean 4,69 , dan Kemampuan mengelola kelas (Y 2.5 ) mean 4,69 hal ini menunjukkan kedua indikator merupakan aktivitas sehari-hari seorang guru melaksanakan proses belajar mengajar. Sedangkan indikator yang paling kecil kontribusinya adalah indikator keenam kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi (Y 2.6 ) hal ini menunjukkan kegiatan melalukan aktivitas penilaian dan evaluasi belum sesuai dengan yang diharapkan, namun penting bagi guru untuk ditindak lanjuti.
## Analisis Hasil Penelitian
Pada bagian analisis hasil penelitian dengan menggunakan SPSS 26 dan SEM PLS, untuk menentukan 1) evaluasi model pengukuran (outer models) yang meliputi pengujian validitas konvergen (Convergen Validity), pengujian validitas diskriminan, pengujian reliabilitas diskriminan, 2) pengujian asumsi klasik linearitas, 3) pengujian goodness of fit models, 4) pengujian pengaruh langsung dan 5) pengujian hipotesis.
1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Models)
a) Pengujian Validitas Konvergen (Convergent Validity)
Evaluasi validitas konstruk dilakukan dengan menghitung validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen diketahui melalui loading factor. Suatu instrument dikatakan memenuhi pengujian validitas konvergen apabila memiliki faktor loading di atas 0.7. Hasil pengujian validitas konvergen disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8 validitas konvergen Variabel Item Original Sample (O) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) Keterangan Kompetensi Guru X 1.1 0,8323 0,0276 30,2075 Valid X 1.2 0,726 0,0491 14,7917 Valid X 1.3 0,7156 0,0389 18,4081 Valid
X 1.4 0,7298 0,0506 14,4307 Valid X 1.5 0,7944 0,039 20,3786 Valid X 1.6 0,7046 0,0733 9,6176 Valid X 1.7 0,7541 0,0589 12,8124 Valid X 1.8 0,7473 0,0532 14,0477 Valid X 1.9 0,7173 0,0463 15,4797 Valid X 1.10 0,7559 0,0471 16,0666 Valid Motivasi Guru X 2.1 0,7437 0,058 12,818 Valid X 2.2 0,7814 0,0379 20,61 Valid X 2.3 0,8016 0,0404 19,8494 Valid X 2.4 0,7282 0,0433 16,8043 Valid X 2.5 0,7664 0,0355 21,6131 Valid Peran Pengawas X 3.1 0,7632 0,0414 18,4223 Valid X 3.2 0,8116 0,0333 24,3814 Valid X 3.3 0,8006 0,0201 39,8118 Valid X 3.4 0,724 0,0362 20,007 Valid X 3.5 0,7029 0,0654 10,7449 Valid Kepuasan Kerja Y 1.1 0,8874 0,0228 38,9722 Valid Y 1.2 0,7634 0,0404 18,8749 Valid Y 1.3 0,6823 0,0546 12,5024 Valid Y 1.4 0,7756 0,0217 35,7169 Valid Y 1.5 0,7547 0,0473 15,9423 Valid Y 1.6 0,7295 0,0355 20,5702 Valid Y 1.7 0,8074 0,0425 18,9762 Valid Y 1.8 0,6629 0,0706 9,3909 Valid Y 1.9 0,8874 0,0228 38,9722 Valid Kinerja Guru Y 2.1 0,6667 0,0915 7,2846 Valid Y 2.2 0,7516 0,0491 15,3189 Valid Y 2.3 0,7058 0,0435 16,2116 Valid Y 2.4 0,7235 0,0447 16,1977 Valid Y 2.5 0,6805 0,0519 13,1216 Valid Y 2.6 0,7843 0,0264 29,703 Valid
Sumber: Data Primer diolah (2018)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua item yang mengukur variabel kompetensi guru, motivasi guru, peran pengawas, kepuasan kerja dan kinerja bernilai lebih besar dari 0.7. Dengan demikian item tersebut dinyatakan valid untuk mengukur variabelnya.
b) Pengujian Validitas Diskriminan (Discriminant Validity)
Validitas diskriminan dihitung menggunakan cross loading dengan kriteria bahwa apabila nilai loading suatu item dalam suatu variabel yang bersesuaian lebih besar dari nilai loading suatu item pada variabel lainnya maka item tersebut dinyatakan valid dalam mengukur variabel yang bersesuaian. Hasil perhitungan cross loading disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 9 Hasil Uji Validitas Diskriminan
X 1 (Kompentensi) X 2 (Motivasi) X 3 (Peran Pengawas) Y 1 (Kepuasan Kerja) Y 2 (Kinerja Guru) X 1.1 0,8323 0,6709 0,5642 0,5694 0,6858 X 1.2 0,726 0,4628 0,4576 0,5802 0,4843 X 1.3 0,7156 0,5704 0,3921 0,4707 0,4648 X 1.4 0,7298 0,6281 0,5169 0,5096 0,5661 X 1.5 0,7944 0,6058 0,7553 0,781 0,7662 X 1.6 0,7046 0,5681 0,5186 0,522 0,5441 X 1.7 0,7541 0,4483 0,4705 0,4543 0,5763 X 1.8 0,7473 0,4577 0,547 0,6423 0,5556 X 1.9 0,7173 0,5193 0,5142 0,5266 0,4257 X 1.10 0,7559 0,6263 0,5214 0,5517 0,553 X 2.1 0,5345 0,7437 0,4661 0,4388 0,5025 X 2.2 0,6317 0,7814 0,6507 0,7043 0,5518 X 2.3 0,5942 0,8016 0,4973 0,4142 0,5796 X 2.4 0,5283 0,7282 0,3905 0,5159 0,4773 X 2.5 0,5429 0,7664 0,469 0,525 0,5356 X 3.1 0,5752 0,4146 0,7632 0,6313 0,619 X 3.2 0,5725 0,5862 0,8116 0,6257 0,6054 X 3.3 0,5355 0,4857 0,8006 0,685 0,6949 X 3.4 0,5084 0,487 0,724 0,5933 0,625 X 3.5 0,538 0,5355 0,7029 0,6134 0,5077 Y 1.1 0,7206 0,7507 0,7629 0,8874 0,7353 Y 1.2 0,5534 0,5056 0,5297 0,7634 0,5528 Y 1.3 0,5195 0,3961 0,6355 0,6823 0,6047 Y 1.4 0,4779 0,5779 0,6269 0,7756 0,6027 Y 1.5 0,7441 0,5545 0,642 0,7547 0,6674 Y 1.6 0,5213 0,4644 0,5811 0,7295 0,6753 Y 1.7 0,6227 0,496 0,6566 0,8074 0,6888 Y 1.8 0,4067 0,4126 0,4418 0,6629 0,5245 Y 1.9 0,4067 0,4126 0,4418 0,6629 0,5245 Y 2.1 0,4366 0,3824 0,4423 0,4278 0,6667 Y 2.2 0,5187 0,5886 0,5778 0,6156 0,7516 Y 2.3 0,6438 0,5881 0,6692 0,6653 0,7058 Y 2.4 0,5523 0,5035 0,5919 0,6652 0,7235 Y 2.5 0,5641 0,4057 0,5599 0,5962 0,6805 Y 2.6 0,5536 0,4861 0,595 0,5917 0,7843
## Sumber: Data Primer diolah (2018)
Berdasarkan pengukuran cross loading pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa keseluruhan item yang mengukur variabel kompetensi guru, motivasi guru, peran pengawas, kepuasan kerja dan kinerja guru menghasilkan nilai loading yang lebih besar dibandingkan dengan nilai loading pada variabel lainnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa masing-masing item mampu mengukur variabel laten yang bersesuaian dengan item tersebut.
c) Pengujian Reliabilitas Diskriminan (Discrimant Reliability)
Perhitungan yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas konstruk adalah diskriminan reliability (AVE) , cronbach alpha dan composite reliability . Kriteria pengujian menyatakan bahwa apabila diskriminan reliability (AVE) bernilai lebih besar dari 0.5, cronbach alpha bernilai lebih besar dari 0.6 dan composite reliability bernilai lebih besar dari 0.7 maka konstruk tersebut dinyatakan reliabel.
Hasil perhitungan diskriminan reliability (AVE) , cronbach alpha dan composite reliability dapat dilihat melalui ringkasan yang disajikan dalam Tabel berikut:
Tabel 10: Hasil Uji Realibilitas Diskriminan
AVE Composite Reliability Cronbachs Alpha X1 (Kompentensi) 0,5605 0,9271 0,9128 X2 (Motivasi) 0,5848 0,8755 0,8229 X3 (Peran Pengawas) 0,58 0,8732 0,8181 Z (Kepuasan Kerja) 0,5788 0,916 0,8946 Y (Kinerja Guru) 0,5182 0,8655 0,8139 Sumber: Data Primer diolah (2018)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai diskriminan reliability (AVE) pada variabel kompetensi guru sebesar 0,5605, variabel motivasi guru sebesar 0.5848, variabel peran pengawas sebesar 0.5800, variabel kepuasan kerja sebesar 0.5788, dan variabel kinerja guru sebesar 0.5182. Hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.5. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan diskriminan reliability (AVE) semua item dinyatakan reliabel dalam mengukur variabel latennya.
Kemudian nilai composite reliability pada variabel kompetensi guru l sebesar 0.9271, variabel motivasi guru sebesar 0.8755, variabel peran pengawas sebesar 0.8732, variabel kepuasan kerja sebesar 0.916, dan variabel kinerja guru sebesar 0.8655. Hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.7. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan composite reliability semua item dinyatakan reliabel dalam mengukur variabel latennya.
Selanjutnya nilai Cronbach’s Alpha pada variabel kompetensi guru sebesar 0.9128, variabel motivasi guru sebesar 0.8229, variabel peran pengawas sebesar 0.8181, variabel kepuasan kerja sebesar 0.8946, dan variabel kinerja guru sebesar 0.8139. Hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.6. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan Cronbach’s Alpha semua item variabel dinyatakan reliabel dalam mengukur variabel latennya.
## 2. Pengujian Asumsi Klasik Linieritas
Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen. Kriteria pengujian menyebutkan bahwa apabila nilai probabilitas < level of significance (alpha (α=5%)) maka dinyatakan ada hubungan linier antara variabel eksogen terhadap variabel endogen. Hasil pengujian linieritas disajikan dalam Tabel berikut:
Tabel 11 : Uji Asumsi Linieritas Hubungan Linieritas T Statistics (|O/STERR|) Sig.
X 1 (Kompentensi) terhadap Y 1 (Kepuasan Kerja) 4,3281 ***
X 1 (Kompentensi) terhadap Y 2 (Kinerja Guru) 2,6685 **
X 2 (Motivasi) terhadap Y 1 (Kepuasan Kerja) 2,2066 **
X 2 (Motivasi) terhadap Y 2 (Kinerja Guru) 1,2516 Tidak Sig.
X 3 (Peran Pengawas) terhadap Y 1 (Kepuasan Kerja) 8,0105 ***
X 3 (Peran Pengawas) terhadap Y 2 (Kinerja Guru) 3,1625 ***
Y 1 (Kepuasan Kerja) terhadap Y 2 (Kinerja Guru) 3,2926 ***
Ket: Sig. *** (p < 0.001), ** (p < 0.005) Sumber: Data Primer diolah (2018)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen menghasilkan probabilitas < level of significance (alpha (α=5%)), terdapat variabel motivasi tidak signifikan terhadap kinerja guru namun di lain pihak berpengaruh terhadap kepuasan kerja Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen adalah hubungan linier.
3. Pengujian Goodness of Fit Model
Goodness of fit Model digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel endogen untuk menjelaskan keragaman variabel eksogen, atau dengan kata lain untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel eksogen terhadap variabel endogen. Goodness of fit Model dalam analisis PLS dilakukan dengan menggunakan Q-Square predictive relevance (Q 2 ).
## Gambar 2 Model Inner SPL
Tabel 12: Uji Goodness of Fit Model Variabel R 2 Kepuasan kerja 0,7513 Kinerja guru 0,7675
Q 2 = 1 – ( 1 – R 1 2 ) ( 1 – R 2 2 ) 1 – ( 1 – 0,7513) ( 1 – 0,7675) = 0.942
Sumber: Data Primer diolah (2018) R-square variabel kepuasan kerja bernilai 0.7513 atau 75,13%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keragaman variabel kepuasan kerja mampu dijelaskan oleh variabel kompetensi guru, motivasi guru dan peran pengawas sebesar 75,13%, atau dengan kata lain kontribusi variabel kompetensi guru, motivasi guru dan peran pengawas terhadap variabel kepuasan kerja sebesar 75,13%, sedangkan sisanya sebesar 24,87% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
R-square variabel kinerja guru bernilai 0.7675 atau 76,75%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keragaman variabel kinerja guru mampu dijelaskan oleh variabel kompetensi guru, motivasi guru, peran pengawas dan kepuasan kerja sebesar 76,75%, atau dengan kata lain kontribusi variabel variabel kompetensi guru, motivasi guru, peran pengawas dan kepuasan kerja terhadap variabel kinerja guru sebesar 76,75%, sedangkan sisanya sebesar 23,25% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Q-Square predictive relevance (Q 2 ) bernilai 0.942 atau 94.2%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keragaman variabel kinerja mampu dijelaskan oleh variabel variabel kompetensi guru, motivasi guru, peran pengawas dan kepuasan kerja secara keseluruhan sebesar 94.2%, atau dengan kata lain kontribusi variabel variabel kompetensi guru, motivasi guru, peran pengawas dan kepuasan kerja secara keseluruhan terhadap variabel kinerja guru sebesar 94.2%, sedangkan sisanya sebesar 0.58% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
4. Pengujian Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Pengujian pengaruh langsung juga mempergunakan Goodness of fit Model dengan analisis PLS untuk mengetahui pengaruh variabel endogen terhadap variabel eksogen, atau dengan kata lain untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel eksogen terhadap variabel endogen.
## Gambar 3 Model outer PLS
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung dalam penelitian ini sebagaimana disajikan dalam Tabel berikut ini:
Tabel 13 : Koefisien Hasil Uji Pengaruh Langsung
Kompetensi Motivasi Peran Pengawas Kepuasan Kepuasan kerja guru 0,276 0,129 0,547
Kinerja guru 0,201 0,092 0,280 0,388
Sumber: Data Primer diolah (2018) oleh Pusat Kajian Informasi dan Data PPs UMI
Berdasarkan tabel di atas, diketahui terdapat tiga variabel yang secara langsung memengaruhi kepuasan kerja dan empat variabel yang secara langsung memengaruhi kinerja guru. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kompetensi guru memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan kerja, yaitu sebesar 0,276 dan terhadap kinerja guru sebesar 0,201 sedangkan variabel motivasi guru memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan kerja sebesar 0,129 dan terhadap kinerja sebesar 0,092 dan peran pengawas terhadap kepuasan kerja sebesar 0,547 dan terhadap kinerja guru sebesar 0,280 dan variabel kepuasan berpengaruh langsung terhadap kinerja sebesar 0,388
Selain itu, penelitian ini juga mengukur pengaruh tidak langsung antar variabel yaitu, terdapat tiga variabel yang memengaruhi kinerja guru secara tidak langsung. Adapun hasil pengukuran pengaruh tidak langsung disajikan dalam Tabel berikut ini:
Tabel 14: Koefisien Hasil Uji Pengaruh Tidak Langsung
Kompetensi guru Motivasi guru Peran pengawas Kepuasan kerja Kepuasan kerja Kinerja guru 0.107 0.051 0.212
Sumber: Data Primer diolah (2018) oleh Pusat Kajian Informasi dan Data PPs UMI
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa variabel yang secara tidak langsung paling besar memengaruhi kinerja guru ialah peran pengawas, yaitu sebesar 0.212. Kemudian kompetensi guru sebesar 0.107 dan motivasi guru sebesar 0.051.
## Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS SEM PLS, dengan inner model dan outer model.
1) Hipotesis 1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan Kompetensi Guru terhadap Kepuasan Kerja Guru PAI pada SMP Negeri Gowa
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kompetensi guru berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dengan koefisien jalur sebesar 0.275. Hasil ini signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik (3,899) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung kompetensi guru memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian hipotesis 1 terpenuhi.
2) Hipotesis 2 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi guru terhadap kepuasan kerja Guru PAI pada SMP Negeri Gowa
Hasil pengujian menunjukkan bahwa motivasi guru berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dengan koefisien jalur sebesar 0.129. Hasil ini signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik (1,986) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung motivasi guru memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian hipotesis 2 terpenuhi.
3) Hipotesis 3 : Ada Pengaruh peran pengawas yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja Guru PAI Pada SMP Negeri Gowa
Hasil pengujian menunjukkan bahwa peran pengawas berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dengan koefisien jalur sebesar 0.547. Hasil ini signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik (8,323) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung peran pengawas memiliki pengaruhpositif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian
hipotesis 3 terpenuhi.
4) Hipotesis 4 : Ada Pengaruh yang positif dan signifikan kompetensi guru terhadap kinerja guru PAI pada SMP Negeri Gowa
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kompetensi guru berpengaruh positif terhadap kinerja dengan koefisien jalur sebesar 0.201. Hasil ini signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik (2,514) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung kompetensi guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Dengan demikian hipotesis 4 terpenuhi.
## 5) Hipotesis 5 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan motivasi guru terhadap kinerja guru PAI pada SMP Negeri Gowa
Hasil pengujian menunjukkan bahwa motivasi guru berpengaruh positif terhadap kinerja dengan koefisien jalur sebesar 0.092. Hasil ini tidak signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik (1,303) lebih kecil dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung motivasi guru memiliki pengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap kinerja guru. Dengan demikian hipotesis 5 tidak terpenuhi.
## 6) Hipotesis 6 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan peran pengawas terhadap kinerja guru PAI pada SMP Negeri Gowa
Hasil pengujian menunjukkan bahwa peran pengawas berpengaruh positif terhadap kinerja guru dengan koefisien jalur sebesar 0.280. Hasil ini signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik (3,362) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung peran pengawas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Dengan demikian hipotesis 6 terpenuhi.
## 7) Hipotesis 7 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja guru PAI pada SMP Negeri Gowa
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja guru dengan koefisien jalur sebesar 0.388. Hasil ini signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik (3,2926) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Dengan demikian hipotesis 7 terpenuhi.
8) Hipotesis 8 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan Kompetensi Guru terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kompetensi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja dengan koefisien jalur pengaruh tidak langsung sebesar 0.107. Hasil ini signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik pengaruh tidak langsung (2.343) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung kompetensi guru memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja melalui kepuasan kerja Dengan demikian hipotesis 8 terpenuhi.
## 9) Hipotesis 9 : Ada Pengaruh yang positif dan signifikan Motivasi Guru terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja
Hasil pengujian menunjukkan bahwa motivasi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja dengan koefisien jalur pengaruh tidak langsung sebesar 0.051. Hasil pengujian tidak langsung nilai t- statistik(2,086) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung motivasi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja melalui kepuasan kerja .Dengan demikian hipotesis 9 terpenuhi.
10) Hipotesis 10 : Ada Pengaruh yang positif dan signifikan Peran pengawas dan kepuasan kerja terhadap Kinerja guru melalui kepuasan kerja.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa peran pengawas berpengaruh positif terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja dengan koefisien jalur pengaruh tidak langsung sebesar 0.212. Hasil ini signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t-statistik pengaruh tidak langsung (4,683) lebih besar dari nilai t-tabel (1.96). Hal ini menunjukkan bahwa tidak langsung peran pengawas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja melalui kepuasan kerja Dengan demikian hipotesis 10 terpenuhi.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas, dapat disajikan pada ringkasan tabel berikut:
## Tabel 15: Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Eksogen Mediasi Endogen Koefisien Jalur T-Statistik Ket* ) H 1 Kompetensi guru - Kepuasan Kerja D : 0,275 3,899 Sign H 2 Motivasi guru - Kepuasan Kerja D : 0,129 1,986 Sign H 3 Peran Pengawas - Kepuasan Kerja D : 0,547 8,323 Sign H 4 Kompetensi guru - Kinerja guru D : 0,201 2,514 Sign H 5 Motivasi guru - Kinerja guru D : 0,092 1,303 Tidak Sign H 6 Peran Pengawas - Kinerja guru D : 0,280 3,362 Sign H 7 Kepuasan kerja - Kinerja guru D : 0,388 3,292 Sign H 8 Kompetensi guru Kepuasan kerja Kinerja guru I: 0,107 2,343 Sign H 9 Motivasi guru Kepuasan kerja Kinerja guru I : 0,051 2,086 Sign H 10 peran pengawas Kepuasan kerja Kinerja guru I: 0,212 4,683 Sign
*Signifikansi, nilai-T > 1.96; D: Direct Effect; I : Indirect Effect Sumber: Data Primer diolah (2018) oleh Pusat Kajian Informasi dan Data PPs UMI Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini membahas pengaruh kompetensi guru, motivasi guru dan peran pengawas terhadap kepuasan keja dan kinerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa, dijelaskan satu persatu sebagai berikut:
1. Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Kepuasan kerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru. Ini menunjukkan bahwa jika seorang guru ingin mempunyai kepuasan dalam kerja maka dibutuhkan kompetensi. Karena pada dasarnya kompetensi terdiri dari skill, knowledge dan ability . Guru yang memiliki skill, knowledge dan ability yang baik akan dapat bekerja dengan baik, memberikan penjelasan pada siswa dengan baik dan dapat pula menguasai bahan ajar dengan baik.
Namun demikian kompetensi yang dimiliki oleh guru tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kepuasan kerja jika kepuasan kerja tidak memberikan kontribusi positif terhadap guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Persamaannya penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada pemahaman mengenai kompetensi yang diterapkan dalam mendapatkan kepuasan kerja. Perbedaan yaitu indikator kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dan lingkungan kerja sedangkan penelitian ini indikator kompetensi guru meliputi: 1) Menguasai bahan 2) Mengelola program belajar mengajar, 3) Mengelola Kelas, 4) Menggunakan media atau sumber belajar, 5) Menguasai landasan kependidikan, 6)Mengelola interaksi belajar-mengajar 7) Menilai prestasi belajar mengajar, 8) Mengelola bimbingan dan penyuluhan, 9) Menyelenggarkan administrasi sekolah 10) Menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
2. Pengaruh Motivasi terhadap kepuasan kerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa
Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, artinya semakin baik motivasi yang diberikan kepada guru maka kepuasan kerja guru akan meningkat. Motivasi menjadi kebutuhan dan diperlukan setiap guru untuk mengembangkan potensi sesuai profesi nya. Pada penelitian ini motivasi dilihat dari lima tingkatan kebutuhan yaitu fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Kebutuhan social, rasa aman dan kebutuhan fisiologis menjadi pengukur tetinggi motivasi guru, terutama suasana kekeluargaan dalam bekerja, diberikan tunjangan kehadiran dan kinerja berdampak pada kepuasan kerja.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu membuktikan bahwa motivasi merupakan variabel berpengaruh dalam menentukan kepuasan kerja, perbedaan penelitian terdahulu yaitu terletak pada indikator variabel-variabelnya.
3. Pengaruh peran pengawas terhadap kepuasan kerja guru PAI pada SMP negeri di Kabupaten Gowa
Kepuasan kerja yang dimiliki oleh guru merupakan peran pengawas sehingga dapat diasumsikan bahwa peran pengawas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru. Pada penelitian ini kepuasan kerja dapat ditingkatkan melalui peningkatan peran pengawas yang dilakukan secara konsisten dan terjadwal sehingga dengan tindak lanjut dari hasil pengawas pengawas akan memberikan masukan kepada guru dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar..
Kepuasan kerja guru atas arahan dari pengawas akan menimbulkan persepsi atau citra positif pengawas bagi guru dan sangat berpengaruh terhadap tercapainya visi misi pengawas, sehingga kepuasan kerja guru menimbulkan efek menyenangkan dan menumbuhkan kepercayaan positif terhadap peran pengawas.
Persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada variabel terikat kepuasan kerja yang diamati, sedangkan perbedaan terletak pada indikator masing-masing variabel,
4. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa
Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru . kompetensi pada dasarnya merupakan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam mengaktualisasikan atau mengamalkan yang berkaitan dengan kemampuan menjalankan keprofesionalan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Wujud pengaruh kompetensi berupa orientasi kualitas proses pembelajaran.
Guru dituntut untuk dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran sesuai tuntutan padigma pendidikan maka guru harus mampu membuat perencanaan pembelajaran yang teratur dalam rangka mewujudkan kinerja guru yang baik.
Terdapat kesamaan dengan penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa kompetensi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja.. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada indikator kompetensi yang digunakan adanya perbedaan indikator tersebut memberikan sebuah apresiasi dalam menilai sebuah variabel yang diamati.
5. Pengaruh motivasi terhadap kinerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa
Pada penelitian ini, pengaruh motivasi terhadap kinerja berpengaruh positif tapi tidak signifikan, seorang guru dalam mengajar membutuhkan adanya lingkungan kerja yang aman, dinamika kerja dan suasana tempat kerja sangat mempengaruhi konsentrasi atau perhatian guru untuk termotivasi dalam mengajar. Adanya proses belajar mengajar yang teratur dan terjadwal ditunjang oleh suasana tempat guru dan ruang belajar yang menyenangkan memotivasi guru untuk meningkatkan dan mempengaruhi kinerja guru.
Inti uraian ini didukung oleh teori yang dikemukakan Maslow dengan teori kebutuhan, yang menyatakan bahwa kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri berpengaruh terhadap kinerja guru.
Perbedaan penelitian terdahulu yaitu motivasi menjadi penentu kinerja dan wujud motivasi
diterapkan dalam bentuk motivasi harapan yang memrikan pengaruh postif dan signifikan terhadap kinerja, sedangkan pada penelitian ini yang diamati adalah bentuk aktualisasi diri, penghargaan, rasa aman, interaksi sosial dan kebutuhan fisiologis yang memberikan pengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap kinerja guru..
6. Pengaruh Peran Pengawas terhadap kinerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa
Hasil penelitian peran pengawas berpengaruh postif dan signifikan terhadap kinerja guru. Pengaruh peran pengawas tersebut ditentukan oleh kuatnya komitmen pengawas memberikan pengawasan secara kontinu dan berkesinambungan sehingga dapat berkelanjutan seorang guru memiliki kemampuan atau kompetensi untuk meningkatkan kinerja.
Peran pengawas akan efektif jika melaksanakan supervisi, Monitoring/pemantauan, Penilaian, Pembinaan / pengembangan , Pelaporan terhadap guru dengan memiliki keterikatan dan merasa terlibat dalam kegiatan kepengawasan, artinya guru juga melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penuh tanggung jawab.
. Ada persamaan dan perbedaan antara penelitian yang terdahulu, penelitian terdahulu meneliti tentang pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru dan hasilnya memberikan pengaruh positif dan signifikan, perbedaannya terletak pada indikator masing-masing variabel peran pengawas dan kinerja guru.
7. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa
Penelitian ini yang menggambarkan pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap kinerja guru.
Pada penelitian terdahulu kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru , karena semua guru merasa puas dan bertanggung jawab atas pekerjaan, kemajuan kerja, pencapaian tujuan, pengakuan diri, dan pekerjaan yang dijalani menghasilkan pekerjaan yang sangat memuaskan, sehingga pencapaian kinerja mengalami peningkatan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai guru.
Inti pembahasan menunjukkan bahwa kepuasan kerja yang dirasakan guru memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru sehingga peningkatan kinerja dipertahankan dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja agar terus menghasilkan aktualisasi pengembangan guru untuk meningkatkan kinerjanya’
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Persamaan pada penelitian terdahulu yaitu sama-sama meneliti mengenai kepuasan kerja terhadap kinerja, perbedaannya terletak pada hasil temuan dan rekomendasi yang diberikan, karena masing- masing peneliti sebelumnya memiliki perbedaan dalam menyimpulkan temuannya, di mana kepuasan kerja cenderung berpengaruh terhadap kinerja di mana hasil penelitian ini kepuasan kerja juga berpengaruh terhadap kinerja.
8. Pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa
Bardasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi guru melalui kepuasan kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Ini berarti bahwa kompetensi yang dimiliki guru dalam penerapannya meningkatkan kinerjanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi yang diterapkan guru sesuai dengan pengembangan pendidikan yang berorientasi pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai guru. Kompetensi yang dimiliki oleh guru yang sesuai dengan kepuasan kerja yang diperoleh akan memberikan peningkatan kinerja guru artinya kompetensi guru memberikan pengaruh terhadap kinerja guru melalui kepuasan.
9. Pengaruh motivasi guru terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa.
Berdasarkan olahan data diketahui bahwa motivasi guru terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan. Ini berarti motivasi dapat dipertahankan penerapannya pada guru dalam rangka meningkatkan kinerja guru. Upaya untuk mempertahankan motivasi guru adalah menginternalkan indikator-indikator yang memberikan kontribusi yang besar terhadap kinerja melalui kepuasan kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi guru yang diterapkan cenderung sesuai, sebab pemberian motivasi oleh pihak pimpinan cenderung berorientasi pada pemenuhan kebutuhan guru sehungga guru termotivasi untuk meningkatkan kinerja melalui kepuasan kerja. Wujud motivasi yang diberikan pada umumnya sesuai dengan kepuasan kerja, artinya dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa aman, social, penghargaan dan aktualisasi diri secara optimal berimlikasi terhadap kepuasan kerja sehingga peningkatan kerja dapat terwujud.
10. Pengaruh peran pengawas terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja guru PAI pada SMP Negeri di Kabupaten Gowa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran pengawas dan kepuasan kerja secara berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Ini berarti peran pengawas searah atau berkontribusi kepada kepuasan kerja sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pengawas memberikan dorongan kepada guru searah dengan pemenuhan kepuasan kerja sehingga memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
Kepuasan kerja yang diperoleh guru merupakan implikasi dari peran pengawas merupakan suatu nilai didalam mewujudkan kinerja yang lebih baik. Wujud kepuasan kerja yang diterapkan pengawas, yaitu supervisi, Monitoring/pemantauan, Penilaian, Pembinaan / pengembangan , Pelaporan memberikan kontribusi terhadap tugas dan fungsi guru sehingga kinerja guru lebih baik.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan penelitian dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Kompetensi yang dimiliki guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Motivasi guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Motivasi guru yang tinggi mempengaruhi kepuasan kerja.
3. Peran pengawas memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja . Pelayanan berupa bimbingan dan arahan memberikan kepuasan kerja bagi guru.
4. Kompetensi guru memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Kompetensi yang dimiliki guru memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja guru.
5. Motivasi guru memberikan pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap kinerja guru..
6. Peran Pengawas memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Pengawas melaksanakan perannya secara berkesinambungan melaksanakan tugas dan fungsinya maka kinerja guru akan meningkat.
7. Kepuasan kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Kepuasan kerja guru sudah terpenuhi dengan baik dan sejalan dengan variabel yang lain atau secara optimal memberikan peningkatan kinerja guru.
8. Kompetensi guru memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja. Artinya Optimalisasi kompetensi guru melalui kepuasan kerja guru memberikan dampak yang positif dan efektif terhadap kinerja guru.
9. Motivasi guru memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja. Artinya Optimalisasi motivasi guru melalui kepuasan kerja guru memberikan dampak yang positif dan efektif terhadap kinerja guru.
10. Peran pengawas memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru melalui kepuasan kerja. Artinya Optimalisasi Peran pengawas melalui kepuasan kerja guru memberikan dampak yang positif dan efektif terhadap kinerja guru.
## DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama R.I. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahnya . Bandung: PT. Syamil Cipta Media.
2007. Kumpulan Undang- Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI
-------. Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003 2001. Kompetensi Guru dan Pengawas . Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Getteng, Abd. Rahman, 2009. Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika . Cet.I; Graha Guru Hasibuan, Malayu. 1997. Dasar-dasar Manajemen . Jakarta: Rineka Cipta Husein, Umar. 2002. Evaluasi Kerja . Jakarta: Gramedia Utama. Kasman, 2010. Model Supervisi Individu dan Kelompok dalam Supervisi Pembelajaran , Al-Buhust . Malang: Jurnal Penelitian
Kunandar. 2008. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru , Ed. Revisi, Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Cet.IV; Bandung: Remaja Rosdakarya.
-------.2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru . Cet. IV; PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. -------. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian Pendidik dan Kepala Sekolah . Jakarta: Bumi Aksara,
-------. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Cet. VII; Bandung: Remaja Rosdakarya\
Rivai, Veithzal.Murni, Sylviani. 2012. Education Management (Analisis Teori dan Praktik) .Cet.III, Raja Grafindo Persada,
Rivai, Veithzal, Basalamah, Salim dkk. 2014. Islamic Human Capital Manajement. Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada.
Rivai, Veithzal, Mulyadi, Deddy. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi III; Raja Grafindo Persada
Suyuti, Ahmadi. 1999. Pengawas Islami Konsepsi dan Realitas . Jakarta: Rineka Cipta.
Semmaila, 2017.Baharuddin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Cet I; Makassar:Arus Timur. Stephen, Robins P. 2017. Perilaku Organisasi (Organization Behavior) . Edisi 16; Salemba Empat Jakarta.
Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional . Cet.1; Jakarta: Rineka Cipta.
Wasty, Soemanto. 2002. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan . Cet. V: Malang: Bumi Aksara, Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Cet. XXII; Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,2005. Jakarta: CV. Tamit
|
584d1591-a58b-4e21-9844-302d23d6b5fc | https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Hermeneutik/article/download/890/826 |
## Konsep Iman menurut tosHIHIKo Isutzu
## zuhadul Ismah
Lembaga Kajian tasir Hadis Kudus, Jawa tangah, Indonesia [email protected]
## Abstrak
Artikel ini berupaya untuk memahami al-Qur’an dengan metode dan pendekatan para outsider. Akan tetapi, tidak jarang pula metode dan pendekatan yang dipakai para ousider tersebut akan dapat membuka cakrawala dan mengembangkan pengetahuan baru. Pokok-pokok implementasi iman menurut Toshihiko Izutsu dalam buku “Konsep-Konsep Etika Religius dalam al-Qur’an” yaitu: (1) Iman, merupakan lawan diametrik dari kufr, maka tidak ada alasan sama sekali untuk terkejut jika menemukan iman berlawanan dengan istilah etika religius lain yang kurang lebih sinonim dengan kufr. (2) Ketiga konsep (Ima > n, Isla > m, Ihsa > n) membentuk tiga tingkatan secara berurutan menurut konsep agama sebagaimana yang dipahami menurut pengertian Islam. Tingkatan yang paling tinggi adalah ihsan, tingkatan pertengahan adalah iman, dan diikuti oleh islam. Dengan demikian, setiap muhsin (pelaku ihsan) adalah mu’min (orang yang beriman), dan setiap mu’min adalah muslim (orang Islam). Namun demikian, tidak semua mukmin adalah muhsin, dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Kata Kunci: Iman, Islam, Ihsa > n , Etika Religius, al-Qur’an
## Abstract
THE IMAAN CONCEPT BY TOSHIHIKO IZUTSU FROM THE RELIGIOUS ETHIC CONCEPT IN THE QUR’AN BOOK. This article is trying to understand the Qur’an from the outsider approach
## Zuhadul Ismah
and method. The approach and method will be open the firmament and develop new knowledge. The main implementation of faith according to Toshihiko Izutsu in book “ Konsep-Konsep Etika Religius dalam al-Qur’an”: (1) Faith, is diametric rivalsfrom kufr, there is no reason at if find the faith contrary with the other religious ethics term that close to kufr. (2) The three concept (Faith, Islam, Ihsan) formed sequentially according to the concept of religion as understood in the sense of Islam. Ihsan, is the high levels, the mid is faith, and followed by islam. Thus, each muhsin (perpetrators ihsan) is gafir (who believe), and every gafir are muslims (Muslims). However, not all believers is muhsin, and not every Muslim is a believer.
Keywords : Faith, Islam, Ihsan, Religious Ethics, the Qur’an
## pendahuluan
a.
Tradisi keilmuwan Barat telah melintasi rentang sejarah yang cukup panjang untuk memahami al-Qur’an. Pendekatan dan temuan- temuan mereka tidak jarang mencengangkan orang-orang yang hidup dalam tradisi yang dilahirkan atau dipengaruhi oleh eksistensi kitab suci al-Qur’an tersebut. Ketercengangan sering kali terjadi karena pendekatan atau temuan itu berbeda dengan apa yang selama ini mereka yakini sebagai kebenaran atau bahkan mungkin bertentangan dengannya dan sering kali ianggap menggoyahkan sendi-sendinya. Sikap yang kemuian timbul adalah penolakan terhadap pendekatan atau temuan seperti itu.
Akan tetapi, tidak jarang metode dan pendekatan yang dipakai oleh orang-orang luar itu kalau diperhatikan dengan sikap terbuka, tanpa kecurigaan akan dapat membuka cakrawala baru atau mengingatkan lagi pada khasanah yang selama ini dilupakan. Ini terjadi antara lain, karena orang-orang luar itu secara relatif dapat bersikap lebih netral terhadap data-data historis yang tersimpan dalam karya-karya kaum muslimin sendiri. Karena pilihan-pilihan atau lebih tepatnya pemihakan teologis, sikap seperti ini sangat sulit iambil oleh kaum muslimin. 1
Di antara studi yang dilakukan outsider adalah kajian tentang implementasi iman dalam al-Qur’an sebagaimana yang
1 Toshihiko Izutsu, Konsep-Konsep Etika Religius dalam Qur’an , Terj. Agus Fahri , A.E. Priyono, Misbah Zulfa Elisabeth, Supriyanto Abdullah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hlm. 222.
207
Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
dilakukan Toshihiko Izutsu pada QS. al-Anfa > l :2-4, at-Taubah :112, al-Furqa > n: 63-63, al-Ah } za > b: 36 dan lainnya.
pembahasan B. Biografi dan Perjalanan Intelektual Toshihiko Izutsu
1.
Toshihiko Izutsu lahir di Tokyo 4 Mei 1914 dan wafat pada 7 Januari 1993 di K amakura, Jepang. Berasal dari keluarga yang taat, ia telah mengamalkan ajaran Zen Buddhisme sejak kecil. 2 Bahkan, pengalaman bertafakur dari praktik ajaran Zen sedari muda telah turut memengaruhi cara berpikir dan pencariannya akan kedalaman pemikiran filsafat dan mistisisme. Pendek kata, suasana dan latar belakang keluarga telah membentuk pemikiran Izutsu. 3
Di dalam suasana keluarga, ia juga dibiasakan dengan cara berpikir Timur yang berpijak pada ketiadaan ( nothingness ). Ayahnya, sebagai seorang guru Zen, mengajarkan kaidah ajaran ini dengan menuliskan sebuah kata kokoro , yang berarti pikiran, di atas sebuah kertas. Lalu, tulisan ini diberikan kepadanya untuk ditatap pada waktu tertentu setiap hari. Kemudian setelah memasuki masa tertentu, sang ayah memerintahkan untuk menghapus tulisan itu dan meminta anaknya untuk melihat tulisan itu di dalam pikirannya, bukan kata yang ada di atas kertas, seraya menumpukan perhatian pada tulisan secara terus-menerus. Tak lama kemudian, sang ayah memerintahkan untuk menghapuskan kata yang ada di dalam pikirannya serta merta, dan memikirkan pikiran yang hidup di balik kata yang tertulis. Tambahan lagi, ayahnya menyuruh Izutsu untuk tidak memahami apa yang ada di dalam pikirannya, tetapi seharusnya menghilangkan semua jenis kekacauan baik yang bersifat lahir maupun batin, dan sepenuhnya tunduk pada kebukanmindaan ( no-mindedness ). Dengan tegas diperingatkan bahwa Izutsu seharusnya tidak melakukan penelitian intelektual terhadap kaidah amalan Zen bahkan setelah menyelesaikan amalan tersebut.
Tetapi, dalam perjalanan hidupnya, Izutsu juga membaca berbagai karya yang ditulis oleh ahli mistik Barat. Pengalaman inilah
2 http://belajarsastra22.blogspot.com/2013/09/metode penafsiran al-Quran toshihiko.html, d - akses pada tanggal 26 Juni 2014.
3 Stefan Tanaka, “Imaging History: Inscribing Belief in the Nation” , dalam The Journal of Asian Studies 53, 1994, hlm. 27.
## Zuhadul Ismah
yang mengantarkannya pada pemahaman yang sangat berlawanan dengan keyakinan sebelumnya. Ketika masa mudanya ia menekuni spiritualisme Timur, kemudian beralih pada spiritualisme Barat dan mencurahkan perhatiannya pada kajian filsafat Yunani.
Penemuan pengalaman mistik sebagai sumber pemikiran filsafat menjadi permulaan bagi seluruh filsafat Izutsu selanjutnya. 4 Ia bukan semata-mata satu penemuan di dalam ruang filsafat Yunani, tetapi juga menjadi asal-usul pemikiran ketika ia mengembangkan ruang lingkup aktivitas penelitiannya pada filsafat Islam, pemikiran Yudaisme, filsafat Inia, filsafat Lao-Tsu Cina, filsafat Yuishiki dan Buddhisme Kegon dan filsafat Zen. Kegairahan Izutsu untuk menelusuri seluruh alam pemikiran dunia telah turut menempatkan dirinya pada pusaran pertikaian dan pada waktu yang sama ia memunculkan gairah baru dalam menampilkan intisari dari setiap ceruk kedalaman berpikir.
Keluasan minat di atas tidak lepas dari latar belakang pendidikian Izutsu. Ia menyelesaikan pendidikan tingkat perguruan tinggi di Universitas Keio Tokyo. Di tempat inilah ia juga mengabdikan dirinya sebagai dosen dan mengembangkan karir sebagai seorang intelektual yang iakui di dunia. Ia mengajar di sini dari tahun 1954 sampai dengan 1968 dan mendapatkan gelar Profesor Madya pada tahun 1950. Akhirnya, ia juga mendapatkan gelar profesornya di universitas yang sama. 5
Atas permintaan Wilfred Cantwell Smith sebagai direktur kajian Islam di Universitas MacGill Montreal Canada, ia bersedia menjadi profesor tamu yang dijalaninya antara tahun 1962-1968 dan selanjutnya menjadi profesor di universitas ini antara tahun 1969- 1975. Setelah mengajar di McGill, ia berhijrah ke Iran untuk menjadi pengajar di Imperial Iranian Academy of Philosophy sebagai pemenuhan undangan koleganya, Seyyed Hossein Nasr, antara tahun 1975 sampai dengan 1979. Akhirnya ia mengakhiri karir akademiknya sebagai profesor emiritus di Universitas Keio hingga akhir hayatnya.
Selain itu, ia juga bergiat di dalam beberapa lembaga keilmuan, seperti Nihon Gakushiin (The Japan Academy) pada tahun
4 William C. Chittick, Creation and the Timeless Order of Things: Essays in Islamic Mystical Philosophy (Ashland: White Cloud Press, 1994), hlm. 3.
5 http://pps.iainuruljadid.ac.id/?p=126 diakses tanggal 27 Juni 2014.
209
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
1983, Institut International de Philosophy di Paris pada tahun 1971 dan Academy of Arabic Language di Kairo Mesir pada tahun 1960. Sedangkan aktivitas yang dilakukan di luar negara adalah Pelawat Rockefeller (1959-1961) di Amerika Serikat dan Eranos Lecturer on Oriental Philosophy di Switzerland antara tahun 1967-1982.
Adapun karya-karya Toshihiko Izutsu antara lain: Ethico- Religious Concepts in the Quran ( Konsep-Konsep Etika Religius dalam Qur’an ), Concept of Belief in Islamic Theology ( Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam ), God and Man in the Koran ( Relasi Tuhan dan Manusia ), Sufism and Taoism: A Comparative Study of Key Philosophical Concepts, Creation and the Timeless Order of Things: Essays in Islamic Mystical Philosophy, Toward a Philosophy of Zen Buddhism, Language and Magic.Studies in the Magical Function of Speech.
Pendekatan Penafsiran Toshihiko Izutsu dan Aplikasinya
2.
Pendekatan Izutsu dalam mengkaji agama adalah linguistik dan ia menggunakan ilmu humaniora/sosial lebih ekstensif daripada pendekatan yang berdasarkan pada keimanan. Izutsu menggunakan metode analisis semantik atau konseptual terhadap bahan-bahan yang diseiakan oleh kosakata al-Qur’an yang berhubungan dengan beberapa persoalan yang paling kongkrit dan melimpah yang dimunculkan oleh bahasa al-Qur’an. Semantik secara etimologis merupakan ilmu yang berhubungan dengan fenomena makna dalam pengertian yang lebih luas dari kata, begitu luas sehingga hampir apa saja yang mungkin ianggap memiliki makna merupakan objek semantik. Semantik adalah kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual Weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara dan berpikir, tetapi yang lebih penting lagi, pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya. 6 Semantik dalam pengertian ini, adalah semacam Weltanschauung-lehre , kajian tentang sifat dan struktur pandangan dunia sebuah bangsa saat sekarang atau pada periode sejarahnya yang signifikan, dengan menggunakan alat analisis metodologis terhadap konsep-konsep pokok yang telah dihasilkan
6 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), hlm. 3.
## Zuhadul Ismah
untuk dirinya sendiri dan telah mengkristal ke dalam kata-kata kunci bahasa itu.
Menurut Izutsu, untuk memahami teks-teks al-Qur’an dapat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah dengan memilih istilah-istilah kunci (key word) dari al-Qur’an sesuai dengan bahasan yang dimaksud. Tahap kedua adalah menentukan makna dasar (basic meaning) dan makna nasabi (relational meaning) . Tahap ketiga adalah menyimpulkan dan menyatukan konsep-konsep tersebut dalam satu kesatuan.
Menentukan Makna Dasar a.
Setiap kata memiliki karakteristik tersendiri dalam pandangan dunianya ( Weltanschauungnya ). Dalam teori semantik, kata akan bisa dilacak dengan mencari makna atau arti dari kata itu sendiri, ini yang dimaksud dengan “Makna Dasar”. Makna dasar ini menjadi langkah awal dalam teori semantik untuk mencari makna dari sebuah teks atau kata tertentu. Kata dasar dari sebuah kata tertentu akan selalu melekat kapanpun dan dimanapun kata itu diletakkan. Dalam konteks al-Qur’an, kata dasar dapat diterapkan dengan memberikan makna dasar atau kandungan kontekstualnya pada kata tertentu dalam al-Qur’an, walaupun kata dasar tersebut iambil dari luar konteks al-Qur’an. Kata dasar dapat diteliti dengan cara mencari makna kata tersebut secara leksikal dan meneliti dengan pandangan historis perkembangannya, dengan cara ini otomatis akan diketahui weltanschauung kata tersebut.
Merumuskan Makna Relasional
b.
Makna relasional menganalisa makna konotatif yang diberikan dan ditambahkan kepada makna dasar yang sudah ada dengan meletakkan kata dasar tersebut pada posisi tertentu, bidang tertentu, dan dalam relasi tertentu dengan kata-kata penting lainnya dalam sistem tersebut. Dalam studi al-Qur’an, makna relasional mengkaji hubungan gramatikal dan konseptual kata fokus dengan kata yang lain dalam posisi tertentu. 7
7 Umma Farida, Pemikiran & Metode Tafsir al-Qur’an Kontemporer ( Yogy - karta: Idea Press, 2010), hlm. 69.
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
## Struktur Batin c. (Deep Structure)
Sebuah kata memiliki struktur yang banyak dan ada di tempat yang berbeda. Meski demikian, makna kata tersebut selalu teratur dalam suatu system atau sistem-sistem yang lain. Dalam bidang semantik, ini disebut dengan “Struktur Batin”. Struktur Batin (Deep Structure) secara general adalah mengungkap fakta pada dataran yang lebih abstrak dan riil, sehingga fakta tersebut tidak menimbulkan kekaburan dalam dataran manapun, dan semua ciri struktural dapat diungkap dengan jelas ke permukaan. Analisis struktur batin yang terdapat dalam al-Qur’an secara definitif adalah mengungkap kecenderungan kosakata dalam al-Qur’an dalam ayat tertentu dengan konteks yang menyertainya. 8
Bidang Semantik d. (Semantic Field)
Dalam bahasa ada banyak kosakata yang memiliki sinonim, terlebih dalam bahasa Arab. Aspek budaya terkadang juga masuk ke dalam aspek kebahasaan, meski kosakata itu sama secara leterlek, namun penggunaannya berbeda. Bidang semantik memahami jaringan konseptual yang terbentuk oleh kata-kata yang berhubungan erat, sebab tidak mungkin kosakata akan berdiri sendiri tanpa ada kaitan dengan kosakata lain. al-Qur’an sering menggunakan kata yang hampir memiliki kesamaan, namun memiliki titik tekan tersendiri. Jadi, bidang semantik merupakan jaringan kata-kata kunci yang khas, yang secara linguistik meniru dan menyerupai suatu sistem konsep- kunci. Suatu kata kunci yang penting, pada masing-masing tahapan perkembangannya mengumpulkan sejumlah kata-kata kunci tertentu di sekeliling dirinya dan membentuk satu bidang semantik atau lebih.
Metode dan pendekatan yang dirumuskan Izutsu diaplikasikan dalam menafsirkan kata kufr, yang dijelaskan sebagai berikut:
Contoh penerapan metode penafsiran yang ditawarkan Izutsu di atas yaitu bisa dilihat pada penafsiran kata kufr yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Makna dasar akar kata
1. k-f-r , berdasarkan pengetahuan filologik, yang paling memungkinkan adalah: tutup, penutup.
8 Amatullah Armstrong, Sufi Terminology: The Myistical language of Islam , terj. M.S Nasrullah dan Ahmad Baiquni (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 112.
## Zuhadul Ismah
Menurut konteks, maka hal ini terutama berkenaan dengan memberi dan menerima keuntungan, kata tersebut pada hakikatnya bermakna ‘menutupi’ yakni: mengabaikan dengan sengaja, kenikmatan yang telah diperolehnya, kemuliaan tidak berterimakasih.
Al-Qur’an menegaskan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa adalah
2. Tuhan yang penuh Rahmat dan Kebaikan. Manusia, sebagai makhluk-Nya, menerima segala sesuatunya, baik hidupnya maupun rejekinya, lewat kasih sayang Tuhan yang tiada batas. Ini berarti bahwa manusia menerima tugas dari-Nya untuk berterimakasih atas kebaikan-Nya yang diperlihatkan setiap saat disepanjang hidupnya. Seorang kafir adalah seseorang yang menerima kebaikan dari Tuhan, namun tidak menunjukkan tanda-tanda berterimakasih dalam perbuatannya, bahkan bersikap mengingkari terhadap kebaikannya. Sikap tidak berterimakasih berkenaan dengan rahmat dan
3. kebaikan Tuhan ini diwujudkan dengan cara yang paling radikal dan positif melalui takżi>b , yakni, ‘mendustakan’ Tuhan, Rasul-Nya dan wahyu Ilahi yang disampaikannya. Oleh sebab itu 4. kufr digunakan dengan sangat sering sebagai lawan kata yang tepat dari iman ‘ percaya’. Menurut a l-Qur’an lawan kata yang paling representatif dari mukmin , atau muslim, tak dapat disangkal lagi adalah kafir . Nampaknya bahwa kufr , karena seringkali digunakan sebagai lawan dari iman , semakin kehilangan inti semantik yang asli yakni ‘tidak berterimakasih’ dan semakin mengandung makna ‘tidak percaya’, sampai akhirnya paling banyak digunakan menurut pengertian terakhir tersebut, bahkan ketika hampir-hampir tidak ada pembicaraan tentang terimakasih.
Kufr 5. , sebagai penolakan manusia terhadap Penciptanya, menunjukkan ciri-ciri berbagai macam perbuatan penghinaan, kesombongan, keangkuhan. Istakbara , ‘sangat bangga’,
dan istagna > , menganggap dirinya benar-benar bebas dan merdeka, telah disebutkan di atas, sebagaimana yang akan kita lihat saat ini, terdapat kata-kata lain yang memiliki gagasan yang sama. Dalam pengertian ini kufr merupakan lawan dari sikap kerendahan hati ( tad } arru’) , dan secara langsung berlawanan dengan gagasan taqwa , ‘takut kepada Tuhan’,
213
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
yang sesungguhnya merupakan unsur pokok pandangan Islam terhadap agama secara umum. 9
pemahaman toshihiko Izutsu terhadap ‘ 3. Iman’ menurut al- Qur’an
Izutsu mengungkapkan bahwa sejatinya ajaran al-Qur’an itu ditakdirkan berkembang, tidak hanya sebagai suatu agama belaka, tapi juga suatu kebudayaan dan peradaban, maka kita perlu mengakuinya sebagai suatu yang teramat agung dalam lapangan etika-sosial, yang berisikan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari dari orang banyak itu di dalam masyarakat. Secara khusus, pada masa Madinah, al-Qur’an telah banyak berbicara tentang kehidupan kemasyarakatan. Namun, aspek etika al-Qur’an ini belum banyak dikaji secara sistemik pada masa sekarang. Menurut Izutsu, al-Qur’an bisa didekati dengan sejumlah cara pandang/ pendekatan yang beragam seperti teologi, psikologi, sosiologi, tata bahasa dan lain-lain namun dari sekian banyak pendekatan yang ada ia konsisten menggunakan pendekatan linguistik khususnya semantik al-Qur’an.
Iman a. sebagai Lawan dari Kufr
Antitesis dasar antara iman dengan kufr inilah yang memberikan ukuran akhir, yang dengan ukuran itu semua kualitas manusia dibagi, yang dalam pandangan Islam, ke dalam dua kategori akhlak yang secara radikal berlawanan. Dikotomi dasar ini merupakan catatan kunci yang sangat penting dari keseluruhan sistem etika Islam. Di mana-mana, di dalam al-Qur’an lawan fundamental ini dapat dilihat. Izutsu mengambil salah satu ayat dari al-Qur’an sebagai contoh yang paling tipikal, “Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman (mu’min) dan mengerjakan amal salih ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.Dan orang- orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka .” (QS. al-Fath}: 12-13) Di sini dapat ditunjukkan bahwa perbedaan radikal antara mu’min dengan kafir diterangkan dengan mengacu pada dua masalah penting: (1) yang mereka lakukan di dunia, orang beriman hanya melakukan perbuatan salih, sementara kafir men g habiskan
9 Toshihiko Izutsu, Konsep-Konsep Etika Religius dalam Qur’an , hlm. 144.
## Zuhadul Ismah
hari-hari-hari dalam hidupnya untuk menikmati kesenangan dunia; (2) yang mereka dapatkan pada Hari Kemudian, orang beriman akan memperoleh pahala surga, sementara orang kafir masuk ke dalam neraka. 10 Secara substansial, demikian pula yang terdapat dalam kutipan ayat berikut:
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka mereka di dalam taman (surga) bergembira. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Quran) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, Maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka).” (QS. Ar-Rum: 15-16).
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang- orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa: 76).
Kedua contoh berikut mendeskripsikan kufr dan iman dalam kaitannya dengan suksesi temporal, atau yang lebih kongkret, contoh- contoh ini menegaskan bahwa kufr dan iman merupakan dua sifat pribadi yang bertentangan yang dapat ditanggung oleh manusia dengan saling tukar, walaupun dalam sifat dasarnya keduanya tidak mungkin berada pada satu orang dalam saat yang bersamaan. Dengan kata lain, selalu terdapat bahaya kemurtadan.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, Padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imra>n: 100- 101).
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Ia beriman (ia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (ia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. an-Nah}l: 106).
Kufr dengan iman merupakan sebuah frase Qur’anik yang sangat khas disematkan untuk orang yang murtad dari Islam menuju kemusyrikan, “Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat
10 Ibid., hlm. 225.
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
kepada Allah sedikitpun, dan bagi mereka azab yang pedih (QS. Ali- Imra > n: 177).
Jika dalam hal ini, iman merupakan lawan diametrik dari kufr , maka tidak ada alasan sama sekali untuk terkejut jika menemukan iman berlawanan dengan istilah etika religius lain yang kurang lebih sinonim dengan kufr , 11 “Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? mereka tidak sama.” (QS. As-Sajdah: 18).
Di sini fasiq dipakai sebagai antitesis dari mu’min menggantikan kafir. Dalam contoh berikut, tiga sifat buruk, kufr, fusuq dan ishyan (durhaka, atau tidak patuh) terikat erat dalam satu bundel dan berlawanan dengan iman, “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar- benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang- orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. al- H{ujura>t: 7).
Iman b. dan Islam
Konsep iman dan islam merupakan salah satu dari masalah teoretik terpenting yang dihadapi oleh masyarakat muslim. Untuk menjelaskan konsep ini, Toshihiko Izutsu merujuk kepada Hadis yang sangat terkenal berkenaan dengan pertanyaan Jibril kepada Nabi Muhammad Saw., dan jawaban beliau adalah sebagai berikut: (a) Islam adalah kamu menyembah Tuhan dan tidak menyekutukan sesuatupun denganNya, kamu melaksanakan salat, membayar zakat dan melaksanakan puasa Ramadan. (b) Kepercayaan iman ialah kamu percaya kepada Tuhan, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan Ia (di akhirat), Utusan-Nya dan hari kebangkitan. (c) Kesempurnaan ihsan yakni menjadi muslim yang sempurna ialah kamu menyembah Tuhan seakan-akan kamu melihat-Nya. Apabila kamu tidak dapat melihat-Nya, maka ia melihatmu. 12
Ketiga konsep tersebut, membentuk tiga tingkatan secara berurutan menurut k onsep agama sebagaimana yang dipahami menurut pengertian Islam. Tingkatan yang paling tinggi ialah ihsan,
11 Ibid. , hlm. 226.
12 Toshihiko Izutsu, Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hlm. 65.
## Zuhadul Ismah
tingkatan pertengahan adalah iman, diikuti oleh oleh Islam. Dengan demikian setiap muh}sin adalah mu’min , dan setiap mu’min adalah muslim. Tetapi, tidak setiap muslim adalah mu’min dan tidak setiap mu’min adalah muhsin.
Secara konotatif, kata ih}sa>n tersebut adalah yang paling luas karena makna ihsan di dalamnya meliputi semua karakteristik atau sifat-sifat baik iman maupun Islam. Sesungguhnya kata tersebut merupakan penyempurnaan dari kedua kata lainnya. Namun secara denotatif, kata tersebut merupakan kata terbatas yang paling sempit karena hanya digunakan bagi orang-orang yang lebih sedikit selain dari iman dan ihsan.
Hubungan yang sama diperoleh di antara dua yang terakhir. Maka dalam ihsan terdapat iman, dan dalam iman terdapat ihsan. Tetapi muhsin adalah lebih khusus dibandingkan dengan mu’min dan mu’min lebih khusus dibandingkan dengan muslim. 13
Islam (dari kata kerja aslama ) secara harfiah berarti ‘kepatuhan’ atau tindakan penyerahan diri seseorang sepenuhnya kepada kehendak orang lain, dan muslim , yang secara gramatika adalah bentuk partisipal- adjektif dari aslama, adalah ‘ orang yang menyerahkan diri’. Arti penting yang tertinggi dari istilah ini dalam agama Islam ditunjukkan oleh kenyataan yang telah diketahui bahwa i sla>m adalah nama untuk agama ini, sementara muslim adalah seorang anggota komunitas religius itu yang ditetapkan oleh Muhammad Rasul-Allah.
Asal dari sebutan asing ini dapat dilacak kembali pada sebuah ayat Al-Qur’an itu sendiri. Ayat ini penting juga bagi tujuan spesifik karena konteks umumnya memberikan suatu pandangan sepintas yang sangat instruktif tentang makna kata islam . 14
Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma ‟ il, Ishaq, Ya ‟ qub dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka.Kami tidak membeda- bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri”. Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imra > n: 85).
13 Ibid., hlm. 68. 14 Toshihiko Izutsu, Konsep-Konsep Etika Religius dalam Qur’an, hlm. 227.
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
Disebutkan pula dalam Al-Qur’an, sebuah contoh yang sangat khas, di mana dengan menunjuk sifat gurun Arab, tindakan islam secara jelas dibedakan dari iman. Islam, tidak lain merupakan langkah yang paling awal dalam keyakinan, suatu kepercayaan dangkal yang belum merasuk dalam ke dalam hati. Maka semua orang beriman (mu’min) sebenarnya muslim tetapi kebalikannya tidak selalu benar.
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah “Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Ia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemuian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang tulus.” (QS. al-H { ujura > t: 15).
Dalam ayat yang penting ini, makna religius yang dalam dari ‘tunduk patuh’ tampak dengan jelas. Dan harus dicatat, tindakan tunduk patuh itu dapat diidentifikasi sebagai ‘agama (yang benar).’ Kita melihat bahwa sikap tunduk patuh sebagaimana ditunjukkan oleh QS. al-H { ujura > t: 15 di atas bukan merupakan tipe kepercayaan yang hangat- hangat kuku dan superfisial, atau langkah yang masih meraba-raba dalam keyakinan, tetapi merupakan dasar yang penting di mana seluruh agama Islam dilandasi.
Namun sejauh ini yang paling penting dari semua konsep yang masuk ke dalam kelompok ini adalah konsep islam itu sendiri, tentu saja bukan dalam arti historis, atau kebudayaan religius objektif yang dikenal sebagai Islam. Islam sebagai hasil dari proses „reifikasi , meminjam istilah dari Wilfred Cantwell Smith, tetapi Islam menurut makna yang sesungguhnya, yakni berserah diri, menyerahkan diri kepada Kehendak Ilahi, langkah pasti yang diambil oleh tiap- tiap orang, sebagai persoalan batin dan eksistensi dirinya, untuk menyerahkan jiwanya kepada Tuhan.
Islam, atau kata kerjanya, aslama berdasarkan pengertian yang digunakan dalam frasa aslama wajha-hu li-Alla > hi yang secara harfiah berarti, ia telah menyerahkan wajahnya kepada Allah’, makna sesungguhnya adalah seseorang yang dengan sukarela menyerahkan
## Zuhadul Ismah
dirinya kepada Kehendak Ilahi dan mempercayakan dirinya sepenuhnya kepada Allah. 15
Dalam pengertian ini, Islam merupakan unsur yang tidak kurang penting dari iman. Hanya struktur semantik Islam secara total berbeda dari iman, karena Islam, sebagaimana nama itu sendiri menegaskan berdasarkan ide seperti kesederhanaan, kesabaran, kepercayaan, tidak adanya kemampuan berdiri sendiri, dan lain-lain. Adapun contoh jelas tentang pemakaian kata ini yang menunjukkan signifikansi penuh dari ‘ketundukan yang merendah’ dalam konsepsi religius Qur’anik adalah:
“ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar- dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) iantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang .” (QS. al-Baqarah: 127- 128).
“ Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”. dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak- anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak- anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS. al-Baqarah: 131-132).
## Indikator Keimanan Menurut Toshihiko Izutsu
4. Petunjuk Tuhan a.
Agama dalam pengertian islam-iman memiliki kesamaan makna dg ihtida’ dari yang secara harfiah berarti ‘mendapat petunjuk yang benar’ atau ‘penerimaan petunjuk. Ini merupakan akibat wajar dari kenyataan dasar bahwa, dalam al-Qur’an, wahyu dipandang sebagai petunjuk (huda) bagi mereka yang mempunyai kecenderungan untuk beriman. Dan memang, bahkan pembaca
15 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia , hlm. 221.
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
Al-Qur’an yang sambil lalu tidak akan salah melihat bahwa Allah membimbing siapapun yang Ia kehendaki atau yang secara logika bertentangan dengan yang sebelumnya bahwa Allah adil dalam memberikan petunjuk-Nya kepada semua manusia, tetapi beberapa orang menerimanya sementara yang lain menolaknya dengan kehendak bebas yang mereka miliki. 16
“Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama- sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. (QS. T } a > ha: 123-124).
‘Iman’ sepadan dengan perolehan petunjuk, sementara kufr berarti ‘ lari dari petunjuk’ dalam makna tersesat dari jalan yang benar. Ini merupakan contoh dimana perbuatan manusia secara eksplisit tampak berhubungan dengan ide tentang pentunjuk wahyu.
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk . (QS. al- Kahfi: 13).
Tidak jarang al-Qur’an juga menyepadankan antara ‘petunjuk’ dengan ‘ iman ’ tanpa perubahan esensial dalam arti umum kalimat itu. Dalam ayat berikut, ‘ iman ’ dengan semua gambaran karakteristiknya juga secara semantik disamakan dengan keadaan ‘orang yang diberi petunjuk.
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid- mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang- orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemuian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. at-Taubah: 17-18)
Setiap amal kebaikan yang dilandasi keimanan pasti diterima oleh Allah, yaitu jika merasa bahwa amal itu semata-mata terjadi karena taufiq hidayah dari Allah, kemudian ia tidak berbangga
16 Toshihiko Izutsu, Konsep-Konsep Etika Religius dalam Qur’an, hlm. 232.
## Zuhadul Ismah
dengan amal itu, dan tidak merasa seolah- olah sudah cukup baik dengan adanya amal itu. Karena amal itu telah ditujukan kepada keridhaan Allah, maka tidak perlu di ingat-ingat lagi. Sebab siapa yang merasa sudah beramal, jarang sekali yang tidak merasa ujub / bangga dengan amalnya itu. Amalan demikian dapat membahayakan keimanannya itu. 17
Takut kepada Allah b.
Beralih pada struktur batin konsep iman itu sendiri, dan pertama kali yang dicatat adanya kenyataan bahwa dalam al-Qur’an iman ini terletak pada dua konsep kunci: takut kepada Allah (takwa) dan berterima kasih ‘syukr’. Dalam al-Qur’an disebutkan, “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejaian yang sangat besar (dahsyat).” (QS. al-H { ajj: 1).
Takut pada Allah dan hari Kiamat merupakan motif yang paling fundamental dari agama baru ini, yang mendasari semua aspeknya serta menentukan modus dasarnya. Iman kepada jalan Allah, secara singkat adalah takut kepada-Nya sebagai raja di hari kiamat, hakim yang cermat yang akan menghukum orang kafir karena kufur mereka, dengan siksaan neraka yang kekal. Rumusan yang mungkin paling tepat untuk definisi m u ’ m i n pada surat-surat terdahulu adalah ‘orang yang bergetar dalam ketakutan di hadapan Allah’. Sehingga dapat dimengerti mengapa di dalam Al-Qur’an ‘iman’ dan ‘takwa’ sangat sering digunakan hampir secara sinonim satu sama lain. Jika ‘takwa/takut’ dengan cara ini membentuk unsur sentral konsepsi tentang ‘iman’ maka hanyalah alami saja bahwa kufr harus menunjukkan lawannya. Muttaqi (orang yang dicirikan dengan taqwa) di dalam al-Qur’an secara tetap bertentangan dengan kafir sebagaimana tampak dalam ayat, “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (QS. ar-Ra’d: 35).
17 Ahmad Athaillah, Al-Hikam , terj.Salim Bahreisy (Surabaya: Balai Buku, t.th.)., hlm. 60.
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
Rasulullah Saw. bersabda: “orang beriman itu berada di antara dua ketakutan, yaitu: ‘antara ajal terdahulu, tidak tahu persis apa tindakan Allah baginya, dan ajal mendatang, juga tidak tau persis bagaimana keputusan Allah terhadapnya, oleh karena itu seseorang wajib berbekal amal demi keselamatan dirinya, dan dari dunia untuk akhirat, dari hidup untuk matinya. Maka demi Allah yang jiwa Muhammad di bawah kekuasaan-Nya:” sesudah mati tiada kesempatan istighfar dari dosa, dan tiada tempat disana, kecuali”sorga dan neraka”. 18
Terkadang kita juga menemukan zalim digunakan untuk merujuk kepada antonim dari muttaqi, “Sesungguhnya mereka sekali- kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. dan Sesungguhnya orang- orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang- orang yang bertakwa.” (QS. al-Ja > s \ iyah: 19) Dengan demikian, taqwa sejatinya bukanlah jenis ketakutan biasa. Ini terbukti dari fakta bahwa a l-Qur’an menggunakan sinonim taqwa di beberapa bagian dengan kata-kata lain yang umumnya digunakan untuk tipe ketakutan luar biasa yang ditunjukkan melalui pengggunaan kata khasyya . 19 Izutsu membuat analisis singkat mengenai makna yang pertama, yaitu khasyya yang digunakan dalam frase analitik yang secara tepat dibuat untuk menerangkan kata muttaqi .
“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. (QS. al-Anbiya > : 48-49).
Ayat di atas mengandung maksud bahwa Allah telah menurunkan kepada Nabi Musa a.s. dan Harun a.s. kitab Taurat yang memisahkan antara perkara yang haq dan perkara yang batil , dan antara perkara yang halal dan perkara yang haram sebagai penerang
18 HR. Hasan Bashry dari Jabir r.a. Dikutip dari Abu Lais \ Samarqandi, Tanbih al-Ghafilin , terj. Abu Imam Taqiyyuddin (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009), hlm. 428.
19 M. Ashaf Shaleh, Takwa (Makna dan Hikmahnya dalam Al-Qur’an) (Jakarta: Erlangga, t.t.), hlm. 19.
## Zuhadul Ismah
dan pengajaran bagi ora-orang yang bertakwa.Yaitu orang-orang yang takut kepada Allah sekalipun mereka jauh dari khalayak ramai dan terhadap hari kiamat mereka merasa ngeri dan khawatir. 20
Sinonimitas juga ditegaskan walaupun dengan cara yang lebih longgar oleh kenyataan bahwa khasyyah dan taqwa seringkali muncul bersama dalam satu kalimat yang sama, dengan makna yang pasti hampir sama. 21
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.” (QS. an- Nu>r: 52).
Ayat di atas menjelaskan bahwa surga diperuntukkan bagi mereka yang dicirikan dengan sifat taqwa . Demikian pula untuk mereka yang khasyyah (takut) kepada Allah, yang merupakan potongan kalimat, yang dalam konteks itu tidak tampak adanya perbedaan antara keduanya.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya.yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS. al-Bayyinah: 7-8)
Khasyyah (takut) kepada Allah s e c a r a jelas digunakan d a l a m a y a t d i a t a s sebagai pengganti dari orang yang beriman. Kata khasyya , tampak merupakan kelompok kata yang ditandai dengan ekspresifitas semantik. Dengan menetapakan pemakaian aktualnya di dalam al-Qur’an, kata ini mendeskripsikan suatu emosi tinggi yang mempengaruhi pengertiannya. Makna seperti ini juga ditunjukkan dengan jelas oleh contoh berikut:
“Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemuian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Ia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS. Az-Zumar: 23).
20 Imam Jalaluddin al-Mah}alli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir al-Jal - lain (S u r a b a y a : D a > r a l - K i t a > b , 1 9 8 7 ) , hlm.133.
21 Toshihiko Izutsu, Konsep-Konsep Etika Religius dalam Qur’an, hlm. 235.
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
Ekspresivitas kata yang diungkapkan sama dengan contoh berikut. Jelas bahwa khasyyah kepada Allah di sini dinilai sebagai muatan yang berisikan energi yang eksplosif.
“Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan- perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al-H } asyr: 21).
Izutsu juga mendeskripsikan bahwa khasyyah dapat digantikan dengan kata lain, khauf , tanpa perubahan makna yang berarti.Sekarang beralih pada kata khauf . Tepatnya, kata khauf menunjukkan emosi asli dari ketakutan secara umum. Pada dasarnya, kata ini menunjukkan ketakutan yang disebabkan oleh beberapa fenomena yang luar biasa. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an kata ini digunakan untuk menunjuk yang dirasakan oleh Musa ketika ia melihat tongkat dan tali secara ajaib berubah menjadi ular yang menggeliat-geliat. Di sini Izutsu menyajikan dua contoh yang tipikal. 22
“Dan lemparkanlah tongkatmu”. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti Ia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku. (QS. an-Naml: 10).
Musa melemparkan tongkatnya dan seketika itu tongkatnya berubah menjadi ular yang dengan gesit bergerak ke sana dan ke sini lalu Musa berbalik ke belakang tanpa menoleh karena takut. Allah berfirman melarang Musa supaya tidak takut terhadap ular itu, orang-orang yang dijadikan rasul mereka tidak takut oleh ular dan selainnya. 23
“(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: “Hai Musa (pilihlah), Apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan”. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan- akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata:
22 Toshihiko Izutsu, Konsep-Konsep Etika Religius dalam Qur’an, hlm. 237.
23 Imam Jala > luddin al-Mah}alli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir al- Jalalain, hlm. 350.
## Zuhadul Ismah
“Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). (QS. T { a > ha > : 65-68).
Sangatlah alami bahwa emosi khauf ini pasti muncul karena ‘perintah-perintah’ Allah, khususnya yang berkaitan dengan hukuman di neraka. Allah mengirimkan peringatan ini tepatnya adalah untuk memberikan rasa takut ( khawwafa atau takhwi > f ) dalam hati orang yang enggan.
“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan kami), melainkan karena tanda- tanda itu telah didustakan oleh orang- orang dahulu. dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka Menganiaya unta betina itu. dan Kami tidak memberi tanda- tanda itu melainkan untuk menakuti. dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (QS. Al- Isra: 59-60).
“Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. (QS. Asy-syu’ara: 135). Rasa takut ditimpa azab di dunia dan di akhirat jika melakukan perbuatan durhaka.
“Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.” (QS. Ibra > him: 14).
Adapun obyek khauf itu adalah Allah sendiri, dan tentunya, dalam kasus orang-orang yang tidak beriman, maka obyeknya adalah setan, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali- Imra > n: 175). Bahwa khauf dalam kalimat terakhir, “ Takutlah kamu kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman merupakan sinonim sempurna dari taqwa akan jelas jika kita membandingkannya dengan ayat lain dari surat yang lain, di mana secara substansial makna yang sama akan tercapai untuk kata-kata yang terakhir itu. 52
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
“Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku. (QS. az-Zumar: 16).
Ini dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat berikut yang keluar dari ucapan Habil yang salih ketika ia menolak untuk menggerakkan tangannya, membunuh saudaranya, Qabil, meskipun Qabil mencoba untuk membunuhnya, “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” (QS. al- Ma > idah: 28).
Demikian pula, dalam ayat berikut melihat kata khauf digunakan dalam pengertian takut akan hukuman Allah, yaitu, taqwa dalam pengertian Al-Qur’an yang asli, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-A’ra>f: 56). Dan harus dicatat pula, bahwa orang beriman yang salih disebut ‘orang yang takut’ (allażi > na yakha > fu > n) . Disamping khasyah dan khauf , dapat disebutkan kata kerja rahiba yang biasanya dipakai sebagai sinonim dari khauf , dan berada dalam konteks khusus dari sinonim a l- Qur’an dengan taqwa. Sinonimitas ini diilustrasikan dengan baik sekali dalam ayat berikut, di mana makna yang sama diungkapkan dua kali berurutan dengan memakai rahiba dam ittaqa, “Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Ialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”. dan kepunyaan- Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?” (QS. an-Nahl: 51-52 ).
Syukur c. Syukr (terima kasih) dan taqwa merupakan dua tipe reaksi manusia terhadap tanda-tanda Allah yang tepat. Memang dalam pengertian yang penting ‘syukr’ dalam Islam merupakan nama lain untuk ‘iman’. Untuk memahami ini hanya perlu mengingat dengan menginterpretasikan kata kufr secara tepat dalam kaitannya dengan ‘kurang berterima kasih’. Dalam hal ini, Izutsu memberikan
## Zuhadul Ismah
beberapa contoh yang menunjukkan bahwa syukr secara esensial dan fundamental berlawanan dengan kufr dalam pandangan Qur’anik.
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. an-Naml: 40).
“Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Ia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Ia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemuian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Ia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Ia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu . (QS. Az-Zumar: 7).
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih .” (QS. Ibra > him: 7).
Dalam ayat berikut, syirk atau mempersekutukan Allah, menggantikan kufr dan berlawanan dengan syukr, sebagai manifestasi yang paling khas dari sifat ‘tidak berterima kasih’. “Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: “Sesungguhnya jika Ia menyelamatkan Kami dari (bencana) ini, tentulah Kami menjadi orang- orang yang bersyukur””. Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemuian kamu kembali mempersekutukan-Nya .” (QS. al-An’a > m: 63-64).
Sangat menarik untuk mengamati bahwa ‘rasa syukur’ menurut konsepsi al-Qur’an, dalam bentuknya yang sempurna tidak bersifat sepihak, tetapi resiprokal. Jika kewajiban untuk berterimakasih atas kebaikan Allah berpindah kepada manusia, Allah pada bagian- Nya diharapkan untuk memberikan respon tindakan berterimakasih ini dengan terima kasih pula. Memberi dan menerima syukr secara timbal balik seperti itu merupakan bentuk hubungan yang ideal antara
## Konsep Iman Menurut Toshihiko Izutsu
Allah dengan manusia. Di samping itu, bentuk hubungan itu tidak dapat berlangsung sebaliknya, karena “Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya). ” (QS. al-An’a > m: 53).
simpulan C.
Iman Menurut Toshihiko Izutsu merupakan lawan diametrik dari kufr. Hampir sepadan dengan fasiq yang dipakai juga sebagai antitesis dari mu’min menggantikan kafir . Ketiga konsep (Iman, Islam, Ih } sa > n) membentuk tiga tingkatan secara berurutan menurut konsep agama dengan tingkatan yang paling tinggi adalah ihsan, tingkatan pertengahan adalah iman, diikuti oleh islam. Dengan demikian setiap muh}sin adalah mu’min, dan setiap mu’min adalah seorang muslim , tetapi tidak setiap mu’min adalah mu ’ sin, dan tidak setiap muslim adalah mu’min.
Secara konotatif kata ih } sa > n adalah yang paling luas karena makna ihsan di dalamnya meliputi semua karakteristik atau sifat-sifat yang terdapat dalam iman maupun Islam. Sesungguhnya kata tersebut merupakan penyempurnaan dari kedua kata lainnya. Namun secara denotatif, kata tersebut merupakan kata terbatas yang paling sempit karena hanya digunakan bagi orang-orang yang lebih sedikit selain dari iman dan ihsan . Islam (dari kata kerja aslama ) secara harfiah berarti „kepatuhan atau tindakan penyerahan diri seseorang sepenuhnya kepada kehendak orang lain, dan muslim , yang secara gramatika adalah bentuk partisipal-adjektif dari aslama, adalah „orang yang menyerahkan diri. Arti penting yang tertinggi dari istilah ini dalam agama Islam ditunjukkan oleh kenyataan yang telah diketahui bahwa islam adalah nama untuk agama ini, sementara muslim adalah seorang anggota komunitas religious itu yang ditetapkan oleh Muhammad Saw. Indikator implementasi iman menurut Toshihiko Izutsu adalah: Petunjuk Tuhan, takut kepada Allah, dan syukur.
## Zuhadul Ismah
## DaFtar pustaKA
al-Mahalli, Imam Jala>luddin dan As-Suyu>ti, Imam Jalaluddin, Tafs i > r al-Jala > lain, S u r a b a y a : D a r a l - K i t a b , 1 9 8 7 . Amatullah Armstrong, Sufi Terminology (al-qamus al-sufi): The Myistical language of Islam , terj. M.S Nasrullah dan Ahmad Baiquni, Bandung: Mizan, 1996.
Athaillah, Ahmad, Al-Hikam , terj. Salim Bahreisy, Surabaya: Balai Buku, t.t.
Farida, Umma, Pemikiran & Metode Tafsir al-Qur’an Kontemporer, Yogyakarta: Idea Press, 2010.
http://belajarsastra22.blogspot.com/2013/09/metode penafsiran alquran toshihiko.html http://pps.iainuruljadid.ac.id/?p=126 Izutsu, Toshihiko, Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994. ----------, Konsep-Konsep Etika Religius dalam Qur’an , Terj. Agus Fahri Husein, A.E. Priyono, Misbah Zulfa Elisabeth, Supriyanto Abdullah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.
---------, Relasi Tuhan dan Manusia , Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997. Samarqandi, Abu Lais \, Tanbi > h al-G > afili > n , terj. Abu Imam Taqiyyuddin, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009.
Shaleh, M. Ashaf, Takwa (Makna dan Hikmahnya dalam Al-Qur’an) , Jakarta: Erlangga, t.t.
Tanaka, Stefan, “Imaging History: Inscribing Belief in the Nation” , dalam The Journal of Asian Studies 53, 1994. William C. Chittick, Creation and the Timeless Order of Things: Essays in Islamic Mystical Philosophy, Ashland: White Cloud Press, 1994.
|
c83952f6-bb56-43a7-8dfd-d9cd4d4be09a | https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/muhad/article/download/369/245 |
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
## PEMBELAJARAN MUFRODAT DENGAN METODE BERNYANYI DI GUBUK BACA KALPATARU DUSUN BENDRONG
Muhammad Holimi 1) , Nur Faizah 2)
1) Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang
1) [email protected] , 1) [email protected]
Abstrak . Bahasa arab adalah salah satu Bahasa asing yang diajarkan di Lembaga- lembaga sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tak hanya pada Lembaga-lembaga formal, dalam bimbingan belajar atau kelompok belajar juga memberikan pembelajaran Bahasa arab seperti halnya di Gubuk Baca Kalpataru Dusun Bendrong, KKN mahasiswa IAI Sunan Kalijogo Jabung menerapkan pembelajaran Bahasa arab mengenai pembelajaran mufrodat. Hal demikian dikarenakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai adalah keterampilan berbicara. Sehingga untuk terampil dalam berbicara Bahasa arab, maka seseorang harus menguasai banyak mufrodat terlebih dahulu. Untuk mencapai keberhasilan dalam bimbingan belajar mufrodat Bahasa arab ini, maka dibutuhkan suatu metode yang menarik untuk memudahkan seorang siswa dalam menerima materi pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan dalam bimbingan belajar mufrodat Bahasa arab di Gubuk Baca Kalpataru Dusun Bendrong adalah dengan metode bernyanyi.
Pembelajaran mufrodat dengan metode bernyanyi Bahasa arab ini dilakukan dengan memberikan mufrodat dengan tema tertertu, misalkan mufrodat tentang ددعلا (bilangan ata angka) maka anak-anak diberikan materi mufrodat tersebut. Setelah anak-anak memahami materi mufrodat, maka dilanjutkan dengan bernyanyi sesuai dengan materi mufrodat yang telah disampaikan. Dengan adanya metode ini diharapkan dapat memberikan solusi untuk mempermudah anak-anak dalam belajar mufrodat Bahasa arab dan juga menjadi daya tarik mereka untuk belajar Bahasa arab lebih lanjut.
Kata Kunci: Pembelajaran Mufrodat, Metode Bernyanyi, Gubuk Baca Kalpataru
Abstract. Arabic is one of the foreign languages taught in school institutions ranging from elementary school to college. Not only in formal institutions, in tutoring or study groups they also provide Arabic language learning as is the case in the Reading Gubuk Kalpataru Dusun Bendrong, IAI student KKN Sunan Kalijogo Jabung applies Arabic language learning regarding mufrodat learning. This is
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
because one of the language skills that must be mastered is speaking skills. So to be skilled in speaking Arabic, one must master many mufrodat first.
To achieve success in this Arabic mufrodat tutoring, we need an interesting method to make it easier for a student to receive learning material. One of the methods used in tutoring Arabic mufrodat in the reading hut of Kalpataru, Bendrong Hamlet is the singing method.
Mufrodat learning with the Arabic singing method is done by giving mufrodat with a certain theme, for example, mufrodat about ددعلا (numbers or numbers), then the children are given the mufrodat material. After the children understand the mufrodat material, then proceed with singing according to the mufrodat material that has been delivered. With this method, it is hoped that it can provide a solution to make it easier for children to learn Arabic language and also be an attraction for them to learn Arabic further.
Keywords: Mufrodat Learning, Singing Method, Gubuk Baca Kalpataru
## PENDAHULUAN
Bahasa adalah sebuah alat komunikasi atau penghubung antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. 1 Sehingga setiap manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi berupa bahasa sebagai interaksi dan alat bertutur dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut ‘Abd al-majid, Bahasa adalah kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, emosi, dan keinginan. 2
Bahasa arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan lebih dari 200.000.000 umat manusia. Definisi lain Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang sejak dahulu dipelajari oleh para generasi muslim di dunia. Di Indonesia pun bahasa dipelajari sejak anak usia dini, karena mayoritas masyarakat beragama Islam, yang mana mereka memiliki kitab Al- Qur’an yang diturunkan dengan bahasaArab. 3
Beberapa pendapat pakar mengenai pengertian bahasa Arab, diantaranya :
1 Dhieni, Nurbiana. 2005. MetodePengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka. h.8.
2 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab , ed. Anang Solihin Wardan, keempat (Bandung, 2014). h. 9.
3 Syaiful Mustafa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2011), hlm. 26.
1) Syaikh Mustafa Al-Gulayayniy memberikan pengertian bahasa sebagai berikut.
“Bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud / tujuan mereka.”
2) Ahmad Al-Hashimiy memberikan pengertian bahasa Arab sebagai berikut :
“ Oleh sebab itu bahasa Arab adalah suara-suara yang mengandung sebagian huruf hijaiyyah”.
Definisi bahasa Arab yang dikemukakan oleh dua orang pakar di atas, isi dan redaksinya saling berbeda tetapi maksud dan tujuannya sama. Oleh karena itu, penulis menarik kesimpulan bahwa bahasa Arab itu adalah alat yang berbentuk huruf hijaiyyah dipergunakan oleh orang Arab dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial baik secara lisan maupun tulisan.
Mempelajari Bahasa arab bukan hanya dari kalangan dewasa sebagai Bahasa pengantar Pendidikan atau bisnis, namun bagi anak-anak mempelajari Bahasa arab menjadi sangat penting terutama sebagai seorang muslim. 4 Karena pada dasarnya bahasa arab merupakan bahasa mulia yang menjadi bahasa alquran, sehingga bekal untuk memperdalam al-quran tak lain adalah dengan mempelajari bahasa arab. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam Q.S Yusuf: 2 agar mempelajari Bahasa arab sebagai berikut:
4 Nur Hikmah Amalia and Nur Hidayat, “ Penggunaan Media Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Kosakata Bahasa Arab Peserta Didik Kelas III MI Ma’arif Giriloyo 1 Bantu l,” Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 10, no. 1 (2018): 119 – 34.
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan berupa Al - Qur’an berbahasa Arab, agar kamu mengerti”
Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang bermakna proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga peserta didik mau belajar. 5 Sedangkan pembelajaran bahasa arab merupakan pembelajaran yang terdiri dari empat macam keterampilan atau biasa disebut dengan maharah yaitu , 1). Maharah istima’ (keterampilan mendengar) 2). Maharah kalam (keterampilan berbicara) 3). Maharah qiroa’ah (keterampilan membaca), dan 4). Maharah kitabah (keterampilan menulis). 6
Setiap keterampilan atau maharah itu erat kaitannya satu sama lain, biasanya ditempuh melalui hubungan yang teratur. Mulanya pada saat masih kecil seorang anak belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, yang setelahnya belajar membaca dan menulis. Materi awal yang akan diberikan pada pembelajaran bahasa arab adalah Mufrodat atau yang biasa disebut kosa kata. Semakin banyak kosa kata bahasa arab yang diperoleh oleh seseorang maka akan semakin terampil dalam bahasa arab.
kosakata adalah kata-kata yang merupakan perbendaharaan suatu bahasa. 7 Definisi lain menyatakan bahwa kosakata adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. 8 Sedangkan Soedtijo memberikan batasan kosakata sebagai berikut: 1) Semua kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa, 2) Kata yang dipakai dalam suatu ilmu, 3) Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara, dan 4) Daftar kata yang
5 M. Khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab , (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), hlm. 3.
6 UlinNuha, Metodologi Super EfektifPembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: DIVA Press, 2012), 83
7 Henry Guntur Tarigan. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa Bandung. h. 197.
8 Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE. h. 213
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488
Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
disusun kamus disertai penyelesaian singkat dan praktis. 9 Karena Kosa kata merupakan salah satu unsur terpenting dalam bahasa termasuk bahasa Arab. 10 Sehingga mufrodat atau kosa kata ini perlu diberdayakan guna menjadi dasar awal untuk belajar dalam bahasa arab. Semakin banyak kosa kata bahasa arab yang diperoleh oleh seseorang maka akan semakin terampil dalam bahasa arab.
Mempelajari Bahasa arab tidaklah sesulit yang dibayangkan tergantung bagaimana seorang pengajar dalam melakukan proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar mengajar atau melakukan bimbingan belajar membutuhkan perangkat pembelajaran Salah satunya yang harus diterapkan adalah penggunaan metode yang sesuai dan semenarik mungkin. karena metode itu lebih penting dari materi. Materi apapun yang disampaikan, jika menggunakan metode yang benar, maka akan dapat diterima para siswa dengan baik. Sebaliknya materi yang telah dipersiapkan dengan matang, akan menjadi hampa tanpa metode yang baik. khususnya pada peserta didik usia anak-anak
Sama halnya kegiatan bimbingan belajar di Gubuk Baca Kalpataru Dusun Bendrong. Merupakan tempat bimbingan belajar khususnya bagi anak-anak di Dusun Bendrong yang disediakan oleh salah satu perangkat desa. Hal ini untuk menunjang kegiatan pembelajaran anak-anak di Dusun Bendrong karena adanya COVID-19 yang menjadikan efektivitasnya pembelajaran dalam sekolah formal. Selain itu banyak dari mereka yang sering mengatakan bosan kalau hanya belajar yang monoton seperti di sekolah apalagi dalam kondisi pandemi seperti ini. Melihat juga antusias anak-anak Gubuk Baca Kalpataru Dusun Bendrong dalam belajar Bahasa arab.
9 Soedjito. 1992. Kosa kata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. h. 1.
10 Zahratun Fajriah, “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab (Mufradat) Melalui Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar,” Jurnal Pendidikan Usia Dini 9, no. 1 (2015): 107 – 26.
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
Sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut, maka bimbingan belajar mufrodat Bahasa arab anak-anak Gubuk Baca Kalpataru Dusun Bendrong menerapkan metode bernyanyi. Menyanyi merupakan salah satu metode yang paling disukai anak-anak dalam pembelajaran karena cenderung aktif, ramai, riang dan gembira. Metode ini bertujuan untuk memudahkan anak-anak belajar mufrodat Bahasa arab. Karena dengan bernyanyi menjadikan emosi stabil dan berfikir jernih. sehingga anak-anak akan merasa senang dan tertarik untuk belajar Bahasa arab.
## METODE PENELITIAN
## Pendekatan dan Jenis Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 11
Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana kegiatan bimbingan belajar bahasa arab anak-anak di Gubuk Baca Kalpataru Dusun Bendrong. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan bimbingan belajar.
11 Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal. 6.
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
## Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Data primer data yang diperoleh langsung dari sumber utama atau bisa disebut dengan wawancara, yang berfungsi untuk mengetahui secara mendalam mengenai permasalahan yang akan diteliti secara mendalam, bagaimana pandangan subjek dalam penelitian terkait fenomena yang terjadi. Oleh karena itu dalam wawancara membutuhkan informan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber yang telah tersedia sehingga peneliti dapat disebut sebagai tangan kedua. 12
Sehingga dapat disimpulkan Prosedur Pengumpulan Data pada penelitian ini adalah peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data diantaranya:
1) Wawancara Yaitu percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh pihak, yaitu pewawancara: yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud wawancara ini seperti ditegaskan oleh lincoln, antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara terstuktur dan wawancara tak terstuktur. Wawancara terstuktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan yang terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbitrer.
12 Mulyadi. (2016). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Hl. 144.
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
Sedangkan wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur yang mana pertanyaan yang akan diajukan sudah ditentukan dan disusun oleh pewawancara sebelum melaksanakan wawancara.
2) Observasi , Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistimatis, dengan prosedur yang terstandar. Metode Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan yang merupakan karakteristik interaksi sosial antara peneliti dengan subyek-subyek dalam lingkunganya.
Observasi ini di gunakan untuk melengkapi dan mengkaji hasil wawancara yang di berikan oleh informan yang mungkin belum menyeluruh dan belum mampu menggambarkan segala macam situasi atau bahkan melenceng dari realitas yang sebenarnya.
3) Dokumentasi , ini digunakan untuk memperoleh data-data pendukung, seperti nama-nama informan, serta dokumen-dokumen lain yang mendukung penelitian ini.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## A. Gubuk Baca Kalpataru
Kegiatan bimbingan belajar (bimbel) merupakan sebuah kegiatan yang berupaya membimbing dan menambah kegiatan belajar diluar kegiatan pembelajaran disekolah yang biasanya diikuti oleh anak-anak pada tingkat dasar. Bimbel ini sangat penting untuk diikuti oleh tingkat anak-anak karena masih dalam tahap kognitif. Selain itu, karena dampak adanya covid-19 yang mengakibatkan banyak sekolah-sekolah melakukan pembelajaran dalam jaringan yang menjadikan perlu adanya kegiatan belajar tambahan untuk menunjang kegiatan belajar anak- anak.
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
Berdasarkan wawancara yang kami lakukan kepada kepala desa Argosari menyatakan bahwa antusias anak-anak di Dusun Bendrong dalam belajar bahasa arab sangat baik. Diceritakan juga oleh beliau dua tahun yang lalu di Dusun Bendrong pernah dilakukan bimbingan belajar oleh KKN Mahasiswa lain, namun kegiatan itu tidak berlanjut karena tidak adanya tempat yang digunakan untuk bimbingan belajar. oleh karena itu beliau menginginkan adanya pembelajaran bahasa arab kembali dilakukan.
Wawancara kembali dilakukan kepada salah satu perangkat desa yang akrab dipanggil mbak Ayu mengenai tindak lanjut mengenai keinginan Bapak Kepala Desa mengenai bimbingan belajar bahasa arab. Akhirnya setelah dilakukan diskusi bersama, ditemukan solusi untuk diadakan tempat bimbingan belajar, dengan merenovasi tempat garasi dari rumah mbak ayu yang dijadikan tempat bimbingan belajar dan diberi nama dengan Gubuk Baca Kalpataru.
Dari pernyataan diatas Gubuk Baca Kalpataru Merupakan tempat bimbingan belajar khususnya bagi anak-anak di Dusun Bendrong yang disediakan oleh salah satu perangkat desa. Hal ini untuk menunjang kegiatan pembelajaran anak-anak di Dusun Bendrong karena adanya COVID-19 yang menjadikan efektivitasnya pembelajaran dalam sekolah formal.
Gambar. 1 Gubuk Baca Kalpataru
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
## B. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran mufrodat
Kosakata atau yang dalam bahasa arab disebut mufradāt , yaitu himpunan kata-kata atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau etinitas lain yang merupakan bagian dari bahasa tertentu. Dalam bahasa Inggris kosakata disebut dengan vocabulary . Kosakata juga dapat diartikan sebagai himpunan kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru. Selain itu kosakata merupakan salah satu dari tiga unsur bahasa yang harus dikuasai, kosakata ini digunakan dalam bahasa tulis maupun bahasa lisan dan merupakan salah satu alat untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Arab seseorang. 13
Selain itu menurut Al-Khauli dan Mahmud Ali, kosakata merupakan kumpulan kata-kata tertentu yang akan membentuk bahasa. Kosa kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang tidak bisa dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil yang maknanya relatif stabil. Maka kata terdiri dari morfem-morfem, misalnya kata mu ’ allim ( ) dalam bahasa arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan kata al-muallim ( ) mempunyai dua morfem yaitu لا dan
. Adapun kata yang terdiri dari tiga morfem adalah kata yang terbentuk dari morfem- morfem di mana masing-masing morfem memiliki arti khusus. Misalnya kata al- mu ’ allimun ( ) yang terdiri dari tiga morfem, yaitu
, dan . 14
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kosa kata adalah salah satu unsur penting dalam suatu bahasa di samping unsur-unsur lainnya. Karena
13 Syaiful Mustofa. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovativ . Malang: UIN Maliki Press Malang. Hal: 76
14 Ibid..62.
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung pada kualitas kosa kata yang dimilikinya. Semakin banyak kosa kata yang dimiliki, maka kemungkinan memiliki ketrampilan berbahasa lebih besar. Oleh karena itu, kosa kata merupakan suatu kebutuhan dasar dalam pengajaran bahasa kedua untuk dapat menguasai bahasa tersebut dengan baik.
Adapun tujuan umum pembelajaran kosakata ( mufradāt ) bahasa arab adalah sebagai berikut: (a) Untuk memperkenalkan kosakata baru kepada siswa, baik melalui bacaan maupun istima’ , (b) Untuk melatih siswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar, karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar, (c) Untuk memahami makna kosakata, baik secara denotasi atau leksikal maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu, dan (d) Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradāt itu dalam berekspresi lisan maupun tulisan sesuai dengan konteksnya. 15
## C. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran (thariqah al-tadris) adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh yang berhubungan erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran secara procedural, tidak saling bertentangan, dan tidak bertengtangan dengan pendekatan Metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 16 Materi apapun yang disampaikan, jika menggunakan metode yang benar, maka akan dapat diterima para siswa dengan baik. Sebaliknya materi yang telah dipersiapkan dengan matang, akan menjadi hampa tanpa metode
15 Ibid..63.
16 Ibid
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
yang baik. Sama halnya Menurut Mahmud Yunus, metode itu lebih penting dari materi ( ) . 17
## D. Metode Pembelajaran Mufrodat
Pada umumnya banyak sekali metode yang digunakan dalam pembelajaran mufrodat kepada siswa, diantaranya:
a) Memberikan contoh ( namdzij )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan memberi contoh, atau menunjukkan sebuah benda yang memiliki kesesuaian arti dengan kata baru yang dimaksud.
b) Dramatisasi ( tamtsil al- ma’na )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan melakukan praktek, atau mendramatisasi arti kata yang dimaksud. Seperti ketika menjelaskan kata kataba, sang guru lalu menggerakkan tangannya seperti orang menulis.
c) Bermain peran ( la’b -l-dawr )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan mengambil peran orang lain, atau meminta siswa berperan sesuai dengan yang diinginkan. Misalkan, guru berperan menjadi pasien yang sakit perut, lalu diperiksa seorang dokter.
d) Menyebutkan antonim ( mutadladat )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan cara menyebutkan lawan katanya, seperti menyebutkan kata barid untuk kata har. Guru dapat menjelaskan arti kosakata baru dengan kata lain yang berlawanan, asalkan kata tersebut sudah dimengerti siswa atau telah disampaikan sebelumnya.
e) Menyebutkan sinonim ( mutaradifat )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan cara menyebutkan padanan katanya,
17 Sahkholid Nasution, “Metode Konvensional Dan Inkonvensional Dalam Pembelajaran Bahasa Arab,” JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan Dan Pengajaran 12, no. 2 (2012).
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
seperti menjelaskan arti kata mawla dengan menyebutkan kata sayyid asalkan kata tersebut sedah dimengerti siswa atau telah disampaikan sebelumnya.
f) Memberikan asosiasi ( tada’iy -l- ma’ani )
Guru menjelaskan arti kosa kata baru dengan cara membuatkan asosiasi makna, maksudnya menjelaskan dengan menampilkan kata-kata lain yang mengacu pada makna yang diinginkan. Seperti menyebutkan kata zawj , zawjat , awlad , untuk menjelaskan arti kata ailah.
g) Menyebutkan asal-usul kata ( musytaqat )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan menjelaskan asal-usul kata. Misalnya, ketika menjelaskan makna mashadirat guru dapat menyebutkan asal- usul kata tersebut dengan menyebutkan kata shadara, shadr, mashdar , dan seterusnya.
h) Menjelaskan maksudnya ( al-murad biha )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan menerangkan maksudnya. Beberapa kosakata baru terkadang dapat dijelaskan artinya dengan memberikan uraian beberapa kalimat yang mengacu pada makna yang dimaksud.
i) Mengulang-ulang bacaan ( takrir-l-qiraah )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan memimpin atau meminta siswa membaca kembali berulang-ulang kosakata baru dengan rangkaian kalimat yang ada dalam teks, sehingga sampai ditemukan makna yang terkandung sasuai konteks kalimatnya.
j) Mencari dalam kamus ( taftisy-l- ma’ajim )
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan mengajak bersama- sama atau sendirian memeriksa arti kosakata baru tersebut dalam kamus. Cara semacam ini lebih cocok untuk digunakan bagi siswa mutawashshith atau mutaqaddiim .
k) Menerjemahkan langsung ( tarjamah fauriyyah )
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
Guru menjelaskan arti kosakata baru dengan secara langsung menerjemahkannya ke dalam bahasa yang digunakan siswa (bahasa pertama). Cara ini hendaknya menjadi pilihan terakhir dalam menjelaskan makna kosakata baru 31
l) Penggunaan bahasa pengantar
Dalam menjelaskan arti mufradat pengajar memberikan kata-kata baru berbahasa Arab kemudian menerangkannya dengan bahasa pengantar, misalnya bahasa Inggris. Kemudian siswa diminta untuk mengulang- ulang kata-kata berbahasa Arab tersebut beserta artinya dengan bahasa Inggris secara bersama- sama.
m) Mendengarkan serta menirukan
Dalam mengajarkan kosakata baru pengajar mengucapkan kosakata tersebut kemudian siswa menirukannya setelah pengajar selesai mengucapkan.
n) Meletakkan kata dalam kalimat
Setelah mengajarkan kosakata baru, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: mengajarkan pengucapannya, mengajarkan artinya, mengajarkan penulisannya, mengajarkan bacaannya, dan mengajarkan penggunaannya dalam kalimat
o) Permainan ( game )
Pengajaran kosakata dengan game ini dapat menggunakan kartu, CD, teka- teki/tebakan (imathah) dan juga bisa dengan permainan dengan menggunakan alat teknologi lainnya.
## E. Pembelajaran Mufrodat Dengan Metode Bernyanyi
Metode menyanyi secara sederhana dapat dimaknai sebagai metode pembelajaran yang menggunakan nyanyian sebagai wahana belajar anak. 18 Model lagu ini merupakan pengembangan dari Accelerated Learning atau percepatan pembelajaran yang dianggap lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan belajar secara konvensional, dikembangkan pada pertengahan 1970 berdasarkan kerja Dr. George Lazanov. Model ini menitikberatkan pada pemberdayaan siswa untuk belajar lebih cepat, efektif dan lebih menyenangkan, sehingga materi akan lebih bermakna dan daya ingatnya lebih kuat. Materi yang disuguhkan yaitu dengan menggabungkan musik atau lagu, seni dan warna sebagai fokus lingkungan fisik serta guru adalah teladan perilaku untuk menjamin suksesnya siswa.
F. Langkah-Langkan Pembelajaran Mufrodat Dengan Metode Bernyanyi
1. Pengajar memberikan materi mufrodat yang akan diajarkan. Misalnya materi mufrodat tentang bilangan dalam bahasa arab ( ), hal ini bias dengan ditulis dipapan tulis atau dengan dibagikan kertas tulisan.
a)
ةعبرأ Empat tiga dua Satu delapan tujuh enam Lima sepuluh sembilan Dan Itu angka nol
18 Jasa Ungguh Muliawan. 2009. Manajemen Play Group dan Taman Kanak-Kanak . Yogyakarta: Diva Press. Hal. 257.
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
Gambar. 1 pengajar menuliskan materi mufrodat di papan tulis
2. Pengajar membacakan materi mufrodat ( ), kepada para siswa, kurang lebih dibacakan sebanyak tiga kali,
Gambar. 2 pengajar membacakann materi mufrodat kepada para siswa
3. Para siswa membaca ulang mufrodat yang telah dibacakan oleh pengajar.
## Gambar. 3 para siswa membaca ulang mufrodat
4. Setelah deperkirakan para siswa menguasai materi mufrodat atau bahkan sudah hafal , maka langkah selanjutnya adalah menunjukan irama lagu yang akan digunakan untuk bernyanyi.
Mari bernyanyi dengan mengikuti irama lagu anak kambing saya!
ةعبرأ empat tiga dua satu delapan tujuh enam lima sepuluh sembilan Dan Itu angka nol
5. Lakukan secara berulang-ulang.
## PENUTUP
Metode pembelajaran menggunakan nyanyian merupakan salah saatu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Arab khususnya pembelajaran mufrodat . Metode ini menitikberatkan pada pemberdayaan siswa untuk belajar lebih cepat, efektif dan lebih menyenangkan, sehingga daya ingat lebih kuat.
Banyak peneliti juga menyatakan penggunaan media nyanyian dapat membantu peserta didik lebih mudah untuk mengingat dan menghafal kosa kata di mana pembelajaran mufrodat dengan metode bernyanyi ini bertujuan untuk memermudah penyampaian materi kepada siswa, karena dengan menyanyi emosi siswa lebih stabil dan merasa tidak adanya beban dan siswa dengan mudah bisa menangkap materi apa yang telah diberikan oleh guru.
Tahap-tahap pembelajaran meliputi evaluasi penguasaan materi pada pertemuan sebelumnya beserta materi yang akan disampaikan. Kemudian menambah materi baru yang variatif agar siswa tidak merasa bosan dan lebih bersemangat dalam menambah materi. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan metode bernyanyi membutuhkan kreatifitas guru dan membutuhkan persiapan yang matang agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
## INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 2 Desember 2021
## DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Nur Hikmah and Nur Hidayat, “ Penggunaan Media Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Kosakata Bahasa Arab Peserta Didik Kelas III MI Ma’arif Giriloyo 1 Bantu l,” Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 10, no. 1 (2018).
Fajriah, Zahratun. “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab (Mufradat) Melalui Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar,” Jurnal Pendidikan Usia Dini 9, no. 1 (2015).
Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab , ed. Anang Solihin Wardan, keempat (Bandung, 2014).
Lexy, Moleong J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
M. Khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab , (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014).
Muliawan, Jasa Ungguh. 2009. Manajemen Play Group dan Taman Kanak-Kanak . Yogyakarta: Diva Press.
Mulyadi. (2016). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mustafa, Syaiful . Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif , (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2011),
Mustofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovativ . Malang: UIN Maliki Press Malang.
Nasution, Sahkholid. “Metode Konvensional Dan Inkonvensional Dalam Pembelajaran Bahasa Arab,” JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan Dan Pengajaran 12, no. 2 (2012).
Nuha, Ulin. Metodologi Super EfektifPembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: DIVA Press, 2012).
Nurbiana, Dhieni. 2005. MetodePengembangan Bahasa , Jakarta: Universitas Terbuka.. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE. Soedjito. 1992. Kosa kata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Angkasa Bandung.
|
2ed087ff-2b15-46da-9afa-1dff55123bd4 | https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/sin/article/download/3771/3149 |
## MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOORDINASI GERAK MELALUI MODEL KOOPERATIF
## Mardiani
SDN 18/IX Muaro Jambi Email: [email protected]
## Abstract
This study aims to improve learning outcomes motion coordination through the cooperative model of students of class III Elementary School No. 18 / IX Muaro 2018/2019 academic year the research method is classroom action research, consists of two cycles each cycle carried out 3 times a meeting, each cycle consisting of planning, action, observation and reflection, The research subjects were 26 students in class III, 13 male and 13 female students, data collection techniques are observation, and formative tests, data analysis is comparing the average score, the successful evaluation is KKM of 68 individuals and 80% classical, The results showed that the pre-cycle completeness of three students or by 12% increased to 14 students or by 54% in the first cycle and increased again to 22 or by 85% in the second cycle, Observation of teacher activity by 68% in the category of "Good" increased to 83% in the category of "Very Good" Observation of student activity by 60% in the category of "Good" increased to 83% in the category of "Very good" therefore, it can be concluded that the cooperative model improves learning outcomes for the coordination of class III motion elementary school number 18 / IX Muaro Jambi in 2018/2019 academic year.
Keywords: cooperative model, learning outcomes, motion coordination.
## Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar koordinasi gerak melalui model kooperatif peserta didik kelas III SDN 18/IX Muaro Jambi Tahun Ajaran 2018/2019, metode penelitian dengan Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari dua siklus masing-masing siklus dilakukan 3x pertemuan. Subjek penelitian kelas III berjumlah 26 peserta didik 13 putra dan 13 putri.Teknik pengumpulan data yaitu lembar observasi, dan tes formatif, analisis data yaitu membandingkan rata-rata skor, kriteria keberhasilan yaitu KKM sebesar 68 individu dan 80% klasikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan pra siklus sebanyak 14 peserta didik atau 54% pada siklus I dan meningkat menjadi 22 atau 85% pada siklus II, observasi aktivitas guru 68% kategori “Baik” meningkat menjadi 83% kategori “Sangat Baik” observasi aktivitas peserta didik 60% kategori “Baik” meningkat menjadi 83% kategori “sangat baik”. Jadi, dapat disimpulkan model kooperatif meningkatkan hasil belajar koordinasi gerak peserta didik kelas III SDN 18/IX Muaro Jambi Tahun Ajaran 2018/2019.
Kata Kunci : model kooperatif, hasil belajar, koordinasi gerak.
## PENDAHULUAN
Pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan ditingkat satuan dasar tidak hanya berorientasi pada kesehatan dan kebugaran jasmani semata namun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari orientasi pendidikan secara keseluruhan sebagaimana Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) menyatakan bahwa muatan aspek dalam pendidikan jasmani tingkat Sekolah Dasar merupakan aspek-aspek yang terpadu dari serangkaian pendidikan dimana keseluruhan muatan pada pendidikan jasmani tidak hanya berbicara tentang kebugaran dan keterampilan gerak akan tetapi juga meliputi keterampilan berfikir kritis,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral dan aspek pola hidup sehat.
Bertolak dari pernyataan tersebut mengindikasikan pentingnya Pendidikan jasmani dan Kesehatan di sekolah, namun pada prosesnya keadaan yang tidak sesuai harapan juga tidak dapat dipisahkan dari sebuah pencapain tujuan, hal-hal yang menyebabkan turunnya tingkat
ketercapaian tujuan merupakan polemik tersendiri untuk dicarikan penyelesaiannya.
SDN 18/IX Muaro jambi merupakan salah satu sekolah yang merealisasikan Pendidikan jasmani dan Kesehatan yang kemudian dikemas dalam pelajaran penjaskes pada kenyataannya masih saja ditemui berbagai kendala dalam pencapaian tujuan pelajaran.
Penelitian ini berawal dari kesenjangan yang terjadi dilapangan yaitu masih banyaknya peserta didik yang belum mencapai KKM yang ditetapkan, peneliti sendiri sebagai guru penjaskes awalnya mengira proses pembelajaran berjalan tanpa kendala tapi baru kemudian peneliti sadari bahwa hasil belajar di kelas III yang saat ini masih menerapkan kurikulum KTSP pada pembahasan tentang koordinasi gerak kaki dan tangan serta jalan kayang hasil belajar peserta didik secara umum masih sangat jauh dari KKM yaitu dari 26 peserta didik hanya sebanyak tiga peserta didik atau 12% yang tuntas selebihnya 23 peserta didik atau 88% dinyatakan belum tuntas, untuk KKM penjaskes sendiri sekolah menetapkan
sebesar 68 ketuntasan individual dan 80% tuntas secara klasikal.
Peneliti terus menggali
informasi, melakukan identifikasi masalah dengan cara melakukan pengamatan langsung dan wawancara untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya masalah, baru kemudian terungkap melalui sesi wawancara bersama sejumlah peserta didik bahwa pelajaran koordinasi gerak kaki dan tangan serta jalan kayang merupakan pelajaran yang membosankan karena
dirasa
gerakannya tidak mengasikkan,
gerakannya tidak mengenakkan, lebih enak dan suka langsung melakukan permainan daripada harus melakukan koordinasi gerakan yang benar,
Berdasarkan hasil pengamatan juga terlihat bahwa peserta didik lebih menyukai permainan pada kelompok kelompok kecil yang terdiri dari dua dan tiga peserta didik daripada berelaborasi dengan kelompok yang lebih besar, peserta didik terlihat cepat bosan dan kurang percaya diri ketika melakukan sejumlah permainan yang melibatkan banyak anggota, peserta didik lebih cenderung banyak termenung dan
menunggu perintah daripada melakukan sejumlah inisiatif gerakan bebas yang umumnya dilakukan peserta didik lainnya.
Setelah peneliti mengetahui isu- isu yang dihadapi peserta didik segera peneliti merapat kepada guru senior untuk mendengar pengalaman belajar yang mungkin dapat dijadikan referensi disamping semakin aktif mengikuti kegiatan keprofesian dalam upaya menambah khasanah keilmuan yang mungkin dapat dipergunakan untuk mengatasi kesenjangan yang ada.
Berbagai pertemuan tidak membuahkan hasil yang mantap untuk dipergunakan mengatasi isu yang ada karena masing-masing alternatif solusi memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri yang ketika dicermati dengan teliti terdapat tiga hal penting yang perlu dipertimbangkan yakni (1)
karakteristik alternatif solusi, (2) karakteristik peserta didik dan (3) situasi sekolah, kemudian setelah peneliti memasuki kajian pustakaan dan literatur pendukung yang relevan akhirnya peniliti menemukan model kooperatif menjadi alternatif yang
dianggap tepat untuk diaplikasikan dalam upaya mengatasi kesenjangan yang ada.
Pemilihan model kooperatif didasari pertimbangan kesesuaian
karakteristik model kooperatif dengan permasalahan
yang terjadi, karakteristik peserta didik dan keadaan sekolah, Sejalan dengan itu (Rusman, 2011: 203) menyatakan bahwa dalam pembelajaran berbasis model kooperatif suasana pembelajaran tidak selalu dari guru ke peserta didik akan tetapi menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dari peserta didik ke peserta didik. Lebih lanjut Slavin, dkk (2009: 227) menyatakan bahwa pada prosesnya pembelajaran dengan penerapan model kooperatif suasana pembelajaran dibuat dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 peserta didik.
Beberapa peneliti muktahir yang menunjukkan keefektifan model kooperatif diantaranya Riandini, B,K dan Muhammad, H, N (2013: 334 – 336) penelitian dengan jenis penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar
passing bawah menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui permainan bolavoli mini dalam studi penjasorkes di kelas VIII D SMP N 2 Kandangan Kediri hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi model kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya penelitian sejenis dilakukan oleh Juniarta, dkk (2017: 11 – 22) penelitian dengan fokus meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model kooperatif, dilakukan pada Tahun Ajaran 2016/2017 hasil penelitian menunjukkan bahwa model kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan latarbelakang
masalah, jika masalah tersebut dibiarkan cenderung akan mengakibatkan rendahnya mutu proses dan hasil belajar yang dengan sendirinya akan berimbas pada kualitas dan mutu pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana model kooperatif dapat meningkatkan hasil
belajar koordinasi gerak peserta didik kelas III SDN 18/IX Muaro Jambi Tahun Ajaran 2018/2019.
## METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Tindakan ( Action Research ) dengan jenis penelitian tindakan kelas ( Classroom action research ). (Aqib, Z & Amrullah, A, 2018: 15–16) menyatakan bahwa PTK menekankan pada tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar melalui serangkaian prosedur kegiatan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, interpretasi dan analisis serta refleksi. Selanjutnya Suharsimi, A. (2015:92) menyatakan bahwa defenisi kelas dalam kata penelitian tindakan kelas tidak terikat pada suatu ruangan kelas akan tetapi lebih spesifik kepada sekelompok peserta didik yang melakukan pembelajaran dari dan oleh guru yang sama di dalam atau diluar ruangan pada waktu yang sama pula.
Lokasi penelitian yaitu SDN 18/IX Muaro Jambi yang dilakukan pada semester II Tahun Ajaran 2018/2019 di kelas III terdiri dari 13
putra dan 13 putri. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus dilakukan 3x pertemuan dan tiap pertemuan dilakukan selama 3x 45 menit jam pelajaran, pertemuan pertama dilakukan di dalam kelas yaitu penyampaian pembelajaran secara teoritis tentang koordinasi gerak kaki dan tangan serta jalan kayang dengan menerapkan model kooperatif diikuti observasi aktivitas guru dan aktivitas peserta didik.
Pertemuan ke dua dilakukan diluar kelas yaitu lapangan olahraga SDN 18/IX Muaro Jambi dengan melakukan latihan praktik koordinasi gerak kaki dan tangan serta jalan kayang diikuti observasi aktivitas guru dan aktivitas peserta didik, di akhir latihan diberikan tes praktik untuk mengukur ketepatan peserta didik melakukan gerakan.
Pertemuan ketiga dilakukan di dalam kelas yaitu evaluasi tes formatif untuk mengukur pemahaman peserta didik secara teoritis.
Serangkaian kegiatan melewati siklus berdaur yang masing-masing siklus terdiri dari rencana Tindakan, pelaksanaan Tindakan, observasi / pengamatan dan refleksi. Alat
pengumpul data yang digunakan yaitu lembar observasi, tes formatif dan tes praktik.
Analisis data untuk menentukan ketuntasan belajar yaitu dengan cara menjumlahkan 40% hasil tes formatif dan 60% hasil tes praktik dengan ketentuan tuntas menggunakan rumus:
KK= Keterangan: KK : Ketuntasan klasikal N : Jumlah peserta didik yang tuntas
ST : Jumlah peserta didik seluruhnya. Hamdi, M (2018: 148) Sedangkan rumus yang
digunakan untuk menganalisis hasil observasi yaitu menggunakan rumus:
Presentase nilai rata-rata (NR)=
Adapun kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Secara hasil belajar peserta didik mencapai KKM sebesar 68;
b. Ketuntasan klasikal sebesar 80%. Selanjutnya untuk memudahkan
interpretasi data menggunakan
kriteria penilaian kategori rata-rata seperti pada tabel 1 di bawah ini
Tabel 1. Kriteria penilaian kategori rata-rata
Interval Nilai Kategori 80,00 – 100,00 Sangat Baik 70,00 – 79,99 Baik 60,00 – 69,99 Cukup 50,00 – 59,99 Kurang <50,00 Sangat Kurang
Berikutnya untuk menafsirkan data hasil persentase menggunakan kategori seperti pada tabel 2 di bawah ini
Tabel 2. Tolok ukur Kategori Persentase Persentase Kategori 75,01 – 100,00 Sangat Baik 50,01 – 75,00 Baik 25,01 – 50,00 Cukup 00,00 – 25,00 Kurang
## HASIL DAN PEMBAHASAN
## Pra Siklus
Kegiatan pada tahap pra siklus dilakukan Dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal ketuntasan belajar peserta didik yang merupakan titik tolak dilakukannya penelitian ini, Adapun ketuntasan belajar peserta didik kondisi awal yaitu: rata-rata kelas 55,65 yang berada pada interval dengan kategori “Kurang” dari 26 peserta didik hanya tiga peserta didik atau 12% yang tuntas sedangkan selebihnya 23 peserta didik atau 88%
berikutnya belum tuntas, nilai tertinggi 69 dan nilai terendah 50.
## Siklus I
Siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu 3x45 menit jam pelajaran pertemuan pertama dilakukan pada hari Sabtu, 9 Februari 2019 dilakukan di dalam kelas yaitu penyampaian materi secara teoritis tentang koordinasi gerak kaki dan tangan serta jalan kayang menggunakan model kooperatif.
Pertemuan kedua dilakukan pada hari Sabtu, 16 Februari 2019 yang dilakukan di lapangan olahraga SDN 18/IX Muaro Jambi yaitu demonstrasi dan praktik latihan koordinasi gerak.
Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Sabtu, 23 Februari 2019 yang dilakukan di dalam kelas yaitu penjaringan evaluasi belajar.
Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti
melakukan serangkaian kegiatan
dalam upaya merencanakan pelaksanaan tindakan siklus I, hal-hal
yang dilakukan peneliti diantaranya: Melakukan konsultasi dengan kepala sekolah sekaligus memohon izinnya untuk melakukan penelitian, menyiapkan skenario pembelajaran dengan model kooperatif yang dituangkan ke dalam RPP, menyiapkan instrument penelitian,
yaitu lembar observasi dan tes formatif, memeriksa berbagai perlengkapan olahraga yang dibutuhkan, menyiapkan perlengkapan P3K, memastikan kesediaan kepala sekolah dan satu orang guru penjas SDN 104/IX Kedemangan untuk berkenan menjadi kolaborator penelitian sebagai pengamat.
Penyusunan indikator aktivitas guru dan aktivitas peserta didik yaitu dengan memerhatikan keselarasan dan ciri khas model kooperatif serta tujuan pembelajaran, indikator aktivitas guru terdiri dari 15
(limabelas) indikator yang dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 . Indikator Aktivitas Guru No Item Aktivitas Guru A KEGIATAN AWAL (3) 1 Menyampaikan tujuan mempelajari koordinasi gerak
2 Apersepsi pelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran koordinasi gerak
3 Memotovasi peserta didik untuk tertarik mengikuti pelajaran
B KEGIATAN INTI (9)
1 Melakukan tanya jawab seputar materi koordinasi gerak
2 Membentuk peserta didik beberapa kelompok heterogen (4 - 5 Anggota)
3 Menjelaskan tugas kelompok, dan anggota kelompok
4 Menjelaskan dan memberikan contoh melakukan koordinasi gerak yaitu koordinasi gerak kaki dan tangan dan jalan kayang
5 Memberikan penguatan kembali bahwa kerjasama yang baik dalam kelompok akan menyumbang keberhasilan yang besar
6 Memberikan reward berupa pujian kepada peserta didik yang berhasil
7 Memberikan support kepada peserta didik yang belum berhasil
8 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum dimengerti
9 Membimbing peserta didik yang kesulitan melakukan praktik
C KEGIATAN AKHIR (3)
1 Membuat kesimpulan pembelajaran
2 Menutup Pembelajaran
3 Ketepatan waktu
Sedangkan indikator aktivitas
peserta didik terdiri dari 10 (sepuluh) indikator diantaranya: (1)
Mendengarkan penjelasan
dan petunjukan guru dengan tertib; (2) Konsentrasi dengan pembelajaran yang diikuti; (3) Semangat mengikuti pelajaran dengan model kooperatif; (4) Berinteraksi dengan baik dalam kelompok; (5) Menyesuaikan diri dengan kelompok; (6) Saling
memotivasi sesama anggota kelompok; (7) Menghargai pemimpin kelompok; (8) Toleran antar sesama anggota kelompok; (9) Supportif
dengan anggota kelompok yang lain; dan (10) Melakukan petunjuk guru dengan baik dan sempurna.
## Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
tindakan
merupakan tahapan lanjutan dari tahap rencana tindakan yang dilakukan sebelumnya, pada prosesnya peneliti melakukan tindakan nyata pembelajaran yang bertatap muka langsung dengan peserta didik, kegiatan dilakukan dengan mempedomani skenario pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya, untuk melakukan
penjaringan melalui observasi dan pengamatan, peneliti dibantu oleh dua kolaborator penelitian yang berperan sebagai observer yaitu satu orang kepala sekolah SDN 18/IX Muaro Jambi pemilihan kepala sekolah yaitu dengan pertimbangan sebagai atasan peneliti dan pimpinan sekolah yang mungkin hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas Pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan satu orang guru penjaskes SDN 104/IX Kedemangan pemilihan guru penjas tersebut
dengan pertimbangan menjaga disiplin ilmu porkes yang hanya dimiliki oleh guru dengan latarbelakang Pendidikan porkes,
pemilihan SDN 104/IX Kedemangan yaitu mengingat SD tersebut merupakan SD yang bersebelahan dengan SD peneliti dengan demikian dapat meminimalisir kebutuhan yang diperlukan dan lebih leluasa
melakukan sejumlah pertemuan yang diperlukan.
Adapun hasil pelaksanaan
siklus I dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini
Tabel 4. Hasil belajar peserta didik siklus I
Teori (Rata2) Praktik (Rata2) Tuntas Tidak Rata2 Skor Jml % Jml % 62,77 70,62 14 54% 12 46% 67,48
## Observasi/pengamatan
Aktivitas guru siklus I dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan, pada prosesnya peneliti dibantu dua pengamat yaitu satu orang kepala sekolah SDN 18/IX Muaro Jambi dan satu orang guru penjaskes SDN 104/IX Kedemangan.
Adapun hasil pengamatan aktivitas guru siklus I dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini
Tabel 5 . Aktivitas Guru Siklus I
Uraian Skor Jumlah Skor Aktual 41 Jumlah Skor Ideal 60 Persentase 68% Kategori Baik
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru siklus I terlihat bahwa skor aktual mendapatkan skor 41, persentase sebesar 68% yang berada pada kategori “Baik” sedangkan hasil pengamatan aktivitas peserta didik siklus I dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Aktivitas Peserta Didik Siklus I Uraian Skor Jumlah Skor Aktual 24 Jumlah Skor Ideal 40 Persentase 60% Kategori Baik Refleksi Tahap refleksi dilakukan Bersama kolaborator penelitian untuk melakukan analisis, refleksi dan tindak lanjut atas pelaksanaan kegiatan siklus I yang dilakukan serta membicarakan hal-hal yang dianggap perlu yang mungkin tidak dimuat pada lembar observasi namun secara tidak langsung terekam pada saat pelaksanaan. Adapun hasil refleksi pada siklus I yaitu berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I secara keseluruhan hasil belajar peserta didik
mengalami peningkatan dengan signifikan yaitu ketuntasan yang semula 12% atau 3 peserta didik meningkat menjadi 14 peserta didik atau 54% pada siklus I, rata-rata kelas yang semula 55,65 yang berada pada kategori “Kurang” meningkat menjadi 67,48 yang berada pada kategori “Cukup”.
Mengingat kriteria keberhasilan penelitian mempedomani kriteria ketuntasan yang ditetapkan sekolah
yaitu KKM sebesar 68 secara individu dan 80% secara klasikal sedangkan pelaksanaan siklus I memperoleh ketuntasan sebesar 54% maka penelitian dilanjutkan kembali pada siklus II dengan menempuh tahapan yang cenderung sama dengan siklus I yaitu tahap perencanaan, Tindakan, observasi dan pengamatan dan refleksi Tindakan.
Hal-hal yang perlu direvisi untuk kemudian dilakukan kembali pada siklus II diantaranya:
1. Melakukan tanya jawab seputar materi koordinasi gerak perlu ditingkatkan dengan cara memberikan ruang yang lebih leluasa kepada peserta didik dan menyajikan penjelasan dengan memberikan sejumlah contoh conton Gerakan koordinasi yang pernah dilakukan peserta didik dalam aktivitasnya sehari hari;
2. Memastikan bahwa peserta didik dapat mendengar, dan
berkonsentrasi dengan baik dengan cara menguasai kelas dengan sepenuhnya yaitu melakukan kontrol disetiap kelompok peserta didik;
3. Menjelaskan tugas kelompok, dan anggota kelompok perlu diperkuat dengan cara memastikan kesiapan peserta didik untuk mendengarkan dengan hikmat yang diakhiri dengan memastikan bahwa peserta didik memahami tugasnya dalam kelompok;
4. Memastikan bahwa peserta didik dapat berinteraksi dengan baik antara sesama anggota kelompok perlu ditingkatkan mengingat hal tersebut merupakan ciri khas model kooperatif, hal yang dilakukan yaitu melakukan penguatan keterlibatan peran anggota merupakan satu keutuhan dalam upaya mencapai
keberhasilan dalam kelompok dan meningkatkan penguatan kembali bahwa kerjasama yang baik dalam kelompok akan menyumbang keberhasilan yang besar;
5. Memberikan reward berupa pujian kepada peserta didik yang berhasil perlu ditingkatkan serta memberikan support kepada
peserta didik yang belum berhasil dengan menumbuhkembangkan sikap toleran antara sesama yang
juga merupakan faktor pengikat dalam model kooperatif;
6. Membimbing peserta didik yang kesulitan melakukan praktik perlu diperhatikan secara konprehensif agar peserta didik dapat melakukan petunjuk lebih baik lagi;
7. Manajemen waktu perlu diperhatikan agar tidak mengambil waktu instirahat peserta didik.
## Siklus II
Pelaksanaan siklus II pada prosesnya melakukan kegiatan yang cenderung sama dengan pelaksanaan siklus I yaitu menempuh tahapan rencana tindakan, melakukan tindakan, observasi dan pengamatan dan refleksi tindakan, yang membedakan pada pelaksanaan siklus II yaitu, kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II melakukan revisi sebagaimana hal-hal yang ditemukan pada tahap refleksi tindakan siklus I yaitu dengan melakukan revisi mulai dari tahap rencana sampai ke pelaksanaan tindakan.
Sama halnya dengan siklus I, pelaksanaan siklus II dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama 3x45 menit jam
pelajaran dilakukan di dalam kelas kelas tepatnya hari Sabtu, 2 maret 2019, pertemuan ke dua dilakukan di lapangan olahraga SDN 18/IX Muaro Jambi tepatnya hari Sabtu, 2 maret 2019, dan pertemuan ke tiga
dilakukan di dalam kelas tepatnya pada hari Sabtu, 16 maret 2019.
Adapun hasil pelaksanaan Tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Hasil belajar peserta didik siklus II Siklus Teori (Rata2) Praktik (Rata2) Tuntas Tidak Rata2 Skor Jml % Jml % Pra 52,88 57,50 3 12% 23 88% 55,65 Siklus I 62,77 70,62 14 54% 12 46% 67,48 Siklus II 72,27 77,58 22 85% 4 15% 75,45
Sedangkan hasil observasi dan
pengamatan
juga mengalami peningkatan dengan signifikan yaitu observasi aktivitas guru yang semula sebesar 68% yang berada pada kategori “Baik” meningkat menjadi 83% berada pada kategori “Sangat Baik” observasi aktivitas peserta didik yang semula 60% yang berada pada kategori “Baik” pada siklus I meningkat menjadi 83% pada siklus II yang berada pada kategori “sangat baik”. hasil temuan penelitian ini sejalan dengan Suprijono, A, (2013:111) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif cenderung mendatangkan
keuntungan lebih besar untuk mendapatkan motivasi daripada bekerja sendiri sendiri
## SIMPULAN
Berdasarkan temuan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa model kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar koordinasi gerak peserta didik kelas III SDN 18/IX Muaro Jambi tahun ajaran 2018/2019.
Hal tersebut dilihat dari peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus ke siklusnya yaitu: pada kondisi pra siklus jumlah peserta didik yang tuntas hanya tiga peserta didik atau 12% meningkat pada siklus I menjadi 14 peserta didik atau 54% dan kembali meningkat menjadi 22 peserta didik atau 85%, dengan rata- rata yang semula sebesar 55,65 kategori “Kurang” pda pra siklus meningkat menjadi 67,48 pada siklus
I kategori “Cukup” dan kembali meningkat menjadi sebesar 75,45 kategori “Baik” pada siklus II.
Berdasarkan temuan hasil penelitian saran yang dapat peneliti berikan yaitu: bagi sekolah: hasil penelitian dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan proses dan hasil belajar khususnya dan mutu Pendidikan umumnya, bagi guru: model kooperatif dapat menjadi alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar koordinasi gerak peserta didik, bagi peserta didik: dapat terus membina kooperatif yang tepat dengan sesama dengan mengedepankan asas-asas kooperatif
serta memerhatikan tradisi dan budaya yang diberlakukan.
## DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z., & Amrullah, A. 2018. Penelitian Tindakan Kelas Teori & Aplikasi. Yogyakarta:
ANDI OFFSET.
Arsip, N. 2019. Nilai Harian Mata Pelajaran PORKES Kelas III.
Arsip.
Badan Standar Nasional Pendidikan.
2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar SD/MI. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Hamdi, M. 2018. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Teori dan Praksis dalam Pendidikan . Jambi: UNJA Press.
Juniarta, P., Kanca, N., & Putra, A. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Bola Voli. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dan Rekreasi, Volume 7 (No.1), 33 - 44.
Riandini, B. K., & Muhammad, H. N. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Passing Bawah Melalui Permainan Bola Voli Mini. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Volume 01 (No 02), 334 - 336. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Slavin. dkk. 2009. Cooperatif Learning (teori, Riset, Praktik) . Bandung: Nusa
Media
Suharsimi, A. 2015. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning Teory & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
|
4a856277-9236-4fd3-9103-319a31a8d98d | https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/STRING/article/download/20529/6187 |
## MODEL SISTEM PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI BERBASIS WEBSITE MENGGUNAKAN UML
## Rina Afriani Sitorus
Program Studi Ilmu Komputer, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara [email protected]
Submitted September 27, 2023; Revised November 11, 2023; Accepted November 27,2023
## Abstrak
Untuk meraih gelar sarjana di perguruan tinggi mahasiswa harus menyelesaikan skripsi dalam menyelesaikan skripsi banyak hal yang harus dilewati, salah satunya adalah menyiapkan dan mengajukan judul skripsi kepada Ketua Program Studi. Diperlukan sebuah aplikasi pengajuan judul skripsi secara online untuk mempermudah mahasiswa dalam mengajukan judul skripsi dengan tujuan untuk efisiensi waktu. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang berfokus pada observasi. Dalam perancangan model ini digunakan metode SDLC Waterfall yang memiliki alur terstruktur. Model sistem yang dirancang ini akan membantu dalam perancangan sistem pengajuan judul skripsi berbasis website yang akan membantu mahasiswa dan juga dosen dalam melakukan proses proses pengajuan judul skripsi ke Ketua Program Studi untuk mendapatkan SK resmi dari Kaprodi yang berisi nama dosen pembimbing skripsi dan judul skripsi yang diterima oleh Kaprodi. Kata Kunci: Model, Skripsi, Mahasiswa, UML
## Abstract
To obtain a bachelor's degree at a university, students must complete a skripsi (undergraduate thesis). In completing a skripsi, there are many things that must be overcome, such as preparing and submitting the skripsi title to the Head of the Study Program. To provide time efficiency for students, it is necessary to develop an easy-to-use application for submitting a skripsi title online. This research uses a qualitative approach method that focuses on observation. The model of the system is based on the SDLC Waterfall method which has a structured flow. This designed system model will assist in designing a website-based skripsi title submission system which will help students and lecturers to carry out the process of submitting skripsi titles to the Head of the Study Program for an official decree containing the name of the skripsi supervisors and the acceptance of skripsi title.
Keywords : Model, Thesis, Student, UML
## 1. PENDAHULUAN
Di era digitalisasi yang semakin maju penggunaan teknologi informasi menjadi hal yang penting dalam berbagai bidang, termasuk dalam dunia pendidikan [1]. Salah satu aspek penting dalam pendidikan tinggi adalah penyelesaian tugas akhir. Untuk menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar sarjana, mahasiswa program Sarjana Strata-1 harus menyelesaikan skripsi[2], yang merupakan karya tulis ilmiah dalam suatu bidang studi[3].
Skripsi merupakan karya mahasiswa setelah menjalani proses pembelajaran yang ditetapkan oleh program studi [4] dan didasarkan pada hasil penelitian lapangan dan kajian pustaka [5]. Sebelum menyusun skripsi, mahasiswa harus menyiapkan topik yang diminati serta judul yang sesuai dengan topik tersebut. Kemudian mahasiswa mengajukan judul tersebut kepada Kepala Program Studi.
Proses pengajuan judul skripsi yang berjalan di Program Studi Ilmu Komputer UIN Sumatera Utara masih menggunakan cara manual, dimana mahasiswa harus menemui Kepala Program Studi secara langsung atau mengisi form yang
e-ISSN: 2549 - 2837
disediakan oleh pihak Prodi untuk mengajukan judul skripsinya.
Hal ini dinilai kurang efektif karena untuk mengetahui judulnya diterima atau tidak, mahasiswa juga harus kembali menemui Kepala Program Studi. Selain itu, pihak prodi juga tidak mempunyai riwayat pengajuan judul yag dapat diarsipkan dengan lebih efisien dan proses pengajuan judul tidak tertunda dan juga form yang disediakan oleh Prodi dinilai tidak bisa dikembangkan.
Tujuan utama perancangan model ini adalah untuk membantu pengembangan aplikasi yang akan memudahkan mahasiswa dalam mengajukan judul skripsi dan juga untuk meminimalisir biaya cetak kertas. Dengan memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) masalah seperti anggaran dan efisiensi waktu dapat diatasi. Website, yang terdiri dari kumpulan halaman web yang saling terhubung dan dapat diakses melalui browser web, adalah salah satu teknologi informasi
komunikasi yang dapat digunakan untuk berinteraksi dalam manajemen dan administrasi pendidikan [6]. Teknologi ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan aksesibilitas siswa.
Dahlia dalam penelitiannya yang berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Pengajuan Judul Tugas Akhir pada AMIK “Tri Dharma” Pekanbaru Berbasis Mobile
Webview merancang sistem menggunakan UML yang berupa usecase diagram, activity diagram, sequence diagram dan class diagram [7]. Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan diatas penelitian yang dilakukan akan membuat model sistem pengajuan judul skripsi berbasis website menggunakan UML berupa usecase diagram. Pengembangan aplikasi berbasis website akan memudahkan pengguna karena bisa diakses dimana saja
secara online [8]. Penggunaan usecase diagram untuk memberikan gambaran interaksi antara sistem dengan aktor [9].
## 2. METODE PENELITIAN
Pengembangan model dalam penelitian ini menggunakan metode SDLC ( Software Development Life Cycle) dengan model waterfall . Proses pembuatan dan perubahan sistem dikenal sebagai metode SDLC ( Software Development Life Cycle ). Sistem tersebut mempunyai tahapan- tahapan yang terstruktur [10]. Model Waterfall, juga dikenal sebagai "model air terjun", adalah model siklus hidup klasik yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak[11]. Model ini merupakan model sekuensial linier klasik untuk pengembangan perangkat lunak [12]. Alur yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut.
## Gambar 1. Alur Penelitian
## Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan melibatkan identifikasi dan pendokumentasian kebutuhan dan kendala pemangku kepentingan [13]. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan kebutuhan dalam merancang model yang akan memudahkan dalam membangun sistem pengajuan judul skripsi berbasis website dengan melakukan observasi langsung dan wawancara dengan para mahasiswa yang sudah menyelesaikan seminar proposal.
## Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati secara langsung proses pengajuan judul yang berjalan di Program Studi Ilmu Komputer UIN Sumatera Utara dan juga melakukan wawancara dengan para mahasiswa yang sudah lulus seminar proposal. Selain itu peneliti juga mencari referensi yang berkaitan atau mendukung penelitian ini dengan membaca buku dan juga artikel yang ada di internet.
## Perancangan Model
Model sistem pada penelitian ini dibuat menggunakan UML ( Unified Modeling Language ) . UML adalah alat untuk menghasilkan bentuk visual dan mendokumentasikan hasil analisis dan desain, termasuk sintaksis untuk sistem pemodelan visual [14]. UML yang digunakan pada pemodelan sistem ini berupa usecase diagram . Usecase diagram adalah diagram yang digunakan untuk menjelaskan apa yang dapat dilakukan pengguna dengan suatu aplikasi [15] . Model yang dirancang akan menjadi acuan untuk membangun sistem pengajuan judul skripsi.
## Implementasi Model
Model yang sudah dirancang akan diimplementasikan dalam perancangan sistem pengajuan judul skripsi berbasis website.
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pengajuan judul skripsi yang berjalan di UIN Sumatera Utara masih dengan cara manual dimana mahasiswa yang harus menemui kepala program studi secara langsung dan melakukan diskusi tatap muka dengan kepala Program Studi.
Kemudian setelah itu mahasiswa mengupload judul skripsi mereka di Google Form yang disediakan pihak Prodi. Proses pengajuan manual tersebut digambarkan melalui usecase diagram di bawah ini.
Usecase Diagram Pengajuan Manual
Gambar 2. Usecase Diagram Pengajuan Manual
Pada usecase diatas terdapat 3 aktor yang terlibat dalam sistem ini yaitu mahasiswa, dosen pembimbing akademik dan kaprodi. Pada usecase tersebut terlihat alur tugas yang harus dilakukan setiap actor dalam pengajuan judul skripsi melalui sistem yang akan dirancang.
Sistem pengajuan judul skripsi yang akan dirancang nantinya berbasis website , dengan gambaran sistem pada usecase diagram dibawah ini.
Usecase Diagram Model Sistem
Gambar 3. Usecase Diagram Model Sistem
## Entity Relationship Diagram
Gambar 4. Entity Relationship Diagram
Diagram di atas merupakan ERD yang akan membantu developer dalam
perancangan sistem ini. Dalam diagram tersebut terdapat entitas dengan atributnya masing-masing dan relasi antar entitas satu dengan entitas lainnya.
## Rancangan User Interface
Pada sistem yang akan dirancang nantinya akan terdapat halaman login, dengan rancangan seperti dibawah ini.
Gambar 5. Rancangan Form Login Setelah mahasiswa berhasil login,
mahasiswa akan masuk ke halaman baru untuk mengupload berkas persyaratan pengajuan judul skripsi. Pada halaman ini mahasiswa akan diminta mengupload semua berkas persyaratan seperti laporan kerja praktik, transkrip nilai sementara, dan kartu rencana studi pada semester berjalan. Rancangan form input berkas persyaratan pengajuan judul skripsi dapat dilihat pada Gambar 6.
## Gambar 6. Rancangan Form Input Berkas Persyaratan
Jika sudah mengupload berkas persyaratan pengajuan judul skripsi, selanjutnya mahasiswa akan masuk ke halaman pengajuan judul. Rancangan halaman pengajuan judul skripsi pada sistem ini terdapat pada Gambar 7.
Gambar 7. Form Input Judul, Metode dan
## Latar Belakang Skripsi
Setelah selesai mengupload persyaratan dan mengajukan judul skripsi mahasiswa bisa mengecek pengumuman di halaman cek pengumuman. Di halaman ini akan terdapat pengumuman apakah judul yang diajukan diterima ataupun ditolak dan juga terdapat file SK Resmi dari Kaprodi untuk penerimaan judul skripsi dan penentuan dosen pembimbing skripsi bagi mahasiswa yang judulnya diterima. Rancangan
Vol. 8 No. 2 Desember 2023 e-ISSN: 2549 - 2837
halaman cek pemberitahuan terdapat pada Gambar 8.
Gambar 8. Form Cek Pengumuman
4. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model yang sudah dirancang akan memudahkan developer dalam membangun sistem sistem
yang dapat memudahkan mahasiswa dalam proses pengajuan judul, skripsi dan mahasiswa juga dapat mengetahui judul skripsi yang diajukan diterima atau ditolak, serta memudahkan kaprodi dalam proses pelaporan riwayat pengajuan judul.
## DAFTAR PUSTAKA
[1] D. Ambarwati, U. B. Wibowo, H. Arsyiadanti, and S. Susanti, “Studi Literatur: Peran Inovasi Pendidikan pada Pembelajaran Berbasis Teknologi Digital,” J. Inov. Teknol. Pendidik. , vol. 8, no. 2, pp. 173– 184, 2022, [Online]. Available: https://doi.org/10.21831/jitp.v8i2.43 560
[2] I. R. Widigda, W. Setyaningrum, J. Pascasarjana, P. Matematika, U. N. Yogyakarta, and M. Skripsi, “Kecemasan Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Riau Kepulauan Dalam Menghadapi Skripsi,” J. Pendidik. Mat. dan Sains , vol. 6, no. 2, pp. 190–199,
2018.
[3] F. Rini and F. Purnama, “Bimbingan Skripsi Online berbasis Web Pada Program Studi Sistem Informasi
STMIK Nurdin Hamzah,” Semin.
Nas. APTIKOM , 2019.
[4] E. Noviana, O. Kurniaman, and M.
N. Huda, “Pengembangan Aplikasi
Bimbingan Tugas Akhir Mahasiswa Berbasis Website Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fkip Universitas Riau,” Prim. J. Pendidik. Guru Sekol. Dasar , vol. 7, no. 1, p. 1, 2018, doi: 10.33578/jpfkip.v7i1.5334. [5] Ryan, Cooper, and Tauer, “Pedoman Penulisan Skripsi,” 2013. [6] E. Anih, “Modernisasi Pembelajaran Di Perguruan Tinggi Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi,” J. Pendidik. UNSIKA ,
vol. 4, no. 2, pp. 185–196, 2016, [Online].
Available: http://journal.unsika.ac.id/index.php /judika [7] D. Harissa, N. K. Wahab, and B. Ariadi, “Rancang Bangun Sistem Informasi Pengajuan Judul Tugas Akhir Pada Amik „Tri Dharma‟ Pekanbaru Berbasis Mobile Webview,” J. Intra Tech , vol. 7, no.
1, pp. 54–65, 2023.
[8] M. A. Dharmawan, R. Indriati, and S. Sucipto, “Implementasi Sistem Informasi Tugas Akhir Menggunakan Metode Classic Life
Cycle,” Pros. SEMNAS INOTEK (Seminar Nas. Inov. Teknol. , vol. 3, no. 1, pp. 151–154, 2019, [Online].
Available: https://proceeding.unpkediri.ac.id/in dex.php/inotek/article/view/529 [9] M. V. Al Hasri and E. Sudarmilah, “Sistem Informasi Pelayanan Administrasi Kependudukan Berbasis Website Kelurahan Banaran,” MATRIK J. Manajemen,
Tek. Inform. dan Rekayasa Komput. , vol. 20, no. 2, pp. 249–260, 2021, doi: 10.30812/matrik.v20i2.1056.
[10] M. Robi and R. Okra, “Perancangan Sistem Informasi Pengajuan Judul Skripsi dengan Notifikasi Whatsapp di IAIN Bukittinggi,”
Arch.
Anesthesiol. Crit. Care , vol. 1, no.
1, pp. 01–10, 2023.
[11] W. S.
Dharmawan, D. Purwaningtias, and D. Risdiansyah, “Penerapan Metode SDLC Waterfall Dalam Perancangan Sistem Informasi Administrasi Keuangan Berbasis Desktop,” J. Khatulistiwa Inform. , vol. 6, no. 2, pp. 159–167, 2021, doi: 10.31294/khatulistiwa.v6i2.160.
[12] D. Saputra, H. Haryani, A. Surniadari, M. Martias, and F. Akbar, “Sistem Informasi Bimbingan Tugas Akhir Mahasiswa Berbasis Website Menggunakan Metode Waterfall,” MATRIK J. Manajemen, Tek. Inform. dan Rekayasa Komput. , vol. 21, no. 2, pp. 403–416, 2022, doi:
10.30812/matrik.v21i2.1591.
[13] D. Handayani and M. Salam, “Aplikasi Sistem Informasi Simpan
Pinjam Koperasi Berbasis Website Menggunakan Metode Waterfall,”
Media Online) , vol. 3, no. 5, pp. 425–434, 2023, [Online]. Available: https://djournals.com/klik
[14] M. Rindhani Aditia, S. Dewimarni, and A. Hadi Wijaya, “Rancang Bangun E-Skripsi Menggunakan Pemodelan Uml Di Stai Solok,”
Cons. J. J. Educ. adn Couns. , vol.
3, no. 1, pp. 200–205, 2023,
[Online]. Available: https://unars.ac.id/ojs/index.php/con silium/article/view/3180 [15] R. Yesputra and N. Marpaung, “Pemodelan Aplikasi E-Skripsi
Berbasis Arsitektur Mvc Pada Stmik
Royal,” Semin. Nas. R. , vol. 1, no. 1, pp. 45–50, 2018.
|
4e63f7f1-2d85-41ff-89c6-b9d5f9c2de1f | https://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/article/download/30602/10957 |
## JAMP: Jurnal Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan
Volume 5 Nomor 4 Desember 2022,
Tersedia Online di http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/ ISSN 2615-8574 (online)
Hal : 317 - 322
## Penguatan Kepemimpinan Pembelajaran Berbasis Moral pada Kepala Sekolah Dasar Unggul
Ibrahim Bafadal, Ahmad Nurabadi, Dedi Prestiadi, Juharyanto, Teguh Triwiyanto, Endra Ubaidillah, Indra Lesmana, Anisa Maulinda Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang *email: [email protected]
Abstract: The main task of education in the school system is learning. Improving the quality of school-based education does not occur without improving the quality of learning in schools. The effectiveness of a school in achieving its vision, carrying out its mission, meeting learning goals and targets, as well as in carrying out quality learning activities in a school, requires the existence of a principal who is able to display effective leadership, namely learning leadership. In addition, school principals need to improve their competence as learning leaders on an ongoing basis. The purpose of this activity is to increase the understanding of principals about: Principal leadership, learning leadership, religious leadership, and leadership change in superior schools in a sustainable, independent, and contextual way. The method used in this service activity is training and mentoring.
Keywords: moral-based learning leadership, superior principal
Abstrak : Tugas utama pendidikan di dalam sistem persekolahan yaitu pembelajaran. Peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah tidak terjadi, tanpa peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Keefektifan suatu sekolah dalam menggapai visi, mengemban misi, memenuhi tujuan dan target pembelajaran, demikian pula dalam menjalankan aktivitas pembelajaran yang bermutu di suatu sekolah, mempersyaratkan adanya seorang kepala sekolah yang mampu menampilkan kepemimpinan yang efektif, yaitu kepemimpinan pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah perlu meningkatkan kompetensinya sebagai pemimpin pembelajaran secara berkelanjutan. Tujuan kegiatan ini berupaya meningkatkan pemahaman kepada kepala sekolah tentang: Kepemimpinan kepala sekolah, kepemimpinan pembelajaran, kepemimpinan religius, dan kepemimpinan perubahan di sekolah unggul secara berkelanjutan, mandiri, dan kontekstual. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu pelatihan dan pendampingan.
Kata kunci : kepemimpinan pembelajaran berbasis moral, kepala sekolah unggul
praktik pembelajaran disekolah membutuhkan kemampuan seorang individu atau sekelompok individu untuk memengaruhi dan membimbing warganya. Kepemimpinan pembelajaran merupakan praktik dalam konteks pendidikan, pada sekolah. Karena, tugas utama ( core business ) pendidikan di dalam sistem persekolahan yaitu pembelajaran. Aktivitas manajemen sekolah, puncak kepemimpinan pembelajarannya berada di kepala sekolah. Kepala sekolah memberikan motivasi warga sekolah untuk mencapai sesuatu yang baru dan lebih baik. Kompetensi kepala sekolah idealnya mampu mendorong ke arah peningkatan mutu dan keunggulan. Wang et al., (2021) menyatakan peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah dan keunggulan sekolah tidak terjadi, dengan mengabaikan mutu pembelajaran.
Keefektifan sekolah dalam menggapai visi, mengemban misi, memenuhi tujuan dan target pembelajaran, demikian pula dalam menjalankan aktivitas pembelajaran yang bermutu di sekolah, mempersyaratkan adanya seorang kepala sekolah yang mampu menampilkan kepemimpinan yang efektif, yaitu kepemimpinan pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah perlu meningkatkan kompetensinya
318 JAMP : Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Volume 5 Nomor 4 Desember 2022 : 317 - 322
sebagai pemimpin pembelajaran secara berkelanjutan ( continuously professional learning ). Inisiatif- inisiatif inovatif di bidang pendidikan seringkali bermasalah dengan keberlanjutannya. Untuk mendorong keefektifan tersebut, kepala sekolah membutuhkan kepemimpinan berbasis moral sebagai landasan melakukan perubahan ke arah sekolah unggul.
Kepemimpiran berbasis moral berkaitan dengan standar perilaku baik atau buruk, keadilan, dan kejujuran dari pemimpin. Juharyanto et al., (2018) menyebutkan kepemimpinan berbasis moral terdiri dari moral spiritual, moral kebangsaan, dan moral kemanusiaan.
Kepemimpinan pembelajaran berbasis moral pada kepala sekolah unggul memiliki karakter yang menonjol. Karakter tersebut menurut Bafadal et al., (2018) tampak pada: memiliki visi yang kuat tentang pembelajaran dan memasukkannya ke dalam rumusan visi sekolah, menciptakan budaya pembelajaran demi menggapai visi sekolah, dan menciptakan lingkungan pembelajaran dalam rangka terwujudnya budaya pembelajaran yang efektif.
Permasalahan yang dihadapi oleh mitra, dari hasil percakapan dengan kepala sekolah atau madrasah yaitu kurangnya pemahaman bagaimana melaksanakan dan mengoptimalkan peran kepemimpinannya. Banyak kepala sekolah masih merasa memerlukan pembinaan dan pembimbingan dalam hal melaksanakan peran kepemimpinannya dalam meningkatkan mutu sekolah sebagai sekolah unggul. Fix (2020) menyatakan bahwa pemahaman individu dan kolektif mendorong orang untuk mengeksplorasi praktik baru dan merefleksikan atau mengevaluasi praktik mereka sebagai inovasi yang diterapkan dalam lingkungan pembelajaran yang ada.
Tujuan kegiatan ini berupaya meningkatkan pemahaman kepada kepala sekolah tentang: Kepemimpinan kepala sekolah di sekolah unggul secara berkelanjutan, mandiri, dan kontekstual; Kepemimpinan pembelajaran di sekolah unggul secara berkelanjutan, mandiri, dan kontekstual; Kepemimpinan religius di sekolah unggul secara berkelanjutan, mandiri, dan kontekstual; dan Kepemimpinan perubahan di sekolah unggul secara berkelanjutan, mandiri, dan kontekstual.
## METODE
Lokasi kegiatan yaitu sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Malang, pada jenjang Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama. Jumlah pesertanya 51 kepala sekolah, dengan rincian 8 TK, 29 SD, dan 14 SMP. Perbandingan jenis kelaminnya yaitu, 16 laki-laki dan 35 perempuan.
Untuk memaksimalkan keberhasilan pelaksanaan pendampingan pengembangan kepemimpinan efektif kepala sekolah dasar sebagai pemimpin pembelajaran sekaligus menuju sekolah unggul ini, metode yang digunakan antara lain: ceramah, diskusi, tanya jawab, modelling, discovery , problem based learning , dan penugasan. Metode-metode tersebut terintegrasi ke dalam strategi Workshop dan pendampingan yang dilaksanakan.
Data dikumpulkan dari mitra peserta yang bertujuan mengukur keberhasilan atau dampak penguatan yang sudah dilakukan. Sumber data berasal dari peserta pendampingan melalui wawancara, dokumen dam hasil-hasil lembar kegiatan, dan observasi selama kegiatan berlangsung. Dari data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan analisis data kualitatif. Analisis data dilakukan selama berada dan setelah di lapangan. Akhir dari sebuah analisis selama di lapangan, peneliti membuat suatu refleksi pemikiran tentang fokus. Sedangkan analisis data setelah meninggalkan lapangan dilakukan untuk membangun dan menata serta meninjau kembali hasil-hasil analisis, apakah sudah menemukan data yang lengkap dan optimal untuk menggambarkan fokus. Analisis data dilakukan melaui tiga kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data.
Bafadal dkk, Penguatan Kepemimpinan Pembelajaran ...
## HASIL
Telah diadakan kegiatan berupa pelatihan kepala sekolah yang berjumlah 51 orang. Metode yang digunakan yaitu ceramah, penerapan dan penuturan secara lisan oleh tim terhadap peserta, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan. Dilanjutkan metode diskusi, metode pembelajaran yang menghadapkan peserta pelatihan pada suatu permasalahan. Di dalam diskusi, terdapat tanya jawab, cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari fasilitator kepada peserta pelatihan, tetapi dapat pula dari peserta pelatihan kepada tim.
Selain itu, dilakukan dengan menggunakan metode modelling , ini dilaksanakan dengan cara fasilitator memberikan skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan peserta pelatihan di depan kelas, sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan atau skill dan profesionalisme. Selanjutnya, dilakukan melalui metode discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga peserta memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dilakukan juga melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan. Metode terakhir yaitu dengan menggunakan penugasan/resitasi, yang digunakan dalam pembelajaran.
Tabel 1 Permasalahan Mitra, Solusi, dan Hasil
Permasalahan Mitra Solusi yang Ditawarkan Hasil Para kepala sekolah di lingkungan mitra banyak yang menginginkan peningkatan kompetensinya digunakan untuk meningkatkan profesionalisme maupun untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga menjadi lembaga pendidikan unggul. Memberikan pemahaman tentang pengembangan potensi kepemimpinan kepala sekolah. Meningkatkan pemahaman kepada peserta kepala sekolah tentang pengembangan potensi kepemimpinan kepala sekolah. Permasalahan yang dihadapi oleh kepala sekolah di Kota Malang dari hasil percakapan dengan beberapa Kepala sekolah dan dinsa pendidikan adalah kepala sekolah kurang memahami bagaimana melaksanakan dan mengembangkan potensi dan kompetensi yang dimilikinya. Memberikan pemahaman tentang kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan. Memberikan pemahaman tentang kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Meningkatkan pemahaman kepada peserta kepala sekolah tentang kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan. Meningkatkan pemahaman kepada peserta kepala sekolah tentang kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Kepala sekolah masih merasa memerlukan pembinaan dan pembimbingan dalam hal melaksanakan pengembangan potensi kepemimpinan. Memberikan pemahaman tentang kepala sekolah sebagai pemimpin spiritual Meningkatkan pemahaman kepada peserta orang kepala sekolah tentang kepala sekolah sebagai pemimpin spiritual.
Hasil analisis data kualitatif dari kegiatan yang dilakukan, menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan cara pandang dari peserta. Perubahan dimaksud yatu pola pikir dari kondisi awal dan setelah diberikan pelatihan. Tabel 1 memperlihatkan permasalahan mitra, solusi, dan hasil.
## PEMBAHASAN
Pandangan kepala sekolah menunjukkan pola pikir yang lebih terbuka untuk melakukan upaya lebih kuat lagi dalam menjadikan sekolahnya unggul. Mereka semakin mantap menyatakan, bahwa para kepala sekolah di sekolah-sekolah unggul memiliki pandangan bahwa tidak ada sekolah menjadi baik dengan sendirinya. Para kepala sekolah di sekolah-sekolah unggul memiliki pandangan bahwa tidak ada kualitas sekolah tanpa pembaharuan secara terus menerus. Para kepala sekolah di sekolah-sekolah unggul memiliki pandangan bahwa mutu sekolah menuntut keberadaan kepala sekolah pembaharu. Para kepala sekolah di sekolah-sekolah yang baik berperan sebagai pemimpin perubahan. Kepala sekolah peserta pelatihan percaya diri bahwa, mereka harus fokus pada mutu proses pembelajaran peserta didik, fasilitas sekolah akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, dan pengembangan sekolah unggul melalui pemberdayaan kepala sekolah.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa tidak ada sekolah menjadi baik dengan sendirinya. Sekolah menjadi baik karena diupayakan. Sekolah yang mengelola input pendidikan untuk menghasilkan output yang tinggi, melalui proses pembelajaran yang unggul. Proses yang tersebut, membutuhkan kepemimpinan yang unggul juga. MacBeath (2005) menyatakan sekolah ungguk mampu mengidentifikasi apa yang membuat sekolah yang baik dan bagian yang dapat dimainkan oleh siswa, orang tua, dan guru dalam peningkatan sekolah. Daniel et al., (2019) menyatakan untuk menuju ke sekolah unggul, diperlukan peran luas sekolah dalam melibatkan orang tua, terutama untuk terlibat dalam merancang dan memberikan penilaian di seluruh sekolah, memberi dampak rasa tanggung jawab kolektif mereka untuk pembelajaran siswa. Aspek kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan dalam hal ini.
Kepemimpinan kepala sekolah, memiliki sumbangan untuk menghasilkan sekolah unggul. Oleh karena itu, dibutuhkan pola pengembangan kapasitas ( Continuous Professional Development ) kepala sekolah atau calon kepala sekolah. Nooruddin & Bhamani (2019) menyatakan bahwa Continuous Professional Development telah meningkatkan kompetensi. Dibutuhkan strategi untuk pembuat kebijakan, kepemimpinan sekolah, administrator sekolah dan guru untuk terlibat dalam upaya pengembangan profesional yang berkelanjutan, relevan dan kontekstual. Berbagai kajian tersebut, menunjukkan relevansi dengan hasil penelitian ini, bahwa tidak ada kualitas sekolah tanpa pembaharuan secara terus menerus.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan, bahwa mutu sekolah menuntut keberadaan kepala sekolah pembaharu. Shaked & Schechter (2016) menyatakan kepala sekolah dapat dilihat sebagai agen mediasi, berdiri di depan pintu sekolah, antara dunia ekstra-sekolah dan intra-sekolah. Peran mediasi kepala sekolah menjadi lebih penting selama masa reformasi pendidikan, yang melibatkan tuntutan eksternal di satu sisi, dan perlawanan guru terhadap tuntutan ini di sisi lain.
Karena kepala sekolah merupakan pembaharu, maka kemampuan untuk mengantisipasi berbagai perubahan sangat diperlukan. Kepala sekolah mampu melakukan manajemen perubahan dengan baik. Organisasi sekolah merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki. Pengembangan organisasi sekolah adalah suatu pendekatan sistematik, terpadu dan terencana untuk meningkatkan efektivitas organisasi serta memecahkan masalah-masalah. Latar belakang perubahan strategis organisasi memberikan pengaruh baru pada evolusi pengembangan sekolah. Sebagai bagan organisasi dan teknologi, politik, dan sosial lingkungan semakin kompleks mendorong perubahan organisasi semakin meningkat cepat. Relevan dengan hal tersebut, hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa kepala sekolah di sekolah yang baik berperan sebagai pemimpin perubahan. Netolicky (2020) menyatakan kepemimpinan sekolah adalah praktik sosial yang terletak sekaligus merupakan proses individu dan kolektif, dibangun di dalam dan oleh individu, tetapi terletak di dalam dan ditransformasikan oleh komunitas. Identitas pemimpin sekolah, dan cara identitas berinteraksi dengan konteks sekolah, merupakan inti dari kepemimpinan sekolah.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan, bahwa fokus pada mutu proses pembelajaran peserta didik memiliki sumbangan untuk menjadi sekolah unggul, Mempersiapkan dan melatih untuk pembelajaran yang efektif dan guru harus meyakinkan peserta didik bahwa mereka mendapat manfaatnya. Tanpa
Bafadal dkk, Penguatan Kepemimpinan Pembelajaran ...
persiapan ini, peserya didik dapat terjadi ketidaklancaran yang melekat terkait dengan upaya kognitif berkelanjutan yang diperlukan untuk pembelajaran. Folkestad (2006) menyatakan terdapat empat cara berbeda dalam menggunakan dan mendefinisikan pembelajaran pada aspek pembelajaran yang berbeda, yaitu situasi, gaya belajar, kepemilikan, dan intensionalitas. Keempatnya perlu mendapatkan porsi yang besar dalam pembelajaran untuk hasil efektif.
Salah satu aspek dalam kriteria sekolah unggul yaitu keberadaan fasilitas pendidikan. Keberadaannya digunkan untuk mendukung tercapainya tujuan pe,belajaran yang eefektif dan efisien. Kebaradaan fasilitas Pendidikan tersebut bukan tiba-tiba diadakan, yang tentunya dapat memberatkan beban pembiayaan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa fasilitas sekolah akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Temuan tersebut tidak berbeda dengan yang dikatakan Ricci (2021) bahwa ketika siswa percaya bahwa dedikasi dan kerja keras dapat mengubah kinerja mereka di sekolah, mereka tumbuh menjadi siswa yang tangguh dan sukses. Org & Earthman (2002) menunjukkan bahwa kondisi fasilitas sekolah memiliki dampak penting terhadap kinerja siswa dan efektivitas guru. Bahwa suhu ruang kelas yang nyaman dan tingkat kebisingan sangat penting untuk kinerja siswa yang efisien. Usia bangunan sekolah merupakan proksi yang berguna dalam hal ini, karena fasilitas yang lebih tua sering memiliki masalah dengan lingkungan termal dan tingkat kebisingan. Bahwa pengurangan ukuran kelas mengarah pada prestasi siswa yang lebih tinggi.
Terakhir, hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pengembangan sekolah unggul dilakukan melalui pemberdayaan kepala sekolah. Karena tidak banyak berencana untuk menjadi kepala sekolah, maka pemberdayaan kepala sekolah dan calon kepala sekolah sangat diperlukan. Tetapi kepala sekolah yang diberdayakan tidak bisa bekerja sendiri. Kepala sekolah perlu mendorong solusi berkelanjutan yang melibatkan seluruh komunitas sekolah, termasuk siswa, guru, keluarga, dan anggota masyarakat. Bahadoran & Nazari (2018) menyatakan aspek kompetensi dan efektivitas berpengaruh terhadap kompetensi dan keberhasilan kepala sekolah. Otonomi memengaruhi tingkat kompetensi kepala tetapi tidak memengaruhi keberhasilan kepala sekolah. Aspek kebermaknaan tidak memengaruhi kompetensi kepala sekolah namun berpengaruh terhadap keberhasilan kepala sekolah.
## SIMPULAN
Untuk menuju ke sekolah unggul, diperlukan peran luas sekolah dalam melibatkan orang tua, terutama untuk terlibat dalam merancang dan memberikan penilaian di seluruh sekolah, memberi dampak rasa tanggung jawab kolektif mereka untuk pembelajaran siswa. Aspek kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan dalam hal ini. Kepala sekolah di sekolah unggul memiliki pandangan bahwa tidak ada sekolah menjadi baik dengan sendirinya. Para kepala sekolah di sekolah-sekolah unggul memiliki pandangan bahwa tidak ada kualitas sekolah tanpa pembaharuan secara terus menerus. Para kepala sekolah di sekolah-sekolah unggul memiliki pandangan bahwa mutu sekolah menuntut keberadaan kepala sekolah pembaharu. Para kepala sekolah di sekolah yang baik berperan sebagai pemimpin perubahan. Kepala sekolah harus fokus pada mutu proses pembelajaran peserta didik, fasilitas sekolah akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, dan pengembangan sekolah unggul melalui pemberdayaan kepala sekolah.
## DAFTAR RUJUKAN
Bafadal, I., Juharyanto, J., Nurabadi, A., & Gunawan, I. (2018). Principal Leadership and its Relationship with Student Learning Achievements: A Regression Analysis . 156–158. https://doi.org/10.2991/COEMA-18.2018.38 Bahadoran, H. R., & Nazari, M. (2018). Investigating the effect of empowerment aspects on the competence level and success of primary school principals. Management Science Letters , 8 (5), 445–454. https://doi. org/10.5267/J.MSL.2018.4.001
Daniel, J., Quartz, K. H., & Oakes, J. (2019). Teaching in Community Schools: Creating Conditions for Deeper Learning. Review of Research in Education , 43 (1), 453–480. https://doi.org/10.3102/0091732X18821126
322 JAMP : Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Volume 5 Nomor 4 Desember 2022 : 317 - 322
Fix, O. K. (2020). Clinical Best Practice Advice for Hepatology and Liver Transplant Providers During the COVID-19 Pandemic: AASLD Expert Panel Consensus Statement. Hepatology , 72 (1), 287–304. https://doi. org/10.1002/hep.31281
Folkestad, G. (2006). Formal and informal learning situations or practices vs formal and informal ways of learning. British Journal of Music Education , 23 (2), 135–145. https://doi.org/10.1017/S0265051706006887 Juharyanto, J., Arifin, I., Bafadal, I., Sobri, A. Y., & Nurabadi, A. (2018). Dominant Leadership of School Principals in the Implementation of Curriculum 2013 in Religious Based School Indonesia. Asia Proceedings of Social Sciences , 2 (4), 47–51. https://doi.org/10.31580/apss.v2i4.280
MacBeath, J. (2005). Schools must speak for themselves: The case for school self-evaluation. Schools Must Speak for Themselves: The Case for School Self-Evaluation , 1–161. https://doi.org/10.4324/9780203982853/ SCHOOLS-MUST-SPEAK-JOHN-MACBEATH Netolicky, D. M. (2020). Being, becoming and questioning the school leader : An autoethnographic exploration of a woman in the middle. Theorising Identity and Subjectivity in Educational Leadership Research , 111–125. https://doi.org/10.4324/9780429032158-9
Nooruddin, S., & Bhamani, S. (2019). Engagement of School Leadership in Teachers’ Continuous Professional Development: A Case Study. Journal of Education and Educational Development , 6 (1), 95–110. Org, E., & Earthman, G. I. (2002). Williams Watch Series: Investigating the Claims of Williams v. State of California Title School Facility Conditions and Student Academic Achievement Publication Date School Facility Conditions and Student Academic Achievement Williams Watch Series-Glen I. Earthman I. INTRODUCTION: SUMMARY OF FINDINGS .
Ricci, M. C. (2021). Mindsets in the Classroom : Building a Growth Mindset Learning Community. Mindsets in the Classroom . https://doi.org/10.4324/9781003236689 Shaked, H., & Schechter, C. (2016). School principals as mediating agents in education reforms. Http://Dx.Doi.Or
g/10.1080/13632434.2016.1209182 , 37 (1–2), 19–37. https://doi.org/10.1080/13632434.2016.1209182 Wang, Y., Liu, Y., Xing, L., & Zhang, Z. (2021). An Improved Accessibility-Based Model to Evaluate Educational Equity: A Case Study in the City of Wuhan. ISPRS International Journal of Geo-Information 2021, Vol. 10, Page 458 , 10 (7), 458. https://doi.org/10.3390/IJGI10070458
|
e7d9287c-60e0-4789-80e7-cdfb8de825bf | https://journal.umpr.ac.id/index.php/jsm/article/download/3916/2667 |
## PENDAHULUAN
Melahirkan adalah akhir penantian dari pasangan suami istri untuk bertemu buah hati tercinta. Moment yang membahagiakan ini juga diikuti dengan perubahan dalam diri seorang ibu akibat adanya perubahan sistem
hormonal. Perubahan tidak hanya terjadi pada organ reproduksi, tetapi juga psikologis (kejiwaan) ibu. Pemantauan keadaan fisik, psikologis, spiritual, dan kesejahteraan sosial ibu perlu dilakukan secara kontinu, sekaligus memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan yang dibutuhkan. Disamping itu
## HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POMALAA
## The Relationship Of Social Support With Postpartum Blues In Postpartum Mothers In The Work Area Of Pomalaa Puskesmas
Mariany Mariany 1*
Rosani Naim 2
Iis Afrianty 3
*1 Program Studi Keperawatan, Universitas Sembilanbelas November Kolaka, Sulawesi Tenggara, Indonesia
2 3 Program Studi Keperawatan, Universitas Sembilanbelas November Kolaka, Sulawesi Tenggara, Indonesia
*email: [email protected]
## Abstrak
Postpartum blues merupakan respon alami terhadap perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan sehingga mempengaruhi keadaan fisik dan emosi ibu nifas. Perubahan hormonal yang drastis ini bukan sebagai faktor utama terjadinya postpartum blues , namun dampak kehidupan psikologis ibu, seperti kurangnya dukungan suami, keluarga atau anggota masyarakat, kelelahan pasca melahirkan, kekhawatiran keadaan ekonomi dan masalah sosial lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan kejadian postpartum blues pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan design cross sectional dengan populasi ibu nifas sebanyak 50 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Postpartum Depression Predictors Inventory (PDPI) dan kuesioner Edinbergh Postnatal Depression Scale (EPDS) . Ibu nifas yang mengalami postpartum blues sebanyak 12 orang (24%). Empat orang diantaranya kurang mendapatkan dukungan sosial dan sebanyak 8 orang mendapatkan dukungan sosial yang baik.. Terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kejadian postpartum blues pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa dengan p-value 0,002. Suami dan keluarga sebagai orang terdekat diharapkan mampu menberikan dukungan sosial pada ibu nifas agar ibu terhindar dari postpartum blues .
## Kata Kunci:
Dukungan sosial Postpartum blues
Ibu nifas
Keywords : Social support Postpartum blues Postpartum mother
## Abstract
Postpartum blues is a natural response to drastic hormonal changes after giving birth that affect the physical and emotional state of postpartum mothers. These drastic hormonal changes are not the main factor in the occurrence of postpartum blues, but the impact of the mother's psychological life, such as the lack of support from her husband, family or community, postpartum fatigue, worries about economic conditions and other social problems. The purpose of this study was to determine the relationship between social support and the incidence of postpartum blues in postpartum mothers in the working area of the Pomalaa Health Center. This type of research is a correlation analytic with a cross sectional design with a population of 50 postpartum mothers. Data was collected using the Postpartum Depression Predictors Inventory (PDPI) questionnaire and the Edinbergh Postnatal Depression Scale (EPDS) questionnaire. There were 12 postpartum mothers who experienced postpartum blues (24%). Four of them received less social support and as many as 8 people received good social support. There is a relationship between social support and postpartum blues in postpartum mothers in the working area of the Pomalaa Health Center with a p-value of 0.002. Husbands and families as the closest people are expected to be able to provide social support to postpartum mothers so that mothers avoid postpartum blues
© year The Authors. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). DOI: https://doi.org/10.33084/jsm.vxix.xxx .
menjadi orang tua merupakan masa transisi yang membutuhkan penyesuaian dalam menghadapi aktivitas dan peran baru sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan (Ghodrati, 2020). Dalam minggu pertama setelah melahirkan, ibu nifas menunjukkan gejala psikiatrik, berupa gejala depresi ringan sampai berat serta gejala neurosis traumatic .
Terkadang ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, sehingga ibu sulit menerima bayinya. Keadaan ini disebut dengan postpartum blues (Ambarwati & Wulandari, 2010)
Postpartum blues merupakan respon alami terhadap perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan sehingga mempengaruhi keadaan fisik dan emosi ibu yang terjadi pada 50-70% ibu pasca melahirkan. Perubahan hormonal yang drastis ini bukan sebagai faktor utama terjadinya postpartum blues , namun dampak kehidupan psikologis ibu, seperti kurangnya dukungan suami dan keluarga atau anggota masyarakat, kelelahan pasca melahirkan, kekhawatiran keadaan ekonomi dan masalah sosial lainnya (Mansur & Budiarti, 2014)
Gejala-gejala postpartum blues diantaranya perasaan bersedih, cemas, merasa kesepian, perasaan khawatir tentang bayinya, dan tidak percaya diri untuk mengurus bayinya. Postpartum blues mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang. Postpartum blues dapat membuat ibu acuh tak acuh kepada bayinya sehingga tidak terjalin bonding diantara mereka yang berdampak perkembangan kognitif anak terganggu, tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain (Girsang et al., 2015). Postpartum blues dapat memberikan kondisi yang tidak menguntungkan bagi hubungan keluarga dan dapat meningkat menjadi depresi postpartum jika tidak ditangani dengan baik (Ahmadi et al., 2019).
Keluarga sebagai orang terdekat ibu diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga depresi postpartum dapat dicegah. Dukungan suami dan keluarga dalam mengasuh bayi, membuat ibu dapat beristirahat dengan baik dan terhindar dari kelelahan (Susanti & Sulistiyanti,
2017). Ibu akan merasa nyaman, aman, tidak stres dan bersemangat jika mendapat dukungan sosial dari suami (Annisa & Swastiningsih, 2015). Ibu nifas sangat membutuhkan dukungan. Dukungan berarti bantuan yang dari orang lain kepada seseorang. Dukungan didapatkan dari orang-orang terdekat. Dukungan yang didapatkan ibu nifas biasanya dari suami dan keluarga (Hidayah et al., 2017). Dukungan sosial adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi timbulnya postpartum blues . Dukungan sosial dari suami berupa pemenuhan kebutuhan psikologis ibu nifas dapat mencegah terjadinya postpartum blues (Hikmah et al., 2021). Ibu yang berisiko mengalami postpartum blues berpikir bahwa mereka kurang mendapatkan dukungan dari keluarga dekat (terutama dukungan instrumental) disaat mereka sangat membutuhkan (Maliszewska et al., 2016). Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang- orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Indikator dukungan sosial berupa perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi dan penilaian (Ningrum, 2017).
Dukungan sosial dari suami merupakan strategi coping yang penting untuk ibu yang mengalami stres pasca melahirkan dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres (Susilawati et al., 2020). Suami dapat memberikan perhatian, komunikasi, dan hubungan emosional yang intim. Bentuk dukungan dari keluarga terutama orang tua (ibu) adalah komunikasi dan hubungan emosional yang baik dan hangat (Pratiwi et al., 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Brigita Renata & Agus (2021) didapatkan prevalensi postpartum blues sebesar 44,8%, dimana ibu nifas yang mendapat dukungan suami yang buruk 2,3 kali lebih besar untuk mengalami postpartum blues . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
dukungan sosial dengan kejadian postpartum blues pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa.
## METODOLOGI
Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan design cross sectional untuk menganalisis hubungan dukungan sosial terhadap kejadian postpartum blues pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa. Populasi penelitian ini adalah ibu nifas yang melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi ibu nifas yang berusia 20-40 tahun, paska melahirkan 3-14 hari, tidak ada komplikasi penyakit kronis, dan bersedia menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara. Variabel dukungan sosial diukur menggunakan kuesioner Postpartum Depression Predictors Inventory (PDPI) yang dikutip dari buku ajar Asuhan Kebidanan dari Helen Varney. Kuesioner ini terdiri dari 12 pertanyaan dengan pilihan jawaban YA dan TIDAK. Jika jumlah jawaban YA >50% maka dukungan sosial dikategorikan BAIK dan bila jumlah jawaban YA <50% dukungan sosial dikategorikan KURANG. Untuk mengetahui kejadian postpartum blues pada ibu nifas digunakan kuesioner Edinbergh Postnatal Depression Scale (EPDS) . Kuesioner ini berisi 10 pernyataan. Jika skor yang diperoleh ≥12 maka ibu dikategorikan mengalami postpartum blues dan jika skor <12 ibu dikategorikan tidak mengalami postpartum blues . Data dianalisis menggunakan chi square test dengan bantuan program SPSS pada batas kemaknaan α = 0,05. Penelitian ini telah mendapatkan surat etical clearance dari lembaga etik penelitian kesehatan IAKMI SULTRA.
## HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitin
Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu umur, paritas, tingkat pendidikan, status pekerjaan, jenis persalinan, status kehamilan, dukungan sosial, dan
kejadian postpartum blues . Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel I. Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur, paritas, tingkat pendidikan, status pekerjaan, jenis persalinan, status kehamilan, dukungan sosial, dan kejadian postpartum blues di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa (n=50) Variabel Frekuensi % Umur >35 tahun 10 20 20-35 40 80 Paritas Primipara 12 24 Multipara 38 76 Pendidikan Rendah 20 40 Tinggi 30 60 Status Pekerjaan Ibu bekerja 6 12 Ibu tidak bekerja 44 88 Jenis Persalinan SC 3 6 Spontan 47 94 Status Kehamilan Tidak diinginkan 6 12 Diinginkan 44 88 Dukungan Sosial Kurang 4 8 Baik 46 92 Postpartum Blues Ya 12 24 Tidak 38 76 TOTAL 50 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui sebanyak 10 responden (20%) berumur >35 tahun, 12 responden (24%) primipara, 20 responden (40%) memiliki pendidikan rendah, 6 responden (12%) ibu bekerja, 3 responden (6%) jenis persalinan SC, 6 responden (12%) dengan kehamilan yang tidak diinginkan, 4 responden (8%) kurang mendapatkan dukungan sosial, dan kejadian postpartum blues sebanyak 12 responden (24%).
Postpartum blues atau sering disebut baby blues adalah keadaan depresi ringan atau gangguan suasana hati yang sering terjadi dalam 14 hari pasca melahirkan dan mencapai puncak reaksi pada hari 3 atau 4 hari pasca melahirkan (Astri et al., 2020). Ibu yang mengalami postpartum blues seringkali merasa bersedih hingga menangis tanpa sebab, cemas, mudah tersinggung, kelelahan, mudah tersinggung, susah tidur, perasaan tidak mampu mengurus bayi, dan perasaan putus asa (Ningrum, 2017). Dalam penelitian ini diketahui ibu
yang mengalami postpartum blues sebanyak 24% responden dan 76% responden tidak mengalami postpartum blues . Tidak jauh berbeda dengan study kepustakaan yang dilakukan di Iran, dimana prevalensi postpartum blues di Nigeria sebesar 31,3%, India 58%, dan terendah di Jepang 15,3%. Sementara prevalensi tertinggi ditemukan di dunia barat. Dilaporkan prevalensi postpartum blues di Inggris sebesat 85% dan Amerika Serikat 67% (Ghodrati, 2020).
Beberapa study yang dilakukan di Indonesia menunjukkan angka postpartum blues cukup bervariasi.
Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Serang didapati ibu yang mengalami postpartum blues sebesar 24,7%.
Kondisi ini dialami oleh ibu primipara, kehamilan yang tidak diharapkan, dan ibu yang kurang mendapatkan dukungan sosial dari suami (Qonita et al., 2021). Penelitian yang dilakukan di Puskesmas wilayah kerja Kota Yogyakarta pada tahun 2015 didapatkan ibu postpartum blues sebanyak 46% dimana banyak dialami oleh ibu yang tidak bekerja (51%), ibu dengan status sosial ekonomi rendah, dan ibu yang mendapatkan dukungan sosial sedang dari suami (Fatmawati, 2015). Prevalensi yang cukup tinggi yaitu sebesar 67,7% diperoleh dari study yang dilakukan di RS Akademik Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dimana kasus banyak ditemukan pada ibu yang berumur < 20 dan > 35 tahun, status pendidikan tinggi, pendapatan tinggi, primipara, status kehamilan yang tidak diinginkan, tidak ada dukungan suami, persalinan sectio caearea , dan ibu yang bekerja (Susilawati et al., 2020). Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya postpartum blues adalah faktor hormonal (Pieter & Lubis, 2013), coping stres maladaptif, kurangnya dukungan sosial (Ningrum, 2017), umur <20 tahun dan >35 tahun, primipara, dan ibu yang bekerja (Susilawati et al., 2020).
Tabel II. Tabel silang subyek penelitian berdasarkan dukungan sosial dengan kejadian postpartum
blues di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa (n=50) Indikator Dukungan Sosial P Baik Kurang
F % F % Postpartum Blues 0,002 Tidak 38 76,0 0 0,0 Ya 8 16,0 4 8,0 Total 46 92,0 4 8,0
## Chi-Square test
Berdasarkan tabel diatas terdapat 4 responden yang mengalami postpartum blues dan kurang mendapatkan dukungan sosial. Sebanyak 8 orang responden yang mengalami postpartum blues meskipun mendapatkan dukungan sosial yang baik. Hasil penelitian ini diketahui 12 dari 50 responden mengalami postpartum blues (24%). Hasil analisis statistik diketahui bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan kejadian postpartum blues dengan p-value 0,002.
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor penting terhadap kejadian postpartum blues (Maliszewska et al., 2016). Dukungan sosial berupa pemberian informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan sosial pada ibu nifas dapat berupa perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi dan penilaian. Dukungan sosial dari suami berupa pemenuhan kebutuhan psikologis ibu nifas dapat mencegah terjadinya postpartum blues (Ariesca et al., 2019). Pada penelitian ini responden mendapatkan dukungan sosial dari suami, orang tua, dan keluarga dekat. Dukungan yang diperoleh ibu berupa dukungan emosional, membantu ibu dalam perawatan bayi, membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, memberikan informasi tentang cara perawatan bayi dan membiayai kebutuhan ibu dan bayi. Responden yang kurang mendapatkankan dukungan sosial disebabkan suami bekerja dan tidak ada keluarga yang membantu ibu dirumah sehingga ibu merasa kelelahan dalam mengurus bayi dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seorang diri. Peran suami dalam memberikan informasi tentang kesehatan ibu dan bayi, serta deteksi
dini dapat menurunkan angka kejadian postpartum blues . Ibu yang kurang mendapat dukungan sosial dari suami berpeluang 29 kali mengalami postpartum blues dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan dukungan sosial yang baik dari suaminya (Ningrum, 2017).
Walaupun primipara dikatakan lebih berisiko mengalami postpartum blues karena tidak adanya pengalaman dalam merawat bayi, namun dukungan sosial yang baik yang diperoleh ibu dari suami dan keluarga akan mengrhindarkan ibu dari kejadian postpartum blues (Astri et al., 2020).
Ibu yang berisiko mengalami postpartum blues berpikir bahwa mereka kurang mendapatkan dukungan dari keluarga dekat (terutama dukungan instrumental) disaat mereka sangat membutuhkan (Ambarwati & Wulandari, 2010).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hidayah, dkk (2017) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara support sistem dengan postpartum blues dengan nilai p-value 0,028, dimana support sistem diperoleh ibu dari dukungan keluarga dan suami (Hidayah et al., 2017). Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Susilawati, dkk yang menjelaskan bahwa dukungan sosial dari suami merupakan strategi coping yang penting untuk ibu yang mengalami stres pasca melahirkan dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres (Susilawati et al., 2020). Pada penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, dkk (2017), bentuk dukungan dari keluarga terutama orang tua (ibu) adalah komunikasi dan hubungan emosional yang baik dan hangat. Suami dapat memberikan perhatian, komunikasi, dan hubungan emosional yang intim. Penelitian yang dilakukan Ningrum (2017) yang menganalisis faktor dukungan sosial dengan analisis multivariat menunjukkan bahwa dukungan sosial memberikan pengaruh sebesar 30,2% terhadap munculnya postpartum blues . Dukungan sosial ini berupa bantuan yang diterima sesorang dari orang terdekatnya sehingga ada perasaan dihargai, diperhatikan dan
menjadi bagian dari kelompok (Ariesca et al., 2019). Ibu yang kurang mendapatkan dukungan sosial akan cenderung merasa tidak berharga dan merasa kurang diperhatikan keluarga (Made et al., 2021).
## KESIMPULAN
Ibu nifas yang mengalami postpartum blues di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa sebanyak 12 orang (24%). Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kejadian postpartum blues dengan p- value 0,002. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel pendapatan keluarga, jarak kelahiran anak, status pernikahan, dan komplikasi obstetri dengan kejadian postpartum blues .
## UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Dirjen Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini. Tak lupa kepada pihak Puskesmas Pomalaa, seluruh bidan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Pomalaa, dan ibu nifas yang menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat terlaksana sesuai waktu yang direncanakan.
## REFERENSI
1. Ghodrati, F. (2020). Investigating Some Spiritual- Personality and Religious Aspects in the Prevention of Postpartum Blues. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) , 7 (1), 537–547. https://doi.org/10.18415/ijmmuv7il.1335
2. Ambarwati, E. R., & Wulandari, D. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas . Jogjakarta: Nuha Medika.
3. Mansur, H., & Budiarti, T. (2014). Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan . Jakarta: Salemba Medika.
4. Girsang, B. M., Novalina, M., & Jaji. (2015). Pengaruh Psikoedukasi terhadap Tingkat
Postpartum Blues Ibu Primipara Berusia Remaja. Jurnal Keperawatan Soedirman , 10 (2), 114–120. https://doi.org/10.20884/1.JKS.2015.10.2.598
5. Ahmadi, M., Rahimi, F., Rosta, F., AlaviMajd, H., & Valiani, M. (2019). Effect of Progressive Muscle Relaxation Training on Postpartum Blues in High- risk Pregnant Women. Journal of Holistic Nursing and Midwifery , 29 (4), 192–199. https://doi.org/10.32598/JHNM.29.4.192
6. Susanti, L. W., & Sulistiyanti, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Baby Blues Syndrom Pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmiah Rekam Medis
Dan Informatika Kesehatan , 7 (2), 12–20.
7. Annisa, L., & Swastiningsih, N. (2015). Dukungan Sosial Dan Dampak Yang Dirasakan Oleh Ibu Menyusui Dari Suami. Empathy : Jurnal Fakultas Psikologi , 3 (1), 16–22.
8. Hidayah, N., Era, J., Rahmawanti, D., & Azizah, N. (2017). Support Sistem , Pengalaman Persalinan dengan Resiko Postpartum Blues di BPM Yayuk Kalbariyanto Kudus. Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan , 8 (2), 44–52. https://doi.org/10.34305/JPHI.V1I2.279
9. Hikmah, N., Kartikasari, A., Russiska, R., & Noviyani, N. (2021). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POSTPARTUM BLUES DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KADUGEDE. Journal of Public Health Innovation ,
1 (2), 83–96. https://doi.org/10.34305/jphi.v1i2.279
10. Maliszewska, K., Świątkowska-freund, M., Bidzan, M., & Preis, K. (2016). Relationship , social support , and personality as psychosocial determinants of the risk for postpartum blues. Ginekologia
Polska , 87 (6), 442–447.
https://doi.org/10.5603/GP.2016.0023
11. Ningrum, S. P. (2017). Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi
Postpartum Blues.
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi , 4 (2), 205–218.
https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1589
12. Susilawati, B., Dewayani, E. R., Oktaviani, W., & Rahadhian, A. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Post Partum Blues di RS Akademik Universitas Gadjah Mada. Journal of Nursing Care and Biomolecular , 5 (1), 77–86.
13. Pratiwi, K., Chasanah, I. N., & Martuti, S. (2017).
POSTPARTUM BLUES PADA PERSALINAN DIBAWAH USIA DUA PULUH TAHUN. Jurnal Psikologi Undip , 15 (2), 117-123. https://doi.org/10.14710/jpu
14. Brigita Renata, D. A. (2021). Association of Husband Support and Postpartum Blues in Postpartum Women. Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology (INAJOG) , 9(3) , 140–143. https://doi.org/https://doi.org/10.32771/inajog.v9i3. 1467
15. Qonita, Umalilhayati, & Muhida, V. (2021). ANALISIS FAKTOR RISIKO TERJADINYA POSTPARTUM BLUES DI RUANG WIJAYA KUSUMA. Journal Of Applied Health Research And Development , 3 (1), 1–16.
16. Fatmawati, D. (2015). Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Postpartum Blues. Jurnal EduHealth , 5 (2), 82-93.
17. Pieter, H. ., & Lubis, N. . (2013). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan .Jakarta: KENCANA.
18. Ariesca, R., Helina, S., & Vitriani, O. (2019). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Postpartum Blues Di Klinik Pratama Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Jurnal Proteksi Kesehatan , 7 (1), 15–23. https://doi.org/10.36929/jpk.v7i1.125
19. Made, N., Febriyanti, A., Putu, N., Kristina, A., & Widiantari, K. (2021). Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Dengan Resiko Terjadinya Postpartum Blues Pada Ibu Postpartum. PLACENTUM Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya , 9 (2), 75–81.
|
d742ed6c-74d3-4e39-86e8-8de872195e74 | http://journal.stiem.ac.id/index.php/resona/article/download/1016/843 |
## SOSIALISASI PELAPORAN PERPAJAKAN BAGI BUMDES DAN PELAKU UMKM BERBASIS IT DI DESA LOA DURI ULU
Fenty Fauziah 1 ; Bun Yamin 2 ; Arbansyah 3 ; Askiah 4 ; Sofia Ulfa Eka Hadiyanti 5
1,2,3,4 Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
## INFO NASKAH
## Diserahkan
19 April 2022 Diterima 7 Juni 2023 Diterima dan Disetujui 15 Juni 2024 Kata Kunci: Sosialisasi, SPT tahunan,
## BUMDES dan UMKM
## Keywords:
Socialization, Annual Notification Letters, Village Owned Enterprises and MSME
## ABSTRAK
Untuk meningkatkan kemampuan pengusaha mikro kecil dan menegah di Desa Loa Duri Ulu, BUMDES dan pelaku UMKM diberi sosialisasi dan pelatihan keterampilan sistem pelaporan perpajakan pada tanggal 18 Maret 2022, sebelum tanggal terakhir pelaporan perpajakan. Dosen di tim pengabdi memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman dalam perpajakan. Tujuan pelatihan ini, khusus untuk BUMDes dan pelaku UMKM, adalah untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan melalui web DJP online dan elemen lain yang terkait. Kegiatan dimulai dari persiapan dengan menganalisis kebutuhan pelatihan, merumuskan tujuan pelatihan, mempersiapkan materi dan melaksanakan pelatihan. Pelatihan ini mencakup ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pelatihan tentang pelaporan perpajakan, khususnya pelaporan SPT tahunan. Hasil dari pelatihan ini adalah untuk memberi BUMDes dan pelaku UMKM pengetahuan teknis yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, terutama pajak penghasilan, termasuk cara mengisi SPT tahunan baik sebagai badan maupun individu.
Abstract. To improve the capabilities of micro, small and medium entrepreneurs in Loa Duri Ulu Village, BUMDES and MSME actors were given socialization and training on tax reporting system skills on March 18 2022, before the last date for tax reporting. Lecturers in the service team have knowledge, expertise and experience in taxation. The aim of this training, specifically for BUMDes and MSMEs, is to improve their ability to carry out tax obligations via the online DJP website and other related elements. Activities start from preparation by analyzing training needs, formulating training objectives, preparing materials and implementing training. This training includes lectures, discussions, questions and answers, and training on tax reporting, especially annual SPT reporting. The result of this training is to provide BUMDes and MSME actors with the technical knowledge needed to fulfill their tax obligations, especially income tax, including how to fill out annual tax returns for both bodies and individuals.
## 1. PENDAHULUAN
Desa ialah struktur kelembagaan negara yang paling dekat dengan masyarakat, sangat penting untuk pengembangan sumber daya manusia. Pembangunan desa di Indonesia telah mengalami banyak perubahan sejak Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Tidak selalu program pemerintah ini berjalan dengan baik di lapangan; banyak desa menghadapi masalah teknis dan biasanya masalah dengan sumber daya manusia. Pemerintah telah mengambil berbagai tindakan untuk meningkatkan martabat dan kesejahteraan warga desa. Salah satunya adalah dengan membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Semua desa harus memiliki satu BUMDes.
Di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, memiliki desa yang dikenal sebagai Loa Duri Ulu. Terdapat 8.353 jiwa yang tinggal di Desa Loa Duri Ulu yang memiliki luas tanah 125,5 km². Selanjutnya, BUMDes digunakan dalam pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kecamatan Loa Janan, dan Desa Loa Duri Ulu. Lembaga ekonomi desa (BUMDes) adalah organisasi independen berbasis masyarakat yang diawasi oleh otoritas desa dan berbadan hukum (Junaidi, 2020), sehingga harus dikelola dengan sebaik mungkin agar masyarakat desa mendapatkan keuntungan.
Jumlah usaha kecil dan menengah (UMKM) terus meningkat seiring kemajuan teknologi komunikasi. Berdasarkan nama dan alamat, 307.343 unit UMKM terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Kalimantan Timur per akhir 2019, meningkat 45,28% dari 211.548 unit pada tahun 2018. Menurut data dari Kecamatan Loajanan, ada lebih dari 100 UMKM yang terdaftar sebagai usaha mikro kecil (UMKM). Data ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, dan diharapkan performa UMKM akan meningkat dengan memanfaatkan teknologi.
Karena meningkatnya potensi pajak yang disebabkan oleh perkembangan pesat UMKM dan BUMDes, pendapatan dapat meningkat dan pengangguran diperkirakan akan menurun. Ini adalah salah satu sumber pendapatan pemerintah, selain pajak, yang digunakan untuk mendanai pertumbuhan dan memenuhi kewajiban pemerintah regular (Nasution & Fitriani, 2019) . Pajak memainkan peran penting bagi negara, karena penerimaan pajak akan meningkat dengan peningkatan kepatuhan pajak (Tawas et al., 2016). Sementara jumlah petugas pajak yang terbatas memerlukan perhatian khusus dari akademisi, kemungkinan negara untuk menghasilkan uang melalui pajak masih sangat besar (Fauziah, 2019). Bahkan jika meningkatkan kepatuhan wajib pajak mengharuskan wajib pajak memahami bagaimana pajak
digunakan oleh negara untuk membiayai operasinya (Prabowo, 2015). Pandemi COVID-19 yang terus melanda Indonesia membuat orang lebih banyak menggunakan IT untuk melakukan tugas (Taufik & Warsono, 2020), Pelaporan pajak adalah salah satunya. Tim pengabdian melakukan layanan dengan tema Sosialisasi Pelaporan Pajak Berbasis IT bagi BUMDes dan UMKM di Desa Loa Duri Ulu, dengan memperhatikan latar belakang informasi yang diberikan.
## 2. METODE
Untuk mengatasi masalah BUMDes dan pelaku UMKM yang tidak mampu memenuhi kewajiban pelaporan perpajakan, diperlukan sosialisasi dan pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan penyampaian SPT tahunan. Pelatihan dan sosialisasi bagi BUMDes dan pelaku UMKM, sebelum batas waktu laporan pajak, pengabdian dimulai pada 18 Maret 2022. Aktivitas awal dimulai dengan mengunjungi Desa Loa Duri Ulu untuk bekerja sama dengan aparat desa untuk menentukan tanggal dan lokasi sosialisasi. Selanjutnya, tim pengabdi dipersiapkan untuk menyediakan materi dan sarana pendukung.
Di masyarakat diberikan edukasi perpajakan, dan formulir 1770 dan 1771 digunakan untuk menyampaikan SPT Tahunan bagi BUMDes dan pelaku UMKM baik sebagai wajib pajak orang pribadi maupun badan. Peserta dapat langsung mempraktikkan materi yang diberikan jika memiliki e-fin. Setelah menyelesaikan program ini, BUMDes dan pelaku UMKM diharapkan dapat menggunakan pengetahuan yang baru mereka peroleh untuk digunakan dengan menyajikan laporan keuangan bisnis mereka dan melaporkan pajak tahunan dan pribadi mereka dalam tahun pajak
## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perusahaan desa, yang dikenal sebagai BUMDes, diawasi oleh dewan desa dan badan hukum. Desa memiliki sebagian dari uang tersebut, sehingga mereka perlu dikelola dengan baik untuk kepentingan desa secara keseluruhan. Pada akhirnya, ekonomi desa dapat ditingkatkan melalui pengelolaan BUMDes (Se dan Langga, 2021). Pelaku UMKM adalah pelaku usaha mandiri. Di Desa Loa Duri Ulu, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, mereka menjadi subjek sosialisasi dan pelatihan. Mereka beroperasi di berbagai sektor, termasuk perdagangan makanan pokok, pertanian sayuran, dodol, dan pengrajin tenun. Tiga puluh orang hadir, dan dilaksanakan pada 18 Maret 2022, mulai pukul 09.00 WITA hingga 12.00 WITA. Kumpulan bahan awal program Sosialisasi Pajak berbasis IT meliputi informasi metode pelaporan SPT Tahunan 1770 dan tanggung jawab perpajakan
BUMDes dan pelaku UMKM, mulai dari registrasi atau pendaftaran, pengisian, hingga pelaporan pajak.
Selama pandemi COVID-19 di Indonesia dan di seluruh dunia, aktivitas tatap muka dihentikan, termasuk layanan pajak (Firdaus, 2021), menggunakan teknologi informasi untuk menyelesaikan masalah tersebut (Nopiana et al., 2018). Disebutkan Materi pajak menyatakan bahwa BUMDes dan pelaku UMKM dapat menggunakan https://djponline.pajak.go.id/ untuk melaporkan SPT tahunan individu atau badan hukum secara online. Mayoritas peserta acara memiliki NPWP, yang diperlukan jika mereka ingin menangani penerima pinjaman usaha bank rakyat dan mendapatkan dukungan tunai langsung pemerintah. Namun, mereka yang tidak memiliki e-fin harus memilikinya. Setelah itu, tim pengabdi memberikan penjelasan tentang cara wajib pajak mendapatkan nomor identitas elektronik pembayaran pajak (E-Fin). Ketika seorang wajib pajak mengajukan pajak mereka secara elektronik, menggunakan e-Filing atau e-form untuk melaporkan pengembalian mereka, atau membuat kode penagihan pembayaran pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberi mereka nomor identitas yang disebut E-Fin. Tujuan dari metode pengarsipan elektronik adalah untuk memisahkan wajib pajak dan petugas pajak (Jaya, 2010).
Jika peserta tidak memiliki aplikasi e-fin, disarankan agar mereka mengirimkannya melalui email ke Kantor Layanan Pajak (KPP), tempat wajib pajak terdaftar. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta melengkapi penjelasan secara bertahap dan rinci tentang pelaporan perpajakan. Agar pelaku UMKM dapat memahami sejumlah pertanyaan, tim harus dapat menjawabnya secara menyeluruh dan ringkas. Tim harus menjelaskan contoh tubuh, seperti tulang punggung dan tulang kerangka lainnya, serta aplikasi nyata seperti otot, otak, syaraf, kulit, dan panca indera. Landasan kekuatan membutuhkan kerangka atau teori; tanpanya, stamina tidak ada. Kerangka saja tanpa alat lain akan diam dan tidak dapat bergerak. Dengan cara ini, tim pengabdian menawarkan kepada masyarakat kemungkinan untuk menerapkan laporan SPT tahunan berbasis TI ketika kasus di lapangan berbeda untuk setiap individu atau badan hukum.
Mereka yang sudah memiliki NPWP dan e-fin menyelesaikan SPT tahunan menggunakan formulir 1770 dan 1771 yang tersedia di https://djponline.pajak.go.id, melanjutkan proses sosialisasi. Sesuai dengan PP 46 tahun 2018, perhitungan besaran pajak yang harus dibayarkan oleh pelaku UMKM dengan penghasilan di bawah 4,8 milyar rupiah per tahun adalah tarif 0,5% dari penghasilan bruto. Sebelum mengajukan laporan, BUMDes diharuskan untuk membuat laporan keuangan, seperti pendapatan dan neraca, tetapi mereka dapat menawarkan dukungan selama waktu ini
Gambar 3.3: Praktek Pelaporan SPT Via DJP online
Gambar 3.1: Peserta Sosialisasi
Gambar 3.2: Penyampaian Materi
## 4. SIMPULAN
Sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat Tridarma Perguruan Tinggi, dosen di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur terlibat dalam latihan sosialisasi. Bantuan diberikan kepada BUMDes dan UMKM untuk meningkatkan kemampuan teknis mereka dalam menyusun laporan keuangan dan pengajuan pajak tahunan. Akan hadir 25 perwakilan BUMDes dan UMKM dari Desa Loa Duri Ulu selama periode pelaksanaan, yang dijadwalkan pada 18 Maret 2022, pukul 09.00-12.00 WITAFormulir 1770 dan 1771, yang menjelaskan metode SPT Tahunan, didistribusikan untuk memulai kegiatan. Sumber daya ini memberikan petunjuk langkah demi langkah tentang cara mengisi formulir pelaporan pajak dan menjelaskan berbagai jenis kewajiban pajak.
Peserta bisa mendapatkan informasi dan praktik gratis tentang cara individu dan badan- wajib pajak SPT Tahunan di https://djponline.pajak.go.id. Jika ada peserta dalam sesi ini yang ingin mengajukan pertanyaan tentang topik apa pun yang terkait dengan materi, jangan ragu untuk melakukannya. Tingkat keseriusan dan pertanyaan yang diajukan oleh peserta yang menginginkan informasi lebih lanjut tentang bagaimana mempersiapkan dan mengajukan SPT Tahunan masing-masing, baik untuk bisnis mereka saat ini atau untuk diri mereka sendiri, menunjukkan bahwa para pelaku UMKM yang hadir sangat tertarik untuk mengikuti sosialisasi yang diberikan.
SPT tahunan akan sangat membantu ketika perusahaan mereka membutuhkan pembiayaan bank karena menawarkan keuntungan di luar memenuhi tugas untuk mendukung inisiatif pemerintah, diharapkan BUMDes dan UMKM akan melihat peningkatan produktivitas dalam menjalankan usahanya. Beberapa lembaga telah mengamanatkan bahwa kreditur potensial menyediakan pengajuan pajak sebagai dokumentasi pendukung.
Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur melaporkan bahwa hasil dari layanan ini menunjukkan bahwa BUMDes dan pelaku UMKM mahir dalam menyampaikan SPT tahunan mereka. Akibatnya, lebih banyak kegiatan sosialisasi seperti ini perlu dilakukan agar ekonomi Indonesia tumbuh. Setelah percakapan dengan BUMDes dan pelaku UMKM, tim layanan menawarkan waktu dan ruang jika para pelaku tersebut membutuhkan bantuan dalam menyusun laporan keuangan dan mengajukan SPT tahunan ketika mengalami kesulitan. Setelah sosialisasi selesai, bantuan perlu diberikan. Sangat penting bahwa BUMDes desa Loa Duri Ulu menyerahkan SPT tahunan mereka paling lambat 30 April 2022. Karena manfaatnya yang signifikan, tim pengabdi, jika diberikan waktu dan kesempatan, akan melakukan hal yang sama di desa lain dan komunitas UMKM lainnya
## DAFTAR PUSTAKA
Fenty, F., 2019. Potensi Pajak Pelaku UMKM Digital & Kewajiban Zakat. Semin. Nas. Dan Call pap. Semin. Bisnis Magister Manaj. 258-286.
Firdaus, R.A., 2021. Pelayanan Perpajakan Di Masa Pandemi Covid-19: Apa Yang Berubah Dan Bagaimana Respons Pegawai Garis Depan?J. Pajak Indones. 5, 224-240.
Jaya , W. K. 2010. Kebijakan Desentralisasi Di Indonesiadalam Perspektif Teori Ekonomi Kelembagaan.
Junaidi, J., 2020. Pendampingan Pengelolaan Dana Penyusunan Laporan Keuangan Pada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Ladongi, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu utara. Reson. J. Ilm. Pengabdi Masy. 4, 1-7. https://doi.org/10.35906/resona.v4i1.286
Nasution, N. A., & Fitriani, A. (2019). Tata Cara Pelaporan Pajak Terhutang Surat Pemberitahuan Masa Terhadap Pajak Pertambahan Nilai Pada Cv. Bina Pratama Rekayasa. Jurnal Perpajakan , 1 (2), 29–40.
Nopiana, P.R., Natalia, E.Y., 2018. Analisis Sosialisasi Pajak Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kepatuhan Pelaporan Spt Wajib Pajak Di Kepulauan Riau. J. Benefita 3, 277–290. https://doi.org/10.22216/jbe.v3i2.3498
Prabowo, A.D., 2015. Efektivitas Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan, Penyuluhan, Dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Tondano. J. Emba 3, 1063–1070.
Se, H., Langga, L., 2021. Peranan BUMDes dalam Mendukung Perekonomian dan Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat Desa Watusipi Kecamatan Ende Kabupaten Ende. Reson. J. Ilm. Pengabdi. Masy. 5, 75. https://doi.org/10.35906/resona.v5i1.665
Taufik & Warsono, 2020 . Birokrasi baru untuk new normal: Tinjauan model perubahan birokrasi dalam pelayanan publik di era Covid-19. Dialogue Jurnal Ilmu Administrasi Publik , 2 (1), 1–18. https://doi.org/10.14710 /dialogue.v2i1.8182
Tawas, V. B. J., Poputra, A. T., & Lambey, R. (2016). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Tarif Pajak, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pelaporan Spt Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada Kpp Pratama Bitung). Jurnal EMBA, ISSN 2303-1174 , 4 (4), 912–921.
|
93a9e28a-e6f6-4016-8edf-838d29a8a51c | https://journal.uir.ac.id/index.php/althariqah/article/download/1045/672 |
## Peningkatan Profesionalisme Guru PAI Melalui Kelompok Kerja Guru (KKG)
## SARMADHAN LUBIS
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI Tuanku Tambusai Jl. Riau Pasir Pengaraian, Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Riau 28558 e-mail: [email protected]
Abstract: This paper aims to find out how to improve the professionalism of PAI teachers through Teachers Working Group (KKG). This paper is useful for teachers, the importance of following KKG PAI activities to improve the skills, skills, and profesionlaisme of teachers in the process of teaching and learning.First, Improving the professional ability of teachers PAI requires a container, for example for communication, information, discussion and coaching teachers PIE. Secondly, the improvement of Teacher KKG proficiency as a teacher is a teacher who master the characteristics of teaching materials and characteristics of learners. Characteristics of teaching materials include the concepts, principles, theories contained in teaching materials. Characteristics of learners include the potential, attitudes, interests, noble character, and personalities of learners. Third, Teacher Working Group PAI aims to Increase the sense of togetherness and responsibility as an Islamic religious educator who aims to instill faith (tauhid) and devotion to Allah SWT. Fostering the excitement of Islamic Religious Education Teachers to improve their skills and skills in preparing, implementing and evaluating the program of Teaching and Learning Activities (KBM) of Islamic Education.
Keywords: Improvement, Teacher Professionalism, Teacher Working Group
Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan profesionalisme guru PAI Melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). Tulisan ini bermanfaat bagi para guru, pentingnya mengikuti kegiatan KKG PAI untuk meningkatkan kemampuan, ketrampilan, dan profesionlaisme guru dalam proses belajar-mengajar. Pertama, Peningkatan kemampuan profesioanal guru PAI menuntut adanya wadah, antara lain untuk komunikasi, informasi, diskusi dan pembinaan sesama guru PAI. Kedua, Peningkatan kemampuan Guru KKG sebagai guru profesional adalah guru yang menguasai karakteristik bahan ajar dan karakteristik peserta didik. Karakteristik bahan ajar meliputi konsep, prinsip, teori yang terdapat dalam bahan ajar. Karakteristik peserta didik meliputi potensi, sikap, minat, akhlak mulia, dan personaliti peserta didik. Ketiga, Kelompok Kerja Guru PAI bertujuan untuk Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab sebagai pendidik agama islam yang bertujuan menanamkan keimanan (tauhid) dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Menumbuhkan kegairahan Guru PAI untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam.
Kata Kunci: Peningkatan, Profesionalisme Guru, Kelompok Kerja Guru
## PENDAHULUAN
Dewasa ini makin tidak terasa perlunya manusia dibentengi dengan nilai-nilai luhur agama, mengingat pengaruhnya yang besar terhadap kehidupan manusia. Keduanya dapat menyeret manusia pada kelalaian, kealpaan dan lupa diri. Kelalaian dan kealpaan ini dapat disebabkan oleh kesibukan dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan materi yang tak kunjung puas. Maka agama dan pengetahuan sebagai petunjuk hidup bagi manusia supaya tidak tersesat dalam menjalani kehidupan ini (Fuad Ihsan, 2005: 137).
Setiap guru profesional harus mengusai pengetahuan yang mendalam dalam
sepesialisnya. Penguasaan
pengetahuan ini merupakan syarat yang penting disamping
keterampilan- keterampilan lainnya. Oleh sebab itu dia berkewajiban menyampaikan pengetahaun, pengertian, keterampilan dan lain-lain kepada muridnya (Oemar Harnalik, 2007: 119).
Pentingnya peningkatan kemampuan profesionalisme guru di Sekolah Dasar dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pendidikan, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja guru, dan peranannya yang demikian penting dalam rangka implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di Sekolah Dasar.
Peningkatan kemampuan profesionalisme guru dapat diartikan sebagai sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri, yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum terakreditasi menjadi terakreditasi. Peningkatan kemampuan profesional guru dapat juga diartikan sebagai upaya membantu guruyang belum profeisonal menjadi
profesional. Yang mana hal-hal tersebut nantinya juga akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran guru di sekolah.
Guru yang kreatif, profesional dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara untuk mendongkrak kualitas pembelajaran. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendongkrak kualitras pembelajaran antara lain dengan mengembangkan kecerdasan emosi (emotional quotient) , mengembangkan kreativitas (creativity quotient) dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, membengkitkan nafsu belajar, memecahkan masalah, mendaya gunakan sumber belajar, dan melibatkan masyarakat dalam pembelajaran (E. Mulyasa, 2006: 161).
Peningkatan kemampuan Guru KKG sebagai guru profesional adalah guru yang menguasai karakteristik bahan ajar dan karakteristik pesreta didik. Karakteristik bahan ajar meliputi konsep, prinsip, teori yang terdapat dalam bahan ajar. Karakteristik peserta didik meliputi potensi, sikap, minat, akhlak mulia, dan personaliti peserta didik. Penguasaan karakteristik bahan ajar dan peserta didik diperlukan untuk menentukan metode dan strategi pembelajaran.
Selain itu karakteristik guru sebagai pendidik harus dapat menyesuaian dengan bahan ajar dan peserta didik. Guru harus memahami bagaimana peserta didik belajar dan mampu meningkatkan minat pada mata pelajaran dan meningkatkan motivasi belajar. Peserta didik juga belajar akhlak mulia melalui pengamatan terhadap prilaku guru ketika melaksanakan proses pembelajaran di kelas dan ketika di luar kelas di sekolah (Moh. Uzer Usman, 2010: 34).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa guru yang profesional merupakan salah satu indikator penting dari sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas, saatnyalah guru berupaya meningkatkan kualitas keprofesionalan diri. Diantara
pengembangan profesi untuk menjadikan guru profesioanal adalah melalui Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Sekolah Dasar (SD). Keberadaan organisasi profesi guru atau forum Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG-PAI) Sekolah Dasar ini perlu diaktualisasikan dan diberdayakan sesuai perkembangan guna pembinaan dan pengembangan berbagai kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) itu sendiri secara optimal, terpadu, faktual, dan berkelanjutan. Dalam ajaran Islam ada beberapa ayat al-Quran yang menganjurkan perihal musyawarah seperti yang tercantum di dalam surah Ali-‘Imran: 159:
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Mencermati makna kandungan ayat di atas tergambar sejumlah etika Islami dalam berinteraksi dan bersosialisasi, salah satunya adalah bermusyawarah. Melalui forum Kelompok Kerja Guru (KKG) diharapkan dapat mengadopsi nilai-nilai tersebut dan menumbuhkan kegairahan guru Pendidikan Agam Islam (PAI) untuk beraktualisasi meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang inovatif. Semakin meningkatnya wawasan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) diharapkan berimbas terhadap peningkatan kualitas peserta didik dan profesionalitas guru.
Kelompok kerja guru disingkat KKG adalah suatu wadah pembinaan profesional bagi para guru yang tergabung dalam organisasi gugus sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seperti yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 ayat (4) yang berbunyi : “Setiap tenaga kependidikan berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan bangsa.”
Melalui wadah KKG inilah guru dalam suatu gugus sekolah berkumpul, berdiskusi membicarakan hal yang berkaitan dengan tugas mengajar/ mendidik. KKG mengadakan pertemuan berkala yang berfungsi untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar.
Adapun beberapa hal pokok yang melatar belakangi pentingnya kegiatan KKG PAI Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam kualifikasi keguruannya sangat beraneka ragam sehingga penampilannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat bervariasi. Pengaturan bagi angka kredit jabatan fungsional guru Pendidikan Agama Islam menuntut kemampuan guru Pendidikan Agama Islam untuk lebih meningkatkan profesioanlisme berkarya dan berprestasi di dalam melaksanakan tugas sehari-sehari di sekolah. Kenyataan bahwa hasil-hasil penataran guru Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan selama ini perlu ditunjang oleh kegiatan yang dilaksanakan dalam KKG PAI terutama dalam hal KBM/
pengelolaan kelas. Peningkatan kemampuan profesioanal guru Pendidikan Agama Islam menuntut adanya wadah, antara lain untuk komunikasi, informasi, diskusi dan pembinaan sesama guru Pendidikan Agam Islam. (http://karya ilmiah: Pedoman Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Pada Sekolah Dasar ). Peningkatan
kemampuan
profesionalisme seorang guru dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu jalur mandiri dan jalur resmi yang terkoordinasi. Jalur mandiri adalah berbentuk keaktifan seorang guru dalam kegiatan ilmiah yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keprofesionalan guru. Sedangkan yang dimaksudkan dengan jalur resmi dan terkoordinasi adalah segala kegiatan yang sengaja diprogramkan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru seperti berbentuk pelatihan-pelatihan, penataran, workshop, diskusi, temu ilmiah, dan lain- lainnya.
Pada hakikatnya semua guru di sekolah dasar harus menjadikan guru yang profesionalisme. Pentingnya peningkatan kemampuan profesional guru di Sekolah Dasar dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pendidikan, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja guru, dan peranannya yang demikian penting dalam rangka implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di Sekolah Dasar (Ibrahim Bafadal, 2006: 62).
Keberadaan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Dasar (SD) menuntut gurunya untuk menjadi guru yang profesionalisme, disamping itu perubahan kurikulum yang menuntut guru lebih meningkatkan mutu dirinya/ kompetensinya sehingga tugas dan kewajiban dapat dilaksanakan secara maksimal. Problem di kelas maupun di sekolah tempat tugasnya yang dihadapi,
bervariasinya watak dan peserta didik serta tuntutan Undang-Undang Guru dan Dosen agar guru profesional.
Kelompok Kerja ini berfungsi sebagai wadah peningkatan mutu profesionalisme guru dan tenaga kependidikan. keberadaan pusat kegiatan guru (PKG) dalam sistem pembinaan profesionalme, secara organisatoris telah ada dan berfungsi. Namun terkadang, sistem pelaksanaannya kurang efektif sehingga tujuan yang diharapkan tidak dapat tercapai secara optimal.
melihat adanya masalah dalam diri guru, karena terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Pemerintah telah memberikan kesejahteraan kepada guru melalui tunjangan profesi dan tunjangan- tunjangan lain sebagai harapan guru, tetapi mengapa realitasnya kinerja guru sampai sekarang masih rendah? Apa yang menyebabkan kinerja guru masih rendah?. Bagaimana mutu pendidikan kita kalau para pendidiknya dalam bertugas kinerjanya pas-pasan kalau tidak mau dikatakan rendah?
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah antara lain dalam rangka peningkatan mutu dan profesionalisme guru PAI yang muaranya adalah peningkatan mutu pembelajaran di kelas, upaya tersebut antara lain ikut serta dalam pendidikan dan pelatihan. Namun pada kenyataannya implementasi di lapangan belum sepenuhnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, indikasinya antara lain masih banyaknya guru yang belum mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya, bahkan lebih parah lagi masih ada guru yang tidak faham tentang bagaimana cara pengaplikasian ilmu yang diperolehnya dari pendidikan dan latihan yang diikutinya.
## MAKNA
DARI
## PENINGKATAN PROFESIONALISME
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , istilah profesionalisme ditemukan sebagai berikut: Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagianya) tertentu. Profesional adalah yang bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pecaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya (Moh. Uzer Usman, 2010: 15).
Secara etimologi profesi dari kata profesion yang berarti pekerjaan. Profesional artinya orang yang ahli. Profesionalisme artinya sifat. Sudarmawan mendefinisikan secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksud di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukannya perbuatan praktis (Sudarwan Danim, 2002: 21).
Profesionalisme yang berdasarkan keterbukaan dan kebijakan terhadap ide- ide pembaharuan itulah yang akan mampu melestarikan eksistensi madrasah atau sekolah kita, sebagaimana dalam hadits nabi Muhammad SAW bersabda: "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan profesinya (ahlinya) maka tunggulah kehancurannya." (H.R. Bukhari).
Juga firman Allah swt yang mengingatkan kita semua seperti yang tercantum dalam surat Al-An'am ayat 135 adalah :
Artinya: Katakanlah "Hai kaumku, berbuatlah (bekerjalah) sepenuh kemampuanmu
(menurut profesimu masing-masing, Sesungguhnya akupun berbuat (bekerja pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. Terdapat banyak Pengertian Profesionalisme Guru menurut para ahli.
a. Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata " profession " (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.
b. Muhibbin menyatakan bahwa profesional merupakan suatu pekerjaan yang mampu diselesaikan dengan baik. Profesional berabri melakukan suatu hal berdasarkan kemapuan yang dimiliki untuk mata pencahariannya.
c. Kunandar menyatakan profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang ( Kunandar, 2011: 45).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi Pengertian guru profesionalme adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan maksimal (Moh. Uzer Usman, 2010: 15).
## SYARAT-SYARAT MENJADI GURU PROFESIONAL
Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, tenaga kependidikan ternyata bahwa untuk menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa persyaratan. Menurut Muhammad Ali sebagai berikut:
a. Menuntut adanya keteramplilan yang
berdasarkan konsep clan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
c. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
Memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya. Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik–baiknya untuk memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa im-service training (diklat/ penataran) maupun pre service training (pendidikan keguruan secara formal) Secara khusus, sebagai sebuah profesi keguruan, ada beberapa kriteria seorang guru.
Menurut Muhammad Ali yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman bahwa persyaratan profesi memerlukan persyaratan khusus yaitu:
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesui dengan bidang profesinya.
3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (Moh. Uzer Usman, 2011: 15). Secara khusus syarat profesionalisme guru dalam Islam adalah:
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Bertakwa
3. Berilmu pengetahuan yang luas
4. Berlaku adil
5. Berwibawa
6. Ikhlas
7. Mempunyai tujuan yang rabbani
8. Mampu merencanakan dan
melaksanakan evaluasi ( Http: Hidayati Ramli. blogspot. Com /2016/11/ peningkatan- profesional- guru- melalui-kkg. Karya ilmiah Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Etika Profesi,
(Jakarta:
Depertemen Agama, 2009. html).
Dalam Islam seorang guru yang baik tidak hanya cerdas tapi juga harus berpengetahuan serta harus bertaqwa dan berakhlak baik, ikhlas menjalankan tugas sebagai pendidik karena Allah, sehingga dari sebuah tujuan yang mulia tersebut lahir penerus dunia pendidikan yang mampu menghadapi berbagai tantangan pendidikan, karena guru yang baik tidak hanya menjadi pendidik yang bertaqwa tapi menjadi teladan seperti Rasulullah Saw yang mampu menyelamatkan umat dari lembah yang gelap gulita (Http: Hidayati Ramli. blogspot. Com /2016/11/ peningkatan- profesional- guru- melalui- kkg. Karya ilmiah Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Etika Profesi, Jakarta: Depertemen Agama, 2009. html ).
## URGENSI PROFESIONALISME
Pada dasarnya profesionalisme dan sikap profesional itu merupakan motivasi intrinsik yang ada pada diri seseorang sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya menjadi tenaga profesional. Motivasi intrinsik tersebut akan berdampak pada munculnya etos kerja yang unggu ( exellence) yang ditunjukkan dalam lima bentuk kerja sebagai berikut:
a. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. Berdasarkan kreteria ini, jels bahwa guru yang memiliki profesionl tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal akan mengidentifikasikan dirinya kepada figur yang dipandang memiliki
standar ideal.
b. Meningkatkan dan memelihara citra profesi. Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan dilakukan melalui berbagi cara, penampilan, cara bicara, penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari,
hubungan antarpribadi, dan sebaginya (Ali Mudlofir, 2012: 32-34).
c. Memanfatkan setiap kesempatan pengembangan profesional.
Berdasarkan kreteria ini, para guru diharapkan selalu berusaha mencari dan memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagai kesempatan yang dpat dimanfaatkan antra lain: mengikuti kegiatan ilmiah seperti loka karya, seminar, mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan, melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, menelaah kepustakaan, membuat karya ilmiah, serta memasuki organisasi profesi (Ali Mudlofir, 2012: 32-34).
d. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi. Hal ini mengandung makna bahwa profesionalisme yang tinggi ditunjukkan dengan adanya upaya untuk selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Guru memiliki profesionalisme tinggi akan selalu aktif dalam seluruh kegiatan dan perilakunya untuk menghasillkan kualitas yang ideal.
e. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Profesionalisme ditandai dngan kualitas derajat kebanggaan akan profesi yng dipegangnya. Dalam kaitan ini, diharapkan agar para guru memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan akan pengalaman di masa lalu, berdedikasi
tinggi terhadap tugas-tugasnya sekarang, dan meyakini akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa depan (Ali Mudlofir, 2012: 32-34).
## PENGERTIAN GURU PAI
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata guru/gu/ru/ orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru sebagai pendidik dalam konteks pendidikan Islam disebut dengan murabbi, mu’alim dan muaddib . Kata murabi berasal dari kata rabba-yurabbi. Kata mualim isim fail dari allama-yuallimu sebagaimana ditemukan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah ayat 31).
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda- benda itu jika kamu mamang benar orang- orang yang benar.
1. Menurut Pendapat Syarifuddin Nurdin dan Usman, sebagaimana yang dikutip oleh Akmal Hawi, Guru adalah: “Seseorang yang bukan hanya sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, akan tetapi ia seorang tenaga professional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisa, dan menyimpulkan masalah yang dihadapi”.
2. Menurut Purwanto guru adalah orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik di dalam lingkungan sekolah adalah guru.
3. Menurut Surya guru sebagai pendidik profesional selayaknya mempunyai citra baik di masyarakat, guru itu ditiru atau diturut dan di contoh.
4. Menurut Zakiyah Daradjat guru PAI ialah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan Islam (Zakiyah Daradjat, 2008: 86).
Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Pengertian upaya guru adalah usaha yang harus dilakukan oleh guru agar siswa itu menjadi pribadi yang disiplin. guru dalam melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal maupun non formal dituntut untuk mendidik dan mengajar. Karena keduanya mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan ideal pendidikan.
Dengan demikian guru itu juga diartikan di gugu dan ditiru, guru adalah orang yang dapat memberikan respon positif bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar, untuk sekarang ini sangatlah diperlukan guru yang mempunyai basic yaitu (kompetensi) sehingga proses belajar mengajar yang berlangsung berjalan sesuai dengan yang kita harapkan (Oemar Hamalik, 2004: 116).
## SYARAT-SYARAT GURU
Dalam perspektif pendidikan islam, keberadaan, peranan dan fungsi guru merupakan keharusan yang tak bisa diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa "kehadiran" guru. Guru merupakan penentuan arah dan sistematika pembelajaran mulai dari kurikulum, sarana, bentuk-pola, sampai kepada usaha bagaimana anak didik seharusnya belajar dengan baik dan benar dalam rangka mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup. Guru merupakan yang berperan sebagai pemberi petunjuk kearah anak didik yang lebih baik" (Iman Tholhah dan Ahmad Barizi, 2004: 219).
Dalam lembaga pendidikan formal guru merupakan faktor pendidikan yang memiliki peran penting dalam menentukan aktifitas pembelajaran, guru adalah merupakan petugas lapangan dalam pendidikan yang selalu bergaul secara langsung dengan murid sebagai obyek pokok dalam pendidikan karena itu
seorang guru harus memenuhi berbagai persyaratan.
Di dalam pasal 42 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan tentang syarat- syarat guru sebagai berikut:
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
Ketentuan mengenai kualifikasi pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2 diatur lebih lanjut dengan pemerintah (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan : 72 ).
Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, maka untuk menjadi guru itu harus memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Harus memiliki bakat sebagai guru.
b. Harus memiliki keahlian sebagai guru.
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi.
d. Memiliki mental yang sehat.
e. Berbadan sehat.
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan luas.
g. Guru adalah manusia yang berjiwa Pancasila.
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik (Oemar Hamalik, 2007: 118).
Guru harus berlakuan baik, jika kita mengatakan "berkelakuan baik", maka didalamnya terkandung segala sikap, watak dan sifat-sifat yang baik antara lain:
a. Calon sungguh berbakat b. Pandai bahasa sopan
c. Kepribadiannya harus baik dan kuat
d. Harus disenangi dan disegani oleh anak didik
e. Emosinya harus stabil
f. Pandai menyesuaikan diri
g. Tidak boleh sensitive
h. Harus tenang, obyektif dan bijaksana
i. Harus jujur dan adil
j. Harus susila di dalam tingkah lakunya
k. Sifat sosialnya harus besar (Hasbullah, 2013: 121}
Pendapat lain mengatakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang guru sebagai suatu profesi. Seorang guru harus memenuhi kriteria profesional sebagai berikut :
a. Fisik
1. Sehat jasmani dan rohani.
2. Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.
b. Mental dan Kepribadian.
1. Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik.
2. Berbudi pekerti luhur.
3. Berjiwa kreatif,
dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.
4. Bersifat terbuka, peka dan inovatif.
5. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
c. Keilmuan atau Pengetahuan dan Keterampilan
1. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkan-nya dalam tugasnya sebagai pendidik.
2. Memahami, menguasai serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.
3. Mampu memecahkan persoalan secara sistematis terutama yang berhubungan dengan bidang studi serta memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar" (Oemar Hamalik, 2004: 38).
## TANGGUNG JAWAB GURU
Kalau kita melihat pada perubahan- perubahan transisional dalam pengajaran seperti yang telah diuraikan dalam bagian terdahulu yang menambah kesempatan bagi murid-murid untuk belajar dan
berkembang, dan dilain pihak berdasarkan peranan profesional guru modern maka sudah barang tentu menambah tanggung jawab guru menjadi lebih besar. Tanggung jawab itu adalah sebagai berikut:
1. Guru Harus Menuntut Murid-Murid Belajar Tanggung jawab guru yang tepenting ialah merencanakan dan mengajak murid-murid untuk melakukan kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Guru harus membimbing murid agar mereka memperoleh keterampilan-
keterampilan, pemahaman, perkembangan sebagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap serasi.
2. Turut Serta Membina Kurikulum Sekolah
Sesungguhnya
guru merupakan seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhsn kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Karena itu sewajarnya apabila dia turut aktif dalam pembinaan kurikulum disekolah (Oemar Harnalik, 2007: 127-128).
3. Melakukan Pembinaan Terhadap Diri Siswa (Kepribadian, Watak Dan Jasmani)
Memompakan pengetahuan kepada murid kiranya bukan pekerjaan yang sulit. Tetapi membina siswa agar menjadi
manusia berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekrejaan yang mudah. Mengembangkan watak dan kepribadiaannya, sehingga mereka memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama.
4. Memberikan Bimbingan Kepada Murid bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyatatn dan
memeliki stamina emosional yang baik, sangat diperlukan. Mereka perlu dibimbing ke arah terciptanya hubungan pribadi yang baik dengan temannya dimana perbuatan dan perkataan guru dapat dicontoh yang hidup.
5. Melakukan Diagnosis Atas Kesulitan- Kesulitan Belajar Dan Mengadakan Penilaian Atas Kemajuan Belajar. Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan siswa.
6. Menyelenggarakan Penelitian Sebagai seorang yang bergerak dalam bidang keilmuan (scientist) bidang pendidikan maka ia harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya. Tidak cukup sekedar melaksanakan
pekerjaan rutin saja, melainkan harus juga berusaha menghimpun banyak data melalui penelitian yang kontinu dan intensif (Oemar Harnalik, 2007: 129-130).
7. Mengenal Masyarakat dan Ikut Serta Aktif Guru tak mungkin melaksanakan pekerjaaannya secara efektif, jikalau ia tidak mengenal masyarakat seutuhnya secara lengkap. Harus dipahami dengan baik tentang pola kehidupan , kebudayaan, minat dan kebutuhan masyarakat, karena perkembangan sikap, minat, aspirasi anak sangat banyak dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya.
8. Menghayati, Mengamalkam dan
Mengamankan Pancasila Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari semua sendi- sendi hidup dan kehidupan nasional, baik individua maupun masyarakat kecilsampai dengan kelompok sosial yang terbesar termasuk sekolah. Pendidikan bertujuan membentuk manusia pancasila sejati, yang berarti melalui pendidikan diantaranya di sekolah, kita berusaha semaksimal mungkin agar tujuan itu tercapai.
9. Turut Serta Membantu Terciptanya Kesatuan dan Persatuan Bangsa dan Perdamaian Dunia Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik. Pengertian yang baik ialah antara lain memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Perasaan demikian dapat tercipta apabila para siswa didik saling menghargai, mengenal daerah, masyarakat, adat istiadat, seni budaya, sikap, hubungan-hubungan sosial, keyakinan, kepercayaan, , peninggalan- peninggalan historis setempat, keinginan, dan minat dari daerah- daerah lainnya di seluruh nusantara (Oemar Harnalik, 2007: 130-131).
## PERANAN SOSIAL GURU DI SEKOLAH
a. Guru sebagai pengelola kelas Dalam perannya sebagai pengelola kelas ( learning manager ) guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan . Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
b. Guru sebagai Evaluator Guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu kewaktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi atau penilaian merupakan umpan batik (feed back) terhadap belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar akan terusmenerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
c. Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru juga berperan
dalam membimbing pengalaman sehari-hari kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri manejemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantunganya pada guru hingga mereka mampu membimbing kegiatannya. sendiri. Sebagai manejer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik mengendalikan pelaksanaan
pengajaran dan pencapaian tujuan.
d. Guru sebagai pekerja social Petugas sosial yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru
senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi didalamnya (Ahmadi H. Syukran Nafis, 2010: 47-48).
e. Guru sebagai Ilmuan Guru senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara, setiap guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman.
f. Guru sebagai Orang Tua dan Teladan Guru mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
Sekolah merupakan
lembaga pendididikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswa siswinya. Oleh karena itu guru perlu berusaha sekuat tenaga agar dapat menjadi teladan yang baik untuk siswa bahkan untuk seluruh masyarakat.
g. Guru sebagai penacari keamanan Guru perlu senantiasa mencariakan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi
tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas didalamnya.
h. Guru sebagai psikolog dalam pendidikan Peran guru sebagai psikolog, guru dipandang sebagai petugas psikolog dalam pendidikan yang melaksanakan tugasnya atas dasar prisipprinsip psikolog. (I Wayan Suwatra, 2014: 34- 35).
## PENGERTIAN KKG PAI
Kelompok kerja guru pendidikan Agama Islam disingkat KKG PAI adalah wadah kegiatan profesional untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada Sekolah Dasar dan tergabung dalam organisasi gugus sekolah dengan memanfaatkan potensi atau kemampuan yang ada pada masing-masing guru (Http: Sayyidridlo 27.blogspot. com/2016/06/ Karya i lmiah : Pedoman Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Pada Sekolah Dasar. Departemen
Agama Jawa Timur.blogspot.com). Berikut beberapa pendapat ahli tentang KKG guru PAI:
a. Trimo Kelompok Kerja Guru yaitu suatu organisasi profesi guru yang bersifat struktural yang dibentuk oleh guru-guru di suatu wilayah atau gugus sekolah sebagai wahana untuk saling bertukaran pengalaman guna meningkatkan kemampuan guru dan memperbaiki kualitas pembelajaran.
b. Sedangkan Sumadji menyatakan,
“kelompok kerja guru ini merupakan wadah atau tempat bagi guru untuk bermusyawarah tentang hal-hal untuk peningkatan mutu dalam pembelajaran”.
c. Pendapat lain dikatakan oleh Uceh Nurabnu, Kelompok Kerja Guru (KKG) “merupakan salah satu bagian dari
program kerja gugus sebagai wahana bengkel kerja guru-guru SD selaku anggota gugus, dan merupakan pintu masuk pertama yang paling strategis dalam program
peningkatan kompetensi pendidik SD” ( http: hucokhs. blogspot.
com /2016/12/14/pengertian-dan-sejarah berdirinya-kkg.html).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian KKG PAI adalah merupakan wadah atau tempat bagi guru untuk bermusyawarah tentang hal-hal untuk peningkatan mutu dalam pembelajaran.
Ada banyak ragam kegiatan pengembangan dan pembinaan profesi guru baik di sekolah dasar, menengah maupun keatas misal KKG, MGMP, PGRI, dll. melalui pendekatan gugus sekolah dasar. Sedangkan pada tingkat Sekolah Dasar kegiatan tersebut bernama KKG. Ketua gugus sekolah dasar dapat memprogramkan penataran mini bagi guru dalam setiap libur catur wulan (Ibrahim Bafadal, 2006: 60).
Sebagai fasilitasnya bisa kepala SD inti, tutor, guru pemandu atau pengawas SD setempat. Selain itu di gugus sekolah dasar melalui KKG dapat menyelenggarakan pertemuan-pertemuan rutin, bisa satu kali dalam satu minggu, satu kali dalam dua minggu, atau satu kali dalam satu bulan. Pertemuan yang dimaksud adalah pertemuan antar guru dalam KKG. Melalui pertemuan- pertemuan tersebut diharapkan dapat :
1. Menumbuh
kembangkan
rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara sekolah dasar anggota gugus dalam mencapai tujuan, dan mengusahakan berbagai upaya peningkatan pendidikan di sekolah dasar yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Membudayakan berbagai kegiatan positif yang dapat menambah dan meningkatkan mutu profesionalisme guru yang menyangkut pengetahuan,
ketrampilan, dan wawasan yang akan memberi dampak peningkatan mutu pendidikan dan hasil kegiatan belajar- mengajar.
1. Membangun memecahkan masalah dan saling meringankan beban antar sekolah dasar anggota gugus.
2. Mencari informasi dan bahan dari berbagai sumber yang dapat dikembangkan bersama sebagai kreativitas dalam menciptakan inovasi pendidikan di dalam gugus sekolah dasar.
3. Memelihara komunikasi secara teratur antara sesama anggota gugus guna saling menyerap kiat-kiat keberhasilan pada setiap sekolah dasar anggota gugus atau sekolah dasar gugus lain.
4. Mengembangkan pola mekanisme pembinaan profesionalisme guru yang lebih efektif dan efisien.
5. Memacu guru dan kepala sekolah dasar untuk terus belajar meningkatkan mutu dan tanggap terhadap tugas profesi sebagai guru.
6. Mengembangkan hasil penataran pelatihan sesama teman sejawat dalam meningkatkan mutu profesi guru.
Pembentukan gugus sekolah dasar didasarkan kepada berbagai kebijaksanaan dan peraturan pemerintah diantaranya adalah peraturan No.28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (Bafadal ibrahim, 2006: 59). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0487/U/1982 tentang Sekolah Dasar dan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 079/C/K/I/1993 tentang pedoman pelaksanaan
sistem pembinaan profesional guru melalui pembentukan gugus sekolah di Sekolah Dasar.
## FUNGSI DAN TUJUAN KEGIATAN KKG PAI
Dalam pelaksanaan suatu kegiatan, pasti selalu memiliki fungsi dan tujuan tersendiri dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Adapun fungsi dan tujuan pelaksanaan kegiatan KKG PAI adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi KKG PAI Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam SD berfungsi sebagai:
a. Forum komunikasi antar sesama Guru Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan kemampuan profesional dan fungsional b. Forum konsultasi yang berkaitan dengan kegiatan dan materi pembelajaran, metodologi, evaluasi dan sarana penunjang
c. Forum penyebarluasan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha-usaha pembaharuan dalam bidang pendidikan.
2. Tujuan KKG PAI
Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) bertujuan untuk: a. Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab sebagai pendidik agama islam yang bertujuan
menanamkan keimanan (tauhid) dan ketaqwaan terhadap Allah SWT.
b. Menumbuhkan kegairahan Guru
Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan dalam mempersiapkan,
melaksanakan dan
mengevaluasi program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam ( Http: Sayyidridlo
27.blogspot. com/2016/06/ Karya ilmiah: Pedoman
Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Pada Sekolah Dasar. Departemen Agama Jawa Timur.blogspot.com).
c. Meningkatkan kemampuan dan kemahiran Guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat menunjang usaha
peningkatan pemerataan mutu Pendidikan Agama
Islam.
d. Menampung segala permasalahan yang dialami oleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan bertukar pikiran serta
mencari cara penyelaesaiannya sesuai dengan karakteristik pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Guru pendidikan agama islam sekolah dan lingkungan (Ibrahim Bafadal, 2006: 59).
e. Membantu Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan Kegiatan Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Islam.
f. Membantu Guru Pendidikan Agama Islam memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan Pendidikan Agama Islam. Kebijaksanaan kurikuler Pendidikan Agama Islam dan mata pelajaran lain yang bersangkutan.
g. Membantu Guru Pendidikan Agama Islam untuk bekerjasama dalam meningkatkan kegiatan-kegiatan intra dan ekstra kurikuler Pendidikan Agama Islam.
h. Memperluas wawasan dan saling tukar menukar informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta pengembangan metode/tekhnik mengajar Pendidikan Agama Islam.
i. Meningkatkan kemampuan profesionalisme berkarya dan berprestasi dalam pelaksanaan angka kredit bagi jabatan fungsional Guru Pendidikan Agama Islam.
Pembentukan gugus sekolah di Sekolah
Dasar bertujuan untuk memperlancar upaya peningkatan profesioanalisme para guru Sekolah Dasar dan tenaga kependidikan lainnya dalam satu gugus (Ibrahim Bafadal, 2006: 59).
PENINGKATAN
## PROFESIONALISME
GURU PAI MELALUI KKG PAI Adapun bentuk
peningkatan profesionalisme guru PAI melalui Kegiatan
Kelompok
Kerja Guru
Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) ini bersifat tentatif dengan bentuk kegiatan
terdiri atas hal-hal yang pokok dan yang penting lainnya, sebagai berikut (Ibrahim Bafadal, 2006: 59):
1. Hal-hal yang pokok.
a. Kegiatan dalam bidang kurikulum pendidikan agama islam.
1) Pemahaman kurikulum.
2) Klasifikasi materi pendidikan agama Islam.
3) Penjabaran dalam topik-topik program cawu.
b. Kegiatan dalam bidang penyusunan mengajar.
1) Penyusunan rencana catur wulan.
2) Penyusunan rencana harian atau satuan pelajaran.
c. Pembahasan tentang metodologi pendidikan agama islam yang efektif dan efisien untuk masing-masing unsur pokok.
1) Keimanan.
2) Ibadah.
3) Akhlak.
4) Al Qur’an.
5) Muamalah.
6) Syariah.
7) Tarikh.
d. Pembahasan tentang alat dan media pembelajaran.
1) Jenis-jenis dan media yang perlu dipakai dalam pendidikan agama islam.
2) Penyediaan alat dan media.
3) Cara penggunaan alat dan media pendidikan agama islam.
e. Pembahasan tentang evaluasi pendidikan agama islam.
1) Sistem evaluasi.
2) Tekhnik evaluasi.
3) Cara menyusun soal.
4) Sistem scoring.
5) Tindak lanjut hasil evaluasi.
2. Hal – hal yang penting lainnya.
a. Pembahasan tentang pembuatan atau penyusunan Lembaran
Kegiatan Siswa.
b. Pembahasan tentang permasalahan yang ditemui dalam proses belajar
mengajar dan jalan keluarnya (Http:
Sayyidridlo 27.blogspot. com/2016/06 / Karya ilmiah:
Pedoman Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Pada Sekolah Dasar. Departemen Agama Jawa Timur.blogspot.com). c. Pembahasan tentang pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama di sekolah.
d. Pembahasan tentang buku pendidikan agama islam.
1. Buku teks pokok.
2. Buku teks pelengkap.
3. Buku pedoman guru.
4. Buku bacaan.
5. Buku sumber.
e. Pembahasan tentang problematika peserta didik.
f. Pembahasan tentang kasus-kasus khusus.
g. Pembahasan tentang kerjasama lintas sektoral.
h. Pembahasan tentang kerjasama lintas kelompok masyarakat.
i. Pembahasan tentang peraturan perundangan.
j. Pembahasan tentang buletin pendidikan.
k. Kegiatan studi perbandingan dalam bidang pendidikan.
l. Kegiatan karyawisata.
m. Pembahasan tentang angka kredit.
a. Pemahaman peraturan tentang angka kredit.
b. Pembahasan usaha dan bentuk- bentuk kegiatan yang perlu diciptakan dalam rangka memperoleh angka kredit.
c. Pembahasan tentang prosedur memperoleh angka kredit.
Pembahasan tentang persyaratan usulan kenaikan pangkat (Ibrahim Bafadal, 2006: 59).
## PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa : pertama,
Peningkatan kemampuan profesioanal guru Pendidikan Agama Islam menuntut adanya wadah, antara lain untuk komunikasi, informasi, diskusi dan pembinaan sesama guru Pendidikan Agam Islam.
Kedua, Peningkatan kemampuan Guru KKG sebagai guru profesional adalah guru yang menguasai karakteristik bahan ajar dan karakteristik pesreta didik. Karakteristik bahan ajar meliputi konsep, prinsip, teori yang terdapat dalam bahan ajar. Karakteristik peserta didik meliputi potensi, sikap, minat, akhlak mulia, dan personaliti peserta didik. Penguasaan karakteristik bahan ajar dan peserta didik diperlukan untuk menentukan metode dan strategi pembelajaran. Selain itu karakteristik guru sebagai pendidik harus dapat menyesuaian dengan bahan ajar dan peserta didik. Guru harus memahami bagaimana peserta didik belajar dan mampu meningkatkan minat pada mata pelajaran dan meningkatkan motivasi belajar. Peserta didik juga belajar akhlak mulia melalui pengamatan terhadap prilaku guru ketika melaksanakan proses pembelajaran di kelas dan ketika di luar kelas di sekolah.
Ketiga, Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) bertujuan untuk Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab sebagai pendidik agama islam yang bertujuan menanamkan keimanan (tauhid) dan ketaqwaan
terhadap Allah SWT. Menumbuhkan kegairahan Guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi program
Kegiatan Belajar
Mengajar
(KBM) Pendidikan Agama Islam.[]
## DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Rineka Cipta. 1993.
Bafadal, Ibrahim.
Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Dairi, Rizal. Metodologi Penelitian . Pekanbaru: UIR Pres. 2008.
Danim, Sudarwan. Inovasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002. Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional , Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006.
Faisah, Hasnah. Menulis Karangan Ilmiah , Pekanbaru: Cendikia Insani, 2011. Harnalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar , Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Http: Hidayatiramli. blogspot. Com /2016/11/ peningkatan- profesional- guru- melalui-kkg. Karya ilmiah Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Etika Profesi, Jakarta: Depertemen Agama, 2009 . html Http: Hucokhs. Blog. spot. com
/2016/12/14/pengertian - dan- sejarah berdirinya-kk g .html). Http:
Sayyidridlo 27.blogspot. com/2016/06/ Karya
ilmiah:
Pedoman Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Pada Sekolah Dasar. Departemen Agama Jawa Timur.blogspot.com. Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan , Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi
Guru , Jakarta: Rajawali Press, 2009. Mudlofir, Ali. Pendidik Profesional, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012 Nafis, Ahmadi H. Syukran. Pendidikan
Madrasah Dimensi Profesional Dan Kekinian Yogyakarta: LeksBang Presindo, 2010. Riduwan, Dasar-Dasar Statistika , Bandung: Alfabeta. 2010.
Suwatra, I Wayan. Sosiologi Pendidikan , Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Tambak, Syahraini. Pendidikan Agama Islam Konsep Metode Pembelajaran PAI , Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Tim Dosen, Pedoman penulisan Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau Pekanbaru . 2010. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
|
83eeb5b3-4d8e-469a-a1cc-9766be644e2a | https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JCPE/article/download/1555/620 | e-ISSN Number
Available online at https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JCPE/index
## Journal of Chemical Process Engineering
Volume 08 Nomor 1 (2023) SINTA Accreditation Number 28/E/KPT/2019 Published by *Corresponding Author Department of Chemical Engineering [email protected] Faculty of Industrial Technology Universitas Muslim Indonesia, Makassar Address Jalan Urip Sumohardjo km. 05 (Kampus 2 UMI) Journal History Makassar- Sulawesi Selatan Paper received :11 Januari 2023 Email : Received in revised : 08 Mei 2023 [email protected] Accepted : 13 Mei 2023
Ekstraksi Minyak Nabati dari Biji Kemiri (Aleurites Moluccana L. Willd.) dengan Metode Microwave Hydrodiffusion and Gravity (MHG)
Extraction of Vegetable Oil from Candlenut Seeds (Aleurites Moluccana L. Willd.) Using the Microwave Hydrodiffusion and Gravity (MHG) Method
Yeni Variyana 1* , Amelia Sri Rezki 1 , Dewi Ermaya 1 , Mahfud Mahfud 2
1 Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri Politeknik Negeri Lampung, Jl. Soekarno Hatta no.10, Bandar Lampung 35141, Indonesia
2 Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Teknik Kimia, Surabaya 60111, Indonesia
Kata Kunci: Microwave Hydrodiffusion and Gravity; Aleurites moluccana L; Minyak kemiri; Ekstraksi
Key Words : Microwave Hydrodiffusion and Gravity; Aleurites moluccana L; Candle nut oil; Extraction
## Inti Sari
Studi ini mempelajari penerapan metode microwave hydro dffusion gravity (MHG) yang relatif baru untuk ekstraksi minyak dari biji kemiri ( Aleurites Moluccana L.). Proses ekstraksi dengan MHG ini tidak menggunakan pelarut, sehingga minyak yang diperoleh aman untuk dikonsumsi. Penelitian ini mengeksplorasi beberapa variabel seperti daya gelombang mikro (300-600 W), waktu ekstraksi (0-75 menit), ukuran bahan (1-3 cm), dengan kondisi operasi pada tekanan atmosfir untuk mengoptimalkan proses ekstraksi. Tiga jenis pra-perlakuan yang digunakan yaitu bahan disangrai, bahan yang dioven, dan bahan yang tidak diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan biji yang disangrai menghasilkan rendemen minyak tertinggi (5,55% b/b) dengan parameter ukuran 1 cm, daya gelombang 600 W, dan waktu ekstraksi 30 menit. Analisis GC-MS dari ekstrak minyak mengidentifikasi pirazine sebagai senyawa terbesar (36,814%). Selanjutnya, pemodelan matematis melibatkan tiga model yakni model orde pertama, model orde kedua, dan model Weibull. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa model kinetika empiris berbasis Weibull merepresentasikan data eksperimen terbaik dengan nilai R 2 sebesar 0,999378 dan RSMD terkecil sebesar 0,022052. Penelitian ini melaporkan bahwa metode MHG merupakan teknik yang efektif untuk menghasilkan minyak kemiri berkualitas tinggi. Temuan penelitian ini memberikan wawasan strategis dalam mengoptimalkan proses ekstraksi untuk produksi minyak kemiri yang memiliki aplikasi potensial dalam industri makanan dan kosmetik.
## Abstract
This study investigates the application of the relatively microwave hydro diffusion gravity (MHG) method for extracting oil from candlenut seeds (Aleurites Moluccana L.). The extraction process using MHG does not involve solvents, making the obtained oil safe for consumption. This research explores several variables, such as microwave power (300- 600 W), extraction time (0-75 minutes), material size (1-3 cm), with operating conditions at atmospheric pressure to optimize the extraction process. Three pre-treatment types were used, namely roasted material, oven-dried material, and untreated material. The research results show that roasted seeds produce the highest oil yield (5.55% w/w) when using material size parameter of 1 cm, microwave power of 600 W, and extraction time at 30 minutes. GC-MS analysis of the oil extract identified pyrazine as the major compound (36.814%). Further, mathematical modelling involved three models, namely first-order model, second-order model, and Weibull model. The modelling results show that the empirical kinetic model based on Weibull represents the experimental data best with an R 2 value of 0.999378 and the smallest RSMD value of 0.022052. This study reports that the MHG method is an effective technique for producing high quality hazelnut oil. The findings of this research provide strategic insights into optimizing the extraction process for candlenut oil production, which has potential applications in the food and cosmetic industries.
## PENDAHULUAN
Kemiri ( Aleurites moluccana (L.) Wild.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai biji, kemudian sering dimanfaatkan untuk bidang kesehatan, bahan pangan, kosmetik, dan lain-lain. Adanya senyawa aktif pada biji kemiri perlu diolah untuk meningkatkan nilai jual dari tanaman tersebut. Akan tetapi, biji kemiri masih digunakan secara konvensional seperti bumbu masak dan obat tradisional. Komponen kimia yang terdapat pada biji kemiri adalah flavonoid, alkaloid, saponin, terpenoid dan polifenol [1]. Selain itu, daging dari kemiri terdapat minyak lemak yang dapat diolah untuk kesehatan dan kecantikan [2]. Masyarakat umumnya memanfaatkan biji kemiri untuk mengobati diare, asma, menumbuhkan rambut, dan pereda nyeri [3]–[5]. Di sisi lain, budidaya kemiri dapat meningkatkan taraf hidup warga, meskipun pada saat ini harga kemiri mengalami fluktuasi [6], [7]. Salah satu peningkatan nilai jual kemiri adalah ekstraksi minyak atsiri dan/ senyawa aktif dari tanaman tersebut. Namun, teknologi ekstraksi ini masih jarang dimiliki oleh masyarakat sebagai bentuk optimalisasi pemanfaatan rempah- rempah di Indonesia [8].
Metode ekstraksi konvensional dengan hidrodistilasi sebenarnya dapat diterapkan pada pengolahan kemiri. Namun, metode ini membutuhkan waktuekstraksi yang lama dan yield rendah [9], [10].
Selanjutnya, teknologi ekstraksi dengan kondisi supercritical CO 2 membutuhkan instalasi yang cukup rumit dan biaya operasional yang tinggi [11], [12].
Penggunaan ekstraksi superkritis juga telah dilakukan oleh Subroto et al., (2017) dengan hasil minyak yang secara umum lebih baik. Akan tetapi, metode tersebut cukup sulit diterapkan oleh petani untuk mengolah kemiri secara mandiri di Indonesia. Selanjutnya, teknik pengambilan senyawa aktif pada suatu tanaman menggunakan microwave telah banyak dilaporkan. Proses pemanasan pada microwave yang melibatkan gelombang mikro dapat selektif terhadap target ekstrak. Kelebihan dari ekstraksi menggunakan microwave adalah prosedur yang lebih sederhana, yield tinggi, waktu ekstraksi lebih cepat, dan kualitas ekstrak lebih baik [14]–[18]. Secara konvensional, ekstraksi yang dilakukan untuk mendapatkan senyawa aktif pada biji kemiri terbatas melalui teknologi pressing [19], [20]. Selanjutnya, Vian et al. (2008) mengembangkan metode microwave hydrodiffusion and gravity (MHG), yaitu metode ekstraksi dengan meletakkan objek tanaman ke dalam reaktor microwave tanpa pelarut dengan bantuan gravitasi dalam tekanan atmosfer. Dengan metode ini, minyak atsiri dapat diekstrak tanpa distilasi dan evaporasi yang merupakan proses yang membutuhkan energi paling banyak. Teknik ini dilaporkan telah berhasil mengekstrak minyak atsiri dengan waktu lebih cepat, kualitas produk lebih baik, ramah lingkungan, dan biaya operasional relatif murah [22]–[26]. Metode MHG tidak membutuhkan pelarut organik sehingga hasil ekstrak tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan [27], [28]. Selain itu, metode MHG efektif dalam mengekstrak
senyawa fenolik dalam skala pilot [29]. Oleh karena itu, penggunaan metode MHG akan diperoleh minyak kemiri dengan kualitas tinggi dengan proses ekstraksi lebih cepat dam diharapkan dapat meningkatkan nilai jual kemiri dengan biaya operasi yang relatif rendah karena tanpa penggunaan pelarut.
Selain itu untuk memahami phenomena ekstraksi dengan metode MHG perlu dilakukan pemodelan kinetika ekstraksi seperti kita temui di beberapa literatur, yang umumnya menggunakan model orde-1 untuk ekstraksi konvensional dan model orde-2 untuk ekstraksi dengan microwave [30][31] dan beberapa model lain yang berbasis empirik seperti model elovich, model Weibull dan model Milojovi[31] [32].
Dari uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari efek parameter ekstraksi dari biji kemiri dengan menghitung yield minyak yang diperoleh dan menentukan model kinetika ekstraksi orde 1, orde 2 dan Model Weibull untuk memberikan informasi terkait mekanisme dan pengaruh parameter selama proses ekstraksi berlangsung. Serta analisis kualitas minyak dari biji kemiri menggunakan uji gas chromatography and mass spectroscopy (GC-MS).
## METODE PENELITIAN
## Alat dan Bahan
Bahan baku yang digunakan adalah biji kemiri dengan spesies Aleurites Moluccana Willd. Pada penelitian ini bekerja pada tekanan 1 atmosfer. Perlakuan untuk material kemiri adalah biji disangrai, biji di oven selama 45 menit dengan suhu 110 o C, dan tanpa pretreatment .
Alat yang digunakan adalah microwave dengan spesifikasi: dimensi 50 cm x 40 cm x 35 cm; daya maksimum 800 W; tegangan 220 V; frekuensi magnetron 2450 MHz (2,45 GHz), labu leher 1000 ml, dan corong pemisah 250 ml.
## Prosedur penelitian
Menyiapkan biji kemiri dengan proses pengeringan dan tanpa pengeringan masing-masing sebanyak 100 gram. Perlakuan variabel terdiri dari 3 jenis kondisi material; material biji yang telah disangrai selama 10 menit dengan api kecil, material biji yang telah di oven selama 45 menit, dan material biji tanpa pretreatment . Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode termogravimetri (metode oven). Sampel yang akan dihitung kadar airnya
ditimbang terlebih dahulu lalu dikeringkan pada oven selama 45 menit dengan temperatur 110 0 C. Setelah itu didinginkan di udara terbuka dan kemudian ditimbang hingga diperoleh massa konstan. Perhitungan kadar air diperoleh dengan membandingkan dengan massa sampel sebelum di oven dan massa yang hilang setelah di oven dikalikan 100%. Kemudian, metode ekstraksi yang digunakan adalah microwave hydrodiffusion and gravity (MHG). Parameter penelitian ini adalah daya microwave 300; 450; 600 W dan ukuran 1; 2; 3 cm dengan tekanan atmosferik (1 atm). Waktu ekstraksi untuk variabel kemiri adalah 15; 30; 45; 60; 75 menit. Uap yang dihasilkan akan melewati kondensor dan ditampung di corong pemisah untuk dipisahkan antara minyak dan air yang terkandung dalam biji kemiri tanpa pretreatment . Analisis yang dilakukan terhadap hasil ekstrak berupa yield , densitas, dan gas chromatography and mass spectroscopy (GC-MS) untuk mengetahui komponen minyak dalam ekstrak. Adapun perhitungan yield ekstrak Aleurites moluccana L sebagai berikut:
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 (%) = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 100% (1) Perhitungan kinetika ekstraksi Aleurites
moluccana L
Persamaan model kinetika ekstraksi orde pertama pada persamaan (2) pertama kali dilaporkan oleh Legergren [33], kemudian dijabarkan oleh Ho (2004) [34]. Dengan berkembangnya teknik ekstraksi maka muncul kinetika ekstraksi orde dua yang ditunjukkan oleh persamaan (3). Model kinetika orde1 dan orde 2 yang diterapkan pada ekstraksi Aleurites moluccana L sebagai berikut:
𝑑𝐶𝑡 𝑑𝑡 = 𝑘 1𝑠𝑡 (𝐶𝑠 − 𝐶𝑡) (2)
𝑑𝐶𝑡 𝑑𝑡 = 𝑘 2𝑛𝑑 (𝐶𝑠 − 𝐶𝑡) 2 (3)
Dengan kondisi batas masing-masing persamaan (2) dan (3) adalah Ct = 0 pada t = 0 dan Ct = Cs pada t = ∞, maka diperoleh hasil integral model kinetika orde pertama oleh persamaan (4) dan orde kedua pada persamaan (5):
𝐶 𝑡 = 𝐶 𝑠 (1 − 𝑒 −𝑘1.𝑡 ) (4)
𝐶 𝑡 = 𝐶 𝑠 2 𝑘 2 𝑡 𝑡+𝐶 𝑠 𝑘 2 𝑡 (5)
Dimana, 𝐶𝑠 dan 𝐶𝑡 adalah kapasitas ekstraksi maksimum dan yield ekstrak (%w/w) pada 𝑡 (waktu
ekstraksi) k 1 dan k 2 adalah konstanta laju ekstraksi pada model pertama dan model kedua.
Selain itu, adanya model ketiga yang berbasis empirik dan cukup terkenal digunakan pemodelan ekstraksi yakni model Weibull [32] yang mengandung 2 parameter model k 1 dan k 2 . Perhitungan untuk model ini ditunjukkan pada persamaan (6).
𝐶 𝑡 = 𝐶 𝑜 + 𝑡 𝑘 1 𝑡+𝑘 2 𝑡 (6)
Parameter model ode1 k 1 dan parameter model orde 2 serta parameter model ketiga k 1 dan k 2 ditentukan dengan menggunakan metode pencocokan parameter ( fitting parameter ) dengan meminimumkan jumlah kesalahan ( sum square error ) atau root mean square deviation (RMSD) antara data experimen dan model dengan bantuan aplikasi SOLVER di EXCEL versi 2020 serta dihitung juga nila-nilai R 2 .
## HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh ukuran bahan dan perbandingan pretreatment terhadap yield minyak Aleurites moluccana L
Kadar air dalam material dapat memengaruhi hasil yield ekstraksi dikarenakan variabel bahan dalam kondisi kering (sangrai dan oven) dan basah (tanpa pretreatment ). Ukuran bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 cm, 2 cm dan 3 cm. Berdasarkan hasil penelitian dengan ukuran 3 cm, proses ekstraksi berjalan lambat sehingga mempengaruhi kecepatan ekstraksi.
Dari parameter ukuran bahan, berdasarkan Gambar 1 dapat disimpulkan ukuran bahan memiliki pengaruh pada transfer energi dari gelombang microwave yang lebih merata. Semakin kecil ukuran maka semakin luas permukaan yang dilalui gelombang mikro dari microwave . Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ukuran sampel yang disangrai terhadap hasil minyak Aleurites moluccana L. Ukuran material 1 cm memiliki yield tertinggi dibandingkan ukuran 2 cm dan 3 cm yaitu sebesar 5,5%. Sangrai memudahkan minyak kemiri keluar lebih cepat dan lebih banyak karena molekul-molekulnya telah terpecah.
Selanjutnya, parameter kondisi bahan menggunakan oven diketahui bahwa ukuran juga berpengaruh terhadap yield , dimana ukuran bahan 1 cm memiliki hasil paling tinggi dibandingkan ukuran bahan 2 cm dan 3 cm yaitu sebesar 5,14%. Hasil yang sama dilaporkan untuk kondisi bahan tanpa pretreatment ,
dimana ukuran bahan 1 cm memiliki hasil paling tinggi dibandingkan ukuran bahan 2 cm dan 3 cm yaitu sebesar 5,01%. Pengaruh ukuran bahan terhadap peningkatan yield juga telah dilakukan oleh Jahongir et al. 2019 menunjukkan adanya pengaruh ukuran terhadap peningkatan yield. Ukuran bahan yang kecil dapat mengurangi porositas bahan sehingga menghasilkan luas kontak yang besar [36].
Gambar 1. Pengaruh ukuran bahan dan perbandingan pra-perlakuan terhadap yield minyak.
## Pengaruh waktu ekstraksi dan daya microwave terhadap yield minyak
Pada metode MHG dapat diketahui kinerja ekstraksi melalui parameter lama waktu dan daya microwave . Adanya variasi waktu dan daya microwave untuk menentukan pengaruh kenaikan temperatur terhadap yield minyak Aleuritis muoluccana L. Kinerja microwave menghasilkan sistem pemanasan yang cukup baik dikarenakan gelombang mikro dapat selektif mengekstrak bahan/sampel.
Pada Gambar 2a menunjukkan waktu ekstraksi terbaik dari bahan sangrai dalam waktu 30 menit dengan daya 600 W dan ukuran ± 1 cm dengan yield 5,5%. Pada daya 600 W selama 30 menit dan ukuran ± 2 cm dengan yield 3,08%. Selanjutnya, ukuran ±3 cm didapatkan yield sebesar 1,83% pada daya 600 W selama 30 menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada waktu ± 45 menit menunjukkan hasil yang konstan dikarenakan tidak ada lagi minyak yang keluar akibat pemanasan konstan [37]. Selain itu, pemanasan yang lama dapat terjadi degradasi termal akibat gelombang mikro yang tinggi [38]. Data penelitian pada Gambar 2 (b) dan (c) menunjukkan
0 1 2 3 4 5 6 1 2 3 Y ie ld (% ) Ukuran bahan (cm) Sangrai oven tanpa pretreatment
yield paling tinggi dengan ukuran bahan ± 1 cm dan lama ekstraksi terbaik antara 30-75 menit. Oleh karena itu, hasil yang didapatkan dari ekstraksi biji kemiri sangrai adalah kondisi bahan terbaik untuk menghasilkan yield paling tinggi.
(a) (b) (c)
Gambar 2. Pengaruh waktu ektraksi terhadap yield minyak ukuran: (a) ±1 cm; (b) ±2 cm; (c) ±3 cm
## Pemodelan Kinetika Ekstraksi
Pemodelan matematis terhadap proses ekstraksi menggunakan kinetika orde pertama, orde kedua dan model weibull bertujuan untuk mengetahui laju ekstraksi akibat adanya pemanasan dengan microwave . Selain itu, model kinetika ekstraksi dapat mengestimasi kecepata perpindahan massa atau difusi [39]. Studi kinetika dapat diguankan untuk mendesain proses dalam skala lebih besar yang efisien dan lebih terukur [40], [41]. Model orde-1 menunjukkan fenomena perpindahan massa. Sedang model orde-2 adalah modifikasi model orde1 untuk mengakomodir efek dari microwave . Sedang model ketiga atau model Weibull benar-benar model empirik yang tidak terkait langsung dengan fenomena perindahan massa pada ekstraksi. Perbandingan data experimen dengan data hasil perhitungan dengan ketiga model ditunjukkan oleh Gambar 3 (a) (b) dan (c) untuk ketiga daya microwave yang digunakan yakni 300, 450, dan 600 W.
(a)
(b) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 0 15 30 45 60 75 yield (% ) Waktu ekstraksi (min) Exp-300W Model-1(300 W) Model-2(300 W) Model-3(300 W) 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 0 15 30 45 60 75 yield (% ) Waktu ekstraksi (min) Exp-450 W Model-1(450 W) Model-2(450 W) Model-3(450 W) 0 1 2 3 4 5 6 7 0 15 30 45 60 75 yield (%) waktu (menit) 300 W 450 W 600 W 0 1 2 3 4 0 15 30 45 60 75 yield (%) waktu (menit) 300 W 450 W 600 W 0 1 2 3 0 15 30 45 60 75 yi el d (% ) waktu (menit) 300 W 450 W 600 W
(c)
Gambar 3. Perbandingan data eksperimen dengan data perhitungan berdasarkan model 1, 2 dan 3 masing-masing pada (a) 300W; (b) 450; (c) 600 W
Dari Tabel 1 , koefisien determinasi menggunakan 3 model menunjukkan bahwa model Weibull yang terbaik (R 2 = 0,989735 – 0,999378) dibandingkan dengan model orde I (R 2 = 0,998052 - 0,995572) maupun model orde II (R 2 = 0,972086 - 0,984823). Demikian juga hasil RSMD juga mendukung model Weibull dengan nilai yang lebih kecil. Nilai RSMD menunjukkan jumlah kesalahan terkecil antara data eksperimen dan data model. Untuk kinetika orde I RSMD = 0,051236 - 0,107844 dan orde II dengan nilai RSMD = 0,108926 - 0,255061, sedangkan untuk model ketiga RSMD = 0,022052 - 0,159267. Hal ini menunjukkan ketepatan data eksperimen dengan model adalah model Weibull, yang lebih kecil dari model orde pertama maupun model orde kedua. Selanjutnya, model kinetika orde pertama sedikit berbeda dengan model Weibull dimana model orde satu berbasis perpindahan massa. Oleh karena itu, pemodelan kinetika ekstraksi Aleuritis muoluccana L menunjukkan difusi yang cukup signifikan melalui perpindahan massa. Selain itu, lama waktu ekstraksi menggunakan metode MHG dapat memecah matriks biji kemiri yang disangrai mulai dari menit ke 30 dengan yield paling tinggi.
## Analisis GC-MS
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan komponen dari hasil ekstraksi Aleuritis muoluccana L.Adapun senyawa yang dominan dalam ekstrak Aleuritis muoluccana menggunakan metode MHG yaitu pyrazine dengan komposisi terbesar (36,814%). Selain itu, senyawa pyrazine yaitu senyawa yang paling kuat dalam
memberi
aroma melimpah seperti roasty, kacang-kacangan dan sesuatu yang dipanggang.
Tabel 1. Perbandingan parameter model kinetik
Parameter model RMSD R 2 300 W k 1 k 2 Model-1 0,0289 - 0,058836 0,995572 Model-2 - 0,0505 0,108926 0,984823 Model-3 39,4208 0,4368 0,022052 0,999378 450 W k 1 k 2 Model-1 0,0647 - 0,051236 0,998052 Model-2 - 0,0715 0,193944 0,972086 Model-3 2,6374 0,2095 0,044217 0,998549 600 W k 1 k 2 Model-1 0,0919 - 0,107844 0,995293 Model-2 - 0,0715 0,255061 0,973673 Model-3 1,4856 0,1977 0,159267 0,989735
## Perbandingan dengan metode lain
Untuk perbandingan hasil atau yield dengan metode lain, kami sajikan pada tabel 3, yakni metode ekstraksi dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan Etanol, serta metode pengepresan. Nampak pada tabel 3 metode pengepresan menghasilkan yield minyak lebih tinggi dibandingkan dengan semua metode yang lain. Sedangkan metode MHG menunjukkan yield yang relatif rendah, akan tetapi kualitas minyak yang diperoleh dengan metode MHG adalah kualitas minyak kemiri yang terbaik.
## Tabel 3. Perbandingan yield berbagai metode
Metode Yield (%) Ref. Soxhlet (n-hexane) 8,5 – 18.2 [43] Soxhlet (Etil asetat ) 3,0 – 17,7 [43] Soxhlet (Etanol) 3,0 – 17,0 [43] Pengepresan 22,0 – 28,0 [44] Microwave hydro- diffusion and gravity (MHG) 1,5 – 5,5 Penelitian ini
## KESIMPULAN
Metode MHG dapat mengekstraksi biji kemiri dengan waktu ekstraksi yang relatif singkat. Hal ini karena adanya kombinasi gaya gravitasi dengan pemanasan gelombang mikro dapat membantu ekstrak keluar lebih cepat. Selanjutnya, perlakuan biji kemiri lebih efektif dalam keadaan disangrai dibandingkan oven dan tanpa pra-perlakuan. Kondisi operasi
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 0 15 30 45 60 75 yield (% ) Waktu ekstraksi(min) Exp-600 W Model-1(600 W) Model-2 (600W) Model-3(600 W)
ekstraksi terbaik dengan menggunakan microwave hydrodifussion and gravity ditunjukkan pada variabel ukuran bahan 1 cm, daya microwave 600 W, dan waktu ekstraksi selama 30 menit dengan yield 5,55% (%w/w). Sedangkan pada pemodelan kinetika yang menguji 3 model, menunjukkan model kinetika Weibull adalah yang terbaik dalam merepresentasikan data eksperimen dengan nilai RSMD (0,022052 -
0,159267) terkecil dan koefisien regresi yang paling mendekati 1 (R 2 = 0,989735 – 0,999378). Kemudian, hasil analisa GC-MS menunjukkan senyawa pyrazine sebagai komponen terbesar dari minyak Aleuritis muoluccana L.
## Tabel 2. Analisis komponen berdasarkan GC-MS
No Nama Komponen Massa Molar RT (min) Area Komposisi Relatif (%) 1. Pyrazine, methyl- 94 3,170 2128267 24.30 2. Pyrazine, 2,6-dimethyl- 108 4,660 1095897 12.51 3. Cyclohexanol, 2-(2-hydroxy-2-propyl)-5-methyl- 172 15,688 2872339 32.79 4. 1-(1,2,3-Trimethyl-cyclopent-2-enyl)-ethanone 152 19,599 1123369 12.82 5. Benzene, 1,2-dimethoxy-4-(1-propenyl)- 178 19,813 1081528 12.34 6. Caryophyllene oxide 220 21,902 456643 5.21 Total 8758043 100
## DAFTAR PUSTAKA
[1]
N. L. M. Quintão et al. , “Contribution of α , β -Amyrenone to the Anti-Inflammatory and Antihypersensitivity Effects of Aleurites moluccana (L.) Willd.,” Biomed Res. Int. , vol. 2014, pp. 1–11, 2014, doi: 10.1155/2014/636839.
[2] S. Sulhatun, M. Mutiawati, and E. Kurniawan, “Pengaruh Temperatur dan Waktu Pemasakan Terhadap Perolehan Minyak Kemiri dengan Menggunakan Cara Basah,” J. Teknol. Kim. Unimal , vol. 9, no. 2, pp. 54–60, 2020, doi: 10.29103/jtku.v9i2.4400.
[3] R. Adawiyah, “Uji Identifikasi
Farmakognostik Tumbuhan Kemiri Sunan ( Aleurites Trisperma ) Di Kebun Percobaan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya,” Anterior J. , vol. 17, no. 1, pp. 60–68, 2017, doi: 10.33084/anterior.v17i1.29.
[4] M. Bilang, M. Mamang, S. Salengke, R. P. Putra, and R. Reta, “Elimination of toxalbumin in candlenut seed (Aleurites moluccana (L.) Willd) using wet heating at high temperature and identification of compounds in the candlenut glycoprotein,” Int. J. Agric. Syst. , vol. 6, no. 2, p. 89, 2018, doi: 10.20956/ijas.v6i2.649.
[5] F. Anaba, N. L. P. I. Mayasari, and A. Andriyanto, “Potensi Infusa Kemiri (Aleurites
moluccana) sebagai Analgesik dan Stimulator Stamina,” Acta Vet. Indones. , vol. 9, no. 1, pp.
14–20, 2021, doi: 10.29244/avi.9.1.14-20.
[6] H. J. McArthur, “Public-Private Partnerships: A Promising Approach for International Agricultural Development or One’s Worst Nightmare?,” in Proceedings of the 18th International Symposium of the International Farming Systems Association: A Global Learning Opportunity , 2005.
[7] Yusran, “Mengembalikan kejayaan hutan kemiri rakyat,” Mengembalikan Kejay. hutan kemiri rakyat , pp. 1–4, 2005, doi: 10.17528/cifor/001809.
[8] R. Wikström, “A hard nut to crack - a gender analysis of a community and a value chain in Indonesia,” Swedish University of Agricultural Sciences, 2019.
[9] M. Gavahian, A. Farahnaky, K. Javidnia, and
M. Majzoobi, “Comparison of ohmic-assisted hydrodistillation with
traditional hydrodistillation for the extraction of essential oils from Thymus vulgaris L.,” Innov. Food Sci. Emerg. Technol. , vol. 14, pp. 85–91, Apr. 2012, doi: 10.1016/j.ifset.2012.01.002.
[10] R. Manouchehri, M. J. Saharkhiz, A. Karami, and M. Niakousari, “Extraction of essential oils from damask rose using green and conventional techniques: Microwave and
ohmic assisted hydrodistillation versus hydrodistillation,” Sustain. Chem. Pharm. , vol. 8, 2018, doi: 10.1016/j.scp.2018.03.002.
[11] O. J. Catchpole, J. B. Grey, N. B. Perry, E. J. Burgess, W. A. Redmond, and N. G. Porter, “Extraction of Chili, Black Pepper, and Ginger with Near-Critical CO2, Propane, and Dimethyl Ether: Analysis of the Extracts by Quantitative Nuclear Magnetic Resonance,” J.
Agric. Food Chem. , vol. 51, no. 17, pp. 4853– 4860, 2003, doi: 10.1021/jf0301246.
[12] C. Wu, F. Wang, J. Liu, Y. Zou, and X. Chen, “A comparison of volatile fractions obtained from Lonicera macranthoides via different extraction processes : ultrasound , microwave , Soxhlet extraction , hydrodistillation , and cold maceration,” Integr. Med. Res. , pp. 1–7, 2015, doi: 10.1016/j.imr.2015.06.001.
[13] E. Subroto, E. Widjojokusumo, B. Veriansyah, and R. R. Tjandrawinata, “Supercritical CO2 extraction of candlenut oil: process optimization using Taguchi orthogonal array and physicochemical properties of the oil,” J. Food Sci. Technol. , vol. 54, no. 5, pp. 1286– 1292, 2017, doi: 10.1007/s13197-017-2542-7.
[14] S. Périno-issartier, C. Ginies, G. Cravotto, and F. Chemat, “A comparison of essential oils obtained from lavandin via different extraction processes : Ultrasound , microwave , turbohydrodistillation , steam and hydrodistillation,” J. Chromatogr. A , vol. 1305, pp. 41–47, 2013, doi: 10.1016/j.chroma.2013.07.024.
[15] Z. Liu et al. , “Cinnamomum camphora fruit peel as a source of essential oil extracted using the solvent-free microwave-assisted method compared with
conventional hydrodistillation,” LWT , vol. 153, p. 112549, Jan. 2022, doi: 10.1016/j.lwt.2021.112549.
[16] J. Martínez, J. Rosas, J. Pérez, Z. Saavedra, V. Carranza, and P. Alonso, “Green approach to the extraction of major capsaicinoids from habanero pepper using near-infrared, microwave, ultrasound and Soxhlet methods, a comparative study,” Nat. Prod. Res. , vol. 33, no. 3, pp. 447–452, Feb. 2019, doi: 10.1080/14786419.2018.1455038.
[17] M. A. Charitopoulou, L. Papadopoulou, and D. S. Achilias, “Microwave-assisted extraction as an effective method for the debromination of brominated flame retarded polymeric blends
with a composition that simulates the plastic part of waste electric and electronic equipment (WEEE),” Sustain. Chem. Pharm. , vol. 29, p. 100790, Oct. 2022, doi: 10.1016/j.scp.2022.100790.
[18] Y. Variyana and M. Mahfud, “Kinetics Study Using Solvent-Free Microwave Extraction of Essential Oil from Allium sativum L.,” Key Eng. Mater. , vol. 840, pp. 186–192, Apr. 2020, doi:
10.4028/www.scientific.net/KEM.840.186.
[19] M. F. Nabila, A. B. Riyanta, and A. A. Barlian, “The Effect Of Variations In Roasting
Temperature On Yield And Percentage Of Inhibition Of Dpph Radical Reduction In Candlenut Oil The UV-VIS
Spectrophotometric Method,” J. Farm. Sains dan Prakt. , vol. 7, no. 2, pp. 120–125, 2021, doi: 10.31603/pharmacy.v7i2.4131.
[20] A. Arlene, I. Suharto, and N. R. Jessica, “Pengaruh Temperatur dan Ukuran Biji Terhadap Perolehan Minyak Kemiri pada Ekstraksi Biji Kemiri dengan Penekanan Mekanis,” Pros. Semin. Nas. Tek. Kim. “Kejuangan,” pp. 1–6, 2010.
[21] M. A. Vian, X. Fernandez, F. Visinoni, and F. Chemat, “Microwave hydrodiffusion and gravity, a new technique for extraction of essential oils,” J. Chromatogr. A , vol. 1190, no. 1–2, pp. 14–17, 2008, doi: 10.1016/j.chroma.2008.02.086.
[22] H. Benmoussa, W. Elfalleh, S. He, M. Romdhane, A. Benhamou, and R. Chawech, “Microwave hydrodiffusion and gravity for rapid extraction of essential oil from Tunisian cumin (Cuminum cyminum L.) seeds: Optimization by response surface methodology,” Ind. Crops Prod. , vol. 124, no. May, pp. 633–642, 2018, doi: 10.1016/j.indcrop.2018.08.036.
[23] L. López-Hortas, E. Conde, E. Falqué, and H. Domínguez, “Flowers of Ulex europaeus L.- Comparing two extraction techniques (MHG and distillation),” Comptes Rendus Chim. , vol. 19, no. 6, pp. 718–725, 2016, doi: 10.1016/j.crci.2015.11.027.
[24] L. Pérez, E. Conde, and H. Domínguez, “Microwave hydrodiffusion and gravity processing of Sargassum muticum,” Process Biochem. , vol. 49, no. 6, pp. 981–988, 2014, doi: 10.1016/j.procbio.2014.02.020.
[25] K. I. B. Moro, A. B. B. Bender, L. P. da Silva, and N. G. Penna, “Green Extraction Methods and Microencapsulation Technologies of Phenolic Compounds From Grape Pomace: A Review,” Food Bioprocess Technol. , vol. 14, no. 8, pp. 1407–1431, 2021, doi: 10.1007/s11947-021-02665-4.
[26] Y. Variyana and M. Mahfud, “Optimization Using Solvent-Free Microwave Hydro- diffusion Gravity Extraction of Onion Oil from Allium cepa by Response Surface Methodology,” IPTEK J. Technol. Sci. , vol. 30, no. 3, p. 116, 2019, doi: 10.12962/j20882033.v30i3.5474.
[27] F. Chemat et al. , “A review of sustainable and intensified techniques for extraction of food and natural products,” Green Chem. , vol. 22, no. 8, pp. 2325–2353, 2020, doi: 10.1039/c9gc03878g.
[28] Y. Variyana, M. Mahfud, Z. Ma’Sum, B. I. Ardianto, L. P. Syahbana, and D. S. Bhuana, “Optimization of microwave hydro-distillation of lemongrass leaves (Cymbopogon nardus) by response surface methodology,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng. , vol. 673, no. 1, 2019, doi: 10.1088/1757-899X/673/1/012006.
[29] S. Périno, J. T. Pierson, K. Ruiz, G. Cravotto, and F. Chemat, “Laboratory to pilot scale: Microwave extraction for polyphenols lettuce,” Food Chem. , vol. 204, no. June 2018, pp. 108–114, 2016, doi: 10.1016/j.foodchem.2016.02.088.
[30] H. S. Kusuma and M. Mahfud, “Preliminary study: Kinetics of oil extraction from basil (Ocimum basilicum) by microwave-assisted hydrodistillation and solvent-free microwave extraction,” South African J. Chem. Eng. , vol. 21, pp. 49–53,
2016, doi:
10.1016/j.sajce.2016.06.001.
[31] M. S. Marković, S. Milojević, N. M. Bošković-Vragolović, V. P. Pavićević, L. Babincev, and V. B. Veljković, “A new kinetic model for the common juniper essenstial oil extraction by microwave hydrodistillation,” Chinese J. Chem. Eng. , vol. 27, no. 3, 2019, doi: 10.1016/j.cjche.2018.06.022.
[32] H. Haqqyana, V. F. W. Tania, A. M. Suyadi, H. S. Kusuma, A. Altway, and M. Mahfud, “Kinetic study in the extraction of essential oil from clove (Syzgium aromaticum) stem using microwave hydrodistillation,” Moroccan J.
Chem. , vol. 8, no. S1, pp. 64–71, 2020.
[33] S. Lagergren, “About the theory of so-called adsorption of soluble substances,” K. Sven. Vetenskapsakademiens Handl. , vol. 24, no. 4, pp. 1–39, 1898.
[34] Y.-S. Ho, “Citation review ofLagergren kinetic rate equation on adsorption reactions,” Scientometrics , vol. 59, no. 1, pp. 171–177,
2004, doi: 10.1023/B:SCIE.0000013305.99473.cf.
[35] H. Jahongir, Z. Miansong, I. Amankeldi, Z. Yu, and L. Changheng, “The influence of particle size on supercritical extraction of dog rose (Rosa canina) seed oil,” J. King Saud Univ. - Eng. Sci. , vol. 31, no. 2, pp. 140–143, 2019, doi: 10.1016/j.jksues.2018.04.004.
[36] K. Radha Krishnan, P. Azhagu Saravana Babu, S. Babuskin, M. Sivarajan, and M. Sukumar, “Modeling the Kinetics of Antioxidant Extraction from Origanum vulgare and Brassica nigra,” Chem. Eng. Commun. , vol. 202, no. 12, pp. 1577–1585, Dec. 2015, doi: 10.1080/00986445.2014.957757.
[37] F. Chen, Y. Zu, and L. Yang, “A novel approach for isolation of essential oil from fresh leaves of Magnolia sieboldii using microwave-assisted simultaneous distillation and extraction,” Sep. Purif. Technol. , vol. 154, pp. 271–280, 2015, doi: 10.1016/j.seppur.2015.09.066.
[38] K. B. Singh Chouhan, R. Tandey, K. K. Sen, R. Mehta, and V. Mandal, “Microwave hydrodiffusion and gravity model with a blend of high and low power microwave firing for improved yield of phenolics and flavonoids from oyster mushroom,” Sustain. Chem. Pharm. , vol. 17, no. May, p. 100311, 2020, doi: 10.1016/j.scp.2020.100311.
[39] O. R. Alara and N. H. Abdurahman, “Microwave-assisted extraction of phenolics from Hibiscus sabdariffa calyces: Kinetic modelling and process intensification,” Ind. Crops Prod. , vol. 137, no. May, pp. 528–535, 2019, doi: 10.1016/j.indcrop.2019.05.053.
[40] T. Phat, N. Quyen, T. Truc, and V. T. Lam, “Materials Today : Proceedings Assessing the kinetic model on extraction of essential oil and chemical composition from lemon peels ( Citrus aurantifolia ) by hydro-distillation process,” Mater. Today Proc. , no. xxxx, pp. 1–
6, 2021, doi: 10.1016/j.matpr.2021.05.069.
[41] P. T. Dao, N. Y. T. Tran, Q. N. Tran, G. L. Bach, and T. V. Lam, “Kinetics of pilot-scale essential oil extraction from pomelo (Citrus maxima) peels: Comparison between linear and nonlinear models,” Alexandria Eng. J. , 2021, doi: 10.1016/j.aej.2021.07.002.
[42] H.-Y. Kim, “Statistical notes for clinical researchers: simple linear regression 2 – evaluation of regression line,” Restor. Dent. Endod. , vol. 43, no. 3, pp. 1–5, 2018, doi:
10.5395/rde.2018.43.e34.
[43] L. Novianto and A. M. Fuadi, “METODE SOXHLETASI PADA PENGAMBILAN MINYAK KEMIRI ( Aleurites moluccanus ),” vol. 3, no. 1, pp. 1–6, 2023, doi: 10.46964/jimsi.v3i1.365.
[44] E. M. Putri, Uji Kualitas Minyak Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd) dengan Metode Pengepressan Menggunakan Variasi
Temperatur dan Ukuran Biji . 2019.
|
5f5e391f-be63-4204-8461-a016727ba9be | http://journal.umuslim.ac.id/index.php/jipsbp/article/download/2478/1959 |
## Arwana Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan
Suplementasi tepung daun tarum ( Indigofera zollingeriana ) pada pakan komersial untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan dan sintasan ikan seurukan ( Osteochilus vittatus ) [Supplementation of tarum leaf flour ( Indigofera zollingeriana ) in commercial feed to enhance the growth performance and survival rate of seurukan fish ( Osteochilus vittatus )]
Irna Martisa 1 , Fazril Saputra 1* , Zulfadhli 1 , Dini Islama 1 , Vera Gustria 1 , Ariansyah 1 , Maulida Kisma 1
1 Jurusan Akuakultur, Universitas Teuku Umar. Jln. Alue Peunyareng, Ujong Tanoh Darat, Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, Indonesia
ABSTRACT ú Feed plays a crucial role in supporting the growth and survival of fish in aquaculture. One alternative measure that can be taken is the utilization of natural raw materials such as tarum leaves ( Indigofera zollingeriana) as fish feed. The aim of this research is to evaluate the impact of using tarum leaves ( Indigofera zollingeriana) on the growth of seurukan fish ( Osteochilus vittatus). This study comprises five different treatments replicated three times. Treatments involving the use of tarum leaf flour consist of P0 (feed without additional tarum leaf flour/control), P1 (feed with the addition of tarum leaf flour at a dose of 5%), P2 (feed with the addition of tarum leaf flour at a dose of 10%), P3 (feed with the addition of tarum leaf flour at a dose of 15%), and P4 (feed with the addition of tarum leaf flour at a dose of 20%). The analysis of variance (ANOVA) results indicate that the addition of tarum leaf flour doses to commercial feed has a significant impact (P<0.05) on the growth performance of seurukan fish. The optimal dose to enhance the growth performance of seurukan fish is in treatment 4 with a dose of 20%. In treatment P4, a survival rate of 98.33% is observed, with a fish weight gain of 3.98 grams, a length increase of 3.36 cm, a specific growth rate of 3.81% per day, and a feed conversion ratio of 1.06. Based on the research findings, the optimal dose of tarum leaf flour to improve the growth performance and survival of seurukan fish is 20% (P4).
Key words ú Seurukan, tarum leaves, growth, survival
ABSTRAK ú Pakan memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan dalam budidaya. Salah satu tindakan alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan bahan baku alami seperti daun tarum ( Indigofera zollingeriana) sebagai pakan ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak penggunaan daun tarum ( Indigofera zollingeriana) terhadap pertumbuhan ikan seurukan ( Osteochilus vittatus). Penelitian ini mencakup lima perlakuan yang berbeda yang diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang melibatkan penggunaan tepung daun tarum terdiri dari P0 (pakan tanpa tambahan tepung daun tarum/kontrol), P1 (pakan dengan tambahan tepung daun tarum dosis 5%), P2 (pakan dengan tambahan tepung daun tarum dosis 10%), P3 (pakan dengan tambahan tepung daun tarum dosis 15%), dan P4 (pakan dengan tambahan tepung daun tarum dosis 20%). Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan dosis tepung daun tarum pada pakan komersial memiliki dampak signifikan (P<0.05) terhadap kinerja pertumbuhan ikan seurukan. Dosis terbaik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan seurukan adalah pada perlakuan 4 dengan dosis 20%. Pada perlakuan P4, terdapat nilai sintasan sebesar 98.33%, pertambahan bobot ikan sebesar 3.98 gram, pertambahan panjang sebesar 3.36 cm, laju pertumbuhan spesifik sebesar 3.81% per hari, dan rasio konversi pakan sebesar 1.06. Berdasarkan hasil penelitian, dosis terbaik tepung daun tarum untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan dan sintasan ikan seurukan adalah 20% (P4).
Kata kunci ú Seurukan, daun tarum, pertumbuhan, sintasan
Received ú 13 Februari 2024, Accepted ú 13 April 2024, Published ú 7 Mei 2024. *Koresponden ú Fazril Saputra, Jurusan Akuakultur, Universitas Teuku Umar. Jln. Alue Peunyareng, Ujong Tanoh Darat, Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, Indonesia. Email: [email protected] Kutipan ú Martisa, I., Saputra, F., Zulfadhli, Z., Islama, D., Gustria, V., Ariansyah, A., Kisma, M. (2024). Suplementasi tepung daun tarum ( Indigofera zollingeriana) pada pakan komersial untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan dan sintasan ikan seurukan ( Osteochilus vittatus). Arwana: Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan, 6(1), 106-113. p-ISSN (Media Cetak) ú 2657-0254 e-ISSN (Media Online) ú 2797-3530
© 2024 Oleh authors. Arwana: Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan . Artikel ini bersifat open access yang didistribusikan di bawah syarat dan ketentuan Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License .
Research Article doi: 10.51179/jipsbp.v6i1.2478
Martisa et al ., (2024)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 6(1), 106-113
## PENDAHULUAN
Provinsi Aceh memiliki berbagai jenis ikan endemik di perairan air tawar. Salah satunya adalah ikan seurukan (Osteochilus vittatus), yang memiliki potensi besar untuk dipelihara secara budidaya (Muchlisin & Azizah, 2009; Muchlisin et al., 2015) . Ikan seurukan ( Osteochilus vittatus) memiliki daya saing baik di pasar lokal maupun internasional, karena memiliki rasa daging dan telur yang sangat istimewa. Pengembangan budidaya ikan seurukan ini masih rendah karena pertumbuhan benih ikan seurukan masih sangat lambat sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar (Sistiyanto, 2020) .
Memberi pakan adalah bentuk tindakan yang dikerjakan agar meningkatkan jumlah produksi dalam budidaya. Kebutuhan nutrisi dan kecernaan yang tinggi dalam pakan mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ikan. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh ( maintenance) berupa protein, karbohidrat, dan lemak (Amalia et al., 2013) . Pengeluaran anggaran produksi pakan hingga 70- 90% dari keseluruhan anggaran produksi, sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas pakan (Mulia et al., 2015) . Sehingga dalam memperoleh keuntungan produksi sangat berpengaruh pada tinggi dan rendahnya harga pakan (Muchlisin et al., 2016) .
Langkah alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi biaya produksi adalah dengan memanfaatkan ketersediaan bahan baku lokal di alam. Syarat dalam memilih bahan baku lokal meliputi kecukupan gizi, ketersediaan yang mudah, dan tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia. Berdasarkan cara makannya ikan seurukan termasuk dalam kelompok ikan herbivora yang membutuhkan protein pakan bersumber dari nabati sebagai sumber utama pakan. Pemanfaatan tepung daun tarum ( Indigofera zollingeriana) dimanfaatkan untuk bahan baku pakan alternatif protein nabati, yang sebelumnya sudah diuji coba terhadap ikan nila (Septianingsih et al., 2019) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penambahan tepung daun tarum ( Indigofera zollingeriana) sebagai suplemen dalam pakan komersial terhadap peningkatan kinerja pertumbuhan dan sintasan ikan seurukan ( Osteochilus vittatus).
## BAHAN DAN METODE
## Waktu dan Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini di hatchery Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar, Meulaboh, dimulai tanggal 17 Agustus sampai 25 September 2023. Alat yang dipakai yakni aquarium ukuran 41 x 20 x 32 cm 3 , timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram, kertas millimeter block, botol spray untuk coating (pelapisan pakan), kit uji ammonia, pH meter, thermometer, dan Do meter untuk mengukur kualitas air. Bahan yang dipakai mencakup, ikan seurukan ( Osteochilus vittatus) yang diperoleh dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Pembenihan Budidaya Air Tawar Blang Ade Jaya, Beutong, Kabupaten Nagan Raya, dengan ukuran panjang 5-6 cm, berat 1-1,28 gram, tepung daun tarum ( Indigofera zollingeriana), pakan komersial PF 500, air, EM4 putih telur, dan ammonia tes kit (FisTX).
## Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap, yang terdiri dari lima perlakuan dengan tiga kali ulangan (lihat Tabel 1). Dosis perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Mukti et al., (2019). Selain itu, hasil uji proksimat pada pakan dapat dilihat dalam Tabel 4, sedangkan hasil uji fitokimia pada tepung daun dapat ditemukan dalam Tabel 5.
Tabel 1. Rancangan perlakuan
Kode Perlakuan P0 Tanpa suplementasi tepung daun tarum/Kontrol P1 Suplementasi tepung daun tarum pada pakan komersial dengan dosis sebesar 5% P2 Suplementasi tepung daun tarum pada pakan komersial dengan dosis sebesar 10%
P3 Suplementasi tepung daun tarum pada pakan komersial dengan dosis sebesar15%
P4 Suplementasi tepung daun tarum pada pakan komersial dengan dosis sebesar 20%
## Prosedur Penelitian
Proses pembuatan pakan diawali dengan penepungan daun tarum. Daun tarum dicuci terlebih dahulu hingga bersih. Kemudian, daun tarum dijemur dibawah sinar matahari hingga kering. Selanjutnya, daun tarum dihancurkan menggunakan blender dan disaring hingga halus berbentuk tepung. Lalu, tepung daun tarum tersebut akan fermentasi menggunakan EM4. Sebelumnya, tepung daun tarum dikukus selama 20 menit untuk proses penghilangan anti nutrisi, yang kemudian didinginkan. Setelah itu,
Martisa et al ., (2024)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 6(1), 106-113
difermentasi tepung daun tarum dengan menggunakan EM4 sebanyak 0,5 L/kg selama 5 hari (Winedar et al., 2006) . Proses pembuatan pakan uji ini menggunakan metode coating yang merupakan metode pelapisan bahan adiktif yang menggunakan perekat baik perekat alami (telur) maupun buatan (CMC) (Purnamasari et al., 2022) . Pertama diawali dengan menimbang bahan baku sesuai dosis pada masing-masing perlakuan. Proses pengaplikasian pembuatan pakan dengan cara menyiapkan pakan komersial, tepung daun tarum sesuai dosis, air 100 ml/1 kg pakan, dan putih telur sebanyak 10% dari jumlah berat pakan (Endhita et al., 2021) . Kemudian, tepung daun tarum dicampur kedalam pakan yang diaduk secara merata. Selanjutnya putih telur dan air, dimasukan kedalam spreying dan dicampur hingga homogen. Lalu, pelet dikeringkan dan sesudah kering disimpan dalam toples pakan serta diberi label.
Ikan diaklimatisasi terlebih dahulu sebelum memasuki masa pemeliharaan. Lalu, aquarium disusun dengan cara diacak yang ditebar benih ikan seurukan 20 ekor setiap wadah yang ditebar 1 ekor/1 liter air. Kemudian, diambil data awal ukuran panjang dan bobot ikan. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 40 hari dengan pemberian uji coba pakan sebanyak 3 kali sehari secara ad satiation (sampai dia kenyang), yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Hal ini, dilakukan agar memaksimalkan kebutuhan pakan terhadap tubuh ikan. Pengambilan sampel bobot dan panjang ikan, serta pengukuran kualitas air yang meliputi temperatur, DO ( Dissolved Oxygen), pH, dan amonia dilakukan setiap 10 hari sekali sejak awal pemeliharaan.
Parameter Uji
a. Untuk perhitungan sintasan ikan menurut
Saputra et al. (2020) , formulanya dapat dinyatakan sebagai berikut:
S= !" !# 𝑥100 Dimana: S : Sintasan (%) Nt : Jumlah total ikan di akhir perlakuan (ekor) No
: Jumlah total ikan di awal perlakuan (ekor)
b. Untuk perhitungan pertambahan bobot menurut Saputra & Mahendra (2019) , formulanya dinyatakan sebagai berikut:
G = Bt – Bo Dimana: G : Peningkatan bobot (gram) Wt : Bobot pada akhir periode pemeliharaan (gram)
Wo : Bobot pada awal periode pemeliharaan (gram)
c. Untuk perhitungan pertambahan panjang menurut Ibrahim et al. (2018) , formulanya dinyatakan sebagai berikut:
L = lt – lo
Keterangan:
L : Peningkatan panjang (cm) lt : Panjang pada akhir periode pemeliharaan (cm) lo
: Panjang pada awal periode pemeliharaan (cm)
d. Untuk perhitungan laju pertumbuhan spesifik menurut Mahendra (2015) , formulanya dinyatakan sebagai berikut:
SGR = $% '"($% '# " 𝑥100%
Keterangan :
SGR : Laju pertumbuhan spesifik Ln Wt : Bobot ikan pada akhir riset Ln Wo : Bobot ikan pada permulaan riset t
: Periode riset (hari)
e. Untuk perhitungan rasio konversi pakan dapat menurut formula Effendie (1997) , sebagai berikut:
FCR = ) (+",-)(+# Keterangan : FCR : Rasio pakan yang dikonsumsi F : Total pakan yang dikonsumsi selama riset (g) Bt : Jumlah berat ikan pada akhir riset (g) Bo
: Jumlah berat ikan pada permulaan riset (g)
D
: Jumlah berat ikan mati selama riset berlangsung (g)
## Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan diorganisir dan disusun menggunakan Microsoft Excel 2010. Selanjutnya, analisis statistik menggunakan analisis varians (ANOVA) akan dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 untuk mengevaluasi pengaruh dari percobaan. Jika ditemukan perbedaan yang signifikan, uji lanjut Duncan akan dilakukan untuk menentukan percobaan yang memiliki hasil terbaik.
## HASIL
Berdasarkan hasil analisis penambahan tepung daun tarum dalam pakan komersial terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan seurukan, ditemukan bahwa pertambahan bobot, pertambahan panjang, dan laju pertumbuhan spesifik berpengaruh secara signifikan (P<0,05). Namun, nilai sintasan dan rasio konversi pakan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (P>0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 20% tepung daun tarum memberikan
dampak signifikan terhadap pertambahan bobot dengan nilai 3.98±1.99 c (Gambar
Martisa et al ., (2024)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 6(1), 106-113
1), pertambahan panjang senilai 3.36±1.68 d (Gambar 2), dan laju pertumbuhan spesifik senilai 3.81±1.01 e (Gambar 3). Sementara itu, nilai sintasan tertinggi dicapai pada dosis 20% tepung daun tarum senilai 98.33±3.54 a (Gambar 4), dan nilai rasio konversi
pakan terendah juga terjadi pada dosis yang sama senilai 1.06±0.18 a (Gamabar 5). Parameter kualitas air, termasuk temperatur, DO, pH, dan amonia, dicatat untuk setiap perlakuan (lihat Tabel 3).
Tabel 2. Performa pertumbuhan benih ikan seurukan ( Osteochilus vittatus ).
Parameter Uji Perlakuan Sintasan (%) Pertambahan Bobot (gr) Pertambahan Panjang (cm) Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Rasio Konversi Pakan P0 66.67±32.53 a 0.43±0.22 a 0.98±0.49 a 0.83±0.05 a 2.42±0.06 a P1 86.67±18.93 a 0.82±0.41 a 1.60±0.80 b 1.29±0.23 b 1.65±0.57 a P2 86.67±3.54 a 1.19±0.59 a 1.74±0.87 b 1.88±0.04 c 1.31±0.31 a P3 95.00±10.61 a 2.23±1.12 b 2.38±1.19 c 2.72±0.07 d 1.20±0.22 a P4 98.33±3.54 a 3.98±1.99 c 3.36±1.68 d 3.81±0.01 e 1.06±0.18 a
Keterangan:
P0: Pakan tanpa suplementasi tepung daun tarum; P1: Pakan dengan suplementasi 5% tepung daun tarum; P2: Pakan dengan suplementasi 10% tepung daun tarum; P3: Pakan dengan suplementasi 15% tepung daun tarum; P4: Pakan dengan suplementasi 20% tepung daun tarum.
Tabel 3. Kualitas air temperature, Do, pH, dan ammonia.
Parameter Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Temperatur ( ℃ ) 26-29.5 26-29.5 26-29.5 26-29.5 26-29.5 Ph 5.03-5.29 5.03-5.29 5.03-5.29 5.03-5.29 5.03-5.29 DO (mg/l) 4.35-6.79 4.35-6.79 4.35-6.79 4.35-6.79 4.35-6.79 Ammonia 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
Keterangan:
P0: Pakan tanpa suplementasi tepung daun tarum; P1: Pakan dengan suplementasi 5% tepung daun tarum; P2: Pakan dengan suplementasi 10% tepung daun tarum; P3: Pakan dengan suplementasi 15% tepung daun tarum; P4: Pakan dengan suplementasi 20% tepung daun tarum.
Tabel 4. Hasil uji proksimat pakan uji
Keterangan:
P0: Pakan tanpa suplementasi tepung daun tarum; P1: Pakan dengan suplementasi 5% tepung daun tarum; P2: Pakan dengan suplementasi 10% tepung daun tarum; P3: Pakan dengan suplementasi 15% tepung daun tarum; P4: Pakan dengan suplementasi 20% tepung daun tarum.
Tabel 5. Hasil uji fitokimia tepung daun tarum Kandungan Metabolit Reagen Tepung Daun Tarum Keterangan Alkaloid Mayer + Positif Wagner + Positif Dragendorff + Positif Flavonoid HCl dan Logam Mg + Positif Terpenoid Uji Liebermann- Burchard - Negatif Tanin Gelatin + H 2 SO 4 + Positif Saponin Pengocokan - Negatif Fenolik FeCl 3 + Positif Steroid Uji Liebermann- Burchard + Positif Perlakuan Kadar Protein (%) Kadar Karbohidrat (%) Kadar lemak (%) Kadar air (%) Kadar Serat Kasar (%) Kadar Abu (%) P0 35,65 47,45 3,62 7,12 3,09 2,76 P1 36,20 48,67 4,01 8,22 3,06 2,09 P2 36,99 44,89 4,03 8,07 3,03 2,49 P3 37,20 44,90 4,24 6,36 2,91 2,70 P4 37,65 46,70 4,37 6,24 2,77 2,49
Martisa et al ., (2024)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 6(1), 106-113
Gambar 1. Grafik pertambahan bobot benih ikan seurukan ( Osteochilus vittatus ).
Keterangan: P0 mengacu pada pakan tanpa suplementasi tepung daun tarum, sedangkan P1, P2, P3, dan P4 merujuk pada pakan dengan suplementasi dosis 5%, 10%, 15%, dan 20% tepung daun tarum secara berturut-turut. Jika terdapat superscript alfabet yang berbeda pada grafik, hal tersebut menandakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pertumbuhan bobot di antara perlakuan tersebut.
Gambar 2. Grafik pertambahan panjang benih ikan seurukan ( Osteochilus vittatus ).
Keterangan: P0 mengacu pada pakan tanpa suplementasi tepung daun tarum, sedangkan P1, P2, P3, dan P4 merujuk pada pakan dengan suplementasi dosis 5%, 10%, 15%, dan 20% tepung daun tarum secara berturut-turut. Jika terdapat superscript alfabet yang berbeda pada grafik, hal tersebut menandakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pertumbuhan bobot di antara perlakuan tersebut.
Gambar 3. Grafik laju pertumbuhan spesifik benih ikan seurukan ( Osteochilus vittatus ).
Keterangan: P0 mengacu pada pakan tanpa suplementasi tepung daun tarum, sedangkan P1, P2, P3, dan P4 merujuk pada pakan dengan suplementasi dosis 5%, 10%, 15%, dan 20% tepung daun tarum secara berturut-turut. Jika terdapat superscript alfabet yang berbeda pada grafik, hal tersebut menandakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pertumbuhan bobot di antara perlakuan tersebut.
Gambar 4. Grafik sintasan benih ikan seurukan ( Osteochilus vittatus ).
Keterangan: P0 mengacu pada pakan tanpa suplementasi tepung daun tarum, sedangkan P1, P2, P3, dan P4 merujuk pada pakan dengan suplementasi dosis 5%, 10%, 15%, dan 20% tepung daun tarum secara berturut-turut. Jika terdapat superscript alfabet yang sama pada grafik, hal tersebut menandakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pertumbuhan bobot di antara perlakuan tersebut.
Gambar 5. Grafik rasio konversi pakan benih ikan seurukan ( Osteochilus vittatus ).
Keterangan: P0 mengacu pada pakan tanpa suplementasi tepung daun tarum, sedangkan P1, P2, P3, dan P4 merujuk pada pakan dengan suplementasi dosis 5%, 10%, 15%, dan 20% tepung daun tarum secara berturut-turut. Jika terdapat superscript alfabet yang sama pada grafik, hal tersebut menandakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pertumbuhan bobot di antara perlakuan tersebut.
Martisa et al ., (2024)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 6(1), 106-113
## PEMBAHASAN
Pemberian pakan yang diperkaya dengan tepung daun tarum dalam pakan komersial menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ikan seurukan, terutama dalam parameter pertambahan bobot, pertambahan panjang, dan laju pertumbuhan spesifik, namun terhadap parameter sintasan dan rasio konversi pakan tidak memberi pengaruh nyata. Perlakuan dengan dosis terbaik terdapat pada perlakuan 4 dengan dosis 20% tepung daun tarum. Hal ini diduga terdapat, tingginya kandungan protein yakni senilai 37,65%. Protein dalam pakan akan diinput menjadi energi yang diolah pada pembelahan sel secara mitosis yang menambahkan jaringan untuk pertumbuhan bobot. Hal ini didukung oleh Putri (2018) menyatakan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan, nutrisi terbesar yang diperlukan adalah protein. Protein juga harus seimbang dengan energi non protein, agar pemanfaatan pakan lebih efisien.
Pertambahan panjang terjadi karena adanyanya keseimbangan protein, lemak, dan serat dalam pakan yang sangat menentukan pertumbuhan ikan. Nutrisi yang tinggi dalam pakan dapat menghasilkan pertumbuhan yang cepat. Hal ini, berpengaruh pada biaya produksi yang lebih efisien dan waktu panen yang lebih cepat (Wijaya et al., 2015) . Hal ini didukung oleh Ramdani (2015) , apabila protein dalam pakan tinggi maka, pertumbuhan yang dihasilkan relatif meningkat karena protein yang didapatkan dari pakan, akan disimpan dalam jaringan yang akan diubah menjadi sumber energi sehingga menghasilkan kinerja pertumbuhannya menjadi cepat. Gagasan tersebut berkaitan dengan penyataan Marzuqi (2015) bahwa, pemanfaatan protein dalam pakan juga memerlukan keseimbangan dari sumber energi non-protein yang nantinya membantu protein diolah menjadi sumber energi yang digunakan untuk reproduksi yang menghasilkan pertambahan berat dan panjang lebih cepat.
Peningkatan laju pertumbuhan spesifik pada ikan seurukan yang diberi pakan dengan suplementasi tepung daun tarum diduga terjadi karena adanya peran fermentasi pada tepung daun tarum sehingga, bakteri baik yang terdapat pada pakan dapat dikonsumsi lebih efisien, meningkatkan kecernaan dalam pakan, dan membantu proses penyerapan makanan yang menghasilkan peningkatan laju pertumbuhan ikan seurukan. Novianty (2018) menyatakan bahwa fermentasi bermanfaat untuk
merendahkan kandungan serat kasar sehingga dapat meningkatkan kinerja produksi ikan seurukan. Hal ini sejalan dengan paparan (Mansyur et al., 2008) , yang memaparkan bahwa adanya bakteri baik dalam pakan bermanfaat untuk memperbaiki kualitas pakan sehingga kecernaan pakan dan pertumbuhan meningkat. Berdasarkan pendapat Sibagariang et al., (2020) , laju pertumbuhan relatif meningkat apabila jenis pakan yang dikonsumsi sesuai dengan kebiasaan makan ikan, yang nantinya dapat dimanfaatkan dengan baik. Wijaya et al., (2015) memaparkan bahwa, energi dalam tubuh ikan berpengaruh pada kandungan nutrisi dalam pakan yang diberikan, sehingga dapat menghasilkan laju pertumbuhan yang baik.
Tingginya nilai sintasan dipengaruhi oleh kualitas air yang optimal dan masih berada dalam rentan yang bagus untuk budidaya ikan (Tabel 3). Dauhan et al., (2014) berpendapat bahwa, kualitas air mempunyai faktor fisika, kimia, dan biologi yang berdampak pada produktivitas dan sintasan ikan. Kualitas air salah satu pendukung kehidupan ikan, karena mampu menghasilkan ikan dengan pertumbuhan yang optimal, kelangsungan hidup yang baik, dan terhindar dari penyakit. Salah satu aspek penting dalam budidaya ikan air tawar adalah kualitas air. Aspek-aspek ini terdiri dari elemen fisik seperti temperatur air, dan elemen kimia seperti tingkat keasaman (pH), konsentrasi oksigen terlarut (DO), dan kandungan amoniak (Marlina & Rakhmawati, 2016) . Selanjutnya, ketahanan terhadap penyakit merupakan tingkat kekebalan tubuh yang dimiliki ikan. Kekebalan tubuh pada ikan juga ada yang tahan dan ada yang lemah. Namun, pathogen dapat menyerang kapan saja, oleh karena itu kita juga dapat mengatasinya dengan memberikan pakan yang mengandung senyawa kimia yang dapat membantu meningkatkan imun tubuh. Dari hasil uji fitokimia dalam tepung daun tarum ( Indigofera zollingeriana) secara kualitatif, kandungan senyawa aktif kimia (Tabel 5), tepung daun tarum mengandung positif alkaloid, steroid, flavonoid, fenolik, dan tanin. Hal ini didukung oleh Azhar (2018) , bahwa dengan adanya peningkatan respon imun pada suatu organisme mampu meningkatkan kelangsungan hidup, dikarenakan adanya peningkatan resistensi (ketahanan tubuh) suatu organisme terhadap serangan pathogen. Senyawa kimia yang terkandung dalam tepung daun tarum terlihat stabil, karena adanya proses fermentasi yang mampu menghasilkan bakteri-bakteri baik dan bekerja sama
Martisa et al ., (2024)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 6(1), 106-113
http://journal.umuslim.ac.id/index.php/jipsbp
dengan senyawa fitokimia yang aktif, sehingga tepung daun tarum yang ditambahkan ke dalam pakan mampu meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan seurukan.
Kemudian menurut Effendi (2004) , Rasio Konversi Pakan atau Feed Convertio Ratio (FCR) adalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan budidaya. Jika nilai FCR = 1 artinya untuk memproduksi 1 kg daging ikan dalam sistem budidaya dibutuhkan 1 kg pakan. Rendahnya rasio konversi pakan pada P4 sebesar 1.06±0.18 a diduga karena kadar protein yang tinggi yaitu sebesar 37,65% yang mengandung dosis tepung daun tarum sebesar 20% dan pakan yang diberikan mampu diserap dengan baik oleh tubuh ikan. Barrows dan Hardy (2001) , menyatakan bahwa nilai rasio konversi pakan dipengaruhi oleh kandungan protein dalam pakan. Kandungan protein dalam pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan menghasilkan pemberian pakan lebih efisien. Hal ini, didukung oleh Iskandar dan Elrifadah (2015) menyatakan bahwa, semakin kecil nilai konversi pakan berarti tingkat efisiensi pemanfaatan pakan lebih baik, sebaliknya apabila konversi pakan besar, maka tingkat efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik. Nilai rasio konversi pakan pada P4 dapat diartikan bahwa dengan jumlah pakan 1,06 mampu menghasilkan 1 kg bobot ikan selama pemeliharaan. Selain itu, ditambah dengan proses fermentasi pada tepung daun tarum yang bertujuan untuk meningkatkan daya cerna ikan sehingga ikan dapat menyerap pakan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Mansyur et al. 2008) , yang mengatakan bahwa penambahan bakteri baik dalam pakan dapat memperbaiki mutu pakan sehingga meningkatkan kecernaan pakan dan dapat meningkatkan pertumbuhan. Hal ini mampu membuktikan dari penelitian sebelumnya Mukti et al., (2019) dimana tepung daun tarum ( Indigofera zollingeriana) mampu meningkatkan performa pertumbuhan ikan.
## KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa dosis optimal untuk meningkatkan pertumbuhan ikan seurukan adalah dengan menambahkan 20% tepung daun tarum (P4) ke dalam pakan komersial. Penambahan ini secara signifikan mempengaruhi pertambahan bobot, pertambahan panjang, dan laju pertumbuhan spesifik ikan seurukan (P<0.05). Namun, tidak terdapat pengaruh signifikan (P>0.05)
terhadap tingkat sintasan dan rasio konversi pakan ikan seurukan ( Osteochilus vittatus).
## UCAPAN TERIMA KASIH
Riset ini dibiayai pada Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2023 oleh Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Ucapan terima kasih kepada Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar.
## DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., Subandiyono, & Arini, E. (2013). Pengaruh penggunaan papain terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan dan pertumbuhan lele dumbo ( Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 2(1), 136-143.
Azhar, F. (2018). Aplikasi bioflok yang dikombinasikan dengan probiotik untuk pencegahan infeksi Vibrio parahaemolyticus pada pemeliharaan udang vaname ( Litopenaeus vannamei). Journal of Aquaculture Science, 3(1), 128-137. doi: 10.31093/joas.v3i1.38
Barrow, P.A., & Hardy. (2001). Probiotic for chickens. in: Probiotics the scientific basis. R. Filler (Ed). London: Chapman and Hall.
Dauhan, R.E.S., Efendi, E., & Suparmono. (2014).
Efektifitas sistem akuaponik dalam mereduksi konsentrasi amonia pada sistem budidaya ikan. E- Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, 3(1), 297-302. Effendi, I. (2004). Pengantar akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Endhita, A.R.O., Utomo, C.S.D., & Sarida, M. (2021). Maturasi lele mutiara ( Clarias gariepinus) betina melalui penambahan hormon oodev dan estradiol- 17ß pada pakan. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 9(1), 30-40. doi: 10.36706/jari.v9i1.13075 Ibrahim, Y., Saputra, S., Yusnita, D., & Karim, A. (2018).
Evaluasi pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan serukan ( Osteochilus sp) yang diberi pakan tepung kunyit. Jurnal Akuakultura, 2(2), 1-6. doi: 10.35308/ja.v2i2.1590
Iskandar, R., & Elrifadah. (2015). Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberi pakan buatan berbasis kiambang, Jurnal Ziraa’ah, 40(1), 18-24. doi: doi: 10.31602/zmip.v40i1.93
Mahendra. (2015). Kombinasi kadar kalium dan salinitas media pada performance juvenile udang galah ( Macrobachium rosenbergii de man). Jurnal Perikanan Tropis, 2(1), 55-71. doi:
10.35308/jpt.v2i1.16
Mansyur, A., & Tangko, A.M. (2008). Probiotik: Pemanfaatannya untuk pakan ikan berkualitas rendah. Media Akuakultur, 3(2), 145-149. doi: 10.15578/ma.3.2.2008.145-149
Marlina, E., & Rakhmawati. (2016). Kajian kandungan ammonia pada budidaya ikan nila ( Oreochromis
Martisa et al ., (2024)|Arwana ú Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan ú 6(1), 106-113
niloticus) menggunakan teknologi akuaponik tanaman tomat ( Solanum lycopersicum). E-Journal Undip, 2(1), 181-187. Marzuqi, M. (2015). Pengaruh kadar karbohidrat dalam pakan terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng ( Chanos chanos Forsskal). Tesis. Program Studi Biologi Universitas Udayana. Denpasar.
Muchlisin, Z.A., & Azizah, M.N.S. (2009). Diversity and distribution of freshwater fishes in aceh water, northern-sumatra, indonesia. International Journal of Zoological Research, 5(2), 62-79. doi: 10.3923/ijzr.2009.62.79
Muchlisin, Z.A., Afrido, F., Murda, T., Fadli, N., Muhammadar, A.A., Jalil, Z., & Yulvizar, C. (2016). The effectiveness of experimental diet with varying levels of papain on the growth performance, survival rate and feed utilization of keureling fish ( Tor tambra). Biosaintifika, 8(2), 172-177. doi:
10.15294/biosaintifika.v8i2.5777
Muchlisin, Z.A., Batubara, A.S., Azizah, M.N.S., Adlim, M., Hendri, A., Fadli, N., Muhammadar, A.A., & Sugianto, S. (2015). Feeding habit and length weight relationship of keureling fish, Tor tambra valenciennes, 1842 ( Cyprinidae) from the western region of aceh province, indonesia. Biodiversitas, 1(6), 89-94. doi: 10.13057/biodiv/d160112
Mukti, C.R., Yonarta, D., & Pangawikan, D.A. (2019).
Pemanfaatan daun Indigofera zollingeriana sebagai bahan pakan ikan patin Pangasius sp. Jurnal Ilmu- Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan, 8(1), 18-25. doi: 10.13170/depik.8.1.13056
Mulia, D.S., Yulyanti, E., Maryanto, H., & Purbamartono,
C. (2015). Peningkatan kualitas ampas tahu sebagai bahan baku pakan ikan dengan fermentasi Rhizopus oligosporus. Jurnal Sainteks, 12(1), 10-20. doi: 10.30595/sainteks.v12i1.83
Novianty, W. (2018). Penggunaan daun singkong terfermentasi sebagai bahan pakan ikan lele (Clarias sp.). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Purnamasari, T., Yanis, N.M., & Suroto. (2022). Penambahan tepung kunyit kedalam pakan ikan
menggunakan metode coating di MA nuruzh zholam,
kabupaten seruyan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 1-5. doi: 10.59900/pkmbelida.v2i1.69
Putri, F.D. (2018). Pengaruh pemberian pakan dengan kadar protein berbeda terhadap pertumbuhan ikan kakap putih (Lates calcarifer) Yang Dipelihara Di Bak Terkontrol. Skripsi. Jurusan Perikanan Dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Ramadhani, T. (2015). Pengaruh kandungan protein pakan terhadapdan efisiensi pakan ikan nila ( Orechromis niloticus). Skripsi. Faperta UNIMAL.
Saputra, F., & Mahendra. (2019). Pemeliharaan pascalarva ikan gabus lokal Channa Sp. pada wadah yang berbeda dalam rangka domestikasi. Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2), 195-203. doi: 10.32491/jii.v19i2.477 Septiyaningsih, P., Setiawati, M., & Suprayudi, M.A. (2019).
Kecernaan Tepung Daun Tarum ( Indigofera zollingeriana) dengan Penambahan Berbagai Dosis Enzim pada Ikan Nila ( Oreochromis niloticus). Tesis. Aquaculture IPB. Bogor.
Sibagariang, D.I.S., Pratiwi, I.E., Saidah, & Hafriliza, A.
(2020). Pola pertumbuhan ikan nila ( Oreochromis niloticus) hasil budidaya masyarakat di desa bangun sari baru kecamatan tanjung morawa. Jurnal Jeumpa, 7(2), 443-449. doi: 10.33059/jj.v7i2.3839 Sistiyanto, H. (2020). KKP kembangkan aplikasi untuk produksi ikan kerling (Tor soro). Jakarta: Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.
Wijaya, P.M., Helmizuryani, & Muslimin, B. (2015). Pengaruh kadar protein pakan pelet yang berbeda untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan betok ( Anabas testudineus) yang dipelihara dalam waring. Jurnal Fiseries, 4(1), 22-26. Winedar, H.S., Listyawati, & Sutomo. (2006). Daya cerna protein pakan, daging, dan pertambahan berat badan ayam broiler setelah pemberian pakan yang difermentasi dengan Effective Microorganism-4 (EM4). Bioteknologi, 3 (1), 14-19. doi:
10.13057/biotek/c030103
|
ce8553ba-23bb-441b-9707-cc536181df63 | https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID/article/download/3817/12486 |
## Keanekaragaman Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Segitiga Ranu Lumajang, Jawa Timur
The Diversity of Butterfly (Lepidoptera: Rhopalocera) in Triagle of Lakes Lumajang, East Java
Ahmad Afandi 1 , Purwatiningsih 1*) , Jekti Prihatin 2
1 Program Studi Magister Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember
2 Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember *E-mail: [email protected]
## ABSTRACT
The triangle of lakes which are Bedali Lake, Klakah Lake and Pakis Lake area serves as a sanctuary for many wildlife including butterflies. Butterfly spesies at Ranu Bedali has ecological functions as herbivors, pollination, detrivor, as well as bioindicator of ecosystem changes. The objective of this study was to identify the diversity of butterflies in triangle of lakes Lumajang Regency. The sampling technique used was Abundance Point Index Method . All spesies captured were identified and analyzed. The results showed that the composition of butterflies have been obtained consisted of 4 families and 37 species. The most abundant family with a huge of species is Nymphalidae while the least family is Lycaenidea . The diversity index (H’) for the butterflies in Pakis Lake, Klakah Lake and Bedali Lake were 2.56; 2.73 and 2.76 respectively. The evenness index (E) for the butterflies in Pakis Lake, Klakah Lake and Bedali Lake were 0.43; 0.47 and 0.48 respectively. Among the butterlies, it found Troides helena was classified at the list of Appendix I and Appendix II CITES ( Convention on International Trade in Endangered ).
Keywords: Triagle of lakes Lumajang, Troides Helena , Nymphalidae , Lycaenidea , Papilionidae , Pieridae .
## PENDAHULUAN
Kupu-kupu merupakan komponen biotik yang mudah dikenali dalam ekosistem, karena mereka terlihat menarik baik dari bentuk dan macam warnanya (Peggie & Amir, 2006).
Kelompok serangga
yang datanya terdokumentasi dengan baik adalah kupu-kupu karena mudah dilihat dan mudah dikenali oleh orang awam (Van Swaay et al ., 2008). Kupu- kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) merupakan bagian dari biodiversitas yang harus dijaga kelestariannya karena dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia. Secara ekologis kupu-kupu memberikan sumbangan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan memperkaya biodiversitas.
Faktor geologi dan ekologi dapat mempengaruhi penyebaran dan keragaman jenis kupu-kupu, karena adanya perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis makanannya (Amir & Kahono, 2000). Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat sehingga menyebabkan terjadinya perubahan habitat dapat menyebabkan penurunan atau hilangnya suatu jenis fauna dalam suatu habitat, contohnya pada kupu-kupu Hamearis lucina yang mengalami
penurunan jumlah secara drastis sejak tahun 1970 di Bedforshire (Turner et al ., 2009).
Penyebaran dan kelimpahan tumbuhan inang dapat mempengaruhi keragaman kupu- kupu (Cleary & Mooerst, 2004) . Di Kebun Raya Bogor, Peggie dan Amir (2006) melaporkan 96 spesies kupu-kupu. Di Gunung Ciremai, Noerdjito dan Erniwati (2009) melaporkan terdapat 66 spesies kupu-kupu .
Kupu-kupu merupakan serangga yang berperan penting dalam ekosistem, yaitu sebagai bagian dari serangga penyerbuk, rantai makanan bagi serangga predator, berbagai jenis burung, amphibi, bahkan manusia (Davies & Buttler,
2008). Keberadaan dan keanekaragamannya menjadi indikator
lingkungan teresterial yang masih terjaga (Aluri & Rao, 2002). Warna corak dan bentuk sayap yang bervariasi dapat menyebabkan keberadaan Lepidoptera terancam keberadaannya karena banyak diminati kolektor dunia sebagai bahan koleksi, komoditas perdagangan, dan objek penelitian (Thomas et al ., 2004). Dari segi konservasi, pemanfaatan kupu-kupu secara komersial dapat dijadikan sarana pendidikan.
Peran ekologi kupu-kupu dalam ekosistem tidak hanya sebagai herbivora semata, tetapi
juga sebagai komponen yang penting dalam penyerbukan. Kupu-kupu merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya. Kupu- kupu mempunyai nilai penting antara lain: nilai ekologi, endemisme, konservasi, pendidikan, budaya, estetika, dan ekonomi (Achmad, 2002). Saat ini, kupu-kupu menghadapi ancaman kepunahan yang disebabkan oleh alih fungsi lahan di habitatnya (Suhartono & Mardiastuti, 2003). Blair (1999) serta (Koh & Sodhi, 2004) juga sependapat bahwa jumlah kupu-kupu secara umum tergantung pada pengelolaan suatu daerah. Daerah yang dilindungi ( protected area ) memiliki keanekaragaman spesies kupu-kupu yang lebih tinggi daripada daerah yang sudah mengalami alih fungsi lahan.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kupu-kupu dengan jumlah makanan yang tersedia cukup akan diikuti juga dengan keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi (Schultz 1997; Schultz 1998; Thomas 2000; Thomas et al., 2004). (Koh & Sodhi, 2004) menyebutkan bahwa daerah yang dilindungi dan berdekatan dengan hutan alami memiliki jumlah keanekaragaman dan kemerataan spesies yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan daerah yang tidak dilindungi dan terpisah dari hutan.
Hal yang tidak kalah penting dalam menjaga keanekaragaman spesies adalah menjaga lingkungan alami tempat hidupnya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Stefaniscu et al., (2009) yang menyatakan bahwa kelimpahan kupu-kupu mengikuti perubahan habitat tempat kupu-kupu tersebut berada.
Sesuai dengan Tata Ruang Kabupaten Lumajang periode 2008-2028 kawasan Tiga Ranu (Ranu Klakah, Ranu Pakis dan Ranu Bedali) merupakan kawasan perlindungan dan kawasan pariwisata, sehingga patut di jaga kelestariannya. Pelestarian sumberdaya alam merupakan fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna serta pemanfaatan secara lestari ekosistem hutan
tersebut, diantaranya sebagai pengatur tata air, hidrologi, flora dan fauna serta penunjang budidaya. Salah satu keanekaragaman fauna yang ada di kawasan Tiga Ranu Lumajang adalah kupu-kupu (Lepidoptera).
Penelitian tentang keanekaragaman kupu- kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu Lumajang perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman hayati kupu-kupu (Lepidoptera) di Ranu Klakah, Ranu Pakis dan Ranu Bedali serta karakteristik habitat terkait dengan keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di tempat tersebut.
## METODE
## Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret 2014 sampai dengan Bulan Mei 2014 di Tiga Ranu (Klakah, Pakis dan Bedali) Kabupaten Lumajang. Preservasi dan identifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Jember. Proses pembuatan preparat/spesimen dan identifikasi kupu kupu dilakukan di Laboratorium Zoologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember.
Sampling Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera)
Metode pengumpulan data dilakukan dengan Metode Index Point Abundance (IPA) atau lebih dikenal dengan metode titik hitung. Pada metode titik hitung, peneliti berhenti di suatu lokasi yang ditetapkan (sebuah titik hitung) berdasarkan GPS selama 15 menit dan mencatat serta menghitung jumlah jenis kupu-kupu yang teramati. Batas radius pengamatan sekitar 10 meter dari peneliti berdiri (Noerdjito & Aswari, 2003). Penempatan lokasi titik hitung berdasarkan jalur yang sudah ada pada masing- masing habitat yaitu Ranu Klakah, Ranu Pakis dan Ranu Bedali. Jarak antar titik hitung adalah 100 m, hal ini dimaksudkan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya perhitungan ganda. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.00 - 14.00 WIB. Metode ini umum digunakan untuk melakukan survei dan monitoring populasi kupu- kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) pada berbagai tipe habitat yang meliputi tutupan kanopi, vegetasi pada setiap habitat, suhu, kelembapan dan cuaca. Sedangkan untuk wilayah penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Ranu Klakah, Ranu Pakis dan Ranu Bedali Sumber (google map)
## Preservasi dan Identifikasi Kupu-kupu
Pengambilan kupu-kupu dilakukan di tiga lokasi yaitu Ranu Klakah (lokasi I), Ranu Pakis (lokasi II), Ranu Bedali (lokasi III) dengan menggunakan jaring serangga. Kupu-kupu diambil, dimatikan dengan menekan bagian thoraksnya. Koleksi kupu-kupu dilakukan dengan merujuk pada metode Triplehorn and Johnson, 2005. Spesimen yang telah diambil dari lapangan, dimasukkan ke dalam kertas papilot, kemudian ditusuk pada bagian thoraks menggunakan jarum serangga ( insect pin ) dengan posisi spesimen tegak lurus dengan jarum serangga. Spesimen yang telah ditusuk dengan jarum, dimasukkan dalam balok penusuk ( pinning block ) untuk diatur posisi tinggi rendahnya spesimen pada jarum. Selanjutnya, posisi sayap kiri dan kanan disejajarkan dengan papan perentang. Spesimen yang telah berada pada papan perentang, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 37 o C sekitar 1 minggu sampai spesimen kering. Setelah kering, spesimen dikeluarkan, dilepas dari papan perentang untuk dimasukkan ke dalam kotak spesimen yang telah dimasukkan kapur barus.
Proses identifikasi dan klasifikasi spesimen di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Jember dengan menggunakan buku identifikasi. Buku identifikasi yang dipakai yaitu Butterflies of the South East Asian Island , Part I Papilionidae , Part II Pieridae- Danaidae, Part III Satyridae-Lybytheidae, Part IV Nympalidae (I), Part V Nympalidae (II) (Tsukada & Nishiyama, 1982: 1985; 1991), Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror et al ., 1996), Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat (Amir et al ., 2003), Panduan Praktis Kupu-Kupu di Kebun Raya Bogor (Peggie & Amir, 2006).
## Analisis Data
Nilai indek keanekaragaman jenis kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) dapat ditentukan dengan menggunakan indek keanekaragaman Shannon- Wiener (Maggurran, 2004) dengan rumus:
H’ = - pi ln pi , pi = ni/N
Keterangan:
H’= Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener ni = Jumlah individu untuk spesies yang diamati N = Jumlah total individu
Nilai keanekaragaman berdasarkan Indek Shannon Wiener di kelompokkan dalam tiga kriteria, yaitu: apabila H’= 1,5 - 3,5 maka keanekaragaman rendah. Selanjutnya apabila nilai H’= 3.6 - 4,5 maka keanekaragaman sedang dan apabila nilai H’ berada pada 4,6−5,0 maka keanekaragaman adalah tinggi (Magurran, 2004).
Indek kemerataan jenis ( evennes ) digunakan untuk mengetahui kemerataan suatu individu dalam suatu habitat. Menurut Magguran (2004) Kemerataan penyebaran jenis kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) dalam suatu kawasan dapat dihitung dengan menggunakan indek kemerataan jenis ( evenness ) dengan rumus:
E = H’/ H max , H max adalah ln S Keterangan: H’ = Indek Shannon-Wiener S = Jumlah jenis kupu-kupu
E = Indeks kemerataan jenis (nilai antara 0-1)
Nilai kemerataan suatu spesies berdasarkan indek kemerataan jenis dapat dikelompokkan menjadi 5 kriteria kemerataan spesies. Penggolongan nilai kemerataan menurut Pielou (1977) adalah sebagai berikut: (1) 0,00 - 0,25 = tidak merata, (2) 0,26 - 0,50 = kurang merata, (3) 0,51- 0,75 = cukup merata, (4) 0,76 - 0,95 = hampir merata, dan (5) 0,96 - 1,00 = merata.
Indek kesamaan jenis antar habitat dihitung berdasarkan jenis yang ditemukan. Indek yang digunakan adalah Indek Sorenson (IS). Berdasarkan perhitungan Indek Sorenson, maka dapat dibuat dendogram dengan menggunakan software MVSP 3.1. Adapun perhitungan Indek Kesamaan spesies
Ranu Bedali
Ranu Klakah
Ranu Pakis
Sorensen dilakukan dengan menggunakan rumus (Krebs, 1989)
Is = 2𝐶 𝐴+𝐵 𝑥 100%
Keterangan: Is = Indek Kesamaan Spesies Sorensen A = Jumlah spesies kupu-kupu di lokasi 1 B = Jumlah spesies kupu-kupu di lokasi 2 C = Jumlah spesies kupu-kupu yang sama di kedua habitat yang dibandingkan.
Nilai Indek Kesamaan dibagi dalam dua kriteria yaitu jika nilai indek > 50%, berarti kesamaan spesies tinggi pada habitat yang dibandingkan dan jika nilai
Indek Kesamaan < 50%, berarti kesamaan spesies rendah . HASIL DAN PEMBAHASAN Spesies Kupu-kupu (Lepidoptera:
Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang
Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) yang dikoleksi pada bulan Mei sampai Juni 2014 ditemukan sebanyak 37 jenis kupu-kupu yang tergolong ke dalam empat famili, yaitu Papilionidae, Nyamphalidae, Pieridae, dan Lycaenidae (Tabel 1).
Tabel 1. Spesies Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Kawasan Segitiga Ranu (Pakis, Klakah,
dan Bedali) Kabupaten Lumajang No Famili Genus Spesies 1 Papilionidae Papilio Papilio memnon Linnaeus, 1758 2 Papilionidae Papilio Papilio demolion Cramer, 1776 3 Papilionidae Papilio Papilio polytes Linnaeus, 1758 4 Papilionidae Graphium Graphium agamemnon Linnaeus, 1758 5 Papilionidae Graphium Graphium sarpedon Linnaeus, 1758 6 Papilionidae Graphium Graphium doson C & R Felder, 1864 7 Papilionidae Pachliopta Pachliopta aristolochiae Fabricius, 1793 8 Papilionidae Troides Troides helena Linnaeus, 1758 9 Nymphalidae Euploea Euploea mulciber Cramer, 1777 10 Nymphalidae Euploea Euploea climena Godart, 1819 11 Nymphalidae Euploea Euploea eunice Godart, 1819 12 Nymphalidae Hypolimnas Hypolimnas bolina Linnaeus, 1758 13 Nymphalidae Junonia Junonia erigone Cramer, 1779 14 Nymphalidae Junonia Junonia atlites Linnaeus, 1763 15 Nymphalidae Junonia Junonia almana Linnaeus, 1758 16 Nymphalidae Junonia Junonia hedonia Linnaeus, 1764 17 Nymphalidae Junonia Junonia iphita Cramer, 1779 18 Nymphalidae Idiopsis Idiopsis juventa Cramer, 1777 19 Nymphalidae Neptis Neptis hylas Linnaeus, 1758 20 Nymphalidae Ypthima Ypthima horsfieldii Linnaeus, 1768 21 Nymphalidae Euthalia Euthalia monina Fabricius, 1787 22 Nymphalidae Amathusia Amathusia phidippus Linnaeus, 1763 23 Nymphalidae Parantica Parantica aspasia Fabricius, 1787 24 Nymphalidae Melanitis Melanitis ieda Linnaeus, 1758 25 Nymphalidae Danaus Danaus chrysippus Linnaeus, 1758 26 Nymphalidae Pantoporia Pantoporia antara Moore, 1858 27 Nymphalidae Elymnias Elymnias hypermnestra Linnaeus, 1763 28 Pieridae Eurema Eurema hecabe Linnaeus, 1758 29 Pieridae Eurema Eurema blanda Boisduval, 1836 30 Pieridae Catopsilia Catopsilia scylla Linnaeus, 1763 31 Pieridae Catopsilia Catopsilia pamona Linnaeus, 1775 32 Pieridae Delias Delias belisama Cramer, 1779 33 Pieridae Delias Delias periboea Godart, 1819 34 Pieridae Leptosia Leptosia nina Fabricius, 1793 35 Pieridae Appias Appias lyncida Cramer, 1977 36 Pieridae Hebomoia Hebomoia glaucippe Linnaeus, 1758 37 Lycaenidae Chilades Chilades pandava Horsfield, 1829 Dari keseluruhan pengambilan sampel, jenis kupu-kupu dari famili Nymphalidae merupakan kupu-kupu yang paling banyak di temukan yaitu 19 jenis, sedangkan famili Lycaenidea,
merupakan kupu-kupu paling sedikit ditemukan yaitu 1 jenis dan hanya ditemukan dikawasan
Ranu Pakis (Tabel 2).
Tabel 2. Kelimpahan Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang No Jenis Kupu-kupu Pakis Klakah Bedali Total Papilionidae 1 Papilio memnon 5 10 7 22 2 Papilio demolion 6 0 0 6 3 Papilio polytes 5 0 0 5 4 Graphium agamemnon 8 10 0 18 5 Graphium sarpedon 6 8 0 14 6 Graphium doson 3 7 0 10 7 Pachliopta aristolochiae 0 0 24 24 8 Troides helena 0 2 18 20 Nymphalidae 9 Euploea mulciber 11 13 5 29 10 Euploea climena 0 0 5 5 11 Euploea eunice 10 0 0 10 12 Hypolimnas bolina 27 11 7 45 13 Junonia erigone 6 0 0 6 14 Junonia atlites 4 23 12 39 15 Junonia almana 4 0 0 4 16 Junonia hedonia 15 11 0 26 17 Junonia iphita 6 7 5 18 18 Idiopsis juventa 16 0 0 16 19 Neptis hylas 7 10 6 23 20 Ypthima horsfieldii 0 14 7 21 21 Euthalia monina 4 0 0 4 22 Amathusia phidippus 4 10 0 14 23 Parantica aspasia 0 9 0 9 24 Melanitis ieda 0 0 5 5 25 Danaus chrysippus 0 0 27 27 26 Pantoporia antara 0 5 0 5 27 Elymnias hypermnestra 13 14 0 27 Pieridae 28 Eurema hecabe 50 27 15 92 29 Eurema blanda 66 65 58 189 30 Catopsilia scylla 0 0 15 15 31 Catopsilia pamona 0 0 16 16 32 Delias belisama 80 42 33 155 33 Delias periboea 0 0 4 4 34 Leptosia nina 0 9 14 23 35 Appias lyncida 0 0 8 8 36 Hebomoia glaucippe 0 0 20 20 Lycaenidae 37 Chilades pandava 6 7 0 13 Jumlah 362 314 311 987 Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang Keanekaragaman jenis Kupu-kupu
(Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu
(Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman. Pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon Weiner (H’). Hasil perhitungan seperti tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Keanekaragaman jenis Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang
No Jenis Kupu-kupu Indeks Keanekaragaman H'P H'K H'B H' Makna Papilionidae 1 Papilio memnon 0,06 0,11 0,09 0,25 Rendah 2 Papilio demolion 0,07 0,00 0,00 0,07 Rendah 3 Papilio polytes 0,06 0,00 0,00 0,06 Rendah 4 Graphium agamemnon 0,08 0,11 0,00 0,19 Rendah 5 Graphium sarpedon 0,07 0,09 0,00 0,16 Rendah 6 Graphium doson 0,04 0,08 0,00 0,12 Rendah 7 Pachliopta aristolochiae 0,00 0,00 0,20 0,20 Rendah 8 Troides helena 0,00 0,03 0,16 0,20 Rendah Nymphalidae 9 Euploea mulciber 0,11 0,13 0,07 0,30 Rendah 10 Euploea climena 0,00 0,00 0,07 0,07 Rendah 11 Euploea eunice 0,10 0,00 0,00 0,10 Rendah 12 Hypolimnas bolina 0,19 0,12 0,09 0,40 Rendah 13 Junonia erigone 0,07 0,00 0,00 0,07 Rendah 14 Junonia atlites 0,05 0,19 0,13 0,37 Rendah 15 Junonia almana 0,05 0,00 0,00 0,05 Rendah 16 Junonia hedonia 0,13 0,12 0,00 0,25 Rendah 17 Junonia iphita 0,07 0,08 0,07 0,22 Rendah 18 Idiopsis juventa 0,14 0,00 0,00 0,14 Rendah 19 Neptis hylas 0,08 0,11 0,08 0,26 Rendah 20 Ypthima horsfieldii 0,00 0,14 0,09 0,22 Rendah 21 Euthalia monina 0,05 0,00 0,00 0,05 Rendah 22 Amathusia phidippus 0,05 0,11 0,00 0,16 Rendah 23 Parantica aspasia 0,00 0,10 0,00 0,10 Rendah 24 Melanitis ieda 0,00 0,00 0,07 0,07 Rendah 25 Danaus chrysippus 0,00 0,00 0,21 0,21 Rendah 26 Pantoporia antara 0,00 0,07 0,00 0,07 Rendah 27 Elymnias hypermnestra 0,12 0,14 0,00 0,26 Rendah Pieridae 28 Eurema hecabe 0,27 0,21 0,15 0,63 Rendah 29 Eurema blanda 0,31 0,33 0,31 0,95 Rendah 30 Catopsilia scylla 0,00 0,00 0,15 0,15 Rendah 31 Catopsilia pamona 0,00 0,00 0,15 0,15 Rendah 32 Delias belisama 0,33 0,27 0,24 0,84 Rendah 33 Delias periboea 0,00 0,00 0,06 0,06 Rendah 34 Leptosia nina 0,00 0,10 0,14 0,24 Rendah 35 Appias lyncida 0,00 0,00 0,09 0,09 Rendah 36 Hebomoia glaucippe 0,00 0,00 0,18 0,18 Rendah Lycaenidae 37 Chilades pandava 0,07 0,08 0,00 0,15 Rendah
Keterangan. H'P: Keanekararagaman di Ranu Pakis; H'K: Keanekaragaman di Ranu Klakah;
H'B: Keanekaragaman di Ranu Bedali
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa populasi kupu-kupu setiap ranu di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang rendah dengan nilai indeks keanekaragaman antara 0,06 - 0,95.
Kemerataan Jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang Kemerataan jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera:
Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan. Pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan (E) menurut Magguran. Hasil perhitungan seperti tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Kemerataan jenis Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang
No Jenis Kupu-kupu Indeks Kemerataan EP EK EB E Makna Papilionidae 1 Papilio memnon 0,02 0,03 0,02 0,07 Tidak merata 2 Papilio demolion 0,02 0,00 0,00 0,02 Tidak merata 3 Papilio polytes 0,02 0,00 0,00 0,02 Tidak merata 4 Graphium agamemnon 0,02 0,03 0,00 0,05 Tidak merata 5 Graphium sarpedon 0,02 0,03 0,00 0,04 Tidak merata 6 Graphium doson 0,01 0,02 0,00 0,03 Tidak merata 7 Pachliopta aristolochiae 0,00 0,00 0,05 0,05 Tidak merata 8 Troides helena 0,00 0,01 0,05 0,05 Tidak merata Nymphalidae 9 Euploea mulciber 0,03 0,04 0,02 0,08 Tidak merata 10 Euploea climena 0,00 0,00 0,02 0,02 Tidak merata 11 Euploea eunice 0,03 0,00 0,00 0,03 Tidak merata 12 Hypolimnas bolina 0,05 0,03 0,02 0,11 Tidak merata 13 Junonia erigone 0,02 0,00 0,00 0,02 Tidak merata 14 Junonia atlites 0,01 0,05 0,03 0,10 Tidak merata 15 Junonia almana 0,01 0,00 0,00 0,01 Tidak merata 16 Junonia hedonia 0,04 0,03 0,00 0,07 Tidak merata 17 Junonia iphita 0,02 0,02 0,02 0,06 Tidak merata 18 Idiopsis juventa 0,04 0,00 0,00 0,04 Tidak merata 19 Neptis hylas 0,02 0,03 0,02 0,07 Tidak merata 20 Ypthima horsfieldii 0,00 0,04 0,02 0,06 Tidak merata 21 Euthalia monina 0,01 0,00 0,00 0,01 Tidak merata 22 Amathusia phidippus 0,01 0,03 0,00 0,04 Tidak merata 23 Parantica aspasia 0,00 0,03 0,00 0,03 Tidak merata 24 Melanitis ieda 0,00 0,00 0,02 0,02 Tidak merata 25 Danaus chrysippus 0,00 0,00 0,06 0,06 Tidak merata 26 Pantoporia antara 0,00 0,02 0,00 0,02 Tidak merata 27 Elymnias hypermnestra 0,03 0,04 0,00 0,07 Tidak merata Pieridae 28 Eurema hecabe 0,08 0,06 0,04 0,17 Tidak merata 29 Eurema blanda 0,09 0,09 0,09 0,26 Kurang merata 30 Catopsilia scylla 0,00 0,00 0,04 0,04 Tidak merata 31 Catopsilia pamona 0,00 0,00 0,04 0,04 Tidak merata 32 Delias belisama 0,09 0,07 0,07 0,23 Tidak merata 33 Delias periboea 0,00 0,00 0,02 0,02 Tidak merata 34 Leptosia nina 0,00 0,03 0,04 0,07 Tidak merata 35 Appias lyncida 0,00 0,00 0,03 0,03 Tidak merata 36 Hebomoia glaucippe 0,00 0,00 0,05 0,05 Tidak merata Lycaenidae 37 Chilades pandava 0,02 0,02 0,00 0,04 Tidak merata
Keterangan. E'P: Kemerataan jenis di Ranu Pakis; E'K; Kemerataan jenis di Ranu Klakah;
E'B: Kemerataan jenis di Ranu Bedali Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa kemerataan populasi kupu-kupu setiap ranu di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang pada umumnya tidak merata dengan nilai indeks kemerataan antara 0,01 - 0,26, kecuali pada Eurema blanda yang memiliki makna kurang merata. Kesamaan Jenis Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu
(Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang.
Kesamaan jenis kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang dihitung dengan menggunakan indeks similaritas. Pada
penelitian ini dihitung dengan menggunakan indeks Sorensen. Hasil perhitungan seperti
tercantum dalam Gambar 2.
Gambar 2. Kesamaan jenis kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang
Kelimpahan Kupu-kupu di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang Penelitian di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang berhasil mendapatkan total 987 kupu-kupu. Kelimpahan kupu-kupu tertinggi ditemukan di Ranu Pakis yaitu 362 individu dan terendah ditemukan di Ranu Bedali yaitu 311 individu, sedangkan di Ranu Klakah sejumlah 314 individu (Gambar 3). Dalam penelitian ini pula didapatkan bahwa kekayaan spesies tertinggi ditemukan di Ranu Pakis yaitu 23 spesies kupu-kupu, sedangkan di Ranu Klakah dan Ranu Pakis masing-masing ditemukan 21 spesies kupu-kupu.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kupu-kupu di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang di dominasi oleh Famili Nymphalidae dengan 19 spesies. Jumlah tersebut merupakan 51 % dari seluruh famili yang ada (4 famili), di ikuti oleh Pieridae 24 % dan Papilionidae 22 % serta Lycanidae 3 %. Banyak penelitian melaporkan bahwa famili Nympalidae merupakan famili yang paling banyak di temukan di berbagai lokasi penelitian, seperti di Taman Nasional Alas Purwo (Budiarto, 2014), Resort Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Dendang, 2009), Taman Observatorium Bosscha Lembang (Subahar & Yuliana, 2010), Dukuh Banyuwindu Desa Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Propensi Jawa Tengah (Rahayuningsih,
Oqtafiana, dan Priyono, 2012), Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau (Sutra, et al ., 2012), Pulau Manthege Sulawesi Utara (Lamatoa, et al ., 2013), Di Gunung Manado Tua Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken Sulawesi Utara (Koneri & Saroyo, 2011), Kanha-Pench Corridor Madhya Pradesh India (Harsh, et al ., 2015). Nymphalidae merupakan famili terbesar dari superfamili Papilionidae. Kelimpahan famili ini tidak terlepas dari faktor ketersediaan tumbuhan inang kupu-kupu, baik sebagai sumber makanan maupun tempat bernaung. Beberapa famili tumbuhan pakan larva kupu- kupu dari famili Nymphalidae adalah Araceae, Musaseae, Poacea (Peggie & Amir, 2006).
Kelimpahan individu dan kekayaan jenis tertinggi terdapat di Ranu Pakis yaitu ditemukan 362 kupu-kupu dengan 23 jenis kupu-kupu, diduga disebabkan oleh faktor tutupan kanopi dan sebagian besar kawasan Ranu Pakis berbatasan langsung dengan pemukiman. Variasi tutupan kanopi akan memberikan variasi intensitas cahaya pada lokasi tersebut. Keberhasilan kolonisasi kupu-kupu tergantung pada habitat yang sesuai, dalam hal ini ketersediaan sumber makanan (Vane-Wright & de Jong).
Ranu Pakis yang sebagian besar berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk juga memberikan pengaruh yang sangat besar dalam meningkatkan jumlah individu dan variasi jenis kupu-kupu.
100% Pakis Klakah Bedali 68% 49%
Gambar 3. Kelimpahan Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat satu jenis kupu-kupu yang dilindungi berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.
576/Kpts/UM/8/1980 dan SK. Menteri Pertanian No. 716/Kpts/UM/10/1980 yaitu Troides helena dari Famili Papilionidae dan banyak ditemukan dikawasan Ranu Bedali karena ketersediaan sumber makanan utamanya yaitu sirih hutan ( Aristolochia tagala ) (Hughes & Pickfold, 1997; Barua, & Slowik, 2007; Bodang, 2008). Hal ini menunjukan perlunya plestarian kawasan ini sebagai habitat kupu- kupu yang dilindungi. Menurut Subahar & Yuliana (2010) bahwa modifikasi habitat merupakan salah satu cara
untuk mempertahankan kelimpahan kupu-kupu sehingga kelestariannya bisa terjaga. Di Pulau Jawa, Troides helena sudah mulai berkurang populasinya, tetapi masih dapat ditemukan di hutan Ireng-Ireng wilayah konservasi Senduro Lumajang kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Suharto et al ., 2005), Taman Nasional Alas Purwo (Budiarto, 2014), Taman Nasional Ujung Kulon (New et al ., 1987). Kupu-kupu Famili Papilionidae di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang sebanyak 8 jenis, hal ini lebih banyak spesies yang ditemukan dibandingkan dengan beberapa penelitian di tempat lain yaitu Taman Nasional Alas Purwo sebanyak 7 spesies (Budiarto, 2014), Resort Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Dendang, 2009), Taman Observatorium Bosscha Lembang (Subahar & Yuliana, 2010), Dukuh Banyuwindu Desa Limbangan
Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Propensi Jawa Tengah sebanyak 5 spesies
(Rahayuningsih, et al ., 2012), Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau sebanyak 6 spesies (Sutra et al ., 2012.
Kupu-kupu Famili Pieridae yang ditemukan di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang sebanyak 24 % terdiri dari 9 spesies kupu-kupu. Hasil penelitian apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Dukuh Banyuwindu Desa Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah (Rahayuningsih et al ., 2012) sebanyak 5 spesies, Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau sebanyak 6 spesies (Sutra et al ., 2012), di Gunung Manado Tua Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken Sulawesi Utara sebanyak 3 spesies (Koneri & Saroyo, 2011).
Eurama blanda dan Delias belisama merupakan 2 jenis dari famili Pieridae yang paling banyak ditemukan di semua Ranu. Eurema blanda pada umumnya terbang di daerah semak dan rerumputan yang terpapar cahaya matahari dan kupu-kupu dewasa sering berkerumun di genangan air. Eurema blanda merupakan spesies yang kosmopolit di daratan utama Asia (Yata & Morishita, 1981). Tumbuhan pakan Eurema blanda bervariasi seperti famili Apocynaceae, Arecaceae, Asteraceae, Caesalpiniaceae, Euphorbiaceae, Mimosaceae, Rhamnaceae, Santalaceae, Theaceae, dan Verbenaceae (Peggie dan Amir, 2006). Sumber pakan bagi Eurema blanda seperti Arecaceae, Caesalpinaceae, dan Mimosaceae banyak ditemukan di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) kabupaten Lumajang. Sedangkan Delias belisima pada
100 81 86 95 91 79 67 77 90 74 73 74 0 20 40 60 80 100 120 Hari ke-I Hari ke-II Hari ke-III Hari ke-IV
Pakis
Klakah Bedali
umumnya terbang diantara pepohonan yang tinggi, yaitu pinus, mahoni dan sengon.
Kupu-kupu Famili Nymphalidae yang di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang sebanyak 51 % terdiri dari 19 spesies kupu-kupu. Hasil penelitian tersebut jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rahayuningsih et al . (2012) di Dukuh Banyuwindu Desa Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Propensi Jawa Tengah jumlah spesiesnya lebih sedikit. Namun lebih banyak dibandingkan penelitian yang dilakukan Taman Nasional Alas Purwo sebanyak 15 spesies (Budiarto, 2013), Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau sebanyak 15 spesies (Sutra, Dahelmi, dan Salmah, 2012), di Gunung Manado Tua Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken Sulawesi Utara sebanyak 15 spesies (Koneri & Saroyo, 2011). Famili Nymphalidae merupakan salah satu famili terbesar jumlahnya di dalam ordo Lepidoptera (Smart, 1991). Anggota Famili Nymphalidae umumnya mempunyai penyebaran yang luas, menyukai tempat yang terang, daerah kebun, hutan, dan juga menyukai buah yang busuk (Dendang, 2009). Kondisi habitat seperti ini ada di kawasan Segitiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang.
Hypolimnas bolina merupakan spesies dari Famili Nympalidae yang paling banyak ditemukan di semua Ranu dan tidak ditemukan di Taman Nasional Alas Purwo (Budiarto, 2014), Gunung Mando Tua Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken (Koneri dan Saroyo, 2011) Taman Nasional Ujung Kulon (New., 1987). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi di kawasan segitiga Ranu sangat sesuai dengan spesies ini. Kompleksitas struktural habitat dan keragaman bentuk vegetasi berkorelasi dengan keragaman spesies serangga. Faktor lain yang mempengaruhi kekayaan spesies kupu-kupu pada suatu habitat yaitu suhu, kelembapan, curah hujan, cahaya, predator dan parasit (Wright & Jong, 2003). Jenis vegetasi merupakan faktor yang sangat penting untuk keberadaan dan kelangsungan hidup suatu jenis.
Kupu-kupu Famili
Lycanidae yang ditemukan di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang sebanyak 3 % terdiri dari 1 spesies kupu-kupu. Hal ini yang paling sedikit di bandingkan penelitian- penelitian lainnya, yaitu di Taman Nasional
Alas Purwo sebanyak 3 spesies (Budiarto, 2014), Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau sebanyak 4 spesies (Sutra, Dahelmi, dan Salmah, 2012). Namun sama dengan penelitian di Dukuh Banyuwindu Desa Limbangan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Propensi Jawa Tengah sebanyak 1 spesies (Rahayuningsih, Oqtafiana, dan Priyono, 2012).
Keanekaragaman dan Kemerataan Kupu- Kupu di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang.
Nilai Indeks Keanekaragaman Spesies Shannon-Wiener tertinggi terdapat di habitat Ranu Bedali yaitu 2,76 dengan indeks kemerataan spesies (E=0,48). Hal ini menunjukkan bahwa Ranu Bedali memiliki keunikan tipe habitat tersendiri. Ranu Bedali dikelilingi oleh tebing yang curam dengan tingkat kemiringan rata-rata 90 0 dan juga bagian tepi Ranu Bedali dimanfaatkan sebagai oleh masyarakat untuk menanam jagung dan kacang- kacangan, untuk itu maka bagian tepi Ranu Bedali dinaungi oleh sedikit kanopi dibandingkan dengan bagian tebing yang sangat rapat. Hal ini memberikan variasi dalam menerima paparan cahaya matahari. Kupu-kupu memiliki perbedaan kesukaan terhadap cahaya matahari. Hutan yang sedikit terbuka menghasilkan ruang dan cahaya yang cukup sehingga menarik banyak kupu-kupu yang datang dibandingkan dengan hutan alami (Spitzer et al ., 1997).
Dibandingkan dengan ranu lainnya Ranu Bedali sangat cocok untuk konservasi Troides helena karena spesies ini banyak ditemukan dan secara umum tempatnya masih alami karena tempatnya yang sulit dijangkau, khususnya dikelilingi oleh tebing-tebing yang curam. Tingginya keanekaragaman kupu-kupu di Ranu Bedali disamping karena faktor ketersediaan pakan juga didukung oleh suhu yang lebih tinggi dibandingkan dua ranu lainnya yaitu rata-rata 30,18 o C. Kupu-kupu membutuhan cahaya untuk menjaga keseimbangan suhu tubuhnya, karena kupu-kupu berdarah dingin ( poikiloterm ). Cahaya akan memberikan energi panas sehingga menaikkan suhu tubuh dan metabolisme menjadi lebih cepat. Pada larva kupu-kupu peningkatan suhu tubuh akan mempercepat perkembangan larva kupu-kupu (Sunjaya dalam Nengah, 2000).
Gambar 4. Keanekaragaman jenis Kupu-kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang
Nilai indeks Shannon-Wienner terendah terdapat pada Ranu Pakis (H’= 2,56) (Gambar 4). Hal tersebut didukung oleh nilai kemerataan spesies yang rendah (E= 0,43). Nilai kemerataan yang rendah menunjukkan adanya dominasi dari suatu spesies. Eurema blanda merupakan spesies yang dominan (66 individu). Dominasi spesies kupu-kupu tertentu terjadi karena adanya perbedaan vegetasi yang umum pada masing-masing tipe habitat. Sebagian besar kawasan Ranu Pakis ditanami oleh tanaman produksi seperti tanaman pinus, sengon, dan jati sehingga vegetasi yang ada cendrung homogen sehingga mengurangi tingkat keanekaragaman kupu-kupu. Eurema blanda merupakan spesies yang banyak ditemukan di tempat-tempat terbuka khususnya padang rumput dan tumbuhan inangnya adalah famili Poaceae (Peggie & Amir, 2006). Salah satu anggota famili Poaceae adalah Imperata cylindrica yang banyak tumbuh di sepanjang Ranu Pakis.
Nilai Indeks kemerataan spesies (E) tertinggi terdapat pada Ranu Bedali (E= 0,48). Indeks kemerataan spesies yang tinggi di Ranu Bedali menunjukkan bahwa tidak ada satu spesies yang mendominasi spesies lainnya. Semakin tinggi nilai kemerataan spesies mengindikasikan bahwa jumlah individu setiap spesies semakin seragam (Winarni, 2005). Perbedaan nilai keanekaragaman spesies tergantung pada jumlah individu dalam satu spesies (kemerataan) dan jumlah spesies yang terdapat pada habitat tersebut (Rasidi et al ., 2006). Kawasan Ranu Bedali yang keberadaannya sulit dijangkau memberikan keuntungan tersendiri bagi kawasan tersebut sehingga lebih alami dibandingkan kawasan ranu lainnya.
Kesamaan Spesies Kupu-kupu di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang .
Hasil perhitungan Indeks Kesamaan Sorensen (IS) tingkat kesamaan kupu-kupu yang paling tinggi yang terdapat diantara ranu yang satu dengan ranu lainnya ditunjukkan oleh Ranu Pakis dan Ranu Klakah yaitu 68 %, nilai ini menunjukkan bahwa 68 % spesies yang ditemukan pada Ranu Pakis juga di temukan di Ranu Klakah, tetapi indek kesamaan komunitas pada dua lokasi tersebut masih dikategorikan rendah dan baru dikategorikan tinggi apabila nilai indeks kesamaan komunitasnya mencapai 100 %. Akan tetapi kedua lokasi penelitian tersebut disusun oleh komunitas yang sama, karena nilai indeknya ≥ 50 %. Kesamaan komunitas pada kedua lokasi tersebut di duga karena jarak antara kedua ranu sangat dekat ± 500 m sehingga memungkinkan adanya kesamaan karakter habitat adanya migrasi atara kedua habitat. Amir et al . (2003) menyatakan bahwa jarak antara lokasi yang berdekatan memungkinkan perjumpaan dengan jenis kupu- kupu yang sama akibat mobilitas kupu-kupu itu sendiri.
Indeks Kesamaan Sorensen (IS) terendah ditunjukkan oleh Ranu Pakis dan Ranu Bedali yaitu 41 %, hal ini diduga karena jarak antara keduanya yang sangat berjauhan ± 5 Km sehingga mengurangi adanya migrasi antar spesies. Disisi lain karekter kedua habitat tersebut sangat jauh berbeda. Ranu Pakis merupakan kawasan yang sudah tereksploitasi oleh masyarakat disamping tempatnya mudah terjangkau juga sebagian besar kawasan ranu berdampingan dengan
perkampungan masyarakat. Vegetasi pada Ranu Pakis sebagian 2,563
2,730 2,761 2,450 2,500 2,550 2,600 2,650 2,700 2,750 2,800 Pakis Klakah Bedali
besar merupakan campuran antara tanaman produksi dan perkebunan, misalnya pinus, kopi, sengon, apokat, bambu, tebu, nangka, pisang, pinang, dan lain sebagainya. Ranu Bedali memiliki vegetasi yang lebih alami khususnya pada bagian tebing-tebing ranu misalnya pohon loe, sirih hutan, dan bambu kuning. Kupu-kupu akan berada pada habitat yang sesuai dengan kebutuhan sumber daya yang sesuai.
## KESIMPULAN
Kupu-kupu yang ditemukan di Tiga Ranu (Pakis, Klakah, dan Bedali) Kabupaten Lumajang sebanyak 37 spesies yang terdiri dari 4 famili yaitu Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae, dan Lycaenidae. Keanekaragaman Kupu-kupu pada Ranu Pakis (H’= 2,56), Ranu Klakah (H’= 2,73), dan Ranu Bedali (H’= 2,76). Indeks Kemerataan pada Ranu Pakis (E= 0,43), Ranu Klakah (E= 0,47), dan Ranu Bedali (E= 0,48). Adapun Indeks Similaritas pada Ranu Pakis dengan Ranu Klakah sebesar 68 %, Ranu Pakis dengan Ranu Bedali sebesar 41 %, dan Ranu Klakah dengan Ranu Bedali sebesar 57 %.
## DAFTAR PUSTAKA
Achmad A. 2002. Potensi dan sebaran kupu- kupu di Kawasan Taman Wisata Alam Battimurung. Dalam: Workshop Pengelolaan Kupu-Kupu Berbasis Masyarakat . Bantimurung, 05 Juni 2002. Aluri JSR & Rao SP. 2002. Psychophily and evaluation consideration of Codaba fructicosa (Capparaceae). Journal of The Bombay Natural History Society . 99 (1): 59- 63.
Amir, M & Kahono, S. 2000. Serangga Taman Nasional Gunung Nasional Halimun Jawa bagian Barat. Jawa Barat: JICA.
Amir M, Noerdjito WA, Kahono S. 2003. Kupu (Lepidoptera). (ed Amir, M, Kahono, S) in Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. JICA.
Barua KK & Slowik J. 2007. Study on The Biology and Consumption Potential on Common Rose Pachliopta aristolochiae aristolochiae F . (Lepidoptera: Papilionidae) on Aristolochia tagala . Polish Journal of Entomology. 76 : 341-352. Blair RB. 1999. Birds and Butterflies Along an Urban Gradient: Surrogate Taxa for Assesing Biodiversity?. Ecological Aplication . 9 (1): 164-170.
Bodang Y. 2008. Beberapa aspek biologi kupu- kupu Troides helena hephaestus Felder
(Papilionidae) pada tumbuhan Aristolochia tagala CHAM. Agrotek . 1 (3): 20-25.
Borror DJ, Triplehorn CA & Johnson NF. 1996.
Pengenalan Serangga . Diterjemahkan oleh Setiyono Parto Soedjono. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Budiarto E. 2014. Inventarisasi Kupu-Kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di Resort Pancur Kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Banyuwangi Jawa Timur .
[Skripsi tidak di publikasikan. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Jember].
Cleary DFR & Mooerst AO. 2004. Butterfly
Species Richness and Community
Composition Inforests Effected by ENSO- Induced Burning and Habitat Isolation in Borneo. Journal of Tropical Ecology. 20 : 359-367.
Dendang B. 2009. Keragaman Kupu-Kupu di
Resort Selabintana Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 6 : 25-36. Davies, H. & C.A. Butler. 2008. Do Butterflies Bite?: Fascinating Answers to Questions about Butterflies and Moths . Rutgers University Press, New Jersey.
Harsh S, Jena, J, Sharma T & Sarkar PK. 2015. Diversity of Butterflies and Their Habitat Association in Four Different Habitat Types in Kanha-Pench Corridor, Madhya Pradesh, India. International Journal of Advanced Research. 3 (1): 779-785.
Hughes J & Pickford JB. 1977. The Occurence of Troides helena (Linn) in Hongkong. JHKBRAS, 16 : 301-304.
Koh KP & Sodhi NS. 2004. Importance of Reverse, Fragments and Parks for Butterfly Conservation in Tropical Urban Lanscape.
Ecological Application . 14 (6): 1695-1708. Koneri R & Saroyo. 2011. Distribusi dan Keanekaragam Kupu-kupu (Lepidopetra) di Gunung Manado Tua Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken Sulawesi Utara.
Jurnal Bumi Lestari. 12 (2): 357-365.
Krebs, C. J. 1989. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Thrid Edition. Harper & Row Publisher,
New York. Page 106.
Maggurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity . USA: Blackwell Publishing Company.
New TR, Bush MB, & Sudarman HK. 1987.
Butterflies From the Ujung Kulon National Park, Indonesia.
Journal of the Lepidopterists’ Society. 41 (1): 29-40.
Noerdjito WA & Aswari P. 2006. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa, Seri Keempat Kupu-Kupu Papilionidae . Cibinong: Puslit Biologi-LIPI.
Peggie D & Amir M. 2006. Practical Guide to Butterflies of Bogor Botanic Garden. Bogor: Zoologi, LIPI.
Pielou EC. 1977. Mathematichal Ecology . Toronto: John Wiley & Sons.
Rahayuningsih M, Ogtafiana R & Priyono B.
2012. Keanekaragaman Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidae di Dukuh Banyuwindu Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Jurnal MIPA. 35 (1): 11- 20.
Schultz CB. 1997. Planting Butterfly Seeds: an Experiment in Restoring Habitat for The Fender’s Blue Butterfly. Conservation and Management of Native Plant and Fungi. Eds. Kaye, TN, A. Liston, RM. Love, DL. Luoma RJ. Meinke & Wilson MV. Native Plant Society of Oregon. Corvallis : 88-98.
Schultz CB. 1998. Dispersal behavior and its Implications for Reverse Design in a Rare Oregon Butterfly. Conservation Biology . 12 (2): 284-292. Soehartono T & Mardiastuti A. 2003. CITES: Implementation in Indonesia . Nagao Natural
Environment Foundation. 339 hlm. Stefanescu CJ, Penuelas & Filella I. 2009. Rapid Changes in Butterfly Communites
Following the Abondonment of Grasslands: a Case Study. Insect Conservation and Diversity . 2 : 261-269.
Subahar TS & Yuliana A. 2010. Butterfly diversity as a data base for the development plan of butterfly Garden at Bosscha Observatory Lembang. West Java.
Biodiversitas . 11 (1): 24-28. Suhartono, Wagiyana & Zulkarnain R. 2005. Survei Kupu-Kupu (Rhopalocera: Lepidoptera) di Hutan Ireng-Ireng Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Jurnal ILMU DASAR, 6 : 1-5.
Sutra SMS, Dahelmi & Salmah S. 2012. Spesies Kupu-Kupu (Rhopalocera) di Tanjung Balai Karimun Kaupaten Karimun Kepulauan Riau. Jurnal Biologi Universitas Andalas.
1 (1): 35-40.
Turner EC, Granroth HMV, Johnson HR, Lucas CBH, Thompson AM, Froy H, German RN & Holdgate R. 2009. Habitat Preference and Dispersal of The Duke of Burgundy
Butterfly (Hamaeris lucina) on an Abondoned Chalk Quarry in Bedfordshire,
UK. J. Insect Conserv.
Thomas CD. 2000. Dispersal and Extinction in Fragmented Lanscape. Prociding Royal Sociaty London . 267 : 139-145 Thomas JA, Telfer MG, Roy DB, Preston CD, Greenwood JJD, Asher J, Fox R, Clarke RT & Lawton JH. 2004. Comparative Losses of British Butterflies, Birds, and Plants and The Global Extinction. Science . 303 : 1879-1881. Triplehorn CA & Johnson NF. 2005. Borror and DeLong’s Introduction to the Study of Insects (7th Ed). Brooks/Thomson Cole USA.
Tsukada E & Nishiyama Y. 1982. Papilio-nidae. In E. Tsukada. (Editor), Butter-flies of the South East Asian Islands. I. pp. 457. Tokyo (JP): Plapac Co, Ltd.
Tsukada E. 1985. Nymphalidae (I). In E. Tsukada. (Editor). Butterflies of the South East Asian Islands. IV. pp. 558. Tokyo (JP): Plapac Co, Ltd.
Tsukada E. 1991. Nymphalidae (II). In E.
Tsukada. (Editor), Butterflies of the South East Asian Islands. V. pp. 576 Japan: Plapac Co. Ltd.
Vane-Wright RI & de Jong R. 2003. The Butterflies of Sulawesi: Annotated Checklist for A Critical Island Fauna. Zool. Verh . 343 : 3-267.
Van Swaay CAM, Nowicki P, Settele J & Van Strien AJ. 2008. Butterfly Monitoring in Europe: Methods, Application and Perspective . Biodivers Conserve.
50 Keanekaragaman Kupu-kupu … (Afandi, dkk)
|
99019e1f-2683-4ff6-8577-6a3bc9f16c3d | https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/historia/article/download/32191/11038 |
## Perubahan Desa dan Penerapan Kebijakan Orde Baru di Blitar Barat (1969-1983 an)
Muhammad Rifki Amirudin, Grace Tjandra Leksana Department Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Email: [email protected]
## Abstract
This research aims to narrate the direction of village development policies during the New Order era as well as the forms of implementation of President Soeharto's government policies in West Blitar from 1969 to 1983. This research was motivated by the emergence of West Blitar as one of the regions that was successful in implementing modernization and development programs at the beginning of the New Order government. The modernization program that was preceded by the purge of communists is an interesting paradox to study. The method used in this research was a historical research method which includes topic selection, heuristics, criticism, interpretation and historiography using a social history approach carried out with interpretation from archives, newspapers and articles. This research found that the main focus of the New Order government's development in West Blitar from 1969 to 1983 was in the areas of food and shelter. During this period, the government succeeded in improving agriculture, controlling population, and building several other supporting infrastructure. This success cannot be separated from the authoritarian and top-down New Order government style.
Keywords: New Order, Modernization program, West Blitar
## Pendahuluan
Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No 59 Tahun 2017 dan Perpres No 111 Tahun 2022 pemerintah meluncurkan program Sustainable Development Goals (SDGs) desa. program ini menyasar dalam beberapa bidang seperti kesejahteraan, pangan, kesehatan, infrastruktur, keamanan serta bidang-bidang kesejahteraan desa lainnya. 1 Permasalahan desa yang cukup kompleks terutama dalam bidang sosial ekonomi membuat pemerintah perlu memberikan perhatian khusus kepada desa. disamping itu, desa merupakan indikator serta pendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, apabila permasalahan desa di Indonesia dapat teratasi, maka sebagian besar tantangan pembangunan di Indonesia akan terselesaikan. 2
Jika menilik pada sejarah, pada dasarnya posisi penting desa sudah menjadi ujung tombak kebijakan pemerintah Indonesia dari masa ke masa. Pada pemerintahan Sukarno, wilayah desa diposisikan sebagai sebuah negara kecil. Melalui UU No 19 Tahun 1965, Presiden Sukarno membentuk desa praja atau
1 D. L. Pristiandaru, “SDGs Desa: Pengertian, Peraturan, Dan Tujuannya.,” Kompas.Com. Https://Lestari.Kompas.Com/Read/2023/06/08/120000486/Sdgs-Desa--Pengertian-Peraturan-Dan- Tujuannya?Page=all , 2023.
2 A. H. Iskandar, SDGs DESA: Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional Berkelanjutan (Yayasan Pustaka Obor Indonesia., 2020).
daerah otonom adat yang setingkat di seluruh Indonesia. Sehingga pemerintah desa dapat mengelola pemerintahannya sendiri berdasarkan asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat. Namun perubahan terjadi setelah pemerintahan Presiden Soeharto. Desa yang semula diberikan otonomi penuh, melalui UU No 5 Tahun 1979 pemerintah berusaha menyeragamkan nama, bentuk, susunan, dan kedudukan pemerintah desa yang ada di Indonesia. Penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan secara top-down, secara tidak langsung juga akan membuat status hukum adat menjadi runtuh 3
Sebagai bentuk komitmen Presiden Soeharto dalam upaya pembangunan desa, pemerintah merintis program jangka panjang lima tahunan yang biasa disebut dengan Repelita. Program Repelita dilaksanakan dalam 6 tahap yang dimulai dari tahun 1969 hingga 1999. Pada tahap Repelita pertama hingga ketiga (1969-1984) fokus utama pembangunan pemerintah adalah pertumbuhan GNP dan pembangunan infrastruktur di tingkat desa. Sementara itu, pada Repelita ke empat hingga ke enam (1984-1999) fokus pembangunan pemerintah adalah pada investasi dan infrastruktur di wilayah perkotaan. 4 Dalam upaya menjalankan Repelita di tingkat desa Presiden Soeharto menjalankan beberapa program pangan. Dalam hal pertanian misalnya, Presiden Suharto menggencarkan program revolusi hijau untuk merubah sistem pertanian tradisional ke sistem pertanian modern. Adanya program ini secara tidak langsung menggerus kearifan lokal serta menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah pusat. 5 Meskipun begitu, atas adanya program ini pemerintah dapat mencapai swasembada beras. Bahkan atas prestasinya Presiden Soeharto dapat meraih medali emas dari FAO berupa medali “Indonesia: From Rice Importer to Self Sufficiency”. 6
Di balik penghargaan yang diraih oleh presiden, terdapat mekanisme yang berjalan di tingkat akar rumput yang membuat program ini mendapat apresiasi dari dunia internasional. Maka dari itu, penelitian ini akan membahas mengenai implementasi program-program pembangunan Orde Baru melalui studi kasus di Blitar Barat. Ada beberapa alasan mengenai pemilihan lokasi ini. Pertama Blitar Barat merupakan salah satu target operasi anti-komunis di tahun 1965 dan 1968.
3 Djaenuri, A Zayanti Mandasari and M. N Alamsyah, “Politik Hukum Pemerintahan Desa; Studi Perkembangan Pemerintahan Desa Di Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Reformasi”, 02 ed., vol. 03, n.d.
4 S P. Syahrie, “Politik Pembangunan Orde Baru: Industrialisasi, Swastanisasi, Dan Pertumbuhan Ekonomi.,” Jurnal Sejarah Lontar 6, no. 1 (2009): 1–11.
5 F., & Harianto, S Gultom, “Revolusi Hijau Merubah Sosial-Ekonomi Masyarakat Petani ,” TEMALI: Jurnal Pembangunan Sosial, 4, no. 2 (2021): 145–54.
6 S., Nur, S. M. K. M, and B. W Joko, “Pencitraan Soeharto Dalam Buku Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih! (Kebosanan Orang-Orang Pinggiran Menanti Kemakmuran) Dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis van Dijk,” Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia 6, no. 2 (2017): 139–51.
Operasi ini merupakan serangkaian pembersihan orang-orang komunis dan simpatisannya di wilayah Blitar dalam upaya stabilisasi oleh pemerintah Orde Baru. 7 Keadaan ini berkaitan erat dengan komunisme yang dianggap sebagai akar permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa Orde Baru Kedua, Blitar adalah salah satu wilayah yang mendapat penghargaan dari pemerintah provinsi Jawa Timur dalam bidang KB serta menjadi objek program modernisasi oleh pemerintah Orde Baru. 8 Program modernisasi dalam bidang pangan dan papan seperti pengenalan teknologi baru pertanian, pengelolaan koperasi desa, dan pembangunan infrastruktur publik menjadi strategi utama Orde Baru dalam meminimalisir paham kiri yang dikhawatirkan muncul dalam masyarakat pasca penumpasan orang-orang komunis. 9 Kedua hal ini, operasi anti komunis yang memakan korban dan program modernisasi Orde Baru menjadi sebuah paradoks yang menarik. Dapat dikatakan bahwa penyingkiran komunisme menjadi awal proyek pembangunan Orde Baru.
Tulisan sejarah yang membahas mengenai Orde Baru dapat ditemukan dalam beberapa karya yang ditulis oleh Dwi Wahyono dan Gayung Kasuma (2012) yang membahas mengenai propaganda serta sikap anti komunisme yang dilancarkan Orde Baru dan Abdul Syukur (2010) yang membahas mengenai pemerintahan Orde Baru dari aspek sosial, politik serta ekonomi. Selain itu karya lain seperti Ferdi Gultom dan Sugeng Hariyanto (2021) yang membahas seputar program revolusi hijau yang merubah kehidupan sosial masyarakat petani serta Muhammad Rifki Amirudin, Athifa Raissa Putri dkk (2022) yang membahas strategi dan bentuk- bentuk pembangunan pada masa Orde Baru di wilayah Blitar.
Penelitian-penelitian tersebut belum secara spesifik membahas pengalaman sehari-hari warga masyarakat yang menjalani implementasi program-program modernisasi Orde Baru. Oleh karena itu, melalui pendekatan sejarah sosial, penelitian ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana arah kebijakan pembangunan desa pada masa Orde Baru? Bagaimana bentuk-bentuk penerapan kebijakan pemerintahan Presiden Soeharto di Blitar Barat?
## Metode Penelitian
Dalam menyusun hasil penelitian, metode yang digunakan peneliti adalah metode penelitian sejarah. Menurut Kuntowijoyo dalam metode penelitian sejarah terdapat lima tahap yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan
7 D. W. Hadi and G. Kusuma, “Propaganda Orde Baru 1966-1980,” Jurnal Sosioteknologi 1 (2012): 40–50.
8 Muhammad Donni Rizki, “Implementasi Kebijakan Pembangunan Orde Baru Melalui Program Keluarga Berencana: Studi Kasus Di Jawa Timur Periode 1970an-1996,” 2023.
9 Bahan Seminar Desa Pancasila (Museum Brawijaya, Malang, Indonesia: Arsip Komando Daerah Militer V/ Brawijaya, Inventarisasi 316-a, 1969).
historiografi. 10 Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber tekstual, visual dan sumber lisan. Diantara sumber tekstual yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan seminar desa Pancasila tahun 1969 dan laporan pertanggungjawaban pemerintah kabupaten Blitar tahun 1974 yang diperoleh dari perpustakaan Museum Kodam V Brawijaya Malang. Sebagian sumber primer ini peneliti dapat dari keikutsertaannya dalam penelitian pada tahun 2022 tentang desa Pancasila di wilayah Blitar yang dipimpin oleh bapak Sujud Purnawan Jati dengan judul Mereka yang Turut Membangun Negara: Masyarakat Desa dan Desa Pancasila di Jawa Timur Pada Masa Orde Baru (1968-1980). Terkait sumber lisan peneliti menggunakan data wawancara dari warga desa Tunjung dan Bendorejo dan beberapa perangkat desa yang mulai menjabat tahun 1969 dan 1976. Selain itu peneliti juga menggunakan data foto yang didapatkan dari arsip serta koleksi pribadi narasumber. Sumber-sumber yang telah dikumpulkan kemudian melalui tahap kritik, baik intern maupun ekstern untuk mengetahui keaslian dari sumber yang telah didapatkan. Setelah melalui tahap kritik sumber, data yang telah didapat kemudian diinterpretasi untuk mengetahui maksud, tujuan serta jalannya peristiwa sejarah. Selanjutnya tahap terakhir dari penelitian ini adalah historiografi yaitu menulis peristiwa yang ada menjadi tulisan yang baik sesuai dengan kaidah- kaidah yang baku.
## Hasil dan Pembahasan
## Arah Kebijakan Pembangunan Desa Pada Masa Orde Baru
Berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, desa merupakan komponen utama untuk mencapai ketahanan nasional. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, pembangunan desa tergolong pembangunan yang cukup lambat. Kurangnya perhatian pemerintah dan politisi terhadap pembangunan di desa-desa, serta kurangnya data, tenaga ahli, dan kekurangan lainnya membuat pembangunan desa secara nasional pada periode 1945-1969 kurang terealisasi. Keadaan ini diperparah dengan kesibukan pemerintah menghadapi kelompok separatis seperti RMS, DI/TII, Permesta, dan G30S. 11 Singkatnya, pada masa pemerintahan Presiden Soekarno fokus utama kebijakan pemerintah adalah stabilisasi politik yang disebabkan masalah baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. Hal ini mengakibatkan terlantarnya desa sebagai daerah penghasil pangan dan perkebunan (Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto 16 Agustus 1970 dalam Strategi Dasar Era Pembangunan 25 Tahun , 1973)
10 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah , cetakan 4. (Bentang Budaya, 2001).
11 B. N Marbun, Proses Pembangunan Desa: Menyongsong Tahun 2000 . (Penerbit erlangga, 1988).
Berbeda dengan masa pemerintahan Presiden Soekarno, pada masa pemerintahan Orde Baru perekonomian Indonesia cenderung lebih membaik. Hal ini didukung dengan keadaan sosial politik yang cenderung lebih stabil daripada pemerintahan sebelumnya. Sikap anti-komunis serta operasi-operasi militer yang dilakukan pemerintah Orde Baru membuat masyarakat memilih untuk patuh dan enggan memiliki masalah dengan pemerintah. 12 Hal ini tentu menjadi kesempatan baik bagi pemerintah Orde Baru untuk masuk dalam kehidupan masyarakat lewat Dwi Fungsi ABRI. Adanya Dwi Fungsi ABRI diharapkan akan menciptakan kedekatan sipil dan militer sebagai upaya untuk menciptakan keseimbangan yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. 13
Sikap anti komunis ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mewujudkan stabilitas sebagai bagian dari “Trilogi Pembangunan” yang digagas oleh pemerintah Orde Baru. Isi dari Trilogi Pembangunan diantaranya adalah (1) stabilitas nasional; (2) pemerataan pembangunan; dan (3) pertumbuhan ekonomi. Sementara itu untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, pemerintahan Orde Baru menggagas program jangka panjang yang biasa disebut dengan Repelita. 14 Pelaksanaan Repelita dimulai dengan menyasar pada pembangunan dasar di tingkat desa. Pada masa Repelita pertama hingga ketiga (1969 – 1984) tujuan utamanya adalah pertumbuhan GNP, intensifikasi pangan, dan pembangunan infrastruktur desa. Sementara itu, pada Repelita ke empat hingga ke enam (1984-1999) fokus pembangunan pemerintah adalah pada investasi dan infrastruktur di wilayah perkotaan. 15
Dalam usaha mensukseskan Repelita yang pertama, pemerintah menggencarkan Revolusi Hijau yang memiliki tujuan utama tercapainya swasembada pangan. Dengan bantuan konsultan asing, pakar dalam negeri, serta para penyuluh pertanian pemerintah berusaha mendekati masyarakat untuk mengenalkan teknologi baru dalam bidang pertanian. 16 Selain itu, pemerintah juga membuat program Bimas untuk mendukung program Revolusi Hijau. Terdapat dua program utama yang digagas oleh pemerintah. Pertama adalah memberikan bimbingan kepada petani terkait teknik pertanian. Kedua adalah memberikan bantuan modal kepada para petani baik dalam bentuk kredit maupun subsidi. 17
12 Nordholt, “OUTWARD Appearances: Trend, Identitas, Dan Kepentingan.,” 2005…,
13 Hadi and G. Kusuma, “Propaganda Orde Baru 1966-1980.”...
14 R. Rahmawati, “Repelita: Sejarah Pembangunan Nasional Di Era Orde Baru,” ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan Dan Kesejarahan IX, no. 2 (2022): 33–42.
15 S. P. Syahrie, “Politik Pembangunan Orde Baru: Industrialisasi, Swastanisasi, Dan Pertumbuhan Ekonomi.,” Jurnal Sejarah Lontar 6, no. 1 (2009): 1–11.
16 N. E. Patra, Dampak Revolusi Hijau Pada Masa Orde Baru Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 1971-1976. , 2017.
17 Suwondo Arif, Pembangunan Lima Tahun Di Propinsi Jawa Timur 1969-1988 (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., 1999).
Kedua program tersebut juga didukung dengan adanya Panca Usaha Tani yang dibuat oleh pemerintah. Beberapa poin dari Panca Usaha Tani diantaranya adalah pemilihan bibit unggul, irigasi, pemupukan, penggunaan obat pembasmi hama, dan sistem bercocok tanam dengan pola yang baik. 18 Hal ini tentu menimbulkan dampak tersendiri bagi sistem pertanian di Indonesia. Sistem pertanian yang mengedepankan prinsip intensifikasi dan mengabaikan prinsip ekologi, akan berdampak pada kerusakan ekosistem serta menciptakan ketergantungan kepada petani. 19
Selain intensifikasi pangan pemerintah Orde Baru juga melakukan pengendalian populasi penduduk lewat program Keluarga Berencana (KB). Berbeda dengan pemerintahan Presiden Sukarno, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pengendalian populasi lewat KB sangat didukung bahkan di gencarkan secara masal. Dengan dalih kesejahteraan kehidupan rakyat dan pembangunan negara, pemerintah Orde Baru berusaha menata tubuh dan mengesampingkan hak- hak asasi perempuan. Hak-hak disini adalah hak yang secara legal mengakui setiap pasangan untuk secara bebas dan bertanggungjawab menentukan jumlah keturunan, jarak kelahiran, serta mendapatkan informasi dan sarana untuk mewujudkannya. 20 Namun, dalam kenyataanya lewat program safari KB, pemerintah Orde Baru berusaha menekan naiknya angka demografi. Bahkan lewat PKK para akseptor KB dijemput dari rumah ke rumah dan dibawa ke kantor desa untuk dilakukan KB. Bahkan jika terjadi penolakan, para perempuan desa tersebut tidak jarang mendapat kekerasan psikis dan di tuduh sebagai PKI. 21
## Bentuk-bentuk Penerapan Kebijakan Orde Baru di Blitar Barat
Sejak awal berkuasa, pemerintah Orde Baru berusaha memperbaiki kembali tatanan masyarakat Indonesia dalam tahap rangkaian pelaksanaan Repelita di wilayah Blitar, pemerintah Orde Baru membuat serangkaian Projek yang biasa disebut dengan Desa Pancasila. Projek Desa Pancasila adalah program modernisasi yang bertujuan untuk membumikan nilai-nilai dalam falsafah Pancasila yang mana dirasa cocok untuk membawa masyarakat desa ke arah yang lebih baik. 22 Nilai yang dimaksud dalam hal ini adalah nilai yang mengarah pada religiusitas, memupuk
18 E. Patra, “Dampak Revolusi Hijau Pada Masa Orde Baru Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 1971- 1976”… ,
19 Gultom, “Revolusi Hijau Merubah Sosial-Ekonomi Masyarakat Petani ”…,
20 R. Sihite, “Kekerasan Negara Terhadap Perempuan,” Kriminologi Indonesia I Juli 3, no. 1 (2003): 33–42.
21 V. K Dewi and Kasuma, “Perempuan Masa Orde Baru (Studi Kebijakan Pkk Dan Kb Tahun 1968-1983),” VERLEDEN: Jurnal Kesejarahan 4 (2014): 157–72.
22 Bahan Seminar Desa Pancasila ……,
rasa manusiawi, demokratis, persatuan, serta kesejahteraan. 23 Agaknya, dengan branding Pancasila pemerintah Orde Baru berusaha memupuk solidaritas serta meraih dukungan untuk program yang telah ada. Kenyataan ini sesuai dengan propaganda Orde Baru yang hadir untuk memurnikan Pancasila 24 serta alasan stabilisasi wilayah Blitar dari orang-orang komunis. 25 Dalam pelaksanaannya program ini menggunakan metode Civic Mission yang menempatkan pemerintah pusat sebagai fasilitator sedangkan pamong desa dan pemerintah setempat sebagai pelaksana utama. 26 Namun, adanya program ini sepertinya kurang dimengerti oleh pamong maupun pemerintah setempat. Pasalnya beberapa narasumber yang pernah menjabat tahun 1969 dan 1976 an, tidak mengetahui terkait program ini. Mereka hanya tahu terkait program yang ada dari pemerintah merupakan penerapan P4. Berdasarkan hasil analisis data, dalam bidang sosial dan ekonomi pemerintah Orde Baru melakukan sejumlah pengembangan mencakup bidang pertanian, kependudukan, dan infrastruktur. Pelaksanaan program-program tersebut akan dijabarkan secara lebih lanjut pada bagian berikut ini.
## Program Pertanian di Blitar Barat
Depresi ekonomi serta krisis pangan yang terjadi pada tahun 70 an merupakan PR awal bagi pemerintah Orde Baru. Keadaan ini diperparah dengan gejolak politik akibat penumpasan orang-orang komunis di wilayah Blitar. Hal ini tentu berpengaruh pada perekonomian masyarakat. Pasalnya kestabilan politik secara tidak langsung juga akan membawa pada kestabilan ekonomi. Oleh karena itu, ketidakstabilan politik di Blitar juga serta merta berdampak pada ketidakstabilan ekonomi. 27 Salah satu strategi pembangunan Orde Baru yang diluncurkan untuk memperbaiki ketidakstabilan ekonomi adalah meningkatkan produksi pertanian.
Dalam hal pertanian, salah satu usaha terbesar pemerintah Orde Baru adalah perbaikan Program Bimas yang telah diintrodusir oleh pemerintahan Presiden Soekarno. Penyempurnaan program ini bertujuan untuk menyediakan berbagai masukan yang disubsidi kepada para petani termasuk bibit unggul, pestisida dan pupuk. 28
Pada tanggal 20 September 1976, pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan penghargaan kepada empat kabupaten di wilayah Jawa Timur.
23 A. S. Utama and S. Dewi, “Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Serta Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Era Reformasi. ” 13, no. 1 (2018).
24 Hadi and G. Kusuma, “Propaganda Orde Baru 1966-1980”….,
25 S. Utama and Dewi, “Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Serta Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Era Reformasi”…,
26 Bahan Seminar Desa Pancasila …..,
27 S. Utama and Dewi, “Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Serta Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Era Reformasi”…,
28 Abdul syukur, Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 8 (PT Ichtiar Baru van Hoeve., 2010).
Penghargaan tersebut ditujukan kepada kecamatan yang dianggap berhasil dalam menjalankan program Bimas dan KB. Kabupaten tersebut diantaranya adalah Nganjuk, Lumajang, Magetan, dan Blitar. Dalam hal ini Gubernur mengapresiasi serta mengucapkan selamat atas keberhasilan para bupati dan masyarakat atas pencapaian program yang telah ada. Selain itu, untuk mencapai ketahanan pangan nasional, gubernur Jatim meminta agar disusun pola yang tepat hingga tingkat BUUD/KUD terkait pembelian hasil panen terutama padi dari petani. Hal ini karena keterlambatan BUUD/KUD terhadap pembelian hasil panen akan mengakibatkan petani menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan harga dibawah standar. 29
Di wilayah Blitar Barat, pelaksanaan program Bimas dikoordinir langsung oleh pejabat desa setempat. Para pejabat desa ditugaskan untuk mendaftar luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat untuk pengajuan dana bantuan. Selain mendapatkan bantuan pupuk, para petani juga mendapatkan uang insentif dari pemerintah. Bantuan dari pemerintah ini akan cair setiap 6 bulan sekali. Setelah satu program berakhir, para pejabat desa ditugaskan untuk mendaftarkan masyarakat untuk mendapatkan bantuan Bimas lainnya. 30 Namun, tidak semua petani mendapatkan bantuan pupuk dari pemerintah. Mereka mengaku mendapatkan benih dan pupuk dari hasil membeli di toko-toko terdekat. 31
Meskipun begitu, wilayah Blitar Barat adalah salah satu wilayah yang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan dipilihnya Desa Bendorejo sebagai tempat uji coba benih di wilayah Kecamatan Udanawu. Bibit tersebut dikirim langsung dari badan riset di Bogor. Ada banyak jenis bibit pertanian yang dilakukan uji coba di desa ini. Diantara benih yang pernah dilakukan uji coba di desa ini adalah bibit padi jenis PB dan Lendah. Setelah dilakukan beberapa uji coba penanaman, penimbangan, dan peninjauan, padi yang paling berkualitas akan di sumbangkan kepada masyarakat sebagai bibit unggul. Disamping itu, masyarakat juga mendapatkan bimbingan serta peninjauan dari dinas pertanian setempat. Terkait penggunaan bibit unggul, bibit padi jenis PB merupakan jenis padi yang digemari oleh masyarakat, selain karena enak padi ini memiliki umur panen yang cenderung singkat. 32 Maka tidak heran jika awal pelaksanaan Repelita, padi jenis PB merupakan padi andalan di Jawa Timur. Bahkan dengan adanya bibit padi PB, jumlah produktivitas padi di Jawa Timur meningkat menjadi dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. 33
29 B. Yudha, “Empat Kabupaten Di Jatim Terima Panji2 Penghargaan,” 1976….,
30 Wawancara Bapak Jawari (Salah Satu Pejabat Desa Tunjung), (Tunjung, February 26, 2023).
31 Wawancara Dengan Ibu Asmirah, (Tunjung, November 12, 2023).
32 Wawancara Terhadap Bapak Sarehudin (Sebagai Penjabat Desa Bendorejo), (Bendorejo, 16 Agustus 2023).
33 Angkatan Bersenjata, 11 April 1969 , produksi beras di Jatim telah meningkat dua kali lipat .
Selain menjadi tempat uji coba pupuk dan benih, desa Bendorejo adalah salah satu desa yang konsisten serta menjadi pusat koperasi yang ada di Kecamatan Udanawu. Terbukti dengan adanya lumbung padi Pertiwi, masyarakat desa Bendorejo dapat membeli aset-aset baru untuk pembangunan fasilitas umum desa. Lumbung padi Pertiwi pada dasarnya adalah lumbung swadaya yang dibangun oleh masyarakat desa Bendorejo. Pada masa Orde Baru lumbung ini dijadikan koperasi desa oleh pemerintah kabupaten. Lumbung ini bertugas menyimpan dan membeli padi dari masyarakat. Namun karena banyak orang-orang yang memiliki lumbung sendiri di rumah, membuat masyarakat memilih menimbun padi yang dimilikinya. Akibatnya karena tidak ada yang berminat untuk menjual padi di koperasi desa, koperasi ini menjadi bangkrut dan terbengkalai. 34 Jika kita amati, sistem koperasi memanglah penting untuk diterapkan di Indonesia. Hal ini karena koperasi merupakan wujud dari sistem ekonomi kerakyatan. Koperasi merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang ekonomi yang berlandaskan asas kekeluargaan. Keadaan ini selaras dengan kultur masyarakat desa sendiri yang kebanyakan mengedepankan asas kekeluargaan. 35
Atas keberhasilan yang diraih pemerintahan Desa Bendorejo maka tidak heran jika desa ini pernah menjadi juara 2 kategori desa sedang tingkat provinsi dalam ajang lomba desa pada tahun 1970/1971. 36
Gambar 1. Lumbung Pertiwi Sebelum Alih Fungsi
Sumber: Laporan Hasil Kemajuan Repelita I Kabupaten Blitar, 1970-1974. Arsip Komando Daerah Militer V/ Brawijaya, Inventarisasi 316-a. Museum Brawijaya, Malang, Indonesia.
34 Wawancara Terhadap Bapak Sarehudin (Sebagai Penjabat Desa Bendorejo )…,
35 Eef Saefulloh, Wasman, and Dina, “Peran Koperasi Dalam Mewujudkan Pembangunan Ekonomi Kerakyatan” 3, no. 1 (2018): 430–39.
36 “Laporan Hasil Kemajuan Repelita I Kabupaten Blitar, 1970-1974” (Malang, 1970).
Gambar 2. Lumbung Padi Pertiwi yang sudah Alih Fungsi Menjadi Salon Kecantikan)
## Sumber: Dokumen pribadi peneliti
## Program pengendalian penduduk di Blitar Barat
Penduduk merupakan salah satu komponen utama dalam proses terjadinya perubahan sosial. Banyaknya jumlah penduduk tentu mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia. Beberapa ahli ekonomi klasik mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi. Faktor tersebut diantaranya adalah jumlah penduduk, stok barang-barang modal, luas tanah, sumber daya alam serta teknologi yang digunakan. Pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi secara tidak langsung akan menyebabkan kepadatan penduduk. Penduduk yang terlalu padat tanpa disertai pengelolaan SDM yang mumpuni akan menyebabkan berbagai permasalahan sosial. 37 Disamping itu, ungkapan yang biasa kita dengar “akeh anak akeh rejekine” turut menjadi penyebab meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk di Indonesia. Maka dari itu, tidak heran jika pemerintahan Orde Baru berusaha mengendalikan tingkat populasi di Indonesia.
Salah satu program yang digencarkan oleh pemerintah Orde Baru untuk menekan jumlah kepadatan penduduk adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana kepada masyarakat. Program keluarga Berencana pada dasarnya mulai digencarkan oleh pemerintah Orde Baru sejak persiapan dilaksanakannya Repelita pertama yaitu ketika dibentuknya Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) pada tahun 1968. Selanjutnya pada tahun 1970, lembaga tersebut berubah nama menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk peningkatan pelaksanaan program. 38
Adanya badan yang menangani pertumbuhan laju penduduk ini juga tidak terlepas dari maraknya pernikahan dini yang terjadi pada tahun 1970 an yang terjadi
37 D. Yunianto, “Analisis Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi”, Forum Ekonomi 23, no. 4 (2021): 688–99.
38 A Puspitasari, “Implementasi Program Kb Di Surabaya Tahun 1974-1979.,” AVATARA, e- Journal Pendidikan Sejarah, 151, no. 3 (2015): 10–17.
di Jawa Timur. Pada tahun 1970, jumlah persentase anak dibawah umur yang menikah pada umur 10-14 tahun adalah 2,14% sedangkan 15-19 tahun adalah 25,10%. Tingginya persentase tersebut membuat Jawa Timur menduduki peringkat kedua setelah Jawa Barat terkait rata-rata perkawinan rendah. Dalam hal ini rata- rata perkawinan dibawah umur banyak terjadi di pedesaan dengan jumlah 36,1% dibanding dengan daerah perkotaan yaitu sebesar 21,2 %. Fenomena seperti ini jika terus menerus dibiarkan tentu akan berpengaruh terhadap meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. 39
Wilayah Blitar adalah termasuk golongan wilayah yang sukses dalam menjalankan KB. Hal ini dibuktikan dengan diraihnya penghargaan dari gubernur Jawa Timur pada tanggal 20 September 1976. 40 Meskipun begitu, terdapat banyak tantangan dalam pelaksanaan KB di wilayah Blitar Barat. Masih banyak perempuan yang enggan untuk di KB. Padahal para perangkat desa telah melakukan penjemputan dari rumah ke rumah. Mereka takut untuk KB dengan alasan karena mereka pekerja berat. Selain itu mereka takut karena banyak orang setelah KB yang menderita sakit. 41 Bahkan, beberapa orang yang bersedia ikut KB mendapat intimidasi oleh tetangganya. Akibatnya, para perangkat desa sedikit memiliki kesulitan dalam mensosialisasikan dan mengajak masyarakat untuk melakukan KB. 42 Namun para perangkat desa tersebut tidak kehabisan ide. Mereka menggunakan cara persuasif serta memberikan iming-imingi bibit kelapa gratis kepada masyarakat yang mau di KB. 43
## Program pembangunan infrastruktur di Blitar Barat
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor yang menjadi fokus utama pada masa Orde Baru. Pesatnya program yang digencarkan, dirasa perlu untuk membuat sarana penunjang agar program tersebut berjalan lancar. Maka dari itu, tidak heran jika sejak awal Repelita pemerintah Orde Baru berusaha melakukan pendekatan sektoral seperti penyediaan air bersih untuk pedesaan, program sanitasi, dan program pengembangan kampung. 44 Hal ini juga didukung dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Orde Baru. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang memiliki rata-rata 7% menjadi modal utama pemerintah dalam mendukung program-program Pembangunan. 45
39 A. A. Aris Devi Puspita Sari, “Kebijakan Pemerintah Orde Baru Tentang Perkawinan Dini Di Jawa Timur Tahun 1974-1980 Sebagai Usaha Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk,” Journal Pendidikan Sejarah 2, no. 1 (2014).
40 B. Yudha, “Empat Kabupaten Di Jatim Terima Panji2 Penghargaan.”…,
41 Wawancara Dengan Ibu Asmirah,…
42 Wawancara Bapak Jawari (Salah Satu Pejabat Desa Tunjung)…,
43 Wawancara Bapak Jawari (Salah Satu Pejabat Desa Tunjung)…,
44 Syahrie, “Politik Pembangunan Orde Baru: Industrialisasi, Swastanisasi, Dan Pertumbuhan Ekonomi”.…,
45 Abdul syukur, Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 8 …..,
Demi kelancaran program yang ada, dukungan dari masyarakat sangatlah perlu. Dalam hal ini melalui pejabat desa, pemerintah Orde Baru berhasil mengorganisir masyarakat untuk ikut serta mensukseskan program yang ada di wilayah Blitar Barat. Bahkan dengan alasan ikut berjuang, masyarakat secara sukarela ikut mensukseskan program Repelita Orde Baru. Menurut Henk Schulte kata “Pelita” merupakan simbol modernitas dan kebaruan. 46 Seperti layaknya lampu yang menerangi kegelapan, program ini hadir sebagai solusi dari kesulitan- kesulitan yang menimpa Indonesia. Dengan ikut mensukseskan program ini secara tidak langsung masyarakat telah mendukung kebaruan dan kemodernan.
Sebagai usaha untuk intensifikasi bidang pertanian, pada masa repelita pertama pemerintahan Orde Baru membangun sebuah sumber di wilayah Mantenan Udanawu sebagai sumber pengairan warga. Sumber tersebut menelan biaya sejumlah Rp. 250.000. 47 Selain itu pada masa kepemimpinan Bupati Edi Slamet (1975-1980), pemerintah juga membangun sungai sebagai sodetan dari gunung kelud. Selain sebagai sudetan, sungai tersebut juga digunakan sebagai sarana irigasi persawahan masyarakat. Dengan mengadakan kerja bakti pemerintah berhasil mengorganisir pejabat desa dan masyarakat untuk ikut serta melakukan pembangunan irigasi. Mereka hanya mendapatkan sebungkus nasi serta minuman sebagai upah. Bahkan pemerintah juga mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri untuk ikut mensukseskan pembangunan. Pemerintah juga gencar membangun jalan-jalan baru sebagai akses penghubung. 48
Gambar 3. Beberapa Projek Jalan Baru di Desa Bendorejo
Sumber: Koleksi Bapak Sarehudin
46 Nordholt, “OUTWARD Appearances: Trend, Identitas, Dan Kepentingan.”…,
47 “Laporan Hasil Kemajuan Repelita I Kabupaten Blitar, 1970-1974.”
48 Wawancara Terhadap Bapak Sarehudin (Sebagai Penjabat Desa Bendorejo)…,
## Simpulan
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara masa pemerintahan Presiden Sukarno dan Presiden Suharto. Jika pada masa pemerintahan Presiden Sukarno pembangunan di desa cenderung berjalan lambat, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pembangunan di desa cenderung mengalami peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari adanya program-program Repelita yang digagas pemerintah Orde Baru serta operasi anti-komunis yang dilakukan oleh pemerintah. Kurangnya pihak oposisi serta sifat pemerintah Orde Baru yang sangat otoriter dalam pelaksanaan program pembangunan membuat pemerintah lebih leluasa untuk mengintervensi kehidupan masyarakat desa. Dalam praktiknya di Blitar Barat, pemerintah Orde Baru berhasil mengajak masyarakat untuk ikut mensukseskan program-program Repelita. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari peran perangkat desa yang ikut andil dalam suksesi program. Sehingga masyarakat tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti perintah yang datang dari perangkat desa. Keadaan ini hampir sama dengan konsep Desa Pancasila pemerintah Orde Baru yang menempatkan pemerintah desa sebagai garda terdepan dalam suksesi program. Namun sepertinya, istilah Desa Pancasila kurang digadang-gadang pemerintah Orde Baru. Pasalnya, para perangkat sebagai pelaksana utama program tidak mengetahui tentang program tersebut. Mereka hanya mengikuti perintah atasan dan hanya mengerti program yang dilaksanakan merupakan penataran P4. Dalam hal ini suksesi kebijakan yang berhasil dilakukan pemerintah Orde Baru adalah perbaikan pertanian, pengendalian jumlah penduduk, serta membangun beberapa infrastruktur penunjang lainnya di wilayah Kecamatan Udanawu. Bahkan atas keberhasilan program di wilayah ini, Desa Bendorejo hadir sebagai salah satu desa di Kecamatan Udanawu yang mendapat penghargaan tingkat provinsi dalam ajang lomba desa pada tahun 1970/1971.
## Daftar Sumber
Abdul syukur, et al. (2010). Indonesia dalam arus sejarah jilid 8 . PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Aris Devi Puspita Sari, A. A. (2014). Kebijakan Pemerintah Orde Baru Tentang Perkawinan Dini Di Jawa Timur Tahun 1974-1980 Sebagai Usaha Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk. Journal Pendidikan Sejarah , 2 (1).
Angkatan bersenjata, 11 april 1969, produksi beras di Djatim telah meningkat dua kali lipat.
Bahan seminar desa Pancasila, 1969. Arsip Komando Daerah Militer V/ Brawijaya,
Inventarisasi 316-a. Museum Brawijaya, Malang, Indonesia
Dewi, V. K., & Kasuma, G. (2014). PEREMPUAN MASA ORDE BARU (STUDI KEBIJAKAN PKK dan KB TAHUN 1968-1983). VERLEDEN: Jurnal
Kesejarahan , Vol. 4 , No , 157–172.
Eef Saefulloh, Wasman, dan D. I. N. A. (2018). PERAN KOPERASI DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KERAKYATAN . 3 (1), 430– 439.
NUR, 145–154. https://doi.org/10.15575/jt.v4i2.12579
Hadi, D. W., & Kusuma, G. (2012). Propaganda Orde Baru 1966-1980. Jurnal Sosioteknologi , 1 , 40–50. www.journal.unair.ac.id/filerPDF/4_jurnal propaganda_dwiwahyonohadi.pdf
Ibrahim, M. K. dan H. (2012). Sejarah dan Perkembangan Sistem Pemerintahan Desa. Model Penataan Kampung Adat Di Kabupaten Siak , 33–50.
Iskandar, A. H. (2020). SDGs DESA: Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional Berkelanjutan . Yayasan Pustaka Obor Indonesia. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=yfoIEAAAQBAJ&oi=fnd& pg=PA1&dq=sdgs+desa+&ots=YHyMw8uFdI&sig=kj4y3F0PcflOoHPZRu Rnogv2280&redir_esc=y#v=onepage&q=sdgs desa&f=false
Kuntowijoyo. (2001). Pengantar Ilmu Sejarah (cet. 4). bentang budya.
Laporan Hasil Kemajuan Repelita I Kabupaten Blitar, 1970-1974. Arsip Komando Daerah Militer V/ Brawijaya, Inventarisasi 316-a. Museum Brawijaya, Malang, Indonesia.
Marbun, B. N. (1988). Proses Pembangunan Desa: Menyongsong Tahun 2000 . Penerbit Erlangga.
Muhammad Donni Rizki. (2023). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN ORDE BARU MELALUI PROGRAM KELUARGA BERENCANA: STUDI KASUS DI JAWA TIMUR PERIODE 1970an-1996 (Issue July).
Muhammad Rifki Amirudin, Athifa Raissa Putri, Nadila Farah Dibah, Rosyidul Awwab, Slamet Sujud Purnawan Jati, Arif Subekti, G. L. (2022). Pancasila Village: A New Order Strategy for Village Prosperity in Blitar, East Java, 1968 – 1985 . 61–69. https://doi.org/10.2991/978-2-494069-63-3
Nordholt, H. S. (dkk). (2005). OUTWARD appearances: trend, identitas, dan kepentingan . LKiS.
Nur, S., Joko, B. W., Boja, S. M. K. M., & Tengah, J. (2017). Pencitraan Soeharto dalam Buku Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih! (Kebosanan Orang-Orang Pinggiran Menanti Kemakmuran) dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis van Dijk. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia , 6 (2), 139– 151.
Patra, N. E. (2017). Dampak revolusi hijau pada masa orde baru di kabupaten gunungkidul tahun 1971-1976 . 151–173.
Pristiandaru, D. L. (2023). SDGs Desa: Pengertian, Peraturan, dan Tujuannya . Kompas.Com. https://lestari.kompas.com/read/2023/06/08/120000486/sdgs- desa--pengertian-peraturan-dan-tujuannya?page=all
Puspitasari, A. F. (2015). Implementasi Program Kb Di Surabaya Tahun 1974- 1979. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah , 151 (3), 10–17.
Rahmawati, R. (2022). Repelita: Sejarah Pembangunan Nasional Di Era Orde Baru. ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan Dan Kesejarahan , IX (2), 36–42. Sihite, R. (2003). Kekerasan Negara Terhadap Perempuan. Jurnal Kriminologi Indonesia I Juli , 3 (I), 33–42.
Strategi Dasar Era Pembangunan 25 Tahun . (1973). C.V. Sumadjaja.
Suwondo Arif, S. (1999). Pembangunan Lima Tahun Di Propinsi Jawa Timur 1969-1988 . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syahrie, S. P. (2009). Politik Pembangunan Orde Baru: Industrialisasi, Swastanisasi, Dan Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Sejarah Lontar , 6 (1), 1–11. Utama, A. S., & Dewi, S. (2018). Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia serta Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi . 13 (1). https://doi.org/10.31227/osf.io/7y9wn
Yudha, B. (1976, September). Empat Kabupaten di Jatim Terima Panji2 Penghargaan .
Yunianto, D. (2021). Analisis pertumbuhan dan kepadatan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Forum Ekonomi , 23 (4), 688–699.
https://doi.org/10.30872/jfor.v23i4.10233
Zayanti Mandasari, Djaenuri, A., & Alamsyah, M. N. (2011). Politik Hukum Pemerintahan Desa; Studi Perkembangan Pemerintahan Desa Di masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Reformasi. Modul , 03 (02), 1–34.
|